Bayangan Berdarah 17
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 17
senjata yang sukar digunakan, jurus maupun cara
penggunaannya berbeda jauh dengan jurus senjata biasa.
Dalam dunia persilatan jarang ada orang yang menggunakan
senjata semacam ini. Dan ternyata beberapa orang itu bisa menggunakan
senjata tameng yang sukar dipelajari, tentu saja ia tak berani
pandang enteng pihak lawan, ditambah pula senjata rahasia
beracun yang ada di dalam tabung, ia sadar bahwa kedelapan
belas orang itu merupakan jago-jago yang tangguh.
Menanti ia berpaling ke belakang, tampaklah para jago
berdiri dengan wajah serius, agaknya semua orang telah
merasa bahwa mereka sudah berjumpa dengan musuh
tangguh. "Shen Bok Hong telah mengerahkan be-ratus2 prang Boesu
nya untu kmelawan kami, walaupun korban berjatuhan sangat
banyak namun mereka menerjang terus tiada hentinya, hal ini
sudah cukup melelahkan para jago, kini apabila semangat
bertempur mereka kena dirontokkan lebih dahulu oleh
keangkeran musuh, maka kita bakal runyam...."
Karena berpikir demikian, ia lantas mendongak dan tertawa
ter-bahak2, serunya, "Be Cong Piauw Pacu, ucapanmu
sedikitpun tidak salah, ratusan orang Boesu pun tak bisa
mengurung kita, masa cuma delapan belas orang belaka bisa
meng-apa2kan kita, harap cuwi sekalian berjaga ditempat
semula, biarlah aku sipengemis tua menjajal lebih dahulu
kekuatan mereka." Walaupun diluaran ia bicara seenaknya se=olah2 tidak
pandang sebelah matapun terhadap lawan, tapi dalam
kenyataan ia berpikiran panjang ia tidak ingin para jago
menempuh bahaya lebih dahulu.
Sipencuri sakti Siang Hwie mendadak menyambung, "Nama
besar Sun Loocianpwee sudah lama tersohor dikolong langit,
ilmu silatnya lihay dan kami percaya dengan kepandaian
cianpwee masih sanggup untuk menghadapi orang2 ini,
namun menurut penglihatan aku sipencuri tua, untuk
menghadapi manusia2 semacam mereka ada baiknya kalau
Loo cianpwee menggunakan senjata tajam"
"Haaa.... haaa.... ucapan Siang-heng tepat sekali sinar
matanya berputar, tiba-tiba ia lihta adanya sebatang pohon
besar kurang lebih empat lima depa dihadapannya, dengan
langkah lebar ia segera berjalan kesisi pohon, kemudian
memeluk batang pohon itu dan diiringi bentakan keras, pohon
tadi dicabut keluar se-akar2nya.
Kiem Lan meloncat kesisi Sun Put Shia pedangnya bergerak
cepat membabat ranting disekeliling pohon tersebut, dalam
sekejap mata pohon tadi tinggal sebuah batang pohon yang
gundul. Sun Put Shia segera angkat batang pohon yang panjangnya
satu tombak dua depat itu lalu berjalan mendekati delapan
belas Kiem Kong yang sudah bersiap2 sejak tadi.
Siauw Ling selama ini berdiri dibelakang pepohonan, ia
awasi boesu itu dengan pandangan mendelong, agaknya
sianak muda ini sedang mencari akal untuk menghadapi
musuh2nya. Sun Put Shia segera tertawa tergelak.
"Loote harap kau mundur, biarlah aku sipengemis tua
coba2 dahulu kekuatan mereka, apabila aku sipengemis tua
tidak sanggup barulah kau bantu diriku" serunya.
Setelah menyaksikan Siauw Ling memiliki ilmu silat yang
lihay dan merupakan seorang jago muda yang belum pernah
dittemui dalam kolong langit, maka timbullah rasa kagumnya
terhadap sianak muda ini, tentu saja dalam pembicaraan
maupun sikap, ia jauh lebih sungkan.
"Mana, mana, ilmu silat loo cianpwee sangat lihay, cayhe
percaya kau pasti berhasil menghancurkan mereka dan rebut
kemenangan" jawab Siauw Ling cepat.
Sementara mereka masih berbicara, Sun Put Shia telah
berdiri dihadapan kawanan boesu tersebut dengan wajah
serius, hawa murninya segera disalurkan ketelapak siap
menghadapi segala kemungkinan.
Para boesu bersenjata tameng itupun telah membentuk
sebuat barisan berbentuk kipas, sebelum mereka sempat
melancarkan sertangan lebih dahulu Sun Put Shia telah
mendahului mereka menyambut kedatangannya.
Dalam pada itu dibelakang boesu2 bersenjata tameng
tersebut berdiri berpuluh2 batang obor yang memancarkan
cahaya tajam, beberapa tombak disekeliling kalangan terang
benderang laksana disiang hari.
Siauw Ling awasi sejenak sitauasi dalam kalangan tersebut,
ia merasa agaknya barisan itu yang sedang dibentuk boesu
bersenjata tameng itu belum siap sama sekali, buru-buru ia
kirim suara kepada Sun Put Shia dengan ilmu menyampaikan
suara, "Cianpwee, mumpung barisan yang hendak mereka
bentuk belum siap, serang dan hancurkan dahulu posisi
mereka". Sun Put Shia menurut, ia membentak keras, batang
pohonnya dengan jurus "Ci-to-Oei-Liong" atau Naga Kuning
Tegak Memanggut langsung disapu ke arah kawanan Boesu
bersenjata tamen yang berada disekitarnya.
Agaknya boesu2 itu tahu kelihayannya, mereka tak berani
menerima datangnya serangan dengan keras lawan keras,
buru-buru tubuhnya melengos dan melinduni badanya dengan
tameng. Menyaksikan serangannya tidak mengenai sasaran, Sun Put
Shia siap putar badan menyerang kembali, siapa sangka pada
saat itulah terasa cahaya tajam berkelebat, dua orang boesu
bersenjata tameng telah melancarkan serangan bokongan dari
samping dengan kecepatan laksana kilat.
Sun Put Shia terperanjat, segera pikirnya, "Sungguh cepat
gerakan tubuh mereka, agaknya kepandaian yang mereka
miliki tidak kalah dengan jago Bu-lim kelas wahid!"
Pikirannya berputar, tangannya tidak berhenti sekuat
tenaga ia putar batang kayu itu kemudian menyapu keluar
bagaikan sebatang toya. Dua orang boesu yang melancarkan bokongan ini agaknya
tidak menyangka kalau sun Put Shia bisa menggunakan
batang pohon yang besar dan berat itu tidak kalah lincahnya
dengan senjata biasa, boesu yang ada disebelah kanan tidak
sempat menyingkir lagi, tamengnya segera didorong kedepan
untuk menangkis datangnya serangan dengan keras lawan
keras. "Bluumm....! Boesu itu kena terhajar pental sampai sejauh
tujuh delanan depa dalam bentrokan itu, untuk beberapa saat
ia tak sanggup bangun kembali.
sungguh tajam pisau yang ada diatas tameng tersebut,
walaupun Sun Put shia berhasil mementalkan tubuh boesu
tersebut namun batang pohon nya pun kena terbabat
sepanjang dua depa oleh pisau lawan.
"Aku rasa boesu2 bersenjata tameng ini merupakan jago
paling ampuh di dalam perkampungan Pek Hoa San-cung,
apabila sun Put shia menderita kekalahan ditangan mereka,
mungkin dengan kekuatanku seorang tak bakal bisa
menangkan mereka, ada baiknya aku turun tangan berbareng
dan sama2 menghadapi musuh!"
Berpikir sampai disitu, ia lantas meloncat ke depan dan
melayang ke arah Boesu berbaju hitam yang kena dirobohkan
oleh Sun Put Shia itu. Gerakan tubuhnya sangat cepat, dalam sekali loncatan ia
sudah menendang tubuh Boesu itu sampai mencelat jauh dan
merampas tamengnya. Namun sayang sekali, pedang diatas tameng itu patah dua
bilah oleh gerakan batang kayu yang digunakan sun Put shia
untuk menghantam Boesu tadi.
Ketika Siauw Ling merampas tameng itulah, seorang boesu
telahdari boesu telah melompat kedepan menolong rekannya.
Baru saja Siauw Ling mencekal tameng tersebut, serangan
dari boesu berbaju hitam itu sudah mendekat, tamengnya
segera didorong kedepan untuk menangkis.
Laksana kilat Siauw Ling mundur lima depa ke belakang
dengan tameng ditangan kanannya dan melancarkan dengan
telapak rangan kiri bersama2 ia bendung datangnya serangan
musuh, kemudian badannya melayang delapan depa ke
samping dan menyongsong ke arah boesu lain.
Ternyata di dalam sekejap mata, ada empat orang boesu
telah menyerang Sun Put Shia dari empat penjuru.
Ilmu silat yang dimiliki boesu bersenjata tameng itu lihay
semua. kalau dibandingkan dengan boesu berbaju hitam ilmu
silat mereka terlihat lebih dahsyat, meskipun Sun Put Shia
mencekal batang pohon namun bukan pekerjaan gampang
baginya untuk menghadapi serangan yang datang dari empat
penjuru itu. Terdengar suara bentrokan nyaring berkumandang
memecahkan kesunyian, dengan tamengnya Siauw Ling
berhasil paksa mundur seorang boesu yang mengancam Sun
Put Shoa dari belakang sehingga terdesak dua langkah ke
belakang. Sun Put Shia tidak mau unjukkan kelemahan. dengan suatu
gerakan yang amat cepat ia putar batang pohon memukul
mundur musuh yang datang dari kedua belah sayap.
kemudian mengirim pula satu tendangan menghajar boesu
yang datang dari depan, dalam sekali serangan ia mengancam
tiga musuh yang berbeda. Walaupun begitu Sun Put Shia sudah tiada berkemampuan
lagi untuk menghadapi serangan dari belakang. seandainya
Siauw Ling tidak turun tangan tepat pada waktunya, niscaya
pengemis itu sudah terluka dalam serangan tadi.
Setelah bergebrak sebanyak beberapa jurus, Sun Put Shia
mulai merasa bahwa ia sudah berjumpa dengan musuh
tangguh, ditambah pula serangan2 dari senjata aneh itu, ia
merasa semakin kepayahan.
Tiba-tiba terdengar Siauw Ling berseru dengan ilmu
menyampaikan suara, "Mari kita ber-sama2 menghadapi
serangan musuh dengan punggung menempel punggung!"
Sun Put Shia putar batang kayu itu dengan jurus "Hongcian-
Jan-Im" atau Angin puyuh menyapu awan, ia paksa
mundur musuh dari depan serta sayap kiri kemudian serunya
pula dengan suara berat, "Hati2 dengan jarum beracun yang
ada ditangan kanan mereka....
Belum selesai ia berseru, pihak lawan sudah mulai turun
tangan, Boesu yang ada disebelah Timur tiba-tiba
mengayunkan tangan kanannya, serentetan cahaya keperak2an
segera meluncur ke depan.
Siauw Ling putar tamengnya membentuk serentetan
cahaya tajam, seluruh jarum beracun yang mengancam
datang berhasil ia rontokkan semua.
Dalam pada itu batang pohon yang berada di tangan Sun
Put Shia telah terbabat hingga tinggal separuh setelah
beberapa kali bentrok dengan senjata lawan. tidak mungkin
senjata tersebut digunakan lagi, apabila ia ingin bergebrak
lebih lanjut melawan delapan belas Kiem Kong, maka
pengemis itu harus berganti senjata lagi.
Senjata yang paling baik tentu saja tameng yang berhasil
dirampas dari tangan musuh, bukan saja digunakan untuk
menghadapi serangan jarum beracun itu,
Otaknya berputar dan sang badan segera mendesak
kedepan, tiba-tiba batang kayu ditangannya menyodok ke atas
menangkis datangnya serangan tameng dari samping. sedang
tangan kanannya tiba-tiba berkelebat keluar, laksana kilat
mencengkeram pergelangan orang itu.
Menyaksikan datangnya ancaman dari lawan, lagipula
tamengnya kena ditangkis senjata lawan maka tak mungkin
lagi bagi orang itu untuk menghindar, terpaksa ia loncat
kesamping. Siapa sangka Sun Put Shia tidak meneruskan serangannya.
tiba-tiba ia melancarkan sebuah semacam sentilan jari.
Serentetan desiran tajam segera meluncur ke depan dan
tepat menghajar pergelangan orang itu, tak kuasa lagi kelima
jarinya mengendor dan senjata tameng itupun terjatuh ke atas
tanah. Selama pertarungan berlangsung, Siauw Ling selalu
mengawasi situasi disekelilingnya, melihat Sun Put Shia
melancarkan serangan dengan segenap tenaga untuk
merampas tameng lawan, semangatnya pun berkobar, ia
segera menghalau pergi datangnya ancaman dari kedua belah
sayap serta dari arah belakang.
Terdengar suara bentrokan nyaring berkumandang tiada
hentinya, Sun Put Shia yang berhasil merobohkan pihak lawan
dengan cepat merampas senjata tamengnya.
Kini setelah senjata itu ada ditangan, semangatnya makin
berkobar. Senjata tameng itu diputar kesana kemari
melancarkan serangan2 hebat.
Pertarungan kemudian berlangsung amat seru sekali,
walaupun dalam genggaman boesu2 itu membawa jarum
beracun, namun berada dalam situasi macam begitu mereka
tak berani sembarangan melancarkan serangan sebab takut
melukai sahabat sendiri. Sementara itu Siauw Ling berdiri dalam posisi punggung
menempel punggung dengan Sun Put Shia sembari memutar
tameng untuk menghadapi serangan dari empat penjutu,
mereka merundingkan siasat untuk menghadapi musuh
dengan ilmu menyampaikan suara.
Terdengar Sun Put Shia berkata, "Loo-te, ilmu silat yang
dimiliki beberapa orang ini benar2 jauh lebih dahsyat dari
boesu berbaju hitam, apabila kita bertarung lebih jauh dengan
mereka mungkin sitauasi tidak menguntungkan bagi kita, lebih
baik kita turun tangan bergabung dan melukai dahulu
beberapa orang diantara mereka, entah bagaimana menurut
maksudmu?" "Yang paling cayhe kuatirkan adalah jarum beracun
diatangan mereka, apabila ada tiga empat orang turun tangan
berbareng dan senjata rahasia dilepaskan dari delapan
penjuru meski kita punya senjata tameng untuk melindungi
badan rasanya sulit untuk menghindarkan diri dari ancaman
ini". "Namun kalau kita teruskan pertarungan ini, hanya akan
merugikan posisi kita belaka...." seru Sun Put Shia seraya
menghalau serangan yang datang dari sayap kiri dan sayap
kanan. Se-konyong2 terdengar suara tambur bergema dengan
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cepasnya, mengikuti suara tambur tersebut para boesu
melancarkan serangan kilat, mereka membagi diri jadi dua
bagian dan menyerang datang laksana gelombang ditengah
samudra. Setiap boesu yang datang menyerang, hanya melepaskan
tiga buah serangan untuk kemudian secara otomatis
mengundurkan diri. Siauw Ling merasa bahwa bertarung dengan cara bergilir
ini sangat merugikan pihak mereka, agaknya pihak musuh
dengan andalkan jumlahnya yang banyak hendak melelahkan
Siauw Ling berdua lebih dahulu kemudian baru membinasakan
mereka. Setelah melakukan bentrokan beberapa kali, baik Siauw
Ling maupun Sun Put shia sama2 merasa bahwa Boe-su yang
disebut delapan belas Kiem Kong dari perkampungan Pek Hoa
san Cung ini benar2 merupakan jago Bulim yang maha
dahsyat, tenaga lweekang yang mereka miliki amat sempurna.
Sun Put Shia sendiri merasa kaget, tercengang bercampur
keder sehabis menerima tujuh kali serangan berantai yang
berarti ia sudah kekerasan sebanyak tiga kali tujuh dua puluh
satu jurus buru-buru serunya dengan ilmu menyampaikan
suara, "Loo-te, boesu2 itu memiliki senjata tajam namun
mereka tidak menggunakan senjata sebaliknya mengajak kita
adu kekerasan, aku duga mereka pasti ada rencana busuk
tertentu." Siauw Ling sadar, iapun tahu apabila pertarungan semacam
ini diteruskan lebih jauh maka keselamatan orang tuanya
bakal terancam, segera sahutnya, "Tidak aneh, apakah loo
cianpwee mempunyai cara bagus untuk menghadapi pihak
lawan?" "Maksud loohu, bilamana kita bertempur terus dengan cara
begini maka tenaga kita akan terbuang dengan percuma,
maka aku ingin melancarkan serangan dengan menempuh
bahaya, kita lukai dahulu satu dua orang diantaranya!
....bagaimana menurut pendapat loo-te?"
"Cayhe pun punya maksud berbuat demikian, namun lebih
baik kalau kita turun tangan secara serentak".
"Dalam hati aku sipengemis tua mempunyai suatu urusan
yang sangat mencurigakan sekali, maka aku tidak ingin
melukai pihak mereka lebih dahulu".
"Urusan apa yang mencurigai dirimu?"
"Aku sipengemis tua merasakan bahwa para boesu
bersenjata tameng ini mempunyai tenaga lweekang yang amat
sempurna sekali, apabila ditinjau dari keadaan pada umumnya
orang2 semacam ini seharusnya memiliki kesempurnaan
tenaga dalam bagaikan hasil latihan selama tiga puluh tahun,
tidak mungkin kehebatan orang itu bisa dididik oleh shen Bok
Hong dalam beberapa puluh tahun yang isngkat.
"Aaaa.... benar" pikir Siauw Ling di dalam hati. "Kalau
dibicarakan dari ilmu silat yang dimiliki orang2 itu, agaknya
mereka tak berada dibawah kepandaian Tiong-Chiu-Siang-Ku,
namun apa sebabnya mereka suka jadi antek Shen Bok
Hong?" Segera sahutnya, "Cayhe pun merasa ilmu silat serta
kesempurnaan tenaga lweekang yang dimiliki para boesu itu
jauh diatas kepandaian jago-jago Bu-lim biasa!"
Begitulah sambil bercakap2 dengangunakan ilmu
menyampaikan suara, merekapun merubah cara berkelahi
melawan delapan belas Kiem Kong tersebut.
"Loo-te, apakah kau berhasil menemukan dari ilmu silat
yang digunakan mereka?" kembali Sun Put shia bertanya.
"Pengalaman maupun pengetahuan cayhe cetek sekali, aku
tak berhasil mengetahui asal usul ilmu silat mereka."
"Agaknya loohu berhasil meraba jalannya jurus serangan
dari orang2 itu, aku rasa jurus serangan mereka mirip dengan
ilmu silat partai siauw-lim, maka dari itulah timbul kecurigaan
dalam hatiku dan tidak ingin melukai mereka sebab mengikat
tali permusuhan dengan pihak Siauw-lim merupakan suatu
peristiwa yang sangat tidak kuharapkan"
Siauw Ling merasakan bahwa serangan2 yang dilancarkan
delapan belas Kiem Kong itu makin lama semakin aneh dan
tenaganya makin lama semakin kuat, ia amat terperanjat
segera ujarnya, "Sekalipun mereka adalah anak murid dari
partai Siauw-lim, namun terbukti pada saat ini mereka
berbakti bagi pihak perkampungan Pek Hoa San Cung,
seandainya kita ampuni jiwanya maka ia akan melukai kita dan
kitapun jangan harap bisa menerjang keluar dari tempat ini"
Sun Put Shia termenung sejenak lalu berkata, "Keadaan
mendesak sekali, kendati dugaan aku sipengemis tua tidak
melesetpun rasanya tak ada cara lain daripada kita turun
tangan terhadap mereka...."
Ia membentak keras kemudian menerjang kedepan.
Tenaga serangan yang memancar keluar dari tamengnya
makin menghebat, setiap boesu yang bersentuhan dengan
senjatanya niscaya terpental ke belakang sampai ber-puluh2
langkah jauhnya, Siauw Ling berpaling, tatkala ia lihat Sun Put Shia sudah
mulai melancarkan serangan iapun segera turun tangan.
Dengan tangan kanannya ia putar senjata tameng untuk
membendung serangan musuh tangan kirinya melancarkan
ilmu totok Siauw-Loo-Sin-Cie untuk merobohkan lawan.
Ilmu jari Siuw-Loo-ci merupakan ilmu andalan Liuw-Sian-cu
dikala berkelana dalam dunia persilatan tempo dulu,
kehebatannya sungguh tak terkirakan, barang siapa yang
termakan serangan tadi seketika roboh ke atas tanah
Dalam sekejap mata ada empat orang musuh yang telah
terluka dan roboh diatas tanah termakan oleh ilmu jari
saktinya itu. Menyaksikan kedahsyatan Siauw Ling dimana dalam
beberapa saat tekah berhasil merobohkan beberapa orang,
sedangkan ia sendiri tidak berhasil melukai barang seorang
musuhpun, Sun Put Shia merasa malu bercampur menyesal,
senjata tamengnya segera diperketat dan melancarkan
serangan dengan segenap tenaga.
Hawa lweekangnya amat sempurna, serangan yang
dilancarkan amat dahsyat apalagi setelah ia menyerang
dengan segenap tenaga, tameng dalam genggamannya
laksana gulungan ombak ditengah samudra meluncur dan
menghantam keluar dengan hebatnya hingga memaksa
orang2 berbaju hitam itu terdesak mundur ke belakang.
Dalam pada itu sipencuri sakti Siang Hwie serta Sie-poa
emas Sang Pat ketika menyaksikan dua orang rekan mereka
belum berhasil juga menjebolkan kepungan musuh kendati
sudah bergebrak sangat lama, buru-buru maju membantu
sebab mereka takut kedua orang rekannya terluka.
Tampaklah Sun Put shia menunjukkan kesaktiannya,
senjata tameng ditangannya berputar laksana kitiran, para
penyerang segera terdesak munduk ke dalam hutan bunga.
"Tidak aneh Shen Bok Hong berani pandang enteng para
jago yang ada dikolong langit" bisik Siang Hwie. "Ternyata
perkampungan Pek Hoa San Cung benar2 merupakan sarang
naga goa macan, kecuali delapan belas Kiem Kong entah
masih ada jago lihay apa lagi yang ia miliki?"
"Sejak Shen Bok Hong menderita kekalahan ditangan para
jago dari kolong langit tempo dulu semestinya kita lakukan
pencarian besar2an dan melenyapkan dia dari muka bumi, kini
sayapnya telah melebar, tidak gampang bagi kita semua untuk
memusnahkan kekuatan yang ia miliki!"
"Benar. menurut penglihatan aku sipencuri tua sekalipun
para jago dari partai besar bersatu padu untuk melawan
dirinya pun belum tentu bisa menghadapi Shen Bok Hong
gembong iblis itu." Ia merandek sejenak kemudian menambahkan, "Tiang-loo
dari partai Kay-Pang Sun Put Shia ternyata masih hidup
dikolong langit bahkan mendatangi perkampungan Pek Hoa
San Cung; bagaimanapun juga kehadirannya jauh diluar
dugaan siapapun, si orang tua ini boleh dikata merupakan
salah satu musuh tangguh Shen Bok Hong.
Sebenarnya kedatangan kedua orang itu adalah bermaksud
membantu Siauw Ling berdua untuk bertempur, setelah
menyaksikan kedua tokoh itu mulai melancarkan serangan
balasan dan boesu2 yang terluka semakin banyak, merekapun
segera mengundurkan diri ke belakang pohon dan
membicarakan soal masalah dunia kangouw.
Terdengar sie-poa emas Sang Pat berkata, "Menurut
pendapat siauw-te, Siauw-toako kita inilah baru merupakan
bintang penolong dari dunia persilatan, sejak kini cuma dia
seorang yang bisa menandingi Shen Bok Hong dan cuma dia
seorang pula yang dapat menghalangi ambisinya untuk
menguasahi kolong langit."
Dalam hati Siang Hwie mereasa tidak puas. ia ada maksud
membantah ucapan tersebut. tiba tiba dilihatnya Siauw Ling
membuang tameng tersebut dengan tangan kanannya, dalam
sebuah tendangan kilat ia sudah robohkan boesu tadi dan
menotok jalan darahnya. Cara bertarung macam ini kontan saja membuat sipencuri
sakti Siang Hwie berdiri tertegun. segera tanyanya kepada
Sang Pat, dengan suara lirih
"Ilmu silat apakah yang berhasil dilatih oleh Siauw-toako
mu yang masih muda belia itu?"
Dalam kenyataan Sie-poa emas Sang Pat sendiripun dibikin
tertegun ketika menyaksikan Siauw Ling merampas pisau yang
tajam diatas tameng dengan tangan kosong, kini mendengar
pertanyaan dari Siang Hwie ia jadi melongo dan tak sanggup
bicara, lama sekali ia baru berkata, "Lion-Tau toako kami ini
punya kepandaian yang luar biasa, ilmu silatnya dari pelbagai
partai serta perguruan ia pahami semua, boleh dikata tak ada
kepandaian silat dikolong langit yang tak ia kenal".
"Dengan tangan kosong merampas pedang, sedang
tangannya tidak terluka, sudah hidup separuh abad aku
sipencuri tua namun baru kali ini aku saksikan kehebatan
semacam ini". "Kalau begitu saksikanlah kehebatan toako kami ini".
Ia tak tahu kalau Siauw Ling memakai sarung tangan
berkulit ular yang tidak mempan senjata. maka sebagai
jawabannya ia oceh saja sekenanya.
Siauw Ling benar2 tunjukkan kelihayannya, hawa murni
disalurkan melindungi badan, kemudian dengan ilmu jari Siuw-
Loo-Cie melukai musuh dalam sekejap mata kembali delapan
orang roboh terluka. Sun Put Shia tak mau tunjukkan kelemahannya seluruh
hawa murni yang ia miliki disalurkan ke atas tameng lalu
berputar dan menghajar senjata lawan dengan keras lawan
keras, para boesu yang termakan hantaman tamengnya pasti
tergetar mundur ke belakang dengan sempoyongan.
Beberapa saat kembali berlalu, sepuluh dari jumlah delapan
belas Kiem Kong itu sudah ada separuh roboh binasa atau
terluka, sisanya kalau bukan pergelangan jadi pecah dan
darah mengucur tentulah sudah kehabisan tenaga, dalam
gencetan Siauw Ling sera Sun Put Shia mereka semakin
kepayahan. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara gembrengan
dibunyikan bertalu2, kobaran api obor pun segera padam
semua. Delapan belas Kiem Kong yang dijagokan perkampungan
Pek Hoa San Cung saat ini sudah tak bisa dikatakan sebagai
suatu kekuatan lagi mereka sudah hancur tercerai berai oleh
hajaran Siauw Ling serta Sun Put Shia.
Mendadak.... suasana disekeliling hutan bunga jadi gelap
gulita, semuanya hitam pekat dan apapun tak kelihatan.
Menggunakan kesempatan dikala kegelapan melanda
seluruh jagad, delapan belas Kiem Kong yang tidak terluka
segera melarikan diri ter-birit2 dari medan pertempuran.
"Kalau kita tidak berlalu saat ini, mau tunggu sampai kapan
lagi?" seru Be Boen Hwie dengan cepat.
Ia segera pimpin para jago untuk bergabung dengan Siauw
Ling sekalian kemudian menerjang keluar.
Siauw Ling berpaling, tiba-tiba ia menemukan Sun Put Shia
berjalan sambil memegang perut sendiri, hatinya jadi
terperanjat. "Loocianpwee, kenapa kau!" tegurnya.
"Aaah, tidak mengapa" sahut sun Put Shia hambar dan
melepaskan tangannya, kemudian melewati para jago dan
berjalan paling depan. Agaknya pihak perkampungan Pek-Hoa-San-Cung menduga
asal mereka kirim delapan belas Kiem Kong maka para jago
tentu akan terhadang, siapa sangka Sun Put Shia serta Siauw
Ling amat lihay, semua jago mereka kena diobrak abrik maka
dalam perjalanan selanjutnya mereka tidak temukan
hadangan2 lagi. Sipencuri sakti Siang Hwie mempercepat langkahnya,
setelah berada disisi Siauw Ling ia berbisik, "Agaknya Sun
Loocianpwee rada sedikit kurang beres, kita harus bertindak
lebih hati2" Siauw Ling mengangguk, ia membuntuti dibelakang Sun
Put Shia dan secara diam2 mengawasi gerak geriknya.
Beberapa saat kemudian para jago telah meninggalkan
perkampungan Pek Hoa San Cung.
Setelah melangkah keluar dari perkampungan para jago
sama2 menghempaskan napas panjang. ketegangan yang
menyelimuti wajah merekapun seketika mengendor.
Giok Lan yang menggendong Siauw Hujien tiba-tiba
percepat langkahnya mendekati Siauw Ling kemudian berkata,
"Siangkong, cepat berputar ke arah sebelah utara, tempat ini
adalah sebuah tanah gersang...."
Belum habis ia berkata, tiba-tiba terdengar suitan panjang
berkumandang datang disusul dari hadapan para jago muncul
lima buah lentera berwarna merah.
Diatas setiap lentera berwarna merah itu bertuliskan kata2
"Hwie-Pit" atau Menghindar dari tulisan warna putih.
Tulisan putih diatas bendera merah, tampak nyata sekali
huruf2 tersebut. Menyaksikan munculnya lentera tersebut, Giok Lan
mendepakkan kakinya ke atas tanah dengan hati cemas lalu
menghela napas panjang. "Aaai.... sedikitpun tidak salah, mereka sudah mengatur
barisan Ngo-Liong-Toa-Tin".
Sewaktu para jago mendengar Giok Lan mengeluh akan
kelihayan delapan belas Kiem Kong dalam kenyataan apa yang
ia katakan memang benar, seandainya tiada Sun Put Shia
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
serta Siauw Ling yang berhasil mengobrak abrik kedelapan
belas jago lihay itu mungkin para jago sudah hancur remuk
ditangan kedelapan belas Kiem Kong.
Kini menyaksikan pula ketegangan yang menyelimuti wajah
Giok Lan, para jago jadi tertegun.
"Apakah yang dimaksudkan dengan barisan Ngo-Lion-Toa-
Tin itu?" tanya Siang Hwie dengan suara lirih.
- - - - - - - 38 Shen Bok Hong punya ambisi besar untuk bangkit kembali
didunia persilatan dan menjagoi kolong langit, oleh sebab itu
setelah menyembunyikan diri ke dalam perkampungan Pek
Hoa San-cung, ia curahkan segenap perhatiannya untuk
melakukan persiapan. dibawah didikan serta jerih payahnya ia
berhasil membentuk tiga kelompok kekuatan yang dapat
membinasakan para jago dikolong langit, ketiga kelompok
kekuatan itu terdiri dari delapan bayangan berdarah, delapan
belas Kiem Kong serta barisan Ngo-Liong-Toa-Tin ini!"
"Bagaimanakah barisan Ngo-Liong-Toa-Tin ini apabila
dibandingkan dengan Delapan belas Kiem Kong?" tiba-tiba Sun
Put Shia bertanya seraya berpaling.
"Menurut apa yang budak ketahui, barisan Ngo Liong Toa
Tin merupakan keberhasilannya yang paling top dari Shen Bok
Hong sepanjang usahanya untuk membentuk kekuatan baru,
bagaimanakah keadaan sebenarnya meski budak kurang tahu,
namun sudah jadi kenyataan bahwa barisan Ngo-Liong-Toa-
Tin jauh lebih dahsyat daripada delapan belas Kiem Kong."
