Pencarian

Tongkat Sakti Berbulu Domba 2

Tongkat Sakti Berbulu Domba Karya Mike Simons Bagian 2


namun... didalamnya ternyata masih ada pembungkus kuning yang kali ini
bertulis huruf Arab gundul...!
kepala sang pendekar terangkat memandang kearah sang guru
dengan pandangan penuh tanda tanya...
sang kakek hanya terlihat menganggukkan kepala dengan pandangan
mata penuh keyakinan. "bungkus luar huruf njawi... bungkus dalamnya huruf arab gundul...
pertanda pusaka ini pasti milik orang suci... hebat... ini pasti pusaka
hebat..."desis sang pendekar sembari menenggak ludah beberapa
kali. Dengan tangan bergetar sang pendekar kembali membuka simpul
ikatan kain... dan... ternyata didalamnya juga masih ada lagi kain pembungkus berwarna
kuning...! kali ini bertulis aksara tionghoa...
kepala sang pendekar terangkat memandang kearah sang guru
dengan mengerutkan kening...
sang kakek kembali hanya terlihat menganggukkan kepala dengan
pandangan mata penuh keyakinan.
Ini kembali membesarkan hati sang pendekar muda.
"Pertama huruf njawi kuna, baru tadi huruf arab gundul... sekarang
huruf tiongkok... ini pasti pusaka bukan sembarang pusaka...! sudah
melanglang buana ke seluruh jagat...!" batin cahsableng dengan
nafas semakin memburu. Kembali dengan tangan bergetar cahsableng membuka simpul
pengikat kain kuning bertuliskan aksara tionghoa...
dan... nafas sang pendekar sontak tercekat...
Astaga...! dibalik kain bertulis aksara tiongkok ternyata masih ada kain kuning
lagi...! kali ini berhias aksara sansekerta...!
kembali kepala sang pendekar terangkat kearah sang guru...
perasaan tidak enak mulai menjalari diri cahsableng
namun kembali pula sang guru menganggukkan kepala dengan
ekspresi sangat meyakinkan...
bahkan kali ini ditambah gerakan mengelus janggut panjang
kebanggaannya... mata sang pendekar kembali berbinar...
"ah... kali ini aksara sanskirt... tidak bisa di sangkal lagi... pusaka ini
pasti pernah singgah di negeri india...! bukan main...! benar-benar
membuat orang penasaran...!" ucap sang pendekar dengan
pandangan berkilat-kilat...!
kembali jemari cahsableng bergerak lincah membuka simpul ikatan...
matanya sontak membesar....
buseeet...! masih ada kain kuning lagi...!
kali ini bukan lagi aksara yang tertulis diatas kain kuning tersebut
melainkan sekumpulan gambar bermacam-macam! Ada yang
berwujud kepiting, udang, bahkan muka orang...!
dengan kening berkerut dan penuh perasaan was-was jemari
cahsableng kemudian dengan tidak sabaran kembali membuka simpul
kain kuning tersebut, dan sesuai dugaannya...
kembali lagi ditemukan sehelai kain kuning...
begitu terus sampai sampai akhirnya pada kain kuning terakhir
ternyata tidak ditemukan apa-apa...
kosong..! sekosong pandangan cahsableng...
tiba-tiba terdengar gemuruh suara sorak sorai dari belakang pundak
cahsableng, rupanya para murid yang berada dibelakang sang anak
setan tiba-tiba saja bersorak keras sembari bertepuk tangan
kencang... "hebat.... luar biasa....!"
"hidup cahsableng...! hidup cahsableng...!"
"sungguh-sungguh nasibmu benar-benar mujur bleng..."
cahsableng memandang para saudara seperguruannya yang nampak
bersorak sorai senang dengan pandangan heran...
Seorang yang dikenalnya sebagai salah seorang lohan kunyit bahkan
dengan penuh hormat kepada Ki Abdul Majid kemudian terlihat naik
keatas pendopo dan memeluk sembari memberi selamat dengan
menjabat tangan cahsableng erat
"Selamat bleng...benar-benar kau sangat beruntung...! kau akhirnya
mendapatkan senjata yang paling diidam-idamkan seluruh murid
padepokan 212...!" ucap si botak
"senjata apaan Maspencenk..." lha wong ini cuma ada kain kumal
kosong melompong begini...!"ucap cahsableng seraya menunjuk
kearah kain kosong dihadapannya
"wah kau salah bleng... ini jelas-jelas pusaka yang paling hebat dari
segala pusaka yang ada di padepokan 212 masa kau tidak dapat
melihatnya..." bukan begitu teman-teman...?"seru si botak yang
dipanggil oleh cahsableng dengan sebutan maspencenk ini.
Seruan si botak langsung diamini oleh seluruh penduduk padepokan
si botak pun perlahan bergerak seperti mengambil sesuatu dari atas
kain dan memandang dengan pandangan berbinar.
"ck.ck.ck... hebat betul senjata mustika ini... benar-benar pusaka
puilih tanding...!" desis si botak seraya memandang kedua tangannya
yang seolah sedang menggengam sesuatu ini.
Cahsableng memandang kearah Maspencenk dengan pandangan
terheran-heran. "ini orang sudah gila apa..." tangan kosong melompong begitu
dibilang ada senjata... atau apa mataku yang memang sudah lamur
ya..." batin cahsableng sembari menatap kelakuan Maspencengk,
salah satu lohan kunyit ini yang bahkan sekarang nampak menciumciumi
udara kosong ditengah-tengah kedua tangannya...!
Benar-benar edan....! dan yang lebih mengherankan lagi, tiba-tiba saja si botak satu ini
memohon pamit kearah Ki abdul majid dan kembali kearah temantemannya
sembari memperlihatkan "benda pusaka" yang berada di
tangannya. Terjadi kegaduhan manakala para murid nampak saling serobot untuk
melihat "pusaka" yang seyogyanya akan diberikan kepada cahsableng
itu. Terlihat Maspencenk berbicara kepada salah seorang sembari seolah
menyerahkan benda ditangannya kepada salah seorang teman
didekatnya. Sang teman pun nampak memandang dengan wajah berbinar,
ditimang-timang benda tanpa wujud di tangannya, kemudian dicium
dan di berikan kepada yang lain.
Begitu seterusnya "pusaka" cahsableng kemudian berpindah dari satu
tangan ke tangan yang lain...
setiap kali "pusaka" tersebut berpindah tangan selalu disertai
decakan dan desis kekaguman.
Bukan main...! apakah memang pusaka yang akan diberikan cahsableng ini begitu
hebat sampai dapat membuat kejadian seperti ini..."
wah aku pun tak tahu kawan...! yang jelas aku pun sama
penasarannya dengan cahsableng...
sang pemuda pun kemudian tanpa sadar keluar menuju kerumunan
murid-murid padepokan yang sedang bergantian meneliti "pusaka"
miliknya tersebut. Melihat pandangan dan tingkah laku serius serta roman muka para
murid, perlahan mulai muncul keraguan di hati cahsableng.
"apa benar memang ada pusaka hebat dalam kain kuning yang
berlapis-lapis tadi..." kalau memang ada mengapa aku saja yang tidak
bisa melihat sementara yang lainnya bisa melihat...?" batin
cahsableng semakin penasaran
"kang, tolong di kembalikan kang... saya juga belum sempat
lihat..."pintanya memelas
namun nampaknya para kerumunan itu tidak mendengar apa yang
diucapkan oleh cahsableng, "pusaka" itu masih terus hilir mudik dari
satu tangan ke tangan yang lain.
"kang... tolong kembalikan kang... itu punya saya...!"teriak
cahsableng keras-keras. Kini dia sudah mulai percaya kalau pusaka pemberian ki abdul majid
itu memang sedang dilihat dan di pegang oleh murid lainnya, hanya
saja dia belum mengetahui mengapa hanya dia seorang yang belum
bisa memandang senjata pusaka tersebut
cahsableng menerobos kearah kerumunan para murid yang sedang
memperhatikan "pusaka" miliknya tersebut, tanpa sadar dia
mendorong seorang murid hingga terjerembab.
"Dasar kuya...! mata mu buta ya..." lihat, kau sudah menjatuhkan
senjata pusakanya...!" seru orang yang disenggol oleh cahsableng
sembari menepis debu yang mengotori pantat celananya.
"maaf kang saya tidak sengaja... saya cuma kepingin ngambil senjata
saya saja..."bela cahsableng
"halaah...! alasanmu...! lihat sekarang sudah jatuh senjatanya... ini
gara-gara kamu...!" "sekarang dimana senjatanya kang..." itu punya saya..."
"cari sendiri... wong kamu yang menjatuhkan..."ucap si murid yang di
senggol oleh cahsableng wajah cahsableng kontan memucat, diedarkannya pandangan
kesekeliling. "ba.. bagaimana mencarinya kang..." lha saya tidak bisa lihat apaapa...?"
pintanya memelas "guruuuu...." cahsableng berujar sembari menatap penuh
permohonan kearah sang guru yang berada di beranda aula
namun sang guru nampak sedang asyik menatap angkasa sembari
mengerutkan kening dan mengelus-elus janggutnya...
penyakit merenung tiba-tiba sang kakek rupanya sedang kumat
cahsableng hanya bisa menghela nafas.
Dengan terbungkuk-bungkuk sang pemuda terlihat putar kayun
kesana kemari mengaduk-aduk halaman guna mencari senjata
"pusaka"nya yang katanya terjatuh.
Tak dilihatnya para murid padepokan yang kini sedang memegang
perut berusaha sedapatnya menahan tawa...!
begitu cahsableng bangkit seraya memegang pinggulnya yang terasa
nyeri akibat membungkuk terlalu lama, sontak wajah para murid ini
berubah kembali serius. Kecepatan perubahan wajah mereka bahkan melebihi cepatnya
perangkap tikus...! Bukan main...! benar-benar hebat cara mereka bersandiwara...!
