Pencarian

Asmara Si Pedang Tumpul 6

Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 6


engkau bekerja sama dengan seorang panglima ......"
"Celaka, aku sampai melupakan dia!" Sin Wan berseru,
"Panglima itu, dia ...... terancam bahaya maut, aku harus
cepat menolongnya!" Dia bangkit berdiri.
"Sin Wan, biarkan aku ikut. Aku akan membantumu."
"Tapi ........" dia meragu.
Gadis itu bertolak pinggang, sikapnya menantang. "Baru
saja engkau berterima kasih berulang-ulang sampai
menjemukan, sekarang, aku hendak ikut dan membantumu
saja engkau melarangku. Begitukah macamnya terima
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kasihmu itu?" Gadis itu cemberut, membalikkan badan dan
meloncat pergi ke atas pagar tembok, terus keluar.
Sesosok bayangan berkelebat di sampingnya dan Sin Wan
telah berada di sampingnya, di lorong sempit itu. Hal ini saja
membuat Akim menyadari bahwa pemuda murid Sam-sian ini
memang hebat, memiliki gin-kang (ilmu meringankan tubuh)
yang luar hiasa. "Maafkan aku, Akim. Mari kita pergi bersama."
Seketika wajah, yang cemberut itu berubah menjadi cerah
dan tersenyum yang manis mengembang. "Aku sedang
kebingungan seorang diri di kota raja yang besar dan ramai
ini, Sin Wan, dan kini mendapatkan seorang teman baik.
Mari!" Diam-diam Sin Wan merasa kagum kepada gadis puteri
datuk timur ini. Seorang gadis yang baik hati, walaupun juga
aneh, mengingatkan dia kepada Lili Hanya bedanya, gadis ini
agaknya tidak berhati ganas dan kejam seperti Lili yang
pernah menyiksanya, hanya untuk membalas dendam ketika
kecil pernah dia tampari pinggulnya. Dengan gadis seperti
Akim ini di dekatnya, dia merasa mendapatkan seorang teman
yang boleh diandalkan dan boleh dipercaya. Mereka berdua
melakukan perjalanan cepat menuju ke rumah Bhok Cun Ki.
Kembali Sin Wan tidak bertemu dengan Bhok Cun Ki dan
seperti tadi, yang menyambutnya adalah Ci Han dan Ci Hwa.
Kakak beradik ini kelihatan muram dan bingung, dan mereka
berdua memandang penuh selidik dan kecurigaan ketika
melihat seorang gadis cantik berpakaian serba hijau datang
bersama Sin Wan. Tadinya mereka mengira bahwa gadis yang
datang bersama Sin Wan itu Lili, gadis yang mengancam ayah
mereka. Akan tetapi setelah Sin Wan dan Akim datang dekat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka meiihat bahwa gadis itu adalah seorang asing yang
tidak mereka kenal. "Siapakah enci ini, Wan-toako?" tanya Ci Hwa dengan alis berkerut dan hati
merasa tidak senang. Ia merasa kagum
kepada Sin Wan bahkan mengharapkan bantuan pemuda ini
untuk menyelamatkan ayahnya. Ia tertarik kepada pemuda
Uighur ini, maka melihat dia datang bersama seorang gadis
cantik, tentu saja hatinya merasa tidak nyaman.
"Ini nona Ouwyang Kim, seorang sahabat. Akim, ini adalah
kakak beradik Bhok Ci Han dan Bhok Ci Hwa, putera puteri
panglima Bhok. Adik Ci Han dan Ci Hwa, di manakah ayah kalian?"
"Ah, gawat sekali, toako," jawab Ci Han. "Ayah menerima surat tantangan lagi dan
sekali ini dia ditantang untuk bertemu musuhnya di sebelah utara kota raja."
"Dan ayah melarang keras kepada kami agar kami tidak
menyusul ke sana. Kami merasa gelisah sekali, toako!" kata Ci Hwa dengan pandang
mata penuh harapan agar Sin Wan
membela ayahnya. Mendengar ini, Sin Wan terkejut bukan main. "Kalau begitu,
aku harus cepat mencarinya ke sana. Mari kita pergi, Akim!
Tanpa banyak keterangan lagi Sin Wan lalu pergi dengan
cepat, diikuti Akim. Ci Hwa memandang kepada kakaknya, wajahnya semakin
muram. "Koko, mari kita pergi menyusul ayah."
"Hwa-moi, ayah tadi sudah memperingatkan kita dengan
keras agar kita tidak menyusul ke sana. Ayah tentu akan
marah sekali kalau kita melanggarnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi, bagaimana mungkin kita dapat berdiam diri begini
saja" Kita harus membela ayah!"
"Sudah ada Wan-toako yang menyusul ke sana, Hwa-moi."
"Justeru itulah yang membuat aku penasaran. Kau lihat
tadi" Gadis itu adalah seorang asing sama sekali dan ia saja
ikut Wan-toako menyusul ayah. Kalau seorang gadis asing
boleh ke sana, kenapa kita putera puterinya tidak boleh" Kalau
engkau tidak mau, biar aku sendiri yang akan menyusul ke
sana." "Hwa-moi, ayah melarang kita karena pihak musuh amat
berbahaya. Ayah tidak ingin melihat kita celaka, dan juga ayah
menekankan bahwa urusan itu adalah urusan pribadi yang
tidak bolen dicampuri siapapun juga."
"Tapi gadis yang pergi bersama Wan-toako tadi" Kenapa
boleh" Apa ia lebih hebat, lebih lihai daripada aku?"
"Aih, Hwa-moi, kau ....... agaknya kau ...... cemburu
kepadanya!" Wajah Ci Hwa berubah merah, akan tetapi ia tidak
membantah, dan berkata, "Sudahlah, aku mau pergi menyusul
sekarang. Kalau engkau mau ikut baik, kalau tidak, aku akan
pergi sendiri. Kalau ayah marah, biar aku yang bertanggung
jawab!" Setelah berkata demikian, Ci Hwa bergegas
meninggalkan rumah. Tentu saja Ci Han tidak tega
membiarkan adiknya menyusul seorang diri, maka diapun
segera mengejarnya. Biarlah mereka berdua yang akan
bertanggung-jawab kalau sampai ayah mereka marah.
JJJ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bhok Cun Ki telah menerima surat tantangan yang ditulis
oleh Cu Sui In. Hari itu dia ikut mencari Lili yang menjadi
orang buruan, namun tidak berhasil. Adalah kedua orang
anaknya yang mendapatkan surat itu. Sehelai surat yang tahu-
tahu telah berada di daun pintu rumah mereka, tertancap di
daun pintu, tertusuk sebatang pisau. Surat itu singkat saja,
menantang Bhok Cun Ki untuk mengadu nyawa di hutan
sebelah utara kota raja. Tentu saja kakak beradik itu menjadi marah sekali, akan
tetapi mereka tidak tahu siapa yang menyambitkan pisau
bersurat itu pada daun pintu rumah mereka. Ketika ayah
mereka pulang, mereka memberitahu akan surat itu. Setelah
membaca surat itu, berubahlah wajah Bhok Cun Ki karena dia
masih ingat akan tulisan Cu Sui In, bekas kekasihnya! Surat itu tanpa nama
pengirim, namun dia tahu bahwa sekarang yang
menantangnya adalah Sui In sendiri.
Andaikata yang menantangnya itu sumoi dari Sui In, tentu
dia tidak akan memperdulikannya. Akan tetapi kini yang
mengirim surat tantangan adalah Cu Sui In! Dia harus pergi
menemui bekas kekasihnya itu. Dia memang merasa bersalah
terhadap wanita itu, maka dia akan minta maaf, dan andaikata
Sui In berkeras untuk menantangnya, dia akan mencari jalan
agar wanita itu dapat memaafkan, atau kalau tidak, terpaksa
dia akan menghadapinya. Bagaimanapun juga akibatnya, dia
harus menemui Sui In. "Kalian di rumah saja, jangan sekali-kali menyusulku.
Urusan ini adalah urusan pribadi yang terjadi ketika aku masih
muda, dan tidak seorangpun boleh mencampuri," demikian dia berpesan kepada Ci
Han dan Ci Hwa. Dia tahu bahwa kalau
anak-anaknya muncul, hal itu hanya akan menambah panas
dan marahnya hati Sui In saja dan dia tidak ingin melihat
anak-anaknya terancam bahaya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, dengan membawa surat tantangan itu, Bhok
Cun Ki meninggalkan rumah pada sore hari itu, keluar dari
pintu gerbang utara dan terus menuju ke sebuah hutan yang
kecil yang sudah dikenalnya. Hutan itu terletak di lereng bukit, menyimpang dan
agak jauh dari jalan raya sehingga tempat
itu tentu sunyi, apalagi di waktu sore seperti itu.
Ketika tiba di tengah hutan dan mendapatkan hutan itu
sunyi, Bhok Cun Ki berdiri tegak dan kedua kakinya
terpentang, lalu dia menengadah dan berseru dengan lantang,
"Cu Sui In, aku telah datang memenuhi tantanganmu.
Keluarlah untuk bertemu denganku!"
Tempat itu merupakan lapangan terbuka yang cukup luas,
dikelilingi pohon-pohon rindang. Cuaca sudah mulai redup
karena matahari mulai bergeser ke barat. Suara Bhok Cun Ki
bergema di sekeliling tempat itu.
"Bhok Cun Ki, bersiaplah untuk mati sekali ini!" terdengar bentakan halus dan
ketika Bhok Cun Ki membalikkan tubuh,
wajahnya berkerut karena kecewa. Yang muncul bukanlah Sui
In yang diharapkan, melainkan Lili, gadis yang pernah
memaksanya bertanding itu.
"Hemm, engkau lagi, nona. Di mana Sui In" Suruh sucimu
itu saja yang keluar dan bicara sendiri denganku. Aku tidak
mempunyai urusan pribadi denganmu," katanya.
Lili yang telah menanggalkan penyamarannya setelah tiba
di hutan itu, kini menghadapi Bhok Cun Ki, matanya berkilat
tajam dan mulutnya tersenyum mengejek walaupun hatinya
terasa tidak enak sekali. Hidungnya kembang kempis, tanda
bahwa hati gadis ini sebenarnya tegang sekali. Ia merasa
terpaksa sekali harus berhadapan kembali dengan panglima ini
untuk saling serang dan saling bunuh! Setelah apa yang
dilakukan panglima ini kepadanya, sikapnya yang demikian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baik dan ramah, sungguh menyiksa sekali ia harus
menantangnya kembali! Maka, iapun tidak ingin banyak bicara
lagi. "Bhok Cun Ki, suci mewakilkan kepadaku untuk
membunuhmu. Nah, tidak perlu banyak cakap lagi. Mari kita
lanjutkan pertandingan kita yang dahulu terganggu sekali,
seorang di antara kita harus roboh dan mati, barulah
pertandingan dihentikan! Bersiaplah engkau, Bhok Cun Ki!" Lili mencabut
pedangnya, pedang yang berbentuk ular putih,
memasang kuda-kuda dan wajahnya membayangkan
kenekatan. Akan tetapi, Bhok Cun Ki seperti tidak melihatnya dan
panglima ini memandang ke sekeliling, mencari-cari.
19. Akhir Suatu Dendam Asmara
"Bhok Cun Ki, bersiaplah dengan pedangmu!" Lili
membentak. "Sui In, di mana engkau" Keluarlah dan jangan menyuruh
sumoimu yang menghadapi aku. Aku hanya mau berurusan
denganmu, bukan dengan orang lain!" Bhok Cun Ki berseru,
tidak memperdulikan Lili yang menantang. Akan tetapi tidak
ada jawaban, juga tidak nampak bayangan orang lain di hutan
itu. "Bhok Cun Ki, sekali lagi, bersiaplah karena aku akan menyerangmu!" kembali
Lili berseru, mukanya kemerahan
karena ia marah sekali melihat panglima itu tidak
memperdulikan dirinya, seolah memandang rendah atau
menganggap ia anak kecil saja. Panglima itu tetap celingukan
ke sekelilingnya, mencari-cari.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cu Sui In, aku hanya mau menyerahkan nyawaku
kepadamu! Keluarlah dan mari kita bicara baik-baik!"
Lili menjadi marah sekali. Ia mengelebatkan pedangnya di
depan muka panglima itu dan sekali bergerak, pedang itu
telah menodong. Ujung pedang Pek-coa-kiam menempel pada
dada panglima itu. "Bhok Cun Ki, kalau engkau tidak mau melawan, terpaksa
aku akan membunuhmu! Apakah engkau seorang pengecut
yang tidak berani melawanku" Apakah engkau ingin mati
konyol seperti seekor babi?" Lili sengaja memaki untuk
memanaskan hati orang itu. Biarpun ia tahu bahwa ia akan
sukar sekali menang kalau bertanding melawan panglima ini,
akan tetapi ia tidak sudi membunuh orang yang tidak mau
melawan. Ketika pedang itu, menodong dadanya, seakan baru
sadarlah Bhok Cun Ki bahwa di situ tidak ada Sui In, yang ada
hanyalah gadis sumoi dari bekas kekasihnya yang kini siap
untuk menyerangnya. "Nbna, sejak dulupun aku tidak ingin bertanding
denganmu. Katakan kepada Sui In bahwa aku hanya mau
bertanding dengannya, bukan dengan wakilnya. Pula,
mengapa engkau mati-matian mewakili sucimu dan siap
membunuhku atau terbunuh olehku" Kenapa tidak ia sendiri
yang maju?" "Bhok Cun Ki! Aku datang bukan untuk mengobrol
denganmu, melainkan untuk membunuhmu! Aku rela mati
untuk suci. Kalau aku tidak berhasil membunuhmu, aku akan
melawan terus sampai mati!" Lili menarik pedangnya dan
kembali memasang kuda-kuda, siap bertanding.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi Bhok Cun Ki tidak bernapsu untuk bertanding
dengan Lili. Dia ingin bertemu dengan Sui In karena hanya
kalau berhadapan dengan wanita itulah maka semua urusan
akan dapat dibereskan dan diselesaikan. Kalau memang dia
telah menghancurkan kebahagiaan Sui In, biarlah wanita itu
boleh membunuhnya. Akan tetapi bukan oleh tangan orang
lain! "Cu Sui In, keluarlah sendiri!" kembali dia berteriak lantang.
Lili marah sekali, merasa tidak dipandang, merasa
diremehkan. "Akulah Cu Sui In, anggap saja aku Cu Sui In! Nah, aku
akan menyerangmu, jangan salahkan aku kalau engkau
terbunuh oleh serangan ini. Sambutlah!" Pedang itu berubah menjadi sinar putih
dan meluncur ke arah tenggorokan Bhok
Cun Ki. Bhok Cun Ki memang enggan untuk bertanding lagi
melawan gadis yang sama sekali tidak mempunyai urusan
dengannya itu, akan tetapi tentu saja diapun tidak mau mati
konyol di tangannya. Maka, melihat pedang meluncur ke
tenggorokannya dalam serangan maut, dia cepat melompat ke
kanan menjauh sehingga serangan itu gagal. Akan tetapi Lili
menyerang terus dengan dahsyatnya. Gadis ini memang
sudah nekat. Hanya ada dua pilihan baginya, sesuai dengan kehendak
sucinya, yaitu membunuh Bhok Cun Ki atau terbunuh olehnya!
Tentu saja ia memilih membunuh dari pada dibunuh dan iapun
menyerang terus dengan gencar dan dahsyat. Bhok Cun Ki
terpaksa mencabut pedang Ceng-kong-kiam dan nampaklah


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sinar hijau bergulung-gulunq, saling belit dengan gulungan
sinar putih dari pedang di tangan Lili.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terjadilah pertandingan untuk kedua kalinya. Namun, sekali
ini lain sekali keadaannya. Kalau Lili menyerang mati-matian
dan mengerahkan segala daya untuk membunuh lawan,
sebaliknya Bhok Cun Ki ragu-ragu dan selalu hanya mengelak
atau menangkis saja, jarang sekali balas menyerang kalau
tidak terpaksa untuk membendung gelombang serangan
lawan yang berbahaya. Karena itu, walaupun Bhok Cun Ki
lebih tinggi tingkatnya, pertandingan itu menjadi seru sekali
bahkan Bhok Cun Ki mulai terdesak.
