Pencarian

Perjanjian Dengan Maut 2

Perjanjian Dengan Maut Appointment With Death Karya Agatha Christie Bagian 2


Karena udara dianggap terialu panas, pemandu wisata
mengusulkan agar mereka berangkat pagi sekali esok
harinya. Keempat anggota rombongan mereka berkumpul untuk
sarapan di pendopo pada pukul enam pagi.
Tak seorang pun anggota keluarga Boynton tampak di
situ. Lady Westholme mengomentari tidak adanya
buah-buahan dan mencela pengaturan menunya.
Sarapan mereka terdiri atas teh, susu kaleng, dan telur
goreng yang diapit oleh dua potong daging babi kukus yang
sangat asin. Seterusnya Dokter Gerard dan Lady Westholme
membicarakan masalah kandungan vitamin dalam diet,
sementara mereka bersiap-siap hendak berangkat.
Tiba-tiba seseorang menghentikan mereka dari salah
sebuah kemah, dan mereka pun berhenti menunggu orang
tadi bergabung dengan rombongan mereka. Ternyata ia Mr.
Jefferson Cope. Lelaki itu berlari-lari mengejar mereka.
Wajahnya merah, dan napasnya tersengal-sengal.
"Oh, kalau kalian tidak berkeberatan, aku ingin ikut
dengan rombongan kalian pagi ini. Selamat pagi, Miss King.
Hampir tidak pereaya rasanya bertemu dengan kau dan
Dokter Gerard di sini. Bagaimana kesanmu mengenai
tempat ini?" "Kurasa cukup indah, tapi agak mengerikan," ucap Sarah.
"Selama ini kubayangkan kotanya romantis dan mengagumkan - namanya saja kota kristal merah jambu -
tapi kenyataannya lebih dari itu - seperti daging mentah!"
"Ya, warnanya memang mirip daging mentah," ujar Mr.
http://dewi-kz.info/ 82 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cope. "Tapi toh tetap indah," kata Sarah menimpali.
Rombongan itu mulai mendaki. Mereka ditemani dua
penunjuk jalan bangsa Badui. Kedua lelaki tinggi tegap itu
dengan lincahnya mengayunkan tubuh mereka - naik dan
naik lagi, tanpa menghiraukan permukaan jalan yang licin
dan semakin terjal. Kesulitan mulai mereka hadapi. Sarah
tidak cepat gamang. Begitu pula Dokter Gerard. Lain halnya
dengan Mr. Cope dan Lady Westholme. Mereka rampak
ngeri dan ketakutan. Miss Pieree yang malang terpaksa
digendong melewati tempat-tempat terjal; kedua matanya
tertutup rapat, wajahnya kehijau-hijauan, sementara itu ia
meraung, "Aku tak bisa memandang ke bawah!"
Sekali waktu ia memutuskan hendak kembali saja.
Tetapi, begitu melihat jalan kembali yang curam, ia pun
semakin pucat. Dengan terpaksa ia mengakui bahwa
meneruskan naik lebih baik daripada turun kembali.
Dokter Gerard hatinya baik dan ingin menghibur,
menenangkan hati perempuan itu. Ia berjalan di belakangnya
sambil memegangi sebuah tongkat sedemikian rupa, hingga
tongkat itu terasa seperti pagar yang membatasi Miss Pieree
dan jurang curam di sebelahnya. Miss Pieree mengakui,
dengan adanya tongkat itu di sisinya, ia merasa dirinya
aman. Menoleh sedikit, Sarah bertanya kepada Mahmud, salah
seorang penunjuk jalan mereka. "Tidak pernah kesulitan
mengantar orang ke sini" Maksudku orang-orang tua?"
"Selalu - selalu kami kesulitan," jawab Mahmud.
"Dan kau selalu menggendong mereka?"
Mahmud mengangkat bahu. "Mereka yang kepingin ke
http://dewi-kz.info/ 83 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sini. Mereka bayar mahal buat melihat-lihat. Mereka ingin
melihat. Untunglah penunjuk jalan Badui seperti kami ini
kuat dan tidak penakut - selalu bisa mengatasi kesulitan apa
pun." Akhirnya mereka tiba di puncak. Sarah menarik napas
panjang. Di bawah sana terbentang batuan berwarna merah -
membentuk semacam pemandangan kota yang menakjubkan
dan tiada bandingnya di dunia ini. Dalam cuaca pagi yang
indah dan cerah ini mereka berdiri bagaikan dewa-dewa
yang sedang mengamati dunia di bawah sana.
Si pemandu wisata menunjukkan kepada mereka "Tempat
Berkurban" - "Tempat Tinggi". Ditunjukkannya palung
pada sebuah batu besar di bawah mereka.
Sarah memisahkan diri dari yang lain, dari jangkauan
kilah si pemandu wisata yang begitu lancar diucapkannya. Ia
duduk pada sebuah batu, mengusap rambutnya yang hitam
dan lebat, lalu memandang ke arah dunia di bawahnya.
Tiba-tiba ia merasa ada seseorang di sampingnya.
"Sedang mengingat-ingat cerita dalam Perjanjian Baru,
Sarah?" tanya Dokter Gerard. "Memang benar bukan,
bahwa di tempat tinggi seperti ini godaan untuk menjadi
penguasa bumi terasa lebih besar dan kuat."
Sarah mengiyakan, namun tampak sekah pikirannya
sedang berada jauh dari situ. Gerard mengamatinya dengan
agak terkejut. "Kau sedang memikirkan sesuatu," ujarnya.
"Ya." Dihadapkannya wajahnya yang bingung kepada
Gerard. "Kadang-kadang, kupikir bagus juga orang membuat
tempat berkurban di puncak seperti ini. Pengurbanan ada
kalanya perlu.... Maksudkul orang terlalu memikirkan
kehidupan. Padahal sesungguhnya kematian tidak terlalu
http://dewi-kz.info/ 84 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerikan seperti yang selalu kita gambarkan."
"Kalau kau mempunyai pendapat begitu, Miss King, tidak
sepantasnya kau menjadi dokter. Bagi kita, para dokter,
kematian adalah musuh."
Sarah bergidik. "Ya, kau memang benar. Tapi sering kali
kematian malah bisa memecahkan persoalan. Kematian
malah bisa berarti kehidupan yang lebih berarti...."
"Bijaksanalah bahwa seseorang itu mati demi orang lain,"
kutip Gerard dengan suara berat.
Sarah menoleh dengan terkejut. "Maksudku bukan..." Ia
berhenti mendadak. Jefferson Cope tampak menuju ke tempat mereka. "Oh,
ini sungguh-sungguh tempat yang indah," ujarnya. "Begitu
indah dan mengagumkan. Aku bersyukur tidak melewatkannya. Terus terang aku kagum pada Mrs.
Boynton... keberaniannya mengunjungi tempat ini, walaupun baginya tentu bukan hal mudah. Kesehatannya
begitu rapuh. Kupikir, itulah sebabnya dia kurang
menghiraukan perasaan orang lain. Mungkin tak pernah
terpikir olehnya bahwa anak-anaknya ingin sekali-kali pergi
bertamasya tanpa dia. Karena dia sudah begitu terbiasa
dikelilingi anak-anaknya setiap saat, dia lupa bahwa..." Mr.
Cope tiba-tiba diam. Wajahnya yang manis tampak kurang
enak. "Tahukah Anda," tambahnya beberapa saat kemudian,
"aku baru saja mendengar berita yang kurang menyenangkan
mengenai Mrs.. Boynton. Dan ini sangat mengganggu
pikiranku." Sarah sudah kembali terbawa lamunannya sendiri. Suara
Mr. Cope cuma samar-samar saja didengarnya. Kemudian
terdengar olehnya Dokter Gerard bertanya,
"Oh, sungguhkah" Bagaimana beritanya?"
http://dewi-kz.info/ 85 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ini kudengar dari seorang perempuan yang kukenal di
sebuah hotel di Tiberias. Mengenai seorang gadis yang
pernah bekerja pada Mrs.. Boynton. Mungkin gadis ini..."
Mr. Cope melirik Sarah dan memperkecil volume suaranya.
"Dia hamil. Perempuan tua itu rupanya tahu, tetapi dia
cukup berbaik hati. Beberapa minggu sebelum si gadis
melahirkan anaknya, dia baru dikeluarkan dari rumahnya."
Alis Dokter Gerard terangkat. "Ah," ucapnya.
"Perempuan yang menceritakan ini kepadaku tahu persis
semua faktanya. Aku tak tahu bagaimana pendapat Anda,
Dokter Gerard, tapi menurutku perlakuan Mrs. Boynton
dalam hal ini sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Aku tak bisa mengerti..."
