Pencarian

Budi Kesatria 22

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 22


Betul juga tebakan It bun Han to, baru saja ia
menyelesaikan kata-katanya terdengar Bu w i totiang
membentak keras: "Taysu berhenti!"
Sementara itu Ceng kong taysu sedang di teter terus oleh
permainan pedang Lan Giok tong yang gencar sehingga
mundur terus ke belakang berulang kali, mendengar bentakan
dari Bu wi totiang ia siap melompat ke belakang.
Siapa tahu Lan Giok tong; bertindak lebih cepat, sambil
tertawa dingin katanya. "Mau lari ?" Heehh heehhh heehh tidak segampang itu!"
Ditengah bentakan yang nyaring, tiba-tiba ia keluarkan satu
jurus simpanannya yang tangguh setelah berhasil
menyingkirkau golok Ceng kong taysu, pedangnya langsung
berkelebat kedepan dan menusuk lengan kiri hwesio itu.
Darah segar segera memancar keluar dari mulut luka itu
dan membasahi seluruh tubuhnya.
Bu wi totiang mendengus dingin, ia menerjang maju
kedepan, pedangnya segera dikembangkan sedemikian rupa
menciptakan selapis cahaya tajam yang amat menyilaukan
mata. Jurus serangan tersebut merupakan jurus pedang yang
tangguh dari perguruan Bu tong pay, yakni jurus seng ho to
kwa (sungai bintang tergantung diatas awan) dari ilmu pedang
Tay kek hwe kiam. Muncullah berpuluh-puluh titik cahaya tajam bagaikan
rontoknya bintang dari langit, serangan tersebut benar-benar
merupakan suatu jurus serangan yang sangat tangguh.
Lan Giok tong tak berani bertindak gegabah, dengan jurus
bay si seng lo (bangunan kota ditengah samudra) pedangnya
berputar kencang menciptakan selapis cahaya pedang untuk
melindungi badan. Trang traang traaang secara beruntun terjadilah benturan
keras yang menimbulkan suara dentingan nyaring.
Cahaya tajam segera sirap dan muncullah bayangan
manusia dari kedua belah pihak.
Ketika semua orang amati keadaan diri kedua orang itu,
maka tampaklah pakaian yang dikenakan Lan Giok-tong telah
robek tersambar oleh cahaya pedang ysng tajam i tu.
Kontan saja Shen Bok Hong tertawa dingin, serunya
dengan nada setengah mengejek:
"Huuuh..! Namanya saja seorang ketua dari perguruan Bu
tong pay, tak tahunya yang bisa dikerjakan hanya menyergap
orang secara diam-diam engkau tidak malu ditertawakan
orang banyak?" Bu wi totiang tertawa dingin pula:
"Heehh..... heehh.... heeeh... jangan sok mengejek orang,
bagaimana dengan engkau sendiri" Bukankah engkau juga
memerintahkan Lan Giok tong untuk menghadapi lawannya
secara bergilir, apakah perbuatanmu itu juga pantas?"
Sepasang mata Shen Bok Hong memancarkan sinar yang
tajam, ia memandang sekejap sekeliling gelanggang,
kemudian memandang sekejap pula kearah kakek baju kuning
bersenjata tongkat bambu yang berdiri didepan pintu, lalu
ujarnya kembali kepada Lan Giok tong.
"Lan siheng, bagaimana keadaan lukamu?"
"Hanya pakaianku saja yang robek, untung tidak sampai
melukai badan, aku masih berkemampuan untuk melanjutkan
kembali pertarungan ini.."
Berbicara sampai disitu tiba-tiba ia maju dua langkah
kedepan, sambil menuding Bu wi Totiang dengan pedangnya
ia menantang. "Totiang, beranikah engkau melangsungkan suatu
pertarungan seru satu lawan satu dengan aku orang she Lan
?" "Heeeh heeeh heeeh engkau benar-benar akan menantang
pinto untuk bertarung satu lawan satu ?" Bu wi totiang
menebaskan sambil tertawa dingin.
"Benar, kalau totiang tidak berani menerima tantangnnku
untuk berduel, aku minta engkau lebih baik menyingkir saja
diri sini dan persilahkan nona Gak untuk tampil ke depan."
Bu wi totiang tertawa ewa ;
"Rupanya tujuan kedatanganmu kemari adalah berharap
bisa berjumpa dengan nona Gak, sayang sekali nona Gak tidak
sudi ber jumpa lagi dengan dirimu !"
"Kenapa?"" teriak Lan Giok tong dengan gusarnya.
Bu wi totiang segera tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeeh heeeh heeeehh kalau nona Gak bersedia untuk
menjumpai dirimu, maka ia tak akan tinggalkan tempat ini !"
"Jadi nona Gak benar-benar sudah pergi dari sini?" Lan
Giok tong menegaskan dengan paras muka berubah hebat.
"Mungkin ia pergi dari sini lantaran masih ada urusan yang
jauh lebih penting dari perjanjiannya dengan kalian, mungkin
juga lantaran ia tak sudi berjumpa lagi dengan dirimu, maka ia
segera tinggalkan tempat ini, pokoknya yang pasti ia sudah
tak berada ditempat ini lagi"
"Mana Giok siau long-kun!" tanya Lan Giok-tong dengan
cepat. "Ia juga sudah pergi, bilamana Giok-siau long kun masih
berada disini, maka dia tak nanti akan membiarkan engkau
menantang sona Gak untuk berduel!"
"Apakah Giok-Siau long kun pergi bersama-sama nona
Gak"!" tanys Lan Giok tong lagi dengan gelisah.
"Tentang soal ini.. Aku merasa kurang begitu jelas!"
Sampai disitu Lan Giok Tong lantas berpaling dan
memandang sekejap kearah Shen Bok Hong, katanya dengan
lesu : "Toa cungcu, nona Gak telah meninggalkan tempat ini!"
Shen Bok Hong segera tertawa hambar dan menanggapi :
"Ucapan kaum perempuan memang paling tak dapat
dipercayai buat apa Lan si heng musti terlalu pikirkan
persoalan ini didalam hati"!"
Betapa sedih dan kesalnya Lan Giok tong seketika itu juga
semangat tempurnya lenyap tak berbekas, niatnya untuk
menantang duel Bu wi totiang pun ikut lenyap dengan begitu
saja. Setelah melirik sekejap kearab Bu-wi to tiang, perlahanlahan
ia mengundurkan diri kebelakang.
"Lan si heng !" Shen Bok Hong segera menimbrung sambil
tertawa ewa, "bukankah engkau telah menantang Bu wi
totiang untuk berduel"!"
Perlahan-lahan Lan Giok tong putar badannya dan
memandang sekejap kearah Shen Bok Hong, kemudian
ujarnya : "Pertarungan yang berlangsung hari ini bukan pertarungan
mencari nama atau kedudukan seperti pada umumnya, aku
rasa tidak menjadi kewajibanku bukan untuk bertarung matimatian
melawan Bu wi totiang?"
Shen Bok Hong tertawa ewa;
"Aku memangnya totiang, cuma saja Lan si heng toh sudah
terlanjur mengutarakan tantanganmu itu, sekalipun engkau
ada minat untuk batalkan niatmu ini. sepantasnya kalau
mencari suatu alasan yang lebih tepat dulu sebelum
mengundur lagi." "Shen toa Cungcu, sebelum melakukan kerja sama kita kan
sudah saling menyetujui syarat-syarat yang diajukan masingmasing
pihak, Aku memancing Siau Ling masuk perangkap
sedang Shen toa cungcu membantu aku menawan nona Gak,
sekarang Siau Ling sudah terpancing dan mati terjebak dalam
kebakaran sebaliknya engkau belum penuhi janjimu. Kemarin
Gak Siau cha toh telah datang ke mari, mengapa kau tak mau
dengarkan perkataanku dan menawannya seketika itu juga.
Sekarang ia dan Giok siau long kun telah kabur dari sini. Itu
berarti pula Shen toa cungcu sama sekali tidak menepati
janjimu!" Setajam sembilu sorot mata yang terpancar keluar dari
sepasang mata Shen Bok Hong, segera sambutnya dengan
dingin: "Sampai sekarang mayat Siau Ling belum ditemukan,
apakah dia telah mati atau masih hidup susah diramalkan,
sebaliknya Gak Siau-cha kan masih hidup didunia ini, apakah
Lan siheng tidak merasa bahwa perkataanmu kau utarakan
terlalu pagi ?" Dengan gusar bercampur mendongkol Lan Giok tong
tertawa dingin. "Heebhh. heehhb. Heehhh, kalau kudengar dari
pembicaraan Shen toa cungcu, tampaknya engkau sama sekali
tidak menaruh perhatian atas janjimu dengan aku orang she
Lan, kalau toh memang begitu rasanya aknpun tak usah jual
nyawa bagimu lagi!" "Kalau toh Lan si heng mengatakan begitu, aku orang she
Shen tidak berani terlalu memaksa dirimu lagi" tukas Shen Bok
Hong sambil mengulapkan tangannya, " bila engkau tak minat
untuk mencampuri urusan ini lagi, silahkan saja engkau segera
berlalu dari tempat ini!"
Lan Giok tong mendengus dingin, ia tidak berkata-kata lagi.
Selangkah demi selangkah dihampirinya meja abu Siau Ling,
kemudian setelah berdiri depan wajah serius dia berkemak
kemik seperti sedang mengatakan sesuatu, namun apa yang
didoakan tak seorangpun yang tahu.
Betapa gusar dan mendongkolnya Shen Bok Hong
menghadapi kejadian ini. Api amarah telah berkobar dalam
dadanya, tapi sebisa mungkin ia berusaha untuk
mengendalikan perasaannya itu. Ia lantas berpaling kearah Bu
wi totiang dan berkata. "Kalau toh Lan Giok tong tak berani bertarung melawan
totiang, bagaimana kalau aku saja yang melayani engkau
sebanyak beberapa jurus?"
Tentu saja Bu wi totiang sadar bahwa kepandaian silatnya
bukan tandingan lawan, akan tetapi ia merasa tak leluasa
untuk menampik tantangan orang, terpaksa sambil keraskan
hati dia menjawab. "Sudah tentu pinto harus melayani keinginan Shen toa
cungcu bilamana engkau sudah tertarik dengan diriku!"
"Baik, aku orang she Shen akan melayani permainan
senjatamu dengan tangan kosong!"
Bu wi totiang menghembuskan napas panjang ia silangkan
pedangnya didepan dada, kemudian bersiap siaga untuk turun
tangan. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara bentakan nyaring
berkumandang memecah kan kesunyian.
"Totiang, jangan turun tangan!" It bun Han to dengan
langkah yang lambat tapi tetap, setindak demi setindak
munculkan diri dari belakang mimbar.
Menjumpai kemunculan jago lihay ini Shen Bok Hong
segera menegur dengan suara dingin:
"Hmm ! Telah kuduga bahwa engkau pasti berada disini
dan mengepalai semua persiapan ditempat ini, ternyata
dugaanku sama sekali tidak keliru..!"
It bun Han to tertawa ewa.
"Oooh... ternyata Shen toa cungcu masih ingat dengan aku
It bun Han to, rupanya kesan Shen toa cungcu terhadap diriku
cukup mendalam, aku jadi kikuk sendiri rasanya."
Shen Bok Hong tertawa dingin.
"Hmm ! Cukup kutinjau dari segala persiapan yang terdapat
disini, aku sudah menduga kalau engkaulah yang mengatur
segala sesuatunya. Heeeh heeeh heeeh sepantasnya kalau
kubunuh dirimu sedari dulu..."
"Aku tahu bahwa Shen toa cungcu selalu bermaksud untuk
membinasakan diriku, sayang engkau tak dapat mencari
kesempatan yang paling baik untuk melakukan hasratmu itu."
Ketika ada diluar istana terlarang, Siau Ling telah
selamatkan jiwamu" kata Shen Bok Hong setengah mengejek,
"tapi sekarang Siau Ling telah tewas, didunia ini sudah tak ada
orang lagi yang mampu menyelamatkan jiwamu, kendatipun
engkau licik dan banyak akal muslihatnya jangan harap
engkau bisa lolos pada hari ini dalam keadaan selamat"
It bun Han to tertawa hambar.
"Akupun sangat berharap agar apa yang Shen cungcu
harapkan benar-benar bisa terwujud pada hari ini " jawabnya.
"Heehhh, heebhh. heehhh.. apakah It bun heng merasa
bahwa aku orang she Shen tidak memiliki kemampuan untuk
membereskan jiwamu itu !"
"Tentu saja aku percaya bahwa Shen toa cungcu memiliki
kemampuan untuk berbuat begitu, sebab aku percaya
sebelum datang kemari engkau sudah pasti telah membuat
persiapan yang matang, tapi akupun telah melakukan segala
persiapan.." Tiba-tiba Shen Bok Hong bergerak maju kedepan dan
mendekati It-bun Han to sambil maju kemuka katanya :
"Aku jadi ingin tahu persiapan apakah yang telah It-bun
heng lakukan selama ini, dan sampai dimana pula kehebatan
dari persiapanmu itu!"
Bukannya menghindar atau mundur ke belakang, It bun
Han to malahan memapaki kedatangan Shen Bok Hong dia
segera menengadah dan tertawa terbahak-bahak.
"Haahhh. haahhh. haahhh, batok kepalaku telah kusiapkan
di hadapanmu, bilamana Shen toa cungcu merasa mempunyai
keberanian untuk memetiknya silahkan saja untuk memetik
kepalaku ini" Shen Bok Hong memang seorang manusia yang besar
sekali kecurigaannya, ia tahu bahwa kepandaian silat yang
dimiliki It bun Han to cetek sekali, tak mungkin ia sanggup
menahan sebuah pukulannya.
Ternyata orang itu bukan saja tidak menghindar diri
malahan menyongsong kedatangannya, bila tiada sesuatu
yang tak beres, jelas hal ini tak mungkin bisa dilakukan
olehnya. Satu ingatan segera melintas dalam benaknya, tiba-tiba
gembong iblis ini menghentikan langkah kakinya.
It bun Han to segera tersenyum ejeknya
"Shen toa cungcu, mengapa engkau tak jadi turun
tangan"!" Setajam sembilu sorot mata Shen Bok Hong diawasinya It
bun Han to dari atas kepala hingga keujung kakinya,
kemudian ia berkata dengan nada sinis :
"Selamanya engkau berjiwa pengecut dan takut mampus,
aku jadi heran, mengapa pada saat ini engkau jadi seorang
pemberani"!"

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

It bun Han to tertawa ewa.
"Jadi seorang manusia adalah jamak kalau senantiasa
mengalami perubahan, baik dalam watak maupun keberanian,
dahulu aku memang benar-benar takut mati. tapi sekarang
aku tidak lagi berjiwa pengecut, kupandang suatu kematian
bagaikan pulang kerumah saja. Aku tahu ilmu silat yang
dimiliki Shen toa cungcu sangat lihay, hanya sekali pukulan
saja nicaya isi perutku akan hancur dan selembar nyawaku
akan melayang, hmm..! Sungguh menggelikan sekali, ternyata
engkau masih banyak curiga dan tak berani melakukan
serangan terhadap diriku"
Bu wi totiang terhitung seorang jago yang cerdik tentu
saja ia dapat meraba maksud hati It bun Han to, rupanya ia
telah mempunyai niat seperti Sun Put shia tadi, yakni
memancing amarah Shen Bok Hong sehingga sebuah
pukulannya akan meledakkan Poh san sin lui yang berada
dalam sakunya, asal bahan peledak itu meletus niscaya ia dan
Shen Bok Hong akan tewas seketika itu juga;
Setelah memahami maksud dan tujuan rekannya ini imam
tua dari perguruan Bu tong pay ini jadi kagum dan salut atas
kesediaannya untuk berkobar demi kepentingan umum
Shen Bok Hong yang lihay dan hebat ternyata benar-benar
memiliki ketenangan yang jauh melebihi siapapun ia tidak
gusar tapi melirik sekejap kearah Bu wi totiang lalu sambil
tertawa ewa katanya : "It bun Han to, aku telah memahami sampai dimanakah
karaktermu, engkau tak lebih adalah seorang pengecut yang
takut mampus, orang yang takut mati mendadak jadi seorang
pemberani, haah. haahh..haah.. sekalipun seorang manusia
paling bodoh juga tahu kalau engkau telah siapkan suatu
perangkap busuk untuk menjebak aku, sayang selama
hidupku aku paling mengutamakan ketenangan dan pikiran
yang tetap dingin, aku rasa jerih payah It bun sianseng
kembali akan sia-sia belaka!"
