Pencarian

Budi Kesatria 2

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 2


Setelah membinasakan mandornya yang berkhianat, Shen
Bok Hong rentangkan lengannya dan melayang naik ke atas
dinding tebing, dalam waktu singkat tubuhnya yang tinggi
besar itu telah berada dua tombak da ri atas permukaan.
Pada saat yang bersamaan, Kim Hoa Hujin serta Tong Lo
Thay-thay pun mengerahkan ilmu cecak merayap mendekati
ke atas dinding tebing itu.
Perlu diketahui tempat berpijak dimana Siauw Ling sekalian
berada saat itu berada pada jarak enam tombak dari atas
permukaan, sekalipun seseorang memiliki ilmu meringankan
tubuh yang amat sempurna juga tak sanggup mencapai
tempat itu dalam sekali lompatan.
Situasi dalam sekejap mata berubah hebat suasana
berubah jadi tegang dan diliputi nafsu membunuh, setiap saat
pertarungan sengit mungkin saja akan terjadi.....
Siauw Ling yang menghadapi situasi semacam ini segera
menyadari bahwa pertarungan sengit tak dapat dihindari,
segera berkata, "Sianseng! pusatkan saja seluruh perhatianmu
untuk menemukan letak pintu masuk Istana Terlarang,
serahkan saja orang-orang itu kepadaku...."
Ia berhenti sebentar, lalu tambahnya, "Pek-ji, hati-hati
dengan senjata rahasia beracun dari Tong Lo Thay-thay,
perhatikan pula binatang beracun milik Kim Hoa hujin!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung Kim Hoa Hujin
serta Tong Lo Thay-thay telah berada pada ketinggian tiga
tombak da ri permukaan, jaraknya dengan tempat pijakan
tersebut tinggal dua tombak lagi.
Di bawah sorot cahaya obor yang terang benderang, kedua
belah pihak dapat memperhatikan raut wajah masing-masing
dengan jelas. Laksana kilat Pek-li Peng merogoh ke dalam sakunya
mempersiapkan jarum perak Han Peng Gin-Ciam, hawa mumi
dihimpun ke dalam telapak kiri dan siap melancarkan serangan
dahsyat. Nona cilik yang sedari kecil hidup manja di bawah kasih
sayang kedua orang tuanya ini mungkin sudah merasakan
pula buruknya situasi yang sedang mereka hadapi,
berhadapan muka dengan musuh tangguh kelas satu dari
dunia persilatan ia tak berani bertindak gegabah, seluruh
perhatiannya dipusatkan ke arah lawan.
It-bun Han Too sendiri, setelah mencekal kunci wasiat di
tangan kirinya ia segera periksa seluruh dinding tebing itu
dengan seksama, perhatiannya tidak terpecahkan oleh
kehadiran musuh tangguh di tempat itu, sebab ia tahu hanya
inilah kesempatan yang paling baik baginya untuk menemukan
pintu masuk istana terlarang dan memasuki istana tersebut.
Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay segera semakin
mendekati beberapa orang itu dari sayap kiri dan kanan,
meskipun mereka belum tahu siapakah sebenarnya Siauw Ling
serta Pek-li Peng, tapi ditinjau dari kemampuan mereka untuk
mendaki ke atas tebing curam tersebut, bisa di duga kalau
kedua orang itu bukan manusia sembarangan.
Karena itu mereka tak berani mendekati.
Pada jarak satu tombak lebih empat lima depa diri ketiga
orang itu, Tong Lo Thay-thay segera menghentikan gerakan
tubuhnya, tangan kiri merogoh ke dalam saku ambil keluar
sebelah pisau belati dan ditancapkan di atas dinding tebing,
sambil berpegang pada gagang tersebut, serunya dingin, "Itbun
sianseng, siapakah kedua orang pekerja gadungan itu"
ayoh jawab!" "Kemungkinan besar dalam beberapa saat lagi aku akan
berhasil menemukan letak pintu masuk istana terlarang, harap
Lo-hujin jangan memecahkan perhatianku!" seru It-bun Han
Too sambit meneruskan pemeriksaannya di sekitar dinding
tebing itu. Siauw Ling sendiripun mengetahui bahwa makin lama
mereka berhasil mengulur waktu semakin besar kesempatan
mereka untuk menemukan letak pintu masuk istana terlarang,
bila keadaan tidak teria lu mendesak.
ia bermaksud berdiam diri saja, dengan suara berbisik
segera dibisikinya Pek-li Peng, "Peng-ji bila mereka turun
tangan, lebih baik kita jangan turun tangan terlebih dahulu"
Gadis itu berpaling dan tersenyum sehingga tampaklah
sebaris giginya yang putih dan rapih, rupanya ia sama sekali
tidak kuatir dan takut menghadapi ancaman bahaya yang
berada di depan mata. "Sungguh hebat gadis ini" puji Siauw Ling di dalam hati,
"Meskipun usianya masih muda ternyata keberaniannya luar
biasa sekali..." Ketika ia menoleh ke arah lain, tampaklah Kim Hoa Hujin
dengan tangan kiri menempel di atas dinding, tangan
kanannya mengambil keluar sebuah kotak kumala dan
membuka kotak tadi. Siauw Ling kenali isi kotak tersebut sebagai binatang
kesayangan Kim Hoa Hujin yang dikenal sebagai ular Pek-sianji,
rupanya perempuan itu menyadari akan situasi bahaya yang
sedang terjadi. Diancam jiwanya, maka ia bersiap sedia
menggunakan ular beracun itu untuk menghadapi lawan.
Dan menanti ia melongok pula ke bawah, terlihatlah Shen
Bok Hong yang sedang mendaki ke atas sudah berada
beberapa tombak di bawah kakinya.
Rupanya ketiga orang itu tak berani terlalu mendekat ke
atas karena belum tahu siapakah sebenarnya Siauw Ling serta
Pek-li Peng, sikap mereka masih sangat hati-hati dan diliputi
rasa sangsi. Cahaya api yang memancar dari bawah tebing kian lama
kian bertambah terang benderang, beberapa obor raksasa
baru telah disiapkan disitu. sementara enam tujuh orang pria
dengan membawa tali temali sedang berlari mendatang,
agaknya mereka sedang mempersiapkan tangga kayu untuk
mempermudah pendakian tersebut-
Siauw Ling segera berpikir kembali setelah meninjau situasi
itu, "Sebelum tangga mereka persiapkan bisa digunakan, jelas
tidak leluasa bagi mereka untuk bertempur sambil tangan
sebelah mengerahkan ilmu cecak merayap untuk
bergelantungan di atas dinding tebing, atau dengan perkataan
lain situasi pada saat ini masih menguntungkan bagi pihakku:
Meskipun luas lekukkan tebing ini cuma beberapa depa,
bagaimanapun merupakan tempat berpijak yang kuat, tapi
senjata rahasia dari Tong Lo Thay-thay serta binatang beracun
dari Kim Hoa Hujin sangat berbahaya serangan yang mereka
lancarkan berpuluh2 kali lipat lebih berbahaya dari serangan
sesungguhnya. Yaaah.... satu-satunya jalan yang harus
kulakukan sekarang hanyalah berusaha mencegah Kim Hoa
Hujin melepaskan binatang beracunnya, dengan begitu sedikit
banyak aku telah mengurangi tekanan yang terlampau
berat...." Berpikir sampai disitu dia segera kerahkan ilmu
menyampaikan suaranya dan berseru kepada Kim Hoa Hujin,
"Cici baik-baikkah selama perpisahan, siaute adalah Siauw
Ling! ..." Di bawah cahaya lampu obor yang terang benderang,
terlihatlah sekilas rasa kaget berkelebat di atas wajah
perempuan itu, kemudian ia tersenyum dan memandang
sekejap ke arah pemuda kita.
Dari senyuman yang begitu halus dan hangat, Siauw Ling
tahu bahwa Kim Hoa Hujin masih menaruh rasa persahabatan
dengan dirinya, itu berarti pula ia tak akan melancarkan
serangan mematikan ke arahnya sedikit banyak ia bisa berlega
hati. Seluruh perhatiannya sekarang tinggal dicurahkan untuk
menghadapi serangan dari Shen Bok Hong serta Tong Lo
Thay-thay Kepada It-bun Han Too bisiknya, "It-bun sianseng, sebelum
tangga yang mereka buat selesai maka situasi masih
menguntungkan bagi kita, aku dapat menghadapi setiap
serangan mereka jauh lebih enteng. Sebaliknya kalau tangga
yang mereka telah siap. hingga mereka punya tempat untuk
berpijak maka sulitlah bagi kita untuk menghadapi gempuran
mereka. Karena itu alangkah baiknya bila sianseng berhasil
menemu Kan pintu masuk istana terlarang sebelum mereka
selesaikan tangga-tangga itu "
Sebelum It-bun Han Too sempat menjawab suara dari Shen
Bok Hong telah berteriak lantang kembali, "It-bun heng,
Sudah kau temukan pintu masuk istana terlarang?"
It-bun Han Too berpaling, ia lihat dimana Shen Bok Hong
berada saat ini hanya tinggal satu tombak jauhnya dari tempat
ia berada saat ini, dengan kesempurnaan tenaga dalamnya
serangan telapak atau serangan totokan yang ia lancarkan
masih mampu mengenai tubuhnya, itu berarti suatu ancaman
bahaya maut baginya. Karena terperanjat, tanpa terasa jawabnya, "Belum berhasil
kutemukan?" Tiba-tiba Shen Bok Hong mengepos tenaga tubuhnya
meluncur naik lagi sejauh beberapa depa, hingga jaraknya
dengan tempat berpijak itu tinggal satu tombak kurang.
Satu Ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Siauw
Ling, secara tiba-tiba ia berhasil menangkap maksud tujuan
Shen Bok Hong yang sebenarnya, agaknya ia hendak
meminjam kesempatan selagi bercakap-cakap tubuhnya
berusaha semakin mendekat tempat berpijak itu. dengan
kesempurnaan ilmu silatnya, andaikata ujung jari jago
tersebut berhasil mencapai tepi tempat lekukan tadi, maka
sulitlah baginya untuk memaksa gembong iblis itu turun ke
bawah. Merasakan betapa berbahayanya situasi itu, tanpa banyak
berbicara lagi dia himpun tenaga dalamnya dan segera
melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke bawah.
Segulung desiran angin tajam dengan cepat meluncur ke
bawah tebing dan mengancam tubuh gembong iblis itu.
Shen Bok Hong kepala kampung dari perkampungan
seratus bunga ini memang luar biasa hebatnya, begitu
menyaksikan gerakan tangan Siauw Ling batinnya segera
menyadari akan mara bahaya yang sedang mengancam ke
selamatan jiwanya, cepat-cepat ia bergeser ke arah samping.
Sekalipun cukup cepat reaksi yang diperlihatkan, tak urung
ujung bajunya termakan pula oleh hembusan angin pukulan
lawan Sekujur tubuhnya segera bergoncang keras.
Andaikata ia tidak cepat-cepat menggeserkan tubuhnya ke
samping, pukulan dari Siauw Ling itu niscaya telah berhasil memaksa tubuhnya
terpukul jatuh ke bawah tebing.
"Siapa kau?" hardik Shen Bok Hong kemudian setelah
berhasil meloloskan diri dari ancaman.
Siauw Ling tertawa dingin, ia tetap membungkam.
Melihat hal itu Shen Bok Hong naik pitam, ia segera
berpaling ke arah Tong Lo Thay-thay serta Kim Hoa Hujin
sambil teriaknya, "Serang mereka dengan cara keji apapun!"
Tong Lo Thay-thay mengiakan, telapak kanannya segera
diayun ke muka, tiga titik cahaya tajam laksana kilat meluncur
ke arah lekukan tebing tersebut....
Siauw Ling ayun telapak kanannya melancarkan sebuah
pukulan udara kosong menghantam tubuh Tong Lo Thay-thay,
pada saat yang bersamaan pula dia meraup ke depan, telapak
kirinya diayun ke muka menyambar datangnya ketiga buah
titik bintang tersebut. Diantara jago-jago lihay dunia persilatan memang tidak
sedikit terdapat jago yang pandai menangkap senjata rahasia. Walaupun begitu
kepandaian mereka hanya terbatas di dalam menangkap
senjata rahasia yang agak besar sebangsa anak panah dan
lainnya jarang di antara mereka mampu menangkap senjata
rahasia kecil seperti paku? atau jarum, apalagi yang dihadapi
adalah Tong Lo Thay-thay cakal bakal keluarga Tong yang
tersohor akan ilmu senjata rahasianya.
Sreeeet...! Sreeeet ...... Sreeeeet.....!
Di tengah suara dentingan nyaring, ketiga batang cahaya
bintang itu tahu-tahu sudah berhasil dipukul rontok oleh Siauw
Ling. ---oo0dw0oo--- Jilid 3 MENYAKSIKAN senjata rahasianya berhasil dipukul rontok
pihak musuh dengan gunakan tangan kosong, Tong Lo Thaythay
segera tertawa dingin, teriaknya lantang, "Ketiga batang
peluru pengejar nyawaku itu berujung tajam dan berduri
lembut di sekujur tubuhnya, pada ujung duri telah terkandung
racun keji yang maha hebat, siapa terkena senjata itu segera
akan muncul bin tik merah pada mulut lukanya, sepeminuman
teh kemudian kadar racun akan bekerja dan setengah jam
kemudian seluruh tubuh akan jadi lemas, segenap kekuatan
untuk melawan hilang lenyap tak berbekas, tiga jam kemudian
jiwanya akan melayang, kecuali obat penawar keluarga Tong
kami di kolong langit tak ada orang yang mampu mengobati
luka itu...." Rupanya sedari tadi Siauw Ling telah mengenakan sarung
tangan kulit ular yang kebal terhadap senjata. meskipun
senjata rahasia dari keluarga Tong sangat lihay, sama sekali
tidak ambil pusing. Setelah berhasil memukul rontok senjata rahasia itu, Siauw
Ling segera mengundurkan diri kesisi It-bun Han Too.
"Siapa kau?" kembali Shek Bok Hong membentak keras.
Siauw Ling menyadari bahwa kepandaiannya menyampok
jitu senjata rahasia, mungkin telah memancing kecurigaan
Shen Bok Hong terhadap dirinya, tapi terdesak oleh keadaan
terpaksa ia musti bertindak demikian.
Iapun mengerti, terlalu banyak bicara di saat seperti ini
berarti semakin besar kemungkinan rahasianya ketahuan,
satu-satunya tindakan yang tepat adalah tidak perdulikan
tegur Shen Bok Hong sambil pejamkan mata pura-pura,
sedang mengerahkan tenaga untuk melawan racun senjata
rahasia. Terdengar Tong Lo Thay-thay berseru kembali.
"Ia sudah terluka oleh racun keji yang tepat di ujung
senjata rahasiaku, beberapa saat lagi dia pasti akan mati
keracunan, saat ini kita tak perlu menyerang dengan jalan
menempuh bahaya" Sebenarnya Shen Bok Hong masih curiga, tetapi setelah
mendengar seruan dari Tong Lo Thay-thay, kemudian melihat
pula sikap Siauw Ling seolah-olah benar keracunan, rasa
curiga yang semula berkecamuk dalam benaknya kontan


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lenyap tak berbekas. Kim Hoa Hujin pentangkan matanya lebar2 mengawasi diri
Siauw Ling, hatinya tetap sangsi dan ia tak tahu benarkah
pemuda itu terluka oleh serangan senjata rahasia beracun itu.
