Pencarian

Mayat Misterius 3

Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie Bagian 3


saya terbunuh dalam perang. Saya mempunyai sebuah toko
manisan kecil waktu itu."
"Di mana terjadinya semua itu" Bukan di Qrowdean."
"Bukan, Kami tinggal di Lincolnshire waktu itu. Saya datang kemari pertama kali
pada waktu liburan, dan saya sangat menyukainya sehingga
saya menjual toko itu dan datang kemari untuk menetap. Terus, ketika Sheila
sudah cukup umur untuk sekolah, saya bekerja di Roscoe and
West, pedagang besar gorden di sini. Saya masih bekerja di sana sekarang.
Orangorang di sana menyenangkan."
"Yah," kata Hardcastle, bangkit dari duduknya, "terima kasih banyak, Mrs.
Lawton, atas keterusterangan Anda pada sava,"
"Dan Anda tidak akan bilang apa-apa pada Sheila mengenainya?"
"Tidak, kecuali kalau memang perlu, dan hal itu hanya bisa terjadi kalau keadaan
di masa lalu itu ternyata berkaitan dengan kasus pembunuhan
di Wilbraham Crescent No. 19. Dan saya pikir, hal itu adalah tidak mungkin." Dia
mejigeluarkan foto yang telah ditunjukkannya pada begitu
banyak orang dari sakunya, dan menunjukkannya pada Mrs. Lawton. "Anda tidak tahu
siapa orang ini?" "Mereka sudah menunjukkannya pada saya," kata Mrs. Lawton.
Dia mengambil foto itu dan menelitinya dengan saksama.
"Tidak. Saya yakin, sangat yakin, saya tidak pernah melihat orang ini
sebelumnya. Saya pikir dia bukan orang sekitar sini, kalau tidak, saya
mungkin pernah melihatnya. Tentu saja?" dia memandang dekatdekat. Dia berhenti
sebea&r sebelum menambahkan dengan agak tiba-tiba,
"Kelihatannya orang baik-baik. Seorang gentleman, bukan?"
Berdasarkan pengalaman inspektur itu, ucapan tersebut terasa sedikit ketinggalan
zaman, tetapi bibir Mrs. Lawton mengucapkannya dengan
biasa. "Dibesarkan di desa," pikir inspektur itu. "Mereka masih berpikir dengan
cara yang kuno." Dia sendiri melihat foto itu lagi dan berpikir,
dengan sedikit terkejut, bahwa dia tidak pernah memikirkan korban pembunuhan itu
dengan cara yang sama. Apakah dia orang baik-baik" Dia
malahan mengasumsikan sebaliknya. Mungkin dia telah mengasumsikannya tanpa
sadar, atau mungkin juga terpengaruh oleh fakta bahwa orang
itu memiliki sebuah kartu di sakunya yang mengandung sebuah nama dan alamat yang
jelas-jelas adalah palsu. Tetapi penjelasan
yang baru saja dia berikan pada Mrs. Lawton mungkin benar. Kelihatannya kartu
itu betul-betul mewakili seorang agen asuransi palsu
yang telah meletakkannya di saku orang tersebut. Dan itu, pikimya masam, akan
membuat semuanya jauh lebih sulit. Dia memandang
jam tangannya lagi. "Saya tidak boleh mengganggu pekerjaan memasak Anda lebih lama lagi/' katanya,
"karena toh keponakan Anda belum pulang?"
Giliran Mrs. Lawton yang melihat jam di atas perapian. Untung hanya ada satu jam
di ruang ini, kata inspektur itu dalam hati.
"Ya, diaterlambat," kata Mrs. Lawton. "Sangat mengherankan. Untung saja Edna
tidak menunggu. Melihat sedikit kesan bingung pada wajah Hardcastle, dia menjelaskan.
"Dia itu salah seorang gadis dari kantor. Dia datang kemari untuk menjumpai
Sheila sore ini dan dia menunggu sebentar tetapi
kemudian dia bilang dia tidak dapat menunggu lebih lama lagi. Dia punya janji
dengan seseorang. Dia bilang besok saja, atau kapankapan."
Sama-samar muncul gambaran yang lebih jelas dalam ingatan inspektur itu. Gadis
vang berpapasan dengan dia di jalan! Sekarang
dia tahu mengapa gadis itu membuatnya berpikir tentang sepatu. Tentu saja. Gadis
ituiah vang menerimanya di
Biro Cavendish dan gadis ituiah, ketika dia keluar, yang sedang memegang sebuah
sepatu dengan tumit runcingnya yang telah copot.
dan telah membicarakan kebingungannya bagaimana dia - dapat pulang dengan sepatu
seperti itu. Seorang gadis biasa, Hardcastle
ingat, tidak begitu cantik, mengulum sejcnis permen waktu berbicara. Gadis itu
mengenali dirinya ketika dia melaluinya di jalan,
kendati Hardcastle sendiri tidak mengenalinya. Gadis itu bahkan raguragu.
Kelihatannya dia hendak berbicara dengannya. Dia
membayangkan apa kiranya yang hendak dikatakan gadis itu. Apakah dia ingin
menjelaskan mengapa dia mendatangi Sheila Webb
atau apakah gadis itu berpikir bahwa Hardcastle mengharapkannya untuk mengatakan
sesuatu" Dia bertanya,
"Apakah dia sahabat karib keponakan Anda?" "Yah, tidak begitu," kata Mrs.
Lawton. "Maksud saya, mereka bekerja di kantor yang
sama, tetapi dia adalah gadis yang agak membosankan. Tidak begitu cerdas. Dia
dan Sheila tidak betul-betul berteman. Sebenarnya,
saya heran mengapa dia begitu kepingin menemui Sheila malam ini. Dia bilang ada
sesuatu yang tidak dia mengerti dan dia ingin
bertanya pada Sheila mengenainya." "Dia tidak berkata pada Anda apa itu?"
"Tidak, dia bilang tidak apa-apa kalau ditun-da."
"Saya mengerti. Yah, saya harus pergi." "Aneh," kata Mrs. Lawton, "Sheila belum
menelepon. Dia biasanya menelepon kalau terlambat,
sebab kadang-kadang profesor itu memintanya tinggal untuk makan malam. Ah, biar-
lah, saya kira sebentar lagi dia pulang. Kadangkadang
harus antri bis dan Hotel Curlew lumayan jauh dari Esplanade. Tidak ada"tidak
ada pe- -san"yang Anda ingin tinggalkan untuk Sheila?"
"Saya kira tidak," kata inspektur itu. Sambil keluar dia bertanya, "Omong-omong,
siapa yang memilih nama baptis keponakan Anda, Rosemary dan
Sheila" Saudara Anda atau Anda sendiri?"
"Sheila adalah nama ibu kami. Rosemary adalah pilihan saudara saya. Memang arteh
nama itu. Romantis. Padahal saudara saya sama sekali tidak
romantis ataupun sentimentil."
"Yah, selamat malam, Mrs. Lawton."
Ketika inspektur itu membelok dari pintu gerbang menuju ke jalan dia berpikir,
"Rosemary"hm... Rosemary untuk kenangan. Kenangan yang
romantis" Atau"sesuatu yang lain sama sekali?"
NARASI COLIN LAMB Saya berjalan sepanjang Charing Cross Road dan membelok masuk ke jalan-jalan
yang simpang-siur, yang terletak di antara New Oxford Street
dan Covent Garden. Segala macam toko aneh ada di sana, toko barangbarang antik,
sebuah rumah sakit boneka, sepatu-sepatu balet, toko-toko
makanan asing. Saya menghindari daya persona rumah sakit boneka dengan bermacam-macam mata
gelas berwarna biru atau coklat, dan akhirnya sampai ke
tempat tujuan. Tujuan saya adalah sebuah toko buku kecil yang kotor di sebuah
jalan samping, tidak jauh dari British Museum. Di bagian luar
toko itu ada deretan-deretan buku yang lazim ada di toko buku. Novel-novel kuno,
bukubuku literatur lama, berbagai macam jenis buku yang
berlabel 3d., 6d., Is., bahkan beberapa buku yang tergolong peninggalan
aristokrat yang halaman-halamannya, ataupun sampulnya, masih utuh.
Saya menyelinap masuk ke dalam. Memang perlu menyelinap" sebab bukubuku yang
disusun dengan sembarangan itu dari hari ke liari makin
bergeser menutupi jalan masuk cfari luar. Di dalam, lebih jelas terlihat bahwa
bukubuku itulah yang memiliki toko dan bukan sebaliknya. Di
mana-mana bukubuku berserakan dan menguasai tempat" beranak" berlipat-ganda, dan
jelas-jelas bisa mengalahkan sebuah tangan yang kuat
yang tak mampu mengaturnya. Jarak antara rak-rak buku begitu sempitnya" sehingga
Anda hanya dapat berjalan di antaranya dengan susahpayah.
Ada bertumpuk-tumpuk buku yang terletak di atas meja. Di sebuah bangku di pojok
ruang" terkurung oleh bukubuku, duduk seorang lakilaki
tua yang memakai topi beibentuk kue pie. Wajahnya yang rata dan lebar itu amat
mirip seekor ikan. Penampilannya menunjukkan bahwa dia
telah kalah dalam pei tarungan yang tidak seimbang. Seperti^seorang yang telah
mencoba menguasai bukubuku itu" tetapi kenyataannya bukubuku
itulah yang jelas-jelas telah berhasil menguasainya. Dia bagaikan Raja Canute
dalam dunia buku", yang mundur sebelum diserang oleh bukubukunya.
Jika dia memerintahkan buku itu untuk mundur" sudah jelas dan tak mungkin buku
itu mau melakukannya. Orang itu adalah Mr.
Soloman, pemilik toko tersebut. Dia mengenali saya" sorot matanva yang seperti
ikan itu melunak sejenak dan dia mengangguk.
"Ada sesuatu dalam bidangku?" tanya saya.
"Anda harus pergi ke atas dan melihat sendiri,
Mr. Lamb. Masih soal rumput laut dan sejenisnya?" "Betul."
,rYah, Anda tahu di mana letaknya. Biologi laut, fosil"Antartika ada di lantai
dua. Saya mendapat sebuah kiriman bani kemarin dulu. Saya
sudah membongkarnya" tetapi belum sempat saya atur/1 Anda akan menemukannya di
pojok." Saya mengangguk dan menyelinap ke atas melalui sebuah tangga kecil yang agak
reyot dan sangat kotor, yang terdapat di bagian belakang
toko. Di lantai dua terdapat Orientalia (bukubuku mengenai kebudayaan Timur),
bukubuku kesenian, kesehatan" dan cerita-cerita klasik Prancis.
Di ruang ini ada sebuah pojokan kecil bertirai yang menarik yang tidak diketahui
oleh masyarakat umum, tetapi dapar ditemukan oleh para
ahli. Di situ terletak berjilid-jilid buku yang disebut "janggal** atau "aneh".
Saya melewati semuanya dan naik ke lantai tiga.
Di sini bukubuku tentang arkeologi, sejarah alam, dan berbagai jenis buku lain
yang menarik, digolong-golongkan dengan agak tidak keruan.
Saya berjalan menerobos kerumunan mahasiswa, kolonel-kolonei tua, dan pendeta-
pendeta, mengitari sebuah lemari buku, melangkahi berbagai
macam kotak berisi buku yang terbuka di atas lantai, dan menemukan tujuan saya
selanjutnya yang terhalang oleh dua orang mahasiswa yang
berlainan jenis sedang asyik beipelukan dengan mesranya. Mereka berdiri di sana,
lupa sekelilingnya. Saya berkata,
"Permtsi," sambil mendorong mereka kuat-kuat ke samping, menyibakkan gorden yang
menutupi sebuah pintu, dan mengambil sebuah kunci
dari saku saya, kemudian memutarnya pada lubang kunci dan masuk ke dalam. Saya
menemukan diri saya berada dalam sebuah ruang depan
dengan dinding bersih bergambar sapi-sapi Highland, dan sebuah pintu dengan
pengetuk pintu yang mengkilat di atasnya, Saya menggerakkan
pengetuk pintu itu dengan hati-hati dan pintu itu dibuka oleh seorang wanita
setengali baya berambut kelabu, memakai kaca mata model kuno,
dan rok hitam serta mantel tanpa lengan dengan corak bergaris-garis yang agak
tidak pantas. "Kamu, bukan?" katanya tanpa menyapa dulu. "Dia menanyakanmu kemarin. Dia tidak
menyenanginya." Dia menggelengkan kepalanya memandang
saya, seperti seorang pengasuh tua yang sedang menghadapi seorang anak yang
mengecewakan. **Kau harus berusaha dan bekerja
lebih baik," katanya.
"Oh, sudahlah, Nanny (panggilan anak kecil pada pengasuhnya)," kata saya.
"Dan jangan panggil aku Nanny," kata wanita itu. "Itu menghina. Kan sudah
kukatakan padamu sebelumnva."
"Salahmu sendiri," kata saya. "Kau mestinya tidak berbicara kepadaku seolah-olah
aku ini masih anak kecil."
"Sudah waktunya kau tumbuh dewasa. Lebih baik kau masuk ke dalam dan
membereskannya." Dia menekan sebuah tombol, mengangkat telepon di atas meja, dan berkata,
"Mr. Colin... Ya, saya akan menyuruhnya masuk." Dia meletakkan teleponnya kembali
dan mengangguk ke arah saya.
Saya masuk melalui sebuah pintu di ujung ruangan ke dalam sebuah ruangan lain
yang pcnuh asap rokok, sehingga sulit untuk dapat melihat
apa-apa. Sesudah pandangan mata saya yang pedih mulai terbiasa, saya dapat
melihat tubuh gemuk atasan saya sedang duduk di atas kursi tua
yang besar, yang pada sandaran tangannya terdapat sebuah meja baca atau tulis
model kuno yang dapat diputar ke samping.
Kolonel Beck melepas kaca matanya, mendorong meja bacanya ke samping, di mana di
atasnya terletak sebuah buku tebal yang besar sekali
dan memandang saya dengan gusar.
"Jadi kamu datang juga akhirnya?" katanya.
"Ya, Pak," kata saya.
"Dapat sesuatu?"
"Tidak, Pak." "Ah! Yah, itu tidak bagus, Colin. Kau tahu itu. Tidak akan berhasil. Betul-betul
bulan sabit!" "Saya masih berpikir," kata saya mulai menjelaskan.
"Baiklah. Kau masih berpikir. Tetapi kami tidak dapat menunggu selamanya,
sementara kau terus asvik berpikir."
"Sava mengakui itu hanya dugaan saja," kata saya.
"Memang tidak ada buniknya," kata Kolonel Beck.
Dia adalab orang yang suka menentang.
"Pekerjaan-pekerjaan terbaik yang pernah saya lakukan adalah berdasarkan dugaan-
dugaan. Hanya dugaanmu ini saja yang
kelihatannya tidak jalan. Selesai dengan tempat-tempat minum itu?"
"Ya, Pak. Seperti yang saya katakan pada Anda, saya mulai dari Crescent.
Rumahrumah di Crescent, maksud saya."
