Pencarian

Bulan Jatuh Dilereng Gunung 6

Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno Bagian 6


Jakun, Kalau bukan begitu, paling tidak adalah gundiknya.
Menilik Jakun mengharapkan bantuannya, perempuan Iblis itu
pasti berkepandaian tinggi pula. Dugaannya sama sekali tidak
salah. Tiba-tiba saja, perempuan Iblis itu sudah melesat ke
tengah pertempuran menangkis pedang dan golok Gemak
Ideran dengan sekali gerak.
"Ih !" Bogel terkejut. Pikirnya : "Celaka....... menghadapi
Jakun saja Gemak Ideran memerlukan bantuan Niken
Anggana. Dikeroyok dua, Jakun hanya kalah seurat. Sekarang
gundiknya membantu. Adduuuh..... mengapa tidak lari saja ?"
Pertempuran itu cepat sekali berubah. Kalau tadi Niken
Anggana dan Gemak Ideran berada di atas angin, kini mulai
tergempur mundur. Hanya beberapa saat saja, baik Niken
Anggana maupun Gemak Ideran sudah tersengal-sengal
nafasnya http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha ha ha......." perempuan iblis itu tertawa senang. "Hai
siluman, apakah aku perlu memperkenalkan namaku ?"
"Pellu...... pelluuu, bial meleka mati puas." sahut Jakun.
Dan tiba-tiba saja ia mendahului : "Hai Gemak Idelan dan
setan pelempuan ! Ini isteliku..... tahu " Namanya, Endang."
"Hiss !" damprat wanita itu yang diperkenalkan dengan
nama Endang. "Kenapa kau melanggar aturanku ?"
"O maaf..... maaf dah! Tapi bial meleka tahu lasa ........"
buru-buru Jakun mohon maaf. "Bunuh saja ! Bunuh saja habis
pelkalaa.........." "Kenapa kau cuma menyebutkan nama Endang saja ?"
tegor isterinya Dan ia kelihatan ngambek.
"Ah yaaa..... aku salah. Namanya Endang Maliwis."
"Nah..... begitu baru betul." ujar isterinya dengan suara
puas. "Sekarang, mari kita habisi nyawanya."
Berbareng dengan perkataannya, belasan peluru memberondong ke luar dari kedua tangannya. Hebat bunyi
sambarannya. Niken Anggana dan Gemak Ideran melompat
mundur dengan jumpalitan. Namun masih saja belasan peluru
itu memburunya. Tetapi pada saat itu, sekonyong-konyong
terdengar kesiur angin yang datang dari pintu rumah. Belasan
daun melayang berguguran dan menghantam belasan peluru
runtuh ke tanah. Peluru Endang Maliwis terbuat dari baja.
Dengan dorongan tenaga saktinya dapat menembus dinding
batu. Meskipun demikian runtuh merontok ke tanah hanya
oleh sambitan belasan daun yang ringan.
Endang Maliwis terkejut berbareng heran. Dia adalah
seorang pendekar wanita yang berpengalaman dan sudah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seringkali melihat suatu pertempuran seru. Tetapi menyaksikan suatu keanehan itu, ia tergugu dengan tak
dikehendakinya sendiri. Dengan terlongong-longong ia
memutar arah dan melihat seorang wanita cantik luar biasa
mengenakan pakaian mentereng. Siapakah dia " Biasanya ia
menganggap diri seorang wanita cantik. Tetapi dibandingkan
dengan kecantikan gadis itu, dirinya ibarat nyala pelita di
tengah matahari bercahaya cerah.
Melihat puteri cantik yang berdiri tegak bagaikan bidadari di
ambang pintu, Bogel berkeringat berbareng rasa syukur.
Sebab puteri itu tiada lain adalah Diah Windu Rini. Dahulu ia
pernah merasakan kepandaiannya menyentil batu kerikil yang
menghantam dirinya. Dibandingkan dengan kebisaannya
sekarang, terpaut jauh. Bila dulu Diah Windu Rini bersungguh-
sungguh, dadanya tentunya sudah tertembus. Kalau begitu,
Diah Windu Rini dulu tidak marah benar. Syukur ia dapat
membawa diri, sehingga keagungan dan kegalakan Diah
Windu Rini tidak berkelanjutan.
"Gemak Ideran dan kau Niken Anggana ! Mengapa kalian
baru datang " Nih, akibatnya," tegur Diah Windu Rini. Dan
seperti di losmen dahulu, suaranya sengit namun enak
didengar. "Aku harus melindungi Niken." Gemak Ideran membela diri.
"Niken ! Kau sudah puas ?"
Niken Anggana mengangguk. Sahutnya dengan suara yang
lembut : "Mereka berempat tentunya tidak berani meninggalkan
rumah penginapan karena diriku. Maka aku merasa
bertanggung jawab atas keselamatannya," sahut Niken
Anggana. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu " Apakah mereka selamat ?"
"Kakang Gemak Ideran muncul dari dalam rumah
penginapan. Tentunya ia akan segera mengabarkan bilamana
mereka bilamana mereka masih berada dalam kamarnya.
Lagipula, waktu itu laskar siluman habis menggeledah semua
kamar. Yang diseretnya keluar, hanya pengurus rumah
penginapan. Dia dibunuh begitu saja."
"Apakah engkau tidak dapat melindungi?" Sepasang alis
Diah Windu Rini berdiri tegak.
"Sudah kuperintahkan agar jangan mengganggunya tatapi
mereka tetap membunuhnya," kala Niken Anggana seperti
mengadu. "Hm" Diah Windu Rini mendengus. "Bukankah engkau
sudah bertemu dengan mereka berempat?"
"Benar." "Lalu mengapa engkau balik kembali ?"
"Aku khawatir, mereka belum menyadari bahaya yang
mengancam jiwanya. Maka perlu aku menyaksikan dengan
mata kepalaku sendiri, bahwa mereka berempat sudah
meninggalkan rumah penginapan."
Mendengan serentetan kalimat tanya-jawab itu, Bogel yang
berperilaku kasar menundukkan kepalanya. Ia tarharu bukan
main. Pikirnya dalam hati: "Ah...... Niken Anggana cantik ayu
sampai ke dasar hatinya......"
Sementara itu Jakun dan Endang Maliwis merasa
direndahkan. Kehadirannya seperti dianggap sepi, Keruan saja
mereka marah bukan kepalang. Bentak Endang Maliwis: "Hai
bocah ayu, kau siapa ?"
"Kau sendiri siapa ?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku adalah aku," sahut Endang Maliwis.
Diah Windu Rini berpaling kapada Gemak Ideran. Minta
keterangan ! "Siapa mereka ?"
"Riwayat mereka sungguh luar biasa," jawab Gemak Ideran.
"Yang siluman bernama Jakun. Yang perempuan bernama
Endang Maliwis. Mereka seperti mengenal kita. Terutama yang
siluman itu. Aku yakin, dia sudah mengamat-amati kita jauh-
jauh hari sebelumnya. Karena itu, agaknya ia perlu
mengenakan topeng siluman."
"Kau maksudkan dia mengenal dirimu ?" Diah Windu Rini
menegas. "Ya." Diah Windu Rini tertawa geli. Sambil berjalan memasuki
halaman depan ia berkata :
"Oh begitu " Biarlah dia mengenakan topengnya. Malam ini,
kita bakal melihat siapa dia sesungguhnya."
Setelah berkata demikian, Diah Windu Rini melompat tinggi
menyambar ranting pohon yang digenggamnya dalam
tangannya. Berkata lagi :
"Hai ! Kau tadi sudah mempersembahkan peluru bajamu.
Sekarang biarlah aku mencoba-coba peluru rantingku."
"Hei, hei ! Kau menyebut siapa ?" Endang Maliwis bersakit
hati. "Bukankah engkau tidak mempunyai nama " Kau tadi
bilang, aku adalah aku."
"Tetapi....... tetapi....... bukankah namaku sudah disebutkan
?" teriak Endang Maliwis dengan suara menggelegar.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diah Windu Rini tertawa perlahan. Tiba-tiba membentak :
"Kau terimalah !"
Suatu kesiur angin menyambar dengan hebatnya. Endang
Maliwis dan Jakun tidak berani menyambut dengan tangannya.
Buru-buru Jakun menangkis dengan tongkat istimewanya.
Sedangkan Endang Maliwis menghantam taburan ranting
pohon dengan pedangnya. Tetapi taburan ranting itu meletik.
Kena sabetan tongkat Jakun, belasan ranting meluruk ke arah
Endang Maliwis. Sedang yang tertampar pedang Endang
Maliwis, justru menyerang Jakun. Benar-benar belasan ranting
itu seperti mempunyai mata.
"Hayaaaa......" Jakun menjerit dengan kaget. "Endang, hati-
hati !" Endang Maliwis menjatuhkan diri kemudian bergulingan di
atas tanah. Anehnya, beberapa ranting pohon itu memburunya
dan menyocok punggung. Tak dikehendaki sendiri, Endang
Maliwis menjerit kesakitan. Dan menyaksikan tontonan yang
luar biasa hebatnya itu, Bogel terlongong-longong.
"Haya....... kau pelempuan ayu begini cantik. Ini ilmu apa
ha ?" teriak jakun dengan suara yang menggelegar.
"Kaujaga saja dirimu baik-baik." ujar Diah Windu Rini. "Aku
masih mengampuni. Katakan siapa dirimu dan engkau datang
atas suruhan siapa "!"
Selama malang-melintang di dunia persilatan, belum pernah
Jakun bertemu dengan seorang lawan yang berani
meremehkan dirinya. Darahnya bergolak hebat dan dadanya
serasa hendak meledak. Kemudian dengan mengerahkan
segala kebisaannya, ia menembakkan butiran pelurunya yang
beracun lima kali berturut-turut. Serangan yang dilakukan
dengan mendadak itu, sungguh berbahaya. Apalagi http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditembakkan dalam jarak yang dekat. Namun Diah Windu Rini
seolah-olah tidak menghiraukan. Dengan setengah mengulum
senyum, ia berkata kepada Niken Anggana:
"Niken ! Orang ini sama sekali tidak berguna. Kau bisa
memenangkan dengan gampang. Mengapa dia sampai perlu
dikerubut dua ?" Sebenarnya Niken Anggana hendak menjawab. Akan tetapi
melihat menyambarnya peluru-peluru Jakun, ia berseru
cemas: "Yunda, awas !"
Sekarang andaikata Diah Windu Rini bermaksud menangkis
atau mengelak, sudah tidak sempat lagi. Akan tetapi gadis
yang agung dan galak itu, sama sekali tidak beralih tempat
atau menggerakkan badan. Sebaliknya entah dengan ilmu
apa, tiba-tiba saja kelima peluru Jakun beralih arah. Dengan
suara bergemeletak, kelima peluru itu menancap pada b atang
pohon yang berada di sampingnya.
Menyaksikan kejadian itu, tidak hanya Bogel saja yang
heran. Tetapi Niken Anggana, Gemak Ideran dan Jakun suami-
isteri. Apakah Diah Windu Rini mempunyai ilmu siluman "
Sementara itu, Diah Windu Rini melanjutkan kata-katanya
kepada Niken Anggana : "Mengapa engkau tidak menjawab dan menerangkan
alasanmu ?" "A....a..... aku hanya membantu kakang Gemak Ideran."
jawab Niken Anggana agak gugup. "Aku tidak bermusuhan
dengan dia. Juga tidak bermaksud berkelahi melawan
isterinya." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Salah ! Salah sama sekali !" tegur Diah Windu Rini dengan
suara lantang. "Medan pertempuran bukan seperti di tengah
surau. Engkau harus bersikap tegas, tepat, cepat dan berani.
Engkau dibunuh atau membunuh. Hayo, sekarang bunuhlah
mereka!" "Tetapi mereka bukan musuhku. Aku tidak kenal mereka
berdua. Kakang Gemak Ideran yang dimusuhinya. Bukan
aku....." "Niken ! Kenapa kau ketolol-tololan ?" bentak Diah Windu
Rini. "Apakah engkau kelak hendak hidup sebagai pendeta
yang mengutamakan cinta kasih melulu ?"
Perlahan-lahan Niken Anggana memutar arah pandangnya
kepada Jakun dan Endang Maliwis. Wajahnya yang cantik dan
bersih sama sekali tidak berubah, meskipun sebentar tadi
sempat diancam maut. Sebaliknya wajah Jakun dan Endang
Maliwis matang biru. Ucapan Diah Windu Rini jauh lebih tajam
daripada sebilah pisau. Dengan mata melotot, Endang Maliwis
membentak suaminya : "Jakun ! Kau dengar atau tidak ucapan perempuan Itu ?"
"Dengal, dengal! Aku tidak budeg." jawab Jakun terbata-
bata. "Mengapa tidak berkutik " Kenapa jadi mati kutu " Apakah
lantaran pincuk kecantikannya ?"
"O, bukan ! Tidak bisa, tidak bisa! Isteliku cuma engkau.
Aku cuma cinta engkau."
"Kalau cinta betul, jangan membuat isterimu malu!"
damprat Endang Maliwis. "Haya..... aku cinta engkau. Kau juga halus cinta aku. Hayo
sama-sama bunuh dia !" jawab Jakun sambil menunjuk
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada Diah Windu Rini. Dalam segebrakan tadi, di dalam hati


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kecilnya ia mengakui kepandaian Diah Windu Rini jauh berada
di atasnya. Tetapi ia kini berada di depan Maliwis yang sangat
dicintainya. Mundur tidak dapat, maju pun tidak bisa. Keruan
ia jadi sibuk sendiri ibarat seseorang berada di atas bara api.
"Bunuh dia ! Atau kau kubunuh!" ancam Endang Maliwis.
Kena gertak isterinya, Jakun seperti kehilangan akal. Rupanya
dia kalah perbawa dibandingkan dengan isterinya. Terus saja
ia melompat menubruk dengan menghamburkan pelurunya.
Diah Windu Rini adalah seorang gadis yang terlalu tegas
sehingga berkesan galak. Hatinya keras dan tidak boleh
ditawar-tawar. Apa yang dikehendakinya harus dilaksanakan.
Sekarang, Niken Anggana ragu-ragu dalam hal menghadapi
musuhnya. Sementara itu, Jakun sudah menyerang dirinya.
Keruan saja, ia mendongkol. Tanpa ampun lagi, ia menghunus
pedangnya dan menyapu semua peluru yang menyerang
dirinya. Tahu-tahu terdengar Jakun berkaok-kaok kesakitan.
Ternyata lengannya terkena pelurunya yang berbalik
menghantam dirinya. "Hebat! Sungguh hebat!" Endang Maliwis bertepuk tangan.
Lalu membentak : "Jangan engkau buru-buru berbesar hati,
nona. Orang itu memang tiada harganya di mataku. Karena
itu, engkau dapat melukai dalam satu gebrakan. Apakah kau
bisa berbuat begitu terhadapku ?"
"Majulah !" tantang Diah Windu Rini.
"Hm, kau tidak takut tertembak peluru beracunku ?"
"Apakah kau tidak salah ucap ?" ejek Diah Windu Rini.
"Salah ucap bagaimana ?"
"Mestinya bukan peluru, tetapi butiran beras."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Endang Maliwis yang berpengalaman tahu, Diah Windu Rini
mempunyai kepandaian tinggi. Suaminya bukan pula seorang
laki-laki yang tidak berkepandaian. Belum pernah dia
dikalahkan. Apalagi hanya dalam satu gebrakan. Karena itu,
dia sombong dan selalu memandang lawannya tak ubah
kurcaci yang bisa dipermainkan. Tetapi malam itu, dia tahu
rasa. Peluru-pelurunya yang disegani lawan dan kawan
ternyata tidak dapat menyentuh puteri cantik itu. Bahkan
terpukul balik dan menghantam dirinya. Meskipun demikian,
Endang Maliwis tidak mempunyai alasan untuk takut atau
segan menghadapi Diah Windu Rini. Kepandaiannya sendiri
memang berada di atas Jakun. Itulah sebabnya, Jakun
menjunjung tinggi setiap patah katanya. Selagi hendak
bergerak menuntut dendam, Jakun berseru nyaring :
"Endang ! Hati-hati !"
