Pencarian

Bulan Jatuh Dilereng Gunung 5

Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno Bagian 5


kanan yang bergerak berbareng masing-masing memiliki jurus
yang berbeda. Yang sebelah kiri selalu bergerak mengarah
punggung. Sedang yang kanan seringkali menghantam kaki.
Mengapa tidak mengarah langsung ke dada atau menghantam
pinggang" Mungkin itu suatu tipu muslihat untuk menjebak
kelengahan musuh. Pada saat itu, sukesi teringat akan
keterangan gurunya: -Meskipun banyak tipu-muslihat, akan tetapi tidak usah kau
takutkan. - Dan teringat akan keterangan gurunya, timbullah semangat
tempurnya. Mula-mula ia sengaja menyederhanakan tangkisannya, karena hanya melindungi kaki dan punggung
saja. Inilah saat-saat yang diharapkan Tunggul Lawe. Mendadak
saja ia membentak sambil menikam. la mengira, lawan sudah
kena dikelabui. Sebaliknya ia tidak mengira, bahwa justru
Sukesi yang sedang mengelabui. Karena begitu kedua
senjatanya menikam dada, tiba-tiba pinggangnya menjadi
kaku dan kedua tangannya tak dapat digerakkan lagi.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata sukesi berhasil menghantam sasaran yang
dipilihnya. Masih untung bagi Tunggul Lawe, karena Sukesi
tidak berniat membunuhnya. Kalau tidak, pada saat itu
pinggangnya sudah tertabas kutung. Sambil menempelkan
pedangnya pada leher Tunggul Lawe ia membentak :
- Bagaimana" Kau menyerah atau tidak" Aku hanya
menggempurmu dengan punggung pedangku. -
Dengan menarik nafas panjang, Tunggul Lawe menjawab
setengah mengeluh dan setengah mendongkol :
- Baiklah, andaikata aku kau bebaskan kembali rasanya
tidak sanggup mengalahkanmu. Bahkan aku merasa belum
pantas menjadi muridmu. -
- O begitu" - Sukesi girang.
Sekarang ia merasa sudah dapat menguasai tujuh orang
anak-buah Tunggul Lawe. Sekarang tinggal menggertak
barisan yang dipimpin perempuan garang itu dan orang tua
bertubuh pendek kecil berjenggot panjang. Serunya Iantang :
- Tuan-tuan, sekarang kami persilahkan turun gunung. Buka
jalan ! Kami akan melanjutkan perjalanan. -
Sukesi merasa pasti gertakannya akan berpengaruh, Diluar
dugaan, perempuan itu mengangkat pedangnya sambil
menbentak lantang : - Serbu ! -
- Tahan ! - Seru Sukesi yang tidak kalah lantang pula - Maju
selangkah orang ini akan kehilangan lehernya. -
Perempuan itu tertawa geli. la mengulangi aba-abanya
kembali. - Serbu ! - Setelah memberi aba-aba demikian, ia mendahului
mengeprak kudanya menuruni ketinggian yang segera diikuti
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekalian pengiringnya. Sama sekali ia tidak menghiraukan
nasib Tunggul Lawe. Sukesi tercengang, sedang Puruhita terkejut. Kalau begitu,
mereka bukan satu komplotan dengan Tunggul Lawe. Maka
membunuh Tunggul Lawepun tiada gunanya. Segera ia
menendang Tunggul Lawe terguling di atas jalan.
Kemudian melesat mendampingi Puruhita. Mereka berdua
saling menempelkan punggungnya dan dengan tajam
menyapubarisan wanita yang mengepungnya dengan pandang
matanya. Selagi demikian, terdengar seruan Wigagu
- Adik, jangan takut! Biar aku yang membereskan mereka. -
Seruan Wigagu dikumandangkan dengan disertai tenaga
himpunan sakti yang meledak bagaikan petir. Keruan saja,
mereka yang mengurung Sukesi dan Puruhita kaget bukan
kepalang. Mereka tadi mendengar ucapan Tunggul Lawe
sangat jelas. Wigagu ibarat tak dapat menggerakkan badannya karena
kena tembak. Nyatanya, tidak demikian. Pendekar itu hanya
terluka pangkal lengannya. Namun sama sekali tiada tanda-
tanda mengurangi kegagahannya.
Orang tua yang menyerbu dari kanan sampai tertegun di
atas kudanya. Ia benar-benar merasa heran. Tetapi
sesungguhnya, tidak hanya mereka saja yang terheran-heran.
Juga Sukesi dan Puruhita. Hanya saja penyebabnya lain.
Tadinya mereka berdua mengira, perempuan yang garang itu
akan menyerbunya. Diluar dugaan, sasarannya bukan mereka berdua. Justru
terhadap tujuh orang anak-buah Tunggul Lawe dan mereka
yang menyerbu dari arah kanan. Dengan cekatan, salah
seorang anak-buah Tunggul Lawe menyambar tubuh
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemimpinnya yang tergolek di tengah jalan. La-lu dengan
serentak mereka semua kabur turun gunung.
Sebenarnya, kalau mau Sukesi dapat mencegah perbuatannya. Akan tetapi ia sedang keheran-heranan. Selain
itu, tujuannya sudah terpenuhi. la menawan Tunggul Lawe
hidup-hidup dengan maksud sebagai jaminan memaksa anak-
buahnya turun gunung. Syukur bila bisa menekan semuanya.
Kini yang dapat dipaksa takluk dan kemudian lari turun
adalah anak-buah Tunggul Lawe. Artinya maksudnya sudah
terpenuhi meskipun tadi sempat kecewa. Itulah sebabnya, ia
membiarkan mereka membawa Tunggul Lawe kabur.
Sekarang dengan pandang penuh teka-teki, ia memperhatikan
gerak-gerik perempuan garang itu yang sebentar tadi tidak
dapat digertaknya mundur. Penyerbuannya terhadap Tunggul
Lawe bertujuh sudah jelas. la bukan segolongan dengan
Tunggul Lawe. Mengapa" Hal itu masih perlu penjelasan.
Tetapi setelah Tunggul Lawe dan kawan-kawannya kabur,
mengapa ia melanjutkan penyerbuannya terhadap laskar yang
berada di bawah orang tua itu" Sesungguhnya siapakah
mereka" Kepentingannya masing-masing tentunya berbeda
fneskipun sama-sama berada di wilayah Wukir Bayi.
Sementara itu kedua pihak laskar bertempur dengan
serunya. Beberapa waktu kemudian mereka saling kejar-
mengejar. Akhir-nya sama-sama pula turun gunung. Dan
sekitar terjadinya peristi-wa itu jadi sunyi. Sayup-sayup masih
terdengar suara derap kaki kuda. Setelah itu lenyap. Alam
Gunung Lawu menjadi hening.
- Wigagu ! Apakah pendapatmu" - Sukesi minta pendapat
kakaknya seperguruan yang sudah tiba di tempatnya berada.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Engkau sendiri bagaimana" Mereka bertempur sungguh-
sungguh atau hanya berpura-pura" - Wigagu balik bertanya.
Belum sempat Sukesi mengemukakan pendapatnya, Pitrang
yang masih bercokol di atas kuda bersorak-sorak gembira :
-Hore.....Hore.....! Bagus, mereka pandai main kucing-
kucingan.- Sukesi mengerinyitkan dahinya. la tertarik kepada bunyi
ucapan Pitrang. Meskipun masih tergolong kanak-kanak, akan
tetapi pendapatnya kadang-kadang sangat cerdik dan tepat.
Maka sambil menghampiri ia menegas :
- Main kucing-kucingan bagaimana" -
- Mereka cuma saling memukul, saling kejar-kejaran, Tiada
yang terluka. Apakah bukan main kucing-kucingan" Menurut
ayah-angkat, tujuannya hanya ingin mengalihkan perhatian.
Supaya......- - Supaya apa" - Sukesi tidak sabar.
- Supaya yang terpikat akan kehilangan waktu. -
- Ah ! - Sukesi terkejut. Benar, pikirnya. Terus saja ia
berpaling kepada Wigagu dan Puruhita : - A ku akan berangkat
dulu ! - Setelah berkata demikian, dengan agak gugup ia melompat
keatas pelana. Kemudian sambil memeluk Pitrang, ia
menghentak kendali kudanya. Wigagu dan Puruhita melompat
pula ke atas kudanya masing-masing.
- Kakang! Benarkah ada hubungannya dengan guru" -
Puruhita minta keyakinan kepada Wigagu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Kedudukan guru mungkin dimusuhi dari lima penjuru,
Meskipun guru tidak pernah mencampuri urusan negara. - ujar
Wigagu. - Lima jurusan" - Puruhita tercengang.
- Yang pertama, tentunya pihak Sri Baginda yang merasa
ditinggalkan. Tegasnya, merasa dikecewakan. Yang kedua,
pihak Kompeni Belanda yang sudah terlanjur mengenal guru
sebagai pengawal peribadi Sri Baginda. Yang ketiga, pihak
Kepatihan. Kau tahu sendiri, Patih Danureja senantiasa
bersaing kekuasaan dengan Sri Baginda. Ke-empat, peristiwa
pedang Sangga Buwana yang dilanjutkan dengan sepak-
terjang Ki Ageng Telaga Warih. Dan yang kelima.....ini
pendapatku sendiri. Mengapa terdapat dua tiga orang Cina"
Apakah orang-orang Cina mulai memperhatikan pula keadaan
negeri" (Pada jaman Paku Buwana II pecahlah perang Cina.)
yang terakhir ini, aku belum yakin benar. -
Mendengar kata-kata Wigagu, Sukesi ikut cemas. Apalagi
Puruhita. Tetapi Pitrang yang mencintai Ki A geng Telaga Warih
kelihatan tidak senang. Katanya minta penjelasan :
- Mengapa ayah-angkatku tersangkut perkara ini" -
Sukesi memeluk Pitrang. Dengan suara halus ia menjawab
hati-hati : - Karena ingin membela ayahmu yang disalahkan oiang
banyak, ayah-angkatmu Ki Ageng Telaga Warih mencari
pedang pusaka itu. Beliau terpaksa banyak melakukan
pembunuhan. Karena itu musuhnya luar biasa banyaknya.
Masing-masing ingin menuntut dendam. Celakanya, Ki Ageng
Telaga Warih adalah salah seo-rang paman-guru ayahmu.
Maka ayahmulah yang dituntut untuk bertanggung-jawab atas
sepak terjangnya. - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pitrang terdiam. Setelah lama berdiam diri, kemudian
berkata seperti kepada dirinya sendiri :
- Kalau begitu, orang tidak boleh membunuh sembarangan.- - Benar. Benar, sayang. - Sukesi girang.
Pertapaan Wukir Bayi berada di balik bukit gunung yang
berdiri tegak bagaikan benteng alam. Jalannya menanjak.
Itulah sebab-nya, meskipun semua ingin terbang secepat-
cepatnya, kuda mereka hanya dapat berjalan pendek-pendek.
Sebentar lagi, mereka akan memasuki jalan tikungan.
Setelah melewati tikungan, pertapaan Wukir Bayi akan
nampak di depan mata. Bisa di mengerti, bahwa mereka ingin
melewati tikungan jalan secepat-cepatnya. Tetapi begitu tiba
di ujung penghabisan tikungan
jalan, mereka tertegun. Seperti saling berjanji, mereka menarik kendali kudanya. Lalu saling memandang dengan wajah berubah. Mengapa suasananya
sunyi senyap" Mana pula suara
petani-petani yang sedang bercocok-tanam" Biasanya mereka menyanyi dan bergurau. Juga anak-anak perkampungan sama sekali tidak kelihatan. Seketika itu juga, hati mereka berdebaran. Wigagu
mendahului menggentak kudanya yang segera disusul Sukesi
dan Puruhita. Mereka saling berlomba seolah-olah sedang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpacu. Begitu tiba di halaman rumah pertapaan, penglihatan
mereka berputar seakan-akan habis tersambar geledek. Empat
mayat membujur berlumuran darah. Mereka jelas bukan
penduduk dusun, atau warga pertapaan.
Dengan berbareng mereka melompat ke serambi depan dan
langsung menyerbu ruang dalam. Tempat dimana gurunya
duduk di atasnya, basah oleh darah segar. Seorang laki-laki
yang mengenakan seragam perajurit mati dengan kepala
pecah. - Guru ! - teriak Sukesi setengah menjerit. Dan pekikannya


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segera disusul Wigagu dan Puruhita:
- Guruuuuu...! Guruuuuu....!-
Seperti orang kalap mereka bertiga menyerbu ke ruang
belakang dan bergantian menjenguk dan memeriksa setiap
kamar sambil berseru-seru :
- Guruuuuuu.......! - Tetapi suasana pertapaan sunyi-senyap. Tidak usah
dikabarkan lagi, bahwa pertapaan mengalami malapetaka.
Entah siapa yang memusuhi gurunya. Yang pasti mereka
adalah musuh-musuh gurunya. Tiba-tiba mereka mendengar
suara orang merintih. Dengan serentak mereka menghampiri.
Ternyata Sudimin salah seorang pelayan yang bertugas
mencari kayu bakar. - Dimin ! Dimin ! Apa yang terjadi " -
Sudimin menderita luka. Buru-buru Wigagu mengerahkan
tenaga saktinya untuk merebut kesada ran dan menambah
tenaga Sudimin. Begitu Sudimin menyenakkan mata dan
mengenal siapa dirinya, segera Wigagu minta keterangan :
- Di mana guru" - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Oh.....beliau.....beliau.....dilemparkan ke jurang. -
- Siapa yang melemparkan" - teriak Wigagu bertiga
setengah memekik. - Dia.....dia.....- tetapi Sudimin hanya mampu berkata dua
patah kata itu saja. Kemudian ia roboh tak sadarkan diri.
- Dimin ! Dimin ! Bangun ! Bangun ! -
**^^dewikz^^** PENDEKAR SONDONG LANDEYAN sedang berenung-renung
di dalam kamar persemadian nya, tatkala salah seorang
pernbantu rumah-tangganya datang mengetuk pintu kamar.
Dengan suara sabar dan pendek Sondong Landeyan
menyahut: - Siapa" - Tempat persemadian Sondong Landeyan yang sebenarnya
lebih tepat dikatakan kediamannya berada di tengah hutan
yang terpencil. Hawanya sejuk dan dikerumuni rumpun bambu
yang tera-tur indah. Suasananya sunyi hening.
Hanya kadangkala saja terdengar suara burung berkicau.
Itulah sebabnya penduduk menyebutkannya sebagai tempat
persemadian. Padahal Sondong Landeyan bukan seorang
ulama atau pemeluk agama yang kuat. la hanya seorang
pendekar yang memiliki ilmu sakti melebihi manusia lumrah.
Ringkasnya seorang ber-Tuhan yang sering memencilkan
dirinya dari keramaian, karena ingin mengamalkan semua
kepandaiannya demi kesejahteraan dunia.
Maka tidak tepat pula bila disebut seorang pendeta, atau
seorang brahmana. Meskipun demikian, pelayan-pelayannya
(pembantu rumah tangganya) senang menyebut dirinya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri sebagai cantrik, badal atau hajar. Padahal arti cantrik
bermakna pelayan seorang pendeta atau yang mengatur
rumah tangga seorang pendeta. Sedangkan hajar berwenang
mem-beri khotbah tentang kekuasaan Tuhan. Tetapi karena
hal itu su-dah menjadi pengertian masyarakat pegunungan,
Sondong Lan-deyan tidak menolak atau membantah
pengertian yang salah itu. Barangkali karena tidak pandai
berbicara atau karena segan berbi-cara banyak.
Cantrik yang mengetuk pintu kediamannya bernama Putut.
