Pencarian

Budi Kesatria 21

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 21


musibah itu disaat yang terakhir. Maka untuk amannya bila
kita ingin membinasakan gembong iblis itu, maka bahan
peledak tersebut harus bisa diledakkan tanpa disadari olehnya
asal ia tidak menduga sampai kesitu, pastilah jiwanya bisa kita
lenyapkan!" Sementara pembicaraan masih berlangsung Bu wi totiang
mengiringi sepasang pedagang dari kota Tiong ciu telah
masuk kedalam ruangan. Begitu melangkah masuk kedalam
ruangan, sepasang mata dua orang pedagang itu langsung
dialihkan keatas wajah Pek li Peng
Walaupuu kedua orang itu sudah melihat jelas bahwa dara
itu tak lain adalah Pek li Peng. akan tetapi dalam hati mereka
tak berani percaya dengan pandangan matanya itu, setelah
mengamatinya beberapa lama sekulum senyum manis baru
bersungging diujung bibirnya, dan menyapu bersih
kemurungan serta kesedihan yang semula masih jelas
menyelimuti raut wajahnya.
Sepasang mata dua orang itu masih merah membengkak
mukanya rada pucat dan perut Sang Pat yang semula buncit
kini jauh lebih kempes. Sebetulnya wajah Tu Kiu yang dasarnya memang pucat kini
berubah jadi hijau membesi, tubuhnya kurus seperti lidi,
keadaannya benar-benar mengenaskan.
Pek li Peng sangat terharu menyaksikan keadaan dua orang
itu. Dia tahu siksaan yang diderita dua orang ini luar biasa
hebatnya, perlahan ia bangkit berdiri lalu berjalan
menghampiri kedua orang itu, bisiknya dengan lembut;
"Kami telah menyusahkan kalian berdua!"
"Sekarang sudah baik, cuma., sampai kapan kita baru
dapat bertemu dengan toako?" sahut Sang Pat sambil
tersenyum. "Sebelum tengah hari besok, kalian pasti akan bertemu
dengan dirinya,." Tiba-tiba dara itu mengerutkan dahinya, lalu menyambung
lebih jauh : "Cuma., aku tak dapat memberitahukan raut wajah dan
dandanannya kepada kalian berdua, dan kalianpun tak boleh
saling menyapa dengan dirinya, sebab ini bisa mengakibatkan
rahasianya ketahuan orang!"
Sekulum senyum yang jarang ditemui orang tampak
tersungging diatas wajah Tu Kiu yang senantiasa dingin dan
kaku itu, jawabnya cepat :
"Asal kami tahu bahwa toako masih hidup dikolong langit,
hal ini sudah lebih dari cukup, buat apa kami musti terburuburu
mengetahui raut wajahnya?"
Rupanya Bu wi to tang telah memberitahukan duduk
persoalan yang sebenarnya kepada Tiong ciu siang ku, maka
tanpa diulang lagi mereka sudah menjadi jelas.
"Saudara Sang, saudara Tu, hayolah duduk dulu disini!"
ujar It bun Han to sambil mempersilahkan kedua orang itu
duduk. Rasa sedih dan murung yang menyelimuti wajah Sang Pe t
serta Tu Kiu telah terhapus dalam hatinya, mereka menurut
dan segera ambil tempat duduk, katanya:
"Apakah It bun heng ada sesuatu petunjuk?""
"Barusan aku dan Sun locianpwe membicarakan kembali
rencana adu jiwa kita, sekarang telah kita ketahui bahwa Siau
tayhiap masih hidup di kolong langit, aku rasa rencana
tersebut tak mungkin bisa kita gunakan lagi!"
"Siau Toako kami selalu menyanjung dan memuji akan
kecerdasan saudara It bun, lebih baik semua persoalan dan
rencana kita selanjutnya dipimpin oleh It bun heng tanpa
persetujuan kami lagi" sela Sang Pat cepat.
Sun Put shia segera menimbrung pula dari samping:
"Aku tak ambil perduli apakah rencana adu jiwa itu masih
bisa dipakai atau tidak aku sipengemis tua ingin sekali
mendengarkan rencana kalian selanjutnya dalam menghadapi
Shen Bok Hong!" It bun Han to tertawa: "Pada hakekatnya rencana itn tidak termasuk terlalu hebat
aku hanya berharap agar Shen Bok Hong tahu bahwa kami
dapat mengiringi kematiannya, gampang sekali caranya itu
yakni aku dan saudara Sang masing-masing membawa sebutir
bahan peledak Poh san-sin lui tersebut, kemudian dalam suatu
pertarungan yang sengit kami akan ledakan bahan peledak
tersebut sehingga kami bertiga serentak mati bersama-sama!"
Mendengar itu, Sun Put- shia segera menghela napas
panjang, katanya kemudian :
"Sepantasnya kalau sedari dulu-dulu kalian beritahukan
rencana ini kepada aku sipengemis tua, biarlah aku
sipengemis yang menggembol bahan peledak itu dan beradu
jiwa dengan mereka, ketahuilah aku sudah tua dan aku tak
ikut mati, daripada hidup beberapa tahun lagi kan lebih enak
beradu jiwa dengan Shen Bok Hong, aku bisa mati dengan
bangga dan siapa tahu nama harumku akan dikenal sepanjang
masa" sedang kalian berdua masih muda dan kesempatan
hidup masih panjang, mengapa kalian korbankan jiwa dengan
begitu saja?" Kembali It bon Han-to tertawa.
"Sudah kupikirkan soal ini dengan masak, aku tahu jika
berbicara mengenai ilmu silat maka memang paling tepat
kalau meminta locianpwe yang menghadapi Shen Bok Hong,
tapi dalam keadaan begitu justru locianpwe serta Bu wi
totiang tak boleh mati!"
Bu wi totiang memang sama sekali tak tahu menahu
tentang rencana adu jiwa itu, maka dia hanya pasang telinga
sambil mengikuti jalannya pembicaraan tersebut tanpa
memberi komentar. Lain halnya dengan Sun Put shia, cepat dia berseru :
"Kenapa kami berdua tak boleh mati?"
"Sebab setelah Shen Bok Hong mati bersama kami, antekanteknya
yang bercokol dalam perkampungan Pek hoa
sancung kan masih belum buyar, maka permainan catur yang
masih ditengah jalan ini harus dibereskan oleh manusiamanusia
berbudi, berilmu dan berkedudukan tinggi maka Sun
locianpwe serta Bu wi Totiang. Asal Shen Bok Hong telah mati
dan pihak Pek hoa san cung tak ada pentolan yang memimpin
kekuatan mereka lagi. dengan kedudukan dan nama besar
Sun locianpwe serta Bu wi to tiang, asal kalian berseru kepada
umat persilatan, rasanya tidak susah untuk menghimpun
kekuatan yang terdiri dari jago-jago persilatan untuk
menumpas sisa-sisa gerombolan tersebut, sebaliknya jika
locianpwe dan Bu wi to heng mati lebih duluan dalam
gelanggang pertarungan, lalu siapakah yang harus memikul
tugas berat ini?" Sun Put shia tampak termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian ia baru berkata lagi :
"Sekarang terbukti Siau Ling belum mati, situasipun ikut
mengalami perubahan, bagaimana caranya kita untuk
mengulangi persoalan ini..?"
"Nah inilah masalah serius yang harus kita rundingkan
bersama saat ini juga sambung It bun Han to cepat,
"Aku rasa tak usah dirundingkan lagi!., sela Sun Put shia
sambil menggeleng, "lebih baik It bun heng saja yang carikan
akal kemudian beberkan kepada aku pengemis tua dan Bu Wi
totiang, apabila kita merasakan ada bagian yang tak beres,
segera dibetulkan dan dirubah, bila tak ada yang tidak beres,
lebih baik kita turuti saja rencana seperti apa yang It bun
heng usulkan itu!" "Baiklah..! ujar It bun Han-to kemudian, kalau memang
begitu, aku akan mengajukan suatu rencana bagus, jika kalian
merasa ada bagian yang kurang sesuai harap segera
dikemukakan. dengan begitu persoalan tersebut dapat kita
rundingkan lagi." Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh:
"Sekarang terbukti Siau tayhiap belum mati, aku rasa
rencana kita, untuk menghadapi musuh dengan menggunakan
bahan peledak poh san sin lui lebih baik ditangguhkan untuk
sementara waktu. ---oo0dw0oo--- Jilid: 37 "KETIKA Shen Bok Hong tiba kemari tengah hari besok
mungkin Siau tayhiap sendiri pun ikut hadir di tempat itu
kurang sesuai bila kita lepaskan bahan peledak poh san sin lui
dalam keadaan begitu, apalagi bisakah membunuh Shen Bok
Hong dengan benda tersebut masih merupakan suatu tanda
tanya besar, maka aku pikir rencana darurat tersebut lebih
baik jangan kita gunakan lagi dalam keadaan begini.. !"
"Menurut pendapat aku si pengemis tua lebih baik serahkan
saja bahan peledak Poh san sin lui tersebut kepadaku, tengah
hari besok aku akan tampil kedepan dan menantang Shen Bok
Hong untuk berduel di sebuah tanah lapang kosong, bilamana
nasibku lagi mujur tentu saja aku sipengemis tua tidak akan
melepaskan Poh san sin lui tersebut, sebaliknya kalau aku
merasa tak mampu menangkan dia maka Poh san sin lui itu
akan kulepaskan untuk beradu jiwa dengan dirinya."
Siapa nyana It bun Han to segera gelengkan kepalanya
berulang kali setelah mendengar perkataan itu.
"Tidak bisa, cara dari locianpwe itu tak mungkin bisa
dilaksanakan. !" "Kenapa?" "Sekarang kami sedang kepepet dan sangat membutuhkan
tenaga-tenaga berpengalaman macam locianpwe tak boleh
sekali-kali mengkorbankan diri, kendatipun Shen Bok Hong
sendiri, dengan akal muslihatnya yang banyak serta
kecerdasan otaknya yang brilian belum tentu dia bersedia
untuk menyambut tantangan dari locianpwe itu!"
"It bun heng, engkau tak usah menguatirkan keselamatan
jiwa aku si pengemis tua setelah aku muncul kembali kedalam
dunia persilatan kali ini, dalam hati aku memang tidak berniat
untuk mengundurkan diri lagi ketempat pengasinganku dalam
keadaan hidup, aku jadi tak habis mengerti setelah
mendengar dugaanmu yang mengatakan bahwa Shen Bok
Hong belum tentu mau menerima tantangan dari aku si
pengemis tua!" It bun Han to menghela napas panjang.
"Tidak heran kalau locianpwe sendiripun sampai
mengajukan pertanyaan semacam itu, pada hakekatnya
memang terlalu sedikit orang yang benar-benar memahami
watak Shen Bok Hong, oleh karena itulah dia bisa malang
melintang tanpa tandingan hingga saat ini. Ketahuilah orang
itu halus sekali perasaan hatinya, dia banyak curiga dan
liciknya luar biasa, bila menemukan sesuatu gejala yang tidak
beres, walau sedikit apapun gejala tersebut tak pernah ia
lepaskan dengan begitu saja. Oleh karena itu, jika locianpwe
hendak mengajak dia untuk berduel disebuah tanah lapang
yang kosong, maka ajakan mu ini justru akan mendatangkan
kecurigaan yang amat besar didalam hatinya.. "
"Aaah, apakah It bun heng tidak terlalu berlebihan
melukiskan kehebatan dan kepintaran Shen Bok Hong, aku si
pengemis tua tidak percaya kalau dia benar-benar amat lihay
sampai tak bisa dikibulin dalam soal apa pun.. !" tukas Sun Put
shia penasaran. It bun Han to termenung sebentar, lalu ujarnya :
"Jadi locianpwe tidak percaya dengan perkataanku itu"
Kalau memang begitu, bagaimana kalau kita buktikan
bersama?" "Baik! Serahkan bahan peledak Poh san sin lui itu
kepadaku, dan beritahukan pula bagaimana caranya
melepaskan benda ini, akan kuajak gembong iblis itu untuk
berduel dilapangan terbuka!"
"Boleh-boleh saja kalau locianpwe ingin membuktiktan, tapi
sebelum itu locianpwe harus menyanggupi dahulu sebuah
permintaanku" "Apa permintaanmu itu"!"
"Andaikata Shen Bok Hong menampik tantangan locianpwe
untuk berduel disebuah tanah lapang, maka mulai detik itu
juga locianpwe harus mendengarkan semua perkataanku
tanpa menanyakan lebih jauh duduknya persoalan, engkau
bisa menyetujui?" Bu wi totiang hendak mencegah perbuatan rekan-rekannya
itu akan tetapi setelah menyaksikan keseriusan It buu Han to
yang rup nya hendak manfaatkan kesempatan itu untuk
menaklukan kekerasan hati Sun Put shia maka diapun lantas
membungkam dan tidak banyak bertanya lagi.
Sun Put shia tidak langsung menjawab, dia termenung dan
berpikir sejenak, kemudian baru sahutnya :
"Baiklah ! Kusanggupi syaratmu itu, aku yakin Shen Bok
Hong pasti akan menuruti tantanganku ini...!"
"Mengapa begitu?" sela Pek-li Peng dari samping secara
tiba-tiba. Sun Put-shia tersenyum, katanya:
Menurut pengalaman yang berhasil kukumpulkan selama
banyak tahun, kebanyakan orang persilatan pada menyukai
gengsi dan jaga muka, bila kutantang Shen Bok Hong untuk
berduel satu lawan satu dihadapan ratusan orang jago
persilatan yang hadir besok siang, masa dia mau tunjukkan
kelemahannya dihadapan orang banyak " Sudah pasti akan
diterimanya tantanganku ini!"
"Locianpwe, engkau tak dapat menilai watak Shen Bok
Heng dengan penilaianmu terhadap kebanyakan orang
persilatan ! " kata It-bun Han to lagi dengan lembut.
"Aku si pengemis tua tetap tidak percaya kalau Shen Bok
Hong lebih suka mengorbankan muka dan gengsinya daripada
menerima tantanganku!"
"Aaai..agaknya sebelum dibuktikan dengan kenyataan,
locianpwe tidak akan mempercayai perkataanku ini. baiklah!
Mari kita buktikan bersama, akhirnya siapa yang benar."
"Jika apa yang diduga It bun heng tepat dan sama sekali
tidak meleset, maka mulai hari itu juga aku pengemis tua akan
menuruti semua perkataanmu, walaupun engkau suruh aku
terjun keair, aku akan terjun ke air, kau suruh aku terjun ke
api akupun akan terjun ke api aku pengemis tua tak akan
bertanya: Mengapa lagi!"
"Baik! Kita tetapkan perjanjian kita ini dengan sepatah kata
tersebut .!"' seru It bun-Han to kemudian.
Pek li Peng yang mengikuti jalannya perdebatan tersebut,
segera mengerutkan dahinya, kemudian berkata:
"'Sun locianpwe, toako selalu memuji akan kecerdasan otak


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari It bun sianseng, mengapa engkau bersikeras tak mau
percaya dengan perkataanya?"
"Sudah berpuluh-puluh tahun aku sipengemis tua hidup
dikolong langit, masa pengetahuan seminim itupun tidak
kumiliki" Eeh, anak perempuan, apa yang kamu ketahui?"
"Yaa. pandangan setiap orang memang saling berbeda"
kata It bun Han to kemudian. Tampaknya kita harus
menunggu sampai hasil taruhan tengah hari besok.."
Setelah berhenti sebentar, simbungnya lebih lanjut :
"Tengah hari besok Siau tayhiap pasti akan munculkan diri
diruang meja abu, kalau waktu itu dia tidak bersedia
munculkan diri maka lebih baik sementara waktu kita
rahasiakan pula identitasnya dan jangan sekali-kali kita paksa
dia untuk munculkan diri!"
