Dendam Sejagad 2
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung Bagian 2
membuat kepala orang menjadi pusing sekali.
Keindahan dan kesaktiannya sukar ditemukan, tandingannya di dunia ini.
Tiba-tiba Ku See-hong mendengar suara dengusan napas
manusia aneh itu terengah-engah seperti kerbau.
Jelas, untuk melakukan ilmu langkah itu, dia sudah kehilangan banyak tenaga.
Tiba-tiba.... Manusia aneh itu kembali mendengus dingin....
Sekali lagi ia mempraktekkan ilmu langkah tubuh itu.
Betapa terharunya Ku See-hong setelah menyaksikan manusia
aneh tersebut dengan tanpa sayang mengorbankan tenaga yang
banyak, melakukan demostrasi sekali lagi.
Buru-buru dia memusatkan pikirannya untuk memperhatikan dengan seksama.
Dengan napas manusia aneh itu makin lama semakin memburu,
keringat sebesar kacang kedelai bercucuran dengan derasnya.
Suatu ketika orang itu menghela napas sedih dan berhenti bergerak, tubuhnya
segera jatuh terduduk di atas tanah.
Ku See-hong menjerit kaget, cepat ia menubruk ke depan sambil
memayang tubuhnya. "Locianpwe...!" teriaknya cemas.
"Locianpwe... kau... kau...
kenapa kau...?" Waktu itu paras muka manusia aneh itu tersebut telah berubah
semakin pusat menyeramkan. Dadanya naik turun tak menentu,
napasnya terengah-engah dan payah sekali.
"Ku See-hong..." bisiknya dengan suara gemetar.
Hal 50-51 "Kau... apakah kau sudah memahami kesaktian dari ilmu Mi Khi
Bian Ciong ini" Titik berat
Hal. 50-51 62 Adalah mengetahui asal-usul manusia aneh itu serta dendam
kesumat yang terpendam dalam hatinya.
Tiba-tiba paras muka manusia aneh itu berubah menjadi
menyeringai seram, teriaknya:
"Ku See-hong, kau jangan memandang rendah diriku! Apa yang
telah kuucapkan masih bisa kuselesaikan sebagaimana mestinya,
dengan demikian aku baru bisa meninggalkan dunia ini dengan
mata meram. Ayo, cepat bombing aku naik ke atas."
Ku See-hong menurut dan memayang manusia aneh itu naik ke
atas pembaringan, tapi pelbagai persoalan berkecamuk di dalam
benaknya. Dia merasa meski manusia aneh itu dingin tak
berperasaan, sesungguhnya dalam hati kecil orang itu tersimpan suatu ketulusan
hati dan kebajikan yang mulia.
Dia mengingin kalau dirinya bisa menegakkan keadilan bagi umat persilatan dan melenyapkan
semua kejahatan dari muka dunia.
Dalam dunia persilatan dewasa ini banyak sekali manusia-
manusia kerdil yang mencari nama untuk kepentingan pribadi,
banyak pula manusia munafik yang berlagak bajik padahal manusia aneh ini sangat
membenci segala bentuk kejahatan, apalagi sifatnya memang suka membunuh, tak
heran kalau banyak orang jahat yang
tewas di tangannya, tidak heran juga kalau sepanjang masa
hidupnya banyak mengalami penderitaan dan peristiwa tragis....
Sejak kecil Ku See-hong sudah kehilangan orang tuanya. Oleh
suatu pukulan batin yang keras, wataknya mengalami perubahan
yang sangat besar. Ditambah lagi belasan tahun hidup
bergelandangan dalam dunia persilatan, tak sedikit kejadian busuk dan rendah
yang pernah dialaminya. Tidak heran kalau ia sangat mengalami keadaan dunia yang
sesungguhnya. Kobaran api dendam tiba-tiba membakar dalam rongga dadanya.
Tanpa disadari diapun menaruh pandangan yang sempit terhadap
umat persilatan di dunia ini. Ia bersumpah bila suatu hari berhasil mempelajari
ilmu silat yang maha sakti, diapun akan melakukan
pembunuhan secara besar-besaran dalam dunia persilatan.
63 Itulah sebabnya ketika dia masuk ke dalam kuil dan mengalami
pelbagai penderitaan dan siksaan, pemuda itu sama sekali tidak mendendamkan
kepada manusia aneh itu. Seakan-akan dia beranggapan bahwa wajarlah bila manusia-manusia persilatan yang berusaha
memasuki kuil itu menemui ajalnya secara tragis.
Setelah mengatur napas sebentar, tiba-tiba manusia aneh itu
berkata lagi: "Ku See-hong, kemungkinan besar lohu sudah tak sanggup untuk
bertahan lebih lama lagi. Aaai...."
Sesudah menghela napas, ia menghembuskan napas panjang
dan berkata: "Seandainya kuajarkan dahulu jurus serangan itu kepadamu,
besar kemungkinan aku benar-benar tak sanggup untuk mengisahkan cerita itu lagi kepadamu, padahal selama hidup apa yang telah
kuucapkan tak pernah dirubah lagi... tapi kali ini mau tak mau terpaksa aku harus
menuruti maksud hatimu. Akan kuceritakan kisah cerita itu lebih dulu, kemudian baru memberi latihan ilmu
pukulan kepadamu sampai mati."
"Maksud locianpwe itu memang tepat, sekarang silahkan kau
bercerita lebih dulu, boanpwe pasti akan mengingatnya terus di dalam hati...."
Paras muka manusia aneh itu kembali berubah menjadi dingin
menyeramkan, katanya dengan nada seram:
"Ku See-hong, di kala lohu sedang mengisahkan ceritera nanti,
kau dilarang untuk menimbrung, mengerti?"
Mendengar perkataan itu, diam-diam Ku See-hong berpikir:
"Ia benar-benar sangat aneh, wataknya juga aneh sekali, apalagi kalau dilihat
sikapnya yang mudah berubah itu, bila seseorang yang tidak terlalu memahami
wataknya, pasti akan dibikin ketakutan
setengah mati. Dalam keadaan begini, mana mungkin dia berniat
untuk mendengarkan kisah ceritanya lagi?"
64 Berpikir sampai di situ, Ku See-hong lantas berkata:
"Locianpwe tak usah kuatir, boanpwe tak akan menimbrung
selama kau berceritera."
Dalam waktu singkat pelbagai perubahan terjadi di atas wajah
manusia aneh itu. Akhirnya dengan wajah yang memedihkan dia
menceritakan kisah yang cukup menggetarkan sukma itu.
"Lima puluh tahun berselang, dalam dunia persilatan muncul
seorang manusia pintar yang tidak diketahui identitas maupun asal-usulnya. Waktu
itu usianya belum begitu besar, tapi ilmu silatnya telah mencapai puncak
kesempurnaan.... Dalam dunia persilatan
waktu itu tak seorangpun sanggup melawan kelihaiannya itu.
Waktu itu suasana dalam dunia persilatan amat kacau. Kau sesat dan golongan
hitam merajalela, manusia-manusia munafik pun
bermunculan di mana-mana.
Kebetulan pemuda itu adalah seorang manusia yang membenci
segala kejahatan. Ketika dilihatnya dunia persilatan sudah berada di jalan
menuju ke hari kiamat, maka timbul ah suatu niat yang luar biasa dalam hatinya
untuk menyelamatkan dunia persilatan dari
kehancuran, menegakkan keadilan dan kebenaran serta melakukan
pembunuh yang tak kenal ampun terhadap kaum sesat dunia.
Dalam setengah tahun yang amat singkat inilah, secara beruntun dia telah
membunuh jago-jago lihay yang tak terhitung banyaknya dalam dunia persilatan...
meratakan tiga belas propinsi di utara dan selatan sungai besar....
Tujuh puluh empat tempat sarang penyamun dibumi hanguskan
dengan tanah. Para jago liok-lim maupun kaum iblis menjadi
ketakutan dan melarikan diri terbirit-birit.
Waktu itu dia bercita-cita setinggi langit, apalagi sebagai seorang anak muda
yang berdarah panas, maka diapun memberi sebuah
julukan untuk dirinya sendiri, yakni Bun-ji Koan-su (Pendekar Sakti Berbudi
Halus). 65 Orang bilang, semakin tinggi pohon itu semakin mudah
terhembus angin, semakin besar nama orang itu semakin gampang
didatangi bencana. Apalagi Bun-ji Koan-su adalah seorang yang berwatak aneh dan
bertindak menuruti perasaan sendiri. Di kala membunuh orang,
cara yang digunakan amat keji dan tidak mengenal ampun.
Desutan serta adu domba dari pelbagai jago kaum sesat ini
menyebabkan suasana dalam dunia persilatan semakin bertambah
kalut. Maka pandangan orang persilatan terhadap Bun-ji koan-su pun mulai
berubah. Dia mulai dipandang sekejam ular berbisa dan berhati busuk.
Bun-ji Koan-su sendiri sama sekali tak acuh terhadap pandangan yang tak adil
dari umat persilatan terhadap dirinya itu, pokoknya semua iblis dan kaum sesat
yang masih melakukan kejahatan,
dibunuhnya semua tanpa ampun.
Oleh sebab itulah, nama Bun-ji Koan-su makin lama semakin
jelek dan akhirnya dituduh orang sebagai gembong iblis yang
berhati kejam. Sekalipun demikian, berhubung ilmu silat yang dimilikiya amat
lihay, hingga waktu itu tiada seorang manusiapun yang dapat
menandingi, maka semua orang hanya berani marah, tak berani
banyak berbicara, sekalipun berulang kali kaum sesat menggunakan cara yang keji
dan terkutuk untuk mengerubutinya, tapi dia masih tetap membunuh tak kenal
ampun. Maka ketika itu tak ada orang
yang berani mencari gara-gara dengannya, kalau tidak sudah pasti pengeroyokannya
mati semua terbunuh. Tapi justru karena perbuatannya ini, dengan cepat memancing
kemarahan dari umat persilatan lainnya. Mereka segera menyebar Bu-lim-tiap dan
Liok-lim-ciam untuk mengerubutinya. Tapi yang
mengherankan justru ilmu silat yang dimiliki Bun-ji Koan-xu makin lama semakin
lihay, semua pengerubutan itu berhasil dikalahkan sehingga tercerai-berai.
66 Pikiran semua orang mulai cemas, gelisah dan tak tenang.
Banyak di antaranya malah merasa tak nyenyak tidur, tak enak
makan. Sementara itu para jago dari pelbagai partai besar pun menaruh semacam perasaan
curiga terhadap ilmu silat yang dimiliki Bun-ji Koan-su.
Setelah melalui penyelidikan yang seksama, akhirnya baru
diketahui, rupanya Bun-ji Koan-su memiliki semacam ilmu khikang yang aneh dan
maha sakti. Ilmu khikang tersebut bisa menimbulkan suatu perubahan Im-
Yang di dalam badannya sehingga semakin keras dia menerima
serangan, semakin hebat pula kemajuan yang berhasil dicapai
dalam tenaga dalamnya. Karena itu, kemajuan yang berhasil
dicapai Bun-ji Koan-su boleh dibilang melebihi orang lain dan sangat mengerikan
sekali. Ku See-hong yang mendengarkan kisah itu menjadi amat tertarik
sekali. Dia tahu, yang dinamakan Bun-ji Koan-su tersebut sudah pasti adalah
manusia aneh di hadapannya ini... tapi diapun
membenci kepada umat persilatan. Dia merasa orang-orang itu
mempunyai pandangan yang tidak adil terhadap manusia aneh ini.
Ketika Ku See-hong mendengar bahwa Bun-ji Koan-su memiliki
sejenis ilmu khikang yang maha sakti, hatinya segera bergetar
keras. Manusia aneh itu telah berkata kepadanya bahwa dia telah
mempelajari pula ilmu khikang Kan-kun Mi-siu tersebut, itu berarti setiap kali
badannya terhajar oleh pukulan orang, tenaga dalamnya akan semakin cepat
mengalami kemajuan. Mungkinkah pada suatu
ketika dia akan berhasil mencapai tingkatan yang amat dahsyat
seperti apa yang dimiliki Bun-ji Koan-su tempo dulu"
Berpikir sampai di situ, kejut dan girang segera berkecamuk
dalam hatinya, dia tak menyangka kalau ilmu sakti semacam itu
berhasil dimilikinya. 67 Setelah mengatur napas sekian lama, dengan wajah dingin
membesi, orang aneh itu melanjutkan kembali kisahnya.
"Orang persilatan tahu bahwa ilmu khikang yang dilatih oleh Bun-ji Koan-su
tersebut adalah semacam ilmu khikang maha dahsyat
yang diciptakan oleh seorang manusia pintar pada jaman Cun Ciu Cian Kok dulu.
Orang itu tak lain adalah perdana menteri Negeri Go yang bernama Ngo Cu Siau.
Oleh tokoh yang amat pintar ini, kepandaian tersebut kemudian
ditulis dalam sejilid kitab pusaka yang disebut Cang Ciong pit-kip.
Dari sini semua orang pun lantas tahu kalau Bun-ji Koan-su telah berhasil
mendapatkan kitab Ciang C iong pit-kip yang digilai setiap umat persilatan itu.
Maka dunia persilatan pun kembali mengalami suatu persoalan yang amat hebat.
Akibatnya bukan saja niat kawanan jago itu untuk membunuh
Bun-ji Koan-su semakin besar, setiap orang pun bernafsu sekali untuk merampas
kitab pusaka Cang Ciong pit-kip itu, terutama dari pihak kaum sesat dan golongan
hitam. Dengan pelbagai tipu muslihat mereka berusaha untuk melenyapkan duri dalam mata ini.
Ketika Bun-ji Koan-su mengetahui bahwa umat persilatan adalah
manusia-manusia rakus yang tidak mengenal malu, hatinya menjadi amat sedih
sekali. Hasratnya untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran dalam dunia persilatan pun menjadi hilang lenyap.
Setelah dikejar dan didesak terus menerus oleh kawanan jago
persilatan, terpaksa dia mengambil keputusan untuk hidup
mengasingkan diri dan tidak melakukan perjalanan lagi dalam dunia persilatan.
Tentu saja, ia tidak takut terhadap kejaran dan desakan oleh
orang-orang persilatan, dia hanya tak ingin melakukan pembunuhan yang lebih
banyak lagi terhadap umat persilatan. Jadi sebenarnya hal ini timbul dari
niatnya yang baik. Tapi justru karena perasaan yang mulia inilah membuat dia
sendiri justru mengalami nasib yang tragis.
68 Ketika berbicara sampai di situ, beberapa titik air mata segera jatuh bercucuran
membasahi wajahnya. Ini menunjukkan betapa
sedih dan emosinya dia. Ku See-hong menjadi tertegun dan tak habis mengerti, dia tidak paham mengapa
kemuliaan hati manusia aneh tersebut bisa
berakibat timbulnya tragedi tersebut" Sebenarnya apa yang dia
maksudkan" Dengan wajah yang semakin menyeramkan manusia aneh itu
berkata lebih lanjut: "Sejak waktu itu, Bun-ji Koan-su mulai berpesiar ke tempat-
tempat yang indah untuk menghibur hatinya, tapi musuh besarnya tersebar di mana-
mana. Kemanapun dia pergi di sana pasti muncul kawanan jago yang berusaha
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membalas dendam kepadanya. Tapi
dengan hati yang penuh welas asih dia hanya menghindar dan
berusaha tidak ribut dengan
mereka, apalagi menerbitkan
pembunuhan lagi. Dengan wataknya yang keras, sesungguhnya
amat sulit baginya untuk melakukan tindakan yang lemah tersebut.
Suatu hari, ketika ia sedang berpesiar ke propinsi Szechwan, tiba-tiba
dijumpainya ada dua orang pemuda yang sedang terluka parah dan hampir mati
tergeletak di pinggir jalan. Menyaksikan keadaan dari kedua orang pemuda itu
cukup mengenaskan, Bun-ji Koan-su
lantas berusaha keras untuk menyelamatkan jiwa kedua orang itu dengan
menggunakan tenaga dalamnya.
Ketika kemudian mereka tahu bahwa penolongnya adalah Bun-ji
Koan-su yang amat tersohor itu, mereka berdua pun segera
merengek dan memohon kepadanya agar menerima mereka sebagai
muridnya. oooOOOooo Bab 4 TAHUN itu, meskipun Bun-ji Koan-su berusia tigapuluh tahunan,
tapi sudah bosan hidup dalam dunia persilatan. Dia memang ingin 69
sekali mencari orang yang berbakat baik untuk diwarisi segenap ilmu silat yang
dimilikinya. Ketika ia sudah mengetahui asal-usul kedua orang itu, bahkan
mengetahui kalau mereka berbakat baik, maka Bun-ji Koan-su
memutuskan untuk menerima mereka berdua sebagai muridnya dan
mewariskan pelbagai ilmu sakti kepada mereka.
Tapi berhubung Bun-ji Koan-su tidak memiliki tempat tinggal
yang tetap, dan lagi suka berpesiar ke tempat yang berpemandangan indah, maka dia pun selalu membawa serta kedua
orang muridnya ini kemana pun dia pergi. Setiap ada kesempatan dia pun memberi
petunjuk ilmu silat kepada kedua orang pemuda
itu. -oo0dw0oo- Jilid 03 DENGAN kecerdasan yang dimiliki kedua orang pemuda itu,
sekalipun harus mempelajari ilmu silat yang amat sulit, ternyata asal diberi
petunjuk mereka segera mengerti.
Apalagi sikap mereka terhadap Bun-ji Koan-su pun sopan dan menurut sekali, tak heran kalau Bun-ji-
koan-su tak sayang untuk mewariskan segenap ilmu
silat yang dimilikinya itu kepada mereka.
Malahan dia pun berhasrat untuk mewariskan juga ilmu khikang
yang sakti dan tiada taranya itu kepada mereka berdua."
Ketika berbicara sampai di sini, manusia aneh itu menggertak
giginya kencang sehingga berbunyi gemerutukan, sekujur badannya gemetar keras,
dari balik mata tunggalnya terpancar keluar sinar tajam yang mengerikan. Jelas
kalau perasaannya waktu itu diliputi oleh rasa gusar dan dendam yang hebat.
Ku See-hong bukan orang bodoh, ketika menyaksikan sikap
seram dari manusia aneh itu, kemudian dicocokkan pula dengan
kejadian yang pernah dialaminya sewaktu hendak memanggil suhu
kepadanya tadi, dengan cepat ia dapat mengambil kesimpulan
70 bahwa kedua orang pemuda ini pasti sudah melakukan pengkhianatan sehingga berakibat fatal bagi gurunya itu.
Berpikir sampai di sini, tanpa terasa Ku See-hong bertanya,
"Locianpwe, apakah Bun-ji koan-su telah mewariskan ilmu khikang tersebut kepada
mereka" Siapakah nama kedua orang itu?"
Sampai sekarang Ku See hong masih berlagak seolah-olah tidak
tahu kalau manusia aneh itu adalah Bun-ji koan-su pribadi. Dia menanyakan nama
pemuda itu karena dia telah berhasrat untuk
membalaskan dendam bagi Bun-ji koan-su di kemudian hari.
Manusia aneh itu sangat dipengaruhi oleh emosi dalam hatinya,
dia lupa kalau tadi pernah memerintahkan kepada Ku See-hong
untuk tidak menimbrung, jawabnya dengan sinis:
"Huuuh, kawanan kurcaci macam dia juga pingin mengincar ilmu
sakti, kalau bukan rejekinya..."
Mendadak paras muka manusia aneh itu berubah hebat,
bentaknya keras-keras: "Ku See-hong, lohu melarang kau banyak bertanya, mengapa kau
berani menimbrung?" Diam-diam Ku See-hong merasa kegelian, karena tidak sadar dia
telah bertanya, sedang manusia aneh itupun sudah memberi
separuh jawaban kepadanya, mungkin seandainya jawaban itu
sudah diberikan secara komplit dia benar-benar akan marah besar.
Berpikir demikian, buru-buru anak muda itu berseru:
"Oooh... maaf. Maaf locianpwe, lain kali boanpwe pasti tak akan
menimbrung jalan ceritamu lagi."
Sudah barang tentu manusia aneh itupun dapat memahami
maksud ucapan dari Ku See-hong tadi, tapi dasar wataknya
memang aneh maka jawaban yang diberikan setengah jalan itupun
sengaja dia lakukan demikian, sekalipun di dalam hati kecilnya dia sendiripun
merasa kegelian. 71 Yaa, kalau diri manusia berwatak aneh telah saling berjumpa,
meski di dalam hati kedua belah pihak mengakui lawannya sebagai guru dan murid,
namun di luaran mereka bersikap sebaliknya
memang begitulah keanehan yang sering terjadi di dunia ini.
Selang beberapa saat kemudian, dengan wajah dingin manusia
aneh itu melanjutkan kembali kata-katanya:
"Boan-ji koan-su dengan membawa kedua orang muridnya
melanjutkan pesiarnya kemana-mana dan melewati kehidupan
seperti dewa. Suatu hari, di kala Bun ji koan su membawa kedua orang
muridnya berpesiar ke selat Sam shia di bukit Wu-san, tiba-tiba terjadi suatu
musibah yang merupakan suatu peristiwa yang paling menyakitkan hati Bun ji koan
su sepanjang hidupnya. Rupanya ketika tiba di selat Sam shia di bukit Wu-san, secara
tiba-tiba Bun ji koan su telah berjumpa dengan seorang tokoh sakti yang berilmu
tinggi dan bernama besar dalam dunia persilatan, Thi kiam kim ciang Ceng Ih lwe
(pedang baja pikulan emas yang
menggetarkan jagad) dengan membawa sekawanan jago lihay
mengadakan penghadangan dirinya.
Bun-ji koan-su sudah amat jemu sekali terhadap segala bentuk
pembunuhan yang terjadi dalam dunia persilatan, maka terhadap
kawanan jago lihay yang dipimpin oleh Thi kiam kim ciang ceng ih lwe tersebut,
dengan rendah hati dia memohon kepada lawannya
agar jangan mengobarkan pertarungan yang bisa berakibat
banyaknya korban yang akan berjatuhan.
Tapi Thi kiam kim ciang Ceng Ih Iwe mendesak terus menerus
bahkan mengejek dan menghina Bun-ji koan-su.
Sesabar-sabarnya Bun-ji koan-su, dia tetap adalah seorang
manusia, bagaimana mungkin dia sabar terhadap ejekan dan
cemoohan dari lawannya itu" Maka dengan hawa nafsu membunuh
yang berkobar, Bun-ji koan-su membuka serangannya. Suatu
pertempuran sengit yang tiada taranya pun dengan cepat berkobar di sana.
72 Dalam pertempuran itu, hampir saja selembar nyawa Bun-ji
koan-su lenyap di ujung tangan Thi kiam kim ciang Ceng Ih Iwe
tersebut." Ku See hong yang mendengar ceritera itu diam-diam merasa
amat terkesiap, tanpa terasa ia bertanya lagi dengan cemas:
"Locianpwe, ilmu silat yang dimiliki Bun-ji koan-su begitu lihay, mengapa ia
bisa menderita kerugian?"
Manusia aneh itu kembali mendengus dingin, dia tidak menjawab
pertanyaan dari Ku See hong, melainkan melanjutkan kembali
ceriteranya itu. "Ternyata menghadapi semua jurus serangan yang dilancarkan
Bun ji koan su tersebut, seolah-olah Thi kiam kim ciang ciang ih-lwe sudah
mempunyai perhitungan yang
matang. Setiap kali menghadapi serangan yang gencar dan dahsyat, dia selalu bisa
menghindarkan diri secara gampang dan sederhana, malah jurus
serangan balasan yang digunakan semuanya merupakan jurus-jurus tandingan untuk
mematahkan ancaman Bun-ji koan-su.
"Menghadapi keadaan seperti ini, Bun-ji koan-su benar-benar
merasa terkejut bercampur heran, padahal semua jurus serangan
yang digunakan berasal dari sejilid kitab pusaka ilmu silat yang bernama Cang-
ciong-pit-kip. Sekalipun ilmu silat Thi kiam kim ciang Ciang Ih huang sedemikian
dahsyatnya, juga tak akan sedahsyat
itu. Maka timbul suatu perasaan curiga dalam hatinya.
Selama ini, kepandaian silat yang dimilikinya hanya pernah
diwariskan kepada dua orang murid kesayangannya, setengah jurus pun belum pernah
dibocorkan ke dalam dunia persilatan, atau
mungkin ada persoalan dengan kedua orang murid kesayangannya
itu" Bun-ji koan-su segera memanggil kedua orang muridnya dan
mendesak kepada mereka untuk mengaku, apakah mereka telah
membocorkan rahasia ilmu silat yang dimilikinya"
73 "Siapa yang pernah berbuat salah harusnya tentu gelisah, siapa yang berkentut
mukanya tentu merah. Siapa tahu setelah dipaksa dan didesak terus-menerus, akhirnya mereka mengaku
juga. Ternyata kedua orang murid kesayangannya
itu, bukan lain adalah murid kesayangan dari Thi kiam kim ciang Ceng Ih huang.
Mereka adalah dua orang manusia paling berbakat yang pernah ditemui dalam dunia
persilatan waktu itu. Agaknya
mereka memang sengaja diutus untuk mencuri belajar ilmu silat
yang dimilikinya agar bisa membasmi Bun-ji koan-su di suatu ketika dan merampas
kitab pusaka Cang-ciong-pit-kip miliknya.
Sungguh tak terlukiskan rasa sedih dan kesal yang dialami Bun-ji koan-su waktu
itu. Diapun menjadi begitu mendendam kepada
seluruh umat persilatan yang berada di dunia ini karena kelicikan dan kebusukan
hati mereka yang telah mempergunakan cara keji,
rendah dan terkutuk semacam itu untuk menghadapinya.
Di dalam marahnya, dia segera mengeluarkan seluruh
kepandaian silat maha sakti yang dimilikinya untuk melakukan
pembunuhan serta pembantaian secara besar-besaran.
Siapa tahu pada saat itulah kedua orang murid pengkhianat itu
juga ikut terjun ke arena pertempuran, bahkan bersama kawanan
jago silat yang lain mereka bersama-sama mengerubuti Bun-ji koansu seorang.
Agaknya sebelum masuk menjadi anggota perguruan Bun-ji
koan-su, kedua orang murid pengkhianat itu sudah merupakan jago muda yang
kenamaan di dalam dunia persilatan. Ilmu silat yang
mereka miliki boleh dibilang termasuk kelas satu dalam dunia
persilatan. Yang seorang bernama Thi bok sia kiam (pedang sakti kayu baja) Cu
Pok, sedangkan yang lain bernama Jian bun kiam
ciang (telapak tangan emas pembabat nyawa) Tu Pok-kim...."
Setelah mendengar kedua nama tersebut, Ku See-hong
mengingatnya dalam-dalam di hati. Dia sudah bertekad akan
mencari kedua orang pengkhianat tersebut, untuk di kemudian hari membuat
pembalasan. 74 Ketika menyebutkan nama dari kedua orang murid pengkhianat
tersebut, orang aneh itu juga turut berhenti sebentar, sinar mata tunggalnya
yang tajam bagaikan sembilu mengawasi wajah Ku See
hong tak berkedip, tapi dengan cepat hatinya menjadi sangat lega.
Lanjutnya kemudian lebih jauh:
"Ilmu silat mereka berdua sesungguhnya sudah amat lihay,
apalagi dalam setahun belakangan ini mendapat petunjuk yang
seksama dari Bun-ji koan-su, hal mana membuat ilmu silatnya
mendapat kemajuan yang sedemikian pesatnya sehingga sama
sekali tidak berada di bawah kepandaian Thi kiam kim ciang Ceng Ih-huang yang
memang lihay itu. Oleh sebab itu, di bawah kerubutan dari beberapa orang jago
tangguh yang luar biasa lihaynya itu, Bun-ji koan-su merasakan tekanan-tekanan
yang sangat berat sehingga merasa kepayahan
sekali. Pertempuran itu boleh dibilang merupakan pertempuran sengit
pertama yang pernah dialami Bun-ji koan-su sepanjang hidupnya.
Meski begitu ilmu silat yang dimiliki Bun-ji koan-su memang benar-benar telah
mencapai puncak kesempurnaan yang tak terkirakan.
Kedua belah pihak telah melibatkan diri dalam pertarungan sengit selama sehari
semalam lamanya, sedemikian sengitnya pertarungan tersebut seakan-akan bumi ikut
berguncang dan langit ikut berobak, kehebatan serta kesengitannya sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
Akhirnya dalam pertarungan itu Bun-ji koan-su berhasil
membantai tiga puluhan orang jago lihay termasuk juga Thi-kiam kim-ciang Ceng
Ih-huang sendiripun tak berhasil meloloskan diri dari bencana. Dia tewas di
ujung telapak tangannya Bun-ji koan-su, juga pertempuran
sengit yang menggetarkan sukmapun sudah mendekati pada akhir. Thi-bok sin-kiam Cu Pok dan Jian-hun kim-ciang Tu Pok kim
rupanya telah menyadari bahwa keadaan yang menguntungkan bagi
mereka sudah lewat. Kedua-duanya segera berlutut di hadapan
Bun-ji koan-su dan menggunakan selembar bibirnya yang pandai,
75 berusaha meminta pengampunan. Mereka mengatakan telah
dipaksa oleh orang persilatan untuk
melakukan perbuatan mengkhianati perguruan yang amat terkutuk itu dan merasa amat
menyesal dan bertobat bahkan kata mereka bersedia untuk
menebus dosa dan kesalahan yang telah mereka lakukan.
Menurut kabar berita yang tersiar dalam dunia persilatan, orang bilang Bun-ji
koan-su bermuka dingin berhati kaku, kejam dan sama sekali tak berperasaan...
Tapi bagaimanapun keji dan tak berperasaannya dia, bagaimana
mungkin tega untuk membunuh dengan tangan sendiri terhadap
murid-murid didikannya" Waktu itu perasaannya benar-benar amat sedih, tersiksa
dan sangat menderita. Setiap kali Bun-ji koan-su mengerahkan tenaga dalamnya untuk
bersiap-siap membinasakan kedua orang pengkhianat tersebut,
hatinya selalu menjadi lemah kembali dan merasa tak tega.