"kang, tolong saya kang... saya benar-benar tidak bisa melihat
senjata pusaka tersebut... tapi itu punya saya kang.... tolong
diambilkan..."ucap cahsableng semakin memelas
sungguh kasihan melihat layon cahsableng...
dan tergerak oleh rasa kasihan tersebut, seorang kakek botak
kemudian nampak berjalan mendekati Cahsableng...
sang kakek bertubuh kurus dan bermata jereng, dari tubuhnya yang
agak membungkuk tercium bau pesing yang amat sangat.
Siapalagi kalau bukan Setan Ngompol...!
kawan, jika kau menyangka kalau kakek satu ini adalah seorang murid
di padepokan 212 maka jawaban mu adalah salah...
Dan jika kau berpikir kalau kakek ini setidaknya adalah salah satu
guru di padepokan maka pikiran mu lebih keblinger lagi...!!!
Lakon sang kakek bukanlah sebagai murid padepokan 212...
apalagi sebagai guru... sang kakek adalah keran bocor...
contoh nyata kegagalan sistem irigasi Kandung Kemih...
secara Harafiah... kakek satu ini adalah salah seorang sahabat padepokan 212...
benar kawan, padepokan 212 memang selalu membuka pintu bagi
para pendekar dan kaum rimba persilatan yang ingin bergaul dan
bersahabat baik. Ada banyak tamu dan sahabat yang sering
bertandang dan bahkan tinggal berbulan-bulan bahkan bertahuntahun
menghabiskan beras dan jatah pangan di padepokan ini.
salah satu nya adalah Setan ngompol.
sang kakek nampak memungut sesuatu dari atas tanah dan kemudian
mengangsurkannya ke tangan cahsableng.
Walau masih merasa heran, namun tetap juga sodoran tangan kosong
berisi "pusaka" tersebut diterima oleh cahsableng seolah-olah
memang benar kalau di tangan kakek bau pesing itu benar-benar
tergenggam sebuah senjata pusaka.
"Cahsableng... ini adalah pusaka yang sangat hebat, merupakan
pusaka yang diidam-idamkan dan diperebutkan oleh segenap tokoh
dunia persilatan pada seratus tahun yang lalu... jangan kau sia-siakan
dan jangan kau perlakukan sembarangan atau nanti kau akan
kualat..."ucap si kakek dengan wajah datar
cahsableng mengangguk "Terima kasih Kek, kalau boleh saya tahu apa nama pusaka ini kek...
terus kenapa cuma saya saja yang tidak bisa melihat dan
menyentuhnya...?" Tanyanya sembari memandang kearah kedua
tangannya yang menggantung kosong ditengah udara
"Senjata ini bukanlah sembarang pusaka... senjata ini merupakan
sebilah Pedang Pusaka yang dahulunya dimiliki oleh Pendekar
Pengembara Tanpa Tanding pada Ratusan Tahun yang lalu. Pedang
yang sudah membinasakan ratusan tokoh jahat di rimba persilatan
masa lalu ini sendiri oleh si empunya dinamakan Pedang Kentut
Sakti Tak Berwujud Tak Berbentuk Tanpa Tanding Penuh
gairah Naga geni 212..."jawab sang kakek sembari berlagak keren
mengangguk-anggukan kepala.
Buseeet...! Panjang amaaaaaaaaaaaaat....!
Sementara cahsableng nampak terpana mendengar penuturan
ngawur setan ngompol, para murid padepokan 212 bahkan nampak
ada yang membuang muka ataupun menundukkan kepala berusaha
menahan tawa. "tak berwujud Tak berbentuk... pantas saja aku tidak bisa
melihatnya...."ucap sang pendekar dengan degup jantung berdebar.
Diterimanya mentah-mentah bualan setan ngompol...
kalau saja sang pendekar mau berpikir agak sedikit waras, mana ada
yang namanya Pedang Kentut Tak Berwujud segala...
sudah tak berwujud, kentut pula...!!
Malah ada Penuh gairahnya segala....!!!
setelah mengucapkan terima kasih kepada setan ngompol, sang
pemuda kembali berlari kearah beranda padepokan dan langsung
berlutut dihadapan ki abdul majid.
"guru... murid sungguh berterima kasih atas budi kebaikan guru
selama ini... murid berjanji dengan Pedang Kentut Sakti Tak Berwujud
Tak Berbentuk dan seterusnya ini, murid akan selalu menegakkan
keadilan dan kebenaran... namun sebelumnya maukah guru
mengajarkan kepada murid bagaimana caranya agar murid bisa
melihat dan menggunakan senjata ini seperti para murid lainnya...?"
sunyi.... "guruu...?" cahsableng perlahan mengangkat kepalanya
dengan kening berkerut dilihatnya sang guru nampak menahan perut
sedapatnya dan... dibarengi dengan pecahnya tawa ki abdul majid, maka meledaklah


Tongkat Sakti Berbulu Domba Karya Mike Simons di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tawa dari segenap penjuru padepokan...!
Cahsableng nampak terhenyak tak mengerti...
dirinya memandang guru dan para saudara seperguruannya dengan
tatapan bengong... dirinya benar-benar bingung...
Namun kemudian cahsableng akhirnya tersadar juga....
"Kutu Kupret, Kadal busuk, Sapi Bengkak, Kebo budek, monyet
nungging, Kampret berak, Cicak bunting, Ikan buntal, Buaya buntung,
Kalian setaaaaaan semua"!" maki Sang pemuda gegetun.
Bukan main makian si tampan penguasa jamban ini...
sampai para sanak kadang pun turut di bawa-bawa...!
Suara bahana tawa semakin keras mengelegar di langit padepokan
212, para murid dan bahkan Ki abdul Majid sendiri bahkan sampai
tertungging dan menahan air mata sembari tertawa melihat wajah
cahsableng yang mewek kesal dengan bibirnya yang semakin
monyong memanjang ini. Rupanya kebiasaannya yang satu ini akan bertahan lama dan akan
semakin sering kita lihat kawan...
dilemparnya tumpukan kain bertuliskan aneka aksara yang teronggok
di depannya kearah para murid yang kontan semakin terbahak-bahak
itu. "Puas..." Puas..." Puas..." Puas..." Puas...?"seru si bengal seraya
memandang kearah para saudara seperguruannya tersebut dengan
pandangan bengis "Baaaangeeeeetttttttttttt....!!!" kompak para murid seraya kembali
tertawa lepas. Bisa dibayangkan sendiri gemasnya cahsableng siang itu...
Setelah beberapa saat tertawa, ki abdul majid kemudian nampak
mengangkat tangannya guna menenangkan keadaan.
"sudah... sudah... cukup... harap kalian semua tenang..."ucap sang
kakek dengan penuh berwibawanya.
Para murid pun kemudian akhirnya mulai diam dan tenang meskipun
masih mengulum senyum "sudahlah cahsableng... jangan dimasukan di hati... saudara-saudara
mu toh hanya bercanda..."
"bercanda sih bercanda guru... tapi kenapa guru juga ikut-ikutan
segala...?" "memangnya tidak boleh..." waktu mereka kecipratan ampasmu
memangnya gurumu ini tidak kebagian apa...?"ucap si kakek dengan
mata mendelik sang pemuda hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal,
memang kalau dipikir-pikir apa yang sudah mereka perbuat tidak
sebanding dengan kejahilannya selama ini.
Sampai-sampai guru sendiri bahkan dicipratin kotoran sendiri...!
benar-benar anak setan...!
senyum kembali terlihat di bibir sang pemuda.
"he.he.he... iya.. memang saya yang banyak salah sama guru dan
yang lainnya..." "nah... begitu... harus mawas diri... harus bisa berbesar hati...
Legowo... dan yang terpenting harus mampu mengendalikan
esmosi..."ujar sang guru dengan bijaknya
"inggeh guru..."ucap cahsableng seraya tertawa dalam hati
emosi di sebut esmosi... "kalau begitu rasa-rasanya memang sudah saatnya pusaka yang
sesungguhnya ini akan ku berikan kepadamu sebagai pertanda
kelulusanmu dari padepokan 212...!"
berdegup keras jantung cahsableng, akhirnya dapat juga dia memiliki
pusaka yang asli "sebelum cahsableng menerima senjata pusaka, diharapkan semua
orang berbalik kebelakang tidak terkecuali...!"ucap keras sang aki
tiba-tiba Para murid nampak saling memandang, sementara cahsableng malah
memandang ki abdul majid dengan bengong.
"kalian semua budek..." semuanya berbalik kebelakang...!!!"semprot
sang aki dengan mata mendelik
kontan saja semua murid langsung membalikkan tubuh, bersila
membelakangi ki abdul majid.
Hanya cahsableng yang masih memandang terpana
mata si kakek semakin membesar
"balik kebelakang seetaaaaaaannnn...!" kali ini hanya pelan saja ki
abdul majid berucap, namun sekali berucap pelan, wajah sang guru
bahkan sudah hampir menempel di muka si tampan penguasa
jamban...! "i..iya guru..." gugup cahsableng yang kontan bergegas membalikkan
tubuhnya sang guru nampak memperhatikan ke kiri dan ke kanan menimbang
keadaan serta situasi semua murid termasuk cahsableng nampak membelakanginya dan
diam terpekur meskipun hati bertanya-tanya.
Bayangan sang kakak yakni Begawan Alfarizi pun sudah tidak nampak
lagi di sudut aula padepokan yang gelap.
