Pencarian

Budi Kesatria 23

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 23


persoalan. Baru saja Shen Bok Hong mengalami kekalahan
total, maka kalau kita bisa mendahului mereka dan lebih baik
lagi kalau berhasil menawannya hidup"!"
Pek li Peng segera mengiakan, ia putar badan dan berlalu
dari raungan itu. Sepeninggalnya gadis tersebut, Siau Ling menengadah dan
menghembuskan napas panjang, perlahan-lahn ia duduk
diatas sebuah kursi. Dengan menggunakan segala kesabaran
yang dimilikinya, ia berusaha untuk menenangkan kembali
perasaan hatinya. Selang sesaat kemudian, Sun Put shia, Bu wi totiang serta
It bun Han to telah muncul dalam ruangan itu. Pek li Peng
menyusul dipaling belakang.
"Saudara-saudaraku, silahkan duduk", seru Siau-Ling
sambil bangkit berdiri. Setelah beberapa orang itu duduk sambil tersenyum It bun
Han to bertanya: "Ada urusan apakah sehingga Siau tayhiap mengundang
kedatangan kami semua kemari?"
"Secara tiba-tiba saja aku telah teringat akan suatu
persoalan, maka kuundang kedatangan kalian untuk
merundingkannya." "Ada urusan apa toh saudaraku?" timbrung Sun Put shia
dengan lantang, "katakan saja secara blak-blakan, caramu
main sembunyi sangat tak sedap dipandang!"
Siau Ling tersenyum. "Masalah yang hendak kurundingkan adalah soal mengenai
Shen Bok Hong. Siau te ingin membekuknya sebelum ia
bersiap sedia!". "Kalau ingin menang dan sukses maka semua rencana
harus disusun dengan sebaik-baiknya" kata It bun Han to.
"Siau tayhiap apakah engkau bisa membeberkan rencanamu
itu?" "Maksudku, gerakan ini lebih baik lagi kalau dilakukan
dengan secepat-cepatnya. Selesai berunding nanti, kita segera
menghimpun segenap kekuatan yang ada dan kita langsung
menyerbu ke dalam sarangnya Shen Bok Hong agar mereka
jadi kalut dan kelabakan!"
Sinar matanya dialihkan keatas wajah It bun Han to,
kemudian sambungnya lebih jauh :
"Apa yang kukatakan hanyalah berupa suatu idee belaka,
tentang rencana yang lebih cermat maka terpaksa musti
merepotkan It-bun heng untuk menyusunkan bagi kita!"
It bun Han to termenung| sebentar, lalu jawabnya :
"Memang, sangat banyak jago persilatan yang berkumpul di
tempat ini sekarang, akan tetapi jago yang benar-benar bisa
diminta batuannya tidak banyak jumlahnya, apabila suasana
rencana kita kurang cermat maka pertarungan itu boleh
dibilang merupakan suatu pertarungan adu kekerasan,
berbicara tentang kekuatan masing-masing pihak, maka
kekuatan kita masih belum sanggup untuk menandingi
kekuatan dari perkampungan Pek-hoa-san cung!".
"Aku akan menghadapi Shen Bok Hong, sedangkan yang
lain menghadapi jago-jago dari perkampungan Pek-hoa-san
cung. Apakah mereka tak mampu menandinginya?""
"Soal ini masih merupakan suatu tanda tanya besar, apalagi
Siau tayhiap sendiri toh belum mempunyai keyakinan untuk
menangkan Shen Bok Hong, maka menurut penilaianku dalam
pertarungan ini menang ataupun kalah kita masing-masing
sama-sama memegang kans lima puluh persen lawan lima
puluh persen." "Jadi kalau begitu kita tak boleh melangsungkan
pertarungan dengan keras lawan keras?""
"Akibat dari perang tanding tersebut sukar dilukiskan
dengan kata-kata, bukan saja menang kalah belum bisa
ditentukan, bahkan akhirnya kedua belah pihak sama-sama
menderita kerugian beesar !"
Siau Ling segera mengerutkan dahinya rapat rapat.
"Kalau kudengar dari perkataan It-bun hang, agaknya lebih
banyak kalahnya buat pihak kita daripada menangnya .?"
It-bun Han to segera mengangguk.
"Begitulah maksudku..."
Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan kembali katakatanya:
"Tapi apabila kita dapat mengetahui sampai dimanakah
kekuatan yang sebenarnya dimiliki Shen Bok Hong dewasa ini,
kemudian menyusun suatu rencana yang jitu, kemungkinan
besar kita bisa menangkan pertarungan itu..."
Siau Ling menghela napas panjang.
"Aaaai..! Kalau begitu, terpaksa aku harus turun tangan
sendiri untuk mencari kabar dari mulut Kim hoa hu jin!"
"Apa perlunya bersusah payah mencari Kim hoa hujin?"
sahut It bun Han to mendadak. Lan Giok tong kini sudah
sadarkan diri siapa tahu kalau dari mulutnya kita berhasil
mencari tahu sedikit banyak latar belakang kekuatan dari Shen
Bok Hong?" "Bagus sekali, apakah sekarang ia sudah bisa berbicara"
"Sekarang belum, mungkin dua jam lagi dia akan sadar
betuI dan sanggup berbicara."
"Siapakah yang telah mengobati luka beracunnya itu?"
"Kecuali It-bun sianseng, siapa lagi yang mampu
melakukan pekerjaan tersebut?" sahut Bu wi Totiang yang ada
di samping sambil tersenyum.
"Kalau dibicarakan sesungguhnya sangat memalukan, pada
hakekatnya aku sendiripun tidak memiliki kepandaian apa-apa,
aku hanya bekerja secara adu untung tak tahunya pengobatan
tersebut malahan mendatangkan hasil yang lumayan!"
"Saudara Siau," tiba-tiba Sun Put shia berseru dari
samping, "aku si sipengemis tua ingin menanyakan beberapa
hal kepadamu. Apakah engkau bersedia untuk menjawabnya?"
"Silahkan toako katakan, Siau te akan memperhatikannya
dengan seksama..". "Secara tiba-tiba engkau ingin membinasakan Shen Bok
Hong dalam waktu singkat, bahkan keputusanmu ini jauh
diluar dugaan siapapun, apakah dibalik rencanamu itu masih
terdapat sebab-sebab yang lain?"
"Alasannya amat sederhana, barusan saja ia menderita
kekalahan total, maka siau-te ingin manfaatkan kesempatan
yang sangat baik ini untuk membasmi kekuatannya sampai ke
akar-akarnya asalkan dia bisa kita singkirkan maka dunia pun
akan jadi aman, dan kita tak usah merasa kuatir terus
menerus." "Hanya itu saja alasannya?""
"Apabila kita mengulur waktu, memang banyak persiapan
yang bisa kita lakukan, tapi pihak lawan toh juga bisa
mempersiapkan diri " Dan lagi, kecuali beberapa orang yang
ada sekarang ini, siau-te tak dapat berpikir siapa lagi yang
akan membantu kita untuk menumpas kekuatan Shen Bok
Hong !" "Ehmm, masuk di akal juga alasan ini, cuma aku si
pengemis tua tetap merasa bahwa selain alasan tersebut
sebetulnya engkau masih mempunyai tujuan lain!"
Siau Ling tertawa jengah, karena didesak terus terpaksa ia
mengakui juga secara terus terang.
"Siau-te ingin cepat-cepat membinasakan Shen Bok Hong,
bila urusan disini telah selesai maka siau-te harus segera
tinggalkan tempat ini untuk membantu seseorang dalam
usaha pembalasan dendamnya."
"Siapa yang akan kau bantu?""
"Gak Siau cha, nona Gakl"
Sun Pat shia segera tersenyum.
"Sudah aku duga, urusan ini pasti ada hubungannya
dengan nona Gak, ternyata dugaanku tidak keliru."
Sesudah berhenti sebentar, dia melanjutkan kembali katakatanya:
"Siapakah musuh besar nona Gak?""
"Aku sendiripun tak tahu, sebab dalam suratnya ia tidak
menyebutkan nama orang itu."
"Dia tinggal dimana?""
Sekali lagi Siau Ling menggelengkan kepalanya.
"Tentang soal ini, siau-te sendiripun tak tahu!" sahutnya.
Sun Put shia segera tertawa;
"Dunia bukanlah selebar daun kelor, kemana engkau akan
mencari dirinya " Kalau toh siapa orang itu dan tinggal
dimanakah orang itu tidak diketahui olehmu pencarian
tersebut ibaratnya mencari jarum di tengah samudra,
sekalipun mencari selama dua tiga tahun belum tentu
menemukan jaga." Siau Ling pada dasarnya memang tak pandai berbohong,
maka sesudah didesak Sun Put shia. akhirnya dia utarakan
juga rahasia hatinya secara terus terang.
Sun Put shia mendehem ringan, kembali katanya:
"Begini saja, biar aku si pengemis tua mengutus orangorang
dari pihak Kay pang untuk mencarikan jejak dari nana
Gak, begitu beritanya ketahuan maka segera akan
kuberitahukan kepadamu !"
"Alangkah baiknya kalau pihak Kay pang mengutus pula
beberapa orang jago lihaynya untuk membantu nona Gak
secara diam-diam!", sambung It bun Han-to dengan cepat.
Sun Put shia mengangguk: "Aku si pengemis tua segera laksanakan tugas ini!"
katanya, ia segera bangkit dan menuju keluar
Siau Ling menggerakkan bibirnya seperti mau mencegah
kepergian pengemis tua itu tapi dikala kata-kata itu melucur
sampai di ujung bibirnya, mendadak dia membatalkan
maksudnya. It bun Hao to segera bangkit berdiri seraya berkata.
"Akan kutengok bagaimanakah keadaan luka yang diderita
Lan Giok-tong, jikalau ia sudah mampu berbicara, maka akan
kuundang kedatangannya kemari agar kita bisa bercakapTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
cakap lebih jauh!" Mengikuti di belakang Sun Put shia, dia pun berlalu dari
situ. Kurang lebih seperminum teh kemudian It bun Hanto telah
muncul kembali dalam ruangan itu seraya berkata dengan
suara lirih: "Lan Giok tong telah sadarkan diri, ketika ia mengetahui
bahwa Siau tayhiap ingin bercakap-cakap dengannya, ia
kelihatan bersemangat sekali"
"Baik ! Kita saja yang pergi kesitu..!" ujar Siau Ling
kemudian sambil bangkit berdiri.
"Biarlah aku yang membawa jalan !" ucap It bun Han to, ia
melangkah lebih dahulu tinggalkan ruangan tersebut.
Dengan mengintil di belakangnya, sampailah Siau Ling
berdua dalam sebuah ruangan lain.
Dalam ruangan itu hanya terdapat sebuah pembaringan,
Lan Giok tong yang pucat pias seperti mayat berbaring diatas
pembaringan tersebut, mukanya layu dan sinar matanya
sangat redup. Ketika Siau Lirg melangkah rrasuk ke dalam ruangan Lan
Giok tong segara meronta bangun sambil menyapa:
"Siau tayhiap..."
Cepat Siau Ling memburu ke depan dan membaringkan
kembali Lan Giok tong ke atas kasur bisiknya dengan lirih:
"Lan heng, jangan banyak bergerak, berbaringlah disitu!"
Lan Giok tong menghembuskan napas panjang.
"Aaaaii ! Sudah berapa kali aku mencelakai diri Siau
tayhiap, tapi Siau tayhiap tak pernah menaruh sikap
permusuhan atau dendam terhadap diriku, ini sungguh
membuat aku jadi kecewa dan malu dengan sendirinya..!"
Siau Ling tersenyum. "Kejadian yang sudah lewat, kenapa musti kita ungkapungkap
lagi" Sudah sepantasnya kalau kita bicarakan
persoalan yang kita hadapi sekarang ini, bukankah begitu?"
"Kebesaran jiwa Siau tayhiap sangat mengecewakan diriku,
aku Lan Giok tong benar-benar merasa malu dan tak punya
muka lagi untuk berjumpa dengan dirimu."
"Bukankah sudah kukatakan, persoalan yang sudah lewat
biarkanlah lewat..."
Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan:
"Lan heng, aku ingin mengajukan satu pertanyaan
kepadamu, apakah engkau bersedia untuk memberikan
jawabannya?" ''Asalkan persoalan itu aku ketahui, sudah tentu akan
kujawab sejujurnya, apa yang ingin Siau tayhiap tanyakan"
Katakan lah secara terus terang !"
"Sebenarnya berapa banyak jago silat yang dimiliki Shen
Bok Hong dewasa ini" Dan sampai dimanakah kekuatan yang
mereka miliki" "Shen Bok Hong adalah seorang manusia licik, seekor rase
tua yang sangat lihay. Tidak pernah ia siarkan rahasia yang
menyangkut kekuatan pihaknya, kecuali dia pribadi aku rasa
tiada orang kedua yang benar-benar mengetahui kekuatan
yang dimilikinya dewasa ini.."
Sesudah berbatuk ringan, sambungnya lebih jauh.
"Walaupun begitu, menurut apa yang kuketahui hampir
semua perguruan dan partai-partai persilatan yang ada di
dunia ini telah digunakan olehnya, oleh karena itulah kecuali
kekuatan yang telah berkumpul dalam perkampungan Pek hoa
san cung dewasa ini, sebetulnya dia misih memiliki pula
kekuatan tersembunyi yang menyusup dalam tubuh
perguruan-perguruan silat itu !".
Siau Ling sagera menganggukkan kepalanya berulang kali.
"Soal itu aku sendiripun sudah tahu, aku rasa tak perlu Lanheng
terangkan lagi...!" Ia berhenti sebentar, kemudian sambung nya lagi :
"Yang kumaksudkan, apakah Lan heng dapat menerangkan
kecuali jago-jago silat biasa, apakah Shen Bok Hong berhasil
menghimpun pula jago-jago silat lain yang kelihatannya
istimewa dan luar biasa sekali, misalnya tokoh-tokoh silat lama
yang telah lama mengasingkan diri.."
"Kecuali jago-jago silat yang sejak semula sudah terhimpun
di dalam perkampungan Pek hoa san cung, memang ada jagojago
lain yang mendapat perlakuan istimewa dari Shen Bok
Hong. Yang agak dihormati adalah Wu Kongcu yang berhasil
melukai aku tadi, selain itu terdapat pula seorang jago tua
yang bernama Hui huang kiam ( pedang walang terbang ) aku
sendiripun kurang tahu jago tua ini berasal dari mana, akan
tetapi kalau kutinjau dari sikap Shen Bok Hong yang begitu
menghormati jago tua tersebut dapatlah kutarik kesimpulan


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa jago tua itu benar-benar memiliki ilmu silat yang
sangat lihay!". "Hui huang kiam?" bisik It bun Han to
"Betul, dia bernama pedang walang terbang !"
Agaknya Siau Ling tidak begitu tertarik oleh jago tua yang
bernama pedang walang terbang itu, segera ujarnya kembali:
"Aku dengar beberapa waktu belakangan ini Shen Bok
Hong pernah mengadakan pertemuan dengan seorang
hweesio. Apakah Lan heng mengetahui akan soal ini?""
Lan Giok. tong segera mengangguk.
"Tentu saja tahu, cuma saja belum pernah kami semua
sempat berjumpa muka dengan hweesio itu.
"Pernah mendengar nama atau julukannya?"
