Pencarian

Bujukan Gambar Lukisan 12

Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 12


Ketika orang itu muncul, terlihat dialah seorang tua katai
yang bertubuh gemuk, bajunya baju kuning panjang dengan
ikat pinggang terotolan, sedang kakinya tertutup sepatu
rumput. Dia berdiri diam dibela kang keempat orang, matanya
menatap tajam kepada ketiga tetamu yang tidak diundang itu,
dia berkata separuh tertawa: "Didalampiauwkiok ini, semua
orang sudah pada mati, cuma tinggal seng- Eng siang yang
separuh mati dan separuh hidup. yang ada mulutnya tetapi
susah bicara Kenapa kamu mau memaksa menemuinya" Kamu
telah di tolak berulang-ulang, kamu seperti tak
mendengarnya..." Dia berdiam sebentar, terus dia tertawa seram untuk
menambahkan- "Tapi semua kata-kata ini tak ada gunanya
Hoei Liong piauw Kiok sudah menjadi rumah hantu, dapat
orang datang masuk kemari tak dapat dia keluar pula jikalau
kamu ketiga tuan suka mengutungkan sendiri tangan kamu
danmembuntungi lidah kamu, dapat jiwa kamu dikasi tinggal
hidup, Nah, bagaimana pikiran kamu, tuan-tuan?"
Lie Tiong Hoa tidak kenal orang tua itu, ia memang kurang
pengalaman- Tapi Lauw Chin dan sim Yok yang menjadi
orang-orang Kang ouw ulung, juga tak mengenalnya.
"Kau siapa?" tanya Lauw Chin gusar, "sungguh kaujumawa
Kau harus ketahui kami bertiga Kami mau pergi, kami pergi
Kami mau datang, kami datang siapa juga tidak dapat
menahan kaki Teranglah sudah semua orang Hoei Liong
^iauw Kiok telah dicelakai kamu Apakah kamu tidak ketahui
seng Eng siang orangnya Cit Chee Moei" jiwa kamu sendiri
sudah sukar dipertanggungkan, cara bagaimana kamu masih
berani omong besar begini?"
Si orang tua kate terbahak-bahak itu tertawa seram pula.
"Tidak salah" sahutnya, terkebur, "Semua orang Hoei Liong
piauw Kiok telah dibinasakan aku si orang tua Lain orang takut
terhadap Cit Chee Cioe, aku tidak Dimataku si orang tua,
merekalah orang biasa saja Kamu maupergi, nah, pergilah
ingin aku si orang tua melihat bagaimana caranya kamu pergi
Hm Hm" Hebat suara itu begitupun tertawanya, yang dapat
membikin bangun bulu roma.
Tiong Hoa bertiga terkejut juga mendengarnya, Pula
mereka lantas dapat kenyataan disitu telah muncul lagi
delapan orang lainnya, semua orang-orang usia pertengahan
yang romannya bengis, Kedua lembar daun pintu besi juga
sudah lantas ditutup rapat dikunci.
Hati Lauw Thin dan sim Yok berdesir, Tanpa diketahui lagi,
kembali ada datang lain-lain orang disekitar ruang itu, itu arti
nya mereka sudah terkurung rapat.
"Bagaimana?" tanya si tua dan katai-tromok itu, suaranya
mengejek. Kembali dia tertawa seram.
Untuk sejenak. airmukanya Tiong Hoa berubah menjadi
keren, lalu cepat sekali, dia menjadi tenang pula, Bahkan dia
dapat tertawa, "Apakah dengan barisan pedang kamu hendak menggertak
kami?" dia kata Jikalau kamu tidak jeri terhadap Cit Chee Cioe,
kenapa kamu tidak mau pergi langsung ke Hek Liong Thoa,
untuk mengadu kepandaian disana" Kenapa kamu bawa lagak
iblismu disini" sungguh, aku malu.
Si orang tua tertawa. "Itulah sebab biasanya aku si orang tua bekerja tanpa
memilih tindakan" kata dia. "Aku biasa bekerja dengan turuti
rasa hati ku, asal aku mencapai maksud hatiku, siapa pun tak
dapat membujuk dan merubah sepak terjangku."
Dia lantas nampak menjadi terlebih bengis, Dia
membentak: "Aku sebal buat ngoceh saja." Dia mengangkat
tangannya, dia kata kepada empat orang berbaju hitam yang
bergenggaman gedang itu: "Bikin mereka bercacad."
Empat orang itu menurut perintah, tanpa membilang apaapa.
keempatnya lompat menyerang tiga orang itu.
Tiong Hoa melihat suasana buruk itu, ia tahu, tak dapat ia
bersabar pula, Maka ia- lantas berseru sambil ia mengajukan
diri, guna mendahului dua kawannya, ia mulai dengan tangan
kanannya, untuk menolak yang mana disusul dengan tangan
kiri dengan lima jari dibuka.
Empat orang itu terkejut, semuanya berseru tertahan,
tubuh mereka terjungkal mundur, yang hebat yalah pedang
mereka semua lantas pindah ketangan si anak muda.
Tapi Lauw Chin dan sim Yok sudah lantas diserang delapan
orang lainnya. Untuk selintasan itu, tak dapat mereka
memukul mundur. Tiong Hoa bertindak terus, Dia mendesak meluncur pada
siorang tua, hingga orang tua itu kaget dan mukanya menjadi
merah padam. Didalam hatinya, orang tua ini kata "Ah, pemuda ini liehay
sekali, aneh ilmu silatnya siapakah dia?"
Habis mendesak si orang tua, Tiong Hoa mencelat mundur,
maka ketika ia mengibas dengan kedua tangannya ia
membikin ke- delapan musuh mundur terpental, dengan
begitu Lauw Chin dan sim Yok dapat lompat mundur dari
kurungan-"Tahan-" berseru si orang tua.
Delapan orang utu mau menyerang pula tapi mereka batal,
Mereka mundur dengan terus bersiap dengan pedang mereka.
Siorang tua juga berdiri tegak. tanpa bergeming, matanya
mengawasi tajam pada orang muda yang membuatnya sangat
heran itu. Baru kemudian dia kata, tetap seram: "jangan kau
menganggap kau liehay luar biasa hingga kau berani berlaku
kurang ajar didepan aku si orang tua Hm Hm sekarang ini
kamu bertiga, jangan kamu memikir lagi untuk dapat pulang
dengan masih hidup" Perkataan itu ditutup dengan dibarengi meluncurnya
tangannya, mengarah kepada sim Yok
ooooo BAB 23 TioNG HOA heran juga menyaksikan si orang tua demikian
gesit, begitu bergerak dia dapat mendekati kawannya yang
terpisah kira dua tombak. Untuk menolongi kawan itu, ia juga
mengulur tangan kanannya yang dapat mulur, menyambar
kearah jalan darah kin-ceng dari si orang tua lihay.
Tangan si orang tua hampir mengenai jalan darah sim-jie
dari sim Yok ketika dia merasai sambaran angin- Dia kaget,
lantas dia berkelit ke kiri, Dengan begitu serangannya itu
gagal. Sim Yok sudah tak berdaya, walaupun ia dapat tertolong, ia
kaget hingga mukanya menjadi pucat, hingga ia mendelong.
Si orang tua sudah lantas memutar tubuh, ia melihat
penyerangnya yalahsianak muda yang berdiri menghadapinya
sejarak tujuh kaki, ia kaget, Katanya didalam hati:
"Siapa anak muda ini " Kenapa dia begini liehay?" ia lantas
berpikir keras sesaat kemudian baru ia berkata, perlahan:
"Selama beberapa puluh tahun ini, kecuali Pouw Liok It, aku si
orang tua belum pernah menemui lawan yang setimpal, maka
itu sungguh aku berjodoh sudah bertemu dengan kau tuan,
inilah kebetulan, supaya kita dapat main-main, agar aku dapat
menguji berapa jauh aku telah memperoleh kemajuan selama
sepuluh tahun yang belakangan ini.
Tapi kedatanganku ke Hoei Liong Piauw Kiok ini mengenai
kepentinganku seumur hidup, aku gagal atau berhasil, aku
terhormat atau terhina Karena itu terpaksa aku mesti
bertindak secara diam-diam, supaya segala kejadian disini
dapat dirahasiakan- Demikianlah, kalau tuan bukannya dari pihak Pouw Liok It,
suka aku si orang tua bertindak di luar kebiasaanku untuk
berlaku sabar dan mengalah."
Orang tua ini menduga Tiong Hoa liehay luar biasa, maka ia
suka berlaku merendah. Akan tetapi itulah cuma di mulut,
dihati lain-. Tiong Hoa heran orang menukar sikap demikian cepat,
Menampak sinarmata orang tua itu, ia bercuriga, walaupun ia
tidak dapat menerka, ia memikir baiklah ia menjauhkan diri
dari urusan ini. ia pun pikir baik perlahan-lahan saja ia mencari
tahu hal-ikhwal orang tua ini. Maka ia tersenyum dan berkata
manis: Jikalau begitu, baiklah, aku yang rendah meminta diri " ia
lantas memberi hormat, bersama Sim Yok dan Lauw chin, ia
bertindak keluar. Delapan orang yang beroman bengis itu mundur kekedua
sisi, untuk membuka jalan, sedang yang seorang lari ke pintu,
untuk membuka i. orang tua itu mengasi lihat sinarmata yang sangat
membenci, selagi ketiga orang itu memutar tubuhnya, sebelah
tangannya ditolakkan perlahan kearah punggung si anak
muda. Tiong IHoa merasa angin bersiur halus, ia tidak perhatikan
itu, ia mengira angin biasa saja, ia berjalan terus.
Si orang tua bersenyum mendapatkan orang tak
menghiraukan angin dari tolakkannya itu, setelah kstigariya
berada diluar dia nampak semakin gembira.
Sesudah berlalu beberapa puluh tindak. Tiong Hoa bertiga
menoleh kebelakang. Mereka mendapatkan pintu sudah
dikunci atau ditutup rapat.
"Beginilah gelombang dunia Kang ouw, tak ada satu hari
yang tenang." kata Sim Yok menghela napas, rperjalanan kita
ini tidak memberi hasil apa-apa. Aku merasa urusan tak ada
sebegini sederhana. orang tua itu merubah sikap cepat luar
biasa, aku sangsijikalau dia tidak mengandung suatu maksud
yang tersembunyi..."
"Kau benar saudara sim," kata Lauw cin " orang tua itu
mestinya seorang lihay, Aku tidak mengerti kenapa dia
demikian teleng as. Tapi ia lagi menghadapi Pouw Lick It. itu
artinya sijahat lawan sijahat, aku pikir baiklah kita tak
menghiraukannya. Sepasang alisnya Tiong Hoa berkerut, ia menyesal
mendengar suaranya Lauw chin ini,
Teranglah Tian-pie chong Liong membenci Pouw Lick It.
Sedang sebenarnya perihal Liok It itu banyak cerita yang
bertentangan satu dan lain, Pouw Lick It memang luar biasa,
perbuatannya ada yang baik dan ada yang jahat, mengenai
dia orang banyak bicara menurut pendengarannya masingmasing,
ia menjadi masgul. "Suasana di Koen-beng ini hebat sekali." katanya perlahan,
"selama kita belum tahu keadaannya yang jelas, aku pikir kita
harus bertindak dengan berhati-hati, Menurut aku paling baik
saudara berdua serep-serepi dulu Yan Loei, untuk mendapat
tahu dimasa dia menaruh kaki, urusan Liong Hoei Piauw Kiok
ini, biar diserahkan padaku sendiri, nanti aku bertindak
sesudah aku memperoleh ke terangan jelas.
Aku akan mengambil tempat dipenginapan LamThong
didalam pintu kota Kim-ma-moei, apabila ada perlunya,
silahkan saudara berdua mencari aku kesana."
Sim Yok dan Lauw chin agak bersangsi.
"Aku pikir baik kita juga mengambil tempat dipenginapan
itu." kata Sim Yok. "Dengan begitu kita jadi lebih mudah
berhubungan satu dengan lain, Nah, saudara Lie, kami
mengharapi kabar baik dari kau"
Tiong Hoa setuju, maka kedua pihak lantas perpisahan-
Diwaktu tengah-hari, hawa udara mestinya panas terik.
tetapi untuk wilayah Koen beng sebaliknya, iklim seperti iklim
musim semi, mata hari hangat dan angin bersilir halus, Karena
itu Tiong Hoa merasa nyaman ketika ia bertindak perlahanlahan
dijalan umum. Ketika ia sudah melintasi dua jalan besar, mendadak ia
terkejut sendirinya. Tiba-tiba ia merasa punggungnya panas,
darahnya seperti bergolak ia heran- Segera ia bertindak kesisi
jalan, dengan berdiri diam ia memeriksa diri, ia percaya bahwa
ia telah terkena pukulan udara kosong yang beracun.
Lantas ia mengerahkan tenaga dalamnya, ia mendapat
kepastian setelah selang sesaat, keringat dingin keluar dipunggungnya
itu dan keringat itu berbau busuk.
"Dimanakah orang telah bokong aku?" pikirnya, ia tidak
usah berpikir lama kapan ia ingat tadi didalam Hoei Licng
Piauw Kiok ia merasa hembusan angin silir. Pasti ia telah
diserang secara diam-diam oleh si orang tua katai terokmok.
karena ini ia jadi gusar dan membenci orang tua licik itu.
Selang sekian lama, Tiong Hoa merasa hawa panasnya
mulai lenyap ia mau percaya bahwa ancaman bahaya sudah
lewat, Di sebelah depan ia ada sebuah teh lauw atau warung
teh, ia lantas bertindak menuju ke sana. Dari jauh-jauh ia
sudah mendengar ramai suara orang bicara dan tertawa.
Ketika itu ia pun sudah merasa lapar.
Tiba di warung ia bingung juga, ia melihat semua meja
sudah penuh, sebenarnya disamping sarapan, ia ingin mencari
orang nya Pouw Liok It, guna mendengar keterangan perihal
si orang tua. Disini mesti ada satu atau lebih orang Giam ong
Leng. Maka ia berdiri diam sambil mengawasi keseluruh meja,
sampai ia lihat pada sebuah meja baru ada tiga tetamu kursi
yang keempat masih kosong.
Lekas-lekas ia pergi kesana, ia tidak menghiraukan meski ia
menduga ketiga orang itu orang-orang Kang ouw. Mereka itu
pada membekal senjata dipunggungnya masing-masing.
Ketiga orang itu mengawasi tajam pada si anak muda, ia ini
sebaliknya tak menghiraukannya, ia memanggil jongos dan
dengan ramah minta diantarkan barang makanan apa saja
yang dapat dipakai mengisi perutnya.
Setelah jongos mengundurkan diri, Tiong Hoa berpaling,
Kebetulan sinarmatanya beradu dengan sinarmata tiga orang
itu. ia melihat mereka itu mendongkol, ia membiarkan saja.
Sambil bersenyum, ia meletaki tangan kanannya diatas meja,
tiga jeriji telunjuk, tengah dan manisnya, ia tekuk, sedang
jempolnya dibawa kebawah meja. Setelah itu kelihatannya
ditekuk hampir bundar. Kemudian lagi, dengan jempol kirinya
ia menggeser jempol kanannya.
Untuk orang banyak. itulah gerakan biasa saja dari orang
yang lagi luang tempo menantikan disajikannya barang
makanan, tetapi ketiga orang itu menjadi kaget, muka mereka
berubah. Senang hati Tiong Hoa. ia lagi mencoba, siapa tahu, ia
menerka tepat. orang yang dikiri lantas menanya perlahan: "Tuan, kau dari
cabang mana" Sudah lama kami bekerja diluar, kami jadi
belum pernah melihat kau harap tuan suka memaafkan-
Apakah tuan membutuhkan sesuatu?" Tiong Hoa bersenyum.


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sebenarnya aku bukan anggota kamu,"
"Ia menjawab, "tetapi aku mempunyai hubungan yang
erat, Aku mau minta pertolongan tuan-tuan untuk
memberitahukan tuan muda atau nonamu bahwa aku telah
datang kemari, ingin aku mendamaikan satu urusan yang
penting dengannya." Orang itu terkejut, lantas dia mengasi lihat roman gusar.