"Apakah kita harus siapkan pula segala perlengkapan yang
dibutuhkan untuk menghadapi situasi gawat tengah hari
besok?" tanya Bu wi totiang.
"Benar, kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi
keadaan itu, hal ini perlu kita lakukan guna berjaga-jaga
apabila usaha Sun locianpwe untuk meledakan Poh san siu lui
dan adu nyawa dengan Shen Bok Hong mengalami kegagalan"
Ia berhenti sebentar, lalu terusnya lebih jauh:
"Sebagai langkah pertama, tengah hari besok aku minta
agar To heng bersedia untuk membentuk sebuah barisan
kekuatan yang terdiri dari jago-jago tangguh untuk
menghadapi para pengikut Shen Bok Hong. sedangkan
saudara Sang dan saudara Tu menggantikan kedudukan Sun
locianpwe memimpin pasukan kedua yang khusus bertugas
menghadang jalan pergi Shen Bok Hong pribadi bilamana
perlu kita hadapi mereka dengan pakai bahan peledak poh san
sin lui tersebut, persoalan diluar tugas-tugas tersebut akan
kutangani sendiri!" Bu wi totiang, Sang Pat serta Tu Kiu segera menyambut
dan menerima pembagian tugas itu.
Perlahan-lahan dan dengan sangat hati-hati It bun Han to
ambil keluar bahan peledak Poh san sin lui itu dari sakunya,
sambil diangsurkan ketangan Sun Put shia ujarnya:
"Locianpwe, inilah Poh san sin lui tersebut, silahkan
locianpwe menerimanya!"
Pek li Peng ikut mengalihkan sorot matanya kearah benda
itu, ternyata yang di sebut geledek sakti penghancur bukit itu
tidak lebih cuma sebuah benda sebesar telur itik yang
berwarna merah darah, apabila tidak mendengarkan
penjelasan terlebih dahulu, siapapun tak akan percaya kalau
benda sekecil itu ternyata memiliki daya kekuatan penghancur
yang benar-benar mengerikan.
Sun Put shia menerima benda itu dan diamatinya sejenak,
lalu ujarnya: "Sekecil inikah benda yang kau lukiskan amat dahsyat itu"
Aku si pengemis tua jadi tidak percaya kalau benda sekecil ini
sebenarnya memiliki daya penghancur sehebat itu!"
"Locianpwe....!" ujar It bun Han to dengan wajah serius,
bilamana engkau merasa tak yakin untuk beradu dengan Shen
Bok Hong, aku harap janganlah sekali-kali kau gunakan benda
itu secara sembarangan! Sun Put shia mengangguk tiada hentinya.
"Bila aku tak dapat beradu jiwa dengan Shen Bok Hong
tidak nanti benda ini kugunakan dengan sembarangan, It bun
heng tak usah kuatir, kalau bisa aku si pengemis tua pun
masih ingin hidup beberapa tahun lagi di dunia ini!"
"Bagus sekali, kalau locianpwe sudah punya ingatan
demikian maka akupun bisa berlega hati, cara penggunaan
benda ita sederhana sekali, asal terkena benturan keras maka
benda itu segera akan meledak, lebih baik lagi apabila
locianpwe bisa memancing Shen Bok Hong agar menghantam
sendiri benda itu sehingga meledak, bila itu tak mungkin maka
serahkanlah hawa murnimu ke dalam telapak tangan
kemudian membanting bahan peledak itu keatas tanah, maka
benda itu segera akan meledak!"
Ia berhenti sebentar, kemudian melanjutkan.
"Meskipun bahan peledak Poh san-sin lui mempunyai daya
penghancur yang luar biasa tapi korban yang pasti mati
hanyalah mereka-mereka yang berada diseputar radius satu
kaki selebihnya masih ada harapan untuk hidup lebih jauh."
"Akan kuingat terus perkataan itu!"
"Tengah hari besok, bila Shen Bok Hong telah datang maka
Gak Siau cha dan Giok siau-long-kun pasti akan turun tangan
lebih dahulu." "Menurut Siau toako, nona Gak bukan tandingan dari Shen
Bok Hong" tiba-tiba Pek-li Peng menyela "toako suruh aku
berusaha menghalangi terjadinya peristiwa itu, dan terutama
sekali jangan sampai membiarkan nona Gak terluka ditangan
Shen Bok Hong" It-bun Han-to mengangguk.
"Aku tahu dan aku bisa aturkan segala sesuatunya sampai
beres, harap nona jangan terlalu memikirkannya dihati, bila
nona hadir pula dalam gelanggang tengah hari besok, aku
harap nona bisa bersikap lebih tenang, jangan berteriak
maupun bersuara, sehingga tidak sampai mengacaukan
semua rencana kami yang telah diatur dengan matang
"Apakah engkau yakin bisa menghalangi niat nona Gak
sehingga ia tak sampai menderita luka?";
"Nona tak usah kuatir, aku pasti dapat mengusahakan
suatu cara yang mencegah Gak Siau cha sampai menderita
luka, tengah hari besok nona boleh berpeluk tangan belaka
sambil menonton harimau berkelahi, engkau tak perlu
mencampuri urusan ini lagi"
"Baik, kusanggupi permintaanmu itu!"
It bun Haa to segera bangkit berdiri, katanya lagi:
"Menurut garis muka dari Siau tayhiap dia tidak mirip
seseorang yang berumur pendek, maka ketika berita
kematiannya tersiar aku masih setengah percaya setengah
tidak, walaupun begitu aku pun bisa membayangkan keadaan
yang kalian alami waktu itu, seseorang yang terjebak ditengah
kepungan kobaran api yang amat berat, memang tidak
mungkin bisa lolos dari keadaan hidup, sungguh tak nyana
keajaiban memang bisa juga terjadi di dunia ini. ternyata Siau
tayhiap lolos dari bencana. Sekarang tentunya perasaan hati
kalian semua sudah senang bukan" Aku harap kalian bisa
beristirahat dengan sebaik-baiknya untuk menghimpun
kembali kekuatan tubuh kita sebab kemungkinan besar tengah
hari besok bakal berlangsung suatu pertarungan sengit...."
Berbicara sampai disini, dia lantas alihkan sorot matanya
kearah Pek li Peng dan melanjutkan:
"Aku telah siapkan tempat penginapan bagi nona, letaknya
persis disebelah kamar istirahat dari nona Gak, antara ruangan
dengan ruangan hanya dipisahkan dengan selembar kain
putih, silahkan nona beristirahat dengan tenang disana, selain
itu dapat kau curi dengar pembicaraan disitu, tapi engkau tak
boleh banyak bicara sebab ketajaman pendengaran dari nona
Gak sangat luaar biasa, sepatah kata saja engkau berbicara
niscaya indentitasmu akan ketahuan!"
Pek li Peng mengangguk. "Sekarang aku lapar, aku ingin mengisi perut dahulu!"
"Beristirahatlah didalam kamar sana nanti akan ada orang
yang mengantarkan makanan untuk nona, Nah, sekarang
perbaiki dahulu penyamaranmu kemudian pergilah
beristirahat!" Pek-li Peng tidak banyak berbicara, dia perbaiki
penyaruannya kemudian mengikuti dibelakang It bun Han to
menelusuri beberapa lorong dan tiba dalam sebuah ruang
kecil. It bun Han to singkapkan kain gorden dan Pek li Peng
segera melangkah masuk ke dalam ruangan, tanpa
mengucapkan sepatah katapun It-bun Han-to menurunkan
kembali gordennya dan segera berlalu.
Setelah masuk kedalam ruangan, dengan sorot mata yang
tajam Pek li Peng menyapu sekejap kedalam ruangan itu, dia
lihat dalam ruangan tersebut hanya terdapat sebuah
pembaringan kecil yang terbuat dari papan kain sepre serta
selimutnya berwarna putih bersih, walaupun sederhana
perlengkapannya tapi jelas ruangan-ruangan itu khusus
disediakan untuk menampung para tamu terhormat.
Selang sesaat kemudian, seorang dara baju putih masuk
kedalam ruangan sambil menghidangkan sayur dan nasi.
Sayurnya amat sederhana tapi cukup nikmat dimakan,
selesai bersantap Pek li Peng naik keatas pembaringan dan
bersiap-siap untuk atur pernapasan lalu tidur.
Baru saja matanya dipejamkan tiba-tiba dari kamar sebelah
terdengar seseorang berseru dengan suara yang lirih dan
rendah: "Nona Gak....!"
Pek li Peng segera kenali suara itu sebagai suara dari Giok
siau long kun, tanpa sadar semangatnya lantas bangkit, cepat
pikirnya : "Agaknya It bun Han to memang sengaja mengatur aku
disini dengan tujuan mengupingi pembicaraan dari Giok siau
long kun dengan enci Gak, aku tak boleh menyia-nyiakan
kesempatan ini dengan begitu saja..!"
Karena berpendapat demikian, maka ia lantas pusatkan
seluruh perhatiannya untuk mendengarkan pembicaraan
tersebut. Terdengar suara dari Gak siau cha berkumandang lirih:
"Apakah saudara Thio disitu?"
"Benar;" jawab Giok siau long kun, dalam pertarungan kita
melawan Shen Bok Hong tengah hari besok mungkin jiwa kit
akan sama-sama melayang dari tubuh kita, aku pikir mungkin
sekali malam ini adalah malam terakhir bagi kita untuk hidup
didunia ini maka...."
Dia menghela napis panjang dan menambahkan :
"Maka aku ingin manfaatkan kesempatan terakhir ini untuk
bercakap-cakap dengan nona Gak, apakah engkau bersedia
untuk temui aku?""
"Silahkan masuk saudara Thio!"
Mendengar pembicaraan tersebut, Pek li-Peng berpikir di
hati: "Entah kemana perginya dua orang dayang yang dibawa
enci Gak itu" Mereka masih ada di kamar atau sudah pergi?"
Baru pikiran itu terlintas dalam benaknya, Giok Siau long
kun telah bertanya: "Kemana perginya kedua dayang itu!?"
"Oooh..! Mereka ada dikamar sebelah!"
Kembali Giok Siau long kun menghela napas panjang.
"Dua orang dayang itu sangat menyintai dan menghormati
nona bila engkau mati di tangan Shen Bok Hong tengah hari
besok, mungkin mereka berdua akan ikut mengorbankan pula
jiwanya untuk mengiringi dirimu"
"Sudah banyak tahun mereka ikut aku, umum kalau mereka
berkorban mengiringi keberangkatanku, tapi diri Thio heng.."
"Di depan meja abu tengah hari tadi aku telah
membeberkan isi hatiku dihadapanmu, masa aku harus ulangi
kembali pernyataanku itu sekali lagi..?" tukas Giok siau long
kun cepat. Gak Siau-cha menghela napas panjang.
"Sudah terlalu banyak budi kebaikan yang kuterima dari diri
Thio heng. Aaai!Entah bagaimana caraku untuk membalas
budi kebaikanmu itu dalam hidupku kali ini?""
"Buat apa engkau pikirkan soal balas budi segala "
Memangnya kesempatan hidup bagi kita tengah hari besok
amat besar?"" "Kalau toh engkau sudah tahu bahwa kesempatan hidup
bagi kita sangat tipis, mengapa engkau harus melibatkan diri
dalam peristiwa ini?""
"Inilah yang dinamakan kobaran api cinta yang sukar
dikendalikan lagi, apa daya " Aku memang tak mampu
menguasahi diriku sendiri"
"Tapi aku toh tidak menaruh rasa cinta padamu!" seru Gak
Siau-cha dengan cepat. "Engkau tidak cinta, tapi aku menaruh rasa cinta
kepadamu, aku rela mengorbankan jiwaku demi kau seorang!"
"Ketahuilah saudara Thio, dari keluarga besar Thio hanya
engkaulah satu-satunya bibit keturunan bila engkau mati
ditempat ini siapa lagi yang akan meneruskan keturunan
keluarga Thio?""
"Kalau engkau mati dalam pertempuran, akupun segan
hidup sendirian kalau kususul engkau kea1am baka bukankah
keluarga Thio tetap akan putus turunan?""
Gak Siau cha mengeluh, katanya :
"Kebaikan apakah yang kumiliki" Thio heng. mengapa
engkau begitu tergila-gila kepadaku?"
Bila aku dapat menceritakan kebaikan-kebaikan nona, tidak
nanti aku bakal tergila-gila kepada dirimu!"
Sekali lagi Gak Siau cha menghela napas panjang :
"Aaai..! Thio heng bagaimana pandanganmu mengenai dua
orang dayang yang mendampingi diriku itu?"
"Cantik jelita bagai bidadari dari khayangan, cerdas dan
brilian, pandai pula membawa diri, mereka merupakan gadisgadis
pilihan yang susah ditemui dikolong langit!"
"Kalau memang begitu, carilah akal dan utus saja mereka
untuk menyelesaikan suatu tugas, bukankah dengan begitu
mereka akan terhindar dari musibah ini?""
"Tidak mungkin ! kata dara itu seraya menggeleng, mereka
telah mengetahui akan kejadian tersebut, sekalipun mereka
kusuruh pergi belum tentu mereka mau pergi, kecuali....."
Tiba-tiba ia berhenti berbicara.
"Kecuali kenapa?" Tanya Giok siau longkun cepat.
"Kecuali Thio heng yang membawa mereka pergi dari sini!"
sahut Gak siau Cha lirih.
"Aku yang membawa mereka pergi dari sini....?"
"Benar, asal engkau bersedia membawa mereka pergi maka
selamatlah jiwa kedua orang ini"
Sampai disiui, Giok Siau long kun segera menghela napas
panjang. "Aaaai.. sekarang aku dapat memahami perasaan hatimu
katanya, rupanya engkau sedang mainkan siasat Ih hoa ciap
bok ( memindah bunga menyambung ranting). dengan siasat
ini maka akupun akan turut di singkirkan dari sini..yaa,
tampaknya engkau masih belum dapat menyelami perasaan
hatiku." "Perasaan cinta dan pelampiasan rasa sayang Thio heng


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepadaku telah siau moay simpan dalam hati kecil, sepanjang
hidup perasaan tersebut tak akan terlupakan lagi dari
benakku, sayang kita terlalu lambat waktu bertemu, karena itu
terpaksa siau moay hanya bisa memendam perasaan tersebut
dihati.." Ia berhenti sebentar dan menghela napas panjang, lalu
lanjutnya lebih jauh : "Meskipun antara aku dan Siau Ling tidak terikat dalam
hubungan apa apa, tetapi pesan ibuku almarhum tak bisa
kubangkang dengan begitu saja, aku tak ingin menjadi
seorang anak yang Put hau, tidak berbakti pada orang tuanya,
sebab itulah aku sudah menganggap Siau Ling sebagai
suamiku walau tidak demikian dalam kenyataannya Thio heng!
Pikirkanlah kembali posisiku sekarang ini, mungkinkah seorang
gadis mempunyai dua orang suami" Thio heng, engkau harus
memaklumi keadaanku ini, biarlah pelimpahan rasa cinta
kasihmu kusimpan dalam hati saja, semoga dalam penitisan
yang akan datang Gak Siau cha dapat membalas semua budi
kebaikan yang telah kuterima selama ini..."