Endang Maliwis terhibur mendengar bunyi peringatan
suaminya. Artinya Jakun menaruh perhatian terhadap dirinya.
Di dunia ini, siapakah yang tidak senang bila dapat perhatian
dari orang lain " Terlebih-lebih bila yang memberi perhatian
termasuk seseorang yang dekat dengan hatinya. Tetapi justru
demikian, hati Endang Maliwis jadi cemburu. Cemburu
terhadap kecantikan dan kepandaian Diah Windu Rini.
Seketika itu juga, darahnya mendidih. Dengan sekali bergerak,
pedangnya menabas. Gerakan pedangnya cepat dan tepat.
Namun Diah Windu Rini sama sekali tidak gentar. Ia hanya
cukup mengelak. Kadang melompat ke samping. Kadang maju
dan mundur. Dan diperlakukan demikian, Endang Maliwis
panas hatinya. Sekarang ia tidak hanya mempercepat gerakan
pedangnya saja, tetapi dengan tiba-tiba ia menebarkan
pelurunya yang beracun. Laju dan bidikan pelurunya tidak sama atau berbeda jauh
bila dibandingkan dengan bidikan peluru-peluru Jakun. Ia tidak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membidik satu arah, akan tetapi dari berbagai sudut. Ada pula
yang berputar balik seperti bumerang.
"Celaka !" Bogel mengeluh di dalam hati. Meskipun gadis itu
amat galak baginya, tetapi pada saat itu hatinya berpihak
padanya. Itulah disebabkan, lantaran Diah Windu Rini
membantu kesulitan Niken Anggana.
Serangan peluru beracun yang datang dari segenap
penjuru, tentunya tidak dapat dielakkan dengan hanya
menggeserkan kaki, melompat atau mengendapkan kepala.
Apalagi jaraknya terlalu dekat sehingga tidak memberi peluang
yang agak leluasa. Jakun dan Endang Maliwis sebenarnya pelarian dari Jakarta.
Sewaktu di Jakarta terjadi huiru-hara pada tahun 1740,
mereka ikut terlibat secara langsung. Tetapi kena didesak
Kompeni sehingga bersama rekan-rekannya mereka melarikan
diri ke timur dan bergabung dengan suatu kekuatan baru yang
bercokol di Pekalongan. Mereka berdua terkenal bengis dan
kejam semenjak jaman mudanya. Kepandaiannya tinggi,
sehingga dapat malang-melintang tanpa tandingan. Sekarang
mereka diperintahkan atasannya untuk menghadang mundurnya Sri Baginda P.B. II dari Kartasura. Secara
kebetulan mereka bertemu dengan Gemak Ideran dan Niken
Anggana. Dan kini berhadapan dengan Diah Windu Rini. Ibarat
ketemu batunya, mereka berdua sama sekali tidak mengira
bahwa orang-arang Jawa Tengah memiliki kepandaian yang
tinggi. Terpaksalah mereka menggunakan senjata andalannya.
Itulah peluru-peluru beracun.
Tenaga pukulan Jakun sebenarnya sudah dapat dikatakan
sempurna. Akan tetapi sebentar tadi dapat dirobohkan dalam
satu gebrakan oleh pelurunya sendiri. Demikian kali ini, Diah
Windu Rini hendak merobohkan Endang Maliwis dengan cara
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senjata makan tuan. Dengan bersiul panjang, tiba-tiba
tubuhnya terbang tinggi. Tahu-tahu tangan kanannya sudah
menggenggam sebatang pedang yang gemerlapan. Dengan
suatu gerakan yang cepat dan manis sekali, ia menyapu
belasan peluru beracun Endang Maliwis.
"Jakun, lariiii..........!" teriak Endang Maliwis.
Sayang, Jakun sudah setengah lumpuh kena pelurunya
sendiri. Dengan gugup Endang Maliwis menyambarnya dan
dihantamnya telak. Seperti layang-layang putus, tubuh Jakun
terbang melewati kepada Diah Windu Rini. Lalu roboh
berjungkir balik di luar gelanggang. Endang Maliwis sendiri,
tidak bersemangat lagi untuk bertempur. Ia merasa kalah.
Terus saja ia menubruk suaminya dan dibawanya lari
tunggang-langgang. "Niken ! Kau ingin mengenal mereka atau tidak ?" ujar Diah
Windu Rini sambil menyarungkan pedangnya.
"Tidak perlu. Dia bukan musuhku. Dia musuh kakang
Gemak Ideran." sahut Niken Anggana.
Diah Windu Rini tertawa perlahan. Jelas sekali, hatinya
mendongkol. Tetapi ia dapat menyabarkan diri dan beralih
pandang kepada Gemak Ideran. Menegas :
"Sebenarnya siapa mereka ?"
"Aku sendiri kurang jelas." jawab Gemak Ideran. "Yang
terang, mereka bukan orang Kartasura, Tuban atau Surabaya.
Apakah mereka kaki-tangan Danureja ?"
Danureja adalah patih Kartasura pada jaman Paku Buwana
II. Setelah berhasil mengasingkan Arya Mangkunegara atas
fitnahnya, dia makin berkuasa sehingga raja sendiri merasa
cemas. Semua saudaranya diangkat menduduki jabatan-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jabatan penting. Mataun diangkat menjadi bupati Jipang.
Yudanegara bupati Banyumas, Tumenggung Surabrata bupati
Panaraga, Arya Tuban menguasai Tuban, Ngabehi Suradirana
bupati Surabaya dan Demang Ranulita bupati Kediri. Tidak
lama kemudian Secadirana menggantikan bupati Suradirana.
Setelah Danureja diasingkan ke Ceylon bersama-sama dengan
Arya Mangkunegara, Adipati Natakusuma menggantikan
kedudukannya. Ia memecat Arya Tuban, Suradirana dan
Sarengat bupati Blitar. Diluar dugaan Sawunggaling dan
Wirasaraya berontak. Surengrana dan Secadirana melarikan
diri. Suradiningrat kemudian diangkat menjadi bupati Tuban
berkat sogokannya sebesar tujuh ribu ringgit kepada
Tirtawiguna (kelak menjadi wakil patih Pringgalaya).
Suradiningrat pada jaman mudanya bernama Tirtanata.
Pernah menjabat bupati Tegal, tetapi digusur penduduknya.
Juga kali ini, setelah dia menjabat bupati Tuban Tiba-tiba saja,
Tuban di serbu tentara Madura bawahan Adipati Cakraningrat.
Dia terbunuh dan kepalanya dipancangkan di tengah alun-alun
Surabaya. Maka pada dewasa itu keadaan wilayah Jawa
Tengah dan Jawa Timur tidak aman dan semrawut. Masing-
masing penguasa mempunyai pengikutnya sendiri. Mereka
saling curiga-mencurigai, sehingga tidak jarang mereka
mencari atau menyewa pembunuh-pembunuh berdarah dingin
dari luar wilayah. Lebih dikehendaki bila pembunuh-pembunuh
bayaran itu berasal dari Jawa Barat termasuk Jakarta.
"Kaki-tangan siapa mereka, itu tidak penting !" bentak Diah
Windu Rini. "Dalam dunia ini masih terdapat berbagai raja iblis
yang melebihi mereka. Mengapa kalian berdua tidak ingin
membunuhnya " Salah-salah, mereka bisa membuat kita
susah di kemudian hari. Ingat-ingatlah hal itu !"
Bogel melongokkan kepalanya dari balik belukar. Meskipun
tidak jelas, ia seperti melihat wajah Diah Windu Rini yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
angker, agung dan berwibawa. Kegalakannya bahkan melebihi
ucapan-ucapannya di rumah penginapan dulu. Ternyata
sepadan dengan kepandaiannya yang tinggi. Dia tadi muncul
dari ambang pintu. Berarti dia berada atau menginap dalam
rumah pesanggrahan yang dulu menjadi medan tempur yang
seru. Mereka mati terbunuh karena saling membunuh. Hanya
saja kurang jelas siapa yang berperan dalam peristiwa itu.
Sekarang, Diah Windu Rini berada dalam rumah pesanggrahan. Apakah ada hubungannya dengan peristiwa
dulu " A tau sama sekali terlepas " Kalau sama sekali terlepas,
mengapa muncul tokoh Diah Windu Rini yang bertopeng mirip
dirinya " Paling tidak, orang yang menyaru itu pasti kenal
benar kepadanya. Siapa " Dan apa pula maksudnya "
"Niken !" kata Diah Windu Rini lagi setelah Niken Anggana
dan Gemak Ideran menyimpan senjatanya masing-masing.
"Semenjak dari Surabaya, kita seperti diikuti hantu. Apakah
engkau masih bersikeras hendak memasuki Kartasura untuk
mencari orang tuamu ?"
"Memangnya kenapa ?" Niken Anggana membalas
bertanya. Diah Windu Rini tidak segera menjawab. Ia
berpaling kepada Gemak Ideran. Lalu minta keterangan :
"Apakah benar laskar Cina menyerbu Kartasura ?"
"Kabarnya begitu," jawab Gemak Ideran singkat.
"Coba ceritakan padaku, kabar apa saja yang kau dengar !"
"Kabarnya Pangeran Mangkubumi merampas tombak Kyahi
Pleret dan Raden Mas Said memperoleh tombak Baruklinting.
Sri Baginda sendiri dilarikan orang ke luar kota."
Mendengar kata-kata Gemak Ideran, tubuh Diah Windu Rini
bergemetar. Dengan suara agak gugup ia berkata setengan
memerintah : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Coba jelaskan lagi apa yang sudah terjadi !"
Berkata demikian ia berjalan perlahan-lahan memasuki
pendopo rumah pesanggrahan. Niken Anggana mengikuti dari
belakang. Gadis ini merasa tak enak hati sendiri. Memang, ia
minta agar diantarkan mereka berdua pulang ke rumah.
Ternyata Kartasura dalam keadaan genting. Kalau memaksa
mereka memasuki Kartasura samalah halnya dengan kelekatu
menyeberang lautan api. Sampai disini Bogel tidak dapat mengikuti pembicaraan
mereka. Kini ia berada seorang diri di luar pesanggrahan. Tiga
hari yang lalu, iapun berada di depan rumah pesanggrahan.
Tidak beda seperti malam itu, di halaman pesanggrahan
terjadi suatu pertempuran. Tetapi kesannya jauh berbeda bila
dibandingkan dengan peristiwa yang lalu. Kali ini tidak ada
pembunuhan. Hanya saja sama-sama membawa teka-teki
yang pelik. Siapakah Diah Windu Rini sesungguhnya " Siapa
pula Gemak Ideran " Tentang Niken Anggana ia merasa sudah
dapat menebak delapan bagian, berkat suratnya yang tercecer
di jalan. Tetapi apa hubungannya dengan Diah Windu Rini dan
Gemak Ideran belum ada keterangan yang jelas. Tentunya
bukan saudara sendiri. Sebab lagu suara Diah Windu Rini,
jelas berasal dari Madura. Sedang gaya pembicaraan Gemak
Ideran tentunya orang Surabaya. Sebaliknya, tata bahasa
Niken anggana masih berkesan orang Kartasura. Ia lembut,
bahasanya teratur. Setiap kali hendak berbicara, berhenti
sejenak untuk ditimbang-timbang dulu.
Meskipun Diah Windu Rini berkesan angkuh dan tinggi hati,
namun terhadap Niken Anggana ia bersikap hormat. Pada
saat-saat tertentu, ia seperti membawahi. Kalau begitu,
tentunya lantaran hubungan sesama perguruan. Dalam rumah
perguruan, tingkatan Diah Windu Rini berada di atas Niken
Anggana dan Gemak Ideran. itulah sebabnya dalam hal-hal
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertentu, ia seperti tidak memerlukan kehadiran Niken
Anggana. Seperti tadi, sewaktu ia ingin mendengar berita
penyerbuan Laskar Garundi ke Kartasura. Gadis yang cantik
jelita tetapi galak itu, lebih condong memikirkan kepentingannya sendiri. Demikianlah kesan yang diperoleh
Bogel.

Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yang paling baik, Niken Anggana harus berjalan seorang
diri. Sewaktu-waktu dia pasti ditinggalkan kedua saudara-
seperguruannya. Setidak-tidaknya setelah bertemu dengan
orang tuanya," pikir Bogel di dalam hati.
Teringatlah Bogel akan cerita Gunacarita dan bunyi surat
yang dibaca Kartamita. Berbagai kesan berkelebatan dalam
benaknya. Niken Anggana seorang gadis yang lemah lembut,
cantik dan pandai. Kelembutan dan kecantikannya mewarisi
kecantikan dan kelembutan ibunya. Tetapi kelak bila bertemu
dengan pendekar besar Sondong Landeyan dan Pitrang, pasti
akan menghadapi masalah yang pelik dan rumit. Sebab di
antara mereka berdiri seorang tokoh yang jahat, licik, licin dan
kejam. Dialah Haria Giri. Dalam keadaan negeri yang sedang
kacau-balau, orang itu entah berfihak kepada siapa.
"Ah, masa bodoh ! Itulah urusan orang-orang gede." Bogel
memutuskan sikap. "Mereka saling membunuh atau tidak, apa
sih kepentinganku. Cuma saja kita orang-orang kecil ini, jadi
ikut menderita.........."
Dengan keputusan itu, ia melanjutkan perjalanannya. Tentu
saja, ia tidak berani melintasi Kartasura. Ia harus mencari
jalan simpang. Barangkali yang lebih aman, manakala melalui
Semarang. Dari kota itu, dapatlah ia melanjutkan pulang ke
Indramayu dengan menumpang perahu yang mengarungi
lautan Jawa. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di sepanjang jalan, banyak ia mendengar cerita-cerita
burung yang mengisahkan keadaan kota Kartasura dan
pengalamannya sendiri. Di antaranya bunyi sas-sus yang
mengabarkan tentang perjalanan Sri Baginda Paku Buwana II
meninggalkan istana. Sebenarnya, tujuan Sri Baginda hendak
ke Surabaya dengan melalui sungai Brantas. Tetapi laskar
pemberontak sudah menguasai Ialu-lintas itu. Maka dengan
dikawal Residen Kartasura dan Komandan Pengawal Istana
bekas bawahan Letnan Nicolaas Wiltvang dan Kapten Hendrik
Duirvelt, terpaksa Sri Baginda melalui darat menuju Panaraga
Tentu saja, perjalanan itu sangat dirahasiakan.
Bogel sendiri sudah berjanji pada dirinya sendiri tidak
menghiraukan semua yang terjadi diluar kepentingannya. Ia
berjalan terus, siang dan malam. Tentu saja tidak selancar bila
negeri dalam keadaan aman sentausa. Seringkah ia terpaksa
menempuh jalan simpang yang berputar-putar. Empatbelas
hari lamanya, barulah ia tiba di Semarang. Untung, ia segera
memperoleh perahu yang akan berlayar menuju Cirebon. Ini
berkat uang sogokan yang memuaskan pemilik perahu. Kalau
saja ia tidak memperoleh uang hadiah dari Gunacarita,
pastilah ia terjebak di kota Semarang. Sebab pada saat itu,
kota Pekalongan sampai Tegal dinyatakan tertutup untuk lalu
lintas umum. Demikianlah, meskipun dengan susah payah, akhirnya
Bogel tiba di kampung halamannya dengan selamat. Di tengah
keluarganya, ia menuturkan pengalamannya. Tutur-katanya
menarik perhatian tetangganya. Kepala desa lalu ingin
mendengarkan kisah pengalaman Bogel secara langsung.
Sebagai imbalan, Kepala desa bersedia membayar jerih
payahnya. Hampir seluruh penduduk desa ikut mendengarkan.
Karena Bogel pandai bercerita dengan caranya sendiri dan
gayanya sendiri, ia disebut sebagai dalang. Padahal dia hanya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meniru cara ki dalang Gunacarita menyampaikan kisahnya.
