Pencarian

Budi Kesatria 19

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 19


tak ingin bergaul dengan pria manapun juga. Perduli kau akan
jadikan diriku sebagai selir atau dayang pokoknya aku tak
akan tinggalkan dirimu untuk selamanya, aku akan tetap
mempertahankan kesucian tubuhku hanya untuk toako
seorang. Kalau kita akan mati buat apa aku musti
mempertahankannya terus" Tadi aku punya pikiran untuk
mempersembahkan kepada toako, agar aku bisa mati dengan
hati tenang " "Aaah!! pikiran yang bukan2?"" tegur Siau Ling dengan
dahi berkerut. "Toako. bukankah engkau telah bsrjanji tak akan marah"
Apakah toako berharap agar aku membawa serta rasa cintaku
terhadap diri toako kedalam liang kubur?""
Terharu sianak muda itu setelah mendengar perkataan
tersebut, ia menghela napas panjang.
"Aaai..! Peng ji. persoalan paling penting yaog harus kita
pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya menghadapi
Shen Bok Hong, sebagai seorang manusia kita sudah
ditakdirkan sengsara dalam hidup tenang dalam kematian.
Kita manusia bukanlah pohon atau rumput yang tak
berperasaan. Demikian pula diriku, aku bukanlah seorang
manusia yang terdiri dari baja atau batu yang tak kenal rasa
cinta,..aaai! hanya saja, umat persilatan telah memandang
tinggi diriku, menaruh kepercayaan kepadaku, aku tak bisa
berdiam diri dengan begitu saja"
Ia berhenti sebentar dan kembali menghela napas panjang,
sambungnya kemudian: "Peng ji, engkau tentunya sudah kenal dengan Watakku
bukan" Setelah orang lain menaruh kepercayaan kepadaku,
maka akupun harus menggunakan segenap kemampuan yang
kumiliki untuk membantu mereka, membayar impas
kepercayaan yang telah mereka limpahkan kepadaku, aku
harus singkirkan pembuat bencana itu dari muka bumi, agar
dunia bisa pulih kembali dalam ketenangan dan kedamaian,
bila dunia telah aman dan tugasku telah selesai, saat itulah
kita baru punya kesempatan untuk menggalang cinta,
membina rumah tangga, punya anak dan hidup sebagai..."'
Pek-li Peng tertawa ujarnya :
"Toako. antara tugas dan cinta memang tak dapat
dilaksanakan secan bersamaan, salah satu diantaranya
memang harus dikorbankan, ....Aaai! ku akui, dahulu waktuku
memang terlalu berangasan dan terburu napsu, tapi sekarang
pikiranku telah terbuka. Aku dapat menyelami perasaan
hatimu dan akupun percaya dengan ketulusan hatimu...!"
"Dalam hal apa pikiranmu telah terbuka ?"
'Mengenai diri toako. Tidak pantas kalau toako monopoli
milikku seorang- nona Gak, Wu Yong bahkan Soh Bun. Siau
Hong semuanya mempunyai bagian atas dirimu.."
"Waduh..waaduuh Peng ji, perkataanmu makin lama
semakin melantur jauh kau keliru besar !"
Ia berhenti sebentar untuk tukar napas, kemudian
sambungnya lebih jauh : "Sejak kita bertemu tadi, banyak persoalan yang belum
sempat kuceritakan kepadamu, ada satu persoalan aku lupa
beritahu kepadamu." "Urusan apa"!"
"Mengenai nona Wu Yong.."
"Kenapa dengan Wu Yong?"
"Dia telah mati" jawab Siau Ling dengan sedih "bahkan
mati dalam keadaan yang mengerikan!"
"Bagaimana matinya?""
"Ia mati ditengah kerubutan Lima naga sakti. Sungguh
kasihan dara itu, setelah mati ternyata tiada peti mati yang
bisa digunakan untuk menyimpan jenasahnya. padahal ia
banyak membantu diriku"
"Apakah waktu itu toako juga hadir ditengah gelanggang?""
"Aku hadir pula disana, bahkan menyaksikan dengan mata
kepala sendiri akan kematiannya yang menggiriskan. Tapi aku
tak mampu memberi pertolongan!"
"Aaai .!! Kalau dibicarakan nasibnya memang patut
dikasihani, kemunculan dara itu beserta neneknya dalam
dunia persilatan baru beberapa bulan, tapi secara beruntun
mereka harus menemui ajalnya dalam keadaan yang
mengenaskan, kematian dari Wu popo sih tak perlu
disayangkan karena sudah terlalu banyak kejahatan yang
dilakukan. Tapi nona Wu Yong..Aaai, dia manis dan menarik
hati, sungguh kasihan kalau harus mati dalam keadaan
mengerikan" "Sesaat sebelum mati, ia telah tancapkan segenggam jarum
yang sangat beracun kedalam mata musuhnya yang melukai
dirinya itu, meskipun akhirnya dia harus mati tapi diapun
dapat membalas dendam bagi kematiannya sendiri"
Pek li Peng gelengkan kepalanya dengan sedih.
"Sebelum kutahu kalau dia telah meninggal, dalam aku
memang merasa agak benci terhadap dirinya, tapi sekarang
setelah mendengar tentang berita Kematiannya, aku ikut
bersedih hati atas nasibnya yang malang..aaai! Begitulah
manusia, makhluk yang paling aneh dikolong langit. !'"
Walaupun hawa panas masih menyengat badan, akan
tetapi Siau Ling berdua yang berendam dalam liang air sudah
tidak merasa tersiksa lagi. sebab meluapnya sumber air
tersebut menjaga kestabilan suhu dingin dalam kolam
tersebut, apalagi luapan air yang mengalir kebawah bukit sana
telah memadamkan pula kobaran api yang kebenaran di lewati
air tersebut, suhu panaspun kian lama kian menyurut
sehingga akhirnya makin menipis.
Siau Ling menengadah dan memandang jauh kebelakang,
ia lihat kebakaran yang terjadi dalam hutan sebelah depan
sana masih menggila dengan dahsyatnya, udara berubah jadi
merah, suasana benar2 mengerikan sekali
Menyaksikan kesemuanya itu dia menghela napas panjang,
katanya dengan lirih : "Andaikata engkau tidak menggali tepat diatas sumber
mata air, saat ini kalaupun tidak terbakar hangus paling sedikit
kita sudah mati karena panas tersengat suhu yang meninggi."
Pek-li Peng tertawa. "Toako, bagaimana sih ceritanya kok mendadak kau bisa
timbul pikiran untuk menebangi pepohonan yang tumbuh
disekitar tempat ini" Aaai...ayah dan ibu seringkali memuji
kecerdikanku, tapi sekarang kalau dibandingkan dengan
toako, rasanya aku masih selisih jauh sekali.. !"
"Ini hari kita bisa lolos dari ancaman bahaya kematian.
tanpa sadar telah mengingat kembali akan budi kebaikan dari
guruku dimasa lampau!"'
"Kenapa?" Siau Ling tertawa. "Sejak aku mulai belajar silat, suhuku seringkali
memberitahukan situasi mengenai dunia persilatan serta jago2
lihay yang pernah muncul dalam persilatan selama seratus
tahun belakangan, disamping itu suhupun menceritakan pula
tentang keistimewaan ilmu silat pelbagai partai dan perguruan
serta cerita2 ringan yang banyak mengungkapkan kecerdikan
manusia." "Lalu apa hubungannya cerita yang kau peroleh dari
gurumu dengan lolosnya kita dari marabahaya saat ini?""
"Tentu saja ada hubungannya, aku bisa menebangi kayu
disekitar sinipun karena mendadak teringat olehku akan cerita
ringan yang pernah dituturkan suhu kepadaku !"
"Bagaimana ceritanya" Maukah kau bercerita untukku?""
"Kalau dilihat keadaan disekitar kita. paIing sedikit
kebakaran ini akan berlangsung enam tujuh jam lamanya,
banyak waktu buat kita untuk bercerita."
Ia berhenti sebentar, kemudian lanjutnya.
"Suatu ketika ada seseorang sedang berjalan jalan di
tengah sebuah padang rumput yang luas. Tiba2 pandang
rumput itu terbakar dan dalam waktu singkat terjadi
kebakaran hebat, coba dalam keadaan demikian apa yang
harus kau lakukan?" Pek-li Peng termenung dan berpikir bebera saat lamanya,
kemudian menggeleng. "Aku tidak tahu?"
"Orang itu segera melepaskan pula api untuk membakar
rumput yang berada dihadapannya, ketika api itu berkobar
dari kedua belah arah yang berlawanan maka muncullah
sebuah tanah lapang yang luas ditengah2nya. dan orang
itupun bisa bernaung ditempai yang kosong tadi"
,,Ehmm! bagus amat akal ini !" puji Pek li Peng dengan
gembira. "Begitulah, ini hari kita sedang berada di tengah hutan
lebat, apipun membakar tiba dari empat penjuru, kebakaran
hutan tentu saja tak dapat disamakan dengan kebakaran
dipadang rumput, tapi justru dari cerita ringan itu aku berbasil
menggali akal yang bagus untuk menyelamatkan diri dari
marabahaya tersebut. Dalam keadaan bahaya cerita itu
memang kurasakan betapa besar manfaatnya, tapi sewaktu
Suhu sedang bercerita dahulu aku sama Se kali tidak menaruh
perhatian, malahan sering kali guruku menasehati diriku agar
baik2 mencamkan cerita tadi, agar tidak kehilangan akal bila
menjumpai bahaya dikemudian hari.."
Siau Ling menghembuskan napas panjang lanjutnya :
"Tentu saja situasi yang kita hadapi sekarang jauh berbeda
dengan cerita kebakaran dipadang rumput itu, tahukah kau.
dimana letak perbedaan tersebut?"
"Dalam kebakaran yang terjadi dipadang rumput, peristiwa
itu terjadi karena kebetulan, sebaliknya kejadian yang kita
hadapi sekarang adalah peristiwa yang sengaja diatur oleh
Shen Bok Hong dengan rencana yang matang, kalau dalam
kebakaran dipadang rumput maka api terjadi dari satu arah,
sebaliknya dalam peristiwa ini api berkobar dari empat penjuru
dalam waktu yang bersamaan"
Siau Ling tersenyum. "Pek-li Peng. kau memang benar2 amat cerdik"
"Tapi kalau dibandingkan toako. maka aku berubah jadi
bodohnya luar biasa" sambung Pek-li Peng sambil tertawa
pula. "Seandainya engkau benar2 bisa bersikap lebih tenang,
sebenarnya tak susah untuk menemukan akal tersebut,
walaupun dalam kenyataan berhasilnya kita lolos dari bencana
pada saat ini karena usaha kita tapi sebagian lagi karena nasib
kita yang lagi mujur."
"Toako, apa lagi sangkut pautnya antara kecerdikan toako
mencari akal dengan nasib mujur?""
"Semisalnya saja, kalau aku tidak mempunyai sebilah
pedang pendek yang tajam dan luar biasa, melainkan hanya
sebilah senjata biasa, belum tentu dalam waktu yang demikian
singkat aku bisa menebang begitu banyak pepohonan yang
tumbuh disini serta membuka sebuah tanah lapang seluas ini.
Kobaran api pasti akan mendekati kita dan menyengat tubuh
kita jadi arang, dan seandainya engkau tidak tepat menggali
sumber mata air dari permukaan tanah kitapun tak akan
mampu melawan hawa panas yang menyengat tubuh, niscaya
kita sudah mati karena kepanasan, dan kenyataan kita
mempunyai pedang mustika serta berhasil menemukan pula
sumber mata air, kalau orang tidak lagi mujur nasibnya
masakah bisa begitu"!"
"Inilah yang dinamakan Orang budiman dikasih Thian!
Toako berjuang demi kesejahteraan dan keadilan umat
persilatan, tak mungkin Shen Bok Hong mampu mencelakai
jiwamu" "Bagus., pintar Pengji. tampaknya engkaupun pandai sekali
memberi topi yang tinggi begitu!"
Pek-li Peng tertawa cekikikan.
"Aku bukan lagi mengumpak diri toako. Semua perkataanku
kuucapkan dengan sejujurnya.."
Ia membereskan rambutnya yang kusut dan melanjutkan :
"Kalau dibicarakan, sepantasnya kalau kita mengucapkan
banyak terima kasih kepada seseorang!"
"Siapa?" "It-bun Han-Too. seandainya ia tidak menghadiahkan
pedang pendeknya yang sangat tajam ini untuk toako.
sekalipun ini hari kita tak sampai mampus paling sedikit harus
mengalami penderitaan yang jauh lebih hebat, tentu saja
karena toako menyelamatkan jiwanya dan karena berterima
kasih dia menghadiahkan pedang itu kepada toako termasuk
pula salah satu alasan diantara-nya"
Siau Ling mengangguk. "Sejak Shen Bok Hong menghadiahkan sebuah pukulan
keatas tubuh It bun Han-too rupanya pukulan itu telah
berubah wataknya sehingga mengalami perubahan seratus
delapan puluh derajat, kecerdasan orang ini luar biasa sekali,
sekalipun Shen Bok Hong sendiri belum tentu sanggup
menandingi dirinya. Setelah jni kita harus baik2 manfaatkan
kecerdikannya untuk menghadapi Shen Bok Hong"
"Toako, bukankah kau seringkali membicarakan pula
tentang kehebatan Bu wi tiang" Seringkali kau mengatakan
kecerdasan dan kepintarannya sukar ditandingi, masa It bun
Han-too jauh lebih cerdik daripada Bu-wi tootiang?"
"Dalam hal ini kita harus meninjau dulu pembicaraan
tersebut dilihat dari sudut yang mana, Bu wi tootiang jujur dan
berbudi luhur. Kalau membicarakan soal kelicikan dan akal
muslihat. tentu saja tootiang itu bukan tandingan Shen Bok
Hong." "Bagaimana dengan It bun Han too?""
"Dahulu It-bun Han-too berpikiran sesat kini sudah kembali
kejalan yang benar kalau berbicara tentang perkampungan
Pek hoa san cung yang dimiliki Shen Bok Hong sekarang,
maka ada dua orang yang berjasa dalam memupuk nama
besar perkampungan tersebut, mereka adalah Tok jiu Yok-Ong
Raja obat bertangan keji serta It bun Han too."
"Kalau toh It bun Han to sudah banyak membantu Bok
Hong, kenapa gembong iblis itu hendak membinasakan
dirinya?" sela Pek li Peng tak habis mengerti.
Siau Ling tersenyum. "Oleh karena perbuatan Shen Bek Hong yang tak kenal
budi inilah maka It bun Han too lantas menghianati dirinya.
Ketahuilah Shen Bok Hong adalah manusia berjiwa palsu, ia
kejam dan tak tahu apa artinya budi, kalau ia sedang
membutuhkan bantuanmu maka tak segan2nya ia menjilat
merayu dan sedemikian rupa hingga akhirnya tenaga orang itu


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa dipergunakan olehnya, walau begitu dia tak
menginginkan ada di antara sahabat karib atau anak
buahnya yang memiliki ilmu silat yang jauh melebihi dirinya,
bila ia mengetahui akan kelebihan orang maka dia pasti akan
turun tangan keji untuk melenyapkan bencana tersebut dari
hadapannya: Dalam hal ilmu silat memang It bun Han too tak
dapat melampaui kelihayan Shen Bok Hong, tapi akal setan
nya serta kecerdasan otaknya tidaklah berada dibawah Shen
Bok Hong. Karena itulah meskipun ia menggunakan
tenaganya, dalam hati diapun jeri kepadanya. It-bun Han too
bukan orang bodoh, tentu saja diapun nyadari kalau Shen
Bok Hong ada maksud untuk membinasakan dirinya, padahal
dalam hal ilmu silat dia tak mampu menandingi kelihayan
musuh. Cara yang dapat di tempuh olehnya adalah
menggunakan kecerdikan serta kecerdasan otaknya untuk
melindungi keselamatan sendiri. Walaupun untuk itu ia tidak
mengharapkan balas jasa ataupun mementingkan kedudukan
tapi gengsi pribadi selalu dipertahankan."