Begitu mendengar tegur Sondong Landeyan dengan cepat ia
men-jawab : - Seseorang yang mengaku sahabat tuanku.Dia diiringkan
lima orang yang datang dan Kartasura.-
- Apakah dia sudah menyebut namanya" -
- Dia menyebut diri Gabah Santa. -
Sondong Landeyan terperanjat berbareng girang. Gabah
Santa adalah sahabatnya pula di samping Haria Giri Bahkan
lebih dekat daripada Haria Giri. Orangnya ramah dan dapat
dipercaya. Dia termasuk salah seorang kepercayaan Pangeran
Puger yang kelak naik tahta dengan gelar Paku Buwana I,
ayahanda Sri Baginda Amangkurat IV yang kini bertahta. Usia
Gabah Santa dahulu terpaut lima-belas tahun. Jadi kini berusia
kurang lebih 68 tahun. - Baiklah ! Persilahkan beliau duduk di ruang tengah. -
perintah Sondong Landeyan.
Apa yang disebut ruang tengah sebenarnya sebuah ruang
yang kosong melompong. Sama sekali tiada hiasan kecuali
sebilah pedang kayu yang tergantung di dinding bambu. Meja
dan kursi tidak ada. Yang disebut untuk tempat duduk hanya
empat buah batu ter-gosok rata.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semuanya berjumlah empat buah. Yang satu diperuntukkan
bagi Sondong Landeyan. Yang tiga untuk tempat duduk
Wigagu, Sukesi dan Puruhita bila sedang datang menghadap
atau sedang menerima ajaran teori.
Gabah Santa yang sopan santun tidak berani mendahului
tuan rumah. la menunggu dengan berdiri tegak. Demikian
pulalah keli-ma pengiringnya berdiri berjajar di belakangnya.
Tidak lama ke-mudian pembantu-pembantu rumah tangga
datang membawa tiga poci berisikan teh tawar dan enam
piring singkong bakar. Dengan hormat mereka mempersilahkan keenam tetamu majikannya untuk minum
dan mencicipi hasil bumi pertapaan Wukir Bayi.
Sondong Landeyan tiba di ruang itu dengan merapikan
pakaiannya. Namun tetap saja bersahaja, Wajahnya kemerah-
merahan, memancarkan cahaya segar. Sekarang ia membiarkan kumis dan jenggotnya tumbuh lebat. Di sana sini
nampak diselingi uban acak-acakan, tanda bahwa hatinya
terpukul rasa pedih yang men-dalam, Meskipun demikian
perawakan tubuhnya tetap kekar.
Begitu bertemu pandang dengan Gabah Santa, terus saja ia
menghampiri dan mendekapnya. Kedua-duanya saling berpelu-kan sebagai seorang sahabat yang sudah lama tidak
pernah bertemu. - A dikku, Sondong Landeyan ! - ujar Gabah Santa.- Sepuluh
tahun aku tidak melihatmu. Ternyata kau tidak berubah,
Hanya saja, sekarang kau sudah beruban. -
- Akupun sudah tergolong angkatan tua. - sahut Sondong
Landeyan dengan singkat dan sederhana. - Silahkan duduk. Di
atas gunung tiada kursi atau meja. -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- A h, di dalam istanapun bukankah kita biasa duduk bersila
di atas lantai" - sambut Gabah Santa dengan suara ramah.
Dan keduanya kemudian duduk di atas kursi batu masing-
masing. Gabah Santa kemudian memperkenalkan pengiringnya
sebagai laskar Sri Baginda. Kemudian mulai ia berkata :
- A dikku, dari Kartasura aku mendaki gunung sampai tiba di
Wukir Bayi ini. Tentunya karena terdorong oleh suatu maksud
dan tujuan yang mendesak. Meskipun tidak mudah, namun
hatiku puas. Apalagi setelah melihat keadaanmu dalam segar
bugar. Artinya kita semua mempunyai harapan. -
- Harapan apa" - - Tentunya engkau sudah mendengar kabar, bahwa Ratu
Ayu Sumanarsa di jemput kembali dari Blitar beserta dua
orang putera-nya. Arya Mangkunagara dan Raden Lindhu. -
Sondong Landeyan mengangguk.
- Semua mengharapkan, setelah Ratu Ayu kembali, negara
akan bertambah makmur dan sejahtera. Terutama bagi Sri
Baginda. Tetapi ternyata tidak demikian. Sri Baginda tiba-tiba
terserang penyakit yang aneh. Dengan mengerahkan sekalian
hamba sahaya, orang-orang pandai di datangkan dari segala
penjuru. Namun tetap tidak berhasil. Adik, kabarnya di
Jagaraga ada orang pandai bernama Kyahi Damarjati.
Benarkah itu" - - Ya, memang benar. Akupun sering datang ke Jagaraga
untuk memohon petuah-petuahnya. -
- Baiklah, hal itu akan kita bicarakan sebentar kemudian.
Yang penting sekarang adalah soal penyakit yang menimpa Sri
Baginda Amangkurat IV. - Gabah Santa melanjutkan. - Tetapi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelum aku mengabarkan bagaimana terjadinya musibah itu,
perlu kau ketahui bahwa keadaan sendi kerajaan terpecah
belah. - - Apa yang kakang maksudkan sendi negara" - potong
Sondong landeyan menaruh perhatian.
- Kecuali persaingan kekuasaan dan berebut pengaruh
antara pihak Sri Baginda dan Patih Danureja, diam-diam pula
muncul kekuatan lain yang dipimpin Ratu Paku Buwana dan
Ratu Mangkurat. Belum lagi kekuatan dari luar kaki-tangan
Adipati Jayaningrat dari Pekalongan dan Adipati Cakraningrat
dari Madura. Dan semuanya ini.....dan semuanya ini.....adalah
gara-gara ikut sertanya Kompeni Belanda mengacau persatuan
kita. - - Hm. - Sondong Landeyan menggeram. Sondong Landeyan
memang benci hadirnya dan ikut campurnya Kompeni Belanda
mencampuri urusan dalam negeri. Itulah sebabnya, terhadap
ketiga muridnya ia menanamkan benih permusuhan terhadap
orang-orang asing. - Apakah mereka sampai bentrok" - Sondong Landeyan
minta keterangan. - Beradu senjata, maksudmu" -
- Ya. - - Tidak hanya beradu senjata, tetapi saling membunuh. -
Gabah Santa memberi keterangan. - Tetapi....hm....tetapi
kalau mau diusut lebih dalam lagi, inipun salah satu akibat dari
tindakan Sri Baginda sendiri. Mohon maaf. -
- Karena mempunyai permaisuri terlalu banyak, bukan" -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gabah Santa tidak segera menjawab. la menghela nafas
dan wajahnya nampak prihatin. Lalu berkata seperti
memaklumi: - Memang tadinya dimaksudkan demi mempertahankan
kerajaan. Masing-masing diharapkan ikut serta memiliki.
Tetapi ke-nyataannya tidak demikian. Setelah puteranya
masing-masing menjadi dewasa, mulailah timbul persaingan
untuk merebut kekuasaan. Bukankah begitu" - (Di dalam
istana sering timbul helat (fitnah). Ada yang mengabarkan
Raja Amangkurat IV mempunyai selir puteri Cina yang kelak
melahirkan putera bernama RM. Garendi. Tetapi ini baru
merupakan kabar angin. Sondong Landeyan keluar dari jabatannya, karena tidak
senang Sri Baginda seakan-akan mengabaikan Mas Ayu
Sumarsono (Maksudnya : A yu Sumanarsa atau Ayu Sumarsa.)
putri Kyahi Nur Besari yang berdiam di desa Laroh. Tidak
mengherankan begitu Gabah Santa menyinggung-nyinggung
akibat perilaku Sri Baginda yang tidak disenangi, hatinya
bertambah perihatin. Gabah Santa menunggu sampai Sondong Landeyan
terbenam dalam goncangan batinnya. Begitu nampak Sondong
Landeyan makin keruh wajahnya, ia melanjutkan :
- Lalu.....- ia berhenti karena tidak sampai hati melihat
wajah Sondong Landeyan. Tak dikehendaki sendiri, ia
mengisak suara tangis. - Bagaimana kabar permaisuri Sumanarsa" - tiba-tiba
Sondong Landeyan seperti terbangun dari tidurnya. Justru
demikian, tidak bisa lagi Gabah Santa menahan keadaan
hatinya. Meledaklah tanngis Gabah Santa yang terdengar
sedih menyayatkan hati. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Sondong Landeyan, mengapa engkau bisa menebak
tepat" - - Menebak tepat bagaimana" - Sondong Landeyan tidak
mengerti. - Tentang yang kau tanyakan.....- sahut Gabah Santa dan
tangisnya kian menjadi-jadi.
- Kenapa" - wajah Sondong Landeyan, berubah.
Sondong Landeyan sudah lebih dari delapan tahun berdiam
di atas gunung. Meskipun sudah memencilkan diri, namun
iaadalah seorang pendekar dan bukan seorang pertapa.
Hatinya masih ikut memikirkan keadaan negara. Maka begitu
melihat Gabah Santa menangis sedih setelah mendengarkan
pertanyaannya tentang Ratu A yu Sumanarsa, hatinya tergetar.
- Ratu Ayu Sumanarsa mati terbunuh. - Gabah Santa
menjawab dengan suara mengadu.
Kalau orang disambar geledek, rasa kagetnya tidaklah
sekaget Sondong Landeyan. Begitu hebat rasa kagetnya
sampai ia terlongong. Sementara itu dengan menangis sedih,
Gabah Santa meng-gapai salah seorang bawahannya sambil
memberi perintah dengan suara tersekat-sekat:
- Ba.....bawa....ke...kemari itu ! -
Orang yang dipanggilnya datang dengan membawa
bungkusan yang nampak kemerah-merahan. Segera bungkusan itu diangsurkan dan diterima Gabah Santa dengan
tangan gemetaran. - Lihat! Lihat sendiri ! Inilah kepala.... kepala....- Gabah
Santa maju mengangsurkan bungkusan kepala yang
terpenggal ke depan Sondong Landeyan.


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan terus masih menangis Gabah Santa duduk
membungkuk hendak membuka bungkusan. Sondong Landeyan melongok-kan kepalanya hendak menjenguk isi
bungkusan yang tergelar di-depannya.
Tiba-tiba terdengar buk ! .
Dan apa yang terjadi sungguh berada diluar dugaan
siapapun. Sebab sewaktu Sondong Landeyan sedang
menjengukkan kepalanya, sekonyong-konyong Gabah Santa
menghantam dada Sondong Landeyan. Tentu saja Sondong
Landeyan tidak sempat menangkis, karena serangan itu terjadi
diluar dugaannya. la terhantam telak.
Namun berkat latihannya yang bertahun-tahun lamanya, ia
masih dapat menahan pukulan Gabah Santa yang terkenal
memiliki pukulan besi semenjak jaman mudanya. Satu-satunya
yang dapat dilakukan hanyalah membalas menyerang.
Prak ! Dan kepala Gabah Santa pecah seketika itu juga.
- Serang ! - terdengar suara aba-aba dari ruang depan.
Empat orang berseragam tentara Kerajaan maju menyerang. Mereka menyerang dengan mengguna kan
senjata berat seperti golok, bandil besi, penggada dan rantai
bergigi. Pada saat itu, kedudu kan Sondong Landeyan dalam
keadaan lemah. la sudah terluka berat.
Mulutnya mulai menyemburkan darah segar akibat
hantaman Gabah Santa. Tenaganya seperti terkuras habis,
sehingga tidak dapat berdiri lagi. Sekarang ia diserang dari
empat jurusan. Namun betapapun juga, dia adalah seorang pendekar
besar. Dalam kedudukan yang sangat berbahaya, masih dapat
ia berpikir cepat Sengaja ia tidak bergerak dari tempat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duduknya untuk menyimpan sisa tenaga saktinya. Kecuali itu
untuk mengesankan, bahwa ia terluka parah sehingga tidak
mampu bergerak. Akan tetapi begitu serangan rantai yang
bisa menjangkau jauh menghantam dirinya, dengan suatu
gerakan kilat ia menangkap dan merenggutkannya.
Tenaga sakti yang terhimpun dalam diri Sondong Landeyan
barangkali sekuat kesatuan tenaga limapuluh orang lebih.
Karena itu, meskipun menderita luka parah masih sanggup
menarik luar biasa kuatnya. Inilah suatu hal yang sama sekali
berada diluar perhitungan penyerangnya. Padahal semua
pengiring Gabah Santa tentunya perajurit-perajurit pilihan.
Begitu tersendal ia ngusruk kedepan dengan masih
menggenggam rantainya sekuat-kuatnya. Maksudnya untuk
tetap dapat mempertahankan senjatanya demi kehormatan
dirinya. Sebab seorang perajurit yang kehilangan senjata
ibarat orang kehilangan jiwa atau sebilah keris tanpa pamor.
Namun akibat justru sebalik-nya .
Karena tetap memegang gagang rantainya erat-erat,
Sondong Landeyan menghantam dan mendorongnya berputar
sehingga orang itu ibarat sebuah perisai yang menerima
pukulan senjata ketiga kawannya. Tak ampun lagi, tubuhnya
mati terajang golok, tergempur bandil besi dan penggada.
- Oaaaaa.......- ia berteriak setinggi langit dan tubuhnya
terbanting mati di atas lantai dengan bermandikan darahnya
sendiri. Sebaliknya, ketiga kawannya yang terhantam hentakan
tubuh orang itu, mundur sempoyongan dengan berseru kaget.
Pada detik itu pula, Sondong Landeyan melesat dari tempat
duduknya dan menghantam ketiga penyerangnya dengan sisa
tenaganya. Mereka bertiga mati terjengkang, sedang Sondong
Landeyan mendarat di lantai dengan nafas memburu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyaksikan keperkasaan dan kegagahan Sondong Landeyan, orang yang member! aba-aba membalikkan
badannya dan kabur dengan secepat-cepatnya. Begitu
terpukul hatinya, sehingga empat kali ia jatuh menggabruk
tanah karena kakinya saling membelit dan saling menjegal
sendiri. Sondong Landeyan membiarkan ia kabur. la sendiri
sebenarnya sudah kehabisan tenaga. Sadar bahwa dirinya
menderita luka berat, segera ia duduk bersemadi. Selagi
demikian, pendengaran-nya yang tajam menangkap suara
langkah kaki. Yang satu, ia kenal benar. Tetapi langkah kaki
orang kedua seperti sudah pernah kenal. Pelahan-lahan ia
menyenakkan matanya, Dua orang berdiri tegak tak jauh
daripadanya. Dua orang yang senantiasa mengganggu hati dan
pikirannya. Merekalah Sekar Mulatsih dan Haria Giri.
- Haa ha ha.....- Haria Giri tertawa. - Kita bertemu lagi,
kawan. Bukankah begitu" -
Meskipun usia Haria Giri kira-kira sudah berusia limapuluh
ta-hun, namun ia masih nampak gagah perkasa. Wajahnya
masih saja cakap, bahkan makin matang.
Sondong Landeyan tidak menyahut. Ia hanya mendengus.
Di dalam hatinya tahulah ia apa maksud kedatangannya.
Tentunya orang-orang termasuk Gabah Santa yang kini mati
dengan kepala pecan, datang atas suruhannya. Kalau sampai
bisa memerintah Gabah Santa yang dulu termasuk atasannya,
tentunya kedudukan Haria Giri pada saat ini sudah sangat
tinggi. Paling tidak berada di bawah yang sedang memerintah
kerajaan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Kakang Sondong Landeyan! - Haria Giri berkata lagi di
antara tertawanya. - Kita dulu pernah bersahabat Pernah
bekerja bersama-sama. Kau sendiri yang menjauhkan din.
Berarti menolak persahabatan. Apasih salahku" Apa sih
kekuranganku" Apakah aku pernah memperlakukan kurang
baik terhadapmu" Terhadap pertanyaan Sri Baginda, aku
selalu membela dirimu. Sewaktu Sri Baginda ingin mengusut
kepergianmu, akulah yang membela. Akulah yang menyembunyikan tempatmu berada. Akan tetapi kau
memusuhi seorang Penguasa Negara. Akhirnya tercium juga,
meskipun kau sudah berusaha bersembunyi di atas gunung.
