Pencarian

Pena Beracun 3

Pena Beracun The Moving Finger Karya Agatha Christie Bagian 3


kegiatan pesta kebun dan pasar amal.
Dengan demikian wajarlah kalau kemudian perca"kapan kami mengarah kepada Nyonya
Dane Calthrop. Wajah Nona Barton tampak menegang sebentar.
"Tahukah Anda, Nak," katanya, "dia itu wanita yang sangat aneh. Terutama apa
yang kadangkadang dikatakannya."
Kutanyakan apa itu. "Ah, saya pun tak tahu. Hal-hal yang sama sekali ^ tak terduga. Dan cara dia
memandangi kita, seolaholah kita tidak berada di situ melainkan orang
lain mungkin cara saya menyatakannya kurang baik, soalnya sulit sekali
?menyampaikan kesan yang saya maksud. Lalu dia tak mau
?yah, sama sekali tak mau campur tangan. Banyak sekali kasus di mana seorang
istri pendeta sebenarnya bisa-memberi nasihat, dan bahkan mungkin memberi
?teguran. Menyelamatkan orangorang, dan menyuruh mereka memperbaiki kesalahan-
kesalahan mereka, karena orang pasti mau mendengar katakatanya. Saya yakin 9
akan hal itu, karenasemua orang takut padanya.
Tapi dia tetap saja menjauhkan diri dan menjaga jarak, dan punya kebiasaan aneh,
yaitu mengasihani orang yang sama sekali tak pantas dikasihani."
"Itu menarik," kataku, sambil bertukar pandang"an dengan Joanna.
"Tapi bagaimanapun juga, dia adalah seorang wanita yang sangat berbudi. Sebelum
menikah dia bernama Nona Farroway dari Bellpath, suatu % keluarga terkemuka.
Tapi saya rasa, keluargakeluarga tua itu memang agak aneh. Dia sangat mencintai
suaminya, seorang pria cerdas yang menurut saya kecerdasannya terbuang percuma ?di lingkungan pedesaan ini. Dia seorang pria yang baik
I' dan sangat tulus, tapi kegemarannya mengutip katakata Latin agak membingungkan."
"Dengar, dengar," kataku dengan bersemangat.
"Jerry telah mendapat pendidikan di sekolah umum yang mahal, jadi dia tak tahu
bahasa Latin," kata Joanna. Pernyataan itu membuat Nona Barton mengganti topik pembicaraan.
"Ibu guru di sini adalah seorang wanita muda yang sangat tidak menyenangkan,"
katanya. "Saya rasa dia beraliran Merah." Direndahkannya suaranya waktu
mengucapkan kata 'Merah' itu.
Kemudian, ketika kami berjalan pulang mendaki bukit, Joanna berkata, "Dia cukup
manis." Waktu makan malam, Joanna berkata pada Partrid"ge, bahwa ia berharap acara minum
tehnya petang itu menyenangkan.
Wajah Partridge memerah dan menjadi lebih kaku.
"Terima kasih, Nona, tapi Agncs sama sekali tidak datang."
"Oh, sayang sekali."
"Bagi saya sendiri hal itu tak apa-apa," kata Partridge.
Rasa tak senangnya demikian besarnya, hingga dia ingin mencurahkannya pada kami.
"Bukan saya yang punya gagasan untuk mengun"dangnya! Dia sendiri yang menelepon,
mengatakan bahwa ada sesuatu yang dipikirkannya dan bertanya apakah dia boleh
datang, karena hari ini adalah hari liburnya. Dan saya mengatakan boleh, karena
Anda telah memberi izin. Dan setelah itu suara maupun bayangannya tak muncul.
Dan dia sama sekali tidak mengirim permintaan maaf. Saya rasa besok pagi saya
akan menerima kartu pos darinya. Gadis-gadis zaman sekarang tak tahu aturan tak
?mengerti bagaimana dia harus berkelakuan."
Joanna mencoba untuk mengobati perasaan Partridge yang terluka.
"Mungkin tiba-tiba dia merasa tak sehat. Tidakkah kau meneleponnya untuk
bertanya?" Partridge berdiri lebih tegak lagi.
"Tidak, Nona. Tidak akan. Kalau Agnes suka berkelakuan tak sopan, itu urusan
dia, tapi kalau kami bertemu nanti, akan saya nasihati dia."
Partridge keluar dari kamar makan dalam keadaan masih kaku karena sangat marah,
sedangkan aku dan Joanna tertawa.
"Mungkin persoalannya adalah seperti yang termuat dalam 'Nasihat Bibi Nancy',"
kataku. "Dengan pertanyaan, 'Pacar saya bersikap dingin sekali terhadap saya, apa yang
harus saya perbuat"' Karena tak punya Bibi Nancy, maka Partridge-lah yang akan
dimintai nasihat, tapi kemudian kedua merpati itu telah berdamai kembali. Dan
kurasa pada saat ini, Agnes dan pacarnya itu merupakan salah satu pasangan yang
diam-diam berpelukan mesra seperti yang sering kita pergoki di balik pagar
taman. Kita sendiri yang malu dibuatnya, tapi mereka sama sekali tak malu
ketahuan oleh kita."
Joanna tertawa dan berkata bahwa dia pun membayangkan keadaan yang demikian
pula. Kami lalu bercakapcakap tenung suratsurat kaleng itu, dan ingin tahu kemajuan
apa yang telah dicapai oleh Nash dan Graves yang mclankolik itu.
"Sekarang tepat seminggu sudah," kata Joanna, "sejak Nyonya Symmington bunuh
diri. Kurasa mereka sekarang pasti sudah mencapai suatu kemajuan. Menemukan
sidik jari, atau tulisan tangan, atau sesuatu yang lain."
Aku menjawabnya dengan linglung. Di bawah alam sadarku, timbul semacam rasa
resah yang aneh. Hal itu berkaitan dengan katakata yang telah diucapkan Joanna,
'tepat seminggu sudah'. Kurasa seharusnya aku sudah lebih dahulu menghubung-hubungkan beberapa
peristiwa. Mungkin, tanpa kusadari, pikiranku sudah merasa curiga.
Pokoknya kecurigaanku sudah mulai menggelitik. Keresahanku sudah timbul dan ?makin memuncak.
Joanna tiba-tiba melihat bahwa aku tidak mende"ngarkan kisahnya yang bersemangat
mengenai suatu pertemuan di desa.
"Ada apa, Jerry?"
Aku tidak menyahut, karena pikiranku sedang sibuk menggabung-gabungkan beberapa
peristiwa. Peristiwa bunuh diri Nyonya Symmington.... Dia seorang diri di rumah petang itu....
Seorang diri di rumah karena para pelayan sedang keluar semua.... Tepat seminggu
yang lalu.... "jerry, apa..."
Aku memotong bicaranya. "Joanna, pelayan-pelayan mendapat hari libur sekali seminggu, bukan?"
"Ya, dan pada hari Minggu, dua minggu sekali," kata Joanna. "Ada apa..."
"Jangan bicarakan hari Minggu. Apakah mereka selalu keluar pada hari yang sama
setiap minggu?" "Ya, begitu kebiasaannya."
Joanna menatapku dengan pandangan menyelidik, la tak bisa menangkap jalan
pikiranku. Aku menyeberangi kamar lalu membunyikan bel. Partridge datang.
"Apakah Agnes Woddell itu bekerja?" tanyaku.
"Ya, Tuan. Di rumah Nyonya Symmington. Sekarang tentu saya harus mengatakan di
rumah Tuan Symmington."
Aku menarik napas dalam-dalam. Aku melihat ke jam. Waktu itu pukul setengah
sebelas. "Apakah menurutmu dia sudah kembali seka rang"
Partridge memandang tak senang.
"Ya, Tuan. Para pelayan harus sudah masuk sebelum pukul sepuluh di sana. Mereka
memakai cara lama." "Aku akan menelepon," kataku.
Aku keluar ke lorong rumah. Joanna dan Partridge menyusulku. Partridge jelas
marah sekali. Joanna tak mengerti. Waktu aku sedang mencoba mencari nomornya, dia bertanya,
"Apa yang akan kaulakukan, Jerry?"
"Aku ingin mendapat kepastian bahwa gadis itu sudah kembali dengan selamat."
Partridge mendengus. Hanya mendengus saja, tak lebih. Tapi aku tak mempedulikan
dengusandengusan Partridge.
Elsie Holland yang menerima telepon di ujung sana.
"Maafkan saya menelepon Anda," kataku. "Di sini Jerry Burton. Apakah pelayan ?Anda yang bernama Agnes sudah kembali?"
?Setelah katakata itu terucapkan, barulah tiba-tiba aku merasa bodoh. Karena bila
gadis itu sudah kembali dengan selamat, bagaimana aku akan menjelaskan alasanku
menelepon dan bertanya tentang dia" Sebenarnya akan lebih baik bila Joanna yang
kusuruh bertanya, meskipun itu akan memerlu"kan sedikit penjelasan pula. Aku
sudah meramalkan sebentar lagi pasti muncul suatu bahan gunjingan baru di
Lymstock, dengan aku dan gadis yang tak dikenal, Agnes Woddell, sebagai
pusatnya. Kedengarannya Elsie Holland sangat keheranan, dan tentu saja itu wajar.
"Agnes" Oh, dia pasti sudah masuk sekarang."
Aku merasa diriku bodoh, tapi aku tetap melanjutkan.
"Maukah Anda menolong melihat saja, apakah dia benarbenar sudah masuk, Nona
Holland?" Ada satu hal yang perlu diketahui tentang seorang guru pengasuh anakanak; mereka
biasa melakukan apa-apa yang diperintahkan. Mereka melakukannya tanpa bertanya,
mengapa f Elsie Holland meletakkan alat penerimanya dan pergi dengan patuh.
Dua menit kemudian dia kembali.
"Apakah Anda masih di situ, Tuan Burton?"
"Ya." "Agnes belum kembali rupanya." Waktu itu yakinlah aku bahwa firasatku benar.
Kudengar samarsamar beberapa suara lain di ujung sana, lalu Symmington sendiri
berbicara, "Halo, Burton, ada apa?"
"Pelayanmu yang bernama Agnes belum kembali,
"Belum. Nona Holland baru saja pergi melihat"nya. Ada apa" Kuharap tak ada
kecelakaan?" "Bukan suatu kecelakaan" kataku.
"Apakah maksudmu, kau punya alasan untuk menduga bahwa sesuatu telah terjadi
atas diri gadis itu?"
"Aku tidak akan terkejut kalau itu terjadi," kataku ketus.
BAB DELAPAN i Malam itu tidurku tak nyenyak. Kurasa, pada saat itu pun sudah ada
kepingankepingan teka-teki yang mulai mengambang dalam pikiranku. Aku yakin
bahwa bila aku memberikan perhatian cukup, pasti aku sudah bisa menyelesaikan
seluruh persoalan itu saat itu juga. Kalau tidak, mengapa kepingankepingan itu
terus-menerus menggangguku"
Berapa banyakkah yang kita ketahui pada suatu saat" Agaknya jauh lebih banyak
daripada yang kita sadari! Tapi kita tidak dapat menembus apa yang terdapat di
alam bawah sadar kita. Apa yang kita ketahui, ada di situ, tapi kita tak bisa
mencapainya. Aku terbaring di tempat tidur, membolak-balik badan dengan resah, dan hanya
kepingankepingan samar yang datang menyiksaku.
Sebenarnya ada suatu pola, bila saja aku bisa
menangkapnya. Aku seharusnya tahu siapa yang
menulis suratsurat itu. Sebenarnya ada jalan keluar, bila saja aku bisa
menelusurinya Waktu aku terlelap, katakata menari-nari meng"ejekku dalam otakku yang letih.
"Tak ada asap tanpa api." Tak ada api tanpa asap. Asap.... Asap" Tabir asap,...
Bukan, itu dalam perang suatu istilah perang. Perang. Sesobek kertas.... Hanya ?sesobek kertas. Belgia
?Jerman,... Aku tertidur. Aku bermimpi bahwa aku sedang membawa Nyonya Dane Calthrop
berjalan jalan, dia telah berubah menjadi seekor anjing greyhound, lengkap
dengan rantai dan kalung di lehernya.
Dering telepon membangunkan aku. Bunyinya keras dan mendesak.
Aku terduduk di tempat tidurku, dan sekilas melihat ke jam tanganku. Sudah pukul
setengah delapan. Aku belum dibangunkan. Telepon itu berdering di lorong rumah,
di lantai bawah. Aku melompat dari tempat tidurku, mengenakan kimono, lalu berlari turun. Aku
tiba sedikit lebih dulu daripada Partridge yang masuk dari dapur mclalui'pintu
belakang. Kuangkat alat penerimanya.
"Halo"'1 "Oh...." Suara itu merupakan suatu isakan rasa lega. "Andakah itu?" Itu suara
Megan yang bertanya. Suara Megan yang terdengar sedih dan ketakutan. "Aduh,
tolong bisakah Anda datang" Tolong, datanglah\ Anda mau, bukan?"?"Aku akan segera datang," kataku. "Kaudengar"kan" Segera."
Aku naik ke lantai atas, dua anak tangga sekali lompat, lalu menyerbu masuk ke
kamar Joanna. "Joanna, dengar, Joanna, aku akan pergi ke rumah Symmington."
Joanna mengangkat kepalanya yang berambut keriting dari bantalnya, lalu
menggosok-gosok matanya seperti anak kecil.
"Mengapa ada apa?"
?"Entahlah, aku tak tahu. Anak itu Megan. Kedengarannya dia takut sekali." "Ada
?apa, menurut kau?" "Pasti Agnes, pelayan itu, kalau dugaanku tak keliru."
Ketika aku berjalan ke luar pintu, Joanna berseru dari belakangku, "Tunggu. Aku
akan bangun mengantarmu dengan mobil ke sana."
"Tak perlu. Aku akan mengemudikannya sen"diri."
"Kau tak bisa mengemudikan mobil itu." "Bisa."
Dan ternyata aku bisa. Memang terasa sakit, tapi tidak seberapa. Aku mencuci
muka, bercukur, berpakaian, mengeluarkan mobil, dan mengemudi"kannya ke rumah
Symmington dalam waktu setengah jam. Suatu awal yang cukup baik.
Megan pasti sudah menunggu-nunggu aku. Dia berlari-lari keluar dari rumah, lalu
mencengkeram lenganku. Wajahnya yang kecil tampak pucat dan tegang.
"Oh, Anda datang Anda sudah datangi" "Tenang, Anak manis," kataku. "Ya, aku
?datang. Katakan ada apa?" E>ta mulai gemetar. Kurangkulkan lenganku memeluknya.
"Sa saya menemukannya."
?"Kau menemukan Agnes" Di mana?"
Gemetarnya makin menjadi-jadi.
"Di bawah tangga. Di sana ada lemari. Di sana ada gagang-gagang pancing" tongkat
golf, dan lain-lain. Anda tahu itu."
Aku mengangguk. Sebuah lemari biasa.
Megan melanjutkan, "Dia ada di dalamnya meringkuk dan dan sudah dingin dingin, mengerikan.
? ? ? ?Dia dia sudah mati!"
?"Apa yang membuatmu melihat ke situ?" tanyaku ingin tahu.