"Tapi apakah nona tak pernah memikirkan tentang diri Siau
Ling.."! seru Giok siau longkun dengan cepat, dia tidak serius
dalam bercinta, setelah mempunyai engkau, dia berpacaran
lagi dengan nona Pek li setelah ia tidak menunjukkan
kesetiaan lebih dahulu kepada nona. apa pula gunanya nona
Gak bersikeras untuk mempertahankan pandangan tersebut
atas dirinya?" Pe li Peng yang mencuri dengar pembicaraan itu dari ruang
sebelah, kontan dibikin mendongkol sesudah mendengar
ucapan tersebut. "Sialan orang ini pikirnya dihati, ! apa sangkut pautnya aku
dengan kalian" Huh, memangnya aku tak boleh berpacaran
dengan toako." Harus ditampar bacot anjing ini!"
Sementara itu Gik Siau cha telah menghela napas panjang
dan berkata lagi : "Engkau jangan menyalahkan Siau Ling dia sama sekali
tidak bersalah dalam masalah ini, sebab Siau Ling sendiri
sama sekali tidak tahu kalau ibuku telah menjodohkan aku
kepadanya dengan sendirinya diapun tak pernah menganggap
akn sebagai istri atau kekasihnya!"
"Terus dia anggap engkau sebagai apanya?" "
"Sebagai encinya, angkatan yang lebih tua"
"Andaikata Siau Ling hanya menganggap engkau sebagai
encinya. itu berarti sama se kali tidak bentrok atau adanya
persaingan antara hubungan segitiga kita bertiga, aku pun
bersedia mengerahkan segenap kemampuan yang kumiliki
untuk membantu dirinya ."
Tiba-tiba teringat olehnya kalau Siau Ling sudah mati,
setelah menghela napas panjang tambahnya :
"Sayang dia sudah mati."
Pek li Peng segera berpikir kemballi dalam hati
"Toakoku seringkali membuat kebaikan dan membantu
orang lain, memangnya dia berumur pendek" Huuh, sialan!."
Sementara itu Gak Siau-cha telah menjawab :
"Benar, ia sudah mati, berarti akupun tak dapat hidup
sendirian didunia ini!"
"Engkau akan membalas dendam bagi kematiannya"!"
"Tentu saja, aku memang hendak membalaskan dendam
bagi kematiannya!" "Nona Gak, tiba-tiba aku mempunyai suatu jalan pikiran
yang sangat aneh.,apakah aku bisa mengetahui bagaimana
pendapatrnu dengan jalan pikiranku ini?""
"Cobalah katakan?"
"Bagaimanakah perhitunganmu tentang menang kalah
dalam pertarunganmu melawan Shen Bok Hong tengah hari
besok"!" "Aku sama sekali tidak berkeyakinan untuk menang?"
"Dalam hal ilmu silat tentu saja kita bukan tandingan Shen
Bok Hong. Dalam pertarungan ini tampaknya kita hanya
mengandalkan keberanian kita untuk berjuang sampat titik
darah penghabisan saja, selain itu tiada kekuatan lain yang
bisa kita andalkan lagi!"
"Dalam hati aku telah menganggap diriku sebagai istrinya,
tentu saja aku berkewajiban untuk berkorban demi suamiku,
sedangkan engkau sama sekali tak ada hubungan apa-apa
dengan Siau Ling, mengapa engkau bersikeras untuk ikut
mengorbankan diri"!"
Giok siau long kun tertawa ewa.
"Kendatipan engkau tewas dalam pertarunganmu melawan
Shen Bok Hong itu belum berarti engkau telah membalaskan
dendam bagi kematian Siau Ling!" katanya.
"Aaai!" Gak Siau cha menghela nafas panjang '"Aku tahu
kepandaianku tak mungkin bisa digunakan untuk menuntut
balas, karena itu tujuanku berbuat begitupun tak lain hanya
mencari kepuasan hati saja!"
"Bilamana kita turun tangan bersama, apakah kita
mempunyai harapan untuk mengalahkan Shen Bok Hong?""
Gak Siau cha menggeleng. "Tidak terlalu besar harapan itu !"
"Andaikata kita berdua sama-sama mempunyai suatu
pengharapan, aku rasa kemungkinan besar kita mempunyai
harapan untuk memperoleh kemenangan."
"Pengharapan yang bagaimana ?"
"Kan sudah kukatakan tadi, harapan tersebut hanya muncul
berdasarkan suatu jalan pikiranku yang aneh, jika aku salah
berbicara nanti, aku minta engkau jangan gusar!"
"Kasihan amat orang ini" pikir Pek li Peng dalam hati,
"untuk mencari muka di depan enci Gak, bukan saja dia musti
berhati-hati sewaktu berbicara, bahkan tak berani melukai
hatinya aaai ! Begitukah korban cinta" "
---oo0dw0ooo--- KATAKANLAH...!" ucap Gak siau-cba,
"Bila nona setuju, maka setelah kita bunuh Shen Bok
Hong.." "Bagaimana"! Sela Gak Siau cha ketus, Giok siau long kun
sangsi sebentar, kemudian katanya :
"Setelah kita bunuh Shen Bok Hong dan andaikata kita
masih diberi kehidupan didunia ini, maka sepantasnya kalau
kita buatkan sebuah kuburan yang paling bagus untuk Siau
Ling. setelah itu..., setelah itu.."
"Setelah itu kita lantas kenapa"!"kemba li Gak Siau cha
menimbrung. "Setelah itu kita bangun sebuah rumah gubuk didepan
kuburan dari Siau Ling dan berkabung selama tiga tahun bagi
arwahnya, aku rasa bila nona bersedia melakukan
kesemuanya itu, sama pula artinya nona telah menunjukkan
rasa cintamu terhadap Siau Ling"
Gak siau cha menghela napas panjang, dia membungkam
dalam seribu bahasa dan sama sekali tidak memberi
komentar. Melihat dara itu membungkam Giok siau long kun
melanjutkan kembali katanya.
"Selewatnya tiga tahun masa berkabung, barulah engkau
ambil keputusan lagi apakah engkau bersedia menjadi istriku
atau tidak, entah bagaimana pendapat nona tentang usulku
ini?"" "Siau moay merasa amat terharu dan tak tenteram setelah
mengetahui kasih sayang Thio heng yang sedalam lautan
terhadap diriku...."
"Jadi engkau setuju?" seru Giok siau long kun kegirangan,
hampir saja ia menjerit saking gembiranya.
"Pada hakekatnya kusanggupi permintaanmu itu atau tidak
bukanlah suatu persoalan yang penting, sebab dalam
pertarungan adu kepandaian maupun adu kecerdasan yang
akan berlangsung tengah hari besok, tipis sekali harapan kita
untuk tetap hidup" "Tatkala Koh nay nay memberi obat mujarab kepadaku, ia
wariskan beberapa jurus silat kepadaku, katanya jurus-jurus
silat itu merupakan hasil ciptaannya sendiri setelah bertapa
banyak tahun, aku berharap bisa mengandalkan ilmu silat
baru itu untuk mengalahkan Shen Bok Hong."
"Oooh....! Rupanya engkau sudah mempunyai kekuatan
yang dapat diandalkan..!"
"Berhasil atau tidak, sukar untuk ditentukan mulai
sekarang, terpaksa kita harus berjuang sambil mengadu
nasib!" "Tapi kalau kudengar dari nada ucapanmu, tampaktampaknya
engkau sudah mempunyai keyakinan untuk
menang!" "Bila kita bisa menang, bukankah berarti juga kita telah
berhasil balaskan dendam bagi kematian Siau Ling?""
"Memang begitu!"
"Siau Ling mati di tangan Shen Bok Hong jika kita berhasil
balaskan dendam baginya bukankah arwahnya yang berada
dialam baka akan merasa puas dan lega?"
"Aaai ." Thio heng, silahkan engkau mengundurkan diri
lebih dahulu, berilah kesempatan kepada Siau moay untuk
berpikir lagi." "Baiklah, kalau memang begitu aku akan mohon diri,
pikirkanlah persoalan ini hingga matang, besok pagi aku akan
datang kemari untuk menunggu berita gembira dari nona"
"Baik-baik dijalan Thio heng, maaf Siau moay tak dapat
mengantar lebih jauh!"
Terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang
memecahkan kesunyian, agaknya Giok siau long kun telah
meninggalkan kamar tidur Gak siau cha....
Pek li Peng segera berpikir dihati:
"Pada hakekatnya toako belum mati, bila besok pagi enci
Gak menyanggupi usul Giok siau long kun maka urusan akan
jadi berabe. Aku harus berusaha untuk memberi tahu
kepadanya bahwa toako belum mati, sehingga enci Gak tidak
sampai tertipu oleh orang ini!"
Karena berpikir begitu, dia lantas bangkit berdiri dan siap
melangkah keluar dari ruang itu.
Tapi baru saja maju beberapa langkah, tiba-tiba satu
ingatan terlintas dalam benak gadis itu, ia berhenti dan
berpikir lagi: "Kalau aku berbuat agak serakah dengan tidak
menyampaikan kabar ini kepada nona Gak, besok dia tentu
akan menyanggupi permintaan Giok siau long kun. Nah! Jika
nasi sudah menjadi bubur, bukankah itu berarti toako hanya
milikku seorang.."!"
Kepentingan pribadi, dan otak yang sadar saling
bertentangan didalam hati kecilnya, untuk sesaat ia jadi
bingung dan tak tahu bagaimana harus menyelesaikan
persoalan ini.. Sementara ia masih berdiri kebingungan, tiba-tiba gorden
disingkap orang menyusul Giok siau long kun dengan wajah
penuh kegusaran telah berdiri tegak, didepan pintu.
Pek li Peng memandang sekejap kearah Giok siau long kun,
perlahan-lahan ia mundur kembali kesamping pembaringan
dan duduk. Giok siau long kun menerobos masuk ke dalam tenda,
selangkah demi selangkah ia mendekati Pek li Peng,
sementara dengan muka hengis tegurnya :
"Heehhh..heeehh..heehhh.. kalau dugaanku tidak keliru,
sudah lama bukan engkau curi dengan pembicaraan kami"!"
Pek li Peng tidak menjawab, dengan cepat ia berpikir :
"Jika aku berbicara maka dia akan segera mengetahui kalau
aku adalah seorang perempuan. tampaknya aku terpaksa
harus pura-pura berlagak bisu.."
Berpikir demikian, dia lantas menunjuk kearah mulut
sendiri, kemudian gelengkan kepalanya.
"Engkau bisu..?" tegur Giok-siau-long kuo dengan alis mata
berkernyit Pek-li Peng mengangguk. Giok siau long kun segera tertawa dingin dan berkata lagi :
"Kalau bisu biasanya juga tuli, entah bagaimana dengan
pendengaran engkau..?"
Hampir saja Pek li Peng buka suara untuk berbicara,
untung dia masih ingat dengan penyamarannya, buru-buru dia
mengangguk. Giok-siau-long-kun tertawa ewa, ia berkata lebih jauh :
"Padahal pembicaraanku itu kulakukan dengan suara yang
amat lirih, heran !"
"Kenapa engkau bisa mendengarkan sejelas itu?"
Buru-buru Pek li Peng gelengkan kepalanya, ia berlagak
seakan-akan tidak mendengar jelas apa yang mereka
bicarakan. "Waktu berbicara aku menggunakan suara yang sama
kerasnya, tapi engkau bisa mendengar jelas sebagian katakataku,
ada pula sebagian yang tidak jelas dalam
pendengaran, Hmmm! Mana mungkin hal ini bisa terjadi.."
Huh! Rupanya engkau memang sedang berlagak
dihadapanku" Pek li Peng segera berpikir :
"Jika aku bersikap lemah dan mengalah terus, pasti dia
akan makin curiga kepadaku!"
Sepasang matanya kontan melotot besar, sepasang telapak
tangannya diulapkan berulang kali artinya mengusir Giok siau
long kun dari ruangan tersebut.
Tentu saja Giok siau long kun tak mau mengalah dengan
begitu saja, ia tertawa dingin tiba-tiba sambil bergerak maju
kedepan telapak tangan kanannya melancarkan sebuah
cengkeraman kilat kearah pergelangan tangan Pek li Peng.
Dengan cekatan gadis itu mengundurkan diri dua langkah
kebelakang, lolos dengan serangan itu tangan kirinya sengaja
membentur dinding kain di sampingnya.
Memang cerdik gadis ini dalam keadaan terdesak tiba-tiba
satu ingatan bagus melintas dalam benaknya, dia bermaksud
untuk menarik perhatian Gak siau cha, sehingga gadis itu bisa
datang untuk bantu dia meloloskan diri dari kesulitan itu.
Gioi siau long kun sendiripun sama sekali tak menyangka
kalau lawannya berhasil lolos dari serangan kilatnya itu, dalam
perkiraannya semula serangan tersebut pasti akan berhasil
mencengkeram pergelangan tangan sang lawan.
Untuk sesaat ia berdiri tertegun, kemudian dengan dingin
katanya : "Hooh.! Rupanya engkau adalah seorang jago lihay yang
tak mau unjukkan diri!"
Tiba-tiba ia menerjang maju kedepan, sapasang telapak


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangannya melancarkan seran an berantai yang semuanya
ditujukan pada bagian-bagian penting ditubuh Pek li Peng.
Memang hebat dan lihay ilmu silat yang dimiliki Giok siau
long kun, apabila dia menyerang dengan sepenuh tenaga,
maka tanpa melakukan perlawanan tak mungkin bagi Pek li
Peng untuk mempertahankan diri.
Untungnya Giok siau long kun tidak bermaksud melukai diri
Pek li Peng, dan serangan yang dipakai hanya ilmu sebangsa
Ki na jiu hoat belaka, maka untuk sementara waktu posisi
masih bisa bertahan dalam keadaan seimbang.
Siapa sangka walaupun dia sudah melancarkan belasan
buah serangan berantai, kesemuanya berhasil dihindari Pek li
Peng de ngan mudah lama kelamaan berubah juga air muka
pemuda itu. "Kalau kulihat dari gerak gerikmu, jelas ilmu silat yang kau
miliki terhitung ilmu silat kelas satu dalam dunia persilatan
kenapa tidak kau lancarkan serangan balasan?" serunya.
Betapa gelisahnya Pek-li Peng ketika dilihatnya Gak Siau
cha belum juga munculkan diri untuk membantu dia lepaskan
diri dari ancaman bahaya, dalam hati sepera pikirnya "Waduh
celaka, jika enci Gak tidak datang juga, terpaksa aku harus
melakukan perlawanan"
Didalam menghadapi beberapa jurus ki na jiu yang
dilancarkan Giok siau long kun barusan, secara lapat-lapat
gadis itu sudah merasakan betapa tinggi dan lihaynya ilmu
silat yang dimiliki orang itu, bila sampai terjadi pertarungan,
terpaksa ia harus melayani dengan sepenuh tenaga sebab
kalau tidak niscaya dia akan keteter hebat.
Tidak memperoleh jawaban dari Pek li Peng, Giok siau long
kun segera tertawa dingin dan berkata:
"Aku harap engkau suka berhati-hati, sebab dalam sepuluh
gebrakan berikut ini, aku hendak mencabut jiwamu!"
Berbareng dengan selesainya perkataan itu secepat
sambaran petir tangan kanannya melepaskan sebuah pukulan
dahsyat kedepan. Untung Pek li Peng sudah bersiap sedia merasakan
datangnya serangan tersebut, cepat ia menghindar kesamping
dan meloloskan diri dari ancaman itu.
Gagal dengan serangannya yang pertama Giok siau long
kun menyusul dengan serangannya yang kedua, dalam
sekejap mata dia telah melancarkan empat buah serangan
berantai. Tiga jurus pukulan musuh yang pertama berhasil dihindari
Pek li Peng dengan manis tapi untuk mematahkan serangan
yang keempat terpaksa dia harus menangkis dengan telapak
tangannya, kemudian dengan ilmu memapas jalan darah ia
paksa Giok siau long kun untuk menarik diri kebelakang.