Dan semenjak itu, Bogel mulai dibicarakan orang. Desa dan
dusun-dusun yang terletak di sekitar kampung halamannya,
berturut-turut mengundang Bogel. Dan diluar kehendaknya
sendiri, ia benar-benar disebut sebagai dalang. Sebenarnya
asal bercerita saja. Cerita yang tidak jelas ujung pangkalnya.
Kasar, asal jadi dan sekehendaknya sendiri.
Tetapi namanya dicatat sebagai istilah ilmu pedalangan
sampai hari ini. Seorang dalang yang kehabisan cerita di
tengah jalan, disebut dalang Bogel. Bogel atau kebogelan
berarti kurang dari semestinya. Bogel sendiri tentunya tidak
mengira, bahwa namanya akan dicatat sejarah. Wataknya
yang kasar dan asal ngomong, merugikan nama baiknya.
Namun apapun kata orang, ia hidup senang pada saat-saat
akhir hayatnya. Hidup sebagai seorang dalang di tengah-
tengah masyarakat yang mengharapkan kehadirannya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
8. ORANG-ORANG BERTOPENG TEPAT SEKALI dugaan Bogel. Diah Windu Rini memang
puteri Madura. Dia salah seorang puteri Adipati Cakraningrat
Seorang puteri berkepandaian tinggi, angkuh dan galak.
Sedang Gemak Ideran putera Sawunggaling patih Kadipaten
Surabaya yang mengusir Adipati Surengrana dan Secadirana
dari kediamannya. Tatkala ayahnya berontak, ia berada datem
asuhan seorang pendekar dari gunung Wilis sehingga tidak
terlibat langsung. Oleh saran gurunya, ia berangkat ke Madura
menghadap Adipati Cakraningrat untuk memperoleh perlindungan. (Lihat Wiliem G J. Remmelink : Babak Pertama
Pemerintahan Paku Buana II 1726-1733 halaman 37).
Satu tahun lamanya, Gemak Ideran berada di Kadipaten
Madura. Ia berkenalan dengan Diah Windu Rini yang
berkepandaian tinggi dan Niken Anggana yang lembut hati
Pada suatu hari, Adipati Cakraningrat memanggil Diah Windu
Rini dan Gemak Ideran menghadap padanya. Mereka
diperintahkan untuk mengawal Niken Anggana pulang ke
Kartasura. "Tetapi ayah, kepandaiannya belum sempurna." Diah Windu
Rini heran. "Dia baru mewarisi sepertiga bagian kepandaian
gurunya." "Kau maksudkan Wangsareja ?" Adipati Cakraningrat
menegas. "Siapa lagi kalau bukan beliau ?"
Adipati Cakraningrat tertawa terbahak-bahak. Sahutnya :
"Anakku, Wangsareja memang seorang pendekar jempolan
untuk wilayah Madura. Tetapi dibandingkan dengan ayah
Niken, ia kalah jauh."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah maksudkan paman Haria Giri ?"
Adipati Cakraningrat tidak segera menjawab. Tiba-tiba saja
ia melemparkan pandang di jauh sana. Beberapa detik
lamanya ia berenung-renung. Lalu tersenyum atau lebih tepat
dikatakan mengulum senyum. Dan baru ia berkata lagi seperti
kepada dirinya sendiri : "Kau tahu, anakku " Pada jaman ini tiada seorangpun yang
dapat melebihi kepandaian Haria Giri. Tidak hanya ilmu
pedangnya saja tetapi pengetahuannya pula. Sungguh !
Sebenarnya aku berguru padanya"
"Berguru padanya ?" Diah Windu Rini tercengang. Benar-
benar ia tidak mengerti maksud ayahnya Betapa mungkin
ayahnya berguru kepada Haria Giri yang berada jauh di
Kartasura " "Baiklah kuterangkan, anakku." ujar Adipati Cakraningrat,
"Semenjak P.B. II naik tahta banyak orang-orang besar yang
tergoncang dari kedudukannya Pangeran Purbaya di Blitar,
Pangeran Arya Mangkunegara, Surengrana Secadiningrat,
Suradirana Ranuhita Sarengat dan akhirnya Patih Danureja
sendiri. Tetapi Haria Giri luput dari ancaman macam apapun.
Bukankah hebat," "Ayah " Sebenarnya apa hubungannya dengan mereka
semua?" Diah Windu Rini lebih-lebih tak mengerti.
"Haria Giri adalah pengawal pribadi Sri Baginda. Pada suatu
hari dia mengulurkan tangan untuk menolong Patih Danureja
dari ancaman Kompeni Belanda di Jakarta. Karena itu, dia
diangkat menjadi orang kepercayaan Patih Danureja. Dengan
demikian, ia mengabdi kepada dua majikan yang sebenarnya
bermusuhan. Tetapi ia dapat memerintah Laskar Kepatuhan
dan Laskar Kerajaan sekaligus. Bukankah aneh dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengherankan " Ajaibnya lagi, masing-masing majikan
bersedia mendengarkan kata-katanya. Pendek kata, Haria Giri
menjadi orang kepercayaan dua majikan yang saling
mendengki dan bermusuhan. A h, tentunya kau tidak mengerti,
karena peristiwa itu terjadi sewaktu engkau masih kanak-
kanak. Tetapi satu hal yang harus kau pegang, bahwasanya
aku kagum kepada akal-muslihatnya yang rapih, rapat dan
jitu. Dan apa yang kulakukan sekarang ini, anakku, benar-
benar meniru caranya bekerja ......"
Tentu saja Diah Windu Rini tidak mengerti maksud
ayahnya. Tetapi Haria giri pasti seorang ahli pedang yang
jempolan. Kalau tidak, mustahil ayahnya menghormati begitu
tinggi. Sebab ayahnya tidak pernah memandang mata
terhadap siapapun. Ayahnya adalah ipar Sri Sunan Paku
Buwana II. Kawin dengan RA Bengkring pada tahun 1726,
adik satu-satunya Sri Sunan yang amat dicintainya. Meskipun
demikian, menolak hadir pada hari Maulud ke Kartasura
sebagai tanda berbakti para adipati terhadap Sri Baginda.
Malahan dengan berani meminta wilayah Prabalingga, Bangil
dan Pasuruan, sebagai mas kawin.
"Karena itu, anakku." Adipati Cakraningrat melanjutkan
kata-katanya, "Adalah suatu kehormatan besar bagiku, bahwa
dia berkenan mengirimkan puterinya di bawah pengawasanku.
Ini suatu jaminan yang meyakinkan."
"Jaminan apa ?" Diah Windu Rini tercengang.
"Bahwasanya saran-saran, nasehat-nasehatnya dan sikapnya terhadapku keluar dari hati yang halus dan jujur."
Diah Windu Rini menatap wajah ayahnya dengan pandang
teka-teki. Mencoba: http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bila demikian halnya, apa sebab ayah membiarkan Niken
Anggana pulang kampung ?"
"Itupun terjadi akibat aku meniru cara bekerjanya" sahut
Adipati Cakraningrat Lalu tertawa terbahak-bahak sampai
terbatuk-batuk. "Ayah ! Janganlah ayah bermain teka-teki kepadaku !" ujar
Diah windu Rini setengah berseru. "Dua kali ayah menyebut
istilah meniru cara bekerjanya, sebenarnya bagaimana ?"
Karena terbatuk-batuk, Adipati Cakraningrat tidak dapat
menjawab pertanyaan puterinya dengan segera. Ia perlu
meneguk air tehnya yang disedu dengan gula lembut Baru ia
berkata dengan sabar: "Kita ini anak keturunan Trunajaya. Menurut Kompeni dan
pihak Kartasura, kita ini keturunan pemberontak. Juga kau
Gemak Ideran. Kaupun disebut anak pemberontak, karena
ayahmu pernah membuat geger kota Surabaya, itulah
sebabnya kalian harus bersikap waspada terhadap Kompeni
Belanda beserta antek-anteknya. Kalianpun jangan terlalu
bersahabat dengan orang-orang Kartasura, kecuali terhadap
Haria Giri dan Niken Anggana. Kalian berdua boleh bersikap
garang terhadap siapapun. Aku yang merestui. Tetapi
terhadap Niken Anggana kalian harus menghormati dan
bersikaplah yang manis. Kalian tahu, apa sebabnya?"
Diah Windu Rini dan Gemak Ideran menggelengkan
kepalanya hampir berbareng. Dan Adipati Cakraningrat
melanjutkan keterangannya:
"Kalau begitu, dengarkan dan perhatikan semua kata-
kataku ini! Kalau tidak, kalian bakal tidak mengerti ujung-
pangkal cerita yang akan kuterangkan kepada kalian, nah,
Gemak Ideran ! Tutuplah pintu itu rapat-rapat! Perintahkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa pengawal agar menjaga jangan sampai serambi ini
dimasuki orang lain !"
Dengan tergesa-gesa, Gemak Ideran melaksanakan
perintah Adipati Cakraningrat. Sebelas pengawal Kadipaten
diperintahkan untuk menjaga dan mengamankan Gedung
kediaman Adipati Cakraningrat. Setelah semuanya beres,
segera ia balik menghadap untuk memberikan laporan.
"Sekarang, dengarkan! Kalian berdua sudah waktunya
untuk memahami urusan negeri." Adipati Cakraningrat mulai.
"P.B. II kini adalah penguasa Kerajaan Kartasura dengan
sebutan Sri Susuhunan Paku Buwana II. Pada waktu mudanya
bernama Prabayasa. Dia putera Ratu Amangkurat Meskipun
ayahandanya, Raja Amangkurat Jawi menunjuk dia sebagai
penggantinya, namun begitu Prabayasa naik tahta, Arya
Mangkunegara dibuang sampai ke Ceylon. Tetapi semenjak
itu, negeri dalam keadaan kacau-balau. Para pembesar saling
mencurigai dan akhirnya saling fitnah memfitnah. Karena
khawatir diriku akan menggunakan kesempatan itu untuk
berdiri sendiri, maka aku memperoleh karunia untuk menjadi
salah satu anggauta keluarga raja. Tegasnya, aku kawin
dengan bibimu R A Bengkring atau Raden Ajeng Sitisundari."
ia berhenti sebentar untuk mengesankan. Melanjutkan :
"Tersebutlah seorang ahli pedang kenamaan yang bernama
Haria Giri. Sesungguhnya, dia adalah salah seorang pengawal
andalan almarhum Raja Amangkurat Jawi. Sebelum wafat, raja
berfirman agar puteranya kelak memperhatikan kedudukan
Haria Giri. Tegasnya, agar diperkokoh kedudukannya. Tetapi
Haria Giri mempunyai pikirannya sendiri. Ia pandai membaca
keadaan negara. Melihat, Patih Danureja ikut memegang
peranan dalam tata-pemerintahan, ia mendekati. Tentu saja,
tidak mudah ia mengambil hati patih yang cerdik-pandai itu.
Tetapi pada suatu hari, ia datang kemari. Ini terjadi waktu aku
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belum menjadi adik ipar Sri Baginda. Waktu itu, aku masih
ragu-ragu untuk menerima bibimu. Tetapi dengan tegas, ia
menganjurkan diriku agar berkenan menjadi ipar raja.
Mintalah Probolinggo, Bangil dan Pasuruan sebagai emas
kawin, katanya. Mengapa begitu, aku minta keterangan.


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jawabnya untuk menggugah perhatian Kompeni. Kompeni
pasti tidak setuju. Jika demikian, aku harus berkirim surat
kepada Kompeni agar Madura berada langsung di bawah
pemiliknya. Ah, sungguh hebat akal Haria Giri. Dia tahu
dengan pasti, bahwa Danureja bersekongkol dengan Kompeni
untuk menjatuhkan raja dari kedudukannya. Patih yang cerdik
itu ingin mengangkat dirinya menjadi raja. Semboyannya
sederhana saja. Kalau raja bisa menggeser Arya Mangkunegara, mengapa dirinya tidak bisa " Hm.....hm.....kalian berdua tentu tidak dapat membaca
maksud Haria Giri yang sesungguhnya, bukan " Akupun begitu
juga. Bahkan sampai kini. Sesungguhnya dia berpihak kepada
raja atau kepada Danureja ?"
"Lalu ?" Diah Windu Rini memotong karena tidak sabar.
"Sekarang agak jelas. Patih Danureja dibuang Sri Baginda
pada tahun 1733, dan kedudukan Haria Giri makin kuat Maka
tahulah aku, bahwasanya pembuangan Pangeran Arya
Mangkunegara adalah akal Patih Danureja. Sebab waktu itu,
raja masih kanak-kanak sehingga akan mudah dikendalikan.
Sebaliknya Pangeran Arya Mangkunegara, seorang satria
besar, gagah-berani, pandai dan jujur. Terus terang saja,
Danureja segan terhadapnya Dalam segala halnya, ia tidak
dapat berlawan-lawanan. Dia boleh mengaku bersahabat
dengan Kompeni. Tetapi Kompeni justru mencintai dan
menghormati Arya Mangkunegara Maka orang itu perlu
disingkirkan melalui fitnah."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Melalui fitnah " Fitnah apa ?" Diah Windu Rini minta
keterangan. Adipati Cakraningrat tertawa perlahan melalui dadanya.
Setelah menghirup nafas lalu berkata dengan tersenyum :
"Sebenarnya ini urusan orang-orang tua. Tetapi karena aku
sudah terlanjur membawa engkau berdua membicarakan
urusan negeri, maka perlu kau ketahui pula." ia berhenti
tersenyum. Meneruskan : "Ada seorang gadis bernama
Wirasmara. Baik wajah, potongan tubuh dan lagak-lagunya,
mirip dengan almarhumah isterinya yang sangat dicintainya.
Kebetulan sekali Wirasmara berteman baik dengan almarhumah isterinya. Tak disadarinya sendiri, ia menaruh hati
kepada Wirasmara dan ingin memperisterikan. Alangkah
terkejut dia, sewaktu mendengar kabar bahwa Wirasmara
dahulu bekas kekasih Sri Baginda. Tetapi dia tidak kekurangan
akal. Ia membicarakan keinginannya itu kepada Nitipraya,
pembantu Sri Sunan, untuk minta pertimbangan. Nitipraya
berkata, tidak ada kesulitannya bila Arya Mangkunegara minta
seorang isteri kepada Sri Baginda. Tetapi hal itu, baiklah
melewati mBok Wiraga Kepala Dayang Istana. Dan pada suatu
hari Nitipraya membawa mBok Wiraga menghadap padanya.
Menurut mBok Wiraga, sama sekali tidak ada kesulitan. Tetapi
selain Baginda, di dalam istana terdapat penguasa lain. Itulah
Ratu Amangkurat, kata mBok Wiraga. Maka Arya Mangkunegara perlu memohon pertimbangannya. "Baiklah
hamba akan menghubungi mBok Patrasari dayang kepercayaan Ratu Amangkurat." Hm.....kelihatannya, semuanya akan berjalan lancar. Siapa mengira, bahwa sudah
semenjak lama Danureja menunggu-nunggu saatnya yang
baik untuk menyingkirkan Arya Mangkunegara. Maka diam-
diam ia menjalin hubungan yang erat dengan Ratu
Amangkurat" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah bisa ?" Diah Windu Rini menegas.
"Bisa. Sebab Ratu Amangkurat mempunyai kelemahan."
sahut Adipati Cakraningrat. "Dia mempunyai simpanan
seorang pria bernama Surawijaya. Sebenarnya Surawijaya
setiap malam dipanggil Ratu Amangkurat untuk membacakan surat-surat sejarah. Menurut kabar, karena Ratu Amangkurat mempunyai semacam penyakit. Penyakit tidak dapat tidur di malam hari. Maka perlu ia ditemani seseorang yang dapat menyanyi (melagukan sajak-sajak) sampai menjelang pagihari. Itulah Surawijaya yang pandai menyanyi, lagi pula berparas cakap. Tidak mengherankan, bahwa Ratu Amangkurat didesas-desuskan berbuat tak senonoh dengan Surawijaya. Ratu Amangkurat
akan sukar mengelak, karena kenyataannya ia memasukkan
seorang pria mulai tengah malam sampai menjelang pagihari.
Maka dengan berbekal itu, Patih Danureja dapat memaksa
Ratu Amangkurat menjadi salah seorang sahabatnya."