"Saya juga tidak berpikiran kalau maksudmu itu adalah toko-toko roti dengan roti
udang Prancis di dalamnya. Kalau dipikir-pikir,
tidak ada alasan mengapa tidak. Beberapa dari tempat-tempat itu sungguhsungguh
menyanjung roti Prancis buatan mereka, yang
sebenarnya bukan Prancis betulan. Sekarang ini mereka menyimpannya dalam lemari
es"seperti barangbarang lainnya. Itu
sebabnya mengapa semua makanan hambar sekarang ini."
Saya menunggu untuk melihat apakah Bung Tua itu akan memperbesar topik tersebut.
Itu adalah salah satu favoritnya. Tetapi
melihat saya mengharapkannya untuk berbicara terus, Kolonel Beck justru
berhenti. "Sudah menyelidiki semuanya?" tuntutnya.
"Hampir. Saya masih harus menvelidiki sedikit lagi."
"Kau perlu waktu lebih lama lagi, bukan?" "Saya perlu waktu lebih lama lagi,
ya," kata saya. "Tetapi saya tidak mau pindah ke tempat
lain sekarang. Ada suatu kebetulan yang mungkin"hanya mungkin " berarti
sesuatu." "Jangan berbelit-belit. Beri sava fakta-fakta-nya."
"Subjek penyelidikan adalah Wilbraham Crescent."
"Dan kau mencurigainya! Atau kau tidak begitu?" "Saya tidak yakin."
"Jelaskan dirimu, jelaskan dirimu, Nak."
"Kebetulan ada seorang lakilaki terbunuh di Wilbraham Crescent."
"Siapa yang dibunuh?"
"Sekarang masih belum tahu. Dia punya sebuah kartu dengan nama dan alamat palsu
di sakunya." "Hm. Ya. Menarik. Ada kaitannya?"
"Saya belum tahu, Pak, tetapi kelihatannya..."
"Saya tahu, saya tahu. Kelihatannya,., Nah, untuk apa kau kemari" Datang untuk
minta izin menyelidiki Wilbraham Crescent"di
mana pun letaknya tempat yang aneh bunyinya itu"**
"Letaknya di sebuah tempat bernama Crowdean. Sepuluh mil dari Portlebury,"
"Ya, ya. Lokast yang sangat bagus, Tetapi untuk apa kau kemari" Tidak biasanya
kau minta izin. Kau biasanya keras kepala,
bukan?" "Betul, Pak, sayakhawatir saya memang begitu."
"Nah, kalau begitu, ada apa?" "Ada dua orang yang ingin saya ketahui datanya."
Dengan mengeluh Kolonel Beck menarik kembali meja bacanya ke posisi semula,
mengeluarkan sebuah bolpen dari sakunya,
meniupnya dan memandang saya. "Ya?"
"Sebuah rumah bernama Diana Lodge. Sebetulnya Wilbraham Crescent No. 20. Seorang
wanita bernama Mrs. Hemming dan
sekitar delapan belas ekor kucing tinggal di sana."
"Diana" Hm," kata Kolonel Beck. "Dewi ( Bulan! Diana Lodge. Betul. Apa yang
dikerjakannya, Mrs. Hemming ini?"
"Tidak ada," kata saya, "dia tenggdam dalam kesibukan mengurus kucing-
kucingnya." "Sebuah penyamaran yang sangat bagus, menurutku," kata Beck menghargai. "Tentu
saja mungkin. Sudah?"
"Belum," kata saya. "Ada seorang lakilaki bernama Ramsay. Tinggal di Wilbraham
Crescent No. 62. Kata orang dia seorang


Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

insinyur bangunan, mungkin juga bukan. Sering pergi ke luar negeri."
"Saya senang mendengarnya," kata Kolonel Beck. "Saya sangat senang mendengarnya.
Kau ingin menyelidikinya, bukan" Baiklah."
"Dia punya seorang istri," kata saya. "Seorang istri yang cukup baik dan dua
anak yang suka ribut-ribut"lakilaki."
"Yah, mungkin saja," kata Kolonel Beck. "Pola macam itu telah dikenal. Kau ingat
Pendleton" Dia punya istri dan anakanak. Istri
yang sangat baik. Wanita paling bodoh yang pernah kutemui. Tidak punya ide di
kepalanya kalau suaminva itu sesungguhnya bukan
seorang agen bukubuku Timur betulan. Coba pikirkan, sekarang aku ingat,
Pendleton juga punya seorang istri di Jerman, dan
sepasang anak perempuan. Dan dia juga punya istri di Swiss. Aku tidak tahu siapa
istri-istrinya itu"miliknya sendiri atau hanya
sebagai kamuflase saja. Dia bilang tentu saja mereka hanya sebagai kamuflase.
Yah, bagaimanapun juga, kau ingin tahu tentang Mr.
Ramsay i ini. Ada yang lain lagi?"
"Aku tidak yakin. Ada sepasang suami istri di nomor 63. Pensiunan dosen. Namanya
McNaughton. Orang Skot. Setengah baya.
Menghabiskan waktunya di kebun. Tidak ada alasan untuk mengira bahwa dia dan
istrinya bukan orang baik-baik"tetapi?"
"Baiklah. *Kami akan memeriksanya. Kami akan memasukkan mereka dalam mesin untuk
meyakinkan. Omong-omong, siapa
sebenarnya orangorang ini?"
"Mereka adalah orangorang yang kebunnya berdampingan atau menyentuh kebun rumah
tempat pembunuhan itu terjadi."
"Kedengarannya seperti sebuah teka-teki Prancis," kata Beck. "Di mana letaknya
mayat pamanku" Di kebun sepupu bibiku.
Bagaimana halnya dengan nomor 19 sendiri?"
"Seorang wanita buta, bekas gurusekolah, yang tinggal di sana. Dia bekerja di
sebuah institut untuk orang buta dan dta telah
diselidiki dengan cermat oleh pihak kepolisian lokal."
"Tinggal sendirian?"
"Ya." "Dan bagaimana pendapatmu tentang orangorang lainnya ini?"
"Pendapat saya adalah,'* kau saya, "jika pembunuhan itu dilaksanakan oleh salah
seorang dari orangorang lainnya ini, di salah satu
rumah lainnya yang telah saya sebutkan tadi, maka hal itu akan sa-f ngat'mudah,
meskipun penuh risiko, untuk me-j ngangkut
sesosok mayat ke dalam nomor 19 pada waktu yang tepat di siang hari, Itu semata-
mata hanya sebuah kemungkinan, cuma itu. Dan
ada sesuatu yang ingin saya tunjukkan pada Anda. Ini."
Beck mengambil uang logam yang kotor kena tanah itu, yang saya ulurkan padanya.
"Sekeping Heller Cekoslovakia" Di mana kau menemukannya?" *
"Bukan saya. Itu ditemukan di kebun belakang nomor 19.*'
"Menarik. Bagaimanapun juga, kau mungkin mendapatkan sesuatu dari keyakinanmu
yang teguh pada bulan sabit dan bulan terbit."
Dta menambahkan sambil berpikir, **Ada sebuah pub bernama The Rising Moon di
jalan di sebelah jalan ini. Mengapa kau tidak
pergi dan mencoba peruntunganmu di sana?"
"Saya sudah pernah ke sana,*' kata saya.
"Kau selalu sudah punya jawabannya, bukan?" kata Kolonel Beck. "Mau rokok?"
Saya menggeiengkan kepala. "Terima kasih "tidak ada waktu hari ini."
"Kembali lagi ke Crowdean?"
"Ya. Ada pemeriksaan yang harus saya hadiri."
"Pasti akan ditangguhkan. Tentunya bukan karena gadis yang kautabrak di
Crowdean, kan?" "Tentu saja bukan," kata saya tajam.
Kolonel Beck tiba-tiba tertawa kecil.
"Hati-hati dengan langkahmu, Anakku! Seks muncul seperti biasanya. Berapa lama
kau menge-nalnva?" "Tidak ada"maksud saya"yah"memang ada seorang gadis yang menemukan mayat itu."
"Apa yang dilakukannya ketika dia menemukannya?"
"Menjerit." "Bagus sekali,*' kata kolonel itu. "Dia mena-brakmu, menangis dalam pelukanmu
dan menceritakannya padamu. Begitu, kan"*'
"Saya tidak tahu apa yang Anda bicarakan," kata saya dingin. "Coba lihat ini."
Saya memberinya beberapa foto kepolisian pilihan.
"Siapa ini?" tuntut Kolonel Beck.
"Korban pembunuhan itu.'*
"Satu dari sepuluh kemungkinan yang ada, gadis yang kau minati itu mungkin
adalah pembunuhnya. Seluruh cerita itu
kedengarannya sangat mustahil bagiku."
"Anda bah kan belum mendengarnya," kata sava. "Saya belum menceritakannya pada
Anda." "Aku tidak perlu cerita," Kolonel Beck mengibaskan rokoknya. "Pergllah ke
pemeriksaan itu, Anakku, dan carilab gadis itu. Apakali
namanya Diana, atau Artemis, atau sesuatu seperti bulan sabit atau bulan?"
"Bukan." "Nah, ingatlah bahwa itu mungkin saja."
NARASI COLIN LAMB Sudah lama sekali sejak terakhir kalinya saya mengunjungi Whitehaven Mansion.
Beberapa ta-hun yang lalu bangunan itu adalah
sebuah gedung yang menonjol. Sekarang ada banyak gedung lain yang lebih
mengagumkan dan bahkan lebih banyak lagi bangunan
modern yang berdiri di kedua belah sisinya. Di dalam, saya menemukan, bahwa
gedung itu baru saja mendapatkan wajah baru.
Dindingnya dicat lagi dengan warna kuning dan hijau pucat.
Saya naik ke lift dan menekan bel nomor 203. Pintu dibuka oleh seorang pelayan
lakilaki yang penampilannya tak bercela, George.
Sebuah se-nyum tersungging di bibirnya.
"Mr. Colin! Sudah lama sekali Anda tidak kemari."
"Ya, aku tahu. Apa kabar, George?" "Syukurlah, saya sehat-sehat saja, Tuan."
Saya merendahkan suara saya. "Dan bagaimana
dengan dia?" George merendahkan suaranya, kendati itu tidak perlu, sebab dia sudah berbicara
dengan nada hati-hati sejak awal pembicaraan
kami. "Saya pikir, Tuan, kadang-kadang beiiau agak sedikit tettekan."
Saya mengangguk dengan penuh simpati.
"Jika Anda sudi berjalan lewat sini, Tuan"*' Dia membawakan topi saya.
'Tolong sebut saya sebagai Mr. Colin Lamb."
"Baik, Tuan." Dia membuka sebuah pintu dan berbicara dengan suara yang jelas "Mr
Colin Lamb sudah datang, Tuan."
Dta mundur dan menyilakan saya masuk ke dalam ruang itu.
Teman saya, Hercule Poirot, sedang duduk di kursinya yang besar di depan
peraptan. Saya melihat bahwa satu batangan besi dari
pemanas listrik berbentuk segi empat yang ada di situ menyala merah. Saat itu
baru awal September, udara hangat, tetapi Poirot
adalah satu dari orangorang pertama yang merasakan dtnginnya musim gugur* dan
mengambil tindakan pencegahan terhadapnya.
Di kedua belah sisinya di lantai ada etumpuk bukubuku vang disusun rap . D atas
meja di sisi kirinya terdapat lebih banyak buku
lagi. Tangan kanannya memegang sebuah cangkir yang mengepulkan asap. Tisane
pasti, saya menebak. Dia sangat suka minum tisane
dan sering mendesak saya agar meminumnya. Minuman itu rasanya memuakkan dan
baunya ta am "Jangan bangkit," kata saya, tetapi Poirot sudah berdiri di atas kakinya. Dia
berjalan ke arah saya, memakat sepatu kulh yang
berkilau-kilauan, dengan tangan terbuka lebar.
"Ah, jadi kamu. Kamu, Temanku! Temanku yang masih muda"Colin. Tetapi mengapa
menyebut dirimu dengan nama Lamb" Coba
kupikir. Ada sebuah pepatah atau sebuah peribahasa. Sesuatu tentang domba
berbulu domba. Tidak. Itu kan pepatah tentang
nyonya-nyonya tua yang mencoba untuk kelihatan lebih muda daripada yang
sebenarnya. Itu tidak coeok buatmu. Alia, aku tahu. Kau
adalah serigala berbulu domba. Begitu, kan"**
'*Tidak juga," kata saya. "Hanya saja dalam bidang seperti pekerjaanku, kupikir
namaku sendiri mungkin menyebabkan timbulnya
kesalahpahaman, yaitu terlalu menyangkut nama ayahku. Jadi, kuganti Lamb.
Pendek, sederhana, dan mudah diingat. Cocok," kata
saya memuji diri sendiri, "dengan kepribadianku."
"Aku tidak yakin tentang itu," kata Poirot, "dan bagaimana kabar teman baikku,
ayahmu?" "Ayah baik-baik saja," kata saya. "Sangat sibuk dengan tanaman-tanaman
hiasnya"atau chrysanthemum, ya" Musim-musim begitu
cepat berlalu, aku tidak ingat sekarang ini musim apa?"
"Dia menyibukkan diri, kalau begitu, dengan tanaman-tanaman hortikultural?"
"Tiap orang kelihatannya mengarah ke sana pada akhirnya," kata saya.
"Aku tidak," kata Hercule Poirot. "Sekali saja
dengan sayuran itu, ya"tapi tidak pernah lagi. Jika kau ingin bunga yang
terbaik, mengapa tidak pergi ke toko bunga" Kupikir
Inspektur yang hebat itu akan menulis pengalaman-pengalaman-nya?"
"Dia pernah mulai," kata saya, "tapi dia pikir terlalu banyak hal yang harus
dirahasiakan sehingga akhirnya dia berkesimpulan
bahwa apa yang dimasukkan pasti kelihatan terlalu jinak dan sederhana sehingga
tidak pantas untuk ditulis."
"Seseorang harus mempunyai kebijaksanaan, ya. Memang tidak menguntungkan," kata
Poirot, "sebab ayahmu dapat menceritakan
beberapa hal yang sangat menarik. Aku mengaguminya. Aku selalu mengaguminya. Kau
tahu, metodenya sangat menarik bagiku. Dia
selalu langsung pada sasaran. Dia memakai bukti-bukti dengan cara yang tidak
pernah dilakukan orang Iain. Dia akan memasang
jerat, jerat yang sangat jelas dan orangorang yang ingin ditangkapnya akan
berkata *itu terlalu jelas. Tidak mungkin betuP dan
kaienanya mereka jatuh ke dalamnya!"
Saya tertawa. "Yah," kata saya, "mengagumi ayah sendiri sudah tidak mode lagi
sekarang. Kebanyakan para ayah suka duduk, asyik
dengan pena mereka, dan mengingat semua hal kotor sebisanya dan menulisnya
dengan rasa puas. Tetapi sesungguhnva, aku sangat
menghormati ayahku. Kuharap aku dapat sebaik dia. Tentu saja, bidangku tidak
persis sama dengan bidangnya."
"Tetapi berhubungan," kata Poirot. "Berhubungan dekat dengannya, meskipun kau
harus bekerja di balik layar, sedangkan dia tidak."
Dia terbatuk-batuk kecil. "Kupikir aku harus memberimu selamat atas
keberhasilanmu yang agak menakjubkan baru-baiu ini.