"Tuan bukan orang cit chee Moei." kata nya bengis, "
kenapa..." Jangan gusar," kata Tiong IHoa bersenyum, "Kau mau
pergi mengabarkan atau tidak. terserah kepada kau, tetapi
aku telah mengenali baik roman tuan-tuan bertiga, andaikata
dibela kang hari terjadi kegagalan, nanti kita bicara saja
didepan tongkee kamu"
Tiga orang itu kembali terkejut, mereka saling mengawasi
sekarang tidak lagi mereka bergusar bahkan sebaliknya,
ketiganya segera berbangkit untuk mengangkat kaki.
Tiong Hoa terus berdiam, Mengingat kacaunya kaum Kang
ouw, ia menjadi mendapat perasaan jemu. Hingga tak ingin ia
turut terlibat, ia ingin bertemu dengan Pouw Keng untuk
menanya apa benar ayah si nona Pouw Liok It, sudah pergi
dari Koen-beng dan akan kembali dalam tempo setengah
bulan, ia pikir, setelah memenuhi janji pergi ke Hek Liong
Thoa, ia mau lantas berangkat ke guha giok Lok Tong di
gunung ceng Sia San, guna menyusul Cek In Nio untuk
akhirnya pulang ke Kang lam. Ia mengambil putusan akan
tidak pusingi diri lagi dengan lain-lain urusan-
Tengah berpikir itu, hingga ia menjadi seperti ngelamun,
tiba-tiba Tiong Hoa mendengar suara yang halus sekali seperti
suara nyamuk. tetapi yang ia dengar dengan tegas: " orang
muda sekali buat apa pergaulan dengan segala kawanan
serigala" itulah tak ada faedahnya bahkan sebaliknya bisa
mencelakai diri sendiri. Kau telah terkena tangan beracun,
jikalau tidak lekas kau obati, didalam tempo tiga hari, jiwamu
sukar terjamin lagi."
Tiong Hoa terkejut, ia tahu kata-kata itu diarahkan
terhadapnya, Dengan perlahan-lahan ia berpaling, maka ia
lihat pada meja tetangga berada sicrang tua berbaju ungu: cie
Ie Boe-Eng Tie Sin Hong, yang ia telah ketemukan didepan
rumah makanTay Koan Lauw.
Orang tua itu ada bersama seorang saudagar umur lebih
kurang empat puluh tahun, Dia bicara tetapi dia tidak
mengawasi si anak muda. Dia lagi memandang keluar warung
teh itu. Tiong Hoa heran, terutama kenapa orang tua tahu ia telah
terluka tangan beracun, dan bahwa lukanya demikian
berbahaya, Diam-diam ia mengerahkan tenaga dalamnya, ia
merasa pernapasannya tak wajar, jalan darahnya dipunggung
kurang lancar, itulah bukan tanda bahaya hebat. Kenapa
orang tua itu mengatakan demikian" Apakah dia mempunyai
maksud lain lagi" Ketika itu jongos datang dengan teh dan kuwe-kuwe.
"Ah, biarlah dulu." Tiong Hoa kata didalam hati, ia tidak
sudi dipengaruhi orang hingga menjadi ketakutan sendiri tidak
keruan ruan, ia pun lantas mulai makan kuwenya, ia
merasakan lezat, maka cepat sekali ia sudah
menghabiskannya. Tidak lama, satu diantara ketiga orang tadi muncul
didepannya, Dia datang dengan terburu-buru, dia berdiri
untuk membungkuk dengan kedua tangannya dikasi turun.
Dia kata perlahan- "Nona sudah sampai, tetapi tempat ini
bukan tempat pertemuan yang cocok, maka nona memesan
untuk berbicara didalam kuil San Sin Soe digunung Pek Kee
San, inilah guna menjaga mata lain orang. Aku yang rendah
akan pergi duluan." Habis berkata, orang itu berlalu dengan
cepat. Tiong Hoa mengangguk dengan perlahan- Ketika ia
menoleh, ia melihat Tie Sin Hong sudah tidak ada, entah
kapan berlalunya orang tua itu. ia menjadi kagum, Kata ia
didalam hati: rpantas dia dijuluki cie IeBoe Eng, memang dia
sangat gesit, baju ungunya itu seperti tanpa bayangan-"
Dengan tenang Tlong Hoa membayar uang pada jongos,
terus ia keluar dari warung teh itu, ia menuju kepintu kota
barat, dari mana lantas ia melihat gunung Pek San berdiri
tegak. sekarang ia bertindak dengan cepat, maka dilain saat ia
sudah melihat sebuah bangunan dengan tembok merah, itulah
dia SanSinsoe, kuilnya malaikat penunggu gunung.
Tiong Hoa tidak mau lantas memasuki kuil. Begitu sampai,
ia lompat naik keatas sebuah pohon besar didepan kuil itu.
Dari situ ia memandang kearah kuil, ia melihat pembawa
kabar tadi lagi berdiri di depan pintu, romannya taksabaran,
matanya celingukan, ia jadi heran, kecurigaannya lantas
timbul. Tapi ia tidak takut, bahkan ia segera lompat turun,
untuk menghampirkan sampai didepan sekali orang itu.
Orang itu terkejut, ketika dia mendengar suara angin, ^atu
orang bagaikan bayangan segera berada didepannya. Syukur
si anak muda mengawasi ia dengan wajah tersungging
senyuman manis. Mulanya kaget, dia lantas menjadi girang, ia
tertawa. "Nona lagi menantikan didalam kuil," katanya,
Silahkan masuk" Sambil mengawasi dengar suara "Hm" Tiong Hoa berjalan
masuk. la bertindak tetap dan kepalanya diangkat. Diruang
dalam ia melihat meja dengan sin-kam yang memakai gorden.
Didalam sin-kam itu ber cokol sebuah patung orang dengan
berkepala ayam. Ruang sunyi dan guram, Tak ada siapa juga
disitu. "Ruang ini kosong, Mana nonamu?" ia tanya pengantarnya
sambil dia menoleh kebelakang.
"Nona berada diruang belakang, di-pekarangan dalam."
sahut orang itu. Tiong IHoa bergerak sebat, ia lompat memasuki pintu
samping kiri dari sinkam itu.
Ia mengasi dengar seruan perlahan ketika ia tiba didalam
dimana ia berhenti bertindak secara tiba-tiba. ia melihat seorang usia
pertengahan dengan baju hijau lagi berdiri dirumput yang
hijau, romannya jumawa kepalanya mengawasi langit,
Disamping orang itu berdiri seorang cantik berbaju merah.
sinar matanya tajam dan galak. ia mendongkol melihat
tingkah orang itu. Tiba tiba ia memutar tubuhnya menyambar
lengan pengantarnya. "Mana nonamu?" ia tanya bengis.
"Kenapa kau menipu aku?"
orang itu, kaget dan kesakitan- Keras cekalan sianak muda,
Keringatnya lantas meleleh keluar.
"Aku... aku... aku..." katanya susah, matanya mengawasi
orang baju hijau itu. Orang jumawa itu kaget, ia agaknya mau bertindak
menolong tetapi si cantik mendahului dia. Kata si cantik
tertawa: "Kenapa kau begini tidak sabaran" Bukankah kau
hendak menemui nona kamu?" sembari berkata begitu,
matanya memainkan secara centil.
Orang baju hijau itu gusar, dengan bengis dia mengawasi si
cantik, alisnya ter-tekuk naik.
Tiong Hoa mengawasi dua orang itu. ia percaya mereka
suami isteri atau sedikitnya tunangan satu pada lain- ia
melepaskan cekalannya, hingga si pengantar lantas roboh, ia
kata dingin- "Aku yang rendah mau bertemu dengan nona
kamu, Kita sudah pernah bertemu setengah muka satu
dengan lain." Mendengar itu si cantik tercengang sedang si baju hijau
menjublak. Keduanya heran sekali.
Kemudian si cantik tertawa.
"Bicaramu." kata dia. "Apakah itu artinya bertemu setengah
muka?" ia terus tertawadengan centil.
Tak senang Tiong Hoa dengan lagak orang itu" Tapi ia
menjawab juga, dengan tawar: " itulah sebab ketika aku
bertemu dengan nona kamu, dia lagi memakai topeng, hingga
aku tidak dapat melihat wajahnya yang asli Bukankah itu
berarti setengah muka" Apakah yang aneh?" wanita itu
mengangguk. "Tak heranlah kalau begitu," katanya, "Mau apa kau
bertemu dengan nona kami?"
"Dengan nona kami, itu dia menyebut lie-siauwtongkee,"
sedang tuan mudanya mereka itu panggil siauwtongkee." "Aku
perlu bicara sendiri dengannya."
Wanita itu tertawa. "Ingin aku memberitahukan kau," kata dia, "Liesiauwtongkee
mempunyai urusan, ia sudah pergi
meninggalkan Inlam, didalam tempo dua atau tiga hari ini, ia
belum tentu bakal kembali, maka jikalau kau mempunyai
urusan, apa tidak sama saja kau memberitahukannya
padaku?" Tiong Hoa menduga Pouw Kicng pergi untuk mengantarkan
Cek In Nio ke ceng Shia San-ia menjadi bersangsi, Urusan
Hoei Liong piauw Kiok perlu memberitahukan nona itu atau
saudaranya, Kemudian la pikir: Mereka itu mau saling bunuh,
perlu apa aku campur tahu?"
Meski begitu, la sangsi buat bicara dengan dua orang ini
maka ia kata. "Kalau nona kamu tidak ada, tidak dapat aku
bicara, Aku meminta diri saja." ia lantas memutar tubuh,
untuk berlalu. Mendadak si baju hi^au berlompat, untuk menghadang
didepan orang. "Tuan, tinggalkanlah pesanmu" katanya dingin, "Kalau
tidak. jangan harap kau dapat keluar dari kuil ini "
Tiong Hoa bukan marah, sebaliknya ia tertawa lebar.
"Kamu mau berlagak?" tanyanya, "Kamu harus ketahui,
suka aku datang, aku datang, suka aku pergi, aku pergi
Dapatkah kamu menahan aku?" Orang itu tertawa seram.
"Biarnya kau tidak mengatakan tuan, aku tau apa yang kau
sampaikan itu" katanya, mengejek "sebenarnya beruntung kau
dapat berlalu dengan masih hidup Hoei Liong Mauw Kick
Apakah hendak menimbulkan onar didepan nona kami?" Tiong
Hoa heran- "Kalau begitu mereka ini bukan orang cit chee Moei..."
Selagi si anak muda berpikir begitu orang baju hijau itu
menoleh pada si cantik dan kata keras: "Orang ini tidak dapat
dibiarkan hidup terus, dibelakang hari dia dapat menjadi
bahaya besar " Si cantik itu agak bersangsi. Dari sakunya ia mengasi keluar
satu giok-ceng, alat tetabuhan yang bertali tiga belas lembar,
panjangnya satu kaki, ia rangkul itu dengan tangan kirinya,
dengan jeriji-jeriji kanan yang halus, hendak ia mementilnya.
Tiong Hoa heran, ia mengawasi.- Si baju hijau gusar, matanya
bersinar bengis. "Adik, mengapa kau tidak lantas turun tangan?" dia
menegur, keras. Alis nya si nona mendadak bangun, dua buah jarinya terus
ditaruh diatas tali giok Ceng itu.
Si baju hijausudah lantas lompat mundur sampai lima
tombak. kedua tangannya di pakai menutupi kedua
telinganya. Segeralah terdengar tali alat tetabuhan itu berbunyi
nyaring, hanya iramanya tidak keruan, sebaliknya Tiong Hoa
terkejut, mendadak ia merasa telinganya ketulian dan
kepalanya pusing, darahnya seperti berjalan bertentangan.
"Ilmu sesat apa ini" Kenapa begini liehay?" pikirnya,
Dengan lantas ia memusatkan pikirannya, hingga ia menjadi
bebas dari gangguan suara aneh itu. Si muka hijau menjadi
pucat mukanya. Dia nampak semakin bengis.
"Adik, kenapa kau tak bersungguh-sungguh hati?" dia
berseru, separuh membentak.
"Mari serahkan giok-ceng padaku" Aku mesti bikin dia
mampus" Dia lantas lompat kesisi si cantik, tangannya diulur
guna merampas alat tetabuan yang luar biasa itu. Si cantik
bergerak dengan lincah, ia menyingkirjauh tujuh kaki.
"Apakah artinya perbuatanmu ini?" ia tanya. tertawa, Giokceng
lni milik guru kita. Mana dapat kau menggantikan kau?"
Ia tertawa tetapi nyata ia gusari.
Muka si baju hijau menjadi pucat, ia tahu pasti, si nona
tergiur oleh ketampanan Tiong Hoa, hingga dia tak tega
menurunkan tangan jahat, ia mendongkol bukan main-
"Toh dia ditakdirkan mampus" katanya sengit, "Tanpa giokceng
ia bakal mampus juga" Habis berkata begitu ia
menyerang Tiong Hoa dengan Pek Khong ciang pukulan udara
kosong yang lihay sekali.
Si anak muda menjadi mendongkol berbareng kaget dan
heran, ia merasakan sambaran angin yang halus seperti yang
dia rasakan didalam kuil, hanya ini halus-halus keras, jadi
itulah sama seperti bokongan si orang tua yang tubuhnya
katai dan gemuk. Tanpa merasa ia menjadi gusar. Maka ingin ia menyambut
dengan kekerasan- Akan tetapi, baru ia mau mengangkat
tangannya, atau dari sisinya datang serangan yang membikin
serangan sibajuhijau lenyap sendirinya hingga dia melengak.
Berbareng dengan-itu, disitu muncul dua orang lain, yalah
Tie Sin Hong bersama seorang muda berbaju putih, yang ia
baru pertama kali ini melihatnya.
Anak muda berbaju putih itu tampan tetapi wajahnya
dingin alisnya mengerut. ia nampak, bengis ia memandang
Tiong Hoa sekelebatan, lantas ia mengawasi si cantik, Si baju
hijau gusar melihat si orang tua.
"Kau siapa?" dia membentak " Kenapa kau campur tahu
urusan kita ini?" Tie
Sin Hong tertawa menyambung teguran itu.
"Kau tidak kenal aku si orang tua, aku sebaliknya kenal
kamu" kata dia tenang "Kau lah yang dipanggil Lick cie Kiam
Yong Thian Hoei dan itu budak-hina berbaju merah yang
disebut Giok-ceng Sian-coe MauwBoen Eng Harus
ditertawakan Pouw Lick It, dia nampak demikian pintar dan
bijaksana, dia tak dapat melihat hati kamu yang sebenarnya,
kamu yang berhati lain, berbuat lain"
Si cantik gusar sekali dikatakan budak hina, tanpa menanti
orang berhenti bicara, dia sudah lompat maju seraya
mendamprat dengan lima jari tangan kirinya ia menjambak
pundak orang tua itu. Si anak muda berbaju putih tertawa se-enaknya, sebelah
tangannya diulur untuk menyambut serangan nona itu.
Mauw Boen Eng kaget, lekas-lekas ia menarik pulang
tangannya, kedua kakinya menjejak tanah, untuk lompat


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mundur lima kaki, ia tidak gusar hanya tertawa manis.
"Eh, kau bikin apa ini?" ia tegur pemuda itu. "Akutoh tidak
mengganggu kau" Kenapa kau turun tangan?"
Yong Thian Hoei gusar, dia maju dengan berlompat, segera
dengan dua tangannya, yang semuajerijinya dibuka, dia
menyerang sinak muda berbaju putih itu.
Si anak muda tidak mundur, sembari tertawa, ia
mengajukan kedua tangannya, ia tidak berkelit, ia justeru
menyambut buat membarengi menyerang. Dengan sepuluh
jerijinya ia mencari sikutnya sibajuhijau itu.