"Benar-benar cerdik !" seru Diah Windu Rini dengan
penasaran. "Apakah Ratu Amangkurat benar-benar berbuat
tidak senonoh dengan Surawijaya ?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Haha....." Adipati Cakraningrat tertawa serintasan." Kau
sabarlah dulu agar menjadi jelas !"
Kena tegor ayahnya, wajah Diah Windu Rini terasa panas.
Ia merasa malu sendiri, karena terlalu menaruh perhatian
terhadap masalah kemesuman yang menyangkut keluarga
raja. Apalagi mengenai Ibunda Sri Baginda sendiri.
"Dengan cerdik Danureja berkata kepada Ratu Amangkurat, bahwa pada suatu hari A rya Mangkunegara akan
memohon seorang isteri. Tetapi yang dipilihnya kurang tepat.
Sebab Wirasmara adalah kekasih baginda. Padahal tidak
demikian. Wirasmara adalah bekas kekasih Sri Baginda yang
sudah dibuang." Adipati Cakraningrat meneruskan. "Danureja
berkata lagi bahwa semenjak lama Arya Mangkunegara dan
Wirasmara mengadakan hubungan gelap, ini tidak betul. Arya
Mangkunegara belum pernah berbicara dengan Wirasmara.
Apalagi sampai mengadakan hubungan gelap. Sebab
Wirasmara adalah sahabat almarhumah isterinya yang sangat
dicintainya. Jadi jelas sekali, Danureja sudah mengatur
jebakan. Yang hebat lagi, semuanya itu diketahui belaka oleh
Haria Giri." Adipati Cakraningrat berhenti lagi untuk
mengesankan. Meneruskan : "Haria Giri menerangkan
peristiwa itu dengan jelas sekali padaku. Dikabarkan bahwa
Danureja menyarankan kepada Ratu Amangkurat agar
mengawinkan Arya Mangkunegara dengan Sutari, puteri
Pangeran Diponegoro yang dibuang ke Tanjung Harapan.
Pangeran Diponegoro dahulu pernah dinobatkan orang Jawa
Timur menjadi Sultan Heru Cakra pada tahun 1716-1718 di
Madiun. Ada dua maksudnya yang tersembunyi. Ah, benar-
benar si ular berbisa !"
"Apakah itu pendapat paman Haria Giri ?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar." sahut Adipati Cakraningrat dengan cepat."Yang
pertama, Sutari dianggap anak seorang pemberontak. Bila
Arya Mangkunegara sampai memperisterikan, dia dapat
dianggap sebagai golongan pemberontak musuh Kompeni
Belanda. Yang kedua, inilah yang lebih berbahaya. Danureja
tahu, bahwa Arya Mangkunegara bukan manusia hidung
belang. Kalau saja dia hendak memperisterikan Wirasmara
semata-mata demi mengenang almarhumah isterinya yang
sangat dicintainya. Buktinya, ia tetap bersikeras meskipun kini
tahu Wirasmara bukan seorang remaja puteri. Tetapi bekas
isteri (selir) Sri Baginda. Dengan begitu ia yakin, Arya
Mangkunegara pasti menolak tawaran nenekmu Ratu
Amangkurat. Nenakmu tentu akan bersakit hati. Dan ia akan
membongkar hubungan antara Arya Mangkunegara dan
Wirasmara di depan Sri Baginda. Nenekmu sangat
berpengaruh terhadap Sri Baginda. Dan sekarang tinggal
membakar hati Sri Baginda saja. Itulah tujuan Danureja yang
tersembunyi. Dan fitnahnya ternyata berhasil. Pangeran Arya
Mangkunegara benar-benar menolak tawaran nenekmu Ratu
Amangkurat Danureja kemudian membakar hati Sri Baginda.
Akibatnya, Arya Mangkunegara dibuang dari Kartasura melalui
tangan Kompeni." "Tentu nenek tidak mungkin memfitnah Pangeran Arya
Mangkunegara" ujar Diah Windu Rini. (Diah Windu Rini bukan
puteri R.A Bengkring, puteri Ratu Amangkurat Tetapi karena
R.A Bengkring termasuk salah seorang isteri ayahnya, maka
dia berhak menyebut ibunya yang baru itu dengan sebutan
bibi. Dengan sendirinya berhak pula menyebut Ratu
Amangkurat ibu RA Bengkring, sebagai neneknya).
"Nenekmu boleh berkuasa dan besar pengaruhnya. Akan
tetapi Danureja seorang patih yang licin, cerdik dan pandai,
yang berangan-angan ingin menggulingkan raja dari tahtanya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah berhasil membuang Arya Mangkunegara, mulailah ia
mengarahkan tipu-muslihatnya terhadap Ratu Amangkurat.
Dengan terang-terangan, ia menuduh perbuatan mesum
nenekmu di hadapan raja. Tentu saja raja murka bukan main.
Dengan serta-merta Sri Baginda menghadap ibunya untuk
memperoleh keyakinan. Merasa dalam bahaya, Danureja tidak
tinggal diam. Ia memanggil Wirasmara datang menghadap
padanya. Puteri yang tidak berdosa itu, kemudian ditemukan
mati tercekik di Kepatihan. (16 Januari 1928)."
"Ah !" Diah Windu Rini terkejut.
"Tentu saja untuk menghilangkan bukti."
"Menghilangkan bukti bagaimana ?" Diah Windu Rini
menegas. "Seperti kau ketahui tadi, desas-desus mengenai hubungan
gelap antara Arya Mangkunegara dan Wirasmara adalah akal-
muslihat atau rekaan Danureja. Tentunya Ratu Amangkurat
akan balik membela diri di hadapan Sri Baginda, bahwa semua
laporan Danureja adalah palsu. Misalnya laporan tentang
hubungan gelap antara Wirasmara dan Arya Mangkunegara.
Dan Sri Baginda tentunya akan memanggil Wirasmara untuk
menghadap. Dan sebelum sempat menghadap, bukankah
lebih aman bila dibunuh terlebih dahulu " Sebab Wirasmara
akan memberi keterangan yang sebenarnya. Dia akan
menerangkan, bahwa ia memang bersahabat dengan
almarhumah isteri Arya Mangkunegara yang bernama Raden
Ayu Wulan yang wafat tanggal 24 September 1727 akibat
penyakit cacar. Tetapi sama sekali tidak pernah bertemu
apalagi berbicara secara langsung dengan Arya Mangkunegara. bila hal itu terjadi, Sri Baginda akan
memanggil Arya Mangkunegara pulang ke Kartasura. Balas
dendam pasti bakal terjadi terhadap dirinya."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diah Windu Rini seorang gadis yang mudah tersentuh suatu
masalah yang dianggapnya tidak lurus. Seketika itu juga,
darahnya mendidih sampai seluruh tubuhnya menggigil
lembut. Wajahnya berubah-ubah. Sebentar pucat sebentar


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pula merah padam. "Ayah ! Apakah paman Haria Giri hanya tinggal diam saja ?"
ia berseru tertahan. "Pamanmu Haria Giri bukan seorang ahli pedang yang
bertindak dengan terburu nafsu. Jangkauan pikirannya amat
jauh, luas dan gemilang. Menyadari bahwa Danureja seorang
lawan yang licin, licik dan kejam, ia bertindak dengan
bijaksana. Inilah yang kukagumi." Adipati Cakraningrat
menerangkan. Diah Windu Rini tercenung-cenung. Semenjak tadi, kata-
kata ayahnya meloncat-loncat seperti ada sesuatu yang harus
disembunyikan. Setiap pertanyaannya, tidak memperoleh
jawaban langsung. Di dalam hati ia kurang puas. Namun untuk
minta keterangan lebih tegas lagi, ia tidak berani. Syukur, ia
seorang gadis yang cerdas. Ia tidak kehilangan akal. Maka
seperti orang menghafal, ia berkata kepada ayahnya :
"Ayah, bolehkah aku menyimpulkan kata-kata ayah " Bila
salah, mohon dibenarkan !"
"Hm.....aku ingin mendengarkan."
Diah Windu Rini memperbaiki letak duduknya. Lalu berkata
dengan perlahan-lahan : "Musuh kita yang utama adalah Kompeni Belanda. Meskipun
demikian, aku wajib berhati-hati terhadap orang-orang
Kartasura. Sebab orang-orang Kartasura banyak macamnya.
Benarkah itu ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar ! Lanjutkan !"
"Patih Danureja berangan-angan hendak menggulingkan
Raja Paku Buwana II dari tahta. Untuk mencapai maksudnya,
ia bersekongkol dengan Kompeni Belanda. Lalu mengangkat
sanak-kerabatnya dan pengikutnya menduduki kedudukan
yang tinggi." "Itu pendapatmu sendiri. Tetapi memang benar demikian."
Adipati Cakraningrat mengulum senyum.
"Selain itu, Patih Danureja melakukan fitnah terhadap
lawannya. Terutama Pangeran Arya Mangkunegara. Apakah
Raden Mas Said putera Pangeran Arya Mangkunegara ?"
"Benar. Waktu Arya Mangkunegara dibuang dari Kartasura,
Said masih berumur kurang dari dua tahun. Bagus ! Teruskan
!" "Isteri Pangeran Mangkunegara bersama Raden Ayu Wulan.
Tentunya dia amat cantik, setia dan berbakti kepada suami.
Raden Ayu Wulan mempunyai seorang sahabat yang mirip
dengan dirinya. Dialah Wirasmara. Pangeran Arya Mangkunegara tentunya sering melihat mereka berdua
berbincang-bincang, tetapi tidak sempat bertemu, menyapa
apalagi berbicara dengan Wirasmara. Benarkah itu ?"
"Benar." "Pada tanggal 24 September 1727, Raden Ayu Wulan wafat
akibat penyakit cacar. Karena terkenang kepada isterinya,
Pangeran Arya Mangkunegara akan memperisterikan Wirasmara. Tetapi Pangeran Arya Mangkunegara tidak
mengetahui, bahwa Wirasmara adalah bekas isteri Sri Baginda
Paku Buwana II. Benarkah itu ?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biarlah kutambah." ujar Adipati Cakraningrat. "Wirasmara
berasal dari Semarang. Dia dipersembahkan Adipati Astrawijaya dari Semarang kepada raja. Karena Wirasmara
seorang gadis yang cantik jelita, Sri Baginda berkenan. Ia
dihamili dan di kawin secara resmi pada awal bulan Agustus
1726." "Oh, jadi dia isteri sah ?"
"Benar." "Kalau begitu Pangeran Mangkunegara salah !" seru Diah
Windu Rini. "Dia tidak boleh memperisterikan isteri sahnya
seseorang. Apalagi isteri baginda."
"Benar. Tetapi Wirasmara kemudian dikebonkan. Istilah di-
kebonkan adalah semacam hukuman. Katakan saja, diceraikan. Namun tidak boleh diperisterikan atau dilamar
orang lain. Sebab betapapun juga, dia adalah bekas isteri raja.
Meskipun demikian, hal itu bisa terjadi manakala sudah
mendapat ijin Sri Baginda dan restu Ibunda Sri Baginda. Itulah
nenekmu, Ratu Amangkurat."
"Oh, begitu." Diah Windu Rini mencoba mengerti. "Tetapi
Nitipraya, mBok Wiraga dan mBok Patrasari, maksud Pangeran
Mangkunegara tidak akan mendapat kesulitan asal saja
nenekda Ratu Amangkurat mengijinkan."
"Benar." Adipati Cakraningrat membenarkan.
"Danureja kemudian memperoleh dalih untuk memfitnah
Pangeran Arya Mangkunegara. Dia ingin menyalakan rasa
dengki dan cemas dalam hati Sri Sunan. Tentunya diingatkan
bahwa Arya Mangkunegara sebenarnya yang berhak
menduduki tahta kerajaan. Bila dia kini hendak memperisteri
Wirasmara berarti tidak membenarkan Sri Baginda menghukum Wirasmara."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu tafsiranmu sendiri, tetapi benar belaka." Adipati
Cakraningrat tertawa. "Kau kelinci yang cerdik. Teruskan !"
"Tetapi Danureja yang pandai berfikir, tentunya tidak berani
berbicara demikian terhadap Sri Baginda. Kecuali bila dirinya
diminta pertimbangannya. Maka ia perlu mencari seorang
tokoh yang dapat berbicara demikian terhadap raja. Tokoh itu
jatuh kepada nenekda Ratu Amangkurat, Ibunda Sri Baginda."
"Benar." "Danureja yang licin masih perlu mencari jalan yang
melingkar. Ia menceritakan kepada nenekda Ratu Amangkurat, bahwa Wirasmara adalah bekas isteri Sri
Baginda. Demi menyelamatkan kedudukan Arya Mangkunegara di mata Sri Baginda, maka ia menyarankan
agar mengawinkan Arya Mangkunegara dengan bibi Sutari,
puteri Pangeran Diponegoro yang pernah dua tahun dijunjung
orang sebagai raja pemberontak di Madiun pada tahun 1716
sampai 1718. Tetapi apa yang didalihkan itu adalah palsu
belaka. Maksud sebenarnya ialah menyingkirkan Arya
Mangkunegara." "Jangan lupa sebut beliau Pangeran Arya Mangkunegara !"
potong Cakraningrat dengan sungguh-sungguh.
"Ya, Pangeran Arya Mangkunegara." Diah Windu Rini
memperbaiki kesalahannya. "Patih Danureja tahu, bahwa
Pangeran Mangkunegara akan menolak tawaran nenekda Ratu
Amangkurat. Maka ia menganjurkan agar nenekda Ratu
Amangkurat melaporkan hubungan gelap antara Pangeran
Arya Mangkunegara dan Wirasmara terhadap raja. Padahal itu,
hanya rekaan Danureja sendiri. Benarkah itu ?"
"Eh, kau seperti berada di tengah-tengah mereka !" seru
Adipati Cakraningrat kagum. "Lanjutkan, lanjutkan !"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nenekda Ratu Amangkurat terpaksa mendengarkan saran
Danureja, karena.....karena....." Diah Windu Rini berbimbang-
bimbang. "Katakan saja ! Sebab hal itu tidak benar !"Adipati
Cakraningrat membantu. "Karena nenekda Ratu Amangkurat mempunyai.....eh......"
"Katakan saja ! Katakan saja mempunyai simpanan seorang
pria bernama Surawijaya. Katakan saja, karena hal itu sama
sekali tidak benar !" ujar Adipati Cakraningrat menganjurkan.
Tetapi Diah Windu Rini tetap tidak berani. Kecuali berarti
membicarakan aib neneknya sendiri, menyinggung kehormatan kaum wanita termasuk dirinya. Lantas saja ia
melompat : "Akibatnya, Pangeran Mangkunegara dibuang ke luar
Kartasura. Dan untuk menghilangkan jejak pelacakan,
Wirasmara kemudian dibunuh Patih Danureja. Tetapi ayah, Sri
Baginda adalah seorang raja yang bijaksana. Mustahil bila Sri
Baginda hanya mendengarkan laporan satu pihak."
"Tepat sekali ucapanmu !" Adipati Cakraningrat memuji
kecerdasan puterinya. "Dari pamanmu Haria Giri aku
mendengar kabar, bahwa nenekmu Ratu Amangkurat tidak
setuju bila sampai membuang Pangeran Arya Mangkunegara.
Dan sewaktu isteri Pangeran Arya Mangkunegara yang lain
menangis sedih........."
"Siapa dia ?" "Itulah bibimu Raga Asmara......." Adipati Cakraningrat
menerangkan. Meneruskan : "Sewaktu bibimu Raga Asmara
menangis sedih, pamanmu Sri Baginda bergegas menengoknya. Mengapa ayunda menangis " Bukankah aku
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
justru menghilangkan saingan ayunda ?" kata Sri Baginda.
Waktu itu Wirasmara belum mati terbunuh. Dan diluar dugaan
isteri kakaknya itu menjawab, bahwa ia sedih meratapi nasib
suaminya yang malang. Sri Baginda akhirnya berkata, bahwa
hal itu terjadi karena mengingat sepak-terjang Danureja
memperoleh dukungan Kompeni Belanda."
"Apakah benar demikian ?"
