Pencarian

Budi Kesatria 3

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 3


Istana Terlarang memiliki senjata mustika yang begitu tajam,
mengapa mereka tidak berusaha untuk menjebol dinding
untuk keluar dari tempat ini, tapi malahan mandah saja
terkurung mati di dalam Istana Terlarang?"
"Benar, masalah ini sulit untuk dipecahkan,...." pikir Siauw
Ling dalam hati. "Bagus sekali pertanyaanmu itu!" seru It-bun Han Too
sambil tersenyum,"meskipun pedang tajam ini tak dapat
menggali dinding bukit setebal ratusan tombak, semestinya
bisa digunakan untuk membuka pintu untuk keluar, mengapa
mereka mati terkurung disini?"
"Kesepuluh tokoh sakti yang terkurung di tempat ini ratarata
merupakan jago-jago amat cerdik, sekalipun mereka tidak
paham dengan ilmu bangunan atau alat rahasia, semestinya
mereka gunakan ketajaman pedang itu untuk menerjang
keluar dari tempat ini, mengapa mereka tidak lakukan hal itu?"
"Pertanyaan dari Toa Cungcu ini telah menyulitkan diriku,
sekarang aku memang tidak sanggup menjawab, tapi aku
memang tak sanggup menjawab, tapi aku rasa dibalik
kejadian itu pastilah ada sebab sebabnya, mungkin juga dari
dulu Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian telah
menduga akan hal itu!"
"Hmmm..! aku mengira segala sesuatunya It-bun Heng
telah mengetahui, rupanya kau sendiripun tidak paham " ejek
Shen Bok Hong sambil tertawa dingin.
"Setelah masuk ke dalam ruangan ini, mungkin aku bisa
mendapatkan jawabannya!"
Dengan lilin di tangan ia periksa pintu besar yang tertutup
rapat itu dengan seksama, kemudian ia letakkan itu di atas
tanah dan ia sendiri meloncat mundur ke belakang.
It-bun Han Too mengundurkan diri terus sehingga
mencapai tempatnya semula. Disitu ia baru menghentikan
langkahnya. Dengan cepat Shen Bok Hong serta Siauw Ling
pun mundur ke tempat semula
Kraaak.....! Kraaak.....! Kraaak.....! Diiringi denyitan nyaring,
pintu ruangan yang semula tertutup rapat itu, perlahan lahan
terbentang lebar ke arah samping.
Sekarang Shen Bok Hong serta Siauw Ling baru memahami
maksud It-bun Han Too meletakkan lilin ke atas tanah tadi.
Rupanya setelah pintu ruangan itu terpentang lebar,
dengan meminjam sorot cahaya lilin yang berada ditepi pintu
tadi, pemandangan diseluruh isi ruangan tersebut dapat
terlihat dengan amat jelas.
Ruangan dalam lambung bukit itu sangat luas, lebar dan
dalam. Cahaya pancaran lilin hanya sempat menyoroti sebuah
meja yang terbuat dari batu, di atas meja batu tadi terletaklah
pelbagai macam senjata tajma, senjata itu diatur sangat rapi
dan rajin hal ini membuktikan bahwa senjata2 tersebut
diletakkan dengan hati yang tenang dan sama sekali tidak
diliputi rasa gugup atau takut.
Dalam pandangan sekilas pandangan Siauw Ling dapat
melihat sebuah seruling kumala putih serta sebilah pedang
panjang diletakkan secara berdampingan, dalam hati segera
pikirnya, "Benarkah seruling kumala itu merupakan barang
peninggalan dari Raja seruling Thio Hong?"
Sementara itu terdengar Shen Bok Hong telah berkata,
"Ooooh.....! Sekarang aku sudah mengerti, rupanya di atas
tanah antara kita dengan pintu batu itu terpasang sebuah alat
rahasia yang mengatur buka tutupnya pintu ruangan itu,
sedemikian tajamnya alat pengontrol tadi sehingga membuat
tiap injakan kaki manusia di atas alat rahasia tersebut segera
menggerakkan pula pintu tadi secara otomatis:.... buka begitu
It-bun Heng?" "Benar! Alat rahasia ini sudah dibangun sejak puluhan
tahun berselang, tapi hingga kini alat otomatis tersebut masih
dapat berjalan sebagaimana mestinya, ini menunjukkan
betapa dahsyat dan hebatnya arsitek pembangunan tempat
ini!" "Antara tempat ini dengan pintu ruangan itu hanya terpaut
satu tombak belaka, bagaimana kalau kita loncat masuk ke
dalam ruangan itu tanpa menginjak permukaan tanah di
sekitar tempat ini" Dengan demikian bukankah alat rahasia itu
tidak sampai kita pijak?"
"Caramu memang bagus, tapi aku ingin bertanya,
andaikata setelah kita masuk ke dalam ruangan dan pintu itu
secara tiba-tiba menutup sendiri tanpa bisa kita buka kembali,
apa yang hendak kau lakukn pada waktu itu?"
Shen Bok Hong jadi tertegun, untuk beberapa saat lamanya
ia tak sanggup mengucapkan sepatah kata pun, sesaat
kemudian baru ia berkata, "Tentang soal ini.... bila aku tahu
rahasianya, mungkin sejak dulu kala It-bun Han Too heng
sudah terluka atau menemui ajalnya di ujung telapakku"
"Shen Toa Cungcu, lebih baik batalkan saja niatmu untuk
membinasakan diriku....." seru It-bun Han Too sambil tertawa
hambar. Shen Bok Hong tahu bahwa ia sudah terlanjur berbicara,
buru-buru sambungnya, "Tentu saja, sebelum keluar dari
Istana Terlarang, aku orang she Shen tak mungkin
membinasakan dirimu"
It-bun Han T oo tersenyum, ia tidak memperdulikan
gembong iblis itu lagi, hanya katanya, Sambil berkata ia maju
ke arah depan. Baru saja berjalan empat lima langkah, mendadak pintu
ruangan itu secara otomatis menutup kembali.
It-bun Han Too segera berjongkok ke atas tanah, pedang
pendeknya bergerak kian kemari, rupanya ia hendak
menggunakan ketajaman senjata itu untuk menggali lapisan
tanah berbatu itu serta menemukan letak alat pengontrol yang
mengendalikan gerakan tutup buka pintu ruangan itu....
Siapa tahu baru saja dua tusukan, ia telah menghentikan
gerakannya itu dan loncat mundur ke tempat semula.
"It-bun Heng, apakah permukaan tanah berbatu itu terlalu
keras dan kau takut pedang mustikamu rusak?" seru Shen Bok
Hong cepat. Air muka It-bun Han Too berubah amat serius, ia tidak
memperdulikan sindiran dari gembong iblis itu cuma
menggeleng serunya, "Sungguh lihai..... Sungguh lihai....."
Dengan cepat Shen Bok Hong dapat pula merasakan
seriusnya persoalan itu, dengan suara berat ia bertanya, "Itbun
Heng apa yang tidak beres?"
"Kelihaian dari Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian
sungguh luar biasa sekali, aku merasa takluk dan tak mampu
menandingi dirinya" "Sebenarnya apa yang telah terjadi?" sela Kim Hoa Hujin
dengan nada gusar, "Hey orang she It-bun lebih baik kau
jangan main gila dihadapan kami semua"
"It-bun Heng, aku hendak memberitahukan satu hal
kepadamu" sambung Shen Bok Hong pula, "Seandainya kau
sampai bentrok dengan Kim Hoa Hujin atau Tong Lo Thaythay
sehingga menjadi pertarungan, itu bukan urusanku lho....
aku tak mau ambil perduli!"
"Baiklah beritahu kepada kalianpun tak menjadi soal, agar
kalianpun ikut merasakan bahwa keadaan kalian semua pada
saat ini teramat berbahaya...."
Ia berhenti sejenak, kemudian sambungnya, "Tepat di
bawah permukaan ruangan ini merupakan aliran sungai bawah
tanah yang sangat deras, sekali salah bertindak maka air bah
akan menyapu habis seluruh isi ruangan ini, dan kita semua
bakal mati tenggelam dalam Istana Terlarang"
"Sungguhkah itu!" seru Shen Bok Hong dengan air muka
berubah hebat. "Kalau kau tidak percaya, silahkan dengarkan suara di
bawah tanah ini" Shen Bok Hong segera pasang telinga baik-baik, sedikitpun
tidak salah dari bawah permukaan ia dengar suara aliran air
yang amat deras berkumandang bagaikan suara guntur,
hatinya seketika jadi tercekat dan bulu romanya pada bangun
berdiri. It-bun Han Too perhatikan kembali sekeliling tempat itu,
lalu berkata, "Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian
sanggup mendirikan Istana Terlarang di atas aliran air bawah
tanah yang begitu deras, perhitungannya yang begitu
sempurna dan tepat benar-benar mengagumkan sekali....."
Ia berhenti sejenak, lalu sambungnya, "Bila dugaanku tidak
keliru, di dalam Istana Terlarang kemungkinan besar terdapat
pintu rahasia yang berhubungan langsung dengan sungai di
bawah tanah, bila tindakan kita terlalu gegabah sehingga
menyentuh pintu rahasia tersebut, maka air bah akan
memenuhi seluruh ruangan di tempat ini, sedang kita semua
akan mati konyol!" "Jadi maksud It-bun Heng, kau memiliki sebilah pedang
mustika yang amat tajam, namun senjata itu tak dapat
digunakan untuk membobol bangunan Istana Terlarang?"
"Benar! Andai kata watak Pau It Thian lebih kejam dan licik
daripada apa yang kubayangkan semula, mungkin di suatu
tempat yang penting ia telah memasang pula sebuah alat
rahasia yang langsung berhubungan dengan pintu air, asal
kita sentuh alat rahasia tadi, pintu air itu secara otomatis akan
terbuka dan air bah akan memenuhi tempat ini"
"Manusia she It-bun, semakin berbicara kau semakin
menakut-nakuti kami semua, seakan-akan tiap jengkal tanah
dalam Istana Terlarang adalah jebakan maut, setiap langkah
merupakan ancaman kematian, bila demikian adanya
mengapa kau tidak mengundurkan diri saja dari tempat ini"
Omel Kim Hoa Hujin "Bila dalam keadaan begini ada yang mohon pamit untuk
keluar dari Istana Terlarang, aku pasti tak akan menghalangi
keinginannya itu....."
"Bagaimana dengan It-bun Heng" Apakah kau juga akan
mengundurkan diri dari tempat ini?" sela Shen Bok Hong.
"Bagi diriku kalau tidak masuk ke gua macan darimana bisa
mendapatkan anak harimau" Setelah berada di dalam Istana
Terlarang tentu saja aku akan mengadu nasib, soal kematian
atau maut sudah tak terpikirkan sama sekali dari benakku"
Berada dalam keadaan begini, kepala kampung
perkampungan Pek Hoa Sanceng yang selalu pandang tinggi
diri sendiri tak urung tunduk kepala juga, ujarnya kemudian,
"Baik! Kami semua akan mengikuti It-bun Heng untuk
mengadu untung...." "Haaah.... haaah.... haaah.. Toa Cungcu mengapa secara
tiba-tiba kau bersikap sungkan kepadaku?" sindir It-bun Han
Too sambil tertawa tergelak.
"Seorang lelaki sejati dapat bertindak menurut keadaan,
begitu barulah tepat dikatakan sebagai orang yang mengerti
gelagat!" "Sekarang, kita harus memikirkan bagaimana caranya
memasuki ruangan itu, semula aku bermaksud merusak alat
rahasia yang mengendalikan pintu itu, tapi sekarang terpaksa
aku harus batalkan niatku itu!"
"Biar kucoba!" ujar Shen Bok Hong sambil tarik napas
panjang dan melangkah maju ke depan, Dengan tenaga
dalamnya yang sempurna, sekali tarik napas tubuhnya
bagaikan burung walet terbang ke angkasa segera melayang
ke arah pintu ruangan tersebut. Kali ini pintu itu benar-benar
menutup kembali. Setibanya di depan pintu Shen Bok Hong tidak berani
masuk ke dalam, ia hanya melongok saja sekejap ke arah
ruangan itu, kemudian berseru, "Saudara2 sekalian mari kesini
semua!" Mendengar perkataan itu para jago segera mengepos
tenaga dan sama-sama mendekati tempat itu.
Pada dasarnya beberapa orang itu adalah jago kelas satu,
dengan gerakan tubuh yang enteng mereka segera melayang
ke depan dan hinggap di depan pintu.
Setibanya dimuka pintu ruangan, It-bun Han Too ambil
kembali lilinnya yang ada di tanah kemudian berseru, "Mari
ikuti diriku!" Sambil berkata ia berjalan lebih dulu menuju ke dalam.
Di bawah sorot cahaya lilin, tampaklah luas ruangan itu
mencapai empat tombak, lebarnya dua tombak empat lima
depa, bentuknya sempit tapi memanjang, kecuali meja batu
berbentuk panjang dimulut masuk itu tiada perabot lain yang
kelihatan. Shen Bok Hong mendehem ringan, ujarnya, "Apa yang
telah terjadi" Masa di dalam ruangan inipun hanya terdapat
meja panjang dengan isi senjata tajam belaka?"
It-bun Han Too membungkam dalam seribu bahasa.
Dengan tangan kiri membawa lilin ia berjalan mengikuti
sepanjang dinding ruangan. Ia berharap dari situ dapat
temukan pintu lain. Siauw Ling pada saat ini hanya memikirkan janji Gak Siau
Cha dan Giok Siau long-kun adalah keturunan dari Raja
Seruling Thio Hong, maka tujuannya memasuki Istana
Terlarang saat itu adalah mencari tahu soal Raja Seruling
tersebut. Berpikir demikian tangannya tanpa terasa telah menyambar
seruling kumala putih itu.
Di saat pemuda itu hampir menyentuh seruling tadi, Shen
Bok Hong segera bekerja cepat membacok pergelangan kanan
Siauw Ling dengan telapak kanannya.
"Saudara lebih baik jangan kau sentuh setiap benda yang
berada di dalam ruangan ini!" serunya.
Siauw Ling menekan pergelangan kanannya ke bawah dan
secepatnya meloncat mundur ke belakang untuk
menghindarkan diri dari serangan tersebut.
Serangan yang dilancarkan Shen Bok Hong cepat laksana
kilat, Siauw Ling yang pusatkan perhatiannya untuk
menghadapi serangan itu jadi lupa bahwa dibelakang
tubuhnya adalah pintu batu .... Blaam! Punggungnya segera
menumbuk di atas dinding tersebut.
Setelah berhasil melepaskan diri dari ancaman Siauw Ling
putar telapaknya siap melancarkan serangan balasan, tetapi
sebelum tindakan tersebut dilakukan tiba-tiba terdengarlah
suara gemerincing yang amat nyaring berkumandang
memecahkan kesunyian. Perubahan yang sama sekali berada diluar dugaan ini
mengejutkan setiap orang yang berada di dalam ruangan itu,
membuat Siauw Ling serta Shen Bok Hong lupa pula terhadap
bentrokan yang baru saja berlangsung, mereka bersiap sedia


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak
diinginkan...." Dari balik dinding sebelah kiri mendadak terbuka sebuah
pintu rahasia, dari balik pintu tadi segera muncullah sebuah
kereta beroda dimana kereta itu perlahan lahan bergerak
menuju ke tengah ruangan.
Di atas kereta beroda duduk seorang padri tua berjubah
abu-abu dan memejamkan matanya, pada dada paderi itu
tergantung sebuah tasbeh terbuat dari kayu cendana.
"Siapa?" bentak Shen Bok Hong sambil ayunkan telapak
kanannya siap melancarkan serangan.
"Toa Cungcu, jangan bertindak gegabah!" buru-buru It-bun
Han Too berseru menghalangi niat orang.
