Pencarian

Mrs Mcginty Sudah Mati 3

Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie Bagian 3


karyawan museum menulis kepada saya tentang hal itu. Kadang-kadang saya berpikir
bahwa ada orang yang membaca buku hanya untuk mencari kesalahan di dalamnya.
Yang satu lagi apa" Oh! Matinya Seorang Pemula itu gagal total! Saya tubs sul-
?fonal larut dalam air padahal seharusnya tidak, dan semuanya serba tidak mungkin
dari awal sampai akhir. Sedikitnya delapan orang mati sebelum Sven Hjerson
memperoleh gagasan bagus."
"Buku-buku itu sangat populer," kata Mrs. . Sweetiman, tak terkesan oleh kritik
diri yang menarik itu. "Anda tak akan percaya! Saya sendiri tak pernah membaca
satu pun karena saya tak pernah punya waktu untuk membaca."
"November yang lalu ada pembunuhan di desa Anda sendiri kan?" kata Mrs. Oliver.
"Ya, betul November lalu. Hampir-hampir bertetangga dengan kami, boleh dikatakan
begitu." "Saya dengar ada detektif yang menyelidikinya." .
"Ah, maksud Anda pria asing kecil yang tinggal di" Long Meadows" Baru saja
kemarin dia datang ke sini dan " '
?Mrs. Sweetiman terhenti karena ada pelanggan masuk untuk membeli prangko.
175 Dia bergegas menuju bagian yanp melayani pos.
"Selamat pagi. Miss Henderson. Cuaca hangat untuk musim begini, ya." "Ya,
memang." Mrs. Oliver memandang punggung gadis jangkung Itu dengan serius. Dia membawa
seekor anjing Sealyham yang dirantai.
"Berarti panen buah akan terlambat!" kata Mrs. Sweetiman, dengan rasa senang
yang tertahan. "Bagaimana kabarnya Mrs. Wetherby?"
"Cukup baik, terima kasih. Dia tidak banyak keluar. Banyak angin timur hari-hari
ini." "Ada film bagus di Kilchester minggu ini. Miss Henderson. Anda harus nonton."
'Tadi malam saya bermaksud untuk pergi, tapi akhirnya tak jadi."
"Minggu depan Betty Grable prangko yang 5/ habis. Apa bisa diganti dengan dua ?buah yang 2/6?"
Setelah gadis itu keluar, Mrs. Oliver berkata,
"Mrs. Wetherby itu invalid, ya?"
."Nampaknya begitu,"' Mrs. Sweetiman menjawab dengan agak tajam. "Memang ada di
antara kita yang tak mau berupaya."
. "Saya setuju sekali," kata Mrs. Oliver. "Saya bilang pada Mrs. Upward, jika
saja dia mau sedikit berusaha menggunakan kakinya maka akan lebih baik baginya."
Mrs. Sweetiman nampak geli.
176 "Dia bisa jalan kalau dia mau begitu yang saya dengar." "Oh ya?"
?Mrs. Oliver berpikir dari siapa keterangan ini diperoleh.
"Janet?" ia mencoba-coba.
"Janet Groom memang agak mengomel," kata Mrs. Sweetiman. "Dan itu tidak
mengherankan, kan" Miss Groom sendiri sudah tidak muda lagi kumat berat jika ada angin timur. Tapi itu disebut archititis jika yang kena
kaum menak, lalu pakai kursi roda segala. Ah well, saya tak mau ambil risiko tak
bisa menggunakan kaki saya, saya tak mau. Tapi itulah, zaman sekarang cuma masuk
angiri* saja terus ke dokter supaya bisa memakai santunan dari Badan Kesehatan
Nasional itu. Kita terlalu dimanjakan oleh tetek bengek kesehatan ini. Orang
jadi tak berpikir lagi sebenarnya berapa berat sakitnya itu."
"Kurasa Anda benar," kata Mrs. Oliver.
Ia mengambil bungkusan apelnya dan keluar untuk mengejar Deirdre Henderson. Ini
tidak sulit sebab anjing Sealyham itu sudah tua dan gendut, dan sedang berleha-
leha mencium-cium rumput dan menikmati aneka bau-bauan yang sedap.-'
Anjing, pikir Mrs. Oliver, selalu bisa dipakai untuk memulai perkenalan. "Betapa
bagusnya!" ia berseru.
177 Wanita muda berbadan besar dengan wajah biasa itu nampak senang.
"Dia memang cakep," katanya. "Bukan begitu, Ben?"
. Ben mendongak, sedikit mengguncang tubuhnya yang berbentuk sosis itu, lalu
melanjutkan mengendus-endus serumpun tanaman berduri, mendekatinya, dan terus
menjilat-jilatnya. "Dia suka berkelahi?" tanya Mrs. Oliver. "Anjing Sealyham sering begitu."
"Ya, dia memang tukang berkelahi. Itulah makanya tetap saya rantai." " "Sudah
saya duga." Kedua wanita itu memandangi anjing Sealyham itu.
Lalu Deirdre Henderson berkata dengan sekonyong-konyong,
1 "Anda Anda Ariadne Oliver, kan?"?"Ya. Saya tinggal dengan keluarga Upward."
"Saya tahu. Robin bilang Anda akan datang. Saya sangat senang membaca buku-buku
Anda." Mrs. Oliver, seperti biasanya, jadi merah karena malu.
"Oh," ia menggumam dengan kurang gembira. "Saya senang sekali," ditambahkannya
dengan murung. "Saya belum membaca sebanyak yang saya ingini, sebab kami mendapat buku-buku
dari Klub Buku Times dan Ibu tidak suka cerita detektif. Dia amat peka dan
kisah-kisah seperti 178 itu membuatnya tak bisa tidur semalaman. Tapi saya amat menyukainya."
"Kejahatan betulan baru terjadi di sini, kan?" kata Mrs. Oliver. "Yang mana
rumahnya" Salah Satu cottage itu?"
"Yang di sana itu."
Deirdre Henderson mengucapkan itu dengan suara setengah tercekik.
Mrs. Oliver mengarahkan pandangannya ke bekas tempat kediaman Mrs. McGinty, yang
saat itu ambang pintu depannya ditempati oleh dua anak Mr. Kiddle yang dengan
gembira menyiksa seekor kucing. Ketika Mrs. Oliver mendekat untuk menghentikan
ini, kucing itu lari setelah mencakar.
Anak yang lebih besar, yang baru saja dicakar dengan hebat itu, melolong-lolong.
'Tahu rasa kau," kata Mrs. Oliver, dan menambahkan kepada Deirdre Henderson,
"Tidak nampak seperti rumah yang pernah dipakai se-. bagai tempat pembunuhan,
ya?" "Memang." Kedua perempuan itu nampaknya setuju mengenai itu.
Mrs. Oliver melanjutkan, "Wanita tua pembersih rumah, kan, dan seseorang merampoknya?"
"Anak kosnya. Dia'menyimpan uang di bawah lantai."
? "Oh, ya:" Tiba-tiba Deirdre Henderson berkata,
179 'Tapi mungkin bukan dia. Ada pria kecil aneh yang datang ke sini orang asing. ?Namanya Hercule Poirot "
?"Hercule Poirot" Oh ya, saya dengar tentang dia."
"Apa benar dia itu detektif?" "Kawanku, dia sangat terkenal. Dan sangat cerdik."
"Kalau begitu dia mungkin akan menemukan bahwa ternyata bukan dia pelakunya."
"Siapa?" "Si si anak kos. James Bentley. Oh, saya sungguh berharap dia akan dibebaskan."
?"Oh ya" Kenapa?"
"Karena saya tak ingin dia yang melakukan itu. Saya tak pernah menginginkan
itu." Mrs. Oliver memandangnya dengan rasa ingin tahu, heran mendengar suaranya yang
penuh perasaan. "Anda kenal dia?"
'Tidak," kata Deirdre perlahan, "Saya tidak kenal dia. Tapi pernah sekali Ben
tersangkut kakinya di perangkap dan dia membantu saya melepaskannya. Dan kami
berbicara sedikit...."
"Orangnya bagaimana, sih?"
"Dia sangat kesepian. Ibunya baru saja meninggal. Dia amat sayang pada ibunya."
"Dan Anda amat sayang juga pada ibu Anda?" kata Mrs. Oliver tajam.
"Ya. Makanya saya bisa mengerti. Mengerti
180 perasaannya, maksud saya. Ibu dan saya kami cuma berdua."
?"Saya kira Robin bilang Anda punya ayah tiri."
Deirdre berkata dengan pahit, "Oh ya, saya punya ayah tiri."
Mrs. Oliver berkata tanpa arah, 'Tidak sama dengan ayah kandung, ya" Anda ingat
ayah kandung Anda?" 'Tidak, dia meninggal sebelum saya lahir. Ibu menikah dengan Mr. Wetherby waktu
saya berumur empat tahun. Saya sejak dulu saya benci padanya. Dan Ibu " Dia
? ?terhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Hidup Ibu selalu susah. Tak ada simpati
dan pengertian. Ayah tiri saya orang yang sangat tidak berperasaan, keras dan
dingin." Mrs. Oliver mengangguk, lalu menggumam,
"James Bentley ini sama sekali tidak nampak seperti penjahat."
'Tadinya saya kira polisi tak akan menangkapnya. Saya yakin itu pasti dilakukan
oleh seorang gelandangan. Kadang-kadang ada gelandangan-gelandangan jahat di
jalan ini. Pasti salah satu dari mereka."
Mrs. Oliver berkata menghibur,
"Barangkali Hercule Poirot akan menemukan hal yang sebenarnya."
"Ya, barangkali "?Dia lalu membelok sekonyong-konyong ke gerbang Hunter's Close.
Mrs. Oliver memandangnya beberapa saat, lalu mengeluarkan buku catatan kecil
dari tas tangannya. Di dalamnya ia menulis "Bukan Deirdre Henderson" dan
menggarisbawahi kata bukan itu sedemikian kerasnya sehingga pensilnya patah.
3 SetengalTjalan ke atas bukit ia bertemu dengan Robin Upward yang sedang turun
bersama seorang wanita muda cantik berambut pirang.
Robin memperkenalkan keduanya.
"Ini Ariadne Oliver yang hebat itu, Eve," katanya. "Sayang, aku tak tahu
bagaimana dia melakukannya. Dia juga nampak sangat baik hati, kan" Tak nampak
bahwa dia berkubang dalam kejahatan. Ini Eve Carpenter. Suaminya akan jadi wakil
kita di parlemen. Wakil yang sekarang. Sir George Cartwright, kayaknya agak
sinting, kasihan laki-laki tua itu. Dia suka mengintip gadis-gadis dan meloncat
keluar dari balik pintu."
"Robin, jangan kaukarang dusta yang keterlaluan begitu. Kau akan menjatuhkan
nama partai." "Well, kenapa aku harus peduli" Itu bukan partaiku. Aku Liberal. Itulah satu-
satu partai yang patut diikuti saat ini, kecil dan terpilih,
182 dan tak mungkin bisa menang. Aku suka pihak yang kalah."
Dia menambahkan kepada Mrs. Oliver,
"Eve mengundang kita untuk minum-minum malam ini. Semacam pesta untukmu,
Ariadne. Maklumlah, jumpa dengan orang penting. Kami amat senang kau berada di
sini. Tak bisakah kaupakai Broadhinny sebagai lokasi kasus pembunuhanmu yang
berikutnya?" "Ya, Mrs. Oliver," kata Eve Carpenter.
"Gampang sekali membuat Sven Hjerson beraksi di sini," kata Robin. "Dia bisa
berlaku seperti Hercule Poirot, tinggal di Guest House Summerhayes. Kami sedang
menuju ke sana sekarang sebab sudah kukatakan pada Eve bahwa Hercule Poirot itu
sama terkenalnya dengan kau dalam bidangnya, dan Eve bilang kemarin dia bersikap
agar kasar kepadanya, jadi dia akan mengundangnya juga ke pesta itu. Tapi benar.
Sayang, buatlah kasus berikutnya terjadi di Broadhinny. Kami akan sangat
senang." "Betul, Mrs. Oliver. Akan sangat seru jadinya," kata Eve Carpenter.
"Siapa yang akan jadi pembunuh dan siapa korbannya?" tanya Robin.
"Siapa pembersih rumahmu sekarang?" tanya Mrs. Oliver.
"Oh Sayang, jangan pembunuhan macam begitu. Sangat tidak menarik. Kukira Eve
bisa jadi korban yang menarik. Dicekik, barangkali, de -
183 ngan stocking nilonnya sendiri. Jangan, yang begitu sudah pernah ada."
"Kukira kau sebaiknya yang dibunuh Robin," kata Eve. "Penulis sandiwara yang
sedang naik daun ditusuk di sebuah cottage."
"Kita belum menentukan pembunuhnya," kata Robin. "Bagaimana kalau ibuku" Memakai
kursi rodanya sehingga tak ada jejak kaki. Kukira itu akan seru."
"Tapi dia tak akan mau menusukmu, Robin."
Robin tercenung sejenak. 'Tidak, barangkali tidak. Terus terang saja aku sedang berpikir bagaimana kalau
dia mencekikmu. Dia tak akan terlalu keberatan melakukan itu."
'Tapi aku ingin kau yang jadi korban. Dan orang yang membunuhmu bisa saja
Deirdre Henderson. Gadis biasa yang tertekan dan tidak diperhatikan orang."
"Nah itu, Ariadne;' kata Robin. "Seluruh plot novelmu yang baru telah tersedia.
Yang perlu kaulakukan cuma melengkapinya dengan bukti-bukti rekaan, dan tentu ?saja menulisnya. Ya ampun, mengerikan betul anjing-anjing Maureen itu."
?Mereka telah tiba di gerbang Long Meadows, dan dua anjing Wolfhound Irlandia
menerjang, menyalak-nyalak.
Maureen Summerhayes keluar dan berjalan ke halaman kandang itu dengan ember di
tangannya. 184 "Berhenti, Flyn. Ke sini, Cormic. Halo. Aku baru saja membersihkan kandang si
Piggy." "Kami tahu itu, Sayang," kata Robin. "Dari sini sudah tercium baunya. Bagaimana
kabarnya si Piggy?" "Kemarin kami kaget melihatnya. Dia berbaring saja dan tak mau makan pagi.
Johnnie dan aku lalu membaca tentang semua penyakit di Pig Book dan tak bisa
tidur karena mencemaskannya, tapi pagi ini dia sudah sehat dan gembira dan
menerkam Johnnie ketika Johnnie datang membawa makanannya. Membuatnya jatuh
telentang, tepatnya. Johnnie terpaksa mandi."
"Betapa asyik kehidupanmu dengan Johnnie," kata Robin.
Eve berkata, "Maukah kau dan Jonnie datang ke rumah dan minum-minum bersama kami malam ini,
Maureen?" "Dengan senang hati."
"Untuk bertemu dengan Mrs. Oliver," kata Robin, "tapi sebenarnya kau bisa
berkenalan dengannya sekarang. Ini dia."