Bukankah begitu" Affaire Larkin."
"Sampai sejauh ini masih baik-baik saja," kata saya. "Tetapi ada beberapa hal
lagi yang ingin kuketahui, untuk melengkapinya
sampai tuntas. Tapi, bukan itu yang ingin kubicarakan denganmu di sini."
"Tentu saja, bukan, tentu saja, bukan," kata Poirot. Dia menyilakan saya duduk
dan menawari saya tisane, yang segera saya tolak.
George masuk pada saat yang tepat, dengan sebuah tempat wiski, sebuah gelas, dan
sebuah sedotan yang diletakkannya di dekat
siku saya. "Dan apa kesibukanmu sekarang?" saya bertanya pada Poirot.
Memandang begitu banyak macam buku di sekelilingnya, saya berkata, "Kelihatannya
kau sedang mengadakan sebuah penyelidikan
kecil?" Poirot mengeluh. "Kau bolch menyebutnya begitu. Ya, mungkin juga betul. Akhir-
akhir ini aku merasa sangat membutuhkan sebuah
pei-soalan. Tidak peduli, kataku pada diri sendiri, apa pun per-soalannya.
Mungkin seperti Sherlock Holmes, yang baik itu, beiapa
dalam daun seledri itu telah tenggelam di dalam mentega. Yang jadi masalah
adalah harus ada sebuah persoalan. Bukan otot yang
hendak kulatih, kau tahu, mefainkan sel-sel otak."
"Supaya bisa tetap berfungsi. Aku mengerti."
"Seperti katamu." Dia mengeluh. "Tetapi persoalan-persoalan, mon cber, tidak
mudah didapat. Memang betul Kamis lalu aku
mendapatkannya. Munculnya tiga potong kulit jeruk kering di tempat payungku
secara tidak beralasan. Bagaimana mereka bisa ada
di sana" Bagaimana caranya mereka berada di sana" Aku tidak makan jeruk. George
tidak akan meletakkan potongan-potong-an kulit
jeruk tua di tempat payung. Juga tidak mungkin ada tamu yang membawa tiga potong
kulit jeruk. Ya, itu cukup merupakan sebuah
persoalan." "Dan kau memecahkannya?"
"Aku memecahkannya," kata Poirot.
Nada bicaranya kedengaran sedih, sama sekali tidak bangga.
"Pada akhirnya persoalan itu tidak menarik sama sekali. Sebuah persoalan karena
penggantian wanita pembersih yang lama dengan
yang baru"yang mengajak, betul-betul melawan perintah, salah satu anaknya.
Meskipun kedengarannya tidak menarik, tetapi hal
itu membutuhkan usaha yang giat juga untuk membongkar kebohongan, penyamaran,
dan Iain-Iain. Memuaskan, hanya itu, tetapi
tidak penting." "Mengecewakan," kata saya.
"Enfin" kata Poirot, "Aku adalah orang yang rendah hati. Tetapi seseorang tidak
perlu memakat sebilah pedang panjang untuk
memotong tali pengikat sebuah paket."
Saya menggelengkan kepala dengan serius. Poirot melanjutkan, "Aku menyibukkan
diri dengan membaca berbagai macam misteri
nyata dalam hidup yang tak terpecahkan. Aku berusaha menerapkan jawaban-
jawabanku pada mereka."
"Maksudmu kasus-kasus seperti kasus Bravo, Adelaide Bardett, dan lain-lain"1'
"Tepat. Tetapi itu terlalu gampang. Tidak perlu diragukan lagi, dalam pikiranku
aku tahu siapa yang membunuh Charles Bravo.
Teman wanitanya mungkin tei libat, tetapi dia bukan seorang pengha-sut dalam
kasus ini. Kemudian ada seorang remaja yang tidak
beruntung, Constance Kent. Motif sebenarnya yang terletak di balik perbuatannya
mencekik adik lakilaki yang masih kecil selalu
merupakan teka-teki. Tetapi tidak bagiku. Begitu aku selesai membaca kasus itu,
semuanya menjadi jelas bagiku. Dan tentang Lizzie
Borden, kita dapat berharap bisa menanyakan beberapa pertanyaan yang diperlukan
kepada berbagai orang yang terlibat. Aku
cukup yakin dengan pikiranku pada apa yang akan merupakan jawabannya. Susahnya,
kurasa mereka sudah mati semua sekarang."
Saya berpikir sendiri, seperti sering kali kulakukan sebelumnya, bahwa
kerendahan hati pastilah bukan merupakan kelebihan
Hercule Poirot. "Dan apa yang kulakukan berikutnya?" Ianjut Poirot.
Saya menebak bahwa akhir-akhir ini dia tidak merniliki teman untuk diajak
berbicara dan hanva bisa menikmati suaranya sendiri
saja. "Dari kehidupan nyata aku beralih ke fiksi. Kau lihat, aku di sini tenggelam
dalam berbagai macam contoh fiksi-fiksi kriminal dt
sebelah kanan dan kiriku. Aku bekerja dengan menelusur ke beJakang. Ini?" dia
memungut buku yang diletakkannya di lengan
kursinya ketika saya masuk, ?"ini, temanku Colin, adalah Kasus Leavenworth." Dia
mengulurkan buku itu pada saya.
"Centanya mengagumkan," kata Poirot. "Orang menikmati suasana zamannya,
pelajaran-nya, dan melodramanya yang disengaja.
Gambaran-gambaran yang terinci dan berlebih-lebihan dari kecantikan Eleanor yang
mempesona bagai emas dan kecantikan Mary
yang lembut bagai rembulan."
"Aku harus membacanya lagi," kata saya. "Aku sudah lupa bagian-bagian tentang
gadis-gadis cantik itu."
"Dan pern bantu wanita itu, Hannah, begitu nyata digambarkan, juga pembunuhnya,
sebuah studi psikologi yang hebat."
Saya merasa telah membiarkan diri saya untuk mendengarkan kuliah. Saya
menenangkan diri untuk terus mendengarnya. > "Terus


Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kita akan mengambil Petualangan Arse-ne Lupin" Poirot meneruskan. "Betapa
fantastik, betapa tidak nyatanya. Dan bayangkan
vitalitas yang ada pada mereka, kekuatannya, kehidupannya! Mereka memang tidak
masuk akal, tetapi mereka meyakinkan. Ada
humornya, juga!" Dia meletakkan Petualangan Arsene Lupin dan memungut buku lain. "Dan ini adalah
Misteri Kamar Kuning. Itu"ah, betul-betul
sebuah kla-sik! Aku mengaguminya dari awal sampai akhir. Pendekatan yang begitu
logis! Ada kntik-kritik-nya juga, kuingat, yang
mengatakan bahwa itu tidak juju. Tetapi itu bukan tidak jujur, Colin sayang.
Bukan, bukan. Hampir begitu, mungkin, tetapi belum
demikian. Ada perbedaan setebal sehelai rambut. Bukan. Secara keseluruhan ada
kebenaran, yang disembunyikan dengan kata-kata
secara hati-haji dan cerdik. Semuanya harus jelas pada saat puncaknya, ketika
orangorang itu bertemu di sudut ketiga lorong itu."
Dia meletakkannya dengan khidmat. "Betul-betul sebuah karya luar biasa, dan,
kukira, sekarang hampir dilupakan/*
Poirot melompat dua puluh tahun atau lebih, untuk menyoroti pekerjaan pengarang-
pengarang lama. "Aku juga sudah membaca," katanya, "beberapa karya awal Mrs. Ariadne Oliver. Dia
kebetulan adalah temanku, dan temanmu
juga, kurasa. Aku tidak seluruhnya setuju dengan hasil karyanya. Kejadian-
kejadian di dalamnya sangat mustahil. Jangkauan tangan
kebetulan terlalu sering diterap-kan. Dan, karena masih muda waktu itu, dia
cukup bodoh untuk membuat detektifnya orang
Finlandia, dan jelas-jelas dia tidak tahu apa-apa tentang orang Finlandia maupun
negaranya, kecuali mungkin hasil karya Sibelius.
Tetapi dia memiliki jalan pikiran yang asli, dia membuat deduksi-deduksi yang
bagus kadang-kadang, dan bertahuntahun kemudian
dia telah banyak mempelajari hal-hal yang tidak diketahuinya sebelumnya.
Misalnya prosedur poll si. Sekarang dia juga sedikit
lebih percaya pada topik senjata api. Apa yang lebih diperlukan lagi adalah, dia
mungkin telah memiliki seorang teman pengacara
yang 4 telah menempatkannya pada posisi yang benar dalam bidang hukum."
Dia mengesampingkan Mrs. Ariadne Oliver dan memungut buku lain.
"Sekarang Mr. Cyril Quain. Ah, dia adalah seorang ahii, Mr. Quain, dalam hal
alibi." "Dia adalah penulis yang sangat membosankan jika aku tidak salah," kata saya,
"Betul," kata Poirot, "tidak ada sesuatu yang betul-betul menegangkan yang
terjadi dalam bu-ku-bukunya. Ada juga mayat, tentu
saja. Kadangkadang lebih dari satu. Tetapi yang penting selalu atibinya, jadwal
kereta api, rute-rute bis, peta-peta jalan pintas.
Aku akui aku menikmati penggunaan alibi ini, yang berbelit-belit dan jelas. Aku
menikmati usaha untuk menemukan kelemahan Mr.
Cyril Quain." "Dan kukira kau selalu berhasil," kata saya. Poirot memang jujur.
"Tidak selalu," dia mengakui. "Tidak, tidak selalu. Tentu saja, sesudah beberapa
lama orang akan menyadari bahwa bukunya yang
satu hampir sama dengan yang lain. AUbi-altbinya serupa satu sama Iain, kendati mereka tidak persis sama. Kau tahu, mon cher
Colin, aku membayangkan Cyril Quain sedang duduk di kamarnya, mengisap pipanya
seperti yang terlihat pada foto-fotonya, duduk
dikelilingi ABC (buku jadwal kereta api), Bradshaw Kontinental, brosur-brosur
penerbang-an, dan segala macam jadwal lainnya.
Bahkan perjalanan-perjalanan kapal pesiar. Sebutkan ke-inginanmu, Colin, ada
aturan dan metode pada Mr. Cyril Quain."
Dia meletakkan Mr. Quain dan memungut buku lain.
"Sekarang Mr. Garry Gregson, seorang penulis cerita seram yang luar biasa. Dia
telah menulis paling tidak 64 buku, kukira. Dia
hamprr merupakan contoh kebalikan yang sempurna dari Mr. Quain. Pada bukubuku
Mr. Quain tidak banyak hal yang terjadi, pada
bukubuku Gairy Gregson terlalu banyak yang terjadi. Mereka tidak masuk akal dan
sangat membingungkan. Mereka terlalu berteletele.
Kisah melodramatis yang diaduk dengan sebuah tongkat. Tetesan darah"mayat
"jejak-jejak"ketegangan-ketegangan
ditumpuk "jadi satu dan ditonjolkan. Semua begitu mengerikan, tidak mungkin
terjadi dalam hidup. Dia bukan, seperti katamu,
secangkirteh bagiku. Dia, kenyataannya, bukan secangkir teh sama sekali. Dia
lebih mirip dengan koktil Amerika itu yang tak keruan,
yang campurannya sangat mencurigakan."
Poirot berhenti, menarik napas, dan melanjutkan
kuliahnya. "Kemudtan kita beralih ke Amerika." Dia mencomot sebuah buku dari
tumpukan di sebelah kirinya. "Florence Elks,
sekarang. Ada aturan dan metode dalam bukubukunya, kejadian-kejadian yang
beraneka macam, va, tetapi terlalu banyak
penjelasannya. Riang dan hidup. Dia memiliki otak, wanita ini, mcskipun mungkin,
seperti kebanyakan penulis Amerika lain, sedikit
terlalu tenggelam dalam minuman. Aku, seperti yang kau ketahui mon ami, adalah
seorang ahli anggur. Aku selalu menyenangi anggur
merah ataupun anggur burgundy yang dituangkan dalam cerita-cerita, dengan tahun
buatan dan tanggal yang betul-betul asli. Tetapi
penyebutan jumlah arak maupun wiski yang tepat dalam setiap halaman cerita-
cerita detektif Amerika, sama sekali tidak menarik
bagiku. Meskipun dia minum satu pint ataupun setengah pint yang diambilnya dari
dalam lacinya, bagiku sama sekali tidak
mempengaruhi jalan ceritanya dalam cara apa pun. Motif minum-minum ini dalam
bukubuku Amerika sama artinya dengan kepala
Raja Charles bagi Mr. Dick yang malang, ketika dia mencoba menuliskan
kenangannya. Mustahii untuk dihin-dari."
"Bagaimana halnya dengan sekolah yang ke-tat?" tanya saya.
Poirot mengibaskan sekolah yang ketat itu seperti dia mengibaskan seekor lalat
atau nyamuk yang mengganggu.
"Kekerasan demi kekerasan" Sejak kapan hal itu menarik" Aku telah melihat banyak
kekerasan pada awal karierku sebagai seorang
polisi. Bah, kau lebih baik juga membaca buku literatur kesehatan. Tout de meme,
aku menempatkan fiksi-fiksi kriminal Amerika
secara keseluruhan pada tempat yang lumayan tinggi. Kupikir mereka itu lebih
jenius, lebih imajinatif daripada tuh'san-mlisan
Inggris. Mereka lebih sedikit menjelaskan tentang suasana dan sedikit saja
dibebani oleh keadaan ketimbang kebanyakan penulis
Prancis. Sekarang coba arnbil Louisa O'Malley misalnya."
Dia mengambil sebuah buku lagi.
"Bukubukunya adalah model yang baik bagi karya tulis yang bermutu, ketegangan,
ketakutan yang memuncak yang diciptakannya
pada diri pembacanya adalah hebat. Rumahrumah besar dari batu di New York itu.
Enfw, apa sebenarnya rumah besar dari batu
itu"aku tidak pernah tahu" Apartemen-apartemen yang eksklusif itu, dan
keangkuhan-keangkuhan yang menggetarkan hati, dan di
balik itu semua, kejahatan yang tak disangka-sangka tetap berlangsung dengan
diam-diam. Itu bisa terjadi demikian, dan memang
terjadi demikian. Dia betul-betul hebat, Louisa O'Malley ini, dia betul-betul
sangat hebat." Dia menarik napas, menyandarkan dirinya, menggelengkan kepala dan meminum sisa
tisane-nya. "Dan kemudian"selalu ada favorit-favorit lama itu."
Sekali lagi dia mengambil sebuah t&uku,
"Petualangan Sherlock Holmes," gumamnya senang, dan bahkan mengucapkan satu
patah kata saja, dengan hormat, "Maitre!"
"Sherlock Holmes?" tanva sava.
"Oh, non, non, bukan Sherlock Holmes! Pengarangnya, Sir Artliur Conan Doyle,
yang aku hormati. Kisah-kisah tentang Sherlock
Holmes ini adalah jauh dari kenyataan, penuh dengan kekeliruan dan kebanyakan
hanya dibuatbuat. Tetapi seni menulisnya"ah, itu
betul-betul berbeda. Keindahan bahasanya, terutama penciptaan karakter yang
hebat itu, Dokter Watson, Ah, itu betul-betul
merupakan sebuah kemenangan."