Yong Thian Hoei membatalkan penyerangannya, habis itu.
ia menyerang pula, maka itu keduanya lantas bergebrak.
bahkan cepat sekali, belasan jurus sudah dikasi lewat.
Kelihatan mereka berimbang.
Giok- ceng Siancoe menonton pertempuran itu, jeriji
tangannya diatas alat tetabuannya, siap untuk mementil
sembarang waktu. Tie sin Hong menoleh kepada Tiong Hoa. sembari tertawa
ia kata: "Kau telah di bokong Wie Tiang Bin menggunai tangan
jahatnya yang dinamakan Lok Hap im ciang, karena tenagadalammu
mahir, kau dapat bertahan, tetapijlkalau barusan kau
lancang mengeluarkan tenagamu menangkis serangan si baju
hijau, kaubisa roboh hingga jiwamu
terjamin pula..." Tiong Hoa menunjuki roman bersyukur
"Tie Loocianpwce, terima kasih banyak-banyak untuk
pertolongan loocianpwee," kata ia. "Tapi baru Liok Hap im
ciang saja belum tentu dapat merampas jiwaku." Jago tua itu
heran hingga ia tercengang Tapi lantas ia tertawa.
"Aku tidak sangka bahwa kau kenal aku siapa" katanya,
Lantas dia mengasi lihat roman sungguh-sungguh, ia kata
pula: "Anak muda percaya dirinya tangguh, itu sebenarnya
bagus, meski begitu, tidak dapat orang terlalu sembrono dan
membawa pikirannya Sendiri Marilah kasi aku si orang tua
periksa nadi kau, untuk mengetahui sampai berapa jauh racun
sudah menyerang padamu."
Tiong Hoa bersangsi tetapi akhirnya ia jaga tangan
kanannya. Tie sin Hong meletakijerijinya dinadisi anak muda, setelah
ia menekan sekian lama, ia memperlihatkan heran, matanya
pun bercahaya. "Aneh Aneh" katanya seorang diri berulang-ulang. ia
bagaikan mendumal. Tiong Hoa pun heran, ia mengawasi
orang tua itu. "Setelah terserang, apakah kau ada makan obat apa-apa ?"
tanya si orang tua, ia heran sebab nadi orang berjalan seperti
biasa, sedang diwarung teh, ia melihat tegas punggung
pemuda itu mengeluarkan keringat dan pada bajunya ada
tapak telapakan tangan hingga ia tahupemuda itu terkena
serangan Lick Hap im ciang. Tiong Hoa menggeleng kepala.
"Boanpwee tidak makan obat apa juga," sahutnya.
Sin Hong bertambah heran, hingga ia menatap pemuda itu.
ia melihat roman orang jujur, tak ada sedikit jua tanda dari
kepalsuan Maka akhirnya ia melepaskan cekalannya pada nadi
orang dan menghela napas, ia kata: "Kau benar, tetapi kau
luar biasa sekali, Siapa terkena serangan Wie Tiang Bin, dia
tidak dapat ditolong lagi kecuali oleh obatnya Wie Tiang Bin
sendiri, atau kalau toh ada obat lain orang, luka itu tak dapat
disembuhkan dalam satu hari atau satu malam, sekarang ini
lukamu sembuh cepat luar biasa, aku si orang tua sangat tidak
mengerti..." orang tua ini heran karena ia tak tahu Tiong Hoa sudah
makan obatnya Thian Yoe Sloe serta buah pipa, Pil Pouw
Thian Wan guna menambah kekuatan, dan buah pipa buat
membas keracunanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Mendengar perkataan si orang tua, Tiong Hoa cuma
bersenyum. Pertempuran antara si anak muda berbaju putih
dansibajuhijau berlangsung terus, Si baju putih bergerak
lincah tetapi tak pernah merenggangkan diri. Dia main rapat.
Si baju hijau sebaliknya saban-saban menggunai enamjeriji
dari kedua tangannya, jeriji tangannya itu mirip ujung pedang.
Lantas datang saatnya si baju putih menyerang dengan
tipu silat "Merobohkan genta emas." Tangannya dari bawah
meraup keatas. Si baju hijau terkejut, Nampaknya itu pukulan sederhana,
tetapi dia kena dibikin terhuyung dua tindak ke belakang,
kalau tidak. tentulah dia sudah roboh. Karena ini dia jadi
sangat gusar, romannya menjadi bengis sekali. Ketika ia
mengangkat tangannya, tangan itu berwarna merah lalu
berubah menjadi hitam. Melihat demikian, si nona baju merah lompat kedepan, ia
menyambar tangan Yong Thian Hoei, untuk ditarik. untuk
memisah kan mereka, lalu ia mengawasi bergantian pada si
baju putih dan Tiong Hoa.
"Sudahlah, Yong-jie" dia kata tertawa kepada kawannya
itu.Beberapa orang itu paling lama akan hidup tak lebih
daripada tujuh hari lagi Kita masih mempunyai urusanpeting,
biarlah mereka hidup selama beberapa hari itu"
Kelihatannya Yong Thian Hoei takut-takut pada si nona, ia
bersuara, "Hm" terus tangannya yang dapat berubah-rubah itu
dikasi turun-Si anak muda berbaju putih tertawa tawar. Tak
nanti katanya, mencemooh.
Si nona melirik centil, terus dia kata, tertawa: "Biarlah
mulutmu tajam" Kemudian ia berlompat kepada orangnya
yang tadi di robohkan Tiong Hoa untuk menotok membikin
orang itu terbinasa. Selelah mana ia lompat kembali
ketempatnya berdiri. Disini ia tidak berdiam lama, berama-sama sibajuhijaudia
lompat tinggi, untuk melewati tembok guna mengangkat kaki.
"Kemana kamu mau pergi?" membentak si baju putih
seraya dia meluncurkan kedua tangannya kearah mereka itu.
Si nona tertawa, tangannya dikibaskan ke belakang, untuk
menangkis. tubuhnya sendiri bersama tubuh si baju hijau
melesat terus, maka dilain saat lenyaplah mereka diluar
tembok. Si baju putih penasaran, matanya bersinar dia lantas
lompat menyusul. Si orang tua memandang Tiong Hoa, dia kata: " Wanita itu
kejam, untuk mencegah rahasianya terbuka, dia tak mau meninggalkan mulut hidup
Dibanding dengan aku si tua, dia menang tiga bagian"
Tiong Hoa heran hingga dia melengak. "Apakah mereka
tidak kuatir kita nanti pergi ke Hek Liong Thoa untuk
membuka rahasia Hoei Liong Piauw Kick?" ia tanya.
Tie Sin Hong tertawa. "Apakah kau masih belum jelas akan
duduknya kejadian?" kata ia. " inilah sulitnya Kalau kau bicara
dengan Pouw Lick lt sendiri, Tapi..." Tiba-tiba diluar tembok
terdengar b entakkan bentakan nyaring. "Mari kita lihat" kata
Sin Hong, yang terus lompat keluar. Tiong Hoa menurut, ia
menyusul dengan segera. Tiba diluar maka mereka melihat lima orang dengan
pakaian hitam lagi mengurung si anak muda berbaju putih,
senjata mereka semua berkilauan disinar matahari. Si anak
muda nampak sangat gusar, dia menjadi bengis sekali, Baju
putihnya berkibaran tak hentinya.
Lima pengeroyok itu berkelahi secara teratur, Lantas
terlihat yang dua menyerang berbareng, yang satu dengan
jurus Bunga saiju menutup kepala, yang lain dengan
Gelombang bersusun-susun- Tiga yang lain membarengi
menyerang dari belakang. Tiong Hoa berkuatir juga, ia melihat lima orang berbaju
hitam itu bukan sembarang orang. Tapi si orang muda berani
dan tabah, ia berkelit dari serangan belakang itu, tangan
kanannya menyambar jalan darah klok-tie dari yang satu, kaki
kirinya menendang yang lainnya.
Celaka orang hitam yang dikiri itu, Dia tersambut
tendangan telak. lengannya berbunyi dan patah, sambil
menjerit dia roboh terpelanting tujuh kaki, rebah ditanah, dia
berkosera n, darahnya mengucur mulut nya terus merintihrintih.
orang yang dikanan kena tertangkap lengannya, karena
kena ditarik. tubuhnya terjerunuk. maka enak saja dia
disambar dengan hajaran tangan kiri. Dia menjerit ter-tahan,
kepalanya pecah. darahnya muncrat. setelah itu tangannya
disampar hingga tubuhnya terpental lima tombak.
Hebatnya kesudahan itu membikin tiga musuh lainnya
tercengang, Tie sin Hong mengerutkan alis, kata dia perlahan: "Hari ini
aku melihat orang yang kedua yang terlebih telengas dari
pada aku si orang tua..."
Tiong Hoa melirik orang tua itu, "Tie Loocianpwce, siapakah
dia?" ia tanya perlahan. Sin Hong mengawasi anak muda
berbajuputih itu ia menggoyang kepala.
"Aku juga tak tahu asal usulnya," dia menyahut^ "Aku
cuma tahu dia she Kwat. Kita bertemu ditengah jalan, lantas
kita berjalan bersama-sama mereka selama seratus lie lebih.
Dibanding dengan aku, dia terlebih tawar, orang tanya dia dua
patah, dia menyahuti satu patah. coba aku masih bertabiat
seperti waktu aku masih muda dulu, tentu aku sudah tantang
dia menguji kepandaian-"
Tiong Hoa heran mengetahui orang tua ini tak kenal baik
kawannya itu, meski begitu, ia tidak menanya melit.
Si baju putih mengawasi tajam ketiga musuhnya yang pada
berdiam itu, lalu ia menghampirkan mereka, jalannya setindak
demi setindak. Mereka itujeri, mereka mundur tindak demi
tindak juga. Maka itu suasana itu waktu sangat tegang.
Mendadak saja, si bajuputih berlompat maju, gerakannya
cepat luar biasa. Sambil maju itu, tangan kirinya mengibas.
Luar biasa kesudahannya itu, Senjata semua musuh itu
pada terlepas dan terpental.
Masih si baju putih maju, sekarang tangan kanannya yang
bekerja, ia menotokjalan darah hian-kie orang yang ditengah,
tangan kirinya menotokjalan-darah hok-kiat orang yang
disebelah kiri. Menyusul itu, tubuhnya bertempat tinggi, kaki
kanannya melayang ke pelipis, hingga orang yang di sebelah
kanan turut roboh juga. Hingga sekejap itu dibelakang kuil digunung Pek Kee san
itu. rebah malang melintanglah enam mayat orang-orang
jahat, semuanya mandi darah.
Habis itu si bajuputih berseru keras. Baru kemudian dengan
sabar, seperti tak terjadi sesuatu, ia bertindak menghampirkan
Tie Sin Hong dan Lie Tiong Hoa. ia melihat mata dua orang itu
bersinar kegusaran, mendadak sikapnya kembali tenang.
Ketika ia membuka mulutnya, suaranya dingin. ia tanya:
Tie Loosoe, apakah kita pergi sekarang ke Hoei Liong Piauw
Klok" Tie Sin Hong tertawa tawar.
"Mustahil Wie Tiang Bin demikian tolol hingga dia mau
menjublak terus d is ana?" sahutnya. "Pasti siang-siang dia
sudah mengangkat kaki Atau kalau dia benar ada, dia tentulah
ada bersama-sama Yong Thian Hoei dan MauwBoen Eng.
Meskipun kau lihay, Kwat Siauw-hiap. tak nanti kau sanggup
bertahan untuk suara dahsyat coei-hoen Mo Im dari giok Ceng
nona itu, Menurut aku si orang tua, baik tak usah kita pergi
kesana Kita jangan kuatir yang mereka nanti sudi memberi
ampun kepada kita.."
Sepasang alisnya si baju putih terbangun, "Hebat Tie
Loosoe menyebut suara giok-cengnya wanita itu" kata dia dingin, "Menurut aku,
sebaliknya, tak nanti dia dapat bertahan untuk satu kali
hajaranku Kenapa barusan dia tidak berani
menggunakannya?" Dengan sinar mata yang mengandung
arti, Sin Hong mengawasi kawan itu.
"Itulah sebabkan dia tergiur untuk ketampanan kau, Kwat
Siauwhiap." ia menjawab "Tak tega dia menurunkan tangan
jahat terhadapmu Apakah siauwhiap tidak melihat permainan
sinar matanya yang sangat tajam itu" sinarnya itu dapat
mengacaukan pikiran- Sinar mata si bajuputih nampak tawar, terus ia balik
memandang Tiong Hoa, ia kata: "Bukankah Tie Loosoe
mengatakan tuan ini telah terkena pukulan Liok Hap Im ciang
dari Wie Tiang Bin" Bahwa tanpa obatnya Wie Tiang Bin
sendiri, sahabat ini tidak bakal dapat disembuhkan" Maka
maulah aku mencoba sebenarnya bagaimana liehaynya tangan
beracun dari Wie Tiang Bin itu"
Tie sin Hong bersenyum. "Dalam hal ini yang diluar
dugaannya yalah tuan ini mempunyai tenaga dalam yang
mahir luar biasa, ia menjawab, "ia dapat sendirinya mengusir
keluar racun dari dalam tubuhnya, hingga sekarang ia tidak
terancam bahaya apa juga. Kamu berdua, tuan-tuan,
dikemudlan hari, kamulah jago-jago yang akan sama
kesohornya. Anak muda itu berpikir sejenak, lalu dia tertawa dan kata:
"Tie Loosoe, kelak di kemudian hari, tak suka aku menjadi
orang yang nomor dua..." Dari romannya pemuda ini seperti
memandang rendah kepada Tiong IHoa.
orang she Lie itu sabar seperti biasa, sama sekali tak ada
pikirannya buat berebutan nama besar, sebaliknya dengan
tenang ia minta keterangannya Sin Hong tentang Yong Thian
Hoei dan MauwBoen Eng, yang mungkin bakal berontak
terhadap Pouw Llok It. Sin Hong mengangguk. " Kejadian bukan berbatas pada
mereka berdua saja," jago tua ini kata: "Bisa jadi sekali
separuh dari orang-orang cit chee Hoen yang bakal
memisahkan diri, Pouw Llok It bersikap terlalu keras, dia
bukan cuma mengandali kebaikan hanya juga pengaruh
kegagahannya, dia dapat membunuh orang tanpa merasa
kasihan, hingga dia menyebabkan banyak orang mendendam,
sekarang ini dia menyimpan Lay Kang Koen Houw, kitab itu
membikin lebih cepat waktunya perledakan..."
Tiong Hoa terkejut. "Jadinya loocianpwee artikan sekarang ini Pouw Llok It
terancam bahaya besar akan tetapi dia sendiri masih belum
mengetahui?" ia tanya.
Tie-Sin Hong berpikir, ia menggeleng kepala.
"Aku menduga demikian-" sahutnya, "Pouw Llok It belum
tahu apa-apa. Dia meninggaikan Koen-beng, maksudnya
untuk mendapatkan gelang kemala dari Tay in San- Tak
senang dia menyerahkan kitab dengan bersahaja, Pihak lawan
bekerja diam-diam guna mendapatkan gelang dan kitab. Ada


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemungkinan urusan itu akan merupakan bencana hebat
untuk Persilatan-.."
Tiong Hoa bergidik sendirinya, ia ber-kuatir untuk Pouw
Llok It. ia pun berkuatir untuk Pouw Keng, Bukankah
MauwBoen Eng berani menggunai nama nona itu memanggil
ianya" Maka itu ia harap Pouw Keng tak lekas kembali dari
gua Giok Lok Tong. Ketika itu si baju putih menanya Tie Sin Hong, Dia
menanya sambil tertawa: "Tie Loosoe sudah melakukan
perjalanan jauh ribuan lie hingga kau tiba di Koen-beng ini,
apakah itu bukan untuk Lay Kang Koen Pouw?"