Sementara kedua orang pengkhianat itupun sudah menangis
tersedu-sedu dengan amat sedihnya, membuat siapa saja yang
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melihat hal itu turut menjadi iba dan muncul perasaan kasihan.
Maka hati Bun-ji Koan-su pun menjadi lunak kembali. Dia hanya
mendamprat serta menasihati kedua orang pengkhianat tersebut
kemudian mengusirnya dari perguruan.
Waktu itu dia pun bersumpah kepada langit, sepanjang hidup
tidak akan menerima murid lagi. Diapun mempunyai suatu harapan dan keinginan.
Dia hendak mewariskan ketiga macam ilmu rahasia maha
saktinya kepada seorang manusia yang berbakat, tapi dia tak akan menerima budi
pembalasan dan orang itu.
Diapun tak akan mengakui dirinya sebagai guru orang itu. Itulah sebabnya pelbagai peraturan yang
aneh dan hampir tidak mendekati perikemanusiaan telah bermunculan, sesungguhnya
hal tersebut merupakan akibat
dari kesedihan Bun-ji koan-su sejak menerima dua orang murid
yang akhirnya berkhianat.
76 Ketika berbicara sampai di situ dari balik sinar mata tunggal
manusia aneh itu segera terpancar keluar rasa sedih dan
permintaan maaf, diawasi Ku See-hong lekat-lekat.
Sementara Ku See-hong sendiripun sedang berpikir: Oooh...
rupanya karena alasan inilah maka dia enggan disebut sebagai suhu olehku.
Setelah berhenti sebentar manusia aneh itu kembali melanjutkan kata-katanya:
"Setelah Bun-ji Koan-su membunuh Thi-kiam-kim-ciang-ceng Ih-
huang, lalu dengan sadar welas kasih melepaskan kedua orang
murid pengkhianat pergi. Tindakan ini boleh dibilang merupakan suatu tindak
kesalahan yang paling besar. Tapi karena kesalahan tersebut akhirnya ia harus
menanggung akibatnya sampai detik
terakhir dari kehidupannya.
Waktu itu perasaan Bun-ji Koan-su benar-benar putus asa,
kecewa dan tidak bersemangat lagi. Kendatipun dia masih berpesiar ke seantero
jagad, namun sudah tiada kegembiraan lagi untuk
menikmati keindahan alam sekitarnya.
oooOOOooo SEJAK Bun-ji Koan-su terjun ke dalam dunia persilatan, waktu itu ada seorang
pendekar perempuan yang cantik dan romantis selalu mengejar dirinya walau sampai
di ujung langit pun untuk
menyatakan perasaan cinta kasihnya.
Pendekar perempuan itu bukan saja memiliki wajah yang cantik,
lagipula berhati suci bersih dan cerdik sekali.
Tapi dasar wataknya memang aneh, ternyata Bun-ji Koan-su
sama sekali tidak menanggapi luapan cinta kasih dari pendekar
perempuan itu, malahan dengan kata-kata yang tajam dan pedas ia telah menyakiti
perasaan gadis itu. 77 Ketika gadis itu melihat kekasihnya berhati dingin, tak
berperasaan bahkan menyakiti hatinya dengan kata-kata tajam dan pedas, tahulah
dia bahwa semua cinta kasih yang diperlihatkannya selama ini tidak memperoleh
tanggapan sebagaimana mestinya.
Ketika itu dia menjadi sedih dan putus asa... dari cinta ia menjadi benci dan
menggunakan pedangnya siap untuk membunuh orang
yang dicintainya itu. Suatu pertempuran sengitpun segera berkobar antara Bun-ji
Koan-su melawan pendekar perempuan itu. Kalau dibicarakan
sesungguhnya kejadian ini memang aneh dan sukar dipercaya.
Ternyata ilmu silat yang dimiliki gadis itu sedemikian lihay dan saktinya
sehingga boleh dibilang sama sekali tidak selisih jauh bila dibandingkan dengan
Bun-ji Koan-su sendiri. Kenyataan ini tentu saja membuat Bun-ji Koan-su menjadi kaget, tercengang dan
keheranan, mimpi pun dia tak menyangka kalau
gadis tersebut memiliki kepandaian yang sebegitu lihaynya. Lambat laun dia mulai
menyadari bahwa di atas langit sebetulnya masih ada langit, di atas manusia
masih terdapat manusia lain.
Pertempuran sengit antara gadis itu melawan Bun-ji Koan-su
berlangsung hampir seratus jurus lebih, boleh dibilang gadis itu merupaakan
seorang musuh yang paling tangguh di dalam
hidupnya. Setelah bertarung hingga seribu dua ratus enam puluh jurus
kemudian, akhirnya Bun-ji Koan-su dengan mempergunakan satu
jurus serangan yang paling lihay dan rahasia secara menyerempet bahaya, berhasil
menggetar putus pedang si nona dengan sentilan jarinya. Kemudian dengan tak
berperasaan sedikitpun juga dia
berkata: "Meski bunga yang berguguran yang air yang mengalir tak
berperasaan, jika kau masih saja mengejar diriku terus menerus...
aku tidak akan berlaku sungkan-sungkan lagi kepadamu. Pedang ini merupakan
sebuah contoh yang paling baik untukmu."
78 Sungguh tak terlukiskan rasa sedih dan hancurnya perasaan
gadis itu, setelah mendengar ucapan keji yang tidak berperasaan dari orang yang
dicintainya itu, dia malah sama sekali tidak
menangis, setitik air mata pun tidak meleleh keluar, tapi aku tahu betapa sedih
dan terluka hatinya oleh ucapan tersebut.
IA segera memungut kutungan pedangnya dari atas tanah,
kemudian dengan wajah memancarkan rasa dendam dan benci,
katanya sambil menggigit bibirnya kencang-kencang:
'Bun-ji koan-su, aku Seng-sim cian-li Hoa Soat-kun benar-benar mencintaimu
dengan setulus hati, tak nyana kalau hatimu sekeji dan tidak berperasaan seperti
ini. Tunggu sajalah, lima puluh tahun kemudian aku pasti akan menciptakan
semacam ilmu pukulan yang
tiada taranya di dunia ini yakni Hay-jin-ciang untuk membunuh
dirimu di ujung telapak tanganku....'
Ketika itu, Bun-ji koan-su segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak, sahutnya dengan sinis:
'Baik, haaahh... haaahh... haaahh... Seng-sim cian-li Hoa Soat-
kun, aku pasti akan menunggu kedatanganmu pada lima puluh
tahun kemudian, pasti akan kuberi kesempatan kepadamu untuk
membuktikan apakah ilmu pukulan Hay-jin-ciang ciptaanmu itu
sanggup merobohkan aku.' Setelah mendengar perkataan itu sekujur badan Seng-sim cian-li Hoa Soat-kun
gemetar keras. Setelah membuang sebagian dari
potongan pedangnya, dengan membawa perasaan yang sedih dan
hati yang hancur luluh, dia berlalu dari sana. Sejak itu pula dalam dunia
persilatan telah kehilangan kabar berita tentang dirinya...."
Berbicara sampai di situ, beberapa titik air mata tampak jatuh berlinang dari
mata tunggal manusia aneh itu. Wajahnya
menunjukkan perasaan menyesal yang tak terkirakan. Ku See-hong kembali berpikir
di dalam hatinya: "Aaai... berbicara yang sesungguhnya dia memang tidak patut
melakukan tindakan begitu keji dan tidak berperasaan kepada calon guruku yang
kedua itu, yaaa... kalau dilihat dari keadaannya,
79 mungkin bukan suatu pekerjaan yang gampang bagiku untuk
memohon pelajaran Hay-jin-ciang tersebut darinya."
Dalam pada itu, kesehatan dan kondisi badan manusia aneh itu
kian lama kian bertambah jelek, diapun rupanya juga sadar kalau waktu hidup
baginya di dunia ini sudah tidak terlalu banyak lagi.
Buru-buru perhatiannya dipusatkan kembali menjadi satu, kemudian melanjutkan:
"Pada waktu itu Bun-ji koan-su cuma tertawa belaka, sambil
membawa kutungan pedang yang lain dia melanjutkan kembali
perjalanannya seorang diri untuk berpesiar di pelbagai tempat
kenamaan di dunia ini. Hampir dua puluh tahunan dia berpesiar
dengan aman dan tenteram tanpa terjadi suatu kejadian apapun.
Suatu tahun, ketika musim gugur telah tiba, yaitu pada dua puluh tahunan
berselang, meski Bun-ji koan-su telah berusia limapuluh tahunan, akan tetapi
berhubung ia memiliki kepandaian untuk
merawat muka, maka kelihatannya dia masih seperti seorang
sastrawan yang berusia tiga puluh tahunan. Hari itu Bun-ji koan-su sedang
berpesiar di suatu tempat yang sangat indah. Karena jauh dari penginapan, ketika
malam telah menjelang tiba, sedangkan
waktu itu pemandangan alam sangat indah, dia telah lupa untuk
beristirahat, melainkan melanjutkan perjalanannya terus.
Berada di suatu tempat yang beralam begini indah, ternyata Bun-ji koan-su telah
lupa akan waktu yang makin larut malam....
Pada saat itulah mendadak dari kejauhan sana berkumandang
suara dentingan harpa yang merdu merayu menggema di udara dan
masuk ke dalam pendengaran Bun-ji koan-su.
Mendengar suara dentingan harpa itu, timbul perasaan ingin tahu dalam hati Bun-
ji koan-su. Dia ingin tahu siapa gerangan orang yang bermain harpa di saat senja
di tempat semacam itu. Akhirnya di bawah sebatang pohon, ia menyaksikan ada seorang
gadis berbaju putih bersih bagaikan salju sedang memetik harpa dengan jari
jemarinya yang halus dan ramping.
80 Gadis itu mengenakan baju tipis berwarna puth yang berkibar-
kibar ketika terhembus angin malam. Rambutnya yang panjang
terurai sepundak berombak-ombak mengikuti hembusan angin.
Kecantikannya ibarat bidadari yang baru turun dari kahyangan.
Pelan-pelan Bun-ji-koan-su berjalan maju ke depan. Aaaai...!
Hampir saja dia menjerit kaget begitu melihat wajah si nona.
Perasaan hatinya yang sudah tenang selama limapuluh tahunan
lebih itu segera mengalami goncangan yang amat keras. Hampir
saja dia tak mampu untuk menguasai diri.
Apa yang menyebabkan dirinya menjadi begitu" Kecantikannya..." Yaaa, kecantikan dari gadis itu telah membuatnya menjadi
terpesona dan hampir saja kehilangan sukma.
'Enghiong memang sukar untuk melewati pelukan gadis', orang
kuno sering berkata demikian.
Ternyata gadis itu memang cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan. Ia memiliki mata jeli, hidung yang mancung serta bibir yang kecil
mungil, kulit badannya putih bersih bagaikan salju, mana halus putih lembut
lagi. Boleh dibilang hampir semua keindahan yang dimiliki seorang gadis cantik
dimiliki pula oleh gadis tersebut, pokoknya kecantikan wajah gadis ini sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
Padahal Bun-ji-koan-su bukan seorang lelaki yang gampang
tertarik oleh kecantikan seorang gadis, apalagi dia memiliki tenaga dalam yang
sempurna, tapi kenyataannya dia dibuat seperti orang yang kehilangan sukma,
hampir saja dia tak mampu untuk
menguasai diri. Tiba-tiba gadis itu mendongakkan kepalanya, lalu dengan
sepasang matanya yang jeli melirik sekejap ke arah Bun-ji-koan-su.
Setelah tersenyum manis, dengan wajah tersipu-sipu dia
menundukkan kembali kepalanya dengan cepat.
Senyuman tersebut sungguh membuat Bun-ji koan-su merasa
sukma dan semangatnya bagaikan terbang bersama meninggalkan
raganya. Ternyata senyuman gadis itu jauh berbeda dengan
81 senyuman gadis biasa, baik matanya, alis matanya, bibirnya
maupun sepasang lesung pipinya telah menciptakan suatu
perpaduan yang amat sempurna, bahkan dari setiap bagian terkecil dari tubuhnya
pun seakan-akan memiliki daya pikat yang amat
besar. Bagaikan beribu-ribu kuntum bunga indah yang mekar bersama,
terciptalah suatu keindahan serta daya tarik yang tak terlukiskan dengan kata-
kata. Kecantikan gadis itu pokoknya tak terlukiskan dengan kata-kata.
Bun-ji koan-su sebenarnya adalah seorang seorang lelaki berhati keras yang
tangguh dan tahan uji, akan tetapi pada waktu itu telah berubah menjadi seekor
domba yang amat jinak dan penurut.
Dengan langkah yang pelan dan hati-hati ia berjingkat-jingkat
mendekati gadis tersebut, seakan-akan kuatir kalau sampai
mengejutkan hatinya. Setelah tiba di sisi sang nona, dia baru menegur dengan suara
lembut: "Nona benar-benar seorang seniman yang amat menawan hati.
Bermain harpa di tempat berpemandangan alam semacam ini
sungguh menunjukkan betapa mengertinya nona akan seni. Bila
aku, Bun-ji koan-su, telah datang mengganggu ketenanganmu,
harap nona sudi untuk memaafkan."
Gadis berbaju putih yang cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan itu pelan-pelan mendongakkan kepalanya, sambil
memutar sepasang biji matanya, dia berkata:
"Mengapa siangkong harus berkata demikian" Kalau kulihat
perbuatanmu yang berpesiar di waktu senja semacam ini, engkaulah seorang seniman
sejati, bisa berkenalan dengan seorang seniman macam siangkong, hal ini sungguh
merupakan...." Mimpipun Bun-ji koan-su tidak menyangka kalau dia akan
berhasil merebut perhatian si nona cantik itu sedemikian cepatnya.
Maka, Bun-ji koan-su benar-benar terpikat oleh kecantikan wajah gadis tersebut.
Ia mulai memperbincangkan pelbagai persoalan dari 82
ujung langit utara sampai selatan, barat sampai timur tanpa ada hentinya...
Si nona itu sendiri tampaknya juga jatuh hati kepadanya dalam
pandangan yang pertama, dengan senyuman yang tersipu dan
lirikan mata yang jeli ia menanggapi pembicaraan tersebut, bahkan tanpa terasa
semalam suntuk mereka bergadang di sana."
Ketika bercerita sampai di sana, manusia aneh itu segera
memperlihatkan mimik wajah yang sukar dilukiskan dengan kata-
kata, dia seperti girang seperti juga merasa benci, tapi seperti juga merasa
menyesal akan perbuatannya di masa lalu sehingga harus
mengalami nasib yang tragis seperti apa yang dialaminya sekarang.
Ku See-hong sendiri diam-diam juga berpikir:
"Rupanya dia benar-benar sudah terpikat oleh kecantikan
wajahnya, mungkin siluman perempuan itupun orang yang diutus
oleh orang persilatan untuk mencelakai dirinya. Tapi anehnya, gadis itu
sedemikian cantiknya, lagi pula tiada dendam sakit hati dengan Bun-ji koan-su,
mengapa pula ia harus mencelakai dirinya" Mungkin di balik kesemuanya itu masih
terkandung rahasia besar lainnya."
Manusia aneh itu menghela napas sedih, setelah termenung
sebentar, ia berkata lebih jauh:
"Walaupun Bun-ji koan-su telah berusia limapuluh tahun, tapi
setelah mengadakan hubungan batin hampir selama sebulan
lamanya dengan gadis itu, akhirnya merekapun menikah menjadi
suami istri dan hidup berbahagia.
Gadis itu bernama Ceng Lan-hiang....
Dia berkata kepada Bun-ji koan-su bahwa dirinya tak pandai
bersilat. Bun-ji koan-su benar-benar telah menunjukkan cinta
kasihnya yang paling suci dan murni kepada gadis itu, tentu saja dia tak akan
mencurigai apa yang dia katakan itu, apalagi di dalam gerak-geriknya Ceng Lan-
hiang menunjukkan sikap yang amat
lemah dan seperti patut dikasihani, hal mana semakin membuat dia 83
tak pernah melayangkan pikirannya untuk memikirkan hal-hal
lainnya. Dalam setahun kehidupan mereka, Ceng Lan-hiang menunjukkan
sikap yang paling lembut dan halus terhadap Bun-ji koan-su, diapun sangat setia
dan pandai melayani suami. Cinta mereka berdua
ibaratnya lem perekat yang saling melekat, seakan-akan tiada
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sesuatu kekuatanpun di dunia ini yang bisa memisahkan mereka
berdua. Di dalam waktu setahun yang teramat singkat itu, Bun-ji koan-su merasa bagaikan
hidup di sorga. Ceng Lan-hiang pun telah
berbadan dua. Beberapa bulan kemudian malah melahirkan seorang putrid yang
cantik baginya." Ketika berbicara sampai di situ, manusia aneh itu kembali
berhenti sebentar, dari balik mata tulangnya tampak air bercampur darah jatuh
bercucuran membasahi pipinya, waktu itu perasaannya benar-benar amat sedih dan
terluka, apalagi bila teringat kembali dengan putrinya yang tercinta, dia lebih-
lebih merasa hatinya hancur dan tertekan sekali.
Ketika Ku See-hong mendengar sampai di situ, apalagi setelah
menyaksikan mimik wajah manusia aneh tersebut, dia tahu nasib
tragis yang menimpa Bun-ji koan-su segera akan menjelang tiba.
Dengan perasaan sedih dan hancur, manusia aneh itu termenung
beberapa saat lamanya, kemudian melanjutkan kembali kata-
katanya: "Orang bilang, kehidupan yang bahagia itu tidak langgeng....
Ketika hasil hubungan cinta antara Bun-ji koan-su dengan Ceng Lan-hiang telah
tiga bulan lahir di dunia ini, yakni pada sembilan belas tahun berselang, suatu peristiwa yang tragis pun telah
menjelang tiba. Peristiwa itu benar-benar merupakan suatu peristiwa yang
menyedihkan, membawa dendam, sakit hati dan mengerikan.
84 Suatu pagi, Ceng Lan-hiang dengan wajah pucat pias seperti
mayat, keringat dingin membasahi sekujur badannya dan napas
tersengal-sengal, lari masuk ke dalam kamar baca Bun-ji koan-su dengan langkah
sempoyongan. Waktu itu Bun-ji koan-su sedang
membaca sejilid buku di dalam kamar bacanya. Betapa terkesiapnya dia setelah
menyaksikan keadaan yang menimpa diri Ceng Lan-hiang....
Buru-buru dia memeluk tubuh istrinya sambil bertanya dengan
cemas: "Lan-hiang, kenapa kau....?"
Sambil mengejang-ngejang keras menahan suatu penderitaan
yang luar biasa, dengan sedih Ceng Lan-hiang berkata:
"Oleh karena aku mencuri belajar ilmu silat yang kau miliki dari kitab
catatanmu, aku merasa peredaran darah di dalam badanku
bagaikan tersumbat dan mengalir terbalik. Sekarang telah
menyerang ke delapan buah nadi penting di tubuhku, mungkin...
mungkin... itulah yang dinamakan 'jalan api menuju neraka' oleh
orang persilatan...."
"Kau menderita jalan api menuju neraka...?" jerit Bun-ji koan-su dengan kaget dan
terkesiap. "Oh, bagaimana baiknya sekarang?"
Waktu itu, kesadaran Ceng Lan-hiang berangsur-angsur telah
menghilang, tubuhnya menjadi lemas terkulai di tanah, mukanya
makin pucat bagaikan mayat. Keadaannya mengenaskan sekali.
Dengan ilmu penyembuhan luka yang dimiliki Bun-ji koan-su,
dengan cepat dia menotok beberapa buah jalan darah serta nadi
penting di tubuh Ceng Lan-hiang dengan harapan bisa menahan
berbaliknya aliran darah yang menyerang organ tubuh penting
lainnya sehingga masa bekerjanya dapat diundurkan.
Bun-ji koan-su amat menyayangi istrinya, dia tahu, dengan
totokan ilmu Hud-hiat-hoat yang dipelajarinya dari kitab pusaka Ceng-ciong-pit-
kip tersebut, meski delapan nadi pentingnya telah tertotok, itupun hanya bisa
memperpanjang waktu kambuhnya
85 selama dua tiga hari saja. Bila sampai waktunya tidak berhasil menemukan
sebatang rumput mestika Peng-lian Leng-cau, maka
nadi di dalam tubuh istrinya pasti akan pecah dan akibatnya dia pasti akan tewas
secara mengenaskan. Menyaksikan istrinya merintih kesakitan, Bun-ji koan-su merasakan hatinya sangat pedih bagaikan di ris-iris dengan pisau, apalagi
mendengar suara rintihan yang memilukan hati itu ibarat ada berpuluh-puluh
batang panah tajam yang menghujam ke ulu-hatinya. Dia merasa lebih tersiksa dan
menderita.... oooOOOooo Bab 5 BUN-JI KOAN-SU telah bermandi keringat karena gelisahnya,
dengan nada menegur tapi penuh rasa sayang dia berkata:
"Lan-hiang, mengapa kau harus berbuat tolol" Jika kau suka
belajar ilmu silat, aku toh bisa mengajarkannya untukmu, tanpa dasar ilmu silat
yang baik mana boleh berlatih secara sembarangan"
Coba lihat, bagaimana jadinya bila sampai mengalami jalan api
menuju neraka" Sekarang, bertahanlah selama satu dua hari, aku akan naik ke
bukit Toa-soat-san untuk mencari sebatang rumput
Peng-lian-leng-cau, bila kau makan rumput tersebut maka lukamu itu akan sembuh
dengan sendirinya." Dengan suara yang lirih dan lemah Ceng Lan-hiang segera
berkata: "Kau jangan pergi, aku lebih suka mati di sisimu, hatiku sudah puas bila kau
mencintaiku sepenuh hati. Aku telah belajar silat secara diam-diam, kau bersedia
memaafkan diriku bukan...?"
Suara bisikannya itu penuh mengandung perasaan cinta kasih
antara suami istri, cukup menggetarkan perasaan siapapun.
Bun-ji koan-su menjadi amat sedih sekali, dengan air mata
bercucuran katanya: 86 "Lan-hiang, aku yakin masih berkemampuan untuk mengobati
luka dalam jalan api menuju neraka yang kau derita itu. Jika kau benar-benar
telah mati, akupun tak ingin hidup terus di dunia ini seorang diri, sekarang
waktu yang tersedia sudah tak banyak lagi.
Aku harus segera naik ke bukit Tay-soat-san untuk mencari rumput Peng-lian leng-
cau tersebut." Sambil menahan rasa sedih dan pedih yang tak terlukiskan
dengan kata-kata, Bun-ji koan-su mulai mengembangkan ilmu
meringankan tubuhnya melakukan perjalanan siang malam menuju
ke bukit Tay-soat-san. Dengan bersusah payah pula dia mendaki ke atas puncak
Thian-soat-hong serta mendapatkan sebatang Peng-lian leng-cau.
Tapi, ketika ia bersiap-siap untuk berangkat pulang inilah, tiba-tiba di atas
bukit Tay-soat-san telah muncul beberapa rombongan jago lihay dunia persilatan.
Mereka segera mengurung Bun-ji koansu rapat-rapat....
Kemunculan yang secara tiba-tiba dari kawanan jago persilatan
itu memang sedikit agak aneh.
Mimpipun Bun-ji koan-su tidak menyangka kalau di atas puncak
bukit Soat-san telah menanti sekelompok besar jago lihay dunia persilatan yang
bersiap-siap untuk mengurungnya.
Ketika menyaksikan kejadian itu, Bun-ji koan-su merasa
gelisahnya bukan kepalang. Bayangkan saja, istrinya yang tersayang sedang
mengalami jalan api menuju neraka, jiwanya sangat
terancam sekali, sedang pengepungan dari kawanan jago persilatan itu sedemikian
ketatnya, bila pertarungan sampai terjadi berlarut-larut sudah bisa dipastikan
jiwa istrinya tak akan ketolongan lagi.
Rasa cemas, gelisah dan marah berkecamuk dalam benak Bun-ji
koan-su. Akhirnya dengan kobaran hawa amarah yang meluap, dia
segera melancarkan pembunuhan secara besar-besaran dengan
menggunakan semua jurus sakti yang paling keji dan mematikan.
Dalam waktu singkat, enam tujuh orang jago lihay telah berhasil dibunuh sampai
mati. 87 Sesudah bentrokan terjadi, Bun-ji koan-su baru benar-benar
merasa amat terkesiap, sebab kawanan jago persilatan yang terlibat dalam
pengepungan di atas bukit Soat-san kali ini hampir meliputi segenap jago kelas
satu yang berada dalam dunia persilatan, baik berasal dari golongan putih maupun
dari golongan hitam. Hampir dua ratusan orang yang berkumpul di sekitar bukit, itu
berarti hampir segenap inti kekuatan yang berada di dunia
persilatan terlibat langsung dalam kejadian itu.
Jumlah anggota terbanyak yang terlibat dalam pertarungan itu
adalah jago-jago dari Cian-Khi-Tui (Pasukan Seribu Penunggang
Kuda) dan Thi-Kiong-Pang (Perkumpulan Busur Baja) yang
merupakan perkumpulan terbesar dalam dunia persilatan.
Pangcu dari Kim-to-pang (Perkumpulan Golok Emas) suami istri
pun turut hadir pula dalam pertarungan itu.
Menyaksikan kesemuanya itu, Bun-ji koan-su merasa kagetnya
setengah mati, dia tahu sulit baginya untuk kabur dari kepungan begitu banyak
jago lihay pada hari itu. Dalam keadaan begini,
terpaksa Bun-ji koan-su menggertak gigi dan memberi perlawanan dengan gigih.
Sepasang tangan memang sulit untuk menghadapi
empat buah tangan, apalagi kawanan jago yang terlibat dalam
pertarungan itu sebagian besar adalah kawanan jago yang amat
tersohor namanya di dalam dunia persilatan.
Pada mulanya hanya kawanan jago dari golongan hitam dan
sesat yang mengerubutinya seorang, kemudian para jago yang
menamakan dirinya jago-jago dari sembilan partai besar dunia
persilatan serta para kawanan manusia munafik yang berlagak sok mulia pun turut
serta melibatkan diri dalam pengeroyokan itu.
Bun-ji koan-su semakin gelisah, sedih bercampur marah. Dia
cukup menyadari situasi yang sedang dihadapinya, diapun tahu
kehadirannya dalam dunia persilatan sangat tidak di nginkan oleh segenap umat
persilatan lainnya. Berbicara sampai di situ, dari balik mata tunggalnya itu segera terpancar keluar
sinar kebencian dan dendam kesumat yang tiada 88
taranya, sepasang giginya sampai gemerutukan menahan gejolak
emosi dalam hati kecilnya.
Ku See-hong yang mendengar itupun merasakan darah panas di
dalam tubuhnya bagaikan sedang mendidih, api kegusaran berkobar di dalam dada,
pada saat ini dia benar-benar merasa amat benci terhadap segenap umat persilatan
yang ada di dunia ini. Sorot mata penuh api dendam dan kebencian terpancar juga
dari balik matanya.... Aai ihh. Di kemudian hari dunia persilatan akan mengalami
pembantaian lagi secara besar-besaran, darah segar akan
menggenangi permukaan bumi, mayat akan bergelimpangan di
mana-mana, sebab Bun-ji koan-su angkatan ke-dua telah lahir di situ.
Dengan wajah yang menyeramkan, manusia aneh itu melanjutkan kembali kisahnya:
Dari dua ratus jago persilatan yang hadir di arena, kecuali Kim-to pangcu suami
istri beserta anak buahnya yang tidak melibatkan diri dalam pertarungan itu,
yang lainnya hampir boleh dibilang telah terlibat langsung dalam pertarungan
yang sangat memalukan itu.
Senjata rahasia, pedang tajam, tombak panjang, golok besar,
busur baja serta beraneka jenis senjata lainnya secara keji, licik dan ganas
berkelebatan mengarah ke tubuh Bun-ji koan-su.
Menghadapi kerubutan yang begitu ketat dan ganas, Bun-ji koan-
su sendiri pun segera mengembangkan kelihayannya. Bagaikan
seekor banteng terluka, dia menerjang ke kiri menghajar ke kanan, kemana saja
dia sampai, jeritan ngeri yang menyayatkan hati
segera berkumandang memecahkan keheningan.
Batok kepala beterbangan, darah segar berhamburan, kutungan
lengan, kutungan kaki berceceran menodai permukaan salju nan
putih. 89 Sedemikian sengitnya pertarungan itu mengakibatkan suasana
menyeramkan di sekeliling arena, sungguh membuat berdirinya bulu kuduk orang.
Setelah melangsungkan pertarungan sengit selama hampir satu
hari penuh, meskipun secara beruntun Bun-ji koan-su berhasil
menewaskan lima enampuluh orang jago lihay, akan tetapi dia
sendiripun bermandi darah karena luka-luka yang dideritanya itu.
Rambutnya terurai awut-awutan, bagaikan malaikat bengis saja
serasa kalap dia melakukan pembunuhan serta pembantaian secara besar-besran.
Dalam keadaan begini, mendadak....
Serentetan suara irama harpa yang merdu merayu tapi serasa
membetot sukma berkumandang di atas udara bukit bersalju yang
sedang diselimuti hawa pembunuhan yang mengerikan itu.
Begitu menangkap suara permainan harpa yang merdu merayu
serentetan kawanan jago persilatan yang sedang mengerubuti Bun-ji koan-su itu
menghentikan serangannya dan mengundurkan diri ke belakang.
Anehnya, kawanan iblis, kaum sesat, jago golongan putih serta
angota sembilan partai besar, yang di hari-hari biasa selalu angkuh dan susah
diatur itu sekarang bersikap amat menghormat, malahan mereka segera menyingkir
ke samping dan memberi sebuah jalan
lewat. Walaupun Bun-ji koan-su mengetahui kalau irama harpa tersebut
dipancarkan oleh seseorang dengan mengerahkan tenaga dalam
yang sempurna, tapi tidak seharusnya kawanan jago persilatan
memperlihatkan sikap yang begitu menghormat kepada pemetik
harpa itu seandainya tidak terdapat sesuatu rahasia lainnya.
Dalam waktu singkat, dari bawah bukit salju melayang turun
seorang perempuan cantik berbaju putih, yang di kedua belah
sisinya diapit oleh dua orang sastrawan yang amat gagah dan
tampan. Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki ketiga orang itu
betul-betul luar biasa sempurnanya.