Dia menarik napas, menggelengkan kepala, dan bergumam, jelas-jelas karena suatu
ide yang berhubungan dengan kenyataan.
"Ce cher Hastings. Temanku Hastings yang sering kau dengar kusebut-sebut namanya
itu. Sudah lama sekali sejak aku mendapat
berita darinya. Betapa konyolnya untuk pergi dan mengubur diri di Amerika
Selatan, di mana selalu terjadi revolusi."
"Itu tidak terbatas pada Amerika Selatan saja," kata saya. "Di mana-mana di
dunia ini ada revolusi sekarang."
"Mari kita tidak mendiskusikan bom," kata Poirot. "Jika memang harus, apa boleh
buat, tetapi mari kita tidak mendiskusikannya
sekarang." "Sebetulnya," kata saya, "aku datang untuk mendiskusikan sesuatu yang sangat
berbeda denganmu." "Ah! Kau akan segera menikah, bukan" Aku gembira, mon cher, gembira sekali."
"Siapa yang memasukkan pikiran itu dalam kepalamu, Poirot?" tanya saya. "Bukan
hal sepetti itu." "Itu terjadi," kata Poirot, "terjadi setiap hari."
"Mungkin," kata saya tegas, "tapi tidak pada-ku. Sebenarnya aku datang untuk
menceritakan padamu bahwa aku terlibat dalam
suatu persoalan pembunuhan yang rumit."
"Begitu" Sebuah persoalan pembunuhan vang rumit, katamu" Dan kau membawanya
pada&x*. Mengapa?"
"Yah " " saya sedikit malu. "Aku"aku pikir kau akan menyenanginya," kata saya.
Poirot memandangku sambil berpikir. Dia mengusap-usap kumisnya dengan rasa
sayang, kemudian berkata,
"Seorang tuan," katanya, "biasanya sering berbaik hati pada anjingnya. Dia pergi
ke luar dan melempar bola untuk anjingnya. Si
anjing, bagaimanapun juga, juga mampu membalas kebaikan tuannya. Si anjing
membunuh seekor kelinci atau seekor tikus dan dia
membawanya dan meletakkannya di kaki tuannya. Dan apa yang dilakukannya
kemudian" Dia mengibaskan ekornya."
Saya tertawa. "Apakah aku mengibaskan ekorku?"
"Kupikir ya, Temanku. Ya, kupikir kau mengibaskan ekormu."
43 "Baiklah kalau begitu," kata saya. "Dan apa yang dikatakan tuan itu" Apakah dia
ingin melihat tikus tangkapan anjingnya" Apakah dia
ingin mengetahui semuanya tentang tikus itu?"
"Tentu saja. Pasti. Sebuah kejahatanlah yang kau pikir akan menarik bagiku.
Betul, kan?" "Masalahnya adalah," kata saya, "semuanya kelihatan tidak masuk akal."
"Itu tidak mungkin," kata Poirot. "Semua hal selalu masuk akal. Semuanya."
"Yah, kau coba saja ini dan menjelaskannya. Aku tidak bisa. Bukan karena aku
tersangkut di dalamnya. Aku hanya kebetulan saja
terlibat di dalamnya. Kau perhatikan, semuanya akan menjadi jelas, begitu mayat
itu dapat dikenali."
"Kau berbicara tanpa metode dan aturan," kata Poirot tegas. "Kumohon kau
memberiku fakta-faktanya. Kau bilang itu adalah
pembunuhan, bukan?" "Memang betul pembunuhan," saya meyakinkannya. "Nah, inilah kisahnya."
Saya menceritakan padanya secara terinci kejadian-kejadian yang berlangsung di
Wilbraham Crescent No. 19. Hercule Poirot
bersandar pada kursinya. Dia menutup matanya' dan dengan lembut mengetuk-
ngetukkan jari telunjuknya pada lengan kursinya
sambil mendengarkan cerita saya Ketika saya akhirnya berhenti, dia tidak
berbicara selama beberapa saat. Kemudian dia bertanya,
tanpa membuka majanya, "Sans blague?" "Oh, tepat," kata saya. "Epatant" kata Poirot. Dia merasakan kata ttu dengan
lidahnya dan mengulanginya per suku kata. "Epatant."
Sesudah itu dia melanjutkan ketukannya pada lengan kursinya dan perlahan-lahan
menganggukkan kepalanya. "Nah," kata saya tidak sabar, sesudah menunggu sejenak. "Apa komentarmu?"
"Tetapi kau ingin aku ngomong apa?"
"Aku ingin kau memberiku pemecabannya. Aku selalu kauajari bahwa seseorang
sangat mungkin sekali untuk berbaring di kursi,
hanya memikirkan semuanya, dan mendapatkan jawabannya. Jadi tidak perlu lagi
pergi dan menanyai orangorang dan berkeliaran
ke sana kemari untuk mencari jejak."
"Ituiah yang selalu kusarankan."
"Nah, kutantang kau," kata saya. "Aku sudah memberikan fakta-faktanya, sekarang
aku butuh jawabannya."
"Hanya itu saja, heh" Tetapi ada banyak lagi yang perlu diketahui, man ami. Kita
baru berada pada bagian permulaan dari taktafakta
itu. Bukankah begitu?"
"Aku masih menginginkan kau muncul dengan sesuatu."
"Begitu," Dia berpikir sejenak. "Satu hal sudah pasti," katanya. "Itu adalah
sebuah tindak kejahatan vang sederhana."
"Sederhana?" saya berteriak heran.
"Tentu saja." "Mengapa harus sederhana?"
"Sebab kasus itu begitu rumit. Jika suatu kasus harus kelihatan begitu rumit,
maka pasti sebenarnya sederhana saja. Kau
mengerti?" "Aku tidak begitu tahu apa yang harus kulakukan."
"Keingintahuan," kata Poirot, "apa yang ba-rusan kau ceritakan padaku "
kupikir"ya, ada sesuatu yang rasanya kukenal. Sekarang
di mana " kapan"aku menemukan sesuatu..." Dia berhenti,
"Ingatanmu," kata saya, "pastllah merupakan sebuah tempat penyimpanan kasus-
kasus kejabat-an maha luas. Tapi tentunya kau
tidak mungkin mengingat semuanya, bukan?"
"Sayangnya tidak," kata Poirot, "tetapi dari waktu ke waktu ingatan-ingatan itu
selalu berguna. Ada seseorang tukang rebus
sabun, aku ingat, dulu, di Liege. Dia meracuni istrinya agar dapat menikahi
seorang pengetik steno berambut pi-rang. Kejahatan itu
mempunyai pola. Beberapa waktu kemudian, cukup lama sesudahnya, pola itu
berulang kembali. Aku mengenalinya. Kali itu adalah
persoalan penculikan seekor anjing peking, tetapi polanya sama. Aku mencari
persamaan antara seorang stenografer pirang dengan
tukang rebus sabun, dan voilal Ituiah dia. Dan di sini sekali lagi pada apa yang
kauceritakan padaku, aku mempunyai perasaan adanya
suatu persamaan. "Jam-jam?" sava mengusulkan dengan penuh harap. "Agen asuransi palsu?"
"Bukan, bukan," Poirot menggelengkan kepalanya.
"Wanita buta?" "Bukan, bukan, bukan. Jangan membingungkan diriku."
"Aku kecewa denganmu, Poirot," kata saya. "Kupikir kau bisa langsung memberiku
jawaban-nva." "Tapi, Temanku, sekarang ini kau hanya memberiku sebuah pola. Ada banyak hal
lagi yang harus dicari. Mungkin orang ini akan
dikenali. Dalam hal itu pihak kepolisian adalah hebat. Mereka memiliki catatan-
catatan kriminal, mereka dapat mengiklankan foto
orang itu, mereka memiliki daftar orangorang hilang, ada pemeriksaan ilmiah
terhadap pakaian orang itu, dan sebagainya, dan
sebagainya. Oh, ya, ada seratus cara dan sarana lain yang dapat dilakukan. Tidak
diragukan lagi, orang itu akan dapat dikenali."
"Jadi tidak ada yang dapat dilakukan sekarang. Apakah itu yang kaupikir?"
"Selalu ada sesuatu yang harus dilakukan," kata Poirot dengan keras.
"Misalnya?" Dia menuding-nudingkan jarinya pada saya dengan tegas.
"Bicaralah dengan para tetangga," katanya.
"Aku sudah melakukannya," kata saya. "Aku pergi dengan Hadrcastle ketika dia
menanyai mereka. Mereka tidak tahu apa-apa yang
berguna." "Ah, ck, ck, ck, itu yang kau pikir. Tetapi aku meyakinkan dirimu, bahwa hal itu
tidak bisa demikian. Kau pergi kepada mereka, kau


Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menanyai mereka, 'Apakah Anda melihat sesuatu yang mencurigakan"* dan mereka
berkata tidak, dan kau pikir memang
demikianlah adanya. Tapi itu bukanlah yang kumaksud ketika aku mengatakan
berbicaralah dengan para tetangga. Aku bilang
berbicaralah dengan mereka. Biarkan mereka berbicara padamu. Dan selalu dari
pembicaraan mereka, entah di mana, kau akan
menemukan sebuah petunjuk, Mereka mungkin akan berbicara tentang kebun-kebun
mereka atau hewan-hewan kesayangan mereka
atau rata rambut mereka atau penjahit mereka, atau temanteman mereka, atau
jenis-jenis makanan yang mereka sukaL Selalu saja
entah di mana, akan ada sepatah kata yahg memberi tan da. Kau bilang tidak ada
yang berguna dari percakapan-percakapan itu. Aku
berkata tidak begitu. Jika kau mau mengulangi bagiku kata demi kata..."
"Yah, itu bisa kulakukan," kata saya, "Aku menulis apa yang dikatakan dengan
steno, dalam peranku sebagai seorang asisten polisi.
Aky sudah menyuruh seorang petugas untuk menulisnya dengan huruf biasa dan
mengeriknya dan aku membawanya untukmu, Inilah
dia." "Ah, kau adalah anak vang baik, kau betul-betul seorang anak yang baik! Apa yang
kaulakukan adalah tepat betul. Tepat. Je vous
remercie infiniment."
Saya tersipu-sipu mendengarnya. "Kau punya usul-usul lain?" tanya saya. "Ya, aku
selalu punya usul. Gadis ini. Kau bisa berbicara
dengan gadis ini. Pergilah dan temuilah dia. Kalian sudah berteman, bukan"
Apakah kau tidak mendekapnya dalam pelukanmu ketika
dia terbang kelpar dari rumah itu dengan ketakutan"'
"Kau telah terpengaruh karena membaca Garry Gregson," kata saya. "Kau menangkap
gayanya yang melodramatik."
"Mungkin kau benar," Poirot mengakui. "Seseorang dapat terpengaruh, memang
betul, dengan gaya suatu hasil karva vang telah
dibacanya," "Dan gadis ttu?" kata saya, kemudian berhenti,
Poirot memandang saya dengan pandangan menyelidik. "Ya?" katanya.
"Aku tidak akan menvukai"aku tidak mau..."
"Ah, jadi itu sebabnya. Dalam pikiranmu kau pikir dia tcrlibat entah bagaimana
dalam kasus itu." "Tidak, tidak begitu. Dia ada di sana sungguh-ga tau
sungguh karena suatu kebetulan belaka."
"Tidak, tidak, rnon ami, itu bukan suatu kebetulan yang sungguhsungguh, Kau tahu
itu dengan sangat baik. Kau bilang begitu
padaku. Dia diminta melalui telepon. Di minta dengan khusus."
"Tapi dia tidak tahu mengapa."
"Kautidak bisa yakin tentang dia tidak tahu mengapa. Besar kemungkinannya dia
memang tahu dan menyembunyikan fakta itu."
"Kupikir tidak," kata saya dengan keras kepala.
"Bahkan mungkin akan kautemukan dengan cara bercakap-cakap dengannya, meskipun
mungkin dia sendiri tidak menyadari
kebenarannya." "Aku tidak melihat bagaimana"maksudku" aku hampir tidak mengenalnya."
Hercule Poirot menutup matanya lagi.
"Memang dibutuhkan waktu," katanya, "bagi dua orang yang berlainan jenis untuk
saling tertarik, apalagi bila pernyataan itu
ternyata betul. Dia adalah seorang gadis yang menarik, kukira?"
"Yah"yah," kata saya, "cukup menarik."
"Kau harus bercakap-cakap dengannya," perintah Poirot, "sebab kalian sudah
berteman, dan kau hams pergi dan menemui wanita
buta itu dengan alasan tertentu. Dan kau akan bercakap-cakap dengarmyrf. Dan kau
harus pergi ke biro pengetik itu dengan
berpurapura hendak menge-tikkan naskah. Kau akan berkenalan, mungkin, dengan
salah satu dari gadis-gadis muda yang bekerja di
sana. Kau harus bercakap-cakap dengan orangorang itu semua dan kemudian kau bisa
datang dan menemuiku lagi dan kau akan
menceritakan padaku segala sesuatu yang mereka katakan."
"Minta ampun!" kata saya. "Tiada ampun," kata Poirot, "kau akan menikmatinya."
"Kau kelihatannya tidak menyadari bahwa aku punya tugas yang harus
kulaksanakan." "Kau akan bekerja dengan lebih baik bila memiliki cukup waktu untuk bersantai,"
Poirot meyakinkan saya. Saya bangkit berdiri sambil tertawa.
"Yah," kata saya, "kau adalah dokternya! Ada kata-kata bijaksana lain lagi
bagiku" Bagaimana pendapatmu tentang urusan jamjam
yang aneh itu?" Poirot menyandarkan dirinya di kursi lagi dan menutup matanya.
Kata-kata yang diucapkannya betul-betul di luar dugaan.
" 'Waktunya sudah tiba, kata si Singa Laut, Untuk membicarakan banyak hal.
Tentang sepatu-sepatu dan kapal-kapal dan tilin laky
Dan kubis-kubis dan raja-raja.
Dan mengapa laut mendidih dengan panasnya
Dan apakah babi punya sayap,' "
Dia membuka matanya lagi dan menganggukkan kepaianya.
"Kau mengerti?" tanyanya.
"Kuripan dari 'Singa Laut dan Tukang Kayu,' Alice dan Cermin Ajaib"
"Tepat. Untuk saat ini, hanya ituiah yang dapat kulakukan, mon cher.
Renungkanlah itu." Pemeriksaan ini juga dihadiri oleh masyarakat umum. Dicekam oleh pembunuhan di
tengah-tengah mereka, Crowdean muncul dengan
harapan yang menggebu-gebu akan suatu pengungkap-an yang sensasional. Acara
pemeriksaan itu, bagaimanapun juga, adalah biasabiasa
saja. Sheila Webb tidak perlu merasa ketakutan dengan gilirannya, karena dalam
beberapa menit dia sudah selesai.
