Pencarian

Mayat Misterius 4

Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie Bagian 4


hal-hal di sini, mungkin, tetapi mungkin juga
ingatannya tentang kejadian-kejadian yang ada tidak dapat dipercaya. Semuanya
dapat dibumbui sehingga jadi lebih meyakinkan.
Gadis yang ketiga adalah gadis yang suka cekikikan, dia yakin, yang akan setuju
dengan apa pun yang di katakan oleli orang lain.
Hardcastle berbicara pelan-pelan, secara informal.
"Saya kira kalian telah mendengar apa yang telah terjadi pada Edna Brent."
Tiga kepala mengangguk cepat.
"Omong-omong, kalian dengar dari siapa?"
Mereka saling memandang, mencoba memutuskan siapa vang harus jadi juru bicara.
Berdasarkan kebiasaan, kelihatannya
keputusan mereka jatuh pada gadis yang jujur itu, yang namanva, kelihatannya,
adalah Janet. "Edna tidak datang untuk bekerja pada jam dua, seperti seharusnya," dia
menjelaskan. "Dan Sandy Cat sangat jengkel," gadis berambut gelap itu, Maureen, mulai
berkata, dan kemudian dia berhenti. "Miss
Martindale, maksud saya.*'
Gadis ketiga cekikikan. "Sandy Cat adalah nama panggilan kami untuknva," dia
menjelaskan. "Dan bukan nama yang buruk," pikir inspektur itu.
"Dia bisa sangat menakutkan, kalau dia mau," kata Maureen. "Bisa-bisa menerkam
Anda. Dia bertanya apakah Edna telah
mengatakan sesuatu kepada kami tentang ketidakhadirannya di kantor siang ini,
dan bahwa dia seharusnya mengirim surat izin."
Gadis jujur itu berkata, "Saya berkata pada Miss Martindale bahwa dia telah
menghadiri pemeriksaan itu bersama kami, tetapi
kami tidak melihatnya lagi sesudah itu dan kami tidak tahu ke mana dia pergi."
"Itu benar, bukan?" tanya Hardcastle. "Kalian tidak tahu ke mana dia
sesungguhnya pergi sesudah pemeriksaan itu selesai."
"Saya mengajaknya makan siang bet sama saya," kata Maureen, "tetapi tampaknya.
ada sesuatu yang meresahkannya. Dia bilang dia
tidak peduli mau makan siing atau tidak. Dia bermaksud membeli sesuatu dan
memakannya di kantor."
"Jadi kalau begitu, dia bermaksud kembali ke kantor?"
"Oh, ya, tentu saja. Kami semua tahu kami harus kembali ke sini."
"Apakah kalian pernah memperhatikan adanya perbedaan dalam sikap Edna-Brent
akhir-akhir ini" Apakah dia kelihatan cemas,
bingung, seolah-olah dia ada sesuatu dalam pikirannya" Apakah dia menceritakan
pada kalian mengenainya" Jika ada sesuatu yang
kalian ketahui, saya mohon kalian mengatakannya pada saya."
Mereka saling memandang, tetapi tidak dengan tingkah-laku berkomplot.
Kelihatannya itu semata-mata adalah dugaan yang kabur.
"Dia selalu cemas tentang sesuatu," kata Maureen. "Dia mencampuradukkan hal-hal,
dan membuat kesalahan. Dia sedikit lambat
dalam berpikir." "Selalu ada saja yang terjadi pada Edna," kata gadis yang cekikikan itu. "Ingat
pada turn it sepatunya yang copot waktu itu" Halhal
seperti itu bisa terjadi pada Edna."
"Saya ingat," kata Hardcasde.
Dia ingat bagaimana gadis itu berdiri memandang sepatu di tangannya dengan penuh
penyesalan. "Saya memiliki perasaan bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi siang ini, ketika
Edna tidak ada di sini pada jam dua," kata Janet.
Dia mengangguk dengan wajah serius.
Hardcastle memandangnya tidak senang. Dia selalu tidak menyenangi orangorang
yang berlagak bijaksana setelah terjadinya
suatu peristiwa. Dia sangat yakin bahwa gadis itu tidak punya perasaan apa-apa
sebenarnya. Lebih mungkin lagi, pikirnya sendiri, dia
telah berkata, "Edna akan dimarahi Sandy Cat kalau dia datang."
"Kapan kalian mendengar apa yang telah terjad'?" dia bertanya lagi.
Mereka saling memandang. Si tukang cekikikan merah mukanya karena merasa
bersalah, Matanya memandang pintu ruangan
kantor Miss Martindale sejenak.
"Yah, saya"eh"saya menyelinap sebentar," katanya. "Saya ingin membeli kue untuk
dibawa pulang dan saya tahu semuanya akan
habis pada saat kami pulang nanti. Dan ketika saya memasuki toko"yang di
tikungan itu dan mereka mengenal saya dengan baik di
sana"wanita itu berkata 'Dia bekerja di tempat itu, bukan, anak itu"* dan saya
berkata 'Siapa maksud Anda"' Dan kemudian dia
berkata 'Gadis yang baru ditemukan mati di bilik telepon umum.' Oh, saya
sungguhsungguh kaget! Jadi saya berlari kembali dan
berceiita pada yang lain dan akhirnya kami sepakat kami harus menceritakannya
pada Miss Martindale, dan pada saat itu juga dia
keluar dai i kantornya dan berkata pada kami, J Sekarang apa yang sedang kalian
lakukan" Tidak ada satu mesin tik pun yang
bcrbunyi.* Gadis jujur itu mengambil bagian puncaknva.
"Dan saya berkata, 'Sesungguhnya ini bukan salah kami, Kami baru saja mendengar
berita buruk tentang Edna, Miss Martindale."
"Dan apa yang dikatakan atau dilakukan oleh Miss Martindale?"
"Yah, mula-mula dia tidak mempercayainya," kata si rambut coklat. "Dia bilang
'Tidak masuk akal. Kalian baru sajamendengarkan
gosip konyol di toko. Itu pasti gadis lain. Mengapa harus Edna"' Dan dia
berderap kembali ke ruangannya dan menelepon kantor
polisi dan menemukan bahwa hal itu memang benar."
"Tetapi saya tidak mengerti," kata Janet hampir melamun, "Saya tidak mengerti
mengapa ada orang hendak membunuh Edna."
"Bukan karena dia punya pacar atau yang seperti itu," kata si rambut coklat.
Ketiga-tiganya memandang Hardcastle penuh harap, seolah-olah inspektur itu dapat
memberi mereka jawaban atas masalah itu.
Hardcastle menarik napas. Tidak ada apa-apa baginya di sini. Mungkin salah
seorang dari gadis-gadis lainnya akan lebih berguna.
Dan... mungkin Sheila Webb.
"Apakah Sheila Webb dan Edna Brent teman dekat?" tanyanya.
Mereka saling memandang sejenak.
"Tidak, saya kira."
"Omong-omong, di mana Miss Webb sekarang?"
Hardcastle diberi tahu bahwa Sheila Webb ada di Hotel Curlew, bertugas meJayani
Profesot Purdv. Proiksor purdy tampakuya merasa tcrganggu ketika dia menghentikan diktenya dan
mengangkat telepon. - "Siapa" Apa" Anda maksud dia ada di sini sekarang} Yah, tanyakan padanya
bagaimana kalau besok saja?"Oh, baiklah"baiklah"
Suruh dia naik." "Selalu ada-ada saja," katanya kacau. "Bagaimana orang bisa bekerja dengan
serius bila terus-terusan diganggu." Dia memandang
sedikit tidak senang pada Sheila Webb dan berkata, "Nah, sampai di mana kita
tadi?" Sheila baru saja hendak menjawab ketika pintu diketuk orang. Profesor Purdy
dengan susahpayah menyadarkan dirinya dari
kesulitan-kesu-fitan kronologis yang terjadi, lebih kurang tiga ribu tahun yang
silam. "Ya?" dia berkata menguji, "ya, silakan masuk, ada apa" Saya rasa saya sudah
bilang tadi bahwa saya tidak mau diganggu siang ini,"
"Maafkan saya, Pak, maaf bahwa ini terpaksa dilakukan. Sclamat sore, Miss Webb."
Sheila Webb berdiri, mengesampingkan buku catatannya. Hardcastle ingin tahu
apakah dia hanya membayangkan saja, bahwa dia
melihat pandangan ketakutan yang tiba-tiba muncul di mata Sheila,
"Nah, ada apa?" kata profesor itu lagi, dengan tajam.
"Saya adalah Detektif Inspektur Hardcastle, sebagaimana yang akan dikatakan pula
oleh Miss Webb." "Saya mengerti," kata profesor itu lagi. "Saya mengerti."
"Yang saya tnginkan sebenarnya adalah berbicara sebentar dengan Miss Webb."
"Bisakah Anda menunggu" Sekarang ini saya sangat sibuk. Sangat sibuk. Kami sudah
sampai pada bagian yang penting. Miss Webb
akan bebas dalam seperempat jam lagi"oh, yah. mungkin setengah jam lagi.
Kirakira begitu. Oh, aduh, apakah sekarang sudah jam
enam?" "Maafkan saya, Profesor Purdy," nada suara Hardcastle terdengar tegas,
"Oh, baiklah, baiklah. Ada apa"pelanggaran lalu lintas" Betapa sok dan suka
ikut-campur petugas-petugas lalu lintas itu. Kemarin
dulu seorang petugas beikeras mengatakan, bahwa saya telah meninggalkan mobil
saya selama empat setengah jam di meteran
parkir. Padahal saya yakin bahwa itu tidak mungkin."
"Ini lebih senus danpada pelanggaran parkir, Pak."
"Oh, ya. Oh, ya. Dan Anda tidak punya mobil, bukan?" Profesor Purdy memandang
Sheila Webb raguragu. "Ya, saya ingat, Anda
datang kemari naik bis. Nah, Inspektur, ada apa?"
"Ini tentang gadis bernama Edna Brent" Dia beralih ke Sheila Webb. "Saya kira
Anda telah mendengai nya."
Sheila Webb menatapnya. Mata vang indah. Matanya vang biru kelihatan indah
sekali"laksana bunga iris. Mata yang
mengingatkannya pada seseorang.
"Edna Brent, kata Anda?" Dia menaikkan alisnya. "Oh, ya, saya mengenainya, tentu
saja. Ada apa dengan dia?"
"Saya kira berita itu belum sampai pada Anda. Di mana Anda makan siang, Miss
Webb?" Pipinya memerah. "Saya makan dengan seorang teman di restoran Ho Tung, jika"jika Anda mau tahu."
"Anda tidak pergi ke kantor sesudahnya?"
"Maksud Anda, ke Biro Cavendish" Saya ke sana dan diberi tahu bahwa saya harus
langsung kemari, ke Profesor Purdy pada pukul
setengah tiga." "Betul," kata profesor itu. menganggukkan kepaianya. "Setengah tiga. Dan kami
bekerja sejak saat itu. Sejak saat itu. Aduh, saya
harus memesan teh. Maafkan sava, Miss Webb, saya khawatir Anda sudah terlambat
untuk minunrteh. Anda mestinya mengingatkan
saya." "Oh, tidak apa-apa, Profesor Purdy. Sungguh, tidak apa-apa."
"Saya sangat pelupa," kata profesor iru, pelupa. Tetapi... yah.... Saya tidak boleh
ganggu, kalau inspektur ini ingin bertanva pa
Anda." "Jadi Anda tidak tahu apa yang telah terjadi pada Edna Brent?"
"Terjadi padanya?" tanya Sheila, tajam, suaranya meninggi. "Terjadi padanya" Apa
maksud Anda" Apakah dia mengalami
kecelakaan atau sesuatu"ditabrak ?"
"Sangat berbahaya memang, kebut-kebutan itu," sela Profesor Purdy.
"Ya," kata Hardcastle, "sesuatu telah terjadi padanya." Dia berhenti dan
kemudian berkata, mengungkapkannya sebrutal mungkin,
"Dia dicekik sekitar pukul setengah satu, di bilik telepon umum."
"Di telepon umum?" kata profesor itu, merasa tertarik dengan kejadian itu.
Sheila Webb tidak berkata apa-apa. Dia menatap-Hardcastle. Mulutnya terbuka
sedikit, matanya melebar. Mungkin juga baru
sekarang kau mendengarnya atau kau adalah seorang aktris yang pintar, pikir
Hardcastle sendiri, "Aduh, aduh," kata profesor itu. "Dicekik di bilik telepon umum. Kedengarannya
sangat luar biasa bagi saya, Sangat luar biasa.
Saya tidak akan memilih tempat seperti itu. Maksud saya, jika saya harus
melakukan hal seperti itu. Tidak. Yah, yah. Gadis yang
malang, Sial benar nasibnya.
"Edna" terbunuh] Tetapi mengapa?"
"Apakah Anda tahu, Miss Webb, bahwa Edna Brent sangat berharap untuk menemui
Anda kemarin duiu, bahwa dia telah datang ke
rumah bibi Anda dan menunggu Anda pulang selama beberapa menit?"
"Kesalahan saya lagi," kata profesor itu merasa bersalah. "Saya menahan Miss
Webb hingga malam, saya ingat. Cukup malam
memang. Saya sungguhsungguh menyesalkannya. Anda bams mengingatkan saya soal
waktu. Anda harus." "Bibi saya bercerita pada saya," kata Sheila, "tetapi saya tidak tahu kalau itu
penting. Apakah memang penting" Apakah Edna
punya masalah?" "Kami tidak tahu," kata inspektur itu. "Kami mungkin tidak pernah tahu. Kecuali
jika Anda dapat menceritakan pada kami."
"Saya menceritakan pada Anda" Bagaimana saya bisa taliu?"
"Anda mungkin punya gagasan tentang mengapa Edna Brent ingin menemui Anda?"
Dia menggelengkan kepalanya. "Saya tidak tahu, tidak punya gagasan sama sekali."
"Apakah dia tidak menunjukkan apa-apa pada Anda" Tidak berbicara pada Anda di
kantor tentang masalah itu?"
"Tidak. Tidak, dia tidak"tidak"saya tidak ada di kantor sama sekali kemarin.
Saya harus pergi ke Landis Bay menemui salah
seorang pengarang kami, sepanjang hari."
"Anda tidak berpikir bahwa dia kelihatan cemas dan bingung akhir-akhir ini?"
"Yah, Edna selalu kelihatan cemas atau bingung. Dia sangat"apa namanya"pemalu,
selalu raguragu. Maksud saya, dia tidak pernah
yakin apakah perbuatannya itu betul atau salah. Dia pernah menghilangkan dua
halaman ketik penuh naskah Armand Levine dan dia
sangat cemas mengenai apa yang harus dilakukannya, sebab dia telah
mengirimkannya pada pengarang itu sebelum dia menyadari
apa yang telah terjadi."