Menghadapi musuh yang cukup tangguh ini, Giok siau
longkun mendengus dingin.
"Hmmm ! Agaknya aku sudah menilai terlalu rendah akan
kemampuanmu!" katanya.
Sebelum ia sempat melancarkan serangan serangan
berikutnya, mendadak dari luar pintu terdengar seseorang
membentak nyaring. "Thio heng, tahan!"
Cepat Giok siau long kun berpaling dia lihat Gak Siau-cha
telah berdiri didepan ruang itu, dan entah sedari kapan telah
melangkah masuk ke dalam ruangan itu.
Giok siau long kun yang pemberani dan tak takut tingginya
langit tebalnya bumi, segera mundur dengan sikap yang
menghormat, ia mendehem ringan kemudian serunya.
"Nona Gak.." "Apa sebabnya dia akan kau bunuh?"tukas Gak siau cha.
"Ia telah curi dengar semua pembicaraan kita berdua,
ketika kuajukan pertanyaan kepadanya, dia berlagak bisu dan
tuli, dari sini dapat kita ketahui kalau dia bukan orang baik,
siapa tahu kalau orang ini adalah mata-mata yang dikirim
Shen Bok Hong?""
Betapa terperanjatnya Pek li Peng sesudah mendengar
tuduhan tersebut, cepat ia berpikir dihati.
"Bukan saja orang ini berilmu tinggi, cukup licik dan
menakutkan pula wataknya, dia menuduh aku sebagai matamata
Shen Bok Hong, bila enci Gak percaya dan mereka
berdua tanpa membedakan mana merah mana putih lantas
menyerang bersama kepadaku, tidak sampai sepuluh
gebrakan niscaya jiwaku akan kena dicabut!"
Tatkala mendengar tuduhan tadi, Gak Siau cha mengamati
sekejap seputar wajah Pek li Peng. kemudian ia menggeleng
"Aaah..! Tidak mungkin, Bu wi totiang dan It-bun Han to
adalah orang-orang persilatan yang tinggi ilmunya dan cerdas
pula otaknya, tidak mungkin dia biarkan mata-mata musuh
sampai menyelinap kemari, apalagi memberi tempat
beristirahat kepadanya di tempat ini..!"
"Hmm! Entah api maksud dan tujuan tosu tua hidung
kerbau dan It bun Han to itu" Heran, kenapa ia menempatkan
seorang kakek tua yang jelek dan memuakkan dikamar
sebelahmu, aku.." "Tak usah banyak bicara lagi " Tukas Gak Siau cha cepat, "
mereka semua adalah sahabat-sahabat Siau Ling yang hendak
menuntut balas bagi kematiannya, buat apa engkau musti
membuat kesulitan bagi mereka"!"
"Baik, memandang diatas wajahmu, untuk kali ini kuampuni
mereka semuaa...." Gak Siau cha tersenyum. "Beristirahatlah Thio-heng sebab besok kita masih harus
bekerja sama untuk menghadapi musuh tanggu".
Paras muka Giok siau long kun yang dingin kaku bagaikan
es, tiba-tiba tersungging satu senyuman manis, sahutnya
cepat . "Perkataan nona memang tak salah, besok kita masih harus
bekerja sama untuk menghadapi Shen Bok Hong, engkau juga
harus baik-baik beristirahat disini"
Berbicara sampai disitu, tanpa berbicara lagi ia lantas putar
badan dan keluar dari ruangan itu.
Pek li Peng yang berada disamping gelanggang dapat
mengikuti semua perubahan wajah Giok siau long kun dengan
jelas, dalam hati ia menghela napas panjang, pikirnya:
"Cinta kasih Giok siau long kun terhadap enci Gak
tampaknya jauh lebih dalam dari samudra buktinya asal enci
Gak menunjukkan sikap yang halus, maka berbungalah
perasaan hatinya aai.... cinta memang buta, cinta dapat
membuat orang berubah seratus delapan puluh derajat."
Sementara dia masih termenung, Giok siau long kun telah
berlalu dari ruangan itu.
Gak Siau cha ikut melangkah keluar dari tuang tenda tadi.
Baru beberapa tindak gadis itu maju ke depan, tiba-tiba
Pek li Peng memburu kedepan dan menghadang jalan pergi
Gak Siau cha. Sepasang alis mata gadis itu langsung berkernyit, tapi
sebelum ia sempat mengumbar hawa amarahnya, Pek li Peng
telah berjongkok dan buru-buru menulis beberapa patah kata
diatas permukaan tanah itu.
"Ada beberapa patah kata hendak kusampaikan kepada
cici, tapi jangan sampat kedengaran Giok siau long kun!"
Selesai membaca tulisan itu, Gak Siau cha termenung dan
berpikir sebentar, kemudian ia menulis pula ditanah :
"Siapa engkau !"
"Siau moay adalah Pek li Peng "tulis Pek li Peng dengan
cepat. Tampaknya Gak Siau cha tidak percaya dengan penglihatan
sendiri, dia mengucak-ucak matanya berulang kali, kemudian
mengamati pula nama yang tertulis ditanah itu dengan
seksama. Akhirnya gadis itu mengangguk, bisiknya:
"Kita berjumpa sebentar lagi."
Dengan langkah lebar ia lantas berlalu dari ruangan tenda.
Secara diam-diam Pek li Peng awasi terus perubahan wajah
Gak Siau cha, ia lihat selapis warna merah yang aneh
menghiasi sepasang pipi gadis itu, ini menunjukkan bahwa
berita tersebut telah mendatangkan suatu pergolakan
perasaan dalam hati kecilnya, cuma ia masih dapat
mengendalikan pergolakan tersebut hingga tidak sampai
terlampiaskan dalam gerak geriknya.
Setelah keluar dari ruangan Gak Siau cha lihat Giok Siau
longkun masih berdiri disebuah sudut tikungan sambil
mengawasi kemari, rupanya pemuda itu menunggu terus
disana hingga tampak olehnya bahwa gadis itu berlalu dari
ruang tenda tadi. Menunggu anak dara itu sudah keluar da ri ruang tenda,
barulah ia putar badan dan berlalu dari sana.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian Gak Siau-cha telah
muncul kembali didalam ruang tenda.,
Ketenangan telah menyelimuti kembali paras mukanya,
setibanya didalam ruangan dengan nada serius segera ujarnya
: "Aku minta engkau bersedia lepaskan topeng kulit manusia
yang menutupi raut wajahmu itu. akan kuteliti dahulu paras
mukamu yang sebenarnya..! "
"Giok siau long kun tidak akan masuk kemari bukan?"tanya
Pek li Peng dengan kuatir.
"Sudah kuatur segala sesuatunya untuk mencegah
kedatangannya kemari, engkau tak usah kuatir"
Setelah memperoleh penegasan tersebut barulah Pek li
Peng menghapus obat penyaruannya dan memulihkan kembali
paras muka aslinya. "Silahkan periksa cici!"
Diamatinya sekejap wajah gadis itu, akhirnya Gik Siau cha
menghela napas panjang. "Aaai..! Rupanya benar-benar engkau.!"
Cepat ia tarik tubuh Pek li Peng dan dirangkul dengan
penuh kemesraan, bisiknya dengan lembut:
"Adikku sayang, selama ini engkau tentu menderita sekali
bukan., kasihan kau!"
Dalam perkiraan Pek li Peng, sudah pasti pertanyaan
pertama yang akan terlontar dari mulut Gak Siau cha pastilah
soal keselamatan Siau Ling, tak tahunya dugaan tersebut
meleset sama sekali, bukannya mengajukan pertanyaan, dia
malah menghibur dahulu kepadanya.
Cepat ia berkata : "Untung toako cerdik dan banyak akalnya, dengan segala
daya upaya, toako inilah akhirnya kami berhasil meloloskan
diri dari kepungan barisan api itu!" Gak Siau cha manggutmanggut.
"Bagaimana dengan saudara Siau"!"ia bertanya.
"Rupanya toako telah menemukan suatu rencana busuk
dari Shen Bok Hong yang ada minat membantai semua orang
yang hadir disini, maka seorang diri ia telah berangkat untuk
menyelidiki sampai dimanakah kekuatan pasukan jago lihay
yang dipimpin Shen Bok Hong"
"Jadi ia pernah bertemu dengan aku"!"
"Benar waktu enci bersembahyang didepan meja abunya!
kami semua hadir dalam ruangan tersebut"
"Mengapa kalian tidak secara diam-diam memberitahukan
soal ini kepadaku.." Sampai-sampai aku musti berkuatir
terus!" omel Gak Siau cha dengan alit mata berkeryit.
"Aduh..tampaknya enci Gak marah, aku musti berikan
penjelasan kepadanya sehingga ia tak sampai tak senang hati
dengan toako!" pikir Pek li Peng dalam hati.
Dia lantas berkata : Menurut toako, kita tak boleh sekali-kali membuat Shen
Bok Hong tahu bahwa sebenarnya ia tidak mati terbakar oleh
kobaran api itu." "Kenapa"!"
"Sebab jika Shen Bok Hong sampai tahu kalau toako belum
mati, maka sudah pasti dia akan melakukan segala persiapan
untuk menghadapi dirinya lagi, maksud toako, dia hendak
munculkan diri secara mendadak jauh diluar dugaan Shen Bok
Hong, sehingga gembong iblis itu bisa dibikin kelabakan
sendiri.." "Maksudnya, dia hendak membunuh Shen Bok Hong"!"
tanya Gak Siau cha tiba-tiba.
"Toako sih tidak pernah mengutarakan maksud hatinya itu,
tapi siau moay dapat melihat bahwa toako memang
bermaksud untuk berbuat begitu"
"Aaai. !" Gak Siau cha menghela napas panjang, "Seringkali
dia menasehati orang lain agar baik-baik menyayangi
keselamatan jiwa sendiri, tapi dia sendiri sama sekali tak tahu
bagaimana harus menyayangi jiwa sendiri"
"Perkataan cici memang tepat, bila nanti berjumpa dengan
toako enci musti tegur dia sekeras-kerasnya!"
Walaupun dahinya masih berkerut dan wajahnya masih
murung, namun sekulum senyuman manis sempat
tersungging di bibirnya "Mengapa bukan engkau yang menegur dia?"" ucapnya.
"Aaai..! Masa dia mau mendengarkan perkataanku?" sahut
Pak li Peng dengan sedih.
"Kalau toh perkataanmu tidak di gubris olehnya, apalagi
aku yang memberi nasehat kepadanya, masa dia bersedia
untuk menurutinya?" "Dia pasti akan menurut, setiap perkataan enci tentu akan
ditaati olehnya....!"
"Mengapa begitu?""
"Setiap kali toako membicarakan tentang cici. Siau moay
dapat lihat bahwa paras mukanya menunjukkan sikap yang
sangat menghormat, oleh sebab itu Siau moay lantas
mengambil kesimpulan kalau toako sebetulnya takut sekali
dengan cici" Gak Siau cha kontan tertawa geli.
"Aaai,.! Masa engkau tidak tahu" Pada hakekatnya saudara
Siau adalah seorang manusia yang lembut diluar keras
didalam masa dia takut kepadaku?"
"Cici. engkau jangan berkata begitu" Seru Pek-li Peng
dengan gelisah "perkataanku ini bukan karanganku sendiri,
kenyataannya memang memang begitu, kalau enci kurang
percaya, buktikan saja apabila kalian telah berjumpa nanti!"
Gak Siau cha tersenyum geli, tiba-tiba ia alihkan pokok
pembicaraan kesoal lain katanya.
"Bagaimana caranya kalian meloloskan diri dari tengah
kepungan api yang membara dengan dahsyatnya itu" Hayo
cepat ceritakan kepada cici, aku sungguh tak habis mengerti,
dengan cara apa jiwa kalian berdua dapat diselamatkan"


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Padahal kebakaran hebat itu katanya mencakup daerah seluas
beberapa puluh li persegi"
Pek-li Peng mengiakan, dia lantas menuturkan semua kisah
pengalamannya sejak lolos dari sekapan dan menghadapi
kebakaran hebat yang sengaja ditimbulkan Shen Bok Hong.
Sebagai penutup cerita, ia berkata "Begitulah cici, untung
toako memang tabah dan cerdik, sehingga kami bisa lolos dari
bahaya maut meskipun harus mengalami siksaan lahir maupun
batin.." Gak Siau-cha manggut-manggut beberapa kali, ujarnya
kemudian : "Aaai,.! Kejadian yang kalian alami, boleh dibilang
merupakan suatu keajaiban alam, siapapun tak akan menduga
kalau seseorang yang sudah terjebak dalam kobaran api,
ternyata berhbasil meloloskan diri dengan selamat. Yaa..!
Thian memang maha adil siapa berhati baik dia selalu akan
dilindungi olehnya" Suasana hening untuk sesaat, kemudian Pek li Peng
berkata lagi : "Cici, aku hendak memohon sesuatu kepadamu, apakah
engkau bersedia untuk mengabulkan?""
"Katakanlah terus terang, asal pekerjaan itu mampu cici
kerjakan, pasti akan kuusahakan dengaa sepenuh tenaga"
"Aku minta cici bersedia untuk berlagak seakan akan belum
tahu kalau toako masih hidup didunia ini, engkau harus
bersikap seolah-olah amat sedih oleh kematiannya, sebab
toako telah berpesan kepadaku agar tidak membocorkan
rahasia ini kepada siapapun"
"Baik! Cici kabulkan permintaanmu itu."
Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan kembali:
"Kalau begitu, saudara Siau juga sudah tahu tentang
pertarunganku melawan Shen Bok Hong tengah hari besok?""
"Tentu saja tahu sebab ketika cici berjanji dengan Shen Bok
Hong diruang meja abu tadi, kami semua hadir pula di sana!"
Mendengar perkataan itu. tanpa sadar Gak Siau cha
teringat kembali akan perbuatannya selama berada di ruang
meja abu, berada dihadapan umum ia telah menunjukkan
sikap sebagai istri Siau Ling, dan ternyata Siau Ling belum
mati, bahkan ia turut serta mendengarkan perkataannya itu,
tanpa bisa dicegah lagi merah padamlah selembar wajahnya
karena jengah: Dengan rada mendongkol ia lantas mengomel.
"Aaai..! Saudara Siau memang keterlaluan, semakin besar
ia semakin nakal." "Dalam soal ini cici tak dapat menyalah dirinya!" bisik Pek li
Peng segera, "sebab jikalau ia berusaha untuk menyampaikan
beritanya kepada cici niscaya Shen Bok Hong akan curiga dan
ikut mengetahui pula rahasia tersebut!"
"Apa yang hendak dilakukan saudara Siau mengenai
pertarunganku melawan Shen Bok Hong tengah hari besok"
"Sebelum tengah hari besok, dia akan kembali keruang
meja abu, dan dia suruh siau-moay untuk menghalangi
berlangsungnya pertarungan tersebut !"
Ia berhenti sebentar, kemudian sambungnya lebih jauh:
"Juga kami semua menguatirkan sekuli tentang satu hal..!"
"Soal apa ?" "Mengenai Giok siau long kun, kami ingin tahu bagaimana
tindakan cici untuk mengatasi masalah ini " Jangankan cici
yang terlibat langsung dalam peristiwa itu, sekalipun siau
moay sendiripun dapat merasakan pula cinta kasihnya yang
amat dalam, siau moay rasa persoalan ini benar-benar
merupakan suatu masalah yang memusingkan kepala!"
Mengungkap kembali masalah Giok siau long kun, Gak
Siau-cha merasa agat pusing juga, sepasang alis matanya
langsung berkernyit. Setelah termenung beberapa lamanya, dia pun berkata:
"Aaai ! Terus terang saja cici juga dibikin pusing kepala
oleh persoalan ini, pakai kekerasan dia tak gubris, main
lembut dia juga tidak perduli, mati-matian dia mengejar terus
diriku, sungguh bikin pening kepalaku saja..aai, entah
bagaimana caranya untuk atasi soal ini ?"