"Andakah orangnya?" kata Maureen. "Asyik betul! Anda dan Robin sedang membuat
drama, kan?" "Semuanya berjalan lancar," kata Robin. "Ngomong-ngomong, Ariadne, aku dapat
gagasan bagus setelah kau keluar pagi tadi. Tentang pemerannya."
185 "Oh, pemeran," kata Mrs. Oliver dengan suara lega.
"Aku tahu orang yang tepat untuk memerankan Eric. Cecil Leech dia sedang main ?di Little Rep, Cullenquay. Kapan-kapan kita ke sana dan melihat pementasan itu."
"Kami ingin bertemu dengan tamu-mu," kata Eve kepada Maureen. "Apa dia ada" Aku
ingin mengundangnya juga nanti malam."
"Kami akan mengajaknya nanti," kata Maureen.
"Lebih baik aku sendiri yang memintanya. Terus terang aku berlaku agak kasar
kemarin." "Oh! Well, dia ada di sekitar sini," kata Maureen tidak jelas. "Di kebun,
kukira Cormic Flyn anjing-anjing keparat "
? ? ? ?Dia menjatuhkan embernya dengan bunyi keras dan lari ke arah kolam bebek di mana
terdengar bunyi celoteh bebek yang keras.
186 13 Mrs. oliver, dengan gelas di tangan, menghampiri Hercule Poirot ketika pesta di
rumah Carpenter hampir berakhir. Sebelumnya mereka berdua menjadi pusat
perhatian para tamu. Kini setelah orang minum gin banyak-banyak dan pesta
berjalan lancar, ada kecenderungan teman-teman lama untuk berkumpul dan ngobrol
tentang skandal lokal, dan dua orang luar itu mendapat kesempatan untuk
bercakap-cakap. "Ayo keluar ke teras," bisik Mrs. Oliver. dalam nada mengajak berkomplot.
Sambil berkata diselipkannya ke tangan Poirot secarik kertas.
Bersama-sama mereka melangkah keluar lewat jendela-jendela Prancis dan berjalan
sepanjang teras. Poirot membuka kertas yang terlipat itu.
"Dr. Rendell," ia membaca.
Ia memandang Mrs. Oliver dengan wajah penuh tanda tanya.-Mrs. Oliver mengangguk
dengan mantap, segumpal besar rambut kelabunya jatuh ke wajahnya karena anggukan
itu. "Dialah pembunuhnya," kata Mrs. Oliver.
187 "Begitu pendapat Anda" Kenapa?"
"Pokoknya saya tahu," kata Mrs. Oliver. "Dia jenis manusia begitu. Ramah dan
hangat, dan sebagainya."
"Barangkali." Poirot nampaknya tidak yakin.
'Tapi menurut Anda motifnya apa?"
"Malpractice," kata Mrs. Oliver. "Dan itu diketahui Mrs. McGinty. Tapi apa pun
alasannya, bisa dipastikan dialah pelakunya. Saya sudah mengamati yang lain-


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lainnya, dan memang dia yang kita cari."
Sebagai jawaban, Poirot berkata dengan gaya ngobrol biasa,
'Tadi malam, seseorang mencoba mendorong saya ke jalan kereta di stasiun
Kilchester." "Astaga! Untuk membunuh Anda, maksudnya?"
"Saya tak ragu lagi memang itu maksudnya."
"Dan saat itu Dr. Rendell keluar mengunjungi pasien, saya tahu itu."
"Saya mengerti ya Dr. Rendell memang sedang keluar."? ?"Jadi sudah jelas," kata Mrs. Oliver dengan puas.
"Belum seluruhnya," kata Poirot. "Mr. dan Mrs. Carpenter juga ada di Kilchester
semalam dan pulang sendiri-sendiri. Mrs. Rendell mungkin duduk di rumah
sepanjang malam mendengarkan radio, atau mungkin juga tidak tak
?188 ada yang tahu. Miss Henderson sering nonton film di Kilchester."
'Tadi malam tidak. Dia ada di rumah. Dia bilang begitu."
"Anda tak bisa begitu saja percaya," kata Poirot kurang setuju. "Keluarga
biasanya kompak. Pembantu asing itu, Frieda, malahan dia yang nonton bioskop
tadi malam, jadi dia tak tahu siapa vang ada atau tidak ada di Hunter's Close!
Anda lihat, tidak mudah untuk memperkecil kemungkinan."
"Mungkin saya bisa membantu," kata Mrs. Oliver. 'Tadi Anda bilang pukul berapa
terjadinya?" "Sembilan tiga puluh lima tepat"
"Kalau begitu, setidaknya Laburnums bersih dari tuduhan. Mulai pukul delapan
sampai setengah sebelas, Robin, ibunya, dan saya main poker."
"Saya kira Anda dan dia mengunci diri dan membahas kerja sama itu."
"Memberi kesempatan pada Mama untuk melompat naik sepeda motor yang
disembunyikan di semak-semak?" Mrs. Oliver tertawa. "Tidak, Mama ada di bawah
pengawasan kami." Ia menarik napas ketika teringat hal yang lebih menyedihkan.
"Kerja sama," katanya dengan pahit. "Seluruh perkara ini adalah mimpi buruk!
Bagaimana kalau Anda melihat Inspektur Battle ditempeli kumis hitam dan
diberitahu-bahwa dia adalah Andal"
Poirot mengejapkan matanya sedikit. "Gagasan itu mengerikan sekali!" "Nah, kini
Anda tahu betapa menderitanya saya."
"Saya juga menderita," kata Poirot. "Masakan Madame Summerhayes, sulit
digambarkan. Sama sekali bukan masakan. Dan angin dingin, kucing-kucing
kelaparan, bulu-bulu anjing, kursi-kursi yang patah kakinya, tempat tidur yang
amat sangat jelek " dipejamkannya matanya membayangkan semua kesengsaraan ini,
?"air yang suam-suam kuku di kamar mandi, lubang-lubang di karpet tangga, dan
kopinya kata-kata tidak cukup, untuk menggambarkan cairan yang dihidangkan pada
?saya dengan nama kopi itu. Benar-benar menghina perut."
"Astaga!" kata Mrs. Oliver. 'Tapi nyatanya, dia orang yang amat menyenangkan."
"Mrs. Summerhayes" Dia menawan. Sangat menawan. Itu malah menyulitkan saya."
"Lihat, dia datang," kata Mrs. Oliver.
Maureen Summerhayes sedang menghampiri mereka.
Wajahnya yang berbintik-bintik nampak bergairah. Ia membawa gelas di tangannya.
Ia tersenyum kepada mereka berdua dengan penuh kehangatan.
"Saya kira saya agak mabuk," ia mengumumkan. "Begitu banyak gin enak. Saya
benar-benar senang pesta! Tidak sering ada pesta di Broadhinny. Ini karena
kalian berdua begitu terkenal.
190 Andaikan saya bisa menulis buku... Masalah saya adalah, saya tak bisa melakukan
apa pun dengan benar."
"Anda seorang istri dan ibu yang baik, Madame," kata Poirot dengan amat formal.
Mata Maureen membelalak. Mata coklat yang memikat pada wajah berbintik. Mrs.
Oliver bertanya-tanya umur berapakah dia" Tidak lebih dari tiga puluh, mungkin.
"Benarkah begitu?" kata Maureen. "Saya tidak yakin. Saya mencintai mereka semua
dengan sepenuh hati, tapi cukupkah itu?"
Poirot terbatuk. "Jika Anda tidak menganggap ini lancang, Madame. Istri yang sungguh-sungguh
mencintai suaminya seharusnya menaruh perhatian pada perutnya. Itu penting,
perutnya." Maureen nampak agak tersinggung.
"Perut Johnnie bagus," ia berkata dengan gusar. "Rata sekali. Dia hampir-hampir
tak punya perut." "Yang saya maksud ialah apa yang ada di dalamnya."
"Maksud Anda masakan saya," kata Maureen. "Saya tak pernah menganggap terlalu
penting apa yang kita makan."
Poirot mengerang. "Atau apa yang kita pakai," kata Maureen dengan pandang menerawang. "Atau apa
yang kita perbuat. Saya kira semua itu tak menjadi soal."
191 Ia terdiam sejenak, matanya kabur karena alkohol, seakan ia sedang memandang
jauh. "Ada seorang wanita menulis di koran tempo hari," ia berkata dengan tiba-tiba.
"Surat yang benar-benar bodoh. Bertanya mana yang paling baik minta orang ?mengadopsi anaknya, yang bisa memberi semua fasilitas Semua fasilitas, itu yang
?dikatakannya dan maksudnya pendidikan yang baik, pakaian dan lingkungan yang
?nyaman atau membesarkannya sendiri walaupun tak ada fasilitas sama sekali. Saya
?kira itu bodoh benar-benar bodoh. Asal kita sanggup memberi anak itu makan itu
? ?kan sudah cukup."
Ia mengamati gelas kosongnya seakan itu sebuah bola kristal
"Saya memang tahu," katanya. "Saya sendiri anak angkat. Saya berpisah dari ibu
saya dan memperoleh semua fasilitas, begitu kata mereka. Dan sangat
menyakitkan selalu selalu kalau tahu bahwa kita tidak diinginkan, bahwa Ibu
? ? ?tega melepaskan kita."
"Pengorbanan itu dilakukan untuk kebaikan Anda, murfgkin," kata Poirot.
Matanya jernih menatapnya.
"Saya kira itu tidak benar. Memang mereka mengaku begitu. Tapi sesungguhnya
mereka memang bisa dan sanggup untuk hidup tanpa anaknya.... Dan itu sangat
menyakitkan. Saya tak akan pernah mau melepaskan anak saya biarpun ada segala ?fasilitas di dunia!"
192 "Saya rasa Anda benar sekali," kata Mrs. Oliver.
"Saya juga setuju," kata Poirot.
"Jadi semua beres," kata Maureen dengan riang. "Apa yang kita perdebatkan?"
Robin yang datang ke teras untuk bergabung, berkata,
"Ya, apa yang kalian perdebatkan?"
"Adopsi," kata Maureen, "Saya tak suka diadopsi, bagaimana denganmu?"
"Well, jauh lebih baik daripada jadi yatim piatu, bukan begitu, Sayang" Kurasa
sudah waktunya kita pulang, bagaimana Ariadne?"
Tamu-tamu pulang bersama-sama. Dr. Rendell sudah bergegas pulang lebih dulu.
Mereka beramai-ramai berjalan menuruni bukit sambil bercakap-cakap dengan amat
ceria karena pengaruh minuman di pesta itu.
Ketika tiba di gerbang Laburnums, Robin mendesak mereka semuanya untuk masuk ke
dalam. "Cuma ingin cerita pada Madre tentang pesta tadi. Sangat menjemukan untuknya, 4^
sayang malang itu, tak bisa pergi karena kakinya. Dia begitu jengkel tak boleh
ikut apa-apa." Mereka masuk dengan riang dan Mrs. Upward nampak gembira melihat mereka.
"Siapa lagi yang hadir?" ia bertanya. "Keluarga Wetherby?"
'Tidak, Mrs. Wetherby kurang enak badan,
193 dan gadis Henderson yang pemurung itu tak mau datang tanpa dia."
"Kasihan dia, ya?" kata Shelagh Rendell.
"Kurasa mungkin sudah ikut sakit." kata Robin.
"Gara-gara ibunya," kata Maureen. "Ada ibu-ibu yang hampir-hampir memakan
anaknya sendiri." Tiba-tiba mukanya merah ketika menangkap pandangan jenaka Mrs. Upward.
"Apakah aku juga menelanmu, Robin?" Mrs. Upward bertanya.
"Madre! Tentu saja tidak!"
Untuk menyembunyikan kebingungannya Maureen segera menceritakan pengalamannya menangkarkan anjing-anjing Wolfhound Irlandia.
Percakapan beralih ke masalah teknis.
Mrs. Upward berkata dengan tegas,
"Kita tak bisa menghindari faktor keturunan baik manusia atau anjing."?Shelagh Rendell menggumam,
"Apa bukan faktor lingkungan yang lebih kuat?"
Mrs. Upward memotongnya. "Bukan, Sayang, bukan. Lingkungan menambahkan lapisan luarnya saja, tidak lebih.
Yang tumbuh dalam jiwa, itulah yang paling menentukan."
Hercule Poirot menatap dengan penuh rasa ingin tahu wajah Shelagh Rendell yang
merah padam, la berkata dengan penuh emosi,
194 'Tapi itu kejam tak adil." Mrs. Upward berkata, "Hidup memang tidak adil."
?Suara lamban dan malas Johnnie Summerhayes nimbrung.
"Saya setuju dengan Mrs. Upward. Faktor keturunan. Saya selalu percaya itu."
Mrs. Oliver berkata dengan nada bertanya, "Maksud Anda sifat-sifat itu
diturunkan. Sampai generasi ketiga atau keempat "
?Tiba-tiba Maureen Summerhayes berkata dengan suaranya yang tinggi dan merdu,
'Tapi pepatah itu tetap berlaku, 'Berikan pengampunan kepada yang berdosa.'"
Sekali lagi semua orang merasa kurang enak, barangkali karena percakapan
berkembang jadi terlalu serius.
Mereka mencoba mengalihkannya dengan menanyai Poirot, "Ceritakan tentang Mrs.
McGinty, M. Poirot. Mengapa menurut Anda bukan anak kos yang menjemukan itu yang
membunuhnya?" "Dia suka ngomong sendiri, lho," kata Robin. "Keluyuran di jalan-jalan. Saya
sering ketemu. Dan benar, pasti, dia nampak sangat aneh."
"Anda pasti punya alasan untuk mengira dia bukan pembunuhnya, M. Poirot.
Ceritakan dong!" Poirot tersenyum kepada mereka. Ia memilin kumisnya.
"Jika bukan dia, lalu siapa?"
195 "Ya, siapa, ya?"
Mrs. Upward berkata dengan datar, "Jangan membuatnya malu. Dia mungkin
mencurigai salah satu dari kita."
"Salah satu dari kita" Oo!"
Di tengah keributan itu mata Poirot bertemu dengan mata Mrs. Upward. Mata itu
nampak bercanda dan ada sesuatu yang lain menantang"
? ?"Dia mencurigai salah satu dari kita," kata Robin dengan gembira. "Nah,
Maureen," ia bergaya seperti polisi yang sedang menggertak, "kau berada di mana
pada malam tanggal berapa itu ya?"?"22 November," kata Poirot.
"Pada malam tanggal 22?"
"Astaga! Saya tak tahu," kata Maureen.
'Tak ada yang ingat lagi setelah begitu lama," kata Mrs. Rendell.
"Well, saya ingat," kata Robin "Sebab saya sedang siaran ' malam itu. Saya
bermobil ke Coalport untuk berbicara tentang Beberapa Aspek Teater. Saya ingat
benar karena saya saat itu bicara panjang lebar tentang wanita pembersih rumah
Galsworthy dalam Silver Box, dan besoknya Mrs. McGinty terbunuh dan saya
bertanya-tanya apakah wanita dalam drama itu sama seperti dia?"