"Kenapa begitu?" sela Pek Li Peng. "kalau toh dia ingin
menyelamatkan jiwa sendiri, tidak mengharapkan balas jasa
atau kedudukan dengan Sben Bok Hong. bukankah sama
artinya memberi kesempatan yang lebih luas bagi gembong
iblis itu untuk membinasakan dirinya?" '
"Bagus sekali pertanyaanmu ini. ." seru Siau Ling sambil
tersenyum. Setelah termenung sebentar, sambungnya kembali :
"Apabila ia terlalu menitik beratkan pada balas jasa atau
kedudukan maka Shen Bok Hong pasti akan memandang
dirinya sebagai anak buah atau pesuruhnya, dengan tabiat
dari Shen Bok Hong untuk membunuh seorang anak buah
atau pelayan tak perlu dia musti susah putar otak. Sebaliknya
diapun tidak berani terlalu meremehkan diri Shen Bok Hong
sehingga membangkitkan nafsu membunuh dihati gembong
iblis itu serta membinasakan dirinya, Nah ! Kebagusan dan
kelihayan dari permainannya ini terletak pada keseimbangan
mengikuti perkembangan situasi yang sedang berlangsung!"
Mendengar penuturan tersebut, Pek-li Peng membelalakan
matanya lebar2. "Aku masih agak kurang mengerti!" bisiknya.
"Selama It-bun Han too mempertahankan gengsi dan
martabat pribadinya itu. Ia selalu berusahamenunjukkan
sesuatu sikap sehingga menimbulkan suatu perasaan khusus
bagi Shen Bok Hong" "Perasaan apakah itu?"
"Ia selalu berusaha menciptakan sesuatu perasaan yang
membuat Shen Bok Hong merasa bahwa It bun Han too
sebenarnya adalah sahabat karibnya, pembantu yang berjasa,
untuk menyingkirkan dia harus menunggu sampai munculnya
suatu alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga
bukan saja perbuatannya itu bisa menaklukan hati anak buah
lainnya, bagi dia pribadipun mendatangkan perasaan yang
terang. Tapi justru It bun Han too telah manfaatkan
kecerdikan yang dimilikinya itu untuk mengaburkan semua
rencana tersebut, agar Sben Bok Hong selamanya tak mampu
menemukan alasan yang tepat untuk menyingkirkan dirinya
dari muka bumi" "Aaai..." kiranya begitu " Pek-li Pang berseru tertahan.
"Kalau dibicarakan memang kedengarannya sangat
sederhana, tapi dalam kenyataan persoalan ini sulitnya bukan
kepalang, selama berada dihadapan Sben Bok Hong maka It
bun Han too harus bersikap sangat hati2, selalu
memperhatikan perubahan sikap dari gembong iblis itu dan
tak berani bertindak gegabah, kadangkala dia harus lebih
pentingkan sikap yang berhati2, kadangkala diapun harus
lebih menitikberatkan dalam soal gengsi, sekali salah bertindak
niscaya jiwanya yang akan menjadi taruhan"
'Apakah .It bun Han too yang memberitahukan
kesemuanya ini kepadamu...?"
Siau Ling menggeleng. "Bukan!! aku sendirilah yang menganalisa memikir dan
mengumpulkan semua bahan yang diperlukan dalam hal ini,
terutama sekali sikap mereka selama berada didalam istana'
terlarang dan setelah berada diluar istana terlarang"
Mendengar jawaban tersebut, kembali Pek li Peng
menghela napas panjang. "Aii ..tampaknya, bagaimanapun cerdiknya seorang
perempuan, kalau dibandingkan dengan orang pria maka dia
masih selisih amat jauh sekali"
"Belum tentu begitu, buktinya enci Gak jauh lebih lihay
daripada diriku" sela Siau Ling sambil tertawa.
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh :
"Tentu saja keberhasilanku dalam mengamati serta
menganalisa segala persoalan yang ku peroleh sekarang tidak
lain adalah berkat bimbingan guruku dimasa lalu."
"Kalau begitu gurumu tentulah seorang jago yang luar
biasa sekali, baik dalam pengalaman maupun dalam
pengetahuan?"" Siau Ling mengangguk tanda membenarkan
"Kecuali mewarisi ilmu silat kepadaku, seringkali beliau
mengajarkan pula bagaimana menjaga diri sehingga
pengetahuan dan kecerdasanku maju makin pesat, membuat
aku punya keberanian yang tak gentar menghadapi segala
percobaan, oleh sebab itulah dibawah pengaruh Sben Bok
Hong yang begitu meluas dan kuat, bukan saja aku tak gentar
justru malah menimbulkan rasa berontak dalam hatiku,
Kadangkala aku tahu bahwa kepandaianku bukan
tandingannya, tapi aku sama sekali tidak jeri terhadap
dirinya, disitulah keberanian dan keteguhan imanku
digembleng" Bicara sampai disini, tiba2 pemuda itu berseru tertahan dan
segera loncat keluar dari liang perlindungan.
Pek li Peng jadi amat terperanjat, buru2 tegurnya :
"Toako. kenapa kau?"
Siau Ling merogoh kedalam sakunya dan ambil keluar kitab
Keng bun yang telah basah kuyup itu, lalu serunya:
"Waah...celaka, kitab ini jadi basah tak karuan"
Ketika diamati dibawab kobaran api tampaklah kitab
tersebut sudah basah semua dan menggumpal menjadi satu.
"Hati2! jangan sampai robek!" Pek-li Peng peringatkan:
Dengan amat bati2 Siau Ling amati sebentar kitab tersebut
kemudian dibawa mendekati kobaran api. .
Pek li Peng segera ikut lompat keluar dari tempat
persembunyiannya, ia berseru.
"Toako jangan terlalu maju didepan hutan situ masih
terbakar dengan hebatnya, pancaran api sangat kuat letakkan
saja kitab itu diatas batu cadas dalam suhu yang begini tinggi
lama kelamaan toh kitab itu akan kering dengan sendirinya"
Siau Ling mengiakan dan kembali kesisi batu raksasa itu,
kemudian dengan sangat berhati hati ia letakkan kitab tadi
diatas batu tersebut, dan menindihi kitab tadi dengan dua biji
batu kecil, setelah itu barulah pemuda tersebut loncat kembali
keliang air dan mengamati kitab tersebut dengan terpesona.
Udara panas yang dipancarkan karena suhu sekitar tempat
itu meninggi membuat banyak batu jadi merekah dan tanah
retak-retak. Bisa dibayangkan betapa dahsyatnya kebakaran
yang sedang berlangsung pada waktu itu ....
Hutan belantara disekitar bukit merupakan pohon-pohon
tua yang rata2 sudah berusia seribu tahan, daya,
pembakarnya sangat kuat dan besar, jilatan api membumbung
tinggi keangkasa dan membiaskan cahaya yang terang
benderang: Dengan ketajaman mata Siau Ling saat itu. walaupun dia
berada dalam liang air akan tetapi uap air yang mengepul
keluar dari atas kitab Keng bun tersebut dapat terlihat dengan
sangat nyata, tanpa sadar pikirnya dihati'
"Seandainya apa yang diucapkan hweesio itu tidak bohong,
maka ilmu silat yang tertera dalam kitab sembahyangan inijauh
lebih penting artinya daripada kitab catatan ilmu silat
yang ditinggalkan kesepuluh orang manusia aneh tersebut,
sahabat yang menghadiahkan kitab catatan ilmu silat ke
padaku pun sudah memasuki istana terlarang, bahkan
menguras habis selurub isi kitab catatan yang ada disitu
kecuali kitab suci ini serta kitab catatan dari raja seruling Thio
Hong, darjsini dapatlah kutarik kesimpulan bahwa isi catatan
ilmu silat dari raja seruling ini pasti telah dipelajarinya, maka
sengaja ditinggalkan disitu, sebaliknya kitab suci ini dibiarkan
tetap disana mungkin karena ia tak mengira kalau isi kitab suci
ini sebenarnya adalah catatan ilmu silat yang maha sakti..."
Sementara dia masih termenung, serentetan suara
pekikkan nyaring berkumandang dari kejauhan, pekikkan
itu saling bersahut2an sehingga suaranya memekikkan
telinga.. Siau Ling loncat bangun dari tempat persembunyiannya
dan cepat menyambar kitab ilmu silat tersebut, kemudian
bisiknya lirih : "Peng-ji. sebentar lagi Shen Bok Hong bakal melakukan
pergerakan, kita harus bersiapsedia mulai sekarang"
"Pergerakan apa"!"
"Mungkin dia mengira kita sudah mati terbakar, tetapi
sebelum menemukan jenasah kita hatinya tentu belum lega,
maka sengaja ia bawa orang naik kegunung untuk mencari
kerangka tubuh kita"
"Apa yang musti kita persiapkan "'
"Mula pertama kiia harus timbun dahulu liang air ini!"
"Kenapa musti begitu?"
"Kita jangan sekali2 meninggalkan jejak yang bisa
membantu dirinya untuk memecahkan teka teki ini, andaikata
kita bisa mengatur segala sesuatunya sehingga memberi
anggapan baginya bahwa kita benar2 sudah mati, hal ini akan
jauh lebih menguntungkan bagi posisi kita, atau paling sedikit
mati hidup kita tetap merupakan suatu teka teki yang tak
terpecahkan baginya"
"Kenapa musti begitu?" tanya Pek-li Peng
keheranan,"kenapa engkau berharap agar Shen Bok Heag
salah menganggap kita sudah mati"'
"Gampang sekali asalnya, kalau dia sudah anggap diriku
telah mati maka besar kemungkinan dia akan percepat
gerakannya, itu berarti ia lebih cepat lagi akan membuka
kebengisan serta kekejaman hatinya sendiri dihadapan umum"
"Oh. kiranya begitu " Pek-li Peng mengangguk.
Dia lantas mencari dua biji batu besar untuk menyumbat
sumber mata air itu, kemudian baru menimbun liang tersebut
dengan tanah. Beberapa soal kemudian, liang tanah yang digali kedua
orang itu sudah penuh tersumbat oleh tanah dan batu.
Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah
kebakaran hutan di depan sana ia lihat api yang berkobar
sudah kian surut, hawa panas disekitar situpun sudah tak
begitu menyengat badan, dengan suara rendah segera
bisiknya: Peng ji. kita harus berusaha untuk mengumpulkan kembali
batang2 kayu yang belum lerbakar habis ketempat ini, lalu
membakarnya kembali disekitar tanah kosong disekitar batu
cadas, dengan begitu jejak kita baru akan lenyap.
Dua orang itu bekerja keras, tak lama kemudian diatas
tanah kosong tersebut sudah penuh berserakan kayu2 angus
yang setengah terbakar setengah tidak, dengan begitu tanah
yang semula kosongpun kini berubah jadi sebuah sebuah
medan yang seakan2 baru saja terlanda kebakaran hebat.
Selesai bekerja, sambil membersihkan debu dan angus dari
tubuhnya, Pek-li Peng berbisik:
"Apa lagi yang musti kita lakukan sekarang?""
"Duduk disini, atur pernafasan dan beristirahat, jika
mendengar tanda bahaya nanti kita baru berusaha
menghindar!" Pek li Peng mengiakan. dia lantas saja duduk bersila dan
mengatur pernafasan. Pada saat ini Pek-li Peng sudah benar2 kagum atas
kecerdikan maupun ilmu silat dari Siau Ling, ia merasa segala
sesuatunya masih bukan tandingan pemuda itu, karenanya
diapun tidak banyak memberikan komentar.
Sementara itu api yang merambat disekitar hutan agaknya
sudah makin padam, suasana mulai pulih kembali dalam
keheningan Siau Ling tahu, menyurutnya kobaran api secara
mendadak ini pastilah merupakan hasil dari pckerjaan anak
buah perkampungan Pek-hoa-san-ceng yang diperintahkan
Shen Bok Hong uatuk memadamkan kembali kobaran itu.
Siau Ling memeriksa pakaian sendiri, ketika dilihatnya
pakaian yang dikenakan telah mengering kembali, dia
masukan kitab silat itu kedalam sakunya.
"Peng-ji!" ujarnya kemudian." bagaimana kalau sekarang
kita bangun tempat persembunyian baru"'"
''Bagaimana caranya membangun tempat persembunyian
tersebut?" "Dewasa ini kobaran api yang membakar diarah barat
paling cepat menyusut, itu menandakan kalau Shen Bok Hong
telah membawa orangnya bergerak kemari dari arah barat,
jelas maksudnya adalah mencari jejak kita berdua, padahal
tiga arah yang lain api belum padam, bagaimana pun kita
hendak bersembunyi, rasanya susah untuk menemukan satu
tempat persembunyian yang bagus.
"Oleh karena itu kita harus membangun sendiri tempat
persembunyian itu dan bersembunyi didalam?" sambung Pek li
Peng dengan cepat. "Begitulah maksudku ! "
"Dan tempat persembunyian itu kita bangun dengan
menggunakan ranting yang hangus batang kayu yang masih
terbakar serta debu"
Siau Ling mengangguk. "Benar, disekitar tempat ini masih terdapat banyak ranting
yang padam Karena kena air, itu bukan soal berat, justru yang
penting kita harus menemukan dahulu tempat yang bisa
digunakan untuk menyembunyikan tubuh kita berdua"
Dalam pada itu api kebakaran semakin kecil setelah
melakukan pencarian yang seksama disekitar sana, akhirnya
mereka berhasil menemukan sebuah liang alam yang cukup
dalam, lebarnya tiga depa dengan dalam lima depa, suatu
tempat persembunyian yang sangat ideal.
Sepasang muda mudi ini bekerja keras tak sampat
sepertanak nasi kemudian selesailah mereka membangun


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebuat tempat persembunyian yang sangat bagus diatasnya
mereka lapisi tanah liat kemudian ditumpuki batang2 kaju
serta ranting ranting yang masih terbakar sedikit, sedangkan
mereka berdua bersembunyi dalam liang tersebut, empat
penjuru dibikinkan sebuah jendela kecil lalu ditutupi pula
dengan ranting kayu yang masih terbakar, bukan saja dapat
mengawasi gerak gerik diluaran, malahan jendela itu bisa
diperbesar ataupun diperkecil
Sambil duduk bersila dalam tiang persembunyian yang
baru, Pek li Peng berbisik lirih.
"Toako. aturlah pernapasan lebih dulu aku akan menjaga
disini, kalau ada musuh yang datang akan kubangunkan diri
toako " "Baiklah!" sahut Siau Ling sambil tersenyum. dia segera
pejamkan mata dan atur pernapasan .
Entah lewat beberapa waktu lamanya, tiba tiba Siau Ling
merasa badannya digoncangkan orang, ia segera membuka
matanya, sementara sang surya telah memancar diempat
penjuru, rupanya Waktu sudah menunjukkan lewat lohor.
Dibawah sorot cahaya sang surya, tampaklah Shen Bok
Hong berdiri diatas sebuah batu cadas, matanya berkeliaran
memandang kesana melirik kemari dengan sorot yang tajam.