"Siau moay mempunyai cara yang bagus untuk mengatasi
soal ini, sekaligus dapat menghilangkan pula niat Gioi siaulong
kun untuk mengawini dirimu!"
"Bagaimana caranya ?"
"Cici musti berjanji dulu, asal siau-moay utarakan keluar
maka cici tak boleh marah"
"Baik, cici berjanji tak akan marah. Nah katakanlah !"
"Asalkan cici cepat menikah dengan Siau toako, bukankah
Giok siau long kun akan patah hati dan menghilangkan sendiri
niatnya untuk mengawini cici?"
"Ehmm. ternyata dugaanku tidak meleset engkau benarbenar
mengajukan cara tersebut" kata Gak Siau cha dengan
wajah serius. "Ada apa" Memangnya jalan pikiran siau moay ini keliru
besar ?" Gak Siau cha berjalan kesisi pembaringan dan duduk disitu,
kemudian sambil menepuk pembaringan disampingnya ia
berkata. "Kemarilah kesini dan duduklah, aku ada beberapa patah
kata hendak disampaikan kepadamu"
"Cici akan mengatakan soal apa kepadaku?" tanya Pek li
Peng sambil menghampiri dara itu.
Ditariknya Pek li Peng agar duduk disisinya, kemudian Gak
Siau cha bertanya. "Semua perkataan yang kuucapkan dikala masih ada dalam
ruang meja abu, tentunya sudah kau dengar semua bukan?""
"Benar.!" Pek li Peng mengangguk.
"Aku tak bisa membantah kenyataan tersebut karena pesan
terakhir dari mendiang ibuku menyuruh aku berbuat demikian,
tapi aku masih punya banyak urusan yang musti dikerjakan,
maka hubungan tersebut hanya tercantum hitam diatas putih
belaka, sudah tentu dalam kenyataannya tak mungkin bagi
kami untuk hidup berdampingan hingga akhir tua nanti"
"Kenapa begitu?" tanya Pek li Peng tercengang.
Gak Siau cha menghela napas panjang, ia tidak langsung
menjawab, sesudah termenung beberapa waktu barulah dia
berkata. "Untuk selamatkan anak kunci Istana terlarang, ibuku harus
melarikan diri sampai ke ujung langit, tapi toh akhirnya kena
dikejar juga oleh musuh-musuhnya. dalam suatu pertarungan
yang amat seru akhirnya menderita luka yang amat parah,
untung orang tua saudara Siau memberikan pertolongannya
dan merawat ibuku di rumah mereka, tapi karena lukanya
yang terlalu parah, tak lama kemudian ibuku menghembuskan
napasnya yang terakhir, sebelum meninggal beliau telah
menulis sepucuk surat dan menyuruh aku menikah dengan
Siau Ling..." "Kalau memang pesan itu diberikan ibumu sebelum ajalnya,
kenapa enci tidak melaksanakan pesan tersebut sebagaimana
mustinya?" "Pada waktu itu saudara Siau menderita suatu penyakit
aneh, nadi penting sam in ciat mehnya tersumbat dan
menimbulkan penyakit yang parah, dengan penyakit seperti
itu maka dia tak akan hidup lewat dari dua puluh tahun,
sekalipun ia mengawini seorang istri yang setia dan bijaksana
toh akhirnya akan ditinggal mati dalam usia yang sangat
muda, karena itu untuk membalas budi orang tua saudara
Siau, lantas beliau ambil keputusan untuk menjodohkan cici
dengan Siau Ling, bahkan dalam surat wasiatnya dengan jelas
menerangkan pula agar cici.."
Tiba-tiba sepasang pipinya jadi merah padam karena
jengah, kata-kata selanjutnya tak mampu diutarakan lagi.
"Eeh. cici, kenapa tidak kau lanjutkan kata-katamu itu."!"
tanya Pek-li Peng keheranan.
"Baiklah, bagaimanapun juga kita kan sama-sama putri
rimba persilatan, tiada halangan bagi cici untuk
memberitahukan kepadamu.."
Dia tertawa jengah, kemudian ujarnya lebih lanjut :
"Dalam surat wasiat ibuku, dengan jelas diterangkan bahwa
Siau heng tak bisa hidup lebih dari dua puluh tahun, maka aku
disuruh cepat-cepat kawin dengannya dan melahirkankan
anak buat keluarga Siau untuk menyambung keturunan
mereka, bila nantinya Siau Ling sudah mati maka anak itu
akan kuserahkan kepada Siau hujin, setelah menyiapkan suatu
tempat yang terpencil dan rahasia bagi mereka, waktu itulah
aku baru usahakan pembalasan dendam bagi kematiannya" ia
berhenti untuk tukar napas, lalu sambungnya lebih jauh:
"Agar berhasil dalam pembalasan dendam aku harus masuk
ke istana terlarang dan mempelajari ilmu silat yang
ditinggalkan kesepuluh orang tokoh silat itu. Aaai.! Siapa tahu
kenyataan jauh lebih berbeda dengan apa yang dibayangkan
ibuku dahulu, bukan saja aku tak dapat melaksanakan pesan
yang ditinggalkan ibuku, malahan saudara Siau telah
menjumpai pengalaman aneh sehingga berhasil memiliki
serangkaian ilmu silat vang tinggi, dengan begitu pesan ibuku
sudah tak mungkin bisa terlaksana lagi"
"Walaupun kenyataan mengalami perubahan, akan tetapi
perubahan ini toh lebih menguntungkan bagi cici" Bukan saja
Siau Ling berhasil sembuh dari penyakit aneh, sekarang ia
telah menjadi seorang pendekar besar yang nama besarnya
menggetarkan sungai telaga, aku lihat cici dan toako
merupakan sepasang sejoli yang paling sesuai.."
Gak Siau cha gelengkan kepalanya berulang kali tukasnya.
"Dendam ibuku belum terbalas, hutang budi guruku belum
kubayar, mana mungkin aku bisa melayani Siau Ling dengan
hati tenteram?" "Cici, bukan saja Siau Ling akan membantu cici untuk
balaskan dendam bagi kematian ibumu, sekalipun siau moay
pribadi akan mengerahkan juga segenap kekuatan yang
kumiliki untuk membantu diri cici."
Tapi Gak Siau cha segera menggeleng.
"Bukannya aku tak senang menerima bantuan kalian
berdua, pertama musuh besar yang mencelakai mendiang
ibuku adalah seorang jago yang licik, lihay dan tinggi ilmu
silatnya, buat apa saudara Siau musti mengikat tali
permusuhan dengan seorang musuh lagi" Kedua, cici telah
menemukan cara yang paling jitu untuk menghadapi orang
itu, maka tak usah kalian membantu diriku."
Sesudah berhenti sebentar, lanjutnya lebih jauh
"Adikku, tahukah engkau kenapa cici beritahukan semua
persoalan ini kepadamu?"
"Siau moay tidak tahu!'
"Sebenarnya cici ingin menitipkan satu pekerjaan
untukmu!" "Pekerjian apa cici" Katakan saja secara blak blakan! Masa
sama siau moay pun engkau bertindak sungkan-sungkan?"
"Aku minta engkau baik-baik melayani Siau Ling, sebab
masih terlalu banyak urusan yang harus cici kerjakan hingga
tak mungkin aku senantiasa mendampingi dirinya, kalaupun
mendiang ibuku suruh aku berbuat begitu dan dihati kecil cici,
dia telah kuanggap sebagai suamiku sendiri, akan tetapi aku
mohon bantuanmu agar engkaulah yang mewakili aku
menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang istri,
untungnya mertua kita pintar dan berpandangan luas, mereka
pasti akan memandang engkau bagaikan terhadap putri
sendiri, tentang soal ini engkau tak usah kuatir"
Pek li Peng gelengkan kepalanya sambil menghela napas
panjang. "Aaai, menurut cici, mampukah aku mewakili tugasmu itu?"
tanyanya. "Masa ia tidak puas setelah mengawini seorang gadis yang
cantik, pintar dan bijaksana macam adik"!"
"Keliru besar bila cici berpendapat begitu, dalam
pandangan toako hanya cici seoranglah yang pantas disayang
dan dihormati meskipun ia tak pernah menyatakan kalau ia
mencintai cici, tapi aku sangat memahami perasaan hatinya, ia
selalu berbuat hati-hati, takut menodai nama baik cici, padahal
dalam kenyataannya ia mempunyai api cinta yang membara
terhadap cici, hanya api cinta yang membara itu selalu
dipendam didaftar hatinya, ia tak berani memperlihatkan rasa
cintanya itu kepada orang lain, karena itulah gelora cinta
dalam dadanya kian lama kian bertambah besar, bukan saja
siau moay tak akan mampu menggantikan kedudukan cici,
sekalipuu seorang gadis tercantik diduniapun belum tentu
sanggup menggantikan kedudukan cici."
"Eeh..adikku, rupa-rupanya engkau baru jadi mak
comblang bagi hubunganku dengan saudara Siau yaa?"' tegur
Gak Siau cha setengah mengomel
"Jangan bercanda cici, setiap patah kata yang kuucapkan
adalah kata-kata yang sejujurnya. tak sepatah katapun
merupakan kata bohong."
Gak Siau cha termenung dan berpikir sebentar, kemudian
katanya. "Kendatipun semua perkataan yang kau ucapkan adalah
kata-kata yang sejujurnya toh ia belum pernah menyatakan
rasa cinta kasihnya kepadaku, sekalipun pernah, aku rasa
cinta yang diutarakan kapadaku juga tak lebih hanya cinta
seorang adik terhadap kakaknya."
"Ia tak berani berbuat kurangajar, sebab ia takut cici jadi
marah dan tidak akan memperdulikan dirinya lagi !"
Gak Siau cha tersenyum simpul, dengan lembut ia
membereskan rambutnya yang kusut, lalu berkata:
"Didunia ini sebenarnya cuma ada satu orang yang bisa
membantu aku hanya aku tidak tahu sanggupkah ia memberi
bantuannya ?" "Siapakah orang itu?"
"Kau!" "Aaah, cici jangan terlalu menyanjung diriku, aku tahu
bahwa aku tak becus, lagipula aku ingin sekali lebih lama
berada di samping cici, selain minta banyak petunjuk akupun
ingin banyak belajar dari kau, cici ! Bila engkau tidak muak
terhadap diriku, siau moay suka menjadi istri muda dan selalu
mendampingi cici." "Bilamana semua pekerjaanku bisa berlangsung dengan
lancar dan aman, kemungkinan besar apa yang kau inginkan
bisa terwujub sela Gak Siau cha cepat "tapi sebelum dendam
ibuku terbalas, terpaksa aku minta adiklah yang menggantikan
kedudukanku" "Aaah,cici ini bagaimana toh" bicara pulang pergi kok


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

engkau lebih menitik beratkan untuk melakukan perjalanan
seorang diri. Walaupun belum lama aku kenal dengan cici, tapi
rasa kagumku terhadap cici muncul dari dasar hati nuraniku,
urusanmu berarti pula urusan toako dan urusan siau-moay,
tunggulah sampai toako berhasil membinasakan Shen Bok
Hong. kemudian kita akan bekerja sama untuk balaskan
dendam bagi ibu cici!"
Gak Siau cha mengerutkan dahinya dan termenung
beberapa saat lamanya, setelah itu katanya :
"Aaai.. berbicara lebih banyak juga tak berguna, rupanya
cici memang tak bisa menaklukkan hatimu !"
"Cici engkau jangan salah paham!" teriak Pek li Peng
dengan gelisah, " maksud siau-moay.."
"Aku dapat memaklumi perasaan hatimu itu, bukankah
engkau berharap agar aku seringkali berkumpul dengan
kalian"!" "Siau moay memang bermaksud demikian"
"Tahukah engkau bahwa encimu sedang berada pada posisi
terjepit, dan senantiasa terancam oleh bahaya maut"!"
"Kalau soal ini, siau moay sama sekali tidak tahu!"
Gak Siau cha menghela napas panjang.
"Aaii.! Engkau harus beristirahat sebaik-baiknya,
pembicaraan selanjutnya kita teruskan besok saja"
Pek-li Peng masih ingin melanjutkan kata-katanya, tapi Gak
Siau cha sudah beranjak dari tempat duduknya dan berlalu
dari ruang tenda tersebut.
Malam itu berlalu tanpa terjadi sesuatu hal yang penting
ketika fajar menyingsing keesokan harinya, belum sempat Pek
li Peng bangun dari tempat duduknya, dari luar ruang tenda
berkumandang suara sapaan dan It-bun Han-to:
"Nona, engkau sudah bangun ?"
"Sudah, ada urusan apa It bun sianseng?"
"Gorden disingkap orang, dan muncullah It bun Han to
masuk kedalam ruangan itu.
Paras muka It bun Han-to amat serius, ia masuk dengan
membawa dua pucuk surat ujarnya:
"Kedua pucuk surat ini ditinggalkan nona Gak untuk nona!"
"Lho..lantas kemana perginya nona Gak"!" tanya Pek-li
Peng dengan wajah tertegun.
"Ia sudah pergi sedari tadi !"
"Ia pergi kearah mana" Hayo kita cepat menyusulnya..!"
"Percuma, tak mungkin bisa disusul lagi! sahut It bun Han
to sambil gelengkan kepalanya berulang kali, nona Gak sudah
berangkat dua jam berselang!"
"Waduh., lalu bagaimana baiknya sekarang"!" seru Pek li
Peng sambil mendepakkan kepalanya keatas tanah karena
mendongkol "Mungkin nona telah sampaikan berita tentang masih
hidupnya Siau Ling kepada nona itu"!"
"Aaai..! Aku dipaksa oleh keadaan, mau tak mau terpaksa
harus kuberitahukan kejadian ini kepadanya"
"Sekarang nasi sudah menjadi bubur, gelisah juga tak ada
gunanya, harap nona tak usah ribut-ribut lagi. Nah, terimalah
dua pucuk surat yang ditinggalkan nona Gak ini, yang satu
untuk nona dan yang kedua untuk Siau Ling pribadi,
bagaimana kalau nona baca dulu isi suratnya kemudian kita
baru rundingkan lagi masalah ini"!"
Apa boleh buat terpaksa Pek li Peng menerima dua pucuk
surat itu dan memeriksa sampulnya.
Pada sampul pertama, tertera beberapa huruf yang
berbunyi Mengharapkan bantuan adik Peng untuk menyampaikan
surat ini kepada Siau Ling pribadi.
Membaca tulisan "pribadi" itu. Pek li Peng tahu isi surat itu
pastilah bernada pribadi mereka berdua, maka dia lantas
masukkan kedalam sakunya.
Ketika membaca sampul surat yang kedua disitu tertulis
jelas beberapa hurup yang berbunyi
"Ditujukkan kepada nona Pek li pribadi"
Sambil menyobek sampul surat itu, Pek li Peng kembali
bertanya. "Bagaimana dengan Thio kongcu itu?"
"Nona maksudkan Giok siau long-kun?" tanya It bun Han to
"Benar, apakah ia sudah pergi?"
It bun Han to mengangguk tanda membenarkan.
"Semuanya nona Gak tinggalkan tiga pucuk surat, satu
untuk Giok siau long-kun dan surat itu telah kusampaikan dulu
kepada orangnya, sedangkan dua pucuk surat ini untuk nona"
"Apa yang ditulis enci Gak dalam suratnya yang ditujukan
kepada Giok-siau long kun?"
