Dendam Sejagad 1
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung Bagian 1
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin (Mandarin) San Wat Yan (Cantonese) Cang Wan Hen A Spark of Distraction Karya : Khu Lung 1961, Saduran : Tjan ID
Editor : Bona & Dewi KZ
Ebook oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info/ http://cerita-silat.co.cc/
1 Jilid: 01 Bab 1 TEMPAT ini adalah sebuah kuil kuno.
Kuil itu terletak di suatu tempat yang jauh dari keramaian
manusia dan sudah lama terbengkalai.
Tapi di mata orang persilatan, kuil bobrok itu demikian rahasia, demikian
misterius, seram dan mengerikannya sehingga mendirikan bulu roma setiap orang.
Ternyata setiap tengah malam tiba, dari dalam kuil itu selalu
berkumandang suara nyanyian yang begitu aneh dan mengerikan.
Kalau dibilang nyanyian itu indah, ternyata iramanya begitu aneh memekikkan
telinga. Mengatakan seram dan memedihkan, nadanya ternyata tak
sedap didengar, ibaratnya jeritan setan, atau teriakan kuntilanak, seperti pula
lolongan serigala malam. Pokoknya suara nyanyian itu sedemikian anehnya sehingga
membuat orang tak tahu bait lagu apakah yang sebenarnya sedang dinyanyikan,
sehingga dengan demikian, kuil itupun diliputi oleh suasana serba rahasia dan
misterius. Setiap kali orang mendengar irama nyanyian itu, segera
merasakan suatu kekuatan gaib yang membuat orang sukar
melawan, membuat orang terbuai dalam lamunan, terpesona,
terkesima dan tak tahu apa yang musti dilakukan.
Selain itu, suara nyanyian itupun mengambang di angkasa raya
dan menggema tak menentu. Ketika tersiar sampai berli-li jauhnya membuat orang
sukar untuk membedakan dari arah manakah suara
itu berasal dan di manakah sumber dari suara tersebut.
Sekalipun demikian, suara nyanyian itu tak akan mampu untuk
mengelabuhi kawanan persilatan. Mereka semua tahu bahwa suara
2 ini sudah menggetarkan hati setiap umat persilatan semenjak enam belas tahun
berselang. Waktu itu banyak jago dari pelbagai
perguruan dikirim untuk menyelidiki tempat tinggal dari pembawa lagu aneh itu,
tapi baik dari pihak kaum lurus maupun dari golongan kaum sesat selalu gagal
untuk memperoleh hasil dan pulang dengan hasil yang nihil.
Ttba-tlba, pada tiga belas tahun berselang, irama nyanyian itu lenyap tak
berbekas. Siapa tahu sepuluh tahun kemudian nyanyian misterius itu mengambang
kembali di tempat itu, bahkan dalam
waktu singkat tiga tahun sudah lewat. Penduduk di sekitar tempat itu yang sudah
berotak sederhana, menaruh perasaan jeri dan
hormat yang amat sangat terhadap nyanyian itu, sebab nyanyian
aneh semacam itu sudah berlangsung hampir tiga tahun lamanya.
Mereka semua beranggapan: Pastilah tangisan malaikat dari
kahyangan yang turun ke bumi untuk memperingatkan kepada
semua orang, bahwa tak lama lagi bakal terjadi bencana alam atau bencana
peperangan yang akan melanda sekeliling tempat ini.
Itulah sebabnya semua orang merasa tak pernah tenteram.
Menyusul munculnya kembali suara nyanyian aneh itu, dunia
persilatan yang selama ini berada dalam keadaan tenang, tiba-tiba saja menjadi
geger dan tegang. Jago-jago lihai dari sembilan partai besar bersama-sama
mengutus orang-orangnya untuk melakukan
penyelidikan. Maka berbondong-bondong datanglah kawanan jago
persilatan ke tempat itu.
Penyelidikan dan pengalaman yang
dilakukan siang malam akhirnya menemukan bahwa suara nyanyian
tersebut berasal dari dalam kuil yang bobrok tapi angker itu.
Dua tahun belakangan ini, meski tak sedikit jagoan lihay dari
dunia persilatan yang menyerbu ke dalam kuil dan berusaha
menangkap pembawa lagu itu, tapi ibaratnya menimpuk anjing
dengan pakpoa, begitu pergi tak pernah kembali lagi. Sejak itu kabar beritanya
lenyap tak berbekas dan orangnya tak pernah
muncul kembali di dalam dunia persilatan.
Tentu saja nasib beberapa orang itu kebanyakan menemui
bencana daripada kemujuran. Mereka tewas secara misterius.
3 Akibatnya, pandangan orang persilatan terhadap kuil bobrok itu pun segera
berubah. Timbul suatu perasaan seram dan takut di
hati mereka terhadap kuil itu, dan tak seorangpun yang berani
melakukan penyelidikan lagi atas kuil tersebut.
Maka teka-teki yang penuh rahasia itu, dengan membawa
rahasia dunia persilatan yang tiada taranya, sampai detik ini belum pernah
tersingkap secara jelas. Malam itu adalah suatu malam yang sangat gelap. Kabut tebal
menyelimuti permukaan tanah, angin dingin berhembus kencang,
hanya beberapa titik cahaya bintang di angkasa yang memancarkan sedikit cahaya
yang redup. Kentongan kedua baru lewat, tiba-tiba di depan kuil bobrok yang terpencil,
menyeramkan dan mengerikan itu muncul seorang
pemuda berusia dua puluh tahunan. Agak lama sudah ia berdiri di depan kuil
angker itu. Kemudian "Aaaih," dia menghela napas sedih.
Pemuda itu sangat murung, juga kesepian.
Dia seperti membawa perasaan murung yang sangat dalam. Setiap malam tiba
dia selalu berdiri melamun di depan kuil itu. Sudah satu bulan lebih dia berbuat
demikian. Entah udara sedang cerah atau sedang turun hujan badai dan
kilat menyambar, dia selalu hadir di sana dan mendengarkan suara nyanyian yang
misterius dan aneh itu. Tapi ia tak pernah berani untuk melangkah masuk ke dalam
kuil itu barang satu langkahpun.
Mungkin dia pun merasa takut dan kuatir terhadap keselamatan
jiwanya. Waktu itu, dia sedang mendongakkan kepalanya memandang
bintang yang bertaburan di angkasa. Kemudian memperdengarkan
suaranya helaan napas panjang yang amat berat.
Cahaya bintang yang redup menyoroti wajahnya.
Itulah selembar wajah yang membuat orang merasa keder, bukan lantaran 4
jelek atau menyeramkan, sebaliknya karena wajah yang tampan itu membawa
keangkuhan serta sikap dingin yang menggidikkan hati.
Alis matanya tajam bagaikan pedang, matanya tajam bagaikan
sembilu. Ia memiliki bibir yang tipis berbentuk busur, ini
melambangkan kekerasan hati serta watak kepalanya yang besar,
namun sorot matanya yang tajam itu justru membawa sinar
pembunuhan yang tebal, seakan-akan dia adalah orang yang begitu dingin dan
kejam. Pemuda serba aneh itu kembali memperdengarkan suara helaan
napas beratnya yang mengenaskan. Menyusul kemudian, bagaikan
orang mengigau dia bergumam seorang diri:
"Ku See-hong, wahai Ku See-hong, kau memiliki dendam
berdarah yang lebih dalam dari samudra, tapi... kau demikian tak becus. Sudah
belasan tahun lamanya kau berkelana dalam dunia
persilatan yang penuh dengan tipu muslihat, tapi sedikitpun tanpa hasil.
Kini kau tahu telah bertemu dengan manusia aneh yang tiada
taranya ini, mengapa kau malah menjadi ketakutan setengah mati"
Sekalipun akibatnya akan merenggut nyawamu, tapi kaupun harus
tunjukkan keberanianmu serta semangat juangmu antara mati dan
hidup, bila kau tak berani bertaruh maka kau akan selalu
terombang-ambing dalam dunia persilatan tanpa hasil apa-apa.
Akhirnya kau akan mampus dan menjadi seorang manusia berdosa
yang paling tidak berbakti, kepada orang tua di dunia ini....
Mengertikah kau?" Ketlika selesai bergumam, titik-titik air mata tiba-tiba meleleh keluar dan
membasahi wajah Ku-See hong, si pemuda aneh itu.
Jelas ia terbayang kembali akan semua pengalaman pahit yang
telah dialaminya sewaktu kecil dulu. Ini membuat hatinya amat
pedih dan menyesal. Setelah menghela napas panjang lagi dengan pedih kembali
pemuda itu bergumam. 5 "Ku See-hong, wahai Ku See-hong.
Jangan lupa bahwa kau pernah bersumpah berat kepada langit untuk membalas dendam
sakit hati ayah ibumu dan mencincang tubuh pembunuh itu menjadi berkeping-
keping...." Ketika bergumam sampai di situ, dari balik matanya yang jeli
segera memancar keluar suatu tekad yang besar, bersinar mata
dingin keji dan mengerikan. Dia menghembuskan napas panjang
lalu berdiri mematung dan tidak berbicara lagi....
Kentongan ketiga hampir tiba, pemuda aneh Ku See-hong yang
membungkam itu mendadak menampilkan sesuatu tekad yang
bulat. Pelan-pelan dia berjalan menuju ke arah kuil kuno itu. Jelas dia telah
mengambil keputusan untuk mempertaruhkan nyawa dan
pergi beradu nasib. Sebab lebih baik mati di dalam kuil daripada harus hidup di
dunia bebas tanpa mendapatkan hasil apa-apa.
Mendadak pada saat itulah suara nyanyian yang aneh dan
misterius itu berkumandang lagi dalam kuil.
Suara nyanyian yang melengking dan tajam itu berkumandang
nyaring di tengah hembusan angin barat laut yang kencang, begitu mengerikan dan
seramnya suara tersebut, membuat bulu kuduk
orang pada bangun berdiri.
Irama nyanyian yang aneh itu penuh mengandung tenaga gaib
yang mampu membetot sukma orang, sekalipun seorang jago yang
memiliki tenaga dalam amat sempurna, juga susah untuk melawan
pengaruh nyanyian tersebut.
Tapi kenyataannya, Ku See-hong sama sekali tidak terpengaruh
oleh suara nyanyian itu... bukankah hal ini menunjukkan sesuatu
keanehan" Ku See-hong memang seorang pemuda yang berbakat bagus.
Gemblengan selama hampir satu bulan di depan kuil itu membuat
timbulnya sesuatu kebiasaan terhadap pengaruh irama iblis
tersebut, sekalipun saat ini diapun terpengaruh juga oleh irama tersebut.
6 Namun dalam lelapnya kesadaran dia masih memiliki tenaga
yang kuat untuk meronta diri, bahkan otaknya yang cerdas berhasil menghapalkan
nada irama nyanyian yang aneh itu.
Semenjak setengah bulan berselang, irama nyanyian yang aneh
itu sudah berhasil dihapalkan
olehnya, malahan ia bisa membawanya sendiri untuk bersenandung, sekalipun bait syairnya masih tidak
diketahui olehnya. Itulah sebabnya, berhubung Ku See-hong sudah hapal dengan
irama nyanyian itu, maka ketika itu dia sudah tidak terpengaruh lagi oleh tenaga
gaib dari ilmu pembetot sukma tersebut.
Angin barat laut yang dingin berhembus semakin kencang,
suaranya yang memilukan hati.
Dari balik sorot mata Ku See-hong terpancar keluar sinar
kebulatan tekadnya yang tebal. Dengan membusungkan dada, dan
melangkah lebar, dia berjalan menghampiri kuil itu. Sinar matahari yang tajam
dengan cepat menyapu sekejap sekeliling ruang kuil
yang bobrok itu. Tampak bangunan kuil tersebut sangat besar dan luas. Dinding
pekarangan yang mengitari bangunan itupun mencapai ratusan kaki luasnya.
Ruang kuil itu menjulang tinggi di angkasa dan saling
sambung-menyambung, tapi berhubung sudah dimakan usia, pintu
gerbangnya sudah ambruk dindingnya banyak yang retak dan
berlubang, bahkan rumput ilalang tumbuh setinggi lutut. Pemandangannya amat mengerikan sekali. Bila seseorang bernyali kecil, dia tak
akan berani, untuk mendatangi tempat semacam ini di tengah malam buta begini....
Sementara itu, angin barat laut yang kencang masih berhembus
lewat tiada hentinya. Pohon siong dengan ranting yang gundul dan bayangan batang
yang kurus bagaikan setan yang sedang mementangkan cakarnya.
7 Betul Ku See hong bernyali besar, tapi selama satu bulan terakhir ini sudah
terlalu sering ia mendengar jeritan ngeri yang
menyayatkan hati dari kawanan jago silat yang memasuki kuil itu.
Maka tak urung timbul juga perasaan bergidik dalam hatinya.
Semakin dipandang kuil itu, semakin terasa olehnya betapa seram dan
menakutkannya pemandangan di sekeliling sana, apalagi
ditambah bunyi ranting yang terhembus angin, semakin menambah
seramnya suasana. "Ci it.... Ci it...."
Serentetan jeritan tajam mendadak bergemas memecahkan
keheningan. Dengan perasaan terperanjat buru-buru Ku See-hong mundur
sejauh tiga langkah ke belakang.
Dengan cepat dia mengalihkan sinar matanya ke dalam ruang
kuil yang gelap gulita itu, ternyata ada beberapa ekor kelelawar hitam yang
sedang terbang keluar. Setelah mengetahui suara apakah itu, Ku See-hong segera
menghembuskan napas panjang, rasa tegang yang semula
menyelimuti wajahnya lambat laun menjadi tenang kembali.
Selangkah demi selangkah kembali dia berjalan masuk ke dalam.
Sekarang dia sudah mulai melangkah di atas jalan setapak yang
berhiaskan batu hijau. Mungkin karena sudah terlampau lama kuil tersebut terbengkalai maka di atas
batu-batu hijau itu sudah tumbuh lumut yang amat
tebal, ditambah lagi kegelapan malam mencekam seluruh jagad,
seandainya seorang tidak memiliki ilmu meringankan tubuh yang
sempurna, mungkin baru selangkah saja berjalan akan terpeleset jatuh ke tanah.
Jalan beralas batu hijau yang menghubungkan pintu gerbang
dengan ruangan tengah itu lebih kurang puluhan kaki jauhnya.
Ketika baru selesai melalui jalan berlumut itu, sekujur badan Ku See-hong sudah
basah kuyup oleh keringat.
8 Tiba-tiba... ia mendongakkan kepala memandang papan nama di
atas ruang tengah kuil itu, hampir saja ia menjerit kaget saking terperanjatnya.
Ternyata di atas papan nama itu tertera beberapa huruf besar
yang berwarna merah darah, tulisan itu berbunyi:
"SIAPA MASUK BAKAL MAMPUS"
Di kedua belah sisi papan nama itu masing-masing tergantung
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dua butir tengkorak manusia.
Siapa saja pasti akan merasa
terperanjat sekali bila menjumpai benda tersebut untuk pertama kalinya.
Sinar matanya yang dingin menyeramkan kembali dialihkan
memandang sekeliling tempat itu.
Kemudian dengan kening berkerut melangkah naik ke atas undak-undakan batu.
Tampak ruangan tengah kuil itu gelap gulita dan menggidikkan
hati. Sarang laba-laba berada di mana-mana, debu setebal
beberapa inci menghiasi lantai. Dengan langkah tegap Ku See-hong masuk ke dalam
ruang tengah itu. Di sana ia saksikan patung arca sudah banyak yang hancur dan
rusak, banyak di antaranya yang
kutung tangan atau kakinya dan pakaianpun compang-camping,
keadaannya sangat mengenaskan.
Angin dingin yang berhembus lewat dalam ruangan semakin
mendirikan bulu roma orang, apalagi memandang patung-patung
arca dalam ruang tengah yang menyeramkan itu.
Ini semua membuat suasana sedemikian menggidikkan hati sehingga sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
"Keeekkk..." terhembus angin dingin, tiba-tiba pintu sebelah di
depan ruangan itu terhembus hingga menutup sebagian. Suara
menutupnya pintu yang memanjang dan memendek itu kedengaran
amat menusuk pendengaran.
Walaupun paras muka Ku See-hong sedikitpun tidak memperlihatkan rasa takut atau ngeri padahal hatinya sudah
merasa tidak tenang semenjak tadi.
9 Dengan membesarkan nyalinya dan penuh diliputi ketegangan
dia berjalan masuk ke dalam kuil yang mirip rumah setan itu. Di serambi yang
gelap dan suatu hembusan aneh yang mirip jeritan
setan akhirnya melintaskan juga setitik perasaan ngeri di atas wajahnya.
"Sreet. Sreet..." mengikuti suara langkah kakinya yang
membawa bunyi gemerasak, jantungnya terasa berdenyut makin
kencang. "Weeess," segulung angin dingin berhembus lewat.
"Aaahh...!" Ku See-hong memperdengarkan jeritan kaget.
Dengan kaki gemetar dia mundur tujuh-delapan langkah lagi ke
belakang. Kiranya waktu itu dia sudah sampai di depan sebuah bangunan
loteng yang sangat lebar. Di atas undak-undakan di sebelah kiri dan kanan
masing-masing berdiri tegak sesosok tulang belulang
manusia yang masih utuh. Di tengah tengkorak itu membawa
sebuah benda perak yang bercahaya tajam.
Dalam lirikan matanya yang sedang menegang itu, anak muda
tersebut merasa seakan-akan kedua sosok mayat itu adalah mayat hidup yang sedang
melotot ke arahnya dengan sinar mata
kemarahan. Tapi setelah mengetahui kalau tengkorak itu sudah lama mati,
diam-diam Ku See-hong baru menghembuskan napas panjang,
meski jantungnya masih berdenyut dengan kerasnya sebab kuil ini dalam
kenyataannya jauh lebih mengerikan daripada berita yang
tersiar di luaran. Setelah menenangkan sebentar hatinya, pemuda itu baru
menengok ke arah papan nama di atas pintu gerbang itu. Di sana tercantum empat
huruf merah darah yang berbunyi:
"PEK KUT YU HUN" (Tulang tengkorak sukma gentayangan).
10 Di kedua belah sisi papan nama tadi, masing-masing tergantung
sebuah kepala tengkorak. Ku See-hong segera bergumam seorang
diri, "Pek-kut-yu-hua,... Pek-kut-hun....
Apakah yang dimaksudkan adalah tumpukan tulang-belulang manusia yang mati dalam kuil
ini...?" Bergumam sampai di situ, dia lantas melirik sekejap ke dalam.
Sayang suasana di dalam ruang itu gelap-gulita, susah dilihat jelas.
Maka dengan cepat dia mengambil keputusan di dalam hati dan
melangkah naik ke atas undak-undakan batu itu.
Tiba-tiba terdengar bunyi desingan lirih, kemudian terlihatlah benda berwarna
perak di tangan tengkorak yang berada di sebelah kiri itu mengayun ke bawah
dengan membawa suara desingan angin yang amat tajam.
Sreet, cahaya perak itu langsung menusuk ke ulu hati Ku See-
hong. Bukan saja serangan ini dilancarkan dengan kekuatan yang amat
besar, jurus serangannya juga garang dan keji, dengan kecepatan yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
Mimpin pun Ku See-hong tidak menyangka kalau tengkorak
tersebut bakal menyergap secara tiba-tiba. Dalam terperanjatnya cepat dia
merendahkan badan sambil berputar arah secara lihay dan manis, ia menghindarkan
diri dari sergapan maut tersebut.
Siapa tahu baru saja ia menghembuskan nafas lega. "Kraaak,"
lagi-lagi terdengar suara desingan keras.
Kali ini, tengkorak yang berdiri kaku di sebelah kanannya mulai bergerak.
Cahaya di tangannya itu secepat sambaran kilat
menghantam ke arah jalan darah Ciok-sun-hiat di belakang batok kepala Ku See-
hong. Saking terkesiapnya, paras muka si anak muda itu berubah
hebat. Keinginannya untuk hidup membuat badannya tanpa sadar
miring ke samping kemudian tangan kanannya membalik sambil
11 melempar ke belakang. Cahaya perak yang mengancam tiba itu
segera menyambar ke arah tiang.
Siapa tahu belum sampai jurus serangan dari Ku See-hong itu
digunakan sampai matang, cahaya perak tadi tiba-tiba menyusup ke belakang,
kemudian dari sisi kiri dengan membawa berpuluh-puluh titik cahaya tajam
menyambar lagi mengancam dua belas jalan
darah penting di tubuh anak muda tersebut.
Perubahan jurus serangan, melancarkan pukulan, semuanya
dilakukan dengan kecepatan bagaikan kilat, sama sekali tidak
terpaut jauh bila dibandingkan dengan jago nomor satu dari dunia persilatan.
Dalam terkesiapnya Ku See-hong segera jongkok dan menggulingkan diri ke bawah undak-undakan batu.
Setelah itu dengan cepat dia melompat bangun lagi, dengan napas terengah
dan keringat bercucuran dia berdiri memucat di situ.
Anehnya, begitu Ku See-hong sudah melompat turun dari undak-
undakan batu tadi, tengkorak yang ada di sebelah kiri dan kanan itupun segera
balik kembali pada posisinya semula.
Ku See-hong yang keras kepala tak mau menyerah kalah dengan
begitu saja. Sekali lagi dia melompat naik ke atas undak-undakan batu itu. Tapi
seperti yang pertama tadi, kembali dia mengalami serangan demi serangan yang
amat gencar. Tak sampai sepertanak nasi lamanya, ia gagal untuk menembusi
tempat tersebut. Kesemuanya ini dengan cepat membuat hatinya
menjadi kecut dan sedih sekali.
Tapi pemuda itu memang cukup cerdas. Setelah gagal dengan
tujuh kali percobaannya pikirannya pun segera terbuka. Rupanya kedua sosok
tengkorak itu memang sudah mendapat latihan yang
khusus untuk menyergap musuh-musuh yang datang dari luar.
Apabila kakinya tidak melangkah di atas undak-undakan batu itu, secara otomatis
kedua sosok tengkorak itu juga tak akan bergerak, dan dengan sendirinya tak akan
menyerang pula dirinya. 12 Berpikir sampai di situ, Ku See-hong siap-siap mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya untuk menyeberangi ruangan tersebut,
ketika ia mendongakkan kepalanya, tiba-tiba dijumpai pada
beberapa kaki di atas pintu gerbang itu terlihat berjajar tiga buah rantai tipis
yang menjulur ke bawah. Jarak antara rantai yang pertama dengan rantai lainnya adalah tiga jengkal lebih.
Tentu saja, dengan kecerdasan otak yang dimiliki Ku See-hong,
tidak sulit baginya untuk menduga bahwa benda tersebut adalah
semacam senjata rahasia pembunuh yang berbahaya sekali. Maka
rencananya untuk menyeberang dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuh pun segera mengalami kegagalan total.
Untuk sesaat lamanya anak muda itu berdiri tertegun dengan
perasaan kecewa dan putus asa. Semua harapan di dalam hatinya
juga turut musnah tak berbekas.
Sampai lama sekali, sekilas rasa girang baru melintas di atas
wajah anak muda itu, ia berhasil menemukan suatu akal yang
sangat bagus. Sambil berpekik nyaring, secepat sambaran kilat, Ku See-hong
melompat naik ke atas undak-undakan batu itu.
"Srrreeet..." tengkorak yang berada di sebelah kanan itu segera
memutar senjata peraknya sedemikian rupa sehingga menciptakan
serangkaian bianglala berwarna perak, kemudian langsung menusuk ke iga kiri anak
muda itu, serangannya garang sekali.
Sedari tadi Ku See-hong telah memperhitungkan sampai ke situ,
di kala kakinya sedang menginjak di atas ubin batu itu, badannya segera
menjatuhkan diri ke tanah dan berguling cepat menyusup ke arah dalam ruangan.
Detik terakhir menjelang tubuh Ku See-hong tiba di depan pintu ruangan itulah,
mendadak dari atas pintu menyambar datang sekilas cahaya tajam yang menyilaukan
mata, tahu-tahu sebuah pintu
berpisau yang tajam telah meluncur ke bawah dan siap mencabik-
cabik tubuh pemuda tersebut.
13 Tak terlukiskan rasa kaget Ku See-hong menghadapi kenyataan
itu. Hampir saja ia merasa kehilangan sukma lantaran terperanjatnya. Entah dari mana datangnya kekuatan, sekuat
tenaga dia melejit ke samping.
"Blaaam...!" di ringi suara yang sangat keras, pintu berpedang
yang terdiri dari belasan buah pedang tajam itu langsung menancap di atas lantai
yang mengakibatkan timbulnya percikan bunga api.
Ku See-hong mendengus tertahan... kaki kirinya yang terlambat
menghindar segera termakan tusukan sebilah pedang.
Sebuah mulut luka yang besar muncul di atas badannya, darah
segar bercucuran membasahi seluruh badannya. Coba sedikit ia
terlambat menghindar, niscaya tubuhnya sudah tertembus oleh
tusukan pedang-pedang itu.
Dengan cepat Ku See-hong melompat bangun lalu memandang
pintu pedang itu dengan termangu-mangu. Lama, lama sekali ia
baru menghela napas panjang, pekiknya di hati:
"Hampir saja aku mampus di ujung pedang-pedang itu. Coba
kalau mampus, dendam berdarahku tak akan terbalas untuk
selamanya." Teringat tentang dendam berdarah itu, kobaran api kebencian
yang kuat segera muncul dalam hatinya dan membakar badannya.
Sekulum senyuman dingin yang kejam tersungging di ujung
bibirnya, sinar mata yang memancar pun merupakan sinar merah
berapi-api yang penuh dengan rasa benci dan dendam yang dalam.
Tapi setelah Ku See-hong dapat melihat jelas suasana dalam
ruang dalam, sekali lagi ia bergidik, bahkan bersin beberapa kali.
Kobaran api dendam dan rasa benci yang membara dalam dadanya
itu seakan-akan terguyur oleh sebaskom air dingin, kontan lenyap tak berbekas.
Ternyata di dalam ruangan itu penuh berserakan tulang
tengkorak manusia. Ada yang sedang berduduk, ada yang
berbaring, ada pula yang berdiri, bentuknya aneh sekali. Ditambah 14
lagi rambutnya yang hitam dengan gigi putih yang menyeringai
keluar, membuat wajah mereka kelihatan begitu menakutkan dan
seramnya hingga menggidikkan hati siapapun.
Ku See-hong merasakan dirinya seakan-akan berada di dalam
neraka. Hatinya tercekat, bergidik dan ketakutan.
"Ci it... ci it..." serentetan bunyi aneh yang memekikkan telinga
berkumandang datang dari arah belakang.
Dengan cekatan Ku See-hong berpaling ke belakang, tapi dengan
cepat ia menjerit kaget: "Aaaah...." Dengan ketakutan ia mundur beberapa langkah ke belakang.
Ternyata lebih kurang satu kaki dari Ku See-hong terdapat
sebuah peti mati. Waktu itu penutup peti mati tersebut sedang
pelan-pelan membuka sendiri....
Menyusul kemudian, dari balik peti mati itu pelan-pelan muncul sebuah tangan
aneh yang tinggal tulangnya melulu. Tangan aneh
tadi mencakar kesana-kemari dengan serawutan.
Jantung Ku See-hong kembali berdebar keras. Dengan pancaran
sinar mata yang aneh dan takut dia awasi peti mati itu tak berkedip, terasa
kakinya menggigil keras dan lemas sekali. Kalau bisa dia ingin menjatuhkan diri
untuk duduk di lantai. "Blaaam...!" tiba-tiba suatu benturan keras kembali terjadi.
Pintu di mana Ku See-hong lewat ketika melangkah masuk ke
dalam ruangan tadi mendadak menutup dengan sendirinya, bahkan
menutup rapat-rapat sehingga setitik cahayapun tak Nampak.
Suasana di tempat itu menjadi gelap gulita hingga kelima jari
tangan sendiripun susah dilihat. Udara menjadi sesak dan lamat-lamat Ku See-hong
mengendus bau busuknya bangkai yang amat
menusuk hidung. 15 Untung Ku See-hong memiliki ketajaman mata yang melampaui
orang lain, walau berada di tengah kegelapan, ia masih dapat
melihat peti mati itu dengan jelas.
"Kreeek... kreeek....
Serentetan suara aneh yang menusuk
pendengaran kembali menggema dalam ruangan itu.
Penutup peti mati tersebut kini sudah terangkat tinggi-tinggi ke udara,
kemudian.... "Blaaam!" di ringi suara keras penutup peti mati itu sudah
terlempar jatuh ke tanah.
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bersama dengan membukanya penutup peti mati itu, sesosok
tengkorak hidup pelan-pelan bangkit berdiri dari balik peti mati.
Tengkorak itu jauh berbeda dengan tengkorak-tengkorak lainnya.
Dia mempunyai rambut yang sangat panjang dan mata yang cekung
ke dalam, tapi anehnya ternyata mata itu memancarkan cahaya
hijau yang berkilauan. Dalam takutnya Ku See-hong merasa sangat ngeri.
Ia tidak percaya kalau di dunia ini terdapat tengkorak hidup, tapi kenyataan telah berada
di depan mata, tidak percayapun tak mungkin.
Dalam pada itu, tengkorak hidup itu sudah bangkit dari peti
matinya dan melangkah keluar, kemudian selangkah demi selangkah lamban tapi
tetap menghampiri Ku See-hong.
Pada saat itulah, ruangan yang gelap gulita dan sebenarnya tiada hembusan angin
itu mulai dipenuhi oleh deruan angin yang sangat keras dan tajam.
Munculnya angin inipun sangat aneh seolah-olah berhembus
keluar dari balik dinding di sekitar ruangan itu. Makin lama angin itu berhembus
semakin kencang. Suara deruan angin pun makin keras
dan memekikkan telinga. Sekarang tengkorak hidup itu sudah berada lebih kurang empat
jengkal dari Ku See-hong.
