Pencarian

Budi Kesatria 1

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 1


Budi Kesatria Karya : Wo Lung-shen Diceritakan oleh Tjan ID
Jilid 1 DALAM kisah "MISTERI ISTANA TERLARANG" diceritakan
bahwa Shen Bok Hong didesak oleh It-bun Han Too untuk
menelan buah beracun sebagai syarat bagi dibukanya pintu
istana terlarang. Shen Bok Hong ketua dari perkampungan Pek Hoa Sanceng
yang terdesak akhirnya menyanggupi permintaan itu dan
masukkan buah beracun tadi ke dalam mulutnya.
Ciu Cau Liong yang menyaksikan kejadian itu jadi amat
terperanjat, ia segera berseru, "Toa Cungcu....."
Shen Bok Hong tertawa dingin. Pada detik terakhir sebelum
buah beracun itu masuk ke dalam mulutnya, telapak kanan
telah diayun menotok dada Ciu Cau Liong bagian depan, tapi
sebelum serangan itu mengenai sasaran, totokan tadi
mendadak berputar ke arah samping.
Segulung angin desiran tajam segera meluncur ke tengah
udara menyerang jalan darah "Ek-Hu" di tubuh It-bun Han
Too. Jarak antara kedua orang itu saling berdekatan, meskipun
It-bun Han Too amat licik tak urung ia melengak juga
menyaksikan serangan Shen Bok Hong yang tahu-tahu
mengancam tubuhnya, untuk menghindar sudah tak sempat
lagi, tahu-tahu jalan darahnya sudah termakan oleh serangan
totokan itu. Gerakan tubuh Shen Bok Hong amat cepat, tangan kanan
ia lancarkan totokan sementara tangan kirinya berkelebat
mencengkeram pergelangan tangan kiri It-bun Han Too.
Jalan darah Eng jie di tubuh It-bun Han Too kembali
tertotok, ia tertawa dingin lalu berkata.
"It-bun heng, siapa suruh kau tampik arak kehormatan
mencari arak hukuman, apa boleh buat, terpaksa aku musti
bertindak keji." Ia berpaling ke arah Ciu Cau Liong lalu menambahkan,
"Jite, cari obat racun yang tersembunyi di dalam mulutnya!"
Ciu Cau Liong terima perintah dan merenggangkan mulut
It-bun Han Too, di antara celah-celah gigi ia benar-benar
berhasil temukan sebutir pil berwarna hitam.
Shen Bok Hong memandang sekejap pil hitam itu, lalu
berkata kembali, "Orang ini tersohor karena kelicikan serta
banyak akal bulus. Menghadapi manusia semacam ini kita tak
boleh bertindak terlalu gegabah, coba carilah lagi dengan lebih
seksama, mungkin dalam mulutnya masih terdapat pil racun
yang lain." Ciu Cau Liong mengiakan. Kembali ia mencari dengan teliti.
Sedikitpun tidak salah, di antara bawah lidah kembali ia
temukan sebutir pil berwarna hitam.
Pada waktu itu pada dua jalan darah penting di tubuh Itbun
Han Too telah tertotok. Ia tak berkutik maupun bisa
berbicara, karena itu Ciu Can Liong bisa bertingkah
sekehendak hatinya. Dalam pada itu Siauw Ling dapat mengikuti jalannya
pertarungan adu otak itu dengan amat jelas, dalam hati ia
menghela napas dan berpikir, "Kelicikan serta kebusukan hati
orang-orang dunia persilatan memang luar biasa sekali."
Tampak Shen Bok Hong kembali ayunkan tangan kanannya
membebaskan It-bun Han Too dari pengaruh totokan.
kemudian sambil tersenyum ujarnya, "It-bun heng, sekarang
kau masih ada akal apalagi untuk digunakan menaklukkan aku
orang she-Shen?" It-bun Han Too menghembuskan napas panjang-panjang.
"Toa Cungcu, kau boleh hancurkan tubuhku jadi
berkeping-keping, tapi jangan harap bisa memaksa aku untuk
membuka pintu Istana terlarang!"
"Hmm! Urusan telah berubah jadi begini, apakah It-bun
heng masih ingin bersitegang dengan diriku?"
"Aku sudah bertekad untuk mati, kenapa musti putar otak
untuk mencari kehidupan?"
Shen Bok Hong tertawa hambar.
"Jarak antara kau dengan aku hanya terpaut beberapa
depa, aku yakin kau tidak ada kesempatan untuk melakukan
bunuh diri." "Haaah.... haaah...dibacok juga mati, disiksa juga mati. Apa
bedanya antara cara yang satu dengan yang lain?"
"It-bun heng, jalan pikiranmu terlalu enteng," kata Shen
Bok Hong sambil menggeleng, "seandainya kau benar-benar
tak sudi bekerja sama dengan diriku, maka aku orang she
Shen akan gunakan cara yang paling keji untuk memaksa kau
turuti kehendak hatiku!"
Ia merandek sejenak lalu tambahnya, "Cuma, aku tidak
ingin berbuat begitu."
Dalam keadaan begini It-bun Han Too benar-benar
terdesak, terpaksa ia harus terima keadaan dan mencari
kesempatan untuk pertahankan kehidupannya lebih jauh,
segera tanyanya, "Andaikata aku bisa membuka pintu istana
terlarang, bagaimana sikap Toa Cungcu terhadap diriku?"
"It-bun heng cerdik dan berpengetahuan amat luas, di
kemudian hari aku masih membutuhkan tenagamu, sudah
tentu tak mungkin kubinasakan dirimu. Sekalipun kau tak ingin
bekerja sama dengan diriku, rasanya kaupun tak akan
memusuhi aku orang she-Shen. Asal kau suka undurkan diri
dari dunia persilatan dan tidak membantu Siauw Ling untuk
memusuhi diriku, tentu saja kau bebas melanjutkan sisa
hidupmu dengan tenang."
It-bun Han Too termenung dan berpikir sebentar, kemudian
berkata, "Walaupun kau berjanji demikian, tapi aku masih
tetap tidak percaya."
"Apa yang musti aku lakukan hingga kau suka percayai
diriku?" "Kecuali kau angkat sumpah berat."
Shen Bok Hong termenung sejenak, lalu berkata,
"Andaikata kau telah membantu aku Shen Bok Hong membuka
pintu istana terlarang, sehingga seluruh isi benda dalam istana
tadi jatuh di tanganku, bilamana kubunuh dirimu maka aku
akan mendapat celaka."
"Baik! untuk kali ini aku suka mempercayai perkataanmu."
Shen Bok Hong tertawa hambar.
"Sikapku terhadap diri It-bun heng sama sekali tiada
maksud jahat, justru sikap banyak curiga dari It-bun heng lah
yang telah menimbulkan kesalahpahaman ini....."
Ia merandek sejenak lalu menambahkan, "Bilakah It-bun
heng akan membuka pintu istana terlarang?"
"Paling cepat tiga hari, atau paling lambat tujuh hari lagi?"
Shen Bok Hong mengempos tenaga muntahkan kembali
buah tak berbiji itu dari dalam mulutnya, kemudian berkata
lagi, "Baiklah, kuturuti kehendakmu itu, cuma.. seandainya
batas waktu itu telah habis dan istana terlarang belum berhasil
juga dibuka, apa yang harus kulakukan terhadap dirimu?"
"Kecuali istana terlarang tidak berada di dalam Selat ini."
"Menurut apa yang kuketahui, istana terlarang benar-benar
berada di dalam selat ini"
"Baiklah, bila aku gagal untuk membuka pintu istana
terlarang, terserah Toa Cungcu mau jatuhi hukuman apa
kepadaku!" "Hahaah.... haaaah... haaaaah... It-bun heng, harap, kau
jangan pikirkan yang bukan-bukan!" seru Shen Bok Hong
sambil menepuk bahu orang itu, "meskipun It-bun heng gagal
membuka pintu istana, asal kau telah usahakan dengan
segenap tenaga aku tetap akan berterima kasih kepada
dirimu!" Perlahan-lahan ia angsurkan buah tak berbiji tadi ke tangan
It-bun Han Too, ujarnya kembali, "Buah ini merupakan sebuah
benda yang sangat langka di kolong langit, lebih baik It-bun
heng simpan secara baik-baik."
It-bun Han Too terima kembali buah tak berbiji itu dan
masukkan ke dalam peti emas, kemudian ia duduk bersila dan
pejamkan matanya. Shen Bok Hong pun segera alihkan sorot. matanya ke atas
wajah Ciu Cau Liong, serunya ketus.
"Ji Cungcu!" Air muka Ciu Cau Liong kontan berubah hebat, buru-buru ia
bangkit berdiri dan memberi hormat, tanyanya, "Toa Cungcu
ada urusan apa?" "Kau kurang bisa menyesuaikan diri di dalam tugasmu
sehingga mengakibatkan timbulnya kesalahpahaman antara
aku dengan It-bun heng. Coba katakanlah sendiri apa yang
musti kulakukan terhadap kesalahanmu itu?"
"Aku tahu salah, terserah Toa Cungcu mau jatuhi hukuman
apa terhadap diriku."
Shen Bok Hong berpikir sejenak kemudian menjawab,
"Untuk kali ini kesalahanmu hanya akan dicatat, bila lain kali
berbuat kesalahan lagi maka kau akan kuhukum."
"Terima kasih buat kemurahan dari Toa Cungcu!"
Shen Bok Hong angkat kepala dan alihkan sorot matanya
ke arah Siauw Ling serta Pek-li Peng, lalu bertanya, "Siapakah
kedua orang itu" mau apa dia berada disini?"
"Kedua orang ini adalah pilihan It-bun heng dari antara
kawanan pekerja untuk membantu dirinya."
"Ooh...kalau begitu suruh mereka lepaskan baju pekerja itu
dan tetap tinggal di sini untuk mendengarkan perintah."
Ia merandek sejenak dan tanyanya kembali, "Kamar ini
semula milik siapa?"
"Milik hamba!" jawab Phoa Liong sambil memberi hormat.
"Berikan ruangan ini untuk It-bun heng!"
"Hamba terima perintah!"
Shen Bok Hong alihkan kembali sinar matanya ke arah Itbun
Han Too, dan ujarnya lebih jauh, "It-bun heng, barusan
aku telah mendapat kabar bahwa kecuali Lan Giok Tong si
Siauw Ling gadungan itu sudah sembunyikan sekawanan jago
lihay di sekitar selat ini, masih ada pula beberapa rombongan
jago lihay yang berduyun-duyun datang kemari, aku harus
periksa dulu daerah sekitar sini untuk bikin persiapan, maka
dari itu maaf bila aku terpaksa akan berlalu lebih dahulu."
"Toa Cungcu tak usah sungkan2, silahkan!" sahut It-bun
Han Too sambil membuka matanya.
Begitulah Shen Bok Hong diikuti Ciu Cau Liong sekalian
segera undurkan diri dari ruangan batu.
Suasana dalam ruangan tiba-tiba berubah jadi sunyi
senyap, begitu hening sampai dengusan napaspun
kedengaran dengan nyata. Waktu itu, dalam ruangan batu kecuali terdapat Siauw Ling
serta Pek-li Peng hanya Phoa Liong seorang yang masih tetap
berada di dalam ruangan. Terdengar orang itu buka suara memecahkan kesunyian,
"It-bun sianseng. apakah kau masih membutuhkan tenagaku?"
"Tidak...." jawab It-bun Han Too, ia sapu sekejap wajah
Siauw Ling serta Pek-li Peng kemudian melanjutkan.
"Ambilkan dua stel baju baru untuk mereka berdua, dan
bawakan air bersih biar mereka cuci muka!"
"Baik! aku segera membawa mereka pergi ganti pakaian."
"Mereka tak usah pergi, tolong Phoa-heng ambilkan saja
dua stel pakaian untuk mereka berdua."
Phoa Liong mengiakan, dengan, langkah lebar ia segera
berlalu dari ruangan. Ditatapnya bayangan punggung orang she Phoa itu hingga
lenyap dari pandangan, kemudian It-bun Han Too menggape
ke arah Siauw Ling berdua sambil ujarnya, "Coba kemarilah
kalian berdua." Siauw Ling termenung sejenak kemudian bangkit dan maju
ke depan. "Sudah lama kalian berdua bekerja di sini?" tanya It-bun
Han Too sambil menatap wajah mereka berdua tajam-tajam.
"Lama sekali!" "Kalau dibicarakan, bekerja sebagai tenaga kasar jauh
berbeda kalau dibandingkan bekerja dengan diriku."
"Pinter amat orang ini," batin Siauw Ling. "Sekarang ia
berada dalam posisi yang terdesak dan sebatang kara,
rupanya ia pingin cari teman lama membantu usahanya. Aaai!
dengan kedudukannya yang begitu tinggi, ternyata sudah
mencari hubungan dengan seorang pekerja yang rendah
kedudukannya, keadaan yang dialami orang ini memang
mengenaskan sekali...."
Dalam hati berpikir namun di luaran ia menyahut, "Kalau
dibandingkan sudah tentu bekerja mengikuti sianseng jauh
lebih enak dari pada musti bekerja kasar!"
It-bun Han Too tersenyum.
"Dewasa ini di dalam selat boleh dibilang kalian berdualah
sahabat karibku....tidak sulit buat kalian ingin tinggalkan
tempat ini, asal kamu berdua mau bekerja sama dengan diriku
dan mendengarkan perkataanku, maka dengan amat mudah
kalian bisa segera berlalu dari sini."
"Kalau memang begitu, kami berdua akan menantikan
bantuan sianseng!" "Baik! setelah ganti pakaian nanti, tunggu saja di sisi
tubuhku, asal kalian setia kepadaku maka aku pasti akan
bantu kalian untuk tinggalkan selat ini."
"Terima kasih sianseng!" setelah menjura ia pun
mengundurkan diri ke sudut ruangan.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Pek-li Peng
mengikuti di belakang tubuh Siauw Ling kembati ke tempat
semula. Sementara itu It-bun Han Too mendongak memandang
cuaca, setelah menghela napas, Ia pejamkan kembali
matanya. Selama ini Siauw Ling selalu mengawasi tingkah laku dari
It-bun Han Too, ditinjau dari wajahnya yang murung, kesal
bercampur sedih, satu ingatan segera berkelebat di dalam
benaknya, diam-diam ia berpikir, "Kekejaman serta kekejian
Shen Bok Hong rupanya sudah bikin hatinya keder, bila saat
ini kuutarakan asal usulku mungkin kita bisa bekerja sama,
asal dia sudah menyanggupi maka dengan perlindungannya
Peng-ji bisa kuutus naik ke puncak untuk mengundang
kehadiran sepasang pedagang dari Tiong-ciu."
Berpikir sampai disitu ia segera bangkit berdiri dan berjalan
menghampiri It-bun Han Too.
Kewaspadaan It-bun Han Too ternyata sangat tinggi, begitu
mendengar suara langkah kaki dia segera buka matanya
lebar-lebar dan menatap wajah si anak muda itu dengan sorot


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mata tajam, tegurnya, "Ada urusan apa?"
Sebenarnya Siauw Ling hendak menerangkan asal usulnya
dan ajek dia untuk bekerja sama, tetapi setelah menyaksikan
kelicikan yang menyelimuti wajahnya, dalam hati pemuda itu
merasa amat terperanjat, pikirnya, "Orang ini licik dan banyak
akal, mungkin bukan seorang manusia yang dapat diajak
bekerjasama......" Karena mempunyai pikiran begitu, sambil berdehem
sahutnya, "Aku telah teringat akan satu urusan dan ingin
kulaporkan kepada diri sianseng."
"Urusan apa?" nada suaranya jauh lebih lunak.
Ucapan tadi sebenarnya hanya suatu kata spontan yang
diucapkan Siauw Ling untuk menutupi. rahasianya, setelah
didesak terpaksa ia keraskan kepala dan menjawab, "Aku
hendak membicarakan persoalan tentang selat ini, apakah
sianseng suka untuk mendengarkan?"