Pek-li Peng yang paling kuatir diantara beberapa orang itu,
ia segera mendekati pe muda itu sambil tanyanya dengan
suara setengah berbisik, "Toako, parahkah luka yang kau
derita?" Siauw Ling tidak tega menyaksikan gadis kesayangannya ini
gelisah tak karuan, terpaksa dengan ilmu menyampaikan
suara ia menjawab, "Aku sama sekali tidak terluka, mengulur
waktu pada saat ini paling menguntungkan bagi posisi kita,
karena itu aku akan tetap berpura-pura terluka"
Shen Bok Hong bukan seorang yang bodoh, selama ini dia
awasi terus setiap gerak-gerik dari Siau Leng, melihat bibirnya
bergerak lirih tahulah gembong iblis itu bahwa lawannya
sedang bercakap2 dengan ilmu menyampaikan suara, rasa
curiga yang semula telah lenyap kini berkecamuk kembali da
lam benaknya. Sementara itu Pek-li Peng merasa lega setelah mengetahui
Siauw Ling sama sekali tidak terluka, dengan gemas ia pelototi
sekejap nenek tua itu, pikirnya, "Hmm! cepat atau lambat
akan kusuruh kau rasakan lihaynya jarum perak Han-peng ginciam
milikku!" Tiba-tiba dari celah tebing berkumandang suara gemuruh
yang amat keras, seluruh belahan dinding tebing itu
mendadak mulai bergeser ke arah samping.
Dengan terkejut Siauw Ling berpaling dan memandang
sekejap ke arah It-bun Han Too, serunya, "Sianseng...."
It-bun Han Too tak dapat mengendalikan rasa girang serta
luapan emosinya lagi, ia mendongak dan tertawa terbahakbahak.
"Haaaa...... haaaaah .... haaaah .... aku berhasil membuka
pintu masuk istana terlarang.... aku berhasil membuka pintu
itu ...." Beberapa patah kata itu bagaikan guntur yang membelah
bumi di siang hari bolong, membuat sekujur badan Shen Bok
Hong gemetar keras, hampir saja ia tak sanggup
mengerahkan tenaganya dan terjatuh ke bawah tebing.
Tong Lo Thay-thay segera mengerahkan tenaganya
menjejak diri di atas tebing, tubuhnya bagaikan burung elang
segera menerjang ke arah celah tebing tadi sambil
melancarkan pukulan dahsyat.
Pek-li Peng geserkan badannya ke samping, telapak kiri
berkelebat balas melancarkan pula sebuah serangan.
Meskipun usia Tong Lo Thay-thay sudah tua, rambutnya
telah berubah semua tapi ilmu silatnya benar-benar sangat
ampuh, ditambah pula pengalamannya yang sangat luas,
tentu saja orang muda tak bisa menangkan dirinya.
Melihat datangnya serangan dari Pek-li Peng, ia segera
mengepos tenaga dan tubuhnya secara mendadak melayang
turun ke bawah. Tentu saja nenek tua ini tak mau menyambut datangnya
serangan itu dengan keras la wan keras, terutama sekali
selama tubuhnya masih terapung di tengah awang2.
Ia mengepos tenaga dan segera melayang ke bawah
semakin cepat. Dengan tindakan itu maka serangan yang dilancarkan Pek-li
Peng segera mengenai sasaran kosong, angin pukulan yang
maha hebat tadi menyambar lewat tepat di atas batok kepala
Tong Lo Thay-thay Dalam pada, itu baik Shen Bok Hong mau pun Kim Hoa
Hujin semuanya dengan gerakan secepat kilat telah
menerjang naik ke atas dinding tempat pijakan kaki itu.
Siauw Ling kuatir It-bun Han Too setelah masuk ke dalam
Istana Terlarang ia tutup kembali pintu istana tersebut,
seluruh perhatiannya ditujukan ke arah orang itu dan tak
sempat baginya untuk perhatikan keadaan sekelilingnya lagi.
Dengan begitu hanya Pek-li Peng seorang diri yang harus
menghalangi serbuan beberapa orang itu, Setelah pukul
mundur Tong Lo Thay-thay tadi, gadis itu segera putar telapak
siap menghalangi yang masuk Shen Bok Hong. siapa tahu
belum sempat ia berbuat sesuatu mendadak terasalah
segulung angin pukulan yang maha dahsyat telah menerjang
ke arah dadanya." Pek-li Peng kaget dan segera berpaling, tampaklah orang
yang melancarkan serangan bukan lain adalah Tong Lo Thaythay
. Kiranya ketika tubuh nenek tua itu meluncur ke bawah
tanah, ia telah putar badannya menggunakan peluang
tersebut, sepasang kakinya bergelantungan pada ujung tebing
sementara telapaknya didorong ke muka menyerang Pek-li
Peng yang sementara itu sudah tidak menahan perhatian lagi
kepadanya. Bertarung di atas lekukan tebing yang sempit terutama
sekali kedua belah pihak adalah sama-sama jago kelas satu,
merebut posisi baik adalah masalah yang paling penting.
Serangan yang dilancarkan Tong Lo Thay-thay barusan
sangat mempengaruhi mati hidupnya, karena itu bisa
dibayangkan betapa hebat dan kejinya serangan tersebut.
Pek-li Peng yang sedang siap menyerang Shen Bok Hong,
setelah merasakan datangnya serangan ancaman secara tibatiba
dari Tong Lo Thay-thay , terpaksa ia putar badan untuk
menyambut datangnya ancaman tersebut.
Tong Lo Thay-thay bukanlah manusia sembarangan, dari
dahsyatnya serangan gadis itu, ia tahu bahwa musuhnya amat
tangguh. Dalam keadaan begini ia tak berani menyambut datangnya
serangan tersebut dengan keras lawan keras. tiba-tiba
telapaknya menekan ke bawah. jari tangan kanannya laksana
tombak segera menotok jalan darah Kee Bun di tubuh Pek-li
Peng, sementara tangan kirinya mencengkeram tubuh Siauw
Ling. Jalan darah Kee Bun adalah salah satu jalan darah penting
di tubuh manusia, bila mana sampai tertotok jalan darah
tersebut maka orang itu kalau tidak mati akan menderita luka
parah. Terdesak oleh keadaan, terpaksa Pek-li Peng harus
geserkan badannya meloloskan diri dari datangnya ancaman
itu. Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah Tong Lo
Thay-thay mengepos tenaga dan meloncat naik ke atas
lekukan celah. Siauw Ling segera menyadari akan bahaya yang
mengancam, ia putar badan dan melancarkan sebuah
pukulan. Sebelum nenek tua itu sempat berdiri tegak, tahu-tahu
serangan yang dilancarkan Siauw Ling telah tiba di depan
mata. Tidak sempat baginya untuk berpikir panjang lagi. dengan
cepat kilat ia mendorong kakinya pula untuk menyambut
datangnya ancaman tersebut.....
Kedudukan Siauw Ling jauh lebih beruntung, sebelum Tong
Lo Thay-thay sempat berpikir tegak tahu-tahu sepasang
telapak saling membentur satu sama lainnya.
Meskipun Tong Lo Thay-thay telah berusa ha keras untuk
mempertahankan tubuhnya, tak urung ia kewalahan juga
menghadapi da tangnya terjangan angin pukulan yang begitu
dahsyat kakinya terasa jadi enteng dan tubuhnya segera
terjatuh ke dalam jarang.
Di bawah sorot cahaya obor. tampaklah raut wajah Tong Lo
Thay-thay yang diliputi rasa terkejut, bayangan bersama nona
Sam seketika terbayang kembali dalam benak pemuda ini.
Satu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia cengkeram
tangan kiri si nenek tua itu kemudian menyentaknya ke atas,
tubuh Tong Lo Thay-thay yang semula sudah terjatuh ke
dalam jurang itupun segera terangkat kembali naik ke atas
tebing. Tindakan Siauw Ling itu seketika membuat Tong Lo Thaythay
berdiri tertegun, ia tidak mengira kalau jiwanya bakal
diselamatkan oleh pemuda tersebut.
Setelah angkat naik tubuh Tong Lo Thay-thay tadi, Siauw
Ling segera putar badan sambil melancarkan sebuah pukulan
tangan kiri ke arah Shen Bok Hong.....
Dalam pada itu Shen Bok Hong sudah hampir tiba diantara
lekukan celah tersebut sejengkal lagi tangannya bakal
menempel pada ujung celah tadi, tapi serangan yang di
lancarkan Siauw Ling keburu tiba.
Shen Bok Hong yang licik rupanya sengaja suruh Kim Hoa
Hujin naik ke atas tebing dahulu, Pek-li Peng yang
menyaksikan kehadiran perempuan itu segera menyambut
dengan sebuah serangan, menggunakan kesempatan baik
itulah gembong iblis itu sekuat tenaga "berusaha naik ke atas
celah2 dinding bukit tadi.
Dalam pada itu merasakan datangnya serangan tangan
yang dahsyat, Shen Bok Hong segera mengepos tenaga
dalamnya, tangan kiri lak sana kilat mencengkeram ujung tepi
celah bukit tersebut, sementara telapak kanan di ayun ke atas
menyambut datangnya serangan yang dilancarkan Siauw Ling.
Dalam suatu benturan yang sangat keras, ia rasakan
betapa dahsyatnya daya tekanan yang menghajar tubuhnya,
hampir saja cekalan pada ujung tebingnya terlepas, sekarang
ia baru sadar bahwa lawannya terlalu tangguh.
Dengan ilmu jari Kim-Kong Ci ia tancapkan kelima jari
tangan kirinya di atas tebing baru, tubuhnya miring ke
samping dengan cara bergelantungan dengan begitu ia
punahkan sebagian dan tenaga ancaman pemuda itu.
Pada saat yang bersamaan tubuh Kim Hoa Hujin terhajar
oleh sebuah pukulan yang dilancarkan oleh Pek-li Peng, kuda
kudanya gempur dan tubuhnya segera terlempar ke dalam
jurang. Sorot mata Siauw Ling berkilat, dengan tangan kanan ia
cengkeram urat nadi Tong Lo Thay-thay, badannya melangkah
maju setindak ke muka, kakinya diangkat dan segera
menginjak tangan kiri Shen Bok Hong yang menancap di atas
karang. Dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Siauw
Ling, andaikata injakan tersebut berhasil mengenai tangan kiri
Shen Bok Hong, maka bisa dibayangkan tulang tangan
gembong iblis itu pasti akan hancur berantakan ....
Tapi Shen Bok Hong bukanlah seorang manusia bodoh,
setelah menyabut datangnya serangan dari Siauw Ling tadi,
iapun menyadari bahwa musuhnya terlalu tangguh, dalam
keadaan begini ia harus menempuh bahaya untuk rebut naik
ke atas celah dinding itu.
Maka hawa murni yang dimilikinya segera disalurkan semua
ke tangan kiri. tubuhnya mendadak melayang naik ke atas.
Menanti kaki kiri Siauw Ling yang diinjakkan ke tangan
Shen Bok Hong tiba disasaran, bayangan iblis itu telah
tinggalkan batu karang dan loncat naik ke atas.
Hanya terpaut beberapa mili saja. injakan Siauw Ling
mengenai sasaran yang kosong.
Dalam pada itu suara gemuruh yang berkumandang dari
lambung bukit telah berhenti, dari lekukan celah dinding
dimana beberapa orang itu berada muncullah sebuah pintu
gua setinggi beberapa tombak dengan lebar tiga depa.
It-bun Han Too tanpa menggubris rekan-rekan lainnya
segera tundukkan dan menerobos masuk lebih dahulu ke
dalam pintu istana. Siauw Ling jadi amat gelisah, buru-buru teriaknya, "Peng ji!
cepat menerobos masuk ke dalam istana!"
Dimana Pek-li Peng berdiri saat itu tepat menghalangi
antara Siauw Ling serta Teng Lo Thay-thay dengan pintu
istana, tidak menanti si anak muda itu menyelesaikan katakatanya,
ia sudah menerobos masuk lebih dahulu ke dalam
istana. Tong Lo Thay-thaypun ikut terseret oleh Siauw Ling masuk
ke dalam pintu istana terlarang.
Sejak Siauw Ling menyelamatkan jiwa nenek tua itu dari
ancaman bahaya, ia merasa tidak leluasa untuk melepaskan
Tong Lo Thay-thay ini dengan begitu saja, karenanya tanpa
berpikir panjang terpaksa ia bawa ser ta nenek tadi masuk ke
dalam pintu. Suasana dalam gua gelap gulita susah melihat kelima jari
tangan sendiri, bayangan tubuh dari It-bun Hat Too telah
lenyap tak berbekas. "Oooh.... toako, kau ada dimana?" terdengar seruan Pek-li
Peng yang lembut berkumandang datang.
Padahal jaiak antara mereka berdua hanya terpisah
beberapa depa saja, namun karena gelap, suasana dalam goa
itu membuat Pek-li Peng tak dapat mengetahui dimana Siauw
Ling berada. "Peng-ji, aku berada disini cepatlah kemari!"
Pek-li Peng segera lari menghampiri berasalnya suara tadi.
"Tong Lo Thay-thay......" bisik Siauw Ling, sebelum ucapan
itu selesai diutarakan tiba-tiba terasa desiran angin tajam
menyambar lewat, kembali sesosok bayangan manusia
menerobos masuk ke dalam istana.
Dari perawakan tubuhnya yang tinggi besar serta gerakan
tubuhnya yang cepat, siapapun akan tahu bahwa orang itu
bukan lain adalah Shen Bok Hong, kepala kampung dari
perkampungan Pek Hoa Sanceng.
Siauw Ling dengan cepat menotok dua buah jalan darah
dari Tong Lo Thay-thay, sementara dia siap mengejar Shen
Bok Hong, Pek-li Peng yang berada di sisinya telah lancarkan
dulu dua serangan senjata rahasia.....
Selama ini kendati Shen Bok Hong belum tahu asal usul
yang sebenarnya dari kedua orang itu, tapi ia tahu bahwa
mereka berdua sangat lihay, karena itu sebelum menerobos
masuk ke dalam pintu hawa murninya telah dipersiapkan lebih
dahulu. Tatkala Pek-li Peng ayunkan tangan kanannya tadi. ia
segera merasakan datangnya bahaya, telapak kanan diayun
ke muka dan ke dua batang jarum perak tadi disampok jatuh
ke tanah. Dengan ketajaman mata Siauw Ling, ia dapat melihat
bahwa dalam genggaman Shen Bok Hong telah bertambah
dengan sebilah pedang pendek yang memancarkan cahaya
tajam. Pemuda tidak banyak bicara, sepasang telapaknya diayun
ke muka melancarkan dua buah serangan dahsyat.


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Shen Bok Hong tertawa dingin, dia ayun pula tangan
kanannya untuk menyambut da tangnya serangan tersebut,
kemudian tegurnya dingin, "Sebenarnya siapakah kau?"
"Hmmm! diantara kita berdua toh tiada hubungan apa-apa,
rasanya kau tak usah tahu siapakah daku!"
Sesosok bayangan manusia kembali berkelebat masuk ke
dalam ruangan istana, dia bukan lain adalah Kim Hoa Hujin
Melihat akan hal isi, pemuda kita segera berpikir dalam
bati: . "Kalau pintu istana tidak segera ditutup. orang-orang
dari perkampungan Pek Hoa Sanceng yang masuk kemari kian
lama akan kian bertambah banyak, bila sampai begini
keadaannya....wah! bisa berbenih...."
Kim Hoa Hujin yang terlempar jatuh ke bawah bukit kiranya
secara kebetulan telah diterima oleh Ciu Cau Liong sehingga
sama sekali tidak terluka, dengan cepat ia merambat naik lagi
ke atas bukit. Karena tiada orang yang menghadang jalan perginya lagi,
maka dengan cepat sekali ia berhasil mendaki sampai ke atas
celah bukit tadi dan masuk ke dalam Istana Terlarang.