"Benar," kata Shelagh Rendell sekonyong-konyong. "Dan sekarang saya ingat Anda
bilang ibu Anda akan sendirian sebab malam itu Janet
196 tidak masuk, lalu saya datang ke sini setelah makan malam untuk menemaninya.
Cuma sayangnya dia tidak mendengar saya mengetuk pintu."
"Coba saya ingat-ingat," kata Mrs. Upward. "Oh! ya, tentu saja. Saya telah pergi
tidur karena kepala pusing, dan kamar tidur saya menghadap kebun belakang."
"Dan keesokannya," kata Shelagh, "ketika mendengar Mrs. McGinty dibunuh, saya
berpikir 'Oo! Barangkali saya berpapasan dengan pembunuh itu dalam gelap' sebab
?tadinya kami pikir pastilah pembunuhnya seorang gelandangan."
"Well, saya tetap lupa apa yang saya lakukan," kata Maureen. 'Tapi saya ingat
esok paginya. Si tukang roti memberitahu, 'Mrs. McGinty tua itu dibunuh.' Dan
begitulah, tadinya saya heran kenapa dia tidak muncul seperti biasanya."
Ia bergidik sendiri. "Mengerikan sekali, kan?" katanya.
Mrs. Upward masih mengawasi Poirot.
Poirot berkata dalam hati, "Wanita ini sangat cerdas dan kejam. Juga egois. Apa
pun yang dilakukannya, dia tak akan punya rasa sesal atau kasihan...."
Sebuah suara tipis berbicara merajuk, bawel.
?"Anda belum menemukan petunjuk apa pun, M. Poirot?"
Shelagh Rendell yang berbicara.
197 Wajah Johnnie Summerhayes yang panjang dan berwarna gelap berbinar dengan
antusias. "Petunjuk!" katanya. "Itulah yang saya sukai dalam cerita-cerita detektif.
Petunjuk yang mempunyai arti segalanya bagi sang detektif dan tak berarti apa-
?apa bagi kita sampai saat akhir yang membuat kita terkejut. Tak bisakah Anda
?berikan pada kami satu petunjuk kecil saja, M. Poirot?"
Wajah-wajah yang tertawa dan memohon melihat ke arah Poirot. Permainan yang
asyik untuk mereka semua (atau tidak bagi salah satu dari mereka"). Tapi
pembunuhan bukanlah permainan pembunuhan adalah sesuatu yang ber-m bahaya. Kita
? tak pernah bisa tahu.... Dengan gerakan tiba-tiba, Poirot mencabut empat foto dari sakunya.
"Kalian ingin petunjuk?" katanya. "Voila!"
Dan dengan gerakan yang dramatis digelarnya foto-foto itu di atas meja.
Mereka berkerumun, membungkuk, dan mengeluarkan bunyi-bunyi- kecil.
"Lihatt" "Perempuan-perempuan kuno yang mengerikan!"
"Lihat bunga-bunga mawar itu. 'Mawar, di mana-mana ada mawar'/" "Astaga, lihat
topi itu!" "Ngeri benar anak itu!" 'Tapi siapa mereka ini?" "Model-model pakaian
kuno itu lucu, ya?" 198 "Perempuan itu dulu pasti cukup cantik." 'Tapi mengapa mereka bisa jadi
petunjuk?" "Siapa mereka?"
Poirot memandang satu per satu wajah-wajah yang mengerumuninya.
Ia tak melihat sesuatu yang luar biasa, yang di luar apa yang diharapkannya.
"Kalian tak mengenali salah satu?"
"Mengenali?" "Kalian tidak ingat pernah melihat salah satu dari foto-foto ini sebelumnya"
Tapi ya Mrs. Upward" Anda mengenali sesuatu, kan?"?Mrs. Upward ragu.
"Ya saya kira "
? ?"Yang mana?"
Telunjuknya dikeluarkannya dan diletakkannya di wajah kekanak-kanakan Lily
Gamboll. "Anda pernah melihat foto itu kapan -?"
? ?"Belum lama ini....-Tapi di mana Tidak, saya tidak ingat. Tapi saya yakin saya
?pernah melihat foto persis" ini."
Ia duduk dengan dahi berkerut, alis-alisnya menjadi satu.
Ia sadar dari renungannya saat Mrs. Rendell menghampirinya.
"Selamat malam, Mrs. Upward. Saya harap Anda kapan-kapan bisa minum teh dengan
saya jika Anda sudah sehat."
'Terima kasih, Sayang. Jika Robin mau mendorong saya ke atas bukit."
'Tentu, Madre. Otot-ototku jadi kuat karena
199 sering mendorong kursi itu. Kau ingat waktu kita ke rumah Wetherby dan jalan
sangat berlumpur " ? "Ah!" kata Mrs. Upward sekonyong-konyong.
"Ada apa, Madre?"
'Tak apa-apa. Lanjutkan."
"Kucoba mendorongmu ke atas. Mula-mula kursinya selip, terus aku yang selip.
Kukira kita tak akan sampai di rumah."
Dengan tertawa-tawa, mereka semua pamit dan keluar berbondong-bondong. ?Alkohol, pikir Poirot benar-benar mengendurkan lidah
Apakah ia telah bertindak bijaksana atau bodoh dengan membeberkan foto-foto itu"
Adakah perbuatannya itu juga akibat alkohol"
Ia tidak yakin. Tapi, sambil meminta maaf pada yang lain, ia lalu kembali lagi.
Ia mendorong gerbang itu dan melangkah masuk ke rumah-Lewat jendela yang terbuka
di sebelah kiri didengarnya gumam dua suara. Itu suara Robin dan suara Mrs.
Oliver. Kedengarannya Robin mendominasi pembicaraan.
Poirot mendorong pintu dan masuk melalui pintu sebelah kanan menuju ruang yang
baru saja ditinggalkannya tadi. Mrs. Upward sedang duduk di depan perapian.
Wajahnya agak geram. Ia sedang merenung begitu dalam sehingga masuknya Poirot
mengejutkannya. 200

Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendengar suara batuk kecil Poirot, ia mendongak tajam, dengan terkejut.
"Oh," katanya. "Ternyata Anda. Anda membuat saya kaget"
"Maafkan saya, Madame. Anda mengira orang lain" Siapa?" Ia tidak menjawab, cuma
berkata, "Ada yang ketinggalan?"
"Yang saya takutkan ialah saya meninggalkan bahaya."
"Bahaya?" "Bahaya, barangkali, untuk Anda. Sebab Anda mengenali salah satu foto tadi."
"Saya kira bukan mengenali. Semua foto tua nampak sama."
"Dengarkan, Madame. Mrs. McGinty juga, menurut saya, mengenali salah satu foto
itu. Dan Mrs. McGinty mati."
Dengan nuansa canda yang tak terduga di matanya, Mrs. Upward berkata,
"Mrs. McGinty mati. Bagaimana matinya" Menjulurkan lehernya seperti aku.
Begitukah maksud Anda?"
"Ya. Jika ada yang Anda ketahui apa saja, katakan pada saya sekarang. Akan
?lebih aman begitu."
"Kawanku yang baik, tidak sesederhana itu soalnya. Saya sama sekali tidak yakin
apa benar saya tahu sesuatu yang pasti tak sejelas fakta. Ingatan yang kabur
?tak bisa dijadikan pegangan. Kita harus yakin dulu bagaimana dan di
201 mana dan kapan, jika Anda mengerti maksud saya."
'Tapi nampaknya Anda sudah yakin akan se-.mua itu."
"Itu tidak cukup. Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Tak baik
mendesak saya begitu, M. Poirot. Saya bukan tipe orang yang membuat keputusan
dengan tergesa. Saya punya pertimbangan sendiri, dan saya perlu waktu untuk
memutuskan. Jika telah saya putuskan barulah saya bertindak. Tidak sebelum saya
siap." "Dalam banyak hal, Anda sangat suka berahasia, Madame."
"Barangkali begitu ampai tingkat tertentu. Pengetahuan adalah kekuatan. ?Kekuatan hanya boleh dipakai untuk maksud-maksud yang benar. Barangkali Anda
tidak bisa mengerti cara berpikir orang Inggris yang tinggal di pedesaan."
"Dengan kata lain Anda berkata pada saya, 'Anda cuma orang asing yang
menjengkelkan.'" Mrs. Upward tersenyum sedikit,
"Saya tidak sekasar itu"
"Jika Anda tidak bersedia untuk berbicara dengan saya, ada Inspektur Spence."
"M. Poirot yang baik. Jangan polisi. Jangan dulu untuk saat sekarang ini."
Poirot mengangkat bahu. ' , "Saya telah memperingatkan Anda."
Sebab ia yakin Mrs. Upward ingat dengan
202 jelas kapan dan di mana ia telah melihat foto itu.
203 14 "Sudah pasti," kata Hercule Poirot pada dirinya sendiri keesokan paginya, "musim
semi telah tiba." Kecemasannya tadi malam nampaknya tidak beralasan.
Mrs. Upward seorang wanita pintar yang bisa menjaga diri sendiri dengan baik.
Walaupun begitu ada beberapa hal mengenai wanita itu yang mengundang tanda
tanya. Ia sama sekali tidak bisa memahami reaksinya. Jelas ia tidak ingin Poirot
tahu isi hatinya. Ia telah mengenali foto Lily Gamboll dan berketetapan hati
untuk menanganinya sendiri.
Poirot, yang sedang berjalan-jalan di kebun sambil merenungkan hal-hal ini,
terkejut mendengar suara di belakangnya.
"M. Poirot." Mrs. Rendell berjalan begitu pelan sehingga ia tidak mendengar apa-apa. Sejak
kemarin ia memang sedang tegang.
"Pardon, Madame. Anda membuat saya kaget."
204 Mrs. Rendell tersenyum. Jika ia merasa tegang, Poirot berpikir, Mrs. Rendell ini
nampak lebih tegang lagi. Salah satu kelopak matanya tergetar dan kedua
tangannya tak hentinya saling menggenggam.
"Saya saya harap saya tidak mengganggu. Barangkali Anda sedang sibuk."?'Tidak, saya tidak sibuk. Hari ini cerah. Saya senang suasana musim semi. Enak
berada di luar. Di rumah Mrs. Summerhayes, selalu ada aliran udara yang masuk."
"Aliran " ?"Yang di Inggris disebut ventilasi."
"Ya. Saya kira memang begitu."
"Jendelanya tidak mau menutup dan pintunya membuka setiap saat."
"Rumah itu memang agak bobrok. Dan itu tentu saja karena keluarga Summerhayes
sangat kekurangan dana sehingga tak banyak yang bisa dilakukan. Kalau saya,
lebih baik saya jual rumah itu. Saya tahu rumah itu sudah jadi milik keluarga
selama ratusan tahun, tapi zaman sekarang kita tak bisa terus mempertahankan
sesuatu hanya karena alasan sentimentil."
'Tidak, kita tidak sentimentil sekarang."
Lalu mereka diam sejenak. Dari sudut matanya Poirot melihat tangan-tangan pucat
yang gelisah itu. Ia menunggu wanita itu mengambil inisiatif. Ketika ia
berbicara, itu terjadi dengan tiba-tiba.
V* "Saya kira," katanya, "jika kita, well, menyelidiki sesuatu maka pasti ada
dalihnya, bukan?" Poirot menimbang-nimbang pertanyaan itu. Walaupun ia tidak memandang Mrs.
Rendell, ia tahu persis bahwa wanita itu meliriknya dengan penuh rasa ingin
tahu. "Seperti kata Anda, Madame," jawabnya dengan santai, "sebaiknya begitu."
"Untuk menjelaskan keberadaaan Anda di sana, dan dan bertanya-tanya."
?"Mungkin itu sudah sepatutnya."
"Mengapa mengapa Anda berada di Broadhinny, M. Poirot?"
?Ia menoleh dengan pandang agak heran kepada nyonya itu.
'Tapi, nyonya yang baik, saya sudah mengatakannya menyelidiki kematian Mrs.
?McGinty." Mrs. Rendell berkata dengan tajam, "Itu kata Anda. Tapi itu tidak masuk akal."
Poirot mengangkat alisnya. "Oh ya?"
'Tentu saja. Tak ada yang percaya itu." 'Tapi saya yakinkan Anda, memang benar
begitu." Matanya yang biru pucat mengedip dan ia menoleh ke arah lain.
"Anda tak mau mengatakannya kepada saya."
"Mengatakan apa, Madame?"
Ia mengalihkan pembicaraan dengan tiba-tiba.
206 "Saya ingin bertanya pada Anda tentang surat-surat kaleng."?"Ya," Poirot memberinya semangat ketika wa-* nita itu terdiam.
"Surat-surat itu selalu bohong, kan?" "Kadang-kadang demikian," kata Poirot
hati-hati. "Biasanya," ia bersikeras. "Saya tak berani berkata begitu." Shelagh Rendell
berkata dengan ngotot, "Surat-surat itu pengecut, berbahaya, jahatl" "Semua.itu,
ya, saya setuju." "Dan Anda tak akan percaya isinya, kan?" "Itu pertanyaan yang
sangat sulit," kata Poirot dengan serius. *
"Saya, saya tak akan percaya hal-hal seperti itu."
Ia menambahkan dengan ngotot, 'Saya tahu mengapa Anda ada di sini. Dan itu tidak
benar, percayalah, itu tidak benar."
Ia berbalik dengan tajam dan melangkah pergi -
Hercule Poirot mengangkat alisnya keheranan.
"Dan kini bagaimana?" ia bertanya pada diri sendiri. "Apa dia bermaksud
menyesatkan aku" Ataukah ini cuma burung yang berwarna lain?" Semuanya sangat
membingungkan, Mrs. Rendell percaya bahwa Poirot berada di
sini untuk alasan lain, bukan untuk menyelidiki kematian Mrs. McGinty. Ia bilang
bahwa itu hanya dalih. Apa benar ia percaya itu" Ataukah ia, seperti yang tadi dikatakannya kepada
dirinya sendiri, bermaksud menyesatkannya"
Apa hubungannya surat-surat kaleng itu" Apakah Mrs. Rendell orang yang terlihat
di foto yang belum lama ini dilihat Mrs. Upward"
Dengan kata lain, apakah Mrs. Rendell adalah Lily Gamboll" Lily Gamboll, warga
masyarakat yang nama baiknya sudah pulih, terakhir berada di Eire. Apakah Dr.
Rendell bertemu dan menikahi istrinya di sana, tanpa tahu masa lalunya" Lily
Gamboll dididik menjadi penulis steno. Ia mungkin saja bertemu dengan dokter itu
dalam urusan pekerjaan. Poirot menggelengkan kepala dan menghela napas.
Semuanya sangat mungkin. Tapi ia harus benar-benar yakin.
Tiba-tiba angin dingin berembus dan matahari menghilang.
Poirot menggigil dan melangkah kembali ke rumah.