"aman...." batin sang kakek
dengan gerakan sebat tiba-tiba sang kakek nampak berjongkok dan
menarik keluar sehelai kain dari balik jubah kesayangannya...!
kawan, tidak perlu intuisi seorang peramal untuk mengetahui apa
yang ditarik keluar oleh ki abdul majid...
yang ditarik keluar oleh sang guru ternyata adalah sehelai celana
dalam... alias sempak... atawa Kolor... a.k.a Cancut... Celana Membu.. Panties... Pantyhose... Thong... G-string... oh... ouch...
Yeaah... ooooooooooooooohhh My Gosh..........!!!!
SUDAH...! SUDAH...! CUKUP...! Fokus kawan... Fokus...!
Konsentrasi...! ingat nasihat Psikiater Langgananmu... lupakan saja
semua obsesimu itu... bukankah kau telah berjanji untuk membuka
lembaran baru..." ayolah kawan... aku masih membutuhkan dirimu...
temani aku sebentar lagi... kisah ini baru saja dimulai... aku janji
setelah ini kan ku temani dirimu kemana saja...
masih ada sedikit sisa gaji...
mungkin masih bisa kalau hanya untuk sehelai Lingerie...
Ya, itupun asal bukan Victoria Secret....
Sementara itu setelah melepas kain pengaman perabotan pria
tersebut, ki abdul majid kemudian nampak mengangkat barang antik
tersebut diatas kepala dengan penuh hormat layaknya apa yang ada
dalam genggaman tangannya tersebut adalah sebuah Mahkota
pusaka warisan peninggalan yang tak ternilai harganya!
Setelah berkemak-kemik beberapa saat, kemudian celana sempak itu
dilipatnya perlahan dan dengan penuh kelembutan serta kehati-hatian
seolah-olah celana dalam tersebut teramat rapuh karena terbuat dari
rajutan benang dan serat jaring laba-laba...
entah laba-laba bego mana yang kurang kerjaan dan mau-maunya
disuruh merajut celana dalam...
dibelainya pula celana dalam itu dengan penuh kasih sayang laksana
anak semata wayang... dan entah anak picek bego mana juga yang mau dibelai bersama
dengan sehelai celana kolor...
Namun akhirnya dengan gerakan yang sangat anggun, diletakannya
celana dalam yang terlipat rapi tersebut secara perlahan diatas
nampan beludru... "kalian sekarang semua sudah boleh membalikkan badan..." ucap
sang guru dengan keras. Para murid termasuk cahsableng pun akhirnya berbalik sembari
memandang sang guru dengan penuh tanda tanya.
"Cahsableng..."ucap sang guru keren
"ya guru..."balas sang murid tak kalah kerennya
"apakah dirimu sudah siap untuk memikul beban dan menerima
tanggung jawab serta berjanji untuk menggunakan senjata wasiat
yang akan di berikan sebaik-baiknya dan hanya untuk menegakkan
keadilan di dunia ini...?"tanya sang guru dengan keren
"siap guru....!" sambut sang murid mantap
"apakah kau sudah rela dan nerimo apapun bentuk dari senjata
mustika serta daya linuwih dan kehebatannya dan berjanji pula untuk
menjaganya baik-baik layaknya selembar nyawamu sendiri...?"
"siiiiiiiiiaaaaaaaaapppp guruuuuuuuuuuu...!!!" seru cahsableng
semakin mantap...! "Bagus...! kalau begitu silahkan mengambil sendiri senjata
pusakanya..."ucap sang guru kalem sembari menunjuk kearah
nampan beludru. pelan-pelan mata cahsableng bergerak turun searah dengan apa yang
ditunjuk sang guru... dan akhirnya matanya membentur juga kearah barang aneh yang
terjogrok rapi dan klimis diatas nampan
mulut sang pemuda kembali memanjang...
"apa-apaan ini guru...?" tanya Cahsableng sembari menatap sebentuk
kain kumal dekil yang teronggok diatas nampan beludru.
"Ini senjatanya..."
Cahsableng menatap pulang balik kearah sang guru dan kain kumal
dekil diatas nampan seolah tak percaya...
perlahan dengan agak jijik, cahsableng kemudian mengangkat kain
kumal tersebut dengan telunjuk dan ibu jarinya.
Matanya sontak membesar lalu tiba-tiba dibantingnya barang dalam pegangannya tersebut
keatas lantai...! "senjata apaan..." lha wong ini cuma swempak bekas...! yang benar
saja guru...!"protes cahsableng keras
mata ki abdul majid kembali mendelik besar melihat kelakuan
cahsableng yang membanting isi nampan dengan seenaknya.
Sebuah sendal kembali melayang kearah jidat si pemuda
sementara setelah selesai melempar sendal kearah cahsableng, ki
abdul majid kemudian buru-buru mengambil celana dalam yang tadi
di lempar ke lantai oleh cahsableng dan menaikkan sempak tersebut
tinggi-tinggi diatas kepala dengan penuh takzim dan penuh
penghormatan. "Dasar Anak setan....! kau kira sempak ini cuma sembarang kolor
jelek tak berharga..." benar-benar kapiran..! ini adalah senjata
mustika yang diwariskan secara turun-temurun dari pendiri terdahulu
padepokan 212...! berani tidak hormat, hukumannya adalah kualat
seumur-umur...! hayo cepat minta maaf di depan sempak pusaka...!"
ucap Si kakek sembari menunjuk sempak yang telah diletakkannya
kembali diatas nampan. "yang benar saja guru... mana mungkin barang beginian dijadikan
pusaka... modelnya saja sudah buluk tengik bau bacin begitu... pasti
sudah dipakai oleh banyak orang dan kelihatan tidak pernah dicuci
pula... apa istimewanya sampai saya harus minta-minta maaf di
depan kolor segala... biar dikata ada lebaran kambing juga tidak ada
ceritanya ada orang yang mau sungkem minta maaf lahir batin sama
bangsa-bangsanya kolor sempak segala..."cerocos si pemuda sembari
mengelus-elus jidatnya yang sudah dua kali ditimpuk sendal.
Kentut busuk...! benar-benar minta dihajar kowe rupanya...! barang ini
adalah barang pusaka perguruan kita...! dengan mewariskan sempak
ini kepadamu saja, sudah bisa mengangkat derajatmu di mata para
saudara perguruan yang lain dan asal kau tahu saja, sempak ini sejak
di buat dan dipakai oleh pendiri padepokan kita Kiai Gede Sidik
Panjalu, entah sudah beberapa kali coba di rampas dan diambil oleh
para tokoh dunia persilatan golongan hitam yang berilmu tinggi,
sebelum akhirnya bisa didapatkan kembali oleh ayahku, sempak
pusaka ini konon pernah di rebut oleh Ki Jagat Pamenang, Si Iblis Sakti
dari Salatiga, kemudian pernah pula direbut oleh Warok Mata Api Si
begal sakti dari Selat Kucing, dan terakhir sempat pula berpindah
tangan ke tangan Minak Subali, Raja Siluman Kera dari lereng
Ciremai..." "Apa kataku...! Pernah dipakai monyet pula...!" potong cahsableng
dengan mulut kembali memanjang
mata sang guru kembali mendelik sembari menyumpah habis-habisan
lalu tanpa disangka-sangka sang guru nampak menjemput sempak
yang berada dalam nampan dan kemudian dengan gerakan yang
sederhana saja ki abdul majid lalu mengebutkan sempak di tangannya
keluar ruangan beranda serangkum angin disertai larikan sinar kelabu tiba-tiba nampak
berdesir dahsyat keluar dari sempak di genggaman sang guru dan
menyambar kencang diatas kepala para murid padepokan 212...!
ratusan murid yang sebelumnya bersila rapi kontan saja kocar-kacir
serabutan menyelamatkan diri...!
lalu diiringi suara gemuruh besar, sebuah pohon angsana ratusan
tahun yang tumbuh didekat tembok pekarangan luar padepokan
nampak jatuh berdebum dalam keadaan sudah hangus menjadi
arang...! benar-benar luar biasa...! benar-benar tak ada yang menyangka kalau
di balik celana sarang pelindung burung asmoro biji loro tersebut
tersimpan kekuatan yang demikian dahsyat..!
sekarang sudah jelas alasan mengapa celana dalam yang sebelumnya
dipakai oleh Ki abdul majid ini begitu dihormat dan disembah oleh
sang guru kosen satu ini.
Sementara para murid padepokan yang sebelumnya banyak yang
tunggang langgang panik kala melihat sinar sempak tersebut mulai
bisa menenangkan diri dan nampak terkagum-kagum akan kehebatan
si sempak sakti. namun lain lagi dengan cahsableng...
Sang pemuda malah tidak menunjukkan rasa tertarik sedikitpun...!
mulutnya bahkan nampak kembali memanjang runcing...
"kau sudah lihat sendiri bukan kehebatan sempak maut 212 di
tanganku ini..." jadi sekarang bagaimana menurut pendapatmu...?"
tanya sang kakek dengan nada penuh kebanggaan.
Sang kakek merasa kalau cahsableng pasti sama tertariknya seperti
para murid yang lain setelah melihat demonstrasi barusan.
Namun salah besar jika dikiranya cahsableng bakalan tertarik setelah
melihat kehebatan sempak ditangannya ini.
Bukanlah cahsableng namanya jika bisa dibujuk segampang itu...!
"hebat sih hebat... tapi masakan saya harus berbugil ria dulu baru
bisa mengunakan senjata istimewa ini..." masakan perabotanku harus
kedinginan dan dibiarkan bergundal-gandil tidak karuan kemana-mana
sambil bertarung melawan musuh...! yang benar saja guru...!"ambek
cahsableng apa kubilang kawan..."
