Pencarian

Budi Kesatria 5

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 5


kitab ini kutitipkan kepada kalian sebagai barang jaminan,
harap Siau tayhiap suka menerimanya!"
Meskipun dalam hati Siauw Ling ingin sekali menerima kitab
itu, tetapi dia merasa sungkan dan malu untuk
menyambutnya. Untuk beberapa saat pemuda itu jadi bingung
dan tak tahu apa yang musti dilakukan.
Pek-li Peng tidak mau berpikir terlalu jauh, dengan cepat
dia ulurkan tangannya hendak menerima kitab tersebut.
Akan tetapi dengan cepat It-bun Han Too menarik kembali
tangannya sambil berseru, "Akan kuserahkan sendiri ketangan
Siau tayhiap!" "Kenapa" serahkan kepadaku toh sama saja?"
It-bun Han Too menggeleng berulang kali. "Siau tayhiap
adalah seorang lelaki sejati yang bisa dipercaya setiap
perkataannya, aku harus serahkan sendiri kepadanya karena
hanya dia seorang yang bisa dipercaya!"
Siauw Ling dibuat apa boleh buat terpaksa ia ulurkan
tangannya untuk menyambut kitab tersebut.
Ketika memegang sampai setengah jalan, It-bun Han Too
tak melepaskan kitab tersebut dengan begitu saja, kembali
katanya, "Siau tayhiap, andaikata anak kunci istana terlarang
berhasil kutemukan kembali, apakah kitab pusaka ini dapat
kutukarkan dengan benda itu?"
"Tentu saja boleh!"
"Baik aku percaya dengan perkataan Siau tayhiap, silahkan
engkau terima kitab pusaka itu sebagai barang jaminan!"
Sambil berkata ia segera melepaskan cekalannya dari
mundur dua langkah ke belakang.
Siauw Ling menerima kitab pusaka peninggalan dari Thio
Hong itu dan segera dimasukkan ke dalam saku.
Selama ini Shen Bok Hong hanya menyaksikan semua
kejadian itu dengan pandangan dingin dari mulut
membungkam, menanti Siauw Ling sudah memasukan kitab
pusaka tersebut ke dalam sakunya Ia baru menengadah dan
tertawa terbahak bahak. "Shen Toa Cungcu, persoalan apa yang menggelikan
hatimu?" tegur Siauw Ling dengan suara dingin
Shen Bok Hong tidak menjawab, ia berpaling memandang
sekejap ke arah Kim Hoa hujin dan Tong Lo Thay-thay,
kemudian serunya, "Ayoh kita keluar lebih dahulu dari ruangan
ini!" sambil berkata dia melangkah pergi lebih dahulu.
Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay segera menyusul
dibelakang Cungcu dari perkumpulan Pek Hoa Sanceng itu dan
ikut keluar dari ruangan tersebut.
Pek-li Peng segera menowel ujung baju Siauw Ling sambil
bisiknya. "Ayoh, kita juga ikut keluar....."
Tanpa menunggu jawaban dia melangkah keluar lebih
dahulu dari tempat tersebut.
Dalam waktu singkat dalam ruangan tersebut hanya tinggal
It-bun Han Too seorang diri.
Terhadap alat-alat rahasia yang dipasang di sekitar ruangan
itu rupanya dia telah menguasainya, ketika alat rahasia
digerakkan maka keenam sosok jenazah itupun segera
tenggelam kembali dibalik ruang rahasia yang ada dibelakang
dinding. Dalam pada itu Shen Bok Hong dengan membawa Kim Hoa
Hujin dan Tong Lo Thay-thay serta Siauw Ling dengan
membawa Pek-li Peng telah menanti ditengah halaman kurang
lebih empat lima depa diluar ruangan tersebut.
Sejak keluar dari ruangan Tong Lo thaythay telah
memungut kembali toya Siau ciang milik Shen Bok Hong yang
dipergunakan untuk menghantam dinding batu tadi.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian It-bun Han Too
baru muncul kembali sambil berkata.
"Alat rahasia yang dibangun oleh si Ahli bangunan
bertangan sakti benar-benar hebat dari luar biasa sekali,
walaupun sudah terpaut selama puluhan tahun lamanya
ternyata alat-alat rahasia itu masih bisa bejjalan seperti sedia
kala, agar jenazah dari beberapa orang tokoh sakti itu tidak
mengalami kerusakan aku telah mengembalikanyya ke tempat
semula....kalian tentu tidak terlalu lama menunggu bukan?"
Shen Bok Hong tertawa rawan, bibirnya bergerak seperti
mau mengucapkan sesuatu tapi akhirnya ia membatalkan
kembali maksudnya. "Sekarang apakah It-bun Sianseng masih ada pekerjaan
lain?" tanya Siauw Ling.
"Sudah tak ada lagi, mari kita segera berangkat" seru Itbun
Han Too, ia merogoh keluar pedang pendeknya dan
segera melagkah ke arah luar.
"It-bun heng" kata Shen Bok Hong kemudian, dalam
perjalanan kita mengunjungi Istana Terlarang kali ini. Satu
satunya orang yang berhasil mendapatkan hasil yang lumayan
hanya It-bun heng seorang, bukan saja kau berhasil
menangkan sebilah pedang musitaka yang tajam sekali,
bahkan menangkan pula kitab pusaka peninggalan dari raja
Seruling Thio Hong, dengan keerdikan serta dasar ilmu silat
yang kau miliki sekarang, aku rasa sepuluh tahun lagi engkau
pasti akan sudah dapat menguasai seluruh isi kitab pusaka
tersebut "Sayang aku telah menghilangkan anak kunci istana
terlarang milik Siau tayhiap, kejadian itu memaksa aku
terpaksa harus serahkan kitab pusaka itu sebagai
barang jaminan, andaikata anak kunci itu tak dapat
kutemukan, berarti pula kitab pusaka itu tak dapat kuminta
kembali" Shen Bok Hong tertawa dingin.
"It-bun heng" jengeknya, "rencanamu itu mungkin bisa
mengelabuhi orang lain. tapi jangan harap bisa mengelabuhi
diriku" It-bun Han Too tidak banyak bicara lagi, dia percepat
langkahnya menuju kedepan.
Para jago pun segera menyusul dari belakangnya dan
melewati jalan yang semula untuk menuju ke pintu istana.
Rupanya It-bun Han Too telah menguasai jalan keluar dari
istana tersebut, perjalanan dilakukan amat cepat sekali hingga
membuat Shen Bok Hong dan Siauw Ling sekalian tak mampu
menyaksikan pemandangan disekeliling tempat itu.
Tidak selang beberapa saat kemudian, sampailah para jago
di depan pintu gerbang Istana Terlarang.
Sambil menghentikan langkah kakinya It-bun Han Too
berkata, "Di depan pintu gerbang Ahli bangunan bertangan
sakti Pau It Thian telah memasang suatu alat rahasia yang
amat keji dan jahat sekali, saat ini kita semua sedang berdiri
di dalam lingkungan pengaruh alat rahasianya itu, asal alat
tersebut tersentuh dan menunjukkan kehebatannya maka
tidak ampun lagi kita berenam bakal mati konyol di tempat itu.
.." Sementara itu para jago berdiri ditengah kegelapan yang
amat mencekam seluruh ruangan, sekalipun telah
menggunakan segala ketajaman matanya paling banter
mereka cuma dapat melihat daerah seluas dua depa belaka.
Shen Bok Hong segera mendehem dan bertanya, "Alat
rahasia apakah yang kau katakan sebagai amat lihay itu?"
"Di atas batok kepala kita dan sekitar kiri kanan dinding
ruangan ini telah terpasang suatu alat penyembur senjata
rahasia yang amat kuat, bila alat rahasia itu tersentuh maka
daerah seluas dua tombak akan terkurung di bawah hujan
jarum beracun yang amat rapat dan lebat...."
Ia berhenti sebentar kemudian lanjutnya.
"Kecuali jarum beracun, di tempat ini terdapat pula alat
rahasia yang mengendalikan dua buah pintu yang
membendung aliran air diperut bumi, andaikata tombol
rahasia itu sampai tersentuh sehingga pintu rahasia terbuka.
maka air bah dengan dahsyatnya akan mengalir masuk ke
dalam ruangan ini serta menenggelamkan kita semua, dalam
keadaan begitu sekalipun kita tidak mati terhajar oleh jarum
beracun, kitapun akan mati teuggelam oleh air bah yang maha
dahsyat itu" "Sungguhkah akan terjadi peristiwa semacam itu?" tanya
Shen Bok Hong dengan sangsi.
"Baik kalau Shen Toa Cungcu tidak percaya, bagaimana
kalau kita buktikan bersama?"
"Bukti sih tak perlu" sahut Shen Bok Hong dengan cepat.
"It-bun heng, lebih baik cepatlah berusaha untuk membuka
pintu gerbang istana ini, agar kita semua bisa cepat-cepat
lolos dari tempat ini"
"Bagi diriku menyentuh tombolt rahasia tersebut atau
keluar dan Istana Terlarang, nasib yang akan kuterima adalah
sama saja" "Apa maksud perkataanmu itu?"
It-bun Han Too menengadah dan tertawa tergelak.
"Haaah...haaah...haah... kalau pikiran Siau tayhiap hanya
ditujukan pada kitab pusaka peninggalan dari Thio Hong,
maka Shen Toa Cungcu berpikiran untuk mencabut selembar
jiwaku, kalian berdua sama-sama memiliki ilmu silat yang
amat lihay. Perduli siapapun yang turun tangan aku tetap
bukan tandingan, bukankah hanya jalan kematian saja yang
bakal kuhadapi?" "It-bun beng terlau banyak curiga, bagaimanakah jalan
pikiran Siau tayhiap aku tak tahu, yang jelas adalah diriku
sendiri, aku sama sekali tak ada minat untuk mencabut
selembar jiwa It-bun heng!
"Sungguh perkataan dari Toa Cungcu itu?" seru It-bun Han
Too menegaskan. "Tentu saja sungguh!"
"Tapi kedengarannya tak masuk diakal dan sukar untuk
membuat hati orang percaya!"
"It-bun heng, apa yang kau kehendaki sehingga bisa
mempercayai perkataanku?"
"Kecuali kalau Shen Toa Cungcu angkat sumpah dan
menyatakan kalau dalam tiga hari mendatang engkau tiada
bermaksud mencelakai jiwaku disamping itu kau serta anggota
perkampungan Pek Hoa Sancengmu tidak akan merintangi
gerak-gerikku..." "Bagaimana setelah tiga hari?"
"Setelah tiga hari" terserah kemauan Shen Toa Cungcu,
kau bebas hendak melakukan segala apapun!"
"Jadi kalau begitu setelah tiga hari aku boleh mencabut
jiwamu setiap saat?"
"Aku mempunyai waktu selama tiga hari untuk berusaha
meloloskan diri, aku percaya dalam jangka waktu itu aku
masih mampu untuk menghindarkan diri dari pengejaran Shen
Toa Cungcu, bila kita saling bertemu lagi dikemudian hari
siapa menang siapa kalah saat ini masih susah untuk
ditetapkan" Shen Bo Hoog tertawa dingin.
"It-bun heng, kau terlalu percaya pada diri sendiri...baik!
kukabulkan permintaanmu itu"
"Haaah.... haaah.... haaaah," It-bun Han Too tertawa
terbahak bahak, "dengan kedudukan dan nama besar Shen
Toa Cungcu didunia persilatan, aku percaya engkau tidak akan
mengingkari janji dari menjilat ludah sendiri lagi."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, cahaya sang
surya telah menerobos masuk ke dalam ruangan itu, ternyata
pintu gerbang istana terlarang telah terbuka.
Shen Bok Hong mengepos tenaga dan segera meloncat
keluar lebih dahulu. Serunya, "Aku akan membuka jalan!"
Kim Hoa Hujin dengan iImu menyampaikan suara segera
berbisik kepada Siauw Ling, "Saudara Siau baik baiklah
berjaga diri bilamana perlu aku bisa pertaruhkan jiwaku untuk
menolong engkau" Siauw Ling merasa amat terharu, dia ingin mengucapkn
sepatah dua patah kata yang mengandung nada terima kasih,
tetapi Hoa Hujin telah menyusul dibelakang Shen Bok Hong
keluar dari istana terLarang.
Orang ketiga yang menyusul keluar dari Istana terlarang
adalah Tong Lo Thay-thay, dalam genggamannya dia masih
tetap membawa toya siang ciang yang besar dan berat itu.
Sementara itu tengah hari baru menjelang tiba, sang surya
memancarkan sinarnya menerangi seluruh jagad. Tampaklah
tiga sosok bayangan manusia meluncur keluar dari pintu
istana dan melayang turun dari tebing curam itu.
Sementara Siauw Ling hendak menyusul keluar. Tiba-tiba
It-bun Han Too menghalangi jalan perginya sambil berkata,
"Sia tayhiap, aku ada beberapa patah kata hendak dibicarakan
dengan dirimu... apakah kau bersedia untuk mendengarkan"
"Persoalan apa?"
"Tahukah kau mengapa Shen Bok Hong berebut untuk
meloncat keluar lebih dahulu dari istana terlarang?"
Meskipun dalam hati pemuda itu agak paham, namun ia
tetap berlagak pilon, ujarnya, "Aku tidak begitu paham...."
"Dia hendak mengumpulkan segenap kekuatan yang
dimilikinya untuk mengepung sekitar tebing ini, Siau tayhiap
dengan disaku menggembol barang pusaka rasanya bukan
suatu pekerjaan gampang untuk keluar dari tempat ini dalam
keadaan selamat, aku rasa suatu pertempuran sengit tak
dapat dihindarkan lagi"
"Itukah alasannya kenapa sianseng serahkan kitab pusaka
peninggalan dari Thio Hong itu kepadaku?"
"Selama masih berada di dalam istana terlarang, terpaksa
aku harus berdiri diantara Shen Bok Hong dengan dirimu,
sebab hanya dengan cara inilah aku bisa mempertahankan
keselamatan jiwaku" ujar It-bun Han Too dengan wajah
serius. "Aku rasa tujuan yang sebenarnya dari sianseng adalah
mengharapkan diriku melangsungkan suatu pertarungan yang
amat Seru melawan Shen Bok Hong sedang engkau sendiri
akan menjadi nelayan yang beruntung bukankah begitu?"
"Meskipun tempo dulu aku mempunyai tujuan untuk
berbuat begitu, lapi sekarang rencana tersebut sudah lewat,
dewasa ini yang kita butuhkan adalah suatu kerja sama yang
keras untuk bersama-sama menanggulangi krisis yang sedang
kita hadapi bersama saat ini"
Pek-li Peng mendengus dingin.
"Hmmm..! kau licik dan perkataanmu tak bisa dipercaya.
Bekerja sama dengan dirimu bukankah berarti pula berkawan
dengan srigala?" jengeknya sinis.
"Situasi yang sedang kita hadapi saat ini amat kritis dan


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

satu-satunya jalan untuk mengatasi bahaya tersebut adalah
bekerja sama, ketahuilah meskipun ilmu silat yang kalian miliki
sangat lihay, akan tetapi kalian cuma dua orang"
"Darimana engkau bisa rahu kalau kami hanya dua orang
saja?" kembali Pek-li Peng menukas.
It-bun Han Too tertegun, kemudian ujarnya, "Meskipun
kalian sudah siapkan jago lihay di sekitar tempat ini dan
mereka akan segera menyongsong kemari setelah melihat
tanda rahasia, tetapi jumlah orang orangmu masih belum bisa
melampaui banyaknya jago dari pihak Shen Bok Hong. Aku
sendiri walaupun dalam ilmu silat mungkin tak bisa membantu
kalian berdua, tetapi dalam soal akal dan siasat rasanya ku
masih dapat menyumbangkan tenaga"
"Bukankah antara engkau dengan Shen Bok Hong telah
melakukan perjanjian yang mana dia tak akan mencabut
jiwamu di dalam tiga hari mendatang" aku rasa tiga hari
adalah jangka waktu yang cukup lama bagimu untuk
melarikan diri..." ujar Siauw Ling.