Ya, ia harus benar-benar yakin. Kalau saja ia bisa menemukan senjata yang
dipakai untuk membunuh ?Dan pada saat itu, dengan perasaan yakin yang aneh ia melihatnya.
?208 2 'S Kemudian ia bertanya-tanya apakah, secara bawah sadar, ia telah melihat dan
memperhatikannya sebelumnya. Benda itu sudah berada di situ, rupanya, sejak ia
tiba di Long Meadows? Di situ, di atas rak buku yang kotor dekat jendela itu.
?la berpikir, "Mengapa aku tidak menyadarinya sebelum ini?"
la memungutnya, menimbang-nimbangnya di tangannya, memeriksanya, mencari
keseimbangannya, mengangkatnya untuk dihunjamkan
?Maureen masuk lewat pintu, bergegas Seperti
biasanya, diikuti dua ekor anjing. Suaranya, ringan dan ramah, terdengar,
?"Halo, Anda sedang bermain-main dengan pemotong gula itu?"
"Itukah sebutannya" Pemotong gula?" "Ya. Pemotong gula atau palu gula saya tak
? ?tahu persis. Bentuknya lucu, ya" Begitu ke-kanakan dengan burung-burungan kecil
itu di ujungnya." Poirot memegang alat itu dengan hati-hati. Dibuat sebagian besar dari kuningan
berhias, alat itu dibentuk seperti sebuah kapak, berat, dengan pinggir yang
tajam. Di sana sini dihias dengan batu-batu berwarna, biru pucat dan merah. Di
ujungnya terdapat burung-burungan yang bentuknya asal saja dengan mata dari batu
pirus. 209 "Cukup bagus untuk membunuh orang, ya?" kata Maureen dengan biasa saja.
Ia mengambilnya dari Poirot dan menghunjamkannya di udara dengan gaya membunuh.
"Begitu mudahnya," katanya. "Ingat sebagian Sanjak Raja Raja itu" '"Dengan cara
Mark," katanya, belahlah sampai ke otaknya/ Saya kira kita bisa membelah siapa
saja sampai ke otaknya dengan alat ini, kan?"
Poirot memandangnya. Wajahnya yang berbintik itu nampak tenang dan ceria.
Katanya lagi, "Saya sudah bilang pada Johnnie apa yang akan terjadi jika kelak saya bosan
kepadanya. Saya menyebutnya sahabat karib sang istri!"
Ia tertawa, meletakkan palu gula itu dan berbalik ke pintu.
'Tadi saya ke sini mau apa, ya?" ia tercenung. "Saya tak ingat lagi... Peduli
amat! Lebih baik saya lihat apakah puding di panci itu perlu ditambah airnya."
Suara Poirot menghentikannya sebelum ia sampai ke pintu.
"Anda membawa ini dari India, barangkali?"
"Oh tidak," kata Maureen. "Saya memperolehnya di B. dan B. pada hari Natal."
"B. dan B.?" Poirot tidak mengerti.
"Bawa dan Beli," Maureen menjelaskan. "Di rumah pendeta. Kita bawa barang-barang
yang tak kita pakai lagi, dan kita beli sesuatu. Sesuatu yang cukup bagus kalau
kita bisa mene - 210 mukannya. Tentu saja hampir tak pernah ada yang benar-benar kita senangi di
situ. Saya memperoleh ini dan teko kopi itu. Saya senang bentuk hidung teko kopi
itu dan burung kecil pada palu ini."
Teko kopi itu kecil dan terbuat dari tembaga tempaan. Mulurnya besar dan
melengkung yang terasa tak asing di mata Poirot.
"Saya kira keduanya berasal dari Bagdad," kata Maureen. "Kayaknya itulah yang
dikatakan Wetherby. Atau mungkin juga Persia."
"Jadi barang-barang ini dari rumah Wetherby?"
"Ya. Mereka punya banyak sekali barang-barang rongsokan. Saya harus pergi.
Puding itu." Ia keluar. Pintu dibanting. Poirot mengambili lagi pemotong gula itu dan
membawanya ke' jendela. . Pada sisinya yang tajam terlihat ada bagian yang warnanya pudar, tapi amat
samar. Poirot menganggukkan kepalanya.
Ia ragu sejenak, lalu dibawanya palu gula itu ke kamar tidurnya. Di situ
dimasukkannya alat itu dengan hati-hati ke dalam sebuah kotak, lalu kotak itu
dibungkusnya dengan kertas dan diikat dengan tali. Ia turun lagi dan
meninggalkan rumah. Pasti tidak akan ada orang yang tahu pemotong gula itu tak ada di tempat. Losmen
itu awut-awutan. 211 Di Laburnums proses kerja sama berjalan dengan seret.
'Tapi aku merasa kurang pas jika kita buat dia vegetarian, Sayang," Robin
memprotes. "Terlalu trendy. Dan jelas tidak semarak "
'Tak ada jalan lain," kata Mrs. Oliver bersikeras. "Dia selalu vegetarian. Dia
selalu membawa alat kecil untuk memarut wortel dan lobak mentah."
'Tapi Ariadne sayangku, kenapa?"
"Bagaimana aku tahu?" kata Mrs. Oliver dengan marah. "Aku tak tahu kenapa aku
bisa punya gagasan tentang pria menjijikkan itu! Pasti aku gila! Kenapa mesti
orang Finlandia padahal aku tak tahu apa-apa tentang Finlandia" Kenapa
vegetarian dan semua tingkah laku konyolnya itu" Hal-hal ini terjadi begitu
saja. Kau mencoba sesuatu dan orang rupanya menyukainya lalu kaulanjutkan dan? ? ?tahu-tahu kau terikat seumur hidup pada tokoh Sven Hjerson yang menjengkelkan
itu. Dan orang bahkan menulis dan mengatakan bahwa kau pasti amat menyukainya.
Suka padanya" Seandainya aku ketemu si Finlandia kurus kering pemakan sayur itu
dalam kenyataan, akan kulakukan pembunuhan yang lebih bagus daripada semua
pembunuhan yang pernah kucip-takan."
212 Robin Upward memandangnya dengan rasa hormat.
Tahukah kau, Ariadne, itu bisa jadi gagasan yang hebat. Sven Hjerson
betulan dan kau membunuhnya. Mungkin kau bisa membuat buku tentang itu yang
? ?diterbitkan setelah kau meninggal."
"Bagus!" kata Mrs. Oliver. "Bagaimana tentang uangnya" Semua yang dihasilkan
dari pembunuhan ingin aku terima sekarang."
"Ya~ Ya. Aku amat setuju."
Pengarang sandiwara yang sedang kacau itu berjalan bolak-balik.
'Tokoh Ingrid ini mulai membosankan," katanya. "Dan setelah adegan di gudang
minuman yang hebat itu, aku jadi tak tahu lagi bagaimana mencegah adegan
berikutnya supaya tidak jadi antiklimaks."
Mrs. Oliver diam saja. Adegan, pikirnya, merupakan sumber kekacauan Robin.
Robin melemparkan pandangan yang menunjukkan ketidakpuasannya.
Pagi itu, setelah mengalami perubahan suasana hati yang memang sering
dialaminya, Mrs. Oliver kesal pada model rambutnya yang acak-acakan. Dengan
sikat yang dicelupkan ke air disisirnya rambut kelabunya itu menempel ke
kepadanya. Dengan dahinya yang lebar, kacamata tebal, dan air mukanya yang
serius, ia makin lama makin mengingatkan Robin pada guru sekolah yang
dihormatinya semasa remaja.
213 Ia merasa makin lama makin sulit untuk menyebutnya "sayang", dan bahkan juga
tidak lagi menyebut "Ariadne."
Ia berkata dengan rewel, "Aku kurang bergairah hari ini. Akibat semua gin kemarin itu barangkali. Ini
kita kesampingkan dulu dan kita bahas pemeran saja. Jika kita bisa mendapatkan
Dennis Callory, tentu saja bagus, tapi dia terikat di film saat ini. Dan Jean
Bellews untuk Ingrid akan sangat tepat dan dia memang ingin.memerankannya, jadi?tak ada masalah. Erie pernah kubilang aku punya gagasan bagus untuk Eric. Kita
?pergi ke Little Rep malam ini, ya" Dan apa pendapatmu nanti kalau Cecil diberi
peran itu." Mrs. Oliver setuju dan Robin lahj menghampiri telepon.
"Beres," katanya saat kembali. "Sudah diatur."
4 Pagi yang cerah itu ternyata tak bertahan lama. Awan mulai berarak-arak dan
hujan hampir turun. Ketika Poirot berjalan menembus semak belukar yang rapat
menuju pintu depan Hunter's Close, ia berpikir bahwa ia tak akan mau tinggal di
lembah yang sepi di kaki bukit ini. Rumah itu sendiri terkepung oleh pepohonan
dan jalanan mobilnya tertutup oleh tanaman merambat. Semua ini perlu kapak si
penebang, pikirnya. 214 (Kapak. Pemotong gula")
Ia membunyikan bel dan ketika tak ada jawaban, diulanginya.


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Deirdre Henderson yang membukakan pintu. Ia nampak heran.
"Oh," katanya, "ternyata Anda."
"Boleh saya masuk dan bicara dengan Anda?"
"Saya well, ya, saya kira begitu."
?Ia membawa Poirot ke ruang duduk kecil yang gelap di mana ia pernah duduk
menunggu. Di atas rak perapian ia melihat teko kopi yang serupa dengan kepunyaan
Maureen, namun yang ini jauh lebih besar. Hidungnya yang besar dan melengkung
seakan mendominasi ruang bergaya Barat itu dengan pengaruh keti-murannya.
"Saya kuatir," kata Deirdre dengan nada mohon maaf," kami agak jengkel hari ini.
Pembantu kami, gadis Jerman itu, akan berhenti. Dia baru sebulan di sini.
Nampaknya dia bekerja di sini hanya agar bisa masuk ke negeri ini untuk -menikah
dengan kekasihnya. Dan sekarang semua telah beres dan dia akan pergi malam ini."
Poirot membuat bunyi kecil dengan lidahnya. "Benar-benar tak tahu tenggang rasa"
"Begitulah. Ayah tiri saya bilang itu melanggar hukum. Tapi walaupun begitu,
jika dia kabur dan menikah, apa yang bisa kami lakukan" Bahkan kami tidak tahu
dia akan pergi jika saya tidak memergokinya sedang membenahi pakai-215
annya. Hampir saja dia pergi dari rumah tanpa pamit."
"Zaman sekarang memang banyak orang yang tak tahu tenggang rasa."
"Ya," kata Deirdre datar. "Kukira begitu."
Disekanya dahinya dengan punggung tangannya.
"Saya lelah," katanya. "Saya amat lelah."
"Ya," kata Poirot lembut. "Saya rasa Anda memang lelah."
"Apa yang Anda inginkan, M. Poirot?"
"Saya ingin bertanya tentang sebuah palu gula."
"Palu gula?" Wajahnya kosong, tidak mengerti.
'Alat dari kuningan, dengan hiasan burung, ditaburi batu-batu biru, merah, dan
hijau." Poirot mengucapkan uraian ini dengan hati-hati.
"Oh ya, saya tahu."
Suaranya tidak menunjukkan minat atau semangat
"Saya diberitahu bahwa itu berasal dari rumah ini?"
"Ya. Ibu saya membelinya di suatu bazar di Bagdad. Itu salah satu barang yang
kami bawa ke pasar murah di rumah-pendeta." - "Bawa dan Beli, kan?"
"Ya. Banyak pasar murah seperti itu di sini. Sulit untuk membuat orang
menyumbang uang, tapi biasanya ada saja barang bekas yang bisa dikirim ke sana."
216 "Jadi alat itu ada di sini, di rumah inL sampai hari Natal, lalu Anda
mengirimnya ke penjualan tersebut" Benar begitu?"
Deirdre mengerutkan dahi.
"Bukan Bawa dan Beli pada hari Natal. Yang sebelum itu, waktu ada Festival
Panen." "Festival Panen itu kira-kira kapan" Oktober" September?"? ?"Akhir September."
Sunyi sekali di ruang kecil itu. Poirot memandang gadis itu dan ia balas
memandangnya. Wajahnya biasa saja, tak berekspresi, tak me-, nunjukkan minat. Di
balik topeng ketakacuhan ini, Poirot mencoba menebak apa yang sedang terjadi.
Tak ada apa-apa, mungkin. Barangkali memang, seperti katanya tadi, ia cuma
lelah.... Poirot berkata, pelan, mendesak,
"Anda yakin benar saat itu Festival Panen" Bukan hari Natal?"
"Ya." Matanya menatap mantap, tidak berkedip. Hercule Poirot menunggu. Ia tetap
menunggu.... Tapi apa yang ditunggunya tidak muncul juga -
la berkata dengan sopan, "Saya tak akan lebih lama mengganggu Anda, Mademoiselle."
Nona itu mengantar sampai ke pintu depan.
Lalu ia keluar dan menyusuri jalanan mobil lagi.
217 Dua pernyataan yang berbeda pernyataan-pernyataan yang tak mungkin dihubungkan.?Siapa yang benar" Maureen Summerhayes atau Deirdre Henderson"
Seandainya palu gula itu memang dipakai sebagai alat pembunuhan seperti yang
diduganya, maka hal ini menjadi amat penting. Festival Panen diadakan pada akhir
September. Di antara itu dan hari Natal, yaitu pada tanggal 22 November, Mrs.
McGinty dibunuh. Milik siapakah pemotong gula itu pada saat itu"
Ia menuju kantor pos. Mrs. Sweetiman selalu ramah dan ia membantu sebisanya. Ia
pergi ke kedua pasar murah itu, katanya. Ia selalu pergi. Di sana banyak barang-
barang bagus. Ia juga membantu menyiapkan segala sesuatu sebelunv nya, walau
kebanyakan orang membawa barang mereka saat itu juga dan bukan mengirimkan
sebelumnya. Sebuah palu kuningan, mirip kapak, dengan batu-batu berwarna-warni dan hiasan
burung kecil" Tidak, ia tidak bisa mengingatnya. Begitu banyak barang dan
situasinya begitu kacau dan beberapa barang langsung saja diserobot. Well,
mungkin ia ingat sesuatu yang seperti itu diberi harga lima shilling dan
?digelar bersama sebuah teko kopi tembaga, tapi teko itu berlubang di
dasarnya tak bisa dipakai, hanya untuk hiasan. Tapi ia tidak ingat kapan itu
?tepatnya. Mungkin hari Natal, mungkin sebelumnya. Ia tak terlalu memperhatikan....
218 Diterimanya paket Poirot yang akan dikirim. Tercatat" Ya.
Ia menyalin alamatnya. Poirot melihat sekilas ada rasa ingin tahu dalam sinar
matanya yang tajam ketika ia menyerahkan resinya.
Hercule Poirot berjalan pelan mendaki bukit, merenung-renung.
Di antara keduanya, Maureen Summerhayes yang pelupa, riang, tidak cermat, lebih
mungkin untuk keliru. Panen atau Natal sama saja baginya.