Mungkin cahsableng orangnya memang murahan...
tapi jelas gak gampangan...!!!
air muka sang guru sontak berubah. benar juga pikirnya, selama ini
dia memang tidak pernah menggunakan celana dalam itu sebagai
senjata karena dirinya sudah mempunyai sebilah Tongkat Bambu
Rajawali Hitam Tujuh Ruas. Selain itu, sudah jarang ada musuh yang
bisa memaksanya mengeluarkan senjata saat bertarung sehingga
tentu saja sampai detik ini dirinya tidak sampai pernah kepepet untuk
menggunakan celana dalam mustika tersebut.
Sampai disini ki abdul majid pun akhirnya dipaksa untuk berpikir keras
meladeni pertanyaan cahsableng
"selain itu, Coba lihat tuh Kang Slamet yang tahun lalu baru lulus, dia
kemaren dapet sebilah Tombak Dewa 212... sekarang diluaran dikenal
sebagai Pendekar Tombak Dewa 212... Bukannya keren banget
kedengarannya tuh...?"sambung cahsableng


Tongkat Sakti Berbulu Domba Karya Mike Simons di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"baru si Saepul ingusan ntu... habis lulus kemaren langsung dapat
Trisula malaikat 212 dari guru... sekarang coba lihat... diluaran sudah
dapet gelar hebat... "Si Tangan Angin Trisula Malaikat 212... apa gak
ngaco tuh..." tangan angin apaan..." tangan cuma bisa "ngocok"
doank di bangga-banggain...! lha nanti nasib saya bagaimana kalau
sudah keluar dari perguruan..." bisa dibayangkan nanti saya dapat
gelaran apa...?"tanya cahsableng yang langsung di balas kompak
para murid lainnya. "PENDEKAR SEMPAK MAUT 212...!!! HA.HA.HA....!!!"
para murid sampai terguling-guling menertawakan cahsableng...!
kasihan benar... Mulut Cahsableng bahkan nampak semakin memanjang runcing...
Dasar memang sudah nasibmu Bleng...
* * * BAB V KHORKHOI ALGHOI Melihat keadaan yang sudah mulai ramai dan tidak kondusif
kemudian ki abdul majid terlihat mengangkat tangan berusaha untuk
menenangkan para murid yang sedang menggoda cahsableng
"sudahlah, jangan kau dengarkan kelakar para saudara mu tersebut,
mungkin ada baiknya kau mendengar cerita mengenai sempak yang
berada di hadapanmu ini. Mudah-mudahan setelah mendengar cerita
ini pandangan mu terhadap sempak ini akan sedikit berubah..."hibur
sang guru seraya menepuk pundak cahsableng.
sang pemuda walaupun masih merasa mengkal namun akhirnya
hanya bisa berdiam diri seraya menantikan penjelasan sang guru
lebih lanjut. "Di masa mudanya Kiai Gede sidik Panjalu yang kala itu masih
bernama Raden Adiama Padma dan bergelar Pendekar Pedang Maut
Naga Merah 212 yang juga merupakan pendiri Padepokan 212 ini
adalah seorang pendekar yang amat sering berkelana hingga ke
berbagai pelosok dan belahan dunia yang lain. Berbagai daerah
pernah di jelajahinya sehingga bisa dikatakan dimana seluas kakinya
melangkah disitulah tujuan perjalanannya. pada suatu kali sang
pendekar tiba di suatu oase kecil yang berada di tengah-tengah gurun
gobi..." sang guru nampak menghentikan ceritanya untuk sejenak
menarik nafas cahsableng nampak mulai tertarik mendengar penuturan sang guru
sementara itu seorang murid nampak menyikut rusuk teman
disebelahnya dan berbisik pelan.
"oase itu apa...?"
"Ssst...!" desis sang teman yang membuat sang murid yang
penasaran langsung terdiam.
Setelah berdehem sejenak ki abdul majid kembali melanjutkan
ceritanya. "kala itu sesepuh pendiri padepokan kita itu sudah sangat
mengenaskan keadaannya. Selain bekal makanannya sudah habis,
bekal minuman pun sudah tidak ada lagi. Jadi bisa dibilang
keadaannya saat itu lebih banyak matinya dari pada hidup..."
semua pendengar kontan berpikir keras membayangkan penderitaan
sang pendiri padepokan kala itu.
"kang... oase itu apa...?"si murid yang masih penasaran kembali
bertanya kepada sang teman disebelahnya.
Dan kali ini suaranya agak sedikit dibesarkan
"sst... jangan ribut...!"ucap sang teman dengan kening berkerut
beberapa orang murid mulai memalingkan muka dan menatap si
"oase" dengan kening berkerut.
"gurun gobi merupakan gurun yang sangat luas yang terbentang di
dataran pusat meliputi daerah kekuasaan mongolia, tiongkok hingga
sampai ke ujung bhutan dan tibet. Beberapa suku bangsa yang
terkenal dan perkasa berdiam disana yaitu antara lain suku bangsa
mongol, Tartar, urkuk dan juga bangsa uighur. Sesepuh kita sendiri
merupakan seorang pendekar yang memiliki pergaulan amat luas dan
terkenal juga di dataran tengah karena sepak terjangnya yang hebat
dan lihai dalam membasmi para rampok dan para tokoh golongan
hitam yang malang-melintang membuat kekacauan di dataran
tiongkok dan mongolia. Sehingga tidak heran kemashyuran namanya
akhirnya terbawa angin hingga jauh ke tengah padang pasir gurun
gobi...."ucapan si kakek tiba-tiba terputus oleh suara si anak setan.
"terus bagaimana guru..." ada kisah percintaannya tidak...?"ucap
cahsableng yang mulai tertarik dan penasaran
"PERCINTAAN IBLIS...!!! Jangan suka memotong seenaknya...!"
Bentak si kakek dengan mata mendelik besar
cahsableng hanya bisa leletkan lidah menenggak ludah...
Dengan mata masih mendelik sang guru kemudian melanjutkan
ceritanya. "pada saat itu, sesepuh kita baru saja mengalami pertempuran hebat
melawan para perampok yang dipimpin oleh seorang bandit lihai yang
bercokol di sebelah tenggara gunung gobi. Bandit lihai ini sendiri
sudah banyak meresahkan para khalifah maupun para saudagar yang
hendak melintasi gurun gobi karena kekejaman dan tindak-tanduknya
yang kurang terpuji. Bukan saja hanya membegal dan merampok,
bandit satu ini juga suka membunuh dan memperkosa setiap wanita
yang ditemui di dalam rombongan para khalifah maupun para
saudagar yang dibegalnya tersebut..."kembali sang guru
menghentikan ceritanya untuk menarik nafas panjang
"kang... Oase itu apa...?"satu suara kembali terdengar memecah
kesunyian kini bukan hanya para murid, cahsableng dan sang guru pun akhirnya
juga terlihat memalingkan kepalanya kearah si "oase" satu ini.
Ki abdul majid nampak menatap cahsableng seraya menggoyangkan
lehernya ke arah si "oase"
walaupun hanya gerakan leher sederhana, cahsableng mengerti apa
yang di maksud dan diinginkan oleh sang guru.
Si pemuda kemudian beranjak sebentar dan beberapa saat kemudian
terlihat kembali duduk di hadapan si kakek.
Kembali si kakek berdehem sebentar sebelum melanjutkan ceritanya
"sesepuh yang kala itu sedang menjelajahi negeri tersebut kemudian
di mintakan tolong oleh para perkumpulan saudagar dan khalifah
serta perkumpulan ekspedisi untuk menangkap atau melenyapkan
gangguan komplotan bandit yang meresahkan tersebut. Berbekal air
minum dan ransum secukupnya serta ditemani pula dengan beberapa
tokoh persilatan tanah cina kala itu, sesepuh kemudian memulai
perjalanan ke gurun gobi untuk membengkuk kawanan rampok yang
meresahkan tersebut dan setelah melakukan perjalanan selama
setengah purnama, sesepuh dan kawan-kawannya akhirnya dapat
juga menemukan keberadaan sarang gerombolan tersebut. Dan
dalam satu pertarungan yang dahsyat selama tiga hari dua malam,
sesepuh akhirnya bisa juga membunuh bandit sakti pemimpin
gerombolan perampok tersebut beserta seluruh gerombolannya yang
berjumlah hampir tiga ratus orang. namun amat disayangkan di pihak
sesepuh juga harus mengalami kerugian yang cukup besar. Dari tiga
puluh lima orang yang menyerbu sarang penjahat tersebut, Hanya
sesepuh seorang yang akhirnya bisa keluar dari arena pertempuran
secara hidup-hidup..." sang guru menutup ceritanya dengan satu
helaan nafas berat. Cahsableng dan para murid pun nampak menghela nafas mengikuti
apa yang dilakukan sang guru.
si "oase" yang tergeletak terikat tak berdaya bak kambing guling dan
disumpal mulutnya dengan sehelai kain gombal itu pun nampak
menghela nafas berat... kata-kata "oase" seakan telah terbang mampus dari benaknya...
tidak diingatnya lagi... Semua orang terbawa pikirannya masing-masing membayangkan
hebatnya pertarungan di tengah gurun pasir tersebut
"saat pertarungan tersebut terjadi, baik kuda maupun unta yang
dibawa oleh kelompok sesepuh dan gerombolan perampok samasama
terlepas atau terbunuh di dalam pertempuran sehingga
mengakibatkan bekal ransum dan air minum mereka semua turut
hilang maupun hancur dan terbuang di tengah-tengah pasir gurun
yang panas itu. Setelah pertempuran itu berakhir, dan setelah melihat
kalau hanya dirinya seorang yang masih hidup, sang sesepuh
kemudian dengan tubuh kelelahan dan penuh luka akibat
pertempuran memutuskan untuk berjalan seorang diri meninggalkan
sarang penjahat yang sudah hancur tersebut sebelum tidak lupa
mengubur ke tiga puluh empat tokoh silat yang menemaninya dalam
penyerbuan kala itu..."si kakek kembali terdiam sesaat untuk
mengumpulkan berkas-berkas ingatan yang pernah didengarnya dari
cerita sang ayah saat sang guru ini masih kecil
kawan, mungkin ada baiknya biar aku saja yang menceritakan
kepadamu kisah perjalanan Kiai Gede Sidik Panjalu di masa mudanya
saat melintasi padang gurun gobi, serta asal muasal sempak maut
yang kini telah menjadi senjata pusaka milik cahsableng ini...
aku kasihan kepadamu kalau harus menunggu ki abdul majid selesai
bercerita.. selain itu tujuan aku menceritakan kisah ini kepadamu karena
sejujurnya aku pun sangat menyukai kisah yang satu ini...
seperti yang diceritakan oleh ki abdul majid, akhirnya pendekar
pedang maut naga merah 212 atau Raden Adiama Padma ini akhirnya
berhasil juga menghancurkan dan membunuh bandit sakti dan
gerombolannya yang selama ini telah banyak meresahkan para
pedagang dan para khalifah yang selama ini berjalan melintasi
padang gurun untuk berdagang ini.