Ketika Lili memainkan Pek-coa Kiam-sut yang membuat
gerakan bagaikan seekor ular yang amat berbahaya,
serangannya mengandung daya kekuatan dari bawah
bagaikan seekor ular yang ganas, hanya dengan gerakan
seperti seekor burung saja, Bhok Cun Ki masih mampu
mempertahankan diri. Bagaimanapun juga karena dia tidak
ingin mengalahkan Lili, hanya melindungi diri, dia yang selalu
terdesak dan beberapa kali nyaris termakan pedang.
Karena setiap serangan ia lakukan dengan pengerahan
seluruh tenaga, maka setelah lewat lima puluh jurus, tubuh Lili sudah mandi
keringat, dan napasnya agak terengah. Demikian
pula dengan Bhok Cun Ki, dia sudah berpeluh dan
gerakannyapun mulai mengendur karena bergerak dengan
loncatan-loncatan seperti burung itu menguras banyak
tenaganya. "Lili, sumoi, bunuh dia .......! Bunuh dia ........!"
Mendengar suara lembut yang tiba-tiba itu, Bhok Cun Ki
melirik dan ketika dia melihat Cu Su In berdiri di sana, dia
tertegun. "Sui In ........!" Dia berseru dan terbelalak memandang kepada wanita bekas
kekasihnya yang masih nampak cantik
jelita dan anggun itu. Sekarang barulah dia menyadari bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selama ini dia masih mencinta wanita itu, sejak dahulu dia
mencintanya, dan hanya keangkuhan saja yang memaksanya
meninggalkan Sui In dan menikah dengan wanita lain.
"Singgg ...... singg ......!" Sinar putih menyambar-nyambar.
Biarpun Bhok Cun Ki berusaha mengelak, namun karena
sebagian besar perhatiannya ditujukan kepada Sui In, maka
sambaran yang ke tiga dari pedang Pek-coa-kiam itu tak dapat
dihindarkan lagi telah menusuk paha kirinya dan diapun roboh
terguling! Setelah melihat lawannya roboh dan darah bercucuran dari
celana bagian paha, Lili berdiri seperti patung. Kalau ia
menyusulkan serangan, pasti panglima itu tidak akan mampu
melindungi diri lagi. Akan tetapi, pada dasarnya Lili memiliki
watak yang gagah. Merobohkan lawan yang sejak tadi tidak
pernah membalas saja sudah membuat ia merasa menyesal
sekali, apalagi sekarang melihat lawan yang selalu bersikap
baik kepadanya itu sudah terluka. Ia merasa jijik kepada diri
sendiri kalau harus menyusulkan serangan lagi. Maka ia berdiri
mematung dengan hati bimbang.
Bhok Cun Ki tidak mengeluh, juga tidak perduli akan luka di
pahanya. Dia memaksa diri bangkit duduk, memandang
kepada Sui In yang melangkah mendekatinya. Sukar
dilukiskan wajah wanita berusia empatpuluh tiga tahun yang
masih nampak cantik seperti seorang gadis itu ketika
memandang kepada laki-laki yang telah menghancurkan
kebahagiaan hidupnya selama puluhan tahun ini.
"Sui ..... In-moi ...... aku memang bersalah kepadamu, baru sekarang aku melihat
kesalahanku itu. Dosaku terhadap dirimu
amat besar, aku telah menghancurkan kebahagiaanmu,
merusak kehidupanmu, aku memang layak mati di tanganmu,
Karena itu, marilah ..... mari kaubunuh aku agar aku dapat
menebus dosaku kepadamu, agar engkau memperoleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kebahagiaan dari balas dendammu ini. Pergunakan pedangku
ini, In moi ......" Bhok Cun Ki dengan wajah cerah disertai senyum menjulurkan
tangan kanannya yang memegang
pedang Ceng-kong-kiam kepada Bi-coa Sianli Cu Sui In.
Akan tetapi Cu Sui In hanya berdiri menatap wajah pria itu
seperti orang terpesona, dan kedua matanya berubah
kemerahan, kedua pipinya menjadi pucat dan kedua mata itu
perlahan-lahan menjadi basah. Ia seperti tidak mampu
mengalihkan pandang matanya dari wajah itu, lalu dengan
paksa ia merenggut lepas pandang mata yang melekat itu,
menoleh kepada sumoinya dan suaranya terdengar tidak
semerdu tadi, melainkan agak parau dan lirih, namun tegas
mendesak. "Sumoi, cepat kaubunuh dia! Cepat kataku! Bunuh dia!"
Akan tetapi sekali ini Lili tidak bergerak. "Suci, dia sudah terluka dan tidak
akan mampu melawan. Dia sudah menyerah
untuk kaubunuh, kenapa suci tidak segera melaksanakannya
sendiri dan memaksaku untuk membunuhnya" Suci, kalau
engkau hendak membunuhnya, lakukanlah sendiri, apa
susahnya?" "Engkau begitu sakit hati kepadaku, kenapa menyuruh
sumoimu, Sui In" Kalau sumoimu yang membunuhku,
dendammu tidak akan pernah padam. Sumoimu benar, kalau
engkau hendak membunuhku, lakukanlah sendiri. Aku tidak
akan melawan, aku akan tersenyum menyambut kematian di
tanganmu, In moi." Tiba-tiba Cu Sui In seperti mendapat semangat baru. Sekali
tangannya bergerak, pedang yang disodorkan Bhok Cun Ki itu
sudah dirampasnya, kemudian ia mengangkat pedang itu, siap
membacok leher Cun Ki yang sudah pasrah. Panglima itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menengadah memandang dengan senyum, sedikitpun tidak
nampak takut, dan matanya tidak ber kedip.
"Singgg ......!!" Pedang itu menyambar, berubah menjadi sinar hijau yang
menyilaukan saking kuatnya tangan yang
menggerakkannya. Leher Bhok Cun Ki tentu akan terpenggal
dengan mudah. Akan tetapi, ketika pedang meluncur lewat,
leher itu masih tetap utuh dan pedang Ceng-kong-kiam
menancap, amblas di dalam tanah di dekat tubuh panglima
itu, menancap ke tanah sampai ke gagangnya!
Cu Sui In menutup mukanya dengan kedua tangannya,
tubuhnya gemetar, kedua pundaknya terguncang karena ia
telah menangis tanpa suara, akan tetapi air matanya
merembes keluar dari celah-celah jari tangannya.
"Aku ..... aku tidak bisa melakukannya .... aku selalu
mencintamu .... selamanya..... aih, Cun Ki ..... kenapa engkau
begitu tega menyia-nyiakan diriku dan menghancurkan
kebahagiaan hidupku ..... " Ia terisak-isak menangis.
Wajah Bhok Cun Ki menjadi pucat sekali. Pendengaran dan
penglihatan ini baginya lebih menyakitkan, bagaikan ribuan
pedang menusuk-nusuk jantungnya. Tak tertahankan lagi
olehnya, kedua matanya menjadi basah dan air mata mengalir
ke atas pipinya. Baru terbuka kesadarannya bahwa Cu Sui In
amat mencintanya, dan dia sendiripun selamanya mencinta
Sui In. Akan tetapi, demi menjaga namanya sebagai seorang
pendekar besar, dia meninggalkan Sui In, menghancurkan
cinta kasih di antara mereka. Padahal, sebagai seorang gadis,
Sui In telah menyerahkan segalanya kepadanya, menyerahkan
batin dan badannya. "In-moi ..... ah, Inmoi ...... sungguh aku telah bersikap
kejam kepadamu. Aku ...... aku ....... apa yang harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kulakukan sekarang In moi" Aku tidak akan membantah, apa
saja akan kulakukan demi menebus kesalahanku itu ........."
Tiba-tiba Sui In menurunkan kedua tangannya. Wajahnya
nampak pucat sekali, basah air mata, mulutnya tertarik-tarik di kedua ujung
bibirnya karena ia menahan tangisnya, hidungnya
kemerahan dan air mata masih berderai turun ke atas kedua
pipinya. "Lili! Perintahku yang penghabisan kepadamu. Gerakkan
pedangmu dan bunuh laki-laki ini sekarang juga! Kalau engkau
tidak mematuhi perintahku, mulai detik ini hubungan di antara
kita putus!" "Suci ....." "Cepat, kuhitung sampai tiga. Kalau belum kaulakukan, aku
akan menyerangmu sebagai seorang musuh besar!" kata
wanita itu. Wajah Lili menjadi pucat, akan tetapi ia tidak mempunyai
pilihan lain, apalagi ketika terdengar suara sucinya, "Satu ....
dua ....." Lili memejamkan matanya, lalu menerjang ke depan dan
meggayun pedang Pek-coa-kiam. Bagaimanapun juga, ia
berhutang segalanya kepada sucinya. Sejak kecil ia dipelihara,
dididik, dan dilimpahi kasih sayang oleh Cu Sui In. Ia rela
mengorbankan nyawanya sekalipun untuk sucinya, maka
biarpun hatinya terasa berat, ia akan melaksanakan perintah
itu. "Singgg ........!!" Pedang Pek-coa-kiam berubah menjadi sinar putih
menyambar ke arah leher Bhok Cun Ki, dipandang
oleh Cu Sui In yang terbelalak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Trangggg ....... !!" bunga api berpijar ketika pedang Ular Putih itu yang
menyambar ke arah tubuh Bhok Cun Ki, tiba-tiba tertahan dan tertangkis oleh
sebatang pedang yang nampaknya buruk, Pedang Tumpul!
Lili terkejut, membuka matanya dan memandang terbelalak
kepada Sin Wan yang sudah berdiri di situ dengan pedang
buruknya di tangan. "Sin Wan ......!" teriaknya. "Apa yang kaulakukan ini?"
Sin Wan memandang tajam, sikapnya tegas dan seperti
orang marah. "Lili, akulah yang bertanya kepadamu, apa yang kaulakukan ini?"
"Perlu apa bertanya lagi." Lili membantah, "Aku memenuhi perintah suciku, hendak
membunuh laki-laki yang menghancurkan kehidupan suci, kenapa engkau berani
menghalangiku?" "Kau pandanglah baik-baik laki-laki ini, Lili. Pandanglah
baik-baik, apakah hatimu tidak tergetar dan membisikkan
suatu rahasia kepadamu. Dia ini bukan musuhmu, dia adalah
ayah kandungmu, Lili ......"
"Aihhh ......!!" Lili menjerit tak percaya.
"Dan yang menyuruhmu membunuhnya, wanita ini, adalah
ibu kandungmu!" "Sui In ......!!" Kini terdengar jerit dari mulut Bhok Cun Ki dan biarpun
kakinya terluka parah, dia merangkak ke depan
kaki Sui In. "Sui In ...... benarkah ia ini anakku ..... anak ...... anak......
kita .......?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suci ......! Apa artinya ini" Benarkah seperti yang dikatakan Sin Wan tadi" Dia
ini ayahku dan suci adalah ..... ibuku ....?"
Wajah Lili pucat seperti mayat dan matanya terbelalak liar
seperti mendadak menjadi gila.
Kini Sui In terisak dan menangis, mengeluarkan suara
tangisan mengguguk dan ia mengangguk.
"Benar ......., benar ......... aaaaahhh .......!"
"Sui In ........!" Bhok Cun Ki merangkul kedua kaki Sui In.
"Ibu .....! Kau ibuku ........!" Lili menubruk dan merangkul ibunya, menangis di
dada wanita yang selama ini ia anggap
gurunya, lalu sucinya. Tiga orang itu menangis semua.
"Aku ..... aku tak dapat menahan kenyerian .... hatiku .....
aku ...... aku menderita sekali Cun Ki ..... ketika kau
meninggalkan aku, aku telah mengandung dua bulan .... aku
sengaja tidak memberitahu, aku sakit hati sekali, kudidik anak
kita .... hanya untuk dapat melihat ia dan ayahnya saling
serang dan saling bunuh. Itulah hukumanku kepadamu,
pembalasanku kepadamu ...... tapi .... tapi ... ah, betapa
lemah hatiku ......" Ia menangis tersedu-sedu.
Bhok Cun Ki melepaskan kedua kaki Sui In dan merangkul
kaki Lili. "Kau ..... kau anakku ....... ahhh, begini gagah dan cantik,
ha..ha..ha...... aku bangga, aku senang sekali .... kau anakku ........!"
Pendekar besar dan panglima muda yang
gagah itu tertawa dan menangis sambil merangkul kaki Lili.
Gadis itu menjerit, menjatuhkan diri dan jatuh ke dalam
rangkulan pria yang baru saja dikenalnya sebagai ayahnya,
pria yang dua kali bertanding mati-matian dengan dia, pria
yang tadi hampir saja dibunuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah ......!!" betapa manisnya sebutan ini, sebutan
pertama kali keluar dari mulutnya, sebutan yang
didambakannya sejak ia masih kecil disamping sebutan ibu.
"Lili ..... Bwe Li namamu ....." Ha..ha..ha, dan siapa shemu, anakku ........?"
"Ayah, ibuku yang selama ini kukenal sebagai guru dan
suci, memberi nama, Tang Bwe Li kepadaku?"
"Tang .....?" Pria itu mengangkat muka memandang kepada Sui In yang masih
berdiri sambil menangis. "Aduh, Sui In ....
betapa selamanya engkau tak pernah dapat melupakan aku.
Nama kecilku adalah Tang Cun dan kau memberi she Tang
kepada anak kita ....." ayah dan anak itu saling berangkulan di bawah kaki Sui
In. Sin Wan, dengan mata basah pula karena terharu dan
bahagia, mundur dan hanya menonton pertunjukan yang amat
mengharukan itu dari bawah pohon. Dia terharu dan gembira
bukan hanya keluarga itu dapat bertemu dalam keadaan
masih hidup walaupun Bhok Cun Ki terluka pahanya,
melainkan juga dia teringat kepada ayah dan ibu kandungnya
sendiri. Lili menemukan ayah dan ibu kandungnya, akan tetapi
dia telah kehilangan mereka!
"Ha..ha..ha..ha. Pertunjukan lawak macam apa ini"
Sungguh memalukan sekali anak dan cucuku menjadi orang-
orang lemah dan cengeng. Sui In, Lili mundurlah kalian. Kalau
kalian begitu lemah, biarlah aku yang mewakili kalian
membunuh orang ini!"
Muncullah See-thian Coa-ong Cu Kiat dan dengan langkah
lebar menghampiri mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah, jangan ......!" Tiba-tiba Cu Sui In melompat dan menghadang di depan
orang tua itu. See-thian Coa-ong terbelalak, memandang kepada puteri
tunggalnya penuh perhatian. Dia melihat betapa wajah
puterinya telah berubah. Muka itu masih basah air mata, hal
ini saja sudah luar biasa sekali karena selama ini belum
pernah puterinya menangis. Wajah itu masih pucat akan tetapi
ada kecerahan aneh, seolah setangkai bunga yang telah lama


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semakin layu kini mendadak dapat siraman embun pagi yang
menyegarkan. "Apa maksudmu jangan, Sui In" Selama bertahun-tahun
dengan mati-matian engkau mengingkari anak kandungmu
sendiri, menganggapnya sebagai murid dan sumoi,
mendidiknya dengan sungguh-sungguh agar ia dapat
membunuh Bhok Cun Ki! Sekarang, setelah kalian gagal
membunuhnya, aku yang akan menyempurnakan dendammu
ini, engkau mengatakan jangan! Apa maksudmu?"
