Pencarian

Budi Kesatria 4

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 4


puteri dari Pek thian Cungcu yang bernama Pek-li Peng..... "
"Oooh.....! Kiranya tuan puteri dari istana Pak Peng Kiong!"
Kim Hoa Hujin berseru tertahan.
Setelah mengetahui bahwa Kim Hoa Hujin beberapa kali
pernah menolong jiwa Siauw Ling, sebenarnya di dalam hati
Pek-li Peng telah berjanji tak akan menyulitkan perempuan itu
lagi, tetapi setelah menyaksikan sikapnya yang genit dan
jalang, hawa amarahnya segera berkobar kembali, jengeknya
dengan suara dingin, "Kalau benar mau apa?"
Kim Hoa Hujin tertawa hambar, ia tidak menanggapi seruan
tersebut sebaliknya sambil berpaling ke arah Siauw Ling
katanya, "Saudaraku mau tak mau cici merasa kagum
terhadap dirimu " Siauw Ling tahu bahwa kata-kata selanjutnya tentu tak
enak didengar, buru-buru sambungnya, "Selama berada
dihadapan Shen Bok Hong mau tak mau terpaksa siaute harus
berlagak tidak kenal dengan kalian berdua, bila aku telah
melakukan kesalahan harap kalian berdua suka memaafkan"
Habis berkata ia segera memberi hormat.
"Kau bisa menyaru sebagai pekerja kasar untuk menyusup
masuk ke dalam lembah bukit yang ketat sekali penjagaannya,
kemudian berhasil pula menerobos masuk ke dalam Istana
Terlarang kecerdasan serta keberanian yang kau tunjukkan
benar-benar membuat orang merasa sangat kagum" sambung
Kim Hoa Hujin dengan cepat, "Cukup meninjau dari hal ini, tak
salah lagi jika seluruh umat bulim di kolong langit sama-sama
menyanjung dirimu sebagai pahlawan yang berani menentang
kekuasaan Shen Bok Hong!"
"Betul," kata Tong Lo Thay-thay pula, Shen Bok Hong tidak
takut langit, tidak takut bumi, seluruh umat persilatan yang
ada di kolong langit dewasa ini tak seorangpun yang
dipandang olehnya, tetapi kalau setiap kali menyebut Siau
Tayhiap, wajahnya pasti berubah dan kepalanya pening tujuh
keliling. Tiba-tiba Kim Hoa Hujin mundur dua langkah ke belakang,
ujarnya, "Saudara Siau, di bawah meja batu terdapat laci yang
tidak tertutup rapat, mungkin sekali di dalam laci tersebut
terdapat barang berharga, saudaraku! cepatlah buka laci
tersebut dan periksa isinya!"
"Laci itu ditemukan cici, jika dalam laci itu terdapat barang,
sepantasnya jika barang-barang itu menjadi milik cici!" ujar
Siauw Ling setelah melirik sekejap ke arah meja batu itu.
Kim Hoa Hujin tertawa. "Meskipun Shen Bok Hong merasa rada pusing terhadap
diriku, tetapi dia masih tetap menguasai hidup matiku, setiap
saat mungkin jiwaku dapat dibereskan olehnya. Andaikata
dalam laci itu benar-benar terdapat kitab ilmu silat yang
ditinggalkan sepuluh tokoh sakti itu, benda tersebut juga tiada
gunanya bagi cici!" "Aaaai....! Selama siaute masih bisa hidup di kolong langit,
aku pasti akan berusaha untuk melepaskan belenggu yang
dipasang Shen Bok Hong di tubuh para jago bulim di kolong
langit" Pek-li Peng yang selama ini membungkam terus, tiba-tiba
merasa agak simpati terhadap Kim Hoa Hujin. Ia merasa
walaupun tingkah laku perempuan itu agak terbuka dan binal
tetapi jiwa ksatrianya belum padam.
Terdengar Tong Lo Thay-thay berseru pula dengan nada
cemas. "Siau Tayhiap! jika kau hendak turun tangan maka cepatlah
turun tangan, jalan masuk menuju ke ruang rahasia ini belum
tertutup, setiap saat kemungkinan besar Shen Bok Hong serta
It-bun Han Too bakal menyusul kemari...."
Siauw Ling menyadari akan pentingnya masalah tersebut,
tanpa sungkan-sungkan lagi dengan langkah lebar ia maju
mendekati meja batu itu, laci yang tidak tertutup rapat tadi
dibuka dan tampaklah isinya hanyalah selembar kertas putih
belaka. Dengan cepat ia ambil kertas itu, terbacalah di atas kertas
itu tertera beberapa huruf yang berbunyi demikian,
"Semua barang yang berada dalam Istana Terlarang telah
kubawa pergi, jika perjalanan kalian terasa sia-sias.... yaaah
apa boleh buat" Maaf....maaf...."
Diujung bawah kertas tadi sama sekali tidak tertera nama
seseorang atau lambang yang menunjukkan seseorang.
Siauw Ling berdiri menjublak setelah membaca tulisan
tersebut, untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup
mengucapkan sepatah kata apapun.
Kim Hoa Hujin mengerti akan bahasa Han sehabis
membaca isi surat tersebut kontan ia berteriak, "Aaah.... tak
masuk akal perkataan orang ini tak dapat dipercaya!"
"Kenapa?" tanya Siauw Ling sambil meletakkan surat tadi
ke atas meja batu. "Menurut analisa serta dugaan It-bun Han Too serta Shen
Bok Hong, orang yang ikut masuk ke dalam Istana Terlarang
semuanya berjumlah sepuluh orang, bila jenazah ini dihitung
juga maka kita baru menemui delapan sosok jenazah, itu
berarti masih ada dua sosok mayat lagi yang belum
ditemukan. Sementara itu Tong Lo Thay-thay juga membaca isi surat
tadi, ia segera menyambung, "Pendapatku persis seperti
pendapat Kim Hoa Hujin, kemungkinan besar salah satu
diantara sepuluh orang tokoh sakti inilah yang menulis surat
tersebut untuk menggoda kita"
"Tidak mungkin! Sepuluh tokoh maha sakti itu adalah
manusia yang jujur dan luar biasa tak mungkin mereka akan
membohongi diri kita. Lagipula tulisan di atas surat itu nampak
masih baru...." "Jadi kalau begitu, kau yakin ada orang yang pernah
mengunjungi tempat ini sebelum kehadiran kita?"
"Menurut dugaanku memang demikian lah keadaannya...."
sahut Siauw Ling, setelah berhenti sebentar, lanjutnya, "jika
dugaanku tidak salah maka apa ditulis di atas kertas putih itu
baru berusia tidak sampai tiga bulan lamanya"
"Maksud toako, orang itu baru tiga bulan berselang
meninggalkan Istana Terlarang?" seru Pek-li Peng.
"Sedikitpun tidak salah..... " sorot matanya menyapu
sekejap wajah Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay,
kemudian meneruskan. "Umat bulim yang ada di kolong langit semuanya
mengetahui bahwa terdapat sepuluh tokoh maha sakti yang
terjebak di dalam Istana Terlarang, sebagian besar diantara
mereka hanya punya angan-angan untuk mendapatkan
pusaka peninggalan sepuluh tokoh maha sakti itu tanpa
menunjukkan gerakan yang nyata, tetapi ada sebagian kecil
orang yang telah mengorbankan seluruh kekuatan serta
pikirannya untuk menemukan jejak Istana Terlarang. Puluhan
tahun berlalu bagai sehari, tak pernah mereka kendorkan
perjuangan untuk mencapai apa yang dicita-citakan, sekalipun
hanya sebagian kecil saja tapi kalau dihitung jumlahnya
hampir mencapai ratusan orang banyaknya, diantara mereka
terdapat pula manusia-manusia yang cerdas serta memiliki
ilmu silat maha sakti"
"Sekalipun orang itu cerdas dan berilmu tinggi, tetapi selam
ia tak menguasai ilmu bangunan tak mungkin orang itu
mampu memasuki Istana Terlarang" sela Tong Lo Thay-thay.
"Seseorang membutuhkan waktu selama dua puluh tahun
untuk berhasil ilmu silat yang maha sakti, jika ia membuang
waktu selama duapuluh tahun lagi untuk mendalami pelajaran
ilmu bangunan, maka kepandaian tersebut tak mampu
dikuasai olehnya?" Untuk beberapa saat lamanya Tong Lo Thay-thay, Kim Hoa
Hujin serta Pek-li Peng tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun, mulut mereka terbungkam dalam seribu bahasa.
Lama sekali.... Kim Hoa Hujin baru menyambung kembali,
"Kalau demikian keadaannya,maka kita harus menantikan
kedatangan dari Shen Bok Hong serta It-bun Han Too untuk
bersama-sama mencicipi bagaimana rasanya bersama-sama
mencicipi bagaimana rasanya orang yang dirundung kecewa
dan putus harapan." "Benar!"dan orang yang akan merasakan pukulan paling
hebat adalah Shen Bok Hong, sebab untuk menemukan letak
Istana Terlarang serta berusaha untuk membukanya, entah ia
sudah membuang berapa banyak pikiran, tenaga serta
kemampuan untuk mengusahakannya.....hasil yang pahit ini
pasti akan terasa sekali olehnya!"
"Siau Tayhiap, jika dugaan ku tidak salah maka orang yang
mampu mendahului kita masuk ke dalam Istana Terlarang ini
pastilah lihai dan jauh melebihi It-bun Han Too" kata Tong Lo
Thay-thay, "Aaai.... orang itu mampu masuk keluar Istana
Terlarang dan membawa pergi semua barang penting yang
ada disini tanpa tinggalkan bekas, kehebatannya benar-benar
luar biasa sekali" Sementara pembicaraan masih berlangsung tiba-tiba
terdengar suara bergemerincingan menggema datang.
Dengan cepat Siauw Ling kembali mengenakan topeng kulit
manusianya, hawa murni dihimpun ke dalam tubuh dan siap
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
"Mungkin Shen Bok Hong serta It-bun Han Too berhasil
temukan tempat ini...." usik Kim Hoa Hujin.
"Jika Shen Bok Hong berhasil temukan tempat ini, aku
harap kalian berdua tetap menjaga keadaan seolah-olah
diantara kita tak pernah kenal satu sama lainnya", pesan
Siauw Ling, " sebab dalam keadaan serta situasi semacam ini,
aku tidak ingin membiarkan Shen Bok Hong serta It-bun Han
Too mengetahui akan asal usulku!"
Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay saling
berpandangan sekejap, namun mereka tetap membungkam
dalam seribu bahasa. Suara gemerincingan itu kembali bergema memecahkan
kesunyian, kurang lebih sepeminuman teh kemudian suara itu
berhenti. Namun meja batu itu perlahan-lahan bergeser kesamping,
dan dari permukaan tanah muncullah sebuah mulut gua.
Pek-li Peng melirik sekejap ke arah mulut gua itu, kemudian
bisiknya lirih, "Oooh..! toako, lain kali kau harus berhati-hati,
rupanya dalam ruangan ini penuh berisikan alat rahasia...."
Belum habis ia berkata, tiba-tiba sesosok bayangan
manusia berkelebat lewat, tampaklah It-bun Han Too
pertama-tama munculkan diri lebih dahulu dari mulut gua tadi.
"Oooh.... rupanya tujuan hanya satu" pikir Siauw Ling,
meskipun mereka masuk lewat pintu rahasia tapi akhirnya
sampai juga ke tempat ini..... "
Belum habis ingatan itu berkelebat, Shen Bok Hong
menyusul dibelakang It-bun Han Too telah muncul pula dari
balik gua. Rupanya kedua jago lihai itu sama sekali tidak mengira
Siauw Ling sekalian tiba di tempat itu selangkah lebih dahulu
dari mereka, tanpa terasa mereka berdua berdiri tertegun.
Siauw Ling tetap berdiri tak berkutik di tempat semula,
sepasang matanya yang tajam tiada hentinya menyapu wajah
mereka berdua. Suasana hening untuk beberapa saat lamanya, terdengar
It-bun Han Too mendehem ringan, tegurnya, "Bagaimana
caranya kalian bisa sampai di tempat ini?"
"Kami selangkah demi selangkah masuk kemari!" jawab
Kim Hoa Hujin dengan cepat.
It-bun Han Too melirik sekejap ke arah lorong rahasia itu,
kemudian bertanya kembali, "Apakah lorong rahasia ini
berhubungan dengan ruang tengah?"
"Siapakah yang berhasil temukan pintu rahasia untuk
masuk ke dalam ruangan ini?" tanya It-bun Han Too sambil
berpaling ke arah Tong Lo Thay-thay.
"Akulah yang menemukannya" sahut Siauw Ling cepat.
"Bagaimana caranya kau temukan pintu rahasia itu?"
"Kuhantam dinding batu dengan telapakku dan pintu itu
secara otomatis membuka sendiri...." Ia angsurkan kertas
putih tersebut ketangannya dan melanjutkan aku rasa lebih
baik kau periksa dulu isi surat ini!"
It-bun Han Too menyambut surat itu dan dibaca isinya,
kemudian ia bertanya kembali, "Kau dapatkan kertas putih itu
dimana?" "Dalam laci di bawah meja batu itu!"
"It-bun heng" seru Shen Bok Hong dengan suara dingin,
"andaikata yang ditulis dalam kertas putih itu merupakan
kenyataan bukankah usaha kita untuk memasuki Istana
Terlarang selama ini hanya sia-sia belaka"...."
It-bun Han Too tidak menanggapi seruan lawannya itu, ia
menyapu sekejap wajah Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thaythay
kemudian ujarnya, "Apakah hujin berdua ikut masuk ke
dalam ruangan ini tepat dibelakang tubuhnya?"
"Sedikitpun tidak salah" jawab Tong Lo Thay-thay, "kami
masuk ke dalam ruangan ini dengan membuntuti dibelakang
tubuhnya. "Apakah kalian berdua melihat pula dia ambil keluar kertas
putih itu dari dalam laci?"
"Pertama-tama akulah yang menemukan terlebih dahulu
kalau laci itu tidak tertutup rapat" sahut Kim Hoa Hujin,
"sementara aku hendak melakukan pemeriksaan siapa tahu
enghiong ini jauh lebih cepat dari gerakanku, dia buka laci
tersebut dan ambil keluar surat itu"
Dengan teliti It-bun Han Too memeriksa kembali isi surat
tersebut, kemudian ujarnya, "Kalau ditinjau dari tulisan di atas
kertas ini, jelas usianya baru beberapa bulan, andaikata surat
ini tidak palsu maka tiga bulan berselang sebelum kita semua
masuk ke dalam Istana Terlarang, telah ada orang yang
masuk mendahului kita bahkan membawa pergi semua barang
yang berada di dalam Istana Terlarang ini...."
Shen Bok Hong menyapu sekejap wajah Siauw Ling tibatiba
sindirnya, "Atau mungkin diantara kita beberapa orang
terdapat seorang jago yang benar-benar cerdik, dimana pada
beberapa bulan berselang ia menulis dahulu sepucuk surat
kemudian disembunyikan di dalam saku, setelah itu surat itu
dipergunakan setelah berada di dalam Istana Terlarang...."
"Hmm! Surat ini aku dapatkan dari dalam laci, mau percaya
atau tidak terserah pada kalian berdua sendiri," dengus Siauw
Ling dengan nada dingin dan ketus, "aku rasa kalian tak usah
menilai orang dengan pikiran yang picik!"
