Pencarian

Bocah Sakti 8

Bocah Sakti Karya Wang Yu Bagian 8


kelihatan dengan gemilang sebab Nio Him dan Kim Giok, satu
demi satu goloknya pun dibikin kutung oleh pedang
pendeknya hingga mereka tidak berdaya, mereka hanya
melihat Siauw Cu Leng melesat keluar kuil.
Mereka tidak berkutik untuk mencegah Toan Bi Lomo. Karena
dengan senjata mereka sudah dikalahkan, bagaimana dengan
tangan kosong mereka dapat merintangi Siauw Cu Leng "
Dengan girang si Iblis Alis Buntung sudah kabur.
Hujan pun sudah berhenti, dengan tindakan cepat ia
meninggalkan kuil. Hatinya kegirangan mempunyai pedang
pusaka yang ampuh. "Perlahan jalan, sahabat !" tiba-tiba ia mendengar suara orang
berkata dibelakangnya hingga ia menjadi kaget. Cepat ia putar
tubuhnya berbalik. Cepat ia putar tubuhnya berbalik. Ia lihat
orang yang menegur itu, barusan keluar dari balik pohon
begitu ia melewatinya. Ia ternyata adalah Thauto..... Memang tiada lain orang itu
adalah Kim Wan Thauto. Kenapa Kim Wan Thauto dengan mendadak saja ada dibalik
pohon " Bukankah ia tadi mengintip dibalik towie yang
rombeng " Kiranya, waktu melihat tiga orangnya Pek-in-chung
dirobohkan, Kim Wan Thauto tidak lantas muncul diantara
mereka tapi sudah menyingkir dan keluar dari pintu samping.
Ia cegat Siauw Cu Leng diduga akan mengambil jalan itu.
Kim Wan Thauto merasa tidak leluasa kalau sampai terjadi
perkelahian dengan seru dalam kuil itu, kurang lebar. Maka ia
berusaha untuk cegat Siauw Cu Leng dijalanan, dimana
terdapat lapangan rumput yang luas untuk bertempur
menggunakan kepandaian kelas wahid. Itulah sebabnya maka
tiba-tiba Kim Wan Thauto sudah ada dibalik pohon.
Waktu melihat dihadapannya ada seorang pendeta yang
berambut panjang dan kedua telinganya memakai antinganting
emas, lantas Siauw Cu Leng kenali bahwa
dihadapannya itu tentu adalah Kim Wan Thauto yang terkenal
dengan senjata rahasia anting-anting emasnya yang sukar
dihindarkan. "Hehehe !" tertawa Siauw Cu Leng. "Juga Taysu hendak ikut
campur dalam urusanku " Seorang yang saleh tidak
seharusnya mencampuri urusan orang lain, maka ada lebih
baik kalau Taysu mundur saja, maka diantara kita selanjutnya
tidak apa-apa." "Bagus." sahut Kim Wan Thauto. "Aku juga mengharap
diantara kita tidak ada apa-apa, asal kau suka turunkan Kong
Kongcu yang ada dipundakmu itu !"
"Dengan hak apa kau suruh aku turunkan milikku ?" tanya
Toan Bi Lomo. "Sudah tentu aku ada berhak, hak sebagai pamannya Lian
Hin. Kong Tek Cong adalah sahabat baikku !"
"Taysu, jangan kau ngaco belo disini. Aku tidak percaya kalau
Kong Tek Cong mempunyai sahabat sepertimu !"
Siauw Cu Leng sudah mulai kasar dalam ucapan katanya tapi
Kim Wan Thauto masih bersabar. Ia berkata lagi, "Bukan aku
saja menjadi sahabat Kong Tek Cong, Chungcu dari Pek-inchung,
juga Hweeshio dan Tojin banyak yang bersahabat
degnannya karena Kong Chungcu adalah seorang yang baik
dan berbudi luhur." "Persetan dengan berbudi luhur. Pendeknya, kau minggir.
Kalau tidak " Hmm !"
"Hmm ! Aku baru minggir kalau kau turunkan Kong Kongcu
dari pundakmu !" Siauw Cu Leng hanya mendengar saja tentang kegagahannya
Kim Wan Thauto tapi dia sendiri belum pernah ketemu atau
membenturnya, maka ia sangsi bahwa omongan orang belum
tentu benar karena ia belum mencobanya. Seraya tertawa
tawar ia berkata, "Aku tahu kau adalah Kim Wan Thauto, tapi
sikapmu sekarang ini membikin aku hilang sabar. Orang lain
boleh takut padamu, tapi aku Toan Bi Lomo tidak nanti jeri
menghadapi kau. Asal berani kau rintangi perbuatanku, tahu
sendiri !" "Hahaha !" terdengar Kim Wan Thauto tertawa terbahakbahak.
"Kau tertawakan apa, Thauto linglung !" bentak Siauw Cu
Leng. "Mari kita menetapkan, kau atau aku yang linglung !"
menantang Kim Wan Tahuto.
Toan Bi Lomo berpikir. Menghadapi tiga orang dari Pek-in-chung adalah lawanan
enteng meskipun ia melayani dengan memanggul Lian Hin
dipundaknya tapi menghadapi Kim Wan Thauto yang
namanya sudah termasyur, bagaimana ia bisa samakan
dengan melawan orang-orang dari Pek-in-chung " Maka ia
lantas turunkan Liang Hin dari pundaknya. Setelah itu, ia
menghadapi Kim Wan Thauto yang sudah siap sedia, ia
berkata, "Apa kau kira kau Siauw Cu Leng takut padamu ?"
"Siapa bilang kau takut padaku " Aku hanya hendak mainmain
dengan kau untuk menetapkan siapa yang linglung
seperti kau kata tadi !" sahut Kim Wan Thauto dengan senyum
mengejek hingga si Iblis Alis Buntung menjadi marah.
"Thauto kesasar, kau lihat aku bikin kau sungsang sumbel
hanya 10 jurus saja hingga untuk lari pun kau tidak ada jalan !"
kata Siauw Cu Leng temberang.
"Bagus, marilah kita mulai !" tantang Kim Wan Thauto.
Segera juga kelihatan mereka sudah mulai bergebrak seru.
Berkelahi dengan tangan kosong meminta lebih banyak
tenaga lwekang untuk merobohkan lawan dengan pukulanpukulan
berat, banyak tipu-tipu silat yang membahayakan
lawan diperlihatkan oleh kedua pihak hingga pertempuran
menjadi ramai. Sambaran tangan yang mengandung tenaga
dalam, dahsyat sekali hingga tanah basah berterbangan.
Suara menderu-deru terdengar disebabkan oleh angin
pukulan, malah tanah banyak yang ambrol berlubang kena
sasaran angin pukulan mereka.
Nio Him dan dua saudaranya yang juga sudah datang kesitu
sangat mengagumkan ilmu pukulan dari kedua lawan yang
bertarung itu. Baik Siauw Cu Leng maupun pihak Kim Wan
Thauto, sama-sama tangkas dan gesit menyerang lawan.
Lwekang dari kedua pihak pun berimbang hingga sukar
mengatakan siapa diantaranya yang akan bakal jadi
pecundang. Diam-diam Siauw Cu Leng mengakui ketangguhan lawan,
sebaliknya Kim Wan Thauto juga tidak mengira kalau si Iblis
Alis Buntung ini mempunyai kepandaian yang hebat. Pikirnya,
ia harus hati-hati melayaninya sebab salah tindak sedikit saja
ia bakal dikalahkan oleh Toan Bi Lomo, dimana ia harus taruh
muka untuk namanya yang sudah kesohor dikalangan
Kangouw. Barusan hujan berhenti, maka lapangan rumput agak licin.
Kedua pihak merasa kuatir akan kuda-kudanya gempur karena
tanah licin. Oleh sebab itu masing-masing berlaku sangat hatihati
untuk menjaga diri jangan sampai dijatuhkan lawan.
Serangan-serangan Siauw Cu Leng sangat hebat. Ia seakanakan
tidak mengasih kesempatan untuk musuhnya bergerak
leluasa melayani pukulan-pukulannya yang ampuh.
Kim Wan Thauto berpikir selama ia bertempur, musuh sangat
tangkas, permainan silatnya juga bagus, kelihatan tidak ada
lowongan yang lemah. Pikirnya, ia harus menggunakan akal
untuk menjatuhkan musuh. Kalau tadi Kim Wan Thauto membungkam saja, sekarang ia
mengoceh, katanya, "Toan Bi Lomo, apa janjimu barusan "
Hmm ! Dengan kepandaianmu begini saja masih mau banyak
laga " Sekarang sudah berapa jurus " Aku masih belum
sungsang sumbel !" Selagi enaknya ia mencecar musuhnya, tiba-tiba ia dengar
Kim Wan Thauto mengolok-olok, hatinya tidak enak. Ia tidak
menyahuti ocehan lawan. "Dalam tempo sepuluh jurus, untuk lari pun aku tidak
mempunyai maksud." jengek Kim Wan Thauto pula seraya
berkelit dari serangan lawan. "Tapi buktinya sudah tiga puluh
jurus kau masih belum apa-apanya. Kesombonganmu ini kau
boleh bawa dalam impianmu saja, Toan Bi Lomo ! Hahaha,
tidak kena bukan ?" Kim Wan Thauto menggoda sambil
berkelit. (Bersambung) Jilid 08 Toan Bi Lomo keluarkan suara di hidung.
Ia benci pada lawan yang mulutnya bawel ini. "Kau kira aku
tidak bisa merobohkan kau, Thauto kesasap !" bentaknya
gusar. "Kalau bisa, nah? robohkanlah ! Kenapa mesti menunggununggu
lama ?" "Kau lihat sebentar, aku bikin kau terpelanting mampus "
"Jangan pakai sebentar, sekarang saja |" goda Kim Wan
Thauto ketawa. Panas hatinya Siauw Cu Leng, ia pephebat serangannya
hingga Kim Wan Thauto keteter, ia main mundur saja.
Dalam napsunya karena olok-olok dari Kim Wan Thauto,
Toan Bi Lomo telah gunakan jurus Yap-tee-chong-tho (Di
bawah daun sembunyikan buah tho), tangan kirinya menyolok
mata sebagai pancingan? sepangan sebenarnya adalah
dengan tangan kanan menotok Hoa-kap-hiat
(jalan darah dibagian dada), dua serangan saling susul
yang membuat lawan kelabakan.
Namun Kim Wan Thauto sudah kawakan dalam
pertempuran, tidak mudah ia dibikin terjungkal oleh jurus Yaptee-
chong-tho. Tampak ia kerahkan ilmu kebalnya Tiat-pouwsan
di bagian dada sedang serangan ke arah mata ia kelit
dengan bagus sekali. "Aduhh !" terdengar Toan Bi Lomo mengaduh ketika jarinya
menyentuh dada Kim Wan Thauto yang seperti papan besi
kerasnya. Cepat ia menarik pulang tangannya tapi agak
terlambat, jarinya Kim Wan Thauto berbareng menyentil keras
pada nadinya hingga badan Siauw Cu Leng gemetaran sambil
lompat mundur. Kim Wan Thauto telah menggunakan gerak tipu Tiat-iekoan-
jit atau 'Baju besi menutup matahari', suatu gerakan yang
berhasil memunahkan tipu Yap-tee-cong-tho dari Siauw Cu
Leng. Sekarang si Iblis Alis Buntung tidak berani menyerang
lagi, ia berdiri menjublek seraya kerahkan lweekangnya untuk
mengusir rasa kesemutan di nadinya yang barusan kena
disentil oleh Kim Wan Thauto.
"Bagaimana, apa masih mau diteruskan ?" Kim Wan Thauto
mengejek. "Baiklah, kali ini kau menang- Sampai lain kali kita jumpa
pula !" jawab Siauw Cu Leng seraya putar tubuhnya berlalu.
"Tunggu !" seru Kim Wan Thauto ketika baru saja si Iblis
Alis Buntung melangkah berapa tindak hendak berlalu hingga
ia hentikan melangkahnya dan putar kembali tubuhnya, ia
menanya, "Apa kau masih penasaran terhadap orang yang
sudah mengaku kalah " Kau jangan terlalu menghina, ada
satu waktu kita akan berjumpa pula !"
"Bukan itu maksudku." sahut Kim Wan Thauto.
"Habis, kau mau apa ?" tanya Siauw Cu Leng gusar. "Kong
Kongcu sudah aku tinggalkan, kau mau apalagi gerembengi
aku mau berlalu ?" "Tinggalkan pedang yagn tergantung dipinggangmu l'"
sahut Kim Wan Thauto tertawa.
"Pedang ini tidak ada sangkutannya dengan kau, kenapa
kau mau merampas milik orang " Betul-betul kau tidak tahu
malu !" Kim Wan Thauto tertawa gelak-gelak. "siapa bilang tidak
ada sangkutannya " Pedang itu ada milik sahabatku,
bagaimana kau kata tidak ada sangkutannya 7" kata Kim Wan
Thauto. Terkejut hatinya si Iblis Alis Buntung. Pedang itu ada
miliknya Kwee Cu Gie, kalau si Thauto kenali ada milik
sahabatnya, terang si Thauto ada hubungan erat dengan
Kwee Cu Gie. Namun si Iblis Alis Buntung orangnya bandel
dan licik, maka ia juga tertawa terbahak-bahak menyaingi
tertawanya Kim Wan Thauto.
"Kenapa kau tertawa ?" tanya Kim wan Thauto heran-
"Aku tertawakan kau, sembarangan saja mengakui pedang
orang." sahut Siauw Cu Leng. "Kalau pedang ini pedang
sahabatmu, apa buktinya ?"
"Toan Bi Lomo, kau jangan banyak tanya, kau lihat saja
pada gagang pedang ada goresan nama pemiliknya."
"Siapa pemiliknya, coba kau sebutkan !"
"Hahah, kau masih mau banyak tanya lagi- Pada goresan
itu ada disebut namanya Kwee Cu Gie bukan ?"
Kaget Toan Bi Lomo, memang pada gagang pedang itu
tertatah namanya Kwee Cu Gie.
Ternyata Kim Wan Thauto lihai mengenali pedang kawan.
Ia dapat mengenali pedang itu ketika Toan Bi Lomo
menangkis golok Tan Nie Ciang yang kontan terpapas kutung,
kemudian dengan beruntun golok Nio Him dan Kim Giok juga
telah dibikin buntung oleh pedang pendek yang tajam itu.
Dalam dunia KangoUw pada masa itu hanya pedang
pendek Kwee Cu Gie Tayhiap yang dapat
memapas golok kutung. Suatu keanehan sebenarnya
sebab pedang pendek itu selainnya pendek juga bobotnya
sangat enteng tapi bisa membikin kutung golok yang bobotnya
sangat berat. Siauw cu Leng tak dapat memungkiri apa yang dikatakan
oleh Kim Wan Thauto. Cuma saja, seperti dikatakan, ia sangat licik. Setelah tidak
ada jalan untuk memungkiri kata-kata Kim Wan Thauto, ia lalu
mencari jalan untuk meloloskan diri kabur dari situ dengan
Pedang masih miliknya. Maka diwaktu melihat Kim Wan Thauto sedang gelak-gelak
ketauia, mentertawkan dirinya yang tidak bisa memberi
jawaban, segera ia tidak sia-siakan ketika itu. ia enjot
tubuhnya kabur. Namun belum lama lari atau terdengar
dibelakangnya ada suara benda bergemerincing menyusul
kemudian ia rasakan iga kanan dan pundak kirinya
kesemutan, menyusul tubuhnya terkulai jatuh ditanah.
Kiranya Kim Wan Thauto ketika melihat lawannya kabur,
segera ia gelengkan kepalanya. Dua senjata rahasia antingantingnya
melesat saling susul menyambar pada jalan darah
Tay-it-hiat dan Seng-hong-hiat hingga si Iblis Alis Buntung
harus mengakui kelihaiannya si Thauto beranting emas- Ia
sangat gusar harus menerima kekalahannya yang kedua kali


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari lawannya. "Toan Bi Lomo, aku tidak mengira kalau ada demikian licik
!" menyindir Kim Wan Thauto ketika ia meloloskan pedang dari
pinggangnya Siauw Cu Leng.