"Saya mengerti. Dan dia bertanya pada Anda, minta nasihat tentang apa yang harus
dilakukan?" "Ya. Saya mengatakan padanya lebih baik dia cepat-cepat menulis surat pada
pengarang itu, sebab orang tidak selalu langsung
membaca hasil ketikan dengan segera untuk mengoreksinya. Dia dapat menulis dan
menceritakan apa yang telah terjadi dan
memintanya untuk tidak mengadu pada Miss Martindale. Tetapi Edna bilang dia
tidak begitu suka berbuat begitu."
"Dia biasanya datang dan meminta nasihat bila timbul masalah?"
"Oh, ya, "selalu. Tetapi masalahnya, tentu saja, kami tidak selaiu sepakat
tentang apa yang harus dilakukannya. Kemudian dia
bingung lagi." "Jadi adalah biasabiasa saja jika dia datang pada salah satu dari kalian bila
dia mempunyai masalah" Itu sering terjadi?"
"Ya. Ya, sering."
"Anda tidak berpikir bahwa kali ini masalahnya lebih serius?"
"Sava kira tidak. Masalah serius apakah itu?"
Apakah Sheila Webb, inspektur itu heran, bisa begitu tenang seperti yang
diperlihatkannya" "Saya tidak tahu apa yang ingin dibicarakannya dengan saya," gadis itu
melanjutkan, berbicara lebih cepat dan agak terengahengah.
"Saya tidak tahu. Dan saya tentunya tidak dapat membayangkan mengapa dia ingin
datang ke rumah bibi saya dan berbicara
dengan saya di sana."
"Kelihatannya ada sesuatu yang tidak ingin dibicarakannya dengan Anda di Biro
Cavendish. Di depan gadis-gadis lainnya, bukan"
Sesuatu, mungkin, yang dirasakannya harus dirahasiakan antara Anda dan dia.
Mungkinkah kasusnya begitu?"
"Saya kira tidak mungkin. Saya yakin tidak mungkin seperti itu." Napasnya
menjadi cepat. "Jadi Anda tidak dapat membantu saya, Miss Webb?"
"Tidak. Maafkan saya, Saya sangat menyesal tentang Edna, tetapi saya tidak tahu
apa-apa yang dapat membantu Anda."
"Tidak ada yang mungkin berhubungan atau berkaitan dengan kejadian pada tanggal
9 September?" "Maksud Anda"orang itu"orang di Wilbraham Crescent itu?" "Itu maksud saya."
"Bagaimana bisa" Apa yang bisa diketahui
Edna tentang hal itu?" t
"Sesuatu yang tidak begitu penting, mungkin," kata inspektur itu, "tetapi


Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sesuatu. Dan sesuatu itu akan menolong. Sesuatu, meski
bagaimanapun kecilnva." Dia berhenti. "Bilik telepon umum tempat dia ditemukan
terbunuh terletak di Wilbraham Crescent. Apakah
itu mempunvai arti bagi Anda, Miss Webb?" "Sama sekali tidak,"
"Apakah Anda sendiri ada di Wilbraham Crescent hari ini?"
"Tidak," dia berkata dengan keras. "Saya tidak pernah mendekatinya lagi. Saya
mulai merasa bahwa itu adalah tempat yang
seram. Saya harap saya dulu tidak pernah pergi ke sana, saya harap saya tidak
terlibat dengan semua ini. Mengapa mereka mengirim
saya, khusus meminta saya, hari itu" Mengapa Edna terbunuh di dekat sana" Anda
harus memecahkan kasus ini, Inspektur, Anda
harus, Anda harusl" "Kami memang bermaksud memecahkannya, Miss Webb," kata inspektur ttu. Ada
sedikit kecaman pada suaranya ketika dia
melanjutkan, "Saya dapat meyakinkan Anda."
"Anda gemetar," kata Profesor Purdy. "Saya pikir, saya sungguhsungguh berpikir
Anda harus minum segelas sherry.*1
NARASI COLIN Saya segera melapor ke Beck begitu saya tiba di London.
Dia melambaikan rokoknya ke arah saya.
"Bagaimanapun juga mungkin ada sesuatu pada idemu yang konyol tentang bulan
sabit itu," katanya.
"Akhirnya saya menemukan sesuatu, bukan?"
"Saya tidak mengatakan sejaub itu, tetapi saya hanya berkata mungkin. Insinyur
bangunan itu, Mr. Ramsay di Wilbraham
Crescent No. 62, tidaklah seperti apa yang dia tunjukkan. Dia telah melaksanakan
beberapa tugas aneh akhir-akhir ini. Perusahaanperusahaan
sungguhan, tetapi perusahaan-perusahaan dengan latar belakang yang gelap, dan
apa pun latar belakang yang
merekatpunyai, adalah agak aneh. Ramsay pergi secara mendadak kirakira lima
minggu yang lalu. Dia pergi ke Rumania."
"Bukan itu yang dikatakannya pada isttinya."
"Mungkin bukan, tetapi pokoknya dia pergi ke sana. Dan dia sekarang ada di sana.
Kami ingin sedikit lebih tahu tentang dirinya. Jadi
kau bisa berlari cepat sekarang, Anakku, dan pergilah. Saya sudah menyiapkan
visa untukmu, dan sebuah paspor baru yang bagus.
Kali ini Nigel Trench. Galilah pengetahuanmu tentang tumbuhan Iangka di daerah
Balkan. Kau adalah seorang ahli tumbuhtumbuhan."
"Ada instruksi-instruksi khusus?"
"Tidak. Kami akan memberimu pesan saat kau mengambil surat-surat keteranganmu.
Carilah keterangan sebisamu tentang Mr.
Ramsay." Dia memandang saya dengan cermat. "Kau kelihatannya tidak senang." Dia
mengintip dari balik asap rokoknya.
"Selalu menggembirakan bila ternyata sebuah praduga adalah benar," kata saya
mengelak. "Crescent benar, nomor salah. Nomor 61 didiami oleh seorang kontraktor tulen
yang tak bersalah. Tidak bersalah dalam pandangan
kita. Hanbury yang malang mendapat nomor yang salah, tetapi dia tidak keliru
terlalu jauh." "Apakah Anda telah menyelidiki yang lain" Atau hanva Ramsav?"
"Diana Lodge kelihatannya betul-betul Diana. Sebuah sejarah yang panjang tentang
kucing. McNaughton sedikit menarik. Dia
adalah pensiunan dosen, seperti yang sudah kauketahui. Matematika. Lumayan
cemerlang kelihatannya. Mengundurkan diri dart
jabatannya, agak tiba-tiba, dengan aiasan sakit. Saya kira itu mungkin
betul"tetapi dia tampaknya cukdp sehat wal'-afiat. Dia
tampaknya memutuskan hubungan dengan semua teman lamanya, yang mana memang agak
aneh." "Masalahnya adalah," kata sava, "kita biasa berpikiran bahwa semua yang
dilakukan oleh seseotang adalah sangat patut dicurigai."
"Kau mungkin mendapat sesuatu dari sana," kata Kolonel Beck. "Adakalanya saya
mencuri-gaxmu, Colin, beipindah ke pihak lain,
dan kemudian berpindah lagi ke pihak semula! Semua campuraduk dan penyamaran ini
menyenangkan." Pesawat terbang saya berangkat pukul sepuluh malam. Saya pergi menemui Hercule
Poirot dulu. Kali ini dia sedang meminum strop
de cassis (lobi-lobi hitam bagi Anda dan saya), Dia menawari saya. Saya menolak.
George menyuguhkan wiski. Semua seperti
biasanya. "Kau kelihatan tertekan," kata Poirot.
'Tidak sama sekali. Aku harus segera ke luar negeri."
Dia memandang saya. Saya mengangguk. "Jadi seperti itu?" "Ya, seperti itu."
"Semoga berhasil."
'Terima kasih. Dan bagaimana denganmu, Poirot, bagaimana pekerjaan rumahmu itu?"
"Pardon}" "Bagaimana tentang Mayat Misterius dan Jam-jam di Crowdean"apakah kau sudah
bersandar, menutup matamu, dan menemukan
jawabannya" "Aku sudah membaca apa yang kautinggalkan di sini"dengan penuh minat," kata
Poirot. "Tidak banyak yang ada di sana, bukan" Sudah kubilang para tetangga itu adalah
percuma?" "Sebaliknya. Dalam kasus ini paling tidak dua dari orangorang ini mengatakan
sesuatu yang sangat jelas?"
"Yang mana" Dan apa yang mereka katakan?"
Poirot berkata kepada saya dengan gaya me-nyindir bahwa saya harus membaca ulang
catatan saya dengan saksama.
"Kau akan melihatnya sendiri. Begitu dekat di mata. Yang harus dilakukan
sekarang adalah berbicara dengan lebih banyak
tetangga." "Tidak ada tetangga lagi."
"Pasti ada. Seseorang pasti telah melihat sesuatu. Itu adalah sebuah aksioma."
"Mungkin memang sebuah aksioma, tetapi tidak dalam kasus ini. Dan aku punya data
lebih lanjut untukmu. Ada pembunuhan satu
lagi." "Begitu" Begitu cepat" Menarik. Ceritakan padaku."
Sava menceritakannya. Dia menanyai sava dengan cermat sampai dia memperoleh
setiap data dari saya. Saya menceritakan
padanya pula tentang kartu pos vang saya berikan pada Hardcastle.
"Ingat"empat satu tiga"atau empat tiga belas," dia mengulangi. "Ya"itu adalah
pola yang sama." "Apa maksudmu dengan itu?" Poirot menutup matanya. "Kartu pos itu kurang
lengkap, tidak ada sebuali sidik jari yang dicelupkan
dalam darah." Saya memandangnya bingung. "Apa sesungguhnya pendapatmu tentang
urus-an ini?" "Lebih jelas sekarang"seperti biasa, pembunuhnya tidak dapat melakukannya
sendiri." "Tetapi siapa pembunuhnya?" Poirot tidak
menjawab. "Sementara kau pergi, kau mengizinkan aku mengadakan sebuah penyehdikan?"
"Misalnya?" "Besok aku akan menyuruh Miss Lemon menulis surat pada seorang pengacara rua
kenal-anku, Mr. Enderby. Aku akan mernintanya
untuk menanyakan sebuah akte pernikahan di Somerset House. Dia juga akan
mengirimiku sebuah kawat dari luar negeri."
"Kupikir itu tidak jujur," saya keberatan. "Kau tidak hanya duduk dan
berpikir.*' "Itu tepatnya yang sedang kulakukan! Apa yang akan dikerjakan oleh Miss Lemon
hanyalah untuk membuktikan padaku kebenaran
kesimpulan yang sudah kucapai. Aku tidak minta informasi, tetapi penegasan."
"Aku tidak percaya kau tahu sesuatu, Poirot! Ini semua adalah bohong. Mengapa,
belum ada orang yang mengenali siapa pria itu?"
"Aku tahu." "Aku tidak tahu. Namanya tidak penting. Aku tahu, jika kau bisa mengerti, bukan
siapa diz tetapi dia itu apa." "Seorang pemeras?"
Poirot menutup matanya. "Seorang detektif swasta?" Poirot membuka matanya. "Aku
akan mengucapkan sebuah kutipan kecil
padamu. Seperti yang kulakukan dulu. Dan sesudah itu aku tidak akan bilang apa-
apa lagi." Dia mendeklamasikannya dengan amat
serius. "Dilly, dilty, dilly"datanglah untuk dibunuh."
Detekttf inspektur hardcastle melihat kalen-der di mejanya. 20 September. Sudah
lewat sepuluh hari. Mereka masih belum
rnendapat banyak kemajuan seperti yang diinginkannya, sebab mereka terjebak
dalam kesulitan semula: identifikasi sesosok mayat.
Identifikasi itu memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakannya. Semua jalan
kelihatannya buntu, gagal. Pemeriksaan
laboratorium terhadap pakaian itu tidak menghasilkan sesuatu yang betul-betul
berguna. Pakaian itu sendiri tidak memberikan
petunjuk apa-apa. Kualitasnya sangat baik. kualitas ekspor, tidak baru, tetapi
dirawat dengan baik. Dokter gigJ juga belum
membantu, begitu pula binatu, atau pembersih. Mayat itu tetap dijuluki sebagai
"mayat misterius!" Padahal, menurut perasaan
Hardcastle, dia bukan benarbenar "mayat misterius." Tidak ada yang hebat ataupun
dramatis pada dirinya. Dia hanyalah orang
yang tidak mampu dikenali oleh seorang pun. Ituiah polanya, dia yakin.
Hardcastle mengeluh ketika dia memikirkan telepon-telepon
dan surat-surat yang membanjir sesudah foto itu dipublikasikan dalam koran-koran
dengan tulisan di bawahnya: TA-HUKAH ANDA
SIAPA ORANG INI" Menakjubkan sekali jumlah orang yang berpikir mereka mengetahui
orang ini. Anakanak perempuan menulis
dengan penuh harapan tentang ayah mereka yang tidak pernah mereka lihat lagi
selama bertahuntahun. Tidak terkirakan lagi
jumlah istri yang yakin bahwa itu adalah suami mereka yang hilang, Saudara-
saudara perempuan yang kepingin sekali bertemu
kembali dengan saudara laki-lakinya. Saudara perempuan, mungkin, adalah yang
punya harapan terkecil. Dan, tentu sa|a, ada banyak
sekali otang yang melihat orang yang sama di Lincolnshire, Newcastle, Devon,
London, di kereta api bawah tanah, di bis, bersembunyi
di pelabuhan, kelihatan jahat di pojok sebuah jalan, mencoba menyembunyikan
wajahnya ketika dia keluar dari bioskop. Ratusan
jalan, dan masih banyak lagi yang muncul dengan memberi harapan dan tidak
menghasilkan apa-apa. Tetapi hari ini, inspektur itu merasa sedikit berpengharapan. Dia kembali
memandangi sepucuk surat di atas mejanya. Merlina
Rival. Dia tidak menyukai nama kecil itu. Tidak diragukan lagi, itu pasti nama
yang dipilih oleh wanita itu sendiri. Tetapi dia menyukai
surat itu. Surat itu tidak berlebih-lebihan dan tidak terlalu mengha-* rap.
Surat itu hanya berkata bahwa penulisnya berpikir bahwa
orang yang dicari itu adalah suaminva vang telah lama berpisah dengan dirinya
sejak beberapa tahun yang lalu. Dia akan datang pagi
ini. Hardcastle menekan interkomnya dan masuklah Sersan Cray.
"Mrs. Rival belum datang juga?"
"Baru saja datang/' kata Cray. "Saya baru akan memberi tahu Anda."
"Bagaimana tampangnya?"
"Sedikit bertampang aktris," kata Cray, sesudah mempertimbangkan sejenak. "Make-
up-nya tebal"bukan make-up yang bermutu
tinggi. Secara keseluruhan, menurut saya, dia adalah wanita yang cukup dapat
dipercaya," "Apakah dta kelihatan cemas?"
"Tidak. Tidak terlihat."
"Baiklah," kata Hardcastle, "suruh dia masuk." ^
Cray keluar dan sebentar kemudian masuk lagi sambil berkata, "Mrs. Rival, Pak."