Mendengar jawaban itu, Sun Put shia yang tak pernah
pandang tinggi jago kangouw pun tiba-tiba menghela napas
panjang. "Aaaai....! seandainya barisan Ngo-Liong-Toa-Tin benar2
lebih hebat dari delapan belas Kiem Kong...."
Suara getaran yang amat dahsyat berkumandang
memenuhi angkasa memotong ucapan Sun Put Shia yang
belum selesai. Meskipun sipengemis tua itu tidak melanjutkan kata2nya,
namun para jago mengerti apa yang dimaksudkan, jelas ia
sedang mengartikan bilamana barisan Lima Negara benar2
dahsyat dari Delapan Belas Kiem Kong maka sulitlah bagi
mereka semua untuk meloloskan diri dari sana dalam keadaan
selamat. Diam2 Siauw Ling memeriksa keadaan sekitar sana, ia tahu
Sun Put Shia sudah menderita luka dalam yang sangat parah,
berhubung tenaga dalamnya amat sempurna maka ia masih
sanggup menahan luka itu sehingga tidak sampai kambuh.
Menengok pula ke arah kalangan, ia lihat disisi lima buah
lentera merah itu masing-masing berdiri seorang manusia
aneh yang kukoay sekali bentuknya.
Suma Kan mendengus dingin, lalu berkata, "Sekalipun
dandanan mereka jauh lebih anehpun, tidak bakalan bisa
mengederkan hati orang itu!"
Kiranya manusia aneh yang berdiri dibawah lima buah
lentera merah itu punya wajah yang mengerikan sekali,
seluruh tubuh mereaka berwarna merah, rambut merah
terurai sampai ke bahu, dibawah leher penuh dengan sisik
berwarna merah sehingga mirip sekali dengan seekor ikan
sepasang tangannya amat panjang dengan kuku sepasang
tiga coen, wajahnya berselimutkan selapis cairan berwarna
merah pula dan tinggal sepasang matanya yang tajam serta
memancarkan cahaya ke-biru2an.
Per-lahan-lahan Siauw Ling cabut keluar pedang panjang
dari sisi pinggang Giok Lan, kemudian berkata dengan suara
berat, "Harap cuwi sekalian suka berdiri ditempat dan jangan
bergerak cayhe akan pergi menjajal kekuatan mereka".
Sambil mencekal pedang ia lantas maju kedepan.
Kelihayan ilmu silat yang dimiliki sianak muda ini sudah
menimbulkan rasa kagum dihati tiap jago, semua orang
mengetahui bilamana iapun tak sanggup menghadapi kelima
orang manusia kukoay itu, niscaya keadaan mereka lebih
banyak celaka dari pada selamat.
"Siangkong, aku ikut dirimu" tiba-tiba Kiem Lan berseru.
"Buat apa kau ikuti diriku?"
"Budak menguasai kata2 sandi dari perkampungan Pek-
Hoa-San-Cung, mungkin saja dapat membantu siangkong".
"Tak usah, aku hendak menjajal sebentar...."
"Bagaimana kalau aku sipengemis tua yang mengiringi
dirimu?" seru Sun Put Shia sambil tampil kedepan.
"Jangan. Loocianpwee...."
Sebenarnya ia hendak mengatakan bahwa loocianpwee
sudah terluka dalam, mana bisa bertempur lagi, tetapi teringat
akan nama besarnya buru-buru serunya, "Loocianpwee, kau
harus memimpin para jago lebih baik jaga diri sambil
membantu para jago, biarlah cayhe menjajal lebih dahulu,
kemungkinan sekali dari pertarungan ini loocianpwee akan
menemukan cara untuk menghancurkan barisan ini".
"Aaai....! kalau begitu ber-hati2lah dalam setiap tindakan".
"Tak usah cianpwee risaukan!"
Dengan langkah lebar Siauw Ling segera maju kedepanm ia
pilih lampu lentera yang ada ditengah, kemudian hawa murni
disalurkan keseluruh badan dan maju menghampiri.
Sejak selesai bertarung melawan delapan belas Kiem Kong,
Siauw Ling menyadari akan kelihayan orang2 perkampungan
Pek Hoa San Cung maka ia tak berani pandang rendah pihak
lawan. Kurang lebih lima enam depa dari manusia2 aneh berbaju
merah itu ia berhenti, lalu mengobat abitkan pedangnya
menciptakan dua kuntum bunga pedang setelah itu tegurnya
dengan suara dingin ; "Anda sekalian mengira setelah memakai baju serta
dandanan kukoay lantas bisa mengejutkan hati orang dan
membuat kami keder?"
Orang yang aneh berbaju merah itu tetap membungkam
dalam seribu bahasa, hanya sepasang matanya yang tajam
mengawasi wajah Siauw Ling tak berkedip.
Maksud Siauw Ling dalam mengutarakan ucapan tersebut
tidak lain untuk memancing kegusaran orang2 berbaju merah
itu, agar mereka turun tangan terlabih dahulu kemudian
mencari tahu asal usul dari ilmu silat yang mereka miliki.
Dalam genggaman manusia2 berbaju merah itu tidak
mencekal senjata tajam, namun memelihara kuku yang sangat
panjang, jelas senjata utama meraka adalah sepasang
telapaknya dan serangan yang dilancarkan pasti lihay dan
aneh. Maka Siauw Ling pun bersiap sedia menghadapi segala
kemungkinan, siapa sangka orang2 berbaju merah itu tetap
membungkam dalam seribu bahasa, mereka tidak menyerang
juga tak berkutik, hanya dengan sepasang matanya
mengawasi wajah Siauw Ling.
Kedua belah pihak saling berpandangan kurang lebih
seperminum teh lamanya, lama kelamaan Siauw Ling tak
dapat menahan sabar lagi sepasang matanya mengawasi
sekejap ke arah orang2 berbaju merah itu, setelah dirasakan
tiada jebakan disitu maka ia maju kedepan sambil
membentak, "Lihat pedang!"
Cahaya tajam berkelebat menembusi angkasa laksana kilat
ia tusuk dada orang berbaju merah itu.
Sreeet....! ujung pedang menusuk telak diatas dada
manusia aneh berbaju merah itu, namun senjata tersebut tak
bisa menembusi tubuhnya, se-akan2 ujung pedang tadi sudah
menutul diatas selembar kepingan baja yang keras.
Kiranya orang berbaju merah itu mengenakan pakaian lapis
baja yang bersisik, entah terbuat dari bahan apakah pakaian
itu sehingga tusukan pedang pun tedak mempan.
Meskipun ujung pedang Siauw Ling tak berhasil menembusi
tubuhnya, namun daya serangan yang terpancar keluar tidak
lemah, tubuh orang berbaju merah itu seketika terpukul
sampai mundur tiga empat langkah ke belakang.
Siauw Ling tarik kembali serangannya dan berpikir,
"Agaknya berjumpa muka jauh lebih baik daripada mendengar
nama besarnya belaka, Kiem Lan serta Giok Lan memuji lima
naga berbaju merah ini setinggi langit, tak tahunya cuma
manusia tak berguna yang tak sanggup menerima sebuah
seranganpun." Sementara ia masih berpikir, tiba-tiba tubuh manusia
berbaju merah itu bergoyang keras kemudian roboh ke atas
tanah. Perubahan yang terjadi diluar dugaan ini membuat Siauw
Ling serta para jago yang hadir dalam kalangan jadi tertegun
dan mengawasi orang yang berbaju merah yang roboh diatas
tanah itu dengan mata mendelong.
"Apa yang terjadi?" tanya sipencuri sakti Siang Hwie sambil
menghampiri Siauw Ling dengan langkah lebar.
"Entahlah, aku cuma menusuk dadanya satu kali tahu2 ia
mundur sempoyongan dan roboh terjengkang ke atas tanah!"
"Aaaah, sungguh aneh sekali, mungkin masih ada alasan
tertentu dibalik kejadian ini?"
"Aku sendiripun merasa rada tercengang, tetapi kenyataan
membuktikan kalau mereka sudah roboh, mari kita terjang
keluar dengan menggunakan kesempatan baik ini!
"Tidak salah! berangkatlah lebih dahulu untuk membuka
jalan, aku sipencuri tua akan panggil mereka semua!"
Ia putar badan lari balik kemudian menggape para jago
untuk sama2 melarikan diri.
Baris Ngo-Liong-Hwie-Tin yang dipuji setinggi langit oleh
Giok Lan serta Kiem Lan ternyata cuma biasa saja, bahkan tak
sanggup menghadapi sebuah serangan dari Siauw Ling.
Orang berbaju merah yang kena dihajar roboh tadi masih
tetap berbaring dengan tenang diatas tanah, sewaktu para
jago berjalan lewat disisinya tidak tampak ada reaksi apapun
dari antara mereka. Dalam sekejap mata para jago sudah lari keluar dari
perkampungan Pek Hoa San Cung dan ternyata sepanjang
perjalanan mereka tidak berjumpa lagi dengan hadangan2.
"Sungguh aneh sekali" terdengar Suma Kan berkaok. "Lima
orang manusia berbaju merah itu bukan saja berdandan
kukoay bahkan posisi yang ditempati mengandung barus yang
luar biasa, tapi apa sebabnya mereka tak sanggup
menghadapi sebuah serangan?"
Setelah keluar dari perkampungan Pek Hoa San Cimg, rasa
tegang diwajah para jagopun mengendor, teringat
pertempuran sengit yang baru saja berlangsung, mereka
merasa sangat beruntung dapat keluar dari sarang naga gua
macan dengan selamat. Be Boen Hwie berpaling memandang sekejap ke arah Kiem
Lan lalu bertanya dengan suara lirih, "Shen Bok Hong adalah
seorang manusia licik yang berakal banyak, mungkinkah
sengaja ia mengatur siasat untuk menjebak kita?"
"Tidak mungkin!" Kiem Lan menggeleng. "Walaupun budak
kurang begitu menguasai akan keadaan sebenarnya dari
barisan lima naga tersebut namun kalau ditinjau dari pakaian
yang dikenakan beberapa orang itu agaknya bukan lain adalah
sisik naga yang dibuat Shen Bok Hong dengan susah
payah...." "Manusia hendak membuat "Liong-Ka" sisik naga" aaah,
pekerjaan ini luar biasa sekali" seru siang Hwie. "Semestinya
kita harus mencopot sisik naga itu dari tubuh mereka tadi!"
Mendengar ucapan ini diam2 para jago merasa geli,
pikirnya, "Waduuh.... waduuh.... agaknya watak mencuri
sudah mendarah daging pada tubuh kakek tua ini!"
"Besar kecil dari sisik naga itu dibuat dan dibikin sesuai
dengan potongan badan lima naga" kata Kiem Lain sambil
tertawa hambar. "Seandainya orang lain yang mengenakannya
tentu saja tidak cocok!"
"Nona, tahukah kau Liong-Ka tersebut terbuat dari apa?"
sela Be Boen Hwie. "Darimanakah Shen Bok Hong berhasil mendapatkan sisik2
tersebut budak kurang tahu, tetapi yang jelas sisik2 itu terdiri
dari benang2 serat yang dikumpulkan jadi satu dengan daya
pantul yang besar, bacokan golok serta pedang sukar untuk
melukainya...." Dayang itu berpaling memandang sekejap ke arah Siauw
Ling,menyaksikan sianak muda itu mendengarkan dengan
seksama ia melanjutkan kembali, "Untuk membuat lima stel
pakaian Liong-Ka ini, Shen Bok Hong telah mengutus jagojago
kampungnya untuk mengumpulkan ber-puluh2 orang
tukang jahit tersohor dan bekerja selama tiga tahun baru
berhasil merampungkan lima stel pakaian tersebut, dari hal ini
bisa disimpulkan kalau barisan Lima Naga itu sangat
diandalkan sekali!" "Sungguh aneh sekali, mengapa orang2 itu tidak kuat
menahan sebuah seranganpun?" timbrung Siang Hwie.
"Disinilah letak kesulitan budak untuk memberi jawaban!"
"Orang itu tak kuat menahan sebuah seranganpun, meski
hal ini mengherankan namun lebih mencengangkan lagi
adalah tak berkutiknya empat orang aneh yang lain. apa
sebabnya mereka berpeluk tangan belaka membiarkan
rekannya terhajar?" sambung Giok Lan.
"Siauw-heng sebenarnya jurus pedang apakah yang kau
gunakan?" akhirnya Be Boen Hwie bertanya.
Kelihayan ilmu silat yang dimiliki Siauw Ling sudah cukup
menggetarkan hati para jago, karena dalam pertarungan
melawan musuh makin lihat lawannya semakin lihay pula ilmu
silat yang diperlihatkan hal inilah yang membuat para jago
menaruh curiga, mungkinkah secara tiba-tiba Siauw Ling
memperlihatkan kelihayannya.
"Benarkah kau she Siauw?" mendadak Suma Kan berseru.
Teringat barntuan yang diberikan orang asing ini sepanjang
pertempuran yang barusan terjadi sianak muda itu merasa
tidak pantas kalau ia merahasiakan namanya lebih jauh, maka
ia manggut. "Cayhe adalah Siauw Ling!" katanya
"Dan dia adalah Siauw Ling yang cia dan tulen!" sambung
Be Boen Hwie. Sun Put Shia yang selama ini membungkam dalam seribu
bahasa tiba-tiba putar kepala memandang Siauw Ling, lalu
menegur, "Apakah kau bernama Siauw Ling?"
"Tidak salah!" "Tatkala Loohu turun dari gunung, nama besarmu sudah
kudengar dan ternyata kelihayanmu benar2 bukan nama
kosong belaka!"
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siauw Ling tahu yang dimaksudkan pastilah Siauw Ling
gadungan alias Lan Giok Tong namun iapun sadar masalah ini
tidak gampang untuk dijelaskan maka iapun bungkam dalam
seribu bahasa. "Ayoh kita cepat berangkat...." tiba-tiba Sie-poa emas Sang
Pat berseru. "Kenapa?" tanya Suma Kan tercengang.
"Sudah tiba saatnya Shen Bok Hong menyelesaikan
latihannya, sewaktu ia mengetahui bahwa kita berhasil lolos
dari perkampungan Pek Hoa San Cung, gembong iblis itu pasti
akan melakukan pengejaran"
Belum selesai ia berkata terdengar suitan tajam
berkumandang datang dari kejauhan disusul suara derap kaki
kuda bergema semakin mendekat.
Para jago yang hadir disana kebanyakan merupakan jagojago
kawakan, belasan ekor kuda banyaknya, jelas pasukan
pengejar dari pihak perkampungan Pek Hoa San Cung sudah
melakukan pengejaran. Be Boen Hwie angkat kepala memandang sekejap keadaan
disekelilingnya, lalu berseru, "Mari kita bergeser ke arah
Timur-laut!" Tanpa banyak bicara ia memimpin jalan dan bergerak
dengan cepatnya. Siauw Ling tahu, perbuatan orang she Be itu tentu
mengandung maksud tertentu, tanpa bertanya lagi ia tarik
tangan Sang Pat dan berkata, "Mari kita berada dipaling
belakang untuk menyambut kedatangan mereka"
"Bagus!" jawab Sang Pat sambil tertawa, "Orang yang
bergabung dengan pihak musuh kebaynyakan merupakan
jago-jago berhati keji, kita tak usah ajak mereka
membicarakan soal peraturan Bu-lim lagi".
Siauw Ling tidak paham dengan maksud ucapannya,
terpaksa ia membungkam dalam seribu bahasa.
Terdengar suara derap kaki kuda makin lama semakin
mendekat, dibawah cahaya bintang secara lapat2 tampaklah
kuda2 jempolan bergerak mendekat dengan cepatnya.
Siauw Ling segera berjongkok dan memungut dua buah
batu gunung siap disambit keluar.
Sedangkan Sang Pat merogoh ke dalam sakunya ambil
keluar sebuah kotak kumala, membuka kotak tadi dan
menebarkan isi kotak tersebut ke atas tanah.
"saudaraku, apakah isi dari kotak itu?" tanya Siauw Ling.
"Ooouw....! hanya suatu permainan kecil, harap toako
jangan mentertawakan!...."
"Menggunakan tentara tidak akan melupakan siasat,
terhadap manusia2 rendah macam mereka sudah tentu kita
tak perlu menggunakan cara yang jujur!"
"Isi kotak kumala ini...."
Mendadak orang she Sang itu membungkam.
Siauw Ling angkat kepala, tampaklah dua ekor kuda
jempolan melampaui rombongan mereka dan mendesak tiga
empat tombak lebih ke depan, jelas Sang Pat tidak ingin
rahasianya diketahui musuh maka ia putus ucapannya
ditengah jalan. Dalam pada itu, dua ekor kuda jempolan tersebut sudah
berlari diatas benda yang disebarkan Sang Pat diatas tanah
itu. Tampak percikan cahaya api berkelebat disusul serentetan
suara ringkikkan kuda berkumandang memenuhi angkasa.
Ketika Siauw Ling menengok ke arah api, tampaklah cahaya
api berwarna ke-hijau2an sedang membakar kaki kuda itu.
Sewaktu orang yang ada dibelakangnya menyaksikan rekan
didepannya mengalami celaka buru-buru ia putar kudanya siap
melarikan diri namun terlambat....
Terlihat cahaya api berkilauan memenuhi angkasa, seluruh
tubuh kuda itu seketika terbakar dengan hebatnya.
Dua orang jago yang menunggang diatas kuda jempolan itu
buru-buru meninggalkan kuda tunggangannya, mereka
mencelat dua tombak jauhnya dari tempat kejadian dan
melanjutkan pengejaran dengan berlarian.
Suara ringkikkan yang memanjang bergema memecahkan
kesunyian, kedua ekor kuda itu meloncat2 kesakitan.
Ditengah malam yang gelap terlihatlah kobaran api
berwarna hijau itu makin lama berkobar semakin besar, dalam
waktu singkat dua ekor kuda itu sudah terbakar mati.
Kuda2 pengejar dibelakang yang menyaksikan peristiwa ini
sama2 tarik les kudanya kemudian berputar dan melanjutkan
pengejaran. "SUngguh sayang, sungguh sayang," seru Sang Pat
"Orang2 dari perkampungan Pek Hoa San Cung benar2 sangat
licik, seandainya mereka mengejar berbareng niscaya semua
pasukan akan terbakar habis."
Dalam pada itu dua orang lelaki kekar yang kudanya
terbakar tadi sudah mengejar hampir dekat dengan Siauw
Ling berdua. Sianak muda itu segera ayun pergelangan kanannya, dua
butir batu melesat keluar diiringi desiran tajam langsung
menghajar ke arah dua orang itu.
Ditengah kegelapan yang mencekam tak mungkin bagi
kedua orang itu untuk menghindar, mereka terhajar telak
terkena dan roboh. Untung dalam kegelapan yang mencekam sulit bagi Siauw
Ling untuk mengarah tepat jalan darah, dengan demikian
meski serangan bersarang ditubuh musuh namun bukan
tempat berbahaya. Walaupun begitu kekuatan serangan Siauw Ling amat
dahsyat sekalipun bukan tempat bahaya yang terhajar, namun
cukup membuat mereka kesakitan dan pengejaranpun segera
terhenti. Kuda2 pengejar dari arah belakang dengan cepat menyusul
mereka berdua dan meneruskan pengejaran ke arah depan.
Sepasang mata Siauw Ling mengawasi sekejap keadaan
disekeliling tempat itu lalu kepada Sang Pat bisiknya, "Dewasa
ini kita semua sudah lapar, dahaga dan lelah, sukar untuk
melangsungkan pertarungan lagi, ditinjau dari gerak gerik
pengejar2 itu rasanya ilmu silat yang mereka miliki tidak
lemah, seandainya kita bisa memilih suatu posisi yang baik
dan sempit, dengan kekuatan kita berdua rasanya tidak sulit
untuk menghalangi jalan pergi mereka.
Terlihatlah kuda2 itu laksana terbang sudah semakin
mendekat, Siauw Ling berdua pun dengan cepat kena disusul.
"Jangan melibatkan diri dalam suatu pertarungan sengit"
seru Siauw Ling memperingatkan. "Cukup kita halangi
perjalanan mereka dan jangan sampai merkea berhasil
melampaui kita, itu sudah cukup".
"Tidak salah, tidak salah ucapanmu itu!" sahut sie-poa
emas Sang Pat sambil ambil keluar senjatanya dari dalam
saku. Dari jawaban tersebut secara lapat2 Siauw Ling dapat
mendengar bahwa napasnya ter-sengkal2, segera ia berpikir di
dalam hati, "Seandainya kami berdua sampai terkurung
kembali oleh boesu2 dari perkampungan Pek Hoa San Cung
ini, niscaya dalam pertarungan sengit yang kemudian
berlangsung banyak jago-jago diantara kami bakal roboh
terluka ataupun binasa...."
Sementara ia masih berpikir, mendadak terdengar suara Be
Boen Hwie berkumandang datang;
"Siauw-heng, harap jangan bertempur lebih jauh"
Siauw Ling segera loncat ketengah jalan menghalangi
perjalanan para pengejar lalu bentaknya
"Saudata Sang Pat, cepat mundurlah lebih dahulu!"
Sang Pat tahu ilmu silatnya sangat lihay, iapun tidak
sungkan2 dan mengundurkan diri lebih dahulu.
Dalam waktu singkat seekor kuda pengejar telah
menerjang tiba, Siauw Ling ayun telapaknya melancarkan
sebuah babatan. Segulung angin pukulan yang maha dahsyat meluncur
kedepan, melihat datangnya serangan orang yang ada diatas
kudapun mendorong pula sepasang telapaknya menerima
datangnya serangan dengan keras lawan keras.
Daya serangan dari Siauw Ling amat dahsyat dalam suatu
bentrokan yang maha dahsyat orang itu terpental dan jatuh
terbanting dari atas pelana kudanya.
Namun orang itu tidak lemah, ketika tubuhnya menempel
diatas tanah ia segera melejit dan melancarkan tubrukan
kembali ke arah Siauw Ling.
Orang ini benar2 bandel dan tidak takut mati meskipun
sudah terpental jatuh dari atas pelana oleh serangan Siauw
Ling, namun hatinya sama sekali tidak keder bahkan berani
melancarkan serangan kembali.
Dikala lelaki itu sedang menubruk ke arah Siauw Ling
kembali ada dua orang penunggang kuda menerjang tiba
sepasang pedangnya langsung menyerang tubuh sianak muda
itu. Bukan mundur sebaliknya Siauw Ling maju ke depan,
mendadak ia menerjang dua langkah ke muka meloloskan diri
dari datangnya ancaman pedang yang muncul dari kiri dan
kanan, setelah itu dengan telapaknya ia sambut datangnya
serangan lelaki itu. Kali ini hawa murninya sudah disalurkan ke atas telapak,
,menanti sepasang telapak saling membentur hawa murnipun
segera meluncur keluar dengan dahsyatnya.
Terdengar lelaki itu mendengus berat, badannya mundur
enam tujuh langkah ke belakang dan roboh ke atas tanah.
Luka dalam yang ia derita kali ini parah sekali, untuk
beberapa saat lelaki itu tak sanggup bangun berdiri.
Walaupun Siauw Ling berhasil melukai seorang musuh,
namun dengan adanya kejadian ini maka empat lima orang
pengejar telah keburu tiba.
Tampak cahaya golok berkilauan, hawa pedang memenuhi
angkasa, dua bilah golok dan dua bilah pedang secara
serentak menyerang tiba. Siauw Ling segera kirim telapak kirinya kedepan menggetar
mundur musuh yang ada disebelah kiri, sedangkan tangan
kanannya berkelebat mencengkeram sebilah pedang yang
menuduk tiba, mentah2 ia seret orang itu jatuh dari atas kuda
kemudian diiringi sebuah tendangan kilat dari sianak muda itu,
orang tadi mencelat dan roboh terjengkang ke atas tanah.
Walaupun ilmu silat yang dimiliki sianak muda ini sangat
lihay namun setelah mengalami pertempuran sengit beberapa
waktu lamanya, tak urung iapun merasa kecapaian, ketika
perhatiannya sedang dipusatkan untuk merampas senjata
musuh, tiba-tiba punggungnya terasa amat sakit, sebuah
tusukan telah bersarang ditubuhnya.
Sebetulnya Siauw Ling mempunyai hawa khiekang yang
melindungi tubuhnya, tak mungkin serangan bokongan bisa
melukai tubuhnya, tetapi karena tenaganya sudah berkurang
setelah melangsungkan pertarungan seru, kedua ia lupa
menyalurkan hawa khie-kangnya, maka tusukan ini membuat
ia menderita luka yang tidak ringan.
Siauw Ling segera putar pedangnya menyapu keluar.
Triiing.... triing.... triiing.... diiringi suara dentingan yang
amat nyaring, empat bilah pedang berhasil ia sampok lepas
semua. Suara bentakan2 keras berkumandang dari arah depan,
agaknya rombongan para jagopun sudah berlangsung suatu
pertarungan sengit. Dalam keadaan seperti ini Siauw Ling tak bisa memikirkan
luka diatas punggungnya lagi, buru-buru ia salurkan haw
murninya untuk mencegah lebih banyak darah mengalir
keluar. pedangnya berkelebat membentuk selapis bunga
pedang, ditengah jeritan ngeri seorang musuh roboh binasa.
Ia mulai melancarkan serangan kilat untuk cari
kemenangan, serangan2 yang dilancarkanpun mengugnakan
jurus yang aneh dan sakti.
Suara rintihan berkumandang saling susul menyusul, dalam
sekejap mata kembali Siauw Ling sudah melukai lima orang
dan berhasil lolos dari kepungan.
Ia paling menguatirkan keselamatan orang tuanya, maka
tiada kegembiraan sama sekali untuk bergebrak lebih jauh,
sambil mengempos tenaga tubuhnya lari ke arah depan.
Setelah berlarian beberapa waktu dan melewati sebuah
tikungan, sianak muda itu melihat banyak sekali sahabat2
kangouw dengan senjata terhunus sedang melangsungkan
pertarungan sengit melawan para pengejar dari
perkampungan Pek Hoa San Cung.
Dalam sekilas pandang, Siauw Ling kenali diantara para
jago iBu-lim terdapat Pat-Chiu-Sin-Liong sinaga sakti
berlengan delapan Toan Bok Cheng serta gadis berbaju hijau
yang cantik namun serius, disamping itu terdapat pula
sipendekar pincang Ciang Toa Hay beserta dua orang
muridnya. Lima orang itu berdiri berjejer didepan menghadang musuh
yang mengejar datang. Dibelakang mereka berdiri pula seorang jagoan berbaju
merah dan bersenjata Hwee-Lion-Pang dia bukan lain adalah
Sam-Yang-Sin-Tan sipeluru sakti Liong Koei Cang.
Sejak semula Be Boen Hwie sudah menanti disisi kalangan,
sewaktu melihat Siauw Ling berlari mendekat buru-buru
serunya ; "Cepat lari kemari, makanlah sedikit dan segera
beristirahat!" Siauw Ling lari ke arah depan, Toan Bok Ceng segera
menyingkir kesamping memberi jalan buat sianak muda itu
untuk menerjang masuh kedalam.
Buru-buru Be Boen Hwie membawa Siauw Ling berputar ke
dalam sebuah tikungan sambil berkata ;
"Cepatlah beristirahat dan makan...."
Mendadak ia menemukan darah membasahi tubuh sianak
muda itu, segera serunya tercengang;
"Kau terluka?" Ia tahu ilmu silat yang dimiliki Siauw Ling sangat lihay,
dalam pertarungan sengit yang terjadi di dalam
perkampungan Pek Hoa San Cung pun ia tidak terluka, tentu
saja menghadapi para pengejar yang tidak lihay, tak mungkin
ia bisa terluka. Mula2 ia anggap darah diatas tubuhnya merupakan darah
musuh yang mengotori bajunya namun setelah dilihat lebih
jauh ia merasa keadaan tidak beres, ia temukan diatas
punggung sianak muda itu terdapat sebuah mulut luka dan
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
darah mengucur keluar tiada hentinya dari sana.
Siauw Ling merasakan sepasang kakinya jadi lemas, buruburu
ia gunakan pedang untuk menahan tubuhnya, dan perlahan-
lahan duduk ke atas tanah.
Ternyata setelah Be Boen Hwie mengungkap soal luka,
Siauw Ling baru sadar bahwa darahnya sudah banyak yang
mengalir keluar, maka setelah ketegangan mengendor
pertahanan badanpun jadi lemah.
Pada waktu itu para jago sama2 beristirahat sambil
bersantap mereka berharap kesehatan serta kekuatan mereka
cepat pulih kembali seperti sedia kala sehingga daya tempur
didapatkan kembali. Berita terlukanya Siauw Ling dengan cepat tersiar keluar,
mula2 Kiem Lan yang datang menghampiri sambil bertanya
dengan nada cemas ; "Beratkah lukamu?"
"Aah tidak mengapa!"
"Siangkong, kau harus menanggung keselamatan kami
semua, maka kau harus baik2 menjaga kesehatan badan,
dimanakah letak mulut lukamu" cepat bawa kemari, biarlah
kubalut dan beri obat!"
"Kalau begitu aku harus merepotkan dirimu" seru Siauw
Ling sambil per-lahan-lahan putar badan.
Menyaksikan mulut luka yang terbentang diatas
punggungnya sangat dalam, Kiem Lan semakin kuatir, diam2
ia berdoa ; "Semoga saja jangan sampai melukai jantung atau
tulangnya...." Dengan sapu tangan ia segera membalut mulut luka itu
dengan teliti dan seksama.
Dalam pada itu para jago yang sedang beristirahat sama2
menghampiri sianak muda itu tatkala mereka mendengar
berita tersebut. Menyaksikan kekuatiran semua orang, Siauw Ling malahan
merasa kurang tenteram, ia segera berseru ;
"Pada saat ini waktu berharga bagaikan emas, setiap saat
kemungkinan besar kita akan bergebrak melawan para jago
dari perkampungan Pek Hoa San Cung, luka yang cayhe derita
lirih sekali dan tak perlu cuwi kuatirkan...."
Tiba-tiba ia tidak menemukan Sun Put Shia ada diantara
para jago, wajahnya nampak tertegun.
Menyaksikan perubahan air muka Siauw Ling, Kiem Lan
tercengang. "Siangkong, bagian mana yang kurang beres?" segera
tegurnya. "Apakah cuwi sekalian tidak berjumpa dengan Sun Put Shia
Loocianpwee"...." tanya sianak muda itu seraya putar sinar
matanya ke atas wajah Be Boen Hwie.
Para jago tertegun dan saling berpandangan dengan mulut
melongo. Ternyata di dalam keadaan lapar, dahaga dan lelah para
jago tiada berkesempatan untuk memikirkan orang lain, maka
mereka tidak tahu sejak kapan Sun Put Shia melenyapkan diri.
"Ilmu silat yang dimiliki pengemis tua ini lihay sekali" ujar
Suma Kan cepat, "Aku rasa tak mungkin ia jumpai mara
bahaya. cuwi sekalian tak perlu terlalu menguatirkan
keselamatannya!" "Aaaai.... namun luka dalam yang ia derita sangat parah!"
