Pencarian

Bujukan Gambar Lukisan 11

Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 11


bunyinya pitutur-kata: jangan menyimpan hati mencelakai
orang, jangan tak memiliki pikiran berjaga diri,." Demikian dia
sudah menjaga diri ketika si orang tua mundar-mandir dengan
persiapannya. Dia tidak berkelit hanya menyambuti dengan
mengarah telapakan tangan penyerangnya itu.
Kaget si sasterawan melihat orang menyambut padanya, ia
jugamelihat bahaya mengancam. ia membatalkan
penyerangannya sambil ia lompat mundur, Diam-diam ia
menyedot napas dingin. Tiong Hoa tidak berniat mencelakai orang, ia pun tidak
meneruskan serangan pembela an diri itu, hanya justeru ia
ingin lompat menyingkir dilain pihak ia melihat Kim som
berlompat menyerang menggantikan si sasterawan, Rupanya
Kim som hendak membantu kawannya itu, ia tetap tidak mau
memberi perlawanan ia meneruskan berlompat menyingkir
dari serangan yang kedua ini.
Ketika itu Coei Kiat Him dan soen Loen Teng pun berlompat
maju dengan serangannya, mereka dibantu si sasterawan,
yang sudah maju pula. Melihat bahaya mengancam itu, alis Tiong Hoa berdiri,
hidungnya mengasi dengar ejekan. "HHm" ia tidak mau
berkelit juga. ia lantas memasang kuda-kudaaya sembari
mengibaskan kedua tangannya ia menangkis dengan tenaga
tujuh bagian. Dengan serempak ketiga penyerang itu terhajar mundur,
mereka terpental beberapa tindak ketika kaki mereka mang
injak tanah, debu mengepul disebabkan kerasnya mereka
menancap kaki guna mencegah tubuh mereka terguling.
Kim som sementara itu sudah lantas menatap. ia melihat s
uatu potongan tubuh yang rasanya ia kenali, yang entah
dimana ia pernah lihat atau ketemukan.
si orang tua dengan dandanan sasterawan itu mengawasi
tajam. dia tertawa dingin. Dia kata: "orang muda, siang-siang
aku sudah melihat bayanganmu. maka itu aku mencurigai kau.
Kau berani main gila mengintai kami, mana dapat kau
dibiarkan saja" sekarang lekas bilang, apa maksudmu datang
kemari" jangan kau nanti sesalkan aku si orang tua kejam"
Tiong Hoa juga memandang tajam orang tua itu, ia
bersenyum. "Aku yang muda tidak percaya tangan kejammu dapat
mengganggu sekalipun selembar rambutku" ia menjawab,
"sebelum jelas kita musuh atau bukan, baiklah kau jangan
sembarang membuka mulut melukai lain orang Aku yang
rendah lagi dalam perjalanan, kebetulan tiba d is ini, kita
justeru mengambil rumah penginapan yang sama, Tidak ada
maksudku yang lain, kecuali aku ketarik hati dan ingin
menonton kamu, perbuatanku ini perbuatan kurang hormat,
maka itu suka aku menghaturkan maaf. Nah, perkenankanlah
aku mengundurkan diri"
Habis berkata begitu, si anak muda memberi hormat, lalu ia
bertindak lewat disisi soen Loen Teng.
Si orang tua heran mendengar kata-kata orang itu. Tidak
demikian dengan Loen Teng.
"Berhenti" dia membentak sambil mendadak dia
menyerang, menyampok pundak si anak muda. sembari
menyerang itu, dia mengajukan tubuhnya.
Tiong Hoa berjalan dengan waspada ketika ia diserang itu,
ia lantas berkelit, ia mendengar bentakan, ia melihat
serangan. sambil berkelit, ia meluncurkan tangan kirinya, guna
menyambuti tangan kanan si orang she soen-
Hanya dalam sedetik itu, lengan Loen Teng sudah kena
dicekal, dipencet jalan darahnya - kiok-tie-hiat. Dia kaget, tak
dapat dia menarik pulang lengannya itu.Bahkan segera dia
merasa lengannya kesemutan dan kaku, lenyap semua
tenaganya. Dia mengawasi dengan mata melongo, mukanya
pucat-pasi Si sasterawan tua menjadi terperanjat, itulah sungguh
diluar dugaannya Loen Teng bukan sembarang jago.
Karenanya ia menjadi berpikir: "Dengan munculnya anak
muda yang-liehay ini, mungkin kemala Han-peksgiok tak akan
dapat dilindungi pula."
Karenanya ia menjadi nekad juga. Dengan tiba-tiba ia
menyerang pula, ia bertempat sambil menggunai kedua
tangannya. Tiong Hoa melihat ia diserang pula, ia menjadi gusar, ia
memutar tangan kanannya hendak ia menggunai ilmu "Ie Hoa
ciap Bok" dari Ay sian dari see-Hek. Justeru itu Kim som
berteriak: "jangan saudara Lo orang sendiri "
Orang tua itu mendengar teriakan, dia masih sempat
membatalkan serangannya, Dia lompat menyingkirjauhnya
dua tombak. Meski begitu, dia mengawasi tajam. Dia heran
sahabatnya baru mengenalinya.
Mendapatkan Kim som sudah mengenali ia, Tiong Hoa
melepaskan cekalannya kepada lengannya soen Loen Teng,
yang tadi ia pegang terus. sin Hong sioe-soe lantas
menghampirkan- "Semenjak perpisahan kita dikota Kim-leng, aku tak sangka
bahwa disini kita dapat bertemu pula, siauwhiap" kata dia
sambil tertawa, "Akupun girang sekali melihat ilmu silat kau
maju begini pesat sungguh kau harus diberi selamat sekarang
ini dimana adanya muridku" Mengapa dia tidak ada bersamasama
siauwhiap?" "Kim Loocianpwee, apakah kau banyak baik?" Tiong Hoa
membalas. "Tentang muridmu, jangan loocianpwee buat
kuatir dia sekarang ada pada kakak angkatku"
Baru berkata begitu, anak muda ini mendengar siulan
nyaring yang terbawa angin, lantas ia kata pula: "sekarang ini
bukan saatnya untuk berbicara, Maafkan aku, besok pagi saja
kita bertemu pula" Lalu kata kata itu ditutup dengan ia
mencelat keatas genteng dimana ia lenyap.
Kim som tercengang, bukan buat perginya orang, hanya
untuk lompatannya itu- Lompatan dari ilmu ringan tubuh yang luar biasa mahir.
Tidak lama ia berdiam, ia menoleh kepada si orang tua dan
kata: "sayang telah terbit salah paham ini, Kalau tidak,
andaikata dia dapat membantu kita, alangkah besar
faedahnya, Tapi..." Mendadak ia ingat suatu apa, lantas ia
berhenti bicara terus. si sasterawan tua heran-
"Siapa dia, saudara Kim?" ia tanya, "Kenapa dia lantas
pergi" Aku merasa dia mencurigai."
Kim som melengak, ia melihat Soen Loen Teng berlalu
dengan diam-diam dan coei Kiat Him mengintili orang she
soen itu, ia melengak sebentar, terus ia bersenyum.
"Orang yang harus dicurigai bukan dia," hanya soen Loen
Teng kata ia kemudian, "Dia barusan mendengar siulan, dia
pasti menyangka kepada musuh kita, karena dia tak ingin
terlibat dalam urusan kita ini, dia lantas mengundurkan diri."
orang tua itu mengerutkan alis. Dia masih tak mengerti.
"Kau bicara separuh-separuh saudara Kim," katanya, "siapa
dia sebenarnya" Aku ingin minta kan suka memberitahukan
aku, supaya aku tidak bersangsi lagi."
"Saudara Lo." kata dia, "dialah si orang she Lie yang
selama paling belakang ini namanya telah menggemparkan
sungai Besar bagian selatan dan Utara." orang tua itu kaget
sampai dia mundur setindak.
"Apa?" katanya, "Apakah maksudnya maka dia datang ke
selatan ini?" Kim som menatap kawan itu.
"Saudara Lo, pernahkah kau dengar peristiwanya di Kwie In
Chung?" ia tanya "Kwie Lam ciauw ketakutan dan kabur, kalau
tidak dia bisa celaka. Dia menyingkir kepada Cit-chee-cioe
Giam-ong-leng Pouw Liok It. sekarang ini Lie siauwhiap lagi
mencari Lay Kang Keen Pouw."
Mukanya si orang she Lo berobah, ia menarik ujung baju
sin Hong sioe-soe. "Saudara Kim, mari" ia mengajak. "Mari kita cari tempat
sepi dimana kita dapat membicarakan soal sulit ini."
Kim som menurut, Maka larilah mereka ketempat gelap.
Tiong Hoa kembali kekamarnya, Didepan pintu itu ia
berhenti, untuk menghela napas, ia mengangkat kepala
memandangi puteri Malam yang saban-saban dialangi sang
mega. sang angin membawa harumnya bunga, yang
membikin orang merasa hatinya terbuka.
Selang sesaat anak muda ini menghampirkanpintu buat
mengetuk perlahan dua kali lalu ia pun memanggil "Encie
In...." Hanya sebentar. didalam kamar terlihat api berkelebat lalu
In Nio membuka pintu. Si anak muda nyeplos masuk. la melihat rambut sinona
kusut, matanya kesap-kesip. mukanya tersungging senyuman.
"Kau dapat pulas, encie In," kata ia "Bagus"
Si nona sudah lantas duduk menyender dipembaringannya,
tangannya menunjang dagu.
"Bagus seperti kau, si usilan..." kata nona itu. "Kau mirip
anjing si tukang kejar si buntut panjang, kau menyia-nyiakan
ketika- mu semalaman. Lihat bajumu penuh debu. Kemana
kau telah pergi?" "Ramai juga." katanya. Lalu ia menuturkan kejadian
barusan diluar. In Nio mendengari, ia berpikir.
"Kalau begitu, sekarang tak dapat kau menaruh dirimu
diluar garis," katanya kemudian. si pemuda nampak heran.
"Kenapa?" tanyanya.
Nona Cek mengawasi ia melihat orang masih memakai
topeng. "Buat apa kau masih memakai topengmu?" katanya,
mengerutkan alis. Tiong Hoa tertawa, ia menyingkirkan topengnya.
"Encie In, mengapa kau bilang aku tak dapat lagi berdiri
diluar garis?" tanya ia, ia nampak masgul. In Nio menatap. ia
bersenyum. "Kenapa kau nampaknya gelap?" kata dia, "sekarang ini
gelombang Rimba persilatan disebabkan tak lebih tak kurang
oleh tiga soal besar, yang satu sama lain ada sangkut
pautnya." "Apakah itu?" pikir si anak muda heran-
"Kau dengar," In Nio melanjuti, "Mari pertama kita bicara
dari hal Ngo-sek Kim Bo milik Souw Siangsie yang dirampas
Yan Hong, Tahukah kau bahwa kau tersangkut dalamn.
Bukankah Hoan-Thian-Ciang Yan Loei serta anaknya, Yan
Hong itu, tak keruan parannya" Pernah mereka pergi kebenteng
air ditelaga Tong Teng ouw, lantas mereka pergi
pula. Karena itu Im San Sioe-soe guru dan murid pergi
merantau mencarinya."
"Tentang Ngo-sek Kim Bo. aku tak tahu menahu," kata
Tiong Hoa setelah berpikir "Melihatnya pun aku belum pernah,
Bagaimana aku tersangkutnya?" In Nio tertawa.
"Masih ada yang ke-dua?" katanya, itulah halnya cangkir
kemala Coei In Pwee berasal dari Khoten, Bukankah kau tak
dapat menyangkal kau tersangkut dalamnya?"
Tiong Hoa melengak, lantas ia tertawa.
"ltu juga tidak ada hubungannya denganku" katanya.
"Kebetulan saja aku melihat keruwetan urusan cangkir itu." ia
menatap si nona. Muka si nona merah. ia agak jengah, "Sekarang yang
terakhir: Lay Kang Koen Pouw" katanya pula, "Kitab itu oleh
Kwie Lam Ciauw telah diserahkan kepada Pouw Liok It,
sekarang kitab itu menerbitkan gelombang. orang berlomba
ingin memilikinya. Dan kau satu diantaranya yang turut mengambil bagian,
Barusan kau lihat sendiri apa macamnya perbuatan itu."
Tiong Hoa menggeleng kepala.
"Mereka mencari kemala Han-pek-giok." katanya, "itulah
bukan soal kitab." In Nio tertawa. "Tolol" katanya, "Dapatkah kau bilang kemala Han-pek giok
tak ada hubungannya dengan kitab Lay Kang Keen Pouw"
Kalau begitu kenapa mereka itu mengejar-ngejar dan tak
takut mengadu jiwa karenanya?"
Baru sekarang Tiong Hoa sadar. Mengertilah ia sekarang
ketelitian si nona yang dapat memikir demikian jauh, soal satu
dihubungi dengan yang lain, ia jengah sendirinya.
Selagi mereka berdiam sejenak itu dengan sekonyongkonyong
si anak muda melihat paras si pemudi berubah, dia
mengangkat tangannya kerambutnya untuk mencabut tusuk
kondeinya, dengan dua jerijinya dia sentilkan itu kejendela.
Hebat perhiasan rambut itu yang terbuat dari batu kemala
hijau, yang melesat menembuskan kertas jendela, menyusul
mana dari luar terdengar tertawa yang nyaring, lalu terdengar
pula suara gembira dari Kim som: "Nona, hebat tanganmu
jikalau aku si orang she Kim tidak bersiap sedia, pasti ulu
hatiku tembus karenanya Lie siauwhisp sukakah kau
mengijinkan seorang tetamu yang tidak diundang
menjengukmu?" Tiong Hoa mengenali sin Heng sioe-soe.
"Oh, Kim Locianpwee?" katanya, "Tunggulah, aku nanti
membuka pintu" Anak muda ini menuju kepintu, In Nio
sebaliknya masuk kekamar sebelah.
Kapan Tiong Hoa telah mementang daun pintu, ia melihat
dibelakang Kim som, si orang tua yang dandan sebagai
sasterawan hingga ia menjadi melengak. si orang tua
bertindak maju, untuk memberi hormat.
"Lie Siauwhiap. maaf aku berkunjung malam-malam."
katanya agak jengah. "Terpaksa aku mengganggu tidurmu
karena adanya urusan yang penting, yang memaksaku
berbuat begini. Aku pun mohon maaf buat kelakuanku tadi."
Tiong Hoa cepat membalas hormat.
"Tidak apa," katanya bersenyum. silahkan masuk, Maaf
disini tak dapat aku melayani jiewie sebagaimana layaknya."
Kim som mendahului masuk.
"Itu pun tak perlu" katanya tertawa, ia menyesapkan tusuk
konde ke tangan si anak muda.
Tiong Hoa menyambuti sambil bersenyum ia simpan dalam
sakunya. setelah si orang tua turut masuk. bertiga mereka
duduk bersama. "Tuan ialah Loosoe Lo Leng Tek gelar sin Kle sin she dari
Tay in san" Kim som lantas memperkenalkan kawannya. Lo
losoe tidak muncul dalam dunia Kang ouw akan tetapi ialah
satu guru besar, terutama kecerdikannya sangat termashur,
Tidak demikian mana dapat Lo Loosoe lolos dari akal
muslihatnya Ok-Coe-Pong Liap Hong."


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Keduanya saling memberi hormat pula.
"Aku merasa beruntung dengan pertemuan ini." kata Tiong
Hoa. "Entah Lo Loosoe hendak memberi pengajaran apa
padaku, aku bersedia mendengari."