Deirdre Henderson, lamban, tidak luwes, jauh lebih mungkin bersikap cermat dalam
mengingat waktu dan tanggal.
Toh tetap saja mengusik pertanyaan yang satu ini.
Mengapa, setelah ditanyai macam-macam, ia tidak bertanya mengapa Poirot ingin
tahu" Itu kan pertanyaan yang sangat wajar, malahan hampir tak dapat dihindari"
Tapi Deirdre Henderson tidak menanyakannya.
219 15 'Tadi ada yang menelepon," seru Maureen dari dapur ketika Poirot masuk ke rumah.
"Menelepon saya" Siapa?"
Ia agak terkejut juga. 'Tidak tahu. Tapi saya catatkan nomornya di buku catatan makanan saya."
'Terima kasih, Madame."
Ia lalu menuju ruang makan dan menghampiri meja. Di antara kertas-kertas yang
berserakan dekat pesawat telepon ditemukannya buku catatan makanan itu. Di situ
tertera Kilchester 350.?Gagang telepon diangkatnya dan ia memutar nomor itu.
Seketika itu juga terdengar suara wanita,
"Breather & Scuttle."
Poirot dengan cepat menebak.
"Boleh saya bicara dengan Miss Maude Williams?"
Selang sebentar lalu terdengar suara rendah seorang wanita,
"Ya, ini Miss Williams."
220 Tni Hercule Poirot. Saya rasa Anda-lah yang menelepon saya."
"Ya ya, benar. Mengenai rumah yang Anda tanyakan kepada saya tempo hari."
?"Rumah?" Sejenak Poirot tak mengerti. Lalu ia sadar bahwa pembicaraan Maude
didengarkan orang lain. Mungkin tadi ia meneleponnya saat sendirian di kantor.
"Saya kira saya bisa memahami. Urusan James Bentley dan pembunuhan Mrs.
McGinty." "Benar. Bisa kami bantu Anda mengenai hal itu?"
"Anda mau membantu. Anda tidak sendirian di situ?" "Benar."
"Saya mengerti. Dengarkan baik-baik. Anda betul-betul ingin menolong James
Bentley?" "Ya."
"Bersediakah Anda melepaskan pekerjaan Anda?" Sejenak ia ragu. "Ya."
"Anda rela bekerja sebagai pembantu rumah tangga" Mungkin di tempat yang
penghuninya kurang menyenangkan."
"Ya." "Bisakah Anda keluar secepatnya" Besok, misalnya."
"Oh ya, M. Poirot. Saya kira itu bisa diatur." "Mengertikah Anda apa yang saya
ingin An - 221 da lakukan" Anda akan jadi pembantu rumah tangga tinggal di dalam. Anda bisa ?masak?"
Suaranya terdengar geli. "Bisa." "Bon Dieu, itu hal yang langka! Dengar, saya akan datang ke Kilchester sekarang
juga. Saya akan menjumpai Anda di kafe yang sama, tempat kita bertemu waktu
makan siang dulu." "Ya, baik." Poirot menyudahi pembicaraan.
"Wanita muda yang hebat," ia merenung. "Cepat tanggap, berani mengambil
keputusan barangkali, benar-benar bisa masak juga...."
?Dengan agak sulit dicabutnya buku petunjuk telepon lokal dari bawah buku tentang
memelihara babi untuk melihat nomor Wetherby.
Suara yang menjawabnya adalah suara Mrs Wetherby.
"'Alo. 'Alo" Ini M. Poirot Anda ingat, Ma-dame " "Saya kira saya tidak " "M.
? ? ?Hercule Poirot."
"Oh ya tentu saja maafkan saya. Ada masalah pembantu hari ini "
? ? ?"Justru karena itulah saya menelepon Anda. Saya prihatin mendengar kesulitan
Anda." 'Tak tahu berterima kasih gadis-gadis asing ini. Ongkos perjalanannya
?ditanggung, dan lain-lain. Saya sangat tidak suka pada orang yang tak tahu
membalas budi." "Ya, ya. Saya sangat bersimpati. Benar-benar
222 keterlaluan itulah sebabnya saya buru-buru menghubungi Anda untuk mengabarkan
?bahwa saya mungkin punya pemecahan. Secara sangat kebetulan saya kenal seorang
gadis yang sedang mencari kerja sebagai pembantu. Tapi saya kuaur dia kurang
terlatih." "Oh, zaman sekarang tak ada pembantu yang terlatih. Dia bisa masak" banyak
?yang tidak bisa masak."
"Ya ya dia bisa masak. Bisa saya kirim dia ke tempat Anda sedikitnya untuk
? ? ?dicoba dulu. Namanya Maude Williams."
"Oh, harap segera, M. Poirot. Anda benar-benar baik. Sjapa pun lebih baik
daripada tak ada sama sekali. Suami saya rewel sekali dan selalu jengkel
terhadap Deirdre yang malang jika urusan rumah tidak lancar. Memang laki-laki
tak bisa diharapkan untuk mengerti betapa sulitnya sekarang ini saya "
? ?Ada interupsi. Mrs. Wetherby berbicara dengan seseorang yang baru saja masuk ke
kamar itu dan walaupun ia menutupi gagang telepon dengan tangannya, Poirot bisa
mendengar kata-katanya yang agak teredam.
"Detektif kecil itu tahu ada orang yang bisa menggantikan Frieda bukan, bukan
? ?orang asing Inggris, syukurlah. Dia sangat baik, sungguh, dia nampaknya sangat
? prihatin Oh Sayang, tak usah keberatan. Apa masalahnya" Kau kan tahu betapa ? ?rewelnya Roger. Well, ku-223
rasa dia bermaksud baik dan kukira pembantu itu takkan terlalu payah."
?Setelah pembicaraan sampingan selesai, Mrs. Wetherby berbicara dengan sangat
ramah. 'Terima kasih banyak, M. Poirot. Kami sangat berterima kasih."
Poirot meletakkan gagang telepon dan melihat sekilas ke arlojinya
Ia menuju dapur. "Madame, saya tidak makan siang. Saya harus pergi ke Kilchester."
"Syukurlah," kata Maureen. "Puding itu terlambat saya angkat. Jadinya terlalu
kering. Saya rasa tidak apa-apa barangkali hangus sedikit. Jika rasanya tak
?enak saya masih punya sebotol raspberry yang saya simpan musim panas yang lalu.
Nampaknya sedikit berjamur, tapi orang bilang tak apa-apa. Malahan baik untuk
kita seperti penisilin."
?Poirot meninggalkan rumah, hatinya senang tidak harus makan puding hangus dan
penisilin itu. Lebih baik jauh lebih baik makan makaroni dan puding telur dan
? ?buah plum di Blue Cat daripada improvisasi Maureen Summerhayes.
2 Di Laburnums muncul sedikit ketegangan. 'Tentu saja, Robin, nampaknya kau tak
bisa ingat apa puri jika^sedang menggarap lakon."
224 Robin merasa bersalah. "Madre, aku benar-benar menyesal. Aku lupa sama sekali bahwa malam ini Janet
libur." 'Tak apa-apa sama sekali," kata Mrs. Upward dengan dingin.
'Tentu saja apa-apa. Aku akan menelepon Rep dan memesan tempat untuk besok malam
saja." 'Tak usah. Kau sudah atur untuk pergi malam ini, jadi harus pergi." 'Tapi
sebenarnya " "Sudahlah!"
?"Atau kuminta Janet untuk pergi lain kali?" "Jangan. Dia tidak senang kalau
rencananya batal." "Aku yakin dia tidak akan keberatan. Tidak, kalau aku yang ngomong padanya "
?'Tak perlu, Robin. Harap jangan mengecewakan Janet. Dan jangan teruskan. Aku tak
mau merasa menjadi perempuan tua yang menjengkelkan, yang mengganggu kesenangan
orang lain." "Madre Sayang "
? ?"Cukup pergi dan bersenang-senanglah. Aku tahu siapa yang akan kuminta untuk
?menemaniku." "Siapa?" "Rahasia," kata Mrs. Upward, kegembiraannya sudah pulih. "Nah, jangan bawel,
Robin." "Aku akan menelepon Shelagh Rendell " "Aku akan menelepon sendiri,
? terima kasih. Semuanya sudah beres. Tolong bikin kopi sebelum kau pergi, dan tinggalkan
dekatku di dalam penyeduh itu siap untuk dinyalakan. Oh, dan boleh juga bikin
satu cangkir ekstra kalau-kalau ada tamu."?226
4 16 Sambil bersantap siang di Blue Cat, Poirot menguraikan mstruksi-intruksinya
kepada Maude Williams. "Jadi Anda mengerti apa yang harus Anda cari?"
Maude Williams mengangguk. "Anda telah menyelesaikan urusan dengan kantor Anda?"
Ia tertawa. "Bibi saya sakit keras! Saya mengirim telegram kepada diri saya sendiri."
"Bagus. Ada satu lagi yang ingin saya katakan. Di suatu tempat di desa itu, ada
pembunuh yang berkeliaran. Itu cukup berbahaya."
"Memperingatkan saya?"
"Ya." "Saya bisa menjaga diri," kata Maude Williams.
"Itu," kata Hercule Poirot, "bisa diklasifikasikan sebagai salah satu Kata-kata
Terakhir Yang Masyhur."
Ia tertawa lagi, tawa geli yang terbuka dan
227 lepas. Saru dua orang di meja dekat situ menoleh memandangnya.
Poirot dengan hati-hati mencoba menilainya. Seorang wanita muda yang kuat dan
percaya diri, penuh vitalitas, bersemangat dan penuh minat untuk mencoba suatu
tugas berbahaya. Mengapa" Ia teringat pada James Bentley, suaranya yang lembut
dan pasrah, sikapnya yang apatis. Alam memang penuh rahasia dan menarik.
Maude berkata, "Anda meminta saya untuk melakukannya, kan" Mengapa tiba-tiba menahan saya?"
"Sebab jika kita menawarkan tugas, kita juga harus memberitahu situasi dan
kondisinya." "Saya rasa saya tidak berada dalam bahaya," kata Maude dengan mantap.
"Sementara ini saya pikir begitu. Anda tidak dikenal orang di Broadhinny?"
Maude diam sejenak. "Ya, saya kira begitu."
"Anda pernah ke sana?"
"Sekali dua kali untuk perusahaan, tentunya akhir-akhir ini hanya
? ?sekali kira-kira lima bulan yang lalu."
? "Anda menjumpai siapa" Anda ke mana sa-ja?"
"Saya menjumpai seorang wanita tua Mrs. Carstairs atau Carliste saya tak ? ? ?ingat persis namanya. Dia bermaksud membeli rumah kecil di dekat sini, dan saya
menjumpainya untuk 228 mengisi beberapa formulir dan mengajukan pertanyaan dan menyerahkan laporan
survei kepadanya. Dia tinggal di semacam Guest House yang kini Anda
?tinggali." "Long Meadows?"


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar. Rumah butut dengan banyak anjing." Poirot mengangguk.
"Anda bertemu dengan Mrs. Summerhayes, atau Mayor Summerhayes?"
"Saya bertemu dengan Mrs. Summerhayes, kalau tak salah. Dia membawa saya ke
kamar tidur. Kucing tua itu ada di ranjang."
"Akan ingatkah Mrs. Summerhayes kepada Anda?"
"Saya rasa tidak. Misalnya dia ingat kan tidak apa-apa juga" Sudah biasa jika
orang sering ganti pekerjaan sekarang ini. Tapi saya rasa dia sama sekali tidak
memperhatikan saya. Wanita-wanita seperti dia biasanya begitu."
Ada sedikit kepahitan dalam suara Maude Williams.
"Anda bertemu dengan orang lain lagi di % Broadhinny?"
Maude berkata dengan sedikit kaku, "Well, saya bertemu dengan Mr. Bentley," "Ah,
Anda bertemu dengan Mr. Bentley, Secara kebetulan."
Maude menggeliat sedikit di kursinya. 'Tidak, terus terang saja, saya mengirim
kartu pos. Memberitahukan bahwa saya akan datang hari itu. Menanyainya apakah
dia bisa menjum - 229 pai saya, walaupun tak ada tempat yang bisa dipakai untuk kencan. Dusun kecil
yang gersang. Tak ada kafe atau bioskop dan lain-lain. Kami lalu ngobrol di
halte bis. Saat saya menunggu bis untuk pulang."
"Itu sebelum kematian Mrs. McGinty?"
"Oh, ya. Tapi tidak terlalu lama sebelumnya. Sebab selang beberapa hari semua
surat kabar memberitakan itu."
"Apa Mr. Bentley menyebut-nyebut tentang ibu kosnya?"
"Saya kira tidak."
"Dan Anda tidak bicara dengan siapa-siapa lagi di Broadhinny?"
"Well cuma Mr. Robin Upward. Saya pernah mendengarnya di radio. Saya kebetulan
?melihat dia keluar dari cottage-nya dan saya mengenalinya dari foto-fotonya dan
saya minta tanda tangannya."
"Dan dia memberikannya kepada Anda?"
"Oh ya, dia sangat ramah. Saya tak membawa buku, tapi ada secarik kertas catatan
dan dia langsung mencabut penanya dan menuliskannya di situ."
"Apa Anda pernah melihat warga Broadhinny yang lain?"
"Well, saya tentu tahu keluarga Carpenter. Mereka sering ke Kilchester. Mobilnya
bagus, dan sang nyonya berpakaian mentereng. Dia membuka bazar sekitar sebulan
yang lalu. Kata 230 orang, Mr. Carpenter adalah calon anggota parlemen."
Poirot menggangguk. Lalu diambilnya dari sakunya amplop yang selalu dibawa-
bawanya ke mana-mana. Digelarnya keempat foto itu di atas meja.
"Anda mengenali salah ada apa?"?"Itu Mr. Scuttle. Baru saja keluar. Saya harap dia tidak melihat kita. Akan
tidak enak jadinya. Anda tahu, orang banyak membicarakan Anda. Katanya Anda
dikirim dari Paris dari Sooretay atau apa itu."
?"Saya orang Belgia, bukan Prancis, tapi tak apa."
"Ada apa dengan foto-foto ini?" la membungkuk, mengamati foto-foto itu dengan
"cermat. "Agak kuno, ya?"
"Yang terkuno adalah tiga puluh tahun yang lalu."
"Betapa konyolnya pakaian-pakaian kuno ini nampaknya. Membuat wanita-wanita itu
nampak bodoh." "Pernahkah Anda melihatnya sebelum ini?"
"Maksud Anda saya mengenali wanita-wanita ini, atau saya pernah melihat foto-
foto ini?" "Kedua-duanya."
"Kalau tak salah saya pernah melihat yang ini." Jarinya menunjuk ke arah Janice
Courtiand dengan topi lebarnya itu. "Di koran atau apa, tapi saya tidak ingat
kapan. Rasanya saya juga 231 pernah lihat anak itu. Tapi saya lupa kapan; beberapa waktu yang lalu."
"Semua foto itu muncul di Sunday Companion pada hari Minggu sebelum kematian
Mrs. McGinty." Maude memandangnya dengan tajam.