Dokter Gerard menyela. "Anda harus berusaha mengerti!
Aku yakin peristiwa itu memberi kepuasan tersendiri kepada
Mrs.. Boynton." Terkejut, Mr.. Cope memandang Dokrer Gerard. "Oh,
tidak!" bantahnya keras. "Aku tak pereaya."
Pelan-pelan Dokter Gerard mengutipkan buatnya,
"Lagi aku melihat segala penindasan yang terjadi di bawah
matahari, dan lihatlah, air mata orang-orang yang ditindas dan tak
ada yang menghibur mereka, karena di pihak orang-orang yang
menindas ada kekuasaan. Oleh sebab itu aku menganggap orang-
orang mati, yang sudah lama meninggal, lebih bahagia dari pada
orang-orang hidup, yang sekarang masih hidup. Tetapi yang lebih
bahagia daripada kedua-duanya itu kuanggap orang yang belum
ada, yang belum melihat perbuatan jahat, yang terjadi di bawah
matahari. " Dokter Gerard berhenti sejenak. Lalu katanya, "Sobat,
http://dewi-kz.info/ 86 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku telah belajar banyak mengenai kehidupan, mengenai
hal-hal aneh yang berlangsung dalam otak manusia. Tak baik
bila orang cuma mau mengakui sisi yang baik dari kehidupan
ini. Di bawah sopan santun dan adat dalam kehidupan
sehari-hari, terdapat persediaan hal-hal aneh - seperti
misalnya, kesukaan berbuat jahat. Tapi, setelah menemukan
itu pun, masih ada lagi hal-hal yang lebih mendalam -
keinginan dan harapan dihargai orang, misalnya. Bila
keinginan ini tidak terpenuhi, dia akan beralih kepada cara
lain - yang bisa dirasakan, yang diakui orang lain dan
karenanya, biasanya mengarah kepada perbuatan tidak
wajar. Kebiasaan berbuat jahat, seperti juga kebiasaan
lainnya, dapat menguasai seseorang...."
Mr. Cope terbatuk. "Menurutku, Dokter Gerard, Anda
agak membesar-besarkan masalah - udara di atas sini terlalu
bagus...," dan Mr. Cope pun pergi.
Gerard tersenyum kecil. Dipandangnya lagi Sarah.
Dahinya berkerut-wajahnya tampak begitu muda dan serius.
Ia seperti hakim muda yang hendak menyebutkan hukuman
yang dijatuhkannya kepada seseorang, pikir Gerard.... Ia
berpaling sewaktu Miss Pieree menghampirinya.
"Sekarang kita akan kembali ke bawah," keluhnya. "Oh!
Rasanya aku tak akan bisa. Tapi kata penunjuk jalan itu,
jalan kembali ke bawah lebih mudah daripada yang tadi kita
lalui. Mudah-mudahan saja!"
Mereka turun melalui jalan air terjun. Walaupun jalan
bebatuan licin di situ berbahaya, namun setidaknya tidak
menimbulkan perasaan gamang pada orang yang melaluinya. Rombongan itu tiba kembali di perkemahan
lewat tengah hari. Mereka semua kelelahan, tetapi nafsu
makan mereka menjadi lebih besar daripada biasanya pada
pukul dua siang itu. http://dewi-kz.info/ 87 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keluarga Boynton siang itu duduk mengelilingi sebuah
meja besar di pendopo. Mereka baru saja selesai bersantap
siang. Lady Westholme menyapa mereka dengan hormat dan
merendahkan diri. "Pagi ini sangat mengesankan. Petra
memang rempat yang indah sekali."
Carol, yang merasa dirinya diajak bicara oleh Lady
Westholme, sejenak memandang ibunya. Kemudian gumamnya, " Oh, ya - memang indah." Setelah itu ia pun
diam kembali. Merasa telah menunaikan tugasnya, Lady Westholme
mulai menyantap hidangannya.
Sambil makan, keempatnya membuat rencana.
"Aku ingin beristirahat siang ini," uJar Miss Pieree.
"Kupikir tak baik terlalu melelahkan diri dalam sehari."
"Aku ingin berjalan-jalan," kata Sarah. "Bagaimana
dengan kau, Dokter Gerard?"
"Aku akan pergi bersamamu."
Mrs. Boynton menjatuhkan sendok. Suaranya berdenting
nyaring, hingga semua orang hampir terlompat dari tempat
duduknya. "Kupikir," ujar Lady Westholme, "aku pun hendak
beristirahat, Miss Pieree. Mungkin kurang lebih setengah jam
membaca-baca, lalu tidur-tiduran kira-kira satu jam. Sesudah
itu, baru jalan-jalan."
Perlahan-lahan, dengan dibantu Lennox, Mrs. Boynton


Perjanjian Dengan Maut Appointment With Death Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdiri dari kursinya. Sejenak ia berdiri, lalu katanya,
"Sebaiknya kalian semua pergi berjalan-jalan siang ini."
Geli rasanya melihat betapa terkejutnya wajah anak-anak
http://dewi-kz.info/ 88 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mrs. Boynton mendengar kalimat yang kedengarannya
begitu wajar. "Tapi, Mama, bagaimana dengan Mama?"
"Aku tak perlu kalian siang ini. Aku ingin duduk-duduk
sendirian, membaca buku. Jinny, sebaiknya kau beristirahat." "Mama, tapi aku tidak telah. Aku ingin berjalan-jalan
dengan yang lain." "Kau lelah, Jinny. Kepalamu pusing tadi! Kau mesti
berhati-hati menjaga diri. Ayo, tidurlah! Mama tahu apa
yang paling baik buatmu."
"Aku... aku ... " Jinny mendongakkan kepala dan
memandang ibunya dengan pandangan memberontak.
Tetapi kemudian ia menundukkan muka - bimbang....
"Ayo, Jinny," ujar Mrs. Boynton pula." Kembalilah ke
tendamu, dan beristirahatlah!"
Mrs. Boynton melangkah ke luar pendopo, dan
anak-anaknya mengikutinya.
"Ya ampun...," Ujar Miss Pieree. "Aneh sekali. Apalagi
ibunya! Mengapa wajah perempuan itu keungu-unguan, ya"
Penderita jantung, barangkali. Oh, udara panas begini tak
baik buatnya." Sementara itu Sarah berpikir, dia mau melepas anak-anaknya pergi sendiri siang ini. Dia tahu Raymond ingin
bersamaku. Mengapa dia tiba-tiha berubah" Atau mungkinkah ini
suatu jerat" Seusai makan siang, Sarah kembali ke tendanya - -
mengganti baju. Pikirannya masih saja meresahkan hatinya.
Sejak malam kemarin, perasaannya terhadap Raymond
berkembang menjadi semacam keinginan melindungi yang
begitu lembut. Mungkin inilah yang disebut cinta - rasa pedih
http://dewi-kz.info/ 89 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam hati karena memikirkan orang lain - rasa ingin,
dengan cara apa dan bagimanapun, membebaskan orang
yang dikasihinya dari penderitaan.... Ya, ia mencintai
Raymond Boynton. Berkebalikan dengan kisah Santo
George dan Naga. Sarah sebagai penyelamat, Raymond
sebagai korban yang diselamatkan, sedangkan Mrs. Boynton
adalah naganya. Seekor naga yang, pada pikiran Sarah,
malah tampak mengerikan bila tiba-tiba berbaik hati.
Hari sudah pukul tiga lewat lima belas menit ketika Sarah
kembali ke pendopo. Lady Westholme sedang duduk di kursi. Ia masih
mengenakan rok wol Harris-nya, walaupun cuaca demikian
panas. Di pangkuannya ada laporan komisi kerajaan. Dokter
Gerard sedang mengobrol dengan Miss Pieree. Perempuan
itu memegang sebuah buku - The Love Quest, yang menurut
sampulnya merupakan kisah hawa nafsu dan salah
pengertian yang mendebarkan.
"Tak baik buru-buru tidur sehabis makan," kata Miss
Pieree. "Mengganggu pencernaan. Sejuknya di pendopo sini,
ya. Tapi, oh - apa tidak kepanasan perempuan tua itu duduk
di muka guanya begitu?"
Mereka semua memandang ke bukit kecil di hadapan
mereka. Seperti kemarin malam, Mrs. Boynton duduk tak
bergerak di muka mulut guanya. Di sekitarnya sepi - tak
tampak seorang pun. Rupanya para pelayan perkemahan itu
sedang beristirahat siang. Agak di kejauhan, tampak
srrombongan orang berjalan menuruni bukit.
"Baru sekali ini," ujar Dokter Gerard, "si ibu mau
melepaskan anak-anaknya pergi sendirian. Taktik baru buat
memuaskan nafsu jahatnya, barangkali?"