"Kenapa?" "Istana Terlarang sudah puluhan tahun lamanya tertutup,
tidak mungkin ada manusia hidup dalam istana ini"
"Tapi hwesio itu tidak mirip orang mati, seandainya ia telah
menemui ajalnya maka setelah tubuhnya diperam selama
puluhan tahun dalam Istana Terlarang , sekalipun tenaga
dalam yang mereka miliki bagaimana sempurnapun
seharusnya kulit dan daging mereka telah lapuk, yang tersisa
hanya tulang-belulangnnya belaka"
"Inilah suatu rahasia yang sukar dipecahkan, sebelum
kutemukan duduk perkara yang sebenarnya sulit bagiku
menjawab pertanyaan Shen Toa Cungcu"
Diluaran meskipun Shen Bok Hong ngotot melakukan
pembantahan, tapi dalam hatinya diapun sudah merasa bahwa
keadaan dari padri itu sedikit tidak beres, ditinjau dari kulit
serta dagingnya yang kaku bagaikan patung, jelaslah sudah
bahwa hwesio itu sudah lama berubah jadi mayat.
Tampaklah kereta beroda itu berhenti tepat ditengah
ruangan, sementara hwesio tua di atas kereta tersebut tetap
duduk disitu sama sekali tak berkutik.
Dengan pedang pendek melindungi badan perlahan-lahan
It-bun Han Too berjalan menghampiri hwesio tua itu, lilinnya
didekatkan pada wajah padri tadi dan diawasinya beberapa
waktu raut wajah orang itu.
Hwesio tua itu beralis putih bersih, kulitnya penuh dengan
kerutan dan wajahnya tidak jauh berbeda dengan orang
hidup, tapi jelas dari napasnya yang telah berhenti serta
tubuhnya yang kaku, paderi tua itu sudah lama menemui
ajalnya It-bun Han Too mendehem, kepada Shen Bok Hong
serunya, "Toa Cungcu tahukah kau diantara jago yang masuk
ke dalam Istana Terlarang terdapat berapa orang hwesio
diantaranya?" "Menurut apa yang kuketahui, semuanya berjumlah dua
orang hwesio tua!.."
"Yang satu adalah Bu siang taysu dari kuil Siau-lim, sedang
yang lain siapakah dia?"
Shen Bok Hong termenung sebentar, kemudian menjawab,
"Menurut apa yang kuketahui orang itu bukan berasal dari kuil
Siau-lim, gelarnya adalah Cian Jin!"
"Aahh! Kalau begitu tak bakal salah lagi menurut ingatan
yang agak samar, hwesio lain yang ikut masuk ke dalam
Istana Terlarang pada waktu itu memang bernama Cian Jin.
Kalau begitu kemungkinan besar hwesio itu yang berada di
atas kereta beroda ini adalah Bu siang taysu dari kuil Siaulim?"
Ia berhenti sejenak kemudian lanjutnya.
"Bagaimana caranya kalau membuka alat rahasia di atas
dinding itu sehingga menyebabkan munculnya layon dari taysu
ini?" "Tentang soal ini, kau harus bertanya kepada saudara ini"
sahut Shen Bok Hong sambil melirik sekejap ke arah Siauw
Ling. It-bun Han Too berpaling ke arah pemuda itu, segera
tanyanya. "Bagaimana caranya kau menggerakkan alat rahasia itu?"
Siauw Ling termenung dan berpikir sejenak kemudian
sahutnya. "Ketika itu diserang oleh Shen Toa Cungcu, untuk
menghindari serangannya itu akau mundur ke belakang dan
punggungku menumbuk di atas dinding ruangan ini....."
Ucapan itu tetap dipancarkan dengan nada yang dibuat,
meskipun Shen Bok Hong serta It-bun Han Too tahu bahwa
suara itu bukan berasal dari suara aslinya, tapi merekapun tak
mampu untuk menebak asal usul sebenarnya.
"Saudara dalam keadaan dan situasi seperti ini aku rasa
kau tidak perlu menyembunyikan asal usulmu lagi" seru Shen
Bok Hong dengan suara mengejek.
It-bun Han Too sambil maju menghampiri berkata pula,
"Benar, saudara ini pastilah seorang rekan yang kita kenali,
oleh sebab itu sengaja ia kenakan topeng manusia untuk
mengelabui orang serta berbicara dengan nada sengaja dibuat
buat...." Disindir dan dipanasi hatinya oleh kedua orang ini, Siauw
Ling jadi naik pitam, tangannya segera meraba ke atas wajah
sendiri siap melepaskan topeng manusia itu.
Sepasang mata Shen Bok Hong serta It-bun Han Too samasama
dialihkan ke atas wajahnya dengan pandangan tajam,
rupanya mereka sedang menanti dipecahkannya teka teki
yang selama ini menyelimuti diri orang itu.
Siauw Ling tertawa dingin, tangan kanannya yang sudah
menempel di atas wajah tiba-tiba diturunkan kembali lalu
menyingkir ke samping Pada waktu itu It-bun Han Too hendak berjalan menuju ke
pintu batu, ketika menyaksikan Siauw Ling hendak
melepaskan topeng kulit manusia di atas wajahnya ia segera
hentikan langkahnya untuk melihat.
Siapa tahu ditengah jalan pemuda itu telah batalkan
niatnya, terpaksa sambil tertawa hambar ujarnya, "Saudara
tempat mana yang kau tumbuk barusan?"
"Itu disini!" sahut Siauw Ling sambil menuding sebuah
dinding batu didekatnya. It-bun Han Too berjalan mendekati dinding tersebut, ia
lihat dinding itu licin dan halus sekali, sama sekali tiada
berbeda dengan tempat lain, hal ini membuat ia menghela
napas dan berkata, "Kecerdasan Ahli Bangunan bertangan
sakti memang luar biasa sekali, dinding tembok di tempat ini
tak ada beda sama sekali dengan tempat lain, andai kata kau
tidak menumbuk di tempat itu secara tak sengaja sulit bagi
kita untuk menemukan letak alat rahasia yang mengendalikan
pintu batu itu" Sembari berkata ia lantas mengetuk dinding batu itu
beberapa kali. Tapi beberapa pukulannya sama sekali tidak menunjukkan
reaksi apapun jua, hal ini mencengangkan hati It-bun Han
Too, ia segera menoleh sekejap ke arah Siauw Ling sambil
bertanya, "Betulkah di tempat ini"
"Benar!" Sekali lagi It-bun Han Too menghantam dinding tebing itu,
kali ini setiap pukulan disertai dengan tenaga dalam yang
dahsyat, suara pantulan yang nyaring bergema diseluruh
ruangan. Ketika ia menghantam dinding tembok itu untuk ketiga
kalinya, dari dinding sebelah timur segera terjadilah suatu
perubahan Kraaak.... Kraaak.... Kraaak.... dari dinding tembok tersebut
terbuka kembali sebuah pintu rahasia, sebuah kursi roda
perlahan lahan muncul pula dari balik pintu itu.
Di atas kursi roda itu duduk seorang kakek tua berbaju
hijau dan berjenggot panjang terurai sedada.
Agaknya kursi kereta itu dikendalikan oleh suatu kekuatan
dari bawah tanah, ketika mendekati ruang tengah tiba-tiba
kursi itu berhenti dengan sendirinnya, Kakek tua itu duduk
dengan sepasang tangan diletakkan di atas lutut, kepalanya
tertunduk ke bawah sehingga sulit bagi para jaga untuk
melihat jelas raut wajahnya.
Lama sekali It-bun Han Too mengawasi kakek tua itu
dengan wajah tertegun, kemudian ia mengangguk dan
bergumam seorang diri, "Aku mengerti sekara ng.....aku
mengerti...." "It-bun Heng, kau mengerti apa?" tegur Shen Bok Hong.
"Shen Toa Cungcu, bukankah pengetahuanmu selamannya
amat luas" Apakah kau dapat meraba kejadian yang
berlangsung pada masa silam dari letak tempat dudukan
mayat-mayat ini?" Dengan seksama Shen Bok Hong mengawasi mayat kakek
tua berbaju hijau serta Bu Siang taysu beberapa saat lamanya,
ketika ditemuinya bahwa tak ada sesuatu aneh yang perlu
diperhatikan dia segera menggeleng.
"Aku tidak berhasil menemukan sesuatu apapun, harap Itbun
Heng suka menjelaskan!"
"Haaah.... Haaah.... Haaah.... dengan kecerdasan yang
dimiliki Shen Toa Cungcu semestinya kau dapat meraba
kejadian sebenarnya. Cuma kau segan mempergunakan
otakmu untuk memikirkan masalah ini...."
"Aku benar-benar tak dapat memecahkan persoalan ini, Itbun
Heng suka menerangkan!"
Diluar ia berkata demikian, dalam hati pikirnya dengan
penuh kebencian, "Kurang ajar, perkataannya saja ia memuji
diriku padahal yang benar ia sedang mengejek ketololanku....
manusia ini betul-betul menjengkelkan sekali, sekeluarnya dari
Istana Terlarang aku harus siksa dirinya habis2an biar tahu
rasa...." Terdengar It-bun Han Too berkata kembali, "Bukankah aku
telah menyuruh Shen Toa Cungcu perhatikan tempat duduk
kedua orang ini" Asal kau perhatikan lebih cermat maka
dengan cepat kau akan memahami bahwa selain dua orang itu
disekelilingnya tentu masih ada kursi yang lain.."
"Jumlah para jago sakti yang masuk ke dalam Istana
Terlarang semuanya ada sepuluh orang, kecuali Ahli Bangunan
bertangan sakti Pau It Thian semestinya masih ada sembilan
orang, setiap orang di kolong langit mengetahui hal ini,
andaikata yang dimaksudkan It-bun Heng adalah persoalan
ini, rasanya hal itu tak perlu diherankan lagi!"
"Tapi apakah Shen heng bisa memberikan penjelasan
secara terperinci....?"
Tentang soal ini .... tentang soal ini ...." untuk beberapa
saat lamanya Shen Bok Hong berdiri tertegun.
"Kalau berbicara tentang ilmu silat aku sadar bahwa diriku
masih bukan tandingan dari Shen Toa Cungcu, tetapi dalam
urusan ini, aku percaya kemampuanku jauh lebih hebat
daripada dirimu, andaikata Shen Toa Cungcu merasa tak
mampu untuk menerangkan persoalan ini, lebih baik
sementara waktu tutup mulut saja"
Beberapa patah kata sindiran yang pedas ini seketika
membuat air muka Shen Bok Hong terasa amat panas, tetapi
ia tak dapat mengumbar hawa amarahnya, terpaksa perasaan
itu harus ditelan mentah2 ke dalam perutnya......
"Menurut dugaanku diantara beberapa buah kursi roda ini
tentu terdapat sebuah meja bundar, aku tak berani
memastikan mereka sedang minum arak atau membicarakan
sesuatu, tapi yang jelas mereka pasti sedang duduk
mengelilingi sebuah meja bundar....."
Dengan seksama Siauw Ling perhatikan jarak antara kursi
roda kedua sosok mayat itu, dia merasa perkataan itu
sedikitpun tidak salah, dalam hati segera pikirnya, "Sebelum ia
terangkan duduknya perkara, persoalan ini memang
kedengaran janggal dan sukar ditebak makna sebenarnya, tapi
setelah diterangkan ternyata hanya suatu urusan yang amat
sederhana sekali.... rupanya orang ini memang paling lihai
pengetahuannya diantara kami sekalian, kecerdasan otaknya
jauh di atas kami semua ....
---oo0dw0oo--- Jilid: 5 TERDENGAR It-bun Han Too melanjutkan kembali katakatanya,
Enci cara apa yang telah dipergunakan Si Ahli
Bangunan bertangan sakti Pau It Thian terhadap orang-orang
itu, ternyata ia mampu mendudukkan orang-orang itu di atas
kursi roda sebelum tiba saat ajalnya. bahkan membuat pula
kematian mereka berada dalam ketenangan, kejadian ini
sangat membingungkan hatiku..."
Shen Bok Hong menggerakkan bibirnya seperti mau
mengucapkan sesuatu, tapi dia takut salah berbicara sehingga
disindir lagi oleh It-bun Han Too setelah sangsi akhirnya dia
batalkan maksud itu. "Shen Toa Cungcu bagaimana kalau tolong kau bawakan
sebentar lilin ini..." Ujar It-bun Han Too tiba-tiba sambil
angsurkan lilin tersebut ke tangannya.
Shen Bok Hong segera mendengus dingin.
"Hmm! selama hidup aku orang she-Shen belum pernah
mendengar perintah dan orang lain!
"Toa Cungcu" jawab It-bun Han Too sambil tersenyum.
Apabila kau ingin mengadu untung d tengah kegelapan, aku
segera akan melemparkan lilin ini ke atas tanah!"
"Bagaimana kalau aku yang membawa lilin tersebut?"seru
Kim Hoa Hujin sambil merebut maju ke depan.
"Perduli siapapun yang akan membawa bagiku sih sama
saja "jawab It-bun Han Too sambil menyerahkan lilin itu ke
tangan Kim Hoa Hujin, kemudian balik lagi kedepan dinding
batu dan menghantam dinding tersebut keras2.
Siapa tahu meskipun ia telah memukul puluhan kali di atas
dinding tadi, gerak-gerik apapun tidak terjadi, suasana tetap
diliputi oleh keheningan.
Melihat hal 1tu Shen Bok Hong segera tertawa dingin,
sindirnya, "It-bun heng, rupanya kau ingin bikin rata dinding
itu?" It-bun Han Too tidak gubris omongan orang ia hampiri
kedua kursi roda itu kemudian diperiksanya dengan seksama.
Rupanya Shen Bok Hong tak mau melepaskan setiap
kesempatan untuk menyindir lawannya, kembali ia tertawa
dingin dan berkata, "It-bun heng, tempat dimana kau berada
saat ini adalah persis letak meja bundar. Jika kau salah
menginjak alat rahasia sehingga meja itu secara tiba-tiba
meluncur naik ke atas, bukankah batok kepalamu bakal
menumbuk langit-langit ruangan?"
Rupanya seluruh perhatian dan It-bun Han Too telah
dicurahkan dalam pemeriksaan tersebut, terhadap sindiran


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan Shen Bok Hong dia tetap membungkam dan tidak ambil
perduli. Tiba-tiba ia berjongkok ke bawah, tangannya menghantam
perlahan kursi beroda yang ditempati layon Bu Siung taysu itu.
Kreeeek....! diiringi denyitan nyaring secara otomatis kereta
roda itu menyusup masuk ke dalam pintu batu, sedang pintu
tadi secara otomatis menutup dengan sendirinya setelah
kereta roda tadi lenyap dibalik pintu.
Perlahan lahan It-bun Han Too berjalan mendekati ke arah
dinding dimana kursi beroda tadi melenyapkan diri, setelah
diperiksa beberapa saat ia balik lagi ke tempat semula sambil
berkata, "Berikan lilin itu kepadaku!"
Kim Hoa Hujin berikan lilin itu kepadanya. lalu bertanya,
"It-bun heng, sudah menemukan sesuatu?"
It-bun Han Too tidak menjawab, dia angkat tinggi-tinggi
lilin itu kemudian berputar mengelilingi dinding itu satu kali.
Gerak-geriknya sangat hati-hati, setiap langkah kakinya
dilakukan dengan cermat dan tidak gegabah.
"It-bun heng, apa yang berhasil kau temukan setelah
mengitari ruangan ini?" tegur Shen Bok Hong.
"Aku berhasil menemukan bahwa dalam ruangan ini
terdapat beberapa buah pintu rahasia!"
"Bisa kau lihat pintu itu?"