Dalam hal ini, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. -
Ia berhenti mengesankan Melanjutkan:
- Tentang urusan antara aku dan engkau adalah masalah
peribadi. Sayang aku dulu dalam keadaan sakit, sehingga tidak
bisa berbicara dengan terus-terang. Tetapi jelek-jelek aku
anak seorang bupati. Jelek-jelek aku seorang pengawal raja.
Jelek-jelek aku seorang satria pula. Aku pernah datang dengan
dada terbuka. Maka kini aku datang lagi dengan dada terbuka.
Sekarang, dengarkan ! Aku akan berbicara dengan terus-
terang. Aku akan menantang engkau sebagai seorang satria.
Mulatsih kini sudah jadi isteriku. Kuakui terus-terang, akulah
yang mengambil. Tentunya kau dendam padaku. Marilah kita
selesaikan soal ini secara orang laki-laki, -
Haria Gin memang pandai berbicara. Dengan sendirinya
pandai pula memutar balik peristiwa sebenarnya, Benarkah dia
dalam keadaan sakit sewaktu melarikan Sekar Mulatsih" Dia
justru sembuh dan sehat kembali oleh obat pemunah yang
diberikan Sondong Landeyan. Dengan manisnya pula dia
membawa-bawa nama raja seolah-olah memusuhi atau
mendendam Sondong Landeyan sehingga ia digolongkan
sebagai musuh-musuh negara.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekarang ia datang dengan maksud menyelesaikan urusan
peribadi-nya secara lak-laki seolah-olah seorang satria sejati.
Tentu saja ia berani berkata begitu hebat dan penuh
keperwiraan, karena tahu pasti bahwa Sondong Landeyan
sudah terpukul parah oleh Gabah Santa.
Sondong Landeyan tahu kelicikan itu. Sayang ia tidak
pandai berbicara. Hanya di dalam hati kecilnya ia berharap,
semoga terbukalah akal sehat Sekar Mulatsih sehingga dapat
menilai kelicikan Haria Giri.
- Hayo, berdiri ! - bentak Haria Giri.
Sondong Landeyan mengeluh di dalam hati. Betapa
sabarpun, tersulut juga jiwa satrianya.
Seketika itu juga ia mengerahkan tenaga untuk dapat
berdiri. Namun justru ia mengerahkan tenaganya, darahnya
menyemprot ke luar. Dan pelahan-lahan ia menghapus darah
yang membasahi mulutnya dengan tangan kanannya.
Haria Giri tertawa terbahak-bahak. Katanya :
- Kau mau main tipu-muslihat, ya" Jangan harap !
Bukankah aku teman lamamu" Selamanya kau pandai main
akal bulus. Kalau tidak pandai main akal bulus, bagaimana
mungkin seorang dusun bisa terpilih jadi pengawal raja.
Karena akal bulusmu pula, lima orang pengawal raja bisa mati
mencium lantaimu. Bagus! Kau benar-benar musuh raja yang
harus kusingkirkan. Bagaimana" Hayo jawab ! -
Dengan pandang menyala Sondong Landeyan menatap
wajah Haria Giri yang sedang tertawa lagi kemudian
mendadak berubah menjadi bengis. Ingin ia mendamprat
manusia tak berbudi itu. Tetapi kecuali lukanya memang parah
benar, memang pula ia tidak pandai berbicara sehingga tidak
tahu harus dimulai dan mana.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Baik ! Akulah yang mulai. Awas ! - bentak Haria Giri.
Kepandaian Haria Giri dahulu hanya kalah setingkat
daripada Sondong Landeyan. la termasuk salah seorang ahli
pedang. Sebagai seorang ahli, tidak pemah ia berhenti melatih
diri. Apalagi berhubungan erat dengan pekerjaannya. Maka
latihan baginya berada di atas kepentingan segalanya, kecuali
soal wanita-wanita cantik.
Dan dengan berlatih diri terus-menerus selama sekian
tahun lamanya, kepandaiannya sudah pasti maju lebih tinggi
lagi. Kini, nampaknya ia menyerang Sondong Landeyan
dengan sungguh - sungguh, Sekali menjejakkan kakinya, ia
melesat dan menghantam Sondong Landeyan.
Sondong Landeyan tahu, dirinya yang sedang luka parah
tidak dapat melawan dan menandingi kepandaian lawan.
namun sebagai seorang pendekar yang berjiwa satria, tidak
sudi ia memperlihatkan kelemahannya.
Dengan sebisa-bisanya, ia menangkis. Akibatnya tenaga
yang sudah punah delapan bagian, tergempur hebat sampai ia
terpental ke luar rumah dan roboh di tengah kebun. Begitu
roboh, kembali lagi ia melontakkan darah. Meskipun demikian,
wajahnya tetap kelihatan tenang berwibawa. Sungguh ! Itulah
sikap seorang pendekar besar. Walaupun sedang menghadapi
maut, sama sekali tidak gentar.
Haria Giri tidak sudi menyia-nyiakan kesempatan sebagus
itu untuk menaikkan pamornya di depan Sekar Mulatsih.
Segera ia mengejar dan kembali menendangkan kakinya. Dan
untuk yang kedua kalinya, Sondong Landeyan terpental
belasan meter jauhnya. Pada tendangan ketiga, keempat dan
kelima, ia sudah tergiring tepat di atas sebuah tebing jurang
yang curam. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pandang mata Sondong Landeyan mulai gelap. Kecuali luka
parah, ia kehilangan banyak darah. Masih ditambah pula
dengan punahnya hampir semua tenaga saktinya. Sekali ini,
bila Haria Giri menendangnya untuk yang keenam kalinya, ia
akan mati terbanting di dasar jurang. Meskipun demikian,
masih saja ia nampak tenang.
Haria Giri memang berniat menghabisi jiwa Sondong
Landeyan. Selagi hendak bergerak dari tempatnya, tiba-tiba
Sekar Mulatsih berseru nyaring :
- Tahan ! - Sondong Landeyan yang sudah bersiaga menerima nasib
mendengar pula suara orang yang sangat dicintainya.
Pelahan-lahan ia menajamkan pandang matanya. la hanya
dapat menatap Sekar Mulatsih samar-samar.
- Mulatsih, kau mau apa" - tegur Haria Giri dengan suara
memanjakan. - Berilah aku kesempatan untuk berbicara dengan orang
dusun itu, sebelum mati di tanganmu. - sahut Sekar Mulatsih.
Sondong Landeyan ternganga keheran-heranan. Selamanya, belum pernah ia mendengar Sekar Mulatsih
berbicara sekeras itu. Kenapa" Apakah peribadinya kini sudah
berubah" Tetapi ia ternganga hanya sedetik dua detik. Dengan
menutup mulutnya rapat kembali ia menelan kenyataan yang
amat pahit itu. - Sondong Landeyan ! - ujar Sekar Mulatsih dengan suara
Iantang. - Kau kini sudah menyaksikan sendiri, bahwa suamiku
tiada hutang lagi kepadamu. Dia mengambil diriku dengan
cara seorang satria. Dia memperisterikan diriku dengan cara
seorang laki-laki. Sayang, engkau tidak bisa berbuat apa-apa
terhadapnya. Sebenar-nya hal ini harus kau sadari semenjak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dulu. Kau orang dusun! Kau orang gunung! Sebaliknya, aku
anak seorang bupati. Suamiku putera seorang bupati pula.


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan begitu, kita berdua ini seimbang. Terhadap suami
yang demikian, apa salahku bila aku melahirkan anaknya" - ia
berhenti mengesankan. Dan mendengar keterangan itu dari mulut isterinya sendiri
yang masih syah, hati Sondong Landeyan hancur seperti
tersayat-sayat ribuan pedang.
- Anakku seorang puteri. umumya sekarang baru tiga
tahun. Jadi dia adik Pitrang. - Sekar Mulatsih melanjutkan
kata-katanya. Lalu membentak dengan gaya seorang nyonya
bupati membentak-bentak budaknya : - Mana Pitrang" -
Sondong Landeyan tidak menjawab. Ia terpekur dengan
kepala kosong. Ia seperti seseorang yang sudah kehilangan
semuanya. Dan sikap diamnya itu, menambah rasa
mendongkolnya Sekar Mulatsih. Mulailah ia berkata yang amat
kasar bila diukur dengan peribadinya delapan atau sepuluh
tahun yang lalu. Katanya :
- Aku pernah melayanimu selama dua tahun sebagai
seorang isteri yang baik. Kemudian aku melahirkan anakku
Pitrang. Dengarkan yang jelas, aku melahirkan anakku! Bukan
anakmu. Kau mengerti" -
- Bukan anakku" - Sondong Landeyan tergoncang hatinya.
- Setiap orang, anak seorang ibu. Apakah engkau yang
melahirkan" - ujar Sekar Mulatsih seperti dapat menebak
keadaan hati Sondong Landeyan. - Kalau seorang laki-laki bisa
melahirkan anaknya sendiri, tidak perlu ada seorang
perempuan. Nah, karena Pitrang adalah anakku, kembalikan
padaku! Bukankah engkau sudah kuberi kesempatan bergaul
selama tujuh tahun lebih" -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kali ini Sondong Landeyan tidak dapat lagi membendung
keadaan hatinya. Dengan gemetaran ia menuding :
- Kau.....kau.....- tetapi baru saja meletuskan sepatah kata,
darahnya menyembur ke luar mulutnya.
- Kau kau, apa" - bentak Sekar Mulatsih dengan wajah
merah padam - kau manusia yang merusak hidupku ! Kau
bawa aku hidup di atas gunung. Akan kau jadikan apa aku ini"
Aku orang keturunan bupati. Tetapi karena terpaksa, aku
harus hidup mendampingimu sekian tahun lamanya. Mau kau
jadikan apa aku ini" Orang dusun" Orang gunung" Sekarang
engkau merampas anak-ku laki-laki. Mau kau jadikan apa"
Anak dusun" Anak gunung" Kau benar - benar merusak
hidupku. Kau laknat! - dan setelah berkata demikian dengan
lemah lembut ia berkata kepada Haria Giri:
- Suamiku, tolong lampiaskan dendamku. Kaulah yang
mendukung aku keluar dari lumpur keruh ini. Bunuh dia, demi
aku! Bunuhlah dia! Aku tidak mau melihat atau mendengar
namanya lagi masih disebut-sebut orang.......-
Itulah hantaman paling dahsyat yang pernah diterima
Sondong Landeyan. Tadinya di dalam hati kecilnya, ia
berharap semoga akal sehat isterinya bisa menilai budi-pekerti
manusia. Tak tahu-nya, justru sebaliknya. Malahan lebih kejam, lebih
dahsyat, lebih licik daripada Haria Giri. Oleh sedih hati yang
tidak tertahankan lagi, tiba-tiba saja ia jadi benci pada dirinya
sendiri. Terus saja ia menggulingkan din dan tubuhnya terjun ke
dalam jurang yang tak terukur lagi betapa dalamnya ..............
^^00dw-kz00^^ http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
AKHIR HAYAT Sondong Landeyan itu sungguh memilukan
hati Kartamita, Lembu Tenar dan Bogel. Sama sekali mereka
tidak mengira, bahwa Sondong Landeyan yang berkepandaian
tinggi akhirnya mati di dalam jurang. Bogel yang tidak bisa
memendarn sesuatu yang mengganjal dalam hatinya,
menegas : - Mengapa dia harus bunuh diri" -
- Masakan engkau tidak bisa mengerti " - tungkas Lembu
Tenar. - Biarpun otakku tumpul, tetapi aku dapat merasakan
keadaan pendekar Sondong Landeyan. Kecuali tidak pandai
berbicara, dia-pun sudah tidak sanggup melepaskan sepatah
kata saja dari mulut-nya. Tenaganya punah pula. Daripada
mati di tangan Haria Giri, bukankah lebih baik bunuh diri" Ah,
benar-benar seorang pendekar besar. Hanya sayang,
meninggalnya begitu memilukan. -
- Haria Giri benar-benar manusia licin dan licik. - ujar Bogel
se-tengah memaki. - Menurut pendapatku, semua orang yang
merin-tangi perjalanan pulang Wigagu, Sukesi dan Puruhita
adalah kaki tangannya. - - Tidak semuanya. - sambung Kartamita. -
- Tidak semuanya" - Bogel heran. - Apa alasanmu" -
- Laskar puteri yang bertopeng tidak bermaksud jahat
terhadap mereka bertiga, Mungkin merekalah yang justru
ingin merintangi perbuatan Haria Giri. -
- Kalau betul begitu, apa sebab mereka mengincar Pitrang"-
- Mungkin sekali menggenggam maksud ganda. -
- Maksud ganda bagaimana" Berkatalah yang jelas ! Aku ini
orang kasar yang tidak mengerti macam bahasamu. -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Mungkin sekali ingin melindungi Pitrang dari maksud Haria
Giri dan Sekar Mulatsih. Atau, Pitrang akan digunakan untuk
menekan Haria Giri demi sesuatu maksud. -
- Maksud apa" - - Inilah yang kurang jelas bagiku, Kita tanyakan saja
kepada dalangnya. Tetapi tadi diceritakan, bahwa di kotaraja
Kartasura terjadi perpecahan yang saling memfitnah dan
bunuh-membunuh. - - Ah ya. - Lembu Tenar seperti diingatkan. - Gunacarita
menyebut kumpulan Ratu Paku Buwana dan Ratu Mangkurat
Sebenarnya siapakah mereka" -
- Ratu Paku Buwana adalah ibunda Sri Baginda. Ratu
Mangkurat permaisurinya. -
- Oh begitu" - Lembu Tenar memanggut-manggut - Dan
lain-lainnya" - - Itupun kurang jelas bagiku. Karena Guna menyebut-
nyebut adanya orang asing. Yang jelas menjadi kaki-tangan
Haria Giri adalah Gabah Santa dan kelima pengiringnya. -
sahut Kartamita. Bogel termenung-menung. Karena merasa tidak puas,
segera ia minta keterangan kepada Gunacarita. Katanya :
- Guna ! Sebenarnya, siapakah mereka" -
Tetapi Gunacarita tidak menjawab. la tertidur oleh rasa
lelah. Sebentar saja terdengar suara dengkurnya. Mula-mula
pelahan-lahan dan sekali-sekali. Tetapi makin lama makin
nyaring seperti babi melihat ampas tahu.
- Setan ini doyan tidur. - maki Bogel kesal. - Ah, benar-
benar setan babi. - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Kitapun perlu tidur. Jangan ganggu dia! - Kata Kartamita
dan ia bangkit dari tempat duduknya,
- Mau ke mana" - Bogel dan Lembu Tenar menegas.
- Tentu saja kembali ke kamarku. Meskipun aku sendiri
sering mendengkur, tetapi aku tidak dapat tidur sekamar
dengan orang yang mendengkur. Tetapi kalau kalian mau
tidur di sini, silahkan -Kartamita memberikan alasannya.
Bogel menguap. Dan melihat Bogel menguap, Lembu Tenar
ketularan. Diapun menguap. Malahan lebih panjang. Meskipun
demikian, masih saja ia berusaha berbicara. Katanya di antara
uap-nya : - Sungguh mati! Aku penasaran benar terhadap Sekar
Mulatsih. Tadinya kukira pantas dikatakan sebagai penjelmaan
dewi. Dia cantik, lemah-lembut dan halus pula tutur-
bahasanya. Tetapi mengapa dia bisa berkata setajam itu
kepada Sondong Landeyan"-
Kartamita sudah memegang kunci kamar, tetapi mendengar
kata-kata Lembu Tenar ia mengurungkan langkahnya.