Inspektur itu berdiri dan berjabat tangan dengannya. Sekitar lima puluh,
tebaknya, tetapi dari jarak yang jauh"cukup jauh"dia
mungkin kelihatan seperti tiga puluh. Dari dekat, akibat hasil dandanan yang
ceroboh membuatnya kelihatan agak lebih tua dari lima
puluh, tetapi secara keseluruhan dia mengiranya sebagai lima puluhan. Rambut
gelap, dicat tebal. Tidak memakai topi, tinggi dan
ukuran tubuhnya sedang, memakai mantel berwarna gelap dan rok serta blus putih.
Membawa sebuah tas kotak-kotak yang besar.
Sebuah atau dua buah gelang yang gemerincing, beberapa cincin. Secara
keseluruhan, pikirnya, membuat pertimbangan moral
berdasarkan pengalamannya, lumayan baik, Tidak terlalu teliti, mungkin, tetapi
gampang untuk diajak berkencan, lumayan
dermawan, mungkin juga ramah. Dapat dipercaya" Itu pertanyaannya. Dia tidak akan
menekankan pada hal itu, tetapi dia tidak dapat
mencegah untuk tidak menekankan pada hal itu juga.
"Saya sangat gembira bertemu dengan Anda, Mrs. Rival," katanya, "dan saya sangat
berharap Anda dapat membantu kami."
"Tentu saja, saya juga tidak begitu yakin," kata Mrs. Rival, Dia berbicara
dengan nada minta maaf. "Tetapi kelihatannya memang '
seperti Harry. Sangat mirip dengan Harry. Tentu saja saya cukup siap untuk
menerima bahwa dia bukan Harry, dan saya harap saya
tidak membuan0-buang waktu Anda dengan sia-sia.
Dia kelihatan sangat menyesal.
"Anda tidak boleh berperasaan begitu," kata inspektur itu. "Kami sangat
membutuhkan bantuan Anda dalam kasus ini."
"Ya, saya mengerti. Saya harap saya bisa yakin. Anda tahu, sudah lama saya tidak
melihatnya." "Bisakah kita membicarakan beberapa fakta yang dapat membantu kita" Kapan
terakhir kalinya Anda melihat suami Anda?"
"Saya sudah mencoba mengingat-ingatnya dengan tepat," kata Mrs. Rival,
"sepanjang perjalanan naik kereta api. Sungguh
menjengkelkan, betapa ingatan seseorang pudar dengan berlaiunya waktu. Saya
yakin saya berkata dalam surat itu bahwa itu sekitar
sepuluh tahun yang lalu, tetapi ternyata lebih dari itu. Tahukah Anda, saya kira
sekitar lima belas. Waktu berlalu begitu cepat. Saya
kira," dia menambahkan dengan cerdik, "orang cenderung berpikir bahwa itu kuiang
dari yang sebenarnya dan itu akan membuat
Anda merasa lebih muda. Bukankah begitu?"
"Saya kira memang begitu," kata inspektur itu. "Bagaimanapun juga, Anda pikir
sekitar lima belas tahun sejak Anda terakhir kali
melihatnya" Kapan Anda menikah?"
"Kirakira tiga tahun sebelumnya," kata Mrs. Rival.
"Dan di mana Anda tinggal waktu itu?"
"Di sebuah tempat bernama Shipton Bois di Suffolk. Kota yang menyenangkan. Kota
pasar. Agak kasar sedikit, jika Anda mengerti
maksud saya." "Dan apa yang dikerjakan suami Anda?"
"Dia adalah seorang agen asuransi. Paling tidak?" dia berhenti " " itu yang
dikatakannya." Inspektur itu memandangnya tajam.
"Anda tahu bahwa itu tidak benar?"
"Yah, tidak, tidak begitu... Tidak saat itu. Hanya sejak itu saya berpikir,
mungkin itu tidak benar. Itu adalah hal yang paling
mudah diucapkan oleh seorang lakilaki, bukan?"
"Saya kira hanva pada keadaan-keadaan tertentu."
"Maksud saya, hal itu memberi kesempatan pada seorang lakilaki untuk sering
berada di luar rumah."
"Suami Anda sering keluar rumah, Mrs. Rival?" "Ya. Sava mulanya tidak begitu
memikirkannya-" *Tetapi sesudahnya?"
Dia tidak segera menjawab, kemudian dia berkata,
"Dapatkah kita melanjutkannya" Bagaimanapun juga, kalau dia adalah Hairy..."
Hardcastle ingin tahu apa yang sedang dipikir-kannya. Suaranya gemetar,
mungkinkah emosi" Dia tidak yakin.
"Saya bisa mengerti," kata Hardcastle, "bahwa Anda lebih suka segera
menyelesaikannya. Kita pergi sekarang,"
Dia berdiri dan mengawalnya keluar ruangan itu menuju sebuah mobil yang sedang
menunggu. Kegugupannya mengenai tempat yang
akan mereka tuju tidak lebih dari kegugupan orangorang lain yang menuju tempat
yang sama itu. Hardcasde menghiburnya.


Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak apa-apa. Tidak akan mengejutkan. Hanya satu atau dua menit saja."
Baki itu ditarik, petugas itu mengangkat kain penutupnya. Dia berdiri memandang
selama beberapa saat, napasnya sedikit cepat,
dia mengeluarkan suara tertahan lirih, kemudian dia berbalik dengan cepat. Dia
berkata. "Dia Harry. Ya. Dia jauh lebih tua, dia kelihatan lain... tetapi dia memang
Harry." Inspektur itu mengangguk pada petugas itu, kemudian melctakkan tangannya pada
bahu Mrs. Rival dan membimbingnya keluar,
kembali ke mobil dan mereka kembali ke kantor. Dia tidak berkata apa-apa. Dia
membiarkan Mri> Rival menenangkan dirinya, Ketika
mereka kembali ke ruangnya, seorang polisi segera muncul dengan baki beiisi teh.
"Ayolah, Mrs. Rival, Minumlah secangkii, ini akan menenangkan Anda. Kemudian
baru kita bicara." "Terima kasih."
Dia memasukkan gula pada tehnya, banyak gula, dan menghirup tehnya dengan cepat.
"Lebih baik," katanya. "Bukan itu sebenarnya yang saya' pikirkan. Hanya"hanya,
yah agak sedikit mengejutkan, bukan?"
"Anda pikir orang itu benarbenar suami Anda?"
"Saya yakin betul. Tentu saja, dia jauh lebih tua, tetapi dia tidak begitu
berubah. Dia selalu kelihatan"yah, sangat rapi. Baikbaik,
Anda tahu, kelas yang baik."
Ya, pikir Hardcastle, itu adalah gambaran yang cukup baik, Kelas yang baik.
Mungkin, Harry kelihatannya tergolong kelas yang
lebih baik dari sebenarnya. Beberapa orang memang begitu, dan itu sangat berguna
kalau mereka punya maksud-maksud tertentu.
Mis. Rival berkata, "Dia sangat cermat dengan pakaiannya. Ituiah mengapa, saya
pikir"orangorang terpikat padanya dengan
mudah, Mereka tidak pernah mencurigai apa-apa."
"Siapa yang terpikat padanya, Mrs. Rival?" Suara Hardcastle terdengar lembut dan
simpatik. "Wanita," kata Mrs. Rival. "Wanita. Dia sering bergaul dengan mereka."
"Saya mengerti. Dan Anda mengetahuinya,"
"Yah, saya"saya curiga. Maksud saya, dia begitu sering bepergian. Tentu saja
saya tahu bagaimana sifat lakilaki, Saya selaiu
berpikir, mungkin ada seorang gadis T tap tidak da gunanya bertanya pada kaum
lakilaki tentang hal-hal sepern itu. Mereka akan
berbohong dan yah,.. begitulah. Tetapi saya tidak mengira"saya sungguh tidak
mengira bahwa dia membuat hal itu sebagai suatu
bhnis" "Betulkah itu?"
Dia mengangguk, "Saya pikir dia pasti telah melakukannya." "Bagaimana Anda
tahu?" Dia mengangkat bahu.
"Dia pulang suatu hari dari bepergian. Ke Newcastle, katanya. Bagaimanapun juga,
dia kembali dan berkata bahwa dia harus segera
menjelaskannya. Dia berkata bahwa rahasia permainan itu sudah terbuka. Dia
tertibat dengan seorang wanita. Seorang guru
sekolah, katanya, dan mungkin ada sedikit kericuhan mengenainya. Saya lalu
menanyai dia. Dia tidak keberatan menceritakannya
pada saya, Mungkin dia meng ra saya tahu lebih banyak dari yang sesungguhnya.
Wanitawanita cenderung untuk terpikat padanya, Anda
tahu, dengan mudah sekali, seperti sava. Dia memberi wanita itu sebuah cincin
dan mereka bertunangan"dan kemudian dia berkata dia akan
menginvestasikan uang buat mereka berdua. Wanitawanita itu biasanya akan
memberikan uang mereka padanya dengan cukup mudah,"
"Apakah dia telah mencoba hal yang*sama pada Anda?"
"Ya, kenyataannya begitu, hanya saya tidak memberinya satu sen pun."
"Mengapa tidak" Apakah Anda tidak mempercayainya waktu itu?"
"Yah, saya bukannya jenis yang mudah percaya begitu saja pada orang lain. Saya
memiliki apa yang disebut sebagai sedikit pengalaman, tentang
lakilaki dan cara-cara mereka dan segi-segi buruk mereka. Bagaimanapun juga,
saya tidak mau dia menginvestasikan uang saya untuk saya. Saya
dapat menginvestasikannya sendiri. Selalu simpan uang Anda di tangan dan Anda
akan yakin Anda masih memilikinya! Saya telah melihat begitu
banyak gadis dan wanita yang membodohi diri mereka sendiri/1
"Kapan dia menginginkan Anda untuk menginvestasikan uang" Sebelum atau sesudah
Anda menikah?" "Saya kira dia mengusulkan hal itu sebelumnya, tetapi saya tidak peduli dan dia
segera membuang subjek itu. Kemudian, setelah kami menikah,
dia bercerita pada saya tentang sebuah kesempatan hebat yang didapatnya. Saya
berkata 'Tidak perlu/ Bukannya waktu ku saya tidak mempercayainya,
tetapi saya sering mendengar orang lakilak berkata mereka sedang mengejai
sesuatu yanp hebat dan kemudian ternyata hanya untuk
bersenang-senang saja.*' "Apakah suami Anda pernah mempunyai masalah dengan polisi?"
'Tidak pernah," kata Mrs. Rival. "Wanita tidak ingin dunia mengetahui bahwa
mereka telah ditipu. Tetapi kali ini, kelihatannya, keadaan
mungkin berbeda. Gadis atau wanita itu, dia adalah orang yang terpelajar. Dia
tidak akan gampang ditipu seperti yang lainnya."
"Dia hamil?" "Ya." "Apakah hal ttu pernah terjadi sebelumnya?"
"Saya kira begitu." Dia menambahkan, "Saya tidak benarbenar mengetahui apa yang
menyebabkannya melakukan hal itu. Apakah hanya.
karena uang"suatu cara dalam mencari nafkah, mungkin Anda berkata begitu"atau
apakah dia adalah jenis lakilaki yang harus memiliki seorang
wanita dan dia tidak melihat alasan mengapa mereka tidak sekaligus membayar
biaya untuk hiburan yang diberikannya." Ada kegetiran dalam
suaranya sekarang. Hardcasde berkata pelan, "Anda dulu menyenanginya, Mrs. Rival?"
"Saya tidak tahu. Saya sungguhsungguh tidak tahu. Saya kira saya terpaksa, jika
tidak saya tidak akan menikahinya..."
"Anda"maafkan saya" menikahinya ?"
"Saya bahkan tidak yakin," kata Mrs. Rival jujur. "Kami memang menikah. Di
gereja pula, tetapi saya tidak tahu kalau dia juga menikahi wanitawanita
lain sebelumnya, memakai nama yang berbeda-beda, saya kira. Namanya adalah
Castleton ketika saya menikahinya. Saya kira itu bukan
nama aslinya." "Harry Castleton. Betul begitu?"
"Ya." "Dan Anda tinggal di tempat itu, Shipton Bois, sebagai suami istri"sampai berapa
lama?" "Kami di sana sekitar dua tahun. Sebelumnya kami tinggal dekat Doncaster. Saya
tidak mengatakan saya betul-betul terkejut ketika dia
kembali hari itu dan bercerita pada saja. Saya kira saya sudah cukup lama
mengetahui bahwa dia menye-Ieweng. Orang hanya tidak bisa
mempercayainya, sebab, Anda tahu, dia selalu kelihatan begitu cerhormat. Betul-
betul seorang gentleman."
"Dan apa yang terjadi selanjutnya?"
"Dia berkata dia harus segera pergi dari sana dan saya berkata dia boleh pergi
dan menyingkir, bahwa saya tidak akan menanggung semua ini!"
Dia menambahkan sambil merenung, "Sayamem-berinya sepuluh pound. Itu adalah
seluruh uang yang saya miliki di rumah. Dia bilang dia
kekurangan uang... Saya tidak pernah melihat atau mendengar tentang.dirinva sejak
saat itu. Sampai ..c..j mi. Atau tepatnya, sampai saya melihat fotonya di koran-koran."
"Dia tidak punya tanda-tanda khusus tertentu" Bekas luka" Sebuah operasi"atau
tulang retak "sesuatu seperti itu?"
Wanita itu menggelengkan kepalanya.
"Saya kira tidak."
"Apakah dia pernah memakai nama Curry?"
"Curry" Tidak, saya kira tidak, Tidak... sepanjang yang saya ketahui."
Hardcastle mengulurkan kartu itu ke seberang meja, kepada wanita itu.
"Ini ada dalam sakunya," katanya.
"Masih menyebut dirinya sebagai seorang agen asuransi," komentar Mrs. Rival.
"Saya kira dia memakai"dulu, maksud saya"berbagai nama yang
berbeda-beda," "Anda bilang Anda tidak pernah mendengar tentang dirinya selama lima belas tahun
terakhir ini?" "Dia tidak pernah mengirimi saya kartu Natal, jika itu yang Anda maksudkan,"
kata Mrs. Rival, sedikit bergurau. "Saya kira dia tidak tahu di
mana saya berada. Sava kembali ke panggung sebentar setclah kami berpisah.
Banyak bepergian. Itu bukan kehidupan yang enak dan saya
melepaskan nama Castleton. Saya kembali memakai nama Merlina Rival."
"Merlina"er"bukan nama asli Anda, saya kira?"
Dia menggelengkan kepala, dan sebuah senyum riang menghiasi wajahnva.
"Saya menciptakannya. Lain dari yang lain. Nama asli saya adalah Flossie Gapp.
Florence, saya kira saya mestinya dibapcis dengan
nama itu, tetapi setiap orang selalu memanggil saya Flossie atau Flo. Flossie
Gapp. Tidak terlalu romantis, bukan?"