Si Iblis Alis Buntung hanya mendengus gusar.
Setelah pedang berada ditangannya, Kim Wan Thauto telah
memungut kembali anting-antingnya yang jatuh tidak jauh dari
siauw Cu Leng dan dikenakannya pula ditelinganya.
"Aku tidak punya permusuhan apa-apa dengan kau, maka
kau boleh pergi !" kata Kim Wan Thauto seraya kakinya
menyepak pada pinggul Siauw Cu Leng yang seketika itu
bebas dari totokan anting-anting dan ia ngeloyor pergi setelah
melemparkan muka asem pada Kim Wan Thauto.
Kim Wan Thauto memeriksa pedang pendek itu. Ternyata
memang ada tertulis pada gagang pedang 'Kwee Cu Gie Toan
Kiam' (pedang pendek dari Kwee Cu Gie), pedang
sahabatnya. Diam-diam Kim Wan Thauto merasa heran
kenapa pedang si pendekar Besar bisa jatuh ditangannya
Siauw Cu Leng. Sedangnya ia mengagumi pedang pendek itu, tiba-tiba ia
dengar opang berkata, "Paman, aku sangat berterima kasih
sekali atas pertolonganmu----11
Ketika Kim Wan Thauto berpaling, kiranya yang berkata itu
ada Kong Liang Hin, puteranya Kong Tek Cong sahabatnya.
Anak muda itu telah dibebaskan oleh Tan Nie Ciang ketika
si Iblis Alis Buntung telah dirobohkan oleh Kim Wan Thauto.
Begitu melihat Siauw Cu Leng sudah pergi, maka pemuda itu
sudah menghampiri Kim Wan Thauto yang tengah mengagumi
pedang sahabatnya. "Anak Hin, apa kau sudah lupa pada pamanmu ?" tanya
Kim Wan Thauto ketauia. Kong Liang Hin heran, ia lantas menatap wajah orang.
"Ah, kau... kau., paman Auw-yang..." Kong Liang Hin kenali
seraya menubruk pada si Thayto dan matanya berkaca-kaca
menangis dalam dekapannya si Thauto.
"Anak Hin, bagaimana dengan ayahmu "*" tanya Kim Wan
Thauto. "Ayah baik-baik saja tapi selalu ia mengharap paman
pulang ke kampung halaman." sahut Kong Liang Hin sepaya
menyeka air matanya. Kong Liang Hin menangis karena ia rindu kepada Kim Wan
Thauto yang sudah lama berpisah dan baru waktu itu mereka
ketemu kembali. Kim Wan Thauto dengan Kong Tek Cong ada sahabat baik,
malah telah angkat saudara.
Ia bertempat tinggal di Pek-in-chung juga dan sering
berkunjung ke rumahnya Kong Tek Cong dimana Liang Hin
yang masih kecil suka diberi petunjuk-petunjuk hal ilmu silat
dan Liang Hin Pandang Kim Wan Thauto seperti orang tuanya
sendiri. Mereka bergaul akrab jikalau Kim Wan Thauto sedang ada
dikampungnya. Ia paling suka merantau. Kalau sudah meninggalkan
kampung halamannya 2-3 tahun baru kembali- Ketika ia
meninggalkan kampungnya belakangan ini, ternyata sampai 5
tahun tidak kelihatan ia pulang hingga menimbulkan keraguraguan
dalam hatinya Tong Tek Cong kalau Kim Wan Thauto
itu telah meninggal dunia dalam perantauan.
Tidak heran Kong Liang Hin tidak kenalai Kim Wan Thauto
sebab waktu si Thauto belum menjadi pendeta, ia masih
menjadi pendekar dengan nama Auw-yang Siang Gie.
Dalam perantauan ia telah ketemu dengan seorang Thauto
jagoan ialah Tek Kim Thauto, dengan siapa Auw-yang Siang
Gie telah bertempur untuk menjajal masing-masing punya ilmu
silat siapa lebih tinggi.
Itulah sebagai kesudahan pertandingan hal ilmu silat, dalam
mana Auw-yang Siang Gie selalu mau lebih unggul saja.
Dalam pertempuran itu yang memakan waktu sampai 20n
jurus, Auw-yang Siang Gie telah dikalahkan Tek Kim
Thauto- Sejak mana Auw-yang Siang Gie mengaku kalah
pada Tek Kim Thauto. Tek Kim Thauto ada seorang baik, ia suka memberi
petunjuk-petunjuk kepada Auw-yang Siang Gie hingga yang
tersebut belakangan menjadi sangat berterima kasih sekali.
Belakangan, atas maunya sendiri Auw-yang Siang Gie yang
tidak berkeluarga telah masuk menjadi Thauto. Untuk
membuat tali perhubungan lebih erat pula, Auw-yang Siang
Gie telah angkat saudara dengan Tek Kim Thauto.
Setelah angkat saudara, Tek Kim Thauto telah menurunkan
banyak ilmu silat yang Auw-yang Siang Gie belum tahu. Maka
kepandaiannya Auw-yang Siang Gie menjadi hebat, ia
menggunakan nama Kim Wan Thauto atau pendeta berantinganting
emas dalam dunia Kangouw. Oleh karena ilmu silatnya
tinggi, maka sebentar saja namanya Kim Wan Thauto telah
naik tinggi dan namanya Auui-yang Siang Gie telah lenyap-
"Paman Auw-yang, kenapa kau sekarang menjadi pendeta
?" tanya Kong Liang Hin.
"Panjang untuk diceritakan, anak Hin. Nanti, kalau aku
sudah ketemu dengan ayahmu, akan kuceritakan perjalanan
paman." sahut Kim Wan Thauto.
Nio Him, Tan Nie Ciang dan Lie Kim Giok juga sudah
datang dan mengunjuk hormat kepada si Thauto. Mereka
menyatakan tidak mengenali kalau Kim Wan Thauto adalah
Auui-yang Siang Gie dan menanyakan sejak kapan menjadi Thauto. Kim
Wan Thauto berjanji akan menceritakan riwayatnya manakala
sudah jumpa dengan Kong Chungcu dari Pek-in-chung.
Demikian, mereka telah pulang ramai-ramai ke Pek-inchung,
dimana Kim Wan Tnauto telah disambut dengan
gembira sekali oleh Tong Tek Cong dan keluarga.
Begitulah ada penuturannya Kim Wan Thauto kepada Lo In
dan Bwee Hiang- "Sekarang aku sudah menutur, maka tinggal giliranmu adik
In menuturkan riwayat perjalananmu sampai muka yang cakap
menjadi hitam legam begitu. Hahaha...." Kim Wan Thauto
berkelakar hingga Bwee Hiang juga turut ketawa.
Lo In lalu menuturkan riwayatnya ialah dari anak jembel
menjadi anak yang mempunyai kepandaian silat yang tinggi
berkat didikannya Liok Sinshe. Ia ceritakan bagaimana Liok
Sinshe sayang padanya seperti juga anak sendiri. Kalau Liok
Sinshe sedang mencari daun obat-obatan tidak pernah ia
ditinggal sendirian. Selalu ia diajak pergi sana sini dengan ilmu
meringankan tubuh. Ia sangat mengagumi kepandaiannya
Liok Sinshe yang telah loncat dari satu ke lain tebing yang
curam dengan menggendol dirinya.
Lo In tuturkan cara bagaimana Liok Sinshe jatuh ke dalam
jurang karena dibokong oleh jarum mautnya Kim Popo,
bagaimana ia mencari-cari Liok Sinshe dalam lembah sampai
menjadi sahabat dengan si burung rajawali, kemudian
kawanan kera juga telah menjadi
teman-temannya. Ia kena dibokong oleh Ang Hoa Lobo dan
dipoles hitam wajahnya, lwekangnya hampir musnah kalau
tidak mendapat pertolongan dari wetam Tokgan Siancu, ular
kesayangannya Eng Lian. pedang pendek kepunyaan Liok
Sinshe ia bawa, mungkin dimiliki Siauw Cu Leng sebab ia
tidak melihat lagi pedang itu. Dengan Eng Lian ia bergaul
akrab, begitu juga dengan kawanan monyet dan gorila sampai
ia dapat berbicara bahasa monyet dan pandai meniup seruling
memanggil dan menakluki ular.
panjang lebar Lo In cerita pada Kim Wan Thauto sampai
pada kejadian ia menempur Sucoan Sam-sat dan memberi
didikan ilmu silat kepada Bwee Hiang.
Setelah Lo In menutur, terdengar Kim Wan Thauto
menghela napas. "Liok Sinshe itu pasti ada ayahmu, Kwee Cu Gie Tayhiap,
anak In." berkata Kim Wan Thauto. "Aku belum pernah
menyaksikan kepandaian lompat dari satu ke lain tebing begitu
mahir seperti Liok Sinshe, kecuali kepandaian yang dimiliki
oleh Kwee Cu Gie. Ia ada satu Tayhiap yang sangat dihormati
kawan tapi ditakuti oleh lawan. Karena sepak terjangnya yang
melindungi si lemah menumpas si kuat jahat, maka ia banyak
musuhnya dalam kalangan jahat. Mungkin ia pakai nama Liok
Sinshe sebagai nama samaran. Ia mengumpatkan dirinya dari
musuhnya yang ingin menuntut balas."
"Kalau Liok Sinshe ada Kwee Cu Gie, ayahku, kenapa dia
tidak mengaku bahwa dia ada ayahku " Sudah sekian tahun
kami berkumpul." tanya Lo In ragu-ragu-
"Mesti ada sesuatu hal yang membuat dia Perlu untuk
sementara tidak menjelaskan dirinya siapa, anak in. Kau
jangan cemas dan menyesalkan, nanti kapan kau satu waktu
ketemu dengannya lagi kau boleh menanyakan."
"Liok Sinshe sudah mati, mana dapat kau ketemu pula
dengannya ?" "Ia berkepandaian tinggi, aku tidak percaya dia
mati begitu saja." "Ya, aku juga meragukan akan kematiannya Liok Sinshe."
sahut Lo In. "Ia sangat tinggi kepandaiannya. Untuk jatuh ke
dalam jurang saja tidak mungkin dia sampai binasa, hanya
yang aku khawatirkan adalah jarum beracunnya si nenek."
"Jarum beracun Kim Popo juga tidak bisa berbuat banyak
terhadapnya. Kau percaya, anak In, ia tidak mati dan satu
waktu akan jumpa pula dengan kau !"
Lo In kegirangan meskipun hatinya agak ragu-ragu.
Ia menundukkan kepalanya, ketika ia angkat pula tampak
air mata menggenang diteiakupan matanya, ia menangis.
"Adik kecil, kenapa kau menangis ?" tanya Bwee Hiang
kaget. "Tidak apa-apa." sahut Lo in ketawa terpaksa.
"Anak In, kau memikirkan apa sampai menangis ?" tanya
Kim Wan Thauto. "Aku ingat kepada Liok Sinshe." sahutnya. "Omong-omong
tentang dirinya, aku jadi ingat kebaikannya terhadap diriku----"
"Adik kecil, kenapa kau sampai begitu berduka " Orang
baik selalu mendapat perlindungannya Thian, maka ada satu
temPo kau akan ketemu lagi dengan Liok Sinshe." menghibur
Buiee Hiang dengan suara empuk menyayang.
Lo In ketauia nyengir. Dasar wataknya si bocah yang aneh,
maka ketika Kim Wan Thauto bantu menghiburnya, kedukaan
Lo in lantas lenyap tanpa bekas.
"Malam sudah larut, sebaiknya anak Hiang masuk tidur."
tiba-tiba Kim Wan Thauto menyatakan pikirannya.
"Aku masih belum ngantuk." sahut si nona ketawa-
"Ah, matamu sudah ngantuk. pergi sana tidur. Biar adik
kecilmu aku yang jagai, tidak nanti dia hilang-..." Kim Wan
Thauto berkelakar. Bwee Hiang jebikan bibirnya hingga Kim Wan Thauto
ketawa terbahak-bahak. Memang si nona sudah ngantuk, melihat adik kecilnya
menangis ia jadi tidak tega meninggalkannya. Sekarang ia
didesak untuk masuk tidur, ia lantas bangkit dari duduknya dan
ngeloyor ke kamarnya. Buiee Hiang ambil kamar sendiri, sedang Lo In tidur samasama
dengan Kim Wan Thauto. Setelah si nona pergi, Kim Wan Thauto berkata paa Lo In,
"Anak In, kau bawa-bawa anak orang kaya merantau, apa
tidak takut mendapat kesulitan di jalanan 7"
"Toako maksudkan enci Hiang ?" L0 In balik menanya.
"Ya, ia ada satu Siocia, kepandaiannya biasa saja aku
lihat." "Toako, kau jangan pandang rendah pada enci Hiang."
"Ah, dia bisa apa " Tempo hari dia dipemainkan oleh si
setan hitam dapi Sucoan Sarrrsat, hampir-hampir dia dapat
malu kalau tidak keburu si kerudung merah turun tangan."
"Oh, itu kejadian dulu-" sahut Lo In. "Lain dulu lain
sekarang, enci Hiang dulu dan
sekacang kepandaiannya beda seperti langit dan bumi.
Toako tidak tahu- ' "Apa iya ?" Kim Wan Thauto menanya
heran. "Kalau toako tidak percaya, boleh saksikan kalau enci
Hiang nanti bergebrak !" Kim Wan Thauto masih meragukan
akan keterangan Lo In tapi ia tidak kata apa-apa.
Setelah omong-omong pula urusan yang tidak mengenai
jalannya cerita, Kim Wan Thauto ajak adik kecilnya masuk
tidur. Kita melihat pada Bwee Hiang, apakah si nona tidur pulas "
Kiranya Bwee Hiang masih belum pulas, pikirannya
melayang-layang, ia jengkel kepada adik kecilnya yang masih
belum dapat menilai kepandaiannya sampai dimana karena
beberapa orang yang ia pecundangi si adik kecil ada orangorang
dari kelas 3 dan paling atas kelas 2. Kapan ia ketemu
dengan lawan kelas 1 " Ia tanya hati kecilnya. Girang hatinya
mana kala ia dapat merobohkan jago kelas 1 di depan adik
kecilnya, tentu ia bakal mendapat pujian.
Sementara itu matanya sudah mulai mengajak tidur.
Barusan saja ia mau pulas, tiba-tiba ia mendengar sesuatu
yang mencurigakan. Dengan pura-pura pulas, ia perhatikan
sekitarnya kamar. Ia kaget nampak ada seorang tinggi besar
sudah berada dalam kamarnya tengah duduk di kursi.
"Apa maunya dia tanya Bwee Hiang dalam hatinya.
Ia urungkan niatnya mau menegur orang itu ketika ia
nampak orang tinggi besar bangkit dari kursinya dan jalan
menghampiri pembaringannya. Ia telah menyingkap kelambu
dan mengawasi kepada Bwee Hiang yang tidur agak miring ke
depan. Si nona lihat orang itu ada memakai topeng hingga ia tidak
mengenali macam apa parasnya si orang jahat yang masuk ke
dalam kamarnya itu. Hatinya Bwee hiang berdebaran nampak orang itu telah
mengulurkan tangannya hendak menjamah lengannya yang
halus putih. Tapi entah kenapa ketika hampir menyentuh
lengan yang lunak itu, tiba-tiba tangannya ditarik pulang. Bwee
Hiang masih diam saja, mau lihat lagaknya orang itu lebih
jauh. Sebentar lagi kelambu telah disingkap begitu rupa sehingga
seluruh badannya orang itu berada dalam kelambu. Baru saat
itu Bwee Hiang agak jeri, orang akan berbuat kurang ajar atas
dirinya. Tiba-tiba saja orang itu telah menyergap si nona yang
sedang tidur. Tapi alangkah kagetnya ia melihat yang disergap
telah menghilang dan tahu-tahu sudah ada dibawah tempat
tidur. Bwee Hiang sangat gesit. Begitu oran merangkul dirinya,


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia sudah menggelinding menggunakan ilmu 'Kimlun-hoan-sin'
atau 'Roda emas menggelinding' jaran Lo In untuk
menyelamatkan diri dari terkaman musuh yang dilakukan
sekonyong-konyong. "Manusia jahat, kau berani ganggu nonamu sedang tidur ?"
bentak Bwee Hiang. Kakinya berbareng menjejak betis orang
itu hingga keluarkan rintihan tertahan saking menahan sakit.