"Eh entahlah, saya tak tahu. Anda menelepon semalam. Dan kami semua lalu ?bertanya-tanya di mana Agnes. Kami menunggu beberapa lamanya, tapi dia tak juga
kembali, akhirnya kami pergi tidur. Tidur saya tak nyenyak dan saya bangun pagi-
pagi. Hanya Rose (juru masak) yang ada.
Dia sangat marah karena Agnes tak kembali. Katanya, dia pernah bekerja di suatu
tempat, di mana seorang gadis suka menghilang begitu. Saya minum susu dan makan
roti di dapur lalu Rose tiba-tiba masuk. Sikapnya kelihatan aneh dan dia
?berkata bahwa pakaian Agnes untuk bepergian masih ada di dalam kamarnya. Gaunnya
yang terbagus, yang biasa dipakainya pergi ke luar. Dan saya mulai berpikir,
apakah apakah dia memang telah meninggalkan rumah ini lalu saya mulai mencari-
?cari. Lalu saya membuka lemari di bawah tangga itu, dan dan dia ada di sana...."
?"Kurasa tentu sudah ada yang menelepon polisi, ya?"
"Ya, mereka bahkan sudah datang. Ayah tiri saya yang langsung menelepon mereka.
Lalu saya merasa merasa tak tahan, dan saya menelepon Anda. Anda tak keberatan,
?kan?" "Tidak," kataku. "Aku tidak keberatan."
Aku melihat kepadanya dengan pandangan me"nyelidik.
"Apakah sudah ada seseorang yang memberimu brendi, atau kopi, atau teh,
setelah setelah kau menemukannya?"
?Megan menggeleng. Aku mengutuk semua orang yang ada di rumah Symmington itu. Symmington, yang
selalu berpakai"an rapi itu, hanya ingat pada polisi saja. Baik Elsie I Joltand
maupun juru masak rupanya tak ingat akan akibat penemuan itu atas diri anak yang
peka, yang telah menemukan hal yang mengerikan itu.
"Mari, Sayang," kataku. "Kita pergi ke dapur."
Kami mengitari rumah menuju pintu belakang, lalu masuk ke dapur. Rose, seorang
wanita berumur empat puluh tahun yang berwajah montok seperti puding, sedang
minum teh itental di dekat kompor. Dia menyapa kami dengan serangkaian katakata,
sambil tangannya memegangi dadanya.
Dia merasa sangat pusing, katanya, jantungnya Berdebar hebat! Coba pikir,
katanya, bisa saja dia yang jadi sasaran, salah seorang di antara mereka, bisa
saja mereka dibunuh ketika sedang tidur.
"Siapkan secangkir teh panas yang kental untuk Nona Megan," perintahku. "Kau kan
tahu bahwa dia telah mengalami guncangan jiwa. Ingat bahwa dialah yang telah
menemukan mayat itu."
Baru saja aku menyebutkan kata mayat, Rose sudah akan pingsan lagi, tapi aku
memelototinya dengan tajam. Dia lalu menuangkan secangkir teh kental yang pekat
seperti tinta. "Nih, Anak manis," kataku pada Megan. "Minum sampai habis. Kurasa kalian tak


Pena Beracun The Moving Finger Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

punya brendi ya, Rose?"
Rose menjawab agak ragu bahwa masih ada sedikit brendi masak sisa membuat puding
waktu Natal. "Itu sudah cukup," kataku, lalu menuangkannya sedikit ke dalam cangkir teh
Megan. Kulihat di mata Rose bahwa dia membenarkan tindakanku itu. Kusuruh Megan
tinggal bersama Rose. "Kau bisa kupercayai untuk menjaga Nona Megan, bukan?"
kataku, dan dengan sikap senang Rose menjawab, "Oh, tentu, Tuan."
Aku masuk ke dalam rumah. Bila penilaianku mengenai orangorang seperti Rose itu
benar, maka kurasa sebentar lagi pasti dia akan merasa perlu menambah
kekuatannya dengan makanan, dan itu akan baik juga bagi Megan. Sialan orangorang
ini, mengapa mereka tak bisa menjaga anak itu"
Ketika hatiku sedang mendidih, aku bertemu dengan Elsie Holland di lorong rumah. Dia tidak nampak
terkejut melihatku. Kurasa dalam kekacauan yang mengerikan sehubungan dengan
ditemukannya mayat itu, orang jadi lengah mengenai siapa-siapa yang datang dan
pergi. Agen Polisi Bert Rundle sedang berdiri di dekat pintu depan.
Dengan terengah Elsie Holland berkata,
"Aduh, Tuan Burton, ini mengerikan sekali, bukan" Siapa yang telah melakukan
perbuatan yang mengerikan ttu"'^
"Jadi memang suatu pembunuhan, ya?"
"Oh, ya. Bagian belakang kepalanya yang dihantam. Rambutnya lengket-lengket
karena da"rah oh! Mengerikan lalu dia dijejalkan ke dalam lemari itu. Siapa ? ?yang relah melakukan perbuatan sejahat itu" Dan mengapa" Kasihan Agnes, saya
yakin dia tak pernah menyusahkan siapa pun juga."
"Tidak," kataku. "Seseorang justru bertindak untuk mencegah dia berbuat begitu."
Elsie menatapku dengan terbelalak. Dia bukan seorang gadis yang cepat tanggap,
pikirku. Tapi dia punya keberanian. Sebagaimana biasa, wajahnya bertambah merah
karena perasaan kacaunya. Aku bahkan membayangkan bahwa dalam keadaan yang
mengerikan itu pun, dia merasa senang dengan " adanya peristiwa itu, meskipun
sesungguhnya hatinya benarbenar baik.
Dengan nada minta maaf dia berkata, "Saya harus naik ke lantai atas menengok
anakanak. Tuan Symmington sungguhsungguh berpesan supaya mereka tidak mengalami
shock. Dimintanya supaya saya menjaga mereka baikbaik."
"Saya dengar Megan yang menemukan mayat itu," kataku. "Saya harap ada pula yang
mengurus dia?" Kulihat bahwa Elsie Holland kelihatan terpukul hati nuraninya.
"Astaga," katanya. "Saya sama sekali lupa padanya. Saya harap dia baikbaik saja.
Harap Anda maklum, saya sibuk sekali. Dengan adanya polisi dan sebagainya tapi
?saya benarbenar lalai. Kasihan anak itu, dia pasti merasa sedih sekali. Saya akan pergi dan langsung
mencarinya." Aku merasa kasihan padanya.
"Dia tak apa-apa," kataku. "Dia sedang dijaga oleh Rose. Pergilah Anda mencari
kedua anak # laki-laki itu." Dia mengucapkan terima kasih sambil tersenyum memperlihatkan gigi-gigi putihnya
yang seperti batu nisan itu lalu bergegas naik. Bagaimanapun juga, kedua anak
laki-laki itulah yang merupakan tugas utamanya, bukan Megan Megan bukan tugas
?siapa-siapa. Elsie dibayar untuk mengasuh anakanak Symmington yang nakal itu.
Orang tak bisa menyalahkannya kalau dia melakukannya dengan baik.
Ketika dia bergegas membelok di sudut tangga, aku menahan napas. Sekilas
terlihat olehku Dewi Kemenangan yang hidup abadi dan luar biasa cantiknya, dan
bukannya seorang guru pengasuh anakanak biasa.
Kemudian pintu terbuka dan Inspektur Nash keluar ke lorong rumah diikuti
Symmington. "Oh, Tuan Burton," katanya. "Saya baru saja akan menelepon Anda. Saya senang
Anda ada di sini." Tidak ditanyakannya waktu itu mengapa aku berada di tempat itu.? ?Dia menoleh ke belakang dan berkata pada Symmington,
"Kalau boleh saya akan menggunakan kamar ini."
Kamar itu adalah sebuah kamar istirahat dengan jendela menghadap bagian depan
rumah. 'Tentu, tentu." Ketenangan Symmington menakjubkan, tapi dia kelihatan amat letih. Dengan halus
Inspektur Nash berkata, "Sebaiknya Anda sarapan dulu, Tuan Symming"ton. Anda, Nona^olland, dan Nona
Megan, akan merasa jauh lebih baik setelah minum kopi, makan telur dan daging
babi asap. Suatu pembunuhan akan berakibat sangat buruk jika perut kosong."
Dia berbicara dengan ramah seperti seorang dokter keluarga.
Symmington mencoba tersenyum kecil dan berkata,
"Terima kasih, Inspektur, saya akan melaksanakan nasihat Anda."
Aku menyusul Nash ke kamar istirahat dan polisi itu lalu menutup pintu. Setelah
itu dia berkata, "Cepat sekali Anda tiba di sini. Bagaimana Anda mendengarnya?"
Kukatakan padanya bahwa Megan yang menele"ponku. Aku merasa tenang berbicara
dengan Nash. Soalnya dia tak lupa bahwa Megan pun membutuh"kan sarapan.
"Saya dengar bahwa Anda menelepon semalam, Tuan Burton, menanyakan tentang gadis
itu. Mengapa?" Kurasa hal itu dianggapnya aneh. Kuceritakan padanya tentang Agnes yang
menelepon Partridge, dan bahwa dia tidak muncul setelah berjanji akan datang.
Nash berkata, "Ya, saya mengerti...."
Dia mengucapkan katakata itu lambat lambat, sambil berpikir dan menggosok-gosok
dagunya. Kemudian dia mendesah, "Yah, kali ini memang jelas pembunuhan. Penganiayaan langsung terhadap tubuhnya.
Perta"nyaannya adalah, apa yang diketahui gadis itu" Apakah dia telah mengatakan
sesuatu pada Partridge" Sesuatu yang sudah pasti?"
"Saya rasa tidak. Tapi Anda bisa bertanya padanya."
"Ya, saya akan pergi ke sana menjumpainya kalau saya sudah selesai di sini."
"Bagaimana kejadian sebenarnya?" tanyaku. "Atau apakah Anda belum tahu dengan
pasti?" "Hampir pasti. Kemarin adalah hari bebas bagi
para pelayan " "Bagi keduanya?"
"Ya, agaknya dulu ada dua orang gadis bersaudara yang bekerja di sini, yang
ingin punya hari bebas yang sama, maka Nyonya Symmington lalu mengaturnya
begitu. Kemudian setelah kedua orang ini menggantikannya, almarhumah tetap pada
peraturan yang sama. Mereka biasanya menyiapkan dulu makanan dingin untuk makan
malam di ruang makan, dan Nona Holland biasanya menyiapkan teh."
"Oh, begitu." "Semuanya jelas, dan tak ada yang tak beres. Rose, juru masak itu, berasal dari
Nether Mickford, dan supaya bisa tiba di sana pada hari liburnya itu juga dia
harus mengejar bis yang berangkat pukul setengah tiga. Maka Agnes-lah yang
selalu harus memberesi bekas makan siang. Supaya adil, Rose yang biasanya
mencuci piring-piring bekas makan malamnya.
"Itulah yang terjadi kemarin. Rose berangkat mengejar bis pukul dua lewat dua
puluh lima menit, Symmington berangkat ke kantornya pukul tiga kurang dua puluh
lima menit. Pukul tiga kurang seperempat Elsie Holland pergi bersama anakanak.
Megan Hunter keluar naik sepedanya kira-kira lima menit kemudian. Jadi Agnes
tinggal seorang diri di rumah itu. Sepanjang pengetahuan saya, dia biasanya
berangkat dari rumah antara pukul tiga dan setengah empat*"
"Dengan begitu rumah ditinggalkan kosong."
"Oh, di sini orang tak takut meninggalkan rumah kosong. Tak banyak orang yang
mengunci rumahnya di sini. Sebagaimana saya katakan, pukul tiga kurang sepuluh
Agnes tinggal seorang diri di rumah. Jelas bahwa dia sama sekali tidak
meninggalkan rumah, karena dia masih memakai tutup kepala dan celeme kerjanya
waktu kami menemukan mayatnya,"
"Saya rasa Anda dapat mengatakan secara kasar pukul berapa dia meninggal?"
"Dokter Griffith tak mau mengatakannya secara pasti. Keputusan medis yang
diberikannya secara resmi, menyatakan antara pukul dua dan setengah lima."
"Bagaimana dia terbunuh?"
"Mula-mula dia dibuat pingsan dengan suatu pukulan di bagian belakang kepalanya.
Setelah itu sebuah tusuk daging, yang telah diruncingkan sampai tajam ujungnya,
ditusukkan ke bagian bawah tengkoraknya. Tusukan itu menyebabkannya mati
seketika." Aku menyalakan sebatang rokok. Itu bukan suatu gambaran yang bagus.
"Benarbenar berdarah dingin," kataku.
"Oh, ya, ya, hal itu memang terbukti."
Aku menarik napas dalam-dalam.
"Siapa yang melakukannya?" tanyaku. "Dan mengapa?"
"Saya rasa," kata Nash lambatlambat, "kita tidak akan pernah tahu mengapa. Tapi
kita bisa menduga." "Apakah-"karena gadis itu tahu sesuatu?"
"Gadis itu pasti tahu sesuatu."
"Tidakkah dia menymdirkan sesuatu pada sese"orang di sini?"
"Sepanjang pengetahuan saya, tidak. Agnes kelihatan selalu risau, begitu kau
juru masak, sejak kematian Nyonya Symmington, dan menurut si Rose, kelihatannya
dia makin lama makin bingung, dan berulang kali berkata bahwa dia tak uhu harus
berbuat apa." Inspektur Nash mendesah kuat-kuat. "Selalu begini caranya. Orangorang tak mau
datang pada kami. Mereka selalu takut dan enggan 'terlibat urusan dengan
polisi'. Kalau saja gadis itu mau datang pada kami dan mengatakan pada kami apa
yang sedang disusahkannya, dia pasti masih hidup hari ini."
"Apakah dia tidak menyindirkan sesuatu, walau"pun sedikit, pada pelayan yang
seorang lagi?" "Menurut Rose, tidak, dan saya rasa, saya bisa mempercayainya. Karena bila ada
yang diceritakan"nya, tentu Rose sudah menceritakannya, lengkap dengan tambahan
yang berlebihan dari dia sendiri."
"Bisa gila kita dibuatnya," kataku, "karena kita tak tahu apa-apa."
"Kita masih bisa menduga-duga, Tuan Burton. Pertama-tama, ini bukan sesuatu yang
pasti. Ini adalah sesuatu yang harus kita pikirkan, dan makin kita pikirkan,
makin besar keresahan kita.
Anda mengerti maksud saya, bukan?" "Mengerti."
"Sebenarnya, saya rasa saya tahu apa ini."
Aku memandanginya dengan rasa hormat.
"Itu sesuatu yang baik, Inspektur."
"Yah, Tuan Burton, pokoknya saya tahu apa yang tidak Anda ketahui. Pada petang
hari Nyonya Symmington bunuh diri, kedua orang pelayan sedang keluar/Hari itu
adalah hari libur mereka.
Tapi sebenarnya Agnes kembali lagi ke rumah."
"Apakah Anda yakin itu?"
"Ya. Agnes mempunyai seorang pacar pemuda bernama Rendell yang bekerja di toko ?tkan.
Pada hari Rabu toko lebih cepat tutup, dan dia datang untuk menjemput Agnes.