"Ayah, hampir aku menjadi gila karena dendam pribadi,
karena sakit hati yang kutanggung selama bertahun-tahun
sehingga aku ingin sekali menghukumnya dengan mengadu
antara ayah dan anak kandung. Aku tahu bahwa Lili tidak
akan menang dan kalau sampai Lili tewas ditangannya, lalu
aku memberitahu bahwa yang dibunuhnya itu anak
kandungnya sendiri, tentu dia akan menderita selama
hidupnya. Akan tetapi aku ..... aku tidak tega ..... aku masih
mencintanya, ayah tidak pernah aku berhenti mencintanya,
dan Lili adalah anakku yang kusayang. Sekarang baru aku
tahu bahwa aku telah menjadi gila oleh dendam. Sudahlah,
aku memaafkan dia. Lili, mari kita pergi. "
"Ibu .....!" Lili merangkul ibunya dengan air mata
bercucuran. "Tidak, ibu, aku tidak ingin berpisah dari ayah
......" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sui In mengerutkan alisnya, lalu menghela napas panjang.
"Engkau benar kalau memilih ayahmu. Dia seorang pendekar,
seorang panglima besar yang berkedudukan mulia, yang
mempunyai kehormatan dan nama bersih, mana bisa
disamakan dengan ibumu, seorang wanita sesat, seorang
wanita jahat yang namanya tersohor hitam dan kotor?"
Seluruh kepahitan hatinya karena ditinggalkan kekasihnya
tersalur lewat ucapan itu.
"Tidak, ibu, akupun tidak ingin berpisah darimu. Aku ingin berkumpul dengan ayah
dan ibu!" kata Lili dengan suara
mengandung getaran penuh kesedihan dan kerinduan. Betapa
rindunya untuk dapat berkumpul dengan dua orang yang
menjadi ayah ibunya. Seolah-olah diciptakan menjadi manusia
baru yang tadinya merasa yatim piatu kini tiba-tiba
menemukan kembali ayah dan ibu kandungnya!
"Sui In, aku mengaku bersalah, aku telah berdosa, aku
terlalu sombong dan bodoh, aku sudah menyerah dan rela kau
bunuh. Kalau engkau tidak mau membunuhku, aku bersumpah
untuk memperbaiki kesalahanku. Belum terlambat bagiku
untuk membahagiakan engkau dan anak kita Lili. Marilah, Sui
In, marilah kita hidup bersama anak kita dan tidak saling
berpisah lagi ........."
Sui In memandang bekas kekasihnya itu. dengan sinar
mata berkilat, mulutnya mencibir. "Huh, dan aku
merampasmu dari isteri dan anak-anakmu" Engkau akan
mencampakkan mereka begitu saja" Laki-laki macam apa
engkau ini?" "Tidak, Sui In. Jangan salah mengerti. Aku tidak akan
mengulang perbuatanku yang jahat. Maksudku, kita tinggal
bersama menjadi keluarga besar. Marilah, engkau dan Lili ikut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersamaku, tinggal bersama kami menjadi anggauta
keluargaku." "Dan setiap hari menghadapi kebencian isterimu dan anak-
anakmu?" "Tidak! Percayalah, Sui In. Isteriku adalah seorang
bijaksana dan selama ini aku tidak pernah mempunyai isteri
lain atau selir. Ia pasti akan menerimamu, apalagi kalau aku
berterus terang tentang masa lalu. Kedua orang anakku juga
anak-anak yang berbakti dan baik."
"Aku tidak percaya! Aku tidak sudi dari keadaan menderita
karena rindu dan kesepian, kini pindah ke dalam keadaan
menderita karena dimusuhi keluargamu."
Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita, lemah lemhut
dan halus. "Bhok Cun Ki berkata benar, enci. Kami sudah
mendengar semuanya dan aku merasa iba kepadamu dan
kepada anakmu. Kalau kalian berdua suka, datanglah dan
tinggallah bersama kami. Kami menerima kalian dengan hati
dan tangan terbuka ......., bahkan aku rela menjadi isteri
kedua karena sesungguhnya, engkau yang lebih dahulu
menjadi isterinya." Cu Sui In dan Lili menengok, juga Bhok Cun Ki. Kiranya
yang bicara itu adalah nyonya Bhok, isteri panglima itu
bersama kedua orang anaknya, Ci Han dan Ci Hwa! Karena
merasa khawatir terhadap ayah mereka, kedua orang kakak
beradik ini lalu memberitahu kepada ibu mereka dan isteri
panglima inipun khawatir sekali, maka ia mengajak kedua
orang anaknya untuk menyusul cepat menggunakan kereta.
Mereka turun dari kereta, memasuki hutan dan sempat
mendengar dan melihat pertemuan yang mengharukan antara
Bhok Cun Ki dan bekas kekasihnya dan anak mereka. Nyonya
Bhok adalah seorang wanita yang berperasaan peka dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
halus, dan ia merasa, terharu sekali, iba terhadap Cu Sui In
dan Lili. Melihat seorang wanita yang lembut dan halus gerak
geriknya, seorang wanita bangsawan sejati, Cu Sui In merasa
canggung. Ia melangkah menghampiri, dan sejenak kedua
orang wanita itu saling pandang.
"Nyonya, sesungguhnyakah kata-katamu tadi, atau hanya
sekedar basa-basi dan karena engkau takut kepada suamimu
saja?" tanya Sui In.
Wanita itu tersenyum lembut dan dari seri wajah dan
senyum itu saja Sui In maklum bahwa biarpun bertubuh
lemah, wanita ini memiliki kepribadian yang kuat dan tidak
mungkin ia takut terhadap suaminya.
"Demi Tuhan, aku bicara dari hati yang tulus, enci. Pula,
harap jangan menyebutku nyonya. Aku adalah adikmu,
madumu yang lebih muda dan marilah kita bersama hidup
sebagai sebuah keluarga besar."
Sui In merasa demikian terpukul dan terharu sehingga ia
tidak mampu mengeluarkan kata-kata. Sementara itu, Ci Hwa
menghampiri Lili dan memegang tangan gadis itu.
"Aih, aku girang sekali mendapatkan seorang cici seperti
engkau. Kau harus mengajarkan aku ilmu silatmu yang hebat
itu, enci Lili!" Seperti ibunya, Lili juga merasa tertegun. Tak disangkanya
sama sekali bahwa isteri dan anak-anak ayah kandungnya
bersikap seperti itu! Ci Han juga tidak mau kalah, maju
mendekat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Enci Lili, jangan lupa mengajarkan silat kepadaku pula.
Kalau hanya Ci Hwa yang kau ajari dan ia lebih menang
dariku, tentu ia akan sewenang-wenang terhadap aku!"
"Ihh, Han-ko, engkau ini hanya ikut-ikutan saja!" adiknya menegur. Mau tidak mau
Lili tersenyum, kagum dan juga
bangga. Adik-adik tirinya ini mengagumkan!
Terdengar suara tawa bergelak. See-thian Coa-ong yang
tertawa, lalu berkata dengan suara lantang. "Ha..ha..ha..ha, seperti adegan
wayang panggung saja! Heii, Bhok Cun Ki,
kalau sekali ini engkau tidak benar-benar membahagiakan
anak dan cucuku, aku pasti akan datang untuk mematahkan
batang lehermu dan seluruh keluargamu!"
"Locianpwe adalah ayah mertua saya, saya persilakan
locianpwe untuk tinggal sementara di rumah kami agar
locianpwe dapat menyaksikan sendiri apakah saya benar-
benar hendak membahagiakan Sui In dan Lili ataukah
sebaliknya." Kembali kakek itu tertawa. Dalam hatinya, dia merasa
gembira sekali melihat puterinya agaknya akan mendapatkan
kembali kebahagiaannya setelah selama duapuluh tahun lebih
menyiksa diri dan tenggelam dalam duka dan dendam. Juga
cucunya akan mendapatkan seorang ayah kandung dan rumah
tangga yang pantas. Sebagai puteri seorang panglima, tentu
saja Lili akan dihormati orang dan derajatnya naik.
"Ha..ha..ha, tidak perlu aku tinggal di rumahmu. Akan
tetapi sewaktu-waktu aku akan singgah untuk menengok
keadaan anak dan cucuku."
Lili teringat akan Sin Wan dan ia melepaskan diri dari
pelukan Ci Hwa dan lari menghampiri pemuda yang berdiri
agak menjauh itu. "Hei, Sin Wan, kenapa engkau diam saja di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sana?" teriaknya dan setelah tiba di depan pemuda itu, Lili memegang kedua
tangannya dengan sikap mesra. "Sin Wan,
aku sungguh, berterima kasih kepadamu! Kalau tidak ada
engkau yang membuka rahasia, entah bagaimana jadinya. Sin
Wan, agaknya kebahagiaan akan selalu menyertaiku kalau
engkau berada di dekatku!" Lili memang seoranq gadis yang
polos, maka ia tidak menyembunyikan perasaan hatinya dan
semua orang dapat menduga dengan mudah bahwa gadis
lincah dan lihai ini jatuh hati kepada pemuda Uighur itu.
Sin Wan juga merasakan keterus terangan Lili yang
membuat mukanya berubah merah. Akan tetapi dia tersenyum
dan ketika dia hendak menarik kedua tangannya, Lili
mempertahankannya sehingga bagi penglihatan orang-orang
di situ, kedua orang muda ini saling berpegang tangan dengan
mesra dan enggan melepaskan.
"Lili, jangan berkata demikian. Engkau adalah sahabatku
yang pernah menolongku, dan Bhok-ciangkun juga sahabatku
yang kuhormati. Aku hanya ingin mencegah terjadinya
malapetaka kalau anak dan ayah saling serang dan saling
bunuh. Aku ikut bergembira bahwa urusan berakhir dengan
baik seperti ini. Kuucapkan selamat kepada keluarga ini dan
kepadamu Lili." Bhok Cun Ki merasa berbahagia sekali melihat betapa Sui
In dan isterinya nampak saling menyukai, dan kini mereka
berdua menghampirinya, dan Sui In tanpa berkata apa-apa
sudah memeriksa pahanya yang terluka dan memberi obat.
Obat dari Sui In amat manjur karena rasa nyeri berkurang
banyak, dan dia sudah mampu bangkit berdiri.
"Sebaiknya kalau bersama pulang dan bicara di rumah.
Tidak baik bicara di tengah hutan seperti ini. Bagaimana
pendapatmu, Sui In?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sui In menatap wajah pria yang tak pernah dilupakannya
itu. Wajahnya menjadi kemerahan dan sinar matanya lembut,
malu-malu akan tetapi mulutnya tersenyum manis. "Aku hanya menurut saja ....."
katanya sambil melirik ke arah Nyonya
Bhok. "Ha..ha..ha, memang sebaiknya begitu. Kalian semua
pulanglah, aku masih ingin melihat-lihat kota raja sebelum
pergi mempersiapkan pemilihan bengcu di Thai-san. Sewaktu-
waktu akan singgah di rumah kalian. Nah, aku pergi dulu!"
Kakek itu membalikkan tubuhnya dan berkelebat lenyap ke
dalam hutan. "Lili, kau ajaklah kedua ibumu dan adik-adikmu pulang .....
" kata Bhok Cun Ki, enak saja menyebut kedua ibumu seolah-
olah memang sejak dahulu Sui In mejadi isteri dan anggauta
keluarganya. "Aku datang membawa kereta. Mari, enci Sui In, kita naik
kereta bersama. Juga kalian, Lili dan Ci Hwa ......"
"Tidak, ayah sedang terluka. Biar ayah yang naik kereta
bersama ibu berdua," kata Lili. Gadis ini juga merasa tidak canggung menyebut
ibu berdua. Sikapnya sungguh membuat
semua orang merasa enak dan senang. "Aku dan kedua adik
Ci Han dan Ci Hwa akan berjalan kaki saja, dan engkau juga,
Sin Wan. Engkau ikut dengan kami, bukan?"
Sin Wan meragu, akan tetapi Bhok Cun Ki berkata, "Lili
benar, Sin Wan. Kita pulang dulu dan kita bicarakan tentang
kepergian Lili dari istana, tentang semua keributan yang
terjadi." "Baiklah, paman. Aku juga jngin melaporkan beberapa
peristiwa yang baru saja kualami bersama ..... eh, ke mana
ia?" Sin Wan teringat akan Ouwyang Kim dan diapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melompat ke tempat persembunyian mereka tadi sebelum dia
mencegah Lili membunuh ayah kandungnya. Akan tetapi,
Akim yang tadi mengintai di balik pohon, tidak nampak lagi
bayangannya, Gadis itu telah pergi tanpa pamit!
20. Cinta Kasih, Cemburu, Dan Nafsu
Tanpa diketahui siapapun, ketika Lili dan Sin Wan saling
berpegang kedua tangan tadi, yang dilihat oleh orang lain
seperti suatu kemesraan, ada dua orang yang merasa
jantungnya seperti ditusuk. Orang pertama adalah Ci Hwa.
Gadis ini telah tertarik kepada Sin Wan, mengaguminya dan
ingin bergaul lebih akrab. Ketika melihat adegan itu, Ci Hwa
menggigit bibir dan menundukkan muka agar tidak nampak
oleh orang lain. Orang ke dua yang merasa tertusuk hatinya melihat adegan
itu adalah Akim! Gadis ini sudah berusia duapuluh tahun, dan
biarpun ia belum banyak bergaul dengan pria, namun ia dapat
menqetahui isi hatinya. Ia tahu bahwa sejak ia meniupkan
pernapasan ke dalam dada Sin Wan melalui mulut dengan
mulut, ia telah jatuh cinta! Maka, hatinya merintih melihat
kemesraan antara Sin Wan dan Lili, lalu diam-diam iapun pergi
meninggalkan tempat itu. "Engkau mencari siapa, Sin Wan?" tanya Lili.
Ci Hwa yang merasa cemburu, mendapat kesempatan
untuk melampiaskan cemburunya. "Wan-toako yang kaucari
tentulah enci Akim yang cantik jelita itu, bukan?"
Sin Wan adalah seorang yang berwatak jujur dan tidak
mempunyai prasangka, maka pertanyaan Ci Hwa itupun
dianggapnya biasa saja karena memang dia meninggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah keluarga Bhok bersama Akim yang sudah dia
perkenalkan kepada kakak beradik itu.
"Benar, tadi ia menanti di sini."
"Siapa sih Akim yang cantik jelita itu, Sin Wan?" Pancingan Ci Hwa berhasil dan
Lili bertanya kepada Sin Wan dengan
sinar mata penuh selidik. Sin Wan mengerutkan alisnya.
Pandang mata Ci Hwa dan Lili membuat dia merasa tidak
enak. Kedua orang gadis itu memandang kepadanya seperti
menuduhkan sesuatu yang tidak baik.
"Sudahlah, ia sudah pergi tanpa pamit. Mari kita
berangkat," katanya sambil membantu Cin Han yang


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memapah Bhok Cun Ki keluar dari hutan itu, menuju ke kereta
yang tadi ditumpangi Nyonya Bhok dan kedua orang anaknya.
Kusir dan lima orang pengawal masih menanti di situ. Mereka
merasa heran melihat majikan mereka dalam keadaan
terpincang dan luka di paha yang sudah dibalut, akan tetapi
mereka tidak berani bertanya.
Bhok Cun Ki bersama dua orang wanita yang kini menjadi
isterinya, duduk dalam kereta. Ci Han lalu minta empat ekor
kuda dari para pengawal untuk dia, Ci Hwa, Lili dan Sin Wan.
Mereka berempat menunggang kuda mengawal kereta, dan
para pengawal yang kehilangan kuda itu terpaksa harus
berjalan kaki pulang ke kota raja.
Di sepanjang perjalanan itu, Bhok Cun Ki yang duduk
sekereta dengan kedua isterinya, menceritakan masa lalunya
bersama Sui In kepada Nyonya Bhok yang mendengarkan
dengan penuh kesabaran. Mendengar betapa suaminya dahulu
kekasih Sui In dan suaminya itu meninggalkan Sui In yang
tidak diketahuinya dalam keadaan mengandung, membuat Sui
In menderita selama duapuluh tahun lebih, Nyonya Bhok
menegur suaminya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau dahulu aku tahu, tentu aku tidak mau menerima
pinanganmu, kecuali kalau engkau juga menarik enci Sui In
menjadi isterimu. Akan tetapi, sudahlah, semua ini sudah
takdir, tidak perlu disesalkan lagi asalkan di kemudian hari
engkau dapat menebus kesalahan itu terhadap enci Sui In,"
demikian isteri yang berbudi luhur ini menasihati suaminya.