90 Ketika Bun-ji koan-su telah melihat jelas siapa gerangan
perempuan yang datang itu, bagaikan disambar geledek di siang
hari bolong, ia menjadi pucat dan berdiri dengan sempoyongan,
hampir saja dia jatuh tak sadarkan diri.
Hatinya bagaikan di ris-iris dengan pedang tajam yang beribu-
ribu buah banyaknya, hatinya merasa hancur berantakan dan
mengucurkan darah segar. Pada saat itulah dia baru mengetahui
betul apakah arti kehidupan yang sebenarnya.
Ternyata perempuan cantik berbaju putih itu bukan lain adalah
Ceng Lan-hiang... istri Bun-ji koan-su yang disangka lemah dan
bertenaga dan sedang menghadapi sekarat akibat jalan api menuju neraka....
Sedangkan dua orang sastrawan tampan yang mendampinginya
itu bukan lain adalah kedua orang murid dari Bun-ji koan-su yang telah diampuni
jiwanya itu. Thi-bok-sin-kiam Cu Pok, serta Jian-hua-kim-ciang Tu Pok Kim.
Sekulum senyuman yang seram tapi bangga tersungging di ujung
bibir Thi-bok-sin-kiam Cu Pok, setelah memandang sekejap ke
wajah bekas gurunya, dia berkata:
"Bun-ji koan-su... hari ini tentunya kau bisa mampus dengan hati yang lebih jelas,
bukan" Heeehh... heeehh... heeehh... untuk lebih
jelasnya, aku orang she Cu akan menerangkan lebih jelas lagi agar kau bisa
mampus dengan pikiran yang terang.
Ceng Lan-hiang adalah putri tunggal guruku Thi-kiam-kim-ciang
Ceng Ih-huang. Heeehh... heeehh... heeehh... hutang nyawa bayar
nyawa, hari ini aku khusus datang kemari untuk menagih hutang
darah darimu."
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah mendengar perkataan itu, tak terkirakan rasa sesal Bun-ji koan-su. Dia
amat membenci dan mendendam perempuan itu, dia
pun mendendam terhadap segenap umat persilatan yang berada di
dunia ini. 91 Kasih sayang Ceng Lan-hiang selama setahun ini... cumbu rayu
mereka di kala malam telah tiba... ternyata semuanya hanya palsu dan pura-pura.
Ooohh... Betapa memalukan dan terkutuknya perempuan ini.
Sekarang dia baru sadar bahwa dirinya telah terjebak oleh siasat Bi-jin-ki
(siasat perempuan cantik) yang sengaja diatur oleh umat persilatan untuk
menjebaknya. Aaai Bun-ji koan-su... wahai Bun-ji koan-su... kau telah bertindak
salah. Selama hidup kau tak akan
mencuci bersih perasaan dendam yang tak terlukiskan besarnya ini, kau sudah
terjerumus dalam keadaan yang mengerikan.
Bun-ji koan-su sungguh merasa marah dan mendendam, sambil
membentak keras tiba-tiba ia menerjang ke muka....
Mendadak... pada saat itulah terdengar dua buah suara tertawa
dingin yang menyeramkan berkumandang memecahkan keheningan.... Thi-bok-sin-kiam Cu Pok dan Jian-hun-kim-siang Tu Pok-kim,
bagaikan dua sukma gentayangan segera menerkam ke muka
menyongsong kedatangannya.
Waktu itu tenaga dalam yang dimiliki Bun-ji koan-su telah
mengalami kerugian besar, sekujur badannya penuh dengan luka
bacokan dan luka pukulan, sesungguhnya ia sudah hampir tak
sanggup mempertahankan diri.
Dalam kondisi badan semacam itu,
mana ia mampu mempertahankan diri dari serangan gabungan kedua orang murid
durhaka tersebut" Dalam waktu singkat, ia sudah termakan telak oleh beberapa
pukulan yang dilancarkan kedua orang murid pengkhianat tersebut, akan tetapi ia
masih tetap bertahan secara gigih dan memberikan perlawanan sekuat tenaga.
Cri ing... serentetan suara dentingan nyaring menggelegar
memecahkan keheningan....
92 Bun-ji koan-su merasakan ada sebilah pedang yang tajam dan
dingin menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Ternyata orang yang
melancarkan tusukan maut itu bukan lain adalah Ceng Lan-hiang, istrinya yang
tercinta.... Pada waktu itu seluruh wajah wanita itu diliputi oleh hawa nafsu membunuh yang
mengerikan. Sambil mempermainkan sebilah
pedang yang berkilauan tajam, sebentar-sebentar dia menyarangkan tusukannya ke tubuh Bun-ji koan-su sehingga dalam waktu singkat
telah bermandikan darah. Dari balik mata Bun-ji koan-su segera terpancar keluar sinar
kebencian dan dendam yang sangat tebal. Ditatapnya Ceng Lan-
hiang lekat-lekat, kemudian dengan darah yang bercucuran dari
ujung bibirnya, dia berseru:
"Lan-hiang, kau... kau benar-benar akan membunuh suamimu
sendiri?" Dengan wajah yang sinis dan bengis, hawa pembunuhan
menyelimuti seluruh wajahnya, Ceng Lan-hiang berkata tanpa
perasaan: "Hmm! Siapa yang kesudian menjadi istrimu" Selama hampir
setahun aku terus menahan rasa muak dan benciku untuk
menemani kau si bangkotan tua. Tiap detik tiap menit kalau bisa ingin kudahar
dagingmu, kuhirup darahmu hmm... jika hari ini tidak kucincang tubuhmu menjadi
berkeping-keping, sukar rasanya untuk menghilangkan rasa dendam dan benciku yang
tertanam di hati." Sehabis mendengar ucapan tersebut, perasaan Bun-ji koan-su
benar-benar sudah hancur lebur. Sebenarnya dia masih mempunyai setitik harapan,
yaitu putrid yang mereka lahirkan atas dasar
hubungan cinta selama ini, masakah dia tidak tersisa rasa cinta barang
setitikpun dalam hatinya setelah menjadi suami istri selama hampir satu tahun
lamanya" Dengusan tertahan bergema, sebuah lengan Bun-ji koan-su telah
terpapas kutung oleh bacokan pedangnya.
93 "Aduuh...!" kembali terdengar jerit kesakitan berkumandang
memecahkan keheningan, sebiji mata Bun-ji koan-su kembali
tercungkil oleh sambaran pedangnya hingga terlepas.
Ceng Lan-hiang sungguh kejam, keji dan berilmu tinggi...
mendadak pedangnya bergetar keras, berlaksa-laksa titik cahaya tajam segera
memancar ke empat penjuru, kemudian sepasang kaki Bun-ji koan-su sebatas lutut
telah terpapas kutung. Dengan kesakitan dan penuh penderitaan ia segera bergulingan
di atas permukaan salju. Mendadak... .... Di saat yang kritis inilah Kim-to-pangcu suami-istri, Wi-Ceng Kiu-Gak (Golok
Sakti Menggetarkan Jagad) dan Liok-Ih-Li
(Perempuan Baju Hijau) Hong Po Yan, yang sejak pertarungan mulai berlangsung
hanya berdiri berpeluk tangan belaka, menerjang ke muka secepat sambaran kilat.
Mereka berdua masing-masing melancarkan sebuah pukulan
dahsyat ke depan, dua gulung angin puyuh yang maha dahsyat
dengan cepat menggulung tubuh Bun-ji koan-su dan melemparnya
ke dalam jurang yang tak terkirakan dalamnya.
Pertarungan berdarah di atas bukit Soat-san yang amat seru dan menegangkan
hatipun berakhir sampai di situ. Bun-ji koan-su yang lihay sejak itu lenyap dari
peredaran dunia persilatan.
Sejak kematian Bun-ji koan-su, dunia persilatan pun tak pernah ada seharipun
tenang. Peristiwa berdarah, pembunuhan kejam, satu demi satu
berlangsung dalam dunia persilatan....
Yang pertama-tama tertimpa musibah setelah kejadian itu adalah perkumpulan yang
paling besar dalam dunia persilatan waktu itu...
Kim-to-pang. Perkumpulan besar itu dibasmi orang secara keji hingga hancur
musnah dan lenyap dari dunia persilatan.
94 Kim-to pangcu suami istri, Wi-Ceng-Kiu-Gak Ku Kiam-cong dan
Liok-Ih-Li Hong Po Yan ditemukan mati secara mengenaskan.
Kematian mereka konon mengerikan sekali, lengan kutung kaki
terpotong, usus berceceran dan otak berhamburan, suatu
pembunuhan yang benar-benar teramat keji.
Menyusul kemudian, para jago lihay kaum lurus dari sembilan
partai besar yang tidak turut serta di dalam pertempuran berdarah di bukit Soat-
san juga satu demi satu lenyap secara misterius dan tidak diketahui nasibnya...
Mendadak Ku See-hong berteriak keras:
"Locianpwe... Locianpwe... Perbuatan dari siapakah ini" Cepat
katakan, perbuatan kejam dari siapakah ini" Aku hendak membalas dendam! Aku
hendak membalas dendam! "
Ketika menyaksikan sikap Ku See-hong macam orang kesurupan
itu, manusia aneh itu merasa kaget sekali. Segera tegurnya dengan suara dingin:
"Ku See-hong! Apakah orang tuamu adalah Wi-Ceng-Kiu-Gak Ku
Kiam-cong serta Liok-Ih-Li Hong Po Yan?"
Air mata segera jatuh berlinang membasahi wajah Ku See-hong,
sahutnya dengan sedih sekali:
"Oooh Locianpwe, aku benar-benar adalah putra mereka berdua
yang tidak berbakti... cepatlah katakan kepadaku, siapakah musuh besar orang
tuaku" Dalam dunia dewasa ini hanya kau seorang
yang tahu akan rahasia ini."
Mencorong sinar aneh dari balik mata tunggal manusia aneh itu.
Dengan tubuh gemetar keras, sahutnya pedih:
"Selama hidup, lohu tak pernah berhutang budi kepada
siapapun... tapi aku hanya berhutang budi sedalam lautan kepada
orang tuamu..." "Aaai .... Dalam pertempuran berdarah di atas bukit salju,
seandainya mereka berdua tidak menghantam Bun-ji koan-su
95 sehingga tercebur ke dalam jurang, dia pasti telah dicincang sampai hancur
berkeping-keping oleh bacokan pedang perempuan rendah
itu...." "Locianpwe, tolong beritahu kepadaku siapakah pembunuh kejam
itu..." Siapakah pembunuh keji itu"!" jerit Ku See-hong.
Mendadak manusia aneh itu melotot besar, dengan pandangan
dingin ia membentak: "Ku See-hong, hanya mengandalkan beberapa jurus kepandaian
yang kau miliki sekarang, apakah kau sudah mampu untuk
membalas dendam" Jika kau sampai berbuat demikian, maka tak bisa disangkal lagi kau hanya akan
menghantarkan kematian dengan sia-sia belaka,
mana dendam tak berbalas, kaupun akan menjadi manusia berdosa
yang sangat tidak tidak berbakti. Tahukah kau..." Tugasmu
sekarang selain harus membalaskan dendam bagi kematian kedua
orang tuamu, kaupun harus menegakkan kembali keadilan serta
kebenaran dalam dunia persilatan!"
Setelah mendengar perkataan dari manusia aneh itu, bagaikan
diguyur dengan sebaskom air dingin, Ku See-hong lantas berpikir:
"Benar, sebelum aku berhasil mempelajari ilmu silat yang sangat lihay, mana aku
punya kekuatan untuk membalaskan dendam sakit
hati ini...?" Terdengar manusia aneh itu menghela napas panjang, lalu
berkata kembali: "Tak lama lagi lohu akan kembali ke alam baka. Aku tak bisa
mewariskan lagi segenap ilmu silat yang kumiliki kepadamu,
aaai ...." "Secara rahasia locianpwe telah mewariskan ilmu maha sakti
kepadaku, budi kebaikanmu tak terlukiskan dengan kata-kata, mana aku berani
untuk menuntut pelajaran ilmu silat yang lainnya lagi."
96 Manusia aneh itu memandang sekejap wajah Ku See-hong, dari
wajahnya segera terpancar keluar rasa sayangnya bagaikan seorang ayah terhadap
anaknya, kemudian berkata lagi pelan:
"Ku See-hong, sehabis mendengarkan kisah cerita ini, kau
sebagai seorang bocah pintar tentunya sudah menduga bukan
siapakah diriku ini..." Aaai. Tentunya kau juga tahu bukan, apa
sebabnya aku berwatak seaneh sekarang ini?"
Ku See-hong tahu, manusia aneh itu tak ingin menyinggung
kembali kejadian masa lampau yang penuh dengan kesedihan itu,
dia hendak beranggapan bahwa Bun-ji koan-su telah tewas dibunuh oleh kawanan
jago persilatan pada dua puluh tahun berselang.
Dengan sinar mata yang dingin bagaikan es, Ku See-hong
memandang sekejap ke arah manusia aneh itu, kemudian ujarnya
dengan suara bersungguh-sungguh:
"Locianpwe..., boanpwe sudah tahu siapakah dirimu itu, tapi aku
juga tahu kalau kau pasti mempunyai suatu kejadian masa lampau yang luar biasa,
maka watakmu baru berubah menjadi seaneh ini.
"Sejak kecil boanpwe sudah ditinggal mati oleh ayah ibuku.
Sepanjang tahun berkelana dalam dunia persilatan, tanpa berhasil meraih sesuatu
apapun, jika locianpwe tidak melimpahkan cinta
kasihnya kepadaku serta mewariskan ilmu silat yang maha sakti
kepadaku, tak mungkin boanpwe bisa jadi seperti sekarang ini. Budi kebaikan
sebesar ini sudah pasti harus dibalas. Oleh karena itu dalam hati kecil boanpwe
telah mengambil keputusan, bila aku telah melakukan perjalanan ke dalam dunia
persilatan nanti pasti akan kuselesaikan semua pekerjaan locianpwe yang selama
ini belum terselesaikan." Padahal manusia aneh itupun sangat berharap Ku See-hong bisa
membantunya untuk menyelesaikan segala persoalan yang belum
sempat diselesaikannya dulu.
Sejak dia bertemu dengan Ku See-hong, ia telah bertekad untuk
menitipkan tugas dan harapannya itu kepada sang pemuda. Itulah sebabnya mengapa
ia tak sayang untuk menyalurkan hawa murni
97 yang dimilikinya itu ke dalam tubuh Ku See-hong, agar ia bisa
melatih ilmu Kan-kun Mi-siu yang maha dahsyat tersebut,
sedangkan ia dengan sisa tenaga yang tak seberapa harus
menyelesaikan hidupnya sebelum saatnya tiba....
Sebagai seorang manusia yang berwatak aneh apa yang
dilakukannya hanya dikerjakan secara diam-diam. Jadi apa yang
sesungguhnya telah terjadi, sama sekali tidak diketahui oleh Ku See-hong
sendiri. Sekulum senyuman lega segera tersungging di ujung bibir
manusia aneh itu. Senyuman itu dianggap sebagai persetujuannya kepada sang
pemuda untuk melakukan apa saja yang di nginkan.
Kembali Ku See-hong bertanya:
"Locianpwe, boanpwe pun memberanikan diri untuk mengajukan
suatu permintaan kepadamu. Meski semasa hidupmu aku tidak
mengakuimu sebagai suhu, tapi setelah kau mati, boanpwe tetap
akan menganggap dirimu sebagai guruku yang pertama."
Paras muka manusia aneh itu masih tetap tidak berubah, dia
hanya membungkam seribu bahasa, sebagai tanda menyetujui pula
permintaan dari Ku See-hong.
Ketika pemuda itu menyaksikan sikap manusia aneh itu lambat-
laun menjadi semakin ramah, diapun melangkah lebih ke depan,
katanya kembali: "Boanpwe berharap agar cianpwe bersedia untuk memberitahukan nama asli cianpwe kepadaku...."
Paras muka manusia aneh itu segera memancarkan sekilas
cahaya yang sangat aneh, mulutnya tetap membungkam dalam
seribu bahasa, sedangkan pikirannya terjerumus dalam lamunan
yang berkepanjangan. Melihat manusia aneh itu diam saja, Ku See-hong segera berkata lebih lanjut:
98 "Locianpwe, apakah kau juga mempunyai seorang keturunan"
Sekalipun ibunya telah berkhianat dan jalan serong, tapi sebagai putri seorang
manusia, dia harus memiliki nama warga yang
sesungguhnya, kalau tidak dia akan dianggap sebagai seorang anak haram. Mengenai
keturunan dari locianpwe, boanpwe pasti akan
berusaha untuk memberi tahu kepadanya, bahkan akan kuceritakan pula kisah cerita
tersebut kepadanya...."
Setelah mendengar ucapan itu, titik air mata segera jatuh
berlinang membasahi wajah orang aneh itu, tampaknya dia merasa sangat terharu
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekali. Dengan wajah mengejang keras karena pengaruh emosi,
katanya: "Lohu she Him, bernama Ci-seng."
Diam-diam Ku See-hong menghembuskan napas panjang,
pikirnya di dalam hati: "Oooh Thian. Dalam dunia persilatan dewasa ini mungkin hanya
aku seorang yang mengetahui nama asli dari Bun-ji koan-su."
Dengan sikap yang sangat menghormat, buru-buru Ku See-hong
berkata: "Terima kasih banyak locianpwe atas kesediaanmu untuk
memberitahukan nama besarmu."
Tiba-tiba manusia aneh itu merogoh ke dalam sakunya dan
mengeluarkan sepotong kutungan pedang, lalu ujarnya dengan
nada yang amat pedih: "Ku See-hong, lohu titip kepadamu, seandainya kau telah
berjumpa dengan gurumu Seng-sim Cian-li Yap Soat Kun,
ceritakanlah keadaan lohu yang sebenarnya kepada dia. Katakanlah bahwa harapanku
yang paling akhir adalah meminta kepadanya
untuk menerimamu sebagai muridnya. Bila ia tak mau mengajarkan ilmu Hay Jin
Ciang tersebut, maka bagaimanapun juga kau harus
mencari akal untuk mencuri belajar ilmu pukulan Hay Jin Ciang-nya itu.
99 Pada lima puluh tahun berselang, ilmu silat yang dimiliki Sengsim Cian-li Yan
Soat Kun, tak berada di bawah kepandaian lohu..., apalagi setelah dia diburu oleh
api dendam. Ilmu pukulan ciptaannya itu pasti hebat dan tiada keduanya di kolong langit....
Kau harus ingat, musuh besarmu yang paling besar di kemudian
hari telah berhasil mendapatkan sejilid kitab pusaka Ban-Sia Cinkeng yang penuh
berisikan aneka macam ilmu sesat jika di kemudian hari kau ingin menangkan dia,
maka kau harus bisa mempelajari ilmu
Hay-Jin-Ciang lebih dulu sebelum niatmu bisa diwujudkan."
Tak terkira rasa terima kasih Ku See-hong setelah mendengarkan perkataan itu,
katanya: "Perhatian serta cinta kasih locianpwe tak akan boanpwe lupakan untuk selamanya,
boanpwe pasti tak akan sampai mengecewakan
hati locianpwe...." Tiba-tiba manusia aneh itu menghela napas sedih. Sambil
membelai kutungan pedang pendek itu dengan tangan kirinya, ia
berkata kembali: "Bawalah serta kutungan pedang ini, dan gunakanlah benda itu
sebagai tanda mata dari persembahanmu kepada gurumu yang
akan datang. Bila kau mampu maka berusahalah untuk menyambung kembali pedang ini menjadi satu agar sukma lohu di
alam baka tidak selalu murung dan merasa tak tenang."
Sambil menerima kutungan pedang itu dengan kedua belah
tangannya, sahut Ku See-hong:
"Boanpwe pasti akan berusaha keras untuk memenuhi keinginan
dari locianpwe...." Waktu itu air muka manusia aneh tersebut bertambah suram dan
gelap, tapi sebagai seorang yang berkeras kepala, dia masih tetap berusaha untuk
mempertahankan diri dengan mengandalkan sedikit sisa tenaga yang dimilikinya.
Kepada pemuda itu, kembali dia berkata:
100 "Ku See-hong, kitab pusaka Cang-ciong pit-kip tiada taranya itu tidak berada di
saku lohu, tapi tetap tersimpan di tempat semula.
Rahasia tempat itu tercantum dalam bait-bait lagu DENDA M
SEJAGAD.... Barang mestika hanya akan didapat oleh mereka yang berjodoh.
Lohu tak bisa memberi petunjuk kepadamu atas tempat
penyimpanan itu, jika kau memang berjodoh maka kunci rahasia
tersebut pasti akan kau pahami. Benarkah kau dapat memecahkannya atau tidak, lihat saja pada rejekimu di kemudian hari...."
Ku See-hong manggut-manggut.
"Barang mustika yang ada di dunia ini memang hanya diperoleh
oleh mereka yang berjodoh, boanpwe tak dapat terlalu memaksa,
kalau tidak bisa berakibat kerugian bagi diri sendiri."
Diam-diam manusia aneh itu mengangguk, dia mengagumi
karakater Ku See-hong yang tangguh, meski masih muda usia tapi pengetahuannya
terhadap masalah itu luas sekali.
Setelah menghela napas sedih, ujarnya:
"Saat ini, lohu ibaratnya sebuah lentera yang hampir kehabisan minyak, waktu
sudah tak pagi lagi.... Sekarang juga lohu akan
menggunakan sisa tenaga yang kumiliki untuk mewariskan keempat tiga jurus
tangguh tersebut kepadamu. Kemungkinan besar lohu tak dapat memainkan sampai ke
jurus yang ke-tiga, tapi aku harap kau bisa memusatkan segenap perhatianmu untuk
mempelajarinya dengan seksama." Ku See-hong tahu jurus sakti yang akan diwariskan manusia aneh itu kepadanya
pasti terhimpun segala inti kekuatan dari pelbagai jurus silat yang berada di
dunia ini, maka ia tak berani betrayal, segenap
perhatiannya tercurahkan menjadi satu untuk memperhatikannya dengan seksama.
Kembali manusia aneh itu berkata:
101 "Jurus serangan ini dinamakan Hoo-Han Seng-Huan (Sungai
Langit Bintang Bertaburan). Di dalamnya terkandung tiga gerak
perubahan yang maha sakti:
Gerakan yang pertama khusus menyerang tubuh bagian atas
musuh yang disebut sebagai Thian (langit). Gerakan kedua khusus menyerang bagian
tengah musuh yang dinamakan Jin (manusia).
Sedangkan gerakan ketiga khusus menyerang bagian bawah musuh
yang dinamakan Tee (tanah). Bila digabungkan menjadi satu antara langit, manusia
dan tanah... maka akan berakibat luar biasa
ibaratnya sungai langit yang terbentang dan bintang kecil yang bertaburan di
angkasa." Ku See-hong yang mendengarkan penjelasan itu merasa seperti
paham tidak paham, diam-diam ia menghela napas panjang.
Terdengar manusia aneh itu melanjutkan kembali kata-katanya:
"Seandainya kau bisa memahami arti serta makna dari jurus
serangan ini, kemudian menggunakannya secara sempurna... tidak
banyak jago dalam dunia persilatan dewasa ini yang sanggup untuk menghindarkan
diri dari serangan dahsyat tersebut."
Mendengar keterangan tersebut, tanpa terasa Ku See-hong
lantas berpikir: "Benarkah jurus serangan tersebut sedemikian lihaynya?"
Sinar tajam yang terpancar dari mata tunggal manusia aneh itu
makin lama semakin memudar, tubuhnya pun mulai gemetar keras,
pelan-pelan kelopak matanya mulai terkatup rapat.
Menyaksikan kejadian itu Ku See-hong segera berteriak keras:
Locianpwe...!" Tiba-tiba manusia aneh itu tersentak kaget dan tersadar kembali, dari balik
matanya yang tunggal segera terpancar serentetan cahaya tajam yang aneh, dengan
suara lemah dia berbisik:
"Ku See-hong, cepat bombing lohu ke atas tanah... harus cepat!"
102 Ku See-hong juga tahu bahwa kekuatan hidup manusia aneh itu
sudah mendekati akhir. Dengan gerakan secepat kilat dia lantas membimbing bangun
tubuhnya dan diberdirikan di atas tanah.
Tubuh manusia aneh itu berdiri kaku di atas tanah, sementara
telapak tangan tunggalnya secepat kilat melakukan suatu gerakan serabutan yang
kalut dan membingungkan. Ku See-hong terkesiap, ia tahu manusia aneh itu sedang
menggunakan jurus sakti itu, maka semua perhatiannya buru-buru dipusatkan
menjadi satu kemudian dengan seksama di kutinya
semua gerakan tangan yang aneh dari manusia aneh tersebut.
Pada saat Ku See-hong sedang memperhatikan gerakan tangan
manusia aneh itulah, mendadak Ku See-hong merasakan ada
bayangan berkelebat lewat di depan matanya, tahu-tahu jari tangan manusia aneh
itu sudah menghantam di atas jalan darah tubuhnya, kesadarannya segera terhentak
seperti hilang sejenak. Jalan darah di tubuh Ku See-hong kembali bergetar keras,
kesadarannya kembali pulih seperti sedia kala, ketika dia mencoba untuk menengok
ke tengah arena, lengan dari manusia aneh itu
masih bergerak secara aneh sekali.
Mendadak Ku See-hong merasakan jalan darah di atas pusarnya
seperti dihantam orang lagi secara pelan, sekali lagi dia merasakan kesadarannya
seperti hilang, lalu jalan darah di tubuhnya bergetar keras dan kesadarannya
pulih kembali. Sementara itu, gerakan tangan manusia aneh itu masih saja
melakukan suatu gerakan aneh. Ku See-hong hanya merasakan
bayangan hitam kembali berkelebat lewat di hadapan matanya,
sebuah jari tangan tahu-tahu sudah menghajar ke atas jalan darah Thian-ki-
hiatnya. Menyusul kemudian terdengar suara dengusan berkumandang
memecahkan keheningan, sekujur badan manusia aneh itu gemetar
keras lalu berdiri kaku di tempat semula. Jari tangannya masih tetap menunjuk ke
arah jalan darah Thian-ki-hiat di tubuh Ku See-hong.
103 Menyaksikan kejadian itu, Ku See-hong segera menjerit kaget.
Teriaknya keras-keras: "Locianpwe! Locianpwe!"
Tangannya dengan cepat menggoyang-goyangkan tubuh manusia aneh itu, tapi dia tetap berdiri kaku di tempat semula tanpa berkutik
barang sedikitpun juga, jelas nadinya sudah tergetar putus dan nyawanya kembali
ke alam baka. Yaa, seorang jago tangguh yang luar biasa kelihayannya itu telah meninggal dunia
di kala dia telah melancarkan jurus ketiga dari Ho Han Seng Huan tersebut. Dia
telah menggunakan sisa tenaga yang dimilikinya untuk melaksanakan tugasnya yang
terakhir. Bun-ji koan-su yang berwatak aneh, berilmu silat tinggi,
bertangan keji, berhati kejam, berwajah dingin dan cukup membuat gemparnya
kawanan jago persilatan itu, telah meninggalkan dunia yang fana ini tanpa
menimbulkan sedikit suara pun.
Waktu itu rembulan sudah bersembunyi di balik mega, bintang
yang bertaburan di angkasa pun sudah lenyap dari pemandangan
dirgantara, waktu menunjukkan kentongan ke tiga....
Sebutir bintang melesat menembusi angkasa yang gelap,
berkedip sebentar di udara lalu hilang lenyap tak berbekas.
Seperti juga kehidupan Bun-ji koan-su di dunia ini, hanya sekilas pandangan saja
tahu-tahu sudah lenyap kembali dari kehidupan
dunia. 000dw000 Bab 6 ANGIN dingin di luar kuil berhembus kencang, seakan-akan Thian turut berduka
akan perginya manusia aneh itu.
104 Ku See-hong tahu bahwa Bun-ji koan-su telah kembali ke alam
baka. Titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya, tapi ia tetap berusaha
menahan diri, ia berusaha untuk tidak menangis.
Tapi kesedihan yang mencekam perasaannya waktu itu tak
terlukiskan dengan kata-kata, sekalipun menangis tersedu-sedu juga belum tentu
bisa menghilangkan rasa sedih yang mencekam
perasaannya waktu itu. Tiada kesedihan di dunia ini daripada perpisahan antara yang
mati dengan yang hidup. Diam-diam Ku See-hong berdiri sedih,
lama... lama sekali dia baru bergumam:
-oo0dw0oo- Jilid: 04 "SUHU, sekarang kau telah tiada..., mulai, sekarang aku akan
menyebut dirimu sebagai suhu.
"Semua tugas yang kau serahkan kepadaku serta semua
persoalan yang tak bisa kau selesaikan di dalam hidupmu pasti akan kulaksanakan,
musuh besar yang mencelakaimu, murid-murid
durhaka yang telah menghianatimu, serta semua manusia munafik
yang pernah membuat sengsara dirimu pasti akan kubantai semua
sampai mampus. Suhu, kembalilah ke alam baka dengan tentram, beristirahatlah
kau dengan tenang. Sekalipun kau telah meninggalkan dunia yang fana ini, tapi
semua kejadian di dunia ini, semua sejarah hidupmu selama ini akan terkenang
terus di hati setiap orang, tiap hari, tecu pasti akan menyanyikannya sebanyak
tiga kali untuk memperingati dirimu selamanya."
Ketika berbicara sampai, di situ, tiba-tiba sinar mata Ku See-hong tertuju pada
jari tangan dari Bun-ji-koan-su tersebut, hatinya menjadi amat terkesiap,
pikirnya: 105 "Aduh celaka, jurus Hoo-Han-Seng-huan yang diajarkan suhu hingga kini masih
belum juga kupahami, bagaimana caranya aku
melakukan gerakan itu?"
Berpikir sampai di sini, peluh dingin segera bercucuran
membasahi seluruh badan Ku See hong.
Dia teringat kembali dengan pesan gurunya yang minta kepadanya untuk mempelajari
jurus Hoo-han-seng-huan tersebut dengan seksama.