Ada pesan melalui telepon di Biro Cavendish yang menyuruhnya pergi ke Wilbraham
Crescent No. 19. Dia telah pergi ke sana,
bertindak sesuai yang diperintahkan, memasuki ruang duduk. Dia menemukan mayat
itu di sana dan menjerit serta menghambur
keluar dari rumah itu untuk mencari bantuan. Tidak ada pertanyaan ataupun
penelitian secara terinci. Miss Martindale, yang juga
memberikan kesaksian, ditanyai dalam waktu yang lebih singkat. Dia telah
menerima pesan dari seseorang yang mengaku sebagai
Miss Pebmarsh, memintanya untuk mengirim seorang pengetik steno, kalau bisa Miss
Sheila Webb, ke Wilbraham
Crescent No. 19, dan memberinya beberapa petunjuk tertentu, Dia telah mencatat
kapan tepatnya telepon itu berbunyi, yaitu pukul
1.49 siang. Selesailah bagian Miss Martindale.
Miss Pebmarsh, dipanggil berikutnya, menyangkal dengan tegas kalau dia dianggap
telah meminta seorang pengetik tenentu untuk
dikirim kepadanya hari itu dari Biro Cavendish. Detektif Inspektur Hardcastle
membuat suatu pernyataan pendek tanpa emosi.
Berdasarkan pemberitahuan melalui telepon, dia pergi ke Wilbraham Crescent No.
19 di mana dia menemukan mayat itu. Kemudian
petugas yang memeriksa sebab-sebab kematian bertanya padanya,
"Apakah Anda sudah berhasil mengetahui siapa orang itu?"
"Belum, Pak. Untuk alasan ituiah, saya meminta pemeriksaan itu ditangguhkan."
"Begitu." Kemudian ada bukti -buktj medis. Doktei Rigg, alili bedah kepolisian, setelah
memperkenalkan diri dan menyebutkan
kualifikasinya, bercerita tentang kedatangannya di Wilbraham Crescent No. 19,
dan tentang pemeriksaannya atas mayat tersebut.
"Dapatkah Anda memberi kami waktu yang kirakira tepat mengenai saat kematiannya,
Dok-ter?" "Saya memeriksanya pada jam setengah em pat. Saya kira kematiannya terjadi
sekitar jam setengah dua sampai setengah tiga."
"Anda tidak dapat mengatakan waktunya dengan lebih tepat lagi?"
"Saya kira saya tidak dapat melakukannya. Kalau hanya menebak, waktu vang paling
mungkin adalah jam dua atau lebih awal
sedikit. tetapi ada banyak faktor yang harus diperhitungkan. Umur, kondisi
kesehatan, dan lain-lain."
"Anda melakukan otopsi?" "Ya."
"Sebab kematian?"
"Orang itu telah ditikam dengan sebilah pisau tipis dan runcing. Sesuatu yang
kelihatannya, mungkin, seperti pisau memasak
Prancis dengan bilah pisau yang runcing. Ujung pisau itu menembus..." Di sini
dokter itu menjelaskan secara teknis bagaimana posisi
yang tepat dari pisau itu ketika menembus jantung.
"Apakah kematian itu datangnya segera?"
"Kematian akan terjadi beberapa menit kemudian."
"Orang itu tidak akan menjerit ataupun berontak?"
"Tidak, dalam keadaan dia ditikam."
"Maukah Anda menjelaskan pada kami, Dokter, apa yang Anda maksud dengan
pernyataan " tersebut?"
"Saya telah memeriksa organ-organ tertentu dan membuat tes-tes tertentu. Menurut
saya ketika dibunuh dia dalam keadaan
koma, yang disebabkan karena pengaruh obat."
"Dapatkah Anda mengatakan obat apa itu, Dokter?"
"Ya. Chloral bydrat."
"Dapatkah Anda mengatakan bagaimana obat itu diberikan?"
"Saya kira mungkin melalui suatu jenis alkohol. Efek chloral hydrat sangat
cepat." "Dikenal dt beberapa tempat sebagai Mickey Finn, saya rasa," gumam perugas iu.
"Betul," kata Dokter Rigg. "Dia akan meminum cairan itu tanpa curiga, dan
sebentar kemudian dia akan terguling dan jatuh
pingsan." "Dan menurut Anda dia ditikam ketika pingsan?"
"Itu keyakinan saya. Hal itu disebabkan karena tidak ada tanda-tanda berontak
dan penampilannya yang begitu damai."
"Berapa lama sesudah pingsan dia dibunuh?"
"Saya tidak dapat mengatakannya dengan tepat. Sekali lagi itu tergantung pada
keadaan tubuh korban. Dia tidak akan sadar
sebelum setengah jam dan mungkin juga lebih lama dari itu."
"Terima kasih, Dokter Rigg. Apakah Anda mempunyai bukti kapan orang itu makan
terakhir kalinva?" "Dia belum makan siang jika itu yang Anda maksud. Dia tidak makan makanan keras
paling sedikit selama empat jam."
"Terima kasih, Dokter Rigg. Saya kira itu saja."
Petugas pemetiksa itu kemudian melihat ke sekeliiing dan berkata,
"Pemeriksaan akan ditangguhkan selama dua minggu, sampai tanggal 28 September."
Pemeriksaan itu selesai, orangorang mulai bergerak keluar dari ruangan. Edna
Brent, yang datang bersama gadis-gadis Iain dari
Biro Cavendish, kelihatan raguragu ketika keluar dari pintu. Biro Sekretaris
Cavendish ditutup pagi itu. Maureen West, salah
seorang dari gadis-gadis itu, berkata kepadanya,
"Bagaimana dengan hal itu, Edna" Apakah kita akan pergi ke Bluebird untuk makan
siang" Kita punya banyak waktu. Bagaimanapun
juga, kau mempunyainya."
"Waktu yang kumiliki tidak lebih banyak dari waktumu," kata Edna dengan suara
sedih. "Sandy Cat berkata padaku lebih baik aku
mengambil giliran pertama untuk makan siang. Memang pelit dia itu. Tadinya
kupikir aku bisa punya waktu lebih yang lumayan untuk
belanja dan lain-lain."
"Persis seperti Sandy Cat," kata Maureen. "Pelit seperti setan, bukan" Kita buka
lagi jam dua dan kita semua harus ada di sana.
Apakah kau mencari seseorang?"
"Hanya Sheila. Aku tidak melihatnya keluar."
"Dia pergi duluan," kata Maureen, "sesudah selesai memberikan kesaksiannya. Dia
pergi dengan seorang pria muda"tetapi aku
tidak tahu siapa dia. Kau mau ikut?"
Edna masih mondar-mandir bingung, dan berkata, "Kau duluan deh"aku harus
belanja." Maureen dan seorang gadis lain pergi bersamasama. Edna tetap tinggal di situ.
Akhirnya dia memberanikan diri untuk berbicara
dengan seorang polisi muda berambut pirang yang berdiri di depan pintu masuk.
"Bisakah saya masuk lagi?" gumamnya lirih, "dan berbicara pada"pada orang yang
datang ke kantor"Inspektur... ?"
"Inspektur Hardcastle."
"Betul. Orang yang memberi kesaksian pagi mi.
"Yah?" polisi muda itu mencari di dalam dan menemukan inspektur itu sedang asyik
berkonsultasi dengan petugas pemeriksa serta
kepala polisi daerah itu.
"Kelihatannya dia sedang sibuk sekarang, Non," katanya. "Jika Anda mau mampir
lagi nanti di kantor, atau jika Anda ingin
meninggalkan pesan pada saya... Apakah ada sesuatu yang penting?"
"Oh, tidak begitu penting sebemlnya," kata Edna. "Itu"yah"saya hanya tidak
mengerti bagaimana semua yang diucapkannya itu
bisa benar, sebab menurut saya..." Dia berbalik dan pergi, masih mengerutkan
dahinya dengan bingung. Dia berjalan-jalan menjauhi Commarket dan menyusuri High Street. Dia masih
mengerutkan dahinya karena bingung dan mencoba
untuk berpikir. Berpikir bukanlah keahlian Edna. Semakin dia mencoba untuk
menjelaskan hal-hal itu dengan otaknva, semakin kacau
otaknya jadinya. Sekali dia berkata dengan keras, "Tapi tidak mungkin begitu...
tidak mungkin terjadi seperti yang dikatakanny a..." .
Tiba-tiba, seperti seseorang yang telah mengambil keputusan, dia berbalik dari
High Street dan menuju Albany Rcwd ke arah Wilbraham
Crescent. 47 Sejak para wartawan memberitakan adanya pembunuhan di Wilbraham Crescent No. 19,
banyak orang berkumpul di depan rumah itu setiap
hari untuk memandangnya. Day a tank yang terdiri dari batu bata dan semen itu,
yang menarik masyarakat umum dalam keadaan seperti itu,
adalah hal yang benarbenar misterius. Selama dua puluh empat jam pertama,
seorang polisi telah ditempatkan di sana untuk mengusir orangorang
dengan gaya yang penuh kuasa. Sejak itu minat orangorang mulai berkurang, tetapi
belum pa-dam sama sekali. Mobil-mobil pengirim
barang akan mengui angi kecepatannya sedikit bila melalui rumah itu,
wanitawanita yang berjalan kaki akan berhenti selama empat atau lima
menit di kaki lima di seberang jalan dan membelalakkan mata mereka sambil
mengingat-ingat tempat tinggal Miss Pebmarsh yang rapi. Wanitawanita
yang pergi berbelanja dengan keranjang-keranjang mereka, akan berhenti sejenak
dengan mata ingin tahu dan berbisik-bisik bertukar
gosip dengan temanteman mereka,
"Itu rumahnya"itu yang ada di sana..."
"Mayatnya ada di ruang duduk... Tidak, saya kira ruang duduknya ada di depan, di
sebelah kiri..." "Tukang sayur bilang pada saya kalau ruang itu di sebelah kanan."
"Yah, tentu saja mungkin, saya pernah pergi ke nomor 10 dulu dan di sana, saya
ingat dengan jelas, ruang makannya ada di sebelah kanan, dan
ruang duduknya di sebelah kiri..."
"Rumah itu tidak sedikit pun kelihatan kalau di dalamnya pernah terjadi
pembunuhan, bukan...?"
"Gadis itu, saya tahu, menghambur keluar dan menjerit sekuat tenaga..."
"Mereka bilang, gadis itu jadi tidak normal sejak... Shock yang hebat, tentu
saja..." "Orang itu masuk melalui jendela belakang, kata mereka. Dia sedang memasukkan
barangbarang perak itu ke dalam tas ketika gadis itu masuk
dan menemukannya..."
"Wanita malang yang memiliki rumah itu, dia buta, kasihan. Jadi tentu saja, dia
tidak dapat mengetahui apa yang terjadi."
"Oh, tapi dia tidak ada di sana waktu itu..."
"Oh, saya pikir dia ada di sana. Saya pikir dia ada di loteng dan mendengarnya.
Oh, oh, saya harus segera ke toko."
Percakapan-percakapan seperti itu dan sejenisnya berlanjut terus sepanjang


Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

waktu. Seolah-olah ada magnet vang menarik mereka, orangorang
yang paling tidak mungkin pun datang ke Wilbraham Crescent, berhenri, menatap
dan kemudian berlalu, untuk memuaskan rasa ingin tahu
mereka. i sini, masih bingung dengan pikirannya " Edna Brent menemukan dirinva berdesak-
desakan dengan sebuah kelompok kecil lima
atau en am orang yang lagi asyik memandangi rumah tempat pembunuhan itu terjadi.
Edna, yang gampang terpengaruh, juga memandang rumah itu.
Jadi ituiah rumah tempat kejadian itu berlangsung! Gorden yang rapi di jendela,
Kelihatannya begitu manis. Tetapi seseorang
telah terbunuh di sana. Dibunuh dengan sebuah pisau dapur. Sebuah pisau dapur
biasa. Hampir setiap orang memiliki sebuah pisau
dapur... Terpikat oleh tingkah laku orangorang di sekitarnya, Edna juga menatap dan
berhenti berpikir.., Dia hampir lupa pada apa yang membuatnya ke Sana...
Dia kaget ketika sebuah suara berbisik di telinganya.
Dengan kaget dia menengok. Dan mendapatkan dirinya bcrhadapan dengan seseorang
yang dikenalnya. BAB 16 NARASI COLIN LAMB SAYA mcmperhatikan ketika Sheila Webb menyelinap, keluar dengan diam-diam dari
Ruang Pemeriksaan. Dia telah memberikan
kesaksiannya dengan sangat baik. Dia kelihatan gugup tetapi bukan dibuatbuat.
Betul-betul alamiah, kenyataan nya. (Apa yang akan
dikatakan Beck" "Sebuah penampilan yang sangat baik." Saya dapat mendengar dia
mengatakannya!) Saya merasa kaget mendengar kesaksian Dokter Rigg, (Dick Hardcasde belum
bercerita pada saya mengenainya, tetapi dia pasti
sudah mengetahuinva) dan kemudian saya mengejar Sheila.
"Tidak terlalu buruk, kan?" kata saya, ketika saya sudah dapat mengejarnya.
"Tidak. Lumayan mudah ternyata. Petugas pemeriksa itu sangat baik." Dia
raguragu. "Apa yang akan terjadi selanjutnya?"
"Dia akan menangguhkan pemeriksaan"untuk mcndapat bukti-bukti lebih lanjut. Dua
minggu ungkin atau sampai mereka dapat mengenali orang mati itu."
"Kau pikir mereka akan mengenalinya?" "Oh, ya," kata saya. "Mereka akan
mengenalinya. Itu tidak perlu diragukan."
Dia gemetar. "Hari ini udaranya dingin." Padahal sebenarnya tidak begitu dingin.
Kenyataannya, saya pikir, hari ini agak hangat.
"Bagaimana kalau kita makan siang agak awal?" usul saya. "Kau belum perlu
kembali ke tempat mengetikmu, bukan?"
"Belum. Kantor ditutup sampai jam dua." "Ayolah, kalau begitu. Bagaimana
pendapatmu tentang masakan Cina" Kulihat di sana ada
sebuah restOran Cina kecil di ujung jalan." Sheila kelihatan raguragu. "Aku
harus belanja." "Kau dapat berbelanja sesudahnya."
"Tidak, aku tidak bisa"toko-toko itu ada yang tutup antara jam satu sampai jam
dua." "Baiklah. Maukah kau menemuiku di sana" Dalam waktu setengah jam?" Dia berkata
dia mau. Saya pergi menuju tepi laut dan duduk di keteduhan. Sementara angin berembus
langsung dari arah laut, saya menikmati suasana
itu. Saya ingin berpikir. Orang akan selatu terpan-cing untuk marah bila orang lain
ternyata mengetahui lebih banyak tentang dirinya
daripada dia mengetahui tentang dirinya sendiri. Tetapi si tua Beck dan Hercule
Poirot dan Dick Hardcastle, mereka semua melihat
dengan jelas apa yang harus saya akui sekarang sebagai suatu kebenaran.
Saya tertarik pada gadis itu"tertarik dalam keadaan di mana saya belum pernah
tertarik pada seorang gadis seperti itu
sebelumnya, Bukan karena kecantikannya"dia cantik, can-tik dalam bentuk yang agak lain,
tidak lebih. Bukan juga daya tank seksnya"saya
sudah sering mengetahui hal-hal seperti itu"bahkan pernah mendapat pelayanan
penuh. Hanya saja, hampir sejak saat pertama, saya telah menyadari bahwa dia adalah
gadisfcw. Dan saya tidak tahu apa-apa tentang dirinya. Waktu menunjukkan pukul dua lebih,
ketika saya berjalan memasuki kantor polisi
dan menanyakan Dick. Saya menemukannya duduk di depan mejanya, membolak-balik
setumpuk kertas. Dia mendongak dan
menanyakan pendapat saya tentang pemeriksaan itu.