"Saudara Kim cuma memuji saja," kata Leng Tek merendah
"harap siauwhiap jangan dengari dia." Ketika dia itu
meneruskan bicara, paras orang tua ini nampak berduka. Kata
ia: "Sancoe dari Tay in San sebenarnya turunan Kerajaan
Beng, dia tinggal di gunung Tay In san untuk
menyembunyikan diri sudah sekian lama sancoe hidup damai
atau ia tidak beruntung telah mempunyai seorang murid
durhaka. Murid itu telah melakukan kecabulan, sancoe gusar
dan menegurnya. Dia melarikan diri, Kemudian ternyata dia
bekerja didalam istana raja, jahatnya ialah dia memfitnah
sancoe katanya sancoe bercita-cita berontak. Karena itu Cithongcoe,
putera raja yang nomor tujuh sudah mengirim
sembilan belas wie soe mengepalai tentara negeri menyerbu
Tay In san. sancoe sudah berumur sembilan puluh tahun, dia
sudah tawar hatinya, dia lantas menitahkan aku si orang tua
melindungi siauw sancoe untuk menyingkir ke Hok Liong
Thoa, Koen-beng. Diwaktu mau berangkat, kami telah dibekali
sebuah gelang kemala Han-pek-giok "
"Rupanya gelang itu ada hubungannya dengan Lay Kang
Koen Pouw," kata Tiong Hoa.
"Benar," sahutnya, "Benar seperti katanya si nona barusan-
" Mendengar itu, tahulah Tiong Hoa bahwa mereka ini sudah
lama mendengari pembicaraannya dengan In Nio.
Kim som lantas berkata, jengah: "inilah soal penting sekali,
soal mati dan hidup, Aku minta diberi maaf yang kami sudah
mendengari pembicaraan siauwhiap berdua."
"Tidak apa, locianpwee," kata Tiong Hoa.
Lo Leng Tek menyambungi keterangannya: "Aku si orang
tua melindungi siauw-sancoe meninggalkan gunung dengan
tergesa-gesa. Begitu kita memasuki wilayah Kie-tang, kita
mendengar kabar buruk perihal loo-sancoe telah roboh
sebagian kurban-..."
Tanpa merasa, jago tua itu mengucurkan air mata, akan
tetapi segera ia memperlihatkan wajah sangatgusar.
Tiong Hoa terharu melihatnya.
Dengan masih terisak Lo Leng Tek berkata pula: "Manusia
durhaka itu bernama Bouw sin Gan, kedudukannya sebagai
pembantu utama dari loo-sancoe. Dia tertarik hatinya oleh
nyonya mantunya loo-sancoe. Ketika dia mau melakukan
perbuatan cabul nya itu, dia kepergok dia segera diusir, Diluar
sangkaan dia bekerja diistana.
Kejadian itu membikin siauw-sancoe sangat berduka. ia
mendukai mendiang ibunya, juga mendiang kakeknya itu. Aku
menyesal sekali, Rasanya tak sanggup aku memenuhi pesan
loo-sancoe untuk melindungi siauw-sancoe."
Tiong Hoa mengerti siauw-sancoe, atau sancoe yang muda,
menjadi cucu dari loo-sancoe, yaitu sancoe yang tua, cuma ia
masih belum jelas akan duduknya hal, ia mengerutkan alis.
Lo Leng Tek melihat orang masih tak mengerti, ia dapat
membande. "Siauwhiap. maafkan aku, karena hatiku kacau, tak dapat
aku bicara dengan rapih." ia kata. "Sebegitu jauh pemerintah
Ceng mengambil sikap lunak terhadap loo-sancoe, tetapi
entah fitnah Bouw sin Gan kepada Cit-hongcoe, Cit-hongcoe
memesan Sin Gan menangkap hidup kepada loo-sancoe.
Kesudahannya loo-sancoe membunuh diri. Kejadian itu
mengagetkan Sin Gan maka dia melaporkan bahwa loo-sancoe
bunuh diri sebab takut akan dosanya. Dilain pihak Sin Gan
menganjurkan kaum Rimba persilatan turut merebut gelang
kemala itu..." Masih Tiong Hoa tak mengerti.
"Kenapa dia bukan mencari siauw-sancoe hanya
mengutamakan mencari gelang kemala itu ?" ia tanya.
Leng Tek tertawa sedih. "Itulah bukti kelicinan si durhaka," katanya, "Dia memfitnah
loo-sancoe. itulah perbuatan tak dapat diterima Rimba Pers
ilatan,seka rang dia tak memaksa mencari siauw-sancoe,
dengan begitu dia mau kasi lihat kepada umum bahwa loo
sancoe benar berdosa dan karenanya mencari matinya sendiri
Untuknya, gelang penting sekali, dari itu ia mendahului
sikapnya itu terhadap siauw-san-coe, Rupanya telah menjadi
pengiraannya bahwa siauw-sancoe toh bakal berontak
sendirinya kelak dikemudian hari."
"Lo Loosoe," kata si anak muda, tetap gelap. "Dapatkah
loosoe memberikan penjelasan terlebih jauh ?"
Lo Leng Tek memandang kepintu, akan melihat sang
waktu, Lalu ia menghela nafas.
"Sang fajar bakal lekas tiba, baiklah kita bicara singkat
saja," katanya, "Ketika dulu hari Pouw Liok It belum
memperoleh nama, dia pernah menerima budi pertolongannya
loo-sancoe. Pouw Liok It ingin membalas budi, maka dia
menyerahkan gelang kemala itu, selagi menyerahkan dia
berkata: "Loo-sancoe sudah berusia lanjut, danpula hidup
damai, mungkin tak dapat aku membalas budimu yang sangat
besar, Maka itu aku harap loo-sancoe sudi menerima gelang
kemala ini. untuk dilihat-lihat sebagai tanda peringatanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Dilain waktu, apa bila ada perlunya, aku minta sukalah loo
sancoe menggunai kemala ini sebagai tanda, Aku akan melihat
gelang, tak mengenali orang. Aku berjanji, asal aku sanggup,
tidak nanti aku menampik, Loo-sancoe melihat Pouw Liok It
sebagai laki-laki sejati, ia terima gelang itu.
Hal itu cuma diketahui sin Gan berdua aku. Baru ini. ketika
loo-sancoe menyerahkan gelang kepada siauw-sancoe, ia
cuma pesan siauw-sancoe minta pada Pouw Liok It, satu
dalam dua: Pouw Liok It tolong membinasakan Bouw sin Gan
atau dia menyerahkan Lay Kang Koen Pouw kepada siauwsancoe.
Mengenai ini siauwsancoe sudah melakukan pemilihannya
sendiri yalah ia ingin dengan tangannya sendiri merampas
jiwanya Sin Gan. Maka itu dengan membawa gelang sebagai
bukti, ia mau kitab ilmu silat itu."
Baru sekarang Tiong Hoa mengerti.
"Siauwhiap. hal sekarang tak sampai disini saja," Kim som
turut bicara, "Bouw sin Gan menganjurkan orang merampas
gelang kemala itu, kejadian itu bisa berakibatkan kebencanaan
Rimba Persilatan-" Tiong Hoa heran-
"Aku kurang jelas, loocianpwee, maukah kau menerangkan
lebih jauh?" ia minta.
Kim som mengasi lihat roman sungguh-sungguh.
"Sin Gan menganjurkan perampasan gelang bukan karena
ia cuma ingin memiliki gelang itu," demikian katanya, "Dia
ingin menggunai itu untuk mewajibkan Pouw Liok It
membinasakan siauw-sancoe. Dalam hal ini ia mau
mempengaruhi Pouw Liok It dengan menggunai pesan Liok It
bahwa Liok It hanya mengenal gelang tidak mengenal
pembawanya. Dengan terbinasanya siauw sancoe, lenyaplah ancaman
bahaya untuk Sin Gan, Ok-Coe Pong Liap Hong memikir lain
lagi. ia ingin dengan itu dapat memaksa Pouw Liok It berebut
pengaruh, untuk menjadi jago Rimba persilatanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Disana pun ada Cit-Sat-Chee Kie Soen, yang menghendaki
kitab untuk kepentingannya sendiri, oleh karena itu, sekarang
Pouw Liok It pusing bukan main, ia bingung sekali, umpama
kata Sin Gan yang membawa gelang kemala, pasti celakalah
ia, namanya bakal runtuh. Kalau ia menolak. namanya bakal
runtuh juga. Jikalau Liap Hong yang membawa, maka pastilah bakal
terjadi kebencanaan Rimba persilatan itu, orang akan saling
rampas dan saling bunuh tak habisnya."
Mendengar disebutnya nama Kie soen, Tiong Hoa ingat
suatu apa. "Siapakah cit-sat-chee Kie soen itu?" ia tanya.
Belum sempat Kim som memberi jawabannya dari dalam In
Nio sudah mendahului "Kie soen yalah saudara satu ayah lain
ibu dari Thian Yoe sioe. Dia suka sekali membunuh orang,
oleh Thian Yoe sioe dia dihukum tutup didalam gua dilembah
gunung Liauw Ngo Tay san, tetapi dia dapat buron-
Ketika Thian Yoe sioe muncul di Hoa Kee Po tetapi lantas
menghilang pula, itulah mungkin disebabkan ia hendak
menyusul Kie soen itu."
"Ah, encie In-" kata si pemuda. " kenapa kau tidak siangsiang
memberitahukannya?" "Hal itu tidak mengenai kau, tak usah kau mengetahuinya,"
menyahut si nona, "Aku sengaja tidak memberitahukan
kepadamu supaya kau tak pusing kepala tak keruan."
Tiong Hoa mengetahui hatinya si nona, In Nio sudah
menjelaskan asal dia dapat bertemu dengan Pouw Liok It dan
menemui juga ibunya, berdua mereka hendak mencari suatu
tempat sunyi untuk tinggal bersama-sama dengan damai dan
aman, supaya mereka tak usah pikirkan lagi soal Kang ouw
yang kacau itu. ia sendiri pun jemu dengan penghidupan yang
buruk itu. "Lo Loosoe," katanya, "bagaimana kehendak loosoe
selanjutnya ?" orang tua itu berduka.
"Sebenarnya aku telah kehabisan daya," sahutnya tertawa
sedih, "Aku menduga untuk masuk ke wilayah In-lam, kami
bakal menghadapi sedikitnya tiga tempat yang berbahaya,
sebab yang berdiam d is ana orang-orang Kang ouw yang
liehay. Aku merasa sukar untuk melewatkan mereka itu. oleh
karena itu, di dalam keadaan terancam ini, aku ingin bantuan
siauwhiap berdua si nona, Aku harap supaya dapat kami
ketolongan-" Tiong Hoa bersangsi, ia belum tahu sikapnya In
Nio. "Lo Loosoe, berat kata-katamu ini," kata ia. "Sebenarnya
ilmu silatku tidak berarti. Aku kuatir..." ia berhenti dengan
tiba-tiba mukanya menjadi merah. Kim som melihat roman
orang itu, dia bersenyum.
"Aku minta jangan siauwhiap terlalu merendah," katanya,
"Pernah aku si orang she Kim mendengar dari saudara Cee Cit
tentang sifat siauwhiap. yang dia puji sangat tinggi. Lo Loosoe
ini mohon bantuan siauw hiap berdua, segala akibatnya ialah
yang akan menanggung sendiri"
"Lo Loosoe dapatkah loosoe menjelaskan tentang ketiga
tempat yang loosoe duga ber bahaya itu?" Tiong Hoa tanya.
"Sebenarnya itu bukan dugaan sebab itu diketahuinya dari
laporan rahasia," sahut Leng Tek. "Soen Loen Teng menjadi
mata-mata musuh, inilah aku sudah ketahui. Aku membiarkan
saja sebab aku membutuhkan tenaganya, supaya dia dapat
memberikan pelbagai kabar rahasia kepada pihaknya, Tentu
sekali kabar-kabar yang mengacaukan mereka itu.
Dipihak sana aku mempunyai seorang sahabat kekal,
selama ditengah jalan, aku selalu memperoleh bantuannya itu,
Demikian kita tiba disini dengan selamat. sekarang kita bicara
dari hal rintangan rintangan didepan, yang bakal kita hadapi.
Yang pertama yalah Hong-cauw-sie, sebab penjaga-penjaga
disana semua bangsa jahat..
Leng Tek tak sempat melanjuti keterangannya itu, ia
melihat roman Tiong Hoa gelisah, terus si anak muda
berlompat ke pintu dari mana dia pergi kekanan, ia heran dia
menduga pada musuh, maka ingin ia menyusul. Akan tetapi
Kim som mengulapkan tangan. "Tak usah, Lo Loosoe" kata sin
Hong sioe-soe. "Lie siauwhiap sendiri sudah cukup," Leng Tek
menuruti, ia berduduk pula. Toh ia ragu-ragu
Mendadak sesosok tubuh lompat mencelat kepayon kekiri,
berbareng dengan itu datang serangan angin kedada si anak
muda. Tiong Hoa tertawa dingin seraya tubuhnya berkelit
kesamping. berbareng dengan itu tangan kanannya meluncur
menyambar pundak orang. orang itu terkejut. dia berkelit, tetapi sudah kasip. Dia tidak
menyangka pada tangan si Kera Terbang yang luar biasa itu,
saking kaget dia lantas menyerang pula. sia-sia saja
perlawanannya ini, belum serangannya memberi hasil,
tenaganya sudah habis napasnya mogok. terus dia pingsan...
Segera juga Lie Tiong Hoa mengenali soen Loen Teng, Tak
bersangsi lagi ia mengangkat tubuh orang tawanan itu, buat
dibawa kedalam dia meletakinya di lantai.
"Inilah penyakit didalam tubuh" katanya bersenyum kepada
kedua tetamunya "Lo Loosoe, bagaimana keputusan loosoe?"
"Dapat kita gunai Loen Teng," katanya, "Lekas sekali ia
menotok tiga kali kepada tiga jalan darah sam- yang, sin-hong
dan ciangtay si pengkhianat untuk kemudian menepuk pung g
ung ny a . . Dengan cepat Loen Teng membuka matanya, ia kaget akan
mendapatkan ia berada didepan Leng Tek dan Kim som
bertiga. Leng Tek mengawasi, sembari tertawa ia kata: "soen
Loosoe, kau telah kena dicurangi pihak sana. orang telah
menotokjalan darahmu yang paling berbahaya, Aku
mempergokinya sesudah kasip. jiwamu sudah bergantung
kepada tempo yang singkat sekali. Kalau kita nanti-sampai di
Koen beng, mungkin aku sempat menggunai tempo satu hari
satu malam untuk mengobati kau dengan tusukan jarum
emas. Barusan kau ditangkap siauwhiap ini karena disangka kau
musuh, Tapi syukur kau kena tertangkap. kalau tidak. tak tahu
aku bahwa kau sudah ditotok celaka," ia mengawasi tajam.
Loen Teng berkuatir, ia juga ragu-ragu ia mengucap terima
kasih, lantas ia lari pergi.Justeru itu ia berpapasan dengan coei
Kiat Him. orarg she Coei itu terkejut. Hampir dia membentak.
baiknya Leng Tek ke buru mengedipi mata padanya.
Kemudian kata Kiat Him pada Leng Tek. "Sudah terang
Loen Teng berkhianat, kenapa Lo Loosoe, melepaskan dia"
Melepas harimau itu mudah tetapi menawannya sukar...."
Leng Tek tertawa. "Coei Loosoe, mustahil aku tak tahu siapa Loen Teng?"
katanya, "Tadi telah aku totok dia beberapa kali tetapi aku
mengatakan dia ditotok pihak sana. maka sekarang dia tentu
lagi mencoba mengerahkan tenaganya, untuk melawan totoka
n itu Aku percaya, apabila dia gagal, dia pasti bakal bercuriga,
Dia tentu tidak berani menanyakan pihak sana. Asal dia curiga
itu untuk kita ada baiknya tak ada jahatnya, Aku telah janjikan
dia :ikan menolong i apabila nanti kita sudah tiba di Koenbeng,
sekarang ini, aku pikir, baiklah loosoe terus mengawasi


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia." Kiat Him suka menerima tugas itu. ia mengangguk ia lantas
mengundurkan diri Lo Leng Tek berbangkit.
"Fajar akan segera tiba, ijinkan aku si orang tua
mengundurkan diri," kata ia ter tawa sambil memberi hormat.