"Dan foto-foto itu ada hubungannya dengan itu" Itulah sebabnya Anda ingin
saya " ?Ia tidak menyelesaikan kalimatnya.
"Ya," kata Hercule Poirot. "Itulah sebabnya."
Ia mengambil sesuatu lagi dari sakunya dan menunjukkannya kepada gadis itu.
Guntingan dari Sunday Companion itu.
"Sebaiknya Anda baca ini," katanya.
Ia membacanya dengan cermat. Kepalanya yang berambut emas berkilau itu menunduk*
mengamati guntingan koran yang tipis itu.
Lalu ia mendongak. "Jadi itulah mereka" Dan setelah membaca ini timbul gagasan di otak Anda?"
"Anda menebak dengan sangat jitu."
"Walaupun begitu saya tidak mehhat " Ia lalu diam sejenak, berpikir. Poirot ?tidak berkata apa-apa. Betapapun puasnya dengan gagasan-gagasannya sendiri, ia
selalu bersedia mendengarkan gagasan orang lain.
"Anda mengira salah satu dari orang-orang ini ada di Broadhinny?"
"Mungkin saja, kan?"
"Tentu. Siapa pun bisa berada di mana pun...." Dilanjutkannya dengan menunjuk
wajah 232 Eva Kane yang tersenyum simpul. "Dia pasti sudah cukup tua sekarang kira-kira
?seumur Mrs. Upward." "Sekitar itulah."
"Apa yang sedang saya pikirkan adalah wanita semacam dia pasti ada orang-orang
?yang menaruh dendam kepadanya."
"Ide yang baik," kata Poirot perlahan-lahan. "Ya, ide yang baik." Ia
menambahkan, "Anda masih ingat kasus Craig?"
"Siapa yang bisa lupa?" kata Maude Williams. "Dia kan dipatungkan di Museum
Madame Tus-saud! Saat itu saya masih anak-anak, tapi ko-ran-koran terus-terusan
menulis tentang dia dan membandingkan kasusnya dengan kasus-kasus lain. Saya
kira kasus ini tak akan pernah bisa dilupakan orang, ya?"
Poirot mengangkat kepalanya dengan sekonyong-konyong.
Ia bertanya-tanya dalam hati mengapa tiba-tiba suara gadis itu membayangkan
kepahitan. 233 17 Karena merasa amat bingung, Mrs. Oliver mencoba duduk mengecilkan tubuh di kamar
ganti teater yang amat sempit itu. Tubuhnya yang besar tak mungkin dikecilkan,
malahan nampak menonjol. Para pemuda dengan sigap menghapus cat muka mereka
dengan handuk, mengerumuninya dan dari waktu ke waktu menawarkan bir hangat ke
padanya. Mrs. Upward, yang keceriaannya sudah pulih kembali, mengantarkan kepergian
mereka dengan gembira. Robin telah begitu telaten mengatur semua kenyamanan
baginya sebelum berangkat, bolak-balik dua kali setelah mereka berada di mobil
untuk meyakinkan bahwa semuanya telah benar-benar beres.
Terakhir ia balik ke mobil dengan senyum lebar.
"Madre baru saja selesai menelepon, si tua jahat itu tetap tak mau memberitahu
siapa yang diteleponnya. Tapi kukira aku tahu."
"Aku juga tahu," kata Mrs. Oliver.
"Well, siapa menurutmu?"
"Hercule Poirot."
234 "Ya, itu dugaanku juga. Dia pasti ingin mengorek-ngorek Poirot: Madre senang
main rahasia-rahasia begitu, ya" Nah, Sayang, tentang lakon malam ini. Sangat
penting bahwa kau nanti dengan jujur bilang padaku apa pendapatmu tentang
Cecil dan apakah dia cocok untuk memerankan untuk Eric. Bahkan sangat tidak cocok. Lakonnya sendiri cukup dinikmatinya, tapi
siksaan "berkeliling setelah nonton'* itulah yang amat mencemaskan hatinya.
Robin, tentu saja, berkiprah dengan hebat. Cecil (Mrs. Oliver menduga itu pasti
Cecil) dibuatnya terpojok di tembok dan ia mengoceh dari barat ke timur. Mrs.
Oliver sangat kurang cocok dengan Cecil dan jauh .lebih suka kepada orang
bernama Michael yang saat itu berbicara padanya dengan ramah. Michael tidak
mengharapkan dia untuk menimpali, malahan Michael nampaknya lebih suka berbicara
sendiri. Lelaki bernama Peter satu dua kali menyela pembicaraan mereka, tapi
secara keseluruhan semuanya merupakan ungkapan kedengkian terselubung Michael.
" Robin terlalu baik," katanya. "Kami terus membujuknya untuk datang nonton
?pementasan ini. Tapi tentunya dia sangat didominasi oleh perempuan tua itu, ya"
Melayaninya ke sana kemari. Dan sungguh Robin itu brilian. Anda
235 setuju" Sangat-sangat brilian. Jangan sampai dia jadi korban ulah perempuan itu.
Perempuan ka dang-kadang payah, ya" Tahukah Anda apa yang dilakukannya terhadap
Alex Roscoff yang malang" Memeliharanya selama hampir setahun, lalu menemukan
bahwa dia ternyata bukan imigran Rusia. Memang dia mengaku berasal usul tinggi,
dan kami semua tahu itu bohong, tapi kenapa harus diributkan" dan ketika
?diketahuinya bahwa dia hanya anak penjahit di East End, dia langsung dibuang.
Maksud saya, saya benci kepada snob begitu, Anda juga" Sebenarnya Alex mesti
bersyukur lepas darinya. Kata Alex kadang-kadang dia sangat
menakutkan barangkali agak tidak waras. Apalagi kalau dia lagi marah! Robin
?sayang, kami sedang membicarakan Madre-mu yang manis. Sayang sekali dia tak bisa
datang malam ini. Tapi kami senang bisa bertemu dengan Mrs. Oliver. Cerita-
cerita pembunulian yang mengasyikkan."
Seorang pria berumur dengan suara bas yang dalam menangkap tangan Mrs. Oliver
dan memegangnya erat-erat.
"Bagaimana saya bisa berterima kasih pada Anda?" ia berkata dengan nada yang
amat melankolis. "Anda telah menyelamatkan hidup saya menyela natkan hidup saya
?berkali-kali." Lalu mereka semua keluar ke udara terbuka dan menyeberang ke Pony's Head di mana
ada 236 banyak minuman dan obrolan tentang seni peran.
Pada saat Mrs. Oliver dan Robin naik mobil untuk pulang, Mrs. Oliver sudah amat
lelah. Ia menyandar ke belakang dan menutup mata. Sebaliknya, Robin berbicara
tanpa berhenti. " dan menurut kau itu bisa jadi gagasan yang baik, kan?" akhirnya ia mengakhiri
?bicaranya. "Apa?" Mrs. Oliver membuka matanya dengan tiba-tiba.
Ia sedang membayangkan rumahnya. Dinding-dinding yang dilapisi gambar burung dan
dedaunan. Meja, mesin tik, kopi hitam, apel di mana-mana... Betapa bahagia, betapa
bahagianya sendirian! Betapa salahnya seorang penulis meninggalkan tempat
perlindungannya. Penulis adalah makhluk pemalu dan kurang pergaulan, yang
mengimbangi kekurangannya itu dengan menciptakan sendiri teman dan percakapan
mereka. "Kukira kau lelah," kata Robin.
"Sebenarnya tidak. Masalahnya aku tidak terlalu pandai bergaul."
"Aku sangat suka pada orang, kau tidak?" kata Robin senang.
"Tidak," kata Mrs. Oliver mantap.
"Ah, mana mungkin" Lihat saja orang-orang dalam buku-bukumu."
237 "Itu lain. Kurasa pohon lebih menyenangkan daripada orang. Lebih tenang."
"Aku membutuhkan orang," kata Robin, menyatakan sesuatu yang memang sudah jelas.
"Mereka membuatku bersemangat"
Ia menghentikan mobil di gerbang Laburnums.
"Masuklah," katanya. "Akan kuparkir mobil ini dulu." ^
Mrs. Oliver keluar dari mobil dengan susah-payah, seperti biasanya, lalu
berjalan di jalan setapak.
"Pintu tidak dikunci," Robin berseru.
Memang benar. Mrs. Oliver mendorongnya, lalu masuk. Tak ada lampu yang menyala,
membuatnya merasa bahwa nyonya rumah kurang ramah. Ataukah untuk alasan
penghematan" Orang-orang kaya sering kali bersikap ekonomis. Tercium aroma
parfum di ruang utama, sesuatu yang eksotik dan mahal. Sejenak Mrs. Oliver ragu
apa ia tidak keliru masuk rumah, lalu ditemukannya tombol lampu dan ditekannya.
Lampu menyala menerangi ruang segi-empat dari balok-balok kayu ek berlangit-
langit rendah itu. Pintu menuju ruang duduk terbuka sedikit dan terlihat sebuah
tungkai. Ternyata Mrs. Ur> ward belum masuk ke kamarnya. Pastilah ia tertidur di
kursi, dan mestinya sudah lama, mengingat lampu belum dinyalakan.
238 Mrs. Oliver menuju ke pintu dan menyalakan lampu ruang duduk itu.
"Kami sudah pulang " ia memulai lalu terhenti.?Tangannya memegang tenggorokannya. Dirasakannya sesuatu yang mencekam di
lehernya, suatu keinginan kuat untuk berteriak yang tak bisa dilakukannya.
Ia malahan berbisik, "Robin Robin.."'
?Agak lama juga baru ia mendengar Robin berjalan di jalan setapak itu sambil
bersiul. Ia berbalik cepat dan lari menyongsong lelaki itu di ruang utama.
"jangan masuk ke situ jangan masuk. Ibumu dia dia meninggal kurasa -dia
? ? ? ? ?dibunuh..."
239 18 "Pekerjaan yang sangat rapi," kata Inspektur Spence.
Wajah pedesaannya yang merah itu nampak marah. Dia memandang Hercule Poirot yang
sedang duduk mendengarkan dengan serius.
"Rapi dan busuk," katanya. "Dia dicekik," dilanjutkannya. "Syal sutera miliknya?sendiri, yang dipakainya hari itu dililitkan di lehernya dan kedua ujungnya
?disilangkan dan ditarik. Rapi, cepat, efisien. Cara itu banyak dilakukan
penjahat di India. Korban tidak sempat melawan atau berteriak pembuluh nadinya
?ditekan." "Memerlukan keahlian khusus?"
"Bisa jadi tapi tak harus. Jika kau mau melakukannya, kau bisa membaca tentang
?itu. Tak akan ada kesulitan pelaksanaan. Terlebih jika korban tidak curiga dan
?dia memang tidak curiga."
Poirot mengangguk. "Seseorang yang sudah dikenalnya."
"Ya. Mereka malahan sempat minum kopi
240 bersama ada cangkir di depannya dan satu lagi di depan tamunya. Sidik jari
?telah dihapus dengan teliti dari cangkir tamu itu, tapi lipstik lebih
sulit masih ada noda lipstik samar-samar."
?'Jadi, seorang wanita?" "Memang kau menduga wanita, kan?" "Oh ya. Ya, nampaknya
begitu." Spence melanjutkan,
"Mrs. Upward mengenali salah satu foto itu foto Lily Gamboll. Jadi ini ada
?hubungannya dengan pembunuhan McGinty."
"Ya," kata Poirot. "Ini berhubungan dengan pembunuhan McGinty."
la teringat air muka Mrs. Upward yang sedikit geli ketika mengatakan,
"Mrs. McGinty sudah mati. Bagaimana matinya" Menjuluikan lehernya seperti aku."
Spence melanjutkan lagi, "Dia menggunakan kesempatan yang dianggapnya baik putranya dan Mrs. Oliver
?sedang pergi nonton drama. Dia menelepon orang itu dan minta dia datang
menjumpainya. Begitukah kira-kira menurut pendapatmu" Dia mencoba menjadi
detektif." "Kira-kira begitu. Rasa ingin tahu. Dia merahasiakan yang diketahuinya, tapi dia
ingin tahu lebih banyak lagi. Sama sekali dia tidak sadar bahwa yang
dilakukannya itu sangat berbahaya." Poirot menarik napas. "Banyak orang
menganggap pembunuhan sebagai permainan. Ini bukan permainan. Aku telah
memperingatkan dia. Tapi dia tak mau percaya."
"Ya, kita tahu itu. Well, nampaknya semua cocok. Ketika Robin muda akan
berangkat bersama Mrs. Oliver dan kembali ke rumah, ibunya baru saja selesai
menelepon seseorang. Dia tak mau mengatakan siapa itu. Main rahasia-rahasiaan.
Robin dan Mrs. Oliver mengira mungkin itu Anda"
"Seandainya saja begitu." kata Hercule Poirot. Kau tak punya perkiraan siapa
yang diteleponnya?" "Sama sekali tidak. Semuanya sudah otomatis di sini."
"Pembantunya tak bisa memberi keterangan apa-apa?"
'Tidak. Dia pulang sekitar setengah sebelas 'f dia punya kunci pintu belakang. ?Dia langsung masuk ke kamarnya yang terletak di sebelah dapur, dan pergi tidur.
Rumah itu gelap dan dia mengira Mrs. Upward sudah tidur dan yang lainnya belum
pulang." Spence menambahkan, "Dia tuli dan juga pemarah. Tidak peduli dengan apa yang terjadi di
sekitarnya nampaknya sedikit sekali bekerja dan lebih banyak mengomel."
?"Bukan pembantu lama yang setia?"
242 "Oh, bukan dia baru dua tahun bekerja pada keluarga Upward."
?Seorang polisi menjulurkan kepalanya dari balik pintu.
"Ada seorang wanita muda ingin bertemu. Pak," katanya.


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Katanya ada sesuatu yang barangkali sebaiknya Anda tahu. Tentang kejadian
semalam." 'Tentang kejadian-semalam" Suruh dia masuk."
Deirdre Henderson masuk. Dia nampak pucat dan tegang dan, seperti biasa, agak
kaku. "Saya pikir barangkali sebaiknya saya datang," katanya. "Semoga saya tidak
mengganggui Anda," dia menambahkan dengan nada minta maaf. -
"Sama sekali tidak, Miss Henderson."
Spence bangkit dan mendorong sebuah kursi. JDia duduk dengan sikap anak sekolah
yang tanggung. "Sesuatu tentang peristiwa semalam?" kata Spence membesarkan hatinya. "TentanTg
Mrs. Upward, maksud Anda?"
"Ya, betulkah dia telah dibunuh" Maksud saya, tukang pos bilang begitu dan juga
tukang roti. Ibu bilang itu tak mungkin benar " dia terhenti.
?"Saya kuatir dalam hal ini ibu Anda keliru. Kabar itu memang benar. Nah, Anda
ingin mengatakan menceritakan sesuatu pada kami?"
?Deirdre mengangguk. 243 "Ya," katanya. "Begini, saya ada di sana semalam."