Shen Bok Hong terbahak-bahak, suaranya bagaikan
amukan banteng membuat seluruh ruang gua itu mendengung
keras. Siauw Ling segera mengumpulkan tenaga dalamnya di
sekujur badan, setelah menotok dua buah jalan darah di
tubuh Tong Lo Thay-thay kemudian meletakkan tubuh si
nenek tua itu di atas tanah, dia tarik tangan Pek-li Peng sambil
bisiknya lirih, "Peng-ji, ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong
sangat lihay dan luar biasa ampuhnya, dan tak boleh
menerima setiap pukulannya dengan keras lawan keras,
serang saja dengan pukulan-pukulan jarak jauh, mengerti"
Rupanya pemuda ini bisa menyelami perasaan gadis
tersebut, Pek-li Peng yang selalu dimanja oleh kedua orang
tuanya sedari kecil, terutama dengan kedudukannya sebagai
putri dari istana es tentu akan merasa tidak tenang hati
menghadapi kecongkakan Shen Bok Hong ia takut gadis ini tak
dapat menahan diri dan melangsungkan pertarungan sengit
melawan gembong iblis tersebut, andaikata sampai terjadi hal
demikian maka keadaan pasti akan bertambah runyam.
Pek-li Peng segera merasakan tangannya yang digenggam
Siauw Ling terasa hangat dan nyaman hingga merasuk ke
seluruh tubuhnya, dalam hati ia merasa malu bercampur
girang, segera sahutnya dengan suara lembut.
"Aku akan turuti perkataan toako, aku tentu tak akan
menyerang dirinya dengan gerakan keras lawan keras...."
Kraaak... Kraaak... Kraaak...! mendadak terdengar suara
denyitan nyaring bergeletar memecahkan kesunyian, tatkala
semua orang berpaling maka terlihatlah pintu masuk Istana
Terlarang yang semula terbentang lebar, pada waktu itu
perlahan-lahan merapat kembali.
Sorot cahaya lemah yang semula memancar masuk lewat
pintu depan dan menerangi empat dinding kuat dalam lorong
itu seketika lenyap tak berbekas, gua itu kian terasa
bertambah gelap gulita. Terdengar suara It-bun Han Too berkumandang keluar dari
dalam gua, Sepuluh tokoh sakti dunia persilatan yang tempo
dulu terkurung di dalam Istana Terlarang tak seorangpun
berhasil meloloskan diri dari kurungan ini, bisa dibayangkan
betapa kuat dan kokohnya pintu tersebut"
Cahaya api berkilauan dari balik lorong, seketika muncullah
sebuah obor yang segera menerangi seluruh gua tersebut.
Siauw Ling berpaling ia melihat, It-bun Han Too berada
kurang lebih dua tombak dari tempat dimana ia berada saat
ini. tempat itu persis merupakan persimpangan jalan.
Kiranya lorong di belakang tubuh It-bun Han Too tersebut
terbagi menjadi dua bagian, satu berbelok ke sebelah kiri dan
yang lain berbelok ke sebelah kanan.
Shen Bok Hong berada kurang lebih satu tombak di
belakang Siauw Ling, sedangkan Kim Hoa Hujin berdiri disisi
tubuh gembong iblis lihay tersebut.
Siauw Ling segera melepaskan genggamannya pada tangan
Pek-li Peng, dalam hati ia cepat ambil perhitungan, pikirnya,
"It-bun Han Too tahu bahwa Shen Bok Hong dengan sangat
mudah dapat membinasakan dirinya, iapun tahu bahwa dirinya
masih bukan tandingan dari Peng ji, tapi dalam keadaan begini
ternyata ia berani memasang obor penerangan, jelas ia pasti
sudah meyakinkan akan sesuatu hal....."
Sementara itu Shen Bok Hong telah melirik sekejap ke arah
Tong Lo Thay-thay yang menggeletak di atas tanah, lalu
berkala dengan nada dingin, "It-bun Han Too kau berani
mengkhianati diriku, dan mengingkari janji kita semula, itu
berarti bahwa kekuatan perjanjian tersebut telah musnah
sama sekali, setiap saat aku dapat turun tangan untuk
membinasakan dirimu!....."
"Haaaah.... haaah.... haaaah, suasana dalam gua ini gelap
gulita, bagi aku orang she It-bun gampang saja kalau ingin
melarikan diri dari hadapanmu, tahukah kau mengapa aku
musti unjukkan diri kembali" itu tidak lain karena aku tak takut
terhadap ancamanmu itu!" sahut It-bun Han Too sambil
tertawa terbahak-bahak. Shen Bok Hong segera tertawa dingin.
"Apa kau anggap aku orang she-Shen benar-benar tidak
berani membinasakan dirimu?" ancamnya sengit.
It-bun Han Too gelengkan kepalanya.
"Sekalipun aku orang she It-bun benar-benar menepati
janji dan bekerja sama dengan dirimu, masa sehabis perkara
di dalam istana terlarang, kau Shen Bok Hong tak akan
membereskan jiwaku" aku sudah memahami sampai
dimanakah tabiat jelekmu itu. sekarang juga mati dan lain
kalipun juga mati, kenapa aku musti mandah dibelenggu
tanpa berusaha untuk menyelamatkan diri sendiri?"
"Pada detik inipun setiap saat saku bisa menyelesaikan jiwa
anjingmu, apa kau mampu untuk membendung niatku
tersebut?" "Aku percaya selembar jiwa Shen Toako Cungcu jauh lebih
berharga daripada jiwaku, bukan begitu?" jawab It-bun Han
Too tenang diiringi senyuman manis.
"Heeeh...... heeeh..... heeeh.... aku tidak mengerti akan
maksud ucapanmu itu!"
"Aku memang mengakui bahwa Shen Te-cungcu adalah
seorang pemimpin besar dari dunia persilatan, tapi
bagaimanakah kemampuanmu itu dibandingkan dengan
sepuluh tokoh sakti pada masa yang silam" dengan tenaga
gabungan mereka bersepuluh pun tidak mampu keluar dari
Istana Terlarang, apalagi kalau Cuma tenaga kau Shen Bok
Hong seorang?" "Bagaimana dengan kau sendiri?"
"Aku" Haaah..... haaaa.... haaah.... sudah tentu aku bisa
pergi datang sekehendak hatiku sendiri, kalau kau bunuh aku
It-bun Han Too, maka berarti pula suatu ketika kaupun bakal
mati kelaparan di dalam Istana Terlarang ini, bukankah
keadaannya hanya terpaut lima puluh langkah dengan seratus
langkah belaka?" "Bagus sekali pikir Siauw Ling di dalam hati, "Setelah kau
bohongi kunci istanaku dan membuka pintu istana terlarang,
sekarang kau berani omong besar dihadapanku .... sungguh
kurangajar!" Sekalipun dalam hati berpikir demikian, ucapan tersebut
tidak sampai diutarakan keluar, sebab itu menyadari betapa
berbahayanya situasi di dalam Istana Terlarang dewasa ini,
kesiapsiagaan It-bun Han Too terhadap Shen Bok Hong jauh
melebihi perhatiannya terhadap dia sendiri.
Tetap mempertahankan kakek tua yang li cik dan banyak
akal ini berarti pula suatu keuntungan besar bagi dirinya,
sebab dimanapun juga It-bun Han Too masih mampu untuk
beradu kecerdikan dengan gembong iblis tersebut.
Sementara itu Shen Bok Hong telah berkata kembali
dengan nada dingin, "Apakah kau tidak takut kubunuh dirimu
setelah keluar dari Istana Terlarang?"
"Oooh, kalau itu sih urusan belakangan nanti, memohon
orang lebih baik memohon pada diri sendiri, sampai waktunya
siapa tahu kalau aku telah berhasil menemukan cara yang
tepat untuk menghadapi Shen Toa Cungcu?"
Yang penting adalah saat ini, aku ingin membicarakan lebih
dulu masalah di depan mata sekarang diri Toa Cungcu!"
"Baik! apa yang ingin kau bicarakan" cepat utarakan
keluar..." dari nada ucapan ini bisa diketahui bahwa Shen
Bong Hong sudah kena terdesak oleh keadaan.
It-bun Han Too memandang sekejap diri Siauw Ling serta
Pek-li Peng, kemudian tanyanya, "Siapakah kedua orang ini"
apakah Toa Cungcu kenal dengan mereka berdua?"
Shen Bok Hong menggeleng.
"Mereka berdua bukan anggota perkampungan Pek Hoa
Sanceng kami, tentu saja aku tidak kenal, akupun tak tahu
siapakah mereka berdua!"
"Bagaimanakah pendapat Toa Cungcu mengenai ilmu silat
yang mereka miliki?"
"Terhitung lihay, hebat dan ampuh!"
It-bun Han Too tertawa hambar.
"Jadi kalau begitu Toa Cungcu telah turun tangan
bergebrak melawan mereka berdua?" tanyanya.
"Betul, aku telah beradu pukulan dengan mereka!"
"Kalau begitu bagus sekali, posi si kita sekarang adalah
terbagi dalam tiga bagian dengan sudut segi tiga. bagaimana
menurut pendapat kalian semua?"
Siauw Ling tidak buka suara dan tetap membungkam sebab
ia telah mengambil keputusan dalam hati, bila tidak terpaksa
oleh keadaan ia tak akan buka suara.
Tampak Shen Bok Hong memandang sekejap ke arah
Siauw Ling, lalu balik bertanya, "Jadi maksud It-bun Heng, kita
enam orang hanya terbagi dalam tiga rombongan saja?"
"Sedikit pun tidak salah, Tong Lo Thay-thay, Kim Hoa
Hujin Shen Toa Cungcu terdiri dari satu rombongan, mereka
berdua terdiri dari satu rombongan dan aku sen diri" tentu
saja terhitung pula sebagai satu rombongan!"
"Heeeeh.... heeeeeh.... heeeeeh .... sekarang aku dapat
mengerti maksud hatimu," ejek Shen Bok Hong sambil tertawa
dingin, "It-bun heng menyebut dirinya sebagai satu
rombongan, bukankah itu berarti pula bahwa kau seorang diri
berhak mendapatkan sepertiga dari barang peninggalan di
dalam Istana Terlarang" sedangkan kami lima orang harus
puas dengan dua pertiga sisanya, It-bun heng! apakah kau
tidak merasa sedikit keterlaluan dalam pembagian ini?"
Sekalipun posisiku jauh lebih menguntungkan daripada
kalian semua, toh keadaan itu jauh lebih baik daripada mati
konyol di dalam Istana Terlarang ...." aku tidak percaya kalau
kesepuluh tokoh sakti da ri dunia persilatan itu mampu hidup
selama beribu2 tahun di dalam lambung bukit yang gelap
gulita ini" "Betul!" pikir Siauw Ling dalam hati, "Sekalipun ilmu silat
yang kita miliki sampai dimana libaynya pun. tidak mungkin
aku harus hidup sepanjang tahun di dalam lambung bukit
yang gelap gulita ini, lagipula janjiku dengan enci Siau Cha
tinggal tiga bulan .... aku harus berusaha keras tinggalkan
tempat ini ..." Sementara itu terdengar It-bun Han Too telah berseru pula
dengan suara keras, "Seandainya saudara sekalian ada yang
tidak setuju dengan pendapatku ini, harap secepatnya
mengajukan pendapat serta alasan ya!"
Siauw Ling yang teringat akan janjinya dengan Gak Siau
Cha sudah terlalu mendesak hingga tak mungkin baginya
untuk berdiam terlalu lama dalam Istana Terlarang, dengan
cepat anggukan kepalanya lebih dahulu tanda setuju.
Melihat si anak muda itu telah anggukkan kepala tanda
setuju. Shen Bok Hong segera tertawa dingin, ujarnya,
"Sekalipun kau anggap aku orang she-Shen telah menyetujui
usulmu itu, tapi aku rasa kaupun belum tentu mempunyai
kemampuan untuk melindungi benda yang berhasil kau
dapatkan itu" "Aaah ..! itu toh urusan belakangan nanti, atau paling
sedikit sebelum kita tinggalkan Istana Terlarang, maka
kedudukan kita bertiga adalah seimbang dan sederajat"
Tiba-tiba Shen Boa Hong berdiri tertegun, ia cekal tubuh
Tong Lo Thay-thay lalu menepuk bebas beberapa buah jalan
darahnya yang tertotok. Tong Lo Thay-thay membuka matanya dan tarik napas
panjang-panjang, sorot matanya melirik sekejap ke arah
Siauw Ling sedang bibirnya bergetar seperti mau
mengucapkan sesuatu, tapi akhirnya niat tersebut dibatalkan,
perlahan lahan dia undurkan kiri ke belakang tubuh Shen Bok
Hong. Ketika itulah sambil membawa obor It-bun Han Too maju
mendekati, serunya dengan suara lantang, "Dewasa ini
diantara ketiga rombongan yang ada boleh dibilang kekuatan
di pihak Shen Toa Cungcu yang dianggap paling kuat, dan
jumlah anggotanyapun paling banyak, tetapi bila kau hendak
menggunakan kelebihan kekuatanmu itu untuk memaksa
diriku...maka terpaksalah, posisi kita akan berubah jadi tiga
lawan tiga!" Sambil berkata ia segera berjalan menghampiri tubuh
Siauw Ling. Pada saat yang bersamaan obor yang dipegang dalam
genggamannya habis terbakar, cahaya api seketika padam
dan suasana dalam gua itupun berubah jadi gelap gulita.
Blaaam ..! Blaaam...! di tengah kegelapan terdengar dua
benturan keras yang memecahkan kesunyian, segulung
desiran angin pukulan yang sangat kuat mengibarkan ujang
baju yang dikenakan It-bun Han Too.
Kejadian ini segera mencemaskan hati jago tua itu. dengan
perasaan gelisah ia loncat mundur tiga langkah ke belakang,
Sebuah obor baru kembali telah dipasang.
Menanti ia berpaling ke arah para jago lihay, tampaklah
semua orang telah berdiri kembali pada posisi semula.
Kiranya Shen Bok Hong yang jengkel terhadap It-bun Han
Too sangat mengharapkan dapat menangkap orang itu dalam
keadaan hidup-hidup, kemudian baru menghadapi Siauw Ling
berdua dan membinasakan mereka, setelah musuh berhasil
disingkirkan barulah memaksa kembali It-bun Han Too untuk
menuruti kehendak hatinya.
Karena itu sejak tadi ia telah bersiap sedia bila obor di
tangan It-bun Han Too padam, secepat kilat dia akan turun


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangan menawan dirinya hidup".
Siapa tahu walang kadung mencaplok orong-orong di
belakangnya telah mengintai burung jalak, Siauw Ling yang
sudah curiga terhadap tingkah laku Shen Bok Hong telah
mengawasi terus setiap gerak-geriknya. Ia tahu gembong iblis
tersebut hendak turun tangan keji terhadap It-bun Han Too,
maka hawa murni segera disiapkan ke seluruh badan.
Sedikitpun tidak salah, ketika cahaya api padam Shen Bok
Hong segera menerjang maju ke depan dengan gerakan
secepat kilat, serangannya langsung menyambar ke arah
tubuh It-bun Han Too. Sejak tadi ia telah mengincar incar letak posisinya yang
baik, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya serangan tersebut.
Tapi Siauw Ling telah bertindak lebih dahulu, tatkala Shen
Bok Hong sedang menerjang ke muka, dia segera lintangkan
tubuhnya ke depan dan menghadang jalan perginya.
Tapi disebabkan cahaya api baru saja padam, kedua belah
pihak belum mampu memandang dalam kegelapan, semua
serangan terpaksa harus digantungkan dengan jalan da ya
ingatan serta ketajaman pendengar belaka.
Dalam kegelapan itulah masing-masing pihak telah saling
beradu tenaga sebanyak dua kali .