Jawabnya: - Kau hitung saja secara gampang-gampangan. Dengan
pendekar Sondong Landeyan ia hanya bergaul paling lama tiga
atau empat tahun. Sebaliknya dengan Haria Giri enam tahun
lebih. Kata orang-orang tua, orang bersuami-isteri yang sudah
hidup sekian tahun lamanya, dengan tidak disadari sendiri
sesungguhnya mewarisi watak dan perangai masing-masing.
Sang suami mewarisi sebagian watak dari perangai sang isteri,
demikian pulalah sebaliknya. Bila kita mengenal Haria Giri
sebagai seorang yang begitu pandai berbicara, paling tidak
kepandaiannya berbicara sebagian manunggal dalam http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
peribadinya Sekar Mulatsih. Ini belum ditambah dengan
pengaruh lingkungan dan masyarakat pergaulannya. -
Bogel tertawa gelak. Katanya menyambung :
- Aku jadi ingin mendengar pendapat si nenek Saminten.
Sayang, dia tiada lagi di Rumah Penginapan lagi. Baiklah,
silahkan kembali ke kamar. Aku akan tidur di sini saja. -
Kartamita membuka pintu dan berjalan ke luar menuju ke
kamarnya. Kini tinggal Lembu Tenar dan Bogel. Setelah saling
pandang, akhirnya Lembu Tenar permisi pula kembali ke
kamarnya. la memang sekamar dengan Kartamita. Dengan
demikian, tinggal Bogel sendiriain . Karena tiada lagi yang
dapat diajaknya berbicara, ia membaringkan diri. Tak
dikehendaki sendiri, tiba-tiba saja ia sudah lupa akan
segalanya. Ia tertidur lelap. Suara dengkurnya bergemuruh
seakan-akan dapat merontokkan genting. Kalau dia tadi bisa
mengatakan dengkur Gunacarita mirip setan babi, ia lebih-
lebih lagi. Barangkali seperti babi lima ekor akan dipotong
berbareng. Keesokan harinya, mereka tersentak dari tidurnya oleh
suara ketukan keras. Bogel meloncat dari tempat tidurnya dan
bergegas membuka pintu kamar dengan limbung. Begitu
terbuka, cahaya terang menyilaukan penglihatannya. Tak usah
diterangkan, bahwa ia tertidur sangat lelap. la tercenung
sebentar, karena yang mengetuk pintunya adalah seorang
pelayan. - Selamat pagi. - sapanya dengan sopan.
- Ada apa" - - Ah teh dan makan pagi untuk tuan berdua. -
- Lho ! Jam berapa sekarang" -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pelayan itu menoleh ke belakang menyiasati cahaya
matahari. Lalu menyahut :
- Paling tidak sudah pukul sepuluh pagi. -
- Sepuluh pagi bagaimana" - Bogel bingung.
- Sepuluh pagi ya sepuluh pagi. Tuan sudah tidur semenjak
kemarin siang. - ujar pelayan itu tertawa geli.
- Semenjak kemarin siang " - Bogel benar-benar jadi tidak
mengerti. la membiarkan pelayan itu masuk kedalam
kamarnya meletakkan poci minuman dan dua piring nasi
dengan lauknya. Lalu berkata kepada Gunacarita :
- Guna ! Sekarang sudah ganti hari. Sudah jam sepuluh
pagi. Katanya kita sudah tidur semenjak kemarin siang. -
Gunacarita terlongong-longong. Minta keterangan :
- Lalu.....hai adik! Apakah tidak ada tetamu yang mencari
aku " - Pelayan itu berpaling kepadanya. Menyahut :
- Tetamu yang kemarin menunggu pak dalang" -
- He-e.! - - Tidak kelihatan. Apakah mereka berjanji akan datang
lagi"- -Ya.- - Ah celaka kalau mereka datang lagi. - pelayan itu
menggerendeng seraya membalikkan badan menghadap
pintu. - Perempuan yang galak itulah yang membuat rewel
saja. - - Kang Bogel! Kalau begitu, kita sempat mandi dulu. -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Mandilah! Aku akan membangunkan Lembu Tenar dan
Kartamita - Gunacarita kemudian ke luar kamar dan bergegas lari ke
ruang belakang. Bogel sendiri kemudian hendak membangunkan Kartamita dan Lembu Tenar. Tetapi
sebenarnya tidak perlu lagi, karena mereka sudah terbangun
oleh suara ributnya. memang kamarnya berdekatan dengan
kamar Bogel dan Gunacarita sehingga pembicaraan mereka
berdua dengan si pelayan, didengarnya jelas.
- Lembu Tenar! Kang Kartamita ! - Bogel mengetuk pintu
kamarnya pelahan-lahan. - Masuklah ! - Kartamita mempersilahkan setelah membuka
kuncinya. - Sudah jam sepuluh pagi. - kata Bogel dengan nafas
memburu. - Tetapi mereka belum datang. -
- Mana Gunacarita" -
- Sedang mandi. - - Kalau begitu, kitapun perlu mandi secepat-cepatnya. - ujar
Kartamita. Sebenarnya Bogel ingin mengajak Kartamita berbicara.
Tetapi karena Kartamita menyatakan perlunya harus mandi
secepat-cepatnya, ia mengurungkan niatnya. Segera ia balik
kembali ke kamarnya. Dan setelah mengunci kamar dengan
buru-buru ia menyusul Gunacarita mandi.
Setengah jam kemudian, mereka berempat sudah siap
untuk menyambut kedatangan Niken Anggana Sambil
menunggu kedatangannya, mereka makan di ruang tengah
agar tidak menimbulkan rasa curiga pengurus Rumah
Penginapan. Setidak-tidaknya tidak akan mengundang dan


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menimbulkan pertanyaan apa sebab mereka berkumpul satu
kamar lagi seperti kemarin.
Akan tetapi setelah menunggu setengah jam lagi, Niken
Anggana belum datang juga. Bogel yang selamanya paling
tidak betah memendam keadaan hatinya, berkata berbisik
kepada Kartamita : - Aku bisa tersiksa mati kaku di sini. -
- Kenapa" - - Sebenarnya masih banyak yang harus kutanyakan
kepadamu. Tetapi kita bukankah tidak boleh membicarakan
apa yang pernah kita saksikan" Bagaimana kalau kita berjalan-
jalan mencari angin"-
- Alasannya" - - Mencari makanan yang cocok. bukankah penginap bebas
mencari makan minum yang cocok dengan selera masing-
masing, meskipun di sini tersedia makanan dan minuman" -
Kartamita mempertimbangkan kata-kata Bogel. Lalu minta
pendapat Lembu Tenar dan Gunacarita. Katanya :
- Bagaimana" Kalian ikut" -
- Tentu saja. - sahut Gunacarita dan Lembu Tenar seperti
berebut. - Bagus ! - seru Bogel girang karena usulnya diterima -
Kalau begitu, Guna yang pamit kepada pengurus Rumah
Penginapan. Bilang saja, kalau kita berempat akan berjalan-
jalan sebentar. Kalau Niken Anggana datang mencari, suruhlah
salah seorang menjemput kita. Jangan lupa uang imbalannya
!- http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Uang memang kuasa seperti kekuasaan Jin Besar. Karena
Gunacarita pandai membagi rejeki semuanya berjalan lancar.
Bahkan empat orang pelayan para penginap, sanggup
menyusulnya dengan segera Bukankah kota Ngawi tidak
begitu besar " . Demikianlah Gunacarita berempat ke luar Rumah Pengina-
pan dengan berbareng seperti tatkala bersama-sama mencari
kediaman Niken Anggana kemarin lusa Mereka berjalan
dengan santai, meskipun tiada yang berani mulai berbicara.
Kota Ngawi pada waktu itu sebenarnya tidak lebih dan tidak
kurang semacam desa persinggahan. Karena letaknya dekat
sungai besar yang merupakan urat nadi perhubungan
perdagangan, sering dikunjungi para pedagang.
Laskar kerajaan, polisi dan Kompeni Belanda melalui kota
itu pula, bila mereka sedang melakukan perjalanan ke Madiun
atau wilayah Jawa Timur lainnya Tidak mengherankan, pasar
yang merupakan pusat perdagangan penuh sesak oleh orang
yang sedang berbelanja Disinipun seringkali dikunjungi
penjual-penjual obat keliling atau tukang sulap.
- Sebenarnya kita mau ke mana" - Gunacarita menegas
kepada ketiga kawannya Dialah yang pertama kali membuka
mulutnya, karena sesungguhnya hatinya mulai gelisah
kembali. - Apakah tidak baik kita membicarakan apa yang harus
kulakukan sebentar lagi"-
Bogel tertawa serintasan. Lalu menyahut:
- Bukankah sudah kita putuskan kemarin" -
- Jadi.....jadi pokoknya kalian tidak meninggalkan aku
seorang diri, bukan" -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Pokoknya seperti yang sudah menjadi keputusan. - Bogel
tidak sabar. - Betul begitu kang Karta" - Gunacarita masih belum puas
sehingga perlu menegas kepada Kartamita yang dianggapnya
paling pandai di antara mereka .
Selagi Kartamita hendak menjawab, tiba-tiba terdengar
orang berteriak-teriak sambil memukul gembreng :
- Kabar menggemparkan ! Kabar menggemparkan ! Hayo,
hayo ! Siapa mau mendengar kabar ini" Mari saudara-saudara,
tuan-tuan, nyonya-nyonya.....Tujuhpuluh kali lebih aku pernah
datang ke sini. Selamanya belum pernah berdusta. Semua
obatku manjur. Tetapi kali ini aku membawa kabar yang lain
daripada yang lain. Pokoknya kabar menggemparkan yang
harus didengarkan orang banyak. -
Kartamita berempat memalingkan kepalanya. Mereka
melihat seorang laki-laki tua dengan rambut rereyapan
berteriak-teriak dengan memukuli gembreng. Tidak usah
dijelaskan lagi, bahwa dia seorang penjual obat atau tukang
sulap. Ternyata penggemarnya banyak sekali Sebentar saja, ia
sudah terkepung rapat sehingga menarik perhatian Bogel.
- Guna! - ujar Bogel. - Mari kita melihat kabar apa yang
akan di katakan. - - Tetapi kita bukankah harus membayar" -
- Kau sendiri tukang cerita yang mengharapkan bayaran.
Masakan dia tidak boleh" Sekali-kali engkau perlu ikut
menonton dan mendengarkan demi kemajuanmu sendiri. -
- Bukan begitu maksudku. Bukankah lebih baik kita
membicarakan.....- http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Allaaa, sudahlah ! Apa lagi yang harus kita bicarakan" -
Kartamita dan Lembu Tenar bersikap diam.
Namun mereka berdua tidak membantah. Maka Gunacarita
akhirnya terpaksa mendengarkan ajakan Bogel demi
kepentingannya sendiri. Kalau tidak begitu, mereka bisa
meninggalkannya seorang diri berhadap-hadapan langsung
dengan Diah Windu Rini bertiga. Celakalah kalau sampai
begitu. - Mari, mariii....sebentar akan kita mulai. Siapa mau mende-
ngarkan kabar gembira" - terdengar orang tua rereyapan itu
masih saja berteriak-teriak dengan bersemangat.
Bogel berempat melongokkan kepalanya. Di tengah
lingkaran orang yang datang berkerumun nampak sebuah
meja kecil. Lalu sebuah keranjang tertutup. Dan di samping
meja duduk seorang perempuan bopeng bekas penyakit cacar.
Sedang seorang bocah tanggung berdiri tegak di samping
keranjang yang tertutup sambil membantu bunyi teriakan
orang tua itu. Tentunya mereka berdua adalah pembantu-
pembantunya. Setelah dirasakan cukup, orang tua itu meletakkan
gembreng-nya di atas meja. Lalu dengan isyarat mata ia
menyuruh si bocah tanggung berjalan berkeliling mengumpulkan derma, Beberapa penonton ada yang
beringsur mundur agar tidak usah ikut mendermakan
uangnya. Tetapi banyak pula di antaranya yang melemparkan uang
kecil di atas niru yang dibawa bocah tanggung itu. Se-waktu
lewat di depan Kartamita, Bogel, Gunacarita dan Lembu Tenar
ia agak terkejut, karena mereka berempat menjatuhkan jum-
lah uang paling banyak dibandmgkan dengan lainnya.
Wajahnya lantas saja kelihatan cerah. Terus saja ia memberi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
isyarat kepada orang tua yang berdiri tegak di tengah
lingkaran sambil berteriak:
- Kakek, kukira sudah cukup untuk dimulai. -
- Bagus ! Bagus ! Taruh semua derma pemberian para
dermawan di atas meja agar dapat disaksikan dengan jelas ! -
penntah orang tua itu. Bocah tanggung itu segera melaksanakan perintahnya. Dan
terdengarlah suara gemerincing uang tersontak di atas meja.
Sementara itu, orang tua yang berambut rerejapan berseru
nyaring: - Tuan-tuan, nyonya-nyonya, kawan-kawan dan para
sahabat. Aku bernama Ki Angkrek Barangkali di antara kalian
sudah kenal namaku. Memang semenjak dulu aku bernama
Angkrek. Semenjak kecil. Semenjak bayi. Cuma setelah
rembut mulai beruban, kutambah dengan sebutan Ki. Jadi
lengkapnya berbunyi Ki Angkrek. Aku berasal dari Majenang.
Letaknya di Jawa Barat. Jauuuuuuuh.....sekali dari sini.
Dengan berjalan kaki belum tentu satu bulan sampai.
Meskipun begitu aku sering datang di Ngawi. Apa sebab
saudara-saudara" Sebab Ngawi adalah tanah kelahiranku
kedua. Betul, saudara. Ngawi adalah kota kelahiranku kedua. -
Ia berhenti mengesankan. - Di kota Ngawi ini aku tidur dan melepaskan lelah. Di kota
Ngawi ini, aku makan dan minum semenjak jaman mudaku. Di
sini pula aku mandi, kencing dan berak. Pendek kata luar
dalamku sudah bersentuhan dengan kota Ngawi. Karena itu,
kota Ngawi kukatakan sebagai tanah kelahiranku kedua. Betul
atau tidak" - - Betuuuuul.....- sahut penonton berbareng.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Nah, biasanya aku datang dengan mambawa obat
mujarab yang kuambil dari tengah hutan. Dari tengah ladang.
Dari atas gunung atau dari tepi sungai. Untuk apa kulakukan
ini semua" Demi ikut serta menjaga kesehatan saudara-
saudara sekalian. Betul atau tidak" -
- Betuuuul.....- sahut penonton dengan berbareng lagi.
- Tetapi kali ini aku bukan datang untuk membawa obat-
obat mujarab Atau datang dengan membawa batu-batu azimat
yang hendak kupersembahkan kepada saudara-saudara.
Sebaliknya aku membawa sesuatu yang amat berguna dan
mengagumkan bagi saudara-saudara sekalian. Mengapa
begitu" Sebab apa yang kubawa sekarang ini akan membuat
perubahan besar bagi peribadi saudara-saudara sekalian. Apa
yang kubawa itu" Ituuuuu....yang kusimpan rapih di dalam
keranjang. Coba bawa kemari ! -
Bocah tanggung yang menerima perintahnya segera
membuka penutup keranjang. Kemudian mengeluarkan
setumpuk helai se-macam kain tipis dari dalamnya. Setelah di
letekkan di atas meja, Ki Angkrek memungut sehelai dan
dikibas-kibaskannya di hada-pan penonton. Lalu berkata :
- Kain" Bukan. Kulit" Juga bukan. Lalu apa" -
Penonton jadi sirap. Mereka semua memasang telinga
sambil mengamat-amati barang tipis yang berada di tangan Ki
Angkrek. Kata Ki Angkrek menerangkan :
- Ini namanya topeng. Nanti dulu, dengarkan! Topeng ini
bukan topeng sembarang topeng. Asalnya dari negeri jauh.