"Justru itu yang sedang kupikirkan," cetus Sarah.
http://dewi-kz.info/ 90 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pikiran kita jahat, penuh kecurigaan. Ayo kita ikuti
mereka." Keduanya beranjak pergi meninggalkan Miss Pieree yang
tampaknya mulai asyik membaca bukunya. Tak lama setelah
melewati sebuah tikungan, mereka pun menyatu dengan
anak-anak keluarga Boynton. Baru sekali inilah mereka
kelihatan begitu gembira dan bebas.
Lennox, Nadine, Carol, Raymond, dan Cope, ditambah
dengan Sarah dan Gerard yang baru bergabung tampak
mengobrol dan tertawa-tawa.
Kegembiraan mereka terasa bebas. Masing-masing
merasakan bahwa ini merupakan kesempatan istimewa
untuk befsenang-senang sepuas-puasnya. Sarah dan Raymond memisahkan diri. Sarah mengobrol dengan Carol
dan Lennox. Dokter Gerard dengan Raymond agak di
belakang mereka. Sedangkan Nadine dan Jefferson berjalan
agak terpisah di belakang sekali.
Dokter Gerard yang mula-mula memisahkan diri. Sejak
semula bicaranya memang terdengar agak tak keruan. Ia
tiba-tiba diam. "Maafkan aku. Aku mesti pulang ke kemah."
Sarah memandangnya. "Ada apa?"
"Demam. Sejak makan siang tadi aku sudah merasa
kurang enak." Sarah mengamati lelaki itu. "Malaria?"
"Ya. Aku kembali duluan, ya. Mudah-mudahan se-
rangannya tidak lama. Aku mesti cepat-cepat minum kina.
Yah, inilah akibatnya melancong ke Kongo."
"Perlu kutemani?" tanya Sarah.
"Tak usah. Aku membawa tas obat - di kemah. Ah,
http://dewi-kz.info/ 91 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ada-ada saja. Silakan, teruskan saja perjalanan kalian."
Gerard buru-buru pergi. Sejenak Sarah memandangnya ragu. Lalu, sadar
Raymond memerhatikan dirinya, gadis itu pun tersenyum
dan lupalah ia akan kawan Prancis-nya.
Mula-mula mereka berenam, Carol, Sarah, Lennox, Cope,
Nadine, dan Raymond dalam satu kelompok.
Tak tahu apa sebabnya, kemudian Sarah mendapati
dirinya berduaan saja dengan Raymond - jauh dari yang lain.
Mereka berdua naik ke atas bukit batu, dan beristirahat di
tempat teduh. Hening sejenak, lalu kata Raymond, "Namamu
sebenarnya siapa" Aku tahu nama keluargamu King. Tapi
namamu sendiri?" "Sarah." "Sarah. Boleh aku memanggilmu begitu?"
"Tentu saja." "Sarah, maukah kau menceritakan tentang dirimu sendiri"
Aku ingin sekali tahu."
Sambil bersandar pada batu di belakangnya, Sarah
menceritakan suasana di rumahnya, di Yorkshire. Di-
ceritakannya tentang anjing-anjing kesayangannya, dan juga
tentang bibi yang mengasuh dan membesarkannya.
Memenuhi gilirannya, Raymond pun menceritakan tentang
dirinya, walaupun dengan terputus-putus.
Lama keduanya diam. Tangan mereka berpegangan satu
sama lain. Ketika matahari semakin condong ke barat, Raymond
beringsut. "Aku mesti kembali sekarang," ucapnya. "Tidak,
http://dewi-kz.info/ 92 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sarah. Tidak bersamamu. Aku ingat sesuatu yang mesti
kulakukan. Setelah itu selesai, setelah aku bisa membuktikan
bahwa aku bukan lelaki pengecut, aku... aku tak akan
malu-malu lagi datang kepadamu - minta bantuanmu. Aku
pasti akan membutuhkan bantuan. Mungkin aku perlu
pinjaman uang. Sarah tersenyum. "Senang mendengarnya, Raymond.
Kau ternyata seorang realis. Pereayalah, aku akan mem-
bantumu." "Tapi yang pertama ini mesti kulakukan sendiri."
"Apa yang hendak kautakukan itu, Raymond?"
Wajah kekanakan pemuda itu tiba-tiba tampak kaku.
"Aku harus membuktikan keberanianku," ujar Raymond.
"Sekarang juga! Kalau tidak sekarang, tak akan ada waktu
lagi." Lalu dengan mendadak Raymond pun pergi.
Sarah kembali menyandarkan tubuhnya pada batu di
belakangnya. Pandangannya tak lepas mengikuti kepergian
Raymond. Ada sesuatu dalam kata-kata yang barusan
diucapkan Raymond yang membuatnya takut. Tampaknya
Raymond begitu bersemangat bersungguh-sungguh, dan
seperti terbius oleh sesuatu. Sejenak Sarah menyesal tidak
menyertainya. Tetapi ia segera menentang keinginannya
menyertai Raymond. Raymond ingin membuktikan diri -
menguji keberaniannya yang baru didapat. Itu haknya. Tak
urung, Sarah berdoa, mudah-mudahan pemuda itu berha-
sil.... Matahari sudah tenggelam pada waktu Sarah sampai
kembali ke lingkungan perkemahan. Sementara berjalan itu,
dalam keremangan senja, dilihatnya Mrs. Boynton masih
duduk seperti tadi di muka mulut gua. Melihat tubuhnya
yang diam tak bergerak itu Sarah bergidik.... Cepat-cepat
http://dewi-kz.info/ 93 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dilangkahkannya kakinya menuju pendopo yang terang
benderang. Lady Westholme sedang merajut mantel biru. Pada
bahunya tersampir sebagian benang rajut wolnya. Miss
Pieree sedang menyulam alas meja berlukiskan bunga-bunga
kecil. Pelayan sibuk keluar-masuk, menyiapkan santapan
malam. Di sudut pendopo, anak-anak keluarga Boynton
sedang duduk membaca-baca. Mahmud yang berperawakan
gemuk kekar muncul dengan wajah tak senang. Ia sudah
mempersiapkan acara sehabis minum teh buat sore tadi, tapi
tak seorang pun berada di kemah. Acara terpaksa
dibatalkan.... Padahal acara itu dianggapnya penting dan
menarik - kunjungan ke peninggalan arsitektur suku Nabate.
Cepat Sarah mengatakan kepadanya bahwa siang itu pun
mereka semua merasa senang dengan acara masing-masing.
Ia meninggalkan pendopo, kembali ke kemahnya hendak
mencuci muka dan berhias sedikit sebelum acara santap
malam. Dalam perjalanan kembali ke pendopo, ia berhenti
dekat kemah Dokter Gerard. Pelan-pelan dipanggilnya lelaki
itu, "Dokter Gerard!"
Tak ada jawaban, Sarah menyibakkan pintu kemah, dan
melongokkan kepalanya ke dalam. Tampak Dokter Gerard
terbaring diam di ranjangnya. Menganggap Dokter Gerard
sedang tidur, Sarah buru-buru menarik diri.
Seorang pelayan datang kepadanya sambil menunjuk ke
pendopo. Rupanya ia ingin memberitahukan bahwa
santapan malam telah selesai disiapkan. Sarah bergegas ke
pendopo. Semua sudah berkumpul mengelilingi meja makan,
kecuali Dokter Gerard dan Mrs. Boynton. Seorang pelayan
disuruh memberitahu Mrs. Boynton bahwa makanannya
telah siap. Mendadak di luar terdengar ribut-ribut. Dua orang
pelayan menerobos masuk ke pendopo dengan tergopoh--
http://dewi-kz.info/ 94 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gopoh. Kepada Mahmud, mereka mengatakan sesuatu
dalam bahasa Arab. Mahmud memandang sekeliling. Wajahnya sepcrti orang
sedang kebingungan. Ia kemudian keluar. Sarah mengikuti
lelaki itu. "Ada apa?" tanya Sarah. "Mrs. Boynton. Abdul
mengatakan Mrs. Boynton sakit - tidak bisa bergerak."
"Biar kulihat dia sebentar," ujar Sarah sambil melang-
kahkan kakinya mengikuti Mahmud. Sesampainya di depan
gua Mrs. Boynton, disentuhnya lengan perempuan tua itu,
hendak meraba denyut nadinya. Tetapi lengannya terasa
menggembung.... Wajah Sarah mendadak pucat.