"Memang aku sudah merasa bersalah, hanya sesungguhnya
aku sama sekali tidak pernah menduga bahwa Sui In telah
mengandung ketika kutinggalkan," kata sang suami.
"Sudahlah," kata Sui In menghibur. "Benar seperti dikatakan adik tadi, semua
sudah terjadi dan sudah takdir.
Kalau saja tidak ada Lili, aku pun tentu akan merasa malu
untuk mengganggu ketenteraman rumah tangga kalian."
"Aih, enci Sui In harap jangan berkata demikian. Demi
Tuhan, kami sama sekali tidak merasa terganggu, bahkan
merasa berbahagia sekali," kata Nyonya Bhok.
Sui In memandang tajam penuh selidik, sukar untuk
percaya ada seorang wanita yang sebaik ini. "Engkau
mendapatkan seorang madu yang tidak disangka-sangka,
bagaimana engkau dapat merasa berbahagia sekali?"
Nyonya Bhok tersenyum dan melirik suaminya. Banyak
keuntungan yang membuat aku merasa berbahagia. Pertama,
suamiku tidak lagi terancam musuh yang amat berbahaya,
bahkan mengubah musuh itu menjadi orang terdekat. Ke dua,
suamiku akan selalu merasa berdosa dan tertekan batinnya,
akan tetapi kini dia mendapat kesempatan untuk menebus
dosa, bukankah itu melegakan hati sekali" Ke tiga, aku sendiri
akan merasa kecewa sekali kalau melihat suamiku
menghancurkan kehidupan seorang wanita, dan kalau dia
tidak mau menerima enci dan Lili, kiranya aku tidak mungkin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mau mendekatinya lagi. Ke empat, dengan adanya enci dan
Lili yang demikian lihai, tentu berkurang bahaya ancaman
orang-orang jahat yang selalu memusuhi suami kita dan ke
lima ......." "Cukup, cukup ........" Sui In tersenyum dan memegang
tangan madunya. "Sungguh beruntung sekali aku dapat
bertemu dan bersaudara dengan seorang sepertimu."
JJJ Setelah mereka semua tiba di rumah, disambut dengan
heran oleh para pengawal dan pelayan, mereka segera
berkumpul di ruangan dalam, mengelilingi meja besar dengan
sikap gembira dan suasana berbahagia, Sin Wan yang tadinya
dengan sopan hendak mengundurkan diri ke kamarnya karena
merasa tidak berhak hadir dalam pertemuan kekeluargaan
yang berbahagia itu terpaksa hadir juga karena ditahan oleh
Bhok Cun Ki. "Sin Wan, pertemuan ini terutama sekali hendak
membicarakan peristiwa yang ada hubungannya dengan tugas
kita. Pula, bukankah engkau hendak menceritakan
pengalamanmu yang penting?" demikian Bhok Cun Ki
menahannya. "Benar kata ayah, Sin Wan. Pula, kalau engkau tidak hadir, rasanya kurang
lengkap!" kata Lili dan kembali Ci Hwa
menundukkan mukanya yang berubah kemerahan.
Demikianlah, mereka duduk mengelilingi meja, Bhok Cun Ki
di kepala meja, diapit oleh kedua isterinya di kanan kiri. Lili duduk di sebelah
kiri ibu tirinya, didampingi Ci Hwa, dan Ci
Han duduk bersebelahan dengan Sin Wan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, sekarang engkau ceritakan lebih dahulu tentang
pengalamanmu di istana Pangeran Mahkota, Lili. Kami hanya
mendengar bahwa engkau melarikan diri dari sana dan
menjadi orang buruan. Nanti aku akan menghubungi Jenderal
Shu Ta untuk membebaskanmu dari buruan, setelah aku
mendengar ceritamu," kata Bhok-ciangkun kepada puterinya
yang baru saja tadi hampir membunuhnya.
"Akupun ingin sekali mendengar bagaimana engkau tiba-
tiba saja dapat berada di istana pangeran, kemudian bahkan
menjadi buronan. Aku belum mendengar sejelasnya," kata
pula Cu Sui In kepada puterinya.
Lili tersenyum. Senang bahwa ia menjadi pusat perhatian,
dan merasa lucu bahwa kalau baru tadi ia masih menjadi
musuh Bhok Cun Ki dan menjadi sumoi Cu Sui In, kini ia
menghadapi mereka sebagai ayah dan ibu kandung. Seperti
dalam mimpi saja! Ia lalu menceritakan dengan terus terang akan semua
pengalamannya sejak meninggalkan Bukit Ular sampai ia yang
mencari Bhok Cun Ki ke kota raja, dalam perjalanan bertemu
dengan Yauw Lu Ta yang dikenalnya sebagal Yauw Kongcu.
Kemudian, betapa atas bantuan Yauw Kongcu ia diterima
menjadi pengawal pribadi Pangeran Mahkota, sedangkan
Yauw Kongcu menjadi penasihat dan guru sastra Pangeran
kecil Chu Hong, putera Pangeran Mahkota Chu Hui San.
"Ketika Sin Wan menghadap Pangeran Mahkota, masih
belum terjadi sesuatu sehingga aku masih menganggap
Pangeran Mahkota itu baik dan aku setia kepadanya. Eh, tidak
tahunya, setelah Sin Wan pergi, pangeran laknat itu
memanggilku ke kamarnya dan dia hendak berbuat kurang
ajar! Kalau aku tidak ingat dia itu putera kaisar, pangeran
yang menjadi putera mahkota, tentu sudah kucekik mampus
dia! Aku marah dan meninggalkannya tanpa menyerangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Eh, tidak tahunya pangeran gila itu berteriak memanggil
pasukan pengawal sehingga aku menjadi buronan. Untung di
depan istana aku bertemu dengan suci eh, dengan ibu dan
kong-kong (kakek) sehingga dapat lolos dari kepungan
pasukan keamanan." Ia lalu menceritakan betapa ia, ibunya dan kakeknya yang
sedang melarikan diri, ditolong oleh Yauw Kongcu atau Yauw
Siucai, bersembunyi dan berhasil keluar dari kota raja dengan
menyamar, sampai terjadi peristiwa tadi di dalam hutan.
Semua orang kagum mendengar pengalaman yang hebat
dari Lili itu. "Wah, enci Lili sungguh seorang pemberani!" puji Ci Han kagum.
Betapa dia tidak akan kagum mendengar
seorang gadis muda seperti kakak tirinya ini sempat membikin
geger istana pangeran mahkota dengan perbuatannya yang
gagah berani menentang seorang pangeran mahkota calon
kaisar" Sungguh membuat dia sebagai adiknya merasa
bangga! Bhok Cun Ki mengerutkan alisnya. "Hemm, aku sudah
mendengar akan watak yang kurang baik dari putera
mahkota. Akan tetapi dia memiliki kekuasaan besar sekali.
Kalau dia mendengar bahwa engkau adalah anakku, mungkin
dia akan mempergunakan kekuasaannya untuk menuntut agar
engkau kuserahkan kepadanya."
"Huh, kalau begitu, biar kubunuh saja pangeran keparat
itu, ayah!" Lili berseru.
"Lili, ingat bahwa kita sekarang bukan lagi menjadi
penghuni Bukit Ular yang bebas liar dan boleh berbuat sesuka
hati kita. Ingat bahwa engkau adalah puteri ayahmu yang
menjabat pangkat panglima! Serahkan saja urusan ini kepada
ayahmu, tentu dia akan mengetahui apa yang terbaik
untukmu," kata Sui In.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau orang yang sudah lama mengenalnya mendengar
ucapan ini, tentu akan merasa heran bukan main. Dalam
sekejap mata saja wanita yang tadinya terkenal liar dan ganas
ini tiba-tiba berubah menjadi seorang ibu yang baik, yang taat
dan patuh kepada suami! "Ibumu benar, kata Bhok Cun Ki, wajahnya berseri ketika
dia memandang kepada Sui In. "Akan tetapi jangan khawatir.
Selain pangeran mahkota, yang dapat megatasai pangeran itu
adalah atasanku, yaitu Jenderal Shu Ta. Jenderal Shu tentu
akan mampu membebaskanmu dari pengejaran dan dia yang
berani menegur pangeran mata keranjang dan lemah itu.
Sekarang harap engkau suka menceritakan pengalamanmu
yang penting itu, Sin Wan."
Sin Wan lalu bercerita tentang pertemuannya dengan Yauw
Siucai di jalan, dan dia melihat sastrawan itu memasuki lorong
tergesa-gesa, maka dia cepat membayangi dan melihat
sastrawan itu hilang di lorong itu. Lalu dia menceritakan
betapa dia terjebak oleh Si Kedok Hitam yang pernah
dijumpainya di rumah peristirahatan Pangeran Mahkota!
"Saya tentu telah tewas oleh Si Kedok Hitam yang licik dan lihai paman, kalau
saja tidak tertolong oleh Akim." Dia lalu menceritakan tentang pertolongan gadis
perkasa itu sehingga dia dapat lolos, akan tetapi tidak berhasil menemukan Si
Kedok Hitam. Setelah dia selesai bercerita, Lili cepat bertanya, "Apakah Akim itu gadis yang
kata adik Ci Hwa cantik jelita dan yang
kaucari di hutan itu, Sin Wan" Kalau benar, siapa sih ia yang
begitu lihai?" Pertanyaan yang begitu jujur dan kembali membayangkan
kecemburuan! Sin Wan mengerutkan alisnya dan menjawab,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang benar, panggilannya Akim, dan namanya yang
sebenarnya adalah Ouwyang Kim,"
"Ouwyang ..........?"" Cu Sui In berseru. "Ada hubungannya dengan Tung-hai-liong
Ouwyang Cin?" Sin Wan mengangguk. "Memang ia puteri Tung-hai-liong
Ouwyang Cin. Akan tetapi melihat sepak terjangnya, ia tidak
dapat dimasukkan golongan sesat. Lili, aku sungguh curiga
melihat Yauw Siucai itu. Menurut ceritamu tadi, selain dia ahli sastra, juga dia
pandai silat?" Lili mengacungkan jempul kanannya. "Dia lihai bukan main!
Ilmu silatnya tinggi, mungkin tidak kalah olehmu, Sin Wan."
Tentu saja ini hanya bual kosong, mungkin hanya untuk
membalas kisah Sin Wan tentang Akim, karena sebetulnya, Lili
belum pernah menguji ilmu kepandaian Yauw Siucai. Ia
memang dapat menduga bahwa sastrawan itu lihai ketika
Yauw Siucai menghukum mati dua orang anak buahnya
dengan sekali pancung dan pedangnya tidak bernoda darah
sedikitpun. Mendengar ini, Sin Wan mengerutkan alisnya "Kalau begitu,
sungguh mencurigakan. Tahukah engkau akan asal usulnya,
Lili?" Lili menggeleng kepala, "Kami bertemu, berkenalan akan
tetapi tidak pernah aku bertanya tentang riwayatnya, akan
tetapi aku yakin bahwa dia bukan golongan sesat." Kembali
ucapan khusus ditujukan untuk membalas pujian Sin Wan
tentang Akim tadi. Bhok Cun Ki juga mengerutkan alisnya. "Memang
mencurigakan. Asal-usulnya tidak jelas, pandai silat akan
tetapi tahu-tahu menjadi guru sastra putera Pangeran
Mahkota. Dan setelah itu, Sin Wan melihat Si Kedok Hitam di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah peristirahatan Pangeran Mahkota, kemudian melihat
Yauw Kongcu di lorong itu yang kemudian mempertemukan
Sin Wan dengan Si Kedok Hitam lagi. Apakah ada hubungan
antara dia dan Si Kedok Hitam" Lili, apakah engkau pernah
melihat Yauw Siucai itu mengadakan hubungan dengan orang
berkedok hitam?" Lili mengerutkan alisnya, mulutnya cemberut dan
menggeleng kepala. "Ayah, kalau perlu, dapat kutemui dia dan dapat kutanyakan
dia apakah mempunyai hubungan dengan
Si Kedok Hitam." "Jangan, Lili. Hal itu akan berbahaya sekali bagimu. Bahaya datangnya bukan saja
dari Si Kedok Hitam, akan tetapi
terutama sekali dari Pangeran Mahkota sendiri. Dia merupakan
putera mahkota yang besar kekuasaannya, sehingga
menyelidiki keadaannya saja sudah dapat diangqap sebagai
pemberontak. Aku akan berunding dengan Jenderal Shu Ta
bagaimana untuk menghadapi pangeran itu. Setidaknya hanya
Jenderal Shu yang akan mampu membebaskan dari pada
pengejaran pasukan keamanan."
"Paman Bhok, bagaimanapun juga, rumah di lorong itu
amat mencurigakan dan aku yakin bahwa rumah itu pasti
menjadi sarang dari jaringan mata-mata yang beraksi di kota
raja. Karena itu, bagaimana pendapat paman kalau saya
memimpin pasukan untuk melakukan penggeledahan?"
"Itu baik sekali, Sin Wan. Kalau aku tidak terluka, tentu
akan kupimpin sendiri. Nah, sekarang juga akan kusuruh
kepala pengawal mempersiapkan pasukan!" Panglima itu
memanggil kepala pengawal dan segera memerintahkan untuk
menyiapkan dua losin perajurit untuk dipimpin Sin Wan
melakukan penggeledahan dan pembersihan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah Sin Wan pergi melaksanakan tugas itu, keluarga itu
masih berkumpul dan bercakap-cakap saling menceritakan
riwayat dan pengalaman masing-masing, dan sebuah pesta
keluarga yang meriah diadakan untuk menyambut masuknya
anggauta keluarga baru itu. Cu Sui In merasa berbahagia
sekali karena sekarang ia dapat membuktikan sendiri betapa
besar cinta kasih Bhok Cun Ki kepada dirinya, dan terutama
sekali sikap yang amat baik dari madunya dan anak-anak
tirinya. Lili juga merasa berbahagia sekali. Nyonya Bhok memang
seorang wanita bijaksana. Tanpa segan dan dengan rela hati


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia mengumumkan kepada semua pelayan di dalam
keluarganya bahwa nyonya yang baru itu adalah Toa-hujin
(Nyonya Pertama) sedangkan ia sendiri adalah Nyonya Kedua.
Hal ini ia lakukan dengan penuh kesadaran bahwa memang
Sui In lebih dahulu menjadi isteri suaminya, dan Lili adalah
anak sulung. Biarpun merasa heran karena belum pernah mendengar
majikan mereka menikah dengan nyonya baru yang telah
mempunyai seorang anak yang sudah dewasa itu, para
pelayan tidak ada yang berani bertanya atau membicarakan,
dan menerima Sui In dan Lili sebagai Toa-hujin dan Nona Lili.
Sementara itu, Sin Wan memimpin dua losin perajurit,
memasuki lorong dan menyerbu rumah besar di mana dia
terjebak siang tadi. Para perajurit membawa obor dan rumah
itu dikepung lalu diserbu. Mereka bersikap hati-hati sekali dan mentaati semua
petunjuk Sin Wan yang tidak ingin melihat
pasukan itu menjadi korban perangkap yang di pasang di
rumah itu. Namun segera mereka mendapatkan rumah itu
kosong, tanpa seorangpun penghuni. Tidak ditemui tanda-
tanda tentang adanya jaringan mata-mata di situ, hanya
terdapat perabot rumah biasa. Bahkan semua alat perangkap
juga tidak bekerja karena sudah dirusak. Agaknya, penghuni
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah itu sudah lebih dahulu menghilangkan semua jejak
kemudian melarikan diri meninggalkan sarang itu.
Bhok Cun Ki sendiri, setelah dapat berjalan dan luka di
pahanya hampir sembuh, mengunjungi Jenderal Shu Ta yang
mendengarkan dengan penuh perhatian semua laporannya.