Lalu mereka pergi berjalan-jalan, atau nonton bioskop kalau hari hujan. Pada
hari Rabu yang naas itu, segera setelah mereka bertemu, mereka bertengkar.
Rupanya penulis surat kaleng kita itu telah beraksi lagi, dan menulis bahwa
Agnes ada main dengan orang lain. Si Fred Rendell marah sekali.
Mereka bertengkar hebat lalu Agnes berlari pulang dan berkata bahwa dia tidak
mau berkencan lagi kalau Fred tidak datang meminta maaf." "Lalu?"
"Lalu begini, Tuan Burton. Dapur rumah ini menghadap ke belakangi tapi gudang
makanan menghadap ke arah yang sedang kita lihat sekarang. I lany a ada satu
pintu masuk lewat pagar. Setelah kita masuk melalui pintu pagar itu, kita bisa langsung ke pintu depan,
atau bisa juga melewati jalan setapak di halaman samping, ke pintu belakang."
Dia berhenti sebentar. "Sekarang akan saya ceritakan sesuatu pada Anda. Surat yang petang itu diterima
oleh Nyonya Symmington tidak datang melalui pos. Perangko yang tertempel di situ
adalah perangko bekas, dan stempel pos dipalsukan secara teliti dengan
meng"gunakan arang, sehingga orang akan menyangka bahwa surat itu telah
diantarkan oleh tukang pos bersama suratsurat petang lainnya.
Tapi sebenarnya suratsurat itu tidak melalui pos. Mengertikah Anda apa
maksudnya?" Lambatlambat aku berkata, "Itu berarti bahwa surat itu telah disampaikan dengan
tangan, dimasuk"kan ke dalam kotak pos beberapa waktu sebelum pos petang hari
diantar, supaya tercampur dengan suratsurat yang lain "
"Tepat. Pos petang diantarkan pukul empat kurang seperempat. Teori saya begini.
Gadis itu sedang berada di gudang makanan dan melihat ke luar jendela (memang
terlindung oleh semaksemak, tapi kita masih bisa melihat dengan baik melalui
celah-celahnya), dia ingin melihat kalau-kalau pacarnya kembali untuk meminta
maaf." "Dan dia melihat orang yang memasukkan surat itu}" tanyaku.
"Itu dugaan saya, Tuan. Tentu saja bisa keliru."
"Saya rasa Anda tidak keliru.... Itu sederhana sekait dan meyakinkan dan itu ? ?berarti bahwa Agnes juga tahu siapa penulis surat kaleng itu."
"Benar." "Tapi lalu mengapa dia tidak..."
Aku berhenti sambil mengerutkan alisku.
Cepat Nash berkata, "Menurut pandangan saya, gadis itu tidak menyadari apa yang dilihatnya. Mula-
mula tidak. Seseorang telah meninggalkan sepucuk surat di rumah ini, itu benar tapi dia
?sama sekali tak bisa membayangkan bahwa orang itu dapat dihubungkan dengan
suratsurat kaleng. Ditinjau dari segi itu, orang tersebut adalah seseorang yang
tak patut dicurigai. "Tapi makin lama dia memikirkannya, makin gelisah dia. Haruskah dia
menceritakannya pada seseorang" Dalam kebingungannya itulah dia teringat akan
Partridge, pelayan Nona Barton, yang sepanjang pendengaran saya adalah suatu
pribadi yang bisa mempengaruhi dan yang pertimbangannya pasti akan diterima
Agnes tanpa ragu. Diputuskan-nyalah untuk menanyakan pada Partridge apa yang
harus diperbuatnya."
"Ya," kataku, sambil merenung. "Itu cocok sekali. Dan entah dengan cara
bagaimana hal itu etahuan oleh si Pena Beracun. Bagaimana dia bi tahu,
Inspektur?" "Anda tak biasa hidup di pedesaan, Tuan Burton. Berita-berita beredar dengan
cara yang sangat ajaib. Pertama-tama adanya pembicaraan telepon itu. Siapa yang
ikut mendengarkannya di rumah Anda?" Aku mengingat-ingat.
"Saya yang pertama-tama menyambut telepon itu. 4 Lalu saya memanggil Partridge
yang sedang berada di lantai atas."
"Dengan menyebutkan nama anak gadis itu?"
"Ya ya, saya sebutkan."
?"Adakah orang lain yang mendengar Anda?"
"Adik saya dan Nona Griffith mungkin mende"ngar."
"Oh, Nona Griffith. Untuk apa dia ke sana?"
Aku menjelaskannya. "Apakah dia lalu kembali ke desa?"
"Dia akan pergi ke rumah Tuan Pye dulu."
Inspektur Nash mendesah. "Dengan demikian sudah ada dua jalur yang bisa membuat berita itu tersebar ke
seluruh desa." Aku merasa sangat heran. "Apakah maksud Anda, Nona Griffith dan Tuan Pye mau menceritakan kembali
informasi kecil tak berarti seperti itu?"
"Apa pun juga bisa merupakan berita di tempat seperti ini. Anda tak perlu
terkejut. Bahkan bila ibu tukang jahit menderita sakit kutil sekalipun, semua
orang akan mendengarnya! Mengenai pembicaraan telepon itu, ada pula yang di
seberang sini. Nona Holland, Rose mungkin mereka bisa mendengar apa yang ?dikatakan Agnes. Kemudian ada pula Fred laell. Mungkin dia menyadari bahwa Agnes
kembali ke rumah petang itu."
Aku bergidik. Aku sedang melihat ke luar jendela. Di hadapanku ada sepotong
tanah berumput, sebuah jalan setapak, dan sebuah pintu pagar yang rendah dan
apik. Seseorang telah membuka pintu pagar itu, berjalan dengan hati-hati dan diam-diam
ke rumah, lalu memasukkan sepucuk surat ke lubang kotak pos. Samarsamar kulihat
dengan mata hatiku, sosok tubuh wanita itu. Wajahnya polos tapi itu pasti wajah
?yang kukenal.... Inspektur Nash berkata, "Bagaimanapun juga, pemikiran itu mempersempit kemungkinan kemungkinan.
Begitulah selalu cara kami hingga akhirnya berhasil menangkap pelakunya.
Mempersempit kemungkinan dengan pengurangan, telaten dan penuh kesabaran.
Sekarang tidak terlalu banyak lagi orangnya."
"Maksud Anda...?"
"Teori itu tidak memasukkan ke dalam hitungan semua karyawati yang sedang
bekerja sepanjang petang kemarin. Tidak pula menyertakan ibu guru. Dia sedang
mengajar. Demikian pula juru rawat setempat. Saya tahu di mana dia berada
kemarin. Itu tidak berarti bahwa saya pernah punya dugaan, bahwa salah seorang


Pena Beracun The Moving Finger Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di antara merekalah pelakunya, tapi sekarang kita sudah yakin. Ketahuilah, Tuan
Burton, ada dua saat tertentu yang harus kita perhatikan secara khusus
?kemarin petang, dan seminggu sebelumnya. Pada hari kcmatian Nyonya Symmington,
katakanlah pukul tiga lewat seper"empat (waktu yang paling awal Agnes kembali ke
rumah setelah pertengkarannya) dan pukul empat, pada waktu mana tukang pos pasti
datang (tapi hal itu bisa saya tentukan lebih tepat lagi dengan menanyai tukang
pos itu). Dan kemarin, mulai dari pukul tiga kurang sepuluh menit (waktu Megan
Hunter berangkat dari rumah) sampai pukul setengah empat atau lebih, mungkin
pukul tiga lewat seperempat, sebelum Agnes berganti pakaian,"
"Menurut Anda, apa yang telah terjadi kemarin?" ^ Nash menyeringai, "Apa yang
saya pikirkan" Saya pikir seorang wanita berjalan ke arah pintu depan, dan
dengan tenangnya membunyikan bel rumah sambil terse"nyum. Tamu biasa yang datang
petang hari.... Mungkin dia menanyakan Nona Holland, atau Nona Megan, atau mungkin dia membawa
sebuah bungkusan. Lalu Agnes berbalik untuk mengambil sebuah baki kecil tempat
kartu-kartu nama atau untuk membawa bungkusan itu ke dalam, dan tamu kita yang
kelihatan terhormat itu menghantam bagian g belakang kepalanya secara tak
terdugaduga." "Dengan apa?" Inspektur Nash berkata, "Kaum wanita di sini biasanya membawa tas tangan yang besar-besar. Tak dapat
kita katakan - barang barang apa yang mungkin terdapat di dalamnya."
"Kemudian ditusuknya tengkuk gadis itu, lalu dimasukkannya ke dalam lemari"
Apakah pekerjaan " seperti itu tidak terlalu berat bagi seorang wanita?"
Inspektur Nash melihat kepadaku dengan ekspresi yang agak aneh.
"Wanita yang kita kejar ini tidak normal sama sekali tidak dan orang yang ? ?mentalnya tidak stabil biasanya punya kekuatan yang luar biasa. Apalagi Agnes
bukan gadis yang besar."
Dia berhenti, lalu bertanya, "Apa yang menyebab"kan Nona Megan Hunter ingat
untuk melihat ke dalam lemari itu?"
"Semata-mata naluri saja," kataku.
Kemudian aku bertanya, "Mengapa Agnes diseret"nya masuk ke dalam lemari! Apa
maksudnya?" "Makin lama orang menemukan mayatnya akan makin sulit menentukan saat
kematiannya dengan tepat. Jika Nona Hunter, umpamanya, tersandung pada mayat itu
segera setelah dia masuk, maka seorang dokter dalam waktu kira-kira sepuluh
menit mungkin bisa menentukan saat kematiannya dengan tepat. Dan hal itu akan
menyulitkan si pembunuh."
Sambil mengerutkan alisku, aku bertanya,
"Tapi bila Agnes curiga akan orang itu..."
Nash memotong bicaraku, "Dia tidak curiga. Sedikit pun dia tidak merasa curiga. Dia hanya merasa heran.
Saya rasa dia bukan gadis yang cerdas, dia hanya samarsamar merasa ragu serta
punya perasaan bahwa ada sesuatu yang tak beres. Dia sama sekali tak curiga
bahwa dia sedang berhadapan dengan seorang wanita yang mau melakukan suatu
pembunuhan. "Apakah begitu dugaan Anda?" tanyaku.
Nash menggeleng. Dengan geram dia berkata,
"Seharusnya saya sudah tahu. Perkara bunuh diri itu telah membuat si Pena
Beracun ketakutan. Dia benarbenar ketakutan. Padahal rasa takut itu, Tuan, adalah sesuatu yang tak
bisa diperhitungkan."
"Ya, rasa takut. Itulah yang seharusnya kita awasi. Rasa takut dalam otak yang
?tak waras...." "Ketahuilah," kata Inspektur Nash. Entah meng"apa, katakatanya telah membuat
seluruh persoalan itu kelihatannya benarbenar menakutkan. "Kita berhadapan
dengan seseorang yang patut dihormati dan terpandang seseorang yang sebenarnya ?punya kedudukan sosial yang baik!"
3 ?Kemudian Nash berkata bahwa dia akan mewawan carai Rose sekali lagi. Dengan rasa
hormat aku bertanya padanya, apakah aku boleh ikut. Aku agak terkejut, karena
dia memperbolehkannya dengan ramah-tamah.
"Saya senang sekali dengan kerja sama Anda, Tuan Burton. Kalau itu boleh disebut
begitu." "Kedengarannya agak mencurigakan," kataku. "Dalam buku-buku cerita bila seorang
detektif - menerima baik bantuan seseorang, maka biasanya orang itulah pembunuhnya."
Nash tertawa singkat, "Anda bukan potongan orang yang menulis suratsurat kaleng,
Tuan *Burton." * Ditambahkannya, "Terus terang, Anda bisa berguna bagi kami."
"Saya senang, tapi saya tak mengerti dengan cara 2 bagaimana."
"Anda di sini adalah o*ang asing, itulah sebabnya. Anda tak punya prasangka
tertentu mengenai orangorang di sini. Tapi dalam pada itu Anda punya kesempatan
untuk mengetahui banyak hal dipandang dari sudut, apa yang boleh saya sebut,
sosialnya." "Pembunuhnya adalah seseorang yang punya kedudukan baik di masyarakat," gumamku.
"Benar." "Apakah saya harus menjadi mata-mata tersem"bunyi?"
"Apakah Anda keberatan?" Aku mempertimbangkannya.
"Tidak," kataku, "terus terang saya tak keberatan. Bila ada orang gila yang
berbahaya berkeliaran, yang menyebabkan kaum wanita yang tak berdaya sampai
bunuh diri dan menghantam kepala gadis-gadis pelayan, maka saya tak keberatan
melakukan sedikit pekerjaan kotor untuk menghalangi perbuatan si orang gila."
"Anda punya pikiran sehat, Tuan. Dan saya tekankan bahwa orang yang sedang kita
kejar itu berbahaya. Wanita itu kira-kira hampir sama berbahayanya dengan ular
tanah dan ular kobra serta ular mamba hitam digabung menjadi satu."
Aku bergidik. Kataku, "Kalau begitu, kita harus bertindak cepat, bukan?"
"Benar. Jangan kira bahwa kami dari angkatan kepolisian ini tak bekerja. Itu tak
benar. Kami bekerja dalam beberapa bidang yang berlainan."
Katakata itu diucapkannya dengan ketus.
"Terbayang olehku suatu sarang labah-labah halus yang lebar....
Nash ingin mendengar keterangan Rose lagi, begitu dikatakannya padaku, karena
juru masak itu telah menceritakan dua macam cerita yang berbeda padanya. Dan
makin banyak ragam kisah yang didengarnya dari perempuan itu, makin besar
kemungkinannya terdapat beberapa butir kebenaran yang patut mendapat perhatian.
Kami dapati Rose sedang mencuci piring-mangkuk bekas sarapan. Dia segera
berhenti dan dengan mata yang berputarputar sambil tangannya mencengke"ram
dadanya diceritakannya lagi betapa pusingnya dia sepanjang pagi itu.
Nash mendengarkannya dengan sabar tetapi tegas. Dikatakannya bahwa dia bersikap
membujuk pada pertemuan yang pertama, kemudian bersikap tegas pada pertemuan
yang kedua, dan kini dia mengguna"kan campuran dari kedua cara itu.
Dengan senang Rose memperbesar soal-soal kecil mengenai kejadian pekan yang
lalu. Bahwa Agnes selalu merasa takut dan sering gemetar. Dan bila Rose bertanya
ada apa, dia selalu berkata, 'Jangan tanyai saya.' 'Dia akan mati bila dia
menceritakannya/ begitulah katanya, kata Rose mengakhiri ceritanya sambi)
memutar-mutar matanya dengan senang.
Apakah Agnes tidak menyindirkan sesuatu yang merisaukannya "
Tidak, kecuali bahwa dia merasa sangat ketakutan.
Inspektur Nash mendesah lalu meninggalkan tema cerita itu. Dia harus merasa puas
dengan mengambil inti yang sebenarnya dari kisah Rose mengenai kegiatan-
kegiatannya sendiri pada petang hari sebelumnya itu.