Sementara pembicaraan berlangsung, sepasang matanya
dengan tajam mengawasi terus perubahan It bun Han to, dia
berharap bisa temukan sesuatu pertanda yang mencurigakan
hati. ---o0dw0o--- Shen toa cungcu, ku akui engkau memang seorang jago
yang pintar!" puji It bun Han to sambil tertawa, "Cuma aku
yakin, sekalipun engkau peras keringat habis-habisan, belum
tentu akan kau temukan alasannya mengapa secara tiba-tiba
aku It bun Han to tak takut mati dan memandang suatu
kematian bagaikan pulang kerumah!"
Shen Bok Hong mendengus dingin, tiba-tiba ia berpaling ke
arah Kim hoa hujin seraya berkata.
"Hujin apakah engkau bawa serta ular Pek Sian ji mu itu?"
"Ada dalam sakuku!" jawab Kim hoa hujin.
"It bun Sianseng adalah seorang ahli dalam ilmu racun,
apakah Pek Sian ji milikmu mampu untuk melukainya?"
"Apakah Shen tos cungcu hendak mencoba kepandaian
silatku?" sahut Kim hoa hujin sambil tertawa.
"Benar aku jadi curiga dengan It bun Han to setelah
menyaksikan tingkah lakunya yang luar biasa dan takut mati
itu. Kalau dugaanku tak meleset, dibalik peristiwa ini tentu ada
hal-hal yang tidak beres, jangankan dia bukan seorang
pemberani, kendatipun dia mempunyai keberanian yang
terpuji, belum tantu ia rela mati diujung telapakku, maka
lantas menduga bahwa ia telah siapkan rencana busuk untuk
menjebak diriku" "Rencana busuk apa?"
"Tampaknya ia berhasrat untuk beradu jiwa dengan diriku!"
Kim hoa hnjin memandang sekejap kearah It bun Han to,
kemudian sambil tertawa ewa katanya.
"Kenapa aku tidak melihatnya" Dengan cara apa dia akan
beradu jiwa dengan dirimu?""
"Kelicikan dan kecerdikan It bun Han to tak bisa ku anggap
sebagai suatu permainan, bagiku lebih baik sedia payung
sebelum hujan dari pada harus menyesal sesudah nasi
menjadi bubur" ujar Shen Bok Hong memberikan pendapatnya
"siapa tahu kalau dalam sakunya telah ia siapkan bahan
peledak yang sangat berbahaya" Kalau aku bertindak secara
gegabah, dan bahan peledak itu sampai tersentuh olehku
sehingga meledak, siapa yang bakal rugi?"
Setelah tertawa tergelak, dia melanjutkan
"Haaah... haaah... haaah... yang penting bagi kita sekarang
bukanlah persoalan intrik dan rencana keji apakah yang
sedang dia siapkan asalkan kita lepaskan pek Sian ji yang
sangat beracun itu untuk menghadapinya, maka urusan akan
menjadi beres dengan sendirinya.
Terhadap diri Kim hoa hujin pada hakekatnya Shen Bok
Hong memang memberikan perlakuan yang istimewa, akan
tetapi perintah dari gembong iblis itu tak berani dibangkang
Kim hoa hujin dengan begitu saja.
Maka perempuan suku Biau ini segera merogoh kedalam
sakunya dan mengambil keluar sebuah tabung bambu, sambil
dipegangnya dia berkata dengan nada dingin:
"It-bun heng, tentunya engkau sudah memahami bukan
sampai dimanakah kehebatan racun yang dikandung ular Pek
sian ji ini, aku rasa tak perlu aku jelaskan secara khusus lagi
kepadamu!" Sementara itu Bu wi totiang dan Sun Put shia yang
mendampingi It bun Han to ditepi gelanggang merasa benarbenar
kagum dengan kecerdasan otak gembong iblis ini.
Sekarang mereka baru tahu bahwa Shen Bok Hong bukanlah
seorang musuh yang empuk. Segera pikirnya dihati,
"Banyak orang menceritakan bagaimana kejam dan liciknya
Shen Bok Hong, sesudah bertemu hari ini kenyataan memang
membuktikan bahwa dia sangat teliti dan berotak brilian,
manusia macam begini sukar sekali rasanya untuk dihadapi."
Di pihak lain, It bun Han to telah berkata dengan dingin
"Hujin, Pek sian ji milikmu itu lebih bernilai dari nyawamu
sendiri, aku lihat lebih baik janganlah kau gunakan secara
sembarangan!" "Haahhh. Haaahhh. Haaahhh. Apa boleh buat" Aku
memang ingin menyimpannya kembali tapi perintah dari Shen
toa cungcu siapa yang berani membantah" Saudara It bun,
lebih baik berhati-hatilah uutuk menghadapi serangan pek
Sian ji!" kata Kim hoa hujin sambil tertawa terkekeh kekeh.
Bersamaan dengan selesainya ucapan tersebut, dia segera
ayunkan tangan kanannya kemuka. Sekilas cahaya putih
dengan kecepatan bagaikan petir langsung menyambar
ketubuh It bun Han to. Bu wi totiang yang telah bersiap siaga segera bertindak
cepat, bersamaan waktunya Kim hoa hujin melepaskan Pek
Sian ji dia pun menerjang kemuka sambil melepaskan satu
babatan kilat, desiran angin tajam segera membelah angkasa.
Tertahan oleh desiran angin kuat itu, Pek Sian ji tergetar
diudara dan meluncur kebawah, disitu Bu wi totiang telah
memakai dengan pedangnya. Duuuk! Dengan telak bacokan
itu bersarang ditubuh Pek Sian ji.
Pekikan nyaring mengeletar membelah angkasa, bukannya
tersayat kutung oleh bacokan itu, tiba-tiba Pek Sian ji
melingkarkan tubuhnya menjadi satu, kemudian dengan ketat
pedang Bu wi totiang dibelenggu dengan badannya.
Pedang panjang yang digunakan Bu wi to tiang itu
sekalipun belum terhitung sebagai pedang mustika yang
sangat ampuh, namun terbuat dari baja murni yang tajamnya
luar biasa, ujung rambutpun akan tersayat kutung dalam
sekali bacokan.vAkan tetapi ular pek-sian-ji sama sekali tak
jeri untuk membelenggu pedang itu dengan badannya,
malahan makin melilit semakin kencang, sedikitpun badannya
tak tampak terluka atau cedera.
Shen Bok Hong yang ada disisi kalangan segera tertawa
dingin dan ber olok-olok "Heeeh.. heeeh.. heeeh.. bagus, bagus sekali perbuatan
kalian, Huh ! Kalau mengakunya sama seorang pendekar
sejati yang menegakkan keadilan dan kebenaran, eeeh tak
tahunya tianglo dari Kay pang dan ketua dari Bu tong pay
harus bekerja sama untuk menghadapi seorang perempuan
lemah...memalukan sungguh memalukan !"
"Hmm ! Engkau tak perlu mengolok-olok yang kuhadapi
bukan orangnya tapi makhluk beracun itu ." jawab Sun Put
shia dengan dingin. Dia melompat maju kedepan seraya melepaskan sebuah
pukulan dahsyat, tantangnya lagi:
"Shen toa cungcu, kalau engkau mengaku jantan dan
berilmu tinggi, beranikah engkau menerima tantanganku
untuk berduel ?" Shen Bok Hong melepaskan sebuah pukulan udara kosong
untuk menangkis datangnya ancaman, lalu jawabnya :
"Mau menantang aku untuk berduel " Hmm.. Pengemis tua,
dengan andalkan sedikit kepandaianmu itu, engkau akan
mengajak aku untuk berkelahi?""
Ketika dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat itu
saling membentur satu sama lainnya segera terjadilah suatu
ledakan yang memekikkan telinga, pasir dan debu
beterbangan memenuhi saluran angkasa.
Shen Bok Hong telah bersiap siaga menghadapi serangan
tersebut, setelah melancarkan sebuah pukulan dahsyat, tibatiba
ia meleset dan mundur dua kaki kebelakang.
Dalam bentrokan itu, Sun Put shia merasakan sekujur
badannya tergetar keras, kejadian ini membuat hatinya
terkesiap. "Sungguh hebat dan luar biasa tenaga dalam yang dimiliki
gembong iblis ini " pikirnya dihati "aku tak boleh memandang
terlalu enteng atas dirinya!"
Selama ini Shen Bok Hong sendiri masih, menaruh curiga
atas keberanian Sun Put shia menantang dirinya untuk
berduel, dia bermaksud untuk membongkar rencana busuk
apakah yang terselip dibalik tantangan itu.
Dalam perkiraannya jika ada suatu tipu muslihat, niscaya
setelah menerima pukulan itu maka akibatnya akan ketahuan.
Akan tetapi apa yang terjadi kemudian" Sedikitpun tidak
terjadi perubahan pada diri pengemis tua itu.
Baik Sun Put-shia maupun Bu wi totiang tidak berani
bersungguh-sungguh melukai ular pek sian ji milik Kim hoa
hujin, mereka kuatir kalau perempuan dari suku biau ini tak
lain adalah mata-mata yang diutus Siau Ling untuk mencari
informasi didalam perkampungan Pek hoa san cung, maka dari
itu dikala ular tersebut membelenggu ujung pedangnya,
segera Bu wi to tiang menggetarkan pergelangannya sehingga
ular tadi terjatuh keatas tanah.
Menyaksikan ularnya terjatuh keatas tanah. Kim hoa hujin
segera maju kemuka dan menjemput kembali ular Pek sian
jinya itu untuk dimasukan kedalam saku.
It bun Han to sendiri dengan wajah yang serius dan keren
tetap berdiri tak berkutik ditempat semula, sinar matanya
yang tajam mengawasi terus pemuda baju hijau yang
bertangan kosong itu dengan seksama.
Sejak munculkan diri, pemuda baju hijau itu tak pernah
mengucapkan sepatah katapun. Sikapnya tenang dan santai.
Terhadap pertarungan yang sedang berlangsung ditengah
gelanggang sama sekali tidak tertarik ataupun melirik barang
sekejappun. Dalam pada itu, kakek baju kuning yang berdiri disamping
pintu gerbang mendadak mengseserkan tubuhnya., dengan
demikian ia segera berdiri menghalang jalan keluar orang
yang ada disitu. Shen Bok Hong dengan penuh curiga menyapu sekejap
ruangan itu, mendadak ia menemukan bahwa gelagat tidak
menguntungkan pihaknya, bagaimanapun juga posisi pihaknya
sudah kalah separuh, timbullah niat untuk mengundurkan diri
dari situ, Tanpa membuang banyak waktu, segera bisiknya lirih :
"Mari kita pergi dari sini!"
---oo0dw0oo--- JILID 39 TIDAK menanti jawaban, dia melangkah lebih dahulu
menuju keluar. Pada waktu itu orang yang berdiri didepan
pintu keluar sangat banyak, kebanyakan adalah jago-jago
persilatan yang datang untuk menyaksikan jalannya
pertarungan. Ketika mereka saksikan Shen Bok Hong berjalan
menghampiri kearah mereka, orang orang itu segera
menyingkirkan diri ke samping.
Dalam waktu singkat hanya kakek berbaju kuning saja yang
masih berdiri di depan pintu tanpa bergerak.
"Shen Bok Hong!' tiba-tiba It bun Han-to membentak
dengan suara dalam. Mendengar namanya disebut It bun Hao too secara
langsung, kontan saja Shen Bok Hong mengerutkan dahinya
dengan penuh kegusaran, segera hardiknya:
"It-bun Han too! Aku lihat nyalimu kian lama kian
bertambah besar, agaknya engkau sudah bosan hidup?"
"Toa congcu !" sahut It bun Han-to dengan ketus, pada
saat ini aku orang she It bun sudah bukan tamumu lagi.
sekarang kita berdiri dalam posisi saling bermusuhan, Hmm!
Jangan toh cuma menyebut nama Shen Bok Hong belaka,
sekalipun mencaci maki dirimu dengan kata-kata yang lebih
tak sedap pun engkan tak dapat berbuat apa-apa!"
Betapa marahnya Shen Bok Hong sukar dilukiskan dengan
kata-kata, ia segera menengadah dan tertawa terbahakbahak.
"Haahhh. haahhh. haahh. bagus, bagus sekali perkataamu
itu. nah, apa yang hendak engkau katakan"!"
Sudah lama It-bun Han-to bergaul dengan Shen Bok Bok
Hong, tentu saja diapun tahu bahwa kemarahan dari gembong
iblis itu sudah mencapai pada puncaknya, hanya saja ia masih
berusaha nengendalikan secara paksa sehingga kemarahan itu
tak sampai terlampiaskan keluar.
"Sampai detik ini mati hidup Siau tayhiap masih merupakan
suatu tanda tanya besar, aku rasa dikolong langit dewasa ini
tidak banyak jago yang sanggup berduel satu lawan satu
dengan dirimu.." ia berhenti sebentar untuk tukar napas,
kemudian melanjutkan. "Oleh sebab itu untuk menghadapi seorang jago tangguh
macam engkau mau tak mau aku harus mempersiapkan suatu
siasat yang tepat pula"
"Hmml Kalau ingin berkelahi, silahkan saja kamu semua


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maju bersama-sama?" It bun Han tio tertawa lebar.
"Shen toa cungcu mengatakan bahwa pedoman hidupmu
selama ini adalah ketenangan dan ketelitian, tapi sayang
menurut pendapatmu pedoman tersebut sudah ditinggalkan
oleh Shen toa cuncu! "Maksudmu?" teriak Sheo Bok Hong sambil menarik muka.
"Dalam perkiraanmu hanya cukup membawa empat orang
jago lihay maka kami semua sudah bisa kalian taklukkan, tapi
bagaimana kenyataannya sekarang" Hmm! Pada hakekatnya
semua orang yang ada dikolong langit telah bermusuhan
dengan dirimu, mereka semua telah bertekad untuk beradu
jiwa dengan engkau, tak nanti orang-orang itu sudi bertekuk
lutut dan jeri kepadamu lagi, tahukah engkau mengapa bisa
terjadi perubahan yang seratus delapan puluh derajat ini?""
Soen Bok Hong mendengus dingin dan tetap
membungkam. It bun Han to menatap sekejap ke arah lawannya dengan
pandangan tajam, kemudian ujarnya lebih jauh:
''Perubahan ini terjadi setelah Siau tay hiap celaka
ditanganmu, perbuatanmu yang rendah pengecut dan
terkutuk itu telah mengetuk hati mereka semua, berbondongbondong
mereka datang kesini dari pelbagai daerah untuk
beradu jiwa dengan engkau.. Hmm! Ketahuilah dalam sekitar
ruangan ini sekarang sudah siap tiga ratus orang jago,
diantaranya ada empat lima puluh orang yang merupakan
jago tangguh...." Shen Bok Hong tertawa tergelak, sebelum ucapan itu
selesai dia segera menukas.
