Pencarian

Bayangan Berdarah 18

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 18


kekuatan para jago cukup untuk melakukan pertarungan
tersebut. Dengan posisi yang menguntungkan dimana terdapat jalan
gunung yang sempit, serta jebakan2 yang telah diatur dari
balik semak belukar kedua belah sisi jalan, meskipun kekuatan
Shen Bok Hong luar biasa, tidak mungkin anak buahnya bisa
menghadapi serbuan yang datang dari delapan penuru, asal
ada orang bisa menahan Shen Bok Hong maka dalam
pertarungan kali ini pihak perkampungan Pek Hoa San Cung
pasti akan mengalami kerugian besar.
Berpikir sampai kesitu tanpa sadar semangatnya berkobar
kembali, ingin sekali ia loncat keluar dari tempat
persembunyian dan bertarung sendiri melawan orang she
Shen itu. Selama ini si sie-poa emas Sang Pat selalu mengawasi
tingkah laku Siauw Ling, menyaksikan sepasang alis sianak
muda itu melentik dan sikapnya se-akan2 hendak loncat
keluar dari tempat persembunyiannya, buru-buru bisiknya lirih,
"Dewasa ini angin taupan sedang melanda seluruh dunia
persilatan, kemudi perahu dari Bu-lim serta keselamatan dari
seluruh jago berada ditangan toako semua. harap kau jangan
bertindak secara gegabah mengingat luka toako yang
demikian parah." "Aaai.... apabila kesempatan baik yang ada pada saat ini
dibuang percuma, entah sampai kapan baru bisa menemukan
kesempatan baik seperti ini lagi" sampai kapan aku baru bisa
berduel seorang lawan seorang dengan Shen Bok Hong?"
"Kemunculan Shen Bok Hong di dalam dunia persilatan
telah menggetarkan seluruh Bu-lim" kata Sang Pat sambil
tersenyum, "Keadaannya sudah bagaikan menunggang
dipunggung harimau. mau loncat turunpun tak mungkin lagi.
kesempatan dikemudian hari masih banyak sekali, harap toako
jangan kuatir...." Siauw Ling termenung berpikir, sejenak, lalu berkata,
"Saudaraku, bukan siauwte sengaja bicara sesumbar namun
ditinjau dari para jago yang hadir pada saat ini mungkin tak
seorangpun merupakan tandingan dari Shen Bok Hong harap
kau suka sampaikan maksud dari Siauw-heng agar pra jago
jangan terburu napsu sehingga terima tantangan berduel
melawan Shen Bok Hong apabila ada tiga orang jago yang
bertarung mengerubuti dirinya, se-bisa2nya lakukan
pertarungan dengan hati2, jangan sampai jatuh korban
dipihak kita" "Siauw-te akan segera sampaikan perintah dari toako ini"
Habis berkata kembali ia menyusup ke dalam semak
belukar dan turun kebawah bukit.
Sementara itu shen Bok Hong melepaskan Sin Hong Pay,
dengan tajam ia mengawasi para jago alisnya tanpa terasa
berkerut kencang. "Selamanya Tiong-Lam Jie-Hiap tak pernah berpisah satu
sama lainnya, sang Loo-jie ada disisi tentu loo-toanya
sebentar lagi bakal tiba" pikirnya di dalam hati.
Ia merasa dengan hadirnya Tiam It Loei disana, jelas Ke
thian It pun tentu ada disekitar sama, apalagi Im Yang-cu
serta Cheng Yap Chin pun muncul bersamaan waktunya
disana, kemungkinan besar Boe Wie Tootiang pun telah
datang pula. Ia merasa dengan hadirnya jago-jago lihay tersebut, maka
tak mungkin lagi baginya untuk merampas kemenangan
apalagi Sun Put Shia serta lihay yang tak diketahui namanya
pun ada disana kekalahan total jelas berpihak kepadanya.
Meskipun menang kalah merupakan suatu kejadian yang
biasa, namun dengan kekalahan tersebut ia merasa bakal
mempengaruhi sekali dengan kewibawaannya.
Sungguh tak malu Shen Bok Hong disebut sebagai seorang
jago lihay meski menghadapi musuh tangguh ia tetap bisa
menjaga ketenangan jiwanya serta dapat pula berpikir
panjang atau untung ruginya pertarungan itu.
Semula jagoan yang ber-jaga2 dalam selat tersebut cuma
Poh Thian Seng serta beberapa orang jago belaka, tetapi
dengan adanya perubahan tersebut dalam waktu singkat
makin banyak jago-jago lihay yang menggabungkan diri di
dalam barisan tersebut. diantara para jago itu, kecuali sang
padri tua yang jarang berkelana dalam dunia persilatan boleh
dikata semuanya merupakan jago kenamaan, terutama sekali
Im Yang-cu dari Bu Tong-pay serta Tiam It Loei dari Tiang
Lam.... Tampak Poh Thian Seng berjalan menghampiri Im Yang-cu
setelah menjura ujarnya ;
"Tootiang, nama anda tersohor dikolong langit setiap orang
menghormati dirimu aku rasa di dalam pertarungan yang
bakal berlangsung hari ini ada baiknya Tootiang suka
memegang pucuk pimpinan. "Aah, pinto tidak berani menerima jabatan ini"
"Tootiang, harap kau tak usah menampik lagi, silahkan kau
terima pucuk pimpinan tersebut".
"Ucapan Poh-heng sedikitpun tidak salah" Be Boen Hwie
menyambung. "Apabila Toa-heng suka memegang pucuk
pimpinan dalam mengadapi pertempuran ini hari, keadaan kita
pasti akan lebih baik lagi"
Im Yang-cu ada maksud menampik, namun Tiam It Loei
yang ada disampingnya sudah tidak sabaran lagi, segera
selanya ; "Hey hidung kerbau, jangan saling dorong mendorong tarik
menarik lagi. orang lain menghargai dirimiu. buat apa sih kau
masih pasang gaya jual mahal?"
Hubungan Tiam It Loei dengan pihak Bu-tong Pay amat
akrab, maka bukan saja terhdap Im Yang-cu, sekalipun
dihadapan Boe Wie Tootiang yang selamanya keren dan
seriuspun ia sama saja bicara seenaknya sendiri.
Im Yang-cu tidak marah, sambil tersenyum ia menyahut,
Kalau memang demikian adanya. maka pinto akan terima
perintah ini!" "Cayhe menanti perintah dari totiang!" Poh Thian Seng
segera manjura. Im Yang-cu tersenyum. ia melangkah ke hadapan Shen Bok
Hong dan menegur, "Shen Toa cungcu, sungguh tak nyana ini
hari kembali kita saling berjumpa ditempat ini".
"Hmm! letak Bu-tong san dekat sekali dengan
perkampungan Pek Hoa San Cung, sekalipun ini hari kita tak
pernah saling berjumpa, kesempatan bertemu dikemudian hari
masih banyak sekali".
"Ucapan Shen Toa Cungcu sedikitpun tidak salah. partai
Bu-tong pay kami memang merupakan duri dalam mata Shen
Toa CUngcu, apabila tidak cepat-cepat dicabut bakal
mendatangkan bencana dikemudian hari".
Shen Bok Hong mendengus dingin, ia tidak menggubris
ucapan dari Im Yang-cu lagi.
"Shen Toa CUngcu selamanya memandang tinggi diri
sendiri, aku rasa kau tentu tidak akan pandang sebelah
matapun terhadap diriku bukan....".
"Mana.... mana....".
Sinar mata Im Yang-cu menyapu sekejap ke atas wajah
Hek-Pek Jie-Loo serta boesu2 berbaju hitam itu, kemudian ia
berkata kembali, "Aku rasa setelah ini hari kita saling
berjumpa, suatu pertempuran sengit tak bisa dihindari lagi".
"Hanya andalkan kau Im Yang-cu seorang?"
"Pinto sadar bahwa kekuatanku masih bukan tandinganmu.
tapi apabila kau ingin bertempur pinto pasti akan melayani
Shen Toa Cungcu dalam beberapa begrakan?"
Diam2 Shen Bok Hong memperhitungkan kekuatan sendiri,
pikirnya, "Kalau didengar dari ucapan hidung kerbau ini,
agaknya mereka sudah bikin persiapan seandainya sipengemis
tua serta jago yang tak kuketahui namanya pun berada disini,
setelah pertempuran pecah nanti mereka pasti akan
munculkan diri dan membantu mereka secara mendadak saat
itu bila aku ingin mengundurkan diri rasanya bukan suatu
pekerjaan gampang...."
Karena berpikir demikian, ia lantas berkata dengan nada
dingin ; "Apakah kau ingin aku orang she Shen suka menetapkan
cara untuk bertarung?"
"Sedikitpun tidak salah, seandainya Shen Toa CUngcu ingin
bergebrak maka pinto sekalian pasti akan melayani
kemauanmu itu?" Mendadak Shen Bok Hong mendongak dan tertasa terbahak2.
suaranya bagaikan auman binatang terluka, begitu
keras sampai menggetarkan telinga semua orang.
Diam2 para jago dibikin terperanjat oleh kelihayan orang
itu, pikir mereka hampir berbareng
"Sungguh amat sempurna tenaga lweekang yang dimiliki
orang ini....!" Menanti suara tertawanya sirap, mendadak tangannya
diulapkan. Sebutir batu cadas telur itik mendadak melayang ketengah
udara dan jatuh ke dalam tangan Shen Bok Hong, sepasang
matanya melotot bulat dan mengawasi wajah Im Yang-cu tak
berkedip. Segulung hawa seram yang menggidikkan hati menyelimuti
seluruh angkasa membuat Im Yang-cu yang memiliki iman
kuatpun tak urung merasa bergidik juga.
Terdengar Shen Bok Hong tertawa dingin mendadak
serunya, "Nih, terimalah batu tersebut"
Batu cadas yang dicekal ditangan kanannya tiba tiba
dilemparkan ke arah Im Yang-cu.
Tatkala sang too tiang dari Bu-tong Pay ini menyambut
datangnya batu cadas itu, sepasang alisnya kontan berkerut
sebab ia merasakan batu tersebut terasa sangat panas hingga
menyengat badan. Berada dibawah tontongan para jago. Im Yang-cu tentu
saja merasa kurang enak untuk membuang batu cadas itu ke
atas tanah, terpaksa ia salurkan hawa murninya untuk
melawan hawa panas itu. Siapa sangka baru saja hawa murninya disalurkan ke dalam
tangan, batu cadas itu mendadak hancur jadi bubuk dan
tersebar ke atas tanah. "Haaa.... haaa...." Shen Bok Hong tertawa tergelak "Kau
tentunya mengerti akan maksud aku orang she Shen bukan?"
Ia merandek sejenak, kemudian sambil ulapkan tangannya
berseru kembali ; "Pertempuran ini hari tak usah kita langsungkan lagi!"
Badannya berputar, setelah loncat naik ke atas pelana ia
segera kaburkan binatang tunggangan itu meninggalkan
kalangan. Hek-Pek Jie-Loo serta para boesu berbaju hitam itu buruburu
menyusul dari belakang Tampak debu mengepul
memenuhi angkasa. dalam sekejap mata semua musuh telah
meninggalkan tempat itu. Tindakannya kali ini benar2 berada diluar dugaan semua
orang, para jago jadi tertegun dibuatnya.
Tampak diantara rombongan para boesu itu mendadak ada
seorang Boesu berbaju hitam jatuh dari atas kuda, setelah
terjungkir balik beberapa kali ia menyembunyian diri dibalik
semak. Puluhan ekor kuda lainnya masih tetap meneruskan
perjalanannya kedepan tak seorangpun yang berpaling untuk
memandang orang berbaju hitam yang terjatuh itu.
Sedangkan Im Yang-cu sekalian walaupun melihat akan hal
itu namun ia tidak pikirkan di dalam hati. mereka hanya
merasakan bahwa setiap orang dari perkampungan Pek Hoa
San Cung berhati dingin dan keji, terhadap mati hidup seorang
rekannya ternyata tidak ambil perduli barang sedikitpun jua.
Tampak debu mengepul makin lama semakin jauh dan
akhirnya lenyap tak berbekas.
Memandang dimana bayangan kuda itu lenyap Im Yang-cu
menghembuskan napas panjang ujarnya
"Tingkah laku serta tindakan Shen Bok Hong selamanya
aneh dan sukar diduga oleh siapapun juga...."
Sungguh aneh sekali! mendadak terdengar Cheng Yap Cin
berseru, "Orang itu sama sekali tidak terluka!"
Siapa yang kau maksudkan"
Boesu berbaju hitam itu ternyata ia tidak terluka.
Para jago sama2 angkat kepala terlihatlah orang berbaju
hitam itu sendan merangkak bangun dari atas rumput
kemudian berjalan menghampiri para jago.
"Hati2...." Be Boen Hwie segera memperingatkan. "Shen
Bok Hong adalah seorang manusia licik yang mempunyai
banyak akal setan, entah permainan setan apakah yang
sedang disiapkan orang itu, jangan sampai kita terjebak dalam
siasatnya. Harap cuwi sekalian suka menunggu disini, cayhe
akan maju kesana untuk melakukan pemeriksaan".
"Siauwte akan menemani Be-heng" sela Cheng Yap Cing.
"Baiklah!" demikianlah kedua orang itu segera berlari
menyongsong kedatangan si orang berbaju hitam itu.
Tatkala jarak mereka dengan orang berbaju hitam itu
tinggal dua tombak, mendadak Be Boen Hwie berhenti sambil
menghardik ; "Berhenti!" Orang berbaju hitam itu menurut dan berhenti kemudian
sambil menjura berkata, "Siapakah yang bernama Be Boen
Hwie, Be Cong Piauw Pacu?"
"Cayhelah orangnya. Sahabat, kau ada urusan apa?"
"Cayhe mendapat pesan dari seseorang untuk
menyampaikan sepucuk surat rahasia kepada diri Be Cong
Piauw Pacu kemudian harap Be Cong Piauw Pacu suka
sampaikan surat tadi kepada orang yang dimaksudkan dalam
sampul tersebut!" ujar orang berbaju hitam itu seraya
mengambil sepucuk surat dari dalam saku.
"Letakkan surat itu diatas tanah dan harap sahabat segera
mundur satu tombak ke belakang" bentak Be Boen Hwie
kembali. Orang berbaju hitam itu menurut dan meletakkan surat tadi
ke atas tanah kemudian lambat2 mundur setombak ke
belakang. Dalam jarak satu tombak Be Boen Hwie percaya sekalipun
si orang berbaju hitam itu mau main gila ia masih sempat
untuk berkelit, maka dengan langkah lebar ia maju kedepan.
Tampaklah diatas sampul surat itu bertuliskan kata2
sebagai berikut ;

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Harap Be Boen Hwie Cong Piauw Pacu suka
menyampaikan surat ini kepada Siauw Ling"
Gaya tulisannya halus dan indah, jelas tulisan seorang
perempuan. Dengan teliti Be Boen Hwie memeriksa dahulu apakah
diatas sampul surat tersebut dipolesi racun atau tidak, setelah
yakin aman ia ambil surat tadi dari atas tanah.
"Surat ini berasal dari siapa?"
"Sebagai imbalan buat menghantarkan surat ini cayhe
peroleh kebebasan, mengenai siapakah yang menulis surat
tersebut dalam surat telah tercantum jelas sipenerima surat
akan mengetahui sendiri sehabis membaca surat tersebut.
Nah, cayhe mohon diri lebih dahulu!"
Selesai berkata ia putar badan dan menuju ke arah Selatan,
arahnya bertolak belakang dengan arah yang diambil Shen
Bok Hong tadi. Menanti orang itu sudah berlalu, dengan langkah lebar
Cheng Yap Cin baru maju mendekat sambil bertanya, "Surat
itu berasal dari siapa?"
"Tentang soal ini cayhe kurang tahu!"
"Apakah surat itu ditulis buat Be-heng?"
"Bukan surat itu buat seorang sahabatku" jawab Be Boen
Hwie sambil memasukkan surat itu ke dalam saku.