Dengan sorot mata yang tajam Shen Bok Hong menyapu


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekejap empat dinding dalam ruangan itu, kemudian meneliti
pula meja batu itu, akhirnya sambil menghela napas panjang
katanya, "Aku percaya bahwa surat itu bukanlah surat palsu
yang sengaja dibuat, dan aku percaya pula tidak ada orang
yang sedang mempermainkan kita, tetapi peristiwa itu
merupakan suatu kejadian yang sungguh-sungguh telah
terjadi...." "Akupun percaya bahwa isi surat itu merupakan suatu
kejadian yang nyata" ujar It-bun Han Too pula sambil
mengembalikan kertas putih itu ketangan Siauw Ling, "Dan
sembilan puluh persen kejadian itu benar-benar sudah
berlangsung. "Ooooh....! Jadi kalau begitu It-bun heng masih ada
sepuluh persen tidak percaya" Sela Shen Bok Hong.
"Tegasnya kita masih ada satu hal yang patut dicurigai dan
itu merupakan satu-satunya pengharapan, asal kita dapat
membuktikan kecurigaan tersebut maka kita dapat segera
mengundurkan diri dari Istana Terlarang, sedang pengharapan
itu tergantung pada nasib serta rejekinya masing-masing"
"Apa kecurigaanmu itu" Dan apapula pengharapannya"
Berada dalam keadaan situasi seperti ini aku rasa It-bun heng
tak perlu jual mahal lagi..!"
"Kecurigaan itu adalah mengenai jumlah jenazah yang
berhasil kita temukan berikut jenazah yang ditemukan dalam
ruang baca ini kita baru menemukan delapan sosok mayat,
padahal menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan
mengatakan bahwa ada sepuluh tokoh sakti yang masuk ke
dalam Istana Terlarang, itu berarti masih ada dua sosok mayat
yang belum berhasil kita temukan, jika kedua sosok mayat
yang lain berhasil kita temukan, maka anggaplah kita berhasil
membuktikan bahwa dalam Istana Terlarang memang benarbenar
pernah berkumpul sepuluh tokoh sakti."
".... Ehmm! Kecurigaan ini memang masuk diakal" sahut
Shen Bok Hong sambil mengangguk, "Tapi apapula satu
bagian pengharapan itu?"
"Pengharapanku adalah semoga orang itu tidak ambil
bersih seluruh barang yang berada di dalam Istana
Terlarang...." "Jadi maksudmu di tempat ini masih ada barang berharga?"
sela Shen Bok Hong dengan sorot mata berkilat....
"Aku tak berani menegaskan secara yakin aku hanya
berharap bisa terjadi peristiwa tersebut"
"Baiklah, barusan aku serta It-bun heng telah menempuh
perjalanan yang penuh dengan mara bahaya, berkat
kecerdasan serta kelihayan dari It-bun heng kami berhasil
lolos dari semua marabahaya, sekarang aku harap It-bun heng
tetap mengepalai rombongan untuk menemukan dua sosok
mayat yang lain!" Rupanya ketika Shen Bok Hong berhasil mengejar masuk
ke dalam ruang rahasia itu dengan duduk di atas kursi roda,
sampailah ia di depan sebuah lorong batu yang menjorok
masuk kedalam, tanpa pikir panjang ia terus menerjang
masuk kedalam. Sebab hanya itulah satu-satunya jalan yang ada,
berhubung tiada pilihan lain terpaksa dia menerobos masuk
kedalam. Lorong itu berliku-liku dan dari bawah naik ke atas,
bentuknya mirip sekali dengan sebuah tangga.
Shen Bok Hong dengan perawakannya yang tinggi besar
harus melewati, lorong rahasia yang makin ke dalam makin
sempit, akhirnya tanpa disengaja ia telah melanggar tombol
rahasia yang menyebabkan tubuhnya segera terjebak dalam
perangkap. Untung It-bun Han Too mendengar suara berisik itu dan
memburu datang, dengan pedang mustikanya ia berhasil
menghancurkan alat rahasia tersebut dan menyelamatkan jiwa
Shen Bok Hong. Meskipun diluaran ketua perkampungan Pek Hoa Sanceng
ini tidak menyatakan rasa terima kasihnya, tetapi setelah
kejadian itu rasa permusuhannya terhadap It-bun Han Too
sudah jauh berkurang. Demikianlah, kedua orang itu segera meneruskan
perjalanannya menyusuri lorong rahasia tadi, pelbagai
rintangan yang membahayakan jiwa harus mereka alami,
siapa sangka mereka muncul kembali di sudut lain dari
ruangan tengah. Sementara itu Siauw Ling serta Kim Hoa Hujin sekalian
telah masuk ke dalam kamar baca rahasia, melihat itu Shen
Bok Hong serta It-bun Han Too segera menyusul kesitu.
Tampak It-bun Han Too pejamkan matanya termenung
sebentar, lalu ujarnya, "Bila dugaanku tidak keliru, maka
Istana Terlarang seharusnya berhenti sampai di ruangan ini
saja!" "It-bun heng kau dapat berkata demikian tentu didasari
oleh alasan yang kuat bukan" Apa alasan mu itu?" tanya Shen
Bok Hong. "Setelah kuselidik keadaan disekeliling ruangan ini, segera
timbul satu pendapat dalam benakku bahwa tidak mungkin
lagi bagi kita untuk meneruskan ke arah lebih depan lagi.
"Kenapa?" "Sebab sekeliling Istana Terlarang sudah berada sangat
dekat sekali dengan letak sungai bawah tanah yang punya
daya alir yang luar biasa derasnya itu, kendati Ahli Bangunan
bertangan sakti Pau It Thian memiliki kepandaian luar biasa,
mau tak mau dia mesti memperhitungkan pula daya tekanan
yang ditimbulkan oleh aliran deras sungai bawah tanah
tersebut!" "Apa yang diucapkan It-bun heng memang masuk diakal,
tetapi sebelum menyaksikan sendiri bukti yang nyata, sungguh
membuat hati sukar percaya.."
"Jika kita berhasil menemukan dua sosok jenazah yang lain,
maka kitapun dapat membuktikan kebenaran dari ucapan Itbun
sianseng" sambung Tong Lo Thay-thay cepat.
"andaikata berita yang tersiar dalam dunia persilatan tidak
keliru dan benar-benar terdapat sepuluh tokoh maha sakti
yang masuk ke dalam Istana Terlarang, menurut dugaan ku
dua sosok jenazah yang lain kemungkinan besar berada di
dalam ruang baca ini pula!"
"Jadi menurut dugaan It-bun heng, disamping ruangan
batu ini masih terdapat ruang cadangan lainnya?" seru Shen
Bok Hong dengan sepasang alis berkerut.
"Betul!"jawab It-bun Han Too sambil mengangguk,
sekalipun otak Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian
amat cerdik, bangunan Istana Terlarangnya amat luar biasa
dan ruang cadangannya rumit sekali, tetapi aku yang
kesemuanya itu pasti berada dalam radius sepuluh tombak
dari sekeliling tempat ini...."
Ia tempelkan telinganya di atas dinding batu, setelah
memeriksa dengan seksama katanya kembali, "Ruang batu ini
tak mungkin menjorok lebih ke dalam lagi, sebab satu tombak
setelah lapisan dinding ruangan merupakan dasar sungai
dalam permukaan bumi yang deras sekali aliran airnya"
"Sungguhkan perkataanmu itu?"
"Jika Toa Cungcu tidak percaya apa salahnya kau
tempelkan pula telingamu di atas dinding ruangan dan coba
melakukan pemeriksaan sendiri?"
"Aaah! Aku takut tiada hasil yang dapat kutangkap....!" seru
kepala kampung perkampungan Pek Hoa Sanceng ini,
walaupun demikian tubuhnya maju juga kedepan dan
telinganya segera ditempelkan ke atas dinding.
Sedikitpun tidak salah, suara gemuruh air yang santer
bagaikan guntur membelah bumi secara lapat-lapat
berkumandang datang..... "Sudah kau dengar Shen Toa Cungcu?" tegur It-bun Han
Too "Sudah" "Dan kau sudah membuktikan bukan kalau ucapanku sama
sekali tidak berbohong. Siauw Ling yang selama ini membungkam terus, tiba-tiba
menyela, "Kemungkinan besar para jago yang masuk ke
dalam Istana Terlarang hanya delapan orang, persoalan paling
penting yang harus kita lakukan sekarang adalah berusaha
untuk mengenali lebih dahulu siapakah orang ini, dengan
begitu kita pun jadi tahu dua sosok jenazah yang belum
ditemukan adalah jenazah siapa, dari kedudukan orang itu
kitapun bisa menilai apakah mereka sungguh-sungguh berani
datang ke Istana Terlarang atau tidak"
Perkataan ini diutarakan mantap dan seolah-olah ucapan
dari seorang jago kawakan yang sangat hapal sekali dengan
keadaan dunia persilatan, hal ini membuat Shen Bok Hong
serta It-bun Han Too semakin tak mampu menduga asal
usulnya yang sebenarnya. Dengan sorot mata tajam bagaikan pisau belati, Shen Bok
Hong menatap wajah Siauw Ling tanpa berkedip, ujarnya,
"Bukankah kau yang masuk ke dalam ruangan ini terlebih
dahulu" Apakah telah kau perhatikan jenazah ini?"
"Tentu saja sudah kuperhatikan!"
"Lalu siapakah dia?"
"Waah..! pertanyaan ini sungguh bikin kepalaku jadi
pusing" pikir Siauw Ling dalam hati, "Terhadap para tokoh
sakti yang masuk ke dalam Istana Terlarang kebanyakan
hanya kudengar dari pembicaraan orang saja, mana mungkin
aku sanggup mengenali siapakah orang ini" Jika aku sudah
tahu, buat apa musti bertanya kepada kalian lagi!"
Berpikir sampai disitu, ia lantas menjawab, "Aku lihat orang
ini bukan Raja Seruling Thio Hong!"
"Siapa bilang dia adalah Thio Hong" orang itu bukan si Raja
Seruling" sahut It-bun Han Too cepat.
"It-bun heng, kalau didengar dari ucapanmu rupanya kau
kenal dengan orang ini?"
"Ehmm! Menurut pengelihatanku, orang ini semestinya Hoa
sim Loojin kakek perubah wajah Say Thian Gie!"
"Kakek perubah wajah?"
"Benar! kepandaiannya menyamar diri sangat lihai dan
beraneka ragam, walaupun sudah puluhan tahun lamanya
berkelana di dalam dunia persilatan namun tak seorang
manusiapun yang pernah melihat raut wajah aslinya, termasuk
juga para tokoh maha sakti yang terjebak di dalam Istana
Terlarang!" "Kalau sepuluh tokoh maha sakti yang berada dalam Istana
Terlarang pun tak ada yang kenal dengan raut wajah
sebenarnya dari Kakek perubah wajah, darimana kau bisa
tahu kalau dia adalah Kakek perubah wajah Say Thian Gie?"
pikir Siauw Ling dalam hati.
Terdengar It-bun Han Too melanjutkan kembali katakatanya,
"Katanya dalam berkumpul dan berjumpa dengan
siapaun dalam satu hari Kakek perubah wajah Say Thian Gie
pasti akan muncul dan bertemu dengan dirimu dalam tiga
macam raut wajah yang berbeda satu sama lainnya, siapapun
tak bisa menduga raut wajah aslinya, karena itulah meski
sahabat karib yang telah berhubungan selama puluhan tahun
dengan dirinya pun sulit untuk membedakan mana raut wajah
asli dan mana raut wajah palsu"
"Jika orang ini Say Thian Gie mungkin raut wajah yang
sekarang ini adalah raut wajah aslinya?" tanya Shen Bok
Hong. "Raut wajah yang asli atau palsu aku tak berani
memastikan" "Kalau kau memang tak berani memastikan, darimana pula
kau bisa mengatakan jika orang ini adalah Kakek perubah
wajah Say Thian Gie?" sela Kim Hoa Hujin.
"Gampang sekali untuk membedakan soal ini, kalau dia
memang bukan Raja Seruling Thio Hong ataupun orang lain,
maka pastilah sudah bahwa orang ini adalah Kakek perubah
wajah Say Thian Gie"
Siauw Ling yang mendengar sampai disitu, dalam hati
kecilnya segera berpikir kembali, "Seseorang yang telah
melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan selama
puluhan tahun namun tak seorang manusiapun yang mampu
mengenali wajah aslinya, kemampuannya itu sungguh luar
biasa dan mengagumkan sekali.
Berikut ia membayangkan nasib dari kakek misterius yang
memilliki ilmu silat maha sakti itu, hanya disebabkan nama
serta kedudukan akhirnya dia harus menemui ajalnya dalam
Istana Terlarang. Terdengar Shen Bok Hong berkata pula.
"Aku orang she Shen merasa amat kagum dengan
pendapat It-bun heng yang begitu tinggi, kalau memang
begitu delapan puluh persen orang ini pastilah Kakek perubah
wajah Say Thian Gie"
It-bun Han Too menghela napas panjang.
"Aaaai.. Senyum sebelum layu, welas sebelum ajal, kecuali
Say Thian Gie seorang siapa lagi yang dapat menampakkan
senyuman seramah ini sesaat sebelum ajalnya?"
"Aku sudah lama sekali mendengar serta mengagumi nama
besar Kakek perubah wajah tapi hingga kini belum pernah
menyaksikan raut wajahnya, mungkinkah wajahnya sekarang
adalah raut wajah aslinya" Ujar Tong Lo Thay-thay dari
samping. "Sahabat karibnya yang telah berhubungan selama puluhan
tahunpun tak pernah menyaksikan raut wajah aslinya,
darimana kita bisa tahu jika raut wajah ini yang asli atau yang
palsu?" "Tetapi dia toh sudah mati?" sambung Kim Hoa Hujin
dengan suara dingin, "Seseorang yang telah mati tak mungkin
bisa merubah raut wajahnya lagi!"
"Oooh..! jado maksud hujin, sekarang kita boleh merusak
penyamarannya itu untuk melihat bagaimanakah raut wajah
aslinya?" "Bukankah ucapan itu muncul dari mulut It-bun sianseng
sendiri" Aku rasa kau tak usah mengembalikan lagi ucapan
tersebut kepadaku!" It-bun Han Too segera menggeleng.
"Selama hidupnya loocianpwe ini selalu berusaha keras
untuk melindungi serta merahasiakan raut wajah aslinya
hingga tidak sampai diketahui orang lain, kini dia telah
meninggal dunia, kenapa kita musti merusak penyaruannya
untuk melihat raut wajah aslinya" Aku rasa lebih baik tak
usahlah kita lakukan!"
"Bagus sekali" pikir Siauw Ling dalam hati. "aneh, kenapa


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

secara tiba-tiba It-bun Han Too berubah jadi begitu welas asih
dan tahu diri"..."
"Aku tidak berani menyamakan diri dengan pendapat dari
It-bun sianseng...." ujar Kim Hoa Hujin kembali, "coba pikirlah,
selama hidup tak seorang manusia pun yang pernah
menyaksikan raut wajah asli Kakek perubah wajah, sampai
matipun raut wajah aslinya tidak diketahui oleh umum. Dalam
hati ia pasti akan merasa tersiksa sekali, meskipun bila kita
rusak penyamarannya pada saat ini merupakan suatu tindakan
yang kurang menghormat, tetapi tindakan kita yang
membongkar penyaruannya itu bagi dirinya merupakan suatu
perbuatan yang baik, siapa tahu dengan perbuatan itu kita
justru telah mengurangi siksaan batinnya dialam baka....."
Ia berpaling ke arah Shen Bok Hong dan menambahkan,
"Bagaimana pendapat Shen Toa Cungcu tentang pendapatku
ini?" "Apa yang diucapkan kalian berdua sama-sama beralasan
dan masuk diakal, sulit bagiku untuk mengambil pertimbangan
yang jitu" It-bun Han Too segera berpaling ke arah Siauw Ling dan
bertanya, "Apa pandanganmu mengenai persoalan ini?"
