Asmara Si Pedang Tumpul 5
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 5
tentu akan mengenalmu juga. Pula, bantuanmu melakukan
penyelidikan terhadap jaringan mata-mata di kota raja hanya
sementara saja. Tugas kita yang utama adalah mengamati
pemilihan bengcu di puncak Thai-san. Tugas keamanan di
kota raja akan ditangani sendiri oleh Jenderal Yauw."
"Saya belum mengenal benar Jenderal Yauw. Dia sangat
teliti dan keras. Apakah dia lihai?"
Bhok Cun Ki mengangguk-angguk. "Di antara jagoan kota
raja, dialah yang nomor satu. Aku sendiri agaknya akan.sukar
untuk menandinginya. Dialah yang menjadi guru para
panglima muda di kota raja. Hanya dalam urusan perang dia
kalah oleh Jenderal Shu Ta. Akan tetapi dalam hal ilmu silat,
dia lihai bukan main. Diapun amat keras dan entah sudah
berapa orang yang dicurigai sebagai mata-mata disiksa sampai
mati kalau terjatuh ke tangannya."
Sin Wan mengelutkan alisnya. Dia sama sekali tidak suka
mendengar kekejaman yang dilakukan seseorang terhadap
orang lain. Akan tetapi dia maklum bahwa begitulah
kenyataannya. Kalau menusia sudah saling bermusuhan, apa
lagi dalam perang, maka tidak ada makhluk lain di dunia ini
yang lebih kejam dari pada manusia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi dia sendiri akan selalu menuruti kata hati
nuraninya. Dia selalu mendekati Tuhan dengan
kepasrahannya, dengan imannya. Dia percaya bahwa Tuhan
akan membersihkan perasaan hatinya dari benci, biar
terhadap orang yang memusuhinya sekalipun. Dia memang
bertekad untuk menentang kejahatan, akan tetapi
perbuatannyalah yang dia tentang, bukan manusianya.
Dia sendiri akan memperlakukan seorang yang. dianggap
jahat tidak dengan kebencian, melainkan dengan keadilan,
dan dia akan berusaha agar orang yang melakukan
penyelewengan itu dapat kembali ke jalan benar. Demikianlah
pelajaran yang dahulu sering dia dengar dari mendiang ibunya
tersayang, juga dari tiga orang gurunya, yaitu Sam-sian (Tiga
Dewa). Pelajaran itu sesuai dengan suara hatinya. Kalau saja
tidak ditugaskan oleh Ciu-sian agar dia mewakili gurunya itu,
dia segan untuk melibatkan, diri dalam urusan kerajaan.
Setelah beberapa kali gagal menangkap mata-mata musuh,
Sin Wan bertindak lebih hati-hati lagi. Beberapa hari
kemudian, pada suatu malam ketika dia melakukan
pengintaian sambil bersembunyi, dia melihat bayangan hitam
berkelebat cepat sekali di dekat pagar tembok istana. Tentu
saja dia menjadi curiga, khawatir kalau ada mata-mata musuh
menyelundup ke istana dan melakukan kejahatan. Biarpun dia
tahu bahwa kaisar sendiri dilindungi banyak pengawal yang
rata-rata merupakan jagoan istana yang lihai, namun kalau
ada orang luar menyelundup masuk ke istana kaisar maka hal
itu amatlah berbahaya bagi keselamatan keluarga kaisar.
Diapun cepat membayangi orang itu. Akan tetapi, agaknya
bayangan itu meragu dan tiba-tiba dia mengubah tujuan, tidak
jadi melompati pagar tembok, melainkan membalik dan
meninggalkan tempat itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Wan sudah maklum bahwa orang itu memiliki ilmu
berlari cepat yang tinggi, dan tubuhnya kelihatan ringan bukan
main, maka dia menjadi semakin curiga dan ingin sekali
mengetahui apakah orang itu termasuk kawan ataukah lawan.
Dia tahu bahwa pemerintah sendiri menyebar banyak
penyelidik yang berilmu tinggi, maka melihat bayangan itu,
tentu saja dia tidak dapat memastikan apakah orang itu mata-
mata pemerintah ataukah mata-mata musuh. Maka, dia cepat
membayangi ke mana orang itu pergi. Sin Wan bergerak
dengan hati-hati sekali karena membayangi seorang yang
memiliki gerakan ringan seperti itu, amat berbahaya dan
setiap saat dapat saja orang itu memergokinya.
Benar dugaannya. Pada saat orang itu berlari cepat, tiba-
tiba saja orang itu berhenti dan membalik. Akan tetapi Sin
Wan lebih cepat lagi. Tubuhnya sudah bertiarap di tempat
gelap sehingga tidak mungkin orang itu melihatnya. Orang
yang dibayanginya itu kembali melanjutkan perjalanannya dan
Sin Wan kagum. Seorang yang cerdik, pikirnya. Kalau dia kurang cepat
sedikit saja menjatuhkan diri bertiarap dalam bayangan gelap
sebuah rumah, tentu dia akan diketahui dan akan sia-sialah
pengintaiannya. Akhirnya, dari jarak yang agak jauh, dia
melihat bayangan itu tiba di luar pagar tembok yang
mengelilingi sebuah gedung besar, lalu bayangan itu membalik
lagi, melihat ke sekeliling, kemudian barulah meloncat ke atas
pagar tembok itu dan menghilang.
Sin Wan termenung. Sebelum melakukan penyelidikan, dia
sudah mempelajari seluruh keadaan kota raja dan dari Bhok-
ciangkun dia memperoleh gambaran mengenai gedung-
gedung besar yang penting. Dia tahu bahwa gedung yang
dimasuki bayangan itu adalah.sebuah gedung peristirahatan di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
luar istana yang menjadi milik Pangeran Chu Hui San, putera
mahkota. Dia sudah mendengar banyak tentang pangeran itu dari
Bhok-ciangkun yang menceritakan dengan bisik-bisik bahwa
pangeran yang menjadi calon pengganti kaisar itu adalah
seorang yang setiap hari hanya berenang di dalam lautan
kesenangan. Kelemahan putera mahkota itu adalah wanita,
dan menurut keterangan rahasia dari Bhok-ciangkun, gedung
itu menjadi tempat pelesir pangeran itu kalau dia berkencan
dengan wanita-wanita yang bukan selir atau dayangnya!
Dia tidak tahu apakah malam itu sang pangeran berada di
gedung itu ataukah tidak, akan tetapi bagaimanapun juga,
timbul kekhawatirannya. Bukan tidak mungkin ada mata-mata
masuk untuk membunuh pangeran yang menjadi calon kaisar
karena hal, ini akan menguntungkan pihak musuh dan akan
mengacaukan keadaan. Berpikir demikian, Sin Wan lalu
mendekati pagar tembok, mencari bagian yang gelap dan sepi
di sebelah belakang dan tubuhnya melayang naik seperti
seekor burung garuda saja, melompati pagar tembok dan
beberapa detik kemudian dia sudah berada di taman bunga
yang berada di belakang gedung.
Sin Wan menggunakan kepandaiannya, mengerahkan
ginkang (ilmu meringankan tubuh), menyusup dan menyelinap
di antara pohon-pohon dan semak di taman itu, mendekati
gedung. Sunyi saja di sekitar gedung dan hal ini dia artikan
bahwa malam itu sang pangeran tidak berada di situ. Kalau
sang pangeran mahkota berada di situ, tentu terdapat
pasukan pengawal yang menjaga keamanan. Hatinya sudah
merasa agak lega, karena kalau sang pangeran tidak berada di
situ, maka keselamatan pangeran mahkota itu tidak terancam
bahaya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, kalau semua bagian gedung itu gelap, di
bagian kiri dia melihat sebuah ruangan yang dipasangi lampu
penerangan. Cepat dia menyelinap dan tak lama kemudian dia
sudah mengintai di luar jendela ruangan itu. Sebuah ruangan
yang luas dan nampak tiga orang duduk berhadapan terhalang
meja. Agaknya mereka mengadakan perundingan. Akan tetapi
yang membuat dia terheran-heran adalah melihat mereka itu
semua memakai kedok! Orang pertama bertubuh tinggi besar dengan perut gendut
dan dia mengenakan pakaian ringkas serba hitam, bahkan
topeng yang menutupi mukanya juga merupakan topeng
hitam. Hanya nampak sepasang matanya yang mencorong
melalui lubang pada topeng atau kedok itu. Agaknya dialah
yang memimpin, karena sikapnya yang berwibawa dan sikap
dua orang itu yang penuh hormat dan seperti menerima
perintah dan mengangguk-angguk.
"Hamba mengerti, Yang Mulia," kata seorang yang
mengenakan kedok hijau. "Ingat, kalau tidak terpaksa, jangan melibatkan diri dalam perkelahian," kata Si
Kedok Hitam yang disebut Yang Mulia
itu, dan Sin Wan terkejut mendengar suara itu. Bukan seperti
suara manusia, demikian parau dan dalam, seperti suara yang
datang dari alam lain! "Pusaka apa yang harus didahulukan, Yang Mulia?" tanya orang yang mengenakan
kedok biru. "Apa saja, yang penting pusaka Kerajaan Goan, dan kalau
ada, dahulukan cap-cap kebesaran atau bendera-bendera
tanda kekuasaan, juga pedang-pedang tanda kekuasaan."
Selagi orang berkedok hijau hendak bicara, tiba-tiba Si
Kedok Hitam memberi isyarat agar dia diam, dan tiba-tiba saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia memutar tubuh ke kanan, tangannya bergerak dan sinar
hitam meluncur dengan cepat sekali ke arah jendela di mana
Sin Wan mengintai! Serangan itu hebat bukan main dan ternyata ada tiga
batang paku beracun yang meluncur sedemikian cepatnya
sehingga dapat menembus kain jendela dan menyerang mata,
tenggorokan dan dada Sin Wan! Akan tetapi, pemuda ini
dengan tenang namun lebih cepat dari sambaran senjata-
senjata rahasia sudah melempar tubuh ke samping dan
bergulingan sehingga tiga batang paku itu mengenai dinding
di belakangnya dan runtuh ke lantai mengeluarkan bunyi
berdenting. Ketika dia bergulingan itu, dia mendengar suara
parau aneh itu memerintahkan dua orang tadi untuk segera
pergi. "Cepat kalian pergi, biar kubinasakan pengintai itu!"
Sin Wan hendak melompat pergi, akan tetapi tiba-tiba saja
terdengar suara keras, jendela itu pecah berantakan dan
sesosok tubuh yang tinggi besar telah menyerangnya dengan
dahsyat. Ternyata dia Si Kedok Hitam dan memang orang ini
luar biasa sekali. Begitu tiba di luar jendela tangannya sudah
meluncur hendak menangkap dan mencengkeram pundak Sin
Wan. Dari sambaran anginnya saja tahulah Sin Wan bahwa ia
berhadapan dengan seorang lawan yang amat tangguh, yang
memiliki tenaga sin-kang yang amat kuat. Diapun cepat
menggerakkan dan memutar lengan kanannya menangkis
sambil mengerahkan tenaganya.
"Dukk!" Sin Wan merasa tubuhnya tergetar dan kuda-
kudanya goyah, akan tetapi Si Kedok Hitam itupun terkejut
dan mengeluarkan suara kaget.
"Uhhh ......! Siapakah engkau?" bentaknya dan dalam
suaranya yang parau aneh itu terkandung keheranan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekaguman. Tentu saja dia kagum karena selama ini jarang
sekali atau bahkan hampir tidak ada orang yang dapat
menangkis pukulannya tadi dan membuat dia hampir
terdorong mundur! Sin Wan bersikap tenang. "Siapa adanya aku tidak menjadi
masalah lagi karena semua orang dapat melihat diriku dengan
baik. Yang menjadi pertanyaan adalah siapa engkau yang
memakai kedok dan berada di gedung milik Pangeran
Mahkota?" Akan tetapi, Kedok Hitam itu tidak menjawab dengan kata-
kata, melainkan langsung saja menyerang dengan dahsyat,
jauh lebih dahsyat dari pada tadi. Sin Wan mengenal serangan
berbahaya, tubuhnya bagaikan sehelai bulu burung ringannya
sudah mengelak. Akan tetapi lawannya menyerangnya lagi
dan ketika dia mengelak. Si Kedok Hitam yang menjadi
semakin penasaran menyerang lagi secara tertubi-tubi.
Nampaknya dia hendak, memukul roboh dan menewaskan Sin
Wan yang dianggapnya berbahaya, namun pemuda ini tentu
saja bukan merupakan lawan ringan baginya. Sin Wan selalu
mengelak dan kadang kalau dia menangkis, mereka berdua
terguncang hebat, Tiba-tiba terdengar orang itu mengeluarkan bentakan
parau seperti suara seekor biruang marah dan tubuhnya
sudah berpusing seperti gasing. Sin Wan terkejut karena dari
pusingan tubuh itu mencuat jari tangan yang menotok secara
bertubi-tubi. Berbahaya sekali serangan ini, maka terpaksa dia
meloncat ke belakang untuk menghindarkan diri. Pada saat
itu, suara keributan terdengar oleh orang-orang di luar gedung
dan terdengar derap kaki orang berlari-larian menuju ke
gedung itu. Dan kesempatan selagi Sin Wan meloncat ke belakang, Si
Kedok Hitam sudah meloncat jauh sekali meninggalkan tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Sin Wan berusaha mengejar, akan tetapi orang itu sudah
menghilang seperti ditelan kegelapan malam. Diapun tidak
memperdulikan orang-orang yang berdatangan, lalu meloncat
dan menghilang pula. Sin Wan teringat akan percakapan yang didengarnya tadi,
maka diapun langsung berlari cepat menuju ke gedung
pusaka, di mana tersimpan semua pusaka berharga milik
kerajaan. Dari percakapan tadi dia menduga bahwa Si Kedok
Hijau dan Kedok Biru agaknya ditugaskan oleh atasannya tadi
untuk mencuri pusaka dari dalam gedung pusaka. Di mana
lagi pusaka-pusaka dicuri kalau bukan di gedung pusaka,
demikian pikirnya dan cepat diapun pergi ke tempat itu.
Dugaannya memang tepat. Ketika dia meloncat naik ke
atas gedung pusaka, dia melihat bayangan dua orang baru
saja melayang keluar dari dalam gedung itu, dan diapun
melihat beberapa orang penjaga diam tak bergerak di
tempatnya, ada yang sedang duduk dan ada yang rebah.
Mereka itu seperti patung saja dan diapun dapat menduga
bahwa tentu orang-orang yang melakukan penjagaan di luar
gedung pusaka itu telah dibuat tidak berdaya oleh totokan dua
orang yang lihai itu. Cepat dia melompat ke atas bagian yang paling tinggi di
mana terdapat dua orang itu, akan tetapi si bayangan itu
segera melarikan diri dengan berpencar. Tentu saja dia tidak
mungkin dapat mengejar keduanya, maka secepat kilat dia
meloncat ke arah bayangan terdekat dan begitu dekat dia
langsung mengirim serangan dengan jurus paling ampuh dari
ilmu Sam-sian Sin-ciang (Tangan Sakti Tiga Dewa). Andaikata
orang itu memiliki ilmu kepandaian beberapa kali lipat dari
pada tingkatnya yang sekarangpun belum tentu dia akan
mampu menghindarkan diri dari serangan dahsyat ini. Orang
itu hanya mengeluh dan roboh, pasti akan terguling kalau saja
tidak cepat disambar oleh tangan Sin Wan. Orang itu tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mampu bergerak, akan tetapi masih dapat bicara karena jari
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tangan Sin Wan tadi hanya menghentikan jalan darahnya saja,
buat kaki tangannya lumpuh.
"Barang-barangnya...... dibawa ...... temanku ........"
Sin Wan percaya karena dia melihat bahwa orang ini tidak
membawa apa-apa. Dia membebaskan totokannya dan cepat
berkelebat pergi untuk mengejar bayangan kedua yang
katanya membawa barang-barang, tentu benda-benda pusaka
yang dicuri dua orang maling itu. Yang penting adalah
mendapatkan kembali benda-benda pusaka yang dicuri, dan
dia tidak ingin membiarkan orang itu dalam keadaan tertotok
di atas atap karena kalau sampai dia jatuh, tentu akan tewas.
Yang penting sekarang baginya adalah menangkap orang
yang melarikan benda pusaka. Sin Wan mengerahkan seluruh
tenaganya berlari cepat dan akhirnya dia dapat melihat
bayangan itu berloncatan dari atas atap ke atas atap, rumah
lain dan dia terus mengejar secepatnya.
Ternyata orang itu berlari ke rumah gedung milik Pangeran
Mahkota yang tadi! Berdebar rasa jantung di dada Sin Wan.
Kalau Si Kedok Hitam tadi berada dirumah itu, dia akan
menghadapi lawan berat. Si Kedok Hitam itu sudah berat,
apalagi kalau dibantu orang-orang lain. Akan tetapi dia tidak
merasa takut. Melihat orang itu menghilang ke dalam gedung,
diapun cepat mengintai dari atas atap. Yang membuat dia
heran adalah bahwa kini seluruh gedung dipasangi lampu
penerangan, tidak seperti tadi. Dia mengintai ke ruangan
tengah dan betapa kaget dan herannya melihat Pangeran
Mahkota Chu Hui San berada di situ, duduk menghadapi meja
panjang ditemani empat orang wanita muda yang cantik-
cantik. Dari pakaian mereka Sin Wan tahu bahwa empat orang
wanita itu pasti bukan selir atau dayang dari istana. Agaknya
sang pangeran mata keranjang itu sedang bersenang-senang
ditemani empat orang wanita panggilan. Anehnya, kenapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baru sekarang pangeran itu berada di situ sedangkan tadi,
hanya kurang lebih dua jam yang lalu, belum ada" Dan kini di
sekeiiling gedung itu terdapat pengawal, tidak seperti tadi.
Bagaimana si pencuri pusaka dapat masuk ke situ tanpa
diketahui pengawal" Kalau bersembunyi, dapat bersembunyi
di mana" Sin Wan meragu. Dia tidak berani lancang turun menemui
sang pangeran, karena hal itu akan dianggap dosa besar,
mengganggu kesenangan sang pangeran mahkota! Dia
menanti sampai setengah jam lamanya, tanpa melihat apa
yang dilakukan putera mahkota itu dengan empat orang
wanitanya, hanya bersiap siaga kalau-kalau bayangan tadi
muncul dan menyerang sang pangeran, atau kalau-kalau
bayangan itu menyelinap keluar lagi. Akan tetapi tidak terjadi
sesuatu. Bayangan tadi, maling yang dikejarnya, seperti
lenyap ditelan bumi. Karena tidak berani mengganggu Putera Mahkota, terpaksa
Sin Wan pulang dengan tangan kosong. Pada keesokan
harinya, pagi-pagi sekali dia membuat laporan kepada Bhok-
ciangkun tentang semua yang dilihat dan dialaminya semalam.
Bhok Cun Ki tentu saja tertarik sekali, terutama tentang Si
Kedok Hitam yang amat lihai. "Begitu lihainya dia sampai
dapat menandingimu, Sin Wan" Hemm, tentu dia seorang
tokoh besar dari Kerajaan Goan. Dia disebut Yang Mulia" ini
menunjukkan bahwa dia seorang bangsawan tinggi, mungkin
keluarga Kaisar Mongol yang telah kalah dan jatuh."
"Akan tetapi yang membuat saya tidak mengerti mengapa
Pangeran Mahkota tiba-tiba berada di sana, dan mengapa pula
Si Kedok Hitam dan dua orang anak buahnya yang mencuri
dari gedung pusaka dapat berada di sana pula?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, hal ini memang tidak masuk di akaL Kalau benar Si
Kedok Hitam itu seorang bangsawan Mongol, tidak mungkin
dia dapat berada di rumah milik Putera Mahkota! Memang
aneh sekali. Biarlah sekarang juga akan kuperiksa keadaan di
gedung pusaka, apakah ada pusaka yang hilang. Kalau
menurut ceritamu tadi, Si Kedok Hitam menyuruh anak
buahnya mencuri pusaka milik Kerajaan Mongol, terutama
cap-cap dan tanda-tanda kebesaran."
Sebentar saja Bhok Cun Ki memperoleh berita bahwa
gedung pusaka memang kecurian barang yang bagi Kerajaan
Beng tidak berharga, hanya disimpan di situ sebagai benda
sejarah, yaitu tiga buah cap kebesaran kaisar dan sebuah
pedang tanda kekuasaan kaisar Mongol.
"Jelas, pencurinya tentulah mata-mata Mongol!" seru Bhok
Cun Ki. "Akan tetapi bagaimana mungkin jaringan mata-mata
Mongol dapat bersembunyi di rumah Pangeran Mahkota" Hal
ini perlu penyelidikan, akan tetapi harus hati-hati sekali agar jangan sampai
Putera Mahkota merasa tersinggung. Beliau
adalah seorang pangeran, bahkan putera mahkota, calon
kaisar. Aku bagaimana juga tidak percaya kalau beliau
mempunyai hubungan dengan bangsawan Mongol yang
hendak mendirikan kembali Kerajaan Mongol. Mustahil ini!"
"Saya tahu akan kesulitan paman kalau harus menyelidiki
urusan ini. Paman seorang panglima, tentu tidak akan berani
kalau harus melakukan penyelidikan di rumah gedung milik
Putera Mahkota. Akan tetapi saya seorang yang tidak terikat
oleh disiplin ketentaraan sehingga saya tidak akan merasa
canggung dan rikuh. Apalagi saya membawa tanda kekuasaan
dari Sribaginda Kaisar yang saya terima dari suhu."
Bhok Cun Ki mengerutkan alisnya. "Akan tetapi, bagaimana
kalau Pangeran Mahkota marah" Sekali dia memberi isyarat,
para jagoan istana akan mengeroyok dan membunuhmu dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau engkau melawan, berarti engkau telah menjadi
pengkhianat dan pemberontak!"
Sin Wan menggeleng kepala dan tersenyum. "Saya kira
tidak akan begitu, paman. Saya akan menggunakan cara yang
halus dan seandainya dia bermain kasar, saya masih
mempunyai pelindung, yaitu surat kekuasaan Kaisar dan juga
kesaksian saya bahwa ada mata-mata Mongol berlindung di
rumah pangeran." Panglima itu menghela napas panjang. Urusan ini memang
penting sekali, dan akan dia bicarakan dengan atasannya,
yaitu Jenderal Shu Ta. "Baiklah, Sin Wan. Akan tetapi berhati-hatilah. Aku amat
membutuhkan bantuanmu pada pemilihan
bengcu kelak. Dan sebaiknya hal ini kusampaikan dulu kepada
Jenderal Shu Ta." Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Bhok-ciangkun
berkunjung ke benteng. Akan tetapi, ternyata dia tidak
bertemu dengan Jenderal Shu Ta yang belum datang, dan
hanya bertemu dengan wakilnya, yaitu Jenderal Yauw Ti.
Jenderal Yauw Ti yang bertubuh tinggi besar dan gagah itu
setelah menerima penghormatan Bhok Cun Ki, bertanya
heran, "Ada kepentingan mendesak apakah yang membuatmu
sepagi ini sudah mencari Jenderal Shu?"
Karena Jenderal Yauw Ti juga merupakan atasannya, maka
Bhok Cun Ki segera menerangkan tentang pengalaman Sin
Wan semalam. Mendengar ini, wajah Jenderal berubah merah
dan alisnya berkerut. "Hemm.... hemmm ...... engkau bermain dengan api, Bhok-
ciangkun," katanya tak senang. "Betapa beraninya bocah Uighur itu bicara!
Jangan-jangan dia malah mata-mata Mongol
yang hendak mengacaukan keadaan. Bagaimana mungkin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Mahkota .... ah, mustahil. Biar aku sendiri yang akan
bicara dengan beliau, dan jikalau ternyata anak Uighur itu
membohong, terpaksa aku akan menangkapnya dengan
tuduhan menghina Putera Mahkota!"
Bhok Cun Ki terkejut. Dia tahu betapa Jenderal ini
membenci suku-suku bangsa lain. Saya harap Yauw-goanswe
(Jenderal Yauw) tidak terburu nafsu. Saya akan mohon
pertimbangan Jenderal Shu .........."
"Heh, apa bedanya" Tidak urung diapun akan bertindak
seperti yang kulakukan. Di antara kami tidak pernah ada
ketidakcocokan. Kalau timbul masalah, harus kita tanggulangi
dengan secepatnya. Pangeran Mahkota dicurigai, maka harus
diselidiki sekarang juga untuk menentukan siapa yang
bersalah! Sudahlah, serahkan urusan ini ditanganku dan
kembalilah!" Ucapan itu merupakan perintah dan Bhok Cun Ki cepat
pulang dengan tubuh panas dingin. Celaka bagi Sin Wan
pikirnya. Jenderal Yauw adalah seorang yang sepenuhnya
setia kepada kaisar dan apalagi putera mahkota, dan seorang
yang keras hati dan keras tangan. Kalau sampai Pangeran
Mahkota menyangkal, dan keterangan Sin Wan tidak ada
bukti, celakalah Sin Wan!
Setelah tiba di rumah, Bhok Cun Ki cepat memberitahu Sin
Wan tentang pertemuannya dengan Jenderal Yauw. "Wah,
repot!" katanya cemas. "Jenderal Shu belum datang dan aku kepergok Jenderal
Yauw. Sukar untuk tidak berterus terang,
apa lagi diapun atasanku, wakil Jenderal Shu. Dan orang yang
keras hati itu langsung saja menanggapi, hendak menyelidiki
kepada Pangeran Mahkota. Dia berani bertindak keras
terhadap siapa saja, dan kalau sampai engkau tidak dapat
membuktikan keteranganmu, tentu engkau dapat dianggap
sebagai orang yang melakukan fitnah terhadap Pangeran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mahkota. Jenderal Yauw dapat berbuat hal-hal yang
mengejutkan, dan dia selalu keras, akan tetapi dia membela
kebenaran, tidak ada yang dapat membantahnya."
"Jangan khawatir, paman. Saya berpegang kepada
kebenaran dan saya yakin bahwa Tuhan Yang Maha Adil akan
selalu melindungi orang yang berada di pihak benar."
Bhok Cun Ki menghela napas panjang. "Akan tetapi, semua
orang akan mengaku benar, Sin Wan, untuk membela
tindakannya." "Saya mengerti, paman. Manusia dapat dibohongi, akan
tetapi Tuhan tidak! Tuhan Maha Mengetahui sehingga akan
mengetahui pula siapa benar siapa yang salah. Karena saya
yakin bahwa saya benar, tidak melakukan fitnah dan tidak
berbohong, maka saya berani menghadapi segala resikonya."
Bhok Cun Ki menghela napas panjang dan memandang
pemuda itu dengan kagum. "Engkau seorang gagah sejati Sin
Wan. Aih, kalau dahulu mudaku aku dapat bersikap sepertimu,
tentu sekarang tidak akan menanggung akibatnya. Nah, kalau
begitu terserah kepadamu, Sin Wan."
Pemuda itu maklum bahwa panglima ini tentu teringat akan
permusuhannya dengan Bi-coa Sianli Cu Sui In, akan tetapi dia
tidak menanggapi urusan yang amat pribadi itu. "Saya hanya minta agar paman suka
mengusahakan saya dapat menghadap, Pangeran Mahkota sekarang juga."
"Baik, akan kutemui kepala pengawal istana yang kukenal
baik. Apalagi engkau memegang tanda kekuasaan dari
Sribaginda Kaisar, tentu tidak sukar bagimu untuk menghadap
beliau." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benar saja, dengan bantuan Bhok Cun Ki, tidak sukar bagi
Sin Wan untuk memasuki istana dan diapun segera diantar
pengawal menuju ke gedung tempat tinggal Pangeran Chu Hui
San, putera Mahkota. Dan suatu kejutan yang sama sekali
tidak disangka-sangka oleh Sin Wan menyambutnya ketika dia
memasuki kamar tamu dan duduk di ruangan luas itu setelah
dipersilakan pengawal untuk menunggu di situ.
Kejutan itu muncul bersama Pangeran Chu Hui San.
Pangeran berusia empatpuluh tahun yang tinggi kurus,
bermuka pucat dan bermata cekung, pesolek dan tubuhnya
nampak lemah itu muncul bersama seorang pria tampan
berusia tigapuluh lima tahun, berpakaian sebagai seorang
sastrawan, lembut dan wajahnya cerah dihias senyum, tangan
kirinya memegang sebuah kipas putih yang sesuai pula
dengan pakaiannya yang serba putih indah, dan seorang gadis
yang membuat Sin Wan terbelalak karena gadis cantik yang
tersenyum simpul itu bukan lain adalah Tang Bwe Li atau Lili!
Sebagai seorang yang tahu sopan santun, Sin Wan yang
sudah mendapat gambaran tentang Pangeran Mahkota dan
yakin bahwa dia berhadapan dengan pangeran itu, segera
bangkit dari tempat duduknya dan menjatuhkan diri berlutut
dengan kaki kiri memberi hormat.
Pangeran Chu Hui San memandang kepada Sin Wan
dengan alis berkerut. Jelas bahwa kunjungan seorang pemuda
biasa di pagi hari itu, ketika tubuhnya masih terasa lelah dan
malas bangun, mengganggunya. Akan tetapi kepala pengawal
mengatakan bahwa pemuda yang mohon menghadap itu
adalah seorang yang memegang tanda kekuasaan kaisar dan
mohon menghadap untuk urusan yang teramat penting
mengenai keselamatan sang pangeran, maka mau tidak mau
dia terpaksa bangun dan menerima tamu itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sin Wan .......! Engkau yang datang ini?" Lili berseru, suaranya mengandung
kejutan, keheranan dan juga
kegembiraan. "Ehh" Engkau sudah mengenal pemuda ini, nona Lili?"
Sang pangeran bertanya heran.
Lili tersenyum manis dan Sin Wan melihat betapa Lili
nampak sudah akrab dengan pangeran itu, bahkan sikapnya
tidak sangat merendah seperti sikap orang lain terhadap
seorang pangeran mahkota. "Tentu saja, pangeran! Sejak
berusia sepuluh tahun aku sudah mengenalnya!"
Sin Wan yang masih terkejut dan heran, hanya dapat
berkata dengan suara lirih, "Lili, tidak kusangka akan bertemu denganmu di
sini." Dia memandang kepada pria tampan yang
berpakaian sastrawan, akan tetapi tidak mengenalnya.
"Aku belum lama berada di sini, Sin Wan, menjadi
pengawal pribadi yang mulia pangeran mahkota!"
Melihat kedua orang muda itu saling tegur dan bicara
seolah-olah dia sendiri tidak berarti dan sudah dilupakan
orang, Pangeran Chu Hui San menjadi marah. Tidak marah
kepada Lili yang diperkenalkan kepadanya oleh Yauw Siucai,
dan diangkat menjadi pengawal pribadinya karena selain gadis
itu amat lihai, juga cantik menarik sekali dan dia
mengharapkan gadis itu sekali waktu akan menyerahkan diri
kepadanya. Dia marah kepada Sin Wan yang dianggapnya
telah mengganggu waktunya.
"Orang muda," teguran dengan suara berwibawa.