Sepasang lengan panjangnya yang
tinggal tulang itu sudah diluruskan ke depan mencengkeram tubuh 16
pemuda itu. Segulung bau amis yang amat menusuk hidung segera
menerpa tiba. Ku See-hong yang berdiri begitu dekat dengan tengkorak itu
dapat melihat dengan jelas bagaimana bagian dada dari tengkorak itu cuma terdiri
dari tulang-tulang iga yang berjajar lurus, sementara di dalamnya kosong
melompong tak berisi apa-apa.
Ini membuktikan kalau tengkorak itu benar adalah sesosok tengkorak hidup.
Bagaimanapun besarnya nyali pemuda itu tak urung dia menjerit
kaget juga. Selangkah demi selangkah dia mundur terus ke
belakang. Anehnya, ternyata mayat hidup itupun mempercepat langkahnya
mengejar kemanapun dia pergi.
Tiba-tiba, kaki Ku See-hong terkait oleh seonggok tulang
belulang. Sambil menjerit kaget tubuhnya segera terpelanting dan terlempar
sejauh beberapa kaki dari tempat semula.
Rupanya tempat di mana ia terjatuh barusan adalah sebuah peti
mati juga. Ketika itu, penutup peti mati itu sedang terangkat ke atas, sesosok
tengkorak lain sedang menjulurkan tangannya yang aneh untuk mencengkeram tubuh
anak muda itu. Ku See-hong ketika itu benar-benar ketakutan setengah mati
sehingga sukma pun terasa bagaikan mau terbang meninggalkan
raganya. Ia memperdenarkan suara auman yang agak gemetar.
Suara itu seperti jeritan kaget, seperti juga teriakan ngeri, namun sepasang
matanya masih mengawasi kedua sosok tengkorak hidup
itu tanpa berkedip. Dalam pada itu gerak pengejaran yang dilakukan kedua sosok
tengkorak hidup itu makin lama semakin cepat... dalam waktu
singkat mereka sudah berada empat jengkal di hadapan Ku See-
hong. Dengan ketakutan pemuda itu kembali mundur ke belakang.
17 Tiba-tiba... kaki Ku See-hong tergaet kembali oleh sesuatu benda.
Rupanya membentur lagi pada sebuah peti mati. Dengan cepat dia berpaling, tapi
sesosok tengkorak hidup tahu-tahu sudah muncul kembali di hadapan matanya.
Pemuda itu benar-benar ketakutan setengah mati.
Matanya sampai terbelalak lebar sedang tubuhnya berdiri kaku seperti mayat.
Tengkorak-tengkorak hidup itu sama sekali tidak berlaku sungkan kepadanya.
Lengan bertulang putihnya itu secara lurus disodok ke muka, menusuk dada pemuda
itu, tapi gerakannya lambat sekali.
Segulung bau amis yang menusuk hidung segera berhembus
lewat. Mendadak Ku See-hong tersadar kembali dari lamunannya. Ia
menyaksikan kuku tengkorak hidup yang tajam itu sudah menempel di atas pakaian
bagian dadanya. Ku See-hong menjerit keras, secepatnya dia membuang diri ke
belakang dan mundur cepat-cepat.
Belum lagi kakinya berdiri tegak, kembali segulung bau amis
kembali datang, dan dua sosok tengkorak hidup lainnya dengan
yang satu di kiri dan yang lainnya di kanan sedang memutar kuku-kukunya yang
panjang dan tajam mencengkeram ke atas bahunya.
Hampir pecah nyali Ku See-hong menghadapi ancaman tersebut,
buru-buru dia melompat lagi beberapa kaki ke belakang dengan
badan gemetar. Kali ini saking paniknya ia sampai tak mampu
menguasai diri dan terjatuh ke tanah, dadanya terengah-engah.
Meski dalam kegelapan sukar untuk mengetahui paras mukanya,
tapi bisa diduga muka itu tentu sudah berubah menjadi pucat pias seperti mayat.
Yang berada di hadapan Ku See-hong sekarang bukan hanya tiga
sosok tengkorak hidup saja tapi tengkorak-tengkorak yang semula tiduran atau
duduk itu sekarang telah berlompatan bangun sambil menarik sepasang lengannya,
pelan-pelan mereka mendesak ke
depan. 18 Api setan menari-nari di udara, warna hijau menyeramkan yang
mencorong dari balik lekukan mata tengkorak-tengkorak yang
kosong itu menambah seramnya suasana.
Tapi waktu itu hembusan angin yang maha aneh tersebut telah
menjadi tenang kembali, menyusul suara jeritan dan teriakan aneh yang
menyeramkan bergema amat memekikkan telinga.
Rasa putus asa memenuhi seluruh benak Ku See-hong.
Ia membenci segala-galanya, ia membenci kepada Thian yang tidak
memberi keadilan kepadanya, membenci karena dendam sakit hati
ayah-ibunya belum terbalas.
Tapia pa gunanya membenci bila
elmaut sudah berada di ambang pintu"
Sesosok tengkorak hidup telah mendesak ke hadapan Ku See-
hong. Sreeet... di ringi desingan tajam sepasang lengan tengkorak itu menyambar ke
bawah bersama-sama. Hanya kali ini gerak serangan tersebut dilancarkan dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat. Harapannya untuk hidup yang semula masih berkobar di dada Ku
See-hong, kini sudah lenyap tak berbekas. Tanpa berpikir panjang lagi
dia menjatuhkan diri berguling ke samping untuk menyelamatkan diri, setelah itu dengan cepat dia melompat bangun.
Tiba-tiba, di tengah ruangan yang sunyi senyap itu berkumandang suara gelak tertawa setan yang dingin dan
memekakkan telinga. "Heeehhh... heeehhh... heeehhh.... Heeehhh... heeehhh... heeehhh...." Suara tertawa itu lamban, berat dan dalam meski amat pelan tapi saling susul
menyusul hingga membuat seluruh ruangan bergetar
dengan kerasnya. Ku See-hong hanya merasakan seluruh tubuhnya seperti
tersayat-sayat oleh pisau tajam mengikuti gelak tertawa yang
menggema barusan itu. Sekujur tulang badannya seakan-akan
tergetar lepas dan hancur berantakan hingga tak ada wujudnya lagi.
19 Bagaikan orang gila Ku See-hong berteriak keras, tubuhnya
secepat kilat menubruk ke depan dan malahan menghampiri salah
satu di antara tengkorak-tengkorak hidup itu.
Bila seseorang dihadapkan pada ancaman maut, ada kalanya
mereka tidak melakukan perlawanan dan pasrah pada takdir yang
telah mengaturnya, tapi lebih banyak orang yang berjuang sampai titik darah
penghabisan melawan malaikat elmaut.
Dalam keadaan terancam oleh bahaya ini, Ku See-hong bukannya
pasrah sebaliknya justru timbul suatu kekuatan untuk memberontak yang kuat
sekali. Dia ingin mengerahkan segenap kekuatan yang
dimilikinya untuk meloloskan diri dari neraka yang menyeramkan itu.
Sekalipun harapan tersebut nampaknya sangat tipis, toh bukan
berarti tak dapat dicoba, sebab bagaimanapun juga lebih baik
berusaha daripada pasrah kepada nasib.
Entah dari mana datangnya kekuatan, sepasang lengan Ku See-
hong dengan membawa segulung kekuatan yang dahsyat, bagaikan
ambruknya bukit karang, langsung disodokkan ke tubuh sesosok
tengkorak hidup yang sedang menubruk datang itu.
"Blaaammm...! " ketika tengkorak hidup itu termakan oleh
serangan tersebut, tubuhnya hanya bergetar sedikit, kemudian
sambil tertawa seram selangkah demi selangkah maju kembali
untuk mengejar korbannya.
Keadaan Ku See-hong pada waktu itu sudah mirip orang gila,
telapak tangan kirinya membacok ke belakang, telapak tangan
kanannya mendorong. Maka angin puyuh menderu-deru di
sekeliling tubuhnya. Kembali sesosok tengkorak hidup terhajar telak oleh pukulan
beruntun tangan kiri kanannya, namun sama sekali tidak
mendatangkan hasil apa-apa.
Gelak tertawa aneh yang mengerikan menggema semakin keras,
api setan yang berwarna hijau berkedip-kedip di balik kegelapan, seramnya bukang
kepalang. 20 Ku See berteriak keras, sepasang lengannya diputar sekenanya,
bahkan kadangkala sepasang kakinya ikut melancarkan tendangan
berantai, pokoknya setiap kali ada bayangan hitam mendekatinya, serangan segera
dilancarkan secara ngawur.
Akhirnya ia mendapat kesempatan untuk melepaskan diri dari
kurungan tengkorak-tengkorak hidup itu. Tanpa berpikir panjang dia lantas putar
badan dan melarikan diri secepatnya.
Dalam ruangan gelap gulita sukar melihat kelima jari tangan
sendiri ini, dia sendiri tak tahu kemana akan pergi, pemuda itu cuma tahu lari
dan lari terus secara membabi buta.
Mendadak Ku See-hong merasa ada segulung angin dingin
berhembus datang dari arah belakang yang membuat tubuhnya
terpelanting dan jatuh berjumpalitan di udara, menyusul kemudian ia merasakan
badannya seakan-akan sedang meluncur jatuh ke
bawah dengan kecepatan luar biasa.
"Habis sudah riwayatku kali ini!" pekiknya diam-diam.
Dia sadar bahwa tubuhnya yang besar itu sedang terjerumus ke
dalam sebuah liang yang tak diketahui berapa dalamnya.
Ku See-hong menggerakkan tangannya kesana kemari secara
ngawur dengan maksud mencari pegangan, tapi usahanya selalu
gagal, maka akhirnya ia memperdengarkan jeritan anehnya yang
memekakkan telinga. Inilah jeritan atau rontaan terakhir dari
seseorang menjelang datangnya elmaut.
Daya luncur tubuhnya serta deruan angin yang terpancar keluar
membuat kesadaran pemuda itu lambat laun menjadi makin kabur.
Tapi jeritan kesakitan yang keras itu masih berkumandang keluar dari mulutnya.
"Blaaamm...!" satu benturan nyaring menggema di udara.
Ku See-hong merasakan tubuhnya terjatuh di atas sebuah benda
yang lunak sekali. 21 Dalam sekejap mata tubuhnya seakan-akan dikurung oleh
banyak sekali benang yang tipis tapi kuat. Dia bagaikan seekor ikan besar yang
terjebak di dalam jala, mau berkutik pun tak ada
gunanya. Rasa kaget yang luar biasa tadi sesungguhnya membuat
kesadarannya hampir punah.
Tapi sekarang, setelah dia tidak
mendengar lagi suaranya deruan angin yang tajam itu, maka
matanya pelan-pelan dipentangkan kembali.
Pemandangan pertama yang masuk dalam pandangannya adalah
tubuh sendiri yang terkurung di dalam jaring raksasa itu.
Hampir saja dia tidak percaya kalau dirinya masih hidup, tapi
ketika rasa girang itu meluap dalam hati, rasa sakit dan sedih menyelimuti pula
benaknya. Betul dia berhasil lolos dari
cengkeraman tengkorak-tengkorak hidup itu, tapi ia toh akan mati kelaparan juga
dalam jaring ini" Dengan sorot matanya yang tajam Ku See-hong mencoba untuk
mengawasi ruang bawah tanah yang aneh itu. Butiran permata
kelihatan berhamburan di atas dinding batu di sekeliling tempat itu, cahaya
tajam yang berkilauan itu membuat benda dalam ruang
bawah tanah itu dapat terlihat jelas.
Diam-diam ia menghela napas panjang sehabis melihat
kesemuanya itu, dia tak menyangka kalau di dunia ini masih
terdapat banyak sekali keanehan yang mencengangkan hati.
Kiranya ruang bawah tanah di mana ia berada sekarang
mempunyai kedalaman kira-kira lima-enampuluh kaki sehingga
bentuknya persis seperti sebuah sumur kuno yang sangat besar.
Jaring yang menjaring tubuhnya sekarang tergantung pada
ketinggian kurang lebih sepuluh kaki dari permukaan tanah.
Sedangkan jala raksasa itu sendiri tergantung pada tiga batang tiang besi yang
masing-masing lima kaki tingginya. Tiang tersebut dibuatnya sedemikian rupa
sehingga bisa digunakan untuk
mengembang-kempiskan jala di bawahnya.
22 Pada dasar ruang bawah tanah itu terdapat sebuah sumur kuno
berwarna hitam yang satu kaki luasnya. Letak sumur itu persis di bawah jala
raksasa itu. Ketika Ku See-hong mengawasi bagian yang lain, maka tanpa sadar dia
menjerit kaget. Apa yang sesungguhnya dia saksikan" Di sudut lain dari ruang
bawah tanah itu tergeletak tulang tengkorak manusia yang
berserakan di mana-mana.
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan suara pedih ia lantas bergumam seorang diri:
"Aaai .... Lewat beberapa hari lagi tentu aku pun akan berubah
menjadi sesosok tengkorak seperti itu."
Teringat akan kematian, tanpa terasa beberapa titik air mata
jatuh bercucuran membasahi pipinya. Ia bukan takut mati, tapi
merasa sedih karena setelah mati, sudah pasti dendam berdarah
ayah-ibunya tak akan terbalas lagi. Tapi berada dalam keadaan
demikian, apa pula yang bisa dia lakukan"
Menjerit kepada langit, langit tidak menjawab berteriak ke bumi, bumi tiada
berpintu, terpaksa dia harus berdiam diri untuk
menunggu datangnya maut yang akan merenggut nyawanya.
Suasana keheningan dan kesepian mencekam seluruh ruangan
bawah tanah. Dalam keadaan sunyi senyap begini, dia merasakan
kesedihan, ketakutan dan kengerian.
Kini Ku See-hong mulai merasa agak mendendam terhadap
manusia aneh yang berada dalam kuil itu, ia menganggap manusia aneh tersebut
terlalu keji, sadis dan tidak berperikemanusiaan. Tapi berpikir lebih jauh,
tanpa terasa dia harus menegur pula kepada diri sendiri:
"Semua kejadian ini toh berlangsung karena kesalahanku sendiri, bagaimana
mungkin aku bisa menyalahkan cianpwe yang berada
dalam kuil ini" Dia kan bersemedi dan mengasingkan diri di dalam kuilnya, tak
pernah melakukan kepada orang luar, sedangkan di depan kuil pun sudah tertera
tulisan - Siapa berani masuk bakal mampus" Aku
23 sudah tahu barang siapa masuk ke dalam kuil ini pasti akan mati, tapi nyatanya
aku nekad masuk juga. Lantas kalau bukan diri sendiri yang disalahkan, apakah orang lain yang musti disalahkan?"
Setelah berhenti sejenak, gumamnya lebih jauh:
"Aaaai , yang lebih menggemaskan adalah ketidak-becusanku
sendiri, mana tak punya ilmu silat yang lihay, dendam berdarah sedalam lautan
tak bisa dibalas lagi."
Ku See-hong yang sedang bergumam dan menyesal kepada diri
sendiri itu sama sekali tidak menyangka kalau waktu itu ada
sepasang mata yang cekung lagi mengawasi gerak-geriknya dari
balik kegelapan sana. Terdengar Ku See-hong sekali lagi menghela napas pedih,
gumamnya lebih jauh: "Menurut pendapatku locianpwe yang tinggal dalam kuil ini bisa berwatak begitu
aneh dan dingin tak berperasaan pasti disebabkan ia mempunyai pengalaman lagi
yang demikian memedihkan hatinya
sehingga dia merasa putus harapan. Aaai , apalagi kalau kudengar suara
nyanyiannya yang begitu memedihkan hati, meski aku masih belum memahami bait
lagunya, tapi aku tahu bait tersebut pasti merupakan suatu nyanyian yang sangat
meremukkan perasaan."
Setelah berhenti sebentar, mencorong sinar aneh dari balik mata Ku See-hong,
katanya lebih jauh, "Mungkin cianpwe ini seperti pula aku, mempunyai dendam
kesumat yang lebih dalam dari samudra."
Sesudah mengerutkan dahinya, sekali lagi dia menghela napas
panjang. "Aaaai... andaikata ia dapat menyelamatkan jiwaku dan
mengajarkan ilmu silat kepadaku. Thian di atas dan hati sanubariku sebagai
saksi, aku Ku See-hong pasti akan menyelesaikan keinginan hatinya...."
Bergumam sampai di situ, Ku See-hong segera menggelengkan
kepalanya berulang kali. 24 "Tidak, tidak. Sudah pasti persoalannya tidak menyangkut
masalah dendam sakit hati," katanya kembali, "Dalam dunia
persilatan dewasa ini, siapakah yang sanggup melawan kehebatan dari locianpwe
ini" Seandainya ia mempunyai musuh, sudah pasti musuh-musuhnya itu sudah habis
semua terbunuh olehnya...."
Sewaktu Ku See-hong bergumam sampai di situ, sepasang sorot
mata bercahaya hijau yang berada di balik kegelapan itu kembali menatapnya
tajam-tajam, sedangkan dalam hati kecilnya dia
berpikir: "Dugaan bocah itu tepat sekali, siapakah manusia di dalam dunia persilatan
dewasa ini yang berani mengganggu seujung rambut
lohu" Aaaai , tapi...."
Manusia di balik kegelapan itu kembali melenyapkan diri tanpa
menimbulkan sedikit suarapun.
Sementara itu Ku See-hong masih duduk termangu-mangu
seperti orang bodoh, lalu sekali lagi menghela napas sedih.
Akhirnya dia duduk bersila di dalam jala dan mengatur pernapasan.
Rasa ketakutan yang menterornya semalaman membuat pemuda
itu merasa sedemikian penatnya sehingga tanpa disadari dia telah terlelap tidur.
Entah berapa lama sudah lewat, tiba-tiba Ku See-hong
dibangunkan dari tidurnya oleh serentetan suara gemuruh yang
aneh sekali. Dalam kejut dan terkesiapnya, buru-buru Ku See-hong bangun
berduduk, kemudian mengawasi sekeliling tempat itu dengan sorot mata tajam. Akan
tetapi tiada sesuatu keanehan yang berhasil
dijumpainya. Tapi suara gemuruh tersebut kian lama kian bertambah besar,
suara pantulan yang dihasilkan dari dalam ruang bawah tanah
itupun seakan-akan terjadi pergolakan keras yang mengakibatkan timbulnya suara
deruan angin yang mirip suara guntur. Anehnya, 25
ternyata dalam ruang bawah tanah itu sama sekali tidak terasa
adanya hembusan angin. Tiba-tiba Ku See-hong menjerit kaget.
Ternyata ia telah menemukan bahwa suara keras yang terdengar tadi berasal dari
dalam sebuah sumur kecil di dasar ruang bawah tanah itu.
Dengan wajah terkejut bercampur tercekat Ku See-hong
mengawasi sumur kecil itu tanpa berkedip.
Dalam pada itu suara gemuruh tersebut makin lama semakin
cepat dan gencar. Ibaratnya semburan lahar di kepundan gunung
berapi, menyusul kemudian terjadinya gempa hebat dalam ruangan yang membuat
segala sesuatunya bergoncang keras.
Sedemikian besarnya kekuatan itu seakan-akan seluruh jagad
akan menjadi musnah, begitu menggetarkan perasaan orang
membuat sukma serasa terombang-ambing di tengah samudra.
"Bluuup. Bluuup. Bluuup!" letupan demi letupan yang beruntun
terjadi di udara. "Aaaah... suara ini adalah suara api!" pekik Ku See-hong dengan
suara tertahan. "Inilah api gas dari dalam perut bumi. Aduuuh, celaka! Habis
sudah riwayatku, kali ini aku pasti akan mampus
dengan tubuh tak berwujud lagi."
Di tengah suara letupan demi letupan yang menggelepar di udara itulah, bagaikan
sebuah gunung berapi kecil, dari balik sumur kecil itu menyembur keluar kobaran
api yang menjilat-jilat setinggi enam-tujuh kaki tingginya, bahkan mengikuti
suara letusan-letusan yang beruntun itu, kobaran api kian lama kian bertambah
dahsyat. Ku See-hong yang berada di dalam jala ibaratnya seekor anak
kijang yang dipanggang. Dia dipanggang hidup-hidup dari bawah
secara keji. Sekalipun jilatan api besar itu tidak sampai membakar tubuh Ku See-hong, namun
hawa panas yang luar biasa besarnya itu cukup
memberikan penderitaan dan siksaan yang hebat baginya.
26 Berada dalam jala, Ku See-hong bergelindingan kesana kemari
seperti monyet makan terasi, bahkan tiada hentinya memperdengarkan suara rintihan kesakitan yang hebat.
Dengan sekuat tenaga Ku See-hong meronta dan menggetarkan
jala itu keras-keras dengan harapan bisa merobek jala itu dan terjun ke dalam
kobaran api, sehingga dapat mati dengan cepat.
Siapa tahu jala raksasa itu justru terbuat dari serat ulat sutera yang dipintal
bersama emas. Meski lunak dan empuk, tapi kuatnya bukan kepalang.
Sudah barang tentu harapannya tak bisa
terpenuhi. Ku See-hong yang masih muda belia ini terpaksa harus menerima
siksaan berat yang tak akan pernah dialami orang lain. Jilatan api yang membara
menyerang dan menyengat badannya terus menerus
tanpa hentinya. Tapi anehnya, kobaran api yang menyembur keluar itu demikian
kerasnya sehingga sama sekali tidak mengandung asap.
Kalau tidak, mungkin sedari tadi si anak muda itu sudah mati sesak oleh asap yang
tebal. Kulit badan di sekujur tubuh Ku See-hong telah terpanggang
sehingga berubah warnanya menjadi merah membara. Panas, perih
dan sakitnya luar biasa, tapi rambut dan bajunya sama sekali tidak menunjukkan
tanda-tanda hangus atau ikut terbakar. Kenyataan ini memang sedikit agak aneh.
Napas Ku See-hong mulai terengah-engah, aliran darah di
sekujur badannya mengalir semakin keras dan mendidih hebat. Dia bergulingan
kesana kemari berusaha mengurangi penderitaannya.
Tapi usaha tersebut hanya sia-sia belaka, sebab sengatan hawa
panas yang menyerang badannya kian lama kian bertambah
dahsyat. Kobaran api yang tak berperasaan, makin lama membara
semakin dahsyat. Suhu udara makin meninggi dan hawa panas
menyesakkan napas. 27 Ia sudah tidak sanggup lagi untuk merasakan penderitaan yang
sedemikian hebatnya itu. Akibatnya setelah memperdengarkan
jeritan ngeri yang memilukan hati semacam jeritan menjelang
kematian, sekujur badannya bergulingan kesana kemari dengan
sekarat. Ku See-hong merasa darah dalam tubuhnya seakan-akan telah
mongering. Sekujur tulang belulangnya seperti mau retak dan
hancur berkeping-keping karena kepanasan, di sana-sini sudah
mulai bermunculan bagian tubuh yang hangus dan menyiarkan bau
busuk. Lama kelamaan.... Sekarang hidung Ku See-hong dengan tajam dapat mengendus
bau daging yang hangus. Baunya bukan kepalang lagi, sekuat
tenaga, dia bergulingan lagi kesana kemari berusaha meronta dan melepaskan diri
dari siksaan, tapi lambat laun rontaannya itu makin lamban... makin lamban dan
akhirnya berhenti sama sekali.
Siapa tahu pada saat itulah, di kala jiwanya sudah kritis dan
berada di ujung tanduk, mendadak dari sumur kecil itu meledakkan segumpal
kobaran api yang maha besar, menyusul kemudian di ringi serangkaian suara
gemerutukan, jilatan api panas itu lenyap tak berbekas dan suasana pun pulih
kembali dalam keheningan.
Hawa panas dalam ruang bawah tanah itupun dengan cepat
membuyar kemana-mana, dalam waktu singkat suasana seram
kembali menyelimuti sekeliling tempat itu.
Dada Ku See-hong naik turun tiada hentinya. Sepasang matanya
menjadi merah membara, mulutnya memperdengarkan suara
rintihan kesakitan, sedang kesadaran otaknya sudah makin kabur.
Dalam keadaan antara sadar dan tak sadar ini, Ku See-hong
hanya bisa berpikir di hati:
"Oooh, Thian, mengapa Kau tidak cepat-cepat biarkan aku mati
saja" Mengapa Kau harus menggunakan cara sekeji ini untuk
menyiksa diriku" Apakah nyawaku benar-benar sedemikian tidak
berharganya...?" 28 Tiba-tiba telinga Ku See-hong mendengar suara mengalirnya air.
Dengan cekatan dia meronta dan bangun berduduk. Dengan sorot
mata ngeri diawasinya sumur kecil itu tak berkedip.
Pada waktu inilah, jala raksasa yang mengurung Ku See-hong itu seakan-akan
dikendalikan oleh seseorang. Pelan-pelan meluncur ke bawah, langsung masuk ke
dalam sumur kecil itu. Ku See-hong
segera tahu bahwa siksaan yang lebih keji telah berada di ambang pintu, tapi
saat itu jangankan melawan, tenaga untuk meronta
sudah tidak dimilikinya lagi, apalagi ia masih terkurung di dalam jala tersebut.
Terpaksa dia hanya bisa pasrah, membiarkan nasib buruk macam apapun menimpa
dirinya. Titik-titik air mata kembali meleleh keluar membasahi wajah
pemuda itu. Kejadian mengenaskan yang pernah dialaminya di
masa kecil dulu sekarang terbayang kembali dalam benaknya. Ia
merasa seakan-akan menyaksikan seorang lelaki dan seorang
perempuan yang bermandi darah sedang meratap, meronta di
dalam neraka. "Aduuuhh.... Dingin sekali!"
Ku See-hong menjerit dengan mengenaskan, sekujur badannya
gemetar keras karena kesakitan.
Waktu itu, jala tersebut telah diceburkan ke dalam sumur kuno
yang amat dalam itu. Ternyata air dalam sumur adalah air yang
dinginnya bagaikan es. Padahal kulit badan di sekujur tubuh Ku See-hong sedang
merasa kesakitan hebat lantaran digarang dengan api, begitu
direndam di dalam air yang dinginnya bagaikan es ini, kontan saja penderitaan
yang dialaminya itu membuat dia tak sanggup menahan diri.
Tragisnya jala yang tak berperasaan itu justru menyusut semakin kecil pada waktu
itu. Menyusut sedemikian rupa sehingga luasnya hanya cukup bagi pemuda itu untuk
berdiri kaku. Maka dari itu
sekalipun Ku See-hong tak kuat menahan siksaan air dingin yang menyayat badan,
ia sama sekali tak berdaya untuk meronta.
29 Lambat laun darah yang mengalir di dalam tubuh Ku See-hong
makin membeku. Sekujur tubuhnya tegak kaku dan mengeras
seperti batu, napasnya semakin lirih sedangkan sorot matanya mulai kabur dan
termangu-mangu seperti orang bodoh.
Dia hampir mati kedinginan, untuk sesaat tubuhnya sama sekali
tak mampu berkutik lagi. Di kala kesadaran Ku See-hong sudah hampir mulai punah,
pelan-pelan jala raksasa dikerek naik lagi ke atas dan meninggalkan permukaan
ruang bawah tanah itu setinggi sepuluh kaki.
Sungguh kasihan Ku See-hong, sepasang matanya terpejam
rapat-rapat, sekujur badannya kaku karena kedinginan, tubuhnya berdiri kaku tak
mampu berkutik, mukanya pucat pias sama sekali tak berdarah.
Keadaannya waktu itu tak jauh berbeda dengan
sesosok mayat. Suasana dalam ruang bawah tanah itu pulih kembali dalam
keheningan yang luar biasa, suasana seram dan menggidikkan hati mulai
menyelimuti sekeliling tempat itu.
Mendadak dari atas langit-langit ruang bawah tanah itu
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkumandang kembali suara pekikan aneh yang menyeramkan.
Suara itu bagaikan tangisan setan atau lolongan serigala, pokoknya begitu
seramnya suara itu sehingga sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Suara pekikan itu menggetarkan seluruh ruangan bawah tanah
seperti ada berpuluh ribu ekor kuda yang lari bersama saja,
membuat perasaan orang tercekam dalam keadaan yang luar biasa.
Menyusul pekikan nyaring itu, dari langit-langit ruang bawah
tanah yang tingginya lima enam puluh kaki itu melayang turun
sesosok bayangan manusia. Tubuhnya begitu enteng seperti bulu.
Dengan ringannya, bagaikan sukma gentayangan dia melayang
turun ke atas tiang di mana jala itu tergantung.
30 Manusia aneh bagaikan sukma gentayangan ini mempunyai
rambut yang terurai awut-awutan, mukanya putih seperti mayat.
Keadaannya sangat menyeramkan.
Mata kirinya cacad sebelah dan tinggal sebuah lubang yang
kosong, lengan kanannya kutung, sedangkan sepasang kakinya
sebatas lutut ke bawah sudah membusuk dan tak karuan
keadaannya, sehingga kelihatan tulang tengkoraknya yang
berwarna putih. Keadaan tersebut sangat mengerikan, membuat
orang menjadi tak tega untuk memandang lebih jauh.
Manusia aneh itu menghembuskan napas panjang, lalu
mengeluarkan tangan kirinya yang kurus kering tinggal kulit
pembungkus tulang itu untuk menghantam pelan ke ujung tiang di ujung sebelah
depan. "Pluuuk...!" benturan nyaring terjadi.
Mendadak jala itu menyebar dan membentang lebar sehingga
tubuuh Ku See-hong yang kaku itu terjatuh dan roboh terkapar di atas jala. Ia
masih belum bisa berkutik sama sekali.
Tidak Nampak gerakan apa yang digunakan tahu-tahu manusia
aneh itu sudah berada di sisi Ku See-hong.
Gerakan tubuhnya ibarat sukma gentayangan, membuat ia kelihatan semakin
mengerikan. Pada hakekatnya belum pernah ada jago silat dalam
dunia persilatan yang memiliki ilmu sakti sedahsyat itu.
Dengan sebuah matanya yang hijau bercahaya, manusia aneh itu
mengawasi sekejap sekujur badan Ku See-hong.
Sekulum senyuman segera menghiasi wajahnya yang menyeringai aneh itu.
Mungkin senyuman tersebut baru pertama kali ini diperlihatkannya setelah lenyap
selama berpuluh tahun lamanya.