"Apa isi surat itu aku kurang tahu sebab tidak kulihat tapi
yang jelas sehabis membaca surat itu, bagaikan orang kalap
rnendadak ia kabur dan berlalu dari sana"
Pek-li Peng tidak banyak bertanya lagi, ia membuka surat
itu dau membaca isinya. "Adik Peng yang tercinta"
"Ketika tersiar berita tentang kematian adik Siau, aku
sedang berangkat menuju perguruan untuk memberikan
pertanggungan jawab, berita yang kuterima itu memaksa aku
batalkan niatku dan segera melakukan perjalanan siang
malam menuju kemari."
"Semula, aku berniat untuk balaskan dendam bagi Siau
hengte dan bertempur melawan Shen Bok Hong, sekalipun
harus berkorban hatiku juga merasa puas."
"Dalam kenyataan orang budiman dilindungi Thian,
ternyata saudara Siau ataupun adik Peng selamat dari bahaya,
aku lantas berpendapat, tetap tinggal ditempat inipun nama
sekali tak ada gunanya, malahan mungkin akan
mendatangkan banyak kerepotan bagi saudara Siau.
Coba bayangkanlah jika saudara Siau munculkan diri
tengah hari besok Thio Cun pasti akan berubah pikirannya dan
akan musuhi dirinya mati-matian. Kalau sampai terjadi begitu,
bagaimana jadinya" Bukankah sama artinya aku telah
mengundang hadirnya seorang lawan tangguh bagi saudara
Siau" Setelah kupertirnbangkan beberapa lama akhirnya aku
mengambil keputusan untuk tinggalkan tempat ini. Aku
percaya dengan kecerdikan yang dimiliki It bun sian seng dia
pasti memiliki pelbagai akal muslihat yang bisa membantu
saudara Siau! Ketahuilah, keadaanku betul-betul terjepit dan kobaran
dendam tak mungkin bisa menghalangi niatku untuk tetap
mendampingi saudara Siau. Aku minta engkau bisa
memaklumi keadaanku dan hiburlah saudara Siau sebisanya.
Semoga adik Peng baik-baik jaga diri, bila Thian masih
mengijinkan moga-moga kita masih punya kesempatan untuk
berjumpa kembali tertanda: Gak Siau cha"
Selesai membaca sarat itu. Pek li Peng tak dapat
membendung rasa sedih dalam hatinya lagi. matanya
terbelalak lebar dan tidak tahan butiran air mata jatuh
bercucuran membasahi pipinya.
"Nona Pek li....!" tiba-tiba It bun Han to menyapa setelah
mendehem ringan. Pek li Peng menyeka air matanya dengan ujung baju,
kemudian menghela napas panjang, bisiknya.
"Apa yang ditulis enci Gak dalam suratnya tak lebih hanya
rahasia pribadi antara kami berdua.."
"Aku memahami.." sahut It bun Han to sambil
mengangguk. ---oo0dw0oo--- Jilid: 38 SETELAH berhenti sebentar, ia melanjutkan kembali katakatanya
: "Nona tak usah bersedih hati lagi, aku harap engkau bisa
tenangkan pikiran sambil menyimpan tenaga, setelah
kepergian Giok siau longkun dan nona Gak maka situasipun
kembali mengalami perubahan hebat. Siau tayhiap sebagai
seorang pendekar berjiwa besar dengan sendirinya akan
tampilkan diri ketengah gelanggang, dengan kemunculannya
dus berarti suatu pertarungan seru tak dapat dihindari lagi,
nona! Sebagai seorang jago yang berilmu tinggi, tenagamu
sangat kami butuhkan guna menanggulangi segala kesulitan,
aku minta engkau suka menjaga diri dengan sebaik-baiknya.
Tidak keberatan bukan?"
Pek li Peng mengangguk. "Perkataanmu memang masuk diakal, akan kusimpan katakatamu
itu didalam hati!" "Baik, kalau memang begitu silahkan nona baik-baik
beristirahat, aku hendak mohon diri lebih dahulu!"
Sesudah memberi hormat, ia putar badan dan berlalu dari
ruang tenda tersebut. "It bun sianseng .!" tiba-tiba Pek li Peng menegur dengan
suara amat lirih. It bun Han to segera menghentikan langkah kakinya.
"Apakah nona masih ada pesan-pesan lain?"
"Dalam suratnya enci Gak sangat memuji kecerdasan
otakmu, katanya engkau pasti dapat membantu Siau tayhiap
untuk melawan Shen Bok Hong, aku harap engkau benarbenar
berusaha dengan sekuat tenaga sehingga tidak sampai
menyia-nyiakan harapan kami semua!"
"Aaah".! Nona Gak terlalu menyanjung diriku padahal aku
tak becus dan tidak memiliki kepandaian apa-apa..!"sahut It
bun Han to sambil tersenyum;
"Aaai. ! It bun sianseng, engkau tak usah merendah lagi",
bisik Pek li Peng sambil menghela napas panjang, "baik enci
Gak maupun toako semuanya memuji akan kecerdasanmu
serta kehebatanmu, aku percaya engkau benar-benar memiliki
kemampuan tersebut!"
"Siau tayhiap terlalu memuji dan mempercayai
kemampuanku, tapi., akupun takkan menyia-nyiakan
kepercayaan itu, aku pasti akan berusaha dengan sekuat
tenaga untuk membantu dirinya.
"Aku tahu ilmu pengetahuanmu sangat luas, otakmu brilian
dan kecerdasanmu luar biasa tapi apakah dalam hal lain
engkau juga memiliki kemampuan yang tak kalah hebatnya?""
"Maksud nona, engkau hendak membutuhkan
bantuanku?"" "Benar!" Pek 1i Peng mengangguk "pikiran ku kalut dan
perasaan hatiku gundah, aku tak tahu bagaimana harus
mengatasi keadaanku ini. karena itu aku mohon beberapa
petunjuk dari sianseng!"
It bun Han to tidak langsung menjawab ia termenung dan
berpikir sebentar, kemudian baru sahutnya:
"Mungkin aku tak dapat meringankan kegalauan hatimu itu,
akan tetapi jika nona bersedia mempercayai aku silahkan
utarakanlah kesulitan hatimu itu kepadaku asal aku mampu
pasti akan kuberikan penjelasn yang seterang-terangnya
kepada nona!" "Engkau pandai melihat raut wajah dan garis hidup
seseorang"!" "Mengetahui sedikit-sedikit saja"
"Coba lihatlah apakah Siau toako adalah seorang manusia
yang berumur pendek"!"
Tertawa geli It bun Han to sehabis mendengar pertanyaan
itu, jawabnya dengan senyum dikulum :
"Siau tayhiap tidak termasuk manusia yang berumur
pendek, karena itu sewaktu tersiar berita yang mengatakan ia
mati terbakar di dalam hutan, dalam hati kecilku sama sekali
tidak percaya, tapi karena bukti yang ada sudah terlalu banyak
dan kenyataan menunjukkan bahwa ia sudah mati maka mau
tak mau aku harus mempercayainya juga, meski dihati kecil
aku hanya setengah percaya setengah tidak!"
"Selanjutnya, apakah ia bakal menemui bauyak kesulitan
dan mara bahaya lagi"!"
"Tentang soal ini aku tak berani memastikan sebelum
kuteliti lagi garis muka Siau tayhiap dengan lebih seksama,
aku hanya merasa bahwa kesuksesan yang berhasil diraih
Stau tayhiap terlampau cepat, lebih cepat kesuksesan
tercapai lebih besar pula bahaya yang mengancam jiwanya,
kesulitan dan pelbagai kejadian hebat sudah tentu akan sering
dijumpainya di hari -hari kemudian, walau begitu aku dapat
memastikan bahwa ia bukan tergolong manusia yang berumur
pendek" "Oooh, aku sudah mengerti sekarang, maksudmu
dikemudian hari dia masih harus menemui banyak kesulitan
dan mara bahaya lagi?"
"Untuk mencapai kesuksesan dalam suatu pekerjaan dan
mengangkat nama sendiri ke puncak kecemerlangan bukanlah
suatu pekerjaan yang mudah, itu membutuhkan perjuangan
dan keuletan untuk bergerak terus naik ketangga tertinggi"
"Bagaimana pula pandangan sianseng terhadap enci Gakku
itu" Apakah dia termasuk seorang manusia yang berumur
pendek "!" Lama sekali It bun Han-to termenung dan berpikir keras,
akhirnya ia menjawab: "Mengenai nona Gak, aku tak dapat memberikan penilaian
yang lebih seksama!"
"Kenapa begitu"!"
"Nona Gak terlampau keren dan serius terhadap orang lain,
dia jarang bicara dan jarang tertawa, namun orang lain rata
rata menaruh hormat kepadanya dan tak berani mendekati
dirinya, walau begitu ada pula sementara orang yang
gampang terpikat oleh dirinya, jatuh cinta kepadanya hingga
rela berkorban demi cinta, keadaan tersebut seolah-olah
memperlihatkan bahwa mereka lebih rela mati daripada tak
berhasil menangkan senyum manisnya."
"Perkataan sianseng memang tepat sekali aku sendiripun
mempunyai perasaan yang aneh terhadap dirinya."
"Diantara satu juta orang belum tentu bisa kita jumpai
seorang manusia macam dia dan yang tak beruntung lagi
ternyata dia dilahirkan sebagai seorang putri persilatan. Aaai..!
Andaikata dia dilahirkan dirumah seorang petani, maka paling
banter kehadirannya disitu hanya akan mengakibatkan
hebohnya satu dusun dan satu daerah, tapi sekarang..lantaran
dia, beberapa orang jago persilatan harus saling bunuh
membunuh demi mendapatkan dirinya !"
"Mungkinkah hal ini dikarenakan paras muka enci Gak yang
terlampau cantik ?" "Menurut perhitungan garis muka, raut wajahnya itu
termasuk type gadis yang memiliki kecantikan tapi tidak


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kentara, sekilas pandang ia tidak terhitung seorang gadis yang
cantik dan menawan hati, tapi setiap laki-laki yang berjumpa
dengannya merasa mau tak mau harus mendekatinya dan
berusaha menarik perhatiannya, dan begitu mereka menaruh
perhatian maka semakin dipandang mereka akan semakin
kesemsem, semakin terpikat sehingga akhirnya tak mampu
melepaskan diri lagi dari belenggu cinta itu"
"Ooh..kiranya begitu!"
"Untungnya nona Gak pandai membawa diri, mukanya
selalu dingin, kaku dan tidak menunjukan perubahan emosi,
andaikan ia berbuat lebih genit dan murah senyuman., waah .!
Dunia pasti akan kacau, lebih banyak orang yang akan
terpesona, terpikat dan saling membunuh lagi guna
memperebutkan hatinya.."
Ia berhenti sebentar, kemudian sambung nya lebih jauh :
"Aku rasa perkataan kita cukup sampai di sini lebih dahulu,
dan aku harap engkau jangan sampai menyiarkan apa yang
telah kita bicarakan sekarang kepada orang lain"
"Akan kuingat selalu ucapan dari It-bun sianseng ini .!"
sahut Pek li Peng seraya mengangguk.
"Legakanlah hatimu nona dan bersikaplah lebih terbuka
dalam menghadapi masalah ini " ujar It bun Han-to lagi, baikbaik
beristirahat dan manfaatkanlah waktu yang sangat
berharga ini untuk menghimpun tenaga, apabila Shen Bok
Hong telah datang nanti, akan kukirimkan orang untuk
mengundang dirimu" Tidak menunggu jawaban dari Pek-li Peng lagi, ia lantas
putar badan dan berlalu dari sana.
Menanti It bun Han to sudah berlalu, Pek li Peng lantas
duduk bersila diatas pembaringan dan mengatur pernapasan,
tapi ia tak mampu pusatkan perhatiannya sebab pelbagai
pikiran serasa berkecamuk menjadi satu didalam benaknya.
Dalam lamunannya entah berapa lama sudah lewat tanpa
terasa, tiba-tiba dari luar ruang tenda berkumandang suara
langkah manusia.. Ia membuka matanya kembali, tampaklah seorang dayang
berjalan masuk kedalam ruangan sambil membawa sebilah
pedang dan seperangkat pakaian ringkas warna hitam,
ujarnya dengan suara lirih :
"It-bun sianseng mengharapkan nona tukar pakaian ini
serta membawa senjata tajam, kemudian segera menuju
keruang perabuan!" Pek li Peng mengiakan, buru-buru ia tukar pakaian,
menggembol pedang dan lari keluar.
Sementara itu It bun Han to, Bu wi to tiang dan Sun Put
shia sekalian telah berkumpul dibelakang mimbar meja
perabuan waktu itu mereka sedang bercakap-cakap dengan
suara lirih. "Apakah Shen Bok Hong sudah datang?" tanya Pek li Peng
sambil menghampiri mereka.
"Sebentar ia akan tiba" sahut It bun Han to, "harap nona
segera menyembunyikan diri kemari dan turuti perkataanku,
sebelum ada perintah aku harap nona menahan diri."
Pek-li Peng mengangguk, ia menuju kebelakang mimbar
dan duduk disana. Ruang perabuan tersebut diatur It bun Han to dengan
seksama sekali, banyak pikiran dan tenaga telah dibuang
untuk membangun tempat itu.
Rupanya ruang dibelakang mimbar perabuan sengaja
dibangun dengan sinar yang agak redup, dalam keadaan
demikian sekalipun seseorang memiliki ketajaman mata yang
luar biasa, belum tentu dia dapat memperhatikan orang-orang
yang berada dibelakang mimbar tersebut dengan seksama,
sebaliknya orang yang berada dibelakang mimbar dapat
menyaksikan semua pemandangan dihalaman depan dengan
terangnya. Sementara itu It bun Han to telah berkata lagi dengan
suara yang amat lirih : "Gak Siau cha serta Giok siau long kun telah pergi dari sini,
aku rasa acara selanjutnya terpaksa harus diisi oleh Sun
Locian pwe, bila Shen Bok Hong ternyata menolak tantangan
locianpwe untuk berduel, maka."
"Jangan kuatir, aku sipengemis tua toh sudah berjanji,
selanjutnya akan kuturuti semua perkataanmu" sambung Sun
Put shia dengan cepat, "Sekalipun Shen Bok Hong menerima tantangan untuk
berduel, aku minta Sun locianpwe berhati-hati sekali
melepaskan bahan peledak Poh san sin lui tersebut"
"Dalam soal ini, aku sipengemis tua kuatir kalau aku
kesalahan tangan atau mungkin terburu karena keadaan yang
terdesak, karenanya aku minta bantuan dari kalian semua
agar diam-diam memberi kisikan kepada jago-jago kita agar
mundur agak jauhan. "Jangan kuatir, akan kubereskan persoalan itu." jawab It
bun Han to setelah berhenti sebentar dia alihkan sorot
matanya ke atas wajah Bu wi totiang, kemudian sambungnya
lebih lanjut. "Aku lihat lebih baik totiang saja yang tampilkan diri untuk
berhadapan dengannya tapi jangan sekali-kali engkau berdiri
terlalu dekat dengan dirinya, kuatir kalau ia melancarkan
serangan secara tiba-tiba.."
Sementara pembicaraan masih berlangsung sampai disitu,
tiba-tiba terdengar suara dari Coh Kun san berkumandang
datang: "Shen cungcu dari perkampungan Pek hoa san ceng telah
tiba" Bu wi totiang segera menyingkap gorden dan selangkah
demi selangkah tampil kegelanggang.