Terdengar jeritan ngeri berkumandang datang seorang
lelaki kekar berusia tiga puluh tahunan dengan tangan kanan
mencekal pedang, seluruh badan berlepotan darah buru-buru
lari mendekat, Sang Pat segera loncat bangun, tangan kanannya
berkelebat cepat menotok dua buah jalan darah dibahu kiri
orang itu. Siauw Ling berpaing, ia segera kenali orang itu sebagai
murid pendekar pincang Ciang Toa Hay. ketika itu sebuah
lengan kirinya sudah dibabat orang sampai putus dua bagian,
meskipun Sang Pat telah menotok dua buah jalan darahnya
untuk menghentikan darah yang mengalir keluar namun darah
segar masih mengucur keluar tiada hentinya.
Dengan pedangnya orang itu menahan sang tubuh yang
hendak roboh ke atas tanah, lalu ujarnya.
"Suhu memerintahkan cayhe untuk beri kabar kepada cuwi
sekalian, harap kalian segera berangkat sebab bala bantuan
dari pihak perkampungan Pek Hoa San Cung makin lama
datang semakin banyak, walaupun suhu serta Toan Bok
Loocianpwee telah mempertahankan kedudukan dengan
segenap tenaga, namun disebabkan lebih lama, harap cuwi
sekalian cepat-cepat berangkat...."
Sehabis mengucapkan kata2 itu, ia tak kuat menahan diri
dan segera roboh ke atas tanah.
Para jago adalah tokoh2 Bulim nomor wahid, selesai
bersantap dan beristirahat sejenak, semangat serta tenaga
merekapun telah pulih kembali seperti sedia kala.
Be Boen Hwie tampil kedepan membopong lelaki itu
kemudian berseru ; "Siapakah diantara cuwi sekalian membawa obat luar luka
yang mujarab?" "Aku sipencuri tua punya obat tersebut" jawab Sipencuri
Sakti Siang Hwie sambil maju kedepan dengan langkah lebar,
dari sakunya ia ambil keluar obat luka luar, merobek secarik
kain lalu membalutkan luka orang itu.
Jago-jago yang hadir ketika itu, sebagian besar merupakan
pentolan2 Bulim satu daerah, pada hari2 biasa mereka
berwatak tinggi hati dan sombong, jangan harap mereka suka
mengobati luka orang dengan turun tangan sendiri.
Namun situasi pada saat ini jauh berbeda, hal mana
membuat manusia nagkuh itu punya perasaan menanggulangi
bencana bersama, mereka sudah melupakan soal nama,
kedudukan serta tabiatnya yang angkuh.
Tampak Hong Coe menghampiri seraya berkata ;
"Be-ya, serahkan saja orang menderita luka parah ini
kepada budak!" Menyaksikan kekompakan serta rasa gotong royong dari
para jago Be Boen Hwie segera mendongak dan tertawa
terbahak2. "Haaaa.... haaa.... seandainya para jago dikolong langit bisa
bersatu padu dan bekerja sama semacam kita ini hari,
sekalipun silat Shen Bok Hong sepuluh kali lipat lebih
hebatpun tak usah kita takuti lagi!"
Suma Kan yang selama ini membungkam disisi kalangan
tiba-tiba ambil keluar senjata gelang emasnya dan berseru ;
"Siapakah diantara cuwi sekalian suka mengikuti siauw-te
untuk pergi menghadang datangnya bala bantuan dari pihak
musuh?" "Aku sipencuri tua akan mengiringi kehendakmu!" sahut
Siang Hwie. Mereka berdua segera enjotkan badan dan berlalu untuk
membantu para jago bertempur melawan musuh.
Sepeninggalnya kedua orang itu Be Boen Hwie angkat
kepala memandang sekejap situasi disekeliling tempat itu, lalu
ujarnya. "Kurang lebih lima li didepan sana, cayhe telah mengatur
persiapan jebakan kedua, asal kita bisa melanjutkan
perjalanan sejauh lima li lagi maka kita bakal bertemu dengan
para jago yang telah dipersiapkan di pos kedua itu...."
JILID 25 Bala bantuan dari perkampungan Pek Hoa San Cung
mengalir datang tiada hentinya, sela Sang Pat. "Meskipun
Toan Bok Cheng sinaga sakti berlengan delapan serta Ciang
Toa Hay sipendekar pincang sekalian telah dibatnu oleh Suma
Kan serta Siang Hwie, rasanya merekapun tak bisa bertahan
terlalu lama". "Tentang soal ini cayhe sudah bikin persiapan entah
bagaimana keadaan luka Siauw-heng" apakah sudah dapat
berjalan?" "Aaah, tidak mengapa" Kiem Lan nyeletuk, "Seandainya ia
tak sanggup berjalan sendiri, biarlah kugendong...."
"Tak usah merepotkan dirimu" seru Siauw Ling sambil
meloncat bangun dari atas tanah. "Luka kecil diluar kulit ini
tidak terhitung seberapa!"
"Siauw-heng, kau harus berjaga diri demi keselamatan
seluruh umat Bu-lim dikolong langit, jangan terlalu
memaksa...." kata Be Boen Hwie memperingatkan.
"Tidak perlu dikuatirkan!" dengan langkah lebar ia lantas
maju kedepan. Sang Pat serta Kiem Lan dengan cepat membuntuti disisi
kiri dan sisi kanan sianak muda itu.
Suara bentakan keras serta jeritan ngeri berkumandang
datang tiada hentinya, jelas pertarungan sengit yang
berlangsung antara kedua belah pihak berjalan dengan amat
serunya. Walaupun Siauw Ling ada maksud untuk putar badan
memberi bantuan kepada para jago, namun luka
dipunggungnya terasa amat sakit sekali, sadarlah sianak muda
ini bahwa ia tak punya tenaga untuk bertempur lebih jauh, tak
terasa sambil menghela napas panjang lambat2 melanjutkan
perjalanan ke arah depan.
Dalam sekejap mata lima li sudah dilewati, dihadapan
mereka terbentang sebuah jalan raya yang melintasi sebuah
selat sempit dijepit oleh dua buah bukit yang menjulang tinggi
keangkasa didepan mulut selat berdiri seorang lelaki kekar
bercambang. Siauw Ling kenali orang itu sebagai Lam-Ih Poh Thian
Seng. "Poh-heng, apakah semua persiapan telah selesai?" tegur
Be Boen Hwie sambil maju kedepan dan menjura.
"Semua persiapan telah selesai, silahkan Be-heng serta
cuwi sekalian beristirahat ditikungan bukit sana, kami telah
siapkan makanan buat cuwi semua serta kuda2 jempolan
sebagai ganti kaki".
"Aaah, ternyata mereka sudah bikin persiapan yang
cermat" pikir Siauw Ling diam2. "Entah rencana siapa ini....".
Sementara masih berpikir, para jagopun telah melewati dua
buah bukit yang tinggi dan menembusi selat sempit tersebut,
setelah melewati selat tadi pemandangan secara tiba-tiba
berubah. Tampaklah dihadapan mereka terbentang sebuah tanah
rumput yang sangat luas, ringkikan kuda berkumandang tiada
hentinya. Tidak salah lagi disitu benar2 sudah tersedia
puluhan ekor kuda jempolan lengkap dengan pelananya.
"Silahkan Siauw-heng serta cuwi sekalian beristirahat
sebentar ditempat ini" bisik Be Boen Hwie lirih. "Siauw-te akan
menyambut para jago yang sedang mengundurkan diri dari
pos pertama". "Setelah beritirahat beberapa waktu, siauw-te merasa
kesehatan badanku telah pulih kembali, aku siap mengikuti
Be-heng berangkat kesitu" sambung Siauw Ling.
"Kami telah siapkan tanda yang saling berhubungan tak
usah kita lari balik lagi kesana, siauwte tidak berani
merepotkan diri Siauw-heng"
"Aaaai.... demi aku Siauw Ling cuwi sekalian harus
bertempur mati2an, mana boleh aku tetap berpeluk tangan
belaka?" "Tetapi luka Siauw-heng...."
"Tak usah kau kuatirkan!"
Be Boen Hwie merasa kurang leluasa untuk menghalangi
niatnya lagi, terpaksa ia menyahut ;
"Boleh, boleh saja kalau Siauw-heng ingin turun melihat
keadaan, namun lebih baik jangan turun tangan."
"Cayhe akan ikut berangkat guna melindungi toako" seru
Sang Pat sambil bangun berdiri.
Sebetulnya Siauw Ling ingin mencegah, namun
menyaksikan ketulusan hatinya terpaksa ia membungkam.
Demikian tiga orang itu segera lari kemulut selat, dimana
situasi-pun telah berubah sama sekali.
Ketika itu dimulut selat telah bertambah dengan empat lima
orang jago bersejatakan terhunus.
Sekilas memandang para jago disana, Siauw Ling segera
kenali hampur separuh dari antara mereka.
Pemuda ganteng berpakaian berkabung yang ada dipaling
kiri mencekal sebilah pedang yang panjangnya tidak sampai
dua depa, dia bukan lain adalah putra dari ciangbunjien Thay-
Khek-Boen aliran Selatan yang tersohor akan ilmu pedang
Hwee-Hong-Cap-Pwee-Kiam, Sak Hong Sian adanya.
Disisi Sak Hong Sian berdiri seorang kakek berusia lima
puluh tahunan yang berdiri dengan angker, dia bukan lain
adalah Tiam Koen dari perguruan Thay-Kek-Boen aliran
selatan pula. Kemudian adalah seorang kakek berbaju yang menyoren
pedang, secara lapat2 Siauw Ling kenali orang itu sebagai
Tang Kong Seng dari perguruan It-Heng-Boen.
Orang yang paling kiri dan berdiri disisi Poh Thian Seng
punya perawakan tinggi besar, wajahnya merah dan
dipinggangnya tersoren palu berantai perak. membawa
gendewa serta anak panah, dia bukan lain adalah sin-Ciam-
Ceng-Kan-Koen, sipanah sakti yang menggetarkan jagad Tong
Goan Khie. Kecuali lima orang jago yang menghadang di depan selat,
dibalik batu karang sisi bukit tampak bayangan manusia
berkelebat kesana kemari jelas disanapun sudah siap jagojago
lihay. Suatu ingatan berkelebat dalam benak Siauw Ling pikirnya ;
Kiranya mereka bersembunyi dibalik semak belukar
dibelakang dinding bukit itu tidak aneh kalau aku tak berhasil
menemukan jejak mereka. Tong-heng silahkan melepaskan tanda rahasia dan panggil
mereka agar segera mengundurkan diri" seru Be Boen Hwie.
Tong Goan Khie mengiakan ia ambil keluar anak panah lalu
dipasang diatas gendewa kemudian melepaskan panah
bersuara tersebut ketengah angkasa.
Bluumm....! tatkala anak panah tadi meluncur keangkasa
mendadak meledak dan menciptakan segulung asap berwarna
putih. Orang perkampungan Pek Hoa San Cung bertempur
dengan cara mengerubut, harap cuwi sekalian tak usah
sungkan2 dan turun tangan keji terhadap mereka, bisa
membunuh seorang binasakan orang2 itu!" seru Be Boen Hwie
lagi dengan suara berat.
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ehmm, aku tahu," Poh Thian Seng mengangguk. "sialhkan
Be-heng beristirahat, persoalan ditempat ini tak perlu anda
kuatirkan akan kami selesaikan sekuat tenaga."
"Baiklah siauwte hanya akan menonton dari balik batu
karang pokoknya aku tidak bakal turun tangan!"
"Kalau begitu silahkan mengikuti Siauwte?"
Tiba-tiba orang she Poh itu angakat tangannya ke atas
kepala dan membuat kode satu lingkaran.
Para jago yang sedang menhadang ditengah jalan dengan
cepat menggeserkan tubuhnya masing-masing bersembunyi
dibalik semak belukar dibelakang batu karang itu.
Siauw Ling serta Sang Pat mengikuti dibelakang Be Boen
hwie, dibawah petujuk Poh Thian Seng langsung menuju ke
belakang batu karang di sebelah kanan bukit.
Kiri kanan serta muka belakang batu karang itu penuh
tumbuh rumput lebat sehingga tempat tersebut amat rahasia
dan tertutup, lagi pula medan penglihatan dari atas sangat
luas. Baru saja beberapa orang itu menyembunyikan diri
tampaklah empat ekor kuda laksana kilat berlari mendekat.
"Aaah mereka telah berhasil menerobos hadangan2 yang
kita pasang pada pos pertama...." seru Be Boen Hwie dengan
suara lirih. "Kalau begitu bagaimana kalau kita lukai dahulu beberapa
orang diantara mereka agar orang itu tahu rasa?"
Ia pertinggi suaranya dan melanjutkan.
"Tong-heng orang2 yang ada diatas kuda merupakan boesu
dari pekampungan Pek Hoa San Cung harap Tong-heng tak
usah sungkan2 dalam melancarkan serangan."
Dari situasi yang dihadapinya ini, Siauw Ling mengerti
dalam kelompok Bu-lim lapisan kedua ini Poh Thian Seng-lah
pemimpinnya. Sementara ia berpikir, desiran anak panah menderu2, boesu
yang berada dikuda pertama mendadak menjerit ngeri dan
roboh ke atas tanah "Gelar sipanah sakti dari Tong Goan Khie benar2 bukan
nama kosong belaka" puji Siauw Ling dalam hati. "Jarak
sejauh inipun masih bisa dicapai dengan anak panahnya
begitu hebat. Desiran tajam berkumandang tiada hentinya, kembali
beberapa batang anak panah menembusi angkasa meluncur
kedepan. Agaknya para boesu diatas kuda itu sudah waspada,
mereka segera menyebarkan diri dan menerjang kedepan.
Kendati reaksi mereka cukup cepat dalam menghadapi
situasi tersebut, tak urung mereka terlambat juga selangkah,
kembali seorang lelaki kekar roboh terjengkang dari atas kuda
termakan anak panah itu. Dua orang penunggang terakhir dari perkampungan Pek
Hoa San Cung itu sama sekali tidak dibikin gentar karena
menyaksikan rekannya terluka, bukannya mundur mereka
malah melarikan kudanya semakin kencang untuk menerjang
datang. "Be-heng, harap kau suka menonton jalannya pertarungan
dari sini, siauw-te akan turun tangan menghadang musuh itu"
bisik Poh Thian Seng. "Poh-heng, silahkan melaksanakan tugasmu!"
Poh Thian Seng tersenyum, ia loncat turun dari tempat
persembunyiannya dan langsung menuju kemulut selat.
Dalam pada itu dari balik semak belukar di belakang batu
cadas secara beruntun para jago munculkan diri dan
menghadang jalan pergi boesu2 tersebut.
Sak Hong Sian ciangbunjien dari pergurunan Thay-Khek-
Bun aliran selatan turun tangan lebih dahulu pedang
pendeknya dikebaskan langsung menyerang seseorang yang
ada disebelah kiri. Serangannya dilancarkan cepat laksana kilat cahaya pedang
berkelebat memenuhi angkasa.
Orang yang ada diatas kuda adalah seorang lelaki berbaju
serba hijau, melihat datangnya serangan dia tarik kudanya
untuk menghindar, kemudian ambil kesempatan itu dia cabut
keluar golok Yan Ling-to yang tersoren di punggungnya.
Serangan pertama mengenai sasaran kosong Sak Hongsian
melancarkan serangan yang kedua.
Ternyata ilmu silat yang dimiliki lelaki berbaju hijau itu tidak
lemah goloknya segera disabet ke luar sehingga membawa
deruan angin tajam terjadilah suatu pertarungan yang seru
melawan Sak Hong Sian. Pemuda she Sak itu melancarkan babatan berulang kali
namun mereka tetap mempertahankan posisi sama kuat hal ini
membuat hatinya sangat gelisah pedangnya diputar semakin
kencang. Terdengar Tiam Koen berbisik lirih, Ilmu silat aliran Thay
Kheh Bun kami mengutamakan tenang menghadapi gerak
apabila Ciangbunjien bernapsu dan mengikuti emosi maka hal
ini merupakan suatu pelanggaran besar terhadap pantangan
perguruan kami. Tidak salah lagi setalah Sak Hong-sian menjadi tenang dan
bertarung dengan hati mantap serangan pedangnya tampak
semakin dahsyata dan semakin membahayakan.
Beberapa kali lelaki berbaju hijau itu ingin turun dari
kudanya namun setiap kali kena dipaksa oleh ujung pedang
Sak Hong-sian sehingga tak mungkin baginya untuk turun.
Dikala Sak Hong-sian untuk turun tangan Tang Kong-seng
dari It-Heng-bun pun ikut turun tangan menyerang lelaki lain
dari perkampungan Pek Hoa San Cung itu.
Tang Kong-seng seorang jago kawakan yang punya banyak
pengalaman dalam menghadapi serangan musuh serangan2
yang dilontarkan mengandung kekerasan diantara kelembutan
inilah letak keistimewaan dari ilmu silat perguruan It-Heng
Boen. Setelah bergebrak puluhan gebrakan dua orang lelaki
berbaju hijau itu mulai tak sanggup mempertahankan diri Sak
Hong-sian mendapat hasil lebih dahulu, sekali tusuk ia lukai
kuda jempolah milik lawannya.
Kuda itu terluka dan meringkik panjang sepasang kaki
depan pun segera diangkat ke atas.
Lelaki berbaju hijau itu babat goloknya dengan jurus Lek
Peng Thian Lam atau mendobrak hancur langit selatan, ia
tutup tubuh sendiri rapat2 kemudian loncat turun dari atas
kuda. Tentu saja Sak Hong Sian tidak akan membiarkan dia
meloloskan diri, badannya maju mendesak, pedangnya
menangkis miring babatan golok lawan kemudian telapak
kirinya diayun kemuka. Serangan ini datangnya tepat pada saatnya, baru saja lelaki
itu meloncat turun dari atas kuda dan belum mencapai
permukaan tanah, serangan sianak muda itu sudah meluncur
tiba. Bruuk.... dengan telah serangan tadi bersarang diatas
punggung sebelah kiri lelaki itu.
Terdengar orang itu mendengus berat, tak kuasa badannya
roboh kedepan. Sak Hong Sian meloncat kedepan mengirim sebuah
tusukan, ujung pedangnnya segera menembusi dadanya,
darah segar mengucur keluar dengan derasnya membasahi
lantai, suatu tendangan susulan membuat mayat lelaki tadi
mencelah jauh dari sisi kalangan.
Pada saat itu Tang Kong Seng telah mengeluarkan jurus
ampuh perguruan It Heng Bun-nya yaitu jurus "Cion-Lang-
Tiap-Poo" atau ombak menggulung riak membuih, cahaya
pedang berlapis-lapis menyilaukan mata seketika itu maka ia
membelah tubuh lelaki jadi dua bagian.
Beberaoa orang itu mempunyai dendam sakit hati sedalam
lautan dengan Shen Bok Hong, maka dari itu terhadap setiap
anggota perkampungan Pek Hoa San Bung merekapun
membenci sampai merasuk ke tulang, setiap serangan
dilancarkan pasti keji dan telengas.
Ketika kedua orang itu berhasil membinasakan musuh2nya,
dari atas jalan raya melayang datang enam tujuh sosok
bayangan manusia dengan cepatnya.
Dibelakang bayangan manusia itu dengan kencang
mengikuti puluhan orang Boesu berbaju hitam.
Orang yang melarikan diri paling depan tiada hentinya
melepaskan senjata rahasia untuk menghadang pengejaran
boesu2 berbaju hitam itu.
Tong Goan Khie segera pentang gendewa melepaskan anak
panah, dalam sekejap mata tiga orang Boesu berbaju hitam
telah roboh binasa termakan anak panah tersebut.
Beberapa saat kemudian, para jago telah makin mendekati
mulut selat pos kedua. Siauw Ling yang bersembunyi dibelakang batu dapat
melihat Ciang Toa Hay serta Toan Bok Cheng telah berubah
jadi manusia darah, Sam-Yang-Sin-Tan sipeluru sakti Liok Koei
Cang dengan tangan kanan membawa senjata Hwie-Liong
Pang, lengan kirinya telah basah oleh darah, agaknya iapun
menderita luka yang sangat parah.
Dalam keadaan terluka sinaga sakti berlengan delapan
Toan Bok Cheng masih melepaskan juga senjata rahasianya
untuk menghadang jalan maju musuh2 itu.
Sigadis berbaju hijau yang berwajah dingin dan agung itu,
saat ini keadaannya mengerikan, rambut panjangnya terurai
dan seluruh badannya penuh berlepotan darah.
Disamping itu terdapat pula seorang pemuda berusia dua
puluh tahunan yang bersenjatakan pedang, agaknya pahanya
terluka sehingga sewaktu berlari lagaknya mirip sedang melompat2.
Suma Kan serta Siang Hwie berada dibarisan paling
belakang, sambil bertempur mereka mundur terus ke
belakang. Cukup ditinjau dari keadaan beberapa orang itu, jelaslah
sudah bahwa pertempuran yang barusan berlangsung tentu
amat mengerikan. Poh Thian Seng menyingkir kesamping memberi jalan lewat
buat Ciang Toa Hay sreta Toan Bok Cheng sekalian lewat,
kemudian membentak keras dan lintangkan badannya
menghadang jalan pergi boesu2 dari perkampungan Pek Hoa
San Cung itu. Empat lima orang boesu yang sedang melakukan
pengejaran segera berhenti mereka terperanjat tatkala
menyaksikan dihadapan mereka kembali muncul hadangan
para jago-jago tangguh. Poh Thian Seng mendongak, ia temukan boesu berbaju
hitam yang berkumpul disitu makin lama semakin banyak,
dalam sekejap mata puluhan orang sudah berkumpul disitu,
dari tempat kejauhan pun debu mengepul, agaknya terdapat
ber-puluh2 ekor kuda sedang berlari mendatang.
Dalam pada itu Tong Goan Khie sudah masukkan kembali
gendewa serta anak panahnya, ia lepaskan senjata bandulan
berantainya siap menghadapi musuh.
Sak Hong Sian, Tang Kong Seng, Tiam Koen sekalian
berlima berdiri berjajar ditengah jalan, dengan begitu selat
yang lebarnya cuma beberapa tombak tadi seketika tersumbat
sama sekali. Dalam waktu singkat empat lima puluh orang Boesu
berbaju hitam telah berkumpul disana dengan senjata
terhunus, semua aneh sekali, mereka tidak segera
melancarkan serangan se-akan2 sedang menantikan sesuatu.
Siauw Ling yang dapat menyaksikan keampuhan serta
pengaruh perkampungan Pek Hoa San Cung diam2 menghela
napas panjang pikirnya, "Shen Bok Hong betul2 seorang manusia yang luar biasa,
cukup ditinjau dari keberhasilannya mendidik boesu begitu
banyak apabila tidak memiliki kecerdikan serta kewibawaan
yang besar, mungkin sulit untuk melaksanakannya...."
Siauw Ling pernah bergebrak melawan boesu2 tersebut,
walaupun ilmu silat mereka ada yang lihay namun ada pula
yang cetek, tapi kalau ditarik kesimpulan mereka semua boleh
terhitung sebagai jago-jago kangouw kelas wahid.
Terlihatlah sewaktu Ciang Toa Hay serta Toan Bok Cheng
berhasil melewati pertarungan para jago dan berjalan doa
tombak lebih kedepan tiba-tiba mereka roboh terjengkang ke
atas tanah. Kiranya setelah melangsungkan pertarungan sengit
beberapa saat lamanya dan menderita luka parah dipelbagai
tempat, sebetulnya mereka berdua sudah tidak tahan, namun
dengan andalkan tenaga dalam hasil latihan sepuluh tahun
dengan paksakan diri mereka masih sanggup
mempertahankan diri, tetapi setelah lewat dari medan yang
penuh dengan bahaya, ketegangan merekapun semakin
mengendor, dalam keadaan seperti ini hawa murni segera
buyar dan merekapun roboh ke atas tanah.
"Aaaai.... sinaga sakti berlengan delapan Toan Bok Cheng
serta sipendekar pincang Ciang Toa Hay merupakan jago-jago
kelas satu dalam dunia persilatan yang punya nama terkenal,
sungguh tak nyana saat ini harus menderita luka seperah itu"
ujar Sang Pat sambil menghela napas panjang.
Sementara ia ada maksud bangun berdiri dan membopong
kedua orang itu menyingkir dari sana, tiba-tiba dari balik
semak disisi selat muncul dua orang lelaki kekar yang segera
membopong kedua orang tua itu masuk ke dalam rerumputan.
Dalam pada itu Sipadri pemabok serta pengemis kelaparan
yang bersemedi dibelakang bukit telah selesai dengan
latihannya, namun sewaktu menyaksikan luka yang diderita
Toan Bok Ceng mereka saling berpandangan dan menghela
napas sedih. "Luka yang diderita Siauw Ling tidak enteng" kata
Sipengemis kelaparan kemudian dengan suara lirih ; "Apabila
ia harus turun tangan lagi mungkin mulut lukanya akan pecah,
sejak pertarungan yang berlangsung barusan ini secara lapat2
kita bisa merasakan bahwa dia adalah satu satunya lawan
paling tangguh dari Shen Bok Hong, demi kesel'
amatan umat Bulim dikemudian hari, kita tak boleh
membiarkan dia sampai menderita lagi.
"Tidak salah!" Sipadri pemabok manggut sambil bangun
berdiri. "Kita harus pergi kesitu dan menasehati dirinya agar
jangan turun tangan lagi...."
Ia merandek lalu tertawa getir dan menyambung ;
"Aku rasa luka yang diderita Sun Put Shia. Tiang-loo dari
Kay Pang tidak enteng, cuma dikarenakan ia malu
memperlihatkan luka tersebut dihadapan para jago maka ia
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berlalu seorang diri. Aai....! semoga saja ia pandai
menyembunyian diri sehingga jejaknya tidak sampai
ditemukan oleh orang2 perkampungan Pek Hoa San Cung".
Sepanjang hidupnya entah sudah berapa banyak
pengalaman seram yang mereka jumpai, boleh dikata mereka
adalah jago kawakan yang banyak pengalaman, namun hati
mereka dibikin keder juga setelah mengalami pertempuran
sengit di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung.
Sipengemis kelaparan berpaling memandang sekejap ke
arah Giok Lan sekalian, lalu ia berseru ;
"Nona, harap kau suka baik2 merawat luka yang diderita
oleh dua orang itu!"
Habis berkata ia bangkit berdiri dan berlalu ber-sama2
sipadri pemabok. Sementara itu situasi diluar mulut selatpun kembali terjadi
perubahan, para bow-su berbaju hitam yang datang dari
perkampungan Pek Hoa San cUng telah membentuk sebuah
barisan didepan sana, namun barisan itu tidak segera
melancarkan serbuan sebaliknya se-akan2 sedang menunggu
kedatangan seseorang. Siauw Ling berpaling sekejap ke arah Be Boen Hwie lalu
ujarnya. "Be-heng, jumlah musuh jauh lebih besar daripada
kekuatan kita, tidak pantas kalau kita melawan dengan
kekerasan, lebih baik kita mencari sebuah akal bagus untuk
mengundurkan musuh tangguh itu?"
"Aaai....! kecuali anak murid Kay-pang serta partai Siauwlim
yang dapat mengimbangi kekuatan dari perkampungan
Pek Hoa San Cung mungkin partai lain tidak mempunyai
begitu banyak murid yang bisa memberi perlawanan terhadap
serangan2 mereka" bisik Be Boen Hwie sembil menghela
napas panjang. Maksud dari ucapan tersebut sudah jelas sekali, ia sudah
tidak punya keyakinan untuk kmerebut kemenangan dari
pertarungan yang bakal berlangsung nanti.
Teringat betapa ngeri dan berbahayanya situasi mereka
sewaktu bertempur setengah malaman dalam perkampungan
Pek Hoa San Cung diam2 Siauw Ling bergidik dia sadar
apabila Soen Put Shia tidak membantu dirinya niscaya lebih
banyak jago yang akan gugur dalam perkampungan tersebut
ia lantas menghela napas panjang.
Apabila Beheng dapat berusaha untuk menghubungi
partai2 besar dan ajak mereka untuk bekeraja sama
Sembilan partai besar memang bersumber dari satu aliran
namun pendapat tiap perguruan masing masing berbeda"
tukas Be Boen Hwie sambil menggeleng. Lagipula belum
sampai beberapa tahun Siauw-te berkelana dalam dunia
persilatan. Sembilan partai besar tidak akan pandang sebelah
matapun terhadap diri Siauw-te.
Sementara mereka masih berbicara, tiba-tiba dari balik
bukit melayang datang dua sosok bayangan manusia.
Dengan ketajaman mata Siauw Ling sekilas pandang ia
segera kenali orang itu sebagai Chan Yap Cheng dari partai
Bu-tong ia kenakan pakaian ringkas dengan sebilah pedang
tersoren di pinggang. Di samping kanan Chan Yap Ceng adalah seorang lelaki
kekar bercambang, bermata gede, berwajah persegi dan
sangat berwibawa, dia adalah pendekar kedua dari Tiong-Lam
siang-HIap Theng It Loei adanya.
"Siauw-heng, sudah kau lihat lelaki bercambang itu?" bisik
Be Boen hwie lirih. "Orang itu adlaah Theng It Loei pendekar kedua dari Tiong-
Lam-Siang-Hiap, sedangkan sianak muda yang jalan disisinya
pun bukan manusia sembarangan, diapun seorang pendekar
sejati" "Entah siapakah orang itu" apakah kau kenal?"
"Kenal, dia adalah sute dari Boe-Wie Tootiang Chan Yap
Cheng adanya!" "Ooouw....! kiranya Chan thayhiap, sudah lama suaiwte
mendengar nama besarnya".
"Kedatangan mereka berdua tentu hendak membantu kita
untuk menghadapi serangan musuh".
"Aku dengar antara partai Bu-tong dengan pihak
perkampungan Pek Hoa san Cung pernah mengikat tali
permusuhan?" "Tidak salah" "Perduli kedatangannya untuk membantu atau cuma
menonton, sudah sepantasnya kalau kita sambut
kedatangannya". "Tidak salah, memang seharusnya begitu".
Be Boen Hwie segera bangkit berdiri dan menyambut
kedatangan kedua orang itu dengan langkah lebar, setelah
menjura segera tegurnya. "Theng ji-hiap, selama berpisah apakah kau dalam keadaan
sehat saja" masih kenalkan dengan cayhe Be Boen Hwie?"
Theng It Loei balas memberi hormat lalu menjawab ;
"PErbuatan Be-heng masuh ke dalam perkampungan Pek
Hoa San cung, dewasa ini sudah tersiar keseluruh dunia
persilatan, keberanian serta kegagahanmu sungguh membuat
cayhe merasa kagum" "Aaai....! apabila dibicarakan sungguh menyesal sekali...."
"Haa.... haa.... haa.... orang lain mungkin tidak tahu akan
kelihayan perkampungan Pek Hoa San Cung, namun siauwte
mengetahui jelas akan hal ini. Be-heng dapat keluar dari
perkampungan Pek Hoa San cung dalam keadaan selamat dan
aman tenteram, bukan saja keberanian dan pengetahuan, ilmu
silatmu pun punya kehebatan melebihi orang".
"Aaai.... siauwte dapat keluar dari perkampungan Pek Hoa
San Cung dengan selamat, hal ini...."
"Haaa.... haa.... perduli dengan cara apapun Be-heng
berhasil meloloskan diri, yang jelas keluar dari perkampungan
Pek Hoa San Cung bukanlah suatu pekerjaan gampang"
kembali Theng It Loei menukas sambil tertawa tergelak.