Secara kasar, kesibukan-kesibukan Rose waktu itu adalah: berangkat naik bis yang
pukul 14.30 lalu menghabiskan waktunya petang dan malam hari itu bersama keluarganya,
kemudian kembali dari Nether Mickford naik bis yang pukul 20.40. Kisah itu agak
berbelit-belit karena dibumbui dengan cerita menge"nai rasa tak senang Rose
sepanjang petang itu, dan bagaimana komentar kakaknya mengenai hal itu. Dan
diceritakannya pula bahwa secuil pun dia tidak mencicipi kue kismis yang ada.
Dari dapur kami pergi mencari Nona Elsie Holland, yang sedang mengawasi anakanak
belajar. Sebagaimana biasa, Elsie Holland menunjukkan kemampuan dan tanggung jawabnya.
Dia bangkit dan berkata, "Nah, Colin, dan kau Brian, kaitan harus mengerjakan soal-soal ini, dan kalau
saya kembali nanti harus sudah siap."
Kemudian kami diajaknya ke kamar tidur anakanak. "Apakah di sini cukup baik"
Saya pikir lebih baik kalau kita tidak berbicara di depan anakanak."
"Terima kasih, Nona Holland. Tolong ceritakan sekali lagi, apakah Anda
benarbenar yakin Agnes tak pernah menceritakan pada Anda bahwa dia risau
memikirkan sesuatu maksud saya, sejak kematian Nyonya Symmington?"?"Tidak, dia tak pernah mengatakan sesuatu. Soalnya dia adalah seorang gadis yang
sangat pendiam, tak banyak bicara."
"Kebalikan dari yang seorang lagi, kalau begitu!"
"Ya, Rose terlalu banyak bicara. Kadangkadang saya harus memperingatkannya
supaya dia jangan sampai lancang."
"Nah, bisakah Anda menceritakan dengan tepat apa yang terjadi kemarin petang"
Semuanya yang bisa Anda ingat."
"Yah, kami makan siang seperti biasa. Waktu itu pukul satu, dan kami agak
terburu-buru. Saya tak mau membiarkan anakanak bermalas-malasan. Lalu Tuan
Symmington pergi ke kantornya, dan saya membantu Agnes menyiapkan meja untuk
makan malam-anak-anak berlarian ke luar ke kebun sampai saya siap membawa mereka
pergi." "Ke mana Anda pergi?"
"Ke arah Combeacre, melalui pematang-pematang di ladang soalnya anakanak ingin ?memancing. Saya lupa membawa umpan mereka dan terpaksa kembali untuk
mengambilnya." "Pukul berapa waktu itu?"
"Pukul berapa ya" Kami berangkat kira-kira pukul tiga kurang dua puluh atau
?lewat sedikit. Megan semula mau Ikut, tapi tak jadi. Soalnya dia tergila gila bersepeda."
"Maksud saya pukul berapa Anda kembali untuk mengambil umpan" Dan apakah Anda
masuk ke rumah?" "Tidak. Saya memang menyimpannya dalam gudang penyimpanan tanaman di belakang.
Saya tak tahu pukul berapa waktu itu mungkin kira-kira pukul tiga kurang
?sepuluh." "Apakah Anda melihat Agnes atau Megan?"
"Saya rasa Megan pasti sudah berangkat-Tidak, saya tidak melihat Agnes. Saya
tidak bertemu dengan siapa-siapa."
"E>an setelah itu Anda pergi memancing?"
"Ya, kami pergi menelusuri sungai. Kami tidak berhasil menangkap ap.vapa. Memang
kami tak pernah berhasil, tapi anakanak menyukainya. Brian sampai basah-kuyup.
Saya harus mengganti pakaian"nya waktu kami tiba di rumah/'
"Apakah Anda tidak menyiapkan teh pada hari Rabu itu?"
"Ya. Semuanya sudah disiapkan dalam ruang tamu utama untuk Tuan Symmington. Saya
baru menuang tehnya bila Tuan Symmington datang. Saya dan anakanak minum teh di
ruang belajar dengan Megan juga, temu. Saya punya peralatan minum teh saya
?sendiri, yang saya simpan dalam lemari di lantai atas sana."
"Pukul berapa Anda kembali?"
"Pukul lima kurang sepuluh. Saya bawa anakanak naik ke lantai atas lalu saya
mulai menyiapkan teh. Kemudian waktu Tuan Symmington pulang pukul lima saya
turun untuk menyiapkan tehnya, tapi katanya dia ingin minum teh bersama kami di
ruang belajar. Anakanak senang sekali. Setelah itu kami main kucing-kucingan.
Mengingat kembali hal itu sekarang, rasanya mengerikan sekali karena ternya"ta
?sepanjang waktu itu anak yang malang tersebut ada di dalam lemari."
"Apakah dalam keadaan biasa ada orang yang membuka-buka lemari itu?"
"Ah, tidak, lemari itu hanya untuk menyimpan barangbarang bekas. Topitopi dan
jas-jas tergan"tung di dalam kamar mantel di sebelah kanan pintu depan bila kita
masuk. Sudah berbulan-bulan lemari itu tak pernah dibuka orang."
"Saya mengerti. Lalu apakah Anda tidak melihat sesuatu yang tak biasa" Sesuatu
yang tak wajar waktu Anda kembali?"
Matanya yang biru terbuka lebar.
'Tidak, Inspektur, sama sekali tak ada. Segala galanya seperti biasa saja. Itu
membuatnya sangat mengerikan."
"Dan seminggu sebelumnya?"
"Maksud Anda pada hari Nyonya Sym"mington..."
"Ya." "Oh, itu mengerikan mengerikan sekali."?"Ya, ya, saya tahu. Pada hari itu pun Anda keluar sepanjang petang, bukan"*'
"Oh, ya, saya selalu membawa anakanak pergi petang hari bila cuaca cukup cerah.
?Kami belajar pagi hari. Saya ingat, petang itu kami pergi ke padang
gersang agak jauh. Saya rasa kami terlambat pulang, karena waktu kami membelok
?akan memasuki pintu pagar saya lihat Tuan Symmington di ujung seberang jalan
sedang dalam perjalanan pulang dari kantornya.
Padahal saya belum lagi menjerang cerek untuk minum teh. Tapi ternyata waktu itu
baru pukul lima kurang sepuluh menit."
"Anda tak naik mendapatkan Nyonya Sym"mington?"
"Oh, tidak. Tak pernah. Beliau selalu beristirahat setelah makan siang. Beliau
sering mendapat serangan sakit kepala dan serangan itu biasanya datang setiap
?kali sesudah makan. Dokter Griffith telah memberinya beberapa persediaan obat
untuk diminum. Dia biasanya berbaring dan mencoba tidur."
Dengan suara yang biasa-biasa, Nash berkata, "Jadi tak ada seorang pun yang
mengantarkan surat-suratnya ke atas?"
"Pos petang" Tidak. Biasanya saya melihat ke kotak pos, dan kalau ada surat-
suratnya saya letakkan di atas meja di lorong rumah sambil saya masuk. "I api
sering kali Nyonya Symmington sendiri yang turun dan mengambilnya. Dia tidak
tidur sepanjang petang. Dia biasanya bangun lagi pukul empat."
"Apakah Anda tak menduga bahwa ada sesuatu yang tak beres karena dia tak bangun
petang itu?" "Oh, tidak, saya tak pernah menduga yang begituan. Tuan Symmington sedang
menyangkutkan mantelnya di lorong rumah dan saya berkata, Teh belum siap, tapi
airnya hampir mendidih.' Dia mengangguk, lalu berseru, 'Mona, Mona!* ke"mudian
?karena Nyonya Symmington tidak me"nyahut dia naik ke lantai atas ke kamar tidur
Nyonya, dan dia pasti terkejut sekali. Dia memanggil saya, dan waktu saya datang
dia berkata, 'Jaga supaya anakanak tidak kemari.' Lalu dia menelepon Dokter
Griffith dan kami sama sekali lupa akan cerek air hingga air di dalamnya sampai
kering! Aduh, benarbenar mengedan, padahal almarhumah begi"tu gembira dan tampak
bahagia pada waktu makan siang."
Tiba-tiba Nash bertanya, "Bagaimana pendapat Anda mengenai surat yang
diterimanya itu, Nona Holland?"
Dengan berapi-api, Elsie Holland berkata,
"Oh, saya rasa itu keji keji sekali!"
?"Ya, ya. Tapi bukan itu maksud saya. Apakah
menurut Anda yang tertulis dalam surat itu memang
benar?" Dengan tegas Elsie Holland berkata, "Tidak, itu pasti tak benar. Nyonya
Symmington itu seorang yang peka benarbenar sensitif. Dia harus minum bermacam-
?macam obat untuk mene"nangkan sarafnya. Dan dia sangat yah, ketat sekali" Wajah
? Elsie memerah. "Sesuatu yang sekotor itu, maksud saya tentulah membuatnya ? ?terguncang."
Nash diam sejenak, kemudian dia bertanya, "Apakah Anda menerima suratsurat
semacam itu, Nona Holland?"
'Tidak, saya tidak menerima."
"Yakinkah Anda" Eh," dia mengangkat ta"ngannya "harap jangan menjawab terburu-
? ?buru. Saya maklum, memang bukan hal yang menyenang"kan menerima suratsurat begituan.
Dan kadangkadang orangorang tak suka mengakui bahwa mereka telah menerimanya.
Tapi dalam perkara ini, sangat penting bagi kami untuk mengetahuinya. Kami sadar
sepenuhnya bahwa pernyataan-pernyata"an dalam suratsurat itu hanya bohong
belaka, jadi Anda tak perlu merasa malu."
"Tapi saya benarbenar tak menerima, Inspektur. Sungguh tak pernah. Tak pernah
saya menerima yang begituan."
Dia marah sekali, hampir-hampir menangis, dan bantahan-bantahannya kelihatannya
cukup meya"kinkan. Setelah dia kembali ke tempat anakanak, Nash berdiri memandang ke luar jendela.
"Yah," katanya, "itulah! Katanya dia tak pernah menerima satu pun dari
suratsurat itu. Dan kedengarannya dia mengatakan yang sebenarnya."
"Dia pasti telah berkata benar. Saya yakin itu."
"Hm," kata Nash. "Kalau begitu saya ingin tahu, mengapa dia tidak menerima?"
Melihat aku menatapnya dengan terbelalak, dia melanjutkan dengan tak sabaran,
"Dia memang gadis yang cantik, bukan?"
"Lebih daripada sekadar cantik."
"Benar. Sebenarnya dia bahkan luar biasa cantiknya. Dia masih muda. Dan
sebenarnya dialah yang akan merupakan sasaran empuk bagi seorang penulis surat
kaleng. Tapi mengapa bahkan satu pun dia tidak menerimanya?"
Aku hanya bisa menggeleng.


Pena Beracun The Moving Finger Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ini menarik, bukan" Aku harus mengatakannya pada Graves. Dia sudah meminta kami
untuk mengatakan kepadanya dengan pasti bila ada seseorang yang tidak
menerimanya." "Dia adalah orang yang kedua/' kataku. "Yang seorang lagi adalah Emily Barton.
Anda ingat dia, bukan?"
Nash tertawa. "Anda tak boleh percaya begitu saja akan segala sesuatu yang diceritakan orang
pada Anda, Tuan Burton. Nona Barton pun telah menerima surat kaleng bahkan
?lebih dari satu." "Bagaimana Anda bisa tahu?"
"Naga yang sangat mencintainya tempat dia mondok itu yang mengatakannya pada
saya ?perempuan itu adalah bekas pelayan dalam atau juru masaknya. Florence Elford
namanya. Dta marah sekali. Ingin dia membunuh penulis surat itu."
"Mengapa Nona Emily berkata bahwa dia tak pemah menerimanya?"
"Itu soal kehalusan perasaan. Bahasa dalam surat itu sangat kotor. Selama
hidupnya Nona Barton selalu menghindari yang kasar dan tak halus,"
"Apa isi suratsurat itu?"
"Yang biasa. Dalam surat kepada Nona Barton itu ada sesuatu yang lucu. Dan
memberikan kesan seolaholah dia telah meracuni ibu dan kakak kakaknya?"
Dengan rasa tak percaya, aku berkata,
"Apakah Anda ingin mengatakan bahwa memang benarbenar ada orang gila yang
berbahaya, yang berkeliaran di sini, dan kita tak bisa langsung mengenalinya?"
"Kita pasti akan bisa mengenalinya," kata Nash, dan suaranya terdengar geram.
"Dia akan menulis satu surat terlalu banyak."
'Tapi, demi Tuhan, dia tidak akan terus-menerus menulis hal-hal seperti itu,
Tuan lebih-lebih sekarang,"?Inspektur itu melihat kepadaku.
"Oh, ya, dta akan menulis lagi. Soalnya, dia tak bisa berhenti sekarang. Itu
merupakan suatu keinginan yang tak pernah bisa dipuaskan. Surat surat kaleng
akan terus menyebar, yakinlah."
BAB SEMBILAN i Aku pergi, dan sebelum meninggalkan rumah itu aku menemui Megan. Dia ada di
kebun dan nampaknya sudah hampir seperti biasa lagi. Dia menyapaku dengan ceria.
Kuusutkan supaya dia ikut kami lagi untuk sementara, tapi setelah tampak bimbang
sebentar dia menggeleng. "Anda baik sekali tapi saya pikir saya akan tinggal di sini saja. Bagaimanapun
?juga, ini yah, saya rasa ini adalah rumah saya. Dan saya yakin, saya bisa
?membantu menjaga adik-adik sedikitsedikit."
"Yah," kataku, "sesukamulah."
"Kalau begitu, saya pikir saya akan tinggal di sini saja. Saya bisa saya bisa..."
?"Bisa apa?" Aku membantunya.
"Bila bila sesuatu yang mengerikan terjadi lagi saya bisa menelepon Anda,
?bukan" Dan Anda bisa datang."
Aku merasa terharu. 'Tentu. Tapi apa yang mengerikan yang kaupikir akan
terjadi?" "Ah, entahlah." Dia kelihatan ragu. "Sekarang semuanya nampak mengerikan, ya?"
"Demi Tuhan," kataku. "Jangan mencari-cari mayat lagi! Itu tak baik bagimu."
Dia tersenyum kecil padaku.
"Memang tidak. Itu membuatku muak."
Aku tak suka meninggalkannya di sini, tapi bagaimanapun juga, seperti katanya
sendiri, itu adalah rumahnya. Dan kurasa sekarang Elsie Holland akan merasa
lebih bertanggung jawab terhadapnya.
Aku kembali ke Little Furze bersama-sama Nash. Sementara aku menceritakan
kembali kejadian-kejadian pagi itu pada Joanna, Nash menanyai Partridge. Waktu
kembali menggabungkan diri dengan kami dia kelihatan tak bersemangat.
"Tak banyak bantuan dari sana. Menurut Partridge, gadis itu hanya berkata bahwa
dia risau memikirkan sesuatu dan tak tahu apa yang harus diperbuatnya, dan bahwa
dia ingin mendapat nasihat dari Partridge."
"Apakah Partridge menceritakan hal itu pada seseorang?" tanya Joanna.
Nash mengangguk dengan pandangan geram.