It-bun Han Too segera tertawa hambar.
"Kau anggap Shen Bok Hong bisa menepati janjinya" kau
anggap iblis itu adalah seorang jago yang bisa dipercaya
ucapannya" Siau-tayhiap, jika engkau mengijinkan aku untuk
bekerja sama dengan kalian dalam menanggulangi situasi
yang krisis ini, akupun bersedia utituk membagi rata kitab
pusaka dari raja seruling itu secara merata!"
"Kau toh sudah menghilangkan kunci wasiat milik toakoku,
kitab pusaka ini telah diberikan kepada kami sebagai barang
jaminan, kau kira dirimu masih punya hak untuk mendapatkan
kembali kitab tadi?" omel Pek
li Peng dengan cepat. It-bun Han Too tersenyum, perlahan-lahan dari sakunya dia
ambil keluar anak kunci wasiat itu dan berkata kembali, "Tadi
toh sudah kukatakan kalau anak kunci wasiat ini telah terjatuh
di pintu istana terlarang. Nah, sekarang sudah kutemukan
kembali harap Siau tayhiap suka memeriksa dengan seksama,
benarkah kunci itu adalah kunci yang asli atau bukan"
"Kunci itu toh selamanya berada dalam sakumu, kenapa
kau bilang telah hilang?"
"Siau tayhiap kita ada perjanjian dimuka aku rasa engkau
tak akan mengingkari janji bukan?"
Dengan teliti Siauw Ling periksa kunci wasiat tersebut.
Setelah mengetahui bahwa kunci itu asli, ia segera menghela
napas panjang, katanya "It-bun sianseng, bagaimana caranya kita miliki bersama
kitab pusaka peninggalan dari Rasa Seruling Thio Hong ini?"
"Kita membagi kitab pusaka ini jadi dua bagian, lalu dengan
cara berunding kita tentukan siapa pemenangnya siapa
menang dia pilih lebih dulu, bagaimana setuju bukan?"
"Mulai kapan kita bagi kitab pusaka ini?" dari pertanyaan
tersebut jelaslah sudah kaIau Siauw Ling telah bersedia untuk
bekerja sama dengan It-bun Han Too.
"Aku percaya dengan diri tayhiap. Soal membagi rata kitah
pusaka itu aku rasa lebih baik dilakukan setelah kia berhasil
pukul mundur Shen Bok Hong dan keluar dari tempat ini"
Sambil menyingkir kesamping sambungnya,
"Siau tayhiap boleh turun lebih dahulu tapi hati-hatilah..
jangan sampai kena diserang oleh mereka"
"Terima kasih atas petunjukmu!"
Sesudah mengepos tenaga ia loncat keluar dari pintu istana
dan merambat turun dari dinding batu, sedikitpun tidak salah
Shen Bok Hong dengan membawa para jago lihaynya telah
menghadang di tempat itu.
Siauw Ling memandang sekejap ke arah depan. Ia lihat di
tempat itu kecuali terdapat Kim Hoa Hujin serta To Lo Thaythay
sekarang terdapat pula Cin Can Liong, Kiam bun-sianging.
yang terdiri dari pedang pengejar angin Pay Pek-li serta
pedang tanpa bayangan Tam Tong, Kanglam su kongcu yang
terdiri dari segulung angin Thio Peng, bunga lima racun Ong
Kiam, salju bulan keenam Lie Poo serta rembulan di atas
sungai Tio Kong. Kemunculan Kanglam Su kongcu yang berdiri dipihak Shen
Bok Hong sangat mencengangkan hati Siauw Ling, ia sapu
sekejap wajah keempat orang itu kemudian tegurnya dengan
suara dingin, "Sungguh tak nyana duina ini amat sempit
sehingga dimanapun kita harus bertemu muka, sampai-sampai
disinipun kita kembali saling berjumpa"
Empat kongcu dari wilayah Kanglam itu saling bertukar
pandangan, sekejap kemudian menjawab, "Siau tayhiap, sejak
perpisahan apakah engkau berada dalam keadaan baik baik?"
Siauw Ling tidak menggubris keempat orang itu lagi, sambit
menatap wajah Shen Bok Hong ujarnya dengan ketus, "Shen
Toa Cungcu, kau dengan membawa begini banyak jago
datang menghalangi jalan pergiku, tolong tanya apa
maksudmu?" Shen Bok Hong tertawa ewa.
"Sekarang kita semua toh sudah keluar dari Istana
Terlarang, aku rasa perjanjian yang kita buat sewaktu masih
berada di dalam Istana Terlarang sudah tidak berlaku lagi
"Lalu apa maksud Shen Toa Cungcu?"
Dalam pada itu Pek-li Peng serta It-bun Han Too telah
merambat turun pula dari atas tebing curam.
Dengan air muka serius dan kereng Shen Bok Hong
menjawab. "Siauw Ling, aku dengan senang hati berharap akan
kedatanganmu untuk mengunjungi perkampungan Pek Hoa
Sanceng lagi. Persoalan dimasa silam tak nanti akan kuungkap
kembali" "Maksudmu aku disuruh membantu engkau berbuat
kejahatan dan merajai dunia persilatan?"
"Apa salahnya kalau dunia persilatan berada di bawah
kekuasaanku" ..." Shen Bok Hong balik bertanya.
Siauw Ling mendengus dingin.
"Sejak jaman dahulu kala hingga kini entah berapa banyak
orang yang mempunyai ambisi untu merajai jagad, tapi belum
pernah kudengar ada seorang manusiapun yang berhasil
mencapai harapannya, Toa Cungcu tanganmu sudah penuh
berlelepotan darah dosa dan kejahatan yang kau lakukan
sudah bertumpuk tumpuk .....,"
"Tutup mulut!" bentak Shn Bok Hong.
Siauw Ling tertawa dingin. ia tidak menggubris bentakan
dari gembong iblis iu, dengan suara lantang sambungnya lebih
jauh "Memandang di atas wajah kita pernah angkat saudara,
asal engkau rela membubarkan kekuatanmu diperkampungan
Pek Hoa Sanceng dan berjanji tak akan berbuat kejahatan lagi
serta tobat dari dosa doamu aku orang she-Siau bersedia
untuk tampi kedepan umum dari mewakili dirimu untuk
memberi penjelasan kepada umat bu-lim, akupun bersedia
untuk mendesakkan pengampunan bagi dosa dosamu yang
lampau, sehingga tak ada orang yang mencari balas dengan
dirimu lagi..." Shen Bok Hong menengadah dan tertawa seram, begitu
keras suara tertawanya hingga menukas ucapan Siauw Ling
yang belum selesai. "Aku sudah bosan mendengar ocehanmu itu!" bentaknya.
"Bagus sekali, aku harap engkau suka berpikir dengan
matang!" Shen Bok Hong tak malu disebut sebagai pemimpin dari
suatu golongan kekuatan yang besar, hanya sebentar saja ia
berhasil menguasai diri kembali, katanya
"Siauw Ling saat ini engkau sudah terdesak di tempat yang
terpencil dan bahaya, aku tak ingin ribut dengan engkau lagi
dan lagi pula dengan kekuatanmu seorang tak nanti situasi
dalam Bulim bisa kau rubah, Hmmm! orang she-Siau, ini hari
kau sudah tak bisa keluar dari lembah ini lagi dalam keadaan
selamat" Siauw Ling berpaling dan memandang sekejap ke arah Pekli
Peng serta It-bun Han Too, melihat kedua orang itu sudah
berada disamping kiri dan kanannya dalam keadaan bersiap
siaga, Ia segera berkata.
"Kalau berbicara tentang kekuatan yang dimiliki Shen Toa
Cungcu saat ini, aku rasa belum tentu kekuatan ini jauh lebih
ampuh daripada kekuatan Cungcu sewaktu terjadi
pertempuran sengit diperkampungan Pek Hoa Sanceng tempo
dulu" "Tempo hari sengaja kulepaskan dirimu dari ancaman maut
karena aku merasa sayang sekali terhadap dirimu itu, aku
berharap suatu saat engkau dapat melihat jelas keadaan dari
Bu-lim dan balik kembali ke dalam perkampungan Pek Hoa
Sanceng. Orang lain mungkin tak tahu duduk perkaranya tapi
aku percaya engkau tahu jelas akan hal ini. Kaupun tahu
bahwa sebagian besar partai persilatan dalam dunia telah
jatuh di bawah cengkeramanku, bila saatnya telah tiba dan
aku beri komando maka dalam sekejap mata semua kekuatan
dijagad akan musnah dan terjatuh ketanganku"
"Sayang situasi pada saat ini telah berubah" jengek Siauw
Ling dengan suara dingin, partai-partai persilatan telah mulai
sadar akan bahaya yang mengancam dan bersiap sedia, siapa
tahu kalau penghianat-penghianat dalam partai yang berpihak
kepadamu sudah berada di bawah pengawasan para jago
lihay dari partai pensilatan itu sendiri?"
"Benarkah begitu tentu saja Siauw Ling tak tahu, tetapi Ia
tahu menghadapi situasi yang amat kritis seperti ini, makin
banyak akal yang dipergunakan makin menguntungkan
posisinya, maka pemuda itu berusaha untuk menggempur
semangat tempur lawan dengan kata-kata.
Terlihatlah Shen Bok Hong tertegun dan berdiri, termangumangu
sesudah mendengar perkataan itu, rupanya ucapan
tersebut dirasakan sebagai suatu pukulan yang berat bagi
gembong iblis itu. Beberapa saat kemudian serunya.
"AsaL usul petugas yang kuutus untuk menyusup ketubuh
partai persilatan amat rahasia dan tidak diketahui oleh
siapapun, ia pula kedudukan mereka dalam partai amat tinggi,
darimana mereka bisa tahu akan rahasiaku itu?"
"Bagus sekali.... pikir Siauw Ling di dalam hati. rupanya dia
menganggap perkataanku sungguhan dan persoalan ini telah
mempengruhi l jiwanya..."
Berpikir demikian ia lantas berkata lagi.
"Aku toh mengetahui rahasiamu itu, masa orang-orang dari
partai persilatan tak bisa tahu!"
"Oooh...jadi rupanya kau sudah mengambil keputusan
untuk memusuhi diriku, bahkan tak akan benubah pendirian
lagi?" bentak Shen Bok Hong ketus.
"Kecuali kalau engkau suka mendengarkan nasehatku...."
"Siauw Ling", ujar Shen Bok Hong dengan alis berkerut,
"selama ini dantara kita selalu tidak terdapat kesempatan
untuk melangsungkan pertarungan sengit, aku lihat ini hari
terpaksa aku harus mengukur sampai dimanakah
kelihayaanmu itu" Dari situasi yang menyelimuti itu Siauw Ling sendiripun
tahu kalau pertempuran tak dapat dihindari lagi, tentu saja Ia
tak mau tunjukkan kelemahan sendiri, sambil mengepos
tenaga katanya. "Mari, setiap saat aku akan melayani tantanganmu itu!"
Ketika itulah tiba-tiba It-bun Han Too maju dua langkah
kedepan, sambil memberi hormat katanya.
Shen Toa Cungcu, ketika masih berada di dalam Istana
Terlarang tadi bukankah kau sudah berjanji kepadaku untuk
melepaskan aku dalam keadaan hidup, apakah janjimu itu
masih berlaku atau tidak?"
"Kurang ajar....rupanya orang ini bendak melarikan diri,
maki Kim Hoa Hujin dalam hati, aku tidak boleh membiarkan
keinginannya itu terkabul....."
Dengan suara keras segera serunya, "It-bun sianseng,
apakah kau ingin berlalu dari sini"
"Apakah hujin dapat memberi keputusan?" It-bun Han Too
balik bentanya setelah mendehem sebentar.
"Aku tak dapat mengambil keputusan untuk melepaskan
dirimu, tapi aku dapat mengambil keputusan untuk menahan
dirimu disini Ia bereskan rambutnya yang kusut dari melanjutkan,
"Silahkan engkau pilih arah mana yang kau tuju, dan cobalah
untuk melarikan diri dari sini!"
Rupanya pda saat itu para jago yang dibawa Shen Bok
Kong telah mengatur barisan dengan bentuk setengah
lingkaran.. kecuali tebing curam diarah belakang empat
penjuru telah dijaga oleh jago lihay, kecuali menerjang keluar
dengan menggunakan kekerasan tak mungkin bagi ketiga
orang itu lolos dengan aman.
Diam diam It-bun Han Too mempertimbangkan kekuatan
dari kedua belah pihak, Ia sadar andaikata betul betul terjadi
pertempuran maka pihak Siauw Ling tentu akan mengalami
kekalahan total, dengan kesempurnaan tenaga dalam yang
dimiliki Shen Bok Kong belum tentu Siauw Ling mampu
menghadapinya, sedang nona yang berada di samping
pemuda itu kendati punya ilmu silat yang Lihay, akan tetapi ia
masih belum mampu menghadapi kerubutan dari Kim Hoa
Hujin serta Tong Lo Thay-thay apalagi di situ masih ada Cin
Cau Liong sekalian jago jago lihay.
Satu satunya kesempatan bagi Siauw Ling untuk melarikan
diri adalah bilamana Kim Hoa Hujin serta Tong Loo-thay thay
mendadak berubah tujuan dan membantu pemuda itu, dengan
tenaga bantuan yang lebih besarlah situasi tersebut barulah
dapat ditolong. Ia pernah menjadi tamu terhormat di dalam perkampngan
Pek Hoa Sanceng dan paham pula dengan keadaan
perkampngan tersebut, meskipun para jago lihay yang dibawa
Shen Bok Hong kali ini termasuk tokoh tokoh yang luar biasa
akan tetapi mereka masih belum termasuk kekuatan inti dari
perkampungan Pek Hoa Sanceng, diantara beberapa orang itu
hanya Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay lah yang
memiliki kepandaian silat paling tinggi.
Setelah mempertimbangkan kekuatan dari kedua belah
pihak, maka dalam hatipun It-bun Han Too segera mengambil
kesimpulan. Ia merasa sekalipun pihak Siauw Ling agak
terdesak dan lebih banyak kalah dari menangnya, tetapi
bergabung dengan pemuda itu berarti masih ada kesempatan
hidup baginya. andaikata Ia harus menerjang keluar seorang
diri, bukan saja sama sekali tiada harapan untuk hidup bahkan
sudah jelas pertama-tama dialah yang bakal mati konyol lebih


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dahulu. Berpikir sampai disitu dia lantas berkata, "Shen Toa Cungcu
harap engkau suka memberikan penjelasanmu"
Shen Bok Hong menengadah dan tertawa terbahak bahak.
"Haaah...haaah... baaah....It-bun heng, kalau engkau ingin
pergi silahkan berangkat, aku tak akan menghalangi
kepergianmu itu!" It-bun Han Too segera tertawa dingin.
"Shen Toa Cungcu pribadi mungkin tak akan menghalangi
diriku, bagaimana kalau orang lain yang menghadang jalan
pergiku" apakah Shen Toa Cungcu mengijinkan?"