Ia berpaling memandang ke arah Shan Yap Cheng lalu
menambahkan. "Saudara ini adalah adik seperguruan dari Boe Wie
Tootiang, ciangbunjien dari Bu-tonh-pay dewasa ini, Chan Yap
Cheng...." "Sudah lama cayhe mendengar nama besar Chang-heng
sungguh beruntung ini hari kita bisa saling berjumpa" Be BOen
Hwie segera menjura. "Sudah lama pula siauwte mendengar nama besar serta
kecerdikan dari Be Cong Piauw Pacu yang memimpin propinsi
Hoo-lam, Auw Pak, Auw Lam serta Kiang-sie, sudah lama pula
cayhe merasa kagum ; "Terima kasih, terima kasih."
Tiba-tiba suitan panjang yang berkumandang dari belakang
tubuh mereka memotong ucapan Be Boen Hwie yang belum
selesai diutarakan. Ketika berpaling, tampaklah para boesu berbaju hitam
berkumpul dimulut selat sama2 memisahkan diri jadi dua
bagian dan berdiri dengan wajah serius.
Tiga ekor kuda jempolan lambat2 berjalan melewati
kawanan Boe-su itu dan mendekati Poh Thian Seng sekalian.
Menyaksikan orang yang ada diatas kuda, Be Boen Hwie
sangat terperanjat sehingga tanpa sadar ia berseru ;
"Aaaah! Shen Bok Hong telah tiba...."
"Kami datang untuk membantu, biarlah pertempuran babak
pertama serahkan kepadaku" buru-buru Thang It Loei
menyambung, selesai berkata maju kedepan dengan langkah
lebar. "Gerakan Be-heng memasuki perkampungan Pek Hoa San
Cung telah menggetarkan seluruh dunia persilatan," bisik Chan
Yap Ceng lirih. "Su-hengku beserta beberapa orang jago dari
partai Siauw-lim sebentar lagi akan tiba disini, harap Be-heng
jangan putus asa dan patah semangat!"
Tanpa menunggu jawaban dari Be Boen Hwie lagi ia segera
berlalu mengikuti dibelakang Theng It Loei.
Mendengar kabar berita orang she be inipun berlega hati,
pikirnya, "Seandainya pihak Bu-tong serta Siauw-lim telah
kirim orang datang kemari, maka posisiku pun semakin kuat,
tak usah menguatirkan kekuatan musuh lagi...."
Pada waktu itu Chan Yap Ceng serta Theng It Loei telah
menggabungkan diri dengan rombongan Poh Thian Seng
sekalian, sejata dihunus dan menghadang ditengah jalan.
Be Boen Hwie segera lari masuk ke dalam barisan para
jago, dan bersiap sedia pula menghadapi segala kemungkinan.
Tampaklah Shen Bok Hong yang berperawakan tinggi besar
namun bongkok itu duduk diatas sebuah kuda berwarna putih
salju, sepasang matanya yang tajam per-lahan-lahan menyapu
sekejap para jago kemudian menegur, "Apakah Sun Put Shia
sipengemis tua itu berada disini?"
Para jago yang hadir dalam kalangan ini sebagian besar
tidak ikut bertempur di dalam perkampungan Pek Hoa San
CUng, maka tak seorangpun dapat menjawab pertanyaan itu.
Be Boen Hwie tertawa dingin.
"Kau menanyakan tentang Sun Loo cianpwee?" jengeknya.
"Karena ada urusan ia sudah pergi, apabila Shen cungcu ada
urusan katakan saja kepada diri cayhe".
Sinar matanya menyapu ke arah dua orang jago yang ada
dibelalkang Shen Bok Hong, mereka adalah si kakek hitam dan
si kakek putih atau bukan lain adalah sepasang kakek hitam
putih dari gunung Tiang-pek-san yang ada dipropinsi Kwangtong.
Nama besar Hek-Pek-Jie-Loo sudah tersohor diluar
perbatasan, ilmu silatnya sangat lihay dan disegani orang,
namun bagi jago kangouw jarang ada kenal akan mereka,
kecuali Be Boen Hwie yang pernah berjumpa dengan mereka
sewaktu ada di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung.
"Kau bukan tandinganku" dengus Shen Bok Hong sambil
tertawa dingin. "Aku hendak cari pengemis tua itu untuk bikin
perhitungan". Mendadak Poh Thian Seng cabut keluar senjatanya dan
membentak, "Perduli siapapun yang hendak kau cari, jangan
harap bisa melewati tempat ini sebelum melangkahi mayatku".
"Dengan andalkan kekuatan cuwi sekalian, kamu ingin
menghalangi jalan pergi aku orang she Shen?" ejek Shen Bok
Hong sambil tertawa sinis.
"Shen Bok Hong, jangan sombong dulu, walaupun ilmu
silatmu lihay belum tentu semua orang jeri kepadamu" hardik
Theng It Loei dengan gusarnya.
"Tiam Jie-hiap usiamu benar2 amat panjang" jengek Shen
Bok Hong sambil melirik sekejap ke arah Tiam It Loei.
Diluaran meski Tiam It Loei bicara ketus namun dalam hati
iapun paham bahwasanya Shen bOk Hong memiliki ilmu silat
yangluar biasa dahsyatnya seandainya ia disuruh satu lawan
satu maka tidak sampai sepuluh gebrakan mungkin ia sudah
keok.... Tidak menanti orang she Tiam itu buka suara sinar mata
Shen Bok Hong telah dialihkan ke atas wajah Be Boen Hwie
dan berkata lebih jauh, Aku orang she Shen dengar,
pertarungan sengit yang telah terjadi di dalam perkampungan
Pek Hoa San Cung kali ini adalah muncul dari rencana kau
orang she Be entah benarkah kabar berita yang tersiar luas
ini. "Kalua benar kenapa?"
Shen BOk Hong tertawa hambar.
Walaupun berita yang tersiar diluaran mengatakan
demikian namun aku orang she Shen merasa rada sangsi...."
sahutnya. Ia tertawa nyaring, dan sambungnya lebih jauh.
Bukannya aku orang she Shen terlalu pandang rendah kau
Be Boen Hwie tapi aku percaya Be Thay-hiap tidak bakal
memiliki kemampuan sedahsyat itu coba bayangkan saja Soen
Put Shia pun tidak mampu kalau dugaan aku orang she Shen
tidak salah pengemis tua itu semestinya sudah menderita luka
parah. Ucapan ini membuat Be Boen Hwie terperanjat diam2
pikirnya ; Orang ini sungguh lihay apa yang diduga ternyata tepat
sekali. Terdengar Shen Bok Hong tertawa panjang dengan nada
yang amat dingin, lalu sambungnya lagi, Aku tahu diantara
kalian semua pasti ada seorang jago yang memiliki ilmu silat
sangat lihay bukan saja cuwi sekalian bukan tandingannya
bahkan Soen Put Shia pun jeri tiga bagian terhadap dirinya
kedatangan aku orang she Shen bukan lain adalah ingin
menjumpai jago tersebut. Poh Thin-seng sekalian belum tahu bagaimana ngeri dan
seramnya pertarungan yang terjadi dalam perkampungan Pek
Hoa San Cung tapi tatkala mereka dengar bahwasanya Soen
Put Shia si Tiangloo dari Kay pang yang sudah lama
mengundurkan diri dari dunia persilatanpun ikut serta di dalam
pertempuran tersebut, hati mereka sudah dibikin terkejut kini
mendengar pula bahwa ada seseorang memiliki ilmu silat jauh
diatas Sun Put Shia, hati mereka semakin terperanjat lagi
dibuatnya. Tampak Be Boen Hwie termenung sejenak lalu bertanya ;
"Shen toa cungcu, dapatkah kau menebak siapakah orang
itu?" Ucapan ini sama artinya telah mengakui kebenaran dari
ucapan Shen Bok Hong tadi, maka para jago sama2 jadi
melengak. "Benarkah terdapat seorang jagoan yang demikian
lihaynya?" pikir mereka hampir berbareng.
"Walaupun cayhe tidak tahu nama dari orang itu, tapi aku
duga ia telah menyusup ke dalam perkampungan Pek Hoa San
Cung kami dengan jalan menyaru!" jawab Shen Bok Hong
dingin. "Heeh.... heeh.... aku tidak percaya kalau Shen Toa Cungcu
benar2 tidak tahu". "Tahu atau tidak rasanya bukanlah suatu persoalan yang
penting, masalah yang paling pentig pada saat ini adalah
menyuruh orang itu segera munculkan diri untuk menemui
aku orang she Shen".
"Apabila Shen Toa Cungcu tahu tapi tak mau utarakan
keluar, aku lihat lebih baik tak usah menemui dia lagi!"
Shen Bok Hong tersenyum mengejak, ia sapu sekejap
wajah para jago yang berbaris rapi dihadapannya lalu berkata!
"Apakah cuwi sekalian benar2 ada maksud untuk bergebrak
melawan aku orang she Shen?"
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Seandainya Shen Toa Cungcu tidak dengarkan nasehat
kami, terpaksa kami harus melakukan kesalahan!" timbrung
Chen Yap Cing tiba-tiba. Sinar mata Shen Bok Hong berkilat, ia sapu sekejap wajah
jago Bu Tong Pay itu lalu menegur, "Suhengmu Boe Wie
Tootiang apakah ikut datang kemari?"
Ucapan tersebut diam2 membuat Ceng Yap Cing kagum,
batinnya. "Sungguh tajam pandangan mata orang ini ia betul2
manusia luar biasa hanya sekali bertemu dengan aku ternyata
sampai sekarang ia masih ingat asal usulku!"
Sementara otaknya masih berputar, tiba-tiba terdengar
suara pujian kepada Budha berkumandang datang.
Dalam sekejap mata tampaklah seorang tootiang
menggembol pedang dengan diiringi dua orang hweesio
berjubah warna putih berjalan mendekat dengan langkah
lebar. Toojien itu berwajah angker dan gagah, dia bukan lain
adalah jie suheng dari Cheng Yap Cing, yaitu Im Yang-cu
adanya. Sedang dua orang padri yang mengikuti dibelakang adalah
seorang kakek tua serta seorang lelaki berusia empat puluh
tahunan. Sang padri berusia empat puluh tahunan itu memanggul
sebuah poo-thung dan berjalan dengan langkah gagah,
sedang sang hweesio yang sudah berusia lanjut dengan
pejamkan sepasang matanya serta merangkap tangannya
didepan dada berjalan dibelakang Im Yang-cu.
Sungguh cepat langkah kaki dari dua orang padri serta
seorang toojien itu, dalam sekejap mata mereka sudah tiba di
dalam barisan para jago. Terlihatlah padri tua itu mengedipkan matanya lalu
menghardik dengan nada berat ;
"Shen Toa cuncu. masih ingatkah kau dengan seorang
sahabat lama yang pernah kau temui dua puluh tahun
berselang?" Shen Bok Hong melirik sekejap ke arah padri tua itu,
mendadak wajahnya berubah hebat.
"Kau belum mati?" serunya tertahan.
"Omintohud, kali ini pinceng telah membuat kecewa
harapan Shen Toa Cungcu".
Walaupun dengan peristiwa lampau terpaut dua puluh
tahun lamanya tapi aku orang she Shen percaya pada saat ini
masih punya kemampuan untuk mencabut jiwamu".
Dua puluh tahun berselang loolap nyaris lolos dari
cengkeraman mautmu apabila dua puluh tahun kemudian
loolap harus mati juga ditanganmu maka akan kuanggap hal
ini sebagai takdir. Shen Bok Hong tertawa dingin mendadak dia berpaling ke
arah Hek Pek Jie-loo dan membisikkan sesuatu dengan nada
lirih. Ucapan itu dikirim dengan ilmu menyampaikan suara oleh
karena itu para jago cuma melihat Hek Pek Jie-loo
mengangguk tiada hentinya namun tak mendengar apa yang
diucapkan Shen Bok Hong kepada mereka.
Dalam pada itu Be Boen Hwie pun segera diam2 memeriksa
keadaan situasi ditempat itu berhubung dengan hadirnya
rombongan Cheng Yap Cing serta Im Yang-cu sekalian maka
kekuatan dipihak para jago semakin bertambah kuat ia sadar
bahwa dengan ekuatan yang mereka punyai sekarang sudah
mampu untuk membendung serbuan dari Shen Bok Hong
maka hatinya para jago jadi lega.
Kini pihak Bu-tong serta Siauw-lim telah terjunkan diri ke
dalam kancah ini pikirnya di dalam hati. "Aku rasa partai2
besar lainnya sudah mulai sadar dengan keadaan situasi yang
mereka hadapi sekarang, seandainya sembilan partai besar
dapat bersatu padu dan melawan Shen Bok Hong dengan
segenap tenaga, meski perkampungan Pek Hoa San Cung
penuh dengan manusia pandai, rasanya kamipun tak usah
jeri...." Pada saat itulah, mendadak dari tempat kerjauhan
berkumandang datang dua buah suitan nyaring yang tinggi
melengking menembusi angkasa disusul suara gembrengan
yang dipukul ber-talu2 memecahkan kesunyian.
Ditengah siang hari bolong, suara suitan serta gembrengan
itu kedengaran bagitu ngeri dan menyeramkan....
Dalam pada itu Siauw Ling yang bersembunyi ditempat
yang tinggi dapat menyaksikan seluruh perubahan dalam
kalangan dengan jelas, iapun segera berpikir ;
"Seandainya dua orang padri itu bisa membendung Shen
Bok HOng dan Im Yang-cu serta Tiam It Loei bisa
membendung Hek Pek Jie-loo dari luar perbatasan, rasanya
dengan kekuatan para jago yang dibantu Cheng Yap Cing
masih cukup mampu untuk membendung boesu2 berbaju
hitam itu...." Mendadak suara suitan serta gembrengan kembali
berkumandang datang. Si Sie-poa emas Sang Pat yang selama ini selalu
mendampingi Siauw Ling segera berbisik lirih, "Sungguh aneh
sekali, perkumpulan Sin Hong Pay yang selamanya bergerak
dikala malam telah tiba, kenapa kali ini munculkan diri
ditengah siang hari bolong?"
Tatkala mereka berpaling, terlihatlah empat lelaki kikar
sambil menggotong sebuah patung arca yang tinggi besar dan
berwajah bengis telah muncul disana.
Didepan patung arca berwajah bengis itu berjalan empat
orang lelaki berbaju hitam yang masing-masing orang
membawa sebuah gembrengan itu tiada hentinya.
Suara gembrengan itu panjang dan berat mendatangkan
perasaan sedih dan tidak tentram bagi yang mendengarkan.
Sinar mata Siauw Ling dialihkan ke arah belakang patung
arca berwajah bengis itu, tampaklah dibelakang patung
tersebut mengikuti ber-puluh2 orang jago yang tinggi pendek
itu. Seumpama pihak Sin-Hong Pay punya suatu gerakan yang
harus dikerjakan disiang hari bolong biasanya mereka hanya
mengutus muridnya untuk menyelesaikan masalah tersebut,
tapi kini pemimpin mereka muncul sendiri hal ini membuktikan
kalau pergerakan tersebut luar biasa sekali. apa maksud
kedatangannya. Terasa suatu ingatan berkelebat di dalam benaknya kepada
Sang Pat segera bisiknya ;
"Cepat turun kebawah dan beritahu kepada Be Cong Piauw
Pacu untuk menasehati para jago menyingkir kesamping dan
memberi jalan lewat buat mereka, biarlah partai Sin Hong Pay
bentrok lebih dahulu dengan Shen Bok Hong kemudian kita
baru ambil langkah2 berikutnya."
Sang Pat mengiakan, ia segera turun kebawah dan lari
kesisi Be Boen Hwie bisiknya.
"Cayhe datang dengan membawa perintah dari toako!"
"Apa pesannya" cepat katakan" sahut Be BOen Hwie cepat,
kini ia sudah merasa amat kagun terhadap Siauw Ling maka
setiap ucapannya dituruti dengan seksama.
"Harap Be-heng suka menasehati para jago agar
menyingkir saja kesamping, jangan se-kali2 terbitkan
keonaran dengan orang2 Sin Hong Pay...."
Be Boen Hwie termenung sejenak kemudian mengangguk.
"Ehm, aku tahu,"
Setelah merandek sejenak sambungnya lebih jauh.
Nama besar Sang-heng maupun kedudukanmu jauh diatas
aku orang she Be. ucapanmu berat bagaikan bukit, bagaimana
kalau saat ini kau munculkan diri dan menasehati para jago?"
"Tak perlu nama serta kedudukan Be-heng sedang
menanjak2nya, saat ini kau mendapat penghargaan tinggi dari
para jago, lebih baik kau saja yang tampil kedepan.
Selesai bicara ia berkelebat kesisi batu karang dan balik
kembali kesisi Siauw Ling.
Pembicaraan kedua orang itu dilakukan dengan suara lirih,
lagi pula Sang Pat telah menyaru maka Im Yang-cu sekalian
mengira dia cuma seorang bawahan dari Be Boen Hwie maka
tak seorangpun yang ambil perhatian.
Dalam pada itu empat orang lelaki kekar yang menggotong
patung arca tersebut sudah berada dua tombak dibelakang
para jago. Meskipun para jago dari partai Sin Hong Pay pun
menyaksikan senjata terhunus ditangan para jago dan
pertarungan hampir meledak diantara orang2 itu, namun
mereka berlagak pilon dengan langkah lebar orang2 itu masih
juga teruskan langkahnya kedepan.
"Cepat menyingkir kesamping dan buka jalan" Be Boen
Hwie segera menghardik keras.
Keadaan terlalu memaksa membuat ia tiada kesempatan
lagi untuk mengajak para jago berunding, maka tanpa berpikir
panjang lagi ia segera menghardik para jago.
Im Yang-cu beserta dua orang padri itu segera menyingkir
kesamping lebih dahulu. Disusul Cheng Yap Cing, Tiam It Loei sekalian para jago
pun mengikuti jejak rekannya menyingkir kesamping.
Tanpa mengucap rasa terima kasih orang2 partai Sin Hong
Pay dengan busungkan dada segera berjalan lewat.
Empat orang lelaki yang membawa gembrengan besar dan
berjalan dipaling depan itu langsung menuju ke arah Shen Bok
Hong. Menjumpai datangnya kekuatan lain, Shen Bok Hong tetap
berdiri dengan angkernya, sepasang matanya yang tajam
menatap patung arca tersebut dengan tak berkedip, sedang
terhadap lelaki pembawa gembrengan yang makin mendekati
tubuhnya ia sama sekali tidak ambil gubris.
Sejak partai Sin Hong Pay munculkan diri di dalam dunia
persilatan, mereka hanya terkenal yang akan kekejiannya
belaka, namun tak seorang menjumpai wajah sebenarnya dari
pay-cu mereka, semua orang hanya tahu bahwa semua
perintah partai muncul dari balik sebuah patung arca yang
tinggi besar dan berwajah bengis.
Meski Shen Bok Hong sendiripun sudah menyusupkan
mata2nya ke dalam tubuh Sin Hong Pay namun orang itupun
tidak sanggup menerangkan keadaan dari partai itu dengan
seksama. Se-olah2 dalam partai Sin Hong Pay, setiap tingkat setiap
jabatan diliputi oleh kabut misteri.
Sementara itu empat orang lelaki pembawa gembrengan
sudah makin mendekati tubuh Shen Bok Hong, namun toa
cungcu dari Perkampungan Pek Hoa San cung itu tetap berdiri
tak berkutik. Asal empat orang lelaki itu maju selangkah lebih kedepan,
niscaya mereka akan menubruk tubuh shen Bok Hong dan
mengakibatkan terjadinya bentrokan kekerasan.
Namun keempat orang lelaki itu tidak berbuat demikian,
mendadak mereka berhenti berbunyi berkumandanglah irama
musik yang merdu merayu namun hanya sebentar saja irama
musik itupun sirap dan lenyap dari angkasa.
Serentetan suara suitan lengking yang aneh berkumandang
keluar dari balik patung arca yang tinggi besar itu.
Empat orang lelaki pembawa gembrengan tersebut segera
mundur ke belakang, kiranya irama merdu tadi merupakan
berita yang menghubungkan tempat luaran dengan orang
yang ada di dalam patung arca tersebut.
Walaupun para jago tidak mengerti suara suitan tersebut
mengeartikan apa, namun mereka tahu pastilah dengan suara
tersebut orang yang ada di dalam patung arca menitahkan
langkah2 selanjutnya dari beberapa orang lelaki kekar itu.
Shen Bok Hong tetap berdiri ditengah jalan dengan wajah
dingin dan serius, sinar matanya menatap patung arcat
ersebut tajam2. Suara suitan yang berkumandang keluar dari balik patung
arca itu makin lama makin lirih dan akhirnya sirap, suasana
disekeliling tempat itupun pulih kembali dalam kesunyian serta
keheningan yang mencekam....
Dalam pada itu Tiam It Loei serta Cheng Yap Cing sekalian
ada maksud menyaksikan kelihayan dari Sin Hong Paycu,
maka mereka dengan membawa para jago sama2
mengundurkan diri lima depa ke belakang.
Sesuai denagn kebiasaan dalam dunia persilatan sikap para
jago ini mengartikan bahwa pihak mereka tidak akan
mencampuri urusan yang terjadi diantara kedua belah pihak
yang saling berhadapan itu.
Walaupun nada ucapannya tidak sungkan namun suara
tersebut amat mempesonakan hati sehingga membuat orang
terasa terbuai ke dalam alam impian.
Diam2 Shen Bok Hong mengempos tenaga murninya lalu
tertawa dingin dan menyahut, Sedikitpun tidak salah cayhe
adalah orang she Shen entah Pay-cu ada urusan apa?"
Dia adalah seorang manusia cerdik tatkala mendengar
suara yang amat mempesonakan hati tadi dengan cepat
hatinya merasakan ketidak beresan dari suara tersebut.
Ia merasakan dibalik suara yang merdu dan empuk itu
terkandung sesuatu kekuatan yang cukup untuk membetot
sukma manusia maka dengan cepat hawa murninya disalurkan
melindungi badan. Ooouw...." kembali suara yang amat merdu itu
berkumandang keluar dari balik patung
"Sudah lama aku dengar nama besar dari Shen Toa CUngcu
sungguh beruntung ini hari kita dapat saling berjumpa."
"Hmm! jelas ada seorang gadis ingusan bersembunyi
dibalik patung arca yang tinggi besar dan menyeramkan" pikir
Shen Bok Hong "Dia cuma kepingin meminjam keseraman
wajah dari patung tersebut untuk menguasahi anak buahnya,
entah patung tersebut terbuat dari apa" seandainya terbuat
dari kayu, dalam sekali hajar pasti patung itu bakal hancur dan
kemisteriusan dari partai sin Hong Pay pun dengan cepat akan
tersingkap" Belum habis ia berpikir suara merdu merayu kembali
berkumandang keluar dari balik patung arca itu ;
"Shen Bok Hong rencana busuk apa yang sedang kau
pikirkan?" Tidak nanti orang she Shen itu buka suara kembali ia
berkata lebih jauh ; "Shen Bok Hong, pada saat ini cuma ada dua jalan bagimu
dan kau boleh pilih salah satu diantaranya."
"Silahkan diterangkan!"
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita boleh bekerja sama untuk membasmi habis para jago
yang menghalangi perjalananmu, bisa digunakan" kita
gunakan, dan bagi mereka yang tak bisa dipakai kita
musnahkan ilmu silatnya"
Sebagai manusia yang berwatak banyak curiga, Shen Bok
Hong jadi tercengang mendapat tawaran tersebut, pikirnya ;
"Sin Hong Pay-cu ini tidak saling kenal mengenal dengan
diriku, di-hari2 biasapun antara partai Sin Hong Pay dengan
perkampungan Pek Hoa San Cung tak pernah terjalin
hubungan, kenapa sin Hong Pay-cu ajukan tawaran untuk
bekerja sama di dalam perjumpaannya yang pertama ini"...."
Ia merasa banyak hal yang mencurigakan menyelimuti
tawaran tersebut, dengan kecerdikannya ternyata Shen Bok
Hong gagal untuk menebak maksud hati Sin Hong Pay-cu
maka untuk sesaat ia tak berani ambil pusing keputusan.
Terdengar sin Hong Pay-cu melanjutkan kembali katanya,
"Jalan yang kedua adalah kita melakukan pertarungan sengit
saat ini juga...." "Hal ini sungguh aneh sekali" tukas Shen Bok Hong.
"Antara partai anda dengan perkampungan kami belum
pernah terjalin hubungan apa2 di hari2 biasa, kita tak dapat
dikatakan sebagai sahabat maupun musuh, apakah kau tidak
merasa ucapanmu itu rada keterlaluan?"
Shen Bok Hong kau harus tahu bahwa diantara dua jago
tak boleh hidup berbareng disatu jagad yang sama menurut
pengamatanku selama ini maksud dan tujuan kita hampir
bersamaan dan cara berpikirpun hampir sama maka bilamana
kau tidak ingin bermusuhan mari kita bekerja sama lebih baik
sekarang juga kita tetapkan hubungan kita sebagai musuh
atau sahabat. Haruslah diketahui pembicaraan yang dilangsungkan kedua
orang pemimpin tersebut semuanya dilakukan dengan ilmu
menyampaikan suara orang lain cuma meyaksikan bibir shen
Bok Hong berkemak kemik namun tidak mendengar apa yang
sedang mereka bicarakan. Kendati Shen Bok Hong adalah seorang manusia yang
cerdik tak urung ia dibikin kebingungan juga oleh sikap Sin
Hong Pay-cu ini merasa orang itu terlalu lucu dan bersipat kekanak2kan
sedikitpun tiada rasa was2 atau prasangka.
Namun kalau ditinjau kembali dari nama besar serta
kemisteriusan partai tersebut di dalam dunia persilatan ia
merasa tidak mungkin Sin Hong Pay-cu adalah seorang
manusia yang tak berotak.
Tetapi bagaimanapun juga Shen Bok Hong adalah seorang
manusia yang licik, banyak akal dan keji, setelah termenung
sejenak akhirnya ia mendapatkan pula suatu akal untuk
menghadapi masalah tersebut, ujarnya, "Seandainya partai
anda ada maksud bekerja sama dengan perkampungan kami,
dengan senang hati cayhe sambut baik maksud baik anda,
hanya saja kita berdua tidak pernah saling kenal lagipula
kejadian ini muncul secara mendadak maka sebagai manusia
yang tak ingin melakukan perbuatan yang menempuh bahaya,
sukalah paycu kasih waktu buat diriku untuk berpikir,
seandainya paycu memang benar2 ada maksud bekerja sama
dengan cayhe, semestinya paycu bertemu dengan aku dalam
wajah yang sebenarnya".
"Baik! kalau memang demikian adanya harap anda suka
menyingkir memberi jalan, malam ini pada kentongan ketiga
aku menantikan kehadiranmu dalam kuil Loe-Couw Bio kurang
lebih lima belas li disebelah selatan kota Koei Chiu".
"Baik kita tetapkan dengan sepatah kata ini".
Selesai mengucapkan kata2 tersebut Shen Bok Hong segera
menyingkir kesamping sambil ulapkan tangannya.
Para boesu berbaju hitam yang ada dibelakangya sama2
menyingkir kekedua belah samping sisi jalan dan membuka
sebuah jalan lewat buat orang2 sin Hong Pay.
terdengar suara gembrengan dibunyikan kembali, empat
orang lelaki kekar itu segera menggotong kembali patung arca
tersebut dibawah pengawalan ber-puluh2 orang lelaki kekar
mereka berlalu dari sana.
Di dalam dugaan Cheng Yap Cing sekalian, perkumpulan
sin Hong Pay pasti akan melakukan pertarungan melawan
Shen Bok Hong sekalian siapa sangka perubahan yang terjadi
diluar dugaan mereka, ternyata Shen Bok Hong suka
menyingir memberi jalan dan pihak Sin Hong Pay tanpa
banyak ribut berlalu dari situ.
"Waah.... agaknya usaha kita barusan adalah sia2
belaka...." bisik Be Boen Hwie kepada Im Yang-cu.
"Tujuan kita adalah menghalangi Shen Bok Hong, walaupun
kita gagal memancing mereka untuk saling membunuh,
namun dengan adanya kejadian ini pihak kitapun tidak usah
kehilangan banyak korban karena harus bentrok dengan pihak
Sin Hong Pay" Per-lahan-lahan Be Boen Hwie angkat kepalanya ia lihat
para boesu berbaju hitam yang ada dibelakang Shen Bok
Hong kira2 berjumlah empat lima puluh orang. dengan
kekuatan yang mereka miliki saat ini masih sanggup untuk
membendung serangan musuh. Satu2nya masalah yan gpaling
rumit pada saat ini adalah siapakah yang mampu menghadapi
Shen Bok Hong" Setelah berpikir sejenak kembali bisiknya kepada Im Yangcu
; "Menurut apa yang cayhe ketahui, musuh yang paling
tangguh pada saat ini hanya seorang, asal ada seseorang bisa
menghadapi Shen Bok Hong rasanya sisa kekuatan lainnya tak
perlu kita takuti". Im Yang-cu berpikir sejenak kemudian ia menjawab ;
"Ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong sangat lihay sekali,
apabila kita harus hadapi dirinya seorang lawan seorang
rasanya tak seorangpun yang mampu berbuat demikian".
"Maksud Tootiang, kita harus menghadapi dirinya dengan
cara bergilir?" "Rasanya dewsa ini cuma cara itu yang paling bagus!"
"Apakah Tootiang punya keyakinan bisa membendung
serangannya?" "Pinto ada maksud menghadapi Shen Bok Hong bersama2
kedua orang thaysu itu"
"Bagus sekali, asalkan Shen Bok Hong sudah terbendung
maka sisanya tidak sulit untuk dihadapi."
Sementara itu para boesu berbaju hitam yang ada
dibelakang Shen Bok Hong telah memecah diri jadi beberapa
regu, senjata tajam segera diloloskan dari sarungnya, hawa
membunuh menyelimuti seluruh angkasa.
Agaknya asal Shen Bok Hong turunkan perintah maka
Boesu2 berbaju hitam itu segera akan menyerang para jago
dari pelbagai arah. - - - - - - - 39 agaknya secara tiba-tiba Cheng Yap Cing teringat akan
suatu masalah yang penting lambat lambat ia berjalan
menghampiri Be Boen Hwie dan berkata ;
Be-heng cayhe mempunyai satu persoalan yang mana ingin
ditanyakan kepada diri Be-heng.
Asal siauw-te tahu pasti akan kukatakan"
Dalam tanya jawab antara Be-heng dengan Shen Bok Hong
tadi agaknya pernah menyinggung seorang tokoh sakti yang
punya ilmu silat amat lihay entah benarkah ucapan tersebut?"
Memang ada kejadian semacam ini" sahut Be Boen Hwie
setelah termenung sejenak. Hanya saja pada saat ini orang itu
merasa kurang leluasa untuk munculkan diri maka menanti
setelah mara bahaya ini sudah berlalu cayhe tentu akan
aturkan pertemuan ini. Sepasang alis Cheng Yap Cin melentik, bibirnya bergerak
seperti mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya maksud
tersebut dibatalkan. Sementara itu Siauw Ling yang bersembunyi dibalik batu
cadas dapat menyaksikan situasi dibawah dengan amat jelas,
membicarakan dari keadaan pada saat ini ia merasa bahwa
Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 7 Dewi Ular 63 Dendam Dukun Jalang Kisah Si Rase Terbang 3
senjata yang sukar digunakan, jurus maupun cara
penggunaannya berbeda jauh dengan jurus senjata biasa.