Orang itu lantas berbalik dan menguber Bwee Hiang yang
sementara itu dengan gerakan 'Hui-niauw-cut-lim' atau 'Burung
terbang keluar hutan', enteng sekali badannya sudah melesat
keluar dari jendela. Gesit orang tinggi besar itu. Melihat korbannya kabur sudah
lantas menyusul keluar dari jendela, dimana Bwee Hiang telah
menanti padanya. Ternyata Bwee Hiang tidak lari, ia segan
berkelahi dalam kamar yang sempit makanya ia keluar dan
menantang berkelahi di luar.
"Heheh, binatang. Kau berani gila pada nonamu ?" bentak
Bwee Hiang ketika mereka sudah berhadapan.
"Nona, aku datang hendak menemani kau tidur, kenapa kau
jadi marah-marah ?" orang itu menyahut dengan suara Parau.
"Fui !" Bwee Hiang meludah. "Berani kurang ajar terhadap
nonamu, kau harus tanggung akibatnya ! Nah, jagalah
serangan nonamu !" berbareng Buiee Hiang menyerang
dengan pukulan yang hebat sekali hingga orang itu lompat
mundur untuk mengelakkan serangan dahsyat si nona.
Kedua orang itu jadi bertempur seru.
Bwee Hiang baru mendapat lawan alot. Ia senang
menghadapinya. Sayang waktu itu tidak ada Lo In. Pikirnya,
kalau ada pasti akan menambah kegembiraannya berkelahi
dengan musuh tangguh itu.
Orang itu telah mengeluarkan satu jurus yang aneh,
membingungkan lawan. Ia seperti hendak mencengkeram
dada namun kapan lengannya dekat sampai sasaran telah
berubah, tangannya dipentang merangkul berbareng menotok
hiat~to (jalan darah) di lengan lawan untuk melumpuhkan
perlawanan musuh. Inilah ada gerakan yang dinamai Hekhouw-
lok-siaUui (Harimau hitam ketawa), satu gerak tipu yang
berbahaya sekali bagi musuhnya kalau kena diterkam olehnya
sebab sang musuh akan lumpuh seketika karena lengannya
kena ditotok. Untuk serangan yang hebat itu, Bwee Hiang gunakan jurus
'Pa-ong-gie-kah' atau "Couw Pa Ong meloloskan jubahnya'
untuk menyelamatkan diri.
Pertempuran berjalan terus dengan ramai sekali.
Tiba-tiba orang itu memutar tangan kanannya disusul oleh
tangan kirinya yang seperti kilat cepatnya telah nyelonong
hendak mengorek sepasang lentera si nona. Buiee Hiang
kaget sepasang matanya hendak dicopoti. Segera ia gunakan
'Kim-kee-yau-tauw' atau 'Ayam emas menggoyangkan
kepalanya'. Tampak kepalanya bergoyang dan sodokan
tangan lawan ke arah matanya dapat dikelit dengan indahnya-
Sayang saat itu hanya mereka berdua saja rupanya yang
bertarung. Kalau ada penontonnya pasti akan bersorak-sorak
melihat kedua lauian itu sama tangguhnya.
Orang itu heran saban-saban serangannya tidak mendapat
sasarannya. Ia lihat si nona sangat gesit, tidak mudah dipecundangi
cepat-cepat. Opang itu penasara, ia merangsek dengan nekad. Lantaran
sangat bernapsunya ia mengalahkan lauian, maka telah
menimbulkan kekalahannya, ia menggunakan gerak tipu 'Haytee-
lo-got' atau 'Di dasar laut meraup rembulan', tangan
kanannya seperti menyerang dada, tahu-tahu tangan kirinya
yang menyerang rusuk- Buiee Hiang kaget tapi ia tidak gugup.
Ia gunakan tipu 'Nelayan melintangi perahu' untuk
menyelamatkan dirinya. Namun ia tidak begitu saja. Ia balas
menyerang dengan kecepatan kilat. Dua jarinya dari tangan
kiri yang halus lunak namun seperti dua batang besi telah
nyelonong ke ketiak orang itu, sebelum yang tersebut belakangan perbaiki
posisinya. Tidak ampun lagi orang itu merasakan kesemutan
di ketiaknya, hingga ia berdiri bagaikan patung karena ;senghoat-
hiat'nya telah kena ditotok jitu sekali.
"Hahahaha, binatang. Kau sekarang mau apa ?" jengek
Bwee Hiang ketika melihat musuhnya mudah tidak berkutik-
"Sekarang baru rasakan lihainya nonamu, ya."
Buiee Hiang menghampiri. Baru saja ia melangkah belum
jauh atau ia dibikin kaget oleh menyambarnya sebuah benda
yang menempel di pipinya, kiranya itu hanya selembar daun
kecil. Meskipun demikian cukup bikin nona kita jadi marah, ia
mendongak ke atas Pohon dan membentak, "Manusia kurang
ajar, kalau kau berani, turun ! Terimalah hukuman dari nonamu
!" Baru saja si nona menutup perkataannya atau sesosok
bayangan melayang turun dari atas pohon. Bwee Hiang gugup
melihat orang demikian gesit sebab tahu~tahu ia sudah kena
dirangkul. Ia meronta-ronta sambil memaki-maki.
"Enci Hiang, inilah adik kecilmu. Apa kau tidak kenali ?"
terdengar suara berbisik di telinganya si nona. Kapan ia putar
tubuh berbalik, memang yang merangkul ia adalah si bocah.
"Adik kecil, kau bikin encimu penasaran l' kata si nona seraya
tangannya mencubit keras hingga Lo In berteriak kesakitan.
"Anak nakal, itulah bagiannya... hihihi..." tertawa Buiee
Hiang. Si nona lanjutkan niatnya menghampiri musuhnya yang
sudah tidak berdaya. "Tahan !" kata Lo In hingga Buiee Hiang hentikan jalannya.
"Kau mau apa campur-campurA urusanku, adik kecil ?"
tanya Bwee Hiang. "Siapa bilang itu ada urusan enci sendiri, aku juga harus
turut campur !" "Kau mau bikin encimu dongkol karena jengkel ?"
'Bukan begitu, urusan enci ada urusanku juga."
"Tapi aku tidak mau diganggu. Orang itu sangat kurang
ajar, aku harus kasih hajaran. Sekalipun aku tidak sampai
membunuhnya-" "Jangan, jangan sampai begitu marahnya."
"Kenapa tidak boleh marah ?"
"Itulah ada orang kita sendiri____"
Bwee Hiang tidak percaya. "Orang kita siapa " Kalau orang
kita, kenapa dia begitu kurang ajar pada encimu. Dia
mengganggu ketika encimu barusan mau pulas, maka tidak
boleh tidak dia harus dikasih hajaran ! "
Lo In ketawa gelak-gelak hingga Bwee Hiang menjadi
heran. 'Enci Hiang, kau tidak percaya ia ada orang kita sendiri
?" tanya Lo In. 'Aku tidak percaya, biarkan aku menghukum
padanya |" 'Kau akan menyesal sebab dia ada lebih tua dari
kita !" 'perduli amat, asal dia kurang ajar biarpun lebih tua 10 kali
lipat, aku tidak taku !" 'Nah, pergilah urusan dengannya." kata
Lo In. Bwee Hiang menghampiri orang itu, kemudian dengan
sekali renggut saja topengnya orang itu telah lenyap dari
wajahnya. "Kau, eh, kau.... toako ?" berkata Bwee Hiang ketika kenali
0rang itu. Orang itu hanya bersenyum, tidak menyahut lantaran sudah
ditotok lumpuh. Cepat Bui^e Hiang membebaskan orang itu
dari totokan. "Anak Hiang, maafkan padaku yang tidak mengenal
aturan____" kata orang itu.
"Tapi toako, kenapa kau berbuat yang tidak benar ?" tanya
si gadis heran. "Itulah anak Hiang, aku didorong oleh perasaan tidak
percaya, kau sekarang sudah hebat kepandaiannya menurut
anak In, maka aku sudah mencoba-coba menyaksikan dengan
mata kepala sendiri. Aku sengaja mengolok-olok supaya kau
marah dan mengeluarkan kepandaianmu yang hebat. Aku
sekarang percaya bahwa anak Hiang kepandaiannya jauh
diatas dari dahulu ketika ketemu si bontot dari Sucoan Samsat."
"Nah, aku bilang apa, bukannya orang sendiri ?" nyeletuk
Lo In ketawa. Bwee Hiang paham akan maksud dari Kim Wan Thauto,
orang tinggi besar bertopeng yang tadi bertempur dengannya
mati-matina, maka ia pun jadi tertawa cekikikan-
Kiranya itulah Kim Wan Thauto yang menggoda Bwee
Hiang. Bwee Hiang dikatakan jempol kepandaiannya, telah
meragukan hatinya Kim Wan Thauto. Maka
ketika ia melihat Lo In sudah pulas, ia diam-diam telah
copoti anting-antingnya dan menyaru sebagai opang biasa,
tidak lupa ia mengenakan topeng supaya tidak dikenali oleh
Bwee Hiang. Ia kira Lo In tidak tahu tapi si bocah diam-diam
telah mengikuti gerak geriknya.
Kalau ia ada mengucapkan kata-kata yang agak janggal,
itulah maksud Kim Wan Thauto supaya si nona meluap
amarahnya dan mengeluarkan kepandaiannya yang tinggi.
Ia kira tadinya dapat menjatuhkan Bwee Hiang dengan
mudah, tapi kenyataannya ia berusaha dengan sia-sia malah
akhirnya ia yang kena dijatuhkan oleh si nona-
Sungguh memalukan bila mengingat kepandaiannya
sendiri. Namun, ia tidak jadi penasaran terhadap Bwee Hiang
yang menjadi adiknya sekarang.
Demikian, 3 saudara itu sambil ketawa-ketawa telah balik
pula ke kamarnya masing-masingTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada keesokan harinya Kim Wan Thauto dan 2 adiknya
telah diundang makan-makan oleh Suyangtin Ngo-houw-
Perjamuan itu diadakan bergiliran oleh Lima Harimau dari
Suyangtin. Hari itu giliran pertama dirumahnya Kie Giok tong,
yang berjalan dengan sangat menggembirakan.
Keesokan harinya dirumahnya Song Cie Liang, Jiko dari
Ngo Houw- Kemudian di rumahnya Tan
Him, Samko dari Ngo Houw dan ketika pada gilirannya
Teng Hauw, Sie-ko dari Ngo Houw ada terjadi urusan.
Itulah Kim Wan Thauto yang timbulkan urusan.
Si Thauto beranting-anting emas melihat romannya Teng
Hauw ada murung saja sejak pada perjamuan pertama di
rumahnya Kie Giok Tong, membikin hatinya kurang senang. Ia
menganggap barangkali Teng Hauw tidak senang kepada
mereka, tiga suadara mendapat perlakuan yang begitu
hormat. Maka dalam perjamuan di rumahnya, melihat tuan
rumah tetap murung, ia telah menyatakan tidak senangnya.
"Kami berkumpul makan-makan, bukannya kami mintaminta.
Tapi atas undangan kalian. Maka aku tidak mengerti
melihat sikapnya Teng-heng yang selalu murung seolah-olah
yang tidak senang menjamu kepada kami orang...."
"Oh, bukan, bukan begitu...." Teng Hauw mencegat
perkataan Kim Wan Thauto.
Ia tidak bisa meneruskan kata-katanya karena ia kurang
bisa bicara, maka Kie Giok Tong yang telah menalangi ia
bicara. Katanya, "Taysu, bukannya lantaran itu. Teng-siete
kelihatan tidak gembira lantaran ia punya kesukarannya
sendiri yang tak dapat diutarakan kepada orang lain. Harap
Taysu jangan salah mengerti."
"Kesukaran bukannya tidak bisa diatasi, asal orang mau
berdamai. Kalian menghormati kami orang, tandanya ada
taruh kepercayaan. Kenapa kesukarannya Teng-heng tidak
suka diberitahukan kepada kami orang " Siapa tahu kami
dapat menolong dan meringankan kesukarannya Teng-heng."
Ngo Houw bungkam mendengar perkataan Kim Wan
Thauto yang beralasan-Mereka saling lihati dengan tiada satu
yang berani buka suara. Teng Hauui gelisah kelihatannya. Ia ingin mengutarakan
apa-apa namun ia tidak pandai merangkai perkataan, ia hanya
mengawasi saja saban-saban kepada Kie Giok T?ng.
Melihat demikian, Kim Wan Thauto bangkit dari duduknya,
ia berkata, "Kalau kalian tidak suka menaruh kepercayaan
kepada kami orang, biarlah kami mohon diri saja. Anak in dan
Hiang, mari kita berangkat !"
Lima Harimau terkejut. Mereka tampak gugup menahan
kepergiannya Kim Wan Thauto.
"Taysu, harap sabar dulu." kata Kie Giok Tong. "Duduk
dulu, kami tidak ingin membuat tamu-tamunya yang terhormat
menjadi penasaran." Kim Wan Thauto dan dua saudaranya pada duduk pula.
"Toako." kata Teng Hauw pada Kie Giok T0ng. "Kau
ceritakan saja kepada Taysu tentang kesukaranku sUpaya dia
jangan salah mengerti."
Kie Giok Tong anggukkan kepalanya.
"Taysu, sebenarnya urusan ini ada rahasia. Tidak boleh
diketahui oleh orang dari luar dusun sebab akibatnya ada
sangat hebat bagi orang yang mengetahui." berkata Kie Giok
Tong yang masih ragu-ragu untuk menuturkan kesukaran
Teng Hauw. "Aku dan dua saudaraku tidak takut akan akibatnya. Maka
Kie-heng boleh ceritakan saja, rahasia apa yang tak boleh
diketahui oleh orang dari luar dusun."
"Hari ini sudah tanggal 13. Lagi 3 hari sudah tanggal 16 dan
pada hari itulah Siete akan kehilangan puteri tunggalnya,
maka siapa yang tidak jadi murung ?" menerangkan Kie Giok
Tong yang tidak ada ujung pangkalnya hingga Kim Wan
Thauto dan dua saudaranya menjadi bengong. Sukar
menangkapnya apa yang dimaksudkan oleh si orang she Kie.
Bwee Hiang meraba-raba, setelah ketawa ia berkata,
"Tanggal 16 ada hari baik. Hari itulah puteri paman Teng
menemukan hari baiknya ketemu jodoh. Maka, urusan
perkawinan adalah lumrah. Kenapa harus dibuat duka oleh
paman Teng ?" "Oh, bukan, bukan itu...." kata Teng Hauw lalu ia minta
supaya Kie Giok Tong cerita yang terang kepada para
tamunya. "Bukan begitu duduknya urusan, nona Hiang." kata Kie
Giok Tong. "Kalau bukan perkawinan, habis apa ?" tanya
Bwee Hiang kepingin tahu.