"Kim Hoa Hujin datang dari wilayah Biau ia bukan anggota
perkampungan Pek Hoa Sanceng kami, lagipula diantara kalian
toh pernah terikat dendam pribadi, tentu saja aku tak dapat
ikut campur di dalam urusannya"
"Haaah...haaah...haaah... kalau Shen toa.. Cungcu ingin
mengingkari janjimu yang dulu, katakan saja secara terus
terang dari tak usah berliku liku dengan menggunakan
pelbagai macam cara, apakah engkau tidak merasa caramu itu
kurang jujur?" "It-bun heng" kata Shen Bok Kong pula sambil tertawa
bambar," selamanya engkau banyak akal dan licik sekali,
ketika aku sudah keluar dari istana terlarang bukankah kau
dengan Siauw Ling masih berada disitu beberapa saat, siapa
tahu kalau engkau sudah merencanakan siasat apa untuk
menghadapi diriku" jika kulepaskan engkau pergi dan kau
carikan bala bantuan bagi Siauw Ling, bukankah tindakanku ini
ibaratnya melepaskan harimau keluar dari sangkar" untuk
tetap menepati janji aku toh sudak bersedia tak akan turun
tangan sendiri, itu berarti aku tetah memberikan kebebasan
yang besar kepadamu"
"Shen Toa Cungcu tak usah berputar lingkaran untuk
mengutarakan maksud hatimu kalau aku tetap berada disini
paling sedikit bagi Siauw Ling diriku ini merupakan suatu
tenaga pembantu yang berarti...."
"Bagus sekali... bukankah kau serta kawan kawan Bu-lim
pada menghormati Siauw Ling sebagai seorang pendekar
besar" kalian bisa mati jadi satu, buat kau It-bun Han Too
rasanya peristiwa ini merupakan suatu kejadian yang patut
dibanggakan!" It-bun Han Too mendengus dingin, tangan kanannya
merogoh ke dalam saku dan ambil keluar pedang pendek yang
diperoleh sewaktu berada di dalam Istana terlarang itu,
katanya "Dengan ilmu silat yang kumiliki, tidak pantas kalau pedang
mustika semacam ini dipengunakan oleh ku!"
Ia mundur dua langkah ke belakang dari angsurkan pedang
pendek itu ketangan Siauw Ling katanya
"Siau tayhiap, ilmu pedangmu sangat lihay dari melebihi
orang lain, silahkan engkau terima pedang ini!"
"Orang ini didesak keadaan untuk berbuat demikian pikir
Siauw Ling di dalam hati, sedang akupun sedang bersiap siap
untuk menghadapi pertarungan sengit, rasanya aku tak pantas
untuk menerima pemberiannya itu seolah-olah atas balas jasa
sebagai perlindungan yang kuberikan kepadanya... toh dengan
kehadirannya disini berarti bantuan bagiku..."
Karena berpikir demikian. untuk beberapa saat lamanya
pemuda itu jadi sangsi dan tidak menerima angsuran
pedangnya itu. It-bun Han Too adalah seorang jago kawakan yang banyak
pengalaman. Dari sikap Siauw Ling yang ragu-ragu dengan
cepat ia dapat meraba apa yang sedang dipikirkan pemuda
itu. Sambil tertawa hambar segera katanya.
"Sejak pertama kali tadi aku sudah tahu kalau Shen Toa
Cungcu tak akan menepati janjinya, karena itu barusan dia
kupaksa untuk buka suara dan menghapus janjinya sendiri,
perduli apakah kita bisa lolos dari lembah ini atau tidak,
masalah tersebut tentu akan tersiar di dalam dunia
persilatan!" "Perlahan-lahan Siauw Ling menerima angsuran pedang
pendek itu, katanya, "Terima kasih It-bun Sian seng, asal aku
tidak mati pedang ini tentu akan kukembalikan kepadamu"
"Tak usah kau kembalikan, seru It-bun Han Too sambil
menggeleng, aku tak terbiasa menggunakan pedang, anggap
saja pedang pendek tersebut sebagai hadiah dariku untuk Siau
tayhiap?" Tanpa melakukan sesuatu aku tak bisa menerima pahala,
darimana aku bisa menerima hadiahmu itu?"
"Pedang mustika untuk pendekar, pupur merah untuk
wanita cantik, pedang yang tajam justru cocok bagi Siau
tayhiap" Siauw Ling masih ingin menampik, akan tetapi Pek-Li Pong
yang berada disampingnya telah berseru.
"Kalau memang begitu, biarlah aku mewakili toako untuk
mengucapkan benyak terima kasih kepadamu"
Habis berkata ia segera menjura dalam-dalam.
"Entah siapakah budak cilik ini" batin It-bun Han Too dalam
hati, rupanya dia merupakan seorang manusia yang sulit
untuk dihadapi" Meskipun dalam hati Ia merasa amat jengkel karena
pemberian pedang mustikanya sama sekali tidak disambut
sebagaimana mestinya, tapi diluaran ia bersikap seolah olah
tak pernah terjadi sesuatu apapun.
"Nona bicara terlalu serius...." serunya berulang kali.
Sementara itu Shen Bok Hong merasa agak keder setelah
menyaksikan Siauw Ling mencekal sebilah pedang pendek
yang tajam sekali. Sejak terjadi bentrokan-bentrokan kecil dengan pemuda itu
selama beberapa bulan terakhir, ia merasa ilmu silat yang
dimiliki Siauw Ling kian lama kian hebat dan kian merupakan
satu teka teki baginya. apalagi setelah melihat pemuda itu
mendapat senjata tajam membuat keadaannya ibarat harimau
tumbuh sayap. Ia semakin keder lagi. Walaupun begitu diluar
ia tetap berlagak tenang dan seolah olah sama sekali tidak
gentar. Menanti Siauw Ling sudah menerima pedang pendek itu, ia
baru berkata dengan suara dingin, "Siau tayhiap sudah siap?"
"Sudah siap, sekarang Shen Toa Cungcu boleh turun
tangan!" Shen Bok Hong turun tangan serdiri dia berpaling ke arah
Kiam-bun Siang ing lalu berkata.
Setiap hari kalian berdua selalu melatih ilmu pedang, aku
rasa sudah sepantasnya kalau kalian minta petunjuk tentang
ilmu pedang dari Siau tayhiap.. Nah babak yang pertama ini
kalian yang harus turun tangan!"
Walaupun Kiam bun Siang ing gentar dan takut
menghadapi Siauw Ling, tepapi mereka tak berani
membangkang perintah Shen Bok Hong, setelah bertukar
pandangan sekejap dengan pedang tersoren segera maju
kedepan. Dalam hati mereka tahu, kalau harus turun tangan satu
demi satu niscaya mereka bakal mati konyol sebaliknya kalau
maju berbareng mungkin masih bisa bertahan beberapa jurus,
apalagi jumlah kekuatan yang dibawa Shen Bok Hong tidak
seberapa banyak. Siapa tahu disaat yang kritis mereka bakal
dibantu oleh gembong iblis tersebut.
Ditengah kegentaran muncul pula beberapa bagian
pengharapan, dengan jatung berdebar mereka segera terjun
ke dalam gelanggang. Sementara itu It-bun Han Too telah membuat rancangan
dari situasi yang dihadapinya saat ini, ia beranggapan
pertarungan antara Shen Bok Hong dengan Siauw Ling
merupakan kunci terutama dari posisi mereka, andaikata
pemuda itu tidak beruntung dan mati di tangan gembong iblis
tersebut, maka pertempuran pun tak perlu dilanjutkan lagi, ia
serta nona itu hanya berusaha untuk melakukan bunuh diri.
Sebaliknya kalau Siauw Ling yang beruntung dan berhasil
merebut kemenangan maka yang sisanya tak usah ditakuti
lagi. meskipun jumlah pihak lawan tidak sedikit akan tetapi
kunci yang penting justru terletak pada pertarungan babak
pertama. Siapa tahu Shen Bok Hong tidak turun tangan sendiri
sebaliknya malah mengutus Kiam bun Siang-ing untuk turun
gelanggang lebih dahuhu hal ini jelas menunjukkan kalau
pihak lawan hendak melangsungkan pertarungan secara
bergilir untuk menghabiskan tenaga Siauw Ling lebih dahulu,
kemudian Shen Bok Hong baru menggunakan segenap
kekuatan yang dimilikinya untuk membinasakan pemuda itu.
Dengan suara keras ia berteriak, "Shen Toa Cungcu apakah
engkau hendak bertempur dengan cara bergilir".."
Shen Bok Hong tertawa hambar.
"Pertarungan ini mempengaruhi mati hidup kita semua,
perduli amat cara apa yang hendak kupergunakan"
Pek-li Peng segera meletakkan kotak kayu dalam
pangkuannya ke atas tanah, kemudian berkelebat kemuka dan
menghadang di depan Siauw Ling. Sambil memandang
sekejap ke arah Kiam bunn Siang Ing serunya.
"Jika kalian berdua ingin turun tangan melawan toakoku,
lebih baik menangkan dahulu diriku!"
Terhadap Siauw Ling boleh dibilang Kiam bun Siang ing
merasa jeri dari takut sekali, ketika melihat ada orang yang
menggantikn pemuda itu mereka jadi girang, pedang pengejar
angin Pay Pek-li sambil ayun pedang ditangannya segera
berseru. "Nona, sebutkan dahulu siapa namamu"
"Kita sedang berkelahi bukan mengikat tali persahabatan,
kenapa musti sebutkan namaku?"
"Nona kalau engkau mau turun tangani harap segera
loloskan senjata tajammu!" seru pedang tanpa bayangan Tam
Tong pula. "Bukankah kalian berdua telah mengirimkan senjata
bagiku?" Sambil menjengek gadis itu menyapu sekejap pedang
panjang di tangan kedua orang itu.
Pay Pek lie segera tertawa dingin.
"Heeeh....heeeh.. . kalau memang nona tak ingin hidup,
kamipun tak akan banyak bicara lagi..."
Tangan kanannya tiba menekan ke bawah pedang panjang
dengan disertai cahaya putih yang berkilauan langsung
membabat tubuh gadis she Pek li itu.
It-bun Han Too kuatir sekali bagi keselamatan Pek-li Peng
ketika dilihatnya gadis itu sangat gegabah dan melayani
musuhnya dengan tangan kosong, pikirnya, "Budak ingusan
itu benar-benar tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi,
ilmu pedang dari Kiam bun siang ing terkenal akan keganasan
serta kecepatannya, masa budak itu mampu menghadapi
serangan-serangannya dengan tangan kosong"
Huuuh...rupanya dia ingin cari kematian buat diri sendiri."
Sementara dia masih menguatirkan bagi keselamatan Pek-li
Peng, mendadak gadis itu menggerakan tubuhnya dan tahu -
tahu lenyap dari pandangan.
Setelah bacokan pedangnya mengenai sasaran kosong, Pay
Pek li baru badar bahwa ia telah bertemu dengan musuh
tangguh, sebelum tubuhnya sempat meloncat mundur ke
belakang mendadak pergelangan kanannya terasa jadi kaku,
lima jarinya mengendor dan pedangnya segera terlepas dari
genggaman. Ketika ia periksa lengan sendiri, terlihatlah tepat di atas
pengelangan kanan menancaplah sebuah jarum kecil yang
memancarkan cahaya berkilauan.
Rupanya Pek-li Peng telah meloloskan diri dari bacokan
lawan dengan suatu gerakan yang cepat dan aneh, disaat Pay
Pek-li masih berdiri dengan hati tertegun dan gelagapan, pada
saat itulah, jarum kecilnya ditimpuk keluar dan lepas
menghajar dipergelangan kanannya.
Semua kejadian berlangsung dalam waktu singkat ketika
pedang Pay Pek-li terlepas dari genggaman, laksana kilat Pekli
Peng telah menggerakkan tangan kanannya menyambut
pedang mustika yang terlepas dari genggaman itu.
Pada saat itulah pedang tanpa bayangan Tam Tong telah
menggerakkan tangan kanannya, cahaya pedang berkilauan
dan langsung menusuk tubuh gadis she Pek li Itu.
Disaat Pek-li Peng menyambut pedang Pay Pek li pada saat
itulah babatan pedang Tam Tong telah meluncur tiba.
It-bun Han Too sama sekali tidak menyangka kalian
kepandaian silat yang dimiliki Pek-li Peng amat lihay, hanya
dalam sekali gebrakan Pay Pek li telah dipaksa melepaskan
pedangnya, meskipun keberhasilannya didasarkan pada
permainan setan akan tetapi kecerdasan, kecepatan gerak
serta kesempurnaan ilmu silatnya benar-benar mengagumkan
sekali. "Sungguh lihay budak ini..." pujinya di dalam hati.
Kemenangan yang berhasil diraih Pek-li Peng tanpa sadar
telah mempengaruhi pula semangat dari It-bun Han Too, rasa
was was dan kuatir yang semula masih menyelimuti hatinya
kini sudah tersapu bersih dari dalam benaknya
dalam pada itu Pek-li Peng tidak sempat menggerakkan
pedangnya untuk menangkis datangnya bacokan pedang dari
pedang tanpa bayangan Tam Tong, disaat yang krisis dan
berbahaya, ia segera berjumpalitan diudara...dengan suatu
gerakan yang manis gadis itu berhasil meloloskan diri dari
ancaman lawan. Ketika itulah Pay Pek li telah meloncat mundur tujuh depa
dari gelanggang pertarungan.
Dia sebagai seorang jago yang punya nama besar dalam
dunia persilatan harus menelan kekalahan hanya di dalam
segebrakan saja di tangan seorang gadis, peristiwa ini amat
menyedihkan hatinya, dengan wajah yang lesu dia cabut
keluar jarum racun yang mengeram di atas pengelangannya
lalu berdiri dengan kepala menunduk.
Dalam pada itu pedang tanpa bayangan Tam Tong telah
melangsungkan pertarungan yang seru melawan Pek-li Peng,
mereka saling tusuk menusuk bacok membacok dengan
serunya membuat suasana jadi tegang dan penuh diliputi
hawa membunuh. Shen B0k Hong melirik sekejap situasi ditengah
gelanggang, kemudian sambil menghampiri Pay Pek- li
tegurnya, "Apakah di atas jarum mengandung racun?"
Pay Pek-li tidak menjawab ia hanya angkat pergelangan
kanannya, dimana warna hitam gelap telah menyelimuti


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disekeliling mulut luka tersebut, seluruh lengan kanannya
telah membengkak besar sekali.
Terdengar Pek-li Peng yang sedang bertempur melawan
Tam Tong berteriak keras, "Jarum itu! mengandung racun
yang amat jahat, dalam satu jam mendatang kalau tidak dapat
pengobatan maka kadar racun akan menyerang ke dalam
jantung hingga menyebabkan kematian, kecuali obat penawar
khusus bikinanku sendiri di kolong langit tak ada orang lain
yang bisa dipengunakan untuk memusnahkan racun itu"
Menggunakan kesempatan dikala gadis itu sedang
berteriak, Pedang tanpa bayangan Tam Tong memperhebat
serangannya dengan mengirim tiga buah tusukan berantai,
memaksa Pek-li Peng terdesak mundur dua langkah ke
belakang. Tetapi Pek-li Peng dengan cepat menunjukan
kelihayannya pula, empat buah serangan berantai yang maha
dahsyat memaksa Tam Tong terdesak balik ke tempat semula.
"Hmmm" Shen Bok Hong mendengus dingin, "Nona,
apakah kau tidak merasa perkataanmu itu terlalu takabur?"
Ia merogoh sakunya dari ambil keluar Sebuah botol
perselen, dari botol itu dan ambil keluar dua biji obat lalu
diangsurkan ke tangan Pay Pek li sambil katanya, Coba kau
telan lebih dahulu dua biji obat ini, kita lihat bagaimana
reaksinya!" Pay Pek-li tertawa getir, dia terima pil tersebut kemudian
tanpa mengucapkan sepatah katapun segera dimasukkan ke
dalam mulut. "Hmm...kau tak usah membuang tenaga dengan percuma
seru Pek-li Peng kembali, kecuali obat pemunah dari keluarga
kami, di kolong langit tak ada obat lain yang mampu
memunahkan racun jarum tersebut"
"Jika perkataan nona tidak salah, aku bisa menangkap
nona hidup-hidup dan memaksa engkau untuk serahkan obat
pemunahnya" "Kalau kita benar-benar bertempur, belum tentu kau yang
menang, siapa menang siapa yang kalah masih merupakan
suatu tanda tanya besar"
"Takabur sekali ucapanmu itu...." seru Shen Bok Hong, ia
segera melangkah main kedepan.