Shen Bok Hong terkejut juga merasakan kelihayan
musuhnya, dalam hati ia segera berpikir, "Siapakah orang ini"
sungguh lihay ilmu silat yang dimilikinya....aku tak boleh
pandang enteng orang ini!"
Mengetahui bahwa ia tak berhasil meneruskan rencananya,
maka dengan cepat ia mundur kembali ke tempat semula.
Menanti It-bun Han Too telah memasang obor baru, kedua
orang itu telah kembali pula ke tempat semula.
Air muka It-bun Han Too berubah hebat, sambil mengamati
sekejap diri Shen Bok Hong serta Siauw Ling ujarnya penuh
kemarahan, "Bila kalian semua tidak pingin mati konyol di
dalam Istana Terlarang, lebih baik hindarilah keinginan kalian
untuk mencelakai jiwaku!"
Ia mendehem ringan, dan menambahkan, "Aku segera
akan membawa jalan, harap kalian mengikuti di
belakangku...." Tidak menanti jawaban lagi, dengan langkah lebar ia
segera berjalan masuk ke dalam lorong, Siauw Ling, Pek-li
Peng, Shen Bok Hong. Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay
segera mengikuti di belakang orang itu masuk ke dalam
lorong. Ketika tiba di persimpangan jalan, tiba-tiba It-bun Han Too
berbelok ke samping kiri. Terpaksa Siauw Ling sekalianpun
ikut berbelok ke arah kiri dan meneruskan perjalanannya
menembusi lorong itu. Puluhan tombak kemudian, pemandangan yang muncul di
depan mata tiba-tiba berubah.
Lorong batu yang semula lebarnya cuma beberapa depa,
mendadak semakin melebar hingga akhirnya muncullah
sebuah tanah lapang yang datar seluas empat lima tombak
persegi. Dari dalam sakunya It-bun Han Too ambil keluar kembali
sebatang lilin, dengan demikian suasana terasa bertambah
terang benderang, dengan ketajaman mata beberapa orang
itu baik suasana maupun pemandangan di sekeliling sana
dapat terlihat dengan mata jelas.
"Orang ini betul" banyak pengalaman dan teliti" pikir Siauw
Ling dalam hati, "Ternyata dalam sakunya telah tersedia pula
lilin yang begini terang.
Memandang empat penjuru sekeliling tempat itu. terlihatlah
di atas dinding lorong terdapat banyak sekali ruang batu,
ketika diam-diam dihitung ternyata jumlahnya mencapai enam
buah. Di depan setiap ruang batu itu terlapis sebuah pintu terbuat
dari baja, tiga buah pintu baja tertutup rapat dan tiga pintu
baja yang lain setengah tertutup.
Shen Bok Hong mendehem ringan, tiba-tiba ujarnya
memecahkan kesunyian yang mencekam, "It-bun heng,
beberapa buah ruangan batu itu mungkin dibangun oleh si
Ahli bangunan bertangan sakti Pau It Thian untuk tempat
tinggal sepuluh Tokoh sakti dunia persilatan itu?"
"Sebelum masuk ke dalam ruang itu serta memeriksa
keadaan di dalam situ, aku tak dapat menerangkan keadaan
yang sebenarnya, harap Shen Toa Cungcu sudah bersabar
diri!" Ia berhenti sebentar, lalu sambungnya kembali.
"Ada satu hal sebelumnya terpaksa harus kuterangkan lebih
dahulu. Istana Terlarang adalah hasil karya yang teragung dan
terhebat dari Ahli bangunan bertangan sakti Pau It Thian,
bukannya aku sengaja menakut-nakuti kalian semua, perlukah
kuterangkan lebih dulu bahwa pada setiap sudut Istana
Terlarang ini kemungkinan besar telah dipasang alat rahasia
yang sangat lihay, satu kali kita bertindak kurang hati-hati,
mungkin kita akan terjebak di dalam kurungan alat rahasia
tersebut. Oleh sebab itu alangkah baiknya bila gerak-gerik
kalian semua mengikuti saja di belakangku!"
"Seandainya di ruangan ini terdapat benda berharga yang
tak ternilai harganya, It-bun heng tentu akan mengambilnya
lebih dulu bukan" sedang sisanya baru akan dibagi rata oleh
kami sekalian?" seru Shen Bok Hong.
It-bun Han Too mendengus dingin.
"Hmm. kalau berbicara dari ilmu silat, aku memang bukan
tandingan dari kalian semua.....!"
"Tapi It-bun heng pandai dalam hal alat-alat rahasia ilmu
bangunan serta menguasai pintu masuk keluar Istana
Terlarang ini, karena itu kau memaksa kami tersudut dan
terpaksa harus mendengarkan perintah dari It-bun heng,"
sambung Shen Bok Hong cepat.
"Kau tak usah kuatir, aku telah ambil ke putusan untuk
bertindak secara adil dan merata, ketiga belah pihak samasama
mendapat bagian sesuai dengan bagiannya, aku tidak
nanti akan berbuat licik macam tingkah laku Shen Toa
Cungcu!" "Seandainya di dalam Istana Terlarang benar-benar
kedapatan benda berharga, aku rasa nilai berharganya satu
dengan lain barang tak akan sama, aku ingin tahu bagaimana
caranya kau bagi barang! yang tak sama nilainya itu secara
adil dan merata?" Meskipun Siauw Ling tidak ikut angkat sua ra, tapi dalam
hati ia setuju dengan pertanyaan yang diajukan Shen Bok
Hong itu, pikirnya, "Perkataan itu sedikitpun tidak salah, nilai
dari Satu benda tak sama satu sama lainnya, secara
bagaimana ia bisa membaginya secara adil dan merata?""
Rupanya It-bun Han Too juga menduga bahwa Siauw Ling
pun memikirkan persoalan itu, sorot matanya perlahan lahan
menyapu sekejap ke atas wajah Shen Bok Hong serta Siauw
Ling, kemudian katanya. "Aku rasa apa yang kalian semua pikirkan saat ini tidak
akan jauh berbeda dengan apa yang sedang dipikirkan oleh
Shen Bok Hong, memang benar benda yang tertinggal dalam
Istana Terlarang tidak sama nilainya satu sama lain, kamu
semua tentu ingin tahu bukan bagai mana caranya aku bagi
benda-benda tadi secara adil diantara kami bertiga?"
Siauw Ling mengangguk tapi mulutnya tetap
membungkam. "It-bun Heng, bila kau tiada pendapat, bagaimana kalau
dengarkan dulu cara yang akan kuusulkan ini?" sela Sheng
Bok Hong. "Baik, silahkan Shen Bok Hong utarakan usulmu itu!"
"Kita letakkan saja benda yang kita dapatkan itu di suatu
tempat tertentu, kemudian bukankah It-bun Han Too telah
membagi kita berenam menjadi tiga kelompok" Nah! dari
masing-masing kelompok kita utus seorang wakil kemudian
dari jarak yang sama kita kasih komando lalu kita sama-sama
berebutan mendapatkan benda itu, bagai mana menurut
pendapatmu"...."
Mendengar usul tersebut, It-bun Han Too mendongak dan
segera tertawa terbahak bahak.
"Haah.... haaaah..... haaaaa...... ilmu silat yang dimiliki Shen
Toa Cungcu jauh lebih lihay daripada diriku, saudara yang
tidak ingin mengunjukkan diri inipun memiliki ilmu silat yang
jauh lebih hebat dari kita, apalagi Shen Toa Cungcu dibantu
oleh Tong Lo Thay-thay serta Kim Hoa Hujin. sedangkan
saudara inipun mempunyai teman pembantu, bagaimana
dengan aku" hanya sebatang kara tanpa teman, bukan saja
dalam posisi aku kalah dalam kekuatanpun aku kalah, adilkah
usulmu itu?" "Hmm...kalau begitu aku tak usah banyak bicara lagi,
silahkan It-bun heng utarakan usulmu itu!" seru Shen Bok
Hong sambil tertawa dingin tiada hentinya.
"Maksudku lebih baik kita tak usah beradu tenaga ataupun
beradu kecerdikan, marilah kita dapatkan benda itu menurut
rejekinya masing-masing"
Siauw Ling tidak habis mengerti apa yang dimaksud oleh Itbun
Han Too dengan usulnya itu, tapi ia tetap menahan sabar
dan membungkam dalam seribu bahasa.
"It-bun heng. aku harap kau bisa memberi penjelasan lebih
jauh, agar kami semua dapat menangkap apa yang kau
maksudkan!" kata Shen Bok Hong dengan cepat.
"Usulku ini tidak jauh berbeda dengan apa yang diusulkan
Shen Toa Cungcu barusan, cuma aku harus menanti sampai
tiga macam benda berharga berhasil kita temukan barulah
barang-barang itu kita letakkan di suatu tempat tertentu,
kemudian aku akan menggunakan tiga biji mata uang sebagai
undian siapa yang berhasil menembak jumlah biji paling
banyak dialah yang pertama-tama memilih lebih dahulu ketiga
macam benda berharga itu, kemudian giliran kedua jatuh pada
orang yang berhasil mendapat jumlah biji mata uang lebih
sedikit dari orang pertama, sedang mereka yang mendapat
jumlah biji mata uang paling sedikit - ayah, apa boleh buat
lagi, terpaksa dia harus puas dengan benda berharga yang
masih tersisa itu...."
"Tidak" aku tidak setuju dengan caramu itu....!" seru Shen
Bok Hong sambil gelengkan kepalanya.
"Mana yang kurang baik?"
"Di dalam dunia persilatan hanya ada orang beradu
kecerdikan serta kekuatan belum pernah ada orang adu nasib
seperti yang kau usulkan barusan"
"Ada satu hal lagi aku harus terangkan lebih dahulu kepada
kalian semua, keadaan dari kita berenam saat ini adalah hidup
bersama mati pun bersama, ada rejeki kita nikmati berbareng
ada bencana kita tanggulangi serentak, perduli siapapun bila
ada maksud mencelakai diriku, maka sisa yang lain tak akan
keluar dari istana terlarang ini dalam keadaan hidup, sekalipun
berhasil mendapatkan semua benda berharga yang ada di sini,
tapi apa gunanya?" Shen Bok Hong tertawa. "Bila caramu ini tidak adil, sekalipun aku orang she-Shen
tidak membinasakan dirimu, kau anggap orang lain dapat
mengampuni dirimu?" "Dalam posisi segi tiga ini bukan saja kelompokku yang
paling minim jumlahnya, ilmu silat yang kumilikipun paling
lemah, perduli dari golongan manapun yang akan turun
tangan aku pasti akan menemui ajalnya seketika itu juga. Tapi
kecuali diriku seorang, kamu semua tak seorangpun yang
mampu membuka pintu Istana Terlarang, dan inilah kekuatan
yang paling kuandalkan untuk membendung penindasan dari
kalian semua. Karena itu kecuali kalau kamu semua ingin
terkubur hidup-hidup dalam Istana Terlarang, lebih baik
janganlah punya pikiran lain terhadap diriku"
"It-bun Han Too!" teriak Kim Hoa Hu-jin dengan gusar,
"Kami tak akan segoblok itu dengan membinasakan dirimu
detik ini juga. meskipun maut tidak menakutkan tapi siksaan
hidup merupakan suatu kejadian paling menakutkan, aku tidak
percaya kalau tubuhmu terdiri dari otot kawat tulang besi yang
tak takut disiksa...."
Siauw Ling merasa amat gelisah melihat sikap dari
perempuan itu, tapi ia takut Shen Bok Hong kenali suaranya
hingga asal usulnya berhasil diketahui, terpaksa ia tetap
membungkam terus. Sementara itu Shen Bok Hong sendiripun sedang
memperhatikan diri Siauw Ling serta Pek-li Peng, pikirnya
dalam hati, "Entah siapakah kedua orang ini" besar amat rasa
sabar mereka, hingga kini tak sepatah katapun yang
diucapkan keluar ......."
Karena berpikir demikian, ia lantas berkata, "Baik! aku
orang she Shen menyetujui usulmu itu......"
Habis berkata ia lantas berpaling ke arah Siauw Ling,
pikirnya lagi, "Ayoh, kali ini terpaksa kau harus buka suara!"
Siapa tahu Siauw Ling masih tetap mengangguk dan sama
sekali tidak buka suara. "Baik!" kata It-bun Han Too kemudian. "Kalau memang
kalian semua telah setuju dengan usulku ini. maka kitapun
akan mendapatkan benda-benda berharga tadi dengan
andalkan rejeki, nasib serta pengetahuan masing-masing....."
Selesai berkata ia segera berjalan memasuki sebuah
ruangan yang pintu bajanya setengah terbuka.
Shen Bok Hong segera miringkan tubuhnya dan berebut
menguntit lebih dahulu di belakang It-bun Han Too.
Siauw Ling tak mau unjukkan kelemahannya, buru-buru ia
maju ke depan dan mengikuti pula di belakang It-bun Han
Too. Melihat lawannya berdesakan dengan dia, Shen Bok Hong
segera mengerahkan tenaga dalamnya mengangkat kaki dan
menjejak jalan darah Hong-Si-hiat di kaki kiri Siauw Ling.
Ia selalu melihat lawannya yang satu ini tetap
membungkam dalam seribu bahasa, hatinya merasa amat
curiga dan dalam hati ia berharap bisa memaksa dirinya untuk
buka suara. 0000O000 Siauw Ling yang merasa dirinya diserang tangan kirinya
dengan cepat menekan ke bawah, segulung angin desiran
tajam memencar keluar dari ujung jarinya menotok jalan
darah Hiat hay di kaki kanan Shen Bok Hong. sedang kaki
kirinya yang melangkah ke depan tetap dilanjutkan seperti
rencana semula. Andaikan Shen Bok Hong tidak takut terluka dan


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melanjutkan tumbukannya pada jalan darah Hong-si di kaki
Siauw Ling, maka totokan si anak muda itu yang bersarang di
jalan darah Hiat-haynya kemungkinan besar akan membuat
kaki kanannya cacad. Mengetahui ancaman yang merugikan posisinya itu. Shen
Bok Hong tak berani ambil resiko besar, terpaksa ia putar kaki
kanannya untuk menghindarkan diri dari serangan tersebut.
Siauw Ling menempuh bahaya cari kemenangan, maksud
Shen Bok Hong terpaksa harus tank kembali kakinya dan
menyingkir ke samping. Dengan kejadian ini maka sebaliknya
Siauw Ling lah yang berhasil merebut posisi lebih
menguntungkan, kaki kirinya tiba lebih dahulu mengikuti tepat
di belakang It-bun Han Too.
Tapi gerakan tubuh Shen Bok Hong cukup cepat, selelah
menghindarkan diri dari ancaman totokan lawan ia berebut
kembali menerjang ke muka.
Selisih mereka berdua hanya terpaut beberapa mili saja,
pada saat yang hampir bersamaan mereka berdua Sama-sama
membuntuti di belakang It-bun Han Too.
Ketika tiba di depan pintu baja yang setengah terbuka itu,
mendadak It-bun Han Too berhenti, ujarnya, "Sekarang kita
harus memilih satu orang untuk membuka pintu baja itu dan
masuk ke dalam untuk memeriksa keadaan dalam ruangan
tersebut" "It-bun heng kenapa kau tidak lakukan sendiri pekerjaan
tersebut....?" "Haaah... haaah.... haaah.... kau adalah salah seorang yang
berhak mendapatkan sepertiga dari barang pusaka yang
tertinggal dalam Istana Terlarang ini, seandainya di atas pintu
ada racunnya hingga membuat aku mati karena keracunan,
bukankah kejadian ini justru akan menguntungkan kalian
semua?" "Jadi maksud It-bun heng?" tanya Shen Bok Hong
menegaskan. "Dari kalian dua kelompok harus diutus seorang wakil untuk
membuka pintu baja itu"
"Menurut pendapat It-bun heng, kelompok mana yang
harus mengirimkan wakilnya lebih dahulu?"