Menyaksikan orang she Be itu tidak ingin berbicara banyak
tentang surat tersebut, terpaksa Cheng Yap Cin pun tidak
mendesak lebih jauh. Mereka berdua segera kembali ke dalam barisan, terdengar
Im Yang-cu bertanya lirih.
"Apa yang telah dilakukan boesu berbaju hitam yang
tinggal disana tadi?"
"Tiada perbuatan apapun yang ia lakukan" tukas Cheng
Yap Cin cepat. "Ia cuma mengirim sepucuk surat pribadi
belaka". Sengaja ia mengucapkan kata "Pribadi", dengan demikian
Im Yang-cu merasa kurang enak untuk bertanya lebih jauh.
Sedikitpun tiada salah, para jago yang hadir disanapun
tiada seorangpun yang menanyakan persoalan itu lagi.
Be Boen Hwie takut sekali karena persoalan ini
menimbulkan salah paham dalam hati para jago, ingin sekali ia
menjelaskan namun terasa pula sulit baginya untuk buka
suara kecuali apabila mengisahkan pula asal usul dari Siauw
Ling. JILID 26 Tetapi sebelum memperoleh persetujuan dari Siauw Ling,
iapun tidak berani ambil keputusan sendiri. Terpaksa masalah
itu ia simpan dalam hati dengan mulut tetap membungkam.
Untuk beberapa saat lamanya suasana dalam kalangan jadi
sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.
Lama.... lama sekali, Im Yang-cu baru menghela napas
panjang dan berkata; "Perbuatan Be-heng masuk ke dalam perkampungan Pek
Hoa San Cung telah tersiar luas dalam dunia persilatan, semua
rekan Bu-lim sama2 kagum atas keberanian dan semangat
gagah dari Be-heng ini"
"Aaai....! sebenarnya siauwte cuma menemani seseorang
belaka.... bicara terus terang, kali ini kami bisa tinggalkan
perkampungan Pek Hoa San Cung dalam keadaan selamat,
kecuali peroleh bantuan dari Sun Put Shia sang tiangloo dari
Kay Pang kamipun telah mendapat bantuan seorang tokoh
sakti" "Siapakah orang itu?"
"Selamanya siauwte tidak suka bicara bohong, orang itu
sekarang dan detik ini berada disini cuma saja sebelum
peroleh persetujuannya siauwte tak berani ambil keputusan
untuk mengutarakan namanya...."
Ia meraba surat dalam sakunya lalu menambahkan, "Surat
inipun juga surat yang ditujukan kepadanya, siauwte tak
berani bertindak sembarangan".
"Begitu misteriuskah orang itu?" seru Cheng Yap Cin sambil
menyapu sekejap keseluruh kalangan.
"Menurut apa yang cayhe ketahui, orang itu sudah
menutupi wajah aslinya dengan penyaruan ia terpaksa berlaku
misterius sebab ada kesulitan2 yang sukar diutarakan kepada
orang lain". "Kalau demikian adanya, Be-heng pun tak perlu
memperkenalkan orang itu kepada kami!"
Sengaja Cheng Yap Cin mengucapkan kata2 itu dengan
suara keras, agaknya ia sengaja berbuat demikian untuk
memancing kemunculan orang tersebut dengan sendirinya.
Siapa sangka Siauw Ling bersembunyi dipunggung bukit ia
sama sekali tidak mendengar apa yang mereka ucapkan, tentu
saja tak mungkin sianak muda itu munculkan diri.
Setelah musuh tangguh berlalu, sipadri pemabok,
sipengemis kelaparan serta Suma Kan sekalianpun munculkan
diri dari semak belukar disisi jalan.
Sinar mata Cheng Yap Cing segera dialihkan ke atas tubuh
Suma Kan dan mengawasinya tajam tajam, bibirnya bergerak
seperti mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya maksud
itu dibatalkan. Buru-buru Be Boen Hwie berseru, "Mari.... mari.... siauwte
perkenalkan kalian berdua, saudara ini adalah siperamal sakti
dari lautan Timur Suma Kan."
Kemudian berpaling ke arah Cheng Yap Cing sambungnya.
"Saudara ini adalah Cheng Yap Cin Thay-hiap dari Bu Tong
Pay." "Suma-heng" Cheng Yap Cing menyapa seraya menjura.
Suma Kan adalah seorang manusia yang bertinggi hati,
semula ia bermaksud datang kedaratan Tionggoan untuk bikin
peristiwa yang menggemparkan seluruh kolong langit sekalian
populerkan nama sendiri. Siapa sangka apa yang diharapkan tidak tercapai dan ia
sudah jumpai peristiwa yang menggetarkan hatinya, seketika
itu juga ambisi yang semula berkobar dalam hatinya padam
dan lenyap tak berbekas. Menyaksikan Cheng Yap Cin gagah dan hebat iapun segera
balas memberi hormat sambil menyahut, "Selamat berjumpa
muka!" "Suma-heng, apakah kau baru pertama kali ini
menginjakkan kakimu didaratan Tionggoan?"
"Siauw-te dilahirkan didaratan dan dibesarkan disebuah
pulau ditengah samudra, kali ini aku pulang kedaratan
Tionggoan walaupun masih merasakan keadaan kampung
halaman namun terhadap setiap manusia yang ada disini
merasa tertarik sekali, kenangan masa lampau sudah buram
dalam ingatanku". "Dunia persilatan didaratan Tionggoan terlalu banyak
mengandung dendam dan budi, aku rasa ketentraman dipulau
anda yang terletak diluar samudra jauh lebih menyenangkan
daripada tempat seperti ini".
"Sebelum siauwte pulang, ingin sekali kulihat dan kukenali
jago-jago lihay dari daratan Tionggoan...."
"Kabar yang tersiar belum boleh dipercaya. mungkin Sumaheng
akan merasa kecewa."
Ucapan ini membuat Suma Kan murung, ia menghela napas
panjang. "Aaai....! bicara terus terang, jago-jago Bulim didataran
Tionggoan banyak dan lihay, gagah dan cerdik, jauh lebih
hebat daripada apa yang tersiar."
"Suma-heng, kau terlalu memuji?"
Mendadak terdengar sipengemis kelaparan teriak2 keras ;
"Heeey.... heeey.... musuh tangguh sekarang sudah
mundur, kita harus cari tempat untuk bersantap sampai
kenyang, ayoh cepatan dikit, perutku sudah men-jerit2."
"Tidak salah" sambung sipadri pemabok "Setan arakku
sudah mulai angot, ayoh cepat sediakan arak wangi."
Teriakan kedua orang ini sudah sering berkumandang
dimanapun juga. mereka tidak pandang bulu berada dimana
dan dihadapan siapapun juga.
Cheng Yap Cin melirik sekejap ke arah padri pemabok serta
pengemis kelaparan, kemudian tanyanya kepada Be Boen
Hwie. "Apakah kedua orang itu adalah sipadri pemabok serta
pengemis kelaparan yang tersohor."
"Tidak salah, perlukan siauw-te perkenalkan kalian
bertiga?" "Tidak perlu," tukas sipadri pemabok dingin.
"Thaysu...." Cheng Yap Cin segera berpaling dan berseru.
"Tak usah terlalu menyanjung diriku, aku sihweesio, tidak
kuat menerima hal itu. bila kau merasa senang dengan aku
sihweesio, kita boleh mengikat persahabatan dalam soal
makan, dan panggil saja aku sihweesio arak."
Sepasang alis Ceng Yap Cin berkerut kencang, setelah
merandek sejenak ia berseru, "Sudah lama aku dengar thaysu
suka bicara seenaknya dan tidak pakai aturan, setelah
perjumpaan hari ini, aku barusadar bahwa nama besarmu
bukan nama kosong belaka."
"Hweesio arak tetap hweesio arak, thaysu.... thaysu
melulu.... Huuu! aku sihweesio tidak sanggup menerimanya."
Untuk beberapa saat lamanya Cheng Yap Cin tak sanggup
meraba isi hatinya, maka terpaksa ia membungkam.
Mendadak terdengar sipengemis kelaparan tertawa terbahak2,
teriaknya ; "Eeeei.... hweesio arak. celaka.... celaka.... kau sudah
menyinggung perasaan Cheng thay-hiap agaknya kau
sihweesio sudah bosan hidup, aku sih tak ikut mengantar
kematianmu, selamat tinggal, aku berangkat lebih duluan."
Selesai bicara tidak menanti jawaban dari Be Boen Hwie
sekalian lagi ia putar badan dan berlalu.
"Hey sipengemis tua tunggu aku" teriak padri pemabok. ia
berpaling dan sambil ulapkan tangan ujarnya kepada Cheng
Yap Cin ; "Seandainya kau ingin bersahabat dengan aku dalam soal
makan, lebih baik carilah akal untuk memberi arak wangi
kepadaku, apabila aku sihweesio gede melihat arak, sikapku
tentu akan berubah."
"Terima kasih atas petunjukmu, akan cayhe ingat selalu di
dalam hati" jawab Cheng Yap Cin sambil tertawa.
Sipadri pemabok segera putar badan dan berlalu dari sana.
dalam sekejap mata kedua orang pendekar kuokay itu sudah
lenyap tak berbekas. "Be-heng!" Cheng Yap Cin berbisik, "Kedua orang itu
benar2 pergi?" "Aaai....! sudah terlalu biasa kedua orang itu bersikap sok
edan2an. jejak mereka sukar diraba. Benarkah mereka berlalu
sukar diduga. Aaai dalam menghadapi pertarungan sengit di
dalam perkampungan Pek Hoa San Cung, kecuali Soen Put
Shia serta tokoh sakti itu, boleh dikata jasa dari padri
pemabok serta pengemis kelaparan tidak kecil."
Mendadak Im Yang-cu rangkap tangannya didepan dada
dan berkata ; "Shen Bok Hong bersama antek2nya telah mengundurkan
diri, aku rasa ia tak bakal kembali lagi, disebabkan atas
munculnya kembali Shen Bok Hong dalam dunia persilatan
sauw-lim ciangbunjien serta Bu-tong ciangbunjien bersama2
telah menyebarkan undangan Bu-lim keseluruh penjuru dunia,
harap cuwi sekalian suka sama2 berkumpul digunung bu-tong
dan membicarakan siasat untuk membasmi gembong iblis
pengacau dunia itu. Aku dengan ketajaman pendengaran serta
penglihatan Shen Bok Hong, rencana ini tidak akan berhasil
mengelabui dirinya, masih banyak persoalan yang harus pinto
selesaikan, oleh karena itu aku mohon pamit terlebih dahulu."
Sehabis berkata ia menjura kepada para jago, dengan
membawa Cheng Yap Cin serta Tiam It Loei mereka segera
berlalu dari sana. Dalam pada itu dari balik batu karang dikedua belah sisi
jalan per-lahan-lahan muncul dua puluh orang lelaki kekar
yang menyandang busur serta anak panah.
Kiranya orang itu merupakan jago-jago pilihan diantara
anak buah Be Boen Hwie yang sengaja disembunyikan
ditempat itu, mereka telah bersiap sedia bilamana para
pengejar dari perkampungan Pek Hoa San Cung mengejar
sampai kesitu maka hujan anak panah segera akan
menyambut kedatangan mereka.
Siapa sangka kejadian ada diluar dugaan semua orang,
Shen Bok Hong dengan membawa para jago telah berlalu dari
sana. Sementara itu Siauw Ling serta Sang Pat pun sudah
tinggalkan punggung bukit dan turun kebawah.
Sang Pat membuntuti kencang dibelakang Siauw Ling,
terdengar ia berbisik lirih ;
"Pada saat ini toako suah jadi pahlawan gagah ditengah
para jago yang hadir pada saat ini, apabila ambil kesempatan
ini toako berseru maka pasti akan terdapat banyak orang yang
suka mengikuti diri toako, dengan kepandaian silat yang toako
miliki serta kecerdikan yang melebihi orang lain, rasanya tidak
sukar bagimu untuk mendirikan pula suatu kekuatan diluar
sembilan partai besar serta perkampungan Pek Hoa San
Cung...." "Aaai....!" Siauw Ling menghela napas panjang. "Meskipun
siauwheng baru saja terjunkan diri ke dalam dunia persilatan,
tetapi dalam pengamatanku selama setengah tahun ini dapat
kutarik kesimpulan bahwasanya kebanyakan orang Bu-lim
telah terbelenggu oleh Nama serta keuntungan, terutama
sekali nama, hal ini paling mencelakai orang, setiap menusia
ingin menjadi pemimpin Bu-lim, setiap orang ingin dihormati
orang lain, kekacauan semacam ini tiada akan berakhir untuk
selamanya." Sang Pat merasakan pipinya jadi panas setelah mendengar
ucapan itu, ia tertawa dan menyambung, "Siauwte akui telah
terbelenggu oleh harta, meskipun harta kekayaan itu
kudapatkan dengan cara tidak halal namun belum pernah
kudapatkan secara kekerasan atau merampas. Meskipun
begitu dengan menggunakan akal memaksa orang lain untuk
menyerahkan benda mustikanya secara sukarela sedikit
banyak termasuk perbuatan orang2 rendah...."
"Tetapi sejak berkenalan dengan toako, siauw te pernah
membicarakan hal ini dengan Tu Kioe kami berjanji sejak hari
ini tidak akan memikirkan soal harta lagi kami akan kerahkan
segenap tenaga yang ada untuk membantu toako dan
melakukan suatu pekerjaan yang besar serta cemerlang!"


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siauw Ling tersenyum, mulutnya tetap membungkam,
sedang dalam hati pikirnya ;
"Penyakit yang sudah dideritanya hampir puluhan tahun
lamanya, aku rasa tidak bakal bisa berubah dalam waktu
singkat...." Sembari berbicara, tanpa terasa mereka berdua sudah
berada diantara para jago lainnya.
Be Boen Hwie segera merogoh sakunya ambil keluar
sepucuk surat dan diangsurkan kedepan. katanya ;
"Disini ada sepucuk surat, harap Siauw-heng suka
menerimanya." Siauw Ling terima surat itu, menyaksikan gaya tulisan
diatas sampul ia dapat menerka kalau orang yang menulis
surat tersebut jelas adalah seorang wanita, hatinya tertegun
keheranan. "Surat ini dari siapa?" segera ia bertanya.
"Belum siauw-te lihat!"
Dengan sepasang alis berkerut Siauw Ling segera
membuka sampul surat itu dan membaca isinya, terbaca
olehnya ; "Kemarin malam tatkala aku mendusin dengan pikiran
segar, kudengar ayah membicarakan tentang dirimu walaupun
kau sudah menyaru dan menyusup ke dalam perkampungan
Pek Hoa San Cung, tetapi gagal untuk mengelabuhi sepasang
mata ayahku, maksud ayah tidak membocorkan rahasia ini
bukan lain karena beliau ingin menggunakan darah dalam
tubuhmu untuk menolong selembar jiwaku...."
Membaca sampai disitu, Siauw Ling sudah bisa tebak
berasal dari manakah surat itu, tanpa terasa hatinya bergidik,
pikirnya. "Sungguh mengerikan sekali, agaknya sebelum tok Ciu Yok
Ong berhasil mengganti darah puterinya dengan darahku,
sepanjang masa ia akan selalu mengincar diriku...."
Ia menghela napas dan membaca surat itu lebih jauh.
"Demi aku, ayah sudah memeras otak dan merasakan
penderitaan yang hebat, akumerasa tak tega melihat beliau
selalu tersiksa. Tetapi akupun tidak berani menerima
sumbangan darahmu untuk menyelamatkan jiwaku mumpung
ini hari pikiranku rada segar dan badan terasa agak sehat,
kutulis sepucuk surat ini untukmu.
"Aku dengan dirimu tidak pernah saling kenal, tetapi dalam
tubuhku sudah terdapat darahmu badanku yang lemah sudah
bagaikan lampu yang kehabisan minyak. setiap saat bisa
padam dan musnah. Tetapi teringat akan penderitaan ayah
diam diam kucurkan aira mata dan merasa menyesal pula
terhadap diri anda. Sebagai penebus dosa maka aku ingin
membantu dirimu sebagai rasa penyesalanku.