Sikap Spence berubah. Barangkali ia lebih lembut, tapi tersirat kekerasannya
sebagai seorang polisi. "Anda ada di sana," katanya. "Di Laburnums. Pukul berapa?"
"Saya tak ingat tepatnya," kata Deirdre. "Antara setengah sembilan dan sembilan,
saya kira. Mungkin hampir pukul sembilan. Pokoknya setelah makan malam. Begini,
dia menelepon saya."
"Mrs. Upward menelepon Anda?"
"Ya. Dia bilang Robin dan Mrs. Oliver pergi nonton drama di CuIIenquay^dan bahwa
dia sendirian dan apakah saya mau datang dan minum kopi dengannya."
"Dan Anda datang?"
"Ya." "Dan Anda minum kopi dengannya?"?Deirdre menggelengkan kepala.
"Tidak, saya tiba di sana dan saya mengetuk pintu. Tapi tak ada yang menjawab.
?Jadi saya buka pintunya dan masuk ke ruang utama. Sangat gelap, dan dari luar
kelihatan lampu ruang duduk tak menyala. Saya merasa heran. Saya berseru 'Mrs.
Upward' sekali dua kali, tapi tetap tak ada jawaban. Jadi saya pikir pasti ada
kekeliruan." "Kekeliruan apa yang Anda pikir bisa terjadi?"
'Saya pikir mungkin dia pergi ke teater bersama mereka."
"Tanpa memberi tahu Anda?"
"Memang aneh juga kalau begitu." .
"Anda tak memikirkan kemungkinan lain?"
"Well, saya pikir mungkin Frieda salah menyampaikan pesan. Memang kadang-kadang
dia keliru. Dia orang asing. Dan dia sedang tidak tenang semalam sebab dia mau
pergi." "Apa yang kemudian Anda lakukan. Miss Henderson."
'Saya pergi saja dari situ." . "Pulang ke rumah?"
"Ya tapi saya jalan-jalan sebentar. Cuaca cu-. kup cerah." Spence terdiam
?beberapa saat, memandangnya. Dia sedang mengamati, Poirot tahu, mulut gadis itu.
Akhirnya ia berkata dengan lincah, . "Well, terima kasih. Miss Henderson.
Tindakan Anda menghubungi kami tepat sekali. Kami amat senang."
Ia berdiri dan menjabat tangan gadis itu.
"Saya pikir saya harus," kata Deirdre, "walaupun Ibu tak setuju."
"Oh ya?" 'Tapi menurut saya lebih baik begini."
"Benar sekali." . Spence mengantarnya keluar, lalu kembali lagi -
Dia duduk, mengetuk-ngetuk meja dan melihat ke arah Poirot.
245 244 'Tak pakai lipstik," katanya. "Ataukah hanya pagi ini?" 'Tidak, bukan bukan
hanya pagi ini. Dia tak pernah memakainya."
"Aneh untuk masa kini, kan?"
"Memang dia gadis yang agak aneh tidak berkembang."?'Tak ada parfum juga, sejauh yang bisa saya cium. Mrs. Oliver bilang, jelas ada
bau parfum parfum mahal, katanya di rumah itu tadi malam. Robin Upward
? ?membenarkan hal itu. Bukan parfum yang biasa dipakai ibunya."
"Gadis ini tidak suka memakai parfum, saya rasa," kata Poirot.
"Saya kira juga begitu," kata Spence. "Mirip kapten tim hockey sekolah khusus
gadis-gadis tapi dia pasti sudah tiga puluh, kukira."
?"Betul." "Pertumbuhan yang terhambat, kau setuju?"
Poirot berpikir. Lalu dia berkata bahwa masalahnya tidak sesederhana itu.
'Tidak cocok," kata Spence mengerutkan dahi. 'Tak ada lipstik dan tak ada
parfum. Dia punya ibu yang teramat baik, padahal ibu Lily Gamboll terbunuh dalam
kericuhan akibat mabuk di Cardiff ketika Lily Gamboll berumur sembilan tahun.
Jadi tak mungkin dia Lily Gamboll. Tapi Mrs. Upward meneleponnya untuk datang
?ke sana tadi malam fakta itu tak bisa diabaikan." Dia menggaruk hidungnya.
?"Kasusnya jadi tak mulus."
"Bagaimana dengan bukti-bukti medis?"
246 'Tak banyak membantu. Yang bisa dikatakan dokter bedah polisi dengan pasti
hanyalah bahwa dia mungkin meninggal sebelum pukul setengah sepuluh."
"Jadi dia mungkin sudah mati ketika Deirdre Henderson tiba di Laburnums?"
"Mungkin saja begitu, jika gadis tadi tak berbohong. Mungkin dia memang
menceritakan yang sebenarnya. Ibu tidak ingin dia menghubungi kita, katanya. Ada
sesuatu yang terkandung di situ?"
Poirot berpikir. "Saya kira tidak. Ibunya pasti akan bilang begitu. Dia tipe orang yang lebih
suka menghindari situasi yang tidak enak."
Spence menarik napas. "Jadi ada Deirdre Henderson di tempat kejadian. Atau orang lain datang lebih
?dulu dari dia. Seorang wanita. Wanita yang memakai lipstik dan parfum yang
mahal." Poirot menggumam, "Anda sebaiknya menyelidiki "
?Spence menyela. "Saya sedang menyelidiki! Harus hati-hati sekarang. Kita tak ingin membuat semua
orang ketakutan. Apa yang dilakukan Eve Carpenter tadi malam" Apa yang dilakukan
Shelagh Rendell" Kemungkinan besar mereka duduk-duduk saja di rumah. Carpenter,
aku tahu, mengadakan pertemuan politik."
"Eve," Poirot merenung. "Mode nama juga berubah kan" Zaman sekarang hampir tak
pernah terdengar nama Eva. Sudah lenyap. Tapi Eve sekarang populer."
"Dia sanggup membeli parfum mahal," Spence juga merenung. Ia, menarik napas.
"Kita harus menyelidiki masa lalunya. Mudah sekali untuk mengaku sebagai janda
perang. Dia bisa muncul di mana saja dengan wajah memelas dan menangisi sang
pilot yang tewas. Tak ada yang tega bertanya."
Ia lalu beralih ke topik lain.
"Palu gula, atau apa itu namanya, yang kau-kirim kukira dugaanmu tepat sekali. ?Itu memang senjata yang dipakai dalam pembunuhan McGinty. Dokter setuju bahwa
alat itu cocok benar dengan jenis luka yang dihasilkannya. Dan pernah ada darah
di situ. Telah dicuci, tentu saja tapi orang tidak tahu bahwa sekarang setetes
?darah pun bisa bereaksi dengan reagen mutakhir. Ya, itu jelas darah manusia. Dan
sekali lagi itu ada hubungannya dengan Wetherby dan gadis Henderson. Atau
tidak?" "Deirdre Henderson cukup yakin bahwa palu gula itu dijual waktu Festival Panen."
"Dan Mrs. Summerhayes merasa pasti bahwa "Itu dijual pada hari Natal?"
"Mrs. Summerhayes tidak pernah pasti tentang apa pun," kata Poirot dengan
murung.. 248 "Dia orang yang menawan, tapi dia tak punya aturan atau metode dalam cara
berpikirnya. Tapi aku bisa bilang begini aku yang tinggal di Long
?Meadows pintu-pintu dan jendela-jendela, selalu saja terbuka. Siapa pun bisa
?datang dan mengambil sesuatu, lalu datang lagi dan mengembalikannya, dan baik
Mayor Summerhayes maupun Mrs. Summerhayes tak akan tahu. Jika barang itu tak ada
di tempatnya pada suatu hari, dia akan mengira suaminyalah yang telah
mengambilnya untuk memotong kelinci atau membelah kayu, sebaliknya sang suami
akan mengira bahwa istrinya memakainya untuk mencincang makanan anjing. Di rumah
itu tak ada orang yang menggunakan alat dengan semestinya mereka sambar yang
?dekat situ lalu meletakkannya sembarangan saja. Dan tak ada yang ingat apa-apa.
Seandainya aku harus hidup seperti itu pasti aku akan terus-menerus dirundung
rasa tegang tapi mereka mereka rupanya tidak merasa terganggu."
? ?Spence menarik napas. "Yah ada satu hal yang menguntungkan dalam hal ini mereka tidak akan
? ?melaksanakan hukuman James Bentley sampai semua urusan menjadi jelas. Kami telah
mengirim surat ke kantor Sekretaris Negara. Akhirnya kita peroleh" apa yang
selama ini kita inginkan waktu."
?m "Aku kira," kata Poirot, "aku ingin ketemu e lagi dengan Bentley kini setelah
?kita punya beberapa fakta lagi.iu-"-
James Bentley tak berubah banyak. Barangkali dia sekarang lebih kurus sedikit,
tangannya nampak lebih gelisah selain itu dia tetap sama makhluk pendiam yang
? ?tak berdaya. Hercule Poirot berbicara dengan hati-hati. Telah ditemukan bukti-bukti baru.
Polisi telah membuka kembali kasus ini. Jadi masih ada harapan....
Tapi James Bentley rupanya tidak tertarik pada harapan. Katanya
"Percuma saja semua itu. Apa lagi yang bisa ditemukan?"
"Teman-teman Anda," kata Hercule Poirot, "sedang bekerja keras."
'Teman-teman saya?" Dia mengangkat bahunya. "Saya tak punya teman."
"Jangan bilang begitu. Anda paling sedikit punya dua teman."
"Dua teman" Saya ingin tahu siapa mereka."
Nada suaranya tidak mengungkapkan keinginan akan pemberitahuan, cuma rasa tak
percaya dari jiwa yang lelah.
"Pertama, Inspektur Spence "?"Spence" Spence" Inspektur yang memojokkan saya dalam kasus ini" Benar-benar
lucu." "Sama sekali tidak. Itu namanya beruntung. Spence perwira polisi yang teliti dan
bertang - 250 gung-jawab. Dia ingin yakin bahwa dia telah menangkap orang yang benar
bersalah." "Dia cukup yakin akan hal itu."
"Anehnya, tidak demikian. Karena itulah, kataku tadi, dia teman Anda."
"Teman macam begitu!"
Hercule Poirot menunggu" James Bentley sekalipun, pikirnya, pasti masih punya
sifat-sifat kemanusiaan. Ia tak mungkin sama sekali tak punya rasa ingin tahu.
Dan benar saja, akhirnya James Bentley berkata, '.
"Well, siapa yang satunya lagi?"
"Maude Williams."
Bentley tak nampak bereaksi.
"Maude Williams" Siapa dia?"
"Dia bekerja di kantor Breather & Scuttle."
"Oh Miss Williams itu."
?"Tepat, Miss Williams."
'Tapi apa hubungannya dengan dia?"
Ada saat-saat di mana Poirot merasa kepribadian James Bentley begitu tak menarik
sehingga ia sungguh berharap bisa percaya bahwa Bentley memang bersalah dalam
kasus McGinty ini. Sayangnya, makin banyak Bentley menjengkelkan dirinya makin
dekat ia pada pemikiran Spence. Makin sulit baginya membayangkan Bentley
membunuh orang. Poirot yakin bahwa orang seperti Bentley akan menganggap
pembunuhan sebagai sesuatu yang sia-sia. Jika kesombongan, seperti kata Spence,
merupakan ciri 251 seorang pembunuh, maka Bentley pastilah bukan pembunuh.
Berusaha lebih sabar, Poirot lalu berkata, "Miss Williams melibatkan dirinya
sendiri dalam kasus ini. Dia yakin bahwa Anda tidak bersalah "
"Saya tidak mengerti bagaimana dia bisa tahu itu."
"Dia kenal Anda.1' James Bentley mengedipkan mata. Dia berkata dengan terpaksa,
"Saya kira begitu, tapi tidak terlalu mendalam."
"Kalian bekerja di kantor yang sama, kan" Kadang-kadang kalian makan bersama?"
"Well ya sekali dua kali. Kafe Blue Cat, sangat mudah dicapai pas di seberang? ? ?jalan."
"Pernahkah. Anda pergi jalan-jalan dengan dia?"
"Sebenarnya pernah, sekali. Kami berjalan-jalan di kota."
Hercule Poirot meledak. "Ma foi, apakah salah jika saya bertanya tentang ini" Berteman dengan seorang
gadis manis, apakah itu tidak wajar" Apakah itu tidak menyenangkan" Tak bisakah
Anda merasa senang?"
"Kenapa saya harus senang?" kata James Bentley.
"Orang seumur Anda boleh dan wajar jika senang berteman dengan gadis-gadis."
252 "Saya tak kenal banyak gadis."
"Astaga! Anda mestinya malu akan hal itu, bukannya malah bangga! Anda kenal Miss
Williams. Anda satu kantor dan sering berbicara dengannya, kadang-kadang makan
bersama dan sekali berjalan-jalan ke kota. Dan ketika saya menyebut dia, Anda
bahkan tidak ingat namanya!"
Wajah James Bentley memerah.
"Well, begitulah saya memang jarang bergaul dengan gadis-gadis. Dan dia bukan
?seorang yang bisa disebut lady, kan" Oh, dia sangat baik, tapi saya pikir Ibu
akan menganggapnya rendahan."
"Pendapat Anda-lah yang penting."
Wajah James Bentley sekali lagi memerah.
"Rambutnya itu," katanya. "Dan pakaian yang dikenakannya Ibu saya agak kuno "
? ?Ia tak dapat melanjutkan.
'Tapi Anda menganggap Miss Williams itu apa ya simpatik?"
? ?"Dia selalu ramah," kata James Bentley perlahan-lahan. "Tapi dia tidak sungguh-
sungguh mengerti. Ibunya meninggal ketika dia masih kecil."
"Lalu Anda kena PHK," kata Poirot. "Anda tak bisa memperoleh pekerjaan lain. M%s
Williams pernah sekali bertemu dengan Anda di Broadhinny, kan?"
James Bentley nampak cemas ya ya dia datang kesana untuk urusan
bisnis dan melalui kartu pos meminta saya menemuinya. Saya tak tahu mengapa.
Saya kan belum kenal benar dengannya."
'Tapi Anda menemui dia?"
"Ya. Saya tak mau bersikap kasar."
"Dan Anda mengajaknya nonton bioskop atau makan?"
James Bentley seperti disengat lebah.
"Oh, tidak. Tak ada yang seperti itu. Kami er cuma bicara selagi dia menunggu? ?bis."
"Ah, pastilah gadis yang malang itu sangat senang!"
James Bentley berkata dengan tajam,
'Saya tak punya uang. Anda harus ingat itu. Saya tak punya uang sama sekali."
'Tentu saja. Itu beberapa hari sebelum Mrs. McGinty terbunuh, kan?"
James Bentley mengangguk. Tanpa diduga ia berkata,
"Ya, hari Senin. Dia terbunuh pada hari Rabu."
"Ada hal yang lain yang ingin saya tanyakan, Mr. Bentley. Mrs. McGinty
berlangganan Sunday Companion?"