"Jumlah anggota kelompok di pihak Shen Toa Cungcu
paling banyak, bagaimana kalau dari pihakmu lebih dahulu
mengirimkan seorang wakil?"
Shen Bok Hong melirik sekejap ke arah Tong Lo Thay-thay.
kemudian katanya, "Nyonya tua, tolong bukalah pintu baja
yang setengah terbuka itu!"
Tong Lo Thay-thay mengiakan, ia berjalan mendekati pintu
baja tadi lalu diperhatikan dengan seksama, tiba-tiba dari
sakunya dia ambil keluar sebuah sarung tangan terbuat dari
kulit menjangan, setelah dikenakan di tangan kanan ia tarik
pintu baja itu hingga terbuka.
"Di atas pintu apa ada racunnya?" tanya Shen Bok Hong
kemudian setengah berbisik.
"Perduli ada racun atau tidak, tak ada salahnya bukan kalau
aku bertindak lebih berhati hati dengan mengenakan sarung
tangan?" jawab Tong Lo Thay-thay.
Dengan tangan kiri membawa lilin, It-bun Han Too segera
melongok ke dalam ruangan itu. Disitu ia lihat sesosok tubuh
manusia yang memakai baju perlente merangkak di atas
pembaringan batu dengan sebilah pedang pendek tertancap di
atas punggungnya. Mendadak Shen Bok Hong menyerobot masuk ke dalam
ruang batu itu dengan gerakkan sangat cepat, ketika
tangannya meraba tubuh manusia tadi, jubah perlente yang
dikenakan segera hancur dan berguguran ke atas tanah
sehingga tinggal seperangkat tulang manusia yang putih.
Pedang pendek tadi menembusi jauh ke dalam kerangka
manusia itu, di bawah sorot cahaya lilin tampak kilatan cahaya
tajam yang menyilaukan mata.
"Orang ini pastilah salah satu diantara sepuluh tokoh sakti
dari dunia persilatan, setelah punggungnya tertusuk pedang ia
melarikan diri ke dalam ruang batu ini, dalam lukanya yang
parah ia tentu bersandar di pembaringan batu ini hingga
menemui ajalnya. Pedang pendek tersebut puluhan tahun
lamanya terbengkalai tanpa karatan, aku duga benda itu
pastilah sebuah benda yang sangat berharga," kata It-bun
Han Too. Shen Bok Hong sambar gagang pedang tadi dan cabut
keluar pedang pendek tersebut kerangka manusia yang masih
berbentuk utuh tadi segera hancur dan berantakan di atas
lantai setelah senjata tadi dicabut keluar It-bun Han Too
mendehem berat, katanya lagi, "Shen Toa Cungcu, pedang
pendek itu termasuk salah satu diantara benda peninggalan
dalam Istana Terlarang!"
"Apakah harus kuserahkan kepadamu untuk disimpan lebih
dahulu?" jengek Shen Bok Hong ketus.
"Kalau Toa Cungcu ingin membawanya lebih dahulu juga
boleh...." Ia berhenti sejenak, lalu terusnya dengan suara keras,
"Meskipun kita tidak tahu siapakah orang ini, tapi yang pasti
dia adalah salah satu d antara sepuluh tokoh sakti dunia
persilatan yang masuk ke dalam Istana Terlarang, bukti ini
rasanya tak usah diragukan lagi. Sesudah kita temukan orang
ini, gambaran garis besarpun bisa kita peroleh, pastilah jagojago
lihay lain yang terjebak dalam istana terlarang telah mati
semua di tempat ini"
Shen Bok Hong tetap bungkam dalam seri bu bahasa ia
permainkan pedang pendek tadi dan tiba-tiba... cahaya tajam
berkilauan, bagaikan menusuk tahu pintu baja yang amat
keras tadi telah ditembusi oleh pedang pendek itu hingga
tinggal gagangnya belaka.
"Pedang bagus! Pedang bagus!" puji Siauw Ling dalam hati.
"Sungguh tajam dan luar biasa senjata mustika itu......."
Terdengar Shen Bok Hong tertawa terbahak-bahak dan
berkata, "Haaah.... haaaah.... haaaaah.... It-bun heng,
sekalipun pintu besar Istana Terlarang terbuat dari baja murni
atau baja campuran, aku pikir kekuatannya tak akan melebihi
ampuhnya pintu baja ini. Dengan senjata tajam di tangan
rasanya aku tak usah menerima ger tak sambal dari It-bun
heng lagi untuk tetap menuruti perkataanmu!"
Dengan cermat Siauw Ling perhatikan pedang pendek itu,
ia lihat panjangnya hanya mencapai enam cun, dalam hati
lantas berpikir kembali, "Entah pedang itu milik siapa" dan apa
namanya" sudah empat puluh tahun lamanya benda itu
terpendam di dalam Istana Terlarang...."
Dalam pada itu It-bun Han Too telah berkata dengan suara
dingin, "Seandainya pedang mustika itu dapat di gunakan
untuk merusak pintu depan Istana Terlarang, mengapa
kesepuluh tokoh sakti dunia persilatan itu mudah terkurung di
dalam Istana ini dan tidak coba menggunakan ketajaman
pedang tadi untuk menjebol pintu?"
Tong Lo Thay-thay yang berdiri di sisi Shen Bok Hong, tibatiba
buka suara dan berkata, "Menurut apa yang kuketahui,
diantara sepuluh tokoh sakti dunia persilatan yang terkurung
di dalam istana terlarang, semuanya terdapat dua bilah
pedang mustika yang dibawa kecuali pedang pendek ini pasti
masih ada pedang lainnya lagi
"Bagi seorang jago yang ahli dalam ilmu pedang," pikir
Siauw Ling, "bila ia berhasil mendapatkan bantuan dari sebilah
pedang mustika yang demikian tajamnya, keadaannya tentu
ibarat harimau tumbuh sayap......"
Sementara itu Shen Bok Hong dengan sorot mata yang
tajam sedang menyapu sekejap seluruh ruangan itu untuk
mencari sarung pedang tersebut, karena tidak ditemukan ia
lantas tertawa keras. "It-bun heng!" serunya, " bila kau memaksa aku orang she
Shen terus menerus, jangan salahkan kalau aku terpaksa
harus coba menempuh bahaya sendiri........"
Air mukanya berubah jadi dingin menyeramkan,
tambahnya, "Andaikata It-bun heng terlalu memaksa diriku,
siapa tahu terpaksa aku orang she-Shen akan coba
mengandalkan ketajaman pedang pendek ini untuk
merobohkan pintu masuk Istana Terlarang "
Maksud ucapan itu sudah amat jelas seka li, seolah-olah
pedang itu sudah menjadi miliknya sedang janji yang mereka
ucapkan tadi dianggap sebagai angin lalu belaka.
It-bun Han Too segera alihkan sorot matanya memandang
sekejap ke atas wajah Siauw Ling kemudian tanyanya,
"Apakah kau masih siap memegang janji yang telah kita
ucapkan tadi"..."
Siauw Ling mengangguk dan tetap membungkam dalam
seribu bahasa. Shen Bok Hong segera mengerutkan dahinya, dengan nada
tidak senang ia menegur, "Hey, saudara apa kau bisu dan tak
dapat berbicara?" Siauw Ling melotot sekejap ke arah Shen Bok Hong, tapi ia
tetap membungkam dan tak berbicara.
"Shen Toa Cungcu!" ujar It-bun Han Too kembali, "Bila kau
tak mau menuruti janji yang telah kita tetapkan tadi, itu
berarti kau hendak paksa diriku untuk bergabung dengan
saudara ini. atau dengan perkataan lain posisi kita akan
berubah jadi tiga lawan tiga...."
Ia menyapu sekejap wajah Siauw Ling, kemudian
menambahkan, "Asal saudara ini mampu untuk menghadapi
Shen Toa Cungcu, maka andaikata sampai terjadi
pertarungan, siapa menang siapa kalah masih susah
diramalkan mulai sekarang."
"Shen Bok Hong pada saat ini terlalu jumawa dan angkuh,"
pikir Siauw Ling dalam hati, "kalau aku tidak berusaha untuk
menjerikan batinnya, ia pasti tak mau tunduk pada janji
semula..." Belum habis ia berpikir, terdengar Shen Bok Hong telah
tertawa terbahak bahak. "Haaah... haaah... haaaah... kau maksudkan saudara ini"
mungkin saja ia memang tandinganku, tapi sebelum
kusaksikan sendiri kelihayan yang sebenarnya dari saudara ini,
aku tidak rela mempercayainya dengan begitu saja.
Siauw Ling tidak banyak bicara. tiba-tiba ia maju dua
langkah ke depan dan lancarkan sebuah pukulan ke atas pintu
baja tersebut.. Blaam...! ditengah suara getaran keras yang memekikkan
telinga, di atas pintu baja segera muncullah lima buah bekas
telapak tangan yang tertera sangat dalam.
Siauw Ling mengenakan sarung tangan kulit ular sakti dan
tidak takut terluka, apalagi serangan tersebut dilancarkan
dengan segenap kekuatan yang dimilikinya, meskipun di atas
pintu baja segera muncul bekas tela pak yang dalam, tapi
Siauw Ling sendiri merasakan pula lengan kanannya jadi linu
dan laku. wajahnya berubah menjadi merah dan napasnya
agak tersengal. Untung dia kenakan topeng kulit manusia sehingga orang
lain tidak melihat perubahan tersebut. Setelah atur napas
sebentar, perlahan lahan ia undurkan diri kembali ke
belakang. Selama ini ia selalu membungkam, tapi baik Shen Bok Hong
maupun It-bun Han Tco tahu bahwa dia bukan seorang bisu,
dalam hati diam-diam mereka merasa amat kagum atas
kesabarannya. Dengan langkah lebar Shen Bok Hong maju ke muka,
setelah meneliti sekejap bekas telapak tangan di atas pintu
baja itu katanya, "Sungguh hebat tenaga pukulan yang dimiliki
saudara itu!" "Tidak salah" kata It-bun Han Too pula setelah ikut meneliti
pula bekas telapak tangan di atas pinta baja tersebut, "Shen
Toa Cungcu, tolong tanya apakah kau memiliki kemampuan
pula untuk berbuat yang sama?"
Siauw Ling mati-matian tak mau bicara karena dia takut
Shen Bok Hong mengetahui siapakah sebenarnya dia, tapi hal
ini justru membuat It-bun Han Too secara otomatis dan tanpa
berpikir panjang telah berpihak kepadanya.
Terdengar Shen Bok Hong mendongak dan tertawa
terbahak-bahak. "Haaah..... haaah....... haaah..... bekas telapak ini
dihasilkan oleh daya kekuatan sebesar seribu kati, aku orang
she Shen percaya masih mampu untuk melakukan hal yang
sama" "Mengapa Shen Toa Cungcu tidak mencobanya pula?" ejek
It-bun Han Too cepat, "Aku orang she-Shen tidak ingin
membuang tenaga sebesar itu dengan percuma."
"Toa Cungcu!" ujar It-bun Han Too kemudian sambil
angsurkan tangannya ke depan, "harap kau suka serahkan
pedang pendek itu kepadaku, agar aku bisa menyimpannya
untuk sementara waktu, setelah kita berhasil mengumpulkan
tiga macam benda mustika barulah benda itu kita bagi
menurut perjanjian" Shen Bok Hong termenung dan berpikir sejenak, akhirnya
dia angsurkan pedang mustika itu ke tangannya sambil
berkata diiringi tertawa, "Baiklah, disimpan dulu oleh It-bun
heng pun sama saja!"
Setelah menerima pedang pendek tersebut, It-bun Han Too
kembali berkata, "Shen Toa Cungcu, semoga kau dapat sela lu
pegang janji sehingga kita semua bisa mengundurkan diri dari
Istana Terlarang dalam keadaan hidup dan selamat"
Untuk sesaat suasana diliputi keheningan, tiba-tiba Kim Hoa
Hujin buka suara memecahkan kesunyian, katanya setelah
memandang sekejap tulang manusia yang berserakan di atas
lantai itu. "Entah siapakah orang ini" ditinjau dari pakaian perlente
yang ia kenakan, semasa hidupnya ia tentu seorang jago yang
terpandang dan terkemuka"
"Benar, rupanya ia seorang yang terkemuka," sambung Itbun
Han Too, "sayang kita tiada waktu lagi untuk
membicarakan asal-usul orang itu!"
Dengan tangan kanan memegang pedang, tangan kiri
memegang lilin ia segera berjalan menuju ke pintu baja
lainnya yang setengah terbuka.
Para jago segera mengikuti di belakang tubuhnya.
Ketika tiba di depan pintu baja kedua, kembali It-bun Han
Too menghentikan langkahnya, sambil berpaling memandang
sekejap ke arah Siauw Ling ujarnya, "Kesempatan yang
kuberikan selalu adil dan merata, kali ini tiba giliran pada
rombonganmu untuk mengirim wakil guna membuka pintu


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baja ini....." Siauw Ling dengan langkah lebar segera maju ke depan,
sambil membuka pintu baja tadi pikirnya di dalam hati.
"Sekalipun di atas pintu sudah dipolesi racun keji, aku juga
tak perlu takut!" Dalam perkiraan beberapa orang itu, setelah di dalam
ruang yang pertama mereka temukan mayat, dalam ruang
batu ini tentu ada mayat atau kerangka manusia pula.
Siapa tahu kenyataannya jauh diluar duga siapapun juga,
ternyata di dalam ruang batu kedua mereka tidak menemukan
sesuatu benda apapun. It-bun Han Too menyinari seluruh ruangan itu dengan
cahaya lilinnya, setelah diperhatikan beberapa saat dan tidak
ditemukan juga sesuatu yang aneh, mendadak ia bergumam
sendiri, "Aaaa! benar .... benar ..."
"It-bun heng, apa yang sedang kau gumamkan seorang
diri?" tegur Shen Bok Hong cepat.
"Kecuali kerangka manusia berbaju perlente yang kita
temukan dalam ruang batu pertama tadi, kemungkinan besar
kita tak akan temukan lagi mayat lain yang menggeletak
sendirian ditempai lain"
"Mengapa?" "Andaikata dugaanku tidak salah, sesaat sebelum menemui
ajalnya kesepuluh tokoh sakti yang terkurung di dalam Istana
Terlarang ini tentu berkumpul jadi satu dan merundingkan
cara keluar dari kurungan istana ini...."
"Lalu siapakah orang berbaju perlente itu" mengapa ia mati
sendirian di tempat lain?"
"Kemungkinan besar orang itu adalah Ahli Bangunan
bertangan sakti Pau It Thian, dia adalah orang yang dibenci
oleh semua jago, oleh sebab itu orang she-Pau tadi mati
sendirian di tempat lain"
"Orang ini benar-benar amat cerdik."
Seandainya jalan hidupnya bisa condong ke arah yang
benar, pastilah dia akan dihormati serta dikagumi seorang
sebagai pendekar luar biasa.
Tampak Shen Bok Hong mengangguk tanda membenarkan.
"Benar, perkataan dari It-bun heng memang sangat
beralasan," katanya.
Ia mendongak dan tertawa tergelak, lalu tambahnya lagi,
"Sekarang aku orang she Shen baru merasa bahwa aku telah
bertambah lagi dengan seorang musuh tangguh"
"Aaah, Shen Toa Cungcu terlalu memuji diriku"
"Ehmmm... memang akulah yang teledor sehingga
melupakan diri It-bun heng sebagai seorang sarjana yang luas
sekali pengetahuannya....."