Disisinya berdirilah Siau-yau cu serta Kim-hoa hujin.
Siau Ling segera goyangkan tangannya memberi tanda
kepada Pek-li Peng agar jangan bersuara, kemudian ia
menggerakkan sedikit ranting jendela agar ruang penglihatan
lebih sempit, setelah itu barulah bisiknya kepada saog dara :
"Peng-ji, kalau jejak kita ketahuan maka suatu pertarungan
sengit tak bisa dihindari lagi, kita tak boleh bertempur terlalu
ngotot, bila sampai bentrok maka saling bertarung kita musti
mundur terus dari sini, aku tak kenal wilayah sekitar tempat
ini, kalau dilihat arah barat padam lebih dahulu maka hal ini
menunjukkan kalau pepohonan disekitar sana terlalu sedikit,
arah timur adalah arah jalan sewaktu aku datang kemari,
diarah utara tampaknya terdapat sebuah lembah sempit,
terpaksa kita haru mundur kearah selatan"
Pek li Peng mengangguk, sahutnya dengan suara lirih .
"Toako jauh lebih cerdik daripada diriku akan kudengarkan
perkataan diri toako, sebab perkataanmu pasti tak akan salah
lagi." Dalam pada itu dari arah depan sana terdengarlah suara
dari Shen Bok Hong sedang berkata:
"Tootiang, menurut pandanganmu mungkinkah mereka
dapat lolos dari kobaran api yang mengepung dari empat
penjuru?"" "Aku rasa hal itu tak mungkin terjadi!" sahut Sau-yau cu
dengan nyaring "kecuali kalau ditempat ini terdapat sebuah
jalan rahasia yang bisa berhubungan dengan luar bukit sana"
"Kalau memang begitu, mengapa jenasah mereka tak dapat
kita temukan?""
"Kobaran api yang membakar hutan sudah berlangsung
selama ber-jam2 lamanya, sekalipun mereka berdua terdiri
dari baja murnipan akhirnya akan meleleh, apalagi tubuh
mereka cuma terdiri dari darah dan daging masa tidak hancur
berantakan?"" "Siau Ling membawa sebilah pedang pendek yang
diperoleh sewaktu masuk kedalam istana terlarang, kenapa
sampai sekarang pedang pendek itupun tidak dapat
kutemukan" "Berapa panjang sih pedang pendek itu?" dan
membutuhkan tanah seluas berapa untuk menampungnya"
mana mungkin senjata seperti itu bisa kau temukan ditanah
bekas kebakaran yang begini luasnya?""
"Aaai...!" terdengar Shen Bok Hong menghela nafas
panjang "sebelum aku bisa membuktikan sendiri akan
kematian mereka, hatiku benar2 merasa tak tentram"
"Toa-cungcu tak usah kuatir. menurut pandangan pinto
sudah pasti kedua orang itu telah mampus."
"Ah, belum tentu begitu" tiba2 Kim hoa hujin menukas
dengan suara dingin "aku lihat Siau Ling bukanlah seorang
pemuda yang berusia pendek, kalau seorang manusia belum
ditakdirkan mati maka banyak kemungkinan akan ditemuinya,
siapa tahu kalau mereka sudah lolos dari tempat ini?""
Mendengar perkataan tersebut, diam diam Siau Ling
mengeluh di hati: "Aduh Celaka, maksud Kim-hoa hujin Sih ingin membelai
aku, tapi kalau ucapan tersebut justru telah menggerakkan
hati Shen Bok Hong sehingga melakukan pencarian disekitar
tempat ini. tempat sembunyianku iai sudah pasti akan mereka
temukan!.' Makin dipikir pemuda itu semakin panik. Tanpa sadar peluh
dingin membasahi tubuhnya.
Terdengar Siau yau cu tertawa terbahak2 "Haahh .haahh.
haahh.. Hujin, kalau engkau mengatakan Siau Ling belum
mati, apa buktinya coba".'
"Tak ada bukti dan tak perlu dibuktikan, pokoknya aku
merasa bahwa dia tak akan mati konyol"
Shen Bok Hong yang sudah lama membungkam, tiba2
tersenyum dan menegur : "Kim hoa hujin, aku dengar Siau Ling telah menganggap
kau sebagai encinya dan engkaupun menganggap dia sebagai
adiknya, benarkah kejadian ini..:?"
Siau Ling segera menengadah dan mengintip keluar lewat
celah2 ranting kayu. Si anak muda ini dapat memaklumi bahwa tiga orang yang
hadir didepannya rata2 adalah jago persilatan kelas satu,
ketajaman pendengaran mereka luar biasa sekali. Karenanya
ia bertindak sangat hati2 sehingga tidak sampai mengejutkan
mereka" karena itu ranting2 didepan matapun tak berani
sembarangan digerakkan. Sementara itu Kim boa hujin telah menyahut :
"Ohh...tentang soal itu" Aku sih memang sangat
mengharapkan demikian, tapi sayang Siau Ling sama sekali
tidak menganggap diriku sebagai encinya"
Shen Bok Hong kembali tertawa.
"Kalau menuruti tabiatku, maka aku tak akan membiarkan
orang yang berani menghianati diriku tetap hidup dikolong
langit, hanya terhadap kau Kim hoa hujin seorang watakku ini
dikecualikan!" 'Oh iya" akupun sedang merasa keheranan, apa sebabnya
selama ini Shen toa cungcu tak pernah membiarkan diriku"
'Seringkali timbul ingatan dalam benakku untuk membunuh
kau!" "Dan sampai sekarang mengapa tidak kau lakukan?"
"Itulah sebabnya kenapa kau bisa hidup segar bugar
sampai sekarang, sedang mengenai kenapa aku tak tega turun
tangan, aku sendiripun tak bisa menerangkan kepadamu."
Setelah terhenti sebentar, dia melanjutkan:
"Sekarang Siau Ling sudah mati, apakah hujin merasa amat
bersedih hati." "Seandainya ia benar2 telah mati, tentu saja aku merasa
amat bersedih hati, tetapi sebelum kubuktikan kalau dia
benar2 telah mati, aku tak akan percaya kalau dia sudah mati
sungguhan." "Lalu bagaimaca Caranya untuk membuat hujin jadi
percaya seratus persen" " tanya Siau- yau cu.
"Kecuali kalau sudah kulihat jenasahnya."
"Jenasahnya sudah termakan api dan hancur berubah jadi
abu!" "Bagaimana dengan barang2 peninggalannya"
"Kebakaran besar yang barusan berlangsung telah
membakar habis hutan belantara seluas puluhan li persegi.
Hutan yang semula hijau segar kini sudah berubah jadi tanahgundul
yang gersang. Sekalipun Siau Ling meninggalkan
benda, bagaimara caranya untuk menemukan benda itu
dihutan seluas puluhan li persegi ini"''
Kim hoa hujin menghela napas panjang, ia tidak berbicara
lagi. "Jelaslah perempuan dari suku Biau ini sudah ditaklukkan
oleh penjelasan dari Siau-yau cu, dalam keadaan beginipun ia
tak bisa tidak untuk mempercayainya."
Tiba2 Shen Bok Hong menengadah dan tertawa terbahak2.
"Haahh..haahh..haahh.. Hujin, tampaknya engkau sudah
percaya bukan?" Kim hot hujin memandang sekejap kearah Shen Bok Hong.
lalu tertunduk dan membungkam dalam seribu bahasa.
Shen Bok Hong tertawa ewa, kembali ia berkata :
"Ayoh kita pulang, sebaliknya nanti ku ijinkan dirimu untuk
mendirikan meja abu bagi arwah Siau Ling, agar engkaupun
bisa merasa tenteram hatinya"
Siau yau cu mendehem ringan, ujarnya dari samping :
"Kini Siau Ling telah mampus, itu berarti rencana pertama
dari toa cuncu telah tercapai. bagaimana rencana
selanjurnya?"" "Siarkan berita kematian dari Siau Ling ini keseluruh dunia
persilatan, kemudian kita serentak bergerak."
Berbicara sampai djsini mendadak ia membungkam, lalu
sambil berpaling kearab Siau yau cu katanya.
"Apa rencana tootiang?""
"Pinto cuma berharap agar engkau bisa mentaati perjanjian
kita semula, daratan menjadi wilayah kekuasaan Shen toa
cungcu sebaliknya sungai, telaga dan samndra menjadi
wilayah kekuasaan Su hay kuncu. kedua belah pihak tak boleh
Saling mengganggu dan masing2 mencicipi keuntungannya
sendiri." Shen Bok Hong segera ter-bahak2.
"Haaah haaah haaah tampaknya tootiang sangat setia
kepada Su hay kuncu?"
"Pinto mendapat pesan dari seseorang untuk setia sampai
mati kepada Su hay kuncu, sebelum tugas ini selesai sudah
tentu aku harus menepati janjiku asal urusan bisa dibikin
beres akupm akan segera mengundurkan diri dari semua
kegiatan dunia kangouw."
Kembali Shen Bok Hong terbahak bahak.
"Haaahhh..;haaahhh...haaahhh... tootiang adalah seorang
jago berbakat yang susah dicari di kolong langit, kalau
manusia sebagus engkau musti mengundurkan diri dari
keramaian dunia kangouw... Ooh ! sungguh sayang... sungguh
patut disayangkan " "Mungkin Shen toa cungcu tidak percaya dengan
perkataanku ini, untung ambisi toa cuncu sudah hampir
terpenuhi dan gelombang besar yang melanda dunia
persilatan pun sudah hampir reda, saat bagiku untuk
mengundurkan diri sudah tak jauh lagi, sampai waktunya Shen
toa cungcu pasti Shen Bok Hong tersenyum."
"Semoga saja apa yang tootiang katakan bisa sesuai
dengan perbuatanmu nanti !"
Setelah berhenti sebentar, sambungnya. "Mari kita pergi !"
"Jenasah dari Siau Ling toh belum kita temukan, kenapa
kita harus buru2 pergi?" seru Kim hoa hujinpenasaran.
"Seandainya mereka benar2 mati terbakar maka
jenazahnya pasti berada disekitar tempat ini. Kalau dikatakan
mereka dapat lolos dari kebakaran ini sungguh bikin hati
orang tak percaya." "Itu berarti engkau sudah memastikan kalau Siau Ling
benar2 telah mati ditengah kebakaran ini."
"Kecuali kalau Siau Ling mempunyai kemampuan untuk
terbang kelangit atau masuk kedalam tanah, selain itu rasanya
tak mungkin bisa lolos dari jebakan ini."
Kim-hoa Hujin memandang sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian ujarnya lagi: "Tapi aku tetap mempunyai suatu perasaan, aku merasa
Siau Ling seakan akan masih hidup segar bugar dikolong
langit." Siau yau cu tertawa terbahak2 setelah mendengar
perkataan itu. "Haahh..haahh.:haahh,. perasaan hati hujin memang rada
aneh, pinto benar2 tak habis mengerti, coba bayangkan saja
dibawah terik panasnya kobaran api sehebat ini. Kendatipun
sekeping baja murni yang keraspun telah meleleh jadi cairan,
apalagi tubuh mereka terdiri dari darah dan daging..!"
Shen Bok Hong pun tertawa hambar.
"Ayoh kita pergi saja !" ajaknya.
Tanpa banyak bicara lagi dia berlalu dahulu dari situ.
Terpaksa Siau yau cu dan Kim hoa hujin harus menguntit
dibelakangnya. dalam waktu singkat ketiga orang itu sudah
lenyap dari pandangan mata.
Menanti ketiga orang itu sudah berlalu agak lama. Siau Ling
baru berbisik lirih ke arah Pek li Peng :
"Peng ji. sekarang Sben Bok Hong telah menganggap kita
telah mati. marilah kita gunakan siasat untuk menghadapi
siasatnya, agar dia jadi bingung dan tak tahu bagaimanakah
keadaan yang sebenarnya, menunggu hari sudah gelap nanti
kita segera berlalu dari sini, engkau harus bisa menahan lapar
maupun dahaga!" Dengan manja Pek-li Peng jatuhkan diri Sedalam pangkuan
Siau Ling, sahutnya pula dengan suara lirih :
"Asal bersama2 toako, sekalipun harus menahan lapar
selama beberapa hari, tidak menjadi persoalan bagiku"
Perlahan! dia pejamkan matanya.
Siau Ling sendiri setelah memperhitungkan arah yang
dituju serta rencana untuk kabur malam nanti, diapun
pejamkan mata serta mengatur pernapasan.
Setelah menanti dengan susah payah, akhirnya malampun
menjelang tiba. ditengah kegelapan berangkatlah sepasang
muda mudi itu meninggalkan tempat persembunyiannya.
Walaupun dihati kecilnya pemuda itu sudah
memperhitungkan arah untuk kabur, dan walaupun ia tak
begitu kenal dengan medan disekitar sana. tetapi setelah
hatinya mempersiapkan rencana yang matang, maka
perjalanan pun tidak dilalui secara ragu2.
Dengan langkah kaki yang cepat kedua orang itu
menelusuri bekas kebakaran untuk bergerak turun dari bukit
itu, maka tak sampat kentongan kedua mereka sudah keluar
dari bekas kebakaran. Ketika perjalanan dilanjutkan kembali, dihadapan mereka
terbentanglah sebuah hutan yang lebat dengan pepohonan
yang tinggi. Jalan bukit ini amat sukar dilewati, banyak semak belukar
yang menyesatkan jalan, bagi orang biasa tak mungkin


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jalanan disitu dapat dilalui dengan leluasa.
Namun bagi Siau Ling serta Pek-li Peng yang
berkepandaian tinggi, rintangan tersebut tidak sampai
menghalangi perjalanan mereka, dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki, dalam sekejap mata semua
rintangan sudah melewati dengan mudah.
Kembali dua buah bukit tinggi sudah mereka lewati,
akhirnya Pek li Peng menghentikan perjalanannya, dengan
suara lembut dia berkata :
"Toako. bagaimana kalau kita beristirahat dulu disini ?""
"Baiklah, aku sendiripun merasa agak lelah" sahut Siau Ling
dan iapun duduk ditepi jalan.
Pek-li Peng duduk disamping pemuda itu ujarnya kembali.
"Toako, aku agak lapar..."
"Aku tahu sebab aku sendiripun merasa lapar" sela Siau
Ling dengan cepat, "bersabarlah beberapa saat lagi, asal kita
menemukan rumah penduduk dengan uang yang kita miliki
tanggung kita bisa makan sampai kenyang!"
Pek li Peng tersenyum. "Apa rencana toako selanjutnya?" tanyanya kemudian.
"Shen Bok Hong menganggap kita sudah meninggal. aku
ingin menggunakan siasat ini untuk menghadapi dirinya, aku
hendak menyaru sebagai seorang manusia baru dan
menyelidiki situasi dalam dunia persilatan, akan kutinjau
dahulu rencana busuk apalagi yang sedang dipersiapkan Shen
Bok Hong dan bagaimana pula reaksi orang2 persilatan
setelah mendengar berita kematianku."
Dia menghembuskan napas panjang, sambungnya :
"Sebenarnya Shen Bok Hong sudah menyusun suatu
rencana yang baik dan sempurna untuk menaklukan seluruh
dunia kangouw, tapi sekarapg justeru rencananya menjadi
kabur dan akhirnya kalut, mau tak mau terpaksa dia musti
ajukan rencananya semula dan mulai bergerak sekarang juga"
"Aaai.!! Ada satu hal hingga kini aku masih tidak habis
mengerti, apakah toako bisa terangkan?"
"Persoalan mengenai apa?"