Dalam keadaan panas terik tak terhingga, akhirnya Pendekar pedang
maut naga merah 212 ini kemudian berjalan meninggalkan sarang
penjahat yang berhasil dibasminya dalam keadaan yang amat
mengenaskan. Pakaiannya sudah banyak yang robek dan ternoda oleh
darah yang mengering akibat luka yang dialaminya dalam
pertempuran barusan, keadaan tubuhnya juga lemas akibat kehausan
dan kelaparan setelah bertempur selama tiga hari berturut-turut.
Kemudian dengan langkah terseok-seok dan beberapa kali terguling
diatas pasir, sang pendekar terus menguatkan hati guna melanjutkan
langkah kakinya yang gemetar itu.
Beruntung tidak lama kemudian sang pendekar akhirnya sampai juga
di sebuah oase kecil milik satu suku bangsa Uighur.
Sepintas lalu keadaan oase yang sunyi tersebut mendatangkan
suasana hati yang tidak enak oleh sang pendekar, namun rasa letih
dan dahaga yang amat menyiksa membuatnya tak memikirkan semua
itu dan langsung menerobos ke dalam mata air kecil di oase tersebut
untuk mereguk air sepuasnya.
Baru saja sang pendekar merasakan beningnya air yang mengalir di
tenggorokannya, satu suara tiba-tiba terdengar dari balik sebuah
batuan yang terletak di sebelah kiri oase kecil tersebut.
"Khorkhoi Alghoi...! Khorkhoi Alghoi...! Khorkhoi Alghoi...!"
sang pendekar memandang dengan alis berkerut kearah bebatuan,
dan dilihatnya di sana tidak kurang dari belasan orang nampak berdiri
dengan cemas dan memandang dirinya dengan pandangan khawatir.
Seorang pria paruh baya berpakaian bulu binatang dan memakai topi
dari kulit rase yang berhias jumbai bulu rajawali nampak menggerakgerakkan
tangannya sembari berteriak keras kearah Sang Pendekar.
"Khorkhoi Alghoi...! Khorkhoi Alghoi...! Khorkhoi Alghoi...!"
sang pendekar memandang kearah sang pria dengan kening berkerut.
"khorkhoi alghoi..." apa maksud mu...! aku tidak mengerti...!" teriak
sang pendekar dengan menggunakan bahasa mongol yang cukup
fasih kearah sang pria. Perlu diketahui Raden Adiama Padma ini merupakan seorang yang
pangeran yang amat pandai dan juga jenius. Selain menguasai
banyak ilmu silat yang maha lihai dan hebat, sang pendekar juga
menguasai banyak bahasa dan salah satu bahasa yang dikuasainya
adalah bahasa yang digunakan oleh suku-suku bangsa penghuni
padang gurun. "Khorkhoi alghoi...! Khorkhoi Alghoi...! pergi...! jangan diam saja
disitu...! cepatlah kemari naik keatas batu...! Khorkhoi alghoi...!
cepat....! khorkhoi Alghoi...!"
kali ini bukan saja sang pria yang berteriak melainkan seluruh
rombongan orang berjumlah belasan yang berdiam diatas batu juga
kini nampak berteriak seraya melambaikan tangan menggapai kearah
sang pendekar. "apa itu khorkhoi alghoi..." aku..."
baru saja sang pendekar hendak bertanya lebih lanjut tiba-tiba saja
pasir di sampingnya menyeruak keatas dengan keras di barengi
melesatnya satu sosok besar yang menghembuskan asap hitam
langsung kearah mukanya...!"
"ya gusti...!" sang pendekar berteriak keras kala melihat gumpalan
asap hitam serta satu mulut besar yang penuh gerigi tajam siap
melumat dan menelan seluruh tubuhnya bulat-bulat...!
dengan hati mencelos sang pendekar membuang diri kearah kanan
guna menghindari asap hitam dan serangan makhluk misterius
tersebut. Sebagaimana cepatnya kedatangannya, begitu juga cepatnya
makhluk yang diketahui oleh sang pendekar berukuran dua kali
tubuhnya ini lenyap ke dalam pasir...!
Sang pendekar benar-benar terperanjat. Tak pernah disangkanya ada
makhluk yang begitu besar dan mengerikannya hidup di oase kecil
tersebut. "Khorkhoi Alghoi...! Khorkhoi Alghoi...! Khorkhoi Alghoi...!"
sang pria berjubah bulu binatang terus-menerus berteriak seraya
menunjuk kearah lenyapnya makhluk misterius tersebut.
Kini mengertilah sang pendekar dengan maksud teriakan sang pria
dan rombongannya. Kiranya makhluk yang bergerak dan bersliweran di dalam pasir
tersebut inilah yang dinamakan "Khorkhoi Alghoi" oleh para
penghuni padang pasir ini. (Red: Khorkhoi Alghoi/Mongolian Death
Worm. googlingable) Sang pendekar memicingkan kedua matanya sembari meningkatkan
kewaspadaannya. Dan seperti yang diduga, beberapa saat kemudian
tiba-tiba terlihat tonggak pasir menyeruak tinggi keangkasa dari tiga
jurusan di sekelilingnya. Dan dari ketiga tonggak pasir inilah kembali
melesat tiga bayangan besar menyerbu kearah sang pendekar...!
Raden Adiama Padma akhirnya bisa melihat jelas bentuk sosok yang
menyerangnya dari dalam kerumunan pasir.
Sosok yang berkelebatan dari dalam pasir tersebut ternyata berwujud
tiga ekor cacing raksasa yang berukuran dua kali lipat tubuh manusia
dewasa...! Makhluk ini memiliki kulit keras dan liat berwarna kemerahan dengan
bintik-bintik berwarna hitam keabu-abuan di sekujur tubuhnya.
Matanya yang kecil kemerahan nampak terus berputar liar sementara
Pada tengkuknya berjingkrak rambut-rambut jarang dan kaku tajam
sementara mulutnya yang penuh taring nampak selalu terbuka dan
menghembuskan asap hitam beracun yang memuakkan.
Melihat serangan ketiga makhluk yang menerjang kearahnya, sang
pendekar kemudian mempersiapkan kura-kudanya sekokoh mungkin.
Setelah merapal ajian Benteng Topan Melanda Samudra, sang
pendekar terlihat melekukan pinggangnya sebesar setengah putaran
sekaligus mengeluarkan sambaran dinding angin maha dahsyat dari
sepasang tangannya kearah ketiga makhluk cacing ganas tersebut...!
bukan main...! satu atraksi kekuatan putaran pinggang yang
menakjubkan diperlihatkan oleh sang pendekar di tengah-tengah
panasnya udara gurun. Alhasil dari satu bentuk dinding angin
serangan berubah menjadi gulungan angin puting beliung yang


Tongkat Sakti Berbulu Domba Karya Mike Simons di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

demikian dahsyatnya menggulung ketiga makhluk raksasa ini hingga
terlempar ratusan tombak...!
namun binatang satu ini memang benar-benar ulet, tak terlihat tandatanda
terluka pada tubuhnya yang alot tersebut. Bahkan setelah
tubuhnya menyentuh bumi, makhluk tersebut kembali menghilang
cepat kedalam pasir... baru saja sang pendekar mengatur nafasnya yang memburu, kembali
pasir berbuncahan diudara menyusul kembali datangnya serangan
dari makhluk ganjil bernama khorkhoi alghoi ini...
kali ini tak tanggung-tanggung, hampir selusin cacing raksasa haus
darah ini bergerak melesat buas dengan mulut lebar siap
menamatkan riwayat pangeran mataram ini...!
pendekar kita ini nampak mengemposkan semangat guna
membangun kekuatan. Beruntung walaupun tubuhnya masih lemah
tapi karena sudah sempat menghilangkan dahaga maka tubuh sang
pendekar kini sudah lumayan siap untuk kembali menghadapi
pertempuran. Berbekal ilmu ringan tubuh dan ajian gerak kilat kaki angin, sang
pendekar bergerak lincah laksana sriti menghindari serangan para
cacing ganas yang seolah-olah tiada hentinya ini. Sesekali sang
pendekar nampak melepaskan pukulan jarak jauh seperti pukulan
kunyuk melempar buah, Dewa topan menggusur gunung, dinding
angin berhembus tindih menindih, hingga pukulan andalan sang
pendekar yaitu pukulan matahari...!
namun tak disangka tak dinyana, tubuh makhluk-makhluk buas ini
ternyata tidak mempan oleh pukulan sakti jenis apapun!