Jenderal itu menghela napas panjang dan berkata, "Sebelum
engkau melaporkan, kami sendiri sudah menyuruh seorang
penyelidik untuk menyelidiki Yauw Siucai yang tiba-tiba saja
muncul dan bergaul dengan akrab sekali mendekati pangeran
mahkota, bahkan lalu diangkat menjadi guru sastra bagi
pangeran kecil Chu Hong. Ternyata pangeran bertemu dengan
sastrawan itu di sebuah rumah pelesir, ketika pangeran itu
menggoda seorang wanita dan suaminya marah-marah.
Hampir saja pangeran mahkota celaka, akan tetapi muncul
Yauw Siucai yang menolongnya. Semenjak itulah, pangeran
lalu mengajak Yauw Siucai ke istananya dan mengangkatnya
menjadi guru sastra puteranya. Agaknya tidak ada yang
mencurigakan pada diri Yauw Siucai, apalagi pangeran
mahkota demikian percaya kepadanya."
Bhok Cun Ki yang menjadi orang kepercayaan Jenderal Shu
Ta itu, terus terang menceritakan tentang Lili, puterinya yang
baru saja dia temukan. "Bwe Li secara kebetulan bertemu dan berkenalan dengan
Yauw Siucai, dan sastrawan itulah yang
mengusulkan kepada pangeran mahkota agar puteriku diberi
berkedudukan sebagai pengawal pribadi. Semua berjalan
dengan baik, akan tetapi pada suatu waktu, puteriku hendak
dipaksa menjadi selir pangeran. Ia tidak mau dan melarikan
diri dari istana, dan sejak itulah ia dijadikan orang buruan,
dikejar-kejar seperti penjahat. Saya mohon bantuan Goanswe
(jenderal) agar pengejaran terhadap puteri saya itu dihentikan
karena Bwe Li sama sekali tidak bersalah."
Jenderal Shu Ta menggeleng-geleng kepalanya. "Sungguh
mengecewakan sekali kalau diingat bahwa pangeran mahkota
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah calon kaisar yang baru kalau tiba saatnya nanti.
Bagaimana mungkin pemerintahan dipimpin oleh seorang
yang kini hanya mengutamakan kesenangan dan pemuasan
nafsu-nafsunya belaka. Bermain perempuan, tidak segan
mengganggu anak isteri orang, pelesir di rumah-rumah
pelesir, bermabok-mabokan, bahkan terakhir ini para
penyelidik kami melaporkan bahwa beliau mulai menghisap
candu. Baiklah, akan kubujuk sang pangeran agar
menghentikan pengejaran terhadap puterimu, akan tetapi
berhati-hatilah, ciangkun, jangan sampai menyinggungnya
secara langsung karena kalau sampai terjadi dia menuntut
seseorang dengan bukti, aku sendiripun tidak akan mampu
mencegahnya. Kita amati saja keadaannya dari jauh dengan
waspada, terutama sekali kita awasi gerak-gerik Yauw Siucai.
Walaupun belum ada bukti bahwa dia mempunyai hubungan
dengan jaringan mata-mata, namun kita harus waspada."
Demikianlah, dengan bantuan Jenderal Shu Ta, Pangeran
Chu Hui San membebaskan Lili dan tidak lagi ada pengejaran
terhadap gadis itu. Dan karena semenjak itu, tidak nampak
Yauw Siucai mengadakan aksi apapun yang mencurigakan,
melainkan dengan tekun dia mendidik pangeran kecil Chu
Hong, maka Bhok Cun Ki juga tidak mempunyai alasan untuk
mencurigainya, apa lagi menindaknya.
JJJ "Hwa-moi, mengapa selama ini engkau bermuram durja
saja seperti orang yang berduka dan kecewa" Siauw-moi (adik
kecil), bukankah kehadiran ibu tiri dan kakak tiri di rumah ini menambah
kecerahan kehidupan keluarga kita" Lihat, setelah
ibu tiri berkumpul dengannya, ayah selalu nampak riang
gembira dan wajahnya selalu cerah, seolah dia menjadi muda
kembali. Juga ibu selalu nampak gembira, dan pergaulannya
akrab sekali dengan ibu tiri kita. Bahkan selama satu bulan ini, kita sendiri
seringkali menerima petunjuk dalam ilmu silat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
darinya dan dapat berlatih silat di bawah bimbingan enci Lili.
Kenapa engkau kelihatan bersedih, adikku manis?" Ci Han
membujuk dan bertanya kepada adiknya ketika pada sore hari
itu mereka berdua selesai berlatih silat di taman bunga. Sekali itu, Lili tidak
berada bersama mereka. Setelah tadi memberi
petunjuk, Lili meninggalkan kedua orang adik tirinya itu
sehingga terbuka kesempatan bagi Ci Han untuk menanyai
adiknya. Mendengar ucapan kakakmya itu, Ci Hwa menundukkan
mukanya dan diam saja. Akan tetapi, kakaknya melihat betapa
beberapa titik air mata berjatuhan ke atas kedua pipi adiknya.
Dia terkejut. Tak disangkanya keadaan hati adiknya sudah
separah itu, kesedihannya agaknya bersungguh-sungguh.
Ci Han duduk di atas bangku dekat adiknya, memegang
tangan Ci Hwa. "Adikku yang baik, selama ini tidak ada
rahasia di antara kita, Katakanlah, apa yang menyusahkan
hatimu, adikku" Aku pasti akan membantumu. Katakanlah
kepadaku!" "Koko ......" Akhirnya Ci Hwa berkata lirih dan menghela napas panjang, lalu
menggunakan punggung tangannya untuk
menghapus air mata yang membasahi pipinya. "Han-koko,
hanya kepadamulah aku tidak akan merahasiakan sesuatu.
Engkau tentu tahu bagaimana perasaan hatiku terhadap Wan-
toako ........" Gadis itu menundukkan mukanya dan kedua
pipinya kemerahan. Ci Han terbelalak. Hampir ia lupa bahwa adiknya ini
sekarang bukan anak kecil lagi! Adiknya ini sudah merupakan
seorang gadis dewasa, berusia delapanbelas tahun lebih!
Tadinya, dia mengira bahwa adiknya, seperti juga dia sendiri,
hanya merasa kagum kepada Sin Wan yang lihai dan yang
berjasa besar mempersatukan kembali keluarga ayah mereka.
Baru sekarang matanya seperti dibuka sehingga dia dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat bahwa perasaan adiknya terhadap Sin Wan lebih jauh
lagi, perasaan seorang gadis dewasa terhadap seorang pria
yang dikaguminya. "Hwa-moi, kau ...... kau cinta kepada Wan-toako?"
Wajah itu semakin merah dan semakin menunduk, akan
tetapi Ci Hwa masih mengangguk. Ci Han memegang kedua
tangan adiknya dan tersenyum lebar. "Aihh, adikku yang
manis. Kalau engkau cinta kepadanya, kenapa engkau
bersedih" Aku yang akan mendekati Wan-toako dan
menceritakan tentang cintamu ......."
"Jangan, koko!" Kini Ci Hwa mengangkat muka seperti
orang terkejut. "Berjanjilah, jangan kau ceritakan kepadanya atau kepada
siapapun juga. Berjanjilah!"
Ci Han menggerakkan pundaknya. "Baiklah, baiklah. Akan
tetapi katakan, kenapa cintamu itu membuat engkau
bersedih?" Sampai beberapa saat lamanya Ci Hwa hanya
menundukkan mukanya, seolah jawaban pertanyaan itu amat
sukar keluar dari mulutnya. Beberapa kali kakaknya mendesak
dan akhirnya ia menjawab. "Koko, lupakah engkau akan sikap enci Lili terhadap
Wan-twako?" "Enci Lili .... ?" Ci Han mengerutkan alisnya dan diapun teringat. Tentu saja
dia ingat akan sikap itu dan sekarang
mengertilah dia mengapa adiknya ini bersedih.
"Mereka ...... mereka saling mencinta ....... ah, koko ......!"
Dan tak dapat ditahannya lagi Ci Hwa menangis lirih. Ci Han,
pemuda berusia duapuluh tahun yang juga belum
berpengalaman dalam urusan cinta, hanya duduk diam
dengan alis berkerut, merasa kasihan kepada adiknya akan
tetapi tidak tahu harus berkata atau berbuat apa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cemburu! Itulah yang menggoda hati Ci Hwa. Sudah
menjadi pendapat umum bahwa cemburu merupakan hal yang
wajar bagi orang yang sedang jatuh cinta. Bahkan ada yang
begitu yakin berpendapat bahwa cemburu adalah kembangnya
cinta, bahwa cemburu merupakan pertanda adanya cinta!
Kalau pendapat ini dibenarkan, berarti bahwa di dalam cinta
terkandung cemburu, atau cemburu sama dengan cinta!
Kalau kita mau membuka mata melihat kenyataan, akan
nampaklah bahwa apa vang dinamakan cinta itu, kalau
disamakan dengan cemburu, maka cinta itu bukanlah cinta!
Cemburu timbul karena nafsu karena cemburu mendatangkan
kemarahan, kebencian, kekecewaan yang berakhir dengan
penderitaan. Bukanlah cinta kalau mendatangkan
kesengsaraan atau penderitaan. Hanya ulah nafsu yang
menyeret kita ke dalam jurang penderitaan.
Cemburu pasti timbul kalau terdapat ikatan. Apakah ikatan
itu membelenggu kita kepada benda, kepercayaan, kepada
cita-cita, gagasan, ataukah kepada seseorang. Ikatan
membuat kita merasa berarti, membuat kita merasa memiliki.
Kita tidak ingin kehilangan yang kita miliki itu, yang telah
mengikat kuat dalam hati kita.
Kalau kita merasa mencinta seseorang kita terikat kepada
orang itu dan kita tidak ingin kehilangan. Kita akan merasa
sedih, merasa khawatir kalau-kalau orang yang kita miliki itu
direnggut lepas dari diri kita, membuat kita tidak berarti
karena tidak memiliki apa-apa lagi. Kekhawatiran inilah yang
menimbulkan cemburu! Khawatir akan kehilangan orang yang
membuat dirinya berarti. Yang beginikah yang dianggap sama
dengan cinta" Kalau cinta itu bersifat memiliki, menguasai, ikatan lalu
mendatangkan kekhawatiran kalau kehilangan, maka cinta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti itu bukan lain adalah cinta nafsu belaka. Kalau cinta
nafsu, tentu saja tiada bedanya dengan buah nafsu lainnya
seperti ketakutan, kemarahan, kebencian, keinginan untuk
senang sendiri, termasuk pula cemburu.
Kalau cinta kasih, bukan nafsu, bagaikan cahaya terang,
maka cemburu adalah kegelapan. Kalau ada cahaya terang,
maka tidak ada kegelapan. Kalau ada cinta kasih, tidak ada
cemburu. Kalau ada cemburu, jelas nafsu yang memegang
peran, walaupun nafsu itu diberi pakaian indah yang disebut
cinta! "Hwa-moi, sikap mereka yang akrab belum menjadi bukti
bahwa mereka saling mencinta. Enci Lili memang memiliki
watak terbuka dan ramah terhadap siapa saja. Aku belum
yakin. Siapa tahu Wan-twako diam-diam juga membalas
cintamu." Mendengar ini, seolah timbul harapan baru dalam hati Ci
Hwa dan iapun menyusut air matanya. "Mudah-mudahan
begitu, koko. Akan tetapi kuminta kepadamu jangan
beritahukan siapapun, terutama jangan sampai enci Lili
mengetahui bahwa aku ........"
Ci Han mengangguk-angguk. "Aku tahu, adikku, dan jangan
khawatir." Akan tetapi tentu saja diam-diam Ci Han merasa prihatin
melihat keadaan adiknya dan sebagai kakak yang
menyayangnya, tentu-saja dia ingin membela adiknya.
Beberapa hari kemudian, pada suatu malam terang bulan
yang cerah, ketika dia melihat Ci Hwa seorang diri berada di
taman bunga, dia cepat menemui Sin Wan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wan-twako, aku sungguh mengharapkan bantuanmu ......"
begitu bertemu dengan pemuda itu di dalam kamarnya, Ci
Han berkata dengan sikap serius.
"Hemm, tentu saja setiap saat aku siap untuk
membantumu, Han-te (adik Han). Apakah yang dapat
kulakukan untuk membantumu?" Dengan sikapnya yang
tenang Sin Wan bertanya dan mempersilakan pemuda itu
duduk. "Bukan aku yang membutuhkan bantuanmu, toako,
melainkan Ci Hwa." "Ehh" Apakah yang terjadi dengannya?"
"Selama beberapa hari ini, adikku itu selalu bersedih. Aku sudah berusaha untuk
menghiburnya, namun sia-sia. Ia
tenggelam ke dalam kesedihan dan aku khawatir, kalau
berlarut-larut, ia dapat jatuh sakit."
"Ah, pantas saja wajah Hwa-moi selalu tidak gembira.
Kenapa ia bersedih Han-te" Apakah yang terjadi?"
"Aku sudah berkali-kali membujuk dan bertanya, akan
tetapi ia hanya menggeleng kepala dan sekali pernah ia
berkata lirih bahwa Wan-twako membencinya."
Sepasang mata Sin Wan terbelalak dan mulutnya
tersenyum tak percaya dan heran. "Aku ...." Membenci Hwa-
moi .......?" "Aku juga merasa heran mendengarnya, Wan-twako.
Mungkin ia merasa bahwa twako kurang memperhatikannya.
Ci Hwa memang kadang masih seperti anak kecil. Tolonglah,
twako, hiburlah ia dan katakan bahwa twako sayang
kepadanya. Ia sekarang, seperti sudah beberapa malam ini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duduk termenung seorang diri di taman, tenggelam dalam
kesedihannya. Maukah twako menolongnya?"
Sin Wan tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja, Han-te.
Aku akan segera menemuinya dan menghiburnya."
Dengan hati girang Ci Han mengucapkan terima kasih lalu


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia kembali ke dalam kamarnya sendiri. Dia telah
melaksanakan tugasnya sebagai seorang kakak, dan dia hanya
dapat mengharapkan agar adiknya tidak hanya bertepuk
tangan sebelah dalam cintanya. Dia sendiri setuju sepenuhnya
kalau Ci Hwa dapat berjodoh dengan Sin Wan yang dikagumi.
Dengan hati merasa heran dan penasaran mengapa Ci Hwa
menganggap dia membencinya, Sin Wan memasuki taman
bunga keluarga itu. Malam itu bulan purnama dan cahayanya
yang lembut mendatangkan suasana yang romantis.
Pergaulannya dengan keluarga itu sudah sedemikian akrabnya
sehingga dia tidak merasa canggung untuk menemui Ci Hwa
pada malam hari itu di taman bunga. Dia merasa bahwa Ci
Hwa seperti adiknya sendiri. Hanya terhadap Lili sajalah dia
merasa canggung dan tidak enak karena gadis itu bersikap
jatuh cinta kepadanya. Taman bunga keluarga Bhok itu indah karena terawat,
apalagi karena Ci Hwa memang suka sekali memperhatikan
keadaan taman bunga itu, sering memberi petunjuk kepada
tukang kebun bagaimana sebaiknya mengatur taman itu.
Malam itu indah dan sunyi di situ, dan udara sejuk dan segar
oleh keharuman bunga-bunga yang beraneka warna.
Sin Wan menghampiri Ci Hwa yang sedang duduk melamun
seorang diri di atas bangku panjang dekat kolam ikan. Banyak
ikan emas di kolam itu dan Sin Wan melihat gadis itu duduk
seorang diri memandang bulan yang berada di dalam air
kolam. Gadis itu seolah berada di dunia lain dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lamunannya sehingga tidak tahu bahwa Sin Wan telah
menghampiri dan berdiri di belakangnya. Sin Wan maju
melangkah lagi dan memandang wajah itu dari belakang
kanan. Dari samping, wajah gadis itu nampak cantik jelita, apa
lagi tertimpa cahaya bulan keemasan, membuat wajah itu
seperti bercahaya pula. "Hwa-moi .....!" Sin Wan memanggil lirih agar tidak
mengejutkan gadis itu. Ci Hwa terkejut mendengar panggilan ini. Bagaikan baru
sadar dari mimpi, ia bangkit berdiri dan membalikkan
tubuhnya. Ternyata Sin Wan telah berdiri di situ, kini mereka
berdiri berhadapan. "Ah, Wan-twako......." kata Ci Hwa lirih pula dan mukanya berubah kemerahan.