"Pengawal tadi mengatakan bahwa engkau adalah seorang
yang memegang tanda kekuasaan Kaisar. Benarkah itu" Kalau
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
benar, buktikan kepada kami."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
16. Cucu See-thian Coa-ong
Mendengar perintah ini, Sin Wan yang tadinya berlutut
dengan sebelah kaki, bangkit berdiri dan mengeluarkan
sehelai bendera kecil, yaitu bendera tanda kekuasaan kaisar
yang diberikan kepada seorang utusan yang dipercaya.
Melihat benda ini, sastrawan berpakaian serba putih itu cepat
menjatuhkan diri berlutut, dan sang pangeran juga
membungkuk dengan hormat. Sastrawan itu yang melihat Lili
masih berdiri seperti biasa saja berbisik, "Nona Lili, berlututlah untuk memberi
hormat!" Lili memandang heran. "Apa-apaan ini" Mengapa aku
disuruh berlutut" Kepada Sin Wan ini?"
"Bukan kepada orangnya, akan tetapi kepada bendera itu.
Leng-ki itu adalah bendera kekuasaan dari Sribaginda dan kita
menghormatinya sebagai wakil kehadiran Sribaginda sendiri.
Berlututlah, nona......" kata pula sastrawan itu berbisik.
Mendengar ini, mau tidak mau Lili lalu berlutut, walaupun
mulutnya cemberut. Kalau berlutut menghormati kaisar, tentu
saja ia akan melakukannya dengan senang. Akan tetapi
kepada sehelai bendera yang dipegang oleh Sin Wan" Lucu!
Sementara itu, Pangeran Mahkota lalu berkata, "Orang
muda, kami telah melihat bahwa engkau memang memegang
sebuah leng-ki. Simpanlah pusaka itu dan silakan duduk."
Sikap pangeran itu kini menjadi hormat.
Sin Wan hanya ingin membuktikan bahwa dirinya memang
menjadi wakil Ciu-sian yang mendapatkan leng-ki dari kaisar,
bukan berniat mempergunakan kesempatan itu untuk
menyombongkan diri. Dia cepat menggulung dan menyimpan
kembali leng-ki, dan duduk di atas kursi, berhadapan dengan
pangeran mahkota. Setelah sang pangeran duduk, Yauw
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siucai dan Lili juga mengambil tempat duduk di belakang
pangeran itu. "Nah, sekarang katakan apa keperluan yang mengenai
keselamatan kami itu, dan siapa namamu," kata sang
pangeran. Sin Wan memberi hormat sambil duduk dan berkata,
"Sebelumnya harap paduka maafkan saya yang telah berani
menghadap paduka tanpa dipanggil dan mengganggu waktu
paduka. Nama saya Sin Wan dan saya mewakili suhu Ciu-sian
yang menerima titah Sribaginda Kaisar untuk melakukan
penyelidikan tentang gerakan jaringan mata-mata Mongol
yang merupakan ancaman bagi pemerintah."
"Hemm, kalau engkau melaksanakan tugas seperti itu,
kenapa pagi ini datang menghadap padaku" Kami tidak ingin
memusingkan kepala dengan segala macam urusan penjagaan
keamanan!" Sang pangeran mulai marah lagi karena merasa
terganggu. "Maafkan saya, Yang Mulia. Tidak sekali-sekali saya berani mengganggu waktu
paduka kalau saja malam tadi tidak terjadi
sesuatu yang amat aneh sehingga terpaksa saya
memberanikan diri menghadap paduka untuk mohon
keterangan." Pangeran Chu Hui San mengerutkan kening dan
memandang heran. "Terjadi apakah dan mengapa minta
keterangan dari kami?"
Dengan singkat namun jelas Sin Wan lalu menceritakan
pengalamannya semalam, betapa dia melihat tiga orang
berkedok berada di rumah gedung peristirahatan milik
pangeran mahkota diluar lingkungan istana, sebelum melihat
sang pangeran berada di rumah itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Demikianlah, Yang Mulia. Saya hanya ingin mohon
keterangan, siapakah tiga orang berkedok itu."
Wajah Pangeran Mahkota menjadi merah. "Memang benar
semalam kami pergi ke rumah peristirahatan kami di luar
istana, dikawal oleh sepasukan pengawal. Akan tetapi di sana
tidak ada siapa-siapa lagi. Kami tidak mengerti apa yang kau
maksudkan dengan orang-orang berkedok itu!"
Tiba-tiba Lili yang berada di belakang pangeran itu
menegur. "Sin Wan, semalam aku tidak disuruh mengawal
yang mulia pangeran. Kalau engkau memang melihat tiga
orang berkedok berada di rumah pangeran, kenapa engkau
tidak menangkap mereka?"
"Benar sekali pertanyaan itu," kata sang pangeran. "Engkau bertugas sebagai
penyelidik, kenapa engkau tidak menangkap
mereka?" "Mohon maaf, yang mulia. Orang berkedok itu lihai bukan
main dan saya tidak berhasil menangkapnya. Adapun si kedok
hijau dan kedok biru yang melakukan pencurian di gedung
pusaka, setelah saya kejar, dia melarikan diri dan menghilang
pula di gedung peristirahatan paduka itu dan lenyap. Karena
semalam saya melihat paduka berada di sana maka saya tidak
berani melakukan pengejaran ke dalam."
Kini sastrawan berpakaian putih yang nampak lembut itu,
memberi hormat kepada pangeran dan berkata dengan halus.
"Maaf, pangeran. Urusan yang diceritakan pemuda ini
menyangkut nama paduka, oleh karena itu, haruslah
dibuktikan kebenarannya. Pemuda ini harus dapat
memperlihatkan bukti dari apa yang dia ceritakan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tepat sekali! Nah, Sin Wan, apa buktinya bahwa semua
ceritamu itu benar-benar terjadi?" tanya sang pangeran.
Pada saat itu, kepala pengawal masuk dan menjatuhkan
diri berlutut di ambang pintu ruangan, "Mohon ampun yang
mulia. Jenderal Yauw Ti mohon menghadap paduka sekarang
juga!" Sebelum sang pangeran menjawab, jenderal yang tinggi
besar itu sudah melangkah masuk dan dia menjatuhkan diri
berlutut dengan sebelah kaki dan memberi hormat kepada
pangeran mahkota. Kepala pengawal segera mengundurkan
diri dengan hati lega karena kemunculan jenderal itu
membebaskan dia dari kemarahan sang pangeran.
"Pangeran, hamba ingin bicara penting dengan paduka
sekarang juga!" kata jenderal itu dengan sikap dan suara
tegas. Pangeran mahkota mengerutkan alisnya dan
memandang kepada jenderal itu. Biarpun sikapnya jelas
menunjukkan bahwa hatinya tidak senang dengan semua
gangguan ini, namun dia tahu bahwa jenderal yang datang ini
adalah seorang kepercayaan ayahnya dan terkenal jujur dan
keras, maka diapun mengangguk dan berkata.
"Hemm, kiranya engkau, Jenderal Yauw Ti. Ada urusan
apakah pagi-pagi begini engkau sudah datang berkunjung?"
Jenderal itu tanpa dipersilakan lalu bangkit dan duduk,
kemudian dia memandang kepada Sin Wan dan mukanya
berubah kemerahan seperti orang marah. "Yang Mulia,
kebetulan sekali urusan yang hendak hamba bicarakan
mengenai diri pemuda itu. Hamba mendengar dari Bhok-
ciangkun bahwa pemuda itu, eh, siapa namanya, Sin Wan" Ya,
dia memberi keterangan bahwa dia melihat penjahat dan
pencuri bersembunyi di dalam rumah peristirahatan paduka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Urusan ini teramat penting, menyangkut nama baik paduka
dan harus dibikin terang sekarang juga."
"Ahh, kamipun sedang membicarakan soal itu dengan Sin
Wan ini dan kami sedang menuntut agar dia dapat
membuktikan apa yang dia ceritakan itu," kata sang pangeran.
"Tepat sekali itu, Pangeran yang mulia!" seru Jenderal Yauw Ti. "Memang hamba
sendiripun merasa penasaran
mendengar cerita itu dan hamba menuntut agar pemuda
Uighur yang kebetulan menjadi murid Sam-sian ini
membuktikan kebenaran ceritanya."
"Pangeran!" tiba-tiba Lili berseru dengan suara tegas.
"Urusan ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan
suku bangsa atau keturunan! Saya memprotes kalau orang
menekankan kepada kesukuan Sin Wan!"
Sin Wan sendiri terkejut. Dia tahu benar bahwa gadis liar
ini memang mencintanya, akan tetapi membelanya secara
demikian kasar, di depan Pangeran Mahkota dan seperti
menyerang Jenderal Yauw Ti, sungguh merupakan perbuatan
yang terlalu berani dan lancang. Pangeran Chu Hui San hanya
tersenyum, agaknya dia sudah mengenal watak pengawal
pribadinya yang baru itu sehingga tidak merasa heran melihat
peledakan ini. Akan tetapi, jenderal Yauw Ti mengerutkan
alisnya yang tebal dan memandang kepada Lili dengan mata
melotot marah. Akan tetapi, gadis itupun memandang
kepadanya dengan balasan mata melotot yang tidak kalah
sengitnya! "Yang Mulia, siapakah gadis yang kasar dan lancang ini?"
tanya sang jenderal, menahan kemarahannya karena di depan
Pangeran Mahkota tentu saja dia tidak berani bersikap kasar.
Pangeran Mahkota segera menengahi dan menyabarkan
Jenderal Yauw Ti. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jenderal Yauw Ti, harap jangan marah. Ia ini Lili, eh, nona Tang Bwe Li dan ia
adalah pengawal pribadiku yang baru. Ia
amat lihai dan boleh dipercaya, dan yang ini adalah Yauw
Siucai. Eh, menarik sekali karena kebetulan nama keluarganya
sama dengan margamu. Yauw Siucai ini adalah pengawal juga
akan tetapi sekarang dia telah menjadi guru sastra untuk
puteraku." Jenderal Yauw Ti mengangguk-angguk, kemudian dia
kembali memandang kepada Sin Wan dan berkata, "Seperti
hamba katakan tadi, pangeran. Tuntutan paduka memang
tepat dan pemuda itu harus dapat membuktikan bahwa
omongannya itu betul. Nah, Sin Wan, bagaimana
jawabanmu?" Sejak tadi Sin Wan hanya menjadi penonton saja. Dia tidak
khawatir terhadap jenderal itu karena tahu bahwa jenderal itu
adalah orang yang amat setia kepada Kerajaan Beng, seorang
yang sudah berjasa besar. Adapun sastrawan itu, kalau dia itu
pengawal dan juga guru sastra di istana, tentu merupakan
orang yang boleh dipercaya. Hanya dia masih bingung dan
harus heran melihat Lili secara tiba-tiba menjadi pengawal
pribadi Pangeran Chu Hui San! Kini, menghadapi pertanyaan
jenderal galak yang agaknya tidak suka kepada suku bangsa
Uighur itu, dengan sikap tenang diapun menatap wajah
jenderal itu. "Kalau jenderal sekarang memeriksa ke gedung pusaka,
tentu akan mendengar bahwa ada benda-benda yang hilang
dan itu merupakan bukti kebenaran cerita saya. Juga para
penjaga yang tertotok semalam, akan dapat bercerita. Itulah
bukti saksi kebenaran keterangan saya."
"Hemm, itu hanya saksi bahwa memang gedung pusaka
pernah dimasuki pencuri. Itu tidak ada sangkut-pautnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan nama yang mulia Pangeran Mahkota. Yang kami
tuntut pembuktiannya adalah keteranganmu bahwa para
penjahat berkedok berada di rumah gedung milik beliau. Nah,
engkau harus dapat membuktikan itu. Mari kita bersama
menggeledah rumah itu untuk mencari orang-orang berkedok
yang kau ceritakan itu!"
"Sudah pasti kita tidak akan dapat menemukan
seorangpun!" bantah Sin Wan sambil tersenyum. "Mereka adalah orang-orang lihai
dan tidak mungkin mereka begitu
bodoh untuk tinggal diam saja disana menunggu ditangkap."
"Orang muda, hati-hati dengan kata-katamu. Engkau telah
melempar fitnah dengan mengatakan bahwa ada penjahat
bersembunyi di rumah yang mulia Pangeran Mahkota. Apakah
engkau hendak mengatakan bahwa beliau bersekongkol
dengan penjahat berkedok?"
Sin Wan terkejut bukan main. Tak disangkanya bahwa
urusan membelok sedemikian rupa sehingga dia yang kini
terancam bahaya! "Ah, sama sekali tidak, Jenderal!"
"Kaubilang sama sekali tidak" Akan tetapi bagaimana kalau
orang-orang mendengar bahwa pencuri pusaka lari
menghilang ke dalam rumah pangeran, dan mendengar
bahwa engkau melihat tiga orang berkedok berada di rumah
itu" Apakah tidak didesas-desuskan orang bahwa Pangeran
Mahkota menyembunyikan penjahat-penjahat di rumah
beliau" Hayo katakan, bagaimana engkau dapat membuktikan
kehadiran para penjahat di rumah beliau. Kalau tidak, terpaksa
aku akan menangkap dan menahanmu sebagai orang yang
menghina dan melempar fitnah kepada Pangeran Mahkota!"
Sin Wan tak dapat menjawab dan dia semakin terkejut. Dia
yang kini terancam bahaya, akan tetapi dia tidak menyalahkan
kekerasan Jenderal Yauw Ti. Jenderal itu memang sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepantasnya kalau mencurigainya. Pria berpakaian sastrawan
itu kini berkata dan suaranya tetap lembut.
"Saudara Sin Wan yang gagah, apa yang dikatakan tay-
ciangkun (panglima besar) Yauw memang tidak keliru.
Sebaiknya kalau engkau dapat membuktikan kebenaran
keteranganmu dengan menangkap semua atau seorang di
antara para penjahat berkedok itu, baru engkau mendapatkan
bukti." Sin Wan menggeleng kepala. '"Bagaimana mungkin saya
dapat mencari mereka" Selain lihai, merekapun berkedok
sehingga saya tidak mengenal wajah mereka."
"Kalau begitu, kami harus menangkap dan memeriksamu,
mengusut perkara ini, dengan tuduhan engkau sudah
menghina Yang Mulia Pangeran!" Jenderal itu lalu menengok
ke arah pintu untuk memanggil pasukan.
"Tunggu ........!!" Tiba-tiba Lili melangkah maju dan mengeluarkan suara
bentakan yang mengejutkan semua
orang. "Sin Wan, keluarkan, leng-kimu tadi, cepat!"
Sin Wan yang tadinya sudah merasa bingung, tiba-tiba
teringat bahwa dia memiliki senjata yang ampuh, yaitu
bendera tanda kekuasaan dari kaisar itu. Kini, mendengar
seruan Lili, demi untuk menyelamatkan diri, diapun
mengeluarkan bendera kecil itu dan mengangkatnya ke atas
kepala. Lili segera menjatuhkan diri berlutut menghadap Sin Wan
dan berseru dengan suara lantang. "Banswe, ban-ban-swe
(hidup Sribaginda Kaisar)!"
Seruan ini biasa dilakukan orang apabila menghadap kaisar
untuk memberi hormat dan memujikan kaisar panjang umur
sampai selaksa tahun! Melihat ulah gadis ini, mau tidak mau
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semua orang menjatuhkan diri berlutut dengan satu kaki
memberi hormat kepada bendera kekuasaan kaisar itu dengan
seruan yang sama. "Siapa yang menghina pemegang leng-ki, sama dengan
menghina kaisar sendiri!" seru Lili.
Jenderal Yauw Ti menjadi penasaran. "Leng-ki berada di
tangan orang yang salah! Aku harus menangkap Sin Wan ini!"
"Menangkap pemegang leng-ki sama dengan menangkap
Sribaginda Kaisar! Apakah engkau hendak memberontak
terhadap Sribaginda, Jenderal" Kalau begitu halnya, sebagai
hamba yang setia aku akan menentangmu!" Lili juga berdiri
dan sikapnya menantang. Melihat ini, Pangeran Mahkota melerai. "Hentikanlah
keributan ini dan kita bicara dengan kepala dingin."
"Pangeran," kata Lili cepat mendahului jenderal itu. "Aku mengenal benar siapa
Sin Wan. Dia seorang pendekar yang
gagah perkasa, dan aku yakin dia tidak akan melakukan hal
yang salah, apalagi menghina dan menyebar fitnah kepada
paduka! Dia pemegang leng-ki, kalau kita mengganggunya,
tentu Sribaginda akan marah sekali." Saking emosinya, gadis itu sampai lupa diri
dan menyebut diri sendiri aku begitu saja
kepada Pangeran Mahkota! Pangeran Chu Hui San maklum akan kebenaran pendapat
Lili, maka diapun menyabarkan hati Jenderal yang galak itu.
"Sudahlah, Jenderal Yauw Ti. Apa yang dikatakan Lili memang benar. Engkau, tidak
boleh terburu nafsu. Mungkin saja
rumahku itu dijadikan tempat persembunyian penjahat di
waktu saya tidak berada di sana. Siapa tahu" Penjahat itu lihai dan tentu
cerdik. Kalau mereka bersembunyi di sana, siapa
yang akan menduga dan menangkap mereka?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jenderal itu mengangguk. "Baiklah, Yang Mulia. Akan tetapi hamba akan melapor
dan memprotes kehadapan Yang Mulia
Sribaginda Kaisar dan mohon agar leng-ki itu dicabut dari
tangan bocah Uighur ini." Dia lalu berpaling kepada Lili dan melotot. "Dan
kau ..... kau .... " Penuh kebencian sinar matanya seperti menyerang diri Lili.
Gadis itu membusungkan dadanya. "Aku mengapa" Engkau
jenderal, aku pengawal pribadi pangeran, kita sama-sama
mengabdi kepada kerajaan. Kalau aku benar, engkau mau
apa" Jangan dikira aku takut padamu, jenderal galak!"
Jenderal Yauw Ti mengepal tinjunya. Rasanya ingin sekali
dia menerjang dan sekali pukul menghancurkan kepala gadis
yang begitu beraninya memaki dan menentangnya di depan
pangeran. Akan tetapi, di situ ada pangeran mahkota dan
gadis itu adalah pengawal pribadi yang agaknya amat
disayangnya, maka tentu saja dia hanya menekan
kemarahannya dan setelah memberi hormat kepada sang
pangeran, diapun meninggalkan ruangan itu dengan muka
merah padam. "Sin Wan, cepat kau pergi. Selidiki dan sedapat mungkin
tangkaplah orang-orang berkedok itu, jangan lagi datang ke
sini karena yang mulia pangeran tidak tahu apa-apa tentang
mereka," kata Lili. "Biar kuantar engkau keluar agar jangan diganggu jenderal
galak itu!" Lili memberi hormat kepada
Pangeran Mahkota. "Pangeran, perkenankan saya mengantar
Sin Wan keluar dari istana."
Pangeran itu. menghela napas panjang dan menggerakkan
tangan memberi isyarat agar mereka pergi. Sin Wan memberi
hormat, lalu dia keluar dari ruangan itu bersama Lili.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan mudah mereka melewati semua penjagaan, karena
para penjaga sudah mengenal gadis cantik yang menjadi
pengawal pribadi yang baru dari Pangeran Mahkota. Tak lama
kemudian rnereka sudah tiba di luar pintu gerbang istana.
"Nah, selamat jalan, Sin Wan. Berhati-hatilah engkau,
agaknya jenderal galak itu membencimu."
"Terima kasih, Lili. Kenapa engkau melakukan, semua ini
untukku" Kenapa engkau begini baik kepadaku dan berani
menentang seorang jenderal berkuasa untuk membelaku?"
tanya Sin Wan sambil menatap wajah cantik itu. Sebetulnya
tidak perlu lagi dia bertanya, karena dia sudah tahu. Akan
tetapi karena dia sangat berterima kasih dan terharu, karena
tanpa pembelaan Lili mungkin dia sudah menjadi tawanan, dia
mengajukan pertanyaan itu.
"Kenapa, Sin Wan" Engkau masih bertanya lagi, kenapa"
Lupakah engkau bahwa aku cinta padamu" Aku rela
mengorbankan nyawa untuk membelamu karena aku cinta
padamu, Sin Wan. Selamat jalan." Gadis itu membalikkan diri dengan cepat dan
memasuki lagi pintu gerbang daerah istana
yang terlarang itu. Sin Wan berdiri mematung, mengamati kepergian gadis itu
sampai lenyap, di sebelah dalam pintu gerbang. Dia menghela
napas dan membalikkan tubuh, pergi dari situ. Dia merasa iba
kepada Lili dan merasa rmenyesal mengapa dia tidak dapat
membalas cinta kasih yang demikian besarnya. Cintanya
masih kepada Lim Kui Siang, namun gadis yang dicintanya dan
yang tadinya juga mencintanya, sekarang berbalik
membencinya karena dia dianggap musuh besarnya! Ayah
tirinya, yang juga merupakan guru pertamanya, telah
membunuh ayah gadis itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Wan segera melupakan wajah kedua orang gadis itu
dan menyadari kembali keadaannya. Penyelidikannya telah
gagal, bahkan kini dia yang terancam oleh kecurigaan Jenderal
Yauw Ti. Kalau jenderal itu melapor kepada kaisar, bukan tak
mungkin dia akan ditangkap dan dituduh telah menghina
pangeran mahkota. Cepat dia melangkahkan kakinya menuju ke benteng, dan
di sana dengan girang dia dapat menghadap Jenderal Shu Ta!
Hanya jenderal inilah yang agaknya dapat menolongnya
karena jenderal ini adalah atasan jenderal Yauw Ti. Setelah
duduk berhadapan dengan Jenderal Shu Ta, Sin Wan
melaporkan segala yang telah dialaminya semalam, kemudian
betapa dia diancam oleh Jenderal Yauw Ti yang menganggap
dia menghina pangeran mahkota.
Setelah mendengarkan semua laporan Sin Wan dengan
penuh perhatian, Jenderal Shu Ta mengangguk-angguk,
"Jenderal Yauw Ti memang berwatak keras, dan secara tidak
kebetulan bagimu, dahulu dia pernah tertawan bangsa Uighur
dan mengalami siksaan sebagai tawanan musuh sehingga
setelah dia dapat dibebaskan, dia menaruh dendam kebencian
kepada bangsa Uighur. Biarpun demikian, apa yang dia
lakukan terhadap dirimu bukan semata karena dendam
kepada bangsamu itu, melainkan berdasarkan perhitungan
yang tidak dapat disalahkan. Memang, kalau tidak ada bukti,
keteranganmu itu dapat dianggap sebagai penghinaan dan
pencemaran nama baik pangeran mahkota. Kurasa, benar
seperti pendapat pangeran mahkota, para penjahat itu
sengaja mempergunakan rumah peristirahatannya yang
kosong untuk bersembunyi, dan aku sendiripun tidak akan
menyangka bahwa rumah itu akan dijadikan tempat
persembunyian penjahat. Sudahlah, aku akan menemui
Jenderal Yauw Ti agar dia tidak menghadap Sribaginda
Kaisar." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lega rasa hati Sin Wan. Ketika dia meninggalkan benteng
matahari telah naik tinggi dan dia merasa lapar. Sejak pagi dia belum makan. Sin
Wan lalu pergi ke sebuah rumah makan
besar di sudut kota yang tidak begitu ramai. Akan tetapi
sebelum tiba di rumah makan itu, ketika melewati sebuah
rumah penginapan, tiba-tiba dia melihat dua orang di
pekarangan rumah penginapan yang membuat dia cepat
menyelinap agar tidak kelihatan oleh mereka.
Jantungnya berdebar penuh ketegangan ketika dia
mengenal seorang di antara mereka. Wanita cantik yang
memasuki pekarangan, bersama seorang kakek tinggi kurus
itu adalah Bi-coa Sianli Cu Sui In, bekas guru Lili yang kini
menjadi sucinya! Dia tidak mengenal kakek itu, akan tetapi
melihat Cu Sui In, diapun teringat kepada Lili dan timbul
keinginan tahunya Lili sendiri sudah menjadi pengawal pribadi
pangeran mahkota. Dia sendiri tidak menaruh curiga
sedikitpun terhadap Lili, karena dia yakin bahwa Lili adalah
seorang gadis yang pada dasarnya memiliki hati yang baik,
walaupun ia kasar dan liar. Akan tetapi, lain lagi dengan Bi-coa Sianli! Wanita
iblis ini telah menewaskan dua orang di antara
tiga gurunya, yaitu Kiam-sian (Dewa Pedang) dan Pek-mau-
sian (Dewa Rambut Putih).
Seorang wanita yang lihai bukan main, juga amat kejam.
Kehadirannya di kota raja ini sungguh mencurigakan. Dan
yang lebih menarik hatinya, kini dia tahu bahwa Cu Sui In
yang masih tetap cantik dalam usia setengah tua itu dahulu
adalah kekasih Bhok Cun Ki. Wanita inilah yang menyuruh Lili
untuk membunuh Bhok Cun Ki. Dan kini ia datang sendiri ke
kota raja. Siapa pula kakek yang tinggi kurus itu" Dia harus
menyelidiki. Siapa tahu ada kaitannya antara mereka dengan
orang-orang berkedok. Andaipun tidak ada kaitannya, dia
harus menyelidiki demi Lili dan Bhok Cun Ki.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah melihat kedua orang itu memasuki rumah
penginapan, Sin Wan menggunakan kepandaiannya,
memasuki rumah penginapan itu dengan mengambil jalan
memutar dari kebun belakang. Ketika dia melewati sebuah
kamar yang pintunya tertutup, dia mendengar suara Cu Sui In,
atau yang diduganya suara iblis betina itu, suara wanita yang
merdu dan dingin. "Sungguh heran, di mana sumoi" Susah benar mencari
jejaknya!" Lalu terdengar suara parau dan dalam seorang pria, tentu
pria yang sudah tua, didahului suara tawanya. "Ha..ha..ha, engkau memang aneh
sekali, Sui In! Heran aku mengapa ada
kebencian yang dapat kaupendam sedemikian lamanya"
Kebencian yang aneh. Kalau menghendaki dia mampus, apa
sukarnya" Engkau malah menyuruh anakmu yang membunuh
ayah kandungnya, dan sekarang engkau gelisah sendiri.
Ha..ha..ha, sungguh mati, seorang wanita memang makhluk
paling aneh di dunia ini."
"Ayah, lebih baik jangan bicara tentang itu!"
"Kenapa" Dia itu muridku, juga cucuku satu-satunya!"
"Sudahlah, ayah. Sudah kukatakan, jangan mencampuri
urusan pribadiku yang satu ini!"
Sunyi di kamar itu dan Sin Wan cepat menyelinap pergi.
Wajahnya berubah penuh ketegangan dan harus
menenteramkan hatinya lebih dulu di jalan kecil, lorong di
belakang rumah penginapan itu. Mereka bicara tentang Lili!
Dan ternyata Lili adalah puteri Cu Sui In, dan pria tua yang
disebut ayah oleh Bi-coa Sianli itu, yang mengakui Lili sebagai cucunya, siapa
lagi lagi kalau bukan See-thian Coa-ong"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kenyataan ini terlalu hebat bagi Sin Wan, membuatnya
terkesima dan seperti kehilangan akal.
Iblis betina itu mendendam secara aneh kepada Bhok Cun
Ki! Dan Lili ternyata puterinya, puteri Cu Sui In dan puteri
Bhok Cun Ki! Kini mengertilah Sin Wan. Ketika Bhok Cun Ki
meninggalkan kekasihnya, Cu Sui In, wanita itu dalam
keadaan mengandung. Hal ini agaknya tidak diketahui Bhok
Cun Ki. Pantaslah, Cu Sui In demikian mendendam kepada
kekasihnya atau ayah dari anaknya. Akan tetapi, betapa
kejamnya iblis betina itu. Dendamnya hendak dibalasnya
secara aneh, yaitu ia hendak mengadu anaknya agar
bermusuhan dengan ayahnya sendiri. Ia hendak membuat
ayah dan anak itu saling berbunuhan.
Hal ini harus dicegah! Sin Wan merasa amat iba kepada Lili,
gadis yang malang itu, yang amat mencintanya, dan andaikata
di sana tidak ada Kui Siang, betapa akan mudahnya membalas
cinta kasih seorang gadis seperti Lili. Akan tetapi bagaimana
cara mencegahnya" Menasehati mereka tidak akan ada
gunanya, dan pula, diapun tidak berhak mencampuri urusan
rumah tangga dan urusan pribadi mereka.
Akan tetapi satu hal sudah jelas, Bi-coa Sianli Cu Sui In dan
ayahnya See-thian Coa-ong, tidak ada hubungannya dengan
orang-orang berkedok yang bersembunyi di rumah
peristirahatan pangeran mahkota. Agaknya ayah dan anak itu
baru tiba sekarang dan mereka mencari-cari Lili yang oleh
sucinya disuruh membunuh Bhok Cun Ki. Gadis yang malang
itu sama sekali tidak menyadari bahwa yang disuruh bunuh
adalah ayah kandungnya sendiri, dan yang menyuruhnya
adalah ibunya sendiri! Sin Wan teringat. Hampir saja Lili tewas ketika bertanding
melawan Bhok Cun Ki, diserang oleh orang lain secara
menggelap, kemudian diselamatkan atau ditolong oleh Bhok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cun Ki. Sebaliknya kalau mereka itu saling dipertemukan agar
Lili dapat bercerita kepada sucinya tentang sikap Bhok Cun Ki.
Mungkin saja kebaikan hati Bhok Cun Ki terhadap Lili akan
mencairkan kebekuan hati mendendam dalam dada wanita itu.
Tidak terlalu lama dia menanti di depan rumah penginapan
itu. Ketika dia melihat ayah dan anak itu keluar dari pintu
depan rumah penginapan, cepat dia memasuki pekarangan
dan menyongsong mereka. Cu Sui In masih tidak berubah,
masih seperti dulu ketika dia melihatnya dalam pertemuan
antara pimpinan kai-pang (perkumpulan pengemis) untuk
merebutkan kedudukan pimpinan para kai-pang.
Peristlwa itu terjadi setahun lebih yang lalu ketika dia
bersama Kui Siang mengikuti Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki yang
akhirnya menjadi pemimpin besar para kai-pang kembali,
kedudukan yang sebelum itu juga dipegangnya. Akan tetapi
dipilihnya Pek-sim Lo-kai adalah karena keputusan atau
perintah dari Raja Muda Yung Lo, sehingga para calon lainnya
terpaksa mundur, di antara mereka terdapat pula Bi-coa Sianli
Cu Sui In. Ketika Sin Wan bertemu pandang dengan kakek yang
berjalan di samping wanita cantik itu, diam-diam dia terkejut
dan kagum. Sinar mata kakek ini mencorong seperti mata
seekor naga. Biarpun tubuhnya tinggi kurus, namun kakek ini
kelihatan gagah dan berwibawa, terutama sekali matanya.
"Harap ji-wi memaafkan saya ......" Sin Wan memberi
hormat dan mengangkat kedua tangannya ketika dia berdiri di
depan kedua orang itu, menghadang perjalanan mereka.
"Hemm, orang muda, siapa engkau dan mau apa?" See-
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
thian Coa-ong bertanya, senyumnya yang selalu menghias
mulut seperti orang mengejek itu tidak pernah meninggalkan
bibir. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heii, bukankah engkau ...... murid Sam-sian yang bernama
Sin Wan itu?" Cu Sui In berseru sambil menudingkan telunjuk kanannya ke arah
muka Sin Wan. Ia teringat akan pengakuan
sumoinya. Lili mencinta pemuda ini! "Mau apa engkau
menghadangku" Apakah engkau hendak membalaskan
kematian Kiam-sian dan Pek-mau-sian?"