Meskipun pintu rahasia itu merapat sekali dengan dinding,
tapi aku temukan pula bekas2nya yang lirih!"
"Tanpa kulihat sendiri akupun bisa menebak jumlah pintu
rahasia itu. Bila si ahli bangunan bertangan sakti tidak
mencantumkan pula dirinya maka dalam ruangan ini
Semestinya terdapat sembilan pintu rahasia, bukankah begitu
It-bun heng?" "Tebakan Shen Toa Cungcu kali ini salah besar, menurut
pengamatanku yang seksama dalam ruangan ini ternyata
hanya terdapat bekas2 dari enam pintu rahasia"
"Bukankah jumliah orangnya ada sembilan" darimana pintu
rahasia itu cuma enam buah?"
"Tentang soal itu sih terpaksa kita musti pecahkan menurut
kecerdikan serta jalan pikiran kita masing-masing!"
Shen Bok Hong memperhatikan Sekejap api lilin di tangan
It-bun Han Too yang terbakar tinggal separuh, kemudian
ujarnya, "Lilin yang berada di tangan It-bun heng mungkin
hanya bertahan satu jam lagi lamanya!"
"Betul. dan waktu itu kita terpaksa harus meraba ditengah
kegelapan..!" Shen Bok Hong tertawa dingin.
"Bila kutinjau keadaan disini, mestinya terdapat sebuah
lampu lentera yang terang benderang, bila It-bun heng suka
menenangkan pikiran dan berunding dengan kami sekalian
rasanya inilah tindakan pertama yang harus kita lakukan"
"Bila kudengar pembicaraan Shen Toa Cungcu, rupanya kau
telah mempunyai keyakinan dalam hal ini?"
"Ruangan ini bila tidak diterangi oleh cahaya alam, pastilah
diterangi oleh lampu lentera, meskipun tenaga dalam yang
dimiliki kesepuluh tokoh sakti pada masa yang silam amat
sempurna. rasanya kehebatan merekapun tak akan lebih
hebat dan kita semua. masa mereka bakal melakukan
pertemuan ditengah kegelapan?"
"Jadi menurut pendapat Shen Toa Cungcu semestinya
dalam ruangan ini terdapat sebuah lampu lentera yang
bercahaya terang!" "Sedikitpun tidak salah, bila dugaan It-bun heng tadi tidak
keliru. maka setelah ada sebuah meja bundar semestinya
terdapat pula sebuah lampu lentera"
"Sayang sekali aku tidak tahu dimanakah letak alat rahasia
yang mengontrol meja bundar itu. sulit bagiku untuk
menemukannya" .Menurut dugaanku meja bundar itu kalau tidak berada di
atas langit2 pastilah tersembunyi di bawah tanah, tidak
mungkin meja tadi disembunyikan di atas dinding sekeliling
ruangan ini" "Pendapat dari Shen Toa Cungcu memang tepat sekali tapi
permukaan tanah ini licin dan halus sedikitpun tiada tanda2
yang mencurigakan bagaimana aku harus turun tangan?"
Tiba-tiba Shen Bok Hong mendongak dan tertawa
terbahak-bahak. "Haaah.... haaaah It-bun heng, maka dari itu lain kali tak
usahlah pamer kepintaran dihadapan kami semua!"
Dengan langkah lebar ia berjalan ketengah ruangan, hawa
murninya disalurkan ke dalam kaki kemudian perlahan lahan
berjalan pulang pergi di sekitar tempat itu.
Rupanya ia teringat oleh tumbukan Siauw Ling di atas
dinding yang tanpa sengaja telah menggerakkan alat rahasia
dan kursi roda itu, ia pikir seandainya dalam ruangan betulbetul
terdapat sebuah meja bundar maka alat rahasia yang
mengendalikan meja itu pastilah berada di bawah tanah
ruangan tersebut Tiba Shen Bok Hong merasakan tanah pijaknya jadi lunak
diikutt suara gemuruh yang memekakkan telinga. sebuah batu
raksasa meluncur jatuh dan atas langit2 ruangan.
Shen Bok Hong telah bikin persiapan sejak semula
tangannya dengan diliputi hawa murni penuh segera
menyambut jatuhnya batu raksasa tersebut..
Bentuk dari batu raksasa itu ternyata memang persis
seperti meja bundar. Empat kaki mejanya besar dengan
ketebalan satu depa lima cun, beratnya paling sedikit
mencapai seribu kati. dengan kesempurnaan tenaga dalam
yang dimiliki Shen Bok Hong ternyata ia agak ngotot juga
untuk menahan beratnya meja itu.
Shen Bok Hong yang menahan meja raksasa itu dengan
sekuat tenaga segera berpaling dan memandang sekejap ke
arah It-bun Han Too serta Siauw Ling, ketika dilihatnya kedua
orang itu tetap berdiri tegak di tempat semula dan sedikitpun
tiada maksud untuk membantu, ia jadi naik pitam serunya,
"Kalian berdua anggap batu raksasa ini sanggup mencelakai
jiwa aku orang she Shen?"
Hawa murninya segera disalurkan ke dalam badan diiringi
bentakan keras sepasang telapaknya sekuat tenaga didorong
ke atas. Batu raksasa yang beratnya mencapai seribu kati itu
seketika terdorong oleh tenaganya hingga mencelat beberapa
depa ke angkasa, menggunakan kesempatan itulah Shen Bok
Hong meloncat balik keluar kalangan.
Blaaam....! terdengar suara benturan keras yang amat
nyaring, meja batu bundar itu segera terjatuh ke atas
permukaan tanah. Percikan bunga api bermuncratan di empat penjuru
hancuran batu itu beterbangan dimana2.
Para jago yang berada di dalam ruangan itu segera bersiap
sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan
tapi tak seorangpun diantara mereka yang bergeser dari
tempat semula. Suatu perubahan yang sangat aneh serta diluar dugaanpun
segera terjadi dalam ruangan itu.
Dari dinding batu di empat penjuru ruangan tersebut pada
saat yang bersamaan segera muncullah lima buah pintu
rahasia, termasuk kursi roda yang diduduki layon Bu Siang
taysu, lima buah kursi roda bersamaan waktunya muncul dan
balik pintu rahasia itu dan bergerak menuju ke arah meja
bundar. Rupanya permukaan tanah tepat berada di bawah meja
bundar itu bukan lain adalah letak alat kontrol yang
mengendalikan semua alat rahasia dalam ruangan itu.
Bersama dengan kursi roda dari kakek baju hijau yang
sudah muncul sejak pertama kali tadi, kini jumlah kursi roda
itu tepat telah mencapai enam buah.
Siauw Ling segera mengamat-amati raut wajah mayat2
yang lain, diantara keenam orang itu kecuali Bu Siang Taysu
serta kakek baju hijau tadi, terdapat pula seorang hweesio
yang memakai jubah Ihama berwarna merah darah, alisnya
tebal matanya besar, di atas batok kepalanya terdapat codet
pantangan sebanyak sembilan buah, orang ini bukan lain
adalah Cin jin taysu yang disebut oleh Shen Bok Hong sekalian
tidak lama berselang. Orang keempat adalah seorang kakek berjenggot putih
sepanjang dada memakai kopiah emas di kepala dan memakai
jubah lebar yang bersulamkan benang emas.
Orang kelima seorang kakek kecil kurus bermata kecil,
beralis pendek berjubah biru dan memakai topi kulit binatang,
raut wajahnya, amat halus dan ramah.
Sedangkan orang terakhir adalah seorang kakek bertopi
lebar berpakaian perlente dan lagaknya seperti hartawan disisi
kursi roda tampak tergantung sebuah kantong huncwee
sepanjang dua depa. Pada saat ini sekalipun kedudukan Siauw Ling termasuk
diantara salah satu jago lihay dalam dunia persilatan, tapi
pengetahuannya tentang jago2 angkatan tua tidaklah begitu
banyak, dari suhunya Cung San Pek memang ia pernah
peroleh penjelasan, tapi karena keterangan yang didapat jauh
berbeda dengan keadaan mayat2 itu, maka untuk beberapa
saat lamanya ia tak dapat mengenali mereka satu persatu.
Perubahan yang sangat mengejutkan hati ini segera
memadamkan hawa gusar yang telah berkobar dalam dada
Shen Bok Hong, untuk sesaat diapun telah melupakan
kejadian yang barusan berlangsung.
Semua jago yang hadir disitu rata2 berdiri tertegun karena
kaget dan heran oleh pemandangan dihadapannya, suasana
jadi hening dan tak kedengaran sedikit suarapun.
LAMA sekali... It-bun Han Too baru menghela napas
panjang sambil berseru, "Luar biasa..... sungguh luar biasa....
kehebatan bangunan ini tiada tara di kolong langit!"
Hawa gusar yang berkobar dalam dada Shen Bok Hong pun
dibikin reda dan bahkan lenyap tak berbekas oleh kejadian
dalam ruangan, diapun berkata sambil menghela napas
panjang, Kau bisa menduga bahwa dalam ruangan ini terdapat
sebuah meja bundar, meskipun kehebatanmu belum dapat
menandingi kelihayan Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It
Thian namun kehebatanmu juga tidak terpaut terlalu jauh!"
It-bun Han Too segera menggeleng.
"Aku bisa menduga kalau dalam ruangan ini ada meja
bundarnya dari letak kedua buah kursi roda yang telah muncul
itu, jelas hal ini bukanlah suatu hasil pemikiran yang luar
biasa, asal orang yang sedikit tahu akan Ilmu bangunan maka
mereka pasti akan punya pikiran sampai kesitu.
Yang paling luar biasa adalah letak alat kontrol yang berada
di bawah tanah persis di bawah meja bundar itu, mimpipun
aku tak pernah menyangka kalau disitulah terletak alat rahasia
yang mengendalikan keenam buah pintu rahasia tersebut.
Aaai...! semula aku tidak begitu kagum dengan kemampuan
Pau It Thian, tapi sekarang mau tak mau ku harus takluk
seratus persen!" "Sayang di dalam ruangan ini tidak terdapat lampu lentera"
gerutu Shen Bok Hong."Sedang api lilin di tangan It-bun heng
pun sudah hampir terbakar habis. bila lilin itu padam
bukankah seluruh ruangan akan berubah jadi gelap gulita"
waktu itu terpaksa kita harus meraba ditengah kegelapan.
Seandainya dalam ruangan ini masih terdapat rahasia lain,
bukankah itu berarti bahwa peluang bagi kita untuk lolos
dalam keadaan hidup tipis sekali?"
"Dugaan Shen Toa Cungcu tak bakal salah lagi!" sahut Itbun
Han Too sambil tersenyum. "Semestinya di tempat ini
harus ada sebuah lampu lentera, cuma aku tak berani
menduga masih ada minyaknya atau tidak lentera tersebut"
"Kalau betul ada lampu lenteranya, kenapa benda itu belum
juga kelihatan?" It-bun Han Too melirik sekejap ke arah lilin ditangannya
yang hanya tinggal satu itu, kemudian sambil berjalan
mendekati meja bundar itu ujarnya, "Biar aku coba2 untuk
temukan lampu tersebut, semoga saja dugaanku tidak
meleset" Sementara berbicara ia sudah berada di depan meja
bundar tersebut, setelah ditelitinya beberapa saat ia segera
menekan permukaan meja sebelah tengah dan
menggeserkannya kekiri serta kekanan.
Sedikitpun tidak salah permukaan meja sebelah tengah
segera bergeser ketika It-bun Han Too mencoba untuk
memutar ke arah lain, dan muncullah sebuah lubang sebesar
mangkuk, ketika ?a merogoh keda1am lubang tadi maka
diambillah sebuah lampu lentera model cupu2 yang terbuat
dan perak putih. Ketika lampu itu diperiksa lagi, ternyata persediaan minyak
dalam tangki lampu itu masih sangat banyak. It-bun Han Too
segera berkata, "Shen Toa Cungcu tak usah kuatir persediaan
minyak dalam lentera ini masih cukup untuk kita pergunakan
selama dua hari" Mendengar keterangan itu semangat Shen Bok Hong
bangkit kembali. "Asal dalam ruangan ini ada lentera yang menerangi, maka
sekalipun ada alat jebakan rasanya kitapun tak usah merasa
jeri!" katanya. It-bun Han Too memasang lampu lentera itu dan
memadamkan lilin sendiri, kemudian ujarnya pula, "Diluar
ruangan rahasia ini kita telah menemukan sesosok mayat
berbaju perlente, dan dalam ruangan ini terdapat pula enam
sosok mayat, bila perkataan orang didunia persilatan tidak
salah, maka diantara kesepuluh tokoh sakti yang masuk ke
dalam Istana Terlarang masih ada tiga sosok mayat lainnya
yang belum berhasil kita temukan"
"Mungkin saja dalam ruangan ini masih terdapat tiga buah
ruangan rahasia lainnya"
"Sekalipun perhitunganku salah, tapi aku rasa pusat alat
kontrol yang mengendalikan alat2 rahasia itu tak bakal salah
lagi kalau letaknya berada disini...."
Sinar matanya berputar memandang sekejap keenam sosok
mayat yang berada di atas kursi roda itu, kemudian lanjutnya.
"Meskipun di sekitar meja bundar ini bisa muat sepuluh
orang, tetapi kalau kita tinjau dari jarak masing-masing kursi
roda itu jelas menunjukkan bahwa hanya enam buah kursi
saja yang muat ditempatkan di sini. Ini membuktikan pula
bahwa Ahli Bangunan bertangan sakti hanya menyiapkan
enam buah kursi pula sewaktu mempersiapkan tempat ini.
Dari itu kita bisa menarik kesimpulan andaikata berita dalam


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bulim tidak keliru maka tiga orang yang lain pasti sudah pergi
ke tempat lain" "Aku mempunyai satu masalah yang rasanya
membingungkan sekali pikiranku boleh aku tanyakan kepada
It-bun heng?" sela Tong Lo Thay-thay secara mendadak.
"Asal persoalan itu kupahami, tentu saja akan
kuterangkan!" "Beberapa orang ini sudah puluhan tahun lamanya mati di
dalam Istana Terlarang. apa sebabnya jenazah mereka tidak
membusuk dan hancur?"
"Mungkin suhu udara di dalam Istana Terlarang dapat
membuat jenazah tidak membusuk dan hancur!"
"Ketika hendak masuk ke dalam istana tadi bukankah kita
juga menemukan sesosok jenazah berbaju perlente" mengapa
jenazah orang itu membusuk dan hancur?"
"Tentu saja dibalik persoalan ini terdapat hal-hal yang amat
penting, seperti apa yang kuketahui dalam kolong langit
terdapat banyak sekali bahan obat-obatan yang dapat
mempertahankan keutuhan jenazah manusia hingga tidak
sampai membusuk, lagipula ditinjau dan kemampuan para
jago yang mati terkurung dalam Istana Terlarang rata-rata
sangat hebat, siapa tahu kalau mereka berhasil menemukan
sesuatu kepandaian khusus tentang tersebut" sebelum
mendapat bukti yang nyata aku tak berani menduga secara
serampangan!" "Kenapa sih orang-orang ini hanya membicarakan terus
masalah yang tidak berguna" pikir Siauw Ling dengan hati
gelisah, "Semoga mereka dapat menemukan jenazah raja
seruling Thio Hong dengan cepat, agar aku bisa tahu garis
besar Ilmu silat warisannya hingga dalam memenuhi janjiku
dengan enci Gak dapat membantu dirinya untuk menghadapi
Giok Siau Long Kun beserta keluarganya...."
Terdengar Shen Bok Hong menghembus napas panjang dia
berkata lagi, "It-bun heng, aku rasa dalam keadaan serta
situasi seperti ini kita harus secara terus terang saling
mengutarakan isi hati masing-masing agar dengan begitu
percekcokan yang tidak berguna dapat kita hindari!"