"Apa yang Anda lakukan sekarang" Apakah Anda masih bermain di panggung, Mrs.
Rival?" "Kadangkadang," kata Mrs. Rival dengan sikap menutup diri. "Jarang sekali, Anda
boleh berkata begitu/' Hardcastle berkata bijaksana.
"Saya mengerti," katanya.
"Saya melakukan pekerjaan-pekei jaan ringan di sana-sini," kata Mrs. Rival.
"Membantu di pesta-pesta, menjadi penerima tamu,
hal-hal seperti itu. Itu bukan kehidupan yang jelek. Bagaimanapun juga, Anda
bisa bertemu orangorang. Kadangkadang keadaan
menjadi lebih baik sesaat."
"Anda tidak pernah mendengar apa-apa tentang Harry Castleton sejak Anda
berpisah~-at.au tentang dirinya?"
"Tidak sepatah kata pun. Saya pikir mungkin dia telah pergi ke luar negeri"atau
mati." "Hal Iain yang dapat saya tanyakan pada Anda, Mrs. Rival, adalah apakah Anda
mempunyii ide mengapa Harry datang ke daerah
int?" "Tidak. Tentu saja saya tidak punya ide. Saya bahkan tidak tahu apa yang
dilakukannya selama tahuntahun terakhir int."
"Mungkinkah dia menjual polis-polis asuransi palsu"sesuatu seperti itu?"
"Saya betul-betul tidak tahu. Bagi saya kelihatannya tidak mungkin. Maksud saya,
Hany selalu sangat hati-hati menjaga dirinya.
Dia tidak akan mengambil risiko dengan melakukan sesuatu yang memungkinkannya
terjebak. Saya pikir lebih mungkin ada kaitannya
dengan wanita." "Mungkinkah itu menurut Anda, Mrs. Rival, adalah sebuah pemerasan?"
"Yah, saya tidak tahu... saya kira, ya, mungkin saja. Wanita tertentu, mungkin,
yang tidak menginginkan sesuatu di masa lalunya
terbongkar. Dia merasa cukup aman, saya kira. Saya tidak mengatakan memang
begitu, tetapi mungkin begitu. Saya kira dia tidak
membutuhkan uang yang banyak. Saya kira dia tidak akan menibuat seseorang putus
asa, tetapi dia mungkin mengumpulkan uang
sediktt-sedikit." Dia mengangguk menegaskan. "Ya."
"Kaum wanita menvukainva, bukan"
"Ya. Mereka selalu gampang terpikat padanya. Terurama, sava rasa, sebab dia
selalu kelihatan sebagai tipe yang baik dan
terhormai. Wanitawanita akan bangga bisa menguasai lakilaki seperti itu. Mereka
mengharapkan sebuah masa depan vang bahagia
bersamanya. Itu gambaran paling jelas vang bisa saya benkan. Saya sendiri
merasakan hal yang serupa," Mrs. Rival menambahkan
dengan jujur. "Ada satu hal kecil Ugi." Hardcastle berbicara kepada bawahannya. "Tolong
bawakan jam-jam itu kemari."
Jam-jam iru dibawa dengan sebuah baki dan ditutupi sehelai kain. Hardcastle
membuka kain itu dan menunjukkannya pada Mrs.
Rival. Dia menelitinya dengan minat yang jujur dan baik.
"Cantik, bukan" Saya suka yang itu." Dia menyentuh jam bersepuh emas itu.
"Anda tidak pernah melihat satu pun dari jam-jam ini sebelumnya. Mereka tidak
berarti apa-apa bagi Anda?"
"Tidak. Apakah harus begitu?" "Dapatkah Anda memikirkan adanya hubungan antara
suami Anda dengan nama Rosemary?"
"Rosemary" Sebentar. Ada si rambut merah itu"Bukan, namanya adalah Rosalie. Saya
khawatir saya tidak dapat mengingatnya.
Tetapi saya tidak mungkin tahu, bukan" Harry menyimpan kisah cintanya secara
rahasia." "Jika Anda melihat sebuah jam dengan jarum-jaium yang menunjukkan angka empat-
tiga belas?" Hardcastle berhenti. Mrs .-Rival
tertawa kecil. "Saya akan berpikir bahwa sudah hampir waktunya untuk minum teh."
Hardcastle menarik napas.
"Yah, Mrs. Rival," katanya, "kami sangat berterima kasih pada Anda. Pemeriksaan
itu telah ditangguhkan, seperti yang saya
katakan tadi, sampai lusa. Anda tidak kebetatan memberikan kesaksian tentang
identifikasi tadi, bukan?"
"Tidak, Tidak apa-apa. Saya hanya perlu mengatakan siapa dia, bukan" Saya tidak
perlu menjelaskan" Saya tidak akan
menceritakan tingkah lakunya ketika dia masih hidup"hal-hal seperti itu?"
"Sekarang belum perlu. Yang perlu Anda lakukan hanyalah bersumpah bahwa otang
itu adalah Harry Castleton, yang pernah
menikahi Anda. Tanggal yang tepat akan ada pada catatan di Somerset House. Di
mana Anda menikah" Dapatkah Anda
mengingatnya?" "Di tempat bernama Donbrook"Gereja Santo Michael, saya kira. Saya harap tidak
lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Itu akan
membuat saya merasa sudah hampir melangkahkan kaki ke Hang kubur," kata Mrs.
Rival. Dia berdiri dan mengulurkan tangannya. Hardcastle mengucapkan selamat jalan. Dia
kembali ke mejanya dan duduk di sana sambil
mengetuk-ngetukkan sebatang pencil. Sebentar kemudian datanglah Sersan Cray.
"Memuaskan?" tanya sersan itu.
"Kelihatannya begitu," kau inspektur itu. "Nama Harry Castleton"mungkin hanya
alias saja. Kita harus mencari tahu tentang
orang itu. Kelihatannya mungkin sekali ada lebih dari satu wanita vang ingin
membalas dendam padanya."
"Padahal kclihatannva terhormat," kata Cray.
"Itu," kata Hardcastle, "tampaknya adalah barang dagangannya yang utama."
Dia memikirkan lagi jam dengan tulisan Rosemarv di atasnya. Kenang-kenangan"
NARASI COLIN LAMB "Jadi kau kembali juga," kata Hercule Poirot.
Dia meletakkan penyisip bukunya dengan cer~ mat untuk menandai halaman yang
sedang dibacanya. Kali ini secangkir coklat panas
berdiri di atas meja di dekat sikunya. Poirot pastilah mempunyai selera yang
buruk dalam minuman! Sekali ini dia tidak menawari
saya untuk menemaninya minum.
"Apa kabar?" tanya saya.
"Aku terganggu. Aku betul-betu| terganggu. Mereka membuat perbaikan-perbaikan,
mendekorasi kembali, bahkan melakukan
pergantian struktural pada flat-flat ini."
"Apakah itu tidak akan memperbaiki flat-flat ini?"
"Ya"tetapi sangat menjengkelkan bagi&". Aku bisa kacau di sini. Apalagi dengan
bau cat itu nantinya!" Dia memandang saya dengan
gusar. Kemudian, mengabaikan kesulitan-kesulitan-nya dengan kibasan tangannya, dia
bertanya, "Kau telah berhasil, ya?" Sava berkata pelan, "Aku tidak tahu." "Ah-begitu."
"Aku menemukan apa yang ditugaskan pada-ku. Aku tidak menemukan orangnya
sendiri. Aku sendiri tidak tahu apa yang diinginkan.
Informasi" Atau sesosok mayat?"


Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Berbicara tentang mayat, aku sudah membaca laporan dati pemeriksaan yang
ditangguhkan di Crowdean itu. Pembunuhan yang
disengaja oleh seseorang atau beberapa orang yang tidak diketahui. Dan mayat itu
akhirnya mempunyai nama."
Saya mengangguk. "Harry Castleton, siapa pun dia sesunggulinya." "Dikenali oleh istrinya. Kau
sudah ke Crowdean?" "Belum. Aku merencanakan ke sana besok."
"Oh, kau puny a waktu luang?"
"Belum. Aku masih berruga^ Tugasku mcmba-waku ke sana?" Saya berhe/iu sejenak
dan kemudian berkata, "Aku tidak tahu
banyak tentang apa yang telah terjadi selai: ku di luar negeri"hanya fakta
tentang identitik, ^ *;u"bagaimana pendapatmu
mengenamya?" Poirot mengangkat bahu. "Itu sudah diharapkan."
"Ya"polisi-polisi memang sangat hebat?"
"Dan para istri sangat membantu."
"Mrs. Merlina Rival! Aneh benar namanya!"
"Itu mengingatkanku pada sesuatu," kata Poirot. "Tetapi pada apa, ya?"
ia memandang saya sambil berpikir, tetapi saya tidak dapat membantunya. Kalau
tahu Poirot, setiap hal bisa-mengingatkannya
pada sesuatu. "Sebuah kunjungan pada seorang teman"di rumah peristirahatan di desa," pikir
Poirot, kemudian menggelengkan kepalanya.
"Bukan" itu sudah lama sekali."
"Kalau aku kembali ke London lagi, aku akan mengunjungimu dan menceritakan
semuanya yang kudapat dari Hardcastle tentang
Mrs. Merlina Rival," saya berjanji.
Poirot melambaikan tangannya dan berkata, "Tidak perlu."
"Maksudmu kau tahu semuanya tentang dia tanpa diberi tahu?"
"Tidak, Maksudku aku tidak berminat padanya-"
"Kau tidak berminat"tetapi mengapa tidak" Aku tidak mengerti." Saya
menggelengkan kepala. "Orang harus mengkonsentrasikan diri pada pokok-pokoknya saja. Sebaliknya
ceritakan padaku tentang si Edna itu"yang mati di
bilik telepon umum di Wilbraham Crescent."
"Aku tidak dapat menceritakan padamu lebih daripada yang sudah kuceritakan " aku
tidak mengenal gadis itu sama sekali."
"Jadi yang kauketahui seluruhnya," kata Poiiot mengecam, "atau seluruhnya yang
dapat kauceritakan padaku adalah bahwa gadis
itu adalah seekor kelinci yang malang, yang kaulihat kantor pengetik, di mana
dia telah memutuskai tumit sepatunya di kisi-ktsi?"
dia berhenti. "Omong-omong, di mana kisi-kisi itu?"
"Sungguh, Poirot, bagaimana aku bisa tahu?"
"Kau bisa tahu kalau kau bertanya. Bagaimana kau berharap untuk mengetahui
sesuatu jika kau tidak menanyakan pertanyaanpertanyaan
yang sesuai?" "Tetapi bagaimana bisa di mana tumit sepatunya copot jadi persoalan?"
"Mungkin tidak. Sebaliknya, kita harus mengetahui tempat yang tepat ke mana
gadis itu pergi, dan itu mungkin menyangkut
dengan seseorang yang telah dilihatnya di sana"atau dengan sebuah peristiwa yang
terjadi di sana." "Kau terlalu jauh. Bagaimanapun juga aku tahu kalau tempatnya di dekat kantor
itu, sebab dia bilang begitu dan bahwa dia
membeli roti kismis dan kembali dengan memakai kaus kaki saja dan memakan roti
itu di kantor dan dia mengakhiri dengan berkata
bagaimana dia bisa pulang dengan keadaan seperti itu."
"All, dan bagaimana caranya dia pulang?" Poirot bertanva dengan penuh rmnat.
Saya menatapnya. "Aku tidak tahu."
"Ah"tapi itu tidak mungkin, kau memang tidak pernah menanyakan
pertanyaanpertanyaan yang benar! Sebagai hasilnya kau tidak
tahu apa-apa yang penting."
"Kau sebaiknya datang ke Crowdean dan bertanya sendiri," kata saya jengkel.
"Untuk saat ini tidak mungkin. Ada penjualan naskali-naskah para pengarang
minggu de-pan"sangat menarik."
"Masih tetap dengan hobimu?" "Ya, tentu saja." Matanya bersinar. "Coba ambil
karya John Dickson Cart atau Carter Dickson, sebagaimana dia
menyebut dirinya kadang-kadang?"
Saya meloloskan diri sebelum dia dapat meneruskan ceritanya, dengan alasan bahwa
ada sebuah janji yang mendesak. Saya tidak berminat
mendengarkan kuliah tentang hal-hal yang telah silam mengenai seni fiksi-fiksi
kriminal. Saya sedang duduk di tangga, di depan rumah Hardcastle, ketika dia pulang sore
itu. Saya bangkit dari kcmuraman untuk menyambutnya.
"Halo, Colin" Kamukah itu" Jadi kau sudah bebas dari perasaan haru-birumu,
bukan?" "Jika kau menyebutnya merah, itu lebih cocok."
"Berapa lama kau ada di sini, duduk di depan pintu rumahku?"
"Oli, sekitar setengah jam."
"Maaf, kau tidak dapat masuk ke dalam."
"Aku bisa saja masuk dengan sangat gampang sekali," kata saya berang. "Kau tidak
tahu latihan kami." alu mengapa kau tidak masuk?" "Aku tidak ingin merendahkan derajatmu dengan cara
apa pun," saya menjelaskan. "Seorang detektif
inspektur polisi sudah pasti akan kehilangan muka jika tumahnya dimasuki
perampok dengan sangat mudah."
Hardcastle mengambil kunci dari sakunya dan membuka pintu depan.
"Masuklah," katanya, "dan jangan ngomong yang tidak-tidak."
Dia memimpin jalan menuju ruang duduk, dan mulai menyediakan minuman penyegar.
"Katakan kapan."
Saya mengatakannya, tidak begitu cepat, dan kami menikmati minuman itu.
"Keadaan berubah akhirnva," kata Hardcastle "Kami telah mengenali mayat itu." t
"Aku tahu. Aku membaca di arsip koran"siapakah Harry
Castleton itu?" "Seorang lakilaki yang tampaknya sangat terhormat dan mencari nafkah dengan
menikahi atau semata-mata bertunangan dengan wanitawanita
kaya-raya yang gampang dirayu. Mereka mempercayakan tabungan mereka padanya,
terkesan pada pengetahuannya yang hebat tentang
keuang-* an dan sebentar kemudian dia menghilang secara diam-diam."
"Kelihatannya dia bukan lakilaki seperti itu," kata saya memutar pikiran saya
kembali. "Itu adalah senjata utamanya." "Apakah dia pernah
diadili?" Belum"kami telah menyelidikinya, tetapi tidak mudah untuk mendapatkan
keterangan. Dia cukup sering mengubah namanya. Dan
meskipun-otang-orang Yard berpikir bahwa Harry Castleton, Raymond Blair,
Lawrence Dalton, Roger Byron adalah orang yang sama,
mereka tidak pernah dapat membuktikannya. Kaum wanita, kau tahu, tidak akan
bercerita. Mereka lebih senang kehilangan uang
mereka. Orang itu betul-betul sangat pandai dengan pekerjaannya"men gumpulkan
uang dari sana sini "selalu pola yang sama-"
tetapi sangat sukar ditangkap. Roger Byron, misalnya, akan menghilang dari
Southend, dan seseorang bernama Lawrence Dalton
akan memulai operasinya di Newcastle di Tyne. Dia malu untuk
dipotret"menghindafi keinginan temanteman wanitanya untuk
memotretnya. Semua ini berlangsung cukup lama dulu"lima belas sampai dua puluh
tahun. Sekitar waktu itu dia kelihatannya
menghilang. Kabar burung yang tersebar adalah dia sudah mati"tetapi beberapa
orang mengatakan dia telah pergi ke luar negeri?"