"Bukan perkawinan yang lazim tapi ini persembahan
kepada Thoat Beng Mo Siauw yang setiap bulan tanggal 16
harus dikirimi sajian seorang gadis jelita____" kata Kie Giok
Tong. Kim Wan Thauto yang tidak paham dengan ceritanya Kie


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Giok Tong minta si orang she Kie menutur dengan rapi supaya
urusan dapat dipertimbangkan. Kie Giok Tong meskipun
dipengaruhi oleh perasaan takut telah menuturkan juga suatu
kisah yang menarik yang telah terjadi dalam dusun Suyangtin-
- 23 - Kira-kira enam bulan berselang, dalam dusun Suyangtin
yang aman telah terjadi kegemparan dengan munculnya satu
iblis jahat yang menamakan dirinya Thoat Beng Mo Siauw (si
Hantu Ketawa pencabut Jiwa). Munculnya iblis itu telah
menggelisahkan penduduk kampung, malah yang berwajib
juga tidak dapat mengatasi gangguan itu. Sebenarnya yang
berwajib banyak menggantungkan pekerjaannya kepada
Suyangtin Ngo Houw (Lima Harimau) yang besar
pengaruhnya. Maka dalam hal urusan si Hantu Ketauia juga
mereka telah menyerahkan bagaimana baiknya diatur oleh
Lima Harimau- Yang sangat ganas perbuatannya si Hantu Ketauia, ia telah
membikin air minum dari sumur maupun sungai telah beracun
dan penduduk yang meminumnya telah mati konyol. Binatangbinatang
piaraan pada mati keracunan apabila si Hantu
Ketawa sedang marah. Berhubung dengan mana Suyangtin Ngo Houw telah
berunding untuk mengadakan kompromi dengan Thoat Beng
Mo Siauui. Si Hantu Ketauia tidak munculkan diri, hanya
mengirim wakilnya untuk mengadakan perdamaian.
Dalam perdamaian itu telah diterima baik suatu keputusan,
ialah setiap tanggal 16 penduduk Suyangting harus
menyerahkan seorang gadis jelita kepada Thoat Beng Mo
Siauw. Penduduk banyak yang tidak rela dengan keputusan itu
sebab mereka sayang anak gadisnya dikorbankan kepada si
Hantu Ketawa. Mereka banyak yang pada pindah ke lain
dusun. Namun, hari ini pindah, besokannya mereka sudah
balik pula menjadi mayat, terdapat di masing-masing
pekarangan rumahnya yang ditinggalkan.
Lantaran mana, maka penduduk menjadi jeri untuk
meninggalkan Suyangtin dan terima nasib anak gadisnya akan
dijadikan sajiannya si Hantu Ketawa.
Untuk tidak membikin penduduk jadi iri-irian, maka
Suyangtin Ngo Houw juga mau berkorban, ialah pada setiap
pemilihan gadis yang akan dijadikan korban ada termasuk
juga satu gadisnya diantara Lima Harimau. Kalau diundi
misalnya jatuh pada nasibnya dari puteri Lima Harimau, maka
apa boleh buat disajikannya dengan rela.
Pemilihan gadis-gadis itu biasanya dilakukan tanggal 10
setiap bulan. Gadis-gadis tidak turut dalam undian, hanya orang tuanya
saja yang maju supaya gadis-gadis itu tidak langsung menjadi
kaget karena nasibnya yang malang-
Thoat Beng Mo Siayui itu seperti yang tahu gadis mana
bulan ini akan dijadikan mangsa-Sebab kalau diganti dengan
lain gadis, orang tua gadis yang bersangkutan bakal mati
konyol dalam rumahnya- Oleh karena itu, maka tidak berani
satu juga yang coba-coba menukarkan gadisnya dengan lain
gadis manakala sudah sampai temponya disajikan.
Pernah ada kejadian ke dusun Suyangting ada dua
pendekar yang menamakan dirinya 'Siamsay Jie Liong' atau
'Dua Naga dari Siamsay'. Mereka ada sepasang pendekar
kenamaan dalam kalangan Kangouw yang kebetulan lewat.
Mereka tidak puas dengan perbuatannya si Hantu Ketawa.
Maka mereka sudah tawarkan diri untuk membunuh iblis
kejam itu. Mereka telah berdamai denga Suyangting Ngo
Houw. "Kami penduduk Suyangtin sangat berterima kasih kedua
enghiong suka buang tempo guna
menumpas kejahatan dari si Hantu Ketawa." menyatakan
Kie Giok Tong ketika menjamu kedua orang gagah itu. "Cuma
saja sebelum enghiong berdua pergi ke sana hapus
dipertimbangkan dulu bahayanya. Thoat Beng Mo Siauw ada
sangat tinggi kepandaiannya dan banyak anak buahnya. Kalau
kita salah tangan bukannya berhasil dalam usaha, sebaliknya
akan mengalami nasib yang tidak diinginkan."
"Legakan hatimu, paman." menghibur Seng Liong, yang tua
dari Dua Naga. "Kami berdua sudah biasa menumpas
kejahatan demikian. Maka dalam halnya Thoat Beng Mo
Siauw juga rasanya tidak akan gagal usaha kami."
"Manusia jahat begitu, kalau lama-lama dikasih hidup lebihlebih
menyusahkan kepada rakyat. Maka selekasnya kami
akan bekerja." menimpali Keng Liong, saudara mudanya.
Kie Giok Tong manggut-manggut tapi dalam hatinya
meragukan itikad baik dari Dua Naga dari Siamsay itu.
Meragukan bukan apa-apa takut mereka mati konyol. Sebab
sebelum mereka sudah pernah ada tiga orang gagah yang
datang kesitu dan menawarkan tenaganya untuk membasmi
Thoat Beng Mo Siauw. penghabisannya bukan si Hantu
Ketawa yang mati, malah mereka bertiga kedapatan mayatnya
di pinggir dusun Suyangtin.
Meskipun dengan samar-samar Kie Giok Tong coba
menahan, ternyata Siamsay Jie Liong tak dapat dirubah
niatnya. Terpaksa Kie Giok Tong dan sudara-saudaranya
merestui kePergiannya. Kie Giok Tong berkata, "Atas nama
penduduk dari Suyangtin, kami berlima
mendoakan kepada Jiwie-enghiong supaya berhasil dalam
menumpas si Hantu Ketawa dan balik kembali ke Suyangtin
dengan selamat. Harap Jiwie berhati-hati l'"
jiwie-enghiong (kedua orang gagah).
Berangkatlah hari itu kedua orang gagah itu ke Pek-kut-nia
(Bukit Tualng putih), sarangnya Thoat Beng Mo Siauw. Lima
Harimau telah mendoakan dengan sujud supaya pekerjaan
mulianya Siamsay Jie Liong itu berhasil memuaskan.
BeSokan harinya tidak ada kabar apa-apa dari mereka.
Pada lusanya orang melaporkan kepada Suyangtin Ngo Houw
telah kedapatan mayatnya dua orang gagah itu di pinggiran
dusun. Keadaannya sungguh mengerikan sebab kedua
kepalanya hampir terpisah dari masing-masing lehernya. Itulah
menunjukkan kekejamannya dari Thoat Beng Mo Siauw.
Suyangtin Ngo Houw hanya bisa menghela napas.
Mereka telah menyuruh beberapa orang kampung untuk
mengurus mayatnya dua orang gagah itu guna ditanam baikbaik
serta disembahyangi. Pada malamnya, Lima Harimau itu telah membikin
pertemuan untuk membicarakan urusan Thoat Beng Mo
Siauw. Pertemuan itu diadakan di rumahnya Tan Him, orang ketiga
dari Lima Harimau, dalam ruangan dari sebuah bangunan
yang spesial dibangun untuk mengadakan rapat.
Bangunan itu pernahnya di sebelah belakang rumah besar
dari Tan Him, diperaboti lengkap dengan kursi meja dan
pigura-pigura indah sebagai pajangan. Sebagai penerangan
telah dipasang lilin-lilin besar dan kecil. Lima Harimau dari
Suyangting itu semuanya orang-orang hartawan yang
menetap disitu dari lain tempat-
Hidupnya mereka boleh dikatakan mewah dan senang.
Malam itu angin meniup tidak menentu, kadang-kadang
besar dan kadang-kadang sepoi-sepoi saja.
Manakala sang bayu sedang meniup kencang keadaan
menjadi berisik dikarenakan cabang-cabang pohon beradu
satu dengan lain dan daun-daunnya pada berguguran rontok.
"Toako." tiba-tiba Song Cie Liang, orang kedua dari Ngo
Houw berkata. "Kita sudah mendapat gelaran Lima Harimau,
sudah lama kita menjagoi dan dihormati oleh penduduk.
Sekarang dengan adanya Thoat Beng Mo Siauw, benar-benar
pengaruh kita seperti tertindih dan lenyap. Kepercayaan
penduduk kepada kita seakan-akan telah buyar....."
"Memang sungguh menyebalkan perbuatannya Thoat Beng
Mo Siauw itu." sahut Kie Giok Tong
dengan suara gusar- "Habis, apa kita bisa bikin karena
memang kita tak punya kemampuan mengatasi pengaruhnya
si Hantu Ketawa." "Apa kita tidak bisa mencari seorang jago yang benar-benar
dapat mengalahkan si Hantu Ketauia ?" Tan Him menyatakan
pikirannya. "Aku rela keluar uang untuk membiayai jago-jago
yang benar-benar dapat menumpas si Hantu Ketawa."
"Thoat Beng Mo Siauw sangat tinggi kepandaiannya, sukar
diukur. Maka sulit sekali kita mencari orang-orang yang dapat
menandingi kepandaiannya. Menurut kabar, kecuali dia sendiri
berkepandaian tinggi masih ada anak buahnya yang hebat
kepandaiannya, entahlah siapa mereka itu." menyatakan Cia
sin Eng si nomor lima dari Lima Harimau.
Tampak mereka tidak dapat mengambil keputusan, maka
keadaan menjadi sepi dan masing-masing putar otak untuk
mencari daya upaya bagaimana baiknya untuk mengatasi
pengaruh Thoat Beng Mo Siauw yang membuat gurem
pengaruhnya Suyangtin Ngo Houw.
Sementara itu terdengar di sebelah luar angin meniup
kencang dan mengeluarkan suara menderu-deru. Entah
bagaimana tiba-tiba saja, semua lilin penerangan telah
menjadi padam hingga Lima Harimau itu menjadi ketakutan.
"Hahaha..... hahaha---- !" terdengar suara parau ketawa di
sebelah luar. Itulah suara ketawa yang belum pernah mereka dengar,
menyeramkan sekali mengiang di telinga masing-masing.
Mareka menduga akan datangnya si Hantu Ketawa.
Tak usah mereka menduga-duga. Memang juga yang
datang itu ada si Hantu Ketawa yang lantas berkata setelah
tertawa terbahak-bahak, keras nyaring, "Suyangtin Ngo Houw,
aku Thoat Beng Mo Siauw sudah ada di depan pintu. Kenapa
kalian tidak lekas mengunjuk hormat " Lekas keluar
menemukan majikanmu !"
Namanya saja Lima Harimau, namun mereka gemetaran
badannya tatkala itu dipanggil oleh si Hantu Ketawa. Sungguh
lucu sekali. Sebelum keluar mereka mengintip dulu, ingin mengetahui
bagaimana romannya Thoat Beng Mo Siauw yang
menyeramkan itu. Wujudnya si Hantu ketawa memang benar-benar seperti
Hantu. Rambutnya riap-riap seperti Thauto (pendeta piara
rambut panjang), wajahnya bengis dengan hidung bengkok
dan gigi bercaling, sedang matanya melesak ke dalam, namun
telah mengeluarkan cahaya yang berpengaruh. Itulah
menandakan bahwa lwekangnya si Hantu Ketawa sangat
tinggi. Dengan wajah demikian dan diiringi oleh suara
ketawanya yang parau menyeramkan, betul-betul telah
membuat Lima Harimau itu nyalinya berubah menjadi Lima
Tikus. Masing-masing badannya menggigil seperti yang
kedinginan. Thoat Beng Mo Siauw tampak berdiri sambil memondong
seorang wanita kecil langsing, entah wanita siapa itu.
Keadaannya tidak berkutik dalam pelukan si Hantu Ketawa-
Rupanya ia telah kena ditotok.
"Suyangtin Ngo HoUw> apa kalian tidak Punya nyali untuk
ketemu Thoat Ben Mo Siauw ?" tepdenar si Hantu Ketawa
berkata pula dengan suara yang nyaring sekali.
"Toako, mari kita keluar !" mengajak Song Cie Liang yang
lebih berani hatinya. Kie Giok Tong dan lain-lainnya menurut.
"Hahaha.____. hahaha----!" tertawa Thoat Beng Mo Siauw
ketika melihat Suyangting Ngo
Houw pada keluar dari rumah. "Bagus, kalian menurut
perintah Mo-ong." Si Hantu Ketawa bahasakan dirinya Mo-ong (Raja Iblis).
"Malam ini Mo-ong datang ada perintah apa untuk kami
orang ?" Kie Giok Tong berkata, memberanikan diri.
"Hahaha....... hahaha-" ketawa si Hantu Ketawa. "Mo-ong
datang untuk memperkenalkan diri dan kasih peringatan kepada kalian
supaya lain kali harus hati-hati. Jangan ceritakan urusan hybunan Suyangtin
dengan Mo-ong kepada orang luar. Kalau kalian tidak
Perhatikan perintah Mo-ong ini, awas ! Jangan sesalkan kalau
Mo-ong marah dan bikin ludes seisi dusun Suyangting !"
"Menurut perintah? menurut perintah Mo-ong.... I" jawab
Kie Giok Tong seraya manggut-manggut diikuti oleh saudarasaudaranya
yang lain. "Bagus, bagus !" kata si Hantu Ketawa. "Untuk kelakuan
kalian yang sudah telah berhubungan dengan Siam-say Jie
Liong sebenarnya Mo-ong harus mengasih hukuman kepada
kalian, tapi tidak apa. Mo-ong hanya ambil ini saja dari
rumahnya Tan Him. Hei, Tan Him, kau lihat ini siapa ?"
Tan Him terkejut dipanggil Thoat Beng Mo Siauw. Ia cepat
melihat kepada wanita yang diunjukkan si Hantu Ketawa-
Kaget bukan main Tan Him. Ia kenali wanita itu ada budaknya
yang baru berumur 15 tahun- Ia bernama Hiang Tin, pelayan
dari puterinya. Ia sangat disayang karena anak itu menurut
sekali- Malah ada ingatan Tan Him dan isterinya, angkat ia
menjadi anak angkatnya. Sayang, sebelum matannya Tan Him dan nyonya terkabul,
anak itu sekarang sudah menjadi korbannya si Hantu Ketawa-
Sedih hatinya tan Him hingga keluar air mata.
Ia memberanikan hati maju ke depan dan berlutut di depan
si Hantu Ketawa, katanya,
"Mo-ong, harap Mo-ong punya murah hati supaya
membebaskan budakku itu..."
"Hahaha........ hahaha.....!" Thoat Beng Mo Siauw ketawa.
"Sekali wanita jatuh ke tangan
Mo-ong, tidak akan terlepas pula !"
Tan Him sangat sayang kepada Hiang Tin, mendengar
jawaban si Hantu Ketawa ia menjadi nekad- Dengan jurus
Kie~eng-pok-toUw atau 'Elang lapar menyambar kelinci', Tan
Him coba rampas Hiang Tin dari pond0ngan Thoat Beng Mo
Siauw. Tentu saja percobaan Tan Him gagal sebab dengan satu
kebasan tangan baju saja Tan Him terpukul mundur-
Melihat Tan Him berlaku nekad, saudara-saudaranya yang
lain pun ikut-ikutan nekad. Mereka dengan serempak
menerjang pada si Hantu Ketawa.
"Hahaha____ hahaha----!" Thoat Beng Mo Siauw ketawa
gelak-gelak melihat Lima Harimau
bergerak menerjang kepadanya. Kemudian badannya


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkelebat, entah bagaimana ia geraki tangannya tahu-tahu
semua harimau telah jatuh duduk dengan pundaknya
dirasakan kesemutan. Rupanya kena ditotok oleh si Hantu
Ketawa. Hebat kepanaiannya si Hantu Ketawa. Dalam segebrakan
saja sudah menjatuhkan Suyangtin Ngo Houw yang
kepandaiannya lumayan juga.
"Untuk kelakuan kalian yang kurang ajar sebenarnya Moong
hendak menghukum mati. Tapi biarlah kali ini Mo-ong
kasih ampun. Kalau lain kali berani lagi kurang ajar di depan
Mo-ong, jangan harap kalian dapat hidup lama !"