Dengan cepat Siauw Ling maju pula dua langkah kedepan,
tantangnya, "Shen Toa Cungcu, kau ingin berkelahi?" mari....
akan kulayani dirimu!...."
Shen Bo Hong tidak menggubris perkataan pemuda itu,
tiba-tiba ia berpaling ke arah Kim Hoa Hujin serta Tong Lo
Thay-thay katanya, "Kepandaian silat yang dimiliki Siauw Ling
sangat lihay, diapun memiliki pedang pusaka, kalian berdua
hadapi orang itu sedang aku hendak menangkap budak itu
untuk memaksa dia serahkan obat penawar!"
It-bun Han Too yang mendengar perkataan itu diam-diam
tertawa dingin, Ia tahu Shen Bok Hong adalah manusia licik,
sengaja menghindari pertarungan langsung dengan Siauw
Ling sebaliknya suruh Kim Hoa Hujin dan Tong Lo Thay-thay
untuk maju lebih dahulu tujuannya bukan lain adalah untuk
menguras tenaga pemuda itu lebih dahulu sementara itu ia
akan menaklukan Pek-li Peng dengan gerakan cepat kemudian
baru menghadapi pemuda itu.
Karena merasa situasinya kian lama kian bertambah kritis,
diam-diam ia segera menghimpunn tenaga untuk bersiap
sedia, asal keadaan tidak menguntungkan maka dia akan ikut
terjun ke dalam gelanggang.
Suasana hening beberapa saat lamanya... akan tetapi Kim
Hoa hujin serta Tong to thay thay masih tetap berdiri di
tempat semula tak seorangpun diantara mereka berdua yang
menunjukkan tanda kalau mereka siap untuk melangsungkan
pertempuran melawan pemuda itu.
Sebenarnya Shen Bok Hong telah berjalan menuju ke arah
Pek-li Peng, tetapi ketika menyaksikan Tong Lo Thay-thay
serta Kim Hoa Hujin masih tetap berdiri di tempat semula, ia
segera berhenti tertawa hambar.
Kepada Kim Hoa Hujin segera tegurnya, Hujin, sudah kau
dengar perkataanku" "Sudah!" jawab Kim Hoa Hujin sambil ambiL keluar ular
Pek Siau jinya dari dalam Saku.
Shen Bok Hong segera berpaling ke arah Tong Lo Thaythay
dan tegurnya pula. "Tong Lo Thay-thay, kau juga sudah mendengar?"
"Aku sudah mendengar"
"Kalau kamu berdua sudah mendengar, mengapa masih
tetap berdiri di tempat semula?"
Diam-diam It-bun Han Too merasa girang menyaksikan
situasi itu, pikirnya di dalam hati, "Andaikata ketiga orang ini
bentrok lebih dahulu sehingga saling menyerang, maka situasi
pasti akan mengalami perubaban besar waktu itu siapa yang
bakal merebut kemenangan masih sukar untuk diduga."
Haruslah diketahui, dengan kepandaian yang dimiliki Kim
Hoa Hujin serta mahluk berbisa yang dimilikinya andaikata
terjadi pertarungan, maka binatang binatang beracunnya
tentu akan melukai musuh dengan hebat, sebaliknya Tong Lo
Thay-thay adalah ketua dari penguruan keluarga Tong
dipropinsi Su cuan, dengan ilmu senjata rahasianya yang lihay
serangan serangannya merupakan ancaman besar.
Apalagi jika dua orang tokoh sakti ini bekerja
sama...keadaan tentu semakin hebat lagi.
Terdengar Kim Hoa Hujin berkata kembali, "Keadaan yang
terLihat pada saat ini sudah tertera amat jelas. Shen Toa
Cungcu telah menaruh curiga terhadap diriku dan Tong Lo
Thay-thay, meskipun kami berhasil membinasakan Siauw Ling
belum tentu rasa curiga Toa Cungcu terhadap kami terhapus
dengan begitu saja, atau dengan perkataan lain setelah
kematian dari Siauw Ling maka akan tibalab giliran kami untuk
mati.." Shen Bok Hong mendongak dan tertawa keras, tukasnya
"Hujin kau terlalu banyak curiga dan pandai memikirkan hal
yang bukan-bukan, bukan saja ilmu silat yang kalian miliki
sangat lihay bahkan mempunyai pula ilmu simpanan yang luar
biasa, dikemudian hari aku masih membutuhan kalian berdua,
sudah tentu tak mungkin kucelakai jiwa kalian berdua"
Sementara pembicaraan masih berlangsung Pek-li Peng
yang berada ditengah gelanggang telah membentak keras,
"Lepas tangan!"
Bersamaan dengan menggeletarnya suara bentakan itu,
pedang tanpa bayangan Tam Tong mengeluh dan pedangnya
teelepas dari cekalannya.
"Peng ji, jangan melukai orang." bentak Siauw Ling dengan
cepat. Setelah memukul rontok pedang Tam Tong dari cekalan,
sebenarnya Pek-li Peng akan meneruskan babatan pedangnya
untuk mengutungi lengan kanan orang she Tam tersebut.
Tetapi setelah mendengar bentakan dari Siauw Ling dengan
cepat ia tarik kembali pedangnya sambil meloncat balik kesisi
tubuh pemuda itu. Siauw Ling tersenyum, kepada gadis itu ujarnya
"Peng-ji, berilah sebutir pil pemunah untuk saudara Pay
yang terluka itu. Mula-mula Pek-li Peng tertegun, kemudian sambil tertawa
jawabnya "Perkataan toako tentu tak bakal salah lagi...."
Dia ambil keluar sebutir pil pemunah dan segera diberikan
kepada pedang pengejar angin Pay Pek-li.
Meskipun orang she Pay itu sudah menelan pil pemunah
pemberian dari Shen Bok Hong, akan tetapi berhubung obat
itu tidak dipergunakan pada tempat yang benar maka sama
sekali tidak mendatangkan kemanjuran apapun, waktu itu dia
sudah merasakan kadar racun yang mengeram dalam
tubuhnya perlahan-lahan menjaLar naik ke atas badan.
Ketika pil pemunah itu diangsurkan kehadapannya, tanpa
terasa ia sambut obat itu dan segera dimasukan ke dalam
mulut. Ar muka Shen Bok Hong berubah hebat ketika menyaksikan
Pay Pek-li manyambut obat pemunah itu, tetapi sebagai
seorang manusia yang berakal panjang, ia tahu situasi yang
dihadapinya saat ini amat keritis bila ia salah bertindak, maka
keadaan akan mengalami perubahan besar bahkan
kemungkinan besar ia akan terdesak hebat, maka sambil
meuggigit bibir ia pura-pura tidak melihat.
Terdengar Kim Hoa Hujin tertawa terkekeh-kekeh, lalu
berseru "Shen Toa Cungcu benarkah engkau masih mempercayai
diriku?" kalau masih percaya harap kau suka mengabulkan
satu permintaanku" Shen Bok Hong sudah menilai situasi pada saat itu, ia tahu
andaikata Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay
memberontak, maka ia dari posisi yang kuat akan berubah
jadi lemah, sambil menahan rasa mendongkol dihati gembong
iblis itu tertawa. "Apa yang hujin inginkan?" tanyanya.
"Setiap orang yang berada di dalam perkampungan Pek
Hoa Sanceng, kecuali ji Cungcu Ciu Cau Liong boleh dibilang
semuanya telah kau cekoki racun yang amat keji. aku telah
jual nyawa bagimu bahkan siap bercindak sebagai pelopor
dalam menghadapi setiap pertempuran sengit, andaikata aku
tidak beruntung dan mati hal ini harus salahkan kepandaianku
yang terlalu cetek, tetapi kalau aku harus mati karena racun
yang Cungcu berikan kepadaku....kematian tersebut boleh
dibilang kematian yang paling mengenaskan, apalagi setiap
sepuluh hari kami harus minta obat penawar dari Cungcu
untuk memperpanjang jiwa kami, pekerjaan ini terlalu
merepotkan sekali. Karenanya bila Toa Cungcu mau percaya
dengan kami, berdua, harap engkau suka membebaskan lebih
dahulu racun keji yang mengeram dalam tubuhku serta tu buh
Tong Loo-hujin" Siauw Ling sendiri sudah menyadari kalau posisinya amat
lemah dan andaikata benar-benar terjadi pertempuran
kekalahan Lebih banyak diraih daripada kemenangan apalagi
is sendiripun belum tahu apa maksud dan tujuan dari Kim Hoa
hujin serta Tong Lo Thay-thay, sementara ia sedang gelisah
mendadak situasi mengalami perubahan kembali, karena
menguntungkan pihaknya maka pemuda itupun dengan sabar
diri tetap berdiri dengan mulut membungkam.
Terdengar Shen Bok Hong tertawa terbahak bahak, laLu
berkata, "Hujin, kalau memang kau punya keinginan seperti
itu, mengapa tidak kau katakan sedari tadi?"
"Kalau aku ajukan permintaan ini sedari dulu, mungkin
mayatku saat ini sudah dingin dan tinggal tulang kerangka
saja "Hujin, kau memilih saat dan keadaan seperti ini baru
utarakan maksud hatimu, apakah tujuanmu hendak paksa aku
orang she Shen untuk menuruti kehendakmu itu?"
"Aku rasa Saat yang semacam ini merupakan saat yang
terbaik untuk mengajukan permintaan itu" jawab Kim Hoa
Hujin sambil tertawa, " bila kesempatan sebaik ini kubuang
dengan begitu saja, belum tentu dikemudian hari aku bisa
mendapatkan peluang lagi.
Shen Bok Hong tidak bicara, setelah termenung sebentar
dia berpaling ke arah Tong Loo-thay thay dan menegur
"Bagaimana dengan Tong Loo hujin!"
"Aku mempunyai perasaan yang sama!"
"Haaah...haaah...haaah... sekalipun aku ingin sekali
mengabulkan permintaan tapi Sayang situasi tidak
mengijinkan diriku untuk berbuat demikian"
"Kenapa tanya Tong Lo Thay-thay, "bukankah obat
penawar itu selalu berada di dalam saku Shen Toa Cungcu?"
"Memang benar aku selalu menggembol obat pemunah,
akan tetapi setiap butir obat pemunah itu hanya bertahan
selama sepuluh hari, tak mungkin racun yang mengeram di
tubuh kalian mampu kulenyapkan sama sekali" kata Shen Bok
Hong. "Jadi kalau begitu selama hidup kita harus mengikuti Shen
Toa Cungcu terus menerus, sepuluh hari berpisah berarti jiwa
kami akan lenyap?" sela Kim Hoa Hujin.
Shen Bok Hong tersenyum. "Tetntu saja ada cara lain yang dapat melenyapkan rscun
dalam tubuh kalian cuma..."
"Kalau memang begitu mengapa tidak kau lenyapkan racun
yang mengeram dalam tubuh kami itu?"
"Untuk melenyapkan macun yang mengeram di tubuh
kalian, aku harus melakukan suatu pekerjaan besar, pertama
tama jalan darah kalian musti ditusuk dahulu dengan jarum
emas kemudian diberi obat dan memaksa sisa racun yang
mengeram dalam isi perut kalian terdesak keluar. Untuk
menyeleseaikan kesemuanya itu aku membutuhkan waktu
selama dua jam. Coba bayangkanlah disaat dan keadaan
seperti ini mana aku punya waktu"
Hoa Hujin segera tertawa terkekeh kekeh.
Haaah...haaah.....haaah...jadi kalau begitu kami sudah pasti
akan mati" serunya. "Kalian tak usah kuatir, aku berjanji setelah kejadian hari
ini, racun yang mengeram di tubuh kalian berdua tentu akan
kuobati hingga bersih", seru Shen Bok Hong dengan wajah
serius. "Aku tidak percaya!" teriak Kim Hoa Hujin sambil gelengkan
kepalanya. Tong Lo-thay they yang selama ini membungkam terus,
tiba-tiba alihkan tongkat kepala burung hongnya ketangan kiri,
tangan kanan dengan cepat merogoh ke dalam saku untuk
memakai sarung tangan, kemudian sambil menggenggam
segenggam pasir racun serunya, "Shen toaungcu tahukah
engkau ilmu kepandaian apakah yang paling diandalkan
keluanga Tong kami","
"Semua orang di kolong langit tahu kalau kepandaian
keluanga Tong yang terutama adalah ilmu melepaskan senjata
rahasia" Tong Lo Thay-thay gelengkan kepalanya.
"Kalau dibilang benar maka tebakan dariShen Toa Cungcu
hanya bisa dikatakan benar separuh, yang paling penting
kepandaian paling dahsyat dari keluarga Tong adalah dalam
sekali turun tangan tujuh macam senjata rahasia beracun
bisa dipergunakan sekaligus, keluanga Tong suka
menggunakan racun tak nyana aku sebagai ketua dari
penguruan keluarga Tong harus sengsara karena racun keji
dari Shen Toa Cungcu.... yaah boleh dibilang mungkin inilah


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ganjaran bagi kami sekeluarga.
---oo0dw0oo--- Jilid 9 Shen Bok Hong memutar biji matanya memandang
sekeliling tempat itu, dia tahu Kim Hoa Hujin serta Tong Lo
Thay-thay sudah menunjukkan sikapnya untuk memberontak,
bahkan kedua orang itu telah siap sedia melancarkan
serangan. Hal ini membuat gembong iblis tersebut agak
gelagapan juga dibuatnya. Ia tak menyangka kalau musuh
belum berhasil dibekuk diantara kekuatan mereka sendiri
terjadi perpecahan. Tentu saja ia tak sudi untuk tunduk kepala
dan takluk kepada mereka berdua.
Shen Bok Hong yang cerdik tak urung dibikin tak berdaya
juga menghadapi keadaan seperti itu, untuk sesaat ia tak
dapat menemukan cara yang paling baik untuk menghadapi
keadaan tersebut, dengan termangu-mangu gembong iblis itu
cuma bisa berdiri menjublak belaka.
Sementara itu It-bun Han Too jadi girang sekali ketika
menyaksikan perubahan situasi menguntungkan diri mereka,
ia takut Siauw Ling banyak bicara hingga merusak suasana
tersebut, buru-buru dengan suara berbisik serunya, "Siau
tayhiap, banyak kejadian aneh seringkali terjadi dalam dunia
persilatan. Kadang kala waktu menghadapi keadaan yang
aneh orang harus pandai kecerdikannya, aku harap engkau
suka berdiam diri!" Siauw Ling berpaling memandang sekejap ke arah orang
she It-bun tersebut, mulutnya tetap membungkam.
Sementara itu dengan suara yang serak dan tua Shen Bok
Hong berseru, "Benarkah kalian berdua akan menghianati
perkampungan Pek Hoa Sanceng?"
"Daripada kita nanti kehilangan kesempatan yang sangat
baik ini sehingga dikemudian hari bisa dibunuh atau dicincang
oleh Toa Cungcu dengan sekehendak hatinya, lebih baik kita
pergunakan kesempatan yang sangat baik ini secara seksama"
Shen Bok Hong yang selamanya tenang dan dingin saat ini
tak bisa menahan emosinya lagi, dengan penuh kegusaran ia
tertawa dingin. "Kalian berharap dengan berbuat begitu maka tuntutan
kalian bakal berhasil"
"Memang sulit untuk dibicarakan jawab Tong Lo Thay-thay,
tetapi dalam keadaan seperti ini kemungkinan juga bakal
terjadi keadaan yang semakin runyam, yakni kedua belah
pihak sama-sama menderita kerngian yang besar"
"Shen Toa Cungcu engkau harus meneliti dulu situasi yang
kau hadapi saat ini, seru Kim Hoa hujin pula kecuali engkau
seorang siapakah yang mampu meloloskan diri dari ancaman
senjata rahasia yang ditimpukkan oleh Tong Lo Thay-thay?"