"Baik, katakanlah berapa banyak yang kau ketahui katakan
semua kepadaku, semakin banyak semakin baik."
"Kedudukanku di dalam selat ini amat rendah, urusan yang
kuketahui juga ada batasnya, mungkin apa yang ingin
kukatakan sudah diketahui sianseng lebih dahulu."
"Perkataan ini diucapkan untuk mengulur waktu sementara
otaknya bekerja keras untuk memikirkan soal apa yang harus
dikatakan. Air muka It-bun Han Too berubah semakin merah lagi,
katanya, "Tidak mengapa, jangan kau perduli apakah aku
sudah tahu atau belum, utarakan saja sejelasnya."
?"Aku...aku mau berbicara mengenai soal istana
terlarang...!" seru Siauw Ling dengan paniknya.
"Sstt...perlahan sedikit. Kenapa?"
"Aku...aku pernah menyaksikan seorang pekerja
menemukan sebuah gelang emas di tepi telaga yang ada di
bawah bukit situ!" "Sekarang gelang emas itu berada di mana"
"Orang itu sudah serahkan kepada mandor kami,
bagaimana selanjutnya aku sendiri pun tidak tahu."
"Kau kenal dengan orang itu?"
"Kenal!" "Bagus sekali, pergi dan ambil benda itu lalu serahkan
kepadaku. Mungkin gelang emas itu akan memberikan
bantuan yang besar untuk membuka istana terlarang."
Satu ingatan berkelebat dalam benak Siauw Ling, pikirnya,
"Kenapa aku tidak gunakan kesempatan ini untuk mengutus
Pengji pergi menghubungi sepasang pedagang dari Tiong
ciu?" Karenanya ia lantas berkata, "Walaupun aku kenal orang itu
tapi hubungan kami tidak begitu rapat, cuma Pekli heng sudah
lama bergaul dengan dirinya, lebih baik utus saja saudara ini."
"Bagus sekali, bisa dicuri usahakanlah curi atau kalau tidak
bisa dicuri minta saja terang2an."
"Kalau begitu biar kusampaikan pesanmu ini kepada Pek-1i
heng, tapi untuk sementara waktu dia musti kembali dulu ke
dalam rombongan para pekerja...."
Ia merandek sejenak, lalu menambahkan, "Nanti
seandainya mandor atau Ciu ji Cungcu menanyakan tentang
dirinya, apa yang harus kami katakan?"
"Jangan kuatir, aku punya akal untuk menghadapi mereka,
cepat suruh dia pergi!"
Siauw Ling mengiakan, sekembalinya ke sudut ruangan
dengan ilmu menyampaikan suara segera pesannya, "Peng-ji,
usahakanlah pulang ke puncak gunung melalui jalan semula,
beritahu sepasang pedagang dari Tiong-ciu agar mereka
masuk ke dalam selat ini lewat jalan rahasia dan untuk
sementara sembunyi dahulu di balik semak belukar."
Bicara sampai disitu, sengaja ia perkeras suaranya dan
melanjutkan, "Pek-li heng, setelah mendapatkan gelang emas
itu cepat-cepatlah balik kemari, lebih baik dicuri saja."
Pek-li Peng mengangguk dan segera melangkah keluar.
Sementara itu Phoa Liong dengan membawa dua setel
pakaian sedang berjalan masuk ke dalam, melihat Pek-li Peng
mau keluar dari ruangan itu nampak tertegun dan tidak habis
mengerti. It-bun Han Too mendehem dan berebut bicara lebih dulu.
"Aku suruh dia pergi mencari sesuatu benda, untuk
sementara waktu tak usah tukar pakaian dulu."
Phoa Liong taruh pakaian itu di atas meja dan berkata,
"Aku mendapat perintah dari Toa Cungcu untuk tetap tinggal
di sini melayani sianseng, bila kau ada keperluan silahkan
perintah diriku saja .. ....."
---ooo0dw0ooo--- "Melayani" heheh.... heeeh.... heeh mungkin sedang
mengawasi diriku. bukan begitu?" ejek It-bun Han Too sambil
tertawa dingin. "Tentang soal ini aku tak berani."
"Hmm, bekerja menurut perintah orang. kebebasanmu
sudah tak ada sama sekali, meskipun kau ditugaskan untuk
mengawasi aku pun tak nanti menyalahkan dirimu."
"Perintah dari Toa Cungcu memang benar-benar suruh aku
datang kemari melayani keperluan sianseng."
"Kalau memang begitu, tolong sampaikan kepada Toa
Cungcu! selama aku putar otak memikirkan cara untuk
membuka pintu istana, dua orang pekerja itu sudah cukup
menolong diriku, Phoa-heng lebih baik tak usah repot-repot."
Siauw Ling yang mendengar pembicaraan itu di dalam hati
segera pikirnya, "Seandainya ia tahu kalau Phoa Liong telah
mengkhianati perkampungan Pek Hoa Sanceng, mungkin
tawarannya itu tak akan ditampik.
Tampak Phoa Liong melengak dan segera memberi hormat.
"Kalau begitu aku mohon diri lebih dahulu!" katanya
kemudian sambil melangkah ke luar.
"Setelah orang ini kuusir, ia pasti akan mengadu
kejelekanku di hadapan Shen Bok Hong," pikir It-bun Han Too,
"Dewasa ini keadaan amat mendesak, lebih baik aku tak usah
menyalahi dirinya..."
Ingin sekali ia panggil kembali mandor itu, tapi akhirnya
keinginan itu ditahan kembali.
Waktu berlalu dengan cepatnya. siang pergi dan malampun
menjelang tiba.. Selama ini She Bok Hong tak pernah mengutus orang untuk
menyambangi It-bun Han To lagi, kecuali pelayan yang
menghidangkan makanan lezat serta sebuah lampu
penerangan. Rupanya It-bun Han Too sudah menaruh kepercayaan
terhadap diri Siauw Ling, ternyata pemuda itu diundarg untuk
bersantap bersama-sama diriinya.
Dalam hati Siauw Ling amat menguatirkan Pek-li Peng.Ias
kehilangan nafsu tuakan dan hanya menghabiskan semangkok
nasi belaka. Suatu ketika terdengar It-bun Han Too menghela napas
panjang, tegurnya, "Bagaimana dengan ilmu silat yang kau
miliki?" "Ilmu silat yang dimiliki hanya bisa dianggap sebagai biasa
saja, tiada kehebatan apa pun yang bisa ditonjolkan."
"Di kemudian hari, aku bisa memberi petunjuk ilmu silat
kepadamu!" "Terima kasih It-bun sianseng!"
It-bun Han Too angkat kepala memandang sekejap dinding
rumah, lalu gumamnya kembali.
"Saudara Pek-li sudah lama perginya."
"Benar," sahut Siauw Ling yang sedang merindukan pula
keselamatan Pek-li Peng. Ila sudah pergi delapan jam,
semestinya sekarang sudah kembali ke sini!"
"Gelang mas itu amat penting artinya, semoga ia berhasil
mendapatkannya." "Huuh.... sekalipun dia datang, belum tentu ada gelang mas
tersebut......" batin Siauw Ling.
Ia menyadari bahwa kecerdasan maupun
ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong amat luar biasa,
kewaspadaannya melebihi orang biasa, bila rahasia Pek-li
Peng ketahuan maka keselamatannya pasti terancam. Karena
berpikir begitu, maka dia pun lantas bangkit berdiri.
"Ei....apa yang hendak kau lakukan?" tegur It-bun Han Too
terperanjat. "Aku ingin mencari jejak saudara Pek-li."
"Baik, cepat-cepatlah kembali!"
Siauw Ling mengangguk, ia putar badan dan keluar dari
gua batu tersebut. Waktu itu malam telah tiba, suasana dalam gua gelap gulita
tapi dengan ketajaman mata si anak muda itu, dengan amat
mudah ia berhasil keluar dari dalam gua.
Pintu baja tertutup rapat, ketika ia keluar dari sana
terlihatlah bintang bertaburan di angkasa, rembulan
bersembunyi di balik awan dan ketika itu waktu sudah
menunjukkan kentongan ketiga.
"Andaikata Peng-ji serta Tiong-Chiu Siangku tidak tertawan,
mungkin mereka masih tetap bersembunyi di mulut gua
tersebut," pikir pemuda itu di dalam hati, "Sekarang kebetulan
sekali rembulan berada di balik awan, inilah kesempatan yang
paling baik bagi mereka untuk bertindak. Baiklah aku tunggu
sejenak lagi.. ." Baru saja ingatan tersebut berkelebat lewat di dalam
benaknya tampak dua sosok bayangan manusia laksana
sambaran petir telah meluncur datang.
Siauw Ling hendak menyembunyikan diri ke balik gua tapi
terlambat. Laksana kilat kedua sosok bayangan manusia tadi sudah
berada kurang lebih empat lima kaki di hadapan Siauw Ling,
empat buah mata yang tajam menatap wajah pemuda itu
tanpa berkedip. Siauw Ling diam-diam perhatikan pula pihak lawan. Ia lihat
orang yang berada di sebelah kiri berbadan tinggi berjenggot
hitam dengan sebilah pedang tersoren di punggung,
sedangkan orang di sebelah kanan berwajah bersih tanpa
jenggot, sebilah pedangpun tersoren di atas punggungnya.
Dandanan mereka berdua tak berbeda jauh semuanya
mengenakan pakaian ringkas berwarna abu-abu. Kiranya
mereka adalah Kiam bun Siang-Ing, sepasang pendekar dari
Kiam bun, yakni Tiu Hong Kiam, si pedang pengejar angin Pay
Pek li serta Pu In Kiam, si pedang tanpa bayangan, Tham
Tong. "Siapa kau?" Pay Pek-li segera menegur sambil menatap
wajah lawannya tajam-tajam.
"Hamba she Gak......"
"Kau bekerja di dalam selat ini?"
"Betul. Hamba bekerja di bawah pimpinan mandor Phoa,
sekarang ditugaskan melayani keperluan It-bun sianseng."
Pay Pek-li termenung sejenak, kemudian tanyanya lagi,
"Baik-baikkah It-bun sianseng?"
"It-bun sianseng baik sekali, sekarang ia sedang
bersemedi." "Saudara," ujar Pay Pek-li sambil melirik sekejap ke arah
Tham Tong, "Bagaimana kalau kita jenguk It-bun sianseng?"
"Baiklah, berhati-hati memang tak ada salahnya."
Pay Pek-li segera ulapkan tangannya.
"Ayoh ajak kami temui It-bun sianseng!"
"Sepasang pendekar dari Kiam-bun ini sudah menaruh rasa
tidak puas terhadap diri Shen Bok Hong," batin Siauw Ling
dalam hati. "Agaknya pada saat ini mereka sudah tidak puas terhadap
junjungannya," Pemuda itupun menyadari, bila rahasianya
ketahuan maka ia akan tersudut dan tak akan sanggup
menghadapi serangan gabungan antara Shen Bok Hong
dengan para jago-jagonya. Karena itu terpaksa ia menahan
sabar dan masuk kembali ke dalam goa.
Tindak tanduk Kiam-bun Siang-ing ternyata sangat berhatihati,
dengan Siauw Ling mereka tetap mempertahankan jarak
sejauh tiga langkah. Setibanya di mulut gua, peronda itu berhenti dan berseru,
"It-bun sianseng, ada orang datang menjenguk dirimu!"
Dengan ilmu silat yang dimiliki It-bun Han Too. tentu saja
suara langkah kaki manusia itu tak akan lolos dari
pendengarannya, tapi ia pura-pura berlagak pilon, setelah
mendengar seruan dari Siauw Ling ia baru angkat kepala
sambil bertanya "Siapa?" "Kiang bun Siang-ing datang menjenguk It-bun sianseng?"
kata Pay Pek-li sambil melangkah masuk ke dalam.
It-bun Han Too melirik sekejap ke arab Pay Pak-li serta
Tham Tong, kemudian ia baru menyahut, "Ooh...kiranya Payheng
serta Tham-heng. Entah ada urusan apa kalian berdua
datang kemari!" "Maaf, kalau kedatangan kami telah mengganggu
ketenangan It-bun sianseng..."
"Hmm, aku mendapat perintah dari Toa Cungcu untuk
memikirkan cara membuka pintu istana terlarang, andaikata
kalian berdua tidak ada urusan....harap silahkan!"
Perintah pengusiran terhadap tetamu yang diucapkan
dalam pertemuan yang baru saja berlangsung ini jauh di luar
dugaan Kiam-bun siang-ing. tanpa sadar mereka jadi tertegun.
Si pedang tanpa bayangan Tham Tong mendehem ringan,
katanya, "Kalau tak ada urusan kamipun tak akan datang
mengganggu ketenanganmu, kami hanya ingin menanyakan
satu persoalan kepada diri It-bun sianseng!"
"Urusan apa?" Tham Tong berpaling ke arah Siauw Ling dan serunya,
"Apakah pekerja ini bekerja menurut perintah dari It-bun
sianseng?" "Sedikitpun tidak salah, Ciu ji Cungcu yang telah pilihkan
pembantu ini untuk membantu diriku, apakah kalian berdua
ada pendapat lain?" "Ooohh...tidak, kami cuma merasa curiga atas tindak
tanduknya yang mencurigakan, lagipula memakai baju
pekerja. Maka dari itu sengaja kami hendak mengusut urusan
ini dari mulut It-bun sianseng."
"Bukankah sekarang sudah kalian tanyakan?"
"Bila kami telah mengganggu ketenangan sianseng, harap
kau suka memaafkan...." buru-buru Pay Pek-li berseru, sambil
menarik ujung baju Tham Tong mereka segera mengundurkan
diri dari ruang batu itu.
Menanti kedua orang itu mengundurkan diri agak lama. Itbun
Han Too baru berbisik kepada Siauw Ling, "Mereka sudah


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pergi?" "Sudah!" "Kau ditangkap dimana"
"Ketika berada di mulut gua tadi, kebetulan mereka sedang
meronda maka setelah bertemu dengan aku mereka lantas
paksa aku untuk balik kemari...."
"Sudah berjumpa dengan saudara Pek-li?"
"Belum kelihatan!"
It-bun Han Too segera mengerutkan dahinya.
"Sudah begini lama ia juga belum kembali, mungkin
keadaannya lebih banyak bahaya dari pada keberuntungan."
Mendadak tampak bayangan manusia berkelebat lewat,
tahu-tahu Pek-li Peng munculkan diri di dalam ruangan.
"Sungguh cepat gerakan tubuhnya," puji It-bun Han Too
dengan nada tercengang. Siauw Ling sendiripun merasa terkejut, pikirnya, "Aduuuh
celaka, kali ini It-bun Han Too pasti akan menaruh curiga
terhadap kami berdua....."
Rupanya Pek-li Peng menyadari akan kekhilafannya,
sengaja ia terengah2 sambil serunya, "Pekerja yang
menyimpan gelang emas itu tidak ada."
"Pergi kemana?"
"Aku tak tahu!"
Dengan sorot mata yang tajam It-bun Too menatap wajah
Pek-li Peng tak berkedip, ujarnya kembali, "Ilmu meringankan
tubuh yang kau miliki sungguh tidak jelek!"
"Penjagaan di luar ruangan sangat ketat, orang yang
melakukan perondaan berlalu lalang tiada hentinya, barusan
hamba bersembunyi di belakang batu besar di depan ruangan
sana. Untung kedua orang itu sedang bercakap2 dengan
sianseng dan tidak sampai memperhatikan diriku."
"Barusan kau meloncat dari mana?"
"Dari pintu luar!"
It-bun Han Too memandang sekejap cuaca gelap di luar
ruangan, kemudian katanya, "Ehmm. jarak delapan depa......"
"Hamba bisa kerahkan segenap tenaga yang ada untuk
meloncat masuk ke dalam ruangan!"
"Ehmm. Kau mempunyai dasar ilmu meringankan tubuh
yang bagus, bila dilatih lebih rajin niscaya akan peroleh
kemajuan yang pesat."