"Tepat sekali, akupun mempunyai maksud demikian!"
tanggap It-bun Han Too cepat.
"Bagaimana dengan saudara?" tanya Shen Bok Hong sambil
berpaling ke arah Siauw Ling.
"Asal tujuan kalian adil dan merata tentu saja aku akan
menyetujui." "Baik! kalau begitu, aku akan berbicara terlebih dahulu...."
Sorot matanya menyapu sekejap ke arah enam sosok
mayat yang duduk mengelilingi meja bundar, lalu terusnya.
"Tujuanku masuk ke dalam istana terlarang bukanlah untuk
memperebutkan barang barang peninggalan dari sepuluh
orang manusia sakti, tujuanku tidak lain hanya berharap dapat
memperoleh ilmu silat peninggalan jago2 sakti itu"
"Tujuankupun demikian, aku rasa saudara itupun punya
tujuan yang sama pula bukankah begitu?" ujar It-bun Han Too
sambil tersenyum. Sorot mata kedua orang jago itu segera dialihkan ke arah
Siauw Ling untuk menantikan jawabannya.
Selama ini pemuda tersebut selalu berusaha untuk
menghindari pembicaraan yang tak berguna, Ia segera
mengangguk tanda membenarkan.
Shen Bok Hong mendehem ringan lalu berkata kembali.
"Sebe1um masuk ke dalam Istana Terlarang aku selalu
beranggapan bahwa sepuluh jago I i h a y yang terkurung
dalam istana tersebut tentulah sudah hidup beberapa lama
disitu, agar ilmu silatnya tidak sampai hilang maka orangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
orang itu pastilah akan berusaha untuk meninggalkan ilmu
silatnya di atas dunia. Tapi....sungguh tak nyana setelah
berada di dalam istana aku baru tahu bahwa keadaan dalam
Istana Terlarang ternyata jauh berbeda dengan keadaan yang
sebenarnya" "Maksud Shen Toa Cungcu, mereka mati terlalu cepat dan
dugaan semula?" "Tidak salah oleh karena itulah harapan bahwa mereka
telah tinggalkan ilmu silatnya dalam istana ini terlalu kecil
sekali!" "Aku percaya apa yang barusan kau ucapkan benar-benar
timbul dari hati sanubarimu, tetapi aku percaya Shen Toa
Cungcu belum sempat mengatakan cara untuk menyelesaikan
persoalan itu" "Bila kita berhasil menemukan sebuah catatan ilmu silat di
dalam Istana Terlarang maka benda itu boleh dibilang sangat
berharga sekali. Tapi siapakah yang berhak untuk
mendapatkannya" jika kita gunakan cara bertaruh maka ekor
kejadiannya tentu akan panjang sekali. Berbicara terus terang
saja, andaikata kitab tersebut jatuh ketangan salah seorang
diantara kalian berdua, maka akulah yang pertarna2 yang
akan berusaha untuk merebutnya, pertumpahan darah pasti
tak akan terhindar. Siapa lemah akan mati siapa menang akan
hidup. Jelas cara bertarung yang diusulkan It-bun heng tadi
tak dapat dilakukan lagi"
"Shen Toa Cungcu sudah setengah hari lamanya kau
berbicara namun belum juga kau utarakan cara penyelesaian
masalah ini!" "Maksudku perduli siapapun yang berhasil mendapatkan
catatan ilmu silat. ia tidak berhak mengangkanginya seorang
diri kitab itu harus diperlihatkan kepada semua orang dengan
andalkan daya ingat serta kecerdasan masing-masing kita
harus hafalkan ilmu silat yang termuat dalam catatan tersebut,
siapa berhasil menghafal banyak tentu saja dia yang akan
lebih lihay!" "Kalau ditinjau dan takaran minyak yang masih tersedia
dalam lentera ini paling banter kita hanya bisa berdiam selama
tigapuluh jam dalam Istana Terlarang, tolong tanya bila kita
akan tinggalkan tempat ini maka catatan ilmu silat itu akan
dimiliki siapa?" Sebelum kita tinggalkan Istana Terlarang catatan ilmu silat
itu kita bakar musnah siapapun dilarang untuk membawanya
keluar dan istana ini!"
"Bila perkataan dari Shen Toa Cungcu bisa dilaksanakan
dengan sungguh hati, tentu saja aku mengatakan setuju"
"Bagaimana pendapatmu?" tanya Shen Bo Hong kemudian
sambil berpaling ke arah Siauw Ling.
"Dia pasti mengandung maksud2 tertentu. Pikir si anak
muda itu dalam hati . "Biasanya ia selalu kemaruk akan ilmu
silat, tidak suka tunduk kepada orang dan mengagulkan diri
sendiri sekarang manusia semacam itu dapat mengusulkan
rencana begitu, sudah pasti ia bermaksud lain...."
Berpikir demikian dia lantas berpaling ke arah It-bun Han
Too dan bertanya "It-bun sianseng, percayakah kau dengan Shen Toa Cungcu
ini?" "Aku" Tentu saja tidak percaya" jawab It-bun Han Too
sambil tersenyum ewa. Siauw Ling tarik napas panjang dan tidak berbicara lagi.
Sepasang mata Shen Bok Hong melotot bulat, rupanya ia
mau mengumbar amarahnya. Tetapi akhirnya perasaan tersebut ditahan kembali sambil
tertawa tergelak katanya, "Haaah.... Haaah.... Haaah....
rupanya diantar kita memang tidak bisa diajak berkompromi!"
"Aku rasa seandainya Shen Toa Cungcu bisa menunjukkan
sikap terlebih dahulu hingga membuat kami semua takluk dan
kagum, urusan mungkin saja jauh lebih berbeda dengan
keadaan sekarang" Shen Bok Hong tertawa hambar.
"Kalau kamu berdua memang tak mau menerima usul
kompromi ini, yaah..... Apa boleh buat kita harus maju
selangkah bicara selangkah...."
Ia berhenti sejenak setelah menyapu sekejap ke arah enam
sosok jenazah itu tambahnya lagi, "Dewasa ini masih ada satu
persoalan penting yang harus kita selesaikan, aku rasa kalian
berdua tidak akan menampik untuk bekerja sama bukan?"
"Persoalan apa?"
"Mengenai asal usul dari keenam sosok mayat ini, menurut
kabar yang tersiar dalam dunia persilatan katanya ada sepuluh
orang jago terkurung di dalam Istana Terlarang, tapi aku rasa
belum tentu kesepuluh orang jago itu semuanya berada disini,
mungkin saja ada yang berotak cerdas dan tak sudi
menempuh bahaya maka diutusnya seorang wakil untuk
datang kemari, mungkin juga masih ada jago lihai lainnya
diantara kesepuluh jago itu yang ikut menyusup ke dalam
Istana Terlarang karena rasa ingin tahunya, kenyataan yang
sebenarnya toh tak seorangpun yang tahu...."
Dia angkat kepala dan tertawa tergelak terusnya,
"Bukankah dalam dunia persilatan sudah tersiar kabar yang
mengatakan aku Shen Bok Hong telah mati" Tapi hingga detik
ini aku toh masih hidup segar bugar dihadapan kalian?"
"Perkataan Shen Toa Cungcu sedikitpun tidak salah" sahut
It-bun Han Too cepat, "Sebelum kita pergi mencari buku
catatan ilmu silat yang ditinggalkan kesepuluh jago sakti itu,
kita memang harus menyelidiki dahulu asal usul mereka,
waktu kematian mereka serta sebab musababnya seandainya
mereka semua mati dengan cepat setelah berada di dalam
Istana Terlarang itu berarti tak ada gunanya bagi kita untuk
mencari catatan ilmu silat yang mereka tinggalkan!"
Shen Bok Hong segera alihkan sorot matanya ke atas wajah
Bu Siang taysu, setelah diamatinya sejenak ia berkata,
"Meskipun wajah orang hidup dan wajah orang mati agak
berbeda, tapi aku rasa orang ini tak bakal salah lagi pastilah
Bu Siang taysu dari kuil Siau-lim.
"Aku memang pernah mendengar nama besar Bu Siang
taysu, tapi tiada berjodoh untuk berjumpa muka dengan
dirinya, kalau memang Shen Toa Cungcu merasa yakin bahwa
padri ini adalah Bu Siang taysu dari kuil Siau-lim, aku pikir
dugaanmu tak bakal salah lagi."
Sorot mata Shen Bok Hong dialihkan ke atas wajah hwesio
berlhasa merah dan bercodet di atas jidatnya itu, kemudian
melanjutkan, "Menurut apa yang kuketahui, diantara
kesepuluh jago yang masuk ke dalam Istana Terlarang ada
dua orang padri gundul, yang satu Bu Siang taysu dari kuil
Siau-lim sedang yang lain bernama Cian Jin, aku pikir hwesio
ini mungkin adalah Cian Jin taysu!"
It-bun Han Too mengangguk.
"Aku rasa kedua orang padri itu tak bakal salah lagi ...."
sorot matanya dialihkan ke arah kakek berkopiah emas
berjubah lebar dengan sulaman bunga emas itu, lalu
sambungnya. "Ditinjau dari dandanannya yang istimewa serta kopiah
emas yang dikenakan di atas kepalanya, orang ini mirip sekali
dengan To Ong si raja golok Ma Tha.."
"Tidak salah akupun berpendapat demikian. Ma Tha
dengan dua belas jalan ilmu golok penghancur langitnya
merajai kolong langit dan menangkan julukan sebagai Raja
Golok, ia suka memakai kopiah emas, jubah hijau dengan
sulaman bunga emas, rasanya di kolong langit tiada orang lain
yang punya kegemaran seperti dia lagi"
"Shen Toa Cungcu apakah kenal dengan orang ini?" tanya
It-bun Han Too kemudian sambil tuding kakek baju hijau
berjenggot putih itu. Dengan alis berkerut Shen Bok Hong berpikir keras, lama
sekali ia baru berkata, "Pakaian yang dikenakan orang ini
sederhana sekali, wajahnya tiada keistimewaan sulit bagiku
untuk mengenali dirinya"
"Dia adalah seorang tokoh sakti dari aliran Hoa San pay,
coba bayangkan bukankah Tam In Cing suka berdandan
macam begini?" "Sedikitpun tidak salah, Tam In Cing memang gemar
memakai baju hijau, sederhana tapi bersih dan rajin. Tetapi si
Raja Seruling Thio Hongpun gemar memakai baju hijau, siapa
tahu kalau orang ini adalah orang she Thio itu?"
"Siapakah kakek tua ini aku tidak tahu" sela Tong Lo Thaythay
secara mendadak, "Tapi yang pasti dia bukanlah Raja
Seruling Thio Hong!"
"Tong hujin bisa berkata demikian apakah lantaran
ditangannya tidak terdapat seruling?" tanya Shen Bok Hong.
Tong Lo Thay-thay menggeleng.
"Bukan.... bukan begitu. Ketika aku masih kecil dahulu
suatu kali secara kebetulan pernah berjumpa muka dengan
Raja Seruling Thio Hong, karena aku sangat kagum dengan
nama besarnya maka ketika itu kuperhatikan beberapa kejap
wajahnya, hingga kini kesan tersebut masih tertera sangat
jelas dalam benakku!"
"Tong Hujin, kalau bisa kau terangkan pula keistimewaan
di atas wajah Raja Seruling Thio Hong, agar kami bisa
mempercayai kalau orang ini bukanlah orang she Thio itu "
seru It-bun Han Too. "Di atas kening Thio Hong terdapat sebuah tahi lalat besar
berwarna hitam, sedang orang ini tidak punya!"
"Orang yang sudah mati puluhan tahun kulit serta
dagingnya mati pasti akan menyusut siapa tahu kalau
wajahnya sudah berubah...."
"Tak bakal salah" tukas Tong Lo Thay-thay dengan cepat,
"Aku masih teringat jelas hingga kini"
"Baiklah, untuk sementara waktu kita anggap saja orang ini
adalah Tam In Cing dari partai Hoa san!"
Selama beberapa orang itu membicarakan soal identitas
dari beberapa jago lihai itu Siauw Ling sendiri tetap
membungkam dalam seribu bahasa ia tidak ikut memberi
komentar juga tidak buka suara.
Tiba-tiba Shen Bok Hong berpaling, sambil memandang
wajah Siauw Ling tanyanya"
"Bagaimana dengan pendapat saudara ini,?""
"Aku toh tidak pernah bertemu atau mendengar tentang
orang-orang ini, darimana aku bisa tahu siapakah dia?" batin
pemuda itu di dalam hati.
Tapi diluaran ia tetap bersikap tenang seolah-olah tiada
pendapat lain ia menjawab.
"Menurut pendapatku orang ini bukan Raja Seruling Thio
Hong." Shen Bok Hong mengerutkan dahinya, tapi ia tidak
berbicara lagi.

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Soro mata It-bun Han Too segera beralih ke atas wajah
kakek kurus kecil, bermata kecil, berbaju biru, dan memakai
topi bulu itu, tanyanya, "Shen Toa Cungcu kenal orang ini?"
"Dia adalah Kanglam It Sin kakek sakti dari wilayah
Kanglam Sio Ke Jin!.."
"Pendapatkupun demikian!" It-bun Han Too mengangguk,
ia lantas tuding ke arah orang terakhir sikakek bertopi bambu
dan membawa kantong huncwee Itu, ujarnya, "Orang ini
adalah Cu-Lip-Ang kakek topi bambu Pek San Tong!"
"Ehmm topi bambu serta kantong huncwee adalah ciri khas
dari orang ini, delapan puluh persen tak bakal salah lagi"
"Bila para jago yang memasuki Istana Terlarang berjumlah
sepuluh orang, kita sudah menemukan enam mayat disini
ditambah sesosok mayat dan Ahli Bangunan bertangan sakti
Pau It Thian jumlahnya telah mencapai tujuh orang ini berarti
masih ada tiga sosok mayat yang belum ditemukan!"
Kim Hoa Hujin yang selama ini selalu membungkam, tibatiba
menyela dari samping. "Jikalau tiga sosok mayat yang lain sudah hancur jadi
tanah, bukankah selama hidup kita tak akan menemukannya
kembali?" "Sekalipun mayat mereka telah hancur jadi tanah, sedikit
banyak pasti ada sisa jejak yang ditinggalkan...."
Mendadak ia seperti teringat akan suatu urusan penting,
sambil ayunkan pedang pendek di tangannya, ia berkata.
"Pedang pendek ini kecil tapi tajamnya luar biasa, jelas
senjata ini merupakan sebilah pedang kenamaan! Shen Toa
Cungcu bukankah memiliki pengetahuan yang amat luas,
tahukah kau siapa pemilik pedang pendek ini....?"
Shen Bok Hong termenung beberapa waktu lamanya,
kemudian menjawab. Menurut apa yang kuketahui, diantara keenam orang ini
kecuali Tam In Cing dari partai persilatan Hoa-san yang
menggunakan pedang, sisanya yang lain tidak memakai
senjata tersebut. Tapi siapakah pemilik yang sebenarnya dari
pedang pendek ini aku sendiripun kurang tahu"
"Aaah! kalau begitu sayang.... .. sayang sekali...."
"Apa yang disayangkan?"
"Bila kita bisa mengetahui siapa pemilik yang sebetulnya
dari pedang pendek ini, maka kita dapat membuktikan suatu
kejadian yang maha besar"
"It-bun heng, kau tak usah jual mahal lagi. Tidak cukup
waktu bagi kita untuk bersantai disini, lebih baik katakan saja
isi perutmu itu secara blak2kan.
"Maksudku pemilik dari pedang pendek ini bukan lain
adalah orang yang telah membinasakan Pau It Thian!"