Meskipun dia hanya menyebut Tong Lo Thay-thay seorang,
tapi dibalik ucapan tersebut mengartikan pula Siauw Ling serta
dia sendiri. Atau dengan perkataan lain andaikata ia dan Tong
Loo-thay thay menyerbu kepihak musuh, siapa yang mampu
menolong gembong iblis itu lagi"
Shen Bok Hong segera mendengus dingin.
"Hmmm! andaikata aku berhasil melepaskan diri dari
kepungan, kalian berdua tak akan mendapatkan obat
pemunah lagi, dan itu berarti jiwa kalian berdua pun akhirnya
akan melayang juga" "Peristiwa ini merupakan pertaruhan besar yang meliputi
adu ilmu, adu kecerdikan serta adu nasib, sebelum menang
kalah bisa ditetapkan siapapun tak bisa mendnga bagaimana
hasilnya nanti, meskipun Toa Cungcu cerdik dan hebat tetapi
dalam keadaan seperti ini kau tak mungkin bisa meyakinkan
diri bahwa kemenangan tentu ada dipihakmu, sedang kamipun
belum tentu kalah" "Jadi kau ingin bertaruh?" tantang Shen Bok Hong dengan
suara ketus. "Tentu saja!" jawab Kim Hoa Hujin tegas.
Shen Bok Hong mendengus, ia berpaling ke arah Tong Lo
Thay-thay dan tegurnya pula.
"Bagaimana dengan engkau" apakah ingin turut pula dalam
pertarungan ini..." "Keadaan memaksa aku harus berbuat begitu, sekalipun
tidak bertaruh rasanya juga tak mungkin!" jawab nenek tua
tadi, "Baik! kalau memang engkau berdua ingin bertaruh,
terpaksa aku harus melayani keinginanmu itu, sambil
berpaling ke arah Siauw Ling dan It-bun Han Too tambahnya,
"Sekalipun ditambah engkau Siauw Ling dan It-bun Han Too
belum tentu kalian mampu untuk menghalangi jalan pergiku."
Kim Hoa Hujin memandang sekejap ke arah Tong Lo Thaythay,
nenek tua itu tiba-tiba mundur lima langkah ke belakang
dan segera menggeser tempat kedudukannya.
She Bok Hong menengadah dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaah... haaah... haaah, Ji-te, bawa mereka semua
mengundurkan diri lebih dahulu dari sini"
Ciu Cau Liong mengiakan, dengan membawa Kang-lam Su
kongcu buru-buru mereka putar badan dan melarikan diri.
Kim Hoa hujin serta It-bun Han Too tidak menyangka kalau
pihak lawan akan bertindak begitu, sebelum ingatan kedua
berkelebat lewat beberapa orang itu sudah berada lima
tombak jauhnya dari tempat semulanya.
Shen Bok Hotg tertawa dingin. ejeknya, "Sekarang tinggal
aku orang she-Shen seorang diri. Nah kalian boleh maju"
Baik Kim Hoa hujin maupun Tong Lo Thay-thay serta It-bun
Han Too semuanya tahu bahwa tenaga dalam yang dimiliki
Shen Bok Hong amat lihay, jika mereka yang turun tangan
maka dalam beberapa gebrakan saja jiwa mereka tentu
melayang diujung telapaknya.
Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay sendiri walaupun
sudah bertekad hendak adu jiwa tak urung mereka sendiripun
jado ragu untuk turun tangan lebih dahulu.
Siauw Ling menyapu sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian bisiknya dengan suara lirih, "Peng-ji mundurlah
agak jauh!" perlahan dia maju kedepan, Air muka Shon Bok
Hong berubah amat serius. Ia tetap berdiri di tempat semula,
sepasang telapak dirapatkan jadi satu dan sepintas lalu
nampaknya seakan-akan sama sekali tak siap.
Siauw Ling tak berani maju terlalu dekat pada jarak lima
kaki dihadapan gembong iblis itu dia berhenti.
"Toa Cungcu silahkan cahut keluar senjatamu!" serunya.
"Hmm... aku akan minta pelajaran ilmu pedangmu dengan
tangan kosong saja ..." sahut Shen Bok Hong sambil tertawa
dingin "Kalau memang begitu akan kulayani dirimu dengan tangan
kosong pula" perlahan-lahan pemuda itu menyimpan kembali
pedang pendeknya. Sekali lagi Shen Bok Hong tertawa dingin. "Pertarungan ini
mempengaruhi soal mati hidup diantara kita berdua, kau toh
punya senjata kenapa tidak dipakai?"
"Kalau berbicara dan perbuatan serta tingkah lakumu,
setiap orang berhak untuk melenyapkan engkau dari muka
bumi, tetapi antara aku dengan Toa Cungcu sedikit banyak
pernah punya hubungan, meskipun persaudaraan sudah putus
tetapi perasaan toh masih ada..."
"Tutup mulutmu!" bentak Shen Bok Hong.
Siauw Ling tertawa hambar.
"Kau boleh tidak setia kawan tetapi aku tak boleh hilangkan
perasaan ini, jika kau tak ingin berkelahi harap tinggalkan obat
pemunah buat Kim Hoa hujin berdua, kemudian berlalulah dari
sini" "Heeeh... heeeeh...heeeeh..." Shen Bok Hong tertawa
dingin, "aku orang she-Shen, kau anggap dengan andalkan
Kekuatan Beberapa orang saja maka aku lantas bisa kalian
tahan disini" Huuuh..! jika aku orang she Shen hendak pergi
siapapun tak akan bisa menghalangi niatku ini, mengerti...?"
"Pertarungan antara dirimu dengan diriku sama sekali tiada
sangkut pautnya dengan orang lain, jika engkau ingin
berkelahi ayohlah, silahkan turun tangan!"
"Heeeh heeeh-heeeh... Siauw Ling, apakah kau berharap
aku bisa mengalah satu jurus untukmu?"
"Aku tidak bermaksud begitu. Aku cuma merasa sudah
sepantasnya kalau Shen Toa Cungcu turun tangan lebih dulu!"
Shen Bok Hong tertawa hambar.
"Kau tak usah takahur. Lebih baik kau dulu yang turun
tangan...!"serunya. "Kalau memang Shen Toa Cungcu tetap menjaga gengsi
baiklah. Aku orang she Siau akan menuruti perintahmu!"
Telapak kanan perlahan-lahan diangkat ke atas kemudian
membacok dada gembong iblis itu.
Kim Hoa hujin, Tong Lo Thay-thay serta It-bun Han Too
telah menduga semua bila kedua orang itu sampai terjadi
pertarungan maka pertempuran itu tentu berlangsung dengan
serunya. Maka seluruh perhatian mereka dicurahkan ke dalam
kalangan untuk menyaksikan jalannya pertarungan tersebut.
Serangan yang dilancarkan Siauw Ling kian lama kian
bertambah lambat dan makin dekat dengan dada Shen Bok
Hong, akan tetapi iblis itu masih tetap berdiri tegak di tempat
semula. Menanti serangan musuh benar-benar sudah mengancam
dadanya, ia baru membalik telapak kanannya dan
menyongsong kedatangan serangan tersebut dengan keras
lawan keras Serangan ituu dilakukan dengan kecepatan bagaikan kilat.
Siauw Ling ingin menghindar namun tak sempat lagi.. Blaaam!
sepasang telapak mereka membentur satu sama lainnya
hingga menimbulkan ledakan yang menggeletar diudara.
Siauw Ling mendengus berat kuda kudanya gempur dan
tubuhnya harus mundur lima langkah ke belakang sebelum
berhasil berdiri tegak kembali.
Sebaliknya Shen Bok Hong hanya merasakan bahunya
bergetar keras, kuda kudanya masih bertahan di tempat
semula dan tubuhnya sama sekali tidak bergerak.
Ketika para jago alihkan sorot matanya ke arah Siauw Ling,
tampaklah raut wajah sang pemuda yang tampan berubah jadi
merah padam seolah-olah orang yang mahok tuak. Beberapa
saat kemudian ia baru muntah darah segar, serunya, "Shen
Toa Cungcu, sungguh lihay dan sempurna tenaga
pukulanmu!" "Haaah...haaah...haah...Siauw Ling kau masih mampu untuk
melanjutkan pertarungan ini?"
"Walaupun luka yang kuderita cukup parah, akan tetapi aku
yakin masih punya kemampuan untuk meneruskan
pertempuran ini!" Sebagai penutup dari kata katanya laksana kilat ia
menerjang kemuka, sepasang telapaknya melancarkan
pukulan pukulan yang gencar dan berantai. Dalam waktu
singkat empat jurus telah lewat.
Shen Bok Hong tak berani berayal, dia menggerakan pula
sepasang telapaknya, secara kilat dan tajam menyambut
semua ancaman yang dilontarkan pemuda itu.
Blaaam....! empat kali bentrokan nyaring bergema
memecahkan kesunyian, keempat buah pukulan berantai yang
dilancarkan Siauw Ling telah disambut semua oleh gembong
iblis itu dengan keras lawan keras.
Setelah menyerang keempat jurus itu dengan cepat Siauw
Ling meloncat mundur kembali delapan depa ke belakang.
Pek-li Peng segera maju kedepan dan berdiri disisi pemuda
itu, bisiknya dengan nada kuatir, "Toako parahkah lukamu?"
Siauw Ling mundur dengan sempoyongan... uuak! kembali
muntah darah segar. Dengan wataknya yang keras kepala, walaupun sudah
terluka parah namun semangat tempurnya bukan saja tidak
merosot malah tertambah menyala, ia tertawa hambar,
"Lukaku tak jadi soal...."
Melihat pemuda itu muntah darah lagi. Pek-li Peng tahu
kalau isi perutnya terluka parah. Air mukanya berubah jadi
pucat pias sambil memayang pemuda itu serunya
"Toako kalau lukamu terlalu parah lebih baik pertarungan
ini jangan dilanjutkan kembali"
Sejak menelan jarum batu berusia seribu tahun, kemudian
mendapat dasar pelajaran ilmu semedi Kian cing-ceng-ki daya
tahan yang dimiliki pemuda ini jauh berbeda dengan orang
lain diam-diam ia mengepos tenaga lalu tertawa.
"Berkorban demi keadilan dan kebenaran sekalipun jiwa
melayang juga tak usah disusahkan!"
"Kau tak boleh mati..."seru Pek-li Peng "kalau kau mati
maka akupun tak mau hidup lagi.."
Dengan alis berkerut Siauw Ling tertawa terbahak bahak.
"Haaah...haaah.. haaah.. sekalipun manusia dapat hidup
seratus tahun akhirnya juga ia bakal mati. Mati sekarang mati
nanti tak ada bedanya apalagi mati demi Bu lim dan umat
manusia.. kematian semacam ini sangat berharga sekali...
Peng-ji, lepaskanlah aku"
"Perkataan toako memang benar "jawab Pek-li Peng sambil
melototkan matanya bulat-bulat, "kau adalah seorang
pahlawan besar, seorang manusia gagah, lelaki sejati.... tidak
seharusnya kuhalangi niatmu itu"
Perlahan, lahan dia lepaskan Siauw Ling dan mundur dua
langkah ke belakang. Selama ini sikap Shen Bok Hong tetap
tenang bagaikan bukit karang. Ia tak berkutik pun tidak
menunjukkan reaksi apapun membuat orang tak bisa
menduga apa maksud tujuanya.
Tong Lo Thay-thay serta Kim Hoa Hujim tahu pula
bagaimanakah tabiat dari Siauw Ling, dalam suatu
pertarungan yang jujur dan terbuka andaikata mereka turun
tangan membantu maka pemuda itu pasti akan merasa tak
senang hati. Disamping itu diam-diam Kim Hoa Hujin pun merasa suatu
perasaan cemburu yang aneh sekali, ia merasa tak senang
hati menyaksikan sikap Pek-li Peng yang begitu hangat dan
mesra terhadap si anak muda itu, ia ingin sekali menyaksikan
gadis itu merasa sedih dan hancur hatinya menghadapi
peristiwa tersebut. Karena alasan-alasan itulah kedua orang
itu sama-sama berpeluk tangan belaka.
Lain halnya dengan It-bun Han Too, dengan teliti dan
seksama ia perhatikan situasi dalam gelanggang, sebagai
seorang manuia cerdik in merasa heran ketika menyaksikan
Shen Bok Hong melancarkan serangan balasan sebaliknya
Cuma menyambut terus dengan ekerasan. Ia tercengang dan
tak habis mengerti, pikirnya, "Orang yang paling ditakuti oleh
Shen Bok Hong adalah Siauw Ling pada saat dan keadaan


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti ini sebenarnya merupakan kesempatan paling baik
baginya untuk membunuh musuh tangguhnya ini, mengapa ia
tak mau turun tangan sebaliknya memberi kesempatan
kepada Siauw Ling untuk mengatur pernapasan" Dengan
watak dan perangai Shen Bok Hong kejadian ini janggal sekali
nampaknya tak mungkin ia sungguh-sungguh berhati baik
kepada lawannya... atau mungkin dibalik kesemuanya itu
terdapat hal-hal yang kurang beres?"
Setelah peras otak beberapa saat akhirnya ia berhasil
menemukan tiga buah kesimpulan.
Kesimpulan pertama, Shen Bok Hong tidak ingin kehilangan
seorang jago lihay seperti Siauw Ling, ia siap memaksa
pemuda itu untuk takluk dan membantu pihaknya atau bila
perlu menggunakan obat pelupa diri untuk mencuci otaknya
hingga kehilangan kesadarannya.
Kesimpulan kedua, di dalam bentrokan secara keras lawan
keras itu Shen Bok Hong menderita luka dalam yang cukup
parah. Hanya karena pengalamannya lebih luas dan tenaga
dalamnya lebih sempurna. diluar saja ia nampak tenang
seolah-olah tak terjadi sesuatu apapun padahal dalam
tubuhnya telah terluka. Kesimpulan yang ketiga, Shen Bok Hong kuatir bila ia
lancarkan serangan maka Tong Lo Thay-thay, Kim Hoa hujin,
dia sendiri serta Pek-li Peng tentu akan maju mengerubut,
dalam keadaan begini dia pasti akan kerepotan dan keteter
hebat. Diantara kedua buah kesimpulan tersebut, setiap
kesimpulan mempunyai kemungkinan yang amat besar,
karenanya meskipun It-bun Han Too licik dan banyak akal tak
urung gagal juga untuk menentukan kemungkinan manakah
yang lebih besar. Terdengar Pek-li Peng bergumam seorang diri, "Mati yaah
mati... pokoknya kalau kau mati akupun tak mau hidup lebih
jauh di kolong langit, mati atau hidup apa bedanya"..."
Karena amat sedih dan berduka karena menyaksikan Siauw
Ling menderita luka dalam yang begitu parah. Tanpa sadar
apa yang dipikirkan telah diutarakan keluar membuat orang
orang yang mendengar jadi terharu dan beriba hati.
Siauw Ling segera berpaling dan memandang sekejap ke
arah Pek-li Peng, ujarnya, "Peng ji, kau tak usah berbuat
demikian lantaran aku, istana salju dilaut utara masih
menantikan kedatanganmu, ibu dan ayah mu masih
merindukan engkau, lebih baik tinggalkan tempat ini dan
cepat-cepatlah kembali kerumah"
Setelah dua kali melangsungkan pertarungan keras lawan
keras melawan Shen Bok Hong, pemuda ini merasa dadanya
sesak dan isi perutnya goncang semua. Ia tahu jika
pertarungan dilanjutkan dan seandainya nasibnya jelek dan
mati diujung telapak gembong iblis itu, maka seluruh umat
bulim di daratan Tionggoan pasti akan mengalami nasib yang
sama pula. Dalam keadaan begini sudah tentu pemuda itu tak
sempat melayani cinta mesra dan Pek-li Peng.