Mereka saling pandang. Sin Wan tersenyum lalu melangkah
maju, mendekati. "Hwa-moi, kenapa malam-malam begini engkau berada di
taman seorang diri?"
Ci Hwa sudah dapat menguasai dirinya dan ia menjawab,
"Aku sedang mencari hawa sejuk dan menikmati keindahan
bulan purnama di taman ini, twako."
Sin Wan memperhatikan dan melihat bahwa memang ada
perubahan pada diri Ci Hwa. Biasanya, Ci Hwa adalah seorang
gadis yang lincah jenaka, akan tetapi kini sikapnya pendiam
dan bahkan lebih banyak menundukkan muka.
21. Perasaan Iba Timbulkan Salah Duga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ci Hwa, kulihat selama beberapa hari ini kalau aku
bertemu denganmu, engkau nampak seperti orang yang
bersedih. Kenapakah, Hwa-moi?"
Mendengar pertanyaan yang diucapkan dengan suara
lembut itu, keluar dari mulut orang yang menjadi sebab
kedukaannya, Ci Hwa merasa hatinya seperti diremas. Ia
berusaha untuk menahan diri, akan tetapi rasa iba diri
membuat ia bersedih dan lemas. Ia menjatuhkan diri di atas
bangku dan menutupi wajahnya untuk menyembunyikan
tangisnya. Sin Wan terkejut. Benar seperti yang dikatakan Ci Han,
gadis ini sedang menderita sedih. Diapun lalu duduk di atas
bangku di sebelah gadis itu, maklum bahwa biarpun gadis itu
menahan diri tidak mengeluarkan suara tangis dan
menyembunyikan muka di balik kedua tangannya, namun
sesungguhnya ia menangis. Kedua pundaknya terguncang dan
air mata mengalir keluar dari celah jari-jari tangannya.
"Hwa-moi, kenapa engkau menangis" Apa yang membuat
hatimu merasa sedih?" tanya Sin Wan dengan hati-hati.
Akan tetapi gadis itu tidak menjawab, hanya menggeleng
kepala berkali-kali tanpa menurunkan kedua tangan dari
depan mukanya. Karena beberapa kali ditanya tetap tidak mau
menjawab, Sin Wan teringat akan keterangan Ci Han bahwa
gadis yang sedang menangis sedih di depannya ini
mempunyai perasaan bahwa dia membencinya.
Bahkan Ci Han minta kepadanya agar dia menghibur Ci
Hwa dan mengatakan bahwa dia sayang kepada gadis ini.
Pengakuan seperti itu tidaklah sukar baginya, karena memang
dia sayang kepada Ci Hwa, gadis yang biasanya lincah jenaka
dan baik budi ini. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hwa-moi, kalau ada hal-hal yang menyusahkan hatimu,
kalau ada persoalan yang mengganggumu, katakanlah
kepadaku. Aku pasti akan membantumu, Hwa-moi. Aku
sayang kepadamu, Hwa-moi, dan tidak ingin melihat engkau
berduka........" Mendengar ucapan itu, tiba-tiba Ci Hwa membiarkan
tangisnya pecah, tidak lagi membendungnya dan iapun
terisak-isak. Sin Wan menyentuh pundaknya untuk
menghiburnya dan sentuhan ini semakin mengharukan hati Ci
Hwa sehingga iapun tersedu dan merangkul, menyandarkan
mukanya di dada Sin Wan sambil sesenggukan.
"Twa-ko ...... hu..hu..huuhh, twako ........." tangisnya.
Sin Wan menahan senyumnya, hatinya lega karena gadis
itu sudah mau bicara. "Bicaralah, Hwa-moi, tidak baik menekan kesedihan di
dalam hati. Katakanlah apa yang menyusahkan hatimu,
sayang." Gadis itu mengangkat muka memandang. Wajah yang
cantik itu basah air mata, dan suaranya gemetar, "Wan-twako,
..... benarkah kata-katamu tadi .......?"
Sin Wan mengelus rambut kepala gadis itu, merasa seolah
dia menghibur hati seorang adik sendiri yang sedang rewel.
"Kata-kataku yang mana?"
"Bahwa engkau.... sayang padaku .........?"
Kini baru Sin Wan percaya kepada keterangan Ci Han yang
tadinya dia anggap berlebihan. Gadis ini bersedih karena
mengira dia membencinya, atau setidaknya tidak suka
kepadanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja, Hwa-moi!" katanya dengan suara tegas.
"Tentu saja aku sayang padamu, sejak kita berjumpa, aku
sudah sayang padamu dan akan tetap sayang padamu."
Apa sukarnya mengobral pernyataan sayang kepada
seorang gadis seperti Ci Hwa! Bersumpahpun dia mau bahwa
dia sayang kepada Ci Hwa. Siapa yang tidak akan merasa
sayang kepada seorang gadis yang begini cantik, lincah jenaka
dan berbudi mulia" Wajah yang masih basah air mata itu kini berseri, mulut itu
tersenyum dan mata yang bening itu kini bersinar-sinar
walaupun masih agak merah oleh tangis tadi. Ci Hwa
membenamkan mukanya ke dada itu, kedua lengannya
merangkul pinggang dan terdengar ia berbisik-bisik.
"Terima kasih, Wan-twako ....... terima kasih .... akupun
sangat sayang padamu, aku ...... sangat cinta padamu ......"
Sin Wan terbelalak dan hampir saja dia merenggut lepas
dirinya yang dipeluk gadis itu. Akan tetapi dia masih
menyadari keadaan. Jelaslah sekarang baginya. Ci Hwa
mencintanya! Gadis ini, dengan caranya sendiri, seperti Lili,
telah jatuh cinta kepadanya.
Gadis ini salah paham, mengira bahwa sayangnya terhadap
gadis ini sama dengan cinta seorang pria terhadap seorang
wanita. Padahal, dia menyayang Ci Hwa seperti seorang kakak
menyayangi adiknya karena dia merasa iba. Terpaksa dia
mendiamkan saja, karena dia maklum bahwa kalau saat itu dia
melepaskan diri dan mengaku bahwa dia tidak mencinta Ci
Hwa tentu gadis ini akan merasa terpukul sekali, akan merasa
malu dan mungkin akan putus asa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah sejenak membiarkan gadis itu tenggelam ke dalam
kemesraan, dengan hati-hati dan perlahan-lahan Sin Wan
melepaskan dirinya dan berkata dengan lembut. "Hwa-moi,
jangan begini. Kalau terlihat orang lain tentu tidak baik.
Marilah kita bicara dengan tenang."
Mendengar ini dan merasakan gerakan Sin Wan yang
hendak melepaskan diri, Ci Hwa melepaskan rangkulan kedua
lengannya dan kini ia duduk menghadapi Sin Wan, kedua
pipinya kemerahan bagaikan setangkai bunga mawar yang
baru saja bermandikan embun pagi yang sejuk segar.
"Wan-ko, aku tidak akan perduli andaikata ada orang lain
yang melihatnya. Yang penting, kita berdua saling mencinta
......." Sin Wan merasa betapa kepalanya pening. Celaka, pikirnya,
ini kesalahpahaman yang berbahaya sekali! Maju salah
mundur salah! Dia tidak mencinta gadis ini seperti yang
dimaksudkan Ci Hwa. Kesayangannya adalah perasaan sayang
seorang kakak terhadap adiknya, atau kesayangan seorang
sahabat, bukan cinta kasih seorang pria terhadap wanita yang
mengharapkannya menjadi jodohnya. Menerimanya berarti
menjerumuskan diri sendiri ke dalam perjodohan yang
pincang, apa lagi dia sama sekali belum mempunyai niat untuk
mengikatkan diri dengan perjodohan. Kalau dia menolak dan
berterus terang menyatakan bahwa dia tidak mencinta gadis
itu, berarti dia akan menghancurkan perasaan Ci Hwa.
Sungguh serba salah. Kembali dengan mesra kedua tangan Ci Hwa sudah
menggenggam kedua tangannya. Sin Wan terpaksa menarik
ke dua tangannya itu dan mulutnya tidak berani mewakili
hatinya, hanya mengeluarkan kata-kata, ".... tapi ..... tetapi
......" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba nampak sesosok bayangan orang berkelebat dan
tahu-tahu di situ telah berdiri Lili! Gadis ini berdiri memandang kepada mereka
seperti sebuah patung, tidak mengeluarkan
suara dan hanya memandang dengan alis berkerut.
"Bagus sekali!"
Seruan ini membuat Ci Hwa terkejut, menengok dan
terbelalak ketika melihat Lili berdiri di situ. Wajahnya berubah pucat dan ia
bangkit berdiri, lalu berkata, suaranya gemetar,
"Enci, maafkan aku .... kami ...... kami saling mencinta,
enci ...." Jelas nampak betapa Ci Hwa takut kalau enci tirinya itu marah karena
ia tahu bahwa encinya ini mencinta Sin Wan
pula. "Ci Hwa, tidak ada yang perlu kumaafkan. Engkau tidak
bersalah apapun." "Lili, aku ...... aku .... kami ....." Sin Wan yang juga terkejut bukan main
melihat kemunculan Lili yang tiba-tiba itu, menjadi
gugup dan biarpun hatinya ingin sekali menjelaskan keadaan
yang sebenarnya, namun mulutnya tidak mampu
mengeluarkan pernyataan yang akan menghancurkan hati Ci
Hwa itu. Lili tersenyum. Senyum yang tulus walaupun matanya
memandang penuh keheranan. "Aku tahu, Sin Wan. Engkau
mencinta Ci Hwa! Ingatkah engkau ketika engkau mengobati
lukaku dahulu" Ketika itu aku sudah menduga bahwa engkau
mencinta Ci Hwa." "Lili, engkau keliru, dan Ci Hwa salah paham. Aku ..... aku menyayang Ci Hwa
seperti adikku sendiri, tidak mencinta
seperti yang dimaksudkan ......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wan-koko .......!!" Ci Hwa terbelalak dan menjerit,
memandang kepada pemuda itu seperti melihat setan.
Sepasang alis Lili berkerut semakin dalam dan sinar
matanya mencorong marah. "Sin Wan, apakah engkau hendak mengecewakan hatiku
dan menjadi seorang pangecut yang tidak bertanggung
jawab" Mataku sendiri menyaksikan adegan mesra tadi dan
sekarang engkau berani mengatakan bahwa engkau tidak
mencinta adikku Ci Hwa" Hemm, Sin Wan. Kalau engkau tidak
membalas cintaku, hal itu masih kuanggap ringan karena aku
memang seorang gadis liar dan buruk. Akan tetapi, engkau
hendak menolak Ci Hwa, gadis cantik jelita dan berbudi" Kau
gila! Lalu apa artinya engkau tadi saling rangkul dan
bermesraan dengan adikku" Apakah engkau hanya hendak
mempermainkannya?" "Lili, tenanglah dan jangan terburu nafsu. Aku sayang
kepada Ci Hwa, sayang seorang kakak kepada adiknya, bukan
cinta seperti yang kalian maksudkan."
"Wan-koko ....." kembali Ci Hwa menjerit dan sekali ini ia menjatuhkan diri di
atas bangku dan menangis.
Lili marah sekali dan mukanya menjadi merah. "Sin Wan,
aku pernah jatuh cinta kepadamu dan engkau tidak
menghiraukan aku. Hal itu masih dapat kumaafkan. Akan
tetapi kalau engkau mempermainkan adikku Ci Hwa, aku akan
membunuhmu!" "Lili, ini hanya suatu kesalahpahaman saja. Sungguh, aku
tidak mempermainkan adik Ci Hwa. Aku melihat ia berduka,
aku hanya ingin menghiburnya dan aku tidak pernah mengaku
cinta kepadanya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wan-ko....," seru Ci Hwa di antara isaknya. ".... kenapa engkau bersikap
seperti ini ...." Tadi ..... tadi engkau begitu menyayangku ..... kurasakan itu
dalam rangkulanmu ..... koko,
kenapa begini ......?"
Ingin rasanya Sin Wan menampar kepalanya sendiri.
Karena iba, dan karena hendak menghibur hati Ci Hwa, dia
tadi memperlihatkan kasih sayangnya dan kenapa dia tidak
menolak ketika Ci Hwa merangkul dan menangis di dadanya"
Tadipun dia sudah menyadari bahwa adegan itu berbahaya
dan tidak benar, akan tetapi kenapa dia tidak tega untuk
menolaknya" Dan sekarang dia harus menghadapi akibatnya.
"Tadi aku menyatakan suka dan sayangku kepadamu
sebagai seorang sahabat, sebagai seorang saudara, sama
sekali tidak terbayangkan olehku perasaan cinta seorang pria
terhadap wanita seperti yang kaumaksudkan."
Mendengar ucapan ini, Ci Hwa hanya mampu menangis
dengan hati yang perih seperti ditusuk-tusuk rasanya.


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sin Wan, engkau sudah keterlaluan! Engkau
mempermainkan adikku! Aku tidak bisa membiarkannya saja.
Akan kubunuh kau!" Lili mencabut pedang Ular Putih dan
hendak menyerang Sin Wan dengan kemarahan berkobar.
"Enci ......!" Ci Hwa sudah menubruk dan menjatuhkan diri
berlutut, merangkul kedua kaki Lili. "Enci Lili jangan .... jangan bunuh dia.
Bunuh saja aku, enci ....." dan dengan hati sedih sekali Ci Hwa menangis
tersedu-sedu di depan kaki Lili.
Pada saat itu terdengar suara banyak orang dan muncullah
Bhok Cun Ki, Cu Sui In, Bhok Ci Han dan Nyonya Bhok. "Heii, apa yang terjadi
ini" Lili, apa yang telah terjadi?" tanya Sui In sambil meloncat ke dekat
puterinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ci Hwa, apa yang telah terjadi?" seru Nyonya Bhok kepada puterinya, melihat
puterinya menangis di depan kaki Lili yang
berdiri marah dengan pedang terhunus di tangan. Ci Hwa
bangkit lalu berlari menubruk ibunya sambil menangis.
"lbuu ......!" Nyonya Bhok merangkul puterinya yang
terisak-isak dan tidak mampu bicara itu.
"Ibu, aku akan membunuh Sin Wan!" teriak Lili marah.
"Laki-laki tak tahu diri ini berani mempermainkan adik Ci Hwa.
Kulihat sendiri mereka saling bermesraan di sini, akan tetapi
dia tidak mau mengaku cinta, dia mengingkari cintanya
terhadap adik Ci Hwa!"
"Apa?" Sui In berseru marah. "Pemuda ini berani menghina anakku Ci Hwa" Kalau
begitu, biar aku sendiri yang akan
memberi hajaran kepadanya!"
Wanita ini sekali menggerakkan tubuhnya sudah melayang
ke depan Sin Wan dan mengirim tamparan bertubi-tubi,
gerakannya cepat dan amat kuat.
Sin Wan yang tidak diberi kesempatan untuk bicara melihat
datangnya serangan yang amat berbahaya, setiap tamparan
merupakan cengkeraman maut, cepat bergerak mengelak dan
menangkis. Sampai tujuh kali berturut-turut kedua tangan Cu
Sui In menyambar-nyambar, namun selalu dapat dihindarkan
oleh Sin Wan. "In-moi, tahan dulu .....!" Bhok Cun Ki berseru dan
meloncat ke depan, melerai dan memegang lengan kiri
isterinya. "Harap jangan tergesa dan terburu nafsu. Kalau ada persoalan, kita
bicarakan dulu dengan tenang." Karena
dicegah suaminya, Cu Sui In terpaksa menurut ketika ditarik
mundur ke belakang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bhok Cun Ki yang melihat gawatnya persoalan, segera
mengambil alih pimpinan dan dia bertanya kepada puterinya.