"Tidak salah, memang aku si orang tua datang kemari
untuk kitab itu," sahut orang yang ditanya, yang tertawa
tawar, "Di samping itu, aku mempunyai lain urusan yang
penting, Aku ingin membekuk MauwBoenThong, keponakan
murid yang bercelaka itu, untuk dibawa pulang ke IHicng
ciceTo, supaya dia dapat dihukum menurut aturan perguruan-
Yang lainnya yaitu aku hendak mendapati serupa barang dari
tangannya Pouw Liok It."
"Belum tentu kau akan berhasil mendapatkan itu, loosoe"
kata si anak muda dingin.
"Terserah kepada rejeki masing-masing." sin Hong kata.
"Kau sendiri juga belum tentu, Kwat Siauwhiap " ia lantas
melihat cuaca, lalu menambahkan: "Marilah kita kembali
kedalam kota " Matahari sudah selam kebarat, sinarnya merupakan sinar
layung, Burung-burung pun sudah pada terbang pulang ke
rimbanya. ooo Malam itu Tiong Hoa rebah diatas pembaringannya tanpa
dapat pulas. Waktu sudah jam tiga, Rembulan sedang
indahnya. Air sungai oen Hoo yang bergemerlapan. mengalir
terus ketelaga KoenBeng ouw. Ditepiannya, cabang-cabang
yanglioe bergerak-gerak dengan perlahan, Dua atau tiga buah
perahu masih mundar-mandir, apinya berkelak- kelik.
Dihotel Lam Thong, yang duduk nya ditepian timur sungai
terlihat dua buah lenteranya dengan apinya memain diantara
tiupan sang angin, sedang seorang jongos duduk menyender
diloteng, Dia lagi tidur hingga dia tidak melihat dua sosok
tubuh berlompat naik keatas genteng didepannya itu. Dua
orang itu bergerak sangat gesit.
Didalam kamarnya, Tiong Hoa terus tak dapat tidur,
matanya memandang kejendela
dimana sinar rembulan sangat terang, sebaliknya
dipembaringan didepannya, Lauw chin dan Sim Yok tidur
menggeros: "Dikedua kamar kiri dan kanan, Tie Sin Hong dan
sipemuda berbaju putih she Kwat sunyi sekali, rupanya
mereka pun sudah tidur nyenyak.
Karena tak dapat tidur, Tiong Hoa menjadi banyak berpikir,
banyak yang ia ingat terutama kampung halamannya. Karena
itu juga, telinganya mendapat dengar ketika ada tindakan kaki
sangat ringan diluar jendela nya. sedang dipintu kamar si
bajuputih lantas ada ketukan dua kali dengan jeriji tangan,
menyusul dengan dibukanya daun pintu, menyusul pula
suaranya pelahan: "Masuk"
Ia heran hingga ia lantas turun dari pembaringannya, guna
membuka jendela buat bantuan pihak Tiam chong lompat
keluar, Tanpa bersangsi pula dengan gesit, ia lompat naik
keatas genteng, ia mencari tempat untuk mendekam dan
mengawasi ke jendela sibaju putih, jendela mana dipentang.
maka itu dengan bantuan sinor rembulan ia bisa melihat
kedalam kamar. Si bajuputih lagi bicara sambil berdiri dengan dua orang
yang baru datang itu. Mereka bicara perlahan tapi ia bisa
mendengar "Touw Siauwhiap." kata seorang, "dengan susah-payah aku
si orang she Kiauw dapat mencari tanda-tanda yang
ditinggaikan siauw hiap dipelbagai tempat, maka kenapakah
siauwhiap sekarang pindah ke hotel Lam Thong ini ?" Tlong
Hoa heran- "Tie Sin Hong memanggil dia she Kwat, kenapa sekarang
dia she Touw ?" pikirnya.
Si orang bajuputih menjawab taksabaran "jangan bicarakan
segala yang tak penting"
Ada sebabnya kenapa aku si orang she Touw pindah
kemari, sekarang silahkan Kiauw Loosoe tuturkan, bagaimana
hasil penyelidikan loosoe?"
Jilid 22 : Cie Ie Bu-Eng Tie Sin Hong difitnah
(MISTERI LAMBANG MAUT Jilid 3)
Orang she Kiauw itu berdiam. Mendadak dia berpaling
keluar jendela. Karena ini, dia terlihat tegas wajahnya oleh
Tiong IHoa. Dia berumur lebih-kurang empat puluh tahun
matanya bersinar tajam, kumisnya tebal.
"Siauw-sancoe dari Tay In San melakukan perjalanannya
menuruti rencananya Lo Leng Tek si cerdik, saban-saban dia
menukar arah, maka itu Pouw Llok It sekalian saban-saban
menubruk tempat kosong," kata dia yang memberi keterangan
dengan matanya bermain tajam.
"Itulah telah aku si orang she Touw duga" kata si baju
putih. Orang she Kiauw itu batuk-batuk.
"Sekarang aku telah mendengar jelas," kata dia. "Lusa
rombongan Tay in San itu bakal tiba di cong Seng Sie di Tali,
mereka akan minta Pay supaya diantar sampai di Koen-beng.
pihaknya Pouw Liok It dengan tipunya Lo Leng Tek bakal
dipancing menyusulnya ke gunung Kong San-"
"Hm Kalau begitu, besok kita boleh pergi ke Tali."
Lalu terdengar suaranya orang yang ke-tiga: "Touw
Siauwhiap. kalau gelang kemala berhasil didapatkan,
bagaimana dengan kitab silat Lay Kang Koen Pouw,
bagaimana hendak diaturnya?"
"Menurut kau, tuan, bagaimana?" si baju putih balik
menanya. Dia menjawab dengan perlahan-
"Kitab itu terdiri dari tiga bahagian, Atas, Tengah dan
Bawah. Menurut aku si orang she Boen, baiklah seorang satu
jilid, nanti kita memahamkannya saling tukar, Dengan begitu
diantara kita barulah ada kepercayaan penuh."
"Apakah tuan-tuan berdua tidak percaya aku si orang she
Touw?" tanya si baju putih, suaranya dalam.
Dua orang itu, si orang she Kiauw dan she Boen, bungkam,
Hingga suasana dalam kamar mereka mirip suasana air diam.
Karena orang berdiam saja, selang sekian lama, si baju
putih berkata pula, sekarang suaranya sabar.
"Lay Kang Koen Pouw suatu kitab istimewa, dikolong langit
ini tidak ada satu jago yang tak mengilarkannya." kata ia,
"maka itu, jadi bukan cuma kita bertiga yang
menghendakinya. Baiklah, apabila kita nanti berhasil, aku
bersedia menurut cara pengaturan kau ini, Boen Loosoe."
"Kata-kata kau ini berat, Touw Siauwhiap." kata si orang
she Boen, "Baiklah, sekarang tenanglah hatiku si orang she
Boen." Pemuda berbaju putih itu bersenyum.
Menampak senyuman itu, hati Tiong Hoa bercekat, itulah
suatu senyuman aneh, itulah senyumannya seorang jumawa
yang hatinya dingin, ia pun melihat sinarmata orang yang
bengis, Kata ia didalam hatinya: Dua orang itu bakal mati
tanpa tempat kuburnya."
Kedua matanya si baju putih mengawasi keluar jendela,
Kedua mata itu berkilau tajam. Lantas dia kata perlahan
sekali: " Di-luar ada orang mengintai kita"
Tiong Hoa heran- Tidak ada orang dipintu luar, Kenapa si
anak muda mengatakan demikian"
Si Kiauw dan si Boen terkejut, hampir berbareng keduanya
bertindak kepintu. Baru si Kiauw lewat pintu satu tidak. mendadak si baju
putih menyerang punggung orang dimana jalan-darah hoenboen.
Di-waktu menyerang itu, mata dia berkeredep tajam,
sedang serangannya cepat luar biasa.
Orang she Kiauw itu mengeluarkan suara tertahan,
tubuhnya roboh kebelakang, si baju putih menyanggapi, lalu
dikasih turun, maka tubuh orang itu rebah tanpa suara.
Si Boen terperanjat Dia mendengar suara tertahan dari si
Kiauw itu. Segera dia ber-paling, Baru dia bersuara: "Touw...."
atau dia pun telah kena ditotok hingga dia roboh seketika.
Jalan-darahnya. yoe-boen, menjadi sasaran jeriji tangan si
bajuputih itu. Tiong Hoa melengak, ia mengeluarkan napas dingin. Benar
seperti katanya cie Ie Boe-Eng, pemuda berbaju putih itu jauh
terlebih telengas daripadanya. Dengan mudah saja pemuda ini
merampas jiwa dua kawannya itu. Kemudian dengan sebat dia
memondong kedua korbannya kedalam kamarnya.
Sim Yok dan Lauw chin tersadarkan suaranya si Boen, baru
mereka bangun, untuk terduduk diatas pembaringannya,
mereka di bikin kaget oleh munculnya Tiong Hoa, yang
berlompat masuk kedalam kamarnya.
"Berpura tidur nyenyak," Tiong Hoa kata perlahan "Kalau
ada yang tanya apa-apa, bilang saja tak tahu."
Habis memberi kisikan, Tiong Hoa kembali ke
pembaringannya dimana ia rebah matanya dibuka sedikit,
untuk berjaga-jaga. Sedang hidungnya memperdengarkan suara bahwa ia lagi
tidur lelap sekali. Sim Yok dan Lauw chin menduga Tiong Hoa berbuat
demikian karena sesuatu sebab, mereka pun lantas menelad.
Tiong Hoa lantas melihat bayangan berkelebat diluar
jendela, ia menduga tentulah si orang she Touw lagi bekerja
untuk menyingkirkan mayat - mayat kedua kawannya itu,
maka ia menyangka juga bahwa orang bakal lekas kembali.
Tak lama lalu terdengarlah ketukan pada pintu beruntun
bebeberapa kali, Mendengar itu, mau atau tidak. hati Tiong
Hoa guncang. SETELAH TERDENGAR ulangan ketukan pintu, barulah
Tiong Hoa mengasi dengar suaranya seperti ia baru mendusin
dari tidurnya : "Siapa ?"
"Aku Kwat Leng " sahut orang diluar, Yalah si pemuda
berbaju putih, yang suaranya dikenal baik.
"Oh, saudara Kwat..." kata Tiong Hoa.
Suaranya sengaja dibikin panjang, "Harap tunggu sebentar,
nanti aku membuka pintu." ia terus membanguni Sim Yok dan
Lauw chin, ia sendiri mengasi dengar suara seperti ia lagi
bergerak turun dari pembaringannya.
Tatkala daun dipentang, si anak muda berbaju putih terlihat
berdiri dimuka pintu, sikapnya sangat tenang.
"Silahkan duduk. saudara Kwat," Tiong Hoa mengundang,
"Hari belum lagi fajar, saudara sudah bangun- Apakah saudara
masih belum tidur" Ada apakah?"
Si baju putih tidak menyahuti, dia hanya bertindak masuk.
matanya melihat tajam kelilingan- Baru kemudian ia berkata
sambil tertawa: Aku masih belum tidur ketika barusan aku
melihat berkelebatnya dua bayangan orang diluar kamar, Aku
heran, lantas aku menyusul. Sampai diluar, aku tidak melihat
apa juga, Aku menyaksikan dua orang she Boen dan she
Kiauw maka itu aku datang kemari untuk memberi kisikan..."
"Manusia licin" Tiong Hoa mendamprat didalam hati, Tapi ia
bersenyum dan kata: "Saudara Kwat, kau baik sekali, Terima
kasih" Sim Yok dan Lauw chin tidak puas. Mereka melihat orang
tidak memberi hormat dan lagaknya sangat jumawa, Maka itu,
mereka mengawasi tajam. Kwat Leng pun memandang dua orang itu, lalu dia mengasi
dengar suara dihidungnya.
"Kalau tuan bertiga sadar, tenang hatiku," katanya. ia
dongak melihat keluar jendela, terus ia berkata seorang diri:
"Aku si orang she Kwat perlu keluar sebentar Maaf"
Dengan lantas ia lompat keluar, untuk berlompat pula naik
keatas genteng dimana dia menghilang.
Sim Yok lantas mengumbar kemendongkolannya, Kata dia:
"Manusia demikian jumawa, baiklah siauwhiap jangan
bersahabat dengannya"
"Dialah orang sangat licik," kata Tiong Hoa perlahan,
"Seumurku, baru pernah aku menemui orang semacamnya,
Dia sangat tidak puas kepada kau, jiewie, maka itu lain kali
baiklah jiewie berhati-hati, Dengan jeriji tangannya dia dapat
membunuh orang dalam sedetik, kita harus waspada
terhadapnya." Lauw chin tidak puas, ia menganggap Tiong Hoa terlalu
memuji orang she Kwat itu.
"Siauwhiap." tanya sim Yok. "tadi siauwhiap keluar, apakah
siauwhiap mendapat lihat sesuatu" Mengapa siauwhiap
menyuruh kami berpura-pura tidur" Kalau suka tolong
siauwhiap memberi keterangaupada kami."
Tiong Hoa hendak memberi penjelasannya atau mendadak
ia ingat apa apa. Maka dia lekas berkata, perlahan- "Silahkan
tidur pula, jiewie, mungkin dia datang pula.."
Sim Yok dan Lauw chin mendapatkan roman si anak muda
tegang, walaupun sebenarnya mereka tak setuju, mereka toh
lantas rebah pula, Tiong Hoa kembali ke pembaringannya,
sembari rebah tetap ia memasang mata.
Dengan cepat diluar terdengar angin bersiur suara jatuhnya
kaki perlahan dilantai batu. Suara itu cuma dapat didengar
oleh orang yang telinganya telah terlatih sempurna, Habis itu
di sela-sela pintu menyorot sinar satu mata yang tajam, yang
mengintai kedalam kamar, Diam-diam Tiong Hoa tertawa
dalam hatinya. Hanya sebentar, maka terdengarlah suara nyaring dari Tie
Sin Hong:, "Siapa bernyali besar berani berlagak seperti iblis
didepan kamarku si orang tua?"
Lalu terdengar suaranya si orang she Kwat, yang tertawa
nyaring: "Mata Tie Loo soe seperti mata lamur, coba aku
seperti kau, bukankah jiwaku sudah melayang di tanganmu?"
Atas itu terdengar lagi suaranya Tie Ie Boe Eng: "Hari
belum lagi fajar, kenapa Kwat Laotee masih belum tidur?"
"Baru saja aku si orang she Kwat pergi keluar" si pemuda
berbaju putih menjawab dengan keterangannya. "Aku lupa
suatu barang, aku pergi mengambilnya. Aku lewat didepan
jendela kau ini, Tie Loosoe, tetapi kau. Hm lantas kau
menyerang..." "Sudah, sudah" Sin Hong tertawa, "sekarang aku tanya
kau, buat urusan apa kau pergi keluar?"
Si pemuda tertawa ketika dia menjawab: "Buat apa lagi
kalau tidak buat urusannya ketiga mustika itu"


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tie sin Hong tertawa dingin, Dia kata: "Aku si orang tua
memasang pancing tanpa umpan, didalam hal itu, aku
terserah kepada keadaan yang wajar Tapi kau akan mundarmandir,
aku kuatir kau tak berhasil."
"Terserah kepada untung masing-masing" kata si orang she
Kwat nyaring, "Losoe menyindir kepada aku si orang Kwat,
baiklah aku nanti pergi dan kembali Maafkan aku tak dapat
aku menemani lebih lama pula"
"Terserah" kata Sin Hong juga sama dinginnya.
Hanya sebentar, kesunyian berkuasa pula, Lalu "Lie Laotee,
apakah kau sudah mendusin?"
Itulah suaranya cie ie Boe Eng, si baju Merah Tanpa
Bayangan-Tiong Hoa berlompat bangun dari pembaringannya.
"Tie looecianpwee, silahkan masuk." ia menjawab.
Pintu kamar memang cuma dirapati. Maka Sin Hong
menolaknya dan bertindak masuk. Sim Yok dan Lauw chin
sama-sama berbangkit, akan memberi hormat kepada orang
tua itu. sin Hong mengambil tempat duduk.