"Harap sianseng suka memberi petunjuk ketika hamba
belajar ilmu silat tempo dulu suhuku sering memuji hamba
yang katanya lebih cocok belajar ilmu meringankan tubuh."
"Perawakanmu kurus kecil, potongan semacam inilah yang
paling ideal untuk belajar ilmu meringankan tubuh....." ia
merandek sejenak. "Sana, pergilah tukar pakaian!"
Pek-li Peng memberi hormat, bersama-sama Siauw Ling
mereka segera mengundurkan diri ke sudut ruangan.
It-bun Han Too padamkan lampu lentera dan duduk
bersemedi. Siauw Ling tetap duduk tenang, ditunggunya sampai napas
It-bun Han Too makin lama semakin kecil, kemudian dengan
ilmu menyampaikan suara, ujarnya, "Peng jie, Sepasang
pedagang dari Tiongchiu sudah ditemukan?"
"Sudah, mereka telah masuk ke dalam selat dan seperti
yang toako pesankan tadi, aku suruh mereka
menyembunyikan diri ke dalam semak belukar, tapi mereka
bersikeras hendak menyatu sebagai pekerja dan
mencampurkan diri ke dalam rombongan pekerja itu."
"Kemudian?" "Kemudian aku bilang pesan toako untuk bersembunyi di
dalam semak, akhirnya apa boleh buat merekapun
bersembunyi di semak tersebut."
"Bagus sekali. Apakah kau sudah menjanjikan tanda kode
kepada mereka?" "Sudah." Ia merandek sejenak, kemudian terusnya, "Aku sudah silaf
hingga terlalu cepat meloncat masuk ke dalam ruangan,
mungkin It-bun Han Too sudah merasa curiga terhadap kita
berdua seandainya karena urusan ini hingga rencana toako
gagal..... Aaaiiii. bagaimana baiknya".., "
---ooo0dw0ooo--- Siauw Ling termenung sebentar lalu menjawab, "Tak usah
kuatir, meskipun ia sudah menaruh curiga tapi kalau ditinjau
dari perubahan wajahnya mungkin ia punya rencana lain,
mungkin juga ia hendak menggunakan kita untuk
mewujudkan cita citanya, dalam keadaan begini tak nanti ia
ungkap masalah ini kepada Shen Bok Hong. Asal ia tidak
berbicara dengan gembong iblis itu maka kita pun tak usah
kuatir." Perlahan-lahan Pek-li Peng sandarkan tubuhnya ke atas
dada Siauw Ling, bisiknya lagi, "Asal toako tidak marah,
akupun bisa berlega hati!"
Ia pejamkan mata dan lantas tertidur.
Dalam ruangan yang begitu gelap sebenarnya Siauw Ling
ingin mendorong tubuh gadis itu, tapi setelah mendengar
napasnya yang begitu teratur, jelas sudah tertidur pulas ia jadi
tak tega membangunkannya.
Waktu berlalu dengan cepatnya, secara beruntun It-bun
Han Too sudah tiga hari tiga malam berdiam dalam ruangan
itu. Selama tiga hari ini Shen Bok Hong tak pernah datang
menjenguk kecuali mengutus orang untuk menghantar sayur
dan arak. Siauw Ling dan Pek-li Peng terpaksa harus menggunakan
kesabaran yang paling besar untuk menahan diri selama tiga
hari. Hari keempat menjelang tiba, sampai tengah hari It-bun
Han Too belum juga memperlihatkan gerak-gerik apapun,
lama kelamaan Siauw Ling tak sabar lagi, segera pikirnya,
"Seandainya hari ini ia belum menunjukkan gerakan apa-apa
lagi, terpaksa aku harus totok jalan darahnya dan mengajak
Peng ji tinggalkan tempat ini.
Belum habis ingatan itu berkelebat lewat, mendadak
terdengar suara langkah kaki yang ramai berkumandang
datang. Ketika ia angkat kepala, tampaklah Shen Bok Hong diiringi
Ciu Cau Liong, Tang Hiong Ciang, Kim Hoa hujin serta Tong Lo
Thay-thay yang bercelana hijau, berambut putih dan
membawa tongkat kepala burung hong berjalan masuk ke
dalam. Kemunculan Kim Hoa hujin tidak begitu mengherankan,
tapi kemunculan Tong Lo Thay-thay dari keluarga Tong yang
tersohor sebagai ahli senjata rahasia dari propinsi Sucwan ini
sangat mencengangkan hati pemuda kita.
Tampak Shen Bok Hong dengan wajah penuh senyuman
menghampiri diri It-bun Han Too, tegurnya lirih.
"It-bun heng!" "Ooh.... Shen Toa Cungcu," sahut It-bun Han Too sambil
buka matanya lebar-lebar. "Ada urusan apa?"
"Ini hari adalah hari keempat, apakah It-bun heng sudah
berhasil menemukan jalan keluar?"
"Sudah!" jawab It-bun Han Too sambil mengangguk.
Jawaban ini bukan saja jauh di luar dugaan Shen Bok
Hong, bahkan Siauw Ling pun jadi tercengang.
Setelah tertegun beberapa saat lamanya, Shen Bok Hong
berkata lagi, "Maksudku, apakah It-bun heng telah
menemukan cara untuk membuka istana terlarang?"
"Kalau istana terlarang betul-betul berada di lembah ini aku
percaya pintu istana tersebut pasti dapat ditemukan,
sanggupkah aku membuka pintu istana, baru bisa kukatakan
setelah pintu itu kutemukan."
"Kecerdasan It-bun heng benar-benar luar biasa, tak
seorangpun diantara kami yang bisa menandingi
kecerdikanmu...." Sorot matanya menyapu sekejap wajah Siauw Ling serta
Pek-li Peng, kemudian tambahnya, "Kedua orang pekerja itu
bodoh dan lamban, mereka tak akan bisa melayani keperluan
It-bun heng. Sengaja aku telah pilihkan dua orang dayang
cantik untuk melayani dirimu...."
Bicara sampai disitu ia lantas menoleh ke luar pintu,
serunya, "Kalian boleh masuk, cepat temui tuan It-bun!"
Dua orang dayang cantik dengan mengenakan gaun
berwarna hijau segera melangkah masuk ke dalam ruangan,
usia mereka di antara delapan sembilan belas tahunan,
matanya bulat dengan alis yang tipis, raut wajah mereka
berdua amat cantik. "Menemui tuan It-bun...." seru mereka berbareng sambil
memberi hormat kepada orang itu.
It-bun Han Too yang selama hidupnya amat suka bermain
perempuan, saat ini dengan wajah dingin melirik sekejap ke
arah mereka berdua, lalu ujarnya ketus, "Kalian berdua
silahkan bangun...." Kepada Shen Bok Hong, serunya, "Aku
merasa tiada keberuntungan untuk menikmati kecantikan
mereka. Lebih baik Toa Cungcu gunakan sendiri! Aku pikir
kedua orang pekerja itu sudah cukup untuk melayani diriku."
Shen Bok Hong jadi tertegun, ia tak mengira It-bun Han
Too yang biasanya amat senang main perempuan sekarang
telah menampik suguhannya, tapi sejenak kemudian setelah
ditampik suguhannya tapi sejenak kemudian ia telah
tersenyum kembali. "Aah ....mungkin raut wajah kedua orang dayang ini kurang
cantik, hingga tidak memenuhi selera It-bun heng?"
It-bun Han Too tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya
malah balik bertanya, "Sekarang jam berapa?"
"Mendekati tengah hari!"
"Urusan tak boleh terlambat lagi. Satu jam kemudian aku
akan mulai turun tangan mencari pintu masuk Istana
Terlarang." Dalam hati Shen Bok Hong merasa amat girang tapi rasa
gembiranya itu tidak sampai diutarakan di atas wajah, sambil
tertawa hambar, katanya, "Kenapa musti terburu-buru" besok
saja toh tidak jauh berbeda......"
"Lebih baik cepat-cepat turun tangan dan temukan letak
Istana Terlarang, dengan begitu aku pun bisa cepat-cepat
tenangkan hatiku......" Ia marah sejenak, lalu menambahkan,
"Harap Toa Cungcu suka siapkan dua puluh orang pria yang
kekar dan sehat untuk menunggu perintah."
"Baik!" Shen Bok Hong mengangguk, "It-bun heng masih
membutuhkan apa" Katakan saja."
"Tak usah, aku masih harus memperhitungkan satu
persoalan, bila Toa Cungcu tak ada urusan lagi, silahkan pergi
beristirahat." "Kalau memang begitu, akupun tak akan mengganggu lebih
lanjut" perlahan-lahan ia mendekati Siauw Ling serta Pek-li
Peng lalu terusnya dengan nada ketus, "Sungguh luar biasa
sekali, tak nyana kalian berdua bisa peroleh perhatian dari Itbun
sianseng. Baik-baiklah melayani tuan ini, di kemudian hari
tentu ada kebaikan bagi kalian berdua."
Siauw Ling serta Pek-li Peng sama-sama memberi hormat
menyatakan terima kasihnya, sikap maupun gerak-geriknya
menunjukkan rasa hormat yang amat tebal.
Shen Bok Hong melirik kembali ke arah It-bun Han Too,
kemudian diiringi Ciu Cau Liong sekalian mengundurkan diri
dari ruangan. Menanti bayangan tubuh beberapa orang itu sudah
menjauh, It-bun Han Too baru berdiri, serunya sambil
menggape ke arah Siauw Ling, "Kau! coba kemari..."
"Orang ini tua-tua keladi, otaknya tajam dan licik luar biasa.
entah apa yang sedang dipikirkan olehnya?" batin Siauw Ling.
Ia segera maju kedepan sambil bertanya, "Sianseng ada
urusan apa?" "Apakah pintu batu itu bisa ditutup?"
"Di dalam terdapat rantai besi, pintu itu bisa dikunci dari
dalam." "Untuk memasuki ruangan batu ini, apa cuma sebuah jalan
tembus ini saja?" "Tidak salah, hanya ada satu jalan tembus ini saja?"
"Bagus sekali, pergilah kesitu dan rantai pintu tengah."
Siauw Ling melirik sekejap ke arah Pek-li Peng lalu dengan
langkah lebar keluar dari ruangan, merantai pintu dan balik
lagi ke dalam ruangan. Tampaknya It-bun Han Too masih duduk di dalam ruangan
tengah, dengan wajah serius ujarnya, "Coba kalian berdua
datanglah kesini." Pek-li Peng serta Siauw Ling bersama-sama maju ke depan.
It-bun Han To menatap tajam wajah kedua orang itu,
kemudian ujarnya, "Pada saat ini dalam kamar tiada orang lain
kecuali aku seorang, tidak nanti aku ada niat untuk mencelakai
kamu berdua, harap kalian utarakan asal usulmu yang
sebenarnya." "Orang ini tersohor karena liciknya," pikir Siauw Ling dalam
hati. "Seandainya ia tahu asal usulku yang sebenarnya, sukar
dibayangkan apa yang hendak dilakukan terhadap diriku."
Keadaan amat mendesak, biar kubohongi dirinya saja.
Apa yang dipikirkan memang bagus, sayang pemuda yang
tak pernah berbohong ini jadi kebingungan apa yang musti
dikatakan. Untuk sesaat ia jadi berdiri melongo.
Pek-li Peng sendiripun tak tahu mesti berbuat apa untuk
menghadapi keadaan itu, ia cuma memandang ke arah Siauw
Ling sambil membungkam. Terdengar It-bun Han Too berkata, "Secara diam-diam aku
telah mengawasi terus gerak-gerik kalian berdua, jelas kamu
bukanlah pekerja dari lembah ini. Bila dugaanku tidak salah
maka kalian berdua sudah agak lama menyusup kemari, Phoa
Liong si mandor itu kalau bukan komplotanmu pastilah sudah
kau taklukkan dengan suatu cara yang jitu, maka dari itu dia
selalu berusaha untuk melindungi keselamatan kalian."
Kebetulan Siauw Ling sedang kelabakan dibuatnya.
Mendengar perkataan itu hatinya jadi tergerak, jawabnya,
"Pengamatan sianseng memang sangat tepat. Aku memang
mendapat tugas menyusup ke dalam selat ini."
"Mendapat perintah dari siapa?"
"Aku harus mencari nama seseorang yang ditakuti olehnya.
pikir pemuda itu. Dengan demikian baru ia tak berani
menyatroni orang itu!"
Berpikiran demikian ia lantas menyahut, "Seorang jago
yang bernama Lan Giok Tong, entah sianseng kenal atau
tidak?"

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oooh.... apakah orang yang pernah menyaru sebagai
Siauw Ling gadungan itu?"
"Tidak salah, memang Lan kangcu itu."
It-bun Han Too menunduk dan berpikir sejenak, kemudian
tanyanya lagi, "Mau apa dia utus kalian berdua datang
kemari?" Dengan pengalamannya yang semakin bertambah, Siauw
Ling tahu bila semua jawaban diberikan maka pihak lawan
malahan akan menaruh curiga. maka ia lantas berkata,
"Tentang soal ini" maaf aku tak bisa mengatakannya. Cuma
yang penting aku berdua tidak menaruh maksud jahat
terhadap sianseng." Air muka It-bun Han Too berubah hebat, serunya dingin,
"Dalam hati kalian berdua musti tahu, pada saat ini asal
kukatakan sepatah kata saja maka kalian berdua akan
terkubur disini." "Andaikata ia benar-benar berbuat demikian," pikir Siauw
Ling. "Terpaksa aku harus menggunakan cara yang sama
ketika menghadapi Phoa Liong tempo dulu untuk menghadapi
dirinya...." Ia menoleh dan tampaklah Pek-li Peng sedang mengawasi
dirinya dengan mata melotot besar. Di antata sorot matanya
jelas memperlihatkan bahwa ia sedang menantikan petunjuk
dari pemuda itu. It-bun Han Too sendiri walaupun pernah menyaksikan
sendiri betapa gesitnya gerakan tubuh Pek-li Peng, tapi Ia
yakin dengan ilmu silatnya yang amat lihai masih dapat
mengatasi kedua orang ini. Tentu saja ia tak pandang sebelah
matapun terhadap mereka berdua.
"Gila kalian berdua ingin pertahankan kehidupan, aku
mempunyai cara bagus yang dapat kalian tempuh."
"Apa caramu itu?"
"Mulai sekarang, baktikanlah seluruh pikiran dan tenagamu
untuk membantu diriku."
Untuk sesaat Siauw Ling tak berhasil menemukan jawaban
yang tepat. Ia bungkam dalam seribu bahasa.
Tampak It-bun Han Too membuka peti emasnya dan ambil
keluar dua butir pil berwarna hijau, tambahnya, "Kalau kalian
berdua mau takluk kepada loohu, telanlah kedua butir pil ini
secepatnya, aku pasti akan melindungi keselamatan kamu
berdua." Dalam hati Siauw Ling merasa gusar, pikirnya, "Kekejaman
dan kelicikan orang ini tidak berbeda jauh dengan Shen Bok
Hong, ia hendak menggunakan bahan obat untuk menguasai
kesadaran orang hingga tenaga kami bisa digunakan
sekehendak hatinya, manusia semacam ini musti diberi
pelajaran......" Ia berusaha keras menekan hawa amarah yang berkobar
dalam hatinya, lambat-lambat ujarnya, "Tadi sianseng
berusaha menggunakan pengaruh obat untuk menguasai Shen
Bok Hong tapi niat itu tak terwujud, rupanya ingatan semacam
itu masih saja berkecamuk dalam pikiranmu."
"Setiap orang kangouw licik dan banyak akal, mau tak mau
aku musti melakukan persiapan, dalam keadaan begini seluruh
pikiranku harus dicurahkan dalam istana terlarang, aku tak
ingin pecahkan pikiran untuk menghadapi kalian berdua,maka
dari itu kedua pil tersebut kamu suka menelannya."