"Aku rasa tak ada salahnya jika kita lihat raut wajah
aslinya...." Mendengar perkataan itu, Kim Hoa Hujin segera tertawa
terkekeh-kekeh, serunya, "Pendapat umum berharap
demikian, It-bun sianseng! Apa yang hendak kau katakan
lagi?" "Kalau memang begitu, akupun tak akan kukuh dengan
pendirian ku lagi" Sambil berkata jago cerdik she It-bun itu segera
mengundurkan diri dua langkah ke belakang
Kim Hoa Hujin segera menghampiri jenazah kakek tua itu,
sambil mengangkat tangan kanannya ia berkata.
"Akan kuperiksa dulu apakah di atas wajahnya mengenakan
topeng kulit manusia atau tidak?"
Sementara tangan Kim Hoa Hujin hampir menyentuh raut
wajah kakek tua baju hitam itu, mendadak It-bun Han Too
berseru, "Tunggu sebentar"
Kim Hoa Hujin berpaling dan memandang sekejap ke arah
It-bun Han Too, kemudian katanya, "It-bun sianseng,
permainan setan apakah yang berhasil kau dapatkan sehingga
mampu menakuti hatiku dan merasa aku batalkan niat ini?"
"Ada satu persoalan mau tak mau harus kuutarakan lebih
dahulu sebelum kau bertindak!"
"Persoalan apa" Cepat katakan!!"
"Kakek perubah wajah adalah seorang jago budiman, ia
telah menggunakan pelbagai macam cara untuk membuat
wajahnya sama sekali berubah hingga orang lain sulit untuk
mengenali kembali wajah aslinya, hal ini pastilah dilakukan
karena ia mempunyai kesulitan sendiri. Menurut pikiranku,
setelah dia ada maksud melindungi raut wajah aslinya dengan
pelbagai macam cara, maka disaat melakukan penyaruan
tersebut ia pasti memikirkan pula pelbagai macam cara untuk
melindungi penyaruannya itu"
"Oooh....! Jadi maksudmu disaat aku turun tangan merusak
penyamarannya ini kemungkinan besar bisa ketimpa bencana
yang sama sekali tidak terduga"..
"Apa yang kuucapkan hanya merupakan dugaan pribadiku
sendiri, sedangkan mengenai benar atau tidaknya aku tak
berani memastikan...."
Sebenarnya pikiran Kim Hoa Hujin sangat lapang dan
perasaan hatinya sama sekali tidak tercekam oleh rasa takut
atau kuatir, tetapi sesudah mendengar perkataan It-bun Han
Too ini rasa curiga segera menyelimuti benaknya, untuk
beberapa waktu lamanya ia hanya berdiri menjublak saja
tanpa berani melakukan pekerjaan gegabah.
Shen Bok Hong segera berbatuk ringan, ujarnya, "It-bun
heng, apakah Kakek perubah wajah gemar menggunakan
racun atau binatang berbisa?"
"Sekalipun dia gemar menggunakan racun masa wajah
sendiri dipolesi dengan bisa?" batin Siauw Ling.
Tampak It-bun Han Too menggeleng dan menyahut,
"Apakah dia gemar menggunakan racun" Rasanya belum
pernah kudengar ada orang yang membicarakannya!"
Tiba-tiba Kim Hoa Hujin mengambil keluar sebatang tusuk
konde berwarna emas, ujarnya, "Peduli amat dia gemar
menggunakan racun atau tidak, aku harus bersiap-siap
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan"
Sambil berkata dengan tusuk konde emasnya itu ia gurat
raut wajah Kakek perubah wajah.
Siapa tahu ketika ujung tusuk konde emas itu menyentuh
di atas wajah Kakek perubah wajah, terasalah ujung benda itu
seolah-olah menyentuh di atas sebuah batu karang yang keras
sekali. "Oooh....! Sungguh keras wajahnya...." seru Kim Hoa Hujin
dengan suara keras. Sekalipun wajahnya tidak mengenakan obat penyaru,
setelah mati sekian banyak tahun kulit serta tubuhnya juga
telah mengeras...." sela It-bun Han Too
Namun Kim Hoa Hujin segera menggeleng, bantahnya,
"Dalam perasaanku, yang tersentuh oleh ujung tusuk konde
bukanlah wajah yang terdiri dari kulit dan daging..."
"Coba berikan tusuk konde itu kepadaku," ujar Shen Bok
Hong. Setelah menerima tusuk konde tersebut dari tangan Kim
Hoa Hujin, ia segera mengetuk wajah Kakek perubah wajah
beberapa kali, setelah itu ujarnya pula, "Aaah! Benar memang
bukan kulit tubuh." Orang ini sangat licik dan banyak akal, ia tak mau
menanggung resiko dicap sebagai orang yang merusak
penyamaran Kakek perubah wajah, setelah mengetuk
beberapa kali tusuk konde itu diserahkan kembali ketangan
Kim Hoa Hujin. Perempuan ini segera menyambut tusuk konde tadi, setelah
hawa murni disalurkan ke dalam tubuh, ujung tusuk konde
dengan tajamnya menembusi kerak kulit penyaruan diwajah
kakek itu. Kraaak....! Ujung tusuk konde menembusi setengah cun ke
dalam kerak keras tersebut, kemudian sambil menarik kembali
senjatanya dia berseru, "Saudara sekalian harap membantu
aku periksa wajahnya apakah kulit tubuhnya sudah mengering
dan layu atau belum?"
Siauw Ling sekalian segera alihkan sorot matanya, ke arah
wajah kakek baju hijau tadi, secara lapat lapat mereka
temukan beberapa buah retakan.
Jelas di atas wajahnya Kakek perubah wajah telah
membubuhi obat penyaru yang sangat tebal, dengan begitu
membuktikan pula bahwa raut wajah yang dapat dilihat oleh
para jago saat ini, bukanlah raut wajah aslinya.
"Aaaah....! Bukan raut wajah yang sebetulnya...." seru Shen
Bok Hong. "Baik! Akan kudongkel kerak keras di atas wajahnya ini
hingga kalian dapat melihat wajah aslinya "seru Kim Hoa
Hujin, sambil berkata hawa murninya disalurkan ketangan
kanan dan segera dicongkel keluar.
Sedikitpun tidak salah, kerak keras selapis demi selapis
rontok ke bawah dan hancur berantakan dilantai.
Dengan cepat Kim Hoa Hujin menggerakkan tusuk konde
emasnya, dalam waktu singkat seluruh obat penyamar yang
telah mengeras itu sudah bersih dari raut wajahnya hingga
tampaklah wajah asli dari Kakek perubah wajah
Meskipun ujung tusuk konde telah melukai wajah kakek itu,
tetapi garis besar raut wajahnya masih dapat terlihat dengan
nyata. Ketika mereka perhatikan dengan seksama, tampaklah raut
wajah Kakek perubah wajah kurus kering dan berkeriput,
hidungnya entah kenapa hanya tinggal separuh bagian saja,
bila dibandingkan dengan raut wajah diluar tadi sungguh jauh
berbeda. Menyaksikan hal itu Kim Hoa Hujin menghela napas
panjang, katanya, "Rupanya rasa suka akan keindahan tak
terlepas dari setiap manusia, walaupun Kakek perubah wajah
sudah berumur lanjut dan punya nama besar, namun ia masih
belum dapat menghilangkan perasaan tersebut, hanya
disebabkan kekurangan sebagian dari hidungnya sepanjang
masa ia tak sudi bertemu orang dengan wajah aslinya.
Tiba-tiba It-bun Han Too maju kehadapan kakek perubah
wajah, kemudian dengan dengan hormat sekali ia memberi
hormat, ujarnya, "Budi luhur yang telah locianpwee
perlihatkan sungguh patut dipuji dan dihormati"
"It-bun heng seru Shen Bok Hong sambil berbatuk ringan,
aku rasa belum pernah mendengar ada orang berkata bahwa
Kakek perubah wajah pernah melakukan pekerjaan ksatria
yang patut dipuji dan dihormati.... kenapa sikapmu terhadap
dirinya begitu menghormat sekali" apa sebabnya kau sampai
berbuat demikian?" "Bila kita tinjau dari keahliannya dalam ilmu menyaru
wajah, bagi dia orang tua menyamar jadi seorang pemuda
tampan yang mempesonakan hati bukanlah suatu pekerjaan
yang terlalu susah, tetapi ia tak sudi berbuat demikian malah
sebaliknya menyamar sebagai seorang kakek tua yang
rambutnya telah beruban dan suka mengasingkan diri dari
dunia persilatan, perbuatannya itu apakah tidak pantas
disebut sebagai tindakan seorang kuncu yang patut
dikagumi?" "Benar, pikir Siauw Ling dalam hati, rupanya ia maksudkan
andaikata kakek perubah wajah menyamar menjadi seorang
pemuda tampan yang romantis, dengan kepandaiannya yang
sangat lihai, pastilah ia sanggup menciptakan suatu peristiwa
yang romantis menggetarkan seluruh dunia persilatan...."
Walaupun berpikir demikian, tetapi ia tetap membungkam.
"Maksudmu, seandainya dia menyamar jadi seorang
pemuda tampan yang mempesonakan hati, maka dunia
persilatan pasti akan dibikin gempar oleh tindak tanduknya
itu?"ujar Kim Hoa Hujin.
"Nyonya berasal dari wilayah Biau dan tidak tahu tentang
persoalan dalam daratan Tionggoan kami...." seru It-bun Han
Too dengan suara dingin. Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan, "Akan
kukisahkan sebuah cerita untuk nyonya, nanti kau akan
menyadari bahwa terdapat perbedaan antara adat istiadat
serta tata kesopanan antara manusia di daratan Tionggoan
dengan penduduk pribumi di wilayah Biau..."
"Baik akan kudengarkan kisahmu itu!"
"Kurang lebih seratus tahun berselang, di daratan
Tionggoan khususnya dalam dunia persilatan telah muncul
seorang pendekar pedang, ilmu silatnya yang dimiliki orang itu
tak begitu tinggi tetapi perbuatan telah mengobrak abrik
seluruh dunia persilatan, setiap peristiwa yang terjadi pasti
mempunyai sangkut pautnya dengan seorang perempuan...."
Dia alihkan sorot matanya ke arah Shen Bok Hong dan
melanjutkan, "Aku rasa Shen heng tentu tahu bukan dia
adalah iblis cinta yang tersohor itu"
"Ehmm! Akupun pernah mendengar orang berbicara
tentang peristiwa itu..... "
"Di jaman itu, dia merupakan kekasih yang diidam-idamkan
dan diimpi-impikan oleh setiap gadis muda....
Kim Hoa Hujin segera tertawa, serunya, "Kejadian itu toh
sudah berlangsung pada seratus tahun berselang, urusan
yang sudah lewat buat apa hubungannya pula dengan
persoalan yang kita hadapi sekarang?"
"Heeeh.....heeeh..heeeeh.. aku toh sudah bilang nyonya
yang berasal dari wilayah Biau picik sekali pengetahuannya,
ternyata dugaanku sedikitpun tidak salah"
Kim Hoa Hujin mengerutkan alisnya setelah mendengar
perkataan itu, dia membantah, "Walaupun aku dibesarkan
dalam wilayah Biau, tetapi sudah banyak kitab bangsa Han
yang kubaca....." It-bun Han Too mendongak dan tertawa terbahak-bahak
"Haaah....haaah....haaah.... kalau berbicara tentang
membaca buku, di kolong langit dewasa ini aku rasa jarang
sekali terdapat manusia yang sanggup mengalahkan aku Itbun
Han Too...." ---oo0dw0oo--- Jilid 7 Ia berhenti sebentar, lalu melanjutkan, "Apakah nyonya
merasa tidak puas" Meskipun peristiwa mengenai Iblis cinta
itu sudah berlalu tetapi ada orang yang telah menyusun kitab
untuk menyebarkan cerita itu ke dalam masyarakat. Menurut
apa yang kuketahui cerita mengenai iblis cinta ini sudah
menyebar luas dalam tubuh masyarakat, bahkan banyak sekali
kaum gadis muda yang menggunakan kitab tadi sebagai
barang hadiah yang diberikan kepada satu sama lainnya. Jika
dalam kitab itu hanya berisikan tulisan saja masih mendingan,
kecuali tulisan dihiasi pula dengan gambaran2 yang gampang
serta penjelasan. Itulah sebabnya walaupun iblis cinta sudah
lama tiada tetapi sukmanya belum buyar seandainya kakek
pengubah wajah menyaru pula sebagai iblis cinta tersebut,
dengan ilmu silatnya yang lihay serta kecerdasannya yang luar
biasa, kegemparan yang ditimbulkan olehnya pasti jauh
melebihi iblis cinta tersebut...."
Dalam hati diam-diam Siauw Ling berpikir, "Rupanya It-bun
Han Too menaruh rasa hormat dan kagum yang luar biasa
terhadap kakek perubah wajah. Bila berbicara dari wataknya
itu peristiwa ini benar-benar luar biasa sekali...."
Dalam pada itu Siauw Ling tetap berkata, "Di kolong langit
siapa yang tak tahu jika It-bun heng paling banyak membaca
buku, tetapi situasi yang kita hadapi sekarang, walaupun tak
dapat dikatakan sangat keritis dan berbahaya tapi tiada
banyak waktu bagi kita untuk tetap tinggal disini, persoalan
kau bicarakan toh sama sekali tiada hubungannya dengan
persoalan ini, buat apa sih kau bicarakan terus...."
"Benar!" sambung Tong Lo Thay-thay pula. Persoalan
paling penting yang harus kita lakukan sekarang adalah
berusaha untuk menemukan dua sosok jenazah yang lain.
Menurut cerita yang tersiar dalam Bu lim maka aku rasa sisa
dua sosok mayat yang belum ditemukan adalah jenazah dan
Raja Seruling Thio Hong serta seorang pendekar sakti dan
partai Bu-tong. pay ....."
"Bila dua sosok jenazah itu berhasil ditemukan maka itu,


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berarti tujuan kita memasuki Istana Terlarang sudah selesai.
Waktu itu kitapun bisa memikirkan pula bagaimana caranya
mengundurkan diri dari Istana ini...." kata Shen Bok Hong lagi.
It-bun Han Too segera tersenyum.
"Shen Toa Cungcu bukankah tujuanmu datang kemari
adalah untuk mendapatkan kitab catatan ilmu silat yang
ditinggalkan kesepuluh tokoh maha sakti itu....?" kalau cuma
melihat beberapa sosok mayat saja kau lantas hendak
mengundurkan diri dari istana Terlarang, bukankah
harapanmu itu akan tersia sia belaka?"
"Hmmm! kalau memang It-bun heng pingin bertanya
akupun tidak ingin mengelabuhi dirimu lagi"
"Apa yang hendak Shen Toa Cungcu katakan" silahkan
diutarakan keluar..."
"Aku hanya ingin secepatnya tinggalkan Istana Terlarang!"
bicara sampai disini tiba-tiba ia tutup mulut dan tidak
berbicara lagi. Para jago tidak mengerti apa sebab ia tiba-tiba berubah,
pikiran semuanya pusatkan perhatian ke arah gembong iblis
tersebut. Dengan sorot matanya yang tajam bagaikan kilat. Shen Bok
Hong perlahan-lahan menyapu sekejap raut wajah para jago,
kemudian melanjutkan, "Andaikata tulisan yang ditinggalkan
itu tidak palsu dan orang yang mendahului kita mengambil
pergi benda-benda pusaka peninggalan kesepuluh orang tokoh
maha sakti tersebut maka itu berarti tiada yang bisa kita
harapkan lagi di tempat ini. Kalau kulihat dan tulisan itu jelas
belum lama orang itu tinggalkan tempat ini. Aku rasa dalam
waktu singkat tak mungkin ia sanggup mempelajarii seluruh
kepandaian silat tersebut...."