"Bagaimanapun juga, tidak ada kabar burung tentang dirinya sampai dia ditemukan
mati, di karpet ruang duduk Miss Pebmarsh?"
kata saya. "Tepat."
"Hal itu tentunya membuka kemungkinan-kemungkinan." 'Tentu."
"Seorang wanita yang dihina yang tidak pernah lupa?" usul saya.
"Yah, begitulah. Ada wanita yang mempunyai day a ingat yang kuat, yang tidak
mudah melupakan?" "Dan jika wanita seperti itu buta"pendeiitaan datang menimpa di atas penderitaan
lainnya?" "Itu hanya dugaan. Tidak ada penggantinya sampai saat ini."
"Bagaimana rupa istrinya"Mrs."siapa tadi" "Merlina Rival" Aneh benar namanya!
Itu pasti bukan namanya sendiri."
"Nama aslinya adalah Flossie Gapp. Lainnya itu adalah ciptaannya sendiri. Lebih
cocok untuk cara hidupnya."
"Apa pekerjaannya" Pelacur?"
"Bukan seorang profesional."
"Apa yang dulu disebut, dengan hati-hati, wanita yang gampang diajak berkencan."
" "Aku bisa mengatakan bahwa dia adalah
wanita yang baik yang bersedia menolong temante-mannya. Menggambarkan dirinya
sebagai bekas aktris. Kadangkadang melakukan
pekerjaan 'menerima tamu*. Cukup menyenangkan."
"Dapat dipercaya?"
"Lumayan. Pengenalannya cukup positif. Tidak ada keragu-raguan."
"Itu adalah suatu berkat."
"Ya. Aku sudah mulai putus asa. Betapa banyak jumlah istri yang kumiiiki di
sini! Aku mulai berpikir hanya wanita yang bijaksana
saja yang mengenali suaminya sendiri. Kau tahu, kukira Mrs. Rival mungkin
mengetahui sedikit lebih banyak tentang suaminya daripada
yang dia ceritakan."
"Apakah dia sendiri pernah terlibat dalam kegiatan kriminal?"
"Tidak untuk dicatat. Kupikir mungkin dia pernah, mungkin malah masih, memiliki
beberapa teman yang tidak jelas. Bukan hal yang serius "
hanya menipu-nipu"hal-hal seperti itu."
"Bagaimana dengan jam-jam itu?"
"Tidak berarti apa-apa baginya. Kupikir dia berkata sebenarnya. Kami melacak
dari mana asalnya mereka"Portobello Market. Itu asalnya jam
emas dan porselen Dresden itu. Dan sangat tidak membantu1. Kau tahu bagaimana
pasar itu di hari Sabtu. Dibeli oleh seorang nyonya Amerika,
pikir penjaga toko"tetapi kupikir itu hanya tebakan saja. Portobello Market
selalu penuh dengan turis-turis Amerika. Istrinya berkata, seorang
laki-lakilah yang membeli mereka. Dia tidak dapat mengingat wajahnya. Jam perak
itu berasal dari seorang perajin perak di Bournemouth.
Seorang wanita jangkung rrienginginkan-nya sebagai hadiah untuk putrinya yang
masih kecil! Hal yang diingatnya tentang wanita itu hanyalah
topinya yang hijau."
"Dan jam yang keempat" Jam yang hilang itu?"
'Tidak ada komentar," kata Hardcastle.
Saya tahu betul apa maksudnya dengan perka-taan itu.
NARASI COLIN LAMB Hotel tempat saya menginap adalah sebuah hotel yang kecil dan sempit dekat
stasiun. Di sana disediakan daging panggang yang lumayan, tetapi
hanya itulah penilaian yang pantas untuknya. Kecuali, tentu saja, harganya
murah. Pada pukul sepuluh keesokan harinya saya menelepon Biro Sekretaris Cavendish dan
berkata bahwa saya menginginkan seorang pengetik
steno untuk menyalin beberapa surat dan mengetik kembali sebuah perjanjian
bisnis. Nama saya adalah Douglas Weatherby dan saya tinggal di
Hotel Clarendon (hotel-hotel vang luar biasa jeleknya selalu mempunyai nama-nama
yang keren). Apakah Miss Sheila Webb bisa datang"
Menurut teman saya dia sangat efisien.
Saya beruntung. Sheila dapat segera datang. Dia, bagaimanapun juga, mempunyai
janji pada pukul dua belas. Saya berkata bahwa saya sudah
akan selesai sebelum waktu itu, karena saya juga punya janji.
Saya sedang berada di luar pintu putar di larendon, kerika Sheila muncul. Saya
maju ke depan. "Mr. Douglas Weatherby siap melayani Anda," kata sava.
"Kaukab itu yang menelepon?" "Ya "
"Tapi kau tidak boleh berbuat begitu." Dia kelihatan malu.
"Mengapa tidak" Aku siap membayar Biro Cavendish untuk jasamu. Apa bedanya buat
mereka jika kita menghabiskan waktumu yang berharga
dan malial itu di Buttercup Cafe di s^berang jalan ini daripada mendiktekan
surat1 surat yang membosankan yang dimulai dengan 'Kepada yang
terhormat,' dan seterusnya. Ayo-lah, mari kita pergi dan minum kopi yang enak
dalam suasana yang damal."
Buttercup Cafe mencoba untuk tampil sesuai dengan namanya, yaitu dengan memakai
warna kuning secara bertebth-lebihan dan agresif.
Meja-meja berlapis formika, bantalan-bantalan kursi plastik dan cangkir-cangkir
dan tatakan-tatakan-nya, semua berwarna kuning.
Saya memesan kopi dan kue untuk dua orang. Waktu itu masih cukup pagi, sehingga
di ruangan itu hanya ada kami saja.
Ketika pelayan wanita itu sudah mencatat pesanan kami dan pergi, kami saling
berpandang-an. "Apakah kau baik-baik saja, Sheila?"
"Apa maksudmu"apakah aku baik-baik saja?"
Matanya dikelilingi oleh lingkaran hitam d bagian bawah, sehingga membuat
matanya lebih berwarna ungu, bukan biru.
"Apakah kau mendapat kesulitan?"
"Ya"tidak"aku tidak tahu. Kupikir kau sudah pergi?"
"Memang. Dan aku sudah kembali."
"Mengapa?" "Kau tahu mengapa."
Matanya memandang ke bawah.
"Aku takut padanya," dia berkata sesudah berhenti paling sedikit selama satu
menit, yang bagi saya terasa lama sekali.
"Siapa yang kautakuti?"
"Temanmu itu"inspektur itu. Dia pikir... dia pikir aku membunuh orang itu, dan
juga Edna..." "Oh, itu hanya kebiasaannya saja," kata saya meyakinkan. "Dia selalu pergi ke
mana-mana dan sepertinya mencurigai setiap orang."
"Tidak, Colin, tidak begitu. Tidak ada gunanya mengatakan itu untuk menghiburku.
Dia berpikir bahwa aku terlibat dalam kasus itu sejak awal
mula." "Gadisku sayang, tidak ada bukti terhadapmu. Hanya karena kau berada di tempat
itu pada hari itu, sebab seseorang menempatkanmu di
sana." Dia menyela. "Dia pikir aku menempatkan diriku di sana. Dia pikir itu adalah kisah buatan
saja. Dia pikir Edna dengan suatu cara mengetahui hal itu. Dia
pikir Edna mengenali suaraku di telepon, berpurapura sebagai Miss Pebmarsh."
"Apakah itu suaramu?" tanya sava.
"Bukan, tentu saja bukan. Aku tidak pernah menelepon. Sudah kukatakan padamu."
"Coba pikir, Sheila," kata saya. "Apa pun yang kauceritakan pada orang lain, kau
harus menceritakan pada&w yang sebenarnya."
"Jadi kau tidak mempercayai ceritaku sepatah kata pun?"
"Ya, Kau mungkin telah menelepon hari itu, tanpa maksud jahat. Seseorang mungkin
telah memintamu untuk melakukannya, mungkin
dia berkata padamu bahwa itu adalah lelucon, dan kemudian kau ketakutan dan
sekali kau berbohong mengenainya, kau harus terus
berbohong. Apakah kejadiannya seperti itu?"
"Tidak, tidak, tidak\ Berapa kali harus kukatakan padamu?"
"Semuanya memang baik, Sheila, tetapi ada sesuatu yang tidak kauceritakan
padaku. Aku ingin kau percaya padaku. Jika
Hardcastle mempunyai prasangka terhadapmu, sesuatu yang tidak diceritakannya
padaku tentang?" Dia menyela lagi. "Apakah kau mengharapkan dia menceritakan segalanya padamu?"
'Tah, tidak ada alasan mengapa dia tidak melakukannya. Boleh dikatakan profesi
kami sebenarnya sama."
Pelayan wanita itu mengantarkan pesanan kami.
Kopinya berwarna pucat, sepu< mantel bulu mink mode terakhir.


Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak tahu kalau pekerjaanmu ada hubungannya dengan kepolisian," kata
Sheila, sambil perlahan-lahan mengaduk-aduk
kopinya. "Tidak tepat polisi. Sebuah cabang yang betul-betul berbeda. Tetapi yang kutuju
adalah, jika Dick tidak menceritakan padaku halhal
yang diketahuinya tentang dirimu, maka pasti ada alasan khusus. Ini karena dia
pikir aku tertarik padamu. Yah, aku memang
tertarik padamu. Bahkan lebih dari itu. Aku ini untukmu, Sheila, apa pun yang
telah kaulakukan. Kau keluar dari rumah itu pada hari
itu dengan sangat ketakutan. Kau betul-betul takut. Kau tidak berpurapura. Kau
tidak bisa memainkan peranan itu dengan berpurapura."
"Tentu saja aku takut. Aku ngeri." "Apakah hanya karena menemukan mayat itu yang
membuatmu takut" Atau karena hal vang
lain?" "Hal lain apa?" Saya memberanikan diri. "Mengapa kau ambil jam dengan tulisan
Rosemary di atasnva itu?"
"Apa maksudmu" Mengapa aku harus mengambilnya?"
"Aku bertanva padamu mengapa kaulakukan hal itu."
"Aku tidak pernah melakukannya."
"Kau kembali ke ruangan itu sebab kau meninggalkan sarung tanganmu, katamu. Kau
tidak memakai sarung tangan apa pun hari itu. Hari itu
hari yang cerah di bulan September. Aku tidak pernah melihatmu memakai sarung
tangan. Baiklah kalau begitu, kau kembali ke ruang itu dan kau
mengambil jam itu. Jangan bohong padaku tentang hal ini. Itu yang kaulakukan,
bukan?" Dia diam sejenak, memain-mainkan kuenya di atas piring.
"Baiklah," katanya dengan suara yang nyaris seperti berbisik. "Baiklah. Aku
melakukannya. Aku mengambil jam itu dan memasukkannya dalam
tasku dan aku keluar lagi."
'Tetapi mengapa kaulakukan itu?"
"Sebab nama itu"Rosemary. Itu namaku."
"Namamu adalah Rosemary, bukan Sheila?"
"Dua-duanva adalah namaku. Rosemary Shei-i la."
"Hanya itu, bukan" Kenyataan bahwa kau memiliki nama yang sama dengan nama yang
tertulis di atas jam itu?"
Dia mendengar ketidakpercavaanku, tetapi dia
masih bertahan. "Aku takut waktu itu."
Saya memandangnya. Sheila adalah gadisku "gadis yang kuinginkan"dan ingin
kumiliki. Tetapi tidak ada gunanya mempunyai ilusi-ilusi tentang
dirinva. Sheila adalah pembohong dan mungkin akan selalu menjadi pembohong. Itu
adalah caranya berjuang untuk hidup"penyangkalan yang
mudah dan cepat. Itu adalah senjata anakanak"dan dia mungkin tidak pernah
berhenti menggunakannya. Jika saya menginginkan Sheila, saya
harus menerimanya sebagaimana dia sebenarnya"sanggup menerima kelemahan-
kelemahannya. Kita semua punya kelemahan. Kelemahan saya
berbeda dari kelemahan Sheila, tetapi saya punya.
Sava memutuskan untuk menverang. Itu adalah satu-satunva cara.
"Itu jamm", bukan?" kata saya. "Itu kepunyaanmu?"
Dia menahan napas, "Bagaimana kau tahu?"
"Ceritakan padaku." Ceritanya mengalir keluar dengan kata-kata yang tidak
keruan. Dia telah memiliki jam itu hampir seumur hidupnya. Sampai
ketika dia berumur enam tahun dia selalu dipanggil dengan nama Rosemary"tetapi
dia membencinya dan mendesak agar dipanggil Sheila.
Akhirnya jam itu merepotkan. Dia telah membawanya ke tukang jam tidak jauh dari
Biro. Tetapi dia meninggalkannya entah di mana"di bis,
mungkin, atau di toko tempat dia makan sandwich di saat makan siang.
"Berapa lama kejadian itu sebelum pembunuhan di Wilbraham Crescent No. 19?"
Kirakira seminggu, pikir Sheila. Dia tidak begitu memikirkannya, sebab jam itu
toh sudah tua dan selalu macet dan memang sudah sepantasnya
diganti dengan yang baru Dan kemudian,
"Aku tidak memperhatikannya pada mulanya," gadis itu berkata. 'Tidak ketika aku
memasuki ruang itu. Dan kemudian aku"
menemukan mayat itu. Aku seolah-olah lumpuh. Aku berdiri tegak setelah
menyentuhnya dan aku berdiri di sana menatapnya dan
jamku memandangku dari atas meja di samping perapian"jam^w"dan ada darah di
tanganku"dan kemudian dia masuk dan aku lupa
segalanya sebab dia akan menginjaknya. Dan"dan aku meloncat ke luar. Pergi jauh
dari sana"itu yang kuinginkan/*
Saya mengangguk. "Dan kemudian?"
"Aku mulai berpikir. Dia bilang dia tidak menelepon memanggilku"lantas siapa
yang melakukannya"siapa yang membuatku berada
di sana dan meletakkan jam?" di sana" Aku"aku berkata bahwa aku ketinggalan
sarung tanganku dan"dan memasukkan jam itu
dalam tasku. Kukira aku"aku konyol sekali."
"Kau tidak mungkin melakukan hal yang lebih konyol dari itu," saya berkata
padanya. "Dalam beberapa hal, Sheila, kau tidak punya
otak sama sekali." 'Tetapi seseorang sedang berusaha melibatkan-ku. Kartu pos itu. Itu pasti
dikirim oleh orang yang mengetahui bahwa aku telah
mengambil jam itu. Dan kartu pos itu sendiri "bergambar Si Tua Bailey. Jika
ayahku adalah seorang penjahat?"