"Jadi engkau hendak mengerahkan mereka untuk
mengerubuti aku?" "Main kerubut adalah cara yang sering kali kau praktekkan
untuk menghadapi jago silat yang tangguh, cuma bedanya
kalau jago-jagomu terpaksa harus setia dan berbakti
kepadamu lantaran terpengaruh oleh obat racun, sebaliknya
jago-jago kami bersedia untuk berjuang sampai titik darah
yang penghabisan dengan kerelaan hati masing-masing"
"Kawanan anjing yang banyak tak akan mampu mengurung
beberapa ekor harimau, memang jumlahmu lebih banyak dari
jagoku akan tetapi untuk meloloskan diri dari sini bukanlah
sesuatu pekerjaan yang menyulitkan."
"Dewasa ini aku rasa Lan Giok tong sudah tak mungkin bisa
kau gunakan lagi tenaganya, sebab kebobonganmu sudah
ketahuan mula2 engkau menipu dirinya dengan mengatakan
akan menangkap Gak Siau cha dan mengawinkan dirinya
dengannya, tapi dalam kenyataan engkau cuma membohongi
dirinya belaka..haahha, haahhaa, memangnya ia sudi menjual
nyawa lagi untukmu?"
"Omong kosong!" teriak Shen Bok Hong dengan gusar,
kalian sengaja menyembunyikan Gak Siau cha sehingga tidak
memberi kesempatan kepadaku untuk menangkapnya, mana
bisa dikatakan kejadian ini sebagai suatu kebohongan"
Pemuda berbaju hijau yang selama ini membungkam terus
tiba-tiba menyela dengan dingin:
"Shen toa cungcu, benarkah engkau telah berjanji dengan
Lan Giok tong untuk menangkapkan Gak Siau cha dan
mengawinkan, kepadanya?""
Shen Bok Hong tertegun, kemudian sahutnya terbata-bata :
"Tentang soal ini., tentang soal ini..."
Dengan dahi berkerut, pemuda berbaju hijau itu
meneruskan kembali kata-katanya :
"Shen toa cungcu, apabila engkau bukan seorang yang
pelupa, tentunya masih ingat bukan bahwa engkaupun pernah
berjanji demikian kepadaku"!
Shen Bok Hong yang licik benar-benar ketanggor batunya.
Ia jadi riku, dan tersipu-sipu, untuk sesaat paras mukanya
berubah merah padam. Setelah mendeham beberapa kali, akhirnya ia menjawab :
"Perempuan cantik didunia ini banyak sekali jumlahnya, aku
jadi heran dan tak habis mengerti, apa sebabnya kalian semua
pada menaruh hati terhadap diri Gak Siau cha"!"
Pemuda berbaju hijau itu mengerutkan dahinya, dengan
hambar ujarnya kembali : "Aku tidak mempersoalkan yang lain, aku hanya ingin
bertanya keapada Shen toa-cungcu, pernahkah engkau
berjanji seperti itu kepadaku"!"
Kendatipun iman Shen Bok Hong sudah dilatih mencapai
puncak kesempurnaan, akan tetapi setelah tipu muslihatnya
terbongkar, paras mukanya tak urung berubah juga.
Dengan sepasang mata yang berkilat ia menyabut;
"Sekalipun aku orang she Shen pernah mengatakan
demikian, itupun bukan kesalahanku bagaimanapun juga Gak
Siau cha toh cuma seorang, sedangkan kalian sama-sama
berebutan minta bantuanku untuk menangkap Gak Siau cha,
apa yang bisa kulakukan kecuali memenuhi semua permintaan
kalian..?" "Hmm! Seorang Kuncu, seorang laki-laki sejati tidak akan
memberikan janjinya secara sembarangan, aku rasa
kedudukan Shen toa-cungcu dalam dunia persilatan sangat
tinggi dan terhormat, apakah engkau tidak takut kalau
perbuatanmu itu akan ditertawakan orang?"
Cukup pedas dan tajam sindiran tersebut, paras muka Shen
Bok Hong kontan saja berubah hebat, tapi dasar licik dan
banyak akal muslihatnya, dalam kegelisahan tiba-tiba terlintas
satu akal dalam benaknya, dengan cepat dia berseru:
"Bukannya aku main janji tanpa bukti pada hakekatnya
sudah kupikirkan suatu cara yang jitu untuk mengatasi
kesulitan ini! " "Bagaimana caramu itu?"
"Apabila aku berhasil menangkap Gak Sian-cha. oleh sebab
dia cuma satu saja maka apabila ingin memperolehnya
menjadi istri. terpaksa kalian berdua harus menentukan
dergan mengandalkan kepandaian silat masing-masing, siapa
yarg menang maka dialah yang berhak memperistri Gak Siaucha
!" "Memang sangat bagus cara Shen toa cungcu ini, tapi
masih kurang sempurna, bagai mana kalau turuti saja dengan
caraku?" kata pemuda baju hijau itu dengan ketus.
"Bagaimana dengan caramu itu?""
"Apabila sekarang juga kubinasakan Lan Giok tong lebih
dahulu, bukankah kita tak usah memikirkan soal-soal yang lain
lagi?"" Shen Bok Hong tertawa ewa.
"Haaah haaah haaah tentang soal ini aku sih tak dapat
mengambil keputusan bagimu !"
Apa yang dimaksudkan dengan perkataan itu sudah cukup
jelas, yakni ia tidak menampik kemungkinan si anak muda
berbaju hijau untuk membunuh musuh rivalnya di saat itu
"Kalau toh Shen toa cungcu tidak akan mengurusi pesoalan
ini, berarti urusan ini terserah pada kemauanku sendiri. Nah,
sebelum kulakukan sesuatu, terlebih dahulu ingin kuajukan
satu pertanyaan kepadamu!"
"Apa yang ingin kau tanyakan" Katakanlah! '
"Setelah kubunuh Lan Giok-tong sampai mati, apakah
masih ada orang lain yang akan berebutan Gak Siau cha
dengan diriku?" "Menurut apa yang kuketahui, dalam dunia persilatan
memang masih terdapat orang yang mengincar Gak Siau cha,
cuma saja orang-orang itu sama sekali tak ada sangkut
pautnya dengan aku orang she-Shen, oleh karena itu bila
sampai terjadi sesuatu hal, dengan sendirinya aku orang sha
Shen akan berpihak kepadamu."
"Akan tetapi aku justru kuatir kalau masih ada seseorang
yang akan berebutan dengan aku."
"Apakah dia adalah salah seorang diantara anggota
perkampungan Pek hoa-sen cung?"
"Begitulah!" "Siapakah orang itu?""
Pemuda baju hijau itu tertawa ewa, sahutnya.
"Akan kubunuh Lan Giok tong lebih dahulu, kemudian baru
kuberitahukan kepada Shen toa cungcu siapakah orang yang
kumaksudkan itu!" Selesai berkata dia melangkah maju menghampiri Lan Giok
tong. Dalam pada itu Lan Giok tong hanya berdiri didepan meja
abu Siau Ling dengan wajah termangu-mangu, tampaknya ia
merasa malu dan menyesal sekali atas semua perbuatan yang
telah dilakukan selama ini. Terhadap tanya jawab dari Shen
Bok Hong dan pemuda baju hijau itu bukan saja tidak
memperhatikan, bahkan menggubrispun tidak.
Sementara itu kawanan jago persilatan yang berkerumun
disekitar ruangan untuk menyaksikan jalannya pertarungan
makin lama semakin banyak ketika dilihatnya jago-jago musuh
yang datang menyatroni ternyata saling bunuh sendiri, mereka
jadi ngeri dan seram tapi ada pula yang segera menunjukkan
wajah berseri. Melihat pemuda baju hijan itu maju menghampiri Lan Giok
tong. dengan cepat. It bun Han too mundur tiga langkah ke
belakang. dengan begitu jalan lewat bagi pemuda itupun jadi
lebih lebar. Lan Giok tong sendiri masih tetap berdiri termangu didepan
meja abu Siau Ling, badannya tak bergerak bahkan sama
sekali tidak merasa bahwa keselamatan jiwanya terancam.
It-bun Han-to segera mendehem, tegurnya:
"Lan Giok-tong, hati-hati!"
Pemuda berbaju hijau itu segera tertawa dingin, ejeknya :
"Engkau tak usah kuatir, untuk menghadapi nanusia
sebangsa Lan Giok-tong, tak nanti aku gunakan cara
menyergap !" Benar juga perkataannya itu, ketika mencapai jarak tiga
depa dibelakang Lan Giok tong, ia segera berhenti seraya
berkata: "Lan-heng, sedari tadi engkau hanya berdiri termangu di
depan meja abunya Siau Ling apakah engkau merasa
menyesal karena telah memancingnya masuk kedalam
perangkap?"" Pada hakekatnya Lan Giok tong sudah bersiap sedia ketika
mendengar peringatan dari It bun Han too tadi, cuma ia tetap
berdiri serius ditempat semula, tanpa bergerak barang
sedikitpun. Menanti pemuda berbaju hijau itu menegur, perlahan-lahan
Lan Giok tong baru putar badannya sambil menjawab :
"Perkataanmu memang benar, kini aku merasa menyesal
mengapa kupancing Siau-Ling masuk perangkap!"
"Haahhh .haahhn .haahhh. bukankah dia adalah musuh
cintamu" Bila Siau Ling tidak mampus, maka untuk selamanya
jangan harap engkau bisa mempersunting Gak Siau-cha! '
"Benar, selamanya aku memang tak bisa. mempersunting
nona Gak, akan tetapi engkau sendiripun jangan harap bisa
mendapatkannya pula. Gak Siau cha adalah seorang gadis
yang cantik jelita bak bidadari dari khayangan, apabila ingin
mencari seorang pemuda yang pantas mendampinginya, maka
orang itu sepantasnya adalah Siau Ling, bukan engkau juga
bukan aku!" Kontan saja pemuda berbaju hijau itu tertawa dingin.
"Heehhh. Heehhh..heehhh sekalipun begitu toh saat ini
Siau Ling sudah mampus, maka sepantasnya kalau ada satu
orang di antara kita yang akan mempersunting Gak Siau cha
sebagai istrinya" "Memang benar, ada orang yang akan mempersunting
nona Gak sebagai istrinya, cuma sayang orang itu bukan
dirimu!" "Lantas memangnya kau " " ejek pemuda berbaju hijau itu
sambil tertawa sinis. "Juga bukan aku!" sahut Lan Giok tong lagi sambil
gelengkan kepalanya berulang kali.
"Kalau bukan engkau juga bukan aku, lalu siapakah orang
itu?"" "Orang itu" Dia sudah tidak berada didunia ini lagi..."
Pemuda berbaju hijau itu mendengus gusar. Tiba-tiba dia
ayun tangan kanannya kemuka seraya berseru :
"Hati-hatilah dengan seranganku ini!"
Serentetan cahaya kilat langsung meluncur kemuka dia
menotok dada Lan Giok-tong.
Meskipun pemuda itu memberi peringatan kepada
musuhnya, pada hakekatnya peringatan itu diucapkan
sementara serangannya telah dilancarkan.
Lan Giok tong bertindak cekatan, tangan kanannya segera
berkelebat kebelakang dan tahu-tahu ia sudah loloskan
pedangnya guna menangkis ancaman tersebut.
Cahaya kilat berkelebat dan...Trang ! dengan jitu ia
menyampok rontok cahaya kilat yang dilepaskan pemuda
berbaju hijau itu. Setelah berhasil mematahkan serangan pertama, Lan Giok
tong segera menekan pergelangan tangan kanannya ke bawah
menyusul mana secepat sambaran kilat ia lancarkan dua buah
serangan berantai ke arah musuhnya.
Cahaya tajam berkilauan membelah angkasa, dengan
menciptakan dua kuntum bunga pedang secara terpisah ia
tusuk dua jalan darah penting ditubuh pemuda baju hijau itu.
Memang ampuh pemuda tersebut, sekalipun menghadapi
ancaman yang berbahaya, dia sama sekali tidak gentar, tanpa
menggeserkan kedudukan kakinya tahu-tahu ia sudah, berkelit
ke samping dan terhindar dari ancaman pedang lawan.
Cahaya kilat kembali melintas memenuhi angkasa,
bayangan pedang berlapis-lapis menyilaukan mata, diiringi
desiran angin tajam ancaman muncul tiba dari empat arah
delapan penjuru. Dalam waktu singkat, pemuda berbaju hijau itu sudah
terkurung didalam lapisan pedang lawan.
Memang cepat dan tajam serangan pedang dari Lan Giok
tong, begitu cepatnya serangan itu sampai-sampai sukar
untuk diikuti dengan pandangan mata.
Tampaklah diantara lapisan pedang yang mengepung
seluruh angkasa, dua sosok bayangan manusia saling
menyambar ke sana ke mari dengan gencarnya..
Banyak sekali jago persilatan yang menonton jalannya
pertarungan itu dari samping gelanggang, akan tetapi jarang
mereka saksikan pertarungan seru dengan babatan pedang
secepat petir. Untuk sesaat semua orang tertegun dan berdiri


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjublak dengan mata terbelalak mulai melongo.
Di tengah berlangsungnya pertarungan yang amat sengit,
tiba-tiba terdengar jerit kesakitan berkumandang memecahkan
kesunyian, menyusul mana bayangan manusiapun saling
berpisah. Ketika semua orang alihkan sorot matanya, tampaklah Lan
Giok-tong mundur ke belakang dengan sempoyongan,
akhirnya sambil melepaskan pedangnya ia roboh terkapar di
atas tanah. Pemuda berbaju hijau itu memandang sekejap ke arah Lan
Giok-tong, kemudian perlahan-lahan berjalan balik ke samping
Shen Bok Hong, ujarnya sambil tertawa :
"Sungguh beruntung aku bernasib baik!."
"Tapi aku tidak berharap sampai terjadinya peristiwa
semacam ini !" kata Shen Bok Hong dengan dahi berkerut,
Pemuda berbaju hijau itu segera tertawa.
"Sekalipun Shen toa-cungcu tidak mengharapkan terjadinya
peristiwa ini, toh engkau sama sekali tidak melarang aku
berbuat demikian bukan" Bagaimanapun juga dia adalah
seorang penghianat dari perkampungan Pek hoa san cengl"
"Benar, dia adalah seorang penghianat" sahut Shen Bok
Hong sambil tertawa ewa, "dan siapa yang berani menghianati
aku, dia tak akan hidup bahagia didunia ini."
Sekalian jago persilatan yang mengikuti jalannya
pertarungan dari sisi kalangan tak ada yang melihat
bagaimana caranya Lan Giok tong dilukai musuhnya, bahkan
sampai pemuda baju hijau itu sudah meninggalkan korbannya
pun mereka masih tak tahu luka apa yang telah diderita
pemuda she Lan itu, dari sini terbuktilah bahwa ilmu silat yang
dimiliki pemuda baju hijau itu memang benar-benar sangat
tangguh. Sementara itu Shen Bok Hong sudah mendehem ringan dan
berkata: "Andaikata aku berhasil menangkap hidup-hidup Gak Siau
cha, nona itu tentu akan kuberikan kepada Wu heng sebagai
istrimu" "Cayhe ucapkan banyak terima kasih atas kesediaan dari
Shen toa cungcu..!" cepat pemuda baju hijau itu memberi
hormat, setelah itu dia ulurkan tangan kanannya ke depan.
"Apa-apaan kamu ini?" tanya Shen Bok Hong dengan
sangsi. Pemuda baju hijau itu tertawa ewa, sahutnya:
"Aku hendak mengajak Shen toa cungcu untuk bertepuk
tangan sebagai tanda angkat sumpah, semoga saja setelah
memberikan janjimu pada hari ini, Shen toa cungcu tidak akan
mengingkarinya lagi dimasa mendatang."