Tiba-tiba senyuman manusia aneh itu lenyap kembali, wajahnya
berubah kembali menjadi dingin menyeramkan, membuat orang
merasakan hatinya bergidik bila berjumpa dengannya.
31 Kemudian manusia aneh itu merentangkan kelima jari tangannya
lebar-lebar. Dengan gerakan aneh secara beruntung dia totok
dalam nadi penting Jin dan Tok-meh di tubuh anak muda itu.
Kemudian didudukkannya Ku See-hong di atas jala.
Lengan kirinya pelan-pelan diangkat dan dengan lima jari yang terbentang lebar dia
ancam jalan darah Sing Cong, Leng-siu, Sin-hong, Poh-long, dan Yu-bun. Lima buah
jalan darah penting di badan pemuda itu.
"Sreeet... sreeet...!"
Lima gulung cahaya putih memancar keluar dari ujung jari
manusia aneh itu dan menyambar secara telak ke setiap jalan darah tadi. Begitu
jalan darahnya terserang secara telak, sekujur badan Ku See-hong gemetar keras,
tapi dengan cepat menjadi kaku
kembali. Kelima jari tangan manusia aneh itu kembali beralih ke arah lima jalan darah
Tong-kok, Sang-si, Im-tok, Bong-gi, Tiong-cu, lima buah jalan darah penting di
bagian tubuh yang lain. "Ceeesss," lima gulung cahaya putih kembali memancar keluar
dari kelima jari tangannya dan menyambar kelima buah jalan darah tersebut secara
telak. Seperti keadaannya tadi, Ku See-hong
gemetar lagi beberapa kali kemudian kaku kembali seperti semula.
Begitu secara beruntun manusia aneh itu melancarkan beberapa
kali serangan cahaya putih dan menghajar semua jalan darah
penting di sekujur badan pemuda itu.
Beberapa waktu kemudian, manusia aneh itu baru bangkit
berdiri, menghembuskan napas panjang dan dari dalam sakunya
mengeluarkan sebutir pil berwarna merah yang dicekokkan ke
dalam mulut Ku See-hong. Di kala semua pekerjaannya telah selesai, kembali manusia aneh itu berpekik
nyaring, lengan kirinya berputar membentuk sebuah gerak lingkaran, lalu seperti
bulu ayam badannya dengan enteng melayang kembali naik ke atas langit-langit.
32 Pada saat tubuh manusia aneh itu melayang keluar dari ruang
bawah tanah, jala raksasa tadi pelan-pelan mengecil kembali
sebagaimana keadaan tadi. Tubuh Ku See-hong disekap kembali
tegak lurus hingga sama sekali tak sanggup berkutik lagi.
"Blaaamm...!" dari atas dinding ruangan yang licin, tiba-tiba
meluncur sebatang toya besar berwarna hitam, kemudian....
"Blaaam...!" menghajar keras-keras di atas tubuh pemuda itu.
"Weesss," dari arah lain kembali muncul sebatang toya yang
secara cepat dan keras menghantam pula punggung pemuda itu
keras-keras. "Blaaam!" Benturan keras kembali terjadi.
Namun ketika itu Ku See-hong masih belum sadar dari
pingsannya, sekalipun sepasang toya itu menghajar punggungnya
keras-keras, ia tidak merasakan sakit sedikitpun juga, malah
sebaliknya jala raksasa yang tergantung di tengah udara itu
berputar setengah lingkaran.
Rupanya alat rahasia penggerak toya itu sudah dijalankan.
Seperti titiran air hujan, pukulan demi pukulan berhamburan ke atas badan Ku
See-hong dan menimbulkan serangkaian irama yang
nyaring. Anehnya, kedua toya itu tidak menghajar di satu tempat saja,
melainkan atas bawah tak menentu.
Daya pukulan dari setiap pukulan toya itu kerasnya bukan kepalang, ini bisa dilihat dari desingan angin
yang dibawa dalam setiap ayunan toya tersebut.
Andaikata orang biasa yang termakan pukulan itu, jangan heran
kalau orang itu tak akan sanggup untuk bangun lagi selama-
lamanya. "Aduuuhh...!" pekikan kesakitan bergema memecahkan keheningan dalam ruangan itu.
Saking sakitnya oleh pukulan toya itu, Ku See-hong sampai
tersadar dari pingsannya. Padahal daging badannya yang terbakar oleh api,
kemudian terendam dalam air tadi, masih sakitnya bukan 33
kepalang. Bisa dibayangkan bagaimana akibatnya bila dihajar
kembali oleh ayunan toya yang demikian kerasnya itu.
Siksaan semacam itu betul-betul kejam dan tak berperikemanusiaan. Jangankan tubuh Ku See-hong yang hanya
terdiri dari darah daging, sekalipun terbuat dari baja pun lama-kelamaan tak
akan tahan juga. Tak heran kalau ia menjerit-jerit kesakitan seperti babi yang
mau disembelih. Tapi sekujur tubuh Ku See-hong sudah terbelenggu dalam
pengepresan jala raksasa itu hingga sama sekali tak berkutik, sama sekali tak
bisa meronta. Dia hanya pasrah dan membiarkan hujan toya yang tidak berperasaan
itu menghajar tubuhnya habis-habisan.
Jerit kesakitan dan suara pukulan toya bercampur aduk menjadi
satu membentuk serangkaian irama yang aneh. Ku See-hong betul-
betul tidak tahan lagi, dia mulai menjerit-jerit seperti tangisan setan di
tengah malam buta. Dalam suasana hening semacam ini,
teriakan-teriakan itu kedengaran mengerikan dan mendirikan bulu roma siapapun.
Hampir semua kulit badannya sudah pecah dan terluka. Darah
kental membasahi seluruh badan anak muda itu, kulit wajahnya
mengejang keras menahan penderitaan yang luar biasa, rambutnya awut-awutan
seperti setan, keadaan seperti itu tak ubahnya seperti sukam gentayangan yang
baru disiksa dalam neraka.
Ku See-hong menggigit bibirnya menahan semua siksaan dan
penderitaan yang telah dilimpahkan Thian kepadanya itu.
Lebih kurang sepeminum teh kemudian, agaknya sepasang toya
itu sudah merasa puas dengan pukulan-pukulannya.
Mendadak gerak serangan itu terhenti dengan sendirinya.
Begitu pukulan berhenti, jala raksasa itu pun membentang lebar.
Sesudah mengalami siksaan serta hajaran setiap waktu, Ku See-
hong sungguh merasakan tubuhnya lelah tak bertenaga lagi.
Dengan lemas dia berbaring di atas jala sambil terengah-engah.
Selang sejenak kemudian, dengan air mata bercucuran dia baru
termenung sambil melamun.
34 Entah dosa besar apa yang kulakukan dalam kehidupanku di
alam dunia masa lalu" Mengapa Thian telah melimpahkan siksaan
ala neraka ini kepadaku"
Berpikir sampai di situ ia merasa matanya berat sehingga tanpa disadarinya, dia
tertidur kembali. Tapi... siapa pula yang menyangka kalau Ku See-hong ketika itu
sesungguhnya sedang melatih semacam ilmu silat yang tiada
keduanya di kolong langit"
Untuk menjadi seorang yang sukses, bukan kecil perjuangan
yang dibutuhkannya. Betul Ku See-hong mengalami siksaan dan
penderitaan yang berat saat ini, ... tapi hasil yang berhasil diraihnya di
kemudian hari membuat ia akan merasa bahwa pengorbanannya
saat itu sangat berharga sekali.
Satu hari lewat tanpa terasa, di kala Ku See-hong masih terlelap dalam tidurnya,
tiba-tiba kembali berkumandang suara gemuruh
yang sanggat mememekikkan telinga. Dengan perasaan kaget dia
tersadar kembali dari tidurnya.
Sesudah ada pengalaman satu kali, dia tahu bahwa tubuhnya
kembali akan menerima siksaan dari semburan api dari bawah
ruangan sana. Dengan dahi berkerut tapi sinar mata memancarkan kebulatan
tekadnya, sambil menggertak gigi keras dia siap
menerima siksaan tersebut.
Semburan api kembali memancar keluar dari dalam sumur.
Kobaran api yang tak berperasaan mulai memanggang anak muda
itu tanpa ampun. Tapi kali ini dia tidak menjerit-jerit lagi. Bukan berarti
badannya tidak merasa sakit lagi, sebaliknya justru siksaan yang dialaminya kali
ini seratus kali lipat jauh lebih dahsyat. Sebab dia tahu kalau nasibnya sudah
ditetapkan demikian, kemudian pada akhirnya tak akan lolos dari kematian,
jeritan-jeritan menjelang saat kematiannya hanya akan memperlihatkan kelemahan
sendiri, maka dia hanya menahan penderitaan itu dengan mulut membungkam.
Tak lama kemudian semburan api telah padam, menyusul air
sumur yang dingin merendam sekujur badannya. Bagaimanapun
35 kerasnya watak Ku See-hong, setiap kali setelah menerima siksaaan air dingin,
dia pasti jatuh tak sadarkan diri dan kedinginan sampai membeku badannya.
Lalu hujan pukulan toya pun menghajar seluruh badannya
sampai penuh dengan luka dan darah kental bercucuran dari manamana.
Semburan api, rendaman air dan pukulan toya, tiga macam
siksaan dahsyat itu hampir selama 7 hari lamanya menyiksa tubuh Ku See-hong.
Setiap hari pemuda itu tentu akan merasakan satu
kali kenikmatan tersebut.
Ketika tujuh hari sudah lewat, keadaan Ku See-hong sudah tidak mirip dengan
manusia lagi. Napasnya sangat lemah, sinar matanya pudar, sekujur badannya lemas
dan tak bertenaga, dia sudah tak mampu menggunakan tenaganya lagi. Menerima
siksaan api, air dan pukulan, tiga macam siksaan ala neraka ini, dia boleh dibilang hampir saja
selalu tak sadarkan, bahkan nyaris tak akan bisa
bangun lagi untuk selama-lamanya.
-oo0dw0oo- Jilid: 02 SETELAH lewat tujuh hari tujuh malam, tiba-tiba Ku See-hong
berangsur-berangsur menjadi sadar kembali.
"Haaah!" dengan kejut bercampur keheranan dia berseru
tertahan, bagaikan sedang mengigau, dia bergumam, "Kenapa aku
belum mati" Kenapa aku bisa berbaring di sini?"
Ternyata ketika itu Ku See-hong sudah tidak berbaring di atas
jala lagi, melainkan berbaring di atas sebuah pembaringan kuno.
Dengan cepat dia melompat bangun, kemudian dengan sorot mata
yang tajam dan dingin menyapu sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian gumamnya lebih jauh:
36 "Heran, bukankah badanku sudah tersiksa oleh semburan api,
rendaman air dingin dan pukulan toya sehingga tidak berbentuk
manusia lagi" Mengapa aku tidak merasakan kesakitan apa-apa
sekarang?" Buru-buru Ku See-hong menundukkan kepalanya dan memeriksa
sekujur badannya, tapi lagi-lagi dia menjerit kaget.
"Mengapa sekujur badanku tidak meninggalkan bekas luka apa-
apa" Bahkan tampak putih bersih, dan halus" Jangan-jangan aku
lagi bermimpi?" Dari balik sinar mata Ku See-hong pelan-pelan muncul sebercak
sinar gembira, dia merasa gembira sekali karena dapat hidup
kembali bahkan sinar kehidupannya makin lama semakin kuat.
Akhirnya dia mengangkat tangan kanannya dan menampar
mulutnya keras-keras untuk membuktikan bahwa apa yang
dialaminya sekarang bukan berada dalam alam impian.
-odwoo- Bab 2 PLOK! Sebuah tamparan yang pelan tapi mantap membuat
ujung bibirnya segera mengucurkan darah, itulah rasanya darah
yang amis dan membawa rasa asin.
Kesemuanya ini menunjukkan kalau dia masih hidup, tapi Ku
See-hong tidak berteriak ataupun bersorak kegirangan, malah
otaknya menjadi dingin dan tenang. Otaknya berputar keras untuk menemukan alasan
di mana terletak keanehan yang telah
dialaminya selama ini. Mendadak....
Serentetan suara tertawa dingin yang menyeramkan dan
berbunyi tinggi melengking bagaikan hembusan angin dingin dari gudang salju,
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkumandang dalam ruangan itu.
Menyusul kemudian, terdengar seorang berkata dengan suara yang dingin
merasuk tulang: "Bocah muda, kau sudah sadar" Heehh...heehh...heehh... Kemari, sebelum meninggal lohu ada
beberapa persoalan hendak disampaikan kepadamu."
37 Ucapan itu berhawa dingin dan diucapkan sepatah demi sepatah
bagaikan jeritan setan, suaranya menusuk pendengaran dan
membuat bulu kuduk orang pada bangun berdiri.
Sepasang sorot mata Ku See-hong yang tajam bagaikan sembilu
itu segera dialihkan ke arah pintu lain dalam ruangan itu, wajahnya sama sekali
tanpa emosi, sahutnya pelan: "Locianpwe, boanpwe Ku See-hong segera akan datang
menjumpaimu." Ku See-hong sudah tahu bahwa selembar jiwanya telah ditolong
oleh manusia aneh dalam kuil itu, bahkan dia mengerti, semua
siksaan bagaikan dalam neraka yang dialaminya tadi tak lebih hanya suatu
percobaan yang diberikan manusia aneh itu kepadanya. Maka dia tidak membenci
manusia aneh itu, dia hanya merasa watak
manusia aneh itu sedemikian anehnya sehingga agak rahasia dan
misterius. Dari balik ruangan kembali terdengar suara manusia aneh itu
bergema, tapi suaranya masih begitu dingin bagaikan es dan sama sekali tidak
membawa nada manusia. "Bocah cilik. Ehmm... Ku See-hong, kau adalah satu-satunya
manusia dalam dunia dewasa ini yang bisa bertemu muka dengan
lohu, untuk ini kau bisa merasa amat bangga."
Mendengar ucapan tersebut, Ku See-hong mengernyitkan alis
matanya, ia merasa ucapan manusia aneh itu terlampau latah dan angkuh, dengan
nada tak puas segera serunya:
"Locianpwe, sewaktu kau masih berkelana di dalam dunia
persilatan, apakah belum pernah ada orang yang bisa berjumpa
denganmu?" Tiba-tiba manusia aneh itu memperdengarkan suara tertawa
panjangnya yang mengerikan.
Suara itu tinggi melengking dan
memekikkan telinga membuat pemuda itu merasakan badannya
gemetar karena kaget. Selesai tertawa dengan suara dingin
menyeramkan orang itu berkata lagi,
38 "Semenjak kematian lohu pada dua puluh tahun berselang,
belum pernah ada orang yang bisa bertemu muka lagi dengan
lohu." Mendengar ucapan tersebut, kontan saja bulu kuduk Ku See-
hong pada berdiri semua, bila ucapannya benar, bukankah berarti manusia aneh itu
adalah sukma gentayangan atau sebangsa
manusia halus" Mungkin benar demikian, sebab ucapannya juga terasa bukan
suara manusia biasa. Tanpa terasa Ku See-hong terbayang kembali akan tengkorak-
tengkorak hidup yang berada dalam Pek Kut Yu Hun itu. Rasa kaget dan ngeri
segera berkecamuk dalam dadanya, tanpa terasa
sepasang kaki dan sekujur badannya menggigil keras.
"Hmm... Manusia yang tak becus," damprat manusia aneh itu
dengan suara dingin, "Apakah bedanya antara manusia dan setan"
Coba lihat begitu ketakutannya kau mendengar perkataanku
barusan, bagaimana mungkin kau bisa membalaskan sakit hati
ayah-ibu-mu?" Dampratan tersebut ibaratnya suara Guntur yang menggelegar di
siang hari bolong. Seketika itu juga membuat Ku See-hong tertegun dan menjadi
malu sendiri. Tanpa memperdulikan lagi apakah orang itu manusia atau setan,
dengan cepat dia menyelinap ke dalam
ruangan itu seraya berseru,
"Locianpwe... Ku See-hong akan datang!"
"Kreeekk... kreeekk..." suara pintu yang nyaring menggema
memecahkan keheningan. Dengan sorot mata tajam Ku See-hong dapat memandang ke
dalam sana, dengan cepat (matanya)menangkap (satu) kaki yang
tinggal tulang kerangka berwarna putih itu.
Tak terlukiskan rasa terkejutnya pemuda itu... pelan-pelan sorot matanya dialihkan
ke atas, dengan cepat dia menangkap seraut
wajah yang menyeringai mengerikan.
39 Waktu itu, manusia aneh tersebut sedang mementangkan
mulutnya sambil mengerutkan kulit wajahnya, kemudian, "Heeehh...
heehh..." memperlihatkan senyumnya yang mengerikan.
Bagaimanapun besarnya nyali Ku See-hong, tak urung bergidik
juga hatinya setelah menyaksikan tampang (wajah) itu. Seluruh
badannya kembali gemetar keras, rasa kaget, gugup dan tegang
segera menyelimuti wajahnya yang tampan itu. Meski demikian, dia enggan untuk
memperlihatkan rasa takutnya di hadapan orang itu.
Dengan langkah lebar ia berjalan ke dalam ruangan, menjura seraya berkata
nyaring: "Boanpwe Ku See-hong, datang menghunjuk hormat buat
cianpwe." Sehabis berkata, dia lantas bertekuk pinggang dan
menjura dalam-dalam kepada orang itu.
Suara pembicaraan manusia aneh itu berubah menjadi agak
halus dan hangat, pujinya:
"Punya nyali. Benar-benar punya nyali....
Tidak malu untuk menjadi pemegang pucuk pimpinan dalam dunia persilatan pada
masa mendatang...." Ku See-hong merasa amat terkejut mendengar ucapan tersebut,
sebab dari balik perkataan manusia aneh itu, lamat-lamat dia dapat menangkap
maksud yang lebih mendalam lagi di balik perkataan itu.
Bukankah dia mengartikan bahwa selanjutnya dialah yang akan
menentukan mati hidup orang-orang persilatan..."
Waktu itu, di hati kecil Ku See-hong sudah tidak tercekam oleh perasaan takut
lagi, dengan hormat ia berkata:
"Cianpwe terlalu memuji, boanpwe tak berani untuk menerimanya." Manusia aneh itu mendengus dingin,
"Hmmm.... Kau adalah satu-satunya manusia yang pernah kupuji
sepanjang hidupku, apakah kau masih belum puas...?" katanya
dingin, "Untuk sementara waktu, duduk dulu di atas bangku itu...."
40 Ku See-hong berpaling mengikuti arah yang ditunjuk manusia
aneh itu, tapi ketika sorot matanya menangkap benda yang
dimaksudkan, ia menjadi melongo.
Yaa, kursi apaan itu" Pada hakekatnya tidak lebih adalah suatu benda berbentuk
segi empat yang terdiri dari tumpukan tulang
tengkorak manusia. Tapi Ku See-hong tidak menjerit, wajahnya juga tidak
menunjukkan sikap aneh, malah dengan berlapang dada segera
duduk di atas tengkorak kepala manusia itu.
Dengan cepat ia merasakan munculnya segulung hawa dingin
yang sangat aneh muncul dari atas tulang tengkorak itu dan
langsung menyergap ke atas ubun-ubunnya. Ini, membuat seluruh
badannya menjadi kedinginan setengah mati.
Tapi aneh sekali.... Tiba-tiba Ku See-hong merasakan timbulnya segulung hawa
aliran panas dari dalam pusarnya dan langsung menyusup ke
seluruh bagian tubuhnya itu.
Dalam waktu singkat hawa dingin yang menyusup masuk lewat
pantatnya tadi dapat teratasi, bahkan hawa dingin itu segera
menjadi lenyap tak berbekas.
Menerang sinar hijau dari balik mata si manusia bermata tunggal itu. Diawasinya
semua perubahan pada diri Ku See-hong tanpa
berkedip, kemudian kepalanya manggut-manggut berulang kali.
Tapi pada saat itulah, di atas pantat Ku See-hong tiba-tiba terjadi lagi suatu
perubahan yang sangat aneh.
Sekarang dia merasa seakan-akan sedang duduk di atas pelat
besi yang sedang panas membara.
Sekujur tubuhnya gemetar keras, hawa darah dalam tubuhnya mendidih dan bergolak keras,
seakan-akan sedang digarang oleh semburan api saja. Tersiksanya bukan kepalang....
41 Ku See-hong tahu, dia sedang dicoba oleh manusia keji itu,
mengapa pula dia harus memperlihatkan rasa ketakutannya.
Karena itu sambil berusaha keras menahan penderitaan yang luar biasa, ia tetap
duduk di situ sambil menahan diri. Dalam waktu singkat sekujur badannya sudah
basah kuyub bermandikan keringat.
Di kala Ku See-hong sudah mulai merasa hampir tidak tahan oleh serangan hawa
panas yang menyerang datang secara gencar itu,
suatu kejadian aneh tiba-tiba kembali terjadi.
Mendadak Ku See-hong merasakan mengalir keluarnya segulung
hawa dingin bagaikan es dari dalam pusarnya dan secepat kilat
mengalir ke seluruh bagian tubuhnya. Dengan munculnya hawa
dingin itu, dengan cepat dia merasakan betapa hawa panas yang
meyiksa tubuhnya tadi tersapu lenyap hingga tak berbekas. Kini badannya menjadi
segar dan nyaman kembali.
Mimpipun Ku See-hong tidak menyangka kalau di dalam
pusarnya telah terdapat dua macam tenaga aliran yang sama sekali berlawanan.
Diam-diam Ku See-hong menghela napas panjang,
hampir tertegun pemuda itu karena menghadapi keanehan yang tak terduga tersebut.
Tiba-tiba ... manusia aneh itu membentak keras, tangan kirinya
yang kurus kering itu terayun ke depan dan secara beruntun
melepas tiga buah serangan berantai ke tubuh pemuda itu.
Di mana serangan itu dilancarkan, gulungan hawa pukulan yang
sangat dahsyat segera menghembus kencang di dalam ruangan itu.
Bagaikan bukit karang yang berguguran, angin puyuh yang
mahadahsyat itu dengan cepat menggulung ke atas badan Ku See-
hong. Sedemikian dahsyatnya tenaga serangan ini. Seakan-akan dunia
mau kiamat saja rasanya. Menghadapi serangan yang demikian gencarnya itu, paras muka
Ku See-hong segera berubah hebat.
Dia tidak mengira kalau manusia aneh itu bakal melancarkan serangan mematikan ke
arahnya, apalagi setelah menyaksikan tenaga serangan orang yang 42
begitu kencang bagaikan sebuah jala besar yang menggulung tiba dari empat arah
delapan penjuru itu. Hampir pecah nyali anak
muda tersebut. "Habis sudah riwayatku! Habis sudah riwayatku!" pekik Ku See-
hong di dalam hatinya "... tak kusangka setelah berhasil lolos dari siksaan api,
air dingin dan pukulan toya, akhirnya aku toh akan mati pula di ujung tangan
manusia aneh yang keji ini."
Beberapa titik air mata tanpa terasa bercucuran keluar
membasahi pipinya. Pemuda itu tidak meronta, tidak pula
menghindar, dia hanya memejamkan matanya, pasrah kepada
nasib. Padahal sekalipun dia ingin menghindarkan diri juga
percuma, sebab tak nanti ia akan berhasil untuk menghindarkan diri dari
serangkaian serangan gencar yang luar biasa itu.
Hawa pukulan yang kuat dan dahysat dengan cepatnya
mengurung seluruh badan Ku See-hong dari mana-mana, agaknya
sebentar lagi pemuda itu akan terhajar telak oleh serangan dahsyat itu....
Pada detik yang paling akhir itulah, mendadak Ku See-hong
merasakan hawa murni yang berada di dalam tubuhnya bergolak
sangat keras, menyusul kemudian muncul segulung hawa murni
yang aneh menyebar ke seluruh badannya dan menyusup ke luar
lewat pori-pori badannya dan menyongsong datangnya serangan
itu.... "Blaaammm...! "
Di tengah benturan keras yang amat memekikkan telinga, Ku
See-hong hanya merasakan hawa darah di dalam badannya
mengalami suatu pergolakan yang keras sekali.
Menyusul kemudian.... "Blaaamm! Blaaamm! Blaaamm!"
Ledakan demi ledakan menggelegar secara beruntun di udara
dan menggetarkan seluruh angkasa. Hawa pukulan yang berhembus
datang dari empat penjuru itu, seketika membuyar dan lenyap tak 43
berbekas. Ku See-hong menjadi terbelalak matanya karena terkejut menghadapi
serentetan kejadian yang sangat aneh itu. Untuk
beberapa saat lamanya dia hanya bisa duduk di atas tengkorak
kepala manusia itu sambil termangu.
Mendadak manusia aneh itu mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak, suara tertawanya itu penuh mengandung
perasaan girang gembira dan bangga. Kemudian sambil berhenti
tertahan katanya: "Ku See-hong, kau memang tidak menyia-nyiakan harapan lohu.
Sekarang kau telah berhasil melatih ilmu khikang Kan-Kun Mi-Siu yang tiada
keduanya dalam dunia persilatan dewasa ini."
Setelah mendengar ucapan itu, Ku See-hong baru seperti
tersadar kembali dari lamunannya. Dengan cepat ia menjatuhkan
diri berlutut dan menyembah sebanyak tiga kali di depan manusia aneh itu.
"Suhu di atas, maafkanlah tecu karena tak tahu jika kau orang
tua secara diam-diam telah mewariskan ilmu sakti tersebut
kepadaku. Budi kebaikan yang amat besar ini entah dengan cara
apa tecu harus membayarnya?"
Paras muka manusia aneh itu berubah menjadi dingin bagaikan
es... dengan suara serak katanya:
"Siapa yang menjadi gurumu" Selama hidup lohu tak pernah
menerima murid. Bila kau berani memanggil suhu lagi kepadaku,
jangan salahkan kalau aku akan segera merenggut nyawamu itu."
Mendengar perkataan itu, Ku See-hong menjadi tertegun, tapi
dengan sikap yang tetap menghormat katanya:
"Sekalipun di antara kita berdua tiada ikatan nama sebagai guru dan murid, tapi
secara diam-diam cianpwe telah mewariskan ilmu maha sakti kepada boanpwe. Budi
kebaikan yang tiada taranya ini tak akan kulupakan untuk selamanya. Suatu ketika
aku Ku See-hong pasti akan membalasnya.
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
44 "Andaikata cianpwe bersedia pula untuk mengutarakan pesoalan
yang belum dapat diselesaikan, sekalipun boanpwe harus terjun ke lautan api... aku
juga tak akan menampik bahwa meski badan bakal hancur lebur, boanpwe tetap akan
menjalankannya sampai selesai."
Hasil percobaan yang dilakukan oleh manusia aneh dengan
serangan mautnya tadi membuat Ku See-hong memahami
sepenuhnya apa yang telah terjadi. Terbukti sudah bahwa semua
siksaan keji yang dialaminya selama berada dalam ruang bawah
tanah, adalah hasil perbuatan dari si manusia aneh itu. Rupanya dia berbuat
demikian karena ingin mewariskan suatu kepandaian yang luar biasa kepadanya.
Bila dilihat dari kenyataan yang berhasil dialaminya barusan,
semakin terbukti kalau sejenis kepandaian sakti yang luar biasa hebatnya telah
berhasil dimilikinya sekarang.
Selama hidup belum pernah dia menerima kebaikan dari orang
lain. Tidaklah heran budi kebaikan seorang aneh yang mewariskan kepandaian sakti
kepadanya itu membuat dia merasa amat terharu dan berterima kasih.
Ia tahu, meskipun di luar manusia aneh itu tampak dingin, sadis dan tidak
berperasaan, sesungguhnya sangat menyayangi dan
memperhatikan dirinya, bahkan Ku See-hong yang pintar itu,
setelah melihat tubuh cacad manusia aneh itu segera dapat
menduga bahwa dia masih mempunyai banyak sekali masalah
dendam kesumat yang tak terselesaikan, dia tentu memiliki pula pengalaman tragis
yang membuatnya merasa sedih dan hancur
perasaannya, sehingga wataknya berubah menjadi demikian
anehnya. Setelah mendengar perkataan Ku See-hong yang penuh dengan
luapan terima kasih itu, titik air mata tampak berlinang membasahi wajah manusia
aneh itu. Sekujur badannya menggigil keras... jelas perasaannya telah dibuat
terharu sekali. Tak tak lama kemudian paras mukanya telah berubah kembali
menjadi dingin dan menyeramkan, ujarnya dingin:
45 "Ku See-hong, masalah yang menyangkut diriku, sampai matipun
aku tak ingin dicampuri orang lain.... Lohu mewariskan ilmu silat kepadamu
lantaran aku hendak menuruti sumpahku sendiri. Aku
pernah bersumpah: Barang siapa dapat memasuki kuil ini dan
berjumpa dengan lohu, maka akan kuserahkan empat buah
persoalan kepadanya."
"Seandainya boanpwe tidak berulang kali mendapat perhatian
serta bantuan dari cianpwe, sedari tadi aku sudah tewas di dalam ruang depan
sana. Bagaimana mungkin bisa sampai bertemu
dengan cianpwe" Budi kebaikan ini tak akan kulupakan untuk
selamanya." Sekali lagi manusia aneh itu merasa terperanjat.
Dia tak menyangka kalau pemuda itu selain cerdik juga teliti dan cermat, apalagi
terlebih penting ia adalah seorang yang bersedia untuk melakukan pekerjaan
baginya. Tiba-tiba manusia aneh itu berkata dengan sedih:
"Ku See-hong... persoalan yang menyangkut soal pribadiku tak
ingin lohu utarakan kepada siapa pun, sebab aku tak ingin
dicampuri oleh orang lain. Tapi ada empat persoalan yang akan
kuserahkan kepadamu, kemudian lohu akan meninggalkan dunia ini dengan tenang.