"Menurut apa yang kuketahui, diantara panglima kosen
yang berhasil diciptakan Shen Bok Hong, boleh dikata barisan
Ngo Liong Toa Tin merupakan kekuatan yang paling dahsyat.
"Yang dimaksudkan Lima naga adalah lima orang manusia
aneh yang memiliki ilmu silat yang sangat lihay, sejak
ditundukan Shen Bok Hong mereka dibawa pulang ke dalam
perkampungan Pek Hoa San Cung, kemudian setelah
membuang waktu selama banyak tahun akhirnya terciptalah
barisan Ngo Liong Toa Tin tersebut diantaranya ia sudah
mendapat banyak bantuan dari ayahku, oleh karena itu aku
sedikit banyak memahami keadaan yang sebenarnya.
Untuk membantu dirimu aku ada maksud merobohkan lima
naga tersebut, maka dengan menggunakan sedikit akal
kulenyapkan daya tempur dari lima naga tersebut walaupun
begitu aku tak turun tangan keji sehingga melenyapkan jerih
payah dari Shen Cung-cu dalam sekejap mata setelah berpikir
berulang kali akhirnya kudapatkan akal yang sempurna, untuk
sementara waktu lima naga itu akan kehilangan daya
tempurnya selama sepuluh hari, setelah sepuluh hari mereka
akan pulih kembali daya tempurnya sedikit penghargaan ini
harap kau suka menerimanya sebagai balas budi dariku....
Surat tersebut terputus sampai disitu, dan dibawah surat
tiada tercantum nama. Walaupun surat itu tidak berakhir namun apa yang
dimaksud dapat Siauw Ling pahami dengan cepat.
Kini sianak muda itu baru tahu apa sebabnya barisan Ngo
Liong Toa Tin dari Shen Bok Hong tidak kuat menahan
gempuran mereka, ternyata secara diam2 ada orang lain yang
telah melenyapkan daya tempur mereka.
Perlahan-lahan ia lipat surat itu dan dimasukkan ke dalam
saku. Be Boen Hwie sekalian yang hadir disitu mesti tidak tahu
apa yang dibicarakan dalam surat tersebut namun,
menyaksikan Siauw Ling membungkam mereka pun tidak
mendesak untuk bertanya. Tiba-tiba terdengar ujung baju tersempok angin, diikuti
Kiem Lan dengan langkah ter-buru-buru lari kesisi Siauw Ling
dan berbisik lirih ; "Kesehatan badan thay hujien amat lemah, tak mungkin
kita lanjutkan perjalanan lagi, kita harus cepat-cepat mencari
suatu tempat untuk beristirahat selama beberapa hari".
"Bagaimana keadaannya?" tukas Siauw Ling dengan wajah
berubah hebat. "Kini keadaannya sudah tenang...."
"Aaai.... kalau begitu bagus sekali"
"Menurut pemeriksaan budak serta Giok Lan atas
kesehatan dari Loo hujien, kami rasa beliau tak boleh
menemui kejadian yang mengejutkan hatinya lagi, kita harus
mencari suatu tempat yang terpencil untuk beristirahat selama
beberapa hari, menunggu kesegaran badannya sudah pulih
barulah kita lanjutkan perjalanan".
Siauw Ling termenung sejenak, kemudian kepada Be Boen
Hwie katanya, "Kesehatan tubuh ibuku sedang mundur dan
sukar untuk melakukan perjalanan lagi, siauwte ada maksud
beristirahat selama beberapa hari disekitar tempat ini. Bila Beheng
serta cuwi sekalian ada urusan yang harus diselesaikan,
harap sialhkan berlalu!"
"Tempat ini letaknya amat berdekatan dengan
perkampungan Pek Hoa San Cung, aku takut Shen Bok Hong
sudah menyebarkan mata2nya disekitar sini, lebih baik
lakukanlah perjalanan beberapa li lagi".
Belum sempat Siauw Ling menjawab, Kiem Lan sudah
berebut menyambung ; "Be-ya, maaf apabila budak lancang dan banyak bicara,
membicarakan dari kesehatan badan loo hujien, tak mungkin
beliau sanggup untuk melakukan perjalanan lagi".
Agaknya Be Boen Hwie pun dapat menangkap betapa
seriusnya keadaan tersebut, lama sekali ia termenung
kemudian baru menyahut. "Kalau memang demikian adanya, cayhe pun tidak leluasa
untuk banya bicara lagi, semoga Siauw-heng bisa menahan
beberapa orang jago lihay untuk membantu dirimu. sehingga
seandainya terjadi sesuatu hal diluar dugaan ada orang yang
memberi bantuan". "Bila jumlahnya terlalu banya, malahan jejak kami gampang
konangan, maksud baik Be-heng biarlah siauw-te terima di
dalam hati." "Kalau begitu silahkan Siauw-heng berangkat lebih dahulu,
sedang siauw-te akan bertahan untuk sementara waktu
ditempat ini, dari pada mata2 yang dikirim Shen Bok Hong
berhasil menemukan jejak kalian."
"Kalau begitu merepotkan diri Be-heng, budi kebaikan yang
kau berikan ini hari pasti akan siauw-te balas dikemudian
hari." Setelah tiba dibelakang bukit, dengan mengajak Tion Chiu
Siang Ku, Kim Lan serta giok Lan mereka berjalan menuju ke
atas bukit. "Cuwi sekalian harap tunggu sebentar" tiba-tiba terdengar
sipencuri sakti Siang Hwie berseru "Walaupun usia siauw-te
sudah lanjut, aku tak boleh membawa kepandaian dasar
petiku masuk keliang kubur."
"Siang-heng ada petunjuk apa lagi?" tanya Siauw Ling
seraya berpaling. Sinar mata Siang Hwie mengerling sekejap ke arah Kim Lan
serta Giok Lan lalu sambil tertawa sahutnya ;
"Aku sipencuri tua lihat kedua orang bocah perguruan itu
penurut sekali, maka ingin kuwariskan kepandaian mencuri
kepada mereka entah nona2 gede itu suka tidak mendapat
warisan ilmu mencopet dari aku sipencuri tua?"
"Seandainya Siang-heng punya maksud demikian, aku rasa
mereka akan menerimanya dengan senang hati."
Setelah melakukan perjalanan dalam dunia persilatan,
Siauw Ling pun mulai merasa betapa pentingnya ilmu mencuri
dan mencopet, kepandaian mencuri dari sipencuri sakti Siang
Hwie tiada tandingannya dikolong langit, tentu saja ia tak
berani memandang rendah dirinya.
Terdengar Kim Lan serta Giok Lan menyahut berbareng.
"Apabila loocianpwee punya maksud demikian kami
sekalian merasa amat berterima kasih sekali."
"Haaa.... haaa.... bagus. kalau memang demikian adanya.
aku sipencuri tua akan ikut serta pula dalam rombongan
kalian." Siperamal sakti dari Lautan Timur Suma Kan pun maju
menjura ke arah Siauw Ling, lalu berkata ;
"Siauwte pun ada maksud menemani kalian beberapa
orang, entah kamu semua suka menerima diriku atau tidak?"
"Apabila Suma-heng ada maksud menggabungkan diri,
dengan senang hati tentu saja siauw-te sambut
kedatanganmu." Mendadak Kim Lan mempercepat langkahnya mendekati Be
Boen Hwie, lalu bisiknya lirih ;
"Setiap budak yang berasal dari perkampungan Pek Hoa
San Cug, tak seorangpun mempunyai harapan yang
berlebihan, apabila mereka dapat diterima saja sudah merasa
amat berterima kasih sekali, semoga Be Cong Piauw Pacu bisa
bersikap baik terhadap Hong Coe moay-moay!"
"Tentang soal ini nona boleh legakan hati." sahut Be Boen
Hwie sambil tersenyum. 'Cayhe pasti akan berusaha keras
untuk baik2 merawat dirinya...."
Dalam pada itu Suma Kan telah berada di sisi Siauw Ling.
terdengar ia bertanya dengan suara lirih, Heng-thay, apakah
kau benar2 adalah Siauw Ling yang asli?"
"Bicara terus terang, cayhe adalah Siauw Ling yang asli."
"Nah itulah dia.... SIauw-heng, coba kau lihat
bagaimanakah perubahan air muka dari Be-heng?"
Siauw Ling memperhatikan sekejap wajah Be Boen Hwie,
lalu geleng kepala. "Siauwte tidak berhasil melihat sesuatu" sahutnya.
Wajahnya suram dan diliputi kegelapan, dalam sepuluh hari
pasti terjadi perubahan besar atas dirinya. Aaai....! tatkala
masih berada dalam perkampungan Pek Hoa San cung,
siauwte sudah memperingatkan kepadanya bila ada bencana
berdarah bakal menimpa dirinya.
"Bukankah dia sudah terluka?" sambung Siauw Ling cepat,
"Aku rasa ramalah Suma-heng atas bencana berdarah yang
menimpa dirinya boleh dikata sudah berlalu."
Namun dengan cepat suma Kan menggeleng.
"Kesuraman yang menyelimuti wajahnya saat ini jauh lebih
tebal dari pada sewaktu ada di dalam perkampungan Pek Hoa
San Cung, bahkan hawa kesialan sudah mencapai ubun2nya,
dalam beberapa waktu lagi pasti ada perubahan besar akan
menimpa dirinya, paling cepat tiga hari dan paling lambat
sepuluh hari kejadian itu pasti akan berlangsung."
Walaupun dalam hati Siauw Ling merasa kurang percaya
dengan hasil ramalannya, tapi menyaksikan kesungguhan
orang itu tatkala mengucapkan kata2 tersebut hatinya
bergerak juga, pikirnya "Walaupun apa yang dikatakan tak boleh dipercaya seratus
persen, rasanya tidak salahnya kalau mempercayai juga...."
Maka ia segera berkata, "Suma-heng, apabila kau punya
keyakinan, ada baiknya memberitahukan hal ini kepadanya,
agar ia bisa waspada"
"Aaai....! Be Boen Hwie berwatak gagah dan ia tek gentar
menghadapi segala apapun, ucapan dari siauwte belum tentu
mau dipercaya olehnya!"
"Lalu maksud Suma-heng?"
"Apabila Siauw-heng bisa menasehati dirinya secara serius
dan ber-sungguh2, mungkin ia mau menuruti nasehatmu"
Siauw Ling termenung sebentar kemudian mengangguk.
"Baiklah!" sahutnya, dengan langkah lebar ia mendekati Be
Boen Hwie lalu berkata dengan wajah serius, "Be-heng,
siauwte mempunyai beberapa patah kata yang sebenarnya
tidak sesuai untuk diutarakan kepadamu, semoga Be-heng
bisa memaafkan diriku setelah kata2 tersebut kuutarakan
keluar!" "Siauw-heng ada persoalan apa" bila siauwte dapat
melakukannya tentu akan kulaksanakan tanpa membantah".
"Wajah Be-heng kelihatan suram dan gelap, selama
sepuluh hari ini harap kau suka ber-hati2".
"Apakah siperamal sakti dari lautan timur yang
memberitahukan kepadamu?" tanya Be Boen Hwie sambil
tertawa. Sementara berbicara secara diam2 Siauw Ling pun
memperhatikan wajahnya. ia temukan diantara alis orang itu
secara lapat2 memang diliputi oleh hawa sial, segera
sahutnya, "Aku sendiri yang melihat akan hal itu!"
"Baiklah!" jawab Be Boen Hwie setelah termenung sejenak.
"Aku akan selalu ber-hati2 dalam setiap tindakan, harap
Siauw-heng jangan kuatir!"
"Apabila kesehatan badan ibuku sudah pulih dan siauwte
telah menghantarkan mereka kesuatu tempat yang aman,
siauwte pasti akan berusaha untuk menemukan Be-heng
kembali" "Ciangbunjien dari partai Siauw-lim serta partai Bu-tong
telah menyebarkan surat undangan Bu-lim-tiap untuk
membuka suatu pertemuan para jago, semoga Siauw-heng
bisa menghadiri pertemuan tersebut".
"Untuk keadaan sekarang sulit bagiku untuk mengambil
keputusan, biarlah kuputuskan setelah sampai pada
saatnya...." Ia menjura dan menambahkan.
"Siauwte akan beragkat duluan!"
Demikianlah dengan Tu Kioe membopong Siauw Thay-jien,


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Giok Lan membopong Siauw Hujien, Sang Pat serta Siang
Hwie buka jalan. Siauw Ling serta Suma Kan mengiringi
dibelakang mereka yang segera lanjutkan perjalanannya
memasuki lembah gunung. Kurang lebih tiga puluh li kemudian sampailah mereka
disuatu tempat yang terpencil dan sunyi sekali.
Siang Hwie berhenti, seraya menjura ke arah Siauw Ling,
katanya, "Hampir puluhan tahun lamanya Shen Bok Hong
bercokol dalam perkampungan Pek Hoa San Cung, daerah
sekitar ratusan li mungkin sudah berada di dalam pengawasan
mereka...." Maksud Siang-heng, apakah kita hendak mencari suatu
tempat untuk beristirahat di dalam lembah gunung ini?" sela
Siauw Ling. "Sedikitpun tidak salah. asalkan kita semua bersembunyi di
dalam lembah gunung ini, mungkin kita bisa menghindari
pengamatan dari mata-mata yang dikirim Shen Bok Hong".
"Kesehatan ibuku sangat menurun, aku rasa membutuhkan
banyak bahan obat2an untuk menyembuhkan, bila kita berada
ditengah gunung yang begini terpencil bagaimana mungkin
bisa dapatkan obat2an tersebut dengan gampang?"
"Tentang soal ini Siauw-heng tak perlu murungkan, soal
pembelian obat2an serahkan saja kepada aku sipencuri tua."
"Siang-heng bukan saja lihay dalam ilmu mencuri yang
mana tiada tandingannya dikolong langit. bahkan ilmu
menyarupun tiada bandingannya" sambung Sang Pat sambil
tertawa. "Aku rasa mata2 dari perkampungan Pek Hoa San
Cung tidak bakal bisa kenali dirinya lagi."
Pada waktu itu Giok Lan serta Tu Kioe telah memilih
sebuah tanah rumput yang empuk dan meletakkan Siauw-
Thay-jien serta Siauw-Hujien ke atas tanah kemudian
membebaskan jalan darah mereka yang tertotok.
Sedang Siauw Ling membersihkan wajahnya dari obat
penyamaran sehingga pulih kembali keadaan wajah yang
sebenarnya, setelah itu ia ber-jaga2 disisi orang tuanya.
Kembali lewat beberapa saat per-lahan-lahan Siauw thayjien
menghembuskan napas panjang dan mendusin.
Menyaksikan ayahnya mendusin Siauw Ling segera
jatuhkan diri berlutut dihadapannya.
"Putra yang tak berbakti Siauw Ling menhunjuk hormat
buat ayah" serunya. Sepasang mata Siauw-thay-jien dengan tajam menatap
wajah Siauw Ling, lama sekali ia baru menghela napas
panjang dan bertanya; "Benarkah kau adalah Leng-jie?"
"Tidak salah, putranda adalah Siauw Ling!"
"Aaai....! perubahan pada wajah maupun tubuhmu terlalu
banyak, dahulu badanmu lemah dan berpenyakitan, tapi
sekarang kau gagah dan kuat...."
Ia tersenyum dan menambahkan, "Apabila diperiksa lebih
cermat, memang raut wajah tempo dulu masih membekas
diatas mukamu." "Putramu tidak berbakti, sehingga membuat ayah dan ibu
menderita. hal ini benar2 membuat puteramu merasa tidak
tenteram" keluh Siauw Ling dengan air mata yang bercucuran.
Sepasang mata Siauw thayjien menyapu sekejap ke arah
para jago yang ada dibelakang putranya, kemudian tersenyum
ramah. "Mara bahaya yang ada di dalam tingkat pemerintahan jauh
lebih hebat dari pada dunia persilatan, ayahmu sudah sering
mengalami pelbagai peristiwa yang lebih mengerikan, sedikit
penderitaan yang kualami masih belum terhitung seberapa"
katanya. "Siangkong cepat bangun" tiba-tiba terdengar Giok Lan
berbisik. "Keadaan Loo hujien rada kurang beres."