"Ci Hwa, katakan, apa yang telah terjadi di sini antara engkau dan Sin Wan."
Akan tetapi Ci Hwa tidak mampu menjawab, hanya
menangis dalam pelukan ibunya. Melihat betapa Ci Hwa hanya
menggeleng kepala sambil sesenggukan, Sui In lalu bertanya
kepada Lili, "Lili, karena adikmu tidak mampu menjawab,
engkaulah yang harus menceritakan kepada ayahmu, apa
yang telah terjadi!"
Bhok Cun Ki mengangguk ketika Lili memandang
kepadanya. Tidak mungkin memaksa Ci Hwa bicara kalau
sedang menangis seperti itu. "Ceritakanlah, Lili," katanya.
"Begini, ayah, ibu. Tadi secara kebetulan aku memasuki
taman dan melihat Sin Wan dan adik Ci Hwa sedang duduk di
bangku ini, bermesraan, saling berpelukan. Kedatanganku
membuat mereka terkejut dan adik Ci Hwa ketakutan. Akan
tetapi aku mengatakan bahwa aku bahkan bergembira kalau
mereka saling mencinta. Eh, ternyata dia ini, laki-laki tidak
bertanggung jawab ini, dia menyangkal bahwa dia mencinta Ci
Hwa! Nah, hati siapa tidak menjadi panas melihat adiknya
dipermainkan orang!"
Mendengar keterangan ini, Bhok Cun Ki yang biasanya
berpikiran panjang dan dapat menahan perasaannya, mau
tidak mau mengerutkan alisnya dan mukanya berubah merah.
Sebagai seorang ayah, tentu saja dia tidak senang mendengar
laporan itu, walaupun dia masih meragukan kebenaran
laporan itu karena selama ini dia mengenal Sin Wan sebagai
seorang pemuda yang gagah perkasa dan berkelakuan sopan.
Bhok-ciangkun kini menatap wajah Sin Wan. Bulan sedang
terang-terangnya sehingga cuaca menjadi cerah. "Sin Wan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami harap engkau bersikap sebagai seorang gagah dan suka
menceritakan semuanya dengan jujur. Nah, benarkah apa
yang diceritakan Lili tadi?"
Sin Wan menghela napas panjang. Keadaan sudah
sedemikian rupa sehingga jalan satu-satunya hanya berterus-
terang dan tidak lagi merahasiakan sesuatu walau dengan
resiko menyinggung hati Ci Hwa atau siapapun saja. Kalau
tidak, maka tentu suasana akan menjadi semakin gawat.
"Baiklah, paman Bhok. Memang seharusnya saya berterus
terang. Karena ketidak terus-terangan sayalah yang
menyebabkan semua ini terjadi. Laporan Lili tadi tidak dapat
saya salahkan, karena memang kelihatannya benar seperti
yang ia terangkan. Akan tetapi sesungguhnya tidaklah
demikian, paman. Biarlah akan saya ceritakan dari awal. Mula-
mula, adik Ci Han yang datang menemui saya di kamar saya
dan dia menceritakan kepada saya bahwa adik Ci Hwa sedang
bersedih. Menurut keterangan adik Ci Han, adik Ci Hwa
bersedih karena mengira bahwa saya membencinya. Tentu
saja saya merasa heran dan terkejut, maka ketika adik Ci Han
minta tolong kepada saya untuk menghibur dan mengaku
sayang kepada adik Ci Hwa yang sedang berada di taman,
tanpa ragu lagi saya lalu menemuinya di dalam taman ini."
"Benarkah semua keterangannya itu, Ci Han?" tanya Bhok Cun Ki kepada puteranya
yang sejak tadi hanya mendengarkan saja dengan wajah tegang.
"Benar, ayah. Memang aku yang menceritakan tentang
keadaan Hwa-moi kepada Wan-toako dan minta bantuannya
agar dia menghibur Hwa-moi dan mengatakan bahwa dia
tidak membencinya, melainkan menyayangnya."
"Hemm, Sin Wan, lanjutkan keteranganmu," kata Bhok Cun Ki kepada Sin Wan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setelah tiba di taman, saya melihat adik Ci Hwa duduk
seorang diri dan memang kelihatan berduka sekali. Saya lalu
mendekatinya, duduk di bangku dan mengatakan bahwa saya
sayang kepadanya dan agar ia tidak berduka. Mendengar
pengakuan saya itu, adik Ci Hwa menangis dan merangkul
saya, menangis di dada saya dan mengatakan bahwa ia
mencinta saya. Pada saat itu saya sudah menyadari akan
adanya kesalah-pahaman, paman. Akan tetapi apa yang harus
saya lakukan" Terus terang mengatakan bahwa saya tidak
mencintanya" Tentu hal itu akan merupakan pukulan hebat
kepadanya dan saya tidak tega melakukannya. Saya
menyayangnya sebagai seorang kakak terhadap adiknya,
paman. Dan pada saat itu Lili muncul! Karena keadaan
menjadi gawat, maka saya lalu berterus terang bahwa saya
tidak mencinta adik Ci Hwa seperti yang mereka sangka, tidak
mencinta sebagai seorang pria kepada seorang wanita
melainkan, hanya kesayangan seorang kakak kepada adiknya.
Lili marah dan selanjutnya, paman melihat dan mendengar
sendiri. Saya memang bersalah tidak berani berterus terang
sehingga terjadi kesalahpahaman yang menyakiti hati adik Ci
Hwa. Maafkan saya." Melihat gawatnya persoalan itu, Bhok Cun Ki menghela
napas panjang. Bagaimanapun juga, hal ini menyangkut
kebahagiaan dan kehormatan diri puterinya, maka dia lalu
berkata, "Mari kita semua masuk ke rumah dan membicarakan
urusan penting ini di dalam saja."
Kedua orang isterinya juga maklum akan pentingnya
urusan itu, maka mereka mengangguk dan semua orang
meninggalkan taman, memasuki rumah tanpa mengeluarkan
suara, hanya masih terdengar isak tertahan dari Ci Hwa yang
dirangkul dan digandeng ibunya memasuki rumah. Sin Wan
yang berjalan paling belakang, merasa seperti seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pesakitan masuk ke dalam ruangan sidang pengadilan yang
akan mengadilinya. Mereka duduk di ruangan dalam dan tidak ada seorangpun
pelayan yang diperbolehkan masuk. Sin Wan duduk di sudut,
dihadapi oleh seluruh keluarga itu. Dia bersikap tenang,
dengan keyakinan bahwa dia tidak melakukan suatu
kesalahan, tidak mempunyai niat untuk mengganggu siapa
saja, dan urusan yang dihadapinya ini adalah suatu
kesalahpahaman belaka. Begitu mereka duduk, Lili yang sejak tadi menahan
perasaannya, perasaan bermacam-macam, ada kecewa, ada
pula kemarahan, bukan karena ia melihat kenyataan pahit
bahwa pemuda yang dicintanya ternyata mencinta gadis lain,
akan tetapi juga karena kemudian pemuda itu menyatakan
tidak menerima cinta kasih Ci Hwa.
"Ayah, adik Ci Hwa mencinta Sin Wan dan diapun tidak
pernah menolak cintanya. Oleh karena itu, aku menuntut agar
mereka menjadi suami isteri. Kalau Sin Wan menolak, dia akan
kuanggap sebagi musuhku!"
"Aku sendiripun tidak akan menerima begitu saja kalau
anakku Ci Hwa diperhina orang!" kata pula Cu Sui In.
Ibu dan anak ini memandang kepada Sin Wan dengan sinar
mata mencorong. Bhok Cun Ki mengangkat kedua tangan sebagai isyarat
agar isteri dan puterinya itu berdiam diri. Kemudian dia
memandang kepada Sin Wan dan suaranya terdengar tenang
namun tegas. "Sin Wan, kami menyadari sepenuhnya bahwa peristiwa ini
terjadi karena kesalah-pahaman di pihak anak kami Ci Hwa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, engkaupun tidak bebas dari pada kesalahan
karena sikapmu yang tidak berterus terang. Andaikata pada
saat itu engkau berterus terang menyatakan isi hatimu yang
sebenarnya kepada Ci Hwa, tentu tidak akan berlarut-larut
kesalah-pahaman itu. Sekarang, semua telah terjadi dan
engkaupun tentu maklum betapa akan kecewa dan malu hati
kami semua kalau Ci Hwa tidak berjodoh denganmu. Oleh
karena itu, kami harap kebijaksanaanmu agar suka menyetujui
ikatan perjodohan antara engkau dan Ci Hwa."
Sin Wan mengerutkan alisnya. Bayangan Lim Kui Siang,
sumoinya itu, berkelebat di depan matanya. Selama hidupnya
dia hanya mencinta seorang saja, yaitu Kui Siang dan sampai
saat ini, walaupun Kui Siang telah berubah menjadi benci
kepadanya, dia tidak mampu melupakan gadis itu. Memang
dia tidak lagi mengharapkan untuk dapat berjodoh dengan Kui
Siang mengingat betapa Kui Siang sudah memandangnya
sebagai musuh, namun bagaimana mungkin dia dapat
berjodoh dengan gadis lain kalau hal ini bertentangan dengan
perasaan hatinya" Dia memang suka dan sayang kepada Ci
Hwa, iba kepadanya, akan tetapi tidak ada perasaan cinta di
dalam hatinya seperti perasaan cintanya terhadap Kui Siang.
Dengan tulus Sin Wan kini memandang kepada mereka
semua, seorang demi seorang, lalu berkata dengan suara
lembut namun tegas dan sejujurnya.
"Paman Bhok, bibi berdua, adik Ci Hwa, Ci Han dan Lili,
saya mengerti bahwa terkadang pengakuan sejujurnya
mendatangkan kepahitan dan ketidak-senangan. Akan tetapi
sayapun yakin bahwa kebohongan, walaupun kadang
menyenangkan, akan mendatangkan akibat yang jauh lebih
buruk lagi. Apa yang baru saja terjadi antara saya dengan adik
Ci Hwa, hanya merupakan suatu kesalah-pahaman belaka.
Saya menyayang adik Ci Hwa sebagai seorang kakak terhadap
adiknya, atau sebagai seorang sahabat yang ikut prihatin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat sahabatnya berduka dan ingin menghiburnya, akan
tetapi adik Ci Hwa salah sangka, mengira saya mencintainya
sebagai seorang pria mencinta wanita. Setelah sekarang
semua itu kita mengerti, dan saya sudah minta maaf kepada
adik Ci Hwa dan kepada semua keluarga, mengapa ikatan
perjodohan ini akan dipaksakan dan dilaksanakan juga" Kalau
perjodohan seperti ini kelak mengalami kegagalan, bukankah
kita semua pula yang akan menanggung derita" Paman, saya
tidak ingin kelak mengecewakan dan menghancurkan
perasaan hati adik Ci Hwa. Karena itu, dari pada kelak
terpaksa mengkhianati cintanya dan menyusahkan hatinya,
sebaiknya kalau dari sekarang saya menjauhkan diri. Saya
terpaksa tidak dapat memenuhi permintaan paman untuk
berjodoh dengan adik Ci Hwa."
Mendengar ucapan ini, Ci Hwa terisak, lalu melepaskan
rangkulan ibunya, dan iapun lari ke kamarnya sambil
menangis. ibunya bangkit dan menyusulnya.
"Bagus, kalau begitu, engkau harus menebus penghinaan
ini dengan nyawamu!" bentak Lili dan iapun sudah menyerang Sin Wan dengan
dahsyat. Sin Wan yang maklum bahwa kemarahan keluarga itu
mungkin saja membuat mereka ingin membunuhnya, sudah
siap waspada sejak tadi dan begitu Lili menyerangnya, diapun
sudah meloncat ke belakang dan menghindarkan diri dari
totokan maut yang dilakukan gadis itu.
"Biar aku yang menghajarnya!" bentak Bi-coa Sianli Cu Sui ln. Nampak sinar hitam
berkelebat ketika wanita itu mencabut
Hek-coa-kiam (Pedang Ular Hitam) dan menyerang Sin Wan.
Juga Lili sudah mencabut Pek-coa-kiam (Pedang Ular Putih)
dan siap mengeroyok Sin Wan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tahan! teriak Bhok Cun Ki yang sudah melompat ke depan
menghadang isteri dan puterinya. "Simpan pedang kalian dan jangan serang dia.
Kita tidak begitu rendah untuk memaksa
seseorang yang tidak mau menjadi anggauta keluarga kita."
Biarpun dengan alis berkerut, Cu Sui In menyimpan
kembali pedangnya dan mengomel, "Akan tetapi dia telah
menghina anak kita Ci Hwa!"
Lili juga menyimpan pedangnya dan berkata tak puas, "Dia
telah menghancurkan hati adik Ci Hwa dan membuatnya
berduka." Bhok Cun Ki menghela napas panjang. "Semua itu
kesalahan Ci Hwa sendiri. Siapa menyuruh ia mencinta
seorang pria yang tidak membalas cintanya" Sudahlah,
mungkin seorang pendekar besar yang memiliki kepandaian
tinggi seperti dia, merasa terlalu tinggi untuk berjodoh dengan seorang gadis
bodoh seperti Ci Hwa. Akan tetapi, aku tidak
akan sudi memaksanya."


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendengar ucapan keluarga itu, dan melihat Ci Han duduk
saja dengan muka pucat, Sin Wan menghela napas panjang
dan memberi hormat kepada mereka, kemudian berkata
kepada Bhok Cun Ki. "Paman Bhok, saya mengerti bahwa
semua ucapan tadi hanya timbul dari hati yang kecewa. Saya
telah mengecewakan keluarga paman, dan menyusahkan hati
adik Ci Hwa. Karena itu, saya berpamit, paman. Sekarang juga
saya akan meninggalkan rumah ini, dan banyak terima kasih
saya ucapkan atas semua kebaikan paman dan keluarga
paman yang telah melimpahkan kepada saya. Selamat
tinggal." Sin Wan pergi ke kamarnya, mengemasi pakaiannya lalu
pergi meninggalkan rumah itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ci Han, yang sejak tadi diam saja, diam-diam merasa
menyesal sekali. Dialah yang menjadi biang-keladi, keluhnya
dalam hati. Dia yang menyuruh Sin Wan menghibur adiknya,
tidak disangkanya akan berakibat begini. Dia pun
meninggalkan ruangan itu, disusul Lili yang juga pergi dari
situ. Tinggal Bhok Cun Ki yang masih duduk dan berulang kali
menghela napas panjang, ditemani Cu Sui ln. "Aihh, mengapa cinta selalu
mendatangkan duka kepada manusia" Kita berdua
menderita banyak kesengsaraan, terutama engkau, karena
cinta. Sekarang anak kita, gadis yang masih bersih dari pada
noda, terpaksa harus menderita pula karena cinta."
"Akan tetapi, biar dahulu menderita, sekarang aku
menemui kebahagiaan. Akan tetapi bagaimana dengan anak
kita Ci Hwa" Hemm, kalau tidak kau larang, sudah kubunuh
pemuda yang berani menolak cintanya itu!"
Bhok Cun Ki tersenyum. Wanita yang sejak dahulu
dicintanya ini, biarpun hidup sebagai puteri datuk dan selalu
terbiasa dengan kekerasan, namun pada hakekatnya memiliki
watak yang baik. Ia menganggap Ci Hwa sebagai puterinya
sendiri. "Hemmmm, cinta ......., apa sih sebenarnya cinta itu" Cinta
membuat orang hari ini tertawa senang, besoknya menangis
susah. Cinta mendatangkan cemburu, kemarahan, bahkan
kebencian. Cinta, siapakah sebenarnya kamu dan apa
sebenarnya perasaan yang selalu mempermainkan hati setiap
orang manusia ini" Tidak perduli pria atau wanita, pintar atau
bodoh, kaya atau miskin, semua menjadi permainan cinta dan
setiap orang pernah atau akan menderita karena cinta!"