Tiong Hoa berdiam mengawasi orang pergi sampai ia
mendengar suara berkelisik dj belakangnya ia lantas menoleh,
akan melihat In Nio berdiri menyender sambil bersenyum.
sekejap kamar mereka gelap lantas terdengar suara tertawa
mereka berdua.... TAMAT BAGIAN I (Lambang Penangkal Maut)
Bagian II (MISTERI LAMBANG MAUT Jilid 1)
Jilid 20 : Tiba di Kun-beng, ibukota In-lam yang indah
Matahari pagi memancarkan sinarnya di jalanan besar
umum Barat daya Tin-leng, itulah jalan untuk masuk
kewilayah propinsi Inlam. Di tepian situ ada hutan, ada jurang,
ada air tumpah juga. Tempat berbahaya tetapi pemandangan
alamnya permai. Muncratnya air tumpah seperti menerbitkan
kabut. Justeru itu dari tepi jalanan tepian gunung yang tinggi
teriihat belasan orang lompat turun bagaikan bayangan
bergerak, Tiba dijalan umum, satu diantaranya seorang tua
yang jangkung, lantas berkata:
"Sebentar rombongan Tay In San bakal lewat disini, jagalah
supaya satu pun tak ada yang lolos Siapa alpa -- Hm Hm dia
bakal dikutungi tangan dan kakinya Aku si orang tua katakataku
merupakan undang-undang, tak dapat aku memberi
keringan" Orang tua itu berambut putih beralis tebal, matanya sangat
tajam dan bengis, Pada dua buah telinganya, dia memakai
anting-anting emas yang besar, yang berkilauan di sinar Sang
Surya. "Tongkee" berkata seorang, ^Bagaimana jikalau Ok-coepong
Liap Hong bersama orang-orangnya datang
mengganggu" jumlah kita pastilah tak cukup..."
Mata si orang tua berkredep.
"Liap Hong berani merintangi aku" IHm." dia kata nyaring,
"Aku...." Perkataannya orang tua yang bengis ini berhenti dengan
tiba-tiba. Dari samping jalan lainnya, dimana ada tanjakan
tebing, datang suara tertawa seram serta kata-kata ini: "Kie
soen, kau jangan bermimpi orang sudah mengambiljalan
mutar melewati Hong-cauw-sie menuju ke see Coe Nia. Kamu
menanti sampai besok pun akan sia-sia belaka"
Suara itu sangat nyaring sekali sebab di keluarkannya
dibantu dengan dorongan tenaga dalam yang mahir.
Si orang tua bengis itu, yang dipanggil Kie soen, mulanya
terkejut, terus dia menjadi mendongkol akan tetapi dia tidak
mengumbar kemarahannya. sebaliknya, dia tertawa nyaring,
nadanya dingin. Tertawanya itu berkumandang jauh, Kemudian dia
mengangkat kepalanya dan berkata keras: "Liap Hong, tak
dapat aku si tua terjatuh kedalam akal muslihatmu. Mana
dapat kau memancing pergi padaku supaya kaulah yang nanti
mendapat untung" Ketahui olehmu, segala apa aku sudah atur
selesai jikalau kau berani menghalang-halangi aku, maka kau
bakal mati tanpa tempat kuburmu"
Kata-kata terkebur itu tidak lantas mendapat penyahutan,
Adalah kemudian: "Kiesoe," demikian penyahutan itu. "Kau tidak percaya aku
maka jangan nanti kau sesaikan aku tidak menjalankan aturan
Kang ouw. Aku Ok Coe Pong Liap Hong, telah lama aku
memperoleh nama sebagai orang yang pintar dan banyak
akalnya, akan tetapi aku masih kena dipermainkan si bangsat
tua sin Kie Lo Leng Tek. bahkan hampir aku kena terbekuk
dia. jikalau aku telah tidak berdaya, apa pula kau" Kau
mengejar, kau mengatur daya, tetapi kau gagal. orang
bermata awas, orang dapat melihat, mustahil orang mesti
lewat ^uga di Hong-cauw-sie ini, tempat yang berbahaya"
Hm" Diam-diam Kie soen terkejut.
"Liap Hong benar juga," pikirnya, "Tapi tak dapat aku
berhenti sampai disini" hanya ia heran: "Liap Hong pun ingin
mendapatkan gelang kemala Dia tahu rombongan Tay In san
sudah lewat, mengapa dia memberitahukan itu padaku?"
Karena ini, ia kata nyaring: "Kaujangan main gila di
depanku Kalau kau benar ketahui orang sudah lewat,
mengapa kau tidak mengejar mereka " Mengapa kau masih
punya kelebihan tempo untuk memberi kabar padaku?" orang
diatas itu tertawa lama. "Aku Liap Hong, tidak biasanya aku melakukan hal yang tak
ada gunanya " kata nya pula, " Kenyataannyayalah kita berdua
saban-saban menubruk tempat kosong, maka itu, haruslah
kita menggunai pikiran, Kau toh mengerti, beragam kita hasil,
berpencar kita rugi, maka itu, ingin aku kita bekerja sama.
Dari see Coe Nia sampai di seng-keng kwan, pihakBoeTong
mengumpulkan orang-orang piliha ya guna menyambut
tibanya rombongan In san.
Diantara orang-orang undangannya itu, ada dua orang
Ceng shia Pay dan Tiam Chong Pay, bahkan ada juga pendeta
dari siauw Lim Pay Mereka itu bertekad mesti dapat Lay Kang
Koen Pouw menjadi warisan Thio sam Hong, pendiri dari Boe
Tong Pay, dari itu untuk mendapatkannya, pihakBoeTong Pay
perlu mendapatkan juga gelang kemala itu, Coba kau pikirkan,
mudahkah kita bekerja?"
Liap Hong berhenti sebentar, lantas dia menambahkan "Di
jalanan ke seng- keng- kwan itu juga ada penjagaan dari lain
rombongan, yaitu rombongannya Liong Hoei Giok kepala dari
siewie istana, inilah kau harus ketahui Aku telah bicara lama
denganmu, sekarang terserah kepadamu sendiri, suka dengar
baik, tak suka dengar masa bodoh. Baik kau ketahui juga,
disaat ini rombongan Tay Kin san itu lagi berada dihilir sungai
Tay Pang Hoo dimana mereka jalan ngitari bukit. Nah sekian
saja, sekarang aku mau menyusul kesana supaya aku tidak
sampai ketinggalan mereka."
Lantas sunyilah atas jurang itu.
Kedua matanya Kie soen berkeredepan, otaknya bekerja.
"Teranglah sudah Liap Hong hendak menggunai aku
sebagai alat, supaya akulah yang merintangi rombongan Tay
In san itu," pikirnya. "Dia mau melihat kita kedua pihak rusak
bersama, lalu dia yang muncul akan menerima hasil tanpa
bekerja. Hm Dia memikir yang tidak-tidak. dia bermimpi Tapi
tentang keterangannya ini lebih baik aku percaya..."
Maka ia lantas memberikan perintahnya: "Gouwsioe Po,
lekas kau mengabarkan semua pos untuk mereka semua
pindah kejalan Ceng-liong di see Coe Nia sedang yang lainnya
mesti menyusul ke hilir sungai Tay Pang Hoo"
Seorang menyahuti, lantas dia berangkat dengan diturut
rombongannya. Dengan berlompatan mereka lari kesisi air
tumpah. Masih sekian lama Kie soen berdiri diam disitu, baru dia
menjejak tanah dengan dua kakinya, untuk berlompat tinggi,
itulah lompatan "Naga membuka langit." Ketika dia memutar
tubuh, dia lari keatasan air tumpah disana dia menghilang
dengan cepat. Tidak lama maka dijalan umum disitu terdengar tindakan
kaki kuda yang berlari-lari keras. suara berisik yang tak
melenyapkan suara derap kuda itu. segera juga terlihat
seorang penunggang kuda mendatangi bagaikan terbang.
Ketika itu udara mendung mau turun hujan.
Tepat dia sampai ditempat dimana barusan Kie soen berdiri
penunggang kuda itu menghentikan binatang tunggangannya.
si penunggang kuda mengangkat kepalanya, melihat keatas,
kekedua tinggijurang, lantas mulutnya mengasi dengar siulan
yang nyaring, yang mengalun diudara.
Menyambuti siulan itu, dari atas jurang terlihat seorang
berlompat turun. Dia berkepala besar bertubuh kecil,
kepalanya tak ada rambutnya, Dia pun sudah berusia lanjut,
dia tidak memelihara kumis. si penunggang kuda lompat turun
dari kudanya. "Soen Loosoe," kata si orang tua, tak usah lah kita pakai
adat kehormatan. Aku ingin dengar kepastian apa benar-benar
rombongan Tay in san sudah tidak melewati Hong-cauw-sie
hanya jalan mutar?" Orang she soen itu, si penunggang kuda, memang soen
Loen Teng. Dia sudah di bilangi untuk jangan berlaku hormat
tetapi tidak urung dia merangkap kedua tangannya. Dia
menjawab: "Liap sancoe tidak keliru Lo Leng Tek sangat cerdas, mana
dia mau mengantarkan diri kedalam mulut harimau" Meski dia
katanya jalan mutar tetapi belum tentu jalan mana yang dia
ambil dengan pasti. Dia menggunai tipu daya bersuara di
timur menyerang d iba rat, dia main siasat yang
membingungkan orang, sampai orangnya sendiri ada yang
kena dibikin seperti terbenam didalam kabut..."
Orang tua gundul itu berkerut alisnya, "Soen Loosoe, kau
jadinya tak berdaya mengikuti Lo Leng Tek ?" katanya, " Habis
sekarang loosoe mau ambil jalan yang mana?"
Soen Loen Teng tertawa sedih, "sekarang ini aku telah
dicurigai," sahutnya masgul "sekarang ini aku lagi diawasi Tok
Pie Leng-koan coei Kiat Him. Menurut dugaanku, Lo Leng Tek
meng ambil jalan Long-tay menuju ke soan-wie, buat mutar
melewati seng- keng-kwan. "
Liap Hong mengawasi orang, dia tertawa dingin.
"Aneh sekali, soen Loosoe." kata dia. "Dengan kepandaian
kau ini, kenapa kau bolehnya jeri terhadap si tangan satu itu?"
Mukanya Loen Teng menjadi merah, beberapa kali bibirnya
berkutik tetapi suaranya tak keluar, sebenarnya ia mau
menanya siapa yang sudah menotok padanya, tetapi ia
bersangsi, sebab ia kuatir Liap Hong sendirilah yang
menotoknya. Kalau dugaannya benar dan ia menanya, pasti Liap Hong
bakal jadi gusar dan pasti ia bakal dibikin celaka seketika juga,
Karena itu, ia jadi berdiam saja. si orang tua terus mengawasi.
Kali ini dia tertawa dingin.
"Baiklah, kita bertemu lagi didepan -- di see Coe Nia"
akhirnya dia kata, lantas dia lompat pula keatas jurang untuk
melenyapkan diri. Loen Teng terbengong, Kacau pikirannya ia malu dan
berduka, ia menyesal kalau ia ingat budinya Loo-sancoe
terhadapnya, ia menyesal, karena keliru berpikir, sekarang
jamenjadi bercelaka, kedudukannya menjadi serba salah, ia
bersangsi kalau-kalau Lo Leng Tek suka memberi maaf
padanya. Akhirnya ia menghela napas panjang, terus ia
lompat naik atas kudanya, guna melanjutkan perjalanannya itu. Dengan
sekali cambuk. la membikin kuda nya kabur pula.
Baru Loen Teng pergi jauh, atau dari belakangnya muncul
sepasang pria dan wanita yang bertopeng, Keluar dari tempat
sembunyinya, mereka ini lantas lompat naik ke- atas jurang
untuk melihat keseputarnya. Hanya sebentar, mendadak
mereka saling memberi isyarat dengan tangannya masingmasing.
Itulah sebab dijalan besar itu lantas tampak belasan orang,
yang dengan berlari-lari pesat semua melewatijalan besar itu,
jalan Hong-cauw-sie yang banyak dibuat sebutan.
Hari itu belum tengah hari, dari pintu utara kota Cengliong
terlihat belasan saudagar dengan masing menuntun
seekor keledai yang memuat kantung-kantung kulit terisi obatobatan,
semua menuju ke sungai siauw Poan Kang untuk
menyeberang. Berbareng dengan itu dari pintu barat datang penunggang
kuda kabur kearah see Coe Nia. Mereka tidakjalan berendeng
atau bersama, hanya terpisah sejarak dua lie satu dari laini
Yang disebelah depan, tangan bajunya yang kanan
berkibaran, Yang dibelakang, yalah soen Loen Teng, mukanya
kucal sekali sinar matanya lesu.
Cuaca ketika itu suram karena sang awan menutupi sang
langit, sang debu dan sang pasir menambah tak jernihnya
jagat, Dijalan see Coe Nia itu yang sepi, cuma ada tiga tempat
singgah, buat bermalam atau menangsalperut atau
membasahkan kerongkongan, jalan besar umum, kedua
tepinya merupakan gunung-gunung yang curam.
Selagi penunggang kuda yang disebelah depan itu
mengalirkan terus kudanya, tiba tiba ia mendengar siulan
nyaring danpanjang, Menyusul itu dari kedua tepijalan besar
muncul beberapa puluh orang Rimba Persilatan, dengan
romannya berlainan, dengan pakaiannya beraneka ragam,
sebab di antaranya ada pendeta, ada imam. satu di antaranya,
seorang imam tua bermuka bersih serta berkumis-jenggot
terpecah lima, maju menghampirkan si penunggang kuda,
segera juga terdengar suaranya yang nyaring: "Boe liang
sloe-hoed sie-coe, sudikah kau menghentikan dulu kudamu"
Pintoo ingin meminta sesuatu pengajaran dari sie-coe"
Penunggang kuda itu tidak menahan atau memperlahankan
kudanya, dia melarikannya terus.
Imam itu terperanjat ia menggeser ke-pinggir, sambari
berkelit itu, sebelah tangan diluncurkan, guna menyambar
kuda. Liehay sekali imam itu. Dia berhasil dengan sambarannya
itu, Maka dengan surinya kena terpegang keras, lari kuda itu
tertahan, tak dapat dia kabur terus meski empat kaki nya
bertokeran untuk meronta-ronta.
si penunggang kuda aneh. Dia rapat mata nya dan terbuka
mulutnya, Karena kudanya meronta, dia tergelincir dari
punggung kuda, Dalam herannya, si imam menyambar tubuh
nya, untuk dikasi turun. Berbareng dengan itu, lagi empat orang berlompat maju,
guna menghampirkan. Yang duaya lah imam imam dengan
pedang panjang di punggungnya, yang satu seorang pendeta
tua yang matanya tajam, dan yang keempat yalah seorang
sasterawan dengan baju hijau, usianya pertengahan dan
wajah nya bersih. Begitu dia datang dekat si pendeta memuji sang Buddha
sambil menambahkan: "Too-heng, tan-wat ini telah orang totok tubuhnya bagian
yang berbahaya, rupanya itu dilakukan di tengah jalan.,."
"Hoat Hoei siangjin benar " berkata si imam mengangguk.
Dia sudah lantas melihat tegas, Bahkan dia tertotokpada
anggautanya yang berbahaya hingga tak dapat pintoo


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menolongnya. Kalau pintoo paksa menotok bebas padanya,
dia bakal muntah darah dan itu berarti melekaskan
kematiannya. Maka itu tolong siangjin saja yang menolong
dia. mungkin dia dapat menerangi gelang kemala itu..." si
pendeta bersenyum. "Hian Hoo Tootiang terlalu memuji loolap." katanya,
"Bukankah ilmu kepandaian Boe Tong Pay juga lihay sekali"
Kalau tooheng suka mengalah, baiklah, nanti loolap mencoba
menyadarkan dia." Habis berkata, Hoat Hoei siangjin sudah lantas bekerja,
sebatnya bukan main. Dengan jari tengah tangan kiri ia menotok
kejalan darah im-taw didada, dengan tangan kanan ia
menepukjalan darah beng taen dipunggung.