Setelah aku mati nanti, aku tak akan ambil peduli bagaimana jalan pikiranmu
nanti." Entah mengapa terhadap manusia aneh yang ditakuti dan
disegani oleh segenap umat persilatan di dunia ini, pemuda tersebut menaruh
semacam perasaan yang akrab. Maka ketika mendengar
kalau manusia aneh itu tak lama akan meninggalkan dunia fana,
suatu perasaan sedih tiba-tiba muncul dalam hatinya.
Ku See-hong tahu bahwa manusia aneh ini memiliki watak yang
sangat aneh, bila terlampau berdebat dengannya, mungkin bisa
mengakibatkan timbulnya perasaan tak senang di kedua belah
pihak. Karena itu dengan hormat dia berkata:
46 "Entah persoalan apakah yang hendak cianpwe serahkan
kepadaku" Katakan saja, boanpwe akan mendengarkannya dengan
seksama." Manusia aneh itu termenung sebentar kemudian dengan suara
dingin katanya: "Pertama. Aku akan memaksa orang yang dapat berjumpa
dengan diriku untuk mempelajari tiga macam ilmu sakti yang lohu miliki.
Kepandaian pertama adalah ilmu khikang yang dinamakan
Kan-kun Mi-siu... untung saja kepandaian tersebut telah berhasil kau pelajari."
"Apakah yang dinamakan ilmu khikang Kan-kun mi-siu tersebut?"
tanya Ku See-hong terperanjat.
"Kan-kun Mi-siu adalah sejenis ilmu silat yang luar biasa
dahsyatnya." Sesudah berhenti sebentar, dia melanjutkan:
"Barang siapa berhasil mempelajari ilmu silat semacam itu, maka ia sudah akan
mampu untuk menjagoi seluruh dunia persilatan.
Bahkan ilmu Boan-yok-Kang dari kalangan Buddha serta pelbagai
ilmu khikang aliran agama To yang mana pun tak dapat menandingi kehebatan dari
kepandaian tersebut."
Ku See-hong yang mendengar perkataan itu diam-diam merasa
terperanjat, benarkah ilmu sakti yang telah dipelajarinya sekarang adalah ilmu
maha sakti seperti yang diucapkan"
Terdengar manusia aneh itu berkata lebih lanjut:
"Ciri khas dari ilmu Kan-kun Mi-siu kang-khi ini adalah barang siapa telah
mempelajarinya, hawa murni yang dimilikiya akan
mencapai kesempurnaan. Sekalipun kekuatan tubuhnya sangat
hebat, namun tiada tanda apa-apa dipandang dari luar malah
sebaliknya bagaikan seseorang yang lemah dan tak bertenaga untuk menangkap
seekor ayam pun, tapi begitu mendapat serangan dari
luar, secara otomatis dari dalam tubuhnya akan muncul suatu
tenaga pantulan yang kuat untuk melindungi badannya. Bahkan
47 yang lebih istimewa lagi, setiap kali hawa murninya kena digetarkan satu kali,
tenaga Im-Yang yang dihasilkan oleh ilmu Kan-kun Mi-siu tersebut akan
menimbulkan suatu gerakan saling hisap-menghisap yang akan mengakibatkan tenaga
dalam yang dimilikinya setingkat lebih sempurna."
Makin mendengar Ku See-hong merasa semakin keheranan. Dia
dibikin setengah percaya setengah tidak oleh kata-kata tersebut.
Tiba-tia manusia aneh itu berkata dengan serius:
"Ilmu sakti ini diciptakan pada jaman Cun Ciu Cian Kok dulu....
Ilmu ini tercantum dalam sejilid kitab pusaka Cang-ciong-pit-kip yang ditulis
oleh Ngo-Cun-siu seorang perdana menteri dari Negeri Go.
Berhubung demikian hebat dan saktinya kepandaian ini, boleh
dibilang hampir semua umat persilatan di dunia ini mengincar dan menginginkannya
bahkan dengan menggunakan pelbagai cara dan
siasat berusaha untuk menyelidiki jejak kitab pusaka ini. Maka bila kau telah
terjun kembali ke dalam dunia persilatan dan kebetulan ada orang yang tahu bahwa
kau pandai mempergunakan kepandaian sakti tersebut, besar kemungkinan akan berakibat
datangnya bencana besar. Aaaaih.... Mungkin inilah yang dinamakan nasib." Tiba-tiba mencorong sinar tajam dari balik mata Ku See-hong,
ujarnya dengan seram, "Bila kawanan cecunguk itu tidak mencari gara-gara denganku
mungkin saja keadaan masih agak baik, kalau tidak, pasti akan
kusuruh mereka menemui ajalnya secara mengerikan."
Diam-diam manusia aneh itu berseru tertahan, pikirnya:
"Heran, mengapa watak orang ini bisa persis seperti aku"
Aaaai... mungkinkah Thian telah mengatur kesemuanya ini untuk
merubah nasib dunia persilatan?" Berpikir sampai di situ, dengan wajah sedingin
es manusia aneh itu berkata lagi;
48 "Kepandaian kedua yang akan kuajarkan adalah semacam ilmu
gerakan tubuh (langkah ajaib) yang sakti dan luar biasa."
Ia berhenti sebentar kemudian melanjutkan,
"Cuma aku hendak memberi tahu kepadamu lebih dulu, di kala
kuberi pelajaran nanti, aku hanya akan mengajarkan satu kali,
mengerti atau tidak terserah pada daya ingatanmu sendiri, selain itu kau pun tak
boleh bertanya lagi...."
Diam-diam Ku See-hong bertekad, bagaimanapun juga dia pasti
akan mempelajari ilmu silat itu sampai bisa.
Kembali manusia aneh itu berkata,"Ilmu sakti yang ketiga adalah satu jurus ilmu
pukulan yang luar biasa hebatnya."
Ia memandang sekejap ke wajah Ku See-hong, kemudian
melanjutkan: "Sekalipun hanya terdiri dari satu jurus sesungguhnya memiliki tiga macam
perubahan yang sukar dimengerti. Bila tidak dialami (dimengerti), rahasia itupun
hanya akan kuterangkan satu kali. Bisa menguasai atau tidak tergantung pada
kemampuanmu sendiri."
Diam-diam Ku See-hong kembali berpikir,
"Manusia aneh ini benar-benar anehnya bukan kepalang.
Mengapa dia hanya akan memberi pelajaran rahasia ilmu silatnya satu kali saja"
Bertanya pun tak boleh, apa sebenarnya yang dia inginkan" Apalah artinya jika
ilmu pukulan yang diajarkan cuma satu jurus belaka?"
Tampaknya manusia aneh itu memahami apa yang dipikirkan Ku
See-hong, katanya dengan dingin:
"Bukan lohu enggan memberi pelajaran kepadamu, adalah ilmu
tersebut amat tak sanggup untuk diwariskan.
Mungkin dengan tubuhku yang cacad sekarang sudah tak sanggup lagi untuk
mempergunakan kepandaian sakti itu, malah besar kemungkinan
sebelum selesai kudemonstrasikan, jiwaku sudah keburu melayang lebih dulu."
49 Paras muka Ku See-hong menjadi merah padam karena jengah.
Bisiknya di hati, "Sungguh memalukan."
Terdengar manusia aneh itu berkata lebih jauh,
"Persoalan yang kedua adalah memaksa kau untuk mendengarkan serangkaian cerita.... Bagaimanapun juga cerita ini harus selalu
teringat dalam hatimu. Sementara aku sedang bercerita, kaupun tak boleh menimbrung atau menanyakan ini itu."
Ku See-hong segera berpikir lagi:
"Cerita tersebut bisa dipandang sebegitu serius olehnya, sudah pasti kisah
pengalamannya yang tragis.
Aku pasti akan mengingatnya baik-baik di dalam hati." Berpikir demikian, dengan suara lantang
dia lantas berkata "Harap locianpwe legakan hati. Sekalipun boanpwe tidak becus,
kisah cerita ini pasti akan kuingat terus di dalam hati."
Sekilas rasa sedih telah menyelimuti wajah manusia aneh itu, tapi sehabis
mendengar perkataan dari Ku See-hong itu, diam-diam
diapun manggut-manggut. "Persoalan ketiga adalah, memaksamu untuk belajar membawakan suatu nyanyian.
Sampai mati pun kau harus
mempelajari nyanyian ini, tapi setelah berhasil mempelajarinya, setiap tengah
malam kau harus membawakannya satu kali. Aku
rasa kau pasti tak akan menyia-nyiakan harapan lohu, bukan?"
Tiba-tiba Ku See-hong berkata:
"Nyanyian yang akan locianpwe ajarkan kepadaku itu, apakah
lagu yang seringkali locianpwe bawakan itu?"
Manusia aneh itu manggut-manggut. Dengan badan gemetar
sahutnya, "Benar, lagu itulah yang kumaksudkan. Lagu itu bernama Cong-ciang-Heng
(Dendam Sejagad)." Ia termenung beberapa saat lamanya, kemudian melanjutkan:
50 "Lohu akan memberitahu kepadamu, lagu ini mengandung suatu
rahasia besar tentang dunia persilatan. Selama ini banyak jago persilatan yang
menggunakan pelbagai akal dan siasat untuk
menangkap lohu. Tujuan mereka tak lain adalah memaksa lohu
untuk menerangkan bait syair dari lagu ini. Karena itu, bila kau telah
mempelajarinya nanti, kau hanya boleh menyanyikannya.
Tapi sampai matipun tak boleh mengungkapkan rahasia dari bait
syair lagu tersebut."
Ku See-hong kembali manggut-manggut.
"Boanpwe pasti tak akan membocorkannya kepada siapapun."
Sekulum senyuman kembali tersungging di atas wajah manusia
aneh yang dingin itu, tapi hanya sebentar saja telah lenyap kembali.
Katanya kemudian dengan dingin,
"Not lagu dari nyanyian ini dikombinasikan dengan semacam ilmu yang maha sakti.
Bila kau membawakannya satu kali maka tenaga
dalammu akan bertambah sempurna setingkat. Cuma... dalam satu
hari membawakannya berulang kali, banyak hawa murnimu yang
justru akan hilang, bukan saja tak ada manfaatnya, sebaliknya
malah ada kerugian. Maka kau harus mengingat baik-baik pesan
ini.... Ai ihh.... Nyanyian ini sukar dipelajari, entah dapatkah kau
menguasainya dalam waktu singkat?"
"Soal ini tak perlu locianpwe risaukan," kata Ku See-hong sambil tertawa, "Dalam
waktu sebulan belakangan ini, dengan menahan
pengaruh gaib yang terpancar dari nyanyian tersebut, boanpwe
telah berhasil menguasai sepenuhnya. Asal cianpwe mengutarakan bait syairnya,
hal ini sudah lebih dari cukup."
"Sungguhkah perkataamu?" tanya manusia aneh itu dengan
wajah terperanjat. "Buat apa boanpwe bohong" Atau sekarang juga akan boanpwe
bawakan satu kali." Dengan penuh emosi, manusia aneh itu berkata lagi,
51 "Waktu yang tersedia, saat ini lebih berharga dari emas. Kalau kau telah
menguasainya, aku pun ikut merasa gembira."
Tampaknya manusia aneh itu seperti telah melepaskan sebuah
batu besar yang mengganjal hatinya selama ini. Pikirnya:
"Bocah ini begini cerdasnya, apa yang kuharapkan mungkin
sekali dapat tercapai seluruhnya. Untung Thian dapat memberikan manusia semacam
ini kepadaku. Meski akhirnya aku mati, aku bisa mati dengan perasaan tenang
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanpa kuatir. Aku berpikir pasti dia dapat menyelesaikan semua persoalanku
dengan sempurna tanpa kekurangan.... Tapi kalau dilihat dari wajahnya yang membawa
hawa pembunuhan, sudah pasti pemuda ini berhati keras dan keji.
Tapi itupun tak menjadi masalah. Lamat-lamat dapat kutemukan
kegagahan di balik mukanya itu.
Sudah pasti orang yang dibunuhnya adalah kawanan pencoleng yang berhati keji."
Berpikir sampai di situ, dengan dingin dia lantas berkata:
"Persoalan keempat adalah memaksa kau untuk mengangkat
seseorang menjadi gurumu dan memohon kepadanya untuk
memberi pelajaran semacam ilmu pukulan kepadamu."
Buru-buru Ku See-hong berkata:
"Locianpwe, siapakah guru yang harus kujumpai itu"
Ilmu pukulan apakah yang harus kumohon darinya?"
"Gurumu itu adalah seorang perempuan. Dia sangat membenci
diriku, mungkin ia tak akan menerima dirimu, juga tak akan
mengajarkan ilmu pukulan tersebut kepadamu. Tapi bagaimanapun
juga kau harus pergi mengadu nasib.
Kalau dia menginginkan tulang belulangku, maka beritahu kepadanya secara terus terang bahwa aku sudah
mati di dalam kuil ini. Aaai... akulah yang salah. Tempo dulu akulah yang telah menyia-
nyiakan dirinya sehingga membuat dia begitu marah, dan merasa
amat menderita...." 52 Ketika berbicara sampai di situ, selintas rasa menyesal muncul di wajah manusia
aneh itu. Gumamnya kembali:
"Soat Kun, aku tidak seharusnya mengesampingkan rasa cintamu
yang tulus dan suci itu, akibatnya aku baru disiksa hingga macam begini oleh
perempuan rendah itu.... Sekarang aku baru tahu kalau cintamu itu suci dan tiada
terhingga, tapi aku telah kehilangan dia, kehilangan untuk selamanya...."
"Aaaai.... Waktu itu aku sudah salah mencintai perempuan
rendah itu, tapi pepatah kuno berkata: Sekali salah melangkah
menyesal sepanjang masa, apa boleh buat" Sekarang aku cuma
bisa menderita sedih dan amat menyesal....
"Aaai.... Putriku, wahai putriku. Aku yakin perempuan rendah itu tak akan
mengatakan kalau kau adalah anakku.
Oh, betapa menggemaskannya hal ini"
Lan Hiang... Oooh Lan Hiang, sampai di akhirat pun aku akan
mengingat terus perbuatanmu yang teramat keji itu...."
Semakin membayangkan, manusia aneh itu semakin mendendam
dan akhirnya saking gemasnya tanpa disadari ucapan tersebut telah diutarakan
keluar.... Ku See-hong tahu, sudah pasti manusia aneh itu sedang
membayangkan kenangan lamanya yang mengenaskan, maka
betapa terperanjatnya dia sesudah mendengar teriakan itu. Tapi Ku See-hong juga
merasa kebingungan, dia tidak habis mengerti
kejadian tragis apakah yang pernah dialami manusia aneh
tersebut.... Rupanya manusia aneh itu menyadari akan kesalahannya, buru-
buru ia menenangkan kembali hatinya dan berkata lagi dengan
dingin, "Ku See-hong, bila kau berhasil menjumpainya, andaikata dia
benar-benar menerimamu dan enggan mewariskan ilmu pukulannya
kepadamu, maka katakanlah kepadanya: Lohu telah menyesal,
sekalipun semasa hidup tak dapat menerima cinta kasihnya, tapi di 53
alam baka dia akan mencintainya sepanjang masa dan mengenangnya selalu.... Perkataan ini muncul dari hati sanubariku menjelang saat
kematian, peduli dia mau memberi pelajaran atau tidak, sampaikan suara hatiku
ini kepadanya agar dia tahu."
"Locianpwe, sebenarnya siapakah orang itu?" tanya Ku See-hong.
"Dia adalah seorang tokoh sakti dari dunia persilatan dewasa
ini.... Seng-sim Cian-li (Perempuan Cantik Berhati Suci) Hoa Soat-kun.
Sedang ilmu pukulan yang harus kau pelajari darinya itu adalah ilmu pukulan Hay-
jin-ciang (Pukulan Unggas Laut) yang amat
menggetarkan seluruh kolong langit itu."
Diam-diam Ku See-hong merasa terkesiap, ternyata guru yang
harus diangkatnya adalah seorang tokoh sakti yang sudah
termasyhur namanya dalam dunia persilatan pada lima puluh tahun berselang, Seng-
sim Cian-li Hoa Soat-kun. Lantas siapakah manusia aneh yang berada di hadapannya
sekarang..." Mungkinkah dia adalah salah seorang tokoh juga yang telah tersohor dalam dunia persilatan
semenjak lima puluh tahun berselang"
Sekalipun Ku See-hong mengetahui cukup banyak tentang nama-
nama jago tersohor dalam dunia persilatan, tapi ia tak bisa
menduga siapa gerangan manusia aneh tersebut.
Beberapa kali Ku See-hong ingin membuka suara untuk bertanya
kepadanya, tapi setelah menyaksikan sebuah mata tunggal si
manusia aneh yang memancarkan sinar tajam itu, dengan cepat
kata-kata yang sudah siap diutarakan itu segera ditelan kembali.
Mendadak manusia aneh itu menatap wajah Ku See-hong dengan
matanya yang hijau menyeramkan, kemudian bentaknya:
"Ku See-hong.... Dapatkah kau melakukan keempat buah
persoalan yang barusan lohu ucapkan ini" Seandainya kau tidak
mampu, cepat katakan!"
54 Ku See-hong merasakan betapa tajamnya sorot mata manusia
aneh itu, seakan-akan hendak menembusi hatinya saja. Tapi ia
tidak gentar, malah sahutnya dengan angkuh,
"Sekalipun boanpwe bodoh, boanpwe masih dapat mengingat-
ingat keempat buah persoalan dari locianpwe itu dengan nyata. Aku tak akan
menyia-nyiakan harapan locianpwe itu, jika sampai
mengingkarinya, biar aku dikutuk oleh Thian."
"Ucapan seorang lelaki sejati...." Bentak manusia aneh itu.
"Bagaikan kuda yang dicambuk," sambung Ku See-hong.
Manusia aneh itu segera mendongakkan kepalanya dan
menghembuskan napas panjang.
Sikap menyeramkan yang diperlihatkan semula segera berubah menjadi tenang kembali.
Agaknya ia merasa sangat puas, sebab apa yang menjadi ganjalan di dalam hatinya
selama ini akhirnya ada juga yang akan
menyelesaikannya. Manusia aneh itu termenung beberapa saat lamanya, paras
mukanya lambat laun juga berubah sedingin es, kemudian katanya:
"Kehidupan lohu sudah tinggal tak seberapa lama lagi, sekarang aku akan
mengutarakan lebih dulu rahasia dari bait syair lagu
tersebut, kemudian akan kuajarkan dua macam ilmu silat. Setelah itu baru
mengisahkan cerita tersebut."
"Boanpwe siap mendengarkan," Ku See-hong manggut-manggut
mengiakan. Mendadak dari sakunya, manusia aneh itu mengeluarkan tiga
butir pil berwarna merah, kemudian katanya dingin:
"Pil ini adalah semacam pil mustajab yang lohu buat berdasarkan catatan dalam
sejilid kitab pusaka. Obat ini dibuat dari kombinasi beberapa macam bahan obat
yang berkhasiat luar biasa. Boleh
dibilang inilah satu-satunya obat pembawa tenaga yang tiada
keduanya di dunia ini. Sekarang telanlah lebih dulu, sebab hal
mana akan sangat membantumu untuk menyelesaikan tugas yang
lohu berikan kepadamu."
55 "Locianpwe," bisik Ku See-hong, "Kau sendiri...., boanpwe
percaya masih sanggup menyelesaikan persoalan ini. Harap kau
legakan hatimu...." Sebenarnya Ku See-hong hendak berkata: "Locianpwe, sekarang
kau sudah lemah dan mendekati ajal, telanlah ketiga butir pil itu untuk dirimu
sendiri, daripada sebelum ketiga persoalan yang lain sempat diucapkan, nyawamu
sudah keburu pergi."
Rupanya manusia aneh itu sudah dapat menebak jalan pikiran Ku
See-hong..., dengan suara dingin ia lantas berkata,
"Mengapa tidak cepat-cepat kau telan"
Buat apa mesti menampik lagi" Lohu yakin masih mampu untuk menyelesaikan
pesanku sebelum mati dengan mata meram."
Ku See-hong tak berani membantah lagi, dia menurut dan segera
menelan pil itu ke dalam mulutnya.
Bau semerbak segera tersiar di dalam mulutnya. Begitu obat itu tercampur dengan
air ludah, segera hancur dan mengalir masuk ke dalam tenggorokannya.
Ia seketika merasa badannya menjadi
segar dan nyaman, kecerdasan otaknya terasa lebih tajam. Jelas obat tersebut
memang benar-benar merupakan sejenis obat
mustajab. Ku See-hong mana tahu kalau ketiga butir pil itu sesungguhnya
telah membantu tenaga dalamnya sebesar sepuluh tahun hasil
latihan..." Dengan wajah yang pedih dan suaranya yang sedih manusia
aneh itu segera membacakan bait syair dari nyanyian "Dendam
Sejagad" itu: DENDA M kesumat membentang bagai jagad
Bukit tinggi berhutan lebat di sisi kuil
Sungai besar di depan kuil berombak besar
Dendam kesumat sepanjang abad
56 DENDA M kesumat membentang bagai jagad
Burung gagak bersarang di rumput kala senja
Cinta kasih berlangsung dari muda sampai tua
Memetik kampak membuat lagu: Nadanya dendam
Menitik air mata darah untuk siapa"
Hati pilu menanggung derita menyesal sepanjang masa
DENDA M kesumat membentang bagai jagad
Ji koan pernah berbuat salah
Menyandang golok menunggang kuda, apalah gunanya"
Salju terbang air laut semuanya hambar.
DENDA M kesumat membentang bagai jagad
Curah hujan membuyarkan awan
Air mengalir akhirnya surut
Dendam kesumat tak akan pernah luntur.....
Ketika manusia aneh itu selesai mengungkapkan syair dari lagu
DENDA M SEJAGAD... titik air mata darah tampak bercucuran dari
matanya yang tunggal. Inilah penampilan dari rasa sedih yang
kelewat batas, membuat ia tampak murung, termangu-mangu dan
terjerumus dalam lamunan.
Ku See-hong memang seorang pemuda yang cerdik, semua bait
syair yang diucapkan manusia aneh itu dengan cepat terukir dalam-dalam di
benaknya. Sekalipun dia merasa agak keheranan dan tidak habis mengerti dengan
arti dari kata-kata itu, namun diapun tahu bahwa bait lagu itu meniktikberatkan
pada soal dendam dan benci.
Tidak heran kalau rasa benci dan dendam manusia aneh itu
di baratkan sejagad..... Mendadak, dengan paras muka sedingin salju dan nada yang
menyeramkan manusia aneh itu berkata:
57 "Ku See-hong, aku rasa sehabis kau mendengar bait syair dari
lagu tersebut, kau pasti akan menaruh curiga mengapa dendam
kesumatku sejagad, bukan" Yaa... sampai mati lohu akan teringat
selalu dendan dendam kesumat ini, akupun akan teringat terus
dengan kekejaman yang pernah kualami. Asal... usia langit umur
bumi ada akhirnya, dendam kesumat dalam hatiku tiada masa
berakhir...." "Aku tahu locianpwe pasti mempunyai kejadian masa lalu yang
amat memedihkan hati, itulah sebabnya dendammu sejagad, tapi
boanpwe tidak menganggap apa-apa terhadap diri cianpwe, aku
hanya merasa dendam cianpwe agak mendalam ketimbang orang
lain." Dengan wajah sedih manusia aneh itu menghela napas panjang,
"Aaai... perkataanmu ada benarnya juga, dendam lohu memang
selapis lebih mendalam bila dibandingkan dengan orang lain.
Aaai... tahu akan menyesal di saat ini, mengapa harus berbuat di masa lalu"
Sekalipun harus mati, aku pun tak perlu menyesal...."
Ku See-hong yang mendengar perkataan itu, diam-diam merasa
terperanjat. Manusia aneh ini memang luar biasa, setiap patah
katanya bahkan mengandung maksud yang mendalam, sayang
sekali manusia secerdas ini tak lama lagi akan meninggalkan dunia ini.
Sementara itu, manusia aneh tersebut telah berkata lagi
sesudah berhenti sebentar:
"Ku See-hong, lohu telah melakukan kesalahan besar dan
terjerumus ke dalam keadaan yang tak tertolong lagi, sedang kau masih muda dan
mempunyai masa depan cerah, kau harus baik-baik bertindak dalam hidupmu nanti...."
Setelah menghela napas panjang, terusnya:
"Lohu hendak memperingatkan dirimu, kau harus ingat: Pelukan
yang lembut dan hangat adalah kuburan buat seorang ksatria...."
Sekali lagi Ku See-hong dibuat terperanjat, pikirnya kemudian, 58
Pelukan yang lembut adalah kuburan bagi ksatria....
Aaai.... Benar, sakit hati manusia aneh itu sudah pasti menyangkut soal cinta hingga
meninggalkan dendam. Aaai.... Benar, manusia seperti dia pun terlibat oleh soal cinta, siapa lagi yang bisa terlepas dari
soal tersebut" Sungguh mengherankan, mengapa hanya
masalah cinta dapat membuat seseorang yang berwatak keras
terjerumus dalam keadaan seperti ini"
Terdengar manusia aneh itu menghela napas sedih, lalu bertanya lagi:
"Ku See-hong, sudah ingatkah kau dengan bait syair dari lagu
itu...?" Buru-buru Ku See-hong memberi hormat, jawabnya: "Boanpwe
telah mengingatkannya di hati."
"Dalam bait lagu itu penuh mengandung banyak rahasia besar,
lohu tak bisa memberi penjelasan kepadamu tentang rahasia
tersebut, dan tergantung pada nasibmu di masa mendatang.
Sekarang akan kuajarkan dua macam kepandaian yang lain
kepadamu. Cepat pusatkan semua perhatianmu dan dengarkan
baik-baik kepandaian yang akan kuajarkan kepadamu itu."
Buru-buru Ku See-hong memusatkan pikirannya menjadi satu
dan membuka telinganya lebar-lebar.
Sekarang ia sudah tahu bahwa manusia aneh itu memiliki ilmu
silat yang tiada tandingannya di dunia ini. Soal baru ini, ia berhasil
mempelajari beberapa jurus ilmu silatnya untuk menjagoi dunia
persilatan di masa mendatang pasti bukan merupakan suatu
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kesulitan lagi. --oodwoo-- Bab 3 BERPIKIR sampai di situ, tanpa terasa lagi timbul suatu semangat yang besar
dalam hatinya. 59 Apa yang ia duga memang tidak salah, kepandaian rahasia akan
diajarkan manusia aneh itu kepadanya memang merupakan suatu
kepandaian sakti yang diimpikan oleh setiap umat persilatan.
Dengan suara keras manusia aneh itu lantas berkata:
"ILmu gerakan tubuh yang akan kuajarkan kepadamu sekarang
dinamakan ilmu silat Mi-khi Biau-Tiong. Perhatikan baik-baik rahasia dari ilmu
ini: Satu bulat, dua puncak, tiga memukul, empat terkulai, lima mengangkat. Yang dimaksud BULAT adalah: Badan.
Tekukkan lengan, pinggul, lutut, semua harus melingkar baru terasa kuat.
Yang dimaksud PUNCAK adalah: tangan, kepala, lidah untuk
mencapai puncak, lamban tapi bertenaga penuh.
Yang dimaksud MEMUKUL: Dada. Gerakan untuk memukul harus
bebas tanpa hambatan dan luwes.
Yang dimaksud TERKULAI adalah: bahu, sikut, udara harus
terkulai. Yang dimaksud MENGANGKA T adalah mengatur pernapasan.
Lima unsur ini tak boleh berkurang satu pun, makin dilatih akan semakin
sempurna. Untuk menggerakkan tubuh dengan hati menggerakkan hawa,
napas harus panjang bagaikan napas kura-kura, lama kelamaan
tenaga akan muncul dan terhimpun dalam pusar, tidak menggumpal membuyar, tidak
melamban tidak memutus... pinggang sebagai
poros, hawa sebagai roda, berganti gerakan seperti aliran awan 60
melangkah, lirih seperti kucing mencabut badan berganti bayangan, semuanya
berubah tiada habisnya."
Ku See-hong yang mendengarkan rahasia itu menjadi amat
terperanjat. Selain rahasia itu panjang dan dalam artinya, juga sulit
dimengerti. Ini menunjukkan kalau ilmu tersebut tidak mudah
untuk dilatih, apalagi dia hanya berkesempatan untuk mendengar satu kali saja.
Berpikir sampai di situ, lamat-lamat peluh dingin membasahi seluruh badannya.
Manusia aneh itu menghembuskan napas panjang, lalu bertanya:
"Ku See-hong, apakah rahasia ilmu Mi-khi Biau-Ciong yang
kuajarkan tadi telah kau pahami?"
"Terima kasih atas cinta kasih cianpwe, boanpwe telah
memahami keseluruhannya," jawab Ku See-hong cepat.
Manusia aneh itu merasa gembira sekali, pikirnya: "Bocah ini
benar-benar amat cerdik."
Walaupun dalam hati kecilnya berpikir demikian, di luar ia
berkata lagi dengan wajah sedingin es:
"Sekarang lohu akan mempraktekkan sendiri ilmu langkah
tersebut. Kau harus perhatikan dengan seksama, yang perlu akan keistimewaan
dalam melakukan langkah itu."
Berbicara sampai di sana, tubuhnya lantas berkelebat ke depan
dan tahu-tahu sudah berdiri di atas tanah dengan sepasang kaki kecilnya yang
tinggal tulang belulang itu.
Mendadak... seringan bulu manusia aneh itu berkelebat lewat
seperti segulung angin saja. Kemana dia berlalu, di situ tahu-tahu badannya
sudah lenyap. Ternyata ilmu langkah yang didemonstrasikan itu mempunyai
suatu gerakan yang rahasia sekali.
Pada hakekatnya tak akan dipahami oleh manusia sembarangan.
Tanpa berkedip barang sekejappun Ku See-hong mengawasi
terus langkah kaki manusia aneh itu. Di antara langkah-langkah 61
kakinya yang kacau balau tersebut seolah-olah seperti mengandung unsur Ngo-heng
dan Pat-kwa, sungguh amat susah dipahami.