Shen Bok Hong segera alihkan sorot matanya memandang
sekejap ke arah keenam sosok mayat itu. kemudian katanya
lagi, "Gaya dari keenam orang ini duduk di kursi persis satu
sama lainnya, menurut pendapatku orang yang telah menusuk
punggung Pau It Thian hingga menemui ajalnya itu pastilah
bukan salah satu diantara keenam orang ini"
"Kalau memang demikian adanya, maka aku dapat pula
membuktikan suatu kejadian.."
"Persoalan apa?"
"Kecuali keenam orang ini dalam Istana Terlarang masih
ada orang lain, hanya kita belum berhasil temukan jejak dari
orang itu" Shen Bok Hong termenung dan berpikir sebentar lalu
menjawab, "Sekalipun dalam istana Terlarang masih terdapat
orang lain, paling banter yang bakal kita temukan cuma
sesosok mayat belaka Aku rasa persoalan paling penting yang
harus kita lakukan sekarang adalah bagaimana caranya
menemukan ilmu silat yang mereka tinggalkan"
"Aku takut harapan dari Shen Toa Cungcu itu sukar untuk
terwujud!" kata It-bun Han Too sambil menggeleng.
"Tujuan kita masuk ke dalam Istana Terlarang toh sama,
bukan hanya aku orang she Shen seorang yang ingin
menemukan ilmu silat peninggalan dari sepuluh tokoh maha
sakti tersebut." "Shen Toa Cungcu, kau telah salah paham maksudku bukan
begitu, aku hanya berkata bahwa sebelum kita berusaha
mencari ilmu silat peninggalan dari tokoh-tokoh maha sakti itu
terlebih dahulu kita musti buktikan apakah mereka punya
waktu untuk tinggalkan ilmu silatnya atau tidak, setelah itu
baru menyelidiki dimanakah tempat-tempat yang mungkin
digunakan orang-orang itu untuk meninggalkan ilmu silatnya"
Shen Bok Hong tersenyum. "Ucapan It-bun heng memang benar, baiklah aku akan
dengarkan dahulu pendapat dari It-bun heng!"
Kembali It-bun Han Too termenung beberapa saat
lamanya, kemudian dia berkata, "Peredaran darah serta
daging dari keenam tokoh maha sakti itu sudah mengering
kerontang kalau dihitung jangka waktu kematiannya mungkin
sudah mencapai puluhan tahun lamanya orang yang ikut
menyaksikan terjadinya peristiwa itu mungkin sudah tiada
yang hidup lagi di kolong langit, teka teki ini sungguh
merupakan suatu tanda tanya besar yang sukar untuk
dipecahkan terpaksa kita harus mengandalkan kecerdasan
sendiri untuk meraba duduk perkara yang sebetulnya"
"Setelah menyapu sekejap wajah Shen Bok Hong serta
Siauw Ling sekalian dia melanjutkan, "Menurut penilaianku
setelah meneliti keadaan dari enam tokoh maha sakti ini, bisa
kutarik kesimpulan bahwa disaat kematian menjelang tiba
perasaan di hati mereka adalah tenang dan sama sekali tidak
terpengaruh oleh perasaan2 lain"
"Tidak salah" Jawab Shen Bok Hong sambil mengangguk
"Andaikata mereka mengetahui bahwa Ahli Bangunan
bertangan sakti Pau It Thian telah mencelakai mereka, tak
mungkin keenam orang inipun bisa duduk di kursi roda
dengan wajah yang begitu tenang, mereka pasti akan
berjuang dengan segenap tenaga untuk menentang
datangnya elmaut, dari suasana dalam ruangan inipun tak
akan sehening serta setenang ini"
"Kalau menurut pandanganku rasanya jauh berbeda
dengan pendapat kalian..." tiba-tiba Tong Lo Thay-thay
menyela... "Pendapat yang bersatu mampu mendirikan kota saat ini
kita sedang berusaha untuk memecahkan teka teki yang
menyelubungi tentang kematian tokoh2 maha sakti tersebut
dengan kecerdasan satu dua orang rahasia ini pasti tak
mungkin berhasil dibongkar, Tong hujin! apa pandanganmu"
silakan diutarakan keluar!"
"Pandanganku amat cetek dan belum tentu jitu mengenai
sasaran, tapi baiklah aku lempar batu bata untuk
mendapatkan kumala. siapa tahu pandanganku ini akan
membuka kecerdasan dari kalian semua..."
Dengan seksama ia awasi kembali keenam sosok mayat
tersebut, kemudian melanjutkan.
"Merurut pandanganku, kemungkinan besar ketika mereka
berenam memasuki ruangan ini, secara diam-diam Ahli
Bangunan bertangan sakti telah turun tangan meracuni
mereka sehingga ketika keenam orang itu menyadari bahwa
dirinya keracunan keadaan sudah terlambat mereka segera
mengerahkan tenaga dalam mereka yang sempuma untuk
mendesak keluar racun yang mengeram di dalam tubuhnya,
siapa sangka racun itu hanya berhasil didesak ke suatu sudut
dan daya kerjanya untuk sementara bisa dicegah..... tapi
rupanya takdir sudah menentukan lain, sebelum mereka
berhasil mendesak keluar racun keji itu keenam orang tokoh
maha sakti tadi sudah keburu mati lantaran keracunan hebat"
"Andaikata aku yang berada dalam keadaan demikian, tak
nanti aku suka berpeluk tangan belaka "kata Shen Bok Hong "
aku pasti akan kerahkan segenap kekuatan yang kumiliki
untuk melancarkan serangan balasan, mungkin dengan
kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki keenam orang ini
mereka bila bersabar diri"
"Dalam keluarga Tong kami terdapat puluhan macam
senjata rahasia beracun yang kadar racunnya masing-masing
berbeda, banyak diantaranya merupakan racun keji yang amat
ganas, sekalipun korbannya adalah seorang jago bulim kelas
satu yang maha sakti, setelah keracunan maka ia akan
kehilangan kemampuannya untuk melancarkan serangan
balasan!" "Dalam soal menggunakan racun caranya berbeda-beda
dan macamnya beraneka ragam" kata Kim Hoa hujin pula,
"Diwilayah Biau terdapat sejenis ilmu melepaskan racun yang
menggunakan sari racun ulat sutera emas, racun itu boleh
dihilang racun diantara racun. Meskipun aku tidak begitu
memahami ilmu tentang melepaskan racun tetapi sangat
menguasai ilmu melepaskan racun keji. Andaikata beberapa
orang ini terkena racun keji asal wilayah Biau tersebut, maka
aku yakin mereka tak akan memiliki daya kekuatan untuk
melakukan perlawanan lagi"
Beberapa patah kata ini seketika mencekatkan hati semua
orang yang hadir di kalangan, tanpa terasa bulu kuduk mereka
pada bangun berdiri, pikirnya, "Seandainya perempuan ini
secara diam-diam melepaskan racun kejinya tatkala perhatian
kami sedang bercabang.... waah! bisa celaka, kami pasti akan
menuruti segala kemauannya....."
"Karena berpikir demikian tanpa terasa mereka alihkan
sorot matanya ke arah perempuan itu.
Terdengar Shen Bok Hong mendehem ringan, lalu berkata
"Aku pernah mendengar ucapan dari seorang ahli
menggunakan racun dewasa ini yakni Tok-jiu Yok-ong katanya
orang yang terkena racun keji asal wilayah Biau bukanlah
berarti sama sekali tak dapat tertolong lagi!"
Kim Hoa hujin angkat kepala dan tertawa terkekeh2.
"Haaah.... haah.... haah, kalian tak perlu kuatir, aku tak
akan nanti melepaskan racun keji ke tubuh kalian semua!"
serunya. It-bun Han Too mendehem ringan, ia menyela.
"Hujin andaikata kau benar-benar melepaskan racun keji
maka orang pertama yang tak akan mengampuni dirimu
adalah Shen Toa Cungcu sendiri"
Dia mendongak dan tertawa tergelak kemudian
melanjutkan, "Kalau aku sih tidak setuju dengan pandangan
dari Tong Lo Thay-thay barusan!"
Aku akan mendengarkan petunjukmu!"
"Andaikata keenam orang ini merasakan dirinya keracunan
hebat, toh belum tentu mereka harus duduk di atas kursi roda
untuk bersemedi dari berusaha mendesak keluar racun yang
mengeram dalam tubuh mereka!"
"Tidak mungkinkah Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It
Thian yang mendudukkan tubuh mereka di atas kursi roda
setelah mereka mati akibat keracunan?"
"Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian hampir pada
saat yang bersamaan tertusuk pundaknya oleh pedang
panjang, untuk menolong diri saja ia tak mampu. masa dia
masih punya kegembiraan untuk berbuat demikian?"
"Siapa tahu kalau di atas kursi roda itu telah dipasang
semacam alat rahasia, hingga mereka yang telah duduk di
atas kursi tersebut tak bisa bangun lagi?" tiba-tiba Pek-li Peng
menyela. Perkataan ini seketika membuat para jago berdiri tertegun,
tanpa sadar mereka alihkan perhatian ke atas kursi roda itu.
"It-bun heng, kau toh ahli sekali dalam ilmu bangunan
maupun ilmu alat rahasia?"
Seru Shen Bok Hong kemudian harap kau teliti kursi roda
itu dengan seksama mungkin di atas kursi itu benar-benar
sudah dipasangi alat rahasia?"
It-bun Han Too termenung dari berpikir sebentar kemudian
menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Itu tak mungkin terjadi sekalipun andaikata di atas kursi
roda benar-benar terdapat alat rahasia belum tentu alat
tersebut mampu membelenggu tokoh2 silat yang maha sakti
itu. Menurut penilaianku ilmu silat yang dimiliki keenam orang
itu sudah mencapai puncak kesempurnaan yang tak terhingga
setiap pukulannya memungkinkan sebuah batu karang hancur
berantakan, apalagi menurut tinjauanku di atas kursi roda ini
sama sekali tiada alat rahasia apapun juga"
"Kalau begitu percuma kan kita bicarakan persoalan ini
selama setengah harian lebih, hasilnya tetap nihil dari sedikit
hasil pun tidak berhasil didapatkan"omel Shen Bok Hong.
Sebaliknya Siauw Ling juga berpikir di dalam hati kecilnya,
"Apa yang dibicarakan beberapa orang ini masuk diakal semua
dan sangat beralasan sekali, sungguh heran kenapa keenam
orang itu menemui ajalnya sambil duduk di atas kursi roda"
rupanya untuk memecahkan teka teki serta rahasia ini
teramatlah sulit" Walaupun dalam hati ia ingin tahu, namun mulutnya tetap
membungkam dalam seribu bahasa.
Terdengar It-bun Han Too berkata, Mungkin di dalam
istana terlarang masih terdapat seseorang yang tidak mati
bersama-sama mereka, dan orang itulah yang telah turun
tangan mengatur beberapa orang ini di atas kursi roda...."
"Tapi siapakah orang itu?" tanya Shen Bok Hong.
"Entahlah mungkin dia adalah salah satu diantara sepuluh
tokoh maha sakti yang masuk ke dalam Istana Terlarang,
pokoknya hingga kini masih ada tiga orang yang belum
ketemu. "It-bun heng. mungkinkah ada diantara jago lihay itu
berhasil lolos dari istana terlarang?" tanya ketua dari
perkampungan Pek Hoa Sanceng itu dengan wajah serius.
"Aku tak berani mengatakan pasti tak ada, tetapi
kemungkinan terlalu kecil"
"Andaikata kita gagal untuk menemukan sebab2 kematian
keenam orang itu di atas kursi roda, maka itu berarti bahwa
setelah kejadian ada orang yang sengaja memindahkan
mayat2 dari keenam orang itu ke atas kursi roda. Tetapi
siapakah orang itu jelas dia bukanlah Ahli Bangunan
bertangan sakti Pau It Thian"
"Kalau memang begitu, maka kemungkinan besar orang itu
adalah salah satu diantara tiga orang tokoh maha sakti yang
belum berhasil kita temukan mayatnya!"
"Sebaliknya bila kesepuluh orang tokoh maha sakti itu mati
pada saat yang bersamaan, maka hanya ada satu jawaban
untuk teka teki ini, yakni sebelum kedatangan kita semua ke
dalam Istana Terlarang, telah ada orang lain yang pernah
berkunjung kemari."

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tentang soal ini.... tentang soal ini.." It-bun Han Too
berdiri tertegun Rupanya pikiran jago lihay ini terasa amat kalut dan tidak
tenang, setengah harian lamanya dia gelagapan namun tak
sepatah katapun sanggup diutarakan keluar.
Padahal yang merasakan getaran keras itu bukan cuma Itbun
Han Too seorang, setiap jago yang hadir dalam ruangan
itu semuanya merasa pundak mereka seakan akan ditindihi
dengan beban seberat ribuan kati, mereka merasa suatu
kemurungan dan kekesalan yang aneh berkecamuk dalam
batin kecil mereka. Seandainya dugaan itu tidak meleset dan benar-benar ada
orang yang memasuki Istana Terlarang mendahului mereka,
maka kemungkinan besar buku catatan ilmu silat yang
ditinggalkan kesepuluh tokoh silat maha sakti itu sudah
diambil pergi oleh orang itu atau dengan perkataan lain usaha
mereka untuk memasuki Istana Terlarang dengan pertaruhkan
jiwa raga itu hanyalah suatu pekerjaan yang sia-sia belaka.
Lama sekali kawanan jago lihay itu berdiri sambil
membungkam akhirnya It-bun Han Too lah yang pertamatama
buka suara ujarnya, "Kegagalan kita untuk mencari tahu
sebab-sebab kematian dari keenam orang ini di atas kursi roda
dalam keadaan tenang memang merupakan suatu hambatan
yang besar bagi kita tetapi kita janganlah keburu putus asa.
Sebelum kita temukan tiga sosok jenazah yang lain, belum
bisa kita pastikan bahwa ada orang lain yang benar-benar
telah memasuki Istana Terlarang mendahului kita!"
Tiba-tiba Shen Bok Hong berjalan kehadapan mayat Cianjin
Taysu, sekali cengkeram dia angkat mayat taysu itu dari
tempat semula. Ketika jari tangannya menyentuh tubuh mayat tersebut,
hancuran pakaian segera beterbangan diangkasa, jubah lhasa
warna merah yang dkenakan Cian-jin Taysu hancur berkepingkeping
dan rontok di atas tanah.
Haruslah diketahui pakaian yang dikenakan padri itu sudah
berusia puluhan tahun lamanya karena termakan usia baju itu
sudah lapuk dan rusak, karena itu ketika jari tangan Shen Bok
Hong menyentuh pakaian tersebut hancurlah seketika jadi
bubuk. Ketika semua orang alihkan sorot matanya ke arah kursi
roda itu, tampaklah kursi tadi halus lagi mengkilap, sama
sekali tidak dilengkapi dengan alat rahasia.
Ketika memandang kembali ke arah jenazah Cian Jin Taysu
maka tampaklah kulitnya sudah mengering dari berkerut,
terkurung selama puluhan tahun lamanya dalam istana
terlarang membuat mayat itu sama kali kering kerontang.