Hanya sekali saja, orang itu mengasi dengar suaranya,
terus ia muntah darah, darah yang merah gelap dan kental
dan bau sekali, Ketika menggeraki tangan dan kakinya, terus
dia dapat membuka matanya, yang bersinar sangat guram.
Dia lantas berkata: ..Aku...." setetah itu dia teklok, tak dapat
dia bicara terus, matanyapun rapat pula.
Hoat Hoei siangjin mengerutkan alis, ia mengawasi Hian
Hat Tootiang, katanya masgul "Loolap sudah menggunai Tay
Poan jiak sian kang, dia masih tak dapat ditolong untuk bicara.
Menurut apa yang loolap lihat, dia tertotok mirip totokannya
ok Coe Pang Liap Hong. Entah orang ini, dia orang Tay in san
atau bukan?" Ketika itu semua orang sudah merubung, satu diantaranya
kata. "Dia memang salah satu pembantu penting dari Tay ln
san- coe, Dialah Tok Pie Leng-koan coei Kiat Him."
"Kalau dia Coei Kiat Him, dia harus dihormati," berkata Hian
Hoo, Telah lama pintoo mendengar dia gagah dan keras hati
nya, siangjin, silahkan tolong dia lebih jauh." Hoat Hoei
bersenyum. "Kalau tootiang bilang demikian, baiklah," aahutnya.
"Maafkan loolap. seb at pendeta ini, begitu ia berkata, begitu ia bekerja,
untuk menotok lebih jauh kepada Coei Kiat Him. ia menotok
di-sembilan jalan-darah kie-boen. hokskiat. sia hong, thian
hoe, kioe-hwee, th ia n- kie, ciong boen, soe boa n dan khiehay.
itulah sembilan jalan-darah yang tadi Hian Hoo
menyebutnya berbahaya. Semua orang heran menyaksikan keliehayannya si pendeta,
semua kagum, Tidak sembarang orang dapat berbuat
demikian, sebab salah totok berarti kematian.
Dengan perlahan coei Kiat Him sadar pula, ia memandang
heran kepada semua orang yang merubungnya. Kemudian
dengan perlahan-lahan ia berbangkit, untuk berdiri Dengan
sebelah tangannya, ia terus memberi hormat pada Hoat Hoei.
"Kedua telingaku masih dapat mendengar dengan baik,"
katanya, "maka itu aku ketahui aku telah ditolong siangjin
inilah budi sangat besar, budi yang tak dapat dibalas, dari itu
biarlah aku ingat saja untuk selama-lamanya..."
"Coei Loo-soe." Hian Hoo menyela, "Sekarang bukan
saatnya kita bicara saja, Pintoo mohon tanya, gelang kemala
ada dimana sekarang?" imam ini berduka, alisnya berkerut.
Kiat Him bersenyum tawar.
"Kalau tootiang menganggap aku ketahui itu," sahutnya,
"Dapat aku bilang mungkin gelang itu berada pada Kang
siauw-sancoe." Alis si imam makin berkerut, sinar mata nya menandakan ia
tak puas. "sekarang dimana adanya Kang siauw-sancoe?" ia
tanya pula suaranya dinginsungguh
jahat si hidung kerbau dariBoe Tong san ini, kata
Kiat Him didalam hati, Dia rupanya mau memaksa aku karena
budi ini. Hampir ia mengumbar hawa amarah nya, syukur ia
dapat menguasai diri, maka ia menjawab dengan sabar:
"sekarang ini siauw-sancoe lagi didesak Kie soen hingga tak
tahu ia mesti menyingkir ke mana, Menurut setahuku,
sekarang siauw-sancoe lagi menyingkir kehilir sungai Tay Pang
Hoo, Aku sendiri lagi menjalankan titahnya siauw-sancoe
untuk pergi ke Inlam guna memohon bantuannye Cit-Chee-
Cioe Pouw Liok It. Tadi aku bertemu Liap Hong, dia telah
totok aku untuk memaksa aku membuka mulut, Aku melawan
sebisa-bisa. Kebetulan sekali soen Loosoe menyusul, dia bertempur
dengan soen Loosoe. Ketika itu aku lompat naik atas kudaku
dan kabur, sampai siang-jin menolongi aku."
Hian Hoo terperanjat ia menoleh kepada kedua imam yang
membekal pedang. "Pantas beberapa loosoe yang bertugas di-tempat Kie soen
memasang mata belum kembali, pastilah mereka sudah
menyusul kehilir Tay Pang Hoo," katanya.
Mendengar itu, Kiat Him heran-
"Oh, kiranya mereka ini mempunyai mata-mata dalam
rombongannya Kie soen," pikirnya,
"Sekarang aku mendustai mereka ini, pasti rahasia ini tak
dapat bertahan lama, benar Hian Hoo orang lurus tetapi dia
kesohor teleng as. Aku terancam bahaya, Tak apa aku
bercelaka sendiri, tetapi bagaimana kalau siauw sancoe
kerembet karenanya" inilah dosaku tak berampun-..." Maka
diam diam ia menggigil sendirinya, Angin pun dingin sekali.
Kedua imam yang diajak bicara oleh Hian HHoo berdiam
saja, mereka cuma saling melirik. Tapi selang sesaat, yang
satunya kata: "sekarang lebih baik kita menyusul ke Tay Pang
HHoo Kalau kita terlambat, ada kemungkinan kita
keiinggalan." "Hm." Hian Hoo mengasi dengar suara nya, dingin,
"Apakah soetee mengira aku belum bersedia payung?" Kedua
imam itu terkejut. "Maaf, siauwtee tidak tahu..." katanya.
Matanya Hian Hoo diarahkan pula pada Kiat Him, Dia ini
merasa tidak enak. keras dia memikirkan akal untuk
meloloskan diri Hoat Hoei juga mengawasi orang, lantas dia
bersenyum. "Coei Tan- wat, jangan kau mendustakan loolap." katanya,
"Apakah keterangan tan-wat barusan tidak ada yang dusta?"
sungguh liehay mata pendeta ini, pikir Kiat Him. ia lekas
menjawab, semua itu benar, ia mengasi lihat roman sungguhsungguh.
Pendeta itu tertawa, ia tidak menanyakan.
Melihat demikian Hian Hoo heran, sebagai seorang suci, tak
nanti Hoai Hoei menanyakan demikian pertanyaan saja sudah
merupakan tanda kurang percaya. Maka ia mengawasi pula
Kiat Him. tetapi tetap ia tak melihat suatu apa yang
mencurigai. "Coei sie-coe," ia kata seraya menatap. ia tetap penasaran,
Kaulah seorang jujur dan setia kepada tuanmu, pintoo
menghormatimu. Karena itu suka pintoo omong terus terang
kepadamu. Manusia itu harus dapat membedakan yang lurus
dari yang sesat. Pouw Liok It orang Rimba Hijau, meski ia
terlebih baik daripada yang lain, dia tetap orang Rimba Hijau
juga. Dapatkah dia dipercaya habis" seumpama seorang sakit,
walaupun penyakitnya berat, tak dapat dia memakai
sembarang tabib. Kami mengerti kesulitan sancoe kau itu,
kami suka membantu nya, Kepada Lo Leng Tek juga pintoo
sudah bicara suka pintoo menerima siauw-san coe sebagai
murid Boe Tong Pay pasti murid bukan imam.
Asal dengan menggunakan gelang kemala dia dapat
mengambil Lay Kang KoenPouw, nanti pintoo ajari dia isi nya
kitab itu. Tapi Lo Leng Tek menolak, dia berkukuh kepada
pendiriannya. Tentu sekali kami tak berdaya, sie-coe tahu, secara diamdiam
beberapa kali sudah kami pernah membantu sancoe
kamu dengan menghalang-halangi pihak yang hendak
mencelakainya, Kami mengharap Lo Leng Tek mengubah
sikapnya, tapi pengharapan kami sia-sia belaka, sekarang ini
kami ada seumpama j empa ring diatas busur, sudah ter lanjur
tak dapatjemparing itu tak dilepaskan, ingin pintoo jelaskan
seka rang, Kami tak nanti merampas gelang itu dari tangan
sancoe kamu, hanya dari tangan penjahat, sie-coe harus
ketahui, kalau kitab jatuh di tangan orang jahat, sungguh
hebat akibatnya nannti, celakalah Rimba Persilatan.
Maka itu sekali lagi pintoo minta, sukalah kan tunjuki jalan
yang diambil sancoe kamu itu, supaya kami pergi kesana
untuk melindunginya."
Kiat Him berpikir keras sekali, "Hian Hoo benar, akan tetapi
ia masih tak dapat memberitahukan tentang junjungannya itu.
" "Tootiang benar dan aku menghargai itu." kata ia
bersenyum, romannya sungguh-sungguh, "cuma didalam hal
ini, tootiang tahu satu tidak tahu dua..." Hian HHoo heran
hingga dia melengak. "Apakah itu, siecoe?" tanyanya.
"Tootiang benar, tetapi aku si orang she Coei, sebagai
seorang sebawahan aku ada keberatanku sendiri," kata Kiat
Him sabar, "Aku dibawah perintah aku mesti mendengar
perintah, sebagai sebawahan tak dapat aku merubah pikiran
sancoejunjunganku itu, "sancoe sendiri berkukuh kepada
pesan loo-sancoe. Dan Lo Loosoe, dia bersetia kepada
tugasnya untuk melindungi sancoe kami yang muda itu. Loo
Loosoe bersedia bersetia mati, demikian juga aku.
Benar tootiang ingin merampas gelang kemala d ari tangan
penjahat, tetapi apakah bedanya itu" Gelang kemala pusaka
loo-sancoe, tak dapat itu dibikin lenyap. Umpama tootiang
yang beruntung mendapatkan itu, tapi dapatkah dijamin siauw
sancoe berdiam saja dan tak berdaya pulang dari tangan
tootiang " Tentang jalan yang diambil sancoe kami itu, telah
aku terangkan barusan-"
Roman Hian Hoo berubah. Dia agak mendongkol.
"Coei siecoe," katanya. "Pintoo bermaksud baik Mungkinkah
perbuatan pintoo ini tak selayaknya ?"
Didesak begitu, mendadak Kiat Him tertawa nyaring.
"Totiang." katanya "sekarang ini kitab itu berada
ditangannya Pow Liok It, bukannya tootiang pergi sendiri ke
Hek Liong Tham akan minta langsung daripadanya, kenapa
tootiang justeru mendesak sancu muda kami " Mau apakah
tootiang bekerja begini memutar otak " Dengan tootiang
ngotot begini aku kuatir nama Boe Tong san nanti tercemar
sebadai tukang paksa orang baik-baik " Hian Hoo melengak.
lalu dia menjadi gusar. "sie coe bicara secara kurang ajar " dia membentak "Kalau
begitu terpaksa pinto mesti, turun tangan "
"Siancay " memuji Hiat Hoei siangjin. "Tootiang harap
totiang tidak sembarang bergusar. Kewajiban kami sekarang
ini, yang paling pentingya ialah mencegah gelang kemala
jatuh ditangan orang jahat maka itu, marilah kita bekerja,
jangan kita nanti terlambat dan gagal sesudah kasip."
Hian Hoo tetap jago Boe Tong, perlahan-lahan dapat dia
menyabarkan diri, bahkan kemudian dia bersenyum.
"Kalau begitu, siangjin-" katanya, "mari kita berangkat ke
Tay Pang Hoe" ia mengajak pendeta itu, tetapi kepada Kiat
Him, ia kata: "Coei siecoe tolong kau mengantarkan kami,
supaya kami tak usah pergi dengan meraba-raba, jikalau kami
berhasil tidak nanti kami melupai budi kebaikan kau ini."
Kiat Him menjadi sukar sekali. Tengah ia bersangsi itu,
mendadak mereka mendengar suara tertawa seram datangnya
tak jauh, yalah dari antara banyak batu disisi jalan besar,
semua menjadi heran. Justeru begitu muncullah orang yang tertawa itu, yang di
susul oleh belasan yang lainnya. Dia ber-lompat pesat terus
tangannya diluncurkan guna menyambar si orang she Coei,
sambil menyamber, dia bersiul nyaring.
Kiat Him dapat bersiap. Dengan tangannya yang satu
satunya, ia menangkis, ia menggunai tipu silat "Naga sakti
keluar dari lembah." sembari menangkis itu, ia lompat berkelit.
Penyerang itu tidak berhenti karena kegagalannya yang
pertama itu, segera ia mengulanginya.
Hoat Hoei siangjin membentak sambil mengibaskan tangan
bajunya, guna merintangi serangan orang.
Orang itu liehay, dia dapat menghindari diri dari kibasan si
pendeta, Bersama orang orangnya, dia menaruh kaki ditanah,
Maka sekarang terlihat dialah seorang tua kepala besar dan
tubuh kecil, tanpa rambut kepala dan tanpa kumis atau
jenggot, Kawannya itu semua beroman bengis.
Hoat Hoei siangjin kagum untuk liehay-nya orang itu,
setelah mengawasi, ia memuji, terus ia menanyai " siecoe,
adalah kau Liap sie-coe?"
Matanya orang tua itu memain dengan sinarnya yang
tajam, Dia tertawa nyaring.
"Tidak salah, mata taysoe tidak salah" dia menjawab keras,
"Aku yang rendahya ialah Ok-Coe-Pong Liap Hong Tidak
kusangka bahwa pendeta suci dari siauw Lim Pay juga sudah
mencampur tangan didalam keruwetan ini Buat nama baik
siauw Lim sie aku yang rendah suka memberi nasihat supaya
janganlah taysoe mencampur tahu terlebih jauh "
Hoat Hoei tercengang. Memang sebenarnya ia tak dapat
menyetujui sepenuhnya sepak terjang Boe Tong Pay. Kalau ia
turut juga. ia malu hati, ia cuma ingat membantu Hian Hoo
agar kitab silat itu tidak jatuh kedalam tangan orang jahat,
tapi sekarang ia di tegur Ok Coe Pong si Thio Liang jahat. Hian
Hoo menjadi gusar. "Orang dengan mulut berbisa " dia membentak,
"Bagaimana kau berani memutar balik kebenaran dari
kesesatan" Kenapa kau mencampur baur putih dengan hitam"
Pintoo ingin tanya, perlu apa kau datang kemari?"
Liap Hong melengak tertawa nyaring, "Memang Ok-Coe-
Pong Liap Hong penjahat besar Rimba Hijau yang biasa
mengambil dan membuangnya secara sukanya " kata dia
sama nyaringnya, "semua itu orang banyak telah ketahui
Hanya..." ia berhenti sebentar, untuk meneruskan dengan
tawar : "cuma Boe Tong Pay menempatkan diri dikalangan
yang lurus, Boe Tong Pay harus bersih dan tanpa keinginan
yang loba dan tamak. harus setiap hari mendoa saja.kenapa
sekarang tootiang mempunyai minat merampas barang "
Kenapa tootiang menggunai saatnya orang didalam kesulitan "
Kenapa tootiang menghasut sesama kaum Rimba persilatan
untuk membantumu " Liap Hong orang jalan Hitam tapi tak
nanti dia bertindak demikian macam Laginya, Liap Hong juga
bukannya menentang kamu Maka sekarang dihadapan orang
banyak aku mau tanya Hian HHoo Tootiang, siapa benar siapa
salah, siapa putih siapa hitam ?"
Kata-kata yang paling belakangan itu di keluarkan dengan
suara lama dan terlebih keras.