"Aaah...! benar,"seru It-bun Han Too,"Bukankah Shea
toaCungcu ingin cepat-cepat keluar dan Istana Terlarang
untuk mengejar orang yang telah membawa pergi barang
pusaka itu?" "Sedikitpun tidak salah!"
"Tentang usahamu dibidang ini, aku menyadari bahwa
kemauanku tak mungkin bisa memadahi diri Shen Toa
Cungcu!" Shen Bok Hong tertawa hambar.
"Asal dia masih hidup di kolong langit, aku yakin suatu saat
pasti berhasil menemukan dirinya. paling lama satu tahun dan
paling cepat setengah tahun bukan aku orang she Shen
sombong atau omong besar, jejak orang itu pasti telah
berhasil kutemukan. Aku percaya di dalam hal ini hanya aku
Shen Bok Hong seoranglah yang mempunyai kemampuan
tersebut" "Aku sudah tahu kalau mata2 dan Shen Toa Cungcu sudah
tersebar diseluruh kolong langit, hanya saja ada satu
persoalan aku merasa kurang begitu paham"
"Persoa1an apa?"
"Persoalan mengenai Siauw Ling ...."
Mendengar ucapan tersebut, Tong Lo Thay-thay serta Kim
Hoa Hujin tanpa sadar bersama-sama melirik ke arah si anak
muda itu. "Kenapa dengan Siauw Ling?" tanya Shen Bok Hong.
"Bukankah kau sangat membenci dirinya hingga merasuk
ketulang sumsum" kenapa tidak cepat-cepat kau basmi saja
orang itu sehingga bibit bencana bisa disingkirkan?"
"Suatu hari aku pasti akan membinasakan Siauw Ling
dengan ujung telapakku sendiri!"sahut Shen Bok Hong dengan
wajah berubah menjadi hitam membesi.
Pek Ii Peng yang mendengar perkataan itu diam-diam jadi
sengit. makinya dihati, "Ngaco belo... pintarnya cuma
mengibul dan mengigau disiang hari bolong.."
Perlahan-lahan It-bun Ha Too alihkan sorot matanya melirik
sekejap ke arah Siauw Ling, kemudian ujarnya kembali.
"Menurut kabar berita yang tersiar dalam dunia persilatan.
katanya kepandaian silat yang dimiliki Siauw Ling telah
memperoleh kemajuan yang amat pesat sekali. Katanya
sekarang ia sudah mampu untuk menentang kekasaan Shen
Toa Cungcu, entah benarkah berita tersebut?"
"Kabar berita kosong dalam dunia persilatan kebanyakan
hanya isapan jempol belaka, apakah kau mempercayainya?"
"Perduli apakah ilmu silat yang dimiliki Siauw Ling sudah
mampu digunakan untuk melawan diri Shen Toa Cungcu atau
tidak, tetapi seluruh umat Bu-lim telah memandang dirinya
sebagai bintang penolong..."
Shen Bok Tong mendengus dingin, ia tidak menanggapi
perkataan itu. Rupanya It-bun Han Too menyadari bahwa ia sudah
terlanjur salah berbicara, buru-buru pembicaraan dialihkan
kepersoalan lain, katanya, "Maksudku sebagian umat Bu-lim
yang ada dalam dunia persilatan dewasa ini telah
menganggap bahwa Siauw Ling merupakan satu-satunya jago
yang mampu menantang kekuasaanmu, hanya dialah yang
sanggup memimpin seluruh umat Bu-lim untuk bangkit
melawan dirimu serta menumbangkan kekuasaanmu.."
Ia angkat kepala dan tertawa terbahak-bahak, setelah
berhenti sebentar lanjutnya, "Padahal persoalan paling penting
yang harus dikerjakan oleh Shen Toa Cungcu pada saat ini
bukanlah pergi mengejar orang yang berhasil mengondol pergi
seluruh barang pusaka dari Istana Terlarang yang benar
adalah mengerahkan segenap kekuatanmu untuk membunuh
mati Siauw Ling!" "Manusia yang bernama It-bun Han Too ini benar-benar
licik, kejam dan berbahaya," batin Siauw Ling di dalam hati,
"Apakah ia sudah mengetahui akan asal usulku?"
"Aku rasa persoalan itu merupakan masalah setelah
maninggalkan Istana terlarang"
Terdengar Shen Bok Hong menjawab, "persoalan paling
penting yang harus kita lakukan sekarang adalah berusaha
untuk menemukan dua sosok mayat lainnya"
Tiba-tiba It-bun Han Too angkat kepala dan tertawa
terbahak-bahak. suaranya keras dan nyaring hingga
menggema diseluruh ruangan.... begitu kerasnya sampat
telinga terasa bergetar keras.
Shen Bok Hong adalah seorang manusia licik yang pandai
membawa diri. Walaupun begitu setelah mendengar gelak
tertawa It-bun Han Too yang begitu keras dan nyaringnya, tak
urung wajahnya berubah hebat juga. Dengan nada gusar
tegurnya, "It-bun heng, apa yang kau tertawakan?"
Tiba-tiba It-bun Han Too menghentikan gelak tawanya.
dengan langkah cepat ia berjalan menuju kemulut pintu batu.
"Berhenti!" Tong Lo Thay-thay segera nembentak keras,
"Jika kau berani mundur ke belakang, akan kusuruh kau
rasakan bagaimana hebatnya pasir seratus langkah pencabut
nyawaku!" Sambil mengancam tangan kanannya laksana kilat
mengenakan sarung tangan kulit menjangan, dan sakunya ia
menggengam segengaman pasir beracun....
Satu genggaman pasir beracunnya mencapai jumlah
ratusan butir, bila disebarkan di dalam ruang batu itu maka
bukan saja sulit bagi It-bun Han Too untuk menghindarkan diri
dan ancaman, bahkan kemungkinan besar setiap manusia
yang hadir dalam ruangan itu sulit untuk melepaskan diri dan
bencana tersebut, untuk beberapa saat lamanya setiap orang
segera mengerahkan tenaga dan bersiap-siap diri.
Shen Bok Hong dengan cepat ulapkan tangannya
menghadang di depan Tong Lo thaythay, serunya.
"It-bun heng, aku tiada maksud untuk membinasakan
dirimu, lagipula barusan kau telah menyelamatkan selembar
jiwaku, tetapi jika kau sampai memancing kegusaranku maka
akupun tak dapat menolong keselamatanmu lagi..."
It-bun Han Too tentawa dingin.
"Kau ingin berjumpa dengan Siauw Ling?" ejeknya.
"Sekarang Siauw Ling berada dimana...."
"Bila dugaanku tidak keliru, maka kedua orang pembantu
setia yang Shen Toa Cungcu bawa masuk ke dalam istana
terlarang. TongLo Thay-thay serta Kim Hoa Hujin telah
menghianati dirimu" Kau adalah Siauw Ling?" tiba-tiba Shen Bok Hong
menyadari akan sesuatu dan segera berpaling ke arah si anak
muda itu. Setelah rahasianya terbongkar, Siauw Ling merasa tidak
perlu untuk merahasiakan diri lagi, ia segera melepaskan
topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya sambil
menjawab, "Sedikitpun tidak salah, aku adalah Siauw Ling!"
Untuk beberapa saat lamanya Shen Bok Hong berdiri
tertegun, kemudian dia baru bergumam, "Semestinya sedari
tadi aku sudah harus menduga akan dirimu!"
"Aku rasa sekarangpun masih belum terlambat!"
Melihat Siauw Ling telah unjukkan wajah aslinya, Pek-Li
Peng pun segera menghapus angus di atas wajahnya dan
perlihatkan wajah sebenarnya.
"Shen Toa Cungcu!" kembali It-bun Han Too bereru, "jika
kau bemiat membinasakan Siauw Ling, saat inilah merupakan
kesempatan yang terbagus bagimu untuk turun tangan"
Shen Bok Hong tertawa dingin.
"Heeeh....heeeeh.. heeeeh.... It-bun heng, sejak kapan kau
mengetahui akan asal usulnya?" ia menegur.
"Belum lama berselang..... "
Sorot matanya perlahan lahan menyapu sekejap wajah
Tong Lo Thay-thay serta Kim Hoa Hujin, kemudian
melanjutkan, "Tetapi menurut dugaanku kedua orang
pembantu setiamu itu sudah mengetahui akan rahasia Siauw
Ling sejak tadi-tadi, hanya satu hal yang membuat aku merasa
tak habis mengerti, kenapa mereka tidak memberitahukan
rahasia ini kepadamu Shen Toa Cungcu?"
Air muka Shen Bok Hong berubah hebat, tapi hanya
sebentar saja telah pulih kembali dalam ketenangan, katanya
"It-bun heng. kau benar-benar amat cerdas!"
Dalam pada itu Kim Hoa Hujin sudah merogoh ke dalam
pinggangnya ambil keluar sebuah kotak kecil terbuat dari
kayu, dari kotak tersebut ia tangkap seekor ular berbisa dan
digenggamnya di tangan kiri, kemudian ujarnya dengan suara
menyeramkan, "It-bun sianseng, darimana kau bisa menuduh
bahwa kami mengetahui rahasia Siauw Ling jauh lebih dahulu
daripada dirimu?" Sejak It-bun Han Too berhasil membongkar rabasia Siauw
Ling, dalam hati kecilnya Shen Bok Hong telah menaruh curiga
terhadap Tong Lo-thayhay serta Kim Hoa Hujin tetapi sebagai
seorang pemimpin besar yang berotak cerdas setelah
termenung berpikir sebentar ia tidak langsung menegur kedua
orang pembantunya itu, ia takut teguran yang terlalu pedas
kemungkinan besar malah akan menimbulkan niat berontak
dalam tubuh mereka, oleh sebab itulah kendati dalam hati
merasa mendongkol namun perasan tersebut tidak sampai
diutarakan keluar. Dan sekarang mendengar Kim Hoa Hujin menegur It-bun
Han Too, dimana pertanyaannya justru merupakan. apa yang
sedang ia curigai, Shen Bok Hong semakin membungkam diri.
Terdengar It-bun Han Too menjawab, "Untuk itu kalian
berdualah yang berjasa dan telah membantu diriku andaikata
kalian berdua bisa menahan diri dan tidak menunjukkan sikap
yang mencurigakan, meskipun dalam hati aku merasa curiga
namun takkan membuat diriku tadi yakin bahwa dia adalah
Siauw Ling!" "Harap kau terangkan lebih jauh!"
Ketika kusebut tentang diri Siauw Ling, tanpa sadar sorot
mata kalian berdua sama-sama dialihkan ke atas wajah Siauw
Ling yang mngenakan topeng kulit manusia itu, ditambah pula
setiap kali berbicara ia sengaja merubah suaranya untuk
merahasiakan diri. Hal ini menunjukkan bahwa dia adalah
seseorang yang dikenal oleh kita semua, ditinjau pula dari
ilmu silatnya yang maha sakti dan maha lihay maka
berdasarkan beberapa kesimpulan itulah aku segera menduga
bahwa dia adalah Siauw Ling, dan yang paling penting kalian
berdua sedari tadi sudah mengetahui rahasianya terlebih
dahulu. " Tong Lo Thay-thay agak berang mendengar ucapan itu, dia
tak sanggup menguasai diri, sorot matanya memancarkan
cahaya kilat dan rupanya sebentar lagi akan melancarkan
serangan. Sikap Kim Hoa Hujin masih tenang-tenang saja mendadak
dia angkat kepala dan tertawa terbahak-bahak serunya.
"It-bun Han Too, saking pintarnya kau sampai agak
kebelinger, dan perkataamu barusan bukankah dengan jelas
membuktikan pula bahwa kau sudah mengetahui rahasia
tentang Siauw Ling sejak semula" bukankah kau sendiri yang
tak mau mengutarakan rahasia tersebut sebaliknya malah
secara diam-diam bekerja sama dengan dirinya untuk
menghadapi kami" Mendengar perdebatan Itu Tong Lo Thay-thay merasa agak
lega, dengan cepat diapun berseru.
"Sedikitpun tidak salah, orang ini benar-benar kejam dan
licik.... manusia berbahaya semacam ini tak boleh dibiarkan
tetap hidup di kolong langit. "
Melihat Kim Hoa Hujin berbalik malah menggigit dirinya, Itbun
Han Too rasa amat gelisah, segera bentaknya keraskeras.
"Ngaco belo... kau jangan ngawur..."
"Nah...nah...itu coba lihat! baru dikatakan begitu sudah
gelisah, coba dengarkan dulu penjelasanku..."
"Shen Toa Cungcu, kau tidak boleh sembarangan
mendengar tuduhannya..."sela It-bun Han Too dengan cepat.
"Hmm!" Shen Bok Hong mendengus dingin."selama masih
berada di dalam Istana Terlarang, siapapun jangan harap bisa
bidup dengan aman. Aku rasa tak ada salahnya kalau kita
dengarkan dulu penjelasan darinya, jika diantara kita ada yang
harus mati, maka mati sekarang atau mati belakang rasanya
tak jauh bedanya" Dia segera berpaling ke arah Kim Hoa Hujin dan
melanjutkan, "Nah! teruskan perkataanmu......"
"Setelah kita berada dalam ruangan yang terakhir dia baru
membongkar rahasia dari Siauw Ling, bahkan sebelum itu
menghasut dan memancing pula suasana hingga berubah jadi
tegang, hal in menunjukkan bahwa dia sangat berharap agar
Shen Toa Cungcu bisa bertarung lebih dahulu melawan Siauw
Ling kita masing-masing pihak berjumlah lima orang, bila
dibicarakan tentang kekuatan maka pihaknya yang paling
lemah andaikata kita sudah bertempur sampai lelah kehabisan


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tenaga dan bahkan terluka parah. bukankah waktu itu dialah
yang beruntung dan pegang peranan" sungguh licik sekali
rencana kejinya itu. "
It-bun Han Too naik pitam, saking mendongkolnya ia
tertawa dingin tiada hentinya.
"Hmmm.. sungguh tak nyana perempuan berbisa yang
datang dari wilayah Biau ini mempunyai selembar mulut yang
tajam dan berbahaya, kau tak boleh dibiarkan hidup!"
"It-bunn sianseng. aku tahu bahwa kaupun pandai sekali
dalam berdebat tetapi setelah urusan dibacakan tentang mana
yang baik dan mana yang jelek. aku rasa kau tak akan mampu
menolong diri lagi. It-bun Han Too teramat gusar ia berpaling ke arah Shen
Bok Hong sambil serunya. "Shen Toa Cungcu bila kau mempercayai apa yang
dikatakan oleh Kim Hoa Hujin barusan ini maka dikemudian
hari kau akan menyesal sepanjang masa...."
"Heeh....heeh..heeeh.....It-bun sianseng. kau takut mati?"
ejek Kim Hoa hujin sambil tertawa dingin,"Hmm! merengek
burung hong memohon ampun, sedikitpun tidak memiliki jiwa
ksatria seorang lelaki sejati.... kau lebih cocok jadi banci!"
Dengan sorot mata yang tajam Shen Bok Hong menatap
wajah It-bun Han Too tajam tajam, sesaat kemudian diapun
menatap wajah Kim Hoa hujin tanpa berkedip, mengikuti
bergesernya sorot mata wajahnya berubah berulang kali,
siapapun tak dapat menduga apa yang sedang dipikirkan
olehnya pada waktu itu. Diam-diam Siauw Ling mengerahkan tenaga dalamnya siap
sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan,
ia kuatir secara tiba-tiba gembong iblis itu melancarkan
serangan bokongan. Dalam hati ia sadar bahwa satu-satunya orang yang benarbenar
mampu melawan Shen Bok Hong hanya dia seorang,
tetapi ruangan tersebut sempit dan kecil. Jika terjadi
pertarungan disana maka bukan saja gerakannya untuk
menghindaratau maju tidak leluasa, bahkan setiap jurus
serangan yang dilancarkan membutuhkan pengerahan tenaga
dalam yang amat besar. Meskipun semangat bertempurnya tetap tinggi, tetapi
pemuda itu menyadari pula bahwa di dalam hal tenaga dalam
dia masih kalah sempuma jika dibandingkan dengan Shen Bok
Hong, karena itu andaikata terjadi pertempuran di tempat
semacam ini maka akhirnya yang rugi tetap diri sendiri.