"Tidak sama sekali. Saya hanya ingin memberitahu kepada
ji-wi locianpwe bahwa saya pernah bertemu dengan Lili, dan
ketika tadi melihat ji-wi, saya lalu bermaksud memberitahu."
Cu Sui In menatap tajam. "Engkau bertemu dengan Lili" Di
mana ia?" Pertanyaannya dilakukan tergesa-gesa karena
hatinya gembira mendengar itu.
"Di dalam istana kaisar!" Jawab Sin Wan.
"Ahhh?"" See-thian Coa-ong sendiri dan puterinya
mengeluarkan seruan kaget. Bagaimana mungkin Lili berada di
istana kaisar" "Apa maksudmu, Sin Wan?" tanya Bi-coa Sianli Cu Sui In.
"Saya bertemu Lili di dalam istana. Ia tinggal di istana
Pangeran Mahkota Chu Hui San sebagai pengawal pribadi
beliau. Hanya itu yang ingin saya sampaikan kepada jiwi,
selanjutnya terserah kepada ji-wi." Sin Wan membalikkan diri hendak meninggalkan
tempat itu. "Haii, tunggu!" terdengar kakek itu membentak dan Sin Wan terpaksa menghentikan
langkahnya, membalik dan kembali berhadapan dengan mereka. "Sikapmu mencurigakan
sekali. Hayo katakan terus terang apa maksudmu dengan
pemberitahuan ini atau kau akan kubunuh sekarang juga!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah, dia adalah pemuda yang dicinta Lili. Sin Wan,
kenapa engkau memberitahukan tetang Lili kepadaku?"
"Lili telah menyelamatkan saya. Saya berhutang budi
kepadanya, akan tetapi saya khawatir dengan kehadirannya di
istana. Amat berbahaya bagi gadis seperti Lili, akan tetapi
saya tidak berdaya, tidak dapat mencegahnya. Oleh karena itu
ketika saya melihat ji-wi, saya memberitahu agar ji-wi dapat
mengeluarkannya dari istana."
Sin Wan memberi hormat dan kini dia pergi tanpa dicegah
oleh ayah dan anak itu. Setelah pemuda itu pergi, Cu Sui In
berkata kepada ayahnya, "Ayah, sekarang juga kita ke istana, menemui Lili dan
mengajaknya keluar. Apa-apaan ia menjadi
pengawal pribadi pangeran mahkota segala!"
"Ha..ha, siapa tahu ia ingin menjadi isteri pangeran
mahkota agar kelak menjadi pemaisuri kaisar" Ha..ha..ha..ha!"
Akan tetapi datuk ini menurut saja ketika puterinya menarik
tangannya dan mengajaknya pergi menuju ke istana!
Ketika Lili kembali ke istana pangeran setelah mengantar
Sin Wan keluar istana, seorang pengawal menyambutnya dan
memberitahu bahwa ia dipanggil oleh pangeran di dalam
kamarnya. Lili tidak menyangka buruk dan iapun mengetuk
daun pintu kamar yang tertutup itu.
"Yang Mulia, saya Lili siap menghadap paduka kalau
diperlukan," katanya lirih.
"Masuklah, Lili, daun pintunya tidak dikunci," terdengar suara pangeran itu dari
dalam. Lili mendorong daun pintu, dibiarkan saja oleh empat orang
pengawal yang berjaga di luar kamar, lalu ia melangkah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masuk. Kamar pangeran itu luas dan terang, dengan perabot
kamar yang serba mewah, dan tempat tidur yang luas pula.
Pangeran hanya seorang diri saja, rebah miring di
pembaringan. "Tutupkan kembali daun pintunya, Lili," katanya.
Biarpun alisnya berkerut karena belum pernah ia disuruh
masuk kamar berdua saja dengan pangeran itu, apalagi daun
pintu kamar ditutup, Lili tidak berani membantah dan
menutupkan daun pintu kamar.
"Kesinilah, Lili!" kata pula pangeran itu dengan suara lembut.
Karena mengira bahwa pangeran akan membicarakan
urusan penting, Lili melangkah maju ke dekat pembaringan
dan berlutut dengan kaki kanan.
"Siap menanti perintah, pangeran," katanya.
17. Penyelamat Wanita Berkedok Hijau
"Jangan berlutut di situ, Lili. Duduklah di pembaringan sini
......" "Tidak, pangeran, Saya di sini saja! kata Lili, suaranya
mulai mendingin. "Perintah apa yang harus saya laksanakan
untuk paduka?" "Lili, duduklah di sini dan kau pijitlah tubuhku, terasa lelah
......" Wajah Lili berubah merah dan iapun bangkit berdiri.
"Pangeran, memijit bukan pekerjaan saya. Saya bukan tukang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pijit dan kalau paduka lelah dan minta dipijit, biar saya
panggilkan selir atau dayang ..........."
"Aku ingin engkau yang memijitiku, Lili." Pangeran itu bangkit duduk. "Ke
sinilah, aku sayang padamu, Lili. Sejak kau berada di sini, aku merindukanmu.
Rebahlah di sini, di sampingku, Lili ......."
"Pangeran! Apa yang paduka katakan ini" Apakah paduka
mabok" Saya tidak sudi!"
"Lili, aku cinta padamu, aku ingin mengangkatmu menjadi
selirku terkasih." "Tidak, aku tidak sudi!"
"Ingat, aku seorang pangeran mahkota, Lili."
Lili sudah marah sekali, kalau ia tidak ingat bahwa pria ini
seorang pangeran, putera mahkota, tentu sudah dicekiknya
kepala orang itu sampai lumat. "Tidak, aku tidak sudi, biar kau seorang pangeran
mahkota, seorang dewa atau seorang iblis
sekalipun! Sekarang juga aku akan pergi, aku tidak sudi
menghambakan diri di sini lagi!" Gadis itu lalu meloncat keluar dan lari
meninggalkan tempat itu. "Pengawal .....!" Pangeran berteriak dan ketika para
pengawal bermunculan, dengan geram dia memerintahkan
untuk mengejar dan menangkap Lili.
Akan tetapi para pengawal itu jerih untuk mengejar bekas
pengawal pribadi yang kabarnya amat lihai itu. Apalagi ketika
muncul Yauw Siucai, juga pengawal pribadi pangeran dan
guru sastra Pangeran kecil Chu Hong yang membujuk mereka
agar bertindak lambat dan agar jangan bentrok dengan Lili
karena hal itu akan membahayakan mereka sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun, bujukan ini hanya mempengaruhi beberapa orang
pengawal saja. Mereka yang setia kepada pangeran bahkan
melapor kepada kepala pengawal dan puluhan orang perajurit
pengawal melakukan pengejaran kepada Lili yang berlari ke
luar istana. Bukan main marahnya hati Lili. Ia tidak tahu bahwa ketika
Yauw Siucai memperkenalkan ia kepada Pangeran Chu Hui
San, kemudian diterima sebagai pengawal pribadi, pangeran
mata keranjang itu menerimanya bukan hanya karena Yauw
Siucai memuji kelihaiannya, melainkan terutama sekali karena
kecantikannya. Biarpun sudah ratusan mungkin ribuan orang
wanita pernah melayaninya, namun pangeran ini belum
pernah mempunyai seorang kekasih yang memiliki ilmu
kepandaian tinggi dan juga memiliki watak yang keras dan
berani seperti Lili. Bagaimana mungkin ada seorang gadis yang sikapnya
begitu berani terhadap seorang jenderal besar seperti Jenderal
Yauw Ti" Semua itu membuat sang pangeran semakin tergila-
gila dan melihat sikap gadis itu terhadap sang jenderal tadi,
diapun merasa khawatir kalau suatu saat dia akan kehilangan
Lili, maka gairahnya semakin memuncak dan dia mengambil
keputusan untuk memiliki Lili saat itu juga. Namun, baru sekali itu selama
hidupnya, ada wanita yang menolak keras ketika
dirayunya! Dalam keadaan marah Lili keluar dari istana. Ia bukan tidak
tahu bahwa besar kemungkinan pangeran akan mengerahkan
para pengawal untuk menangkapnya, namun ia tidak perduli
dan siapa saja yang akan berani menghalanginya, akan
dihajarnya. "Lili ...........!!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lili mengangkat muka dan melihat dua orang yang berada
di luar pintu gerbang istana, iapun terbelalak dan segera lari
menghampiri. "Suci .....! Suhu .....!!" serunya girang bukan main melihat kakak
seperguruannya dan gurunya berada di
situ. Akan tetapi pada saat itu, dari pintu gerbang muncul
berbondong-bondong para pengawal yang melakukan
pengejaran. Melihat Lili, mereka berteriak-teriak dan
mengejar, dipimpin beberapa orang perwira pengawal yang
berteriak. "Tangkap pemberontak!"
"Apa yang terjadi?" tanya Cu Sui In.
"Pangeran hendak memaksaku menjadi selirnya, aku tidak
sudi dan melarikan diri," kata Lili dan gadis inipun segera menyambut serbuan
para pengawal, merobohkan dua orang
dengan tamparannya. Akan tetapi para pengawal sudah menyerangnya dengan
senjata di tangan. Tombak dan pedang golok menyambar-
nyambar. Lili mencabut pedangnya Pek-coa-kiam (Pedang Ular
Putih) mengamuk. Melihat betapa Lili dikepung banyak
pengawal yang menyerang mati-matian, tanpa diminta Cu Sui
In segera mencabut Hek-coa-kiam (Pedang Ular Hitam) dan
terjun ke dalam pertempuran membantu gadis itu.
See-thian Coa-ong Cu Kiat memandahg dengan alis
berkerut. Tentu saja dia tidak mengkhawatirkan dua orang
wanita yang dikeroyok itu. Akan tetapi dia bukan seorang
bodoh. Betapapun lihainya Lili dan Sui In, bahkan ditambah
dia sendiri sekalipun, tidak mungkin dapat bertahan kalau
datang pasukan besar mengeroyok mereka. Inilah yang
merupakan ancaman karena mereka berada di kota raja,
apalagi di depan pintu gerbang istana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka seperti berada di guha harimau dan selain itu,
diapun tidak ingin menjadi pemberontak tanpa alasan yang
kuat, hanya karena Lili akan diambil selir seorang pangeran.
Bahkan kalau gadis itu mau, dia malah akan merasa senang
sekali. Mengapa menolak jadi selir seorang pangeran mahkota
dan mempunyai kesempatan baik untuk menjadi permaisuri"
Bodoh sekali! "Lili, Sui In, kita pergi dari sini!" serunya dan sekali dia menyerbu, kepungan
itu terpecah dan dua orang wanita itu
yang juga maklum akan bahaya, segera meloncat keluar dari
kepungan yang pecah. Mereka bertiga berloncatan dengan
cepat dan sebentar saja para pengawal itu sudah kehilangan
bayangan mereka. Para pengawal melakukan pengejaran dan kini pasukan
pembantu sudah datang sehingga mereka menyebar ke
seluruh kota untuk mencari tiga orang itu, terutama Lili. Di
antara mereka yang melakukan pencarian, tentu saja nampak
pula seorang pria berpakaian sastrawan serba putih, yaitu
Yauw Siucai. yang berlagak marah-marah ketika mendengar
akan peristiwa itu. "Gadis tak mengenal budi!" Dia berseru di depan pangeran Chu Hui San. "Jangan
khawatir, yang mulia. Saya akan
berusaha mencari dan menemukannya!"
Ketika tiga orang pelarian itu sedang berlari dan
berloncatan di sebuah lorong, tiba-tiba saja di depan mereka
muncul Yauw Siucai. Tempat itu sunyi, dan Yauw Siucai
berkata cepat. "Ke sinilah! Cepat, sam-wi masuk ke sini!"
Tiga orang itu, dipimpin Lili yang sudah mengenal Yauw
Siucai dan mempercayainya, mengikuti pemuda berpakaian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
putih itu memasuki sebuah pintu samping sebuah rumah dan
segera daun pintu itu ditutup dari dalam. Mereka tiba di
sebuah kebun dan tanpa bicara lagi Yauw Siucai mengajak
mereka masuk rumah itu dari belakang. Di sebuah gudang
barang, terdapat sebuah pintu rahasia dan diapun membawa
tiga orang pelarian memasuki sebuah lorong rahasia dan turun
ke dalam sebuah ruangan bawah tanah yang luas dan mewah
dan lengkap. Tiga orang itu sampai terheran-heran dan
kagum, tidak mengira bahwa di bawah gedung itu terdapat
ruangan bawah tanah yang demikian mewahnya.
"Untuk sementara, harap sam-wi (anda bertiga)
bersembunyi dulu di sini sampai pencarian mereda," kata
Yauw Siucai kepada mereka.
"Terima kasih atas bantuanmu, Yauw kongcu," kata Lili, lalu ia memperkenalkan
gurunya dan kakak seperguruannya. "Ini
adalah suhu dan suciku........."
Yauw Siucai tercengang dan tersenyum girang bukan main.
"Locianpwe See-thian Coa-ong dan Bi-coa Sianli" Ah, sudah
lama sekali saya mendengar akan nama besar ji-wi (anda
berdua)," katanya memberi hormat.
"Suhu dan suci, ini adalah Yauw Kongcu, namanya Yauw Lu
Ta dan kami berkenalan dalam perjalanan. Dia yang
memperkenalkan aku dengan Pangeran Mahkota dan
memasukkan aku menjadi pengawal pribadi. Akan tetapi
ternyata Pangeran Chu Hui San hendak kurang ajar kepadaku,
maka aku melarikan diri!"
See-thian Coa-ong yang merasa bahwa dia telah terlepas
dari bahaya karena pertolongan pemuda tampan berpakaian
putih-putih itu berkata, "Hemm, hari ini Yauw Kongcu telah menyelamatkan kami.
Aku tidak akan melupakan budi ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cu Sui In tidak memperdulikan pria yang menolongnya itu,
sebaliknya ia mengomel kepada Lili, "Sumoi, apa saja yang
kaulakukan di kota raja" Bukankah aku memberimu tugas
penting" Engkau sudah mengabaikan tugasmu?"
Lili memandang sucinya. "Sama sekali tidak, suci. Juga
dengan bantuan Yauw Kongcu, aku sudah, dapat menemukan
Bhok Cun Ki ........"
"Dan kau sudah membunuhnya?" Wanita itu bertanya cepat dan suaranya terdengar
gemetar. Lili menundukkan mukanya yang agak kemerahan. "Suci,
maafkan aku. Aku telah menantangnya dan kami telah
bertanding tapi ....... aku kalah ........."
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cu Sui In terbelalak dan nampak marah sekali. "Sumoi,
engkau kalah dan engkau masih hidup bahkan bersenang-
senang di istana" Hemm, beginikah engkau membalas budi
sucimu ini?" "Hemm, bersabarlah, Sui In," kata See-thian Coa-ong. "Lili, ceritakan apa yang
terjadi. Kalau memang Bhok Cun Ki itu
lihai sekali, biar kelak aku sendiri yang turun tangan."
"Jangan, ayah! Ayah jangan mencampuri urusan ini. Nah,
Lili, kauceritakan apa yang terjadi."
Lili lalu menceritakan tentang pertandingannya melawan
Bhok Cun Ki. Ia seorang gadis yang terbuka dan jujur, maka ia
menceritakan semuanya. Betapa lihainya Bhok Cun Ki
sehingga ia tidak mampu mengalahkannya, bahkan ia yang
selalu terdesak. "Selagi dia mendesakku, tiba-tiba ada senjata rahasia
menyerangnya. Akan tetapi dia lihai dan pedangnya dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangkis. Celakanya, sebatang paku beracun terpental dan
mengenai pundak kiriku. Aku pingsan. Ketika aku siuman,
ternyata aku telah berada di rumah Bhok Cun Ki. Dia
membawa aku ketika pingsan dan mengobatiku. Akan tetapi
setelah siuman, aku menolak kebaikannya itu dan aku
melarikan diri. Demikianlah, suci. Maafkan kegagalanku."
Wajah Cu Sui In menjadi merah sekali. "Sumoi, aku malu
sekali kepadamu! Engkau pernah mengatakan bahwa untuk
melaksanakan permintaanku, engkau bersedia
mempertaruhkan nyawa. Akan tetapi buktinya" Huh, engkau
...... engkau sungguh mengecewakan!"
Dicela seperti itu, Lili menjadi marah. "Suci, apa yang harus kulakukan
sekarang" Katakan, biar aku harus mengorbankan
nyawaku, akan kulakukan. Aku bukan pengecut seperti yang
suci sangka!" "Bagus!" Kalau begitu, sekarang juga pergilah cari Bhok Cun Ki dan ulangi
tantanganmu. Sekali ini engkau harus
berhasil membunuhnya! Kalau tidak, jangan lagi engkau
berani mengakui aku sebagai sucimu!"
"Baik! Sekali ini, dia atau aku yang harus mati!" seru Lili.
"Itulah yang kumaksudkan. Dia atau engkau yang harus
mati!" kata Sui In. Lili hendak lari meninggalkan tempat itu, akan tetapi Yauw
Siucai segera menghadangnya. "Bersabarlah, nona Lili, dan
kuharap engkau juga bersabar, toanio," katanya kepada Sui
In. "Kalau nona Lili nekat keluar, sebelum dapat bertemu
dengan Bhok Cun Ki, tentu ia akan lebih dulu tertangkap oleh
pasukan pengawal, dan semuanya akan gagal pula."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha..ha, omongan Yauw Siucai ini benar sekali, Yauw Siucai kalau menurut
pendapatmu, bagaimana sebaiknya?" kata See-thian Coa-ong.
"Sebaiknya dikirim surat tantangan kepada Bhok Cun Ki dan
saya yang akan menyuruh orang menyampaikan. Kemudian,
nona Lili dan ji-wi (anda berdua) harus keluar dari sini dengan berpencar dan
menyamar menuju ke tempat yang ditentukan
untuk bertanding. Dengan demikian aman. Tempat bertanding
harus ditentukan di luar kota, sebaiknya di hutan buatan
sebelah utara kota raja yang biasa dipergunakan untuk
berburu keluarga kaisar. Di sana sepi dan baik sekali untuk
bertanding tanpa gangguan."
Mendengar ini, Sui In mengangguk-angguk. "Bagus, aturlah
seperti itu, Yauw Siucai. Kiranya engkau seorang yang cerdik
sekali, pantas Lili suka bersahabat denganmu," kata See-thian Coa-ong girang.
"Lili, cepat membuat surat tantangan!"
"Biar aku yang membuatnya!" kata Cu Sui In dan Yauw
Siucai lalu mengeluarkan alat-alat tulis dari laci sebuah meja di ruangan itu.
Sui In lalu membuat surat tantangan singkat dan
dimasukkan ke dalam sampul.
"Sekarang saya akan pergi mengirim surat tantangan,
sementara sam-wi melakukan penyamaran. Untuk itu, di
lemari sudut itu terdapat alat penyamaran lengkap."
Yauw Siucai pergi dan ketika Sui In membuka lemari
mereka bertiga tercengang dan kagum. Di situ tersedia alat
penyamaran yang lengkap dari pakaian rambut palsu,
pengubah warna kulit sampai alat-alat yang dapat membuat
kulit mengeriput dan sebagainya. Mereka bertiga segera
merias diri, menyamar. Lili dan Sui In menyamar sebagai pria
yang tampan, sedangkan See-thian Coa-ong menyamar
sebagai seorang pengemis tua yang bongkok!.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mereka bertiga selesai dengan penyamaran
mereka, mereka menanti kembalinya Yauw Siucai. Tidak
terlalu lama mereka menanti karena orang itu segera muncul
di situ dengan wajah berseri. "Sudah saya suruh antar surat tantangan itu dan
Bhok Cun Ki pasti akan berada di hutan
sebelah utara kota raja. Sekarang sam-wi boleh keluar dan
saya melihat penyamaran sam-wi baik sekali."
Mereka semua keluar dari lorong rahasia itu, tiba di gudang
dan ketika hendak membuka pintu kebun, Yauw Siucai yang
lebih dahulu keluar. Setelah melihat bahwa lorong itu sunyi,
tiga orang yang menyamar itu keluar seorang demi seorang,
berpencar dan mengambil jalan masing-masing menuju ke
pintu gerbang sebelah utara.
Kota raja masih penuh dengan para perajurit yang
melakukan pencarian, akan tetapi tidak seorangpun mengenal
Lili dalam penyamarannya sebagai seorang pemuda tampan
yang berkumis dan berkulit gelap. Juga alisnya kini menjadi
tebal, bentuk hidungnya menjadi besar. Dengan cepat Lili
berhasil keluar dari pintu gerbang utara dan melanjutkan
perjalanan dengan cepat ke utara.
Matahari condong ke barat, dan Lili merasa betapa hatinya
gundah. Biarpun ia tahu bahwa ia tidak akan menang
melawan Bhok Cun Ki, ia sama sekali tidak takut. Ia tidak
takut kalah dan ia tidak takut mati karena watak seperti ini
sudah ditekankan kepadanya sejak ia kecil oleh sucinya yang
dahulu adalah gurunya. Yang membuat ia merasa gundah
bukanlah kelihaian Bhok Cun Ki, melainkan kebaikannya. Tak
mungkin ia dapat melupakan perkelahian yang pernah terjadi
antara ia dan panglima itu.
Ia kini tahu benar bahwa pelepas senjata rahasia bukanlah
panglima itu, seperti yang juga diterangkan oleh Sin Wan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadanya. Ada pihak ke tiga yang melakukannya, dan yang
diserang adalah panglima itu, bukan ia. Akan tetapi, yang
terkena paku beracun itu ia dan musuh besar sucinya itu
bahkan menolongnya, merawatnya! Biarpun ia telah bersikap
keras dan tidak mau menerima budi itu, namun di dalam
hatinya, ia bukanlah orang yang tidak mengenal budi. Dan
sekarang, ia sedang pergi untuk membunuh atau dibunuh
orang itu! Wajahnya semakin muram kalau ia teringat akan sikap dan
kata-kata sucinya. Sungguh sukar mengerti sikap sucinya.
Kenapa sucinya memaksa ia yang membunuh Bhok Cun Ki,
pada hal sucinya yang merasa sakit hati" Kenapa bukan
sucinya sendiri yang membalas dendam" Bahkan ketika guru
mereka, atau ayah sucinya hendak turun tangan membunuh
Bhok Cun Ki, sucinya melarang dengan keras dan
memaksanya agar ia yang melawan Bhok Cun Ki. Pada hal
sucinya sudah mendengar bahwa ia pernah kalah oleh Bhok
Cun Ki. Kenapa sikap sucinya begini aneh, pada hal ia
merasakan benar bahwa sucinya amat sayang kepadanya"
Sungguh sikap yang amat berlawanan dan aneh!
Biarpun kedua kakinya dengan ringan melangkah tanpa
ragu ke arah tempat yang ditentukan untuk mengadu
kepandaian, atau lebih tepat kalau dinamakan mengadu
nyawa, namun hatinya terasa berat oleh kebimbangan.
JJJ Sin Wan cepat pergi ke rumah keluarga Bhok untuk
mencari panglima itu. Dia harus mengabarkan kenyataan luar
biasa itu, bahwa Lili adalah puterinya sendiri, kepada panglima itu! Akan
tetapi, belum dia tiba di rumah keluarga Bhok Cun
Ki, dia mendengar tentang keributan di depan istana. Dia
teringat bahwa Lili berada di sana, maka cepat dia kembali
lagi dan mendengar bahwa memang gadis itu yang membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keributan, dan menurut kabar yang dia dengar, gadis itu
melarikan diri dari istana dan dikejar-kejar oleh pasukan
keamanan. Juga dia mendengar bahwa ketika tiba di luar istana, gadis
itu dibantu oleh seorang wanita cantik dan seorang kakek
tinggi kurus dan amat lihai, akan tetapi tiga orang itu lalu
melarikan diri dan sampai kini masih terus dicari oleh para
perajurit keamanan. Sin Wan dapat menduga bahwa tentu Lili
telah dilarikan oleh See-thian Coa-ong dan Bi-coa Sianli Cu Sui In. Dia segera
kembali menuju ke rumah Bhok Cun Ki.
Ketika tiba di rumah keluarga-Bhok, yang menyambutnya
adalah Bhok Cin Han dan Bhok Ci Hwa. Kakak beradik itu
memberitahu kepadanya bahwa ayah mereka telah pergi sejak
tadi, setelah mendengar akan keributan yang terjadi di depan
istana. "Kami mendengar bahwa yang membikin kacau adalah
seorang pengawal wanita dari Pangeran Mahkota," kata Cin
Han. "Kabarnya ia melarikan diri setelah hampir membunuh
Pangeran Mahkota. Agaknya ia seorang mata-mata yang
dikirim musuh untuk membunuh Pangeran Mahkota."
"Ayah pergi untuk berusaha menangkap kembali gadis itu,
yang kabarnya dibantu dua orang yang amat lihai," kata pula Cin Hwa.
Diam-diam Sin Wan merasa khawatir sekali. Tentu saja ia
tidak memberitahu kepada mereka bahwa yang dimaksudkan
dengan gadis pengacau itu bukan lain adalah Lili. Dia merasa
khawatir kalau sampai Bhok Cun Ki bertemu dengan Lili dan
See-thian Coa-ong bersama puteri datuk itu. Dapat berbahaya
bagi panglima Bhok. Maka, tanpa banyak cakap lagi diapun
meninggalkan kakak beradik itu dengan alasan untuk
membantu ayah mereka mengejar pengacau.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di sepanjang perjalanan Sin Wan berpikir. Dia merasa
khawatir sekali terhadap keselamatan Lili dan juga Bhok Cun
Ki. Teringatlah dia betapa secara aneh sekali Lili telah menjadi pengawal
pribadi Pangeran Chu Hui San. Dan siapakah Yauw
Siucai itu" Biarpun dia nampak lemah lembut dan ramah
halus, namun kehadirannya dekat Lili amat mencurigakan.
Selagi dia berjalan sambil melamun, matanya tidak pernah
mengurangi kewaspadaan melihat setiap orang yang berlalu-
lalang di jalan-jalan yang menjadi ramai dan penuh
ketegangan dengan adanya berita tentang kekacauan itu.
Tiba-tiba dia menyelinap dengan cepat sekali ke samping
sebuah rumah di tepi jalan. Dia melihat sastrawan yang
tampan itu berjalan seorang diri. Yauw Siucai! Baru saja dia
mengenang sastrawan yang dianggap cukup mencurigakan itu
dan kini dia melihat orang itu melangkah seorang diri dengan
tergesa-gesa sehingga lupa menggunakan kipas besar yang
dipegangnya untuk mengusir kegerahan, bahkan kini
langkahnya tidak lagi langkah sastrawan yang lemah lembut.
Sepasang kaki itu melangkah dengan gesitnya, dan dari
langkahnya saja Sin Wan dapat menduga bahwa orang ini
tidaklah selemah tampaknya ketika berada di istana Pangeran
Mahkota! Diapun cepat membayangi Yauw Siucai yang
memasuki sebuah lorong kecil.
Akan tetapi, begitu memasuki lorong sempit itu, Yauw
Siucai menghilang, entah ke mana! Sin Wan terkejut dan
merasa heran, berhenti didepan sebuah dinding pagar yang
tebal dan tinggi. Di balik pagar tembok itu nampak atap
sebuah rumah besar. Tidak ada pintu pada dinding pagar itu.
Akan tetapi kemana lenyapnya Yauw Siucai" Kecurigaannya
bertambah dan diapun melompat ke atas pagar tembok.
Ketika melihat betapa di sebelah dalam sunyi saja, diapun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melompat ke sebelah dalam. Pada saat dia melompat itu, ada
bayangan orang berjalan memasuki lorong itu, akan tetapi Sin
Wan yang sudah melompat masuk, tidak tahu bahwa ada
orang melihat dia melompat dari atas pagar tembok ke
sebelah dalam. Dengan hati-hati sekali Sin Wan yang tiba di sebuah kebun,
menghampiri rumah yang atapnya nampak dari luar pagar
tembok. Rumah itu nampak sunyi sekali, seperti tidak
berpenghuni. Apakah Yauw Siucai tadi menghilang ke rumah
ini" Dia tidak dapat memastikannya. Dia harus menyelidiki
karena sikap Yauw Siucai itu mencurigakan sekali.
Andaikata tidak ada hubungannya dengan Lili, tentu dia
tidak akan bersusah payah mencurigai dan membayangi Yauw
Siucai. Namun karena pada saat itu pikirannya penuh dengan
bayangan Lili yang agaknya oleh ibu kandungnya sendiri, di
luar pengetahuannya, hendak diadu melawan ayah
kandungnya sendiri, disuruh saling serang dan saling bunuh
antara anak dan ayah kandung, maka kemunculan Yauw
Siucai itu menarik perhatiannya.
Sin Wan menyelinap ke dalam rumah melalui pintu samping
yang kecil, dan dia hampir yakin bahwa rumah itu kosong. Tak
mungkin Yauw Siucai bersembunyi di rumah ini, pikirnya. Pula,
kenapa bersembunyi" Dia yang tadi kurang waspada. Mungkin
sastrawan itu menghilang di sebuah tikungan di lorong itu,
atau memasuki sebuah pintu kecil yang terbuka. Dia telah
salah duga dan tergesa-gesa mengira sastrawan itu masuk ke
sini. Namun, dia tetap penasaran. Dia sudah terlanjur masuk,
maka diintainya setiap ruangan di rumah itu.
Ketika dia mengintai sebuah kamar yang besar dari balik
jendela, dia terkejut. Dalam kamar yang tertutup dan remang-
remang itu, dia melihat seseorang rebah terlentang di atas
pembaringan dan dengkurnya terdengar lirih. Seseorang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertubuh tinggi besar dan perutnya gendut sekali. Dia
mencurahkan perhatian dan mengamati.
Berdebarlah jantung Sin Wan, penuh ketegangan ketika dia
mengenal orang itu. Sama sekali bukan Yauw Siucai,
melainkan seorang tinggi besar gendut yang mengenakan
kedok hitam! Si Kedok Hitam yang pernah bertanding dengan
dia di gedung peristirahatan Pangeran Mahkota! Kedok Hitam
yang amat lihai itu, yang menjadi pemimpin dari gerombolan
berkedok, yang mengatur pencurian benda-benda dari gedung
pusaka! Dengan girang karena dapat menemukan tempat
persembunyian pimpinan kedok hitam yang dia yakin tentulah
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mata-mata orang Mongol, karena telah mencuri benda-benda
tanda kekuasaan milik bekas kaisar Mongol, Sin Wan siap
untuk menangkapnya. Jasanya akan besar sekali kalau dia
dapat menangkap pemimpin gerombolan mata-mata dan
menyeretnya ke depan Jenderal Shu Ta!
Tanpa ragu lagi, dia membuka jendela dengan hati-hati,
lalu meloncat ke dalam kamar itu. Suara dengkur lirih itu tidak terhenti, tanda
bahwa Si Kedok Hitam itu masih tidur nyenyak.