Dari negeri Cina, dari negeri Siam, dari India, Konon, kabarnya
dibuat dari lapisan pohon-pohon bergetah. (pohon karet)
Terus terang saja, aku tidak tahu cara membuatnya. Tetapi
dibuat sedemikian rupa sehingga bila menempel pada kulit
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang, mendadak jadi kulit itu sendiri. Baiklah, barangkali
keteranganku ini belum jelas. -
la berhenti sebentar dan memanggil perempuan bopeng
yang duduk di samping meja. Serunya :
- Mirah ! - Perempuan yang berwajah buruk karena mukanya penuh
dengan bekas penyakit cacar, berdiri dan menghampiri Ki
Angkrek ogah-ogahan. la menundukkan kepalanya karena
tidak tahan oleh pandang orang.
- Anakku, siapa namamu" - tanya Ki Angkrek seperti guru
sedang menguji muridnya. - Mirah, - jawab perempuan itu dengan masih
menundukkan kepalanya. - Kau dari mana" - - Dari Jawa Barat. - - Kenapa wajahmu kini rusak" -
Lama sekali Mirah tidak menjawab. Setelah menimbang-
nimbang sekian lamanya, ia membuka mulutnya :
- Menurut kata orang, akibat penyakit cacar. -
Ki Angkrek menghela nafas. Lalu berkata kepada hadirin :
- Mirah ini kuketemukan sewaktu dia berumur 14 tahun. Dia
dibuang orang tuanya, karena dianggap
anak sial. Ya....memang apa lagi yang bisa diharapkan anak yang
berwajah buruk begini Tentunya .sukar mencari jodoh.
Sekarang dia sudah berumur enambelas tahun. Tahun depan
sudah jadi tujuhbelas tahun. Terus terang saja masa depannya
gelap. - ujar Ki Angkrek.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian berkata kepada anak tanggung yang berdiri tidak
jauh daripadanya: - Ujang ! Bawalah Mirah ke dalam kios itu ! Dandani dan
bawa kembali ke sini ! - Ujang menggandeng tangan Mirah dan dibawa menyibakkan penonton. Setelah itu dibawanya memasuki
sebuah kios tertutup yang berada di dalam pasar.
Hadirin menunggu dengan perasaan haru. Mereka
terpengaruh oleh keterangan Ki Angkrek dan kenya-taannya.
Memang, masa depan bagi Mirah sungguh gelap. Siapa-kah
yang sudi menjadi suaminya. Bahkan dia bisa dijadikan paraga
ejekan oleh kanak-kanak dan pemuda-pemuda tanggung.
- Hadirin yang terhormat! - terdengar Ki Angkrek berkata
lagi. -Tetapi topeng yang bukan sembarang topeng ini, kelak
akan menentukan hari depannya. Juga manakala di antara
sanak keluarga hadirin ada yang menderita demikian.
Harganya tidak mahal. Bahannya sangat tipis mirip ari yang
tidak beda dengan warna kulit Di atas meja itu terdapat
setumpuk topeng ajaib. Tinggal mencocokkan dengan kulit
leher saja. Yang terlalu kuning, ada juga. Yang terlalu hitam,
juga ada. Pendek kata memenuhi warna kulit hadirin. - Ia
berhenti menghampiri meja.


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selagi demikian, penonton menyibak lagi. Muncullah
sepasang laki-laki dan perempuan. yang perempuan, seorang
gadis remaja yang cantik molek. Sedangkan yang laki-laki kira-
kira berumur empatpuluh tahun. Ku-misnya tebal dan
berjenggot rapih. Pandang matanya berkilat-kilat.
- Hahaaa.....- Ki Angkrek menuding mereka berdua. Kemu-
dian menhadap hadirin: http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Apakah hadirin tidak mengenal mereka" Lihatlah yang
jelas ! Pakaiannya ! - - Bukankah yang dikenakan gadis itu, pakaian Mirah" - seru
salah seorang hadirin di antara penonton. Mungkin diapun
termasuk salah seorang pembantunya.
- Betul! Pandang mata saudara sangat tajam. Dan yang
pria" -Ki Angkrek kagum.
- Apakah.....Ujang, barangkali" - orang yang berseru
sebentar tadi ragu-ragu. Ki Angkrek tertawa terbahak-bahak. Sambfl bersorak penuh
kemenangan ia bertanya kepada hadirin :
- Dia Ujang atau bukan" -
Hadirin terdiam. Mereka ragu-ragu. Menilik pakaian yang
dikenakan memang pakaian Ujang. Namun pakaian itu bukan
pakaian istimewa yang tidak terbeli di pasar bebas. Jadi
siapapun dapat mengenakan pakaian demikian.
- Hadirin sekalian. - Akhirnya Ki Angkrek berseru: -
Memang, dia Ujang si anak tanggung tadi. Kalian tidak
percaya" Hai Ujang, buka topengmu! -
Dengan cekatan pemuda yang berumur empatpuluh tahun
itu menarik mukanya. Benar saja. Muka yang ditariknya,
terlepas. Dan muncullah wajah Ujang dengan tertawa lebar.
Hadirin kagum bukan main. Sekarang mereka mengarahkan
pandangnya kepada gadis yang cantik menggiurkan .
- A pakah dia benar-benar Mirah" - Salah seorang penonton
berbimbang-bimbang. Dia seorang perempuan yang sudah
cukup dewasa. - Betul, nak. - sahut Ki A ngkrek meyakinkan. - Dia Mirah. -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Bertopeng juga " -
- Boleh dikatakan begitu. Sebab kalau mau ditempel untuk
selama hidupnya akan melekat bagaikan kulit kita sendiri.
Kalau hanya untuk keperluan sementara, jangan dilekatkan.
Coba.....bila topeng ajaib ini melekat terus di wajah Mirah,
bukankah lebih mudah untuk mencarikan jodohnya"
Barangkali orang-orang Kartasura, bahkan putera-putera
pangeran akan berkenan mengambilnya sebagai isteri.
Setidak-tidaknya menjadi selirnya. -
Hadirin terdiam beberapa waktu lamanya, lalu terdengar
seseorang yang agak penasaran. Orang itu seorang laki-laki
berumur lebih dari tigapuluh tahun. Teriaknya :
- Ki Angkrek, aku ingin melihat buktinya. Tolong, lepaskan
topengnya agar kita semua yakin. -
- Bagus! - seru Ki Angkrek. - Mirah, lepaskan topeng
wajahmu.- Mirah kemudian melepaskan penutup mukanya dan
wajahnya yang buruk muncul seperti aselinya. Menyaksikan
hal itu, semua hadirin tercengang-cengang. Termasuk
Kartamita, Bogel, Lembu Tenar dan Gunacarita. Alangkah jauh
bedanya, manakala Mirah mengenakan topeng nya. Dia tidak
hanya berwajah cantik saja, akan tetapi menggiurkan karena
perawakan tubuhnya montok singsat Tiba-tiba Kartamita
seperti tersadar. Dengan kedua tangannya ia menarik pundak
Bogel dan lembu Tenar. Ujarnya setengah berbisik :
- Sekarang jadi jelas ! Hayo ! -
- Jelas tentang apa" -
- Tentang penglihatan kita di gedung kemarin malam. Kalau
kalian ingin jelas, mari ikut aku ! -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kartamita kemudian mendahului ke luar rumun penonton
yang berjejal, sedang Bogel dan Lembu Tenar mengikuti dari
belakang. Gunacarita yang merasa ditinggalkan, buru-buru
mengejar mereka. Memang dalam hal ini, Gunacarita yang
merasa berkepentingan langsung. Begitu tiba di jalan besar,
segera ia minta keterangan dengan bernafsu :
- Yang jelas bagaimana " Apa yang akan anda jelaskan " -
- Hm, pendek saja keteranganku. - sahut Kartamita. - Kalau
Mirah bisa mengenakan topeng pencantik diri, mengapa orang
lain tidak bisa " - - Orang lain yang mana " - Gunacarita menegas.
Bogel tertawa terbahak-bahak. Dasar ia orang kasar, terus
saja mendamprat: - Eh, ternyata kau ini orang tolol! Kukira setiap dalang
pandai berpikir. Tahunya..........-
- Kang Bogel, kang Karta ! Aku memang orang tolol. Tolong
jelaskan !- Gunacarita mengalah.
Tetapi, sebenarnya dia bukan orang tolol. Kalau tolol,
tentunya tidak pandai mendalang. Hanya saja pada saat itu
hatinya gelisah sehingga tidak pandai menggunakan
pikirannya. Lain halnya bila dia seorang pendekar. Biasanya
seorang pendekar malahan pandai berpikir, manakala merasa
terpojok. - Guna ! Dalam perjalanan pulang, Wigagu, Sukesi dan
Puruhita berpapasan dengan seorang Cina yang mengenakan
jubah, bukan " - ujar Kartamita setelah mendeham dua kali.
- Benar. Lalu apa hubungannya " -
- Hai, kau jangan main balas bertanya! - semprot Bogel si
kasar. - Bukankah engkau perlu keterangan kang Karta " Kau
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggal menjawab saja semua pertanyaannya. Kalau betul, ya.
Kalau tidak betul, bilang tidak. Kalau kang Karta perlu
penjelasanmu, nah barulah kau cuap-cuap ! -
- Ya, ya ya...... - Gunacarita memanggut-manggut seperti
burung kaka-tua. - Nah, begitu baru bagus ! - Bogel puas. Lalu kepada Karta-
mita : - Kang Karta, lanjutkan !-
Kartamita tidak segera menjawab. Dengan langkah tenang
ia mendongak menjenguk udara. Lalu berkata kepada
Gunacarita sambil meruntuhkan pandangnya :
- Kau ingat-ingat ucapan Ki Angkrek tentang dari mana
topeng-topengnya dibuat. -
- Dari negeri Cina, Siam dan India, - sahut Gunacarita cepat
Memang, seorang dalang biasanya mempunyai ingatan tajam.
- Benar. Sekarang, Mirah yang berwajah buruk dapat
disulap menjadi seorang gadis yang cantik menggiurkan.
Benar atau tidak " -
- Benar. - - Berkat apa " - - Berkat topeng pencantik wajahnya. -
- Benar separoh. - - Lho kok.........." -
- Harus ditambah polesan kulitnya yang sesuai dengan
warna topeng yang dikenakannya. Umpa manya bagian leher,
dada, lengan dan kaki harus dipoles rapih-rapih sehingga
sesuai dengan warna topengnya. -
- Betul, betul, betul.....- Gunacarita membenarkan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Bagus ! - Kartamita puas. - Kemarin malam kita semua
menyaksikan Diah Windu Rini mati terbunuh. Tetapi pagi ini
kita melihat Diah Windu Rini hidup kembali dalam keadaan
segar bugar. A pa pendapatmu " -
- Yang mati kemarin malam bukan Diah Windu Rini. - Bogel
mendahului. Dan mendengar kata-kata Bogel, baik Gunacarita
maupun Lembu Tenar tercengang-cengang.
- Jadi.....jadi.....kakang maksudkan ada orang lain
mengenakan topeng yang mirip wajah Diah Windu Rini " -
Gunacarita minta penjelasan dengan wajah berubah-rubah.
- Benar. - Gunacarita terlongong-longong. Lembu Tenar yang berjalan
di sampingnya berkata dengan suaranya yang tenang :
- Kalau benar ada orang lain yang mengenakan topeng
mirip wajah Diah Windu Rini, lalu apa maksudnya " -
- Kalau itu yang kau pertanyakan, sudah berada di luar
permasalahan kita. - ujar Kartamita, - Paling tidak, tentunya
ada alasan-alasan tertentu. Alasan-alasan orang-orang pandai.
Lebih baik, kita jangan ikut campur. -
Lembu Tenar, Bogel dan Gunacarita merenungkan ucapan
Kartamita. Beberapa waktu kemudian mereka memanggut-
manggutkan kepalanya tanda setuju. Tetapi di dalam hati
mereka masing-masing terjadi suatu kesibukan yang hebat
dan menyeramkan. Sebab mereka berempat menyaksikan
dengan mata kepalanya sendiri, betapa orang-orang itu saling
membunuh dengan amat kejamnya.
- Apakah kira-kira bukan soal memperebutkan pedang
Sangga Buwana " - Lembu Tenar main tebak.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Itupun bukan mustahil. Sebaliknya bukan mustahil pula
ada suatu masalah yang jauh lebih penting daripada pedang
Sangga Buwana. - - Umpamanya " - Bogel menegas.
Kartamita tidak segera menjawab. la menyulut rokok.
Setelah disedot beberapa kali, asapnya ditebarkan ke udara.
Menjawab : - Apalagi yang melebihi masalah pedang Sangga Buwana,
kalau bukan masalah negara " Umpama saja perkara peralihan
kekuasaan atau perebutan kekuasaan. Pendek kata, itu bukan
percaturan hidup kita. Kita ini cuma rakyat kecil. Paling-paling
hanya pandai menjadi penonton yang baik. Itupun harus kita
lakukan dengan hati-hati dan cermat. Salah sedikit bisa jadi
perkara. Paling tidak kita bisa terlibat dan dilibatkan. Padahal
kita tidak punya mobal untuk bisa dibuat berjudi. -
- Betul ! - Bogel dan Lembu Tenar menanggapi dengan
serentak. Lalu Lembu Tenar melanjutkan :
- Kita rakyat kecil ini memang susah. Ikut ikutan, salah.
Tidak ikut, salah pula. Rupanya memang sudah jadi nasib
rakyat kecil. Dalam hidupnya tidak pernah bisa merasa aman.
Kadangkala merasa diperlakukan tidak adil. Ada rejeki besar,
yang pandai yang memakan. Sebaliknya kalau ada keributan,
kitalah yang dibawa-bawa. Sebenarnya apa sih maksud orang-
orang besar itu " - - Supaya kalian menjadi kambing yang gampang dituntun
atas kemauannya. - Bogel menimbrung dengan suaranya yang
kasar. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kartamita tertawa lebar. Kemudian melanjutkan menghisap
rokoknya yang terasa nikmat. Agaknya dia merasa puas atau
ada suatu pikiran yang masuk dalam benaknya. Selagi
demikian, tiba-tiba terjadi suatu keributan yang datang dari
arah panggungnya. Dengan serentak Lembu Tenar, Bogel dan Gunacarita
memaling-kan kepalanya. Mereka kaget berbareng heran,
karena melihat penonton Ki Angkrek bubar berderai. Hai,
kenapa " Kartamita-pun ikut menoleh dan ia sempat melihat Ki
Angkrek, Mirah dan Ujang tergesa-gesa mengemasi barang
bawaannya. Sementara itu dalam pasar terdengar kesibukan
luar biasa. Setelah mengamati sebentar, mulailah pendengarannya bekerja. - Hai, apakah pendengaranku benar " aku seperti
mendengar suara kentung. -
Lembu Tenar, Bogel dan Gunacarita memasang telinganya.
Benar saja. Di kejauhan terdengar kentung bertalu-talu.
Sejenak kemudian disambung oleh suara kentung kedua, lalu
disambung yang lain. Akhirnya suara kentung memasuki
wilayah kota. Seketika itu juga, mereka tersentak kaget.
- Ini kentung tanda bahaya ! - mereka berseru hampir ber-
bareng. Suasana kota jadi kacau balau. Orang-orang lari
berserabutan dan saling menubruk. Yang datang dari arah kiri
menerjang ke kanan, demikian sebaliknya. Lalu mulai
disambung dengan suara hiruk-pikuk, jeritan dan tangan
kanak-kanak. - Ada apa sih " - Gunacarila cemas.
- Mari kita cepat pulang ke penginapan ! - perintah
Kartamita. Dan tanpa menunggu persetujuan teman-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
temannya, ia men-dahului melangkahkan kakinya setengah
berlari. Gunacarita, Bogel dan Lembu Tenar buru-buru
mengikuti. Tung tung tung tung tung..........Tung tung tung tung
tung.... lima kali tersendat-sendat. Itulah tanda raja pati.