Gerakan tubuh itupun cepat seperti sambaran kilat yang
Huru Hara Di Watu Kambang 1 Sengatan Satu Titik Karya Gedungsongo Sepasang Pedang Iblis 3
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin (Mandarin) San Wat Yan (Cantonese) Cang Wan Hen A Spark of Distraction Karya : Khu Lung 1961, Saduran : Tjan ID
Editor : Bona & Dewi KZ
Ebook oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info/ http://cerita-silat.co.cc/
1 Jilid: 01 Bab 1 TEMPAT ini adalah sebuah kuil kuno.
Kuil itu terletak di suatu tempat yang jauh dari keramaian
manusia dan sudah lama terbengkalai.
Tapi di mata orang persilatan, kuil bobrok itu demikian rahasia, demikian
misterius, seram dan mengerikannya sehingga mendirikan bulu roma setiap orang.
Ternyata setiap tengah malam tiba, dari dalam kuil itu selalu
berkumandang suara nyanyian yang begitu aneh dan mengerikan.
Kalau dibilang nyanyian itu indah, ternyata iramanya begitu aneh memekikkan
telinga. Mengatakan seram dan memedihkan, nadanya ternyata tak
sedap didengar, ibaratnya jeritan setan, atau teriakan kuntilanak, seperti pula
lolongan serigala malam. Pokoknya suara nyanyian itu sedemikian anehnya sehingga
membuat orang tak tahu bait lagu apakah yang sebenarnya sedang dinyanyikan,
sehingga dengan demikian, kuil itupun diliputi oleh suasana serba rahasia dan
misterius. Setiap kali orang mendengar irama nyanyian itu, segera
merasakan suatu kekuatan gaib yang membuat orang sukar
melawan, membuat orang terbuai dalam lamunan, terpesona,
terkesima dan tak tahu apa yang musti dilakukan.
Selain itu, suara nyanyian itupun mengambang di angkasa raya
dan menggema tak menentu. Ketika tersiar sampai berli-li jauhnya membuat orang
sukar untuk membedakan dari arah manakah suara
itu berasal dan di manakah sumber dari suara tersebut.
Sekalipun demikian, suara nyanyian itu tak akan mampu untuk
mengelabuhi kawanan persilatan. Mereka semua tahu bahwa suara
2 ini sudah menggetarkan hati setiap umat persilatan semenjak enam belas tahun
berselang. Waktu itu banyak jago dari pelbagai
perguruan dikirim untuk menyelidiki tempat tinggal dari pembawa lagu aneh itu,
tapi baik dari pihak kaum lurus maupun dari golongan kaum sesat selalu gagal
untuk memperoleh hasil dan pulang dengan hasil yang nihil.
Ttba-tlba, pada tiga belas tahun berselang, irama nyanyian itu lenyap tak
berbekas. Siapa tahu sepuluh tahun kemudian nyanyian misterius itu mengambang
kembali di tempat itu, bahkan dalam
waktu singkat tiga tahun sudah lewat. Penduduk di sekitar tempat itu yang sudah
berotak sederhana, menaruh perasaan jeri dan
hormat yang amat sangat terhadap nyanyian itu, sebab nyanyian
aneh semacam itu sudah berlangsung hampir tiga tahun lamanya.
Mereka semua beranggapan: Pastilah tangisan malaikat dari
kahyangan yang turun ke bumi untuk memperingatkan kepada
semua orang, bahwa tak lama lagi bakal terjadi bencana alam atau bencana
peperangan yang akan melanda sekeliling tempat ini.
Itulah sebabnya semua orang merasa tak pernah tenteram.
Menyusul munculnya kembali suara nyanyian aneh itu, dunia
persilatan yang selama ini berada dalam keadaan tenang, tiba-tiba saja menjadi
geger dan tegang. Jago-jago lihai dari sembilan partai besar bersama-sama
mengutus orang-orangnya untuk melakukan
penyelidikan. Maka berbondong-bondong datanglah kawanan jago
persilatan ke tempat itu.
Penyelidikan dan pengalaman yang
dilakukan siang malam akhirnya menemukan bahwa suara nyanyian
tersebut berasal dari dalam kuil yang bobrok tapi angker itu.
Dua tahun belakangan ini, meski tak sedikit jagoan lihay dari
dunia persilatan yang menyerbu ke dalam kuil dan berusaha
menangkap pembawa lagu itu, tapi ibaratnya menimpuk anjing
dengan pakpoa, begitu pergi tak pernah kembali lagi. Sejak itu kabar beritanya
lenyap tak berbekas dan orangnya tak pernah
muncul kembali di dalam dunia persilatan.
Tentu saja nasib beberapa orang itu kebanyakan menemui
bencana daripada kemujuran. Mereka tewas secara misterius.
3 Akibatnya, pandangan orang persilatan terhadap kuil bobrok itu pun segera
berubah. Timbul suatu perasaan seram dan takut di
hati mereka terhadap kuil itu, dan tak seorangpun yang berani
melakukan penyelidikan lagi atas kuil tersebut.
Maka teka-teki yang penuh rahasia itu, dengan membawa
rahasia dunia persilatan yang tiada taranya, sampai detik ini belum pernah
tersingkap secara jelas. Malam itu adalah suatu malam yang sangat gelap. Kabut tebal
menyelimuti permukaan tanah, angin dingin berhembus kencang,
hanya beberapa titik cahaya bintang di angkasa yang memancarkan sedikit cahaya
yang redup. Kentongan kedua baru lewat, tiba-tiba di depan kuil bobrok yang terpencil,
menyeramkan dan mengerikan itu muncul seorang
pemuda berusia dua puluh tahunan. Agak lama sudah ia berdiri di depan kuil
angker itu. Kemudian "Aaaih," dia menghela napas sedih.
Pemuda itu sangat murung, juga kesepian.
Dia seperti membawa perasaan murung yang sangat dalam. Setiap malam tiba
dia selalu berdiri melamun di depan kuil itu. Sudah satu bulan lebih dia berbuat
demikian. Entah udara sedang cerah atau sedang turun hujan badai dan
kilat menyambar, dia selalu hadir di sana dan mendengarkan suara nyanyian yang
misterius dan aneh itu. Tapi ia tak pernah berani untuk melangkah masuk ke dalam
kuil itu barang satu langkahpun.
Mungkin dia pun merasa takut dan kuatir terhadap keselamatan
jiwanya. Waktu itu, dia sedang mendongakkan kepalanya memandang
bintang yang bertaburan di angkasa. Kemudian memperdengarkan
suaranya helaan napas panjang yang amat berat.
Cahaya bintang yang redup menyoroti wajahnya.
Itulah selembar wajah yang membuat orang merasa keder, bukan lantaran 4
jelek atau menyeramkan, sebaliknya karena wajah yang tampan itu membawa
keangkuhan serta sikap dingin yang menggidikkan hati.
Alis matanya tajam bagaikan pedang, matanya tajam bagaikan
sembilu. Ia memiliki bibir yang tipis berbentuk busur, ini
melambangkan kekerasan hati serta watak kepalanya yang besar,
namun sorot matanya yang tajam itu justru membawa sinar
pembunuhan yang tebal, seakan-akan dia adalah orang yang begitu dingin dan
kejam. Pemuda serba aneh itu kembali memperdengarkan suara helaan
napas beratnya yang mengenaskan. Menyusul kemudian, bagaikan
orang mengigau dia bergumam seorang diri:
"Ku See-hong, wahai Ku See-hong, kau memiliki dendam
berdarah yang lebih dalam dari samudra, tapi... kau demikian tak becus. Sudah
belasan tahun lamanya kau berkelana dalam dunia
persilatan yang penuh dengan tipu muslihat, tapi sedikitpun tanpa hasil.
Kini kau tahu telah bertemu dengan manusia aneh yang tiada
taranya ini, mengapa kau malah menjadi ketakutan setengah mati"
Sekalipun akibatnya akan merenggut nyawamu, tapi kaupun harus
tunjukkan keberanianmu serta semangat juangmu antara mati dan
hidup, bila kau tak berani bertaruh maka kau akan selalu
terombang-ambing dalam dunia persilatan tanpa hasil apa-apa.
Akhirnya kau akan mampus dan menjadi seorang manusia berdosa
yang paling tidak berbakti, kepada orang tua di dunia ini....
Mengertikah kau?" Ketlika selesai bergumam, titik-titik air mata tiba-tiba meleleh keluar dan
membasahi wajah Ku-See hong, si pemuda aneh itu.
Jelas ia terbayang kembali akan semua pengalaman pahit yang
telah dialaminya sewaktu kecil dulu. Ini membuat hatinya amat
pedih dan menyesal. Setelah menghela napas panjang lagi dengan pedih kembali
pemuda itu bergumam. 5 "Ku See-hong, wahai Ku See-hong.
Jangan lupa bahwa kau pernah bersumpah berat kepada langit untuk membalas dendam
sakit hati ayah ibumu dan mencincang tubuh pembunuh itu menjadi berkeping-
keping...." Ketika bergumam sampai di situ, dari balik matanya yang jeli
segera memancar keluar suatu tekad yang besar, bersinar mata
dingin keji dan mengerikan. Dia menghembuskan napas panjang
lalu berdiri mematung dan tidak berbicara lagi....
Kentongan ketiga hampir tiba, pemuda aneh Ku See-hong yang
membungkam itu mendadak menampilkan sesuatu tekad yang
bulat. Pelan-pelan dia berjalan menuju ke arah kuil kuno itu. Jelas dia telah
mengambil keputusan untuk mempertaruhkan nyawa dan
pergi beradu nasib. Sebab lebih baik mati di dalam kuil daripada harus hidup di
dunia bebas tanpa mendapatkan hasil apa-apa.
Mendadak pada saat itulah suara nyanyian yang aneh dan
misterius itu berkumandang lagi dalam kuil.
Suara nyanyian yang melengking dan tajam itu berkumandang
nyaring di tengah hembusan angin barat laut yang kencang, begitu mengerikan dan
seramnya suara tersebut, membuat bulu kuduk
orang pada bangun berdiri.
Irama nyanyian yang aneh itu penuh mengandung tenaga gaib
yang mampu membetot sukma orang, sekalipun seorang jago yang
memiliki tenaga dalam amat sempurna, juga susah untuk melawan
pengaruh nyanyian tersebut.
Tapi kenyataannya, Ku See-hong sama sekali tidak terpengaruh
oleh suara nyanyian itu... bukankah hal ini menunjukkan sesuatu
keanehan" Ku See-hong memang seorang pemuda yang berbakat bagus.
Gemblengan selama hampir satu bulan di depan kuil itu membuat
timbulnya sesuatu kebiasaan terhadap pengaruh irama iblis
tersebut, sekalipun saat ini diapun terpengaruh juga oleh irama tersebut.
6 Namun dalam lelapnya kesadaran dia masih memiliki tenaga
yang kuat untuk meronta diri, bahkan otaknya yang cerdas berhasil menghapalkan
nada irama nyanyian yang aneh itu.
Semenjak setengah bulan berselang, irama nyanyian yang aneh
itu sudah berhasil dihapalkan
olehnya, malahan ia bisa membawanya sendiri untuk bersenandung, sekalipun bait syairnya masih tidak
diketahui olehnya. Itulah sebabnya, berhubung Ku See-hong sudah hapal dengan
irama nyanyian itu, maka ketika itu dia sudah tidak terpengaruh lagi oleh tenaga
gaib dari ilmu pembetot sukma tersebut.
Angin barat laut yang dingin berhembus semakin kencang,
suaranya yang memilukan hati.
Dari balik sorot mata Ku See-hong terpancar keluar sinar
kebulatan tekadnya yang tebal. Dengan membusungkan dada, dan
melangkah lebar, dia berjalan menghampiri kuil itu. Sinar matahari yang tajam
dengan cepat menyapu sekejap sekeliling ruang kuil
yang bobrok itu. Tampak bangunan kuil tersebut sangat besar dan luas. Dinding
pekarangan yang mengitari bangunan itupun mencapai ratusan kaki luasnya.
Ruang kuil itu menjulang tinggi di angkasa dan saling
sambung-menyambung, tapi berhubung sudah dimakan usia, pintu
gerbangnya sudah ambruk dindingnya banyak yang retak dan
berlubang, bahkan rumput ilalang tumbuh setinggi lutut. Pemandangannya amat mengerikan sekali. Bila seseorang bernyali kecil, dia tak
akan berani, untuk mendatangi tempat semacam ini di tengah malam buta begini....
Sementara itu, angin barat laut yang kencang masih berhembus
lewat tiada hentinya. Pohon siong dengan ranting yang gundul dan bayangan batang
yang kurus bagaikan setan yang sedang mementangkan cakarnya.
7 Betul Ku See hong bernyali besar, tapi selama satu bulan terakhir ini sudah
terlalu sering ia mendengar jeritan ngeri yang
menyayatkan hati dari kawanan jago silat yang memasuki kuil itu.
Maka tak urung timbul juga perasaan bergidik dalam hatinya.
Semakin dipandang kuil itu, semakin terasa olehnya betapa seram dan
menakutkannya pemandangan di sekeliling sana, apalagi
ditambah bunyi ranting yang terhembus angin, semakin menambah
seramnya suasana. "Ci it.... Ci it...."
Serentetan jeritan tajam mendadak bergemas memecahkan
keheningan. Dengan perasaan terperanjat buru-buru Ku See-hong mundur
sejauh tiga langkah ke belakang.
Dengan cepat dia mengalihkan sinar matanya ke dalam ruang
kuil yang gelap gulita itu, ternyata ada beberapa ekor kelelawar hitam yang
sedang terbang keluar. Setelah mengetahui suara apakah itu, Ku See-hong segera
menghembuskan napas panjang, rasa tegang yang semula
menyelimuti wajahnya lambat laun menjadi tenang kembali.
Selangkah demi selangkah kembali dia berjalan masuk ke dalam.
Sekarang dia sudah mulai melangkah di atas jalan setapak yang
berhiaskan batu hijau. Mungkin karena sudah terlampau lama kuil tersebut terbengkalai maka di atas
batu-batu hijau itu sudah tumbuh lumut yang amat
tebal, ditambah lagi kegelapan malam mencekam seluruh jagad,
seandainya seorang tidak memiliki ilmu meringankan tubuh yang
sempurna, mungkin baru selangkah saja berjalan akan terpeleset jatuh ke tanah.
Jalan beralas batu hijau yang menghubungkan pintu gerbang
dengan ruangan tengah itu lebih kurang puluhan kaki jauhnya.
Ketika baru selesai melalui jalan berlumut itu, sekujur badan Ku See-hong sudah
basah kuyup oleh keringat.
8 Tiba-tiba... ia mendongakkan kepala memandang papan nama di
atas ruang tengah kuil itu, hampir saja ia menjerit kaget saking terperanjatnya.
Ternyata di atas papan nama itu tertera beberapa huruf besar
yang berwarna merah darah, tulisan itu berbunyi:
"SIAPA MASUK BAKAL MAMPUS"
Di kedua belah sisi papan nama itu masing-masing tergantung
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dua butir tengkorak manusia.
Siapa saja pasti akan merasa
terperanjat sekali bila menjumpai benda tersebut untuk pertama kalinya.
Sinar matanya yang dingin menyeramkan kembali dialihkan
memandang sekeliling tempat itu.
Kemudian dengan kening berkerut melangkah naik ke atas undak-undakan batu.
Tampak ruangan tengah kuil itu gelap gulita dan menggidikkan
hati. Sarang laba-laba berada di mana-mana, debu setebal
beberapa inci menghiasi lantai. Dengan langkah tegap Ku See-hong masuk ke dalam
ruang tengah itu. Di sana ia saksikan patung arca sudah banyak yang hancur dan
rusak, banyak di antaranya yang
kutung tangan atau kakinya dan pakaianpun compang-camping,
keadaannya sangat mengenaskan.
Angin dingin yang berhembus lewat dalam ruangan semakin
mendirikan bulu roma orang, apalagi memandang patung-patung
arca dalam ruang tengah yang menyeramkan itu.
Ini semua membuat suasana sedemikian menggidikkan hati sehingga sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
"Keeekkk..." terhembus angin dingin, tiba-tiba pintu sebelah di
depan ruangan itu terhembus hingga menutup sebagian. Suara
menutupnya pintu yang memanjang dan memendek itu kedengaran
amat menusuk pendengaran.
Walaupun paras muka Ku See-hong sedikitpun tidak memperlihatkan rasa takut atau ngeri padahal hatinya sudah
merasa tidak tenang semenjak tadi.
9 Dengan membesarkan nyalinya dan penuh diliputi ketegangan
dia berjalan masuk ke dalam kuil yang mirip rumah setan itu. Di serambi yang
gelap dan suatu hembusan aneh yang mirip jeritan
setan akhirnya melintaskan juga setitik perasaan ngeri di atas wajahnya.
"Sreet. Sreet..." mengikuti suara langkah kakinya yang
membawa bunyi gemerasak, jantungnya terasa berdenyut makin
kencang. "Weeess," segulung angin dingin berhembus lewat.
"Aaahh...!" Ku See-hong memperdengarkan jeritan kaget.
Dengan kaki gemetar dia mundur tujuh-delapan langkah lagi ke
belakang. Kiranya waktu itu dia sudah sampai di depan sebuah bangunan
loteng yang sangat lebar. Di atas undak-undakan di sebelah kiri dan kanan
masing-masing berdiri tegak sesosok tulang belulang
manusia yang masih utuh. Di tengah tengkorak itu membawa
sebuah benda perak yang bercahaya tajam.
Dalam lirikan matanya yang sedang menegang itu, anak muda
tersebut merasa seakan-akan kedua sosok mayat itu adalah mayat hidup yang sedang
melotot ke arahnya dengan sinar mata
kemarahan. Tapi setelah mengetahui kalau tengkorak itu sudah lama mati,
diam-diam Ku See-hong baru menghembuskan napas panjang,
meski jantungnya masih berdenyut dengan kerasnya sebab kuil ini dalam
kenyataannya jauh lebih mengerikan daripada berita yang
tersiar di luaran. Setelah menenangkan sebentar hatinya, pemuda itu baru
menengok ke arah papan nama di atas pintu gerbang itu. Di sana tercantum empat
huruf merah darah yang berbunyi:
"PEK KUT YU HUN" (Tulang tengkorak sukma gentayangan).
10 Di kedua belah sisi papan nama tadi, masing-masing tergantung
sebuah kepala tengkorak. Ku See-hong segera bergumam seorang
diri, "Pek-kut-yu-hua,... Pek-kut-hun....
Apakah yang dimaksudkan adalah tumpukan tulang-belulang manusia yang mati dalam kuil
ini...?" Bergumam sampai di situ, dia lantas melirik sekejap ke dalam.
Sayang suasana di dalam ruang itu gelap-gulita, susah dilihat jelas.
Maka dengan cepat dia mengambil keputusan di dalam hati dan
melangkah naik ke atas undak-undakan batu itu.
Tiba-tiba terdengar bunyi desingan lirih, kemudian terlihatlah benda berwarna
perak di tangan tengkorak yang berada di sebelah kiri itu mengayun ke bawah
dengan membawa suara desingan angin yang amat tajam.
Sreet, cahaya perak itu langsung menusuk ke ulu hati Ku See-
hong. Bukan saja serangan ini dilancarkan dengan kekuatan yang amat
besar, jurus serangannya juga garang dan keji, dengan kecepatan yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
Mimpin pun Ku See-hong tidak menyangka kalau tengkorak
tersebut bakal menyergap secara tiba-tiba. Dalam terperanjatnya cepat dia
merendahkan badan sambil berputar arah secara lihay dan manis, ia menghindarkan
diri dari sergapan maut tersebut.
Siapa tahu baru saja ia menghembuskan nafas lega. "Kraaak,"
lagi-lagi terdengar suara desingan keras.
Kali ini, tengkorak yang berdiri kaku di sebelah kanannya mulai bergerak.
Cahaya di tangannya itu secepat sambaran kilat
menghantam ke arah jalan darah Ciok-sun-hiat di belakang batok kepala Ku See-
hong. Saking terkesiapnya, paras muka si anak muda itu berubah
hebat. Keinginannya untuk hidup membuat badannya tanpa sadar
miring ke samping kemudian tangan kanannya membalik sambil
11 melempar ke belakang. Cahaya perak yang mengancam tiba itu
segera menyambar ke arah tiang.
Siapa tahu belum sampai jurus serangan dari Ku See-hong itu
digunakan sampai matang, cahaya perak tadi tiba-tiba menyusup ke belakang,
kemudian dari sisi kiri dengan membawa berpuluh-puluh titik cahaya tajam
menyambar lagi mengancam dua belas jalan
darah penting di tubuh anak muda tersebut.
Perubahan jurus serangan, melancarkan pukulan, semuanya
dilakukan dengan kecepatan bagaikan kilat, sama sekali tidak
terpaut jauh bila dibandingkan dengan jago nomor satu dari dunia persilatan.
Dalam terkesiapnya Ku See-hong segera jongkok dan menggulingkan diri ke bawah undak-undakan batu.
Setelah itu dengan cepat dia melompat bangun lagi, dengan napas terengah
dan keringat bercucuran dia berdiri memucat di situ.
Anehnya, begitu Ku See-hong sudah melompat turun dari undak-
undakan batu tadi, tengkorak yang ada di sebelah kiri dan kanan itupun segera
balik kembali pada posisinya semula.
Ku See-hong yang keras kepala tak mau menyerah kalah dengan
begitu saja. Sekali lagi dia melompat naik ke atas undak-undakan batu itu. Tapi
seperti yang pertama tadi, kembali dia mengalami serangan demi serangan yang
amat gencar. Tak sampai sepertanak nasi lamanya, ia gagal untuk menembusi
tempat tersebut. Kesemuanya ini dengan cepat membuat hatinya
menjadi kecut dan sedih sekali.
Tapi pemuda itu memang cukup cerdas. Setelah gagal dengan
tujuh kali percobaannya pikirannya pun segera terbuka. Rupanya kedua sosok
tengkorak itu memang sudah mendapat latihan yang
khusus untuk menyergap musuh-musuh yang datang dari luar.
Apabila kakinya tidak melangkah di atas undak-undakan batu itu, secara otomatis
kedua sosok tengkorak itu juga tak akan bergerak, dan dengan sendirinya tak akan
menyerang pula dirinya. 12 Berpikir sampai di situ, Ku See-hong siap-siap mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya untuk menyeberangi ruangan tersebut,
ketika ia mendongakkan kepalanya, tiba-tiba dijumpai pada
beberapa kaki di atas pintu gerbang itu terlihat berjajar tiga buah rantai tipis
yang menjulur ke bawah. Jarak antara rantai yang pertama dengan rantai lainnya adalah tiga jengkal lebih.
Tentu saja, dengan kecerdasan otak yang dimiliki Ku See-hong,
tidak sulit baginya untuk menduga bahwa benda tersebut adalah
semacam senjata rahasia pembunuh yang berbahaya sekali. Maka
rencananya untuk menyeberang dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuh pun segera mengalami kegagalan total.
Untuk sesaat lamanya anak muda itu berdiri tertegun dengan
perasaan kecewa dan putus asa. Semua harapan di dalam hatinya
juga turut musnah tak berbekas.
Sampai lama sekali, sekilas rasa girang baru melintas di atas
wajah anak muda itu, ia berhasil menemukan suatu akal yang
sangat bagus. Sambil berpekik nyaring, secepat sambaran kilat, Ku See-hong
melompat naik ke atas undak-undakan batu itu.
"Srrreeet..." tengkorak yang berada di sebelah kanan itu segera
memutar senjata peraknya sedemikian rupa sehingga menciptakan
serangkaian bianglala berwarna perak, kemudian langsung menusuk ke iga kiri anak
muda itu, serangannya garang sekali.
Sedari tadi Ku See-hong telah memperhitungkan sampai ke situ,
di kala kakinya sedang menginjak di atas ubin batu itu, badannya segera
menjatuhkan diri ke tanah dan berguling cepat menyusup ke arah dalam ruangan.
Detik terakhir menjelang tubuh Ku See-hong tiba di depan pintu ruangan itulah,
mendadak dari atas pintu menyambar datang sekilas cahaya tajam yang menyilaukan
mata, tahu-tahu sebuah pintu
berpisau yang tajam telah meluncur ke bawah dan siap mencabik-
cabik tubuh pemuda tersebut.
13 Tak terlukiskan rasa kaget Ku See-hong menghadapi kenyataan
itu. Hampir saja ia merasa kehilangan sukma lantaran terperanjatnya. Entah dari mana datangnya kekuatan, sekuat
tenaga dia melejit ke samping.
"Blaaam...!" di ringi suara yang sangat keras, pintu berpedang
yang terdiri dari belasan buah pedang tajam itu langsung menancap di atas lantai
yang mengakibatkan timbulnya percikan bunga api.
Ku See-hong mendengus tertahan... kaki kirinya yang terlambat
menghindar segera termakan tusukan sebilah pedang.
Sebuah mulut luka yang besar muncul di atas badannya, darah
segar bercucuran membasahi seluruh badannya. Coba sedikit ia
terlambat menghindar, niscaya tubuhnya sudah tertembus oleh
tusukan pedang-pedang itu.
Dengan cepat Ku See-hong melompat bangun lalu memandang
pintu pedang itu dengan termangu-mangu. Lama, lama sekali ia
baru menghela napas panjang, pekiknya di hati:
"Hampir saja aku mampus di ujung pedang-pedang itu. Coba
kalau mampus, dendam berdarahku tak akan terbalas untuk
selamanya." Teringat tentang dendam berdarah itu, kobaran api kebencian
yang kuat segera muncul dalam hatinya dan membakar badannya.
Sekulum senyuman dingin yang kejam tersungging di ujung
bibirnya, sinar mata yang memancar pun merupakan sinar merah
berapi-api yang penuh dengan rasa benci dan dendam yang dalam.
Tapi setelah Ku See-hong dapat melihat jelas suasana dalam
ruang dalam, sekali lagi ia bergidik, bahkan bersin beberapa kali.
Kobaran api dendam dan rasa benci yang membara dalam dadanya
itu seakan-akan terguyur oleh sebaskom air dingin, kontan lenyap tak berbekas.
Ternyata di dalam ruangan itu penuh berserakan tulang
tengkorak manusia. Ada yang sedang berduduk, ada yang
berbaring, ada pula yang berdiri, bentuknya aneh sekali. Ditambah 14
lagi rambutnya yang hitam dengan gigi putih yang menyeringai
keluar, membuat wajah mereka kelihatan begitu menakutkan dan
seramnya hingga menggidikkan hati siapapun.
Ku See-hong merasakan dirinya seakan-akan berada di dalam
neraka. Hatinya tercekat, bergidik dan ketakutan.
"Ci it... ci it..." serentetan bunyi aneh yang memekikkan telinga
berkumandang datang dari arah belakang.
Dengan cekatan Ku See-hong berpaling ke belakang, tapi dengan
cepat ia menjerit kaget: "Aaaah...." Dengan ketakutan ia mundur beberapa langkah ke belakang.
Ternyata lebih kurang satu kaki dari Ku See-hong terdapat
sebuah peti mati. Waktu itu penutup peti mati tersebut sedang
pelan-pelan membuka sendiri....
Menyusul kemudian, dari balik peti mati itu pelan-pelan muncul sebuah tangan
aneh yang tinggal tulangnya melulu. Tangan aneh
tadi mencakar kesana-kemari dengan serawutan.
Jantung Ku See-hong kembali berdebar keras. Dengan pancaran
sinar mata yang aneh dan takut dia awasi peti mati itu tak berkedip, terasa
kakinya menggigil keras dan lemas sekali. Kalau bisa dia ingin menjatuhkan diri
untuk duduk di lantai. "Blaaam...!" tiba-tiba suatu benturan keras kembali terjadi.
Pintu di mana Ku See-hong lewat ketika melangkah masuk ke
dalam ruangan tadi mendadak menutup dengan sendirinya, bahkan
menutup rapat-rapat sehingga setitik cahayapun tak Nampak.
Suasana di tempat itu menjadi gelap gulita hingga kelima jari
tangan sendiripun susah dilihat. Udara menjadi sesak dan lamat-lamat Ku See-hong
mengendus bau busuknya bangkai yang amat
menusuk hidung. 15 Untung Ku See-hong memiliki ketajaman mata yang melampaui
orang lain, walau berada di tengah kegelapan, ia masih dapat
melihat peti mati itu dengan jelas.
"Kreeek... kreeek....
Serentetan suara aneh yang menusuk
pendengaran kembali menggema dalam ruangan itu.
Penutup peti mati tersebut kini sudah terangkat tinggi-tinggi ke udara,
kemudian.... "Blaaam!" di ringi suara keras penutup peti mati itu sudah
terlempar jatuh ke tanah.
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bersama dengan membukanya penutup peti mati itu, sesosok
tengkorak hidup pelan-pelan bangkit berdiri dari balik peti mati.
Tengkorak itu jauh berbeda dengan tengkorak-tengkorak lainnya.
Dia mempunyai rambut yang sangat panjang dan mata yang cekung
ke dalam, tapi anehnya ternyata mata itu memancarkan cahaya
hijau yang berkilauan. Dalam takutnya Ku See-hong merasa sangat ngeri.
Ia tidak percaya kalau di dunia ini terdapat tengkorak hidup, tapi kenyataan telah berada
di depan mata, tidak percayapun tak mungkin.
Dalam pada itu, tengkorak hidup itu sudah bangkit dari peti
matinya dan melangkah keluar, kemudian selangkah demi selangkah lamban tapi
tetap menghampiri Ku See-hong.
Pada saat itulah, ruangan yang gelap gulita dan sebenarnya tiada hembusan angin
itu mulai dipenuhi oleh deruan angin yang sangat keras dan tajam.
Munculnya angin inipun sangat aneh seolah-olah berhembus
keluar dari balik dinding di sekitar ruangan itu. Makin lama angin itu berhembus
semakin kencang. Suara deruan angin pun makin keras
dan memekikkan telinga. Sekarang tengkorak hidup itu sudah berada lebih kurang empat
jengkal dari Ku See-hong.