Pek li Peng mengintip keluar, ia lihat Shen Bok Hong
disertai empat orang pengiringnya berjalan masuk kedalam
gelanggang. Keempat orang jago yang mengiringi gembong iblis
tersebut, kecuali Kim hoa hujin dan Lan Giok tong, orang
ketiga adalah seorang hwesio gede berjubah lhasa warna
merah darah dengan membawa sepasang senjata kencengan
terbuat dari tembaga. Sedangkan orang keempat adalah seorang pemuda
berjubah hijau yang bermuka pucat ia bertangan kosong
belaka tanpa membawa senjata tajam apa-apa..
Bu wi totiang maju ke depan dan memberi hormat,
kemudian sapanya. "Shen toa cungcu, tampaknya engkau memang seorang
jago yang pegang janji.."
"Kedatangan aku orang she Shen agaknya jauh lebih
pagian.." kata Shen Bok Hong.
Sorot matanya menyapu sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian sambungnya lebih jauh.
"Kenapa nona Gak tidak kelihatan" Dia berada dimana?""
"Apakah Shen toa cungcu bersikeras untuk bertempur
melawan nona Gak?" tanya Bu wi totiang sambil tertawa ewa.
Shen Bok Hong tersenyum. "Bagi aku orang she Shen sih tiada pendapat lain cuma
beberapa orang sahabatku ini sama-sama mengharapkan bisa
berjumpa dengan nona Gak!"
Bu wi totiang alihkan sorot matanya ke arah pemuda
bermuka pucat itu, setelah memandang sekejap ia berkata
"Apabila kalian semua ingin berjumpa dengan nona Gak,
maka terpaksa kalian harus menunggu lebih dahulu!"
Sebelum Shen Bok Hong sempat baka suara, tiba-tiba Lan
Giok tong menimbrung dari samping:
"Sebenarnya Gak Siau cha berada disini atau tidak?"
"Sewaktu nona Gak mengadakan perjanjian dengan kalian
semua, toh waktu itu aku tidak menjadi saksi atau
penanggung jawab, kalau kalian minta orang kepadaku
apakah tidak merasa bahwa perbuatan kamu semua itu
keterlaluan ?" Tiba-tiba Sun Put-shia munculkan diri dari belakang
mimbar, sambil menghampiri gembong iblis itu dia menegur
dingin: "Hey, Shen Bok Hong masih kenal dengan aku si pengemis
tua?" Shen Bok Hong tertawa ewa.
"Tianglo perkumpulan Kay pang adalah seorang pendekar
besar, masa aku tidak tahu?"
"Bagus-bagus aku si pengemis tua sudah peyot dan loyo
bosan rasanya kalau disuruh hidup beberapa tahun lagi
didunia ini, sebelum mati aku ingin melakukan perbuatan baik
bagi umat persilatan disungai telaga, agar nama harumku
selalu terkenang dihati mereka.."
"Apa yang hendak saudara Sun lakukan?" tukas Shen Bok
Hong "Bagaimanapun juga toh bukan engkau yang ingin bertemu
dengan nona Gak, maka aku si pengemis tua hendak
menantang kau Shen toa cungcu untuk melangsungkan suatu
pertarungan sengit satu lawan satu, apakah engkau berani
menerina tantangan duelku ini?"
Shen Bok Hong tidak langsung menjawab, ia termenung
dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian berkata.
"Jadi Sun heng hendak mengajak aku untuk berduel?"
"Betul, dan siapapun tidak boleh membantu pihak manapun
dalam pertarungan ini, sebelum salah satu pihak mampus
pertarungan tidak akan dihentikan!"
Berkilatlah sepasang mata Shen Bok Hong ia menyapu
sekejap seputar ruangan itu, lalu berkata.
"Ehmm! Aku merasa kagum sekali dengan kegagahan serta
keberanian Sun heng!"
"Oooh..! Jadi engkau menyetujuinya ?"
"Tidak ! Aku belum menyetujui tantanganmu itu.." jawab
Shen Bok Hong sambil menggeleng.
"Kenapa?" tanya Sun Put-shia gelisah.
"Sebab engkau sudah pasti bukan tandinganku !"
"Mengapa engkau tak berani menerima tantanganku untuk
berduel ini ?" pengemis tua itu makin gusar.
Shen Bok Hong tertawa dingin tiada hentinya.
"Gampang sekali jawabanku, tantanganmu ini sangat tidak
wajar dan berbeda sekali dengan keadaau di hari-hari biasa,
segala yang tak wajar menandakan bahwa dibalik kejadian
tersebut tentu ada rencana busuk, bila Sun heng bersikeras
ingin turun tangan, biarlah siaute mengutus seorang jago
untuk mengiringi kehendakmu itu."
Sebelum Sun Put shia menjawab, ia sudah berpaling kearah
hwesio baju merah itu seraya berkata
"Taysu, tolong engkau yang hadapi orang itu !"
Padri berbaju merah itu segera mengia-kan, dengan
langkah lebar dia maju ke depan dan menghadang dihadapan
Shen Bok Hong, katanya sambil tertawa.
"Bukankah tanganmu sudah gatal dsn ingin bertempur"
Hayo majulah pinceng akan layani keinginanmu."
Tertegun Sun Put Shia menghadapi kejadian tersebut,
dalam hati dia lantas berpikir.
"Waah.. kalau begini caranya sudah pasti aku si pengemis
tua yang bakal kalah dalam taruhan itu, Aaai, It bun Han to
memang pintar dan pandai melihat gelagat, ternyata semua
tebakan dan dugaannya tak meleset.."
Walaupun dalam hati ia berpikir demikian, tapi Pengemis
tua yang memiliki nama besar dalam dunia persilatan ini tak
sudi menyerah dengan begitu saja, ia masih coba berusaha
untuk memancing kemarahan musuhnya dengan kata-kata
yang sinis. "Hey, Shen Bok Hong! Katanya kau seorang jagoan yang
hebat dan punya ambisi untuk jagoi kolong langit, kenapa
nyalimu kecil seperti tikus busuk" Huuh, kalau tidak berani
menerima tantanganku ini lebih baik pulang kandang saja dan
hidup tenang dirumah, daripada perbuatanmu ini ditertawakan
orang persilatan" "Haahh. haahh. haahh. engkau tak perlu memanasi hatiku,
seorang laki-laki yang pintar adalah mereka yang pandai
melihat gelagat dan menomor satukan urusan yang lebih
penting, apa gunanya menuruti emosi dan angkara murka
karena urusan yang tak penting"!"
Sementara itu Padri baju merah itu sudah memutar senjata
kencengan tembaganya sambil berkata dengan dingin :
"Hey, pengemis busuk ! kalau ingin menantang duel Shen
toa cungcu, lebih baik layani dahulu serangan dari pinceng
ini!" Tiba-tiba ia bergerak kedepan dan menerjang musuhnya,
diantara bergeraknya telapak tangan kiri, sekilas cahaya emas
memancar keluar dari senjata kencengan tembaga itu dan
langsung menyambar tubuh lawan dengan kecepatan
bagaikan sambaran petir. Betapa terperanjatnya Sun Put shia menghadapi serangan
tersebut, cepat ia bergerak mundur dua langkah kebelakang.
Hwesio baju merah itu tertawa dingin, ia memburu
kedepan dan menerjang lawannya habis-habisan, sepasang
kencengan tembaganya diiringi sambaran cahaya yang
menyilaukan mata menyergap kiri kanan musuh.
Sungguh tajam serangan senjata kencengan yang
dilancarkan oleh padri itu. Sinar yang terbias keluar membuat
mata jadi silau tak dapat dipentangkan lebar.
Secara beruntun Sun Put Shia melancarkan dua buah
berantai kedepan, dua gulung angin pukulan yang keras dan
hebat langsung menggulung kedepan dan menghadang
datangnya dari padri itu, kemudian menggunakan kesempatan
baik ini tubuhnya bergerak mundur dua langkah kebelakang.
"Tahan" bentaknya keras-keras.
Padri berbaju merah itu menghentikan serangan mautnya,
lalu mengejek dengan suara dingin.
"Hmmm! Sudah lama aku dengar akan nama besarmu,
sungguh tak nyana engkau tak lebih hanya manusia tak becus
yang takut mati, benar-benar bikin hati kecewa!"
Betapa gusarnya Sun Put shia setelah mendengar ejekan
itu, namun ia berusaha keras untuk mengendalikan perasaan
hatinya itu, dengan dingin katanya :
"Hmm..! Engkau tak usah mengejek dengan kata-kata yang
begitu tajam, seperti apa yang telah dikatakan Shen toa
cungcu tadi engkau tidak pantas untuk bertarung melawan
aku si pengemis tua!"
"Kurangajar, pengemis busuk, engkau jangan tekebur dulu,
sebelum omong besar, kalahkan dulu permainan senjataku
ini!" seru Padri baju merah itu dengan gusar.


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sun Put shia tidak berani bertindak gegabah, sebab dalam
sakunya saat itu masih tersimpan bahan peledak Poh san sin
lui yang hebat, ia kuatir benda peledak itu tersentuh oleh
senjata lawan sehingga meledak, bila sampai terjadi begitu,
bukan saja Shen Bok Hong gagal dibunuh malahan dia
sendirilah yang akan korban bukankah peristiwa itu sana sekali
tak ada harganya " Dalam keadaan demikian ia tak ingin bertarung lebih lama
lagi, sambil putar badan pengemis tua itu segera kembali
kebelakang mimbar. Tentu saja padri baju merah itu tak sudi melepaskan
musuhnya dengan begitu saja, melihat Sun Put shia berlalu
dari gelanggang, senjata tajamnya tiba-tiba diputar kemudian
dengan disertai kilatan cahaya yang menyilaukan mata
langsung menyergap punggung musuh.
Bu wi totiang tidak berpeluk tangan belaka, dia putar
tangan kanannya untuk cabut keluar pedangnya, setelah
membuat gerakan perputaran diudara ia tangkis datangnya
serangan tersebut. "Traaang .!" dentingan nyaring berkumandang memekikan
telinga, diiringi percikan bunga api senjata padri tersebut
segera terpental dan meluncur kearah lain.
Cepat padri berbaju merah itu putar tangan kirinya, dengan
begitu perputaran senjata tajamnya segera berhasil dikuasahi
kembali Begitulah, dalam bentrokan tersebut kedua belah pihak
sama-sama mendemonstrasikan kelihayanna, diam-diam para
jago yang hadir diruangan itu sama merasa kagum.
"Engkau yang bernama Bu wi totiang?" tegur padri berbaju
merah itu dengan suara yang ketus.
"Benar" jawab Bu wi totiang sambil maju kedepan, "pinto
adalah Bu wi, bolehaku tahu nama gelar dari taysu?"
"Hmmm! pinto tak mempunyai tempat tinggal tetap, lebih
baik kau tak usah tahu nama gelarku.."
Setelah berhenti sebentar, ia menambahkan.
"Aku dengar diantara jago yang ada da1am perguruan Butong
pay, ilmu pedang totiang terhitung paling tinggi pinceng
ingin minta beberapa petunjuk darimu"
"Ilmu kencengan terbang yang taysu miliki amat hebat, aku
lihat permainannya mirip sekali dengan ilmu hwe-swan bui pa
(kencengan terbang berpusing) dari gereja Siau lim si ."
"Heehhh hehh hehhh memangnya kecuali gereja Siau lim
si, dikolong langit selebar ini tidak memiliki kepandaian silat
lain?" tukas padri berbaju itu sambil tertawa dingin, "to tiang,
silahkan saja turun tangan!"
Tentu saja Bu wi totiang tak dapat memaksa lawannya
untuk mengakui sebagai murid gereja Siau lim-si, setelah padri
menolak pengakuannya, sambil membalingkan pedangnya ia
berkata : "Kalau toh taysu keberatan untuk mengungkap sama
besarmu, terpaksa kita harus menentukan menang kalah kita
dalam ilmu silat!" Selangkah demi selangkah ia bergerak maju kedepan.
Dari serangan dahsyat yang telah dilancarkan padri baju
merah itu Bu wi totiang sadar kalau ia sudah bertemu dengan
musuh tangguh, tentu saja imam tua itu tak berani bertindak
gegabah, dengan langkah yang berat dan mantap dia maju
kedepan, hawa murninya diam-diam dihimpun kedalam
sekujur badannya kemudian perhatiannya dipusatkan menjadi
satu dan bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang
tidak diinginkan. Dalam waktu singkat selisih jarak kedua belah pihak telah
makin mendekat sehingga akhirnya tinggal kurang lebih tiga
langkah saja. Dengan cekatan padri berbaju merah itu menyilangkan
sepasang kencengan tembaganya didepan dada, iapun tak
berani bertindak gegabah menghadapi musuh tangguh yang
merupakan ciangbunjin dari perguruan Bu tong pay ini.
Ujung pedang Bu wi totiang diangkat ke depan, inilah jurus
serangan pertahanan dari ilmu pedang Tay-kek hui-kiam yang
tersohor itu. Sudah tentu kedua belah pihak sama-sama memahami
kekinian lawan, karenanya hawa murni yang dimilikinya
segera dihimpun menjadi satu, dengan begitu, bila serangan
dilancarkan niscaya serangan tersebut merupakan suatu
ancaman maut yaug benar-benar menggetarkan hati.
Suasana menjadi kritis, setiap pertarungan akan
berlangsung, dalam keadaan itulah tiba-tiba mendengar suara
pujian kepada sang Buddha berkumandang memecahkan
sesunyian "Omitohud..! Totiang harap tahan, dan silahkan mundur
lima langkah kebelakang!"
Dengan posisi yang sama sekali tidak berubah, perlahanlahan
Bu wi totiang mundur lima langkah kebelakang.
Ketika ia berpaling, tampaklah seorang padri tua berusia
antara enam puluh tahunan dengan memakai jubah warna
abu-abu dan bersenjatakan golok telah tampilkan diri ditengah
gelanggang. Orang itu tak lain adalah padri saleh dari gereja Siau lim si,
Ceng kong taysu adanya; "Taysu. apa yang hendak kau lakukan?" tegur Bu wi totiang
dengan suara lirih. "Seperti apa yang totiang katakan, pinceng merasa
permainan kencengan dari taysu itu mirip sekali dengan ilmu
hwe swan hui pa dari gereja Siau lim si kami. Karena itu
pinceng terpaksa harus mengganggu pertarungan totiang
untuk menemui taysu ini."
"Kalau memang begitu, pinto mengalah buat taysu! "
Ceng kong taysu menyiapkan goloknya di depan dada, lalu
dengan langkah yang perlahan maju kedepan.
Kiranya It bun Han to yang bersembunyi dibelakang
mimbar telah mengatur rencana tersebut, setelah dia amati
situasi dalam ruang perabuan tersebut dan mendengar dari Bu
wi totiang bahwa permainan kencengan padri baju merah itu
berasal dari gereja Siau lim si, dia segera mengutus Ceng
kong taysu untuk menggantikan kedudukan Bu wi totiang.
Sementara itu, Sua Put shia telah masuk keruang belakang,
ia serahkan kembali bahan peledak Poh-san-sin lui tersebut
ketangan It-bun Han to lalu ujarnya dengan lirih:
"Sianseng memang lihay dan pandai melakukan penilaian
terhadap segala persoalan, aku sipengemis tua benar-benar
merasa kagum mulai sekarang, akan kuturuti semua
perkataan dari sianseng!"
Dengan hormat dia angsurkan bahan peledak tersebut.
It-bun Han to tersenyum, setelah menerima bahan peledak
Poh san-sin lui itu katanya dengan lirih
"Aku rasa dalam pertarungan yang berlangsung hari, kita
tidak membutuhkan benda ini lagi, Siau tayhiap rupanya
sudah masuk kedalam ruang perabuan !"
"Dimana dia " Kenapa aku si pengemis tak tidak
melihatnya?" tanya Sun Put shia keheranan.