"Ya, dia menceritakannya pada Nyonya Emory pelayan harian Anda. Dan sepanjang ?pengetahuan saya, ada beberapa gadis yang masih mau meminta nasihat dari
orangorang tua dan merasa bahwa mereka tidak bisa menyelesaikan persoalan mereka
sendiri tanpa bantuan! Agnes itu mungkin tidak terlalu cerdas, tapi dia seorang
gadis yang baik, menaruh hormat, dan tahu sopan-santun."
"Itu sebenarnya pujian Partridge terhadap dirinya sendiri," gumam Joanna. "Dan
Nyonya Emory pasti telah menyiarkannya ke seluruh kota, ya?"
"Benar, Nona Burton."
"Ada satu hal yang membuat saya heran," kataku. "Mengapa saya dan adik saya
termasuk di antara orangorang yang menerima suratsurat kaleng itu" Kami adalah
orangorang asing di sini tak seorang pun punya rasa dendam terhadap kami/*
?"Anda rupanya tak bisa memahami keadaan mental si Pena Beracun apa saja yang
?ditemukan"nya, dimanfaatkannya. Boleh dikatakan bahwa dendamnya adalah terhadap
seluruh umat manusia."
"Saya rasa," kata Joanna dengan merenung, "itulah yang dimaksudkan oleh Nyonya
Dane Calthrop." Nash menoleh kepadanya dengan pandangan bertanya, tapi Joanna tidak menjelaskan
padanya. Inspektur polisi itu berkata,
"Saya tak tahu apakah Anda telah memperhatikan baikbaik amplop surat yang Anda
terima, Nona Burton. Bila itu Anda lakukan, mungkin akan terlihat oleh Anda
bahwa surat itu sebenarnya dialamatkan pada Nona Barton, dan huruf a kemudian
diubah menjadi u." Bila pernyataan itu ditafsirkan baikbaik, pasti kami telah mendapat suatu
petunjuk mengenai seluruh peristiwa itu. Sayang pada saat itu tak seorang pun di
antara kami yang melihat sesuatu yang berarti dari pernyataan tersebut.
Nash pulang, dan tinggallah aku bersama Joanna, Dia langsung berkata, "Kau pasti
tidak sependapat dengan dia bahwa surat itu sebenarnya ditujukan pada Nona
Emily, bukan?" "Kalau demikian halnya, surat itu tidak akan
dimulai dengan katakata, 'Perempuan jalang yang
menor*," kataku mengingatkannya, dan Joanna
membenarkan. i Kemudian Joanna menganjurkan agar aku pergi Ke kota. "Kau harus mendengar apa
kata orang banyak. Hal itu pasti menjadi topik utama gunjingan pagiim!"
Kuusulkan supaya dia juga ikut, tapi aku heran, karena Joanna menolak. Katanya
dia akan mengerja"kan sesuatu di kebun.
Aku berhenti sebentar di ambang pintu, lalu berkata dengan berbisik, "Kurasa
Partridge itu baikbaik saja, kan?" "Partridge 1"
Kekagetan dalam suara Joanna membuatku merasa malu akan pikiranku sendiri. Maka
aku berkata dengan nada meminta maaf, "Aku hanya sekadar ingin tahu. Soalnya
dalam beberapa hal dia agak 'aneh' dia seorang perawan tua yang ketus- yang ? ?punya kecenderungan terhadap penyakit jiwa yang berlatar belakang rasa
keagamaan." "Ini bukan penyakit jiwa yang berlatar belakang rasa keagamaan katamu Graves
?pun berkata begitu."
"Nah, sakit jiwa yang berlatar belakang kelainan sek" kalau begitu. Kudengar
keduanya bertalian erat. Dia tertekan dan merasa dirinya terhormat serta
terkurung di sini bersama sejumlah perawan tua selama bertahun-tahun."
"Apa yang membuatmu berpikir begitu?"
Lambatlambat aku berkata,
"Yah, hanya dari dia sendiri kita mengetahui apa yang dikatakan Agnes padanya,
bukan" Seandainya Agnes bertanya pada Partridge, mengapa waktu itu dia datang dan
meninggalkan sepucuk surat lalu Partridge berkata bahwa dia akan pergi ke sana
?petang itu untuk menjelaskannya,"
"Lalu menyembunyikan hal itu dengan berkata pada kita serta meminta izin apakah
gadis itu boleh datang ke sini?" "Ya."
"Tapi Partridge sama sekali tak keluar petang itu." "Kita tak tahu itu. Ingat,
kita sendiri keluar."
"Ya, itu benar. Kurasa itu mungkin." Joanna menimbang-nimbang
kemungkinankemungkinan itu. "Tapi bagaimanapun juga, kupikir, tidak. Kurasa
Partridge tak punya kepandaian untuk menghapus jejaknya dari suratsurat itu.
Menghapus sidik jari dan sebagainya. Untuk itu tak hanya kecerdikan yang
diperlukan, tapi juga pengetahuan. Kurasa dia tidak memiliki pengetahuan itu.
Kurasa..." Joanna bim"bang, lalu berkata lambatlambat, "mereka agaknya yakin benar
bahwa penulisnya seorang wanita, ya?"
"Apakah kaupikir dia seorang laki-laki?" Aku berseru tak percaya.
"Bukan bukan seorang laki-laki biasa- tapi laki-laki tertentu. Aku sebenarnya
? ?berpikir tentang Tuan Pye."
"Jadi rupanya Tuan Pye merupakan pilihanmu?" "Apakah kau sendiri tidak merasa
bahwa mungkin dialah orangnya" Dia adalah laki-laki yang mungkin merasa
kesepian dan tak bahagia dan penuh rasa benci. Soalnya semua orang
? ?menertawakan dia. Tak bisakah kau membayangkan dia diam-diam memben"ci semua
orang normal yang bahagia, dan menikmati rasa puas yang aneh dari seorang
seniman yang melihat akibat perbuatannya?"
"Graves mengatakan bahwa penulisnya adalah seorang perawan tua setengah baya."
"Dan Tuan Pye adalah perawan tua setengah baya," kata Joanna.
Banci," kataku pelan. "Memang begitu. Dia kaya, tapi uang tidak selalu bisa
membantu. Dan aku merasa bahwa mungkin jiwanya tak seimbang. Dia benarbenar
laki-laki kecil yang menakutkan"
"Tapi ingat, dia sendiri juga menerima surat." "Kita tak tahu," Joanna
mengingatkan. "Kita hanya menduga begitu. Lagi pula, mungkin saja dia
bersandiwara." "Untuk kepentingan kita?"
"Ya. Dia cukup pandai untuk memikirkan hal itu dan tidak melampaui batas."?"Diapasti seorang pemain sandiwara yang ulung."
'Tapi jelas, Jerry, siapa pun yang melakukan hal itu, pasti seorang pemain
sandiwara yang ulung. Itulah antara lain kesenangan yang dinikmatinya."
"Demi Tuhan, Joanna, jangan bicara dengan begitu penuh pengertian! Kau jadi
membuatku berpikir bahwa kau bisa memahami orang yang tak waras."
"Kurasa aku memang mengerti. Aku bisa memahami kecenderungannya. Seandainya
?aku bukan Joanna Burton, seandainya aku tak muda dan tak cukup menarik serta tak
bisa menikmati hidup ini, seandainya aku bagaimana aku harus mengata"kannya,
?ya" berada di balik jeruji besi, menonton orang orang menikmati hidupnya,
?apakah suatu rasa benci yang pekat tidak lalu muncul dalam diriku, menyebabkanku
punya keinginan untuk menyakiti, untuk menyiksa atau bahkan menghancurkan?"
?"Joanna!" Kucengkeram bahunya dan kugun-cang-guncang dia. Dia mendesah dan agak
bergidik, lalu tersenyum padaku.
u telah membuatmu takut ya, Jerry" Tapi aku punya perasaan bahwa itulah cara
yang tepat untuk memecahkan persoalan ini. Kita harus membayang"kan diri kita
menjadi orang itu. Tahu bagaimana perasaannya, dan apa yang membuatnya bertindak
begitu, dan kemudian dan kemudian mungkin kita bisa meramalkan apa yang akan
?dilakukannya selanjutnya."
"Persetan!" kataku. "Padahal aku datang kemari untuk beristirahat, hidup seperti
tumbuhan dan hanya menaruh perhatian pada gunjingan-gunjingan setempat yang tak
berarti. Yah, gunjingan setempat yang tak berarti! Tapi, ternyata yang kudapat
adalah fitnah, pencemaran nama baik, katakata kotor, dan pembunuhan!"
2 Joanna memang benar. High Street penuh dengan kelompokkelompok yang menarik-Aku
memutus"kan untuk mendengar reaksi setiap orang secara bergiliran.
Mula-mula aku bertemu dengan Griffith. Dia kelihatan benarbenar sakit dan letih.
Aku jadi bertanya-tanya dibuatnya. Pembunuhan memang bukan tugas sehari-hari
seorang dokter, tapi bukankah pekerjaannya telah menyiapkan dirinya agar mampu
menghadapi banyak persoalan, terma"suk penderitaan, sisi jahat setiap orang, dan
bahkan kematian itu sendiri"
"Kau kelihatan tak berdaya," kataku.
"Begitukah?" Sikapnya tak tegas. "Oh!" Akhir-akhir ini aku menghadapi banyak
penyakit yang menyusahkan hatiku."
'Termasuk si gila yang sedang merajalela?" "Itu pasti." Dia mengalihkan
pandangannya dariku ke seberang jalan. Kulihat saraf halus menggerakkan kelopak
matanya sedikit. "Apakah kau punya rasa curiga siapa yang.., ?" 'Tidak, tak ada. Kumohon pada ?Tuhan agar aku diberiNya perasaan itu."
Tiba-tiba dia menanyakan Joanna, dan mengata"kan dengan ragu bahwa dia memiliki
foto yang mungkin ingin dilihat Joanna.
Aku menawarkan jasa untuk membawakannya. "Ah, biarlah. Aku memang akan lewat
sana siang nanti." Aku mulai kuatir bahwa Griffith telah tergila-gila. Terkutuk si Joanna! Griffith
adalah pria yang terlalu baik untuk dipermainkan seenaknya.
Kubiarkan dia pergi, karena kulihat adiknya sedang menuju ke arah kami. Dan kali
ini aku ingin berbicara dengan wanita itu.
Seperti biasa, Aimee Griffith memulai percakapan"nya di tengah-tengah.
"Benarbenar mengejutkan!" serunya. "Kudengar Anda pagi-pagi sekali sudah
?sampai ke sana, ya?" Nyata benar besarnya rasa ingin tahunya dalam kata katanya
itu, dan matanya bersinar waktu dia memberikan tekanan pada katakata 'pagi-pagi
sekali'. Aku tidak akan menceritakan bahwa Megan yang meneleponku. Aku hanya
berkata, "Saya agak gelisah semalam. Soalnya gadis itu seharusnya datang untuk minum teh
di rumah kami, tapi dia tak muncul."
"Lalu Anda menguatirkan hal yang terburuk" Pandai sekali Anda!"
"Ya," kataku. "Saya ini memang manusia yang mirip anjing pelacak."
"Ini merupakan pembunuhan yang pertama di Lymstock. Kekacauan yang
ditimbulkannya hebat sekali. Saya harap polisi akan bisa menanganinya."
"Tak perlu kuatir," kataku. "Mereka terdiri dari orangorang yang terampil."
"Saya bahkan tak ingat bagaimana wajah gadis itu, meskipun saya rasa belasan
kali dia membukakan pintu untuk saya. Dia seorang gadis pendiam yang tak
menonjol. Kepalanya dihantam lalu tengkuknya ditusuk, begitu kata Owen, Menurut
saya agaknya ini perbuatan pacarnya. Bagaimana pendapat Anda?"
"Itukah kesimpulan Anda"1*
"Agaknya itulah yang paling masuk akal. Saya rasa mereka bertengkar. Orangorang
di sini banyak yang menikah amar-keluarga, dan umumnya para leluhur"nya pun tak
sehat." Dia berhenti sebentar, lalu melanjutkan, "Saya dengar Megan Hunter yang
menemukan mayatnya, ya" Dia pasti terkejut sekali."
"Memang," kataku singkat,
"Saya rasa, itu kurang baik untuknya. Menurut saya keseimbangan jiwanya agak
kacau dan kejadi"an seperti itu mungkin akan membuatnya benarbenar hilang
?ingatan." Aku mengambil suatu keputusan tegas. Aku harus tahu sesuatu.
"Coba katakan terus terang, Nona Griffith, apakah Anda yang telah membujuk Megan
supaya pulang ke rumahnya kemarin?"
"Ya, tapi kurang tepat kalau dikatakan mem"bujuk."
Aku bertahan pada setanganku. "Tapi Anda mengatakan sesuatu padanya, bukan?"
Aimee Griffith berdiri tegak lurus di hadapanku dan menatapku tepat-tepat. Dia
bersikap membela diri. Katanya,
"Tak baik cara anak itu menghindari tanggung jawabnya. Dia masih muda dan dia
tak tahu celoteh orang, maka saya merasa kewajiban sayalah untuk memberinya
peringatan." "Celoteh orang...?" Bicaraku terputus, aku terlalu marah untuk melanjutkannya.
Aimee Griffith melanjutkan kata katanya penuh rasa percaya dan puas diri. Itu
memang ciri khasnya yang sangat menjengkelkan,
"Oh, saya yakin Anda tentu tidak mendengar gunjingan orangorang di sini. Tapi
saya mendengar"nya! Saya tahu apa kata orang. Tapi ingatlah, sedetik pun saya
tak berpikir bahwa katakata itu ada benarnya sedetik pun tidak! Tapi Anda tahu ?bagaimana orangorang bila mereka bisa mengata"kan sesuatu yang bersifat jahat,
?mereka katakan saja! Dan bagi gadis itu tentu menyakitkan hati, sebab dia
sekadar mencari nafkah."
"Mencari nafkah?" tanyaku keheranan.
Aimee berkata lagi, "Kedudukannya memang sulit. Dan saya rasa dia telah bertindak benar. Maksud
saya, dia tentu tak bisa minta berhenti dengan mendadak dan mening"galkan
anakanak begitu saja tanpa ada yang mengurus. Selama ini dia memang
hebat benarbenar hebat. Itu saya katakan pada setiap orang! Tapi kemudian
?karena peristiwa itu, dia berada dalam kedudukan yang sulit, dan orangorang
tentu akan bergunjing."
"Siapa yang Anda bicarakan ini?" tanyaku.
"Elsie Holland tentu," kata Aimee Griffith tak sabaran. "Menurut saya dia adalah
seorang gadis yang betul-betul baik, dan dia hanya menjalankan tugasnya."
"Lalu apa kata orangorang?"
Aimee Griffith tertawa. Kupikir tawanya itu
bukan tawa yang menyenangkan, q
"Mereka mengatakan bahwa dia sudah mulai mempertimbangkan kemungkinan untuk
menjadi Nyonya Symmington yang kedua dan bahwa dia sedang berusaha keras untuk
?menghibur sang duda dan menjadikan dirinya tempat bergantung."


Pena Beracun The Moving Finger Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi, ya, Tuhan," kataku, amat terkejut, "Nyonya Symmington baru seminggu
meninggal!" Aimee Griffith mengangkat bahu.