Saya berkata padanya bahwa menurut saya ' pemeriksaan itu telah berjalan dengan
sangat baik dan dilangsungkan dengan sopan.
"Kami melakukan hal-hal seperti itu dengan sangat baik di negeri ini."
"Bagaimana pendapatmu tentang bukti-bukti medis itu?"
"Agak mengejutkan. Mengapa tidak kauceritakan padaku mengenainya?"
"Kau sudah pergi waktu itu. Apakah kau sudah berkonsukasi dengan spesialismu?"
"Sudah." "Kurasa aku hanya samar-samar mengingatnya. Banyak kumis."
"Setumpuk kumis," saya menyecujui. "Dia sangat bangga dengan kumis itu." "Dia
pasti sudah Iumayan tua." 'Tua tetapi tidak gila,"
kata saya. "Mengapa sebetulnya kau menemuinya" Apakah semata-mata karena
kebaikan hatimu saja?"
"Pikiranmu adalah pikiran polisi yang penuh dengan kecurigaan, Dick! Tentu saja
semata-mata karena itu. Tetapi kuakui juga, aku
ingin tahu. Aku ingin mendengar apa yang akan dikatakannya tentang persoalan
kita yang unik ini. Kau tahu, dia selalu bilang apa
yang kusebut sebagai kebohongan belaka tentang mudahnya mcmecah-kan suatu kasus
hanya dengan duduk-duduk di kursi,
mengatupkan ujung-ujung jarimu satu sama lain secara simetris, menutup matamu
dan berpikir. Aku ingin menantangnya." "Apakah
dia melakukan semua prosedur itu untukmu?" "Ya."
"Dan apa yang dikatakannya?" Dick bertanya ingin tahu.
"Dia bilang," kata saya, "bahwa itu adalah sebuah pembunuhan yang sangat
sederhana" "Sederhana, Tuhanku!" kata Hardcastle, berteriak. "Bagaimana bisa sederhana?"
"Sejauh yang dapat kusimpulkan," kata saya, "sebab semua kejadian itu begitu
rumit." Hardcastle menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mengerti," katanya. "Kclihatannva
seperti salah_satu dari hal-hal pintar yang
diucapkan oleh pemuda-pemuda di Chelsea, tetapi aku tidak mengerti. Ada yang
lainnya?" "Yah, dia menyuruhku untuk berbicara dengan para tetangga. Aku meyakinkannya
bahwa kita sudah melakukannya."
"Para tetangga bahkan lebih penting sekarang, dipandang dari bukti-bukti medis
itu." "Praduga tentang dia dibius entah di mana dan diangkut ke nomor 19 untuk
dibunuh?" Rasanya ada sesuatu yang saya kenal pada kata-kata itu.
"Itu kurang lebih adalah apa yang dikatakan Mrs."siapa namanya, wanita kucing
itu. Aku waktu itu merasa bahwa komentarnva itu
agak menarik." "Kuctng-kucing itu," kata Dick, dan gemetir. Dia melanjutkan, "Kami telah
menemukan senja-! tanya. Kemarin."
"Oh, ya" Di mana?"
"Di tempat kucing-kucing itu. Mungkm dilem-par ke sana oleh pembunuhnya setelah
melakukan kejahatannya."
"Tidak ada sidik jari, kukira?"
"Dihapus dengan hati-hati. Dan itu mungkin saja pisau milik siapa saja"jarang
dipakai"baru diasah."
"Jadi kejadiannya seperti ini. Dia dibius"kemudian diangkut ke nomor 19"dengan
sebuah mobil" Atau bagaimana?"
"DIA mungkin TELAH DIBAWA DARI SALAH SATU RUMAH YANG KEBUNNYA BERDAMPINGAN."
"TERLALU BANYAK RISIKO, BUKAN?"
"MEMANG MEMBUTUHKAN KEBERANIAN," HardCASTLE MENYERUJUI, "DAN JUGA MEMBUTUHKAN
PENGETAHUAN YANG SANGAT BAIK TENTANG
KEBIASAAN-KEBIASAAN PARA TETANGGA. KELIHATANNYA LEBIH MUNGKIN DIA TELAH DIANGKUT
DENGAN MOBIL." "ITU MENGANDUNG RISIKO JUGA. ORANGORANG AKAN MEMPERHATIKAN SEBUALI MOBIL."
"TIDAK ADA SEORANG PUN YANG MELAKUKANNYA. TETAPI AKU SETUJU, PEMBUNUHNYA TIDAK
AKAN BISA MENGETAHUI KALAU ADA SESEORANG YANG
MEMPERHATIKANNYA ATAU TIDAK. ORANGORANG YANG LEWAT MUNGKIN MEMPERHATIKAN SEBUAH
MOBIL YANG BERHENTI DI DEPAN NOMOR 19 HARI ITU?"
"AKU HERAN JIKA MEREKA akan MEMPERHATIKANNYA," KATA SAYA. "SETIAP ORANG SUDAH
TERLALU BIASA DENGAN MOBIL. KECUALI, TENTU SAJA, KALAU
MOBIL ITU ADALAH MOBIL MEWAH"SESUATU YANG LUAR BIASA, TETAPI ITU TIDAK MUNGKIN?"
"DAN TENTU SAJA SAATNYA ADALAH WAKTU MAKAN SIANG. KAU TAHU, COLIN, INI
MELIBATKAN MISS MILLI-CENT PEBMARSH LAGI DALAM KASUS INI"
KELIHATANNYA SANGAT TIDAK MASUK AKAL UNTUK MEMIKIRKAN BAHWA SEORANG LAKILAKI
YANG NORMAL DITIKAM OLEH SEORANG WANITA BUTA"TAPI
KALAU DIA SUDAH DIBIUS?"
"DENGAN KATA LAIN *JIKA DIA DATANG KE SANA UNTUK DIBUNUH,9 SEPERTI KATA MRS.
HEMMING, DIA, TIBA DI SANA KARENA SUATU JANJI, TANPA
CURIGA SEDIKIT PUN, DITAWARI SEGELAS sherry ATAU KOKTIL"MICKEY
FINN AKAN SEGERA BEREAKSI DAN MISS PCBMAISH MELAKUKAN TUGASNYA. KEMUDIAN DIA
MENCUCI GELAS BERISI MICKEY FINN ITU, MENGATUR MAYAT ITU
DENGAN RAPI DI LANTAI, MELEMPAR PISAU ITU KE KEBUN TETANGGA, DAN PERGI KE LUAR
SEPERTI BIASA." "MENELEPON BIRO SEKRETARIS CAVENDISH PADA SAAT" "
"DAN MENGAPA DIA MELAKUKANNYA" DAN KHUSUS MEMINTA SHEILA WEBB?"
"KUHARAP KITA BISA MENGETAHUINYA." HARDCASTLE MEMANDANG SAYA. "APAKAH dia TAHU"
GADIS ITU?" "DIA BILANG TIDAK."
"DIA BILANG TIDAK," HARDCASTLE FNENGULANGI DENGAN NADA DATAR. "AKU BERTANYA
PADAMU APA YANG ^WPIKIR MENGENAI HAL ITU?"
SAYA TIDAK MENJAWAB SELAMA SATUDUA MENIT. Apa yang SAYA PIKIRKAN" SAYA HARUS
MEMUTUSKAN SEKARANG, TINDAKAN APA YANG HARUS
DIAMBIL. KEBENARAN AKAN DATANG PADA AKHIRNYA. HAL INI TIDAK AKAN MENJELEKKAN
SHEILA JIKA DIA ADALAH SEPERTI YANG SAYA BAYANGKAN.
DENGAN GERAKAN KASAR SAYA MENGELUARKAN SEBUAH KARTU POS DARI SAKU DAN
MENDORONGNYA KE SEBERANG MEJA.
"SHEILA MCNDAPAT INI MELALUI POS."
HARDCASTLE MEMERIKSANYA. ITU ADALAH SALAH SATU SERI KARTU POS BERGAMBAR GEDUNG-
GEDUNG DI LONDON. KARTU INI BERGAMBAR GEDUNG
PENGADILAN KTIMINALITAS PUSAT. HARDCASTLE MEMBALIKNVA. DI SEBELAH KANAN ADA
ALAMATNYA"DALAM CETAKAN YANG RAPI. MISS R.S. WEBB,
PALMERSTON ROAD, 14, Crowdean, Sussex. Di sebelah kiri, juga dicetak, terdapat kata INGAT! dan di
bawahnya 4.13. "4.13," kata Hardcastle. "Itu adalah waktu yang ditunjukkan oleh jam-jam itu
pada hari itu." Dia menggelengkan kepalanya.
"Gambar Si Tua Bailey, kata Tngat' dan waktunya"4.13. Pasti ada kaitannya dengan
sesuatu." "Dia bilang dia tidak tahu apa artinya." Saya mcnambahkan. "Aku mempercayainya,"
Hardcastle mengangguk. "Aku akan menyimpannya. Kita mungkin bisa memperoleh sesuatu dari padanya."
"Kuharap begitu."
Ada sedikit rasa malu di antara kami berdua. Untuk melenyapkannya, saya berkata,
"Kau mempunyai banyak tumpukan kertas di mejamu,"
"Seperti biasanya. Dan kebanyakan sama sekali tidak ada apa-apanya. Orang itu
tidak punya catatan kriminal, sidik jarinya tidak
ada di arsip. Praktisnya semua kertas ini berasal dari orangorang yang merasa
telah mcngenalinya." Dia membaca.
"Dengan hormat, tentang gambar di koran itu saya bampir yakin dia adalah orang
yang sama dengan orang yang mengejar kereta
api d\ Willesdcn Junction kemarin dulu. Dia sedang menggumam pada dirinya
sendiri dan kelihatan sangat liar dan tegang, saya pikir
ivaktu saya melihatnya pasti ada sesuatu yang salah."
"Dengan hormat, saya pikir orang ini sangat mirip dengan sepupu suami saya,
John. Dia telah pergi ke Afrika Selatan, tetapi
mungkin dia telah kembali. Dia memiliki kumis ketika dia pergi, tetapi tentu
saja dia telah mencukurnya."
"Dengan hormat, saya melihat orang di koran itu di kereta api bawah tanah
kemarin malam. Saya pikir waktu itu ada sesuatu yang
aneh pada dirinya" Dan tentu saja ada wanitawanita yang merasa telah mengenali suami-suami mereka.
Wanitawanita sesungguhnya tidak tahu
seperti apa wajah suami-suami mereka! Ada ibu-ibu yang penuh harap yang merasa
mengenali anak lakilaki mereka yang tidak
pernah mereka lihat selama dua ^ puluh tahun.
"Dan ini adalah daftar orang yang hilang. Tidak ada yang dapat membantu kita.
'George Barlow, 65, hilang dari rumah. Istrinya
mengira dia pasti telah linglung.' Dan sebuah catatan di bawahnya bcrbunyi
'memiliki banyak utang. Pernah terlihat sedang
bepergian dengan seorang janda berambut merah. Hampir diyakini telah melakukan
penipu - an.' "Berikutnya: 'Profesor Hargraves, dijadwalkan untuk memberikan kuliah Selasa
lalu. Tidak muncul-muncul dan tidak mengirim
telegram ataupun keterangan berhalangan,' "
Hardcastle kelihatannya tidak menanggapi Profesor Hargraves dengan serius.
"Mungkin dia pikir kuliahnya adalah minggu lalu atau minggu depan," katanya.
"Mungkin dia pikir dia telah berpesan pada penjaga
rumahnya ke mana dia pergi, tetapi sebetulnya dia tidak bilang apa-apa- Kami
sering menjumpai hal-hal seperti itu."
Interkom di meja Hardcastle berbunyi. Dia mengangkat teleponnya,
"Ya" ... Apa" ... Siapa yang menemukannya" Apakah dia menyebutkan namanya" ... Saya
tahu. Teruskan." Dia meletakkan
teleponnya. Wajahnya berubah ketika dia berbalik ke arah saya. Wajahnya tegang,
hampir seperti ingin membalas dendam,
"Mereka menemukan seorang gadis mati di bilik telepon umum di Wilbraham
Crescent," katanya, "Mati?" saya menatapnya. "Bagaimana?"
"Dicekik. Dengan selendangnya sendiri!"
Saya tiba-tiba merasa dingin.
"Gadis yang mana" Bukan?"
Hardcastle memandang saya dengan pandangan yang dingin dan menggoda, yang tidak
saya sukai. "Bukan gadismu," katanya, "jika itu yang kautakutkan. Polisi itu kelihatannya
mengenalinya. Dia bilang dia adalah gadis yang
sekantor dengan Sheila Webb. Namanya Edna Brent."
"Siapa menemukannya" Polisi itu?"
"Dia ditemukan oleh Mrs. Waterhouse, penghuni nomor 18. Kelihatannya dia hendak
menelepon di sana, karena teleponnya rusak
dan dia menemukan gadis itu di sana tertelungkup di lantai."
Pintu terbuka dan polisi itu berkata, "Dokter Rigg menelepon, katanya dia sedang
dalam pcrjalanan, Pak. Dia akan menemui Anda
di Wilbraham Crescent."
BAB 17 Satu setengah jam kemudian dan Detektif Inspektur Hardcastle duduk di bclakang
mejanya dan menerima dengan lega secangkir
teh kantor, Wajahnya masih muram dan marah.
"Maaf, Pak, Pierce ingin berbicara dengan Anda."
Hardcastle bangkit berdiri. "Pierce" Oh, baiklah. Suruh dia masuk." Pierce
masuk. Seorang polisi muda yang kelihatan gugup.
"Permisi, Pak, saya pikir mungkin saya harus mengatakannya pada Anda." "Ya"
Mengatakan apa?" "Sesudah pemeriksaan, Pak. Saya
sedang bertugas jaga di depan pintu. Gadis itu"gadis yang telah dibunuh ini.
Dia"dia berbicara pada saya." "Berbicara denganmu"
Apa katanya?" -"Dia ingin berbicara dengan Anda, Pak." Hardcastle duduk tegak


Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersiap-siap. "Dia ingin berbicara dengan saya"
Apakah dia bilang mengapa?"
"Tidak, Pak. Maafkan saya, Pak, jika saya"jika saya semestinya harus melakukan
sesuatu. Saya menanyainya jika dia mau
meninggalkan pesan atau"atau mungkin dia bisa datang ke kantor nanti. Anda tahu,
Anda sedang sibuk dengan kepala polisi dan
petugas itu dan saya pikir?"
"Sialan!" kata Hardcastle, menahan napas. "Tidak dapatkah kau menyuruhnya
menunggu sampai saya selesai?"
"Maaf, Pak." Pemuda itu merah mukanya. "Saya kira jika saya tahu, saya pasti
akan menyuruhnya menunggu. Tetapi saya pikir hal
itu tidak penting. Saya kira dia sendiri tidak merasa bahwa itu penting. Dia
hanya berkata bahwa dia bingung akan sesuatu hal."