Kie Giok Tong dan saudara-saudaranya tidak bisa kata
apa-apa. Memang mereka tak dapat berkata apa-apa karena
kena ditotok. Mereka hanya mengawasi berlalunya si Hantu
Ketawa dengan membawa Hiang Tin.
Lama juga mereka harus menanti totokan si Hantu Ketawa
bebas dengan sendirinya. Mereka jengkel bukan main kena
dijatuhkan demikian mudah oleh si Hantu Ketawa. Untung
mereka tidak tersiksa lama karena tiba-tiba ada datang dua
bintang Penolong. Mereka itu ada dua kakek yang wajah dan potongan
badannya sama, rupanya mereka saudara kembar. Mereka
telah membebaskan totokan Thoat Beng Mo Siauw hingga Kie
Giok Tong dan kawan-kawan menjadi sangat berterima kasih
kepada dua kakek itu. Mereka perkenalkan diri sebagai Siam-say Ji~lo (Dua orang
tua dari Siam-say), gurunya Siam-say Jie Liong yang telah
tewas ditangannya Thoat Beng Mo Siauw.
Girang hatinya Suyangtin Ngo Houw dapat bertemu dengan
gurunya Siam-say Jie Liong.
Sepasang kakek kembar itu diundang masuk ke dalam
bangunan tempat berapat dimana Kie Giok Tong dan kawankawan
menjadi kaget karena melihat sekarang penerangan
lilin telah menjadi terang kembali. Entah siapa yang telah
memasangnya kembali. Kie Giok Tong dan kawan-kawan
tidak sempat memperhatikan itu karena kegirangan atas
kedatangannya Siam-say Jie-lo. Mereka mengharap kalaukalau
sepasang kakek itu dapat mengatasi kepandaiannya
Thoat Beng Mo Siauw. Sangat hormat memperlakukan dirinya
sepasang kakek itu. Siamsay Jie-lo memperkenalkan namanya Lim Teng dan
Lim Keng, dua saudara kembar.
"Kedatangan Jiwie Lim-heng sungguh tidak kebetulan,
kalau siangan sedikit pasti akan ketemu dengan si Hantu
Ketawa yang telah membunuh mati Siamsay Jie Liong."
berkata Kie Giok Tong seraya menghela napas.
Dua kakek ini menyatakan menyesalnya. "Kami datang
kemari menyusul dua murid kami-" berkata Lim Teng. Mereka
ada jago-jago muda yagn kepandaiannya lumayan juga. Cuma
kalau dihadapi kepada si Hantu Ketawa sudah tentu bukan
tandingannya. Maka itu, ketika kami mendengar mereka
hendak menyatroni sarangnya si Hantu Ketawa, lekas-lekas
kami menyusul ke sini. Tapi siapa tahu kedatangan kami
sudah terlambat dan dua muridku itu telah mati di tangannya si
Hantu Ketawa yang kejam !"
"Baik juga kalau Jiwie hendak menyambangi kuburannya
Siamsay Jie Liong." kata Kie Giok Tong. "Akan kami antarkan
Jiwie ke sana." "Terima kasih Kie-heng. Besok akan kami berziarah ke
sana." sahut Lim Teng.
Sebetulnya Kie Giok Tong dan saudara-saudaranya takut
membicarakan halnya Thoat Beng Mo Siauw yang telah
mengancam kepada mereka. Namun mereka sangat
penasaran sekali, maka mereka tidak sungkan-sungkan
membicarakan halnya si Hantu Ketawa kepada Siamsay Jielo
dan menunjukkan sarangnya di Pek-kut-nia.
Mereka ceritakan kekejaman si Hantu Ketawa dan
untuknya setiap tanggal 16, penduduk harus menyediakan
satu gadis cantik- Sampai waktu itu sudah ada 4 gadis cantik
yang telah disajikan kepada Thoat Beng Mo Siauw, tidak
terhitung Hiang Tin, budaknya Tan Him yang cantik dan baru
saja umurnya 15 tahun. Siamsay Jie-lo geleng-geleng kepala mendengar
kekejaman si Hantu Ketawa.
"Manusia jahat itu memang pantas dibasmi. Sayang
muridku yang paling benci sama kejahatan demikian tidak bisa
menahan napsunya. Coba kalau dapat menunggu beberapa
hari disini, kita bisa bersama-sama pergi ke sana
membasminya." kata Lim Teng.
"Bagaimana kalau kita sama-sama kesana ?" tanya Lim
Keng kepada Kie Giok Tong dan saudara-saudaranya, yang
mana dijawab dengan gelengan kepala oleh mereka.
"Bukannya kami tidak mau bersama-sama Jiwie kesana,
lantaran kami telah terima ancaman keras dari si Hantu
Ketawa. Kalau kami muncul terang-terangan dengan Jiwie,
amarahnya si Hantu Ketawa jadi meluao. Kalau kita dapat
mengatasi kepandaiannya yang hebat itu, tidak apa. Tapi
kalau umpamanya pihak kita gagal, habislah serumah tangga
kami. Maka itu, harap Jiwie tidak menjadi kecil hati." demikian
Kie Giok Tong mewakili saudara-saudaranya menjawab
ajakannya Lim Keng. "Tidak apa, tidak apa." menyelak Lim Teng. "Kami berdua
juga sudah cukup ke sana untuk menuntut balas murid-murid
kami yang telah dibinasakan."
Pasang omong telah dilakukan lebih jauh dengan kurang
gembira. Besokannya dua kakek itu ziarah ke makamnya Siamsay
Jie Liong. Mereka senang melihat kuburan dua muridnya
diatur baik, untuk mana mereka menghaturkan terima kasih
kepada Kie Giok Tong dengan saudara-saudaranya.
"Kie-heng dan saudara-saudara sekalian demikian
memperhatikan kepada kuburan dari dua murid kami.
Sungguh kami harus membilang banyak-banyak terima kasih-"
kata Lim Teng. "Itulah ada kehalusan dari kami, menghormat kepada
mereka yang telah berkorban untuk keamanannya
Suyangtin..." jawab Kie Giok Tong merendah-
Pada hari itu juga Siamsay Jie-lo telah pamitan kepada Kie
Giok Tong dkk untuk mereka menyatroni Pek-kut-nia-
Kie Giok Tong dkk telah memberi nasehat supaya mereka
berhati-hati karena disana bukan saja si Hantu Ketauia yang
kepandaiannya sangat tinggi? tapi masih ada lagi anak
buahnya yang berkepandaian tinggi-tinggi.
Lim Teng dan saudaranya mengucapkan terima kasih atas
semua nasehat itu. Perjaianan ke Pek-kut-nia tidak semudah yang diduga
sebab dua kakek she Lim itu harus menempuh perjalanan
yang bulak biluk dan hanya dengan pertolongan dari tukang
cari kayu baru dapat mendekati Pek-kut-nia"
Sebagai jago Kangouui kapakan, Siamsay Jie-lo ada
sangat hati-hati dalam menempuh perjalanannya. Maka tidak
sampai mereka masuk dalam jebakan musuh. Meskipun
demikian, mereka harus melewati beberapa rintangan yagn
diatur oleh si Hantu Ketauia sebelumnya mereka dapat
bertemu dengan Thoat Beng Mo Siauw.
Dengan mengandalkan kepandaiannya yang tinggi,
Siamsay Jie-lo dapat menyisihkan rintangan-rintangan yagn
kuat dan akhirnya bisa juga ketemu dengan Thoat Beng Mo
Siauw. "Hahaha.--. hahaha..... !" si Hantu "etawa gelak-gelak
ketawa ketika berhadapan dengan
dua kakek she Lim itu. 'Tamu-tamu datang harus disambut !
Mari kita menyambutnya ! '
Si Hantu Ketauia telah mengajak dua jago yang menjadi
kaki tangannya untuk menghadapi Siamsay Jie-lo.
"Jiuii datang menghadap Mo-ong ada urusan apa ?" tanya
si Hantu Ketawa. Sepasang kakek kembar itu tidak menyahut?
hanya hidungnya mendengus.
"Hahaha..... hahaha \" ketauia Thoat Beng Mo Siauui. "Di
depan Mo-ong mau banyak lagak " Betul-betul Jiwi tidak tahu
bakalan mampus I" "Belum tentu kami yang mampus, mungkin kau sudah dekat
ajalnya !" jauiab Lim Keng mendahului saudaranya menjawab
kata-kata si Hantu Ketauia yang menghina itu.
"Kalian mau apa menghadap M0-ong " Kenapa kalian bikin
susah kepada orang-orangku dan diantaranya ada yang mati
karena perbuatan kalian ?"
"Hehehe, ada yang mati sudah wajar karena mereka tidak
tahu diri menghalang-halangi perjalanan kami. Sekarang, kami
hendak minta ganti jiwa atas kematian dari kedua murid kami
yang mati ditangan kau \" berkata Lim Teng lantang.
"Hahaha.____ hahaha ! Ganti jiwa " Ganti jiwa untuk siapa
?" tanya si Hantu Ketawa.
"Ganti jiwa untuk dUa murid kami yang kau sudah
binasakan !" sahut Lim Teng.
"Hahaha... hahaha... ! Ganti jiwa buat apa " Kalian sudah
membunuh-bunuhi beberapa orang kami. flpa tidak cukup
untuk dipakai ganti jiwa ?"
"Hm ! flku minta jiwamu, Setan Ketawa \" bentak Lim Teng-
"Hahaha____ hahaha. | Mana orang, lekas tangkap dua
bangsat ini !" srunya kepada
orang-orangnya. Dengan segera yang dipanggil sudah
datang serentak. Ternyata mereka terdiri dari orang-orang yang berbadan
kuat dan bengis-bengis wajahnya. Mereka rupanya khusus
digunakan diwaktu menggertak orang.
Sepasang kakek itu tidak keder kelihatannya, karena
mereka ketawa dengan tenang-tenang saja melihat dirinya
dikurung. Hanay tangannya masing-masing siap mencabut
pedang- "Kalian sudah berada dalam lubang macan, berani banyak
lagak ?" bentak Thoat Beng Mo Siauw yang kemudian gelakgelak
ketawa- Rupanya gelaran Thoat Beng Mo Siauw tepat benar
untuknya sebab setiap perkataannya kalau
tidak didahului dengan ketauia gelak-gelaknya, adalah
buntutnya disusul oleh ketauianya yang menyeramkan.
"Setan Ketauia !11 bentak Lim Teng. "Setelah kami datang
kemari, tidak akan meninggalkan tempatmu sebelum
membawa kepalamu !" "Uladuh? hebat benar nyalinya orang ini. Siapa kalian ?"
tanyanya, disusul oleh ketawa seramnya.
"Kau kenali sebelum mampus ! Kami berdua ada orang she
Lim dan mendapat gelaran Siamsay Jie-lo dari dunia sungai
telaga (Kang-Ouw). Hari ini Siamsay Jie-lo datang kemari
hendak mengambil kepalanya si Setan Ketawa."
"Hahaha---- hahaha... ! Mana orang, lekas tangkap mereka
!" serunya, disusul oleh
menyerbunya kira-kira 10 orang ke arah Siamsay Jie-lo.
Sepasang kakek itu sudah siap sedia. Maka ketika melihat
gelagat tidak baik, sudah lantas pada mencabut pedang
masing-masing. Pertempuran segera terjadi dengan seru
sekali, dua iauian sepuluh. Ternyata Siam-say Jie-lo bukan
nama kosong. Mereka telah kasih lihat ilmu pedangnya yang
hebat sekali, menusuk ke kiri dan kanan tanpa ampun lagi
membikin orang-orang yang mengerubuti menjerit kena
dilanggar pedang. Melihat 10 orang mengeroyok masih belum dapat
menangkap Siamsay Jie-lo, Thoat Beng Mo Siauui
perintahkan 2 orang kuat di kiri dan kanannya untuk turun
tangan membantu. Dengan turunnya dua orang kuat itu, telah membikin repot
pada sepasang kakek itu. Thoat Beng Mo Siauw tampak duduk diatas mimbar dengan
ketawa berkakakan melihat sepasang kakek dari Siamsay itu
dikeroyok anak buahnya. Sungguh hebat perlawanan dari Siamsay Jie-lo. Cuma saja
mereka dikeroyok oleh orang-orang pilihan dari si Hantu
Ketawa. Maka Pelan-pelan kelihatan mereka keteter dan main
mundur saja bertempurnya.
Dilihat jalannya pertandingan demikian, Thoat Beng Mo
Siauw sudah meramalkan lnO persen kemenangan ada
dipihaknya, meskipun sepasang kakek itu sangat tangkas
bertempurnya. Makin gencar ketawanya si Hantu Ketawa
melihata anak buahnya mendesak lawannya. Namun dilain
saat si Hantu dibuat terbelalak matanya ketika melihat
sepasang kakek itu merubah cara bersilatnya dan balas
menyerang kepada lawannya dengan nekad sekali. flda
beberapa orang yang roboh kena ditusuk pedangnya si kakek
dan merintih kesakitan. Sepasang kakek itu tambah semangat melihat banyak
lawannya yang dirobohkan.
Tapi mereka kaget sekali ketika mendengar Thoat Beng Mo
Siauw bersiul nyaring dan 10
orang pula telah muncul menggantikan mreka yang sudah
kepayahan mengeroyok Siamsay Jie-lo. Tentu saja Siamsay
Jie_lo jadi kewalahan- Diam-diam mereka mengeluh harus melayani tenaga baru.
Namun mereka ada tokoh-tokoh kelas satu, tidak gampanggampang
mundur. Mereka telah pertunjukkan kepandaiannya
hebat sekali sehingga orang-0rang baru terpukul mundu dan
ada beberapa orang yang roboh karena disambar pedangnya
sepasang kakek jagoan itu.
"Hahaha.... hahaha... ! Semua mundur !." seru Thoat Beng
Mo Siauw nyaring. Seruan itu berpengaruh benar sebab dengan serentak
mereka pada lompat mundur dari kalangan Pertempuran.
Kenapa si Hantu Ketawa meneriaki orang-orangnya
mundur " Itulah karena ia melihat tidak ada gunanya orangorangnya
itu, mereka tidak bisa merobohkan sepasang kakek
dari Siamsay. Ia hendak maju sendiri melayani dua kakek
jagoan itu. Seruan si Hantu Ketauia untuk orang-orangnya mundur
membikin sepasang kakek itu heran. Meskipun ada beberapa
orang yang dirobohkan, tetap mereka sebenarnya ada diatas
angin dan lambat laun dapat membikin mereka (kedua kakek)
ambruk sendiri perlawanannya karena kelelahan bertempur.
"Hahaha...... hahaha.... !" ketauia Thoat Beng Mo Siauui
setelah orang-orangnya pada
mundur. "Kalian bukankah menghendaki kepalaku " Mari


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kita main-main beberapa jurus. Kalau kalian menang dengan
rela aku hadiahkan kepalaku. Sebaliknya, kalau kalian kalah
sudah tentu aku juga menghendaki kepala kalian. Ini toh
pantas bukan ?" Lim Teng marah betul. Ia menyahut, "Hal itu untuk apa
dikatakan pula " Kalau tidak kami yang mati, kau yang
mampus ! Mari kita menentukan siapa kuat \"
"Hahaha____ hahaha ! Mana golok 7" kata si Hantu
Ketauia. Sebentar saja orangnya telah menyerahkan golok besar
yang biasa dipakai oleh si Hantu Ketawa. Dilihat dari besarnya
golok, pasti bobotnya ada sangat berat dan dalam tangannya
Thoat Beng Mo Siauw, senjata itu dicekal seperti mencekal
golok-golokan dari kayu saja entengnya. Sungguh hebat
tenaganya si Hantu Ketauia. Mau tidak mau telah membuat
kedua kakek itu mengeluh juga dalam hatinya.
Setelah mengebaskan goloknya beberapa kali sehingga
mengeluarkan suara mengaung, Thoat Beng Mo Siauw
berkata, "Sahabat-sahabat, marilah kita mulai !"