-oo0dw0oo- "KAMI semua cuma tahu kalau dia pergi menjumpai
seorang tokoh persilatan yang amat sakti, dan katanya Shen
Bok Hong sedang berusaha untuk membujuk orang itu agar
bersedia masuk menjadi anggota perkampungan Pek hoa-san
cung. Siapa namanya kami kurang jelas, tapi yang pasti jago
lihay itu bukan manusia sembarangan sudah pasti dia adalah
seorang tokoh sakti yang disegani oleh Shen Bok Hong
sendiri." Mendengar keterangan tersebut, dalam hati kecilnya Siau
Ling segera berpikir: "Waah..! Kalau begini caranya, sekalipun kuajukan pelbagai
pertanyaan lagi juga percuma saja, belum tentu aku bisa
peroleh jawaban yang memuaskan hati"
Berpikir sampai disitu, diapun lantas mengalihkan pokok
pembicaraan ke soal lain, katanya kemudian:
"Saudara Lan, masih ada satu persoalan lagi yang kurang
kupahami, apakah engkau mengetahuinya"!"
"Dalam soal apa"!"
"Masalah yang menyangkut tentang diri Kim hoa Hujin,
perempuan yang berasal dari wilayah Biau itu"!"
"Kim-hoa hujin" ada apa dengan perempuan beracun itu?"
tanya Lan Giok tong keheranan.
"Berulang kali Kim hoa hujin menolong dan membantu
pihakku, bahkan kadangkala bantuannya diberikan secara
blak-blakan, masakah Shen Bok Hong sama sekali tidak
mengetahui akan perbuatannya ini"!"
"Aku rasa gembong iblis itu tahu.."
Setelah menghembuskan napas panjang, lanjutnya lebih
jauh : "Suatu hari, ketika semua jago berkumpul dalam suatu
ruangan, termasuk pula akupun hadir di situ, secara terangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
terangan Shen Bok telah menyindir dan mengejek diri Kim-hoa
Hujin, katanya pagar makan tanaman, tidak tahu budi dan tak
tahu malu, bahkan diapun mentertawakan Kim hoa hujin yang
umurnya sudah tua, katanya dengan usia setua itu dia lebih
mirip menjadi ....."
Berbicara sampai di situ mendadak ia melirik sekejap ke
arah Siau Ling kemudian membungkam.
Siau Ling tertawa ewa. "Jangan kuatir, bagaimanapun juga toh perkataan itu
bukan engkau yang ucapkan melainkan kata-kata dari Shen
Bok Hong, utarakan saja saudara Lan seperti aslinya!"
"Kalau memang begitu aku mohon maaf lebih dahulu bila
ucapan tersebut amat menyinggung perasaan hatimu,
menurut Shen Bok Hong katanya usia Kim hoa hujin lebih
mirip menjadi neneknya Siau Ling, masa dia masih kesemsem
dan tertarik oleh ketampanan Siau tayhiap, malahan ia
menasehati perempuan itu agar cepat-cepat padamkan api
asmaranya yang pasti akan sia-sia belaka itu"
It bun Han to yang ikut mendengar perkataan itu segera
tersenyum, cepat sambungnya:
"Sedari tadi sudah kuduga, Shen Bok Hong pasti akan
memaki dengan kata-kata seperti itu ternyata dugaanku
memang tidak meleset!"
Setelah berhenti sebentar ia menambahkan:
"Rupanya Shen Bok Hong memang.. ."
"Memang kenapa?" sela Siau Ling.
"Rupanya Shen Bok Hong memang menaruh rasa cinta
kepada Kim hoa hujin. karena rasa cintanya inilah maka
kendatipun ia sudah dihianati sampai beberapa kali namun
gembong iblis itu masih tetap membungkam diri, bahkan
setahuku dalam menghadapi persoalan apapun ia selalu
mengalah tiga bagian kepadanya."
"Apakah Kim hoa hujin sendiripun mengetahui akan hal
ini?" "Tentu saja tahu, oleh karena dia tahu maka ia jadi
semakin berani...!" "Perduli bagaimanapun juga, yang pasti Kim hoa hujin
sudah berulang kali menyelamatkan jiwaku, kenyataan ini
membuat hatiku jadi tidak tenteram..aaaai! Entah bagaimana
caraku untuk membalas budi kebaikannya ini?"
"Bukan Siau tayhiap seorang yang merasa berhutang budi
kepadanya, berbicara sesungguhnya semua orang di kolong
langit ini yang merasa bermusuhan dengan Shen Bok Hong,
sepantasnya kalau merasa berterima kasih kepadanya."
Siau Ling bangkit berdiri dari tempat duduknya, lalu
berkata: "Saadara Lan, luka yang kau derita belum sembuh, aku
merasa kurang leluasa untuk mengganggu lebih jauh
selewatnya hari ini bila kesehatan saudara Lan telah sembuh
kembali, aku akan datang untuk bercakap-cakap lagi dengan
engkau!" Berbicara sampai disitu ia lantas beranjak dari tempat
duduknya dan menuju ke pinlu ruangan.
"Siau tayhiap..!" tiba-tiba Lan Giok tong menyapa setelah
menghela napas panjang. Waktu itu Siau Ling sudah tiba di depan pintu mendengar
panggilan tersebut ia segera berhenti seraya berpaling.
"Ada urusan apa lagi saudara Lan?"
"Ada satu persoalan... rasanya kurang leluasa sebelum
kuutarakan keluar!" "Persoalan mengenai apa?""
"Mengenai diri Gak Siau cha..."
"Kecantikan wajah nona Gak ibaratnya bidadari dari
khayangan, setiap orang mencintai dirinya, tentang soal ini
siau-te sudah memahaminya" sela Siau Ling cepat.
Lan Giok-tong segera gelengkan kepalanya.
"Yang kumaksudkan adalah keadaannya pada saat ini,
persoalan yang kupkirkan sekarang..."
"Apa yang Lan heng pikirkan?""
"Tampaknya Siau tayhiap sama sekali tak menaruh rasa
cinta terhadap nona Gak!..."
Siau Ling tertegun setelah mendengar perkataan itu.
"Sudah lama kami berkenalan, hubungan kami erat
bagaikan saudara kandung sendiri siapa bilang aku tidak
menyayangi dirinya?"
"Yang kumaksudkan bukan sayang menyayang sebagai
sesama Saudara, tapi rasa Cinta kasih sebagai kekasih dan
calon istri, sebab menurut jalan pikiranku hanya manusia
seperti Siau tayhiap saja yaag pantas untuk mendampingi
nona Gak sedangkan aku, Giok siau-long kun serta Wu kongcu
itu sama sekali tidak pantas, karenanya aku......"
"Saudara Lan !" tukas Siau Ling dengan cepat. "Nona Gak
bukan seorang gadis yang bodoh, ia cerdas dan ia mempunyai
pendirian sendiri, maka segala keputusan terletak di
tangannya pula, apa yang hendak dia lakukan kita semua tak
mungkin bisa menghalangi atau menentangnya, bukankah
begitu.." " "Apa yang Siau tayhiap katakan memang tidak keliru,
persoalan pribadi dari nona Gak lah yang berhak untuk
memutuskan, kita semua tak mungkin bisa mengambilkan
keputusan baginya..!"
Ia menghela napas panjang, kemudian sambungnya lebih
jauh: "Aaai..! Kalau dipikir kembali, persoalan ini sebetulnya
gampang sekali untuk dipecahkan, tapi sudah bertahun-tahun
Iamanya aku berpikir namun tidak berhasil juga untuk
memahaminya.. " "Siapa yang terlibat dia akan kebingungan, saudara Lan !
Bila sekarang engkau sudah sadar kembali, aku rasa belum
terlalu lambat," begitu timbrung In bun Han to.
Kembali Lan Giok menghela napas panjang.
"Siau tayhiap, tiba-tiba aku teringat akan satu persoalan,
apakah Siau tayhiap bersedia untuk mengabulkan
permintaanku ini?" "Asalkan permintaanmu itu pantas, tentu saja tiada alasan
bagiku untuk menolaknya"
"Bila luka-lukaku telah sembuh nanti, aku ingin sekali
berbakti kepada Siau tayhiap dan menyumbangkan tenagaku
untuk menegakkan keadilan dan kebesaran bagi umat
manusia!" "Kata berbakti tidak berani kuterima, akan tetapi bila Lan
heng bersedia untuk menyumbangkan tenaganya untuk
bersama-sama melawan kelaliman Shen Bok Hong, dengan
senang hati siau-te menerima uluran tanganmu itu!"
"Jika Lan heng bersedia membantu pihak kami, berarti pula
kekuatan pihak kita akan bertambah kuat lagi!" ujar It bun
Han to pula dari samping kalangan.
"Saudara sekalian dapat memaklumi keadaanku bahwa
menerima pula aku ke dalam pihak kalian, kesediaan ini
sangat mengharukan hatiku.."
"Beristirahatlah dengan tenang di tempat ini", kata Siau
Ling kemudian, "siau-te tidak akan mengganggu lagi..."
Perlahan-lahan dia melangkah keluar dari ruangan itu.
It-bun Han-to segera menyusul di belakangnya.
Tiba-tiba Siau Ling teringat kembali akan diri Wu kongcu,
segera bisiknya dengan lirih: "Bagaimana keadaan dari Wu
kongcu?"" "Ilmu silat yang dimiliki orang ini sangat lihay, sekujur
badannya penuh dengan binatang beracun, aku tidak berani
membiarkan keempat anggota badannya bergerak dengan
bebas." "Jadi engkau telah membelenggu sekujur badannya?""
"Aku hanya menotok jalan darah dikeempat buah anggota
badannya, serta mengutus orang untuk menjaga dirinya,
asalkan ia tidak dapat mengerahkan hawa murninya untuk
menembusi jalan darahnya yang tertotok niscaya diapun tak
mungkin bisa lolos."
"Apakah engkau sudah mengajak orang itu untuk bercakapcakap?",
tanya Siau Ling lagi. It bun Han to menggeleng, "Belum!" sahutnya, "orang itu
terlalu sadis, dingin dan keras kepala, aku lihat susah rasanya
untuk menaklukan hatinya, menurut pendapatku lebih baik
orang itu didesak saja selama beberapa waktu, asal sudah
tersiksa lahir batinnya mungkin saja wataknya akan
mengalami banyak perubahan,."
"Mari kita tengok keadaannya !"
"Baik, Tapi Siau tayhiap harus waspada selalu dan berjagajaga
terhadap serangan gelapnya, orang amat keji dan licik,
kekejiannya sedikitpun tidak berada di bawah Shen Bok
Hong". "Soal ini aku sudah tahu, sewaktu kecil tempo dulu aku
pernah dihajar olehnya sampai terjatuh ke dalam jurang, tapi
untungnya karena celaka aku malahan mendapat rejeki dan
sempat mencicipi rasanya jamur batu yang berusia seribu
tahun, pertemuanku pada hari ini merupakan pertemuanku
yang ke tiga kalinya"
"Cayhe akan membawa jalan..!" It-bun Han to berebut
maju ke depan, dengan membawa Siau Ling ia menuju ke
sebuan ruang lain. Didalam ruangan itu, Wu kongcu tampak duduk bersila di
atas pembaringan, di samping pembaringan tersebut masingmasing
berdirilah seorang laki-laki bersenjata pedang, empat
buah mata yang tajam menatap terus diatas wajah Wu kongcu
tanpa berkedip. Sepasang mata Wu kongcu terpejam rapat-rapat, sekalipun
ia mendengar suara langkah kaki memasuki ruangannya
namun sepasang matanya itu masih tetap terpenjam rapat.
Setibanya dalam ruangan, Siau Ling segera mendehem
ringan, lalu tegurnya dengan nyaring :
"Wu heng baik-baikkah engkau"!"
Wu kongcu membuka kembali matanya, setelah melirik
sekejap ke arah Siau Ling sahutnya dengan dingin :
"Bukankah kakek baju kuning yang bentrok dengan aku
tadi tak lain adalah penyaruan dari engkau Siau Ling"!"
"Benar, terima kasih atas kesediaanmu mengalah
kepadaku tadi..!" Wu kongcu tertawa dingin.
"Heehh. heehh. heehh. sejak tadi aku telah menduga akan
dirimu". Siau Ling tertawa ewa, katanya kemudian:
"Kejadian yang sudah lewat tak perlu dibicarakan lagi,
kedatanganku kemari sekarang ini tak lain adalah ingin
mengajak saudara Wu untuk membicarakan urusan setelah
hari ini." "Urusan apa?""
"Menjenai rencana Wu heng selanjutnya".
"Apa yang hendak Siau tayhiap lakukan terhadap diriku ?",
seru Wu kongcu dengan ketus.
"Sampai sekarang, aku masih belum memikirkan cara apa
yang hendak kulakukan terhadap diri Wu heng !".
"Kalau begitu sekarang engkau boleh pikirkan lebih dulu,
sebelum memberi jawaban kepadamu, ingin kuketahui lebih
dahulu tindakan apa yang hendak kau lakukan atas diriku ini"
"Apa tindakannya tergantung bagaimanakah sikap Wu-heng
selanjutnya. Andaikata Wu heng bersedia untuk bekerja sama
dengan kami dan bersama-sama menghadapi kelaliman Shen
Bok Hong, maka dengan senang hati akan kami terima
sumbangan tenagamu itu, tapi sebaliknya apabila Wu-heng
tidak bersedia untuk bekerja sama dengan kami, tentu saja
keadaanpun akan jauh berbeda."
Wu kongcu segera menggelengkan kepalanya berulang kali,
"Aku rasa sulit bagiku untuk bekerja sama dengan kalian",
katanya lantang. "Kenapa ?"

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Karena syaratnya tidak cocok!"
"Syarat apa yang hendak kau ajukan kepada pihak kami?"
"Sederhana saja, syaratku hanya Gak Siau cha untuk
dikawinkan dengan aku, maka akupun akan membantu
dirinya!" Hebat sekali perubahan wajah Siau Ling.
"Masalah tentang nona Gak tak bisa diputuskan oleh
siapapun", katanya, "akan tetapi kalau engkau yakin bahwa
engkau dapat membuat Gak Siau cha jatuh cinta kepadamu,
itu adalah urusan pribadimu. Kecuali orang tua, siapapun tidak
berhak untuk menentukan perkawinan seseorang, apakah
engkau tidak merasa bahwa permintaanmu itu kelewat batas?"
Wu kongcu tertawa dingin.
"Kalau engkau tidak bersedia juga boleh, tapi engkau harus
menyetujui pula sebuah permintaanku yang lain."
"Asalkan permintaanmu itu masuk di akal tentu saja aku
akan berusaha untuk memenuhinya."
"Apakah masuk diakal atau tidak aku tidak tahu, tapi aku
yakin engkau pasti dapat melakukannya !".
"Coba katakan !"
"Aku minta engkau membatalkan ikatan perkawinanmu
dengan Gak Siau chi, detik ini juga!"
"Tapi antara aku dengan nona Gak tak pernah mengikat diri
dalam suatu perkawinan."
"Walaupun begitu, dalam surat wasiat mendiang ibunya, ia
telah menjodohkan Gak Siau cha kepadamu.."
Sesudah menghembuskan napas panjang, tambahnya,
"Ketahuilah, aku bukannya sengaja mencari ribut tanpa
didasari oleh alasan yang kuat..."
"Memaksa orang untuk membatalkan ikatan perkawinannya
adalah suatu perbuatan yang tercela, kalau kejadian macam
inipun tidak bisa dianggap sebagai perbuatan yang tercela,
tolong tanya perbuatan macam apa baru bisa dihitung sebagai
perbuatan yang tercela ?", sambung It bun Han to dari
samping. "Sebelum meninggal dunia, ayah Gak Siau cha telah
menjodohkan putrinya kepadaku, pembicaraan tersebut
dilakukan diantara ayahnya dengan ayahku, cuma aku tak bisa
membuktikan bahwa kejadian ini benar-benar telah terjadi..!"