Shen Bok Hong turunkan jenazah Cian Jin taysu ke bawah.
lalu perlahan-lahan berkata, "Ada satu persoalan sekarang
bisa ditentukan, yakni sebelum mereka duduk di atas kursi
roda ini, keenam orang tokoh maha sakti tersebut belum
pernah melakukan pertarungan"
It-bun Han Too mengangguk, setelah termenung sebentar
dia berkata "Persoalan yang harus kita lakukan dengan segera adalah
berusaha untuk menemukan tiga sosok jenazah yaug lain"
"Ruang istana terlarang hingga disini sudah menemui jalan
buntu sedang diantara kita semua hanya It-bun heng seorang
yang memahami ilmu bangunan, apakah dalam ruangan ini
masih ada pintu rahasia lain atau tidak, terpaksa kaulah yang
harus turun tangan" .Maksudku, lebih baik kita periksa dahulu ruangan2 batu
dimanakah keenam buah kursi roda ini
berasal!" "Aku rasa memang itulah satu-satunya jalan yang dapat
kita tempuh!" Perlahan-lahan It-bun Han Too alihkan sorot matanya ke
atas wajah Shen Bok Hong serta Siauw Ling dari menyapanya
sekejap, kemudian katanya
"Disini terdapat enam buah kursi roda sedang kitapun
berjalan enam orang bila kita geserkan keenam sosok mayat
itu dari atas kursi dari kita bersama-sama duduk di tiap kursi
ini, maka dalam waktu singkat bukankah kita bisa memeriksa
keadaan dari enam buah ruangan itu tanpa harus membuang
banyak waktu dan tenaga"
"Cara ini kurang begitu baik"seru Kim Hoa Hujin sambil
menggeleng. "Apanya yang kurang baik?"
"Seandainya sekarang kau telah menemukan alat rahasia
yang mengendalikan seluruh pintu masuk ruangan batu itu,
kemudian menanti kami semua sudah masuk ke dalam ruang
batu tiba-tiba kau menutup pintu tersebut bukankah kami
semua bakal mengikuti jejak keenam orang tokoh sakti itu dan
harus mati dalam Istana Terlarang dengan duduk di atas kursi
roda?" "Pendapatmu itu bagus sekali!" seru Shen Bok Hong sambil
melirik sekejap ke arah Kim Hoa Hujin,"It-bun heng, meskipun
belum tentu kau mempunyai pikiran demikian tapi kami mau
tak mau harus berjaga2.... bukankah pepatah kuno pernah
mengatakan: sedialah payung sebelum hujan?"
Mendengar perkataan itu. It-bun Han Toa segera tertawa
terbahak-bahak. "Haaah...haaah....haah... kalau memang kamu berdua takut
dijebak olehku, terpaksa rencana ini harus kita batalkan. Lebih
baik kita tak usah memeriksa keadaan dari ruangan batu itu
lagi" "Kalau kita musti tinggalkan ruangan2 itu tanpa diperiksa,
aku rasa sayang sekali siapa tahu dalam ruangan itu justru
kita akan menemukan suatu pertanda yang berharga?"
"Kalau memang begitu demikian saja! jika kalian semua
percaya dengan diriku, biar toh aku seorang diri masuk ke
dalam ruangan untuk melakukan pemeriksaan, bila
menemukan sesuatu pertanda yang berharga maka aku akan
beritahukan kepada kalian untuk dirundingkan bersama,
setuju atau tidak?" Shen Bok Hong termenung sebentar, kemudian
mengangguk. "Baiklah! aku setuju dengan usulmu itu"
Dia lantas berpaling ke arah Siauw Ling dan melanjutkan,
"Apakah saudara juga setuju dengan usul ini?"
Siauw Ling mengangguk, namun mulutnya tetap
membungkam dalam seribu bahasa.
It-bun Han Too melirik sekejap ke arah Tan In Cing, lalu
berkata, "Tan heng, selamanya aku paling kagum dengan
keberhasilanmu, semula ilmu pedarig aliran Hoa-san.pay tidak
memiliki kesaktian apapun juga, tetapi Tan heng berhasil
menciptakan pelbagai variasi yang menyebabkan serangkaian
ilmu pedang biasa berobah menjadi maha sakti dari membuat
kedudukanmu sejajar dengan sepuluh tokoh lainnya.
keberhasilanmu itu luar biasa sekali. Biarlah hari ini aku duduki
kursi dimana Tan Heng menempatinya semula....!"
Setelah memberi hormat ia bopong turun jenazah Tan In
Cing dari atas kursi, sedang ia sendiri segera naik ke atas kursi
roda itu. Kaki kanannya menginjak tempat pijakan di atas
kursi roda tersebut segera bergerak ke arah belakang.
Baik Shen Bok Hong maupun Siauw Ling sama-sama tidak
memperlihatkan tempat manakah yang dipijak jago pintar itu.
Dalam pada itu ketika kursi roda hampir tiba di depan
dinding, pintu rahasia tadi segera membuka untuk kemudian
menutup kembali setelah kursi tadi menerjang masuk ke
dalamnya. Menanti bayangan punggung dari It-bun Han Too sudah
lenyap dari pandangan, Shen Bok Hong segera berbisik
kepada Siauw Ling, "It-bun Han Too adalah seorang manusia
licik yang sangat berbahaya, mau tak mau kita musti waspada
dan siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak
diinginkan, apakah heng tay masih ingat dengan alat rahasia
yang mengendalikan kursi roda dimana Tan In Cing berada
tadi?" "Hmm....! Rupanya ia selalu berusaha aku banyak bicara....
aku justru tak mau menuruti kehendakmu, coba lihat apa yang
bisa kau lakukan?" batin Siauw Ling dalam hati.
Berpikir demikian ia lantas mengangguk sedang mulutnya
tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Melihat perbuatan pemuda itu Shen Bok Hong segera
tertawa dingin, serunya, "Kesabaran serta kemampuan
saudara untuk tetap membungkam benar-benar
mengagumkan sekali, andaikata It-bun Han Too
mempertunjukkan permainan setan untuk mengurung kita di
tempat ini, maka kaupun takkan terhindar dari kematian."
Dalam hati Siauw Ling sudah ambil keputusan untuk tetap
membungkam kendati pihak lawan menyindir atau mengejek
dirinya, maka dari itu sekalipun Shen Bok Hong berulang kali
mengejek dirinya tetapi ia tetap membungkam dalam seribu
bahasa. Suasana dalam ruangan itu mendadak jadi sunyi senyap....
hening dan tak kedengaran sedikit suarapun.
Kurang dari sepertanak nasi lamanya sudah lewat, namun
belum nampak juga It-bun Han Too munculkan diri dari balik
ruang rahasia tersebut. Setelah bersabar beberapa saat akhirnya Shen Bok Hong
tak dapat menahan diri lagi ia berteriak keras.
"It-bun Heng, rahasia apakah yang terdapat dalam ruangan
itu" Sepantasnya kalau kau telah selesai melihatnya...."
Teriakan itu diulangi sampai beberapa kali, tetapi jawaban
dari It-bun Han Too tak kunjung datang juga, sedang
bayangan tubuhnya juga tak nampak munculkan diri.
Kejadian ini dengan cepat membuat Shen Bok Hong jadi
tak sabar dan gelisah, bahkan Siauw Ling pun ikut curiga.
Akhirnya Shen Bok Hong berpaling ke arah Siauw Ling
sambil ujarnya. "Sedikitpun tak salah ternyata dugaanku tidak meleset,
rupanya It-bun Han Too sudah berhasil menemukan rahasia
dari ruangan ini, tapi diluaran ia tetap berlagak pilon dan
meminjam kesempatan ini masuk ke dalam ruang rahasia.
Hmmm.! Orang ini benar-benar licik, harap saudara segera
membuka alat rahasia yang mengendalikan kursi roda.....!
Siauw Ling tarik tangan Pek-li Peng dan bersama-sama
mengundurkan diri ke sudut ruangan, dengan mengandalkan
daya ingatannya ia hantam dinding batu tersebut, ketika
mencapai pukulan keempat tombol rahasia itu baru terkena
pukulannya. Kraak..... Kraak..... di tengah denyitan suara yang mengerit,
pintu rahasia sebelah tenggara perlahan-lahan membuka dan
kursi roda itu muncul kembali dalam ruangan, hanya saja kursi
itu sudah kosong melompong, bayangan tubuh dari It-bun
Han Too entah sudah lenyap dimana.
Melihat kejadian itu dengan gusar Shen Bok Hong
menyambar toya sian-ciang tersebut dari tangan Tong Lo
Thay-thay, bentaknya, "It-bun Heng, kau tak mau unjukkan
diri?" Tangan kanannya bekerja cepat, dengan bersenjatakan
toya tersebut ia hajar pintu rahasia tersebut keras2.
Blaam....! Dentingan nyaring bergeletar memenuhi seluruh
ruangan, walaupun terhajar keras namun yang terjadi
hanyalah beberapa keping hancuran batu yang berguguran di
atas tanah, pintu Itu sendiri masih tetap utuh seperti sedia
kala. Bagaimanapun juga Shen Bok Hong adalah seorang jago
sakti yang punya nama hanya sebentar saja kemarahan sudah
sirap dari wajahnya pulih kembali dalam ketenangan, sambil
berpaling ke arah Siauw Ling ujarnya.
"Kita semua sudah tertipu It-bun Han Too satu-satunya
jalan yang terbaik saat ini adalah masuk ke dalam ruangan
batu untuk mencari jejaknya..."
Pada saat itu keadaan situasi sangat mendesak, Siauw Ling
sendiripun merasa batinnya amat tegang, terpaksa ia bertanya
dengan suara lirih. "Bagaimana cara kita untuk mencari jejaknya?"
"Dengan kekuatan yang dimiliki kita berdua rasanya masih
sanggup untuk membereskan dirinya, kalau kau tak mau pergi
maka akulah yang akan pergi .!"
Siauw Ling berpaling dan melirik sekejap ke arah Pek-li
Peng, kemudian pikirnya. "Shen Bok Hong adalah seorang manusia yang sangat
berbahaya. jika aku masuk ke dalam ruangan batu maka
Peng-ji seorang diri tak akan mampu menghadapi dirinya..."
Berpikir demikian, lantas berkata, "Lebih baik kau saja yang
pergi!" Dalam sangkaan Shen Bok Hong semula, Sian Ling tentu
akan mengucapkan kata kata mengalah atau termenung
sambil membungkam, ia tidak menyangka kalau pemuda itu
justru menuding dirinya secara terus terang untuk beberapa
saat lamanya ia jadi tertegun.
Karena tak dapat menampik lagi terpaksa ketua dari
perkampungan Pek Hoa Sanceng ini keraskan kepala dan
berpesan kepada Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay
"Kalian berdua harus berhati-hati...."
Sambil berkata Ia duduk di atas kursi roda itu.
Maksud dari perkataannya itu jelas sekali ia sedang
memperingatkan kepada kedua orang itu untuk bekerja sama
menghadapi diri Siauw Ling.
Kim Hoa Hujin Segera tersenyum dan menyahut, "Toa
Cungcu tak usah kuatir, semoga kau bisa cepat-cepat temukan
jejak dari It-bun Han Too"
Shen Bok Hong adalah seorang manusia yang licik
meskipun ia sudah duduk di atas kursi roda tetapi otaknya
berputar terus makin dipikir ia merasa semakin menyesal ia
merasa tidak seharusnya dia pergi menempuh bahaya dengan
memasuki ruangan rahasia tersebut.
Sebab bagaimanapun juga jalan keluar dari Istana
Terlarang ini toh hanya satu. It-bun Han Too yang tak
membawa bahan makanan serta cahaya lampu dalam ruangan
yang cuma bertahan dua hari saja tak mungkin akan
membiarkan dirinya berada dalam ruangan itu selama puluhan
jam andaikata tidak menemui mara bahaya.
Ia merasa seharusnya da tak usah pergi menempuh
bahaya, sebaliknya duduk berjaga dalam ruangan itu sambil
bersemedi, dengan demikian bukan saja ia bisa mengirit
tenaga bahkan tak usah pula pergi menempuh bahaya.
Karena itulah setelah duduk di atas kursi roda, Shen Bok


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hong merasa menyesal sekali. Sampai duduk di kursi ia
pejamkan matanya tak berbicara lagi.
Siauw Ling melirik sekejap ke arah Shen Bok Hong,
kemudian tegurnya, "Eeei...kenapa kau cuma duduk saja tan.
pa bergerak?" "Sewaktu It-bun Han Too menginjak alat rahasia pada
tempat berpijak kursi beroda itu, aku toh tidak
memperhatikannya dari mana aku bisa tahu letak tombol
rahasia tersebut?" Siauw Ling segera maju mendekati kursi itu, kakinya
menginjak beberapa kali tempat berpijak dari kursi tadi tapi
kursi roda itu masih tetap berhenti di tempat semula.
Rupanya terpaksa kita harus menunggu It-bun Han Too di
tempat ini!" ujar Shea Bok Hong sambil perlahan lahan bangkit
berdiri Pada saat ia bangkit berdiri itulah, tanpa sengaja kakinya
telah menyentuh alat rahasia yang mengendalikan kursi
tersebut, dengan cepatnya kursi roda itu bergerak ke arah
belakang. Sementara itu Shen Bok Hong belum bangkit benar-benar,
dengan bergeraknya kursi roda itu tanpa sadar diapun duduk
kembali ke atas kursi. Pintu rahasia di atas dinding itu walaupun gumpil beberapa
bagian termakan oleh babatan toya dari Shen Bok Hong tadi,
tetapi alat rahasianya sama sekali tidak rusak, terlihatlah
tubuh Shen Bok Hong di atas kursi roda tadi dengan cepatnya
menerjang masuk ke dalam pintu rahasia dimana pintu
tersebut secara otomatis menutup kembali setelah kursi roda
itu tenggelam dibalik dinding.
Memandang pintu batu yang telah menutup kembali,
bagaikan sedang bertanya kepada Siauw Ling terdengar Kim
Hoa Hujin bergumam seorang diri
"Apakah dalam pintu batu itu terdapat pula alat rahasia
yang mengendalikan untuk membuka pintu rahasia itu?"
"Aku rasa dibalik ruangan itu semestinya harus ada tombol
rahasia yang mengendalikan pintu rahasia tersebut " jawab
Siauw Ling tanpa ragu-ragu setelah Shen Bok Hong tak ada di
depan mata, "cuma saja aku rasa belum tentu mereka akan
berhasil menemukannya!"
"Ehmmm...! lalu bagaimana dengan It-bun Han Too itu
sendiri" ia sengaja bersembunyi dalam ruang rahasia itu dan
tak mau keluar" ataukah dikarenakan ia terkurung di dalam
ruangan tersebut?" "Tentang soal ini sulit untuk diduga, cuma andaikata It-bun
Han Too sengaja menyembunyikan diri di dalam ruangan itu,
aku rasa setelah Shen Bok Hong masuk ke dalam ruangan
maka ia akan merasakan suatu siksaan yang hebat!"
"Sebaliknya kalau kedua orang ini sama-sama terkurung di
dalam ruang rahasia tersebut hingga tak bisa keluar lagi,
mungkin kitapun sulit untuk lolos dari Istana Terlarang
"sambung Kim Hoa hujin kembali.
Pertanyaan ini sangat menggetarkan hati Siauw Ling,
setelah termenung beberapa saat lamanya ia berkata kembali,
"Kendati seseorang telah memiliki ilmu silat yang sangat lihay
hingga tiada tandingnya di kolong langit. diapun tak akan
mampu untuk hidup dalam Istana Terlarang, kecuali kalau
orang itu benar-benar telah mencapai keadaan seperti dewa
yang tak perlu makan atau minum"
"Kau bisa berkata demikian karena di tempat ini tak ada
makanan serta minuman "sela Kim Hoa hujin." sebaliknya bila
ada persediaan rangsum dari air minum di tempat ini,
bukankah kita bisa juga hidup dalam Istana Terlarang
sebagaimana kehidupun biasa"
"Benar udara di tempat ini amat tidak terlalu sesak dan
panas, udara selalu mengalir dan tetap segar. Andaikata ada
rangsum dan air minum di tempat ini, aku rasa bukan suatu
kejadian aneh bila kita mampu hidup selama tiga lima tahun
dalam Istana Terlarang"
"Perempuan apa sih dia itu" kenapa selalu ajak toako
berbicara" sungguh menjemukan!" pikir Pek-li Peng dalam
hati. Karena jengkel bercampur mendongkol, ia segera maju
kedepan dari berdiri tepat ditengah antara Kim Hoa Hujin
dengan Siauw Ling. Perempuan yang berasal dari wilayah Biau ini tidak tahu
kalau Pek-li Peng adalah perempuan yang menyaru sebagai
pria, tentu saja ia tak bisa menduga pula apa yang sedang
dipikirkan gadis tersebut, setelah melirik sekejap ke arah Pek-li
Peng, ia berpaling dan ujarnya kepada Tong Lo-thay.thay,
"Seandainya Shen Toa Cungcu benar-benar terkurung di
dalam ruang rahasia itu, apa rencana Tong Lo hujin
selanjutnya?" "Menurut aku lebih baik kita menanti sejenak lagi,
kemudian baru mengambil keputusan," jawab Tong Lo Thaythay.