"Bila tebakanku tidak keliru, kakek baju kuning yang berdiri
didepan pintu ruangan itu tak lain adalah hasil penyaruan dari
Siau tayhiap !" Sun Put shia segera alihkan sorot matanya kedepan pintu
ruangan, memang tak salah ucapan It bun Han to, disana
berdiri seorang kakek baju kuning yang berusia enam puluh
tahunan. sebuah tongkat bambu terpegang dalam
genggamannya "Darimana engkau bisa tahu?" tanya Sun Put shia dengan
perasaan tidak puas "Sederhana sekali jawabannya, bukankah kita bisa
mengetahui hal ini dari tongkat bambunya?"
Dengan sorot mata yang tajam Sun Put shia mengawasi
tongkat bambu itu. Tapi tiada sesuatu yang berhasil
ditemukan ia merasa bambu itu hanyalah sebatang bambu
yang amat biasa. Lalu darimana It bun Han to bisa tahu kalau orang itu
adalah penyaruan dari Siau Ling" Toh bambu yang dipakai
sama sekali tiada keistimewaannya"
"Kenapa dengan tongkat bambu itu?" tak kuasa lagi dia
bertanya "Tongkat bambu itu masih baru dan tampaknya belum
lama dicabut dari kebun bambu. bila tongkat itu sudah sering
kali dipakai maka warnanya pasti akan berubah, Siau tayhiap
memang cerdik sayang ia agak teledor, semoga saja Shen Bok
Hong tak akan mengetahui akan keteledorannya itu"
"Benar juga perkataannya ini", pikir Sun Put shia dalam
hati, "padahal gampang sekali cara pemecahannya, tapi aku si
pengemis tua toh tak dapat menebaknya, aaai, dari sini
dapatlah diketahui bahwa dalam hal kecerdikan aku si
pengemis tua masih kalah satu tingkat jika dibandingkan It
bun Han to.." Berpikir sampai disini, ia lantas tertawa dan mengangguk.
"Kecerdikan sianseng memang hebat benar benar bikin hati
orang jadi kagum" Mendadak sepasang alis matanya berkernyit, ujarnya lagi
dengan kuatir. "Mungkinkah Shen Bok Hong akan mengetahui juga
persoalan ini?" "Aku rasa ia tak akan menduga sampai disitu!"
"Kalau begitu kecerdasan Shen Bok Hong masih kalah satu
tingkat jika dibandingkan sianseng?"
" Ooh.. bukan begitu maksudku!"
"Kalau bukan demikian, kenapa sianseng dapat
menemukan keteledoran Siau tayhiap sedangkan Shen Bok
Hong tidak mengetahuinya?"
"Karena kita sudah tahu lebih dahulu kalau ini hari Siau
tayhiap bakal muncul di sini. sebaliknya Shen Bok Hong sama
sekali tidak tahu?" Tertegunlah Sun Put-shia sesudah mendengar jawaban
yang sangat tepat ini, akhirnya dia mengangguk dan keluar
dari tempat itu. Rupanya si pengemis tua ini masih kurang puas dengan
kekalahan yang dideritanya, maka dia berusaha putar otak
untuk mengajukan satu pertanyaan sulit yang kira-kira tak
akan mampu dijawab It bun Han to.
Siapa sangka It-bun Han to memang cerdik dan
pengetahuannya sangat luas, bukan saja pertanyaanpertanyaannya
gagal untuk menyulitkan lawan, malahan
setiap jawabannya terasa amat tepat.
Tentu saja Sua Put shia jadi gelagapan sendiri, akhirnya ia
merasa benar-benar takluk dengan kehebatan rekannya ini.
Dipihak lain Ceng kong taysu telah berkata setibanya
dihadapan padri berbaju merah itu :
"Partai Siau lim adalah tulang punggung masyarakat
persilatan yang mengutamakan keadilan dan kebenaran,
sepanjang sejarah sudah beribu-ribu orang-orang yang jatuh
korban demi kebenaran didunia persilatan, mengapa engkau.."
"Heehhh. heehhh. heehhh itukan urusan pribadi gereja Siau
lim si, apa sangkut pautnya dengan pinceng"! tukas padri
berbaju merah sambil tertawa dingin.
"Hmm! Bila engkau berani melepaskan topeng kulit
manusia yang menutupi raut wajahmu, pinceng yakin bisa
menyebutkan nama julukanmu !" kata Ceng kong taysu
dengan serius. "Sejak dilahirkan pinceng sudah memiliki paras muka yang
dingin dan kaku seperti ini, aku rasa taysu tak usah
menguatirkan tentang diriku!"
"Omitohud..! Walaupun demikian, yang pasti ilmu
kencenganmu itu toh berasal dari gereja Siau lim si"!"
" Hehhhh. heehhh. heehhh enak benar kalau bicara,
memangnya setiap ilmu silat yang ada didunia ini bersumbar
dari Siau lim si " Toh engkau sendiri juga tahu, kebanyakan
orang beragama selalu memakai senjata sian cang atau golek,
atau senjata kencengan, padahal permainan ilmu toya dan
ilmu kencengan tidak jauh berbeda, heeeh heeeh heeehh
taysu. engkau telah menunjuk kuda sebagai menjangan, aku
jadi ingin tahu apa tujuanmu bersikeras menuduh aku sebagai
murid gereja Siau lim si"
Ceng kong taysu tertawa hambar.
"Kalau engkau bukan seorang padri yang berasal dan
gereja Siau li si maka kau pun rasanya, tak perlu memberikan
penjelasan yang demikian mendetil kepadaku !"
Agak tertegun padri baju merah itu, akhirnya dengan gusar
ia berteriak keras : "Peduli amat pinceng berasal dari perguruan mana, lebih
baik menangkan dulu permainan sepasang kencenganku ini..."
Selesai berbicara, sepasang kencengan yang berada
ditangannya langsung dibacok kedepan, diiringi dua kilatan
cahaya tajam, sepasang senjata kencengan itu langsung
menyergap kiri kanan tubuh Ceng kong taysu.
Menghadapi datangnya ancaman tersebut Ceng kong taysu
tertawa dingin, tiba-tiba dengan jurus Tee lau kim lian
(mencabut teratai emas dari tanah) goloknya berkelebat
kemuka balas membacok dada sang padri baju merah itu.
Tercengang kawanan jago yang hadir dalam ruangan itu
sesudah menyaksikan serangan tersebut, pikir mereka hampir
berbareng: "Macam apaan jalannya pertarungan ini" Kalau diteruskan,
bukankah kedua belah pihak akan sama-sama mampus?"
Bila bacokan golok dari Ceng kong taysu itu dilanjutkan
kedepan, niscaya dada padri baju merah itu akan terbacok,
sebaliknya pada saat yang bersamaan pula sepasang senjata
kencengan padri itu akan menghajar pula tubuh Ceng kong.
Jangan orang lain, Bu wi totiang sendiripun tertegun
sesudah menyaksikan jalannya pertarungan.
"Memangnya hwesio ini akan beradu jiwa" pikirnya dalam
hati. Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya.
tiba-tiba padri baju merah itu sudah menarik kembali
sepasang senjata kencengannya dan secepat petir mundur
dua langkah kebelakang, dengan muadurnya ia ke belakang
maka dengan sendirinya bacokan golok yang dilancarkan Ceng
kong taysu juga mengena pada sasaran yang kosong.
Ceng kong taysu segera tertawa dingin, ejeknya.
"Hemmm . sekalipun engkau bukan murid gereja Siau lim
si, tapi yang pasti ilmu kencengan yang kau gunakan
bersumber dari perguruan kami.."
Bu wi totiang kembali berpikir dalam hati:


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aiiih.. rupanya ia memang sudah punya perhitungan yang
masak kalau begitu bacokan tolok tersebut justru merupakan
kunci yang paling tepat untuk memecahkan serangan
kencengan tembaga dari padri berbaju merah itu.."
Dalam pada itu, sang padri baju merah sudah tidak
berbicara lagi. Ia menerjang maju kedepan sepasang senjata
kencengannya diputar bagaikan baling-baling kemudian
melepaskan serangkaian serangan berantai yang maha
dahsyat. Terasalah cahaya emas berkilauan memenuhi seluruh
angkasa, bayangan kencengan silang menyilang dengan
gencarnya, serangan berantai itu benar-benar merupakan
serangan yang maha dahsyat.
Ceng kong taysu tak mau mengalah dengan begitu saja
goloknya segera diputar dan melancarkan serangkaian
serangan balasan yang tak kalah hebatnya.
Dalam waktu singkat, berlangsunglah suatu pertempuran
yang amat seru ditengah gelanggang.
Walaupun sekilas pandang, orang akan mengira padri baju
merah itulah yang menguasai gelanggang dengan permainan
sepasang senjata kencengannya yang berputar ke sana
kemari, sebaliknya permainan golok dari Ceng kong taysu
hampir boleh dikata tenggelam ditengah kepungan lawan, tapi
dalam kenyataan justru permainan golok dari Ceng kong taysu
lah yang telah mengendalikan terus gerak laju sepasang
kencengan tembaga lawan. Bagi kawanan umat persilatan yang lain, mungkin tak
seorangpun yang mengetahui duduknya perkara, lain halnya
dengan Bu wi totiang, ia dapat melihat jelas semua kejadian
tersebut. Dari pertarungan yang berlangsung selama ini, imam tua
itu dapat menarik kesimpulan bahwa Ceng kong taysu rupanya
sudah menguasai penuh gerak perubahan dari permainan
senjata kencengan itu, karena sudah hapal maka semua
serangan yang dilancarkan selalu telak hingga memaksa
musuhnya tak mampu mengembangkan permainannya
semaksimal mungkin. Sudah tentu keadaan yang sangat tidak menguntungkan
pihaknya ini tak akan lolos dari pengamatan Shen Bok Hong,
sepasang dahinya kontan berkerut, tiba-tiba hardiknya dengan
suara berat: "Tahan. .!" Mendengar bentakan itu, hwesio baju merah itu segera
memutar sepasang senjatanya sedemikian rupa...Traang !
Traaang secara beruntun ia tangkis beberapa buah serangan
golok dari Ceng kong taysu, kemudian cepat cepat mundur ke
belakang, "Kenapa tidak dilanjutkan pertarungan ini?" kata Ceng kong
taysu dengan wajah serius.
"Kekuatan kamu berdua seimbang dan susah untuk
menentukan siapa lebih unggul" jawab Shen Bok Hong "bila
pertarungan ini dilanjutkan lebih jauh niscaya kamu berdua
akan sama-sama terluka parah..."
?"Hmm ! Apakah penglihatan dari Shen toa cungcu tidak
melantur " Ketahuilah keuntungan sudah berada ditangan
pinceng " sambung Ceng koug taysu dengan ketus.
Shen Bok Hong segera menengadah dan tertawa ter bahakbahak.
"Haaah hasah haaaahh.. aah, masa iya " Kenapa aku tidak
melihat tanda-tanda itu ?"
Ceng-kong taysu mendengus dingin dan tidak menggubris
ocehan gembong iblis itu lagi, dia alihkan sorot matanya
keatas wajah padri baju merah itu, lalu ujarnya:
"Perguruan Siau lim pay selalu dihormat dan disanjung tiap
umat persilatan didunia untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran sejak dahulu kala hingga kini entah sudah berapa
ribu sucou kita yang mati sebagai pahlawan, dimana jerih
payah mereka justru ditukar dengan nama besar gereja Siau
lim si sekarang ini, Hmm ! Sunggah tak nyana"
"Lan si-heng" tiba-tiba Shen Bok Hong menyela dengan
suara dingin, "temuilah taysu dari gereja siau lim si ini!"
Lan Giok tong mengiakan, ia cabut senjatanya dan
langsung menghampiri hwesio itu ujarnya dengan dingin:
"Aku Lan Giok tong, ingin sekali minta petunjuk ilmu silat
taysu yang lihay!" Sepasang dahi Ceng kong taysu langsung berkerut setelah
dilihatnya musuh yang akan dihadapinya adalah seorang
pemuda yang masih kecil. "Engkau akan bertarung melawan pinceng"!" tegurnya.
"Tentu saja, harap taysu ber-hati-hati !" sebagai penutup
kata. Lan Giok tong memutar pergelangan tangan kanannya
dan... Sreeet! Sreett! secara beruntun ia lepaskan dua
bacoksan kilat. Dimana ujung pedangnya berkelebat muncullah dua
kuntum bunga pedang yang langsung menusuk jalan darah
penting di tubuh Ceng kong taysu.
Tak berani Ceng kong taysu menghadapi serangan
pedangnya yang cepat, ganas dan mengerikan itu, buru-buru
dia mundur dua langkah kebelakang lalu sambil memutar
goloknya ia sambut datangnya ancaman lawan.
Setelah merebut posisi yang lebih menguntungkan dengan
dua bacokan kilatnya tadi, Lan Giok tong segera melepaskan
kembali serangkaian serangan kilat yang amat hebat, dimana
ujung pedangnya berkelebat disitulah dia meagancam jalan
darah penting di tubuh lawannya.
Ceng kong taysu keteter hebat, meskipun goloknya sudah
diputar dan dibabat dengan gencarnya dengan harapan
berhasil merebut posisi yang lebih menguntungkan, akan
tetapi perubahan jurus serangan yang dilepaskan Lan Giok
tong memang benar-benar tangguh, semua ancamannya
ditujukan pada hiat to penting, ini menyebabkan Ceng kong
taysu tak sanggup melancarkan serangan balasannya yang
lebih hebat. Pertarungan yang berlangsung sekarang jauh lebih sengit,
golok dan pedang saling menyergap titik kelemahan musuh
dalam sekejap mata lima puluh gebrakan sudah lewat.
Lan Giok tong memang hebat, serangan yang dilancarkan
olehnya ibarat gulungan ombak sungai tiang-kang yang tiada
habisnya, dalam keadaan begitu Ceng kong taysu amat
terdesak hingga sama sekali tak berkemampuan untuk
melancarkan serangan balasan.
Setelah bersusah payah mempertahankan diri sebanyak
lima puluh gebrakan, ia mulai kehabisan tenaga dan keringat
pun mulai mengucur keluar membasahi wajahnya.
It bun Han to yang bersembunyi dibelakang mimbar dapat
mengikuti jalannya pertarungan itu dengan jelas, dengan
setengah berbisik segera ujarnya kepada Pek li Peng:
"Ceng kong taysu masih kalah jauh bila dibandingkan Lan
Giok tiong, dan lagi iapun tak sanggup membendung serangan
pedang lawannya yang tajam, ganas dan dahsyat itu, bila
tidak diganti orang lain dua puluh gebrakan lagi dia pasti akan
terluka oleh tusukan pedang pemuda she Lan itu.."
"Apakah aku sanggup menghadapi dirinya?" tanya Pek li
Peng dengan suara lirih. "Siau tayhiap mengikuti pula jalannya pertarungan ini dari
sisi gelanggang, kalau toh akupun bisa menyaksikan posisi
Ceng kong taysu yang keteter hebat dengan sendirinya Siau
tayhiap sendiripun mengetahui juga akan hal ini, padahal ia
tidak berkutik sama sekali itu artinya dia masih mempunyai
rencana lain maka lebih baik engkau jangan turun tangan
lebih dahulu!" "Dia harus menghadapi Shen Bok Hong tentu saja tak
mungkin baginya untuk turun tangan secara sembarangan biar
aku saja yang menggantikan kedudukan Ceng kong taysu."
"Kepandaian silat yang dimiliki Bu wi totiang masih cukup
untuk menandingi ilmu silat Lan Giok tong aku rasa sudah tiba
waktunya bagi dia untuk tampilkan diri."
Satria Pondok Ungu 1 Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen Renjana Pendekar 10
^