"Kalau kejadian itu tak bisa dibuktikan, siapa tahu kalau Wu
kongcu sengaja mengarang cerita begitu untuk membohongi
aku?" "Ayah Gak Siau cha sudah lama meninggal dunia, ayahku
juga sudah menghembuskan napas penghabisan, andaikata
ibu Gak Siau cha masih hidup mungkin saja ia bisa bertindak
sebagai saksi, sayang diapun telah menemui ajalnya".
"Bila ibu nona Gak mengetahui akan perjodohan ini, mana
mungkin ia menjodohkan lagi putrinya kepada Siau Ling "!"
tangkis It bun Han to dengan nyaring.
Wu kongcu mendengus dingin.
"Hmm! Aku tak mau tahu apakah kalian bersedia
mempercayai perkataanku ini atau tidak, semua yang
kuucapkan adalah kata-kata yang disampaikan ayahku sendiri
kepadaku sebelum ajalnya tiba, dan menurut pendapatku apa
yang dikatakan sudah pasti tak bakal keliru.... Tapi urusan itu
tidak ada pengaruhnya apa-apa, yang penting toh bagaimana
caranya menghadapi Shen Bok Hong bukankah begitu?"
"Engkau sanggup menghadapi Shen Bok Hong?" tanya It
bun Han to kurang percaya.
"Benar! Aku mempunyai kemampuan untuk menaklukan
Shen Bok Hong. Walaupun ia telah meracuni atau menotok
jalan darah aneh di setiap tubuh anak buahnya, tapi aku telah
menggunakan taktik yang sama untuk mengecundangi dirinya,
bukankah kalian saksikan dengan mata kepala sendiri
bagaimana kutusuk telapak tangannya dengan jarum beracun"
Selain dia, akupun telah meracuni pula beberapa orang anak
buahnya." "Engkau benar-benar amat licik dan berbahaya!" seru It
bun Han to dengan perasaan gegetun.
"Demi menjaga keselamatan sendiri mau tak mau aku
harus gunakan akal cerdikku untuk berjaga diri. Kalau orang
lain yang kugauli mungkin masih mendingan, tapi yang jelas
Shen Bok Hoig bukanlah seorang manusia yang boleh
dianggap mainan!" "Ada satu hal aku harap engkau bisa memhaminya, saat ini
engkau sudah terjatuh ke dalam cengkeraman kami, setiap
saat kami mampu untuk membinasakan dirimu!"
Wu kongcu tertawa ewa. "Aku tahu tentang soal itu, tapi
yang pasti kalian tak akan mampu menghadapi Shen Bok
Hong". "Sekalipun engkau tidak bersedia untuk bekerja sama
dengan kami, toh akhirnya Shen Bok Hong akan mati
keracunan." "Oleh karena itulah aku percaya bahwa dia akan
mempertaruhkan segalanya untuk datang kemari
menyelamatkan jiwaku!"
"Andaikata sekarang juga kami membinasakan dirimu,
sekalipun ia berhasil datang ke mari, paling toh dia cuma
selamatkan sesosok mayat belaka!"
Tiba-tiba Wu kongcu menengadah dan tertawa terbahakbahak.
"Haaah haaaah haaaaahh kalian terlalu pandang rendah
diriku, memangnya kalian anggap aku adalah seorang
manusia tak berguna?""
"Apa maksudmu?""
"Apabila kalian membinasakan diriku maka Shen Bok Hong
tidak jadi mati, sebab sebelum kesemuanya ini berlangsung
aku telah menyerahkan obat pemunah itu kepada seorang
anak buahku yang paling setia, jikalau dia tahu kalau aku
sudah mati maka serta merta obat penawar itu akan
diserahkan kepada Shen Bok Hong. bahkan beberapa orang
anak buahnya yang keracunanpun akan memperoleh pula
obat penawar tersebut, dan itulah harga yang harus kalian
bayar jika berani membunuh aku. Sebaliknya apabila kita bisa
berunding secara baik-baik, maka bukan saja pertarungan
dapat dihindari, malahan beberapa hari kemudian Shen Bok
Hong serta beberapa orang pembantu intinya akan mati
keracunan!'' "Kalau kudengar dari nada pembicaraanmu, tampaknya
engkau merasa yakin bahwa rencanamu itu pasti berhasil !"
kata It-bun Han to sambil menatap tajam wajah musuhnya.
Wu kongcu tertawa hambar.
"Apabila aku tidak merasa yakin bahwa rencanaku ini pasti
berhasil, mau apa tetap duduk di tempat ini sambil menunggu
saat kematianku tiba..?"
"Sampai dimanakah kelihayan yang dimiliki Nio tok bun
memang pernah kudengar dari pembicaraan orang, sekalipun
begitu aku tetap tak habis mengerti dengan cara apakah
engkau dapat membebaskan diri dari pengaruh totokan serta
melarikan diri dari tempat ini."
Berkedip sepasang mata Wu koogcu.
"Kalau kalian tidak percaya dengan kemampuanku, baiklah!
Akan kubuktikan kepada kalian bahwa aku masih mampu
untuk berlalu dari tempat ini."
Baik Siau ling maupun It bun Han to segera menunjukkan
wajah tidak percaya, sepasang mata mereka dengan tajam
menatap wajah Wu kongcu tanpa berkedip.
Sementara itu Wu kongcu sendiri pejamkan matanya rapatrapat,
lama sekali tidak tampak suatu gerakan apapun seakanakan
ia sudah tertidur pulas saja.
Sementara It bun Han to akan menegur, tiba-tiba terdengar
dua kali jeritan kaget berkumandang memecahkan kesunyian,
menyusul mana dua orang laki-laki bersenjata pedang itu
serentak roboh terjungkal ke atas tanah.
Ketika semua orang alihkan perhatiannya ke arah dua
orang laki-laki itu, maka tampaklah di atas wajah dua orang
laki-laki bersenjata pedang itu masing-masing merangkak
seekor kelabang berwarna hijau, saat itu paras muka mereka
telah berubah jadi hijau kebiru-biruan, jelas mereka roboh
sebagai korban kelabang beracun itu.
Sambil tertawa Wu kongcu membuka matanya kembali lalu
berkata: "Kedua ekor kelabang hijau itu sangat beracun, mereka
merupakan senjata rahasia yang mematikan!"
Mimpipun Siau Ling tak pernah mengira kalau dalam
keadaan demikian, ia masih berani melepaskan makhluk
beracunnya untuk melukai orang, kendatipun ia sudah bersiap
sedia dengan mengenakan sarung tangan kulit ular, namun
untuk sesaat pemuda itu tak berani menyentuh makhluk
tersebut dengan tangannya.
It bun Han to segera tertawa dingin tegurnya:
"Apakah mereka berdua sudah tewas"
"Bila tidak memperoleh pertolongan dalam waktu
sepertanak nasi maka mereka tak bisa diselamatkan lagi
jiwanya!" "Engkau mempunyai obat penawarnya ?"
"Obat penawar memang ada, cuma kalian tak akan mampu
untuk mempergunakannya!"
"Kenapa?""
"Sebab obat penawarnya adalah hidup, untuk
memusnahkan racun yang mengeram dalam tubuh mereka,
kita harus menggunakan racun untuk memusnahkan racun."
"Jadi maksudmu, untuk menyelamatkan jiwa mereka maka
jalan darahmu harus dibebaskan lebih dulu?""
Wu kongcu segera tersenyum:
"Tepat sekali. It bun sianseng memang sangat cerdik dan
pandai meraba suara hati orang lain."
It bun Han to tidak berbicara, dia segera berpaling dan
memandang sekejap ke arah Siau Ling untuk minta
pertimbangannya. Siau Ling termenung beberapa saat lamanya. kemudian
sahutnya : "Menolong orang lebih penting dari segala-galanya,
bebaskan jalan darahnya yang tertotok!"
It bun Han to bertindak cepat, tangan kanannya segera
diayun ke depan untuk membebaskan jalan darah Wu kongcu
yang tertotok. Sementara Siau Ling sendiri menggunakan kesempatan itu
segera mundur dekat pintu, diam-diam sarung tangan kulit
ularnya dikenakan. Setelah jalan darahnya yang tertotok dibebaskan. Wu
kongcu bangkit berdiri serta melemaskan ototnya yang kaku
kemudian perIahan-lahan turun dari pembaringannya sambil
bergumam lirih. Ketika tangan kanannya diulurkan ke depan. maka sekali
lompat kelabang hijaunya itu melompat ke atas tangannya
dan masuk ke dalam ujung bajunya.
Setelah itu dia baru ambil sebuah kotak kumal dari dalam
saku. Ketika kotak itu dibuka maka muncullah dua ekor laba-laba
raksasa yang bermuka bengis, kedua ekor laba-laba itu
diletakkan di dekat mulut luka dua orang yang tergigit
kelabang tadi. Dengan sorot mata yang tajam Siau Ling mengawasi kedua
ekor laba-laba tersebut, ia lihat binatang itu besarnya seperti
telur itik, tubuhnya berwarna hitam pekat dengan di atas
kepalanya terdapat sebuah titik warna putih.
Paras muka dua orang laki-laki yang semula berwarna hijau
kebiru-biruan kian lama kian menghilang, selang sesaat
kemudian warna hijau itu sudah lenyap sama sekali, dengan
begitu muka merekapun berubah jadi memerah kembali.
Wu koagcu menyimpan kembali laba-laba itu ke dalam
kotaknya dan masukkan ke dalam sakunya, kemudian
mengambil dua biji obat dan dijejalkan ke dalam mulut kedua
orang itu katanya: "Tidak sampai sepeminum teh kemudian mereka akan
sadar kembali dari pingsannya kalian tak usah menguatirkan
keselamatan mereka berdua lagi. Bagaimana kalau kita
lanjutkan kembali perundingan kerja sama kita.."
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh:
"Akan kubunuh Shen Bok Hong beserta beberapa orang
pembantu andalannya jikalau Siau tayniap menyetujui pula
membatalkan ikatan perkawinanmu dengan Gak Siau cha!
Siau Ling tidak langsung menjawab, dalam hati pikirnya.
"Sampai detik ini, perjuanganku melawan Shen Bok Hong
masih belum punya pegangan untuk menang, apabila secara
tiba-tiba Shen Bok Hong mati keracunan maka kematiannya ini
akan mendatangkan manfaat yang sangat besar bagi dunia
persilatan, tapi Wu kongcu bersedia meracuni Shen Sok Hong
sampai mati apabila aku membatalkan ikatan perkawinanku
dengan enci Gak. Persoalan ini benar-benar merupakan suatu
masalah yang amat memusingkan kepala...."
Sementara itu Wu kongcu telah melanjutkan kembali katakatanya:
"Seseorang tidaklah mungkin untuk sekaligus
mendapatkan Hi sit dan Ham-ciang, sekarang namamu sudah
tersohor di seluruh kolong langit, semua jago silat
memandang engkau sebagai bintang penolong, hasil karyamu
sudah hampir mencapai pada puncaknya, masa engkau tak
rela untuk mengorbankan hubungan perkawinan itu demi
suksesnya kariermu.."!
"Gak Siau cha telah pergi meninggalkan tempat ini,
percayakah engkau dengan perkataanku ini?" kata Siau Ling
dengan ketus. Wu kongcu tertegun lalu jawabnya:
"Apabila ucapan ini diutarakan oleh orang lain sudah pasti
aku tidak percaya, tapi kalau Siau tayhiap yang
mengatakannya terpaksa mau tak mau aku musti
mempercayainya !" "Terima kasih atas kepercayaanmu atas diriku nona Gak
benar-benar sudah pergi tinggalkan tempat ini, dalam
suratnya yang ditinggalkan kepadaku, ia mengatakan akan
pergi membalaskan dendam bagi ibunya !"
"Apakah Siau tayhiap tahu siapakah musuh besar dari nona
Gak itu " " tanya Wu kongcu kemudian.
Siau Ling gelengkan kepalanya berulang kali.
"Dalam suratnya ia tidak menyebutkan nama orang itu,
diapun tidak menyebutkan akan pergi ke mana!"
-ooo0dw0ooo- Jilid: 41 WU KONG CU termenung dan berpikir kemudian tanyanya:
"Benarkah apa yang kau ucapkan adalah kata-kata yang


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sejujurnya?" "Setiap patah kata yang kukatakan betul-betul adalah
ucapan yang sejujurnya!"
"Dia pergi seorang diri?"
"Dua orang dayangnya yang telah dianggap bagaikan
saudara sendiri itu mengiringi kepergiannya."
"Masih ada satu orang yang mengejar kepergiannya itu,"
tiba-tiba It bun Han to menambahkan dari samping.
"Siapakah orang itu..?" cepat Wo kongcu bertanya dengan
paras muka berubah hebat.
"Giok Siau long kun!"
Kontan saja Wu kongcu mendengus dingin.
"Hmm! Cepat atau lambat akhirnya toh dia akan menerima
keadaan seperti yang di dalam Lan Giok-tong!"
"Kenapa dengan Lan Giok-tong"!" diam-diam Siau Ling
berpikir dalam hatinya, "toh dia belum mati"!"
Setelah berpikir sebentar, ia urungkan maksudnya untuk
memberitahukan keadaan tersebut.
Tiba-tiba Wu kongcu menengadah, sepasang matanya
dengan sinar yang setajam sembilu menatap wajah Siau Ling
tak berkedip, ujarnya lagi:
"Urusan tentang Lan Giok-tong lebih baik tak usah
dibicarakan lagi, aku cuma ingin tahu bagaimanakah
keputusan dari Siau tayhiap". Harap engkau suka memberikan
jawaban yang meyakinkan"
"Pertanyaan semacam itu sepantasnya kalau engkau ajukan
kepada nona Gak pribadi," sahut It bun Han to dengan cepat,
"sebab hanya dia seorang yang berhak untuk memberikan
keputusannya. Sekalipun Siau tayhiap menyetujui toh tidak
berpengaruh apa-apa dalam masalah tersebut"
"Heehh... heehh... heehh... tampaknya pembicaraan
diantara kita berdua tak bisa dilanjutkan lebih jauh!"
Siau Ling pun tertawa dingin.
"Apakah engkau bersiap sedia akan melukai orang dengan
menggunakan, binatang beracunmu?" ejeknya.
"Engkau adalah penghalang yang terbesar dari hubunganku
dengan Gak Siau-cha, kecuali menyingkirkan dirimu dari muka
bumi, rasanya memang tiada jalan lain yang lebih baik lagi."
Bersamaan dengan selesainya ucapan tersebut, tiba-tiba
dia mengayunkan tangannya ke depan, sekilas cahaya hijau
segera meluncur ke depan langsung menyergap tubuh Siau
Ling. Dengan cekatan Siau Ling mengangkat taegan kanannya ke
atas untuk menerima datangnya kelabang berwarna hijau itu.
Begitu tertangkap ia segera meremasnya dengan sekuat
tenaga. "Kraaass..!'* kelabang yang mengerikan itu seketika
tergencet sampai putus menjadi tiga bagian, sambil
membantingnya keatas tanah ujarnya dengan dingin:
"Masih berapa banyak binatang beracun yang kau miliki "
Hayo keluarkan semua sampai habis!".
W u kongcu tertawa dingin.
"Heeeh heeeh heeeeh bila penglihatanku tidak keliru,
agaknya engkau mengenakan sarung tangan kulit ular yang
merupakan salah satu diantara tiga buah benda mustika
dalam dunia persilatan, bukankah begitu?""
Siau Ling agak tertegun dalam hati pikirnya:
"Luas sekali pengetahuan orang ini..!"
Sebelum dia sempat menjawab, terdengar Wu kongcu telah
meneruskan kembali kata-katanya:
"Ketika ayahku masih hidup dulu, beliau pernah beritahu
kepadaku bahwa ia pernah menderita kerugian besar oleh
sarung tangan kulit ular ini, katanya ia terluka oleh ilmu jari
Siu-lo-sin ci nya Lia sian cu".