Sepasang lengan panjangnya yang
tinggal tulang itu sudah diluruskan ke depan mencengkeram tubuh 16
pemuda itu. Segulung bau amis yang amat menusuk hidung segera
menerpa tiba. Ku See-hong yang berdiri begitu dekat dengan tengkorak itu
dapat melihat dengan jelas bagaimana bagian dada dari tengkorak itu cuma terdiri
dari tulang-tulang iga yang berjajar lurus, sementara di dalamnya kosong
melompong tak berisi apa-apa.
Ini membuktikan kalau tengkorak itu benar adalah sesosok tengkorak hidup.
Bagaimanapun besarnya nyali pemuda itu tak urung dia menjerit
kaget juga. Selangkah demi selangkah dia mundur terus ke
belakang. Anehnya, ternyata mayat hidup itupun mempercepat langkahnya
mengejar kemanapun dia pergi.
Tiba-tiba, kaki Ku See-hong terkait oleh seonggok tulang
belulang. Sambil menjerit kaget tubuhnya segera terpelanting dan terlempar
sejauh beberapa kaki dari tempat semula.
Rupanya tempat di mana ia terjatuh barusan adalah sebuah peti
mati juga. Ketika itu, penutup peti mati itu sedang terangkat ke atas, sesosok
tengkorak lain sedang menjulurkan tangannya yang aneh untuk mencengkeram tubuh
anak muda itu. Ku See-hong ketika itu benar-benar ketakutan setengah mati
sehingga sukma pun terasa bagaikan mau terbang meninggalkan
raganya. Ia memperdenarkan suara auman yang agak gemetar.
Suara itu seperti jeritan kaget, seperti juga teriakan ngeri, namun sepasang
matanya masih mengawasi kedua sosok tengkorak hidup
itu tanpa berkedip. Dalam pada itu gerak pengejaran yang dilakukan kedua sosok
tengkorak hidup itu makin lama semakin cepat... dalam waktu
singkat mereka sudah berada empat jengkal di hadapan Ku See-
hong. Dengan ketakutan pemuda itu kembali mundur ke belakang.
17 Tiba-tiba... kaki Ku See-hong tergaet kembali oleh sesuatu benda.
Rupanya membentur lagi pada sebuah peti mati. Dengan cepat dia berpaling, tapi
sesosok tengkorak hidup tahu-tahu sudah muncul kembali di hadapan matanya.
Pemuda itu benar-benar ketakutan setengah mati.
Matanya sampai terbelalak lebar sedang tubuhnya berdiri kaku seperti mayat.
Tengkorak-tengkorak hidup itu sama sekali tidak berlaku sungkan kepadanya.
Lengan bertulang putihnya itu secara lurus disodok ke muka, menusuk dada pemuda
itu, tapi gerakannya lambat sekali.
Segulung bau amis yang menusuk hidung segera berhembus
lewat. Mendadak Ku See-hong tersadar kembali dari lamunannya. Ia
menyaksikan kuku tengkorak hidup yang tajam itu sudah menempel di atas pakaian
bagian dadanya. Ku See-hong menjerit keras, secepatnya dia membuang diri ke
belakang dan mundur cepat-cepat.
Belum lagi kakinya berdiri tegak, kembali segulung bau amis
kembali datang, dan dua sosok tengkorak hidup lainnya dengan
yang satu di kiri dan yang lainnya di kanan sedang memutar kuku-kukunya yang
panjang dan tajam mencengkeram ke atas bahunya.
Hampir pecah nyali Ku See-hong menghadapi ancaman tersebut,
buru-buru dia melompat lagi beberapa kaki ke belakang dengan
badan gemetar. Kali ini saking paniknya ia sampai tak mampu
menguasai diri dan terjatuh ke tanah, dadanya terengah-engah.
Meski dalam kegelapan sukar untuk mengetahui paras mukanya,
tapi bisa diduga muka itu tentu sudah berubah menjadi pucat pias seperti mayat.
Yang berada di hadapan Ku See-hong sekarang bukan hanya tiga
sosok tengkorak hidup saja tapi tengkorak-tengkorak yang semula tiduran atau
duduk itu sekarang telah berlompatan bangun sambil menarik sepasang lengannya,
pelan-pelan mereka mendesak ke
depan. 18 Api setan menari-nari di udara, warna hijau menyeramkan yang
mencorong dari balik lekukan mata tengkorak-tengkorak yang
kosong itu menambah seramnya suasana.
Tapi waktu itu hembusan angin yang maha aneh tersebut telah
menjadi tenang kembali, menyusul suara jeritan dan teriakan aneh yang
menyeramkan bergema amat memekikkan telinga.
Rasa putus asa memenuhi seluruh benak Ku See-hong.
Ia membenci segala-galanya, ia membenci kepada Thian yang tidak
memberi keadilan kepadanya, membenci karena dendam sakit hati
ayah-ibunya belum terbalas.
Tapia pa gunanya membenci bila
elmaut sudah berada di ambang pintu"
Sesosok tengkorak hidup telah mendesak ke hadapan Ku See-
hong. Sreeet... di ringi desingan tajam sepasang lengan tengkorak itu menyambar ke
bawah bersama-sama. Hanya kali ini gerak serangan tersebut dilancarkan dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat. Harapannya untuk hidup yang semula masih berkobar di dada Ku
See-hong, kini sudah lenyap tak berbekas. Tanpa berpikir panjang lagi
dia menjatuhkan diri berguling ke samping untuk menyelamatkan diri, setelah itu dengan cepat dia melompat bangun.
Tiba-tiba, di tengah ruangan yang sunyi senyap itu berkumandang suara gelak tertawa setan yang dingin dan
memekakkan telinga. "Heeehhh... heeehhh... heeehhh.... Heeehhh... heeehhh... heeehhh...." Suara tertawa itu lamban, berat dan dalam meski amat pelan tapi saling susul
menyusul hingga membuat seluruh ruangan bergetar
dengan kerasnya. Ku See-hong hanya merasakan seluruh tubuhnya seperti
tersayat-sayat oleh pisau tajam mengikuti gelak tertawa yang
menggema barusan itu. Sekujur tulang badannya seakan-akan
tergetar lepas dan hancur berantakan hingga tak ada wujudnya lagi.
19 Bagaikan orang gila Ku See-hong berteriak keras, tubuhnya
secepat kilat menubruk ke depan dan malahan menghampiri salah
satu di antara tengkorak-tengkorak hidup itu.
Bila seseorang dihadapkan pada ancaman maut, ada kalanya
mereka tidak melakukan perlawanan dan pasrah pada takdir yang
telah mengaturnya, tapi lebih banyak orang yang berjuang sampai titik darah
penghabisan melawan malaikat elmaut.
Dalam keadaan terancam oleh bahaya ini, Ku See-hong bukannya
pasrah sebaliknya justru timbul suatu kekuatan untuk memberontak yang kuat
sekali. Dia ingin mengerahkan segenap kekuatan yang
dimilikinya untuk meloloskan diri dari neraka yang menyeramkan itu.
Sekalipun harapan tersebut nampaknya sangat tipis, toh bukan
berarti tak dapat dicoba, sebab bagaimanapun juga lebih baik
berusaha daripada pasrah kepada nasib.
Entah dari mana datangnya kekuatan, sepasang lengan Ku See-
hong dengan membawa segulung kekuatan yang dahsyat, bagaikan
ambruknya bukit karang, langsung disodokkan ke tubuh sesosok
tengkorak hidup yang sedang menubruk datang itu.
"Blaaammm...! " ketika tengkorak hidup itu termakan oleh
serangan tersebut, tubuhnya hanya bergetar sedikit, kemudian
sambil tertawa seram selangkah demi selangkah maju kembali
untuk mengejar korbannya.
Keadaan Ku See-hong pada waktu itu sudah mirip orang gila,
telapak tangan kirinya membacok ke belakang, telapak tangan
kanannya mendorong. Maka angin puyuh menderu-deru di
sekeliling tubuhnya. Kembali sesosok tengkorak hidup terhajar telak oleh pukulan
beruntun tangan kiri kanannya, namun sama sekali tidak
mendatangkan hasil apa-apa.
Gelak tertawa aneh yang mengerikan menggema semakin keras,
api setan yang berwarna hijau berkedip-kedip di balik kegelapan, seramnya bukang
kepalang. 20 Ku See berteriak keras, sepasang lengannya diputar sekenanya,
bahkan kadangkala sepasang kakinya ikut melancarkan tendangan
berantai, pokoknya setiap kali ada bayangan hitam mendekatinya, serangan segera
dilancarkan secara ngawur.
Akhirnya ia mendapat kesempatan untuk melepaskan diri dari
kurungan tengkorak-tengkorak hidup itu. Tanpa berpikir panjang dia lantas putar
badan dan melarikan diri secepatnya.
Dalam ruangan gelap gulita sukar melihat kelima jari tangan
sendiri ini, dia sendiri tak tahu kemana akan pergi, pemuda itu cuma tahu lari
dan lari terus secara membabi buta.
Mendadak Ku See-hong merasa ada segulung angin dingin
berhembus datang dari arah belakang yang membuat tubuhnya
terpelanting dan jatuh berjumpalitan di udara, menyusul kemudian ia merasakan
badannya seakan-akan sedang meluncur jatuh ke
bawah dengan kecepatan luar biasa.
"Habis sudah riwayatku kali ini!" pekiknya diam-diam.
Dia sadar bahwa tubuhnya yang besar itu sedang terjerumus ke
dalam sebuah liang yang tak diketahui berapa dalamnya.
Ku See-hong menggerakkan tangannya kesana kemari secara
ngawur dengan maksud mencari pegangan, tapi usahanya selalu
gagal, maka akhirnya ia memperdengarkan jeritan anehnya yang
memekakkan telinga. Inilah jeritan atau rontaan terakhir dari
seseorang menjelang datangnya elmaut.
Daya luncur tubuhnya serta deruan angin yang terpancar keluar
membuat kesadaran pemuda itu lambat laun menjadi makin kabur.
Tapi jeritan kesakitan yang keras itu masih berkumandang keluar dari mulutnya.
"Blaaamm...!" satu benturan nyaring menggema di udara.
Ku See-hong merasakan tubuhnya terjatuh di atas sebuah benda
yang lunak sekali. 21 Dalam sekejap mata tubuhnya seakan-akan dikurung oleh
banyak sekali benang yang tipis tapi kuat. Dia bagaikan seekor ikan besar yang
terjebak di dalam jala, mau berkutik pun tak ada
gunanya. Rasa kaget yang luar biasa tadi sesungguhnya membuat
kesadarannya hampir punah.
Tapi sekarang, setelah dia tidak
mendengar lagi suaranya deruan angin yang tajam itu, maka
matanya pelan-pelan dipentangkan kembali.
Pemandangan pertama yang masuk dalam pandangannya adalah
tubuh sendiri yang terkurung di dalam jaring raksasa itu.
Hampir saja dia tidak percaya kalau dirinya masih hidup, tapi
ketika rasa girang itu meluap dalam hati, rasa sakit dan sedih menyelimuti pula
benaknya. Betul dia berhasil lolos dari
cengkeraman tengkorak-tengkorak hidup itu, tapi ia toh akan mati kelaparan juga
dalam jaring ini" Dengan sorot matanya yang tajam Ku See-hong mencoba untuk
mengawasi ruang bawah tanah yang aneh itu. Butiran permata
kelihatan berhamburan di atas dinding batu di sekeliling tempat itu, cahaya
tajam yang berkilauan itu membuat benda dalam ruang
bawah tanah itu dapat terlihat jelas.
Diam-diam ia menghela napas panjang sehabis melihat
kesemuanya itu, dia tak menyangka kalau di dunia ini masih
terdapat banyak sekali keanehan yang mencengangkan hati.
Kiranya ruang bawah tanah di mana ia berada sekarang
mempunyai kedalaman kira-kira lima-enampuluh kaki sehingga
bentuknya persis seperti sebuah sumur kuno yang sangat besar.
Jaring yang menjaring tubuhnya sekarang tergantung pada
ketinggian kurang lebih sepuluh kaki dari permukaan tanah.
Sedangkan jala raksasa itu sendiri tergantung pada tiga batang tiang besi yang
masing-masing lima kaki tingginya. Tiang tersebut dibuatnya sedemikian rupa
sehingga bisa digunakan untuk
mengembang-kempiskan jala di bawahnya.
22 Pada dasar ruang bawah tanah itu terdapat sebuah sumur kuno
berwarna hitam yang satu kaki luasnya. Letak sumur itu persis di bawah jala
raksasa itu. Ketika Ku See-hong mengawasi bagian yang lain, maka tanpa sadar dia
menjerit kaget. Apa yang sesungguhnya dia saksikan" Di sudut lain dari ruang
bawah tanah itu tergeletak tulang tengkorak manusia yang
berserakan di mana-mana.
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan suara pedih ia lantas bergumam seorang diri:
"Aaai .... Lewat beberapa hari lagi tentu aku pun akan berubah
menjadi sesosok tengkorak seperti itu."
Teringat akan kematian, tanpa terasa beberapa titik air mata
jatuh bercucuran membasahi pipinya. Ia bukan takut mati, tapi
merasa sedih karena setelah mati, sudah pasti dendam berdarah
ayah-ibunya tak akan terbalas lagi. Tapi berada dalam keadaan
demikian, apa pula yang bisa dia lakukan"
Menjerit kepada langit, langit tidak menjawab berteriak ke bumi, bumi tiada
berpintu, terpaksa dia harus berdiam diri untuk
menunggu datangnya maut yang akan merenggut nyawanya.
Suasana keheningan dan kesepian mencekam seluruh ruangan
bawah tanah. Dalam keadaan sunyi senyap begini, dia merasakan
kesedihan, ketakutan dan kengerian.
Kini Ku See-hong mulai merasa agak mendendam terhadap
manusia aneh yang berada dalam kuil itu, ia menganggap manusia aneh tersebut
terlalu keji, sadis dan tidak berperikemanusiaan. Tapi berpikir lebih jauh,
tanpa terasa dia harus menegur pula kepada diri sendiri:
"Semua kejadian ini toh berlangsung karena kesalahanku sendiri, bagaimana
mungkin aku bisa menyalahkan cianpwe yang berada
dalam kuil ini" Dia kan bersemedi dan mengasingkan diri di dalam kuilnya, tak
pernah melakukan kepada orang luar, sedangkan di depan kuil pun sudah tertera
tulisan - Siapa berani masuk bakal mampus" Aku
23 sudah tahu barang siapa masuk ke dalam kuil ini pasti akan mati, tapi nyatanya
aku nekad masuk juga. Lantas kalau bukan diri sendiri yang disalahkan, apakah orang lain yang musti disalahkan?"
Setelah berhenti sejenak, gumamnya lebih jauh:
"Aaaai , yang lebih menggemaskan adalah ketidak-becusanku
sendiri, mana tak punya ilmu silat yang lihay, dendam berdarah sedalam lautan
tak bisa dibalas lagi."
Ku See-hong yang sedang bergumam dan menyesal kepada diri
sendiri itu sama sekali tidak menyangka kalau waktu itu ada
sepasang mata yang cekung lagi mengawasi gerak-geriknya dari
balik kegelapan sana. Terdengar Ku See-hong sekali lagi menghela napas pedih,
gumamnya lebih jauh: "Menurut pendapatku locianpwe yang tinggal dalam kuil ini bisa berwatak begitu
aneh dan dingin tak berperasaan pasti disebabkan ia mempunyai pengalaman lagi
yang demikian memedihkan hatinya
sehingga dia merasa putus harapan. Aaai , apalagi kalau kudengar suara
nyanyiannya yang begitu memedihkan hati, meski aku masih belum memahami bait
lagunya, tapi aku tahu bait tersebut pasti merupakan suatu nyanyian yang sangat
meremukkan perasaan."
Setelah berhenti sebentar, mencorong sinar aneh dari balik mata Ku See-hong,
katanya lebih jauh, "Mungkin cianpwe ini seperti pula aku, mempunyai dendam
kesumat yang lebih dalam dari samudra."
Sesudah mengerutkan dahinya, sekali lagi dia menghela napas
panjang. "Aaaai... andaikata ia dapat menyelamatkan jiwaku dan
mengajarkan ilmu silat kepadaku. Thian di atas dan hati sanubariku sebagai
saksi, aku Ku See-hong pasti akan menyelesaikan keinginan hatinya...."
Bergumam sampai di situ, Ku See-hong segera menggelengkan
kepalanya berulang kali. 24 "Tidak, tidak. Sudah pasti persoalannya tidak menyangkut
masalah dendam sakit hati," katanya kembali, "Dalam dunia
persilatan dewasa ini, siapakah yang sanggup melawan kehebatan dari locianpwe
ini" Seandainya ia mempunyai musuh, sudah pasti musuh-musuhnya itu sudah habis
semua terbunuh olehnya...."
Sewaktu Ku See-hong bergumam sampai di situ, sepasang sorot
mata bercahaya hijau yang berada di balik kegelapan itu kembali menatapnya
tajam-tajam, sedangkan dalam hati kecilnya dia
berpikir: "Dugaan bocah itu tepat sekali, siapakah manusia di dalam dunia persilatan
dewasa ini yang berani mengganggu seujung rambut
lohu" Aaaai , tapi...."
Manusia di balik kegelapan itu kembali melenyapkan diri tanpa
menimbulkan sedikit suarapun.
Sementara itu Ku See-hong masih duduk termangu-mangu
seperti orang bodoh, lalu sekali lagi menghela napas sedih.
Akhirnya dia duduk bersila di dalam jala dan mengatur pernapasan.
Rasa ketakutan yang menterornya semalaman membuat pemuda
itu merasa sedemikian penatnya sehingga tanpa disadari dia telah terlelap tidur.
Entah berapa lama sudah lewat, tiba-tiba Ku See-hong
dibangunkan dari tidurnya oleh serentetan suara gemuruh yang
aneh sekali. Dalam kejut dan terkesiapnya, buru-buru Ku See-hong bangun
berduduk, kemudian mengawasi sekeliling tempat itu dengan sorot mata tajam. Akan
tetapi tiada sesuatu keanehan yang berhasil
dijumpainya. Tapi suara gemuruh tersebut kian lama kian bertambah besar,
suara pantulan yang dihasilkan dari dalam ruang bawah tanah
itupun seakan-akan terjadi pergolakan keras yang mengakibatkan timbulnya suara
deruan angin yang mirip suara guntur. Anehnya, 25
ternyata dalam ruang bawah tanah itu sama sekali tidak terasa
adanya hembusan angin. Tiba-tiba Ku See-hong menjerit kaget.
Ternyata ia telah menemukan bahwa suara keras yang terdengar tadi berasal dari
dalam sebuah sumur kecil di dasar ruang bawah tanah itu.
Dengan wajah terkejut bercampur tercekat Ku See-hong
mengawasi sumur kecil itu tanpa berkedip.
Dalam pada itu suara gemuruh tersebut makin lama semakin
cepat dan gencar. Ibaratnya semburan lahar di kepundan gunung
berapi, menyusul kemudian terjadinya gempa hebat dalam ruangan yang membuat
segala sesuatunya bergoncang keras.
Sedemikian besarnya kekuatan itu seakan-akan seluruh jagad
akan menjadi musnah, begitu menggetarkan perasaan orang
membuat sukma serasa terombang-ambing di tengah samudra.
"Bluuup. Bluuup. Bluuup!" letupan demi letupan yang beruntun
terjadi di udara. "Aaaah... suara ini adalah suara api!" pekik Ku See-hong dengan
suara tertahan. "Inilah api gas dari dalam perut bumi. Aduuuh, celaka! Habis
sudah riwayatku, kali ini aku pasti akan mampus
dengan tubuh tak berwujud lagi."
Di tengah suara letupan demi letupan yang menggelepar di udara itulah, bagaikan
sebuah gunung berapi kecil, dari balik sumur kecil itu menyembur keluar kobaran
api yang menjilat-jilat setinggi enam-tujuh kaki tingginya, bahkan mengikuti
suara letusan-letusan yang beruntun itu, kobaran api kian lama kian bertambah
dahsyat. Ku See-hong yang berada di dalam jala ibaratnya seekor anak
kijang yang dipanggang. Dia dipanggang hidup-hidup dari bawah
secara keji. Sekalipun jilatan api besar itu tidak sampai membakar tubuh Ku See-hong, namun
hawa panas yang luar biasa besarnya itu cukup
memberikan penderitaan dan siksaan yang hebat baginya.
26 Berada dalam jala, Ku See-hong bergelindingan kesana kemari
seperti monyet makan terasi, bahkan tiada hentinya memperdengarkan suara rintihan kesakitan yang hebat.
Dengan sekuat tenaga Ku See-hong meronta dan menggetarkan
jala itu keras-keras dengan harapan bisa merobek jala itu dan terjun ke dalam
kobaran api, sehingga dapat mati dengan cepat.
Siapa tahu jala raksasa itu justru terbuat dari serat ulat sutera yang dipintal
bersama emas. Meski lunak dan empuk, tapi kuatnya bukan kepalang.
Sudah barang tentu harapannya tak bisa
terpenuhi. Ku See-hong yang masih muda belia ini terpaksa harus menerima
siksaan berat yang tak akan pernah dialami orang lain. Jilatan api yang membara
menyerang dan menyengat badannya terus menerus
tanpa hentinya. Tapi anehnya, kobaran api yang menyembur keluar itu demikian
kerasnya sehingga sama sekali tidak mengandung asap.
Kalau tidak, mungkin sedari tadi si anak muda itu sudah mati sesak oleh asap yang
tebal. Kulit badan di sekujur tubuh Ku See-hong telah terpanggang
sehingga berubah warnanya menjadi merah membara. Panas, perih
dan sakitnya luar biasa, tapi rambut dan bajunya sama sekali tidak menunjukkan
tanda-tanda hangus atau ikut terbakar. Kenyataan ini memang sedikit agak aneh.
Napas Ku See-hong mulai terengah-engah, aliran darah di
sekujur badannya mengalir semakin keras dan mendidih hebat. Dia bergulingan
kesana kemari berusaha mengurangi penderitaannya.
Tapi usaha tersebut hanya sia-sia belaka, sebab sengatan hawa
panas yang menyerang badannya kian lama kian bertambah
dahsyat. Kobaran api yang tak berperasaan, makin lama membara
semakin dahsyat. Suhu udara makin meninggi dan hawa panas
menyesakkan napas. 27 Ia sudah tidak sanggup lagi untuk merasakan penderitaan yang
sedemikian hebatnya itu. Akibatnya setelah memperdengarkan
jeritan ngeri yang memilukan hati semacam jeritan menjelang
kematian, sekujur badannya bergulingan kesana kemari dengan
sekarat. Ku See-hong merasa darah dalam tubuhnya seakan-akan telah
mongering. Sekujur tulang belulangnya seperti mau retak dan
hancur berkeping-keping karena kepanasan, di sana-sini sudah
mulai bermunculan bagian tubuh yang hangus dan menyiarkan bau
busuk. Lama kelamaan.... Sekarang hidung Ku See-hong dengan tajam dapat mengendus
bau daging yang hangus. Baunya bukan kepalang lagi, sekuat
tenaga, dia bergulingan lagi kesana kemari berusaha meronta dan melepaskan diri
dari siksaan, tapi lambat laun rontaannya itu makin lamban... makin lamban dan
akhirnya berhenti sama sekali.
Siapa tahu pada saat itulah, di kala jiwanya sudah kritis dan
berada di ujung tanduk, mendadak dari sumur kecil itu meledakkan segumpal
kobaran api yang maha besar, menyusul kemudian di ringi serangkaian suara
gemerutukan, jilatan api panas itu lenyap tak berbekas dan suasana pun pulih
kembali dalam keheningan.
Hawa panas dalam ruang bawah tanah itupun dengan cepat
membuyar kemana-mana, dalam waktu singkat suasana seram
kembali menyelimuti sekeliling tempat itu.
Dada Ku See-hong naik turun tiada hentinya. Sepasang matanya
menjadi merah membara, mulutnya memperdengarkan suara
rintihan kesakitan, sedang kesadaran otaknya sudah makin kabur.
Dalam keadaan antara sadar dan tak sadar ini, Ku See-hong
hanya bisa berpikir di hati:
"Oooh, Thian, mengapa Kau tidak cepat-cepat biarkan aku mati
saja" Mengapa Kau harus menggunakan cara sekeji ini untuk
menyiksa diriku" Apakah nyawaku benar-benar sedemikian tidak
berharganya...?" 28 Tiba-tiba telinga Ku See-hong mendengar suara mengalirnya air.
Dengan cekatan dia meronta dan bangun berduduk. Dengan sorot
mata ngeri diawasinya sumur kecil itu tak berkedip.
Pada waktu inilah, jala raksasa yang mengurung Ku See-hong itu seakan-akan
dikendalikan oleh seseorang. Pelan-pelan meluncur ke bawah, langsung masuk ke
dalam sumur kecil itu. Ku See-hong
segera tahu bahwa siksaan yang lebih keji telah berada di ambang pintu, tapi
saat itu jangankan melawan, tenaga untuk meronta
sudah tidak dimilikinya lagi, apalagi ia masih terkurung di dalam jala tersebut.
Terpaksa dia hanya bisa pasrah, membiarkan nasib buruk macam apapun menimpa
dirinya. Titik-titik air mata kembali meleleh keluar membasahi wajah
pemuda itu. Kejadian mengenaskan yang pernah dialaminya di
masa kecil dulu sekarang terbayang kembali dalam benaknya. Ia
merasa seakan-akan menyaksikan seorang lelaki dan seorang
perempuan yang bermandi darah sedang meratap, meronta di
dalam neraka. "Aduuuhh.... Dingin sekali!"
Ku See-hong menjerit dengan mengenaskan, sekujur badannya
gemetar keras karena kesakitan.
Waktu itu, jala tersebut telah diceburkan ke dalam sumur kuno
yang amat dalam itu. Ternyata air dalam sumur adalah air yang
dinginnya bagaikan es. Padahal kulit badan di sekujur tubuh Ku See-hong sedang
merasa kesakitan hebat lantaran digarang dengan api, begitu
direndam di dalam air yang dinginnya bagaikan es ini, kontan saja penderitaan
yang dialaminya itu membuat dia tak sanggup menahan diri.
Tragisnya jala yang tak berperasaan itu justru menyusut semakin kecil pada waktu
itu. Menyusut sedemikian rupa sehingga luasnya hanya cukup bagi pemuda itu untuk
berdiri kaku. Maka dari itu
sekalipun Ku See-hong tak kuat menahan siksaan air dingin yang menyayat badan,
ia sama sekali tak berdaya untuk meronta.
29 Lambat laun darah yang mengalir di dalam tubuh Ku See-hong
makin membeku. Sekujur tubuhnya tegak kaku dan mengeras
seperti batu, napasnya semakin lirih sedangkan sorot matanya mulai kabur dan
termangu-mangu seperti orang bodoh.
Dia hampir mati kedinginan, untuk sesaat tubuhnya sama sekali
tak mampu berkutik lagi. Di kala kesadaran Ku See-hong sudah hampir mulai punah,
pelan-pelan jala raksasa dikerek naik lagi ke atas dan meninggalkan permukaan
ruang bawah tanah itu setinggi sepuluh kaki.
Sungguh kasihan Ku See-hong, sepasang matanya terpejam
rapat-rapat, sekujur badannya kaku karena kedinginan, tubuhnya berdiri kaku tak
mampu berkutik, mukanya pucat pias sama sekali tak berdarah.
Keadaannya waktu itu tak jauh berbeda dengan
sesosok mayat. Suasana dalam ruang bawah tanah itu pulih kembali dalam
keheningan yang luar biasa, suasana seram dan menggidikkan hati mulai
menyelimuti sekeliling tempat itu.
Mendadak dari atas langit-langit ruang bawah tanah itu
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkumandang kembali suara pekikan aneh yang menyeramkan.
Suara itu bagaikan tangisan setan atau lolongan serigala, pokoknya begitu
seramnya suara itu sehingga sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Suara pekikan itu menggetarkan seluruh ruangan bawah tanah
seperti ada berpuluh ribu ekor kuda yang lari bersama saja,
membuat perasaan orang tercekam dalam keadaan yang luar biasa.
Menyusul pekikan nyaring itu, dari langit-langit ruang bawah
tanah yang tingginya lima enam puluh kaki itu melayang turun
sesosok bayangan manusia. Tubuhnya begitu enteng seperti bulu.
Dengan ringannya, bagaikan sukma gentayangan dia melayang
turun ke atas tiang di mana jala itu tergantung.
30 Manusia aneh bagaikan sukma gentayangan ini mempunyai
rambut yang terurai awut-awutan, mukanya putih seperti mayat.
Keadaannya sangat menyeramkan.
Mata kirinya cacad sebelah dan tinggal sebuah lubang yang
kosong, lengan kanannya kutung, sedangkan sepasang kakinya
sebatas lutut ke bawah sudah membusuk dan tak karuan
keadaannya, sehingga kelihatan tulang tengkoraknya yang
berwarna putih. Keadaan tersebut sangat mengerikan, membuat
orang menjadi tak tega untuk memandang lebih jauh.
Manusia aneh itu menghembuskan napas panjang, lalu
mengeluarkan tangan kirinya yang kurus kering tinggal kulit
pembungkus tulang itu untuk menghantam pelan ke ujung tiang di ujung sebelah
depan. "Pluuuk...!" benturan nyaring terjadi.
Mendadak jala itu menyebar dan membentang lebar sehingga
tubuuh Ku See-hong yang kaku itu terjatuh dan roboh terkapar di atas jala. Ia
masih belum bisa berkutik sama sekali.
Tidak Nampak gerakan apa yang digunakan tahu-tahu manusia
aneh itu sudah berada di sisi Ku See-hong.
Gerakan tubuhnya ibarat sukma gentayangan, membuat ia kelihatan semakin
mengerikan. Pada hakekatnya belum pernah ada jago silat dalam
dunia persilatan yang memiliki ilmu sakti sedahsyat itu.
Dengan sebuah matanya yang hijau bercahaya, manusia aneh itu
mengawasi sekejap sekujur badan Ku See-hong.
Sekulum senyuman segera menghiasi wajahnya yang menyeringai aneh itu.
Mungkin senyuman tersebut baru pertama kali ini diperlihatkannya setelah lenyap
selama berpuluh tahun lamanya.