Dalam dunia persilatan jarang ada orang yang menggunakan
senjata semacam ini. Dan ternyata beberapa orang itu bisa menggunakan
senjata tameng yang sukar dipelajari, tentu saja ia tak berani
pandang enteng pihak lawan, ditambah pula senjata rahasia
beracun yang ada di dalam tabung, ia sadar bahwa kedelapan
belas orang itu merupakan jago-jago yang tangguh.
Menanti ia berpaling ke belakang, tampaklah para jago
berdiri dengan wajah serius, agaknya semua orang telah
merasa bahwa mereka sudah berjumpa dengan musuh
tangguh. "Shen Bok Hong telah mengerahkan be-ratus2 prang Boesu
nya untu kmelawan kami, walaupun korban berjatuhan sangat
banyak namun mereka menerjang terus tiada hentinya, hal ini
sudah cukup melelahkan para jago, kini apabila semangat
bertempur mereka kena dirontokkan lebih dahulu oleh
keangkeran musuh, maka kita bakal runyam...."
Karena berpikir demikian, ia lantas mendongak dan tertawa
ter-bahak2, serunya, "Be Cong Piauw Pacu, ucapanmu
sedikitpun tidak salah, ratusan orang Boesu pun tak bisa
mengurung kita, masa cuma delapan belas orang belaka bisa
meng-apa2kan kita, harap cuwi sekalian berjaga ditempat
semula, biarlah aku sipengemis tua menjajal lebih dahulu
kekuatan mereka." Walaupun diluaran ia bicara seenaknya se=olah2 tidak
pandang sebelah matapun terhadap lawan, tapi dalam
kenyataan ia berpikiran panjang ia tidak ingin para jago
menempuh bahaya lebih dahulu.
Sipencuri sakti Siang Hwie mendadak menyambung, "Nama
besar Sun Loocianpwee sudah lama tersohor dikolong langit,
ilmu silatnya lihay dan kami percaya dengan kepandaian
cianpwee masih sanggup untuk menghadapi orang2 ini,
namun menurut penglihatan aku sipencuri tua, untuk
menghadapi manusia2 semacam mereka ada baiknya kalau
Loo cianpwee menggunakan senjata tajam"
"Haaa.... haaa.... ucapan Siang-heng tepat sekali sinar
matanya berputar, tiba-tiba ia lihta adanya sebatang pohon
besar kurang lebih empat lima depa dihadapannya, dengan
langkah lebar ia segera berjalan kesisi pohon, kemudian
memeluk batang pohon itu dan diiringi bentakan keras, pohon
tadi dicabut keluar se-akar2nya.
Kiem Lan meloncat kesisi Sun Put Shia pedangnya bergerak
cepat membabat ranting disekeliling pohon tersebut, dalam
sekejap mata pohon tadi tinggal sebuah batang pohon yang
gundul. Sun Put Shia segera angkat batang pohon yang panjangnya
satu tombak dua depat itu lalu berjalan mendekati delapan
belas Kiem Kong yang sudah bersiap2 sejak tadi.
Siauw Ling selama ini berdiri dibelakang pepohonan, ia
awasi boesu itu dengan pandangan mendelong, agaknya
sianak muda ini sedang mencari akal untuk menghadapi
musuh2nya. Sun Put Shia segera tertawa tergelak.
"Loote harap kau mundur, biarlah aku sipengemis tua
coba2 dahulu kekuatan mereka, apabila aku sipengemis tua
tidak sanggup barulah kau bantu diriku" serunya.
Setelah menyaksikan Siauw Ling memiliki ilmu silat yang
lihay dan merupakan seorang jago muda yang belum pernah
dittemui dalam kolong langit, maka timbullah rasa kagumnya
terhadap sianak muda ini, tentu saja dalam pembicaraan
maupun sikap, ia jauh lebih sungkan.
"Mana, mana, ilmu silat loo cianpwee sangat lihay, cayhe
percaya kau pasti berhasil menghancurkan mereka dan rebut
kemenangan" jawab Siauw Ling cepat.
Sementara mereka masih berbicara, Sun Put Shia telah
berdiri dihadapan kawanan boesu tersebut dengan wajah
serius, hawa murninya segera disalurkan ketelapak siap
menghadapi segala kemungkinan.
Para boesu bersenjata tameng itupun telah membentuk
sebuat barisan berbentuk kipas, sebelum mereka sempat
melancarkan sertangan lebih dahulu Sun Put Shia telah
mendahului mereka menyambut kedatangannya.
Dalam pada itu dibelakang boesu2 bersenjata tameng
tersebut berdiri berpuluh2 batang obor yang memancarkan
cahaya tajam, beberapa tombak disekeliling kalangan terang
benderang laksana disiang hari.
Siauw Ling awasi sejenak sitauasi dalam kalangan tersebut,
ia merasa agaknya barisan itu yang sedang dibentuk boesu
bersenjata tameng itu belum siap sama sekali, buru-buru ia
kirim suara kepada Sun Put Shia dengan ilmu menyampaikan
suara, "Cianpwee, mumpung barisan yang hendak mereka
bentuk belum siap, serang dan hancurkan dahulu posisi
mereka". Sun Put Shia menurut, ia membentak keras, batang
pohonnya dengan jurus "Ci-to-Oei-Liong" atau Naga Kuning
Tegak Memanggut langsung disapu ke arah kawanan Boesu
bersenjata tamen yang berada disekitarnya.
Agaknya boesu2 itu tahu kelihayannya, mereka tak berani
menerima datangnya serangan dengan keras lawan keras,
buru-buru tubuhnya melengos dan melinduni badanya dengan
tameng. Menyaksikan serangannya tidak mengenai sasaran, Sun Put
Shia siap putar badan menyerang kembali, siapa sangka pada
saat itulah terasa cahaya tajam berkelebat, dua orang boesu
bersenjata tameng telah melancarkan serangan bokongan dari
samping dengan kecepatan laksana kilat.
Sun Put Shia terperanjat, segera pikirnya, "Sungguh cepat
gerakan tubuh mereka, agaknya kepandaian yang mereka
miliki tidak kalah dengan jago Bu-lim kelas wahid!"
Pikirannya berputar, tangannya tidak berhenti sekuat
tenaga ia putar batang kayu itu kemudian menyapu keluar
bagaikan sebatang toya. Dua orang boesu yang melancarkan bokongan ini agaknya
tidak menyangka kalau sun Put Shia bisa menggunakan
batang pohon yang besar dan berat itu tidak kalah lincahnya
dengan senjata biasa, boesu yang ada disebelah kanan tidak
sempat menyingkir lagi, tamengnya segera didorong kedepan
untuk menangkis datangnya serangan dengan keras lawan
keras. "Bluumm....! Boesu itu kena terhajar pental sampai sejauh
tujuh delanan depa dalam bentrokan itu, untuk beberapa saat
ia tak sanggup bangun kembali.
sungguh tajam pisau yang ada diatas tameng tersebut,
walaupun Sun Put shia berhasil mementalkan tubuh boesu
tersebut namun batang pohon nya pun kena terbabat
sepanjang dua depa oleh pisau lawan.
"Aku rasa boesu2 bersenjata tameng ini merupakan jago
paling ampuh di dalam perkampungan Pek Hoa San-cung,
apabila sun Put shia menderita kekalahan ditangan mereka,
mungkin dengan kekuatanku seorang tak bakal bisa
menangkan mereka, ada baiknya aku turun tangan berbareng
dan sama2 menghadapi musuh!"
Berpikir sampai disitu, ia lantas meloncat ke depan dan
melayang ke arah Boesu berbaju hitam yang kena dirobohkan
oleh Sun Put Shia itu. Gerakan tubuhnya sangat cepat, dalam sekali loncatan ia
sudah menendang tubuh Boesu itu sampai mencelat jauh dan
merampas tamengnya. Namun sayang sekali, pedang diatas tameng itu patah dua
bilah oleh gerakan batang kayu yang digunakan sun Put shia
untuk menghantam Boesu tadi.
Ketika Siauw Ling merampas tameng itulah, seorang boesu
telahdari boesu telah melompat kedepan menolong rekannya.
Baru saja Siauw Ling mencekal tameng tersebut, serangan
dari boesu berbaju hitam itu sudah mendekat, tamengnya
segera didorong kedepan untuk menangkis.
Laksana kilat Siauw Ling mundur lima depa ke belakang
dengan tameng ditangan kanannya dan melancarkan dengan
telapak rangan kiri bersama2 ia bendung datangnya serangan
musuh, kemudian badannya melayang delapan depa ke
samping dan menyongsong ke arah boesu lain.
Ternyata di dalam sekejap mata, ada empat orang boesu
telah menyerang Sun Put Shia dari empat penjuru.
Ilmu silat yang dimiliki boesu bersenjata tameng itu lihay
semua. kalau dibandingkan dengan boesu berbaju hitam ilmu
silat mereka terlihat lebih dahsyat, meskipun Sun Put Shia
mencekal batang pohon namun bukan pekerjaan gampang
baginya untuk menghadapi serangan yang datang dari empat
penjuru itu. Terdengar suara bentrokan nyaring berkumandang
memecahkan kesunyian, dengan tamengnya Siauw Ling
berhasil paksa mundur seorang boesu yang mengancam Sun
Put Shoa dari belakang sehingga terdesak dua langkah ke
belakang. Sun Put Shia tidak mau unjukkan kelemahan. dengan suatu
gerakan yang amat cepat ia putar batang pohon memukul
mundur musuh yang datang dari kedua belah sayap.
kemudian mengirim pula satu tendangan menghajar boesu
yang datang dari depan, dalam sekali serangan ia mengancam
tiga musuh yang berbeda. Walaupun begitu Sun Put Shia sudah tiada berkemampuan
lagi untuk menghadapi serangan dari belakang. seandainya
Siauw Ling tidak turun tangan tepat pada waktunya, niscaya
pengemis itu sudah terluka dalam serangan tadi.
Setelah bergebrak sebanyak beberapa jurus, Sun Put Shia
mulai merasa bahwa ia sudah berjumpa dengan musuh
tangguh, ditambah pula serangan2 dari senjata aneh itu, ia
merasa semakin kepayahan.
Tiba-tiba terdengar Siauw Ling berseru dengan ilmu
menyampaikan suara, "Mari kita ber-sama2 menghadapi
serangan musuh dengan punggung menempel punggung!"
Sun Put Shia putar batang kayu itu dengan jurus "Hongcian-
Jan-Im" atau Angin puyuh menyapu awan, ia paksa
mundur musuh dari depan serta sayap kiri kemudian serunya
pula dengan suara berat, "Hati2 dengan jarum beracun yang
ada ditangan kanan mereka....
Belum selesai ia berseru, pihak lawan sudah mulai turun
tangan, Boesu yang ada disebelah Timur tiba-tiba
mengayunkan tangan kanannya, serentetan cahaya keperak2an
segera meluncur ke depan.
Siauw Ling putar tamengnya membentuk serentetan
cahaya tajam, seluruh jarum beracun yang mengancam
datang berhasil ia rontokkan semua.
Dalam pada itu batang pohon yang berada di tangan Sun
Put Shia telah terbabat hingga tinggal separuh setelah
beberapa kali bentrok dengan senjata lawan. tidak mungkin
senjata tersebut digunakan lagi, apabila ia ingin bergebrak
lebih lanjut melawan delapan belas Kiem Kong, maka
pengemis itu harus berganti senjata lagi.
Senjata yang paling baik tentu saja tameng yang berhasil
dirampas dari tangan musuh, bukan saja digunakan untuk
menghadapi serangan jarum beracun itu,
Otaknya berputar dan sang badan segera mendesak
kedepan, tiba-tiba batang kayu ditangannya menyodok ke atas
menangkis datangnya serangan tameng dari samping. sedang
tangan kanannya tiba-tiba berkelebat keluar, laksana kilat
mencengkeram pergelangan orang itu.
Menyaksikan datangnya ancaman dari lawan, lagipula
tamengnya kena ditangkis senjata lawan maka tak mungkin
lagi bagi orang itu untuk menghindar, terpaksa ia loncat
kesamping. Siapa sangka Sun Put Shia tidak meneruskan serangannya.
tiba-tiba ia melancarkan sebuah semacam sentilan jari.
Serentetan desiran tajam segera meluncur ke depan dan
tepat menghajar pergelangan orang itu, tak kuasa lagi kelima
jarinya mengendor dan senjata tameng itupun terjatuh ke atas
tanah. Selama pertarungan berlangsung, Siauw Ling selalu
mengawasi situasi disekelilingnya, melihat Sun Put Shia
melancarkan serangan dengan segenap tenaga untuk
merampas tameng lawan, semangatnya pun berkobar, ia
segera menghalau pergi datangnya ancaman dari kedua belah
sayap serta dari arah belakang.
Terdengar suara bentrokan nyaring berkumandang tiada
hentinya, Sun Put Shia yang berhasil merobohkan pihak lawan
dengan cepat merampas senjata tamengnya.
Kini setelah senjata itu ada ditangan, semangatnya makin
berkobar. Senjata tameng itu diputar kesana kemari
melancarkan serangan2 hebat.
Pertarungan kemudian berlangsung amat seru sekali,
walaupun dalam genggaman boesu2 itu membawa jarum
beracun, namun berada dalam situasi macam begitu mereka
tak berani sembarangan melancarkan serangan sebab takut
melukai sahabat sendiri. Sementara itu Siauw Ling berdiri dalam posisi punggung
menempel punggung dengan Sun Put Shia sembari memutar
tameng untuk menghadapi serangan dari empat penjutu,
mereka merundingkan siasat untuk menghadapi musuh
dengan ilmu menyampaikan suara.
Terdengar Sun Put Shia berkata, "Loo-te, ilmu silat yang
dimiliki beberapa orang ini benar2 jauh lebih dahsyat dari
boesu berbaju hitam, apabila kita bertarung lebih jauh dengan
mereka mungkin sitauasi tidak menguntungkan bagi kita, lebih
baik kita turun tangan bergabung dan melukai dahulu
beberapa orang diantara mereka, entah bagaimana menurut
maksudmu?" "Yang paling cayhe kuatirkan adalah jarum beracun
diatangan mereka, apabila ada tiga empat orang turun tangan
berbareng dan senjata rahasia dilepaskan dari delapan
penjuru meski kita punya senjata tameng untuk melindungi
badan rasanya sulit untuk menghindarkan diri dari ancaman
ini". "Namun kalau kita teruskan pertarungan ini, hanya akan
merugikan posisi kita belaka...." seru Sun Put Shia seraya
menghalau serangan yang datang dari sayap kiri dan sayap
kanan. Se-konyong2 terdengar suara tambur bergema dengan
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cepasnya, mengikuti suara tambur tersebut para boesu
melancarkan serangan kilat, mereka membagi diri jadi dua
bagian dan menyerang datang laksana gelombang ditengah
samudra. Setiap boesu yang datang menyerang, hanya melepaskan
tiga buah serangan untuk kemudian secara otomatis
mengundurkan diri. Siauw Ling merasa bahwa bertarung dengan cara bergilir
ini sangat merugikan pihak mereka, agaknya pihak musuh
dengan andalkan jumlahnya yang banyak hendak melelahkan
Siauw Ling berdua lebih dahulu kemudian baru membinasakan
mereka. Setelah melakukan bentrokan beberapa kali, baik Siauw
Ling maupun Sun Put shia sama2 merasa bahwa Boe-su yang
disebut delapan belas Kiem Kong dari perkampungan Pek Hoa
san Cung ini benar2 merupakan jago Bulim yang maha
dahsyat, tenaga lweekang yang mereka miliki amat sempurna.
Sun Put Shia sendiri merasa kaget, tercengang bercampur
keder sehabis menerima tujuh kali serangan berantai yang
berarti ia sudah kekerasan sebanyak tiga kali tujuh dua puluh
satu jurus buru-buru serunya dengan ilmu menyampaikan
suara, "Loo-te, boesu2 itu memiliki senjata tajam namun
mereka tidak menggunakan senjata sebaliknya mengajak kita
adu kekerasan, aku duga mereka pasti ada rencana busuk
tertentu." Siauw Ling sadar, iapun tahu apabila pertarungan semacam
ini diteruskan lebih jauh maka keselamatan orang tuanya
bakal terancam, segera sahutnya, "Tidak aneh, apakah loo
cianpwee mempunyai cara bagus untuk menghadapi pihak
lawan?" "Maksud loohu, bilamana kita bertempur terus dengan cara
begini maka tenaga kita akan terbuang dengan percuma,
maka aku ingin melancarkan serangan dengan menempuh
bahaya, kita lukai dahulu satu dua orang diantaranya!
....bagaimana menurut pendapat loo-te?"
"Cayhe pun punya maksud berbuat demikian, namun lebih
baik kalau kita turun tangan secara serentak".
"Dalam hati aku sipengemis tua mempunyai suatu urusan
yang sangat mencurigakan sekali, maka aku tidak ingin
melukai pihak mereka lebih dahulu".
"Urusan apa yang mencurigai dirimu?"
"Aku sipengemis tua merasakan bahwa para boesu
bersenjata tameng ini mempunyai tenaga lweekang yang amat
sempurna sekali, apabila ditinjau dari keadaan pada umumnya
orang2 semacam ini seharusnya memiliki kesempurnaan
tenaga dalam bagaikan hasil latihan selama tiga puluh tahun,
tidak mungkin kehebatan orang itu bisa dididik oleh shen Bok
Hong dalam beberapa puluh tahun yang isngkat.
"Aaaa.... benar" pikir Siauw Ling di dalam hati. "Kalau
dibicarakan dari ilmu silat yang dimiliki orang2 itu, agaknya
mereka tak berada dibawah kepandaian Tiong-Chiu-Siang-Ku,
namun apa sebabnya mereka suka jadi antek Shen Bok
Hong?" Segera sahutnya, "Cayhe pun merasa ilmu silat serta
kesempurnaan tenaga lweekang yang dimiliki para boesu itu
jauh diatas kepandaian jago-jago Bu-lim biasa!"
Begitulah sambil bercakap2 dengangunakan ilmu
menyampaikan suara, merekapun merubah cara berkelahi
melawan delapan belas Kiem Kong tersebut.
"Loo-te, apakah kau berhasil menemukan dari ilmu silat
yang digunakan mereka?" kembali Sun Put shia bertanya.
"Pengalaman maupun pengetahuan cayhe cetek sekali, aku
tak berhasil mengetahui asal usul ilmu silat mereka."
"Agaknya loohu berhasil meraba jalannya jurus serangan
dari orang2 itu, aku rasa jurus serangan mereka mirip dengan
ilmu silat partai siauw-lim, maka dari itulah timbul kecurigaan
dalam hatiku dan tidak ingin melukai mereka sebab mengikat
tali permusuhan dengan pihak Siauw-lim merupakan suatu
peristiwa yang sangat tidak kuharapkan"
Siauw Ling merasakan bahwa serangan2 yang dilancarkan
delapan belas Kiem Kong itu makin lama semakin aneh dan
tenaganya makin lama semakin kuat, ia amat terperanjat
segera ujarnya, "Sekalipun mereka adalah anak murid dari
partai Siauw-lim, namun terbukti pada saat ini mereka
berbakti bagi pihak perkampungan Pek Hoa San Cung,
seandainya kita ampuni jiwanya maka ia akan melukai kita dan
kitapun jangan harap bisa menerjang keluar dari tempat ini"
Sun Put Shia termenung sejenak lalu berkata, "Keadaan
mendesak sekali, kendati dugaan aku sipengemis tua tidak
melesetpun rasanya tak ada cara lain daripada kita turun
tangan terhadap mereka...."
Ia membentak keras kemudian menerjang kedepan.
Tenaga serangan yang memancar keluar dari tamengnya
makin menghebat, setiap boesu yang bersentuhan dengan
senjatanya niscaya terpental ke belakang sampai ber-puluh2
langkah jauhnya, Siauw Ling berpaling, tatkala ia lihat Sun Put Shia sudah
mulai melancarkan serangan iapun segera turun tangan.
Dengan tangan kanannya ia putar senjata tameng untuk
membendung serangan musuh tangan kirinya melancarkan
ilmu totok Siauw-Loo-Sin-Cie untuk merobohkan lawan.
Ilmu jari Siuw-Loo-ci merupakan ilmu andalan Liuw-Sian-cu
dikala berkelana dalam dunia persilatan tempo dulu,
kehebatannya sungguh tak terkirakan, barang siapa yang
termakan serangan tadi seketika roboh ke atas tanah
Dalam sekejap mata ada empat orang musuh yang telah
terluka dan roboh diatas tanah termakan oleh ilmu jari
saktinya itu. Menyaksikan kedahsyatan Siauw Ling dimana dalam
beberapa saat tekah berhasil merobohkan beberapa orang,
sedangkan ia sendiri tidak berhasil melukai barang seorang
musuhpun, Sun Put Shia merasa malu bercampur menyesal,
senjata tamengnya segera diperketat dan melancarkan
serangan dengan segenap tenaga.
Hawa lweekangnya amat sempurna, serangan yang
dilancarkan amat dahsyat apalagi setelah ia menyerang
dengan segenap tenaga, tameng dalam genggamannya
laksana gulungan ombak ditengah samudra meluncur dan
menghantam keluar dengan hebatnya hingga memaksa
orang2 berbaju hitam itu terdesak mundur ke belakang.
Dalam pada itu sipencuri sakti Siang Hwie serta Sie-poa
emas Sang Pat ketika menyaksikan dua orang rekan mereka
belum berhasil juga menjebolkan kepungan musuh kendati
sudah bergebrak sangat lama, buru-buru maju membantu
sebab mereka takut kedua orang rekannya terluka.
Tampaklah Sun Put shia menunjukkan kesaktiannya,
senjata tameng ditangannya berputar laksana kitiran, para
penyerang segera terdesak munduk ke dalam hutan bunga.
"Tidak aneh Shen Bok Hong berani pandang enteng para
jago yang ada dikolong langit" bisik Siang Hwie. "Ternyata
perkampungan Pek Hoa San Cung benar2 merupakan sarang
naga goa macan, kecuali delapan belas Kiem Kong entah
masih ada jago lihay apa lagi yang ia miliki?"
"Sejak Shen Bok Hong menderita kekalahan ditangan para
jago dari kolong langit tempo dulu semestinya kita lakukan
pencarian besar2an dan melenyapkan dia dari muka bumi, kini
sayapnya telah melebar, tidak gampang bagi kita semua untuk
memusnahkan kekuatan yang ia miliki!"
"Benar. menurut penglihatan aku sipencuri tua sekalipun
para jago dari partai besar bersatu padu untuk melawan
dirinya pun belum tentu bisa menghadapi Shen Bok Hong
gembong iblis itu." Ia merandek sejenak kemudian menambahkan, "Tiang-loo
dari partai Kay-Pang Sun Put Shia ternyata masih hidup
dikolong langit bahkan mendatangi perkampungan Pek Hoa
San Cung; bagaimanapun juga kehadirannya jauh diluar
dugaan siapapun, si orang tua ini boleh dikata merupakan
salah satu musuh tangguh Shen Bok Hong.
Sebenarnya kedatangan kedua orang itu adalah bermaksud
membantu Siauw Ling berdua untuk bertempur, setelah
menyaksikan kedua tokoh itu mulai melancarkan serangan
balasan dan boesu2 yang terluka semakin banyak, merekapun
segera mengundurkan diri ke belakang pohon dan
membicarakan soal masalah dunia kangouw.
Terdengar sie-poa emas Sang Pat berkata, "Menurut
pendapat siauw-te, Siauw-toako kita inilah baru merupakan
bintang penolong dari dunia persilatan, sejak kini cuma dia
seorang yang bisa menandingi Shen Bok Hong dan cuma dia
seorang pula yang dapat menghalangi ambisinya untuk
menguasahi kolong langit."
Dalam hati Siang Hwie mereasa tidak puas. ia ada maksud
membantah ucapan tersebut. tiba tiba dilihatnya Siauw Ling
membuang tameng tersebut dengan tangan kanannya, dalam
sebuah tendangan kilat ia sudah robohkan boesu tadi dan
menotok jalan darahnya. Cara bertarung macam ini kontan saja membuat sipencuri
sakti Siang Hwie berdiri tertegun. segera tanyanya kepada
Sang Pat, dengan suara lirih
"Ilmu silat apakah yang berhasil dilatih oleh Siauw-toako
mu yang masih muda belia itu?"
Dalam kenyataan Sie-poa emas Sang Pat sendiripun dibikin
tertegun ketika menyaksikan Siauw Ling merampas pisau yang
tajam diatas tameng dengan tangan kosong, kini mendengar
pertanyaan dari Siang Hwie ia jadi melongo dan tak sanggup
bicara, lama sekali ia baru berkata, "Lion-Tau toako kami ini
punya kepandaian yang luar biasa, ilmu silatnya dari pelbagai
partai serta perguruan ia pahami semua, boleh dikata tak ada
kepandaian silat dikolong langit yang tak ia kenal".
"Dengan tangan kosong merampas pedang, sedang
tangannya tidak terluka, sudah hidup separuh abad aku
sipencuri tua namun baru kali ini aku saksikan kehebatan
semacam ini". "Kalau begitu saksikanlah kehebatan toako kami ini".
Ia tak tahu kalau Siauw Ling memakai sarung tangan
berkulit ular yang tidak mempan senjata. maka sebagai
jawabannya ia oceh saja sekenanya.
Siauw Ling benar2 tunjukkan kelihayannya, hawa murni
disalurkan melindungi badan, kemudian dengan ilmu jari Siuw-
Loo-Cie melukai musuh dalam sekejap mata kembali delapan
orang roboh terluka. Sun Put Shia tak mau tunjukkan kelemahannya seluruh
hawa murni yang ia miliki disalurkan ke atas tameng lalu
berputar dan menghajar senjata lawan dengan keras lawan
keras, para boesu yang termakan hantaman tamengnya pasti
tergetar mundur ke belakang dengan sempoyongan.
Beberapa saat kembali berlalu, sepuluh dari jumlah delapan
belas Kiem Kong itu sudah ada separuh roboh binasa atau
terluka, sisanya kalau bukan pergelangan jadi pecah dan
darah mengucur tentulah sudah kehabisan tenaga, dalam
gencetan Siauw Ling sera Sun Put Shia mereka semakin
kepayahan. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara gembrengan
dibunyikan bertalu2, kobaran api obor pun segera padam
semua. Delapan belas Kiem Kong yang dijagokan perkampungan
Pek Hoa San Cung saat ini sudah tak bisa dikatakan sebagai
suatu kekuatan lagi mereka sudah hancur tercerai berai oleh
hajaran Siauw Ling serta Sun Put Shia.
Mendadak.... suasana disekeliling hutan bunga jadi gelap
gulita, semuanya hitam pekat dan apapun tak kelihatan.
Menggunakan kesempatan dikala kegelapan melanda
seluruh jagad, delapan belas Kiem Kong yang tidak terluka
segera melarikan diri ter-birit2 dari medan pertempuran.
"Kalau kita tidak berlalu saat ini, mau tunggu sampai kapan
lagi?" seru Be Boen Hwie dengan cepat.
Ia segera pimpin para jago untuk bergabung dengan Siauw
Ling sekalian kemudian menerjang keluar.
Siauw Ling berpaling, tiba-tiba ia menemukan Sun Put Shia
berjalan sambil memegang perut sendiri, hatinya jadi
terperanjat. "Loocianpwee, kenapa kau!" tegurnya.
"Aaah, tidak mengapa" sahut sun Put Shia hambar dan
melepaskan tangannya, kemudian melewati para jago dan
berjalan paling depan. Agaknya pihak perkampungan Pek-Hoa-San-Cung menduga
asal mereka kirim delapan belas Kiem Kong maka para jago
tentu akan terhadang, siapa sangka Sun Put Shia serta Siauw
Ling amat lihay, semua jago mereka kena diobrak abrik maka
dalam perjalanan selanjutnya mereka tidak temukan
hadangan2 lagi. Sipencuri sakti Siang Hwie mempercepat langkahnya,
setelah berada disisi Siauw Ling ia berbisik, "Agaknya Sun
Loocianpwee rada sedikit kurang beres, kita harus bertindak
lebih hati2" Siauw Ling mengangguk, ia membuntuti dibelakang Sun
Put Shia dan secara diam2 mengawasi gerak geriknya.
Beberapa saat kemudian para jago telah meninggalkan
perkampungan Pek Hoa San Cung.
Setelah melangkah keluar dari perkampungan para jago
sama2 menghempaskan napas panjang. ketegangan yang
menyelimuti wajah merekapun seketika mengendor.
Giok Lan yang menggendong Siauw Hujien tiba-tiba
percepat langkahnya mendekati Siauw Ling kemudian berkata,
"Siangkong, cepat berputar ke arah sebelah utara, tempat ini
adalah sebuah tanah gersang...."
Belum habis ia berkata, tiba-tiba terdengar suitan panjang
berkumandang datang disusul dari hadapan para jago muncul
lima buah lentera berwarna merah.
Diatas setiap lentera berwarna merah itu bertuliskan kata2
"Hwie-Pit" atau Menghindar dari tulisan warna putih.
Tulisan putih diatas bendera merah, tampak nyata sekali
huruf2 tersebut. Menyaksikan munculnya lentera tersebut, Giok Lan
mendepakkan kakinya ke atas tanah dengan hati cemas lalu
menghela napas panjang. "Aaai.... sedikitpun tidak salah, mereka sudah mengatur
barisan Ngo-Liong-Toa-Tin".
Sewaktu para jago mendengar Giok Lan mengeluh akan
kelihayan delapan belas Kiem Kong dalam kenyataan apa yang
ia katakan memang benar, seandainya tiada Sun Put Shia
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
serta Siauw Ling yang berhasil mengobrak abrik kedelapan
belas jago lihay itu mungkin para jago sudah hancur remuk
ditangan kedelapan belas Kiem Kong.
Kini menyaksikan pula ketegangan yang menyelimuti wajah
Giok Lan, para jago jadi tertegun.
"Apakah yang dimaksudkan dengan barisan Ngo-Lion-Toa-
Tin itu?" tanya Siang Hwie dengan suara lirih.
- - - - - - - 38 Shen Bok Hong punya ambisi besar untuk bangkit kembali
didunia persilatan dan menjagoi kolong langit, oleh sebab itu
setelah menyembunyikan diri ke dalam perkampungan Pek
Hoa San-cung, ia curahkan segenap perhatiannya untuk
melakukan persiapan. dibawah didikan serta jerih payahnya ia
berhasil membentuk tiga kelompok kekuatan yang dapat
membinasakan para jago dikolong langit, ketiga kelompok
kekuatan itu terdiri dari delapan bayangan berdarah, delapan
belas Kiem Kong serta barisan Ngo-Liong-Toa-Tin ini!"
"Bagaimanakah barisan Ngo-Liong-Toa-Tin ini apabila
dibandingkan dengan Delapan belas Kiem Kong?" tiba-tiba Sun
Put Shia bertanya seraya berpaling.
"Menurut apa yang budak ketahui, barisan Ngo Liong Toa
Tin merupakan keberhasilannya yang paling top dari Shen Bok
Hong sepanjang usahanya untuk membentuk kekuatan baru,
bagaimanakah keadaan sebenarnya meski budak kurang tahu,
namun sudah jadi kenyataan bahwa barisan Ngo-Liong-Toa-
Tin jauh lebih dahsyat daripada delapan belas Kiem Kong."