Air muka Siauw Ling berubah hebat, ia enjotkan badan
melewati Siang Hwie serta Suma Kan dan melayang turun
disisi tubuh ibunya, setelah berlutut memayang ibunya ia
berteriak cemas, "Oooh ibu.... ibu...."
Begitu cemas dan gelisah hatinya, sampai tak tahan lagi air
mata jatuh bercucuran dengan derasnya.
Sang Pan menjawil ujung baju Suma Kan lalu berbisik lirih ;
"Kau bisa meramal, entah bagaimana kepandaianmu dalam
ilmu pertabiban"...."
"Siauwte tidak berani terlalu mengunggulkan diri sendiri,
dalam hal ilmu pertabiban aku cuma mengerti tapi tidak
menguasai". "Kalau begitu pergilah nasehati Siauw toako lebih dahulu,
kemudian baru kita rundingkan kembali soal pengobatan".
"Tentang soal ini siauwte mengerti" Suma Kan
mengangguk, ia segera berjalan menghampiri Siauw Ling dan
berkata dengan wajah serius, "siauw-heng, harap kau jangan
gelisah sehingga mengacaukan pikiranmu, menurut
terhitungan siauwte, hujien punya hok-gie yang besar dan
yang panjang, sekalipun keadaan lebih burukpun tidak akan
sampai sejelek yang kau bayangkan, harap legakan hatimu".
Siauw Ling berpaling memandang sekejap ke arah Suma
Kan kemudian mengangguk. "Perkataan Suma-heng sedikitpun tidak salah" sahutnya.
Ia turunkan ibunya ke atas tanah kemudian bangun berdiri,
serta menyeka air mata diatas pipinya dan berkata lebih jauh,
"Ibuku selalu berada dalam keadaan tidak sadar, siapakah
diantara kalian yang menguasai keadaan disekitar sini dan
suka mengundang datang tabib untuk mengobati sakitnya?"
Lambat2 Siauw Thay-jien berjalan menghampiri isterinya,
setelah melirih sekejap ke arah wajah nyonya itu ia menghela
napas panjang. "Ling-jie, jangan gugup" serunya.
Sebenarnya para jago sedang merundingkan persoalan itu
dengan suara lirih, mendengar teguran dari Siauw Thay-jien,
maka suasana seketika itu juga berubah jadi sunyi senyap tak
kedengaran sedikit suarapun,
"Ayah, kau ada petunjuk apa?" tanya Siauw Ling seraya
menjura. "Sejak kau pergi tanpa pamit, ibumu selalu merindukan
akan dirimu, rasa rindu yang ber-larut2 ini lama-kelamaan
berubah jadi penyakit, sekalipun berulang kali kunasehati
dirinya, tapi ia tak sanggup mengendalikan rasa gembira serta
riangnya seperti dahulu...."
"Putra tak berbakti, sehingga membuat ibu susah dan
menderita. dosaku amat berat dan bertumpuk2...."
Siauw Thayjien tersenyum.
"Oleh karena itulah tatkala orang2 perkampungan Pek Hoa
San Cung berhasil menemukan dusun Tan Koei Cung,
meskipun ayahmu berhasil menemukan gerak gerik mereka
sangat mencurigakan, tetapi ibumu mempercayainya seratus
persen dan menunjukkan senyuman yang belum pernah ia
perlihatkan sejak kepergianmu tempo dulu. aku merasa tidak
tega membongkar rahasia itu maka dengan terpaksa ikut
mereka melakukan perjalanan. Aai.... sekalipun selama berada
di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung kami tidak pernah
merasakan siksaan atau penderitaan apapun, tetapi hidup
dalam kamar yang gelap dan setiap hari tak pernah melihat
sinar matahari sedikit banyak hal itu menekan pula jiwa kami."
"Ananda tak dapat menggirangkan ayah dan ibu sebaliknya
malah menyusahkan ayah dan ibu berdua. aiii.... kejadian ini
sangat menyedihkan hatiku.... sekalipun mati, dosa ini belum
juga dapat ditebus."
"Karena cemas dan mendongkol ditambah rindu pula
kepada putranya maka ketika berada di dalam kamar penjara
ibumu, sudah menderita sakit, ditambah pula peristiwa yang
amat mengerikan itu, maka ia jatuh tidak sadarkan diri,
putraku. kau tak usah gugup ataupun gelisah, asal ia
mendusin dan dapat berjumpa muka dengan dirimu serta
mengenali kau sebagai putranya, sakit yang ia derita tentu
akan sembuh sebagian besar dengan sendirinya."
"Perkataan ayah sedikitpun tidak salah"
Mendadak Giok Lan bangun berdiri, sambil menjura ke arah
Siauw Ling ujarnya ; "Di dalam kota Koei-Chiu terdapat seorang tabib kenamaan,
biarlah budak menyusup ke dalam kota dengan jalan menyaru
dan undang dia datang kemari...."
"Tak usah! tak usah berbuat demikian" tiba-tiba dari balik
semak berkumandang gelak tertawa seseorang. "Tabib
kenamaan macam apapun yang ada dikolong langit tiada
seorangpun yang bisa menandingi kepandaian loohu, kalau
cuma penyakit sekecil itu Loohu percaya cukup sekali tusuk
jarum, penyakitnya seketika akan sembuh dan nyonya itu
akan mendusin." Dengan hati terperanjat para jago sama2 angkat kepala,
tampaklah diatas sebuah batu besar kurang lebih beberapa
tombak dibelakang mereka berdiri seorang lelaki berbaju
hitam yang kecil dan kurus kering, dia bukan lain adalah Tok
Chiu Yok Ong. Karena merasa kuatir akan keselamatan Siauw Hujien,
pendengaran para jago telah kehilanan daya tajamnya,
sehingga sejak kapan Tok Chiu Yok Ong tiba disitu tak
seorangpun yang tahu. Sang Pat per-tama yang tertawa dingin lebih dahulu,
tegurnya, "Setelah kau datang kemari, jangan harap bisa
berlalu dengan seenaknya!"
Sembari berkata ia mengerdipkan ke arah Tu Kioe
kemudian mereka berdua ber-sama2 loncat kesebelah kiri dan
menghadap jalan perginya.
Tok Chiu Yok Ong tertawa terbahak2 menyaksikan
perbuatan kedua orang jago itu.
"Seandainya loohu takut bisa datang tak dapat berlalu,
tidak nanti aku menguntit kalian sampai disini?" serunya.
Sembari berkata, ia melayang turun kebawah.
Siauw Ling segera melangkah kedepan menghadang
dihadapan ayahnya, lalu menegur dingin.
"Janganlah membawa maksud jahat datang kemari kalau
tidak akan kusurh kau mati tanpa tempat kubur."
Tok Chiu Yok Ong tidak menggubris, ancaman sianak muda
itu, seraya menatap wajahnya ia bergumam ;
"Tidak salah lagi, ternyata kau benar2 telah menyaru
sebagai pesuruh dari Be Boen Hwie tatkala kau masih ada di
dalam perkampungan Pek Hoa San Cung, loohu telah
mengetahui jejakmu!"
"Pada waktu itu seandainya kau bocorkan rahasia ini
kepada Shen Bok Hong mungkin kalau semua tidak akan
gampang menerobos keluar dari perkampungan Pek Hoa San
Cung." "Tidak salah, seandainya Shen Bok Hong tahu kau telah
muncul disitu, ia pasti akan kearhkan segenap kekuatan yang
ada di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung untuk
membinasakan dirimu. "Heee.... heeeh.... sayang seribu kali sayang kesempatan
sebaik itu tak akan didapatkan lagi, Shen Bok Hong telah menyia2kan
kesempatan yang paling baik untuk membinasakan
diriku". "Loohu tidak mau membocorkan rahasiamu bukan karena
disebabkan hatiku welas dan kasihan terhadap dirimu,
melainkan karena aku butuh kau dalam keadaan hidup2,
kemudian meminjam darah segar dalam tubuhmu untuk
menolong selembar jiwa putriku".
"Diantara kita tiada hubungan apapun, dengarkanlah
nasehat cayhe dan matikan saja niatmu itu".
"Loohu cuma punya seorang putri, sebelum tujuanku
tercapai sepanjang masa loohu tak akan berhenti berusaha".
"Berbicara dari keadaanmu saat ini, berani benar kau
utarakan kata2 secongkak dan sesumbar itu?" tegur Siauw
Ling dengan alis berkerut.
Tok Chiu Yok Ong mendongak dan tertawa ter-bahak2.
"Haa.... haa.... orang2 Bu-lim ada siapa yang tidak
mengatakan aku sombong, tinggi hati dan suka sesumbar"
buat apa kau mengatakan hal itu kepada diriku?" jengeknya.
"Siauw-heng, jejak kita sudah konangan" mendadak Siang
Hwie menyela. "Satu2nya cara yang bisa kita lakukan
sekarang adalah membinasakan dirinya. sehingga tiada
kesempatan sama sekali baginya untuk mewartakan jejakmu
kepada musuh, apa gunanya kau bersilat lidah lagi dengan
orang macam itu?" Seraya berkata ia siap menubruk kedepan.
"Siang-heng, tunggu sebentar...." cegah Siauw Ling sambil
ulapkan tangannya, per-lahan-lahan ia alihkan sinar matanya
ke atas wajah Tok Chiu Yok Ong kemudian katanya,
"Berdasarkan hal apakah kau hendak menggunakan darah
segar dari aku orang she Siauw untuk menolong jiwa
putrimu?" "Ilmu pertabiban yang loohu miliki tiada tandingannya
dikolong langit dewasa ini, sedang ilmu silatkupun sama saja
tidak berada dibawah orang lain, maka dengan andalkan
kepandaian yang manapun aku bisa dapatkan darah dalam
tubuhmu!" "Seandainya aku tidak memberi kesempatan kepadamu
untuk berkutik, sampai matipun jangan harap harapanmu itu
bisa tercapai...." jengek Siauw Ling seraya tertawa hambar.
"Loohu percaya suatu hari aku dapat memaksa kau untuk
memberikan darah dalam tubuhmu secara sukarela untuk
menolong jiwa putriku!"
Air muka Siauw Ling berubah hebat.
"Sungguh tak nyana, putrimu berwatak halus dan ramah, ia
pandai membedakan mana jahat dan mana baik, sebaliknya ia
mempunyai seorang ayah yang egois dan buas, perbuatanmu
benar2 sudah menodai kesuciannya...."
Ia merandek sejenak, kemudian tambahnya, "Apakah kau
merasa yakin bahwa ilmu silatmu sangat lihay dan sanggup
untuk menundukkan aku orang she Siauw, baiklah, cayhe
akan kasih satu kesempatan kepadamu untuk melakukan duel
satu lawan satu, masing-masing pihak boleh andalkan
kepandaian silat yang dimilikinya untuk cari kemenangan.
Seandainya kau yang menang maka cayhe akan menyerahkan
diri secara sukarela, darahku boleh kau ambil untuk menolong
jiwa putrimu, tetapi bagaimana kalau sebalinya kau yang kalah
ditangan aku orang she Siauw?"
"Selama melakukan pekerjaan loohu cuma tahu berhasil,
perduli dnegan cara dan tindakan apapun akan kulakukan
usaha tersebut" jengek Tog Chiu Yok Ong sambil tertawa
dingin.

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Orang lain boleh mentertawakan diriku, boleh mencaci
maki diriku, tapi aku tak sudi bertaruh dengan orang lain,
sekalipun ini hari gagal, hari esok masih panjang, suatu saat
loohu pasti akan berhasil mendapatkan akal untuk
merobohkan dirimu." Ucapan ini seketika itu juga membuat Siauw Ling tertegun.
"Aku sungguh tak nyana atas kedudukan serta nama
besarmu dalam dunia persilatan, ternyata Tok Chiu Yok Ong
yang tersohor bisa mengucapkan kata2 semacam itu"
teriaknya. Tok Chiu Yok Ong tidak menggubris ejekan orang, sinar
matanya menyapu sekejap ketubuh Siauw Hujien yang
berbaring diatas rumput lalu mengalihkan pokok pembicaraan
ke soal lain. "Keadaan penyakit yang diderita ibumu tidak enteng,
apabila tidak cepat-cepat disembuhkan mungkin penyakit itu
akan kritis dan membahayakan jiwanya.
"Hmm! apakah kau ingin menggunakan keadaan dari ibuku
untuk memaksa aku orang she Siauw sumbangkan darah buat
putrimu!" "Seandainya bisa demikian dengan senang hati akan loohu
terima usulmu itu!" "Kalau cuma sedikit penyakit yan diderita Siauw Hujien,
agaknya tak perlu sampai merepotkan dirimu" sela Suma Kan
dari samping. Dari sakunya ia ambil keluar senjata gelang emasnya,
kemudian berdiri menghadang dihadapan tubuh Siauw Hujien.
Sambil mendengus dingin Tok Chiu Yok Ong menyapu
sekejap wajah para jago yang ada diempat penjuru, kemudain
ia bertanya ; "Benarkah kau ingin ajak aku bertaruh?"
"Orang ini keji, licik dan banyak akal" pikir Siauw Ling di
dalam hatinya. "Tenaganya membantu amat besar kesuksesan
perkampungan Pek Hoa San Cung, apabila tidak kubasmi
cepat-cepat dengan meminjam kesempatan baik ini,
dikemudian hari tentu ia bakal mendatangkan bencana bagi
umat Bu-lim, walaupun dengan perbuatan ini aku merasa
bersalah terhadap putrinya, tapi apa boleh buat."
Berpikir sampai disitu, segera sahutnya hambar, "Bila kau
ingin mengajak aku bergebrak, dengan cara apapun pasti
akan cayhe layani!" "Jadi orang, loohu paling tidak suka terikat oleh suatu
ikatan, apabila kau ingin ajak aku bertanding, lebih baik kita
tak terikat oleh peraturan peraturan dunia persilatan,
menggunakan senjata rahasia, siapa lebih ampuh dialah yang
menang." "Bagus sekali, kau suka menerangkan dahulu akan hal ini,
dapat ditunjukkan kalau anda masih memiliki jiwa seorang
enghiong." "Anda terlalu memuji!"
"Masih ada satu persoalan, mungkin Yok Ong sudah luma
mengutarakannya keluar?" mendadak sipencuri sakti Siang
Hwie menyela. "Persoala apakah itu?"
"Bertarung dengan cara mengerubut, siapa banyak
jumlahnya dialah yang menang."
"Ha ha ha ha.... loohu paling benci peraturan Bu-lim tentu
saja sesuka hati kalian kalau mau bergebrak dengan jalan
mengerubut." "Baik, kalau begitu biarlah cayhe mohon petunjukmu lebih
dahulu" seru Suma Kan sambil ayunkan senjata gelang
emasnya. Tapi sebelum serangannya mencapai sasaran mendadak
terdengar Giok Lan menjerit lengking ;
"Hujien"!!"
Ia berjongkok dan memeluk tubuh Siauw Hujien.
Dengan cepat Siauw Ling berpaling, ia saksikan tangan
serta kaki ibunya gemetar keras, wajahnya pucat pias
bagaikan mayat, sepasang matanya terpejam rapat dan
keringat dingin mengucur keluar tiada hentinya, se-akan2 ia
sedang menahan suatu siksaan yang hebat.
Hatinya jadi terperanjat, tak kuasa lagi air matanya jatuh
bercucuran membasahi wajahnya.
"Tangan dan kaki gemetar ini menandakan nyonya itu
terserang penyakit angin duduk" seru Tok Chiu Yok Ong
sambil tertawa tergelak. "Apabila dibiarkan ber-larut2
sekalipun ada tabib sakti yang bisa sematkan selembar
jiwanya, namun seluruh badannya lemas dan sepanjang masa
ia tak bisa bangun lagi. Beberapa patah kata itu bagaikan sebilah golok yang
menusuk keulu hati Siauw Ling.