Siamsay Jie-lo sangat benci pada si Hantu Ketawa. Tidak
heran kalau dengan tidak banyak cakap mereka telah
menyerang dengan berbareng kepada lawannya.
Mereka bertempur dengan ramai sekali disaksikan oleh
banyak penonton, ialah anak buahnya si Hantu Ketawa.
Masing-masing bersorak membatu semangat untuk
cukongnya. Thoat Beng Mo Siauw telah mainkan goloknya dengan
tenang sekali, hal mana menunjukkan bahwa si Hantu Ketawa
bukannya orang kuat sembarangan.
Kalau tadi dikeroyok oleh belasan orang, Siamsay Jie-lo
masih dapat bernapas dan balas menyerang merobohkan
lawannya, kali ini menempur si Hantu Ketauia seorang
beratnya bukan main. Pedang mereka tak dapat dipakai
membentur goloknya si Hantu Ketauia yang sangat berat
bobotnya. Maka saban-saban mereka mengelakan beradunya
senjata. Hal mana sebenarnya ada satu kerugian untuk
mereka. Dengan begitu, bebaslah golok si Hantu Ketawa
menyerang sana sini. Benar-benar si Hantu Ketawa sangat lihai. Beberapa
serangan maut dari Siamsay Jie-lo semuanya dapat
dipunahkan dengan seenaknya saja.
Meskipun berkali-kali mereka dapat elakkan pedangnya
jangan sampai beradu dengan goloknya si Hantu Ketawa,
akhirnya toh bentrok juga dan pedang Lim Teng terlepas dari
cekaiannya, ia rasakan ngilu sekali tangannya. Di lain pihak
Lim Keng yang hendak menolongi saudaranya juga
pedangnya dibikin terbang oleh si Hantu Ketawa sampai
badannya Lim Keng gemetaran menahan rasa ngilu di seluruh
badannya. Mereka berdiri bengong mengawasi kepada Th0at Beng Mo
Siauw yang berdiri dengan ketawanya yang menyeramkan.
Tampik sorak riuh rendah kedengaran nebat sekali memuji
kemenangan Thoat Beng Mo Siauw, sementara Siamsay Jielo
hanya berdiri dengan tundukkan kepala.
Orang-orangnya si Hantu Ketauia tanpa mendapat perintah
lagi sudah menubruk Pada Siamsay Jie-lo dan masing-masing
kedua tangannya ditelikung dengan tali yang kuat.
Mereka dengan galak menggampar dan menendangi
sepasang kakek pecundang itu.
Mendapat Perlakuan yang sangat menghina itu, Siamsay
Jie-lo tidak bisa membalas. Mereka terima nasib dirinya
diperhina oleh orang-orangnya Thoat Beng Mo Siauw.
"Kalian memasuki mereka ke dalam tahanan \" memerintah
si Hantu Ketauia, sebagaimana biasa kata-katanya itu telah
disusul oleh ketawanya yang menyeramkanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka dijebloskan ke dalam tahanan yang sangat buruk
keadaannya. Kalau lama-lama mereka ditahan disitu, mungkin
akan mati konyol tidak tahan dengan baunya yang
memuakkan. Apa yang menyiarkan bau busuk itu " Entahlah.
Tapi yang terang bagi Siamsay Jie-lo kamar tahanan itu akan
mengundang penyakit dan mereka akan mati konyol.
Sedih hatinya dua jagoan kolot itu- Tapi apa mau dikata.
Mereka sudah bertekad bulat untuk membalas kematian sang
murid. Tapi gagal dan akhirnya mereka harus menerima
penghinaan yang belum pernah mereka alami.
Pada waktu sore mereka menerima ransum makanan yang
jelek sekali, lebih jelek dari makanan binatang babi. Tentu saja
mereka tak dapat makan. Rasanya, meskipun mereka dikasih
makanan enak juga tak dapat mereka makan karena keadaan
dalam kamar tahanan yang buruk dan bau itu. Bagaimana
orang dapat makan dengan bebas kalau disampingnya ada
bau busuk yang menusuk hidung "
"Koko, apa kita harus terima nasib begini saja ?" tanya Lim
Keng, sang adik. Lim Teng menghela napas panjang.
"Saban hari kita terima makanan tapi kita tidak makan.
Terang lama-lama kita akan mati kelaparan." berkata pula Lim
Keng. "Sebisanya kita pertahankan hidup kita untuk belakang
kali melakukan pembalasan kepada si Hantu Ketawa-"
"Pembalasan..." menggumam Lim Teng-
"Ya, pembalasan- Apa kok mau bikin habis saja sakit hati
kita dan dua murid kita yang
telah mendahului kita "Adik Keng, soal mati hidup kita dalam kamar tahanan ini
masih suatu pertanyaan. Bagaimana kau memikirkan
pembalasan ?" kata sang kakak dengan lesu.
Lim Teng kelihatannya sudah putus harapan, sebaliknya
dengan adiknya masih ingin hidup dan melakukan
pembalasan untuk sakit hati yang mereka telah alamkan.
Lim Keng membujuk keras untuk bikin saudara tuanya tidak
putus harapan dan semangatnya terbangun. Ia berhasil sebab
pada hari-hari berikutnya Lim Teng mau juga menelan
beberapa suap makanan jelek yang disajikan untuk mereka.
Itu hanya sekedar untuk menahan jangan mereka mati
kelaparan. Satu minggu mereka disekap dalam tahanan itu sampai
badannya kurus, namun semangatnya hidup. Mereka yakin
akhirnya mereka akan dapat keluar dari kamar tahanan yang
busuk itu untuk kemudian melakukan pembalasan kepada si
Hantu Ketauia. Sebenarnya itu ada pengharapan kosong. Tidak mungkin
mereka dibebaskan dari kamar tahanan yang buruk itu
kemudian melakukan pembalasan. Yang lebih mungkin adalah
mereka lambat laun habis tenaganya dan mati konyol- Tapi,
sang nasib maunya lain. Pengharapan mereka seakan-akan
telah dikaburkan. Demikian pada suatu hari mereka telah dikeluarkan dari
kamar tahanan yang buruk itu dibawa menghadap pada Thoat
Beng Mo Siauw. Tampak si Hantu Ketawa duduk diapit oleh dua jagoan
yang menjadi kaki tangannya.
Keren sekali kalau melihat Thoat Beng Mo Siauw duduk
dikursi kebesarannya, apalagi saban-saban terdengar suara
ketawanya yang menyeramkan bulu badan-
Di depan si Hantu Ketawa, Siamsay Jie-lo disuruh berlutut.
Namun mereka membantah hingga kepaksa lututnya digedor
sama pentungan yang membuat akhirny mereka berlutut juga
diluar keinginannya. "Hahaha____. hahaha.... ! Siamsay Jie-lo, sudah satu
minggu kalian mendekam dalam kamar
tahanan. Bagaimana kalian rasakan " Enak tidur, senang
bergerak ?" Siamsay Jie-lo tidak menyahut, hanya menundukkan
kepalanya saja. "Hahaha..... hahaha..... ! Siamsay Jie-lo, Mo-ong mau kasih
jalan hidup asal kalian suka
menjadi pembantu Mo-on, bagaimana ?"
Lim Teng dan Lim Keng saling awasi satu dengan lain
sejenak, baru Lim jeng menyahut, "Asal Mo-ong suka kasih
kebebasan pada kami? mau disuruh apa juga kami akan
menurut perintah Mo-ong !" "Hahaha-... hahaha.-...! Bagus, bagus, mulai sekarang
kalian dibebaskan dan menjadi pembantu Mo-ong. Asal kalian
dapat menunjukkan jasa dalam Pekerjaan kalian pasti Mo-ong
tidak akan melupakan !"
Atas perintah Thoat Beng Mo Siauw, orangnya telah
membebaskan Siamsay Jie-lo dari ikatan tangannya.
Kemudian lututnya yang dibikin lemas barusan oleh pentungan
telah diobati dan mulai hari itu Siamsay Jie-lo telah menjadi
orangnya Thoat Beng Mo Siauw, sehari-hari galang gulung
dengan kawanan penjahat. Siamsay Jie-lo mau menjadi budaknya si Hantu Ketauia
bukannya ingin hidup senang. Mereka mau merendah lantaran
ingin membebaskan diri dari pengaruh si raja iblis. Pikirnya,
kalau mereka menolak tawaran si Hantu Ketawa, terang
mereka akan dijebloskan pula dalam tahanan yang buruk itu,
sampai kapan mereka dapat merdeka " Sebaliknya kalau
terima tawaran, keuntungan bagi mereka menemukan banyak
kans untuk dapat melarikan diri dan mewujudkan cita-citanya
menuntut balas pada Thoat Beng Mo Siauw yang gagah
perkasa itu. Siamsay jie-lo selalu diintip gerak geriknya oleh mata-mata
dari si Hantu Ketawa, namun mereka bisa bawa diri sehingga
lama-lama kecurigaan atas dirinya menjadi lunak.
Hampir saban minggu orangnya telah membawakan
perempuan cantik untuk Thoat Beng Mo siauw
bersenang-senang. Wanita-wanita yang menjadi korbannya
itu hanya seminggu ditangannya si raja iblis kemudian
dioperkan kepada orang-orangnya yang disayang. Terutama
kaki tangannya yang diandalkan, sering mendapat hadiah
lebih dahulu dari yang lainnya-
Malah Siamsay Jie-lo juga pernah ditawari wanita bekas
kaki tangannya si raja iblis, akan tetapi dengan halus mereka
men0lak dengan alasan mereka sudah tua, tidak suka plesiran
dengan orang perempuan. penghidupan dalam kekuasaan Thoat Beng Mo Siauw
sebenarnya memuakkan dalam ukuran hidupnya dua kakek
dari Siamsay itu. Namun mereka tak dapat berbuat apa-apa
sebab masih belum ada kesempatan untuk angkat kaki dari
situ. Wanita-wanita yang menjadi korbannya Thoat Beng Mo
Siauw ada juga yang bunuh diri setelah dinodai tapi
kebanyakan mereka pada temahai hidup dan rela menjadi
bola bundar dioper ke sana sini sehingga tabiatnya berubah
menjadi genit dan merupakan wanita 'p' yagn sangat
memuakkan. Pada suatu hari, menggunakan kesempatan Thoat Beng
Mo Siauw sedang keluar dengan beberapa jagoannya,
Siamsay Jie-lo telah angkat kaki dari situ. Namun
Perbuatannya telah diketahui oleh mata-mata si Hantu Ketawa
hingga terjadi pengepungan ramai.
Siamsay Jjie-lo telah mengamuk dan membunuh banyak
orangnya Thoat Beng Mo Siauw, namun
mereka tidak bisa lolos dari kepungan sehingga mereka jadi
nekad dan mengamuk mati-matian. Dengan badan berlumuran
darah, mereka telah dikejar oleh orang-orangnya si Hantu
Ketauia. Untuk menolong diri, dua kakek itu gunakan
ginkangnya. Benar lawannya dapat ditinggalkan, namun
keadaan mereka sangat payah. Di perjalanan Lim Keng tealh
ambruk kecapean- Kepaksa Lim Teng menolongi adiknya duu
sebelum meneruskan kaburnya. Hatinya sangat gelisah,
khawatir musuh keburu sampai dan mereka bakal mendapat
penghinaan yang bukan-bukan nanti.
"Koko, adikmu sudah tidak berguna lagi. Kau lekas lari
selamatkan diri. Di belakang kali
kau dapat menuntut balas dan adikmu di tempat baka juga
akan merasa senang.----"
demikian Lim Keng telah berkata kepada kakaknya.
"Tidak, kau harus hidup dan sama-sama nanti datang
kembali menuntut balas ! ' menghibur kakaknya dengan
berlinang-linang air mata.
Lim Keng bersenyum, "Sejak muda kita berkumpul samasama,
berkelana sama-sama dan dalam menghadapi suka
duka kita selalu bersama, tapi kali ini, aku harap kau tidak
bersama aku. Relakan kepergianku, pulang menemui murid
kita yang telah mendahului kita....."
Lim Teng menangis seperti anak kecil mendengar
perkataan adiknya. Makin gelisah hatinya karena sebentar lagi, musuh akan
sudah sampai disitu. Benar saja, begitu Lim Keng menarik napasnya yang
penghabisan, tampak banyak musuh mendatangi. Kepaksa
Lim Teng meninggalkan mayatnya sang adik, ia kabur seperti
kesetanan sehingga orang-orangnya Thoat Beng Mo Siauw
tak dapat menangkapnya. Mereka hanya boleh merasa puas
dengan mayatnya Lim Keng yang mereka bawa pulang ke
markas untuk dipakai bukti nanti Thoat Beng Mo Siauw
kembali dari kepergiannya.
Lim Teng dengan susah payah sampai juga di Suyangtin.
Orang yang melihat padanya telah melaporkan kepada lima
harimau yang segera pada datang menyambut Lim Teng yang
pakaiannya penuh darah, badannya banyak mendapat lukaluka.
Keadaannya payah benar. Maka ketika berjumpa dengan
Lima Harimau telah roboh terkulai saking lelahnya dan seluruh
badannya lemas terlalu banyak mengeluarkan darah. Kie Giok
Tong perintah orang-orangnya untuk menggotong Lim Teng ke
rumahnya, dimana Lom Teng ditolong sebagaimana mestinya.
Keadaannya jago tua itu sangat gawat, namun ia masih
daPat menceritakan pengalamannya kepada Kie Giok Tong
dkk dengan sangat jelas- Pada keesokan harinya Lim Teng telah menutup mata.
Kasihan, ia dapat meloloskan diri dengan meninggalkan
mayatnya sang adik, maksudnya belakang kali ia akan
membawa banyak teman untuk membalas sakit hati kepada
Thoat Beng Mo Siauw. Tapi kenyataannya tak dapat ia
berbuat apa-apa yang dicita-citakan karena badannya tidak
mengijinkan dan telah melepaskan napasnya yang penghabisan di rumahnya Kie


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Giok Tong. Lima Harimau sangat berduka atas kematiannya Siamsay
Jie-lo seperti juga kematiannya Siarrrsay Jie Liong (Dua naga
dari Siamsay). - 24 - Sejak itu tidak ada kejadian pula ada orang-orang gagah
yang datang dengan niat menumpas kejahatannya Thoat Beng
Mo Siauw. Suyangtin dapat mengalami keadaan aman dan
tentram, sebegitu lama penduduk memenuhkan peraturan
yang ditetapkan oleh Thoat Beng Mo Siauw ialah saban
tanggal 16 dikirim seorang gadis yang cantik jelita untuk si
Raja Iblis. Pada bulan itu adalah bulan keenam, dimana pilihan gadisgadis
telah jatuh kepada puterinya Teng Houw dari Suyangtin
Ng0-H0uw. Puterinya Teng Houw ada putri tunggal bernama
Leng Siong, umurnya baru 17 tahun, wajahnya cantik sekali-
Oleh karena menghadapi kehilangan puterinya pada tanggal
16 yang akan datang, maka mukanya Teng Houw selalu
bermuram durja, sangat duka akan kehilangan puteri
tunggalnya- Malah Leng Siong sendiri sekarang tengah menangis saja,
tidak mau dijadikan sajian Thoat Beng Mo Siauw.
Demikian ada penuturan Kie Giok Tong kepada Kim Wan
Thauto, Lo In dan Bwee Hiang, baru
tahu sekarang duduknya perkara. Maka Kim Wan Thauto
telah minta maaf untuk sikapnya barusan yang kasar.
"Kelakuan Taysu mana bisa disalahkan. Memang sebagai
sahabat baik Taysu pun ingin tahu duduknya urusan supaya
dapat membantu memecahkannya, bukan ?" berkata Kie Giok
Tong dengan muka berseri-seri, puas dapat menceritakan
halnya Thoat Beng Mo SiaUui kepada Kim Wan Thauto dan
dua saudaranya hingga Kim Wan Thauto tidak menaruh curiga
pula kepada Suyangtin Ngo Houw-
Penuturan itu sangat menarik sekali hatinya Bwee Hiang-
Pikirnya, "Thoat Beng Mo Siauw sangat jahat, banyak
meminta korban uiantia baik-baik- Kalau tidak buru-buru
dibasmi pasti akan menyusahkan pada kaum perempuan.