"Memang, itu memang tak masuk akal! Tapi Anda pun tahu bagaimana orangorang!
Elsie Holland masih muda dan dia cantik sekali-itu saja sudah cukup. Dan Anda
harus ingat, pekerjaan sebagai guru pengasuh anakanak bukanlah pekerjaan yang
menjanjikan banyak bagi seorang gadis. Saya tidak menyalahkannya kalau dia
menginginkan sebuah rumah tangga yang tenang dengan seorang suami, dan dia pun
berlaku sesuai dengan rencananya."
"Tentulah," lanjutnya. "Dick Symmington yang malang itu sedikit pun tak menduga!
Dia benarbenar masih sedih atas kematian Mona Symmington. Tapi Anda pun tahu
bagaimana laki-laki! Kalau gadis itu setiap hari ada di situ, membuatnya merasa nyaman, mengurus
dirinya, jelas sayang pada anakanak yah, dia lalu menjadi tergantung pada ?gadis itu."
Dengan tenang aku berkata,
"Jadi Anda pikir Elsie Holland itu wanita murah an yang punya rencana jahat?"
Wajah Aimee Griffith memerah.
"Sama sekali tidak. Saya merasa kasihan pada gadis itu karena orangorang
?menggunjingkannya! Kare"na itu saya setengah menganjurkan pada Megan agar dia
kembali ke rumahnya. Kelihatannya lebih baik daripada Dick Symmington dan gadis
itu berduaan saja di rumah."
Aku mulai mengerti persoalannya.
Aimee Griffith tertawa riang lagi.
"Anda pasti terkejut, Tuan Burton, kalau mendengar apa yang digunjingkan orang
di kota sekecil ini. Satu hal bisa saya katakan orangorang itu selalu menduga
?yang terburuk!" Dia tertawa, mengangguk, lalu melangkah men"jauh.
3 Aku bertemu dengan Tuan Pye di dekat gereja. Dia sedang berbicara dengan Emily
Barton, yang wajahnya kelihatan merah jambu dan berapi-api.
Tuan Pye menyapaku dengan perasaan senang yang kentara sekali.
"Oh, Burton, selamat pagi, selamat pagi! Bagaima"na adikmu yang menarik itu?"
Kukatakan bahwa Joanna baikbaik saja.
"Tapi Anda tidak ikut bergabung dengan parlemen desa kami" Kami semua terkejut
mendengar berita itu. Pembunuhan! Pembunuhan di tengah-tengah kita, pembunuhan
yang mirip dengan berita dalam koran Minggu! Kupikir ini bukan suatu tindak
kejahatan yang menarik. Keji sekali.
Pembunuhan keji atas diri seorang pelayan kecil. Tak ada segi-segi yang lebih
menarik tentang kejahatan itu, namun tak bisa dibantah bahwa itu merupakan
berita." Dengan agak gemetaran, Nona Barton berkata,
"Ini mengejutkan mengejutkan sekali."
?Tuan Pye menoleh kepadanya.
"Tapi Anda menyukainya, Sahabat, Anda me"nyukainya. Akuilah sekarang. Anda tak
membenar"kan perbuatan itu, Anda menangisinya, namun ada unsur ketegangannya.
Saya tekankan, _ Anda suka pada ketegangan, sesuatu yang mendebarkan."
"Dia gadis yang baik," kata Emily Barton. "Dia datang pada saya, langsung dari
Rumah Yatim Piatu St. Clotilde. Dia masih lugu, tapi gampang diberi tahu. Dia
telah berubah menjadi pelayan kecil yang menyenangkan. Partridge senang sekali
padanya." Cepatcepat aku berkata, ^Kemarin sore dia berjanji untuk datang minum teh bersama Partridge." Aku
menoleh kepada Pye. "Saya rasa Aimee Griffith sudah menceritakannya pada Anda."
Nada bicaraku kubuat sewajar mungkin. Kelihat"annya Pye menjawab tanpa curiga.
"Ya, dia memang menceritakannya. Aku ingat dia mengatakan bahwa itu adalah suatu
hal yang baru. Tak biasa pelayan-pelayan menelepon dengan telepon maji"kannya."
"Partridge tidak akan mau berbuat seperti itu," kata Nona Emily, "dan saya
benarbenar heran Agnes sampai berbuat begitu."
"Anda ketinggalan zaman, Sahabat," kata Tuan Pye. "Kedua pelayanku terus-menerus
memakai telepon dan mengisap rokok seenaknya di dalam rumah sampai aku
mengajukan keberatanku. Tapi kita tak berani berkata terlalu banyak. Soalnya si Prescott adalah seorang
juru masak yang ahli, meskipun dia pemarah, sedang Nyonya Prescott adalah
seorang pelayan rumah tangga yang jem"polan."
"Ya, kami memang berpikir bahwa Anda benarbenar sangat beruntung."
Aku menyela, karena aku tak mau bahan percakapan bersifat kerumahtanggaan
semata-mata. "Berita pembunuhan itu cepat meluas," kataku.
"Tentu, tentu," kata Tuan Pye. "Tukang daging, tukang roti, pembuat wadah lilin,
semuanya sudah tahu. Mereka mendengar desasdesus yang sudah dibumbui macam-
macam! Sayang! Lymstock akan hancur. Suratsurat kaleng, pembunuhan-pembu"nuhan, dan
kecenderungankecenderungan kriminal lainnya."
Dengan gugup Emily Barton berkata, "Apakah mereka berpikir apakah mereka ?menduga
?bah"wa bahwa keduanya ada hubungannya?"
?Tuan Pye menangkap gagasan itu.
"Suatu spekulasi yang menarik. Gadis itu tahu sesuatu, karenanya dia dibunuh.
Ya, ya, menjanjikan sesuatu. Pandai benar Anda sampai berpikir ke situ."
"Saya saya tak tahan menanggungnya."
?Emily Barton berbicara tergesa-gesa, lalu berbalik dan berjalan menjauh cepat
sekali. Pye memandanginya dari belakang. Wajahnya yang bulat seperti bidadari kecil itu
terdongak penuh tanda tanya.
Dia menoleh kembali kepadaku lalu menggeleng perlahan lahan.
"Dia seorang wanita yang sensitif Seorang makhluk yang menarik, bukan" Sesuatu
yang antik dan benarbenar berharga. Tahukah Anda, dia tidak hidup dalam
generasinya, melainkan dalam generasi sebelumnya. Ibunya pastilah seorang
pribadi yang berwatak sangat keras. Keluarganya dipertahankan"nya hidup dengan
cara seperti dalam tahun 1870-an. Seluruh keluarga itu seakanakan
dilestarikannya di dalam kotak kaca. Aku senang menemukan hal semacam itu."
Aku tak ingin berbicara tentang barangbarang antik,
"Apa pendapat Anda mengenai seluruh kejadian ini?" tanyaku.
'Apa maksud Anda?" "Suratsurat kaleng, pembunuhan...."
"Gelombang kejahatan di sini" Apa pendapat Anda?"
"Saya yang lebih dulu bertanya," kataku dengan nada menyenangkan.
Dengan raman Tuan Pye berkata,
"Ketahuilah, aku ini penggemar segala sesuatu yang tak normal. Soal-soal yang
begitu menarik perhatianku. Hal-hal yang paling fantastis, yang rasanya tak
mungkin dilakukan seseorang.
Umpama"nya perkara Lizzie Borden itu. Sebenarnya tak ada penjelasan yang masuk
akal mengenai hal itu. Dalam hal seperti itu, nasihatku pada polisi ialah ?pelajarilah wataknya.
Hentikan saja segala kesibukan # mengenai sidik jari, pemeriksaan tulisan
tangan, dan mikroskop kalian. Tapi perhatikanlah apa yang diperbuat orang dengan
tangannya, dan segala gerak-geriknya yang kecil-kecil, dan cara mereka memakan
makanannya, dan kapan mereka kadangkadang tertawa tanpa alasan yang nyata."
Aku mengangkat alisku. "Gila?" tanyaku.
"Gila, benarbenar gila," kata Tuan Pye, lalu menambahkan, "tapi Anda tidak akan
pernah tahu!" "Siapa dia?" Dia menatap mataku tepat-tepat. Dia tersenyum.
"Tidak. Tidak, Burton, itu akan berarti fitnah. Kita tak boleh menambahkan
fitnah pada semua kejahatan yang telah ada."
Dia boleh dikatakan berjalan sambil melompat-lompat.
Ketika aku berdiri terpana menatapnya dari belakang pintu gereja terbuka dan
Pendeta Caleb Dane Calthrop keluar.
Dia tersenyum kecil padaku.
"Selamat selamat pagi, Tuan chr^eh..."
? ?"Burton," kataku membantunya.
"Tentu, tentu, harap Anda jangan menyangka bahwa saya tak ingat pada Anda. Pada
saat ini nama Anda hilang sebentar dari ingatan saya. Hari yang indah, bukan?"
"Ya," kataku singkat.
Dia memandangiku. "Tapi ada sesuatu sesuatu- ah, ya, anak malang yang bekerja pada keluarga
? ?Symmington itu. Harus saya akui, saya tak bisa percaya bahwa ada seorang pembunuh di antara
kita, Tuan eh? ?Burton."
"Kelihaiannya memang agak tak masuk akal," kataku,
"Ada lagi sesuatu yang baru saja saya dengar." Dia mendekatkan dirinya padaku.
"Saya dengar bahwa suratsurat kaleng sudah tersebar beberapa lamanya. Apakah
Anda mendengar desasdesus macam itu?"
"Saya sudah mendengarnya," kataku.
"Perbuatan seorang pengecut," Dia berhenti lalu mengutip ungkapan-ungkapan dalam
bahasa Latin. "Katakata Horace itu memang sangat tepat, bukan?" katanya.
"Tepat sekali," kataku.
5 Agaknya tak ada lagi yang bisa kuajak bicara dengan memberikan manfaat. Setelah
membeli tembakau dan sebotol sherry, sekadar untuk mendapat beberapa pendapat
tambahan yang kurang penting, aku pulang,
"Seorang gelandangan kumal." Itulah rupanya penilaian orang.
"Yang datang ke rumah-rumah, merengek-rengek minta uang, dan bUa yang
ditemukannya adalah seorang gadis yang sendirian, mereka menjadi kurang ajar.
Adik perempuan saya, Dora, yang tinggal di Combeacre, pada suatu hari mengalami
pengalaman yang menjijikkan itu orang itu mabuk dan menjual syair-syair pendek
?yang dicetak,..." Kisah itu berlanjut, dan berakhir dengan: Dora si pemberani itu membanting pintu
di muka si pengganggu lalu melarikan diri dan bersembunyi di suatu tempat yang
kurang jelas, yang dari halusnya cara mengucapkannya adalah dalam sebuah WC.
"Dan dia tetap tinggal di situ sampai majikannya pulang!"
Aku tiba di Little Furze beberapa menit sebelum makan siang. Joanna sedang
berdiri di jendela ruang tamu utama tanpa berbuat apa-apa seolaholah pikirannya
sedang mengembara beberapa mil jauhnya.
"Apa kerjamu tadi?" tanyaku.
"Ah, entahlah. Tak ada yang istimewa."
Aku keluar ke teras. Di sana tampak dua buah kursi yang didekatkan pada sebuah
meja besi dan dua buah gelas bekas sherry. Pada sebuah kursi lain ada sebuah
benda yang kuperhatikan dengan linglung beberapa lamanya.
"Apa sih ini?" "Oh," kata Joanna, "Itu adalah foto sebuah limpa yang sakit atau entah apa.
Rupanya Dokter Griffith menyangka bahwa aku tertarik untuk melihatnya."
Aku memperhatikan foto itu dengan penuh perhatian. Setiap laki-laki punya cara
untuk mengambil hati wanita. Aku sendiri tidak akan memilih cara dengan
menggunakan foto-foto limpa, baik yang sakit maupun yang tidak. Namun aku yakin
pasti Joanna yan^telah memintanya!
"Kelihatannya sama sekali tak menyenangkan," kataku.
Joanna berkata bahwa itu cukup menyenangkan.
"Bagaimana Griffith?" tanyaku.
"Dia kelihatan letih dan sangat sedih. Kurasa ada yang sedang dipikirkannya."
"Sebuah limpa yang tak mau sembuh setelah diobati mungkin?"
"Jangan bodoh. Maksudku sesuatu yang nyata."
"Kurasa kaulah yang sedang dipikirkannya. Aku lebih suka kalau dia kaubiarkan
saja, Joanna." "Ah, tutup mulutmu. Aku tidak melakukan apa-apa."
"Perempuan selalu berkata begitu."
Joanna marah dan berbalik dengan kasar, lalu keluar dari kamar.
Foto limpa yang sakit itu mulai menggelung kena sinar matahari. Kuangkat salah
satu sudutnya lalu kubawa ke dalam ruang tamu. Aku sendiri tidak menyukainya,
tapi aku yakin bahwa itu merupakan salah satu harta kekayaan Griffith.
Aku membungkuk lalu menarik sebuah buku yang berat dari bagian bawah rak buku
untuk menyelipkan foto itu di tengah-tengahnya supaya menjadi rata lagi. Buku
itu besar sekali, berisi khotbah-khotbah seseorang.
Aku terkejut sekali karena begitu buku itu kuambil halamannya tiba-tiba terbuka.
Sesaat kemudian kulihat apa sebabnya. Di bagian tengah buku itu, beberapa
halaman telah dipotong dengan rapt.
Aku berdiri terpana menatapnya. Kulihat halaman judulnya. Buku itu diterbitkan
dalam tahun 184CL Sama sekali tak perlu disangsikan lagi. Yang sedang kupandangi
itu adalah buku, yang dari halaman-halamannya telah disusun huruf-huruf untuk
suratsurat kaleng itu. Siapa yang telah memotongnya"
Yah, pertama-tama mungkin Emily Barton sendiri. Mungkin dialah orang yang harus
diper"hitungkan. Atau bisa juga Partridge.
Tapi masih ada kemungkinankemungkinan lain. Halaman-halaman itu bisa pula
dipotong oleh siapa pun yang pernah berada dalam kamar itu seorang diri. Seorang
tamu umpamanya, yang sedang duduk di sini sambil menunggu Nona Emily. Atau
bahkan M siapa pun juga yang datang untuk sesuatu urusan.
Tidak, itu terlalu dicari-cari. Pernah kulihat pada suatu hari seorang pegawai
bank datang untuk menjumpaiku, Partridge mempersilakannya masuk ke dalam ruang
kerja kecil di bagian belakang rumah. Jelas bahwa itu merupakan kebiasaan di
rumah ini. Kalau begitu seorang tamu" Seseorang yang 'punya kedudukan baik di masyarakat*.
Tuan Pye" Aimee Griffith" Nyonya Dane Calthrop"
" 7 Gong berbunyi dan aku keluar untuk makan siang. Setelah makan kami masuk ke
ruang tamu utama, dan di sana kuperlihatkan penemuanku pada Joanna.
Kami membahas hal itu dari segala segi. Kemudian kubawa buku itu ke kantor
polisi. Mereka girang sekali melihat penemuanku, dan - aku mendapat pujian untuk apa
yang sebenarnya merupakan suatu kebetulan semata-mata.