Siauw Ling terima sebutir pil diantaranya lalu bertanya,
"Setelah seorang menelan pil ini, bagaimana perasaan serta
reaksinya"...."
"Kesadaran hilang dan lupa dengan kejadian masa
lampau." "Apakah ada obat pemunahnya?"
"Tentu saja ada."
Laksana kilat Siauw Ling putar telapak kirinya
mencengkeram pergelangan kanan It-bun Han Too. Tangan
kanannya diayun dan pil warna hijau dalam tangannya itu
segera dimasukkan ke dalam mulut orang.
Semua gerakan itu dilakukan dengan cepat dan hampir
bersamaan waktunya, menanti It-bun Han Too menyadari
akan bahaya yang mengancam dirinya, keadaan telah
terlambat. Menggunakan kesempatan itulah Pek-li Peng
menghadiahkan suatu pukulan ke atas tenggorokan It-bun
Han Too, memaksa mulutnya membuka dan menelan pil yang
dilemparkan Siauw Ling tadi ke dalam mulut.
Setelah pihak musuh menelan pil tadi, Siauw Ling baru
lepaskan cekalannya sambil mengejek!
"It-bun sianseng, sekarang kau boleh ambil obat
pemunahmu untuk punahkan daya pengaruh racun itu!"
It-bun Han Too merasa amat gusar, sepasang tangannya
direntangkan mencengkeram tubuh kedua orang itu,
bentaknya, "Kurang ajar, menggunakan kesempatan di kala
aku tidak siap....."
Siauw Ling geserkan tubuhnya mengegos ke samping,
telapak kanannya berputar dan menggunakan satu gerakan
yang manis ia berhasil mencengkeram kembali pergelangan
orang she It-bun itu. Sambungnya, "Kali ini It-bun sianseng
toh sudah bikin persiapan?"
Pek-li Peng sentilkan jari tangannya ke muka, segulung
desiran angin tajam segera meluncur ke depan menghantam
pergelangan kiri It-bun Han Too.
Jago lihay itu mendengus berat dan buru-buru tarik kembali
sepasang lengannya ke belakang.
Tapi lengan kanannya masih dicekal kencang oleh Siauw
Ling. Ia gagal untuk menarik diri. Sekarang orang itu baru
sadar bahwa dua orang manusia berpakaian pekerja yang
berada di sisinya itu bukan lain adalah jago lihay kelas satu
dalam Bulim. It-bun Han Too adalah seorang manusia yang licik dan
banyak akal, setelah berpikir sebentar ia lantas tarik napas
dan memuji, "Tidak nyana ilmu silat yang kalian miliki sangat
lihay, sungguh hebat, sungguh luar biasa."
Siauw Ling tertawa dingin.
"It-bun sianseng," katanya, Lebih baik telan dulu obat
pemunahnya, daripada setelah racun itu bekerja kau tak
tertolong lagi." "Jangan kuatir, obat yang kubuat itu merupakan obat yang
berdaya kerja lambat, dua jam kemudian obat itu baru akan
menunjukkan reaksinya...."
"Siapa suruh kau tolak arak kehormatan memilih arak
hukuman" sekarang akulah yang akan mengajak sianseng
membicarakan seal kerja sama ini...."
"Baik, katakanlah!"
"Kami minta It-bun sianseng bisa menyanggupi dahulu
untuk dua hal!" "Dua hal apa saja" kalian musti katakan dulu!"
"Pertama. It-bun sianseng harus menyanggupi dahulu
untuk melindungi jejak kami, rahasia ini tidak boleh
dibocorkan kepada siapapun."
"Yang kedua?" "Bawalah selalu kami di sisimu, termasuk dalam perjalanan
memasuki istana terlarang nanti."
"Kedudukan kalian berdua toh cuma kuli kasar, mana
mungkin bisa ikut masuk ke dalam istana terlarang?"
"Maka dari itu. kami ingin minta bantuan dari It-bun
sianseng." "Sekalipun aku setuju, belum tentu Shen Bok Hong
menyetujui usulku itu!..,"
"Sebelum memasuki istana terlarang, Shen Bok Hong pasti
akan mengabulkan permintaanmu itu. apalagi kalau sianseng
ngotot dengan permintaanmu."
"Hm! kalian terlalu rendah menilai pribadi Shen Bok Hong,
bisa aku bersikap keras memaksakan pendirianku maka
kemungkinan besar jiwa kalian berdua akan terancam bahaya
maut, sekalipun ia tak pernah mengira kalau kamu berdua
adalah musuh tangguh yarg menyusup ke dalam sini, dalam
perkiraan kalian berdua telah berhasil kusuap, ia tentu saja tak
inginkan akibat yang fatal."
Siauw Ling merasa perkataan itu sangat masuk diakal,
untuk beberapa saat lamanya tak tahu musti menjawab apa.
It-bun Han Too tertawa hambar, ujarnya kembali.
"Menurut apa yang diketahui, di dalam dunia persilatan
dewasa ini hanya seorang saja yang sanggup menandingi
Shen Bok Hong, hanya seorang saja yang bisa bikin hatinya
jeri." "Siapakah orang itu?"
"Kecuali Siauw Ling. Di kolong langit tak ada kedua orang
lagi yang bisa mengederkan hatinya."
"Hm, orang yang ada dihadapanmu itu toh Siauw Ling"
goblok..." pikir Pek-li Peng.
Sementara itu Siauw Ling telah bertanya, "Kenapa"
menurut apa yang kuketahui Siauw Ling toh cuma seorang
bocah kecil yang masih bau kencur?"
It-bun Han Too gelengkan kepalanya berulang kali.
"Di balik persoalan ini masih ada suatu alasan yang amat
bagus, selama Shen Bok Hong bermusuhan dengan Siauw
Ling, berulang kali dia peroleh kekalahan total, hal itu bukan
berarti Siauw Ling lebih mampu atau lihay. Tapi karena
nasibnya yang bagus dan waktu yang tepat sehingga tiap kali
dia berhasil merebut kedudukan di atas angin. Mungkin hanya
Siauw Ling seorang saja yang benar-benar amat lihay dengan
nasib yang selalu bagus...." naib yang selain bagus:..."
Ia merandek sejenak, kemudian ujarnya kembali, "Perduli
bagai manapun hanya Siauw Ling seorang yang bisa membuat
hati Shen Bok Hong jadi keder."
"Sayang pada saat ini Siauw Ling tidak berada disini, apa
gunanya kita bicarakan persolan ini...." tukas Siauw Ling
mendadak dengan suara dingin dan tegas tambahnya, "It-bun
sianseng belum memberikan jawaban terhadap syarat yang
kami ajukan." "Aku toh sudah menjawab sejujurnya" syarat yang pertama
bisa kuterima, tapi syarat yang kedua hanya bisa kujalankan
menurut keadaan serta situasi waktu itu, darimana kau bisa
menyanggupi?" "Aaai....rasanya dewasa ini hanya berbuat begini saja paling
tepat, pikir si anak muda itu. Tapi orang ini terlalu licik dan
pikirannya sukar diduga. aku tak bisa gunakan akal yang sama
seperti menghadapi Phoa Liong tempo dulu untuk menghadapi
dirinya..... Berpikir demikian iapun lantas berkata, "KaIau begitu
baiklah, kami akan menurut kehendak sianseng. Tetapi
kamipun harus memberikan jaminan agar kamipun bisa
berlega hati." "Kalian benar-benar tak tahu diri, dalam keadaan seperti ini
mana aku bisa berikan jaminan?"
"Bila It-bun sianseng memang bermaksud sungguhsungguh,
semestinya kau dapat ajukan suatu jaminan yang
paling baik." "Aku tak berhasil menemukan, coba kalian saja yang
terangkan." "Seorang manusia dapat mati berapa kali?"
"Satu kali." "Kalau begitu aku akan gunakan kematian sianseng sebagai
jaminan! seandainya It-bun sianseng berubah pikiran atau
mengkhianati kami, maka sianseng sendiripun tak akan
mampu melanjutkan hidupmu, dan kami pun tak akan mampu
masuk ke dalam istana terlarang, bukankah jaminan ini sangat
adil?" It-bun Han Too segera kerutkan dahinya, "Sebenarnya
siapakah kau?" "Seorang prajurit tak bernama di dalam dunia persilatan."
Dengan tajam dan seksama It-bun Han Too
memperhatikan raut wajah Siauw Ling kemudian ujarnya lagi,
"Kau mengenakan topeng kulit manusia?"
"Sedikitpun tidak salah!"
"Dapatkah kau lepaskan topeng itu sehingga aku bisa
menyaksikan raut wajahmu yang sebenarnya?"
"Untuk sementara waktu tak perlu, tapi kalau It-bun
sianseng suka mengabulkan permintaan kami, suatu saat kau
pasti dapat menyaksikan raut wajahku yang sebenarnya."
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang amat santar
berkumandang datang memutuskan pembicaraan mereka
berdua. It-bun Han Too segera tersenyum, ujarnya, "Ada orang
datang, mungkin Shen Bok Hong sendiri yang telah
berkunjung kemari!" "Orang ini licik dan luar biasa sekali, menghadapi orang
semacam ini aku harus menggunakan cara yang paling tegas,"
pikir Siauw Ling. Tangan kanannya segera mengerahkan tenaga, telapak kiri
diayun menotok dada It-bun Han Too.
Orang she It-bun itu bukanlah manusia sembarangan,
sedari tadi ia sudah bikin persiapan, melihat datangnya
ancaman dia mengigos ke samping menghindarkan diri dari
totokan yang langsung mengancam dadanya, tangan kanan
diobat-abitkan berusaha keras melepaskan diri dari cekalan
musuh pada pergelangannya.
Tetapi Siauw Ling sudah menambah tenaganya berlipat
ganda, kelima jari tangannya mencengkeram pergelangan
lawan semakin kencang bagaikan jepitan besi.
It-bun Han Too yang merasa pergelangannya terlepas dari
cekalan orang, kaki kanannya segera diayun melancarkan satu
tendangan kilat menghajar pusar si anak muda itu..
Siauw Ling tekan tangan kirinya ke bawah bagaikan tombak
menotok tumit musuh. Pek-li Peng yang berada di sisi kalangan segera mendengus
dingin, tangan kanannya secara tepat menotok tiga buah jalan
darah It-bun Han Too. Meskipun It-bun Han Too tahu bahwa kepandaian silat
yang dimiliki kedua orang itu sangat 1ihay, tapi mimpipun ia
tidak menyangka kalau gerakan tubuh orang sedemikian
tepatnya, sebelum ia sempat berbuat sesuatu tiga buah jalan
darahnya sudah terkena totokan.
Gerakan tubuh Siauw Ling sangat cepat. tangan kirinya
kembali bergerak menotok jalan darah bisu di tubuh orang itu,
kemudian bisiknya, "Terpaksa aku musti membuat sianseng
tersiksa...." Ia tekuk kaki orang hingga duduk bersila, kemudian
berjalan keluar ruangan.

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beberapa saat kemudian ia telah kembali lagi ke dalam
ruangan dan menotok bebas jalan darah bisu dari It-bun Han
Too, katanya, "Shen Toa Cungcu telah persiapkan dua puluh
orang lelaki kekar untuk bekerja, mereka bertanya kapan tuan
akan mulai turun tangan?"
"Siapa yang menyampaikan perintah ini?"
"Murid tertua dari Shen Bok Hong, Tang Hiong Ciang!"
It-bun Han Too menghela napas panjang.
"Aaaaai... andaikata Shen Bok Hong datang sendiri, ia pasti
akan merasakan keadaan yang kurang beres...."
Ia merandek sejenak, lalu sambungnya, "Agaknya kau
mengenal setiap orang dan persoalan dalam perkampungan
Pek Hoa Sanceng dengan amat jelas!"
Siauw Ling tertawa dingin.
"Waktu sudah tak banyak lagi, bagaimana pendapat
sianseng" seharusnya kau cepat-cepat mengambil keputusan."
"Andaikata aku tak mau menerima ancamanmu?"
"Didesak oleh keadaan. terpaksa kami harus membinasakan
It-bun sianseng lebih dulu."
"Sebaliknya kalau aku menyanggupi?"
"Akan kutotok jalan darah aneh di tubuh sianseng, bila di
dalam dua belas jam tidak peroleh pembebasan. maka luka itu
secara otomatis akan bekerja sehingga mengakibatkan
kematian!" "Baiklah aku turuti kemauan kalian."
Siauw Ling segera menotok sebuah jalan darah aneh di
tubuh It-bun Han Too, dan membebaskan ketiga buah totokan
lainnya, katanya kemudian, "Sekarang mati hidup kita bertiga
telah ditentukan. dengan keselamatan It-bun sianseng ditukar
dengan keselamatan kami berdua, rasanya hal ini adil sekali."
It-bun Han Too tidak menjawab perkataan dari si anak
muda itu, ia buka peti emasnya dan ambil keluar sebutir pil
untuk kemudian ditelan, katanya, "Setelah jalan darahku
ditotok. apakah ilmu silatku masih bisa dipertahankan?"
"Walaupun pengaruhnya tetap ada, tetapi tidak begitu
besar." "Bagaimana setelah dua belas jam kemudian"
Bagaimanakah keadaanku waktu itu?"
"Aku akan bebaskan totokan itu untuk kemudian menotok
sebuah jalan darah aneh yang lain, dengan begitu kau bisa
lanjutkan hidupmu selama dua belas jam lagi"
"Seandainya begitu terus keadaannya. bukankah berarti
pula bahwa keselamatanku untuk selamanya akan
tercengkeram di tanganmu?"
"Asal sianseng bisa pegang janji, sesaat sebelum berpisah
aku pasti sembuhkan dulu diri sianseng dari pengaruh
totokan." It-bun Han Too termenung berpikir sejenak, akhirnya ia
mengangguk, "Baiklah, mari kita berangkat..."
Dengan langkah lebar ia berjalan keluar dari ruangan itu.
Pek-li Peng mengikuti terus di belakang Siauw Ling, dengan
ilmu menyampaikan suara tanyanya, "Toako, sungguhkah itu"
dua belas jam kemudian ia bisa mati karena pengaruh totokan
itu?" "Guruku pernah berkata begitu, benar atau tidak aku
sendiripun tak berani memastikan...." ia merandek sejenak lalu
tambahnya lagi, "Ingat, sebisanya kita harus berada di sisi
tubuh It-bun Han Too, makin dekat jaraknya dengan dia
semakin baik." Sementara itu It-bun Han Too telah membuka pintu batu
dan keluar dari ruangan di situ ia jumpai Shen Bok Hong
dengan diiringi Cau Liong serta Tong Lo tay-tay sekalian telah
menanti di situ. Dengan wajah penuh senyuman Shen Bok Hong berkata,
"Dua puluh orang pria kekar telah berkumpul semua, mereka
siap menantikan perintah dari It-bun heng!"
It-bun Han Too menoleh dan melirik sekejap ke arah Siauw
Ling kemudian menyahut, "Aku terdesak oleh keadaan,
terpaksa musti bekerja dengan sepenuh tenaga...."
Perkataan ini mengandung dua arti, Shen Bok Hong tentu
saja tak tahu duduknya perkara. ia segera tertawa jengah.
"It-bun heng," serunya "Asal kau sungguh-sungguh dapat
membawa aku masuk ke dalam istana terlarang. jasamu itu
pasti akan memperoleh imbalan yang setimpal."
It-bun Han Too tidak berbicara lagi, dengan langkah lebar
ia maju ke arah depan. Pek-li Peng mengingat terus pesan dari Siauw Ling, dengan
kencang dia ikuti terus di belakang tubuh It-bun Han Too.
Beberapa saat kemudian sampailah mereka di tepi telaga
kecil yang terdapat pancuran airnya itu.
Terlihatlah Phoa Liong serta dua puluh orang pria kekar
telah menunggu disitu. It-bun Han Too memeriksa sekejap situasi di sekeliling
tempat itu kemudian perlahan lahan ia berjalan ke tepi dinding
tebing dekat telaga kecil itu. dari peti emasnya dia ambil
sebutir batu bulat berwarna putih dan menggurat sebuah
lingkaran seluas lima depa lebih. katanya, "Cangkullah daerah
yang telah kulingkar itu sedalam tiga depa!"