Agar tidak mencurigakan kalau-kalau ada orang lain berada di
luar rumah itu. Sin Wan menutupkan kembali daun jendela
dan pada saat dia hendak meloncat ke dekat pembaringan,
tiba-tiba terdengar bunyi desis yang tajam.
Sin Wan terkejut, desis itu seperti desis ular dan dia
menoleh ke kiri, akan tetapi terdengar bunyi desis-desis lain
dari sekelilingnya dan tiba-tiba saja kamar itu telah penuh
asap yang amat keras menyengat hidung. Asap beracun!
Karena tadinya dia tidak menduga, hidungnya terlanjur
menyedot sedikit asap yang membuat kepalanya tiba-tiba
terasa pening. Ketika dia hendak meloncat keluar lagi, dia
bingung mencari-cari di mana adanya jendela tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kepeningan membuat pandang matanya berkunang dan
tempat itu seperti berputar.
Pada saat itu ada angin menyambar dari belakang. Dia
membalik sambil menangkis, berhasil menangkis tiga kali
serangan, akan tetapi karena kepalanya pening, akhirnya
sebuah totokan mengenai punggungnya dan diapun roboh
dengan kedua kaki seperti lumpuh. Dia berjuang untuk
menahan napas agar tidak menyedot asap yang semakin
tebal, dan melihat bayangan Si Kedok Hitam meloncat keluar
dari pintu kamar yang segera tertutup kembali.
"Ha..ha..ha..ha..ha.." Si Kedok Hitam yang keluar dari kamar itu, kini tertawa
bergelak-gelak tanda kegembiraan
hatinya dapat menangkap seorang musuh yang tangguh
sedemikian mudahnya. Pada saat itu, pimpinan gerombolan mata-mata Mongol ini
memang sedang berada seorang diri di rumah persembunyian
mereka. Ketika tadi melihat Sin Wan memasuki tempat itu,
cepat dia memasang perangkap. Kamar itu memang kamar
yang diperlengkapi dengan alat rahasia yang menyemprotkan
asap beracun. Si Kedok Hitam yang pura-pura tidur telentang
di pembaringan itu yang menekan tombolnya ketika Sin Wan
melompat masuk ke kamar. Kemudian, pada saat Sin Wan
terpengaruh asap beracun, dia menyerang dengan dahsyat
dan berhasil merobohkan pemuda dengan totokan.
Untuk menghindarkan asap beracun, dia lalu melompat
keluar kamar dan saking gembiranya dia tertawa bergelak.
"Ha..ha-ha..ha-ha! Mampus kau sekarang, bocah usil .........
ha..ha..ha ........" Tiba-tiba dia menghentikan tawanya dan melempar tubuh ke
belakang, Tiga batang jarum lembut
menyambar lewat dan pada saat itu, sesosok bayangan
melayang turun dari atas genteng dan bagaikan seekor
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
burung garuda, bayangan itu telah menyerang Si Kedok Hitam
dengan sebatang pedang yang mengeluarkan hawa dingin
sekali. Serangan itu cepat dan dahsyat bukan main,
mengejutkan Si Kedok Hitam yang merupakan seorang yang
sakti. Dia tidak berani memandang rendah dan cepat meloncat
ke belakang. Ketika dia memandang, dia terheran-heran
karena penyerangnya itupun mengenakan topeng hijau dan
berpakaian serba hijau pula. Akan tetapi jelas bahwa ia
seorang wanita! Seorang gadis yang masih muda, bertubuh
padat langsing dan rambutnya hitam sekali.
Kembali gadis berpakaian dan bertopeng hijau itu
menyerang dan serangannya lebih dahsyat lagi. Si Kedok
Hitam dapat menilai bahwa dia berhadapan dengan lawan
yang amat tangguh, maka dia pun cepat menggerakkan kedua
tangannya yang berlengan baju lebar. Ujung kedua lengan
bajunya itulah yang dia pergunakan sebagai senjata dan
mereka telah saling serang dengan dahsyat sekali dalam
waktu yang singkat itu. Keduanya terkejut, maklum bahwa
lawan memang hebat dan tidak boleh dipandang ringan.
Si Kedok Hitam merasa khawatir. Tanpa dibunuhpun,
pemuda yang sudah terjebak itu akan mati sendiri oleh asap
heracun. Wanita berkedok hijau ini lihai bukan main.
Walaupun dia tidak akan kalah, namun untuk merobohkan
wanita ini bukan hal yang mudah. Dia khawatir kalau ada
lawan lain yang datang. Dia bukan takut kalah, melainkan
takut kalau keadaan dirinya diketahui. Dia memegang peran
penting dalam jaringan mata-mata Mongol, maka tidak boleh
sampai dikenal orang. Teringat akan ini, dia lalu mengeluarkan
bentakan nyaring dan kedua ujung lengan bajunya
menyambar-nyambar seperti kilat, membuat lawannya
meloncat ke belakang dan kesempatan ini dipergunakan oleh
Si Kedok Hitam untuk meloncat dan lenyap melalui sebuah
pintu rahasia. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita bertopeng dan berpakaian hijau itu tidak melakukan
pengejaran karena iapun tahu betapa lihainya orang tadi
sehingga mengejar orang selihai itu di tempat yang penuh alat
rahasia ini dapat membahayakan diri sendiri. Yang terpenting
adalah menolong pemuda yang tadi terperangkap, pikirnya. Ia
memasuki kamar yang masih penuh dengan asap itu dan
cepat menahan napas karena ia maklum bahwa asap itu
berbahaya kalau sampai tersedot.
Sementara itu, tadi Sin Wan terpaksa menutup
pernapasannya karena dia tidak mampu melarikan diri dari
kamar penuh asap itu. Namun, dia hanya seorang manusia
biasa, maka tak mungkin dapat, menahan pernapasan terlalu
lama. Jalan pernapasannya tertutup dan karena kekurangan
hawa udara, diapun merasa semakin pening dan roboh
pingsan. Dia tidak tahu betapa wanita bertopeng hijau
memasuki kamar itu dan memondong tubuhnya ke luar dari
dalam kamar yang penuh asap, membawanya keluar rumah
dan merebahkannya di atas rumput di kebun samping rumah
itu. Sunyi di situ, tidak nampak seorangpun manusia. Dan
memang pada waktu itu, yang berada di rumah itu hanyalah
Si Kedok Hitam yang telah melarikan diri karena khawatir
kalau dirinya diketahui orang luar.
Wanita bertopeng itu memeriksa keadaan Sin Wan dengan
cepat. Sepasang matanya yang bening dan mencorong dari
balik topeng meneliti keadaan pemuda itu, jari-jari tangannya
meraba-raba dan menotok punggung dan pundak,
membebaskannya dari totokan. Melihat Sin Wan masih
pingsan dan keadaan dadanya menggembung dan keras kaku,
tahulah ia bahwa ada kemacetan pada paru-parunya, tentu
karena pemuda itu menutup jalan pernapasannya sebelum
pingsan agar tidak kemasukan asap beracun, pikirnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hanya ada satu cara untuk menyelamatkan pemuda ini dari
cengkeraman maut. Mukanya sudah mulai kehijauan karena
kekurangan udara. Ia menyingkap bagian bawah topengnya
sehingga nampak hidung dan mulutnya yang memiliki
sepasang bibir yang merah basah karena sehat, lalu tanpa
ragu-ragu ia menutup kedua lubang hidung pemuda itu
dengan jari tangannya dan menempelkan mulutnya pada
mulut Sin Wan yang dipaksanya membuka, lalu iapun meniup
dengan kuatnya ke dalam dada Sin Wan melalui rongga
mulutnya. Beberapa kali ia mengulangi dan karena tiupannya
amat kuat, maka hawa yang keluar dari mulutnya dan
ditiupkannya itu berhasil membuka jalan pernapasan Sin Wan,
membuat dadanya kembang kempis dan paru-parunya bekerja
kembali. Wanita itu menarik napas lega, dan tiba-tiba kedua pipinya
berubah merah sekali dan ia cepat menutupkan kembali
topeng kain bagian bawah sehingga mulut yang mungil dan
hidung mancung itupun lenyap tertutup topeng hijau. Ia
mengamati wajah Sin Wan, menghela napas lagi dan
menunduk, termenung. Ia tidak melihat betapa bulu kedua
mata Sin Wan bergerak-gerak, kemudian kedua mata itu
terbuka perlahan-lahan. Begitu melihat seorang memakai
topeng di dekatnya, duduk di atas batu dan dia sendiri rebah
di atas rumput, Sin Wan segera melompat dan menyerang
dengan totokan tangannya yang ampuh.
18. Hati Wanita Muda .......
Wanita bertopeng itu terkejut, akan tetapi tidak sempat
mengelak lagi sehingga pundaknya tertotok dan iapun terkulai
lemas. Sin Wan terbelalak, karena baru sekarang dia melihat
bahwa yang ditotoknya roboh itu sama sekali bukanlah laki-
laki tinggi besar perut gendut yang berkedok hitam. Bukan Si
Kedok Hitam yang tadi menjebaknya sehingga dia roboh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pingsan dalam kamar, dan tubuhnya tidak tertotok lagi! Orang
ini adalah seorang wanita yang mengenakan topeng hijau dan
berpakaian serba hijau. "Eh ..... ohh ..... maaf ..... kukira Si Kedok Hitam! Siapa .....
engkau ......?" Sin Wan berkata gagap karena bingung dan
ragu. Wanita itu tidak mampu bergerak, akan tetapi mampu
melototkan matanya dan mengeluarkan suara yang nadanya
marah dan mengejek. "Bagus, kiranya yang kuselamatkan
nyawanya adalah seorang manusia tak berbudi yang
membalas pertolongan orang dengan serangan yang curang!"
Mendengar ini, teringatlah Sin Wan bahwa dia yang tadinya
berada di dalam kamar dan terserang asap beracun, juga
tertotok lumpuh ini telah berada di kebun dan totokannya juga
sudah bebas, dan tidak ada lagi bekas keracunan asap.
"Ah, maafkan aku .....!" katanya cepat dan diapun segera membebaskan totokannya
dengan muka berubah merah
karena merasa malu dan menyesal. Dia melihat wanita itu
bangkit berdiri dan cepat dia merangkap kedua tangan di
depan dada, lalu memberi hormat sambil membungkuk
rendah, menundukkan muka dan berkata penuh penyesalan,
"Maafkan aku ...... kukira Si Kedok Hitam .........!"
Wanita itu menjadi semakin marah. "Si Kedok Hitam" Yang
tinggi besar dan perutnya gendut itu" Lihat, buka matamu
baik-baik, apakah aku tinggi besar. Apakah perutku gendut"
Lihat!" Akan tetapi Sin Wan tidak berani melihat, bahkan tidak
berani mengangkat muka karena tadi pun dia sudah melihat
bahwa orang ini adalah seorang wanita yang berkulit putih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulus, bertubuh sedang dan mungil, dan pinggangnya
ramping, perutnya kempis!
"Maafkan aku ......." Saat itu, tangan si topeng hijau bergerak, cepat sekali
dan di lain saat Sin Wan sudah terkulai, tertotok persis seperti yang dia
lakukan kepada wanita bertopeng itu. Dia terkejut, akan tetapi juga kagum, karena
tahulah dia bahwa wanita bertopeng ini sungguh lihai sekali.
Tidak mengherankan kalau ia mampu menyelamatkannya.
Mulut di balik topeng itu mengeluarkan suara tawa
mengejek. "Heh..heh, apa kaukira hanya engkau sendiri yang mampu menotok roboh
orang secara curang" Akupun bisa!"
"Nona, aku kesalahan tangan menotokmu tanpa memberi
peringatan, dan engkau kini membalas dengan perbuatan
yang sama, itu namanya sudah adil dan akupun tidak
menyesal. Tadi engkau telah menyelamatkan nyawaku, kalau
sekarang engkau hendak membunuhku, akupun tidak akan
menyesal, berarti hutangku sudah lunas."
Mata di balik topeng itu terbelalak mendengar ucapan Sin
Wan yang dilakukan dengan suara sungguh-sungguh itu.
"Apa katamu" Engkau tidak takut mati?"
Sin Wan tersenyum. "Mati adalah bagian tak terpisahkan
dari hidup. Kalau sudah tiba saatnya mati, ditakutipun tidak
ada gunanya, tetap akan mati. Akan tetapi kalau belum tiba
saatnya mati, diancam bagaimanapun juga, tidak akan mati."
"Hemm, kalau sekarang aku membunuhmu, siapa yang
akan dapat membebaskanmu dari kematian" Nyawamu berada
di tanganku!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, nona. Nyawaku, juga nyawamu dan nyawa setiap
orang semua berada di tangan Tuhan. Kalau Tuhan tidak
menghendaki aku mati, engkau atau siapapun tidak akan
dapat membunuhku. Buktinya, tadi dalam ancaman maut,
pada saat terakhir muncul engkau yang menyelamatkanku, itu
berarti bahwa Tuhan belum menghendaki aku mati."
"Huh, sombong! Kalau sekarang aku menggerakkan tangan
membunuhmu, apakah Tuhan akan menolongmu?"
"Aku yakin, nona. Kalau Tuhan menghendaki aku hidup,
engkau tidak akan berhasil membunuhku!
Si topeng hijau itu merasa ditantang. Ia mengangkat
tangan kanan ke atas, siap untuk memukul. Sin Wan maklum
bahwa sekali tangan itu menyambar, dia akan tewas tanpa,
dapat ditolong lagi. Akan tetapi sedikitpun dia tidak was-was,
tidak takut dan bahkan tersenyum sambil memandang,
berkedippun tidak! Mata di balik topeng itu berkilat, tangan itu menyambar
turun, akan tetapi berhenti di tengah-tengah.
"Kenapa tidak dilanjutkan, nona?" tanya Sin Wan, tenang saja.
"Hemm, kalau tangan ini kulanjutkan, engkau pasti mati
dan Tuhanpun tidak akan dapat menyelamatkanmu."
Sin Wan tersenyum. "Nona, inilah buktinya bahwa Tuhan
belum menghendaki aku mati, maka nona tidak melanjutkan
pukulanmu." "Huh! Tapi kenapa engkau tersenyum" Aku bukan
pembunuh keji yang suka membunuh orang yang tidak
melawan." Tangannya menyambar, akan tetapi bukan untuk
memukul, melainkan untuk membebaskan totokannya tadi. Sin
Wan dapat bergerak dan diapun berdiri sambil tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona, orang yang percaya kepada Tuhan, percaya lahir
batin dan bukan hanya pengakuan dimulut saja, tentu akan
bersikap pasrah dan menyerah terhadap kekuasaan Tuhan.
Kalau Tuhan menghendaki aku mati, aku ingin mati dengan
senyum di mulut, bukan dengan tangis dan ketakutan."
Sejenak nona itu memandang penuh selidik, lalu
menggeleng kepala. "Engkau orang aneh. Belum pernah
selama hidupku bertemu dengan seorang manusia aneh
macam kamu!" "Dan akupun belum pernah selama hidupku bertemu
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan seorang gadis yang cantik dan lihai, juga berbudi
mulia sepertimu, nona."
"Heiii! Bagaimana engkau dapat mengetahui semua itu?"
"Mengetahui apa, nona?"
"Engkau sebut aku nona, dan engkau katakan aku cantik
...." Sin Wan tersenyum. "Ah, mudah sekali, nona. Dari bentuk
tubuhmu, kulit lengan, dahi dan lehermu, rambutmu, sinar
matamu dari balik topeng, kemudian suaramu yang bening
merdu, mudah saja aku mengetahui bahwa engkau adalah
seorang gadis muda yang cantik jelita."
"Hemm, ngawur! Engkau tidak pernah melihat wajahku,
bagaimana bisa mengatakan cantik"
"Tentu saja bisa. Dengan rambut seperti itu, kulit seperti itu, mata seperti
itu, tidak mungkin nona tidak memiliki
kecantikan yang luar biasa."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lebih ngawur lagi! Wajahku amat jelek, penuh bekas cacar
dan noda hitam, karena itu kusembunyikan di balik topeng."
"Kecantikan bukan karena wajah halus saja, nona.
Kecantikan terletak lebih mendalam lagi, engkau memiliki
semua kecantikan itu. Biar wajahmu penuh cacar dan noda
hitam sekalipun, bagiku engkau tetap cantik. Sayang engkau
penakut, tidak berani memperlihatkan wajahmu seperti aku
memperlihatkan wajahku kepadamu tanpa kusembunyikan.
Engkau seperti Si Kedok Hitam saja ......."
"Lancang mulut! Aku memakai topeng bukan karena takut!"
Berkata demikian, ia merenggut topeng kain hijau itu
terlepas dari depan mukanya dan Sin Wan tertegun,
terpesona. Wajah itu berkulit putih mulus, berbentuk bulat
dengan alis yang amat hitam seperti digambar. Hidungnya
kecil mancung dan mulut itu memiliki bibir yang
menggairahkan. Sepasang mata itupun indah seperti yang
sudah dapat diduganya. "Kenapa engkau bengong?" Gadis itu membentak.
Sin Wan bagaikan baru sadar dari mimpi. Dia menggeleng
kepala dan menghela napas panjang. "Engkau jauh sekali
lebih dari pada yang kubayangkan, nona. Tuhan telah
memberkahimu berlimpah-limpah, dengan segala kecantikan
aseli, dengan suara merdu, dengan sinar mata indah
mencorong seperti bintang, dan bentuk tubuhmu mungil .....
kecantikanmu agak asing rasanya begitu, tidak seperti
kecantikan gadis-gadis lain yang pernah kulihat."
Biarpun Sin Wan bukan seorang laki-laki perayu yang
pandai menyenangkan hati wanita dengan pujiannya, bahkan
kata-katanya agak kaku, namun tetap saja gadis itu merasa.
Wanita mana yang tidak senang akan pujian tentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecantikannya, apalagi yang memuji itu seorang laki-laki yang
berkenan di hatinya. Dan dalam pandangan pertama ketika
Sin Wan masih pingsan, apalagi setelah ia terpaksa
menghidupkan kembali pemuda itu melalui pernapasan dari
mulut ke mulut, pemuda itu mendatangkan kesan yang amat
mendalam di hati gadis itu.
"Aku memang bukan seorang gadis Han aseli, aku
keturunan Jepang." "Aih, pantas kalau begitu, tubuhmu begini mungil dan
alismu begitu hitam!"
"Sudah, simpan sisa pujianmu. Sekarang katakan, siapa
engkau dan apa artinya semua peristiwa yang terjadi di rumah
itu" Ia menunjuk ke arah rumah gedung yang nampak sunyi.
"Akupun bukan orang Han, nona. Ayah ibuku berbangsa
Uighur, akan tetapi sejak kecil aku dididik seperti orang Han.
Namaku Sin Wan. Dan, kalau boleh aku mengetahui namamu
......" "Namaku Ouwyang Kim," jawab gadis itu dengan singkat.
Sin Wan memandang dengan mata terbelalak. "Ah, kalau
begitu nona tentulah puteri dari locianpwe (orang tua gagah)
Ouwyang Cin yang berjuluk Tung-hai-liong!"
Ouwyang Kim mengerutkan alisnya dan sinar matanya
menyambar tajam penuh selidik. "Bagaimana pula engkau
dapat tahu?" "Mudah sekali, nona Ouwyang! Nama keturunanmu
Ouwyang, ilmu silatmu dahsyat dan engkau keturunan
Jepang. Siapa lagi kalau bukan puteri Tung-hai-liong Ouwyang
Cin yang namanya sudah kudengar di mana-mana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali gadis itu mengerutkan alisnya. Tak nyaman rasa
hatinya mendengar pemuda itu mengenal nama ayahnya. Ia
tahu bahwa di dunia persilatan, nama ayahnya tidaklah nama
yang sedap, karena ayahnya adalah seorang datuk yang
menguasai semua bajak laut dan para perampok di sepanjang
pantai. "Sudahlah, ceritakan apa yang terjadi di sini dan apa
maksudmu memasuki tempat ini seperti maling tadi."
Sin Wan memandang penuh selidik dan dia ragu. Gadis ini
adalah puteri seorang datuk sesat, dan Si Kedok Hitam juga
memimpin mata-mata dan pencuri gudang pusaka. Mereka itu
segolongan! Akan tetapi hatinya membantah. Biarpun ayah
gadis ini datuk sesat, akan tetapi gadis ini jelas menentang Si Kedok Hitam dan
buktinya telah menyelamatkannya. Setelah
dia diselamatkan orang, apakah dia harus tidak percaya
kepada penolongnya" Tidak, dia harus jujur dan berterus
terang karena dari sinar matanya, bicaranya, dan sikapnya,
dia tidak percaya kalau gadis seperti ini akan berpihak kepada
pemberontak atau penjahat, biarpun ayahnya seorang datuk
sesat. "Nona Ouwyang........"
"Ah, sudahlah, sebut saja aku Akim dan ceritakan yang
jelas." Sin Wan tersenyum. Tepat penilaiannya. Gadis ini selain
lembut hati dan baik budi, juga jujur dan bersahaja. "Baiklah.
Akim. Aku adalah seorang penyelidik yang bertugas untuk
menentang jaringan mata-mata Mongol yang beraksi di kota
raja." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akim teringat akan nasihat ibunya dan ia mengangguk-
angguk. "Bagus, orang Mongol memang penjajah yang harus
ditentang dan mereka sudah kalah. Lanjutkan ceritamu, Sin
Wan." Mendengar ucapan itu, semakin senang dan yakinlah hati
Sin Wan bahwa kepada gadis ini dia boleh mempercayainya.
Dia melanjutkan, "Ketika terjadi pencurian benda-benda
pusaka dari gudang pusaka kerajaan, aku pernah melihat Si
Kedok Hitam, akan tetapi aku gagal menangkapnya karena dia
memang ihai. Oleh karena itu, ketika tadi aku melihat seorang
siucai yang kucurigai lenyap di lorong itu, aku menduga bahwa
dia menghilang di sini dan aku mencurigai rumah ini. Maka,
melihat lorong itu sepi, aku lalu meloncati pagar tembok dan
masuk ke sini." "Hemm, saat engkau meloncat itulah aku melihatmu, maka
aku cepat mengenakan topeng ini dan kubayangi engkau."
"Setelah aku mengintai, rumah ini sunyi dan dapat
kaubayangkan betapa girang hatiku ketika aku melihat Si
Kedok Hitam tidur mendengkur di sebuah kamar ........"
"Kamar rahasia penuh perangkap dan engkau terjeblos!"
gadis itu mencela. Sin Wan tersipu. Harus diakuinya bahwa dia memang agak
ceroboh tadi. Dia mengangguk. "Aku sudah berhati-hati, sama sekali tidak mengira
akan diserang dengan asap beracun
karena dia sendiri tidur di situ. Pada saat aku pening, sebelum sempat menerjang
keluar, si Kedok Hitam berhasil menotokku
roboh. Aku hanya dapat menghentikan jalan pernapasan dan
tidak ingat apa-apa lagi. Maka, ketika aku siuman di sini dan
melihat seorang mengenakan topeng, tentu saja aku mengira
bahwa engkau Si Kedok Hitam atau setidaknya seorang anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buahnya, karena memang dia mempunyai anak buah yang
mengenakan kedok. berbagai warna, ada yang hijau."
"Hemm, penyelidik macam apa engkau ini, begitu mudah
tertawan musuh. Siapa sih yang menyuruhmu melakukan
penyelidikan?" "Aku mendapat kekuasaan dari Kaisar sendiri dan aku
bekerja sama dengan seorang panglima. Sekarang, ceritakan
keadaanmu, Akim. Bagaimana engkau dapat begitu kebetulan
melihat aku melompati pagar tembok dan membayangi
sehingga dapat menolongku."
"Hemm, cerita tentang diriku tidak menarik. Aku
meninggalkan tempat tinggal kami di lembah Muara Huang-ho
untuk melakukan perantauan. Aku berkunjung ke kota raja
karena perantauanku adalah untuk menyusul ayah dan kukira
ayah berada di kota raja. Aku mempersiapkan topeng dan
selalu mengenakan pakaian hijau karena aku tidak ingin ayah
melihatku. Dia akan marah kalau melihat aku menyusulnya.
Nah, ketika aku berjalan-jalan, kebetulan aku memasuki
lorong itu untuk mencari jejak ayah, dan aku melihatmu
melompati pagar tembok. Aku lalu membayangimu dan ketika
aku melompat ke dalam, aku kehilangan bayanganmu dan
rumah itu sunyi sekali. Selagi aku mencari ke sana sini, tiba-
tiba aku mendengar suara orang tertawa. Dia adalah seorang
laki-laki tinggi besar berperut gendut yang memakai kedok
hitam, dan dia berdiri di depan sebuah kamar dari mana
mengepul asap yang dari baunya aku tahu bahwa asap itu
asap beracun. Akupun dapat menduga apa yang terjadi. Tentu
engkau terjebak di kamar itu, maka aku lalu menyerang Si
Kedok Hitam itu. Ternyata dia lihai bukan main, akan tetapi
agaknya dia tidak ingin berkelahi terus. Dia melarikan diri dan aku tidak
mengejarnya, melainkan cepat memasuki kamar dan
membawamu keluar ke sini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan engkau menyelamatkan nyawaku, Akim. Entah
bagaimana aku dapat membalas budimu yang besar. Engkau
telah membawaku keluar dari kamar berasap itu, lalu
membebaskan totokanku dan bagaimana engkau dapat
mengobatiku sedemikian cepatnya?"
Tiba-tiba saja wajah gadis itu menjadi kemerahan. "Aku ....
aku melihat engkau pingsan, dadanya melembung besar dan
keras, kaku, pernapasanmu berhenti sama sekali. Kukira
engkau sudah mati ........."
"Ah, aku ingat sekarang. Sebelum pingsan, aku mengambil
satu-satunya cara untuk mencegah asap beracun memasuki
dadaku. Aku menghentikan jalan pernapasanku dan karena
tidak tahan aku lalu tidak ingat apa-apa lagi."
Akim mengangguk. "Engkau sudah kaku dan mukamu
kebiruan ........" "Engkau ahli pula dalam pengobatan agaknya."
Akim menggeleng kepalanya. Ia seorang gadis yang jujur
dan terbuka, akan tetapi sekali ini, ia seperti tenggelam dalam perasaan sungkan
dan malu kalau harus menceritakan
bagaimana ia tadi menyelamatkan Sin Wan.
"Lalu bagaimana engkau dapat membuat jalan
pernapasanku bekerja kembali?"
Sin Wan ingin tahu sekali karena menurut pengetahuannya,
jalan pernapasan yang sudah dihentikannya itu, dalam
keadaan dia jatuh pingsan, tak mungkin dapat terbuka sendiri
atau bekerja sendiri. Dia sendiripun tidak akan dapat
menolong orang yang keadaannya seperti dia tadi.
"Aku memberimu pernapasan ......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh" Memberi pernapasan" Bagaimana maksudmu, Akim?"
"Aih, Sin Wan Kenapa engkau cerewet, sih" Bukankah yang
penting aku sudah berhasil membuatmu bernapas kembali?"
"Akim, aku berterima kasih sekali kepadamu. Bukan
maksudku untuk menjadi cerewet, akan tetapi aku ingin sekali
tahu agar sewaktu-waktu ada peristiwa seperti itu, aku dapat
mengobati orang yang keadaannya seperti aku tadi."
Akim termenung. "Sin Wan, terus terang saja, kalau bukan
engkau kebetulan mendatangkan perasaan iba dan percaya
kepadaku, kalau orang lain, sampai matipun aku tidak akan
sudi memberi pengobatan seperti itu, dengan jalan memberi
pernapasan." "Sekali lagi terima kasih, Akim. Akan tetapi aku tidak
mengerti apa maksudnya memberi pernapasan itu."
"Ya memberi pernapasan, meniupkan napas ke dalam paru-
parumu! Bodoh benar sih kau ini!"
Gadis itu nampak jengkel dan mukanya menjadi semakin
merah. Biar ia sudah berusia duapuluh tahun, namun
Ouwyang Kim belum pernah bergaul dekat dengan pria,
bahkan ia merasa jemu dan jengkel melihat suhengnya,
Maniyoko, kelihatan begitu mencintanya. Bergaul akrab
dengan priapun belum, apa lagi beradu mulut seperti yang ia
lakukan ketika meniupkan kehidupan kepada Sin Wan!
"Meniupkan napas ke dalam paru-paruku ..... Tapi ..... tapi
.... bagaimana caranya?" Sin Wan bertanya dengan jujur, tidak
dibuat-buat karena memang dia sama sekali tidak pernah
membayangkan cara yang mustahil itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tolol benar, tentu saja aku meniupkan napas ke dalam
paru-parumu, melalui mulutmu dan dengan menutupi
hidungmu!" Akim menjawab cepat, akan tetapi ia menundukkan
mukanya, tidak berani menentang pandang mata Sin Wan
yang terbelalak dengan mulut terbuka saking kaget dan
herannya. Sejenak suasana menjadi hening. Akim menunduk dan Sin
Wan memandang kepadanya dengan bengong, tidak berani
berkata apa-apa karena apa yang dikatakan gadis itu sungguh
di luar dugaannya sama sekali.
Kini dia membayangkan betapa mulut yang indah itu tadi
meniupkan napas ke dalam dadanya melalui mulutnya. Mulut
mereka tadi bertemu entah berapa lama dan entah berapa
kali. Walaupun jantungnya berdebar keras dan dia ingin sekali
tahu berapa lama dan berapa kali, namun dia tidak memiliki
keberanian untuk menanyakannya. Melihat gadis itu
menunduk dan kelihatan malu sekali, dia merasa kasihan.
Pantas gadis yang demikian gagah menjadi seperti seorang
perawan desa yang malu-malu, kiranya dia memaksa gadis itu
menceritakan adegan yang mustahil!
"Ahhh .... maafkan aku, Akim ....... semakin besar jasa dan budimu. Aku tidak
akan melupakannya selama hidupku.
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Engkau .... engkau sungguh teramat baik kepadaku, Akim."
"Cukup, aku bisa menjadi muak tiada hentinya engkau
berterima kasih seperti itu. Aku ingin tahu, apakah engkau
seorang perwira, atau seorang pejabat pemerintah yang
bertugas sebagai penyelidik"
Sin Wan menggeleng kepala. "Bukan sama sekali. Aku tidak
akan mau mengikatkan diri dengan jabatan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus, aku akan membencimu kalau engkau seorang
petugas bayaran. Lalu, kenapa engkau bertugas menentang
jaringan mata-mata Mongol dan mendapat kekuasaan dari
Kaisar sendiri?" "Sebetulnya, guruku yang mendapat tugas dan kekuasaan
akan tetapi karena guruku merasa sudah tua, beliau
mewakilkan kepadaku. Karena hendak berbakti dan mentaati
guruku itulah maka sekarang aku melakukan penyelidikan."
"Ketika engkau menotokku, gerakanmu hebat. Siapa sih
gurumu itu, Sin Wan?"
"Guruku adalah Sam-sian, sekarang hanya tinggal suhu
Ciu-sian saja." Gadis itu mengangkat kedua tangan ke atas. "Wah, Sam-
sian" Ayahku pernah bercerita tentang Sam-sian, dan memuji
mereka. Jadi engkau murid mereka" Dan kalau engkau tidak
menjadi perwira, kenapa engkau tadi mengatakan bahwa
Darah Asmara Gila 2 Dewa Arak 43 Garuda Mata Satu Kidung Senja Di Mataram 4
tentu akan mengenalmu juga. Pula, bantuanmu melakukan
penyelidikan terhadap jaringan mata-mata di kota raja hanya
sementara saja. Tugas kita yang utama adalah mengamati
pemilihan bengcu di puncak Thai-san. Tugas keamanan di
kota raja akan ditangani sendiri oleh Jenderal Yauw."