Ia bergegas kembali ke pendopo. Di pintu, ia berhenti
sebentar, memerhatikan kelompok yang duduk dekat ujung
meja. Waktu akhirnya berbicara, suara Sarah terdengar kaku
dan tak wajar, "Maaf," katanya. Dipaksakannya dirinya memandang
Lennox yang dianggapnya kepala keluarga. "Ibumu
meninggal, Mr. Boynton."
Seolah dari tempat yang jauh sekali Sarah memerhatikan
wajah kelima orang yang dengan pernyataannya barusan
berarti memperoleh kebebasan....
cccdw-kzaaa 11 KOLONEL Carbury tersenyum dari seberang meja kerja-


Perjanjian Dengan Maut Appointment With Death Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nya. Diacungkannya gelas minuman kepada tamunya.
http://dewi-kz.info/ 95 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untuk kriminalitas!"
Mata Hereule Poirot berkelip menerima sulang tuan
rumahnya. Ia datang ke Amman membawa surat perkenalan
yang ditulis Kolonel Race kepada Kolonel Carbury. Carbury
ingin sekali bertemu dengan orang yang dikenal hampir oleh
seluruh dunia karena keahliannya membongkar kasus
kejahatan. Kolonel Race yang kawan lama sekaligus partner
Kolonel Carbury dalam urusan intelijen setengah mati
memuji orang yang satu ini. Secuplik deduksi psikologi paling
rapi, yang belum pernah kita jumpai! Demikian tulis Race
dalam komentarnya atas penyelesaian kasus pembunuhan
Shaitana. "Sedapatnya, akan kami ajak Anda berkeliling-keliling,"
kata Carbury sembari memuntir-muntir kumisnya yang tebal
tapi tak rapi itu. Carbury memang kurang rapi,
berperawakan gemuk dengan tinggi lumayan, agak botak,
dan bermata biru. Tampangnya tidak seperti tentara. Malah
kelihatannya ia kurang tanggap. Melihatnya, orang tak akan
pereaya bahwa ia seorang penegak kedisiplinan.
Walaupun begitu, ia berkuasa di Transjordania.
"Nah," ujar Kolonel Carbury, "tertarik?"
"Saya tertarik pada apa saja dalam hidup ini!"
"Bagus," komentar Carbury. "Itu satu-satunya jalan
bereaksi terhadap hidup." Ia diam. "Pernah merasakan
bahwa pekerjaan Anda jadi ikut ke mana-mana?"
"Pardon?" "Maksudku, misalnya Anda berniat berlibur di suatu
tempat. Tapi ternyata di situ pun Anda tidak terbebas dari
perkara kriminal dan tubuh manusia yang sudah menjadi
mayat." http://dewi-kz.info/ 96 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pernah - lebih dari sekali."
"Hmm," ujar Kolonel Carbury pula sambil berdiri.
Aku punya kasus semacam itu saat ini - mayat seorang
perempuan." "Sungguh?" "Ya. Di Amman sini. Seorang wanita Amerika. Sudah
tua. Berlibur bersama keluarganya. Perjalanan yang agak
terlalu melelahkan, buat umurnya dan penyakit jantungnya.Apalagi akhir-akhir ini panasnya bukan main. Mungkin dia
tidak menyangka perjalanannya akan seberat ini. Kepanasan
- dia mati." "Di sini" Di Amman, maksud Anda?"
"Bukan. Di Petra. Mayatnya sudah dibawa ke sini tadi."
"Segalanya wajar. Masuk akal terjadi di dunia ini.
Cuma..." "Ya" Cuma ... ?"
Kolonel Carbury menggaruk-garuk kepalanya yang botak.
"Aku punya pikiran," ujarnya, "keluarganyalah yang
membunuhnya!" "Aha! Mengapa Anda berpikiran begitu?"
Kolonel Carbury tidak segera menjawab. "Perempuan tua
itu kelihatannya tidak menyenangkan. Mereka tidak seperti
orang yang merasa kehilangan. Malah, secara umum,
kelihatannya kematian perempuan itu menyenangkan
mereka. Bagaimanapun, sukar mencari bukti selama
keluarga itu tetap bersatu - berbohong. Orang memang tidak
ingin repot-repot-mendapat malu di negeri orang. Yang
paling gampang, biarkan saja! Toh tidak ada yang bisa
dilakukan lagi. Pernah kenal seorang dokter - dia sering
http://dewi-kz.info/ 97 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menceritakan kecurigaannya padaku - pasiennya banyak
yang mati sebelum waktunya! Dia bilang, yang paling baik
diam saja, kecuali kalau dengan bersuara ada keuntungan
yang bisa dipetik! Kalau tidak, busuk, kasus tak terbukti,
garis hitam mencoreng nama dokter yang sungguh-sungguh
dan bekeria keras. Yah, begitulah. Bagaimanapun..." -
Kolonel Carbury menggaruk-garuk kepalanya lagi - "aku
orang yang rapi." Padahal ikat dasi Kolonel Carbury serong ke kiri, kaus
kakinya berlipat-lipat, jasnya kotor dan sobek. Tapi Hereule
Poirot tidak tersenyum. Ia bisa melihat dengan jelas pikiran
Kolonel Carbury yang rapi, fakta-faktanya yang ditimbang
dengan rapi, serta caranya mengemukakan masalah dengan
hati-hati. "Ya. Aku orang yang rapi," ujar Carbury. Perlahan ia
melambaikan tangan. "Aku tak suka suasana kotor dan
berantakan." Hereule Poirot mengangguk dalam. Ia mengerti maksud
tuan rumahnya. "Tidak ada dokterkah di sana?"
"Ada. Dua orang. Yang seorang sedang terserang malaria.
Yang satu lagi masih gadis - baru lulus sekolah dokter. Tapi
dia cukup tahu kewajibannya. Tidak ada yang aneh pada
kematian perempuan itu. Sudah tua. Rupanya penyakit
jantung yang cukup parah. Sudah bertahun-tahun dia hidup
dengan bantuan obat jantung. Kematiannya yang tiba-tiba
sungguh tidak mengherankan."
"Lalu, apa yang sebenarnya merisaukan hati Anda,
Kolonel?" Kolonel Carbury mengerlingkan matanya yang biru.
Pernah mendengar tentang lelaki Prancis bernama Theodore
Gerard?" http://dewi-kz.info/ 98 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu. Dia orang kenamaan di bidangnya."
"Aku tak tahu mengapa, tapi kata-katanya sangat
meyakinkan." "Dokter Gerard seorang ahli dalam bidang penyakit saraf
kronis," Poirot berkata sambil tersenyum. "Apakah -
eh-pandangannya dalam hal ini dilandasi argumentasi dalam
hal itu?" Kolonel Carbury menggeleng penuh semangat. "Tidak,
tidak. Aku tak akan menaruh curiga apa-apa kalau tahu
mereka menderita saraf! Ingat, bukan berarti aku tidak
pereaya akan kebenarannya. Cuma saja - yah, aku tidak
mengerti-seperti misalnya ada salah seorang stafku, orang
Badui. Tengah malam dia keluar dari mobil yang diparkir di
tengah padang pasir. Dia turun, dan meraba daratan di
sekitar situ. Cuma dengan begitu dia tahu di mana kita akan
berada satu atau dua mil jauhnya dari tempat yang dirabanya
tadi. Aku tahu itu bukan hal ajaib - walaupun rasanya ajaib.
Tidak, cerita Dokter Gerard cukup apa adanya. Cuma
fakta-fakta sederhana. Kupikir - kalau Anda tertarik - Anda
tertarik?" "Ya, ya." "Bagus. Akan kutelepon Gerard supaya datang ke sini,
hingga Anda bisa mendengar sendiri ceritanya."
Setelah Kolonel Carbury memerintahkan anak buahnya
menelepon, Hereule Poirot bertanya, "Berapa orang anggota
keluarga itu?" "Nama mereka Boynton. Dua anak lelaki, satu sudah
kawin. Istrinya - cukup cantik - kelihatannya terpelajar.
Disamping itu, ada dua anak perempuan. Dua-duanya
cantik, walaupun tipenya berbeda. Yang muda kelihatannya
agak nervous, tapi mungkin itu cuma karena shock."
http://dewi-kz.info/ 99 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Boynton," ulang Poirot. Alis matanya terangkat.
"Menarik sekali... sangat menarik!"
Kolonel Carbury melirik Poirot penuh tanda tanya. Tapi,
karena Poirot diam saja, maka kolonel itu pun berkata,
"Hampir bisa dipastikan ibu mereka merupakan semacam
hama yang mengganggu. Harus ditunggui setiap saat, dan
mereka semua harus selalu siap melakukan apa saja yang
dimintanya. Bukan cuma itu. Kunci kas dikuasainya. Tak
seorang pun anaknya punya uang.
"Wah! Menarik sekali! Tahukah Anda bagaimana wanita
ini mewariskan hartanya?"