Mendengar jawaban itu, Sun Put shia yang tak pernah
pandang tinggi jago kangouw pun tiba-tiba menghela napas
panjang. "Aaaai....! seandainya barisan Ngo-Liong-Toa-Tin benar2
lebih hebat dari delapan belas Kiem Kong...."
Suara getaran yang amat dahsyat berkumandang
memenuhi angkasa memotong ucapan Sun Put Shia yang
belum selesai. Meskipun sipengemis tua itu tidak melanjutkan kata2nya,
namun para jago mengerti apa yang dimaksudkan, jelas ia
sedang mengartikan bilamana barisan Lima Negara benar2
dahsyat dari Delapan Belas Kiem Kong maka sulitlah bagi
mereka semua untuk meloloskan diri dari sana dalam keadaan
selamat. Diam2 Siauw Ling memeriksa keadaan sekitar sana, ia tahu
Sun Put Shia sudah menderita luka dalam yang sangat parah,
berhubung tenaga dalamnya amat sempurna maka ia masih
sanggup menahan luka itu sehingga tidak sampai kambuh.
Menengok pula ke arah kalangan, ia lihat disisi lima buah
lentera merah itu masing-masing berdiri seorang manusia
aneh yang kukoay sekali bentuknya.
Suma Kan mendengus dingin, lalu berkata, "Sekalipun
dandanan mereka jauh lebih anehpun, tidak bakalan bisa
mengederkan hati orang itu!"
Kiranya manusia aneh yang berdiri dibawah lima buah
lentera merah itu punya wajah yang mengerikan sekali,
seluruh tubuh mereaka berwarna merah, rambut merah
terurai sampai ke bahu, dibawah leher penuh dengan sisik
berwarna merah sehingga mirip sekali dengan seekor ikan
sepasang tangannya amat panjang dengan kuku sepasang
tiga coen, wajahnya berselimutkan selapis cairan berwarna
merah pula dan tinggal sepasang matanya yang tajam serta
memancarkan cahaya ke-biru2an.
Per-lahan-lahan Siauw Ling cabut keluar pedang panjang
dari sisi pinggang Giok Lan, kemudian berkata dengan suara
berat, "Harap cuwi sekalian suka berdiri ditempat dan jangan
bergerak cayhe akan pergi menjajal kekuatan mereka".
Sambil mencekal pedang ia lantas maju kedepan.
Kelihayan ilmu silat yang dimiliki sianak muda ini sudah
menimbulkan rasa kagum dihati tiap jago, semua orang
mengetahui bilamana iapun tak sanggup menghadapi kelima
orang manusia kukoay itu, niscaya keadaan mereka lebih
banyak celaka dari pada selamat.
"Siangkong, aku ikut dirimu" tiba-tiba Kiem Lan berseru.
"Buat apa kau ikuti diriku?"
"Budak menguasai kata2 sandi dari perkampungan Pek-
Hoa-San-Cung, mungkin saja dapat membantu siangkong".
"Tak usah, aku hendak menjajal sebentar...."
"Bagaimana kalau aku sipengemis tua yang mengiringi
dirimu?" seru Sun Put Shia sambil tampil kedepan.
"Jangan. Loocianpwee...."
Sebenarnya ia hendak mengatakan bahwa loocianpwee
sudah terluka dalam, mana bisa bertempur lagi, tetapi teringat
akan nama besarnya buru-buru serunya, "Loocianpwee, kau
harus memimpin para jago lebih baik jaga diri sambil
membantu para jago, biarlah cayhe menjajal lebih dahulu,
kemungkinan sekali dari pertarungan ini loocianpwee akan
menemukan cara untuk menghancurkan barisan ini".
"Aaai....! kalau begitu ber-hati2lah dalam setiap tindakan".
"Tak usah cianpwee risaukan!"
Dengan langkah lebar Siauw Ling segera maju kedepanm ia
pilih lampu lentera yang ada ditengah, kemudian hawa murni
disalurkan keseluruh badan dan maju menghampiri.
Sejak selesai bertarung melawan delapan belas Kiem Kong,
Siauw Ling menyadari akan kelihayan orang2 perkampungan
Pek Hoa San Cung maka ia tak berani pandang rendah pihak
lawan. Kurang lebih lima enam depa dari manusia2 aneh berbaju
merah itu ia berhenti, lalu mengobat abitkan pedangnya
menciptakan dua kuntum bunga pedang setelah itu tegurnya
dengan suara dingin ; "Anda sekalian mengira setelah memakai baju serta
dandanan kukoay lantas bisa mengejutkan hati orang dan
membuat kami keder?"
Orang yang aneh berbaju merah itu tetap membungkam
dalam seribu bahasa, hanya sepasang matanya yang tajam
mengawasi wajah Siauw Ling tak berkedip.
Maksud Siauw Ling dalam mengutarakan ucapan tersebut
tidak lain untuk memancing kegusaran orang2 berbaju merah
itu, agar mereka turun tangan terlabih dahulu kemudian
mencari tahu asal usul dari ilmu silat yang mereka miliki.
Dalam genggaman manusia2 berbaju merah itu tidak
mencekal senjata tajam, namun memelihara kuku yang sangat
panjang, jelas senjata utama meraka adalah sepasang
telapaknya dan serangan yang dilancarkan pasti lihay dan
aneh. Maka Siauw Ling pun bersiap sedia menghadapi segala
kemungkinan, siapa sangka orang2 berbaju merah itu tetap
membungkam dalam seribu bahasa, mereka tidak menyerang
juga tak berkutik, hanya dengan sepasang matanya
mengawasi wajah Siauw Ling.
Kedua belah pihak saling berpandangan kurang lebih
seperminum teh lamanya, lama kelamaan Siauw Ling tak
dapat menahan sabar lagi sepasang matanya mengawasi
sekejap ke arah orang2 berbaju merah itu, setelah dirasakan
tiada jebakan disitu maka ia maju kedepan sambil
membentak, "Lihat pedang!"
Cahaya tajam berkelebat menembusi angkasa laksana kilat
ia tusuk dada orang berbaju merah itu.
Sreeet....! ujung pedang menusuk telak diatas dada
manusia aneh berbaju merah itu, namun senjata tersebut tak
bisa menembusi tubuhnya, se-akan2 ujung pedang tadi sudah
menutul diatas selembar kepingan baja yang keras.
Kiranya orang berbaju merah itu mengenakan pakaian lapis
baja yang bersisik, entah terbuat dari bahan apakah pakaian
itu sehingga tusukan pedang pun tedak mempan.
Meskipun ujung pedang Siauw Ling tak berhasil menembusi
tubuhnya, namun daya serangan yang terpancar keluar tidak
lemah, tubuh orang berbaju merah itu seketika terpukul
sampai mundur tiga empat langkah ke belakang.
Siauw Ling tarik kembali serangannya dan berpikir,
"Agaknya berjumpa muka jauh lebih baik daripada mendengar
nama besarnya belaka, Kiem Lan serta Giok Lan memuji lima
naga berbaju merah ini setinggi langit, tak tahunya cuma
manusia tak berguna yang tak sanggup menerima sebuah
seranganpun." Sementara ia masih berpikir, tiba-tiba tubuh manusia
berbaju merah itu bergoyang keras kemudian roboh ke atas
tanah. Perubahan yang terjadi diluar dugaan ini membuat Siauw
Ling serta para jago yang hadir dalam kalangan jadi tertegun
dan mengawasi orang yang berbaju merah yang roboh diatas
tanah itu dengan mata mendelong.
"Apa yang terjadi?" tanya sipencuri sakti Siang Hwie sambil
menghampiri Siauw Ling dengan langkah lebar.
"Entahlah, aku cuma menusuk dadanya satu kali tahu2 ia
mundur sempoyongan dan roboh terjengkang ke atas tanah!"
"Aaaah, sungguh aneh sekali, mungkin masih ada alasan
tertentu dibalik kejadian ini?"
"Aku sendiripun merasa rada tercengang, tetapi kenyataan
membuktikan kalau mereka sudah roboh, mari kita terjang
keluar dengan menggunakan kesempatan baik ini!
"Tidak salah! berangkatlah lebih dahulu untuk membuka
jalan, aku sipencuri tua akan panggil mereka semua!"
Ia putar badan lari balik kemudian menggape para jago
untuk sama2 melarikan diri.
Baris Ngo-Liong-Hwie-Tin yang dipuji setinggi langit oleh
Giok Lan serta Kiem Lan ternyata cuma biasa saja, bahkan tak
sanggup menghadapi sebuah serangan dari Siauw Ling.
Orang berbaju merah yang kena dihajar roboh tadi masih
tetap berbaring dengan tenang diatas tanah, sewaktu para
jago berjalan lewat disisinya tidak tampak ada reaksi apapun
dari antara mereka. Dalam sekejap mata para jago sudah lari keluar dari
perkampungan Pek Hoa San Cung dan ternyata sepanjang
perjalanan mereka tidak berjumpa lagi dengan hadangan2.
"Sungguh aneh sekali" terdengar Suma Kan berkaok. "Lima
orang manusia berbaju merah itu bukan saja berdandan
kukoay bahkan posisi yang ditempati mengandung barus yang
luar biasa, tapi apa sebabnya mereka tak sanggup
menghadapi sebuah serangan?"
Setelah keluar dari perkampungan Pek Hoa San Cimg, rasa
tegang diwajah para jagopun mengendor, teringat
pertempuran sengit yang baru saja berlangsung, mereka
merasa sangat beruntung dapat keluar dari sarang naga gua
macan dengan selamat. Be Boen Hwie berpaling memandang sekejap ke arah Kiem
Lan lalu bertanya dengan suara lirih, "Shen Bok Hong adalah
seorang manusia licik yang berakal banyak, mungkinkah
sengaja ia mengatur siasat untuk menjebak kita?"
"Tidak mungkin!" Kiem Lan menggeleng. "Walaupun budak
kurang begitu menguasai akan keadaan sebenarnya dari
barisan lima naga tersebut namun kalau ditinjau dari pakaian
yang dikenakan beberapa orang itu agaknya bukan lain adalah
sisik naga yang dibuat Shen Bok Hong dengan susah
payah...." "Manusia hendak membuat "Liong-Ka" sisik naga" aaah,
pekerjaan ini luar biasa sekali" seru siang Hwie. "Semestinya
kita harus mencopot sisik naga itu dari tubuh mereka tadi!"
Mendengar ucapan ini diam2 para jago merasa geli,
pikirnya, "Waduuh.... waduuh.... agaknya watak mencuri
sudah mendarah daging pada tubuh kakek tua ini!"
"Besar kecil dari sisik naga itu dibuat dan dibikin sesuai
dengan potongan badan lima naga" kata Kiem Lain sambil
tertawa hambar. "Seandainya orang lain yang mengenakannya
tentu saja tidak cocok!"
"Nona, tahukah kau Liong-Ka tersebut terbuat dari apa?"
sela Be Boen Hwie. "Darimanakah Shen Bok Hong berhasil mendapatkan sisik2
tersebut budak kurang tahu, tetapi yang jelas sisik2 itu terdiri
dari benang2 serat yang dikumpulkan jadi satu dengan daya
pantul yang besar, bacokan golok serta pedang sukar untuk
melukainya...." Dayang itu berpaling memandang sekejap ke arah Siauw
Ling,menyaksikan sianak muda itu mendengarkan dengan
seksama ia melanjutkan kembali, "Untuk membuat lima stel
pakaian Liong-Ka ini, Shen Bok Hong telah mengutus jagojago
kampungnya untuk mengumpulkan ber-puluh2 orang
tukang jahit tersohor dan bekerja selama tiga tahun baru
berhasil merampungkan lima stel pakaian tersebut, dari hal ini
bisa disimpulkan kalau barisan Lima Naga itu sangat
diandalkan sekali!" "Sungguh aneh sekali, mengapa orang2 itu tidak kuat
menahan sebuah seranganpun?" timbrung Siang Hwie.
"Disinilah letak kesulitan budak untuk memberi jawaban!"
"Orang itu tak kuat menahan sebuah seranganpun, meski
hal ini mengherankan namun lebih mencengangkan lagi
adalah tak berkutiknya empat orang aneh yang lain. apa
sebabnya mereka berpeluk tangan belaka membiarkan
rekannya terhajar?" sambung Giok Lan.
"Siauw-heng sebenarnya jurus pedang apakah yang kau
gunakan?" akhirnya Be Boen Hwie bertanya.
Kelihayan ilmu silat yang dimiliki Siauw Ling sudah cukup
menggetarkan hati para jago, karena dalam pertarungan
melawan musuh makin lihat lawannya semakin lihay pula ilmu
silat yang diperlihatkan hal inilah yang membuat para jago
menaruh curiga, mungkinkah secara tiba-tiba Siauw Ling
memperlihatkan kelihayannya.
"Benarkah kau she Siauw?" mendadak Suma Kan berseru.
Teringat barntuan yang diberikan orang asing ini sepanjang
pertempuran yang barusan terjadi sianak muda itu merasa
tidak pantas kalau ia merahasiakan namanya lebih jauh, maka
ia manggut. "Cayhe adalah Siauw Ling!" katanya
"Dan dia adalah Siauw Ling yang cia dan tulen!" sambung
Be Boen Hwie. Sun Put Shia yang selama ini membungkam dalam seribu
bahasa tiba-tiba putar kepala memandang Siauw Ling, lalu
menegur, "Apakah kau bernama Siauw Ling?"
"Tidak salah!" "Tatkala Loohu turun dari gunung, nama besarmu sudah
kudengar dan ternyata kelihayanmu benar2 bukan nama
kosong belaka!"
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siauw Ling tahu yang dimaksudkan pastilah Siauw Ling
gadungan alias Lan Giok Tong namun iapun sadar masalah ini
tidak gampang untuk dijelaskan maka iapun bungkam dalam
seribu bahasa. "Ayoh kita cepat berangkat...." tiba-tiba Sie-poa emas Sang
Pat berseru. "Kenapa?" tanya Suma Kan tercengang.
"Sudah tiba saatnya Shen Bok Hong menyelesaikan
latihannya, sewaktu ia mengetahui bahwa kita berhasil lolos
dari perkampungan Pek Hoa San Cung, gembong iblis itu pasti
akan melakukan pengejaran"
Belum selesai ia berkata terdengar suitan tajam
berkumandang datang dari kejauhan disusul suara derap kaki
kuda bergema semakin mendekat.
Para jago yang hadir disana kebanyakan merupakan jagojago
kawakan, belasan ekor kuda banyaknya, jelas pasukan
pengejar dari pihak perkampungan Pek Hoa San Cung sudah
melakukan pengejaran. Be Boen Hwie angkat kepala memandang sekejap keadaan
disekelilingnya, lalu berseru, "Mari kita bergeser ke arah
Timur-laut!" Tanpa banyak bicara ia memimpin jalan dan bergerak
dengan cepatnya. Siauw Ling tahu, perbuatan orang she Be itu tentu
mengandung maksud tertentu, tanpa bertanya lagi ia tarik
tangan Sang Pat dan berkata, "Mari kita berada dipaling
belakang untuk menyambut kedatangan mereka"
"Bagus!" jawab Sang Pat sambil tertawa, "Orang yang
bergabung dengan pihak musuh kebaynyakan merupakan
jago-jago berhati keji, kita tak usah ajak mereka
membicarakan soal peraturan Bu-lim lagi".
Siauw Ling tidak paham dengan maksud ucapannya,
terpaksa ia membungkam dalam seribu bahasa.
Terdengar suara derap kaki kuda makin lama semakin
mendekat, dibawah cahaya bintang secara lapat2 tampaklah
kuda2 jempolan bergerak mendekat dengan cepatnya.
Siauw Ling segera berjongkok dan memungut dua buah
batu gunung siap disambit keluar.
Sedangkan Sang Pat merogoh ke dalam sakunya ambil
keluar sebuah kotak kumala, membuka kotak tadi dan
menebarkan isi kotak tersebut ke atas tanah.
"saudaraku, apakah isi dari kotak itu?" tanya Siauw Ling.
"Ooouw....! hanya suatu permainan kecil, harap toako
jangan mentertawakan!...."
"Menggunakan tentara tidak akan melupakan siasat,
terhadap manusia2 rendah macam mereka sudah tentu kita
tak perlu menggunakan cara yang jujur!"
"Isi kotak kumala ini...."
Mendadak orang she Sang itu membungkam.
Siauw Ling angkat kepala, tampaklah dua ekor kuda
jempolan melampaui rombongan mereka dan mendesak tiga
empat tombak lebih ke depan, jelas Sang Pat tidak ingin
rahasianya diketahui musuh maka ia putus ucapannya
ditengah jalan. Dalam pada itu, dua ekor kuda jempolan tersebut sudah
berlari diatas benda yang disebarkan Sang Pat diatas tanah
itu. Tampak percikan cahaya api berkelebat disusul serentetan
suara ringkikkan kuda berkumandang memenuhi angkasa.
Ketika Siauw Ling menengok ke arah api, tampaklah cahaya
api berwarna ke-hijau2an sedang membakar kaki kuda itu.
Sewaktu orang yang ada dibelakangnya menyaksikan rekan
didepannya mengalami celaka buru-buru ia putar kudanya siap
melarikan diri namun terlambat....
Terlihat cahaya api berkilauan memenuhi angkasa, seluruh
tubuh kuda itu seketika terbakar dengan hebatnya.
Dua orang jago yang menunggang diatas kuda jempolan itu
buru-buru meninggalkan kuda tunggangannya, mereka
mencelat dua tombak jauhnya dari tempat kejadian dan
melanjutkan pengejaran dengan berlarian.
Suara ringkikkan yang memanjang bergema memecahkan
kesunyian, kedua ekor kuda itu meloncat2 kesakitan.
Ditengah malam yang gelap terlihatlah kobaran api
berwarna hijau itu makin lama berkobar semakin besar, dalam
waktu singkat dua ekor kuda itu sudah terbakar mati.
Kuda2 pengejar dibelakang yang menyaksikan peristiwa ini
sama2 tarik les kudanya kemudian berputar dan melanjutkan
pengejaran. "SUngguh sayang, sungguh sayang," seru Sang Pat
"Orang2 dari perkampungan Pek Hoa San Cung benar2 sangat
licik, seandainya mereka mengejar berbareng niscaya semua
pasukan akan terbakar habis."
Dalam pada itu dua orang lelaki kekar yang kudanya
terbakar tadi sudah mengejar hampir dekat dengan Siauw
Ling berdua. Sianak muda itu segera ayun pergelangan kanannya, dua
butir batu melesat keluar diiringi desiran tajam langsung
menghajar ke arah dua orang itu.
Ditengah kegelapan yang mencekam tak mungkin bagi
kedua orang itu untuk menghindar, mereka terhajar telak
terkena dan roboh. Untung dalam kegelapan yang mencekam sulit bagi Siauw
Ling untuk mengarah tepat jalan darah, dengan demikian
meski serangan bersarang ditubuh musuh namun bukan
tempat berbahaya. Walaupun begitu kekuatan serangan Siauw Ling amat
dahsyat sekalipun bukan tempat bahaya yang terhajar, namun
cukup membuat mereka kesakitan dan pengejaranpun segera
terhenti. Kuda2 pengejar dari arah belakang dengan cepat menyusul
mereka berdua dan meneruskan pengejaran ke arah depan.
Sepasang mata Siauw Ling mengawasi sekejap keadaan
disekeliling tempat itu lalu kepada Sang Pat bisiknya, "Dewasa
ini kita semua sudah lapar, dahaga dan lelah, sukar untuk
melangsungkan pertarungan lagi, ditinjau dari gerak gerik
pengejar2 itu rasanya ilmu silat yang mereka miliki tidak
lemah, seandainya kita bisa memilih suatu posisi yang baik
dan sempit, dengan kekuatan kita berdua rasanya tidak sulit
untuk menghalangi jalan pergi mereka.
Terlihatlah kuda2 itu laksana terbang sudah semakin
mendekat, Siauw Ling berdua pun dengan cepat kena disusul.
"Jangan melibatkan diri dalam suatu pertarungan sengit"
seru Siauw Ling memperingatkan. "Cukup kita halangi
perjalanan mereka dan jangan sampai merkea berhasil
melampaui kita, itu sudah cukup".
"Tidak salah, tidak salah ucapanmu itu!" sahut sie-poa
emas Sang Pat sambil ambil keluar senjatanya dari dalam
saku. Dari jawaban tersebut secara lapat2 Siauw Ling dapat
mendengar bahwa napasnya ter-sengkal2, segera ia berpikir di
dalam hati, "Seandainya kami berdua sampai terkurung
kembali oleh boesu2 dari perkampungan Pek Hoa San Cung
ini, niscaya dalam pertarungan sengit yang kemudian
berlangsung banyak jago-jago diantara kami bakal roboh
terluka ataupun binasa...."
Sementara ia masih berpikir, mendadak terdengar suara Be
Boen Hwie berkumandang datang;
"Siauw-heng, harap jangan bertempur lebih jauh"
Siauw Ling segera loncat ketengah jalan menghalangi
perjalanan para pengejar lalu bentaknya
"Saudata Sang Pat, cepat mundurlah lebih dahulu!"
Sang Pat tahu ilmu silatnya sangat lihay, iapun tidak
sungkan2 dan mengundurkan diri lebih dahulu.
Dalam waktu singkat seekor kuda pengejar telah
menerjang tiba, Siauw Ling ayun telapaknya melancarkan
sebuah babatan. Segulung angin pukulan yang maha dahsyat meluncur
kedepan, melihat datangnya serangan orang yang ada diatas
kudapun mendorong pula sepasang telapaknya menerima
datangnya serangan dengan keras lawan keras.
Daya serangan dari Siauw Ling amat dahsyat dalam suatu
bentrokan yang maha dahsyat orang itu terpental dan jatuh
terbanting dari atas pelana kudanya.
Namun orang itu tidak lemah, ketika tubuhnya menempel
diatas tanah ia segera melejit dan melancarkan tubrukan
kembali ke arah Siauw Ling.
Orang ini benar2 bandel dan tidak takut mati meskipun
sudah terpental jatuh dari atas pelana oleh serangan Siauw
Ling, namun hatinya sama sekali tidak keder bahkan berani
melancarkan serangan kembali.
Dikala lelaki itu sedang menubruk ke arah Siauw Ling
kembali ada dua orang penunggang kuda menerjang tiba
sepasang pedangnya langsung menyerang tubuh sianak muda
itu. Bukan mundur sebaliknya Siauw Ling maju ke depan,
mendadak ia menerjang dua langkah ke muka meloloskan diri
dari datangnya ancaman pedang yang muncul dari kiri dan
kanan, setelah itu dengan telapaknya ia sambut datangnya
serangan lelaki itu. Kali ini hawa murninya sudah disalurkan ke atas telapak,
,menanti sepasang telapak saling membentur hawa murnipun
segera meluncur keluar dengan dahsyatnya.
Terdengar lelaki itu mendengus berat, badannya mundur
enam tujuh langkah ke belakang dan roboh ke atas tanah.
Luka dalam yang ia derita kali ini parah sekali, untuk
beberapa saat lelaki itu tak sanggup bangun berdiri.
Walaupun Siauw Ling berhasil melukai seorang musuh,
namun dengan adanya kejadian ini maka empat lima orang
pengejar telah keburu tiba.
Tampak cahaya golok berkilauan, hawa pedang memenuhi
angkasa, dua bilah golok dan dua bilah pedang secara
serentak menyerang tiba. Siauw Ling segera kirim telapak kirinya kedepan menggetar
mundur musuh yang ada disebelah kiri, sedangkan tangan
kanannya berkelebat mencengkeram sebilah pedang yang
menuduk tiba, mentah2 ia seret orang itu jatuh dari atas kuda
kemudian diiringi sebuah tendangan kilat dari sianak muda itu,
orang tadi mencelat dan roboh terjengkang ke atas tanah.
Walaupun ilmu silat yang dimiliki sianak muda ini sangat
lihay namun setelah mengalami pertempuran sengit beberapa
waktu lamanya, tak urung iapun merasa kecapaian, ketika
perhatiannya sedang dipusatkan untuk merampas senjata
musuh, tiba-tiba punggungnya terasa amat sakit, sebuah
tusukan telah bersarang ditubuhnya.
Sebetulnya Siauw Ling mempunyai hawa khiekang yang
melindungi tubuhnya, tak mungkin serangan bokongan bisa
melukai tubuhnya, tetapi karena tenaganya sudah berkurang
setelah melangsungkan pertarungan seru, kedua ia lupa
menyalurkan hawa khie-kangnya, maka tusukan ini membuat
ia menderita luka yang tidak ringan.
Siauw Ling segera putar pedangnya menyapu keluar.
Triiing.... triing.... triiing.... diiringi suara dentingan yang
amat nyaring, empat bilah pedang berhasil ia sampok lepas
semua. Suara bentakan2 keras berkumandang dari arah depan,
agaknya rombongan para jagopun sudah berlangsung suatu
pertarungan sengit. Dalam keadaan seperti ini Siauw Ling tak bisa memikirkan
luka diatas punggungnya lagi, buru-buru ia salurkan haw
murninya untuk mencegah lebih banyak darah mengalir
keluar. pedangnya berkelebat membentuk selapis bunga
pedang, ditengah jeritan ngeri seorang musuh roboh binasa.
Ia mulai melancarkan serangan kilat untuk cari
kemenangan, serangan2 yang dilancarkanpun mengugnakan
jurus yang aneh dan sakti.
Suara rintihan berkumandang saling susul menyusul, dalam
sekejap mata kembali Siauw Ling sudah melukai lima orang
dan berhasil lolos dari kepungan.
Ia paling menguatirkan keselamatan orang tuanya, maka
tiada kegembiraan sama sekali untuk bergebrak lebih jauh,
sambil mengempos tenaga tubuhnya lari ke arah depan.
Setelah berlarian beberapa waktu dan melewati sebuah
tikungan, sianak muda itu melihat banyak sekali sahabat2
kangouw dengan senjata terhunus sedang melangsungkan
pertarungan sengit melawan para pengejar dari
perkampungan Pek Hoa San Cung.
Dalam sekilas pandang, Siauw Ling kenali diantara para
jago iBu-lim terdapat Pat-Chiu-Sin-Liong sinaga sakti
berlengan delapan Toan Bok Cheng serta gadis berbaju hijau
yang cantik namun serius, disamping itu terdapat pula
sipendekar pincang Ciang Toa Hay beserta dua orang
muridnya. Lima orang itu berdiri berjejer didepan menghadang musuh
yang mengejar datang. Dibelakang mereka berdiri pula seorang jagoan berbaju
merah dan bersenjata Hwee-Lion-Pang dia bukan lain adalah
Sam-Yang-Sin-Tan sipeluru sakti Liong Koei Cang.
Sejak semula Be Boen Hwie sudah menanti disisi kalangan,
sewaktu melihat Siauw Ling berlari mendekat buru-buru
serunya ; "Cepat lari kemari, makanlah sedikit dan segera
beristirahat!" Siauw Ling lari ke arah depan, Toan Bok Ceng segera
menyingkir kesamping memberi jalan buat sianak muda itu
untuk menerjang masuh kedalam.
Buru-buru Be Boen Hwie membawa Siauw Ling berputar ke
dalam sebuah tikungan sambil berkata ;
"Cepatlah beristirahat dan makan...."
Mendadak ia menemukan darah membasahi tubuh sianak
muda itu, segera serunya tercengang;
"Kau terluka?" Ia tahu ilmu silat yang dimiliki Siauw Ling sangat lihay,
dalam pertarungan sengit yang terjadi di dalam
perkampungan Pek Hoa San Cung pun ia tidak terluka, tentu
saja menghadapi para pengejar yang tidak lihay, tak mungkin
ia bisa terluka. Mula2 ia anggap darah diatas tubuhnya merupakan darah
musuh yang mengotori bajunya namun setelah dilihat lebih
jauh ia merasa keadaan tidak beres, ia temukan diatas
punggung sianak muda itu terdapat sebuah mulut luka dan
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
darah mengucur keluar tiada hentinya dari sana.
Siauw Ling merasakan sepasang kakinya jadi lemas, buruburu
ia gunakan pedang untuk menahan tubuhnya, dan perlahan-
lahan duduk ke atas tanah.
Ternyata setelah Be Boen Hwie mengungkap soal luka,
Siauw Ling baru sadar bahwa darahnya sudah banyak yang
mengalir keluar, maka setelah ketegangan mengendor
pertahanan badanpun jadi lemah.
Pada waktu itu para jago sama2 beristirahat sambil
bersantap mereka berharap kesehatan serta kekuatan mereka
cepat pulih kembali seperti sedia kala sehingga daya tempur
didapatkan kembali. Berita terlukanya Siauw Ling dengan cepat tersiar keluar,
mula2 Kiem Lan yang datang menghampiri sambil bertanya
dengan nada cemas ; "Beratkah lukamu?"
"Aah tidak mengapa!"
"Siangkong, kau harus menanggung keselamatan kami
semua, maka kau harus baik2 menjaga kesehatan badan,
dimanakah letak mulut lukamu" cepat bawa kemari, biarlah
kubalut dan beri obat!"
"Kalau begitu aku harus merepotkan dirimu" seru Siauw
Ling sambil per-lahan-lahan putar badan.
Menyaksikan mulut luka yang terbentang diatas
punggungnya sangat dalam, Kiem Lan semakin kuatir, diam2
ia berdoa ; "Semoga saja jangan sampai melukai jantung atau
tulangnya...." Dengan sapu tangan ia segera membalut mulut luka itu
dengan teliti dan seksama.
Dalam pada itu para jago yang sedang beristirahat sama2
menghampiri sianak muda itu tatkala mereka mendengar
berita tersebut. Menyaksikan kekuatiran semua orang, Siauw Ling malahan
merasa kurang tenteram, ia segera berseru ;
"Pada saat ini waktu berharga bagaikan emas, setiap saat
kemungkinan besar kita akan bergebrak melawan para jago
dari perkampungan Pek Hoa San Cung, luka yang cayhe derita
lirih sekali dan tak perlu cuwi kuatirkan...."
Tiba-tiba ia tidak menemukan Sun Put Shia ada diantara
para jago, wajahnya nampak tertegun.
Menyaksikan perubahan air muka Siauw Ling, Kiem Lan
tercengang. "Siangkong, bagian mana yang kurang beres?" segera
tegurnya. "Apakah cuwi sekalian tidak berjumpa dengan Sun Put Shia
Loocianpwee"...." tanya sianak muda itu seraya putar sinar
matanya ke atas wajah Be Boen Hwie.
Para jago tertegun dan saling berpandangan dengan mulut
melongo. Ternyata di dalam keadaan lapar, dahaga dan lelah para
jago tiada berkesempatan untuk memikirkan orang lain, maka
mereka tidak tahu sejak kapan Sun Put Shia melenyapkan diri.
"Ilmu silat yang dimiliki pengemis tua ini lihay sekali" ujar
Suma Kan cepat, "Aku rasa tak mungkin ia jumpai mara
bahaya. cuwi sekalian tak perlu terlalu menguatirkan
keselamatannya!" "Aaaai.... namun luka dalam yang ia derita sangat parah!"