Artinya ada pembunuhan. Bisa diartikan tanda bahaya pula.
Tak mengherankan, semua yang mengerti menjadi kaget
setengah mati. Sebab tanda kentung lima kali, pada dewasa
itu sering terdengar akibat perang putera Jangrana melawan
Pangeran Puger (Raja Paku Buwana I), yang terjadi beberapa
tahun berselang. Yang belum faham, terseret oleh situasi yang
dirasakan menye ramkan. Maka tidak mengherankan pula, bila
kanak-kanak menangis ketakutan. Bahkan para remajapun
demikian pula. Sementara itu, Kartamita dan ketiga kawannya sudah tiba
di depan rumah penginapan. Begitu hendak memasuki pintu
pagar, terdengar suara derap kuda. Dengan berbareng mereka
menoleh dan melihat Niken Anggana datang seorang diri
dengan kudanya. Mana Gemak Ideran dan Diah Wmdu Rini "
Mereka berpapasan di halaman rumah penginapan. Melihat
Gunacarita berada di antara teman-temannya, Niken Anggana
melompat ke tanah dengan cekatan. Dengan suaranya yang
tetap manis, ia berkata kepada Gunacarita :


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

- Paman ! Rupanya kurang tepat waktunya untuk dapat
mendengarkan paman berkisah tentang pendekar besar
Sondong Landeyan. - - Maksud ndara jeng (nona yang mulia) " -
- Kita batalkan saja. - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Tetapi ndara jeng, panjar telah kuterima. - Gunacarita
merasa salah. - Anggap saja sebagai panjar lain waktu. - Niken Anggana
tersenyum ramah. Gunacarita nampak bingung. Padahal tadinya ia berharap
mudah-mudahan batal saja. Justru kini batal benar-benar, ia
jadi tak enak hati. la berpaling kepada ketiga temannya untuk
minta pertimbangan. Belum lagi memperoleh kesan, Niken
Anggana sudah berkata lagi:
- Paman, waktuku terlalu mendesak. Kalau kita selamat dan
dapat bertemu kembali, bukankah bisa dibicarakan kembali "
Paman, perkenankan aku permisi dulu. -
Gunacarita seperti kehilangan akal. la terlongong-longong.
Pada saat itu, Niken Anggana sudah melompat ke atas
punggung kudanya kembali. Sambil menggentakkan kudanya
ia berseru : - Paman ! Selamat jalan ! Hati-hati di jalan. Dalam keadaan
begini, biasanya siluman muncul di sembarang tempat. -
Kuda Niken Anggana adalah kuda jempolan. Begitu kena
gentak, lantas saja kabur melintasi pintu pagar dan lari
bagaikan anak-panah terlepas dari gendewanya. Sebentar
saja, Niken Anggana dan kudanya sudah menghilang di balik
tikungan jalan yang mengarah ke barat. Lalu tinggal bayangan
nya yang berkesan dalam benak Gunacarita, Kartamita, Bogel
dan Lembu Tenar. - Kang Karta.....ini bagaimana " - Gunacarita tersadar dari
nanarnya. - Ini bagaimana apa " - bentak si kasar Bogel. - Sudan
jelas, dia membatalkan niatnya. Bukankah suatu karunia besar
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagi-mu " Apalagi uangnya berada dalam sakumu. Hayo,
rejeki bagi! - - Tentang uang panjar " Oh.....tentu, tentu, tentu. -
Gunacarita mengiakan dengan sungguh-sungguh. - Tetapi
demi Tuhan, lalu kita bagaimana " -
- Eh bertanya bagaimana sekali lagi. - tegor Bogel. - Bukan-
kah kita masing-masing mempunyai anak isteri " -
- Memang betul. - - Sudah kita pulang ke rumah. Mau ke mana lagi " -
Gunacarita tercenung sejenak. Membuka mulutnya :
- Jadi.....jadi kita berpisah " -
- Tentu saja. Masakan mau menginap di sini sampai
mampus "- Gunacarita termenung-menung. Lembu Tenar yang perasa
menimbrung : - Marilah kita bicarakan pelahan-lahan di kamar. Memang
kita harus berpisah secepat-cepatnya. Tentu saja aku akan
segera pulang ke Bojonegoro. Dan kau bagaimana, Bogel "
Apakah akan ke Indramayu juga " -
- Habis mau ke mana lagi " -
Lembu Tenar tidak segera menanggapi. Dengan langkah
pelahan ia mengikuti Kartamita yang bergerak dari tempatnya
masuk ke ruang rumah penginapan. Sementara itu, sudah
semenjak tadi suasana rumah penginapan nampak sibuk. Para
tamu berjubal di depan ruang pembayaran untuk melunasi
uang sewa Namun di antara mereka ada yang menggunakan
kesempatan untuk kabur dari rumah penginapan tanpa
membayar. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- Kang Karta ! Apakah anda segera meninggalkan rumah
penginapan " - Lembu Tenar menegas.
Kartamita mengangguk. Sama sekali ia tidak mengeluarkan
suara. Tetapi begitu masuk ke dalam kamar, tiba-tiba saja
mulutnya mengoceh: - Tentang pulang ke rumah tentu saja sudah menjadi
kewajiban kita. Yang kupikirkan adalah suara kentung itu dan
perilaku Niken Anggana yang nampak tergesa-gesa, bahkan
agak gugup. Aku yakin, pasti bakal terjadi suatu peristiwa
besar yang tidak terduga-duga sama sekali. -
- Kira-kira peristiwa apa " - Lembu Tenar menyela.
- Kalau aku bisa menjawab, artinya sudah dapat menduga.
-sahut Kartamita setengah menyesali. - Kau ingat-ingat saja
ucapan Niken Anggana tadi. Di sembarang tempat bakal
muncul siluman-siluman yang bisa membuat susah orang lain.-
- Maksudmu " - Gunacarita minta penjelasan.
- Umpamanya penyamun, perampok atau gerombolan yang
susah ditebak dari mana asalnya. Pendek kata seperti yang
dialami Wigagu, Sukesi dan Puruhita sewaktu membawa
Pitrang pulang kepertapaan. He, bukankah engkau bisa
mengisahkan suasana yang keruh "-
- Betul, betul! Tetapi itu kan cerita hafalan seorang dalang "
-Gunacarita mencoba meluruskan tanggapan orang terhadap
dirinya. - Tetapi pokoknya engkau bisa memahami, bukan " -
- He-e. - - Bagus ! Dan karena engkau membawa uang banyak, hati-
hatilah disepanjang jalan. -
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diingatkan perkara uang, Gunacarita melompat dan lari
memasuki kamarnya. Beberapa saat kemudian ia balik kembali
dengan membawa kantung uangnya. - Mari kita bagi rata, -
ujarnya. - He kok kaya uang rampokan. - tegur Kartamita.
- Bukan begitu, bukan begitu!.....Sewaktu aku susah, kalian
semua ikut perihatin. Kalau sekarang tidak kubagi rata, aku
bukan manusia yang mempunyai jantung dan hati.
Lagipula.....kalau kalian biarkan aku membawa-bawa uang
begini banyak, samalah halnya kalian membiarkan aku bunuh
diri. - Gunacarita setengah memohon.
Dan tanpa menunggu persetujuan mereka, ia menyontakkan seluruh isi kantung. Lalu dibagi menjadi empat
bagian. Katanya lagi: - Kang Karta, kang Bogel dan kang Lembu Tenar........terimalah. Kalau ada selisihnya, mohon maaf
sebesar-besamya. - Bogel orang kasar. Tetapi siapakah yang tidak gemar uang
" Memperoleh bagian uang yang melebihi harapannya,
kekasaran-nya lantas kendor. Sekarang ia bisa berkata dengan
penuh pera-saan : - Guna ! Sebenarnya aku hanya bergurau saja. Atau paling
banter, aku hanya mengharapkan bagian uang panjarmu saja.
Tetapi engkau terlalu baik hati sampai rela membagi seluruh
milikmu. Apakah bisa dibenarkan " -
- Ah, kang Bogel! Membawa-bawa uang begini banyak
dalam suasana seperti sekarang ini, bukankah sama halnya
dengan bunuh diri " Maka tolonglah jiwaku ! Terimalah
bagianmu.....- http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- O begitu " - Bogel berpura-pura perasa. - Kalau memang
begitu kehendakmu, apa boleh buat. -
Gunacarita nampak lega hatinya. Pandang matanya berseri-
sen. Segera ia mengangsurkan jumlah uang yang sudah
terbagi kepada ketiga temannya. Begitu diterima, barulah ia
memasukkan bagiannya sendiri ke dalam kantung uangnya.
- Simpan baik-baik ! Masukkan di balik bajumu ! - Bogel
menasehati dengan hati gembira.
Gunacarita puas bukan main karena memperoleh perhatian.
Memang dalam suasana yang kacau-balau dan penuh
ancaman, siapapun akan cepat merasa berterima kasih bila
memperoleh perhatian orang lain. Dengan tak dikehendaki
sendiri ia membagi pandang kepada Kartamita dan Lembu
Tenar untuk memperoleh kesan. Kedua orang itu tidak
membuka mulutnya, meskipun wajahnya berkesan ramah.
- Kang Karta, apakah kita segera berangkat " - Gunacarita
minta pertimbangannya. - Kurasa lebih cepat lebih baik. - ujar Kartamita. - Siapa
tahu keadaan kota makin bertambah buruk. -
- Apakah kang Karta menduga demikian " -
- Dengar saja bunyi kentung tanda bahaya yang sambung-
menyambung itu. - Bunyi kentung yang bertalu-talu, memang mempunyai daya
pengaruhnya sendiri. Semuanya tergantung kepada keadaan
hati masing-masing. Yang kanak-kanak, tentunya segera
menangis minta perlindungan. Yang setengah-tengah, malahan menjadi nanar. Mereka tidak tahu lagi apa yang
harus dilakukan. Yang dianggap menjadi jagoan atau yang
dituakan orang seperti para Kepala Kampung, Kepala dusun,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kepala dukuh paling sedikit wajib memperlihatkan kelebihannya. Mereka harus memper-tahankan kewibawaan diri, meskipun
hati mereka sebenarnya kebat-kebit. Sebaliknya yang berjiwa
kesatria atau perajurit seperti terbangun panggilan hatinya.
Tak ubah serigala mencium daging mereka melompat ke luar
rumah untuk ikut serta menyumbangkan tenaga menenangkan
penduduk. Dan apabila bertemu pandang dengan gadis-gadis remaja,
darahnya menggelagak (mendidih) seakan-akan ingin saja
meletik ke garis depan untuk menantang perang. Hanya saja,
siapa musuh mereka, kurang jelas.
Kekacauan yang melanda penduduk kota Ngawi sebenarnya
adalah permulaan perang Pacinan (perang Cina).
Laskar Cina yang berhimpun di Pekalongan menyerbu
Kartasura. Laskar Cina yang dipimpin Raden Mas Garundi.
Menurut kabar yang ditiupkan dari mulut ke mulut, dia adalah
salah seorang putera Amangkurat IV. kelak dikenal sejarah
dengan sebutan Sunan Kuning. A rtinya keturunan Amangkurat
IV dari puteri Cina yang di-permaisurikan baginda raja.
(Selanjutnya baca: De Chineezen Te Batavia En De
Troebelen Van 1740, desertasi Johannes Theodoras Vermeulen halaman 57 tentang Oei Tai Pan dan Ci Li Bun dan
Lamlai dari solo). O0-OdwO-0O http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid V 7. DIAH WINDU RINI OLEH JUMLAH uang yang diterima, Kartamita, Lembu Tenar
dan Bogel berkenan mengantarkan Gunacarita pulang ke
Pacitan. Empatbelas kilometer mereka mengarah ke tenggara.
Suasana pedusunan masih kelihatan tenang dan aman. Suara
kentung yang bertalu terus-menerus di kota Ngawi, tidak
dapat menembus petak hutan sehingga tidak mengusik
kehidupan penduduk. Dua kilometer lagi, Kartamiia bertiga
masih menyertai Gunacarita. Setelah yakin tiada siluman yang
muncul di tengah jalan, Gunacarita berani melanjutkan
perjalanannya seorang diri. Mereka berpisah jalan dengan
saling memeluk sebagai pernyataan ucapan selamat jalan
yang mengharukan. Meskipun bukan teman dan bukan pula
sahabat, namun pengalaman mereka berempat dalam
beberapa hari yang lalu mempunyai ikatan batin yang
mendalam. Masing-masing merasa bagaikan saudara-kandung
sendiri yang beredia hidup senasib-sependeritaan.
Sekarang, Kartamita bertiga balik kembali ke Ngawi. Tetapi
Sementara itu, matahari bersinar makin terik. Bogel yang
bertempat tinggal jauh daripada mereka berdua ingin membeli
kuda, akan tetapi Kartamita tidak menyetujui.
"Dalam suasana yang membawa teka-teki ini, lebih baik
jangan menarik perhatian orang." ujar Kartamita menasehati.
"Kita jalan saja dengan santai. Kalau kemalaman di tengah
jalan, bermalam saja di mana saja kita berada."
"Maksudmu di tepi jalan ?" Bogel mencibirkan bibirnya.
"Ya. Lebih aman daripada bermalam di rumah penginapan."
"Mengapa begitu ?" Lembu Tenar minta keterangan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pendek kata dalam suasana begini, hindari berkumpul-
kumpul. Lebih dari lima orang akan mengundang kecurigaan.
Lebih dari sepuluh orang, jiwa kita bisa terancam."
"Hm, masakan sampai begitu ?" Bogel tidak percaya. Tetapi
ia mau menerima saran Kartamita agar melanjutkan
perjalanan dengan berjalan kaki.
Namun akibatnya, sewaktu tiba di pinggir kota, Matahari


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah condong ke barat Sorehari tiba dengan diam-diam.
Tetapi suasana kota makin berkesan keruh. Suara derap kuda
yang datang dan pergi, mendebarkan hati. Semua pintu
rumah penduduk tertutup rapat Kartamita, Lembu Tenar dan
Bogel merandek. Mereka tak tahu harus berbuat apa untuk
bisa menembus kota melintas ke barat Selagi kebingungan,
mendadak mereka merasakan berkesiurnya angin di belakang
punggung. Dengan kaget, mereka menengok dan melihat
sesosok bayangan melompat tinggi dan hinggap di atas
dinding sebuah rumah. Orang itu berpaling kepada mereka
bertiga sambil menuding ke arah belakang dinding dan
kemudian menunjuk dadanya sendiri. Tentunya ia bermaksud
memberitahukan sesuatu. Akan tetapi mereka bertiga tidak
dapat menangkap maksudnya. Mereka hanya saling memandang dengan penuh pertanyaan.
"Siapa dia ?" Lembu Tenar ingin memperoleh keterangan.
"Bagaimana aku tahu ?" sahut Bogel. Kemudian kepada
Kartamita : "Apakah kang Karta mengenal dia ?"
"Sama sekali tidak." ujar Kartamita dengan sungguh-
sungguh. "Tetapi dia menunjuk ke suatu arah. A pakah.....apakah.....ia
mau bertanya tentang....."
"Tentang apa ?" Bogel bernafsu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kartamita berpikir sejenak. Lalu mencoba menebak : "Kalau
tidak salah, dia menuding ke arah rumah penginapan.
Mungkin sekali dia bertanya apakah kita menginap di rumah
penginapan itu." "Ah, kalau begitu apa yang terjadi di rumah penginapan ?"
Lembu Tenar tercengang. "Baiklah kita jangan main bertanya saja. Mari kita
menjenguk rumah penginapan." ajak Bogel dengan tak
sabaran. Dengan menyusur teritisan rumah, mereka berjalan dengan
langkah panjang. Selagi mengitari dinding tembok itu, mereka
mendengar suara hiruk-pikuk. Dengan hati-hati mereka
mengintip dari sudut dinding yang menutupi penglihatan.