"Dibagi rata di antara anak-anaknya."
Poirot mengangguk. Lalu tanyanya, "Jadi, Anda
berpendapat mereka berkomplot?"
"Aku tak tahu. Itulah sulitnya. Apakah itu mereka
usahakan bersama-sama atau cuma ide salah seorang dari
mereka - aku tak tahu. Mungkin juga semua ini cuma
olok-olok! Yang jelas, kita kembali kepada masalah
pokoknya: aku ingin mendengar pendapat profesional Anda.
Ah, ini dia Gerard datang."
Lelaki Prancis itu masuk dengan cepat, namun
langkahnya tidak terburu-buru. Sambil bersalaman dengan
Kolonel Carbury, ia melirik Poirot dengan penuh minat.
Kata Carbury, "Ini M. Hereule Poirot. Dia tamuku.
Kebetulan aku habis menceritakan kejadian di Petra
kepadanya." "Oh ya?" Gerard memerhatikan Poirot dari atas kebawah.
"Anda tertarik?"
Hereule Poirot mengangkat tangan. "Oh! Siapa yang tidak
tertarik pada bidang keahliannya sendiri"!"
http://dewi-kz.info/ 100 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar," ujar Gerard membenarkan.
"Mau minum?" tanya Carbury. Dituangnya wiski dan
soda ke dalam gelas, dan diletakkannya dekat Gerard. Ia
menawarkan juga kepada Poirot, tetapi Poirot menggeleng.
Kolonel Carbury kembali duduk dan menyeret kursinya
mendekati meja. "Nah," katanya. "Sampai di mana kita
tadi?" "Kelihatannya," ujar Poirot kepada Gerard, "Kolonel
Carbury kurang puas."
Gerard membuat gerakan ekspresif. "Itu," komentarnya,
"pasti karena aku! Mungkin saja aku salah. Ingat, Kolonel
Carbury: pendapatku itu bisa saja salah seratus persen."
Carbury bergumam. "Ceritakan fakta-faktanya kepada
Poirot." Dokter Gerard memulai ceritanya dengan gambaran
singkat mengenai kejadian-kejadian sebelum perjalanan ke
Petra. Ia melukiskan pula kesan-kesannya tentang masing-masing anggota keluarga Boynton serta ketegangan
emosi yang menyelimuti keluarga itu. Poirot mendengarkan
dengan penuh perhatian. Kemudian Gerard melanjutkan dengan peristiwa--
peristiwa yang terjadi pada hari pertama mereka di Petra. Ia
menceritakan kejadiannya ketika kembali ke kemah setelah
berjalan-jalan. "Aku mendapat serangan malaria ganas,"
ujarnya. "Karena itu aku bermaksud menyuntik diri dengan
suntikan kina." Poirot mengangguk, mengerti.
"Tapi demamku begitu parah. Terhuyung-huyung aku
masuk ke kemahku. Kucari tas obat-obatanku di tempatnya.
Tidak ada. Rupanya ada orang yang memindahkannya.
http://dewi-kz.info/ 101 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lalu, waktu akhirnya kutemukan tas itu, kucari alat suntikku
- tidak ada. Aku berusaha
membongkar tas obat-obatanku beberapa lama. Tapt
akhirnya aku tak tahan. Kuminum beberapa butir pil kina,
dan kurebahkan diriku di tempat tidur."
Gerard berhenti, lalu lanjutnya, "Kematian Mrs. Boynton
baru diketahui setelah matahari terbenam. Karena sikap
duduknya dan bentuk kursi yang didudukinya, maka
kedudukannya tidak berubah. Itulah sebabnya, orang baru
mengetahui kematiannya ketika seorang pelayan mempersilakan Mrs. Boynton makan malam pada jam
setengah tujuh." Gerard melukiskan secara detail kedudukan gua Mrs.
Boynton serta jaraknya dari pendopo. "Miss King, dia juga
seorang dokter, memeriksa tubuh Mrs. Boynton. Dia tidak
membangunkanku, karena dia tahu aku sedang demam. Tapi
sesungguhnya memang tak ada lagi yang bisa diperbuat.
Mrs. Boynton sudah meninggal - dan meninggaInya sudah
agak lama." "Berapa lama tepatnya?" gumam Poirot.
Perlahan Gerard berkata, "Miss King rupanya tidak
terialu memerhatikan hal itu. Mungkin dipikirnya itu tidak
penting." "Setidaknya, jam berapa yang terakhir orang masih
melihatnya hidup?" tanya Poirot.
Kolonel Carbury berdeham. Diperiksanya sebuah dokumen resmi. "Mrs. Boynton masih diajak bereakap-cakap
oleh Lady Westholme dan Miss Pieree pada jam empat lewat
beberapa menit. Lennox Boynton bicara dengan ibunya pada
jam empat tiga puluh. Mrs. Lennox Boynton lama
mengobrol dengan ibu mertuanya, kira-kira lima menit
http://dewi-kz.info/ 102 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setelah suaminya. Carol Boynton juga berbicara dengan


Perjanjian Dengan Maut Appointment With Death Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ibunya, tetapi tidak tahu persis jam berapa - tapi, menurut
kesaksian yang lain, itu kira-kira jam lima lebih sepuluh.
"Jefferson Cope, seorang Amerika kenalan keluarga
Boynton, kembali ke perkemahan setelah berjalan-jalan
bersama Lady Westholme dan Miss Pieree. Pada waktu itu
dia melihat Mrs. Boynton sedang tertidur. Dia tidak
berbicara apa-apa dengan wanita itu.
"Saat itu jam menunjukkan pukul enam kurang dua
puluh. Raymond Boynton, anak lelakinya yang remaja,
mampir dan mengobrol dengan ibunya sepulang berjalan-jalan pada jam enam kurang sepultuh. Mrs. Boynton
didapati sudah meninggal pada jam enam tiga puluh, waktu
seorang pelayan datang kepadanya hendak memberitahukan
bahwa makan malam telah siap."
"Antara jam enam kurang sepuluh, ketika Mr. Raymond
Boynton mengobrol dengan ibunya, dan pukul enam tiga
puluh, adakah orang lain yang menemuinya?" tanya Poirot.
"Setahuku tidak."
"Tapi ada kemungkinan?" desak"Poirot.
"Kupikir tidak. Dari sekitar jam enam sampai setengah
tujuh, pelayan berkeliaran dari rumah. Para tamu
keluar-masuk kemah masing-masing. Tak seorang pun
melihat ada orang menghampiri Mrs. Boynton."
"Kalau begitu, Raymond Boynton-lah yang paling akhir
melihat ibunya hidup?" tanya Poirot.
Dokter Gerard dan Kolonel Carbury bertukar pandang
sejenak. Setelah itu Kolonel Carbury mengetuk-ngetukkan
jarinya pada meja. "Di sinilah kita mulai bertemu dengan
pokok masalahnya. Lanjut, Gerard. Ini giliranmu."
http://dewi-kz.info/ 103 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dokter Gerard mengatakan, "Seperti sudah kusebutkan
tadi, waktu memeriksa Mrs. Boynton, Miss King tidak
melihat perlunya memastikan jam kematian perempuan itu.
Dia cuma mengatakan Mrs. Boynton sudah meninggal
beberapa saat lamanya. Tetapi, keesokan harinya, ketika aku
mencoba mempersempit masalahnya dan mengatakan
kepadanya bahwa yang terakhir melihat Mrs. Boynton masih
hidup adalah Raymond Boynton - pada jam enam kurang be-
berapa menit - secara tak terduga-duga, Miss Kng
mengatakan bahwa itu tidak mungkin; bahwa pada waktu itu
pasti Mrs. Boynton sudah meninggal."
Alis Poirot terangkat. "Aneh. Aneh sekaii. Apa komentar
Raymond Boynton terhadap pernyataan itu?"
Kolonel Carbury cepat berkata, "Dia bersumpah ibunya
masih hidup. Dia mampir ke tempat ibunyamengatakan
'Saya sudah kembali. Mudah-mudahan Mama senang
sesiang tadi.' Semacam itulah. Raymond mengatakan ibunya
menggumamkan, 'Cukupan,' dan Raymond pun balik ke
kemahnya sendiri." Dahi Poirot berkerut. "Menarik," ucapnya. "Sangat
menarik. Apakah ketika itu senja?"
"Matahari baru saja terbenam."
"Hmm. Dan Anda sendiri, Dokter Gerard," lanjut Poirot,
"bilakah Anda menyaksikan tubuh Mrs. Boynton?"
"Keesokan harinya. Jam sembilan pagi, tepatnya?"