Jangan kan sampai hancur, bahkan terluka lecet pun tidak...!
bukan main...! bisa dibayangkan sendiri kehebatan serta kesaktian makhluk-makhluk
berwujud cacing raksasa ini...
padahal dengan pukulan-pukulan sakti tersebut terlebih pukulan
matahari, bukan saja bisa menghancurkan makhluk hidup seperti
manusia maupun gajah, bukit kecil pun sekiranya akan hancur lebur
jika dihantam pukulan ini.
Namun anehnya pukulan-pukulan sakti tersebut seolah sama sekali
tak berguna dan tidak berpengaruh apa-apa terhadap makhlukmakhluk
penghuni padang pasir ini.
Keringat dingin mulai mengucur dari kening sang pendekar...
Saat seekor cacing raksasa menyeruduk kearah lambungnya, tanpa
disadari sang pendekar langsung menarik keluar pedang pusaka naga
merah 212 miliknya dan membabatnya langsung kearah leher sang
makhluk penghuni gurun pasir dan...
Ajaib...! tubuh makhluk yang tidak bisa ditembus oleh pukulan sakti ini tibatiba
menggelinjang keras, Dan di barengi semprotan darah berwarna
hitam, maka putuslah kepala makhluk yang berusaha menyerang
sang pendekar dan menggelinding jatuh diatas pasir panas!
Terkesiap hati sang pangeran melihat hasil yang tidak disangkasangkanya
ini maka dengan hati girang sang pendekar dengan berbekal pedang
sakti naga merah 212 kemudian langsung menyerbu kearah barisan
makhluk cacing yang mengeroyoknya.
Angin dingin dan cahaya berwarna kemerahan menggidikan terlihat
bersiuran kala sang pendekar meluruk dengan derasnya kearah para
cacing...! Namun seperti bisa melihat datangnya bahaya, para cacing tersebut
nampak tersurut mundur dan kabur kembali kedalam pasir...!
terdengar sorakan girang dari arah bebatuan kala melihat sang
pendekar ternyata mampu membelah cacing khorkhoi alghoi dengan
senjata pusakanya ini. Memang selama ini belum pernah ada orang yang mampu membunuh
seekorpun cacing korkhoi alghoi ini karena selain bertubuh keras dan
mengandung racun, cacing raksasa ini juga kebal terhadap segala
pukulan sakti dan juga benda tajam.
Jadi bisa dibayangkan kegembiraan yang ditunjukkan oleh belasan
orang Uighur ini kala melihat Pendekar kita ini ternyata mampu
membunuh seekor cacing khorkhoi alghoi dengan pedang pusakanya.
Sedangkan sang pendekar sendiri merasa gemas bukan buatan
melihat para cacing yang serabutan melarikan diri dan bersembunyi
di dalam pasir. "binatang-binatang terkutuk ini harus dibasmi sampai habis agar tidak
lagi memakan korban jiwa..." batin sang pendekar seraya
menerawang mencoba memandang kearah pasir di sekitarnya.
Setelah menerawang menggunakan kekuatan batin melalui sepasang
matanya yang memancarkan cahaya berkilauan, Tiba-tiba sang
pendekar terlihat mengangkat tangan kirinya dan menghantam
sekuatnya kearah tanah pasir di bawahnya dengan satu pukulan maha
dahsyat...! "Tangan Dewa menghantam Bumi...!"
terdengar satu suara menggelegar laksana guruh menyambar mana
kala salah satu ajian simpanan dari Kitab Wasiat Dewa dikeluarkan
oleh sang pendekar dari tanah jawa...!
Bumi yang senyap terasa bergetar hebat sehingga membuat orangorang
yang berdiam diatas bebatuan bahkan nampak terpental dan
terjerembab di atas pasir...!
Namun yang lebih hebat lagi adalah bersamaan dengan telapak sang
pendekar yang menghantam kearah pasir dan menyebabkan
guncangan hebat laksana gempa, bersamaan itu pula nampak
puluhan cacing raksasa turut terlempar keluar dari dalam pasir...!
sang pangeran tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Laksana burung garuda, sang pendekar tanah jawa ini kemudian
tertawa dingin dan terlihat melesat di udara sembari memutar pedang
pusakanya dengan hebat ke segala arah...!
cahaya merah menyilaukan nampak berhembus dan menyambarnyambar
diantara kutungan-kutungan tubuh dan semburan darah
para cacing raksasa...! "Khwiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiieeeeeeeeeeeee.................!!!!!!"
satu suara seperti teriakan penuh amarah tiba-tiba terdengar
membelah angkasa....!!! Dan tiba-tiba saja, satu bayangan kelabu nampak melesat lincah dan
meliuk-liuk indah di antara kilauan merah dan hawa pedang...!
bayangan tersebut kemudian berhenti sejauh seratus tombak di
depan pendekar pedang maut naga merah 212 dan memandang sang
pendekar dengan penuh kemarahan...!
bayangan tersebut ternyata juga adalah sesosok cacing khorkhoi
alghoi yang memiliki bentuk agak sedikit berbeda.
Jika cacing yang lain berukuran raksasa hampir dua kali tubuh
manusia dewasa, maka cacing satu ini hanya berukuran sebesar paha
orang. Kulitnya pun tidak berwarna merah dengan tutul-tutul hitam
melainkan berwarna keabuan.
Pada tengkuk sang cacing juga tidak terlihat rambut yang berjingkrak
kaku melainkan hanya terlihat sebuah kantung kulit yang terselip
dalam lipatan lemaknya. Cacing satu ini ternyata merupakan salah satu jenis binatang yang
memiliki kantung pada tubuhnya seperti pada kangguru maupun
koala. Kelainan lainnya selain kantung di tengkuk adalah di atas kepala sang
cacing tampak tumbuh sebuah tanduk tunggal yang memancarkan
cahaya redup. Tak bisa di sangkal lagi, inilah sang ratu cacing maut penguasa gurun
pasir Gobi...! sementara itu melihat kedatangan sang ratu, para cacing yang masih
tersisa kemudian terlihat mundur teratur...
mungkin apa yang akan ku bilang selanjutnya tak akan kau percaya
sepenuhnya kawan, namun aku mengatakan hal yang
sesungguhnya... tak kan ku bohongi dirimu...
setelah mengeluarkan suara cecuitan rendah para cacing raksasa
yang besarnya hampir puluhan kali lipat dari tubuh sang ratu nampak
bergerak merayap masuk menyelusup ke dalam kantung kulit diatas
tengkuk sang ratu...! bukan main...! benar-benar sangat mustahil...!
belasan cacing yang berukuran raksasa itu bisa masuk dan muat
kedalam kantung lemak kecil di tengkuk sang ratu cacing yang hanya
seukuran paha orang dewasa...!
rasa-rasanya tidak mungkin dan tidak bisa dicerna oleh akal manusia,
namun inilah yang sebenarnya terjadi kawan...
satu-satunya kesimpulan yang bisa di tarik adalah bahwa makhluk
satu ini adalah sejenis binatang yang telah bertapa ribuan tahun
hingga akhirnya bisa memiliki kemampuan yang diluar akal dan logika
manusia. Setelah semua "anak buahnya" masuk ke dalam kantung di
tengkuknya dibarengi satu geraman dahsyat, sang ratu cacing tibatiba
saja melenting laksana kilat menyerang kearah sang pendekar...!
"Khwiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiieeeeeeeeeeeeeee.....!!!!!!"
sang pendekar yang sebelumnya sudah berjaga-jaga tetap saja di
buat tertegun melihat kecepatan gerakan sang ratu cacing.
Secepatnya diputar pedang merahnya membentuk perisai pertahanan
di depan dada. Namun sang pendekar kecele...!
tiba-tiba saja dengan sangat mengagumkannya sang cacing
mendadak menghentikan serudukannya di tengah jalan dan
mengubah serangannya menjadi loncatan keangkasa...!
dan hebatnya lagi semuanya itu di lakukannya di tengah-tengah
udara...! seakan-akan sang cacing memilki sepasang sayap yang tak terlihat
pada tubuhnya yang gempal tersebut...!
saking kagetnya pendekar kita ini bahkan sampai berteriak keras
"Astaga...! yang benar saja...!"
patut dimaklumi gerakan mengubah serangan secara tiba-tiba di
tengah udara seperti ini bahkan seorang tokoh silat kawakan
sekalipun belum tentu bisa melakukannya...!
Hal ini tentu saja berkaitan erat dengan hukum gerak dinamis atau
momentum dimana satu obyek yang bergerak dengan kecepatan
yang konstan maupun kecepatan yang terus bertambah tidak akan
mungkin bisa melepaskan diri dari pengaruh momentum gerak dorong
kedepan dan mengubah arah tiba-tiba tanpa adanya faktor
kelembaman yang menahan laju gerak potensial yang telah terjadi
secara langsung dan seketika.
Apakah kau mengerti kawan..."
jika tidak maka biarkan saja...
karena ada banyak orang yang juga tidak mengerti sama
seperti dirimu... aku pun salah satunya... satu-satunya yang ku ketahui tentang cabang eksakta adalah jika aku
ingin membuang hajat, maka itu semua adalah akibat gaya dorong
hidrodinamik dalam pelajaran fisika...