"Apa yang kauketahui tentang avah dan mu?"
"Orang tuaku meninggal dalam sebuah kecela kaan ketika aku masih bayi. Itu
adalah apa yan diceritakan oleh bibiku, dan yang
selalu dicerita kannya padaku. Tetapi dia tidak pernah membicarakan mereka, dia
tidak pernah mengatakan padaku sedikit pun
tentang mereka. Kadangkadang, sekali-dua, ketika aku bertanya, dia menceritakan
padaku tentang mereka yang tidak sama dengan
ceritanya dulu. Jadi aku tahu, bahwa ada sesuatu yang tidak beres."
'Teruskan." "Jadi kupikir mungkin ayahku adalah seorang penjahat"bahkan mungkin, seorang
pembunuh. Atau mungkin ibuku. Orang tidak
akan mengatakan bahwa orang tua kita meninggal dan tidak dapat atau tidak mau
mengatakan apa-apa tentang orang tua kita,
kecuali kalau alasan yang sebenarnya adalah sesuatu"sesuatu yang mereka pikir
buruk sekali bagi kita."
"Jadi kau menduga-duga sendiri. Padahal mungkin sederhana saja. Kau mungkin
adalah seorang anak haram."
"Aku juga berpikir begitu. Orangorang kadang-kadang memang mencoba
menyembunyikan kenvataan itu dari anakanak. Itu
sangat bodoh. Mereka lebih baik mengatakan vang sebenarma. Hal itu tidak begitu
berarti apa-apa pada zaman sekarang ini. Tetapi
yang penting adalah, kau tahu, bahwa aku tidak tahu. Aku
tidak tahu apa yang ada di belakang semua ini. Mengapa aku dinamai Rosemary" Itu
bukan nama keluarga. Itu berani kenangan" bukan?"
"Yang mungkin saja mempunyai arti yang menyenangkan," kata saya.
"Ya, bisa saja... tetapi aku tidak merasa begitu. Bagaimanapun juga, sesudah
inspektur itu menanyai aku pada hari itu, aku mulai berpikir.
Mengapa ada orang yang menginginkan aku ada di sana" Melibatkanku dengan seorang
lakilaki aneh yang sudah mati" Atau apakah orang mati itu
yang ingin menemuiku di sana" Apakah dia, mungkin"ayahku, dan dia ingin aku
melakukan sesuatu untuknya" Dan kemudian seseorang datang dan
membunuhnya. Atau ada orang yang ingin membuat agar segala sesuatunya kelihatan
seperti aku yang membunuhnya" Oh, aku begitu bingung,
takut. Kelihatannya, entah bagaimana, semuanya seolah-olah ditujukan padafcw.
Membuatku ke sana, dan orang mati itu, dan namaku "
Rosemary"pada jamku sendiri yang seharusnya tidak ada di sana. Semuanya
membuatku panik dan melakukan sesuatu yang konyol, seperti
katamu." Saya menggeleng-gelengkan kepala memandangnya.
"Kau terlalu banyak mengetik cerita-cerita seram dan misterius," kata saya
menuduh. "Bagaimana dengan Edna" Apakah kau tidak punya ide
sama sekali tentang apa yang ada dalam pikirannya tentang dirimu" Mengapa dia
datang ke rumahmu untuk berbicara denganmu kalau dia bisa
menemuimu tiap hari di kantor?"
"Aku tidak tahu. Dia tidak mungkin berpikir bahwa aku terlibat dalam pembunuhan
itu. Dia tidak mungkin bisa."
"Apakah mungkin karena sesuatu yang didengarnya dan dia membuat kesalahan
tentang hal itu?" 'Tidak ada apa-apa, kataku. Tidak ada!"
Saya memikirkannya. Saya tidak dapat tidak memikirkannya... Bahkan sekarang, saya
tetap tidak percaya bahwa Sheila telah bercerita
sejujur-jujurnya. "Apakah kau punya musuh pribadi" Pemuda-pemuda yang tidak puas, gadis-gadis yang
cemburu, seseorang yang mungkin agak terganggu
jiwanya yang ingin membalas dendam padamu?"
Kedengarannya sangat mevakinkan sekali waktu saya mengatakannya.
"Tentu saja tidak."
Jadi begitulah. Bahkan sekarang saya tetap tidak yakin dengan urusan jam itu.
Itu adalah sebuah kisah yang fantastik. 413. Apa artinya
angka-angka itu" Mengapa menulisnya di atas kartu pos dengan kata: INGAT kecuali
kalau kata dan angka itu mempunyai arti tertentu bagi
orang kepada siapa kartu itu ditujukan"
Saya menarik napas, membayar rekeningnya dan berdiri.
"Jangan cemas," kata saya. (Tentunya itu adalah kata-kata yang paling tolol
dalam bahasa Inggris ataupun bahasa-bahasa lainnya). "Jasa Pelayanan Pi ibadi Colin Lamb
sedang melaksanakan tugasnya. Kau akan baik-baik saja, dan kita
akan hidup bahagia untuk selama-lamanya. Omong-omong," kata saya, tidak dapat
menahan diri lagi, kendati saya tahu bahwa lebih baik untuk
mengakhiri pertemuan kami dengan kata-kata yang romantis, tetapi Keingintahuan
Pribadi si Colin Lamb menarik saya. "Apa yang sebenarnya
telah kaulakukan dengan jam itu" Menyembunyikannya dalam lacimu?"
Dia diam sejenak sebelum berkata, "Aku membuangnya di tong sampah tetangga
sebelah." Saya cukup terkesan. Itu adalah cara yang sederhana dan mungkin efektif. Kalau
dipikir-pikir, ternyata Sheila pintar juga. Mungkin saya yang
terlalu rendah menilai Sheila.
NARASI COLIN LAMB Ketika Sheila sudah pergi, saya menyeberangi jalan menuju Clarendon, menyiapkan
tas dan menitipkannya pada pengangkat barang di hotel.
Clarendon adalah hotel yang menyukai Anda untuk check out sebelum jam dua belas
siang. Kemudian saya pergi. Rute saya membawa saya melewati kantor polisi dan "setelah
raguragu sejenak, saya masuk ke dalam. Saya menanyakan
Hardcastle daff ternyata dia ada. Saya menemukannya sedang mengerutkan dahinya,
memandangi sepucuk sufat di tangannya.
"Aku pergi lagi sore ini, Dick," kata saya. "Kembali ke London."
Dia mendongak, memandang saya dengan ekspresi wajah sedang memikirkan sesuatu.
"Maukah kau menerima sebuah nasihat dariku?"
"Tidak," kata saya segera.
Dia tidak peduli. Orang memang tidak peduli kalau mereka mau menasihati Anda.
"Kau harus pergi"menjauhkan diri "jika kau tahu apa yang terbaik untukmu."
"Tidak seorang pun dapat menentukan apa yang terbaik bagi orang lain."
"Aku meragukannya."
"Kukatakan sesuatu padamu, Dick. Bila aku sudah selesai dengan tugasku yang
sekarang, aku akan mengundurkan diri. Paling tidak"kupikir
begitu." "Mengapa?" "Aku seperti pendeta Zaman Victoria yang kuno. Aku juga punya Keraguan/'
"Berilah waktu pada dirimu sendiri."
Saya tidak yakin apa maksud kata-katanya itu. Saya bertanya padanya tentang apa
yang sedang dicemaskannya.
"Bacalah." Dia mengulurkan surat yang sedang dipegangnya itu pada saya.
Dengan hormat, Saya baru memikirkan sesuatu. Anda bertanya pada saya apakah suami saya
mempunyai tanda-tanda tertentu dan say* berkata
bahwa dia tidak punya. Tetapi saya salah. Sebenarnya dia memiliki sebuah bekas
luka di belakang telinga kirinya. Terkena pisau
cukur ketika anjing kami menerjangnya, dan luka ku harui dijahit. Luka itu
begitu kecil dan tidak penting sehingga saya tidak
pernah memikirkannya waktu itu.
Hormat saya, Merlina Rival, "Tulisannya bagus," kata saya, "meskipun alu, tidak pernah suka tinta ungu.
Apakah mayat itu punya bekas luka?"
"Dia memang punya bekas luka. Pada tempat yang disebutkannya."
"Apakah dia tidak melihatnya ketika mayat itu ditunjukkan padanya?"
Hardcastle menggelengkan kepala.
"Tertutup oleh telinga. Kau harus menarik telinganya ke depan sebelum kau dapat
melihatnya.** "Kalau begitu cocok. Sebuah bukti yang menyenangkan. Apa yang menyusahkanmu?"
Hardcastle berkata dengan muram bahwa kasus itu membuatnya jengkeli Dia bertanya
apakah saya akan menemui teman saya si orang Prancis
atau Belgia itu di London.
"Mungkin. Mengapa"**
"Aku menyebut-nyebutnya pada kepala polisi yang berkata bahwa dia mengingatnya
dengan baik"kasus pembunuhan Pandu Putri. Aku harus
mengadakan sebuah penyambutan yang hangat, bila dia memutuskan untuk datang
kemari," "Tidak mungkin," kata saya. "Dia itu betul-betul seperti kerang."
Waktu menunjukkan pukul dua belas seperempat ketika aya menekan bel di Wilbrabam
Crescent No. 62. Mrs. Ramsay membukakan pintu. Dia
hampir-hampir tidak mengangkat matanya untuk
memandang saya. "Ada apa?" katanya.
"Bolehkah saya berbicara dengan Anda sebentar" Saya pernah kemari, kirakira
sepuluh liari yang lalu. Anda mungkin tidak ingat."
Dia mengangkat matanya untuk mengamat-amati saya dengan lebih saksama. Sebuah
kerutan kecil nampak di antara alisnya.
"Anda datang"Anda bersama inspektur polisi itu, bukan?"
"Betul, Mrs. Ramsay. Bolehkah saya masuk?"
"Jika Anda mau, boleh saja. Orang tidak akan menolak seorang polisi untuk masuk
ke rumahnya. Mereka akan menganggap Anda jahat bila
Anda menolak." Dia memimpin jalan menuju ruang makan, membuat sebuah isyarat kasar untuk
menunjukkan sebuah kursi dan dia duduk di depan saya. Ada
sedikit kemarahan dalam suaranya, tetapi tingkah-kkunya sekarang menjadi lesu,
yang sebelumnya tidak saya perhatikan.
Saya berkata, "Tenang sekali di sini hari ini"saya kira anakanak Anda telah kembali ke
sekolah?" "Ya. Memang berbeda rasanya." Dia meneruskan, "Saya kira Anda ingin menanyakan
beberapa pertanyaan pada sava, bukan, tentang
pembunuhan terakhir ini" Gadis yang terbunuh di bilik telepon umum."
"Bukan, bukan itu. Saya tidak betul-betu. terlibat dengan kepolisian."
Dia memandang saya dengan sedikit terkejut.
"Saya pikir Anda adalah Sersan"Lamb, bukan?"
"Nama saya memang Lamb, tetapi saya bekerja pada departemen yang betul-betul
berbeda." Kelesuan hilang dari tingkah laku Mrs. Ramsay. Dia menatap saya dengan cepat,
tajam, dan langsung. "Oh," katanya, "ada apa kalau begitu?" "Suami Anda masih di luar negeri?" "Ya."
"Dia telah pergi agak lama, bukan, Mrs, Ramsay" Dan pergi agak jauh?"
"Apa yang Anda ketahui tentang itu?"
"Yah, dia telah pergi ke balik Tirai Besi, bukan?"
Dia diam sejenak, kemudian dia berkata dengan suara pelan, tanpa nada, "Ya, ya,
itu betul." "Apakah Anda tahu ke mana dia pergi?"


Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kurang lebih." Dia berhenti sebentar, kemudian berkata, "Dia ingin saya
menemaninya di sana."
"Apakah dia telah mempertimbangkannya selama beberapa waktu?"
"Saya kira begitu. Dia tidak mengatakannya pada saya sampai saat terakhir."
"Anda tidak tertarik dengan pandangan politiknya?"
'Dulu ya, saya kira. Tetapi Anda pasti sudah mengetahuinya... Anda menyelidiki
secaia mendalam hal-hal seperti itu, bukan" Menelusuri masa
lalu, mentari tahu siapa yang menjadi teman dalam perjalanan, siapa yang menjadi
anggota partai, hal-hal seperti itu."
"Anda mungkin bisa memberi kami informasi yang sangat berguna bagi kami," kata
saya. Dia menggelengkan kepala. 'Tidak. Saya tidak bisa.
Maksud saya bukannya saya tidak mau. Anda tahu, dia tidak pernah menceritakan
apa-apa dengan jelas pada saya. Saya tidak ingin tahu. Saya
muak dan jemu pada semuanya! Ketika Michael berkata bahwa dia akan meninggalkan
negara ini, menghilang, dan kemudian pergi ke Moskow, saya
tidak begitu terkejut. Saya harus memutuskan apa yang ingin saya lakukan."
"Dan Anda memutuskan bahwa Anda tidak cukup bersimpati pada tujuan suami Anda?"
"Tidak, saya tidak mengatakannya begitu! Pandangan saya semata-mata bersifat
pribadi. Saya percaya, pasti ada hubungannya dengan seorang
wanita pada akhirnya, kecuali kalau dia betul-betul fanatik. Dan kaum wanita
dapat menjadi sangat fanatik, tetapi saya tidak. Saya tidak pernah
lebih daripada seorang simpatisan sayap kiri yang moderat."
"Apakah suami Anda terlibat dalam kasus Larkm?"
"Saya tidak tahu. Saya kira mungkin juga. Dia tidak pernah bercerita pada saya
atau membicarakan hal itu dengan saya."
Tiba-tiba Mrs. Ramsay memandang saya dengan lebih bersemangat.
"Kita lebih baik saling berterus-terang, Mr. Lamb. Atau Mr. Serigala berbulu
Domba (Lamb), atau siapa pun Anda sebenarnya. Saya mencintai
suami saya. Saya cukup mencintainya sehingga saya mau menemaninya ke Moskow,
tidak peduli apakah saya setuju dengan pandangan politiknya
atau tidak. Dia menginginkan saya membawa anakanak. Saya tidak mau membawa
anakanak! Hanya itu masalahnya. Jadi saya memutuskan untuk
tinggal dengan mereka. Apakah saya akan melihat Michael lagi atau tidak, saya
tidak tahu. Dia harus memilih cara hidupnya sendiri dan saya
harus memilih hidup saya sendiri, tetapi saya tahu satu hal dengan pasti.
Sesudah dia menceritakan semuanya pada saya. Saya ingin anak saya
dibesarkan di sini, di negeri mereka sendiri. Mereka adalah orang Inggris. Saya
ingin mereka dibesarkan sebagai anakanak Inggris biasa."
"Saya mengerti."
"Dan hanya itu saja saya kira," kata Mrs. Ramsav sambil berdiri.