Ia berhenti sejenak, lalu terusnya, "Apakah kita akan
memeriksa pula ruang pintu batu lain yang pintunya setengah
terbuka itu" "Shen Toa, Cungcu tak usah kuatir, setiap perkataan yang
telah kuucapkan pasti akan kupegang teguh bagaikan
kokohnya bukit baja."
Dengan langkah lebar ia dekati pintu baja yang setengah
terbuka itu, kemudian dengan kaki kirinya ia jejak pintu tadi
hingga terbuka lebar. Ketika para jago menengok keadaan dalam ruangan itu,
ternyata ruangan itupun kosong melompong tiada sesuatu
benda apapun. Shen Bok Hong mendehem ringan, ujarnya kemudian,
"Sekarang, kita harus berusaha untuk membuka ketiga buah
ruangan yang pintu bajanya tertutup rapat itu. Bagaimana
pendapat mu It-bun Heng?"
"Kalian tak usah gelisah," sahut It-bun Han Too sambil
ayunkan pedang pendek di tangannya, "Dengan pedang
mustika yang amat tajam ini, tidak sulit bagi kita untuk
membuka ketiga buah pintu baja yang tertutup rapat itu!"
Dengan langkah lebar ia dekati pintu baja pertama yang
tertutup rapat, pedangnya segera bekerja membacok pintu
baja itu. Pedang pendek ini benar-benar tajamnya luar biasa, sekali
babat kunci baja di atas pintu segara kutung jadi beberapa
bagian dan rontok ke atas tanah.
"It-bun heng, berhati-hatilah" teriak Shen Bok Hong
setengah menyindir, seandainya dalam ruangan terdapat
jebakan hingga melukai dirimu, maka semua kita akan ikut
terkurung dan mati di dalam Istana Terlarang ini!"
It-bun Han Too tertawa dingin.
"Seandainya kau benar-benar terluka oleh jebakan yang
sengaja diatur oleh Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It
Thian, aku rasa peluang bagi kalian semua untuk tinggalkan
tempat mi memang tidak terlalu besar......"
Sambil berkata kakinya segera mengait dan menarik pintu
baja itu hingga terpentang lebar.
Ketika semua orang menengok ke dalam, terlihatlah
ditengahi ruang batu terdapat sebuah pembaringan terbuat
dari batu di atas pembaringan batu tadi terletaklah sebuah
tongkat sian-ciang serta sebuah kotak yang terbuat dari kayu
cendana. Tiba-tiba Shen Bok Hong melesat ke depan, bagaikan
burung walet kembali ke sarang dia loncat masuk ke dalam
ruangan batu itu dan tangan kanannya segera menyambar
kotak kayu cendana tersebut.
Kali ini Siauw Ling telah bikin persiapan dia pungut dua biji
batu dan digenggam da la m tangan, menanti Shen Bok Hong
ulurkan tangan kanannya hendak menyambar kotak kayu itu,
sebiji batu segera disambit Siauw Ling dengan kecepatan
bagaikan kilat. Meskipun hanya sebutir batu gunung, tapi disentil di bawah
pengaruh tenaga lweekang Siauw Ling yang amat dahsyat,
sambaran batu tersebut jauh lebih dahsyat dari pada titiran
bintang yang jatuh dari langit, bahkan disertai pula desiran
angin tajam. Shen Bok Hong segera menyadari akan bahaya yang
mengancam dirinya, dengan cepat tangan kanannya ditarik
kembali ke belakang. Batu gunung tersebut segera menghantam dinding batu
dengan kerasnya.... Ploook! hancuran batu bermuncratan keempat penjuru dan
rontok ke atas tanah. Setelah melepaskan serangan batu tadi, tubuh Siauw Ling
dengan cepat ikut menerjang masuk pula ke dalam ruangan
batu, dengan tangkas ia hadang di depan tubuh Shen Bok
Hong. Menyaksikan usahanya digagalkan lagi oleh lawannya yang
seorang ini, nafsu membunuh seketika menyelimuti seluruh
wajah kepala kampung dari perkampungan Pek Hoa Sanceng
ini, dia tertawa dingin, sebuah pukulan yang maha dahsyat
segera dilancarkan ke muka.
Siauw Ling berkelit dengan tangkas, kepalannya didorong
ke muka balas mengirim pula satu pukulan, angin tajam
menderu deru dan terbukti betapa dahsyatnya ancaman
tersebut. ---oo0dw0oo--- Jilid: 4 Shen Bok Hong segera putar telapak kanannya melakukan
pembabatan, ujung tangannya langsung memenggal urat nadi
di atas pergelangan lawan.
Siauw Ling tarik kembali telapak tangan kanannya ke
belakang, telapak kiri bekerja keras menghajar dada orang.
"Tahan!" bentak It-bun Han Too mendadak sambil
menerjang masuk ke dalam ruangan itu.
Selama ia lari masuk ke dalam ruangan, antara Siauw Ling
serta Shen Bok Hong telah melangsungkan empat jurus
serangan, kedua belah pihak sama-sama menggunakan
gerakan yang paling ampuh dan paling cepat untuk berusaha
merobohkan lawannya. Setelah It-bun Han Too campur tangan sambil
mengayunkan pedang pendeknya yang tajam, terpaksa Siauw
Ling serta Shen Bok Hong meloncat mundur ke belakang.
Rupanya dalam beberapa gebrakan barusan Shen Bok
Hong telah dikejutkan oleh kesaktian, keganasan serta
kecepatan gerak serangan musuhnya dengan pandangan
tajam ia tatap wajah Siauw Ling tanpa berkedip kemudian
tegurnya, "Siapakah sebenarnya dirimu?"
Siauw Ling tertawa dingin, ia tetap tidak mau bicara.
"Hmm! Hebat betul daya tahanmu, tetapi aku orang she
Shen suatu ketika pasti akan berhasil memaksa kau untuk
buka suara," jengek Shen Bok Hong mendongkol.
Sementara itu It-bun Han Too telah memungut kotak kayu
serta tongkat sian-ciang tersebut, ujarnya, "Aku minta
sebelum kita berhasil keluar dari Istana Terlarang, lebih baik
janganlah terjadi perpecahan diantara kita sendiri, kita harus
bekerja sama untuk menanggulangi semua bencana yang
bakal kita hadapi.."
Ia undurkan diri terlebih dahulu dari ruangan itu, kemudian
sambil letakkan kotak kayu, tongkat sian-ciang serta pedang
pendek itu ke atas tanah ujarnya, "Sekarang kita telah berhasil
mendapatkan tiga macam benda mustika, sudah tiba
waktunya pula bagi kita untuk membagi hasil dari penemuan
ini!...." "Apa"! masa tongkat hwesio itupun kau masukkan sebagai
salah satu barang taruhan?" protes Shen Bok Hong dengan
alis berkerut. "Kenapa tidak" pertaruhan ini toh tergantung nasib dan
rejekinya masing-masing, siapa yang mendapatkan tongkat
hwesio tersebut, maka dia harus salahkan pada nasib sendiri
yang kurang mujur!" "It-bun heng, kalau dilihat tampangmu seolah olah kau
punya kepercayaan untuk menangkan taruhan ini......."
"Ooooh.... jadi Shen Toa Cungcu tidak percaya dengan
kejujuranku?" "Hmm!" Shen Bok Hong mendengus dingin, "Kalau kau
berani main gila dalam pertarungan ini, sekalipun aku ada
maksud membereskan jiwamu, aku rasa saudara itu pun tak
akan menghalangi niatku untuk cabut keluar jiwa anjingmu
itu" Sambil berkata ia tatap wajah Siauw Ling seolah olah dia
sedang menantikan jawaban dari lawannya.
Siauw Ling tetap membungkam, ia pandang sekejap ke
arah It-bun Han Too kemudian mengangguk.
Disinilah letak kelihayan dari hubungan segi tiga tersebut,
masing-masing pihak sebentar berkawan sebentar
bermusuhan, siapapun berusaha untuk menjatuhkan
musuhnya dengan akal. It-bun Han Too tertawa terbahak-bahak, dari sakunya dia
ambil keluar tiga biji mata uang sambil digenggam dengan
tangan kanannya, "Kalau memang kalian berdua tidak
mempercayai diriku, baiklah! Terserah siapa yang mau pegang
mata uang ini" Shen Bok Hong melirik sekejap ke arah Siauw Ling, lalu
menerima ketiga mata uang tersebut, ujarnya, "Aku
mempunyai satu usul, entah bagaimana menurut pendapat
kalian berdua..?" It-bun Han Too sengaja membungkam, rupanya ia hendak
paksa Siauw Ling buka suara.
Siapa tahu si anak muda itu tetap membungkam seribu
bahasa. Kedua belah pihak sama-sama membungkam hingga lama
sekali, akhirnya It-bun Han Too tak kuat menahan diri dan
bertanya "Apa usulmu itu?"
"Menurut pendapatku, kenapa barang-barang ini tidak kita
bagi setelah semua barang yang ada di dalam Istana
Terlarang berhasil kita temukan semua?"
It-bun Han Too segera menggeleng!
"Ketika sepuluh orang tokoh sakti itu memasuki Istana
Terlarang tempo dulu, dalam hati mereka tahu semua bawa
pertarungan ini sangat mempengaruhi mati hidup mereka,
karena itu senjata tajam yang dibawa masuk merupakan
senjata mustika yang paling dahsyat. Menurut apa yang
kuketahui di dalam istana ini paling sedikit ada dua bilah
pedang kenamaan, sedang apakah benda yang lain siapapun
tak ada yang tahu." Ia tuding kotak kayu cendana yang ada di atas lantai itu,
kemudian meneruskan, "Ambil contoh saja dengan ketiga
macam benda mustika yang berada di depan mata kita saat
ini, kalau dilihat memang pedang mustika yang amat tajam itu
merupakan benda yang paling berharga tatapi pedang itu
kalah misteriusnya dengan kotak kayu cendana. Karena itu
sulitlah bagi kita untuk memilih benda manakah yang paling
bagus diantara ketiga benda itu, kita harus berpikir secara
mendalam dan matang, sebab setiap benda yang dibawa
masuk ke dalam Istana Terlarang tentu patut disebut sebagai
berharga contohnya tongkat hwesio itu, sepintas lalu benda
itu memang merupakan suatu benda biasa, dimanapun dalam
dunia persilatan gampang untuk mencari tongkat semacam
itu, tetapi setelah benda itu berada dalam Istana Terlarang
maka keadaannya jadi berbeda. Siapa tahu kalau tongkat
hwesio itu justru merupakan benda yang paling berharga
diantara benda-benda mustika yang lain?"
"Pandai sekali orang ini berbicara, begitu menarik dan tepat
alasannya membuat orang jadi sulit untuk membedakan mana
yang sungguhan dan mana yang palsu. ...." batin Siauw Ling .
Tampak It-bun Han Too angkat kepalanya dan tertawa
tergelak, kemudian ujarnya kembali, "Mungkin kalian semua
tak sudi mempercayai perkataanku bukan ....?"
"Ucapan dari It-bun heng mengandung arti yang sangat
mendalam, sulit bagi orang untuk menangkap arti yang
sebenarnya, bila kau bisa menjelaskan lebih jauh tentu saja itu
jauh lebih baik!" sahut Shen Bok Hong.
It-bun Han Too termenung sejenak kemudian berkata.
"Benarkan tujuan kita masuk ke dalam Istana Terlarang
hanya ingin mendapatkan pedang-pedang berharga itu?"
"Kecuali itu, masa kedatangan kita adalah untuk
menyambangi layon para jago lihai tersebut"
It-bun Han Too tersenyum.
"Aku akan mengambil satu contoh yang amat jelas bagi
kalian, misalnya isi kotak cendana tersebut, benda itu adalah
suatu kitab suci yang paling berharga dari negeri Thian tok
bagi pandangan mata para pendeta Buddha, tetapi bagi Shen


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Toa Cungcu belum tentu kau suka menerima kitab semacam
itu" It-bun heng sangat gemar membaca buku tapi aku rasa
kau belum tentu tidak menyukai kitab suci semacam itu!"
It-bun Han Too tersenyum.
"Seandainya tongkat hwesio itu adalah milik seorang
paderi sakti dari kuil Siauw-lim-si, setelah ia tahu bahwa
jiwanya sukar untuk lolos dari Istana Terlarang, maka ia
segera mencatat seluruh ilmu silatnya di atas tongkat itu, aku
ingin tanya mana yang lebih berharga antara ketiga macam
benda itu" Kitab suci dalam kotak" pedang mustika ataukah
tongkat hwesio itu" "Andaikata demikian keadaannya, tentu saja aku pilih
tongkat hwesio itu!" jawab Shen Bok Hong dengan cepat.
Tapi sayang kitab suci itu belum tentu adalah kitab suci
sungguhan, di atas tongkat hwesio pun belum tentu ada
catatan ilmu silatnya, tolong tanya bagaimana caranya kita
membagi ketiga macam benda mustika itu"..."
Tong Lo Thay-thay yang selama ini membungkam, tiba-tiba
menghela napas panjang, pujinya, It-bun sianseng, kau benarbenar
seorang terpelajar yang lihai, aku merasa sangat kagum
dengan kecerdikanmu!"
"Ooh, Tong Lo Thay-thay terlalu memuji....!"
Sorot matanya beralih kembali ke atas wajah Shen Bok
Hong, lanjutnya. "Itulah yang dikatakan orang siapa yang merasa menang
belum tentu menang, siapa yang merasa kalah belum tentu
kalah, kesemuanya hanya takdir dan nasiblah yang
menentukan!" "Kalau kudengar dari pembicaraan It-bun heng barusan,
apakah kau beranggapan bahwa ketiga macam benda mustika
itu lebih baik jangan dibagi dulu?"
"Aku rasa dibagi lebih baik, daripada, setelah barang yang
kita temukan kian lama kian bertambah banyak membuat
mata kita berkunang-kunang dan pikiran jadi bingung untuk
membaginya, kan urusan jadi merepotkan sekali...."
"Baiklah kalau begitu!" ujar Shen Bok Hong, ia segera
menyembunyikan kedua belah tangannya ke belakang
punggung. Kemudian sambil mengacungkan kepalan
kanannya ia berseru. "Nah, tebaklah berapa jumlah mata uang di dalam
genggamanku"!" It-bun Han Too menoleh ke arah Siauw Ling dan katanya,
"Lebih baik kau tebak dulu!"
Kali ini Siauw Ling tidak dapat membungkam lagi, terpaksa
ia menjawab dengan suara lantang, "Dua biji"
Hanya itu yang dikatakan, selanjutnya pemuda itu
membungkam kembali seribu bahasa.
"Hmmm! Aku kira kau tak bisa bicara" Tebakan mu tepat
sekali!..." seru Shen Bok Hong . Sambil berkata ia acungkan
tangannya kedepan dan membuka genggamannya, disitu
terlihat dua biji mata uang yang tergenggam.
"Saudara ini telah menangkan pertandingan, maka sesuai
dengan peraturan ia boleh memilih lebih dahulu" kata It-bun
Han Too. "Setelah ia pilih benda yang disukainya kita baru saling
menebak lagi?" "Tak usah, aku persilahkan Shen Toa Cungcu memilih
terlebih dahulu, biar aku yang paling belakang!"
"It-bun heng, apakah kau tidak dirugikan dengan cara itu?"
ejek Shen Bok Hong. "Jago menang belakangan, siapa tahu justru akulah yang
paling beruntung?" Ketika ia berpaling lagi ke tengah kalangan, terlihatlah
Siauw Ling sedang bungkukkan badan hendak mengambil
pedang pendek itu. Jelas pemuda ini sudah tertarik oleh
pedang yang sangat tajam ini.
Dikala ujung jarinya hampir menyentuh pedang itu tiba-tiba
terdengar Pek-li Peng berteriak, "Ambil kotak kayu itu."