"Apakah Loocianpwee punya kemampuan untuk
menyembuhkan penyakitnya" per-lahan-lahan ia bertanya
sambil menyeka air mata. "Obat tiba penyakit lenyap, tanggung ia akan pulih kembali
seperti sediakala!" "Kalau begitu mohon Loocianpwee suka turun tangan
menolong jiwanya!" "Soal menyembuhkan sakit sih gampang sekali, cuma harga
yang loohu minta sangat tinggi, kuatkah kalian
membayarnya?" "Bukalah harga" sela Sang Pat secara tiba-tiba. "Intan,
permata, mutiara, emas murni atau benda berharga apapun,
asal kau inginkan tanpa menawar aku orang she Sang akan
berikan kepadamu." "Buat apa emas, intan permata dan segala benda tak
berharga itu" dalam pandangan loohu benda2 yang tak
bernilai sepeserpun."
"Lalu apa yang kau inginkan?"
"Aku menginginkan darah dalam tubuhnya untuk menolong
jiwa putriku" sahut Tok Chiu Yok Ong sambil melirik sekejap
ke arah Siauw Ling. Ucapan ini seketika itu juga membuat para jago tadi
tertegun dan tak tahu apa yang harus diucapkan.
Terdengar Tok Chiu Yok Ong tertawa dingin dan berkata
kembali ; "Meskipun harga yang loohu ajukan amat tinggi, namun
tidak kupaksa pada orang lain maukah kalian terima
permintaan loohu itu terserah pada keputusan kalian sendiri "
Siauw thayjien yang selama ini berdiri tenang disisi
kalangan, tiba tiba buka suara dan berkata, "Ling jie, usia
ibumu sudah lebih dari setengah abad, keadaannya bagaikan
kayu yang sudah hampir jadi perahu, sekalipun mati juga tidak
mengapa. Sebaliknya usiamu masih muda, tanggung jawabmu
amat besar, janganlah disebabkan suatu persoalan kecil
sehingga mengaco masalah besar"
Siauw Ling tidak menyahut, mendadak ia tertekuk lutu
dihadapan ayahnya dan berseru ;
"Harap Tia memaafkan dosa ananda yang tak dapat
menuruti permintaanmu, cinta kasih ibu tiada bandingannya
dikolong langit, sekalipun ananda harus matipun ananda rela
asal selembar jiwa ibu dapat tertolong"
Para jago yang ada diempat penjuru dapat merasa betapa
penting dan seriusnya masalah tersebut, mereka sama2
membungkam dan tidak berani ikut menyela barang sekecap
katapun. Lama sekali Siauw Thayjien termenung, akhirnya ia
berkata, "Bangunlah lebih dahulu! apabila kau memang punya
maksud untuk berbakti, tentu saja aku tak bisa banyak bicara,
terserah pada keputusanmu sendiri!"
Siauw Ling segera mengucapkan terima kasih dan
merangkak bangun, setelah itu kepada Tok Chiu Yok Ong
katanya, "Baiklah, aku suka menyumbangkan darah dalam
tubuhku untuk menolong selembar jiwa putrimu...."
"Kau sendiri loo yang menyetujui permintaanku itu, bukan
Loohu yang paksa dirimu" sela Tok Chiu Yok Ong sambil
tersenyum. "Setiap patah kata yang telah kuucapkan, selamanya tidak
pernah kusesalkan lagi, apakah kau tidak percaya?"
"Loohu percaya padamu!"
Ia segera melangkah menuju ketempat dimana Siauw
Hujien berbaring, seraya maju hardiknya ketus.
"Ayoh minggir semua!"
Kiranya Siang Hwie serta Suma Kan berdiri sejajar
menghadang dihadapan Siauw Hujien dan menghadang
dirinya, tapi berhubung keadaan situasi pada saat ini sudah
berubah, terpaksa mereka menurut dan menyingkir
kesamping. Setibanya disisi tubuh Siauw Hujien, Tok Chiu Yok Ong
memeriksa sejenak air muka dari nyonya itu, kemudian
tertawa. "Nah, bagaimana kalau kalianpun menyaksikan
bagaimanakah tabib sakti nomor wahid dikolong langit dewasa
ini turun tangan?" Giok Lan yang berdiri disisi Siauw Hujien mendadak
menyela dengan suara dingin, "Ilmu pertabibanmu memang
lihay, tapi kepandaianmu menggunakan racun jauh lebih lihay
lagi, budak pernah dengar dari mulut Shen Bok Hong yang
mengatakan Tok Chiu Yok Ong mempunyai kepandaian untuk
menyalurkan racun lewan sesuatu benda."
"Tidak salah, Loohu memang memiliki kepandaian
semacam itu, tapi aku tidak bakalan sudi melukai seorang
nyonya tua yang sama sekali tidak bertenaga untuk melawan.
"Mungkin saja penyakit yang diderita Loo-Hujien tidak
seberat dan seserius apa yang kau katakan tadi, namun kau
sengaja melukiskan keadaan tersebut sedemikian serius dan
parahnya dengan maksud memaksa Siauw Kongcu untuk
sumbangkan darahnya guna menolong selembar jiwa
putrimu." Tok Chiu Yok Ong mendengus dingin, dari dalam sakunya
ia ambil keluar sebatang jarum perak dan berkata lebih jau,
"Asal jarum dari Loohu ini ditusukkan ke dalam tubuhnya, ia
segera akan sadar kembali...."
"Tok Chiu Yok Ong, seandainya kau berani mencelakai
ibuku secara diam2, tahukah kau apa yang bakal kulakukan?"
sela Siauw Ling dengan nada serius.
Hmmm! tidak nanti kau bisa melukai Loohu".
"Putrimu akan kubunuh lebih dahulu, agar jerih payahmu
selama puluhan tahun untuk menolong jiwa putrimu
berantakan, dan akan kupersilahkan kau mencicipi bagaimana
raasanya kalau sorang ayah kehilangan putrinya yang
tercinta". "Aaaai....! orang lain mungkin tak bisa menakut2i aku si Tok
Chiu Yok Ong tapi kau, mungkin sama mempunyai
kemamapuan tersebut". Siauw Ling tidak ambil gubris, ia
menjulurkan tangannya sambil berbisik lirih kepada diri Kim
Lan, "Pinjamkan pedangmu kepadaku!"
Kim Lan mengiakan dan mencabut keluar pedangnya yang
kemudian dipersembahkan kepada sianak muda itu.
Sepasang mata Siauw Ling berkilat, ia menatap wajah Tok
Chiu Yok Ong tajam2 lalu berkata.
"Hey Tok Chiu Yok Ong, pernahkah kau menyaksikan ilmu
pedang yang dimiliki aku orang she Siauw?"
"Dengan kepandaian tusuk jarum Loohu yang tiada
tandingannya dikolong langit, ingin kutukarkan dengan melihat
sejurus ilmu pedangmu!"
Dalam pada itu suasana dalam kalangan diliputi
ketegangan, sinar mata semua orang sama2 dicurahkan
ketangan Siauw Ling. wajah semua orang diliputi kesedihan
dan kedukaan yang tak terhingga.
Sinar mata Siauw Ling dialihkan ke arah sebuah pohon
pendek yang berada kurang lebih tiga tombak dihadapannya,
kemudian ia berseru. "Baik! nah perhatikanlah secara seksama?"
Diam2 hawa murninya disalurkan keseluruh tubuh, lalu
perhatiannya ditumpahkan ke atas lengan sebelah kanan.
Tampak pedangnya per-lahan-lahan diangkat ke atas
mendadak pergelangannya bergetar dan pedang tersebut
terlepas dari genggamannya.
Terciptalah serentetan cahaya ke-perak2an yang amat
menyilaukan mata, dengan membawa hawa pedang serta
desiran yang tajam segera meluncur empat lima tombak
tingginya keangkasa. Berada ditengah udara pedang tadi berputar dua lingkaran,
kemudian laksana sambaran kilat meluncur ke arah pohon
pendek itu. Serentetan cahaya tajam mengelilingi pohon tersebut
dengan cepatnya, dimana sinar keperak perakan berkelebat
lewat dahan ranting dan dedaunan sama2 rontoh ke atas
tanah. Menanti cahaya pedang sudah sirap dan pedang itu kembali
kewujudnya sebagai senjata, maka pohon siong yang pendek
tadipun tinggal sebuah pohon yang gundul dan tak nampak
lagi ranting atau daun barang sedikitpun jua.
Para jago sama-sama dibikin berdiri melongo dengan mata
terbelalak oleh demonstrasi ilmu pedang terbang tersebut,
lama sekali mereka baru perdengarkan seruan memuji dan
helaan napas. Sedang Tok Chiu Yok Ong pun mengangguk sambil berkata
; "Seingat loohu selama lima puluh tahun belakangan dalam
kolong langit cuma ada empat orang jago kangouw yang
memiliki kepandaian sedahsyat itu, tiga orang diantaranya
terjerumus ke dalam istana terlarang dan hingga kini belum
diketahui kabar beritanya...."
Ia merandek sejenak, tiba-tiba serunya sambil pertinggi
suaranya, "Apa hubunganmu dengan Cung San Pek?"
Siauw Ling rada tertegun tatkala mendengar ia
menyebutkan nama Cung San Pek, namun dengan cepat
sahutnya juga. "Dia adalah guruku!"
"Usiamu masih amat muda namun keberhasilanmu dalam
ilmu silat melanggar kebiasaan dari keadaan umum, apabila
dengan loohu tidak salah maka kecuali Cung San Pek maka
kau masih mengalami pelbagai penemuan aneh yang berada
diluar dugaan." Diam2 Siauw Ling terkejut dengan pernyataan tersebut
pikirnya, "Sungguh lihay orang ini, apakah iapun dapat
mengetahui kalau aku pernah makan jamur batu berusia
seribu tahun...."

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia tidak menjawab sebaliknya berseru.
"Dengan andalkan ilmu pedangku ini, apakah tidak dapat
kucabut selembar jiwa putrimu?"
"Aku rasa lebih dari cukup, tapi belum tentu kau bisa
melukai loohu dengan kepandaianmu itu"
Habis bicara jarum perak ditangannya segera ditusukkan
kedepan dada Siauw hujien.
Ilmu tusuk jarum yang dimiliki orang ini benar2 lihay sekali,
tatkala jarum tersebut menembusi jalan darahnya, Siauw
hujien segera menghembuskan napas panjang.
"Ilmu pertabibanmu benar2 luar biasa, tidak malu kau
disebut si raja obat.... "Dibawah tangan Loohu tak pernah ada penyakit yang tak
bisa kusembuhkan!...."
Tampaklah jarum perak ditangan Tok Chiu Yok Ong bekerja
cepat, dalam sekejap mata ia sudah menusuk dua belas jalan
darah ditubuh Siauw hujien. setelah itu jarum tadi baru
disimpan kembali dan ambil keluar sebuah botol porselen lalu
dilemparkan ke arah Siauw Ling.
"Apa isi botol ini" bagaimana cara penggunaannya?" tanya
Siauw Ling sambil menyambut botol tersebut.
"Tok Chiu Yok Ong tertawa hambar, jengeknya, Seumpama
kata loohu ada maksud mencelakakan dirimu, maka pada saat
ini kau sudah keracunan...."
Sinar matanya menyapu sekejap ke arah para jago
kemudian tertawa ter-bahak2, tambahnya.
"Namun kau boleh berlega hati, Loohu masih
membutuhkan darah segar dalam tubuhmu untuk menolong
jiwa putriku, maka tidak nanti kuracuni badanmu!...."
Siauw Ling tahu kalau ia memiliki kepandaian untuk
meracuni seseorang dengan meminjam sesuatu benda, maka
mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.
Terdengar Tok Chiu Yok Ong berkata lebih jauh.
"Dalam botol porselen itu berisikan lima butir pil, bukan
saja bermanfaat untuk menambah tenaga dan tambah usia,
seandainya tiap hari menelan sebutir maka menanti kelima
butir pil itu sudah habis ditelan maka tenaga serta kesehatan
ibumu akan pulih kembali seperti dua puluh tahun berselang,
kau harus baik2 menyimpan benda itu".
"Terima kasih atas pemberian obat mujarab ini".
"Sebagai tanda bukti apabila ucapan loohu tidak bohong,
lima hari kemudian loohu baru akan datang lagi kemari sambil
membawa putriku" Tatkala berbicara sinar matanya memancarkan cahaya
pengharapan yang tak terkirakan, sewaktu memandang Siauw
Ling wajahnyapun memancar keluar rasa kasih sayang
bercampur rasa gelisah. Siauw Ling menghembuskan napas panjang katanya ;
"Perkataan seorang lelaki sejati berat laksana gunung thaysan,
harap Yok-Ong berlega hati, apabila lima hari kemudian
ibuku benar2 sehat dan segar kembali seperti apa yang Yok
Ong katakan, cayhe pasti akan persembahkan darah segar
dalam tubuhku dengan sukarela".
"Bagus, loohu percaya dengan perkataanmu itu".
Ia putar badan dan sekali enjot sudah berada dua tombak
dari tempat semula lalu dalam sekejap mata lenyap tak
berbekas. Menanti bayangan tubuh Tok Chiu Yok Ong sudah lenyap
dari pandangan, Sang Pat segera maju dan menjura kepada
diri Siauw Ling, katanya ;
"Toako, benarkah kau hendak berikan darah di dalam
tubuhmu untuk menolong putri dari Tok Chiu Yok Ong?"
"Setelah kusanggupi permintaannya, mana boleh
kubohongi orang itu?"
"Toako, dewasa ini kau telah memikul tanggung jawab
yang amat berat sekali" sela Tu Kioe dengan hati cemas.
"Nasib dan keselamatan seluruh umat Bu-lim terletak diatas
pundakmu, mana boleh kau mengorbankan diri demi orang
lain?" "Sepanjang masa aku sipencuri tuapun paling pegang janji,
setiap perkataan yang telah kuucapkan selamanya tak pernah
disesalkan kembali" sambung sipencuri sakti Siang Hwie.
"Namun keadaan dari Siauw-heng pada saat ini berbeda
sekali, meskipun kau ingkari janji, aku rasa kawan2 Bu-lim
tetap akan menghormati dirimu."
"Maksud baik cuwi sekalian biarlah kuterima di dalam hati
saja. aku rasa persoalan ini tak usah dibicarakan lagi."
Sang Pat tak bisa berbuat lain, ia berjalan ke hadapan
Siauw thay-jien dan berkata lirih ;
"Loo-pek, keselamatan Siauw toako seorang mempengaruhi
nasib dan keselamatan seluruh Bu lim berada dalam keadaan
seperti ini rasanya cuma Loo-pek seorang yang mungkin dapat
menghalangi niatnya ini, harap Loo-pak suka mengutarakan
beberapa patah kata untuk menghalangi niat dari Siauw toako
ini." "Tentang soal ini.... sulit sekali bagitu untuk buka suara"
sahut Siauw-thayjien dengan alis berkerut. "Dengan darahnya
ia tukar obat mujarab untuk menolong jiwa ibunya, perbuatan
ini merupakan suatu perbuatan yang berbakti pada orang tua
ia sudah menyanggupi orang untuk memberikan darahnya
sebagai balas jasa. hal ini merupakan suatu perbuatan yang
menyangkut soal kepercayaan, apabila kau suruh aku ajari
putraku untuk ingkar janji.... aku.... aku yang jadi ayahnya
terasa sukar untuk mengatakan keluar"
Ucapan ini membuat Sang Pat tertegun, lama sekali ia baru
bisa menyahut. "Nasehat Loo-pek benar sekali."
Dalam pada itu meski ucapan Siauw-thayjien gagah dan
pakai aturan, namun teringat nasib putra kesayangannya
dimana beberapa hari lagi akan meninggalkan mereka untuk
se-lama2nya tak urung hatinya merasa sedih dan terharu
juga. Ia segera melengos dan duduk disisi batu cadas sambil
memandang awan diangkasa.