"Ya." "Pernahkah Anda membaca koran itu?"
"Kadang-kadang ditawarkannya pada saya, tapi jarang saya terima. Ibu tidak
begitu suka koran seperti itu."
"Jadi Anda tidak membaca Sunday Companion yang terbit minggu itu?"
254 'Tidak." "Dan Mrs. McGinty tidak berbicara tentang itu, atau tentang sesuatu yang dimuat
di dalamnya?" "Oh ya, benar," kata James Bentley tak terduga. "Dia sangat menggebu-gebu!"
"Ah la la. Jadi dia; menggebu-gebu. Apa yang dikatakannya" Hati-hati. Ini
penting." "Saya tidak ingat dengan jelas sekarang. Tentang kasus pembunuhan zaman dulu.
Craig, saya pikir bukan, mungkin bukan Craig. Pokoknya dia bilang, orang yang
?ada hubungan dengan kasus ini sekarang tinggal Di Broadhinny. Dia sangat
menggebu-gebu. Saya tak mengerti mengapa itu jadi soal baginya."
"Apa dia bilang siapa orangnya yang di Broadhinny itu?"
?James Bentley berkata dengan kabur,
"Saya kira wanita yang putranya menulis drama itu."
"Dia menyebutkan namanya?"
"Tidak saya sudah lama benar sih "
? ? ?"Saya mohon coba ingat-ingat. Anda ingin bebas, kan?"


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?"Bebas?" Bentley nampak terkejut.
"Ya, bebas." "Saya ya saya rasa mau "
? ? ?"Kalau begitu pikirkan!- Apa yang dikatakan Mrs. McGinty?"
"Hm kalau tak salah 'begitu puas diri dan begitu bangga. Tak ada lagi yang ? ?bisa dibang -
255 gakan jika semua nanti ketahuan/ Dan bahwa kita tak pernah menyangka dia adalah
orang yang ada di foto itu. Tapi memang foto itu telah lama sekali."
'Tapi apa yang membuat Anda yakin bahwa yang dimaksudkannya adalah Mrs. Upward?"
"Entahlah... Saya mendapat kesan bahwa dia membicarakan Mrs. Upward tapi saya
?lalu kehilangan minat dan tidak mendengarkan dan setelah itu well, kalau
?dipikir-pikifc saya tak ^ahu persis siapa yang diceritakannya. Dia memang suka
ngoceh." Poirot menarik napas. <
Ia berkata, "Menurut saya bukan Mrs. Upward yang dibicarakannya. Saya kira orang
lain. Akan sangat tak masuk akal jika nanti Anda digantung hanya karena Anda
tidak cukup memperhatikan lawan bicara Anda.... Apakah Mrs. McGinty banyak
berbicara dengan Anda tentang rumah-rumah di mana dia bekerja, atau tentang
nyonya-nyonya rumahnya?"
"Kurang lebih begitu tapi percuma menanyai saya. Anda rupanya tidak menyadari,
?M. "Poirot, bahwa saat itu saya sedang memikirkan hidup saya sendiri. Saya
sedang sangat terpojok."
'Tidak begitu terpojok seperti sekarang! Apa Mrs. McGinty berbicara tentang Mrs.
Carpenter waktu itu namanya Mrs. Selkirk atau tentang Mrs. Rendell?"
? ?"Carpenter yang punya rumah baru di pun -
256 cak bukit dan mobil besar itu" Dia bertunangan dengan Mrs. Selkirk Mrs. McGinty
?selalu, menjelek-jelekkan Mrs. Carpenter. Saya tak tahu kenapa. 'Ngelunjak/ itu
yang selalu disebutnya tentang dia. Saya tak tahu apa maksudnya."
"Dan keluarga Rendell?"
"Dokter itu, kan" Saya tak ingat dia menyebutkan sesuatu yang khusus tentang
mereka." . "Dan keluarga Wetherby?"
"Saya ingat apa yang dikatakannya tentang mereka." James Bentley nampak puas
dengan dirinya sendiri. "Dia tidak sabar menghadapi nyonya yang rewel dan suka
macam-macam itu. Dan tentang tuannya, 'Tak pernah satu kata pun, baik atau
buruk, keluar dari mulutnya.'" Dia terdiam sejenak. "Dia bilang rumah tangga itu
tidak bahagia." Hercule Poirot mendongak. Sesaat suara James Bentley mengandung sesuatu yang tak
pernah terdengar sebelumnya. Ia tidak cuma mengulang begitu saja apa yang bisa
diingatnya. Pikirannya, untuk sekejap, telah keluar dari sikap apatisnya. James
Bentley sedang berpikir tentang Hunter's Close, tentang kehidupan yang
berlangsung di situ, tentang apakah itu rumah tangga yang bahagia atau tidak.
James Bentley sedang berpikir secara objfktif.
Poirot berkata pelan, "Anda kenal mereka" Ibunya" Ayahnya" Putrinya?"
"Sebenarnya tidak. Anjingnya itu. Seekor Se-
.237 alyham. Kakinya terperangkap. Dia tak bisa mengeluarkannya. Saya membantunya."
Lagi-lagi ada sesuatu yang baru dalam suara Bentley. "Saya membantunya," katanya
tadi, dan dalam kata-kata itu terkandung samar-samar rasa bangga.
Poirot ingat yang dikatakan Mrs. Oliver kepadanya tentang pembicaraannya dengan
Deirdre Henderson. Dia berkata lembut, "Anda berbicara dengan dia?"
"Ya. Dia- ibunya sangat menderita, katanya. Dia sangat sayang pada ibunya."?"Dan Anda ceritakan padanya tentang ibu Anda?"
"Ya," kata James Bentley singkat.
Poirot diam. Dia menunggu.
"Hidup ini sungguh kejam," kata James Bentley. "Sangat tidak adil. Ada orang
yang sama sekali tidak pernah merasakan kebahagiaan."
"Bisa terjadi memang," kata Hercule Poirot.
"Saya kira dia juga tidak bahagia. Miss Wetherby."
"Henderson." "Oh ya. Dia bilang dia punya ayah tiri."
"Deirdre Henderson," kata Poirot. "Deirdre yang menderita. Nama yang-
cantik tapi orangnya tidak, ya?"
?James Bentley nampak malu.
"Menurut saya" katanya," sebenarnya, dia cukup cantik "
?258 "Sekarang kaudengarkan aku," kata Mrs. Sweetiman.
Edna mendengus. Ia sudah cukup lama mendengarkan Mrs. Sweetiman. Pembicaraan
yang payah dan berputar-putar. Mrs. Sweetiman berkali-kali mengucapkan hal yang
sama, hanya sedikit mengubah susunan katanya saja. Edna mendengus dan kadang-
kadang terisak dan mengulang-ulang dua hal selama pembicaraan itu: pertama, dia
tak akan pernah bisa melakukan itu! Kedua, ayahnya akan mengulitinya hidup-
hidup, pasti. "MungRn begitu," kata Mrs. Sweetiman, "tapi pembunuhan adalah pembunuhan, dan
apa yang kaulihat tetap saja kaulihat, dan kau tak bisa terhindar dari fakta
itu." Edna mendengus. "Dan yang harus kaulakukan "
?Mrs. Sweetiman terputus bicaranya dan menemui Mrs. Wetherby yang baru saja
datang untuk membeli beberapa jarum rajut dan satu ons wol.
259 "Sudah lama Anda tidak kelihatan, m'am" kata Mrs. Sweetiman dengan ceria.
"Memang, saya agak kurang sehat belakangan ini," kata Mrs. Wetherby. "Jantung
saya..." Ia menarik napas dalam-dalam. "Saya harus banyak berbaring."
"Saya dengar Anda akhirnya mendapat pembantu," kata Mrs. Sweetiman. "Anda perlu
jarum berwarna gelap untuk wol seterang ini."
"Ya. Nampaknya lumayan sejauh ini, dan masakannya enak, tapi perilakunya! Dan
cara dandannya! Rambutnya dicat dan memakai rompi ketat yang sangat tidak
pantas." "Ah," kata Mrs. Sweetiman. "Zaman sekarang gadis-gadis tidak cukup terlatih
untuk melayani. Ibu saya, dia mulai pada umur tiga belas dan dia bangun pukul
lima kurang seperempat tiap pagi. Dia jadi kepala pembantu akhirnya, membawahi
tiga pembantu lain. Dan dia melatih mereka dengan baik juga. Tapi sekarang sudah
tak ada lagi yang seperti itu. Gadis-gadis tidak dilatih sekarang mereka hanya ?dididik saja, seperti Edna."
Kedua wanita itu melihat ke arah Edna, yang bersandar di counter kantor pos,
mendengus dan mengunyah permen pedas, dan kelihatan acuh dan kosong. Kalau untuk
contoh hasil pendidikan, ia malah memalukan
"Sangat mengerikan apa yang terjadi pada Mrs. Upward, ya?" Mrs. Sweetiman
melanjutkan perbincangannya, sementara Mrs. Wetherby menyeleksi beraneka warna jarum.
"Menakutkan," kata Mrs. Wetherby. "Orang di rumah hampir-hampir tidak berani
menyampaikannya pada saya. Ketika disampaikan juga, jantung saya berdebar keras.
Saya memang sangat perasa."
"Kita semua memang terkejut," kata Mrs. Sweetiman, "Akan halnya Mr. Upward muda itu, dia benar-benar parah. Penulis wanita itu terpaksa mengurusnya,
sampai dokter datang dan memberinya obat penenang atau apa. Sekarang dia
menginap di Long Meadows karena tak sanggup tinggal di cottage itu dan saya ?tidak menyalahkan dia. Janet Groom pulang ke rumah keponakannya dan polisi telah
mengambil kunci rumah. Wanita yang menulis cerita pembunuhan itu telah kembali
ke London, tapi dia akan datang lagi untuk pemeriksaan."
Mrs. Sweetiman menceritakan semua ini dengan senang hati. Ia bangga karena
selalu tahu semua. Mrs. Wetherby, yang keinginannya untuk membeli jarum rajut
mungkin timbul karena mau tahu apa yang terjadi, lalu membayar barang-barang
yang dibelinya. "Sangat tidak mengenakkan," katanya. "Desa ini jadi teramat berbahaya. Pasti ada
maniak yang berkeliaran. Jika saya berpikir bahwa putri tersayang saya sendiri
berada di luar rumah malam itu, bahwa dia sendiri mungkin saja diserang,
barangkali dibunuh." Mrs. Wetherby
261 menutup matanya dan bergoyang di atas kakinya. Mrs. Sweetiman mengamatinya
dengan penuh minat, tapi tanpa rasa kuatir. Mrs. Wetherby lalu membuka matanya
lagi dan berkata dengan berwibawa,
'Tempat ini seharusnya dironda: Tak boleh ada anak muda berkeliaran di malam
hari. Dan semua pintu harus dikunci dan dipalang. Tahukah Anda bahwa di Long
Meadows, Mrs. Summerhayes tak pernah mengunci pintu satu pun. Bahkan di malam
hari. Selalu dibiarkannya pintu belakang dan jendela kamar tamu terbuka supaya
anjing dan kucing bisa keluar-masuk. Menurut saya itu sungguh gila, tapi dia
bilang sejak dulu mereka begitu dan bahwa jika maling ingin masuk toh tetap saja
bisa." "Dipikirnya tak ada barang berharga di Long Meadows yang akan menarik minat
maling," kata Mrs. Sweetiman.
Mrs. Wetherby menggelengkan kepala dengan sedih dan pergi membawa barang-barang
yang dibelinya. Mrs. Sweetiman dan Edna lalu melanjutkan perdebatan mereka.
'Tak baik menentukan sendiri apa yang terbaik," kata Mrs. Sweetiman. "Yang benar
ya benar dan pembunuhan ya pembunuhan. Katakan yang sebenarnya dan lawanlah
kejahatan. Menurutku harus begitu."
"Ayah akan mengulitiku hidup-hidup, pasti," kata Edna.
262 "Aku akan bicara dengan ayahmu," kata Mrs. Sweetiman.
"Aku tak akan pernah bisa," kata Edna.
"Mrs. Upward mati," kata Mrs. Sweetiman. "Dan kau melihat sesuatu yang tak
diketahui polisi. Kau bekerja di kantor pos, kan" Kau ini pegawai negeri. Kau
harus melakukan kewajibanmu. Kau harus menemui Bert Hayling "
?Isak tangis Edna meledak lagi.
"Jangan Bert, aku tak bisa. Bagaimana aku bisa menemui Bert" Semua akan tersiar
dengan cepat." Mrs. Sweetiman berkata dengan agak ragu, "Masih ada orang asing itu " "Jangan
?orang asing, aku tak bisa. Jangan orang asing."
"Barangkali kau benar."
Sebuah mobil berhenti di luar kantor pos dengan bunyi rem yang bergerit.
Wajah Mrs. Sweetiman menjadi cerah.
"Itu Mayor Summerhayes, ya benar. Ceritakan, semua kepadanya dan dia akan
menasihatimu mengenai apa yang harus kaulakukan."
"Aku tak bisa," kata Edna, tapi kali ini dia terdengar kurang mantap.
Johnnie Summerhayes masuk ke dalam kantor pos, terhuyung-huyung membawa tiga
kotak besar. "Selamat pagi, Mrs. Sweetiman," dia berkata dengan riang. "Mudah-mudahan ini
tidak kelebihan beratnya?"
263 Mrs. Sweetiman mengurus paket itu dengan tangkas. Ketika Summerhayes sedang
menjilat prangkonya, ia berkata.
"Maafkan saya, sir. Saya ingin minta nasihat Anda."
"Ya, Mrs. Sweetiman?"
"Karena kami tahu Anda sudah lama di sini, sir, dan pasti tahu apa yang
sebaiknya dilakukan."
Summerhayes mengangguk. Ia selalu saja terharu melihat sikap feodal pedesaan
Inggris yang masih kuat. Warga desa sebenarnya tidak begitu mengenalnya secara
pribadi, tapi karena ayahnya dan kakeknya dan leluhur-leluhurnya sejak dulu
tinggal di Long Meadows, mereka menganggap wajar jika ia menasihati dan
mengarahkan mereka jika diminta
"Ini tentang Edna," kata Mrs. Sweetiman.
Edna mendengus. Johnnie Summerhayes memandang Edna dengan ragu. Pikirnya, belum pernah ia
melihat gadis yang lebih tidak menarik daripada gadis ini. Persis seperti
kelinci yang dikuliti. Nampaknya bodoh juga. Tidak mungkin gadis seperti ini
bisa mengalami apa yang disebut "kecelakaan." Tidak, Mrs. Sweetiman tidak akan
meminta nasihatnya jika itu yang terjadi.
"Well, katanya dengan ramah, "ada kesulitan apa?"
'Tentang pembunuhan itu, sir. Pada malam
264 terjadinya pembunuhan itu, Edna melihat sesuatu."
Pendekar Lembah Naga 32 Pendekar Rajawali Sakti 18 Darah Pendekar Tujuh Pedang Tiga Ruyung 8
^