Tiba-tiba senyuman manusia aneh itu lenyap kembali, wajahnya
berubah kembali menjadi dingin menyeramkan, membuat orang
merasakan hatinya bergidik bila berjumpa dengannya.
31 Kemudian manusia aneh itu merentangkan kelima jari tangannya
lebar-lebar. Dengan gerakan aneh secara beruntung dia totok
dalam nadi penting Jin dan Tok-meh di tubuh anak muda itu.
Kemudian didudukkannya Ku See-hong di atas jala.
Lengan kirinya pelan-pelan diangkat dan dengan lima jari yang terbentang lebar dia
ancam jalan darah Sing Cong, Leng-siu, Sin-hong, Poh-long, dan Yu-bun. Lima buah
jalan darah penting di badan pemuda itu.
"Sreeet... sreeet...!"
Lima gulung cahaya putih memancar keluar dari ujung jari
manusia aneh itu dan menyambar secara telak ke setiap jalan darah tadi. Begitu
jalan darahnya terserang secara telak, sekujur badan Ku See-hong gemetar keras,
tapi dengan cepat menjadi kaku
kembali. Kelima jari tangan manusia aneh itu kembali beralih ke arah lima jalan darah
Tong-kok, Sang-si, Im-tok, Bong-gi, Tiong-cu, lima buah jalan darah penting di
bagian tubuh yang lain. "Ceeesss," lima gulung cahaya putih kembali memancar keluar
dari kelima jari tangannya dan menyambar kelima buah jalan darah tersebut secara
telak. Seperti keadaannya tadi, Ku See-hong
gemetar lagi beberapa kali kemudian kaku kembali seperti semula.
Begitu secara beruntun manusia aneh itu melancarkan beberapa
kali serangan cahaya putih dan menghajar semua jalan darah
penting di sekujur badan pemuda itu.
Beberapa waktu kemudian, manusia aneh itu baru bangkit
berdiri, menghembuskan napas panjang dan dari dalam sakunya
mengeluarkan sebutir pil berwarna merah yang dicekokkan ke
dalam mulut Ku See-hong. Di kala semua pekerjaannya telah selesai, kembali manusia aneh itu berpekik
nyaring, lengan kirinya berputar membentuk sebuah gerak lingkaran, lalu seperti
bulu ayam badannya dengan enteng melayang kembali naik ke atas langit-langit.
32 Pada saat tubuh manusia aneh itu melayang keluar dari ruang
bawah tanah, jala raksasa tadi pelan-pelan mengecil kembali
sebagaimana keadaan tadi. Tubuh Ku See-hong disekap kembali
tegak lurus hingga sama sekali tak sanggup berkutik lagi.
"Blaaamm...!" dari atas dinding ruangan yang licin, tiba-tiba
meluncur sebatang toya besar berwarna hitam, kemudian....
"Blaaam...!" menghajar keras-keras di atas tubuh pemuda itu.
"Weesss," dari arah lain kembali muncul sebatang toya yang
secara cepat dan keras menghantam pula punggung pemuda itu
keras-keras. "Blaaam!" Benturan keras kembali terjadi.
Namun ketika itu Ku See-hong masih belum sadar dari
pingsannya, sekalipun sepasang toya itu menghajar punggungnya
keras-keras, ia tidak merasakan sakit sedikitpun juga, malah
sebaliknya jala raksasa yang tergantung di tengah udara itu
berputar setengah lingkaran.
Rupanya alat rahasia penggerak toya itu sudah dijalankan.
Seperti titiran air hujan, pukulan demi pukulan berhamburan ke atas badan Ku
See-hong dan menimbulkan serangkaian irama yang
nyaring. Anehnya, kedua toya itu tidak menghajar di satu tempat saja,
melainkan atas bawah tak menentu.
Daya pukulan dari setiap pukulan toya itu kerasnya bukan kepalang, ini bisa dilihat dari desingan angin
yang dibawa dalam setiap ayunan toya tersebut.
Andaikata orang biasa yang termakan pukulan itu, jangan heran
kalau orang itu tak akan sanggup untuk bangun lagi selama-
lamanya. "Aduuuhh...!" pekikan kesakitan bergema memecahkan keheningan dalam ruangan itu.
Saking sakitnya oleh pukulan toya itu, Ku See-hong sampai
tersadar dari pingsannya. Padahal daging badannya yang terbakar oleh api,
kemudian terendam dalam air tadi, masih sakitnya bukan 33
kepalang. Bisa dibayangkan bagaimana akibatnya bila dihajar
kembali oleh ayunan toya yang demikian kerasnya itu.
Siksaan semacam itu betul-betul kejam dan tak berperikemanusiaan. Jangankan tubuh Ku See-hong yang hanya
terdiri dari darah daging, sekalipun terbuat dari baja pun lama-kelamaan tak
akan tahan juga. Tak heran kalau ia menjerit-jerit kesakitan seperti babi yang
mau disembelih. Tapi sekujur tubuh Ku See-hong sudah terbelenggu dalam
pengepresan jala raksasa itu hingga sama sekali tak berkutik, sama sekali tak
bisa meronta. Dia hanya pasrah dan membiarkan hujan toya yang tidak berperasaan
itu menghajar tubuhnya habis-habisan.
Jerit kesakitan dan suara pukulan toya bercampur aduk menjadi
satu membentuk serangkaian irama yang aneh. Ku See-hong betul-
betul tidak tahan lagi, dia mulai menjerit-jerit seperti tangisan setan di
tengah malam buta. Dalam suasana hening semacam ini,
teriakan-teriakan itu kedengaran mengerikan dan mendirikan bulu roma siapapun.
Hampir semua kulit badannya sudah pecah dan terluka. Darah
kental membasahi seluruh badan anak muda itu, kulit wajahnya
mengejang keras menahan penderitaan yang luar biasa, rambutnya awut-awutan
seperti setan, keadaan seperti itu tak ubahnya seperti sukam gentayangan yang
baru disiksa dalam neraka.
Ku See-hong menggigit bibirnya menahan semua siksaan dan
penderitaan yang telah dilimpahkan Thian kepadanya itu.
Lebih kurang sepeminum teh kemudian, agaknya sepasang toya
itu sudah merasa puas dengan pukulan-pukulannya.
Mendadak gerak serangan itu terhenti dengan sendirinya.
Begitu pukulan berhenti, jala raksasa itu pun membentang lebar.
Sesudah mengalami siksaan serta hajaran setiap waktu, Ku See-
hong sungguh merasakan tubuhnya lelah tak bertenaga lagi.
Dengan lemas dia berbaring di atas jala sambil terengah-engah.
Selang sejenak kemudian, dengan air mata bercucuran dia baru
termenung sambil melamun.
34 Entah dosa besar apa yang kulakukan dalam kehidupanku di
alam dunia masa lalu" Mengapa Thian telah melimpahkan siksaan
ala neraka ini kepadaku"
Berpikir sampai di situ ia merasa matanya berat sehingga tanpa disadarinya, dia
tertidur kembali. Tapi... siapa pula yang menyangka kalau Ku See-hong ketika itu
sesungguhnya sedang melatih semacam ilmu silat yang tiada
keduanya di kolong langit"
Untuk menjadi seorang yang sukses, bukan kecil perjuangan
yang dibutuhkannya. Betul Ku See-hong mengalami siksaan dan
penderitaan yang berat saat ini, ... tapi hasil yang berhasil diraihnya di
kemudian hari membuat ia akan merasa bahwa pengorbanannya
saat itu sangat berharga sekali.
Satu hari lewat tanpa terasa, di kala Ku See-hong masih terlelap dalam tidurnya,
tiba-tiba kembali berkumandang suara gemuruh
yang sanggat mememekikkan telinga. Dengan perasaan kaget dia
tersadar kembali dari tidurnya.
Sesudah ada pengalaman satu kali, dia tahu bahwa tubuhnya
kembali akan menerima siksaan dari semburan api dari bawah
ruangan sana. Dengan dahi berkerut tapi sinar mata memancarkan kebulatan
tekadnya, sambil menggertak gigi keras dia siap
menerima siksaan tersebut.
Semburan api kembali memancar keluar dari dalam sumur.
Kobaran api yang tak berperasaan mulai memanggang anak muda
itu tanpa ampun. Tapi kali ini dia tidak menjerit-jerit lagi. Bukan berarti
badannya tidak merasa sakit lagi, sebaliknya justru siksaan yang dialaminya kali
ini seratus kali lipat jauh lebih dahsyat. Sebab dia tahu kalau nasibnya sudah
ditetapkan demikian, kemudian pada akhirnya tak akan lolos dari kematian,
jeritan-jeritan menjelang saat kematiannya hanya akan memperlihatkan kelemahan
sendiri, maka dia hanya menahan penderitaan itu dengan mulut membungkam.
Tak lama kemudian semburan api telah padam, menyusul air
sumur yang dingin merendam sekujur badannya. Bagaimanapun
35 kerasnya watak Ku See-hong, setiap kali setelah menerima siksaaan air dingin,
dia pasti jatuh tak sadarkan diri dan kedinginan sampai membeku badannya.
Lalu hujan pukulan toya pun menghajar seluruh badannya
sampai penuh dengan luka dan darah kental bercucuran dari manamana.
Semburan api, rendaman air dan pukulan toya, tiga macam
siksaan dahsyat itu hampir selama 7 hari lamanya menyiksa tubuh Ku See-hong.
Setiap hari pemuda itu tentu akan merasakan satu
kali kenikmatan tersebut.
Ketika tujuh hari sudah lewat, keadaan Ku See-hong sudah tidak mirip dengan
manusia lagi. Napasnya sangat lemah, sinar matanya pudar, sekujur badannya lemas
dan tak bertenaga, dia sudah tak mampu menggunakan tenaganya lagi. Menerima
siksaan api, air dan pukulan, tiga macam siksaan ala neraka ini, dia boleh dibilang hampir saja
selalu tak sadarkan, bahkan nyaris tak akan bisa
bangun lagi untuk selama-lamanya.
-oo0dw0oo- Jilid: 02 SETELAH lewat tujuh hari tujuh malam, tiba-tiba Ku See-hong
berangsur-berangsur menjadi sadar kembali.
"Haaah!" dengan kejut bercampur keheranan dia berseru
tertahan, bagaikan sedang mengigau, dia bergumam, "Kenapa aku
belum mati" Kenapa aku bisa berbaring di sini?"
Ternyata ketika itu Ku See-hong sudah tidak berbaring di atas
jala lagi, melainkan berbaring di atas sebuah pembaringan kuno.
Dengan cepat dia melompat bangun, kemudian dengan sorot mata
yang tajam dan dingin menyapu sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian gumamnya lebih jauh:
36 "Heran, bukankah badanku sudah tersiksa oleh semburan api,
rendaman air dingin dan pukulan toya sehingga tidak berbentuk
manusia lagi" Mengapa aku tidak merasakan kesakitan apa-apa
sekarang?" Buru-buru Ku See-hong menundukkan kepalanya dan memeriksa
sekujur badannya, tapi lagi-lagi dia menjerit kaget.
"Mengapa sekujur badanku tidak meninggalkan bekas luka apa-
apa" Bahkan tampak putih bersih, dan halus" Jangan-jangan aku
lagi bermimpi?" Dari balik sinar mata Ku See-hong pelan-pelan muncul sebercak
sinar gembira, dia merasa gembira sekali karena dapat hidup
kembali bahkan sinar kehidupannya makin lama semakin kuat.
Akhirnya dia mengangkat tangan kanannya dan menampar
mulutnya keras-keras untuk membuktikan bahwa apa yang
dialaminya sekarang bukan berada dalam alam impian.
-odwoo- Bab 2 PLOK! Sebuah tamparan yang pelan tapi mantap membuat
ujung bibirnya segera mengucurkan darah, itulah rasanya darah
yang amis dan membawa rasa asin.
Kesemuanya ini menunjukkan kalau dia masih hidup, tapi Ku
See-hong tidak berteriak ataupun bersorak kegirangan, malah
otaknya menjadi dingin dan tenang. Otaknya berputar keras untuk menemukan alasan
di mana terletak keanehan yang telah
dialaminya selama ini. Mendadak....
Serentetan suara tertawa dingin yang menyeramkan dan
berbunyi tinggi melengking bagaikan hembusan angin dingin dari gudang salju,
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkumandang dalam ruangan itu.
Menyusul kemudian, terdengar seorang berkata dengan suara yang dingin
merasuk tulang: "Bocah muda, kau sudah sadar" Heehh...heehh...heehh... Kemari, sebelum meninggal lohu ada
beberapa persoalan hendak disampaikan kepadamu."
37 Ucapan itu berhawa dingin dan diucapkan sepatah demi sepatah
bagaikan jeritan setan, suaranya menusuk pendengaran dan
membuat bulu kuduk orang pada bangun berdiri.
Sepasang sorot mata Ku See-hong yang tajam bagaikan sembilu
itu segera dialihkan ke arah pintu lain dalam ruangan itu, wajahnya sama sekali
tanpa emosi, sahutnya pelan: "Locianpwe, boanpwe Ku See-hong segera akan datang
menjumpaimu." Ku See-hong sudah tahu bahwa selembar jiwanya telah ditolong
oleh manusia aneh dalam kuil itu, bahkan dia mengerti, semua
siksaan bagaikan dalam neraka yang dialaminya tadi tak lebih hanya suatu
percobaan yang diberikan manusia aneh itu kepadanya. Maka dia tidak membenci
manusia aneh itu, dia hanya merasa watak
manusia aneh itu sedemikian anehnya sehingga agak rahasia dan
misterius. Dari balik ruangan kembali terdengar suara manusia aneh itu
bergema, tapi suaranya masih begitu dingin bagaikan es dan sama sekali tidak
membawa nada manusia. "Bocah cilik. Ehmm... Ku See-hong, kau adalah satu-satunya
manusia dalam dunia dewasa ini yang bisa bertemu muka dengan
lohu, untuk ini kau bisa merasa amat bangga."
Mendengar ucapan tersebut, Ku See-hong mengernyitkan alis
matanya, ia merasa ucapan manusia aneh itu terlampau latah dan angkuh, dengan
nada tak puas segera serunya:
"Locianpwe, sewaktu kau masih berkelana di dalam dunia
persilatan, apakah belum pernah ada orang yang bisa berjumpa
denganmu?" Tiba-tiba manusia aneh itu memperdengarkan suara tertawa
panjangnya yang mengerikan.
Suara itu tinggi melengking dan
memekikkan telinga membuat pemuda itu merasakan badannya
gemetar karena kaget. Selesai tertawa dengan suara dingin
menyeramkan orang itu berkata lagi,
38 "Semenjak kematian lohu pada dua puluh tahun berselang,
belum pernah ada orang yang bisa bertemu muka lagi dengan
lohu." Mendengar ucapan tersebut, kontan saja bulu kuduk Ku See-
hong pada berdiri semua, bila ucapannya benar, bukankah berarti manusia aneh itu
adalah sukma gentayangan atau sebangsa
manusia halus" Mungkin benar demikian, sebab ucapannya juga terasa bukan
suara manusia biasa. Tanpa terasa Ku See-hong terbayang kembali akan tengkorak-
tengkorak hidup yang berada dalam Pek Kut Yu Hun itu. Rasa kaget dan ngeri
segera berkecamuk dalam dadanya, tanpa terasa
sepasang kaki dan sekujur badannya menggigil keras.
"Hmm... Manusia yang tak becus," damprat manusia aneh itu
dengan suara dingin, "Apakah bedanya antara manusia dan setan"
Coba lihat begitu ketakutannya kau mendengar perkataanku
barusan, bagaimana mungkin kau bisa membalaskan sakit hati
ayah-ibu-mu?" Dampratan tersebut ibaratnya suara Guntur yang menggelegar di
siang hari bolong. Seketika itu juga membuat Ku See-hong tertegun dan menjadi
malu sendiri. Tanpa memperdulikan lagi apakah orang itu manusia atau setan,
dengan cepat dia menyelinap ke dalam
ruangan itu seraya berseru,
"Locianpwe... Ku See-hong akan datang!"
"Kreeekk... kreeekk..." suara pintu yang nyaring menggema
memecahkan keheningan. Dengan sorot mata tajam Ku See-hong dapat memandang ke
dalam sana, dengan cepat (matanya)menangkap (satu) kaki yang
tinggal tulang kerangka berwarna putih itu.
Tak terlukiskan rasa terkejutnya pemuda itu... pelan-pelan sorot matanya dialihkan
ke atas, dengan cepat dia menangkap seraut
wajah yang menyeringai mengerikan.
39 Waktu itu, manusia aneh tersebut sedang mementangkan
mulutnya sambil mengerutkan kulit wajahnya, kemudian, "Heeehh...
heehh..." memperlihatkan senyumnya yang mengerikan.
Bagaimanapun besarnya nyali Ku See-hong, tak urung bergidik
juga hatinya setelah menyaksikan tampang (wajah) itu. Seluruh
badannya kembali gemetar keras, rasa kaget, gugup dan tegang
segera menyelimuti wajahnya yang tampan itu. Meski demikian, dia enggan untuk
memperlihatkan rasa takutnya di hadapan orang itu.
Dengan langkah lebar ia berjalan ke dalam ruangan, menjura seraya berkata
nyaring: "Boanpwe Ku See-hong, datang menghunjuk hormat buat
cianpwe." Sehabis berkata, dia lantas bertekuk pinggang dan
menjura dalam-dalam kepada orang itu.
Suara pembicaraan manusia aneh itu berubah menjadi agak
halus dan hangat, pujinya:
"Punya nyali. Benar-benar punya nyali....
Tidak malu untuk menjadi pemegang pucuk pimpinan dalam dunia persilatan pada
masa mendatang...." Ku See-hong merasa amat terkejut mendengar ucapan tersebut,
sebab dari balik perkataan manusia aneh itu, lamat-lamat dia dapat menangkap
maksud yang lebih mendalam lagi di balik perkataan itu.
Bukankah dia mengartikan bahwa selanjutnya dialah yang akan
menentukan mati hidup orang-orang persilatan..."
Waktu itu, di hati kecil Ku See-hong sudah tidak tercekam oleh perasaan takut
lagi, dengan hormat ia berkata:
"Cianpwe terlalu memuji, boanpwe tak berani untuk menerimanya." Manusia aneh itu mendengus dingin,
"Hmmm.... Kau adalah satu-satunya manusia yang pernah kupuji
sepanjang hidupku, apakah kau masih belum puas...?" katanya
dingin, "Untuk sementara waktu, duduk dulu di atas bangku itu...."
40 Ku See-hong berpaling mengikuti arah yang ditunjuk manusia
aneh itu, tapi ketika sorot matanya menangkap benda yang
dimaksudkan, ia menjadi melongo.
Yaa, kursi apaan itu" Pada hakekatnya tidak lebih adalah suatu benda berbentuk
segi empat yang terdiri dari tumpukan tulang
tengkorak manusia. Tapi Ku See-hong tidak menjerit, wajahnya juga tidak
menunjukkan sikap aneh, malah dengan berlapang dada segera
duduk di atas tengkorak kepala manusia itu.
Dengan cepat ia merasakan munculnya segulung hawa dingin
yang sangat aneh muncul dari atas tulang tengkorak itu dan
langsung menyergap ke atas ubun-ubunnya. Ini, membuat seluruh
badannya menjadi kedinginan setengah mati.
Tapi aneh sekali.... Tiba-tiba Ku See-hong merasakan timbulnya segulung hawa
aliran panas dari dalam pusarnya dan langsung menyusup ke
seluruh bagian tubuhnya itu.
Dalam waktu singkat hawa dingin yang menyusup masuk lewat
pantatnya tadi dapat teratasi, bahkan hawa dingin itu segera
menjadi lenyap tak berbekas.
Menerang sinar hijau dari balik mata si manusia bermata tunggal itu. Diawasinya
semua perubahan pada diri Ku See-hong tanpa
berkedip, kemudian kepalanya manggut-manggut berulang kali.
Tapi pada saat itulah, di atas pantat Ku See-hong tiba-tiba terjadi lagi suatu
perubahan yang sangat aneh.
Sekarang dia merasa seakan-akan sedang duduk di atas pelat
besi yang sedang panas membara.
Sekujur tubuhnya gemetar keras, hawa darah dalam tubuhnya mendidih dan bergolak keras,
seakan-akan sedang digarang oleh semburan api saja. Tersiksanya bukan kepalang....
41 Ku See-hong tahu, dia sedang dicoba oleh manusia keji itu,
mengapa pula dia harus memperlihatkan rasa ketakutannya.
Karena itu sambil berusaha keras menahan penderitaan yang luar biasa, ia tetap
duduk di situ sambil menahan diri. Dalam waktu singkat sekujur badannya sudah
basah kuyub bermandikan keringat.
Di kala Ku See-hong sudah mulai merasa hampir tidak tahan oleh serangan hawa
panas yang menyerang datang secara gencar itu,
suatu kejadian aneh tiba-tiba kembali terjadi.
Mendadak Ku See-hong merasakan mengalir keluarnya segulung
hawa dingin bagaikan es dari dalam pusarnya dan secepat kilat
mengalir ke seluruh bagian tubuhnya. Dengan munculnya hawa
dingin itu, dengan cepat dia merasakan betapa hawa panas yang
meyiksa tubuhnya tadi tersapu lenyap hingga tak berbekas. Kini badannya menjadi
segar dan nyaman kembali.
Mimpipun Ku See-hong tidak menyangka kalau di dalam
pusarnya telah terdapat dua macam tenaga aliran yang sama sekali berlawanan.
Diam-diam Ku See-hong menghela napas panjang,
hampir tertegun pemuda itu karena menghadapi keanehan yang tak terduga tersebut.
Tiba-tiba ... manusia aneh itu membentak keras, tangan kirinya
yang kurus kering itu terayun ke depan dan secara beruntun
melepas tiga buah serangan berantai ke tubuh pemuda itu.
Di mana serangan itu dilancarkan, gulungan hawa pukulan yang
sangat dahsyat segera menghembus kencang di dalam ruangan itu.
Bagaikan bukit karang yang berguguran, angin puyuh yang
mahadahsyat itu dengan cepat menggulung ke atas badan Ku See-
hong. Sedemikian dahsyatnya tenaga serangan ini. Seakan-akan dunia
mau kiamat saja rasanya. Menghadapi serangan yang demikian gencarnya itu, paras muka
Ku See-hong segera berubah hebat.
Dia tidak mengira kalau manusia aneh itu bakal melancarkan serangan mematikan ke
arahnya, apalagi setelah menyaksikan tenaga serangan orang yang 42
begitu kencang bagaikan sebuah jala besar yang menggulung tiba dari empat arah
delapan penjuru itu. Hampir pecah nyali anak
muda tersebut. "Habis sudah riwayatku! Habis sudah riwayatku!" pekik Ku See-
hong di dalam hatinya "... tak kusangka setelah berhasil lolos dari siksaan api,
air dingin dan pukulan toya, akhirnya aku toh akan mati pula di ujung tangan
manusia aneh yang keji ini."
Beberapa titik air mata tanpa terasa bercucuran keluar
membasahi pipinya. Pemuda itu tidak meronta, tidak pula
menghindar, dia hanya memejamkan matanya, pasrah kepada
nasib. Padahal sekalipun dia ingin menghindarkan diri juga
percuma, sebab tak nanti ia akan berhasil untuk menghindarkan diri dari
serangkaian serangan gencar yang luar biasa itu.
Hawa pukulan yang kuat dan dahysat dengan cepatnya
mengurung seluruh badan Ku See-hong dari mana-mana, agaknya
sebentar lagi pemuda itu akan terhajar telak oleh serangan dahsyat itu....
Pada detik yang paling akhir itulah, mendadak Ku See-hong
merasakan hawa murni yang berada di dalam tubuhnya bergolak
sangat keras, menyusul kemudian muncul segulung hawa murni
yang aneh menyebar ke seluruh badannya dan menyusup ke luar
lewat pori-pori badannya dan menyongsong datangnya serangan
itu.... "Blaaammm...! "
Di tengah benturan keras yang amat memekikkan telinga, Ku
See-hong hanya merasakan hawa darah di dalam badannya
mengalami suatu pergolakan yang keras sekali.
Menyusul kemudian.... "Blaaamm! Blaaamm! Blaaamm!"
Ledakan demi ledakan menggelegar secara beruntun di udara
dan menggetarkan seluruh angkasa. Hawa pukulan yang berhembus
datang dari empat penjuru itu, seketika membuyar dan lenyap tak 43
berbekas. Ku See-hong menjadi terbelalak matanya karena terkejut menghadapi
serentetan kejadian yang sangat aneh itu. Untuk
beberapa saat lamanya dia hanya bisa duduk di atas tengkorak
kepala manusia itu sambil termangu.
Mendadak manusia aneh itu mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak, suara tertawanya itu penuh mengandung
perasaan girang gembira dan bangga. Kemudian sambil berhenti
tertahan katanya: "Ku See-hong, kau memang tidak menyia-nyiakan harapan lohu.
Sekarang kau telah berhasil melatih ilmu khikang Kan-Kun Mi-Siu yang tiada
keduanya dalam dunia persilatan dewasa ini."
Setelah mendengar ucapan itu, Ku See-hong baru seperti
tersadar kembali dari lamunannya. Dengan cepat ia menjatuhkan
diri berlutut dan menyembah sebanyak tiga kali di depan manusia aneh itu.
"Suhu di atas, maafkanlah tecu karena tak tahu jika kau orang
tua secara diam-diam telah mewariskan ilmu sakti tersebut
kepadaku. Budi kebaikan yang amat besar ini entah dengan cara
apa tecu harus membayarnya?"
Paras muka manusia aneh itu berubah menjadi dingin bagaikan
es... dengan suara serak katanya:
"Siapa yang menjadi gurumu" Selama hidup lohu tak pernah
menerima murid. Bila kau berani memanggil suhu lagi kepadaku,
jangan salahkan kalau aku akan segera merenggut nyawamu itu."
Mendengar perkataan itu, Ku See-hong menjadi tertegun, tapi
dengan sikap yang tetap menghormat katanya:
"Sekalipun di antara kita berdua tiada ikatan nama sebagai guru dan murid, tapi
secara diam-diam cianpwe telah mewariskan ilmu maha sakti kepada boanpwe. Budi
kebaikan yang tiada taranya ini tak akan kulupakan untuk selamanya. Suatu ketika
aku Ku See-hong pasti akan membalasnya.
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
44 "Andaikata cianpwe bersedia pula untuk mengutarakan pesoalan
yang belum dapat diselesaikan, sekalipun boanpwe harus terjun ke lautan api... aku
juga tak akan menampik bahwa meski badan bakal hancur lebur, boanpwe tetap akan
menjalankannya sampai selesai."
Hasil percobaan yang dilakukan oleh manusia aneh dengan
serangan mautnya tadi membuat Ku See-hong memahami
sepenuhnya apa yang telah terjadi. Terbukti sudah bahwa semua
siksaan keji yang dialaminya selama berada dalam ruang bawah
tanah, adalah hasil perbuatan dari si manusia aneh itu. Rupanya dia berbuat
demikian karena ingin mewariskan suatu kepandaian yang luar biasa kepadanya.
Bila dilihat dari kenyataan yang berhasil dialaminya barusan,
semakin terbukti kalau sejenis kepandaian sakti yang luar biasa hebatnya telah
berhasil dimilikinya sekarang.
Selama hidup belum pernah dia menerima kebaikan dari orang
lain. Tidaklah heran budi kebaikan seorang aneh yang mewariskan kepandaian sakti
kepadanya itu membuat dia merasa amat terharu dan berterima kasih.
Ia tahu, meskipun di luar manusia aneh itu tampak dingin, sadis dan tidak
berperasaan, sesungguhnya sangat menyayangi dan
memperhatikan dirinya, bahkan Ku See-hong yang pintar itu,
setelah melihat tubuh cacad manusia aneh itu segera dapat
menduga bahwa dia masih mempunyai banyak sekali masalah
dendam kesumat yang tak terselesaikan, dia tentu memiliki pula pengalaman tragis
yang membuatnya merasa sedih dan hancur
perasaannya, sehingga wataknya berubah menjadi demikian
anehnya. Setelah mendengar perkataan Ku See-hong yang penuh dengan
luapan terima kasih itu, titik air mata tampak berlinang membasahi wajah manusia
aneh itu. Sekujur badannya menggigil keras... jelas perasaannya telah dibuat
terharu sekali. Tak tak lama kemudian paras mukanya telah berubah kembali
menjadi dingin dan menyeramkan, ujarnya dingin:
45 "Ku See-hong, masalah yang menyangkut diriku, sampai matipun
aku tak ingin dicampuri orang lain.... Lohu mewariskan ilmu silat kepadamu
lantaran aku hendak menuruti sumpahku sendiri. Aku
pernah bersumpah: Barang siapa dapat memasuki kuil ini dan
berjumpa dengan lohu, maka akan kuserahkan empat buah
persoalan kepadanya."
"Seandainya boanpwe tidak berulang kali mendapat perhatian
serta bantuan dari cianpwe, sedari tadi aku sudah tewas di dalam ruang depan
sana. Bagaimana mungkin bisa sampai bertemu
dengan cianpwe" Budi kebaikan ini tak akan kulupakan untuk
selamanya." Sekali lagi manusia aneh itu merasa terperanjat.
Dia tak menyangka kalau pemuda itu selain cerdik juga teliti dan cermat, apalagi
terlebih penting ia adalah seorang yang bersedia untuk melakukan pekerjaan
baginya. Tiba-tiba manusia aneh itu berkata dengan sedih:
"Ku See-hong... persoalan yang menyangkut soal pribadiku tak
ingin lohu utarakan kepada siapa pun, sebab aku tak ingin
dicampuri oleh orang lain. Tapi ada empat persoalan yang akan
kuserahkan kepadamu, kemudian lohu akan meninggalkan dunia ini dengan tenang.