Tiba-tiba suaranya diperkeras, sambungnya:
"Apa hubunganmu dengan manusia yang bernama Liu Sian
cu itu?"" "Dia adalah salah seorang guruku, apabila engkau hendak
membalaskan dendam bagi ayahmu, maka akupun bersedia
untuk mewakili guruku untuk menerima pembalasanmu!"
"Sikap ayahku kurang lebih baik, sebab jikalau ia tidak
menghalangi niatku maka sejak enam tahun berselang,
selembar jiwamu sudah kubikin mampus, asal engkau sudah
mampus sedari dulu, maka ini haripun aku tak akan dibuat
kerepotan oleh tindak tandukmu"
"Enam tahun berselang engkau telah mendorong aku
sehingga tercebur ke dalam jurang, apabila nasibku tidak
mujur, memangnya aku masih bisa hidup sampai sekarang.."
Wu kongcu mendengus dingin, tukasnya :
"Apabila ayahku tidak menghalangi perbuatanku, maka
akan kusuruh engkau mampus digigit oleh binatang
beracunku, asal engkau sudah tergigit oleh binatang
beracunku, memangnya engkau bisa hidup sampai
sekarang"!" It bun Han to yang mengikuti jalannya pembicaraan
tersebut, tiba-tiba berkata dengan suara lantang :
"Apabila manusia semacam ini dibiarkan hidup di kolong
langit, itu berarti kita telah bertambah dengan seorang musuh
tangguh, daripada meninggalkan bibit bencana dikemudian
hari, alangkah baiknya kalau kita sudahi jiwanya sampai di sini
saja."' Mendengar ancaman tersebut, diam-diam Wu kongcu
menghimpun tenaga dalamnya untuk bersiap sedia.
Siau Ling menghembuskan napas panjang, katanya :
"Dimasa lampau, ayahmu pernah melepaskan budi
pertolongan kepadaku, maka sebagai balasannya hari ini
akupun akan melepaskan engkau satu kali, Nah! Sekarang
engkau boleh pergi dari sini".
Tampaknya keputusan dari Siau Ling ini sama sekali diluar
dugaan Wu kongcu, ia tampak tertegun dan berdiri menjublak,
tapi sesaat kemudian ia sudah melangkah pergi dari situ.
Dengan suara lirih Siau Ling berbisik kepada It-bun Han to
yang berdiri disampingnya :
"Saudara It bun, tolong beritahukan kepada saudarasaudara
kita semua agar jangan menghalangi jalan pergi Wu
kongcu ini?" It-bun Han to mengangguk, sorot matanya segera dialihkan
ke atas wajah Wu kongcu, kemudian katanya :
"Ketahuilah, Siau tayhiap adalah seorang pendekar sejati
yang berjiwa besar, meskipun ia hanya menerima setetes budi
kebaikan akan tetapi balasannya tak terkirakan, keputusannya
barusan tentu berada di luar dugaanmu bukan" Aku harap
engkau bisa tahu diri."
Beberapa patah kata itu memang sengaja diutarakan
dengan mengandung maksud yang sangat mendalam, apalagi
artinya kalau bukan memperingatkan Wu kongcu bahwasanya
Siau Ling jauh lebih baik jika dibandingkan dengan diri Shen
Bok Hong. Wu kongcu sama sekali tidak berbicara, dengan mulut
membungkam dalam seribu bahasa ia segera melangkah
menuju keluar ruangan itu...
Siau Ling dan It bun Han to segera mengikuti di belakang
Wu kongcu dan menghantarnya sampai di luar pintu gerbang.
Menunggu ia sudah berlalu dari sana dengan selamat,
barulah kedua orang itu masuk kembali ke dalam ruangan.
Setelah berada dalam ruangan kembali, It bun Han to
mendehem ringan, kemudian tegurnya:
"Siau tayhiap, apakah engkau sudah menyiapkan suatu
rencana besar dalam hal ini?""
"Maksudmu, setelah kulepaskan Wu kong-cu dengan begitu
saja ?" tanya Siau Ling sambil berpaling dan memandang
sekejap ke arah rekannya, It-bun Han-to.
Jago yang berotak berlian itu mengangguk.
"Wu kongcu adalah seorang manusia yang licik, kejam dan
tak kenal perikemanusiaan kekejamannya sedikitpun tidak
berada di bawah Shen Bok Hong sendiri, jikalau Siau tayhiap
melepaskan dirinya dengan begitu saja, bukankah sama
artinya ibarat melepaskan harimau pulang gunung " Akhirnya
toh dia akan membuat keonaran kembali".
Siau Ling termenung beberapa waktu lamanya sesudah
memutar otaknya diapun berkata:
"Engkau tak usah menguatirkan tentang soal Wu kongcu
itu, sebab, dikala hatiku memutuskan akan melepaskan Wu
kongcu untuk berlalu dari sini, pada saat itulah aku telah
memutuskan untuk menantang Shen Bok Hong guna
melakukan suatu pertarungan mati-matian melawan diriku,
gembong iblis itu akan kutantang untuk melakukan suatu duel
satu lawan satu !" "Apakah Siau tayhiap punya rencana untuk secara langsung
menantang Shen Bok Hong untuk berduel ?".
"Begitulah maksud hatiku! Agar rencanaku ini berhasil
mencapai kesuksesan aku harap It-bun sianseng bersedia pula
memberikan bantuannya, tugasmu cukup sederhana, cukup
engkau siarkan berita ini hingga tersebar luas ke seluruh dunia
persilatan, bila semua orang di dunia ini sudah tahu kalau aku
menantang gembong iblis itu untuk berduel, niscaya Shen Bok
Hong tak dapat menghindarkan diri lagi. Dalam keadaan
begitu mau tak mau terpaksa ia harus menyambut
tantanganku ini!" "Untuk memaksa Shen Bok agar munculkan diri dan
menerima tantanganmu itu bukanlah suatu pekerjaan yang
menyulitkan; tapi...ia sebelum itu aku ingin bertanya dulu akan
satu hal kepadama!" "Apa yang hendak It bun sianseng tanyakan"!"
"Apakah engkau yakin bisa menandingi kepandaian silat
yang dimiliki Shen Bok Hong " Atau paling sedikit mampu
mempertahankan diri sehingga tidak sampai menderita
kekalaHan total?". "Tentarg soa! itu kiranya sudah kupikirkan secara masakmasak,
aku tahu di dalam soal tenaga dalam mungkin saja ia
lebih sempurna bila dibandingkan dengan tenaga Iwekang ku,
tapi di dalarn hal ilmu silat serta jurus serangan aku lebih
hebat dan lebih banyak perubahannya dari pada dia. Selain itu
usianya pada saat ini sudah meningkat lebih tua, sedikit
banyak dalam soal phisik ia sudah banyak mengalami
kemerosotan sekali pun badannya masih tangguh toh faktor
umur jua ada pengaruhnya. Dia sudah tua sedarg aku masih
muda, bagaimanapun juga kan yang muda jauh lebih kuat dan
daya tahannya lebih tangguh. Maka menurut pendapatku bila
pertarungan itu bila dilangsungkan agak lama, apalagi jikalau
aku sanggup memaksa gembong iblis itu untuk bertempur
sebanyak ribuan jurus, aku yakin dia pasti akan kehabisan
tenaga dan roboh dengan sendirinya!".
Mendengar keterangan tersebut, It bun Han to tidak
langsung menjawab ia termenung dan berpikir beberapa
waktu lamanya setelah itu baru jawabnya:
"Semua keterangan serta alasan yang diutarakan Siau
tayhiap menang benar, dan bisa diterima dengan akal sehat.
Akan tetapi aku rasa tindakan tersebut terlalu membawa
resiko yang amat besar, pada hal sebagaimana kau ketahui
sendiri situasi dalam dunia persilatan dewasa ini lambat laun
sudah semakin condong untuk menguntungkan pihak kita.
Cukup berbicara menurut keadaan dewasa ini, bukankah
keadaan posisi kita lebih menguntungkan daripada posisi
musuh" Aku rasa bilamana tidak terlalu terdesak, jalan ini
alangkah baiknya tak usah ditempuh"
"It bun sianseng,. secara beruntun Shen Bok Hong telah
menderita kekalahan total di tangan kita, pada saat dan
keadaan seperti ini semangat serta keberaniannya sudah
banyak berkurang bila dibandingkan di masa-masa lampau.
Saat ini merupakan saat yang paling suram dan gelap baginya
sejak dia muncul kembali untuk kedua kalinya di dalam dunia
persilatan, apabiia kita bisa manfaatkan kesempatan yang
sangat baik ini dengan sesempurna-sempurnanya, terutama
bila kita bisa menangkan dirinya secara meyakinkan, maka
bukan saja nama besar, kedudukan serta pengaruhnya akan
mengalami pukulan yang sangat besar. Wibawa
kepimpinannya akan bertambah merosot dan anak buahnya
akan mulai membangkang perintahnya. Asal keadaan sudah
berubah jadi begitu maka kekuasaannya akan tumbang
dengan sendirinya, kekuatan pihak merekapun akan semakin
Iemah. Siapa tahu kalau justru dengan tindakan seperti itu,
kita malahan bisa selamatkan dunia persilatan dari suatu
pembantaian secara besar-besaran?"
"Apa.." Menyelamatkan dunia persilatan dari suatu
pembantaian secara besar-besaran?" tanya It bun Hun to
dengan wajah keheranan, sepasang alis matanya berkenyit.
"Benar, kita akan selamatkan dunia persilatan dari suatu
badai pembantaian secara besar-besaran" jawab Siau Ling
sambil mengangguk. Sesudah menghela napas panjang, ujarnya lebih jauh :
"Aaai....! Menurut hasil penyelidikanku Shen Bak Hong telah
menetapkan tanggal lima belas bulan ini sebagai saat
perjuangannya untuk menumpas semua kekuatan suci dan
kekuatan murni yang ada di dunia ini, pada tanggal itu
serentak dia akan lepaskan burung merpatinya untuk
menggambarkan kepada semua mata-matanya yang
menyelinap ke dalam tubuh tiap partai besar dan perguruan
agar mulai turun tangan. Target mereka akan merampas
pucuk pimpinan perguruan-perguruan tersebut kendatipun
sebagai pembayarannya mereka harus melakukan
pembantaian secara besar-besaran!".
Betapa terperanjatnya It-bun Han-to setelah mendengar
kabar itu, segera serunya dengan kaget :
"Waaaduuh.... bisa berbahaya kalau rencana busuknya itu
berhasil diwujudkan, bagaimanapun juga kita harus
melakukan tindakan pencegahan sehingga maksud dan
tujuannya itu menemui kegagalan total..! "
"Aku sendiripun mempunyai keinginan untuk mencegah
jangan sampai rencana busuknya itu terwujud, oleh sebab
itulah sebelum tanggal lima belas bulan ini, aku harus sudah
melangsungkan pertarungan satu lawan satu dengan dirinya."
"Kalau memang begitu, bagaimanapun juga recana ini
harus segera dilaksanakan dengan sebaik-baiknya...." seru Itbun
Han to kemudian. Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan kembali katakatanya
lebih jauh : "Kalau dihitung dengan jari, maka selisih jarak mulai hari ini
sampai tanggal lima belas nanti tinggal lima hari belaka, itu
berarti kita harus bekerja secara kilat agar semuanya sudah


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rampung sebelum saatnya tiba."
Siau Ling mengangguk tanda membenarkan.
"Apa boleh buat " Terpaksa kita memang harus berbuat
begitu, oleh sebab itulah aku minta bantuan dari It bun
sianseng untuk, mencarikan akal dan susunkan rencana agar
Shen Bok Hong bisa terdesak keluar untuk melangsungkan
duel satu lawan satu didalam satu dua hari mendatang ini."
"Baik ! Kalau memang situasi dalam dunia persilatan telah
berubah jadi sangat gawat, aku akan berusaha dengan segala
kemampuan yang kumiliki!"
"Dalam dua hari mendatang akupun akan beristirahat serta
memelihara tenagaku dengan sebaik-baiknya, apabila tiada
sesuatu kejadian yang terlalu serius atau mendesak sifatnya,
harap semuanya diputuskan dan diatasi oleh It-bun sianseng,
engkau tak perlu mencari diriku lagi!"
"Tak usah kuatir, silahkan Siau tayhiap beristirahat dengan
setenang-tenangnya."
Siau Ling menghela napas panjang, bibirnya bergetar
seperti mau mengucapkan sesuatu, tapi niatnya itu dibatalkan
lagi, dengan langkah yang enteng dihampirinya kamar
istirahat dari Pek li Peng.
Waktu itu Pek li Peng sudah berdandan sebagai seorang
perempuan, ketika Siau Ling melangkah masuk kedalam
kamarnya ia sedang menyisir rambut, ketika menyaksikan
kemunculan si anak muda itu, ia segera bangkit berdiri seraya
berkata : "Toako, coba lihatlah! Apakah aku benar-benar sudah
menginjak dewasa..?"
Siau Ling tersenyum mendengar pertanyaan itu.
"Kalau perempuan sudah menginjak usia enam belas tahun,
ia sudah dianggap dewasa, memang gadis yang sudah
menginjak dewasa, makin dipandang makin menarik hati..!"
Ia berhenti sebentar, tiba-tiba paras mukanya berubah jadi
amat serius, sambungnya kembali :
"Peng-ji, selama dua hari mendatang kita harus beristirahat
sebaik-baiknya, kita harus manfaatkan kesempatan yang amat
sedikit ini untuk menambah kekuatan lwekang kita serta
memperdalam jurus silat yang kita miliki, sekalipun hanya
bertambah dengan satu dua jurus ini lebih baik daripada tidak
memperoleh tambahan sama sekali."
"Ada urusan apa toh?" tanya Pek li Peng dengan paras
muka berubah amat serius.
"Dua hari kemudian, aku hendak melangsungkan
pertarungan satu lawan satu dengan Shen Bok Hong, bahkan
dalam pertarungan nanti bagaimanapun juga aku harus
berhasil menentukan siapa yang lebih unggul di antara kami
berdua!". "Apakah Shen Cok Hong bersedia untuk menerima
tantanganmu itu" Aku kuatir dia akan menolak tantangan
tersebut!" "Aku telah minta bantuan dari It bun sianseng agar
mengaturkan segala sesuatunya bagiku, mungkin dengan
kecerdikannya Shen Bok Hong berhasil dipaksanya untuk
menerima tantanganku ini, kendatipun dengan perasaan hati
yang terpaksa!" "Toako! Mengapa kau tantang dia untuk berduel pada saat
sekarang" Apakah engkau sudah mempunyai keyakinan untuk
menangkan gembong iblis itu?"
Siau Ling gelengkan kepalanya berulang kali,
"Aaaai..., Berbicara terus terang, aku sama rekali tidak
mempunyai keyakinan untuk bisa menangkan pertarungan
tersebut, yaa ..tapi apa boleh buat?"
"Toako. kalau memang engkau tidak mempunyai keyakinan
untuk menangkan pertarungan tersebut, mengapa kau paksa
diri Shen Bok Hong untuk muncuIkan diri dan menerima
tantangan untuk melangsungkan suatu duel sengit satu lawan
satu?" Mendengar pertanyaan itu, Siau Ling menghela napas
panjang. "Aaaai..! Sudah kukatakan tadi, keadaan yang memaksa
aku harus berbuat demikian apa boleh buat" Waktu dan
keadaan tidak mengijinkan diriku untuk mengulur waktu lebih
jauh, bilamana kita tidak berharap datangnya bencana besar
yang akan menimpa kita semua!"