Siauw Ling tertegun dan segera berpaling ke arah gadis itu,
sorot matanya diliputi penuh tanda tanya.
"Maukah kau turuti permintaanku hanya kali ini saja?" pinta
Pek-li Peng dengan nada setengah merengek. "Ambillah kotak
kayu itu!" Siauw Ling tidak tega menolak permintaan gadis itu,
apalagi membuat dirinya kecewa. Maka ia pungut kotak kayu
tersebut dan meloncat mundur ke belakang.
Sekarang giliran Shen Bok Hong yang maju ke muka,
sambil melangkah ke depan ujarnya lagi, "It-bun heng
benarkah kau mengalah kepadaku?"
"Perkataan seorang lelaki sejati berat bagaikan bukit, tentu
saja aku benar-benar mengalah kepadamu!"
"Kalau memang It-bun heng berlaku demikian sungkan
terhadap diriku, yaah.... apa boleh buat, biarlah aku tinggalkan
sebuah benda yang terbaik untukmu!"
Sambil berkata kepala kampung dari perkampungan Pek
Hoa Sanceng ini segera mengambil tongkat hwesio yang
tersandar di tepi lantai.
Tongkat itu merupakan senjata biasa yang sering kali
digunakan oleh para pendeta, bukan saja bentuknya kasar
bahkan besar dan berat. Tindakan Shen Bok Hong memilih
benda tersebut sungguh diluar dugaan Siauw Ling sekalian.
It-bun Han Too tersenyum sambil mengambil pedang
pendek yang tersisa ia berseru, "Andaikata isi kotak kayu itu
adalah kitab doa, dan andaikata di atas tongkat hwesio itu
tidak ada catatan ilmu silatnya maka pedang pendek milikku
ini merupakan benda yang paling berharga!"
"Perkataan It-bun Heng memang tidak salah, tapi itu
terserah pada nasib dan rejekinya masing-masing......." ujar
Shen Bok Hong. Setelah berhenti sebentar ia berkata lagi, "Sekarang bendabenda
berharga telah kita bagi secara adil, apakah tindakan
kita selanjutnya?" "Menurut pengamatanku, bila kita lanjutkan perjalanan
menyusuri lorong rahasia ini, maka kemungkinan besar kita
akan temukan alat jebakan yang telah disiapkan oleh ahli
bangunan bertangan sakti Pau It Thian!"
"It-bun Heng, kau bukan sedang menakut-nakuti kami
bukan?" "Haa.... haa.. haaa.... lalu apa yang harus kita lakukan"
Masa kita harus beristirahat di tempat ini?"
"Sedikitpun tidak salah, aku membutuhkan banyak waktu
untuk memeriksa keadaan di sekitar tempat ini, dengan begitu
mungkin kita dapat menemukan suatu cara yang membuat
kita semua tak usah membuang tenaga terlalu banyak...."
Meskipun dalam hati kecilnya Shen Bok Hong merasa
diliputi pelbagai hal yang mencurigakan hatinya, tapi ia tidak
banyak bertanya, sambil mundur lima langkah ke belakang
bisiknya kepada Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay, "Mari
kita gunakan sedikit waktu ini untuk duduk beristirahat!"
Dalam pada itu setelah mengambil kotak kayu tadi, Siauw
Ling segera mengundurkan diri kesisi Pek-li Peng, bisiknya,
"Peng ji, pedang pendek itu tajam dan luar biasa, buat apa
kotak kayu ini" Pek-li Peng tersenyum. "Tidak salah, pedang pendek itu memang tajam dan luar
biasa, tetapi benda yang terdapat di dalam kotak kayu ini
mungkin jauh lebih berharga beberapa kali lipat daripada
pedang pendek itu, coba kau lihat bentuknya yang kecil
mungil dan indah. Bisa kuduga isinya pasti luar biasa sekali.
...." Dengan seksama Siauw Ling memperhatikan bentuk kotak
kayu itu, sedikitpun tidak salah bentuknya memang indah dan
menarik ia lantas bertanya, "Bagaimana kalau kita buka kotak
ini untuk melihat isinya?"
Pek-li Peng sambut kotak kayu itu dan siap membuka
penutupnya, tapi Siauw Ling segera merampasnya kembali
sambil berbisik, Biar aku saja yang membuka kotak ini!"
Rupanya ia takut kalau di atas penutup kotak itu ada
racunnya, dengan sarung tangan yang dikenakan ia tak takut
terhadap serangan racun, maka pemuda itu memutuskan
untuk membuka sendiri kotak itu.
Pada ujung samping kotak kayu itu terdapat sebuah
gembokan tenaga yang kecil, Siauw Ling segera mematahkan
dengan tenaga dalamnya. Ketika kotak tersebut dibuka maka tampaklah sejilid kitab
dengan lapisan kulit kambing tertera di dalam kotak itu.
Sampul kitab kulit kambing itu tiada tulisan apapun ini
membuat mereka tidak tahu apa sebenarnya isi kitab tersebut.
Sementara itu baik Shen Bok Hong maupun It-bun Han Too
sama-sama memperhatikan tingkah laku Siauw Ling, mereka
berharap bisa mengetahui apa isi kotak itu.
Perlahan-lahan Siauw Ling ambil kitab kulit kambing tadi
dari dalam kotak, ketika dibuka lembaran buku tersebut maka
yang terbaca hanyalah tulisan2 ular yang terdiri dari huruf
sanksekerta, melihat akan hal itu pemuda kita segera kerutkan
alisnya sambil berbisik, "Peng ji, coba kau lihat tulisan apa
yang tertera di atas kitab ini"..."
Pek-li Peng melirik sekejap isi kitab tersebut kemudian
menggeleng "Aku juga tidak mengerti!"
Siauw Ling segera tutup kembali kitab itu dan dimasukkan
ke dalam kotak, katanya kemudian, "Rupanya delapan puluh
persen isi kitab tersebut hanya sebangsa kitab doa belaka...."
Haruslah diketahui suasana di dalam gua itu sangat gelap,
semua penerangan hanya tergantung pada sebatang lilin yang
berada disisi tubuh It-bun Han Too untung tenaga dalam yang
dimiliki beberapa orang itu sangat sempurna sekalipun redup
cahaya lilinnya tapi mereka dapat melihat tingkah laku
lawannya dengan jelas. Terdengar Shen Bok Hong tertawa dingin, ejeknya,
"Dugaan It-bun Heng memang tepat sekali, rupanya isi kotak
kayu itu adalah sebangsa kitab suci yang tak berguna"
"Mungkin juga isinya ilmu silat, siapa tahu?" sambung Itbun
Han Too sambil tersenyum.
"Peng ji, jangan perdulikan mereka, biar mereka tak bisa
menduga keadaan yang sebenarnya" bisik Siauw Ling cepat.
Pek-li Peng menghela napas panjang .
"Aaaai......! akulah yang telah mencelakai diri toako. Tahu
begini mestinya aku suruh kau pilih pedang pendek itu saja!"
"Jangan sedih, itu toh urusan kecil" hibur Siauw Ling sambil
tertawa. Selama ini meskipun Shen Bok Hong serta It-bun Han Too
pasang telinga dan berusaha curi dengar pembicaraan mereka
berdua, tetapi berhubung Siauw Ling berbicara dengan suara
lirih maka sulit bagi kedua orang jago itu mengetahui
pembicaraan tersebut. Kim Hoa Hujin yang jarang berbicara, tiba-tiba buka suara
memecahkan kesunyian ujarnya.
"Toa Cungcu, masih ada dua buah kamar yang belum kita
kunjungi, semestinya kita jebol dulu sisa kamar yang lain siapa
tahu kalau di dalam ruangan itu terdapat barang peninggalan
dari sepuluh jago bulim?"
"Perkataan Hujin memang benar...." sahut Shen Bok Hong
sambil mengangguk, dia segera pertinggi suaranya sambil
melanjutkan It-bun Heng bukankah masih ada dua buah
ruangan yang belum kita kunjungi" Bagaimana kalau kita
periksa dulu keadaan disitu?"
It-bun Han Too segera bangkit berdiri.
"Aku telah mendapat bagian pedang mustika yang amat
tajam, baiklah! akan kubongkar pintu2 besi itu," katanya.
"Bagaimana kalau kubantu usaha It-bun Heng itu" kata
Shen Bok Hong sambil ikut bangkit berdiri.
It-bun Han Too tertawa hambar.
"Aku telah menemukan satu cara baik untuk maju ke
dalam, cuma aku tak tahu apakah cara itu bisa digunakan atau
tidak. Baiklah setelah kita periksa kedua buah kamar ini
barulah cara itu kita coba!"
Dengan langkah lebar ia dekati pintu besi ruangan kedua,
pedang pendeknya bekerja cepat dan gembokan yang
mengunci pintu baja itu segera terpotong jadi beberapa
bagian. Ketika semua orang melongok ke dalam ruangan,
tampaklah disitupun terdapat sebuah pembaringan terbuat
dari batu, keadaannya persis seperti dalam ruangan-ruangan
lain. Di atas pembaringan batu itu terdapatlah sebuah botol
porselen yang tinggi dan besar.
Kecuali botol porselen tadi tiada benda lain yang terdapat
di dalam ruangan itu. Shen Bok Hong menoleh dan memandang sekejap ke arah
Siauw Ling, lalu dengan langkah lebar berjalan masuk ke
dalam ruangan dan ambil botol porselen tad.
Ketika ia melongok ke dalam botol, tampaklah di dalam
botol porselen itu tersimpan seekor ikan kumala yang
bentuknya mirip ikan Lei-hi tapi tubuhnya serba putih
bagaikan salju dengan sepasang mata berwarna merah darah,
bentuknya istimewa sekali.
Kali ini Shen Bok Hong tidak bermaksud mengangkangi
benda itu lagi, sambil membawa keluar botol kumala dengan
ikan kumalanya tersebut katanya, "It-bun Heng, di dalam
botol porselen itu tersimpan seekor ikan kumala, bila benda ini
terhitung sebagai benda peninggalan dalam Istana Terlarang,
maka dalam pembagian nanti botol porselen dengan ikan
kumala ini akan dihitung sebagai satu benda atau dua macam
benda?" It-bun Han Too menerima botol porselen dengan ikan
kumala itu, setelah diawasi sejenak tiba-tiba wajahnya
nampak berubah hebat, tetapi sesaat kemudian ia telah
menjadi tenang kembali, sahutnya, "Botol porselen itu adalah
tempat untuk menyimpan ikan kumala tersebut, tentu saj
harus dianggap satu macam!"
"Kenapa" berhargakah ikan kumala ini?"
"Aku sendiripun tidak begitu kenal dengan asal usul ikan
kumala ini" kata It-bun Han Too sambil menggeleng, "Shen
Toa Cungcu, bukankah pengetahuanmu sangat luas, mungkin
kau bisa kenali asal usul ikan kumala itu?"
"Walaupun aku tidak tahu asal usul dari ikan kumala
tersebut, tapi aku rasa benda itu pasti sangat berharga, aku
pikir kesepuluh jago itu tak mungkin membawa benda yang


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tak berharga masuk ke dalam Istana Terlarang! ...."
"Perkataan Shen Toa Cungcu memang benar, ikan kumala
ini pasti bukan benda sembarangan ...." ia berhenti sejenak,
"Tapi aku rasa itupun tidak lebih hanya benda perhiasan yang
indah" Selama ini Siauw Ling hanya mengawasi gerak-gerik It-bun
Han Too dari samping, ia dapat melihat sikap tercengang dan
kaget orang itu ketika pertama kali melihat ikan kumala
tersebut, setelah melihat pula sikapnya yang berlagak pilon
saat ini, pemuda kita segera mengetahui bahwa orang itu
pasti sudah mengenali asal usul ikan kumala itu, Cuma ia
sengaja tidak mau mengucapkannya keluar.
Meskipun demikian Siauw Ling pun tetap pura-pura
berlagak tak tahu. Sementara itu terdengar Shen Bok Hong telah berlata, "Itbun
Heng, untuk sementara waktu simpanlah lebih dulu botol
porselen dengan ikan kumala ini"
Sambil berkata ia angsurkan botol besar itu ke tangan Itbun
Han Too. Tetapi jago tua yang licik dan cerdik ini tidak mau
menerima, malah ia segera berkata "
"Masih ada sebuah pintu baja yang belum kubuka, biar
kujebolkan dulu pintu ini"
Dengan langkah lebar ia segera berjalan menuju ke pintu
besi yang terakhir. Melihat tindakan tersebut Kim Hoa Hujin segera berkata,
"Toa Cungcu, kalau kau memang tak mau membawa botol itu,
bagaimana kalah serahkan saja kepadaku?"
Shen Bok Hong berpikir sebentar, lalu mengangguk.
"Baik!" dia angsurkan botol tadi ke tangan perempuan itu.
Sementara Kim Hoa Hujin menerima botol porselen tadi. Itbun
Han Too telah berhasil membuka pintu baja yang terakhir.
Di atas pembaringan batu dalam ruangan tersebut,
terdapatlah, sebuah hioloo kuno yang kecil dan berwarna
hitam pekat, tingginya satu depa dengan lebar tidak sampai
lima cun. Kali ini Shen Bok Hong tidak berbuat masuk ke dalam
ruangan lagi untuk mengambil hioloo kuno itu.
It-bun Han Too memandang sekejap hioloo kuno dengan
tutupnya dari emas diantaranya itu karena tak tau apa isi
hioloo tadi maka sambil berpaling ke arah Siauw Ling katanya,
"Bagaimana kalau hioloo kuno itu kau yang bawa?"
Siauw Ling termenung sebentar lalu kemudian melangkah
masuk ke dalam ruangan membopong hioloo kuno itu, terasa
hiooloo tersebut berat sekali dan entah apa isinya"
Tiba-tiba Shen Bok Hong menggerakkan tangan kanannya
berusaha menyambar penutup hioloo tersebut, tapi dengan
tangkas pemuda kita berhasil menghindarinya.
Rupanya gembong iblis dari perkampungan Pek Hoa
Sanceng ini, walaupun tidak ingin mengambil hioloo kuno itu,
tapi rasa ingin tahunya belum lenyap dari benak jago ini, dia
ingin melihat apakah gerangan isi hioloo kuno itu.
Terdengar It-bun Han Too mendehem ringan dan berkata,
"Seandainya di dalam hioloo itu masih tersimpan suatu benda
yang bisa dianggap benda yang tersendiri, ada baiknya bendabenda
itu kita bagi rata saja, daripada merepotkan sekali"
Siauw Ling tahu apa yang dimaksudkan, maka pemuda itu
segera menghentikan langkah kakinya.
It-bun Han Too segera mengulurkan tangan kanannya dan
membuka tutup hioloo tersebut, tampak isi dari hioloo tadi
ternyata adalah serbuk halus berwarna putih yang
menebarkan bau harum semerbak.
It-bun Han Too yang banyak pengetahuan lama sekali
mengamat-amati bubuk putih di dalam hioloo itu, ia tak
mengerti juga apa sebenarnya isi dari hioloo tersebut,
akhirnya sambil menutup kembali penutup hioloo itu ujarnya.
" Rupanya hioloo kuno ini hanya bisa dianggap sebagai
semacam benda berharga saja!"
Bila Shen Bok Hong, Siauw Ling dan It-bun Han Too
ditandingkan. Maka ilmu silat dari orang she It-bun lah yang
paling lemah, tetapi diantara jago yang lain kecerdasan serta
pengetahuannya melebihi yang lain. Oleh sebab itu ia tetap
merupakan pucuk pimpinan diantara para jago tersebut.
Sementara itu Shen Bok Hong telah melotot sekejap ke
arah Siauw Ling dengan pandangan gusar.