"Laotee." katanya tertawa, pasti barusan kau mendengar
sesuatu?" Mau tak mau, Tiong Hoa melengak. la tertawa dan kata:
"Loocianpwee liehay, pasti gerak-geriknya si orang she Kwat
tak lolos dari mata looecianpwee, dari itu tak usahlah
looecianpwee menanya lagi padaku."
"Ooh, anak muda yang cerdas sekali" si orang tua tertawa,
"Kau nyata lebih cerdik seratus lipat dibanding dengan si
pemuda baju putih yang licik itu" ia berkata dengan kedua
matanya bersorot tajam. ia menambahkan: " Dua jago Rimba
Hijau dari Tionggoan, karena mereka tamak. mereka mati
kecewa." Tiong Hoa heran, Dimana sembunyinya jago tua ini maka
dia melihat segala apa"
Sebaliknya Liauw chin berdua Sim Yok saling mengawasi
dengan bengong, Mereka tak tahu apa-apa.
"Sebentar si bajuputih pasti akan kembali." kata pula sin
Hong, "dan dia bakal mengundang aku dan kamu membuat
perjalanan ke Tali, maka tak ada halangannya untuk kita
menggunai akal menerima baik undangannya itu. Hanya dia
sangat licik, tidak naati dia lolos dari tanganku" Tiong Hoa
menggeleng kepala. "Maafkan aku. aku tidak memikirkan Lay Kang Koen Pouw,
maka itu tak ingin aku turut bersama," katanya.
Sin Hong heran- "Habis, apa perlunya kau jauh-jauh datang ke Koen-beng
ini?" dia tanya. Tiong Hoa mengasi lihat roman sungguhsungguh.
"Tentang itu menyesal sukar aku membilangnya." ia
menjawab, "Tapi benar urusanku itu tidak ada hubungannya
dengan kitab ilmu silat itu."
Sin Hong mengangguk. "Baiklah, aku percaya kau" kala cie Ie Boe Eng. "Tapi
sekarang ini Pauw Liok It telah meninggaikan Koen-beng, tak
ada halangannya kau turut berangkat bersama kami laotee,
Menyingkirkan bencana Rimba persilatan dan berbareng
dengan itu mengumpul jasa baik, bukankah itu tak ada
halangannya?" Sulit untuk Tiong Hoa menolak. terpaksa ia menerima
ajakan itu. Ia ingat urusan tadi, yang orang tua itu
mengetahuinya ia tanya: "Boan-pwee mendengar si orang she
Kiauw memanggil Touw Siauwhiap pada Kwat Leng itulah
boanpwee tidak mengerti?"
"Memangnya Kwat Leng itu bukan she dan namanya yang
benar" sahut Sin Hong sambil tertawa.
Tiong Hoa berdiam. Justeru itu Sim Yok tanya si anak muda, sebenarnya apa
yang terjadi tadi. Untuk tidak mencurigai kawan itu, Tiong Hoa tuturkan
peristiwa tadi, tentang sepak terjang Kwat Leng alias Touw
Siauwhiap. Sim Yok dan Lauw chin mendengari, mereka tertarik hati
berbareng heran-Sementara itu, sang fajar pun tiba.
Selagi Tiong Hoa masih menutur terus, tiba tiba Sin Hong
mengedipi mata padanya juga pada Sim Yok dan Lauw chin.
itulah isyarat untuk mereka berhenti bicara.
Tiong Hoa cerdik, la bicara terus tetapi seraya memutar
haluan, berceritera tentang sesuatu peristiwa Rimba persilatan
di Yan-khia. Segera juga di ambang pintu muncul seorang dengan
wajah tawar, Dialah si orang she Kwat nama Leng atau Touw
Siauwhiap baju putihnya yang panjang berkibar-kibar tertiup
angin, Dia mengasi lihat senyuman yarg penuh rahasia.
Dengan cepat dia bertindak masuk, lagaknya seperti juga
disitu tidak ada lain orang lagi kecuali Tie Sin Hong kepada
siapa dia terus berkata: "Barusan aku si orang she Kwat pergi
ke Hoei Llong Piauw Kiok. Benar seperti kata Tie Loosoe,
disana tidak ada seorang juga Hm Hm Wie Tiang Bin tahu
selatan, jikalau tidak. dia pasti akan merasai liehayku"
Tie Sin Hong tertawa tawar, Katanya terus terang: "Belum
tentu Wie Tiang Bin jeri terhadapmu. Apakah kau sangka aku
si orang tua tak tahu hatimu" Parasnya Ang Ie Mo-lie tak
dapat hapus dari pandangan matamu, seantero malam tak
dapat kau tidur pulas, maka itu ingin kau menjenguk nya
sekalipun hanya satu kali."
Kedua matanya Kwat Leng bersinar sangat bengis, lalu
tampak romannya yang jumawa, Berulang kali dia tertawa
dingin. Tie Sin Hong berpura tak melihat, ia mengorek kuku
dengan kukunya yang lainnya.
Tiong Hoa bersiap sedia, ia kuatir Kwat Leng gusar dan
akan membokong jago tua itu. Akan tetapi dalam tempo
sebentar, romannya Touw Siauwhiap menjadi tenang pula.
Hanya dia berkata tawar: "Orang tua tak mengerti dirinya sendiri, bicara sembarang
saja.jikalau tidak kuingat kau telah menemani aku berjalan
ribuan lie, pasti aku si orang she Kwat tak dapat membiarkan
kau merdeka dengan ocehanmu."
Sin Hong berlenggak. "Aku si orang tua, cie Ie Boe Eng, aku bukannya telah
mendapatkan namaku dengan percuma saja" katanya tertawa
dingin, kau punya tangan yang sebat dan liehay bagaikan kilat
itu masih sulit untuk membikin aku melihat mata padamu. "
Lihat saja nanti datang harinya yang kita berdua main-main-"
katanya. "Sungguh jumawa," Sim Yok nyeletuk, ia berdiam saja
mendengar kedua orang itu mengadu lidah tetapi akhirnya dia
habis sabarnya, Maka dia menyelak sama tengah. Kwat Leng
berpaling, dia mengawasi tajam. "Siapakah yang kau tegur?"
tanyanya bengis. "Tak usah kau perduli aku" jawab Sim Yok
jumawa. Orang she Kwat itu tertawa dingin, mendadak tubuhnya
mencelat maju dan tangannya terulur, guna menotok jalan
darah kie boen dari orang she Sim itu. Totokan itu sangat
hebat. Menampak demikian, Tiong Hoa maju, dua jari tangannya
mencari sasaran jalan darah lengtay dari si orang she Kwat,
hanya sambil menyerang dia kata seraya bersenyum: "saudara
Kwat, kita berada diantara saudara sendiri, kenapa buat
urusan demikian kecil kau bergusar begini rupa?"
Kwat Leng terperanjat ia melihat tangan orang bergerak.
sangat pesat dan tanpa suara anginnya. Dengan segera ia
memutar tubuhnya, sebagai seorang licik, tak mau ia
menunjuki kegusarannya, sebaliknya ia menahan sabar.
Tiong Hoa juga lantas menarik pulang tangannya itu, tak
ada niatnya menyerang orang, ia cuma mau menolongi Sim
Yok. "Aku tidak bersungguh-sungguh, aku melainkan ingin
mencoba saudara Sim." kata Kwat Leng, menggunai alasan-
Sim Yok sebaliknya kaget hingga muka nya pucat, ia
mendongkol sampai tubuhnya gemetar.
Tie Sin Hong menyaksikan itu, ia dapat melihat, dalam hal
tenaga dalam, Kwat Leng masih kalah daripada Tiong Hoa.
Maka ia tertawa lebar dan kata: "Kwat Lao tee sekarang baru
kau ketahui, diluar langit masih ada langit lainnya, disamping
orang juga masih ada orang lainnya lagi"
Kwat Leng tertawa tawar, ia menyimpangi soal dengan
berkata: "Barusan aku keluar, ditengah jalan aku bertemu
seorang sahabat ku. Menurut sahabatku itu, lusa diwaktu
magrib, rombongan Tay In San dapat tiba di Tali dan bakal
mondok dikuil cong seng sie. Mereka itu mendapat bantuan
pihak Tiam chong Pay, yang akan mengantarnya sampai di
Koen-beng. Katanya dihadapan orang-orang gagah, sancoe
dari Tay In San bakal mengajukan permintaan kepada Pouw
Liok It guna mendapatkan kitab Lay Kang Koen Pouw. Karena
itu sekarang aku ingin mengajak Tie Laosoe semua akan
mendahului pergi ke Tali, guna merampas gelang kemalanya."
Tiong Hoa kagum untuk Tie Sin Hong, yang menduga tepat
jalan pikirannya Touw Siauwhiap ini. jadi mereka itu, satu tua
dan satu muda, sama cerdiknya. Matanya si orang tua
memain- "Kwat Laotee, didalam ini hal, kau harus menjelaskan dulu
maksudmu " kata dia. Kwat Leng tertawa.
"Aku tahu, loosoe." jawabnya, " Gelang kemala itu diarah
oleh semua orang, maka itu rombongan Tay In San
melakukan perjalanannya secara cerdik sekali. Karena ini, aku
memikir untuk kita bekerja sama. Aku mengerti, kalau kita
bekerja masing-masing, sulit kita berhasil, Dengan bekerja
sama, sebaliknya, kita akan mendapat keuntungan samasama,
Tentang gelangnya sendiri itulah terserah pada untung
masing-masing. buat kita, cukup asal kita tidak saling mesti
perdayakan..." Tie Sin Hong tertawa dingin.
"Syukur kau mengucap begitu." katanya, "coba kau
jelaskan pula, apakah kita bekerja sama berdua saja, kau dan
aku?" Tak senang Kwat Leng, Tahu dia bahwa dia diejek. Maka
didalam hatinya dia kata: -jikalau aku tidak bikin kau roboh
kedalam jurang hingga tubuhmu hancur lebur, tak puas aku"
Tapi dia tidak mengasi kentara apa-apa, ketika dia mengasi
dengar suara-nya, dia bersenyum.
"Tie Loosoe, kau menduga banyak sekali tentang diriku,"
katanya, "Tapi biarlah, karena gunung itu tinggi dan air
panjang, lama-lama toh akan terlihat hati orang Tie Loosoe,
aku si orang she Kwat tidak perlu menjelaskan panjang lebar,
Dengan kita, aku maksudkan juga saudara-muda Lie, Lauw
dan Sim bertiga" Sin Hong tertawa lebar. "Baik, baik" katanya, "Tetapi mengenai Lie Laotee dapat
aku menjelaskan Lie Laotee datang ke Koen-beng bukan
bermaksud mendapatkan gelang kemala Karena itu kau dan
aku tak akan dapat membujuknya buat bekerja sama, tak
dapat kita memaksanya"
Kwat Leng tampak heran, sedang didalam hatinya dia kata:
"Biar bagaimana juga, tiga orang ini akhirnya bakal
merupakan bahaya untukku, maka itu aku harus singkirkan
mereka siang-siang." ia lantas tertawa.
"Sandara Lie." katanya, " walaupun kau tidak mengandung
maksud mendapatkan gelang itu, tak ada halangannya untuk
kau berjalan bersama-sama kita, sekalian kan menyaksikan
keindahan laut Jie Hay serta kepermaian gunung Tiam chong
San-" Kwat Leng menyebutnya laut Jie Hay. Sebenarnya itu
bukannya laut hanya sungai yang tersohor, hanya namanya
disebut Jie Hay atau See Jie Hao, letaknya ditimur kecamatan
Tali, propinsi Inlam. Tiong Hoa sebal mendengar suaranya orang she Kwat ini,
akan tetapi kapan ia ingat rombongan Tay In San mungkin
roboh di tangan si pemuda jahat, ia suka menerima baik
ajakan itu. "Kalau begitu baiklah," sahutnya tertawa, "Aku nanti
mengikut kau untuk menambah pengetahuan " Ia lantas
berpaling kepada Lauw chin dan Sim Yok. untuk berkata
sambil tertawa: "Saudara berdua tidak mempunyai urusan
apa-apa, bukankah baik untuk kamu turut bersama?"
Sim Yok dan Lauw chin saling me-mandang keduanya
mengangguk itulah tanda setuju tanpa mereka membuka
suara lagi. "Terima kasih, saudara-saudara" kata Kwat Leng, yang
bersenyum girang. Demikian habis bersantap. kelima orang itu mulai
melakukan perjalanan mereka dengan cepat.
Belum tengah-hari, selagi mereka berlari lari, mereka itu
dibikin heran dengan terlihatnya seekor kuda kabur
mendatangi, setelah datang dekat, ternyata penunggang-nya
mendekam dipunggung kuda, tubuhnya miring hampir jatuh,
Menampak demikian, Lauw chin lompat menahan larinya kuda
itu, sedang dengan tangan kanannya, ia menampa tubuh si
penunggang kuda, untuk menjaga jangan sampai orang jatuh
ketanah. Sekarang terlihat tegas, penunggang kuda itu
mengeluarkan darah hitam dari mulut-nya, sedang mukanya
pucat sekali dan sinar matanya guram. Terang dia telah
terluka parah dan telah lama terbawa lari kudanya.
Sin Hong berempat menghampirkan- Kwat Leng dengan
sebat menekan dada orang, Atas itu, mata orang itu berkilau,
lalu di tutup rapat. Kwat Leng mengerutkan alis.
"Dia bakal putus jiwa, percuma meski ada obat mujarab,"
katanya, "Sukar untuk kita mendengar keterangannya."
Sin Hong mengawasi tubuh orang itu, ia bersenyum, tapi ia
tidak mengucap apa-apa. Selagi mereka berdiam, dari arah kiri mereka, dimana ada
tanjakan tinggi yang penuh dengan pohon rotan, mereka
mendengar tertawa yang nyaring dan panjang, hingga mereka
heran, Semua lantas menoleh, Dengan lantas mereka melihat
tiga orang berlompat turun dengan pesat, ketiganya terus lari
mendatangi. Selagi mendekati, mereka itu dikenali sebagai Liok cie-Kiam
Yong Thian Hoei, orang yang diketemukan di-belakang kuil
Pek Keesoe, bersama Liok Hap Im-ciang wie Tiang Bin, si tua
katai gemuk yang terlihat didalam kantor Hoei Liong Piauw
Kiok, serte ok-coe-Pong Liap Hong sijago rimba persilatan


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang liehay dan licin, Mereka itu mengawasi kelima orang,
sinar mata mereka tajam. Wajah mereka tersungging
senyuman- Melihat Wie Tiang Bin, Tiong Hoa gusar, mau ia lantas maju
tetapi Tie Sin Hong menarik tangannya orang tua itu
memandangnya sambil bersenyum, ia membatalkan niatnya,
ia percaya cie Ie Boe Eng pasti mempunyai suatu maksud.
Yong Thian Hoei lantas berkata sabar: "Tuan berlima
bukannya berdiam di Koen beng mencicipi keindahan kota itu,
mengapa tuan-tuan melakukan ini perjalanan jauh dan sukar"
sebenarnya tuan-tuan datang dari mana dan hendak pergi
kemana?" Kwat Leng gusar, dia menjawab nyaring: "Mana dapat
kamu memperdulikan gerak gerik kami?" Dia pun lantas
menunjuk mayatnya si penunggang kuda dan tanya dengan
suara dalam: "Apakah orang itu di binasakan kamu?" Yong Thian Hoei
tertawa seram. "Tak salah" sahutnya lantang, "itulah perbuatan aku si
orang she Yong Bahkan sekarang hendak aku beritahu terus
terang kepada -kamu: orang Rimba persilatan siapa pun yang
mundar mandir disini, selamatlah dia yang menurut kepadaku
dan matilah siapa yang menentang jikalau kamu tidak
percaya, silahkan kamu maju terus nanti kamu melihatnya
sendiri sebentar kita akan bertemu pula ditengah jalan"
Habis berkata secara jumawa itu. Thian Hoei lompat
mundur sampai lima tombak disusul oleh lompatnya Wie Tiang
Bin dan Liap Hong, Sembari berlompat itu, Liap Hong mengasi
dengar tertawa nyaring yang menusuk telinga. Dengan cepatmereka
itu menyingkir kesebelah depan.