"Kenapa bisa begitu?"
"Shen Bok Hong telah menetapkan bahwa pada tanggal
lima belas belas ini, semua mata-mata yang disusupkan ke
dalam tubuh tiap perguruan besar yang ada di dunia ini agar
menggunakan segala tindakan yang paling keji dan paling
sadis untuk merebut kedudukan ciang bunjin perguruanperguruan
itu. Bila semua partai sampai terjatuh ke
tangannya, maka dengan mudah seluruh kolong langit akan
terjatuh ke tangannya?"
"Oleh sebab alasan itu, maka sebelum tanggal lima belas
bulan ini toako harus membinasakan Shen Bok Hong terlebih
dulu?" sambung Pek li Peng dengan cepat.
"Memang begitulah maksudku, pokoknya yang penting kita
harus mencegah agar perintahnya itu jangan sampai keburu
disiarkan ke seluruh kolong langit."
"Tapi toako cuma seorang diri, dengan kekuatanmu yang
begitu minim belum tentu bisa menandingi kehebatan dan
kedahsyatan Shen Bok Hong, bukankah keadaanmu jadi
berbahaya sekali?""
"Justru karena aku merasa kekuatanku seorang terlalu
minim, maka kuharapkan bantuanmu!"
Mendengar jawaban tersebut. Pek li Peng ketawa manis,
bisiknya dengan mesra: "Benar, kita memang sepantasnya sehidup semati, kalau
ada kegembiraan kita nikmati bersama, kalau ada kesusahan
kitapun pikul berbareng, bukankah begitu toako?""
"Perkataanmu memang sangat tepat, oleh karena itulah
kita harus gunakan segala kemampuan yang kita miliki untuk
benar-benar manfaatkan keselamatan selama dua hari ini
sebaik-baiknya. Selain menambah kekuatan kita, akupun
hendak mewariskan pula sedikit ilmu silat kepadamu, agar
bekalmu dalam melakukan pertarungan nanti jauh lebih
banjak dan luas." "Baiklah! Siau moay memang sangat berharap agar aku
bisa mati bersama-sama toako kesempatan yang tersedia
pasti akan kumanfaatkan dengan sebaik-baiknya."
Begitulah sejak detik itu, mereka berdua mengurung diri di
dalam ruangan tersebut!. Waktu berlalu dengan cepatnya bagaikan kilat yang
menyambar tengah angkasa, dalam sekejap mata dua hari
sudah berlalu tanpa terasa.
Selama dua hari ini, Siau Ling dan Pek li Peng mengurung
diri di dalam sebuah ruangan. Pekerjaan mereka hanya
memperdalam ilmu silat masing-masing sebagai bersiapan
untuk menghadapi pertarungannya melawan Shen Bok Hong.
Selama hari hari itu, boleh dibilang sepasang muda mudi ini
putus hubungannya dengan dunia luar. Bukan saja menolak
orang yang berkunjung ke tempat itu, merekapun tak pernah
melangkah keluar dari ruangan tersebut barang setengah
langkah pun. Seluruh tenaga pikiran maupun perhatian mereka
dicurahkan dalam ilmu silat, tiada pikiran lain yang
mengganggu konsentrasi mereka berdua selama itu.
lt-bun Han to sendiri sibuk dengan tugas-tugas yang
menumpuk diatas bahunya, bukan saja dia harus menyambut
tamu-tamu terhormat yang berkunjung kesitu, diapun harus
mengatur dan mempersiapkan tantangan Siau Ling untuk
mengajak Shen Bok Hong satu lawan satu.
Bisa dibayangkan betapa repotnya jago tua ini.
Tengah hari menjelang hari ketiga, Siau Ling dan Pek li
Peng telah menyelesaikan latihan mereka, dengan langkah
yang santai kedua orang itu muncul kembali di luar ruangan.
It bun Han to, Sun Put shia dan Bu-Wi totiang sekalian
dengan hormat menyambut kemunculan mereka berdua.
Begitu si anak muda tersebut munculkan diri dari
ruangannya, It bun Han to segera maju sambil menjura
katanya : "Sungguh kebetulan. sekali kemunculan Siau tayhiap, sebab
kami semua sedang menuju ke situ untuk memanggil diri
tayhiap." "Ada urusan apa " Apakah semua rencana sudah kau
aturkan dengan sebaik-baiknya?""
"Sungguh beruntung perintah tayhiap telah kulaksanakan
dengan sebaik-baiknya, tengah hari besok pertarungan itu
dimulai dan sudah diatur tempatnya yakni di atas bukit Pek
sek poh !" "Bukit Pek sek poh itu ada dimana " Jaraknya dari sini
kurang lebih berapa li ?"
"Kurang lebih lima belas li!" jawab Sun Pot-shia dengan
cepat, " It bun sianseng telah mengutus orang-orangnya
untuk pergi kesana melakukan persiapan!"
"Oooh, kitanya begitu?" seru Pek li Peng.
"Bagus sekali!" ujar Siau Ling pula "kebetulan masih ada
beberapa jurus ilmu pedang yang belum berhasil diyakini oleh
aku dan nona Pek li. Mumpung masih ada waktu yang
tersedia, kami akan gunakan kesempatan yang ada ini untuk
melatihnya hingga sempurna."
"Eeeh eeeh saudara Siau. tunggu sebentar!" tiba-tiba Sun
Put shia berseru dengan gelisah.
'Apa yang hendak toako katakan lagi..?" tanya Siau Ling
sambil tersenyum. "Dalam pertarungan besok siang, apakah saudara Siau
akan bertarung melawan Shen Bok Hong seorang diri?"
"Kecuali berbuat demikian, siau-te merasa kehabisan akal
untnk mencari cara lain yang bisa memaksa Shen Bok Hong
untuk melangsungkan pertarungan mati-matian melawan
pihak kita!" Sua Put shia segera mengangguk.
"Saudara Siau ada beberapa patah kata ingin kukatakan
kepadamu, aku harap kata-kataku ini engkau dengarkan
dengan seksama dan selain kau ingat dalam hati...."
"Apa yang hendak engkoh tua katakan?"
"Saudara Siau, engkau masih muda dan tenagamu masih
sangat dibutuhkan oleh umat persilatan di dunia ini, ketahuilah
selama beberapa puluh tahun mendatang engkaulah yang
harus memikul tanggung jawab untuk melenyapkan iblis dari
dunia persilatan. Oleh karena itulah jangan sekali-kali kau
pandang kematianmu sebagai suatu kejadian yang enteng,
bilamana engkau merasa bahwa kekuatan yang kau miliki
masih belum sanggup umuk menandingi kehebatan dari Shen
Bok Hong, aku harap segeralah mengundurkan diri dari
gelanggang pertarungan. It-bun sianseng telah
mempersiapkan suatu akal yang jitu untuk menghadapi Shen
Bok Hong, mengerti.."
"Apa yang telah kalian atur untuk menghadapi Shen Bok
Hong.."!" tanya Siau Ling keheranan.
"Pokoknya kami telah mengatur suatu rencana yang sangat
rapi untuk melenyapkan gembong iblis itu dari muka bumi!"
It-bun Han to yang berada di sampingnya segera
menyambung pula : "Beberapa hari belakangan ini, tempat kita telah
kedatangan pula beberapa ratus orang jago persilatan yang
berdatangan dari segala penjuru dunia, ketika mereka
mengetahui bahwa Siau tayhiap berhasil meloloskan diri dari
kepungan kebakaran tanpa mengalami cedera apapun, rata
rata kawanan jago persilatan itu menunjukkan wajah yaag
sangat kegirangan, mereka bersyukur karena tayhiap masih
hidup dan tetap akan memimpin mereka menumbangkan
kelaliman Shen Bok Hong!"
"Kalau toh kedatangan mereka semua ada!ah untuk
menunjang kekuatan kita dalam perjuangannya
menumbangkan kekuasaan dan kelaliman Shen Bok Hong, itu
berarti pula bahwa mereka semua adalah tamu-tamu
kehormatan kita, aku harap It bun sianseng dan Sun locu
sekalian suka menyambut dan melayani mereka dengan
sebaik-baiknya." "Di hadapan para jago persilatan yang telah berhimpun di
tempat ini, aku telah mengumumkan tekad Siau tayhiap untuk
melindungi kebenaran dan keadilan bagi umat persilatan serta
berjuang sampai titik darah penghabisan untuk menumpas
Shen Bok Hong besert a begundalnya, dari muka bumi,
serentak mereka bersorak kegirangan serta menyatakan
keseriusannya untuk menyokong perjuangan tayhiap."
"Bagus... bagus ... Kalau memang umat persilatan di dunia
ini telah bangun dari tidurnya serta mempunyai semangat
juang yang begitu menyala-nyala, dalam pertarunganku
melawan Shen Bok Hong besok siang ajak pula mereka semua
untuk ikut menyaksikan jalannya pertarungan itu. Sedikit
banyak kehadiran mereka disitu akan mendorong semangat
juangku dalam pertarungan tersebut!".
"Ooh iya..!" tiba-tiba It bun Han to berseru kembali, ada
seorang Kulo sianseng yang datang dari kota Tiong Ciu
berharap dapat menjumpai Siau tayhiap, apakah engkau
bersedia untuk menjumpainya?"
"Harap sianseag suka mewakili diriku untuk menyatakan
rasa terima kasihku kepadanya! Bukan berarti aku Siau Ling
sok jual mahal dan tak sudi untuk bertemu dengan orang lain,
berbicara sesungguhnya pertempuran yang akan berlangsung
besok siang benar-benar merupakan suatu pertarungan yang
penting sekali artinya, agar jangan sampai dikalahkan oleh
musuh secara mengenaskan, mau tak mau terpaksa aku harus
melakukan persiapkan dengan seksama lagi!"
ooooo0dw0ooooo IT BUN HAN TO tersenyum setelah mendengar perkataan
itu, ujarnya dengan lembut:
"Menurut Ku lo sianseng, katanya ia mempunyai urusan
yang penting sekali artinya sehingga bagaimanapun juga dia
harus berjumpa muka dengan diri tayhiap, tahun ini usianya
sudah mencapai delapan puluh tahun lebih rambut maupun
jenggotnya telah berubah jadi putih semua, rasanya kurang
leluasa bila kita tampik permohonannya dengan begitu saja!"
Siau Ling termenung dan berpikir beberapa saat lamanya,
kemudian iapun mengangguk.
"'Baiklah! Mari kita pergi temui orang itu tua itu".
"Saat ini Ku lo sianseng sedang menunggu di ruang tengah,
silahkan Siau tayhiap pergi ke sana!"


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil melangkah maju ke depan, Siau Ling bertanya lagi:
"Yang engkau maksudkan ruangan tengah apakah ruangan
yang semula digunakan untuk ruang abu itu?""
"Benar, tempat itulah yang dimaksudkan."
Siau Ling tidak berbicara lagi, ketika ia melangkah masuk
ke dalam ruangan itu tampaklah beratus ratus orang jago
persilatan dari segala pelosok dunia berkumpul semua di
dalam ruangan itu, rupanya mereka adalah jago-jago yang
khusus datang kesitu untuk menghadiri kebaktian bagi arwah
Siau Ling. It bun Hao-to langsung tampil kedepan, sesudah
mengulapkan tangannya hingga suasana dalam ruangan yang
semula gaduh tiba-tiba berubah jadi sepi kembali, ia
memperkenalkan diri, katanya :
"Inilah Siau tayhiap yang sedang kalian nanti-nantikan!".
Siau Ling segera menjura kepada semua jago yang hadir
dalam ruangan itu, katanya:
"Karena urusan aku orang she Siau, kalian harus
melakukan perjalanan jauh tergesa-gesa berkunjung kemari,
kejadian ini sungguh membuat siau-te merasa tidak tentram."
"Siau tayhiap adalah bintang penolong dari dunia
persilatan, pelita dalam kegelapan yang mencekam seluruh
jagad, sekalipun harus menempuh perjalanan jauh untuk
berkunjung kemari, apa artinya jarak sedekat ini bagi kami"
Harap Siau tayhiap jangan pikirkan persoalan ini didalam hati!"
sahut kawanan jago persilatan yang hadir dalam ruangan itu
hampir berbareng. Terdengar salah seorang jago diantara yang hadir berseru
lantang dengan suaranya yang kasar dan nyaring :
"Orang budiman selalu dilindungi oleh Thian, tatkala berita
kematian dari Siau tayhiap tersiar luas ke seluruh dunia
persilatan, aku sudah merasa tidak percaya... haaah
..haahh..haaha. ternyata tebakanku tidak meleset!"
Suara lain yang tinggi melengking sigera menyambung pula
dengan cepatnya : "Demi selamatkan jiwa kita semua dari ancaman
penindasan dan penganiayaan, Siau tayhiap harus menempuh
bahaya dan mempertaruhkan jiwa raganya demi kita semua,
karena kami Siau tayhiap musti bersusah payah lari kesana lari
kemari, menguras otak dan tenaga untuk berjuang, pada hal
tiada sesuatu balasan apapun yang bisa kita berikan
kepadanya, sepantasnya apabila kita memberikan suatu
penghormatan yang besar untuk kebesaran jiwa Siau tayhiap
kita!". Berbareng dengan seruan tersebut, suasana jadi sangat
gaduh kawanan jago persilatan lainnya segera menyatakan
akur. Maka berbondong-bondong kawanan jago persilatan
yang jumlahnya mencapai ratusan orang itu serentak jatuhkan
diri dan berlutut diatas tanah dan memberikan penghormatan
yang besar. Menyaksikan kesemuanya itu Sun Put shia menghela napas
panjang bisiknya dengan suara terharu:
"Sejak jaman dahulu kala sampai detik ini belum pernah
ada seorang jago persilatan yang pernah mendapatkan
penghormatan setinggi dan semulia ini dari kawanan umat
persilatan lainnya kecuali saudara Siau ku ini...."
"Aaaai...! Saudara Siau memang seorang pendekar besar
yang luar biasa sekali, seorang pendekar sejati yang berjiwa
besar dan bijaksana, sudah sepantasnya kalau jago
sebijaksana ini memperoleh penghormatan besar ini...syukur
umat persilatan telah bangun dari tidurnya. Asal mereka telah
sadarkan diri, kelaliman Shen Bok Hong pun sudah tiba
saatnya untuk tumbang!"
Sementara itu Siau Ling dibuat tertegun sampai tak mampu
berkata-kata menghadapi kejadian yang sama sekali tak
terduga olehnya itu, selang sesaat kemudian tiba-tiba ia
menjatuhkan diri berlutut pula ke atas tanah, katanya dengan
lantang : "Saudara-sadaraku sekalian, perbuatan kalian ini bukankah
sama artinya membuat susah aku orang she Siau" Silahkan
bangun.. silahkan bangun semua!"
It bun Han to yang berada di sampingnya, segera
menanggapi dengan suara nyaring :
"Saudara-saudara sekalian, silahkan bangun berdiri semua!.
Siau tayhiap bukanlah seorang pendekar yang gila hormat, dia
adilah seorang laki-laki luar biasi di dunia ini. Justru karena
sikap kalian yang berlebih-lebihan membuat tayhiap kita jadi
rikuh dan serba salah, maka untuk menghindari segala
kekikukkan, harap kalian semua bangun berdiri"
Bentakan tersebut cukup mendatangkan hasil yang manjur,
serentak kawan jago persilatan yang jumlahnya mencapai
ratusan orang itu bersama-sama bangun berdiri.
Setelah suasana menjadi tenang kembali seorang kakek tua
berjenggot putih sepanjang dada, dengan memakai baju yang
amat sederhana perlahan-lahan munculkan diri dari
rombongan para jago. Setibanya dibadapan Siau Ling, kakek tua itu segera
merangkap tangannya memberi hormat, lalu menyapa:
"Siau tayhiap !"