Si Pit besi berwajah dingin Tu Kiow, walaupun berwajah
dingin dan hambar padahal dia adalah manusia yang berhati
welas, peristiwa yang menimpa Siauw Ling ini amat
mencemaskan hatinya, melihat Siauw thayjien tak mau
menasehati putranya terpaksa ia berjalan kesisi Giok Lan dan
berkata dengan suara lirih ;
"Nona Giok Lan, aku lihat persoalan ini hanya Hujien
seorang yang mungkin bisa menghalangi niatnya, menanti
Hujien mendusin nanti lebih baik kita ceritakan kisah ini
kepadanya." Sebelum Giok Lan menjawab, Siauw Ling telah berkata
lebih duluan. "Giok Lan, apabila ibuku mendusin nanti aku melarang kau
untuk memberitahukan peristiwa ini kepadanya."
Giok Lan tak berani membangkang terpaksa ia menurut.
"Akan budak ingat terus!"
"Toako, maukah kau dengarkan beberapa patah kata dari
siauwte?" seru Tu Kioe dengan alis berkerut.
"Apabila persoalan itu tiada sangkut pautnya dengan
peristiwa tersebut, siauwheng akan mendengarkan dengan
senang hati." "Kalau demikian adanya, siauwte pun tak usah banyak
bicara lagi!" "Aku lihat memang ada baiknya kalian tak usah
membicarakan soal ini lagi!"
"Saudara Tu, tak usah berbicara lagi" sela Sang Pat dengan
nada keras. "Toako sudah mantapkan hatinya untuk berbuat
demikian, sekalipun kita nasehati labih jauhpun tak berguna."
Sementara itu Siang Hwie mendongak memandang cuaca
lalu berkata, "Tok Chiu Yok Ong membutuhkan sekali darah
dalam tubuh Siauw-heng, aku rasa ia tak bakal membocorkan
jejak kita semua, mata2 Shen Bok Hong lebih luarpun tidak
bakal berhasil menemukan tempat persembunyian kita. asal
kita bertindak lebih hati2 rasanya berdiam tiga lima hari lagi
pun jejak kita tak bakal konangan."
"Hanya saja tempat ini kekurangan bahan makanan bagi
kita orang2 kangouw sih mencari burung atau binatang
buruanpun sudah cukup untuk menangsal perut, tetapi Siauw
Loo cianpwee serta hujien tidak biasa dengan penghidupan
cara begini, aku sipencuri tua ada maksud untuk pergi mencuri
sedikit bahan makanan, entah siapakah diantara kalian yang
suka menemani aku si pencuri tua?"
"Aku orang she Sang pandai berbohong tapi tidak punya
kepandaian mencuri, ingin sekali kuikuti diri Siang-heng untuk
menyaksikan bagaimana hebatnya kepandaian mencurimu"
seru Sang Pat sambil tertawa.
Kedua orang itu sengaja menghalangi Siauw Ling untuk
berlalu dari sana, kemudian setelah berkata kepada diri Siang
Hwie ; "Eei pencuri tua, tindakan yang kau ambil dalam
menghadapi peristiwa ini membuat cayhe merasa kurang
setuju". "Persoalan apa?"
"Lima hari lagi Tok Chiu Yok Ong akan balik lagi ber-sama2
putrinya, bukankah kaupun mendengar perkataan itu?"
"Aku dengar!" "Siauw toako tidak ingin mengingkari janji, maka kita harus
berusaha keras untuk meninggalkan tempat ini agar Tok Chiu
Yok Ong menubruk tempat kosong, apabila waktu ditunda
lebih lama mungkin ia bisa berubah pikiran!"
"Aku sipencuri tua tidak setuju dengan caramu itu".
"Apakah kau mempunyai cara lain yang jauh lebih baik?"
"Akal bagus sih tidak, cuma cara ini mungkin jauh lebih
bagus daripada caramu tadi".
"Kalau begitu cepatlah kau utarakan?"
"Siauw toakomu itu walaupun berusia sangat muda tapi
jadi orang sangat pegang janji dan tidak ingin urusannya
dihalangi orang lain, sekalipun dalam lima hari ini kita berhasil
menghindari penguntitannya, namun lama kelamaan si Tok
Chiu Yok Ong tersebut bakalan berhasil juga menemukan
dirinya, maka dari itu aku sipencuri tua mempunyai akal lain
yang jauh lebih bagus, agar bibit bencana ini lenyap untuk
selamanya". "Sudahlah, jangan jual mahal lagi. cepatlah katakan!"
"Kita harus berusaha untuk menemukan Be Boen Hwie, dan
minta ia kirim beberapa orang jago lihay bersembunyi dijalan
yang penting menanti Tok Chiu Yok Ong datang memenuhi
janji, kita serang dirinya secara serentak dan membinasakan
dirinya saat itu juga. atau paling sedikit membinasakan
putrinya. orang ini berhati keji dan sudah banyak melakukan
kejahatan, rasanya sekalipun kita bokong dan kita keroyok
sampai matipun bukan suatu perbuatan yang patut
disesalkan." "Demi selamatkan selembar jiwa toakoku, sekalipun aku
orang she Sang harus melakukan suatu perbuatan yang
memalukan pun tidak mengapa, cuma takutnya seumpama
peristiwa ini sampai diketahui oleh Siauw toako, ia tentu akan
marah dan kemungkinan besar bakal memutuskan hubungan
perseaudaraan dengan diriku...."
"Persoalan ini justeru jangan sampai diketahui olehnya,
kalian Tiong Chiu Siang Ku tak usah turun tangan, biarlah aku
sipencuri tua dengan mengajak Suma Kan serta para jago
lainnya yang dikirim Be Boen Hwie rasanya sudah lebih dari
cukup," "Seandainya Be Boen Hwie tidak berhasil ditemukan."
"Seumpama Be Boen Hwie tidak ditemukan, terpaksa kalian
Tiong-chiu Siang Ku harus ikut serta di dalam perbuatan ini."
"Ah.... seandainya memang tiada akal lain terpaksa kita
berbuat demikian saja."
Sambil ber-cakap2 sambil melakukan perjalanan, tanpa
terasa sampailah mereka di dalam sebuah dusun.
Siang Hwie suruh Sang Pat menunggu diluar dusun, sedang
ia masuk ke dalam kampung seorang diri.
Beberapa saat kemudian ia sudah muncul kembali sambil
membawa beberapa ekor ayam dan bebek, dua kantung
tepung mie, mangkuk kuali dan barang2 keperluan lainnya.
"Semua benda ini kau dapatkan dari mencuri?" seru Sang
Pat sambil geleng kepala.
"Walaupun aku sipencuri tua tidak becus, namun tidak
nanti kucuri barang milik orang miskin, kesemuanya ini aku
beli dengan harga sepuluh tahil perak."
"Terlalu mahal, terlalu mahal, kau tidak becus untuk
berdagang!" "Heee.... heee.... membicarakan soal berdagang sudah
tentu aku sipencuri tua terpaksa harus menyerah,
bagaimanapun juga uang itu adalah kudapatkan dari mencuri,
sekalipun digunakan lebih banyakpun tidak mengapa."
Ia merandek sejenak, lalu terusnya ;
"Kira2 harus pulang sekarang?"
"Bukankah kau hendak mencari Be Boen Hwie"
"Sekalipun gelisah juga tak usah terlalu ter-gesa2, waktu
lima hari masih amat panjang, seandainya kau pulang seorang
diri Siauw toakomu tentu akan menaruh curiga, lebih baik
besok saja aku sipencuri tua pergi sendiri cari orang she Be
itu." Begitulah maka kedua orang itupun dengan membawa
ayam, bebek serta keperluan dapur segera pulang kelembah,
tatkala tiba disana senjapun telah menjelang tiba.
Kim Lan serta Giok Lan telah siapkan sebuah gua yang
telah dibersihkan untuk Siauw Hujien berbaring, sebagai
alasnya diberilah setumpukan rumput2 kering yang lunak dan
empuk. Ilmu tusuk jarum serta pil yang ditinggalkan Tok Chiu Yok
Ong benar2 sangat mujarab, setelah Siauw hujien menelan
sebutir pil itu kesehatannya banyak sudah pulih dan iapun
sudah sadar serta dapat kenali Siauw Ling sebagai putranya
yang dirindukan siang malam.
Dibawah rawatan Kim Lan serta Giok Lan yang suka cerita
dan bergurau, meski tinggal di gunung yang sunyi dan
terpencil namun Siauw-Hujien merasa senang dan bahagia
sekali. Sedang Siauw-thayjien duduk menyepi seorang diri diluar
goa, pikirannya bimbang dan kalut, ia merasa sedih karena
baru beberapa hari berjumpa kembali dengan putranya, siapa
sangka mereka bakal berpisah kembali untuk selamanya.
Walaupun dia adalah seorang yang berjiwa besar namun
cinta kasih seorang ayah terhadap anaknya membuat ia tak


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

urung merasa sedih hati juga.
Siauw Ling sendiripun selalu mendampingi ibunya yang
sudah tua, teringat lima hari lagi ia bakal berpisah untuk
selamanya, sianak muda ini ingin sekali menggunakan
kesempatan baik untuk berkumpul dengan ibunya yang
tercinta. Malam ini Kim Lan demonstrasikan kepandaian
memasaknya dan membuat hidangan malam itu lejat dan
nikmat. Siauw Hujien memuji tiada hentinya atas kemampuan Kim
Lan malam itu ia bersantap banyak sekali.
Setelah santap malam, udara semakin gelap gulita, dalam
guapun dibuat seunggukan api unggun.
Kesehatan Siauw Hujien sudah banyak pulih kembali.
dibawah sorotan api unggun ia bercakap cakap dengan Kim
Lan serta Giok Lan. Memandang dua orang dayang tersebut, tiba-tiba nyonya
tua itu teringat akan diri Gak Siauw Cha,maka dengan sedih ia
segera bertanya ; "Sejak perpisahan pada lima tahun berselang hingga ini
hari belum pernah kami bertemu lagi tapi ananda sudah
mendapatkan kabar beritanya, beberapa hari lagi menanti
kesehatan ibu sudah pulih ananda akan pergi mencari dirinya."
Belum habis ia bicara mendadak sianak muda itu
membungkam, teringat dalam masa hidupnya kali ini tak
mungkin bisa berjumpa legi dengan enci Gak-nya, ia merasa
hatinya seperti di-iris2, saking sedihnya kepalanya tertunduk
rendah-rendah dan mulut bungkam dalam seribu bahasa.
"Aaaai....! Siauw Cha bocah itu memang menyenangkan"
gumam Siauw Hujien "Tatkala ia masih berada disisikum aku
masih tak merasakan sesuatu, tapis ejak kepergiannya kau
merasa amat rindu sekali dan kian hari rasa rinduku kian
bertambah...." Ia berpaling memandang sekejap dua orang dayang yang
ada disisinya dan menambahkan ;
"Dua orang nona inipun menyenangkan hati, dikemudian
hari...." Siauw Ling kuatir ibunya dalam keadaan senang tak
sanggup mengeram, buru-buru ia menimbrung;
"Penyakit yang ibu derita belum sembuh lebih baik jangan
banyak bicara, beristirahatlah dengan tenang, ananda pun
akan beristirahat." Habis bicara ia bangkit berdiri dan berlalu.
JILID 27 Memandang bayangan punggung Siauw Ling yang berlalu,
Siauw HUjien menghela napas panjang.
"Aaai....! waktu masih kecil bocah ini amat lemah dan
berpenyakitan, sungguh tak disangka setelah berlarian selama
beberapa tahun ditempat luaran telah berubah jadi kuat dan
kekar," serunya. "Aaai....! keluarga Siauw kami cuma diberkahi
keturunan seorang saja, apabila sewaktu kecil ia berbadan
sehat, aku ingin sekali kawinkan dirinya dengan seorang gadis
yang cantik" Kim Lan serta Giok Lan sama2 tersenyum, namun mereka
tak tahu harus menjawab bagaimana.
Memandang kedua orang dayang itu, Siauw Hujien berkata
lebih jauh, "Kalian berdua berwajah bersih, menarik lagi pula
cerdik. Apabila kalian suka, akan kusuruh Ling-jie untuk
menerima kalian sebagai...."
"Hujien, budak sekalian tak punya rejeki sebaik itu" buruburu
Giok Lan menukas. "Maksud baik Hujien biarlah budak
terima di dalam hati dengan rasa penuh terima kasih saja, asal
dikemudian hari budak sekalian diperbolehkan melayani diri
Hujien, hal ini sudah lebih dari cukup.
"Soal ini tak usah kalian kuatirkan, kita bicarakan
dikemudian hari saja...."
Per-lahan-lahan nyonya Siauw pun berbaring kembali.
Dalam pada itu dengan langkah lambat Siauw Ling keluar
dari gua, memandang keadaan cuaca ia merasa kentongan
kedua sudah lewat, sianak muda itu menarik napas panjang
dan per-lahan-lahan berjalan kedepan.
Pikirannya terasa kalut dan wajahnya kelihatan murung
serta kesal, ia merasa banyak pekerjaan yang belum
diselesaikan, budi dari orang tuanya masih belum dibalas tapi
ia sudah harus mati, apabila kematiannya disebabkan
melakukan suatu perbuatan yang menggemparkan kolong
langit it umasih agak terlalu mendingan, tapi ia harus
berkorban demi menolong seorang gadis yang sama sekali
tiada hubungannya dengan dia....
Karena melamun, tanpa terasa ia sudah berjalan sejauh
dua li dari goa tersebut.
Mendadak terdengar suara yang sangat ia kenal
berkumandang datang. "Aku lihat cara ini tidak bagus, akal dari Siang-heng lebih
tepat!" suara itu dingin dan tawar, itulah suara dari Tu Kioe.
Siauw Ling segera merasakan hatinya tergerak ia
menghentikan langkah kakinya dan mendengarkan lebih jauh
dengan seksama. Angin gunung berhembus sepoi2 membuat daun dan
rumput berbunyi gemirik, surar gemerisik itulah yang sudah
menutupi langkah kaki dari Siauw Ling sehingga Tu Kioe
sekalian sama sekali tidak sadar akan kehadiran sianak muda
itu. Terdengar suara Siang Hwie menyambung.
"Sang-heng, bagaimana tindakan kita selanjutnya" harap
kau kasih jawaban!" Sang Pat yang selalu tertawa haha hihi, mendadak
menghela napas panjang dan berkata, "Selamanya akal aku
orang she Sang paling banyak tapi karena peristiwa ini
pikiranku kacau dan butek. Siauw toako, adalah seorang jujur
dan selalu pegang janji, sekalipun kita berlutut dan mohon
berulang kalipun belum tentu ia sudi mengingkari janji."
"Kiem Lan serta Giok Lan dua orang dayang itupun
menaruh rasa hormat terhadap Siauw toako mu itu, setelah ia
memberi pesan agar kedua orang dayang itu jangan
menceritakan peristiwa ini kepada Hujien, aku rasa mereka
berduapun tidak akan berani buka suara."
"Tidak salah aku lihat dengan terpaksa kita harus bertindak
mengikuti cara dari sipencuri tua."
"Bagus sekali, kalau memang demikian adanya sekarang
juga aku sipencuri tua akan berangkat untuk mencari Be Boen
Hwie." "Seandainya besok pagi Siauw-toako tidak menjumpai
dirimu dan bertanya, apa yang harus kami jawab?" tanya Tu
Kioe. "Ia tak mungkin akan menanyakan diriku, seandainya yang
tidak terlihat adalah Sang-Loo-toamu atau Tu-Loo-jie tentu ia
akan bertanya se-dalam2nya sedang aku sipencuri tua, ia tak
akan mengurusi diriku"
"Seandainya dia menanyakan hal ini?"
"Katakan saja kalianpun tidak tahu kemana aku pergi."
"Baik, kita kerjakan demikian saja, kami tunggu kabar
baikmu disini" "Kalianpun harus segera pulang, daripada nanti
menimbulkan kecurigaan di dalam hatinya"
Buru-buru Siauw Ling berkelebat dan menyembunyikan diri
dibalik semak belukar. - - - - - - - 40 Menanti Siauw Ling mengintip lagi keluar tampaklah tiga
sosok bayangan manusia berkelebat keluar dari balik semak.
Tiong Chiu Siang Ku kembali kelembah sedang sipencuri
sakti Siang Hwie berlalu seorang diri keluar lembah.