Terdengar jeritan ngeri berkumandang datang seorang
lelaki kekar berusia tiga puluh tahunan dengan tangan kanan
mencekal pedang, seluruh badan berlepotan darah buru-buru
lari mendekat, Sang Pat segera loncat bangun, tangan kanannya
berkelebat cepat menotok dua buah jalan darah dibahu kiri
orang itu. Siauw Ling berpaing, ia segera kenali orang itu sebagai
murid pendekar pincang Ciang Toa Hay. ketika itu sebuah
lengan kirinya sudah dibabat orang sampai putus dua bagian,
meskipun Sang Pat telah menotok dua buah jalan darahnya
untuk menghentikan darah yang mengalir keluar namun darah
segar masih mengucur keluar tiada hentinya.
Dengan pedangnya orang itu menahan sang tubuh yang
hendak roboh ke atas tanah, lalu ujarnya.
"Suhu memerintahkan cayhe untuk beri kabar kepada cuwi
sekalian, harap kalian segera berangkat sebab bala bantuan
dari pihak perkampungan Pek Hoa San Cung makin lama
datang semakin banyak, walaupun suhu serta Toan Bok
Loocianpwee telah mempertahankan kedudukan dengan
segenap tenaga, namun disebabkan lebih lama, harap cuwi
sekalian cepat-cepat berangkat...."
Sehabis mengucapkan kata2 itu, ia tak kuat menahan diri
dan segera roboh ke atas tanah.
Para jago adalah tokoh2 Bulim nomor wahid, selesai
bersantap dan beristirahat sejenak, semangat serta tenaga
merekapun telah pulih kembali seperti sedia kala.
Be Boen Hwie tampil kedepan membopong lelaki itu
kemudian berseru ; "Siapakah diantara cuwi sekalian membawa obat luar luka
yang mujarab?" "Aku sipencuri tua punya obat tersebut" jawab Sipencuri
Sakti Siang Hwie sambil maju kedepan dengan langkah lebar,
dari sakunya ia ambil keluar obat luka luar, merobek secarik
kain lalu membalutkan luka orang itu.
Jago-jago yang hadir ketika itu, sebagian besar merupakan
pentolan2 Bulim satu daerah, pada hari2 biasa mereka
berwatak tinggi hati dan sombong, jangan harap mereka suka
mengobati luka orang dengan turun tangan sendiri.
Namun situasi pada saat ini jauh berbeda, hal mana
membuat manusia nagkuh itu punya perasaan menanggulangi
bencana bersama, mereka sudah melupakan soal nama,
kedudukan serta tabiatnya yang angkuh.
Tampak Hong Coe menghampiri seraya berkata ;
"Be-ya, serahkan saja orang menderita luka parah ini
kepada budak!" Menyaksikan kekompakan serta rasa gotong royong dari
para jago Be Boen Hwie segera mendongak dan tertawa
terbahak2. "Haaaa.... haaa.... seandainya para jago dikolong langit bisa
bersatu padu dan bekerja sama semacam kita ini hari,
sekalipun silat Shen Bok Hong sepuluh kali lipat lebih
hebatpun tak usah kita takuti lagi!"
Suma Kan yang selama ini membungkam disisi kalangan
tiba-tiba ambil keluar senjata gelang emasnya dan berseru ;
"Siapakah diantara cuwi sekalian suka mengikuti siauw-te
untuk pergi menghadang datangnya bala bantuan dari pihak
musuh?" "Aku sipencuri tua akan mengiringi kehendakmu!" sahut
Siang Hwie. Mereka berdua segera enjotkan badan dan berlalu untuk
membantu para jago bertempur melawan musuh.
Sepeninggalnya kedua orang itu Be Boen Hwie angkat
kepala memandang sekejap situasi disekeliling tempat itu, lalu
ujarnya. "Kurang lebih lima li didepan sana, cayhe telah mengatur
persiapan jebakan kedua, asal kita bisa melanjutkan
perjalanan sejauh lima li lagi maka kita bakal bertemu dengan
para jago yang telah dipersiapkan di pos kedua itu...."
JILID 25 Bala bantuan dari perkampungan Pek Hoa San Cung
mengalir datang tiada hentinya, sela Sang Pat. "Meskipun
Toan Bok Cheng sinaga sakti berlengan delapan serta Ciang
Toa Hay sipendekar pincang sekalian telah dibatnu oleh Suma
Kan serta Siang Hwie, rasanya merekapun tak bisa bertahan
terlalu lama". "Tentang soal ini cayhe sudah bikin persiapan entah
bagaimana keadaan luka Siauw-heng" apakah sudah dapat
berjalan?" "Aaah, tidak mengapa" Kiem Lan nyeletuk, "Seandainya ia
tak sanggup berjalan sendiri, biarlah kugendong...."
"Tak usah merepotkan dirimu" seru Siauw Ling sambil
meloncat bangun dari atas tanah. "Luka kecil diluar kulit ini
tidak terhitung seberapa!"
"Siauw-heng, kau harus berjaga diri demi keselamatan
seluruh umat Bu-lim dikolong langit, jangan terlalu
memaksa...." kata Be Boen Hwie memperingatkan.
"Tidak perlu dikuatirkan!" dengan langkah lebar ia lantas
maju kedepan. Sang Pat serta Kiem Lan dengan cepat membuntuti disisi
kiri dan sisi kanan sianak muda itu.
Suara bentakan keras serta jeritan ngeri berkumandang
datang tiada hentinya, jelas pertarungan sengit yang
berlangsung antara kedua belah pihak berjalan dengan amat
serunya. Walaupun Siauw Ling ada maksud untuk putar badan
memberi bantuan kepada para jago, namun luka
dipunggungnya terasa amat sakit sekali, sadarlah sianak muda
ini bahwa ia tak punya tenaga untuk bertempur lebih jauh, tak
terasa sambil menghela napas panjang lambat2 melanjutkan
perjalanan ke arah depan.
Dalam sekejap mata lima li sudah dilewati, dihadapan
mereka terbentang sebuah jalan raya yang melintasi sebuah
selat sempit dijepit oleh dua buah bukit yang menjulang tinggi
keangkasa didepan mulut selat berdiri seorang lelaki kekar
bercambang. Siauw Ling kenali orang itu sebagai Lam-Ih Poh Thian
Seng. "Poh-heng, apakah semua persiapan telah selesai?" tegur
Be Boen Hwie sambil maju kedepan dan menjura.
"Semua persiapan telah selesai, silahkan Be-heng serta
cuwi sekalian beristirahat ditikungan bukit sana, kami telah
siapkan makanan buat cuwi semua serta kuda2 jempolan
sebagai ganti kaki".
"Aaah, ternyata mereka sudah bikin persiapan yang
cermat" pikir Siauw Ling diam2. "Entah rencana siapa ini....".
Sementara masih berpikir, para jagopun telah melewati dua
buah bukit yang tinggi dan menembusi selat sempit tersebut,
setelah melewati selat tadi pemandangan secara tiba-tiba
berubah. Tampaklah dihadapan mereka terbentang sebuah tanah
rumput yang sangat luas, ringkikan kuda berkumandang tiada
hentinya. Tidak salah lagi disitu benar2 sudah tersedia
puluhan ekor kuda jempolan lengkap dengan pelananya.
"Silahkan Siauw-heng serta cuwi sekalian beristirahat
sebentar ditempat ini" bisik Be Boen Hwie lirih. "Siauw-te akan
menyambut para jago yang sedang mengundurkan diri dari
pos pertama". "Setelah beritirahat beberapa waktu, siauw-te merasa
kesehatan badanku telah pulih kembali, aku siap mengikuti
Be-heng berangkat kesitu" sambung Siauw Ling.
"Kami telah siapkan tanda yang saling berhubungan tak
usah kita lari balik lagi kesana, siauwte tidak berani
merepotkan diri Siauw-heng"
"Aaaai.... demi aku Siauw Ling cuwi sekalian harus
bertempur mati2an, mana boleh aku tetap berpeluk tangan
belaka?" "Tetapi luka Siauw-heng...."
"Tak usah kau kuatirkan!"
Be Boen Hwie merasa kurang leluasa untuk menghalangi
niatnya lagi, terpaksa ia menyahut ;
"Boleh, boleh saja kalau Siauw-heng ingin turun melihat
keadaan, namun lebih baik jangan turun tangan."
"Cayhe akan ikut berangkat guna melindungi toako" seru
Sang Pat sambil bangun berdiri.
Sebetulnya Siauw Ling ingin mencegah, namun
menyaksikan ketulusan hatinya terpaksa ia membungkam.
Demikian tiga orang itu segera lari kemulut selat, dimana
situasi-pun telah berubah sama sekali.
Ketika itu dimulut selat telah bertambah dengan empat lima
orang jago bersejatakan terhunus.
Sekilas memandang para jago disana, Siauw Ling segera
kenali hampur separuh dari antara mereka.
Pemuda ganteng berpakaian berkabung yang ada dipaling
kiri mencekal sebilah pedang yang panjangnya tidak sampai
dua depa, dia bukan lain adalah putra dari ciangbunjien Thay-
Khek-Boen aliran Selatan yang tersohor akan ilmu pedang
Hwee-Hong-Cap-Pwee-Kiam, Sak Hong Sian adanya.
Disisi Sak Hong Sian berdiri seorang kakek berusia lima
puluh tahunan yang berdiri dengan angker, dia bukan lain
adalah Tiam Koen dari perguruan Thay-Kek-Boen aliran
selatan pula. Kemudian adalah seorang kakek berbaju yang menyoren
pedang, secara lapat2 Siauw Ling kenali orang itu sebagai
Tang Kong Seng dari perguruan It-Heng-Boen.
Orang yang paling kiri dan berdiri disisi Poh Thian Seng
punya perawakan tinggi besar, wajahnya merah dan
dipinggangnya tersoren palu berantai perak. membawa
gendewa serta anak panah, dia bukan lain adalah sin-Ciam-
Ceng-Kan-Koen, sipanah sakti yang menggetarkan jagad Tong
Goan Khie. Kecuali lima orang jago yang menghadang di depan selat,
dibalik batu karang sisi bukit tampak bayangan manusia
berkelebat kesana kemari jelas disanapun sudah siap jagojago
lihay. Suatu ingatan berkelebat dalam benak Siauw Ling pikirnya ;
Kiranya mereka bersembunyi dibalik semak belukar
dibelakang dinding bukit itu tidak aneh kalau aku tak berhasil
menemukan jejak mereka. Tong-heng silahkan melepaskan tanda rahasia dan panggil
mereka agar segera mengundurkan diri" seru Be Boen Hwie.
Tong Goan Khie mengiakan ia ambil keluar anak panah lalu
dipasang diatas gendewa kemudian melepaskan panah
bersuara tersebut ketengah angkasa.
Bluumm....! tatkala anak panah tadi meluncur keangkasa
mendadak meledak dan menciptakan segulung asap berwarna
putih. Orang perkampungan Pek Hoa San Cung bertempur
dengan cara mengerubut, harap cuwi sekalian tak usah
sungkan2 dan turun tangan keji terhadap mereka, bisa
membunuh seorang binasakan orang2 itu!" seru Be Boen Hwie
lagi dengan suara berat.
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ehmm, aku tahu," Poh Thian Seng mengangguk. "sialhkan
Be-heng beristirahat, persoalan ditempat ini tak perlu anda
kuatirkan akan kami selesaikan sekuat tenaga."
"Baiklah siauwte hanya akan menonton dari balik batu
karang pokoknya aku tidak bakal turun tangan!"
"Kalau begitu silahkan mengikuti Siauwte?"
Tiba-tiba orang she Poh itu angakat tangannya ke atas
kepala dan membuat kode satu lingkaran.
Para jago yang sedang menhadang ditengah jalan dengan
cepat menggeserkan tubuhnya masing-masing bersembunyi
dibalik semak belukar dibelakang batu karang itu.
Siauw Ling serta Sang Pat mengikuti dibelakang Be Boen
hwie, dibawah petujuk Poh Thian Seng langsung menuju ke
belakang batu karang di sebelah kanan bukit.
Kiri kanan serta muka belakang batu karang itu penuh
tumbuh rumput lebat sehingga tempat tersebut amat rahasia
dan tertutup, lagi pula medan penglihatan dari atas sangat
luas. Baru saja beberapa orang itu menyembunyikan diri
tampaklah empat ekor kuda laksana kilat berlari mendekat.
"Aaah mereka telah berhasil menerobos hadangan2 yang
kita pasang pada pos pertama...." seru Be Boen Hwie dengan
suara lirih. "Kalau begitu bagaimana kalau kita lukai dahulu beberapa
orang diantara mereka agar orang itu tahu rasa?"
Ia pertinggi suaranya dan melanjutkan.
"Tong-heng orang2 yang ada diatas kuda merupakan boesu
dari pekampungan Pek Hoa San Cung harap Tong-heng tak
usah sungkan2 dalam melancarkan serangan."
Dari situasi yang dihadapinya ini, Siauw Ling mengerti
dalam kelompok Bu-lim lapisan kedua ini Poh Thian Seng-lah
pemimpinnya. Sementara ia berpikir, desiran anak panah menderu2, boesu
yang berada dikuda pertama mendadak menjerit ngeri dan
roboh ke atas tanah "Gelar sipanah sakti dari Tong Goan Khie benar2 bukan
nama kosong belaka" puji Siauw Ling dalam hati. "Jarak
sejauh inipun masih bisa dicapai dengan anak panahnya
begitu hebat. Desiran tajam berkumandang tiada hentinya, kembali
beberapa batang anak panah menembusi angkasa meluncur
kedepan. Agaknya para boesu diatas kuda itu sudah waspada,
mereka segera menyebarkan diri dan menerjang kedepan.
Kendati reaksi mereka cukup cepat dalam menghadapi
situasi tersebut, tak urung mereka terlambat juga selangkah,
kembali seorang lelaki kekar roboh terjengkang dari atas kuda
termakan anak panah itu. Dua orang penunggang terakhir dari perkampungan Pek
Hoa San Cung itu sama sekali tidak dibikin gentar karena
menyaksikan rekannya terluka, bukannya mundur mereka
malah melarikan kudanya semakin kencang untuk menerjang
datang. "Be-heng, harap kau suka menonton jalannya pertarungan
dari sini, siauw-te akan turun tangan menghadang musuh itu"
bisik Poh Thian Seng. "Poh-heng, silahkan melaksanakan tugasmu!"
Poh Thian Seng tersenyum, ia loncat turun dari tempat
persembunyiannya dan langsung menuju kemulut selat.
Dalam pada itu dari balik semak belukar di belakang batu
cadas secara beruntun para jago munculkan diri dan
menghadang jalan pergi boesu2 tersebut.
Sak Hong Sian ciangbunjien dari pergurunan Thay-Khek-
Bun aliran selatan turun tangan lebih dahulu pedang
pendeknya dikebaskan langsung menyerang seseorang yang
ada disebelah kiri. Serangannya dilancarkan cepat laksana kilat cahaya pedang
berkelebat memenuhi angkasa.
Orang yang ada diatas kuda adalah seorang lelaki berbaju
serba hijau, melihat datangnya serangan dia tarik kudanya
untuk menghindar, kemudian ambil kesempatan itu dia cabut
keluar golok Yan Ling-to yang tersoren di punggungnya.
Serangan pertama mengenai sasaran kosong Sak Hongsian
melancarkan serangan yang kedua.
Ternyata ilmu silat yang dimiliki lelaki berbaju hijau itu tidak
lemah goloknya segera disabet ke luar sehingga membawa
deruan angin tajam terjadilah suatu pertarungan yang seru
melawan Sak Hong Sian. Pemuda she Sak itu melancarkan babatan berulang kali
namun mereka tetap mempertahankan posisi sama kuat hal ini
membuat hatinya sangat gelisah pedangnya diputar semakin
kencang. Terdengar Tiam Koen berbisik lirih, Ilmu silat aliran Thay
Kheh Bun kami mengutamakan tenang menghadapi gerak
apabila Ciangbunjien bernapsu dan mengikuti emosi maka hal
ini merupakan suatu pelanggaran besar terhadap pantangan
perguruan kami. Tidak salah lagi setalah Sak Hong-sian menjadi tenang dan
bertarung dengan hati mantap serangan pedangnya tampak
semakin dahsyata dan semakin membahayakan.
Beberapa kali lelaki berbaju hijau itu ingin turun dari
kudanya namun setiap kali kena dipaksa oleh ujung pedang
Sak Hong-sian sehingga tak mungkin baginya untuk turun.
Dikala Sak Hong-sian untuk turun tangan Tang Kong-seng
dari It-Heng-bun pun ikut turun tangan menyerang lelaki lain
dari perkampungan Pek Hoa San Cung itu.
Tang Kong-seng seorang jago kawakan yang punya banyak
pengalaman dalam menghadapi serangan musuh serangan2
yang dilontarkan mengandung kekerasan diantara kelembutan
inilah letak keistimewaan dari ilmu silat perguruan It-Heng
Boen. Setelah bergebrak puluhan gebrakan dua orang lelaki
berbaju hijau itu mulai tak sanggup mempertahankan diri Sak
Hong-sian mendapat hasil lebih dahulu, sekali tusuk ia lukai
kuda jempolah milik lawannya.
Kuda itu terluka dan meringkik panjang sepasang kaki
depan pun segera diangkat ke atas.
Lelaki berbaju hijau itu babat goloknya dengan jurus Lek
Peng Thian Lam atau mendobrak hancur langit selatan, ia
tutup tubuh sendiri rapat2 kemudian loncat turun dari atas
kuda. Tentu saja Sak Hong Sian tidak akan membiarkan dia
meloloskan diri, badannya maju mendesak, pedangnya
menangkis miring babatan golok lawan kemudian telapak
kirinya diayun kemuka. Serangan ini datangnya tepat pada saatnya, baru saja lelaki
itu meloncat turun dari atas kuda dan belum mencapai
permukaan tanah, serangan sianak muda itu sudah meluncur
tiba. Bruuk.... dengan telah serangan tadi bersarang diatas
punggung sebelah kiri lelaki itu.
Terdengar orang itu mendengus berat, tak kuasa badannya
roboh kedepan. Sak Hong Sian meloncat kedepan mengirim sebuah
tusukan, ujung pedangnnya segera menembusi dadanya,
darah segar mengucur keluar dengan derasnya membasahi
lantai, suatu tendangan susulan membuat mayat lelaki tadi
mencelah jauh dari sisi kalangan.
Pada saat itu Tang Kong Seng telah mengeluarkan jurus
ampuh perguruan It Heng Bun-nya yaitu jurus "Cion-Lang-
Tiap-Poo" atau ombak menggulung riak membuih, cahaya
pedang berlapis-lapis menyilaukan mata seketika itu maka ia
membelah tubuh lelaki jadi dua bagian.
Beberaoa orang itu mempunyai dendam sakit hati sedalam
lautan dengan Shen Bok Hong, maka dari itu terhadap setiap
anggota perkampungan Pek Hoa San Bung merekapun
membenci sampai merasuk ke tulang, setiap serangan
dilancarkan pasti keji dan telengas.
Ketika kedua orang itu berhasil membinasakan musuh2nya,
dari atas jalan raya melayang datang enam tujuh sosok
bayangan manusia dengan cepatnya.
Dibelakang bayangan manusia itu dengan kencang
mengikuti puluhan orang Boesu berbaju hitam.
Orang yang melarikan diri paling depan tiada hentinya
melepaskan senjata rahasia untuk menghadang pengejaran
boesu2 berbaju hitam itu.
Tong Goan Khie segera pentang gendewa melepaskan anak
panah, dalam sekejap mata tiga orang Boesu berbaju hitam
telah roboh binasa termakan anak panah tersebut.
Beberapa saat kemudian, para jago telah makin mendekati
mulut selat pos kedua. Siauw Ling yang bersembunyi dibelakang batu dapat
melihat Ciang Toa Hay serta Toan Bok Cheng telah berubah
jadi manusia darah, Sam-Yang-Sin-Tan sipeluru sakti Liok Koei
Cang dengan tangan kanan membawa senjata Hwie-Liong
Pang, lengan kirinya telah basah oleh darah, agaknya iapun
menderita luka yang sangat parah.
Dalam keadaan terluka sinaga sakti berlengan delapan
Toan Bok Cheng masih melepaskan juga senjata rahasianya
untuk menghadang jalan maju musuh2 itu.
Sigadis berbaju hijau yang berwajah dingin dan agung itu,
saat ini keadaannya mengerikan, rambut panjangnya terurai
dan seluruh badannya penuh berlepotan darah.
Disamping itu terdapat pula seorang pemuda berusia dua
puluh tahunan yang bersenjatakan pedang, agaknya pahanya
terluka sehingga sewaktu berlari lagaknya mirip sedang melompat2.
Suma Kan serta Siang Hwie berada dibarisan paling
belakang, sambil bertempur mereka mundur terus ke
belakang. Cukup ditinjau dari keadaan beberapa orang itu, jelaslah
sudah bahwa pertempuran yang barusan berlangsung tentu
amat mengerikan. Poh Thian Seng menyingkir kesamping memberi jalan lewat
buat Ciang Toa Hay sreta Toan Bok Cheng sekalian lewat,
kemudian membentak keras dan lintangkan badannya
menghadang jalan pergi boesu2 dari perkampungan Pek Hoa
San Cung itu. Empat lima orang boesu yang sedang melakukan
pengejaran segera berhenti mereka terperanjat tatkala
menyaksikan dihadapan mereka kembali muncul hadangan
para jago-jago tangguh. Poh Thian Seng mendongak, ia temukan boesu berbaju
hitam yang berkumpul disitu makin lama semakin banyak,
dalam sekejap mata puluhan orang sudah berkumpul disitu,
dari tempat kejauhan pun debu mengepul, agaknya terdapat
ber-puluh2 ekor kuda sedang berlari mendatang.
Dalam pada itu Tong Goan Khie sudah masukkan kembali
gendewa serta anak panahnya, ia lepaskan senjata bandulan
berantainya siap menghadapi musuh.
Sak Hong Sian, Tang Kong Seng, Tiam Koen sekalian
berlima berdiri berjajar ditengah jalan, dengan begitu selat
yang lebarnya cuma beberapa tombak tadi seketika tersumbat
sama sekali. Dalam waktu singkat empat lima puluh orang Boesu
berbaju hitam telah berkumpul disana dengan senjata
terhunus, semua aneh sekali, mereka tidak segera
melancarkan serangan se-akan2 sedang menantikan sesuatu.
Siauw Ling yang dapat menyaksikan keampuhan serta
pengaruh perkampungan Pek Hoa San Cung diam2 menghela
napas panjang pikirnya, "Shen Bok Hong betul2 seorang manusia yang luar biasa,
cukup ditinjau dari keberhasilannya mendidik boesu begitu
banyak apabila tidak memiliki kecerdikan serta kewibawaan
yang besar, mungkin sulit untuk melaksanakannya...."
Siauw Ling pernah bergebrak melawan boesu2 tersebut,
walaupun ilmu silat mereka ada yang lihay namun ada pula
yang cetek, tapi kalau ditarik kesimpulan mereka semua boleh
terhitung sebagai jago-jago kangouw kelas wahid.
Terlihatlah sewaktu Ciang Toa Hay serta Toan Bok Cheng
berhasil melewati pertarungan para jago dan berjalan doa
tombak lebih kedepan tiba-tiba mereka roboh terjengkang ke
atas tanah. Kiranya setelah melangsungkan pertarungan sengit
beberapa saat lamanya dan menderita luka parah dipelbagai
tempat, sebetulnya mereka berdua sudah tidak tahan, namun
dengan andalkan tenaga dalam hasil latihan sepuluh tahun
dengan paksakan diri mereka masih sanggup
mempertahankan diri, tetapi setelah lewat dari medan yang
penuh dengan bahaya, ketegangan merekapun semakin
mengendor, dalam keadaan seperti ini hawa murni segera
buyar dan merekapun roboh ke atas tanah.
"Aaaai.... sinaga sakti berlengan delapan Toan Bok Cheng
serta sipendekar pincang Ciang Toa Hay merupakan jago-jago
kelas satu dalam dunia persilatan yang punya nama terkenal,
sungguh tak nyana saat ini harus menderita luka seperah itu"
ujar Sang Pat sambil menghela napas panjang.
Sementara ia ada maksud bangun berdiri dan membopong
kedua orang itu menyingkir dari sana, tiba-tiba dari balik
semak disisi selat muncul dua orang lelaki kekar yang segera
membopong kedua orang tua itu masuk ke dalam rerumputan.
Dalam pada itu Sipadri pemabok serta pengemis kelaparan
yang bersemedi dibelakang bukit telah selesai dengan
latihannya, namun sewaktu menyaksikan luka yang diderita
Toan Bok Ceng mereka saling berpandangan dan menghela
napas sedih. "Luka yang diderita Siauw Ling tidak enteng" kata
Sipengemis kelaparan kemudian dengan suara lirih ; "Apabila
ia harus turun tangan lagi mungkin mulut lukanya akan pecah,
sejak pertarungan yang berlangsung barusan ini secara lapat2
kita bisa merasakan bahwa dia adalah satu satunya lawan
paling tangguh dari Shen Bok Hong, demi kesel'
amatan umat Bulim dikemudian hari, kita tak boleh
membiarkan dia sampai menderita lagi.
"Tidak salah!" Sipadri pemabok manggut sambil bangun
berdiri. "Kita harus pergi kesitu dan menasehati dirinya agar
jangan turun tangan lagi...."
Ia merandek lalu tertawa getir dan menyambung ;
"Aku rasa luka yang diderita Sun Put Shia. Tiang-loo dari
Kay Pang tidak enteng, cuma dikarenakan ia malu
memperlihatkan luka tersebut dihadapan para jago maka ia
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berlalu seorang diri. Aai....! semoga saja ia pandai
menyembunyian diri sehingga jejaknya tidak sampai
ditemukan oleh orang2 perkampungan Pek Hoa San Cung".
Sepanjang hidupnya entah sudah berapa banyak
pengalaman seram yang mereka jumpai, boleh dikata mereka
adalah jago kawakan yang banyak pengalaman, namun hati
mereka dibikin keder juga setelah mengalami pertempuran
sengit di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung.
Sipengemis kelaparan berpaling memandang sekejap ke
arah Giok Lan sekalian, lalu ia berseru ;
"Nona, harap kau suka baik2 merawat luka yang diderita
oleh dua orang itu!"
Habis berkata ia bangkit berdiri dan berlalu ber-sama2
sipadri pemabok. Sementara itu situasi diluar mulut selatpun kembali terjadi
perubahan, para bow-su berbaju hitam yang datang dari
perkampungan Pek Hoa San cUng telah membentuk sebuah
barisan didepan sana, namun barisan itu tidak segera
melancarkan serbuan sebaliknya se-akan2 sedang menunggu
kedatangan seseorang. Siauw Ling berpaling sekejap ke arah Be Boen Hwie lalu
ujarnya. "Be-heng, jumlah musuh jauh lebih besar daripada
kekuatan kita, tidak pantas kalau kita melawan dengan
kekerasan, lebih baik kita mencari sebuah akal bagus untuk
mengundurkan musuh tangguh itu?"
"Aaai....! kecuali anak murid Kay-pang serta partai Siauwlim
yang dapat mengimbangi kekuatan dari perkampungan
Pek Hoa San Cung mungkin partai lain tidak mempunyai
begitu banyak murid yang bisa memberi perlawanan terhadap
serangan2 mereka" bisik Be Boen Hwie sembil menghela
napas panjang. Maksud dari ucapan tersebut sudah jelas sekali, ia sudah
tidak punya keyakinan untuk kmerebut kemenangan dari
pertarungan yang bakal berlangsung nanti.
Teringat betapa ngeri dan berbahayanya situasi mereka
sewaktu bertempur setengah malaman dalam perkampungan
Pek Hoa San Cung diam2 Siauw Ling bergidik dia sadar
apabila Soen Put Shia tidak membantu dirinya niscaya lebih
banyak jago yang akan gugur dalam perkampungan tersebut
ia lantas menghela napas panjang.
Apabila Beheng dapat berusaha untuk menghubungi
partai2 besar dan ajak mereka untuk bekeraja sama
Sembilan partai besar memang bersumber dari satu aliran
namun pendapat tiap perguruan masing masing berbeda"
tukas Be Boen Hwie sambil menggeleng. Lagipula belum
sampai beberapa tahun Siauw-te berkelana dalam dunia
persilatan. Sembilan partai besar tidak akan pandang sebelah
matapun terhadap diri Siauw-te.
Sementara mereka masih berbicara, tiba-tiba dari balik
bukit melayang datang dua sosok bayangan manusia.
Dengan ketajaman mata Siauw Ling sekilas pandang ia
segera kenali orang itu sebagai Chan Yap Cheng dari partai
Bu-tong ia kenakan pakaian ringkas dengan sebilah pedang
tersoren di pinggang. Di samping kanan Chan Yap Ceng adalah seorang lelaki
kekar bercambang, bermata gede, berwajah persegi dan
sangat berwibawa, dia adalah pendekar kedua dari Tiong-Lam
siang-HIap Theng It Loei adanya.
"Siauw-heng, sudah kau lihat lelaki bercambang itu?" bisik
Be Boen hwie lirih. "Orang itu adlaah Theng It Loei pendekar kedua dari Tiong-
Lam-Siang-Hiap, sedangkan sianak muda yang jalan disisinya
pun bukan manusia sembarangan, diapun seorang pendekar
sejati" "Entah siapakah orang itu" apakah kau kenal?"
"Kenal, dia adalah sute dari Boe-Wie Tootiang Chan Yap
Cheng adanya!" "Ooouw....! kiranya Chan thayhiap, sudah lama suaiwte
mendengar nama besarnya".
"Kedatangan mereka berdua tentu hendak membantu kita
untuk menghadapi serangan musuh".
"Aku dengar antara partai Bu-tong dengan pihak
perkampungan Pek Hoa san Cung pernah mengikat tali
permusuhan?" "Tidak salah" "Perduli kedatangannya untuk membantu atau cuma
menonton, sudah sepantasnya kalau kita sambut
kedatangannya". "Tidak salah, memang seharusnya begitu".
Be Boen Hwie segera bangkit berdiri dan menyambut
kedatangan kedua orang itu dengan langkah lebar, setelah
menjura segera tegurnya. "Theng ji-hiap, selama berpisah apakah kau dalam keadaan
sehat saja" masih kenalkan dengan cayhe Be Boen Hwie?"
Theng It Loei balas memberi hormat lalu menjawab ;
"PErbuatan Be-heng masuh ke dalam perkampungan Pek
Hoa San cung, dewasa ini sudah tersiar keseluruh dunia
persilatan, keberanian serta kegagahanmu sungguh membuat
cayhe merasa kagum" "Aaai....! apabila dibicarakan sungguh menyesal sekali...."
"Haa.... haa.... haa.... orang lain mungkin tidak tahu akan
kelihayan perkampungan Pek Hoa San Cung, namun siauwte
mengetahui jelas akan hal ini. Be-heng dapat keluar dari
perkampungan Pek Hoa San cung dalam keadaan selamat dan
aman tenteram, bukan saja keberanian dan pengetahuan, ilmu
silatmu pun punya kehebatan melebihi orang".
"Aaai.... siauwte dapat keluar dari perkampungan Pek Hoa
San Cung dengan selamat, hal ini...."
"Haaa.... haa.... perduli dengan cara apapun Be-heng
berhasil meloloskan diri, yang jelas keluar dari perkampungan
Pek Hoa San Cung bukanlah suatu pekerjaan gampang"
kembali Theng It Loei menukas sambil tertawa tergelak.