Dua puluh orang pekerja kekar di bawah pimpinan Phoa
Liong segera bekerja keras, suara sekop dan cangkul
bergeletar memenuhi angkasa.
Rupanya Shen Bok Hong menaruh harapan yang besar
terhadap usaha dari It-bun Han Too ini, sambil bergendong
tangan ia awasi usaha penggalian itu.
Menggunakan kesempatan di saat semua orang pusatkan
perhatiannya pada penggalian itu, Siauw Ling berbisik kepada
Pek-li Peng, "Nenek tua yang berdiri di sisi Shen Bok Hong itu
pandai sekali mempergunakan senjata rahasia beracun. ia
adalah ketua dari keluarga Tong di propinsi Sujwan yang amat
tersohor itu, andaikata rahasia kita ketahuan sehingga kita
harus bertempur, kamu musti perhatikan baik-baik Tong Lo
Thay-thay itu!" Meskipun Pek-li Peng pintar dan cerdas tetapi sifat
kekanak-kanakannya belum hilang, apalagi sejak kecil dimanja
dan disayang oleh orang tuanya membuat dia selalu manja
kepada siapapun. Sekarang melihat Siauw Ling begitu
memperhatikan dirinya, ia jadi kegirangan dan tersenyum
manis hingga sebaris giginya nampak putih bersih.
Siauw Ling terkejut, buru-buru ia melengos ke samping dan
tak berani memandang lagi ke arah gadis itu, hawa murninya
segera dihimpun siap menghadapi segala kemungkinan yang
tak diinginkan. Untung senyuman tadi tak diketahui oleh
siapapun. Sementara itu It-bun Han Too yang pusatkan seluruh
perhatiannya mengawasi jalannya penggalian itu, mendadak
membentak keras, "Tahan!"
Duapuluh orang pria kekar itu segera berhenti dan mundur
beberapa langkah ke belakang.
Waktu itu dinding tebing yang berhasil digali baru mencapai
kedalaman setengah depa. Shen Bok Hong segera mendehem ringan, tegurnya, "Itbun
heng, apakah kau telah menemukan sesuatu?"
"Apakah Toa Cungcu tidak mendengar kalau suara yang
dipantulkan keluar sedikit rada kurang beres?"
Dalam hati Shen Bok Hong merasa kegirangan. tapi
diluaran ia tetap mempertahankan ketenangannya.
"Mana yang kurang beres" Aku tidak mendengarnya sama
sekali?" Dari tangan seorang pekerja It-bun Han Too mengambil
sebuah cangkul lalu mendekati dinding tebing itu dan
dicangkul keras-keras. "Toa Cungcu. sudah kau dengar?"
Ucapan ini diutarakan amat keras, rupanya sengaja ia
biarkan Siauw Ling sekalian ikut mendengar pula.
Shen Bok Hong segera mengangguk.
"Ehm..... memang rada berlainan. rupanya di balik dinding
tebing ini terdapat ruangan kosong."
"Kita tak boleh berpikir begitu enteng. mungkin saja
ruangan itu ada hubungannya dengan gerakan air di bawah."
Dia angkat kepala memandang air mancur yang memancar
dengan derasnya itu. lalu berkata kembali, "Gerakan air di
bawah tanah yang terdapat disini luar biasa dahsyatnya.
seandainya sampai tercangkul hingga pecah aku rasa tak
seorangpun yang akan sanggup meloloskan diri dari bencana
air bah yang luar biasa itu."
"Kalau begitu kau musti lebih berhati-hati lagi dalam
pekerjaan ini!...." ujar Shen Bok Hong sambil tertawa ewa.
It-bun Han Too angkat cangkulnya dan mengetuk dinding
batu lebih dahulu, kemudian bergeser di sebelahnya, secara
teruntun ia ketuk beberapa tempat kemudian lepaskan
cangkul sambil berkata, "Baik! kamu semua boleh lanjutkan
pekerjaan ini..." "It-bun heng, sungguh luar biasa dirimu ini... aku rasa
kaulah satu-satunya orang yang paling luas pengalamannya di
kolong langit..." "Toa Cungcu terlalu memuji, mungkin rencana serta
perhitunganku tidak sesuai dengan keadaan sesungguhnya."
"Andaikata It-bun heng sendiripun tak sanggup membuka
istana terlarang, dalam kolong langit dewasa ini siapa lagi
yang mampu membuka istana tersebut?"
It-bun Han Too tertawa ewa, ia tidak berbicara lagi.
Siauw Ling yang berdiri di sisi kalangan, dalam hati segera
berpikir, "Kalau dilihat dari sikap It-bun Han Too saat ini,
rupanya ia sudah memiliki keyakinan untuk membuka istana
tersebut, kalau memang benar demikian bukankah berarti
anak kunci istana terlarang sudah tak ada nilainya lagi...."
Berpikir sampai disitu, ia perhatikan lebih seksama lagi.
Terlihatlah batu dinding bukit itu kian lama kian bertambah
keras, sekop serta cangkul yang mengena di atas dinding
segera memancarkan percikan bunga api, yang gugurpun
hanya beberapa bagian kecil saja.
Sesaat kemudian, mendadak terdengar It-bun Han Too
berteriak cemas, "Tuan! tahan....cepat tahan"
"It-bun heng, apakah ada yang tidak beres?" bisik Shen
Bok Hong lirih. Sambil gelengkan kepala It-bun Han Too menghela napas
panjang. "Aaaiii, si ahli bangunan bertangan sakti Pau It Thian
benar-benar seorang jago yang luar biasa."
"Aku tidak paham, apakah It-bun heng bisa menerangkan
lebih jelas lagi?" "Seandainya aku yang membangun istana terlarang di selat
ini, maka pintu untuk menuju istana pasti akan kubangun di
tempat ini." "Dan sekarang?"
"Ternyata Pau Thian tidak membuat pintunya di tempat
ini." Shen Sok Hong mendehem ringan.
"Seandainya istana terlarang memang benar-benar berada
di sini, bukankah kita bisa tembusi dinding untuk menerobos
masuk ke dalam?" "Kecuali kalau kita semua sudah bosan hidup."
"Aaah, masa begitu serius?"
"Tidak salah, kalau penggalian ini dilanjutkan maka
bencana yang tragis segera akan terjadi di tempat ini."
"Apakah nadi air dalam bukit ini pecah?" bisik Shen Bok
Hong. "Itu sih bukan."
"Kecuali itu masih bisa mengakibatkan bencana apa lagi?"
"Menurut penilaianku dari getaran sekop serta cangkul
yang menimpa dinding tebing itu, bila pekerjaan tidak segera
dihentikan maka beberapa orang penggali pasti akan
mendapatkan bencana kematian"
"Cuma begitu saja?"
"Menurut penilaianku sih begitu, apakah Toa Cungcu tidak
percaya?" "Kepandaian yang dipelajari It-bun heng adalah kepandaian
khusus, sudah tentu aku mempercayainya. Tetapi kalau
memang kematian dari beberapa orang pekerja itu bisa
membuktikan dugaan dari It-bun heng. Apa salahnya kalau
suruh mereka mencoba?"
---oo0dw0oo--- Jilid 2 MAKSUD dari ucapan itu sudah jelas sekali, atau dengan
perkataan lain gembong iblis ini hendak menggunakan
keselamatan beberapa orang pekerja untuk membuktikan
kebenaran dari dugaan It-bun Han Too.
Tentu saja jago dari kawakan macam It-bun Han Too dapat
menangkap maksud orang maka iapun berkata, "Bila Cungcu
ingin membuktikan kebenaran dari dugaanku tak ada salahnya
kalau dicoba, cuma..... lebih baik perintah itu diturunkan
sendiri oleh Toa Cungcu."
Shen Bok Hong tersenyum, ia berpaling memandang
sekejap ke arah Ciu Cau Liong sambil serunya, "Suruh mereka
lanjutkan penggalian! Ciu Coa Liong mengiakan, ia segera sampaikan perintah itu
kepada para pekerja. Puluhan orang pria kekar itupun
melanjut kan kembali penggaliannya mencangkul dinding
tebing. Selama ini Siauw Ling takut jejaknya ketahuan Shen Bok
Hong, ia tak berani mendekat terlalu rapat dengan orangorang
itu, karenanya apa yang dibicarakan antara Shen Bok
Hong dengan It-bun Han Too tak sempat terdengar olehnya.
Dalam pada itu Shen Bok Hong telah pusatkan
perhatiannya mengawasi para pekerja itu. ia tahu setiap saat
kemungkinan terjadi perubahan yang tak disangka-sangka,
maka ia awasi dengan seksama.
Suatu ketika mendadak suara benturan cangkul di atas
dinding berhenti bergema, puluhan orang pekerja itu tanpa
mengeluarkan Sedikit suarapun roboh terjengkang ke atas
tanah. Perubahan yang sama sekali diluar dugaan ini bukan saja
sangat mengejutkan Shen Bok Hong, bahkan It-bun Han Too
sendiripun agak kelabakan dibuatnya.
Orang yang berada pada jarak agak jauh atau tidak
menaruh perhatian, sama sekali tidak tahu kalau di tempat itu
sudah terjadi peristiwa yang tragis, puluhan orang pekerja itu
tanpa menjerit kesakitan ataupun merintih segera
menggeletak di atas tanah.
Shen Bok Hong sendiri walaupun merasa terkesiap, tapi air


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mukanya masih tetap tenang seperti sediakala, ia tertawa
hambar. "It-bun heng, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Apa yang telah terjadi" aku sendiripun tak tahu," pikir Itbun
Han Too dalam hati, "Tapi kalau aku terus terang
kepadanya, dia pasti akan pandang rendah diriku...."
Berpikir demikian, ia lantas berkata, "Bukankah sudah
kukatakan sedari tadi, kenapa Toa Cungcu tak mau
mendengarkan nasehatku...."
Shen Bok Hong tertawa hambar.
"Aku sama sekali tak ada maksud menegur It-bun heng,
cuma aku ingin tahu apa sebabnya mereka menggeletak mati
tanpa menimbulkan sedikit suarapun?"
It-bun Han Too terdesak oleh keadaan, terpaksa perlahanlahan
ia maju ke muka, ujarnya, "Di sekeliling istana terlarang,
tentu sudah diatur suatu jebakan yang sangat mengerikan"
"Mungkinkah sebangsa asap beracun..."
It-bun Han Too tidak menjawab, ia semakin dekati jenazah
yang bergelimpangan di atas tanah itu, cuma langkahnya
makin lama semakin lambat.
Ia ingin sekali mendengar Shen Bok Hong mencegah
perbuatannya itu sehingga menggunakan kesempatan itu dia
bisa turun dari keadaan yang serba runyam ini, siapa tahu
Shen Bok Hong tetap berlagak pilon. seakan akan ia tak
melihat kalau ada orang sedang memasuki daerah yang
berbahaya. Terdesak oleh keadaan, akhirnya It-bun Han Too
mendekati sisi jenazah seorang pekerja.
Dengan tangan gemetar ia balik jenazah itu kemudian
diperiksanya dengan seksama.
Tampaklah empat lima jarum kecil yang amat lembut
menancap di atas wajah pria itu. sekeliling mulut luka
membengkak dan berwarna merah kehitam-hitaman, jelas
jarum kecil itu telah direndam di dalam cairan beracun.
It-bun Han Too segera bangkit berdiri, sambil menggapai
serunya, "Toa Cungcu, coba kemarilah!"
Shen Bok Hong memandang sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian maju kedepan. "Apakah It-bun heng berhasil menemukan sesuatu yang
aneh?" tanyanya lirih.
Tapi setelah sorot matanya terbentur dengan jarum
beracun di atas wajah jenazah itu, dia jadi tertegun, ujarnya
kemudian, "Ooooooh....rupanya mereka terkena bidikan jarum
lembut yang mengandung racun keji!"
"Diantara tebing dinding yang terjal serta batu gunung
yang keras, dari mana munculnya jarum beracun?"
"Hal ini membuktikan bahwa istana terlarang memang
benar-benar terletak disini" jawab Shen Bok Hong sambil
tertawa hambar. "Dan membuktikan pula kalau di sekeliling istana terlarang
telah diatur jebakan-jebakan maut yang mengerikan!"
sambung It-bun Han Too. Sekilas senyum menyeringai terlintas di atas wajah Shen
Bok Hong, tapi hanya sebentar saja sudah lenyap tak
berbekas, ujarnya, "It-bun heng, apakah kau sudah temukan
jarum beracun itu berasal dari arah mana?"
"Dan Toa Cungcu sendiri" apakah sudah menemukan?"
"Kalau aku berhasil melihatnya, kenapa musti ditanyakan
lagi kepada It-bun heng"
"Tak usah dilihat akupun sudah tahu cara mereka
memasang alat rahasia ini, bukan saja cara tersebut amat keji
bahkan gampang sekali menyesatkan pikiran orang. membuat
orang salah mengira mereka telah temukan tempat yang
penting, sekalipun orang itu adalah Shen Toa Cungcu sendiri
juga tak akan terhindar dari bencana ini "
Mula-mula Shen Bok Hong tertegun, kemudian sambil
tertawa tawa katanya, "Tentang soal ini, aku ingin mohon
petunjuk dari It-bun heng!"
"Di atas dinding batu ini telah dilobangi beberapa puluh
lubang tabung kecil, dalam tabung dipasang alat penembak
yang kuat, kemudian jarum beracun tadi dipasang dalam alat
tembak tadi...." "Oooh, kemudian mulut tabung ditutup oleh selapis batu
pualam begitu?" "Benar, asal batu pualam yang berada di mulut tabung itu
pecah, maka jarum beracun itu segera akan memancar keluar,
siapa terkena tentu akan mati binasa seketika"
Shen Bok Hong memandang sekejap dinding batu itu,
kemudian katanya, "Si ahli bangunan bertangan sakti Pau It
Thian memasang alat penembak senjata rahasia di sekitar
dinding tebing, tujuannya pastilah untuk melindungi istana
terlarang" "Kalau kau sampai mempunyai jalan pikiran demikian,
maka kau akan terjebak oleh siasatnya"
"Kenapa?"tanya Shen Bok Hong tercengang.
"Seandainya Pau It Thian membangun pintu istana di
lembah ini, tidak nanti ia hanya mengatur alat jebakan
semacam itu saja" "Jadi menurut penilaian It-bun heng. pintu mana tidak
berada di tempat ini?"
"Sedikitpun tidak salah!"
"It-bun heng. bukankah tempat ini berhasil kau temukan
setelah memperhitungkan lama sekali?"
"Sedikitpun tidak salah"
"Tapi akhirnya It-bun heng berhasil juga menghitung tepat
letak pintu istana tersebut!"
"Itulah sebabnya kepandaian Pau It Thian dalam hal ilmu
bangunan jauh lebih lihay daripada diriku, maka aku gagal
menemukannya." Wajah Shen Bok Hong berubah hebat, rupanya ia hendak
mengumbar nafsu amarah tapi akhirnya perasaan tersebut
dapat ditekan kembali. Ia tertawa tawa dan berkata, "Tidak
menjadi soal, silahkan Kau berpikir beberapa saat lagi dengan
lebih seksama, aku percaya dengan kecerdasan serta
pengetahuan yang dimiliki It-bun heng tidak sulit untuk
menemukan pintu masuk Istana Terlarang."
"Ooooooo... aku sudah teringat akan Satu urusan,
bagaimanapun juga terpaksa harus kujelaskan dulu kepada
Sheng Toa cungcu," ujar It-bun- Ban Too tiba-tiba.
"Apa yang hendak kau katakan?"
"Sekalipun kita berhasil masuk pintu Istana Terlarang,
tanpa adanya anak kunci untuk membuka istana tersebut, tak
mungkin bagi kita semua untuk memasukinya."