Shen Bok Hong termenung sebentar, akhirnya dia ulurkan
tangannya kedepan seraya berkata:
"Sepanjang hidup, belum pernah aku bertepuk tangan
dengan orang sebagai tanda mengangkat sumpah, tapi hari ini
adalah pengecualian, untuk pertama kalinya aku harus
menuruti permintaan orang."
Pemuda baju hijau itu tersenyum.
"Wah...! Kalau begitu, Shen toa-cungcu memang
memandang tinggi diriku ini!"
Dengan gerakan yang cepat ia ulurkan tangannya dan
menepuk sekali telapak tangan gembong iblis itu.
Tiba-tiba paras muka Shen Bok Hong berubah hebat,
sepasang matanya memancarkan cahaya kilat yang
menggidikkan hati, diawasinya wajah pemuda baju hijau itu
tanpa berkedip. Secara lapat-lapat tampaklah hawa napsu membunuh yang
amat tebal menyelimuti wajahnya. Dari sini dapatlah ditarik
kesimpulan bahwa gembong iblis yang biasanya cerdik dan
licik ini telah kena diselomoti oleh pemuda ingusan tersebut.
Dipihak lain, dengan suatu gerakan tubuh yang cepat
pemuda berbaju hijau itu sudah mundur dua langkah ke
belakang. Tegurnya sambil tertawa lebar, tertawa yang penuh
dengan ejekan: "Beberapa hari berselang, bukankah toa-cungcu telah
melakukan sesuatu diatas badanku?""
"Melakukan sesuatu apa?"
Tiba-tiba paras muka pemuda berbaju hijau itu berubah
hebat. senyuman yang semula menghiasi bibirnya tiba-tiba
lenyap tak berbekas, dengan dingin dan ketus katanya:
"Bukankah engkau telah menotok sabuah urat nadi
anehku?" Mendengar perkataan itu, Shen Bok Hong segera
menengadah dan tertawa terbahak-bahak.
"Haahhh..haaah... haaahhh, selama hidup aku paling
kagum dan menaruh hormat kepada orang yang brilian dan
berotak encer, dan kenyataan membuktikan bahwa engkau
mampu mengecundangi aku tepat di hadapan khalayak umum
padahal aku selalu waspada dan bertindak cukup berhati-hati,
tapi toh akhirnya kena diselomoti juga olehmu, kehebatan dan
kelihayanmu ini sangat mengagumkan hatiku"
Pemuda berbaju hijau itu segsra mendengus dingin.
"Hhmmm! Shen toa cungcu terlalu memuji, berbicara yang
sesunguhnya akulah yang pantas merasa kagum oleh
kehebatan cungcu!" Beberapa patah kata tanya jawab itu sebentar diucapkan
dengan nada bersahabat, sebentar lagi bernada bermusuhan,
kontan saja membuat kawanan jago persilatan yang berada di
sekitar gelanggang jadi melongo dan berdiri menjublak.
Sampai-sampai Bu wi to tiang dan Sun Put shia yang
berpengalaman pun terkesima dibuatnya..
Hanya It bun Han to seorang yang masih tetap bersikap
tenang, ia sama sekali tidak tertarik oleh kejadian itu, sebab
dalam pandangannya peristiwa tipu menipu, sergap
menyergap sudah merupakan kejadian yang umum, sedikitpun
tiada sesuatu yang menarik hatinya lagi.
Dalam waktu singkat ketenangan dari Shen Bok Hong telah
pulih kembali seperti sedia kala, ia tertawa ewa dan berkata :
"Wu-heng, bolehkah aku mengajukan suatu pertanyaan
kepadamu"!" "Aaah, perkataan diri Shen toa-cungcu terlalu serius,
apabila toa-cungcu ada sesuatu pesan, silahkan diutarakan
saja secara terus terang!"
"Bolehkah aku tahu racun keji apakah yang telah digunakan
Wu-heng untuk menyelomoti diriku barusan"!"
"Oooh.. sederhana sekali racunnya, sewaktu bertepuk
tangan tadi secara diam-diam aku telah sembunyikan
sebatang jarum beracun di antara sela-sela jari tanganku,
maka ketika saling bertepuk tangan tadi, secara otomatis
jarum itu sudah menusuk di tangan Shen toa-cungcu"
"Tentang soal ini aku sudah tahu. aku hanya ingin bertanya
kepadamu sampai kapankah racun diujung jarummu itu baru
akan bereaksi?" "Jarum beracun milikku itu bernama Jit lok ciam, apabila
yang tertusuk bukan tempat yang mematikan maka tujuh hari
kemudian racun itu baru akan bereaksi, apabila sari racun
telah menyerang kedalam jantung maka sekalipun ada obat
dewa juga jangan harap bisa selamat. Sebaliknya apabila
sebelum batas waktunya habis racun itu bisa ditawarkan,
tentu saja engkau akan selamat tanpa cidera!"
"Jadi Wu-heng membawa obat pemunahnya?"
"Ooh .! Terlalu berbahaya membawa obat perawar itu
dalam saku, apalagi orang yang harus kuhadapi adalah
manusia cerdik seperti Shen toa cungcu. Membawa obat
penawar dalam saku sama halnya dengan perbuatan manusia
goblok?" "Lalu engkau simpan di mana obat penawar tersebut?"
"Aku sembunyikan di dalam tubuh seekor ular beracun!"
"Sungguhkah perkataanmu itu?" tanya Shen Bok Hong
dengan wajah agak tertegun.
"Selama hidup aku tak pernah bicara bohong!"
"Andaikata ular beracan itu sampai dibunuh orang,
bagaimana jadinya.."!'
'Oooh soal itu tak perlu kuatir, aku toh hapal dengan
resepnya, kalau obat itu hilang maka segera kita bikinkan obat
penawar yang baru!" "Berapa lama yang dibutuhkan untuk membuat obat
dengan resep baru ini.."!" tanya Shen Bok Hoag sesudah
berpikir sebentar. "Kurang lebih yaa.. tiga hari begitulah !"
"Waah. kalau begitu masih cukup waktu bagiku untuk
menunggu sampai engkau buatkan obat penawar yang baru
kepadaku"!" "Asalkan aku masih hidup dengan segar bugar. dan Shen
toa-cungcu juga bersedia menepati janji, tentu saja engkau
tidak akan sampai mati.."
Setelah berhenti sebentar untuk tukar napas, sambungnya
kembali : "Akupun ingin mengajukan satu persoalan kepada Shen toa
cungcu, aku harap cungcu bersedia untuk menjawabnya pula."
"Soal apa"!"
"Mengenai ilmu apakah yang telah dipergunakan Shen loacungcu
menotok diriku?" "Bukan Wu-heng telah menjawab sendiri pertanyaan itu"
Aku telah menotok sebuah urat anehmu!"
"Aku lihat caramu menotok jalan darah tersebut sangat
istimewa sekali, aku telah mencoba mengerahkan tenaga
untuk membebaskan diri dari pengaruh totokan itu, tapi
walaupun telah dicoba selama dua jam pun tiada manfaat
apa-apa!" "Tentu saja saudara Wu tak akan berhasil memecahkan
totokanku itu, sebab jalan darah anehmu itu sudah kutotok
dengan suatu cara penotokan hiat-to yang aneh dan
istimewa!" "Sampai kapankah penyakit yang timbul akibat totokan dari
Shen toa cungcu itu akan kambuh?"
"Kurang lebih setengah bulan lamanya apabila aku tidak
memberikana pertolongan maka setengah bulan kemudian
luka itu akan mulai kambuh dan bekerja, sehingga akhirnya
engkau akan muntah darah dan tewas"
"Ooh.. tidak menjadi soal, itu berarti racun yang mengeram
dalam tubuh Shen toa cungcu bekerja jauh lebih cepat dari
padaku, dan aku percaya jiwaku tak sampai melayang!"
Shen Bok Hong tertawa dan mengangguk.
"Tentu saja aku tak akan membiarkan saudara Wu tewas
ditangan orang mulai detik ini juga aku orang she Shen harus
memberi perlindungan khusus kepadamu."
"Sudah selesaikah pembicaraan kalian berdua?" It-bun Han
to menyela dari samping. "Apakah saudara It-bun hendak mengatakan sesuatu?"
tegur Shen Bok Hong sambil tertawa ewa.
"Merurut pengelihatanku, Lan Giok-tong sudah hampir
menemui ajalnya, apakah kalian tidak akan memberikan
pertolongan kepadanya?""
Shen Bok Hong melirik sekejap kearah Lan Giok tong yang
sekarat di atas tanah lalu sahutnya:
"Serangan dari saudara Wu biasanya lihay dan luar biasa,
aku pikir orang biasa tak nanti bisa menyelamatkan jiwanya!"
It bun Han too tertawa hambar ucapnya:
"Sekalipun antara aku dan Lan Giok tong berdiri pada posisi
saling bermusuhan, akan tetapi aku tak ingin membiarkan dia
mati konyol ditempat ini !"
"Haaah haaahh haaahh heran, sungguh mengherankan,
sedari kapankah saudara It-bun berubah jadi seramah dan
semulia ini"." "Seorang manusia kadangkala memang perlu melakukan
perubahan atas perbuatan sendiri, biasanya orang yang baik
akan berubah jadi jahat dan orang jahatpun banyak yang
berubah jadi baik." "Hmml Kalau kudengarkan pembicaraanmu itu, rupanya
engkau ada maksud hendak selamatkan jiwanya?"
"Begitulah maksudku!"
''Engkau sanggup untuk selamatkan jiwanya?"
"Manusia akan berusaha dan Thianlah yang menentukan!"
Kontan saja Shen Bok Hong tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeehhh. heeehhh. heehhh. saudara It bun, kalau engkau
bersedia merawat jenasah seseorang yang tak kau kenal,
perbuatanmu ini benar-benar suatu perbuatan yang mulia,
siapa tahu nama besarmu akan dikenang selalu di hati setiap
pendekar!" It bun Han to sama sekali tidak menggubris sindiran Shen
Bok Hong yang sangat tak sedap didengar itu, dengan suara
lantang ia segera berseru:
"Gotong saudara itu kedalam dan berikan pertolongan
pertama!" Dari belakang layar meja abu muncullah dua orang laki-laki
berbaju ringkas warna hitam, dengan cepat mereka
menggotong Lan Giok tong untuk mengundurkan diri dari situ.
Pemuda berbaju hijau itu mendengus dingin, ditatapnya
sekejap paras muka It bun Han to dengan sorot mata tajam,
kemudian katanya: "Menurut berita yang kudengar, katanya dimasa lampau
engkau juga pernah berbakti untuk pihak perkampungan Pek
hoa sancun?" "Benar, seperti pula dirimu, aku ditipu oleh janji-janji manis
yang muluk dari Shen toa-cungcu!"
"Aku dengar kepandaian silatmu sangat hebat selain itu
ilmu pengetahuanmu juga hebat, bukan saja pernah membaca
sepuluh laksa jilid kitab, ilmu perbintangan, ilmu meramal,
ilmu pertabiban dan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya hampir
dikuasai semua olehmu, benarkah kabar berita itu semua"!"
Dari sinar mata musuhnya yang berkilat, It bun Han to bisa
menebak bahwa musuhnya ini bermaksud tidak beres, maka
walau pun diluaran dia layani pembicaraan orang, sementara
diam-diam hawa murninya disalurkan keseluruh badan untuk
bersiap dia menghadapi segala kemungkinan yang tidak
diinginkan. "Engkau terlalu memuji !" sahutnya.
Pemuda baju hijau itu menjengek dingin, kembali katanya :
"Aku tidak bermaksud memuji engkau, tapi ingin coba
memuji engkau sampai dimanakah kepandaian dan
pengetahuan yang kau miliki!"
"Apa yang hendak kau tanyakan"!"
"Apakah engkau menyaksikan bagaimana caraku melukai
Lan Giok tong ?" tanya pemuda itu sambil menatap lawannya


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tajam-tajam." Dengan cepat It-bun Hion-to menggeleng.
"Aku tidak melihatnya, akan tetapi aku dapat menduga
bagaimana caranya engkau lukai korbanmu!"
Ucapan tersebut sangat mengejutkan semua jago
persilatan yang hadir disekitar tempat itu, sampai-sampai Sun
Put-shin sendiripun segera berpikir dengan dahi berkerut :
"'Masa ketajaman penglihatannya jauh lebih hebat dari aku
si pengemis tua.." Sungguh mencengangkan!"
Tapi ingatan lain kembali melintas dalam benaknya, siapa
tahu kalau secara diam-diam ia telah mengadakan persiapan
dan memperhatikan dengan seksama saat ketika Lan Giok
tong terluka, maka rasa heran pun jauh lebih berkurang.
Pemuda baju hijau itu segera tertawa dingin, ejeknya:
"Kalau engkau bisa menduganya dengan tepat itulah
menandakan kamu memang hebat, tapi aku masih kurang
percaya., boleh kah aku tahu dengan benda apakah kulukai
lawanmu?" "'Ia bukan terluka oleh ilmu silatmu yang tinggi, tapi roboh
karena terkena sergapanmu yang licik!"
"Dalam suatu pertarungan apabila bukan terluka maka
seseorang pasti mati, melukai orang dengan senjata rahasia
toh bukan sesuatu kejadian yang luar biasa?"
"Tapi aku yakin senjata rahasia yang kau gunakan jauh
berbeda dengan senjata rahasia biasa!"
Paras muka pemuda berbaju hijau itu kontan berubah
hebat. "Dimana letak perbedaannya?" ia berseru.
"Senjata rahasia itu bukan saja kecil dan lembut bahkan
bukan sebangsa jarum beracun atau paku beracun, senjata
rahasia yang kau gunakan adalah sebuah senjata rahasia yang
hidup!" "Heeeh heeeh heeeeh engkau tahu enak mahluk apakah
yang telah kugunakan?" seru pernuda itu lagi sambil tertawa
dingin tiada hentinya. It-bun Han-too tersenyum:
"Aku cuma tahu kalau binatang itu bukan ular beracun,
melainkan jenis binatang beracun yang kecil dan lembut,
apakah nama binatang itu maaf .... aku tak bisa menebaknya."
"Jadi kalau begitu, tebakanmu hanya bisa dibenarkan
separuh saja!" kata pemuda tadi.
Tiba-tiba dia ayunkan tangan kanannya kedepan, sekilas
cahaya hitam segera meluncur keluar dari balik ujung bajunya.
Kali ini It-bun Han to telah bersiap sedia, dengan cekatan
dia mengigos ke samping sementara telapak tangan kanannya
segera melancarkan sebuah babatan kilat.
Selisih jarak antara kedua orang itu sangat dekat, meskipun
It bun Han to telah bersiap sedia, tidak urung terlambat juga
waktu menghindarkan diri tak ampun mahluk hitam tersebut
segera menempel diujung bajunya.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara bentakan merdu
berkumandang memecahkan kesunyian:
"It bun sianseng, jangan bergerak !"
Di tengah bentakan nyaring, tampaklah cahaya perak
berkelebat lewat dan langsung menyambar keujung baju Itbun
Han to. Makhluk hitam yang menempel diujung baju It bun Han to
itu segera bergetar keras akhirnya rontok ke atas tanah.
Kiranya makhluk hitam itu tidak lebih adalah seekor
kelabang yang panjangnya tiga cun, waktu itu kelabang
tersebut sudah menggeletak di tanah dengan badannya
tertembus oleh sebatang jarum perak, sesudah berkelejit
setentar akhirnya matilah binatang itu.
Pemuda berbaju hijau itu memandang sekejap kearah
kelabangnya yang telah mati kemudian katanya :
"Sungguh keji dan beracun jarum perak ini!"