"Danureja bersahabat dengan Ter Smitten, Frederik Julius
Coyett Komandan pantai timur pulau Jawa dan suaranya
didengarkan Gubernur Jenderal Diederik Durven."
"Siapakah Ter Smitten itu ?"
"Dialah wakil Gubernur Jenderal yang berkedudukan di
Semarang." "Oh, begitu ?" "Tetapi pamanmu Haria Giri tidak kekurangan akal untuk
menggoyahkan kedudukan Patih Danureja." ujar Adipati
Cakraningrat dengan wajah kagum. "Pada suatu hari, Patih
Danureja memandang perlu untuk mengurangi kekuasaan
nenekmu Ratu Amangkurat. Di hadapan raja ia melaporkan
sepak terjang Surawijaya yang masuk ke dalam istana setiap
malam dan pulang menjelang pagihari. Tentu saja Sri Baginda
murka. Seperti kataku tadi, Sri Baginda mencoba mencari
keyakinan. Tetapi setelah berhadapan dengan nenekmu Ratu
Amangkurat, Sri Baginda tidak berani menuduh ibu
kandungnya sendiri berbuat serong dengan Surawijaya. Sri
Baginda hanya bertanya kepada para dayang, apakah benar
Surawijaya hadir di istana nenekmu Ratu Amangkurat. Sri
Baginda hanya menanyakan kehadirannya, tetapi tidak
kepentingannya. Padahal Surawijaya hanya disuruh menyanyikan sajak-sajak pujangga sebagai teman bergadang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nenekmu Ratu Amangkurat. Akibatnya Sri Baginda benar-
benar Murka. Sri Baginda merasa seperti sudah memperoleh
petunjuk yang meyakinkan. Tetapi jelas, ini suatu pendapat
yang ceroboh. Maklum, waktu itu Sri Baginda belum lagi
berumur 20 tahun. Selama hidupnya berada dalam kalangan
istana. Terpisah jauh dari pagar pergaulan umum.
Pengalamannya untuk mengenal watak, tabiat dan perangai
seseorang masih kurang. A khirnya ia memanggil Tumenggung
Tirtawiguna, Ngabehi Wirajaya dan Mangun Negara agar
membunuh Surawijaya. Ketiga pembesar itu terpaksa
mengangguk, meskipun mereka takut terhadap nenekmu Ratu
Amangkurat. Merasa tidak mampu melaksanakan perintah,
mereka minta pertimbangan pamanmu Haria Giri. Pamanmu
Haria Giri menyarankan, agar mereka bertiga minta
pertolongan Patih Danureja. Bukankah pamanmu amat cerdik
" Dengan jitu ia membalikkan masalah itu kepada si
pembuatnya. Berarti senjata bakal makan majikannya. Tetapi
Danureja-pun bukan orang goblok. Ia tidak mau bertindak
sendiri. Takut memberatkan tuduhan pada perbuatannya yang
lalu mencekik Wirasmara. Ia memerintahkan dua orang


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pelayannya untuk melaksanakan perintah membunuh Surawijaya. Kedua orang itu kemudian membunuh Surawijaya
pada jam setengah enam pagi sewaktu Surawijaya baru saja
meninggalkan istana. Barangkali mereka berdua mengintip
Surawijaya semenjak malamhari. Diluar dugaan, mereka mati
terbunuh pula pada saat itu."
"Mereka mati " Siapa yang membunuh mereka ?"
"Tentu saja pamanmu Haria Giri. Mayat mereka diceburkan
ke dalam sungai Brantas (Bengawan Solo) dan keris Danureja
ditancapkan dalam tubuh Surawijaya. Dengan bukti itu,
Danureja tidak bisa mengelak atas tuduhan nenekmu Ratu
Amangkurat yang menuntut keadilan."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebentar, ayah !" Diah Windu Rini memotong. "Kisah ini
sangat menarik. Hanya saja, aku belum jelas apa sebab Patih
Danureja perlu menyingkirkan nenekda Ratu Amangkurat."
"Hm..... sewaktu Sri Baginda naik tahta baru berumur
belasan tahun. Katakan saja, belum dewasa. Karena itu
pemerintahannya perlu ditilik oleh nenekmu Ratu Amangkurat
sebagai Ibunda raja dan Patih Danureja. Dalam hal ini banyak
tindakan-tindakan Patih Danureja yang tidak disetujui
nenekmu Ratu Amangkurat Misalnya tentang tindakan
memecat, mengganti dan mengangkat seseorang dalam
jabatan pemerintahan."
"Setelah Sri Baginda berani mengambil tindakan terhadap
nenekda Ratu Amangkurat, kekuasaan Patih Danureja
tentunya semakin besar. Mungkin sekali Sri Baginda berada
dalam pengaruhnya." "Benar." Adipati Cakraningrat membenarkan. "Akan tetapi
dia lupa, bahwa di Kartasura masih terdapat seorang
pengawal yang pandai berpikir dan kepandaiannya tidak usah
kalah. Dialah pamanmu Haria Giri. Untuk memencilkan
peranan Danureja, akulah yang dijadikan peranan."
"Mengapa ayah berkenan dijadikan peranannya ?"
"Jangan lupa! Aku adalah adik ipar Sri Baginda, meskipun
aku mempunyai maksud sendiri."
Diah Windu Rini tercenung-cenung Ia merasakan ucapan
ayahnya kurang tepat. Haria Giri boleh disebut sebagai
seorang ahli pedang kenamaan, akan tetapi bila ayahnya
sampai menganggapnya sebagai guru, benar-benar kurang
tepat. Akan tetapi dimana letak kurang tepatnya, ia sendiri
tidak tahu. Sementara itu Adipati Cakraningrat melanjutkan
kata-katanya : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku minta Probolinggo, Bangil dan Pasuruan masuk dalam
wilayahku. Perbuatanku ini pasti membuat Sri Sunan resah.
Padahal aku adalah ipar Sri Sunan. Pada saat yang
bersamaan, aku minta agar Madura langsung berada di bawah
penilikan Kompeni. Ha, bagaimana pendapatmu " Kau bisa
membaca tipu yang terselubung atau tidak ?"
Memperoleh pertanyaan demikian, hati Diah Windu Rini
terkejut. Ia merasa belum siap, karena sedang mencari kurang
tepatnya ucapan ayahnya. Itulah sebabnya dengan sedikit
bengong ia menggelengkan kepala berbareng menatap wajah
ayahnya. Dan melihat kesan wajah Diah Windu Rini, Adipati
Cakraningrat tertawa menang. Ujarnya :
"Itulah tipu daya pamanmu Haria Giri. Nah, kau tidak dapat
membaca tipu-daya pamanmu, bukan " Tetapi engkau tidak
perlu berkecil hati, anakku. Yang tidak dapat membaca atau
menebak tidak hanya engkau seorang. Sri Sunan dan Kompeni
Belanda pula. Sekarang kau percaya betapa pandai pamanmu
Haria Giri." "Tipu daya apa ?" Diah Windu Rini penasaran.
"Begini." Adipati Cakraningrat tersenyum lebar. Dua tiga kali
ia meneguk air minumnya, lalu berkata lagi: "Kompeni
Belanda, pasti tidak akan mengijinkan Probolinggo, Bangil dan
Pasuruan masuk ke dalam wilayahku. Sebaliknya Kompeni
tidakkan berani menekan Sri Sunan untuk menolak
permohonanku, mengingat aku adalah ipar raja. Selagi begitu,
surat permohonanku agar Madura berada langsung di bawah
penilikan Kompeni, akan membuat pimpinan Kompeni menarik
pikiran, Mereka pasti mulai menebak-nebak Akhirnya mereka
akan mencurigai P'atih Danureja
"Mengapa dia?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebab Danureja pernah bersekongkol dengan ayahmu,
dengan Adipati Surabaya dan Raden Mas Brahim anak
keturunan Untung Surapati yang menjadi Adipati Malang.
Tegasnya, Kompeni mengira aku berada dibawah tekanan
Danureja agar meminta Probolinggo, Bangil dan Pasuruan
sebagai emas kawin kepada Sri Sunan. Bagi Kompeni Belanda,
permintaanku itu dianggap membahayakan mengingat sepak
terjang kakekmu dahulu. Pendek kata Kompeni tidak bakal
mengijinkan Madura memiliki sejengkal tanah di pulau Jawa."
Rasa curiga Kompeni kepada Danureja masuk akal, karena
tidak ada alasan bersikap waspada terhadap Madura. Sebab,
ayah mengirimkan surat permintaan agar Madura berada
dibawah penilikannya. Akal bagus !." Diah Windu Rini memuji.
"Sri Sunan sendiri, bakal tidak percaya pula tentang bunyi
permintaanku itu. Kecurigaan Sri Sunan akan jatuh kepada
Danureja juga. Karena didukung oleh sikap dan tindakan
Danuteja sendiri terhadap keluarga raja." Adipati Cakraningrat
meneruskan uraiannya. "Dengan akalnya, Danureja berhasil
menyingkirkan Pangeran Arya Mangkunegara. Dengan akalnya
pula, ia memfitnah nenekmu Ratu Amangkurat. Masih pula
ditambah persekongkolannya dengan Raden Mas Brahim dan
Adipati Surabaya. Juga terlibatnya perkara Adipati Tegal.
Itulah perkara sogokan 3.000 ringgit. Semuanya ini
membangunkan rasa curiga Sri Sunan. Jelas?"
"Jelas. Siapapun akan bersikap demikian, andaikata dia
berkedudukan sebagai Sri Sunan," sahut Diah Windu Rini tak
ragu-ragu lagi. "Bagus !" Adipati Cakraningrat berseru gembira. "Aku tadi
berkata, aku mempunyai maksud sendiri. Begitu pula,
pamanmu Haria Giri. Hm, benar-benar cemerlang otaknya.
Sudah jelas, Danureja bakal terpojok. Kompeni bakal
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendahului bertindak terhadap Danureja. Sebab Sri Sunan
tentunya memerlukan tangan Kompeni. Meskipun demikian
pamanmu Haria Giri belum puas. Ia menghendaki agar Sri
Sunan yang mengambil tindakan layaknya seorang satria.
Maka dengan rapihnya ia mengatur siasat."
"Siasat apa lagi ?" Diah Windu Rini tertarik. Gemak Ideran
yang semenjak tadi berdiam diri menegakkan kepalanya pula.
Adipati Cakraningrat mendehem dua kali. Lalu berkata :
"Tepat dugaan pamanmu Haria Giri. Kompeni Belanda
benar-benar bertindak mendahului Sri Sunan. Patih Danureja
dipanggil ke Jakarta. Panggilan itu menggelisahkan hatinya.
Berbagai dalih dikemukakan agar ia tidak usah berangkat ke
Jakarta. Ia dapat bertahan beberapa bulan lamanya, akan
tetapi tidak untuk selamanya. Sebab Kompeni Belanda
bersedia minta ijin Sri Sunan. Dan dalam saat-saat demikian,
muncullah pamanmu Haria Giri sebagai tokoh penengah. Ia
membisiki Patih Danureja agar bersedia berangkat ke Jakarta.
Padahal di dalam hati ia menghendaki agar manusia itu jangan
terlepas dari genggaman Sri Sunan. Katanya, dia akan
menimbulkan huru-hara di Kartasura agar Danureja kelak
mempunyai alasan untuk segera balik ke Kartasura. Kata-
katanya meyakinkan, dan Danureja benar-benar berangkat ke
Jakarta. Kesempatan itu tidak disia-siakan Kompeni. Danureja
ditahannya. Pada saat itu Danureja mati kutu."
"Lalu..... apakah paman Haria Giri benar-benar membuat
huru-hara di Kartasura ?"
"Benar. Dan menghadapi kenyataan itu, Kompeni tidak
mempunyai alasan lagi untuk menahan Danureja. Sebagai
seorang Nayaka, Danureja wajib pulang ke Kartasura untuk
mengurus keadaan dalam negeri. Demikianlah, Kompeni
membiarkan Danureja pulang ke Kartasura. Dan mulai saat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, Danureja menaruh kepercayaan besar kepada pamanmu
Haria Giri. Tetapi apakah pamanmu Haria Giri berhenti sampai
disini saja " O, tidak. Ia menunggu tindakan Sri Sunan. Dan
apa yang ditunggunya itu benar-benar terjadi. Melihat sikap
dan tindakan Kompeni terhadap Danureja, Sri Sunan tidak
mau kehilangan pamor. Pamanmu Haria Giri dipanggil
menghadap untuk diminta pertimbangannya. Karena Sri Sunan
menghendaki agar peristiwa pembuangan itu jangan sampai
mengalutkan keadaan dalam negeri, pamanmu Haria Giri
menyarankan agar Sri Sunan menggunakan tenaga Commander Frederik Julius Coyett, Wakil Kompeni Belanda di
Semarang. Julius Coyett diperintahkan untuk memanggil
Danureja dengan dalih hendak membicarakan urusan
pemerintahan. Tentunya Danureja yang berpengalaman harus
berpikir sekian kali lipat sebelum memenuhi undangan itu.
Akan tetapi pamanmu Haria Giri menyanggupkan diri untuk
mengawalnya. Memandang dirinya, Danureja tiada akan
sangsi lagi. Demikianlah rencana dan akal itu dilaksanakan
dengan baik. Danureja berhasil dibawa ke Semarang.
Selanjutnya dibuang ke Ceylon bersama-sama dengan
Pangeran Arya Mangkunegara dalam satu kapal...."
Sampai disini, Adipati Cakraningrat berhenti bercerita. Tak
terasa Diah Windu Rini menghela nafas. Ia sekarang mengerti,
apa sebabnya ayahnya mengagumi akal, tipu-muslihat dan
kepandaian Haria Giri. Akan tetapi di dalam hatinya gadis itu
berpikir : "Paman Haria Giri lebih tepat bila disebut sebagai
orang berbahaya. Dalam saat-saat tertentu, dia dapat
mengorbankan sahabat dan majikannya sendiri." Tentu saja
kesan itu tidak diperlihatkan kepada ayahnya.
Lain pulalah halnya dengan Gemak Ideran. Ia tidak pandai
berpikir seperti Diah Windu Rini. Ia seorang pendekar sampai
ke bulu-bulunya. Tujuan hidupnya hanya satu. Ia akan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menuntut dendam terhadap Kompeni yang membunuh
ayahnya. Tiba-tiba suatu pikiran mengusik benaknya. Katanya
dengan hati-hati kepada Adipati Cakraningrat:
"Mohon maaf, paman Apakah aku diperkenankan untuk
mohon keterangan?" "Tentang apa ?"
"Sekiranya paman Haria Giri benar-benar menjadi tokoh
andalan paman, apa sebab paman membiarkan adinda Niken
Angggna pulang ke Kartasura?"
"Bagus sekali pertanyaanmu!" Adipati Cakraningrat menepuk pahanya. "Tetapi jawahanku hanya pendek saja. Bila
pamanmu Haria Giri memanggil Niken Anggana pulang, berarti
ada perubahan hebat dalam tubuh kerajaan. Dan hal inilah
yang harus kalian selidiki dan amati."
Berarti ada perubahan hebat dalam tubuh kerajaan !
Apakah artinya" Tetapi Adipati Cakraningrat tidak bersedia
menerangkan. Malahan tiba-tiba saja ia menjadi angker dan
berkata dengan setengah membentak :
"Besok kalian berdua berangkat ! Tidak usah berpamitan
dengan siapapun ! Bawa pedang kalian! Bawa bekal yang
cukup! Aku sudah minta uluran tangan Kepala-kepala daerah
yang akan kalian lalui. Mendaratlah di Pasuruan, tapi jangan
sekali-kali melalui Surabaya ! Kailan pasti tahu maksudku. Dan
perintahku hanya satu ! selidiki dan amati perubahan hebat
yang akan terjadi dalam tubuh kerajaan.!"
Setelah berkata demikian, Adipati Cakraningrat memberi
isyarat tangan agar segera mengundurkan diri. Kedua muda
mudi itu sesungguhnya belum merasa puas. Masih banyak hal-
hal yang gelap bagi mereka tetapi melihat perubahan wajah
penguasa pulau Madura itu, mereka terpaksa menutup mulut.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan berdiam diri mereka keluar pintu, Sewaktu tiba di
serambi sambung, mereka bertemu dengan Niken Anggana.