Tampak gadis she Pek-li itu menggerakkan bibirnya dan
tersenyum, dua titik air mata jatuh berlinang membasahi
pipinya. "Toako, apakah sampai sekarang engkau masih helum
paham dengan perasaan hatiku?"
Dalam pada itU Shen Bok Hong telah mengetahui siapakah
gadis yang selama ini mendampingi Siauw Ling, pikirnya
dalam hati, "Siauw Ling benar-benar sangat lihay, tak nyana
puterinya Pak-thian Cungcu pun berhasil digaet olehnya"
Sebaliknya It-bun Han Too jadi teramat gelisah, batinnya,
"Pada saat ini situasi amat kritis dan berbahaya. pertarungan
seru berada di depan mata dan banyak nyawa tergantung
padanya, kenapa kedua orang ini malahan saling menyatakan
rasa cinta" bila pikirannya bercabang bukankah berarti
memberi peluang baik bagi Shen Bok Hong untuk
menunggangi keadaan tersebut....?"
Segera teriaknya, "Urusan muda mudi apakah cocok untuk
dibicarakan dalam keadaan seperti ini?"
Siauw Ling terkesiap, buru-buru dia pusatkan pikirannya
kembali untuk siap sedia menghadapi segala kemungkinan.
Dengan hati mendongkol Shen Bok Hong segera berpaling
ke arah It-bun Han Too teraknya, "It-bun sianseng, perduli
bagaimanakah perubahan situasi pada saat ini, bersiap siaplah
engkau untuk menerima sebuah pukulan dariku"
It-bun Han Too tahu bahwa Shen Bok Hong amat
membenci dirinya hingga merasuk ketulang sumsum, nafsu
membunuhnya, kini telah berjangkit kembali, sambil diamdiam
mengerahkan tenaga untuk bersiap siaga, serunya
kembali, "Shen Toa Cungcu, jika engkau masih mampu
melancarkan serangan balasan maka pada saat ini Siauw Ling
tentu sudah mati konyol diujung telapakmu...!"
Shen Bok Hong tertawa dingin, tiba-tiba ujung baju kirinya
dikebaskan kemuka menerjang tubuh Siauw Ling, sedang
telapak kanannya segera menyusul dari belakang mengirim
pula satu bacokan. Siauw Ling tarik napas panjang panjang, tangan kiri
menyapu keluar balas mengirim satu pukulan, sedang tangan
kanan diayun menyentilkan ilmu totokan dengan ilmu Saiu-Loo
Sin ci. Ketika menggunakan tenaga penuhpun Ia bukan tandingan
dari Shen Bok Hong apalagi sekarang tenaga dalamnya musti
dibagi dalam dua kegunaan, satu mengirim pukulan untuk
membendung datangnya serangan dan yang lain melancarkan
totokan dengan ilmu Saiu loo sinci.
Pada saat sepasang telapak saling membentur satu sama
lainnya, tubuh Siauw Ling bagaikan layang-layang putus
segara terpental dan melayang diudara.
Pada saat yang bersamaan pula Shen Bok Hong
mendengus berat. Tiba-tiba ia putar badan dan lari dari
tempat itu. Jelas ketika angin pukulan yang dilancarkan Shen Bok Hong
berhasil mementalkan tubuh Siauw Ling tadi ia sendiripun
terluka oleh hantaman ilmu totok Siau-loo sin ci tersebut.
Shen Bok Hong gembong iblis yang maha dahsyat dan
memiliki daya tahan yang luar biasa ini benar-benar sangat
hebat, sekalipun sudah terluka parah akan tetapi dia masih
mampu mengerahkan tenaga dalamnya lagi.
Ketika pergelangan kanannya diputar dan kemudian
didorong kedepan, segulung angin pukulan berhawa dingin
yang lunak dan halus dengan cepat meluncur kedepan
menghantam tubuh It-bun Han Too.
Sewaktu menyaksikan datangnya terjangan gembong iblis
itu, It han Han Too merasa amat terperanjat, badannya buruburu
berputar dan siap meloloskan diri dari ancaman tersebut,
tetapi pada saat itulah segulung angin pukulan yang luar biasa
dahsyatnya telah mendesak datang. Pukulan itu meluncur
datang tanpa berwujud dan mengeluarkan sedikit suarapun,
menanti ancaman itu sudah berada di depan mata ia baru
merasa. Dalam kejut dan gugupnya It-bun Han Too mengerahkan
segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menyambut
datangnya serangan tersebut.
Ketika angin pukulan yang dilancarkan membentur dengan
ancaman yang datang, It-bun Han Too segera merasakan
keadaan tidak beres, dia merasakan pukulannya telah bertemu
dengan rintangan yang amat kuat, bukan saja sepasang
telapaknya terpental balik bahkan ia mendengus kesakitan dan
tak bisa ditahan lagi tubuhnya mundur sepuluh langkah ke
belakang dengan sempoyongan kemudian rubuh terjengkang
di atas tanah. Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata, pada
saat telapak kanan Shen Bok Hong melancarkan angin
pukulan menghajar tubuh It-bun Han Too gembong iblis itu
mengebaskan pula ujung baju kanannya, empat kilatan
cahaya tajam segera meluncur keluar dan menyerang Tong Lo
Thay-thay serta Kim Hoa hujin.
Meskipun Tong Loo thny thay sendiri adalah seorang ahli di
dalam melancarkan serangan senjata rahasia, namun
menghadapi ancaman senjata rahaia yang dilancarkan Shen
Bok Hong itu dia tak berani menerimanya dengan tangan.
Buru-buru tubuhnya mengegos ke samping meloloskan diri
dari ancaman kedua titik cahaya tajam itu.
Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay mempunyai tujuan
yang sama, mereka serentak menghindar kesamping.
Nenek tua dari keluarga Tong itu penasaran sekali, diayun
telapaknya balas melancarkan serangan, empat buah titik
cahaya tajam segera meluncur keudara dan menyambar ke
arah tubuh gembong iblis tersebut. Shen Bok Hong cukup licik,
setelah melancarkan pukulan dan senjata rahasia. tubuhnya
laksana kilat meluncur dan kabur ke arah sebelah barat.
Menanti Tong Loo-thay thay melancarkan serangan dengan
senjata rahasianya tubuh Shen Bok Hong telah berada kurang
lebih empat tombak jauhnya dari tempat semula dan di dalam
waktu singkat bayangan tubuhnya telah tenyap dari
pandangan. Traang...traaang...bunyi nyaring berkumandang dan
kejauhan, rupanya senjata rahasia yang diancarkan Shen Bok
Hong serta Tong Loo-thay thay sama-sama telah menumbuk
di atas batu gunung. Angin puyuh telah lewat dan suasana pulih kembali dalam
keheningan, sang surya memancarkan cahayanya yang lembut
menyinari lembah sempit itu...mendatangkan rasa sepi hening
dan tenang. Suara isak tangis berkumandang memecahkan kesunyian.
Kim Hoa hujin tarik napas panjang-panjang sambil
berpaling, tampaklah Pek-Li Peng sambil membopong tubuh
Siauw Ling yang basah kuyup sedang bersandar disebuah batu
sambil menangis tersedu-sedu.
Tong Lo Thay-thay segera menghela napas panjang,
katanya Luka dalam yang diderita Siau tayhiap tentu parah sekali,
coba lihatlah bocah pemempuan itu menangis dengan begitu
sedihnya!" "Tempat mana sih letaknya Istana es dilautan utara itu?"
"Tempat itu tersohor dan diketahui setiap orang, engkau
tahu tentang Pak-thian Cungcu?" tanya Tong Lo Thay-thay.
"Aku tahu, apakah bocah perempuan itu adalah putrinya
Pak thian Cungcu" aku dengar ilmu silat yang dimiliki
bapaknya sangat lihay dan sangat mempengaruhi keadaan
dunia persilatan menaruh rasa jeri dan segan terhadap
dirinya?" Ia berhenti sebentar,tidak menunggu nenek tua dari
keluarga Tong itu menjawab, kembali ia berseru, "Coba
engkau periksalah keadaan diri It-bun Han Too, coba lihat
sudah modar atau masih hidup. Jika nyawanya belum putus
harap Loo-hujin suka menyelamatkan jiwanya..."
Tong Lo Thay-thay segera tertawa dingin, tukasnya, "Orang
itu licik dan banyak akal, apagunanya menolong manusia
semacam itu" aku rasa biarkan saja dia menderita sebab kalau
dia masih hidup maka banyak perbuatan jahat yang bakaI
dilakukan lagi olehnya"
"Tidak salah, ia memang licik dan banyak akal, akan tetapi
justru karena kelicikan dan kecerdikannya itulah Shen Bok
Hong baru bisa dihadapi, menolong dia berarti
memberikan seorang musuh tangguh yang licik dan cerdik
bagi Shen Bok Hong!"
"Baiklah!" kata Tong Lo Thay-thay kemudian sambil
mengangguk, "Coba pergilah kesana untuk memeriksa
keadaan dan Siau tayhiap, pemuda itu mempengaruhi mati
hidupnya seluruh umat Bu lim selama tiga puluh tahun
mendatang. Aaaai...! sedari tadi aku sudah menduga kalau
tenaga dalamnya masih bukan tandingan dari Shen Bok Hong,
tidak cocok baginya untuk adu kekuatan dengan keras lawan
keras, tidak dinyana dugaanki ternyata tepat sekali...."
Ia berhenti sebentar, lalu terusnya lagi, "Aku punya satu
persoalan yang hingga kini masih beLum kupahami, apakah
engkau dapat memberi penjelasan?"
"PeroaIan apa?"
"Bagaimanapun toh kita sudah termakan racun keji yang
dilepaskan Shen Bok Hong ke dalam tubuh kita, sekali pun
tidak mati diujung telapak gemboag iblis itu paling banter jiwa
kita masih bisa hidup beberapa hari lagi. Andaikata tadi kita
mau turun tangan bersama untuk membantu Siauw Ling, aku
rasa keadaan saat ini tentu akan jauh berbeda!"
Kim Hoa hujin tertawa hambar.
"Perasaan pribadi yang membuat semua urusan jadi
berantakan, sekarang mau menyesal rasanya juga terlambat"
katanya. Tong Lo Thay-thay tertegun, kemudian sambil tertawa getir
gelengkan kepalanya berulangkali, ia segera mendekati It-bun
Han Too. Kim Hoa hujin sendiri segera menghampiri Pek-li Peng.
bisiknya dengan suara lirih, "Sudah jangan menangis"
Rupanya pukulan maut yang dilancarkan Shen Bok Hong
sehingga mementalkan tubuh Siauw Ling tadi telah membuat
tubuh pemuda itu tercebur ke dalam air telaga, waktu itu Pekli
Peng gugup bercampur kaget sehingga gelagapan, menanti
Siauw Ling sudah tercebur ke dalam air, gadis itu baru
mendusin ia buru-buru menarik tubuh pemuda itu naik
kedarat. Menyaksikan luka dalam yang diderita Siauw Ling parah
sekali dan napasnya kembang kempis dengan amat lirih Pek-li
Peng merasa pikirannya semakin kalut tak bisa ditahan lagi
menangislah gadis itu karena amat sedih.
Ketika Kim Hoa Hujin berjalan menghampiri kesisi
tubuhnya. Pek-li Peng masih tetap tidak merasa. Menanti
perempuan dari wilayah Biau itu berteriak gadis itu baru
tersentak kaget dan mendusin dari lamunannya, dengan cepat
dia angkat kepala memandang sekejap ke arah lawannya.
Kim Hoa Hujin membungkam dalam seribu bahasa, Ia
berjongkok dan memeriksa dada pemuda itu, lama sekali dia
baru berkata "jantungnya belum berhenti berdenyut, harapan
untuk hidup masih tetap ada .. apakah kau tak berusaha untuk
menolong jiwanya kenapa musti menangis terus?"
"Apakah dia masih tertolong?" tanya Pek-li Peng sambil
menyeka air matanya dengan tangan kanan.
"Tentu saja masih tertolong! sekalipun harapannya tidak
begitu besar toh engkau musti berusaha dulu dengan sekuat


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tenaga" Kiranya setelah melakukan pemeriksaan terhadap denyut
jantung Siauw Ling, Kim Hoa hujin merasa bahwa luka dalam
yang diderita oleh pemuda itu terlalu parah mampukah untuk
ditolong, masih merupakan suatu tanda tanya besar, karena
itu dalam pembicaraanpun ia menunjukan sikap ragu-ragunya
Terhadap Kim Hoa hujin sebenarnya Pek-li Peng
mempunyai pandangan yang jelek, akan tetapi setelah
mendengar kalau Siauw Ling masih ada harapan untuk
ditolong sikapnya seketika berobah, buru-buru serunya, "Saat
ini pikiran siau-moay sedang kalut dan hatiku tidak tenteram,
aku tak tahu apa yang musti dilakukan. Cici! dapatkah engkau
menolong jiwanya?" "Kau percaya dengan diriku?"
"Kalau engkau dapat menolong selembar jiwa toako, maka
dikemudian hari aku tentu akan mempercayai dirimu!"
"Perduli mampukah kutolong jiwanya, aku harus berusaha
dengan segenap tenaga..." pikir Kim Hoa hujin di dalam hati,
segera serunya, "Harap kau baringkan tubuhnya di atas
tanah" Pek-li Peng mengiakan, dia baringkan tubuh Siauw Ling ke
atas tanah. Diam-diam Kim Hoa Hujin mengerahkan tenaga dalamnya
lalu menempelkan telapak tangannya di atas dada Siauw Ling,
ujarnya kembali, "Dasar tenaga dalam yang dimilikiya amat
bagus, sekalipun isi perutnya telah terluka ketika
melangsungkan pertarungan melawan Shen Bok Hong, tetapi
tenaga murninya masih mampu melindungi tempat tempat
bahayanya, karena itulah meskipun luka dalamnya sangat
parah namun jantungnya sama sekali tidak berhenti
berdenyut!" Menggunakan kesempatan dikala masih berbicara, hawa
murninya segera dikerahkan dan dengan cepat disalurkan ke
dalam tubuh Siauw Ling. Mampukah luka dalam yang sedemikian parahnya itu
disembuhkan, dalam hati kecilnya Kim Hoa Hujin sama sekali
tak punya keyakinan, tetapi iapun merasa tak leluasa untuk
mengutarakannya keluar karena itu dia mengambil keputusan
untuk beradu nasib. Siapa sangka kejadian yang kemudian terjadi pun berada
diluar dugaan Kim Hoa Hujin baru saja menyelesaikan katakatanya
mendadak Siauw Ling menghembuskan napas
panjang dan membuka matanya kembali, setelah memandang
sekejap ke arah Kim Hoa Hujin dan Pek-li Peng ia tersnyum
lalu pejamkan matanya kembali.
Pek-li Peng jadi amat kegirangan setengah mati
menyaksikan si anak muda in mendusin serunya sambil
tertawa, "Cici, lihatlah dia telah mendusin..."
"Tidak salah dia telah mendusirn "jawab Kim Hoa Hujin
sambil tertawa bingung. Di bawah sorot cahaya sang surya, tampaklah air muka
Pek-li Peng berubah jadi merah padam, alisnya melentik dan
matanya kelihatan jeli, terutama sekali sewaktu tertawa
tampaklah sebaris giginya yang putik bersih. Terutama
sepasang lesungnya yang manis dipipi membuat dara itu
nampak lincah dan menyenangkan sekali.
Kim Hoa Hujin segera berpikir di dalam hatinya, "Aaaai..
memang gadis cantik seperti inilah yang pantas untuk kawin
dengan dia Terdengar Pek-li Peng berkata kembali "Cici lihatlah... dia
pejamkan matanya, apa yang musti kita lakukan?"
Kim Hoa hujin tertawa sedih.
"Tepatlah telapak kananmu di atas dadanya dan kerahkan
tenaga dalam untuk menyerang denyut jantunngnya..."