Buru-buru Siau Ling balas memberi hormat.
"Apakah cianpwe adalah Ku-lo locianpwe yang hendak
berjumpa dengan diriku?""
Kakek tua berjenggot putih itu segera mengangguk.
"Betul !, Aku adalah Ku Kong to.." sahutnya.
"Ada urusan penting apakah Ku locianpwe datang kemari
dan ingin bertemu dengan aku yang muda ini?" tanya Siau
Ling kemudian sambil tersenyum.
"Aaaai I Sudah puluhan tahun lamanya aku menanti dan
menanti terus, hampir saja aku tak sabar untuk menantinya
lebih jauh, untung akhirnya saat yang kutunggu datang juga
di depan mata ..... takdir, inilah yang dikatakan takdir".
Semua orang tertegun, termasuk juga Siau Ling yang
sedang diajak berbicara. Bagaimana tidak heran" Beberapa patah kata yang
diucapkan kakek tua itu bukan saja tiada ujung pangkalnya,
bahkan tidak dipahami pula apa yang dimaksudkan dengan
ucapannya itu. Suasana jadi hening dan sepi, sorot mata serta perhatian
para jago tanpa sadar bersama-sama dialihkan keatas wajah
Ku-lo sianseng yang sudah banyak berkeriput itu,
"Ku locianpwe apa yang hendak kau katakan kepadaku?"
tanya Siau Ling kemudian setelah termangu sejenak, "bila
engkau ingin menyampaikan sesuatu katakanlah secara
berterus terang, dengan senang hati aku orang she Siau akan
mendengarkan semua penataanmu itu!."
"Yaaa .! Apa yang barusan kukatakan memang teramat
sederhana, tak heran kalau Siau tayhiap tak dapat menangkap
arti sebenarnya dari ucapanku itu."
Setelah berhenti sebentar, Ku Kong to meneruskan kembali
kata-katanya : "Aku telah mendapat titipan dari seorang manusia aneh
yang meminta kepadaku agar menyimpankan sebuah benda,
pesannya aku minta untuk mewakili dirinya untuk mencarikan
seorang pendekar yang benar-benar sejati di dunia ini,
kemudian menghadiahkan kepadanya sebuah benda yang
kusimpan itu. Tapi sudah puluhan tahun lamanya aku mencari
dan mencari terus tanpa hasil, sekarang murcullah Siau
tayhiap di dunia ini. Aku lihat Siau tayhiap adalah seorang
pendekar yang benar sejati, maka kuputuskan bahwa cuma
Siau taybiap seorang yang pantas memperoleh benda
tersebut..!" Berkilat sepasang mata Situ Ling setelah mendengar
perkataan itu dia lantas bertanya:
"Benda mustika apakah yang locianpwe simpan?"
Ku Kong to merogoh kedalam sikunya dan mengambil
keluar sebuah bungkusan kain kuning, sahutnya :
"Benda tersebut hanya sebilah pedang yang terbuat dari
emas, pedang ini khusus digunakan untuk menyapu iblis
membersihkan hawa siluman serta menegakkan keadilan dan
kebenaran bagi seluruh dunia persilatan."
Berbicara sampai disitu, dengan sikap yang sangat hormat
dia angsurkan bungkusan kuning tadi ketangan Siau Ling.
Berada dalam keadaan dan situasi seperti ini. tak mungkin
bagi Siau Ling untuk menampik pemberian itu, apa boleh buat.
Terpaksa ia menerima bungkusan kain kuning itu dengan
kedua belah tangannya. Ketika kain kuning tersebut dibuka, tampaklah sebuah
sarung pedang yang memancarkan cahaya keemas-emasan.
Panjang senjata tersebut hanya dua depa diatas sarung
pedang tertera tujuh butir mutiara sebesar mata kucing,
mutiara tersebut membiaskan serertetan cahaya lembut yang
amat menyilaukan mata. Jangankan melihat pedang emas itu, cukup ditinjau dari
sarung pedangnya sudah dapat diketahui bahwa benda itu
adalah sebuah benda mustika yang tak ternilai harganya.
Menyaksikan kesemuanya itu, Siau Ling segera berseru:
"Pedang ini terlalu berharga sekali aku tak berani untuk
menerimanya.. .!" "Pedang mustika sudah sepantasnyalah kalau dihadiahkan
untuk seorang pendekar sejati" ujar Ku kong to dengan cepat.
"Siau tayhiap, apa salahnya kalau engkau mencabut dahulu
pedang tersebut". Siau Ling tidak banyak bicara lagi, ia tekan tombol pada
gagang pedang tersebut dan.... ''Criinngg... ! di tengah
dentingan yang amat nyaring, pedang itu segera tercabut ke
luar. Serentetan cahaya tajam yang disertai dengan gulungan
hawa dingin segera berhembus lewat menggigilkan badan, tak
kuasa lagi si anak muda itu memuji tiada hentinya:
"Pedang bagus.!! Pedang bagus.!''
Di tengah hembusan angin dingin yang menggidikkan hati,
meluncurlah serentetan cahaya tajam berwarna kuning emas.
Kiranya di tengah-tengah tubuh pedang yang lebarnya satu
depa delapan cun itu, terdapatlah sebuah jalur garis emas
yang memancarkan cahaya tajam.
It bun Han to yang selama ini membungkam tiba-tiba ikut
angkat bicara katanya: "Tiga ratus tahun berselang, Hu mo kim kiam (pedang
emas penakluk iblis) pernah muncul satu kali di dalam dunia
persilatan, dalam suatu amukan yang hebat sekaligus pedang
tersebut telah menjagal enam puluh empat orang gembong
iblis, membuat dunia persilatan selama delapan puluh tahun
lamanya menjadi tenang dan damai, tak pernah terjadi
keributan kembali, sungguh tak nyana ini hari pedang Hu mo
kim kiam yang maha sakti itu telah muncul kembali di dalam
dunia persilatan!" "Perkataan sianseng sangat tepat sekali!" jawab Ku Kong to
dengan cepat! "ini menunjukkan bahwa pengetahuan sianseng
benar-benar sangat luas. Sejak Hu mo kim kiam menjagal
gembong-gembong iblis dan membuat dunia persilatan
menjadi tentram kembali, pedang itu memang telah lenyap
dari peredaran dunia persilatan, ada orang yang mengatakan
bahwa pedang mustika ini telah tenggelam ke dasar samudra
yang amat dalam, ada pula yang mengatakan bahwa pedang
itu terbang ke langit sembilan, tapi pada hakekatnya pedang
tersebut masih tetap berada di dalam dunia kita ini."
"Entah bagaimana ceritanya, suatu ketika pedang tersebut
telah didapatkan oleh seorang sahabat karibku, sahabatku itu
menyadari bahwa kemampuan serta watak yang dimilikinya
masih belum pantas untuk mempergunakan pedang itu, maka
selama berpuluh-puluh tahun lamanya pedang tersebut hanya
disimpan terus tanpa pernah digunakan barang sekalipun, dia
berharap agar suatu ketika pedang ini bisa dihadiahkan
kepada seorang pendekar besar yang benar-benar berjiwa
mulia dan bersedia menumpas kejahatan dari dunia ini."
Berbicara sampai disitu. kakek tua itu menghembuskan
nafas panjang, selang sejenak kemudian baru sambungnya
lebih jauh. "Aaaai ! Sayang sekali, sahabatku itu tidak kuat untuk
menunggu lebih lima, dia telah pergi mendahului diriku.
Sesaat sebelum menghembuskan napasnya yang penghabisan
ia serahkan pedang itu kepadaku dengan pesan carikan
seorang pendekar sejati yang telah tinggi ilmunya dan mulia
budi pekertinya, agar senjata tersebut bisa dimanfaatkan
untuk menegakkan keadilan serta kebenaran bagi umat
persilatan." "Didalam dunia persilatan ini, hanya Siau tayhiap seorang
yarg pantas memakai pedang itu. Sepantasnya kalau pedang
tersebut dihadiahkan kepada tayhiap!" teriak para jago
persilatan dengan cepat. Seorang bersuara yang lain segera menanggapi, dalam
waktu singkat hampir seluruh jago silat yang hadir di situ
menganjurkan Siau Ling untuk menerima pedang mustika
tersebut. Betapa terharunya Siau Ling menghadap keadaan tersebut,
serunya dengan cepat: "Kebajikan dan kemampuan apakah yang dimiliki aku orang
she Siau" Tidaklah pantas aku memperoleh perhatian serta
cinta kasih dari saudara-saudara sekalian".
"Siau tay-hiap, engkau tak usah menampik lagi!" ujar Ku
Kong to kembali, "sudah kupikirkan persoalan ini sebanyak
tiga kali aku merasa hanya Siau tayhiap seorang yang pantas
menerima hadiah padang ini, harap Siau tayhiap sukalah
menerima pemberianku ini!"
Siau Ling benar-benar dibuat apa boleh buat setelah
didesak berulang kali, akhirnya ia menjawab:
"Baiklah apabila memang begitu biarlah aku yang mewakili
Ku locianpwe untuk simpankan pedang mustika ini!"
Setelah pedang Hu mo kim kiam tersebut diterima oleh
Siau Ling, tiba-tiba Ku Kong to menengadah lalu tertawa
terbahak-bahak, suaranya amat keras hingga menggetarkan
seluruh ruangan. "Haaahhh... haaahhhh.... haaahhh ... karena pedang ini,
sudah puluhan tahun lamanya jiwaku merasa tertekan, hampir
boleh dibilang untuk bernapas lega dan beristirahat pun tak
bisa akhirnya pedang itu sudah menemukan majikannya,
harapanku pun telah selesai, aku tidak malu untuk bertemu
kembali dengan sahabatku yang telah berangkat lebih dahulu
itu..!" Sehabis berkata, tiba-tiba ia tertawa tergelak kembali


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan kerasnya.... Mendadak suara tertawanya itu putus di tengah jalan
menyusul mana tubuhnya terjengkang dan roboh terkapar ke
atas tanah. Buru-buru Siau Ling memburu ke depan dan memayang
bangun kakek tua itu sambil serunya berulang kali.
"Locianpwe.... locianpwe..... kenapa kau " Locianpwe
kenapa kau?" Akan tetapi ketika denyut jantungnya diperiksa, ternyata
kakek tua yang bernama Ku Kong to itu sudah
menghembuskan napasnya yang penghabisan, dia neninggal
dunia dengan senyum masih tersungging di ujung bibirnya.
It bun Han to menghela napas panjang, katanya:
"Apa yang dia cita-citakan dan harapkan telah selesai,
sekalipun harus mati ia dapat mati dengan mata meram, coba
lihatlah senyum manis yang masih tersungging di ujung
bibirnya, ini semua menunjukkan bahwa hatinya sangat
gembira, dia mati dengan hati yang tenang dan perasaan yang
riang gembira!". Mendengar perkataan itu, kawanan jago-jago yang berada
dalam ruangan itu bersama-sama alihkan sinar matanya
keatas mayat Ku Kong to, apa yang diucapkan It bun Han to
memang tak salah, senyuman manis yang tersungging di
ujung bibir kakek tua itu masih jelas membekas di bibirnya.
Siau Ling berdiri termangu beberapa saat lamanya,
kemudian ia berpaling ke arah It ban Han-to dan ujarnya
dengan lirih: "Sianseng, uruslah layonnya dan kuburkan locianpwe ini
dengan segala upacara serta penghormatan yang besar!".
"Aku sudah tahu..!" sahut It-bun Han to dengan cepat.
Sorot matanya berputar dan menyapu sekejap ke seluruh
ruangan, kemudian dengan suara lantang serunya:
"Saudara-saudara sekalian, tentunya sudah kalian saksikan
sendiri bukan bagaimanakah saudara Ku ini menempuh
perjalanan sejauh ribuan li datang kemari untuk
menghadiahkan pedang mustika tersebut kepada Siau tayhiap.
kemudian setelah pedang itu diterima oleh Siau tayhiap, ia
tertawa tergelak hingga akhirnya menghembuskan napasnya
yang penghabisan, semua peritiwa ini dapatlah kita jadikan
sebagai suatu tanda bukti, bukti bahwa Thian adalah maha
kuasa dan maha tahu. Ia telah melimpahkan rakhmat serta
hidayatnya untuk Siau tayhiap, atau dengan perkataan lain
sudahlah tiba saatnya bagi dunia persilatan untuk
menumbangkan kelalaminan Shen Bok Hong beserta para
begundal-begundalnya, untuk itu marilah kita bersatu dan
berjuang untuk menegakkan keadilan bagi dunia kita !".
Seruan penuh semangat ini segera mendapat sambutan
yang hangat dari kawanan jago yang berada dalam ruangan
itu, suasana jadi gegap gempita dan ramai sekali.
Sesudah berhenti sebentar, terdengar It-bun Han to
melanjutkan kembali kata-katanya:
"Besok siang, Siau tayhiap akan melangsungkan
pertempuran penentuan dengan Shen Bok Hong di bukit Hek
sek po. Pertarungan tersebut sangat mempengaruhi nasib kita
umat persilatan di dunia ini, tentunya rasa kuatir dan
perhatian yang saudara-saudara perlihatkan dalam
pertarungan besok sedikitpun tidak berada di bawah
keprihatian Siau tayhiap sendiri bukan.,?"
Serentak para jago yang berada didalam ruangan itu
menjawab: "Kami semua berharap agar dalam pertarungan yang
berlangsung besok siang, Siau tayhiap berhasil menumpas
gembong iblis itu dari muka bumi serta memulihkan kembali
ketenangan serta kedamaian dalam dunia peisilatan !"
It bun Han to mengangguk, katanya lagi:
"Asalkan saudara-saudara sekalian bisa memberikan
pengertian yang mendalam tentang betapa pentingnya
pertempuran yang akan berlangsung besok siang, Siau tayhiap
sudah merasakan hati lega dan berterima kasih sekali.. Akan
menambah semangat juang Siau tayhiap di dalam usahanya
menumpas segala bentuk kejahatan dan kelaliman yang telah
ditrapkan Shen Bok Hong selama ini di dalam dunia persilatan.
Aku harap saudara-saudara sekalian bersedia untuk
menghadiri pertarungan itu besok siang, kedatangan saudara
sekalian sebagai suporter akan membangkitkan semangat
juang yang lebih besar dalam hati Siau tayhiap. Tentunya
saudara sekalian bersedia bukan" Nah, sekarang Siau tayhiap
harus banyak beristirahat untuk menghimpun tenaganya, agar
dalam pertarungan besok bisa memperoleh tenaga yang
segar, maafakanlah dia apabila tak bisa menemani saudara
sekalian lebih lama lagi!".
"Siau tayhiap tak usah menemani kami semua, silahkan
beristirahat dan baik-baik menghimpun tenaga serta
mempersiapkan diri!" jawab para jago silat itu berbareng.
"Bagus..! Bagus sekali..I Sungguh tak sangka saudara
sekalian sudi menunjukkan pengertian yang mendalam dalam
persoalan ini, biarlah siau-te yang akan mewakili Siau tayhiap
untuk menemani saudara sekalian minum secawan arak,
anggaplah secawan arak ini sebagai rasa terima kasih kami
atas kehadiran saudara sekalian!".
Siau ling seadiripun merasa amat terharu sekali
menyaksikan perhatian yang begitu besar dari para jago
terhadap dirinya, ia merasa perasaan hatinya lebih berat dan
murung: Sesudah memberi hormat kepada orang itu, katanya :
"Silahkan saudara sekalian minum arak dan bersantap
sendiri, maafkanlah daku apabila aku orang she-Siau tak dapat
menemani kalian semua lebih lanjut!".