---ooo0dw0ooo--- Jilid: 34 "SERINGKALI aku mendengar ayah ibuku membicarakan
soal gereja Siau-limsi didaratan Tionggoan, beliau selalu
memuji muji akan akan keampuhan ilmu silat mereka, jumlah
jago yang banyak serta anggota yang tak terhitung
jumlahnya, kenapa gereja Siaulimsi yang dihormati dao
dipandang sebagai tulang punggung dunia persilatan sama
sekali tidak memberikan reaksi apa apa atas kejadian serta
kejumawaan yang dilakukan Shen Bok Hong" Masa gereja
Siau lim si sudah kekurangan tenaga sehingga me ngurtis
perbuatan seperti itupun tak mampu" Hmm" Semua orang
menyanjung dirimu, mengatakan kan adalah lentera bagi umat
persilatan, lentera yang membawa dunia persilatan keluar dari
kegelapan, padahal apa yang mereka harapkan" mereka
hanya menginginkan agar engkau jual nyawa bagi mereka,
berduel melawan Shen Bok Hong bagi kepentingan mereka,
padahal mereka sendiri banya berpeluk tangan belaka sambil
menonton harimau berkelahi'
"Menurut hasil penyelidikanku selama ini rupa2nya dari
pihak gereja Siau lim si ada orang yang diam2 telahbersekongkol
dengan Shen Bok Hong, tentu saja
persekongkolan ini dilakukan oleh segelintir manusia kurcaci,
ssbagai gereja yang suci dan berna tna besar tak mungkin
anggota2 yang lain menyokong atau menyetujui dengan
tindakan segelintir manusia kurcaci itu. aku rasa di balik
peristiwa ini pasti ada latar belakang lainnya"
"Toako, bukankah kau telah bercerita di antara beberapa
rintangan yang harus kau lewati, salah satu rintangan di
antaranya di jaga oleh barisan Lo han tin dari gereja siau lim
si" ' "Justru karena itulah aku lantas menaruh curiga kalau
diantara anggota gereja Siau lim si, ada sebagian diantaranya
yang telah bersekongkol dengan Shen Bok Hong secara
diam2, bahkan kalau dugaanku tidak keliru hwesio penghianat
tersebut pasti mempunyai kedudukan yang sangat tinggi
didalam partai" "Tak usah kaucurigai lagi, kenyataan toh sudah
membuktikan segala galanya, apalagi yang patut kau curigai"'
Ketika para hwesio dari gereja Siau lim-si hendak
melangsungkan pertarungan melawan diriku, diam2 mereka
telah memberi bisikan kepadaku bahkan sengaja melepaskan
aku lolos diri kepungan, dari sini dapatlah dita rik kesimpulan
bahwa mereka tidak mempunyai niat untuk jual jiwa bagi Shen
Bok Hong. tapi karena terikat oleh suatu perjanjian maka mau
tak mau terpaksa rrereka harus menuruti perintah dari Shen
Bok Hong" "Ooh. kiranya begitu.."
Setelah berhenti sebentar, gadis Itu berkata lagi ;
"Toako aku telah teringat akan suatu urusan. setelah
kuutarakan harap toako jangan marah yaa"
"Baik, katakanlah!"
"Setelah kita turun gunung dan melakukan penyelidikan
secara diam2, bila kenyataan menunjukkan bahwa orang
persilatan merasa sedih hati karena kematianmu. bahkan
mereka bertekad untuk membalaskan dendam bagi
kematianmu maka tentu saja toako harus membantu pula diri
mereka untuk meroboh kan Shen Bok Hong. sebaliknya kalau
orang lain tidak memberikan tanggapan apa2 terhadap
kematianmu, se akan2 kematianmu dianggap suatu kejadian
yang lumrah, maka aku rasa toakopuo tak perlu jual nyawa
lagi bagi orang lain. Kita segera berangkat untuk mencari enci
Gak kemudian masuk ketengah gunung dan disitu kita
lewatkan sisa hidup kita dentan aman damai dan penuh
kebahagiaan, toako tentunya setuju bukan ?"
Siau Ling tersenyum setelah mendengar ucapan tersebut.
"Baiklah! Sekarang mari kita tengok dulu keadaan didalam
dunia persilatan!'" Setelah beristirahat bebarapi saat, maka kedua orang
itupun melanjutkan kembali perjalanannya kedepan.
Ketika fajar telah menyingsing keesokan harinya mereka
berhasil menemukan sebuah rumah penduduk, disitu merasa
menangsal perut sekenyangnya kemudian setelah bertanya
jalan, berangkatlah mereka turun dari bukit tersebut.
Untuk menghilangkan jejak mereka, Siau Ling dan Pek li
Peng segera menyaru diri secermat mungkin, dan penyaruan
tersebut seringkah harus dirubah dan dirubah terus mengikuti
lingkungan serta situasi yang sedang dihadapi.
Suatu hari ketika waktu menjelang lohor Siau Ling dan Pekli
Peng telah tiba dirumah kedai dimana pemuda itu telah
berjumpa dengan Cu Kun-san tempo hari.
Pada waktu itu Siau Lng dan Pek li Peng sedang menyaru
sebagai sepasang suami istri yang datang dari dusun, mereka
membawa sebuah buntalan kecil dan menuntun seekor
keledai, perjalanan dilakukan sangat lambat sekali.
Suasana didepan kedai kecil ditengah hutan tersebut saat
itu ramai sekali, banyak kuda yang tertambat diluar kedai
tersebut, bendera berkibar diujung tiang, pada kain putih yang
lebar tadi terlukiskan empat huruf besar.
"HUNSI-KUI LAI"
Seluruh kedai tersebut tertutup oleh kain putih tanda
berkabung meja kursi yang ada disana telah disingkirkan
semua. Sebuah meja abu yang sangat tinggi dan besar dibangun
tepat ditengah kedai sehingga mencakup sebagian besar
bangunan yang ada Sambil menuntut keledai perlahan2 Siau Ling berjalan
melewati kedai tersebut, ketika ia berpaling kearah meja abu
maka terbacalah ditengah pelataran yang luas terpancang
sebuah papan nama yang bertuliskan.
?"Disinilah tempat abu dari pendekar nomor satu didunia
Siau Ling " Semua orang yang hadir di aca baik yang ada didalam
ruangan maupun mereka yang diluar ruangan memakai
pakaian serba putih tanda berkabung, paras muka mereka
keren. serius dan diliputi kesedihan.
Dari jauh memandang, Siau Ling merasa apa yang dilihat
dihadapannya hanya warna serba putih, tak nampak warna
hitam kecuali warna tunggal tadi.
"Toako, disitulah letak meja abumu!" bisik Pek-li Peng
sambil menahan gelinya. Siau Ling tertawa, pikirnya dihati :
"Sepanjang hidupku sampai detik ini entah berapa kali sudah
kualami maut dan kematian..'
Dalam pada itu Pek-li Peog telah berbisik pula dengan lirih :
"Toako bagaimana kalau kita dekati tempat itu?"
Siau Ling mengangguk, per-lahan2 ia berjalan mendekati
kedai itu.. Ketika mereka hampir mencapai kedai itu dan selisih
jaraknya tinggal lima enam depa lagi, mendadak tampaklah
bayangan manusia berkelebat lewat, dua orang pria
berpakaian serba putih munculkan diri dari balik ruangan dan
sedang menuju keluar pelataran.
Orang pertama merambut putih dan berjenggot putih,
perawakannya kurus kering, dia bukan lain adalah Sun Pat
Shia. ketua tianglo dari perkumpulan Kay-pang.
Tampaknya pengemis tua ini amat bersedih hati, sepasang
matanya merah membengkak, rupa2nya sudah agak lama dia
menangis dan menderita duka nestapa sehingga mukanya
tampak jadi layu. Pria lain yang mengikuti dibelakangnya bukan lain adalah
Ceng Yap Cing, jago muda dari partai Bu tong.
Paras muka pemuda itupun pucat pias seperti mayat,
sepasang matanya merab membekak, hal ini menunjukkan
kalau anak muda itupun merasa amat bersedih hati dan sering
meneteskan air mata. Betapa terharunya Siau Ling setelah menyaksikan
kesemuanya itu, pikirnya dalam hati :
"Rupanya kematianku telah menyedihkan hati mereka
semua, aku harus berterima kasih aras perhatian yang
ditujukkan mereka kepadaku"
Tiba2 ia teringat kalau Ceng Yap Cing serta Teng It Lui
telah menelan racun yang sangat keji. mungkinkah tubuh
mereka masih ketacunan. Pemuda itu merasa sangat kuatir, kuatir kalau racun
ditubuh mereka belum berhasil di punahkan.
Teringat akan persoalan ini, tanpa sadar dia awasi Ceng
Yap Cing beberapa kejap lagi
Tampaknya gerak gerik mereka berdua telah menimbulkan
kecurigaan dalam hati Sun Put Shia, dengan biji matanya yang
merah tapi tajam dia awasi wajah Siau Ling tanpa berkedip,
kemudian tegurnya: "Hey engkoh cilik, siapa namamu ?""
"Hamba she-Sun, hamba sedang manghantar menantuku
pulang kerumah mertua!" buru buru Siau Ling menjawab.
Agaknya Sun Put Shia tidak menyangka kalau orang ini
berasal dari satu marga dengan dirinya, ia lantas ulapkan
tangannya seraya berseru.
"Cepatlah berlalu dari sini! Jangan terlalu lama berdiam
ditempat ini." Siau Ling mengiakan dan buru2 berlalu dari sana.
Pek li Peng mengikuti dibelakang si anak muda itu, dalam
sekejap maka mereka sudah berada belasan tombak jauhnya
dari tempat semula. "Sudah kau kenali kedua orang itu"'' bisik Pek li Peng
kemudian dengan suara lirih
"Mereka sama sekali tidak merobah wajah aslinya, tentu
saja dapat kukenali mereka berdua, mereka adalah Sun P u t
Shia serta Ceng Yap Cing."
"Apakah kau melihat pula dua orang yang sedang berlutut
didepan meja abu" "Tidak!" "Ceng Yap Cing telah menghalangi pandangan matamu,
tentu saja kau tidak melihat tapi aku dapat melihat dengan
jelas, selain itu akupun dapat melihat dengan jelas, mereka
menangis dengan begitu sedihnya sehingga air mata jatuh
bercucuran dengan deras nya, mereka berlutut dikedua belah
sisi meja abu." "Siapa mereka berdua?""
"Kedua orang saudara angkatmu, Sing Pat serta Tu Kiu !"
Siau Ling segera menghela nafas panjang.
"Aaai! Sepantasnya kalau aku munculkan diri dan berjumpa
dengan mereka, aku tak tega mempermainkan mereka
semua" "Aku lihat tangisan Sang Pat dan Tu Kiu paling
mengenaskan, bagaimana kalau kita kembali kesana dan
memberitahukan keadaan yang sebenarnya?""
Dengan penuh kesedihan Siau Ling menggeleng.
"Jangan, kita harus sabar dan biarkanlah mereka bersedih
selama beberapa hari lagi"
"Engkau tega membiarkan mereka bersedih hati dalam
keadaan yang begitu mengenaskan"
Sekali lagi Siau Ling menghela nafas panjang.
"Aaai .! Seandainya aku murculkan diri niscaya suasana
kesedihan yang meliputi tempat itu akan tersapu lenyap, dan
bila, hal ini sampai terjadi maka dengan cepat dia akan tahu
kalau aku masih tetap hidup dikolong langit. Demi
kesejahteraan dan ditegakannya keadilan dalam-dunia
persilatan, terpaksa aku harus mengelabuhi mereka selama
beberapa waktu.." Setelah bertienti sebentar sambungnya lagi.
"Mereka semua telah hadir disini agaknya It bun Han to
juga sudah tiba pula di tempat ini"
"Tampak2nya engkau sangat menaruh perhatian terhadap
diri It bun Han to?"
"Benar asal It bun Han to ada disini maka kita baru mampu
melawan siasat2 busuk dan akal licin dari Shen Bok Hong"
Sementara pembicaraan masih berlangsung tiba2 dari
depan sana muncul beberapa ekor kuda yang dilarikan sangat
cepat, debu beterbangan memenuhi seluruh angkasa.
"Peng-ji!" Siau Ling segera berbisik, "mari kita menyingkir
saja ketepi jalan, dan kita lihat siapakah orang2 itu?"
Sungguh cepat kuda2 itu dilarikan, baru saja Siau Ling
berdua menyingkir ketepi jalan. ketiga ekor kuda itu sudah
berkelebat lewat dari samping mereka.


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Meskkipun kuda2 itu dilarikan dengan kecepatan tinggi,
namun dengan ketajaman mata Siau Ling sempat pula melihat
raut wajah penunggangnya, ternyata ketiga orang itu bukan
lain adalah Be Buo Hui, Panah sakti yang menggetarkan dunia
Tong Goan Ki serta si peluru sakti Liok Kui Ciang.
Ketiga orang itu mengenakan pakaian berkabung serba
putih, ikat kepala mereka juga warna putih, ketika kuda2 itu
sudah bergerak lewat tampaklah keringat kuda menetes
keluar dengan derasnya, hal ini menunjukkan kalau mereka
bertiga telah melakukan perjalanan cepat dari tempat yang
sangat jauh. Menyaksikan semuanya itu. Pek li Peng menghela napas
sedih, ujarnya dengan lirih.
"Rupanya kebaikan yang mereka tujukan kepadamu adalah
kebaikan yang sesungguhnya, karena kematianmu, mereka
semua telah mengenakan pakaian berkabung!'
Siau Ling ikut menghela napas panjang, sementara dia
hendak menjawab, dari arah depan terdengar lagi suara
putaran roda kereta, disusul sebuah kereta kuda berlari
kencang lewat disamping mereka berdua.
Kereta kuda itu ditapisi oleh kain putih, bahkan kuda2
penghela kereta pun ditapisi dengan kain warna putih,
rupanya sang pemilik kereta hendak menunjukkan rasa
berkabungnya yang mendalam..
Ketika kereta itu bergerak lewat, secara samar2 terdengar
suara isak tangis berkumandang dari balik ruang kereta itu.
"Toako !" Pek-li Peng segera berbisik lirih, "Rupanya orang
yang berada didalam kereta pun datang kemari lantaran
berita kematian mu" "Ehm. mungkin memang begitulah !" sahut Siau Ling sambil
mengangguk. "Tapi siapakah dia" Mengapa tidak naik kuda, melainkan
naik kereta"!" "Aku sendiri sedang merasa keheranan mungkinkah orang
yang ada dalam kereta adalah seorang perempuan"!"
"Kalau didengar dari isak tangis yang lapat2 berkumandang
dari arah kereta, aku rasa delapan bagian dia adalah seorang
gadis muda, lalu siapakah dia?"
"Aku tak dapat mecidaga siapakah orang itu"!" kata Stau
Ling sambil gelengkan kepalanya berulang kali.
'Mungkinkah noca Gak"
"Pada saat ini nona Gak sedang dibikin repot oleh persoalan
pribadinya darimana punya waktu luang untuk kemari" Aaii
Aku telah menjanjikan suatu pertemuan dengan dirinya, aku
harus berangkat kesana urtuk memenuhi janji ini"
"Aku rasa apabila nona Gak benar2 mendengar berita
tentang kematianmu karena dibakar oleh Shen Bo Hong.
niscaya ia bisa membatalkan semua rencana pertemuan serta
segala janji untuk datang kemari guna menyambangi meja
abumu" Dengan ter mangu2 Siau Ling berpaling kebelakang, ia lihat
kedai yang dibangun secara menunggal ditengah hutan itu
sudah dirubah sedemikian rupa sehingga semuanya berwarna
putih, banyak orang tampak bekerja karas membenahi
bangunan tersebut, "Sekalipun seorang ketua partai atau perguruan yang
meninggal belum tentu mereka akan peroleh kehormatan
serta perhatian dari begitu banyak orang!" bisik Pek li Peng.