Rupanya Kim Hoa Hujin dapat menebak isi hati rekannya
yang masih takut terhadap Shen Bok Hong dari tak berani
mengutarakan isi hatinya itu, sambil tersenyum ujarnya
kembali. "Tong hujin kau hendak menanti berapa lama lagi" kau
musti tahu bahwa di tempat ini sama sekali tiada persediaan
bahan makanan, untuk tinggalkan Istana Terlarang mungkin
kita masih harus mengorbankan banyak tenaga dari pikiran,
kalau mau tunggu janganlah terlalu lama"
Mendengar perkataan Itu, dengan sorot mata tajam Tong
Lo Thay-thay segera menatap wajah Kim Hoa Hujin tajamtajam,
beberapa saat kemudian serunya.
"Andaikata Shen Toa Cungcu benar-benar terkurung dalam
ruang rahasia ini. para jago lihay yang hampir mendekati
ribuan banyaknya dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng itu
entah hendak mendukung siapa untuk meneruskan
kedudukannya yang kosong itu?"
Pertanyaan ini diajukan terlalu mendadak dari sama sekali
berada diluar dugaan, hal ini membuat Siauw Ling maupun
Kim Hoa Hujin jadi tertegun dibuatnya.
Siauw Ling segera berpikir di dalam hati, "Sejak aku
tinggalkan perkampungan Pek boa sanceng, entah bagaimana
keadaan dari para jago Bulim yang berkumpul di dalam
perkampungan tersebut?"
Kim Hoa Hujin adalah seorang perempuan binal yang sukar
disetir dan ditundukkan, tetapi entah bagaimana caranya ia
bisa berpihak kepada perkampungan Pek Hoa Sanceng.
Terutama sekali Tong Lo Thay-thay, dia adalah ciangbunjin
dari suatu perguruan besar namun dengan sukarela tenaganya
dipergunakan oleh Shen Bok Hong, kejadian ini betul-betul
aneh dari mencurigakan sekali..."
Berpikir sampai disini, tanpa terasa ia pusatkan
perhatiannya untuk mendengarkan dengan lebih seksama.
---oo0dw0oo--- Jilid: 6 TERDENGAR Kim Hoa hujin berkata kembali, "Kalau
menurut pendapatmu, siapakah yang lebih cocok untuk
meneruskan kedudukan Shen Bok Hong sebagai kepala
perkampungan yang berkuasa penuh"....."
Tong Lo Thay-thay mendehem ringan, setelah berpikir
sebentar dia menjawab, "Ciu Ciau Liong bukan seorang jago
yang berbakat bagus, sulit baginya untuk meneruskan karier
Shen Bok Hong sebagai kepala perkampungan Pek Hoa
Sanceng ...." Ia berhenti sebentar, kemudian terusnya, "Tang Hiong
Ciang walaupun merupakan murid tertua dari Shen Bok Hong
sayang sekali usianya masih terlalu muda dan susah untuk
memikul tanggung jawab ini....."
"Heeeh....... heeeh..... heeeh... ini tidak cocok, itu tidak
pantas. Aku lihat mungkin hanya kau Tong Lo Thay-thay yang
pantas menduduki jabatan tinggi tersebut," ejek Kim Hoa
Hujin sambil tertawa terkekeh2.
Mendengar sindiran tersebut, Tong Lo Thay-thay kontan
tertawa dingin. "Aku lihat sikap Shen Toa Cungcu terhadap dirimu tidak
jelek, setiap hari berhadapan dengan urusan penting pasti
mengajak serta dirimu, dikemudian hari aku rasa kaulah yang
paling punya harapan untuk meneruskan kedudukan sebagai
kepala perkampungan Pek Hoa Sanceng..."
Kim Hoa Hujin tertawa dingin tiada hentinya, jelas dia
hendak berang tapi akhirnya dengan sekuat tenaga berusaha
untuk menyabarkan diri katanya.
"Tong hujin, aku lihat kau sangat mencurigai diriku?"
"Terhadap setiap manusia yang berasal dan perkampungan
Pek Hoa Sanceng aku tak berani mempercayainya, sebab
setiap manusia yang berasal dari sana adalah manusiamanusia
yang berbahaya" Kim Hoa Hujin tertawa hambar.
"Keluarga Tong yang berasal dan propinsi Su-chuan adalah
suatu perguruan besar yang selamanya berdiri tersendiri
dalam dunia persilatan, jarang sekali perguruanmu itu
berhubungan dengan perguruan lain dalam wilayah Tionggoan,
tapi kenapa sekarang tunduk dan mudah diperintah oleh
pihak perkampungan Pek Hoa Sanceng?"
"Aaaah...sungguh kebetulan sekali" batin Siauw Ling yang
berada disisi kalangan, "apa yang sedang diributkan oleh Kim
Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay justru merupakan masalah
yang ingin kuketahui. .."
Karena itu walau melihat kedua orang itu sedang cekcok
mulut, namun pemuda itu tetap membungkam seribu bahasa.
Terdengar Tong Lo Thay-thay menjawab.
"Tua muda puluhan lembar jiwa dari keluarga Tong kami
telah terjatuh ke dalam cengkeraman Shen Toa Cungcu, aku
tak tega menyaksikan keturunan keluarga Tong mati konyol
semua ditanganku maka dengan menahan penderitaan serta
penghinaan kuturuti perintahnya serta melaksanakan titahnya
" Ia berhenti sebentar, kemudian terusnya kembali, "Kalau
Hujin, apakah kau memang rela diperintah dan
menyumbangkan tenaga bagi Shen Toa Cungcu?"
"Meskipun Shen Bok Hong telah melepaskan racun keji ke
dalam tubuhku sehingga mati hidupku dikuasai olehnya, tetapi
hal itu bukankah alasan utama bagiku untuk tetap berdiam di
daratan Tionggoan" sahut Kim Hoa hujin.
"Lalu apa sebabnya kau masih tetap tinggal disini?"
Kim Hoa bujin mendongak dan segera tertawa terkekeh2.
"Haaah...... haaah....... haaah....kenapa aku masih tetap
tinggal di daratan Tionggoan" bukan lain karena aku ingin
membantu seorang saudaraku!!
"Oooh...! jadi kau masih ada saudara di daratan
Tionggoan?" "Saudara sekandung sih tak ada, tapi aku punya seorang
saudara angkat...." "Siapakah saudara angkatmu itu?"
"Dia adalah seorang pendekar besar yang mempunyai
nama tersohor di kolong langit, setiap umat manusia yang
mengenali dan mengetahui akan dirinya....."
"Hujin," sela Tong Lo Thay-thay cepat, "aku lihat lebih baik
kau tak usah jual mahal lagi, katakan keluar!"
"Baiklah, akan kusebutkan nama saudaraku itu sekalipun
kau beritahukan kepada Shen Bok Hong aku juga tidak takut,
saudaraku itu bukan lain adalah Siauw Ling!"
"Siauw Ling" Siauw Ling yang pernah menjadi Sam Cungcu
dan perkampungan Pek Hoa Sanceng?"
(Untuk mengetahui kisah tersebut silahkan membaca:
Rahasia Kunci Wasiat.) "Sedikitpun tidak salah!" sahut Kim Hoa Hujin sambil
mengangguk. "Aku pernah berjumpa dengan dirinya dia memang satusatunya
musuh tangguh yang berani menentang kekuasaan
Shen Bok Hong pada saat ini!"
"Benar!" kata Kim Hoa hujin sambil tertawa," saudaraku itu
berjiwa ksatria dan bernyali baja. Ia memiliki ilmu silat yang
maha sakti. Setiap kali Shen Bok Hong bertemu dengan
dirinya, ?a tentu dibikin pusing tujuh keliling.... cuma ada satu
hal yang kurang bagus pada dirinya, tetapi wajahnya terlalu
tampan hingga membuat setiap perempuan yang berjumpa
dengan dirinya tentu akan terpesona dan terpikat olehnya, aku
dengar Tong Sam Kau juga pernah ada hubungan dengan
dirinya, benarkah itu?"
"Ngaco belo..." diam-diam Pek-li Peng memaki di dalam
hati, "Toako aku bukan manusia semacam itu ...."
Sementara itu Tong Lo Thay-thay telah menjawab,
"Aaah...! mereka hanya pernah mengenal satu sama lainnya
saja, yang benar sama sekali tak ada hubungan apa apa....."
Tiba-tiba Kim Hoa Hujin tarik kembali senyuman di atas
wajahnya. dengan sikap serius ia berkata, "Andaikata secara
tiba-tiba Siauw Ling munculkan diri di dalam Istana Terlarang
dan terjadi pertarungan melawan Shen Bok Hong, kau bakal
berpihak kepada siapa...."
"Aaah! Siauw Ling tak mungkin bakal muncul dalam Istana
Terlarang secara tiba-tiba" tukas Tong Lo Thay-thay, kenapa
aku musti buang banyak tenaga untuk memikirkan persoalan
itu?" "Segala perbuatan yang tak mungkin dilakukan orang lain
kemungkinan besar dapat dilakukan Siauw Ling, siapa tahu
kalau dia sudah masuk ke dalam Istana Terlarang dan
sekarang berdiri di sekitar kita"
Meskipun Tong Lo Thay-thay tahu bahwa Kim Hoa Hujin
hanya bergurau saja dengan dirinya tetapi tak urung ia
berpaling juga untuk menyapu sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian baru katanya. "Aaah! hal ini sama sekali tak mungkin terjadi.... . ."
Kim Hoa Hujin tertawa terkekeh2, suaranya keras dan
nyaring sehingga menggetarkan seluruh ruangan tersebut.
Tong Lo Thay-thay yang ditertawakan olehnya jadi bingung
dan tak habis mengerti tak tertahan lagi ia bertanya,
"Eeeey.....apa yang sedang kau tertawakan" Apa yang telah
salah kukatakan?" "Rahasia dari Siauw Ling tak boleh kubocorkan pada saat
ini" pikir Kim Hoa Hujin di dalam hati. Lebih baik aku tetap
memegang rahasia saja...."
Karena berpikir demikian, sambil tersenyum sahutnya,
"Aaah...... aku mana berani mentertawakan Tong Hujin?"
Dalam pada itu Pek-li Peng yang mendengar gelak tawa
Kim Hoa Hujin yang dianggapnya jalang itu jadi tak senang


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hati, pikirnya dalam hati, "Kenapa gelak tawa dari perempuan
ini begitu jalang" Dia tentulah seorang perempuan cabul yang
berbahaya, aku tak boleh membiarkan toako berdiri terlalu
dekat dengan dirinya...."
Karena berpendapat demikian, ia segera tarik lengan kanan
Siauw Ling dan diajak mengundurkan diri ke sudut ruangan.
Tindak tanduknya yang sangat aneh ini bukan saja seketika
membuat Kim Hoa Hujin jadi keheranan, sekalipun Siauw Ling
sendiri juga kebingungan setengah mati, dengan suara lirih
segera bisiknya, "Peng ji, apakah yang hendak kau lakukan?"
Pek-li Peng mengerling sekejap ke arah Kim Hoa Hujin, lalu
sahutnya, "Aku muak dan benci sekali dengan gelak tawa dari
Kim Hoa Hujin...." Siauw Ling tersenyum, pikirnya, "Oooh....! Kiranya begitu,
tindak tanduk Kim Hoa Hujin memang terlalu binal dan terlalu
terbuka, perbuatannya sama sekali tidak menuruti adat
istiadat bangsa Han yang masih kolot.... tapi hal ini tidak bisa
salahkan dirinya yang sedari kecil sudah dididik secara adat
suku Biau." Setelah berada di sudut ruangan, pemuda merasa tidak
enak hati kalau hanya berpeluk tangan belaka, maka ia segera
dekati dinding batu dan meraba raba sekitar dinding tadi.
Kiranya ia takut kalau Kim Hoa Hujin mengetahui akan
sikap dari Pek-li Peng itu sehingga membuat perempuan
tersebut merasa sakit hati, maka sengaja ia perlihatkan sikap
tadi dimana dalam pandangan orang lain seolah olah
kepergiannya ke sudut ruangan adalah untuk mencari sesuatu
alat rahasia yang mencurigakan disitu.
Peristiwa yang di kolong langit kadang-kadang memang
sama sekali diluar dugaan, It-bun Han Too telah melakukan
pemeriksaan yang seksama di seluruh dinding ruangan itu,
walau sudah bekerja keras beberapa waktu namun tak ada
hasil yang berhasil didapatkannya. Sebaliknya rabaan Siauw
Ling kali ini yang sebetulnya sama sekali tidak bermaksud
kebetulan sekali dengan telak mengena di atas tombol rahasia
tersebut. Pemuda itu segera merasakan dinding ruangan dimana
tangannya sedang meraba itu mendadak bergerak ke
belakang, dan tahu-tahu muncullah sebuah pintu rahasia yang
lebarnya beberapa depa, pada permukaan pintu rahasia tadi
tampak sebuah gelang pegangan yang terbuat dari batu
kumala. Perubahan yang terjadi diluar dugaan ini segera menarik
perhatian Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay, mereka
berdua dengan cepat merudung kedepan.
Entah apa gunanya gelang kumala yang terdapat di atas
pintu rahasia ini...." pikir Siauw Ling kembali, tanpa banyak
bicara ia segera tarik gelang tersebut ke belakang.
Kraaak......! Kraaak......! diiringi suara gemericikan yang
nyaring, tiba-tiba seluruh ruangan bergoncang keras, diikuti
ruangan itu mulai bergeser ke arah samping.
Siauw Ling segera pusatkan seluruh perhatiannya ke arah
pintu rahasia tadi sambil secara diam-diam melakukan
persiapan, andaikata ruangan itu menunjukkan gejala
berbahaya maka ia akan himpun segenap tenaganya untuk
melakukan penghadangan agar ketiga orang perempuan itu
sempat lolos terlebih dahulu dari mara bahaya.
Siapa tahu dugaannya sama sekali meleset setelah
berkumandangnya suara gemericikan nyaring tadi,
pemandangan yang berada dihadapan mereka tiba-tiba
berubah sama sekali. Pada dinding batu yang semula halus licin dan mengkilap
itu, kini secara tiba-tiba muncul sebuah lorong rahasia yang
mampu dilalui dua orang secara berbareng.
Siauw Ling berpaling sekejap ke belakang dia lihat Kim Hoa
Hujin serta Tong Lo Thay-thay ketika itu sedang berdiri
menjublak dengan mata mendelong...."
Jelas perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam
ruangan itu telah membuat mereka terpesona dan terkesiap....
Siauw Ling perhatikan lorong itu dengan seksama, dia lihat
dalam lorong rahasia itu mencapai puluhan tombak, dimana
lorong tadi kemudian berbelok ke arah sebelah kiri. Ujarnya.