Sementara itu Shen Bok Hong telah anggukkan kepalanya
setelah menatap wajah Kim Hoa hujin beberapa saat lamanya.
"Perkataanmu memang masuk diakal" katanya, "tetapi
akupun percaya bahwa It-bun Han Too tak akan mengada ada
apa yang sebenarnya tak ada, bukti sukar didapat dan
persoalan ini aku rasa sulit untuk dibikin jelas..."
"Bila kau ingin bikin jelas persoalan ini gampang sekali, aku
mempunyai satu akal bagus untuk membuktikannya "ujar Itbun
Han Too dengan cepat, "Dan cara ini bila diwujudkan
maka dengan cepat kau dapat membuktikan kebenaran dari
ucapanku itu!" "ToIong tanya apakh caramu itu."
"Perintahkan saja Kim Hon Hujin serta Tong Lo Thay-thay
untuk bersama-sama menyerang Siauw Ling. Jika mereka suka
menerima perintah dari Shen Toa Cungcu dan menyerang
dengan sekuat tenaga untuk menentukan mati hidup mereka.
Maka itu berarti bahwa aku dengan sengaja sedang
menghasut perpecahan diantara kalian, aku akan gunakan
jiwaku sebagai taruhan...."
"Hmm!, kenapa kau tidak turun tangan terlebih dahulu
untuk menyerang Siauw Ling?" sambung Kim Hoa Hujin
dengan cepat. It-bun Han Too alihkan sorot matanya ke atas wajah Shen
Bok Hong, serunya dengan cepat, "Bagaimana" Shea Toa
Cungcu percaya tidak dengan perkataanku" atau kau lebih
percaya dengan obrolan dari Kim Hoa Hujin?"
Shen Bok Hong segera menggeleng.
"Sebelum kita memasuki Istana Terlarang bukankah kita
semua pernah berjanji untuk menyingkirkan lebih dahulu
semua persengketaan pribadi" janji itu tetap masih berlaku
dan kita semua harus menepatinya secara baik. Semua
persoalan aku rasa diselesaikan setelah keluar dari Istana
Terlarang saja!" "Bagaimana dengan pendapat Siau Tayhiap?" tanya It-bun
Han Too kemudian sambil berpaling ke arah Siauw Ling.
"It-bun sianseng!" jawab pemuda itu dengan suara dingin.
"Andaikata tiada aku orang she Siau yang berada disini
untuk mengimbangi situasi, mungkin orang pertama yang
akan menemui ajalnya adalah kau sendiri It-bun Han Too...."
Orang she It-bun itu tertegun, kemudian serunya, "Siau
Tayhiap, kau belum menjawab pertanyaanku!"
"Hmm! selamanya aku orang she Siau paling tidak suka
digertak atau diancam, jika It-bun Heng ingin segera
melangsungkan pertarungan yang menentukan mati hidup,
aku tak akan menolak untuk melayaninya!"
"Aku sedang menanyakan maksud hati dari Siau tayhiap "
"Heeh...heeeh....heeeh.... bila ditinjau dari perbuatanmu
saat ini, sepantasnya kalau kubacok mati dirimu lebih dahulu
diujung telapakku!" It bun Han Too berbatuk ringan, katanya, "Aku sedang
mengajak Sian tayhiap membicarakan situasi umum pada saat
ini lebih baik buang jauh2 semua dendam pribadi yang sedang
berkecamuk dalam hatimu Itu"
"Hinmm! apa yang sudah diputuskan olehmu serta Shen
Toa Cungcu, aku orang she Siau akan melayaninya"
It-bun Han Too segera alihkan sorot matanya. Ia lihat Shen
Bok Hong dengan sikap serius berdiri tegak di tempat semula,
mulutnya membungkam diam seribu bahasa, karenanya dia
lantas berkata kembali, "Maksudku lebih baik kita tetap
memegang janji yang telah kita ucapkan sehebum memasuki
Istana Terlarang tadi, untuk sementara waktu buang jauhjauh
semua Persengketaan pribadi, dan bersama-sama
menghadapi mara bahaya yang ada dalam istana Terlarang"
"Apa yang ditetapkan kalian berdua, aku orang she Siau
akan mengiringinya!"
Dalam hati pemuda itu merasa tidak punya keyakinan
untuk menangkan pertarungan tersebut. ia merasa andaikata
tak usah turun tangan hal itu jauh lebih baik lagi.
Melihat Siauw Ling sudah menyanggupi, untuk sementara
waktu It-bun Han Too merasa hatinya rada lega, meskipun
setelah keluar dar Istana Terlarang kemungkinan besar orang
pertama yang bakal dibunuh adalah dirinya, tetapi hal itu
terpaksa harus dihadapi setelah kejadian berada di depan
mataa nanti. "It-bun beng" terdengar Shen Bok Hong menegur, "Shen
Toa Cungcu ada uruan apa?"
Kalau memang Siau tayhiap telah menyetujui untuk tidak
melangsungkan pertarungan di dalam Istana Terlarang demi
keamanan serta keselamatan It-bun heng pribadi. aku
anjurkan lebih baik secepatnya temukanlah dua sosok jenazah
yang lain" Semula It-bun Han Too ingin menggunakan kesempatan itu
untuk memancing pertumpahan darah antara Siauw Ling
dengan Shen Bok Hong, sedang dirinya akan menjadi nelayan
yang beruntung siapa tahu hasutannya itu di patahkan oleh
ketajaman lidah Kim Hoa Hujin yang mana sebaliknya dirinya
yang kena dituduh hal itu membuat dirinya selama ini
mengalami kegagalan total, dalam hati dia lantas berpikir.
"Sekarang Siauw Ling pasti amat gusar dan membenci
diriku, untuk sementara waktu aku tak boleh menyalahi diri
Shen Bok Hong...." Karenanya dia lantas menjawab.
"Aku akan berusaha dengan segenap tenaga yang
kumiliki!" Dengan langkah lebar ia maju mendekati meja batu itu,
setelah diawasi beberapa saat lamanya dengan seksama tibatiba
ia menepuk permukaan meja itu dua kali, kemudian
meraba pula balik laci tersebut beberapa saat lamanya.
Setelah itu sambil loncat mundur beberapa depa ke belakang
ujarnya, "Bila aku tidak salah menemukan tombol rahasia
tersebut, dalam waktu sepeminuman teh lagi kemungkinan
besar ruangan ini bakal terjadi perubahan besar...."
Shen Bok Hong mengerutkan dahinya.
"Maksudmu, seluruh meja batu ini kemungkinan besar akan
roboh ke bawah"..."
"Tentang soal itu aku sih kurang begitu tahu, aku hanya
menduga bakal terjadi perubahan besar sahut It-bun Han Too
sambil menggeleng. "Asal ruang batu ini tidak roboh sama sekali, aku rasa
keselamatan kita semua juga tak akan terancam bahaya!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung tiba-tiba
terdengar suara gemerincing nyaring berkumandang
memecahkan kesunyian secara tiba-tiba ruang batu itu
bergeser ke arah samping dan muncullah sebuah piritu rahasia
dihadapan mereka. It-bun Han Too segera melongok ke arah bawah ia melihat
suasana dibalik pintu gelap gulita pandangan disitu sulit untuk
terlihat dengan mata Ia segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Shen
Bok Hong serta Siauw Ling, kemudian ujarnya, "Untuk masuk
ke dalam gua ini apakah aku juga yang harus membawa
jalan?" "Tentu saja kau yang harus membawa jalan!" sahut Siauw
Ling dengan suara dingin.
"Dalam kepandaian ilmu bangunan kami semua tak mampu
menandingi kelihayan dari It-bun heng, tentu saja It-bun heng
yang harus berjalan dipaling depan" kata Shen Bok Hong pula.
It-bun Han Too berbatuk batuk berat, ia lalu berseru,
"Waaah.. . kalau begitu, terpaksa aku harus berjalan lebih
dahulu dipaling depan....." sambil mengomel panjang lebar
berjalanlah orang itu memasuki pintu rahasia tersebut.
Shen Bok Hong melirik sekejap ke arah Siauw Ling, dan
ujarnya "Siau tayhiap harap kau berjalan lebih dahulu!"
"Orang ini licik dan berbahaya. aku harus berjaga2
terhadap serangan bokongannya..." pikir pemuda itu di dalam
hati. Segera ia menjawab, "Aku rasa lebih baik Shen Toa Cungcu
berjalan lebih duluan!"
Shen Bok Hong mnengalihkan sinar matanya ke arah Tong
Lo thay. thay serta Kim Hoa hujin, kemudian pesannya,
"Kalian berdua berjalan dipaling akhir!"
Maksud dari perkataan itu jelas sekali, ia titahkan kedua
orang pembanturya untuk mengawasi gerak-gerik Siauw Ling
secara diam-diam. "Kami sekalian turut perintah!" sahut Kim Hoa hujin sambil
mengangguk. "Ehmm, kalian harus hati-hati..."sambil berkata ia segera
menyusul dibelakang It-bun Han Too masuk ke dalam ruangan
rahasia. Menunggu Shen Bok Hong sudah menuruni anak tangga,
Siauw Ling berbisik kepada Pek-li Peng, "Peng-ji ikutilah
dibelakangku!" Pek-li Peng mengangguk. mereka berdua segera menyusul
pula ke dalam lorong rahasia tersebut.
Setelah menuruni anak tangga yang kesekian puluh,
suasana gelap semakin tebal menyelimuti daerah sekitar
tempat itu. Saking gelapnya sehingga sulit untuk melihat
kelima jari tangan sendiri.
Terdengar suara dan Shen Bok Hong berkumandang
datang, "It-bun heng kenapa kau tidak memasang obor
sebagai penerangan?"
Kilatan cahaya api berkelebat dalam ruangan sebatang obor
tahu tahu sudah muncul dibalik kegelapan.
Tampaklah It-bun Han Too sambil membawa obor perlahan
lahan melanjutkan perjalanannya menuruni tangga yang
terdiri dari delapan belas undakan tersebut hingga akhirnya
tibalah disebuah ruangan.
Ruang batu di bawah tanah itu tidak terlalu besar, luasnya
hampir sama dengan luas ruangan batu diatasnya, di bawah
sorot cahaya api tampaklah pada sudut ruangan tersebut
bersandar dua sosok mayat manusia.
Yang seorang adalah tojin berjubah panjang dan berambut
putih bagaikan perak. Mereka berdua duduk berjejer di atas sebuah pembaringan
batu yang dilapisi oleh kulit harimau.
Siauw Ling paling menaruh perhatian terhadap Raja
seruling Thio Hong sorot matanya tanpa terasa dialihkan ke
arah kakek baju hijau yang duduk disamping tojin itu.
Sedikitpun tidak salah, di atas jidat kakek baju hijau itu
benar-benar terdapat sebuah tahi lalat berwama hitam.
It-bun Han Too angkat obornya tinggi-tinggi untuk
memeriksa sekejap kedua sosok jenazah tersebut, kemudian
ujarnya. "Sepuluh tokoh maha sakti yang masuk ke dalam istana
terlarang sudah ditemukan semua. jika ucapan Tong Lo Thaythay
tidak keliru maka orang itu pastilah Raja seruling Thio
Hong" "Sedikitpun tidak salah dialah Raia seruling!" sahut Tong Lo
thiay thay sambil mengangguk.
"Nah! saudara sekalian silahkan memperhatikan dengan
seksama" kata It-bun Han Too kemudian sambil mengangkat
tangan kirinya ia mencekal obor tinggi- tinggi. Sementara
tangan kanannya secara diam-diam meraba ke arah
permukaan pembaringan dimana dua sosok mayat itu berada.
Baik Siauw Ling maupun Shen Bok Hong sama-sama
sedang menaruh perhatian atas raut wajah kedua sosok
mayat itu, mereka sama sekali tidak memperhatikan gerakgerik
dari It-bun Han Too. Lain halnya dengan Pek-lie Peng, rupanya sudah banyak
mendengar tentang kelicikan serta kecerdasan jago Tionggoan
ini, sepanjang waktu secara diam-diam ia perhatikan terus
semua gerak-gerik dari It-bun Han Too. Ketika dilihatriya
tangan kanan orang itu menggerayangi ke atas pembaringan.
Ia segera berteriak keras.
"Kau hendak mencuri barang!"
Meskipun dalam hati It-bun Han Too merasa amat


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terperanjat. tetapi gerakan tangan kanannya jauh lebih cepat
tahu- tahu jari tangannya sudah menyambar kulit harimau
tersebut. Shen Bok Hong segera melangkah maju kedepan,
tetapak kanannya diayun dan segera ditempelkan ke atas
punggung manusia she It-bun tersebut. ancamnya dengan
suara dingin. "It-bun heng, bila kau masih menginginkan jiwamu lebih
baik lepaskan tanganmu itu!"
Laksana kilat Siauw Ling menggerakkan pula tangan
kanannya, dengan ujung jari tengah ia tempel jalan darah
'Miau-bun-hiat' di tubuh Shen Bok Hong, ancamnya pula.
"Shen Toa Cungcu! aku rasa kau pasti pernah merdengar
bukan akan keahlian ilmu Sio lo sin ci dari Liu sian cu" aku tak
tahu dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Shen
Toa Cungcu mampukah untuk menahan serangan jariku itu?"
Di bawah ancaman maut yang mungkin mempengaruhi
mati hidupnya. Hati serakah It-bun Han Too seketika lenyap
tak berbekas, perlahan-lahan dia tarik kembali tangan
kanannya sambil berkata. "Aku tidak tahu benda apakah yang ada disitu, maksudku
hanya akan kuambil untuk diperiksa lebih dahulu, bukankah
sebelum masuk ke dalam Istana Terlarang kita pemah berjanji
bahwa setiap benda yang ditemukan akan diundi secara jujur
dan adil?" "It-bun heng, bukankah dalam sakumu masih terdapat
sebuah lilin?" tegur Shen Bok Hong dengan suara dingin.
"Sedikitpun tidak salah, daya ingat Sheo To Cungcu
ternyata masih terang sekali"
"Bagus! sekarang pasanglah lilin itu dan letakkan di atas
pembaringan batu itu"
It-bun Han Too tidak berani membantah, ia menurut dan
ambil keluar lilin dari dalam sakunya, setelah menyulutnya
segera diletakkan di atas pembaringan batu itu.
"Aku telah melakukan semua perintahmu itu" serunya.
"Sekarang mundurlah kesamping!"
It-bun Han Too mengiakan, perlahan-lahan ia menyingkir
dua langkah ke arah samping.
Shen Bok Hong segera menarik kembali telapak kanannya
dengan suara dingin Ia berseru, "Siauw Ling, apakah kau
masih tetap memegang janji?"
"Tentu saja semua orang harus tetap memegang janji"
"Kalau memang kau masih ingin memegang janji, sekarang
tarikhlah kembali tangan kananmu itu"
"Persoalan itu gampang sekali kulakukan, asal Shen Toa
Cungcu juga ikut mundur dua langkah kesamping.
Shen Bok Hong mendengus dingin, Ia menurut dan
bergeser dua langkah kesamping kalangan.