Belum sempat Siau Ling menjawab, dari arah depan telah
muncul kembali serombongan rranusia.
Kali ini jumlah rombongan yang munculkan diri mencapai
dua puluh orang lebih, mereka semua menunggang kuda dan
dibelakangnya mengikuti pula dua buah kereta kuda yang
tertutup rapat. Sekilas memandang, mereka semua mengenakan pakaian
berwarna putih, ikat kepala pun berwarna putih.
Dandanan maupun potongan pakaian tersebut sangat
sederhana, ini menunjukan kalau pakaian tersebut dibuat
dengan terburu buru. Siau Ling tidak kenal dengan rombongan jago2 yang baru
datang itu. tapi dari senjata yang tersoren dapat diketahui
kalau mereka adalah jago2 persilatan.
Paras muka mereka diliputi keseriusan dan kesedihan, tiada
senyuman yang tersungging diujung bibir mereka.
Isi kedua buah kereta yang mengikuti di belakang
rombongan jago silat itu tidak lain adalah kain2 berwarna
putih. Pek li Pecg jadi keheranan, ia lantas berpikir dihati :
"Buat apa kain putih sebanyak itu" Bagaimaca rnungkin
ruang abu toako dibangun dengan kain sebanyak itu" Agaknya
mereka sudah memborong habis semua kain putih yang dijual
dikota Tiang-sah" Karena mereka berdua berdiri ditepi jalan, dengan cepat
kehadiran mereka menarik perhatian para jago yang baru tiba,
belasan pasang mata bersama2 dialihkan keatas wajah
mereka berdua. Siau Ling segera menuntun keledainya dan meneruskan
perjalanan kedepan, Pek-li Peng buru2 mengikati dibelakang nya,
Sebelum mereka menyaru kiranya Siau Ling sudah
memperhitungkan banyak hal yang kelihatan sepele tapi
penting artinya, termasuk pula adat istiadat disekitar sana,
karena itu gerak gerik mereka disesuaikan dengan adat
disana. tak heran kalau banyak orang tidak menaruh
perhatihan terhadap mereka.
Setelah melewati sebuah jalan kecil yang berliku liku,
akhirnya Siau Ling berdua telah jauh menghindari jalan raya,
jauh memandang kebelakang mereka masih sempat melihat
debu beterbangan diangkasa agaknya masih banyak kereta
dan kuda yang berdatangan kearah kedai tersebut.
Memardang debu yang beterbangan diangkasa, Siau Ling
berpikir dengan keheranan :
"Darimana datangnya rombongan manusia yang begitu
besar untuk melewati jalan sepi ini" Mungkinkah kedatangan
mereka juga untuk menghadiri upacara kebaktian bagi
arwahku?"" Berpikir sampai disitu. dia lantas bertata "Peng ji, kita harus
berusaha untuk pergi kesana, aku ingin tahu apa yang telah
terjadil" "Benar" Pek li Peng menanggapi dengan cepat "setibanya
dikota Tiang sah, kita harus menyaru sebagai jago persilatan,
seperti juga mereka kita kenakan pakaian putih dan menuju
kesana mengikuti rombongan2 yang lain, dalam jumlah orang
yang banyak rasa nya sulitlah bagi mereka untuk mengetahui
jejak toako" "Baik !" Pemuda itu segera mencemplak keledainya dan
berangkatlah mereka berdua menuju kota Tiang-sah.
Dengan mengambil jalan berputar, maka tatkala senja
menjelang tiba mereka baru masuk kota.
Sementara itu Siau Ling maupun Pek li Peng telah merubah
penyaruan mereka, kini mereka menyamar sebagai jago
persilatan, Siau Ling merubah wajahnya jadi hitam,
mengenakan pakaian ringkas warna hitam dan menyoren
sebilah go'ok dipinggang.
Sebaliknya Pek li Peng yang bertubuh kurus kecil telah
menyaru dirinya sebagai seorang kakek tua yang kurus,
jenggot hitam terurai sedada, ditambah pula mukanya ber
warna kuning ke pucat2an, pakaian kasar yang sederhana
dengan sebuah cangklong sepanjang dua depa delapan cun
ditangan, siapapun tak akan menyangka kalau kurus kecil
yang bermuka seram itu sebenarnya adalah seorang gadis
yang cantik jelita. Mereka berdua berputar putir lebih dahulu dibeberapa buah
jalan raya yang ramai. kemudian masuk kedai untuk mencari
kain putih, siapa tahu semua kain putih yang di jual dikota
tersebut telah habis diborong orang.
Sepanjang berada dikota Tiang-sah, Siau Ling dan Pek-li
Peng berlagak tidak saling mengenal, mereka tetap
mempertahankan selisih jarak sejauh satu tombak.
Siau Ling telah menyusun rencana yang masak, setelah ber
putar2 dijalan yang ramai. diapun masuK kedalam sebuah
rumah Malam telah menjelang tiba. lampu lentera digantung di
mana2 membuat suasana dalam rumah makan itu terang
benderang. Siau Ling serta Pek li Peng masing2 memilih sebuah meja
yang terpisah. Pek li Peng jauh masuk kedalam ruangan dan
duduk yang dekat dinding ujung dalam, maka Siau Ling
memilih tempat duduk yang dekat dengan pintu ruangan
Kebetulan waktu itu adalah saat orang untuk bersantap
malam, tampaklah pelayan rumah mikan dengan pakaian yang
rapi dan terus berdiri disekitar ruangan, agaknya mereka yakin
kalau akan datang banyak tamu disitu..
Diam diam Siau Ling alihkan sorot matanya memandang
disekitar tempat itu, ia lihat dalam ruangan itu kecuali dia
sendiri serta pek li Peng diseberang sana terdapat pula semeja
tamu yang tampaknya berdandan sebagai jago persilatan,
mereka sedang bersaniap dengan lahapnja. kemudian, terburu
membayar rekening dan berlalu.
Salah seorang pemuda yane berusia paling tua dan berjaian
dipaling belakang, tiba tiba berhenti disamping Siau Ling
waktu hendak tinggalkan tempa itu. kemudian tegur nya.
"Sahabat, apakah engkau datang kemari untuk mengikuti
upacara kebaktian bagi arwah Siau tayhiap?"
"Benar! apakah kalian juga akan kesitu?" sahut sang
pemuda sekenanya. 'Upacara kebaktian untuk arwah Siau tay hiap akan
diselenggarakan besok pagi" ujar orang tua itu "padahal
tempat upacara masih berjarak beberapa puluh li dari sini,
kalau sahabat ingin menghadapi upacara tersebut, lebih baik
berangkatlah sekarang juga daripada kemalaman ditengah
jalan" "Terima kasih atas nasehat saudara, cuma sekarang aku
sedang msapertimbangkan apakah harus kesitu atau tidak?""
Dengan nada keheranan kakek tua itu segera berseru:
"Siau tayhiap adalah pembawa kebahagiaan bagi umat
persilatan, sungguh tak beruntung ia terjebak oleh siasat
busuk Shen Bok Hong dan mati terbakar, setiap umat
persilatan dibikin terharu oleh pengorbanannya ini, sebagai
anggota persilatan sepantasnya kalau kita ikut berduka cita,
eh saudara engkau harus ikut menghadiri upacara tersebut"
Tapi Siau Ling sengaja gelengkan kepalanya sambil
menjawab: ''Kemunculan Siau Ling didalam dunia persilatan toh amat
singkat dan sebentar, kalau dibilang sudah banyak
keberuntungan yang dibuat olehnya bagi dunia persilatan aku
rasakan kurang setuju, lagipula aku toh tok pernah berjumpa
dengan dirinya" Kenapa aku musti bersusah payah melakukan
perjalanan malam" Kalau cuma ikut nonton keramaian sih
boleh2 saja, tapi segan kalau berangkat ditengah kegelapan!"
000OdwO000 "NONTON keramaian?" seru kakek itu dengan ketus,
"Hmm! Kalau engkau cuma ingin nonton keramaian belaka.
lebih baik-sekarang juga pulang kerumah dan tidur saja.
Walaupun Siau tayhiap belum lama terjun kedalam dunia
persilatan, akan tetapi Kegagahannya kejantanan serta
kebesaran jiwanya tiada tandingi sejak dahulu kala, meskipun
masih muda belia tapi dengan sebilah pedang ia berani
menerjang masuk ke dalam perkampungan Pek hoa san Cung,
dialah sang surya yang menyinari dunia persilatan. justru
karena kebesaran jiwanya dan kejantanannya membuat kita
umat persilatan Sadar kembali dari impian, membuat kami
bangkit dari tidur dan bertekad untuk menentarg kelaliman
serta kebengisan Shen-Bok Hong, andaikata bukan karena
kegagahan Siau tayhiap yang menopang dunia persilatan.
mungkin saat ini kita sudah terjatuh kedalam cengkeraman
iblis Shen Bok Hong bahkan dijagal atau dicincang dengan
kejinya, Eh engkoh muda ! Dalam dunia persilatan memang
banyak terdapat jago2 muda, tapi siapakah yang mampu
menandingi kejantanan dan jiwa ksatria Siau tayhiap" Aku
sudah tua dan watak berangasanku sudah banyak berkurang,
karena itu aku bersedia memberi nasehat kepadamu, kalau
berganti dengan orang lain.... Hmm! jika didengar engkau
berani pandang rendah Siau tayhiap, mungkin mulutmu sudah
kugaplok sampai berdarah.,.. Nah engkoh muda, kuanjurkan
kepadamu agar jangan sembarangan berbicara, ketahuilah
bencana datangnya dari mulut, kalau lain kali mau bicara
pikirkan dulu masak2 sebelum diutarakan keluar..!"
Selesai mengucapkan kata2 tersebut, tanpa menunggu
tanggapan dari Siau Ling lagi, ia segera putar badan dan
berlalu dari rumah makan itu.
Dengan termangu Siau Ling memandang bayangan
punggung kakek tua itu berlalu dari situ, untuk beberapa saat
lamanya ia tak mengucapkan sepatah katapan, sementara
dalam hati kecilnya dia berpikir;
"Aaah ! Aku tak mengira kalau diriku di pandang begitu
tinggi oleh umat persilatan Sementara dia masih melamun,
seorang pelayan telah maju mendekat sambil berbisik :
"Tuan..." "Ada apa?" Siau Ling berpaling.
"Selama dua hari belakangan ini, tamu yang kebanyakan
berkunjung kerumah makan kami adalah orang2 persilatan
sebangsa diri tuan setiap kali membicarakan soal Siau tayhiap
semua orang menunjukkan sikap yang sangat menghormat,
mungkin apa yang dikatakan toaya tadi memang ada
betulnya, kau..." Tiba2 terdengar suara derap kaki kuda yang samar
berkumandang dari luar, disusul suara langkah kaki yang ter
gesa2 menggema nyaring, serombongan pria kekar ber
senjata lengkap munculkan diri dalam ruang rumah makan itu.
Tak sempat menyelesaikan kata2nya, pelayan itu segera
berlalu untuk malayani tamu tamu yang lain.
Diam2 Siau Ling melirik kesamping ia lihat orang2 yang
baru datang itu berjumlah delapan orang dan duduk didua
meja. setelah pesan sayur merekapun bersantap dengan tergesa2.
ternyata tak seorangpun diantara mereka yang pesan
arak. Padahal arak adalah kegemaran dari sebagian besar orang
persilatan, dari sikap tersebut dapatlah ditarik kesimpulan


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa be berapa orang itu sedang murung dan mempunyai
pikiran yang berat. Terdengar salah seorang diantara rombongan yang baru
datang itu berteriak lantang:
"Eh pelayan, apakah di sini ada tukang jahit?"
Seorang pelayan buru2 menghampiri sambil bertanya .
"Tuan mau bikin apa?"
"Buatkan delapan stel pakaian berkabung, makin cepat
makin baik, betapapun beaya-nya akan kami bayar!"
Pelayan itu msmadang sekejap kearih delapan orang itu.
lalu jawabnya agak ragu2:
"Rumah makan kami telah tersedia pakaian berkabung
dalam bentuk jadi, cuma harganya saja rada mahal sedikit,
apakah toaya sekalian bersedia untuk membelinya?""
Pria itu tidak banyak bicara lagi, selesai bersantap mereka
berdelapan segera mengenakan pakaian berkabung yang telah
diselesaikan oleh pelayan, kemudian mereka merogoh kesaku
dan melemparkan sekeping uarg perak keatas meja
Siau Ling yang selama ini mengikuti semua perkembangan
tersebut, dalam hati kecil nya lantas berpikir
"Pandai amat rumah makan ini mencari untung, sampai2
pakaian berkabunjpun mereka sediakan dalam bentuk jadii
Sementara dia hendak memanggil pelayan untuk
membayar rekening, tiba 2 dilihatnya ada seorang tua dan
Seoraog muda masuk kedalam rumah makan tersebut.
Yang tua berusia antara enam pulun tahunan, sedang yang
muda baru berusia enam tujuh belas tahunan. mereka berdua
bersama2 menggembol senjata.
Satu ingatan lantas berkelebat dalam benaknya pemuda itu
berpikir dihati "Kedua orang ini mempunyai perbedaan usia yang
menyolok akan kulihat mereka berasal darimana?"
Terdengar pemuda yang baru datang itu berseru.
"Yaya! tampaknya banyak sekali orang yang menghadiri
upacara kebaktian untuk arwah Siau tayhiap?"
"Sepanjang jalan yang kita temui tak lebih hanyalah
mereka yang baru mendengar kabar dan buru2 melakukan
perjalanan, padahal mereka yang datang dari jauh jumlahnya
bahkan mencapai sepuluh kali lipat, mungkin besok pagi baru
akan tiba disana" ''Oh yaya, kenapa toh begitu banyak orang yang hadiri
upacara kebaktian bagi arwah Siau Ling?"
"Karena Siau Ling adalah seorang pendekar besar yang
berjiwa ksatria,' ia tak gentar menghadapi pengaruh
perkampungan Pek hoa san cung, tak tergerak hatinya oleh
pikatan kedudukan serta pahala, yang diutamakan hanyalah
keadilan serta kebenaran bagi dunia persilatan, dahulu tak
seorang manusiapan berani memusuhi perkampungan Pekhoa
san cung, mereka semua lebih suka mengurusi persoalan
pribadi daripada mencampuri urusan orang lain, berbeda
dengan Siau tayhiap. dengan kebesaran jiwanya, keberanian
serta kejantanannya dia berjuang demi kepentingan umum,
kerelaan untuk berkorban inilah yang telah menggugah hati
semua jago dikolong langit, dan justru karena
pengorbanannya yang maha besar inilah semua umat
persilatan jadi tersadar dari impian, mereka bertekad umuk
berjuang sampai titik darah penghabisan daripada selamanya
diperbudak dan dipermainkan oleh oraog2 dari perkampungan
Pek hoa san cung..."
Setelah menghela napas panjang, sambung nya lebih jauh .