Tiba-tiba ada sifat tegas dalam tingkah lakunya.
"Itu pasti merupakan sebuah pilihan yang berat," kata saya lembut. "Saya turut
sedih." Saya memang ikut merasa sedih. Mungkin simpati sava yang tulus dalam suara saya
menyentuh perasaannya. Dia tersenyum kecil.
"Mungkin Anda juga merasakannya.... Saya kira, dalam pekerjaan Anda, Anda harus
berusaha mengorek-ngorek apa yang tersembunyi di balik
kulit seseorang, mengetahui apa yang mereka rasakan dan pikirkan. Hal itu memang
membuat saya terpukul, tetapi saya sudah melewati saatsaat
terburuknya.... Saya harus membuat rencana-rencana sekarang. Apa yang harus
dilakukan, ke mana harus pergi, apakah tetap tinggal di sini
atau pergi ke tempat lain. Saya akan mencari pekerjaan. Saya dulu mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan sekretaris. Mungkin saya akan mengambil
kursus steno dan mengetik lagi, sebagai penyegaran."
"Nah, jangan melamar ke Biro Cavendish," kata saya.
"Mengapa tidak?"
"Gadis-gadis yang bekerja di sana tampaknya sering mengalami hal-hal yang tidak
menguntungkan." "Jika Anda mengira saya tahu segala sesuatu tentang hal itu, Anda salah. Saya
tidak tahu apa-apa."
Saya mendoakan dia agar berhasil dan pergi. Saya tidak mendapat apa-apa darinya.
Saya sudah menduga memang tidak ada apa-apa lagi.
Tetapi orang harus membereskan dulu semua-semua yang kurang jelas itu.
Ketika saya keluar melalui pintu, saya hampir
menubiuk Mrs. McNaughton. Dia sedang membawa sebuah tas belanja dan kelihatannya
kakinya sangat goyah. "Mari saya bantu," kata saya dan mengambil tasnya. Dia mulanya tidak mau
membiarkan saya membawanya, kemudian dia mencondongkan
kepalanya ke depan, menatap saya, dan melemaskan pegangannya.
"Anda adalah anak muda dari kepolisian," katanya. "Saya mulanya tidak mengenali
Anda." Saya membawakan tasnya sampai ke pintu depan rumahnya dan dia berjalan di
sebelah saya. Tas belanja itu sangat berat. Saya heran apa saja
yang ada di dalamnya. Berkilo-kilo kentang"
"Jangan mengebel," katanya. "Pintunya tidak dikunci."
Kelihatannya tidak ada pintu yang dikunci di Wilbraham Crescent.
"Dan bagaimana kalian menghadapi hal-hal itu?" dia bertanya dengan cerewet. "Dia
kelihatannya telah menikahi seseorang yang derajatnya
jauh sekali di bawahnya."
Saya tidak mengerti apa yang dikatakannya.
"Siapa yang"saya baru saja pulang dari luar negeri," saya menjelaskan.
"Oh, begitu. Membayangiseseorang, saya kira. Maksud saya Mrs. Rival. Saya pergi
ke pemeriksaan itu. Wanita yang tampangnya begitu biasa.
Saya harus mengatakan bahwa dia tidak begitu sedih dengan kematian suaminva."
"Dia tidak pernah melihatnya lagi selama lima belas tahun," saya menjelaskan.
"Angus dan saya telah menikah selama dua puluh tahun." Dia menarik napas. "Sudah
lama sekali. Dan sekarang dia sering berkebun karena
sudah tidak mengajar lagi di universitas.... Memang sulit untuk mengetahui apa
yang hai us kita lakukan dengan diri kita sendiri."
Pada saat itu, Mr. McNaughton, dengan sekop di tangannya, muncul dari balik
sudut rumah. "Oh, kau sudah pulang, Sayang. Biar kubawa-kan barang-barangnya?"
"Letakkan di dapur saja," bisik Mrs. McNaughton pada saya"sikunya menusuk saya.
"Hanya keripik jagung dan telur serta semangka,"
katanya pada suaminya, sambil tersenyum cerah.
Saya meletakkan tas itu di meja dapur. Terdengar bunyi berdenting.
Keripik jagung, gombal! Saya menjadi ingin tahu. Ternyata di bawah lembaran
gelatine terdapat tiga botol wiski.
Saya mengerti mengapa Mrs. McNaughton kadang-kadang begitu cerah dan suka omong,
dan mengapa kakinya kadang-kadang sedikit goyah.
Mungkin itu pula sebabnya mengapa Mr. McNaughton mengundurkan diri dari
jabatannya. Pagi itu boleh dikatakan "pagi para tetangga". Saya berjumpa dengan Mr. Bland
ketika saya berjalan di sepanjang Crescent menuju Albany
Road. Mr. Bland kelihatannya dalam kondisi yang baik. Dia segera mengenali saya.
"Apa kabar" Bagaimana dengan kejahatan itu" Saya lihat mayat itu sudah bisa
dikenali. Kelihatannya hal itu agak mengejutkan bagi istrinya.
Omong-omong, maafkan saya, Anda bukan orang sekitar sini, bukan?"
Saya mengelak dengan berkata bahwa saya datang dari London.
"Jadi Yard menaruh minat, bukan"*'
"Yah?" saya mengucapkan kata itu dengan nada yang tidak menyiratkan pendapat.
"Saya mengerti. Tidak boleh cerita sembarangan di luar sekolah. Anda tidak hadir
pada pemeriksaan itu, bukan?"
Saya berkata bahwa saya ada di luar negeri waktu itu.
"Saya juga. Saya juga!" dia mengedipkan matanya pada saya,
"Paris?" saya bertanya, mengedip kembali.
"Itu harapan saya. Tidak, hanya perjalanan sehari ke Boulogne."
Dia menyikut saya dengan sikunya (hampir seperti Mrs. McNaughton!).
"Saya tidak mengajak istri saya. Pergi bersama seorang gadis yang menyenangkan.
Pirang. Ukurannya lumayan hot"
"Perjalanan bisnis?" kata saya. Kami berdua tertawa seperti layaknya pria yang
menguasai dunia. Dia berjalan menuju No. 61 dan saya berjalan menuju Albany Road. Saya tidak puas
dengan diri saya sendiri. Seperti
kata Poirot, harus ada lebih banvak yang dapat diperoleh dari para tetangga.
Memang tidak logis kalau tidak ada seorang pun yang
melihat sesuatu! Mungkin Hardcastle telah menanyakan pertanyaanpertanyaan yang
salah. Tetapi dapatkah saya memikirkan
pertanyaanpertanyaan yang lebih baik" Ketika saya membelok ke Albany Road, saya
membuat daftar pertanyaan di luar kepala.
Seperti ini kirakira: Mr. Curry (Casdeton) - telah dibius-Kapan"
idem " telah dibunuh-Di mana"
Mr. Currv (Castleton) " telah dibawa ke No. 19 -
Bagaimana caranya" Seseorang pasti telah melihat sesuatu! " Siapa"
idem " Apa" Saya membelok ke kiri lagi. Sekarang saya berjalan di sepanjang Wilbraham
Crescent persis seperti ketika saya berjalan pada
tanggai 9 September. Apakah saya harus mengunjungi Miss Pebmarsh" Menekan bel
dan berkata"yah, apa vang harus-saya
katakan" Mengunjungi Miss Waterhouse" Tetapi apa gerangan yang harus saya katakan
pada"y<*" Mrs. Hemming mungkin" Tidak begitu penting apa yang hams dikatakan seseorang
pada Mrs. Hemming. Dia tidak akan
mendengarkan, dan apa yang dia katakan, kendati sembarangan dan tidak relevan,
mungkin menunjukkan sesuatu.
Saya terus berjalan, menyebut nomor-nomor itu dalam hati, seperti yang saya
lakukan dulu. Apakah Mr. Curry dulu juga datang
kemari, juga memperhatikan nomor-nomor itu, sampai dia tiba pada nomor yang dia
inginkan" Wilbraham Crescent tidak pernah kelihatan begitu indah. Saya nyaris saja
berteriak dengan gaya Victoria, "Oh! Seandainya batubatu
ini dapat berbicara!" Kelihatannya itu adalah kutipan favorit pada zaman itu.
Tetapi batu tidak dapat berbicara, begitu pula
dengan bata dan semen, juga kapur dan lapisan semen. Wilbraham Crescent tetap
tinggal diam. Kuno, menyendiri, agak kumal dan
tidak dibicarakan orang. Selalu curiga, saya yakin, pada orangorang yang
berkeliaran di sana, yang tidak tahu apa yang mereka cari.
Ada beberapa orang yang sedang berjalan-jalan, dua orang anak lakilaki naik
sepeda, melewati saya, dua orang wanita dengan
tas-tas belanja mereka. Rumahrumah itu sendiri mungkin telah diawetkan seperti
mumi terhadap tanda-tanda kehidupan yang ada
di dalamnya. Saya tahu mengapa. Sudah saatnya, atau hampir, jam satu siang yang
suci, jam yang dikeramatkan oleh tradisi Inggris
sebagai jam untuk makan siang. Pada satu atau dua lumah saya dapat melihat
melalui jendela-jendela yang tak bertirai, sekelompok
orang yang sedang mengelilingi meja makan, tetapi balikan itu pun sudah langka
sekali. Meskipun jendelanya ditutupi dengan saksama
dengan kawat nilon, yang mengalahkan kepopuleran renda-renda Nottingham,
atau"yang mana jauh lebih mungkin"setiap orang yang
ada di rumah selalu makan di dapur "modern", menurut kebudayaan tahun enam
puluhan. Saya mempertimbangkan bahwa itu memang saat yang tepat untuk melakukan suatu
pembunuhan. Apakah pembunuhnya telah
memikirkan hai itu, saya ingin tahu" Apakah itu bagian dari rencana si pembunuh"
Saya akhirnya tiba di No. 19.
Seperti banyak anggota masyarakat lainnya yang dungu, saya berdiri di sana dan
menatapnya. Tidak ada orang sama sekali di sana,
"Tidak ada tetangga," saya berkata sedih, "tidak ada orang jenius yang melihat."
Saya merasakan nyeri yang menusuk di bahu. Saya salah. Ternyata ada tetangga di
sini, tetangga yang sangat berguna jika dia bisa
bicara. Saya sedang bersandar pada tiang pagar No. 20, dan kucing oranye yang
sama, yang pernah saya lihat sebelumnya, sedang
duduk di atas tiang pagar itu. Saya berhenti dan menyapanya, tetapi terlebih
dulu saya lepaskan cakarnya yang suka main-main itu
dari bahu saya. "Jika kucing bisa ngomong," saya membuka pembicaraan dengannya.
Kucing oranye itu membuka mulurnya, mengeluarkan suara meong yang mengalun.
"Aku tahu kau bisa," kata saya. "Aku tahu kau bisa bicara seperti diriku. Tetapi
tidak dalam bahasaku. Apakah kau duduk di sini
hari itu" Apakah kau melihat siapa yang masuk atau keluar dari rumah itu" Apakah
kau tahu semua vang terjadi" Mustahil untuk
mempercayaimu, Pus."
Kucing itu merasa tersinggung. Dia berpaling dari saya dan mulai mengibaskan
ekornya, "Maafkan saya, Paduka," kata saya.
Dia memandang saya dengan dingin melalui bahunya dan mulai menjilati dirinya.
Tetangga, saya teringat lagi dengan getir! Tidak
perlu diragukan, persediaan tetangga sedang langka di Wilbraham Crescent. Apa
yang saya inginkan" apa yang diinginkan
Hardcastle"adalah seorang wanita tua yang suka gosip, memata-matai dan
mengintip, yang punya banyak waktu luang. Yang selalu
berharap untuk menemukan dan melihat sesuatu yang bisa membuat skandal.
Masalahnya wanita tua seperti itu kelihatannya sudah
hilang dari peredaran sekarang ini. Mereka sekarang duduk mengelompok di rumah-
rumah jompo dengan nyaman, atau memenuhi
rumah-rumah sakit yang sebenarnya tempat tidurnya sangat dibutuhkan oleh para
penderita penyakit. Yang lumpuh dan yang pincang
serta yang jompo tidak tinggal di rumah mereka sendiri lagi, dilayani oleh sanak
saudara yang setia atau seseorang keluarga jauh
yang miskin, yang berakal sehat dan senang bisa mendapat pondokan. Hal ini
merupakan kemunduran yang serius bagi penyelidikan
kriminalitas. Saya memandang ke seberang jalan. Mengapa tidak ada tetangga di sana" Mengapa
tidak ada deretan rapi rumah-rumah yang
menghadap ke arah saya, melainkan balok-balok beton yang besar, dan kelihatan
tidak manusiawi itu" Seperti sarang lebah
berpenghuni manusia, tidak perlu diragukan lagi, yang disewa oleh lebah-lebah
pekerja yang keluar terus sepanjang siang dan hanya
pulang pada saat malam untuk mandi atau merias wajah mereka dan pergi keluar
lagi untuk bertemu dengan pemuda-pemuda mereka.
Perbandingan yang kontras antara ketidakmanusia-wian flat-flat persegi itu
membuat saya merasa iba melihat keagungan Victoria
yang memudar di Wilbraham Crescent.
Mata saya menangkap kilatan cahaya, entah di mana, di bagian tengah gedung itu.
Saya bingung. Saya mendongak. Ya, itu dia
muncul lagi. Sebuah jendela terbuka dan seseorang memandang melaluinya. Sebuah
wajah yang sedikit tertutup di baiik sesuatu
yang dipegang di depannya. Kilatan cahaya itu muncul lagi. Saya memasukkan
tangan ke dalam saku. Saya menyimpan berbagai macam
barang dalam saku saya, barangbarang yang mungkin berguna. Anda akan terkejut
pada kegunaan barangbarang itu. Sebuah
selotip. Beberapa peralatan kecil yang kelihatannya tidak berguna, yang cukup
mampu untuk membuka pintu-pintu yang terkunci,
sebuah kaleng berisi serbuk kelabu dengan label yang salah dan sebuah insuflator
untuk digunakan dengan serbuk itu, dan satu atau
dua peralatan kecil yang tidak dikenal oleh sebagian besar orang apa fungsinya.
Di antara barangbarang lain saya memiliki sebuah
teropong burung ukuran saku. Lensanya tidak cukup kuat tetapi memadai. Saya
mengeluarkannya dan memegangnya di depan mata
saya. Ada seorang anak di jendela itu. Saya dapat melihat kepangan rambutnya yang
panjang pada salah satu bahunya. Dia memegang
sebuah teropong opera kecil dan dia sedang mengamat-amati saya untuk menggoda.
Karena tidak ada hal lain yang dapat dilihatnya,
bagaimanapun juga, mungkin juga dia tidak bermaksud menggoda. Pada saat itu,
bagaimanapun juga, ada hal lain yang mempesona di
siang bolong di Wilbraham Crescent.


Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sebuah Rolls-Royce yang sangat tua muncul dengan agungnya menyusuri jalan itu,
dikemudikan oleh seorang sopir yang sangat tua.
Dia juga kelihatan agung tetapi mungkin sudah bosan hidup. Dia melewati saya
perlahan-lahan, seperti dia dalam barisan mobil saja.
Pengamat kecil saya, saya perhatikan, sekarang mengarahkan teropongnya ke arah
sopir itu. Saya berdiri di sana, berpikir.
Sudah selalu menjadi keyakinan saya bahwa jika kita menunggu cukup lama, kita
pasti akan memperoleh sesuatu. Sesuatu yang
tidak kita harapkan dan tidak pernah kita pikirkan, tetapi benarbenar ada dan
terjadi. Apakah mungkin kali ini adalah kesempatan
saya" Mendongak lagi pada gedung besar persegi itu, saya memperhatikan dengan
cermat posisi jendela yang saya minati itu,
menghitung dari jendela itu ke batas pinggir
gedung dan dari tanah ke jendela itu. Lantai empat. Kemudian saya berjalan
sampai saya tiba di pintu masuk flat-flat itu. Di situ
ada jalan setapak yang cukup lebar, yang mengitari gedung itu. Di tepinya
l>edeng-bedeng bunga yang rapi ditata pada posisiposisi
yang strategis di atas rerumputan.
Saya berpendapat bahwa lebih baik mengambil tindakan, jadi saya melangkahi jalan
setapak itu, menuju ke gedung itu,
mendongak ke atas kepala seolah-olah kaget, membungkuk ke rerumputan,
berpurapura mencari sesuatu dan akhirnya berdiri
tegak, dan memindahkan sesuatu dari tangan saya ke dalam saku. Kemudian saya
mengitari gedung ttu sampai saya tiba di pintu
masuk. Pada waktu-waktu lain saya kira pasti ada seorang penjaga di sini, tetapi pada
saatsaat suci antara jam satu dan jam dua, ruang
depan menjadi kosong. Ada sebuah bel dengan tanda besar di atasnya, bertuliskan
PENJAGA, tetapi saya tidak membunyikannya.
Ada lift otomatis dan saya masuk ke dalamnya dan menekan tombol ke lantai empat.
Sesudah itu saya harus memeriksa setiap hal
dengan hati-hati. Dari luar kelihatannya cukup sederhana untuk mengira-ngira letak sebuah ruangan,
tetapi dan dalam gedung ternyata
membingungkan. Bagaimanapun juga, saya sudah sering latihan dengan keadaan-
keadaan seperti itu dulu, dan saya cukup vakin
bahwa saya menemukan pintu yang benar. Nomor di atasnya, betul atau salah,
adalah No. 77. Yah, pikir saya, tujuh adalah angka
mujur. Ini dia. Saya menekan bel dan berdiri menunggu peristiwa berikutnya.
Saya harus menunggu sebentar, kemudian pintu itu terbuka.
Seorang gadis Skandinavia pirang bertubuh besar dengan wajah tersipu-sipu dan
memakai pakaian berwarna cerah,
memandang saya dengan penuh selidik. Tangannya telah buru-bmu diseka tetapi
masih terdapat bekas-bekas tepung, dan ada
sedikit noda tepung di hidungnya, sehingga mudah bagi saya untuk menebak apa
yang sedang dilakukannya.
"Permisi," kata saya, "saya kira Anda punya seorang gadis kecil di sini. Dia
menjatuhkan sesuatu dari jendela."
Dia tersenyum ramah pada saya. Bahasa Inggrisnya belum begitu baik.
"Maafkan saya"apa Anda bilang?" "Seorang anak di sini"seorang gadis kecil." "Ya,
ya." Dia mengangguk. "Menjatuhkan
sesuatu"dari jendela." Di sini saya menggunakan sedikit isyarat.
"Saya memungutnya dan membawanya kemari."
Saya membuka tangan saya. Di dalamnya terdapat sebuah pisau pemotong buah dari
perak. Dia melihatnya menunjukkan
bahwa dia tidak mengenali benda itu.
"Saya kira"saya tidak pernah melihat..."
"Anda sibuk memasak," kau saya simpatik.
"Ya, ya, saya masak. Itu betul," dia mengangguk kuat-kuat.
"Saya tidak ingin mengganggu Anda," kata saya. "Jika Anda membolehkan saya
mengembalikannya pada gadis itu."
"Maaf?" Kelih atannya dia mengerti maksud saya. Dia menunjukkan jalan, menyeberangi gang
dan membuka sebuah pintu.
Ternyata di baliknya ada sebuah ruang duduk yang menyenangkan. Sebuah kursi
telah ditarik ke dekat jendela dan di
atasnya duduk seorang gadis kecil berusia sekitar sembilan atau sepuluh tahun,
dengan sebuah kaki yang sedang digips.
"Tuan ini, dia bilang kamu"kamu menjatuhkan..."
Pada saat itu, celakanya, tercium bau gosong dari dapur. Penunjuk jalan saya
berteriak bingung. "Maaf, maafkan saya."
"Anda pergi sajalah," kata saya hangat. "Saya dapat menanganinya sendiri."
Dia berian dengan gesit. Saya memasuki ruangan itu, menutup pintunya dan
mendekati kursi itu. "Halo," kata saya.
Anak itu menjawab "Halo" dan memandang saya dengan pandangan menyelidik yang
lama, yang menembus serta nyaris
membuat saya gemetar. Gadis kecil itu kelihatannya biasabiasa saja. Rambutnya
tipis, lurus, dan dikepang dua. Dia
memiliki dahi vang menonjol, dagu yang tajam, dan sepasang mata kelabu yang
sangat cerdas. "Aku Colin Lamb," kata saya. "Siapa namamu?"
Dia segera menjawab dengan tepat.
"Geraldine Mary Alexandra Brown."
"Aduh," kata saya, "panjang sekali. Siapa nama panggilanmu?"
"Geraldine. Kadangkadang Gerry, tetapi aku tidak suka yang itu. Dan Papa tidak
suka singkatan." Salah satu keuntungan besar dalam berhadapan dengan anakanak adalah bahwa mereka
mempunyai logika mereka sendiri.
Orang dewasa akan segera bertanya apa yang saya inginkan. Geraldine cukup
terbuka bagi suatu percakapan, tanpa
memaksakan pertanyaan konyol seperti itu. Dia lagi sendirian dan bosan dan
munculnya seorang tamu akan diterimanya
dengan sikap terbuka. Kalau saya tidak bersikap sebagai seorang yang membosankan
dan tidak menarik, maka dia pasti
cukup siap untuk berbincang-bincang.
"Papamu pergi, ya?" kata saya.
Dia menjawab dengan ketepatan yang sama dan terinci yang telah ditunjukkannya
sebelumnya. "Cartinghaven Engineering Works, Beaver-bridge," katanya. 'Tepatnya empat belas
tiga perempat mil dari sini."
"Dan ibumu?" "Mama sudah meninggal," kata Geraldine, tanpa berkurang keceriaannya. "Dia
meninggal ketika aku baru be i umur dua
bulan. Dia tewas dalam kecelakaan pesawat terbang. Pulang dari Prancis. Pesawat
itu jatuh. Semua penumpangnya mati."
Dia berbicara dengan puas dan saya pikir bagi setiap anak yang ibunya sudah
meninggal, maka akan merupakan suatu
kebanggaan jika ibunya itu meninggal dalam sebuah kecelakaan fatal yang
menghancurkan semuanya. "Aku mengerti," kata saya. "Jadi kau punya?" Saya melihat ke pintu.
"Itu Ingrid. Dia datang dari Norwegia. Dia baru di sini. Baru dua minggu. Dia
tidak mengerti bahasa Inggris. Aku
mengajarinya." "Dan dia mengajarimu bahasa Norwegia?"
'Tidak banyak," kata Geraldine.
"Kau menyukainya?"
"Ya. Dia baik. Masakannya kadang-kadang agak aneh. Tahukah kau" Dia suka makan
ikan mentah." "Aku pernah makan ikan mentah di Norwegia," kata sava. "Kadangkadang itu baik
juga." Geraldine kelihatannya sangat meragukan hal itu.
"Dia mencoba membuat kue tart hari ini," katanya.
"Kedengarannya enak."
"Umm"ya, aku suka tart." Dia menambahkan dengan sopan, "Apakah kau datang untuk
makan siang ?" "Tidak persis begitu. Sebetulnya" aku sedang lewat di bawah sana, dan kupikir
kau menjatuhkan sesuatu dari jendela."
"Aku?" "Ya." Saya menyodorkan pisau pemotong buah dari perak itu.
Geraldine memandangnya, mula-mula curiga dan kemudian mengangguk memujinya.
"Cukup bagus," katanya. "Apa ini?"
"Pisau pemotong buah."
Saya membukanya. "Oh, aku tahu. Maksudmu kau dapat memotong apel dengannya dan buah-buah
lainnya." "Ya."
Geraldine menarik napas. "Bukan punyaku. Aku tidak menjatuhkannya. Mengapa
kaupikir aku yang melakukannya?"
"Yah, kau sedang melihat ke luar jendela dan..." '
"Aku melihat ke luar jendela hampir sepanjang hari," kata Geraldine. "Aku jatuh
dan kakiku patah, kau lihat ini." "Sial, bukan?"
"Ya. Meskipun aku tidak mematahkannya dengan cara yang menarik. Aku sedang turun
dari bis dan bisnya tiba-tiba jalan.
Mulanya agak sakit dan nyeri sedikit, tetapi sekarang sudah tidak."
"Pasti membosankan, ya," kata saya.
"Ya. Tetapi Papa membawakanku macam-macam. Plasticine, bukubuku, crayon, teka-
teki bergambar, dan barangbarang
seperti itu, tetapi aku bosan mengerjakan apa-apa, jadi aku menghabiskan banyak
waktu dengan melihat ke luar jendela
dengan ini." Dengan bangga dia memamerkan sebuah teropong opera kecil.
"Boleh kulihat?" kata saya.
Saya mengambilnya dari tangannya, mengatur teropong itu pada mata dan melihat ke
luar jendela. "Ini sangat bagus," kata saya memuji.
Memang sangat bagus. Ayah Geraldine, kalau memang dia yang memberikan benda itu,
tidak membuang-buang uang.
Sangat mengagumkan bagaimana jelasnya Anda dapat melihat Wilbraham Crescent No.
19 dan daerah sekitarnya. Saya
mengembalikan teropong itu padanya.
"Bagus sekali," kata saya. "Kualitas nomor satu."
"Ini sungguhan," kata Geraldine bangga. "Bukan untuk bayi dan untuk purapura."
"Bukan"aku tahu itu sangat
bermutu." "Aku punya catatan kecil," kata Geraldine. Dia menunjukkannya pada
saya menuliskan kejadian-kejadian di
dalamnya, juga waktunya. Seperti mengamat-amati kereta api," tambahnya. "Aku
punya sepupu bernama Dick dan dia
mengamat-amati kereta api. Kami juga mengamat-amati nomor-nomor kendaraan. Kau
tahu, kau mulai dari nomor satu dan
melihat sejauh mana yang dapat kaucapai." "Olahraga yang cukup baik," kata saya.
"Ya. Sayangnya tidak banyak mobil yang
lewat jalan ini, jadi aku menundanya sementara ini."
"Kukira kau pasti tahu tentang semua rumah di sana, siapa yang tinggal di
dalamnya dan hal-hal lain sepeiti itu."
Saya mengatakannya dengan biasa tetapi Geraldine cepat bereaksi.
"Oh, ya. Tentu saja aku tidak tahu nama-nama asli mereka, jadi aku memberi
mereka nama karanganku sendiri."
"Itu pasti cukup menyenangkan," kata saya. "Itu adalah Marchioness (gelar
bangsawan) dan Carrabas, di sana," kata
Geraldine, sambil menunjuk. "Orang yang pohon-pohonnya tidak rapi itu. Kau tahu,
seperti Kucing Bersepatu Bot. Dia punya
kucing banyak sekali."
"Aku baru saja berbicara dengan salah seekor di antaranya," kata saya, "kucing
oranye." "Ya, aku melihatmu," kata
Geraldine. "Kau pasti sangat cermat," kata saya. "Kupikir tidak begitu banyak
yang tidak kaulihat, bukan?"
Geraldine tersenyum senang. Ingrid membuka pintu dan muncul sambil
terengahengah. "Kau baik-baik saja, ya?" "Kami baik-baik saja," kata Geraldine tegas. "Kau
tidak perlu cemas, Ingrid."
Dia mengangguk kuat-kuat dan membuat gerakan-gerakan dengan tangannya. "Kau
kembali, kau masak." "Baiklah, saya pergi.
Senang juga kau punya seorang tamu."
"Dia menjadi gugup kalau memasak," Geraldine menjelaskan, "kalau dia mencoba
sesuatu yang baru, maksudku. Dan
kadang-kadang kami makan sangat terlambat karenanya. Aku senang kau datang.
Memang menyenangkan kalau ada seseorang
yang dapat diajak ngobrol, dengan begitu aku jadi lupa kalau aku sudah lapar."
"Ceritakan lebih banyak tentang orangorang yang tinggal di sana itu," kata saya,
"dan apa yang kaulihat. Siapa yang
tinggal di rumah di sebelahnya"yang rapi itu?"
"Oh, ada seorang wanita buta di sana. Dia betul-betul buta, tetapi dia berjalan
seolah-olah dia bisa melihat. Penjaga
gedung memberitahuku. Harry. Dia sangat baik, Harry maksudku. Dia menceritakan
banyak hal padaku. Dia menceritakan
tentang pembunuhan itu."
"Pembunuhan itu?" kata saya, dengan rasa kaget.
Geraldine mengangguk. Matanya bersinar menunjukkan betapa pentingnya keterangan
yang akan diungkapkannya.
"Ada pembunuhan di rumah itu. Dan boleh dikatakan, aku benarbenar melibatnya
Sungguh menarik/* 71 "Ya, bukan" Aku -belum pernah melihat pembunuhan. Maksudku aku belum pernah
melihat tempat terjadinya suatu
pembunuhan." "Apa yang kau"er"lihat?"
"Ya, tidak banyak pada mulanya. Kau tahu, liari itu agak sepi. Hal yang menarik
adalah ketika seseorang berlari ke luar
dari rumah itu sambil menjerit. Dan tentu saja aku tahu bahwa sesuatu pasti
telah terjadi." "Siapa yang menjerit?"
"Cuma seorang gadis. Lumayan muda, cukup cantik. Dia keluar dari pintu dan
menjerit-jerit. Ada seorang pemuda datang
dan arah jalan. Gadis itu keluar dari gerbang dan mendekap pemuda itu"seperti
ini." Dia membuat gerakan dengan
tangannya. Tiba-tiba dia menatap saya. "Pemuda itu kelihatannya agak mirip
denganmu." "Aku pasti punya kembaran," kata saya ringan. "Apa yang terjadi kemudian" Ini
Intan Saga Merah 1 Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Antara Budi Dan Cinta 4
^