"Jam berapa, menurut perkiraan Anda, Mrs. Boynton
meninggal?" Lelaki Prancis itu mengangkat bahu. "Sulit sekali
mengira-ngira dengan tepat setelah seseorang meninggal
selama itu. Kemungkinan ada perbedaan waktu beberapa
http://dewi-kz.info/ 104 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jam. Jika dipaksa memberi kesaksian, dengan segan akan
kukatakan, dia kira-kira meninggal sudah dua belas jam
lamanya, tapi belum lebih dari delapan belas jam. Kesaksian
seperti itu tentu tidak membantu sama sekali."
"Lanjutkan, Gerard," ujar Kolonel Carbury lagi.
"Ceritakan kepadanya yang selanjutnya."
"Waktu bangun keesokan harinya," lanjut Gerard,
"kutemukan alat suntikku - di beiakang sekotak botol, di atas
meja rias di kemahku." Punggung Gerard meninggalkan
sandaran kursi. "Anda boleh saja bilang bahwa aku ceroboh
mencari suntikan itu sehari sebelumnya. Pada waktu itu
memang badanku terasa sangat tak enak dan gemetar dari
kaki sampai kepala. Mungkin saja alat suntik itu ada di situ,
tapi tidak terlihat olehku pada saat aku merasa begitu
demam. Tapi yang jelas, aku cukup yakin, bahwa alat
suntikku tidak ada waktu itu."
"Masih ada kelanjutannya," ucap Carbury.
"Ya, ada dua fakta lain yang mungkin sangat berharga.
Ada luka pada pergelangan tangan Mrs. Boynton - semacam
luka yang ditimbulkan oleh suntikan. Tetapi anak
perempuannya mengatakan luka itu bekas tertusuk peniti."
Poirot beringsut. "Anak perempuannya yang mana?"
"Carol." "Ya, teruskanlah."
"Disamping itu, ada satu fakta lagi. Waktu kebetulan aku
memeriksa tas obat-obatanku, kudapati persediaan digitoxin- ku b erkurang banyak sekaii."
"Digitoxin," ujar Poirot, "kalau tak salah adalah racun
jantung, bukan?" http://dewi-kz.info/ 105 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Dibuat dari digitalis purpurea - sejenis tum-
buh-tumbuhan. Ada empat zat aktif yang dikandung:
digitalin, digitonin, digitalein, dan digatoxin. Dari keempat zat ini,
digitoxin- lah y ang dianggap paling beracun dari semua zat
yang dikandung daun tumbuh-tumbuhan digitalis ini.
Menurut pereobaan Kopp, kekuatannya enam sampai
sepuluh kali lipat dibandingkan dengan digitalin atau
digitalein. Di Prancis jenis obat ini diizinkan pemakaiannya
dalam dosis tertentu, tetapi di Inggris tidak."
"dan akibat kelebihan dosis?"
Dengan suara dalam Dokter Gerard berkata, "Digitoxin
dengan dosis berlebih yang disuntikkan ke dalam peredaran
darah seseorang akan mengakibatkan kematian mendadak
yang disebabkan oleh kelumpuhan mendadak pada jantung.
Menurut perkiraan, empat milligram digitoxin bisa berakibat
fatal pada seorang lelaki dewasa."
"Sedangkan Mrs. Boynton menderita penyakit jantung?"
"Ya, dan kebetulan dia secara teratur meminum obat yang
mengandung digitalis."
"Bukan main," komentar Poirot. "Menarik sekali
masalahnya!" "Maksud Anda," tanya Kolonel Carbury, "ada kemungkinan kematiannya disebabkan oleh kelebihan dosis
pada obatnya sendiri."
"Itu mungkin. Tapi yang saya pikirkan lebih dari itu."
"Dalam hal tertentu," tambah Dokter Gerard, "digitalis
bisa dianggap suatu obat kumulatif Dan lagi, sehubungan
dengan yang terlihat pada tubuh korban keracunan zat ini,
dia tidak meninggalkan bekas-bekas yang berarti."
Poirot mengangguk. "Ya. Cerdik - cerdik sekali.
http://dewi-kz.info/ 106 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hampir tak mungkin dibuktikan di pengadilan. Ah, tapi,
Tuan-Tuan, seandainya ini betul-betul suatu kasus pernbunuhan, pembunuhnya sangat cerdik! Alat suntiknya
dikembalikan, dan racun yang dipilihnya, dalam dosis
tertentu sudah diminum oleh si korban sejak larna; jadi,
kemungkinan kesalahan pada obatnya sendiri - atau
ketidaksengajaan - sangat mungkin terjadi. Oh ya -
pembunuhnya berotak. Perbuatannya sudah direncanakan
masak-masak, dengan hati-hati, dan dengan penuh
kecerdikan." Sejenak Poirot terdiam. Lalu ia mengangkat kepalanya.
"Tapi ada satu hal yang masih menjadi tanda tanya.
"Apa?" "Pencurian alat suntik Anda."
"Ya, alat suntikku diambil orang," ujar Dokter Gerard
cepat. "Diambil - dan dikembalikan?"
"Ya." "Aneh," ucap Poirot. "Aneh sekali. Jika tidak, semuanya
akan terlihat serasi benar...."
Kolonel Carbury memandangnya penuh tanda tanya.
"Nah" Bagaimana pendapat Anda, M. Poirot" Apakah ini
suatu kasus pembunuhan?"
Poirot membuat tanda dengan tangannya. "Sebentar. Kita
belum sampai ke situ. Masih ada beberapa hal yang perlu
dibuktikan." "Apa contohnya" Rasanya semuanya sudah Anda
ketahui." "Ah! Kali ini bukti yang saya, Hereule Poirot, bawa ke
http://dewi-kz.info/ 107 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hadapan Anda." Poirot mengangguk dan tersenyum kepada
kedua orang yang melongo di hadapannya. "Ya, memang
lucu! Bahwa saya, yang mendengar ceritanya dari Anda
berdua, tiba-tiba datang membawa suatu bukti yang belum
Anda ketahui. Begini ceritanya. Di Hotel Solomon, pada
suatu malam, saya pergi memeriksa jendela kamar saya,
apakah sudah tertutup atau belum."
"Tertutup - atau terbuka?" tanya Carbury.
"Tertutup," ujar Poirot tegas. "Ternyata masih terbuka,
dan tentu saja saya segera menutupnya. Tapi, sebelum saya
sempat menutupnya - tangan saya baru memegangi daun
jendelanya waktu itu - saya dengar suara orang berbicara.
Suaranya bagus, pelan tapi jelas, dan sedikit bergetar oleh
semacam dorongan perasaan yang dalam. Saya katakan
kepada diri saya bahwa suatu saat suara itu akan saya dengar
kembali. Tahukah Anda apa yang dikatakan suara tadi"
Inilah kata-kata yang saya dengar diucapkan suara itu: 'Kau
mengerti bukan, bahwa, dia mesti dibunuh?"'
Poirot berhenti. "Pada saat itu, tentu saja, saya tidak
menghubungkan kata-kata itu dengan pembunuhan seseorang. Saya pikir, yang bicara itu seorang sutradara atau
penulis sandiwara. Tapi kini saya jadi tidak yakin. Maksud
saya, saya yakin yang bicara itu bukan sutradara atau penulis
sandiwara." Lagi-lagi Poirot berhenti. Lalu katanya, "Tuan-Tuan, saya
ingin mengatakan ini kepada Anda - setahu saya dan menurut
keyakinan saya, kalimat tadi diucapkan oleh seorang lelaki
muda yang beberapa hari kemudian kujumpai di lobi Hotel
Solomon. Waktu kutanyakan namanya pada pelayan hotel,
mereka mengatakan namanya Raymond Boynton."
cccdw-kzaaa http://dewi-kz.info/ 108 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
12 "RAYMOND Boynton berkata begitu?" seru Dokter
Gerard. "Apakah menurut pengamatan psikologis Anda hal itu
tidak mungkin?" tanya Poirot tenang.
Gerard menggelengkan kepala. "Bukan begitu maksudku.
Aku cuma kaget. Ya, kaget. Sebab, Raymond Boynton
kebetulan tepat sekali jadi orang yang dicurigai."
Kolonel Carbury berdesah. "Pertanyaannya," gumam
Kolonel Carbury, "apa yang mesti kita lakukan?"
Gerard mengangkat bahu. "Terus terang, aku tak tahu apa
yang bisa Anda lakukan. Bukti-bukti belum bisa menyimpulkan sesuatu. Mungkin Anda bisa mengatakan itu
merupakan kasus pembunuhan, tetapi akan sukar membuktikannya." "Aku tahu," ujar Kolonel Carbury. "Kita mempunyai
kecurigaan bahwa seseorang telah melakukan pembunuhan.