It-bun Han-to ikut menengok pula kearah jarum perak
diatas tanah, tentu saja dia pun kenali jarum itu sebagai jarum
beracun Han tok peng pok ciam dari Pak hay, atau dengan
perkataan lain Pek li Peng lah yang telah menyelamatkan
jiwanya. Dalam hati segera pikirnya :
"Syukur ada nona Pek-li yang telah selamatkan jiwaku,
kelabang tersebut sudah pasti adalah seekor makhluk yang
sangat beracun, setelah ia menempel diujung bajuku, tidak
gampang untuk membuangnya keatas tanah. Aai..! Untung
racun keji dari Han tok peng pok ciam adalah racun keji yang
mampu membinasakannya, bila aku sampai tergigit oleh
kelabang beracun itu, entah bagaimana jadinya"!"
Sementara itu pemuda berbaju hijau itu telah berkata
dengan dingin : "Siapakah nona itu" Untung ada nona itu yang
menyelamatkan jiwamu, kalau tidak selembar jiwamu sudah
pasti akan melayang ditangaaku !"
Dengan suara yang lantang ia segera ber seru:
"Siapakah yang telah melepaskan jarum beracun hingga
membinasakan kelabang beracunku" Beranikah engkau
unjukkan diri"'. Dipihak lain Pek-li Peng merasa tidak tentram setelah
melepaskan jarum beracun Han tok-deng-pok-ciamnya untuk
selamatkan jiwa It-bun Han-to. dalam hati segera pikirnya:
"Kalau Shen Bok Hong kenali jarum han-tok-peng-pok ciam
milikku ini, sudah pasti dia akan tahu bahwa aku masih hidup
di kolong langit, masih mendingan kalau cuma rahasiaku
ketahuan, kalau sampai membuat toako jadi marah kan
berabe...?" Karena pendapatnya inilah maka ia tidak menggubris
tantangan dari pemuda berbaju hijau itu, kendatipun
lawannya berkaok-kaok dengan kata yang pedas, ia tetap
tidak mau unjukkan diri. Sementara Pek li Peng masih termenung dengan perasaan
gelisah, tiba-tiba terdengar Shen Bok Hong menjerit tertahan:
"Haaah.."! Jarum Han-peng ciam dari Pak hay.."
Suaranya begitu kaget, seakan-akan dipagut ular beracun
secara mendadak. "Benar, jarum itu adalah Han tok peng pok ciam dari Pak
hay" sabut It bun Han to dengan tenang, "Sungguh luas
pengetahuan Shen toa cungcu sehingga jarum andalan dari
Pak hay juga kau kenali!"
Hebat sekali perubahan wajah dari Shen Bok Hong.
"Jadi.. jadi kalau begitu. Pek li Peng masih hidup di dunia
iri?" serunya agak tergagap
Bukannya menjawab. It-bun Han-to malahan balik
bertanya: "Tampaknya engkau amat takut untuk berhadapan dengan
Pak thian Cuncu?""
"Benarkah Pek li Peng masih hidup?" seru Shen Bak Hong
lagi sambil menatap wajah It bun Han to tanpa berkedip.
"Kalau dia masih hidup, kami semua akan bersyukur dan
bergembira ria, kalau dia mati...Pak thian Cuncu hanya
mempunyai seorang putri, sudah pasti dia akan datang
membuat perhitungan dengan dirimu."
Jawaban ini sangat diplomatis, bukan saja sama sekali tidak
menerangkan apakah Pek li Peng masih hidup atau sudah mati
bahkan sepintas lalu kedengarannya menunjukkan sesuatu,
tapi setelah dipikir kembali ternyata tak tahu apa yang
dimaksudkan. Shen Bok Hong yang cerdas dan berotak brilian dibuat
kebingungan juga oleh jawaban tersebut, dengan wajah
tertegun dan tidak habis mengerti ujarnya:
"Jadi maksudmu, pihak istana salju dari Pak hay telah
mengutus jago lihaynya ke mari?"
It bun Han to tertawa dingin.
"Kita berdiri dalam posisi saling bermusuhan, aku rasa tidak
menjadi kewajibanku bukan untuk memberi keterangan yang
jelas kepada kau Shen toa cungcu."
"Aku dengar suara perempuan yang memberi peringatan
tadi tak lain adalah orang yang melepaskan jarum beracun,
perempuan itu pastilah Pek li Peng adanya!"
"Kalau nona Pek li masih hidup di dunia ini, sudah pasti
Siau Ling pun masih hidup segar bugar di sekitar tempat ini!"
sambung It bun Han to sambil tertawa ewa.
Tiba-tiba Shen Bok Hong menengadah dan tertawa
terbahak-bahak. "Haaahhh haaahhh haaahhh dari orang orang istana salju
di Pak hay, toh bukan Pek li Peng seorang yang mampu
menggunakan jarum beracun Han tok peng-pok-ciam secara
jitu !." "Jarum Han tok peng pok ciam merupakan senjata rahasia
khusus dari istana salju di Pak hay, tentu saja setiap anggota
Pak hay kiong sanggup mempergunakan senjata rahasia itu.
Semua orang sudah mengetahui akan hal ini, aku rasa Shen
toa cungcu tak usah memberikan penjelasan lagi."
"Oooh ..! Jadi kau maksudkan, asal orang yang berada di
balik meja abu itu adalah anggota istana salju dari Pak hay,
maka ia sanggup melepaskan jarum Han tok peng pok ciam
tersebut?"" It bun Han to kembali tertawa hambar.
"Terserah apa yang hendak Shen toa cungcu pikirkan! Mau
kau anggap Pek li Peng masih hidup juga boleh mau anggap
dia sudah mati terbakar oleh siasat busukmu juga boleh, tapi
bila engkau ingin menyelidiki kabar berita dari mulutku, lebih
baik tunggu saja sampai fajar menyingsing dari arah barat!"
"Hmmm ! Ternyata engkau benar-benar licik dan banyak
akalnya" "Aaah, sama sama....sama sama... kita toh ibaratnya setali
tiga uang, sedikitpun tidak ada bedanya."
Shen Bok Hong menggubris musuhnya lagi, ia berpaling
kearah Kim hoa hujin dan tanyanya dengan lirih:
"Berapa macam binatang beracun yang kau bawa?"
"Tiga macam" "Bagus! Apabila ada orang berani menghalangi jalan pergi
kita, gunakanlah ketiga jenis binatang beracun itu sekaligus.."
Setelah berpesan kepada perempuan suku Biau itu,
gembong iblis tersebut berpaling pula kearah pemuda baju
hijau seraya menambahkan:
"Demikian pula dengan saudara Wu, apabila mendapat
perintahku nanti, harap semua jenis binatang beracun yang
dibawa dilepaskan semua secara bersamaan waktunya."
Pemuda berbaju hijau itu mengalihkan pandangannya ke
samping dan memandang sekejap kearah Kim hoa hujin, lalu
ucapnya: "Aku dengar orang mengatakan bahwa hu jin pandai sekali
menjinakkan pelbagai macam binatang beracun,
bagaimanakah caramu melepaskan serangan maut itu" Hari ini
akan kupentang mataku lebar-lebar untuk menyaksikan
kehebatanmu itu!" Perlahan-lahan Kim hoa hujin membereskan rambutnya
yang kusut, lalu sambil tertawa ia menjawab :
"Sampai sekarang aku masih belum tahu sebenarnya
engkau adalah sahabat ataukah musuh, tapi perduli amat
siapakah engkau, apa maksudmu berkata demikian
kepadaku"!" Pemuda berbaju hijau itu tertawa ewa.
"Hal ini kulakukan oleh karena aku sendiri pun sedikit
memahami bagaimana caranya melepaskan serangan dengan
makhluk beracun. Ingin kusaksikan apakah cara orang
Tionggoan melepaskan serangan dengan binatang beracun
punya kesamaan dengan cara kerja orang suku Biau"
"Aaah. ! Soal itu gampang sekali untuk diselesaikan,
selewat hari ini kita bisa mencari suatu tempat untuk saling
menjajal sampai dimanakah kemampuan yang dimiliki masingmasing
pihak, dengan begitu menang kalah kan bisa segera
kelihatan!" "Bagus... bagus sekali usul ini, setelah aku munculkan diri
kedalam dunia persilatan, akupun tidak mengharapkan ada
orang lain yang pandai pula menggunakan bintang beracun.
Siapa yang unggul dialah yang berhak untuk menguasai
daratan Tionggoan.. baik akan kunantikan sampai tibanya saat
itu" Diam-diam kawanan jago persilatan yang hadir di sekitat
ruang abu itu merasa bergidik oleh kekejian kaum iblis itu.
Terbayang betapa ngeri dan seramnya pertarungan antara
binatang beracun melawan binatang beracun, tanpa terasa
bulu kuduk mereka pada bangun berdiri, hampir saja mereka
muntah-muntah saking mualnya.
Dengan wajah yang amat serius, Shen Bok, Hong berkata
kembali: "Saudara Wu, engkau adalah tamu terhormat dari aku
orang she Shen, sedangkan dalam situasi seperti ini keadaan
kita boleh dibilang senasib sependeritaan, aku harap dalam
keadaan yang sangat kritis ini janganlah sampai terjadi
perpecahan lebih dahulu, diantara kekuatan sendiri!"
Pemuda berbaju hijau itu tersenyum.
"Shen toa cungcu tak usah kuatir, mesti pun pertandingan
adu racun sudah kami tetapkan, akan tetapi saat
berlangsungnya pertarungan tersebut masih amat lama"
"Persoalan yang akan dilangsungkan di kemudian hari lebih
baik dibicarakan dikemudian hari saja, kini Gak Siau cha toh
sudah meninggalkan tempat ini, tak ada gunanya bagi kita
untuk berdiam terlalu lama lagi di sini ...!"
Pemuda berbaju hijau itu tidak langsung menjawab.
Setelah menyapu sekejap sekeliling tempat itu, ia baru dapat
berkata: "Kenapa kita musti buru-buru pergi dari sini" Aku justru
merasa bahwa disaat dan keadaan seperti ini adalah
merupakan saat yang paling tepat bagi Shen toa cungcu untuk
membuat perhitungan dengan diriku!"
"Apa maksudmu dengan perkataan itu?"" tanya Shen Bok
Hong agak tertegun. "Sangat sederhana, sudah lama aku ingin menerangkan
beberapa persoalan kepada diri Shen toa cungcu, tapi oleh
sebab saatnya belum tiba sehingga dikatakan juga tiada
manfaatnya, dan lagi belum-belum Shen toa cungcu sudah
menohok sebuah jalan darah anehku lebih dahulu, membuat
aku jadi terdesak posisinya dan terpaksa musti menahan diri,
maka kutunggu kesempatan yang baik sampai sekarang ini."
Setelah berbeati sebentar, ia melanjutkan:
Kini Shen toa cungcu sudah tertusuk oleh jarum beracunku,
dan berarti keadaan kembali berubah, sekalipun posisinya


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masih tak menguntungkan diriku, paling sedikit keadaan kita
tetap seimbang, apabila kesempatan sebaik ini tidak
kumanfaatkan sebaik-baiknya, bukankah itu berarti bahwa aku
telah menyia-nyiakan suatu peluang baik?""
Sebisa mungkin Shen Bok Hong menahan hawa amarah
yang berkobar dalam dadanya ia berkata:
''Baik, syarat apakah yang hendak kau ajukkan" Hayo
segera utarakan keluar, aku Shen Bok Hong yakin masih
sanggup untuk memenuhinya!"
"Pertama, mengenai soal kedudukanku dengan kedudukan
Shen toa cungcu adalah sederajat dan seimbang, maka dalam
sebutanpun kita adalah berada di satu tingkatan yang sama
pula." Shen Bok Hong segera mengangguk.
"Tentang soal ini tentu saja ! Kan selama ini aku tak pernah
menganggap saudara Wu sebagai anak buahku?""
"Kedua, kesediaanku membantu kau untuk menghadapi
Siau Ling dan orang gagah di seluruh kolong langit bukanlah
didasarkan karena aku memuji kehebat dan kelihayan Shen
toa-cungcu. sebaliknya hanya disebabkan karena Gak Siaucha.
Asalkan Gak Siau cha munculkan dirinya sekali lagi, maka
Shen toa cungcu harus menggunakan semua tenaga yang kau
miliki untuk membantu aku menawannya hidup-hidup."
Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan lebih jauh.
"Sekali lagi kuterangkan kepadamu, aku berharap agar
engkau menangkap Gak Siau cha dalam keadaan hidup-hidup,
tidak boleh membuat ia jadi cedera ataupun terluka. Mungkin
saja untuk melaksanakan tugas tersebut banyak sekali jagojago
dari perkampungan Pek hoa san cung akan terluka atau
tewas !" "Tentu saja, asal saudara Wu membantu aku, dengan
sendirinya akupun akan menangkap Gak Siau cha sebagai
balas jasaku atas bantuan dari saudara!''
Memang mengenaskan sekali keadaannya waktu itu, Shen
Bok Hong yang gagah perkasa dan selalu dihormati orang,
ternyata harus menyerah kalah dan menuruti permintaan
seorang pemuda yang masih ingusan, apabila bukan
disaksikan mata kepala sendiri, siapapun tak akan
mempercayainya. Sementara itu pemuda berbaju hijau tersebut telah
tersenyum dan berkata lagi:
"Tadi bukankah pernah kukatakan bahwa dalam
perkampungan Pek hoa sancung masih terdapat seseorang
yang mungkin merupakan sainganku untuk mendapatkan Gak
Siau cha. apakah Shen toa cungcu masih ingat?"
"Masih ingat, siapakah orang itu?"
"Engkau, Shen toa cungcu!"
Mula-mula Shen Bok Hong tertegun, akhirnya sambil
mengelus jenggotnya ia tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh haaahhh haaahhh aku kan sudah tua dan peyot,
masa aku punya minat untuk berebutan dengan angkau"
"Mungkin saja orang lain bisa kau kibuli, akan tetapi jangan
harap bisa mengelabuhi aku dengan gampang."
Shen Bok Hong gelengkan kepalanya berulang kali.
"Apa yang harus kulakukan, sehingga membuat engkau jadi
percaya"!" tanyanya kemudian.
"Aku tidak mengharapkan buktimu, kubongkar rahasiamu
ini di hadapan umum. Tujuanku tak lain agar engkau tahu
bahwa aku sudah mengadakan persiapan untuk menghadapi
engkau. Apabila kau mempunyai ingatan tersebut maka lebih
baik dilenyapkan saja mulai sekarang, daripada nantinya
menghadapi kesulitan dan banyak kerepotan bagi diri sendiri."
Betapa gusarnya Shen Bok Hong sukar dilukiskan dengan
kata-kata, dengan mata melotot besar dan muka merah
padam menahan emosi, ia membentak nyaring:
"Saudara Wu, selama hidup belum pernah aku mengalah
kepada orang lain, baru pertama kali ini aku bersedia
mengalah kepadamu. Aku harap engkau janganlah bertindak
kelewat batas!" "Haahhh..haahhh..hhh.." pemuda berbaju hijau itu tertawa
terbahak-bahak, dia segera alihkan pembicaraan ke soal lain.
"Bukankah kita akan berlalu dari sini " Biar akulah yang
membukakan jalan untukmu!"
Dengan langkah lebar ia segera berjalan menuju ke pintu
gerbang di depan ruangan itu.
Shen Bok Hong memandang sekejap ke arah It bun Han to,
kemudian ujarnya dengan nyaring:
"Aku hendak mohon pamit, bagaimana menurut pendapat
saudara It bun"' "Lihat saja nasib kalian, mujur atau sedang sial!" jawab Itbun
Han to hambar. Shen Bok Hong mengerutkan dahinya. Ia tidak banyak
berbicara lagi, mengikuti di belakang pemuda berbaju hijau itu
mereka segera berjalan menuju ke luar.
It bun Han to alihkan sorot matanya ke arah pintu ruangan.
Ia temukan kakek baju kuning yang bersenjata toya bambu itu
masih berdiri tak bergerak ditempat semula.