"Kini Siau tayhiap sudah terjebak oleh siasat licik yang
diatur Shen Bok Hong, ia mati terbakar disebuah bukit.. ..Aiai!
sejak kini tiada orang lagi yang mampu menentang Shen Bok
Hong, oleh karena itulah para jago dan orang gagah dari
pelbagai daerah telah berdatangan semua ke empat ini. selain
untuk mengikuti ucapan kebaktian bagi arwah Siau Tayhiap,
merekapun akan menuntut balas bagi kematianoya,... yaah!
asalkan umat persilatan bisa bersatu padu, tak sukar untuk
menumbangkan segala kelaliman dan kejahatan yang ada
didunia" 'Oh, kiranya begitu!" pemuda itu mengangguk.
Selesai bersantap kakek dan cucunya itu-pun segera
membayar rekening dan berlalu.
Sang pelayan segera maju manghampiri mereka sambil
amsarkan dua stel pakaian berkabung, katanya:
"Hamba rasa tuan berdua pastilah hendak menghadiri
upacara kebaktian bagi arwah Sau tayntap, apakah tuan tidak
membutuhkan pakaian berkabung?"
Kakek tua itu mengangguk, setelah menerima pakaian
berkabung tersebut, ia mengangsurkan sekeping uang perak
lalu pergi. Menunggu kedua orang itu sudah berlalu Siau Ling baru
menggape ke arah pelayan tadi.
"Toaya ada keperluan apa?" tanya sang pe layan.
"Aku juga ingin membeli pakaian berkabung itu!" sahut
sang pemuda, "Toaya. sslahkan coba pakaian ini, pas atau tidak"!" kata
seorang pelayan sambil angsaurkan satu stel pakaian
berkabung. "Aah! Umum kalau pakaian berkabung di pakai terlalu
kedodoran, cuma aku heran tak nyana dalam rumah
makanpun bisa tersedia pakaian berkabung dari kain blaco!'"
Pelayan itu tertawa paksa,
''Hehe.. Ooya, kalau bukan dalam keadaan istimewa, tentu
saja rumah makan kami tidak menjual pakaian blaco.cuma..
keadaannya sekarang lain. mulai kemaren dulu malam,
banyak tamu yang berdatangan ke sini, mereka sama2 suruh
orang sediakan penjahit, sediakan kain blacu, rata2 pada
pesan pakaian berkabung semua.."
Ia berhenti sebentar untuk tukar napas, kemudian
melanjutkan : "Harap toaya jangan marah, terus terang Saja buat kami
yarg buka rumah makan, manusia jenis busu atau tukang silat
yang paling kami benci karena sedikit salah bicara. bisa2 jiwa
ikut melayang, maka untuk menghindari hal2 yang tidak
diinginkan, terpaksa kami khusus panggilan tukang jahit untuk
menyediakan pakaian blaco yang sudah jadi. jadi kalau ada
yang membutuhkan tinggal pesan dan bayar.."
Sementara itu Pek-li Peng juga membeli satu stel pakaian
blaco setelah dilihatnya Siau Ling telah membeli satu stel.
Selesai membayar rekening, berangkatlah kedua orang itu
menuju keluar kota dengan mengenakan pakaian berkabung
itu. Ditengah jalan, Siau Ling berbisik lirih:
"Peng ji, kalau lt bun Han-to tak ada disitu maka orang
yang lain tak akan mampu mengatasi rencana busuk dari Shen
Bok Hong, itu berarti kitalah yang harus selalu waspada untuk
mengatasi segala kemungkinan yang tidak diinginkan"
"Tapi., bagaimana cara pencegahannya"!" tanya Pek-li
Peng. "Kita pura2 belagak tidak saling mengenal. masing2 pilih
suatu tempat yang luas jangkauan pandangannya untuk
mengawasi getak gerik dalam gelanggang secara diam2, bila
menemukan sesuatu yang mencurigakan maka kita segera
mengadaka kontak dengan kode tangan, tapi ingat! engkau
harus bertindak hati", ketahuilah orang yang hadir dalam
ruang sembahyangan terdiri dari aneka ragam manusia, jika
sam pai salah menuduh maka lelucon itu tidak lucu lagi!"
Sampai disitu dia lantas merundingkan kode tangan dengan
gadis itu untuk saling mengadakan kontak.
Dengan seksama Pek-li Peng awasi semua kode tangan itu
dan mengingatnya dihati, kemudian ia bertanya :
''Kalau aku temukan seseorang yang sangat mencurigakan,
apa yang mesti kulakukan?"
"Lebih baik lukai dirinya secara diam2 sehingga dia tak
mampu melakukan pengacau apabila keadaan tidak terlalu
terdesak lebih baik jagan sampai bocorkan rahasia sendiri "
'Baik! Semuanya akan kulakukan seperti apa yang toako
pesan" Berangkatlah dua orang itu melanjutkan perjalanan,
ketika mereka tiba kembali dikedai terpencil itu,
pemanndangan disitu sama sekali telah berubah
Tenda telah didirikan ber deret2, jumlahnya mencapai
belasan buah, di sekitar tenda itu dibuat dinding pemilah
dengan memakai tali yang dibentangkan ber-susun2, setiap
jarak dua kaki tergantung sebuah lentera anti angin.
Sebelah timur terbuka sebuah pintu besar dibaiik pintu
duduk dua orang manusia, di depan kedua orang itu terletak
sebuah meja besar. Sejilid kitab yang sangat tebal terletak di atas meja besar
itu, tinta bak maupun alat tulis tersedia lengkap disana.
Tdk jauh dari tenda, tepatnya dibalik hutan yang lebat
tertambat beratus ratus ekor kuda jempolan, semuanya
tertambat rapi dan teratur ringkikan kuda menggema
memecahkan kesunyian Per lahan2 Siau Ling mendekati piutu gerbang, ia kenali
dua orang yang bertugas di balik meja itu adalah Suma Kan
serta Coh Kun san. Kiranya sejak keerangkatan Siau Ling beberapa orang itu
segera melakukan pengejaran dari belakang. tapi sepanjang
perjalanan mereka dihadang oleh jebakan jebakan musuh
hinggaa sukar untuk menerjang masuk lebih jauh, menyusul
bukit disebelah depan terbakar hebat dan tersiar berita
kematian dari Siau Ling, dalam keadaan begitu terpaksa
kawanan jago lihay itu mengundurkan diri.
Belum sempat Siau Ling mendekati meja besar. Coh
Kunsan telah bangkit berdiri, seraya menjura dia menegur .
"Siau te adalah Coh Kun-san. boleh aku tahu apakah
kedatangan saudara adalah untuk menghadiri ucapan
berkabung bagi Siau tayhiap?"
Siau Ling kuatir suaranya dikenal orang, ia tak berani
menjawab dan terpaksa cuma mengangguk.
Ruparya Coh Kun sao telah mengetahui kalau tamunya
tidak menunggang kuda. terbukti dari pakaiannya yang kotor
oleh debu, kembali dia berkata :
"Ooh .. rupanya sahabat datang kemari dengan berjalan
kaki. semangat besar saudara patut dipuji dan dihargai,
silahkan tinggalkan nama dan cepat2lah masuk ke tenda
untuk beristirahat!'' Mendengar ucapan tersebut. Siau Ling kembali berpikir :
"Kalau pertanyaan yang diajukan hanya begitu sederhana
dan gampang, sekalipun ada mata2 yang dikirim Shen Bok
Hong untuk menyelinap kemari, belum tentu kalian bisa tahu
dengan jelas!'' Cepat ia ambil pit dan meninggalkan namanya diatas kitab
tebal itu. ia menulis dirinya sebagai Teng Toa wan dari Siang
pak kemudian dengan langkah lebar masuk ktda iam tenda,
Untuk menghindari kecurigaan orang Siau Ling tak berani
berpaling lagi, ia langsung masuk kedalam tenda setelah
berada ditengah tenda barulah berpaling kebelakarg.
Tampak olehnya Suma Kan masih mengawasi gerak
geriknya dengan sepasang mata melotot besar, ia tak berani
berpaling terlalu lama dengan langkah lebar cepat pemuda itu
masuk keruang tenda. Sebuah lilin warna putih yang besar memancarkan cahaya
yang terang, sudah banyak orang yang berkumpul dalam
tenda itu, sekilas memandang jumlah mereka mencapai empat
puluh lima puluh orang letih, beberara lembar permadani
lebar digelar diatas tanah, sebagian besar para jago yang
berkumpul disitu duduk bersila sambil atur pernapasan, tapi
ada pula diantara mereka yang sudah tertidur pulas.
Siau Ling kuatir kalau ada orang menegur atau ajak dia
berbicara, setelah memandang sekejap cepat ia mencari
tempat duduk cara bersila sambil penjamkan matanya,
sebentar kemudian dia sudah atur pernapasannya.
Walaupun sudah ber puluh2 li yang harus d tempus, selama
ini. akan tetapi dengan dasar tenaga dalamnya yang sangat
sempurna, ia sama sekali tidak merasa lelah.
Secara lapat2 sianak muda itu merasa tenda disitu telah
dibuka orang, untuk menghindari kecurigaan lawan dia tak
berani membuka matanya, cuma didalam hati pikir nya :
"Semoga saja Peng-ji cukup cerdik dan bisa mengatasi
kesulitan itu hingga berhasil menyusup masuk dengan
selamat" Sementara itu tenda sudah diturunkan kembali, menyusul
suara langkah manusia masuk kedalam ruang tenda, rupanya
setelah mengawasi sejenak suasana disitu maka orang itu
masuk kedalam ruangan. Siau Ling masih tetap memejamkan mata nya, dalam hati
kembali dia berpikir : "Semoga Peng-ji dapat melewati penjagaan di pintu
gerbang din masuk pula kedalam ruang tenda ini!"
Ttba2 ia merasa pipinya jadi panas, seteah2 ada seseorang
sengaja menghembuskan napas diatas wajahnya, bahkan
hawa yang ditiup kearabnya itu hangat2 panas.
Siau Ling membuka matanya, ia lihat seorang pria gemuk
pendek duduk tepat dihadapannya, jarak mereka berdua cuma
dua depa lebih sedikit, waktu itu dengan sepasang matanya
yang bulat besar ia sedang mengawasi raut wajahnya tanpa
berkedip. Tingkah laku orang itu agak menggusarkan hati Siau Ling,
tapi sebelum sempat mengumbar amarah dia telah kenali pria
gemuk pendek itu, terayata dia tak lain tak bukan adalah padri
pemabuk Poan-cay taysu. Meskipun sudah banyak tahun mereka tak berjumpa, tapi
dandanan dari padri itu masih seperti sedia kala, mukanya
penuh berminyak dan mukanya berbau arak yang sangat
menusuk perciuman, maka sekali pandang segera dapat
dikenali kembali. Setelah mengetahui siapakah orang itu, Siau Ling berusaha
menahan diri dan menekan kembali hawa amarahnya kedalam
hati sekali lagi dia pejamkan matanya.
Baru saja ia pejam mata, hawa panas itu berhembus
kembali keatas wajahnya, kali ini malah membawa bau arak
yang sangat tebal rupanya padri pemabuk sengaja
menghembuskan nafasnya itu keatas wajah Siau Ling.
Anak muda itu tidak melakukan perlawanan, ia bangkit
berdiri dan pindah kesudut tenda yang lain. disana kembali
pemuda im duduk sambil atur pernafasan.
Walaupun tingkah laku yang dilakukan padri pemabuk ini


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangat kasar dan gampang membuat hati orang jadi panas,
akan tetapi Siau Ling tidak memberi tanggapan. dia tak tahu
apa maksud setta tujuannya berbuat begitu
Selain itu untuk menjaga rahasia penyaruannya diapun tak
ingin membuat banyak keributan sehingga membongkar
rahasia sendiri Sementara itu padri pemabuk ikut bangkit dan mengejar
kesisi Siau Ling ketika dilihatnya anak muda itu pindah
ketempat lain. kali ini dia duduk persis disisinya.
"Sahabat, engicau pandai membawa diri sungguh sabar
dan tenang hatimu !" tegur nya lirih.
"Ada apa?" tanya Siau Ling sambil menengadah.
"Boleh toh kalau aku hweesio gundul ingin bercakap2
dengan kau?"" "Apa yang mau dibicaratan" Aku paliag segan banyak
bicara dengan orang lain !"
"Siapa namamu " " tanya Poan-cay taysu kemudian.
"Aku she-Teng bernama Toa wan, cukup bukan?"
"Oooh..rupanya saudara Teng, selama ini cari harta
Kekayaan d daeran mana?" tanya poan-cay taysu lagi.
"Selama ini aku cuma bergerak disekitar daerah Siang pak"
"Aaah..suatu tempat yang indah, akupun seringkali
bergerak didaerah sekitar sana, kenapa tak pernah kudengar
nama besar saudara Teng?"
"Berbicara menurut kata agama, itu berarti aku tak punya
jodoh dengan diri taysu "
"Oooh...!" Poancay taysu berseru tertatahan, "jadi kalau
begitu saudara Teng kenal dengan aku hwesio tua?"
Siau Ling menyapu sekejap keseluruh ruang tenda, lalu
katanya: "Sekarang banyak orang sedang beristirahat, lebih baik kita
jangan mengganggu ketenangan orang, bila taysu ingin
mengikat persahabatan lebih baik kita bicarakan esok pagi
saja!" Poan cay taysu mengangguk berulang kali;
"Perkataan dari saudara Teng memang benar! Cuma.... aku
hwesio gede ingin mengajukan satu pertanyaan lagi, bersedia
menjawab bukan?" Siau Ling pejamkan matanya, ia tak mau menggubris
ocehan dari padri itu lagi.
Sampai beberapa kali Poancay taysu ulangii pertanyaannya
itu, namun Siau Ling sama sekali tidak menggubris.
Sekalipun tidak peroleh jawaban, Poan cay taysu sarna
sekali tidak putus asa, dengan hati yaug sabar dan suara yang
halus dia ulangi kembali kata2 itu sampai belasan kali
banyaknya, kalau dilihat dari tekadnya itu
selama Siau Ling belum menjawab maka dia akan ulangi
terus pertanyaan itu sampai akhirnya memperoleh jawaban.
Siau Ling bcn.r2 dibuat mati kutunya, dengan perasaan apa
boleh buat ia buka ma tanya dan menyahut:
"Baik! Hanya kulayani sebuah pertanyaanmu ini saja."
Poan-cay taysu mengangguk.
"Engkau kenal dengan aku hwesio gede"!" ia bertanya.
"Tentu saja kenal !" sahut Siau Ling sambil membuka
matanya.! "bukankah engkau adalah padri pemabuk Poan cay
taysu?" Pojh cay taysu tertegun dan untuk sesaat duduk melongo,
akhirnya dia menggerakkan bibirnya seperti mau bertanya
lagi, namun Siau Ling telah pejamkan matanya dan tidak
menggubris hwesio itu lagi.
Kali ini sang padri itu yang dibuat kewalahan, setelah
mengamati kembali wajah Siau Ling dengan seksama,
akhirnya ia bangkit dan berlalu.
Siau Ling membuka sedikit matanya dan melirik sekejap
kearah poaa cay taysu, dalam hati ia tertawa geli. pikirnya :
"Padri ini memang terlalu susah dilayani kalau aku tidak
hadapi dirinya dengan memakai akal. waah! rahasia
penyaruanku pasti bisa terbongkar olehnya"
Sementara pikiran tersebut masih melintas dalam
benaknya, tenda itu kembali disingkap orang, menyusul
seorang kakek kurus bermuka hitam melangkah masuk ke
dalam ruangan. Sekilas pandangan Siau Ling kenali orang itu sebagai
penyamaran dari Pek-li Peng, ia lantas berpikir :
"Semoga dia mempunyai hati yang sabar dan otak yang
encer, kalau hatinya cepat dibuat gusar oleh tingkah pola Poan
cay taysu.. waah! Urusan bisa berabe, dan penyamannya
tentu akan ketahuan!"