Tapi, di dalam kenyataannya sekarang, dari tiga gerakan yang
diajarkan kepadanya itu, satu juruspun belum berhasil dia pahami, perubahannya
bagaimana dan bagaimana caranya melancarkan
serangan, sama sekali tidak diketahui olehnya... lalu bagaimana baiknya
sekarang" Diam-diam Ku See hong menegur kebodohan sendiri.... Buru-
buru dia memusatkan segenap perhatiannya untuk berusaha
mencari dan menelusuri jejak bayangan jurus itu di dalam
benaknya. Tapi makin dipikir dia merasa semakin kaget, semakin kaget dia merasa
makin gelisah, dirasakan olehnya jurus Hoo-han-seng-huan itu benar-benar sangat
rahasia, sakti dan sukar dimengerti.... Bagaimanakah gerakan tangan suhunya Bun-ji koan-su yang
aneh serta bagaimana melancarkan serangan aneh tersebut, makin berpikir semakin
membuat pikirannya menjadi bingung dan tidak
habis mengerti. Ternyata dia merasakan gerak tarian tangan yang dilakukan oleh Bun-ji koan-su
itu pada hakekatnya sudah terlepas dari jurus-jurus serangan ilmu silat
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pada umumnya, begitu kalut begitu membingungkan sama sekali tidak beraturan..., tapi di balik
ketidakberaturan tersebut justru tersimpan segala macam kelihayan dan kesaktian
yang luar biasa. Tadi dua kali jalan darah di tubuh seakan-akan tertotok, ia
merasakan kesadarannya seperti lenyap tak berbekas, tapi, dengan cepat
kesadarannya telah pulih kembali, namun belum lagi sadar penuh, sekali lagi, dia
seperti kehilangan pikiran lagi...
106 Dengan termangu-mangu Ku See-hong memperhatikan tubuh
Bun-ji koan-su yang kaku itu, lalu lengannya mencoba untuk
digerakkan menurut apa yang teringat.
Sekali demi sekali hal tersebut diulangi terus menerus secara berulang. Tapi ia merasa makin
digerakkan, gerakan tangannya makin menyimpang dari cara yang sesungguhnya,
bahkan sama sekali tidak mirip dengan apa
yang pernah dilakukan Bun-ji koan-su.
Lebih kurang setengah jam kemudian, Ku See-hong telah
mengulangi kembali latihannya sampai seratus kali lebih, tapi ia tetap gagal
untuk memahami kelihayan serta intisari dari jurus serangan itu.
Waktu itu dia sudah keletihan, sampai sekujur badannya basah
kuyup oleh keringat, napasnya tersengal-sengal seperti kerbau....
Akhirnya setelah gagal berulang kali, dengan sedih dia menghela napas panjang,
gumamnya: "Aku benar-benar amat tolol, sudah begitu lama aku berusaha untuk memutar otak
tapi selalu gagal untuk menemukannya
kembali. Aaaai..., aku benar-benar pantas untuk mampus. Dengan menggunakan sisa
tenaga yang dimilikinya, suhu bersusah payah
memainkan ketiga jurus serangan itu, bahkan begitu selesai
memainkannya diapun menutup usia, sedang aku tak berhasil
memenuhi harapannya, jangankan menguasai seluruh jurus
serangan itu, bahkan kesan terhadap satu gerakan di antaranya pun tak ada...."
Berpikir sampai di situ, Ku See hong merasa putus asa, kecewa
dan sedih sekali. Tanpa terasa dua titik air mata jatuh bercucuran membasahi
pipinya, dia menghela napas panjang berulang kali.
Mendadak Ku See-hong berseru tertahan, lalu gumamnya:
"Heran. Padahal suhu telah tiada, mengapa jenazahnya masih berdiri kaku di situ"
Aaai..., aku sebagai muridnya harus dan
berkewajiban untuk menguburnya secara baik-baik, aku tak bisa
membiarkan jenasahnya terbengkalai dengan begitu saja."
107 Bergumam sampai di situ Ku See-hong lantas berusaha untuk
membimbing bangun jenasah dari suhunya Bun-ji koan-su.
Siapa tahu walaupun dia telah berusaha dengan sepenuh tenaga,
ternyata jenasah gurunya itu sama sekali tak bergerak. Kenyataan ini segera
membuat Ku See-hong menjadi kebingungan setengah
mati dan tidak habis mengerti. Untuk sesaat lamanya dia menjadi termangu-mangu
di tempat. Saudara yang budiman, perlu diperhatikan bahwa berdiri kakunya jenasah Bun-ji
koan-su di tempat itu sesungguhnya mengandung
suatu rahasia yang besar sekali. Hal ini akan diterangkan pada akhir cerita ini,
jadi maaf bila hal tersebut akan dirahasiakan dulu untuk sementara waktu.
Demikianlah, sesudah termangu-mangu sekilas waktu, akhirnya
Ku See-hong mengambil kesimpulan sendiri.
"Mungkin suhu berbuat demikian karena dia ingin berada terus di tempat ini...."
Ku See-hong memang keras kepala dan angkuh, ketika tidak
berhasil memahami gerak jurus dari Hoo-han-seng-huan tersebut, maka dia bertekad
untuk berusaha mencarinya sampai dapat.
Tujuh hari tujuh malam lamanya dia berusaha untuk melatih.
Sambil mencari, dia sampai lupa makan lupa tidur, tapi alhasil dia tetap gagal
untuk memecahkan rahasia dari kepandaian itu,
malahan makin dilatih semakin bingung, makin didalami ia merasa semakin kalut
pikirannya. Malam itu kembali dia berusaha dengan sepenuh tenaga, tapi
hasilnya tetap nihil. Sambil menghela napas sedih dia berlutut di depan jenasah Bun-
ji koan-su lalu dengan air mata bercucuran katanya sedih:
"Suhu... Sukmamu di alam baka tentu tahu muridmu yang bodoh
sudah siang malam melatih jurus sakti Hoo-han-seng-huan tersebut dengan mati-
matian, tapi memang bakatku jelek, otakku juga
108 bodoh, sampai sekarang aku belum berhasil juga memahami makna
dari jurus serangan itu. "Sekarang, tecu akan meninggalkan kau orang tua untuk mencari
guruku yang kedua serta mempelajari ilmu sakti Hay Jin Ciang untuk memenuhi
harapan suhu. Tecu bersumpah di hadapan jenasah kau
orang tua, dalam tiga mendatang akan kugunakan sepasang
tanganku ini untuk mengucurkan darah segar musuh besarmu serta menyayat kulit
badan musuhmu. Semua sampah masyarakat serta
manusia laknat yang berada dalam dunia persilatan dewasa ini akan kuberi balasan
yang setimpal." Ketika berbicara sampai di situ pelan-pelan Ku See-hong bangkit berdiri, di atas
wajahnya yang dingin terlintas kebulatan tekadnya yang kukuh, sorot matanya
memancarkan cahaya kebuasan serta
kebengisan yang mengerikan sekali.
Apalagi ketika Ku See-hong terbayang kembali semua musibah
yang telah menimpa Bun-ji koan-su selama hidupnya, kesengsaraan yang telah
menyiksa batinnya, tanpa terasa perasaannya bergolak keras, sambil menengadahkan
kepalanya dia segera membawakan
lagu Dendam Sejagad yang telah diajarkan Bun-ji koan-su
kepadanya itu: DENDA M kesumat membentang bagai jagad,
Bukit tinggi berhutan lebat di sisi sebuah kuil.
Sungai besar di depan kuil berombak besar,
Dendam kesumat sepanjang abad
DENDA M kesumat membentang bagai jagad,
Burung gagak bersarang di rumput di kala senja
Cinta kasih berlangsung dari muda sampai tua.
Memetik kampak membuat lagu: Nadanya dendam
Menitik air mata darah untuk siapa"
Hati pilu menanggung derita menyesal sepanjang masa.
109 DENDA M kesumat membentang bagai jagad.
Ji koan pernah berbuat salah.
Menyandang golok menunggang kuda, apalah gunanya"
Salju terbang air laut semuanya hambar.
DENDA M kesumat membentang bagai jagad.
Curah hujan membuyarkan awan.
Air mengalir akhirnya surut.
Dendam kesumat tak akan pernah luntur....
Suatu dorongan perasaan sedih yang amat besar serta gejolak
emosi yang hebat, menelurkan suatu irama nyanyian yang keras,
berat dan menunjang mengalun di seluruh angkasa, kemudian
menggema sampai ke tempat yang jauh sekali.
Saking sedihnya membawakan lagu "Dendam Sejagad" tersebut,
tanpa sadar air mata jatuh bercucuran membasahi seluruh wajah Ku See-hong.
Pelan-pelan dengan membawa perasaan yang berat dan
duka dia berjalan keluar dari kuil itu dan meninggalkan Bun-ji koansu yang
meninggal dengan membawa penderitaannya itu.
Waktu saat itu menunjukkan kentongan ketiga.
Angin kencang di luar kuil masih berhembus dengan hebatnya,
udara terasa dingin menusuk tulang, pohon bergoyang tertiup
angin. Suasana ketika itu terasa seram, dingin dan memedihkan.
Dari dalam ruang tengah, Ku See-hong pelan-pelan berjalan
keluar. Dengan mata basah oleh air mata, ia mendongakkan
kepalanya memandang ke angkasa.
Langit sangat gelap karena malam masih belum lewat, tiada
rembulan hanya ada beberapa titik bintang yang memancarkan
cahaya yang lemah. Waktu itu di luar kuil sedang berdiri termangu tiga sosok
bayangan manusia. 110 Mereka masih terpesona oleh pengaruh irama lagu Ku See-hong
yang dibawakan dengan nada penuh rayuan maut yang membetot
sukma. Di bawah bayangan pohon orang-orang itu cuma melongo
dan berdiri kaku persis seperti patung arca.
Ku See-hong mendongakkan kepalanya memandang awan yang
bergerak di angkasa, dalam benaknya tanpa terasa terbayang
kembali bayangan tubuh Bun-ji koan-su. Akhirnya ia tak kuasa
menahan diri dan mendongakkan kepalanya sambil berpekik
nyaring. Pekikan tersebut kian lama berkumandang kian nyaring, tapi di balik
suara yang nyaring terbawa nada yang sedih dan
memedihkan hati, sungguh terasa tak sedap didengar.
Ketika mendengar suara pekikan nyaring yang mengalun di
angkasa itu, ketiga sosok bayangan manusia di luar kuil itu
merasakan hatinya bergetar kemudian tersadar kembali dari
lamunan. Enam buah mata yang tajam serentak dialihkan ke atas
tubuh Ku See-hong yang berada di luar kuil tersebut.
Tanpa sadar ketiga orang itu mundur beberapa langkah ke
belakang dengan kaget, dari mimik wajah mereka yang menyeringai seram, bisa
diketahui sampai di manakah rasa kaget dan ngeri yang mencekam perasaannya itu.
Ku See-hong tidak melihat hadirnya ketiga sosok bayangan
manusia di luar kuil itu. Dengan langkah yang pelan-pelan dia
berjalan keluar kuil. Tiga sosok bayangan manusia yang berada di luar kuil itu
sesungguhnya adalah jago-jago lihay golongan hitam yang sadis
dan berbahaya... walaupun demikian mereka cukup mengetahui
sampai di manakah kekejaman serta kebuasan pemilik kuil yang
misterius itu. Maka sewaktu mereka melihat semunculnya Ku See-
hong dari dalam kuil itu, disangkanya dialah pemilik kuil yang misterius serta
berbahaya itu. Tanpa terasa sekujur tubuh mereka gemetar keras.
Ku See-hong mendongakkan kepalanya. Sekarang dia baru
mengetahui akan kehadiran ketiga sosok bayangan manusia itu.
111 Sinar aneh yang tajam segera memancar keluar dari balik matanya, dengan wajah
hambar dia segera berhenti.
Ketiga sosok bayangan manusia itupun sudah melihat wajah Ku
See-hong dengan jelas sekarang, rasa kaget bercampur tercengang cepat melintas
di atas wajahnya, perasaan takut yang semula
mencekam hati mereka kini hilang lenyap dengan begitu saja.
Sambil tertawa dingin dengan suara yang menyeramkan, ketiga
sosok bayangan manusia itu segera berkelebat maju ke depan dan mendekati Ku See-
hong. Betul rasa di hati mereka sudah banyak
berkurang, akan tetapi satu dua bagian rasa ngeri masih terselip di hati masing-
masing. Paras muka Ku See-hong sendiripun berubah hebat setelah
menyaksikan gerakan tubuh lawan yang begitu enteng, dia tahu
ketiga orang itu sudah pasti adalah jago kelas atas dalam dunia persilatan.
Di bawah sinar bintang, tampak orang tiga itu masing-masing
mengenakan baju hitam yang panjang dengan potongan badan
yang lurus jangkung seperti tengkorak. Rambutnya yang panjang
dibiarkan terurai di pundak, bibirnya tajam dengan kening yang sempit, masing-
masing berwajah seram persis bagaikan iblis.
Diam-diam Ku See-hong berpikir di dalam hatinya:
"Heran, mengapa tiga orang manusia yang bertampang bagaikan
iblis ini bisa menyiarkan hawa sesat yang begini tebal secara
mengerikan" Mana wajah seram menyeringai lagi dengan
mengerikan, sungguh membikin hati orang merasa kebingungan...
dan tak tahu siapa gerangan diri mereka itu?"
Sementara dia masih berpikir, manusia aneh berwajah pucat
yang berada di sebelah kiri itu segera mementangkan mulut lebar-lebar
dan memperdengarkan gelak tertawa panjang yag menyeramkan. 112 Setelah itu dengan nada yang dingin menggidikkan hati dia
menegur: "Bocah keparat, siapa kau" Cepat sebutkan nama
anjingmu untuk menerima kematian."
Betapa mendongkol dan kesalnya Ku See-hong setelah
mendengar perkataan itu, ia segera mendengus dingin.
"Hmm... Kalian tiga orang mahluk, tiga bagian tidak mirip
manusia, tujuh bagian mirip setan, sesungguhnya siluman aneh
yang datang dari mana" Kurang ajar benar perkataan kalian itu"
Hmm aku tak lebih cuma seorang Bu-beng-siau-cut (prajurit tak
bernama) dalam dunia persilatan, mau apa kalian?"
Makhluk berwajah murung dan sedih, sedikitpun tidak membawa
hawa kehidupan, yang berdiri di tengah itu, segera tertawa
terkekeh-kekeh dengan seramnya, suara makhluk itu dingin
bagaikan es, bagaikan hembusan angin dingin yang datang dari
kutub. Begitu selesai tertawa seram, dia lantas berkata dengan suara
mengerikan: "Bocah keparat, enak benar kalau berbicara, rupanya kau
memang benar-benar adalah seorang prajurit tak bernama di dalam dunia
persilatan, heeehh... heeehhh... heeehhh... kami adalah Leng-cuan-sam-pok (Tiga
Bayangan Iblis dari Leng-cuan) yang nama
besarnya telah menggetarkan seluruh dunia persilatan, aku sendiri Siang-khi-kui-
pok (Siluman Iblis Pembawa Kesedihan) Phu Im-sat hendak mengajukan beberapa
pertanyaan kepadamu bila kau tidak
menjawab dengan sejujurnya, heeehhh heeehhh heeehhh malam ini
juga akan kusuruh kau mampus tanpa liang kubur di sini."
Sudah belasan tahun lamanya Ku See-hong berkelana dalam
dunia persilatan, tidak sedikit jago persilatan kenamaan yang
diketahui olehnya, maka dari itu betapa tercekatnya perasaan
pemuda tersebut setelah mengetahui kalau ketiga makhluk seram
ini bukan lain adalah Leng-cuan-sam-pok yang amat tersohor akan kebengisannya
itu.... Meski begitu, paras mukanya sama sekali tidak menunjukkan perubahan apa-
apa. 113 Ternyata Leng-cuan-sam-pok adalah jago kelas satu dari
golongan hitam yang termasyhur sekali namanya dalam dunia
persilatan. Watak mereka amat kejam, tak kenal ampun dan
membunuh orang tanpa berkedip.
Mencorong sinar menggidikkan dari balik mata Ku See-hong,
serunya dengan dingin: "Leng-cuan-sam-pok adalah sampah masyarakat di dalam dunia
persilatan dewasa ini, apa yang kalian andalkan sehingga begitu berani berlagak
di hadapanku" Sungguh tak tahu malu. Orang lain mungkin jeri kepada kalian tapi
aku orang she Ku, adalah seorang manusia yang punya tulang, tak nanti aku bakal
jeri kepadamu. Sebelum pertanyaan kalian ajukan,
terlebih dulu akan kuberitahukan kepadamu, lebih baik jangan bertanya, sebab tak
nanti aku akan menjawab pertanyaan kalian barang setengah patah katapun.
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mengerti?" Ku See-hong bukan orang yang bodoh, baru saja Siang-khi-kui-
pok Phu-im-sat bertanya sampai di situ, dia sudah mengetahui apa yang hendak
mereka tanyakan. Makhluk pertama menonjol bergigi taring dan bermata bengis
bagaikan binatang liar yang berdiri di sebelah kanan itu segera berteriak aneh,
bentaknya: "Bocah keparat, berapa butir sih batok kepala yang kau miliki"
Begitu berani memandang hina Leng-cuan-sam-pok! Hmmm,
ketahuilah malam ini kau sudah menjadi burung dalam cengkeraman kami, jangan harap kau bisa terbang lagi ke angkasa."
Siang-khi-kui-pok Phu-im-sat menyambung pula:
"Bocah keparat, bukankah barusan kau masuk ke dalam kuil itu"
Apa yang kau jumpai di situ?"
Ku See-hong adalah seorang pemuda yang keras kepala, angkuh
dan ketus hatinya sudah mendongkol sekali ketika menyaksikan
ketiga orang mahkluk aneh itu membentak-bentak dirinya maka
114 sambil tertawa dingin dengan nada yang merasuk tulang, serunya menghina:
"Bila kalian menganggap punya nyali, tak ada salahnya untuk
masuk dan selidiki sendiri, dengan cepat kalian akan mengetahui ada apanya di
sana. Hmmm. Cuma aku lihat, kalian anjing-anjing geladak yang beraninya cuma
menganiaya yang lemah saja ini,
masih belum punya keberanian untuk berbuat demikian."
Makhluk aneh berwajah pucat yang berada di sisi sebelah kiri,
Jin-sat-kui-pok (Siluman Iblis Berwajah Pucat) Jin Khi segera
membentak menggelegar: "Bocah keparat, diberi arak kehormatan kau tidak mau, justru
arak hukuman yang kau cari. Hmmm, sekarang juga akan kusuruh
kau merasakan kelihayanku."
Seusai berkata, secepat sambaran kilat Jin-sat-kui-pok menerjang maju ke depan.
Sepasang kakinya bergeser dan berputar secepat
angin, lalu sambil menerjang ke depan lawan, sepasang cakar
setannya dipentangkan lebar-lebar. Dengan membawa suara
desingan tajam yang memekikkan telinga, ia cengkeram jalan darah Cian-cin-hiat
di atas bahu Ku See-hong.
Ku See-hong tertawa dingin, badannya memendam ke bawah,
lalu menggunakan ilmu gerakan tubuh Mi-khi-biau-tiong yang amat sempurna itu,
secara menyakinkan dia meloloskan diri dari sergapan tersebut.
Menyaksikan kelihayan Ku See-hong di dalam menghindarkan diri
dari ancaman tersebut, Jin-sat-kui-pok merasa terperanjat sekali, kembali ia
membentak keras, ejeknya sinis:
"Bocah keparat, tak nyana kau memiliki juga ilmu silat kucing
kaki tiga yang hebat!"
Di tengah bentakan, sepasang cakar setannya berputar
menggulung-gulung, angin puyuh yang maha dahsyat segera keluar dari balik
telapak tangannya itu dan menyapu ke seluruh badan
lawan. 115 Di tengah desingan angin tajam yang memekikkan telinga, tiga
puluh enam buah jalan darah penting di tubuh Ku See-hong sudah terbungkus di
balik gulungan hawa tajam yang menggidikkan hati itu.
Betul pada waktu itu Ku See-hong telah mempelajari ilmu
gerakan tubuh yang amat sempurna, tapi setelah menghadapi angin serangan
sedemikian dahsyatnya itu, tak urung dia menjadi
tertegun juga sehingga lupa untuk menghindarkan diri.
Jin-sat-kui-pok yang menyaksikan Ku See-hong cuma berdiri saja tanpa berniat
untuk menghindar, dalam sangkaannya pemuda itu
takabur dan mencemooh dirinya. Ini semua membuat hawa
amarahnya berkobat makin hebat, sepasang matanya yang aneh
memancarkan cahaya tajam yang bengis dan mengerikan.
Dengan cepat hawa pukulannya ditingkatkan menjadi sepuluh
bagian. Angin serangan yang tajam semakin menggelegar bahkan
membawa deruan angin dahsyat bagai gulungan ombak di tengah
samudra. Semua hembusan dahsyat itu bersama-sama menggulung
ke atas badan Ku See-hong.
Setelah tersengat oleh desingan angin pukulan musuh yang
tajam, Ku See-hong baru tersentak bangun dari kagetnya. Tapi
waktu itu keadaan sudah terlambat, angin pukulan yang maha
dahsyat dan menyesakkan napas itu sudah mendesak di sekeliling tubuhnya.
Habis sudah riwayatku kali ini. Habis sudah riwayatku kali ini...
pekik Ku See-hong dalam hati.
Baru saja ingatan itu berkelebat lewat dari benaknya, mendadak Ku See-hong
merasakan munculnya segulung hawa panas dan
segulung hawa dingin dari dalam pusarnya yang segera menyelimuti sekujur
badannya. Pada saat angin serangan musuh yang maha dahsyat itu hampir
mengenai badannya, mendadak hawa murni yang telah menyebar
ke dalam tubuhnya itu segera menyusup masuk lewat pori-pori
badannya dan segera menyelimuti seluruh badannya.
116 "Blaaam! Blaaam!" Beberapa kali letusan keras segera menggelegar di angkasa. Jin-sat-kui-pok hanya merasakan segulung angin pukulannya
seperti menghajar di atas segumpal kapas yang sama sekali tak
berkekuatan, dia menjadi amat terperanjat. Tubuhnya yang
berperawakan aneh segera mundur beberapa langkah dengan
sempoyongan. Diam-diam Ku See-hong merasa amat bangga dengan hasil yang
berhasil dicapainya itu, pikirnya:
"Aaah... tak kusangka kalau ilmu khikang Kan-kun-mi-siu yang
diajarkan suhu ternyata sedemikian hebatnya."
Kenyataan ini membuat keberanian Ku See-hong makin besar.
Betul ia tidak pandai mempergunakan jurus serangan untuk melukai musuh, tapi
untuk melindungi keselamatan sendiri, rasanya hal ini bukan suatu persoalan
lagi. Di antara Leng-cuan-sam-pok, ilmu silat yang dimiliki Siang-khi-kui-pok Phu Im-
sat, terhitung paling tinggi, pengetahuannya juga paling luas. Ketika dilihatnya
tenaga pukulan dari Jiu-sat kui-pok yang sanggup menghancurkan batu karang itu
ternyata tidak mendatangkan hasil apa-apa ketika menghajar di tubuh lawan,
diam-diam ia merasa tercekat sekali.
Bahkan dia yang sangat berpengalaman di dalam dunia
persilatan pun, ternyata tak bisa menebak ilmu silat apakah yang dimiliki oleh
Ku See-hong tersebut. Ternyata di dalam kepandaian sakti atau hawa khikang macam
apapun yang ada di dunia ini, bila sampai terhajar oleh serangan lawan, tentu
akan menghasilkan tenaga pantulan yang maha
dahsyat. Sebaliknya hasil dari Kan-kun-mi-siu adalah melenyapkan tenaga serangan lawan
dengan begitu saja tanpa wujud. Semakin besar
tenaga tekanan yang datang dari luar, goncangan yang dialami Ku See-hong dalam
peredaran darahnya akan semakin besar pula.
117 Akibatnya bukan saja tak sampai merugikan diri sendiri, malah
sebaliknya mempercepat daya kemajuan yang dicapai oleh tenaga
dalam itu sendiri. Siang-khi-kui-pok Phu Im sat memperdengarkan gelak tertawanya yang rendah berat dan mengerikan, kemudian katanya
dengan dingin: "Orang she Ku, jika hari ini kau bersedia menjawab pertanyaan
kami, Leng-cuan-sam-pok pasti akan menyusahkan dirimu lagi,
bahkan dalam perjalananmu selanjutnya dalam dunia persilatan,
semua orang dari golongan hitam tak akan menyusahkan dirimu."
Leng-cuan-sam-pok yang kejam bengis dan tak pakai aturan,
ternyata sudah mengucapkan kata-kata yang demikian sungkannya
terhadap seorang prajurit yang tak bernama dari dunia persilatan, sesungguhnya
kejadian ini boleh dibilang merupakan suatu
keanehan. Ku See-hong yang cerdik tentu saja juga tahu kalau Leng-cuan-
sam-pok telah dibikin gentar oleh hawa khikang Kan-kun-mi-siu
yang dimilikinya itu, justru karena tahu lihaynya maka mereka baru mengurangi
kebuasan serta kekejiaan mereka.
Ku See-hong segera tertawa dingin, kembali katanya dengan
nada menghina: "Leng-cuan-sam-pok, kalian berani memasuki kuil ini berarti
kalian segera akan tewas secara mengerikan, memangnya kalian
anggap masih bisa lolos dari tempat ini dengan selamat" Terlalu banyak kejahatan
yang kalian bertiga lakukan selama ini, aku orang she Ku tak akan mengampuni
jiwa kalian, hayo cepat serahkan
nyawa anjing kalian bertiga!"
Ketika berbicara sampai di situ, suara Ku See-hong berubah
makin keras dan mengerikan ditambah lagi wajahnya yang dingin
menyeramkan, tanpa terasa membuat Leng-cuan-sam-pok yang
berhati bengis itu berkesiap sekali dibuatnya.
118 Ketika selesai berbicara Ku See-hong tak berani turun tangan
lebih dulu, sebab sekarang boleh dibilang setengah jurus pun tidak ia miliki.
Bila sampai dia turun tangan melancarkan serangan lebih dulu, selain siasatnya
bakal terbongkar, gertak sambalnya juga akan konangan, malah bisa jadi selembar
wajahnya ikut melayang. Maka dari itu dia hanya mengawasinya Leng-cuan-sam-pok
dengan sepasang matanya yang dingin menyeramkan serta
memancarkan cahaya yang menggidikkan hati itu.
Leng-cuan-sam-pok agak bergidik juga menghadapi tantangan
dari pemuda itu. Sesungguhnya mereka adalah kawanan manusia
licik yang berotak tajam. Entah mengapa sikap Ku See-hong yang berwibawa membuat
hati mereka makin menciut. Diam-diam hawa
murninya segera disalurkan ke seluruh badan untuk bersiap-siap menghadapi segala
kemungkinan yang tak di nginkan.
Begitulah, empat sosok bayangan manusia segera berdiri saling
berhadapan di tengah suasana hawa pembunuhan yang menyelimuti seluruh angkasa.
Pohon peng-yang yang terhembus angin menimbulkan suara
gemerisik yang memekikkan telinga, suasana di sekeliling tempat itu makin lama
diliputi suasana semakin tegang dan menakutkan.
Berapa saat lamanya keempat orang itu berdiri saling
berhadapan, diam-diam Ku See-hong merasa amat gelisah, dia tahu bahwa dirinya
tidak melancarkan serangan lebih dulu, akhirnya
sandiwara itu pasti akan terbongkar.
Berpikir demikian, Ku See-hong segera mendongakkan kepalanya
dan berpekik nyaring, suara pekikannya yang keras serasa
membelah seluruh angkasa.
Kakinya mempergunakan ilmu gerakan Mi-khi-biau-tiong untuk
bergerak maju bagaikan sambaran setan. Dengan suatu kecepatan
yang luar biasa dia melayang ke depan, tangannya bergerak aneh dan segera
mempraktekkan jurus Hoo-han-seng-huan, yang
berulang kali sudah dilatihnya tanpa mendatangkan hasil itu.
119 Ketika Leng-cuan-sam-pok menyaksikan gerak maju Ku See-hong
sangat aneh dan sakti, hati mereka terkesiap, kemudian sambil
membentak keras, enam gulung tenaga pukulan yang dilancarkan
dengan mempergunakan segenap tenaga murni yang mereka miliki
itu, dengan menciptakan berpuluh-puluh jalur hawa sakti yang
mengerikan, bagaikan sebuah jaring langit jala bumi menggulung datang dari empat
arah delapan penjuru dan menggulung sekujur
badan Ku See-hong. Leng-cuan-sam-pok diam-diam merasa bergidik juga bila
mengingat kehebatan musuhnya itu. Mereka mengira Ku See-hong
hendak melancarkan serangan mematikan, maka begitu turun
tangan, masing-masing pihak segera melepaskan dua gulung tenaga pukulan yang
dahsyat bagaikan gulungan angin puyuh untuk
menghadang gerak maju pemuda itu.
Tampak desingan angin tajam bagaikan gulungan ombak besar di
tengah samudra menyapu ke depan berbarengan, kedahsyatannya
sukar untuk dilukiskan dengan kata-kata.
Paras muka Ku See-hong yang tampan itu segera berubah hebat,
gerakan Ho-han-seng-huan yang digunakannya tadi sesungguhnya
tak lebih cuma pancingan belaka... tak tahunya justru telah
memancing datangnya serangan mematikan dari ketiga orang
lawannya itu. Blaaam! Blaaam! Blaaam....!" letusan letupan beruntun segera
menggelegar di angkasa dan menggoncangkan seluruh permukaan.
Ku See-hong hanya merasakan peredaran darah dalam tubuhnya
bergoncang keras, kuda-kudanya tergempur dan terseret oleh
tenaga pukulan yang maha dahsyat itu. Tubuhnya mundur sejauh
empat lima langkah ke belakang sebelum bisa berdiri tegak.
Ia sanggup menyambut serangan gabungan dari Leng-cuan-sam-
pok yang maha dahsyat serta semuanya tertuju pada bagian tubuh yang mematikan
Senopati Pamungkas I 12 Dewa Linglung 23 Buronan Dari Mataram Peristiwa Merah Salju 14
membuat kepala orang menjadi pusing sekali.