"Kenapa" dahulu It-bun heng belum pernah membicarakan
tentang persoalan ini!"
"Sebelum mengalami penyerangan oleh senjata rahasia
jarum beracun, aku memang belum pernah berpikir sampai
kesitu, tapi sekarang mau tak mau terpaksa aku harus berpikir
sampai kesitu." "Apa sebabnya" harap kau suka menjelaskannya!"
"Andainya si ahli bangunan bertangan sakti Pau it Thian
telah memasang sejenis alat rahasia di depan pintu masuk
Istana Terlarang, tanpa tersedianya anak kunci untuk
membuka pintu istana tersebut, dari mana kita sanggup untuk
membuka alat rahasia tersebut..:.."
"Kita toh bisa menggunakan tenaga pekerja untuk menggali
gunung dan masuk ke dalam dengan menjebol pintu itu?"seru
Shen Bok Hong dengan cepat.
"Menurut dugaanku alat rahasia itu pastilah suatu alat yang
sangat lihay, bila kita merusaknya secara gegabah terutama
kalau kita jebol dengan tenaga manusia, kemungkinan besar
alat rahasia tadi akan hancur dan berantakan, bila demikian
keadaannya mungkin sekali seluruh pintu batu itu akan
tersumbat" Shen Bok Hong tertawa tawa.
"Kau ini lucu amat It-bun heng, andaikata anak kunci istana
terlarang sedari dulu sudah tersedia dalam sakuku, buat apa
aku musti undang kehadiran It-bun heng guna membantu
usahaku ini" Kenapa istana tersebut tidak kubuka dan
kumasuki sendiri?" "Bukannya begitu Cungcu! sesudah melihat semburan
senjata rahasia dari atas dinding tadi, barulah kusadari bahwa
Pau It Thian bukan saja amat lihay dalam soal bangunan,
pikirannya pun picik dan hatinya kejam, merusak pintu secara
gegabah mungkin akan mengakibatkan musnahnya seluruh
istana terlarang" Menghadapi kenyataan seperti ini, Shen Bok Hong terpaksa
harus termenung dan berpikir keras...sesaat kemudian ia
berkata kembali, "It-bun heng, sekarang pintu masuk ke
dalam istana terlarang belum berhasil kau temukan,
bagaimana kalau kita rundingkan lagi masalah ini setelah pintu
itu berhasil kita temukan?"
It-bun Han Too pun tidak banyak bicara lagi, ia duduk di
atas batu membuka peti emasnya dan mulai menghitung
kembali di atas secarik kertas.
Diam-diam Shen Bok Hong mengintip isi kertas tadi, tapi
yang terlihat hanyalah tulisan2 kecil yang lembut dan rapat,
sulit baginya untuk memahami isi kertas tersebut.
Dalam pada itu Ciu Cau Liong telah mendekati sisi kepala
kampungnya, lalu berbisik lirih, "Toa Cungcu, untuk sementara
waktu silahkan beristirahat dulu. Setelah kehadiranmu disini
aku pikir ia Tak akan berani pikirkan yang bukan-bukan....."
Shen Bok Hong mengangguk, setelah berpikir sebentar
diapun berbisik lirih, "Orang ini paling gemar main perempuan
bila bertemu dengan anak perempuan hatinya akan terasa
lega. Cepat undang Kim Hoa Hujin datang kemari dan suruh
dia amati orang itu secara diam!"
Habis berkata ia putar badan dan segera berlalu.
Ciu Cau Liong melirik sekejap ke arah It-bun Han Too.
kemudian memburu kesisi tubuh Shen Bok Hong sambil
berbisik kembali, "Kim Hoa Hujin lihay dalam soal ilmu
beracun, kepandaian silatnya luar biasa, kepandaian
bicaranyapun tiada tandingan. Memang paling tepat kalau dia
yang ditugaskan mengawasi gerak-gerik It-bun Han Too!"
"Beritahu pada Kim Hoa Hujin, kalau bisa pilihkan sejenis
binatang yang paling beracun untuk digigitkan ke tubuh It-bun
Han Too, kemudian berikan obat penawarnya kepada dia,
dengan begitu dia akan jadi tidak tenang dan hatinya tertindih
perasaan ngeri tapi ingat jangan sampai mempengaruhi
pekerjaannya!" "Tapi....Cungcu, seandainya kita berbuat demikian,
pekerjaannya tentu akan kacau dan pikirannya akan
bercabang!" "Tidak mungkin begitu! It-bun Han Too adalah seorang
jago yang amat cerdik, tetapi diapun takut sekali menghadapi
kematian asal kita beri satu kesempatan hidup baginya
niscaya dia tak akan memilih jalan kematian tersebut...."
Ia merendak sejenak, lalu ujarnya kembali, "Tapi... kau
harus ingat! pekerjaan ini harus dikerjakan dengan sungguhsungguh,
waspada dan berhati-hati, jangan sampai membuat
dia sadar bahwa perbuatan itu adalah suatu kesengajaan dari
pihak kita" "Aku tentu akan sampaikan pesan ini ke pada Kim Hoa
Hujin!" Shen Bok Hong mengangguk, dengan langkah lebar ia
segera berlalu dari situ.
Dalam pada itu Siauw Ling yang duduk di tepi kalangan,
otaknya bekerja keras memikirkan persoalan yang amat pelik
pikirnya dalam hati, "Saat yang dijanjikan enci Gak terhadap
Giok Siau-long-kun dalam sekejap mata akan tiba, aku tak
boleh menanti terus di tempat ini, dalam waktu singkat aku
harus berusaha keras Untuk memasuki Istana Terlarang
dengan anak kunci yang telah tersedia dalam sakuku,
persoalannya sekarang adalah dimanakah letak pintu masuk
Istana tersebut. Setelah ingatan tadi berkecamuk dalam hatinya, ia tak
dapat mengendalikan emosinya lagi, sambil bangkit berdiri ia
langsung berjalan menghampiri It-bun Han Too.
Pek-li Peng jadi amat gelisah, segera tegurnya, "Toako kau
hendak kemana?" "Kita harus secepatnya memasuki istana terlarang,
sekarang aku hendak memberitahukan hal ini kepada It-bun
Han Too. Tunggu sajalah disitu jangan sampai menimbulkan
kecurigaan orang terhadap kita!"
Pek-li Peng yang selalu penurut tidak banyak bicara lagi. ia
tersenyum dan duduk kembali di atas tanah.
Dengan langkah lebar Siauw Ling berjalan menghampiri
jago tua itu. segera bisiknya, "It-bun sianseng! Ada urusan
apa" "Sudah kau temukan pintu masuk Istana Terlarang itu?"
"Rupanya kau terburu nafsu?"
"Keadaan di tempat ini amat berbahaya, aku harus
secepatnya memasuki istana terlarang dan secepatnya pula
tinggalkan tempat ini"
"Huuuh! setelah masuk ke dalam istana terlarang kau
anggap bisa tinggalkan tempat ini dalam keadaan hidup?"
"Bagus sekali," pikir Siauw Ling dalam hati, "rupanya kau
memang sengaja hendak mengulur waktu!"
Berpikir demikian ia lantas berkata, "Kenapa aku tak dapat
tinggalkan tempat ini dalam keadaan hidup?"
"Bila kita telah memasuki istana terlarang, berarti kita pula
telah kehilangan posisi yang amat berharga" sahut It-bun Han
Too sambil tertawa dingin, "Aku sudah, mengenal jelas
bagaimanakah tabiat dari Shen Bok Hong, dia tak nanti akan
melepaskan kita dengan begitu saja"
"Bukankah ia telah menujui untuk tidak membinasakan
dirimu?" "Seandainya dia kurung diriku dalam sebuah ruang rahasia
bawah tanah yang gelap dan sepanjang hari tidak melihat
matahari, bukankah siksaan itu jauh lebih hebat daripada
kematian?" "Oooh..."jadi kalau begitu, sianseng memang sengaja
sedang mengulur waktu?"
"Bukannya begitu, maksudku sekalipun pintu masuk istana
terlarang berhasil kutemukan, belum tentu aku mampu untuk
masuki pintu masuk tadi!"
It-bun Han Too,bicara terus terang kalau aku dapat untuk
membuka pintu istana itu....?"
Air muka It-bun Han Too berubah amat serius. katanya
sungguh-sungguh, "Andaikata di kolong langit betul-betul


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terdapat seseorang yang sanggup membuka pintu istana
terlarang, maka orang itu tentu jauh lebih lihay daripada
diriku, atau kecuali orang itu....."
"Orang Itu kenapa?"
"Kecuali orang itu memiliki anak kunci Istana Terlarang?"
"Darimana sianseng mengetahui kalau aku tidak memiliki
anak kunci Istana Terlarang?"
Mula-mula It-bun Han Too agak tertegun kemudian
serunya dengan hati kurang senang, "Selama hidup aku paling
benci kalau ada Orang pandai berbohong atau omong
kosong." "Sianseng tak usah kuatir," sela Siauw Ling, cepat, "Asal
sianseng berhasil menemukan letak pintu masuk Istana
Terlarang, anak kunci itu segera kutunjukkan....."
It-bun Han Too tertawa dingin
"Sahabat tahukah kau berapa banyak anak kunci Istana
Terlarang yang terdapat di kolong langit?" tiba-tiba ia
bertanya. Siauw Ling melengak, untuk beberapa saat ia tak sanggup
menjawab pertanyaan itu. Sebab ia sendiripun tak tahu berapa banyak anak kunci
Istana terlarang yang beredar di kolong langit.
It-bun Han Too tertawa dingin, kembali ujarnya, "Menurut
hasil penyelidikan yang kulakukan, tempo dulu si ahli
bangunan bertangan sakti Pau It Than semuanya telah
membuat sepasang anak kunci, yang satu ditinggal dalam
dunia persilatan sedang yang lain tetap digembol olehnya ikut
terjebak di dalam Istana Terlarang, kecuali seseorang berhasil
temukan jenazah darimana anak kunci itu dapat ditemukan...."
"Tapi di dalam dunia persilatan toh masih tersisa sebuah?"
kata Siauw Ling cepat. ---ooo0dw0ooo--- It-bun-HAN TOO tidak berbicara, sepasang matanya
dengan tajam mengerling sekejap sekeliling tempat itu.
Disana ia lihat kecuali delapan orang pria kekar yang
berada beberapa tombak jauhnya dari tempat dimana ia
berada, Shen Bok Hong, Ciu Cau Liong serta Tong Lo-tay
sekalian telah lenyap tak berbekas, sampai kesepuluh mayat
yang menggeletak di bawah dinding tebingpun sudah diangkut
pergi semua. "Sianseng tak usah kuatir, sedari tadi mereka telah berlalu
dari Sini...." ujar Siauw Ling cepat.
"Heeem! rupanya kau awasi terus gerak-gerik mereka!"
Siauw Ling tidak menanggapi, ia mendesak lebih jauh,
"Sianseng, waktu bagi kita sudah tidak terlalu banyak, lebih
baik kita bicarakan urusan yang sebenarnya"
"Sahabat! aku berani menjamin bahwa kau bukanlah anak
buah dari Lan Giok Thong, bila dugaanku tidak salah
kemungkinan besar kau adalah Lan Giok Thong pribadi,
bukankah begitu?" "Jangan kau perdulikan Siapakah aku, cepat jawab dulu
pertanyaan yang kuajukan!"
It-bun Han Too sangsi sebentar, lalu sahutnya sambil
geleng kepala, "Aku tidak percaya kalau kau benar-benar
memiliki anak kunci Istana Terlarang."
Keadaan kita adalah senasib sependeritaan, buat apa aku
mengajak gurau dirimu?"
Sementara It-bun Han Too hendak menjawab, dari tempat
kejauhan terlihatlah Kim Hoa Hujin dengan gerakan tubuh
yang cepat laksana sambaran kilat sedang meluncur datang.
Dari kejauhan perempuan itu telah berseru sambil tertawa
merdu, "It-bun sianseng. apakah kau telah berhasil
menemukan pintu masuk Istana Terlarang?"
Melihat kehadiran perempuan itu, Siauw Ling melirik
sekejap ke arah Kim Hoa Hujin lalu memberi hormat dan purapura
berkata, "Bila sianseng tak ada perintah lain, hamba
mohon diri lebih dahulu!:..."
"Pergilah!" sahut It-bun Han Too sambil ulapkan
tangannya, ia berpaling dan menatap wajah Kim Hoa Hujin
tajam-tajam, kemudian ujarnya pula, "Aku belum berhasil
menemukan pintu itu, ada apa sih?"
Sementara itu Siauw Ling yang takut suaranya dikenali Kim
Hoa Hujien, dalam mengutarakan kata-katanya tadi sengaja ia
serakkan suaranya agar tidak dikenal.
Siapa tahu Kim Hoa Hujien betul-betul amat teliti, ia tetap
menaruh curiga dan segera mengawasi pemuda itu sambil
membentak keras, "Hey. kamu.... berhenti!"
"Hujin ada perintah apa?" tanya Siauw Ling terpaksa
berhenti. "Rupanya kau kenal dengan diriku?"
"Hamba baru pertama kali ini bertemu dengan nyonya!"
"Apakah kau adalah anak buah It-bun sianseng?" tanya Kim
Hoa Hujin sambil menoleh ke arahnya.
It-bun Han Too menggeleng.
"Aku sih tidak mempunyai kegagahan macam hujin yang
pergi datang selalu diiringi pelayan dan dayang. Bagiku sudah
terbiasa pergi datang seorang diri. Kau tanyakan tentang
orang ini" dia sih diutus oleh Ciu Cungcu untuk melayani
kebutuhanku...." Berbicara sampai disini. ia mendongak dan tertawa
terbahak-bahak lalu tambahnya, "Mungkin diapun
mengandung maksud lain seperti halnya dengan kedatangan
hujin untuk mengawasi gerak-gerikku"
Jawaban ini amat tepat sekali dan melenyapkan kecurigaan
Kim Hoa Hunjin, sambil ulapkan tangannya perempuan itu
berseru, "Baik kalau begitu pergilah....."
Siauw Ling putar badan dan berlalu, sambi berjalan kembali
Otaknya bekerja keras. "Kim Hoa Hujin menaruh sikap yang sangat baik terhadap
diriku, bila kukatakan asal usulku yang sebenarnya, bisakah
dia membantu usahaku ini....?" Ia berpikir di dalam hati.
Saat itu ia merasakan kekuatan terlalu minim, pikirnya
andaikata perempuan itu dapat membantu dirinya maka
keadaan tersebut tentu akan jauh lebih baik.
Setibanya disisi Pek-li Peng, ia lantas duduk mendeprok di
atas tanah. "Siapa sih perempuan itu?" bisik Pek-li Peng dengan suara
lirih. "Oooh....! dia adalah Kim Hoa Hujin, seluruh badannya
penuh dengan binatang beracun, dahulu dia adalah seorang
jago lihay dalam wilayah Biau, setelah masuk ke daratan
Tionggoan sebenarnya dia bercita2 untuk menjagoi dunia
persilatan, sayang akhirnya kena ditarik oleh Shen Bok Hong
untuk membantu pihak perkampungan Pek Hoa Sanceng...."
Ia menghela napas panjang, setelah berhenti sejenak
sambungnya kembali, "Shen Bok Hong benar-benar memiliki
kemampuan yang amat luar biasa, cuma sayang akalnya
terlalu kejam dan tidak berperikemanusiaan, terutama
ambisinya yang besar dan hendak merajai seluruh kolong
langit. Aaai andai ia dapat berjalan di atas rel yang benar atau
ia membuka perguruan dan mendirikan partai dalam Bu-lim,
niscaya keampuhannya akan disegani dan dihormati banyak
orang" "Hmm! aku merasa mendongkol dan muak melihat tingkah
laku dari Kim Hoa Hujin itu "seru Pek-li Peng.
"Bagus sekali!" pikir si pemuda dalam hati, "Aku sudah
setengah harian diajak dia berbicara, ternyata ia tidak
dengarkan sepatah katapun...."