Juga Kwat Leng lantas tertawa dingin, "Seumurku, aku si
orang she Kwat tidak percaya segala apa yang sesat" katanya
keras. Dia lantas berlompat maju hingga dia lantas
memisahkan diri kira tiga puluh tombak.
"Loocianpwee," tanya sim Yok pada Sin Hong, "apakah
maksudnya Yong Thian Hoei itu" Dia datang dan lantas pergi
pula" Tie Sin Hong memejamkan matanya, ia berpikir.
"Teranglah maksud dia mencari tahu ke arah mana tujuan
kita ini," dia menjawab. "Di Selatan ini tidak ada orang yang
tidak bersangkut paut dengan kitab ilmu silat Lay Kang Koen
Pouw, Liap Hong itu sangat pintar tetapi segala gerak-geriknya
terlihat tegas oleh Lo Leng Tek. dia saban-saban dibikin
menubruk tempat kosong. Rupanya dia belum tahu dimana adanya rombongan Tay In
San sekarang, maka dia memegat kita dengan maksud
menyirepinya, Kalau tidak apa perlunya dia menggertak?"
Tiong Hoa sangsi yang Liap Hong mau menggertak Kata
dia: "Loocianpwee sangat ternama, mana dapat looecianpwee
digertak" Lagi pula di selatan ini telah datang banyak orang
kenamaan kenapa mereka cuma memegat kita?"
Tie Sin Hong tertawa. "Kau sangsi, Lie Laotee?" katanya, "Kalau begitu, kau
cerdas disatu waktu, pikiranmu gelap dilain ketika. Didalam hal
ini, keanehan berada pada dirinya Kwat Leng."
Tiong Hoa heran hingga ia mengawasi dengan mendelong.
Sin Hong berkata pula: "Aku si tua tak nanti kena digertak,
itulah benar, Didalam urusan ini, sang waktu masih belum
tiba. Aku percaya dibelakang mereka itu ada tulang panggung
yang berupa satu irama liehay, hanya entah siapa dia itu..."
Mendengar demikian, semua orang mengawasi kedepan, ke
tanjakan. "Looecianpwee maksudkan diatas sana ada orang yang
bersembunyi?" "Ya, tetapi sekarang dia sudah berlalu" sahut
Sin Hong mengangguk. Tiong Hoa tetap heran.
"Apakah looelanpwee melihat Kwat heng mencurigai?" ia
tanya, "Dia memang licik tetapi aku sangsi dia mau bekerja
sama dengan pihak Liap Hong beramai...".
Tie Sin Hong menghela napas.
"Lie laotee, kau benar-benar polos hingga kau tidak ketahui
kelicikan kaum Kang ouw, Dlantara mereka itu, banyak yang
dalam tertawanya tersimpan golok tajam, yang busuk hatinya
tetapi berpura-pura mulus. coba aku si orang tua masih
seperti dulu hari aku sangsi apakah kamu dapat selamat
berdiri diam disini...."
Tiong Hoa berdiam tetapi ia terkejut di dalam hati. Begitu
juga dengan dua temannya.
Tie Sin Hong berkata pula: "Tentang Kwat Leng itu, aku
belum tahu asal-usulnya tetapi aku berani menduga dia
mestinya murid dari salah satu hantu yang sudah lama
mengundurkan diri, Terang sekali dia jumawa dan hatinya
bengkok, mukanya lain dari mulutnya, Dia pun sangat
cemburu dan dengki, dia pasti mengambil sikap, siapa tak
dapat digunai lebih baik disingkirkan, Aku percaya dia dapat
bekerja sama dengan rombongan Liap Hong itu guna
menyingkirkan kita."
Tiong Hoa tetap sangsi. "Jikalau begitu, kenapa dia beritahukan kita perihal
rombongan Tay In San itu?" ia tanya, "Kenapa dia mengajak
kami berjalan bersama" Apa maksudnya?"
Cie Ie Boe Eng tertawa dingin dan berkata: "Dia telah
membinasakan si Boen dan si Kiauw, mengenai itu dia tentu
menyangka kita mendapat tahu, Bukankah si Boen telah
memperdengarkan seruan perlahan" Pasti sekali dia menduga
kita mendengarnya, sebab bagi kita kaum Rimba Persilan,
suara itu tentu dapat terdengar nyata. Dia curiga walaupun
kita terus berpura-pura tidur nyenyak. Sim Laote juga telah
menunjuk rasa tak senangnya, dari itu pastilah dia
menganggap kita sebagai paku untuk matanya."
"Sungguh manusia licik..." Tiong Hoa kata menghela napas.
"Begitu memang " kata Sin Hong, yang tertawa sambil
mengurut jeng gotnya, "Lihat saja penunggang kuda ini. Dia
ini mati begitu lekas Kwat Leng meraba dadanya,
perbuatannya mana dapat lolos dari mataku si orang tua ?"
Tiong Hoa bertiga terperanjat. Mereka memang melihat
Kwat Leng meraba penunggang kuda itu, mereka hanya tidak
menyangka dia justeru menggunai ketika untuk memberi
totokan maut. "Sekarang mari kita berangkat." kata Sin Hong kemudian-
"sebelum tiba waktunya, jangan kita membangkitkan
kecurigaannya Kwat Leng." Habis berkata, dia menepuk
punggung kuda, hingga kuda itu kaget dan lompat kabur
bersama mayat itu. Tak ayal lagi, mereka berempat lantas melanjuti perjalanan
mereka, guna menyusul Kwat Leng. Ketika sudah melewati
dua pengkolan mereka melihat sebuah tempat terbuka
dimana, dikiri dan kanan jalan tampak sawah dan ladang. Tapi
ketika mereka memandang keselokan dikiri dan kanan mereka
terperanjat. Disitu nampak berserakan belasan mayat, Tak ada orang
yang mengurusnya walaupun disitu ada lain-lain orang yang
berlalu lintas orang cuma melihat mengunjuk roman duka
terus mengaburkan kuda mereka.
Sin Hong berempat menghampirkan sampai dekat. Giris
hati mereka menyaksikan wajah mayat, Terang mereka
terbinasakan pukulan-pukulan berat. Ada yang lehernya patah,
ada yang dadanya berlubang, Darah hitam dan kental
bergumpal, baunya busuk. cie leBoe-Eng mengerutkan
keningnya. "Sudah duapuluh tahun aku si orang tua hidup menyendiri
banyak orang yang aku tak kenal lagi," kata ia. "Lie Laotee,
adakah diantaranya yang kau kenal atau pernah melihatnya?"
Tiong Hoa menggoyang kepala, Tapi Lauw Thian berkata:
"Diantara dia aku mengenali Thay Heng Sam Ho, tiga Rase,
dari Thay Heng San, juga itu dua pendeta, Thay Khong dan
Thay Thong, murid-murid angkatan ke-tiga dari bagian Lo Han
Tong dari Siauw Lim Sie. Yang lain-lainnya, aku percaya
semua bukan bangsa lurus."
Sin Hong melengak. Lalu dia tertawa "Kaum lurus tak
berdiri bersama kaum sesat," katanya seperti api dengan air,
akan tetapi sekarang pihak Siauw Lim Sie bekerja sama
dengan pihak Rimba Hijau, bukankah itu hal yang buruk"
Sungguh aku bingung"
Tiong Hoa bersenyum, " Loocianpwee," ia tanya,
"bagaimana sekarang, apakah loocianpwee tidak sudi berjalan
terus bersama kami?" Jago tua itu melengak. setelah sadar,
dia tertawa. "Ah, aku hampir lupa bahwa aku pun asal orang kaum
sesat" katanya. " Loocianpwee, aku cuma main-main" Tiong
Hoa kata. "Aku tidak menyalahkan kau, laotee" kata sin Hong. "Nah
kita mari melanjuti perjalanan kita"
Dengan berkata begitu, ia segera mendahului hingga tiga
kawannya mesti lekas-lekas menyusul.
Ketika matahari mulai rendah, empat orang ini tiba
disebuah jalanan lembah atau selat dimana dikiri dan kanan
ada banyak pohon rotan- Tempat itu sunyi, bahkan rada
seram suasananya. Tengah berjalan itu, mereka mendengar suara berkeresek
disebelah atas, disusul dengan suara dingin ketika mereka
mengangkat kepala, segera mereka melihat lompat turunnya
Kwat Leng yang dalam sekejap sudah berdiri disebelah depan
mereka. "Laotee, apakah kau berhasil menyandak mereka?" tanya
Sin Hong tertawa. "Aku telah beradu tangan dengan Wie Tiang Bin sampai
tiga kali," sahut orang yang ditanya, jumawa, Dia tak dapat
bertahan dia lantas pergi" Selagi berkata begitu, dia melirik
Tiong Hoa. Anak muda she Lie itu berlagak tak melihat, ia sengaja
mengawasi pemandangan alam didepannya.
Sin Hong tertawa nyaring.
"Siapa tak tahu Kwat Laotee liehay sekali" katanya, memuji
"Ini dia yang di bilang, gelombang yang dibelakang
mendorong ombak yang didepan, orang yang baru
menggantikan orang yang lama" lagi dia tertawa keras.
Belum berhenti tertawanya cie Ie Boe Eng, tiba-tiba mereka
mendengar satu suara seram: " Kapannya dia pun memakai
she Kwat?" "Siapa?" bentak Kwat Leng gusar, sedang matanya
bersorot berapi, Dengan kedua tangannya ia menolak keatas,
kearah dari mana suara itu datang.
Hebat serangan itu, yang membikin cabang cabang
bergoyang dan daun-daun rontok, Berbareng dengan itu,
diantara suara tertawa, sesosok tubuh terlihat lompat turun
bagaikan bayangan- Sekarang terlihat tegas orang itu, Dia mengenakan baju
panjang sutera warna kuning muda, Kepalanya tertutup
dengan kopiah persegi, sedang sepatunya dengan dasar yang
tebal. Dia bertubuh kurus tetapi tak tinggi dan tak kate, wajahnya
menyatakan dialah seorang yang licin, Dia memelihara kumis
yang disebut kumis kambing gunung yang sudah abu-abu
warnanya. Dengan tangan kanannya, dia menggoyang-goyang
kipasnya, membawa lagaknya seorang sasterawan tua. Sambil
bersenyum, dia rnengawasi si pemuda baju putih. Mengenali
orang tua itu, Kwat Leng nampak likat.
"Ooh, Houw-yan Peehoe" katanya tertawa menyeringai
"Terimalah hormat siauwtit" ia benar-benar memberi hormat
dengan menjura dalam. orang tua itu menyingkir tiga kaki.
"Tidak berani, tidak berani aku menerimanya" katanya,
tertawa tawar, "Tak dapat aku membiarkan orang nanti
mengatakan aku si tua menindih si muda" Tiong Hoa kagum.
ia melihat orang bergerak gesit sekali.
Tie Sin Hong sebaliknya terus mengingat-ingat siapa
slorang Kang-ouw yang mempunyai she rangkap Houw-yan
itu. "Houw-yan Peehoe." kata Kwat Leng bersenyum, "Baru
tujuh tahun kita tidak bertemu, mengapa peehoe bergurau
pada siauwtit?" orang tua itu tertawa dingin.
"Pada enam tahun dulu, karena satu urusan kecil, aku
berselisih dengan ayahmu," dia kata, waktu itu hampir saja
jiwaku melayang di tangan ayahmu itu, maka juga, selagi rasa
nyerinya masih belum hilang mana aku berani berlaku kurang
ajar terhadap kau, hiantit."
Kwat Leng berdiri dengan kedua tangannya dikasi turun,
sikapnya hormat sekali. "Benar- benar peehoe bergurau," kata ia, "Dulu hari itu
ayah sudah bersembrono, sampai sekarang ia masih menyesal
karena-nya. Peehoe tiga kali ayah telah pergi mengunjungi
peehoe tetapi sayang, selalu kebetulan peehoe tengah
berpergian hingga ia pulang dengan sangat masgul. sekarang
ini siauwtit melakukan perjalanan, diwaktu mau berangkat
ayahku telah memesan wanti-wanti apabila apa untung aku
bertemu pee-hoe, aku dipesan tak boleh berlaku kurang ajar,
bahkan diminta sudilah peehoe tolong membantu pada ku
dimana yang perlu." Orang tua itu mengawasi ia menutup kipasnya.
"Kapannya ayahmu mengajari kau bicara seperti manusia
ini, dia sungguh hebat" setelah itu dia menoleh kepada Tie Sin
Hong. Mukanya Kwat Leng menjadi merah, sinar matanya
merupakan sinar mata yang sangat penasaran dan
mendongkol.. Orang tua itu masih mengawasi Sin Hong, lalu dia tertawa
dan menyapa: "orang tua she Tie, sejak perpisahan kita
apakah kau baik-baik saja" Apakah kau masih mengenali
sahabat lama mu?" Sin Hong melengak, ia heran, "Benar-benar ia tak
mengenali orang tua itu," ia mengasah otaknya.
"Rasanya aku mengenal wajah kau tuan." katanya
kemudian, "hanya sayang sekali sekarang ini aku tidak dapat
mengingat mu." orang tua itu kembali tertawa.
"Dalam cara kesusu kita pernah bertemu dijalan cian-too"
kata dia. "Apakah benar-benar tuan sudah lupa?"
Mendengar begitu, baru sekarang Sin Hong ingat, Memang,
pada dua puluh tiga tahun yang lampau, telah terjadi suatu
peristiwa. Ketika itu dia sangat angkuh dia menjanjikan ketua
Kiong Lay Pay untuk- menguji ilmu ringan tubuh serta ilmu
pukulan udara kosong.

Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tempat yang dijanjikan yalah cian too, atau Lian-in-too,
tanah pegunungan yang kesohor didalam propinsi Siamsay,
ciantoo itu berarti jalan atau jembatan yang merupakan balok
potongan, yang melintangi gunung atau lembah diantara
kedua kecamatan Po-koan utara dengan kecamatan Hongkoan
timur laut. Ketua Kiong Lay Pay waktu itu yalah Houw See Toojin,
yang kesohor ilmu ringan tubuhnya, Banyak sekali penonton
jago-jago Rimba Persilatan, Mereka berdua berjanji tidak
merusak jembatan, siapa yang merusak dialah yang kalah,
Kedua pihak sama tangguhnya, tetapi jago Kiong Lay
menggunai tipu daya, maka Sin Hong kena dibikin jatuh, ia
sudah ikhlas menerima kebinasaannya, siapa tahu ada orang
yang menolongi ia dengan menanggapi tubuhnya dan orang
pun memberikan ia sebutir pil yang mujarab. penolongnya itu
yalah ini orang tua she Houw-yan- sebenarnya itu waktu
Houw See Toojin pun jatuh sebab ada balok yang patah tapi
Sin Hong jatuh terlebih dulu, ialah yang resmi kalah, ia telah
tanya nama penolongnya itu, yang mengaku she Houw-yan
nama Tiang Kit asal gunung Kie Lian San, tapi si penolong
sudah lantas berangkat pergi, Baru seka rang mereka bertemu
pula dan la sudah tak mengenali. Dulu hari itu Tiang Kit
seorang sasterawan tampan tapi sekarang dia sangat berubah.
Bukan main girangnya Sin Hong, dia lantas memberi
hormat sambil menjura, kemudian ia memegang erat-erat
tangannya tuan penolong itu, Saking girang dan bersyukur, ia
sampai tak dapat segera membuka mulut pada mukanya yang
perok. Tiang Kit tertawa.