Sambil berkata ia segera geserkan telapak kanan sendiri.
Pek-li Peng memandang sekejap ke arah Kim Hoa hujin lalu
menempelkan telapak kanannya di atas dada Siauw Ling dan
salurkan hawa murninya ke dalam tubuh pemuda itu.
Beberapa saat kemudian gadis itu sudah kepayahan,
keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar membasahi
seluruh tubuhnya. Tiba-tiba Siauw Ling mengerahKan tangannya dan
perlahan-lahan buka mata kembali, pada gadis itu serunya.
"Peng ji, pergilah beristirahat!"
"Aku baik sekali!"jawab Pek-li Peng sambil menyeka
keringat dan tertawa, "toako, bagaimana kaadaan lukamu"
Sementara Siauw Ling hendak menjawab, Kim Hoa hujin
sudah keburu berseru lebih dahulu
"Jangan banyak bicara"
Siauw Ling mengangguk dan tidak banyak bicara lagi.
"Nona!" ujar Kim Hoa Hujin lebih jauh. Pada saat dan
keadaan seperti ini ia membutuhkan banyak waktu untuk
beristirahat, jangan ganggu dirinya lebih dahulu dan jangan
mengajak dia berbicara"
Pek-li Peng yang selamanya keras kepala dan angkuh saat
ini berubah jadi halus dan penurut sekali.
"Terima kasih atas nasehat cici...." bisiknya.
Kim Hoa hujin menghela napas panjang.
"Nona, baik-baik-baikah merawat dia...dengan
kesempurnaan tenaga dalam yang dia miliki sekalipun sadar
kembali tak akan ada perubahan apapun yang bakal tenjadi,
aku hendak pergi dulu!"
Habis berkata dia putar badan dan siap berlalu.
Tiba-tiba Pek-li Peng bangkit berdiri, serunya, "Cici engkau
hendak kemana?" "Aku datang dan wilayah Biau tentu saja harus pulang
kewilayah Biau, mau mati harus mati didesa kelahiran sendiri!"
"Cici kenapa engkau harus mati?"
Sambil membereskan rambutnya yang kusut Kim Hoa hujin
tertawa, jawabnya, "Sewaktu datang aku muncul dengan
semangat yang menyala-nyala dan ingin angkat nama dalam
dunia persilatan, siapa tahu setelah tiba di daratan Tionggoan
aku baru tahu kalau di daratan terdapat begitu banyak jago
yang lihay, kepandaian seperti yang dimiliki sebenarnya susah
untuk berebut nama besar di Tionggoan, yaah dengan begitu
akupun jadi putus asa dan terpaksa harus pulang dengan
membawa hati yang sedih dan murung..."
"Walaupun begitu, toh kau tak usah mati"
"Aku sendiripun tak ingin mati, tetapi sekalipun tak ingin
aku bakal mati juga "kata Kim Hoa hujin sambil tertawa sedih.
"Kenapa?" "Adik cilik, apakah engkau ingin mengetahui duduknya
perkara hingga jeIas?"
---ooo0dw0ooo--- "Tidak salah" sahut Pek-li Peng, " cici telah membantu aku
untuk menolong jiwa toako, sudah sepantasnya kalau siau
moay pun berusaha keras untuk membantu!"
"Tak ada gunanya, di kolong langit dewasa ini hanya ada
dua orang yang mampu menolong jiwaku!"
"Siapakah mereka?"
"Yang satu adalah Shen Bok Hong, tapi sekarang aku telah
bermusuhan dengan dirinya, tentu saja ia tak akan menolong
diriku" "Siapakah orang kedua?"
"Tok-jiu-yok-ong Raja obat bertangan keji orang ini tak
menentu jejaknya dan jarang sekali ada yang tahu sekarang ia
berada dimana." Setelah berhenti sebentar, lanjutnya, "Lagipula kendati
orang itu berhasil ditemukan belum tentu ia bersedia untuk
mengobati penyakitku itu"
"Apakah engkau keracunan cici?"
"Tidak salah. Shen Bok Hong telah menanamkan bibit racun
di dalam tubuhku. Racun itu bukan sembarangan racun
melainkan sejenis racun yang sanga lihay, di kolong langit"
"Di kolong langit tak kekurangan tabib sakti, apa salahnya
kalau cici periksakan diri kepada seorang tabib yang lihay"
satu gagal cari yang lain dan demikian seterusnya, siapa tahu
kalau salah satu diantara mereka sanggup untuk memunahkan
racun dalam tubuhmu itu?"
Sambil tertawa Kim Hoa hujin gelengkan kepalanya.
"Siau-moay, tahukah engkau bahwa encimu juga seorang
ahli di dalam menggunakan racun?"
"Aku tidak tahu, tetapi kalan memang engkau pandai dan
ahli dalam menggunakan racun, kenapa tidak berusaha sendiri
untuk meMunahkan racun yang mengeram di dalam
tubuhmu?" Setiap orang di kolong langit yang mampu mengunakan
racun hidup, rasanya tak seorangpun yang mampu melampaui
aku Kim Hoa Hujin dari wilayah Biau..."
"Apa sih yang dimaksudkan racun hidup?"
"Eehmm... adikku cilik, apakah kau belum puas kalau belum
bertanya sejelas-jelasnya?"
"Usiaku masih muda dan tak tahu urusan, selama berada di
Istana salju di atas ada orang tua di bawah ada kawanan
pelayan semua urusan tak perlu aku risaukan sendiri lain
keadaan dengan sekarang.... aku harus ikut toako berkelana di
dalam dunia persilatan.. tentu saja semakin luas
pengetahuanku semakin baik, cici, apakah engkau merasa siau
moay terlalu cerewet dan banyak bicara?"
"Baiklah...! akan kuterangkan kesemuanya itu kepadamu",
seru Kim Hoa Hujin kemudian dengan perasaan apa boleh
buat. "yang dimaksudkan sebagai racun hidup adalah makhluk
makhluk hidup yang bernyawa, seperti ular berbisa, kelabang
laba-laba berbisa, kala dan lain sebagainya"
"Oooooh. .. ... aka mengerti sekarang "seru Pek-li Peng
sambil mengangguk, "jadi sebagian besar para jago yang suka
menggunakan barang barang berbisa, biasanya menggunakan
racun racun mati?" "Ehmm....hanya saja inilah cara cici pribadi"
"Sebagian besar racun mati dibikin dari tubuh makhluk
racun yang sudah mati. Kalau cici memang mengerti akan
racun hidup masa terhadap racun mati sama sekali tidak
mengerti?" "Tentu saja mengerti hanya ku tidak begitu menguasai!"
Siauw Ling yang selama ini masih beristirahat dengan mata
terpejam mendadak membu ka matanya dan meloncat
bangun. "Cici, kau" serunya.
"Eeeei....! bukankah sudah kukatakan tadi jangan banyak
bicara, kenapa kau tak suka mendengarkan nasehatku" ayoh
cepat berbaring. .." omel Kim Hoa Hujin dengan alis berkerut.
"Aku sudak tidak apa apa lagi" jawab Siauw Ling sambil
menggeleng, "setelah kucoba untuk mengatur pernapasan,
terasalah semua peredaran telah berjalan dengan lancar, cici
tak usah menguatirkan tentang diriku "
Kim Hoa Hujin melirik sekejap ke arah Pek-li Peng, lalu
berkata, "Saudaraku engkau harus baik-baik berjaga diri...
tahukah engkau betapa kuatir dan perhatiannya terhadap
keselamatanmu. Aaaa...! andaikata engkau benar-benar terjadi
sesuatu hal yang tidak beres aku lihat dia tentu akan enggan
hidup seorang diri di kolong langit"
Siauw Ling berpaling, tampaklah Pek-li Peng dengan wajah
tersipu sipu rundukan kepalanya rendah rendah, hal itu
menunjukkan bahwa apa yang dikatakan Kim Hoa Hujin
sedikitpun tidak salah. Siauw Ling segera menghela napas panjang.
"Cici maukah engkau dengarkan beberapa patah kataku?"
tanyanya. "Baik, katakanlah!"
"Siaute telah mmahami maksud hati cici di dalam
pembcaraan barusan, jika engkau hendak kembali ke wilayah
Biau dan tak mau mencampuri urusan dunia persilatan lagi.
tentu saja Siaute tak akan mencegah atau menghalang
halangi niatmu itu, akan tetapi sekarang... kau tidak boleh
pergi dahuu!..." "Sebab di dalam tubuhmu masih bersarang racun aneh
yang amat keji, diwilayah Biau tak ada orang yang mampu
mnyembuhkan penyakitmu itu"
"Apakah aku masih bisa ditolong orang, seandainya tetap
berada di daratan Tionggoan?"
"Paling sedikit kau akan menjumpai kesempatan untuk
mendapat pengobatan. Seandainya cici sampai mati maka
diluaran hal tersebut akan dianggap orang sebagai penghia
natanmu terhadap Shen Bok Hong. Tetapi dalam kenyataan
semunya itu bisa terjadi lantaran diri Siaute..."
Mendengar perkataan itu Kim Hoa Hujian segera tertawa
terkekeh-kekeh, sikapp genit dan terbukanya pulih seperti
sedia kala ia berseru, "Nanti atau besok toh akhirnya akan
mati juga kenapa aku musti mencelakai diri sendiri karena
engkau?" "Cici tak usah menutup-nutupi persoalan ini, tadi Siaute
telah menangkap senyumanmu yan sedih dan murung, jika
bukan lantaran aku, engkau tak nanti mengkhianati Shen Bok
Hong. Dan jika cici tidak berkhianat maka jenazahku pada saat
ini mungkin sudah mendingin. Justru karena pengkhianatan
dari cici inilah yang membuat hati Shen Bok Hong keder dan
segera melarikan diri"
"Anggap saja perkataanmu benar, kaupun tak akan mampu
menolong atau membantu diriku"
Ia menghela napas panjang, setelah berhenti sebentar
lanjutnya, "Aku lihat rasa cinta nona Pek li terhadap dirimu
amat suci dan telah mendalam sekali, cici merasa menyesal
sekali tak dapat Menemani dirimu lebih lama, aku hanya
berharap agar dikemudian hari kau bisa baik baik melayani
dirinya. Ia masih muda dan polos tidak seperti aku yang tak
tahu aturan dan terlalu binal, tak usahlah engkau mengurusi
diri cici lagi" Tidak menanti jawaban dari Siauw Ling lagi, ia putar badan
dan cepat berlalu dari sana.
Siauw Ling jadi amat gelisah, segera teriaknya keras keras,
"Cici tunggu sebentar!"
Dengan cepat ia berusaha meloncat bangu dari atas tanah.
Melihat pemuda itu meloncat bangun, Kim Hoa Hujin
segera menghentikan langkahnya dan berjalan balik tegurnya,
" Eeeei kau mau apa" ayoh cepat duduk!"
Siauw Ling terharu sekali terutama setelah menyaksikan
sikapnya yang begitu menaruh perhatian terhadap dirinya,
dalam hati segera pikirnya.
"Perempuan ini meskipun wataknya terlalu jelek, setiap hari


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bermain dengan makhluk beracun dan membunuh orang tak
berkedip, akan tetapi terhadap diriku boleh dibilang baik
sekali, beberapa kali dia telah menyelamatkan jiwaku. Rasa
setia kawannya murni dan bukan berpura-pura belaka... aku
tak boleh me-nyia2kan perasaannya itu..,"
Satu ingatan segera berkelebat dalam benaknya dengan
cepat dia berkata, "Andaikata cici setuju untuk tetap tinggal
disini, Siaute segera akan duduk bersemedi dan mengatur
pernapasan" "Cici, kabulkanlah permintaannya!" sambung Pek-li Peng
dengan cepat. Kim Hoa hujin menghela napas panjang.
"Aaal... cepatlah duduk untuk mengatur pernapasan.
jangan membuat darah jadi menggumpal di sekitar lukamu,
aku akan tetap tinggal disini untuk menanti dirimu," katanya.
"Aku percaya dengan perkataan dan cici," sahut Siauw
Ling, sehabis berkata Ia segera duduk bersila dan mulai mengatur pernapasan.
Sementara itu Tong loo-thay thay dengan wajah serius
telah berjalan mendekat, dengan nada kuatir ia bertanya.
"Apakah Siau tayhiap berada dalam keadaan baik-baik?"
Kim Hoa Hujin mengangguk.
"Ia sudah dapat mengatur pernapasan sendiri tentu saja
keadaannya sudah tidak mengapa lagi, bagaimana dengan
keadaan It-bun Han Too" apalah masih parah lukanya?"
"Dia telah sadar kembali dari pingsannya, tetapi luka dalam
yang dideritanya terlalu parah" jawab Tong Lo Thay-thay.
"Aku telah memberi dua butir pil yang mujarab untuk
menyembuhkan luka dalamnya dan kini ia sedang berbaring
untuk beristirahat. Pil yang kuberikan kepadanya bukan obat
yang khusus untuk menyembuhkan luka dalam, apakah
berkasiat atau tidak sukar untuk diduga. Tetapi aku telah
berusaha dengan segala kmampuan yang kumiliki.."
"Apakah kau telah mencoba untuk memperlancar
peredaran darahnya dengan pengerahan tenaga dalammu"
"Sudah kugunakan, tetapi terhadap luka dalamnya yang
terlalu parah itu penyaluran tenaga dalam sama sekali tidak
memberikan bantuan yang berarti"
Kim Hoa hujin termenung dan berpikir sebentar, kemudian
jawabnya, "Tidak menjadi soal, asal ia bisa sadar kembali dari
pingsannya ini berarti jiwanya bisa tertolong dan tak bakal
mati lagi!" "kenapa" tanya Tong loo- thay thay tercegang.
It-bun Han Too cendik dan banyak akal, pengetahuannya
luas sekali dan lagi pula pandai di dalam ilmu pertabiban, asal
ia bisa mendusin dari pingsannya maka dia pasti akan bisa
memeriksa diri sendiri serta berusaha untuk mengobati
lukanya" Tong loo-thay thay termenung berpikir sebentar, lalu
ujarnya pula, "Setelah kali ini aku berhianat terhadap diri Shen
Bok Hong dan memusuhi dirinya dengan mempertaruhkan
mati hidupku, barulah kusadari bahwa Shen Bok Hong
sebenarnya seorang manusia yang licik, kejam dan sama
sekali tak berperi kemanusiaan, bila kita tetap menjual nyawa
bagi dirinya maka paling akhir kita semuapun tak akan lolos
dari kematian... aaai! aku rasa berhianat memang merupakan
satu-satunya jalan yang paling benar, kini yang paling penting
adalah soal keselamatan dari Siau Tayhiap. Setelah Shen Bok
Hong berkuasa dan menyebarkan kekuasaan serta
pengaruhnya ke dalam dunia persilatan. Banyak partai serta
perguruan besar yang jeri dan takut terhadap dirinya, kalau
bukan takut karena kekejaman gembong iblia itu mereka
terdesak oleh kekuatan yang minim, di kolong langit hanya
Siau tayhiap seoranglah yang berani secara terang2an
memusuhi Shen Bok Hong, dialah satu-satunya harapan bagi
kita semua untuk memimpin seluruh umat Bu-lim untuk
bangkit berjuang serta menumbangkan kekuasaan dari
gembong iblis itu, karenanya bukan saja ia tak boleh mati
bahkan luka yang dideritanya harus diusahakan untuk sembuh
dengan secepatnya...."
"Tenaga dalamnya amat sempurna lagipula tubuhnya
dilindungi oleh hawa khie-kang yang kuat, meskipun ketika itu
dia dihantam sampal muntah darah oleh pukulan Shen Bok
Hong yang maha dahsyat itu, akan tetapi luka dalam isi
perutnya sama sekali tidak parah "sambung Kim Hoa hujin.