Mukanya Hian Hoo menjadi pucat-pasi, ia malu dan


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendongkol, Belum pernah ia terhina secara demikian,
Dengan kumis berdiri, dia mengawasi dengan bengis. Untuk
sejenak. tak dapat ia bicara, Baru kemudian ia menoleh
kepada dua imam yang membawa pedang itu. Hanya
bersangsi sebentar, kedua imam itu menghunus pedangnya
dan bertindak. Selama berbicara, Liap Hong sudah menyapu semua orang
dipihak Hian Hoo itu. ia mendapat perasaan orang tak setuju
dengan tindak tanduknya si imam. sebagai seorang licin,
tahulah dia bagaimana harus bersikap. Maka ketika kedua
imam itu menghampirkan, ia menyambut dengan tertawa.
"Aku si orang she Liap tidak percaya too tiang berdua
berani bertindak sembrono" kata dia. "Mudah untuk memaksa
aku bertempur, tetapi sukar untuk dipastikan menjangan nanti
roboh ditangan siapa Aku juga hendak menyatakan sayang
sekali jikalau nama baik Boe Tong Pay yang sudah ratusan
tahun itu diruntuhkan ditangan too tiang berdua" Paras kedua
imam itu berubah, tanpa merasa mereka mundur setindak.
Telak serangan Liap Heng kejantung orang ia bicara
langsung kepada pihakBoeTong san tetapi sebenarnya ia
arahkan itu kepada kepada orang-orang lainnya disitu. Katakatanya
itu juga berarti ancaman kepada siapa yang berani
lancang turun tangan. Mukanya Hian Hoo menjadi bertambah gelap. sulit
untuknya mendesak kedua imam itu, ia pun malu untuk maju
sendiri. Memang sikapnya itu dapat membikin Boe Tong pay
dipandang rendah. ia mendongkol dan menyesal.
Hoat Hoei siangjin sendiri terus berdiam saja, ia bagaikan
tengah bersemedhi. Cuma jubahnya yang gerombongan yang
memain diantara sampukan sang angin-
Si sasterawan usia pertengahan dengan tangan sebelah
memegang kumisnya dan tangan yang lain digendongkan
kebelakang berdiri mengawasi sang me.^a sikapnya sangat
tenang. semua yang lain pun turut berdiam sajasebab tak tahu
mereka harus mengambil sikap apa.
Selang sejenak. kesunyian itu dipecahkan oleh satu orang
dari- rombongan Boe Tong Pay itu. Tiba-tiba dia tanya heran-
"Eh, mana Tok Pie Leng-koan coei Kiat Him" Kenapa dia pergi
secara diam-diam?" Maka kagetlah semua orang, kaget saking
heran-"susul" lantas terdengar satu suara.
Itulah suara memerintah dari Hian Hoo Toejin, yang masih
sempat melihat seorang menghilang diatas jurang. ia lantas
lompat mengejar ia melihat orang bertangan satu.
semua imam lantas menyusul, juga semua orang
rombongannya itu. Mereka ini telah menerima undangan Boe
Tong Pay. biar bagaimana mereka mesti melihat akhirnya
urusan- Melihat kepergiannya Hian Hoo semua, Liap Hong memberi
isjarat kepada kawan kawannya, terus ia lari naik keatas
puncak. Maka itu sebentar saja mereka kedua pihak sudah tak
nampak lagi. Disitu tinggal Hoat Hoei Siangjin seorang sinar matanya
menandakan dia masgul sekali, terdengar dia berkata seorang
diri: "Nyata bakal terjadi pula peristiwa Rimba persilatan-.."
Dia tidak dapat berdiam lama-lama disitu, ia mengibasi tangan
bajunya, untuk lantas mengangkat kaki.
Hingga jalanan umum itu kembali sepi dari manusia.
Selagi sang angin meniup pasir-pasir beterbangan didalam
lembah sebuah gunung di Koeicioe Barat, disitu terlihat satu
orang dengan tangan sebelah lagi berlari-lari keras.
Terang dia letih sekali, mukanya punpucatsekaii, Meski
begitu, siapa melihatnya, akan mendapatkan senyumannya,
senyuman puas. Baru sesaat kemudian, dia mengendorkan larinya, Dia
menuju kesebuah kuil kecil disebelah depan, kuil dengan
keletakan yang bagus, sebab adanya ditanah rendah dan
ketutupan banya kpepohonan siapa tidak datang dekat, tidak
nanti dia melihat rumah berhala itu.
orang itu yalah Tok Pie Leng-koan coei Kiat Him, yang
menggunai ketika orang tengah bertengkar sudah
mengangkat kaki secara diam-diam, untuk seterusnya lari
kabur. Tak ung kulan ia pikir meratlah paling utama.
Hanya disaat ia berlompat naik ke atas jurang, orang
mendusin, hingga ia terlihat samar-samar oleh Hian Hoo
Toojin yang terus mengejarnya, ia tahu ia disusul tetapi ia
tertawa dingin, Dari atas jurang ia lompat turun, lari kesebuah
selokan yang berliku-liku.
Benar seperti dugaan Hoat Hoei siangjin, ia mengambil
arah yang berlainan daripada keterangan yang ia berikan
kepada Hian Hoo sekalian-
Baru Coei Kiat Him lenyap dibelakang kuil itu, atau dari
tanjakan-tanjakan di-depan terlihat satu tubuh yang besar
berlompat turun, hingga dilain saat terlihatlah ia dengan
tegas, ia bukan lain daripada Hoat Hoei siangjin yang
romannya welas asih, ia menyusul bukan untuk merampas
gelang kemala, ia hanya ingin mencegah terjadinya peristiwa
bencana Rimba Persilatan, ia berdiri diam didepan kuil,
matanya mengawasi kekuil itu.
Tiba-tiba terdengar satu suara terang dan tegas, "Coei
Loosoe, benar-benar kau tidak mensia-siakan tugas yang
diberikan Lo Loo soe Dengan melihat saja wajahmu, Coei
Loosoe telah aku menduga pastilah kau sudah berhasil."
Lalu terdengar Kiat Him menghela napas dan menjawab,
"walaupun aku berhasil tetapi aku telah menempuh bahaya
sangat besar, jikalau Liap Hong tidak tiba disaatnya yang
tepat, entah bagaimana jadinya Gelang kemala yang palsu itu
membuat Liap Hong terpancing datang..."
Suara terang itu terdengar pula: "Lo Loosoe kamu benarbenar
orang luar biasa selagi dia menempur Liap Hong, dia
sempat menyerahkan gelang kemala paisu itu kepada kau
Coei Loosoe, dan memberikan isyarat untuk kau lari kabur,
dilain pihak ia sendiri melihat Liap Hong, romannya nampak
sangat gelisah. Baru setelah itu aku menggantikan Lo Loosoe, supaya dia
dapat menyingkir kearah yang lain sedang sebenar nya dia
lekas menyusul kau. buat menotok kau sembilan kali, Hebat
totokan Lo Loosoe, dia dapat meniru totokannya Liap Hong,
hingga dia berhasil mengelabui orang-orang liehay dari jaman
ini. sungguh aku kagum untuk Lo Loosoe itu "
Mendengar sampai disitu, alisnya Hoat Hoei siangjin
berkerut rapat. "Memang hebat Loo Loosoe," kata Kiat Him pula, "Dia
cerdik, dia dapat meniru totokan orang, toh dia tidak
jumawa." "Menurut dugaanku, juga Soen Loen Teng akan berhasil
mengabui Liong Hoei Giok, kepala siewie dari istana itu. Maka
aku rasa, mungkin kita dapat masuk ke Inlam dengan tidak
kurang suatu apa." Bukan sekian lama, sirap suara didalam kuil itu, selang
sekian lama, baru terdengar suara orang yang pertama, yang
berkata: "Aku orang diluar kalangan, tak mau aku tersangkut
paut, tak ingin aku mencampur tahu, Hanya aku heran kenapa
Lo Loosoe berkeras menampik permintaan pihak Boe Tong
Pay partai besar dan ternama" Bukan siauw-sancoe tak
terhina dengan menerima permintaannya itu" Bukanlah lebih
baik daripada sancoe kamu menitipkan diri pada Pouw Liok It
si orang Rimba Hijau yang ke sohor itu" sikapnya itu membuat
aku heran-" Atas itu terdengar Kiat Him tertawa, Dia berkata:
"Bukannya aku si orang she Coei besar kepala, hanya kau.
siauwhiap. kau tak tahu kelicikan dunia Kang ouw. sedikit
salah tindak. orang bisa terjeblos, jiwanya bisa melayang
Pouw Liok It berbakai baik, sejak muda dia sudah terkenal,
hingga dia mendapatjulukannya itu - Pat Pit Lam Pouw,
Karena dia kesohor tidak heran dia menjadi angkuh dan
terkebur serta hatinya gampang tergerak.
Dialah seorang berhati keras, maka baginya, budi dan sakit
hati mesti dibalas, Kalau dia membunuh orang, dia seperti tak
ketahui perbuatannya itu. Gelang kemala itu ada pusakanya
yang di haturkan kepada loo-sancoe, sekarang gelang itu
berada ditangannya siauw-sancoe, maka kalau siauw-sancoe
mengajukan permintaan kepadanya, mesti dia terima, mesti
siauw-sancoe diterima menumpang digunungnya, juga diajari
ilmu silat menurut kitab Lay Kang Koen Pouw, jikalau siauwsancoe
berhasil belajar, dia mempunyai harapan besar."
Kiat Him berhenti sebentar, dia batuk-batuk dua kali.
"Aku menyesali sepak terjangnya itu rombongan orang
yang menamakan dirinya kaum lurus." ia menambahkan
kemudian- "Mereka itu berjumawa dan ngotot hendak
mendapatkan gelang kemala, Menurut aku, takperduli g elang
jatuh ditangan pihak lurus atau sesat, akibatnya bakal hebat
dan berbahaya sekali. Mereka itu, asal mereka masuk dalam
wilayah Inlam, mereka mesti nampak kesulitan, sekalipun
mereka dapat bertemu dengan Pouw Liok It. urusan tak
mudah beres. Sebaliknya, aku merasa, bencana Rimba persilatan bakal
mengambil tempat, syukur Lo Loosoe gagah dan cerdik,
sebenarnya kematian loo-sancoe sudah membikin Lo Loosoe
gusar, berduka dan menyesal sekali, hingga ia membunuh diri,
maka itu, kalau siauw-sancoe gagal, apa nanti jadinya" Mana
Lo Loosoe mau mengerti" Coba siauwhiap duga, apakah dia
bakal lakukan?" Lagi sunyi didalam kuil itu.
Hoat Hoei siangjin mendengari, ia mengangguk-angguk, ia
kata didalam hatinya: "Ya, sampai disitu, aku belum pernah pikir, sungguh sepak
terjang Hian Hoo dari Boe Tong Pay tak tepat Menyesal aku
telah turut dia dan aku pasti sukar lolos dari keruwetan ini."
Pendeta ini mau masuk kedalam kuil, untuk menemui
kedua orang yang berbicara itu tatkala matanya melihat
dagangnya dua orang dari kejauhan, yang berlari-lan cepat,
hingga dilain saat ia mengenali mereka itu seorang diri ia
lantas kata keras: "oh Kenapa kah siang chee Koan-coe dari
Boe Tong datang kemari?"
Suara itu tak ubahnya suatu isyarat buat dua orang didalam
kuil itu agar mereka mendapat tahu dan lekas
menyembunyikan diri. ia pun bakal masuk ke dalam lantaran
segera juga dua orang itu sudah tiba, yalah dua imam yang
bersenjatakan pedang, yang tadi turut Hian Hoo Toojin yang
hampir saja menempur Liap Hong.
Kedua imam itu nampak tidak keruan, jubahnya penuh
debu kuning dan alis dan kumisnya berubah menjadi abu-abu,
mereka seperti baru saja keluar dari tumpukan tanah. Mereka
tercengang melihat si pendeta berada disitu" Tapi lekas-lekas
mereka menghunjuk hormat.
"Mengapa siangjin berada disini?" tanya yang satu,
"Darijauh kami melihat satu orang, kami mengira Tok Pie
Leng-koan coei Kiat Him, siapa tahu siangjin adanya."
Kedua imam ini terang bercuriga, Mereka mau menyangka
Kiat Him berada didalam kuil didepan mereka itu maka juga
yang lainnya terus menanya. "Apakah siangjin melihat
sesuatu?" Pendeta dari siauw Lim sie itu ber-senyum.
"Tidak kusangka kedua tooyoe Hian sioe dan Hian cin telah
memperoleh kemajuan pesat sekali hingga darijauh-jauh
jiewie telah mendapat lihat kepada loolap sedang loolap tak
melihat apa-apa"Jiewie harus diberi selamat," ia kata. "Apakah
tooyoe masih mencari Coei Kiat Him" Loolap tidak sangka Hiat
Hoo Tooyoe dapat melakukan ini perbuatan tolol Taruh kata
Coei Kiat Him dapat ditangkap. ada apakah faedah-nya" Dia
terang tak dapat memberikan keterangan apa-apa Hian sioe
Tooyoe, bagaimana kau pikir pendapat loolap ini?"
Mukanya Hian sioe merah sendirinya.
"siangjin tidak tahu" kata dia, jengah, "Baru saja Liap Hong
membilangi bahwa gelang kemala itu ada pada Coei Kiat Him bahwa dia melihatnya
sendiri, maka itu dia telah memecah orang mencarinya, Kami
berdua tak menyetujui sepak terjang kakak seperguruan kami
itu, akan tapi dialah ketua kami, tak dapat kami menentang
titahnya sebab tak menurut berarti melawan. Maka itu kami
terpaksa mesti bekerja.." Hoat Hoei mengangguk tanda ia
mengerti. "Barusan loolap bertemu seorang sahabat didalam kuil itu,"
kata ia, yang terpaksa mendusta. Habis berbicara sebentar
loolap mau berangkat pulang, tidak disangka loolap melihat
jiewie tooyoe datang kemari, dari itu loolap menunggui disini."
Mendadak Hian Cin maju setindak "sahabat siangjin itu
mestinya seorang muda yang tampan," kata dia. "Maukah
siangjin mengundang dia keluar untuk kita berkenalan?" Hoat
Hoei bersenyum. "sahabatku ituya lah seorang muda yang tabiatnya aneh."
kata ia, "Maka untuk menemui dia, terserah kepadanya
sendiri, dia sudi atau tidak. Menurut pikiran loolap. sebab
jiewie tooyoe mempunyai urusan penting lebih baik tak
usahlah tooyoe menemui mereka lagi...."
"Eh, lihat disana Hian Hoo Totiang datang"
Tengah berbicara itu, pendeta ini menunjuki roman heran-
Hian sioe dan Hian cin cin, yang tadi Hoat Hoei
menyebutnya siang chee Kean-coe, sudah lantas berpaling,
maka mereka melihat Hian HHoo Toojin lagi berlari-lari keras
kearah mereka. Mereka pun lantas lari untuk memapaki, guna
bicara perlahan satu dengan lain, setelah mana, ketua Boe
Tong pay itu lekas menghampirkan ketua siauw Lim Pay.
Hoat Hoei mengerutkan alis, ia mengerti Hian HHoo
bertabiat keras dan kukuh, sedikit salah paham diantara
mereka dapat terbit onar.
sambil menghampirkan itu, Hian HHoo berkata nyaring :
"Pintoo menyangka siangjin pergi tanpa pamitan lagi, tak
tahunya siangjin berada disini Kedua saudara seperguruanku
ini membilang bahwa siangjin telah bertemu dengan seorang
sahabat kekalmu, dia pastilah seorang muda yang luar biasa,
dari itu kenapa siangjin tidak mau mengundangnya keluar
menemui kami ?" Hoat Hoei bersenyum.
"Loolap tak dapat memaksa dia," sahutnya.
Hian Hoo memang telah mencurigai pendeta ini. maka itu
mendapat jawaban itu, keras sangkaannya bahwa orang
didalam kuil itu Coei Kiat Him adanya. Dengan tertawa aneh,
ia kata: "oleh karena siangjin tidak mereka, baik biarlah pintoo
sendiri yang masuk untuk memohon bertemu dengannya" Dan
ia mengangkat kakinya untuk masuk kedalam kuil.