Kwat Leng menyaksikan itu, ia mengerutkan alis, lalu dia
kata dingin: "Musuh atau sahabat masih belum diketahui jelas
baiklah kamu jangan terlalu erat satu dan lain"
Hati Sin Hong bercekat, Kata-kata pemuda itu pasti bukan
kedustaan, Memang mungkin Houw-yan Tiang Kit tidak
bermaksud baik, Tapi yalah seorang ulung, maka ia tertawa
dan kata: "Kwat Siauwhiap baiklah kau mengerti, umpama
kata aku si orang tua berhasil mendapatkan Lay Kang Koen
Pouw dengan adanya Houw-yan Hiantee di sini, pasti aku suka
mengalah dan menyerahkan padanya. Berlebihan untukmu
jikalau aku memikir menghasut kami satu dengan lain"
Kwat Leng melengak. Kembali dia me-ngasi dengar tertawa
dinginnya. "Aku bukan bicara terhadapmu." katanya jumawa.
"Apakah itu di tujukan terhadapku?" tanya Tiang Kit gusar.
"Mana berani siauwtit berlaku kurang ajar tehadap
peehoe?" kata Kwat Leng, sikapnya tetap angkuh, "jikalau
peehoe menganggap kata-kataku ini tak selayaknya, baiklah
siauwtit menarik kembali."
Tiang Kit mengasi dengar suara "Hm" Lalu ia memandang
Sin Hong dan menanyai "Saudara Tie, apakah maksudmu?" ia
tanya. Tanpa menanti orang menjawab, Kwat Leng
mendahului: "Tak lebih tak kurang untuk mencaritahu dimana adanya
Pauw Liok It" katanya.
Sin Hong kuatir pemuda itu nanti membuka rahasianya, ia
tertawa dan kata: "Adik Hauw-yan, bukankah tak ada
halangannya untuk kita berjalan bersama-sama?"
"Baiklah," sahut Houw-yan Tiang Pek. tanpa menampik
lagi. Bukan main mendongkolnya Kwat Leng, ia benci benar Sin
Hong. Tapi ia mesti main sandiwara, Maka dia tertawa manis.
"Dengan Houw-yan Peehoe turut bersama, aku tak kuatir
lagi" katanya. Houw-yan Tiang Kitpun tertawa.
"Akan aku membikin hiantit puas" bilangnya.
Tiong Hoa heran tetapi didalam hatinya ia tertawa melihat
ketiga orang itu mengadu lidah.
Kemudian Kwat Leng menepuk iga kanan nya. ia menepuk
dengan tangan kanannya, Atas itu terdengar suaranya barang
logam beradu perlahan, Terus dia bersenyum, Dia menanya:
Houw-yan Peehoe, coba terka, apa ini dalam sakuku?" Tiang
Kit berdiam, ia rupanya dapat menerka, terus romannya
berubah. Ketika itu sudah jam dua, kabut tebal, sementara itu
Lauw cin tak sabaran. Ia jemu berkumpul dengan bangsa sesat, hanya malang
dengan Tiong Hoa, ia terpaksa berdiam saja, tetapi karena
orang terus mengadu lidah, tak puas ia. Maka akhir nya ia
kata keras: "Siauwhiap mari kita berangkat lebih dulu, Tak
dapat kita membikin gagal urusan orang" Habis itu ia terus
menarik tangannya Sim Yok.
Mendadak Kwat Leng tertawa dingin, tubuhnya mencelat
maju, ketika ia turun di tanah, ia menghadang didepan dua
orang itu. "Lauw Loosoe," kata dia dingin, "kau rupanya tak
memandang mata padaku" Lauw chin gusar, ia lantas menolak
dengan sebelah tangannya.
Tiong Hoa menyaksikan itu, ia kaget sekali, ia mengerti
Lauw chin bukanlah lawannya Kwat Leng, Maka ia lantas
lompat ke depan, guna menempatkan diri sejarak satu tombak
didekat si orang she Kwat, untuk bersiap sedia.
Kwat Leng tertawa dingin, ia menggeser diri dua kaki terus
tangan kanannya menolak, itulah gerakan Menolak
gelombang, membantu ombak. Hebat tolakannya itu.
Lauw chin insaf Kwat Leng musuh tangguh, ia hanya
menggertak, ketika ia mau dihajar itu, ia membataikan
serangan-nya, ia menggeser tubuhnya, untuk sebaliknya
menyerang dengan dua tangan berbareng, ia menggunai
tipusilat Ka Lam San cioe," itulah tipu silat yang berimbang
dengan Kim-kong Hang Mo."
Melihat itu, hati Tiong Hoa lega juga, itulah tanda bahwa
kawannya tak bakal dapat dikalahkan dalam beberapa jurus
saja. Kwat Leng terpaksa mundur tiga tindak. Ia memandang
lawan terlalu enteng, ia menyerang secara bernapsu, maka
diluar dugaannya, ia kena ditutup, Lauw chin mendapat hati,
begitu orang mundur, begitu ia merangsak. Tipu silatnya itu
memang tipu serangan beruntun-
Pemuda berbaju putih itu, yang pun disebut Touw
Siauwhiap. menjadi mendongkol. Begitu datang ketikanya, ia
membalas menyerang, la mendesak. Maka diterangnya sang
puteri malam, hebat tubuh mereka berdua berkelebatan-
"Houw-yan Hiantee" kata Sin Hong ter-tawa, "Siapa tidak
mendaki gunung Tay San tak tahu dia tingginya gunung itu
Dua tahun aku tak pernah menginjak dunia Kang ouw, atau
sekarang aku menyaksikan kemajuannya anak anak muda
yang jauh melebihkan kita"
Kwat Leng dengar suara itu, ia menjadi mendongkol sekali,
ia mendengarnya itu bagaikan ejekan, Karena ini sambil
menggertak gigi, ia melakukan serangannya Dengan tangan
kiri ia menjambak. dengan tangan kanan ia menyampok
dengan jurusnya "Membuka langit, membelah bumi."
Lauw chin kena dibikin mundur dua tindak. Sia-sia belaka ia
menangkis, Darah didadanya pun terasa seperti mandek.
Mendadak Kwat Leng tertawa seram, tubuhnya mencelat
tinggi, untuk dari atas menyambar kebawah, mengarah jalan
darah pek hoay dibacok kepala lawannya.
Dia percaya sembilan dalam sepuluh dia bakal berhasil. Dia
melihat tegas lawannya terdesak itu,justeru itu, dia merasakan
angin bersilir ke punggungnya, kejalan darah cie-yang, Dia
kaget, itu artinya datang serangan dari belakang. Dia
menyedot hawa dingin, dengan sebat dia berkelit seraya
menjatuhkan tubuh. Begitu menginjak tanah, begitu dia berpaling untuk melihat,
Dia mendapatkan Tiong Hoa berdiri tenang, dua tangannya
dikasi turun, matanya tengah memandang rembulan.
Ketika itu Lauw chin merasa lega, ia tahu ia sudah
terancam bahaya hebat, Tempo ia melihat lawan batal
menyerang dan turun, tahulah ia bahwa Tiong Hoa telah
menolongnya, ia bersukur bukan mainTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Hauw-yang Tiang Kit mengawasi Tiong Hoa, dia heran
sekali, "Siapakah dia?" ia berbisik pada Tie Sin Hong, untuk
menanyakan asal usul orang muda itu.
cie Ie Boe Eng menggoyang kepala, tapi ia menjawab
sambil bersenyum: "Aku tak kenal orang she Lie itu, seperti
aku gelap terhadap si orang she Kwat, Sudah ribuan lie kita
berjalan bersama, belum pernah aku menanyakan asal usul
mereka, Aku si orang tua biasa tak suka mencari tahu urusan
lain orang, tak biasa aku memaksa orang, maka itu, kalau
orang tidak menjelaskan sendiri, aku pun membiarkannya."
Tiang Kit tahu sahabat ini bicara dari hal yang benar, ia
tidak menanya lebih jauh.
Ia terus mengawasi, ia merasa gerakan tangannya Tiong
Hoa seperti yang ia kenal, hanya entah dimana ia pernah
melihatnya. Maka ia harap kedua anak muda itu bentrok. supaya ia bisa
melihat lebih jauh untuk nanti mengenalinya.
Wajah Kwat Leng dingin sekali, lalu sinar matanya marong,
itulah sinar ingin melakukan pembunuhan- Walaupun
demikian, hati nya ciut sendirinya.
"Saudara Kwat, kau terlalu." kata Tiong Hoa sabar, tapi ia
bersenyum tawar, "Kenapa tak keruan-keruan kau mendapat
ingatan melakukan pembunuhan" kau terlalu mengandalkan
ilmu silatmu, hingga dimatamu tak ada siapa juga Dimata aku
si orang she Lie. saudara Kwat ilmu silat kau belum mencapai
puncaknya kemahiran, masih ada ke-kurangannya saudara,
kejumawaannya ini membuatnya orang sukar mengendalikan
kesabarannya." Mukanya Kwat Leng menjadi pucat, ia merasa terhina
dengan nasihat itu. "Baiklah kau ketahui sikapku^ kata dia nyaring, tanda
kemurkaannya, "Terhadapku, siapa menurut dia hidup, siapa
menentang dia binasa Siapa suruh ini orang she Lauw tak
menghormati aturan kaum Kang ouw?"
Tiong Hoa menjadi tidak puas sekali, Nyata orang tak dapat
dikasi mengerti dengan kesabaran, ia pikir, tanpa diajar adat
orang akan tetap berjumawa dan besar kepala,
Maka tak menanti orang bicara habis, ia sudah mengulur
lima jari tangannya kejalan darah kin-ceng orang terkebur itu.
Kwat Leng pun gusar, Dia merasa dirinya tak dipandang
dan juga tak diberikan ketika untuk bicara, Atas datangnya
serangan, dia menggeser tubuhnya, Begitu berkelit begitu dia
membalas menyerang: Tangan kirinya menjambak, tangan
kanannya meninju, Tentu sekali dia menyerang dengan
menggunai tenaganya. Itulah yang dikehendaki Tiong Hoa. Barusan ia melihat
memancing, ia lantas memutar balik tangan kirinya.
Nampaknya itu gerakan "Lioe seng koan goat," atau Bintangbintang
menutupi rembulan, suatujurus dari ilmu silat Kioe
Yauw Seng Hoei" yang terdiri dari tiga belas jurus, tetapi
sebenarnya itu dicampur dengan lima bagian tenaga dari "Ie
Hoa ciap Bok." ilmunya Ay Sian dari See Hek,
Kwat Leng kaget tidak terkira, Sia-sia saja serangannya itu.
Sebaliknya, dia merasa tubuhnya tertolak. mulanya lembut,
lalu keras. Tak dapat ia mempertahankan diri, Dia merasa
darahnya bergolak dan napasnya tertahan Dengan muka
pucat, dia ter-tolak mundur dengan paksa, mundur setindak
demi setindak. Tie Sin Hong dan Houw-yan Tiang Kit menonton dengan
hati mereka terbenam keheranan-Sungguh mereka tidak
menyangka anak muda itu, yang nampaknya sebagai anak
sekolah yang lemah, sebenarnya liehay luar biasa.
Lauw cin, begitu juga Sim Yok. lantas tertawa, Mereka
girang bukan main menyaksi kan sijumawa main mundur saja,
mundur tak berdaya. Tiong Hoa bersikap sungguh-sungguh, dia masih tak
mengubah gerak tangannya.
Kwat Lsng gentar hati, Dia merasakan tolakan makin keras
dan makin keras, makin berat, dan kalau tadinya cuma dari
satujurusan, sekarang seperti datang lainnya dari kiri dan
kanan. Sia-sia saja ia mencoba untuk berkelit, sekarang tampak
nyata dia ketakutan Baru sekarang dia menyesal hingga dia
berkata didalam hati: "Siapa pandai berenang, dia mati
kelelap. Siapa memanah, dia mati diujung jemparing."
Demikian nasihat tua. Begitu juga, siapa mengandali
kegagahannya, dia bakal runtuh karenanya. Sayang, aku
menyesal sesudah kasip..."
Akan tetapi Tiong Hoa tidak berniat merampas jiwa orang.
Ia mempermainkan tenaganya, sebentar dibikin keras,
sebentar dikendorkan Untuk Kwat Leng, itulah siksaan- Kalau
tolakan kendor, dia bernapas, tapi begitu lekas dia ditolak pula
napasnya sesak lagi. Tak sempat dia beristirahat Dia menjadi
sangat letih, Tanpa merasa, dia mundur terus sampai belasan
tombak jauhnya. Selama menyaksikan itu, Tie Sie Hong pikir kematian Kwat
Leng tak usah di sayangi, Dia memang kejam, Bahkan
mungkin dibelakang hari dia dapat menjadi ancaman bahaya
untuk Rimba Persilatan, Honya dia ada hubungannya dengan
gelang kemala, untuk sekarang, dia belum waktunya
dilenyapkan dari dalam dunia.
Kalau dia mati hilanglah suatu jalan endusan gelang kemala
itu, oleh karena mendapat pikiran itu, mendadak ia lompat
maju. "Lie Laotee, inilah salah paham " ia berseru, "Harap kau
tidak mengumbar napsu amarahmu. Dimana yang bisa,
sukalah kau memberi ampun, Aku minta laotee sudi
memandang" Tiong Hoa setujui pikirannya jago tua itu, maka tanpa
bersangsi pula, ia menghentikan serangannya, tetapi ia tidak
menarik pulang tangannya dengan- begitu saja, hanya ia
mengibaskannya. Kwat Leng menjerit tubuhnya terlempar lalu jatuh
terbanting dengan keras, hingga dia muntah darah, dan untuk
sejenak dia pingsan. Diantara sinar si Puteri Malam, tubuh pemuda baju putih itu
nampak kotor, dengan debu dan darahnya sendiri, sedang
mukanya pucat sekali, Karena rambutnya terlepas, lantaran
tertiup angin, rambut itu menutupi mukanya.
HOUW-YAN Tiang Kit melongo, ia satu jago tetapi tak dapat
ia mengenali ilmu silat anak muda itu, ia cuma merasa, ilmu
silat itu mungkin gabungan dari ilmu sesat dengan ilmu lurus,


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia memandang Sin Hong, ia mengawasi si anak muda.
Baru sekarang Tiong Hoa menyesal yang ia sudah
menggunai ilmunya Ay Sian dari See Hek. wilayah Barat,
hingga dia membikin orang heran, Kalau pihak sana musuh
dilain waktu dapat pihak sana bersiap sedia melayani ia.
Dalam kesunyian itu, Hauwyan Tiang-kit mengasi dengar
suaranya: "Saudara Tie, bukankah sikapmu ini sikap
berlebihan" Buat apakah dia dibiarkan hidup lebih lama"
Bukankah dibelakang hari dia dapat menggigit kau hingga
kau menyesal pun percuma?"
Tie Sin Hong tertawa. "Houw-yan Laosoe, kau keliru menerka aku" kata dia.
Jikalau aku hendak membikin dia celaka, sudah dari siangsiang
aku melakukannya, sebenarnya ada perlunya, mengapa
aku ingin membiarkan dia hidup lebih lama pula, Lain daripada
itu Lie Laotee ini berpikiran sama denganku, jikalau tidak.
akan sia-sia saja permintaanku ini terhadapnya."
Tiang Kit berdiam. ia ingin mengatakan apa-apa, akan
tetapi ia sangsi, Ketika sinar matanya nampak sayup, ia
berdiam terus. Yang lain-lainnya pun berdiam.
Sebaliknya. tubuh Kwat Leng mulai berkutik, lalu dadanya
turun dan naik, itulah bukti yang dia telah sadar dan mulai
menyalurkan pernapasannya. Tak lama mendadak dia
bergerak, akan mengasi dengar suara yang keras dan lama,
hingga kesunyian itu terpecahkannya. Hebat suara tertawa itu,
yang dapat menciutkan siapa yang kecil nyalinya.