"Saya belum mengenal benar Jenderal Yauw. Dia sangat
teliti dan keras. Apakah dia lihai?"
Bhok Cun Ki mengangguk-angguk. "Di antara jagoan kota
raja, dialah yang nomor satu. Aku sendiri agaknya akan.sukar
untuk menandinginya. Dialah yang menjadi guru para
panglima muda di kota raja. Hanya dalam urusan perang dia
kalah oleh Jenderal Shu Ta. Akan tetapi dalam hal ilmu silat,
dia lihai bukan main. Diapun amat keras dan entah sudah
berapa orang yang dicurigai sebagai mata-mata disiksa sampai
mati kalau terjatuh ke tangannya."
Sin Wan mengelutkan alisnya. Dia sama sekali tidak suka
mendengar kekejaman yang dilakukan seseorang terhadap
orang lain. Akan tetapi dia maklum bahwa begitulah
kenyataannya. Kalau menusia sudah saling bermusuhan, apa
lagi dalam perang, maka tidak ada makhluk lain di dunia ini
yang lebih kejam dari pada manusia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi dia sendiri akan selalu menuruti kata hati
nuraninya. Dia selalu mendekati Tuhan dengan
kepasrahannya, dengan imannya. Dia percaya bahwa Tuhan
akan membersihkan perasaan hatinya dari benci, biar
terhadap orang yang memusuhinya sekalipun. Dia memang
bertekad untuk menentang kejahatan, akan tetapi
perbuatannyalah yang dia tentang, bukan manusianya.
Dia sendiri akan memperlakukan seorang yang. dianggap
jahat tidak dengan kebencian, melainkan dengan keadilan,
dan dia akan berusaha agar orang yang melakukan
penyelewengan itu dapat kembali ke jalan benar. Demikianlah
pelajaran yang dahulu sering dia dengar dari mendiang ibunya
tersayang, juga dari tiga orang gurunya, yaitu Sam-sian (Tiga
Dewa). Pelajaran itu sesuai dengan suara hatinya. Kalau saja
tidak ditugaskan oleh Ciu-sian agar dia mewakili gurunya itu,
dia segan untuk melibatkan, diri dalam urusan kerajaan.
Setelah beberapa kali gagal menangkap mata-mata musuh,
Sin Wan bertindak lebih hati-hati lagi. Beberapa hari
kemudian, pada suatu malam ketika dia melakukan
pengintaian sambil bersembunyi, dia melihat bayangan hitam
berkelebat cepat sekali di dekat pagar tembok istana. Tentu
saja dia menjadi curiga, khawatir kalau ada mata-mata musuh
menyelundup ke istana dan melakukan kejahatan. Biarpun dia
tahu bahwa kaisar sendiri dilindungi banyak pengawal yang
rata-rata merupakan jagoan istana yang lihai, namun kalau
ada orang luar menyelundup masuk ke istana kaisar maka hal
itu amatlah berbahaya bagi keselamatan keluarga kaisar.
Diapun cepat membayangi orang itu. Akan tetapi, agaknya
bayangan itu meragu dan tiba-tiba dia mengubah tujuan, tidak
jadi melompati pagar tembok, melainkan membalik dan
meninggalkan tempat itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Wan sudah maklum bahwa orang itu memiliki ilmu
berlari cepat yang tinggi, dan tubuhnya kelihatan ringan bukan
main, maka dia menjadi semakin curiga dan ingin sekali
mengetahui apakah orang itu termasuk kawan ataukah lawan.
Dia tahu bahwa pemerintah sendiri menyebar banyak
penyelidik yang berilmu tinggi, maka melihat bayangan itu,
tentu saja dia tidak dapat memastikan apakah orang itu mata-
mata pemerintah ataukah mata-mata musuh. Maka, dia cepat
membayangi ke mana orang itu pergi. Sin Wan bergerak
dengan hati-hati sekali karena membayangi seorang yang
memiliki gerakan ringan seperti itu, amat berbahaya dan
setiap saat dapat saja orang itu memergokinya.
Benar dugaannya. Pada saat orang itu berlari cepat, tiba-
tiba saja orang itu berhenti dan membalik. Akan tetapi Sin
Wan lebih cepat lagi. Tubuhnya sudah bertiarap di tempat
gelap sehingga tidak mungkin orang itu melihatnya. Orang
yang dibayanginya itu kembali melanjutkan perjalanannya dan
Sin Wan kagum. Seorang yang cerdik, pikirnya. Kalau dia kurang cepat
sedikit saja menjatuhkan diri bertiarap dalam bayangan gelap
sebuah rumah, tentu dia akan diketahui dan akan sia-sialah
pengintaiannya. Akhirnya, dari jarak yang agak jauh, dia
melihat bayangan itu tiba di luar pagar tembok yang
mengelilingi sebuah gedung besar, lalu bayangan itu membalik
lagi, melihat ke sekeliling, kemudian barulah meloncat ke atas
pagar tembok itu dan menghilang.
Sin Wan termenung. Sebelum melakukan penyelidikan, dia
sudah mempelajari seluruh keadaan kota raja dan dari Bhok-
ciangkun dia memperoleh gambaran mengenai gedung-
gedung besar yang penting. Dia tahu bahwa gedung yang
dimasuki bayangan itu adalah.sebuah gedung peristirahatan di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
luar istana yang menjadi milik Pangeran Chu Hui San, putera
mahkota. Dia sudah mendengar banyak tentang pangeran itu dari
Bhok-ciangkun yang menceritakan dengan bisik-bisik bahwa
pangeran yang menjadi calon pengganti kaisar itu adalah
seorang yang setiap hari hanya berenang di dalam lautan
kesenangan. Kelemahan putera mahkota itu adalah wanita,
dan menurut keterangan rahasia dari Bhok-ciangkun, gedung
itu menjadi tempat pelesir pangeran itu kalau dia berkencan
dengan wanita-wanita yang bukan selir atau dayangnya!
Dia tidak tahu apakah malam itu sang pangeran berada di
gedung itu ataukah tidak, akan tetapi bagaimanapun juga,
timbul kekhawatirannya. Bukan tidak mungkin ada mata-mata
masuk untuk membunuh pangeran yang menjadi calon kaisar
karena hal, ini akan menguntungkan pihak musuh dan akan
mengacaukan keadaan. Berpikir demikian, Sin Wan lalu
mendekati pagar tembok, mencari bagian yang gelap dan sepi
di sebelah belakang dan tubuhnya melayang naik seperti
seekor burung garuda saja, melompati pagar tembok dan
beberapa detik kemudian dia sudah berada di taman bunga
yang berada di belakang gedung.
Sin Wan menggunakan kepandaiannya, mengerahkan
ginkang (ilmu meringankan tubuh), menyusup dan menyelinap
di antara pohon-pohon dan semak di taman itu, mendekati
gedung. Sunyi saja di sekitar gedung dan hal ini dia artikan
bahwa malam itu sang pangeran tidak berada di situ. Kalau
sang pangeran mahkota berada di situ, tentu terdapat
pasukan pengawal yang menjaga keamanan. Hatinya sudah
merasa agak lega, karena kalau sang pangeran tidak berada di
situ, maka keselamatan pangeran mahkota itu tidak terancam
bahaya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, kalau semua bagian gedung itu gelap, di
bagian kiri dia melihat sebuah ruangan yang dipasangi lampu
penerangan. Cepat dia menyelinap dan tak lama kemudian dia
sudah mengintai di luar jendela ruangan itu. Sebuah ruangan
yang luas dan nampak tiga orang duduk berhadapan terhalang
meja. Agaknya mereka mengadakan perundingan. Akan tetapi
yang membuat dia terheran-heran adalah melihat mereka itu
semua memakai kedok! Orang pertama bertubuh tinggi besar dengan perut gendut
dan dia mengenakan pakaian ringkas serba hitam, bahkan
topeng yang menutupi mukanya juga merupakan topeng
hitam. Hanya nampak sepasang matanya yang mencorong
melalui lubang pada topeng atau kedok itu. Agaknya dialah
yang memimpin, karena sikapnya yang berwibawa dan sikap
dua orang itu yang penuh hormat dan seperti menerima
perintah dan mengangguk-angguk.
"Hamba mengerti, Yang Mulia," kata seorang yang
mengenakan kedok hijau. "Ingat, kalau tidak terpaksa, jangan melibatkan diri dalam perkelahian," kata Si
Kedok Hitam yang disebut Yang Mulia
itu, dan Sin Wan terkejut mendengar suara itu. Bukan seperti
suara manusia, demikian parau dan dalam, seperti suara yang
datang dari alam lain! "Pusaka apa yang harus didahulukan, Yang Mulia?" tanya orang yang mengenakan
kedok biru. "Apa saja, yang penting pusaka Kerajaan Goan, dan kalau
ada, dahulukan cap-cap kebesaran atau bendera-bendera
tanda kekuasaan, juga pedang-pedang tanda kekuasaan."
Selagi orang berkedok hijau hendak bicara, tiba-tiba Si
Kedok Hitam memberi isyarat agar dia diam, dan tiba-tiba saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia memutar tubuh ke kanan, tangannya bergerak dan sinar
hitam meluncur dengan cepat sekali ke arah jendela di mana
Sin Wan mengintai! Serangan itu hebat bukan main dan ternyata ada tiga
batang paku beracun yang meluncur sedemikian cepatnya
sehingga dapat menembus kain jendela dan menyerang mata,
tenggorokan dan dada Sin Wan! Akan tetapi, pemuda ini
dengan tenang namun lebih cepat dari sambaran senjata-
senjata rahasia sudah melempar tubuh ke samping dan
bergulingan sehingga tiga batang paku itu mengenai dinding
di belakangnya dan runtuh ke lantai mengeluarkan bunyi
berdenting. Ketika dia bergulingan itu, dia mendengar suara
parau aneh itu memerintahkan dua orang tadi untuk segera
pergi. "Cepat kalian pergi, biar kubinasakan pengintai itu!"
Sin Wan hendak melompat pergi, akan tetapi tiba-tiba saja
terdengar suara keras, jendela itu pecah berantakan dan
sesosok tubuh yang tinggi besar telah menyerangnya dengan
dahsyat. Ternyata dia Si Kedok Hitam dan memang orang ini
luar biasa sekali. Begitu tiba di luar jendela tangannya sudah
meluncur hendak menangkap dan mencengkeram pundak Sin
Wan. Dari sambaran anginnya saja tahulah Sin Wan bahwa ia
berhadapan dengan seorang lawan yang amat tangguh, yang
memiliki tenaga sin-kang yang amat kuat. Diapun cepat
menggerakkan dan memutar lengan kanannya menangkis
sambil mengerahkan tenaganya.
"Dukk!" Sin Wan merasa tubuhnya tergetar dan kuda-
kudanya goyah, akan tetapi Si Kedok Hitam itupun terkejut
dan mengeluarkan suara kaget.
"Uhhh ......! Siapakah engkau?" bentaknya dan dalam
suaranya yang parau aneh itu terkandung keheranan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekaguman. Tentu saja dia kagum karena selama ini jarang
sekali atau bahkan hampir tidak ada orang yang dapat
menangkis pukulannya tadi dan membuat dia hampir
terdorong mundur! Sin Wan bersikap tenang. "Siapa adanya aku tidak menjadi
masalah lagi karena semua orang dapat melihat diriku dengan
baik. Yang menjadi pertanyaan adalah siapa engkau yang
memakai kedok dan berada di gedung milik Pangeran
Mahkota?" Akan tetapi, Kedok Hitam itu tidak menjawab dengan kata-
kata, melainkan langsung saja menyerang dengan dahsyat,
jauh lebih dahsyat dari pada tadi. Sin Wan mengenal serangan
berbahaya, tubuhnya bagaikan sehelai bulu burung ringannya
sudah mengelak. Akan tetapi lawannya menyerangnya lagi
dan ketika dia mengelak. Si Kedok Hitam yang menjadi
semakin penasaran menyerang lagi secara tertubi-tubi.
Nampaknya dia hendak, memukul roboh dan menewaskan Sin
Wan yang dianggapnya berbahaya, namun pemuda ini tentu
saja bukan merupakan lawan ringan baginya. Sin Wan selalu
mengelak dan kadang kalau dia menangkis, mereka berdua
terguncang hebat, Tiba-tiba terdengar orang itu mengeluarkan bentakan
parau seperti suara seekor biruang marah dan tubuhnya
sudah berpusing seperti gasing. Sin Wan terkejut karena dari
pusingan tubuh itu mencuat jari tangan yang menotok secara
bertubi-tubi. Berbahaya sekali serangan ini, maka terpaksa dia
meloncat ke belakang untuk menghindarkan diri. Pada saat
itu, suara keributan terdengar oleh orang-orang di luar gedung
dan terdengar derap kaki orang berlari-larian menuju ke
gedung itu. Dan kesempatan selagi Sin Wan meloncat ke belakang, Si
Kedok Hitam sudah meloncat jauh sekali meninggalkan tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Sin Wan berusaha mengejar, akan tetapi orang itu sudah
menghilang seperti ditelan kegelapan malam. Diapun tidak
memperdulikan orang-orang yang berdatangan, lalu meloncat
dan menghilang pula. Sin Wan teringat akan percakapan yang didengarnya tadi,
maka diapun langsung berlari cepat menuju ke gedung
pusaka, di mana tersimpan semua pusaka berharga milik
kerajaan. Dari percakapan tadi dia menduga bahwa Si Kedok
Hijau dan Kedok Biru agaknya ditugaskan oleh atasannya tadi
untuk mencuri pusaka dari dalam gedung pusaka. Di mana
lagi pusaka-pusaka dicuri kalau bukan di gedung pusaka,
demikian pikirnya dan cepat diapun pergi ke tempat itu.
Dugaannya memang tepat. Ketika dia meloncat naik ke
atas gedung pusaka, dia melihat bayangan dua orang baru
saja melayang keluar dari dalam gedung itu, dan diapun
melihat beberapa orang penjaga diam tak bergerak di
tempatnya, ada yang sedang duduk dan ada yang rebah.
Mereka itu seperti patung saja dan diapun dapat menduga
bahwa tentu orang-orang yang melakukan penjagaan di luar
gedung pusaka itu telah dibuat tidak berdaya oleh totokan dua
orang yang lihai itu. Cepat dia melompat ke atas bagian yang paling tinggi di
mana terdapat dua orang itu, akan tetapi si bayangan itu
segera melarikan diri dengan berpencar. Tentu saja dia tidak
mungkin dapat mengejar keduanya, maka secepat kilat dia
meloncat ke arah bayangan terdekat dan begitu dekat dia
langsung mengirim serangan dengan jurus paling ampuh dari
ilmu Sam-sian Sin-ciang (Tangan Sakti Tiga Dewa). Andaikata
orang itu memiliki ilmu kepandaian beberapa kali lipat dari
pada tingkatnya yang sekarangpun belum tentu dia akan
mampu menghindarkan diri dari serangan dahsyat ini. Orang
itu hanya mengeluh dan roboh, pasti akan terguling kalau saja
tidak cepat disambar oleh tangan Sin Wan. Orang itu tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mampu bergerak, akan tetapi masih dapat bicara karena jari
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tangan Sin Wan tadi hanya menghentikan jalan darahnya saja,
buat kaki tangannya lumpuh.
"Barang-barangnya...... dibawa ...... temanku ........"
Sin Wan percaya karena dia melihat bahwa orang ini tidak
membawa apa-apa. Dia membebaskan totokannya dan cepat
berkelebat pergi untuk mengejar bayangan kedua yang
katanya membawa barang-barang, tentu benda-benda pusaka
yang dicuri dua orang maling itu. Yang penting adalah
mendapatkan kembali benda-benda pusaka yang dicuri, dan
dia tidak ingin membiarkan orang itu dalam keadaan tertotok
di atas atap karena kalau sampai dia jatuh, tentu akan tewas.
Yang penting sekarang baginya adalah menangkap orang
yang melarikan benda pusaka. Sin Wan mengerahkan seluruh
tenaganya berlari cepat dan akhirnya dia dapat melihat
bayangan itu berloncatan dari atas atap ke atas atap, rumah
lain dan dia terus mengejar secepatnya.
Ternyata orang itu berlari ke rumah gedung milik Pangeran
Mahkota yang tadi! Berdebar rasa jantung di dada Sin Wan.
Kalau Si Kedok Hitam tadi berada dirumah itu, dia akan
menghadapi lawan berat. Si Kedok Hitam itu sudah berat,
apalagi kalau dibantu orang-orang lain. Akan tetapi dia tidak
merasa takut. Melihat orang itu menghilang ke dalam gedung,
diapun cepat mengintai dari atas atap. Yang membuat dia
heran adalah bahwa kini seluruh gedung dipasangi lampu
penerangan, tidak seperti tadi. Dia mengintai ke ruangan
tengah dan betapa kaget dan herannya melihat Pangeran
Mahkota Chu Hui San berada di situ, duduk menghadapi meja
panjang ditemani empat orang wanita muda yang cantik-
cantik. Dari pakaian mereka Sin Wan tahu bahwa empat orang
wanita itu pasti bukan selir atau dayang dari istana. Agaknya
sang pangeran mata keranjang itu sedang bersenang-senang
ditemani empat orang wanita panggilan. Anehnya, kenapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baru sekarang pangeran itu berada di situ sedangkan tadi,
hanya kurang lebih dua jam yang lalu, belum ada" Dan kini di
sekeiiling gedung itu terdapat pengawal, tidak seperti tadi.
Bagaimana si pencuri pusaka dapat masuk ke situ tanpa
diketahui pengawal" Kalau bersembunyi, dapat bersembunyi
di mana" Sin Wan meragu. Dia tidak berani lancang turun menemui
sang pangeran, karena hal itu akan dianggap dosa besar,
mengganggu kesenangan sang pangeran mahkota! Dia
menanti sampai setengah jam lamanya, tanpa melihat apa
yang dilakukan putera mahkota itu dengan empat orang
wanitanya, hanya bersiap siaga kalau-kalau bayangan tadi
muncul dan menyerang sang pangeran, atau kalau-kalau
bayangan itu menyelinap keluar lagi. Akan tetapi tidak terjadi
sesuatu. Bayangan tadi, maling yang dikejarnya, seperti
lenyap ditelan bumi. Karena tidak berani mengganggu Putera Mahkota, terpaksa
Sin Wan pulang dengan tangan kosong. Pada keesokan
harinya, pagi-pagi sekali dia membuat laporan kepada Bhok-
ciangkun tentang semua yang dilihat dan dialaminya semalam.
Bhok Cun Ki tentu saja tertarik sekali, terutama tentang Si
Kedok Hitam yang amat lihai. "Begitu lihainya dia sampai
dapat menandingimu, Sin Wan" Hemm, tentu dia seorang
tokoh besar dari Kerajaan Goan. Dia disebut Yang Mulia" ini
menunjukkan bahwa dia seorang bangsawan tinggi, mungkin
keluarga Kaisar Mongol yang telah kalah dan jatuh."
"Akan tetapi yang membuat saya tidak mengerti mengapa
Pangeran Mahkota tiba-tiba berada di sana, dan mengapa pula
Si Kedok Hitam dan dua orang anak buahnya yang mencuri
dari gedung pusaka dapat berada di sana pula?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, hal ini memang tidak masuk di akaL Kalau benar Si
Kedok Hitam itu seorang bangsawan Mongol, tidak mungkin
dia dapat berada di rumah milik Putera Mahkota! Memang
aneh sekali. Biarlah sekarang juga akan kuperiksa keadaan di
gedung pusaka, apakah ada pusaka yang hilang. Kalau
menurut ceritamu tadi, Si Kedok Hitam menyuruh anak
buahnya mencuri pusaka milik Kerajaan Mongol, terutama
cap-cap dan tanda-tanda kebesaran."
Sebentar saja Bhok Cun Ki memperoleh berita bahwa
gedung pusaka memang kecurian barang yang bagi Kerajaan
Beng tidak berharga, hanya disimpan di situ sebagai benda
sejarah, yaitu tiga buah cap kebesaran kaisar dan sebuah
pedang tanda kekuasaan kaisar Mongol.
"Jelas, pencurinya tentulah mata-mata Mongol!" seru Bhok
Cun Ki. "Akan tetapi bagaimana mungkin jaringan mata-mata
Mongol dapat bersembunyi di rumah Pangeran Mahkota" Hal
ini perlu penyelidikan, akan tetapi harus hati-hati sekali agar jangan sampai
Putera Mahkota merasa tersinggung. Beliau
adalah seorang pangeran, bahkan putera mahkota, calon
kaisar. Aku bagaimana juga tidak percaya kalau beliau
mempunyai hubungan dengan bangsawan Mongol yang
hendak mendirikan kembali Kerajaan Mongol. Mustahil ini!"
"Saya tahu akan kesulitan paman kalau harus menyelidiki
urusan ini. Paman seorang panglima, tentu tidak akan berani
kalau harus melakukan penyelidikan di rumah gedung milik
Putera Mahkota. Akan tetapi saya seorang yang tidak terikat
oleh disiplin ketentaraan sehingga saya tidak akan merasa
canggung dan rikuh. Apalagi saya membawa tanda kekuasaan
dari Sribaginda Kaisar yang saya terima dari suhu."
Bhok Cun Ki mengerutkan alisnya. "Akan tetapi, bagaimana
kalau Pangeran Mahkota marah" Sekali dia memberi isyarat,
para jagoan istana akan mengeroyok dan membunuhmu dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau engkau melawan, berarti engkau telah menjadi
pengkhianat dan pemberontak!"
Sin Wan menggeleng kepala dan tersenyum. "Saya kira
tidak akan begitu, paman. Saya akan menggunakan cara yang
halus dan seandainya dia bermain kasar, saya masih
mempunyai pelindung, yaitu surat kekuasaan Kaisar dan juga
kesaksian saya bahwa ada mata-mata Mongol berlindung di
rumah pangeran." Panglima itu menghela napas panjang. Urusan ini memang
penting sekali, dan akan dia bicarakan dengan atasannya,
yaitu Jenderal Shu Ta. "Baiklah, Sin Wan. Akan tetapi berhati-hatilah. Aku amat
membutuhkan bantuanmu pada pemilihan
bengcu kelak. Dan sebaiknya hal ini kusampaikan dulu kepada
Jenderal Shu Ta." Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Bhok-ciangkun
berkunjung ke benteng. Akan tetapi, ternyata dia tidak
bertemu dengan Jenderal Shu Ta yang belum datang, dan
hanya bertemu dengan wakilnya, yaitu Jenderal Yauw Ti.
Jenderal Yauw Ti yang bertubuh tinggi besar dan gagah itu
setelah menerima penghormatan Bhok Cun Ki, bertanya
heran, "Ada kepentingan mendesak apakah yang membuatmu
sepagi ini sudah mencari Jenderal Shu?"
Karena Jenderal Yauw Ti juga merupakan atasannya, maka
Bhok Cun Ki segera menerangkan tentang pengalaman Sin
Wan semalam. Mendengar ini, wajah Jenderal berubah merah
dan alisnya berkerut. "Hemm.... hemmm ...... engkau bermain dengan api, Bhok-
ciangkun," katanya tak senang. "Betapa beraninya bocah Uighur itu bicara!
Jangan-jangan dia malah mata-mata Mongol
yang hendak mengacaukan keadaan. Bagaimana mungkin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Mahkota .... ah, mustahil. Biar aku sendiri yang akan
bicara dengan beliau, dan jikalau ternyata anak Uighur itu
membohong, terpaksa aku akan menangkapnya dengan
tuduhan menghina Putera Mahkota!"
Bhok Cun Ki terkejut. Dia tahu betapa Jenderal ini
membenci suku-suku bangsa lain. Saya harap Yauw-goanswe
(Jenderal Yauw) tidak terburu nafsu. Saya akan mohon
pertimbangan Jenderal Shu .........."
"Heh, apa bedanya" Tidak urung diapun akan bertindak
seperti yang kulakukan. Di antara kami tidak pernah ada
ketidakcocokan. Kalau timbul masalah, harus kita tanggulangi
dengan secepatnya. Pangeran Mahkota dicurigai, maka harus
diselidiki sekarang juga untuk menentukan siapa yang
bersalah! Sudahlah, serahkan urusan ini ditanganku dan
kembalilah!" Ucapan itu merupakan perintah dan Bhok Cun Ki cepat
pulang dengan tubuh panas dingin. Celaka bagi Sin Wan
pikirnya. Jenderal Yauw adalah seorang yang sepenuhnya
setia kepada kaisar dan apalagi putera mahkota, dan seorang
yang keras hati dan keras tangan. Kalau sampai Pangeran
Mahkota menyangkal, dan keterangan Sin Wan tidak ada
bukti, celakalah Sin Wan!
Setelah tiba di rumah, Bhok Cun Ki cepat memberitahu Sin
Wan tentang pertemuannya dengan Jenderal Yauw. "Wah,
repot!" katanya cemas. "Jenderal Shu belum datang dan aku kepergok Jenderal
Yauw. Sukar untuk tidak berterus terang,
apa lagi diapun atasanku, wakil Jenderal Shu. Dan orang yang
keras hati itu langsung saja menanggapi, hendak menyelidiki
kepada Pangeran Mahkota. Dia berani bertindak keras
terhadap siapa saja, dan kalau sampai engkau tidak dapat
membuktikan keteranganmu, tentu engkau dapat dianggap
sebagai orang yang melakukan fitnah terhadap Pangeran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mahkota. Jenderal Yauw dapat berbuat hal-hal yang
mengejutkan, dan dia selalu keras, akan tetapi dia membela
kebenaran, tidak ada yang dapat membantahnya."
"Jangan khawatir, paman. Saya berpegang kepada
kebenaran dan saya yakin bahwa Tuhan Yang Maha Adil akan
selalu melindungi orang yang berada di pihak benar."
Bhok Cun Ki menghela napas panjang. "Akan tetapi, semua
orang akan mengaku benar, Sin Wan, untuk membela
tindakannya." "Saya mengerti, paman. Manusia dapat dibohongi, akan
tetapi Tuhan tidak! Tuhan Maha Mengetahui sehingga akan
mengetahui pula siapa benar siapa yang salah. Karena saya
yakin bahwa saya benar, tidak melakukan fitnah dan tidak
berbohong, maka saya berani menghadapi segala resikonya."
Bhok Cun Ki menghela napas panjang dan memandang
pemuda itu dengan kagum. "Engkau seorang gagah sejati Sin
Wan. Aih, kalau dahulu mudaku aku dapat bersikap sepertimu,
tentu sekarang tidak akan menanggung akibatnya. Nah, kalau
begitu terserah kepadamu, Sin Wan."
Pemuda itu maklum bahwa panglima ini tentu teringat akan
permusuhannya dengan Bi-coa Sianli Cu Sui In, akan tetapi dia
tidak menanggapi urusan yang amat pribadi itu. "Saya hanya minta agar paman suka
mengusahakan saya dapat menghadap, Pangeran Mahkota sekarang juga."
"Baik, akan kutemui kepala pengawal istana yang kukenal
baik. Apalagi engkau memegang tanda kekuasaan dari
Sribaginda Kaisar, tentu tidak sukar bagimu untuk menghadap
beliau." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benar saja, dengan bantuan Bhok Cun Ki, tidak sukar bagi
Sin Wan untuk memasuki istana dan diapun segera diantar
pengawal menuju ke gedung tempat tinggal Pangeran Chu Hui
San, putera Mahkota. Dan suatu kejutan yang sama sekali
tidak disangka-sangka oleh Sin Wan menyambutnya ketika dia
memasuki kamar tamu dan duduk di ruangan luas itu setelah
dipersilakan pengawal untuk menunggu di situ.
Kejutan itu muncul bersama Pangeran Chu Hui San.
Pangeran berusia empatpuluh tahun yang tinggi kurus,
bermuka pucat dan bermata cekung, pesolek dan tubuhnya
nampak lemah itu muncul bersama seorang pria tampan
berusia tigapuluh lima tahun, berpakaian sebagai seorang
sastrawan, lembut dan wajahnya cerah dihias senyum, tangan
kirinya memegang sebuah kipas putih yang sesuai pula
dengan pakaiannya yang serba putih indah, dan seorang gadis
yang membuat Sin Wan terbelalak karena gadis cantik yang
tersenyum simpul itu bukan lain adalah Tang Bwe Li atau Lili!
Sebagai seorang yang tahu sopan santun, Sin Wan yang
sudah mendapat gambaran tentang Pangeran Mahkota dan
yakin bahwa dia berhadapan dengan pangeran itu, segera
bangkit dari tempat duduknya dan menjatuhkan diri berlutut
dengan kaki kiri memberi hormat.
Pangeran Chu Hui San memandang kepada Sin Wan
dengan alis berkerut. Jelas bahwa kunjungan seorang pemuda
biasa di pagi hari itu, ketika tubuhnya masih terasa lelah dan
malas bangun, mengganggunya. Akan tetapi kepala pengawal
mengatakan bahwa pemuda yang mohon menghadap itu
adalah seorang yang memegang tanda kekuasaan kaisar dan
mohon menghadap untuk urusan yang teramat penting
mengenai keselamatan sang pangeran, maka mau tidak mau
dia terpaksa bangun dan menerima tamu itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sin Wan .......! Engkau yang datang ini?" Lili berseru, suaranya mengandung
kejutan, keheranan dan juga
kegembiraan. "Ehh" Engkau sudah mengenal pemuda ini, nona Lili?"
Sang pangeran bertanya heran.
Lili tersenyum manis dan Sin Wan melihat betapa Lili
nampak sudah akrab dengan pangeran itu, bahkan sikapnya
tidak sangat merendah seperti sikap orang lain terhadap
seorang pangeran mahkota. "Tentu saja, pangeran! Sejak
berusia sepuluh tahun aku sudah mengenalnya!"
Sin Wan yang masih terkejut dan heran, hanya dapat
berkata dengan suara lirih, "Lili, tidak kusangka akan bertemu denganmu di
sini." Dia memandang kepada pria tampan yang
berpakaian sastrawan, akan tetapi tidak mengenalnya.
"Aku belum lama berada di sini, Sin Wan, menjadi
pengawal pribadi yang mulia pangeran mahkota!"
Melihat kedua orang muda itu saling tegur dan bicara
seolah-olah dia sendiri tidak berarti dan sudah dilupakan
orang, Pangeran Chu Hui San menjadi marah. Tidak marah
kepada Lili yang diperkenalkan kepadanya oleh Yauw Siucai,
dan diangkat menjadi pengawal pribadinya karena selain gadis
itu amat lihai, juga cantik menarik sekali dan dia
mengharapkan gadis itu sekali waktu akan menyerahkan diri
kepadanya. Dia marah kepada Sin Wan yang dianggapnya
telah mengganggu waktunya.
"Orang muda," teguran dengan suara berwibawa.