Kiranya ia merasa mendongkol karena Siauw Ling tidak
memperbolehkan dia melihat isi hioloo kuno itu, sebaliknya
membiarkan It-bun Han Too memeriksanya. Kejadian ini
sangat menyinggung perasaan jago dari perkampungan Pek
Hoa Sanceng ini, dia ingin sekali menghajar lawannya sampai
mati. Tetapi karena ilmu silat yang dimiliki Siauw Ling sangat
lihai, ditambah topeng kulit manusia yang dikenakan membuat
dia sangsi, maka untuk beberapa lamanya Shen Bok Hong
tidak berani melakukan tindakan secara gegabah.
Sementara It-bun Han Too telah melirik sekejap ke arah
Shen Bok Hong sambil berkata, "Sayang seribu kali sayang,
benda mustika yang berhasil kita temukan baru dua macam,
kalau bertambah sebuah lagi tentu kita dapat membaginya
sekarang juga." Sambil menahan rasa gusar yang berkecamuk di dalam
hatinya Shen Bok Hong tertawa hambar.
"Sekarang keenam ruangan batu itu sudah kita buka
semua, It-bun Heng tak usah jual lagak lagi, seharusnya kita
selidiki bagian dalam dari Istana ini"
"Bila kita masuk ke ruang yang lebih dalam itu berarti kita
segera akan membuka rahasia Istana Terlarang yang telah
terselubung selama puluhan tahun lamanya, tanpa terasa
keadaan kitapun kian lama kian bertambah bahaya...."
"It-bun Heng, kalau kau merasa sayang untuk
mengorbankan jiwamu, lebih baik sekarang juga kau
tinggalkan Istana Terlarang.
"Bagaimana maksud serta pendapatmu?" tanya It-bun Han
Too sambil menoleh ke arah Siauw Ling. "Kita lanjutkan
penyelidikan ini atau segera mengundurkan diri?"
"Tentu saja lanjutkan penyelidikan ke dalam!" jawab si
anak muda singkat. Ia sengaja memperserak suaranya agar Shen Bok Hong
tidak mengenali suaranya.
"Saudara, kalau kau memang ada maksud untuk lanjutkan
penyelidikan ini ke dalam, maka seharusnya penuhi dahulu
janjimu!" Mula-mula Siauw Ling tertegun, kemudian ia mengiakan
dan meletakkan hioloo hitam itu ke atas tanah, kemudian di
atas tubuh It-bun Han Too dia tepuk dua kali.
Menyaksikan hal itu Shen Bok Hong segera tertawa
terbahak-bahak. "Haaah....haah.... rupanya It-bun Heng telah tertotok jalan
darahnya. Tidak aneh kalau kau selalu memusuhi diriku
seorang!" "Hmmm! Saudara ini sih masih boleh kupuji sebagai
seorang lelaki sejati yang selalu pegang janji," kata It-bun Han
Too sambil mendengus dingin, "andaikata Shen Toa Cungcu
yang menotok jalan darahku, mungkin aku tak akan
dibebaskan dengan begini gampang!"
Shen Bok Hong tertawa dingin, ia tidak berbicara lagi.
Setelah jalan darah anehnya dibebaskan It-bun Han Too
merasa hatinya tambah lega, dia segera bertindak mendekati
dinding tebing yang menghadang jalan pergi mereka. Lalu
tangannya mulai mengetuk di sekitar dinding tersebut.
Kiranya ketika perjalanan diteruskan ke dalam, mereka
telah menemui jalan buntu, sebuah dinding tebing yang lebar
telah menghalangi jalan pergi mereka semua.
Terdengar It-bun Han Too tertawa terbahak-bahak dan
berkata, "Haaah.... haaaah.... haaah.... ternyata begini,
sedikitpun tidak meleset dari dugaanku semula:...."
Sambil putar pedang pendeknya ia tusuk dinding tebing
tersebut secepat kilat, kemudian sambil loncat mundur ke
belakang ia jatuhkan diri bertiarap.
Baik Shen Bok Hong maupun Siauw Ling mereka semua
menaruh perasaan was2 yang tebal atas diri It-bun Han Too,
menyaksikan orang itu jatuhkan diri bertiarap, tanpa banyak
bicara merekapun segera ikut menjatuhkan diri bertiarap di
atas tanah. Terdengar suara gemuruh yang amat nyaring bergeletar
memecahkan kesunyian, mendadak sebagian dari dinding batu
itu roboh ke atas tanah, diikuti desingan senjata rahasia dan
anak panah berhamburan keempat penjuru dengan kecepatan
laksana sambaran kilat. Untung beberapa orang itu telah bersiap sedia dengan
menjatuhkan diri bertiarap di atas tanah, seluruh desingan
senjata rahasia dan anak panah itu menyambar lewat di atas
kepala mereka dan berhamburan jauh di belakang tubuh
mereka. Setelah serangan senjata rahasia, suasana pulih kembali
dalam kesunyian yang mencekam seluruh ruangan.
Sambil bangkit berdiri ujar It-bun Han Too dengan suara
perlahan, "Sebenarnya di atas dinding batu ini terdapat
sebuah pintu rahasia dan diluar dinding terdapat sebuah
tombol rahasia yang menghubungkan alat penggerak dengan
pintu tersebut, cuma sayang tombol tadi letaknya amat sulit
dicari, daripada buang tempo dengan percuma, aku telah
meminjam ketajaman pedang ini untuk memotong rantai yang
menghubungkan pintu dengan alat penggeraknya, sekarang
rahasia tersebut akan hilang manfaatnya"
Shen Bok Hong serta Siauw Ling membungkam dan tidak
bicara, tapi dalam hati kecil mereka merasa amat kagum
dengan kecerdikan orang, pikirnya, "Pengetahuan serta
kecerdasan orang ini sangat mengagumkan, sulit untuk
menemukan manusia kedua macam dia di kolong langit"
Tidak menunggu kedua orang itu buka suara, sambil
tertawa hambar It-bun Han Too berkata kembali, "Sejarang
ruang batu telah terbuka, entah apakah diantara kita semua
yang bersedia untuk bertindak sebagai pembuka jalan?"
"Kami semua toh tidak paham terhadap letak alat-alat
rahasia tersebut, lebih baik It-bun Heng saja yang menjadi
pembuka jalan bagi kami" sahut Shen Bok Hong dengan
cepat. "Tidak, itu kurang cocok! Lebih baik satu diantara kalian
saja yang bertindak sebagai pelopor pembuka jalan"
"Bagaimana kalau aku yang membawa jalan?" sela Tong Lo
Thay-thay mendadak sambil majukan diri ke depan.
Tidak menantikan jawaban lagi sambil membawa tongkat
Sian Ciang dengan langkah lebar ia masuk lebih dahulu ke
dalam ruangan itu. Shen Bok Hong, Kim Hoa Hujin, Siauw Ling, Pek-li Peng
serta It-bun Han Too segera menyusul dibelakangnya.
Dibalik pintu batu tadi merupakan sebuah lorong yang
sempit dan panjang. Lebarnya hanya mencapai dua depa dan
paling banter hanya cukup memuat dua orang belaka.
Sambil melangkah masuk ke dalam lorong itu, terdengar Itbun
Han Too berkata lagi, "Andaikata Ahli Bangunan
bertangan sakti Pau It Thian telah mengatur alat jebakan yang
mengerikan dibalik lorong sempit ini, bisa kalian bayangkan
apakah kita semua dapat meloloskan diri dari jebakan
mautnya itu...?" Sengaja ucapan itu diutarakan dengan suara tinggi dan
keras, membuat para jago yang mendengar perkataan itu jadi
merinding dan berdiri semua bulu kuduknya.
Suasana di dalam lorong itu amat gelap lagi lembab,
dengan daya pandang Tong Lo Thay-thay ia hanya mampu
melihat pemandangan sekitar tiga depa di depan matanya.
Kurang lebih setelah mereka melalui lorong sempit itu
sejauh dua puluh tombak lebih, akhirnya tibalah beberapa
orang itu di ujung lorong. Dihadapan mereka terbentanglah
suatu daerah yang lebih luas dan lebar.
Terasa hawa dingin berhembus lewat udara terasa segar
nan nyaman, jauh berbeda dengan udara lembab dan sesak
selama masih berada dalam lorong sempit tadi.
"Oooh..! rupanya tempat ini berhubungan dengan dunia
luar....!" seru Shen Bok Hong cepat, "Sejak dulu tahu begini,
aku tak usah payah mencari letak pintu masuk istana
tersebut!" "Hmm! Lubang hawa itu tersedia setelah melalui beberapa
puluh tikungan dan lekukan" sambung It-bun Han Too cepat,
"Kalau Pau It Thian sengaja membuat lobang hawa yang
berhubungan langsung dengan dunia luar, ia tak pantas
dinamakan Ahli Bangunan bertangan sakti."
Shen Bok Hong segera putar matanya memperhatikan
sekejap sekeliling tempat itu, sedikitpun tidak salah disana ia
tak jumpai cahaya dari luar, bahkan pemandangan di sekitar
tempat itupun tak dipahami olehnya.
It-bun Han Too mendehem berat ujarnya lagi. "Aku
semuanya membawa dua batang lilin, tadi kita telah habiskan
sebatang dan kini tinggal sisa sebatang lagi, bila lilin inipun
terbakar habis, maka kita harus meraba di tengah kegelapan "
Sembari berkata dia ambil korek dan memasang lilin
tersebut. Di bawah sorot cahaya lilin yang terang benderang,
pemandangan di sekeliling tempat itu segera dapat terlihat
dengan jelas. Pada ujung sebelah Timur terdapatlah sebuah ruang besar
dengan pintu rangkap, sedang tiga belah penjuru yang lain
merupakan dinding batu yang tinggi dan datar.
"Tiga penjuru merupakan dinding batu, rupanya kita hanya
bisa meninjau ruang tengah itu saja?" gumam Shen Bok Hong.
"Tidak salah, hanya ruang tengah itu saja yang bisa kita
tuju, harap kalian semua suka berhati hati"
Dengan tangan kiri membawa lilin, tangan kanan mencekal
pedang dia segera melangkah masuk ke dalam ruangan itu.
Shen Bok Hong bertindak cepat, dengan langkah lebar dia
mengikuti di belakang jago lihai tadi.
Sebenarnya pintu depan ruang besar itu terpentang lebar,
tetapi ketika It-bun Han Too sekalian berjalan mendekati
ruangan tersebut, tiba-tiba pintu yang terbentang lebar tadi
menutup dengan sendirinya.
Shen Bok Hong segera menghentikan langkanya sambil
berseru, "Aaaah! Diluar pintu ruangan inipun telah dipasang
alat rahasia....! Sungguh luar biasa...."
It-bun Han Too berpaling dan tertawa.


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sedikitpun tidak salah, seharusnya sejak tadi Shen heng
dapat menduga sampai disitu. ...."
Ia berhenti sebentar lalu sambungnya kembali.
"Andaikata Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian
memasang sebuah alat rahasia jebakan di atas dinding langitlangit
tepat di atas batok kepala kita, maka aku pikir sulitlah
bagi kita semua untuk meloloskan diri dalam keadaan hidup
dari wilayah seluas dua tombak persegi ini...."
Mendengar perkataan itu tanpa sadar Shen Bok Hong serta
Siauw Ling sama-sama angkat kepala dan memandang
sekejap dinding di atas kepala mereka.
"Pintu ruangan telah tertutup, satu satunya jalan kehidupan
hanyalah lorong sempit tadi" pikir Siauw Ling dalam hati, "Tapi
lorong tersebut bukan saja sempit, dan kecil bahkan gelap
susah untuk memperhatikan keadaan di sekitarnya, tempat itu
justru merupakan daerah yang paling berbahaya"
Shen Bok Hong pun telah berkata sambil mendengus
dingin, "Hmm! Sekarang kita tergantung alat rahasia yang
telah dipasang Pau It Thian di atas kepala kita?"
"Anggap saja benda itu adalah sejenis racun beracun,
apakah Shen Toa Cungcu merasa yakin punya keselamatan
untuk meloloskan diri?"
"Kalau aku tak mampu meloloskan diri aku percaya kamu
semua pun tak ada yang berhasil lolos dalam keadaan hidup"
It-bun Han Too tertawa hambar.
"Kalau kami semua yang mati itu sih lumrah. Tapi
bagaimana kalau Shen Toa Cungcu yang menemui ajalnya"
Masa kau rela" Shen Bok Hong tahu bahwa perkataan itu penuh
mengandung nada sindiran yang pedas tapi Shen Bok Hong
tetap menahan sabar dan tidak banyak bicara lagi. Meskipun
demikian ia telah menghentikan langkahnya dan diam-diam
menghimpun tenaga bersiap siaga, dengan seksama diawasi
terus tingkah laku dari orang she It-bun itu.
Siauw Ling pun mengawasi pula gerak-gerik Shen Bok
Hong dengan seksama, sebab dalam keadaan begini ia harus
melindungi keselamatan dari It-bun Han Too, walaupun orang
itu bukan musuh pun bukan sahabat tapi dalam posisi yang
sangat berbahaya ini justru dialah yang mempertahankan
keseimbangan keadaan, dengan pengalaman serta
pengetahuannya yang luas ditambah kecerdikan yang luar
biasa, seringkali kelicikan serta rencana busuk yang disusun
Shen Bok Hong berhasil ia bongkar.
Demikianlah, dengan langkah lambat It-bun Han Too
berjalan ke depan ruangan itu, sambil angkat tinggi2 lilin itu ia
berpaling ke belakang, katanya, "Harap kalian berdua suka
bersama diriku masuk ke dalam ruangan ini seandainya terjadi
sesuatu yang aneh kita bisa menanggulanginya secara
bersama" "Bagaimana pendapatmu?" tanya Shen Bok Hong sambil
berpaling ke arah Siauw Ling.
Si anak muda itu mengangguk, ia serahkan hioloo hitam
tadi ke tangan Pek-li Peng kemudian melangkah maju ke
depan, dengan gerak-gerik ia menyatakan pendapatnya
biarpun mulut tetap membungkam.
Shen Bok Hong mengerutkan dahinya, kepada Kim Hoa
Hujin serta Tong Lo Thay-thay segera pesannya, "Kalian
berdua baik baik berjaga disini!"
Dengan langkah lebar diapun mendekati pintu ruangan.
"Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian memang lihai,
dan semua perhitungannya memang sangat tepat, tapi ia
telah melupakan akan sesuatu!!.."
"Melupakan pedang pendek yang tajamnya luar biasa ini
"sahut It-bun Han Too sambil acungkan pedang pendeknya, "
Ia tidak menyangka kalau dirinya bakal mati di ujung pedang
pendek ini, seandainya sesaat sebelum ajal menghabiskan
riwayatnya ia sembunyikan dulu pedang pendek ini, maka
tanpa bantuan senjata tersebut kita akan pusing kepala dan
menemui jalan buntu untuk menghancurkan alat-alat
rahasianya yang ampuh dan kuat itu...."
"Dan yang lebih hebat lagi ternyata pedang pendek itu
justru terjatuh ke tangan It-bun Heng, seandainya pedang itu
jatuh ke tanganku maka tanpa bantuan senjata tajam belum
tentu It-bun Heng berhasil menerjang masuk Istana Terlarang
ini secara begitu mudah...."
Bicara sampai disitu, seakan akan ia teringat akan sesuatu
urusan, yang amat penting segera serunya kembali, "Oooh....
barusan aku sudah teringat akan satu urusan, harap It-bun
Heng suka menjelaskan!"
"Apa yang hendak Shen Toa Cungcu tanyakan?"
"Bukankah kesepuluh tokoh sakti yang terkurung di dalam
Rajawali Emas 8 Pendekar Slebor 24 Dagelan Setan Darah Dan Cinta Di Kota Medang 16
^