Sebaiknya aku berdamai dengan adik kecil, biar aku yang
gantikan Leng Siong dan adik kecil yang antar aku ke sana.
Kita berdua akan basmi kawanan jahat itu...
Matanya Bwee Hiang mengawasi kepada adik kecilnya,
disambut oleh L o In dengan menyeringai ketawa. Bwee Hiang
sudah hendak membuka mulut menyatakan pikirannya, namun
sudah didahului oleh Kim Wan Thauto yang berkata,
"Kesulitan yang dihadapi oleh Teng-heng bukannya tidak bisa
diatasi, cuma entahlah orangnya yang kita bisa andalkan suka
atau tidak campur urusan ini."
Kie Giok Tong terkejut. Ia menanya, "Orangnya siapa yang
Taysu maksudkan ?" Kim Wan Thauto tidak menjawab hanya ia ketauia ke
arahnya Lo in. Sekarang Kie Giok Tong mengerti akan kata-kata Kim Wan
Thauto tadi. Orang yang diandalkan itu adalah si Bocah Sakti.
"Kalau anak In suka menolong Teng-heng, urusan akan
beres sudah." kata si Thauto. "Biarlah adik kecil dengan aku
kesana..." menyela Bwee Hiang.
"Nah, ini baru betul." kata Kim Wan Thauto. "flnak In tidak
bisa bekerja betul tanpa anak Hiang yang mendorongnya.
Hahaha.... bagus, bagus____"
Bwee Hiang dan Lo In saling pandang dengan pikiran
masing-masing. "Taysu, kau mau atur bagaimana ?" tanya Kie Giok Tong
kepingin tahuTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku mau atur begini." jawab Kim Wan Thauto. "flnak Hiang
gantikan kedudukannya nona Leng Siong, sedang anak In
yang mengantarnya. Sampai di pek-kut-nia ketemu si Hantu
Ketawa, terserah pada pertimbangan dua anak itu. Aku rasa
dengan anak in dan Hiang kesana urusan Thoat Beng Mo
Siauui akan selesai sudah. Ia akan tinggal namanya saja. Aku
Percaya anak in dapat mengatasi kepandaiannya yang
dikatakan hebat." Kie Giok Tong saling lihati diantara saudara-saudaranya.
Teng HaUui ragu-ragu untuk menerima tawaran itu. Ia
masih meragukan kepandaiannya Lo In yang masih anak-anak
dan Bwee Hiang satu gadis cantik yang tidak ada apa-apanya
yang ditakuti, ia khawatir dua anak itu akan menjadi korbannya
si Hantu Ketawa yang kejam. Kalau sampai kejadian demikian,
bagaimana ia dapat mempertanggungjawabkan kepada orang
tuannya dua anak itu "
Sementara Teng Hauui dalam ragu-ragu, tiba-tiba Bwee
Hiang berkata, "Paman Teng, apa kau tidak keberatan ajak
aku menemui adik Leng Siong ?"
"Tentu, tentu, masa aku keberatan. Mari ikut aku nona
Hiang." kata Teng Hauw.
Bwee Hiang kedipkan mata kepada Lo In, seakan-akan
kode suruh si bocah menunggu padanya. Lo In hanya ketawa
nyengir melihat enci Hiangnya ikut Teng Hauw masuk ke
dalam, tapi lekas juga ia kaget sebab dengan perginya sang
enci ia jadi kesepian. Ia paling ogah kumpul-kumpul dengan
orang-orang tua. Bwee Hiang sementara itu sudah masuk dan menemui
nyonya Teng yang sedan berada di kamarnya sang puteri.
Leng Siong sendiri tenah menangis sambil memeluki bantal.
Teng Hauw memperkenalkan Bwee Hiang kepada istrinya
dan sebaliknya, kedua wanita itu saling merendah. Teng Hauw
keluar lagi menemui tamu-tamu yang lainnya.
"Anak Siong, kau jangan menangis saja. Lihat nih enci
Hiang datang menjenguk kau. Lekas bangun, malu ihh
menangis saja ada tamu !" kata sang ibu kepada puterinya.
Leng Siong kaget. Ia lempar bantal yang dipeluki menangis
tadi, lalu bangun dari pembaringannya menemui Bwee Hiang.
Nona Bwee Hiang lihat Leng Siong sangat cantik hanya
sayang kedua matanya pada bengul, rupanya saking
kebanyakan menagnis- Segera dua wanita itu berjabatan
tangan memperkenalkan diri, Bwee Hiang berkelakar, " Adik
Leng Siong, kau sangat cantik. Cuma kedua matamu itu pada
bengkak, jelek ihh !"
"Enci Hiang, kau bisa saja, orang jelek dikatakan cantik."
"Kalau gadis cantik macam adik Siong dikatakan jelek,
gadis yang bagaimana yang boleh dikatakan cantik 7"
"Gadis itu toh sudah ada disini....." sahut Leng Siong
ketawa mesem. "Siapa 7" tanya Bwee Hiang kepingin tahu.
"Enci Hiang sendiri..-" sahut Leng Siong ketauia cekikikan,
lupa barusan ia menangis terus-terusan.
Buiee Hiang tertegun sebentar. Pikirnya, anak ini pandai
benar membaliki duduknya urusan dan suka berkelakar-
Sungguh sayang kalau dijadikan mangsanya si Hantu Ketauia.
"Bagus, kau pandai memutar duduknya urusan." kata Buiee
Hiang ketauia- Leng Siong ajak Buiee Hiang duduk bersama diatas kursi
panjang. Ibunya Leng Siong masih duduk di tempatnya tadi- Ia
merasa suka kepada Bwee Hiang yang begitu bertemu
dengan anaknya sudah lantas seperti teman akrab saja.
"Adik Siong." kata Bwee Hiang. "Sebenarnya aku ingin
bertemu dengan kau, mau lihat keadaan kita berimbang atau
tidak. Sebab aku akan menggantikan kau menjadi korbannya
si Hantu Ketawa....."
"Enci Hiang !?" potong Leng Siong kaget.
"Apa kau bilang " Kau mau menggantikan aku menjadi
mangsanya si Hantu Ketawa " Oh, jangan, jangan- Aku tidak
mau orang berkorban untuk kepentinganku. Biarlah aku yang
tanggung sendiri......"
Legn Siong berkata sambil menangis sesenggukan.
Nyonya Teng sangat kasihan kepada anaknya yang telah
putus asa- "Anak Siong, encimu bukan betul-betul menjadi korbannya
si Hantu Ketawa. Ia hanya menggantikan kau untuk ke sana
membasmi si orang jahat itu......" menghibur Nyonya Teng.
Leng Siong terkejut. Rambutnya yang riap-riaP ia angkat
dan menatap wajahnya Bwee Hiang. "Enci." katanya. "Enci
mau kesana membasmi si Hantu Ketauia 7 Ah, tidak mungkin.
Kau secantik ini pergi ke sana sendirian, sama saja kau
mengantarkan jiwa." "Hihihi...-" Bwee Hiang tertawa ngikik.
"Kenapa kau tertawa, enci Hiang ?" tanya Leng Siong
heran. "Aku mentertawakan kau, adik Siong." sahut Bwee
Hiang. "Kau tertawakan aku, kenapa ?" tanya si gadis.
"Aku kesana bukannya sendirian, ada adikku yang
kepandaiannya begini !" kata Bwee Hiang
sambil acungkan jempolnya.
"Adikmu 7 Apa kepandaiannya lebih atas dari si Hantu
Ketawa ?" "Sudah tentu, adikku kepandaiannya susah diukur,
pendeknya kalau ia yang turun tangan, jangan hanya satu
Hantu Ketawa, biarpun ada sepuluh Hantu Ketauia pasti ia
akan tangkap semuanya. Hihihi
"Enci Hiang, kau jangan berkelakar untuk urusan kosong !"
kata Nona Teng. "Kenapa aku berkelakar dalam urusan
kosong, apa memangnya aku dapat keuntungan 7"
Leng Siong membenarkan jawaban Bwee Hiang. Ia merasa
barusan telah kesalahan omong dan khawatir menyinggung
hatinya sang teman baharu. Maka lantas berkata, "Enci Hiang,
kau jangan marah. Barusan akan kesalahan omong. Adikmu
itu tentu cakap romannya sebab kau sendiri begini cantik...."
Bwee Hiang terpingkal-pingkal ketawa mendengar adik
kecilnya dikatakan cakap-"Enci, kenpa kau tertawa begitu
enaknya 7" "Tidak apa-apa- Aku ketawa geli barusan kau mengatakan
adikku cakap." Memangnya adikmu itu berwajah jelek ?"
Ah, tidak- Cukup menarik kalau kau nanti melihatnya."
Enci Hiang, apa dia ada disini ?"
Ada. Kau mau berkenalan dengannya ?"
Tentu. Sebab dia mau menolong diriku dari cengkeraman si
Hantu Ketawa." "Baiklah, nanti aku panggil dia masuk."
Bwee Hiang permisi pada nyonya Teng keluar sebentar
memanggil adik kecilnya. Ketika Bwee Hiang sudah berlalu, buru-buru nyonya Teng
berkata, "Anak Si0ng, mereka segera akan datang. Mana
boleh pertemuan dilakukan di dalam kamar ini. Maka itu, lekas
dandan sedikit dan menyambutnya mereka di ruangan
tengah." Sang ibu berkata sambil bangkit dari duduknya dan keluar.
Leng Siong pikir kata-kata ibunya tadi memang benar,
maka dengan terburu-buru ia
bersolek dan tukaran pakaian akan kemudian keluar
menanti di ruangan tengah bersama ibunya. Benar saja tidak
lama Bwee Hiang dan Lo in masuk diantar oleh pelayan.
Leng Siong kaget melihat Lo In wajahnya hitam lega. Lebih
kaget lagi ketika ia diperkenalkan oleh Bwee Hiang, tiba-tiba
saja Lo in menubruk padanya sambil berkata, "Enci Eng Lian,
kau ada disini " Hm, diam-diam kau mengumpat disini ya,
membuat adikmu mencari setengah mati. Hahaha.-.-"
Lo In memeluk Leng Siong dengan keras hingga si nona
meronta-ronta minta tolong pada ibunya dan Buiee Hiang.
Ibunya Leng Siong menjadi kesima melihat adegan itu,
sedang Bwee Hiang juga sangat heran dengan tiba-tiba saja
adik kecilnya merangkul Leng Siong dan mengatakan si nona
ada enci Eng Liannya. Setelah hilang tertegunnya, Buiee Hiang cepat menarik
tangannya Lo In dan berkata, "Adik kecil, kau jangan membikin
maiu orang. Itu bukan enci Lianmu, dia ada puterinya paman
Teng. Hayo lepaskan pelukanmu !"
Lo in dengan perlahan-lahan melepaskan pelukannya, "Apa
benar kau bukan enci Lianku ?" kata Lo In seraya menatap
wajah Leng Siong yang kemerah-merahan jengah dipeluki
oleh laki-laki yang barusan saja dikenal.
"Aku bukannya enci l_ianmu..." sahut Leng Siong seraya
merapihkan pakaiannya yang kusut dan ambil tempat duduk
tidak jauh dari Bwee Hiang. Napasnya masih terengah-engah,
barusan mengerahkan tenaganya habis-habisan untuk
meloloskan diri dari pelukan Lo In, si bocah wajah hitam yang
kesalahan menerka orang. Lo In masih ragu-ragu atas keterangan Leng Siong, maka ia
mengamat-amati lagi wajah si nona yang cantik jelita hingga si
nona menjadi kemalu-maluan diawasi terus-terusan oleh Lo In.
Bwee Hiang di lain pihak merasa tidak enak hatinya atas
kelakuan Lo In tadi. "Adik kecil." tegurnya. "Lain kali jangan suka sembrono.
Kau lihat dulu yang tegas, gadis yang dihadapi ada enci
Lianmu apa bukan. Jangan main rangkul saja..."
Bwee Hiang menegur sambil tertawa terkekeh-kekeh,
hatinya tiba-tiba jadi geli mengingat kesembronoan Lo in tadi
sehingga Leng Siong menjadi ketakutan setengah mati.
"Aku masih penasaran, enci Hiang- Coba kau tolong
periksa, apa diatas alisnya yang sebelah kiri ada tanda tai lalat
tidak ?" memohon Lo In pada Bwee Hiang.
Bwee Hiang menurut. Ia minta periksa alisnya Leng Siong
yang sebelah kiri tapi tidak ada kedapatan tai lalat yang
dimaksudkan Lo In- "Adik kecil, benar-benar ia bukan enci Lianmu. Tanda tai
lalat dialisnya tidak ada."
Lo In manggutkan kepalanya. Dengan sopan ia bersoja
meminta maaf kepada Leng Siong, juga kepada ibunya yang
masih diam saja kesima. Nyonya Teng lihat Lo In, meskipun sifatnya agak liar namun
kelihatannya ia ada anak yang polos dan jujup, maka
kelakuannya tadi terhadap Leng Siong bukannya tidak ada
sebabnya-Maka ia lalu minta keterangan sedikit pada Lo In
tentang Eng Lian. Lo In menutupkan tentang pengawakan dan wajahnya Eng
Lian persis sama dengan Leng Siong, hanya itu tanda tai lalat
saja tidak ada pada Leng Siong. Ia sangat merindukan enci
Liannya yang sudah lama berpisahan, makanya tadi tanpa
sengaja ia telah merangkul Leng Siong yang disangkanya ada
enci Liannya. Nyonya Teng angguk-anggukkan kepalanya. Diam-diam


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hatinya bergoncang mendengar penutupan Lo In. Ia ingat
sesuatu yang ia tidak bisa jelaskan di depan anak-anak muda
itu. Setelah ia omong-omong sebentar, lantas meninggalkan 3
anak muda itu duduk kongkouw dengan asyiknya. Lo In sudah
melupakan kejadian barusan, sedang Leng Siong juga dapat
memahami kesalahan Lo In yang tidak disengaja. Ia malah
sekarang suka kepada si bocah nakal yang bisa berkelakar
dan mengitik urat ketauia.
Di lain pihak, Kim wan Thauto sudah merancangkan
maksudnya ialah Bwee Hiang duduk dalam tandu, di gotong
oleh dua orang diantaranya Lo in satu ikut menggotong- Bwee
Hiang akan diantar ke Pek-kut~nia dipersembahkan kepada
Thoat Beng Mo Siauw. Lima Harimau semuanya sudah mufakat, hanya tinggal
tunggu waktunya saja tanal 16.
Pada keesokan harinya Bwee Hiang dan Lo In dibawa ke
Giok Lie Teng (Peseban Bidadari) oleh Leng Siong, dimana
mereka bercakap-cakap dengan gembira. Kemudian Leng
Siong ajak dua kawannya untuk melihat-lihat kebonnya yang
luas. Dalam perjalanan Bwee Hiang menggodai Leng Siong,
katanya : "Adik Siong, tepat nama beseban ini dengan
orangnya yang suka datang menangin disitu-"
"Enci maksudkan bagaimana ?" tanya Leng Siong.
"Nama beseban bidadari, tepat benar sebab kau sendiri
seperti bidadari, adik Siong !" jawab Bwee Hiang ketawa
ngikik. "Enci Hiang, kau bisa saja-..." kata Leng Siong, tangannya
diulur mencubit. "Aduh ! Kenapa aku mencubit aku, adik Siong. Kalau mau
mencubit, cubitlah tuh adik kecil !" kata Bwee Hiang seraya
monyongkan mulutnya ke arah Lo In.
Lo In ketawa menyeringai, "Mana enci Leng Siong berani
mencubit aku, dia takut dirangkul !" L o In berkelakar.