"Pengawal tadi mengatakan bahwa engkau adalah seorang
yang memegang tanda kekuasaan Kaisar. Benarkah itu" Kalau
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
benar, buktikan kepada kami."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
16. Cucu See-thian Coa-ong
Mendengar perintah ini, Sin Wan yang tadinya berlutut
dengan sebelah kaki, bangkit berdiri dan mengeluarkan
sehelai bendera kecil, yaitu bendera tanda kekuasaan kaisar
yang diberikan kepada seorang utusan yang dipercaya.
Melihat benda ini, sastrawan berpakaian serba putih itu cepat
menjatuhkan diri berlutut, dan sang pangeran juga
membungkuk dengan hormat. Sastrawan itu yang melihat Lili
masih berdiri seperti biasa saja berbisik, "Nona Lili, berlututlah untuk memberi
hormat!" Lili memandang heran. "Apa-apaan ini" Mengapa aku
disuruh berlutut" Kepada Sin Wan ini?"
"Bukan kepada orangnya, akan tetapi kepada bendera itu.
Leng-ki itu adalah bendera kekuasaan dari Sribaginda dan kita
menghormatinya sebagai wakil kehadiran Sribaginda sendiri.
Berlututlah, nona......" kata pula sastrawan itu berbisik.
Mendengar ini, mau tidak mau Lili lalu berlutut, walaupun
mulutnya cemberut. Kalau berlutut menghormati kaisar, tentu
saja ia akan melakukannya dengan senang. Akan tetapi
kepada sehelai bendera yang dipegang oleh Sin Wan" Lucu!
Sementara itu, Pangeran Mahkota lalu berkata, "Orang
muda, kami telah melihat bahwa engkau memang memegang
sebuah leng-ki. Simpanlah pusaka itu dan silakan duduk."
Sikap pangeran itu kini menjadi hormat.
Sin Wan hanya ingin membuktikan bahwa dirinya memang
menjadi wakil Ciu-sian yang mendapatkan leng-ki dari kaisar,
bukan berniat mempergunakan kesempatan itu untuk
menyombongkan diri. Dia cepat menggulung dan menyimpan
kembali leng-ki, dan duduk di atas kursi, berhadapan dengan
pangeran mahkota. Setelah sang pangeran duduk, Yauw
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siucai dan Lili juga mengambil tempat duduk di belakang
pangeran itu. "Nah, sekarang katakan apa keperluan yang mengenai
keselamatan kami itu, dan siapa namamu," kata sang
pangeran. Sin Wan memberi hormat sambil duduk dan berkata,
"Sebelumnya harap paduka maafkan saya yang telah berani
menghadap paduka tanpa dipanggil dan mengganggu waktu
paduka. Nama saya Sin Wan dan saya mewakili suhu Ciu-sian
yang menerima titah Sribaginda Kaisar untuk melakukan
penyelidikan tentang gerakan jaringan mata-mata Mongol
yang merupakan ancaman bagi pemerintah."
"Hemm, kalau engkau melaksanakan tugas seperti itu,
kenapa pagi ini datang menghadap padaku" Kami tidak ingin
memusingkan kepala dengan segala macam urusan penjagaan
keamanan!" Sang pangeran mulai marah lagi karena merasa
terganggu. "Maafkan saya, Yang Mulia. Tidak sekali-sekali saya berani mengganggu waktu
paduka kalau saja malam tadi tidak terjadi
sesuatu yang amat aneh sehingga terpaksa saya
memberanikan diri menghadap paduka untuk mohon
keterangan." Pangeran Chu Hui San mengerutkan kening dan
memandang heran. "Terjadi apakah dan mengapa minta
keterangan dari kami?"
Dengan singkat namun jelas Sin Wan lalu menceritakan
pengalamannya semalam, betapa dia melihat tiga orang
berkedok berada di rumah gedung peristirahatan milik
pangeran mahkota diluar lingkungan istana, sebelum melihat
sang pangeran berada di rumah itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Demikianlah, Yang Mulia. Saya hanya ingin mohon
keterangan, siapakah tiga orang berkedok itu."
Wajah Pangeran Mahkota menjadi merah. "Memang benar
semalam kami pergi ke rumah peristirahatan kami di luar
istana, dikawal oleh sepasukan pengawal. Akan tetapi di sana
tidak ada siapa-siapa lagi. Kami tidak mengerti apa yang kau
maksudkan dengan orang-orang berkedok itu!"
Tiba-tiba Lili yang berada di belakang pangeran itu
menegur. "Sin Wan, semalam aku tidak disuruh mengawal
yang mulia pangeran. Kalau engkau memang melihat tiga
orang berkedok berada di rumah pangeran, kenapa engkau
tidak menangkap mereka?"
"Benar sekali pertanyaan itu," kata sang pangeran. "Engkau bertugas sebagai
penyelidik, kenapa engkau tidak menangkap
mereka?" "Mohon maaf, yang mulia. Orang berkedok itu lihai bukan
main dan saya tidak berhasil menangkapnya. Adapun si kedok
hijau dan kedok biru yang melakukan pencurian di gedung
pusaka, setelah saya kejar, dia melarikan diri dan menghilang
pula di gedung peristirahatan paduka itu dan lenyap. Karena
semalam saya melihat paduka berada di sana maka saya tidak
berani melakukan pengejaran ke dalam."
Kini sastrawan berpakaian putih yang nampak lembut itu,
memberi hormat kepada pangeran dan berkata dengan halus.
"Maaf, pangeran. Urusan yang diceritakan pemuda ini
menyangkut nama paduka, oleh karena itu, haruslah
dibuktikan kebenarannya. Pemuda ini harus dapat
memperlihatkan bukti dari apa yang dia ceritakan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tepat sekali! Nah, Sin Wan, apa buktinya bahwa semua
ceritamu itu benar-benar terjadi?" tanya sang pangeran.
Pada saat itu, kepala pengawal masuk dan menjatuhkan
diri berlutut di ambang pintu ruangan, "Mohon ampun yang
mulia. Jenderal Yauw Ti mohon menghadap paduka sekarang
juga!" Sebelum sang pangeran menjawab, jenderal yang tinggi
besar itu sudah melangkah masuk dan dia menjatuhkan diri
berlutut dengan sebelah kaki dan memberi hormat kepada
pangeran mahkota. Kepala pengawal segera mengundurkan
diri dengan hati lega karena kemunculan jenderal itu
membebaskan dia dari kemarahan sang pangeran.
"Pangeran, hamba ingin bicara penting dengan paduka
sekarang juga!" kata jenderal itu dengan sikap dan suara
tegas. Pangeran mahkota mengerutkan alisnya dan
memandang kepada jenderal itu. Biarpun sikapnya jelas
menunjukkan bahwa hatinya tidak senang dengan semua
gangguan ini, namun dia tahu bahwa jenderal yang datang ini
adalah seorang kepercayaan ayahnya dan terkenal jujur dan
keras, maka diapun mengangguk dan berkata.
"Hemm, kiranya engkau, Jenderal Yauw Ti. Ada urusan
apakah pagi-pagi begini engkau sudah datang berkunjung?"
Jenderal itu tanpa dipersilakan lalu bangkit dan duduk,
kemudian dia memandang kepada Sin Wan dan mukanya
berubah kemerahan seperti orang marah. "Yang Mulia,
kebetulan sekali urusan yang hendak hamba bicarakan
mengenai diri pemuda itu. Hamba mendengar dari Bhok-
ciangkun bahwa pemuda itu, eh, siapa namanya, Sin Wan" Ya,
dia memberi keterangan bahwa dia melihat penjahat dan
pencuri bersembunyi di dalam rumah peristirahatan paduka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Urusan ini teramat penting, menyangkut nama baik paduka
dan harus dibikin terang sekarang juga."
"Ahh, kamipun sedang membicarakan soal itu dengan Sin
Wan ini dan kami sedang menuntut agar dia dapat
membuktikan apa yang dia ceritakan itu," kata sang pangeran.
"Tepat sekali itu, Pangeran yang mulia!" seru Jenderal Yauw Ti. "Memang hamba
sendiripun merasa penasaran
mendengar cerita itu dan hamba menuntut agar pemuda
Uighur yang kebetulan menjadi murid Sam-sian ini
membuktikan kebenaran ceritanya."
"Pangeran!" tiba-tiba Lili berseru dengan suara tegas.
"Urusan ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan
suku bangsa atau keturunan! Saya memprotes kalau orang
menekankan kepada kesukuan Sin Wan!"
Sin Wan sendiri terkejut. Dia tahu benar bahwa gadis liar
ini memang mencintanya, akan tetapi membelanya secara
demikian kasar, di depan Pangeran Mahkota dan seperti
menyerang Jenderal Yauw Ti, sungguh merupakan perbuatan
yang terlalu berani dan lancang. Pangeran Chu Hui San hanya
tersenyum, agaknya dia sudah mengenal watak pengawal
pribadinya yang baru itu sehingga tidak merasa heran melihat
peledakan ini. Akan tetapi, jenderal Yauw Ti mengerutkan
alisnya yang tebal dan memandang kepada Lili dengan mata
melotot marah. Akan tetapi, gadis itupun memandang
kepadanya dengan balasan mata melotot yang tidak kalah
sengitnya! "Yang Mulia, siapakah gadis yang kasar dan lancang ini?"
tanya sang jenderal, menahan kemarahannya karena di depan
Pangeran Mahkota tentu saja dia tidak berani bersikap kasar.
Pangeran Mahkota segera menengahi dan menyabarkan
Jenderal Yauw Ti. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jenderal Yauw Ti, harap jangan marah. Ia ini Lili, eh, nona Tang Bwe Li dan ia
adalah pengawal pribadiku yang baru. Ia
amat lihai dan boleh dipercaya, dan yang ini adalah Yauw
Siucai. Eh, menarik sekali karena kebetulan nama keluarganya
sama dengan margamu. Yauw Siucai ini adalah pengawal juga
akan tetapi sekarang dia telah menjadi guru sastra untuk
puteraku." Jenderal Yauw Ti mengangguk-angguk, kemudian dia
kembali memandang kepada Sin Wan dan berkata, "Seperti
hamba katakan tadi, pangeran. Tuntutan paduka memang
tepat dan pemuda itu harus dapat membuktikan bahwa
omongannya itu betul. Nah, Sin Wan, bagaimana
jawabanmu?" Sejak tadi Sin Wan hanya menjadi penonton saja. Dia tidak
khawatir terhadap jenderal itu karena tahu bahwa jenderal itu
adalah orang yang amat setia kepada Kerajaan Beng, seorang
yang sudah berjasa besar. Adapun sastrawan itu, kalau dia itu
pengawal dan juga guru sastra di istana, tentu merupakan
orang yang boleh dipercaya. Hanya dia masih bingung dan
harus heran melihat Lili secara tiba-tiba menjadi pengawal
pribadi Pangeran Chu Hui San! Kini, menghadapi pertanyaan
jenderal galak yang agaknya tidak suka kepada suku bangsa
Uighur itu, dengan sikap tenang diapun menatap wajah
jenderal itu. "Kalau jenderal sekarang memeriksa ke gedung pusaka,
tentu akan mendengar bahwa ada benda-benda yang hilang
dan itu merupakan bukti kebenaran cerita saya. Juga para
penjaga yang tertotok semalam, akan dapat bercerita. Itulah
bukti saksi kebenaran keterangan saya."
"Hemm, itu hanya saksi bahwa memang gedung pusaka
pernah dimasuki pencuri. Itu tidak ada sangkut-pautnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan nama yang mulia Pangeran Mahkota. Yang kami
tuntut pembuktiannya adalah keteranganmu bahwa para
penjahat berkedok berada di rumah gedung milik beliau. Nah,
engkau harus dapat membuktikan itu. Mari kita bersama
menggeledah rumah itu untuk mencari orang-orang berkedok
yang kau ceritakan itu!"
"Sudah pasti kita tidak akan dapat menemukan
seorangpun!" bantah Sin Wan sambil tersenyum. "Mereka adalah orang-orang lihai
dan tidak mungkin mereka begitu
bodoh untuk tinggal diam saja disana menunggu ditangkap."
"Orang muda, hati-hati dengan kata-katamu. Engkau telah
melempar fitnah dengan mengatakan bahwa ada penjahat
bersembunyi di rumah yang mulia Pangeran Mahkota. Apakah
engkau hendak mengatakan bahwa beliau bersekongkol
dengan penjahat berkedok?"
Sin Wan terkejut bukan main. Tak disangkanya bahwa
urusan membelok sedemikian rupa sehingga dia yang kini
terancam bahaya! "Ah, sama sekali tidak, Jenderal!"
"Kaubilang sama sekali tidak" Akan tetapi bagaimana kalau
orang-orang mendengar bahwa pencuri pusaka lari
menghilang ke dalam rumah pangeran, dan mendengar
bahwa engkau melihat tiga orang berkedok berada di rumah
itu" Apakah tidak didesas-desuskan orang bahwa Pangeran
Mahkota menyembunyikan penjahat-penjahat di rumah
beliau" Hayo katakan, bagaimana engkau dapat membuktikan
kehadiran para penjahat di rumah beliau. Kalau tidak, terpaksa
aku akan menangkap dan menahanmu sebagai orang yang
menghina dan melempar fitnah kepada Pangeran Mahkota!"
Sin Wan tak dapat menjawab dan dia semakin terkejut. Dia
yang kini terancam bahaya, akan tetapi dia tidak menyalahkan
kekerasan Jenderal Yauw Ti. Jenderal itu memang sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepantasnya kalau mencurigainya. Pria berpakaian sastrawan
itu kini berkata dan suaranya tetap lembut.
"Saudara Sin Wan yang gagah, apa yang dikatakan tay-
ciangkun (panglima besar) Yauw memang tidak keliru.
Sebaiknya kalau engkau dapat membuktikan kebenaran
keteranganmu dengan menangkap semua atau seorang di
antara para penjahat berkedok itu, baru engkau mendapatkan
bukti." Sin Wan menggeleng kepala. '"Bagaimana mungkin saya
dapat mencari mereka" Selain lihai, merekapun berkedok
sehingga saya tidak mengenal wajah mereka."
"Kalau begitu, kami harus menangkap dan memeriksamu,
mengusut perkara ini, dengan tuduhan engkau sudah
menghina Yang Mulia Pangeran!" Jenderal itu lalu menengok
ke arah pintu untuk memanggil pasukan.
"Tunggu ........!!" Tiba-tiba Lili melangkah maju dan mengeluarkan suara
bentakan yang mengejutkan semua
orang. "Sin Wan, keluarkan, leng-kimu tadi, cepat!"
Sin Wan yang tadinya sudah merasa bingung, tiba-tiba
teringat bahwa dia memiliki senjata yang ampuh, yaitu
bendera tanda kekuasaan dari kaisar itu. Kini, mendengar
seruan Lili, demi untuk menyelamatkan diri, diapun
mengeluarkan bendera kecil itu dan mengangkatnya ke atas
kepala. Lili segera menjatuhkan diri berlutut menghadap Sin Wan
dan berseru dengan suara lantang. "Banswe, ban-ban-swe
(hidup Sribaginda Kaisar)!"
Seruan ini biasa dilakukan orang apabila menghadap kaisar
untuk memberi hormat dan memujikan kaisar panjang umur
sampai selaksa tahun! Melihat ulah gadis ini, mau tidak mau
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semua orang menjatuhkan diri berlutut dengan satu kaki
memberi hormat kepada bendera kekuasaan kaisar itu dengan
seruan yang sama. "Siapa yang menghina pemegang leng-ki, sama dengan
menghina kaisar sendiri!" seru Lili.
Jenderal Yauw Ti menjadi penasaran. "Leng-ki berada di
tangan orang yang salah! Aku harus menangkap Sin Wan ini!"
"Menangkap pemegang leng-ki sama dengan menangkap
Sribaginda Kaisar! Apakah engkau hendak memberontak
terhadap Sribaginda, Jenderal" Kalau begitu halnya, sebagai
hamba yang setia aku akan menentangmu!" Lili juga berdiri
dan sikapnya menantang. Melihat ini, Pangeran Mahkota melerai. "Hentikanlah
keributan ini dan kita bicara dengan kepala dingin."
"Pangeran," kata Lili cepat mendahului jenderal itu. "Aku mengenal benar siapa
Sin Wan. Dia seorang pendekar yang
gagah perkasa, dan aku yakin dia tidak akan melakukan hal
yang salah, apalagi menghina dan menyebar fitnah kepada
paduka! Dia pemegang leng-ki, kalau kita mengganggunya,
tentu Sribaginda akan marah sekali." Saking emosinya, gadis itu sampai lupa diri
dan menyebut diri sendiri aku begitu saja
kepada Pangeran Mahkota! Pangeran Chu Hui San maklum akan kebenaran pendapat
Lili, maka diapun menyabarkan hati Jenderal yang galak itu.
"Sudahlah, Jenderal Yauw Ti. Apa yang dikatakan Lili memang benar. Engkau, tidak
boleh terburu nafsu. Mungkin saja
rumahku itu dijadikan tempat persembunyian penjahat di
waktu saya tidak berada di sana. Siapa tahu" Penjahat itu lihai dan tentu
cerdik. Kalau mereka bersembunyi di sana, siapa
yang akan menduga dan menangkap mereka?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jenderal itu mengangguk. "Baiklah, Yang Mulia. Akan tetapi hamba akan melapor
dan memprotes kehadapan Yang Mulia
Sribaginda Kaisar dan mohon agar leng-ki itu dicabut dari
tangan bocah Uighur ini." Dia lalu berpaling kepada Lili dan melotot. "Dan
kau ..... kau .... " Penuh kebencian sinar matanya seperti menyerang diri Lili.
Gadis itu membusungkan dadanya. "Aku mengapa" Engkau
jenderal, aku pengawal pribadi pangeran, kita sama-sama
mengabdi kepada kerajaan. Kalau aku benar, engkau mau
apa" Jangan dikira aku takut padamu, jenderal galak!"
Jenderal Yauw Ti mengepal tinjunya. Rasanya ingin sekali
dia menerjang dan sekali pukul menghancurkan kepala gadis
yang begitu beraninya memaki dan menentangnya di depan
pangeran. Akan tetapi, di situ ada pangeran mahkota dan
gadis itu adalah pengawal pribadi yang agaknya amat
disayangnya, maka tentu saja dia hanya menekan
kemarahannya dan setelah memberi hormat kepada sang
pangeran, diapun meninggalkan ruangan itu dengan muka
merah padam. "Sin Wan, cepat kau pergi. Selidiki dan sedapat mungkin
tangkaplah orang-orang berkedok itu, jangan lagi datang ke
sini karena yang mulia pangeran tidak tahu apa-apa tentang
mereka," kata Lili. "Biar kuantar engkau keluar agar jangan diganggu jenderal
galak itu!" Lili memberi hormat kepada
Pangeran Mahkota. "Pangeran, perkenankan saya mengantar
Sin Wan keluar dari istana."
Pangeran itu. menghela napas panjang dan menggerakkan
tangan memberi isyarat agar mereka pergi. Sin Wan memberi
hormat, lalu dia keluar dari ruangan itu bersama Lili.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan mudah mereka melewati semua penjagaan, karena
para penjaga sudah mengenal gadis cantik yang menjadi
pengawal pribadi yang baru dari Pangeran Mahkota. Tak lama
kemudian rnereka sudah tiba di luar pintu gerbang istana.
"Nah, selamat jalan, Sin Wan. Berhati-hatilah engkau,
agaknya jenderal galak itu membencimu."
"Terima kasih, Lili. Kenapa engkau melakukan, semua ini
untukku" Kenapa engkau begini baik kepadaku dan berani
menentang seorang jenderal berkuasa untuk membelaku?"
tanya Sin Wan sambil menatap wajah cantik itu. Sebetulnya
tidak perlu lagi dia bertanya, karena dia sudah tahu. Akan
tetapi karena dia sangat berterima kasih dan terharu, karena
tanpa pembelaan Lili mungkin dia sudah menjadi tawanan, dia
mengajukan pertanyaan itu.
"Kenapa, Sin Wan" Engkau masih bertanya lagi, kenapa"
Lupakah engkau bahwa aku cinta padamu" Aku rela
mengorbankan nyawa untuk membelamu karena aku cinta
padamu, Sin Wan. Selamat jalan." Gadis itu membalikkan diri dengan cepat dan
memasuki lagi pintu gerbang daerah istana
yang terlarang itu. Sin Wan berdiri mematung, mengamati kepergian gadis itu
sampai lenyap, di sebelah dalam pintu gerbang. Dia menghela
napas dan membalikkan tubuh, pergi dari situ. Dia merasa iba
kepada Lili dan merasa rmenyesal mengapa dia tidak dapat
membalas cinta kasih yang demikian besarnya. Cintanya
masih kepada Lim Kui Siang, namun gadis yang dicintanya dan
yang tadinya juga mencintanya, sekarang berbalik
membencinya karena dia dianggap musuh besarnya! Ayah
tirinya, yang juga merupakan guru pertamanya, telah
membunuh ayah gadis itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Wan segera melupakan wajah kedua orang gadis itu
dan menyadari kembali keadaannya. Penyelidikannya telah
gagal, bahkan kini dia yang terancam oleh kecurigaan Jenderal
Yauw Ti. Kalau jenderal itu melapor kepada kaisar, bukan tak
mungkin dia akan ditangkap dan dituduh telah menghina
pangeran mahkota. Cepat dia melangkahkan kakinya menuju ke benteng, dan
di sana dengan girang dia dapat menghadap Jenderal Shu Ta!
Hanya jenderal inilah yang agaknya dapat menolongnya
karena jenderal ini adalah atasan jenderal Yauw Ti. Setelah
duduk berhadapan dengan Jenderal Shu Ta, Sin Wan
melaporkan segala yang telah dialaminya semalam, kemudian
betapa dia diancam oleh Jenderal Yauw Ti yang menganggap
dia menghina pangeran mahkota.
Setelah mendengarkan semua laporan Sin Wan dengan
penuh perhatian, Jenderal Shu Ta mengangguk-angguk,
"Jenderal Yauw Ti memang berwatak keras, dan secara tidak
kebetulan bagimu, dahulu dia pernah tertawan bangsa Uighur
dan mengalami siksaan sebagai tawanan musuh sehingga
setelah dia dapat dibebaskan, dia menaruh dendam kebencian
kepada bangsa Uighur. Biarpun demikian, apa yang dia
lakukan terhadap dirimu bukan semata karena dendam
kepada bangsamu itu, melainkan berdasarkan perhitungan
yang tidak dapat disalahkan. Memang, kalau tidak ada bukti,
keteranganmu itu dapat dianggap sebagai penghinaan dan
pencemaran nama baik pangeran mahkota. Kurasa, benar
seperti pendapat pangeran mahkota, para penjahat itu
sengaja mempergunakan rumah peristirahatannya yang
kosong untuk bersembunyi, dan aku sendiripun tidak akan
menyangka bahwa rumah itu akan dijadikan tempat
persembunyian penjahat. Sudahlah, aku akan menemui
Jenderal Yauw Ti agar dia tidak menghadap Sribaginda
Kaisar." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lega rasa hati Sin Wan. Ketika dia meninggalkan benteng
matahari telah naik tinggi dan dia merasa lapar. Sejak pagi dia belum makan. Sin
Wan lalu pergi ke sebuah rumah makan
besar di sudut kota yang tidak begitu ramai. Akan tetapi
sebelum tiba di rumah makan itu, ketika melewati sebuah
rumah penginapan, tiba-tiba dia melihat dua orang di
pekarangan rumah penginapan yang membuat dia cepat
menyelinap agar tidak kelihatan oleh mereka.
Jantungnya berdebar penuh ketegangan ketika dia
mengenal seorang di antara mereka. Wanita cantik yang
memasuki pekarangan, bersama seorang kakek tinggi kurus
itu adalah Bi-coa Sianli Cu Sui In, bekas guru Lili yang kini
menjadi sucinya! Dia tidak mengenal kakek itu, akan tetapi
melihat Cu Sui In, diapun teringat kepada Lili dan timbul
keinginan tahunya Lili sendiri sudah menjadi pengawal pribadi
pangeran mahkota. Dia sendiri tidak menaruh curiga
sedikitpun terhadap Lili, karena dia yakin bahwa Lili adalah
seorang gadis yang pada dasarnya memiliki hati yang baik,
walaupun ia kasar dan liar. Akan tetapi, lain lagi dengan Bi-coa Sianli! Wanita
iblis ini telah menewaskan dua orang di antara
tiga gurunya, yaitu Kiam-sian (Dewa Pedang) dan Pek-mau-
sian (Dewa Rambut Putih).
Seorang wanita yang lihai bukan main, juga amat kejam.
Kehadirannya di kota raja ini sungguh mencurigakan. Dan
yang lebih menarik hatinya, kini dia tahu bahwa Cu Sui In
yang masih tetap cantik dalam usia setengah tua itu dahulu
adalah kekasih Bhok Cun Ki. Wanita inilah yang menyuruh Lili
untuk membunuh Bhok Cun Ki. Dan kini ia datang sendiri ke
kota raja. Siapa pula kakek yang tinggi kurus itu" Dia harus
menyelidiki. Siapa tahu ada kaitannya antara mereka dengan
orang-orang berkedok. Andaipun tidak ada kaitannya, dia
harus menyelidiki demi Lili dan Bhok Cun Ki.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah melihat kedua orang itu memasuki rumah
penginapan, Sin Wan menggunakan kepandaiannya,
memasuki rumah penginapan itu dengan mengambil jalan
memutar dari kebun belakang. Ketika dia melewati sebuah
kamar yang pintunya tertutup, dia mendengar suara Cu Sui In,
atau yang diduganya suara iblis betina itu, suara wanita yang
merdu dan dingin. "Sungguh heran, di mana sumoi" Susah benar mencari
jejaknya!" Lalu terdengar suara parau dan dalam seorang pria, tentu
pria yang sudah tua, didahului suara tawanya. "Ha..ha..ha, engkau memang aneh
sekali, Sui In! Heran aku mengapa ada
kebencian yang dapat kaupendam sedemikian lamanya"
Kebencian yang aneh. Kalau menghendaki dia mampus, apa
sukarnya" Engkau malah menyuruh anakmu yang membunuh
ayah kandungnya, dan sekarang engkau gelisah sendiri.
Ha..ha..ha, sungguh mati, seorang wanita memang makhluk
paling aneh di dunia ini."
"Ayah, lebih baik jangan bicara tentang itu!"
"Kenapa" Dia itu muridku, juga cucuku satu-satunya!"
"Sudahlah, ayah. Sudah kukatakan, jangan mencampuri
urusan pribadiku yang satu ini!"
Sunyi di kamar itu dan Sin Wan cepat menyelinap pergi.
Wajahnya berubah penuh ketegangan dan harus
menenteramkan hatinya lebih dulu di jalan kecil, lorong di
belakang rumah penginapan itu. Mereka bicara tentang Lili!
Dan ternyata Lili adalah puteri Cu Sui In, dan pria tua yang
disebut ayah oleh Bi-coa Sianli itu, yang mengakui Lili sebagai cucunya, siapa
lagi lagi kalau bukan See-thian Coa-ong"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kenyataan ini terlalu hebat bagi Sin Wan, membuatnya
terkesima dan seperti kehilangan akal.
Iblis betina itu mendendam secara aneh kepada Bhok Cun
Ki! Dan Lili ternyata puterinya, puteri Cu Sui In dan puteri
Bhok Cun Ki! Kini mengertilah Sin Wan. Ketika Bhok Cun Ki
meninggalkan kekasihnya, Cu Sui In, wanita itu dalam
keadaan mengandung. Hal ini agaknya tidak diketahui Bhok
Cun Ki. Pantaslah, Cu Sui In demikian mendendam kepada
kekasihnya atau ayah dari anaknya. Akan tetapi, betapa
kejamnya iblis betina itu. Dendamnya hendak dibalasnya
secara aneh, yaitu ia hendak mengadu anaknya agar
bermusuhan dengan ayahnya sendiri. Ia hendak membuat
ayah dan anak itu saling berbunuhan.
Hal ini harus dicegah! Sin Wan merasa amat iba kepada Lili,
gadis yang malang itu, yang amat mencintanya, dan andaikata
di sana tidak ada Kui Siang, betapa akan mudahnya membalas
cinta kasih seorang gadis seperti Lili. Akan tetapi bagaimana
cara mencegahnya" Menasehati mereka tidak akan ada
gunanya, dan pula, diapun tidak berhak mencampuri urusan
rumah tangga dan urusan pribadi mereka.
Akan tetapi satu hal sudah jelas, Bi-coa Sianli Cu Sui In dan
ayahnya See-thian Coa-ong, tidak ada hubungannya dengan
orang-orang berkedok yang bersembunyi di rumah
peristirahatan pangeran mahkota. Agaknya ayah dan anak itu
baru tiba sekarang dan mereka mencari-cari Lili yang oleh
sucinya disuruh membunuh Bhok Cun Ki. Gadis yang malang
itu sama sekali tidak menyadari bahwa yang disuruh bunuh
adalah ayah kandungnya sendiri, dan yang menyuruhnya
adalah ibunya sendiri! Sin Wan teringat. Hampir saja Lili tewas ketika bertanding
melawan Bhok Cun Ki, diserang oleh orang lain secara
menggelap, kemudian diselamatkan atau ditolong oleh Bhok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cun Ki. Sebaliknya kalau mereka itu saling dipertemukan agar
Lili dapat bercerita kepada sucinya tentang sikap Bhok Cun Ki.
Mungkin saja kebaikan hati Bhok Cun Ki terhadap Lili akan
mencairkan kebekuan hati mendendam dalam dada wanita itu.
Tidak terlalu lama dia menanti di depan rumah penginapan
itu. Ketika dia melihat ayah dan anak itu keluar dari pintu
depan rumah penginapan, cepat dia memasuki pekarangan
dan menyongsong mereka. Cu Sui In masih tidak berubah,
masih seperti dulu ketika dia melihatnya dalam pertemuan
antara pimpinan kai-pang (perkumpulan pengemis) untuk
merebutkan kedudukan pimpinan para kai-pang.
Peristlwa itu terjadi setahun lebih yang lalu ketika dia
bersama Kui Siang mengikuti Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki yang
akhirnya menjadi pemimpin besar para kai-pang kembali,
kedudukan yang sebelum itu juga dipegangnya. Akan tetapi
dipilihnya Pek-sim Lo-kai adalah karena keputusan atau
perintah dari Raja Muda Yung Lo, sehingga para calon lainnya
terpaksa mundur, di antara mereka terdapat pula Bi-coa Sianli
Cu Sui In. Ketika Sin Wan bertemu pandang dengan kakek yang
berjalan di samping wanita cantik itu, diam-diam dia terkejut
dan kagum. Sinar mata kakek ini mencorong seperti mata
seekor naga. Biarpun tubuhnya tinggi kurus, namun kakek ini
kelihatan gagah dan berwibawa, terutama sekali matanya.
"Harap ji-wi memaafkan saya ......" Sin Wan memberi
hormat dan mengangkat kedua tangannya ketika dia berdiri di
depan kedua orang itu, menghadang perjalanan mereka.
"Hemm, orang muda, siapa engkau dan mau apa?" See-
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
thian Coa-ong bertanya, senyumnya yang selalu menghias
mulut seperti orang mengejek itu tidak pernah meninggalkan
bibir. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heii, bukankah engkau ...... murid Sam-sian yang bernama
Sin Wan itu?" Cu Sui In berseru sambil menudingkan telunjuk kanannya ke arah
muka Sin Wan. Ia teringat akan pengakuan
sumoinya. Lili mencinta pemuda ini! "Mau apa engkau
menghadangku" Apakah engkau hendak membalaskan
kematian Kiam-sian dan Pek-mau-sian?"