Dan jika tiba-tiba mataku serasa kelilipan bak kemasukan semut rangrang
karena seorang gadis semok berdada besar berpinggul montok
tiba-tiba lewat di depan hidungku, maka itu semata-mata karena
faktor reaksi Kimia... dan jika akhirnya gadis keparat tersebut terus menari-nari lincah di
dalam kepalaku sembari berbugil ria sehingga aku harus pontangpanting
kedalam jamban sembari mencari-cari sabun ala kadarnya
maka itu semata-mata karena faktor kebutuhan Biologis...
he.he.he sudahlah kawan, yang pastinya nih cacing benar-benar
hebat...! dan kehebatannya cukup merepotkan pendekar kita Raden Adiama
Padma ini. Bagaimana tidak, baru saja sang pendekar menyapu pedang saktinya
memotong gerak serangan si cacing dari angkasa tiba-tiba saja si
cacing kembali berkelit di tengah udara berbelok kearah samping dan
menyusup kearah bahu kiri sang pendekar...!
"gila...!" kejut sang pendekar sembari berkelit menghindari serangan
gigitan sang ratu cacing.
ini masih ditambah lagi dengan semburan uap hitam beracun yang
disemburkan oleh sang ratu cacing kearah pendekar kita.
Beruntung sedari tadi pendekar kita ini sudah menutup jalur
pernafasannya dan hanya bernapas sesekali di wilayah yang udaranya
bersih. Berulangkali sang pendekar berusaha membabat tubuh sang ratu
cacing namun sang ratu cacing ternyata mampu berkelit kesanakemari
dengan gaya yang amat luar biasa laksana petir menyambarnyambar...!
dan yang juga memusingkan kepala adalah binatang satu ini ternyata
juga sama seperti anak buahnya tidak bisa dihadapi dengan
menggunakan pukulan jarak jauh...!
setiap pukulan sakti yang dilepas selalu saja tenggelam laksana batu
yang di lemparkan ke tengah samudera luas...!
dan bukan itu saja, satu kali pendekar tanah jawa ini mampu
menebaskan pedang pusakanya kearah sang ratu cacing khorkhoi
alghoi ini, semula sang pendekar mengira tubuh sang ratu pun akan
terbelah seperti halnya yang terjadi pada cacing-cacing yang lain kala
menghadapi pedang pusaka miliknya.
Tetapi kenyataan berbicara lain, walaupun berhasil menyarangkan
senjatanya ke tubuh sang ratu, namun tubuh sang ratu ternyata tidak
sampai terbelah...! sabetan pedang naga merah hanya meninggalkan luka goresan tipis
saja di badan sang ratu cacing...!
benar-benar luar biasa...!
seumur hidup dalam perjalanannya ke berbagai belahan dunia, baru
sekali ini sang pendekar menemui hal aneh nan ganjil seperti ini.
Pedang pusakanya yang biasanya mampu membelah besi baja pusaka
laksana merajang sayuran kini bahkan tidak mampu membelah mati
seekor cacing...! sementara itu bacokan yang di lakukan oleh Raden Adiama Padma
walaupun hanya membuat luka goresan di tubuhnya, tapi ini juga
rupanya membuat sang ratu cacing merasa amat kesakitan.
Dan tentu saja membuat binatang aneh ini semakin murka...!
"Khhwiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiieeeeeeeee.........!!!!!"
di barengi satu teriakan gusar, sang ratu kembali menyerang dengan
mulut terpentang kearah sang pendekar.
Melihat datangnya serangan ini, pendekar tanah jawa ini juga nampak
berteriak kencang seraya melancarkan satu tusukan lurus kearah
sang cacing, namun kembali sang pendekar melengos hatinya kala
sang cacing kembali dapat berkelit indah menghindari tusukan
pedangnya. lalu tanpa disangka-sangka...!
tiba-tiba dari kantung di tengkuk sang ratu melesat empat ekor cacing
raksasa yang tanpa diduga sebelumnya oleh pendekar kita langsung
menggulung keempat anggota tubuhnya...!
"Mati aku...!"teriak sang pendekar kala melihat sepasang kaki dan
tangannya telah diganduli empat ekor cacing raksasa...!
kontan saja tubuh sang pendekar langsung ambruk ke atas tanah...!
"binatang keparat...!" sang pendekar kembali berteriak gusar kala
melihat sang ratu yang bergerak cepat kini nampak membuka
mulutnya lebar-lebar hendak melahap selangkangannya...!
benar-benar kurang ajar...!
sang pendekar hendak meronta membebaskan diri dari sergapan
keempat cacing yang mengganduli empat anggota tubuhnya, namun
apa daya tenaganya terlalu lemah dan telah habis terbuang dalam


Tongkat Sakti Berbulu Domba Karya Mike Simons di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertempuran. Satu-satunya jalan yang bisa dilakukan oleh sang pendekar adalah
memutar pinggulnya sejauh mungkin untuk menyelamatkan
selangkangannya dari serangan binatang yang tidak tahu sopan
santun ini... dan akhirnya... satu raungan kesakitan yang amat sangat terdengar dari mulut sang
pendekar manakala sang ratu khorkhoi alghoi berhasil menancapkan
taring beracunnya ke paha sebelah dalam yang letaknya hanya
sejengkal saja dari letak anggota rahasia sang pendekar...!
semua orang yang mendengar raungan ini sama tercekat dan
mengkeret nyalinya. Para wanita bahkan nampak menutup mata
ketakutan melihat penderitaan orang asing yang bertempur dengan
hebatnya melawan gerombolan cacing khorkhoi alghoi ini.
Sementara itu siksaan yang dialami oleh sang pendekar benar-benar
amat menyakitkan, dirasanya satu aliran asing dalam dirinya perlahan
masuk dan merayap dalam setiap jalur nadi di pahanya bagaikan
ratusan jarum yang menusuk setiap jengkal tubuhnya...!
kesadaran sang pendekar tiba-tiba berkurang, namun sebelum sang
pendekar benar-benar kehilangan kesadarannya, dengan mata
terpentang lebar satu bentakan menakutkan keluar dari mulut sang
putra mahkota kerajaan mataram...!
"Sepasang Sinar Inti Roh...!"
luar biasa...! berbarengan dengan bentakan yang keluar dari mulut
sang pendekar, satu sinar biru tak berkeputusan tiba-tiba saja keluar
dari mata sang pendekar dari tanah jawa...!
lalu dengan mengikuti gerakan kepala memutar dari sang pendekar,
sinar biru tersebut langsung membabat cacing-cacing yang
bergelayutan di keempat anggota tubuh sang pendekar termasuk
sang ratu cacing yang bersarang di atas selangkangannya.
keempat cacing yang menggelayuti keempat anggota tubuhnya
langsung musnah berkeping-keping menjadi abu begitu terlanggar
sinar yang keluar dari kedua mata sang pendekar, sang ratu cacing
sendiri pun terkena serangan sinar yang keluar dari sepasang mata
sang pendekar dan langsung terhempas keras diatas pasir.
Namun cacing satu ini ternyata benar-benar luar biasa...!
kalau cacing-cacing anak buahnya langsung musnah menjadi abu,
tubuh sang ratu cacing ini hanya nampak berubah menjadi berpendar
biru beberapa saat, lalu setelah bergeliat beberapa kali akhirnya
tubuhnya pun terdiam. Sinar redup di tanduknya pun perlahan memudar padam
sang ratu pun akhirnya mengalami kebinasaan melalui jurus paling
pamungkas yang dikeluarkan oleh sang pendekar.
Asal tahu saja, selama hidupnya baru sekali ini sang pendekar
mengeluarkan ilmu sepasang sinar inti roh ini. Hal ini Karena sang
guru yaitu pendekar kapak maut naga geni 212 yang menurunkan
ilmu ini telah mewanti-wanti sang pendekar untuk tidak mengeluarkan
ilmu ini kecuali dalam keadaan terdesak hidup dan mati...!
perlu diketahui, untuk mendapatkan ilmu ini saja, sang guru harus
menunggu hingga usianya beranjak memasuki umur tujuh puluh
tahun, sementara sang pendekar muridnya ini bahkan diusianya yang
masih belia sudah bisa mendapatkan ilmu ini dari sang guru.
Dari sini saja sudah bisa dibayangkan sampai dimana tingkat
kepandaian putra mahkota kerajaan mataram ini.
Sementara itu setelah dengan usahanya yang terakhir Raden Adiama
Padma akhirnya berhasil juga membinasakan seluruh gerombolan
cacing maut khorkhoi alghoi.
Namun itu bukan berarti keadaan sang pendekar sudah membaik.
Racun yang telah terlanjur masuk ke dalam tubuh sang pendekar
perlahan secara pasti terus bergerak ke arah jantung sang pendekar.
Pergerakan racun sang ratu ini benar-benar menyiksa tubuhnya
karena seakan-akan ada ribuan jarum panas yang bergerak
menyelusup ke dalam seluruh nadi dan jalan darahnya
Sang pendekar kemudian berusaha menahan lajunya racun dengan
menggunakan tenaga dalam, namun usahanya ini malah membuat
kerja racun semakin menggila...!
tusukan-tusukan jarum kecil dalam nadinya akibat pergerakan racun
sang ratu cacing mendadak berubah ganas kala dialiri oleh tenaga
dalam. Sekarang sekujur tubuh sang pendekar bahkan kini terasa
seakan di silet-silet dan dicemplungkan ke air garam...!
bisa dibayangkan sendiri bagaimana menderitanya sang sesepuh
pendiri padepokan 212 ini
karena tak kuat lagi menahan rasa sakit, Akhirnya Sang pendekar pun
kehilangan kesadarannya dan tergolek pingsan diatas pasir diantara
bangkai-bangkai cacing maut gurun pasir mongolia yang berhasil
dibantainya. * * * BAB VI PERPISAHAN Melihat tubuh Raden Adiama Padma tergeletak tak sadarkan diri
diantara bangkai-bangkai cacing raksasa, orang tua setengah baya
yang memakai jubah bulu binatang beserta rombongannya serempak
melesat turun dari atas batu dan beranjak mendekati tubuh sang
pangeran mataram. "Malika...! siapkan air bersih secepatnya...! Yalian...! cepat siapkan
tenda kita untuk di tempati oleh tuan penolong...! bergegaslah...!"
teriak sang pria paruh baya yang ternyata adalah kepala suku bangsa
uighur yang menempati oase kecil tersebut.