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hoat Hoei siangjin, tidak membilang apa apa, akan tetapi
romannya pendiam sedang matanya memperlihatkan sinar
keren-Hian HHoo melihat sikap orang itu, ia gentar sendirinya.
"Entah keledai gundul ini lagi menggunai akal muslihat apa
" pikirnya, Jikalau ia main gila, dia membantui Kiat Him
bukankah aku jadi kena terjebak?"
Toh ia bersangsi bakal dia bertindak terus. Kaki kanannya
yang sudah diangkat itu dia turunkan pula. Hoat Koei
bersenyum. "Sahabatku yang muda itu aneh tabiat- nya," ia kata, sabar,
"dan dalam ilmu silat lolap tak dapat dibanding dengannya,
maka itu untuk mencegah peristiwa yang tidak diingin, loolap
minta baiklah tootiang jangan masuk."
Gusar Hian Hoo mendengar perkataan itu.
"Gila " pikirnya, "Biar dia liehay juga tak nanti dia dapat
mengalahkan kau Kau cuma mau menasehati
supayaakujangan sembrono Tidak. Aku mesti menemui dia,
ingin aku mencoba ilmu silatnya itu " ia berpikir demikian
tetapi ia berpura-pura tertawa, lantas ia kata: "Biar
bagaimana, pintoo ingin bertemu dengannya " Ketika itu angin
bertiup keras. Hian Hoo batuk satu kali, lantas ia mau membuktikan
perkataannya itu, Akan tetapi belum sampai ia bertindak. dari
dalam kuil sudah lantas muncul seorang muda berbaju hijau,
yang mengenakan topeng, yang segera menanya: "KauIah
yang hendak menemui aku ?" suara itu tajam menyeramkan
orangnya pun bergerak cepat mirip hantu...
ooooo BAB 1 HIAN Hoo TooJIN terkejut hingga ia berdiri melengak, Mau
atau tidak ia mengawasi Hoat Hoei siangjinsi
anak muda bertopeng kata dingini "Aku bersahabat kekal
dengan Hoat Hoei siangjin, ada apakah sangkutpautnya
dengan kau, hidung kerbau" Kau memaksa mau menemui
aku, sebenarnya untuk urusan apakah " Bilang"
Hian Hoo bungkam, mulutnya terbuka, lidahnya kaku,
Memang ia tidak punya alasan apa-apa kecuali kecurigaannya.
Hoat Hoei siangjin pun heran, akan tetapi ia bersikap
tenang, Katanya dalam hati kecilnya: " Kenapa dia ketahui
namaku" oh, mungkin ini disebabkan barusan aku memberi
isyarat kepadanya dan coei Kiat Him lantas
memberitahukannya.."
Hian sioe dan Hian cin maju kedepan, "siecoe, kau bicara
tidak sopan" mereka menegur "Kami memandang Hoat Hoei
siangjin, maka itu kami ingin minta bertemu dengan kau
Kenapa siecoe menjadi kepala besar?"
orang bertopeng itu tidak menjawab, sebaliknya dia
tertawa dingin dan dengan mata tajam berpengaruh dia
menatap kedua imam itu bergantian-
Hati kedua imam itu menggetar sungguh tajam mata si
orang muda, itulah sinar ancaman pembunuhan-
Hoat Hoei siangjin melihat itu, dia terkejut.
Si baju hijau berdiam sekian lama, melihat orang pada
bungkam, ia kata perlahan "sebenarnya kamu ingin bertemu
denganku buat urusan apa" Kenapa kamu tidak mau lantas
bicara" Kamu begini sembrono, kamu kecewa menjadi
penganut sam Ceng jika la u aku tidak memandang kepada
siangjin, pasti aku akan bikin kamu dapat datang tetapi tak
dapat pergi lagi" Hoat Hoei kuatir ketiga orang Boe Tong Pay itu gusar,
terpaksa ia kata sambil bersenyum: "sahabatku, jangan gusar,
Ketiga tootiang ini..."
Baru Hoat Hoei berkata demikian, atau Hian HHoo sudah
habis sabarnya, dia lompat maju dengan serangannya,
menyerang jalan darah lengtiong dari si anak muda.
Menampak demikian, anak muda itu menjadi tidak senang,
maka ia mau mengibas dengan tangannya, dengan ilmu silat
Ngo Kiong sin ciang. Hian Hoo bergerak luar biasa cepat, tangannya segera
menghampirkan sasaran nya lagi lima dim. inilah sebab si
anak muda tidak berkelit atau mundur, sebaliknya dia
mengeluarkan tangannya, dengan jerijinya dia menyambut
dengan totokan kelengan si imam
Hian Hoo terkejut hingga dia berseru, dengan lekas ia
batalkan serangannya dengan menarik pulang tangannya,
sebaliknya sianak muda bekerja terus, selagi mulutnya
mengasi dengar tertawa dingin
Hoat Hoei Siangjin melihat itu, ia heran bukan main, Tubuh
si anak muda tidak bergerak sama sekali akan tetapi
tangannya dapat meluncurjauh luar biasa ia percaya sekalipun
ia sulit untuk menyingkir dari tangan aneh itu.
Hian Hoo juga kaget tidak terkira, hingga tak sempat ia
berbuat lain daripada me^ak tanah untuk lompat mundur tiga
kaki walaupun demikian, dia melihat tangan sianak muda terus
mengikutinya... Hian Sioe dan Hian cin kaget, untuk menolongi ketua atau
soeheng mereka, mereka lompat maju menyerang kepada
punggung si anak muda,...
Anak muda itu kembali tertawa dingin, tubuhnya mencelat
naik menyingkir dari bokongan kedua imam itu. Ia bukan
cuma berkelit, sembari mengapungi diri itu, kaki kirinya
mendepak kepada Hian cin dan tangan kanannya dengan
limajerijinya menyambar tangan kanan Hian sioe.
Hebat gerakan anak muda, akibatnya mem bikin imam,
berikut si pendeta menjadi terbengong. pedangnya Hian cin
jatuh ketanah jatuh nancap dan pedangnya Hian Sioe kena
dirampas, hanya pedang itu segera di lemparkan ketanah
seraya si anak muda mengasi dengar suara ejekan dari
hidungnya, sedang matanya menatap tajam bergantian
kepada ketiga jago Boe Tong itu Lalu tanpa membuang apaapa
lagi, ia memutar tubuh nya buat bertindak kedalam kuil,
tindakan nya sangat perlahan.
Hian Hoo Toojin malu dan mendongkol sekali, begitu juga
kedua adik seperguruannya. Mereka ini berdua mengawasi
tajam, lantas mereka memungut pedang mereka untuk segera
berlari pergi, diturut oleh ketua mereka.
Tanpa merasa, sang cuaca berubah terus, langit lantas
menjadi gelap, angin keras bertiup tak hentinya...
Hoat Hoei siangjin terbengong menyaksikan peristiwa itu.
ketika ia sadar, ia kata seorang diri: "Benar-benar siauw Lim
Pay bakal kena terlibat urusan tidak keruan ini."
Baru si pendeta berkata demikian, atau dari dalam kuil ia
mendengar ini suara nyaring: "Siangj in, harap siangjin tidak
ber duka Didalam kekacauan mesti ada ketenangan jikalau
siangjin tidak ingin buru-buru berangkat pergi, sudikah
siangjin masuk kemari untuk bertemu dengan aku yang
muda?" Hoat Hoei melengak sebentar, lantas ia tertawa, terus ia
bertindak cepat masuk ke-dalam kuil itu, dimana ia melihat api
berkelebat sebab si anak muda berbaju hijau dan bertopeng
itu tengah menyulut sebatang lilin. Anak muda itu menyambut
dengan hormat. "Tadi siangjin telah memberikan isyarat hingga Coei Loosoe
dapat berlalu dengan tidak kurang suatu apa, buat itu dengan
ini aku yang muda menghaturkan terima kasih kami." kata dia
manis. Hoet Hoei membalas hormat, ia tersenyum.
"Kau masih begini muda, tan-wat, akan tetapi ilmu silatmu
sudah sempurna sekali" ia memuji, "loolap sudah berusia
lanjut, tak sedikit loolap melihat orang-orang liehay, akan
tetapi orang yang seperti tan-wat ini, belum pernah loolap
menemuinya, Tan wat, apakah tan-wat bersedia untuk
memperlihatkan wajah asalmu kepadaku ?"
Si baju hijau tak berkeberatan untuk permintaan itu, ia
mengangkat sebelah tangannya kemukanya, maka dalam
sejenak saja, Hoat Hoei siangjin sudah menyaksikan sebuah
wajah yang tampan sekali tetapi agung dan keren, hingga dia
menjadi tersengsam. "Omietoohoed " ia memuji, "Tan-wat sungguh berbakat,
maka hari depanmu pasti tak ada batas takarannya Cuma
caranya tan-wat mengeluarkan tangan sedikit kurang welasasih,
dari itu harap janganlah tan-wat menanam bibit
permusuhan Harus diketahui, jika lau permusuhan berlebihan,
jalan di depan kita menjadi sempit, jalan itu bakal
mendatangkan keruwetan tak perlunya..."
Ia tidak menanti pengutaraan apa-apa dari si anak muda,
lantas ia menanyai "Apakah tan-wat suka memberitahukan
she dan .namamu yang mulia ?"
"Maaf, boanpwee yalah Lie Tiong Hoa." sahut si anak
muda, yang bukan lain daripada pemuda kita, ia bersenyum,
lantas ia menambahkan "Terima kasih buat nasihat siangjin,
boanpwee akan ukir itu d idalam hati, Barusan boanpwee
bertindak dengan terpaksa lantaran Hian Hoo terlalu jumawa
sedang hatinya terang tak lempang, dia merusak kehormatan
dirinya sendiri Begitulah boanpwee permainkan padanya."
Hoat Hoei mengasi lihat sinar mata girang, Anak muda itu
nyata dapat menerima nasehat, kemudian ia menatap. terus ia
mengangguk untuk berkata: "Jadinya adalah tan wat sendiri
orang yang selama ini dibuat sebutan di wilayah Kang lam
sekarang ini tan-wat pesiar ke selatan, apakah tan-wat pun
mengandung sesuatu maksud mengenai Lay Kang Koen
Pouw?" Pendeta ini menanya demikian untuk menegaskan saja.
Tadi ia telah mendengar orang memberitahukan coei Kiat Him
bahwa dialah orang luar yang bertindak hanya di sebabkan
perasaan tak puas. Ditanya begitu, Lie Tiong Hoa menghela napas.
"sahabatku, nampaknya pikiranmu sedang ruwet." kata
Hoat Hoei bersenyum. "Loolap sudah berusia lanjut, andaikata
kau tidak celaan, suka loolap menemani kau memasang
omong semalaman ini, barangkali saja loolap dapat membantu
apa-apa kepada kau."
Tiong Hoa mengangguk Maka dilain saat keduanya sudah
duduk bersila berhadapan sedang lilin berkelak-kelik dan angin
di-luar meniup pasir beterbangan terus...
Si anak muda menghormati Hoat Hoei siangjin, dia
menaruh kepercayaan besar, maka suka ia menuturkan asal
usulnya begitupun tentang sepak tenangnya selama ia
terpaksa merantau itu. Hoat Hoei siangjin mendengari dengan sabar. ia berdiam
saja, setelah selesai sianak muda menutur, dia bersenyum dan
berkata: "Begitulah penghidupan kita mendapatkannya seperti
tanpa merasa, soal berbuat jahat atau berbuat baik itulah soal
waktu sedetik saja. sahabat kecil, kau terlibat hebat oleh
asmara, akan tetapi bakatmu baik, kau menempuh bahaya
yang akhirnya berubah menjadi kebaikan. Tentang sepasang
putera puterinya Pouw Liok It, yang loolap ketahui baik, dapat
loolap jelaskan mereka bukanlah anak-anak sejati dari orang
she Pouw itu Anak-anak itu memang cerdas dan baik
bakatnya." Tiong Hoa heran, ia mengawasi pendeta itu.
Hoat Hoei berkata pula: "Baiklah tan-wat bekerja menuruti
pekerjaannya nona Pouw itu, mungkin itu dapat
menyelesaikan permusuhan diantara nona Cek dan Pouw Liok
it. Loolap paling suka menolongi orang, maka itu loolap mau
pergi ke Inlam guna membujuk Pouw Liok It hingga dia suka
hidup mencucikan diri, supaya bencana Rimba persilatan
dapat dihindarkan-" Habis berkata ia tertawa, terus ia menambahkan "sahabat
muda, sampai bertemu pula" Nasihat loolap yalah: Berilah
ampun dimana yang bisa, siapa berbuat baik kepada lain
orang, dia menambah kebaikan untuk dirinya sendiri"
Kata-kata itu ditutup dengan datangnya berlompat keluar
kuil dimana, setelah mengibaskan tangan bajunya, pendeta itu
lenyap dalam malam yang gelap itu.
Tiong Hoa kagum. "sungguh gesit" ia puji si pendeta.
Hanya sejenak. dari luar kuil terlihat satu bayangan kecil
berlompat masuk. "Encie In?" tegur si anak muda, yang matanya bersinar
terang. si nona sudah lantas berdiri dimuka si anak muda, dia
bersenyum manis. "Soen Loen Teng menghadapi bahaya, syukur dia dapat
mengelabui Liong Hoei Giok," katanya, " Ketika itu Kie soen
lagi dibikin kewalahan oleh Thiat Yoe sioe gurumu, dia kabur
dengan membawa satu orang. Liong Hoei Giok percaya orang
itu yalah sancoe muda dari Tay In san. maka dia mengajak
orang orangnya pergi menyusul. Gurumu memesan, setelah
semua beres, kau mesti mencari dia di siauw ngo Tay san."
Tiong Hoa mengangguk. "Bagaimana dengan Lo Leng Tek dan rombongannya?" ia
tanya. si nona tertawa. "Mereka tahu percuma mereka terburu-buru, maka mereka
sudah menyamar menjadi saudagar untukjalan mutar.
Mungkin dalam tempo duapuluh hari mereka akan sudah
sampai di Koen-beng."
"Kalau begitu, tentramlah hatiku. Lo Leng Tek cerdik luar
biasa." "Barusan aku melihat seorang berkelebat dia sangat pesat,
siapa dia?" In ^io tanya, Tiong Hoa melirik. la bersenyum,
"Malam sunyi sekali, aku memaksa mengajak seorang
memasang omong." sahutnya "Dapatkah encie In menduga
dia siapa?" Muka si nona bersenyum merah,.
"Kau terlalu" katanya, "K,alau aku tabu buat apa aku
menanya?" Mendadak si anak muda memperhatikan roman
aneh. "Ya, encie adikmu ingin menyampaikan kabar baik
padamu," katanya, "hanya disebabkan hatiku pepat, sekian
lama aku berdiam saja, baru sekarang aku merasa lega. In Nio
heran, dia menatap anak muda itu, ia mengawasi roman
tampan pemuda itu ia berdiam saja, ia menanti jawaban.
Tiong Hoa mengawasi Ketika ia bicara ia berlaku tenang
sekali. "Encie, tahukah kau dimana adanya ibu encie?" demikian ia
tanya, perlahan- In Nio terkejut ia mengawasi tajam. "Aku telah ketahui itu,
cuma aku tidak berani segera memberitahukan encie," Tiong
Hoa kata pula. Nona Cek berjingkrak. Ia menubruk pundak si anak mnda,
untuk dipegang keras dan digoyang-goyang .
"Dimana ibuku, dimana, adik Hoa ?"tanyanya, tegang


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hatinya,"Lekas bilang " "
Tiong Hoa terus berlaku sabar.
"Encie, tahukan kau, kenapa ibumu lenyap di Hoei Ho Kauw
?" ia tanya pula, In Nio mementang lebar matanya,
"Mustahilkah kau ketahui itu, adik Hoa?" dia balik menanya.
Si anak muda mengangguk "Aku telah menyelidikinya maka
itu aku ketahui itu." ia menjawab.