Ia berpaling memandang ke arah Shan Yap Cheng lalu
menambahkan. "Saudara ini adalah adik seperguruan dari Boe Wie
Tootiang, ciangbunjien dari Bu-tonh-pay dewasa ini, Chan Yap
Cheng...." "Sudah lama cayhe mendengar nama besar Chang-heng
sungguh beruntung ini hari kita bisa saling berjumpa" Be BOen
Hwie segera menjura. "Sudah lama pula siauwte mendengar nama besar serta
kecerdikan dari Be Cong Piauw Pacu yang memimpin propinsi
Hoo-lam, Auw Pak, Auw Lam serta Kiang-sie, sudah lama pula
cayhe merasa kagum ; "Terima kasih, terima kasih."
Tiba-tiba suitan panjang yang berkumandang dari belakang
tubuh mereka memotong ucapan Be Boen Hwie yang belum
selesai diutarakan. Ketika berpaling, tampaklah para boesu berbaju hitam
berkumpul dimulut selat sama2 memisahkan diri jadi dua
bagian dan berdiri dengan wajah serius.
Tiga ekor kuda jempolan lambat2 berjalan melewati
kawanan Boe-su itu dan mendekati Poh Thian Seng sekalian.
Menyaksikan orang yang ada diatas kuda, Be Boen Hwie
sangat terperanjat sehingga tanpa sadar ia berseru ;
"Aaaah! Shen Bok Hong telah tiba...."
"Kami datang untuk membantu, biarlah pertempuran babak
pertama serahkan kepadaku" buru-buru Thang It Loei
menyambung, selesai berkata maju kedepan dengan langkah
lebar. "Gerakan Be-heng memasuki perkampungan Pek Hoa San
Cung telah menggetarkan seluruh dunia persilatan," bisik Chan
Yap Ceng lirih. "Su-hengku beserta beberapa orang jago dari
partai Siauw-lim sebentar lagi akan tiba disini, harap Be-heng
jangan putus asa dan patah semangat!"
Tanpa menunggu jawaban dari Be Boen Hwie lagi ia segera
berlalu mengikuti dibelakang Theng It Loei.
Mendengar kabar berita orang she be inipun berlega hati,
pikirnya, "Seandainya pihak Bu-tong serta Siauw-lim telah
kirim orang datang kemari, maka posisiku pun semakin kuat,
tak usah menguatirkan kekuatan musuh lagi...."
Pada waktu itu Chan Yap Ceng serta Theng It Loei telah
menggabungkan diri dengan rombongan Poh Thian Seng
sekalian, sejata dihunus dan menghadang ditengah jalan.
Be Boen Hwie segera lari masuk ke dalam barisan para
jago, dan bersiap sedia pula menghadapi segala kemungkinan.
Tampaklah Shen Bok Hong yang berperawakan tinggi besar
namun bongkok itu duduk diatas sebuah kuda berwarna putih
salju, sepasang matanya yang tajam per-lahan-lahan menyapu
sekejap para jago kemudian menegur, "Apakah Sun Put Shia
sipengemis tua itu berada disini?"
Para jago yang hadir dalam kalangan ini sebagian besar
tidak ikut bertempur di dalam perkampungan Pek Hoa San
CUng, maka tak seorangpun dapat menjawab pertanyaan itu.
Be Boen Hwie tertawa dingin.
"Kau menanyakan tentang Sun Loo cianpwee?" jengeknya.
"Karena ada urusan ia sudah pergi, apabila Shen cungcu ada
urusan katakan saja kepada diri cayhe".
Sinar matanya menyapu ke arah dua orang jago yang ada
dibelalkang Shen Bok Hong, mereka adalah si kakek hitam dan
si kakek putih atau bukan lain adalah sepasang kakek hitam
putih dari gunung Tiang-pek-san yang ada dipropinsi Kwangtong.
Nama besar Hek-Pek-Jie-Loo sudah tersohor diluar
perbatasan, ilmu silatnya sangat lihay dan disegani orang,
namun bagi jago kangouw jarang ada kenal akan mereka,
kecuali Be Boen Hwie yang pernah berjumpa dengan mereka
sewaktu ada di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung.
"Kau bukan tandinganku" dengus Shen Bok Hong sambil
tertawa dingin. "Aku hendak cari pengemis tua itu untuk bikin
perhitungan". Mendadak Poh Thian Seng cabut keluar senjatanya dan
membentak, "Perduli siapapun yang hendak kau cari, jangan
harap bisa melewati tempat ini sebelum melangkahi mayatku".
"Dengan andalkan kekuatan cuwi sekalian, kamu ingin
menghalangi jalan pergi aku orang she Shen?" ejek Shen Bok
Hong sambil tertawa sinis.
"Shen Bok Hong, jangan sombong dulu, walaupun ilmu
silatmu lihay belum tentu semua orang jeri kepadamu" hardik
Theng It Loei dengan gusarnya.
"Tiam Jie-hiap usiamu benar2 amat panjang" jengek Shen
Bok Hong sambil melirik sekejap ke arah Tiam It Loei.
Diluaran meski Tiam It Loei bicara ketus namun dalam hati
iapun paham bahwasanya Shen bOk Hong memiliki ilmu silat
yangluar biasa dahsyatnya seandainya ia disuruh satu lawan
satu maka tidak sampai sepuluh gebrakan mungkin ia sudah
keok.... Tidak menanti orang she Tiam itu buka suara sinar mata
Shen Bok Hong telah dialihkan ke atas wajah Be Boen Hwie
dan berkata lebih jauh, Aku orang she Shen dengar,
pertarungan sengit yang telah terjadi di dalam perkampungan
Pek Hoa San Cung kali ini adalah muncul dari rencana kau
orang she Be entah benarkah kabar berita yang tersiar luas
ini. "Kalua benar kenapa?"
Shen BOk Hong tertawa hambar.
Walaupun berita yang tersiar diluaran mengatakan
demikian namun aku orang she Shen merasa rada sangsi...."
sahutnya. Ia tertawa nyaring, dan sambungnya lebih jauh.
Bukannya aku orang she Shen terlalu pandang rendah kau
Be Boen Hwie tapi aku percaya Be Thay-hiap tidak bakal
memiliki kemampuan sedahsyat itu coba bayangkan saja Soen
Put Shia pun tidak mampu kalau dugaan aku orang she Shen
tidak salah pengemis tua itu semestinya sudah menderita luka
parah. Ucapan ini membuat Be Boen Hwie terperanjat diam2
pikirnya ; Orang ini sungguh lihay apa yang diduga ternyata tepat
sekali. Terdengar Shen Bok Hong tertawa panjang dengan nada
yang amat dingin, lalu sambungnya lagi, Aku tahu diantara
kalian semua pasti ada seorang jago yang memiliki ilmu silat
sangat lihay bukan saja cuwi sekalian bukan tandingannya
bahkan Soen Put Shia pun jeri tiga bagian terhadap dirinya
kedatangan aku orang she Shen bukan lain adalah ingin
menjumpai jago tersebut. Poh Thin-seng sekalian belum tahu bagaimana ngeri dan
seramnya pertarungan yang terjadi dalam perkampungan Pek
Hoa San Cung tapi tatkala mereka dengar bahwasanya Soen
Put Shia si Tiangloo dari Kay pang yang sudah lama
mengundurkan diri dari dunia persilatanpun ikut serta di dalam
pertempuran tersebut, hati mereka sudah dibikin terkejut kini
mendengar pula bahwa ada seseorang memiliki ilmu silat jauh
diatas Sun Put Shia, hati mereka semakin terperanjat lagi
dibuatnya. Tampak Be Boen Hwie termenung sejenak lalu bertanya ;
"Shen toa cungcu, dapatkah kau menebak siapakah orang
itu?" Ucapan ini sama artinya telah mengakui kebenaran dari
ucapan Shen Bok Hong tadi, maka para jago sama2 jadi
melengak. "Benarkah terdapat seorang jagoan yang demikian
lihaynya?" pikir mereka hampir berbareng.
"Walaupun cayhe tidak tahu nama dari orang itu, tapi aku
duga ia telah menyusup ke dalam perkampungan Pek Hoa San
Cung kami dengan jalan menyaru!" jawab Shen Bok Hong
dingin. "Heeh.... heeh.... aku tidak percaya kalau Shen Toa Cungcu
benar2 tidak tahu". "Tahu atau tidak rasanya bukanlah suatu persoalan yang
penting, masalah yang paling pentig pada saat ini adalah
menyuruh orang itu segera munculkan diri untuk menemui
aku orang she Shen".
"Apabila Shen Toa Cungcu tahu tapi tak mau utarakan
keluar, aku lihat lebih baik tak usah menemui dia lagi!"
Shen Bok Hong tersenyum mengejak, ia sapu sekejap
wajah para jago yang berbaris rapi dihadapannya lalu berkata!
"Apakah cuwi sekalian benar2 ada maksud untuk bergebrak
melawan aku orang she Shen?"
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Seandainya Shen Toa Cungcu tidak dengarkan nasehat
kami, terpaksa kami harus melakukan kesalahan!" timbrung
Chen Yap Cing tiba-tiba. Sinar mata Shen Bok Hong berkilat, ia sapu sekejap wajah
jago Bu Tong Pay itu lalu menegur, "Suhengmu Boe Wie
Tootiang apakah ikut datang kemari?"
Ucapan tersebut diam2 membuat Ceng Yap Cing kagum,
batinnya. "Sungguh tajam pandangan mata orang ini ia betul2
manusia luar biasa hanya sekali bertemu dengan aku ternyata
sampai sekarang ia masih ingat asal usulku!"
Sementara otaknya masih berputar, tiba-tiba terdengar
suara pujian kepada Budha berkumandang datang.
Dalam sekejap mata tampaklah seorang tootiang
menggembol pedang dengan diiringi dua orang hweesio
berjubah warna putih berjalan mendekat dengan langkah
lebar. Toojien itu berwajah angker dan gagah, dia bukan lain
adalah jie suheng dari Cheng Yap Cing, yaitu Im Yang-cu
adanya. Sedang dua orang padri yang mengikuti dibelakang adalah
seorang kakek tua serta seorang lelaki berusia empat puluh
tahunan. Sang padri berusia empat puluh tahunan itu memanggul
sebuah poo-thung dan berjalan dengan langkah gagah,
sedang sang hweesio yang sudah berusia lanjut dengan
pejamkan sepasang matanya serta merangkap tangannya
didepan dada berjalan dibelakang Im Yang-cu.
Sungguh cepat langkah kaki dari dua orang padri serta
seorang toojien itu, dalam sekejap mata mereka sudah tiba di
dalam barisan para jago. Terlihatlah padri tua itu mengedipkan matanya lalu
menghardik dengan nada berat ;
"Shen Toa cuncu. masih ingatkah kau dengan seorang
sahabat lama yang pernah kau temui dua puluh tahun
berselang?" Shen Bok Hong melirik sekejap ke arah padri tua itu,
mendadak wajahnya berubah hebat.
"Kau belum mati?" serunya tertahan.
"Omintohud, kali ini pinceng telah membuat kecewa
harapan Shen Toa Cungcu".
Walaupun dengan peristiwa lampau terpaut dua puluh
tahun lamanya tapi aku orang she Shen percaya pada saat ini
masih punya kemampuan untuk mencabut jiwamu".
Dua puluh tahun berselang loolap nyaris lolos dari
cengkeraman mautmu apabila dua puluh tahun kemudian
loolap harus mati juga ditanganmu maka akan kuanggap hal
ini sebagai takdir. Shen Bok Hong tertawa dingin mendadak dia berpaling ke
arah Hek Pek Jie-loo dan membisikkan sesuatu dengan nada
lirih. Ucapan itu dikirim dengan ilmu menyampaikan suara oleh
karena itu para jago cuma melihat Hek Pek Jie-loo
mengangguk tiada hentinya namun tak mendengar apa yang
diucapkan Shen Bok Hong kepada mereka.
Dalam pada itu Be Boen Hwie pun segera diam2 memeriksa
keadaan situasi ditempat itu berhubung dengan hadirnya
rombongan Cheng Yap Cing serta Im Yang-cu sekalian maka
kekuatan dipihak para jago semakin bertambah kuat ia sadar
bahwa dengan ekuatan yang mereka punyai sekarang sudah
mampu untuk membendung serbuan dari Shen Bok Hong
maka hatinya para jago jadi lega.
Kini pihak Bu-tong serta Siauw-lim telah terjunkan diri ke
dalam kancah ini pikirnya di dalam hati. "Aku rasa partai2
besar lainnya sudah mulai sadar dengan keadaan situasi yang
mereka hadapi sekarang, seandainya sembilan partai besar
dapat bersatu padu dan melawan Shen Bok Hong dengan
segenap tenaga, meski perkampungan Pek Hoa San Cung
penuh dengan manusia pandai, rasanya kamipun tak usah
jeri...." Pada saat itulah, mendadak dari tempat kerjauhan
berkumandang datang dua buah suitan nyaring yang tinggi
melengking menembusi angkasa disusul suara gembrengan
yang dipukul ber-talu2 memecahkan kesunyian.
Ditengah siang hari bolong, suara suitan serta gembrengan
itu kedengaran bagitu ngeri dan menyeramkan....
Dalam pada itu Siauw Ling yang bersembunyi ditempat
yang tinggi dapat menyaksikan seluruh perubahan dalam
kalangan dengan jelas, iapun segera berpikir ;
"Seandainya dua orang padri itu bisa membendung Shen
Bok HOng dan Im Yang-cu serta Tiam It Loei bisa
membendung Hek Pek Jie-loo dari luar perbatasan, rasanya
dengan kekuatan para jago yang dibantu Cheng Yap Cing
masih cukup mampu untuk membendung boesu2 berbaju
hitam itu...." Mendadak suara suitan serta gembrengan kembali
berkumandang datang. Si Sie-poa emas Sang Pat yang selama ini selalu
mendampingi Siauw Ling segera berbisik lirih, "Sungguh aneh
sekali, perkumpulan Sin Hong Pay yang selamanya bergerak
dikala malam telah tiba, kenapa kali ini munculkan diri
ditengah siang hari bolong?"
Tatkala mereka berpaling, terlihatlah empat lelaki kikar
sambil menggotong sebuah patung arca yang tinggi besar dan
berwajah bengis telah muncul disana.
Didepan patung arca berwajah bengis itu berjalan empat
orang lelaki berbaju hitam yang masing-masing orang
membawa sebuah gembrengan itu tiada hentinya.
Suara gembrengan itu panjang dan berat mendatangkan
perasaan sedih dan tidak tentram bagi yang mendengarkan.
Sinar mata Siauw Ling dialihkan ke arah belakang patung
arca berwajah bengis itu, tampaklah dibelakang patung
tersebut mengikuti ber-puluh2 orang jago yang tinggi pendek
itu. Seumpama pihak Sin-Hong Pay punya suatu gerakan yang
harus dikerjakan disiang hari bolong biasanya mereka hanya
mengutus muridnya untuk menyelesaikan masalah tersebut,
tapi kini pemimpin mereka muncul sendiri hal ini membuktikan
kalau pergerakan tersebut luar biasa sekali. apa maksud
kedatangannya. Terasa suatu ingatan berkelebat di dalam benaknya kepada
Sang Pat segera bisiknya ;
"Cepat turun kebawah dan beritahu kepada Be Cong Piauw
Pacu untuk menasehati para jago menyingkir kesamping dan
memberi jalan lewat buat mereka, biarlah partai Sin Hong Pay
bentrok lebih dahulu dengan Shen Bok Hong kemudian kita
baru ambil langkah2 berikutnya."
Sang Pat mengiakan, ia segera turun kebawah dan lari
kesisi Be Boen Hwie bisiknya.
"Cayhe datang dengan membawa perintah dari toako!"
"Apa pesannya" cepat katakan" sahut Be BOen Hwie cepat,
kini ia sudah merasa amat kagun terhadap Siauw Ling maka
setiap ucapannya dituruti dengan seksama.
"Harap Be-heng suka menasehati para jago agar
menyingkir saja kesamping, jangan se-kali2 terbitkan
keonaran dengan orang2 Sin Hong Pay...."
Be Boen Hwie termenung sejenak kemudian mengangguk.
"Ehm, aku tahu,"
Setelah merandek sejenak sambungnya lebih jauh.
Nama besar Sang-heng maupun kedudukanmu jauh diatas
aku orang she Be. ucapanmu berat bagaikan bukit, bagaimana
kalau saat ini kau munculkan diri dan menasehati para jago?"
"Tak perlu nama serta kedudukan Be-heng sedang
menanjak2nya, saat ini kau mendapat penghargaan tinggi dari
para jago, lebih baik kau saja yang tampil kedepan.
Selesai bicara ia berkelebat kesisi batu karang dan balik
kembali kesisi Siauw Ling.
Pembicaraan kedua orang itu dilakukan dengan suara lirih,
lagi pula Sang Pat telah menyaru maka Im Yang-cu sekalian
mengira dia cuma seorang bawahan dari Be Boen Hwie maka
tak seorangpun yang ambil perhatian.
Dalam pada itu empat orang lelaki kekar yang menggotong
patung arca tersebut sudah berada dua tombak dibelakang
para jago. Meskipun para jago dari partai Sin Hong Pay pun
menyaksikan senjata terhunus ditangan para jago dan
pertarungan hampir meledak diantara orang2 itu, namun
mereka berlagak pilon dengan langkah lebar orang2 itu masih
juga teruskan langkahnya kedepan.
"Cepat menyingkir kesamping dan buka jalan" Be Boen
Hwie segera menghardik keras.
Keadaan terlalu memaksa membuat ia tiada kesempatan
lagi untuk mengajak para jago berunding, maka tanpa berpikir
panjang lagi ia segera menghardik para jago.
Im Yang-cu beserta dua orang padri itu segera menyingkir
kesamping lebih dahulu. Disusul Cheng Yap Cing, Tiam It Loei sekalian para jago
pun mengikuti jejak rekannya menyingkir kesamping.
Tanpa mengucap rasa terima kasih orang2 partai Sin Hong
Pay dengan busungkan dada segera berjalan lewat.
Empat orang lelaki yang membawa gembrengan besar dan
berjalan dipaling depan itu langsung menuju ke arah Shen Bok
Hong. Menjumpai datangnya kekuatan lain, Shen Bok Hong tetap
berdiri dengan angkernya, sepasang matanya yang tajam
menatap patung arca tersebut dengan tak berkedip, sedang
terhadap lelaki pembawa gembrengan yang makin mendekati
tubuhnya ia sama sekali tidak ambil gubris.
Sejak partai Sin Hong Pay munculkan diri di dalam dunia
persilatan, mereka hanya terkenal yang akan kekejiannya
belaka, namun tak seorang menjumpai wajah sebenarnya dari
pay-cu mereka, semua orang hanya tahu bahwa semua
perintah partai muncul dari balik sebuah patung arca yang
tinggi besar dan berwajah bengis.
Meski Shen Bok Hong sendiripun sudah menyusupkan
mata2nya ke dalam tubuh Sin Hong Pay namun orang itupun
tidak sanggup menerangkan keadaan dari partai itu dengan
seksama. Se-olah2 dalam partai Sin Hong Pay, setiap tingkat setiap
jabatan diliputi oleh kabut misteri.
Sementara itu empat orang lelaki pembawa gembrengan
sudah makin mendekati tubuh Shen Bok Hong, namun toa
cungcu dari Perkampungan Pek Hoa San cung itu tetap berdiri
tak berkutik. Asal empat orang lelaki itu maju selangkah lebih kedepan,
niscaya mereka akan menubruk tubuh shen Bok Hong dan
mengakibatkan terjadinya bentrokan kekerasan.
Namun keempat orang lelaki itu tidak berbuat demikian,
mendadak mereka berhenti berbunyi berkumandanglah irama
musik yang merdu merayu namun hanya sebentar saja irama
musik itupun sirap dan lenyap dari angkasa.
Serentetan suara suitan lengking yang aneh berkumandang
keluar dari balik patung arca yang tinggi besar itu.
Empat orang lelaki pembawa gembrengan tersebut segera
mundur ke belakang, kiranya irama merdu tadi merupakan
berita yang menghubungkan tempat luaran dengan orang
yang ada di dalam patung arca tersebut.
Walaupun para jago tidak mengerti suara suitan tersebut
mengeartikan apa, namun mereka tahu pastilah dengan suara
tersebut orang yang ada di dalam patung arca menitahkan
langkah2 selanjutnya dari beberapa orang lelaki kekar itu.
Shen Bok Hong tetap berdiri ditengah jalan dengan wajah
dingin dan serius, sinar matanya menatap patung arcat
ersebut tajam2. Suara suitan yang berkumandang keluar dari balik patung
arca itu makin lama makin lirih dan akhirnya sirap, suasana
disekeliling tempat itupun pulih kembali dalam kesunyian serta
keheningan yang mencekam....
Dalam pada itu Tiam It Loei serta Cheng Yap Cing sekalian
ada maksud menyaksikan kelihayan dari Sin Hong Paycu,
maka mereka dengan membawa para jago sama2
mengundurkan diri lima depa ke belakang.
Sesuai denagn kebiasaan dalam dunia persilatan sikap para
jago ini mengartikan bahwa pihak mereka tidak akan
mencampuri urusan yang terjadi diantara kedua belah pihak
yang saling berhadapan itu.
Walaupun nada ucapannya tidak sungkan namun suara
tersebut amat mempesonakan hati sehingga membuat orang
terasa terbuai ke dalam alam impian.
Diam2 Shen Bok Hong mengempos tenaga murninya lalu
tertawa dingin dan menyahut, Sedikitpun tidak salah cayhe
adalah orang she Shen entah Pay-cu ada urusan apa?"
Dia adalah seorang manusia cerdik tatkala mendengar
suara yang amat mempesonakan hati tadi dengan cepat
hatinya merasakan ketidak beresan dari suara tersebut.
Ia merasakan dibalik suara yang merdu dan empuk itu
terkandung sesuatu kekuatan yang cukup untuk membetot
sukma manusia maka dengan cepat hawa murninya disalurkan
melindungi badan. Ooouw...." kembali suara yang amat merdu itu
berkumandang keluar dari balik patung
"Sudah lama aku dengar nama besar dari Shen Toa CUngcu
sungguh beruntung ini hari kita dapat saling berjumpa."
"Hmm! jelas ada seorang gadis ingusan bersembunyi
dibalik patung arca yang tinggi besar dan menyeramkan" pikir
Shen Bok Hong "Dia cuma kepingin meminjam keseraman
wajah dari patung tersebut untuk menguasahi anak buahnya,
entah patung tersebut terbuat dari apa" seandainya terbuat
dari kayu, dalam sekali hajar pasti patung itu bakal hancur dan
kemisteriusan dari partai sin Hong Pay pun dengan cepat akan
tersingkap" Belum habis ia berpikir suara merdu merayu kembali
berkumandang keluar dari balik patung arca itu ;
"Shen Bok Hong rencana busuk apa yang sedang kau
pikirkan?" Tidak nanti orang she Shen itu buka suara kembali ia
berkata lebih jauh ; "Shen Bok Hong, pada saat ini cuma ada dua jalan bagimu
dan kau boleh pilih salah satu diantaranya."
"Silahkan diterangkan!"
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita boleh bekerja sama untuk membasmi habis para jago
yang menghalangi perjalananmu, bisa digunakan" kita
gunakan, dan bagi mereka yang tak bisa dipakai kita
musnahkan ilmu silatnya"
Sebagai manusia yang berwatak banyak curiga, Shen Bok
Hong jadi tercengang mendapat tawaran tersebut, pikirnya ;
"Sin Hong Pay-cu ini tidak saling kenal mengenal dengan
diriku, di-hari2 biasapun antara partai Sin Hong Pay dengan
perkampungan Pek Hoa San Cung tak pernah terjalin
hubungan, kenapa sin Hong Pay-cu ajukan tawaran untuk
bekerja sama di dalam perjumpaannya yang pertama ini"...."
Ia merasa banyak hal yang mencurigakan menyelimuti
tawaran tersebut, dengan kecerdikannya ternyata Shen Bok
Hong gagal untuk menebak maksud hati Sin Hong Pay-cu
maka untuk sesaat ia tak berani ambil pusing keputusan.
Terdengar sin Hong Pay-cu melanjutkan kembali katanya,
"Jalan yang kedua adalah kita melakukan pertarungan sengit
saat ini juga...." "Hal ini sungguh aneh sekali" tukas Shen Bok Hong.
"Antara partai anda dengan perkampungan kami belum
pernah terjalin hubungan apa2 di hari2 biasa, kita tak dapat
dikatakan sebagai sahabat maupun musuh, apakah kau tidak
merasa ucapanmu itu rada keterlaluan?"
Shen Bok Hong kau harus tahu bahwa diantara dua jago
tak boleh hidup berbareng disatu jagad yang sama menurut
pengamatanku selama ini maksud dan tujuan kita hampir
bersamaan dan cara berpikirpun hampir sama maka bilamana
kau tidak ingin bermusuhan mari kita bekerja sama lebih baik
sekarang juga kita tetapkan hubungan kita sebagai musuh
atau sahabat. Haruslah diketahui pembicaraan yang dilangsungkan kedua
orang pemimpin tersebut semuanya dilakukan dengan ilmu
menyampaikan suara orang lain cuma meyaksikan bibir shen
Bok Hong berkemak kemik namun tidak mendengar apa yang
sedang mereka bicarakan. Kendati Shen Bok Hong adalah seorang manusia yang
cerdik tak urung ia dibikin kebingungan juga oleh sikap Sin
Hong Pay-cu ini merasa orang itu terlalu lucu dan bersipat kekanak2kan
sedikitpun tiada rasa was2 atau prasangka.
Namun kalau ditinjau kembali dari nama besar serta
kemisteriusan partai tersebut di dalam dunia persilatan ia
merasa tidak mungkin Sin Hong Pay-cu adalah seorang
manusia yang tak berotak.
Tetapi bagaimanapun juga Shen Bok Hong adalah seorang
manusia yang licik, banyak akal dan keji, setelah termenung
sejenak akhirnya ia mendapatkan pula suatu akal untuk
menghadapi masalah tersebut, ujarnya, "Seandainya partai
anda ada maksud bekerja sama dengan perkampungan kami,
dengan senang hati cayhe sambut baik maksud baik anda,
hanya saja kita berdua tidak pernah saling kenal lagipula
kejadian ini muncul secara mendadak maka sebagai manusia
yang tak ingin melakukan perbuatan yang menempuh bahaya,
sukalah paycu kasih waktu buat diriku untuk berpikir,
seandainya paycu memang benar2 ada maksud bekerja sama
dengan cayhe, semestinya paycu bertemu dengan aku dalam
wajah yang sebenarnya".
"Baik! kalau memang demikian adanya harap anda suka
menyingkir memberi jalan, malam ini pada kentongan ketiga
aku menantikan kehadiranmu dalam kuil Loe-Couw Bio kurang
lebih lima belas li disebelah selatan kota Koei Chiu".
"Baik kita tetapkan dengan sepatah kata ini".
Selesai mengucapkan kata2 tersebut Shen Bok Hong segera
menyingkir kesamping sambil ulapkan tangannya.
Para boesu berbaju hitam yang ada dibelakangya sama2
menyingkir kekedua belah samping sisi jalan dan membuka
sebuah jalan lewat buat orang2 sin Hong Pay.
terdengar suara gembrengan dibunyikan kembali, empat
orang lelaki kekar itu segera menggotong kembali patung arca
tersebut dibawah pengawalan ber-puluh2 orang lelaki kekar
mereka berlalu dari sana.
Di dalam dugaan Cheng Yap Cing sekalian, perkumpulan
sin Hong Pay pasti akan melakukan pertarungan melawan
Shen Bok Hong sekalian siapa sangka perubahan yang terjadi
diluar dugaan mereka, ternyata Shen Bok Hong suka
menyingir memberi jalan dan pihak Sin Hong Pay tanpa
banyak ribut berlalu dari situ.
"Waah.... agaknya usaha kita barusan adalah sia2
belaka...." bisik Be Boen Hwie kepada Im Yang-cu.
"Tujuan kita adalah menghalangi Shen Bok Hong, walaupun
kita gagal memancing mereka untuk saling membunuh,
namun dengan adanya kejadian ini pihak kitapun tidak usah
kehilangan banyak korban karena harus bentrok dengan pihak
Sin Hong Pay" Per-lahan-lahan Be Boen Hwie angkat kepalanya ia lihat
para boesu berbaju hitam yang ada dibelakang Shen Bok
Hong kira2 berjumlah empat lima puluh orang. dengan
kekuatan yang mereka miliki saat ini masih sanggup untuk
membendung serangan musuh. Satu2nya masalah yan gpaling
rumit pada saat ini adalah siapakah yang mampu menghadapi
Shen Bok Hong" Setelah berpikir sejenak kembali bisiknya kepada Im Yangcu
; "Menurut apa yang cayhe ketahui, musuh yang paling
tangguh pada saat ini hanya seorang, asal ada seseorang bisa
menghadapi Shen Bok Hong rasanya sisa kekuatan lainnya tak
perlu kita takuti". Im Yang-cu berpikir sejenak kemudian ia menjawab ;
"Ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong sangat lihay sekali,
apabila kita harus hadapi dirinya seorang lawan seorang
rasanya tak seorangpun yang mampu berbuat demikian".
"Maksud Tootiang, kita harus menghadapi dirinya dengan
cara bergilir?" "Rasanya dewsa ini cuma cara itu yang paling bagus!"
"Apakah Tootiang punya keyakinan bisa membendung
serangannya?" "Pinto ada maksud menghadapi Shen Bok Hong bersama2
kedua orang thaysu itu"
"Bagus sekali, asalkan Shen Bok Hong sudah terbendung
maka sisanya tidak sulit untuk dihadapi."
Sementara itu para boesu berbaju hitam yang ada
dibelakang Shen Bok Hong telah memecah diri jadi beberapa
regu, senjata tajam segera diloloskan dari sarungnya, hawa
membunuh menyelimuti seluruh angkasa.
Agaknya asal Shen Bok Hong turunkan perintah maka
Boesu2 berbaju hitam itu segera akan menyerang para jago
dari pelbagai arah. - - - - - - - 39 agaknya secara tiba-tiba Cheng Yap Cing teringat akan
suatu masalah yang penting lambat lambat ia berjalan
menghampiri Be Boen Hwie dan berkata ;
Be-heng cayhe mempunyai satu persoalan yang mana ingin
ditanyakan kepada diri Be-heng.
Asal siauw-te tahu pasti akan kukatakan"
Dalam tanya jawab antara Be-heng dengan Shen Bok Hong
tadi agaknya pernah menyinggung seorang tokoh sakti yang
punya ilmu silat amat lihay entah benarkah ucapan tersebut?"
Memang ada kejadian semacam ini" sahut Be Boen Hwie
setelah termenung sejenak. Hanya saja pada saat ini orang itu
merasa kurang leluasa untuk munculkan diri maka menanti
setelah mara bahaya ini sudah berlalu cayhe tentu akan
aturkan pertemuan ini. Sepasang alis Cheng Yap Cin melentik, bibirnya bergerak
seperti mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya maksud
tersebut dibatalkan. Sementara itu Siauw Ling yang bersembunyi dibalik batu
cadas dapat menyaksikan situasi dibawah dengan amat jelas,
membicarakan dari keadaan pada saat ini ia merasa bahwa
Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 7 Dewi Ular 63 Dendam Dukun Jalang Kisah Si Rase Terbang 3