Sementara itu Pek li Peng telah menyapu sekejap sekitar
tempat itu, kemudian langsung berjalan menghampiri Siau
Ling. Sianak muda itu jadi amat terperanjat; segera berpikir :
'Aduuh.. celaka, kalau sampai dia ajak aku berbicara, orang
lain pasti akan mena ruh curiga kepadaku!"
Ketika mencapai jarak kurang lebih tiga depa dari samping
tubuhnya, tiba tiba Pek li peng berhenti dan duduk disana ia
sama sekali tak memandang barang sekejappun kearah Siau
Ling. Agak lega hati pemuda itu setelah menjumpai keadaan
tersebut, ia membatin: 'Gadis ini memang jauh lebih cerdik, pengetahuannya
makin bertambah maju!"
Ketika Siau Ling masuk ke dalam tenda tadi Pek li peng
telah mengikutinya diri kejauhan apa yang dilakukan si anak
muda itu tertampak jelas olehnya, diam2 apa yang perlu
dicatat telah diingat selalu didalam hat i.
Ternyata tak salahlah dugaannya, baru saja gadis itu duduk
padri pemabuk telah maju menghampirinya dan duduk disisi
dara itu. "Sahabat, engkau datang dari mana?" tegurnya
Dengan pandangan dingin Pek li peng memandang sekejap
kearah Poan cay taysu. mulutnya tetap membungkam diam
seribu bahasa. Poan cay taysu mendehem ringan kembali ia menegur.
"Hay. aku hwesio gede toh lagi ajak engkau berbicara"
Kedengaran tidak suaraku ini" "
Kembali Pek li peng memandang sekejap kearah Poan cay
taysu. mulutnya terus membungkam.
"Engkau kena! dengan aku hwesio gede?" Poan cay
mendesak lebih jauh dengan gencarnya.
Sementara mulutnya mengajukan serangkaian pertanyaan,
sementara sepasang mainnya yang tajam mengawasi wajah
Pek li peng tanpa berkedip agaknya dia mau periksa apakah
wajah itu asli ataukah hasil dari penyamaran.
Pek li peng membelalaka n matanya dengan lebar, sinar
tajam memancar dari balik sorot matanya, setelah
memandang sekejap ke arah hwesio itu dia menggeleng dan
pejam kan kembali matanya.
Meihat Pek li peng selalu membungkam dan tak mau
mengucapkan sepatah katapun padri pemabuk Poan cay taysu
dibikin kehabisan akal. akhirnya ia tidak banyak bertanya lagi
segera bangkit dari situ dan tinggalkan dara itu seorang diri.
Selama ini Siau Ling sangat menguatirkan bagi diri Pek li
peng. dia tahu asal gadis itu buka suara maka nada
perempuannya dengan cepat akan membangkitkan kecurigaan
sang padri itu siapa tahu Pek li peng ambil sikap untuk
membungkam, dengan begitu Poan cay taysulah yang dibikin
kepalang pusing dan tak mampu berbuat apa2
Malam itu berlalu tanpa gangguan lagi. ketika fajar baru
menyingsing keesokan harinya, tiba2 dari luar tenda
berkumandang irama musik yang membawa nada sedih.
Dengan suara keras padri pemabuk segera berseru lantang:
"Ruang sembahyangan bagi arwah Siau tayhiap telah
dibuka. saat upacara kebaktian sudah mulai, silahkan saudara
sekalian berkunjung kesana untuk pasang hio."
Ketika Siau Ling membuka matanya, dia lihat sebagian
besar orang yang ada dalam enda itu sudah pada bangkit
berdiri dan mulai mengalir keluar dari tenda tersebut.
Siau Ling dan Pek li Peng ikut bangkit berdiri, mengikuti
ditengah rombongan para jago yang lain, kedua orang itu ikut
berjalan keluar dari ruang tenda.
Dalam pada itu para jago yang tertampung didalam tenda
yang didirikan disekitar tempat itu sudah berkerumun keluar
menuju keruang upacara, sekilas memandang Siau Ling taksir
orang2 itu mencapas ratusan jumlahnya, mereka semua rata2
memakai baju berkabung warna putih dengan ikat kepala
warna putih pula Ketika dia alihkan pandangannya kearah kedai,
pemandangan ditempat itupun sudah mengalamiperubahan
besar. Kain putih telah didirikan disekitar panggung upacara,
tinggi kain2 itu mencapai empat kaki, dipandang dari
kejauhan bentuk nya persis seperti sebuah loteng tinggi yang.
berwarna putih. Ber puluh2 buah lentera warna putih digantungkan jauh
diujung tiang kaju yang menjulang keangkasa, semua lentera
teratur rapi dan mengitari sekeliling ruang kebaktian.
Tiang2 kayu itu dibalut semua dengan kain putih, sekitar
panggung upacara berwarna putih malahan pepohonan
tumbuh disekitar sanapun sudah ditutup semua dengan kain
putih, hingga ratusan kaki disekitar tempat upacara berubah
jadi putih bersih, sama sekali tidak kelihatan warna yang lain.
Menyaksikan kesemuanya itu Siau Ling, merasa amat
terharu, pikirnya didalam hati .
"Aaai .! Sungguh tak kusangka kematianku telah
diperingatkan dengan begini besar2an serta spontan....ini
menandakan kalau semua orang menaruh hormat kepadaku
sepantasnya kalau akupun bersedia berkorban demi
kepentingan mereka semua..."
Rombongan jago yang berjalan keluar dari dalam tenda
serta merta membentuk diri jadi empat buah barisan yang
panjang dan teratur rapi, per lahan2 mereka bergerak menuju
panggung kebaktian. Menanti rombongan sudah hampir mendekati panggung
kebaktian tersebut, Siau Ling baru dapat melihat jelas bila
dinding tinggi yang terdiri dari kain putih itu membungkus
suatu wilayah yang sangat luas. sekali pun beberapa buah
bangunan kecil ditengah dijadikan titik pusatnya, namun kain
putih yang melingkari bangunan tersebut boleh di bilang be
ratus2 kali lipat lebih besar dari bangunannya sendiri;
Yang lebih aneh lagi, kain putih yang melingkari sekitar
panggung kebaktian itu ibaratnya sebuah dinding tembok
yang sangat tinggi, kecuali tersedia empat buah pintu tidak
tampak jalan tembus lainnya lagi.
Ketika mula pertama Siau Ling ikut berbaris dalam
rombongan itu. ia masih tidak merasakan apa2 tapi semakin
dipikir ia merasa semakin curiga ia yakin dibalik kesemuanya
itu pasti tersembunyi suatu rahasia yang sangat besar.
Keanehan itu tanpa sadar telah membangkitkan rasa ingin
tahunya, dalam hati ia sepera berpikir:
"Aku yakin ruang upacara yang terbuat dari lingkaran kain2
putih ini pasti mempunyai suatu kegunaan yang sangat besar,
aku harus perhatikan baik2 daerah disekitar situ setelah
masuk kedalam nanti!"
Sementara ia masih termenung, rombongan mereka telah
tiba didepan pintu masuk.
Sam-yang-sin lan (peluru sakti) Liok kui ciang berdiri
didepan pin'u m-isuk dengan muka murung bercampur sedih,
setiap kali tamunya lewat ia segera menjura sambil berkata:
"Terima kasih atas kunjungan saudara!
Siau Ling balas memberi hormat dan melangkah masuk
kedalam ruangan, pikirnya lagi
"Sekarang aku baru tahu, rupanya mereka bertindak
sebagai tuan rumah untuk menerima tamu kalau disini begitu
keadaannya berarti ditiga tempat yang lainpun demikian juga
keadaannya!!.." Setelah masuk kedalam ruangan, sebuah meja berbentuk
empat persegi panjang tersedia ditepi ruangan, meja itu
dialasi dengan sebuah alas meja warna putih, dua orang
murid partai Bu-tong yang mengenakan jubah pendeta warna
putih berdiri dibelakang meja dengan muka murung, alat tulis
tersedia lengkap diatas meja, sebuah kitab tebal tersedia
disana dan sudah penuh berisikan nama2 para jago yang
hadir. Siau Ling segera mencantumkan namanya sebagai Teng
Toa wan dari Siang-pak diatas kitab itu, kemudian melangkah
masuk keruang kebaktian. Ruangan yang digunakan sebagai tempat kebaktian
tersebut diatur sedemikian rupa sehingga mendatangkan
suasana yang hening dan penuh keseriusan, sebuah panggung
sembahyangan yang terbuat dari kayu dan di bungkus dengan
kain pulih berdiri ditengah ruangan itu.
Ruang kebaktian sangat luas dengan suatu lapangan
rumput yang lebar terbentang dihadapanya. lapangan itu
dialasi pula dengan kain putih, menurut taksiran Siau Ling,
kemungkinan besar lapangan itu bisa muat jemaah sebanyak
ribuan orang. Sebuah kain putih yang besar tergantung ditengah ruangan
tepat dibelakang panggung sembahyangan, dialas kain putih
itu tertera tujuh huruf besar yang berbunyi : " THIAN HE TIT
IT HIAP SIAU LING" Artinya: Pendekar nomor satu didunia Siau Ling
Sajian dan buah2an penuh teratnr rapi didepan meja
sembahyangan itu, bunga warna putih menghiasi disekitarnya,
lilin putih yang besar memancarkan sinar yang redup
menerangi suasana dengan remang2 suasana amat sunyi,
tiada yang berbicara, semuanya berlalu dalam suasana duka
dan penuh keseriusan. Per lahan2 Siau Ling masuk kedalam lapangan dan duduk
dialas kasur putih yang telah tersedia, ketika dia alihkan
kembali sorot rnataaya kearah depan, terbaca oleh nya diatas
meja sembahyangan tergantung sebuah papar, nama dengan
tulisan : " BU LIM BENG TENG"
Artinya : Lentera kebenaran bagi dunia persilatan.
Diam2 ia menghela napas sedih, pikirnya: "Kemampuan
dan kebaikan apakah yang dimiliki aku orang she-Siau.
Sehingga umat persilatan demikian menaruh hormat
kepadaku" Aaaai .! Kalau diingat kembali, aku benar2 merasa
malu din menyesal ..' Kurang lebih sepermiaum teh kemudian
dari belakang panggung kebaktian muncul dua orang manusia.


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang yang pertama berperawakan kurus kecil dengan
pakaian berkabung yang amat panjang, besar dan kedodoran,
kepalanya di ikat dengan sebuah kain putih, meskipun
keadaannya kelihatan sangar kocak namun mukanya seram
dan diliputi kedukaan yang berat, sehingga siapapun yang
memandang kearahnya tak sanggup mentertawakan lagi.
Orang itu tak lain adalah Sun Put-shia, tianglo dari Kayoaog
yang disegani dan di hormati oleh rekan2 persilatan baik
dari golongan putih maupun dari golongan hitam.
Sedangkan orang kedua berjenggot panjang sedada
dengan memakai jubah pendeta warna putih, dia adalah Bu wi
totiang, ketua dari perguruan Bu tong pay.
Tampak Sun put shia menjura keseluruh penjuru lapangan,
lalu berkata dengan suara serak ;
"Aku pengemis tua adalah Sun put-shia tentunya diantara
saudara sekalian ada yang pernah kenal dengan aku pengemis
tua ini." Ia berhenti sebentar, kemudian melanjut-kan :
"Dengan usia aku pengemis tua, sebetulnya sudah banyak
tahun mengundurkan diri dari dunia persilatan dan
mengasingkan diri disuatu tempat terpencil, tapi aku tak rela
menyaksikan rekan2 persilatan terjatuh dalam cengkeraman
iblis Shen Bok Hong. maka serta merta aku tinggalkan tempat
pengasinganku dan muncul kembali kedalam dunia
persilatan." Seseorang dengan suara yang berat dan kasar menanggapi
dari antara rombongan jago
"Sun tayhiap munculkan diri dalam dunia persilatan demi
kesejahteraan kami sekalian sebagai umat persilatan kami
semua merasa sangat berterima kasih."
Sun Pui-shia tertawa getir.
"Aku pengemis tua sudah terlalu reyot, aku tak punya
kemampuan lagi untuk menyumbingkan tenagaku bagi
kesejahtraan umat persilatan. aaai...Siau tayhiay yang punya
jiwa besar, semangat jantan dan berkemampuan membantu
umat persilatan lolos dari cengkeraman iblis, justru telah
dibakar mati oleh siasat busuk Shen Bok-Hong, peristiwa ini
benar2 menyedihkan hatiku..menyedihkan kita semua umat
persilatan " Sampai disini, pengemis tua itu tak kuasa menahan
emosinya lagi. ia menangis ter sedu2 dengan sedihnya, tak
sepatah katapun mampu dilanjutkan kembali.
Sebagai seorang tokoh berkedudukan yang sangat
tinggipun San Put-shia tak mampu menahan diri hingga
menangis terisak, apa lagi kawan2 jago lain yang sebagian
berhati lemah. air mata bercucuran membasahi wajah mereka
semua. Lama.. lama sekali.. Sun Pat shia baru menghapus air
matanya dan melanjutkan kembali kata2nya :
"Aku pengemis tua berjumpa untuk pertama kalinya
dengan Siau tayhiap sewaktu ada didalam perkampungan Pekhoa
San cung, dengan mata kepalaku sendiri disaksikan
betapa ia mengobrak abrik delapan belas orang kim kong
yang paling diandalkan iblis Shen Bok Hong, kehebatan dan
keberaniannya benar2 sukar dicarikan tandingannya di
seantero jagad, dengan usiaku yang setua ini belum pernah
pula aku pengemis tua mengalami pertarungan masal yang
begitu sengit, seru dan bahaya..."
Dia menghembuskan napas panjang, setelah berhenti
sejenak terusnya kembali:
"Shen Bok Hong telah peras semua kecerdikannya,
menggunakan pelbagai macam akal dan perbuatan yang licik
dan berbahaya dengan harapan bisa memakai tenaga Siau
tayhiap, bahkan menculik orang tuanya sebagai sandera untuk
paksa Siau tayhiap menyerah kalah, tapi.... Siau tayhiap walau
pun masih muda tapi berjiwa ksatria ini sama sekali tak gentar
oleh tantangan maut yang dihadapinya, ia rela mengorbankan
segala sesuatunya demi kepentingan umum... demi
kesejahteraan umat manusia dikolong langit, selama hidup
belum pernah aku pengemis tua menjumpai seorang pendekar
besar seperti dia, sungguh tak nyana..sungguh tak nyana
pendeka sejati yang berjiwa besar dan ber cita2 tinggi ini mati
dibunuh Shen-Bok Hong dengan akal muslihatnya yang keji.
Aaai! Aku benar2 tak sanggup melanjutkan kata kataku...."
Lama sekali Sun Put shia membungkam untuk menekan
perasaan sedih yang bergelora dalam dadanya, setelah ia
dapat menguasai diri lagi pengemis tua itu berpaling sekejap
kearah Bu wi totiang dan meneruskan kembali kata2nya:
"Walaupun belum lama Siau tayhiap terjun kedalam dunia
persilatan, tapi pengaruhnya bagi perkembangan dunia
persilatan teramat besar, yah begitu besar pengaruhnya
hingga semua orang, setiap insan manusia dapat merasakan
tenaga serta perjuangannya itu Totiang. aku tak sanggup
melanjutkan kembali kata2ku. hatiku terlampau sedih, engkau
sajalah yang melanjutkan kata2 ini.."