"Bingung?" kata Hardcastle. Dia diam cukup iama, sibuk berpikir-pikir. Gadis itu
adalah gadis yang berpapasan dengannya di jalan,
ketika dia pergi ke rumah Mrs. Lawton. Gadis itu hendak menemui Sheila Webb.
Gadis itu mengenalinya ketika berpapasan
dengannya dan dia raguragu apakah akan menyapanya atau tidak. Ada sesuatu yang
meresahkannya. Ya, ituiah. Sedangkan dia telah
menghilangkan kesempatan itu. Dia tidak cukup cepat pada saat itu. Dia terlalu
dipenuhi keinginan untuk mengetahui latar belakang
kehidupan Sheila Webb, sehingga dia telah mengabaikan hal yang berharga. Gadis
itu telah merasa bingung" Sekarang, mungkin,
mereka tidak akan pernah tahu mengapa.
"Teruskan, Pierce, katakan semua yang bisa kau ingat." Dia menambahkan dengan
ramah, karena dia adalah orang yang jujur, "Kau
tentu saja tidak tahu kalau itu adalah penting."
Dia tahu bahwa tidak baik untuk melampiaskan kemarahannya dan frustrasinya
sendiri dengan menyalahkan polisi muda itu.
Bagaimana polisi itu bisa tahu" Sebagian dari latihan yang telah diterimanya
mengutamakan kcdisiplinan untuk meyakinkan bahwa
atasannya hanya dapat diganggu pada waktu yang tepat dan pada tempat t yang
tepat. Seandainya gadis itu berkata bahwa hal itu
penting dan mendesak, maka kejadiannya akan berbeda. Tetapi dia bukanlah,
pikirnya, teringat akan pandangan pertamanya
mengenai gadis itu di kantornya, gadis seperti itu. Dia adalah gadis yang
lamban. Seorang gadis yang mungkin tidak percaya pada
kemampuan otaknya sendiri,
"Dapatkah kau mengingat dengan tepat apa yang telah terjadi, dan apa yang dia
katakan padamu, Pierce?" tanyanya.
Pierce memandangnya dengan perasaan sangat bersyukur.
"Yah, Pak, dia menghampiri saya ketika orangorang keluar dari ruang pemeriksaan
dan dia kelihatan raguragu sejenak dan
melihat ke sekeliling sepertinya dia sedang mencari seseorang. Bukan Anda, Pak,
sava kira bukan. Orang lain. Kemudian dia
menghampiri saya dan berkata apakah dia bisa berbicara dengan polisi, dan dia
berkata polisi yang telah memberi kesaksian. Jadi,
seperti yang saya katakan, saya melihat Anda sedang sibuk dengan kepala polisi,
sehingga saya menjelaskan padanya kalau Anda
sedang sibuk waktu itu. Saya tanyakan apakah dia mau mcning-galkan pesan atau
akan menghubungi Anda kemudian di kantor. Dan
saya pikir dia berkata itu lebih baik. Saya bertanya apakah ada sesuatu yang
penting..." "Ya?" Hardcastle mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Dan dia berkata sebctulnya tidak ada. Hanya, katanya, dia tidak mengerti
bagaimana kejadiannya bisa seperti yang dia katakan."
"Dia tidak mengerti bagaimana apa yang dikatakan seseorang bisa mungkin
terjadi?" ulang Hardcastle.
"Betul, Pak. Saya tidak yakin kata-katanya yang tepat. Mungkin begini, 'Saya
tidak mengerti bagaimana semua yang dikatakannya
itu bisa benar.' Dia mengerutkan dahinya dan kelihatan bingung. Tetapi ketika
saya menanyainya, dia bilang bahwa itu tidak begitu
penting." Tidak begitu penting, kata gadis itu. Gadis yang sama, yang tidak lama kemudian
ditemukan mati tercekik di bilik telepon umum...
"Apakah ada orang lain di dekatmu saat dia berbicara padamu?"
"Yah, ada banyak orang, Pak, menghambur keluar. Ada banyak orang yang menghadiri
pemeriksaan itu. Pembunuhan itu telah
membuat sensasi, apalagi dengan pemberitaan yang dilakukan pers."
"Kau tidak ingat acla seseorang tertentu yang berada di dekatmu waktu
itu"seseorang dari orangorang yang telah memberi
kesaksiaft, misal-nva?"
"Saya khawatir saya tidak ingat siapa pun, Pak/'
"Yah," kata Hardcastle, "tidak ada gunanya. Baiklah, Pierce, jika kau ingat
lagi, datanglah kepadaku segera."
Sendirian Hardcasde berusaha meredakan ama-rahnya yang meledak dan berhenti
menyalahkan dirinya. Gadis itu, gadis yang
bertampang seperti kelinci itu, telah mengetahui sesuatu. Tidak, mungkin bukan
mengetahui, tetapi dia telah melihat sesuatu,
mendengar sesuatu. Sesuatu yang membuatnya bingung, dan kebingungan itu semakin
meningkat sesudah menghadiri pemeriksaan
itu. Apakah yang diketahuinya itu" Sesuatu dalam kesaksian itu" Sesuatu,
mungkin, dalam kcsaksian Sheila Webb" Apakah dia telah
pergi ke rumah bibi Sheila dua hari yang lalu dengan tujuan untuk menemui
Sheila" Mestinya dia dapat berbicara dengan Sheila di
kantor" Mengapa dia ingin menemuj Sheila secara pribadi" Apakah dia mengetahui
sesuatu tentang Sheila Webb yang
membingungkannya" Apakah dia ingin meminta Sheila untuk menjelaskan apa pun yang
diketahuinya itu, entah di mana, secara
pribadi"tidak di depan gadis-gadis Iain" Kelihatannya begitu. Mestinya begitu.
Dia menyuruh Pierce keluar. Kemudian dia memberi beberapa petunjuk pada Sersan
Cray. "Menurut Anda untuk apa gadis itu pergi ke Wilbraham Crescent?" tanya Sersan
Cray. "Saya juga heran," kata Hardcastle. "Tentu saja, mungkin dia ingin tahu"ingin
melihat bagaimana rupanya tempat itu. Itu tidak
aneh"setengah dari penduduk Crowdean kelihatannya mempunyai keinginan serupa."
"Yah, betul," kata Sersan Cray penuh perasaan.
"Sebaliknya," kata Hardcastle pelan, "dia mungkin pergi untuk melihat siapa yang
tinggal di sana..." Ketika Sersan Cray sudah pergi keluar, Hardcastle menulis tiga angka pada buku
notesnya. "20," tulisnya, dan memberi sebuah tanda tanya di belakangnya. Dia menambahkan,
"19?" dan "18?" Dia menulis nama-nama yang
sesuai dengan nomor-nomor itu. Hemming, Pebmarsh, Waterhouse. Tiga rumah lainnya
di Crescent yang lebih besar tidak masuk
hitungan. Untuk me ngunjungi salaji satu dari rumah-rumah itu Edn Brent tidak
akan berjalan di sepanjang jalan yang bcrnomor
kecil. Hardcastle mempelajari tiga kemungkinan itu.
Dia mengambil nomor 20 dulu. Pisau vang dipakai dalam pembunuhan itu ditemukan
di sana. Kelihatannya lebih pantas kalau pisau itu
diselipkan ke dalam semaksemak oleh pemilik nomor 20 sendiri. Ketika ditanya,
reaksi Mrs. Hemming hanya berang. "Betapa
jahatnya orang yang telah melempar pisau yang keji itu pada kucing-kucingku!"
katanya. Bagaimana hubungan
antara Mrs. Hemming dan Edna Brent" Tidak ada, pikir Inspektur Hardcastle. Dia
melanjutkan pertimbangannya pada Miss
Pebmarsh. Apakah Edna Brent pergi ke Wilbraham Crescent untuk menemui Miss Pebmarsh" Miss
Pebmarsh telah memberi kesaksian pada
pemeriksaan. Apakah ada sesuatu dalam kesaksiannya yang telah menimbulkan
keheranan pada Edna" Tetapi dia sudah bingung
sebelum pemeriksaan itu. Apakah dia telah mengetahui sesuatu tentang Miss
Pebmarsh" Apakah dia mengetahui, misalnya, bahwa
ada hubungan tertentu antara Miss Pebmarsh dan Sheila Webb" Itu akan cocok
dengan kata-kata yang diucapkannya pada Pierce.
"Itu tidak mungkin benar, katanya."
"Dugaan, semua hanya dugaan," pikirnya ma-lah.
Dan nomor 18" Miss Waterhouse telah menemukan mayatnya. Inspektur Hardcastle
secara profesional selalu berprasangka
terhadap orangorang yang menemukan mayat. Menemukan mayat akan menghindarkan
pembunuhnya dari banyak kesulitan "
menyelamatkan dia dari ba-haya dalam menyusun sebuah alibi, polisi juga tidak
akan mempedulikan sidik jarinya. Dalam , banyak hal,
itu adalah sebuah kedudukan yang kokoh"dengan hanva satu syarat saja. Tidak
boleh ada motif vang jelas. Sudah pasti tidak ada
motif yang tampak pada Miss Waterhouse untuk melenyapkan Edna Brent. Miss
Waterhouse tidak memberikan kesaksian pada
pemeriksaan. Tetapi, dia mungkin ada di sana. Apakah Edna mungkin mempunyai aiasan tertentu untuk
mengetahui, atau mempercayai, bahwa itu adalah
Miss Waterhouse yang telah bersuara seperti Miss Pebmarsh di telepon dan meminta
jasa seorang pengetik steno untuk dikirim ke
nomor 19" Dugaan lagi.
Dan ada, tentu saja, Sheila Webb....
Tangan Hardcastle meraih telepon. Dia minta disambungkan dengan hotel tempat
Colin menginap. Sebentar kemudian terdengar
suara Colin. "Hardcastle di sini"jam bcrapa kau makan siang dengan Sheila Webb hari ini?"
Colin tidak segera menjawab.
"Bagaimana kau tahu kami makan siang bersama?"
"Dengan tebakan yang jitu. Tetapi itu betul, kan?"
"Mengapa aku harus makan siang bersamanya?"
"Tidak ada aiasan sama sekali. Aku hanya bertanya jam berapa. Apakah kau
langsung pergi makan siang dari pemeriksaan itu?"
'Tidak. Dia harus berbelanja. Kami bertemu di restoran Cina di Market Street
pada pukul satu." "Begitu." Hardcastle melihat catatannya. Edna Brent meninggal antara pukul 12.30 dan pukul
satu. "Apakah kau tidak ingin tahu apa yang kami makan siang itu?"
"Jangan bergurau. Aku hanya menginginkan waktunya yang tepat saja. Sebagai
catatan." "Aku tahu. Memang harus begitu." Berhenti sejenak. Hardcastle berkata lagi,
berusaha meredakan ketegangan.
"Jika kau tidak melakukan apa-apa sore ini?" Colin mcnyela.
"Aku mau pergi. Baru saja menyiapkan koper-ku. Aku harus meiaksanakan tugas yang
menung-guku. Aku harus ke luar negeri."
"Kapan kau kembali?"
"Aku tidak tahu. Paling tidak seminggu "mungkin lebih lama"mungkin tidak pernah
lagi!" "Nasib buruk"atau bukan?" "Aku tidak yakin," kata Colin dan memutuskan hubungan.
Hardcastle tiba di Wilbraham Crescent No. 19 hampir bersamaan dengan keluarnya
Miss Pebmarsh dari rumahnya.
"Permisi sebentar, Miss Pebmarsh."
"Oh. Apakah Anda"Detektif Inspektur Hardcastle?"
"Ya. Bisakah saya berbicara dengan Anda?" "Saya ddak mau terlambat ke Instirut.
Apakah lama?" "Saya yakinkan Anda, hanya tiga atau empat menit saja,"
Dta masuk lag! ke rumah, diikuti Hardcastle.
"Anda telah mendengar apa yang terjadi siang ini?" katanya.
"Apakah ada sesuatu yang terjadi?"
"Saya pikir Anda mungkin telah mendengar. Seorang gadis terbunuh di bilik
telepon umum di jalan ini."
"Terbunuh" Kapan?"
'Dua tiga perempat jam yang lalu." Dia memandang ke jam besar itu.
"Saya belum mendengarnya. Belum," kata Miss Pebmarsh. Rasa marah tercermin
sejenak di suaranya. Kelihatannya seperti seseorang telah
memberitahunya tentang ketidakmampuannya dengan cara yang menyakitkan. "Seorang
gadis "terbunuh! Gadis yang mana?"
"Namanya Edna Brent dan dia bekerja di Biro Sekretaris Cavendish."
"Seorang gadis dari sana lagi! Apakah dia juga dikirim seperti gadis itu, Sheila
siapa namanya itu?" "Saya kira tidak," kata inspektur itu. "Dia tidak datang kemari untuk menemui
Anda di sini, di rumah Anda?"
"Di sini" Tidak. Tentu saja tidak."
"Apakah Anda berada di sini sekiranya dia datang kemari tadi?"
"Saya tidak yakin. Jam berapa kata Anda tadi?"
"Kurang lebih dua belas-tiga puluh atau lebih sedikit."
"Ya," kata Miss Pebmarsh. "Saya ada di rumah waktu itu."
"Ke mana Anda pergi sesudah pemeriksaan itu?"
"Saya langsung pulang." Dia berhenti kemudian bertanya, "Mengapa Anda pikir
gadis itu mungkin datang kemari untuk menemui saya?"
"Yah, dia telah menghadiri pemeriksaan pagi ini dan dia telah melihat Anda di
sana, dau dia tentunva punya aiasan tertentu untuk datang ke
Wilbraham Crescent. Sejauh yang kami ketahui, dia tidak punya teman di jalan
ini," "Tetapi mengapa dia harus datang menemui sava hanya karena dia melihat saya di
pemeriksaan itu?" "Yah?" inspektur itu tersenyum kecil, kemudian buru-buru mencoba meletakkan
senyumnya pada suaranya sewaktu dia sadar bahwa Miss
Pebmarsh tidak dapat melihat. "Orang tidak pernah mengerti bagaimana gadis-gadis
ini. Dia mungkin hanya ingin minta tanda tangan. Sesuatu
seperti itu." "Tanda tangan!" Miss Pebmarsh berkata menghina. Kemudian dia menggelengkan
kepalanya kuat-kuat. "Saya hanya dapat meyakinkan Anda,
Inspektui Hardcastle, bahwa hal itu tidak terjadi hari ini. Tidak seorang pun
datang kemari sejak sava pulang dari pemeriksaan itu."
"Yah, terima kasih, Miss Pebmarsh. Kami pikir kami lebih baik memenksa setiap
kemungkinan." "Bet apakah usia gadis itu?" tanya Miss Pebmarsh.
"Sava kira sembilan belas."
"Sembilan belas" Sangat muda." Suaranya berubah sedikit. "Sangat muda... Anak yang
malang. Siapa yang tega membunuh gadis semuda itu?"
"Tapi memang begitulah yang terjadi," kata Hardcastle.
"Apakah dia cantik"menarik"seksi?"