Ucapan Bhok Cun Ki yang seperti ditujukan kepada dirinya
sendiri itu, membuat isterinya, Cu Sui In, ikut pula duduk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
termenung. Keduanya tenggelam ke dalam renungannya
sendiri tentang cinta yang kalau diukur lebih dalam dari pada
samudera dan lebih tinggi dari pada langit itu.
Renungan tentang cinta dilakukan orang sepanjang masa,
sejak jaman nenek moyang kita dahulu sampai kini. Namun,
adakah manusia yang pernah menemukan jawabnya yang
tepat. Banyak memang pendapat orang tentang cinta, akan
tetapi apakah pendapat itu sudah dapat membuat kita
mengenal cinta" Kalau mendatangkan cemburu yang disusul
kebencian dan permusuhan, apakah itu cinta" Kalau
mendatangkan kesenangan disusul kesusahan, apakah itu
cinta" Ingin memiliki dan dimiliki sendiri, itukah cinta" Menjadi pembangkit,
penyalur dan pemuasan berahi, itukah cinta"
Membela dengan mempertaruhkan nyawa, membunuh atau
dibunuh seperti dalam perang membela tanah air, itukah
cinta" Mengorbankan diri untuk anak cucu, itukah cinta"
Ataukah cinta mencakup kesemuanya" Apakah cinta
merupakan kebalikan dari benci" Apakah benar bahwa
cemburu menjadi kembangnya cinta"
Kalau dilanjutkan, masih ada satu macam pertanyaan yang
tak terjawab mengenai cinta. Bagaimana mungkin hati yang
tidak pernah mengenal cinta, dapat mencari apa sebenarnya
cinta itu" Hati akal pikiran ini hanya mampu menemukan
sesuatu yang pernah dikenalnya, pernah dialaminya, dapat
menemukan hal yang telah lalu.
Yang mendatangkan cemburu, mendatangkan suka dan
duka, mendatangkan kebencian dan permusuhan, yang
memuaskan berahi, yang membelenggu dalam ikatan, jelas
bukanlah CINTA, melainkan nafsu. Nafsu selalu menimbulkan
keinginan untuk mendapatkan kesenangan dan menjauhi
ketidak-senangan. Nafsu selalu mempermainkan manusia,
mengombang-ambingkan manusia antara suka dan duka, puas
dan kecewa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nafsu membuat kita mencinta seseorang karena daya tarik
yang khas, yang sesuai dengan keinginan nafsu. Kita mencinta
orang karena kecantikannya atau ketampanannya, karena
kekayaannya, kedudukannya, kepintarannya dan sebagainya.
Kalau yang menjadi daya tarik itu sudah luntur, maka cinta
kitapun ikut luntur karena ikatan itu mengendur. Cinta yang
didorong nafsu membuat kita ingin memiliki sendiri yang kita
cinta, baik itu berupa benda, binatang peliharaan, tanaman,
atau orang. Kalau ini dilanggar, kita cemburu, kita marah, kita benci. Kalau
kita berhasil memiliki, timbullah rangkaian yang
mendatangkan penderitaan pula.
Memiliki berarti menjaga dan kehilangan! Memiliki dapat
menimbulkan kebosanan. Cantik dan indah hanya terasa
sebelum didapatkan, atau paling banyak terasa untuk jangka
waktu yang pendek saja. Sesudah itu, cantik dan indah mulai
luntur kalau tidak membosankan malah. Betapa banyaknya
pasangan yang cantik dan tampan cekcok atau bercerai.
Betapa banyaknya pasangan yang kaya raya, tidak cocok dan
menderita. Cinta yang kita puja-puja pada umumnya hanyalah
permainan nafsu belaka. Cinta kita berpamrih seperti menjadi
sifat nafsu, dan permainan nafsu tak dapat tiada menyeret
kita ke dalam permainan suka duka, yang lebih banyak
dukanya dari pada sukanya. Kita mencinta untuk
mendapatkan sesuatu. Cinta kita merupakan cinta jual-beli
dan setiap jual-beli selalu mendambakan keuntungan.
Selama nafsu pamrih masih ada, cinta tidak akan ada.
Kalau nafsu dan pamrih sudah tidak ada, apakah cinta akan
ada" Tak dapat kita mengharapkan cinta, tidak dapat kita
mengundang cinta. Cinta akan datang menghampiri kita
seperti air suci mengisi cawan yang sudah kosong dan bersih!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
22. Pertemuan Dua Putera Kaisar
Di lembah Sungai Huang-ho, di luar kota Cin-an, nampak
meriah. Suasananya seperti dalam pesta besar. Memang
terdapat pesta besar di tempat itu. Bangunan mewah di tepi
sungai yang menjadi tempat peristirahatan kaum bangsawan,
dihias meriah. Apa yang terjadi di pagi hari itu" Pertemuan
keluarga besar diadakan di tempat itu.
Pangeran Chu Hui San, yaitu putera mahkota, mengundang
adiknya, yaitu Raja Muda Yung Lo di Peking, untuk
mengadakan pertemuan di tempat itu. Hal ini dilakukan
Pangeran Mahkota Chu Hui San untuk menghormati adiknya
yang sudah menjadi raja muda di Peking. Kota Cin-an terletak
di antara kota raja Nan-king dan Peking. Agar tidak nampak
saling merendahkan, maka tempat itu dipilih oleh Pangeran
Chu Hui San untuk mengadakan pertemuan dengan Raja
Muda Yung Lo. Untuk berkunjung ke kota itu, keduanya harus
melakukan perjalanan yang hampir sama jauhnya. Raja Muda
Yung Lo harus menyeberangi Huang-ho sebelum tiba di Cin-
an, dan Pangeran Mahkota harus menyeberangi sungai Yang-
ce ketika keluar dari kota raja menuju ke utara.
Dengan alasan rindu dan ingin mengajak adiknya itu
bercakap-cakap tentang kenegaraan, Pangeran Mahkota Chu
Hui San mengundang Raja Muda Yung Lo. Dia melakukan hal
ini atas bujukan dan nasihat Yauw Siaucai yang telah menjadi
guru sastra puteranya, juga menjadi penasihatnya.
"Hamba mendengar bahwa kekuasaan Raja Muda Yung Lo
di Peking semakin besar dan kuat. Karena paduka yang
diangkat menjadi pangeran mahkota maka kekuasaan Raja
Muda Yung Lo itu kelak dapat merupakan ancaman bagi
kedudukan paduka kalau paduka sudah menjadi kaisar. Oleh
karena itu, perlu sekali paduka mendekatinya dan berbaik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengannya. Juga untuk sekedar menguji kesetiaannya dan
mengukur kekuatannya." Demikian antara lain Yauw Siucai
membujuk. "Akan tetapi, perjalanan itu amat jauh dan berbahaya,"
Pangeran Mahkota membantah.
"Paduka dapat mengerahkan pasukan keamanan untuk
mengawal. Bukankah terdapat jenderal-jenderal besar yang
boleh dipercaya seperti jenderal besar Shu Ta atau kalau
beliau sibuk dengan tugasnya, dapat paduka mengutus
Jenderal Yauw Ti dengan pasukan pengawalnya yang kuat.
Tentu saja paduka harus mendapatkan persetujuan Sribaginda
Kaisar dan karena niat itu baik sekali, tentu beliau tidak akan keberatan."
Akhirnya Pangeran Chu Hui San menurut dan seperti yang
telah dikemukakan oleh Yauw Siucai, Kaisar memberi restu,
dan penjagaan keamanan dan pengawalan diserahkan kepada
Jenderal Yauw Ti yang sudah dipercaya sebagai wakil Jenderal
Shu Ta yang sibuk dengan tugasnya.
Demikianlah, pada pagi hari itu, rombongan Pangeran
Mahkota tiba di Cin-an dan pada siang harinya, baru
rombongan Raja Muda Yung Lo datang dari utara. Rombongan
Raja Muda Yung Lo tidak besar, hanya dikawal pasukan yang
tiga losin orang banyaknya. Akan tetapi dia ditemani seorang
pengawal pribadi wanita yang cantik dan gagah perkasa, yang
bukan lain adalah Lim Kui Siang!
Seperti telah kita ketahui, Raja Muda Yung Lo yang merasa
amat kagum dan berhutang budi kepada Lim Kui Siang, telah
jatuh hati kepada gadis perkasa itu. Raja Muda Yung Lo yang
berwatak keras dan jujur itu, dengan terang-terangan
menyatakan cintanya dan ingin memperisteri Kui Siang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat gadis itu bimbang mendengar pinangannya, dia
memberi waktu sebulan kepadanya untuk memberi jawaban.
Dalam waktu sebulan itu Kui Siang merasa tersiksa hatinya.
Usianya sudah duapuluh tiga tahun dan bagi seorang gadis
pada masa itu, usianya sudah lebih dari pada dewasa. Yang
meminangnya adalah seorang raja muda yang hebat, yang ia
kagumi. Andaikata tidak ada bayangan Sin Wan selalu
menggodanya, kiranya tidak akan sukar untuk menerima
pinangan Raja Muda Yung Lo itu, bahkan akan diterimanya
dengan hati bersyukur dan berbahagia. Akan tetapi, di sana
ada Sin Wan. Ia tidak dapat melupakan pemuda itu yang
masih tetap dicintanya. Ia sudah berusaha melupakan Sin
Wan, berusaha meyakinkan dirinya bahwa Sin Wan adalah
anak tiri dan murid musuh besarnya.
Mendiang Se Jit Kong, ayah tiri Sin Wan, telah
menghancurkan keluarganya dengan membunuh ayahnya.
Bagaimana mungkin ia berjodoh dengan anak tiri dan murid
musuh itu" Namun, semua usahanya untuk melupakan Sin
Wan sia-sia belaka dan akhirnya, setelah masa sebulan lewat,
dengan terus terang Kui Siang menjawab kepada Raja Muda
Yung Lo bahwa ia tidak, dapat menerima pinangannya karena
ia sudah mencinta orang lain.
Biarpun hatinya merasa kecewa sekali, namun dengan
sikap yang tenang dan hati yang besar Raja Muda Yung Lo
menerima kenyataan itu. Dia adalah seorang yang bijaksana,
dan menomor duakan urusan pribadi di bawah urusan negara.
Biarpun dia kecewa atas penolakan Kui Siang, namun dia tidak
ingin kehilangan gadis perkasa ini sebagai pengawal
pribadinya yang boleh diandalkan dan dapat dipercaya pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku dapat menghargai kejujuranmu, Kui Siang, dan
penolakanmu ini bahkan membuat aku semakin kagum
padamu. Engkau seorang gadis yang cantik jelita, gagah
perkasa, dan tidak tertarik akan kemuliaan dan kedudukan.
Engkau hebat sekali dan aku dapat menduga siapa pria yang
telah menempati hatimu. Dia tentu Sin Wan, bukan?"
Kui Siang menundukkan mukanya yang berubah
kemerahan, akan tetapi ia membuat gerakan mengangguk.
Setelah ketegangan hatinya mereda oleh sikap bijaksana raja
muda itu, iapun berkata dengan hati terharu. "Yang Mulia,
andaikata di dunia ini tidak ada dia dan hati hamba tidak lebih dahulu terikat
oleh dia, maka pinangan paduka akan
merupakan anugerah yang hamba terima dengan penuh
kehormatan dan kebahagiaan. Harap paduka suka memaafkan
hamba." "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Kui Siang. Engkau
memang telah melakukan pilihan hati yang amat tepat. Sin
Wan adalah seorang pendekar yang budiman dan gagah
perkasa. Akan tetapi di mana dia sekarang" Kenapa tidak
menerima tawaranku yang kuberikan kepadanya agar bekerja
di sini sehingga tidak berjauhan darimu?"
Wajah Kui Siang berubah muram dan ini, Raja Muda Yung
Lo yang berpengalaman itu dapat menduga bahwa tentu
terjadi sesuatu yang meretakkan hubungan antara gadis ini
dengan kekasihnya. "Kui Siang, karena engkau tidak dapat menerima
pinanganku, tidak dapat menjadi isteriku, biarlah engkau
menjadi saudaraku atau sahabat baikku. Nah, ceritakanlah apa
yang terjadi dan aku berjanji akan membantumu untuk
memecahkan kesulitanmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, Yang Mulia. Memang kami berpisah, .....
bukan kesalahannya, akan tetapi ......."
Melihat keraguan Kui Siang, Raja Muda Yung Lo semakin
tertarik. Dia harus menolong Kui Siang dan Sin Wan, pikirnya,
untuk membalas budi mereka. "Katakanlah, Kui Siang, apa
yang telah terjadi dan mengapa kalian saling berpisah?"
"Dia ...... dia seorang Uighur ......" Kui Siang berhenti lagi karena masih
merasa ragu apakah ia akan menceritakan
persoalan pribadinya kepada raja muda itu.
Raja Muda Yung Lo tertawa. "Ha..ha..ha, kami sudah tahu
akan hal itu, Kui Siang dan apa salahnya! Bangsa kita memiliki
tanah air yang amat luas di mana tinggal ratusan juta orang
dari ratusan macam suku bangsa. Kalau kita masih membeda-
bedakan antara suku bangsa, ada yang merasa lebih tinggi


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

derajatnya ada pula yang merasa lebih rendah, lalu
bagaimana kita dapat menjadi suatu bangsa yang besar"
Perbedaan antara suku hanya mendatangkan perpecahan dan
tanpa adanya kesatuan dari seluruh rakyat dari pelbagai suku
itu bagaimana mungkin negara kita akan menjadi besar dan
kuat" Membedakan antara suku merupakan suatu kepicikan
karena pada hakekatnya, semua manusia itu sama, dilahirkan
sebagai bangsa apapun merupakan kehendak Tuan."
"Bukan itu yang menjadi persoalan, Yang Mulia. Hamba
sendiripun tidak membeda-bedakan keturunan atau suku.
Akan tetapi ..... ah, bagaimana mungkin hamba berjodoh
dengan anak tiri dan murid seorang ...... musuh besar yang
membunuh ayah hamba?"
Kini raja muda itu tertegun. Sungguh keterangan yang
sama sekali tidak pernah dia duga. "Siapakah ayah tiri dan gurunya itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Namanya Se Jit Kong ........"
"Ahh! Apakah Hwe-ciang-kwi (Iblis Tangan Api)?"
"Benar, Yang Mulia."
"Akan tetapi, bukankah katanya Sin Wan murid dari Sam-
sian (Tiga Dewa) dan menjadi suhengmu (kakak
seperguruanmu)?" "Itupun benar, Yang Mulia. Akan tetapi sejak kecil dia
menjadi anak tiri Se Jit Kong dan baru-baru saja, setelah kami
berada di sini, hamba tahu bahwa dia anak tiri dan murid
musuh besar hamba. Oleh karena itu, hamba mengusirnya
dan tidak mau lagi bertemu dengannya." Kui Siang menunduk
dan wajahnya menjadi sedih.
"Hemm, kurasa engkau keliru, Kui Siang. Dia hanya anak
tiri, dan kejahatan yang dilakukan ayah tirinya itu tidak ada
sangkut-pautnya dengan dirinya. Bukankah Sin Wan itu murid
Sam-sian dan tidak pernah berbuat jahat seperti ayah tirinya?"
"Hamba menyadari hal itu, akan tetapi ....... ketika hamba mengetahui bahwa dia
anak tiri mendiang Se Jit Kong, hamba
merasa kecewa dan marah sehingga hamba mengusirnya dan
memutuskan hubungan dengannya. Sekarang hamba
menyadari bahwa hamba telah bersikap tidak adil kepadanya
..........." "Jangan khawatir, Kui Siang. Tenang-tenang sajalah. Aku
akan rnenyuruh orang mencari Sin Wan dan aku yang akan
menjelaskan kepadanya dan mendamaikan kalian berdua.
Aneh, dalam hati mencinta, akan tetapi diluarnya menyatakan
benci dan bermusuhan."
Pahlawan Dan Kaisar 10 Joko Sableng 43 Karma Manusia Sesat Pedang Sakti Tongkat Mustika 2
^