Setelah aku mati nanti, aku tak akan ambil peduli bagaimana jalan pikiranmu
nanti." Entah mengapa terhadap manusia aneh yang ditakuti dan
disegani oleh segenap umat persilatan di dunia ini, pemuda tersebut menaruh
semacam perasaan yang akrab. Maka ketika mendengar
kalau manusia aneh itu tak lama akan meninggalkan dunia fana,
suatu perasaan sedih tiba-tiba muncul dalam hatinya.
Ku See-hong tahu bahwa manusia aneh ini memiliki watak yang
sangat aneh, bila terlampau berdebat dengannya, mungkin bisa
mengakibatkan timbulnya perasaan tak senang di kedua belah
pihak. Karena itu dengan hormat dia berkata:
46 "Entah persoalan apakah yang hendak cianpwe serahkan
kepadaku" Katakan saja, boanpwe akan mendengarkannya dengan
seksama." Manusia aneh itu termenung sebentar kemudian dengan suara
dingin katanya: "Pertama. Aku akan memaksa orang yang dapat berjumpa
dengan diriku untuk mempelajari tiga macam ilmu sakti yang lohu miliki.
Kepandaian pertama adalah ilmu khikang yang dinamakan
Kan-kun Mi-siu... untung saja kepandaian tersebut telah berhasil kau pelajari."
"Apakah yang dinamakan ilmu khikang Kan-kun mi-siu tersebut?"
tanya Ku See-hong terperanjat.
"Kan-kun Mi-siu adalah sejenis ilmu silat yang luar biasa
dahsyatnya." Sesudah berhenti sebentar, dia melanjutkan:
"Barang siapa berhasil mempelajari ilmu silat semacam itu, maka ia sudah akan
mampu untuk menjagoi seluruh dunia persilatan.
Bahkan ilmu Boan-yok-Kang dari kalangan Buddha serta pelbagai
ilmu khikang aliran agama To yang mana pun tak dapat menandingi kehebatan dari
kepandaian tersebut."
Ku See-hong yang mendengar perkataan itu diam-diam merasa
terperanjat, benarkah ilmu sakti yang telah dipelajarinya sekarang adalah ilmu
maha sakti seperti yang diucapkan"
Terdengar manusia aneh itu berkata lebih lanjut:
"Ciri khas dari ilmu Kan-kun Mi-siu kang-khi ini adalah barang siapa telah
mempelajarinya, hawa murni yang dimilikiya akan
mencapai kesempurnaan. Sekalipun kekuatan tubuhnya sangat
hebat, namun tiada tanda apa-apa dipandang dari luar malah
sebaliknya bagaikan seseorang yang lemah dan tak bertenaga untuk menangkap
seekor ayam pun, tapi begitu mendapat serangan dari
luar, secara otomatis dari dalam tubuhnya akan muncul suatu
tenaga pantulan yang kuat untuk melindungi badannya. Bahkan
47 yang lebih istimewa lagi, setiap kali hawa murninya kena digetarkan satu kali,
tenaga Im-Yang yang dihasilkan oleh ilmu Kan-kun Mi-siu tersebut akan
menimbulkan suatu gerakan saling hisap-menghisap yang akan mengakibatkan tenaga
dalam yang dimilikinya setingkat lebih sempurna."
Makin mendengar Ku See-hong merasa semakin keheranan. Dia
dibikin setengah percaya setengah tidak oleh kata-kata tersebut.
Tiba-tia manusia aneh itu berkata dengan serius:
"Ilmu sakti ini diciptakan pada jaman Cun Ciu Cian Kok dulu....
Ilmu ini tercantum dalam sejilid kitab pusaka Cang-ciong-pit-kip yang ditulis
oleh Ngo-Cun-siu seorang perdana menteri dari Negeri Go.
Berhubung demikian hebat dan saktinya kepandaian ini, boleh
dibilang hampir semua umat persilatan di dunia ini mengincar dan menginginkannya
bahkan dengan menggunakan pelbagai cara dan
siasat berusaha untuk menyelidiki jejak kitab pusaka ini. Maka bila kau telah
terjun kembali ke dalam dunia persilatan dan kebetulan ada orang yang tahu bahwa
kau pandai mempergunakan kepandaian sakti tersebut, besar kemungkinan akan berakibat
datangnya bencana besar. Aaaaih.... Mungkin inilah yang dinamakan nasib." Tiba-tiba mencorong sinar tajam dari balik mata Ku See-hong,
ujarnya dengan seram, "Bila kawanan cecunguk itu tidak mencari gara-gara denganku
mungkin saja keadaan masih agak baik, kalau tidak, pasti akan
kusuruh mereka menemui ajalnya secara mengerikan."
Diam-diam manusia aneh itu berseru tertahan, pikirnya:
"Heran, mengapa watak orang ini bisa persis seperti aku"
Aaaai... mungkinkah Thian telah mengatur kesemuanya ini untuk
merubah nasib dunia persilatan?" Berpikir sampai di situ, dengan wajah sedingin
es manusia aneh itu berkata lagi;
48 "Kepandaian kedua yang akan kuajarkan adalah semacam ilmu
gerakan tubuh (langkah ajaib) yang sakti dan luar biasa."
Ia berhenti sebentar kemudian melanjutkan,
"Cuma aku hendak memberi tahu kepadamu lebih dulu, di kala
kuberi pelajaran nanti, aku hanya akan mengajarkan satu kali,
mengerti atau tidak terserah pada daya ingatanmu sendiri, selain itu kau pun tak
boleh bertanya lagi...."
Diam-diam Ku See-hong bertekad, bagaimanapun juga dia pasti
akan mempelajari ilmu silat itu sampai bisa.
Kembali manusia aneh itu berkata,"Ilmu sakti yang ketiga adalah satu jurus ilmu
pukulan yang luar biasa hebatnya."
Ia memandang sekejap ke wajah Ku See-hong, kemudian
melanjutkan: "Sekalipun hanya terdiri dari satu jurus sesungguhnya memiliki tiga macam
perubahan yang sukar dimengerti. Bila tidak dialami (dimengerti), rahasia itupun
hanya akan kuterangkan satu kali. Bisa menguasai atau tidak tergantung pada
kemampuanmu sendiri."
Diam-diam Ku See-hong kembali berpikir,
"Manusia aneh ini benar-benar anehnya bukan kepalang.
Mengapa dia hanya akan memberi pelajaran rahasia ilmu silatnya satu kali saja"
Bertanya pun tak boleh, apa sebenarnya yang dia inginkan" Apalah artinya jika
ilmu pukulan yang diajarkan cuma satu jurus belaka?"
Tampaknya manusia aneh itu memahami apa yang dipikirkan Ku
See-hong, katanya dengan dingin:
"Bukan lohu enggan memberi pelajaran kepadamu, adalah ilmu
tersebut amat tak sanggup untuk diwariskan.
Mungkin dengan tubuhku yang cacad sekarang sudah tak sanggup lagi untuk
mempergunakan kepandaian sakti itu, malah besar kemungkinan
sebelum selesai kudemonstrasikan, jiwaku sudah keburu melayang lebih dulu."
49 Paras muka Ku See-hong menjadi merah padam karena jengah.
Bisiknya di hati, "Sungguh memalukan."
Terdengar manusia aneh itu berkata lebih jauh,
"Persoalan yang kedua adalah memaksa kau untuk mendengarkan serangkaian cerita.... Bagaimanapun juga cerita ini harus selalu
teringat dalam hatimu. Sementara aku sedang bercerita, kaupun tak boleh menimbrung atau menanyakan ini itu."
Ku See-hong segera berpikir lagi:
"Cerita tersebut bisa dipandang sebegitu serius olehnya, sudah pasti kisah
pengalamannya yang tragis.
Aku pasti akan mengingatnya baik-baik di dalam hati." Berpikir demikian, dengan suara lantang
dia lantas berkata "Harap locianpwe legakan hati. Sekalipun boanpwe tidak becus,
kisah cerita ini pasti akan kuingat terus di dalam hati."
Sekilas rasa sedih telah menyelimuti wajah manusia aneh itu, tapi sehabis
mendengar perkataan dari Ku See-hong itu, diam-diam
diapun manggut-manggut. "Persoalan ketiga adalah, memaksamu untuk belajar membawakan suatu nyanyian.
Sampai mati pun kau harus
mempelajari nyanyian ini, tapi setelah berhasil mempelajarinya, setiap tengah
malam kau harus membawakannya satu kali. Aku
rasa kau pasti tak akan menyia-nyiakan harapan lohu, bukan?"
Tiba-tiba Ku See-hong berkata:
"Nyanyian yang akan locianpwe ajarkan kepadaku itu, apakah
lagu yang seringkali locianpwe bawakan itu?"
Manusia aneh itu manggut-manggut. Dengan badan gemetar
sahutnya, "Benar, lagu itulah yang kumaksudkan. Lagu itu bernama Cong-ciang-Heng
(Dendam Sejagad)." Ia termenung beberapa saat lamanya, kemudian melanjutkan:
50 "Lohu akan memberitahu kepadamu, lagu ini mengandung suatu
rahasia besar tentang dunia persilatan. Selama ini banyak jago persilatan yang
menggunakan pelbagai akal dan siasat untuk
menangkap lohu. Tujuan mereka tak lain adalah memaksa lohu
untuk menerangkan bait syair dari lagu ini. Karena itu, bila kau telah
mempelajarinya nanti, kau hanya boleh menyanyikannya.
Tapi sampai matipun tak boleh mengungkapkan rahasia dari bait
syair lagu tersebut."
Ku See-hong kembali manggut-manggut.
"Boanpwe pasti tak akan membocorkannya kepada siapapun."
Sekulum senyuman kembali tersungging di atas wajah manusia
aneh yang dingin itu, tapi hanya sebentar saja telah lenyap kembali.
Katanya kemudian dengan dingin,
"Not lagu dari nyanyian ini dikombinasikan dengan semacam ilmu yang maha sakti.
Bila kau membawakannya satu kali maka tenaga
dalammu akan bertambah sempurna setingkat. Cuma... dalam satu
hari membawakannya berulang kali, banyak hawa murnimu yang
justru akan hilang, bukan saja tak ada manfaatnya, sebaliknya
malah ada kerugian. Maka kau harus mengingat baik-baik pesan
ini.... Ai ihh.... Nyanyian ini sukar dipelajari, entah dapatkah kau
menguasainya dalam waktu singkat?"
"Soal ini tak perlu locianpwe risaukan," kata Ku See-hong sambil tertawa, "Dalam
waktu sebulan belakangan ini, dengan menahan
pengaruh gaib yang terpancar dari nyanyian tersebut, boanpwe
telah berhasil menguasai sepenuhnya. Asal cianpwe mengutarakan bait syairnya,
hal ini sudah lebih dari cukup."
"Sungguhkah perkataamu?" tanya manusia aneh itu dengan
wajah terperanjat. "Buat apa boanpwe bohong" Atau sekarang juga akan boanpwe
bawakan satu kali." Dengan penuh emosi, manusia aneh itu berkata lagi,
51 "Waktu yang tersedia, saat ini lebih berharga dari emas. Kalau kau telah
menguasainya, aku pun ikut merasa gembira."
Tampaknya manusia aneh itu seperti telah melepaskan sebuah
batu besar yang mengganjal hatinya selama ini. Pikirnya:
"Bocah ini begini cerdasnya, apa yang kuharapkan mungkin
sekali dapat tercapai seluruhnya. Untung Thian dapat memberikan manusia semacam
ini kepadaku. Meski akhirnya aku mati, aku bisa mati dengan perasaan tenang
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanpa kuatir. Aku berpikir pasti dia dapat menyelesaikan semua persoalanku
dengan sempurna tanpa kekurangan.... Tapi kalau dilihat dari wajahnya yang membawa
hawa pembunuhan, sudah pasti pemuda ini berhati keras dan keji.
Tapi itupun tak menjadi masalah. Lamat-lamat dapat kutemukan
kegagahan di balik mukanya itu.
Sudah pasti orang yang dibunuhnya adalah kawanan pencoleng yang berhati keji."
Berpikir sampai di situ, dengan dingin dia lantas berkata:
"Persoalan keempat adalah memaksa kau untuk mengangkat
seseorang menjadi gurumu dan memohon kepadanya untuk
memberi pelajaran semacam ilmu pukulan kepadamu."
Buru-buru Ku See-hong berkata:
"Locianpwe, siapakah guru yang harus kujumpai itu"
Ilmu pukulan apakah yang harus kumohon darinya?"
"Gurumu itu adalah seorang perempuan. Dia sangat membenci
diriku, mungkin ia tak akan menerima dirimu, juga tak akan
mengajarkan ilmu pukulan tersebut kepadamu. Tapi bagaimanapun
juga kau harus pergi mengadu nasib.
Kalau dia menginginkan tulang belulangku, maka beritahu kepadanya secara terus terang bahwa aku sudah
mati di dalam kuil ini. Aaai... akulah yang salah. Tempo dulu akulah yang telah menyia-
nyiakan dirinya sehingga membuat dia begitu marah, dan merasa
amat menderita...." 52 Ketika berbicara sampai di situ, selintas rasa menyesal muncul di wajah manusia
aneh itu. Gumamnya kembali:
"Soat Kun, aku tidak seharusnya mengesampingkan rasa cintamu
yang tulus dan suci itu, akibatnya aku baru disiksa hingga macam begini oleh
perempuan rendah itu.... Sekarang aku baru tahu kalau cintamu itu suci dan tiada
terhingga, tapi aku telah kehilangan dia, kehilangan untuk selamanya...."
"Aaaai.... Waktu itu aku sudah salah mencintai perempuan
rendah itu, tapi pepatah kuno berkata: Sekali salah melangkah
menyesal sepanjang masa, apa boleh buat" Sekarang aku cuma
bisa menderita sedih dan amat menyesal....
"Aaai.... Putriku, wahai putriku. Aku yakin perempuan rendah itu tak akan
mengatakan kalau kau adalah anakku.
Oh, betapa menggemaskannya hal ini"
Lan Hiang... Oooh Lan Hiang, sampai di akhirat pun aku akan
mengingat terus perbuatanmu yang teramat keji itu...."
Semakin membayangkan, manusia aneh itu semakin mendendam
dan akhirnya saking gemasnya tanpa disadari ucapan tersebut telah diutarakan
keluar.... Ku See-hong tahu, sudah pasti manusia aneh itu sedang
membayangkan kenangan lamanya yang mengenaskan, maka
betapa terperanjatnya dia sesudah mendengar teriakan itu. Tapi Ku See-hong juga
merasa kebingungan, dia tidak habis mengerti
kejadian tragis apakah yang pernah dialami manusia aneh
tersebut.... Rupanya manusia aneh itu menyadari akan kesalahannya, buru-
buru ia menenangkan kembali hatinya dan berkata lagi dengan
dingin, "Ku See-hong, bila kau berhasil menjumpainya, andaikata dia
benar-benar menerimamu dan enggan mewariskan ilmu pukulannya
kepadamu, maka katakanlah kepadanya: Lohu telah menyesal,
sekalipun semasa hidup tak dapat menerima cinta kasihnya, tapi di 53
alam baka dia akan mencintainya sepanjang masa dan mengenangnya selalu.... Perkataan ini muncul dari hati sanubariku menjelang saat
kematian, peduli dia mau memberi pelajaran atau tidak, sampaikan suara hatiku
ini kepadanya agar dia tahu."
"Locianpwe, sebenarnya siapakah orang itu?" tanya Ku See-hong.
"Dia adalah seorang tokoh sakti dari dunia persilatan dewasa
ini.... Seng-sim Cian-li (Perempuan Cantik Berhati Suci) Hoa Soat-kun.
Sedang ilmu pukulan yang harus kau pelajari darinya itu adalah ilmu pukulan Hay-
jin-ciang (Pukulan Unggas Laut) yang amat
menggetarkan seluruh kolong langit itu."
Diam-diam Ku See-hong merasa terkesiap, ternyata guru yang
harus diangkatnya adalah seorang tokoh sakti yang sudah
termasyhur namanya dalam dunia persilatan pada lima puluh tahun berselang, Seng-
sim Cian-li Hoa Soat-kun. Lantas siapakah manusia aneh yang berada di hadapannya
sekarang..." Mungkinkah dia adalah salah seorang tokoh juga yang telah tersohor dalam dunia persilatan
semenjak lima puluh tahun berselang"
Sekalipun Ku See-hong mengetahui cukup banyak tentang nama-
nama jago tersohor dalam dunia persilatan, tapi ia tak bisa
menduga siapa gerangan manusia aneh tersebut.
Beberapa kali Ku See-hong ingin membuka suara untuk bertanya
kepadanya, tapi setelah menyaksikan sebuah mata tunggal si
manusia aneh yang memancarkan sinar tajam itu, dengan cepat
kata-kata yang sudah siap diutarakan itu segera ditelan kembali.
Mendadak manusia aneh itu menatap wajah Ku See-hong dengan
matanya yang hijau menyeramkan, kemudian bentaknya:
"Ku See-hong.... Dapatkah kau melakukan keempat buah
persoalan yang barusan lohu ucapkan ini" Seandainya kau tidak
mampu, cepat katakan!"
54 Ku See-hong merasakan betapa tajamnya sorot mata manusia
aneh itu, seakan-akan hendak menembusi hatinya saja. Tapi ia
tidak gentar, malah sahutnya dengan angkuh,
"Sekalipun boanpwe bodoh, boanpwe masih dapat mengingat-
ingat keempat buah persoalan dari locianpwe itu dengan nyata. Aku tak akan
menyia-nyiakan harapan locianpwe itu, jika sampai
mengingkarinya, biar aku dikutuk oleh Thian."
"Ucapan seorang lelaki sejati...." Bentak manusia aneh itu.
"Bagaikan kuda yang dicambuk," sambung Ku See-hong.
Manusia aneh itu segera mendongakkan kepalanya dan
menghembuskan napas panjang.
Sikap menyeramkan yang diperlihatkan semula segera berubah menjadi tenang kembali.
Agaknya ia merasa sangat puas, sebab apa yang menjadi ganjalan di dalam hatinya
selama ini akhirnya ada juga yang akan
menyelesaikannya. Manusia aneh itu termenung beberapa saat lamanya, paras
mukanya lambat laun juga berubah sedingin es, kemudian katanya:
"Kehidupan lohu sudah tinggal tak seberapa lama lagi, sekarang aku akan
mengutarakan lebih dulu rahasia dari bait syair lagu
tersebut, kemudian akan kuajarkan dua macam ilmu silat. Setelah itu baru
mengisahkan cerita tersebut."
"Boanpwe siap mendengarkan," Ku See-hong manggut-manggut
mengiakan. Mendadak dari sakunya, manusia aneh itu mengeluarkan tiga
butir pil berwarna merah, kemudian katanya dingin:
"Pil ini adalah semacam pil mustajab yang lohu buat berdasarkan catatan dalam
sejilid kitab pusaka. Obat ini dibuat dari kombinasi beberapa macam bahan obat
yang berkhasiat luar biasa. Boleh
dibilang inilah satu-satunya obat pembawa tenaga yang tiada
keduanya di dunia ini. Sekarang telanlah lebih dulu, sebab hal
mana akan sangat membantumu untuk menyelesaikan tugas yang
lohu berikan kepadamu."
55 "Locianpwe," bisik Ku See-hong, "Kau sendiri...., boanpwe
percaya masih sanggup menyelesaikan persoalan ini. Harap kau
legakan hatimu...." Sebenarnya Ku See-hong hendak berkata: "Locianpwe, sekarang
kau sudah lemah dan mendekati ajal, telanlah ketiga butir pil itu untuk dirimu
sendiri, daripada sebelum ketiga persoalan yang lain sempat diucapkan, nyawamu
sudah keburu pergi."
Rupanya manusia aneh itu sudah dapat menebak jalan pikiran Ku
See-hong..., dengan suara dingin ia lantas berkata,
"Mengapa tidak cepat-cepat kau telan"
Buat apa mesti menampik lagi" Lohu yakin masih mampu untuk menyelesaikan
pesanku sebelum mati dengan mata meram."
Ku See-hong tak berani membantah lagi, dia menurut dan segera
menelan pil itu ke dalam mulutnya.
Bau semerbak segera tersiar di dalam mulutnya. Begitu obat itu tercampur dengan
air ludah, segera hancur dan mengalir masuk ke dalam tenggorokannya.
Ia seketika merasa badannya menjadi
segar dan nyaman, kecerdasan otaknya terasa lebih tajam. Jelas obat tersebut
memang benar-benar merupakan sejenis obat
mustajab. Ku See-hong mana tahu kalau ketiga butir pil itu sesungguhnya
telah membantu tenaga dalamnya sebesar sepuluh tahun hasil
latihan..." Dengan wajah yang pedih dan suaranya yang sedih manusia
aneh itu segera membacakan bait syair dari nyanyian "Dendam
Sejagad" itu: DENDA M kesumat membentang bagai jagad
Bukit tinggi berhutan lebat di sisi kuil
Sungai besar di depan kuil berombak besar
Dendam kesumat sepanjang abad
56 DENDA M kesumat membentang bagai jagad
Burung gagak bersarang di rumput kala senja
Cinta kasih berlangsung dari muda sampai tua
Memetik kampak membuat lagu: Nadanya dendam
Menitik air mata darah untuk siapa"
Hati pilu menanggung derita menyesal sepanjang masa
DENDA M kesumat membentang bagai jagad
Ji koan pernah berbuat salah
Menyandang golok menunggang kuda, apalah gunanya"
Salju terbang air laut semuanya hambar.
DENDA M kesumat membentang bagai jagad
Curah hujan membuyarkan awan
Air mengalir akhirnya surut
Dendam kesumat tak akan pernah luntur.....
Ketika manusia aneh itu selesai mengungkapkan syair dari lagu
DENDA M SEJAGAD... titik air mata darah tampak bercucuran dari
matanya yang tunggal. Inilah penampilan dari rasa sedih yang
kelewat batas, membuat ia tampak murung, termangu-mangu dan
terjerumus dalam lamunan.
Ku See-hong memang seorang pemuda yang cerdik, semua bait
syair yang diucapkan manusia aneh itu dengan cepat terukir dalam-dalam di
benaknya. Sekalipun dia merasa agak keheranan dan tidak habis mengerti dengan
arti dari kata-kata itu, namun diapun tahu bahwa bait lagu itu meniktikberatkan
pada soal dendam dan benci.
Tidak heran kalau rasa benci dan dendam manusia aneh itu
di baratkan sejagad..... Mendadak, dengan paras muka sedingin salju dan nada yang
menyeramkan manusia aneh itu berkata:
57 "Ku See-hong, aku rasa sehabis kau mendengar bait syair dari
lagu tersebut, kau pasti akan menaruh curiga mengapa dendam
kesumatku sejagad, bukan" Yaa... sampai mati lohu akan teringat
selalu dendan dendam kesumat ini, akupun akan teringat terus
dengan kekejaman yang pernah kualami. Asal... usia langit umur
bumi ada akhirnya, dendam kesumat dalam hatiku tiada masa
berakhir...." "Aku tahu locianpwe pasti mempunyai kejadian masa lalu yang
amat memedihkan hati, itulah sebabnya dendammu sejagad, tapi
boanpwe tidak menganggap apa-apa terhadap diri cianpwe, aku
hanya merasa dendam cianpwe agak mendalam ketimbang orang
lain." Dengan wajah sedih manusia aneh itu menghela napas panjang,
"Aaai... perkataanmu ada benarnya juga, dendam lohu memang
selapis lebih mendalam bila dibandingkan dengan orang lain.
Aaai... tahu akan menyesal di saat ini, mengapa harus berbuat di masa lalu"
Sekalipun harus mati, aku pun tak perlu menyesal...."
Ku See-hong yang mendengar perkataan itu, diam-diam merasa
terperanjat. Manusia aneh ini memang luar biasa, setiap patah
katanya bahkan mengandung maksud yang mendalam, sayang
sekali manusia secerdas ini tak lama lagi akan meninggalkan dunia ini.
Sementara itu, manusia aneh tersebut telah berkata lagi
sesudah berhenti sebentar:
"Ku See-hong, lohu telah melakukan kesalahan besar dan
terjerumus ke dalam keadaan yang tak tertolong lagi, sedang kau masih muda dan
mempunyai masa depan cerah, kau harus baik-baik bertindak dalam hidupmu nanti...."
Setelah menghela napas panjang, terusnya:
"Lohu hendak memperingatkan dirimu, kau harus ingat: Pelukan
yang lembut dan hangat adalah kuburan buat seorang ksatria...."
Sekali lagi Ku See-hong dibuat terperanjat, pikirnya kemudian, 58
Pelukan yang lembut adalah kuburan bagi ksatria....
Aaai.... Benar, sakit hati manusia aneh itu sudah pasti menyangkut soal cinta hingga
meninggalkan dendam. Aaai.... Benar, manusia seperti dia pun terlibat oleh soal cinta, siapa lagi yang bisa terlepas dari
soal tersebut" Sungguh mengherankan, mengapa hanya
masalah cinta dapat membuat seseorang yang berwatak keras
terjerumus dalam keadaan seperti ini"
Terdengar manusia aneh itu menghela napas sedih, lalu bertanya lagi:
"Ku See-hong, sudah ingatkah kau dengan bait syair dari lagu
itu...?" Buru-buru Ku See-hong memberi hormat, jawabnya: "Boanpwe
telah mengingatkannya di hati."
"Dalam bait lagu itu penuh mengandung banyak rahasia besar,
lohu tak bisa memberi penjelasan kepadamu tentang rahasia
tersebut, dan tergantung pada nasibmu di masa mendatang.
Sekarang akan kuajarkan dua macam kepandaian yang lain
kepadamu. Cepat pusatkan semua perhatianmu dan dengarkan
baik-baik kepandaian yang akan kuajarkan kepadamu itu."
Buru-buru Ku See-hong memusatkan pikirannya menjadi satu
dan membuka telinganya lebar-lebar.
Sekarang ia sudah tahu bahwa manusia aneh itu memiliki ilmu
silat yang tiada tandingannya di dunia ini. Soal baru ini, ia berhasil
mempelajari beberapa jurus ilmu silatnya untuk menjagoi dunia
persilatan di masa mendatang pasti bukan merupakan suatu
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kesulitan lagi. --oodwoo-- Bab 3 BERPIKIR sampai di situ, tanpa terasa lagi timbul suatu semangat yang besar
dalam hatinya. 59 Apa yang ia duga memang tidak salah, kepandaian rahasia akan
diajarkan manusia aneh itu kepadanya memang merupakan suatu
kepandaian sakti yang diimpikan oleh setiap umat persilatan.
Dengan suara keras manusia aneh itu lantas berkata:
"ILmu gerakan tubuh yang akan kuajarkan kepadamu sekarang
dinamakan ilmu silat Mi-khi Biau-Tiong. Perhatikan baik-baik rahasia dari ilmu
ini: Satu bulat, dua puncak, tiga memukul, empat terkulai, lima mengangkat. Yang dimaksud BULAT adalah: Badan.
Tekukkan lengan, pinggul, lutut, semua harus melingkar baru terasa kuat.
Yang dimaksud PUNCAK adalah: tangan, kepala, lidah untuk
mencapai puncak, lamban tapi bertenaga penuh.
Yang dimaksud MEMUKUL: Dada. Gerakan untuk memukul harus
bebas tanpa hambatan dan luwes.
Yang dimaksud TERKULAI adalah: bahu, sikut, udara harus
terkulai. Yang dimaksud MENGANGKA T adalah mengatur pernapasan.
Lima unsur ini tak boleh berkurang satu pun, makin dilatih akan semakin
sempurna. Untuk menggerakkan tubuh dengan hati menggerakkan hawa,
napas harus panjang bagaikan napas kura-kura, lama kelamaan
tenaga akan muncul dan terhimpun dalam pusar, tidak menggumpal membuyar, tidak
melamban tidak memutus... pinggang sebagai
poros, hawa sebagai roda, berganti gerakan seperti aliran awan 60
melangkah, lirih seperti kucing mencabut badan berganti bayangan, semuanya
berubah tiada habisnya."
Ku See-hong yang mendengarkan rahasia itu menjadi amat
terperanjat. Selain rahasia itu panjang dan dalam artinya, juga sulit
dimengerti. Ini menunjukkan kalau ilmu tersebut tidak mudah
untuk dilatih, apalagi dia hanya berkesempatan untuk mendengar satu kali saja.
Berpikir sampai di situ, lamat-lamat peluh dingin membasahi seluruh badannya.
Manusia aneh itu menghembuskan napas panjang, lalu bertanya:
"Ku See-hong, apakah rahasia ilmu Mi-khi Biau-Ciong yang
kuajarkan tadi telah kau pahami?"
"Terima kasih atas cinta kasih cianpwe, boanpwe telah
memahami keseluruhannya," jawab Ku See-hong cepat.
Manusia aneh itu merasa gembira sekali, pikirnya: "Bocah ini
benar-benar amat cerdik."
Walaupun dalam hati kecilnya berpikir demikian, di luar ia
berkata lagi dengan wajah sedingin es:
"Sekarang lohu akan mempraktekkan sendiri ilmu langkah
tersebut. Kau harus perhatikan dengan seksama, yang perlu akan keistimewaan
dalam melakukan langkah itu."
Berbicara sampai di sana, tubuhnya lantas berkelebat ke depan
dan tahu-tahu sudah berdiri di atas tanah dengan sepasang kaki kecilnya yang
tinggal tulang belulang itu.
Mendadak... seringan bulu manusia aneh itu berkelebat lewat
seperti segulung angin saja. Kemana dia berlalu, di situ tahu-tahu badannya
sudah lenyap. Ternyata ilmu langkah yang didemonstrasikan itu mempunyai
suatu gerakan yang rahasia sekali.
Pada hakekatnya tak akan dipahami oleh manusia sembarangan.
Tanpa berkedip barang sekejappun Ku See-hong mengawasi
terus langkah kaki manusia aneh itu. Di antara langkah-langkah 61
kakinya yang kacau balau tersebut seolah-olah seperti mengandung unsur Ngo-heng
dan Pat-kwa, sungguh amat susah dipahami.
Gerakan tubuh itupun cepat seperti sambaran kilat yang
Huru Hara Di Watu Kambang 1 Sengatan Satu Titik Karya Gedungsongo Sepasang Pedang Iblis 3