Keindahan dan kesaktiannya sukar ditemukan, tandingannya di dunia ini.
Tiba-tiba Ku See-hong mendengar suara dengusan napas
manusia aneh itu terengah-engah seperti kerbau.
Jelas, untuk melakukan ilmu langkah itu, dia sudah kehilangan banyak tenaga.
Tiba-tiba.... Manusia aneh itu kembali mendengus dingin....
Sekali lagi ia mempraktekkan ilmu langkah tubuh itu.
Betapa terharunya Ku See-hong setelah menyaksikan manusia
aneh tersebut dengan tanpa sayang mengorbankan tenaga yang
banyak, melakukan demostrasi sekali lagi.
Buru-buru dia memusatkan pikirannya untuk memperhatikan dengan seksama.
Dengan napas manusia aneh itu makin lama semakin memburu,
keringat sebesar kacang kedelai bercucuran dengan derasnya.
Suatu ketika orang itu menghela napas sedih dan berhenti bergerak, tubuhnya
segera jatuh terduduk di atas tanah.
Ku See-hong menjerit kaget, cepat ia menubruk ke depan sambil
memayang tubuhnya. "Locianpwe...!" teriaknya cemas.
"Locianpwe... kau... kau...
kenapa kau...?" Waktu itu paras muka manusia aneh itu tersebut telah berubah
semakin pusat menyeramkan. Dadanya naik turun tak menentu,
napasnya terengah-engah dan payah sekali.
"Ku See-hong..." bisiknya dengan suara gemetar.
Hal 50-51 "Kau... apakah kau sudah memahami kesaktian dari ilmu Mi Khi
Bian Ciong ini" Titik berat
Hal. 50-51 62 Adalah mengetahui asal-usul manusia aneh itu serta dendam
kesumat yang terpendam dalam hatinya.
Tiba-tiba paras muka manusia aneh itu berubah menjadi
menyeringai seram, teriaknya:
"Ku See-hong, kau jangan memandang rendah diriku! Apa yang
telah kuucapkan masih bisa kuselesaikan sebagaimana mestinya,
dengan demikian aku baru bisa meninggalkan dunia ini dengan
mata meram. Ayo, cepat bombing aku naik ke atas."
Ku See-hong menurut dan memayang manusia aneh itu naik ke
atas pembaringan, tapi pelbagai persoalan berkecamuk di dalam
benaknya. Dia merasa meski manusia aneh itu dingin tak
berperasaan, sesungguhnya dalam hati kecil orang itu tersimpan suatu ketulusan
hati dan kebajikan yang mulia.
Dia mengingin kalau dirinya bisa menegakkan keadilan bagi umat persilatan dan melenyapkan
semua kejahatan dari muka dunia.
Dalam dunia persilatan dewasa ini banyak sekali manusia-
manusia kerdil yang mencari nama untuk kepentingan pribadi,
banyak pula manusia munafik yang berlagak bajik padahal manusia aneh ini sangat
membenci segala bentuk kejahatan, apalagi sifatnya memang suka membunuh, tak
heran kalau banyak orang jahat yang
tewas di tangannya, tidak heran juga kalau sepanjang masa
hidupnya banyak mengalami penderitaan dan peristiwa tragis....
Sejak kecil Ku See-hong sudah kehilangan orang tuanya. Oleh
suatu pukulan batin yang keras, wataknya mengalami perubahan
yang sangat besar. Ditambah lagi belasan tahun hidup
bergelandangan dalam dunia persilatan, tak sedikit kejadian busuk dan rendah
yang pernah dialaminya. Tidak heran kalau ia sangat mengalami keadaan dunia yang
sesungguhnya. Kobaran api dendam tiba-tiba membakar dalam rongga dadanya.
Tanpa disadari diapun menaruh pandangan yang sempit terhadap
umat persilatan di dunia ini. Ia bersumpah bila suatu hari berhasil mempelajari
ilmu silat yang maha sakti, diapun akan melakukan
pembunuhan secara besar-besaran dalam dunia persilatan.
63 Itulah sebabnya ketika dia masuk ke dalam kuil dan mengalami
pelbagai penderitaan dan siksaan, pemuda itu sama sekali tidak mendendamkan
kepada manusia aneh itu. Seakan-akan dia beranggapan bahwa wajarlah bila manusia-manusia persilatan yang berusaha
memasuki kuil itu menemui ajalnya secara tragis.
Setelah mengatur napas sebentar, tiba-tiba manusia aneh itu
berkata lagi: "Ku See-hong, kemungkinan besar lohu sudah tak sanggup untuk
bertahan lebih lama lagi. Aaai...."
Sesudah menghela napas, ia menghembuskan napas panjang
dan berkata: "Seandainya kuajarkan dahulu jurus serangan itu kepadamu,
besar kemungkinan aku benar-benar tak sanggup untuk mengisahkan cerita itu lagi kepadamu, padahal selama hidup apa yang telah
kuucapkan tak pernah dirubah lagi... tapi kali ini mau tak mau terpaksa aku harus
menuruti maksud hatimu. Akan kuceritakan kisah cerita itu lebih dulu, kemudian baru memberi latihan ilmu
pukulan kepadamu sampai mati."
"Maksud locianpwe itu memang tepat, sekarang silahkan kau
bercerita lebih dulu, boanpwe pasti akan mengingatnya terus di dalam hati...."
Paras muka manusia aneh itu kembali berubah menjadi dingin
menyeramkan, katanya dengan nada seram:
"Ku See-hong, di kala lohu sedang mengisahkan ceritera nanti,
kau dilarang untuk menimbrung, mengerti?"
Mendengar perkataan itu, diam-diam Ku See-hong berpikir:
"Ia benar-benar sangat aneh, wataknya juga aneh sekali, apalagi kalau dilihat
sikapnya yang mudah berubah itu, bila seseorang yang tidak terlalu memahami
wataknya, pasti akan dibikin ketakutan
setengah mati. Dalam keadaan begini, mana mungkin dia berniat
untuk mendengarkan kisah ceritanya lagi?"
64 Berpikir sampai di situ, Ku See-hong lantas berkata:
"Locianpwe tak usah kuatir, boanpwe tak akan menimbrung
selama kau berceritera."
Dalam waktu singkat pelbagai perubahan terjadi di atas wajah
manusia aneh itu. Akhirnya dengan wajah yang memedihkan dia
menceritakan kisah yang cukup menggetarkan sukma itu.
"Lima puluh tahun berselang, dalam dunia persilatan muncul
seorang manusia pintar yang tidak diketahui identitas maupun asal-usulnya. Waktu
itu usianya belum begitu besar, tapi ilmu silatnya telah mencapai puncak
kesempurnaan.... Dalam dunia persilatan
waktu itu tak seorangpun sanggup melawan kelihaiannya itu.
Waktu itu suasana dalam dunia persilatan amat kacau. Kau sesat dan golongan
hitam merajalela, manusia-manusia munafik pun
bermunculan di mana-mana.
Kebetulan pemuda itu adalah seorang manusia yang membenci
segala kejahatan. Ketika dilihatnya dunia persilatan sudah berada di jalan
menuju ke hari kiamat, maka timbul ah suatu niat yang luar biasa dalam hatinya
untuk menyelamatkan dunia persilatan dari
kehancuran, menegakkan keadilan dan kebenaran serta melakukan
pembunuh yang tak kenal ampun terhadap kaum sesat dunia.
Dalam setengah tahun yang amat singkat inilah, secara beruntun dia telah
membunuh jago-jago lihay yang tak terhitung banyaknya dalam dunia persilatan...
meratakan tiga belas propinsi di utara dan selatan sungai besar....
Tujuh puluh empat tempat sarang penyamun dibumi hanguskan
dengan tanah. Para jago liok-lim maupun kaum iblis menjadi
ketakutan dan melarikan diri terbirit-birit.
Waktu itu dia bercita-cita setinggi langit, apalagi sebagai seorang anak muda
yang berdarah panas, maka diapun memberi sebuah
julukan untuk dirinya sendiri, yakni Bun-ji Koan-su (Pendekar Sakti Berbudi
Halus). 65 Orang bilang, semakin tinggi pohon itu semakin mudah
terhembus angin, semakin besar nama orang itu semakin gampang
didatangi bencana. Apalagi Bun-ji Koan-su adalah seorang yang berwatak aneh dan
bertindak menuruti perasaan sendiri. Di kala membunuh orang,
cara yang digunakan amat keji dan tidak mengenal ampun.
Desutan serta adu domba dari pelbagai jago kaum sesat ini
menyebabkan suasana dalam dunia persilatan semakin bertambah
kalut. Maka pandangan orang persilatan terhadap Bun-ji koan-su pun mulai
berubah. Dia mulai dipandang sekejam ular berbisa dan berhati busuk.
Bun-ji Koan-su sendiri sama sekali tak acuh terhadap pandangan yang tak adil
dari umat persilatan terhadap dirinya itu, pokoknya semua iblis dan kaum sesat
yang masih melakukan kejahatan,
dibunuhnya semua tanpa ampun.
Oleh sebab itulah, nama Bun-ji Koan-su makin lama semakin
jelek dan akhirnya dituduh orang sebagai gembong iblis yang
berhati kejam. Sekalipun demikian, berhubung ilmu silat yang dimilikiya amat
lihay, hingga waktu itu tiada seorang manusiapun yang dapat
menandingi, maka semua orang hanya berani marah, tak berani
banyak berbicara, sekalipun berulang kali kaum sesat menggunakan cara yang keji
dan terkutuk untuk mengerubutinya, tapi dia masih tetap membunuh tak kenal
ampun. Maka ketika itu tak ada orang
yang berani mencari gara-gara dengannya, kalau tidak sudah pasti pengeroyokannya
mati semua terbunuh. Tapi justru karena perbuatannya ini, dengan cepat memancing
kemarahan dari umat persilatan lainnya. Mereka segera menyebar Bu-lim-tiap dan
Liok-lim-ciam untuk mengerubutinya. Tapi yang
mengherankan justru ilmu silat yang dimiliki Bun-ji Koan-xu makin lama semakin
lihay, semua pengerubutan itu berhasil dikalahkan sehingga tercerai-berai.
66 Pikiran semua orang mulai cemas, gelisah dan tak tenang.
Banyak di antaranya malah merasa tak nyenyak tidur, tak enak
makan. Sementara itu para jago dari pelbagai partai besar pun menaruh semacam perasaan
curiga terhadap ilmu silat yang dimiliki Bun-ji Koan-su.
Setelah melalui penyelidikan yang seksama, akhirnya baru
diketahui, rupanya Bun-ji Koan-su memiliki semacam ilmu khikang yang aneh dan
maha sakti. Ilmu khikang tersebut bisa menimbulkan suatu perubahan Im-
Yang di dalam badannya sehingga semakin keras dia menerima
serangan, semakin hebat pula kemajuan yang berhasil dicapai
dalam tenaga dalamnya. Karena itu, kemajuan yang berhasil
dicapai Bun-ji Koan-su boleh dibilang melebihi orang lain dan sangat mengerikan
sekali. Ku See-hong yang mendengarkan kisah itu menjadi amat tertarik
sekali. Dia tahu, yang dinamakan Bun-ji Koan-su tersebut sudah pasti adalah
manusia aneh di hadapannya ini... tapi diapun
membenci kepada umat persilatan. Dia merasa orang-orang itu
mempunyai pandangan yang tidak adil terhadap manusia aneh ini.
Ketika Ku See-hong mendengar bahwa Bun-ji Koan-su memiliki
sejenis ilmu khikang yang maha sakti, hatinya segera bergetar
keras. Manusia aneh itu telah berkata kepadanya bahwa dia telah
mempelajari pula ilmu khikang Kan-kun Mi-siu tersebut, itu berarti setiap kali
badannya terhajar oleh pukulan orang, tenaga dalamnya akan semakin cepat
mengalami kemajuan. Mungkinkah pada suatu
ketika dia akan berhasil mencapai tingkatan yang amat dahsyat
seperti apa yang dimiliki Bun-ji Koan-su tempo dulu"
Berpikir sampai di situ, kejut dan girang segera berkecamuk
dalam hatinya, dia tak menyangka kalau ilmu sakti semacam itu
berhasil dimilikinya. 67 Setelah mengatur napas sekian lama, dengan wajah dingin
membesi, orang aneh itu melanjutkan kembali kisahnya.
"Orang persilatan tahu bahwa ilmu khikang yang dilatih oleh Bun-ji Koan-su
tersebut adalah semacam ilmu khikang maha dahsyat
yang diciptakan oleh seorang manusia pintar pada jaman Cun Ciu Cian Kok dulu.
Orang itu tak lain adalah perdana menteri Negeri Go yang bernama Ngo Cu Siau.
Oleh tokoh yang amat pintar ini, kepandaian tersebut kemudian
ditulis dalam sejilid kitab pusaka yang disebut Cang Ciong pit-kip.
Dari sini semua orang pun lantas tahu kalau Bun-ji Koan-su telah berhasil
mendapatkan kitab Ciang C iong pit-kip yang digilai setiap umat persilatan itu.
Maka dunia persilatan pun kembali mengalami suatu persoalan yang amat hebat.
Akibatnya bukan saja niat kawanan jago itu untuk membunuh
Bun-ji Koan-su semakin besar, setiap orang pun bernafsu sekali untuk merampas
kitab pusaka Cang Ciong pit-kip itu, terutama dari pihak kaum sesat dan golongan
hitam. Dengan pelbagai tipu muslihat mereka berusaha untuk melenyapkan duri dalam mata ini.
Ketika Bun-ji Koan-su mengetahui bahwa umat persilatan adalah
manusia-manusia rakus yang tidak mengenal malu, hatinya menjadi amat sedih
sekali. Hasratnya untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran dalam dunia persilatan pun menjadi hilang lenyap.
Setelah dikejar dan didesak terus menerus oleh kawanan jago
persilatan, terpaksa dia mengambil keputusan untuk hidup
mengasingkan diri dan tidak melakukan perjalanan lagi dalam dunia persilatan.
Tentu saja, ia tidak takut terhadap kejaran dan desakan oleh
orang-orang persilatan, dia hanya tak ingin melakukan pembunuhan yang lebih
banyak lagi terhadap umat persilatan. Jadi sebenarnya hal ini timbul dari
niatnya yang baik. Tapi justru karena perasaan yang mulia inilah membuat dia
sendiri justru mengalami nasib yang tragis.
68 Ketika berbicara sampai di situ, beberapa titik air mata segera jatuh bercucuran
membasahi wajahnya. Ini menunjukkan betapa
sedih dan emosinya dia. Ku See-hong menjadi tertegun dan tak habis mengerti, dia tidak paham mengapa
kemuliaan hati manusia aneh tersebut bisa
berakibat timbulnya tragedi tersebut" Sebenarnya apa yang dia
maksudkan" Dengan wajah yang semakin menyeramkan manusia aneh itu
berkata lebih lanjut: "Sejak waktu itu, Bun-ji Koan-su mulai berpesiar ke tempat-
tempat yang indah untuk menghibur hatinya, tapi musuh besarnya tersebar di mana-
mana. Kemanapun dia pergi di sana pasti muncul kawanan jago yang berusaha
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membalas dendam kepadanya. Tapi
dengan hati yang penuh welas asih dia hanya menghindar dan
berusaha tidak ribut dengan
mereka, apalagi menerbitkan
pembunuhan lagi. Dengan wataknya yang keras, sesungguhnya
amat sulit baginya untuk melakukan tindakan yang lemah tersebut.
Suatu hari, ketika ia sedang berpesiar ke propinsi Szechwan, tiba-tiba
dijumpainya ada dua orang pemuda yang sedang terluka parah dan hampir mati
tergeletak di pinggir jalan. Menyaksikan keadaan dari kedua orang pemuda itu
cukup mengenaskan, Bun-ji Koan-su
lantas berusaha keras untuk menyelamatkan jiwa kedua orang itu dengan
menggunakan tenaga dalamnya.
Ketika kemudian mereka tahu bahwa penolongnya adalah Bun-ji
Koan-su yang amat tersohor itu, mereka berdua pun segera
merengek dan memohon kepadanya agar menerima mereka sebagai
muridnya. oooOOOooo Bab 4 TAHUN itu, meskipun Bun-ji Koan-su berusia tigapuluh tahunan,
tapi sudah bosan hidup dalam dunia persilatan. Dia memang ingin 69
sekali mencari orang yang berbakat baik untuk diwarisi segenap ilmu silat yang
dimilikinya. Ketika ia sudah mengetahui asal-usul kedua orang itu, bahkan
mengetahui kalau mereka berbakat baik, maka Bun-ji Koan-su
memutuskan untuk menerima mereka berdua sebagai muridnya dan
mewariskan pelbagai ilmu sakti kepada mereka.
Tapi berhubung Bun-ji Koan-su tidak memiliki tempat tinggal
yang tetap, dan lagi suka berpesiar ke tempat yang berpemandangan indah, maka dia pun selalu membawa serta kedua
orang muridnya ini kemana pun dia pergi. Setiap ada kesempatan dia pun memberi
petunjuk ilmu silat kepada kedua orang pemuda
itu. -oo0dw0oo- Jilid 03 DENGAN kecerdasan yang dimiliki kedua orang pemuda itu,
sekalipun harus mempelajari ilmu silat yang amat sulit, ternyata asal diberi
petunjuk mereka segera mengerti.
Apalagi sikap mereka terhadap Bun-ji Koan-su pun sopan dan menurut sekali, tak heran kalau Bun-ji-
koan-su tak sayang untuk mewariskan segenap ilmu
silat yang dimilikinya itu kepada mereka.
Malahan dia pun berhasrat untuk mewariskan juga ilmu khikang
yang sakti dan tiada taranya itu kepada mereka berdua."
Ketika berbicara sampai di sini, manusia aneh itu menggertak
giginya kencang sehingga berbunyi gemerutukan, sekujur badannya gemetar keras,
dari balik mata tunggalnya terpancar keluar sinar tajam yang mengerikan. Jelas
kalau perasaannya waktu itu diliputi oleh rasa gusar dan dendam yang hebat.
Ku See-hong bukan orang bodoh, ketika menyaksikan sikap
seram dari manusia aneh itu, kemudian dicocokkan pula dengan
kejadian yang pernah dialaminya sewaktu hendak memanggil suhu
kepadanya tadi, dengan cepat ia dapat mengambil kesimpulan
70 bahwa kedua orang pemuda ini pasti sudah melakukan pengkhianatan sehingga berakibat fatal bagi gurunya itu.
Berpikir sampai di sini, tanpa terasa Ku See-hong bertanya,
"Locianpwe, apakah Bun-ji koan-su telah mewariskan ilmu khikang tersebut kepada
mereka" Siapakah nama kedua orang itu?"
Sampai sekarang Ku See hong masih berlagak seolah-olah tidak
tahu kalau manusia aneh itu adalah Bun-ji koan-su pribadi. Dia menanyakan nama
pemuda itu karena dia telah berhasrat untuk
membalaskan dendam bagi Bun-ji koan-su di kemudian hari.
Manusia aneh itu sangat dipengaruhi oleh emosi dalam hatinya,
dia lupa kalau tadi pernah memerintahkan kepada Ku See-hong
untuk tidak menimbrung, jawabnya dengan sinis:
"Huuuh, kawanan kurcaci macam dia juga pingin mengincar ilmu
sakti, kalau bukan rejekinya..."
Mendadak paras muka manusia aneh itu berubah hebat,
bentaknya keras-keras: "Ku See-hong, lohu melarang kau banyak bertanya, mengapa kau
berani menimbrung?" Diam-diam Ku See-hong merasa kegelian, karena tidak sadar dia
telah bertanya, sedang manusia aneh itupun sudah memberi
separuh jawaban kepadanya, mungkin seandainya jawaban itu
sudah diberikan secara komplit dia benar-benar akan marah besar.
Berpikir demikian, buru-buru anak muda itu berseru:
"Oooh... maaf. Maaf locianpwe, lain kali boanpwe pasti tak akan
menimbrung jalan ceritamu lagi."
Sudah barang tentu manusia aneh itupun dapat memahami
maksud ucapan dari Ku See-hong tadi, tapi dasar wataknya
memang aneh maka jawaban yang diberikan setengah jalan itupun
sengaja dia lakukan demikian, sekalipun di dalam hati kecilnya dia sendiripun
merasa kegelian. 71 Yaa, kalau diri manusia berwatak aneh telah saling berjumpa,
meski di dalam hati kedua belah pihak mengakui lawannya sebagai guru dan murid,
namun di luaran mereka bersikap sebaliknya
memang begitulah keanehan yang sering terjadi di dunia ini.
Selang beberapa saat kemudian, dengan wajah dingin manusia
aneh itu melanjutkan kembali kata-katanya:
"Boan-ji koan-su dengan membawa kedua orang muridnya
melanjutkan pesiarnya kemana-mana dan melewati kehidupan
seperti dewa. Suatu hari, di kala Bun ji koan su membawa kedua orang
muridnya berpesiar ke selat Sam shia di bukit Wu-san, tiba-tiba terjadi suatu
musibah yang merupakan suatu peristiwa yang paling menyakitkan hati Bun ji koan
su sepanjang hidupnya. Rupanya ketika tiba di selat Sam shia di bukit Wu-san, secara
tiba-tiba Bun ji koan su telah berjumpa dengan seorang tokoh sakti yang berilmu
tinggi dan bernama besar dalam dunia persilatan, Thi kiam kim ciang Ceng Ih lwe
(pedang baja pikulan emas yang
menggetarkan jagad) dengan membawa sekawanan jago lihay
mengadakan penghadangan dirinya.
Bun-ji koan-su sudah amat jemu sekali terhadap segala bentuk
pembunuhan yang terjadi dalam dunia persilatan, maka terhadap
kawanan jago lihay yang dipimpin oleh Thi kiam kim ciang ceng ih lwe tersebut,
dengan rendah hati dia memohon kepada lawannya
agar jangan mengobarkan pertarungan yang bisa berakibat
banyaknya korban yang akan berjatuhan.
Tapi Thi kiam kim ciang Ceng Ih Iwe mendesak terus menerus
bahkan mengejek dan menghina Bun-ji koan-su.
Sesabar-sabarnya Bun-ji koan-su, dia tetap adalah seorang
manusia, bagaimana mungkin dia sabar terhadap ejekan dan
cemoohan dari lawannya itu" Maka dengan hawa nafsu membunuh
yang berkobar, Bun-ji koan-su membuka serangannya. Suatu
pertempuran sengit yang tiada taranya pun dengan cepat berkobar di sana.
72 Dalam pertempuran itu, hampir saja selembar nyawa Bun-ji
koan-su lenyap di ujung tangan Thi kiam kim ciang Ceng Ih Iwe
tersebut." Ku See hong yang mendengar ceritera itu diam-diam merasa
amat terkesiap, tanpa terasa ia bertanya lagi dengan cemas:
"Locianpwe, ilmu silat yang dimiliki Bun-ji koan-su begitu lihay, mengapa ia
bisa menderita kerugian?"
Manusia aneh itu kembali mendengus dingin, dia tidak menjawab
pertanyaan dari Ku See hong, melainkan melanjutkan kembali
ceriteranya itu. "Ternyata menghadapi semua jurus serangan yang dilancarkan
Bun ji koan su tersebut, seolah-olah Thi kiam kim ciang ciang ih-lwe sudah
mempunyai perhitungan yang
matang. Setiap kali menghadapi serangan yang gencar dan dahsyat, dia selalu bisa
menghindarkan diri secara gampang dan sederhana, malah jurus
serangan balasan yang digunakan semuanya merupakan jurus-jurus tandingan untuk
mematahkan ancaman Bun-ji koan-su.
"Menghadapi keadaan seperti ini, Bun-ji koan-su benar-benar
merasa terkejut bercampur heran, padahal semua jurus serangan
yang digunakan berasal dari sejilid kitab pusaka ilmu silat yang bernama Cang-
ciong-pit-kip. Sekalipun ilmu silat Thi kiam kim ciang Ciang Ih huang sedemikian
dahsyatnya, juga tak akan sedahsyat
itu. Maka timbul suatu perasaan curiga dalam hatinya.
Selama ini, kepandaian silat yang dimilikinya hanya pernah
diwariskan kepada dua orang murid kesayangannya, setengah jurus pun belum pernah
dibocorkan ke dalam dunia persilatan, atau
mungkin ada persoalan dengan kedua orang murid kesayangannya
itu" Bun-ji koan-su segera memanggil kedua orang muridnya dan
mendesak kepada mereka untuk mengaku, apakah mereka telah
membocorkan rahasia ilmu silat yang dimilikinya"
73 "Siapa yang pernah berbuat salah harusnya tentu gelisah, siapa yang berkentut
mukanya tentu merah. Siapa tahu setelah dipaksa dan didesak terus-menerus, akhirnya mereka mengaku
juga. Ternyata kedua orang murid kesayangannya
itu, bukan lain adalah murid kesayangan dari Thi kiam kim ciang Ceng Ih huang.
Mereka adalah dua orang manusia paling berbakat yang pernah ditemui dalam dunia
persilatan waktu itu. Agaknya
mereka memang sengaja diutus untuk mencuri belajar ilmu silat
yang dimilikinya agar bisa membasmi Bun-ji koan-su di suatu ketika dan merampas
kitab pusaka Cang-ciong-pit-kip miliknya.
Sungguh tak terlukiskan rasa sedih dan kesal yang dialami Bun-ji koan-su waktu
itu. Diapun menjadi begitu mendendam kepada
seluruh umat persilatan yang berada di dunia ini karena kelicikan dan kebusukan
hati mereka yang telah mempergunakan cara keji,
rendah dan terkutuk semacam itu untuk menghadapinya.
Di dalam marahnya, dia segera mengeluarkan seluruh
kepandaian silat maha sakti yang dimilikinya untuk melakukan
pembunuhan serta pembantaian secara besar-besaran.
Siapa tahu pada saat itulah kedua orang murid pengkhianat itu
juga ikut terjun ke arena pertempuran, bahkan bersama kawanan
jago silat yang lain mereka bersama-sama mengerubuti Bun-ji koansu seorang.
Agaknya sebelum masuk menjadi anggota perguruan Bun-ji
koan-su, kedua orang murid pengkhianat itu sudah merupakan jago muda yang
kenamaan di dalam dunia persilatan. Ilmu silat yang
mereka miliki boleh dibilang termasuk kelas satu dalam dunia
persilatan. Yang seorang bernama Thi bok sia kiam (pedang sakti kayu baja) Cu
Pok, sedangkan yang lain bernama Jian bun kiam
ciang (telapak tangan emas pembabat nyawa) Tu Pok-kim...."
Setelah mendengar kedua nama tersebut, Ku See-hong
mengingatnya dalam-dalam di hati. Dia sudah bertekad akan
mencari kedua orang pengkhianat tersebut, untuk di kemudian hari membuat
pembalasan. 74 Ketika menyebutkan nama dari kedua orang murid pengkhianat
tersebut, orang aneh itu juga turut berhenti sebentar, sinar mata tunggalnya
yang tajam bagaikan sembilu mengawasi wajah Ku See
hong tak berkedip, tapi dengan cepat hatinya menjadi sangat lega.
Lanjutnya kemudian lebih jauh:
"Ilmu silat mereka berdua sesungguhnya sudah amat lihay,
apalagi dalam setahun belakangan ini mendapat petunjuk yang
seksama dari Bun-ji koan-su, hal mana membuat ilmu silatnya
mendapat kemajuan yang sedemikian pesatnya sehingga sama
sekali tidak berada di bawah kepandaian Thi kiam kim ciang Ceng Ih-huang yang
memang lihay itu. Oleh sebab itu, di bawah kerubutan dari beberapa orang jago
tangguh yang luar biasa lihaynya itu, Bun-ji koan-su merasakan tekanan-tekanan
yang sangat berat sehingga merasa kepayahan
sekali. Pertempuran itu boleh dibilang merupakan pertempuran sengit
pertama yang pernah dialami Bun-ji koan-su sepanjang hidupnya.
Meski begitu ilmu silat yang dimiliki Bun-ji koan-su memang benar-benar telah
mencapai puncak kesempurnaan yang tak terkirakan.
Kedua belah pihak telah melibatkan diri dalam pertarungan sengit selama sehari
semalam lamanya, sedemikian sengitnya pertarungan tersebut seakan-akan bumi ikut
berguncang dan langit ikut berobak, kehebatan serta kesengitannya sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
Akhirnya dalam pertarungan itu Bun-ji koan-su berhasil
membantai tiga puluhan orang jago lihay termasuk juga Thi-kiam kim-ciang Ceng
Ih-huang sendiripun tak berhasil meloloskan diri dari bencana. Dia tewas di
ujung telapak tangannya Bun-ji koan-su, juga pertempuran
sengit yang menggetarkan sukmapun sudah mendekati pada akhir. Thi-bok sin-kiam Cu Pok dan Jian-hun kim-ciang Tu Pok kim
rupanya telah menyadari bahwa keadaan yang menguntungkan bagi
mereka sudah lewat. Kedua-duanya segera berlutut di hadapan
Bun-ji koan-su dan menggunakan selembar bibirnya yang pandai,
75 berusaha meminta pengampunan. Mereka mengatakan telah
dipaksa oleh orang persilatan untuk
melakukan perbuatan mengkhianati perguruan yang amat terkutuk itu dan merasa amat
menyesal dan bertobat bahkan kata mereka bersedia untuk
menebus dosa dan kesalahan yang telah mereka lakukan.
Menurut kabar berita yang tersiar dalam dunia persilatan, orang bilang Bun-ji
koan-su bermuka dingin berhati kaku, kejam dan sama sekali tak berperasaan...
Tapi bagaimanapun keji dan tak berperasaannya dia, bagaimana
mungkin tega untuk membunuh dengan tangan sendiri terhadap
murid-murid didikannya" Waktu itu perasaannya benar-benar amat sedih, tersiksa
dan sangat menderita. Setiap kali Bun-ji koan-su mengerahkan tenaga dalamnya untuk
bersiap-siap membinasakan kedua orang pengkhianat tersebut,
hatinya selalu menjadi lemah kembali dan merasa tak tega.