Nampak dua orang gadis suku uighur yang cukup manis tersebut
langsung mengiyakan perintah dari sang kepala suku.
Setelah memberi perintah, sang kepala suku kemudian nampak
menggerakkan tangannya laksana kilat menotok enam belas jalan
darah utama di tubuh sang pendekar yang mengarah langsung
jantung guna memperlambat jalannya aliran racun yang mengeram
dalam tubuh sang pendekar.
Dari gerakkan menotok yang ditunjukkan oleh sang kepala suku,
maka dapat ditarik kesimpulan kalau kepala suku yang satu ini juga
merupakan seorang ahli silat yang memiliki kemampuan cukup tinggi.
sementara itu nampak dua orang gadis yang mengenakan baju adat
bangsa uighur yang berupa baju berlengan pendek yang dihiasi oleh
bulu menjangan telah kembali setelah melaksanakan perintah sang
kepala suku. "yalian...! cepat kau potong tanduk tunggal di kepala sang ratu
khorkhoi alghoi... gunakan saja pedang milik tuan penolong..."
gadis yang dipanggil yalian ini pun kemudian menjemput pedang
naga merah 212 milik sang pendekar dan beranjak mendekati bangkai
ratu cacing. lalu dengan pedang pusaka di tangannya, sang gadis pun kemudian
berusaha dengan sekuat tenaga untuk memotong tanduk keras yang
sebelumnya memendarkan cahaya redup ini.
Beruntung dengan usaha yang sekuatnya akhirnya tanduk kecil
tersebut bisa juga dilepas dari kepala sang ratu.
Hal ini tentu saja dikarenakan sang ratu cacing sudah menemui
ajalnya, karena jika tidak jangan harap gadis itu bisa melepaskan
tanduk tersebut dari kepalanya meskipun sang gadis sudah berbekal
sebilah pedang sakti. Sementara itu setelah berhasil memotong tanduk ratu cacing gurun,
gadis bernama yalian ini kemudian mengangsurkan tanduk kecil
tersebut kepada sang kepala suku.
Sang kepala suku kemudian memperhatikan dengan seksama tanduk
di tangannya dan kemudian menyerahkannya kepada Gadis bernama
Malika. "cepat kau rebus tanduk itu bersama air yang kau bawa tadi bersama
segenggam rumput gurun pemutus usus dan satu sloki getah kaktus
api padang pasir. Rebus dengan tiga mangkuk hingga tersisa
seperempatnya lalu bawa kemari selekasnya..."ucap sang pria paruh
baya yang langsung diiyakan oleh sang gadis.
Perlu diketahui bahwa pria paruh baya yang juga merupakan kepala
suku bangsa uighur ini adalah seorang gagah perkasa yang bernama
Yehlu jin. Yehlu jin memiliki dua orang anak gadis yang bernama
Malika dan yalian yang baru berusia enam-tujuh belas tahunan.
Dimasa mudanya dulu Yehlu jin pernah berguru kepada satu orang
sakti yang mendiami gurun gobi sebelah timur, Permainan golok dan
kepandaiannya memanah terhitung jago nomor satu di seluruh daerah
gurun. Setiap kali diadakan perlombaan antar suku yang diadakan oleh Khan
mongolia, Yehlu jin selalu menjadi juara sehingga mendapat
kehormatan dari setiap suku bangsa yang ada di negeri padang pasir
tersebut. Yehlu jin dan kedua anaknya serta belasan orang lainnya mendiami
satu oase kecil di sebelah tenggara gurun gobi, pada dasarnya
mereka hidup dalam keadaan aman tentram hingga sampai pada
beberapa hari yang lalu tempat tinggal mereka diserbu oleh koloni
ulat maut gurun pasir yang mereka namakan khorkhoi alghoi ini.
Kehebatan dan kemampuan ulat-ulat tersebut menyebabkan mereka
terpaksa harus mengungsi dan berdiam diri diatas bebatuan dan tentu
saja hal ini cukup menyiksa mereka karena selama itu juga mereka
terpaksa tidak makan ataupun minum karena tidak berani turun untuk
mengambil ransum makanan.
Kedatangan pendekar pedang maut naga merah 212 yang datang dan
menghabisi gerombolan cacing raksasa sekaligus membunuh sang
ratu kontan saja amat menggembirakan sekaligus memberikan
kebebasan bagi mereka. Oleh karena itu mereka langsung merasa hormat dan menganggap
sang pendekar adalah seorang penolong yang telah diutus oleh langit
untuk menyelamatkan mereka.
Tidak lama setelah kepergian sang gadis, Yehlu Jin kemudian langsung
membopong tubuh Raden Adiama Padma dan membawanya masuk ke
dalam Tenda yang sudah dibersihkan sebelumnya oleh Yalian.
Beberapa saat kemudian gadis bernama Malika kemudian masuk
kedalam tenda dan menyerahkan mangkuk kemala berisi cairan obat.
Kemudian dengan perlahan dan dengan dibantu oleh kedua orang
anak gadisnya, Yehlu Jin meneggakkan punggung raden Adiama
Padma sembari mencekoki cairan dalam mangkuk kemala tersebut
kedalam mulut sang pendekar.
Setelah seluruh cairan obat itu habis masuk kedalam tenggorokan
sang pendekar, dengan perlahan kepala suku bangsa uighur ini
kemudian membaringkan kembali tubuh pendekar kita diatas
pembaringan. Setelah menunggu beberapa saat, wajah tegang dan kerutan di sudut
mata sang pendekar nampak mengendur kemudian lambat laun nafas
sang pendekar yang terdengar berat perlahan menjadi halus dan
berirama. Hanya rona gelap masih terlihat membayang di wajah sang
pendekar dari tanah jawa ini.
"dia tertidur..." bisik malika kepada sang adik
sang adik terlihat menganggukkan kepala
"apakah keadaanya sudah tidak berbahaya lagi ayah...?"tanya malika
kepada sang ayah "sejauh ini nyawa tuan penolong kita ini sudah bisa dibilang telah
berhasil kita rampas dari pintu kematian..."
"hanya saja..."
"hanya saja kenapa ayah...?"
sang ayah nampak mengerutkan kepala tanda berpikir keras.
"sebagian besar racun ratu cacing gurun pasir memang sudah
berhasil di punahkan dengan air rebusan tanduk sang ratu ditambah
bahan obat mustika lainnya. Namun hawa beracun yang bersarang di
dalam tubuh pemuda ini yang berasal dari luka gigitan sang ratu
cacing masih mengeram dalam tubuh pemuda ini dan ini tentu saja
bisa mengakibatkan kematian jika tidak segera di keluarkan...."
"kalau begitu kenapa tidak langsung dihisap keluar saja hawa beracun
itu ayah..." bukankah..." ucapan Yalian tiba-tiba terputus
wajahnya sontak berubah merah jengah
seperti diketahui bahwa mulut luka yang dial;ami oleh sang pendekar
akibat gigitan sang ratu cacing terletak di sebelah paha sebelah
dalam dekat selangkangan. Sehingga Tentu saja berdasarkan etika
moral dan kesopanan tidaklah mungkin tindakan menghisap keluar
hawa beracun itu bisa dilakukan.
Sang ayah memandang anak gadisnya yang kini nampak menunduk
dengan wajah merah. "ah... kau pasti bisa memahami kesulitan melakukan hal tersebut...
tidak mungkin kita melakukan upaya pengobatan dengan cara
mengisap langsung hawa beracun tersebut karena sudah semestinya
kita harus menjaga kesopanan serta etika yang berlaku..."
"seandainya saja ada jalan lain yang bisa diusahakan..."
tiba-tiba wajah Malika nampak berubah cerah.
"ayah...! aku punya ide baik, entah apa bisa dilaksanakan atau
tidak..." yalian dan sang ayah kontan memalingkan wajah kearah sang gadis.
"apa ide mu itu..." cepat katakan saja..."
"Masih ingat kah ayah kala aku masih kecil aku pernah digigit oleh
seekor Ular Kobra Penyembur..." bukankah keadaan ku saat itu tidak
jauh berbeda dengan yang dialami oleh tuan penolong sekarang ini..."
mendengar penuturan sang anak, wajah Yehlu jin Sontak berubah.
"kau benar...! memang saat itu keadaan mu tidak jauh beda denga apa yang dialami oleh tuan penolong ini... waktu itu racun ular kobra sudah bisa dihisap keluar dan hanya tinggal hawa beracunnya saja yang belum bisa dikeluarkan karena ayah pada saat itu
menghawatirkan keadaan mu yang masih terlalu kecil..." gumam sang ayah
"lalu apa ayah masih ingat apa yang ayah lakukan kemudian...?"tanya sang gadis sembari tersenyum kecil.
"ya... ayah ingat...! ayah membeset kulit ular kobra tersebut dan membungkus kulit luka gigitan sehingga perlahan hawa beracun yang tinggal di dalam tubuhmu terserap oleh daya mujijat pori-pori ular tersebut... Kau benar...! cara ini mungkin juga bisa di lakukan juga tehadap racun ratu cacing gurun pasir tersebut...!" girang sang kepala suku sembari mengelus kepala sang anak gadis.
"Yalian, cepat kau pergi mengambil jazad ratu cacing tersebut... Kuliti dan samak kulitnya menjadi sehelai kain..." ucap sang kepala suku dengan wajah menunjukkan ekspresi girang....
SELESAI Raja Pedang 12 Rajawali Emas 07 Pengusung Jenazah Pendekar Remaja 13
^