"Semoga Siau tayhiap bisa baik-baik menjaga diri!" sahut
kawan-kawan persilatan sambil balas memberi hormat.
Setelah mengangguk kepada semua yang hadir disana,
Siau Ling putar badan dan mengundurkan diri dari ruangan
itu. Setibanya di dalam ruangan latihan, Pek-li Peng berbisik
dengan suara yang lirih: "Toako, sekarang engkau telah disanjung dan dihormati
umat persilatan dari seluruh penjuru dunia, peristiwa ini belum
pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah persilatan, aaai..!
Nama besarmu pasti akan dikenang orang sepanjang masa!".
Siau Ling tertawa getir sesudah mendengar perkataan itu.
"Sekalipun aku dihormati dan disanjung oleh semua umat
persilatan yang ada didunia ini, tahukah engkau betapa
beratnya beban dan tanggung jawab yang harus kupikuI
sekarang" Semakin besar mereka percayakan keselamatan
jiwanya kepadaku, semakin besar pula tanggung jawab yang
harus kupikul bagi mereka.. Aaaai, padahal aku sendiripun
tidak mempunyai keyakinan untuk berhasil dengan tugasnya
ini !". "Orang kuno sering bilang, semakin tersohor seseorang
dalam pandangan orang banyak semakin repot pula urusan
yang harus dihadapinya. Setelah kurenungkan sekarang,
ternyata memang kuakui bahwa perkataan tersebut sedikupun
tak salah. Yaaah... Aku tak bisa berkata lain terhadap beratnya
beban yang toako pikul saat ini, aku hanya ikut berdoa
semoga dalam pertarungan yang akan berlangsung besok
siang. Toako berhasil mengalahkan Shen Bok Hong serta
mengenyahkan gembong iblis itu dari muka bumi, asalkan iblis
itu sudah ditumpas dan begundal-begundalnya ikut tersapu
lenyap, bukan berarti pula bahwa tugas toako telah selesai
juga?" "Aaaai..! Apabila Shen Bok Hong seorang yang menjadi
pokok kita, maka aku tak akan terlalu merisaukan, tapi aku
merasa bahwa selain gembong iblis itu sebenarnya masih ada
seorang jago lihay lain yang akan murupakan musuh besarku,
dan didalam pertarungan yang akan berlangsung besok siang,
orang itulah yang harus kuhadapi!".
"Siapakah orang itu toako?" tanya Pek li Peng dengan
cepat. "Aku sendiri pun tidak tahu siapakah orang itu. aku hanya
mempunyai firasat demikian, dan firasat ini akan terbukti
setelah saatnya telah tiba besok siang!".
Berbicara sampai disitu, ia lantas merogoh kedalam
sakunya dan mengambil keluar kitab catatan ilmu silat serta
kitab doa yang dimilikinya seraya diangsurkan ke hadapan Pek
li Peng sambungnya lebih jauh:
"Peng ji, baik-baiklah menyimpan benda ini apabila dalam
pertarungan yang akan berlangsung besok nasibku ternyata
jelek dan aku musti tewas di tangan musuh maka aku harap
engkau bawalah beberapa jilid kitab catatan ilmu silat ini
untuk diserahkan ke pada enci Gak!"
Pek-li Peng memandang beberapa jilid kitab ilmu silat itu,
namun sama sekali tidak diterimanya, seraya gelengkan
kepalanya ia menjawab: "Toako, lebih baik serahkan saja kitab tersebut kepada
orang lain. Siau moay tidak mau menerimanya".
"Kenapa?""
"Kita sudah berkumpul cukup lama, masakah engkau masih
belum memahami perasaan hatiku" Kalau engkau tewas
dalam pertarungan, apakah aku dapat hidup sendirian di dunia
ini?". Siau Ling tersenyum sesudah mendengar perkataan itu.
"Peng ji, tentu saja aku dapat memahami perasaan hatimu
terhadap diriku, akan tetapi bagaimanapun juga kita toh harus
sedia payung sebelum hujan, bukankah begitu" Apabila aku
harus bertempur satu lawan satu melawan Shen Bok Hong,
maka harapanku untuk menangkan pertarungan ini besar
sekali, sekalipun begitu kita harus mempersiapkan diri pula
terhadap segala kemungkinan yang paling jelek, enci Gak
berotak berlian dan berbakat bagus untuk belajar silat, hanya
sayang ia terbelenggu oleh persoalan cinta sehingga
pikirannya tak bisa terpusat dan hatinya tak bisa tenang.
Sekarang aku sudah dapat meresapi bahwa apa yang
dikatakan Toa jin taysu memang tidak keliru, kalau ingin
berilmu tinggi maka pelajarilah ilmu silat yang tercantum di
dalam kitab doa ini, dan cuma ilmu silat inilah satu-satunya
harapan yang bisa digunakan untuk membalaskan dendam
bagi kematianku, kalau tidak kuserahkan kitab yang sangat
berharga ini kepada orang yang paling kupercayai harus
kuserahkan kepada siapakah kitab-kitab tersebut ?".
Pek-li Peng dibuat tertegun dan berdiri melongo sesudah
mendengar perkataan itu, lama sekali ia baru menjawab:
"Toako, boleh saja apabila kau menginginkan agar
kusimpankan kitab catatan ilmu silat itu, tapi engkaupun harus
menyanggupi dahulu sebuah permintaanku!"
"Apakah permintaanmu itu?""
"Setelah kuserahkan kitab ilmu silat itu kepada enci Gak,
maka aku akan kembali ke depan kuburanmu dan..."
"Membangun rumah di situ serta menemani sukmaku
sepanjang masa!" sambung Siau Ling dengan tertawa.
Dengan cepat Pek-li Peng gelengkan kepalanya berulang
kali, sahutnya dengan wajah amat serius.
"Tidak, aku tak mau membangun gubuk disitu untuk
menemani sukmamu, setelah kembali ke depan kuburanmu,
akan kubongkar kuburan tersebut kemudian menggorok leher
dan bunuh diri. Aku ingin mati dalam satu liang bersama
engkau!" Betapa terharunya perasaan hati Siau Ling darah panas
segera bergulak dengan hebatnya dalam rongga dada pemuda
itu, tapi di luaran ia tetap mempertahankan ketenangannya.
Selang sesaat kemudian, si anak muda itu baru
mengangguk, sahutnya: "Baiklah! Sekarang, simpan dulu kitab catatan ilmu silat
tersebut!" Pek li Peng tidak membantah lagi. Setelah menyimpan kitab
pusaka tersebut katanya: "Toako, walaupun aku sudah berusaha untuk peras otak
tapi ada satu hal tetap tak kupahami, apakah toako bersedia
memberi jawabannya?"
"Apa yang tidak kau pahami?""
"Mengapa engkau mengharuskan aku yang menghantarkan
kitab itu buat enci Gak.." Masa orang lain tak dapat
melaksanakan tugas ini " Aku ingin selalu mendampingi toako
saja. "Orang lain tak mungkin bisa melaksanakan tugas ini,
sebab mereka tak mungkin akan menjumpai enci Gak!"
"Kenapa?""
"Enci Gak belum tentu bersedia untuk menjumpai laki-laki
lain !" "Ehmm, Benar juga perkataanmu itu, aaai enci Gak
memang patut dikasihani, setiap lelaki yang bertemu
dengannya segera akan terkesima dibuatnya hingga akhirnya
tergila-gila". Setelah memandang cuaca sebentar, ia menambahkan:
"Waktu sudah amat siang, sekarang engkau harus pergi
beristirahat lebih dahulu".
Siau Ling mengangguk. "Aku hendak mengasingkan diri sambil mempelajari
beberapa jurus ilmu silat yang maha sakti, aku minta engkau
jangan mengganggu ketenanganku selama ini".
"Baik-baiklah melatih diri!" Sahut Pek Ii Peng seraya
manggut, "aku akan keluar sebentar!"
"Engkau hendak pergi kemana ?"
"Banyak persoalan yang tidak kupahami meskipun sudah
kucoba untuk memecahkannya sendiri, aku berharap bisa
membicarakan pelbagai masalah tersebut dengan diri It-bun
sianseng ". Mula-mula Siau Ling agak tertegun sesudah mendengar
perkataan itu, kemudian katanya:
"Peng-ji, engkau musti ingat, terdapat banyak persoalan
yang lebih baik jangan diketahui oleh orang yang terlalu
banyak!" "Aku mengerti, aku hanya akan mengajak It bun sianseng
seorang untuk membicarakan persoalan ini. Akan kuserahkan
pula tugas perlindungan bagi keselamatanmu kepada mereka,
selesai bercakap-cakap aku segera akan kembali kesini !"
Tidak menunggu jawaban dari Siau Ling lagi, ia segera
melangkah keluar dari ruangan tersebut.
Sekilas pandangan, Siau Ling dapat menyaksikan betapa
murungnya gadis itu, sepasang alis matanya berkenyit dan
wajahnya kesal sekali tampaknya, tanpa terasa dia lantas


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpikir di dalam hati : "Selama beberapa waktu belakangan, ia selalu bergaul
dengan aku, mengikuti aku kemanapun pergi, dan belum
pernah kubuat ia merasa benar-benar gembira dan senang
aaai...! Yang harus dialaminya setiap hari cuma murung,
menguatirkan diriku dan merasa tegang dan serius
menghadapi semua persoalan..Ia memang patut dikasihani!"
Memandang bayangan punggungnya yang berlalu dari
ruangan itu, suatu perasaan tidak tentram yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata terlintas dalam benaknya.
Akan tetapi setelah teringat kembali bahwa pertarungan
sengit yang harus dihadapinya besok siang, mempunyai arti
yang sangat penting bagi kesejahteraan umat persilatan,
pemuda itu memaksakan diri untuk bersikap tenang, perasaan
hatinya dibikin tentram kembali, lalu sambil pejamkan
matanya mulai memecahkan jurus pedangnya yang ampuh.
Sementara itu, Pek-li Peng sudah berada di ruang tengah,
ia lihat meja perjamuan telah disiapkan dalam ruangan yang
sangat luas itu. It bun Han to, Bu wi totiang serta Sun Put shia
hadir semua dalam perjamuan itu untuk menemani kawanan
jago persilatan lainnya yang telah berkumpul semua di sana.
Suatu perbedaan yang sangat kontras antara suasana
dalam ruang ini dengan ruang kecil dimana Siau Ling melatih
diri. Kalau ruang depan sangat ramai dengan dipenuhi gelak
tertawa dan suara pembicaraan manusia, maka ruang
belakang sunyi senyap tak kedengaran sedikit siarapun, begitu
sepinya sampai debaran jantung sendiripun kedengaran nyata.
Setibanya di dekat pintu ruangan Pek-li Peng hentikan
langkah kakinya, ia cuma menengok sekejap tanpa
meneruskan kembali perjalanannya, sesudah menghela napas
panjang akhirnya ia putar badan dan berlalu dari sana.
Gadis ini merasakan hatinya sangat murung dan kesal,
perasaannya amat tertekan hingga sedih dan bingung, ingin
sekali dia melampiaskan suara hatinya itu kepada orang lain,
tapi ia tak mampu berbuat begitu, bisa dibayangkan
bagaimanakah keadaan Pek-li Peng ketika itu.
Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara langkah kaki
manusia yang berat berkumandang memecahkan kesunyian.
Ketika dara itu berpaling, tampaklah It-bun Han to dengan
langkah cepat sedang memburu kearahnya.
Pek-li Peng menghentikan langkahnya dan menundukkan
kepalanya rendah-rendah. Dengan cepat It bun Han-to memburu ke depan, tanyanya:
"Nona. engkau sedang mencari diriku?""
Pek li Peng mengangguk, tak kuasa lagi air matanya jatuh
bercucuran membasahi pipinya.
Menyaksikan gadis itu menangis, It-bun Han-to jadi sangat
terperanjat, dia segera bertanya:
"Nona, persoalan apakah yang sedang kau hadapi "
Katakan saja kepadaku secara terus terang!"
"Ada..ada sedikit persoalan ingin kuajukan kepadamu,
apakah engkau bersedia untuk menjawabnya?""
"Asalkan apa yang nona tanyakan mampu kujawab pasti
akan kujawab sebisanya, katakan saja nona!"
"Tapi tapi aku sendiri pun tak tahu persoalan ini harus
kubicarakan dari mana?" kata Pek-li Peng dengan ragu.
Untuk sesaat It-bun Han-to termenung dan berpikir,
kemudian diapun berkata: "Apakah persoalan yang hendak kau bicarakan dengan
diriku itu menyangkut teatang diri Siau tayhiap?""
Dengan cepat Pek-li Peng mengangguk tanda
membenarkan. "Tentu saja persoalan ini ada sangkut pautnya dengan diri
toako." "Apakah nona menguatirkan pertarungan melawan Shen
Bok Hong besok siang?""
"Benar ! Menurut pengakuannya, dalam pertarungannya
yang akan berlangsung besok siang, kecuali Shen Bok Hong
masih ada seorang musuh lain yang katanya jauh lebih
tangguh daripada Shen Bok Hong sendiri!"
Untuk sesaat lamanya It bun Han to berdiri tertegun,
selang sesaat kemudian ia ba ru bertanya:
"Siapakah orang itu" Apakah nona mengenalnya?"
"Aku tidak tahu, sebab toako tak mau memberi tahukan
tentang orang itu kepadaku!"
Untuk sesaat It bun Han to jadi termenung, lama sekali dia
baru berkata lagi: "Apabila Siau tayhiap harus bertempur satu lawan satu
dengan Shen Bok Hong, menurut pandanganku dalam
pertarungan tersebut Siau tayhiap tidak akan sampai
menderita kekalahan, memang besar kemungkinannya tenaga
dalam yang dimiliki Siau tayhiap masih kalah setindak jika
dibandingkan dengan tenaga dalam dari Shen Bok Hong, akan
tetapi Siau tayhiap memiliki pelbagai macam ilmu silat yang
beraneka ragam macamnya. Bahkan setiap kepandaiannya itu
mempunyai kesempurnaan yang khusus, hal ini memaksa
Shen Bok Hong harus pecahkan perhatiannya untuk berjagajaga
terhadap segala kemungkinan yang tidak dinginkan. Aku
sebenarnya yakin bahwa kemenangan pasti berada di pihak
kita apalagi kita sudah mempersiapkan diri dengan sebaikbaiknya."
"Ya... menurut teori kita memang menang tapi keadaan
yang kita hadapi sekarang sama sekali berbeda jauh," sela
Pek-li Peng dengan muka murung "kecuali Shen Bok Hong kita
harus berhadapan dengan seorang musuh yang jauh lebih
tangguh, hal ini membuat keadaanpun ikut mengalami
perubahan besar." "Aaaai....! Kalau memang Siau tayhiap tidak bersedia
memberikan keterangannya, sudah tentu kitapun tak dapat
memaksa dia untuk mengatakannya kepada kita, satelah
kuketahui persoalan itu, pastilah akan kuusahakan dengan
segala kemampuan yang kumiliki untuk mengadakan
persiapan, bilamana perlu...."
Berbicara sampai disitu, mendadak dia membungkam.
Pek-li Peng jadi amat gelisah, cepat dia bertanya:
"Bilamana perlu bagaimana?"
"Siau tayhiap adalah lambang keadilan juga kebenaran bagi
dunia persilatan, baik Bu wi totiang, Sua Put sha locianpwe
serta aku mempunyai suatu perasaan yang sama yakni kami
tak boleh membiarkan dia mati konyol ditangan musuh !"
"Sekalipun perkataanmu itu benar, akan tetapi siapakah
yang mampu mewakili dirinya untuk berduel satu lawan satu
dengan Shen Bok Hong?""