Segera tanyanya, "Kenapa kau tidak senang?"
"Coba libat tingkah pola yang genit dan tengik, dari situ aku
bisa menduga kalau dia adalah seorang perempuan yang tak
genah. Huuuh, aku harus memberi sedikit .pelajaran yang
pahit kepadanya..." Siauw Ling terkejut, segera pikirnya, "Ilmu silat yang
dimiliki Kim Hoa hujin sangat lihay, bila Peng ji turun tangan
membokong dirinya, niscaya jejak kita akan ketahuan olehnya,
bila sampai terjadi kejadian itu ... waah! urusan bisa semakin
berabe... aku harus cegah niatnya itu!"
Berpikir demikian ia lantas berseru dengan hati gelisah.
"Peng-ji, dalam keadaan serta situasi ini janganlah kau
mencari gara-gara yang tak berguna. Kita harus bisa tahan uji
dan tahan hinaan, pikir dan ingatlah terus bahwa tujuan kita
adalah memasuki istana terlarang janganlah disebabkan
urusan kecil! mengakibatkan tujuan kita jadi terbengkalai."
Pek-li Peng mengerling sekejap ke arah Siauw Ling, lalu
tersenyum. "Yaah sudahlah....kalau memang toako sudah mintakan
ampun baginya, untuk sementara waktu kuampuni selembar
jiwanya?" "Aduuh...... sombongnya," batin Siauw Ling, "seandainya
benar-benar sampai bentrok, belum tentu kau bisa
menandingi kelihayannya...."
Tentu saja perkataan semacam ini tidak sampai diutarakan
keluar hingga mengakibatkan kegusaran dara ayu itu.
Menanti dia angkat kepala kembali tampaklah It-bun Han
Too telah sibuk lagi dengan kertas corat-coretnya, Kim Hoa
Hujin sama sekala tidak ia gubris.
Mungkin Kim Hoa Hujin merasa tidak kerasan hanya duduk
seorang diri, ia bangkit dan segera mendekati ke arah Siauw
Ling. Pek-li Peng kerutkan dahinya melihat hal tersebut, ia
melengos dan memandang ke arah air telaga yang bening.
Setibanya di hadapan si anak muda itu, Kim Hoa Hujin
segera menegur, "Sudah lama kau bekerja di perkampungan
Pek Hoa Sanceng?" "Selamanya hamba bekerja dalam lembah ini!"
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sepasang pisau
belati, ia tatap wajah Siau-Ling beberapa saat lamanya,
kemudian berkata lagi, "Kau mengenakan topeng kulit
manusia! bukankah begitu?"
"Sungguh tajam penglihatannya, perempuan ini tak boleh
dipandang enteng......" pikir Siauw Ling dalam hati.
Diluaran ia segera menjawab, "Sejak dilahirkan hamba
sudah memiliki seraut wajah yang berpenyakitan, harap hujin
memakluminya " "Tadi, apa yang dibicarakan It-bun Han Too dengan
dirimu?"tiba-tiba perempuan itu bertanya lirih.
"Oooh kita membicarakan Soal tentang pencarian pintu
masuk istana terlarang....."
"Apa yang dia katakan?"
"Ia bilang pekerjaan ini hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan segenap kemampuan yang dimilikinya,
keyakinan sih tidak ada?"
"Ciu ji-Cungcu mengutus kalian berdua melayani
kebutuhannya, apakah ia pernah pesan kalian untuk
mengawasi pula gerak-geriknya?"
Siauw Ling merasa serba salah untuk menjawab
pertanyaan itu, terpaksa ia tertawa hambar dan membungkam
dalam seribu bahasa Melihat sikap orang itu, Kim Hoa Hujin segera tersenyum.
"Bagus sekali kau pandai sekali menyimpan rahasia..."
serunya. Tiba-tiba tangan kanannya laksana kilat berkelebat ke
depan mencengkeram raut wajah si anak muda itu.
Siauw Ling sangat terkejut. Cepat ia mengingos ke samping
melepaskan diri dari ancaman tersebut, serunya, "Hujin apa
maksudmu?" "Kau berhasil menghindarkan diri dari serangan yang
kulancarkan secara mendadak? hal ini membuktikan bahwa
kau termasuk jago lihay kelas satu di dalam dunia persilatan,"
sahut perempuan itu sambil tersenyum, telapak kirinya segera
berkelebat kembali mencengkeram raut wajah si anak muda
itu Siauw Ling tarik napas panjangi dan loncat mundur dua
langkah ke belakang, serunya, "Hujin, kau toh sudah tahu
kalau aku adalah anggota perkumpulan Pek Hoa Sanceng,
kenapa kau mempermainkan diriku dengan cara begini rupa?"
Setelah seringkali melakukan perjalanan bersama Tiongciu-
siang, sepasang pedagang dari Tiong ciu, sedikit banyak
pengetahuan yang dimiliki pemuda ini telah peroleh banyak
kemajuan. Sedikttpun tidak salah, ucapan tersebut segera memberikan
reaksi yang amat besar. Kim Hoa Hujin tidak melancarkan serangan kembali, sambil
tertawa hambar ia cuma bertanya
"Ayoh mengaku dulu, benarkah kau mengenakan topeng
kulit di atas wajahmu....?"
"Setelah hujin mengetahui rahasia itu, apa gunanya kau
mendesak diriku terus menerus?"
"Huuuh....! kau terlalu pandang rendah orang she It-bun
itu, aku saja bisa mengetahui rahasiamu itu apalagi dia...."
Mendadak terdengar It-bun Han Too berteriak kesakitan,
lalu berseru keras, "Kim Hoa Hujin, apakah Shen Bok Hong
yang suruh kau melakukan perbuatan ini?"
Tatkala semua orang angkat kepala, tampaklah di tangan
It-bun Han Too telah bertambah dengan seekor kelabang
yang panjangnya mencapai setengah depa lebih.
Kim Hoa hujin tertawa hambar, ia maju menghampiri orang
itu sambil ujarnya, "Jangan kuatir, asal minum sebutir pil
pemunah milikku niscaya racun itu akan musnah dengan
sendirinya- walaupun kadar racun kelabangku ini amat hebat,
dengan tenaga lwekang It-bun sianseng yang sempurna
rasanya kau masih mampu untuk bertahan setengah jam lagi.
Kenapa musti kuatir sampai begitu rupa?"
Menanti It-bun Han Too menekan Cekelan tangan
kanannya, tampak kelabang itu dalam keadaan hancur
berkeping-keping rontok ke atas tanah.
Kiranya ia baru menyadari akan bahaya setelah tubuhnya
tergigit oleh kelabang tersebut, tangannya segera sambar
binatang tadi dan hancur lumatkan jadi beberapa bagian.
"Sungguh keji hati perempuan ini!" seru Pek-li Peng dengan
nada gusar. Siauw Ling kuatir gadis itu menerbitkan ke onaran, cepatcepat
ia maju kedepan dan menghadang dihadapan Pek-li
Peng, bisiknya, "Peng ji mari kita duduk sambil menyaksikan
perubahan, tunggu saja sampai munculnya kesempatan baik"
Dalam pada itu sikap It-bun Han Too masih tetap tenang
seperti sedia kala, katanya, "Hujin kau adalah seorang
kenamaan, aku rasa kaupun tak usah membohongi diri ku...."
Dengan suara yang diperkeras ia lanjutkan, "Betulkah Shen


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bok Hong yang memerintahkan Hujin untuk melepaskan
binatang beracun dan melukai diriku?"
Kim Hoa Hujin tertawa. "Kau tak perlu menyinggung tentang Shen Toa Cungcu!"
serunya cepat. "Kau toh terluka oleh kelabangku" nah!
terimalah obat penawar ini....."
Sambil berkata ia merogoh sakunya dan ambil keluar
sebutir pil warna hijau, kemudian diangsurkan kedepan.
It-bun Han Tco menerima obat penawar tadi, tanpa berpikir
panjang ia telan ke dalam perut. Kemudian dengan suara
dingin ujarnya kembali, "Hujin, kau tidak membiarkan diriku
mati tergigit oleh kelabang racunmu itu, apakah kau tidak
takut meninggalkan bibit bencana bagimu di kemudian hari?"
"Haaah...-haaah....haaah....!" Kim Hoa Hn jin tertawa
cekikikan dan menggeleng, "Kalau cuma bermusuhan dengan
It-bun Han Too sih masih bukan bencana besar bagiku!"
It-bun Han Too tertawa dingin, ia tidak berbicara lagi.
Sambil duduk bersila orang itupun mengatur pernapasan.
Kim Hoa Hujin kembali tertawa terkekeh kekeh.
"It-bun heng," ejeknya, "Memang paling bagus kalau kau
segera atur pernapasan dan coba memeriksa keadaan seluruh
tubuhmu, siapa tahu kalau masih ada sisa racun kelabang
yang tertinggal di dalam tubuhmu?"
It-bun Han Too sama sekali tidak menggubris sindiran serta
ejekan lawan, dengan mu lut membungkam dan mata
terpejam ia tetap duduk bersila bagaikan seorang paderi.
Setengah jam sudah lewat dalam suasana hening, selama
ini It-bun Han Too sama sekali tidak buka suara ataupun
menggubris perempuan itu, lama kelamaan Kim Hoa Hu jin
jadi jemu sendiri, tiba-tiba ia putar badan dan berlalu dari situ.
Menanti bayangan tubuh Kim Hoa Hujin telah lenyap tak
berbekas, It-bun Han Too baru buka matanya dan menggapai
si anak muda itu. "It-bun sianseng, ada urusan apa?" tanya Siauw Ling
sambil maju menghampiri dirinya.
"Aku tak mau ambil pusing siapakah kau sebenarnya,
dalam hati aku telah ambil ke-putusan untuk mempercayai
dirimu serta bekerja sama dengan dirimu!"
"Bagus sekali! kalau kekuatan kita tercerai berai memang
sulit untuk meramalkan nasib sendiri, berbeda kalau kita mau
bekerja sama. sedikit banyak harapan kita untuk melanjutkan
hidup jauh lebih besar "
"Sekarang aku telah berhasil menemukan letak istana
terlarang, tolong tanya benarkah kau sungguh-sungguh
memiliki kunci Istana terlarang."
"Dalam keadaan serta Situasi semacam ini apa gunanya
aku membohongi diri sianseng"
"Baik! kalau memang begitu kita tetapkan saja bila malam
telah menjelang tiba nanti kita buka pintu istana terlarang,"
ujar It-bun Han Too dengan wajah serius.
"Sianseng, apakah kau yakin pintu tersebut berhasil kita
temukan?" "Aku rasa delapan puluh persen tak baka! salah lagi..." ia
berhenti sebentar Untuk tukar napas, kemudian ujarnya lagi,
"Satu-satunya harapan kita untuk hidup adalah meminjam
kehebatan alat rahasia di dalam istana tersebut untuk
menghadapi serbuan Shen Bok Hong sekalian."
"Bagaimana dengan luka racun yang sianseng derita?"
"Tidak menjadi soal, sebelum Istana Terlarang dibuka Shen
Bok Hong tak mungkin akan cabut jiwaku!"
"Menurut dugaanku, setiap gerak-gerik dari sianseng pada
saat ini mungkin telah berada dalam pengawasan mereka, aku
rasa tidak leluasa bagiku untuk berbicara lebih jauh dengan
diri sianseng" Perlahan-lahan ia balik kembali ke tempat duduknya
semula. Senja menjelang tiba, sang surya mulai tenggelam di langit
sebelah barat...... Pada saat itulah Shen Bok Hong munculkan diri dengan
langkah tergopoh-gopoh, setibanya dihadapan It-bun Han Too
segera berseru, "It-bun heng. baru saja siaute selesai
bersemadi. aku dengar kau telah dilukai oleh binatang racun
milik Kim Hoa Hujin, bagaimana dengan keadaan lukamu
sekarang," "Aaiii...! keadaanku sudah rada baikan apa lagi setelah
menelan obat penawar serta duduk bersemedi, raganya luka
itu Sudah sembuh kembali sedia kala. Apalagi Kim Hoa Hujm
toh tidak Sengaja melepaskan binatang beracun itu untuk
menggigit diriku. tidak menjadi soal, tidak menjadi soal...."
"Hari sudah hampir malam, silahkan It-bun heng kembali
ke ruang batu untuk beristirahat, soal pintu masuk Istana
Terlarang kita bicarakan besok pagi saja"
"Tak usah!" tolak It-bun Han Too sambil menggeleng,
"siaute merasa masih ada sisa racun kelabang yang masih
mengeram dalam tubuhku, mungkin saja duduk di udara
terbuka akan menambah kesegaran otakku, untuk
menentukan letak pintu istana terlarang"
"Selama ini aku selalu merepotkan Saudara It-bun heng.
hal ini sungguh membuat orang she-Shen merasa tidak
tenteram." "Aaah... kau tak perlu sungkan2, setelah mendehem ringan,
ia melanjutkan, "Toa Cungcu, lebih baik perintahkan anak
buahmu untuk menyingkir dari tempat ini, kalau aku tak ada
urusan penting janganlah orang-orang ganggu
ketenanganku." "Baik akan aku laksanakan keinginanmu It-bun heng!
perhatikan baik-baik kesehatanmu, jangan sampai terlampau
lelah" "Haaah... haah.... kau capkan banyak terima kasih atas
perhatian Toa Cungcu yang begitu mendalam atas
kesehatanku!" Shen Bok Hong tidak banyak bicara lagi, ia putar badan dan
berlalu dengan langkah lebar.
Dengan pandangan tajam It-bun Han Too perhatikan
hingga bayangan punggung Shen Bok Hong lenyap dari
pandangan? kemudian ia pejamkan mata dan bersemedi, kian
lama kian gelap, pemandangan di sekeliling tempat itupun
mulai tertelan oleh kegelapan yang mencekam seluruh jagad.
Siauw Ling tahu detik2 seperti inilah merupakan Waktu
yang paling penting, dia harus mempergunakan kesabaran
yang paling besar Untuk menantikan datangnya kesempatan
ba ik. kendati hatinya amat gelisah hingga sukar terkendalikan
namun ia tetap duduk tak berkutik.
Pek-li Peng yang duduk disisi Siauw Ling, kendati harus
berada di udara terbuka yang amat dingin namun wajahnya
tetap masih tetap tenang-tenang saja, bahkan senyuman
manis seringkali tersungging di ujung bibirnya.
Kentongan pertama dengan cepat berlalu, kentongan
keduapun telah tiba, pada saat itulah perlahan-lahan It-bun
Han Too bangkit berdiri, sebagai orang yang berpengalaman
dan berotak tajam, setelah bangkit sambil bergendong tangan
ia pura-pura berjalan bolak-balik di sekitar situ seakan akan
seseorang yang sedang memikirkan sesuatu.
Menanti ia sudah yakin bahwa di sekitar situ tak ada orang,
didekatinya sisi tubuh Siauw Ling sambil berbisik.
"Kita boleh turun tangan sekarang juga"
Padahal Siauw Ling sudah mengawasi terus gerak-gerik
orang itu, tetapi ia pura-pura seperti baru bangun dari
tidurnya, sambil mengucek mata segera bertanya, "Jam
berapa sekarang?" "Kentongan kedua!"
"Apakah sianseng telah berhasil menemukan letak pintu
masuk Istana terlarang?"