Setiap perkataan yang diutarakan Tong loo-thay thay dapat
didengar oleh Siauw Ling dengan jelas, tetapi karena ia
sedang mengatur pernaasan maka walaupun mendengar
namun pemuda itu tak mampu mengucapkan sepatah
katapun. Tiba-tiba Pek-li Peng menghela napas panjang, sambil
memandang ke arah Kim Hoa Hujin ujarnya, "Menurut
anggapanmu apakah Shen Bok Hong sendiripun menderita
luka yang amat parah?"
"Dipandang sepintas lalu diapun menderita luka yang
sangat parah, tetapi benarkah parah sekali aku kurang yakin,
paling sedikit lukanya tak akan separah apa yang diderita oleh
Siauw Ling saat ini"
"Aku rasa luka yang diderita Shen Bok Hong parah sekali!"
sela Tong Lo Thay-thay mendadak.
"Darimana kau bisa tahu?"tanya Kim Hoa Hujin.
"Pada mulanya aku memang mempunyai pandangan
seperti apa yang barusan kau kemukakan, tetapi sekarang aku
telah mempunyai pandangan lain terhadap persoalan
tersebut" "Harap engkau suka memberi penjelasan lebih jauh!"
"Manusia yang paling ditakuti Shen Bok Hong adalah Siauw
Ling, orang yang paling dibenci olehnya juga Siauw Ling,
andaikata ia masih memiliki sasa tenaga bukankah ketika itu
dengan gampang sekali ia bisa merubuhkan Siauw Ling,
kenapa ia tidak membunuh pemuda itu?"
Kim Hoa Hujin tertegun lalu serunya, "Sedikitpun tidak
salah, andaikata aku yang menghadapi persoalan itu musuhku
tentu akan kulenyapkan dengan dengan cepat, apalagi dia
adalah Shen Bok Hong yang kejam"
"Oleh sebab itu aku lantas menarik kesimpulan pastilah
Shen Bok Hong telah menderita luka yang jauh lebih parah
danpada apa yang kita duga semula"
"Tetapi mengapa gerak-geriknya masih gesit dan cepat
sekali?" "Hal ini disebabkan dia paksakan diri untuk mengerahkan
hawa murninya yang terakhir, perjalanan meski dilakukan
cepat dan gesit namun hal itu merupakan suatu paksaan"
Kim Hoa hujin termenung sebenar, lalu ujarnya
"Bagi seorang yang memiliki tenaga dalam yang sempurna,
daya tahannya luar biasa sekali, dan antara keduanya itu
mempunyai bubungan yang erat sekali. Setelah memukul
Siauw Ling menjadi luka parah ternyata Shen Bok Hong tak
mau membinasakan lawannya, jelas dibalik kesemuanya itu
terselip hal-hal yang tidak beres"
"Andaikata lukanya terlalu parah, sekali pun semua tenaga
sudah digunakan rasanya gerakan tubuhnya tak akan secepat
itu" Tiba-tiba Kim Hoa Hujin bangkit berdiri katanya
"Bila dugaan Tong ciangbunjin tidak salah, maka kendati
Shen Bok Hong bisa kabur dengan gerakan cepat, tak
mungkin dia bisa pergi terlalu jauh, kenapa kita tidak
menggunakan kesempatan yang sangat baik ini untuk sekalian
membinasakan dirinya?"
Aku rasa pada saat in dia tentu sudah menggabungkan diri
dengan Ciu Cau liong sekalian"
"Untuk menghadapi Shen Bok Hong aku Kim Hoa Hujin
memang merasa agak keder dan takut sebab aku tahu bahwa
kepandaian silat yang kumiliki masih bukan tandingannya
tetapi kecuali dia terhadap tiap jago lihay yang berada di
dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng, aku percaya diriku
masih mampu menghadapinya, ditambah pula dengan senjata
rahasia beracun milik Tong loo hujin, aku rasa tidak sulit bagi
kita untuk membasmi kurcaci kurcaci tersebut!
Beberapa patah kata ini segera membangkitkan kembali
semangat gagah Tong Lo Thay-thay, serunya
"Perkataan hujin memang tepat sekali"
Dia menyapu sekejap ke arah Siauw Ling dan melanjutkan,
"Setelah kita pergi, andaikata jago lihay dari pihak
perkampungan Pek Hoa Sanceng datang lagi, aku rasa nona
Pek li tak mungkin bisa menghadapinya seorang diri"
"Tidak menjadi soal" sahut Kim Hoa Hujin sambil tertawa
hambar, menurut penilaianku ilmu silat yang dimiliki nona Pek
li tidak berada di bawah kita berdua. Dengan adanya dia yang
melindungi Siauw Ling serta
It-bun Han Too aku rasa musuh tak akan mammpu
mengapa apakan mereka"
Sambtl berpaling ke arah Pek-li Peng tambahnya,
"Nona, baik-baiklah melindungi keselamatan Siauw Ling, aku
serta Tong Lo Thay-thay akan pergi melakukan pengejaran
terhadap rombongan Shen Bok Hong dan kalau bisa akan
membinasakan semua, andaikata sebelum kentongan kedua
kami belum juga kembali, maka nona tak usah mengurusi
nasib kami berdua lagi Pek-li Peng segera mengerutkan dahinya.
"Siau nioay setuju sekali dengan pandangan dari Tong lohujin,
meskipun Shen Bok Hong berhasil melukai toako-ku,
tetapi dia sendiripun menderita luka parah di tangan
toakoku.." Sesudah berhenti sebentar, ia maju menghampiri
kehadapan Kim Hoa Hujin, katanya dengan halus, "Cici, aku
tak berani menghalangi niat kalian berdua untuk mengejar
dan membinasakan Shen Bok Hong karena tujuan kalian
bukan lain adalah untuk merebut obat pemunah yang kalian
butuhkan. Tetapi sebelum itu ada satu hal aku harap agar cici
suka mengabulkannya lebih dahulu!"
"Persoalan apa?"tanya Kim Hoa hujin dengan suara lembut.
"asal bisa kulakukan tentu akan kukabulkan permintaanmu
itu!" Pek-li Peng tersenyum ujarnya, "Toako amat merindukan
dirimu, aku harap setelah pergi dari sini cepat-cepatlah
kembali kemari!" "Baik!" sahut Kim Hoa hujin sambil mengangguk, berhasil
atau tidak kami menyusul Shen Bok Hong, sebelum kentongan
kedua pasti akan kembali kesini!"
Sambil berpaling ke arah Tong loo-thay thay segera
tambahnya. "Mari kita pergi!"
kedua orang itu segera enjotkan badan dan berlalu dari
sana, dalam selejap mata bayangan tubuh mereka sudah
lenyap tak berbekas. Siauw Ling yang sedang mengatur
pernapasan dapat menangkap semua pembicaraan dari Tong
loo-thay thay serta Kim Hoa Hujin meskipun ia tahu kalau
mereka berdua akan pergi akan tetapi pertama, saat itu
semedinya sedang mencapai pada puncak yang paling
berbahaya, ia tak mungkin bisa buka suara. Kedua, dia tahu
kepergian mereka berdua kendati tak berhasil membinasakan
Shen Bok Hong sedikit haryak dapat merampas balik sedikit
obat pemunah yang dapat menolong jiwa mereka berdua,
maka pemuda itupun tidak menghalangi kepergian mereka.
Menanti bayangan tubuh Kim Hoa hujin berdua sudah
lenyap dari pandangan Pek-li Peng baru bangkit dan
menghampiri It-bun Han Too.
Ia lihat she It-bun itu berbaring di atas tanah dengan mata
terpejam rapat napasnya lirih dan nampaknya setiap saat
kemungkinan bisa putus dan berhenti.
Sementara itu sang surya telah condong kebarat, seberkas
cahaya kuning emas memantul dari balik lembah dan
menyinari wajah It-bun Han Too yang pucat pias bagaikan
mayat. Darah kental masih mengalir keluar dari bibir dan
lubang hidung orang itu. Rupanya luka dalam yang ia derita
jauh lebih parah daripada apa yang diderita Siauw Ling.
Pek-li Peng menghela napas panjang. ia menekan ulu hati
It-bun Han Too dengan tangannya yang halus kemudian
bisiknya dengan suara lembut, "It-bun sianseng apakah
engkau dapat mendengar suaraku?"
It-bun Han Too membuka sepasang matanya yang sayu
dan memandang sekejap ke arah Pek-li Peng, kemudian
dengan lemas pejamkan matanya kembali. Bibirnya bergetar
seperti mau bicara namun tak sedikit suara pun yang mampu
meluncur keluar. "Aku tahu. ..kau tak usah banyak bicara ."bisik Pek-li Peng
sambil mengangguk dia mengerahkan tenaga dalamnya dan
melanjutkan, "It-bun sianseng aku hendak mengerahkan
tenaga dalamku untuk membantu memperlancar peredaran
darahmu...." Segulung hawa panas segera mengalir ke dalam tubuh Itbun
Han Too dan menyebar keseluruh sudut tubuh. Meskipun
usianya masih muda namun tenaga dalamnya sempurna
sekali. Hawa murni bagaikan gulungan ombak disamudera
memancar masul ke dalam tubuh orang itu serta bantu
memperlancar peredaran darahnya....
Sementara itu It-bun Han Too sudah mulai rasakan
keempat anggota badannya jadi beku dan kaku, di bawah
desakan hawa murni Pek-li Peng perlahan-lahan ia peroleh
kembali kebangatan badan.
Kurang lebih sepentanak nasi kemudian, air muka It-bun
Han Too yang pucat pias bagaikan mayat itu bersemu merah
kembali ia tarik napas panjang panjang.
Menyembuhkan luka dengan cara mengerahkan tenaga
dalam merupakan pekerjaan yang paling membuang tenaga,
walaupun baru sepertanak nasi lamanya namun Pek-li Peng
sudah basah kuyup oleh air keringat setetes demi setetes
peluh tersebut jatuh menetes di atas pakaian It-bun Han Too.
Meskipun dara itu sudah mulai kepaayahan akan tetapi
sesudah mengetahui bahwa It-bun Han Too mulai
menunjukkan tanda tanda hidup ia tahu, jika pertolongan
dihentikan maka uahanya selama ini akan mengalami
kegagalan total, karena itu sambil menggertak gigi dia
paksakan diri untuk tetap bertahan.
Seperminum teh lamanya kembali sudah lewat, tiba-tiba Itbun
Han Too membuka mulutnya dan muntah darah kental,
setelah itu sambil membuka mata ujarnya, "Terima kasih atas
pertolongan dari nona"
Saking lelahnya Pek-li Peng sudah merasakan matanya


Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkunang kunang dan kepalanya pusing tujuh keliling
menanti It-bun Han Too buka suara ia baru sadar.
"Oooh..., kau telah mendusin!" bisiknya.
"Budi pertolongan yang nona berikan kepadaku tak akan
kulupakan untuk selamanya, asal aku tidak mati maka budi ini
tentu akan kubalas" Pek-li Peng menghembuskan napas panjang, dia singkirkan
tangan kanannya dari atas dada It-bun Han Too dan berkata.
"It-bun sianseng. jangan hentikan mengerahkan tenagamu,
usahakanlah agar darah jangan menggumpal di dalam tubuh,
kau sungguh beruntung karena bisa mendusin, aku sudah tak
kuat menahan diri.."
Matanya dipejamkan dan gadis itu segera bersemedi untuk
mengatur pernapasan sendiri.
Entah berapa lama sudah lewat. ketika Pek-li Peng
menyelesaikan semedinya cuaca telah gelap dan malam
haripun telah menjelang datang.
Siauw Ling sambil tersenyum berdiri disisinya, sedang Itbun
Han Too masih tetap duduk bersemedi.
"Toako, jam berapa sekarang?"tanya Pek-li Peng sambil
membereskan rambutnya yang kusut, "kentongan pertama
baru saja lewat!" Pek-li Peng tersenyum. "Tempo dulu aku selalu beranggapan kepandaian silat yang
kumiliki sangat hebat, tetapi sekarang aku baru merasa bahwa
diriku sebetulnya ibarat kunang2 ditengah malam buta,
kepandaian dan tenaga dalam yang kumiliki masih terbatas
sekali, cuma menolong seorang manusiapun aku sudah
kehabisan tenaga macam begini.... aaai! aku betul-betul tak
berguna!" "Peng.ji menolong orang dengan menggunakan hawa
murni merupakan suatu pekerjaan yang sangat memakan
tenaga" It-bun Han Too yang sedang duduk bersemedi mendadak
membuka matanya dan berkata "Tadi napasku sudah
kembang kempis dan keempat anggota badanku sudah kaku,
andaikata tenaga dalam yang dimiliki nona tidak sempurna
dan menolong diriku tepat pada waktunya mungkin mayatku
saat ini sudah mendingin....!"
"Apakah engkau merasa berterima kasih sekali terhadap
diriku?" tanya Pek-li Peng sambil membelalakan matanya
lebar-lebar. "Nona telah menyalamatkan jiwaku dari lembah
kebancuran sudah tentu aku merasa berterima kasih sekali
terhadap dirimu" jawab It-bun Han Too dengan sikap yang
hormat sekali. "Kau tak usah berterima kasih kepadaku, asal dikemudian
hari jangan memusuhi toakoku lagi hal itu sudah lebih dari
cukup!" "Siau tayhiap berbudi luhur dan bijaksana, Shen Bok Hong
kejam dan licik mereka adalah perumpamaan yang kelihatan
jelas perbedaannya, tentu saja aku akan berusaha sedapat
mungkin untuk membantu Siau tayhiap, apalagi nonapun
berharap demikian" Tiba-tiba Pek-li Peng teringat kembali akan kitab pusaka
peninggalan dari Raja Seruling segera ujarnya, "It-bun
sianseng, bolehkah aku memohonkan satu persoalan
kepadamu?" "Silahkan nona utarakan, aku pasti akan menyanggupinya
tanpa membantah, kau suruh aku terjun ke api aku akan
terjun ke api" "Sungguhkah itu?" tanya Pek-li Peng sambil tersenyum.
"Tentu saja sungguh"
"Bagaimana kalau aku mohon kepadamu agar kitab
peninggalan dari Raja Seruling menjadi milik Siau toako dan
kau jangan memintanya balik".."
"Baik! aku akan mengabulkan permintaanmu itu "jawab Itbun
Han Too sambil tertawa. Jawaban yang begitu terus terang dan cepatnya itu
seketika membuat Siauw Ling jadi tertegun, ia tak menyangka
kalau pihak lawan bersikap demikian relanya.
"It-bun heng, perkataanmu itu muncul dari dasar hati
ataukah karena terpaksa oleh keadaan?" seorang lelaki sejati
takkan mengangkangi barang milik orang. Aku benar-benar
tidak bermaksud untuk mendapatkan kitab pusaka tersebut
bagiku sendiri." "Perkataanku diucapan dari dasar hati "jawab It-bun Han
Too dengan wajah serius. "Bukan saja kitab pusaka
peninggalan, dari Raja seruling mulai detik ini akan menjadi
milik Siau tayhiap, bahkan pedang pendek yang amat tajam
Itupun kuhadiahkan pula untukmu..."
"kenapa?" tanya Siauw Ling dengan hati tercengang.
It-bun Han Too menghela napas panjang, katanya, "Aku
sudah tua! sekalipun kitab pusaka peninggalan sepuluh jago
yang ada diistana terlarang berhasil kuperoleh tak nanti semua
kepandaian itu mampu kupelajari, sejak dulu hingga kini
memang sering dijumpai tokoh sakti yang memiliki ilmu silat
amat tinggi, namun belum pemah kujumpai ada orang yang
bisa panjang umur diri selamanya tak akan mati...."
Dia angkat kepala memandang bintang yang bertaburan
Titah Sang Ratu 1 Pendekar Mata Keranjang 12 Datuk Lembah Neraka Tamu Dari Alam Gaib 1
^