"Niken !" Diah Windu Rini mendahului "Besok kita
berangkat.!" Niken Anggana mengenal watak Diah Windu Rini yang
keras dan angkuh. Ia pun seorang gadis yang perasa dan
halus budi. Mendengar ucapan Diah Windu Rini, ia hanya
mengangguk. Rasa gembiranya disembunyikan serapih
mungkin di dalam lubuk hatinya. Meski pun demikian, tak
urung nampak jelas pada pandang matanya yang berseri seri.
"Adik ! Kau kelihatan bahagia !" ujar Gemak Ideran.
"Apakah salah ?"
"Salah " O, sama sekali tidak." Gemak Ideran tersenyum,
"Hanya saja, kadangkala timbul rasa iriku. Adik bakal dapat
bertemu dengan ayah bundamu. Sebaliknya aku......."
Niken Anggana menundukkan kepalanya. Ia tahu, Gemak
lderan tidak mempunyai ayah-bunda lagi. Ayah-bundanya
gugur di medan pertempuran Surabaya. Gugur bersama-sama
menghadapi Kompeni Belanda dan Wadya Kartasura. Gemak
Ideran diungsikan orang menyebrang ke Madura. Hidup
sebagai anak yatim piatu. Meskipun sudah biasa hidup
seorang diri semenjak kanak kanak, namun sesekali tentunya
merindukan dekapan hangat ayah-bundanya seperti anak-
anak sebayanya. Memperoleh pertimbangan demikian, Niken
Anggana jadi perasa. Ia sendiri sebenarnya merasakan hidup
tidak berbahagia di tengah lingkungan ayah bundanya.
Ayahnya terlalu sibuk sehingga jarang sekali pulang ke rumah.


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ibunya hidup kesepian. Seringkali duduk 1bermenung-menung
dengan ditimpali helaan nafas panjang. Entah apa sebabnya.
Tetapi bila dibandingkan dengan nasib Gemak Ideran,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapapun keadaan dirinya jauh lebih menguntungkan. Di
tengah keluarga Cakraningrat ia dihormati orang. Lain halnya
dengan Gemak Ideran yang selain harus berlatih keras,
kedudukannya berada di bawah Diah Windu Rini yang gemar
main perintah. "Tetapi kakang, sebentar lagi kakang akan melihat
kampung halaman. Itulah kota Surabaya yang perkasa Niken
Anggana mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Kita tidak akan melintasi Surabaya. Kita diperintahkan
mendarat di Pasuruan." sahut Gemak Ideran.
"Mengapa ?" Niken Anggana terbelalak.
"Kau lihat sendiri nanti apa sebabnya." sahut Gemak Ideran
cepat. "Paman Adipati Cakraningrat tentunya mempunyai
alasan yang kuat. paling tidak, Pasuruan, Bangil dan
Probolinggo adalah wilayah yang dikehendaki paman Adipati
Cakraningrat berada dalam kekuasaannya. Di tempat itu pula,
kita akan memperoleh bantuan dari penguasa-penguasa
setempat bila kita mendapat kesukaran."
"Tetapi Kompeni pun berkeliaran di kota-kota itu."
"Asal kita berwaspada, kita bakal luput dari semua
pengamatan orang yang tidak mengharapkan kehadiran kita di
pulau Jawa." Dalam pada itu Diah Windu Rini sudah mempersiapkan
segala sesuatunya. Setelah memberi kabar kepada Niken
Anggana, segera ia memerintahkan mempersiapkan tiga ekor
kuda pilihan. Ketiga ekor kuda itu dikirimkan ke Pasuruan
mendahului perjalanan. Berbareng dengan itu, tiga ekor
merpati pos diterbangkan dan akan mendarat di Ponorogo,
Malang dan Sukawati. Sukawati terletak di sebelah timur
Kartasura (sekitar Sragen). Merpati pos akan diterima para
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adipati yang memerintah negeri. Mereka adalah sahabat-
sahabat Adipati Cakraningrat, yang dahulu pernah bersama-
sama menyerbu Tuban dan Surabaya menghancurkan
persekongkolan Patih Danureja. Mereka diharapkan ayahnya
untuk membantu perjalanan puterinya memasuki wilayah
Kartasura. Di antaranya, Adipati Ponorogo dimohon menyediakan pesanggrahan di luar kota Ngawi.
Setelah semuanya beres, dengan hati lega Diah Windu Rini
hendak kembali melapor kepada ayahnya. Tiba-tiba ia
mendengar suara Gemak Ideran berkata setengah membujuk
kepada Niken Anggana: "Niken, aku tahu engkau merasa belum sempurna mewarisi
ilmu gurumu. Tetapi engkau tidak perlu berkecil hati ! Ilmu
kepandaian tidak dapat kau pelajari dengan sempurna dalam
waktu tiga atau empat tahun saja. Lagipula, engkau masih
muda dan ayahmu seorang ahli pedang kenamaan."
"Justru mengingat hal itu, hatiku sedih. Kepandaianku yang
terbatas ini akan merusak nama ayahku." potong Niken
Anggana. Gemak Ideran hendak menjawab, tetapi tiba-tiba Diah
Windu Rini mendahului: "Niken ! Bukankah engkau pernah menerima ajaran pokok
yang harus kau hafalkan ?"
"Hai ayunda Windu !" seru Niken anggana bergembira. "Kau
seperti bidadari saja yang dapat hadir dengan tiba-tiba !"
Tanpa tersenyum Diah Windu Rini mendekati, kemudian
duduk di sampingnya. Katanya :
"Kau, jawablah dulu kata-kataku tadi ! Benar atau tidak ?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar." sahut Niken Anggana yang mengenal kekerasan
hati puteri Madura itu. "Tetapi apakah cukup hanya
menghafalkan saja ?"
"Ya, cukup menghafalkan saja. Sebab dikemudian hari akan
banyak gunanya. Ingat, ayahmu seorang ahli pedang
jempolan. Kau bakal memperoleh petunjuk-petunjuk yang
lebih mendalam. Tentang makna hafalan itu, engkau akan
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak.
Setelah kau sadari, segala dan selanjutnya akan menjadi
mudah. Juga mengenai ilmu sakti pengerahan himpunan
tenaga sakti. Engkau dapat menyempurnakannya seorang diri.
Sebab semuanya tergantung belaka kepada kerajinanmu,
keyakinanmu dan atas dasar kesadaranmu. Kau mengerti ?"
Diah Windu Rini tidak menunggu jawaban Niken Anggana.
Setelah berkata demikian, ia mengulangi ajaran dasar ilmu
sakti leluhurnya yang pernah diberikan kepada Niken
Anggana. Itulah teori dasar ilmu pedang yang terdiri dari
beberapa ratus kata-kata, Niken Anggana berbakat baik sekali.
Meskipun lemah-lembut. tetapi ia adalah keturunan harimau.
Pada saat-saat tertentu, dia dapat, memperlihatkan semangat
tempurnya yang tinggi. Setelah dapat menitukan dengan cepat
dan tepat, mulailah Diah windu Rini melanjutkan ajarannya
yang kedua. Juga kali ini, Niken Anggana dapat menghapal
dengan lancar bahkan sanggup menangkap sarinya.
Gemak Ideran kagum bukan main. Pantas, Diah Windu Rini
mengajar Niken Anggana di depan hidungnya. Nyatanya, ia
sama sekali tidak dapat ikut menghafalkan. Apalagi mencoba-
coba menangkap sari-sari maknanya,
"Terhadap Niken Anggana, seluruh anggaula keluarga
Adipati Cakraningrat menaruh hormat. Diah Windu Rini
menurunkan ilmu warisan keluarganya dengan hati tulus.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mudah-mudahan di kemudian hari membuahkan hasil yang
menggembirakan," pikir Gemak Ideran di dalam hatinya.
KOTA PASURUAN berada di pantai Laut Jawa, dalam
pelukan Selat Madura. Tidak seperti biasanya, Diah Windu Rini
bertiga melalui jalan simpang. Bukan melalui Modung dan
Labuhan, tetapi mengambil jalan berputar dari arah Tambakan
Pamekasan. Dari sana, mereka bertiga mendarat di pulau
Kambing. Baru melanjutkan perjalanan mendarat di pantai
Pasuruan yang lenggang. Pada dewasa itu, lalu-lintas pelayaran tidak aman seperti
sekarang. Banyak perompak dan perahu-perahu pengintai
Kompeni Belanda mondar-mandir mencari mangsanya.
Kadang-kadang terdapat orang-orang Makasar, Bugis dan Bali
yang tidak jelas maksud dan tujuannya. Semuanya itu tidak
luput dari perhatian Diah Windu Rini. Tatkala hampir tiba di
tempat tujuan, ia melihat serombongan orang-orang Cina
yang duduk bergerombol di antara orang-orang berkulit hitam.
Mungkin orang-orang Ambon atau orang-orang yang datang
dari Nusa Tenggara Timur untuk mencari pekerjaan di Jawa.
Bukan mustahil pula kaki-tangan kaki-tangan Kompeni Belanda
atau orang-orang yang dipaksa menjadi budak-budak
Kompeni. Diah Windu Rini bertiga tiba di Pasuruan waktu menjelang
sorehari. Segera ia dijemput hamba sahayanya yang
mempersembahkan kuda-kuda mereka. Lalu melanjutkan
perjalanan memasuki kota. Diah Windu Rini memutuskan
hendak menginap di kota itu. Selagi berputar-putar mencari
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah penginapan, pandang matanya melihat dua ekor kuda
yang terawat baik. Tentunya termasuk kuda pilihan. Leher
kedua binatang itu panjang, keempat kakinya pendek dan
bagian bawah mata kaki berwarna putih. Ia heran, karena
kuda demikian amat sukar diperoleh. Orang Jawa menamakan
kuda Pancal Panggung. Biasanya dipergunakan oleh seorang
hulubalang, karena menurut kepercayaan penunggangnya
akan luput dari marabahaya.
"Siapa pemiliknya ?" Diah Windu Rini menebak-nebak.
"Biarlah kutengoknya sebentar malam .........."
Dengan angker dan angkuh ia memasuki rumah
penginapan. Setelah mendapatkan tiga kamar, segera ia minta
disediakan santap malam. Kemudian ia mulai bersemedi
setelah menjenguk kamar Niken Anggana dan Gemak Ideran
yang terpisah. Ia menunggu saatnya yang tepat. Itulah larut
malam yang kebetulan tidak berbulan. Suasana malam di luar
jendela, gelap pekat. Angin laut meniup kencang sehingga
udara terasa dingin menyengat tubuh. Kira-kira pukul dua
pagihari, dengan berjingkit-jingkit ia memadamkan pelita
kamar. Lalu mengintip kamar Niken Anggana dan Gemak
Ideran. Mereka berdua nampak tertidur nyenyak sekali.
Memang perjalanan melalui lautan amat melelahkan, karena
mengambil jalan memutar. Setelah itu ia mengintai kamar-
kamar lainnya. Pada jaman itu, bentuk rumah penginapan terpisah-pisah.
Letaknya di atas sebidang tanah yang luas. Lalu didirikan
beberapa rumah petak yang masing-masing mempunyai tiga
buah kamar. Masing-masing rumah petak, memiliki kamar
mandi dan dapur. Tentu saja dilengkapi dengan kamar kecil.
Dengan demikian lebih menyerupai rumah sewa yang berdiri
di atas halamannya masing-masing.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia tidak melihat atau mendengar sesuatu yang perlu
memperoleh perhatiannya. Tetapi tatkala tiba dirumah petak
paling timur, ia mendengar orang berbicara seru. Segera ia
mendekati dan menempelkan telinganya pada dinding.
Terdengar seseorang memaki :
"Adipati Cakraningrat itu memang bangsat besar ! Kalau
siluman itu mati, dunia baru aman sentausa."
Diah Windu Rini terkejut. Siapakah yang memaki ayahnya "
Ia percaya kepada dirinya sendiri. Dalam hal ilmu menghapus
suara dan meringankan tubuh, ia merasa menguasainya
dengan sempurna. Karena itu, ia tidak takut akan ketahuan
orang. Apalagi waktu itu malam gelap gulita. "Hm, siapakah
mereka sebenarnya ?" ia mendongkol. Terus saja ia meloncat
tinggi dan hinggap di atas genteng. Lalu mengintip dari sela-
selanya. Dua orang laki-laki sedang duduk berhadapan. Yang sedang
berbicara mengenakan pakaian loreng. Wajahnya kemerah-
merahan, berjanggut dan bermata tajam. Umurnya kurang
lebih empatpuluh tahun. Sedang yang duduk dihadapannya
seorang pemuda tampan kira-kira berumur 27 tahun. Diah
Windu Rini tidak mengenal siapa mereka berdua. Tetapi
menilik logat bahasanya, tentunya orang dari Jawa Timur.
Apakah mereka orang-orang Malang bawahan Adipati Mas
Brahim " Adipati Mas Brahim anak keturunan Untung Surapati.
Dahulu pernah bekerjasama dengan ayahnya, melawan
Kompeni Belanda. Lalu, tiba-tiba ayahnya mengundurkan diri.
Dan Mas Brahim dipukul mundur Kompeni Belanda. Kalau
anak-buahnya kini memaki dan menyumpahi ayahnya, bisa
dimengerti. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dua hari dua malam, kita disuruh menjemput anaknya.
Kabarnya dia bernama Windu Rini. hai Karji ! Bagaimana
pendapatmu ?" "Paman Mataun !" sahut pemuda di depannya yang
dipanggil dengan nama Karji. "Betapapun kata orang, kita
kalah bukti. Dan apapun kata orang terhadap sepak terjang
Adipati Cakraningrat, aku akan tetap kagum kepadanya.
Memang kita selisih faham. Tetapi siapa tahu, sikap Adipati
Cakraningrat adalah hasil pikir dan pertimbangan orang-orang
gede. Kita ini, apa sih " Cuma sebangsa tempe goreng yang
mudah dibeli orang."
"Hai tutup mulutmu ! Kau tahu apa ?" bentak Mataun
dengan wajah penasaran. "Waktu itu kau masih belum bisa
beringus. Aku membantu laskar Madura memerangi orang-
orang Tuban dan Surabaya. Apa hasilnya " Yang mendapat
nama orang Madura !"
"Baiklah, taruhkata alasanmu benar." potong Sukarji.
"Tetapi memaki orang dibelakang punggung adalah perbuatan
seorang pengecut." Tak terasa Diah Windu Rini memanggut membenarkan. Dan
tak dikehendaki sendiri ia menaruh simpati kepada pemuda
itu. Sekarang ia tidak ragu-ragu lagi. Mereka berdua memang
orang Malang, bawahan Adipati Mas Brahim. Mereka dikirim ke
Pasuruan oleh Adipati Mas Brahim untuk ikut membantu
meratakan perjalanannya ke Kartasura Namun menyaksikan
perangai dan mendengarkan bunyi ucapan Mataun, hati Diah
Windu Rini mendongkol. Orang itu perlu dibuat jera, pikirnya.
"Aku berharap dapat bertatap muka dengan Windu Rini.
Kabarnya dia mempunyai kepandaian pula seperti ayahnya."
kata Mataun dengan suara setengah mengutuk. "Sebelum aku
mengangguk, perlu aku mengujinya dulu."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksud paman ?"
"Akan kuuji ilmu pedangnya."
"Paman ! Apakah perbuatan paman dapat dibenarkan ?"
Mataun tertawa melalui hidungnya. Menjawab :
"Kau takut aku kalah " Jangan khawatir ! Dia boleh pandai
melebihi diriku. Akan tetapi kepergiannya ini berarti
menantang bahaya maut. Kau tahu sepak terjang orang-orang
yang menaruh dendam kepada keluarga Cakraningrat " Saat
ini mereka berada di sekitar Pasuruan. Maka sebelum dia
dapat mengalahkan aku, mereka sudah datang untuk
menangkapnya hidup atau mati."