It-bun HanToo tidak menjawab, ia malah balik bertanya,
"Sekarang anak kunci istana terlarang itu berada dimana" "
"Berada dalam sakuku"
"BaWa kemari! ujar orang she It-bun itu sambil angsurkan
tangan kanannya ke muka. Siauw Ling tidak menanggapi perkataan itu ia angkat
kepala dan memeriksa cuaca sebentar, lalu berkata, "Oo Oh
aku sudah akan teringat sesuatu sekarang semestinya aku
harus mengganti sebuah totokan yang lain di tubuh sianseng,
sebab aku takut bila sampai terjadi sesuatu perobahan dan
aku lupa untuk membebaskan jalan darah aneh itu. ada
kemungkinan kejadian itu malah akan merusak kesehatan
badan sianseng!" Sambil berbicara tangan kanannya berkelebat menotok
kembali sebuah jalan darah aneh di tubuh It-bun Han Too,
kemudian membebaskan pula Jalan darah aneh yang tertotok
sebelumnya? It-bun Han Too tetap berdiri tak berkutik di tempat semula,
menanti Siauw Ling telah menyelesaikan pekerjaannya ia baru
berkata, "Sahabat, kau jangan lupa saat ini kita sedang
bekerja sama." Tak usah kuatir, setelah masuk ke dalam istana terlarang
aku pasti akan bebaskan jalan darah di tubuh sianseng itu!"
"Sahabat, aku hendak memberitahukan pula sesuatu
kepadamu, Shen Bok Hong pura-pura bersikap besar jiwa dan
menarik semua orang yang mengawasi kita di sekitar tempat
ini, tindakannya itu bukan berarti kita telah terlepas dari
pengawasannya, asal kita lakukan suatu gerakan niscaya
laporan itu dengan cepat akan disampaikan ke dalam
telinganya!" "Aku mengerti" Siauw Ling mengangguk, "justru karena
itulah kerja sama diantara kita harus dipererat, kita hadapi
setiap mara bahaya secara bersama dengan begitu semua
kesulitan baru bisa kita atasi."
"Waktu yang tersedia bagi kita tidak terlalu banyak, kalau
kau tidak memiliki anak kunci istana terlarang maka gerakan
kita ini sama artinya memberitahukan kepada Shen Bok Hong
letak pintu masuk istana tersebut."
"Sianseng tak usah kualir, usai tempat yang kau temukan
tidak salah maka anak kunci itu pasti akan kuambil keluar."
It-bun Han Too tidak mendesak lebih lanjut, ia berpaling ke
arah Pek-li Peng dan ujarnya lagi, "Bagaimana dengan nona
ini" apakah dia juga ikut"..."
"Sungguh lihay orang ini" pikir Siauw Ling,"Rupanya dia
sudah tahu kalau Peng-ji adalah perempuan yang menyaru
sebagai lelaki..." Sekalipun terkejut, diluar ia tetap bersikap wajar,
jawabnya. "Sudah tentu dia ikut serta bersamaku."
Pek-li Peng tersenyum, ia tetap membungkam.
It-bun Han Too segera putar badan dan berlalu, sambil
berjalan ia berkata, "Jika terjadi perubahan yang ada diluar
dugaan sehingga kita semua tertawan oleh Shen Bok Hong,
sudah pasti kalian berdua bakal menemui kematian secara
mengerikan" "Dan kau sendiri" masa Shen Bok Hong suka melepaskan
dirimu dengan begitu saja?"
"Tentu saja aku tidak akan dilepaskan, tapi paling sedikit
aku tak akan dibunuh pada detik itu juga, itu berarti aku
masih punya peluang besar untuk tetap hidup di kolong langit"
"Kalau sianseng memang berpendapat demikian.
seharusnya kau bisa berlega hati bukan?"
Sementara pembicaraan masih berlangsung mereka telah
tiba di bawah tebing dekat telaga jernih.
"Bila dugaanku tidak salah kata It-bun Han Too, "Pintu
masuk istana terlarang pastilah berada di bawah pancuran air
ini." Mendengar perkataan itu, Siauw Ling segera teringat
kembali akan pemandangan burung elang serta ular melingkar
yang terpantul di bawah sorot sang surya, ia merasa
kemungkinan besar apa yang diduganya adalah benar.
Maka ia lantas menjawab; Semoga saja apa yang diduga
sianseng sedikitpun tidak salah!"
"Aku pikir semestinya tak bakal salah lagi."
"Kalau memang begitu aku akan mendaki ke atas untuk
periksa keadaan di sekeliling situ, harap kalian berdua suka
menanti sejenak di bawah "
"Tunggu sebentar!" tiba-tiba It-bun Han Too berseru.
"It-bun sianseng, apa yang hendak kau katakan lagi?"
"Bila kita hanya berdiri di tempat ini saja, sekalipun
diketahui Shen Bok Hong masih ada alasan yang dapat kita
jawab, sebaliknya kalau kau sampai mendaki ke atas dan
ditemukan olehnya, apa yang harus kita jawab?"
"Aku rasa sianseng tetap punya akal untuk memberi
jawaban, tentu saja kecuali kalau sianseng tak sudi memberi
jawaban" "Aku rasa sekalipun kau mendaki ke atas juga tak ada
gunanya" sambung It-bun Han Too cepat,"Belum tentu pintu
masuk istana dapat kau temukan, apa gunanya kau musti
buang tenaga dengan percuma?"
"Lalu bagaimana menurut pendapat sianseng?"
"Serahkan anak kunci istana terlarang itu kepadaku, biarlah
aku yang periksa keadaan situ!"
"Bagaimana kalau kita naik bersama-sama?"
"Baiklah," jawab It-bun Han Too, dengan kerahkan ilmu
cecak jago tua itu mulai merayap naik ke atas.
"Toako, bagaimana dengan aku?" bisik Pek-li Peng.
"Ayo ikut, mari kita naik bersama-sama"
Pek-li Peng segera kerahkan tenaga dan ikut mendaki ke
atas tebing. Haruslah diketahui dinding tebing itu bukan saja tegak lurus
bagaikan pinggir pisau, lagipula banyak ditumbuhi lumut hijau
sehingga membuat sekitar tempat itu sangat licin, kecuali
mempergunakan ilmu Cakar merayap jangan harap seseorang
dapat mendaki ke atas. Kurang lebih lima tombak kemudian, It-bun Han Too mulai
kepayahan. Napasnya tersengal2 dan tenaganya makin surup.
Siauw Ling segera mengerahkan segenap tenaganya
mempercepat gerakan mendakinya ke atas, dalam waktu
singkat ia berhasil mendekati It-bun Han Too.
Rupanya pemuda ini ada maksud mencari tempat berpijak
yang kuat lebih dahulu kemudian baru membantu It-bun Han
Too mendaki ke atas, tangannya bekerja cepat meraba kesana
kemari. Mendadak tangan kanannya menemukan suatu celah
kosong, rupanya sebuah lekukan tebing yang menjorok masuk
ke dalam.

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kelima jari tangannya segera mencengkeram lekukan
tebing tadi dan menekan sekuat tenaga, tubuhnya dengan
cepat terangkat ke atas dan berhasil mencapai lekukan tebing
tadi. Dalam pada itu napas It-bun Han Too kian bertambah
berat, ia makin tersengkal2 serta kehabisan tenaga. Siauw
Ling tak sempat memeriksa celah lekukan tebing tadi lebih
jauh lagi, dengan sepasang kaki tergantung pada ujung
lekukan tebing tadi, ia jatuhkan badannya ke bawah dan
menyambar baju It-bun Hno Too, sekali sentak ia sudah
angkat tubuh orang itu ke atas tebing.
Sementara itu Pek-li Peng pun telah tiba di atas lekukan
dinding tebing tersebut. Menyaksikan kelihayan dua orang lawannya, It-bun Han
Too menarik napas panjang2. Sambil menatap Siauw Ling
berdua dalam batin pikirnya, "Entah siapakah kedua orang Ini"
rupanya ilmu silat yang mereka miliki jauh dia tas
kepandaianku, napasnya tetap berjalan normal dan sama
sekali tak kedengaran tersengal2."
Menggunakan kesempatan itu Siauw Ling pun mengawasi
pemandangan di sekelilingnya di tengah kegelapan sulit
baginya untuk melihat jelas keadaan di dasar lembah,
menurut perkiraannya dimana mereka berada saat itu kurang
lebih enam tombak dari permukaan.
"Aaah...! rupanya begitu" terdengar It-bun Han Too
bergumam seorang diri. "Ada apa?" cepat si anak muda itu bertanya.
"Aku pernah berpikir, andaikata pintu masuk istana
terlarang benar-benar terletak disini maka seharusnya di dekat
pintu masuk harus ada sebuah tempat untuk berpijak kaki!"
"Jadi maksud sianseng, pintu masuk istana terlarang
pastilah berada di sekitar tempat ini?"
"Aku rasa dugaanku tak bakal salah!"
Ia raba dinding tebing di sekitar tempat itu. lalu
sambungnya, Lekuk dinding itu dalamnya tak sampai setu
depa dan tingginya paling banter tujuh depa, luas
permukaanpun hanya enam depa paling lebih sedikit, itupun
berarti tempat berpijak tersebut hanya mampu menampung
tiga lima orang belaka, lagi pula orang itu harus memiliki ilmu
silat yang sangat lihay. Menurut dugaanku tempat ini pasti
bukan tempat alam, melainkan hasil karya dari seseorang"
"Tapi apa maksud orang Itu membuat sebuah lekukan
tebing diantara dinding bukit yang terjal?"tanya Siauw Ling.
"Tentu saja tempat berpijak kaki Untuk membuka pintu
masuk Istana Terlarang"
"Jadi maksud sianseng, pintu itu pasti berada di sebelah kiri
atau kanan kita?" "Sedikitpun tidak salah..." dia ulurkan tangan kanannya ke
muka dan menambahkan. "Bawa kemari!" "Apanya yang bawa kemari?"
"Anak kunci istana terlarang!"
Dari dalam saku Siauw Ling ambil keluar anak kunci itu, lalu
ujarnya, "Sianseng dapatkah kau beritahu kepada ku dimana
letak pintu masuk Istana Terlarang tersebut?"
"Malam sangat gelap, dari mana aku bisa melihatnya...."
Ia berhenti sejenak dan menambahkan, "Seandainya aku
bisa melihat dari bentuk kunci itu, mungkin saja aku dapat
mempergunakan gambaran itu untuk mencari lubang kuncinya
di sekitar tempat ini."
Kalau ia bersungguh hati akan mengajak kami berdua
masuk ke dalam istana terlarang, tentu saja tak ada salahnya
kalau kunci itu kuserahkan kepadanya," pikir Siauw Ling,
"Sebaliknya kalau dia bermaksud menipu diriku, waah....
terlalu bahaya kalau kunci tadi kuserahkan kepadanya...."
Berpikir sampai disitu ia lantas berseru dengan suara
hambar, "Kunci berada di tanganku harap sianseng perhatikan
dengan seksama...." Dengan pandangan tajam It-bun Han Too perhatikan
bentuk kunci tadi, lalu ujarnya, "Dalam keadaan seperti ini,
masa kau masih belum percaya terhadap diriku:...?"
"Aku tak ingin terlalu mempercayai orang lain. apalagi
percaya terhadap sianseng..."
Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba dari arah
tebing berkumandang datang suara teriakan Shen Bok Hong
yang serak-serak basah, "It-bun heng, sudah kau temukan
belum pintu masuk Istana Terlarang"....."
Suaranya nyaring dan tajam, persis bergema dari bawah
tebing dimana beberapa orang itu berada.
It-bun Han Too melirik sekejap ke arah Siauw Ling dengan
pandangan dingin, lalu tanyanya setengah berbisik, "Siapakah
sebetulnya dirimu?" "Kita hadapi dulu Shen Bok Hong! setelah pintu istana
terbuka aku pasti akan memberitahukan namaku yang
sebenarnya!" It-bun Han Too tidak terlalu mendesak, ia segera menyahut
dengan suara keras, "Pintu masuk belum berhasil kutemukan,
harap Shen Toa Cungcu tak usah kuatir!"
"Hati hatilah It-bun heng, jangan sampai tergelincir dan
jatuh ke bawah!...."
"Tempat ini aman sekali, Toa Cungcu tak perlu
menguatirkan keselamatanku."
"Perlulah aku turunkan perintah untuk memasang lampu?"
"Tidak usah. aku cuma ingin menyelidiki letak yang
sebenarnya dari pintu masuk Istana Terlarang, lebih baik Toa
Cungcu jangan mengganggu perhatianku lagi "
Berbicara sampai disitu, ia segera pusatkan perhatiannya ke
arah dinding tebing dan mencari dengan sungguh hati.
Cahaya lampu berkilauan mengusir kegelapan yang
mencekam seluruh jagad, rupanya di bawah tebing telah
dipasang sebuah obor raksasa yang terbuat dari bahan
khusus, setelah obor tadi dipasang maka terlibatlah lidah api
berkobar mencapai dua depa lebih daerah sekitar puluhan
tombak seketika terang benderang bagaikan di siang hari saja
Di bawah tebing berdirilah tujuh delapan orang jago lihay.
Orang pertama bukan lain adalah Shen Bok Hong sedang
disisi tubuhnya berdirilah Tong Lo Thay-thay dari propinsi
Suchuan, Kim Hoa Hujin, Ciu Cau Liong. Liong-bun Siang Eng
serta Phoa Liong salah seorang dari empat mandor selat itu.
Enam tujuh depa disisi beberapa orang itu berdiri seorang
pria kekar yang berperawakan tinggi besar, orang itulah yang
mencekal obor raksasa tersebut.
Dengan ketajaman mata Shen Bok Hong serta bantuan
sorot cahaya obor raksasa tadi, ia berhasil melihat jelas
pemandangan di atas tebing tersebut, segera serunya lantang,
"Tempat kalian bertiga berpijak saat ini adalah sebuah celah
tebing yang sama sekali tak terlindung, bila aku orang she-
Shen turunkan perintah untuk menyerang kalian dengan
senjata rahasia, mungkin sukar bagi It-bun Heng untuk
mempertahankan diri "
Terperanjat hati It-bun Han Too setelah mendengar
ancaman itu, pikirnya di dalam hati, "Perkataannya sedikitpun
tidak salah seandainya ia menyerang kami dengan anak panah
atau senjata rahasia maka sulit bagi ku untuk
mempertahankan diri...... apa yang harus kulakukan
sekarang?" Sekalipun batinnya Sangat ketakutan, di luaran ia tetap
mempertahankan ketenangannya, setelah termenung sejenak
segera jawabnya, "Sebelum aku berhasil temukan letak pintu
masuk istana terlarang, aku harap Toa Cungcu jangan terburu
nafsu dan pikirkan yang bukan-bukan......"
Beberapa patah kata itu amat sederhana, tapi justru karena
kesederhanaan jawaban i tu segera memancing rasa curiga
Shen Bok Hong yang licik, untuk beberapa saat lamanya ia tak
dapat menduga kebenaran dari jawaban lawannya.
Lebih-lebih Siauw Ling, pada saat ini ia benar-benar merasa
sangat kuatir, ia takut Tong Lo Thay-thay menyerang mereka
dengan senjata rahasia beracun, sebab andaikata terjadi
begini maka sulitlah baginya untuk menghindarkan diri.
Maka dari itu seluruh perhatiannya segera dipusatkan ke
bawah tebing dan mengawasi setiap gerak-gerik dari Shen Bok
Hong. "Bawa kemari!" seru It-bun Han Too tiba-tiba. Suaranya
lirih dan rupanya ia takut ke tahuan gembong iblis itu.
Dalam keadaan Siauw Ling tak dapat berpikir panjang lagi,
ia ambil kunci tersebut dan Segera diserahkan ke tangan Itbun
Han Too. Dalam pada itu dari bawah tebing, mendadak terdengar
jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang
memecahkan kesunyian. Tampaklah tubuh Phoa Liong salah seorang diantara empat
orang mandor itu meluncur ke tengah udara dan menumbuk
di atas dinding tebing, diiringi suara nyaring kepalanya hancur
berantakan dan melayanglah jiwa orang itu seketika itu juga.
Jelas Shen Bok Hong telah mencurigai asal usul dari Siauw
Ling serta Pek-li Peng, ketika di tanyakan kepada Phoa Liong
ternyata jawabannya tidak betul, dalam gusarnya Shen Bok
Hong segera melemparkan tubuhnya ke arah dinding tebing.
Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan 2 Wiro Sableng 108 Hantu Muka Dua Pedang Pelangi 22
^