In Nio mengawasi ia tidak menyela, "orang-orang yang
memancing ibumu di Hoei Ho Kauw itu yalah Pouw Liok It
bersama Ang Hoat Tan-Mo yang menjadi gurunya Tian-Lam lt
Kwie Tam siauw Go. Pouw Liok It cuma turut-turutan, Adalah
Tam siauw Go yang sangat membenci ibumu, dia membawa
ibumu kegunung Boe Liang san dimana dia mengompes
ibumu, minta keterangan halnya cawan kemala Coei In-"
Lantas saja airmata In Nio turun mengucur ia bersedih
mendengar ibunya dikompes, itu berarti ibunya menderita dari
siksaan- setelah itu, ia mengertak gigi. "Setan tua Ang Hoat,"
dia kata sengit, "jikalau tidak kucincang tubuhmu, tak aku..."
"sabar," kata si anak muda, membujuk. "ibumu cuma
memberi keterangan bahwa Tam siauw Go telah terbinasakan
Koay-bin Jin Him song Kie, tentang cangkir kemala katanya ia
tidak tahu" In Nio mengawasi si anak muda, ia heran. "Bagaimana kau
ketahui begini jelas" ia tanya.
Tiong Hoa seperti tak mendengar pertanyaan itu, ia berkata
terus: " Ketika aku mengantarkan Sng Kie, diantara kedua
gunung ciong san dan ciat Heu aku telah bertemu dengan
Pouw Liok It, yang muncul secara tiba-tiba, Aku bilangi dia
bahwa cangkir kemala ada padaku, maka kita lantas membuat
perjanjian pertemuan di Hek Liong Thoa, Aku minta dia
merdekakan ibu mu. Aku berjanji akan menyerahkan cangkir
itu" ia tertawa, ia menambahkan:
"Sekarang ini Ang Hoat Jin-Mo telah dihajar mampus oleh
Pouw Liok It, yang telah menolongi ibumu. sekarang sudah
jelas, cangkir mustika itu dapat dipakai menolong sakit mata
ibumu. soal pertukarannya tinggal tunggu waktu saja. Lain
hari, setelah tiba waktunya, cangkir itu dapat dipinjamkan.."
Sebegitu jauh baru didetik ini In Nio merasa ia paling
bergembira, meski begitu ia heran kenapa Pouw Liok It
berlaku demikian macam, ia melirik si anak muda, ia
menunjuki sikap manja ketika ia menanya: " Kenapa baru
sekarang kau memberitahukan ini padaku" perbuatannya
Pouw Liok It itu tidak tepat dengan sepak terjangnya yang
sudah-sudah. sekarang ini ibuku berada dimana ?"
"Hal ini baru saja aku ketahui dari Hoat Hoei siangjin-"
Tiong Hoa menjawab, "Ke dua anaknya Pouw Liok It itu
secara diam-diam telah menjadi muridnya Hoat Hoei, ibumu
telah dibawa Nona Pouw kegua Giok Lok Tong dibelakang
gunung Ceng shia san untuk berobat, sebenarnya Pouw Liok It
bermaksud baik, dia sekarang berada dalam kedudukan sulit.
Dia kuatir ibu mu karena permusuhan dulu hari, nanti menagih
orang kepadanya..." In Nio tertawa. "Baiklah, semua telah aku ketahui" kata nya gembira,
"Pantas itu hari di Hoa Kee Pe aku bertemu Nona Pouw, dia
agaknya bingung, kiranya dia memikirkan aku." Muka Tiong
Hoa bersemu merah sendirinya. ia berdiam saja.
si nona pun berdiam, dia agak ragu-ragu. Baru kemudian ia
kata perlahan: "Adik Hoa sekarang encie In-mu tak dapat
menemani kau pergi ke Hek Liong Thoa..."
Tiong Hoa heran hingga ia terperanjat.
"Kenapa, encie?" ia tanya bingung. Nona itu menarik
napas. "Kau tahu hubungan diantara ibu dan anak," kata ia
perlahan "sekarang aku mendengar perihal ibuku, ingin aku
terbang menemuinya, sejak mara ibu tidak dapat melihat,
belum pernah aku berpisah darinya. sudah lama kita berpisah,
pasti ibu sangat berduka dan sakit hatinya memikirkan aku."
Aku menyimpan cangkir tetapi di sebelah itu masih
dibutuhkan beberapa obat lainnya supaya aku bisa menolong
Hingga ibu bisa melihat pula, Untuk itu aku memerlukan
banyak waktu, karenanya mesti aku lekas pergi, Tidak dapat
aku mensia-siakan waktu Adik Hoa, aku tunggu kau diguha
Giok Lok Tong saja."
Habis berkata begitu, mata si nona merah air matanya
meleleh turun-Tiong Hoa mencekal tangan nona itu. dia
terharu. "Encie In, bagaimana sekarang?" kata ia. perlukah aku
menemani kau?" Nona itu bersyukur tapi ia lantas berpura-pura tertawa.
"Tolol" katanya, " orang mana dapat tak memegang
kepercayaan" Mana dapat kau tidak pergi ke Hek Liong Tho"
Biarlah aku tunggu saja kau diguha itu" Mendadak si nona
meloloskan diri dari cekalan sianak muda, untuk berlompat
pergi Tiong Hoa melengak. dia cuma lihat bayangan
berkelebat, lalu menghilang...
Kota Koen-beng yang indah dan menarik hati. Karena
keletakannya yang tinggi, iklim disitu adalah di musim dingin
hangat dan di musim panas adem Jadinya, empat musim
seperti musim semi saja. Disana ada telaganya yang kesohor,
yaitu telaga Koen Beng ouw yang diapit gunung Kim Ma-san
dan Pek Kie-san- Di Yan-khia ada telaga yang serupa
namanya, telaga itu dibuat dengan menyontoh telaga Koen
Beng ouw itu. Demikian waktu udara jernih dan angin bertiup halus,
banyak orang pesiar di lauwteng Tay Kean lauw di luar kota.
Diantaranya seorang muda berbaju hijau, dengan kipas
ditangan, lagi melancong dengan matanya diarahkan ke telaga
yang terkenal itu. Ia begitu ketarik hingga dengan perlahan ia
bersenandung. Tiba-tiba ia mendengar orang tertawa dan berkata: "segala
syair bau dan panjang, mana ada harganya untuk
disenandungkan" Lihat, lucu si pelajar rudin itu "
Pemuda itu berpaling dengan perlahan, alisnya rapat satu
dengan yang lain- Ia heran. Ia melihat lewatnya tiga orang
dengan dandanan singsat. Yang tertawa dan bicara itu mesti
satu diantaranya. Dialah Lie Tiong Hoa yang baru malam kemarin tiba di
Koen-beng. Dia tak kesusu pergi ke Hek Liong Thoa, sebabnya
yalah ketika kemarin dia singgah dihotel, dimana ada banyak
tetamu lainnya, dia mendengar orang omong halnya Pouw
Liok It meninggalkan Inlam buat sedikitnya setengah bulan
bahwa karena itu, ada orang atau orang-orang yang telah
nelusup masuk ke Hek Liong Thoa, akan tetap semua mereka
tak kembali. Hek Liong Thoa bukan rumah Liok It tapi siapa mau
bertemu padanya, ia mesti pergi kesana dulu dimana ada
sedia orang yang menyambutnya. itu pula sebabnya, Hek
Liong Thoa jadi kesohor. Dia menduga Liok It meninggalkan
Inlam buat urusan san coo muda dari Tay Im san.
Karena ia bukan mengisahkan Liok It. dia jadi dapat
bersabar, Maka dia pesiar ke Tay Koan Lauw ini. Dia melihat
sepasang lian dengan tulisannya yang indah dan menarik hati,
dia dengar "suaranya orang jahil yang tidak di kenal itu. selagi
mengawasi, dia mendengar bicaranya ketiga orang itu yang
selain berdandas singsat juga pada membekal senjata.
Kata yang satu: "Kabarnya kemarin dulu telah terjadi
peristiwa di Hoei Liong Piauw Kiok Kim-Bian Gouw-kong seng
Eng siang pulang dengan tubuh terluka, Kali ini dia tidak lagi
mengantar piauw, Entah dia bermusuh dengan siapa. Ketika
ditanya dia berkelahi dengan siapa, dia cuma menggoyang
kepala dan tertawa meringis..."
Orang yang lainnya tertawa dingin dan berkata: Dasar seng
Eng siang yang celaka. Dulu hari ketika sie-cioe Jie Kiat berkunjung kepadanya, dia
menyambutnya dengan dingin danjumawa, lalu dia
menghajarnya hingga orang terluka parah. jikalau semua
orang piauwkiok galak seperti dia. maka rekan-rekan kita
semua bakal mesti menahan lapar dan minum saja angin
barat laut" Mendengar itu, tahulah Tiong Hoa bahwa ketiga orang itu
bangsa berandal, Dengan begitu dengan sendirinya timbul
perasaan jemu didalam hatinya. ia sebenarnya hendak
meninggalkan mereka itu, atau mendadak ia mendengar pula:
"Aku tahu siapa itu orang yang liehay yang diketemukan Kimbian
Giok Kong Seng Eng Siang"
"Siagakah dia?" "Thian ciat Mo-Koen-" "Bagaimana kau
ketahui itu?" "Karena kemarin aku bertemu muridnya Thian ciat Mo-
Koen. Aku ketahuinya dari mulut dia itu. Pada tiga bulan yang
lalu, Seng Eng siang sudah membinasakan empat muridnya
Thian ciat Mo-Koen, maka sekarang terjadilah peristiwa itu.
Perkara masih belum habisi Lihatlah nanti"
Dengan sendirinya Tiong Hoa melengak.
"Kalau siluman itu sudah datang, perlu aku pergi ke piauwkiok
melihatnya." pikirnya, Maka itu ketika ketiga orang itu
turun dari lauwteng, ia turut turun untuk menguntit.
Jilid 21 : Jumpa sahabat lama
Sesudah jalan sekian lama, tiba-tiga ke tiga orang itu
menghentikan tindakannya untuk berdiri dipinggiran- Mereka
seperti menjerikan sesuatu, seperti yang hendak mengasi
^alan, roman mereka tegang.
Tiong Hoa heran- jalanan sepi, sangat sedikit orang yang
beria lu- lintas disitu, ia lantas melihat kedepan, Belasan
tombak jauhnya disebelah depan ada seorang tua berbaju
ungu berjalan dengan tindakan enteng, romannya pendiam
tetapi keren. ia heran untuk orang tua itu tetapi ia berjalan
terus, seperti tidak terjadi sesuatu.
Tiba-tiba satu diantara ketiga orang itu berlompat
menghampirkan- tangannya menolak. mulutnya msmb entak:
"lh, pelajar konyol, masih tidak minggir Apakah kau mau cari
mampusmu?" Hampir tak terlihat gerakannya, Ticng Hoa lolos dari
serangan itu ia berjalan terus, si penyerang heran hingga
matanya mendelong. Ketika itu si orang tua sudah datang dekat, Tiong Hoa
melewati dia dengan sikapnya wajar, akan tetapi caranya
lewat itu membikin si orang tua memperdengarkan suara
heran. Tanpa menoleh, Tiong Hoa berjalan terus dengan tenang,
sampai mendadak ia terperanjat Dari belakangnya ia
mendengar suara angin mendesir ia tahu bahwa ia lagi
dibokong, maka itu ia tertawa dingin, sembari memutar tubuh,
ia menyampok dengan kipasnya.
Itulah seorang bertubuh besar yang membokong, Dia yang
menyerang secara curang, tetapi dialah yang kaget, itulah
karena kipas si anak muda meluncur kejalan darah hiong kam.
Dengan lekas-lekas dia menarik pulang kedua tangannya,
guna menutup diri. Dia jugamendelong karena dia heran si
pelajar yang dikatakan konyol itu demikian liehay, si orang
tua, yang telah berjalan jauh kira enam tombak. turut menjadi
heran- Tiong Hoa tidak mau menyerang orang, ia tidak
mengulangi serangannya, Barusan pun ia melainkan membela
diri. Akan tetapi, sambil menarik kipasnya, ia kata dingin: "Aku
yang rendah tidak bermusuh dengan kau, tuan, mengapa tuan
membokong aku?" orang itu membuka mata tanpa bisa menjawab, cuma kulit
mukanya yang hitam bersemu merah gelap. suatu tanda ia
jengah, Hanya sejenak kemudian, matanya jadi bersinar
bengis. "Tak sedap tuan besar kamu melihat padamu" katanya
keras, "Aku ingin mencoba-coba kau." walaupun dia berkata
demikian, bukannya dia maju hanya dia bertindak mundur.
Tiong Hoa bersenyum, mendadak sebelah tangannya
meluncur pesat, mengenai jalan darah kin-ceng dari orang
kasar dan galak itu, yang berseru tertahan, terus tubuhnya
roboh. Dengan berseru keras, dua orang yang lain nya lantas maju
menyerang, Mereka kaget mereka gusar.
Tiong Hoa menjadi mendongkol menyaksikan kegalakan
tidak keruan itu. ia melakukan perlawanan. Dengan kipas dita
ngan kanan ia bergerak dengan tipu silat. "Membiak mega,
membuyarkan kabut, d e ngan itu ia menyambutjalan darah
tioe-wan dari penyerangnya yang dikiri yang bersenjatakan
pedang. Dengan tangan kiri, dengan lima jeriji terbuka, dengan ilmu
silat sia uw Thian cee ia menyambar nadi lawan yang dikanan,
untuk terus dilempar kearah pedangnya si kawan.
Disaat kedua orang itu hampir beradu satu dengan lain,
hingga pedang si kawan bakal menghajar kawan lainnya,
mendadak si orang tua berlompat maju menyambar masingmasing
mereka itu, untuk dibikin terpisah, hingga terhindarlah
satu perkara darah, Habis itu orang tua itu menatap tajam
kepada si anak muda. Selagi tak puas itu, Tiong Hoa kata keren: "Diwaktu siang
benderang ini, dimata umum kenapa kamu main membokong
orang" Teranglah kamu bukan bangsa manusia baik
baikjikalau kamu tidak diajar adat, pasti kamu bakal menjadi
semakin tak kenal takut. si orang tua tidak gusar, sebaliknya
dia tertawa. "Teguran kau tepat, tuan-" katanya, "Sebentar aku si orang
tua bakal memberi nasihat untuk kurang ajarnya mereka itu,
Hanya aku...." Tiong Hoa heran orang tak gusar itu, tetapi mendengar
suara itu, ia menduga mesti ada ekornya, sedikitnya orang
bakal menanya she dan namanya, itu berarti ia tak dapat
segera berjalan terus. Maka itu ia mendahului berkata:
"Kalau begitu, karena aku yang rendah masih mempunyai
urusan penting, aku meminta diri lebih dulu." ia memberi
hormat seraya terus memutar tubuh untuk bertindak pergi.
"sungguh anak muda yang cerdik." terdengar si orang tua
kata kagum. Tiong Hoa bertindak dengan cepat, Ketika kemudian ia
mendapat kenyataan orang tua itu tidak menyusul padanya,
baru ia perlahankan tindakannya, ia tadi mengambil jalan
kecil, sekarang ia kembali kejalan besar, untuk terus menuju
kejalan besar kota Koen-beng, jalan besar dengan batu halus
yang lebar. Disini ia lantas melihat banyak orang yang berlalu-lintas.


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sembari berjalan itu ia menduga-duga apa si orang tua
bukannya Giam ong Leng. "sudahlah." katanya kemudian dalam hati, untuk
menyingkirkan pikiran yang ruwet. Dan ia mengangkat
kepalanya, untuk berjalan terusJusteru ia melihat kedepan itu,
justeru sinarmatanya bentrok dengan dua sosok tubuh, yang
ia rasa kenal, hanya tak ingat ia dimana pernah ia menemui
mereka itu, ia lantas menggunai otaknya.