Siauw Ling segera menarik kembali tangan kanannya: di
bawah sorot cahaya lilin keadaan di atas pembaringan batu itu
nampak jelas sekali. Tampaklah di atas sebuah kitab yang tipis terletak selembar
kertas surat disamping kertas surat itu terletak pula sebuab
garisan kumala. Di atas kertas surat tadi tertulislah beberapa huruf yang
kira-kira berbunyi demikian, "Meskipun anda datang agak
terlambat, namun ditinjau dari kemampuanmu untuk
memasuki ruang rahasia ini menunjukkan bahwa kau cukup
lihay. Untuk bisa memasuki Istana Terlarang aku telah
menghabiskan waktu selama hampir tiga bulan tahun
lamanya, kau bisa sampai disini pengorbanan yang sudah
dilakukan pasti amat besar sekali. Nah! terimalah kitab silat
warisan dari Raja serulilng Thian Hong sebagai imbalan dari
jerih payahmu itu. Di bawah surat itu tertulis pula beberapa patah kata,
Tertanda orang yang lebih dahulu memasuki Istana Terlarang"
Sehabis membaca isi surat tersebut, dalam hati Siauw Ling
merasa murung bercampur gembira. Girang karena tujuannya
memasuki istana terlarang kali ini adalah bermaksud untuk
membantu Gak Siau Cha melawan Giok-Siau-Long Kun, ilmu
silat yang dimiliki Giok siau long kun bersumber dari raja
seruling Thian Hong, sedang orang yang masuk ke dalam
istana terlarang lebih dahulu itu ternyata meninggalkan pula
ilmu silat dan Raja Seruling Thian Hong di tempat itu,
bukankah itu berarti pucuk dicinta ulam tiba"
Yang dia murungkan adalah masih hadirnya Shen Bok Hong
serta It-bun Han Too di tempat itu. Mereka pasti akan
mengarahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk
memperebutkan satu- satunya catatan ilmu silat yang masih
tertinggal di dalam Istana Terlarang itu.
Dalam perebutan tersebut tak dapat dihindarkan lagi suatu
pertumpahan darah yang sangat mengerikan pasti akan
terjadi, akhirnya kitab catatan ilmu silat peninggalan dan raja
seruling Thio Hong itu bakal terjatuh ketangan siapa masih
sulit untuk diduga mulai sekarang....
Untuk beberapa saat lamanya ia jadi gelisah sekali. Tanpa
terasa parasaan tegang yang betum pemah dirasakan
sebelumnya mencekam perasaan hati..
Pek-lie Peng yang berdiri disisi Siauw Ling dapat merasakan
pula getaran tubuh pemuda itu. Ia jadi sangat kuatir, bisiknya
dengan suara lirih, "Toako apakah kau merasa takut?"
"Apa yang musti kutakuti?" sahut Siauw Ling sambil
mengeleng. "Kalau tidak takut kenapa tubuhmu..."
"Peng ji, aku sangat baik!" sela pemuda itu dengan cepat.
Pek-lie Peng mengulurkan tangannya dan menggenggam
tangan kiri Siauw Ling kencang-kencang ujarnya, "Oooh....!
toako, andaikata kita tak dapat keluar dan Istana Terlarang,
aku pasti akan menemani dirimu nanti disini...aaah... sungguh
indah dan menggembirakan sekali bila aku bisa mati
berdampingan dengan dirimu!....."
Habis berkata perlahan-lahan ia menyandarkan tubuhnya
ke dalam pelukan si anak muda itu.
Beberapa patah perkataan terakhir dan Pek-li Peng itu
diucapkan dengan suara yang amat keras karena itu baik Shen
Bok Hong maupun It-bun Han Too serta Kim Hoa Hujin
sekalian dapat mendengar dengan jelas. Tanpa terasa sorot
mata semua orang ditujukan ke arah si anak muda itu.
Shen Bok Hong terbatuk batuk ringan, ujarnya, "Saudara
Siau, nona ini amat mencintai dirimu bolehkah aku tahu
siapakah dia?" Siauw Ling tertawa dingin.
"Heeeh.... heeh... heeeh.... tentang soal itu, tak usah Shen
Toa Cungcu repot-repot untuk mengetahuinya!"
Terdengar It-bun Han Too menghela napas panjang,
setelah termenung beberapa saat lamanya ia berkata
"Saudara yaig masuk ke dalam istana terlarang sebelum
kedatangan kita itu sungguh berbaik hati, ia telah tinggalkan
kitab catatan ilmu silat dan Raja seruling Thio Hong buat kita,
sayang sekali perhitungannya yang matang itu telah salah
menghitung akan sesuatu...."
"Salah hitung tentang soal apa?" Shen Bok Hong
menanggapi. "Ia tak pemah menyangka kalau bakal ada enam orang
yang bersama-sama masuk ke dalam Istana terlarang. Iapun
tak pemah menduga bahwa gara-gara seijid kitab catatan ilmu
silat yang ditinggalkan bakal menimbulkan bibit bencana.:"
"It-bun heng jika dalam hati kau merasa takut maka
utarakan lebih dahulu maksud hatimu itu bila kau tidak ingin
ikut pertaruhan ini dan melepaskan niat untuk mendapatkan
kitab catatan ilmu silat dari Thio Hong!..." seru Shen Bok Hong
dengan suara dingin. It-bun Han Too tertawa hambar.
"Sekalipun aku bermaksud melepaskan niat tersebut, belum
tentu kitab catatan ilmu silat tersebut bakal jatuh ketangan
Shen heng!" "Sekalipun begitu, paling seikit aku bisa memperoleh
kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan kitab
catatan ilmu silat tersebut"
Siauw Ling yang selama ini membungkam walaupun tidak
ikut berbicara tapi dalam hati kecilnya telah bikin perhitungan
yang masak, pikirnya, "Seandainya beberapa orang itu benarbenar
bertaruh sesuai dengan janji yang telah dibicarakan
sebelumnya untuk mendapatkan kitab pusaka ilmu silat
tersebut terpaksa kita harus andalkan nasib dan rejeki masingmasing.
Sebaliknya kalau mereka tinggalkan janji tersebut....
tak bisa dihindari lagi suatu pertarungan sengit yang
mengerikan pasti akan terjadi
Diikuti iapun berpikir lebih jauh, "Meskipun ilmu silat yang
dimiliki It-bun Han Too tak perlu ditakuti, tetapi akal setannya
banyak sekali, lagipula sangat menguasai alat rahasia di dalam
istana terlarang, dia termasuk salah seorang musuh tangguh
yang sulit dihadapi....."
Sementara itu It-bun Han Too telah berkata kembali
"Situsasi yang terbentang di depan mata dewasa ini sudah
teramat jelas sekali, diantara semua benda yang berhasil
ditemukan dalam Istana Terlarang, boleh dibilang kitab
catatan ilmu silat dari Raja seruling Thio Hong merupakan
benda yang paling berharga, meskipun Raja Seruling juga
termasuk salah seorang manusia sakti yang ilmu serulingnya
telah menggetarkan seluruh kolong langit, namun dia hanya
merupakan sepersepuluh dari jago sakti lainnya. Orang yang
telah masuk ke dalam Istana Terlarang mendahului kita itu
telah berhasil mendapatkan sembilan bagian dari catatan ilmu
silat dengan hanya tinggalkan catatan ilmu silat dari Raja
Seruling di tempat ini, perduli siapa pun diantara kita berhasil
mendapatkan kitab catatan tersebut, kepandaian yang berhasil
dikuasai tidak lebih baru spersembilan bila dibandingkan
dengan orang itu, siapa tahu kalau orang itu telah menyalin
pula isi dan kitab ilmu silat ini sebelum berlalu jika demikian
adanya bukankah itu berarti bahwa kepandaian orang itu
sepuluh kali lipat lebih dahsyat dan kita?"
"Perkataan ini sedikitpun tidak salah" pikir Shen Bok Hong
di dalam hati, "persoalan penting yang harus aku kerjakan
sekarang adalah berusaha keras untuk menemukan, lebih
dahulu jejak dari orang yang telah menggondol pergi semua
kitab catatan dan Istana Terlarang itu, mumpung orang itu
belum berhasil melatih seluruh kepandaian silat yang maha
sakti itu, merebut kembali kitab catatan tersebut merupakan
tindakan yang paling tepat dan benar"
Sekalipun di dalam hati ia berpikir lain mulutnya tetap
membungkam dalam seribu bahasa.
Lain halnya dengan diri Siauw Ling, pendapatnya justru
bertolak belakang dengan pandangan dari Shen Bok Hong, ia
pandang berat kitab catatan ilmu silat peninggalan dari Raja
seruling Thio Hong, demi membantu Gak Siau Cha untuk
menghadapi Giok-siau long-kun nilai dan kitab ilmu silat itu
mencapai tingkat yang tak terhingga bagi dirinya. Bahkan jauh
lebih penting bila dibandingkan dengan ilmu silat peningga1an
sembilan orang tokoh maha sakti lainnya.
Lain halnya pula dengan It-bun Han Too dia menyadari
bahwa ilmu silat yang dimilikinya masih belum mampu untuk
menandingi kelihayan dari Shen Bok Hong maupun Siauw
Ling, jika dia ingin merebut kitab ilmu silat itu secara terang
terangan jelas sama sekali tiada harapan. Satu-satunya
kesempatan baginya untuk mendapatkan kitab pusaka itu
hanyalah berusaha untuk menjebak serta mengurung Shen
Bok Hong dan Siauw Ling sekalian di dalam Istana Terlarang,
tetapi sebelum dalam hati mempunyai keyakinan yang bisa
dipertanggung jawabkan ia tak ingin memperlihatkan
perasaan hati itu di atas raut wajahnya.
Sementara itu Kim Hoa Hujin dengan sorot mata yang
tajam menyapu sekejap raut wajah para jago yang ada di
dalam ruangan itu, kemudian berkata, "Perduli apapun yang
sedang dipikirkan serta dipertimbangkan dalam hati kalian
semua aku rasa lebih baik kita periksa dahulu isi kitab ilmu
silat itu sebenarnya asli atau palsu setelah itu barulah
persoalan dirundingkan kembali!"
"Tidak salah!" sahut Shen Bok Hong sambil mengerling
sekejap ke arah Siauw Ling, "Seharusnya kita periksa dahulu
isi dari kitab pusaka itu, benarkah isinya merupakan ilmu silat
peninggalan dari Thio Hong atau bukan ...."
" Persoalannya siapa yang pantas untuk melakukan
pemeriksaan tersebut?" sela It-bun Han Too.
"Apa pendapatmu mengenai masalah ini?" tanya Shen Bok
Hong kemudian sambil berpaling ke arah Siauw Ling.
Si anak muda itu tidak langsung menjawab pikirnya di
dalam hati, "Seandainya aku usulkan Peng-ji yang pergi
memeriksa. Shen Bok Hong serta It-bun Han Too pasti akan
menyatakan tidak setuju. rupanya aku harus melakukan
pilihan di antara Kim Hoa Hujin serta Tong Lo-thaythay dua
orang...." Berpikir demikian iapun menjawab
"Jika aku tidak memilih dari orang-orang yang dibawa Shen
Toa Cungcu aku rasa kau pasti akan merasa tidak lega hati.
Karena itu aku ingin memilih salah seorang dari kedua
pembantu Shen Toa Cungcu itu untuk melakukan tugas ini!"
"Siapakah dia?"
Sebenarnya Siauw Ling hendak menyebut Kim Hoa Hujin,
tetapi sewaktu ucapan itu tiba diujung bibir tiba-tiba Ia
berubah pikiran segera serunya
"Tong Lo Thay-thay"
Mendengar perkataan itu, Shen Bok Hong berpaling dari
melirik sekejap ke arah Tong Lo Thay-thay, kemudian sambil
menatap wajah It-bun Han Too tanyanya, "Bagaimana dengan
It-bun sianseng?" "Asal Shen Toa Cungcu menyetujuinya, aku sih tidak punya
pendapat lain!..." "Baik! kalau begitu biarlah Tong Lo hujin yang memikul
tugas ini untuk melakukan pemeriksaan terhadap isi kitab
tersebut!" Tong Lo Thay-thay sendiri juga tidak banyak bicara,
perlahan lahan ia berjalan menghampiri pembaringan batu
dimana terdapat dua sosok mayat itu, setelah menyingkirkan
penggaris kumala serta kertas surat itu, tampak olehnya di
atas sampul kitab yang terdiri dari kulit kambing itu tertera
beberapa tulisan dengan huruf yang besar, tulisan itu berbunyi
demikian, "Kitab catatan ilmu silat dari Raja seruling Thio
Hong" Tong Lo Thay-thay sebagai seorang ketua dari suatu
perguruan besar, meskipun termasuk golongan perempuan


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang dikatakan lemah namun kecerdasan serta ketelitiannya
tidak kalah dengan kaum pria, ia tahu pada waktu itu setiap
orang telah dipengaruhi oleh nafsu membunuh, sekali dia
bertindak salah kemungkinan besar jiwanya terancam mara
bahaya. Oleh sebab itu setelah menyingkirkan penggaris kumala
serta kertas surat ini, ia sama sekali tidak menggerakkan kitab
pusaka ilmu silat tersebut, sambil berpaling ke arah Shen Bok
Hong sekalian ujarnya, "Sedikitpun tidak salah, di atas kitab
itu memang bertuliskan kitab catatan ilmu silat dari Thio
Hong." "Meskipun disampul luar bertuliskan huruf tersebut, namun
belum tentu isinya benar, kau musti periksa dulu isi kitab itu!"
seru It-bun Han Too. Tong Lo Thay-thay segera berpaling ke arah Shen Bok
Hong. tanyanya. "Bagaimana pcndapat Toa Cungcu?"
"Buka kitab itu dan periksa isinya!"
Tong Lo Thay-thay segera merogoh ke dalam sakunya dari
mengenakan sarung tangan kulit menjangan, kemudian
dengan sangat hati-hati ia membalikkan sampul kitab itu.
"Sungguh hati-hati tindak-tanduk nenek tua ini!" bisik Pek-li
Peng disisi telinga Siauw Ling, "Senjata rahasia beracun dari
keluarga Tong dipropinsi Su-chuan sudah tersohor di seluruh
kolong langit, setiap manusia tak berani memandang enteng
dirinya. Dia sebagai seorang ketua perguruan tentu saja tak
boleh dipandang enteng!"
Ketika pemuda itu alihkan sorot matanya maka terbacalah
dibalik sampul tersebut bertuliskan beberapa huruf yang
berbunyi demikian Duapuluh delapan jurus ilmu seruling penghancur langit.
Jelas isi dari kitab catatan ilmu silat itu benar-benar
merupakan ilmu silat dari Raja seruling Thio Hong.
Sementara Siauw Ling hendak pusatkan perhatiannya untuk
membaca isi kitab itu lebih jauh, tiba-tiba terdengar It-bun
Han Too menghela napas panjang sambil bertanya, "Apakah
kalian semua berhasil menemukan sesuatu tanda yang tidak
beres"..." "Tanda tidak beres apa?" tanya Shen Bok Hong keheranan.
"Tulisan di atas sampul sebelah luar sama sekali berbeda
dengan tulisan dalam isi kitab tersebut..."
Tong Lo Thay-thay, harap kau membalik kembali sampul
yang paling depan itu!" titah Shen Bok Hong.
Tong Lo Thay-thay menurut dari segera membalik kembali
pada sampul kulit yang terdepan.
Semula baik Shen Bok Hong maupun Siauw Ling sama
sekali tidak menaruh perhatian tentang hal itu, setelah
mendengar ucapan dari It-bun Han Too tadi mereka baru
menaruh perhatian dengan sungguh-sungguh.
Sedikitpun tidak salah, ternyata gaya tulisan dari huruf
yang tertera disampul paling depan sama sekali berbeda jauh
dengan tulisan dalam isi kitab itu.
Delapan huruf yang tertera disampul paling depan gaya
tulisannya tegak dari kuat sebaliknya tulisan di dalam isi kitab
itu tulisan cepat yang mengambang dari tidak beraturan.