Sepasukan laskar yang mengenakan seragam hitam bergerak
mengepung rumah penginapan. Seseorang yang mengenakan
topeng memberi aba-aba dari atas punggung kuda. Rumah
penginapan kemudian dimasuki laskarnya dan menggeledah
ruang dalam. Entah apa yang dicarinya. Tetapi menyaksikan
peristiwa itu, berbagai bayangan berkelebat dalam benak
Kartamita. Teringatlah dia kepada kisah perjalanan Wigagu,
Sukesi dan Puruhita sewaktu membawa Pitrang pulang ke
pertapaan. Dan pada detik itu pula, teringatlah dia kepada
topeng-topeng Ki Angkrek. Lalu kepada orang-orang yang
bertempur di rumah pesanggrahan Niken Anggana Tentunya
mereka akan melakukan pembunuhan. Tetapi pada detik itu
pula, ia membantah pikirannya sendiri.
Sebab kalau mau membunuh, siapakah yang hendak
mereka bunuh " Tetapi yang jelas, laskar itu bukan tentara kerajaan.
Dengan demikian telah terjadi suatu pemberontakan. Mereka
berteriak-teriak tak keruan juntrungnya. Di antara teriakan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka terdengar sebuah kalimat yang lengkap :"Anak
melawan bapak. Rakyat melawan Raja !"
"Hm, apa maksud mereka ?" Bogel menggerendeng
setengah mengomel. "Sudah jelas mereka bukan manusia-manusia baik. Untung
kita cepat-cepat meninggalkan rumah penginapan. Kalau
tidak, kita bakal dimakan mereka." ujar Lembu Tenar.
Kata-kata Lembu Tenar menyindir Bogel yang membandel
dan kasar. Di dalam hati, ia jadi ikut membenarkan pendapat
Kartamita. Karena itu, ia menutup mulut
"Yang hebat adalah pesan Niken Anggana." Kartamita
berkata. "Dalam suasana begini akan banyak siluman muncul
di mana-mana katanya. Benar, bukan ?"
Bogel dan Lembu Tenar memanggut-manggut seperti
burung kaka-tua. Dengan wajah tegang mereka mengawaskan
laskar yang sedang mengobrak-abrik tata-atur rumah
penginapan. Sekarang mereka melihat pengurus rumah
penginapan di gusur ke luar. Ia digebuki dan ditendang
sehingga mengerang kesakitan.
"Ampun, ampun....." ia merintih memohon belas kasih.
"Kami cuma rakyat kecil yang tidak tahu apa-apa. Kami
rakyat kecil yang hidup cuma mencari makan."
"Apa bedanya dengan binatang ?" bentak yang berada di
atas kudanya. "Sama.....sama.....memang kami golongan binatang.........."
Laskar yang mendengar ucapan pengurus rumah penginapan tertawa bergegaran. Seru beberapa orang :
"Kau lembu, ya ?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kerbau, ya ?" "Ya betul, aku kerbau.........."
"Kambing, ya ?"
"Ya betul, aku kambing."
"Kalau begitu pantas kita sembelih."
"Eh, jangan ! Buat apa menyembelih aku " Yang gemuk
masih banyak..............."
"Paling tidak buat korban."
"Eh jangan, tuan-tuan besar. Aku Paimin, bukan Ismail anak
Ibrahim." Orang-orang itu kemudian tertawa terbahak-bahak. Pemimpinnya membentak : "Dalam sakumu ada apa ?"
"Ada apa " Tidak ada apa-apa."
"Dusta ! Ada uangnya, kan ?"
"Bukan! Bukan uang! Cuma sejumput tembakau. Kalau
tidak percaya boleh tuanku menggeledah sendiri."
Selagi demikian, tiba-tiba terdengar derap kuda yang lari
kencang mendatangi. Seluruh laskar terenggut perhatiannya.
Mereka menoleh. Dan seorang gadis yang cantik manis tiba
dengan membentak: "Hai! Lepaskan !"
Melihat kedatangan gadis itu, Kartamita bertiga terperanjat
Tak terasa terloncatlah ucapannya :
"Celaka ! Mengapa Niken Anggana balik kembali ?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan-jangan dia balik kembali demi kita." ujar Kartamita
menduga-duga. "Demi kita bagaimana ?" Lembu Tenar minta keterangan.
"Mungkin sekali, dia memikirkan keselamatan kita Ia
mengira, kita masih menginap di rumah penginapan. Lalu balik
kembali untuk menyelamatkan kita. Jika benar, dia benar-
benar seorang dewi yang baik hati."
Selagi demikian, terdengar suara jeritan menyayatkan hati.
Dua orang menikam pengurus rumah penginapan. Seketika itu
juga, pengurus rumah penginapan bermandikan darah. Ia
dibanting ke atas tanah dan dibiarkan mati terkapar seperti
ayam terpotong. Peristiwa pembunuhan itu terjadi sangat cepat Niken
Anggana yang berbudi luhur sama sekali tidak menduga,
bahwa laskar yang mengepung rumah penginapan akan bisa
berbuat demikian di depan matanya. Tetapi dengan demikian,
kedudukan Niken Anggana menjadi jelas di depan mata
Kartamita bertiga. Ia bukan golongan laskar penyerbu yang
mengenakan seragam hitam.
Dengan cekatan, Niken Anggana mengayunkan tangannya.
Itulah dua batang belati tajam yang menyambar, bagaikan
anak panah. Cap, cap! Kedua orang yang melakukan
pembunuhan itu, mati terguling. Dan menyaksikan hal itu,
orang bertopeng yang bercokol di atas kuda naik pitam.
Dengan menggentakkan kudanya ia menyerang.
Sekali lagi Niken Anggana mengayunkan sebatang pisau,
Tetapi orang bertopeng itu bukan orang sembarangan.
Dengan cekatan ia membungkukkan badannya dan menggelendot di sisi perut kudanya. Pisau yang terayun
menyambar di atas kepalanya. Dan beberapa saat kemudian,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kudanya yang tidak terkendalikan membentur kuda Niken
Anggana. Oleh benturan yang keras itu, Niken Anggana terlempar
tinggi di udara namun dapat mendarat dengan amat
manisnya. Pada detik itu pula, tangan kanannya sudah
menggenggam pedang. Sambil menerjang, tangan kirinya
mengayunkan lagi senjata bidiknya. Suing! Sayang orang yang
mengenakan topeng teraling perut kuda. Dengan begitu yang
menjadi korban justru kudanya Dan dengan meringkik
kesakitan, kuda itu roboh terjengkang. Sedang orang
bertopeng itu sendiri dapat menyelamatkan diri dengan
berjumpalitan di atas tanah.
"Bangsat! Kau siapa ?" makinya sambil menghunus
pedangnya. Niken Anggana tidak menyahut Dengan membungkam
mulut, pedangnya membabat. Keruan saja orang bertopeng
itu buru-buru menangkis. Trang ! Karena pedang Niken
Anggana adalah pedang mustika, pedang orang bertopeng itu
terbabat kutung. Berbareng dengan peristiwa itu, laskarnya berseru-seru
penasaran. Mereka tersibakkan oleh sesuatu yang mengejutkan. Bogel dan Kartamita melongokkan kepalanya. Di
antara kerumun laskar berseragam hitam muncul seseorang
yang mengamuk bagaikan banteng terluka. Dialah orang yang
sebentar tadi hinggap di atas dinding rumah penginapan.
Orang itu bersenjata pedang pula berwarna hitam. Dengan
satu gebrakan ia melukai beberapa laskar. Kemudian
melompat maju sambil memberi tanda sandi agar Niken
Anggana cepat-cepat mengundurkan diri.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa ?" Niken Anggana bertanya sambil menikamkan
pedangnya. "Di barat masih ada peristiwa yang lebih hebat"
Niken Anggana terkejut Sesaat kemudian ia meletik dan
hinggap di atas kudanya. Pedangnya berkelebat Dan sebelum
masuk ke dalam sarungnya, ujungnya masih sempat
menyerempet lengan orang bertopeng yang sebentar tadi
diterjangnya. Menyaksikan kegesitan Niken Anggana, Kartamita bertiga
kagum bukan main. Diam-diam hati Bogel meringkas. Pikirnya,
untung aku dapat membawa diri. Niken Anggana yang lembut
saja dapat bergerak begitu gesit dan cekatan. Apalagi Diah
Windu Rini. Selagi berpikir demikian suasana medan
pertempuran sudah berubah. Laskar berseragam korat-karit
Orang bertopeng yang kena dilukai Niken Anggana,
mendahului melarikan diri. Dan melihat pemimpinnya
melarikan diri, sisa laskarnya lantas ikut lari saling berlomba.
Sebentar saja halaman rumah penginapan sunyi lengang.
Yang terasa kini adalah penglihatan yang menyeramkan.
Kartamita, Bogel dan Lembu Tenar pernah menginap
beberapa hari lamanya di rumah penginapan. Meskipun bukan
kawan atau sahabat pengurus rumah penginapan, setidak-
tidaknya mereka pernah mengenal dan bergaul. Sebab setiap
kali berada di Ngawi, mereka menginap di rumah penginapan :
PANGAYOM. Sekarang mereka melihat pengurus rumah
penginapan itu mati terkapar di depan rumah penginapannya
sendiri. Apa salahnya dan apa dosanya, kurang jelas.
Seperti berjanji mereka menghampirinya dengan bercelingukan. Lalu berdiri tegak bagaikan terpaku di atas
tanah. Mereka jadi teringat akan nasibnya sendiri. Sebab
mereka merasa pula sebagai rakyat jelata yang tiada bedanya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan pengurus rumah penginapan. Jadi sewaktu-waktu
mereka bisa tertimpa nasib seperti dia. Dan melihat betapa
pengurus rumah penginapan bermandikan darah, bulu kuduk
mereka meremang dengan sendirinya. Tiba-tiba suatu ingatan
menusuk benak Kartamita. Buru-buru ia berkata kepada kedua
kawannya : "Bogel! Lembu Tenar ! Kita tidak boleh terlalu lama berdiri
di sini. Salah-salah kita bisa kena tuduh. Baik dari pihak
pemberontak maupun dari pihak pemerintah. Mari kita
mengikuti arah perginya Niken Anggana yang menuju ke
barat!"

Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seperti orang disambar geledek, Lembu Tenar dan Bogel
bergegas mengikuti kepergiannya Kartamita. Memang dalam
hal berpikir, mereka merasa kalah dibandingkan dengan
Kartamita. Sekonyong-konyong Kartamita membungkuk dan
memungut sesuatu dari atas tanah.
"Apa ?" mereka berdua menegas dengan berbareng. Sambil
berjalan Kartamita membuka sehelai kertas yang terlipat rapih.
Lalu berseru setengah tertahan :
"Sepucuk surat."
"Surat siapa " Apakah begitu penting ?" Lembu Tenar
menegas. "Kita lihat dulu," sahut Kartamita Sekarang ia melangkahkan
kakinya setengah berlari. Tiba-tiba berkata: "Hai! Surat untuk
Niken Anggana. Rupanya jatuh, sewaktu dia tadi berjumpalitan di udara dan hinggap di atas punggung
kudanya. Eh, nanti dulu...... ada tanda tangannya."
"Tanda tangan siapa ?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentunya yang mengirimkan surat" Bogel menimbrung.
Sebaliknya Kartamita tidak segera menjawab. Ia menyimpang
untuk memasuki halaman rumah penduduk. Berhenti sejenak
di bawah rindang pohon, lalu berkata seperti kepada dirinya
sendiri: "Ibu.....ah, mestinya ibu Niken Anggana Tanda tangannya
kurang jelas." "Sudahlah, sudahlah ! Seorang ibu berkirim surat kepada
puterinya adalah wajar. Apa yang perlu kita permasalahkan ?"
Bogel menggerutu. Tetapi Kartamita tidak menghiraukannya. Ia membaca
dengan sungguh-sungguh. Lembu Tenar yang buta huruf
mendesak : "Kalau kang Karta bisa membaca, bacalah untuk
kami juga !" "Oh, kalian ingin mendengarkan bunyi suratnya "
Sebenarnya tidak baik kita membaca surat orang. Apalagi
surat Niken Anggana yang kita hormati. Tetapi kalau kalian
bernafsu ingin mendengar bunyinya surat ibunya, mari kita
mencari tempat yang jauh dari pendengaran orang."
Mereka bertiga kemudian berlari-larian ke luar kota
mengarah ke barat Karena arah Bojonegoro berada di sebelah
timur laut kota Ngawi, Lembu Tenar menyatakan keberatan
kalau dibawa ke arah barat Usulnya:
"Bagaimana kalau kita baca di atas perahu ?"
"Perahu siapa ?" Bogel setengah mendamprat
"Perahuku." "Eh, apakah engkau membawa perahu kemari ?"
"Tentu saja. Aku seorang pedagang kelontong yang selalu
membawa perahuku mengarungi sungai Brantas."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kartamita mempertimbangkan usul Lembu Tenar. Akhirnya
ia menyetujui. Maka mereka bertiga kemudian balik ke utara
dan tiba di tepi kali Brantas. Perahu-perahu yang berlabuh di
tepinya tinggal beberapa buah termasuk perahu Lembu Tenar.
"Tetapi rasanya kita tidak aman berlama-lama di sini." ujar
Kartamita. "Sebab perahu tidak beda dengan kuda. Sewaktu-
waktu bisa dipergunakan untuk alat gerakan militer."
"Kalau begitu kita jalankan saja ! "ujar Lembu Tenar.
"Kakang bisa mendarat di Padangan atau di mana saja yang
anda senangi." Kartamita menyenak nafas. Lama ia berdiam diri. Akhirnya
memutuskan : "Sebenarnya kampung halamanku berada di timur. Tetapi
biarlah aku menyertai kalian serintasan. Setelah membaca
surat ini, aku harus mendarat"
"Itupun baik juga." Lembu Tenar menetapkan. Kemudian ia
mengayuh Perahunya ke tengah dan membiarkannya di bawa
arus sungai. "Sekarang, bacalah! Eh, siapa tahu kita akan
memperoleh keterangan tentang diri Niken Anggana dan
kedua temannya lebih jelas lagi. Rupanya ketiga-tiganya bakal
terlibat dalam kekacauan ini."
Kartamita membuka surat ibu Niken Anggana yang terdiri
dari beberapa helai. Lalu mulailah ia membaca :
"Anakku...............
Barangkali ibu ini termasuk manusia durhaka. Tetapi demi
Tuhan, ibu tidak pernah menyeleweng meskipun perilaku
ayahmu amat buruk. Anakku, kau benar-benar buah jantung
hatiku yang kulahirkan dari rakhimku. Kunamakan engkau
Anggana. Kau tahu maksud ibu " Anggana adalah bahasa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kawi. Artinya sendiri. Kuharapkan sebagai perwujudan dari
keadaan hidup ibu yang menyendiri. Benar, anakku. Ibu hidup
seorang diri, meskipun ibu berada di bawah perlindungan
ayahmu. Rumah yang ibu tempati besar dan mentereng.
Dahulu ibu mendambakan kehidupan begitu, karena jelek-
jelek kakekmu pernah menjadi seorang bupati.........."
"Hai !" potong Lembu Tenar. "Seperti Mulatsih, puteri
seorang bupati yang gagal."
Bogel menatap wajah Lembu Tenar dengan pandang
keheranan. Iapun segera diingatkan kisah ki dalang Gunacarita
begitu mendengar Lembu Tenar menyebut-nyebut nama
Mulatsih. Maka ia jadi bersemangat
Kartamita kemudian melanjutkan :
"Ayahmu biasa hidup dalam kalangan atas atau kalangan
istana. Seseorang yang sudah mencapai kedudukan setinggi
ayahmu, sudah tidak perlu lagi didampingi oleh seorang isteri
yang setia dan berbakti. Perempuan-perempuan yang lebih
cantik dan lebih muda daripada ibumu bersedia melayani
ayahmu. Aku sekarang baru dapat merasakan penderitaan
seorang pendekar yang pernah kusia-siakan cintanya..............."