It-bun Han-to segera tersenyum.
"Bilamana perlu kami telah bersiap sedia untuk mewakili dia
mati, pokoknya kami tidak akan membiarkan toakomu
menderita luka barang sedikitpun juga."
"Akulah yang sepantasnya mewakili dirinya untuk
menerima kematian!" It bun Han-to tertawa tergelak, dengan suara tercengang
serunya dengan lantang: "Nona, engkau kan masih masih muda dan segar, kenapa
gadis secantik engkau segan untuk hidup di dunia?""
"Aku merasa sangat murung, hidupku terasa amat kosong
dan penuh kekesalan, bila mana aku bisa mati demi dirinya,
itulah jalan terbaik yang ingin kutempuh."
It bun Han to kembali termenung sambil berpikir keras, lalu
ujarnya dengan nada yang sangat hati-hati:
"Apakah kemurunganmu itu disebabkan oleh karena nona
Gak..?" "Tak bisa kukatakan kalau urusan ini sama sekali tak ada
hubungannya dengan enci Gak" sahut Pek li Peng dengan
cepat, "tapi separuhnya adalah disebabkan karena harapanku
sendiri, bila aku sudah mati demi Siau tayhiap maka
selamanya diriku ini akan terkenang di hati mereka berdua,
bukankah begitu?" Mendengar jawaban tersebut paras muka It-bun Han to
berubah jadi amat serius.
"Nona Gak memang memiliki daya pikat yang sukar dilawan
dengan cara apapun juga. Kecantikan alamiah yang dimiliki
setiap perempuan di dunia ini tak mungkin bisa melawan daya
pikatnya itu. Apabila dikatakan Siau tayhiap sama sekali tidak
tertarik oleh daya pikatnya, akupun tidak akan
mempercayainya." "Benar, mereka ibaratnya Kilin dan burung Hong. Sepasang
sejoli yang amat serasi sekali, sedangkan aku, aaai, aku tak
lebih cuma seekor burung walet yang patut dikasihani di
bawah pohon liu. Aku hidup di antara celah-celah hubungan
mereka yang erat. Bila Siau toako menaruh beberapa bagian
rasa suka kepadaku, maka rasa sukanya itu tak lebih cuma
berupa rasa kasihan daripada arti cinta yang sesungguhnya?"
"Nona, perkataanku tadi belum selesai kuucapkan" seru It
bun Han to sambil gelengkan kepalanya.
"Oooh.. maaf, hatiku benar-benar terasa amat kalut!"
It-bun Han to mendehem ringan, kemudian katanya :
"Sekalipun demikian, kuakui juga bahwa Siau tayhiap
memiliki kelebihan yang tidak kita jumpai pada orang lain, ia
berjiwa ksatria, berjiwa pendekar sejati dan rela berkorban
demi orang lain membuat perangainya jauh berbeda dengan
manusia pada umumnya. Manusia semacam ini tidak mudah
memberikan rasa cintanya kepada orang lain, tapi ia
memandang berharga rasa cinta yang telah timbul dalam
hatinya. Selama ini engkau selalu mendampinginya baik siang
maupun malam, jarang sekali saling berpisah satu sama
lainnya, kecuali suami istri manakah ada muda-mudi yang
berkumpul terus siang maupun malam tanpa berpisah".
Dengan watak yang dimiliki Siau tayhiap, dia pasti akan
mengatur semua batas-batas pergaulannya secara ketat, tapi
ia tidak memberikan batasan-batasannya kepadamu, itu
menunjukkan bahwa sedari dulu dia telah menganggap dirimu
sebagai calon istrinya, maka pembatasan-pembatasan dalam
pergaulan sama sekali tidak diperhatikan olehnya!"'
Terbelalak sepasang mata Pek-li Peng, ia berdiri tertegun
dengan wajah kurang percaya.
"Sungguhkah perkataanmu itu"!" katanya.
"Aku toh belum pernah membohongi dirimu" Apabila nona
tetap tidak percaya, biarlah kubuktikan dengan suatu
kejadian." "Boanpwe akan mendengarkan buktimu itu dengan
seksama !" sahut Pek li-Peng dengan cepat, senyum manis
mulai menghiasi ujung bibirnya.
It -bun Han to tersenyum.
"Engkau tak perlu berlaku sungkan-sungkan.''
Sesudah mendehem ringan, sambungnya lebih jauh :
"Ketika berada di ruang abu tempo hari, dengan mata
kepala sendiri ia mendengar semua isi hati yang diutarakan
Gak Siau-cha di depan meja abunya, bahkan telah
memandang pula dirinya sebagai suaminya, jikalau ia tidak
menaruh rasa cinta kepadamu, mengapa sampai sekarang ia
masih tak mau tinggalkan dirimu" malahan setiap saat
berkumpul terus dengan engkau" Dewasa ini jago-jago
persilatan dari seluruh kolong langit telah berkumpul disini,
untuk menghadapi pertarungan yang amat sengit itu, dia
harus mengasingkan diri untuk mempelajari beberapa macam
ilmu silat sebagai bekalnya, mengapa ia tidak minta salah
seorang jago silat yang lihay untuk mendampingi dirinya
berlatih, tapi sebaliknya malahan suruh engkau yang
menemani dirinya" Aku tidak percaya kalau engkau benarbenar
sanggup untuk memecahkan persoalan yang
memusingkan kepalanya..!"
-ooo0dw0ooo- Jilid: 42 PEK LI PENG segara tertawa: "Aku memang benar-benar
tidak becus, bila dibandingkan dirinya maka baik dalam hal
kecerdasan maupun pengalaman, akan masih kalah sangat
jauh sekali!" "Nah itulah dia, lalu apa sebabnya justru engkaulah yang
diminta untuk mendampingi dirinya selama ini" Apakah
engkau bisa menjawab alasannya ini"!"
Dengan wajah merah karena jengah, Pek li Peng
menggeleng, sahutnya sambil tertawa: "Entahlah, aku tak bisa
menjawab!" "Kalau engkau tak bisa menjawab, maka biarlah aku yang
menerangkan kepadamu, dengan hadirnya engkau di sisi
tubuhnya, maka dalam semangat juangnya itu ia peroleh
ketenangan dan hiburan, pada hakekatnya boleh dibilang ia
sudah tak dapat hidup tanpa engkau, bayanganmu sudah
demikian membekas dalam benaknya sehingga tak mungkin
bisa dihapus lagi, karena itulah dia minta engkau
mendampingi di sisinya baik siang maupun malam padahal
waktu itu engkau sudah berdandan sebagai seorang
perempuan kembali apakah Siautayhiap tak bisa berpikir
bagaimanakah pandangan orang lain terhadap dirimu
bilamana ia sudah tidak menganggap engkau sebagai
istrinya?" Pek li Peng segera tertawa manis sesudah mendengar
perkataan itu, pujinya: "It bun sianseng, engkau memang benar-benar luar biasa
sekali, bukan saja pandai mengatur siasat peperangan,
bahkan memahami pula perasaan hati antara muda mudi
engkau memang patut dijuluki sebagai Khong Beng nya jaman
ini. bukan saja dapat menerangkan apa yang belum pernah
dilihat bahkan bisa menjelaskan pula apa yang tak diketahui
orang!" Tersenyum ewa It bun Han to mendengar pujian tersebut.
"Aku tidak pintar, cuma mereka yang terlibat langsung
biasanya lantas dibikin kebingungan dengan sendirinya,
sebaliknya mereka yang menyaksikan dari samping dapat
menemukan semua kesalahan tersebut dengan amat jelas.!"
Pek li Peng tersenyum, ia putar badan dan berjalan
beberapa langkah ke depan, tiba-tiba gadis itu berhenti lagi
sambil sapanya: "It bun sianseng .! Ada urusan apa lagi"!"
"Aku masih mempunyai suatu masalah lagi. cuma aku tak
tahu apakah masalah ini pantas diberitahukan kepadamu atau
tidak?" "Lalu menurut pendapat nona, patutkah persoalan itu
diberitahukan kepadaku?"
"Bagiku, aku rasa persoalan ini sepantasnya kalau
kuberitahukan kepadamu, akan tetapi Siau toako suruh aku


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pegang rahasia, kata nya persoalan ini tak boleh diberitahukan
kepada siapapun!" "Dalam segi manakah persoalan tersebut"!"
"Persoalan ini menyangkut pula tentang diri toako,
tampaknya ia tidak mempunyai keyakinan untuk menang
dalam pertarungan yang akan berlangsung esok siang, oleh
sebab itu... oleh sebab itu...."
Teringat bahwa persoalan itu belum memperoleh
persetujuan dari Siau Ling, akhirnya gadis itu membungkam
dan tak berani berbicara lagi.
Paras muka It bun Han to berubah jadi serius sekali,
ujarnya dengan nada bersungguh-sungguh:
"Aku pikir urusan itu pasti penting sekali artinya,
sepantasnya kalau nona memberi tahukannya kepadaku!"
"Persoalan ini menyangkut soal persiapannya bilamana
sampai terjadi sesuatu hal tentang dirinya!"
''Apa yang telah ia persiapkan?""
"Catatan-catatan ilmu silatnya telah diserahkan semua
kepadaku, ia berpesan kepadaku, bilamana dalam
pertarungannya besok siang ternyata nasibnya kurang mujur
sehingga menemui kematian, maka aku diwajibkan mencari
enci Gak serta serahkan semua catatan ilmu silat itu
kepadanya!" It bun Han to segera termenung dia berpikir keras,
kemudian jawabnya sambil mengangguk:
'Aaaai..! Apa yang telah diatur olehnya memang sangat
tepat sekali, sebab apabila Siau tayhiap sampai gugur didalam
pertarungannya kali ini, maka Gak Siau-cha lah satu-satunya
orang yang mampu membalaskan dendam baginya!"
"Lalu apa yang musti kulakukan sekarang?"
Paras muka It-bun Han-to berubah jadi serius sekali, dia
menengadah dan berpikir beberapa waktu, kemudian
sahutnya : "Persoalan ini benar-benar merupakan suatu masalah yang
sangat besar, sebelum berbicara dengan nona, akupun sudah
pernah berpikir sampai ke situ. Andaikata Siau tayhiap benarbenar
sampai tewas dalam pertarungannya besok siang,
sudah pasti dunia persilatan akan jadi kacau balau tak karuan.
Aaaai! Dewasa ini Siau tayhiap sudah menjadi tonggak dari
dunia persilatan, dialah lambang keadilan dan kebenaran,
dengan hubungan kami yang begitu erat, sudah seharusnya
kalau kita semua mengusahakan perlindungan bagi
keselamatan jiwanya, bagaimanapun juga dia toh seorang
manusia yang terdiri dari darah dan daging, Manusia bajapun
akan harus berantakan, apalagi manusia biasa?"
"Perkataan sianseng memang benar tetapi apakah sianseng
sudah berhasil menemukan suatu cara untuk melindungi
keselamatan jiwa Siau toako ku itu?""
"Didalam persoalan ini, aku telah mempunyai suatu
rencana bagus yang dapat dipercaya kasiatnya, akan tetapi
kamipun memaklumi bahwa Shen Bok Hong bukan manusia
sembarangan. Aku pikir sebelum melakukan pergerakan, dia
sendiripun telah menyusun suatu rencana yang amat
sempurna, karena itulah pertarungan-pertarungan yang akan
berlangsung esok siang, bukan saja merupakan suatu
pertarungan adu tenaga, bahkan juga merupakan gelanggang
adu kecerdasan." Dia melirik sekejap ke arah Pek li Peng kemudian
sambungnya lebih lanjut :
"Sedangkan mengenai tindakan Siau tayhiap menyerahkan
kitab ilmu silatnya kepada nona, andaikata apa yang
diramalkan ternyata benar-benar terjadi dan dia tewas dalam
pertarungan itu, maka mengutus engkau untuk menemui nona
Gak merupakan suatu tindakkan yang mempunyai maksud
amat mendalam, andaikata nona Gak menerima kitab catatan
ilmu silatnya, maka itu berani bahwa ia telah menerima tugas
berat yang dipikul Siau tayhiap selama ini, padahal nona Gak
sudah pergi tinggalkan dirinya, jelas gadis itu ada niat untuk
mengasingkan diri di tempat terpencil. Tapi rencana dari Siau
tayhiap ini bagaikan sebuah borgol tak berwujud yang segera
akan membelenggu hati Gak Siau cha, membuat ia tak
mungkin bisa mengasingkan dirinya lagi."
"Oooh... kiranya di balik kesemuanya itu masih terdapat
banyak latar belakang yang tidak kupahami.." kata Pek li Peng
sambil anggukkan kepalanya berulang kali.
Tiba-tiba It bun Han to tersenyum, ujarnya kembali:
"Tapi aku percaya bahwa akhir dari pertarungan esok siang
tak mungkin bisa terjadi seperti apa yang ia bayangkan,
semua persiapan yang dilakukan Siau tayhiap ini tak Iebih
hanya tindakan menjaga diri belaka. Yaa... angpaplah sebagai
suatu tindakan sedia payung sebelum hujan!"
"Kalau toh sianseng sudah mengatakan begitu. akupun bisa
berlega hati...." "Beristirahatlah nona! Besok kita akan bertindak sesuai
dengan keadaan yang terbentang di depan mata. Aku percaya
bahwa segala persiapan kita tak nanti akan kalah dari
persiapan yang diatur oleh Shen Bok Hong!"
Pek li Peng tersenyum dan mengangguk, perlahan-lahan
dia melangkah masuk ke dalam ruangannya.
Pada saat itu Siau Ling telah memejamkan matanya rapatrapat.
Paras mukanya amat serius tangan kanannya
digunakan sebagai pedang dan digoyangkan ke sana ke mari
tiada hentinya. Dengan langkah kaki yang sangat berhati-hati, Pek-li Peng
kembali ke tempat duduknya, sepasang matanya terbelalak
lebar dan mengawasi semua gerak-gerik Siau Ling dengan
seksama, pikirnya di dalam hati:
"Kalau dilihat dari keadaannya, ia benar-benar sudah dapat
meleburkan seluruh konsentrasi dan pikirannya ke dalam jurus
pedang yang sedang dipecahkan, moga-moga saja apa yang
dilakukan selama ini mendatangkan hasil yang memuaskan."
Kurang lebih seperminuman teh lamanya pemuda itu
menggerakkan pedangnya kesana kemari, akhirnya dia
hentikan gerakannya itu. Walaupun gerakan tangannya telah berhenti, namun
sepasang matanya tak pernah dibuka, bahkan boleh dibilang
ia sama sekali tak tahu kalau Pek li peng telah masuk kembali
ke dalam ruangan. Pek-li Peng sendiri dengan pandangan yang amat tajam
memperhatikan terus semua gerak gerik kekasihnya, ia lihat
kulit wajah Siau Ling berkerut kencang, seakan-akan ia
sedang memikirkan suatu persoalan, tapi gayanya itu mirip
pula seperti seseorang yang sedang mengatur tenaga dalam
dan melakukan semedi. Pek li Peng tak berani bergerak ataupun menimbulkan
suara, ia kuatir mengacau konsentrasi kekasihnya itu, maka
sepanjang malam gadis itu cuma duduk kaku tanpa berani
bergerak. Malam itu berlalu dengan cepatnya, keesokan harinya
cuaca amat jelek, awan tebal menyelimuti seluruh angkasa,
hujan rintik-rintik turun sepanjang hari membuat permukaan
tanah jadi basah. Ketika Siau Ling menyelesaikan latihannya dan muncul
dalam ruang tengah, tampaklah It-bun Han to dan Sun Put
Perjodohan Busur Kumala 19 Wiro Sableng 093 Lembah Akhirat Makam Ke Tiga 1
^