Sementara kedua orang pengkhianat itupun sudah menangis
tersedu-sedu dengan amat sedihnya, membuat siapa saja yang
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melihat hal itu turut menjadi iba dan muncul perasaan kasihan.
Maka hati Bun-ji Koan-su pun menjadi lunak kembali. Dia hanya
mendamprat serta menasihati kedua orang pengkhianat tersebut
kemudian mengusirnya dari perguruan.
Waktu itu dia pun bersumpah kepada langit, sepanjang hidup
tidak akan menerima murid lagi. Diapun mempunyai suatu harapan dan keinginan.
Dia hendak mewariskan ketiga macam ilmu rahasia maha
saktinya kepada seorang manusia yang berbakat, tapi dia tak akan menerima budi
pembalasan dan orang itu.
Diapun tak akan mengakui dirinya sebagai guru orang itu. Itulah sebabnya pelbagai peraturan yang
aneh dan hampir tidak mendekati perikemanusiaan telah bermunculan, sesungguhnya
hal tersebut merupakan akibat
dari kesedihan Bun-ji koan-su sejak menerima dua orang murid
yang akhirnya berkhianat.
76 Ketika berbicara sampai di situ dari balik sinar mata tunggal
manusia aneh itu segera terpancar keluar rasa sedih dan
permintaan maaf, diawasi Ku See-hong lekat-lekat.
Sementara Ku See-hong sendiripun sedang berpikir: Oooh...
rupanya karena alasan inilah maka dia enggan disebut sebagai suhu olehku.
Setelah berhenti sebentar manusia aneh itu kembali melanjutkan kata-katanya:
"Setelah Bun-ji Koan-su membunuh Thi-kiam-kim-ciang-ceng Ih-
huang, lalu dengan sadar welas kasih melepaskan kedua orang
murid pengkhianat pergi. Tindakan ini boleh dibilang merupakan suatu tindak
kesalahan yang paling besar. Tapi karena kesalahan tersebut akhirnya ia harus
menanggung akibatnya sampai detik
terakhir dari kehidupannya.
Waktu itu perasaan Bun-ji Koan-su benar-benar putus asa,
kecewa dan tidak bersemangat lagi. Kendatipun dia masih berpesiar ke seantero
jagad, namun sudah tiada kegembiraan lagi untuk
menikmati keindahan alam sekitarnya.
oooOOOooo SEJAK Bun-ji Koan-su terjun ke dalam dunia persilatan, waktu itu ada seorang
pendekar perempuan yang cantik dan romantis selalu mengejar dirinya walau sampai
di ujung langit pun untuk
menyatakan perasaan cinta kasihnya.
Pendekar perempuan itu bukan saja memiliki wajah yang cantik,
lagipula berhati suci bersih dan cerdik sekali.
Tapi dasar wataknya memang aneh, ternyata Bun-ji Koan-su
sama sekali tidak menanggapi luapan cinta kasih dari pendekar
perempuan itu, malahan dengan kata-kata yang tajam dan pedas ia telah menyakiti
perasaan gadis itu. 77 Ketika gadis itu melihat kekasihnya berhati dingin, tak
berperasaan bahkan menyakiti hatinya dengan kata-kata tajam dan pedas, tahulah
dia bahwa semua cinta kasih yang diperlihatkannya selama ini tidak memperoleh
tanggapan sebagaimana mestinya.
Ketika itu dia menjadi sedih dan putus asa... dari cinta ia menjadi benci dan
menggunakan pedangnya siap untuk membunuh orang
yang dicintainya itu. Suatu pertempuran sengitpun segera berkobar antara Bun-ji
Koan-su melawan pendekar perempuan itu. Kalau dibicarakan
sesungguhnya kejadian ini memang aneh dan sukar dipercaya.
Ternyata ilmu silat yang dimiliki gadis itu sedemikian lihay dan saktinya
sehingga boleh dibilang sama sekali tidak selisih jauh bila dibandingkan dengan
Bun-ji Koan-su sendiri. Kenyataan ini tentu saja membuat Bun-ji Koan-su menjadi kaget, tercengang dan
keheranan, mimpi pun dia tak menyangka kalau
gadis tersebut memiliki kepandaian yang sebegitu lihaynya. Lambat laun dia mulai
menyadari bahwa di atas langit sebetulnya masih ada langit, di atas manusia
masih terdapat manusia lain.
Pertempuran sengit antara gadis itu melawan Bun-ji Koan-su
berlangsung hampir seratus jurus lebih, boleh dibilang gadis itu merupaakan
seorang musuh yang paling tangguh di dalam
hidupnya. Setelah bertarung hingga seribu dua ratus enam puluh jurus
kemudian, akhirnya Bun-ji Koan-su dengan mempergunakan satu
jurus serangan yang paling lihay dan rahasia secara menyerempet bahaya, berhasil
menggetar putus pedang si nona dengan sentilan jarinya. Kemudian dengan tak
berperasaan sedikitpun juga dia
berkata: "Meski bunga yang berguguran yang air yang mengalir tak
berperasaan, jika kau masih saja mengejar diriku terus menerus...
aku tidak akan berlaku sungkan-sungkan lagi kepadamu. Pedang ini merupakan
sebuah contoh yang paling baik untukmu."
78 Sungguh tak terlukiskan rasa sedih dan hancurnya perasaan
gadis itu, setelah mendengar ucapan keji yang tidak berperasaan dari orang yang
dicintainya itu, dia malah sama sekali tidak
menangis, setitik air mata pun tidak meleleh keluar, tapi aku tahu betapa sedih
dan terluka hatinya oleh ucapan tersebut.
IA segera memungut kutungan pedangnya dari atas tanah,
kemudian dengan wajah memancarkan rasa dendam dan benci,
katanya sambil menggigit bibirnya kencang-kencang:
'Bun-ji koan-su, aku Seng-sim cian-li Hoa Soat-kun benar-benar mencintaimu
dengan setulus hati, tak nyana kalau hatimu sekeji dan tidak berperasaan seperti
ini. Tunggu sajalah, lima puluh tahun kemudian aku pasti akan menciptakan
semacam ilmu pukulan yang
tiada taranya di dunia ini yakni Hay-jin-ciang untuk membunuh
dirimu di ujung telapak tanganku....'
Ketika itu, Bun-ji koan-su segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak, sahutnya dengan sinis:
'Baik, haaahh... haaahh... haaahh... Seng-sim cian-li Hoa Soat-
kun, aku pasti akan menunggu kedatanganmu pada lima puluh
tahun kemudian, pasti akan kuberi kesempatan kepadamu untuk
membuktikan apakah ilmu pukulan Hay-jin-ciang ciptaanmu itu
sanggup merobohkan aku.' Setelah mendengar perkataan itu sekujur badan Seng-sim cian-li Hoa Soat-kun
gemetar keras. Setelah membuang sebagian dari
potongan pedangnya, dengan membawa perasaan yang sedih dan
hati yang hancur luluh, dia berlalu dari sana. Sejak itu pula dalam dunia
persilatan telah kehilangan kabar berita tentang dirinya...."
Berbicara sampai di situ, beberapa titik air mata tampak jatuh berlinang dari
mata tunggal manusia aneh itu. Wajahnya
menunjukkan perasaan menyesal yang tak terkirakan. Ku See-hong kembali berpikir
di dalam hatinya: "Aaai... berbicara yang sesungguhnya dia memang tidak patut
melakukan tindakan begitu keji dan tidak berperasaan kepada calon guruku yang
kedua itu, yaaa... kalau dilihat dari keadaannya,
79 mungkin bukan suatu pekerjaan yang gampang bagiku untuk
memohon pelajaran Hay-jin-ciang tersebut darinya."
Dalam pada itu, kesehatan dan kondisi badan manusia aneh itu
kian lama kian bertambah jelek, diapun rupanya juga sadar kalau waktu hidup
baginya di dunia ini sudah tidak terlalu banyak lagi.
Buru-buru perhatiannya dipusatkan kembali menjadi satu, kemudian melanjutkan:
"Pada waktu itu Bun-ji koan-su cuma tertawa belaka, sambil
membawa kutungan pedang yang lain dia melanjutkan kembali
perjalanannya seorang diri untuk berpesiar di pelbagai tempat
kenamaan di dunia ini. Hampir dua puluh tahunan dia berpesiar
dengan aman dan tenteram tanpa terjadi suatu kejadian apapun.
Suatu tahun, ketika musim gugur telah tiba, yaitu pada dua puluh tahunan
berselang, meski Bun-ji koan-su telah berusia limapuluh tahunan, akan tetapi
berhubung ia memiliki kepandaian untuk
merawat muka, maka kelihatannya dia masih seperti seorang
sastrawan yang berusia tiga puluh tahunan. Hari itu Bun-ji koan-su sedang
berpesiar di suatu tempat yang sangat indah. Karena jauh dari penginapan, ketika
malam telah menjelang tiba, sedangkan
waktu itu pemandangan alam sangat indah, dia telah lupa untuk
beristirahat, melainkan melanjutkan perjalanannya terus.
Berada di suatu tempat yang beralam begini indah, ternyata Bun-ji koan-su telah
lupa akan waktu yang makin larut malam....
Pada saat itulah mendadak dari kejauhan sana berkumandang
suara dentingan harpa yang merdu merayu menggema di udara dan
masuk ke dalam pendengaran Bun-ji koan-su.
Mendengar suara dentingan harpa itu, timbul perasaan ingin tahu dalam hati Bun-
ji koan-su. Dia ingin tahu siapa gerangan orang yang bermain harpa di saat senja
di tempat semacam itu. Akhirnya di bawah sebatang pohon, ia menyaksikan ada seorang
gadis berbaju putih bersih bagaikan salju sedang memetik harpa dengan jari
jemarinya yang halus dan ramping.
80 Gadis itu mengenakan baju tipis berwarna puth yang berkibar-
kibar ketika terhembus angin malam. Rambutnya yang panjang
terurai sepundak berombak-ombak mengikuti hembusan angin.
Kecantikannya ibarat bidadari yang baru turun dari kahyangan.
Pelan-pelan Bun-ji-koan-su berjalan maju ke depan. Aaaai...!
Hampir saja dia menjerit kaget begitu melihat wajah si nona.
Perasaan hatinya yang sudah tenang selama limapuluh tahunan
lebih itu segera mengalami goncangan yang amat keras. Hampir
saja dia tak mampu untuk menguasai diri.
Apa yang menyebabkan dirinya menjadi begitu" Kecantikannya..." Yaaa, kecantikan dari gadis itu telah membuatnya menjadi
terpesona dan hampir saja kehilangan sukma.
'Enghiong memang sukar untuk melewati pelukan gadis', orang
kuno sering berkata demikian.
Ternyata gadis itu memang cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan. Ia memiliki mata jeli, hidung yang mancung serta bibir yang kecil
mungil, kulit badannya putih bersih bagaikan salju, mana halus putih lembut
lagi. Boleh dibilang hampir semua keindahan yang dimiliki seorang gadis cantik
dimiliki pula oleh gadis tersebut, pokoknya kecantikan wajah gadis ini sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
Padahal Bun-ji-koan-su bukan seorang lelaki yang gampang
tertarik oleh kecantikan seorang gadis, apalagi dia memiliki tenaga dalam yang
sempurna, tapi kenyataannya dia dibuat seperti orang yang kehilangan sukma,
hampir saja dia tak mampu untuk
menguasai diri. Tiba-tiba gadis itu mendongakkan kepalanya, lalu dengan
sepasang matanya yang jeli melirik sekejap ke arah Bun-ji-koan-su.
Setelah tersenyum manis, dengan wajah tersipu-sipu dia
menundukkan kembali kepalanya dengan cepat.
Senyuman tersebut sungguh membuat Bun-ji koan-su merasa
sukma dan semangatnya bagaikan terbang bersama meninggalkan
raganya. Ternyata senyuman gadis itu jauh berbeda dengan
81 senyuman gadis biasa, baik matanya, alis matanya, bibirnya
maupun sepasang lesung pipinya telah menciptakan suatu
perpaduan yang amat sempurna, bahkan dari setiap bagian terkecil dari tubuhnya
pun seakan-akan memiliki daya pikat yang amat
besar. Bagaikan beribu-ribu kuntum bunga indah yang mekar bersama,
terciptalah suatu keindahan serta daya tarik yang tak terlukiskan dengan kata-
kata. Kecantikan gadis itu pokoknya tak terlukiskan dengan kata-kata.
Bun-ji koan-su sebenarnya adalah seorang seorang lelaki berhati keras yang
tangguh dan tahan uji, akan tetapi pada waktu itu telah berubah menjadi seekor
domba yang amat jinak dan penurut.
Dengan langkah yang pelan dan hati-hati ia berjingkat-jingkat
mendekati gadis tersebut, seakan-akan kuatir kalau sampai
mengejutkan hatinya. Setelah tiba di sisi sang nona, dia baru menegur dengan suara
lembut: "Nona benar-benar seorang seniman yang amat menawan hati.
Bermain harpa di tempat berpemandangan alam semacam ini
sungguh menunjukkan betapa mengertinya nona akan seni. Bila
aku, Bun-ji koan-su, telah datang mengganggu ketenanganmu,
harap nona sudi untuk memaafkan."
Gadis berbaju putih yang cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan itu pelan-pelan mendongakkan kepalanya, sambil
memutar sepasang biji matanya, dia berkata:
"Mengapa siangkong harus berkata demikian" Kalau kulihat
perbuatanmu yang berpesiar di waktu senja semacam ini, engkaulah seorang seniman
sejati, bisa berkenalan dengan seorang seniman macam siangkong, hal ini sungguh
merupakan...." Mimpipun Bun-ji koan-su tidak menyangka kalau dia akan
berhasil merebut perhatian si nona cantik itu sedemikian cepatnya.
Maka, Bun-ji koan-su benar-benar terpikat oleh kecantikan wajah gadis tersebut.
Ia mulai memperbincangkan pelbagai persoalan dari 82
ujung langit utara sampai selatan, barat sampai timur tanpa ada hentinya...
Si nona itu sendiri tampaknya juga jatuh hati kepadanya dalam
pandangan yang pertama, dengan senyuman yang tersipu dan
lirikan mata yang jeli ia menanggapi pembicaraan tersebut, bahkan tanpa terasa
semalam suntuk mereka bergadang di sana."
Ketika bercerita sampai di sana, manusia aneh itu segera
memperlihatkan mimik wajah yang sukar dilukiskan dengan kata-
kata, dia seperti girang seperti juga merasa benci, tapi seperti juga merasa
menyesal akan perbuatannya di masa lalu sehingga harus
mengalami nasib yang tragis seperti apa yang dialaminya sekarang.
Ku See-hong sendiri diam-diam juga berpikir:
"Rupanya dia benar-benar sudah terpikat oleh kecantikan
wajahnya, mungkin siluman perempuan itupun orang yang diutus
oleh orang persilatan untuk mencelakai dirinya. Tapi anehnya, gadis itu
sedemikian cantiknya, lagi pula tiada dendam sakit hati dengan Bun-ji koan-su,
mengapa pula ia harus mencelakai dirinya" Mungkin di balik kesemuanya itu masih
terkandung rahasia besar lainnya."
Manusia aneh itu menghela napas sedih, setelah termenung
sebentar, ia berkata lebih jauh:
"Walaupun Bun-ji koan-su telah berusia limapuluh tahun, tapi
setelah mengadakan hubungan batin hampir selama sebulan
lamanya dengan gadis itu, akhirnya merekapun menikah menjadi
suami istri dan hidup berbahagia.
Gadis itu bernama Ceng Lan-hiang....
Dia berkata kepada Bun-ji koan-su bahwa dirinya tak pandai
bersilat. Bun-ji koan-su benar-benar telah menunjukkan cinta
kasihnya yang paling suci dan murni kepada gadis itu, tentu saja dia tak akan
mencurigai apa yang dia katakan itu, apalagi di dalam gerak-geriknya Ceng Lan-
hiang menunjukkan sikap yang amat
lemah dan seperti patut dikasihani, hal mana semakin membuat dia 83
tak pernah melayangkan pikirannya untuk memikirkan hal-hal
lainnya. Dalam setahun kehidupan mereka, Ceng Lan-hiang menunjukkan
sikap yang paling lembut dan halus terhadap Bun-ji koan-su, diapun sangat setia
dan pandai melayani suami. Cinta mereka berdua
ibaratnya lem perekat yang saling melekat, seakan-akan tiada
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sesuatu kekuatanpun di dunia ini yang bisa memisahkan mereka
berdua. Di dalam waktu setahun yang teramat singkat itu, Bun-ji koan-su merasa bagaikan
hidup di sorga. Ceng Lan-hiang pun telah
berbadan dua. Beberapa bulan kemudian malah melahirkan seorang putrid yang
cantik baginya." Ketika berbicara sampai di situ, manusia aneh itu kembali
berhenti sebentar, dari balik mata tulangnya tampak air bercampur darah jatuh
bercucuran membasahi pipinya, waktu itu perasaannya benar-benar amat sedih dan
terluka, apalagi bila teringat kembali dengan putrinya yang tercinta, dia lebih-
lebih merasa hatinya hancur dan tertekan sekali.
Ketika Ku See-hong mendengar sampai di situ, apalagi setelah
menyaksikan mimik wajah manusia aneh tersebut, dia tahu nasib
tragis yang menimpa Bun-ji koan-su segera akan menjelang tiba.
Dengan perasaan sedih dan hancur, manusia aneh itu termenung
beberapa saat lamanya, kemudian melanjutkan kembali kata-
katanya: "Orang bilang, kehidupan yang bahagia itu tidak langgeng....
Ketika hasil hubungan cinta antara Bun-ji koan-su dengan Ceng Lan-hiang telah
tiga bulan lahir di dunia ini, yakni pada sembilan belas tahun berselang, suatu peristiwa yang tragis pun telah
menjelang tiba. Peristiwa itu benar-benar merupakan suatu peristiwa yang
menyedihkan, membawa dendam, sakit hati dan mengerikan.
84 Suatu pagi, Ceng Lan-hiang dengan wajah pucat pias seperti
mayat, keringat dingin membasahi sekujur badannya dan napas
tersengal-sengal, lari masuk ke dalam kamar baca Bun-ji koan-su dengan langkah
sempoyongan. Waktu itu Bun-ji koan-su sedang
membaca sejilid buku di dalam kamar bacanya. Betapa terkesiapnya dia setelah
menyaksikan keadaan yang menimpa diri Ceng Lan-hiang....
Buru-buru dia memeluk tubuh istrinya sambil bertanya dengan
cemas: "Lan-hiang, kenapa kau....?"
Sambil mengejang-ngejang keras menahan suatu penderitaan
yang luar biasa, dengan sedih Ceng Lan-hiang berkata:
"Oleh karena aku mencuri belajar ilmu silat yang kau miliki dari kitab
catatanmu, aku merasa peredaran darah di dalam badanku
bagaikan tersumbat dan mengalir terbalik. Sekarang telah
menyerang ke delapan buah nadi penting di tubuhku, mungkin...
mungkin... itulah yang dinamakan 'jalan api menuju neraka' oleh
orang persilatan...."
"Kau menderita jalan api menuju neraka...?" jerit Bun-ji koan-su dengan kaget dan
terkesiap. "Oh, bagaimana baiknya sekarang?"
Waktu itu, kesadaran Ceng Lan-hiang berangsur-angsur telah
menghilang, tubuhnya menjadi lemas terkulai di tanah, mukanya
makin pucat bagaikan mayat. Keadaannya mengenaskan sekali.
Dengan ilmu penyembuhan luka yang dimiliki Bun-ji koan-su,
dengan cepat dia menotok beberapa buah jalan darah serta nadi
penting di tubuh Ceng Lan-hiang dengan harapan bisa menahan
berbaliknya aliran darah yang menyerang organ tubuh penting
lainnya sehingga masa bekerjanya dapat diundurkan.
Bun-ji koan-su amat menyayangi istrinya, dia tahu, dengan
totokan ilmu Hud-hiat-hoat yang dipelajarinya dari kitab pusaka Ceng-ciong-pit-
kip tersebut, meski delapan nadi pentingnya telah tertotok, itupun hanya bisa
memperpanjang waktu kambuhnya
85 selama dua tiga hari saja. Bila sampai waktunya tidak berhasil menemukan
sebatang rumput mestika Peng-lian Leng-cau, maka
nadi di dalam tubuh istrinya pasti akan pecah dan akibatnya dia pasti akan tewas
secara mengenaskan. Menyaksikan istrinya merintih kesakitan, Bun-ji koan-su merasakan hatinya sangat pedih bagaikan di ris-iris dengan pisau, apalagi
mendengar suara rintihan yang memilukan hati itu ibarat ada berpuluh-puluh
batang panah tajam yang menghujam ke ulu-hatinya. Dia merasa lebih tersiksa dan
menderita.... oooOOOooo Bab 5 BUN-JI KOAN-SU telah bermandi keringat karena gelisahnya,
dengan nada menegur tapi penuh rasa sayang dia berkata:
"Lan-hiang, mengapa kau harus berbuat tolol" Jika kau suka
belajar ilmu silat, aku toh bisa mengajarkannya untukmu, tanpa dasar ilmu silat
yang baik mana boleh berlatih secara sembarangan"
Coba lihat, bagaimana jadinya bila sampai mengalami jalan api
menuju neraka" Sekarang, bertahanlah selama satu dua hari, aku akan naik ke
bukit Toa-soat-san untuk mencari sebatang rumput
Peng-lian-leng-cau, bila kau makan rumput tersebut maka lukamu itu akan sembuh
dengan sendirinya." Dengan suara yang lirih dan lemah Ceng Lan-hiang segera
berkata: "Kau jangan pergi, aku lebih suka mati di sisimu, hatiku sudah puas bila kau
mencintaiku sepenuh hati. Aku telah belajar silat secara diam-diam, kau bersedia
memaafkan diriku bukan...?"
Suara bisikannya itu penuh mengandung perasaan cinta kasih
antara suami istri, cukup menggetarkan perasaan siapapun.
Bun-ji koan-su menjadi amat sedih sekali, dengan air mata
bercucuran katanya: 86 "Lan-hiang, aku yakin masih berkemampuan untuk mengobati
luka dalam jalan api menuju neraka yang kau derita itu. Jika kau benar-benar
telah mati, akupun tak ingin hidup terus di dunia ini seorang diri, sekarang
waktu yang tersedia sudah tak banyak lagi.
Aku harus segera naik ke bukit Tay-soat-san untuk mencari rumput Peng-lian leng-
cau tersebut." Sambil menahan rasa sedih dan pedih yang tak terlukiskan
dengan kata-kata, Bun-ji koan-su mulai mengembangkan ilmu
meringankan tubuhnya melakukan perjalanan siang malam menuju
ke bukit Tay-soat-san. Dengan bersusah payah pula dia mendaki ke atas puncak
Thian-soat-hong serta mendapatkan sebatang Peng-lian leng-cau.
Tapi, ketika ia bersiap-siap untuk berangkat pulang inilah, tiba-tiba di atas
bukit Tay-soat-san telah muncul beberapa rombongan jago lihay dunia persilatan.
Mereka segera mengurung Bun-ji koansu rapat-rapat....
Kemunculan yang secara tiba-tiba dari kawanan jago persilatan
itu memang sedikit agak aneh.
Mimpipun Bun-ji koan-su tidak menyangka kalau di atas puncak
bukit Soat-san telah menanti sekelompok besar jago lihay dunia persilatan yang
bersiap-siap untuk mengurungnya.
Ketika menyaksikan kejadian itu, Bun-ji koan-su merasa
gelisahnya bukan kepalang. Bayangkan saja, istrinya yang tersayang sedang
mengalami jalan api menuju neraka, jiwanya sangat
terancam sekali, sedang pengepungan dari kawanan jago persilatan itu sedemikian
ketatnya, bila pertarungan sampai terjadi berlarut-larut sudah bisa dipastikan
jiwa istrinya tak akan ketolongan lagi.
Rasa cemas, gelisah dan marah berkecamuk dalam benak Bun-ji
koan-su. Akhirnya dengan kobaran hawa amarah yang meluap, dia
segera melancarkan pembunuhan secara besar-besaran dengan
menggunakan semua jurus sakti yang paling keji dan mematikan.
Dalam waktu singkat, enam tujuh orang jago lihay telah berhasil dibunuh sampai
mati. 87 Sesudah bentrokan terjadi, Bun-ji koan-su baru benar-benar
merasa amat terkesiap, sebab kawanan jago persilatan yang terlibat dalam
pengepungan di atas bukit Soat-san kali ini hampir meliputi segenap jago kelas
satu yang berada dalam dunia persilatan, baik berasal dari golongan putih maupun
dari golongan hitam. Hampir dua ratusan orang yang berkumpul di sekitar bukit, itu
berarti hampir segenap inti kekuatan yang berada di dunia
persilatan terlibat langsung dalam kejadian itu.
Jumlah anggota terbanyak yang terlibat dalam pertarungan itu
adalah jago-jago dari Cian-Khi-Tui (Pasukan Seribu Penunggang
Kuda) dan Thi-Kiong-Pang (Perkumpulan Busur Baja) yang
merupakan perkumpulan terbesar dalam dunia persilatan.
Pangcu dari Kim-to-pang (Perkumpulan Golok Emas) suami istri
pun turut hadir pula dalam pertarungan itu.
Menyaksikan kesemuanya itu, Bun-ji koan-su merasa kagetnya
setengah mati, dia tahu sulit baginya untuk kabur dari kepungan begitu banyak
jago lihay pada hari itu. Dalam keadaan begini,
terpaksa Bun-ji koan-su menggertak gigi dan memberi perlawanan dengan gigih.
Sepasang tangan memang sulit untuk menghadapi
empat buah tangan, apalagi kawanan jago yang terlibat dalam
pertarungan itu sebagian besar adalah kawanan jago yang amat
tersohor namanya di dalam dunia persilatan.
Pada mulanya hanya kawanan jago dari golongan hitam dan
sesat yang mengerubutinya seorang, kemudian para jago yang
menamakan dirinya jago-jago dari sembilan partai besar dunia
persilatan serta para kawanan manusia munafik yang berlagak sok mulia pun turut
serta melibatkan diri dalam pengeroyokan itu.
Bun-ji koan-su semakin gelisah, sedih bercampur marah. Dia
cukup menyadari situasi yang sedang dihadapinya, diapun tahu
kehadirannya dalam dunia persilatan sangat tidak di nginkan oleh segenap umat
persilatan lainnya. Berbicara sampai di situ, dari balik mata tunggalnya itu segera terpancar keluar
sinar kebencian dan dendam kesumat yang tiada 88
taranya, sepasang giginya sampai gemerutukan menahan gejolak
emosi dalam hati kecilnya.
Ku See-hong yang mendengar itupun merasakan darah panas di
dalam tubuhnya bagaikan sedang mendidih, api kegusaran berkobar di dalam dada,
pada saat ini dia benar-benar merasa amat benci terhadap segenap umat persilatan
yang ada di dunia ini. Sorot mata penuh api dendam dan kebencian terpancar juga
dari balik matanya.... Aai ihh. Di kemudian hari dunia persilatan akan mengalami
pembantaian lagi secara besar-besaran, darah segar akan
menggenangi permukaan bumi, mayat akan bergelimpangan di
mana-mana, sebab Bun-ji koan-su angkatan ke-dua telah lahir di situ.
Dengan wajah yang menyeramkan, manusia aneh itu melanjutkan kembali kisahnya:
Dari dua ratus jago persilatan yang hadir di arena, kecuali Kim-to pangcu suami
istri beserta anak buahnya yang tidak melibatkan diri dalam pertarungan itu,
yang lainnya hampir boleh dibilang telah terlibat langsung dalam pertarungan
yang sangat memalukan itu.
Senjata rahasia, pedang tajam, tombak panjang, golok besar,
busur baja serta beraneka jenis senjata lainnya secara keji, licik dan ganas
berkelebatan mengarah ke tubuh Bun-ji koan-su.
Menghadapi kerubutan yang begitu ketat dan ganas, Bun-ji koan-
su sendiri pun segera mengembangkan kelihayannya. Bagaikan
seekor banteng terluka, dia menerjang ke kiri menghajar ke kanan, kemana saja
dia sampai, jeritan ngeri yang menyayatkan hati
segera berkumandang memecahkan keheningan.
Batok kepala beterbangan, darah segar berhamburan, kutungan
lengan, kutungan kaki berceceran menodai permukaan salju nan
putih. 89 Sedemikian sengitnya pertarungan itu mengakibatkan suasana
menyeramkan di sekeliling arena, sungguh membuat berdirinya bulu kuduk orang.
Setelah melangsungkan pertarungan sengit selama hampir satu
hari penuh, meskipun secara beruntun Bun-ji koan-su berhasil
menewaskan lima enampuluh orang jago lihay, akan tetapi dia
sendiripun bermandi darah karena luka-luka yang dideritanya itu.
Rambutnya terurai awut-awutan, bagaikan malaikat bengis saja
serasa kalap dia melakukan pembunuhan serta pembantaian secara besar-besran.
Dalam keadaan begini, mendadak....
Serentetan suara irama harpa yang merdu merayu tapi serasa
membetot sukma berkumandang di atas udara bukit bersalju yang
sedang diselimuti hawa pembunuhan yang mengerikan itu.
Begitu menangkap suara permainan harpa yang merdu merayu
serentetan kawanan jago persilatan yang sedang mengerubuti Bun-ji koan-su itu
menghentikan serangannya dan mengundurkan diri ke belakang.
Anehnya, kawanan iblis, kaum sesat, jago golongan putih serta
angota sembilan partai besar, yang di hari-hari biasa selalu angkuh dan susah
diatur itu sekarang bersikap amat menghormat, malahan mereka segera menyingkir
ke samping dan memberi sebuah jalan
lewat. Walaupun Bun-ji koan-su mengetahui kalau irama harpa tersebut
dipancarkan oleh seseorang dengan mengerahkan tenaga dalam
yang sempurna, tapi tidak seharusnya kawanan jago persilatan
memperlihatkan sikap yang begitu menghormat kepada pemetik
harpa itu seandainya tidak terdapat sesuatu rahasia lainnya.
Dalam waktu singkat, dari bawah bukit salju melayang turun
seorang perempuan cantik berbaju putih, yang di kedua belah
sisinya diapit oleh dua orang sastrawan yang amat gagah dan
tampan. Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki ketiga orang itu
betul-betul luar biasa sempurnanya.