"Tidak sama sekali. Saya hanya ingin memberitahu kepada
ji-wi locianpwe bahwa saya pernah bertemu dengan Lili, dan
ketika tadi melihat ji-wi, saya lalu bermaksud memberitahu."
Cu Sui In menatap tajam. "Engkau bertemu dengan Lili" Di
mana ia?" Pertanyaannya dilakukan tergesa-gesa karena
hatinya gembira mendengar itu.
"Di dalam istana kaisar!" Jawab Sin Wan.
"Ahhh?"" See-thian Coa-ong sendiri dan puterinya
mengeluarkan seruan kaget. Bagaimana mungkin Lili berada di
istana kaisar" "Apa maksudmu, Sin Wan?" tanya Bi-coa Sianli Cu Sui In.
"Saya bertemu Lili di dalam istana. Ia tinggal di istana
Pangeran Mahkota Chu Hui San sebagai pengawal pribadi
beliau. Hanya itu yang ingin saya sampaikan kepada jiwi,
selanjutnya terserah kepada ji-wi." Sin Wan membalikkan diri hendak meninggalkan
tempat itu. "Haii, tunggu!" terdengar kakek itu membentak dan Sin Wan terpaksa menghentikan
langkahnya, membalik dan kembali berhadapan dengan mereka. "Sikapmu mencurigakan
sekali. Hayo katakan terus terang apa maksudmu dengan
pemberitahuan ini atau kau akan kubunuh sekarang juga!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah, dia adalah pemuda yang dicinta Lili. Sin Wan,
kenapa engkau memberitahukan tetang Lili kepadaku?"
"Lili telah menyelamatkan saya. Saya berhutang budi
kepadanya, akan tetapi saya khawatir dengan kehadirannya di
istana. Amat berbahaya bagi gadis seperti Lili, akan tetapi
saya tidak berdaya, tidak dapat mencegahnya. Oleh karena itu
ketika saya melihat ji-wi, saya memberitahu agar ji-wi dapat
mengeluarkannya dari istana."
Sin Wan memberi hormat dan kini dia pergi tanpa dicegah
oleh ayah dan anak itu. Setelah pemuda itu pergi, Cu Sui In
berkata kepada ayahnya, "Ayah, sekarang juga kita ke istana, menemui Lili dan
mengajaknya keluar. Apa-apaan ia menjadi
pengawal pribadi pangeran mahkota segala!"
"Ha..ha, siapa tahu ia ingin menjadi isteri pangeran
mahkota agar kelak menjadi pemaisuri kaisar" Ha..ha..ha..ha!"
Akan tetapi datuk ini menurut saja ketika puterinya menarik
tangannya dan mengajaknya pergi menuju ke istana!
Ketika Lili kembali ke istana pangeran setelah mengantar
Sin Wan keluar istana, seorang pengawal menyambutnya dan
memberitahu bahwa ia dipanggil oleh pangeran di dalam
kamarnya. Lili tidak menyangka buruk dan iapun mengetuk
daun pintu kamar yang tertutup itu.
"Yang Mulia, saya Lili siap menghadap paduka kalau
diperlukan," katanya lirih.
"Masuklah, Lili, daun pintunya tidak dikunci," terdengar suara pangeran itu dari
dalam. Lili mendorong daun pintu, dibiarkan saja oleh empat orang
pengawal yang berjaga di luar kamar, lalu ia melangkah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masuk. Kamar pangeran itu luas dan terang, dengan perabot
kamar yang serba mewah, dan tempat tidur yang luas pula.
Pangeran hanya seorang diri saja, rebah miring di
pembaringan. "Tutupkan kembali daun pintunya, Lili," katanya.
Biarpun alisnya berkerut karena belum pernah ia disuruh
masuk kamar berdua saja dengan pangeran itu, apalagi daun
pintu kamar ditutup, Lili tidak berani membantah dan
menutupkan daun pintu kamar.
"Kesinilah, Lili!" kata pula pangeran itu dengan suara lembut.
Karena mengira bahwa pangeran akan membicarakan
urusan penting, Lili melangkah maju ke dekat pembaringan
dan berlutut dengan kaki kanan.
"Siap menanti perintah, pangeran," katanya.
17. Penyelamat Wanita Berkedok Hijau
"Jangan berlutut di situ, Lili. Duduklah di pembaringan sini
......" "Tidak, pangeran, Saya di sini saja! kata Lili, suaranya
mulai mendingin. "Perintah apa yang harus saya laksanakan
untuk paduka?" "Lili, duduklah di sini dan kau pijitlah tubuhku, terasa lelah
......" Wajah Lili berubah merah dan iapun bangkit berdiri.
"Pangeran, memijit bukan pekerjaan saya. Saya bukan tukang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pijit dan kalau paduka lelah dan minta dipijit, biar saya
panggilkan selir atau dayang ..........."
"Aku ingin engkau yang memijitiku, Lili." Pangeran itu bangkit duduk. "Ke
sinilah, aku sayang padamu, Lili. Sejak kau berada di sini, aku merindukanmu.
Rebahlah di sini, di sampingku, Lili ......."
"Pangeran! Apa yang paduka katakan ini" Apakah paduka
mabok" Saya tidak sudi!"
"Lili, aku cinta padamu, aku ingin mengangkatmu menjadi
selirku terkasih." "Tidak, aku tidak sudi!"
"Ingat, aku seorang pangeran mahkota, Lili."
Lili sudah marah sekali, kalau ia tidak ingat bahwa pria ini
seorang pangeran, putera mahkota, tentu sudah dicekiknya
kepala orang itu sampai lumat. "Tidak, aku tidak sudi, biar kau seorang pangeran
mahkota, seorang dewa atau seorang iblis
sekalipun! Sekarang juga aku akan pergi, aku tidak sudi
menghambakan diri di sini lagi!" Gadis itu lalu meloncat keluar dan lari
meninggalkan tempat itu. "Pengawal .....!" Pangeran berteriak dan ketika para
pengawal bermunculan, dengan geram dia memerintahkan
untuk mengejar dan menangkap Lili.
Akan tetapi para pengawal itu jerih untuk mengejar bekas
pengawal pribadi yang kabarnya amat lihai itu. Apalagi ketika
muncul Yauw Siucai, juga pengawal pribadi pangeran dan
guru sastra Pangeran kecil Chu Hong yang membujuk mereka
agar bertindak lambat dan agar jangan bentrok dengan Lili
karena hal itu akan membahayakan mereka sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun, bujukan ini hanya mempengaruhi beberapa orang
pengawal saja. Mereka yang setia kepada pangeran bahkan
melapor kepada kepala pengawal dan puluhan orang perajurit
pengawal melakukan pengejaran kepada Lili yang berlari ke
luar istana. Bukan main marahnya hati Lili. Ia tidak tahu bahwa ketika
Yauw Siucai memperkenalkan ia kepada Pangeran Chu Hui
San, kemudian diterima sebagai pengawal pribadi, pangeran
mata keranjang itu menerimanya bukan hanya karena Yauw
Siucai memuji kelihaiannya, melainkan terutama sekali karena
kecantikannya. Biarpun sudah ratusan mungkin ribuan orang
wanita pernah melayaninya, namun pangeran ini belum
pernah mempunyai seorang kekasih yang memiliki ilmu
kepandaian tinggi dan juga memiliki watak yang keras dan
berani seperti Lili. Bagaimana mungkin ada seorang gadis yang sikapnya
begitu berani terhadap seorang jenderal besar seperti Jenderal
Yauw Ti" Semua itu membuat sang pangeran semakin tergila-
gila dan melihat sikap gadis itu terhadap sang jenderal tadi,
diapun merasa khawatir kalau suatu saat dia akan kehilangan
Lili, maka gairahnya semakin memuncak dan dia mengambil
keputusan untuk memiliki Lili saat itu juga. Namun, baru sekali itu selama
hidupnya, ada wanita yang menolak keras ketika
dirayunya! Dalam keadaan marah Lili keluar dari istana. Ia bukan tidak
tahu bahwa besar kemungkinan pangeran akan mengerahkan
para pengawal untuk menangkapnya, namun ia tidak perduli
dan siapa saja yang akan berani menghalanginya, akan
dihajarnya. "Lili ...........!!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lili mengangkat muka dan melihat dua orang yang berada
di luar pintu gerbang istana, iapun terbelalak dan segera lari
menghampiri. "Suci .....! Suhu .....!!" serunya girang bukan main melihat kakak
seperguruannya dan gurunya berada di
situ. Akan tetapi pada saat itu, dari pintu gerbang muncul
berbondong-bondong para pengawal yang melakukan
pengejaran. Melihat Lili, mereka berteriak-teriak dan
mengejar, dipimpin beberapa orang perwira pengawal yang
berteriak. "Tangkap pemberontak!"
"Apa yang terjadi?" tanya Cu Sui In.
"Pangeran hendak memaksaku menjadi selirnya, aku tidak
sudi dan melarikan diri," kata Lili dan gadis inipun segera menyambut serbuan
para pengawal, merobohkan dua orang
dengan tamparannya. Akan tetapi para pengawal sudah menyerangnya dengan
senjata di tangan. Tombak dan pedang golok menyambar-
nyambar. Lili mencabut pedangnya Pek-coa-kiam (Pedang Ular
Putih) mengamuk. Melihat betapa Lili dikepung banyak
pengawal yang menyerang mati-matian, tanpa diminta Cu Sui
In segera mencabut Hek-coa-kiam (Pedang Ular Hitam) dan
terjun ke dalam pertempuran membantu gadis itu.
See-thian Coa-ong Cu Kiat memandahg dengan alis
berkerut. Tentu saja dia tidak mengkhawatirkan dua orang
wanita yang dikeroyok itu. Akan tetapi dia bukan seorang
bodoh. Betapapun lihainya Lili dan Sui In, bahkan ditambah
dia sendiri sekalipun, tidak mungkin dapat bertahan kalau
datang pasukan besar mengeroyok mereka. Inilah yang
merupakan ancaman karena mereka berada di kota raja,
apalagi di depan pintu gerbang istana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka seperti berada di guha harimau dan selain itu,
diapun tidak ingin menjadi pemberontak tanpa alasan yang
kuat, hanya karena Lili akan diambil selir seorang pangeran.
Bahkan kalau gadis itu mau, dia malah akan merasa senang
sekali. Mengapa menolak jadi selir seorang pangeran mahkota
dan mempunyai kesempatan baik untuk menjadi permaisuri"
Bodoh sekali! "Lili, Sui In, kita pergi dari sini!" serunya dan sekali dia menyerbu, kepungan
itu terpecah dan dua orang wanita itu
yang juga maklum akan bahaya, segera meloncat keluar dari
kepungan yang pecah. Mereka bertiga berloncatan dengan
cepat dan sebentar saja para pengawal itu sudah kehilangan
bayangan mereka. Para pengawal melakukan pengejaran dan kini pasukan
pembantu sudah datang sehingga mereka menyebar ke
seluruh kota untuk mencari tiga orang itu, terutama Lili. Di
antara mereka yang melakukan pencarian, tentu saja nampak
pula seorang pria berpakaian sastrawan serba putih, yaitu
Yauw Siucai. yang berlagak marah-marah ketika mendengar
akan peristiwa itu. "Gadis tak mengenal budi!" Dia berseru di depan pangeran Chu Hui San. "Jangan
khawatir, yang mulia. Saya akan
berusaha mencari dan menemukannya!"
Ketika tiga orang pelarian itu sedang berlari dan
berloncatan di sebuah lorong, tiba-tiba saja di depan mereka
muncul Yauw Siucai. Tempat itu sunyi, dan Yauw Siucai
berkata cepat. "Ke sinilah! Cepat, sam-wi masuk ke sini!"
Tiga orang itu, dipimpin Lili yang sudah mengenal Yauw
Siucai dan mempercayainya, mengikuti pemuda berpakaian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
putih itu memasuki sebuah pintu samping sebuah rumah dan
segera daun pintu itu ditutup dari dalam. Mereka tiba di
sebuah kebun dan tanpa bicara lagi Yauw Siucai mengajak
mereka masuk rumah itu dari belakang. Di sebuah gudang
barang, terdapat sebuah pintu rahasia dan diapun membawa
tiga orang pelarian memasuki sebuah lorong rahasia dan turun
ke dalam sebuah ruangan bawah tanah yang luas dan mewah
dan lengkap. Tiga orang itu sampai terheran-heran dan
kagum, tidak mengira bahwa di bawah gedung itu terdapat
ruangan bawah tanah yang demikian mewahnya.
"Untuk sementara, harap sam-wi (anda bertiga)
bersembunyi dulu di sini sampai pencarian mereda," kata
Yauw Siucai kepada mereka.
"Terima kasih atas bantuanmu, Yauw kongcu," kata Lili, lalu ia memperkenalkan
gurunya dan kakak seperguruannya. "Ini
adalah suhu dan suciku........."
Yauw Siucai tercengang dan tersenyum girang bukan main.
"Locianpwe See-thian Coa-ong dan Bi-coa Sianli" Ah, sudah
lama sekali saya mendengar akan nama besar ji-wi (anda
berdua)," katanya memberi hormat.
"Suhu dan suci, ini adalah Yauw Kongcu, namanya Yauw Lu
Ta dan kami berkenalan dalam perjalanan. Dia yang
memperkenalkan aku dengan Pangeran Mahkota dan
memasukkan aku menjadi pengawal pribadi. Akan tetapi
ternyata Pangeran Chu Hui San hendak kurang ajar kepadaku,
maka aku melarikan diri!"
See-thian Coa-ong yang merasa bahwa dia telah terlepas
dari bahaya karena pertolongan pemuda tampan berpakaian
putih-putih itu berkata, "Hemm, hari ini Yauw Kongcu telah menyelamatkan kami.
Aku tidak akan melupakan budi ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cu Sui In tidak memperdulikan pria yang menolongnya itu,
sebaliknya ia mengomel kepada Lili, "Sumoi, apa saja yang
kaulakukan di kota raja" Bukankah aku memberimu tugas
penting" Engkau sudah mengabaikan tugasmu?"
Lili memandang sucinya. "Sama sekali tidak, suci. Juga
dengan bantuan Yauw Kongcu, aku sudah, dapat menemukan
Bhok Cun Ki ........"
"Dan kau sudah membunuhnya?" Wanita itu bertanya cepat dan suaranya terdengar
gemetar. Lili menundukkan mukanya yang agak kemerahan. "Suci,
maafkan aku. Aku telah menantangnya dan kami telah
bertanding tapi ....... aku kalah ........."
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cu Sui In terbelalak dan nampak marah sekali. "Sumoi,
engkau kalah dan engkau masih hidup bahkan bersenang-
senang di istana" Hemm, beginikah engkau membalas budi
sucimu ini?" "Hemm, bersabarlah, Sui In," kata See-thian Coa-ong. "Lili, ceritakan apa yang
terjadi. Kalau memang Bhok Cun Ki itu
lihai sekali, biar kelak aku sendiri yang turun tangan."
"Jangan, ayah! Ayah jangan mencampuri urusan ini. Nah,
Lili, kauceritakan apa yang terjadi."
Lili lalu menceritakan tentang pertandingannya melawan
Bhok Cun Ki. Ia seorang gadis yang terbuka dan jujur, maka ia
menceritakan semuanya. Betapa lihainya Bhok Cun Ki
sehingga ia tidak mampu mengalahkannya, bahkan ia yang
selalu terdesak. "Selagi dia mendesakku, tiba-tiba ada senjata rahasia
menyerangnya. Akan tetapi dia lihai dan pedangnya dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangkis. Celakanya, sebatang paku beracun terpental dan
mengenai pundak kiriku. Aku pingsan. Ketika aku siuman,
ternyata aku telah berada di rumah Bhok Cun Ki. Dia
membawa aku ketika pingsan dan mengobatiku. Akan tetapi
setelah siuman, aku menolak kebaikannya itu dan aku
melarikan diri. Demikianlah, suci. Maafkan kegagalanku."
Wajah Cu Sui In menjadi merah sekali. "Sumoi, aku malu
sekali kepadamu! Engkau pernah mengatakan bahwa untuk
melaksanakan permintaanku, engkau bersedia
mempertaruhkan nyawa. Akan tetapi buktinya" Huh, engkau
...... engkau sungguh mengecewakan!"
Dicela seperti itu, Lili menjadi marah. "Suci, apa yang harus kulakukan
sekarang" Katakan, biar aku harus mengorbankan
nyawaku, akan kulakukan. Aku bukan pengecut seperti yang
suci sangka!" "Bagus!" Kalau begitu, sekarang juga pergilah cari Bhok Cun Ki dan ulangi
tantanganmu. Sekali ini engkau harus
berhasil membunuhnya! Kalau tidak, jangan lagi engkau
berani mengakui aku sebagai sucimu!"
"Baik! Sekali ini, dia atau aku yang harus mati!" seru Lili.
"Itulah yang kumaksudkan. Dia atau engkau yang harus
mati!" kata Sui In. Lili hendak lari meninggalkan tempat itu, akan tetapi Yauw
Siucai segera menghadangnya. "Bersabarlah, nona Lili, dan
kuharap engkau juga bersabar, toanio," katanya kepada Sui
In. "Kalau nona Lili nekat keluar, sebelum dapat bertemu
dengan Bhok Cun Ki, tentu ia akan lebih dulu tertangkap oleh
pasukan pengawal, dan semuanya akan gagal pula."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha..ha, omongan Yauw Siucai ini benar sekali, Yauw Siucai kalau menurut
pendapatmu, bagaimana sebaiknya?" kata See-thian Coa-ong.
"Sebaiknya dikirim surat tantangan kepada Bhok Cun Ki dan
saya yang akan menyuruh orang menyampaikan. Kemudian,
nona Lili dan ji-wi (anda berdua) harus keluar dari sini dengan berpencar dan
menyamar menuju ke tempat yang ditentukan
untuk bertanding. Dengan demikian aman. Tempat bertanding
harus ditentukan di luar kota, sebaiknya di hutan buatan
sebelah utara kota raja yang biasa dipergunakan untuk
berburu keluarga kaisar. Di sana sepi dan baik sekali untuk
bertanding tanpa gangguan."
Mendengar ini, Sui In mengangguk-angguk. "Bagus, aturlah
seperti itu, Yauw Siucai. Kiranya engkau seorang yang cerdik
sekali, pantas Lili suka bersahabat denganmu," kata See-thian Coa-ong girang.
"Lili, cepat membuat surat tantangan!"
"Biar aku yang membuatnya!" kata Cu Sui In dan Yauw
Siucai lalu mengeluarkan alat-alat tulis dari laci sebuah meja di ruangan itu.
Sui In lalu membuat surat tantangan singkat dan
dimasukkan ke dalam sampul.
"Sekarang saya akan pergi mengirim surat tantangan,
sementara sam-wi melakukan penyamaran. Untuk itu, di
lemari sudut itu terdapat alat penyamaran lengkap."
Yauw Siucai pergi dan ketika Sui In membuka lemari
mereka bertiga tercengang dan kagum. Di situ tersedia alat
penyamaran yang lengkap dari pakaian rambut palsu,
pengubah warna kulit sampai alat-alat yang dapat membuat
kulit mengeriput dan sebagainya. Mereka bertiga segera
merias diri, menyamar. Lili dan Sui In menyamar sebagai pria
yang tampan, sedangkan See-thian Coa-ong menyamar
sebagai seorang pengemis tua yang bongkok!.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mereka bertiga selesai dengan penyamaran
mereka, mereka menanti kembalinya Yauw Siucai. Tidak
terlalu lama mereka menanti karena orang itu segera muncul
di situ dengan wajah berseri. "Sudah saya suruh antar surat tantangan itu dan
Bhok Cun Ki pasti akan berada di hutan
sebelah utara kota raja. Sekarang sam-wi boleh keluar dan
saya melihat penyamaran sam-wi baik sekali."
Mereka semua keluar dari lorong rahasia itu, tiba di gudang
dan ketika hendak membuka pintu kebun, Yauw Siucai yang
lebih dahulu keluar. Setelah melihat bahwa lorong itu sunyi,
tiga orang yang menyamar itu keluar seorang demi seorang,
berpencar dan mengambil jalan masing-masing menuju ke
pintu gerbang sebelah utara.
Kota raja masih penuh dengan para perajurit yang
melakukan pencarian, akan tetapi tidak seorangpun mengenal
Lili dalam penyamarannya sebagai seorang pemuda tampan
yang berkumis dan berkulit gelap. Juga alisnya kini menjadi
tebal, bentuk hidungnya menjadi besar. Dengan cepat Lili
berhasil keluar dari pintu gerbang utara dan melanjutkan
perjalanan dengan cepat ke utara.
Matahari condong ke barat, dan Lili merasa betapa hatinya
gundah. Biarpun ia tahu bahwa ia tidak akan menang
melawan Bhok Cun Ki, ia sama sekali tidak takut. Ia tidak
takut kalah dan ia tidak takut mati karena watak seperti ini
sudah ditekankan kepadanya sejak ia kecil oleh sucinya yang
dahulu adalah gurunya. Yang membuat ia merasa gundah
bukanlah kelihaian Bhok Cun Ki, melainkan kebaikannya. Tak
mungkin ia dapat melupakan perkelahian yang pernah terjadi
antara ia dan panglima itu.
Ia kini tahu benar bahwa pelepas senjata rahasia bukanlah
panglima itu, seperti yang juga diterangkan oleh Sin Wan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadanya. Ada pihak ke tiga yang melakukannya, dan yang
diserang adalah panglima itu, bukan ia. Akan tetapi, yang
terkena paku beracun itu ia dan musuh besar sucinya itu
bahkan menolongnya, merawatnya! Biarpun ia telah bersikap
keras dan tidak mau menerima budi itu, namun di dalam
hatinya, ia bukanlah orang yang tidak mengenal budi. Dan
sekarang, ia sedang pergi untuk membunuh atau dibunuh
orang itu! Wajahnya semakin muram kalau ia teringat akan sikap dan
kata-kata sucinya. Sungguh sukar mengerti sikap sucinya.
Kenapa sucinya memaksa ia yang membunuh Bhok Cun Ki,
pada hal sucinya yang merasa sakit hati" Kenapa bukan
sucinya sendiri yang membalas dendam" Bahkan ketika guru
mereka, atau ayah sucinya hendak turun tangan membunuh
Bhok Cun Ki, sucinya melarang dengan keras dan
memaksanya agar ia yang melawan Bhok Cun Ki. Pada hal
sucinya sudah mendengar bahwa ia pernah kalah oleh Bhok
Cun Ki. Kenapa sikap sucinya begini aneh, pada hal ia
merasakan benar bahwa sucinya amat sayang kepadanya"
Sungguh sikap yang amat berlawanan dan aneh!
Biarpun kedua kakinya dengan ringan melangkah tanpa
ragu ke arah tempat yang ditentukan untuk mengadu
kepandaian, atau lebih tepat kalau dinamakan mengadu
nyawa, namun hatinya terasa berat oleh kebimbangan.
JJJ Sin Wan cepat pergi ke rumah keluarga Bhok untuk
mencari panglima itu. Dia harus mengabarkan kenyataan luar
biasa itu, bahwa Lili adalah puterinya sendiri, kepada panglima itu! Akan
tetapi, belum dia tiba di rumah keluarga Bhok Cun
Ki, dia mendengar tentang keributan di depan istana. Dia
teringat bahwa Lili berada di sana, maka cepat dia kembali
lagi dan mendengar bahwa memang gadis itu yang membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keributan, dan menurut kabar yang dia dengar, gadis itu
melarikan diri dari istana dan dikejar-kejar oleh pasukan
keamanan. Juga dia mendengar bahwa ketika tiba di luar istana, gadis
itu dibantu oleh seorang wanita cantik dan seorang kakek
tinggi kurus dan amat lihai, akan tetapi tiga orang itu lalu
melarikan diri dan sampai kini masih terus dicari oleh para
perajurit keamanan. Sin Wan dapat menduga bahwa tentu Lili
telah dilarikan oleh See-thian Coa-ong dan Bi-coa Sianli Cu Sui In. Dia segera
kembali menuju ke rumah Bhok Cun Ki.
Ketika tiba di rumah keluarga-Bhok, yang menyambutnya
adalah Bhok Cin Han dan Bhok Ci Hwa. Kakak beradik itu
memberitahu kepadanya bahwa ayah mereka telah pergi sejak
tadi, setelah mendengar akan keributan yang terjadi di depan
istana. "Kami mendengar bahwa yang membikin kacau adalah
seorang pengawal wanita dari Pangeran Mahkota," kata Cin
Han. "Kabarnya ia melarikan diri setelah hampir membunuh
Pangeran Mahkota. Agaknya ia seorang mata-mata yang
dikirim musuh untuk membunuh Pangeran Mahkota."
"Ayah pergi untuk berusaha menangkap kembali gadis itu,
yang kabarnya dibantu dua orang yang amat lihai," kata pula Cin Hwa.
Diam-diam Sin Wan merasa khawatir sekali. Tentu saja ia
tidak memberitahu kepada mereka bahwa yang dimaksudkan
dengan gadis pengacau itu bukan lain adalah Lili. Dia merasa
khawatir kalau sampai Bhok Cun Ki bertemu dengan Lili dan
See-thian Coa-ong bersama puteri datuk itu. Dapat berbahaya
bagi panglima Bhok. Maka, tanpa banyak cakap lagi diapun
meninggalkan kakak beradik itu dengan alasan untuk
membantu ayah mereka mengejar pengacau.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di sepanjang perjalanan Sin Wan berpikir. Dia merasa
khawatir sekali terhadap keselamatan Lili dan juga Bhok Cun
Ki. Teringatlah dia betapa secara aneh sekali Lili telah menjadi pengawal
pribadi Pangeran Chu Hui San. Dan siapakah Yauw
Siucai itu" Biarpun dia nampak lemah lembut dan ramah
halus, namun kehadirannya dekat Lili amat mencurigakan.
Selagi dia berjalan sambil melamun, matanya tidak pernah
mengurangi kewaspadaan melihat setiap orang yang berlalu-
lalang di jalan-jalan yang menjadi ramai dan penuh
ketegangan dengan adanya berita tentang kekacauan itu.
Tiba-tiba dia menyelinap dengan cepat sekali ke samping
sebuah rumah di tepi jalan. Dia melihat sastrawan yang
tampan itu berjalan seorang diri. Yauw Siucai! Baru saja dia
mengenang sastrawan yang dianggap cukup mencurigakan itu
dan kini dia melihat orang itu melangkah seorang diri dengan
tergesa-gesa sehingga lupa menggunakan kipas besar yang
dipegangnya untuk mengusir kegerahan, bahkan kini
langkahnya tidak lagi langkah sastrawan yang lemah lembut.
Sepasang kaki itu melangkah dengan gesitnya, dan dari
langkahnya saja Sin Wan dapat menduga bahwa orang ini
tidaklah selemah tampaknya ketika berada di istana Pangeran
Mahkota! Diapun cepat membayangi Yauw Siucai yang
memasuki sebuah lorong kecil.
Akan tetapi, begitu memasuki lorong sempit itu, Yauw
Siucai menghilang, entah ke mana! Sin Wan terkejut dan
merasa heran, berhenti didepan sebuah dinding pagar yang
tebal dan tinggi. Di balik pagar tembok itu nampak atap
sebuah rumah besar. Tidak ada pintu pada dinding pagar itu.
Akan tetapi kemana lenyapnya Yauw Siucai" Kecurigaannya
bertambah dan diapun melompat ke atas pagar tembok.
Ketika melihat betapa di sebelah dalam sunyi saja, diapun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melompat ke sebelah dalam. Pada saat dia melompat itu, ada
bayangan orang berjalan memasuki lorong itu, akan tetapi Sin
Wan yang sudah melompat masuk, tidak tahu bahwa ada
orang melihat dia melompat dari atas pagar tembok ke
sebelah dalam. Dengan hati-hati sekali Sin Wan yang tiba di sebuah kebun,
menghampiri rumah yang atapnya nampak dari luar pagar
tembok. Rumah itu nampak sunyi sekali, seperti tidak
berpenghuni. Apakah Yauw Siucai tadi menghilang ke rumah
ini" Dia tidak dapat memastikannya. Dia harus menyelidiki
karena sikap Yauw Siucai itu mencurigakan sekali.
Andaikata tidak ada hubungannya dengan Lili, tentu dia
tidak akan bersusah payah mencurigai dan membayangi Yauw
Siucai. Namun karena pada saat itu pikirannya penuh dengan
bayangan Lili yang agaknya oleh ibu kandungnya sendiri, di
luar pengetahuannya, hendak diadu melawan ayah
kandungnya sendiri, disuruh saling serang dan saling bunuh
antara anak dan ayah kandung, maka kemunculan Yauw
Siucai itu menarik perhatiannya.
Sin Wan menyelinap ke dalam rumah melalui pintu samping
yang kecil, dan dia hampir yakin bahwa rumah itu kosong. Tak
mungkin Yauw Siucai bersembunyi di rumah ini, pikirnya. Pula,
kenapa bersembunyi" Dia yang tadi kurang waspada. Mungkin
sastrawan itu menghilang di sebuah tikungan di lorong itu,
atau memasuki sebuah pintu kecil yang terbuka. Dia telah
salah duga dan tergesa-gesa mengira sastrawan itu masuk ke
sini. Namun, dia tetap penasaran. Dia sudah terlanjur masuk,
maka diintainya setiap ruangan di rumah itu.
Ketika dia mengintai sebuah kamar yang besar dari balik
jendela, dia terkejut. Dalam kamar yang tertutup dan remang-
remang itu, dia melihat seseorang rebah terlentang di atas
pembaringan dan dengkurnya terdengar lirih. Seseorang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertubuh tinggi besar dan perutnya gendut sekali. Dia
mencurahkan perhatian dan mengamati.
Berdebarlah jantung Sin Wan, penuh ketegangan ketika dia
mengenal orang itu. Sama sekali bukan Yauw Siucai,
melainkan seorang tinggi besar gendut yang mengenakan
kedok hitam! Si Kedok Hitam yang pernah bertanding dengan
dia di gedung peristirahatan Pangeran Mahkota! Kedok Hitam
yang amat lihai itu, yang menjadi pemimpin dari gerombolan
berkedok, yang mengatur pencurian benda-benda dari gedung
pusaka! Dengan girang karena dapat menemukan tempat
persembunyian pimpinan kedok hitam yang dia yakin tentulah
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mata-mata orang Mongol, karena telah mencuri benda-benda
tanda kekuasaan milik bekas kaisar Mongol, Sin Wan siap
untuk menangkapnya. Jasanya akan besar sekali kalau dia
dapat menangkap pemimpin gerombolan mata-mata dan
menyeretnya ke depan Jenderal Shu Ta!
Tanpa ragu lagi, dia membuka jendela dengan hati-hati,
lalu meloncat ke dalam kamar itu. Suara dengkur lirih itu tidak terhenti, tanda
bahwa Si Kedok Hitam itu masih tidur nyenyak.