Shen Bok Hong segera berpaling ke arah It-bun Han Too,
serunya, "Jadi kalau menurut pendapat It-bun heng isi kitab
ilmu silat dari Thio Hong ini bukan aslinya?"
"Pandanganku justru merupakan kebalikan dari pandangan
Shen Toa Cungcu itu...." sahut It-bun Han Too sambil tertawa
hambar. "Bagaimana maksudmu?"
"Meskipun ilmu silat yang dimiliki Raja seruling Thio Hong
sangat lihay dan imannya sangat kuat sekali, namun setelah
berada dalam saat-saat terakhir menjelang kematiannya tak
bisa dihindari perasaan hatinya pasti mengalami goncangan
keras, karena itulah tulisannya jadi mengambang dan tidak
beraturan. Dan oleh sebab itulah aku merasa yakin bahwa
catatan ilmu silat itu benar-benar merupakan kitab
peninggalan dari Raja seruling Thio Hong...."
"Gaya tulisan pada sampul paling depan tegak lurus lagi
pula jauh berbeda dengan gaya tulisan dari isi kitab itu,
bagaimana pula penjelasan It-bun heng tentang persoalan
ini?" "Kemungkinan besar sampul depan itu diberi orang lain
setelah isi kitab itu selesai dibuat. Lagi pula setelah raia
seruling Thio Hong tinggalkan ilmu silatnya, tak mungkin dia
bisa menjilid kitab ini sedemikian rapi dan bagusnya"
"Jadi maksud It-bun heng, kemungkinan besar kesemuanya
itu adalah hasil perbuatan dari orang yang memasuki Istana
Terlarang lebih dahulu dari kita itu?"
"Untuk memberi jawaban kecuali aku periksa lebih dahulu
tinta dari huruf di dalam kitab catatan ilmu silat tersebut.."
"Apakah kau harus melakukan pemeriksaan sendiri terlebih
dahulu baru bisa memberi jawaban?" tanya Shen Bok Hong
dengan alis berkerut kencang.
"Sedikitpun tidak salah...."
Ia berhenti sebentar kemudian melanjutkan, "Kalian semua
adalah orang-orang yang pemah bersekolah, kalian tentu tahu
bukan untuk membedakan warna tinta serta gaya tulisan
seseorang harus melakukan penelitian yang seksama" dari
jarak yang demikian jauhnya ini darimana aku bisa
mengadakan pemeriksaan?"
Mendengar sampai disini Shen Bok Hong segera berpaling
ke arah pemuda Siauw Ling, tanyanya
"Siauw Ling, bagaimana pendapatmu?"
"Tak ada halangannya berikan kepadanya untuk diperiksa!"
"Tong Lo Thay-thay, serahkan kitab catatan ilmu silat
tersebut kepadanya!"
Tong Lo Thay-thay mengiakan dari segera menyerahkan
kitab pusaka ilmu silat itu ke tangan It-bun Han Too, tetapi
sebelum orang itu sempat menerimanya mendadak terdengar
Kim Hoa Huiin berseru keras, "Lebih baik suruh dia maju
kedepan lebih dahulu sebelum kitab itu diserahkan
ketangannya!" "Tidak salah!" sahut Shen Bok Hong, "It-bun heng, lebih
baik majulah kemari dari berdirilah di depan pembaringan batu
ini!" Kiranya pada waktu itu It-bun Han Too sedang berdiri
sangat dekat dengan pintu masuk, andaikata setelah
menerima kitab ilmu silat itu dia kabur keluar dari ruangan
dan menutup pintu rahasia tersebut, niscaya para jago bakal
terkurung di bawah ruangan rahasia itu.
It-bun Han Too tersenyum, perlahan-lahan ia berjalan
kedepan pembaringan batu, setelah menerima kitab catatan
ilmu silat tadi ditelitinya lebih dahulu sampul bagian depan
dengan seksama, kemudian baru memeriksa halaman pertama
dari isi kitab itu. Baik Shen Bok Hong maupun Sian Ling walaupun
mengetahui bahwa menggunakan kesempatan itu It-bun Han
Too sengaja hendak melihat isi dari ilmu seruling penghancur
langit, tetapi mereka berpendapat bahwa hal itu tidak menjadi
halangan sebab isi kitab itu toh terdiri dari puluhan halaman,
karena itu mereka berdua tetap bungkam dalam seribu
bahasa. Kurang lebih sepeminuman teh lamanya It-bun Han Too
meneliti isi kitab itu. Kemudian sambil menutup buku tadi
ujarnya, "Gaya tulisan pada sampul depan dengan isi kitab itu
tidak jauh berbeda, jelas bukan tulisan dari orang yang
memasuki istana terlarang lebih dahulu dari kita itu"
"Bagaimana jika dibandingkan dengan tulisan di atas
surat?" It-bun Han Too menerima surat itu dan dilihat sebentar,
kemudian menggeleng. "Juga tidak sama!"
"Lalu bagaimanakah pendapat It-bun heng mengenai
persoalan ini?" tegur Shen Bok Hong dengan suara dingin.
It-bun Han Too tertawa hambar.
"Pendapatku sederhana sekali, yaitu setelah Thio Hong
selesai menulis ilmu silatnya sendiri, ada orang yang
membantu dirinya menjilid catatan itu serta memberi sampul
luar di depan catatan tadi"
"Maksud It-bun heng, warna tinta dari kedua huruf itu
berasal dari tahun yang sama dari jaraknya satu sama lain
tidak terlalu lama?"
"Sedikitpun tidak salah!"
"Kalau memang begitu maka itu berarti bahwa perbuatan
itu ialah hasil karya dari salah seorang diantara sepuluh tokoh
maha sakti tersebut, tetapi siapakah orang itu" bukankah
mereka senasib sependeritaan dengan ilmu silat yang tidak
jauh berbeda satu sama lainnya" andaikata Thio Hong tidak
mampu menjilid catatan ilmu silatnya sendiri, aku rasa orang
lainpun tak akan memiliki kemampuan untuk berbuat begitu.
Satu-satunya orang yang mungkin bisa berbuat demikian
hanyalah Ahli bangunan bertangan sakti Pau It Thian. Tetapi
setelah kita tinjau keadaan situasinya jelas Pau It Thian
menemui ajalnya terlebih dahulu di tangan para jago,
terhadap persoalan ini bagaimanakah penjelasan dari It-bun
heng sehingga bisa membuat kami merasa puas?"
It-bun Han Too termenung beberapa saat lamanya,
kemudian menjawab. "Tepat sekali pertanyaan dari Shea Toa Cungcu itu,
andaikata kita teliti sebentar keadaan dari kakek pengubah
wajah disaat kematian menjelang tiba, maka tidak sulit bagi
kita untuk memecahkan rahasia ini"
"Apa sangkut pautnya tentang persoalan ini dengan kakek
pengubah wajah"...."
"Persoalan sebetulnya gampang sekali. selama ini aku telah
memperhatikan keadaan raut wajah dari orang-orang itu,
meskipun mereka semua berusaha keras untuk menjaga
ketenangan seridiri tetapi diantara kerutan alisnya tak dapat
menyembunyikan rasa murung dan kesalnya yang tebal,
hanya kakek pengubah wajah seorang saja yang mampu
mempertahankan ketenangannya tatkala ajal menjelang
datang, bahkan menganggap dirinya bagaikan Buddha. Hal ini
membuktikan bahwa Imannya paling tebal diantara kesepuluh
orang tokoh sakti itu. Dan menurut dugaanku seluruh catatan
ilmu silat dari sepuluh tokoh sakti tadi kakek pengubah
wajahlah yang menyusun, menjilid serta memberi sampul
mukanya" "It-bun hengruanya kau punya pandangan istimewa
terhadap kakek pengubah wajah.....bukan begitu?" seru Shen
Bok Hong setelah termenung sebentar.
It-bun Han Too tertawa hambar.
"Diantara sepuluh tokoh silat maha sakti itu, walaupun
ilmu silat mereka berbeda satu sama lain tapi kelihaynya
seimbang, dalam hal keteguhan iman justru berbeda jauh
sekali, menurut apa yang Siaute ketahui diantara kesepuluh
tokoh sakti tabiat Cian jin taysu paling berangasan dan jelek
sekali pun julukannya seribu sabar (Cian jin) tapi wataknya
benar-benar berangasannya bukan kepalang. Watak paling
halus dan berbudi adalah Tam In Cing dari partai Hoa-san,
paling mulia dan sabar adalah Bu Siang taysu dari kuil sau-lim
sedang orang yang paling misterius adalah kakek pengubah
wajah Say Thian Gie .."
"It-bun sianseng, pernah kau dengar tentang satu hal dari
mulut orang ...?" tiba-tiba Tong Lo Thay-thay menyela.
"Persoalan apa?"
"Aku pernah dengar, katanya jago lihay ikut masuk ke
dalam istana terlarang tempo hari bukan sepuluh orang saja,
benarkah kabar berita tersebut?"
"Aku sendiripun pernah dengar orang mengatakan begitu,
tapi berita tersebut tak mampu membuktikan"
"Diantara sepuluh sosok mayat yang kita temukan telah
kekurangan satu orang tokoh yang tersiar pula dalam Bu lim...
apa kalian merasakan pula akan hal ini?"
"Siapakah orang itu?"
"Tiang bi taysu dari partai Go bi!"
It-bun Han Too tertegun kemudian serunya, "Aaah...tidak
salah, Tiang Bi taysu bukan saja merupakan seorang jago
yang paling menonjol di dalam perguruan Go-bi, bahkan, ia
merupakan seorang tokoh sakti yang paling menonjol pula
diantara kesepuluh jago tersebut...."
"Selain itu aku pernah mendengar pula berita sensasi yang
tersiar dalam dunia persilatan mengenai asal usul Tiang Bi
taysu "ujar Ton g Lo Thay-thay lebih jauh, "katanya pertama
tama ia belajar silat dikuil Siau-lim lalu pindah kepartai GoBi,
diantara sepuluh jago dia merupakan jago nomor satu yang
lihay, sebenarnya ia mampu mengalahkan sembilan jago
lainnya dan merebut kedudukan paling kosen didunia, tetapi
setiap kali ia mengalah dan tak pernah melukai musuh
musuhnya membuat orang Bulim beranggapan ilmu silat dari
kesepuluh tokoh sakti itu seimbang. Dalam kenyataan aku
dengar dihati kecil para jago lainnya telah mengakui kalau
ilmu silat dari Tiang Bi Taysu adalah paling hebat diantara
mereka semua..." "Aaah.....! hal ini tak mungkin terjadi "sela Shen Bok Hong,
"kalau Tiang Bi taysu sungguh mempunyai ilmu silat paling
lihay dan disegani oleh lawan lawannya, ia tentu akan
mengangkat diri sebagai seorang tokoh silat tak terkalahkan
yang dihormati semua orang. Kenapa ia tak sudi menerima
gelar kehormatan tersebut?"
"Aku juga pernah mendengar berita tersebut "kata It-bun
Han Too pula, "cuma persoalan itu sulit untuk dibuktikan, lebih
kita anggap sebagai bahan pembicaraan waktu senggang
saja" Tiba-tiba Siauw Ling teringat kembali akan kemampuan dari
gurunya, ayah angkatnya serta Liu Sian-cu, dengan usia dan
kemampuan yang mereka miliki sepantasnya kalau ketiga
orang itu berhak ikut serta dalam perebutan gelar nomor satu
tetapi karena urusan dendam pribadi dan masalah cinta
akhirnya mereka terpaksa harus berdiam dipegunungan yang
terpencil dari tidak pernah muncul dalam dunia persilatan.
Berpikir sampai disitu, ia lantas berkata
"Walaupun ada sepuluh jago lihay saling bertanding untuk
memperebutkan gelar nomor satu, itu bukan berarti dalam
dunia persilatan sudah tidak terdapat jago lihay yang memiliki
ilmu silat jauh lebih lihay dari kesepuluh orang itu, banyak
jago karena persoalan pribadi atau masalah cinta membuat
mereka segan untuk ikut berebut nama, banyak pula yang tak


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berhasrat melakukan pertarungan untuk mencari nama....
manusia-manusia yang hidup mengasingkan diri
dipegunungan yang terpencil macam beginilah sepatutnya
dipuji dan dikagumi ...."
"Contohnya seperti gurumu bukan..."sambung Shen Bok
Hong dengan nada mengejek.
"Hmm! kalau guruku ikut serta dalam pertarungan sepuluh
jago tak mungkin ini hari kita jumpai ada jago lihay yang
tekurung di dalam Istana terlarang," sambung Siauw Ling
ketus. Tiba-tiba Shen Bok Hong angkat kepala dari tertawa
terbahak-bahak "Haaah.....haaah....haaah andaikata gurumu ikut terkubur
dalam istana terlarang maka ini hari aku orang she-Shen akan
kehilangan seorang musuh tangguh!"
"Siau tayhiap" ujar It-bun Han Too sambil menatap wajah
pemuda itu," bolehkah ku tahu siapakah gurumu?"
"Maaf namanya tak dapat kusebutkan!"
"Sekalipun Siau tayhiap segan untuk memberitahukan tidak
sulit bagiku untuk menduganya."
"Pada saat dan keadaan seperti ini tidak seharusnya kita
bicarakan masalah yang tak ada gunanya!"
"Tidak salah" seru Shen Bok Hong pula," benarkah ilmu
silat dari Tiang Bi taysu jauh lebih dahsyat dari sepuluh jago
lainnya, masalah itu tak ada sangkut pautnya dengan keadaan
kita sekarang. Mau bicara tentang soal itu lebih baik setelah
keluar dari Istana Terlarang saja. Sekarang yang paling
penting adalah bagaimana caranya menyelesaikan masalab
kitab pusaka peninggalan dari Thio Hong tersebut"
Perlahan-lahan It-bun Han Too meletakkan ki tab ilmu silat
itu ke atas pembaringan batu. kemudian ujarnya, "Isi kitab ini
sudah pasti tak bakal salah lagi, terserah kalian mau percaya
atau tidak kalau tulisan dari isi kitab dan sampul di lakukan
pada waktu yang bersamaan. Menurut penilaianku delapan
bagian kulit luar dibuat oleh kakek pengubah wajah sedang
isinya ditulis sendiri oleh Thio Hong, atau tegasnya kitab ini
adalah kitab yang asli"
"Lilin itu paling banter cuma bertahan setengah hio lagi
"kata Shen Bok Hong, setelah memandang lilin
dipembaringan." sebelum lilin tersebut terbakar habis kita
harus menyelesaikan persoalan ini"
"Kitab pusaka yang kita temukan dalam Istana Terlarang
hanya satu jilid, persoalan ini merupakan masalah simpul mati
yang sukar diselesaikan, tentu saja kecuai kalau ada dua
orang diantaranya secara tiba-tiba membatalkan niatnya untuk
ikut serta mendapatkan kitab tersebut"
"HmmI dalam keadaan dan situasi seperti apapun, aku
tetap punya minat dengan kitab itu" seru Siauw Ling cepat.
"Siau tayhiap, kalau didengar dari perkataanmu itu seolaholah
kau punya ambisi besar untuk mendapatkan kitab pusaka
itu?" sindir Shen Bok Hong.
"Kalau kitab itu peninggalan orang lain mungkin aku tidak
terlalu berminat, justru karena kitab itu peninggalan dari Thio
Hong maka bagaimanapun juga harus kudapatkan"
"Kenapa" tanya It-bun Han Too, jika Siau tayhiap mau
mengutarakan alasannya, aku rela mengundurican diri secara
suka rela!" Siauw Ling tidak bisa berbohong, untuk beberapa saat ia
jadi bingung dari tak tahu apa yang musti dijawab, terpaksa
dengan nada dingin serunya, "Aku rasa persoalan ini tak ada
pentingnya untuk dijelaskan kepada sianseng!"