Leng Siong kemerah-merahan wajahnya, matanya menatap
Lo In dengan gergetan. Terkejut hatinya Lo in melihat Leng Siong dalam sikap
gergetan itu, sebab Persis ia melihat Eng Lian kalau ia sedang
godai dan si nona penasaran menatap padanya dengan sorot
mata dan sikap seperti Leng Siong sekarang.
Segera juga mereka beradu Pandangan di luar tahunya
Bwee Hiang, keduanya terkejut dan pada melengoskan
pandangannya. Leng Siong menundukkan kepala sedang Lo
In pikirannya melayang-layang kepada enci Liannya.
Bwee Hiang yang memecahkan kesunyian, ia berkata,
"Mari kita duduk-duduk di bawah pohon itu yang teduh !"
Lo In mengiyakan, ia hanya mengikuti saja kemananya
kedua gadis jelita itu- Di lain saat mereka telah duduk-duduk
mengangin. Selama kongkouw, matanya Lo in ketarik oleh banyak kera
yang pada lelompatan dari satu ke lain cabang. Pikirannya
melayang-layang ke lembah Tong-hong-gay dimana ia
berkawan dengan kawanan kera dan si rajawali kapal terbangnya.
Lo In meninggalkan dua gadis yang sedang asyik
kongkouw itu dan menghampiri kawanan kera. Ia disambut
dengan har har dan wajah yang menakuti dari kawanan
monyet. Mereka seperti tidak senang didekati Lo In. Namun
setelah Lo in bicara dalam bahasanya, kawanan monyet itu
menjadi jinak dan berkumpul merubung si Bocah Sakti.
Lo In minta kawanan monyet itu tolong mencarikan buahbuahan
yang lezat untuk ia dan kawan-kawannya makan.
Kawanan monyet itu kegirangan dan berjanji akan mencarikan
buah-buahan yang dimaksudkan, setelah mana kawanan kera
itu telah bubaran lari serabutan ke beberapa jurusan dengan
masing-masing keluarkan suara cetcowetan yang ramai sekali.
Ketika Lo In putar tubuhnya hendak kembali, dibelakangnya
sudah ada Bwee Hiang dan Leng Siong sedang berdiri
mentertawakan kepadanya. 'Adik kecil, sungguh lucu sekali kau bicara barusan dengan
kawanan kera. Apakah mereka mengerti dengan bicaramu itu
7 Hihihi---- " tertawa Bwee Hiang.
Leng Siong ikut ketawa dan Lo In hanya ketawa nyengir.
"Kau katakan apa kepada mereka sehingga mereka pada
bubaran tumpang siur ?" tanya Bwee
Hiang kepada Lo In ketika melihat adik kecilnya hanya
ketauia nyengir saja. "Aku suruh mereka mencarikan bebuahan yang lezat untuk
kita makan." sahut Lo In.
"Bagus." kata Bwee Hiang. "Encimu mau lihat, aPa benar
mereka nanti membawakan bebuahan yang dimaksud.
Rasanya kawanan kera itu hanya main-main saja dengan kau,
adik Kecil." "Kau lihat saja nanti, enci Hiang." sahut Lo In.
Mereka kembali ke bawah pohon tadi, dimana mereka
meneruskan ngobrolnya- "Adik Leng Siong, adik kecil ini katanya pandai meniup
seruling mengundang ular. Apa kau tidak ingin mendengarnya
7" Leng Siong melirik pada Lo In dengan senyumnya yang
memikat-"APa benar, adik kecil ?" tanya Leng Siong.
"Bohong, enci Hiang hanya seenaknya saja berkata." sahut
Lo In- "Adik kecil, kau jangan bohongi lagi enci Leng Siong."
bantah Bwee Hiang. Lo In tidak menyahut, ia hanya ketawa nyengir.
"Adik kecil, sebagai tandanya persahabatan, apa salahnya
kau perdengarkan suara serulingmu untuk aku dengar."
berkata Leng Siong. "Hayo, jangan malas- Kalau nona rumah suruh, jangan
bandel !" menyela Bwee Hiang.
Lo In kewalahan didesak kedua gadis jelita itu. Maka ia
mencabut serulingnya dan ia mulai meniupnya dengan lagulagu
gembira. Kedua gadis itu pikirannya melayang-layang
mengikuti irama lagu gembira, tampak wajahnya berseri-seri.
Kapan irama lagu membiluk pada lagu yang tegang,
berubahlah wajah kedua gadis itu menjadi tegang dan serius
sekali. Yang paling hebat, kapan irama lagu seruling Lo In
sampai pada lagu yang sedih, dirasakan oleh kedua gadis itu
seperti hatinya disayat dan sangat sedih, maka berlinanglinanglah
air mata mereka. Ingin mereka menyetop Lo In meniup serulingnya, namun
merek tidak berdaya karena terbawa oleh ayunan lagu sedih
mencengkeram hatinya. Sampai terisak-isak kedengaran
mereka menangis mendengar irama lagu sedih dari seruling si
bocah nakal. Tiba-tiba suara seruling dihentikan, lenyaplah lagu sedih
itu- Tampak kedua gadis itu telah menyeka masing-masing
matanya yang penuh dengan air kesedihan.
"Sungguh hebat adik kecil kita !" memuji Buiee Hiang dikala
kegembiraannya telah balik kembali.
Leng Siong sementara itu telah mengawasi kepada Lo in
yang tidak menjawab pujiannya Bwee Hiang, malah
menundukkan kepalanya seperti yang menangis.
"Adik kecil, kau kenapa ?" tanya Leng Siong, melihat Lo In
diam saja. Lo In pelan-pelan angkat kepalanya dan memandang Leng
Siong. "Aku terkenang kepada enci Lian, entahlah sekarang dia
ada dimana." sahut si bocah seraya menyeka air matanya
yang berkaca-kaca- Leng Siong tundukkan kepalanya tatkala matanya Lo In
mengawasi saja pada wajahnya yang mirip Eng Lian.
"Kau ada begitu Perhatikan enci Lianmu. Pasti ada satu
waktu Tuhan akan pertemukan kau
dengannya- Tak usah kau sedihkan- Enci Lianmu pasti
dalam selamat____" menghibur Leng
Siong yang merasa sangat kasihan kepada Lo in.
"Biasanya adik kecil tidak cengeng kalau ingat akan enci
Liannya. Entahlah sejak dia melihat wajah adik Leng Siong,
sebentar-sebentar keingatan saja dengan enci Liannya."
nyeletuk Bwee Hiang sambil ketawa.
Leng Siong semu-semu merah wajah mendengar
perkataan Bwee Hiang. Bwee Hiang perhatikan perubahan Leng Siong yang rada
kikuk, maka ia alihkan pembicaraan, katanya, "Adik kecil, lagu
serulingmu hanya membuat orang sedih saja. Tidak ada
hasilnya apa-apa." "Siapa bilang tidak ada hasilnya ?" sahut Lo In.
"Kau kata, dengan lagu serulingmu akan dapat
mengundang kawanan ular. ' kata Bwee Hiang-Kalau itu apa
?" sahut Lo In sambil menunjuk ke depan.
Bwee Hiang dan Leng Siong memandang ke arah yang
diunjuk oleh Lo In. Tiba-tiba saja matanya kedua gadis itu
terbelalak ketakutan. Memang benar, tidak jauh dari mereka
ada berkumpul banyak ular kecil besar. Ada yang angkat
kepalanya dan menjulurkan lidanya, ada yang lugat legot
seperti yang berjoget, entah dari mana datangnya ular yang
jumlanya hitung ratusan- Bukan saja kawanan ular itu hanya berkumpul di sebelah
depan, tapi tampak disekitarnya juga hingga Lo in dan dua
gadis itu terkurung di tengah-tengah.
"Habis, bagaimana ini ?" keluh Leng Siong yang ketakutan.
"Nah, biarkan enci Leng Siong dikawani kawanan ular. Aku
dan enci Hiang bisa keluar dari kepungan mereka !" Lo In
menakut-nakuti si gadis yang sedang ketakutan.
Bwee Hiagn ketauia ngikik.
"Enci Hiang, kau jangan ketawa saja." tegur Leng Hiong
rada keras suaranya, rupanya ia jengkel. "Carilah daya supaya
aku dapat keluar dari sini."
"Kau jangan takut, adik Leng Siong-" menghibur Bwee
Hiang- "Disini ada jago cilik kita, apanya yang ditakuti 7"
"Aku tidak berdaya menghadapi bagitu banyak ular.
Bagaimana enci Hiang kata demikian ?" kata Lo In seperti
yang putus asa. Leng Siong yang tidak tahu sampai dimana kepandaiannya
Lo in telah menangis. "Adik kecil, kau mau suruh encimu dimakan ular ?" kata
Leng Siong sesenggukan menangis. "Biarlah, sebelum kau
dimakan ular akan kucakar dulu mukamu yang hitam legam
untuk melampiaskan penasaranku. Uh, uh, uh... "Leng Siong
menangis. Leng Siong mendekati Lo In dengan maksud mencakar
mukanya si bocah. "Adik kecil, kau jangan godai enci Lianmu
!" tegur Bwee Hiang ketawa.
Bwee Hiang sengaja menyebut namanya Eng Lian agar si
bocah muka hitam hentikan menggodai Leng Siong yang
benar-benar ketakutan melihat ular yang jumlahnya ratusan
itu. Benar saja Lo In terkejut. Ia ingat seketika itu pada enci
Liannya, dipandangnya wajah Leng Siong yang cantik sedang
menangis. Seraya Pegangi tangan Leng Siong yang hendak mencakar
mukanya, L0 in berkata, "Enci Leng Siong, kau jangan takut.
flku ada disini, keselamatanmu aku jamin...."
Lo In mencekal tangan yang halus lunak itu seraya matanya
mengawasi Leng Siong hingga si nona kembali pelongoskan
mukanya dan menunduk kemalu-maluan. Pikirnya, "Anak
hitam ini sudah tergila-gila sama enci Liannya. Makanya selalu
mengawasi saja wajahku yang mirip enci Liannya. Lama-lama
apa dia tidak menyulitkan diriku ?"
Tengah ia berpikir demikian, tiba-tiba dibikin kaget oleh
suara ketawa gelak-gelak dari luar lingkaran ular. Entah dari
mana datangnya sudah ada kira-kira dua belas orang yang
berdiri sambil tertawa ke arah mereka.
"Enci Hiang, itulah lawanmu. Lekas sambut ke sana !" Lo In
menganjurkan Bwee Hiang yang berdiri tertegun melihat ada
banyak orang laki-laki muncul dengan tiba-tiba.
Buiee Hiang paling gembira kalau disuruh bertempur. Maka
dengan tidak mengatakan apa-apa, ia enjot tubuhnya
mencelat melewati lingkaran ular dan tahu-tahu ia sudah ada
di depan dua belas laki-laki tadi. Dengan gagah ia menegur,
"Kalian siapa datang mengganggu kesenangan nonamu "
Lekas kasih tahu, supaya nonamu jangan kesalahan tangan
membunuh orang yang tidak bernama !"
Seorang diantara dua belas orang itu rupanya menjadi
pemimpinnya telah maju ke depan dan berkata, "Nona manis,
aku Hek-liong Gouw Cin mendapat perintah untuk menangkap
kalian. Maka kau jangan bikin Perlawanan. Menyerah saja,
karena dengan membikin perlawanan kau bisa dapat susah
dikeroyok kami ramai-ramai."
Bwee Hiang tertawa cekikikan.
"Kalian bangsa gentong nasi mau bikin susah pada nonamu
" Hm ! Kalian jangan ngimpi ! Mari, aku mau lihat kau orang
macam aPa berani mengacau disini !"
Bwee Hiang seorang gadis cantik dan lemah gemulai, tidak
disangka-sangka oleh Hek-liong Gouw Cin, si Naga Hitam,
berani menentang kepada mereka. Dalam gusarnya ia
membentak, "Budak liar, apa Bouui toaya tidak mampu tangkap kau ?"
Gouw Cin berkata seraya menyerang pada si n0na.
Kepandaian Bwee Hiang sekarang sudah hebat. Ia bukan
Bwee Hiang di jaman SuCoan Sanrsat menyerbu ke rumahnya
Liu Ulangwee. Ia sekarang mendapat pelajaran tinggi dari guru
kecilnya (Lo In)" Maka tidak heran kalau hanya dengan gepaki
saja sedikit badannya serangan si Naga Hitam menemukan
sasaran kosong. Si orang she Gouw heran. Kembali ia menyerang, sia-sia
saja. Malah entah bagaimana si nona bergerak tahu-tahu ia
sudah kena ditampar dua kali sehingga terputar. Bwee Hiang
ketawa ngikik melihat musuhnya terputar ditampar olehnya.
Sementara itu kawan-kawannya GoUw Cin tidak tinggal
diam. Dengan serentak mereka menyerbu dan mengurung
Buiee Hiang ditengah-tengah. Si nona tidak gentar, apalagi ia
tahu dibelakangnya ada guru ciliknya. Semangatnya menyala
dikeroyok banyak orang- Ia gunakan ginkangnya untuk berkelit dari seranganserangan
orang jahat itu. Di lain pihak, Leng Siong sangat mengagumi


Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepandaiannya Buiee Hiang yang bisa melesat tubuhnya
melebati lingkaran ular dan kini si nona sudah bertempur.
Ketika pandangannya beralih kepada Lo In, si nona terkejut
melihat ada dua orang yang mendekati Lo In
hendak membokong. Ia menjerit, "Adik In, awas !"
Saking ngeri Leng Siong pejamkan matanya. Ia menduga
adik kecil itu remuk kepalanya digempur oleh dua orang jahat
yang berbadan tinggi besar.
Leng Siong mencelos hatinya mendengar suara jeritan.
Pelan-pelan ia membuka matanya, kiranya yang menjerit
tadi bukannya Lo In, hanya kedua lawannya yang telah hancur
kepalanya dibenturkan satu dengan lain oleh jago cilik kita.
Sebelum Leng Siong menjerit kasih tahu ada bahaya, Lo In
sudah tahu bahwa ada dua orang hendakmembokong dirinya.
Maka dengan menggunakan kegesitannya ia berhasil
mencekuk dua orang itu lalu diadukan kepalanya hingga
hancur berantakan. "Adik kecil, kau tidak apa-apa ?" tanya Leng Siong cemas.
Lo In hanya ketawa nyengir, berbareng ia jumput sebuah
batu kecil. Begitu batu itu melesat ke atas, terdengar jeritan
orang dari atas pohon, menyusul badannya telah jatuh persis
di depan Leng Siong hingga si nona menjadi sangat kaget.
"Adik kecil !" serunya ketakutan.
Orang itu tidak berkutik karena kena ditotok oleh batu kecil
tadi. Namun di tangannya ada memegang senjata rahasia yang dekat meledak.
Leng Siong barusan saja memanggil adik kecil, Lo in
dengan gesit telah menyambar si nona ditarik dalam
pelukannya. Leng Siong kaget dan meponta-ronta dapi
pelukan Lo In, ia mengira si anak kecil mau main gila
terhadapnya. "Adik kecil, kau jangan begini terhadapku. Aku
bukannya Eng Lian..." keluhnya-
Berbareng terdengar suara 'Dar \' keras sekali hingga tanah
dimana Leng Siong duduk tadi menjadi berlubang. Si nona
leietkan lidahnya nampak kejadian itu, ia menatap wajahnya
Lo In yang ketawa kepadanya.
"Adik kecil, oh, kau sudah menyelamatkan encimu...." kata
Leng Siong seraya sesapkan kepalanya di dada Lo In yang
kecil. Sekarang si nona baru tahu maksud baik dari Lo In. Maka
ia sangat berterima kasih dan tidak meronta lagi, malah ia
sesapkan kepalanya di dada si jago cilik dengan roman yang
manja. "Enci Leng Siong, kau cantik seperti enci Lian..." bisik Lo In
Ilmu Ulat Sutera 12 Pendekar Naga Putih 56 Pembunuh Bayaran Kaki Tiga Menjangan 5
^