Diah Windu Rini seorang gadis yang berhati panas.
Mendengar ucapan Mataun, tak dapat lagi ia menahan diri.
Terus saja ia bergerak hendak menimpuknya dengan senjata
bidiknya. Tiba-tiba pada detik itu, ia mendengar suara Sukarji
yang lembut : "Paman ! Sebenarnya siapa mereka ?"
"Siapa mereka, aku sendiri tidak tahu. Sebab mereka
mengenakan topeng. Tetapi mereka seia-sekata hendak


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghabisi jiwa Windu Rini."
"Nanti dulu! Orang boleh membenci ayahnya, tetapi
mengapa anaknya harus menerima getahnya " Lagipula, Diah
Windu Rini bukan berjalan seorang diri. Ia disertai Gemak
Ideran dan Niken Anggana."
"Itu bukan soal bagi mereka. Malah kebetulan."
"Malah kebetulan bagaimana ?"
Mataun tertawa perlahan. Sahutnya : "Merekapun akan
dibabat mati." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, kau bisa apa ?" ejek Mataun. "Kepandaian mereka
sangat tinggi. Barangkali gurumu sendiri tidak dapat
menandingi." "Lalu.....lalu....." Sukarji tergegap-gegap. "Baiklah, taruh
kata mereka mendendam keluarga Cakraningrat, tetapi Gemak
Ideran dan Niken Anggana bukan termasuk keluarga mereka,"
"Kau harus mengenal bunyi pepatah : sekali tepuk dua lalat
mati. Kau mengerti maknanya ?"
"Kau maksudkan jumlah orang yang harus dibunuh ?"
Sukarji menegas. "Bukan begitu." damprat Mataun. "Sambil membalas
dendam terhadap keluarga Cakraningrat, tujuannya yang
terpenting ialah merebut kembali pedang Sangga Buwana
yang berada di tangan Niken Anggana."
"Kenapa dia ?" Sukarji terkejut.
"Sebab dialah puteri satu-satunya Haria Giri yang mencuri
pedang Sangga Buwana dari tangan pendekar Sondong
Landeyan. Aku sendiri sih, tidak perduli. Hatiku sudah puas,
bila Cakraningrat bakal menangis satu tahun setelah
kehilangan puterinya. Hahahaaaaa..............."
Kali ini Diah Windu Rini benar-benar akan menghajar
Mataun. Namun masih dapat ia berpikir panjang. Tadinya ingin
ia menimpuknya dengan senjata bidiknya yang berbahaya.
Tetapi kalau sampai mati, ia bakal tidak dapat memperoleh
keterangan lebihjauh lagi. Dengan pertimbangan itu, ia
meloncat turun dan memungut segumpal tanah. Kemudian ia
melubangi dinding kamarnya. Tepat pada saat itu, Mataun
sedang mengutuk dan mencaci-maki. Kemudian tertawa
terbahak-bahak oleh rasa puas yang hanya diketahui sendiri
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa sebabnya. Sret! Dan gumpalan tanah itu menyumbat
mulutnya. Keruan saja Mataun jadi gelagapan begitu mulutnya kena
sumbat Ia terperanjat pula. Dengan serentak ia menyambar
pedangnya yang tergantung di dinding. Gerakannya diikuti
Sukarji yang segera membuka jendela. Mereka berdua
kemudian melompat ke luar.
Mataun menyemburkan gumpalan tanah yang menyumbat
mulutnya, ia menyumpah-nyumpah kalang-kabut. Tanpa
berpikir panjang lagi ia memburu maju. Tetapi belum sempat
menutup mulutnya, kembali lagi segumpal tanah menyambar
kerongkongannya, kali ini ia benar-benar terkejut. Untung,
masih dapat ia mengelak. Meskipun demikian, tak urung
wajahnya terserempet juga. Ia murka bukan main.
Diah Windu Rini sengaja hendak mempermainkan mereka
berdua. Ia berpura-pura bergerak lambat agar bayangannya
tertangkap penglihatan mereka. Kemudian melarikan diri ke
arah utara. Mataun yang jadi kalap terus saja mengejarnya
sambil memaki-maki dan menyumpah serapah. Sukarji
terpaksa mengikuti, meskipun tahu musuhnya berkepandaian
tinggi. Sementara itu dengan langkah cepat dan perlahan, Diah
Windu Rini memancing mereka ke luar kota. Dengan
timpukannya ia membuat Mataun mengejar terus-menerus.
Memang ilmu kepandaian Diah Windu Rini sudah mencapai
tataran sempurna. Dapat ia mengatur langkah kakinya
sekehendak hatinya. Kadang-kala ia berkelebat bagaikan
bayangan. Setelah menghilang di balik kegelapan malam, ia
memungut batu kerikil atau tanah keras dan disambitkannya
bagaikan hujan gerimis. Kemudian ia lari lagi dengan langkah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
santai seolah-olah menunggu. Keruan saja Mataun dan Sukarji
jadi penasaran. Dengan mati-matian mereka mengejar.
"Bangsat! Anjing ! Tikus !" maki Mataun. Tetapi sia-sia saja
ia memaki terus-menerus. Lambat-laun, makiannya berhenti
sendiri karena mulutnya kecapaian. Merasa kalah perbawa ia
berkata kepada Sukarji: "Mungkinkah dia sendiri ?"
"Dia sendiri siapa ?" Sukarji menegas dengan nafas mulai
memburu. "Windu Rini." "Windu Rini " Ah !"
"Lantas siapa lagi kalau bukan dia ?" Mataun uring-uringan.
"Mengapa paman tidak teringat orang-orang yang
mengenakan topeng ?"
"Kenapa mereka ?"
"Kukira mereka memusuhi kita juga." ujar Sukarji. "Sebab,
kita pun golongan Adipati Madura."
Mataun hendak mendampratnya, namun suatu ingatan
menusuk benaknya. Sebab alasan Sukarji masuk akal.
bukankah mereka berada di Pasuruan karena ditugaskan
atasannya " Memikir demikian ia memusatkan penglihatannya
Justru pada waktu itu, bayangan Diah Windu Rini hilang dari
pengamatannya. Diah Windu Rini sudah merasa cukup menggoda mereka
berdua. Setelah melesat secepat bayangan siluman, ia
mengambil jalan kecil. Lalu pulang ke rumah penginapan
dengan perasaan puas. Di dalam hati ia tertawa. Tetapi begitu
tiba di halaman rumah penginapan, hatinya tercekat. Pelita
yang menerangi kamarnya menyala terang. Padahal tadi, ia
memadamkannya sebelum meninggalkan kamarnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan hati kebat-kebit ia memasuki kamarnya. Semuanya
nampak beres. Hanya letak bungkusan pakaiannya yang
berubah. Setelah diperiksa, seperangkat pakaiannya yang
berwarna merah, hilang. Itulah warna pakaian yang paling
digemari. Siapakah yang menggerayangi bungkusan pakaiannya. Segera ia menjenguk kamar Niken Anggana.
Gadis itu ternyata masih saja tertidur nyenyak. Setelah itu ia
mengintip kamar Gemak Ideran. Kosong! Hai, ke mana "
Suatu perasaan naluriah menggetarkan hatinya.
"Tidak mungkin Niken tertidur nyenyak. Gemak Ideran pasti
menggentaknya dari tidur, karena melihat sesuatu. Sebelum
bertindak, tentunya menjenguk kamar Niken. Setidak-tidaknya
membangunkannya. Mengapa dibiarkan tertidur pulas ?" ia
berpikir kacau di dalam hatinya.
Secepat kilat ia berputar dan menerobos kamar Niken. Pada
detik itu pula ia mendengar suatu gerakan halus. Niken
Anggana tiada lagi di atas tempat tidur. Jendela sudah terbuka
lebar. Melihat hal itu, tanpa ragu-ragu lagi Diah Windu Rini
melompat pula ke luar jendela. Masih sempat ia melihat
berkelebatnya sesosok bayangan.
"Berhenti !" bentaknya.
Dibentak demikian, bayangan itu malahan mempercepat
langkah kakinya. Inilah aneh ! Ia kenal lagak-lagu dan tabiat
Niken Anggana. Meskipun ia menghormati, namun puteri Haria
Giri itu selalu patuh medengarkan tiap patah katanya. Kenapa
kali ini membandel " Ia heran dan curiga Jangan-jangan Niken
Anggana terbius ilmu sihir. Sebab pada jaman itu, ilmu hitam
merupakan ilmu sesat yang ditakuti orang tetapi termashur
dalam kalangan penduduk. Banyak sekali laporan-laporan
tentang merajalelanya ilmu hitam yang melanda ketenteraman
hidup penduduk. Tenung, guna-guna, kemayan, gendam dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sihir merupakan istilah-istilah yang tidak asing bagi
pendengaran orang. Memperoleh pikiran demikian, segera ia mengejar dengan
ilmu Sepi Angin. Makna kata sepi bukannya sunyi dalam arti
sesungguhnya. Tetapi sepinya angin yang menggulung awan
di angkasa. Suaranya tidak terdengar dari persada bumi, akan
tetapi sesungguhnya membawa himpunan tenaga dahsyat dan
cepat luar biasa. Dengan sekali menjejak tanah, tubuhnya
melesat tinggi dan hinggap di atas wuwungan. Ia ingin
memperoleh kepastian dulu, apakah orang itu menyembunyikan teman-temannya. Ternyata tiada nampak
sesuatu yang mencurigakan.
"Ih !" pikirnya di dalam hati. "Siapa dia " Ilmu larinya pesat
bagaikan kilat. Pasti dia berkepandaian tinggi pula."
Terus saja ia melejit. Tetapi baru saja ia melompat ke atas
genteng kamar sebelah, sesosok bayangan melintas di
depannya. Menilik bentuk tubuhnya pasti seorang wanita.
Bayangan itu melarikan diri ke arah kamar Mataun dan
Sukarji. Dengan penasaran ia mengejar bayangan itu, karena
mengganggu dirinya. Sekali melesat ia memotong arah larinya
dan memukulnya dengan pukulan : Aji Paleburan. Aji
Paleburan adalah semacam jenis pukulan yang dapat
menembus sasaran jarak jauh. Dan kena pukulan Paleburan,
bayangan itu roboh terjungkal dengan memekik tertahan.
Topeng wajahnya terlepas.
Diah Windu Rini menyambarnya dengan gesit membentak :
"Berkatalah yang benar ! Kalau tidak, akau bisa
menyiksamu setengah mati..............."
"Kau siapa ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku puteri Madura Kenapa ?" bentak Diah Windu Rini. Ia
tidak perlu merasa takut menyatakan asal negerinya. Sebab
orang itu sudah dikuasainya.
"Apakah,....apakah.....kau Niken Anggana ?"
"Tidak. Mengapa kau menyebut namanya ?"
"Karena dia...." ia menuding ke arah bayangan satunya
yang sudah menghilang. "Ya, aku tahu. Dia menyaru diriku, bukan " Siapa dia ?"
"Dengarkan dulu, nona." ujar bayangan itu. "Aku bukan
musuh kalian. Aku puteri Adipati Mas Brahim. Di tengah jalan
aku mendengar kasak-kusuk segerombolan orang asing yang
hendak mencelakakan kalian. Maka kukuntit..........orang
itu....." "Apakah dia orang asing ?"
"Benar." "Dia mengenal orang-orang yang datang dari Madura."
"Benar. Kau Diah Windu Rini, bukan ?"
"Bagaimana kau tahu ?"
"Engkau menolak kusebut Niken Anggana dan kudengar
jelas mengenal nama Niken Anggana. Siapa lagi kalau bukan
Diah Windu Rini ?" "Kau cerdik. Bagus. Lalu siapa dia ?"
"Rawa.....Rawa....." jawabnya. Tiba-tiba terhenti setelah
memekik menyayatkan hati.
"Hai !" Diah Windu Rini terkejut sambil menggoyang-
goyangkan tubuhnya. Dia ternyata seorang gadis. "Hai !"tetapi
gadis itu sudah kehilangan nafasnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diah Windu Rini adalah seorang gadis yang ahli melepaskan
senjata bidik. Sedetik tadi ia mendengar bunyi serangan
senjata bidik sebelum tawanannya memekik tinggi. Akan tetapi
ia hanya dapat membela diri, sebaliknya tidak mampu
melindungi atau menolong tawanannya. Dengan terkejut ia
menggoyang-goyangkan tubuhnya. Namun sudah kasep. Pada
detik itu pula sadarlah ia bahwa bayangan satunya yang
dikiranya sudah menghilang ternyata berada disekitarnya. Dia
sengaja membunuh tawanannya untuk menutup mulut.
Memperoleh kesimpulan demikian, Diah Windu Rini meletik
tinggi dan memburu penyerang gelapnya.
Dalam waktu beberapa detik saja, penyerang gelap itu
sudah menghilang di kegelapan malam. Akan tetapi Diah
Windu Rini benar-benar seorang gadis yang berkepandaian
tinggi. Masih sanggup ia membuntuti arah lari penyerang
gelap itu. Ia berlari-larian dengan menggunakan Ilmu Sakti A ji
Sepi Angin. Baru saja lari serintasan, telinganya yang tajam
luar biasa mendengar bunyi bentrokan senjata.
Diah Windu Rini mempercepat langkahnya. Sebentar saja ia
melihat dua orang laki-laki mengerubuti seorang gadis yang
mengenakan pakaian hitam. Siapa lagi kalau bukan bayangan
yang membunuh tawanannya. Dua orang laki-laki yang
mengerubutinya bersenjatakan pedang panjang. Merekalah
Mataun dan Sukarji yang sebentar tadi berusaha mengejarnya.
Dengan kerja-sama yang rapih mereka mendesak bayangan
itu. "Hai, hai.....tahan !" seru gadis bayangan itu yang
bersenjata pedang pendek. Sebab dalam beberapa gebrakan
saja, ia kalah tenaga dan terpaksa mundur selangkah demi
selangkah. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tanggalkan dulu topengmu !" bentak Mataun dengan
suara mendongkol. "Hahaha....." gadis bayangan itu tertawa panjang. "Kalian
salah alamat. Yang menyumbat mulutmu, bukan aku. Tetapi
tuuuuuh..... dia ! Dialah Windu Rini yang mendongkol
mendengar umpatanmu terhadap ayahnya."
Ucapan gadis bayangan itu benar-benar diluar dugaan Diah
Windu Rini. Tadinya ia girang menyaksikan dia kena dirintangi
Mataun dan Sukarji. Tetapi setelah mendengar kata-katanya,
Mataun dan Sukarji benar-benar menghentikan serangannya,
lalu berbalik menghadap dirinya.


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar, benar.....! Dialah orangnya !" teriak Mataun kalap.
Ia tadi sempat melihat potongan tubuh Diah Windu Rini
yang mempermain-mainkannya. Terus saja ia menerjang
dengan bernafsu. Sementara itu, sang gadis bayangan
melompat berjungkir balik di udara dan melarikan diri sepesat
angin. Diah Windu Rini mendongkol bukan main.
"Karji! Hayo habisi jiwa bangsat itu !" teriak Mataun makin
kalap. Diah Windu Rini tertawa lantaran mendongkolnya. Lalu
menyahut: "Kalian hendak mengambil jiwaku " Perkara apa " Sayang,
aku tidak bersemangat untuk menemanimu bermain-main
........" Selagi berkata demikian, tiba-tiba ia mendengar suara
kesiur angin. Itulah suara senjata bidikan yang dilepaskan
dengan suatu tenaga kuat sekali.
Diah Windu Rini adalah seorang gadis yang tidak hanya
berkepandaian tinggi, tetapi berani pula. Mendengar suara
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senjata bidikan itu, (di Jawa disebut senjata gendam.
Selanjurnya akan disebut demikian) sama sekali ia tidak
mengelak. Sebaliknya malahan sengaja menyongsongnya
dengan mengibaskan tangannya. Dan senjata gendam itu
meletik balik menyambar majikannya.
"Hai ! Kau benar-benar hendak mencabut jiwaku ?" bentak
Diah Windu Rini. Mataun dan Sukarji terperanjat. Senjata gendamnya terbuat
dari duri Pandan Semeru yang hanya tumbuh di puncak
Gunung Semeru. Kuat, tebal, keras dan tajam melebihi pasak.