"Hai! Benar-benar mirip dengan kisah Mulatsih!" seru Bogel
dan Lembu Tenar. "Itulah sebabnya, sengaja engkau kukirimkan ke Madura.
Apa sebab begitu, anakku. Yang pertama, aku tidak
menghendaki anakku kelak ketularan cara hidup dara-dara
dalam lingkungan istana." Kartamita melanjutkan membaca.
"Semenjak bayi kau hidup dalam lingkungan istana dengan
segala kemewahannya. Maka engkau sama sekali tidak
mengenal kesusahan dan penderitaan rakyat jelata. Semenjak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanak-kanak engkau terkurung dalam suatu suasana yang
buruk. Bertemu dan bergaul dengan manusia-manusia rendah
yang mempunyai kebiasaan menjilat Dalam pikirannya hanya
terisi nafsu ingin hidup mewah dan mendambakan suatu
kekuasaan. Aku dapat berkata demikian, karena aku
mengalami sendiri. Akibatnya sungguh pahit
! Aku meninggalkan suatu kehidupan yang murni. Suatu kehidupan
yang nyata dan yang sebenarnya. Karena terengut oleh
belenggu ingin menuntut nilai lebih, aku meninggalkan
seorang suami yang setia dan tulus, tetapi yang kuanggap
menjenuhkan. Karena itu, sekali lagi kukatakan, engkau
sengaja kujauhkan dari pengaruh lingkungan istana. Kabarnya
engkau berguru kepada seorang pendekar besar. Siapakah
dia, anakku " Sebenarnya lebih tepat, bila engkau diasuh oleh
orang itu. Dia mempunyai anak laki-laki. Ingatlah pesan ibu !
Carilah anak laki-laki itu ! Dia adalah kakakmu. Di waktu kecil,
ia kunamakan Pitrang. Entahlah sekarang. Mudah-mudahan
dia masih hidup. Sayang, tak dapat aku membawanya pulang
ke istana. Ayahmu mempunyai pikiran yang menyeramkan
.........." sampai disini Kartamita melipat surat itu dengan wajah
termangu-mangu. Tak usah dikatakan lagi. Tebakan dan
dugaan kedua temannya benar-benar tepat
"Pantas, ia bernafsu ingin mendengarkan Gunacarita
mengisahkan riwayat pendekar besar Sondong Landeyan." Ia
berkomat-kamit seorang diri. "Kiranya Niken Anggana adalah
puteri Mulatsih dengan Haria Giri. Ah, dia bakal bertemu
dengan satu masalah yang sulit Mungkin sudah menjadi
lingkaran setan." "Lingkaran setan bagaimana ?" Lembu Tenar minta
penjelasannya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Haria Giri adalah musuh besar pendekar Sondong
Landeyan. Dia tidak hanya merenggut isterinya saja, tetapi
membunuhnya pula. Kalau saja Pitrang masih hidup, tentunya
akan menuntut dendam. Apakah Niken Anggana mengijinkan "
Seorang ayah boleh jahat boleh keji. Akan tetapi ayah tetap
seorang ayah." "Biarkan saja mereka saling bunuh !" ujar Bogel. "Kalau hal
itu sampai terjadi, ibunya biar tahu rasa ..............."
Tak terasa Kartamita menghela nafas. Ucapan Bogel sama
sekali tidak didengarkan. Lembu Tenar yang tidak cepat
tanggap kemudian berkata seorang diri :
"Ah, kalau saja Gunacarita berada di antara kita, dia bisa
mengisahkan dengan jelas apakah pendekar besar Sondong
Landeyan benar-benar meninggal terjerumus di dalam jurang."
"Dia sengaja melompat ke dalam jurang. Tentu saja mati."
ujar Bogel. "dia boleh sakti melebihi manusia. Akan tetapi dia
masih seorang manusia biasa yang terdiri dari darah dan
daging. Buktinya dia masih dapat dilukai Surasekti dan kedua
adik-seperguruannya."
"Apakah Pitrang ikut mati pula ?" Lembu Tenar emoh
mengalah. "Nah inilah yang belum jelas." Bogel mengakui. "Sekiranya
sudah mati, mustahil ibunya tidak menyebutkannya. Sebab
pada saat itu, dia sudah meninggalkan pertapaan setelah
menyaksikan suaminya menceburkan diri dalam jurang. Ih !
Sekiranya bukan ibu Niken Anggana, ingin aku menyumpahinya, mengutuki dan memakinya."
Ketiga orang itu kemudian berdiam diri dengan pikirannya
masing-masing Alasan Bogel yang menyatakan Pitrang
tentunya masih hidup adalah masuk akal. Akan tetapi hal itu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih merupakan sebuah teka-teki besar yang tidak bakal
terjawab. Sebab ki dalang Gunacarita sudah berada jauh di
sebelah selatan Ngawi. DENGAN KECEPATAN kilat, Niken Anggana melarikan
kudanya menuju ke barat Pada saat itu, Bogel pun sedang
dalam perjalanan pulang ke Indramayu. Waktu itu, sianghari
sudah berganti malam. Bulan purnama muncul di tengah
udara. Indah semarak menerangi bumi. Apalagi tiada awan
segumpalpun yang menghalangi. Dengan demikian keindahannya sangat sempurna. Sebaliknya di atas bumi
sendiri sedang berkecamuk suatu huru-hara yang mengejutkan. Tentara Garundi sudah berhasil mengobrak-
abrik Kartasura. Penghuni istana kalang-kabut Tidak terhitung
lagi berapa jumlah puteri-puteri bangsawan yang dibawa lari
laskar Garundi, diperkosa dan dibuang di tengah jalan.
Akibatnya banyak puteri-puteri bangsawan yang ditampung
orang-orang dusun yang baik hati. Karena sudah merasa
dirinya tidak murni lagi, puteri-puteri itu menyerah kepada
nasib. Akibatnya, kelak melahirkan putera-putera campuran.
Yang dimaksudkan adalah anak-anak dusun berdarah
bangsawan. Sri Baginda sendiri sudah meninggalkan istana Kertasura
Kabarnya dilarikan ke timur, oleh pasukan pengawal. Peristiwa
ini dilaporkan pula kepada VOC pusat Karena Kompeni sendiri pernah dilanda malapetaka pada
tahun 1740, maka huru-hara yang mengguncangkan
singgasana Kartasura ditanggapi dengan penuh rasa cemas.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Bogel sudah berada di luar kota Ngawi,
Karna tadi ia ikut menumpang perahu Lembu Tenar sampai
jauh di utara, maka ia harus berjalan memutar. Tatkala tiba di
jalan besar yang menghubungkan lalu lintas antara Jawa
tengah dan Jawa Timur, malam hari sudah tiba. Syukur bulani
purnama bersinar ceraj di angkasa, sehingga ia dapat
menikmati suasana malam meskipun ia berjalan seorang diri.
Kira-kira seratus meter mendekati pesanggrahan yang dulu
disebutnya sebagai kediaman Niken Anggana, ia mendengar
bentakan-bentakan. Butu-buru ia melompat ke belakang
sebatang pohon yang tertutup belukar dengan jantung
berdegupan. Ia mendengar suara pertempuran seru. Beberapa saat
kemudian, bentakan-bentakan mereka terdengar jelas.
Seorang laki-laki yang bersuara bergelora berseru :
"Apakah sahabat bukanlah yang bernama Gemak Idelan "
Dulu, engkau kukenal sebagai seorang pendekar muda yang


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkepandaian tinggi. Waktu itu bukan main hebat ilmu
golokmu. Tetapi sekarang, mengapa kau lari terbirit-birit
seperti anjing takut kena gebuk" Huhaha ... Gemak Idelan!
Malam ini kau bakal mati di tanganku."
Bogel berdebar-debar hatinya. Belum pernah ia berbicara
dengan pemuda itu. Tetapi ia berkesan baik terhadap perilaku
pemuda itu. Ia sopan dan ramah sekali. Sekarang, nampaknya
ia berada dalam bahaya. Justru berpikir demikian, la
mendengar suara Gemak Ideran:
"Janganlah engkau tergesa-gesa tertawa besar. Kejarlah
aku ! Begitu kau tiba, pada saat itu maut akan merenggut
jiwamu." Gemak Ideran muncul di halaman pesanggrahan
yang luas. Di tengah halaman, ia berdiri tegak dan bersiaga
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertempur. Pada saat itu pula, muncullah orang berpakaian
hitam lekam yang mengenakan topeng hantu. Ia tertawa
terbahak-bahak bagaikan guruh sambil berseru nyaring:
"Huhaha..... baiklah kusebutkan namaku dulu agar kau mati
dengan hati puas. Akulah yang disebut orang dengan nama
Jakun. Mana temanmu yang bersembunyi ?"
"Hm..... Jakun " Pandai betul kau mengingusi orang.
Suaramu cadel. Coba ucapkan yang jelas : rrnrr.........."
"Bangsat!" Jakun memaki.
"Coba ucapkan rrnrooooo.........."
"Anjing kau !" "Haha..... kau mengenakan topeng siluman. Benar-benar
tepat Kau mengaku gagah perkasa, tetapi kenyataannya kau
tidak berani memperlihatkan dadamu. Karena engkau adalah
siluman yang tidak ada harganya."
"Kulangajal! Mana bisssaaa......"
"Coba ucapkan rrrrrooooo.........Kau berani ?"
"Mengapa tidak ?" Jakun penasaran.
"Ucapkan ro ! . "Lo ! "Ro, ro, ro .....! "Lo, lo, lo ......"
Gemak Ideran tertawa geli. Ujarnya :
"Nah, jelas bukan ?"
"Apa yang jelas ?"
"Coba ucapkan lagi: roda berputar berbunyi rat rot!"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Loda belputal belbunyi lat lot"
"Nah, jelas bukan ?"
"Apa yang jelas ?"
"Kau bukan orang Jawa. Bukan orang Sumatra! Bukan
orang Kalimantan. Bukan orang Maluku. Bukan orang Lombok.
Bukan orang Bali. Tetapi orang berkulit kuning."
"Tapi namaku Jakun. Jakun tetap Jakun. Apa ada undang-
undang yang melalang olang pake nama Jakun ?"
Gemak Ideran tertawa senang. Sahutnya :
"Ada yang melarang."
"Siapa yang melalang ?"
"Leher." "Lehel " Lehel siapa ?"
"Lehermu juga."
"Kenapa lehelku melalang ?"
"Sebab Jakun bagian dari leher. Kau memakai nama itu
tanpa permisinya." Jakun memaki dan menyumpah-nyumpah kalang kabut.
Lalu membentak : "Mana temanmu yang belsembunyi " Hayo suluh kelual!
Pada jaman sekalang, tidak ada olang bisa mengelubut aku.
Suluh dia kelual! Kalau main bokong-bokongan, Jakun tidak
takut." Setelah membentak demikian, dengan gesit ia menubruk ke
depan. Gemak Ideran mengelak sambil menghantam. Tetapi
Jakun benar-benar manusia jempolan. Selain gesit, ia berani
menangkis gempuran Gemak Ideran secara berhadapan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bogel yang bersembunyi di balik belukar dapat mengikuti
pertarungan itu dengan jelas. Sebab selain bulan purnama
bercahaya cerah, ia bersembunyi pada suatu tempat yang
memberinya penglihatan luas. Akan tetapi sewaktu mendengar
ucapan Jakun menyebut-nyebut tentang orang yang
bersembunyi, hatinya berdebar-debar seolah-olah jantungnya
nyaris rontok. Apakah iblis itu dapat menangkap bunyi
pernafasannya " Selagi berpikir demikian, muncullah sesosok bayangan dari
balik pohon. Dialah Niken Anggana yang memasuki
gelanggang dengan membawa sebilah pedang. Dia melihat
munculnya Niken Anggana, Jakun tertawa terbahak-bahak .
"Hayaaaa......betul tidak " Ini nona manis siapa namanya ?"
"Hm, Niken Anggana mendengus. Terus saja ia melompat
menerjang dengan membabatkan pedangnya.
"Hayaaaa galak betul !" Jakun terperanjat. Namun dengan
manis ia mengelak sambil memukulkan tungannya.
Niken Anggana terkejut. Pukulan Jakun ternyata membawa
angin kuat luar biasa. Hampir saja pedangnya terpental.
Namun betapapun juga, Niken Anggana bukan gadis
sembarangan. Dengan cepat dapatlah ia menyesuaikan diri. Ia
mengikuti arus pukulan lawan. Tiba-tiba meletik dan menikam
dari samping mengarah lambung.
"Hayaa..." Jakun terkejut. Cepat-cepat ia menggeserkan
kakinya. Dan pada saat itu, Gemak Ideran menghantamkan
goloknya. Kembali lagi ia berteriak terkejut. Karena terpaksa,
ia menangkis dengan tongkatnya yang bergigi.
"Hayaaa...... satu pembelian kalau tidak dibalas, namanya
tidak sopan. Mampus luun......" teriak Jakun
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berbareng dengan ucapannya, sebuah peluru meletik ke
luar. Ternyata tongkatnya berlobang seperti suling. Dengan
dilengkapi pegas, peluru yang berada di dalamnya tersentil ke
luar. Kecepatannya melebihi terlepasnya sebatang anak panah
dari gendewanya. Gentak Ideran baru saja beradu tenaga dengan Jakun.
Sama sekali ia tidak mengira, bahwa tongkat Jakun bisa
melepaskan sebuah peluru. A ndaikata dia sadar akan ancaman
bahaya, ia kalah cepat karena tangannya tergempur miring.
Tetapi pada saat itu dewi penolong mengulurkan tangan.
Dialah Niken Anggana yang menampar lajunya peluru
sehingga terpental ke samping dan terhunjam masuk ke dalam
tanah. "Ih. Bahaya!" seru Gemak Ideran. Keringat dinginnya
sempat ke luar pori-porinya Sakarang ia berkelahi dengan
sungguh-sungguh yang dibantu oleh Niken Anggana.
Belasan jurus lewat dengan cepat. Jakun merasa
kuwalahan. Ia mulai bergerak mundur dengan berputaran.
Selagi demikian, di pinggir arena muncul seorang wanita yang
mengenakan topeng pula, Tetapi topengnya berkesan cantik
menggiurkan. Setelah tertawa selintasan, wanita itu berkata
dengan suara melengking :
"Hai siluman! Kau perlu kubantu atau tidak ?"
"Haya..... perempuan Iblis !" sahut Jakun dengan suara
gembira. "Bantu boleh, tidak ya bukan apa-apa."
"Bagus ! Kalau begitu malam itu aku ingin menyaksikan
siluman dibantai orang."
"Bukan begitu ! Bukan begitu! Lekas bantu aku ! Aku tidak
tahan lagi. Mereka bukan sembalang olang,......." Jakun
menyahut dengan suara gugup.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, begitu baru jelas," wanita yang disebut iblis Itu
tertawa senang. Baik, aku mau membantumu tetapi engkau
harus berjanji." "Berjanji apa "! Lekas katakan !"
Yang laki laki itu boleh kupinjam satu malam. Bagaimana ?"
"Mana bina.... mana bisa !" Kalau kau boleh pinjam, aku
juga boleh pinjam yang pelempuan bagaimana ?"
"Apa ", bentak si wanita iblis.
"Kalau begitu, mari kita bunuh saja."
"Mm.... begitu baik," ujar si wanita iblis selelah memiringkan
kepalanya beberapa saat. Bogel mengawaskan munculnya perempuan iblis itu. Tidak
usah dijelaskan lagi, bahwa perempuan itu tentunya isterinya
Pendekar Pemanah Rajawali 35 Pendekar Slebor 65 Dewa Lautan Timur Pedang Tanpa Perasaan 6
^