"Tidak," kata Hardcastle. "Dia mungkin berharap bisa begitu, saya kira, tetapi
dia tidak begitu.'* "Jadi bukan itu alasannya," kata Miss Pebmarsh. Dia menggelengkan kepala lagi.
"Maafkan saya. Saya lebih menyesal dari apa yang dapat saya
katakan, Inspektur Hardcastle, bahwa saya tidak dapat membantu Anda."
Hardcastle pergi ke luar, terkesan seperti dia selalu terkesan, dengan
kepribadian Miss Pebmarsh.
Miss Waterhouse juga ada di rumah. Dia tergolong jenis wanita sejati, membuka
pintu dengan tiba-tiba dan menunjukkan keinginan untuk menjerat
seseorang ketika orang itu melakukan sesuatu yang sepatutnya tidak dilakukannya.
"Oh, Anda}" katanya. "Sebetulnya, saya sudah menceritakan pada orangorang Anda
segala yang saya ketahui."
"Saya yakin Anda telah menjawab semua pertanyaan," kata Hardcastle, "tetapi
semua pertanyaan itu tidak dapat ditanyakah sekaligus. Kami
harus memeriksa secara lebih teliti lagi."
"Saya tidak mengerti untuk apa itu. Seluruh kejadian itu merupakan shock yang
hebat," kata Miss Waterhouse, memandangnva dengan pandangan
mencela, seolah-olah semua itu adalah akibat perbuatan Hardcastle. "Silakan
masuk. Anda tidak dapat berdiri di atas keset itu
sepanjang hari. Masuklah dan duduk]ah dan tanyakan semua pertanvaan yang Anda
ingin tanyakan, meskipun saya sebetulnya tidak mengerti
peitanyaan-pertanyaan apa lagi yang masih diperlukan. Seperti yang saya katakan
tadi, saya pergi untuk menelepon. Saya membuka pintu telepon


Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

umum dan gadis itu ada di sana. Saya tidak pernah mendapat shock seperti itu
dalam hidup saya. Saya segera bergegas dan mengajak polisi itu
kemari. Dan sesudahnya, jika Anda ingin tahu, saya kembali kemari dan meneguk
brandy dalam batas yang wajar. Sesuai dengan takaran
kesehatan" kata Miss Waterhouse galak.
"Anda sangat bijaksana, Madam" kata Inspektur Hardcastle.
"Dan hanya itu saja," kata Miss.Waterhouse mengakhiri.
"Saya ingin bertanya apakah Anda sungguhsungguh
yakin Anda tidak pernah melihat gadis
itu sebelumnya?" "Mungkin telah melihatnya berkali-kali," kata Miss Waterhouse, "tetapi tidak
untuk diingat. Maksud saya, dia mungkin telah melayani saya di Woolworth, atau duduk di samping
saya di bis, atau menjual tiket pada saya di bioskop." "Dia adalah seorang pengetik steno di
Biro Cavendish." "Saya kira saya tidak pernah memakai jasa seorang pengetik steno. Mungkin dia
bekerja di kantor saudara lakilaki saya di Gainsford and
Swettenham. Apakah Anda mengarah ke sana?"
Oh, tidak," kata inspektur itu, "kelihatannya tidak ada hubungan ke sana, Tetapi
saya hanya ingin tahu apakah dia telah datang menemui
Anda pagi ini sebelum dibunuh?"
"Datang menemui saya" Tidak, tentu saja tidak.
Untuk apa?" "Yah, kita tidak bisa mengetahuinya," kata Inspektur Hardcastle, "tetapi Anda
akan mengatakan bahwa orang yang melihatnya menuju pintu
gerbang Anda pagi ini adalah salah?" Dia memandang Miss Waterhouse dengan
pandangan tak berdosa. "Orang yang melihatnya menuju pintu gerbang saya" Tidak masuk akal," kata Miss
Waterhouse. Dia raguragu. "Paling tidak?"
"Ya?" kata Hardcastle siap-siaga, kendati dia tidak menunjukkannya.
"Yah, saya kira dia mungkin telah memasukkan brosur atau sesuatu melalui pintu...
Ada brosur di sana pada saat makan siang. Sesuatu tentang
pertemuan untuk penghapusan senjata nuklir, saya kira. Selalu ada hal-hal
seperti itu tiap hari. Saya kira mungkin dia datang kemari dan memasukkan
sesuatu ke kotak surat, tetapi Anda tidak dapat menyalahkan saya gara-gara hal
itu, bukan?" "Tentu saja tidak. Sekarang tentang telepon Anda"Anda bilang telepon Anda rusak.
Menurut kantor sentral, telepon Anda tidak rusak."
"Kantor sentral dapat mengatakan apa saja! Saya memutar nomornya dan mendengar
suara bising yang amat aneh, bukan bunyi sambungan,
jadi saya keluar untuk pergi ke telepon umum." Hardcastle bangkit.
"Maafkau saya, Miss Waterhouse, karena telah mengganggu Anda, tetapi ada
pevkiraan tertentu bahwa gadis itu memang menemui
seseorang di Crescent ini dan dia pergi ke sebuah rumah tidak jauh dari sini."
"Jadi Anda harus menyelidiki sepanjang Crescent," kata Miss
Waterhouse. "Saya kira hal yang paling mungkin adalah dia pergi ke rumah
sebelah"Miss Pebmarsh maksud saya."
"Mengapa Anda pikir itu adalah hal yang paling mungkin?"
"Anda berkata dia adalah pengetik steno dan datang dari Biro Cavendish.
Tentunya, jika saya mengingatnya dengan benar, kata orang Miss
Pebmarsh meminta iasa seorang pengetik steno untuk datang ke rumahnya hari itu,
ketika orang lakilaki itu terbunuh."
"Kata orang, ya, tetapi dia menyangkatnya."
"Yah, jika Anda bertanya pada saya," kata Miss Waterhouse, "bukannya karena
tidak ada seorang pun yang mau mendengarkan apa yang saya
katakan sampai sudah terlambat, saya kira dia agak gila sedikit. Miss Pebmarsh,
maksud saya. Saya kira, mungkin, dia memang menelepon biro
itu dan meminta seorang pengetik steno untuk datang. Kemudian, mungkin, dia Iupa
akan semuanya itu." "Tetapi Anda tidak berpikir bahwa dia akan melakukan pembunuhan?"
"Saya tidak pernah berkata tentang pembunuhan atau hal-hal lain yang serupa.
Saya tahu seorang lakilaki terbunuh di rumahnya,
tetapi saya tidak sedikit pun berkata bahwa Miss Pebmarsh terlibat di dalamnya.
Tidak. Saya hanya berpikir bahwa dia mungkin
memiliki sifat yang aneh seperti orangorang lainnya. Saya mengenal seorang
wanita yang dulunya selalu menelepon toko kue dan
memesan selusin kue. Dia tidak menginginkan kue-kue itu, dan ketika mereka
datang, dia bilang dia tidak memesan apa-apa. Hal-hal
seperti itu." "Tentu saja, semuanya adalah mungkin," kata Hardcastle. Dia mengucapkan selamat
tinggal pada Miss Waterhouse dan pergi. . Dia
berpikir Miss Waterhouse sama sekali tidak adil pada dirinya sendiri dengan
mengucapkan du-gaannya yang terakhir itu. Sebaliknya,
jika dia percaya bahwa gadis itu telah memasuki rumahnya, dan jika itu adalah
kenyataan dalam kasus ini, maka usul tentang gadis
itu telah peigi ke nomor 19 adalah usul yang cerdas dalam keadaan seperti itu.
Hardcastle memandang jamnya dan memutuskan bahwa dia masih punya waktu untuk
mengunjungi Biro Sekrctaris Cavendish. Dia
tahu, kantor itu akan dibuka lagi pada jam dua siang ini. ^ Dia mungkin mendapat
bantuan dari gadis-gadis yang ada di sana. Dan dia
akan menemukan Sheila Webb di sana juga. Satu dari gadis-gadis itu segera
berdiri ketika Hardcastle memasuki kantor.
"Detektif Inspektur Hardcasde, bukan?" katanya- "Miss Martindale sedang menunggu
Anda." Gadis itu mengawalnya masuk ke kantor bagian dalam. Miss Martindale tidak
menunggu sejenak pun sebelum menyerangnya.
"Memalukan, Inspektur Hardcastle, betul-betul memalukan! Anda harus membongkar
kasus ini sampai ke akar-akarnya. Anda harus
sampai ke akar-akarnya dengan segera. Tidak boleh ada waktu yang dibuang. Polisi
seharusnya memberi perlindungan dan itu adalah
yang kami butuhkan di kantor ini. Perlindungan. Saya menginginkan perlindungan
bagi gadis-gadis saya dan saya bersungguh-sungguh
dalam hal ini." "Saya yakin, Miss Martindale, bahwa?"
"Apakah Anda akan menyangkal bahwa dua dari gadis-gadis saya, dua dari mereka,
telah dijadikan korban" Sudah jelas ada orang
yang tidak bertanggung-jawab yang sedang berkeliaran, yang menderita"apa
sebutannya sekarang ini"suatu kompleks kebencian"
pada pengetik-pengetik steno di kantor ini. Mula-mula Sheila Webb dipanggil
dengan penipuan keji itu untuk menemukan sesosok
mayat"dan sekarang ini. Seorang gadis yang betul-betul baik dan tak berdaya
terbunuh di bilik telepon umum. Anda harus
membongkar sampai tuntas, Inspektur."
"Tidak ada yang lebih saya inginkan daripada membongkar kasus ini sampai tuntas,
Mtss Martindale. Saya datang kemari untuk
melihat apakah Anda dapat memberi saya bantuan."
"Bantuan! Bantuan apa yang dapat saya berikan pada Anda" Apakah Anda pikir jika
saya memiliki bantuan itu, saya tidak akan
bergegas m emberi-kannya pada Anda sebelumnya" Anda harus menemukan siapa yang
membunuh gadis malang itu, Edna, dan siapa
yang telah mempermainkan Sheila dengan keji. Saya memang keras dengan gadis-
gadis itu, Inspektur. Saya menyibukkan mereka
dengan peketjaan-pekerjaan dan saya tidak mengizinkan mereka terlambat atau
ceroboh. Tetapi saya tidak tahan kalau mereka
dijadikan korban atau dibunuh. Saya bermaksud melindungi mereka, dan saya
bermaksud untuk memastikan, bahwa orangorang yang
dibayar oleh Negara untuk melindungi masyarakat memang melaksanakan tugas-
tugasnya." Dia menatap inspektur itu dan kelihatan
seperti seekor harimau betina dalam wujud manusia.
"Beri kami waktu, Miss Martindale," kata Inspektur Hardcastle.
"Waktu" Hanya karena anak konyol itu mati, maka saya kira Anda berpikir bahwa
Anda memiliki seluruh waktu yang ada di dunia.
Hal berikut yang terjadi adalah pembunuhan atas salah seorang gadis lainnya."
"Saya kira Anda tidak perlu takut akan hal itu, Miss Martindale."
"Saya kira Anda tidak berpikir bahwa gadis itu akan terbunuh ketika Anda bangun
pagi ini, Inspektur. Jika begitu, Anda pasti
akan mence-gahnya, saya kira, untuk melindunginya. Dan ketika salah seorang dari
gadis-gadis saya terbunuh atau terjebak dalam
keadaan yang membahayakan, Anda akan sama kagetnya, Seluruh kejadian ini adalah
luar biasa, gilal Anda harus mengakui bahwa
itu adalah rencana gila, Itu jika apa yang kita baca di koran adalah benar.
Semua jam itu, misalnya. Mereka tidak disebut-sebut pagi
ini pada pemeriksaan itu,"
"Sebisa-bisanya hanya sedikit saja yang disebutkan pagi ini, Miss Martindale,
Pemeriksaan itu akan dkangguhkan. Anda kan
sudah tahu." "Yang ingin saya katakan hanyalah," kata Miss Martindale, menatapnya lagi, "Anda
harus mengambil tmdakan terhadapnya."
"Dan tidak ada yang dapat Anda katakan pada saya, tidak ada petunjuk yang
mungkin diberikan Edna pada Anda" Dia tidak
kelihatan bingung karena sesuatu, dia tidak membicarakannya de ngan Anda?"
"Saya kira dia tidak akan membicarakannya dengan saya jika dia sedang bingung,"
kau Miss Martindale. 'Tetapi apa yang membuat
dia bingung?" Inspektur Hardcastle sangat berharap bahwa jawaban pertanyaan tersebut ada
padanya, tetapi dia dapat melihat bahwa tidak
mungkin dia dapat racm^i oleh jawabannya dari Miss Martindale. Sebahknva dia
berkata. Saya ingin berbicara dengan, sebanyak~banyaknya gadis Anda di sini, semampu
saya. Saya dapat mengerti baliwa tidak mungkin
Edna Brent akan mempercayakan ketakutan atau kebingungannya pada Anda, tetapi
dia mungkin telah membicarakannya dengan
rekan kerjanva." "Itu mungkin saja, saya kira." kata Miss Martindale. "Mereka menghabiskan waktu
mereka dengan bergosip"gadis-gadis itu. Pada
saat mereka mendengar bunyi langkah kaki saya di gang, semua mesin tik mulai bei
bunyi. Tetapi apa yang telah mereka lakukan
sebelumnya" Bercakap-cakap. Omong sana, omong sini!" Sctelah tenang sedikit, dia
berkata, "Hanya ada tiga orang saja di kantor
saat ini. Apakah Anda ingin berbicara dengan mereka semua sementara Anda ada di
sini" Lainnya sedang tugas keluar. Saya dapat
memberi Anda nama dan alamat mereka, jika Anda mau."
"Terima kasih, Miss Martindale." "Saya kira Anda ingin berbicara dengan mereka
sendirian," kata Miss Martindale. "Mereka tidak
akan berbicara dengan bebas jika saya berdiri di sana mengawasi. Mereka harus
mengakui, Anda tahu, bahwa mereka telah bergosip
dan membuang-buang waktu mereka."
Dia berdiri dari duduknya dan membuka pintu menuju kantor bagian luar.
"Anakanak," katanya, "Detektif Inspektur Hardcastle ingin membicarakan sesuatu
dengan kalian. Kalian boleh berhenti bekerja
untuk itu. Berusahalah dan katakanlah padanya segaia sesuatu yang kalian ketahui yang dapat
membantunya untuk menemukan siapa yang
membunuh Edna Brent."
Dia kembaii ke kantornya sendiri dan menutup pintu kuat-kuat. Tiga wajah gadis
yang terkejut memandang inspektur itu.
Hardcastle menyimpulkan mereka dengan cepat dan ringkas, tetapi cukup untuk
menjelaskan kualitas mereka"yang akan
ditanganinya sebentar lag!. Seorang gadis bertampang tegar dan jujur sena
berkaca mata. Dapat dipercaya, pikirnya, tetapi tidak
begitu cerdas. Seorang gadis berambut coklat kemerah-merahan yang kelihatan agak
gagah dengan model rambut yang membuatnya
kelihatan sepert! baru saja bepergian dalam hujan es. Mata yang memperhatikan
Puteri Teratai Merah 3 Pendekar Gila 4 Duel Di Puncak Lawu Keris Pusaka Nogopasung 5
^