Kelihayan pemuda berbaju hijau itu, terutama
kemampuannya melukai orang dengan senjata rahasia
makhluk hidup telah menggetarkan hati kawanan jago. Ketika
semua orang menyaksikan kedatangannya, kebanyakan lantas
menyingkir ke samping dan membuka jalan baginya, hanya
kakek berbaju kuning itu masih tetap berdiri tak bergerak dari
tempat semula. Shen Bok Hong dan Kim hoa hujin telah tiba di depan pintu
ruangan menyusul di belakang pemuda berbaju hijau itu.
"Lotiang, aku lihat usiamu sudah tua!" tegur pemuda
berbaju hijau itu dengan dingin.
Kakek berbaju kuning itu tetap berdiri tak berkutik di
tempat semula, begitu kaku badannya ibarat sebuah patung
arca, bukan saja tidak menggubris perkataan pemuda itu,
bahkan melirik pun tidak.
Pemuda berbaju hijau itu segera tertawa dingin, cepat
tangan kanannya mengambil keluar seekor kelabang
sepanjang tiga cun yang berwarna merah dari dalam sukunya,
kemudian sekali timpuk, kelabang itu lemparkan keatas wajah
kakek baji kuning tadi. Dalam hati kecilnya It-bun Han to telah menduga bahwa
kakek berbaju kuning itu kemungkinan besar adalah
penyaruan dari Siau Ling, akan tetapi mengingat betapa keji
dan beracunnya kelabang tersebut, sedikit banyak ia merasa
kuatir juga bagi keselamatan jiwanya, apalagi setelah
dilihatnya kakek itu tetap tenang menghadapi datangnya
ancaman tersebut. Siapa tahu dikala kelabang itu hampir mengena di
hidungnya, mendadak kakek berbaju kuning itu menyampok
ke muka dan kelabang tersebut sudah ditangkap dengan
tangannya, menyusul mana sekali timpuk dia mengembalikan
kelabang itu kaarah tubuh Shen Bok Hong.
DaIam hal ilmu silat kemampuan Shen Bok Hong memang
sangat lihay, akan tetapi ia tak berani menerima datangnya
ancaman tersebut dengan sambutan tangan seperti apa yang
dilakukan kakek berbaju kuning itu.
Cepat ujung bajunya dibebaskan ke depan. Segulung angin
pukulan yang tajam segera menyapu rontok kelabang
tersebut. "Maaf..maaf., sungguh tak nyana engkau adalah seorang
tokoh lihay dalam menghadapi binatang beracun..!" terdengar
pemuda berbaju hijau itu memuji dengan suara nyaring.
Ia maju ke muka, secepat sambaran kilat tangan kanannya
meluncur ke depan dan mencengkeram pergelangan tangan
kanan sang kakek baju kuning yang memegang toya bambu
itu. Sungguh cepat serangan itu, akan tetapi ketenangan yang
dimliki kakek baju kuning itupun Iuar biasa, ditunggunya
sampai kelima jari tangan kanan pemuda itu hampir
menempel di atas urat nadi pada pergelangan kanannya
sebelum tiba ia berkelit ke samping dan tahu-tahu toyanya
sudah disodok ke depan dan menghajar telak persendian
tulang sikut di tangan pemuda itu.
Gerak serangan yang digunakan kakek berbaju kuning itu
sangat sederhana, bahkan boleh dibilang tiada sesuatu yang
luar biasa, akan tetapi ancaman itu sama sekali tak mampu
dihindari oleh pemuda berbaju hijau itu..
Sebelum ia sempat berkelit, tahu-tahu sodokan toya itu
sudah menghajar sikut lengan kanannya.
Sungguh dahsyat tenaga yang dipancarkan keluar dari
sodokan toya itu, setelah terkena serangan seketika itu juga
pemuda berbaju hijau itu merasakan lengan kanannya jadi
kaku dan kesemutan buru-buru dia melompat mundur tiga
langkah ke belakang. Kakek berbaju kuning itu sama sekali tidak mengejar
musuhnya, ia tetap berdiri kaku di tempat semula.
Sementara itu pemuda berbaju hijau tadi sudah mundur
tiga langkah ke belakang, lengan kanannya tampak
tergantung lemas ke bawah dari situ dapatlah ditarik
kesimpulan bahwa luka yang diderita pada lengan kanannya
itu cukup parah. Penuda baju bijau itu berpaling dan memandang sekejap ke
arah Shen Bok Hong, kemudian ia berdiri tak berkutik di
tempat itu. Diam-diam hawa murninya dihimpun menjadi satu
dan berusaha untuk melancarkan kembali peredaran darah di
atas lengannya. Sekilas rasa kaget dan tercengang berkelebat di atas wajah
Shen Bok Hong. Selangkah demi selangkah ia maju mendekati
pintu gerbang, kemudian sesudah memandang sekejap ke
arah kakek baju kuning itu dengan pandangan dingin,
tegurnya : "Siapakah namamu"!"
Dengan sepasang sorot matanya yang tajam bagaikan
sembilu kakek berbaju kuning itu menatap wajah Shen Bok
Hong tak berkedip, mulutnya tetap membungkam dalam
seribu bahasa. Shen Bok tetawa dingin, kembali ujarnya:
"Aku rasa englau jarang sekali melakukan perjalanan dalam
dunia persilatan?""
"Benar !" Tampaknya kakek itu sangat takut kalau terlalu banyak
berbicara, maka jawaban tersebut sangat singkat tapi jelas.
Shen Bok Hong tersenyum, ujarnya lebih jauh:
"Kalau toh engkau jarang sekali melakukan perjalanan di
dalam dunia persilatan, dus berarti pula tiada ikatan dendam
atau sakit hati dengan diriku, lalu apa maksudmu menghalangi
jalan pergiku?" "Sudah lama kudengar perbuatan busukmu, ternyata kabar
berita itu bukan kabar bohong!"
Suara jawabannya sangat aneh seakan-akan setiap patah
kata yang diucapkan keluar harus dipantulkan lebih dahulu
dengan lidahnya hingga kedengarannya jadi kaku.
Shen Bok Hong mengerutkan dahinya.
"Jadi kalau begitu, perbuatanmu kau lakukan karena
perasaan tidak puas?""
Kakek berbaju kuning itu mendengus dingin tanpa
menjawab. "Heeehhh heeehhh heeehhh apakah aku boleh tahu siapa
namamu?" tanya gembong iblis itu sambil tertawa dingin.
"Tidak boleh!" Tiba-tiba Shen Bok Hong angkat tangan kanannya dan
melancarkan sebuah pukulan gencar ke arah depan.
Kakek berbaju kuning itu sama sekali tidak berkelit ataupun
menghindar, dengan telapak tangan kirinya dia sambut
datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras.
"Blaaang..!" suatu benturan keras yang memekikkan telinga
segera menggelegar di angkasa, sepasang telapak tangan itu
saling beradu satu sama lainnya.
Sekujur badan Shen Bok Hong gemetar keras, sedangkan
kakek baju kuning itu terdorong mundur dua langkah ke
belakang. Dalam benturan keras lawan keras yang barusan
berlangsung ini, kedua belah pihak sama-sama menggunakan
tenaga dalamnya yang paling sempurna, tentu saja hebat juga
akibatnya. Shen Bok Hong segera tertawa dingin ujarnya:
'"Tidak aneh kalau engkau tekebur dan jumawanya luar
biasa, ternyata punya juga kepandaian yang diandalkan. Nah,
sambutlah kembali sebuah pukulanku ini!"
Di tengah bentakan nyaring, kembali dia lancarkan sebuah
babatan tajam dengan menggunakan tangan kanannya.
Angin pukalan yang dihasilkan oleh pukulan itu luar biasa
dahsyatnya, sebelum serangan Itu tiba di tempat sasarannya,
seluruh ruang abu itu sudah bergoncang keras akibat
terhembus oleh pukulan dahsyat tadi.
Kakek berbaju kuning itu sama sekali tidak mau mengalah
kepada musuhnya, dengan keras lawan keras kembali ia
sambut pukulan tersebut dengan telapak tangan kanannya.
Kali ini kakek berbaju kuning itu sudah melakukan
persiapan, dalam bentrokan yang kemudian terjadi, dia hanya
terdorong mundur satu langkah belaka.
Sekalipun begitu, pada hakekatnya serangan yang
dilancarkan Shen Bok Hong kali ini boleh dibilang beberapa
kali lipat lebih dahsyat daripada serangannya yang pertama
tadi. Shen Bok Hong segera mengerutkan dahinya rapat-rapat,
sekali lagi dia melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke depan.
Agaknya kakek berbaju kuning itu sudah tahu akan
kelihayan musuhnya, untuk ketiga kalinya ini dia tak berani
menyambut pukulan itu dengan tangan kirinya, cepat toya
bambunya dilepaskan dan menyambut datangnya ancaman
tersebut dengan tangan kanannya.
Secara beruntun Shen Bok Hong telah melepaskan tiga
buah pukulan dahsyat, akan tetapi kakek berbaju kuning
itupun telah menyambut ketiga buah serangannya dengan
keras lawan keras. Kontan saja kejadian ini mencengangkan
semua jago yang hadir di sekitar gelanggang rata-rata
mereka lantas berpikir dalam hatinya:
"Entah siapakah jago lihay ini, ternyata ia mampu
menerima ketiga buah pukulan dahsyat dari Shen Bok Hong
dengan keras lawan keras, tapi yang pasti dia adalah seorang
jago yang amat tangguh!"
Sesudah melancarkan tiga buah serangan secara beruntun


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tadi, Shen Bok Hong tidak melakukan penyergapan lagi, ia
tarik kembali telapak tangannya dan mundur ke belakang,
katanya dengan dingin : "Engkau sanggup menerima tiga buah pukulan dari aku
orang she Shen secara keras lawan keras, hal ini menunjukkan
bahwa engkau memang seorang jago yang tangguh."
Kakek berbaju kuning itu sama sekali tidak menggubris apa
yang sedang diucapkan Shen Bok Hong, denjan suara yang
amat dingin ia malah berseru :
"Sesudah diberi kalau tidak dibalas rasanya kurang sopan.
Nah, berhati-hatilah!"
Tongkat bambunya diputar kencang, kemudian secara
beruntun dibalas melancarkan tiga buah serangan.
Dengan pertahanan yang ketat dan bersusah payah
akhirnya Shen Bok Bok Hong berhasil juga menghindari ketiga
buah serangan berantai itu. Mendadak dengan sorot mata
yang sangat tajam dia menatap wajah kakek berbaju kuning
itu tanpa berkedip, sepatah demi sepatah kata serunya:
"Engkau adalah Siau Ling, engkau belum mati bukan?"
Kakek berbaju kuning itu tertawa dingin tiada hentinya, ia
tidak mengaku pun tidak menyangkal. Toya bambunya
kembali disapu ke depan dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat. Shen Bok Hong sama sekali tidak menghindar telapak
tangan kirinya segera didorong ke muka untuk menyambut
datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras.
Pertarungan semacam ini bukan saja sama sekali di luar
dugaan para jago yang hadir di dalam gelanggang, bahkan
kakek berbaju kuning itu pun kelihatan tertegun oleh kejadian
tersebut. "Plaaaak!"' dengan telak serangan tongkat bambu itu
menghajar diatas pergelangan tangan Shen Bok Hong.
"Peletak..!" sayatan bambu berhamburan, memenuhi
seluruh angkasa, tiba-tiba tongkat bambu yang berada di
tangan kakek itu tersayat kutung satu ruas.
Menyaksikan kedahsyatan dari gembong iblis itu, kembali
kawanan jago persilatan yang hadir di sekitar gelanggang
berpikir dengan perasaan hati yang tercekat:
"Setelah menyaksikan caranya bertarung benar-benar
terbukti bahwa ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong telah
mancapai puncak kesempurnaan yang luar biasa, malahan
tubuhnya sudah dilatih menjadi kebal bagaikan baja, kalau
orang lain yang terhajar pergelangan tangannya oleh
sambaran toya itu kalau tidak terluka paling sedikit akan
kesakitan, tapi dia...bukan saja tidak menunjukkan wajah
kesakitan, malahan berhasil mematahkan toya bambu itu,
benar-benar seorang jago yang hebat."
Kalau orang lain terperanjat maka Kakek berbaju kuning itu
sama sekali tidak kaget atau keheranan. Dia putar
pergelangan tangan kanannya dan menarik kembali tongkat
bambu itu, kemudian setelah berputar satu lingkaran ia
menyodok ke alis mata musuh.
Kali ini dia menyerang dengan menggunakan toya bambu
itu sebagai senjata tombak.
Sekali lagi Shen Bok Hong melontarkan telapak tangan
kirinya ke depan ..plaak! Untuk kedua kalinya toya bambu iiu
kena dipentalkan ke samping, menggunakan kesempatan itu
ia segera menerjang maju ke depan.
Untuk kali ini para jago dapat mendengar suara benturan
itu dengan amat jelas, sudah pasti benturan itu adalah suara
benturan dari bambu yang beradu dengan besi baja,
kenyataan ini semakin menggetartan perasaan hati mereka.
Kiranya pada bentrokan yang pertama kali tadi. kawanan
jago itu sudah mendengar suara aduan itu, tapi mereka
mengira salah mendergar maka untuk kali ini perhatian
mereka benar-benar ditujukan kesitu, maka jelaslah sudah
bahwa bunyi benturan besi memang bukan pendengaran yang
keliru. Haruslah dikelahui, seseorang memang bisa melatih
badannya jadi kuat dan kebal seperti baja, tapi melatih diri
sehingga menimbulkan suara bentutan seperti baja belum
pernah terjadi di dunia ini andaikata Shen Bok Hong benarbenar
bisa mencapai ke taraf seperti itu, maka peristiwa
tersebut boleh dibilang merupakan peristiwa yang paling aneh
di dunia inri... Rupanya It bun Han-to dapat membaca perasaan hati para
jago untuk menghilangkan rasa panik dan curiga diantara
jago-jagonya, ia segera berderu dengan suara lantang :
"Kalian tak perlu heran, sepasang pergelangan tangan Shen
toa cungcu telah dipasangi gelang baja yang amat kuat, tentu
saja suara benturan yang kedengaran adalah suara benturan
besi dan bambul" Sering kali dijumpai dalam dunia persilatan bahwasanya
orang-orang silat menggunakan gelang besi pada pergelangan
tangannya untuk melindungi diri dari bacokan senjata, gelang
besi itu persis seperti borgol bentuknya cuma lebih lebar
sedikit karena dipakai di balik ujung baju maka siapapun tidak
akan mengetahuinya. Pada mulanya semua orang dibuat terperanjat oleh
keampuhan ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong, tapi
setelah diberi penjelasan oleh It bun Han to, maka semua
orang pun jadi mengerti akan duduk perkara yang sebesarnya.
Ketika sinar mata para jago dialihkan kembali ke arah
gelanggang, tampaklah Shen Bok Hong sudah mendekati ke
sisi tubuh kakek berbaju kuning itu, tiba-tiba telapak tangan
kanannya ditekan ke bawah kemudian melancarkan sebuah
bacokan kilat. Sementara itu toya bambu milik kakek baju kuning itu
sudah tertangkis hingga miring kesamping. Menghadapi
sergapan yang dilakukan pihak musuh ini, jangan toh bambu
itu tak sempat ditarik kembali, sekalipun bisa ditarik kembali
pun, bambu yang panjang itu sama sekali tak bermanfaat
digunakan uniuk melakukan pertarungan jarak dekat.
Tampaklah kakek berbaju kuning itu ayunkan tangan
kanannya ke depan dan menyambut datangnya pukulan itu
dengan kekerasan. Shen Bok Hong mendengus dingin, tiba-tiba ia berkelit ke
samping dan mundur tiga depa ke belakang.