Graves tak ada di situ, tapi Nash ada. Dia lalu menelepon rekannya itu. Mereka
akan memeriksa buku tersebut untuk mencari bekas-bekas sidik jari, meskipun Nash
tidak punya harapan besar akan menemukannya. Boleh dikatakan bahwa dia memang
tidak menemukan apa-apa. Mereka menemukan sidik jariku, sidik jari Partridge,
selebihnya tak ada lagi, Hal itu menunjukkan bahwa Partridge selalu membersihkan
debu dengan baik. Nash ikut berjalan denganku mendaki bukit. Kutanyakan bagaimana kemajuan
pekerjaannya. "Kami masih terus menyempitkan kemungkinannya, Tuan Burton. Kami telah
menyisihkan orangorang yang tak mungkin terlibat."
"Oh," kataku. "Lalu siapa yang tertinggal?"
"Nona Ginch. Kemarin petang dia harus menjum"pai seorang nasabah di rumahnya
berdasarkan janji. Rumah itu terletak tak jauh dari Combeacre Road, yaitu jalan
memanjang yang melewati rumah keluarga Sjinmington. Pulang-pergi dia harus
melewati rumah itu... seminggu sebelumnya, pada hari surat kaleng itu disampaikan
dan Nyonya Symmington bunuh diri, adalah hari terakhir dia bekerja di kantor
Symmington. Mula-mula Tuan Symmington menyangka bahwa wanita tersebut sama
sekali tidak meninggalkan kantor petang itu. Sepanjang petang itu Symmington
berbicara dengan Sir Henry Lushington dan beberapa kali memanggil Nona Ginch
dengan belnya. Namun, kemudian saya dengar bahwa wanita itu sebenarnya memang
meninggalkan kantor antara pukul tiga dan pukul empat. Dia keluar untuk membeli
selembar perangko yang bernilai tinggi karena mereka kehabisan. Sebenarnya
pesuruh kantor bisa pergi, tapi Nona Ginch ingin pergi sendiri, dengan
mengatakan bahwa dia sakit kepala dan menginginkan udara segar. Dia pergi
sebentar saja." "Tapi cukup lama, bukan?"
"Ya, cukup lama untuk bergegas pergi ke ujung lain desa ini, menyelipkan surat
itu ke dalam kotak pos lalu cepatcepat kembali. Tapi harus saya akui, bahwa saya
tak berhasil menemukan seseorang yang melihatnya berada di dekat rumah keluarga
Sym"mington." "Apakah seseorang mungkin melihatnya?"
"Mungkin ya, mungkin tidak."
"Siapa lagi yang Anda curigai?"
Nash memandang lurus ke depan.
"Anda tentu mengerti bahwa kita tak bisa menyisihkan siapa pun juga siapa pun ?orangnya."
"Ya," kataku. "Saya mengerti itu,"
Dengan bersungguhsungguh dia berkata, "Nona Griffith pergi ke Brenton untuk
suatu penemuan Pramuka Wanita kemarin. Dia tiba agak terlambat."
"Anda kan tidak menduga..."
"Tidak, saya tidak menduga. Dan saya tak tahu. Kelihatannya Nona Griffith itu
adalah seorang wanita yang akalnya benarbenar waras dan sehat tapi sekali lagi ?saya katakan, saya tak tabu.**
"Bagaimana dengan minggu sebelumnya" Mung"kinkah dia pula yang telah menyelipkan


Pena Beracun The Moving Finger Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

surat itu ke dalam kotak pos?"
"Itu mungkin. Dia sedang berbelanja di kota petang itu." Dia diam sebentar. "Hal
yang sama berlaku bagi Nona Emily Barton. Kemarin petang dia keluar untuk
berbelanja, lalu minggu sebelumnya dia pergi berjalan-jalan untuk menjumpai
beberapa orang teman melewati jalan di depan rumah keluarga Symmington."
Aku menggeleng tak percaya. Aku tahu, bahwa dengan ditemukannya buku yang sudah
digunting beberapa halamannya di Little Furze, perhatian orang akan tertarik
pada pemilik rumah itu. Tapi bila kuingat bagaimana Nona Emily datang kemarin
petang dalam keadaan begitu berseri-seri, senang, dan gembira sekali....
Persetan semuanya gembira sekali.... Ya, terlalu gembira pipinya kemerah-
? ?merahan ?matanya ber"sinar-sinar tentulah bukan karena bukan ka"rena...
? ?"Perkara ini tak baik akibatnya bagi kita!" kataku dengan suara tersendat. "Kita
jadi melihat macam-macam kna membayangkan macam-macam "
? ?"Ya, memang tidak menyenangkan untuk meng"anggap teman kita sebagai orang gila
yang mungkin telah melakukan kejahatan."
Dia berhenti sebentar, lalu melanjutkan,
"Lalu ada pula Tuan Pye...."
"Jadi Anda mempertimbangkan dia juga?" tanya"ku tajam.
Nash tersenyum. "Oh, ya, kami memang mempertimbangkan dia. Wataknya aneh sekali menurut saya,
?watak yang tidak begitu baik. Dia tak punya alibi. Dia berada di kebunnya,
seorang diri, pada kedua kesempatan itu."
"Jadi Anda tidak hanya mencurigai kaum wanita?"
"Saya rasa bukan seorang laki-laki yang menulis suratsurat itu saya bahkan
?yakin akan hal itu demikian pula Graves hanya dia juga mencuri"gai Tuan Pye,
? ?artinya, karena orang itu punya watak yang mirip seorang wanita tidak
?wajar banci. Tapi kami telah meneliti setiap orang sepanjang petang kemarin.
?Soalnya ini adalah suatu perkara pembunuhan. Anda sendiri tak apa-apa," dia
tertawa kecil, "demikian pula adik Anda, sedang Tuan Symmington tidak
meninggalkan kantornya sejak dia tiba di sana, dan Dokter Griffith sedang pergi
berkeliling ke arah yang berlawanan. Saya telah mengecek kunjungan-
kunjungannya." Dia berhenti, tersenyum lagi, lalu berkata, "Sekarang Anda lihat, kami teliti
sekali/1 "Jadi dalam perkara ini Anda telah mengurangi kemungkinan siapa-siapa yang
terlibat hingga tinggal empat orang Nona Ginch, Tuan Pye, Nona Griffith, dan Bu
?Barton?" tanyaku lambatlambat.
"Oh, tidak, tidak, ada beberapa orang lagi di samping istri Pak Pendeta."
?"Anda mencurigai wanita itu?"
"Saya mencurigai setiap orang. Tapi Nyonya Dane Calthrop agak terlalu terbuka
marahnya, mengerti"kah Anda maksud saya" Meskipun demikian, dia bisa saja
melakukannya. Dia berada dalam sebuah hutan memperhatikan burung-burung kemarin
petang tapi burung-burung itu tak dapat membuktikan hal tersebut untuknya."?Dia berpaling tiba-tiba, karena Owen Griffith masuk ke pos polisi itu.
"Halo, Nash, kudengar kau ke sana kemari menanyakan aku tadi pagi. Apakah ada
sesuatu yang penting?"
"Pemeriksaan pengadilannya akan diadakan pada hari Jumat, kalau Anda setuju,
Dokter Griffith." "Baik. Aku dan Moresby akan mengerjakan surat keterangan kematiannya nanti
malam," Nash berkata, "Hanya ada satu hal, Dokter Griffith. Nyonya Symmington sedang minum semacam
obat, puyer yang terbungkus atau apa pun namanya. Anda yang memberikan resepnya
untuknya..." Dia berhenti. Dokter Griffith bertanya, "Lalu?"
"Apakah akan berarti kematian bila obat itu diminum terlalu banyak?" Griffith
menjawab datar, "Sama sekali tidak. Kalau jumlah yang diminumnya tidak mencapai
dua puluh lima bungkus!"
"Tapi kata Nona Holland, Anda pernah memper"ingatkannya karena dia telah minum
melebihi dosisnya." "Oh, itu, ya. Nyonya Symmington adalah orang yang suka melakukan segala sesuatu
secara berlebih"an, juga mengenai apa-apa yang diberikan padanya disangkanya
?bahwa bila obat itu diminum dua kali lebih banyak, dia akan sembuh dua kali
lebih cepat. Padahal phenacetin dan aspirin tak boleh diminum melebihi
dosis tak baik bagi jantung. Dan bagaima"napun juga tak perlu diragukan lagi,
?penyebab kematiannya adalah racun sianida."
"Oh, itu saya sudah tahu Anda tak mengerti maksud saya. Menurut saya bila
?seseorang memang ingin bunuh diri, dia akan memilih minum obat penenang dalam
jumlah besar daripada minum racun asam biru."
"Itu benar. Sebaliknya, racun asam biru lebih dramatis dan hasilnya lebih
meyakinkan. Bila dia menggunakan obat penenang, kita masih bisa menyelamatkan
nyawanya kalau belum terlambat."
"Oh, begitu, terima kasih, Dokter Griffith."
Griffith pergi, dan aku pun minta diri pada Nash. Perlahanlahan aku berjalan
pulang mendaki bukit. Joanna sedang keluar,aku tak melihatnya di mana-mana, dan
dalam buku catatan berita telepon terdapat suatu pemberitahuan yang aneh, yang
agaknya ditujukan pada Partridge atau padaku. Berita itu berbunyi,
'Bila Dokter Griffith menelepon, katakan aku tak bisa pergi hari Selasa, tapi
bisa mengusahakan pada hari Rabu atau Kamis'.
Aku mengangkat alisku lalu masuk ke ruang tamu Aku duduk di kursi yang paling
nyaman ?(sebenarnya tak ada sebuah pun di antara kursikursi itu yang nyaman, kursikursi
itu bersandaran tegak dan merupakan peninggalan Nyonya Barton) kuulurkan
?kakiku dan kucoba memikirkan segala-galanya.
Dengan rasa jengkel kuingat bahwa kedatangan Owen tadi telah memutuskan
pembicaraanku dengan Inspektur, dan bahwa waktu itu Inspektur Nash baru akan
menyebutkan dua orang lagi yang patut dicurigai.
Aku ingin tahu siapa mereka.
Mungkinkah Partridge merupakan salah seorang di antaranya" Soalnya buku yang
terpotong halaman-halamannya itu terdapat dalam rumah ini. Dan bisa saja Agnes,
secara tak terdugaduga, dihantam sampai mati oleh pelindung dan gurunya sendiri.
Tidak, Partridge tak dapat disisihkan.
Lalu siapakah yang seorang lagi..
Mungkinkah seseorang yang tidak kukenal" Nyonya Cleat-kah" Orang yang memang
sudah sejak semula dicurigai"
Aku memejamkan mata. Kupertimbangkan empat orang secara bergantian, yang
anehnya, orangorang yang tak mungkin terlibat. Nona Emily Barton yang mungil,
rapuh, dan halus" Hal-hal apakah sebenar"nya yang memberatkannya" Hidupnya yang
hampa" Selalu dicengkeram dan ditekan sejak masih kanak-214
215 kanak" Terlalu banyak yang harus dikorbankannya" Rasa ngerinya yang tak wajar
bila kita membahas 'sesuatu yang tak enak didengar'" Apakah itu merupakan tanda-
tanda dirinya sendiri yang sebenar"nya justru menyukai hal-hal tersebut di atas"
Apakah aku telah menjadi seorang pengikut Freud yang fanatik" Aku ingat suatu
kali seorang dokter mengatakan padaku, bahwa apa yang diucapkan wanitawanita
yang tak menikah yang nampak lembut, di bawah pengaruh obat bius" patut
dijadikan pelajaran, 'Kita tak menyangka mereka mengenal katakata seperti itu!'
Apakah Aimee Griffith"
Jelas tak ada sesuatu pun yang menekan atau mempengaruhi dia. Dia periang, agak
jantan, dia wanita yang berhasil. Hidupnya padat dan sibuk. Namun Nyonya Dane
Calthrop pernah berkata, "Kasihan dia!"
Lalu ada pula sesuatu sesuatu sesuatu yang kuingat,,.. Ah! Aku ingat. Owen ? ?Griffith yang berkata, "Kami pernah mengalami menyebarnya suratsurat kaleng di
daerah utara di tempat saya praktek."
Apakah itu perbuatan Aimee Griffith pula" Itu pasti hanya merupakan suatu
kebetulan. Dua tempat penyebaran yang berbeda untuk hal yang sama.
Berhenti dulu, kejadian yang di daerah utara ku sudah diusut polisi. Demikian
kata Griffith. Pelakunya adalah seorang siswi sekolah.
Aku tiba-tiba merasa dingin pasti tiupan angin dari jendela. Aku membalik tak
?nyaman di kursiku. Mengapa aku tiba-tiba merasa begini aneh dan risau"
Berpikirlah terus.,.. Aimee Griffith" Mungkin yang di daerah utara itu pun Aimee
Griffith, bukan siswi itu" Dan Aimee lalu datang kemari dan mengulangi hal yang
sama. Jadt itulah sebabnya mengapa Owen Griffith kelihatan begitu sedih dan
lesu. Dia merasa curiga. Ya, dia curiga....
Tuan Pye" Dia memang seorang laki-laki kecil yang tidak begitu menyenangkan.
Bisa kubayangkan dia merencanakan semuanya ini... sambil tertawa....
Pesan dalam buku catatan telepon di lorong rumah itu... mengapa aku mengingatnya
terus" Griffith dan Joanna pria itu sudah tergila-gila pada Joanna.... Tidak, bukan itu ?yang menyebabkan aku merasa risau melihat pesan tertulis itu. Ada sesuatu yang
lain.... Akal sehatku serasa mengapung-apung, aku sudah mengantuk sekali. Seperti orang
bodoh, aku mengulang-ulang, "Tak ada asap tanpa api. Tak ada asap tanpa api....
Itulah dia.., semuanya berhubung-hubungan,..,"
Kemudian rasanya aku berjalan di jalan raya bersama Megan. Dan Elsie Holland
lewat. Dia memakai gaun pengantin, dan orangorang ber"gumam;
"Akhirnya dia akan menikah dengan Dokter Griffith. Diam-diam mereka sudah
bertunangan bertahun-tahun lamanya...."
Itu kami, di dalam gereja, dan Pendeta Dane Calthrop medang memimpin misa dalam
bahasa Latin. Dan di tengah-tengah khotbahnya. Nyonya Dane Calthrop melompat dan berteriak
kuat-kuat, "Uu harus dihentikan, hentikan kataku. Itu harus dihentikan!"
Beberapa saat lamanya aku tak tahu apakah aku tertidur atau terjaga. Kemudian
pikiranku kembali jernih, dan ternyata aku sedang berada di ruang tamu di Little
Furze, Nyonya Dane Calthrop baru saja masuk lewat pintu dan sekarang berdiri di
hadapanku sambil berkata dengan keras tetapi gugup,
"Ini semua harus dihentikan, kata saya."
Aku terlompat. "Maaf," kataku. "Saya rasa, saya tertidur. Apa kata Anda?"
Nyonya Dane Calthrop memukulkan tinjunya kuat-kuat ke telapak tangannya yang
satu lagi. "Ini semua harus dihentikan. Suratsurat itu! Pembunuhan itu! Kita tak boleh
membiarkan anakanak malang yang tak tahu apa-apa seperti Agnes Woddell sampai
terbunuh1" "Anda benar," kataku. "Tapi bagaimana Anda akan melakukannya?"