Walaupun dalam hati Siauw Ling tidak begitu tahu rencana
mereka pasti ada hubungannya dengan peristiwa lima hari
kemudian dimana ia akan menyumbangkan darahnya untuk
menolong jiwa putri dari Tok Chiu Yok Ong.
Dalam hati diam2 pemuda ini merasa terharu pikirnya ;
"Sungguh tak nyana Tiong Chiu Siang Ku yang mencintai
harta bagaikan jiwa sendiri serta Siang Wie yang tersohor
dalam Bu-lim karena ilmu mencurinya begitu memperhatikan
nasib teman.... apabila dikolong langit terdapat banyak orang
yang berwatak demikian, maka dunia pasti aman."
Namun pikiran lain segera berkelebat dalam benaknya, ia
merasa seorang lelaki sejati lebih baik mati daripada
mengingkari janji, ia harus berusaha untuk menghalangi niat
mereka. Berpikir sampai kesitu dengan langkah lambat segera balik
ke dalam lembah. Keesokan harinya ketika para jago sama2 berkumpul, tidak
salah lagi sipencuri sakti Siang Hwie tidak nampak hadir
diantara mereka. Siauw Ling tetap bersabar untuk tidak menanyakan
persoalan ini kepada diri Tion Chiu Siang Ku, kedua orang
itupun pura2 tidak tahu Suma Kan lah yang kelihatan merasa
heran, sehingga tak tahan lagi ia bertanya ;
"Kemana perginya Siang-heng?"
"Sipencuri tua itu sudah dasarnya punya watak suka
mencuri, kalau tiga hari tidak mencuri barang, sepasang
tangannya terasa jadi gatal, entah ia sedang mencuri dalam
keluarga mana lagi?"
Mendengar ucapan itu diam2 Siauw Ling berpikir dalam
hatinya. "Apabila kemarin malam secara tak sengaja kudengar
pembicaraan kalian, mungkin setelah mendengar perkataanmu
itu aku jadi percaya seratus persen...."
Waktu berlalu dengan cepatnya, dalam sekejap mata
empat hari sudah lewat. Besok adalah waktu perjanjian antara
Siauw Ling dengan Tok Chiu Yok Ong.
Semalam Siauw Ling tak bisa tidur, pikirannya terasa kalut
sekali sebelum fajar menyingsing ia telah membangunkan
Tiong Chiu Siang Ku sambil berkata ;
"Saudaraku berdua, masih ingatkah hari apakah ini hari?"
"Tentu saja ingat, bukankah ini hari adalah saat perjanjian
antara toako dengan Tok Chiu Yok Ong untuk memberikan
darah segar guna menolong putrinya?"
Kalau kelamaan Siauw Ling merasa pikirannya kacau, kini ia
malah bisa tenangkan hatinya, sianak muda itu tertawa
hambar. "Daya ingatmu sungguh baik sekali." pujinya.
"Aku rasa Tok Chiu Yok Ong mengucapkan kata2 itu
sekenanya, belum tentu ia sungguh2 datang menepati janji"
kata Tu Kioe. "Seandainya ini hari ia tidak datang berarti ia sudah
mengingkari janji, dikemudian hari toakopun tak usah pegang
janji apabila bertemu kembali dengan dirinya" sambung Sang
Pat. "Apabila mengikuti watak Tok Chiu Yok Ong sejak pagi tadi
ia pasti sudah tiba disini, selewatnya tengah hari nanti kitapun
tak usah menantikan kedatangannya lagi"
Kiranya Tiong Chiu Siang Ku telah berjanji dengan Siang
Hwie, apabila kentongan ketiga paa hari keempat ia belum
balik juga, ini berarti sipencuri sakti itu sudah berhasil
mengundang jago yang cukup ampuh untuk menghadang si
raja obat tersebut, dan Tiong Chiu Siang Ku pun tak usah
turun tangan sendiri. Kemarin malam Siang Hwie tidak balik, dus berarti sipencuri
sakti itu telah berhasil mengundang bala bantuan yang cukup
tangguh. Dengan mulut membungkam Siauw Ling mendengarkan
pembicaraan kedua orang itu lalu sambungnya dengan
hambar, "Sudah sepantasnya kalau kita sambut
kedatangannya ditengah jalan...."
"Apa?" seru Tu Kioe dengan nada kaget, hampir saja ia
loncat ke atas. "Kita harus menyambut pula kedatangannya?"
"Tidak salah, kita harus sambut kedatangan mereka
berdua, kemungkinan besar ditengah jalan mereka akan
menemui hadangan dari musuh2nya".
Mendengar ucapan ini wajah Tu Kioe yang dasarnya sudah
berwarna hijau membesi kini berubah jadi abu2, sepasang
matanya melotot bulat2 dan berdiri disamping dengan mulut
membungkam. Sang Pat pun rada tertegun, tapi dengan cepat ia
menggeleng. "Tak usah, seandainya mereka berdua benar2 telah
berjumpa dengan musuh besarnya, inilah keberuntungan kita,
apa perlunya kita harus susah payah menyambut
kedatangannya?" "Seandainya benar2 tiada hubungan dengan kita sih
mendingan, aku tahu justru hal ini ada sangkut pautnya
dengan kita". "Apa sangkut pautnya?" seru Sang Pat serta Tu Kioe
hampir berbareng setelah saling berpandangan sekejap.
"Seandainya Siang Hwie telah mengundang jago-jago lihay
dan menghadang jalan pergi Tok Chiu Yok Ong berdua
ditengah jalan, bukankah peristiwa ini ada sangkut pautnya
dengan diri kita?" "Hubungan Siang Hwie dengan toako biasa2 saja, aku lihat
dia tak bakal buang tenaga besar itu"
"Tidak salah" Tu Kioe menyambung. "Aku lihat lebih baik
toako jangan berpikir yang bukan2"
"Bagaimana seandainya Siang Hwie berbuat demikian
dengan memandang diatas wajah kalian berdua" atau ia
sudah menerima permintaan bantuan dari kalian berdua?"
Air muka Tiong Chiu Siang Ku berubah hebat mereka tak
bisa mengakui, dengan ter-mangu2 kedua orang itu berdiri
mematung ditempat semula.
Siauw Ling tersenyum, ujarnya kembali ;
"Selamanya saudara berdua selalu menghormati diriku dan
tak pernah membangkang perintahku ini hari adalah saat ajal
dari siauwlong kenapa kalian berdua malah tak mau
mendengarkan perkataan siauw-heng?"
Saking terharunya Tiong Chiu Siang Ku mengucurkan air
mata, mereka segera menjura dan menyahut ;
"Silahkan toako memberi perintah, toako minta kami terjun
keair kami segera terjun keair suruh terjun kami keapi masuk
keapi, apabila ucapan kami lain dihati lain dibibir, maka Thian
akan membasmi kami dari muka bumi".
Siauw Ling segera menjinjing jubahnya dan jatuhkan diri
berlutut ke atas tanah, katanya, "Kedudukan saudara berdua


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam dunia persilatan sangat tinggi dan dihormati umat Bulim
tapi kalian sudi menurunkan derajat sendiri dengan
mengakui aku orang she Siauw sebagai kakak padahal
pembicaraan soal usia serta tingkatan, aku masih bukan
apa2nya kalau dibandingkan dengan kalian berdua...."
"Harap toako segera bangun berdiri" buru-buru Tiong Chiu
Siang Ku pun jatuhkan diri berlutut ke atas tanah. "Kalau ada
perkataan kita bicarakan secara baik2, kalau begini terus
apakah toako ingin siauw-te belah dada dan korek keluar hati
kami untuk menunjukkan kesetiaan kami?"
Siauw Ling tahu apa yang dikatakan kedua orang itu bisa
dilakukan benar2, maka ia segera bangun berdiri.
"Cinta kasih saudara berdua membuat siauw-heng merasa
amat berterima kasih sekali." katanya.
"Selama hidup Tiong Chiu Siang Ku tidak pernah takluk
kepada orang lain, tapi terhadap toako, rasa hormat kami
melebihi apapun juga" sambung Sang Pat dengan air mata
bercucuran. "Apabila toako ada pesan katakanlah terus terang, perduli
siauw-te sekalian mampu untuk melaksanakannya dengan
kekuatan yang kami miliki atau tidak, tentu akan kami
laksanakan dengan se-baik2nya, sekalian mati juga tidak
menyesal." "Aku telah menyanggupi permintaan dari Tok Chiu Yok
Ong, maka janji yang telah kuucapkan tak boleh diingkari
kembali, budi yang diberikan ibu kepadaku dalam bagaikan
lautan, sekalipun harus berkorban jiwa sudah jadi kewajibanku
untuk menyelamatkan ibuku, maka setelah siauw-heng mati
nanti aku sangat mengharap saudara suka merawat orang tua
siauw-heng baik2, dengan demikian siauw-hengpun bisa mati
dengan meram!" Selesai mendengarkan perkataan itu mendadak Sang Pat
mendongak dan tertawa ter-bahak2, suaranya keras bagaikan
pekikan naga sakti sehingga menembusi angkasa dan
menggema tiada hentinya. "Apa yang kau tertawakan?" tegur Siauw Ling tertegun.
"Seandainya toako benar2 mati karena kehabisan darah,
maka aku serta Tu Kioe tentu akan adu jiwa dengan Tok Chiu
Yok Ong, dia memiliki ilmu melepaskan racun lewat benda
lain, dan di dalam pertarungan tersebut kemungkinan besar
Saiuw-te berdua bakal mati konyol, bukankah ini berarti
setelah kematian toako, aku serta Tu Kioe pun segera akan
menyusul dirimu ke alam baka?" kata Sang Pat.
"Aku takut setelah Loo Hujien mendengar kabar sedih ini,
beliau bakal sedih dan amat berduka, perbuatan toako dengan
memberikan darah untuk menolong jiwa ibumu bakal
merupakan pekerjaan sia2 belaka" sambung Tu Kioe.
Setiap patah yang diucapkan keluar penuh mengandung
rasa persaudaraan yang akrab, namun nada ucapannya masih
kedengaran dingin dan kaku.
Siauw Ling segera mengerutkan dahinya, ia berkata.
"Maksud hati saudara berdua sungguh membuat siauwheng
merasa tidak setuju.... "Baiklah!" tiba-tiba Sang Pat berseru dengan wajah
menunjukkan kebulatan tekadnya. "Kami menyanggupi
permintaan toako, setelah kau kehabisan darah dan menemui
ajalnya siauwte sekalian akan berusaha mengatur kedua orang
tuamu terlebih dahulu, kemudian baru mencari Tok Chiu Yok
Ong dan mengajaknya berduel sampai titik darah
penghabisan." Dalam hati Siauw Ling mengerti, sekalipun dinasehati lebih
jauh juga percuma maka ia menghela napas panjang.
"Aaai....! saudaraku berbuat dengan demikian bukan berarti
siauw-heng tiada kesempatan sama sekali untuk melanjutkan
hidup, mungkin saja aku masih dapat hidup segar dikolong
langit?" katanya. "Seseorang yang darah dalam tubuhnya telah dikeluarkan
semua, masih dapat hidup dikolong langit lebih jauh kejadian
ini sungguh membuat siauwte kurang percaya" seru Tu Kioe.
"Tok Chiu Yok Ong pandai sekali dalam soal pertabiban,
dan pandai pula menggunakan obat2 mujarab, setelah siauwheng
memberikan darah di dalam tubuhku dan bilamana ia
suka sembuhkan kelemahan tubuhku dengan obat mujarab,
aku rasa kesempatanku untuk hidup lebih jauh masih amat
besar sekali" "Sekalipun dia memiliki kemampuan untuk berbuat
demikian, aku takut tiada kesabaran dalam hatinya untuk
melakukan hal itu, kalau tidak kenapa ia bisa bergelar si raja
obat bertangan keji?"
"Aku menolong jiwa putrinya, membantu dia menyelesaikan
harapan yang selama ini terkandung dalam hatinya, aku rasa
tak mungkin ia biarkan aku mati tanpa ditolong, aku harap
saudara berdua tak perlu menguatirkan persoalan ini lagi"
"Dia mau menolong atau tidak itu terserah pada dirinya
sendiri, orang lain tak dapat memaksakan harapan ini,
satu2nya cara yang paling baik adalah jangan kau berikan
darah dalam tubuhku...."
Sinar mata Siauw Ling yang tajam menatap wajah Tu Kioe;
hal ini membuat si Thiat Pit Leng Bin buru-buru mendehem
dan menghentikan perkataan ditengah jalan.
Lama sekali ketiga orang itu berdiri saling berpandangan,
menanti fajar telah menyingsing dan jagad sudah terang perlahan-
lahan Siauw Ling bangun berdiri sambil berseru "
"Kita harus berangkat!"
"Kemana?" tanya Tu Kioe dengan alis berkerut.
"Menyambut kedatangan Tok Chiu Yok Ong!"
"Sejak kapan ucapan dari siauw-heng tak pernah
dipenuhi?" Tiong Chiu Siang Ku saling berpandangan sekejap, mereka
tidak banyak bicara lagi, mengikuti dibelakang Siauw Ling
segera berlalu dari tempat itu.
Sekeluarnya dari lembah, tampaklah bukit ber-sambung2an
membentang didepan mata, kabut tebal menyelimuti seluruh
jagad membuat Siauw Ling tertegun dan berpikir, "Begitu
luasnya daerah pegunungan ditempat ini, entah para jago
lihay dibawah pimpinan Siang Hwie itu bersembunyi ditempat
mana" seandainya mereka memancing Tok Chiu Yok Ong
berdua dengan menggunakan namaku sehingga terjerumus ke
dalam lembah gunung yang terpencil dan sukar dicapai
manusia.... maka jejak mereka sulit ditemui...."
Tatkala Tiong Chiu Siang Ku menyaksikan Siauw Ling
berhenti sambil termenung, mereka lantas tahu pastilah sianak
muda itu dibikin murung karena tak tahu dimanakah para jago
menyembunyian diri, diam2 timbullan suatu harapan dalam
hati mereka, pikirnya, "Semoga sipencuri sakti Siang Hwie
berhasil memancing Tok Chiu Yok Ong untuk memasuki suatu
tempat yang terpencil dan tersembunyi kemudian baru turun
tangan disana...." Sementara mereka masih termenung, tiba-tiba terdengar
Siauw Ling berseru, "Saudara berdua, mari kita percepat
perjalanan kita!" Habis berkata ia salurkan hawa murninya lebih dahulu
berkelebat menuju kedepan.
Terpaksa Tiong Chiu Siang Ku harus kerahkan pula ilmu
meringankan tubuhnya untuk menyusul dari belakang.
Mereka bertiga adalah sama2 jagoan Bu-lim kelas satu,
perjalanan kali ini dilakukan dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat. Kurang lebih dua jam kemudian sampailah mereka di dalam
selat dimana pernah digunakan Be Boen Hwie serta sekalian
anak buahnya untuk menghadang jalan pergi Shen Bok Hong.
Kiranya secara tiba-tiba Siauw Ling teringat akan tempat itu
sebagai suatu daerah yang amat berbahaya. walaupun ia tak
tahu sampai kapan Tok Chiu Yok Ong baru tiba namun ia
sadar bahwa Siang Hwie sekalian tentu tahu jalan mana yang
akan ditempuh si raja obat itu, seandainya mereka ingin
menghadang jalan perginya, tempat inilah merupakan daerah
yang paling cocok untuk turun tangan.
Oleh karena itulah dengan ter-gesa2 ia lari ketempat itu.
Tempat daerah pegunungan tersebut tetap seperti sedia
kala, pada mulut selat yang sempit tidak nampak sesosok
bayangan manusiapun. Dibawah sorotan sinar mata, tampaklah noda darah
menggenangi permukaan tanah dan memantulkan cahaya
tajam. Siauw Ling segera berjongkok untuk memeriksa noda darah
yang menggenangi permukaan tanah, tampak darah itu baru
saja mengental dan jelas baru mengucur keluar kurang lebih
setengah jam berselang, air mukanya kontan berubah hebat.