Agar tidak mencurigakan kalau-kalau ada orang lain berada di
luar rumah itu. Sin Wan menutupkan kembali daun jendela
dan pada saat dia hendak meloncat ke dekat pembaringan,
tiba-tiba terdengar bunyi desis yang tajam.
Sin Wan terkejut, desis itu seperti desis ular dan dia
menoleh ke kiri, akan tetapi terdengar bunyi desis-desis lain
dari sekelilingnya dan tiba-tiba saja kamar itu telah penuh
asap yang amat keras menyengat hidung. Asap beracun!
Karena tadinya dia tidak menduga, hidungnya terlanjur
menyedot sedikit asap yang membuat kepalanya tiba-tiba
terasa pening. Ketika dia hendak meloncat keluar lagi, dia
bingung mencari-cari di mana adanya jendela tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kepeningan membuat pandang matanya berkunang dan
tempat itu seperti berputar.
Pada saat itu ada angin menyambar dari belakang. Dia
membalik sambil menangkis, berhasil menangkis tiga kali
serangan, akan tetapi karena kepalanya pening, akhirnya
sebuah totokan mengenai punggungnya dan diapun roboh
dengan kedua kaki seperti lumpuh. Dia berjuang untuk
menahan napas agar tidak menyedot asap yang semakin
tebal, dan melihat bayangan Si Kedok Hitam meloncat keluar
dari pintu kamar yang segera tertutup kembali.
"Ha..ha..ha..ha..ha.." Si Kedok Hitam yang keluar dari kamar itu, kini tertawa
bergelak-gelak tanda kegembiraan
hatinya dapat menangkap seorang musuh yang tangguh
sedemikian mudahnya. Pada saat itu, pimpinan gerombolan mata-mata Mongol ini
memang sedang berada seorang diri di rumah persembunyian
mereka. Ketika tadi melihat Sin Wan memasuki tempat itu,
cepat dia memasang perangkap. Kamar itu memang kamar
yang diperlengkapi dengan alat rahasia yang menyemprotkan
asap beracun. Si Kedok Hitam yang pura-pura tidur telentang
di pembaringan itu yang menekan tombolnya ketika Sin Wan
melompat masuk ke kamar. Kemudian, pada saat Sin Wan
terpengaruh asap beracun, dia menyerang dengan dahsyat
dan berhasil merobohkan pemuda dengan totokan.
Untuk menghindarkan asap beracun, dia lalu melompat
keluar kamar dan saking gembiranya dia tertawa bergelak.
"Ha..ha-ha..ha-ha! Mampus kau sekarang, bocah usil .........
ha..ha..ha ........" Tiba-tiba dia menghentikan tawanya dan melempar tubuh ke
belakang, Tiga batang jarum lembut
menyambar lewat dan pada saat itu, sesosok bayangan
melayang turun dari atas genteng dan bagaikan seekor
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
burung garuda, bayangan itu telah menyerang Si Kedok Hitam
dengan sebatang pedang yang mengeluarkan hawa dingin
sekali. Serangan itu cepat dan dahsyat bukan main,
mengejutkan Si Kedok Hitam yang merupakan seorang yang
sakti. Dia tidak berani memandang rendah dan cepat meloncat
ke belakang. Ketika dia memandang, dia terheran-heran
karena penyerangnya itupun mengenakan topeng hijau dan
berpakaian serba hijau pula. Akan tetapi jelas bahwa ia
seorang wanita! Seorang gadis yang masih muda, bertubuh
padat langsing dan rambutnya hitam sekali.
Kembali gadis berpakaian dan bertopeng hijau itu
menyerang dan serangannya lebih dahsyat lagi. Si Kedok
Hitam dapat menilai bahwa dia berhadapan dengan lawan
yang amat tangguh, maka dia pun cepat menggerakkan kedua
tangannya yang berlengan baju lebar. Ujung kedua lengan
bajunya itulah yang dia pergunakan sebagai senjata dan
mereka telah saling serang dengan dahsyat sekali dalam
waktu yang singkat itu. Keduanya terkejut, maklum bahwa
lawan memang hebat dan tidak boleh dipandang ringan.
Si Kedok Hitam merasa khawatir. Tanpa dibunuhpun,
pemuda yang sudah terjebak itu akan mati sendiri oleh asap
heracun. Wanita berkedok hijau ini lihai bukan main.
Walaupun dia tidak akan kalah, namun untuk merobohkan
wanita ini bukan hal yang mudah. Dia khawatir kalau ada
lawan lain yang datang. Dia bukan takut kalah, melainkan
takut kalau keadaan dirinya diketahui. Dia memegang peran
penting dalam jaringan mata-mata Mongol, maka tidak boleh
sampai dikenal orang. Teringat akan ini, dia lalu mengeluarkan
bentakan nyaring dan kedua ujung lengan bajunya
menyambar-nyambar seperti kilat, membuat lawannya
meloncat ke belakang dan kesempatan ini dipergunakan oleh
Si Kedok Hitam untuk meloncat dan lenyap melalui sebuah
pintu rahasia. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita bertopeng dan berpakaian hijau itu tidak melakukan
pengejaran karena iapun tahu betapa lihainya orang tadi
sehingga mengejar orang selihai itu di tempat yang penuh alat
rahasia ini dapat membahayakan diri sendiri. Yang terpenting
adalah menolong pemuda yang tadi terperangkap, pikirnya. Ia
memasuki kamar yang masih penuh dengan asap itu dan
cepat menahan napas karena ia maklum bahwa asap itu
berbahaya kalau sampai tersedot.
Sementara itu, tadi Sin Wan terpaksa menutup
pernapasannya karena dia tidak mampu melarikan diri dari
kamar penuh asap itu. Namun, dia hanya seorang manusia
biasa, maka tak mungkin dapat, menahan pernapasan terlalu
lama. Jalan pernapasannya tertutup dan karena kekurangan
hawa udara, diapun merasa semakin pening dan roboh
pingsan. Dia tidak tahu betapa wanita bertopeng hijau
memasuki kamar itu dan memondong tubuhnya ke luar dari
dalam kamar yang penuh asap, membawanya keluar rumah
dan merebahkannya di atas rumput di kebun samping rumah
itu. Sunyi di situ, tidak nampak seorangpun manusia. Dan
memang pada waktu itu, yang berada di rumah itu hanyalah
Si Kedok Hitam yang telah melarikan diri karena khawatir
kalau dirinya diketahui orang luar.
Wanita bertopeng itu memeriksa keadaan Sin Wan dengan
cepat. Sepasang matanya yang bening dan mencorong dari
balik topeng meneliti keadaan pemuda itu, jari-jari tangannya
meraba-raba dan menotok punggung dan pundak,
membebaskannya dari totokan. Melihat Sin Wan masih
pingsan dan keadaan dadanya menggembung dan keras kaku,
tahulah ia bahwa ada kemacetan pada paru-parunya, tentu
karena pemuda itu menutup jalan pernapasannya sebelum
pingsan agar tidak kemasukan asap beracun, pikirnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hanya ada satu cara untuk menyelamatkan pemuda ini dari
cengkeraman maut. Mukanya sudah mulai kehijauan karena
kekurangan udara. Ia menyingkap bagian bawah topengnya
sehingga nampak hidung dan mulutnya yang memiliki
sepasang bibir yang merah basah karena sehat, lalu tanpa
ragu-ragu ia menutup kedua lubang hidung pemuda itu
dengan jari tangannya dan menempelkan mulutnya pada
mulut Sin Wan yang dipaksanya membuka, lalu iapun meniup
dengan kuatnya ke dalam dada Sin Wan melalui rongga
mulutnya. Beberapa kali ia mengulangi dan karena tiupannya
amat kuat, maka hawa yang keluar dari mulutnya dan
ditiupkannya itu berhasil membuka jalan pernapasan Sin Wan,
membuat dadanya kembang kempis dan paru-parunya bekerja
kembali. Wanita itu menarik napas lega, dan tiba-tiba kedua pipinya
berubah merah sekali dan ia cepat menutupkan kembali
topeng kain bagian bawah sehingga mulut yang mungil dan
hidung mancung itupun lenyap tertutup topeng hijau. Ia
mengamati wajah Sin Wan, menghela napas lagi dan
menunduk, termenung. Ia tidak melihat betapa bulu kedua
mata Sin Wan bergerak-gerak, kemudian kedua mata itu
terbuka perlahan-lahan. Begitu melihat seorang memakai
topeng di dekatnya, duduk di atas batu dan dia sendiri rebah
di atas rumput, Sin Wan segera melompat dan menyerang
dengan totokan tangannya yang ampuh.
18. Hati Wanita Muda .......
Wanita bertopeng itu terkejut, akan tetapi tidak sempat
mengelak lagi sehingga pundaknya tertotok dan iapun terkulai
lemas. Sin Wan terbelalak, karena baru sekarang dia melihat
bahwa yang ditotoknya roboh itu sama sekali bukanlah laki-
laki tinggi besar perut gendut yang berkedok hitam. Bukan Si
Kedok Hitam yang tadi menjebaknya sehingga dia roboh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pingsan dalam kamar, dan tubuhnya tidak tertotok lagi! Orang
ini adalah seorang wanita yang mengenakan topeng hijau dan
berpakaian serba hijau. "Eh ..... ohh ..... maaf ..... kukira Si Kedok Hitam! Siapa .....
engkau ......?" Sin Wan berkata gagap karena bingung dan
ragu. Wanita itu tidak mampu bergerak, akan tetapi mampu
melototkan matanya dan mengeluarkan suara yang nadanya
marah dan mengejek. "Bagus, kiranya yang kuselamatkan
nyawanya adalah seorang manusia tak berbudi yang
membalas pertolongan orang dengan serangan yang curang!"
Mendengar ini, teringatlah Sin Wan bahwa dia yang tadinya
berada di dalam kamar dan terserang asap beracun, juga
tertotok lumpuh ini telah berada di kebun dan totokannya juga
sudah bebas, dan tidak ada lagi bekas keracunan asap.
"Ah, maafkan aku .....!" katanya cepat dan diapun segera membebaskan totokannya
dengan muka berubah merah
karena merasa malu dan menyesal. Dia melihat wanita itu
bangkit berdiri dan cepat dia merangkap kedua tangan di
depan dada, lalu memberi hormat sambil membungkuk
rendah, menundukkan muka dan berkata penuh penyesalan,
"Maafkan aku ...... kukira Si Kedok Hitam .........!"
Wanita itu menjadi semakin marah. "Si Kedok Hitam" Yang
tinggi besar dan perutnya gendut itu" Lihat, buka matamu
baik-baik, apakah aku tinggi besar. Apakah perutku gendut"
Lihat!" Akan tetapi Sin Wan tidak berani melihat, bahkan tidak
berani mengangkat muka karena tadi pun dia sudah melihat
bahwa orang ini adalah seorang wanita yang berkulit putih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulus, bertubuh sedang dan mungil, dan pinggangnya
ramping, perutnya kempis!
"Maafkan aku ......." Saat itu, tangan si topeng hijau bergerak, cepat sekali
dan di lain saat Sin Wan sudah terkulai, tertotok persis seperti yang dia
lakukan kepada wanita bertopeng itu. Dia terkejut, akan tetapi juga kagum, karena
tahulah dia bahwa wanita bertopeng ini sungguh lihai sekali.
Tidak mengherankan kalau ia mampu menyelamatkannya.
Mulut di balik topeng itu mengeluarkan suara tawa
mengejek. "Heh..heh, apa kaukira hanya engkau sendiri yang mampu menotok roboh
orang secara curang" Akupun bisa!"
"Nona, aku kesalahan tangan menotokmu tanpa memberi
peringatan, dan engkau kini membalas dengan perbuatan
yang sama, itu namanya sudah adil dan akupun tidak
menyesal. Tadi engkau telah menyelamatkan nyawaku, kalau
sekarang engkau hendak membunuhku, akupun tidak akan
menyesal, berarti hutangku sudah lunas."
Mata di balik topeng itu terbelalak mendengar ucapan Sin
Wan yang dilakukan dengan suara sungguh-sungguh itu.
"Apa katamu" Engkau tidak takut mati?"
Sin Wan tersenyum. "Mati adalah bagian tak terpisahkan
dari hidup. Kalau sudah tiba saatnya mati, ditakutipun tidak
ada gunanya, tetap akan mati. Akan tetapi kalau belum tiba
saatnya mati, diancam bagaimanapun juga, tidak akan mati."
"Hemm, kalau sekarang aku membunuhmu, siapa yang
akan dapat membebaskanmu dari kematian" Nyawamu berada
di tanganku!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, nona. Nyawaku, juga nyawamu dan nyawa setiap
orang semua berada di tangan Tuhan. Kalau Tuhan tidak
menghendaki aku mati, engkau atau siapapun tidak akan
dapat membunuhku. Buktinya, tadi dalam ancaman maut,
pada saat terakhir muncul engkau yang menyelamatkanku, itu
berarti bahwa Tuhan belum menghendaki aku mati."
"Huh, sombong! Kalau sekarang aku menggerakkan tangan
membunuhmu, apakah Tuhan akan menolongmu?"
"Aku yakin, nona. Kalau Tuhan menghendaki aku hidup,
engkau tidak akan berhasil membunuhku!
Si topeng hijau itu merasa ditantang. Ia mengangkat
tangan kanan ke atas, siap untuk memukul. Sin Wan maklum
bahwa sekali tangan itu menyambar, dia akan tewas tanpa,
dapat ditolong lagi. Akan tetapi sedikitpun dia tidak was-was,
tidak takut dan bahkan tersenyum sambil memandang,
berkedippun tidak! Mata di balik topeng itu berkilat, tangan itu menyambar
turun, akan tetapi berhenti di tengah-tengah.
"Kenapa tidak dilanjutkan, nona?" tanya Sin Wan, tenang saja.
"Hemm, kalau tangan ini kulanjutkan, engkau pasti mati
dan Tuhanpun tidak akan dapat menyelamatkanmu."
Sin Wan tersenyum. "Nona, inilah buktinya bahwa Tuhan
belum menghendaki aku mati, maka nona tidak melanjutkan
pukulanmu." "Huh! Tapi kenapa engkau tersenyum" Aku bukan
pembunuh keji yang suka membunuh orang yang tidak
melawan." Tangannya menyambar, akan tetapi bukan untuk
memukul, melainkan untuk membebaskan totokannya tadi. Sin
Wan dapat bergerak dan diapun berdiri sambil tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona, orang yang percaya kepada Tuhan, percaya lahir
batin dan bukan hanya pengakuan dimulut saja, tentu akan
bersikap pasrah dan menyerah terhadap kekuasaan Tuhan.
Kalau Tuhan menghendaki aku mati, aku ingin mati dengan
senyum di mulut, bukan dengan tangis dan ketakutan."
Sejenak nona itu memandang penuh selidik, lalu
menggeleng kepala. "Engkau orang aneh. Belum pernah
selama hidupku bertemu dengan seorang manusia aneh
macam kamu!" "Dan akupun belum pernah selama hidupku bertemu
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan seorang gadis yang cantik dan lihai, juga berbudi
mulia sepertimu, nona."
"Heiii! Bagaimana engkau dapat mengetahui semua itu?"
"Mengetahui apa, nona?"
"Engkau sebut aku nona, dan engkau katakan aku cantik
...." Sin Wan tersenyum. "Ah, mudah sekali, nona. Dari bentuk
tubuhmu, kulit lengan, dahi dan lehermu, rambutmu, sinar
matamu dari balik topeng, kemudian suaramu yang bening
merdu, mudah saja aku mengetahui bahwa engkau adalah
seorang gadis muda yang cantik jelita."
"Hemm, ngawur! Engkau tidak pernah melihat wajahku,
bagaimana bisa mengatakan cantik"
"Tentu saja bisa. Dengan rambut seperti itu, kulit seperti itu, mata seperti
itu, tidak mungkin nona tidak memiliki
kecantikan yang luar biasa."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lebih ngawur lagi! Wajahku amat jelek, penuh bekas cacar
dan noda hitam, karena itu kusembunyikan di balik topeng."
"Kecantikan bukan karena wajah halus saja, nona.
Kecantikan terletak lebih mendalam lagi, engkau memiliki
semua kecantikan itu. Biar wajahmu penuh cacar dan noda
hitam sekalipun, bagiku engkau tetap cantik. Sayang engkau
penakut, tidak berani memperlihatkan wajahmu seperti aku
memperlihatkan wajahku kepadamu tanpa kusembunyikan.
Engkau seperti Si Kedok Hitam saja ......."
"Lancang mulut! Aku memakai topeng bukan karena takut!"
Berkata demikian, ia merenggut topeng kain hijau itu
terlepas dari depan mukanya dan Sin Wan tertegun,
terpesona. Wajah itu berkulit putih mulus, berbentuk bulat
dengan alis yang amat hitam seperti digambar. Hidungnya
kecil mancung dan mulut itu memiliki bibir yang
menggairahkan. Sepasang mata itupun indah seperti yang
sudah dapat diduganya. "Kenapa engkau bengong?" Gadis itu membentak.
Sin Wan bagaikan baru sadar dari mimpi. Dia menggeleng
kepala dan menghela napas panjang. "Engkau jauh sekali
lebih dari pada yang kubayangkan, nona. Tuhan telah
memberkahimu berlimpah-limpah, dengan segala kecantikan
aseli, dengan suara merdu, dengan sinar mata indah
mencorong seperti bintang, dan bentuk tubuhmu mungil .....
kecantikanmu agak asing rasanya begitu, tidak seperti
kecantikan gadis-gadis lain yang pernah kulihat."
Biarpun Sin Wan bukan seorang laki-laki perayu yang
pandai menyenangkan hati wanita dengan pujiannya, bahkan
kata-katanya agak kaku, namun tetap saja gadis itu merasa.
Wanita mana yang tidak senang akan pujian tentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecantikannya, apalagi yang memuji itu seorang laki-laki yang
berkenan di hatinya. Dan dalam pandangan pertama ketika
Sin Wan masih pingsan, apalagi setelah ia terpaksa
menghidupkan kembali pemuda itu melalui pernapasan dari
mulut ke mulut, pemuda itu mendatangkan kesan yang amat
mendalam di hati gadis itu.
"Aku memang bukan seorang gadis Han aseli, aku
keturunan Jepang." "Aih, pantas kalau begitu, tubuhmu begini mungil dan
alismu begitu hitam!"
"Sudah, simpan sisa pujianmu. Sekarang katakan, siapa
engkau dan apa artinya semua peristiwa yang terjadi di rumah
itu" Ia menunjuk ke arah rumah gedung yang nampak sunyi.
"Akupun bukan orang Han, nona. Ayah ibuku berbangsa
Uighur, akan tetapi sejak kecil aku dididik seperti orang Han.
Namaku Sin Wan. Dan, kalau boleh aku mengetahui namamu
......" "Namaku Ouwyang Kim," jawab gadis itu dengan singkat.
Sin Wan memandang dengan mata terbelalak. "Ah, kalau
begitu nona tentulah puteri dari locianpwe (orang tua gagah)
Ouwyang Cin yang berjuluk Tung-hai-liong!"
Ouwyang Kim mengerutkan alisnya dan sinar matanya
menyambar tajam penuh selidik. "Bagaimana pula engkau
dapat tahu?" "Mudah sekali, nona Ouwyang! Nama keturunanmu
Ouwyang, ilmu silatmu dahsyat dan engkau keturunan
Jepang. Siapa lagi kalau bukan puteri Tung-hai-liong Ouwyang
Cin yang namanya sudah kudengar di mana-mana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali gadis itu mengerutkan alisnya. Tak nyaman rasa
hatinya mendengar pemuda itu mengenal nama ayahnya. Ia
tahu bahwa di dunia persilatan, nama ayahnya tidaklah nama
yang sedap, karena ayahnya adalah seorang datuk yang
menguasai semua bajak laut dan para perampok di sepanjang
pantai. "Sudahlah, ceritakan apa yang terjadi di sini dan apa
maksudmu memasuki tempat ini seperti maling tadi."
Sin Wan memandang penuh selidik dan dia ragu. Gadis ini
adalah puteri seorang datuk sesat, dan Si Kedok Hitam juga
memimpin mata-mata dan pencuri gudang pusaka. Mereka itu
segolongan! Akan tetapi hatinya membantah. Biarpun ayah
gadis ini datuk sesat, akan tetapi gadis ini jelas menentang Si Kedok Hitam dan
buktinya telah menyelamatkannya. Setelah
dia diselamatkan orang, apakah dia harus tidak percaya
kepada penolongnya" Tidak, dia harus jujur dan berterus
terang karena dari sinar matanya, bicaranya, dan sikapnya,
dia tidak percaya kalau gadis seperti ini akan berpihak kepada
pemberontak atau penjahat, biarpun ayahnya seorang datuk
sesat. "Nona Ouwyang........"
"Ah, sudahlah, sebut saja aku Akim dan ceritakan yang
jelas." Sin Wan tersenyum. Tepat penilaiannya. Gadis ini selain
lembut hati dan baik budi, juga jujur dan bersahaja. "Baiklah.
Akim. Aku adalah seorang penyelidik yang bertugas untuk
menentang jaringan mata-mata Mongol yang beraksi di kota
raja." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akim teringat akan nasihat ibunya dan ia mengangguk-
angguk. "Bagus, orang Mongol memang penjajah yang harus
ditentang dan mereka sudah kalah. Lanjutkan ceritamu, Sin
Wan." Mendengar ucapan itu, semakin senang dan yakinlah hati
Sin Wan bahwa kepada gadis ini dia boleh mempercayainya.
Dia melanjutkan, "Ketika terjadi pencurian benda-benda
pusaka dari gudang pusaka kerajaan, aku pernah melihat Si
Kedok Hitam, akan tetapi aku gagal menangkapnya karena dia
memang ihai. Oleh karena itu, ketika tadi aku melihat seorang
siucai yang kucurigai lenyap di lorong itu, aku menduga bahwa
dia menghilang di sini dan aku mencurigai rumah ini. Maka,
melihat lorong itu sepi, aku lalu meloncati pagar tembok dan
masuk ke sini." "Hemm, saat engkau meloncat itulah aku melihatmu, maka
aku cepat mengenakan topeng ini dan kubayangi engkau."
"Setelah aku mengintai, rumah ini sunyi dan dapat
kaubayangkan betapa girang hatiku ketika aku melihat Si
Kedok Hitam tidur mendengkur di sebuah kamar ........"
"Kamar rahasia penuh perangkap dan engkau terjeblos!"
gadis itu mencela. Sin Wan tersipu. Harus diakuinya bahwa dia memang agak
ceroboh tadi. Dia mengangguk. "Aku sudah berhati-hati, sama sekali tidak mengira
akan diserang dengan asap beracun
karena dia sendiri tidur di situ. Pada saat aku pening, sebelum sempat menerjang
keluar, si Kedok Hitam berhasil menotokku
roboh. Aku hanya dapat menghentikan jalan pernapasan dan
tidak ingat apa-apa lagi. Maka, ketika aku siuman di sini dan
melihat seorang mengenakan topeng, tentu saja aku mengira
bahwa engkau Si Kedok Hitam atau setidaknya seorang anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buahnya, karena memang dia mempunyai anak buah yang
mengenakan kedok. berbagai warna, ada yang hijau."
"Hemm, penyelidik macam apa engkau ini, begitu mudah
tertawan musuh. Siapa sih yang menyuruhmu melakukan
penyelidikan?" "Aku mendapat kekuasaan dari Kaisar sendiri dan aku
bekerja sama dengan seorang panglima. Sekarang, ceritakan
keadaanmu, Akim. Bagaimana engkau dapat begitu kebetulan
melihat aku melompati pagar tembok dan membayangi
sehingga dapat menolongku."
"Hemm, cerita tentang diriku tidak menarik. Aku
meninggalkan tempat tinggal kami di lembah Muara Huang-ho
untuk melakukan perantauan. Aku berkunjung ke kota raja
karena perantauanku adalah untuk menyusul ayah dan kukira
ayah berada di kota raja. Aku mempersiapkan topeng dan
selalu mengenakan pakaian hijau karena aku tidak ingin ayah
melihatku. Dia akan marah kalau melihat aku menyusulnya.
Nah, ketika aku berjalan-jalan, kebetulan aku memasuki
lorong itu untuk mencari jejak ayah, dan aku melihatmu
melompati pagar tembok. Aku lalu membayangimu dan ketika
aku melompat ke dalam, aku kehilangan bayanganmu dan
rumah itu sunyi sekali. Selagi aku mencari ke sana sini, tiba-
tiba aku mendengar suara orang tertawa. Dia adalah seorang
laki-laki tinggi besar berperut gendut yang memakai kedok
hitam, dan dia berdiri di depan sebuah kamar dari mana
mengepul asap yang dari baunya aku tahu bahwa asap itu
asap beracun. Akupun dapat menduga apa yang terjadi. Tentu
engkau terjebak di kamar itu, maka aku lalu menyerang Si
Kedok Hitam itu. Ternyata dia lihai bukan main, akan tetapi
agaknya dia tidak ingin berkelahi terus. Dia melarikan diri dan aku tidak
mengejarnya, melainkan cepat memasuki kamar dan
membawamu keluar ke sini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan engkau menyelamatkan nyawaku, Akim. Entah
bagaimana aku dapat membalas budimu yang besar. Engkau
telah membawaku keluar dari kamar berasap itu, lalu
membebaskan totokanku dan bagaimana engkau dapat
mengobatiku sedemikian cepatnya?"
Tiba-tiba saja wajah gadis itu menjadi kemerahan. "Aku ....
aku melihat engkau pingsan, dadanya melembung besar dan
keras, kaku, pernapasanmu berhenti sama sekali. Kukira
engkau sudah mati ........."
"Ah, aku ingat sekarang. Sebelum pingsan, aku mengambil
satu-satunya cara untuk mencegah asap beracun memasuki
dadaku. Aku menghentikan jalan pernapasanku dan karena
tidak tahan aku lalu tidak ingat apa-apa lagi."
Akim mengangguk. "Engkau sudah kaku dan mukamu
kebiruan ........" "Engkau ahli pula dalam pengobatan agaknya."
Akim menggeleng kepalanya. Ia seorang gadis yang jujur
dan terbuka, akan tetapi sekali ini, ia seperti tenggelam dalam perasaan sungkan
dan malu kalau harus menceritakan
bagaimana ia tadi menyelamatkan Sin Wan.
"Lalu bagaimana engkau dapat membuat jalan
pernapasanku bekerja kembali?"
Sin Wan ingin tahu sekali karena menurut pengetahuannya,
jalan pernapasan yang sudah dihentikannya itu, dalam
keadaan dia jatuh pingsan, tak mungkin dapat terbuka sendiri
atau bekerja sendiri. Dia sendiripun tidak akan dapat
menolong orang yang keadaannya seperti dia tadi.
"Aku memberimu pernapasan ......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh" Memberi pernapasan" Bagaimana maksudmu, Akim?"
"Aih, Sin Wan Kenapa engkau cerewet, sih" Bukankah yang
penting aku sudah berhasil membuatmu bernapas kembali?"
"Akim, aku berterima kasih sekali kepadamu. Bukan
maksudku untuk menjadi cerewet, akan tetapi aku ingin sekali
tahu agar sewaktu-waktu ada peristiwa seperti itu, aku dapat
mengobati orang yang keadaannya seperti aku tadi."
Akim termenung. "Sin Wan, terus terang saja, kalau bukan
engkau kebetulan mendatangkan perasaan iba dan percaya
kepadaku, kalau orang lain, sampai matipun aku tidak akan
sudi memberi pengobatan seperti itu, dengan jalan memberi
pernapasan." "Sekali lagi terima kasih, Akim. Akan tetapi aku tidak
mengerti apa maksudnya memberi pernapasan itu."
"Ya memberi pernapasan, meniupkan napas ke dalam paru-
parumu! Bodoh benar sih kau ini!"
Gadis itu nampak jengkel dan mukanya menjadi semakin
merah. Biar ia sudah berusia duapuluh tahun, namun
Ouwyang Kim belum pernah bergaul dekat dengan pria,
bahkan ia merasa jemu dan jengkel melihat suhengnya,
Maniyoko, kelihatan begitu mencintanya. Bergaul akrab
dengan priapun belum, apa lagi beradu mulut seperti yang ia
lakukan ketika meniupkan kehidupan kepada Sin Wan!
"Meniupkan napas ke dalam paru-paruku ..... Tapi ..... tapi
.... bagaimana caranya?" Sin Wan bertanya dengan jujur, tidak
dibuat-buat karena memang dia sama sekali tidak pernah
membayangkan cara yang mustahil itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tolol benar, tentu saja aku meniupkan napas ke dalam
paru-parumu, melalui mulutmu dan dengan menutupi
hidungmu!" Akim menjawab cepat, akan tetapi ia menundukkan
mukanya, tidak berani menentang pandang mata Sin Wan
yang terbelalak dengan mulut terbuka saking kaget dan
herannya. Sejenak suasana menjadi hening. Akim menunduk dan Sin
Wan memandang kepadanya dengan bengong, tidak berani
berkata apa-apa karena apa yang dikatakan gadis itu sungguh
di luar dugaannya sama sekali.
Kini dia membayangkan betapa mulut yang indah itu tadi
meniupkan napas ke dalam dadanya melalui mulutnya. Mulut
mereka tadi bertemu entah berapa lama dan entah berapa
kali. Walaupun jantungnya berdebar keras dan dia ingin sekali
tahu berapa lama dan berapa kali, namun dia tidak memiliki
keberanian untuk menanyakannya. Melihat gadis itu
menunduk dan kelihatan malu sekali, dia merasa kasihan.
Pantas gadis yang demikian gagah menjadi seperti seorang
perawan desa yang malu-malu, kiranya dia memaksa gadis itu
menceritakan adegan yang mustahil!
"Ahhh .... maafkan aku, Akim ....... semakin besar jasa dan budimu. Aku tidak
akan melupakannya selama hidupku.
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Engkau .... engkau sungguh teramat baik kepadaku, Akim."
"Cukup, aku bisa menjadi muak tiada hentinya engkau
berterima kasih seperti itu. Aku ingin tahu, apakah engkau
seorang perwira, atau seorang pejabat pemerintah yang
bertugas sebagai penyelidik"
Sin Wan menggeleng kepala. "Bukan sama sekali. Aku tidak
akan mau mengikatkan diri dengan jabatan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus, aku akan membencimu kalau engkau seorang
petugas bayaran. Lalu, kenapa engkau bertugas menentang
jaringan mata-mata Mongol dan mendapat kekuasaan dari
Kaisar sendiri?" "Sebetulnya, guruku yang mendapat tugas dan kekuasaan
akan tetapi karena guruku merasa sudah tua, beliau
mewakilkan kepadaku. Karena hendak berbakti dan mentaati
guruku itulah maka sekarang aku melakukan penyelidikan."
"Ketika engkau menotokku, gerakanmu hebat. Siapa sih
gurumu itu, Sin Wan?"
"Guruku adalah Sam-sian, sekarang hanya tinggal suhu
Ciu-sian saja." Gadis itu mengangkat kedua tangan ke atas. "Wah, Sam-
sian" Ayahku pernah bercerita tentang Sam-sian, dan memuji
mereka. Jadi engkau murid mereka" Dan kalau engkau tidak
menjadi perwira, kenapa engkau tadi mengatakan bahwa
Darah Asmara Gila 2 Dewa Arak 43 Garuda Mata Satu Kidung Senja Di Mataram 4