Nyonya Dane Calthrop berkata,
"Kita harus berbuat sesuatu!"
Aku tersenyum, mungkin dengan cara yang agak meremehkan.
"Lalu apa usul Anda yang bisa kita lakukan?"
"Membongkar perkara ini sampai tuntas! Saya dulu berkata bahwa tempat ini bukan
tempat yang jahat. Saya keliru. Tempat ini jahat."
Aku merasa jengkel. Dengan tidak terlalu sopan aku berkata, "Benar, Nyonya yang
baik, tapi apa yang akan Anda lakukan?"
Nyonya Dane Calthrop berkata, "Menghentikan semua ini, tentu."
"Polisi terus berusaha keras "
"Bila Agnes sampai terbunuh kemarin, berarti usaha mereka masih belum cukup
keras." "Jadi Anda lebih tahu daripada mereka?"
ama sekali tidak. Saya sama sekali tidak tahu apa-apa. Sebab itu saya akan
meminta bantuan seorang ahli." Aku menggeleng,
"Anda tak bisa berbuat begitu. Scotland Yard hanya mau mengambil alih perkara
ini atas permintaan Kepala Polisi Daerah. Mereka sebenar"nya sudah mengirim
Graves." "Bukan ahli macam itu maksud saya. Maksud saya bukan seseorang yang ahli tentang
suratsurat kaleng atau bahkan mengenai pembunuhan. Yang saya maksud adalah
seseorang yang mengenal manusia. Tak mengertikah Anda" Kita membutuhkan
sese"orang yang tahu banyak tentang kejahatanV
Benarbenar suatu pendapat yang aneh. Namun bagaimanapun juga, memberikan
semangat. Sebelum aku sempat berkata apa-apa lagi, Nyonya Dane Calthrop mengangguk padaku,
lalu berkata cepat dengan nada penuh keyakinan,
"Saya akan mengusahakannya sekarang juga." . Dan dia keluar melalui pintu yang
sama. BAB SEPULUH 1 KURASA minggu berikutnya adalah masa paling aneh yang pernah kulewati. Rasanya
seperti mimpi ganjil saja. Tak ada satu pun yang kelihatan nyata.
Pemeriksaan pengadilan mengenai Agnes Woddell diadakan dan semua orang di
Lymstock yang ingin tahu hadir beramai-ramai. Tak ada kenyataan baru yang
dikemukakan dan hanya ada satu kemungkinan keputusan hakim. "Dibunuh oleh
seseorang atau beberapa orang yang tak dikenal."
Maka si kecil Agnes Woddell yang malang, yang telah banyak mendapat sorotan,
kemudian dikubur"kan di pekuburan tua yang tenang di belakang gereja, dan
kehidupan di Lymstock pun kembali berjalan
seperti biasa. Tidak, pernyataan yang terakhir itu tak benar.
Tidak seperti biasa.... Di mata setiap orang tampak kilatan rasa takut, rasa curiga. Orang mencurigai
tetangganya sendiri. Satu hal telah dikemukakan dengan jelas dalam pemeriksaan
pengadilan itu tak mungkin Agnes Woddell dibunuh oleh orang yang tak dikenal. ?Tak ada laporan mengenai adanya gelandangan maupun orangorang tak dikenal di
wilayah itu. Kalau begitu, maka di suatu tempat di Lymstock, berjalan di High
Street, berbelanja, menghabiskan waktu di siang hari, adalah seseorang yang
telah menghancurkan tengko"rak seorang gadis yang tak berdaya dan menusukkan
sebuah tusuk daging yang tajam ke otaknya
Dan tak seorang pun tahu siapa orangnya.
Sebagaimana sudah kukatakan, hari-hari berlalu bagaikan dalam mimpi. Setiap
orang yang kujumpai kulihat dengan pandangan baru, pandangan bahwa mungkin
dialah si pembunuh. Itu merupakan perasaan yang tidak menyenangkan!
Dan malam-malam harinya, di balik tirai yang tertutup, aku dan Joanna duduk
bercakapcakap, berdebat, bertengkar, mengulang-ulang segala ke"mungkinan yang
ada, yang nampaknya masih begitu fantastis dan tak masuk akal.
Joanna berpegang keras pada teorinya mengenai Tuan Pye. Sedang aku, setelah agak
goyah, kembali pada tertuduhku yang pertama, Nona G inch. Tapi berulang kali
kami menyebut-nyebut juga nama orangorang yang mungkin telah melakukannya.
Tuan Pye" Nona Ginch" Nyonya Dane Calthrop"
Aimee Griffith" Emily Barton" Partridge" Dan setiap kali kami menunggu dengan gugup dan tegang sesuatu yang akan terjadi.
Tapi tak terjadi apa-apa. Sepanjang pengetahuan kami, tak ada seorang pun yang
menerima surat lagi. Secara teratur Nash muncul di kota. Tapi apa yang
dilakukannya atau perangkap-perangkap apa yang sedang dipasang polisi, aku tak
tahu. Graves sudah pergi lagi.
Emily Barton datang untuk minum teh bersama kami. Megan datang untuk makan
siang. Owen Griffith sibuk dengan prakteknya. Kami mengun"jungi Tuan Pye untuk
minum sherry. Dan kami pun minum teh di kediaman pendeta.
Aku senang waktu menjumpai Nyonya Dane Calthrop tidak lagi menunjukkan rasa
geram yang hebat seperti yang diperlihatkannya pada pertemuan kami yang
terakhir. Kurasa dia sudah melupakannya sama sekali.
Kini agaknya dia lebih memusatkan perhatiannya pada usaha membasmi kupu-kupu
putih untuk menyelamatkan kebun kembang kol dan kubisnya.
Petang hari di kediaman pendeta itu merupakan satu di antara saat-saat
yang"paling tenang yang kami lewati. Rumah itu sudah kuno tapi menarik, ruang
tamunya luas dan nyaman, dihiasi tiraitirai merah muda yang sudah kusam. Ada
seorang tamu yang sedang menginap di rumah keluarga Dane Calthrop waktu itu. Dia
adalah seorang wanita tua yang ramah, yang asyik merajut sesuatu dengan benang
wol berwarna putih. Sebagai teman minum teh, kami makan roti manis yang enak dan
masih hangat. Pendeta masuk^dan menyapa kami dengan wajah berseri namun berkesan
tenang. Kemudian ia bercakapcakap dengan kami. Dari cara dan apa yang
dibicarakannya, nyatanya bahwa ia orang pandai. Menyenangkan sekali.
Itu tak berarti bahwa kami terhindar dari bahan pembicaraan mengenai pembunuhan,
sama sekait tidak. Miss Marple, tamu itu, tentulah sangat terkesan oleh pokok pembicaraan kami.
"Sedikit sekali bahan percakapan di desa kami!" katanya dengan nada minta maaf.
Dia merasa yakin bahwa gadis yang meninggal itu tentulah sama l>cpar dengan
pelayan"nya sendiri yang bernaii^Mftth-
"Seorangpelayan mungil ang r^. hati, selalu siap sedia, meslupurt kadangkadang
sedikit lamban dalam memanarrii"sesuatu."
Miss Marple punya seorang sawUra sepupu dan sepupunya itu punya keponakan ipa*
perempuan st keponakan tersebut juga telah mengalami gangguan dan kesulitan


Pena Beracun The Moving Finger Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

besar karena suratsurat kaleng. Karenanya, pembicaraan mengenai suratsurat
ka"leng juga sangat menarik perhatian wanita tua yang ramah itu.
"Tapi coba ceritakan," katanya pada Nyonya Dane Calthrop, "apa kata orangorang
desa?maksudku orangorang kota ini" Menurut pikiran mereka, siapa yang menulisnya"**
"Saya rasa masih tetap Nyonya Clcat," kata Joanna.
"Oh, tidak," kata Nyonya Dane Calthrop. "Sekarang tidak lagi-"
Miss Marple menanyakan siapa Nyonya Cleat itu.
Joanna mengatakan bahwa dia adalah nenek sihir di desa int.
"Betul begitu kan, Nyonya Dane Calthrop"**
Pendeta menggumamkan sesuatu dalam bahasa Latin secara panjang lebar, kurasa
mengenai kekuatan-kekuatan jahat ilmu sihir. Kami semua mendengarkannya dengan
diam dan penuh hormat, meskipun tak bisa mengerti apa yang dikatakannya.
"Dia adalah wanita yang amat tolol," kata nyonya pendeta itu, "Dia suka pamer.
Dia keluar malam hari, waktu bulan purnama, untuk mengumpulkan tanam-tanaman dan
apa-apa, dan sengaja pamer supaya seisi desa tahu akan hal itu."
"Dan kurasa gadis-gadis tolol datang dan minta nasihatnya, ya?" kata Miss
Marple. Kulihat pendeta sudah bersiap-siap untuk mencu"rahkan katakata Latinnya lagi,
maka aku pun cepatcepat bertanya, "Lalu mengapa orang tak boleh mencurigainya
sebagai si pembunuh sekarang" Bukankah mereka menduga bahwa dialah penulis
suratsurat itu?" Miss Marple berkata, "Oh! Tapi gadis itu dibunuh dengan sebuah tusuk daging,
begitu yang saya dengar (sungguh tidak menyenangkan). Nah, dengan demikian ?tentulah semua kecurigaan bisa dihapuskan dari Nyonya Cleat itu. Karena Anda
tentu tahu, dia cukup mengutuk gadis itu, supaya si gadis mati sia-sia dan mati
karena sebab-sebab yang tak wajar."
"Aneh, betapa masih banyak orangorang percaya pada hal-hal begitu sekarang,"
kata pendeta. "Di awal perkembangan agama Kristen, takhyul-takhyul setempat dengan bijaknya
dikombinasikan dengan ajaran-ajaran Kristen dan sedikit demi sedikit atribut-
atribut yang tidak baik dihilangkan."
"Yang harus kita tangani-d j sini sekarang ini bukan takhyul," kata Nyonya Dane
Calthrop, "melainkan ke n yataan-ken yataan."
"Kenyataan-kenyataan yang tak menyenangkan," kataku.
"Benar kau Anda, Tuan Burton," kata Miss Marple. "Sekarang, Anda maafkan kalau
?saya /inggung soal yang terlalu pribadi Anda AT orang asing di sini. Anda
?banyak tahu tentang dunia dan tentang beberapa segi kehidupan. Menurut saya,
Anda tentu bisa menemukan suatu pemecahan aras masalah yang tak menyenangkan
ini." Aku tersenyum, "Pemecahan yang terbaik yang telah saya peroleh adalah sebuah
mimpi. Dalam mimpi saya itu semuanya cocok dan berhasil dengan baik. Malangnya,
begitu saya bangun semuanya I menjadi tidak masuk akal!"
"Menarik sekati. Tolong ceritakan mengapa tidak masuk akal?"
"Oh, itu semua berawal dari suatu ungkapan konyol, 'Tak ada asap tanpa api.'
Orang berulang kafi mengucapkannya-Kemudian, dalam otak saya, istilah itu
terbaur dengan istilahistilah perang. Tabir-tabir asap, sobekan kertas, pesan
pesan telepon ah, bukan, itu mimpi yang lain lagi"
?"Mimpi apa itu?"
Wanita tua itu ingin benar tahu tentang hal tersebut, hingga aku yakin bahwa
secara diam-diam dia adalah penggemar Napoleon's Book of Dreams, yang merupakan
buku pegangan utama bekas pengasuhku.
"Oh, hanya mengenai Elsie Holland guru pengasuh anakanak keluarga Symmington
?itu. Dalam mimpi itu saya lihat dia menikah dengan Dokter Griffith dan Pak Pendeta
membacakan doa dalam bahasa Latin ('Cocok sekali,' gumam Nyonya Dane Calthrop t
?pada suaminya), lalu Nyonya Dane Calthrop bangkit dan melarang dilanjutkannya
upacara perkawinan itu dan bahwa pernikahan itu harus dibatalkan!
m ?"Tapi bagian itu," tambahku dengan tersenyum, "bukan mimpi. Saya terbangun dan
saya dapati Anda berdiri di hadapan saya sambil mengucapkan katakata itu."
"Dan saya memang benar," kata Nyonya Dane Calthrop aku senang mendengar nadanya
?yang tak keras. "Lalu bagaimana dengan pesan telepon itu?" tanya Miss Marple sambil mengerutkan
alisnya. "Maaf, bodoh benar saya. Itu bukan bagian dari mimpi. Itu terjadi tepat
sebelumnya. Saya berjalan di lorong rumah dan melihat bahwa Joanna telah menulis
suatu pesan yang harus disampaikan pada seseorang bila orang itu menelepon...."
Miss Marple membungkukkan rubuhnya. Kedua pipinya tampak merah. "Apakah Anda
akan menganggap saya ini terlalu mau tahu dan terlalu kasar bila saya bertanya
apa sebenarnya isi pesan itu?" Dia melemparkan pandang ke arah Joanna. "Maafkan
saya, Anak manis." Tapi Joanna senang sekali.
"Ah, saya tak keberatan," dia meyakinkan wanita tua itu. "Saya sendiri tak ingat
lagi mengenai hal itu, tapi mungkin Jerry bisa. Pasti sesuatu yang tak berarti."
Pesan itu kuulangi sebaik yang kuingat. Aku terkesan sekali akan besarnya
perhatian wanita tua itu.
Aku takut kalau-kalau katakata yang sebenarnya akan mengecewakannya, tapi
mungkin dia punya gagasan sentimental tentang suatu roman percintaan, karena dia
mengangguk-angguk lalu tersenyum dan kelihatan senang.
"Oh, begitu," katanya. "Sudah saya duga kira-kira begitulah persoalannya." .
Nyonya Dane Calthrop berkata dengan tajam, "Begitu bagaimana, Jane?" "Sesuatu
yang biasa sekali," kata Miss Marple.
Dia memandangiku beberapa lamanya, lalu tanpa disangka-sangka dia berkata.
"Saya bisa melihat bahwa Anda adalah seorang anak muda yang pintar sekali tapi ?Anda kurang yakin pada diri Anda sendiri. Anda harus memiliki keyakinan itu!"
Joanna mendehem nyaring, mengejek.
"Ya, ampun, jangan besarkan hatinya untuk merasa begitu. Dia sendiri merasa
bahwa dia hebat." "Diam, Joanna," kataku. "Miss Marple mema"hami diriku "
Miss Marple melanjutkan rajutannya. "Tahukah kalian," katanya sambil merenung.
"Melakukan suatu pembunuhan dengan berhasil tentu sama benar dengan main sulap."
"Gerak tangan yang cepat untuk menipu mata?"
"Bukan hanya itu. Kita harus mengusahakan agar orangorang melihat ke arah dan
tempat yang salah saya rasa itu disebut penyesatan."
?"Yah," kataku. "Sampai sejauh ini agaknya semua orang mencari si pembunuh gila
yang berkeliaran itu di tempat yang salah."
"Saya sendiri lebih cenderung untuk mencari seseorang yang benarbenar waras,"
Pahlawan Dan Kaisar 25 Dewi Maut Karya Kho Ping Hoo Kaki Tiga Menjangan 25
^