Begitu lekas berhenti suara tertawanya yang menyeramkan
itu, Kwat Leng mengawasi bengis terhadap Houw yan Tiang
Kit, dengan bengis juga dia lantas menanya: "Houw-yan
Peehoe, mengapa kau kejam sekali" Bukankah ayahku dan
Peehoe bersahabat selama tiga puluh tahun" Bukankah kamu
berdua bagaikan kaki dan tangan" Adalah peehoe sendiri yang
sedang tetap menghargai, peehoe sekarang ini aku terancam
bahaya, mengapa peehoe menonton sambil berpeluk tangan"
sungguh sikapmu dapat membikin kecil hatinya orang yang
ingin bersahabat" Matanya Houw-yan Tiang Kit memperlihatkan sinar tajam,
Dia pun tertawa lebar. "Bagus, bagus teguranmu ini" kata dia, "Selama beberapa
puluh tahun, belum pernah aku si orang tua mendapat cacian
semacam ini Tapi, hiantit, kau harus ingat, aku lain daripada
kau, aku kecil dan kau besar Laginya kau harus insaf,
walaupun benar aku menonton dengan berpeluk tangan- aku
masih belum ada demikian jahat sudah mencelakai sahabatsahabat
sendiri cuma di sebabkan mata silau dengan benda
berharga" Hati Tiong Hoa tergetar, sekarang ia ingat bagaimana
didalam hotel, Kwat Leng telah membinasakan dua
sahabatnya secara pengecut dan kejam sekali. Mungkinkah
Houw yan Tiang Kit pun telah menyaksikan itu "
Ketika sinar rembulan tertuju kepada mukanya Kwat Leng,
muka yang pucat tadi telah berubah menjadi menyeramkan-
Kembali sibaju putih mengasi dengar tertawanya yang tak
sedap itu, baru kemudian dia berkata perlahan: "Peehoe,
harap maafkan aku, Lantaran sangat bergusar, pikiran siauwtit
menjadi kacau sekali, hingga diluar kehendak ku, aku telah
berlaku kurang hormat."
"Tak apa, tak apa," sahut Tiang Kit.
"Tetapi peehoe sudah melupakan satu urusan besar," Kwat
Leng menambahkan "Maka jikalau peehoe menegur padaku,
mungkin itu kurang tepat ."
Tiang Kit nampak heran. "Utusan besar apakah itu yang aku si orang tua telah
lupakan?" ia tanya, "Bagai-mana jikalau kau menyebutkannya,
hiantit?" "Coba peehoe pikir tentang aturan nomor tiga dari keluarga
kami?" Kwat Leng tanya.
Tiang Kit berdiam. "Dulu hari peehoe telah memberikan suatu barang tanda
mata kepada ayahku," kata pula si anak muda, " apakah itu
sampai sekarang ini masih ada gunanya?"
Parasnya Tiang Kit berubah, Terang dia kaget, Dua kali dia
batuk-batuk. "Tentu sekali barang itu masih ada gunanya," sahut dia.
"Hanya aku tidak percaya ayahmu telah menyerahkan itu
kepada kau, hiantit."
Matanya Kwat Leng kembali bersinar, nampaknya jadi
sangat bengis, Ketika ia menjawab, ia pun mengasi dengar
suara sama bengisnya, "jikalau begitu, aku minta peehoe
mengambil kepala di atas tubuhnya si orang she Lie ini"
Kata-kata itu dibarengi dengan tangan si pemuda dibawa
kedalam sakunya, tempo dia mengeluarkannya pula, terus dia
mengayunnya untuk melemparkan sepotong kim-coe atau
lencana emas mirip daun bambu kearah orang she Houw-yan
itu. Tiong Hoa telah mendengari pembicaraan orang, ia percaya
mesti Houw-yan Tiang Kit terpengaruhkan si anak muda,
terpengaruh oleh benda tanda mata yang dikatakan dia itu. ia
lantas curiga, ia lantas memikir untuk merampasnya.
Demikian selagi sudah bersiap sedia, begitu ia melihat
orang mau melemparkan kim-boe itu, ia tertawa dingin,
sembari tertawa tubuhnya mencelat tangannya terulur, ia
menggunai tangan Kera terbangnya yang cepat luar biasa dan
dapat mulur. Kwat Leng terkejut melihat anak muda itu tertawa dan
tubuhnya mencelat kedepannya. Sebagai orang cerdik dan
licik, dia sudah lantas menduga jelek Maka itu dia lantas
menarik pulang tangannya seraya tubuhnya bergerak untuk
menyingkir. Apa celaka, tangan si anak muda tangan lihay luar
biasa, dia gagal tangannya kena ditotok hingga telapakan
tangannya terasa nyeri dan lenyap tenaganya, Dengan begitu
didalam sedetik itu, kim-coe sudah pindah tangan.
Setelah memegang kim-hoe ditangannya. Tiong IHoa
berpaling pada Hauwyang Tiang Kit, ia memandang orang tua
itu sambil bersenyum, selagi begitu, tangannya meremas,
maka juga dalam sekejap. kim-hoe telah kena dibikin hancur,
tersebar berhamburan Hanya sejenak, Tiang Kit bersyukur bukan main terhadap
anak muda itu. ia pun mengerti senyumannya si anak muda
Dengan Kwat Leng memegang kim-hoe, ia terpengaruhkan
anak muda berpakaian putih itu, Kalau kim-hoe dipegang si
orang she Lie, ia juga terpengarukan pemuda she Lie ini, ia
mesti menurut perintah selama ia masih hidup, itu sebabnya
kenapa ketika ayah Kwat Leng menjenguk ia berulang-ulang,
ia senantiasa menyingkir.
Siapa tahu sekarang ia bertemu Kwat Leng dan kena
terpengaruhkan, Siapa tahu juga, kesudahan nya urusan
begini rupa. Karena itu, saking bersyukur ia sudah lantas
berjanji pada dirinya sendiri akan membalas budinya pemuda
yang tak dikenal asal usulnya ini.
Kwat Leng berdiri menjublak, dadanya bergolak seperti
mau meledak, ia mendongkol dan bergusar tanpa jalan untuk
melampiaskannya, ingin ia membunuh anak muda itu tetapi
tak dapat, selainnya lagi terluka parah, ia memang tak
sanggup melawan pemuda itu. Maka itu cuma matanya
bersorot bengis dan giginya bercatrukan. Tiong IHoa
mengawasi ia tertawa dingin.
"Kwat Siauwhiap." ia kata tenang, "jikalau kau ingin
menuntut balas, silahkan kau turun tangan. Atau dapat kau
menjanjikan lain waktu dan lain tempat, aku bersedia
menyambutmu sebaliknya jikalau kau hendak pinjam tangan
lain orang, jangan jikalau kau menggunai siasat hina dina, itu
tak disetujui olehku."
Tie Sin Hong tertawa. "Mungkin disini terselip salah mengerti" kata ia, yang
datang sama tengah, "Kenapa kah kita mesti saling mendendam" Bukankah
perjalanan kita ini bakal menghadapi ancaman bencana besar"
Bukahkan terlebih baik kita berpegang tangan, untuk bekerja
sama?" Kwat Leng tidak menanti orang menutup perkataannya itu,
dia sudah mengangkat kakinya untuk berlari pergi, hingga
sebentar kemudian dia sudah lenyap di kejauhan-
Cie Ie Boe Eng menghela napas, dia membanting-banting
kaki. "Kwat Leng berlalu dalam kemurkaan, maka usaha kita
bakal bertambah berat.." katanya, menyesal dan masgul.
Houw-yan Tiang Kit melihat jago tua itu.
"Saudara Tie, aku tidak sangka begini keras keinginanmu
mendapatkan Lay Kang Koen Pouw." kata ia. "Buat aku si
orang she Houw-yan, aku melihatnya sambil main-main,
jikalau aku sanggup mendapatkatnya, aku mengambilnya,
jikalau tidak bersedia aku untuk menarik diri."
Tie Sin Hong tertawa. "Jikalau kitab itujatuh kedalam tangannya Kwat Leng, habis
Houw yan Loo-soe pikir hendak berbuat bagaimana?" ia tanya.
orang she Houw-yan itu melengak. Akhir nya dia tertawa.
"Mari" ia berseru, terus tubuhnya lompat melesat bagaikan
jemparing, dalam sekejap ia sudah terpisah tujuh atau
delapan tombakjauhnya. Sin Hong berempat lantas menyusul.
Maka dilain saat, berlima mereka tampak berlari-lari, Ketika
kemudian cuaca mulai terang, mereka sudah melalui tigapuluh
lie lebih. Mereka sudah melewati kecamatan Tin-lam dan lagi
mendekati kuil Tay Hoed Sie. Mereka masih berlari terus
sedang perut Sim Yok sudah berbunyi geriyukan-..
"Saudara Lie, aku lapar, tak kuat aku berlari-lari terus,"
katanya meringis, "Mari kita mampir dirumah makan didepan"
"Ya, aku pun merasa lapar," berkata Lauw Chin, "Takjauh
disana ada rumah makan, mari kita mampir disitu."
Tiong Hoa tertawa. "Rupa-rupanya saudara Lauw sering mundar-mandir disini,"
kata ia. Lauw Chin mengangguk.
Sudah tujuh atau delapan kali aku mengambil jalan disini,
sahutnya, Dirumah makan sana itu, orang matangi arak
dengan memakai air sumber yang harum sekali dan rasanya
pun sedap hingga araknya jadi sangat kesohor. Disana dapat
kita minum mabuk-mabukan..."
Mendengar itu, Houw-yan Tiang Kit menjadi mengilar.
"Marilah kita pergi kesana, kita minum sampai tiga ratus
cawan- katanya tertawa. "Kau akur, saudara Tie?" Sin Hong
tertawa juga. "Aku nanti temani kau, saudara Houw-yan- jawabnya.
Berlima mereka melanjuti perjalanan mereka.
Sinar matahari sudah lantas memecah kabut, sang angin
membuyarkannya. Maka itu lantas terlihat sebuah rumah
rendah semacam gubuk disamping mana terdengar ringkiknya
beberapa ekor kuda, suatu tanda di sana telah berada orangorang
Rimba persilatan "itulah dia" Lauw Chin menunjuk selagi mereka mendatangi
rumah itu, rumah makan yang araknya katanya jempol.
Disana di tikungan adalah Tay Hoed Sie.
Kelimanya mengendorkan tindakan mereka, setelah tiba,
mereka bertindak masuk. Di dalam ruang tersedia sembilan
buah meja pada meja yang satunya terlihat tiga tetamu semua
berusia diatas lima puluh tahun.
Pelipisnya menandakan mereka mempunyai tenaga dalam
yang mahir, sedang sinar mata mereka tajam, Mereka itu
mengawasi waktu mereka melihat datangnya lima tetamu
baru ini. Tuan rumah, seorang tua yang sudah melengkung
tubuhnya, menyambut dengan manis, terus dia tertawa dan
menyapa Lauw Chin: " Lauw Toaya, sudah lama toaya tak
pernah datang kemari"
"Ya, sudah dua tahun." sahut Lauw Chin tertawa, "Lie
Lootiang, kau nampak makin sehat saja"
"Inila h karena aku mengandal rejeki Lauw Toaya" kata
tuan rumah yang mengundang tetamu-tetamunya duduk.
"Selama dua tahun ini usiaku tambah, tetapi syukurlah aku
dilindungi Thian, aku sehat-sehat saja, tak ada penyakit tak
ada bahaya lainnya. Baiklah aku nanti menyediakan arak yang
toaya sukai" Terus dia memutar tubuh, untuk pergi ke dalam. Tiong Hoa
tertawa. "Jikalau tidak beserta kau saudara Lauw, mulut kita tak
sebahagia hari ini" kata dia.
Jilid 23 : Siapa pembunuh anak murid Siauw-lim-sie"
(MISTERI LAMBANG MAUT Jilid 4)
Selagi begitu, Tie Sin Hong mengasi dengar suara dihidung.
Tiong Hoa heran- ia menoleh kepada kawan yang tua itu,
Maka ia melihat Cie Ie Boe Eng lagi mengawasi tiga tetamu
yang terdahulu, sedang mereka itu tengah bicara kasak-kusuk.
rupanya mereka lagi omong urusan rahasia....
"Apakah yang mereka bicarakan" Adakah Tie loosoe
mendengar sesuatu?" pikir Tiong IHoa. Maka ia mengawasi sin
Hong mengharap memperoleh keteranganTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Sin Hong dapat membade pikiran kawannya, ia kata
perlahan: "Kalau mereka bukan konconya Kwat Leng, mereka
tentu kawanan penjahat lainnya, Pernah aku menemui mereka
diwilayah Kwiesay." "Saudara Tie tak salah," Houw-yan Tiang Kit pun kata.
"Merekalah penjahat yang kesohor kejahatannya di Han-pak."
Tak lama muncullah si tuan rumah bungkuk beserta
seorang kacung yang tampan, membawa barang makanan,
selagi mengatur itu, si bungkuk berkata kepada-Lauw-Chin:
"Mereka itu datang kemari sejak kemarin sore, setahu kenapa,
mereka masih belum mau pergi."
Lauw Chin tertawa. "Demikian biasanya perangai kaum Rimba persilatan yang
aneh " katanya, "Tak usah lootiang curiga."
Orang tua itu menggoyang kepala, terus ia mengundurkan
diri. Tiong Hoa berlima mulai bersantap. Puas mereka dengan
barang hidangan yang disuguhkan-
Kemudian si orang tua menyajikan pula bahpauw.
"Sukar untuk di selatan mendapatkan bahpauw selezat ini,"
kata Tiong Hoa. "Tapi saudara Lie, bahpauw bukan melulu barang hidangan
orang utara bahkan di mulainya di Selatan," kata Lauw Chin,
"Apa saudara tak ingat kisahnya Coe-kat Khong Beng ketika


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia habis menaklukkan Beng Hek" Ketika berangkat pulang, di
sungai Louw Soei dia dirintangi arwah-arwah yang
berpenasaran, lantas dia membikin sembahyang dengan
sajinya bahpauw." "Nyata saudara Lauw luas pengetahuan nya," si anak muda
memuji. "Sebenarnya aku bodoh," kata Lauw Thian seraya
menggeleng kepala. Mereka dahar dan minum sembari bicara sampai mereka
merasa cukup, Disaat mereka hendak berlalu, mereka
mendengar tindakan kaki kuda mendatangi cepat sekali,
hingga dilain saat terlihat tibanya seorang nona. Dia berseru
tapi halus suaranya ketika dengan mendadak dia menahan
kudanya tepat di muka rumah makan-Tiong IHoa heran
melihat nona itu demikian pandai mengendalikan kuda.
Begitu lompat turun dari kuda dan menambatnya si nona
bertindak masuk. terus kearah ketiga orang tadi, Dia
berdandan ringkas, romannya cantik, pedangnya tergendol
dipunggungnya. "Dia toh Phang Lee Hoen?" pikir Tiong Hoa. Diwaktu
meninggalkan hotel dia memesan jongos memberitahukan aku
bahwa dia menuju ke Tok-koan kenapa dia sekarang berada
disini dan kenal ketiga orang ini" Benarkah dia berkonco
dengan Kwat Leng?" Nona itu mendapat lihat si anak muda ia tercengang
sejenak. lalu dia tetap jalan terus kepada ketiga orang itu.
"Nona Phang, adakah sesuatu?" satu di antaranya tanya,
perlahan-..." Kalau bukannya Tiong Hoa beramai, lain orang pasti tak
dapat mendengar suara orang itu, yang mirip suara nyamuk.
Seorang lainnya memanggil pelayan, minta tambahkan
barang makanan buat si-nona. Lee Hoen duduk. seraya lantas
berkata: "Orang yang keluar masuk dalam Tay Hoed Sie, semua
orang bangsa lurus. Tak dapat diketahui diantaranya ada
orang orang dari Tay in San atau tidak..."
Tiong IHoa ingat baik suaranya Nona Phang ini, suara
bagaikan kelenengan yang sedap untuk telinga. Karena itu ia
lantas teringat kepada Cek In Nlo yang cantik manis, kepada
Pouw Keng yang elok, dingin tetapi menarik hati dan Ban-in
yang boto dan lembut. Tanpa merasa ia bersenandung
perlahan sekali, sedang maka nya bersinar sayu.
Kisah Pedang Bersatu Padu 17 Wiro Sableng 114 Badai Fitnah Latanahsilam Walet Besi 1
^