Sementara itu kakek berbaju kuning tadi sudah membuang
tongkat bambu itu kini dalam genggaman tangan kanannya
telah be tambah dengan sebilah pedang pendek yang sangat
tajam. Seketika itu juga paras muka Shen Bok Hong berubah jadi
amat serius, dengan dingin serunya:
"Aaah, tak salah lagi, rupanya memang engkau! Siau
Ling...:" Kakek berbaju kuning itu tertawa dingin ia tetap
membungkam dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Taktik membungkam yang dipraktekkan kakek berbaju
kuning itu kontan saja membuat Shen Bok Hong yang licik
bagaikan rase tua jadi kelabakan sendiri, ia merasa hatinya
sangat tidak tenang. Setelah termenung dan terpikir sebentar ujarnya lebih jauh:
''Siau Ling adalah seorang enghiong hoo han yang tak sudi
mengganti namanya sendiri, kalau engkau tak berani
mengakuinya, itu berarti bahwa engkau bukan Siau Ling!"
Dengan pedang tersoren kakek baju kuning itu pejamkan
matanya rapat-rapat paras mukanya amat serius. Bukan saja
ia tidak memberi komentar atas perkataan dari Shen Bok Hong
itu, menggubrispun tidak.
Sikap yang aneh dan luar biasa ini tidak mendatangkan
perasaan apa-apa bagi orang lain, tapi bagi Shen Bok Hong
yang berilmu tinggi segera merasakan keadaan yang tidak
beres. Ia kenali sikap tersebut sebagai jurus permulaan dari ilmu
pedang terbang, suatu kepandaian ilmu pedang tingkat tinggi
yang luar biasa dahsyatnya, tercekat perasaan batinya.
Ia tak berani bertindak lebih jauh, segera hardiknya dengan
suara dalam: ''Hayo kita cepat pergi!"'
Berbareng dengan selesainya ucapan tersebut, tiba-tiba
badannya melambung ke udara, tangan kanannya segera
diayun ke atas merobek atap kain yang menyelubung tempat
itu. kemudian bagaikan seekor burung rajawali dia menerobos
keluar dari lubang robekan tadi dan kabur dari situ.
Kim-hoa hujin mengikuti pula jejak Shen-Bok Hong. Dia
menjejakkan kakinya dan kabur lewat atap ruangan.
Waktu itu, pemuda berbaju hijau tersebut sedang mengatur
pernapasan untuk menolong diri, tampaknya dia tak
menyangka kalau Shen Bok Hong bakal kabur melalui atap
ruangan. Begitu menyadari bahwa gelagat tidak menguntungkan,
tanpa memperdulikan keadaannya lagi, cepat dia mengepos
tenaga dan ikut kabur dari tempat itu.
"Engkau tak usah pergi" tiba-tiba terdengar kakek berbaju
kuning itu membentak keras.
Di tengah bentakan nyaring, tubuhnya melambung ke
depan dan menutup jalan pergi di atas atap tersebut.
Dua sosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat sama-sama melambung ke atas atap ruangan
itu dan saling berebut untuk menerobos keluar dari robekan
kain terpal tersebut. Tapi akhirnya gerak tubuh kakek berbaju kuning itu jauh
lebih cepat satu tindak, telapak tangannya langsung dibacok
ke bawah. "Blaang. !" suatu benturan keras yang memekakkan telinga
terjadi di angkasa, kedua orang itu telah saling beradu tenaga
sebanyak satu kali. Termakan oleh hawa tekanan yang dilancarkan kakek
berbaju kuning itu dari arah atas, pemuda baju hijau itu tak
sanggup mempertahankan diri lagi, ia segera jatuh terkapar di
atas tanah. Sebaliknya kakek barbaju kuning itu sendiri dengan
menggunakan ilmu langkah Pat poh teng gong segera
melayang satu kaki jauhnya dari tempat semula sebelum
akhirnya melayang kembali ke atas tanah.
Dengan cepat It-bun Han-to memburu ke muka. Sekali
ayun jari tangannya, ia telah menotok jalan darah pemuda
berbaju hijau. Diantara empat orang pembantu yang dibawa Shen Bok
Hong, kecuali Kim hoa hu jin seorang yang berhasil
meloloskan diri, Lan Giok-tong menderita luka parah. Pemuda
berbaju hijau itu terluka di ujung telapak tangan kakek
berbaju kuning dan tertotok jalan darahnya oleh sentilan jari lt
bun Han to, tinggal hweesio berbaju merah yang bersenjata
kencrengan tembaga saja yang masih berada dalam keadaan
segar bugar. Bu wi totiang segera meloloskan pedangnya dan
menghadang jalan pergi hweesio berjubah merah itu, serunya:
"Taysu, engkau akan menyerahkan diri ataukah hendak
melangsungkan pertarungan adu jiwa?""
Ucapan tersebut diucapkan dengan tajam dan penuh hawa
napsu membunuh. ---ooo0dw0ooo--- Jilid: 40 DENGAN ketajaman mata yang luar biasa. padri berjubah
merah itu menyapa sekejap sekitar gelanggang, ketika
dilihatnya jalan maju dihadang oleh Bu wi totiang dengan
pedang terhunus, sedang jalan mundur dicegat oleh Ceng
kong taysu dengan golok terlintang di dada, sadarlah padri ini
bahwa harapannya untuk melepaskan diri dari kepungan
sudah boleh dibilang musnah.
Dalam keadaan demikian, tiada pilihan lain lagi baginya
kecuali bunuh diri ia jadi nekad, sambil menggigit bibir
mendadak senjata kencrengannya itu digorok ke atas lehernya
sendiri. Darah segar segera berhamburan menggenangi seluruh
permukaan tanah, dengan kepala hampir kutung dari
badannya, robohlah padri itu dalam keadaan tak bernyawa.
Tatkala hwesio berjubah merah itu menggerakkan senjata
kencrengannya tadi, dalam sangkaan Bu-wi totiang ia bakal
disergap dengan gencar, hawa murninya telah dihimpun ke
dalam pedangnya siap menghadapi segala kemungkinan yang
tak diinginkan, siapa tahu bukan serangan yang dilalukan
malahan ia menggorok leher sendiri, ingin mencegah sudah
tak sempat lagi, apa boleh buat" Terpaksa ia membiarkan
musuhnya bunuh diri tepat di hadapan matanya.
Setelah hwesio itu menggeletak dalam keadaan tak
bernyawa lagi, Ceng kong taysu melepaskan goloknya dan
menghampiri jenasah orang itu. Perlahan-lahan ia membuka
topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya.
Apa yang kemudian dilihat olehnya membuat padri saleh
dari gereja Siau-Iim-si ini menghela napas panjang, ujarnya
dengan sedih : "Aaai..! Ternyata tebakanku memang tidak keliru, ia benarbenar
adalah saudara perguruanku sendiri"
Bu-wi totiang ikut menghela napas panjang, selanya dari
sisi kalangan : ''Bukan saja dalam gereja Siau lim si telah muncul murid
durhaka, dalam perguruanku sendiripun muncul penghianatpenghianat
penjual perempuan. Aaai..! Manusia yang sudah
mati tak mungkin bisa hidup kembali, asal taysu merawat
jenasahnya secara baik-baik, anggap sajalah perbuatanmu ini
suatu penghormatan yang terakhir dari sesama saudara
perguruan" Ceng kong taysu menghela napas, tanpa banyak bicara lagi
ia membopong mayat hwesio itu dan berlalu dari sana.
Menanti bayangan punggung dari Ceng-kong taysu sudah
lenyap dari pandangan mata, kakek berbaju kuning itu baru
menghela napas panjang, tiba-tiba ia berjalan menuju ke balik
meja abu. Baik Sun Put shia maupun Bu wi totiang sudah tahu kalau
kakek berbaju kuning itu kemungkinan besar adalah
penyaruan dari Siau Ling, akan tetapi sebelum membuktikan
dengan mata kepala sendiri, mereka tak berani menegur
secara gegabah, untuk sesaat lamanya dua orang jago lihay
itu jadi kelabakan dan tak tahu apa yang musti dilakukan.
Dengan langkah yang cepat It bun Hin to mendahului
kakek berbaju kuning itu, katanya dengan lirih :
"Aku akan membawa jalan untuk saudara."


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Terima kasih!" jawab kakek berbaju kuning itu dengan
nada yang singkat dan lembut.
It-bun Han to membawa kakek tua itu memasuki sebuah
ruang kosong yang sepi. Di situlah dia menjura dan memberi
hormat seraya menyapa: "Siau tayhiap!"
Kakek baju kuning itu tersenyum, ia melepaskan
penyaruannya dan pulihkan kembali wajahnya menjadi raut
wajah yang asli dan dia memang bukan lain adalah Siau Ling
yang lolos dari bencana kebakaran.
Terdengarlah suara langkah kaki manusia berkumandang
memecahkan kesunyian, menyusul mana Sun Put-shia, Bu wi
totiang dan Pek-li Peng sekalian memasuki pula ruangan itu.
Dengan langkah lebar San Put shia menghampiri si anak
muda itu, sambil menggenggam tangannya dengan hangat, ia
berseru: "Saudara Siau, kiranya engkau benar-benar masih hidup,
syukur ke hadirat Thian yang maha pengasih, akhirnya
pendekar besar kita dapat lolos dari bahaya maut."
"Engkoh tua, baik-baikkah engkau selama ini?" sahut Siau
Ling sambil memberi hormat.
"Haahhh haaahhh haaahhh baik, sangat baik, apalagi
setelah menyaksikan engkau lolos dalam keadaan segar bugar
apanya lagi yang tidak baik"'
Beberapa patah kata itu kedengarannya memang
sederhana tanpa embel apa-apa, tapi pada hakekatnya
mengandung perasaan persaudaraan dan perhatian yang
sangat mendalam. Betapa taruhannya Siau Ling menghadapi kenyataan
tersebut. "Terima kasih banyak engkoh tua, atas perhatianmu!"
katanya. Bu wi totiang yang berada disisinya segera melanjutkan:
"Dua jilid kitab yang Siau tayhiap titipkan kepada Teng ji
hiap dan suteku untuk diserahkan kepada pinto, telah pinto
terima dengan selamat, sebentar akan kuserahkan kembali
kepada Siau tayhiap!"
"Sudah totiang baca isinya?" tanya Siau Ling dengan cepat.
"Pinto hanya melihat nama kitab tersebut, isi buku itu sama
sekali tidak kubaca!"
Siau Ling mengangguk. "Kenapa tidak totiang baca isinya?""
"Pinto sudah tua dan tak ada gunanya, lebih pantas kalau
kitab tersebut dibaca oleh generasi muda, dan lagi situasi
yang kita hadapi toh sedang kritis pinto tidak punya
kesempatan untuk membaca isi kitab tersebut."
Sekali lagi Siau Ling mengangguk.
"Totiang berjiwa besar dan berpandangan jauh ke depan,
boanpwe merasa kagum sekali dengan tindakanmu ini."
Pek-li Peng yang selama ini membungkam di samping, tibatiba
maju ke depan dan berkata: "Toako, aku mengaku salah!"
"Dalam soal apa kau merasa bersalah"'' tanya si anak muda
itu sambil tersenyum. "Toako berpesan kepadaku agar tidak membocorkan
rahasia kehidupanmu kepada orang lain tapi tanpa
persetujuan dari toako aku telah membocorkan rahasiamu itu
!" "Aaah! Tidak menjadi soal, aku dapat memahami kesulitan
yang sedang kau hadapi pada hakekatnya kendatipun tidak
kau katakan rahasia inipun tak mungkin bisa kelabuhi It bun
sianseng!" "Siau Tayhiap terlalu memuji diriku!" cepat-cepat It bun
Han to menimbrung. "Didalam peristiwa ini saudara Siau tak boleh menyalahkan
nona Pek li." Tiba-tiba Sun Put shia berseru, "kalau engkau
akan menyalahkan maka tegurlah aku si pengemis tua, sebab
akulah yang memaksa nona Pek li untuk mengaku!"
"Siau-te sama sekali tidak bermaksud menyalahkan
siapapun, harap engkoh tua jangan salah paham!"
Sin Put shia tertawa. "Aku tahu, sudah pasti engkau akan memberi muka kepada
aku si engkoh tua ini..."
Tiba-tiba Pek li Peng menghela napas panjang, katanya
setengah berbisik: "Toako, sudah kau dengar semua bukan pembicaraan yang
berlangsung di ruang abu tadi?"
"Mendengar soal apa?"
"Enci Gak telah pergi dari sini!"
"Jadi ia benar-benar sudah pergi dari sini?" seru Siau Liug
dengan wajah tertegun. "Aku sudah membicarakan banyak masalah dengan enci
Gak, bahkan aku bersikeras memaksa dia agar jangan
tinggalkan tempat ini tapi toh akhirnya ia pergi tanpa pamit."
Sekilas cahaya merah melintas diatas wajah Siau Ling, ia
segera tertawa ewa, katanya:
"Kalau sudah pergi yaa sudahlah, enci Gak memang suka
pergi kesana kemari menuruti suara hati sendiri, siapa yang
mampu membatalkan niatnya untuk pergi?"
Ketika menyaksikan lintasan cahaya merah diatas wajah si
anak muda itu, sepasang mata It bun Han to bernilai tajam,
tiba-tiba ia menyapu sekeliling tempat itu kemudian serunya:
"Sun heng, totiang nona Pek li, aku ingin mengajukan satu
permintaan kepada kalian semua."
Ketika didengarnya nama mereka bertiga disebutkan
semua, tiga orang jago itu agak tertegun kemudian tanyanya:
"Ada persoalan apa?"
"Aku mempunyai suatu persoalan yang sangat penting
untuk dibicarakan dengan Siau tayhiap dibawah empat mata,
entah bagaimanakah menurut pendapat kalian bertiga?""
"Dalam hal ilmu silat, aku si pengemis tua paling
mengagumi saudara Siau, sedangkan dalam hal kecerdikan,
aku si pengemis tua mengagumi It-bun sianseng, silahkan saja
kaIau mau berbicara!" kata Sun Put shia dengan cepat.
It-bun Han to segera memberi hormat ke pada semua
orang, lalu ujarnya dengan lembut:
"Siau tayhiap. mari kita berbicara di ruang sebelah situ
saja!" Dengan berjalan mengikuti di belakang It-bun Hin-to,
akhirnya sampailah si anak muda itu dalam sebuah ruang lain,
disana pemuda itu segera bertanya:
"It bun sianseng, ada persoalan apa engkau mengundang
kedatanganku ke sini?""
"Muntahkan keluar gumpalan darah yang berada dalam
dadamu, tahanlah hawa murnimu dan paksakan dengan
segala kemampuanmu!"
Dengan sorot mata yang amat tajam Siau Ling menatap
sekejap paras muka It-bun Han to, kemudian dia pejamkan
matanya dan muntahkan keluar segumpal darah kental dari
mulutnya. Setelah itu sambil menghela napas panjang katanya :
"It bun sianseng, engkau benar-benar sangat lihay. Tak
kusangka engkau tahu kalau aku sudah menderita luka!"
"Luka yang kau derita tidak terlalu parah, gumpalan darah
yang menyumbat dalam dadamu itu sebagian besar
disebabkan karena masalah Gak Siau cha, nona Gak.."
"It-bun heng, darimana engkau bisa yakin bahwa
pendapatmu Itu tidak keliru"!" sela Siau Ling dengan
sepasang alis matanya berkenyit.
It-bun Han to tersenyum. "Siau tayhiap, berkat penghormatanmu atas diri aku It bun
Han to lah maka aku berhasil melepaskan diri dari jalan yang
sesat, untuk itu akupun harus menggunakan segala
kemampuan yang kumiliki untuk membalas budi kebaikan ini.