90 Ketika Bun-ji koan-su telah melihat jelas siapa gerangan
perempuan yang datang itu, bagaikan disambar geledek di siang
hari bolong, ia menjadi pucat dan berdiri dengan sempoyongan,
hampir saja dia jatuh tak sadarkan diri.
Hatinya bagaikan di ris-iris dengan pedang tajam yang beribu-
ribu buah banyaknya, hatinya merasa hancur berantakan dan
mengucurkan darah segar. Pada saat itulah dia baru mengetahui
betul apakah arti kehidupan yang sebenarnya.
Ternyata perempuan cantik berbaju putih itu bukan lain adalah
Ceng Lan-hiang... istri Bun-ji koan-su yang disangka lemah dan
bertenaga dan sedang menghadapi sekarat akibat jalan api menuju neraka....
Sedangkan dua orang sastrawan tampan yang mendampinginya
itu bukan lain adalah kedua orang murid dari Bun-ji koan-su yang telah diampuni
jiwanya itu. Thi-bok-sin-kiam Cu Pok, serta Jian-hua-kim-ciang Tu Pok Kim.
Sekulum senyuman yang seram tapi bangga tersungging di ujung
bibir Thi-bok-sin-kiam Cu Pok, setelah memandang sekejap ke
wajah bekas gurunya, dia berkata:
"Bun-ji koan-su... hari ini tentunya kau bisa mampus dengan hati yang lebih jelas,
bukan" Heeehh... heeehh... heeehh... untuk lebih
jelasnya, aku orang she Cu akan menerangkan lebih jelas lagi agar kau bisa
mampus dengan pikiran yang terang.
Ceng Lan-hiang adalah putri tunggal guruku Thi-kiam-kim-ciang
Ceng Ih-huang. Heeehh... heeehh... heeehh... hutang nyawa bayar
nyawa, hari ini aku khusus datang kemari untuk menagih hutang
darah darimu."
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah mendengar perkataan itu, tak terkirakan rasa sesal Bun-ji koan-su. Dia
amat membenci dan mendendam perempuan itu, dia
pun mendendam terhadap segenap umat persilatan yang berada di
dunia ini. 91 Kasih sayang Ceng Lan-hiang selama setahun ini... cumbu rayu
mereka di kala malam telah tiba... ternyata semuanya hanya palsu dan pura-pura.
Ooohh... Betapa memalukan dan terkutuknya perempuan ini.
Sekarang dia baru sadar bahwa dirinya telah terjebak oleh siasat Bi-jin-ki
(siasat perempuan cantik) yang sengaja diatur oleh umat persilatan untuk
menjebaknya. Aaai Bun-ji koan-su... wahai Bun-ji koan-su... kau telah bertindak
salah. Selama hidup kau tak akan
mencuci bersih perasaan dendam yang tak terlukiskan besarnya ini, kau sudah
terjerumus dalam keadaan yang mengerikan.
Bun-ji koan-su sungguh merasa marah dan mendendam, sambil
membentak keras tiba-tiba ia menerjang ke muka....
Mendadak... pada saat itulah terdengar dua buah suara tertawa
dingin yang menyeramkan berkumandang memecahkan keheningan.... Thi-bok-sin-kiam Cu Pok dan Jian-hun-kim-siang Tu Pok-kim,
bagaikan dua sukma gentayangan segera menerkam ke muka
menyongsong kedatangannya.
Waktu itu tenaga dalam yang dimiliki Bun-ji koan-su telah
mengalami kerugian besar, sekujur badannya penuh dengan luka
bacokan dan luka pukulan, sesungguhnya ia sudah hampir tak
sanggup mempertahankan diri.
Dalam kondisi badan semacam itu,
mana ia mampu mempertahankan diri dari serangan gabungan kedua orang murid
durhaka tersebut" Dalam waktu singkat, ia sudah termakan telak oleh beberapa
pukulan yang dilancarkan kedua orang murid pengkhianat tersebut, akan tetapi ia
masih tetap bertahan secara gigih dan memberikan perlawanan sekuat tenaga.
Cri ing... serentetan suara dentingan nyaring menggelegar
memecahkan keheningan....
92 Bun-ji koan-su merasakan ada sebilah pedang yang tajam dan
dingin menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Ternyata orang yang
melancarkan tusukan maut itu bukan lain adalah Ceng Lan-hiang, istrinya yang
tercinta.... Pada waktu itu seluruh wajah wanita itu diliputi oleh hawa nafsu membunuh yang
mengerikan. Sambil mempermainkan sebilah
pedang yang berkilauan tajam, sebentar-sebentar dia menyarangkan tusukannya ke tubuh Bun-ji koan-su sehingga dalam waktu singkat
telah bermandikan darah. Dari balik mata Bun-ji koan-su segera terpancar keluar sinar
kebencian dan dendam yang sangat tebal. Ditatapnya Ceng Lan-
hiang lekat-lekat, kemudian dengan darah yang bercucuran dari
ujung bibirnya, dia berseru:
"Lan-hiang, kau... kau benar-benar akan membunuh suamimu
sendiri?" Dengan wajah yang sinis dan bengis, hawa pembunuhan
menyelimuti seluruh wajahnya, Ceng Lan-hiang berkata tanpa
perasaan: "Hmm! Siapa yang kesudian menjadi istrimu" Selama hampir
setahun aku terus menahan rasa muak dan benciku untuk
menemani kau si bangkotan tua. Tiap detik tiap menit kalau bisa ingin kudahar
dagingmu, kuhirup darahmu hmm... jika hari ini tidak kucincang tubuhmu menjadi
berkeping-keping, sukar rasanya untuk menghilangkan rasa dendam dan benciku yang
tertanam di hati." Sehabis mendengar ucapan tersebut, perasaan Bun-ji koan-su
benar-benar sudah hancur lebur. Sebenarnya dia masih mempunyai setitik harapan,
yaitu putrid yang mereka lahirkan atas dasar
hubungan cinta selama ini, masakah dia tidak tersisa rasa cinta barang
setitikpun dalam hatinya setelah menjadi suami istri selama hampir satu tahun
lamanya" Dengusan tertahan bergema, sebuah lengan Bun-ji koan-su telah
terpapas kutung oleh bacokan pedangnya.
93 "Aduuh...!" kembali terdengar jerit kesakitan berkumandang
memecahkan keheningan, sebiji mata Bun-ji koan-su kembali
tercungkil oleh sambaran pedangnya hingga terlepas.
Ceng Lan-hiang sungguh kejam, keji dan berilmu tinggi...
mendadak pedangnya bergetar keras, berlaksa-laksa titik cahaya tajam segera
memancar ke empat penjuru, kemudian sepasang kaki Bun-ji koan-su sebatas lutut
telah terpapas kutung. Dengan kesakitan dan penuh penderitaan ia segera bergulingan
di atas permukaan salju. Mendadak... .... Di saat yang kritis inilah Kim-to-pangcu suami-istri, Wi-Ceng Kiu-Gak (Golok
Sakti Menggetarkan Jagad) dan Liok-Ih-Li
(Perempuan Baju Hijau) Hong Po Yan, yang sejak pertarungan mulai berlangsung
hanya berdiri berpeluk tangan belaka, menerjang ke muka secepat sambaran kilat.
Mereka berdua masing-masing melancarkan sebuah pukulan
dahsyat ke depan, dua gulung angin puyuh yang maha dahsyat
dengan cepat menggulung tubuh Bun-ji koan-su dan melemparnya
ke dalam jurang yang tak terkirakan dalamnya.
Pertarungan berdarah di atas bukit Soat-san yang amat seru dan menegangkan
hatipun berakhir sampai di situ. Bun-ji koan-su yang lihay sejak itu lenyap dari
peredaran dunia persilatan.
Sejak kematian Bun-ji koan-su, dunia persilatan pun tak pernah ada seharipun
tenang. Peristiwa berdarah, pembunuhan kejam, satu demi satu
berlangsung dalam dunia persilatan....
Yang pertama-tama tertimpa musibah setelah kejadian itu adalah perkumpulan yang
paling besar dalam dunia persilatan waktu itu...
Kim-to-pang. Perkumpulan besar itu dibasmi orang secara keji hingga hancur
musnah dan lenyap dari dunia persilatan.
94 Kim-to pangcu suami istri, Wi-Ceng-Kiu-Gak Ku Kiam-cong dan
Liok-Ih-Li Hong Po Yan ditemukan mati secara mengenaskan.
Kematian mereka konon mengerikan sekali, lengan kutung kaki
terpotong, usus berceceran dan otak berhamburan, suatu
pembunuhan yang benar-benar teramat keji.
Menyusul kemudian, para jago lihay kaum lurus dari sembilan
partai besar yang tidak turut serta di dalam pertempuran berdarah di bukit Soat-
san juga satu demi satu lenyap secara misterius dan tidak diketahui nasibnya...
Mendadak Ku See-hong berteriak keras:
"Locianpwe... Locianpwe... Perbuatan dari siapakah ini" Cepat
katakan, perbuatan kejam dari siapakah ini" Aku hendak membalas dendam! Aku
hendak membalas dendam! "
Ketika menyaksikan sikap Ku See-hong macam orang kesurupan
itu, manusia aneh itu merasa kaget sekali. Segera tegurnya dengan suara dingin:
"Ku See-hong! Apakah orang tuamu adalah Wi-Ceng-Kiu-Gak Ku
Kiam-cong serta Liok-Ih-Li Hong Po Yan?"
Air mata segera jatuh berlinang membasahi wajah Ku See-hong,
sahutnya dengan sedih sekali:
"Oooh Locianpwe, aku benar-benar adalah putra mereka berdua
yang tidak berbakti... cepatlah katakan kepadaku, siapakah musuh besar orang
tuaku" Dalam dunia dewasa ini hanya kau seorang
yang tahu akan rahasia ini."
Mencorong sinar aneh dari balik mata tunggal manusia aneh itu.
Dengan tubuh gemetar keras, sahutnya pedih:
"Selama hidup, lohu tak pernah berhutang budi kepada
siapapun... tapi aku hanya berhutang budi sedalam lautan kepada
orang tuamu..." "Aaai .... Dalam pertempuran berdarah di atas bukit salju,
seandainya mereka berdua tidak menghantam Bun-ji koan-su
95 sehingga tercebur ke dalam jurang, dia pasti telah dicincang sampai hancur
berkeping-keping oleh bacokan pedang perempuan rendah
itu...." "Locianpwe, tolong beritahu kepadaku siapakah pembunuh kejam
itu..." Siapakah pembunuh keji itu"!" jerit Ku See-hong.
Mendadak manusia aneh itu melotot besar, dengan pandangan
dingin ia membentak: "Ku See-hong, hanya mengandalkan beberapa jurus kepandaian
yang kau miliki sekarang, apakah kau sudah mampu untuk
membalas dendam" Jika kau sampai berbuat demikian, maka tak bisa disangkal lagi kau hanya akan
menghantarkan kematian dengan sia-sia belaka,
mana dendam tak berbalas, kaupun akan menjadi manusia berdosa
yang sangat tidak tidak berbakti. Tahukah kau..." Tugasmu
sekarang selain harus membalaskan dendam bagi kematian kedua
orang tuamu, kaupun harus menegakkan kembali keadilan serta
kebenaran dalam dunia persilatan!"
Setelah mendengar perkataan dari manusia aneh itu, bagaikan
diguyur dengan sebaskom air dingin, Ku See-hong lantas berpikir:
"Benar, sebelum aku berhasil mempelajari ilmu silat yang sangat lihay, mana aku
punya kekuatan untuk membalaskan dendam sakit
hati ini...?" Terdengar manusia aneh itu menghela napas panjang, lalu
berkata kembali: "Tak lama lagi lohu akan kembali ke alam baka. Aku tak bisa
mewariskan lagi segenap ilmu silat yang kumiliki kepadamu,
aaai ...." "Secara rahasia locianpwe telah mewariskan ilmu maha sakti
kepadaku, budi kebaikanmu tak terlukiskan dengan kata-kata, mana aku berani
untuk menuntut pelajaran ilmu silat yang lainnya lagi."
96 Manusia aneh itu memandang sekejap wajah Ku See-hong, dari
wajahnya segera terpancar keluar rasa sayangnya bagaikan seorang ayah terhadap
anaknya, kemudian berkata lagi pelan:
"Ku See-hong, sehabis mendengarkan kisah cerita ini, kau
sebagai seorang bocah pintar tentunya sudah menduga bukan
siapakah diriku ini..." Aaai. Tentunya kau juga tahu bukan, apa
sebabnya aku berwatak seaneh sekarang ini?"
Ku See-hong tahu, manusia aneh itu tak ingin menyinggung
kembali kejadian masa lampau yang penuh dengan kesedihan itu,
dia hendak beranggapan bahwa Bun-ji koan-su telah tewas dibunuh oleh kawanan
jago persilatan pada dua puluh tahun berselang.
Dengan sinar mata yang dingin bagaikan es, Ku See-hong
memandang sekejap ke arah manusia aneh itu, kemudian ujarnya
dengan suara bersungguh-sungguh:
"Locianpwe..., boanpwe sudah tahu siapakah dirimu itu, tapi aku
juga tahu kalau kau pasti mempunyai suatu kejadian masa lampau yang luar biasa,
maka watakmu baru berubah menjadi seaneh ini.
"Sejak kecil boanpwe sudah ditinggal mati oleh ayah ibuku.
Sepanjang tahun berkelana dalam dunia persilatan, tanpa berhasil meraih sesuatu
apapun, jika locianpwe tidak melimpahkan cinta
kasihnya kepadaku serta mewariskan ilmu silat yang maha sakti
kepadaku, tak mungkin boanpwe bisa jadi seperti sekarang ini. Budi kebaikan
sebesar ini sudah pasti harus dibalas. Oleh karena itu dalam hati kecil boanpwe
telah mengambil keputusan, bila aku telah melakukan perjalanan ke dalam dunia
persilatan nanti pasti akan kuselesaikan semua pekerjaan locianpwe yang selama
ini belum terselesaikan." Padahal manusia aneh itupun sangat berharap Ku See-hong bisa
membantunya untuk menyelesaikan segala persoalan yang belum
sempat diselesaikannya dulu.
Sejak dia bertemu dengan Ku See-hong, ia telah bertekad untuk
menitipkan tugas dan harapannya itu kepada sang pemuda. Itulah sebabnya mengapa
ia tak sayang untuk menyalurkan hawa murni
97 yang dimilikinya itu ke dalam tubuh Ku See-hong, agar ia bisa
melatih ilmu Kan-kun Mi-siu yang maha dahsyat tersebut,
sedangkan ia dengan sisa tenaga yang tak seberapa harus
menyelesaikan hidupnya sebelum saatnya tiba....
Sebagai seorang manusia yang berwatak aneh apa yang
dilakukannya hanya dikerjakan secara diam-diam. Jadi apa yang
sesungguhnya telah terjadi, sama sekali tidak diketahui oleh Ku See-hong
sendiri. Sekulum senyuman lega segera tersungging di ujung bibir
manusia aneh itu. Senyuman itu dianggap sebagai persetujuannya kepada sang
pemuda untuk melakukan apa saja yang di nginkan.
Kembali Ku See-hong bertanya:
"Locianpwe, boanpwe pun memberanikan diri untuk mengajukan
suatu permintaan kepadamu. Meski semasa hidupmu aku tidak
mengakuimu sebagai suhu, tapi setelah kau mati, boanpwe tetap
akan menganggap dirimu sebagai guruku yang pertama."
Paras muka manusia aneh itu masih tetap tidak berubah, dia
hanya membungkam seribu bahasa, sebagai tanda menyetujui pula
permintaan dari Ku See-hong.
Ketika pemuda itu menyaksikan sikap manusia aneh itu lambat-
laun menjadi semakin ramah, diapun melangkah lebih ke depan,
katanya kembali: "Boanpwe berharap agar cianpwe bersedia untuk memberitahukan nama asli cianpwe kepadaku...."
Paras muka manusia aneh itu segera memancarkan sekilas
cahaya yang sangat aneh, mulutnya tetap membungkam dalam
seribu bahasa, sedangkan pikirannya terjerumus dalam lamunan
yang berkepanjangan. Melihat manusia aneh itu diam saja, Ku See-hong segera berkata lebih lanjut:
98 "Locianpwe, apakah kau juga mempunyai seorang keturunan"
Sekalipun ibunya telah berkhianat dan jalan serong, tapi sebagai putri seorang
manusia, dia harus memiliki nama warga yang
sesungguhnya, kalau tidak dia akan dianggap sebagai seorang anak haram. Mengenai
keturunan dari locianpwe, boanpwe pasti akan
berusaha untuk memberi tahu kepadanya, bahkan akan kuceritakan pula kisah cerita
tersebut kepadanya...."
Setelah mendengar ucapan itu, titik air mata segera jatuh
berlinang membasahi wajah orang aneh itu, tampaknya dia merasa sangat terharu
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekali. Dengan wajah mengejang keras karena pengaruh emosi,
katanya: "Lohu she Him, bernama Ci-seng."
Diam-diam Ku See-hong menghembuskan napas panjang,
pikirnya di dalam hati: "Oooh Thian. Dalam dunia persilatan dewasa ini mungkin hanya
aku seorang yang mengetahui nama asli dari Bun-ji koan-su."
Dengan sikap yang sangat menghormat, buru-buru Ku See-hong
berkata: "Terima kasih banyak locianpwe atas kesediaanmu untuk
memberitahukan nama besarmu."
Tiba-tiba manusia aneh itu merogoh ke dalam sakunya dan
mengeluarkan sepotong kutungan pedang, lalu ujarnya dengan
nada yang amat pedih: "Ku See-hong, lohu titip kepadamu, seandainya kau telah
berjumpa dengan gurumu Seng-sim Cian-li Yap Soat Kun,
ceritakanlah keadaan lohu yang sebenarnya kepada dia. Katakanlah bahwa harapanku
yang paling akhir adalah meminta kepadanya
untuk menerimamu sebagai muridnya. Bila ia tak mau mengajarkan ilmu Hay Jin
Ciang tersebut, maka bagaimanapun juga kau harus
mencari akal untuk mencuri belajar ilmu pukulan Hay Jin Ciang-nya itu.
99 Pada lima puluh tahun berselang, ilmu silat yang dimiliki Sengsim Cian-li Yan
Soat Kun, tak berada di bawah kepandaian lohu..., apalagi setelah dia diburu oleh
api dendam. Ilmu pukulan ciptaannya itu pasti hebat dan tiada keduanya di kolong langit....
Kau harus ingat, musuh besarmu yang paling besar di kemudian
hari telah berhasil mendapatkan sejilid kitab pusaka Ban-Sia Cinkeng yang penuh
berisikan aneka macam ilmu sesat jika di kemudian hari kau ingin menangkan dia,
maka kau harus bisa mempelajari ilmu
Hay-Jin-Ciang lebih dulu sebelum niatmu bisa diwujudkan."
Tak terkira rasa terima kasih Ku See-hong setelah mendengarkan perkataan itu,
katanya: "Perhatian serta cinta kasih locianpwe tak akan boanpwe lupakan untuk selamanya,
boanpwe pasti tak akan sampai mengecewakan
hati locianpwe...." Tiba-tiba manusia aneh itu menghela napas sedih. Sambil
membelai kutungan pedang pendek itu dengan tangan kirinya, ia
berkata kembali: "Bawalah serta kutungan pedang ini, dan gunakanlah benda itu
sebagai tanda mata dari persembahanmu kepada gurumu yang
akan datang. Bila kau mampu maka berusahalah untuk menyambung kembali pedang ini menjadi satu agar sukma lohu di
alam baka tidak selalu murung dan merasa tak tenang."
Sambil menerima kutungan pedang itu dengan kedua belah
tangannya, sahut Ku See-hong:
"Boanpwe pasti akan berusaha keras untuk memenuhi keinginan
dari locianpwe...." Waktu itu air muka manusia aneh tersebut bertambah suram dan
gelap, tapi sebagai seorang yang berkeras kepala, dia masih tetap berusaha untuk
mempertahankan diri dengan mengandalkan sedikit sisa tenaga yang dimilikinya.
Kepada pemuda itu, kembali dia berkata:
100 "Ku See-hong, kitab pusaka Cang-ciong pit-kip tiada taranya itu tidak berada di
saku lohu, tapi tetap tersimpan di tempat semula.
Rahasia tempat itu tercantum dalam bait-bait lagu DENDA M
SEJAGAD.... Barang mestika hanya akan didapat oleh mereka yang berjodoh.
Lohu tak bisa memberi petunjuk kepadamu atas tempat
penyimpanan itu, jika kau memang berjodoh maka kunci rahasia
tersebut pasti akan kau pahami. Benarkah kau dapat memecahkannya atau tidak, lihat saja pada rejekimu di kemudian hari...."
Ku See-hong manggut-manggut.
"Barang mustika yang ada di dunia ini memang hanya diperoleh
oleh mereka yang berjodoh, boanpwe tak dapat terlalu memaksa,
kalau tidak bisa berakibat kerugian bagi diri sendiri."
Diam-diam manusia aneh itu mengangguk, dia mengagumi
karakater Ku See-hong yang tangguh, meski masih muda usia tapi pengetahuannya
terhadap masalah itu luas sekali.
Setelah menghela napas sedih, ujarnya:
"Saat ini, lohu ibaratnya sebuah lentera yang hampir kehabisan minyak, waktu
sudah tak pagi lagi.... Sekarang juga lohu akan
menggunakan sisa tenaga yang kumiliki untuk mewariskan keempat tiga jurus
tangguh tersebut kepadamu. Kemungkinan besar lohu tak dapat memainkan sampai ke
jurus yang ke-tiga, tapi aku harap kau bisa memusatkan segenap perhatianmu untuk
mempelajarinya dengan seksama." Ku See-hong tahu jurus sakti yang akan diwariskan manusia aneh itu kepadanya
pasti terhimpun segala inti kekuatan dari pelbagai jurus silat yang berada di
dunia ini, maka ia tak berani betrayal, segenap
perhatiannya tercurahkan menjadi satu untuk memperhatikannya dengan seksama.
Kembali manusia aneh itu berkata:
101 "Jurus serangan ini dinamakan Hoo-Han Seng-Huan (Sungai
Langit Bintang Bertaburan). Di dalamnya terkandung tiga gerak
perubahan yang maha sakti:
Gerakan yang pertama khusus menyerang tubuh bagian atas
musuh yang disebut sebagai Thian (langit). Gerakan kedua khusus menyerang bagian
tengah musuh yang dinamakan Jin (manusia).
Sedangkan gerakan ketiga khusus menyerang bagian bawah musuh
yang dinamakan Tee (tanah). Bila digabungkan menjadi satu antara langit, manusia
dan tanah... maka akan berakibat luar biasa
ibaratnya sungai langit yang terbentang dan bintang kecil yang bertaburan di
angkasa." Ku See-hong yang mendengarkan penjelasan itu merasa seperti
paham tidak paham, diam-diam ia menghela napas panjang.
Terdengar manusia aneh itu melanjutkan kembali kata-katanya:
"Seandainya kau bisa memahami arti serta makna dari jurus
serangan ini, kemudian menggunakannya secara sempurna... tidak
banyak jago dalam dunia persilatan dewasa ini yang sanggup untuk menghindarkan
diri dari serangan dahsyat tersebut."
Mendengar keterangan tersebut, tanpa terasa Ku See-hong
lantas berpikir: "Benarkah jurus serangan tersebut sedemikian lihaynya?"
Sinar tajam yang terpancar dari mata tunggal manusia aneh itu
makin lama semakin memudar, tubuhnya pun mulai gemetar keras,
pelan-pelan kelopak matanya mulai terkatup rapat.
Menyaksikan kejadian itu Ku See-hong segera berteriak keras:
Locianpwe...!" Tiba-tiba manusia aneh itu tersentak kaget dan tersadar kembali, dari balik
matanya yang tunggal segera terpancar serentetan cahaya tajam yang aneh, dengan
suara lemah dia berbisik:
"Ku See-hong, cepat bombing lohu ke atas tanah... harus cepat!"
102 Ku See-hong juga tahu bahwa kekuatan hidup manusia aneh itu
sudah mendekati akhir. Dengan gerakan secepat kilat dia lantas membimbing bangun
tubuhnya dan diberdirikan di atas tanah.
Tubuh manusia aneh itu berdiri kaku di atas tanah, sementara
telapak tangan tunggalnya secepat kilat melakukan suatu gerakan serabutan yang
kalut dan membingungkan. Ku See-hong terkesiap, ia tahu manusia aneh itu sedang
menggunakan jurus sakti itu, maka semua perhatiannya buru-buru dipusatkan
menjadi satu kemudian dengan seksama di kutinya
semua gerakan tangan yang aneh dari manusia aneh tersebut.
Pada saat Ku See-hong sedang memperhatikan gerakan tangan
manusia aneh itulah, mendadak Ku See-hong merasakan ada
bayangan berkelebat lewat di depan matanya, tahu-tahu jari tangan manusia aneh
itu sudah menghantam di atas jalan darah tubuhnya, kesadarannya segera terhentak
seperti hilang sejenak. Jalan darah di tubuh Ku See-hong kembali bergetar keras,
kesadarannya kembali pulih seperti sedia kala, ketika dia mencoba untuk menengok
ke tengah arena, lengan dari manusia aneh itu
masih bergerak secara aneh sekali.
Mendadak Ku See-hong merasakan jalan darah di atas pusarnya
seperti dihantam orang lagi secara pelan, sekali lagi dia merasakan kesadarannya
seperti hilang, lalu jalan darah di tubuhnya bergetar keras dan kesadarannya
pulih kembali. Sementara itu, gerakan tangan manusia aneh itu masih saja
melakukan suatu gerakan aneh. Ku See-hong hanya merasakan
bayangan hitam kembali berkelebat lewat di hadapan matanya,
sebuah jari tangan tahu-tahu sudah menghajar ke atas jalan darah Thian-ki-
hiatnya. Menyusul kemudian terdengar suara dengusan berkumandang
memecahkan keheningan, sekujur badan manusia aneh itu gemetar
keras lalu berdiri kaku di tempat semula. Jari tangannya masih tetap menunjuk ke
arah jalan darah Thian-ki-hiat di tubuh Ku See-hong.
103 Menyaksikan kejadian itu, Ku See-hong segera menjerit kaget.
Teriaknya keras-keras: "Locianpwe! Locianpwe!"
Tangannya dengan cepat menggoyang-goyangkan tubuh manusia aneh itu, tapi dia tetap berdiri kaku di tempat semula tanpa berkutik
barang sedikitpun juga, jelas nadinya sudah tergetar putus dan nyawanya kembali
ke alam baka. Yaa, seorang jago tangguh yang luar biasa kelihayannya itu telah meninggal dunia
di kala dia telah melancarkan jurus ketiga dari Ho Han Seng Huan tersebut. Dia
telah menggunakan sisa tenaga yang dimilikinya untuk melaksanakan tugasnya yang
terakhir. Bun-ji koan-su yang berwatak aneh, berilmu silat tinggi,
bertangan keji, berhati kejam, berwajah dingin dan cukup membuat gemparnya
kawanan jago persilatan itu, telah meninggalkan dunia yang fana ini tanpa
menimbulkan sedikit suara pun.
Waktu itu rembulan sudah bersembunyi di balik mega, bintang
yang bertaburan di angkasa pun sudah lenyap dari pemandangan
dirgantara, waktu menunjukkan kentongan ke tiga....
Sebutir bintang melesat menembusi angkasa yang gelap,
berkedip sebentar di udara lalu hilang lenyap tak berbekas.
Seperti juga kehidupan Bun-ji koan-su di dunia ini, hanya sekilas pandangan saja
tahu-tahu sudah lenyap kembali dari kehidupan
dunia. 000dw000 Bab 6 ANGIN dingin di luar kuil berhembus kencang, seakan-akan Thian turut berduka
akan perginya manusia aneh itu.
104 Ku See-hong tahu bahwa Bun-ji koan-su telah kembali ke alam
baka. Titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya, tapi ia tetap berusaha
menahan diri, ia berusaha untuk tidak menangis.
Tapi kesedihan yang mencekam perasaannya waktu itu tak
terlukiskan dengan kata-kata, sekalipun menangis tersedu-sedu juga belum tentu
bisa menghilangkan rasa sedih yang mencekam
perasaannya waktu itu. Tiada kesedihan di dunia ini daripada perpisahan antara yang
mati dengan yang hidup. Diam-diam Ku See-hong berdiri sedih,
lama... lama sekali dia baru bergumam:
-oo0dw0oo- Jilid: 04 "SUHU, sekarang kau telah tiada..., mulai, sekarang aku akan
menyebut dirimu sebagai suhu.
"Semua tugas yang kau serahkan kepadaku serta semua
persoalan yang tak bisa kau selesaikan di dalam hidupmu pasti akan kulaksanakan,
musuh besar yang mencelakaimu, murid-murid
durhaka yang telah menghianatimu, serta semua manusia munafik
yang pernah membuat sengsara dirimu pasti akan kubantai semua
sampai mampus. Suhu, kembalilah ke alam baka dengan tentram, beristirahatlah
kau dengan tenang. Sekalipun kau telah meninggalkan dunia yang fana ini, tapi
semua kejadian di dunia ini, semua sejarah hidupmu selama ini akan terkenang
terus di hati setiap orang, tiap hari, tecu pasti akan menyanyikannya sebanyak
tiga kali untuk memperingati dirimu selamanya."
Ketika berbicara sampai, di situ, tiba-tiba sinar mata Ku See-hong tertuju pada
jari tangan dari Bun-ji-koan-su tersebut, hatinya menjadi amat terkesiap,
pikirnya: 105 "Aduh celaka, jurus Hoo-Han-Seng-huan yang diajarkan suhu hingga kini masih
belum juga kupahami, bagaimana caranya aku
melakukan gerakan itu?"
Berpikir sampai di sini, peluh dingin segera bercucuran
membasahi seluruh badan Ku See hong.
Dia teringat kembali dengan pesan gurunya yang minta kepadanya untuk mempelajari
jurus Hoo-han-seng-huan tersebut dengan seksama.