Tapi kita cuma duduk dan pura-pura tidak tahu! Aku tak
suka begitu!" Lalu tambahnya, "Aku orang yang rapi."
"Saya tahu. Saya tahu.", Poirot menganggukkan ke-


Perjanjian Dengan Maut Appointment With Death Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

palanya penuh simpati. "Anda ingin membereskan masalah
ini. Anda ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan
bagaimana kejadiannya. Dan Anda, Dokter Gerard" Anda
tadi mengatakan tak ada lagi yang mesti kita lakukan -
bahwa bukti-buktinya tidak menyimpulkan sesuatu" Mungkin saja hal itu benar. Tapi akan puaskah Anda bila
masalahnya ditutup sampai di sini saja?"
"Mrs. Boynton tidak sehat", kata Gerard perlahan. "Dia
http://dewi-kz.info/ 109 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bisa mati kapan saja, seminggu lagi, sebulan lagi, atau
mungkin juga setahun lagi."
"Jadi, Anda sudah merasa puas?" desak Poirot.
"Yang jelas, kematiannya menguntungkan bagi ke-
luarganya," lanjut Gerard. "Mereka akan bisa berkembang -
kupikir, mereka semua orang baik dan pandai. Mereka bisa
menjadi anggota masyarakat yang berguna sekarang. Sejauh
yang bisa kulihat, kematian Mrs. Boynton cuma berakibat
kebaikan." Untuk ketiga kalinya Poirot berkata, "Jadi, Anda sudah
merasa puas?" "Tidak" Tiba-tiba Dokter Gerard memukulkan tinjunya di
meja. "Aku tidak 'puas' seperti yang Anda katakan!
Menyelamatkan kehidupan merupakan dorongan hatiku -
bukan sebaliknya. Karenanya, walaupun pikiranku berulang-ulang mengatakan bahwa kematian Mrs. Boynton
berakibat baik, hati kecilku menentang kematiannya.
Ketahuilah, Tuan-Tuan, bukan hal yang baik bila seseorang harus
mati sebelum saatnya!"
Poirot tersenyum. Ia menyandarkan diri pada sandaran
kursi, merasa puas akan jawaban yang dengan sadar
dipancingnya sejak tadi. Tanpa emosi Kolonel Carbury berkata, "Dia tidak
menyukai pembunuhan! Memang benar! Aku pun demikian." Ia bangkit, menuang wiski soda untuk dirinya
sendiri; gelas kedua tamunya masih penuh. "Sekarang,"
ujarnya, kembali ke pokok pembicaraan mereka, "adakah
yang bisa kita lakukan" Kita sama-sama tidak suka
pembunuhan! Tapi mungkin kita terpaksa diam! Tak baik
ribut-ribut, kecuali kalau kita yakin hasilnya akan bagus."
Gerard mencondongkan tubuhnya ke depan. "Bagaimana
http://dewi-kz.info/ 110 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendapat Anda, M. Poirot" Anda ahlinya."
Poirot tidak segera menjawab. Ia malah menggeser asbak,
mengaturnya, dan menyusun beberapa korek bekas. "Anda
ingin mengetahui siapa yang membunuh Mrs. Boynton,
bukan, Kolonel Carbury" (Itu kalau dia betul-betul mati
dibunuh, dan bukan oleh sebab-sebab yang wajar). Anda
ingin tahu setepat-tepatnya bagaimana dan kapan pembunuhan itu terjadi - dan bahkan keluruhan fakta dalam
kasus ini?" "Aku memang ingin tahu."
Hereule Poirot berkata pelan, "Anda bisa mengeta-
huinya!" Dokter Gerard tampak ragu.
Kolonel Carbury tampak agak tertarik. "Oh," ujarnya.
"Bagaimana caranya?"
"Ya - dengan menyelidiki bukti-buktinya, dan dengan
mendengarkan keterangan yang bersangkutan."
"Aku setuju!" uJar Kolonel Carbury.
"Disamping itu, juga dengan mempelajari kemungkinan-kemungkinan psikologisnya."
"Itu cocok buat Dokter Gerard tentunya," komentar
Carbury. "Dan setelah itu semua - setelah menyelidiki
bukti-bukti, mendengar keterangan orang-orang yang
bersangkutan, dan menelaah segi kejiwaannya - bisakah
Anda memastikan siapa pembunuhnya?"
"Saya akan heran kalau saya tidak bisa memastikannya,"
Poirot berkata tenang. Kolonel Carbury menatap wajah lelaki itu dari atas
pinggiran kaca matanya. Matanya seolah mengukur - -
http://dewi-kz.info/ 111 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menilai. Diletakkannya kaca matanya dengan bergumam.
"Bagaimana pendapat Anda, Dokter Gerard?"
"Terus terang, aku ragu ini bisa berhasil, tapi aku tahu M.
Poirot punya kepandaian yang luar biasa."
"Saya berbakat - memang." Lelaki berperawakan kecil itu
tersenyum merendahkan diri.
Carbury menengok ke samping dan berdeham.
"Yang mula-mula harus kita tentukan," kata Poirot,
apakah pembunuhan ini dilakukan atas dasar kerja sama di
antara anggota keluarga Boynton, ataukah perbuatan salah
seorang saja di antara mereka. Bila dilakukan oleh seorang di
antara mereka, siapa yang paling mungkin melakukannya."
Dokter Gerard menyahut, "Anda sudah punya bukti
sendiri. Kupikir, pertama-tama kita harus mencurigai
Raymond Boynton." "Setuju," ujar Poirot. "Kalimat yang saya dengar
diucapkannya, dan ketidakcocokan keterangannya dengan
pernyataan dokter wanita itu memang pantas dijadikan
landasan buat mencurigainya. Dia orang terakhir yang
melihat Mrs. Boynton hidup. Itu menurut kilahnya sendiri.
Sarah King menyangkal hal itu. Oh ya, adakah - bagaimana
ya" - adakah hubungan cinta di antara mereka?"
Lelaki Prancis itu mengangguk. "Kelihatannya begitu."
"Aha! Dokter muda ini - apakah dia gadis berambut hitam
yang disisir ke belakang dan matanya cokelat besar serta
sangat tegas penampilannya?"
Dokter Gerard tampak terkejut. "Ya, begitulah orangnya." "Kalau begitu, saya pernah bertemu dengannya di Hotel
http://dewi-kz.info/ 112 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Solomon. Dia sedang bicara dengan Raymond Boynton, tapi
setelahnya si pemuda seperti orang melamun - menghalangi
jalan ke luar lift. Tiga kali saya mengatakan 'Pardon' - baru
dia tersadar dan minggir." Poirot diam, berpikir beberapa
saat lamanya. Lalu katanya, "Jadi, mula-mula, kita harus
menerima kesaksian medis Miss Sarah King dengan catatan
tertentu. Miss Sarah King, dalam hal ini, termasuk pihak
yang beruntung." Poirot diam lagi, lalu lanjutnya, "Dokter
Gerard, apakah menurut Anda Raymond Boynton termasuk
golongan orang yang bisa melakukan pembunuhan dengan
gampang?" "Maksud Anda, pembunuhan terencana dan sengaja?"
tanya Gerard. "Ya, kupikir itu mungkin terjadi - tapi cuma
dalam tekanan emosional yang dahsyat.
"Adakah keadaan emosional semacam itu pada dirinya?"
"Tentu saja. Perjalanan ke luar negeri ini sudah barang
tentu menambah tekanan jiwa dan mental yang telah lama
diderita orang-orang itu. Kontras kehidupan mereka dengan
kehidupan di luar jauh lebih terasa oleh mereka. Dan dalam
hal Raymond Boynton..."
"Ya?" "Baginya, komplikasinya lebih banyak sehubungan
dengan perasaannya terhadap Miss King."
"Itu bisa memberinya motif tambahan" Dan sekaligus
perangsang tambahan?"
"Begitulah." Kolonel Carbury berdeham. "Maaf, aku ingin menyela
sebentar saja. Kalimat yang Anda dengar di Hotel Solomon
itu -'Kau mengerti, kan, bahwa dia mesti dibunuh" ' -tentunya
diucapkan kepada seseorang."
http://dewi-kz.info/ 113 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Poin Anda bagus," kata Poirot. "Saya belum lupa. Ya,
kepada siapa Raymond bicara" Dapat dipastikan, kepada
salah seorang anggota keluarganya. Tapi, yang mana"
Mungkin Anda bisa memberi keterangan, Dokter Gerard,
mengenai mentalitas masing-masing anggota keluarga
Boynton?" Gerard segera menjawab, "Menurutku, Carol Boynton
hampir sama keadaannya dengan Raymond - punya
keinginan memberontak dan diliputi semacam ketakutan.