Selain itu mengandung sifat lembek sehingga dapat melentur
ibarat tali gendewa Bila majikannya memiliki himpunan tenaga
sakti lenturan tenaganya dapat mematahkan dahan pohon
sepelukan orang dewasa. Diah Windu Rini tidak berniat hendak melayani labrakan
mereka. Setelah membentak demikian, ia melesat menjauhi.
Ia lari secepat angin seperti diuber hantu. Tujuannya hendak
mengejar gadis bayangan yang kejam dan cerdik sebentar
tadi. Sebaliknya, Mataun dan Sukarji tidak mau sudah. Mereka
merasa dipermainkan hampir satu malam suntuk. Mereka
mendongkol dan penasaran. Dada mereka serasa hendak
meledak. Keruan saja begitu bertemu dengan Diah Windu Rini,
mereka menerjang bagaikan kerbau gila. Diluar dugaan, Diah
Windu Rini berkepandaian tinggi. Bahkan kepandaiannya
berada di atas kepandaian mereka sendiri. Sudah begitu, kini
mereka ditinggalkan seolah-olah tiada harganya sama sekali
untuk dilayani. Mataun yang beradat panas, lantas saja
berteriak-teriak kembali: "Bangsat! Anjing ! Kucing ! Tikus !
Jangkrik !" Tetapi Diah Windu Rini tidak menggubrisnya. Ia
sudah meninggalkan mereka jauh-jauh. Seluruh perhatiannya
dipusatkan untuk mengejar orang bertopeng tadi. Sudah jelas,
dia seorang gadis. Suaranya yang merdu sempat di
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengarnya. Dia menggunakan bahasa Melayu (baca :
Indonesia) kasar. Tak usah diterangkan lagi, dia berasal dari
luar wilayah Jawa Timur. Mengapa kini berkeliaran di sini "
Pasti ada maksudnya yang terselubung.
Sayang, gadis bertopeng itu sudah berada di suatu tempat
yang jauh. Entah di mana dia kini berada. Ini semua akibat
pencegatan Mataun dan Sukarji yang sebenarnya justru harus
membantunya Sekarang ia kehilangan jejak. Meskipun
demikian ia tidak kehilangan akal. Gesit luar biasa ia melompat
tinggi dan hinggap di atas dahan. Dari atas ketinggian ia
menebarkan penglihatannya Tiba-tiba ia melihat Gemak
Ideran dan Niken Anggana berjalan santai dari arah yang
bertentangan. "Hai, apa artinya ini semua ?" ia heran. Khawatir kalau-
kalau ada yang membayangi mereka, ia menebarkan
penglihatannya lebih luas. Ternyata tiada sesuatu yang
mencurigakan. Memperoleh penglihatan demikian, terus saja
ia melompat turun dan langsung menyongsongnya. Ia mau
menegurnya, tiba-tiba mereka berdua sudah mendahului. Seru
mereka hampir berbareng :
"Ayunda ! Engkau benar-benar pandai membuat kita
bingung !" "Bingung bagaimana ?"
"Kau mengajak kami ke luar kamar. Lalu berlari-lari kecil.
Setelah kami ikuti, tiba-tiba menghilang. Tentu saja kami tidak
mampu mengejar kecepatan ayunda." ujar Niken Anggana.
Diah Windu Rini tercengang. Suatu bayangan berkelebat di
dalam otaknya. Tetapi tindak kebijaksanaannya tidak
memperkenankan ia berbicara lagi di tengah alam yang
terbuka. Lantas saja ia berkata berbisik :
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mari kita balik dulu ke penginapan. Di sana kita berbicara."
Ia mendahului pulang ke rumah penginapan.
Pengalamannya pada malamhari itu sungguh hebat! Ia
merasa dihadapkan kepada suatu teka-teki yang pelik.
Siapakah gadis bertopeng tadi " Mengapa dia membunuh
bayangan yang lain " Siapakah gadis ini " Ia belum sempat
minta keterangan. Lalu siapa pula yang mengajak Niken
Anggana dan Gemak Ideran meninggalkan kamarnya " Setelah
terpancing ke luar kamar, mereka tidak diapa-apakan. Apakah
maksudnya " Niken Anggana dan Gemak Ideran bukan orang
tolol. Semenjak berangkat dari Madura sudah dibekali sikap
hati-hati dan waspada. Tetapi masih dapat mereka terpancing
ke luar kamar. Dasar alasannya sudah jelas. Tentunya orang
yang memancingnya ke luar kamar, mirip dirinya. Apakah
orang itu mengenakan topeng pula " Siapa dia "
Dengan teka-teki pelik yang merumun dirinya, Diah Windu
Rini tiba di rumah penginapan. Apa yang dilakukannya untuk
yang pertama kalinya adalah menggeledah kamar Niken
Anggana dan Gemak Ideran.
"Coba periksa semua barang bawaan kalian ! Kalau ada
yang hilang, apa yang hilang.........."
Jawabannya tidak usah menunggu terlalu lama. Tiba-tiba
Niken Anggana berseru tertahan :
"Pedangku !" Diah Windu Rini mengerutkan dahi. Ia menunggu laporan
Gemak Ideran. Tetapi pemuda itu tidak merasa kehilangan
sesuatu. Semua barang bawaannya masih utuh dan rapih.
"Gemak Ideran ! Apakah engkau tidak membawa pedang ?"
"Buat apa ?" Gemak Ideran tercengang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Buat apa bagaimana ?"
"Habis..... bukankah ayunda sendiri yang memberi isyarat
agar kami berdua tidak usah membawa-bawa senjata agar
tidak menarik perhatian ?"
"Aku ?" Diah Windu Rini menegas.
"Siapa lagi kalau bukan ayunda....." sahut Gemak Ideran
dan Niken Anggana hampir berbareng.
"Hm..... coba lihat yang jelas ! Apakah aku mengenakan
pakaian warna ini ?"
Niken Anggana dan Gemak Ideran ternganga sejenak. Lalu
saling memandang. Setelah itu, berkatalah Niken Anggana
setengah tertawa : "Benar-benar ayunda pandai bergurau, malam ini. Bagi
ayunda apa sih susahnya mengenakan warna pakaian yang
lain dalam beberapa saat saja " Apalagi ayunda sempat
meninggalkan kami cukup lama.........."
Mendengar ujar Niken Anggana, wajah Diah Windu Rini
berubah menjadi suram. Sahutnya dengan wajah berkerut-
kerut : "Dia mengenakan pakaian warna merah, bukan ?"
"Dia siapa ?" Niken Anggana menegas.
"Jawab saja. Benar atau tidak ?"
Niken Anggana bukan seorang gadis yang tidak pandai
berpikir. Begitu mendengar lagu suara Diah Windu Rini, ia
sudah dapat menebak delapan bagian. Katanya dengan suara
menggeletar : "Kalau bukan ayunda, siapa dia " Eh.....bagaimana ayunda
bisa menebak tepat warna pakaiannya ?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Karena aku kehilangan seperangkat pakaianku yang
berwarna merah." sahut Diah Windu Rini setengah geram.
O0-OdwO-0O http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
JILID VI Niken Anggana sudah dapat menduga delapan bagian.
Iapun sudah terbangun rasa curiganya. Namun mendengar
pernyataan Diah Windu Rini, tak urung hatinya tercekat juga.
Wajahnya yang tenang nampak gelisah.
"Nanti dulu !" Gemak Ideran menimbrung. "Mataku belum
lamur. Masakan aku tidak mengenal ayunda ?"
Diah Windu Rini menghela nafas. Katanya setengah berbisik
seraya membanting dirinya duduk di tepi pembaringan : "Aku
memergoki dua orang yang mengenakan topeng."
"Maksudmu dua orang laki-laki yang mengenakan topeng ?"
"Bukan." "Perempuan ?" "Perempuan." "Topeng hantu, barangkali ?" Gemak Ideran menegas.
"Hari terlalu gelap bagiku. Tetapi kurasa mereka tidak
mengenakan topeng hantu. Sebab yang seorang dapat
kurobohkan. Sayang dia mati terbunuh sebelum aku sempat
mengenal namanya. Tetapi yang pasti dia puteri Adipati Mas
Brahim. Begitulah pengakuannya. Dan yang satunya,
mengenakan topeng wajah diriku..........-
"Ah.....mustahil !" seru Gemak Ideran.
"Hm..... apakah dalam suasana gelap pekat engkau dapat
mengenal wajahku dengan jelas " Tentunya dia bersembunyi
di balik kegelapan. Setidak-tidaknya engkau hanya melihatnya
selintasan saja." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gemak Ideran tercenung-cenung. Ia jadi berbimbang-
bimbang sendiri. Ia mencoba mengingat-ingat. Masih
mencoba: "Tetapi bentuk tubuhnya........."
"Apakah bentuk tubuh orang lain tidak boleh mirip diriku ?"
dengus Diah Windu Rini. Gemak Ideran ternganga. Ia merasa pikirannya tiba-tiba
menjadi butek. Pada saat itu, ia mendengar Niken Anggana
berkata perlahan-lahan : "Ayunda ! Bagaimana ayunda tahu, bahwa dia menyaru
dirimu ?" "Pertama-tama, aku kehilangan seperangkat pakaian
merahku. Kemudian aku sempat memperoleh keterangan
gadis itu." sahut Diah Windu Rini. Lalu ia menuturkan
pengalamannya. Dimulai dari timbulnya rasa curiganya setelah
melihat dua ekor kuda yang terawat baik, sampai kepada
Mataun dan Sukarji. "Terhadap dua orang ini, kalian tidak
usah takut. Kepandaian mereka masih berada di bawah
kepandaian kalian berdua. Tetapi kita perlu menjauhi. Karena
mereka menginap di rumah penginapan ini, mari kita
berangkat sekarang juga .........."
"Sebentar ! Mereka datang ke Pasuruan atas perintah
atasannya. Hal itu diperkuat oleh hadirnya puteri Sang Adipati.
Tetapi mengapa mereka berdua memusuhi kita ?" Gemak
Ideran minta keterangan. "Kau maksudkan Mataun dan Sukarji ?" Diah Windu Rini
menegas. "Betul." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biarlah kuterangkan perlahan-lahan di tengah jalan.
Sekarang tiada waktu lagi untuk berbincang-bincang. Memang
mereka berhasil kubawa berlari-larian di luar kota. Barangkali
pada saat ini, mereka masih ubek-ubekan mencari diriku.
Tetapi sebentar atau lama, mereka pasti balik kembali ke
rumah penginapan. Sebelum mereka berdua sempat melihat
kehadiran kita ........."
"Baiklah." potong Gemak Ideran mengerti.
Sewaktu mereka tadi memasuki rumah penginapan, seperti
biasanya Diah Windu Rini bersikap angker dan royal. Tiga
kamar yang dikehendaki, dibayarnya sekaligus. Karena itu,
mereka dapat meninggalkan rumah penginapan sewaktu-
waktu. Tentang memasang pelana di atas kudanya masing-
masing, bukan merupakan masalah lagi. Mereka sudah terlatih
semenjak memasuki rumah perguruannya masing-masing.
Itulah sebabnya, dengan sekejap saja mereka sudah
meninggalkan rumah penginapan tanpa halangan.
Diah Windu Rini sengaja tidak mengambil jalan berputar
untuk benar-benar menghindari pengamatan Mataun dan
Sukarji. Sebaliknya, ia langsung menuju ke Bangil. Dengan
demikian, ia mengambah jalan besar. Rencana perjalanan ke
Kartasura akan melalui Pandaan, Mojo Agung, Nganjuk,
Ngawi, Mantingan dan terus memasuki wilayah Sukawati.
Karena itu, Niken Anggana dan Gemak Ideran tahu belaka,
bahwa sewaktu-waktu Mataun dan Sukarji akan dapat
menyusulnya. "Sebenarnya apa maksud mereka datang ke Pasuruan "
Baiklah, kita percaya saja mereka datang atas perintah
majikannya. Tetapi apa sebab mereka memusuhi ayunda ?"
Gemak Ideran mengulangi pertanyaannya yang belum
memperoleh kejelasan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Andaikata hantu bertopeng itu tidak muncul, jawabannya
amat sederhana saja. Mereka berdua adalah termasuk orang-
orang yang merasa dikecewakan ayah. Apa masalahnya,
adalah soal orang-orang tua. Kita orang-orang muda kerapkali
tidak memperoleh tembus pandang. Barangkali karena kita
kalah pengalaman. Tetapi dengan munculnya dua hantu itu,
aku jadi berbimbang-bimbang. Gadis itu mengaku puteri


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Adipati Mas Brahim. Tetapi dia justru berada di atas atap
Mataun dan Sukarji. Gadis itu bersikap bersahabat denganku.
Sebaliknya Mataun, tidak. Bila gadis itu benar-benar puteri
paman Brahim, kukira sudah lama terjadi suatu perpecahan
antara pihak paman Brahim dan pihak yang belum jelas
bagiku. Dengan begitu, sekaligus kita menghadapi suatu
masalah yang masih gelap. Katakan saja terus terang, surat
pos Merpatiku ditangkap oleh dua pihak yang berselisih."
"Maksud ayunda, blok Adipati Brahim dan blok penentangnya ?" Gemak Ideran menegas.
"Ya." sahut Diah Windu Rini pendek. Berkata lagi :
"Sekarang muncul seorang hantu bertopeng yang lain lagi. Dia
memasuki kamarku dan mencuri seperangkat pakaianku.
Sudah begitu, ia berhasil memancing kau berdua ke luar
kamar. Lalu kalian dibawa menjauhi diriku atau dibawa
menjauhi rumah penginapan. Tadi aku disibukkan tentang
maksudnya yang ter-selubung. Sekarang sudah jadi jelas."
"Apa ?" Gemak Ideran dan Niken Anggana bernafsu.
"Itulah perkara pedang Niken Anggana." jawab Diah Windu
Rini. Dan mendengar jawaban itu, Niken Anggana tercengang.
Ia berpaling kepada Gemak Ideran mencari kesan Lalu balik
kembali menatap wajah Diah Windu Rini. Menegas :
"Memangnya kenapa ?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diah Windu Rini tidak segera menjawab. Ia menimbang-
nimbang sejenak. Lalu balik bertanya :
"Niken ! Apakah pedangmu pedang pusaka ?"
"Pedang pusaka ?" Niken Anggana heran. "Itulah pedang
pemberian paman Cakraningrat Apakah pedang pemberian
ayahmu, pedang pusaka ?"
"Pedang pemberian ayah, memang termasuk sebilah
pedang pilihan. Akan tetapi belum boleh digolongkan sebilah
pedang pusaka yang pantas ditebus dengan jiwa."
"Lalu?" "Kalau begitu ..... yang diincar justru pedang keluargamu."
Apakah ayahmu mempunyai sebilah pedang pusaka ?"
Niken Anggana tercengang. Ia terlongong sejenak. Lalu
menjawab dengan hati-hati :
"Memang aku pernah mendengar, tetapi belum pernah
melihatnya." "Sebilah pedang ?"
"Benar. Menurut ibu bernama Pedang Sangga Buwana.
Dulu pernah berada di tangan ayah. Tetapi hilang dirampas
seorang pandai bernama Telaga Warih."
"Ah !" seru Diah Windu Rini bergembira. "Itulah
jawabannya. Gadis bertopeng itu datang untuk mencuri atau
merampas pedang pusaka Sangga Buwana. Bagus, bagus
!........Kalau begitu dia akan balik kembali."
"Balik Kembali ?" Gemak Ideran menimbrung.
"Hm..... pedang Sangga Buwana." Diah Windu Rini seperti
sedang membaca sebuah syair indah. "Ayah pernah bercerita
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula tentang pedang pusaka itu. Hm..... pedang Sangga
Buwana......! Itulah sebilah pedang yang tercatat sejarah
semenjak jaman Sri Wijaya. Konon, kabarnya pedang pusaka
Amanat Marga 11 Pendekar Slebor 21 Neraka Keraton Barat Sumur Kematian 3
^