Tapi, di dalam kenyataannya sekarang, dari tiga gerakan yang
diajarkan kepadanya itu, satu juruspun belum berhasil dia pahami, perubahannya
bagaimana dan bagaimana caranya melancarkan
serangan, sama sekali tidak diketahui olehnya... lalu bagaimana baiknya
sekarang" Diam-diam Ku See hong menegur kebodohan sendiri.... Buru-
buru dia memusatkan segenap perhatiannya untuk berusaha
mencari dan menelusuri jejak bayangan jurus itu di dalam
benaknya. Tapi makin dipikir dia merasa semakin kaget, semakin kaget dia merasa
makin gelisah, dirasakan olehnya jurus Hoo-han-seng-huan itu benar-benar sangat
rahasia, sakti dan sukar dimengerti.... Bagaimanakah gerakan tangan suhunya Bun-ji koan-su yang
aneh serta bagaimana melancarkan serangan aneh tersebut, makin berpikir semakin
membuat pikirannya menjadi bingung dan tidak
habis mengerti. Ternyata dia merasakan gerak tarian tangan yang dilakukan oleh Bun-ji koan-su
itu pada hakekatnya sudah terlepas dari jurus-jurus serangan ilmu silat
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pada umumnya, begitu kalut begitu membingungkan sama sekali tidak beraturan..., tapi di balik
ketidakberaturan tersebut justru tersimpan segala macam kelihayan dan kesaktian
yang luar biasa. Tadi dua kali jalan darah di tubuh seakan-akan tertotok, ia
merasakan kesadarannya seperti lenyap tak berbekas, tapi, dengan cepat
kesadarannya telah pulih kembali, namun belum lagi sadar penuh, sekali lagi, dia
seperti kehilangan pikiran lagi...
106 Dengan termangu-mangu Ku See-hong memperhatikan tubuh
Bun-ji koan-su yang kaku itu, lalu lengannya mencoba untuk
digerakkan menurut apa yang teringat.
Sekali demi sekali hal tersebut diulangi terus menerus secara berulang. Tapi ia merasa makin
digerakkan, gerakan tangannya makin menyimpang dari cara yang sesungguhnya,
bahkan sama sekali tidak mirip dengan apa
yang pernah dilakukan Bun-ji koan-su.
Lebih kurang setengah jam kemudian, Ku See-hong telah
mengulangi kembali latihannya sampai seratus kali lebih, tapi ia tetap gagal
untuk memahami kelihayan serta intisari dari jurus serangan itu.
Waktu itu dia sudah keletihan, sampai sekujur badannya basah
kuyup oleh keringat, napasnya tersengal-sengal seperti kerbau....
Akhirnya setelah gagal berulang kali, dengan sedih dia menghela napas panjang,
gumamnya: "Aku benar-benar amat tolol, sudah begitu lama aku berusaha untuk memutar otak
tapi selalu gagal untuk menemukannya
kembali. Aaaai..., aku benar-benar pantas untuk mampus. Dengan menggunakan sisa
tenaga yang dimilikinya, suhu bersusah payah
memainkan ketiga jurus serangan itu, bahkan begitu selesai
memainkannya diapun menutup usia, sedang aku tak berhasil
memenuhi harapannya, jangankan menguasai seluruh jurus
serangan itu, bahkan kesan terhadap satu gerakan di antaranya pun tak ada...."
Berpikir sampai di situ, Ku See hong merasa putus asa, kecewa
dan sedih sekali. Tanpa terasa dua titik air mata jatuh bercucuran membasahi
pipinya, dia menghela napas panjang berulang kali.
Mendadak Ku See-hong berseru tertahan, lalu gumamnya:
"Heran. Padahal suhu telah tiada, mengapa jenazahnya masih berdiri kaku di situ"
Aaai..., aku sebagai muridnya harus dan
berkewajiban untuk menguburnya secara baik-baik, aku tak bisa
membiarkan jenasahnya terbengkalai dengan begitu saja."
107 Bergumam sampai di situ Ku See-hong lantas berusaha untuk
membimbing bangun jenasah dari suhunya Bun-ji koan-su.
Siapa tahu walaupun dia telah berusaha dengan sepenuh tenaga,
ternyata jenasah gurunya itu sama sekali tak bergerak. Kenyataan ini segera
membuat Ku See-hong menjadi kebingungan setengah
mati dan tidak habis mengerti. Untuk sesaat lamanya dia menjadi termangu-mangu
di tempat. Saudara yang budiman, perlu diperhatikan bahwa berdiri kakunya jenasah Bun-ji
koan-su di tempat itu sesungguhnya mengandung
suatu rahasia yang besar sekali. Hal ini akan diterangkan pada akhir cerita ini,
jadi maaf bila hal tersebut akan dirahasiakan dulu untuk sementara waktu.
Demikianlah, sesudah termangu-mangu sekilas waktu, akhirnya
Ku See-hong mengambil kesimpulan sendiri.
"Mungkin suhu berbuat demikian karena dia ingin berada terus di tempat ini...."
Ku See-hong memang keras kepala dan angkuh, ketika tidak
berhasil memahami gerak jurus dari Hoo-han-seng-huan tersebut, maka dia bertekad
untuk berusaha mencarinya sampai dapat.
Tujuh hari tujuh malam lamanya dia berusaha untuk melatih.
Sambil mencari, dia sampai lupa makan lupa tidur, tapi alhasil dia tetap gagal
untuk memecahkan rahasia dari kepandaian itu,
malahan makin dilatih semakin bingung, makin didalami ia merasa semakin kalut
pikirannya. Malam itu kembali dia berusaha dengan sepenuh tenaga, tapi
hasilnya tetap nihil. Sambil menghela napas sedih dia berlutut di depan jenasah Bun-
ji koan-su lalu dengan air mata bercucuran katanya sedih:
"Suhu... Sukmamu di alam baka tentu tahu muridmu yang bodoh
sudah siang malam melatih jurus sakti Hoo-han-seng-huan tersebut dengan mati-
matian, tapi memang bakatku jelek, otakku juga
108 bodoh, sampai sekarang aku belum berhasil juga memahami makna
dari jurus serangan itu. "Sekarang, tecu akan meninggalkan kau orang tua untuk mencari
guruku yang kedua serta mempelajari ilmu sakti Hay Jin Ciang untuk memenuhi
harapan suhu. Tecu bersumpah di hadapan jenasah kau
orang tua, dalam tiga mendatang akan kugunakan sepasang
tanganku ini untuk mengucurkan darah segar musuh besarmu serta menyayat kulit
badan musuhmu. Semua sampah masyarakat serta
manusia laknat yang berada dalam dunia persilatan dewasa ini akan kuberi balasan
yang setimpal." Ketika berbicara sampai di situ pelan-pelan Ku See-hong bangkit berdiri, di atas
wajahnya yang dingin terlintas kebulatan tekadnya yang kukuh, sorot matanya
memancarkan cahaya kebuasan serta
kebengisan yang mengerikan sekali.
Apalagi ketika Ku See-hong terbayang kembali semua musibah
yang telah menimpa Bun-ji koan-su selama hidupnya, kesengsaraan yang telah
menyiksa batinnya, tanpa terasa perasaannya bergolak keras, sambil menengadahkan
kepalanya dia segera membawakan
lagu Dendam Sejagad yang telah diajarkan Bun-ji koan-su
kepadanya itu: DENDA M kesumat membentang bagai jagad,
Bukit tinggi berhutan lebat di sisi sebuah kuil.
Sungai besar di depan kuil berombak besar,
Dendam kesumat sepanjang abad
DENDA M kesumat membentang bagai jagad,
Burung gagak bersarang di rumput di kala senja
Cinta kasih berlangsung dari muda sampai tua.
Memetik kampak membuat lagu: Nadanya dendam
Menitik air mata darah untuk siapa"
Hati pilu menanggung derita menyesal sepanjang masa.
109 DENDA M kesumat membentang bagai jagad.
Ji koan pernah berbuat salah.
Menyandang golok menunggang kuda, apalah gunanya"
Salju terbang air laut semuanya hambar.
DENDA M kesumat membentang bagai jagad.
Curah hujan membuyarkan awan.
Air mengalir akhirnya surut.
Dendam kesumat tak akan pernah luntur....
Suatu dorongan perasaan sedih yang amat besar serta gejolak
emosi yang hebat, menelurkan suatu irama nyanyian yang keras,
berat dan menunjang mengalun di seluruh angkasa, kemudian
menggema sampai ke tempat yang jauh sekali.
Saking sedihnya membawakan lagu "Dendam Sejagad" tersebut,
tanpa sadar air mata jatuh bercucuran membasahi seluruh wajah Ku See-hong.
Pelan-pelan dengan membawa perasaan yang berat dan
duka dia berjalan keluar dari kuil itu dan meninggalkan Bun-ji koansu yang
meninggal dengan membawa penderitaannya itu.
Waktu saat itu menunjukkan kentongan ketiga.
Angin kencang di luar kuil masih berhembus dengan hebatnya,
udara terasa dingin menusuk tulang, pohon bergoyang tertiup
angin. Suasana ketika itu terasa seram, dingin dan memedihkan.
Dari dalam ruang tengah, Ku See-hong pelan-pelan berjalan
keluar. Dengan mata basah oleh air mata, ia mendongakkan
kepalanya memandang ke angkasa.
Langit sangat gelap karena malam masih belum lewat, tiada
rembulan hanya ada beberapa titik bintang yang memancarkan
cahaya yang lemah. Waktu itu di luar kuil sedang berdiri termangu tiga sosok
bayangan manusia. 110 Mereka masih terpesona oleh pengaruh irama lagu Ku See-hong
yang dibawakan dengan nada penuh rayuan maut yang membetot
sukma. Di bawah bayangan pohon orang-orang itu cuma melongo
dan berdiri kaku persis seperti patung arca.
Ku See-hong mendongakkan kepalanya memandang awan yang
bergerak di angkasa, dalam benaknya tanpa terasa terbayang
kembali bayangan tubuh Bun-ji koan-su. Akhirnya ia tak kuasa
menahan diri dan mendongakkan kepalanya sambil berpekik
nyaring. Pekikan tersebut kian lama berkumandang kian nyaring, tapi di balik
suara yang nyaring terbawa nada yang sedih dan
memedihkan hati, sungguh terasa tak sedap didengar.
Ketika mendengar suara pekikan nyaring yang mengalun di
angkasa itu, ketiga sosok bayangan manusia di luar kuil itu
merasakan hatinya bergetar kemudian tersadar kembali dari
lamunan. Enam buah mata yang tajam serentak dialihkan ke atas
tubuh Ku See-hong yang berada di luar kuil tersebut.
Tanpa sadar ketiga orang itu mundur beberapa langkah ke
belakang dengan kaget, dari mimik wajah mereka yang menyeringai seram, bisa
diketahui sampai di manakah rasa kaget dan ngeri yang mencekam perasaannya itu.
Ku See-hong tidak melihat hadirnya ketiga sosok bayangan
manusia di luar kuil itu. Dengan langkah yang pelan-pelan dia
berjalan keluar kuil. Tiga sosok bayangan manusia yang berada di luar kuil itu
sesungguhnya adalah jago-jago lihay golongan hitam yang sadis
dan berbahaya... walaupun demikian mereka cukup mengetahui
sampai di manakah kekejaman serta kebuasan pemilik kuil yang
misterius itu. Maka sewaktu mereka melihat semunculnya Ku See-
hong dari dalam kuil itu, disangkanya dialah pemilik kuil yang misterius serta
berbahaya itu. Tanpa terasa sekujur tubuh mereka gemetar keras.
Ku See-hong mendongakkan kepalanya. Sekarang dia baru
mengetahui akan kehadiran ketiga sosok bayangan manusia itu.
111 Sinar aneh yang tajam segera memancar keluar dari balik matanya, dengan wajah
hambar dia segera berhenti.
Ketiga sosok bayangan manusia itupun sudah melihat wajah Ku
See-hong dengan jelas sekarang, rasa kaget bercampur tercengang cepat melintas
di atas wajahnya, perasaan takut yang semula
mencekam hati mereka kini hilang lenyap dengan begitu saja.
Sambil tertawa dingin dengan suara yang menyeramkan, ketiga
sosok bayangan manusia itu segera berkelebat maju ke depan dan mendekati Ku See-
hong. Betul rasa di hati mereka sudah banyak
berkurang, akan tetapi satu dua bagian rasa ngeri masih terselip di hati masing-
masing. Paras muka Ku See-hong sendiripun berubah hebat setelah
menyaksikan gerakan tubuh lawan yang begitu enteng, dia tahu
ketiga orang itu sudah pasti adalah jago kelas atas dalam dunia persilatan.
Di bawah sinar bintang, tampak orang tiga itu masing-masing
mengenakan baju hitam yang panjang dengan potongan badan
yang lurus jangkung seperti tengkorak. Rambutnya yang panjang
dibiarkan terurai di pundak, bibirnya tajam dengan kening yang sempit, masing-
masing berwajah seram persis bagaikan iblis.
Diam-diam Ku See-hong berpikir di dalam hatinya:
"Heran, mengapa tiga orang manusia yang bertampang bagaikan
iblis ini bisa menyiarkan hawa sesat yang begini tebal secara
mengerikan" Mana wajah seram menyeringai lagi dengan
mengerikan, sungguh membikin hati orang merasa kebingungan...
dan tak tahu siapa gerangan diri mereka itu?"
Sementara dia masih berpikir, manusia aneh berwajah pucat
yang berada di sebelah kiri itu segera mementangkan mulut lebar-lebar
dan memperdengarkan gelak tertawa panjang yag menyeramkan. 112 Setelah itu dengan nada yang dingin menggidikkan hati dia
menegur: "Bocah keparat, siapa kau" Cepat sebutkan nama
anjingmu untuk menerima kematian."
Betapa mendongkol dan kesalnya Ku See-hong setelah
mendengar perkataan itu, ia segera mendengus dingin.
"Hmm... Kalian tiga orang mahluk, tiga bagian tidak mirip
manusia, tujuh bagian mirip setan, sesungguhnya siluman aneh
yang datang dari mana" Kurang ajar benar perkataan kalian itu"
Hmm aku tak lebih cuma seorang Bu-beng-siau-cut (prajurit tak
bernama) dalam dunia persilatan, mau apa kalian?"
Makhluk berwajah murung dan sedih, sedikitpun tidak membawa
hawa kehidupan, yang berdiri di tengah itu, segera tertawa
terkekeh-kekeh dengan seramnya, suara makhluk itu dingin
bagaikan es, bagaikan hembusan angin dingin yang datang dari
kutub. Begitu selesai tertawa seram, dia lantas berkata dengan suara
mengerikan: "Bocah keparat, enak benar kalau berbicara, rupanya kau
memang benar-benar adalah seorang prajurit tak bernama di dalam dunia
persilatan, heeehh... heeehhh... heeehhh... kami adalah Leng-cuan-sam-pok (Tiga
Bayangan Iblis dari Leng-cuan) yang nama
besarnya telah menggetarkan seluruh dunia persilatan, aku sendiri Siang-khi-kui-
pok (Siluman Iblis Pembawa Kesedihan) Phu Im-sat hendak mengajukan beberapa
pertanyaan kepadamu bila kau tidak
menjawab dengan sejujurnya, heeehhh heeehhh heeehhh malam ini
juga akan kusuruh kau mampus tanpa liang kubur di sini."
Sudah belasan tahun lamanya Ku See-hong berkelana dalam
dunia persilatan, tidak sedikit jago persilatan kenamaan yang
diketahui olehnya, maka dari itu betapa tercekatnya perasaan
pemuda tersebut setelah mengetahui kalau ketiga makhluk seram
ini bukan lain adalah Leng-cuan-sam-pok yang amat tersohor akan kebengisannya
itu.... Meski begitu, paras mukanya sama sekali tidak menunjukkan perubahan apa-
apa. 113 Ternyata Leng-cuan-sam-pok adalah jago kelas satu dari
golongan hitam yang termasyhur sekali namanya dalam dunia
persilatan. Watak mereka amat kejam, tak kenal ampun dan
membunuh orang tanpa berkedip.
Mencorong sinar menggidikkan dari balik mata Ku See-hong,
serunya dengan dingin: "Leng-cuan-sam-pok adalah sampah masyarakat di dalam dunia
persilatan dewasa ini, apa yang kalian andalkan sehingga begitu berani berlagak
di hadapanku" Sungguh tak tahu malu. Orang lain mungkin jeri kepada kalian tapi
aku orang she Ku, adalah seorang manusia yang punya tulang, tak nanti aku bakal
jeri kepadamu. Sebelum pertanyaan kalian ajukan,
terlebih dulu akan kuberitahukan kepadamu, lebih baik jangan bertanya, sebab tak
nanti aku akan menjawab pertanyaan kalian barang setengah patah katapun.
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mengerti?" Ku See-hong bukan orang yang bodoh, baru saja Siang-khi-kui-
pok Phu-im-sat bertanya sampai di situ, dia sudah mengetahui apa yang hendak
mereka tanyakan. Makhluk pertama menonjol bergigi taring dan bermata bengis
bagaikan binatang liar yang berdiri di sebelah kanan itu segera berteriak aneh,
bentaknya: "Bocah keparat, berapa butir sih batok kepala yang kau miliki"
Begitu berani memandang hina Leng-cuan-sam-pok! Hmmm,
ketahuilah malam ini kau sudah menjadi burung dalam cengkeraman kami, jangan harap kau bisa terbang lagi ke angkasa."
Siang-khi-kui-pok Phu-im-sat menyambung pula:
"Bocah keparat, bukankah barusan kau masuk ke dalam kuil itu"
Apa yang kau jumpai di situ?"
Ku See-hong adalah seorang pemuda yang keras kepala, angkuh
dan ketus hatinya sudah mendongkol sekali ketika menyaksikan
ketiga orang mahkluk aneh itu membentak-bentak dirinya maka
114 sambil tertawa dingin dengan nada yang merasuk tulang, serunya menghina:
"Bila kalian menganggap punya nyali, tak ada salahnya untuk
masuk dan selidiki sendiri, dengan cepat kalian akan mengetahui ada apanya di
sana. Hmmm. Cuma aku lihat, kalian anjing-anjing geladak yang beraninya cuma
menganiaya yang lemah saja ini,
masih belum punya keberanian untuk berbuat demikian."
Makhluk aneh berwajah pucat yang berada di sisi sebelah kiri,
Jin-sat-kui-pok (Siluman Iblis Berwajah Pucat) Jin Khi segera
membentak menggelegar: "Bocah keparat, diberi arak kehormatan kau tidak mau, justru
arak hukuman yang kau cari. Hmmm, sekarang juga akan kusuruh
kau merasakan kelihayanku."
Seusai berkata, secepat sambaran kilat Jin-sat-kui-pok menerjang maju ke depan.
Sepasang kakinya bergeser dan berputar secepat
angin, lalu sambil menerjang ke depan lawan, sepasang cakar
setannya dipentangkan lebar-lebar. Dengan membawa suara
desingan tajam yang memekikkan telinga, ia cengkeram jalan darah Cian-cin-hiat
di atas bahu Ku See-hong.
Ku See-hong tertawa dingin, badannya memendam ke bawah,
lalu menggunakan ilmu gerakan tubuh Mi-khi-biau-tiong yang amat sempurna itu,
secara menyakinkan dia meloloskan diri dari sergapan tersebut.
Menyaksikan kelihayan Ku See-hong di dalam menghindarkan diri
dari ancaman tersebut, Jin-sat-kui-pok merasa terperanjat sekali, kembali ia
membentak keras, ejeknya sinis:
"Bocah keparat, tak nyana kau memiliki juga ilmu silat kucing
kaki tiga yang hebat!"
Di tengah bentakan, sepasang cakar setannya berputar
menggulung-gulung, angin puyuh yang maha dahsyat segera keluar dari balik
telapak tangannya itu dan menyapu ke seluruh badan
lawan. 115 Di tengah desingan angin tajam yang memekikkan telinga, tiga
puluh enam buah jalan darah penting di tubuh Ku See-hong sudah terbungkus di
balik gulungan hawa tajam yang menggidikkan hati itu.
Betul pada waktu itu Ku See-hong telah mempelajari ilmu
gerakan tubuh yang amat sempurna, tapi setelah menghadapi angin serangan
sedemikian dahsyatnya itu, tak urung dia menjadi
tertegun juga sehingga lupa untuk menghindarkan diri.
Jin-sat-kui-pok yang menyaksikan Ku See-hong cuma berdiri saja tanpa berniat
untuk menghindar, dalam sangkaannya pemuda itu
takabur dan mencemooh dirinya. Ini semua membuat hawa
amarahnya berkobat makin hebat, sepasang matanya yang aneh
memancarkan cahaya tajam yang bengis dan mengerikan.
Dengan cepat hawa pukulannya ditingkatkan menjadi sepuluh
bagian. Angin serangan yang tajam semakin menggelegar bahkan
membawa deruan angin dahsyat bagai gulungan ombak di tengah
samudra. Semua hembusan dahsyat itu bersama-sama menggulung
ke atas badan Ku See-hong.
Setelah tersengat oleh desingan angin pukulan musuh yang
tajam, Ku See-hong baru tersentak bangun dari kagetnya. Tapi
waktu itu keadaan sudah terlambat, angin pukulan yang maha
dahsyat dan menyesakkan napas itu sudah mendesak di sekeliling tubuhnya.
Habis sudah riwayatku kali ini. Habis sudah riwayatku kali ini...
pekik Ku See-hong dalam hati.
Baru saja ingatan itu berkelebat lewat dari benaknya, mendadak Ku See-hong
merasakan munculnya segulung hawa panas dan
segulung hawa dingin dari dalam pusarnya yang segera menyelimuti sekujur
badannya. Pada saat angin serangan musuh yang maha dahsyat itu hampir
mengenai badannya, mendadak hawa murni yang telah menyebar
ke dalam tubuhnya itu segera menyusup masuk lewat pori-pori
badannya dan segera menyelimuti seluruh badannya.
116 "Blaaam! Blaaam!" Beberapa kali letusan keras segera menggelegar di angkasa. Jin-sat-kui-pok hanya merasakan segulung angin pukulannya
seperti menghajar di atas segumpal kapas yang sama sekali tak
berkekuatan, dia menjadi amat terperanjat. Tubuhnya yang
berperawakan aneh segera mundur beberapa langkah dengan
sempoyongan. Diam-diam Ku See-hong merasa amat bangga dengan hasil yang
berhasil dicapainya itu, pikirnya:
"Aaah... tak kusangka kalau ilmu khikang Kan-kun-mi-siu yang
diajarkan suhu ternyata sedemikian hebatnya."
Kenyataan ini membuat keberanian Ku See-hong makin besar.
Betul ia tidak pandai mempergunakan jurus serangan untuk melukai musuh, tapi
untuk melindungi keselamatan sendiri, rasanya hal ini bukan suatu persoalan
lagi. Di antara Leng-cuan-sam-pok, ilmu silat yang dimiliki Siang-khi-kui-pok Phu Im-
sat, terhitung paling tinggi, pengetahuannya juga paling luas. Ketika dilihatnya
tenaga pukulan dari Jiu-sat kui-pok yang sanggup menghancurkan batu karang itu
ternyata tidak mendatangkan hasil apa-apa ketika menghajar di tubuh lawan,
diam-diam ia merasa tercekat sekali.
Bahkan dia yang sangat berpengalaman di dalam dunia
persilatan pun, ternyata tak bisa menebak ilmu silat apakah yang dimiliki oleh
Ku See-hong tersebut. Ternyata di dalam kepandaian sakti atau hawa khikang macam
apapun yang ada di dunia ini, bila sampai terhajar oleh serangan lawan, tentu
akan menghasilkan tenaga pantulan yang maha
dahsyat. Sebaliknya hasil dari Kan-kun-mi-siu adalah melenyapkan tenaga serangan lawan
dengan begitu saja tanpa wujud. Semakin besar
tenaga tekanan yang datang dari luar, goncangan yang dialami Ku See-hong dalam
peredaran darahnya akan semakin besar pula.
117 Akibatnya bukan saja tak sampai merugikan diri sendiri, malah
sebaliknya mempercepat daya kemajuan yang dicapai oleh tenaga
dalam itu sendiri. Siang-khi-kui-pok Phu Im sat memperdengarkan gelak tertawanya yang rendah berat dan mengerikan, kemudian katanya
dengan dingin: "Orang she Ku, jika hari ini kau bersedia menjawab pertanyaan
kami, Leng-cuan-sam-pok pasti akan menyusahkan dirimu lagi,
bahkan dalam perjalananmu selanjutnya dalam dunia persilatan,
semua orang dari golongan hitam tak akan menyusahkan dirimu."
Leng-cuan-sam-pok yang kejam bengis dan tak pakai aturan,
ternyata sudah mengucapkan kata-kata yang demikian sungkannya
terhadap seorang prajurit yang tak bernama dari dunia persilatan, sesungguhnya
kejadian ini boleh dibilang merupakan suatu
keanehan. Ku See-hong yang cerdik tentu saja juga tahu kalau Leng-cuan-
sam-pok telah dibikin gentar oleh hawa khikang Kan-kun-mi-siu
yang dimilikinya itu, justru karena tahu lihaynya maka mereka baru mengurangi
kebuasan serta kekejiaan mereka.
Ku See-hong segera tertawa dingin, kembali katanya dengan
nada menghina: "Leng-cuan-sam-pok, kalian berani memasuki kuil ini berarti
kalian segera akan tewas secara mengerikan, memangnya kalian
anggap masih bisa lolos dari tempat ini dengan selamat" Terlalu banyak kejahatan
yang kalian bertiga lakukan selama ini, aku orang she Ku tak akan mengampuni
jiwa kalian, hayo cepat serahkan
nyawa anjing kalian bertiga!"
Ketika berbicara sampai di situ, suara Ku See-hong berubah
makin keras dan mengerikan ditambah lagi wajahnya yang dingin
menyeramkan, tanpa terasa membuat Leng-cuan-sam-pok yang
berhati bengis itu berkesiap sekali dibuatnya.
118 Ketika selesai berbicara Ku See-hong tak berani turun tangan
lebih dulu, sebab sekarang boleh dibilang setengah jurus pun tidak ia miliki.
Bila sampai dia turun tangan melancarkan serangan lebih dulu, selain siasatnya
bakal terbongkar, gertak sambalnya juga akan konangan, malah bisa jadi selembar
wajahnya ikut melayang. Maka dari itu dia hanya mengawasinya Leng-cuan-sam-pok
dengan sepasang matanya yang dingin menyeramkan serta
memancarkan cahaya yang menggidikkan hati itu.
Leng-cuan-sam-pok agak bergidik juga menghadapi tantangan
dari pemuda itu. Sesungguhnya mereka adalah kawanan manusia
licik yang berotak tajam. Entah mengapa sikap Ku See-hong yang berwibawa membuat
hati mereka makin menciut. Diam-diam hawa
murninya segera disalurkan ke seluruh badan untuk bersiap-siap menghadapi segala
kemungkinan yang tak di nginkan.
Begitulah, empat sosok bayangan manusia segera berdiri saling
berhadapan di tengah suasana hawa pembunuhan yang menyelimuti seluruh angkasa.
Pohon peng-yang yang terhembus angin menimbulkan suara
gemerisik yang memekikkan telinga, suasana di sekeliling tempat itu makin lama
diliputi suasana semakin tegang dan menakutkan.
Berapa saat lamanya keempat orang itu berdiri saling
berhadapan, diam-diam Ku See-hong merasa amat gelisah, dia tahu bahwa dirinya
tidak melancarkan serangan lebih dulu, akhirnya
sandiwara itu pasti akan terbongkar.
Berpikir demikian, Ku See-hong segera mendongakkan kepalanya
dan berpekik nyaring, suara pekikannya yang keras serasa
membelah seluruh angkasa.
Kakinya mempergunakan ilmu gerakan Mi-khi-biau-tiong untuk
bergerak maju bagaikan sambaran setan. Dengan suatu kecepatan
yang luar biasa dia melayang ke depan, tangannya bergerak aneh dan segera
mempraktekkan jurus Hoo-han-seng-huan, yang
berulang kali sudah dilatihnya tanpa mendatangkan hasil itu.
119 Ketika Leng-cuan-sam-pok menyaksikan gerak maju Ku See-hong
sangat aneh dan sakti, hati mereka terkesiap, kemudian sambil
membentak keras, enam gulung tenaga pukulan yang dilancarkan
dengan mempergunakan segenap tenaga murni yang mereka miliki
itu, dengan menciptakan berpuluh-puluh jalur hawa sakti yang
mengerikan, bagaikan sebuah jaring langit jala bumi menggulung datang dari empat
arah delapan penjuru dan menggulung sekujur
badan Ku See-hong. Leng-cuan-sam-pok diam-diam merasa bergidik juga bila
mengingat kehebatan musuhnya itu. Mereka mengira Ku See-hong
hendak melancarkan serangan mematikan, maka begitu turun
tangan, masing-masing pihak segera melepaskan dua gulung tenaga pukulan yang
dahsyat bagaikan gulungan angin puyuh untuk
menghadang gerak maju pemuda itu.
Tampak desingan angin tajam bagaikan gulungan ombak besar di
tengah samudra menyapu ke depan berbarengan, kedahsyatannya
sukar untuk dilukiskan dengan kata-kata.
Paras muka Ku See-hong yang tampan itu segera berubah hebat,
gerakan Ho-han-seng-huan yang digunakannya tadi sesungguhnya
tak lebih cuma pancingan belaka... tak tahunya justru telah
memancing datangnya serangan mematikan dari ketiga orang
lawannya itu. Blaaam! Blaaam! Blaaam....!" letusan letupan beruntun segera
menggelegar di angkasa dan menggoncangkan seluruh permukaan.
Ku See-hong hanya merasakan peredaran darah dalam tubuhnya
bergoncang keras, kuda-kudanya tergempur dan terseret oleh
tenaga pukulan yang maha dahsyat itu. Tubuhnya mundur sejauh
empat lima langkah ke belakang sebelum bisa berdiri tegak.
Ia sanggup menyambut serangan gabungan dari Leng-cuan-sam-
pok yang maha dahsyat serta semuanya tertuju pada bagian tubuh yang mematikan
Senopati Pamungkas I 12 Dewa Linglung 23 Buronan Dari Mataram Peristiwa Merah Salju 14