"Jadi menurut perkataan dari Siau heng itu, kau sudah
memastikan diri untuk mendapatkan kitab pusaka dari Thio
Hong ini?" tegur ketua dari perkampungan Pek Hoa Sanceng
itu. "Menurut perjanjian kita semula. Siau tayhiap hanya
mempunyai kesempatan sepertiga saja," sela It-bun Han Too
pula. Siauw Ling mengerutkan dahinya, sinar tajam memancar
keluar dari matanya dan pemuda itu akan mengumbar hawa
amarahnya. Tapi sesaat kemudian Ia menghela napas panjang
dan tundukkan kepalanya. "Jika kalian hendak menentukan dengan cara berundi,
tentu saja aku harus pegang janji!"
Shen Bok Hong memandang api lilin yang sudah tinggal
sedikit, pikirnya "Ditinjau dari sikap Siauw Ling, rupanya dia sangat
berhasrat terhadap kitab pusaka dari Thio Hong itu. Jika aku
berusaha menggunakan cara lain dia pasti tak setuju. apalagi
bocah perempuan itu tak kuketahui asal usulnya, Siauw Ling
bisa tinggalkan sepasang pedagang dari Tong-ciu dari memilih
dia untuk mendampingi perjalanan kali ini, bisa diduga ilmu
silatnya tentu lihay sekali. Menurut It-bun Han Too, Kim Hoa
Hujin dan Tong Lo Thay-thay sejak tadi sudah tahu rahasia
Siau Lirig tapi mereka merahasiakannya dihadapanku, aku
rasa ucapan itu bukan isapan iempol belaka... sedang It-bun
Han Too pribadi orangnya licik diluaran ia baik kepadaku
belum tentu ia mau membantu aku jika aku sampai bentrok
dengan Siauw Ling... waaah... keadaan benar-benar serba
salah. Ia merasa kekuatan yang semula paling besar, kini berubah
iadi paling lemah diantara beberapa orang itu. maka ujarnya
dengan cepat, "Bukankah sewaktu masuk Istana terlarang kita
telah berjanji lebih dahulu" aku rasa dalam pembagian
hasilpun kita harus tetap memegang janji yang lampau..."
It-bun Han Too jadi keheranan ketika mendengar nada
ucapan gembong iblis itu tiba-tiba berubahi jadi lunak,
pikirnya, "Semua orang dia takut sekali terhadap Siauw Ling,
rupanya berita itu ada benarnya juga....dia memang punya
rasa takut dan gentar menghadapi si anak muda itu"
Berpikir demikian, iapun lantas berkata, "Kalau memang
begitu, marilah kita bertaruh menurut perjanjian. Coba lihat
siapa yang beruntung akan mendapatkan kitab pusaka dari
Thio Hong tersebut. Setelah itu kitapun harus cepat-cepat
tinggalkan Istana Terlarang"
Dalam hati kecilnya Shen Bok Hong telah mengambil
keputusan, barang siapapun yang berhasil mendapatkan kitab
pusaka tersebut, setelah keluar dari Istana Terlarang ia akan
berusaha untuk merampasnya kembali, maka segera ujarnya
"Baik! lebih bilk urusan ini cepat diselesaikan, daripada
masing-masing pihak kuatir dan tidak tenteram terus"
"It-bun sianseng" seru Siauw Ling memperingatkan,
pembagian ini adalah adu nasib, aku harap engkau bisa
berlaku secara adil dari bijaksana.... janganlah bermain curang
atau main setan secara diam-diam....."
"Tentu saja begitui, kalau Siau tayhiap masih tidak
percaya... baiklah! engkau saja yang memimpin pembagian ini
dan biarlah kami yang menebak... bagaimana?"
"Soal itu sih tak perlu. asal engkau It. bun sianseng bisa
bertindak jujur dan adil itu sudah lebih dari cukup"
It-bun Han Too segera masukan tangan kanannya ke dalam
saku, beberapa saat kemudian dia ambil keluar kepalannya
yang digenggam dan berkata, "Di dalam genggaman ini
semuanya terdapat tiga buah mata uang, silahkan kalian
berdua menebak berapa isi mata uang yang berada dalam
genggamanku ini, siapa yang cepat menebak isi mata usng
tersebut dialah yang berhak mendapatkan kitab pusaka
peninggalan dari Thio Hong tersebut"
Shen Bok Hong yang telah mempunyai rencana dalam hati
tidak merasa terlalu kuatir dengan pertaruhan ini,
perhitungannya asal tebakan adu nasib ini meleset maka kitab
itu akan dihadang sesudah keluar dari Istana Terlarang, maka
segera ujarnya, "Siau tayhiap, bukankah kau mempunyai
hasrat yang besar untuk mendapatkan kitab itu" Nah! sekali
lagi aku akan memberi kesempatan baik kepadamu. silahkan
Siau tayhiap menebak lebih dulu"
"Hmmm! kita sedang mengadu nasib, aku tak mau engkau
mengalah bagiku" seru Siauw Ling dengan suara dingin.
"Ooooh.... bagiku sih sama saja, menang juga boleh kalah
juga tak mengapa. Nah, silahkan engkau menebak lebih dulu"
"Kalau memang kau berkata begitu, ku tidak akan
sungkan2 lagi....!" "Siau tayhiap silahkan mulai menebak!" Dengan pandangan
tajam Siauw Ling menatap wajah It-bun Han Too, sementara
hatinya terasa amat tegang dan kalut sekali, ia sama sekali tak
berhasil menenangkan hatinya.
---oo0dw0oo--- Jilid: 8 Belum pernah Siauw Ling mengalami keadaan seperti ini, ia
kuatir kalau tebakannya meleset dan rencananya gagal total....
tapi semakin hatinya tidak tenang perasaannya makin tegang
dan keringat dinginpun tanpa terasa mengucur keluar tiada
hentinya. Setelah menatap wajah It-bun Han Too beberapa saat
lamanya, ia menjawab dengan suara lirih
"Dua biji!" Wajah It-bun Han Too masih tetap tenang seperti sedia
kala, dia alihkan sorot matanya ke atas wajah Shen Bok Hong
dan menegur, "Bagaimana dengan Shen Toa Cungcu?"
"Tiga biji" Perlahan-lahan orang she It-bun itu membuka genggaman
tangan kanannya dan berseru, "Silahkan kalian berdua
memeriksa dengan teliti!"
Ketika semua orang alihkan sorot matanya ke arah
genggaman It-bun Han Too maka terlihatlah di atas telapak
hanya terdapat sebiji mata uang belaka, air muka Siauw Ling
kontan berubah hebat dan hatinya terasa berdebar sangat
keras. "Harap kalian berdua periksa uang ini dengan seksama"
kembali It-bun Han Too berseru sambil menyerahkan mata
uang tadi ketangan Siauw Ling.
Si anak muda itu menerima mata uang tadi dan diperiksa
dengan seksama, tidak salah mata uang tersebut memang
hanya sebiji. Ia menghela napas dan berseru, "It-bun
sianseng, rupanya engkau yang bemasib mujur dan berhasil
menangkan kitab pusaka itu!"
"Itu musti salahkan nasib kamu berdua yang kurang
beruntung!" sahut orang she It-bun sambil tersenyum, dia
ambil kitab pusaka itu dari atas pembaringan dan segera
masukkan ke dalam sakunya.
"Siau tayhiap, kalau dilihat dan rasa kecewa yang
menyelimuti wajahmu rupanya engkau sangat tidak puas
dengan pertaruhan ini?" seru Shen Bok Hong, "eeei..... It-bun
sianseng, aku lihat sekalipun aku tak ada hasrat Siau tayhiap
pasti tak akan melepaskan dirimu dengan begitu saja"
It-bun Han Too mendengus, dia alihkan sorot matanya ke
atas wajah pemuda itu sambil katanya, "Siau tayhiap aku lihat
kitab pusaka peninggalan dari Thio Hong ini agaknya penting
sekali bagimu bukankah demikian?"
"Sekalipun setiap orang suka harta, tapi jalannya harus
jujur dan pakai aturan, aku memang mengakui bahwa kitab
pusaka peninggalan dari Thio Hong amat penting bagi aku
orang she Siau, tapi kau tak usah kuatir aku orang she Siau
tak akan merampasnya dengan cara yang tidak wajar atau
tidak jujur!" "Haaahh....haaaah....haaaah......" It-bun Han Too tertawa
terbahak bahak, "sekarang apa yang musti kita lakukan?"
" Kedatangan kita sudah didahului orang lain sehingga
membuat nilai dari istana terlarang hilang sama sekali aku
rasa tidak perlu kita berdiam terlalu lama lagi di tempat ini
"seru Shen Bok Hong.
"Kalau memang begitu mari kita keluar dulu dari ruang
bawah tanah ini..." kata It-bun Han Too, dengan langkah lebar
ia segera berjalan keluar lebih dahulu dari sana.
Kim Hoa Hujin tiba-tiba mempercepat langkahnya
mendahului It-bun Han Too, serunya, "It-bun sianseng harap
engkau berjalan ditengah saja!"
Dua langkah ia mempercepat tindakannya dan segera
berebut di depan orang itu.
Siauw Ling dengan ketat membuntuti dibelakang It-bun
Han Too dan Shen Bok Hong berjalan dipaling belakang.
Dalam waktu singkat para jago telah keluar dari ruang
bawah tanah dan tiba kembali diruang tengah.
Di tempat itu keadaan dan suasana masih tetap seperti
sedia kala. Kecuali jenazah dari Tam In Cing, enam sosok
jenazah lainnya masih tetap berada di tempat semula.
It-bun Han Too memandang sekejap wajah para jago,
kemudian berkata, "Silahkan saudara saudara sekalian keluar
lebih dahulu dari ruangan ini aku akan tetap tinggal disini
untuk membereskan lebih dahulu beberapa sosok jenazah itu"
Shen Bok Hong segera tertawa dingin.
"It-bun heng, apakah engkau akan tetap tinggal di dalam
istana terlarang untuk mempelajari lebih dahulu isi kitab dari
buku peninggalan Thio Hong tersebut?" setelah berhasil
mempelajari kepandaian lihay baru keluar dari Istana
Terlarang?" "Shen Toa Cungcu terlalu banyak curiga sekalipun
kepandaian silat yang kumiliki amat cetek tak nanti aku suka
tetap tinggal di dalam Istana Terlarang, kau anggap aku
sudah bosan hidup dan ingin mencari kematian buat diri
sendiri?" "Aku tidak percaya tanpa petunjuk dari sianseng, maka kita
semua tak bisa keluar dari Istana Terlarang ini....." seru Siauw
Ling, dia keluarkan tangan kanannya dan berseru kembali,
"bawa kemari!" "Siau tayhiap, apa yang kau kehendaki?"
"Tak usah gelisah atau tegang, aku bukan meminta kitab
pusaka tersebut... ayoh kembalikan anak kunci Istana
Terlarang tersebut!"
"Ketika masuk ke dalam istana terlarang tadi bukankah
suatu pertarungan sengit telah terjadi" aku rasa Siau tayhiap
menyaksikan mata kepala sendiri bukan?"
"Kunci tersebut telah hilang ketika sedang berlangsungnya
pertarungan sengit itu!"
"Toako, jangan percaya dengan perkataannya.... dia
bohong!" seru Pek-li Peng dengan gusar, "kalau ia tak dapat
mengembalikan anak kunci tersebut kita rampas kitab pusaka
peninggalan dari Thio Hong itu sebagai barang jaminan!"
Air muka Siauw Ling berubah jadi dingin dan amat serius,
katanya, "Ketika pertarungan sedang berlangsung kami


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdualah yang bertempur melawan Shen Bok Hong, sedang
It-bun sianseng dengan leluasa membuka pintu istana
tersebut kendati pertarungan yang berlangsung amat seru aku
rasa kejadian itu sama sekali tak ada hubungannya dengan
diri sianseng apakah kau anggap aku orang she-Siau tak
sanggup membunuh orang maka kau hendak bermain setan
dengan diriku?" It-bun Han Too tertawa panjang.
"Haaahh...haaah...haaah...semua perkataan yang
kuucapkan adalah jujur dan sebetulnya, bila Siau tayhiap tak
mau percaya...apa yang bisa kulakukan lagi?"
"It-bun sianseng kau banyak akal dan jadi orang terlalu
licik, perkataanmu sukar untuk membikin hatiku jadi
percaya....kalau kau tidak mengembalikan anak kunci istana
terlarang kepadaku, terpaksa aku harus membinasakan dirimu
untuk melampiaskan rasa mangkel dan mendongkol dalam
hatiku sambil berseru perlahan-lahan pemuda itu angkat
telapak kanannya keudara.
Kita toh sudah masuk ke dalam Istana Terlarang" apa
gunanya kunci tersebut" benda itu toh sudah tak berhanga
sama sekali" kenapa kau bersikeras untuk minta kembali" lagi
pula yang lebih penting sebelum kedatangan kita kan sudah
ada orang lain yang mendahului kita semua, dan orang itu
bisa masuk kemari tanpa meuggunakan anak kunci Istana
Terlarang. Andaikata kunci itu masih ada aku pasti akan
mengembalikannya kepadamu..."
Dalam hati Siauw Ling segera berpikir, "Perkataan ini
sedikitpun tidak salah, rahasia istana terlarang telah
terbongkar, yang masih tertinggal disitu cuma beberapa sosok
jenazah dari jago-jago lihay itu... aku rasa sejak kini sudah tak
ada orang lagi yang berhasrat untuk memasuki istana
terlarang, kalau memang begitu apa gunanya kunci wasiat
itu?" Pek-li Peng yang selama ini berada disisinya mendadak
berseru, "Perduli kunci wasiat itu berapa besar nilainya, yang
penting benda itu milik kami, jika kau telah menghilangkannya
maka kau berkewajiban untuk mengganti, bukan begitu It-bun
sianseng?" "Di kolong langit mungkin hanya terdapat sebuah anak
kunci wasiat sebelum benda itu berhasil kutemukan kembali,
darimana aku bisa mengembalikanyya kepadamu?"
"Kalau memang begitu ayoh serahkan kitab pusaka
peninggalan dari Thio Hong itu kepada kami sebagai barang
jaminan, setelah engkau mengembalikan anak kunci istana
terlarang kepada kami, kitab tersebut baru akan kukembalikan
kepadamu" Meskipun Siauw Ling sendiri tahu kalau It-bun Han Too
orangnya licik banyak akal dan cendik, dan tahu pula kalau
delapan puluh persen anak kunci rahasia tersebut sama sekali
tidak hilang, namun ia tak dapat menebak apakah kegunaan
dari anak kunci tersebut sehingga ia bersikeras untuk
menyembunyikannya. ---ooo0dw0ooo--- SEMENTARA itu It-bun Han Too telah berkata kembali,
Apakah kalian tidak merasa tindakan kamu berdua terlalu
jahat dan kelewat batas" masa aku hilangkan anak kunci itu
tanpa sengaja dan kalian segera minta kitab pusaka itu
sebagai barang jaminan?"
Kau tak usah banyak bicara, asal anak kunci istana
terlarang dikembalikan kepadaku kitab ini segera
kukembalikan kepadamu!"
Rupanya It-bun Han Too benar-benar terdesak hingga tak
bisa berbuat apa-apa lagi, perlahan-lahan dia merogoh
sakunya dan ambil keluar kitab pusaka itu, ujarnya, "Bagi kita
orang Bu-lim janji dan kepercayaan adalah nomor satu di atas
segala-galanya. Setelah aku hilangkan anak kunci istana
terlarang memang sepantasnya kalau benda itu harus kuganti.
Baiklah... sebelum anak kunci tersebut berhasil kutemukan,
Kisah Si Pedang Kilat 12 Pendekar Bodoh 10 Raja Alam Sihir Titisan Dewi Iblis 3
^