Ia segera berpaling ke arah Tiong Chiu Siang Ku dan
menegur, "Apakah kalian tetapkan tempat ini sebagai daerah
penghadangan sesuai dengan apa yang kalian rencanakan?"
"Ide ini muncul dari benak Siang Hwie" jawab Sang Pat
sambil menjura dalam. "Sudah empat hari ia tidak kembali,
maka siauwte pun tidak tahu mereka akan menghadang dan
turun tangan terhadap diri Tok Chiu Yok Ong ditempat mana.
Siauw Ling memeriksa perubahan air mukanya dan tahu
kalau Sang Pat bicara jujur, iapun tidak bertanya lebih jauh.
sambil berjongkok ia melakukan pemeriksaan lebih jauh
dengan harapan dari darah segar yang menodai permukaan
tanah tadi bisa mencari tahu ke arah mana mereka pergi.
Tu Kioe melirik sekejap ke arah Sang Pat kemudian berbisik
dengan ilmu menyampaikan suara ;
"Sungguh tak nyana pandai benar sipencuri tua itu
melaksanakan tugasnya bukan saja bersih bahkan tiada
berbekas sekali, seandainya ia benar2 berhasil membinasakan
Tok Chiu Yok Ong, dikemudian hari kita harus baik2
menyampaikan rasa terima kasih kepadanya.
Sang Pat menggeleng dan menyahut dengan gunakan ilmu
menyampaikan suara pula ;
"Tok Chiu Yok Ong jadi orang liciknya luar biasa, ilmu silat
yang ia milikipun sangat lihay aku rasa tidak segampang itu
dirinya berhasil dibokong sampai roboh."
"Ia datang kemari dengan tujuan untuk menyembuhkan
penyakit yang diderita putrinya, tentu saja kedatangannya
tidak akan disertai jago-jago lihay dari perkampungan Pek Hoa
San Cung, dengan kekuatannya seorang diri ditambah harus
membawa putrinya yang sudah kempas kempis tinggal
menunggu ajalnya, sekalipun ilmu silat yang ia miliki lebih
hebatpun belum tentu sanggup menghadapi kerubutan para
jago". "Oleh sebab itulah ia pasti akan ber-hati2 dalam setiap
tindakannya, tak bakal ia berani bertindak gegabah...."
Mendadak terdengar Siauw Ling berseru, "Harap saudara
berdua suka mengikuti diriku!"
Selesai berkata ia berlari lebih dahulu menuju ke arah
selatan. Ternyata tatkala sianak muda itu melakukan penelitian
terhadap noda darah yang menggenangi permukaan tanah,
ditemuinya titik-titik darah memanjang ke arah selatan, seakan2
ada seseorang yang terluka lari menuju ke arah sana.
Tetapi berhubung titik darah itu sangat kecil dan terkena
pula sorotan sinar matahari maka apabila tidak diperhatikan
dengan seksama sulit untuk menemuinya.
Begitulah Sang Pat serta Tu Kioe dengan terpaksa
mengikuti dibelakang Siauw Ling dari menuju ke arah selatan.
Sembari lari Tu Kioe berseru, "Apabila toako berhasil
menemukan jejak Tok Chiu Yok Ong dengan mengikuti titiktitik
darah di atas tanah, aku si Tu Loo-jie tentu akan putuskan
hubunganku dengan sipencuri tua."
"Seandainya benar-benar terjadi begini, tak bisa kita
salahkan sipencuri tua itu. selamanya Siang Hwie bekerja
cermat dan teliti, mungkin saja disebabkan peristiwa ini
berlangsung amat tergesa-gesa sehingga tiada kesempatan
lagi baginya untuk menutupi bekas-bekas tersebut.
Dalam pada itu walaupun Siauw Ling tahu bahwasanya
kedua orang saudaranya kasak kusuk membicarakan soal Tok
Chiu Yok Ong namun berhubung ia tak tahu bertanyapun
percuma maka ia pura-pura berlagak pilon.
Setelah melewati puluhan tombak sampailah mereka
dipuncak dinding tebing, disitu tumbuh rerumputan yang
sangat tebal, sulit bagi Siauw Ling untuk meneruskan
pencariannya dengan mengikuti noda darah yang membekas
diatas permukaan tanah. Menjumpai keadaan medan begini curam, terpaksa Siauw
Ling memotong jalan dengan menembusi dinding tersebut.
Beberapa saat kemudian tujuh delapan li kembali telah
ditempuh, pegunungan memanjang jauh keujung langit,
lembah yang sempit tersebar dimana-mana, bayangan dari
Tok Chiu Yok Ong tidak berhasil juga ditemukan.
Menyaksikan kegagalan sianak muda itu Tu Kioe merasa
amat girang hatinya, pikirnya.
"Kini tengah hari sudah lewat, seandainya Siang Hwie
berhasil membinasakan putri kesayangan dari Tok Chiu Yok
Ong, maka tiada alasan lagi bagi si raja obat itu untuk
memaksa Siauw Ling menyerahkan darah segar dalam
tubuhnya." Sementara itu Siauw Ling telah berhenti berlari, ia berdiri
dipuncak bukit dan memandang keempat penjuru.
"Toako?" tegur Sang Pat setelah mendehem ringan.
"Puncak bukit yang terdapat disini tersebar di-mana2, sulit
bagi kita untuk menemukan jejak mereka dalam keadaan
seperti ini, aku lihat lebih baik tak usah kita cari lebih lanjut!"
Siauw Ling berpaling memandang sekejap ke arah Sang Pat
akhirnya ia menghela napas panjang, "Baiklah mari kita
berangkat." Tiong Chiu Siang Ku saling berpandangan dengan hati
penuh kegirangan, saking gembiranya sehingga perasaan hati
tersebut segera menghiasi wajah mereka berdua.
Dengan kerahkan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki
ketiga orang itu, mereka kembali ke dalam gua dengan
mengikuti jalan semula. Sepanjang perjalanan Tiong Chiu Siang Ku kelihatan mulai
gembira lagi mereka banyak bicara dan banyak tertawa.
bahkan memuji tiada hentinya kecerdikan dari Siang Hwie
sipencuri sakti itu. Walaupun Siauw Ling tidak buka suara namun ia merasa
terharu oleh tingkah laku kedua orang saudaranya, diam2 ia
berpikir di dalam hati ; "Orang Bu-lim kebanyakan bilang Tiong Chiu siang-Ku suka


Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan harta kekayaan, terhadap siapapun mereka hanya
tahu soal keuntungan dan tak pernah membicarakan soal
hubungan persahabatan maupun persaudaraan, tapi terhadap
aku siuaw Ling mereka begitu sayang dan memperhatikan,
rasa persaudaraannya tebal dan berat bagaikan bukit, mati
hidupku ternyata merisaukan pula hati mereka...."
Perjalanan kembalipun dilakukan dengan kecepatan penuh,
tidak selang dua jam kemudian mereka telah balik ketempat
semula. Tampak Siauw Hujien dibawah kawalan Kim Lan serta Giok
Lan sedang menikmati pemandangan alam disekeliling tempat
itu, sepanjang jalan wajahnya kelihatan segar dan penuh
kegembiraan. Per-lahan-lahan Siauw Ling berjalan menghampiri ibunya,
setelah menjura dalam2 ia menyapa.
"Ibu, apakah kesehatan badanmu sudah rada baikan?"
Dengan sinar mata penuh kasih sayang Siauw Hujien
menatap wajah Siauw Ling kemudian tertawa, sahutnya ;
"Sebenarnya aku tidak menderita penyakit parah apapun,
hanya saja rasa rinduku terhadap dirimu luar biasanya, lama
kelamaan jadilah penyakit ini. Aaai....! kini aku bisa bertemu
kembali dengan dirimu, penyakit apa lagi yang bakal
kuderita?" Rasa sayang yang diperlihatkan ibunya ini sangat menusuk
perasaan Siauw Ling, ia merasa hatinya seperti di-iris2 dengan
pisau belati membuat keringat dingin mengucur keluar tiada
hentinya, kepalanya tertunduk dan berkata ;
"Ananda tidak berbakti dan telah banyak menyusahkan diri
ibu, sekalipun mati dosaku ini belum bisa ditebus!"
Sementara dalam hati ia berpikir, "Seandainya ibuku tahu
bahwa aku telah menyanggupi permintaan orang untuk
serahkan darah dalam tubuhku guna menyembuhkan
penyakitnya, betapa sedih dan berduka hatinya...."
Terdengar Siauw Hujien berkata kembali sambil tertawa,
"Ling-jie kedua orang nona ini sungguh baik sekali."
"Ucapan ibu sedikitpun tidak salah, mereka memang nona2
yang sangat baik". "Ling-jie, kemana saja ku selama ini?" mendadak nyonya
itu menegur dengan alis berkerut, "ketika pagi2 tadi aku
bangun dari tidurku sudah tidak melihat dirimu!"
"Ananda telah pergi berjumpa dengan beberapa orang
sahabat serta merundingkan beberapa persoalan penting...."
"Aaaaai.... sebenarnya kau bukan orang kangouw, kenapa
tidak kau tinggalkan penghidupan kangouw yang serba seram
dan menakutkan ini" setiap hari aku selalu menguatirkan
keselamatanmu". "Petunjuk ibu memang tepat sekali...."
"Tidak boleh jadi" mendadak suara yang amat berat
menyambung perkataan itu. "Kini Ling-jie sudah jadi salah
satu pemimpin Bu-lim dia tidak boleh melepaskan diri begitu
saja tanpa ada suatu pertangguan jawab apapun!...."
Dengan cepat Sang Pat berpaling, tampaklah orang yang
barusan bicara itu bukan lain adalah Siauw Thayjien, ia
sedang melangkah datang. "Selama beberapa hari ini apa yang kudengar dan kulihat
adalah perbuatan saling bunuh membunuh, balas membalas
antara sesama orang kangouw, selama Ling-jie masih ada di
dalam dunia persilatan, hatiku mana bisa tenang?" seru Siauw
Hujien. Dengan pandangan tajam Siauw Thayjien menatap sekejap
wajah putranya kemudian berpaling dan bisiknya kepada
Siauw Hujien ; "Sejak kecil ia menderita penyakit aneh yang sukar
disembuhkan, apabila tiada orang lihay dari Bu-lim yang
memberikan obat mujarab serta mewariskan ilmu silat
kepadanya, ia tak bakal bisa hidup lewat dari dua puluh tahun,
karena jiwanya tertolong oleh tokoh sakti dunia persilatan
maka sudah sepantasnya kalau iapun berbakti demi keadilan
Bu-lim, seandainya ia tidak beruntung dan mati, anggap saja
kematiannya sama halnya dengan mati karena sakit."
Air muka Siauw Hujien berubah hebat.
"Hmmm! dikolong langit tiada seorang ayah pun yang
meng-harap2kan putranya cepat mati" tegurnya.
Habis bicara, dibawah bimbingan Giok Lan serta Kim Lan ia
segera berlalu dari situ.
Menanti bayangan tubuh dari nyonya itu sudah lenyap dari
pandangan, Siauw Thayjien baru berpaling dan berkata sambil
menghela napas panjang. "Bocah, Tok Chiu Yok Ong telah datang!"
Ucapan ini bagaikan guntur membelah bumi disiang hari
bolong membuat wajah Tiong Chiu Siang Ku berubah hebat,
dadanya seperti dihantam dengan martil besar untuk setengah
harian lamanya mereka tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun, wajahnya pucat pias bagaikan mayat dan keringat
dingin mengucur keluar tiada hentinya.
Sedangkan Siauw Ling pun kelihatan tertegun tapi dengan
cepat ia bisa menguasai diri dan wajahnya kelihatan jauh lebih
tenang daripada keadaan biasanya.
"Kini si raja obat itu berada dimana?" ia bertanya.
"Ia datang dengan membawa putrinya yang sudah amat
lemah sekali, sudah lama dia ber-cakap2 dengan diriku. Nah
ikutilah aku!" Selesai berkata Siauw Thayjien putar badan dan berjalan
kedepan. Wajahnya amat serius dan setiap langkahnya terasa berat
bagaikan dibebani dengan besi yang amat berat.
Sedang Siauw Ling tetap menjaga ketenangan hatinya,
dengan langkah lebar ia mengikuti di belakang ayahnya.
Tiong Chiu Siang Ku lah yang mengenaskan keadaannya.
mereka diliputi ketegangan sehingga seluruh tubuhnya
gemetar keras, jelas kedua orang itu sedang menahan suatu
pergolakan keras dalam hatinya.
Kurang lebih sepuluh tombak kemudian sampailah mereka
disebuah semak belukar yang amat lebat.
Siauw Thayjien berhenti, sebelum ia sempat buka suara
dari balik rerumputan telah berkumandang datang suara
teguran dari Tok Chiu Yok Ong ;
Siauw Ling, janjimu pada lima hari berselang apakah saat
ini masih berlaku?" "Ucapan seorang lelaki sejati berat bagaikan gunung thaysan,
sekalipun mati juga tidak menyesal. kenapa tidak
berlaku?" Tampak rumput tersingkap dan per-lahan-lahan muncullah
Tok Chiu Yok Ong, terdengar ia berkata lebih jauh.
"Sipencuri sakti Siang Hwie dengan memimpin delapan
orang jago lihay telah menghadang perjalananku, tahukah kau
akan peristiwa ini?"
"Setelah cayhe tahu akan kejadian ini, maka sengaja aku
melakukan perjamuan untuk menyambut kedatangan Yok
Ong." "Hmm! cuma andalkan kekuatan sipencuri tua itupun
hendak menghadang jalan pergi dari aku si raja obat
bertangan keji, kalau sampai hal ini bisa terjadi bukankah sia2
belaka loohu berkelana dalam dunia persilatan selama puluhan
tahun lamanya?" tukas Tok Chiuu Yok Ong dingin.
"Yok Ong, kau sudah hidup setengah abad lebih, apakah
kau tidak merasa bahwa usiamu terlalu panjang?" tegur Sang
Pat. Tok Chiu Yok Ong melirik sekejap ke arah sie-poa emas itu,
namun ia tidak menggubris perkataan orang, sambungnya
lebih lanjut ; "Dengan menggunakan sedikit akal loohu berhasil
memancing sipencuri tua itu menuju tempat lain dan bertemu
dengan para jago yang dikirim keperkampungan Pek Hoa San
Cung untuk mencari jejakmu, bagaimanakah hasil pertarungan
diantara mereka" aku rasa hal ini harus dilihat dari nasib
masing-masing. Justru karena memandang diatas wajahmu
maka loohu tidak menghadapi mereka dengan gunakan
racun!" "Siauw toako kami selamanya pegang janji dan jujur, setiap
perkataannya berat bagaikan gunung thay-san, setelah ia
menyanggupi perkataanmu maka janjinya ini tak bakal
diingkari lagi...." seru Tu Kioe secara mendadak.
"Justru karena aku percaya kepadanya, maka kulepaskan
Siang Hwie sekalian dengan begitu saja" tukas si raja obat.
"Walaupun toako kami telah setuju, tapi masih ada orang
yang tidak menyetujui permintaanmu itu".
"Siapa?" "Bukan lain cayhe Tu Kioe adanya!" jawab Thian Pit Ling
Bin sambil menuding hidung sendiri.
"Hee.... hee.... hee...., kau mau apa?"
"Gampang sekali, apabila kau ingin mendapatkan darah
segar dalam tubuh toakoku, maka kau harus berhasil
melangkahi mayat dari Tiong Chiu Siang Ku lebih dahulu...."
"Saudara Tu!" tegur Siauw Ling tiba-tiba.
"Toako, kau hendak pegang janji tapi siauwte pun hendak
perlihatkan rasa persaudaraanku terhadap dirimu" seru Tu
Kioe dengan wajah serius dan keren. "Apabila kau halangi niat
siauwte ini, maka saat ini juga siauw-te akan bunuh diri lebih
dahulu dihadapan toako".
"Saudara berdua, dengarkan dahulu perkataanku" seru
Pukulan Naga Sakti 4 Golok Yanci Pedang Pelangi Karya Gu Long Pendekar Sakti 19
^