Bu wi totiang menghela napas sedih, katanya kemudian.
"Aaaai! Sekalipun kita gunakan seluruh kata pujian yang
ada dikolong langit, belum cukup rasanya untuk melukiskan
kebesaran jiwa dan budi kebaikan Siau tayhiap sebagai
seorang ksatria sejati...."
Dia berpaling dan memandang sekejap meja abu Siau Ling,
kemudian meneruskan: ''Dia ibaratnya sekilas sinar terang, sinar yang menerangi
awan gelap, sinar yang menjadi pelita dalam kegelapan, tapi
begitu cepat dia berlalu, pergi meninggalkan kita untuk selama2nya..
yang masih tertinggal hanya pujian, sanjungan dan
kenangan., selain itu dia tinggalkan pula suatu permainan
catur yang belum sempat diselesaikan"
Ia berhenti untuk menyeka air mata lalu meneruskan lagi:
"Sekalipun begitu, sinar kuat yang ditinggalkan Siau tayhiap
telah menerangi semua kebusukan2, semua intrik jahat yang
ada dalam dunia persilatan, walaupun ia mati karena
kedengkian dan keculasan hati kaum iblis, tapi justru dialah
yang telah membukakan sebuah jalan bagi kita, sebuah jalan
rata yang bisa kita lewati untuk menegakkan kembali keadilan
dan kebenaran bagi umat persil: tan, karena itu sepantasnya
kalau kita balaskan dendam bagi kematiannya. kita harus
pertaruhkan jiwa raga kita untuk menumpas semua kebusukan
dan kejahatan yang ada diducia saat ini"
Semua jadi gaduh, kawanan jago yang berkumpul dalam
lapangan mulai menunjukkan reaksinya, tapi tak seorangpun
diantara mereka yang memberi tanggapan
Bu wi toiiang melanjutkan kembali kata2nya :
"Bicara menurut keadaan yang terbentang didepan mata
kita sekarang, taktik hanya mengurusi urusan pribadi tanpa
bersedia mencampuri urusan orang lain sudah menjadi basi.
sekarang sudah tak berlaku lagi, tujuan Shen Bok Hong saat
ini adalah menguasai dunia persilatan dan mengangkat diri
menjadi pemimpinnya, kecuali kalau kalian sudi menjadi budak
perkampungan Pek hoa-san-cung, selain itu hanya kematian
dan pembantaian saja yang akan kalian terima. kalau tidak
mulai sekarang kita bangkit untuk berjuang, mau tunggu
sampai kapan lagi?" "Benar!" seseorang dengan suara yang kasar dan lantang
menanggapi dari tengah lapangan, "Siau tayhiap berkorban
demi keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan,
memangnya kita hanya akan berpeluk tangan belaka sambil
menantikan tibanya saat ajal " Sekalipun kita menyadari masih
bukan tandingan Shen Bok Hong, tapi sebagai seorang ksatria
kita wajib untuk bangun dari tidur serta berjuang sampai titik
darah penghabisan, lebih baik mati sebagai pahlawan daripada
hidup sebagai pengecut!"
Begitu seseorang memberi tanggapan, para jago yang
lainpun memberikan reaksinya dalam sekejap mata seluruh
lapangan telah penuh dengan suara renungan untuk
membalaskan dendam bagi Siau Ling.
Betapa terharunya Siau Ling menyaksikan reaksi spontan
dari umat persilatan itu, dalam hati ia lantas berpikir:
"Padahal sampai detik inipun mereka belum pernah
bertemu dengan aku, tapi mereka memandang serius
kematianku, rela membalaskan dendam bagi
kematianku...Aaaah! Budi sebesar ini sudah sepantasnya kalau
ku balas akupun harus berjuang pula bagi kesejahtraan
mereka!" Kembali Bu-wi totiang berkata dengan nyaring:
"Justru karena pancaran sinar suci dari Siau tayhiap, semua
perguruan besar maupun umat persilatan telah sadar kembali
dari tidurnya, asal kita umat persilatan bisa bersatu padu dan
menghimpun diri dalam satu wadah, apalagi yang musti kita
takuti.,?" Tiba2 nada suaranya berubah, dia meneruskan :
"Pinto serta beberapa orang sahabat karib dari Siau tayhiap
telah mengambil keputusan, setelah tiga hari kita berkabung
maka kami akan angkai sumpah setia kawan, dihadapan meja
abu Siau tayhiap, kami akan bersumpah untuk bersatu padu
serta ber-sama2. membasmi pengaruh perkampungan Pek
hoa-san cung dari muka bumi. Sepanjang hidupnya Siau
tayhiap berjiwa besar dan bersifat terbuka, pinto tak ingin
menodai nama sucinya, karena itu kami beri kesempatan
kepada saudara sekalian untuk berpikir tiga kali sebelum ambil
keputusan, untung masih ada waktu tiga hari, jika ada
diantara kalian yang bersedia tetap tinggal disini dan rela
mengorbankan segala sesuatunya demi melanjutkan cita2 Siau
tayhiap yang belum sempat diselesaikan, dengan senang hati
kami atau sambut uluran tangan kalian itu, tapi kalau ada di
antara kalian yang tidak bersedia mengorbankan diri untuk
menempuh bahaya, karnipun tak akan menghalangi, pokoknya
dalam tiga hari ini saudara sekalian bebas mau pergi
kemanapun juga." Tiba2 seorang murid partai Bu tong dengan jubah pendeta
warna putihnya muncul dengan langkah tergesa. ia segera
membisikkan sesuatu di sisi telinga Bu-wi totiang.
Imam tua itu segera mengangguk, dengan suara lantang ia
berseru: "Saudara sekalian merupakan rombongan yang paling pagi
datang menyambangi arwah Siau tayhiap. aku rasa setiap
orang yang datang kemari dengan ter-buru2 semuanya
merupakan orang yang sangat menaruh hormat terhadap diri
Siau tayhiap, sekarang orang2 dari Kaypang datang untuk
bersembahyang itu berarti saudara sekalian boleh bebas
kembali ketenda untuk beristirahat, bahkan kalau ada yang
mau ber jalan2 disekitar tempat ini boleh juga. hari keempat
lohor adalah saat diselenggaranya pertemuan besar untuk
mengangkat sumpah setia pembalasan dendam bagi Siau
tayhiap, siapa saja yang ingin datang kemari, kami akan
menyambut degan segala senang hati, kalau ada yang tak
ingin menghadiri upacara sumpah setia, kami ikut
mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran kalian untuk
datang menghormati arwah Siau tayhiap"
Kawanan jago yang berkumpul dalam lapangan sama2
bangkit berdiri dan mengundurkan diri dari ruang kebaktian.
Diam2 Siau Ling mengamati rombongan jago yang
mengundurkan diri itu, ia taksir jumlahnya mencapai dua ratus
orang lebih. Tiba2 ruang kebaktian berubah jadi hening dan sepi,
sebagian besar peziarah telah mengundurkan diri dari ruangan
tersebut, tapi masih ada belisan orang yang tak mau pergi,
mereka sama2 berkumpul disudut ruangan itu.
Siau Ling memandang sekejap sekeliling ruangan itu, dia
lihat Pek-li Peng terdapat diantara belasan orang itu, maka
dia pun bangkit dan per lahan2 menggabungkan diri dengan
mereka. Dengan langkah lebar Sun Put shia maju menghampiri
mereka, dengan penuh hormat dia menjura kepada orang2
itu. Kedudukan Sun Put shia dalam dunia persitatan amat tinggi
dan dihormati setiap orang, penghormatan ini kontan
menggugupkan belasan jago yang tetap tinggal disitu. cepat
mereka bangkit sambil membalas hormat,
"Locianpwe, kami semua tak berani menyambut!
penghormatan besar dari cianpwe ini" serunya hampir
bersama. Dengan suara nyaring Sun Put shia menjawab:
"Kalian tak mau mengundurkan diri dari sini, itu berarti
kalian semua tentulah mempunyai pandangan yang lebih
mendalam atas kebesaran jiwa Siau tayhiap. Tapi perlu diingat
Shen Bok Hong justru berada dikiri kanan kita, kemungkinan
besar mereka akan kinm jago2 lihaynya untuk membuat
keonaran disini, karenanya mau tak mau kita harus bikin
persiapan untuk menghadapinya silahkan saudara sekalian
berkumpul di sebelah barat ruang kebaktian, dengan begitu
kami dapat mengendalikan keamanan dalam ruangan itu
dengan ketat bila terjadi perubahan atau sesuatu yang tidak
diinginkan, kamipun bisa menanggulangi dengan seksama"
---o0dw0o--- Jilid: 35 BELASAN orang jago itu sama2 mengia-kan, mereka
segera bangkit dan mengundurkan diri keruang sebelah barat.
Siau Ling serta Pek-li Peng mencampurkan diri diantara
kawanan jago tersebut, mereka ikut duduk bersila diatas
tanah sambil atur pernafasan.
Terdengar suara lengking dari Suma Kan berkumandang
dari luar ruangan; "Seng pangcudari Kay pang datang untuk memberi
penghormatan!" Siau Ling alihkan pandaagan matanya ke tengah ruangan,
dia lihat seorang pengemis kurus berusia lima puluh tahunan
perlahan lahan berjalan masuk kedalam ruangan.
Dibelakang pengemis kurus itu mengikuti pula empat orang
pengemis tua berumur enam puluh tahunan.
Mereka semua mengenakan jubah panjang warna abu 2
dengan sepatu warna putih, sebuah ikat kepala putih
menghiasi jidatnya dan sekuntum bunga putih menghiasi
dadanya. "Pengemis kurus yang berjalan dipaling depan itu pastilah
Seng pangcu dari Kay pang!" pikir Siau Ling.
Sementara itu dengan paras muka serius Seng pangcu
telah melangkah maju kedepan meja abu Siau Ling, setelah
memberikan penghormatannya tiba2 dia menyingkap jubah
sambil jatuhkan diri berlutut.


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dari belakang layar panggung tiba2 berkumandang irama
musik sedih yang menambah tebalnya suasana duka
diruangan itu. Empat orang pengemis tua yang lain berdiri berjejer
dibelakang ketuanya, jarak mereka antara empat sampai lima
depa. Dikala Seng pangcu jatuhkan diri berlutut maka keempat
orang pengemis tua yang berada dibelakangoya ikut pula
jatuhkan diri berlutut. Menanti mereka sudah bangkit kembali, irama duka itupun
berhenti dengan sendirinya
Sun Put shia segera maju dengan langkah lebar, tegurnya
dengan suara lantang: "Pangcu. masih ingat dengan aku pengemis tua?"
Dengan penuh hormat Seng pangcu memberi hormat
kepada Sun Put shia kemudian sapanya:
"Baik2lah keadaan susiok selama ini.."
Setelah berhenti sebentar dia melanjutkan:
"Sudah lama boanpwe mendengar berita tentang
kemunculan kembali susiok dalam dunia persilatan
sepantasnya kalau boanpwe menyambangi sedari dulu sayang
karena dalam perkumplan terjadi suatu persoalan kecil maka
tiada waktu bagi boanpwe untuk melakukan penyambanganl"
Sun Put shia menghela napas panjang; "Dan sekarang
apakah urusan dapat dibereskan?" tanyanya.
"Berkat doa restu dari susiok, keponakan telah berhasil
menumpas kawanan penghianat serta menjatuhi hukumannya
setimpal sesuai dengan peraturan perkumpulan"
Sekarang Siau Ling baru tahu apa sebabnya Kay pang
selama ini tak ada kabar beritanya, ia lantas berpikir.
"Wah! Rupanya dalam Kaypang telah terrjadi
pemberontakan, makaya aku lagi heran, dunia persilatan
terancam oleh bahaya dan situasi menjadi saagat gawat,
kenapa dari pihak Kay pang tak ada orang2 penting yang
nongolkan diri, ternyata begitulah duduknya persoalan.."
Dalam pada itu Sun Put shia sedang mengangguk seraya
berkata : "Bagus..'kalau memang begitu bagus. Kebetulan aku
pengemis tuapun hendak mercari engkau, ayoh kita masuk
kedalam!" Seng pangcu mengangguk, dengan membawa keempat
orang pelindung hukumnya mereka masuk kebelakang
panggung kebaktian. Kembali Siau Ling berpikir .
"Kalau ditinjau dari keputusan Seng Pang cu untuk datang
kemari menyambangi arwahku. tampaknya pihak Kay pang
benar2 telah menghimpun kekuatannya untuk siap adu
kekuatan dengan pihak Shen Bok Hong,, aaail Semoga saja
apa yang kuduga tak meleset! '
Lewat beberapa saat kemudian, suara Suma Kan yang
berada dipintu gerbang kembeli berkumandang datang :
"Tiga orang padri tinggi dari gereja Siau limsi datang untuk
menghormati arwah Siau tayhiap!"
Kembali Siau Ling merasakan hatinya tergerak, pikirnya :
"Ketika aku sedang menyebrangi rintangan demi rintangan,
dikedua belah sisi Shen Bok Hong masing2 berdiri seorang
hwesio, mungkinkah mereka berada diantara sesat dan lurus
hingga dikala melakukan semua perbuatan hanya menuruti
suara hati sendiri?"
Sementara ia masih termenung, tiga orang padri berjubah
warna putih per lahan2 melangkah masuk kedalam ruangan.
Salah satu diantara ketiga orang padri itu sudah berumur
enam puluh tahunan, sedang dua orang padri lain yang
mengiringinya berumur diantara tiga puluh tahunan
Ketiga orang padri itu masuk dengan jalan bersama,
setibanya didepan meja abu mereka rangkap telapak
tangannya memuji keagungan sang Buddha, kemudian
serentak jatuhkan diri berlutut di tanah.
Irama duka berkumandang kembali dari balik panggung,
suara yang sayup2 sampai itu cukup hati orang merinding,.
Dengan seksama Siau Ling mendengarkan irama duka itu,
dia dengar suara tersebut amat datar, namun memancarkan
nada yang begitu sedih dan memilukan hati, suaranya mirip
tiupan seruling, miring pula petikan alat pie pa (sebangsa
kecapi), tapi yang jelas sang pemain musik itu pandai
membawa perasaan hati oracg kealam kedukaan.
Mengikuti irama sedih yang memilukan hati itu, ketiga
orang hwesio tadi jatuh berlutut.
Ketika mereka bangkit kembali, irama musik itupun ikut
sirap. Dengan langkah lebar Bu-wi totiang menyambut ketiga
orang tamunya, setelah memberi hormat ujarnya :
"Silahkan taysu bertiga masuk keruaog belakang untuk
makan santapan berpantang!"
Padri yang tua itu menghembuskan napas panjang.
"Sudah lama aku mendengar nama besar Siau sicu, aku
merasa amat kagum dan menghormatinya, sungguh tak nyana
akhirnya toh tiada kesempatan bagiku uituk menjumpainya"
Sambil berkata meteka teruskan langkahnya menuju
kebelakang panggung kebaktian.
"Siapakah ketiga orang padri itu?" pikir Siau Ling dihati,
"entah apa kedudukan mereka dalam gereja siau lim si" Kalau
toh Bu wi totiang kenal dengan mereka, apa sebabnya tidak
menyebut nama agama mereka" Mungkinkah mereka
memang sengaja tidak mengumumkan namanya?"
Sementara itu Pek li peng sudah menggeser tubuhnya
duduk disamping Siau Ling.
Terdengar Suma Kan kembali berseru dengan suara
Peristiwa Burung Kenari 3 Wiro Sableng 016 Hancurnya Istana Darah Kitab Ajian Dewa 2
^