Dengan lekas ia ingat, Mereka itu yalah Teng coa sin-pian
sim Yok dari Keen Loen san serta Tiat-pie Chong- liong Law
Chin murid nya Keng Tim Taysoe dari kuil Tay Chong sie di
soe-coan Timur, ia pernah melihat mereka itu di Yan Kee Po.
"saudara Lauw Cin." ..ia memanggil.
Dua orang didepan itu agak melengak. lantas mereka
menoleh, setelah mengeluarkan suara tertahan: "oh"
keduanya cepat menghampirkan. untuk mereka berjabatan
tangan sambil menyapa, menanyakan kesehatan masingmasing.
Kedua pihak tak bersahabat kekal tetapi mereka saling
mengagumi. Terutama sim Yok. ia ingat baik sekali budi Tiong
Hoa. "Disini bukan tempat bicara," kata Lauw Chin "Mari kita
menyewa sebuah perahu dengan apa kita masuk kedalam
kota, setuju kah saudara ?"
Tiong Hoa dan sim Yok menyatakan akur, maka keduanya
lantas pergi kekali oen HHoo dimana mereka menyewa sebuah
perahu bergubuk. Kali oen Hoo, yang dipanggil juga Coan Tong Hoo,
menyambung dengan telaga Koen Beng ouw didalam kota
Koen-beng, perjalanan sejauh sepuluh lie lebih,
perhubungannya ramai, pemandangan alamnya permai. Maka
itu ketiga sahabat itu, sambil berduduk dapat memasang
omong dengan asyik, "sejak bertemu kau di Yan Kee po, saudara Lie," kata Lauw
Chin menghela napas, "besokannya aku lantas berangkat
pergi. sejak itu kami tidak bertemu pula dengan saudara atau
kami lantas mendengar kau telah mengangkat nama di Kang
lam, sebenarnya ada keinginan kami untuk menjenguk kau,
sayang karena ada saja urusan, niat itu belum dapat
diwujudkan, Tidak ku sangka kita dapat betemu disini"
Berbicara terlebih jauh, sim Yok dan Lauw Chin
memberitahukan bagaimana mereka sudah menyelidiki orangorang
Rimba persilatan yang lenyap tidak keruan paran, tetapi
di Yan Kee Po itu mereka tidak memperoleh hasil apa-apa.
Mereka menduga kejahatan diperbuat Hoan-Thian-Ciang
Yan Loei. Begitulah dengan bekerja sama Im san sioe-soe
serta murid-murid dan sejumlah kawan lainnya, mereka
menyerbu Yan Kee Po, tetapi diluar dugaan, pihak Yan Kee Po
mundur sendirinya. Api telah digunai untuk melakukan
pembakaran, Kesudahannya, penyelidikan mereka tak
menghasilkan apa-apa. Mendengar itu, Tiong Hoa bersenyum.
"Apa saudara telah periksa rumah peristirahatan nyonya
dari Yan Kee Po disisi rimba?" ia tanya, "Didalam rimba yang
lebat disitu ada sebuah rumah besar yang hitam gelap
kelihatannya...." "Tentu saja kita pergi kesana" sahut Lauw Chin- Disana
cuma kedapatan simpanan beras dan rangsum kering, Karena
itu guruku menjadi berselisih dengan cian ci- Kean im siauw
Goat Hian, nyonya rumah. syukur kemudian mereka mendapat berdamai dan menjadi
baik pula, tetapi guruku mesti mencari tempat untuk
mengganti gedung peristirahatannya nyonya itu." Habis
berkata itu, Lauw Chin mengawasi tajam, Dia heran-"Apakah
saudara ketahui sesuatu?" ia tanya.
Tiong Hoa tidak lantas menjawab, Baru sekarang ia tahu
jelas apa yang menyebabkan kemusnahan Yan Kee Po, ia pun
balik menatap sahabat itu, ia menghela napas.
Sekarang teringat pula ia dengan lelakonnya disana. ia
berduka tapi juga ia berlega hati, karena ia sudah tertolong,
Kemudian, selagi dua sahabat itu menatap terus, ia tuturkan
semua pengalamannya didalam rumah dalam tanah di Yan
Kee Po itu. sim Yok dan Lauw Chin gusar bukan kepalang,
mata mereka menjadi merah.
"saudara, apakah saudara masih ingat nama-nama mereka
yang kedapatan didalam sarang celaka itu?" tanya Lauw Chin.
"Aku ingat tetapi tidak semuanya." sahut Tiong Hoa,
"setelah lewat sekian lama, banyak yang aku sudah lupa.
Nanti saja, setelah singgah dihotel, perlahan-lahan aku
membuat catatannya. Atau kalau tidak selesainya urusan
disini, mari kita bersama pergi ke Tok-lok..."
Menyebut nama Tok-lok itu Tiong Hoa mengawasi keluar
perahu, ia masgul ia ingat lelakonnya, ia membayangi Koen
Beng ouw dikota raja. Dulu seorang pemuda yang lemah,
sekarang ia satujago Rimba Persilatan....
selagi pikirannya melayang-layang itu, Tiong Hoa
mendengar suaranya sim Yok: "Saudara Lie, tahukah bahwa
sekarang ini Im-Yang-cioe KongJiang dan im Cioe Jiauw-hoen
Hauw Boen Thong dari Yan Kee Po itu berada dikota Koenbeng
ini" Kami cuma belum melihat Hoan Thian ciang Yan
Loei, Kami hendak mencari orang she Yan itu"
Bagaikan mendusin, Tiong Hoa berpaling, secara
mendadak. dia menjadi bersemangat pula, sambil bersenyum,
ia berkata: "sekarang ini aku lagi luang tempo, urusan di Hek
Liong Thoa masih dapat ditunda maka itu saudara, andaikata
kamu membutuhkan bantuanku, suka aku memberikannya"
Lauw Chin tertawa. "Kalau saudara Lie suka membantu, itulah bagus sekali"
kata dia. "sebenarnya aku telah merencanakan usahaku
mencari Yan Loe itu, hanya itu harus dilakukan dengan sabar,
tak boleh dengan tergesa-gesa, sekarang saudara mau pergi
kemana?" "Aku mau pergi ke Hoei Liong Piauw Kiok," sahut Tiong
Hoa. sim Yok heran, ia terperanjat.
"Bagaimana, apa saudara bersahabat dengan Kim-bian
Gouw Keng seng Eng Siang?" ia tanya.
Tiong Hoa menggoyang kepala, "Aku tidak kenal dia,"
sahutnya. sim Yok melengak.
"seng Eng siang itu keluaran siauw Lim sie di Pouw thian-"
ia kata- "Dia lihay, Dengan ketua siauw Lim sie di Pouw-thian
itu dia pernah saudara seperguruan- setahu kenapa, mereka
bentrok. Eng siang gusar, ia memelihara rambut pula, menjadi
orang biasa, lalu sebagai orang murtad dia datang ke selatan
ini menghamba kepada Giam ong Leng serta membuka
piauwkiok nya itu. Pihak siauw Lim sie malang kepada Pouw Liok It, dia di
diamkan saja, kalau siauw Lim sie bertindak. urusan bisa jadi
besar, Eng siang itu jumawa dan licik sekali, Umpamakata dia
ketahui saudara mempunyai janji dengan Pouw Liok It, ada
kemungkinan dia nanti mengganggu padamu. Karena saudara
tidak kenal dia, aku pikir lebih baik saudara jangan pergi
padanya." Tiong Hoa tertawa. "Aku tidak memikir untuk menemui seng Eng sian-"
katanya, "cuma..." ia lantas tuturkan apa yang ia dengar di
Tay Kean Lauw serta halnya ia bertemu dengan siorang tua
berbaju ungu ditengah jalan tadi. Lauw Chin terkejut.
"Bagaimana romannya orang tua berbaju ungu itu ?" ia
tanya. Tiang Hoa heran, tetapi ia memberikan penjelasannya.
Karena sikapnya arang she Lauw ini, ia mau percaya orang tua
itu bukan sembarang orang.
"Benar dia... benar dia..." kata Lauw Chin perlahan
berulang-ulang, sedang sinar matanya menandakan dia
sangsi. Kemudian dia kata: "lnilah aneh, saudara Lie Kau telah
merobohkan orang-orangnya dan dia tidak marah sama
sekali..." "Siapakah dia, saudara Lauw?" tanya Tiong Hoa, ia heran
akan kelakuannya ini sahabat baru.
Lauw Chin tertawa tawar. "Dialah Cie Ie Boe-Eng Tie sin Hong," ia menjawab, "Dialah
si hantu nomor satu dari luar lautan, yang tinggalnya dipulau
Hiong Cioe To dijasirat Loei Cioe, Dia terkenal buat jeriji
tangannya yang liehay, Kabarnya dia menjadi paman guru
baru Hauw Boen Thong. Dia sekarang muncul disini, mesti dia ada sangkutpautnya
dengan tiga benda mustika Rimba Persilatan yang sekarang ini
sedang hangatnya dibuat pembicaraan...
Kalau begitu, baiklah, tak usah kita jeri-jeri, mari kita pergi
ke Hoei Liong piauw Kiok, Mungkin disana kita mendapat tahu
tentang Tie sin Hong...."
Ketika itu perahu sudah dikepinggirkan, sekalian saja
bertiga mereka mendarat, untuk langsung menuju ke Hoei
Liong pia uw Kiok, kantor usaha pengangkutan "Naga
Terbang." Tatkala mereka sampai didepan pia uw- kiok, mereka
heran, sepi sekali dimuka kantoran, bahkan pintunya separuh
ditutup, sebaliknya dua orang yang bertubuh besar dan
romannya bengis, lagi duduk menyender pada singa batu d id
epa n pintu itu, roman mereka malas-malasan akan tetapi
mata mereka tajam, sinarnya tak lepas dari setiap orang yang
berlalu-lintas.... Bendera besar dari Hoei Liong piauw Kiok berkibar-kibar
diatas tiangnya, Huruf-hurufnya merah latarnya kuning emas.
"saudara Lie." kata Lauw Chin perlahan, "dua orang itu
rupanya bukan orang piauw kiok. maka itu baik kita berlaku
waspada, Dalam dunia Kaug-ouw banyak sekali manusia licik,
mukanya lain, hatinya lain lagi. Tiong Hoa kagum.
"Saudara berpengalaman luas, aku malu tak dapat
menyamai." kata ia. " Kalau mereka bukan orang piauw-kiok.
mungkinkah mereka..."
Pemuda ini cerdas akan tetapi itu waktu tak dapat ia
menerka seperti Lauw Chin-
"Seng Eng siang biasa menolak tetamu." kata Liuw Chin
maka itu suasana ini mencurigai, Ada kemungkinan dia lagi
didesak dipengaruhi musuhnya supaya dia melakukan sesuatu
yang tak baik terhadap Pouw Liok It, atau dia sendiri lagi
menggunai siasat, yalah pura2 saja bahwa dia telah kena
dilukakan Thian ciat Mo Koen-.."
Ketiga orang ini berdiri diam jauh dari piauwkiok. dua orang
di depan piauwkiok itu mengawasi mereka tanpa berkesip. sim
Yok tertawa. "Lihat, mereka lagi memperhatikan kita" katanya.
"Mari kita hampirkan mereka secara wajar." kata Lauw
chin, "Mari kita lihat lagaknya" Tiong Hoa setuju.
Bertiga mereka bertindak maju. Mereka jalan terus sampai
dimuka tangga, sikap mereka dibikin wajar. sebaliknya dua
orang itu nampak gelisah. Mendadak keduanya lompat
bangun, untuk menghadang bersama. Mereka berdiri
berendeng. "Piauwtauw kami tidak menerima tetamu" kata yang
dikanan, nyaring, "Tuan-tuan, silahkan berhenti"
Lauw Chin tertawa terbahak, "Bagaimana kamu ketahui
kami hendak menemui seng Eng siang?" dia tanya, "Apakah
orang-orang didalampiauwkiok ini telah mati semuanya" Pergi
kau bilangipauwsiuw kamu bahwa sahabatnya dari Kwan-tlong
datang berkunjung." orang dikanan itu melengak. nyata dia
bercuriga. "Tuan-tuan hendak menemui pia uwtauw yang mana ?" dia
tanya, Lauw Chin tertawa pula, "Disini toh cuma ada satu
congpia uwtauw?" katanya. "Apakah ada ketua yang kedua?"
Tiong Hoa dan sim Yok mendengar sahabatnya bicara,
mereka memuji kecerdikan sahabat ini. Mereka terus berdiam
mendengari saja. orang yang dikiri heran, dia mengawasi kawannya, Yang
dikanan ini rupanya cerdik, setelah berdiam sebentar, dia
kata: "Tuan tuan, silahkan kamu kembali, seng Cong-pia
uwtauw telah memberitahukan selama setengah bulan ini dia
tak dapat menerima tetamu siapa jug a, takperduliorang cuma
ingin menjenguk " Kembali Lauw Chin tertawa.
"Dikolong langit ini tidak ada aturan begini " katanya, "Aku
ingin menemukan, aku mesti menemukannya" Dan ia menoleh
kepada kedua kawannya, untuk berkata: "Mari " Lalu dia
bertindak. Orang dikanan itu kaget, sebera dia menolak dengan
sebelah tangannya. Lagi-lagi Lauw Chin tertawa ia berkelit kekiri, tangan
kanannya menangkis, tangan kirinya menyerang, kepada
orang yang di kiri, yang ia arah jalan darahnya diiga kiri,
yaitujalan darah sin-tong.
Hampir berbareng, dua orang itu kena di bikin minggir,
Bersama dua kawannya, Lauw Chin maju terus. Mereka itu
penasaran, mereka memburu, sembari memburu mereka
menyerang, takperduli ke punggung tiga orang itu.
Lie Tiong Hoa ketahui orang menyerang mereka, ia
memutar tubuhnya sambil tertawa, sebelah tangannya
diajukan kedepan, hingga tangan itu meluncur panjang
melebihkan daripada selayaknya, itulah tangan si Kera
terbang, yang menangkap lengannya orang yang dikiri.
Berbareng dengan itu, kaki kirinyapun diangkat, dipakai
mendupak kearah tok-pie, jalan darah didengkul, Lihay
gerakannya si anak muda, orang yang di kanan itu di mampiri
kaki, dia menjerit kesakitan, tubuhnya mental balik, roboh
dilatar. Dia merasa nyeri hingga ke uluhatinya.
Yang lainnya kena ditangkap tangannya, dia tak dapat
meronta, maka juga dia menjadi kaget bukan main, matanya
bersinar tak ketentuan- Lauw Chin dan sim Yok kagum. Mereka telah mendengar
Tiong Hoa lihay tetapi mereka tidak pernah menduga selihay
ini. Mereka mengawasi dengan hati sangat tertarik.
Tiong Hoa memandang bengis kepada orang yang
lengannya dicekal itu, ia kata keras: " Lekas bilangi seng Eng
siang supaya dia keluar menyambut kami" ia segera
melepaskan cekalannya. Orang itu lantas lari kedalam.
"Mari" Tiong Hoa mengajak dua kawannya, selagi ia sendiri
terus bertindak ke-dalam, ketiganya berjalan dengan sabar.
Lekas sekali dari dalam terlihat keluar empat orang, yang
semua membekal pedang. sekitarnya setombak jauhnya,
mereka itu berhenti untuk merintangi.
Lauw Chin mengawasi empat orang itu, Melihat tindakan


Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kakinya, dia percaya mereka lihay semuanya, Usia mereka itu
usia pertengahan, semua berpakaian hitam dan ringkas,
teman mereka keren, mata mereka tajam sebelum kedua
belah pihak berkata apa-apa, dari dalam sudah lantas
terdengar suara batuk yang dalam disusul dengan kata-kata
berpengaruh ini: "sahabat baik dari mana datang berkunjung
kepada Hoei Liong piauw Kiok yang suasananya begini
menyeramkan" Biarlah aku si orang tua yang menyambutnya"
Pendekar Bego 12 Pendekar Rajawali Sakti 136 Singa Gurun Dendam Pendekar Cacat 1
^