Aku tahu masalah yang menyangkut tentang hubungan Siau
tayhiap dengan nona Gak adalah urusan aku harus memberi
komentar kepadamu...!"
Sesudah rahasia hatinya terbongkar, Siau Ling tidak
berusaha untuk mengingkari lagi, terpaksa dia menghela
napas panjang. "Petunjuk apakah yang hendak Saudara lt-bun berikan
kepadaku..."!" tanyanya.
"Baik Lan Giok-tong, Giok siau-long kun maupun Wu
kongcu dari perguruan Ngo tok bun semuanya telah terpesona
oleh kecantikan Gak Siau cha, padahal orang itu terhitung jago
muda yang berwatak tinggi hati baik tampang wajahnya
maupun kepandaian silatnya terhitung kelas satu di dunia
persilatin, manusia macam mereka sebenarnya saja tak perlu
kuatir kalau tak mendapatkan jodoh, tapi kenyataan
membuktikan bahwa mereka semua terpikat oleh nona Gak.
Nah, di sinilah letak kunci dari semua peristiwa ini, dan aku
hendak mengajak engkau untuk membahas; apakah
alasannya sehingga terjadi kesemuanya ini"
"Alasan apa?" "Alasan tentang sebab musabab sehingga, mereka jadi
terpikat kepada nona Gak!"
"Menurut penglihatanku, Nona Gak adalah seorang gadis
yang sopan santun dan tak pernah menunjukkan gerak-gerak
yang genit atau menimbulkan rangsangan bagi orang lain,
dalam kasus ini Giok Siau Long kun memang beralasan untuk
mencintai nona Gak, sebab bagaimanapun juga ia pernah
bergaul selama banyak tahun dengan nona itu. Tapi kalau
dibilang Lan Giok tong serta Wu kongcu dari Ngo tok bun juga
jatuh hati kepadanya, aku jadi heran dan benar-benar tak
habis mengerti, sebab menurut penilaianku mereka tak pernah
berhubungan dengan enci Gak ku itu, malahan boleh dibilang
berbicarapun jarang."
It bun Han to termenung sebentar, kemudian katanya:
"Siau tayhiap, apakah engkau dapat merasakan bahwa
nona Gak mempunyai sesuatu yang lain daripada orang-orang
biasa?". Siau Ling menggeleng. "Aku tidak pernah mempunyai perasaan seperti itu!"
sahutnya. "Coba bayangkan secara seksama, bukankah setiap kali
setelah berjumpa dengan dirinya maka engkau merasa
mempunyai kesan yang lebih dalam mengenai dirinya ". Dan
semakin mendalam kesan tersebut maka seakan-akan kesan
itu sudah melekat dalam hatimu, baik dicuci atau dibersihkan
dengan cara apapun kesan itu tak bisa hilang malahan
bagaikan bayangan saja selalu mengikuti didalam hatimu"."
Siau Ling menghembuskan napas panjang.
"Dahulu aku sama sekali tidak mempunyai perasaan seperti
itu, tapi setelah bertemu kali ini..."
Berbicara sampai disitu, mendadak ia membungkam dan
tidak meneruskan lagi kata-katanya.
"Bukankah engkau merasakan suatu perasaan yang aneh
dan lain daripada yang lain"'' sambung It bun Han to dengan
cepat. "Begitulah!" "Dahulu usiamu masih kecil dan engkau sama sekali belum
mengenal apa artinya cinta asmara, tentu saja kecantikan dan
daya pikat yang dimiliki Gak Siau cha sama sekali tidak
berpengaruh apa-apa bagimu, tapi setelah kau bertemu lagi
dengannya, waktu itu kau sudah dewasa, tentu saja kesan
yang diperolehpun jauh berbeda."
Siau Ling menghela napas panjang.
"Aaai..! Mungkin apa yang kau katakan memang tidak
keliru, tapi bagaimanapun juga daya pikat adalah timbul dari
dalam tubuh seseorang, dalam hal ini enci Gak tak bisa
disalahkan!" "Terlepas dari salah atau tidak, menurut pengamatanku
menurut ilmu raut wajah, maka garis-garis muka Gak Siau cha
menunjukkan bahwa dia memiliki suatu kekuatan daya pikat
yang tersembunyi, dan daya pikat tersembunyi itu luar biasa
besar pengaruhnya, selama seribu tahun belum tentu ada
seorang gadis dilahirkan dengan ciri semacam itu"
"Itu kan bukan salahnya"!" cepat Siau Ling menimbrung
dengan sepasang mata berkedip.
"Nona Gak tidak salah. Lan Giok tong dan Gak-siau- long
kun sekalipun tidak salah, yang salah adalah alam yang telah
menciptakan dirinya dengan daya pikat yang maha hebat,
membuat penampilannya di manapun membuat dunia jadi
heboh, membuat banyak jago terpikat dan tergila-gila
kepadanya" "Aai..! Dari dulu sampai sekarang, perempuan cantik adalah
bibit bencana, ternyata peri bahasa ini sedikitpun tak salah !"
It bun Han to termenung dan berpikir sejenak, kemudian
sahutnya : "Ucapanmu ini boleh juga dikatakan benar, tapi pada
hakekatnya dibalik kesemuanya itu masih tersimpan suatu
rahasia yang maha besar dan rahasia itu belum bisa
dipecahkan oleh siapapun, Apa yang diucapkan Wu kongcu
tadi memang benar, bukan dia saja yang terpikat oleh daya
tarik nona Gak, malahan Shen Bok Hong sendiripun sudah
mulai terpesona dibuatnya."
Perasaan hati Siau Ling kontan bergolak keras, paras
mukanya sebentar berubah jadi merah sebentar lagi jadi
pucat; jelas dalam batinnya sedang terjadi suatu pergolakan
yang keras. Lama..., lama sekali, pemuda itu baru menghela napas
panjang, ujarnya kemudian :
"It bun sianseng, kalau memang demikian keadaannya,
maka apa yang musti kita lakukan untuk selamatkan jiwa enci
Gak ku itu dari ancaman bahaya"!"
"Biarkan dia mangasingkan diri di tempat terpencil dan
kurangi kesempatannya untuk bertemu dengan orang lain.
Biarlah ia hidup di sebuah dunia yang lain dan jauh dari
pergaulan manusia. Asalkan masa mudanya telah berlalu dan
usia lanjut mulai merongrong wajahnya, saat itulah daya
pikatnya yang luar biasa itu akan lenyap dan musnah dengan
sendirinya." "Jikalau ia tak mau berdiam di suatu tempat yang terpencil
dan terasing dari pergaulan masyarakat, masa kita harus
menyekapnya di dalam ruangan khusus?"
"Masih ada satu cara lain untuk menanggulangi kesulitan
itu. Asal dia kenakan sebuah topeng kulit manusia sehingga
daya pikatnya itu tertutup maka dia akan bebas bergerak ke
mana-mana tanpa kuatir membikin heboh lagi!"
"Ehmm..! Aku rasa cara ini memang sangat jitu."
''Sudah cukup lama kita bercakap-cakap, aku rasa


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pergolakan darah di dada Siau tayhiap pun telah menjadi
tenang kembali, sekarang silahkan duduk untuk mengatur
pernapasan". Siau Ling sendiripun tentu saja tahu bila tidak duduk
bersemedi pada saat seperti ini, niscaya hawa murninya akan
mengalami kerugian besar, maka sahutnya:
"Terima kasih atas peringatan dari It bun heng!"
"Masih ada beberapa lagi kita bicarakan sehabis engkau
bersemedi nanti. Nah! Aku mohon diri lebih dahulu".
Perlahan-lahan ia mengundurkan diri dari ruangan tersebut.
Menanti sesudah bayangan punggung dari It-bun Han-to
lenyap dari pandangan mata, Siau Ling baru duduk bersila dan
mulai mengatur pernapasannya.
Ketika ia menyelesaikan semedinya, tampaklah Pek li Peng
sedang duduk di sisinya sambil tersenyum.
Waktu itu dia sudah berganti dengan dandanan seorang
perempuan, alisnya yang cantik, bibirnya yang merah
bagaikan delima merekah serta hidungnya yang macung,
membuat gadis itu tampak lebih cantik dan mempersonakan
hati. "Toako, apakah engkau baik-baik saja"!" tegurnya dengan
suara yang amat lembut. Siau Ling segera mengangguk.
"Ehem ! Aku sangat baik'*
''Menurut It bun sianseng, di kala toako sedang adu tenaga
melawan Shen Bok Hong tadi engkau telah terluka semua
orang sangat menguatirkan kesehatan badanmu."
"Aaah! Tidak menjadi soal, cuma sedikit luka enteng saja!"
sahut Siau Ling sambil tersenyum.
Dari sakunya Pek li Peng ambil keluar sepucuk surat sambil
diangsurkan ke muka, katanya:
"Sebelum pergi tinggalkan tempat ini enci Gak telah
meninggalkan dua pucuk surat yang satu ditujukan kepadaku
sedang yang lain untukmu pribadi!"
Siau Ling segera menerima simpul surat itu dan dilihat
tulisannya, tampaklah tulisan diatas sampul itu berbunyi
demikian: "Mohon bertuan adik Peng untuk diserahkan kepada Siau
Ling pribadi" Gaya tulisannya sangat indah dan kuat, tak salah lagi inilah
tulisan dari Gak Siau cha.
Cepat si anak muda itu merobek sampulnya dan membaca
isi surat itu. "Buat saudaraku Siau Ling yang tersayang : Dalam
surat wasiatnya mendiang bibi Im mu telah menjodohkan
cici kepadamu. Tentunya apa yang telah kukatakan
sewaktu ada di ruang abu telah kau dengar semua
bukan" Kendatipun rahasia tersebut tak pernah kubeberkan
kepadamu, akan tetapi sejak dahulu aku telah
menganggap engkau sebagai suamiku.
Bila engkau sudah mati, maka sebagai seorang istri
sudah menjadi kewajikanku untuk membalaskan dendam
bagi kematian suaminya, tapi dari mulut adik Peng dapat
kuketahui bahwa engkau belum mati.
Maka dalam keadaan begini situasipun ikut berubah,
setelah engkau hidup maka sekarang menjadi kewajiban
cici untuk membalaskan dendam bagi kematian bibi Im
mu. Kini cici sudah menemukan jejak dari pembunuh bibi
Im mu itu, asalkan bukti sudah kuat maka segera akan
kulakukan pembalasan dendam.
Aaai.! Bagaimanakah nasibku di kemudian hari" Sukar
untuk diramalkan mulai sekarang, mungkin juga
dikemudian hari kita tak terjodoh untuk bertemu muka lagi
apa pula aku sudah mengakibatkan banyak kehebohan.
Sebagai seorang perempuan yang telah bersuami, aku
merasa malu dan menyesal atas semua peristiwa yang
telah terjadi ini. Aku lihat adik Peng adalah seorang dara yang suci
bersih dan menarik hati, semoga engkau bila merawatnya
dengan penuh kasih sayang, apalagi ia telah melepaskan
cinta yang begitu mendalam kepadamu, sudah sewajarnya
kalau engkaupun membalas cintanya.
Jika engkau masih mau menganggap diriku ini sebagai
istrimu, turutilah permintaanku ini, menyayangi adik Peng
seperti pula menyayangi aku, sebab dialah pasanganmu
yang paling setimpal. Banyak perkataan yang sukar kutuliskan dalam surat
ini, tentunya engkaupun dapat memahami betapa gelisah
dan kusutnya perasaanku sekarang, semoga adik Siau
bisa memaklumi kesusahanku ini.
tertanda: Gak Siau cha"
Selesai membaca surat peninggalan dari Gak Siau cha itu,
Siau Ling merasakan pikirannya jadi kusut. Perasaan hatinya,
bercampur aduk! dan sukar dilukiskan dengan kata-kata. Ia
tak tahu apakah musti cinta atau kah harus benci.
Tiba-tiba Pek li Peng menegur dengan suara yang lembut:
"Toako, apa yang ditulis enci Gak dalam suratnya itu?""
"Dia suruh aku baik-baik merawat dan menyayangi dirimul"
jawab Siau Ling sambil menarik napas panjang.
Pek li Peng tampak tertegun, tiba-tiba air matanya jatuh
berlinang membasahi pipinya.
Dengan penuh rasa sayang Siau Ling menggenggam
sepasang lengan dara itu, kemudian tanyanya:
"Peng-ji, mengapa menangis?""
"Aku juga tak tahu musti bersedih hati atau gembira, aaai !.
Bicara sesungguhnya enci Gak lah merupakan pasangan yang
paling setimpal bagimu!."
Siau Ling tersenyum. *'Peng ji!" ucapnya "bukankah Lan Giok tong pernah
berkata, enci Gak adalah seorang gadis yang amat cantik jelita
bak bidadari dari khayangan siapakah manusia di bumi ini
yang pantas mendampinginya?"
Dengan hati yang sedih Pek-li Peng tundukkan kepalanya
rendah-rendah, ia berbisik :
"Toako, apakah engkau bisa memahami perasaan hati enci
Gak yang sebenarnya?""
"Kenapa"!"
"Pada hakekatnya enci Gak sangat mencintai dirimu, cuma
saja dia tidak seperti aku, semua persoalan yang dihadapi
selalu tercermin diatas wajah..!"
Siau Ling menghela napas panjang, sesudah hening
beberapa saat lamanya tiba-tiba ia bertanya :
"Apa saja yang dibicarakan enci Gak dengan dirimu"!"
"Banyak sekali yang telah kami bicarakan. Tapi bicara
pulang pergi toh bahan pembicaraan itu berkisar pada urusan
dua orang, yang satu adalah engkau sedang yang lain adalah
aku!" "Apa yang dikatakan enci Gak tentang diriku"!"
"Dia suruh aku menasehati dirimu agar baik-baik menjaga
diri, janganlah memikirkan keselamatannya lagi"
"Tentang soal ini aku sudah tahu, sebab dalam suratnya
yang diberikan kepadaku, dengan jelas Enci Gak sudah
membicarakan persoalan itu."
"Walaupun enci Gak mengatakan begitu, masa kita benarbenar
harus berpeluk tangan belaka tanpa membantu
usahanya untuk membalas dendam?"
Siau Ling termenung dan berpikir beberapa saat lamanya,
kemudian sahutnya: "Situasi pada saat ini amat kritis, mungkin kita memang
benar-benar tak mampu membantu dirinya."
"Masa toako tidak mau tahu dan sama sekali tidak
menggubris tentang usaha enci Gak untuk membalaskan
dendam bagi ibunya?" desak Pek li Peng lebih jauh.
Siau Ling tertawa ewa. "Ambisi Shen Bok Hong untuk menguasai seluruh kolong
langit sudah terbongkar sementara It bun sianseng telah
memanfaatkan kesempatan dikala aku tersiar mati untuk
mengundang kehadiran seluruh orang gagah di dunia ini untuk
berkumpul disini, aku rasa suatu perang massal sudah tak
dapat dihindari lagi, bagaimanapun juga tak mungkin bagi
diriku untuk meninggalkan tempat ini sebelum semua urusan
di tempat ini menjadi beres!'
"Aaai.! Pek-li Peng menghela napas panjang, betul juga apa
yang diucapkan toako. Persoalan di tempat ini pun tak kalah
pentingnya, apalagi toako adalah pemimpin yang
mempengaruhi jalannya pertarungan, tentu saja tak mungkin
bagimu untuk meninggalkan tempat ini."
"Peng-ji, pergilah ke ruang samping sana dan undanglah
kemari It-bun siangseng, Sun locianpwe serta Bu wi totiang.
Aku hendak mengajak mereka untuk merundingkan beberapa
Empat Mayat Aneh 1 Wiro Sableng 074 Dendam Di Puncak Singgalang Playboy Dari Nanking 8
^