"Aku akan melakukan pemeriksaan sebentar ke dalam
lorong rahasia ini, harap kalian bertiga suka menanti diluar,
sebelum ada seruanku harap jangan bertindak secara
gegabah...." "Tidak, aku hendak ikut serta dengan dirimu!" seru Pek-li
Peng Seruan ini segera membuat Kim Hoa Hujin jadi tertegun,
pikirnya, "Kalau ditinjau dari nada suaranya serta tingkah laku
dari orang ini, rupanya dia adalah seorang gadis yang sedang
menyaru sebagai kaum pria, tapi siapakah dia?"
Satu ingatan segera berkelebat dalam benaknya tanpa
sadar ia berseru dengan suara lantang.
"Kau adalah Kim Lan!"
Pek-li Peng tidak tahu siapakah yang bernama Kim Lan,
melihat sepasang mata Kim Hoa Hujin menatap dirinya
dengan tajam tanpa berkedip ia merasa sangat tidak puas
sambil mendengus dingin tertegun, "Apa yang kau lihat?"
Siauw Ling takut sekali kalau kedua orang itu sampai terjadi
pertarungan buru-buru dia menarik lengan Pek-li Peng dan
diajak menerobos masuk ke dalam lorong rahasia.
Terdengar Kim Hoa Hujin mengoceh kembali.
"Jika kau adalah Kim Lan atau Giok Lan dua orang dayang,
sikapnya tak akan sekurang ajar itu terhadap diriku.... jelas
kalau bukan kedua orang dayang itu, kau pastilah Gak Siau
Cha!" Sementara itu Siauw Ling serta Pek-li Peng baru saja
berbelok ke arah kiri tampaklah sebuah mutiara
bergelantungan disitu. Meski cahaya mutiara itu tidak seterang
cahaya lentera, namun secara samar2 pemandangan di sekitar
sana dapat dilihat jelas.
"Toako" bisik Pek-li Peng dengan suara lirih. "Nama Gak
Siau Cha sangat ku kenal sekali, agaknya pernah kudengar
ada orang yang menyebutnya...."
"Dia adalah seorang pendekar wanita yang tersohor sekali
dalam dunia persilatan tentu saja kau pernah mendengarnya!"
"Hmm!" seru Pek-li Peng sambil tersenyum, "Kim Hoa Hujin
telah menganggap diriku sebagai Gak Siau Cha "
Tiba-tiba ia menghentikan langkah kakinya dan mencekal
lengan Siauw Ling erat-erat, tanyanya, "Toako, kau kenal
dengan Gak Siau Cha?"
Siauw Ling terkesiap, segera pikirnya, "Pikiran bocah
perempuan ini terlalu sempit dan cupat, sedang sekarang pun
aku tak punya waktu untuk memberi keterangan kepadanya,
terpaksa untuk sementara waktu aku harus membohongi
dirinya lebih dahulu..... "
Karena berpikir demikian, ia lantas menjawab.
"Setiap jago Bu lim sering kali melakukan perjalanan di
daratan Tionggoan pasti akan mengetahui siapakah Gak Siau
Cha itu, sedangkan siauheng" Tentu saja pernah berjumpa
dengan dirinya." "Oooh.....! Kiranya begitu, rupanya Gak Siau Cha bukanlah
seorang pendekar yang benar-benar luar biasa "
"Kenapa?" "Bukankah Gak Siau Cha adalah seorang gadis?"
"Sedikitpun tidak salah!"
"Kim Hoa Hujin toh tidak tahu siapakah aku sebenarnya"
tetapi ia mengetahui bahwa Gak Siau Cha kemungkinan besar
dapat melakukan perjalanan bersama-samamu, hingga salah
menganggap diriku sebagai Gak Siau Cha. Hmmm!... aku sih
tak akan berbuat sembarangan macam nona Gak itu...."
Siauw Ling merasa amat tidak tenteram hatinya sewaktu
mendengar ucapannya melukai martabat Gak Siau Cha, tetapi
diapun merasa kesulitan jika memberi penjelasan lebih lanjut
kepadanya, karena itu dengan berlagak pilon ia mendengus.
Sementara itu mereka telah tiba di ujung lorong rahasia itu,
Siauw Ling segera mendorong sebuah pintu batu hingga
terbuka. Setelah memasang obor Siauw Ling menyapu sekejap ke
arah ruangan itu, ia lihat kamar tersebut mirip sekali dengan
sebuah kamar baca. Sebuah lampu lentera yang masih
nampak persediaan minyaknya terletak di atas sebuah meja
tulis. Pemuda itu segera mendekati lampu tadi dan menyulutnya
suasana dalam ruangan seketika berubah jadi terang
benderang. Tampaklah di belakang sebuah meja batu dan di atas
sebuah kursi kayu duduk sesosok kakek tua berwajah penuh
welas asih yang berjenggot sepanjang dada, walaupun
matanya terpejam namun senyuman manis masih menghiasi
bibirnya orang itu kelihatan segar seolah-olah seseorang yang
sedang tidur. Suara langkah kaki manusia berkumandang memecahkan
kesunyian, ketika ia berpaling terlihatlah Kim Hoa Hujin serta
Tong Lo Thay-thay secara beruntun muncul pula dalam
ruangan itu. "Mungkinkah orang ini adalah Raja Seruling Thio Hong?"
pikir Siauw Ling dalam hati sambil menatap wajah kakek itu.
Apa yang dipikirkan oleh pemuda tersebut pada saat ini
hanyalah satu yakni berusaha keras untuk menemukan Raja
Seruling Thio Hong serta berharap bisa meraba ilmu silat
seruling kumalanya hingga dalam janji di dasar tebing Toan
hun gay tiga bulan kemudian, ia dapat membantu diri Gak
Siau Cha "Tong Hujin," terdengar Kim Hoa Hujin bertanya, " apakah
orang ini adalah Raja Seruling Thio Hong?"
"Ditengah jidat Raja Seruling Thio Hong terdapat sebuah
tahi lalat berwarna hitam jika orang ini punya tahi lalat maka
dia tentulah Raja Seruling Thio Hong.
"Bodoh amat diriku ini!" pikir Siauw Ling dalam hati,
"sewaktu berada dalam ruangan tadi bukankah Tong Lo Thaythay
pernah berkata di atas jidat Raja Seruling Thio Hong
terdapat tahi lalat berwarna hitam" kenapa aku tidak ingat?"
Sewaktu ia perhatikan raut wajah kakek itu, tampaklah jidat
orang itu bersih dan sama sekali tidak tampak tahi lalatnya.
Siauw Ling segera tertegun, gumamnya seorang diri, "Kalau
begitu orang ini juga bukan Raja Seruling Thio Hong!"
Sementara itu Kim Hoa Hujin telah memperhatikan kembali
raut wajah Pek-li Peng makin dilihat ia merasa semakin yakin
bahwa lawannya adalah seorang gadis yang sedang menyaru
sebagai pria, hanya saja ia tak dapat menebak siapakah
gerangan orang itu. Sorot matanya berputar, tiba-tiba ia temukan di bawah
meja batu itu terdapat laci yang tidak tertutup rapat, satu
ingatan segera berkelebat dalam benaknya.
Dengan cepat ia melangkah maju ke depan, setelah
mengitari Siauw Ling serta Pek-li Peng, ia tarik kursi kayu itu
kemudian menggeserkan jenazah dari kakek tua berjenggot
panjang tadi. Pada dasarnya Pek-li Peng sudah menaruh rasa tak senang
terhadap Kim Hoa Hujin, melihat perempuan itu mendahului
mereka seperti hendak mencari sesuatu, hawa amarahnya
segera memuncak. Bentaknya dengan suara dingin, "Jangan
bergerak!" Sambil membentak telapak tangannya laksana kilat
membabat ke arah depan dengan dahsyatnya....
"Entah siapakah orang ini?" batin Kim Hoa Hujin dalam
hati. "Hmmm! Coba kujajal menyambut pukulannya itu...."
Berpikir demikian, tangan kanannya segera diluruskan
sejajar dada, ia sambut datangnya serangan tersebut dengan
keras lawan keras Blaaam....! Ditengah benturan keras, kedua belah pihak
merasakan lengan kanan masing-masing jadi tergetar keras
dan kaku, ternyata dalam benturan itu masing-masing pihak
berada dalam posisi yang seimbang, siapapun tidak berhasil
merebut keuntungan. "Sungguh hebat ilmu orang ini!" pikiran tersebut segera
terlintas dalam benak kedua orang itu.
Pek-li Peng yang menyaksikan Kim Hoa Hujin masih tetap
berdiri di tempat semula walaupun sudah menyambut
serangannya dengan keras lawan keras, hawa amarahnya
semakin berkobar. Sambil meletakkan kotak kayu dalam bopongannya ke atas
tanah, ia segera menerjang maju kedepan.
Gerak-geriknya ini dilakukan sangat cepat bagaikan
sambaran kilat, menanti Siauw Ling hendak mencegah sudah
keadaan terlambat. Kim Hoa Hujin menyadari bahwa ia telah berjumpa dengan
musuh tangguh. Karenanya dengan sekuat tenaga ia sambut
datangnya serangan lawan, perempuan ini tak berani
bertindak secara gegabah.
Pek-li Peng sangat bernafsu sekali, serangan gencar
dilancarkan secara bertubi-tubi semua ancaman ditujukan ke
tempat-tempat berbahaya di tubuh Kim Hoa Hujin namun
walaupun sudah mengirim dua belas jurus serangan berantai,
sayang kesemuannya berhasil dipunahkan Kim Hoa Hujin.
Sebenarnya Siauw Ling ingin turun tangan untuk melerai
pertarungan ini, tetapi setelah menyaksikan rasa benci Pek-li
Peng terhadap Kim Hoa Hujin maka ia batalkan niatannya
tersebut. Pemuda itu berharap agar pertarungan itu bisa
menyalurkan rasa dongkol yang selama ini mencekam dalam
hatinya, ia merasa jika situasi sudah kritis barulah ia akan
melerai. Karena berpendapat demikian, maka pemuda itupun segera
undurkan diri k esamping sambil berpeluk tangan belaka.
Dalam pada itu situasi dalam gelanggang pertarungan telah
berubah, setelah Pek-li Peng melancarkan serangan bertubitubi,
maka kali ini giliran Kim Hoa Hujin lah yang melancarkan
serangan balasan, ilmu pukulan jari dilancarkan dengan
sempurna dan dahsyatnya. Pukulan-pukulan berantai yang lembut tapi mengandung
ancaman yang besar ini dilancarkan dengan gencar oleh Kim
Hoa Hujin dalam waktu singkat limabelas jurus telah berlalu
namun kedua belah pihak belum kelihatan ada tanda-tanda
untuk meredakan pertarungan.
Menyaksikan kejadian itu Siauw Ling segera mengetahui
jika ia tidak keburu turun tangan maka di bawah serangan
gencar Kim Hoa Hujin yang tiada hentinya ini, sulit bagi Pek-li
Peng untuk rebut posisi baik dan lama kelamaan mungkin


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekali gadis itu akan terluka.
Karena berpikir demikian tiba-tiba ia menerjang masuk ke
dalam gelanggang pertempuran, telapak kanannya diayun
menciptakan selapis bayangan telapak yang kuat untuk
membendung serangan dari Kim Hoa Hujin, bentaknya,
"Tahan!" Kim Hoa Hujin mengiakan dan segera mundur tiga langkah
ke belakang, tegurnya?"
"Apakah kau adalah saudara Siau?"
"Tidak salah aku adalah Siauw Ling!" jawab si anak muda
itu sambil melepaskan topeng kulit yang menutupi wajahnya.
"Aaaah! Siau Tayhiap!" seru Tong Lo Thay-thay seolah-olah
baru menyadari akan sesuatu, "Sepantasnya kalau sedari tadi
aku telah menduga akan dirimu!"
Dalam ingatan boanpwee, Tong locianpwee adalah musuh
yang paling gigih dalam usaha menentang kekuasaan serta
penindasan dari Shen Bok Hong sungguh tak nyana peristiwa
yang terjadi di kolong langit kadang-kadang diluar dugaan,
beberapa bulan tak berjumpa ternyata locianpwee telah
bekerja sama dengan Shen Bok Hong " kata Siauw Ling sambil
bongkokkan diri memberi hormat.
Tong Lo Thay-thay menghela napas sedih setelah
mendengar perkataan itu, sahutnya, Apa boleh buat" aku
didesak oleh keadaan dan mau tak mau harus berbuat
demikian....." "Saudara Siau," ujar Kim Hoa Hujin pula, "puluhan lembar
jiwa keluarga Tong terancam oleh mara bahaya, mati hidup
mereka telah berada dalam cengkeraman Shen Bok Hong,
andaikata Tong Lo Thay-thay tak mau menerima perintah dari
Shen Bok Hong maka kemungkinan besar keluarga Tong di
propinsi Su chuan bakal lenyap dari permukaan bumi."
"Perbuatan serta tindak tanduknya dari Shen Bok Hong
memang terlalu keji dan tak tahu aturan, tentu saja dalam
kejadian ini tak dapat menyalahkan Tong cianpwee. "
"Meskipun mati hidup keluarga Tong kami berada dalam
kekuasaan Shen Bok Hong tetapi akupun tak ingin terlalu lama
dikuasai olehnya...." sambung Tong Lo Thay-thay
Mendadak ia berhenti bicara dan tidak melanjutkan kembali
kata-katanya Kim Hoa Hujin melirik sekejap ke arah Pek-li Peng, tiba-tiba
ia bertanya, "Saudaraku siapa sih nona ini?"
Siauw Ling tidak langsung menjawab, kepada Pek-li Peng
katanya, "Tong Lo Thay-thay serta Kim Hoa Hujin bukan orang
luar, hapuslah angus yang melekat di atas wajahmu itu dan
temuilah mereka dengan wajah aslimu!....."
"Dalam Istana Terlarang tidak terdapat angus lagi, jika
kuhapus angus ini kemana aku harus mencari lagi untuk
memulihkan penyaruanku ini?" jawab Pek-li Peng.
"Kalau nona ini tak mau bertemu dengan kami dengan raut
wajah aslinya, sudahlah jangan terlalu dipaksa," kata Kim Hoa
Hujin, "Saudara Siau beritahu saja asal usulnya yang
sebetulnya!" "Jangan beritahukan kepadanya!" seru Pek-li Peng
Siauw Ling gelengkan kepalanya berulang kali, pikirnya
dalam hati, "Sedari kecil ia sudah terbiasa dimanja oleh ayah
dan ibunya, apa saja kemauannya selalu dituruti hingga lama
kelamaan membuat tabiatnya berubah jadi kasar dan cari
menang sendiri, kalau aku tidak berusaha untuk memadamkan
kesombongannya, entah berapa banyak orang lagi yang akan
disalahi olehnya...."
Berpikir demikian, ia lantas berkata, "Peng-ji, Kim Hoa
Hujin sudah beberapa kali melepaskan budi pertolongan
kepadaku andaikata tiada bantuan serta pertolongannya
mungkin tulang belulang toako pada saat ini sudah
mendingin........" Mendengar ucapan itu, Kim Hoa Hujin tertawa terkekehkekeh.
"Haaah.... haaah.... haaah.... saudaraku kalau berbicara
janganlah terlalu sungkan-sungkan.
Dalam pada itu ketika Pek-li Peng melihat Siauw Ling
berbicara dengan wajah serius ternyata benar-benar tak
berani mengumbar wataknya lagi, ia bungkam dalam seribu
bahasa. Siauw Ling melirik sekejap ke arah Pek-li Peng, kemudian
berkata, "Berada dihadapan Tong locianpwee serta cici aku
tidak berani mengelabui atau berbohong, nona ini bukan lain
Pedang Golok Yang Menggetarkan 18 Pendekar Slebor 67 Rahasia Sebelas Jari Sang Pemikat 1
^