Lennox Boynton telah melewati masa-masa ingin memberontak. Dia menyerah tanpa harapan lagi. Sukar
berkonsentrasi, kelihatannya. Dan dia semakin jauh masuk
ke dalam dirinya sendiri - seolah memisahkan diri dari
lingkungannya. Bisa dipastikan Lennox seorang introvert."
"Dan istrinya?"
"Walaupun lelah dan diliputi kesedihan, istrinya bebas
dari konflik kejiwaan. Kelihatannya dia sedang berada di
ujung suatu keputusan."
"Keputusan apa?"
"Keputusan apakah dia akan meninggalkan suaminya
atau tidak." Gerard mengulangi pereakapannya dengan
Jefferson Cope. Poirot mengangguk, mengerti. "Dan bagaimana dengan si
gadis kecil - Ginevra namanya, bukan?"
Wajah Dokter Prancis itu mendadak suram. Katanya,
"Menurut pengamatanku, kondisi kesehatan jiwanya sangat
menguatirkan. Dia sudah mulai menunjukkan gejala-gejala
skizofrenia. Tak kuasa menahan tekanan hidupnya, gadis itu
mulai berfantasi. Dia berkhayal dirinya pewaris takhta
kerajaan yang sedang dalam bahaya - dikelilingi musuh - dan
hal-hal semacamnya. http://dewi-kz.info/ 114 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berbahayakah itu?"
"Sangat berbahaya. Itu merupakan permulaan dari
maniak membunuh. Penderita maniak semacam itu
membunuh orang bukan karena keinginannya membunuh,
melainkan untuk membela diri. Dia membunuh orang lain
supaya dirinya tidak dibunuh. Ditinjau dari pandangan si
penderita, hal ini masuk akal."
"Jadi, menurut Anda, ada kemungkinan Ginevra Boynton
membunuh ibunya?" "Ya. Tapi aku ragu gadis itu bisa memikirkan
pembunuhan seperti yang terjadi itu. Yang jelas, dia kurang
berpengetahuan untuk merencanakan pembunuhan semacam
itu. Orang-orang penderita maniak ini umumnya membunuh
dengan cara sederhana dan nyata. Aku yakin, bila dia
pembunuhnya, dia tidak akan memilih cara sembunyi-sembunyi seperti yang terjadi."
"Tapi dia juga salah satu kemungkinan, bukan?" desak
Poirot. "Ya," Ujar Gerard.
"Setelah itu-setelah pembunuhan terjadi - apakah
menurut Anda anggota keluarga yang lain mengetabui siapa yang
melakukannya?" "Mereka tahu!" ujar Kolonel Carbury tiba-tiba. "Baru kali
ini aku menemui sekelompok orang yang begitu rapi
menyembunyikan sesuatu."
"Kalau begitu, kita paksa mereka bicara," ujar Poirot.
"Di pengadilan?" tanya Carbury mengangkat alis.
"Tidak." Poirot menggelengkan kepala. "Dengan bereakap-cakap biasa saja. Secara keseluruhan, akhirnya
http://dewi-kz.info/ 115 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seseorang akan mengatakan yang sebenarnya. Karena, itu
lebih mudah! Karena, mengarang yang tidak benar itu lebih


Perjanjian Dengan Maut Appointment With Death Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sulit! Bisa saja orang berbohong sekali, dua kali, tiga kali,
atau bahkan empat kali, tapi tak mungkin terus-terusan
berbohong. Dengan begitu, kebenarannya akan menjadi jelas."
"Ada benarnya," Kolonel Carbury setuju. Lalu tanpa
tedeng aling-aling ia berkata, "Anda akan bicara dengan
mereka, kata Anda tadi" Jadi, Anda mau menangani
masalah ini?" Poirot menundukkan kepala. "Sebaiknya kita mulai
dengan sejelas-jelasnya di sini, Kolonel Carbury," ujar
Poirot. "Yang Anda inginkan, dan yang akan saya lakukan
adalah mencari kebenarannya. Tapi ingat, meskipun kita
berhasil memperoleh kebenarannya, belum tentu kita
mendapat bukti. Maksud saya, bukti yang bisa diterima di
pengadilan, misalnya. Anda mengerti ini?"
"Ya," sahut Carbury. "Tugas Anda cuma memberikan
data-data kepadaku mengenai kejadian sesungguhnya. Lepas
dari itu, akulah yang akan memutuskan tindak lanjutnya -
sehubungan dengan aspek internasional. Paling tidak,
masalahnya menjadi jelas, dan tidak ada lagi hal-hal
terselubung." Poirot tersenyum "Satu hal lagi," tambah Carbury. "Tak banyak waktu
yang bisa kuberikan kepada Anda untuk menyelidiki kasus
ini. Aku tak bisa menahan mereka tanpa batas waktu."
Dengan tenang Poirot berkata, "Tahan mereka dua puluh
empat jam lagi. Kebenarannya akan Anda ketahui sebelum
esok malam." Kolonel Carbury menatapnya tajam. "Anda yakin sekali,
bukan?" http://dewi-kz.info/ 116 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya tahu kemampuan saya," gumam Poirot.
-Merasa tidak enak akan sikap tamunya yang tidak
keinggris-inggrisan itu, Kolonel Carbury membuang muka
sambil mengelus-elus kumisnya yang berantakan. "Yah,"
ucapnya. "Terserah Anda."
cccdw-kzaaa 13 SARAH King memandang Hereule Poirot dengan
menyelidik. Diperhatikannya kepalanya yang berbentuk
seperti telur, kumisnya yang tebal, penampilannya yang rapi,
dan rambutnya yang hitam legam. Keragu-raguan hatinya
terpancar pada mata gadis itu.
"Nah, Mademoiselle, Anda sudah merasa puas?"
Wajah Sarah merah padam sementara pandangannya
bertemu pandangan ironis lelaki itu. "Maaf?" ujarnya
canggung. "Du tout! Anda membalikkan masalahnya kepada saya,
supaya saya yang bicara, bukan?"
Sarah tersenyum sedikit. "Yah, Anda pun boleh begitu
kepada saya," komentarnya.
"Pasti. Saya belum pernah mengabaikan hal itu."
Sarah menatapnya tajam. Ada sesuatu pada nadanya
berbicara - tetapi Poirot dengan tenang memuntir-muntir
kumisnya. Untuk kedua kalinya Sarah berpikir, Laki-laki ini
memang perayu ulung'. Kepereayaan dirinya timbul kembali,
dan ia pun duduk tegak. "Saya tidak mengerti maksud
http://dewi-kz.info/ 117 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
interviu ini," katanya dengan nada bertanya.
"Dokter Gerard belum menjelaskan?"
"Saya tidak mengerti Dokter Gerard," ujar Sarah, dahinya
berkerut. "Kelihatannya dia berpikir..."
"Ada yang tersembunyi di negeri Denmark," kutip Poirot.
"Saya cukup mengenal karya-karya Shakespeare Anda, Miss
King." "Apa sebenarnya yang diributkan ini?" tanya Sarah,
mengesampingkan Shakespeare.
"Eh bien, orang pasti ingin mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi, bukan?"
"Anda membicarakan kematian Mrs. Boynton?"
"Ya." "Apakah ini bukan cuma meributkan sesuatu yang
sebenarnya tidak perlu diributkan" Anda, tentu saja, ahlinya,
M. Poirot. Wajar jika Anda..."
Poirot menyelesaikan kalimat Sarah, "Wajar jika saya
mencurigai terjadinya pembunuhan pada setiap kasus yang
mungkin merupakan pembunuhan?"
"Ya - begitulah, mungkin."
"Anda tidak menaruh kecurigaan apa pun atas kematian
Mrs. Boynton?" Sarah mengangkat bahu: "Jika Anda pergi ke Petra, M.
Poirot, Anda akan tahu betapa melelahkan dan menegangkan perjalanannya untuk seorang perempuan tua
yang jantungnya tidak sehat."
"Jadi, itu pendapat Anda?"
"Tentu. Saya tidak mengerti sikap Dokter Gerard.
http://dewi-kz.info/ 118 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padahal, tahu pun dia tidak mengenai peristiwanya. Pada
malam meninggalnya Mrs. Boynton, Dokter Gerard
terserang demam hebat. Saya angkat topi buat pengetahuannya yang luar biasa, tapi dalam hal ini, rasanya
tak ada yang bisa dia nyatakan. Seandainya orang
meragukan hasil pemeriksaan saya, mengapa mereka tidak
mengadakan bedah mayat saja di Jerusalem?"
Poirot diam beberapa saat lamanya. Lalu ucapnya,
"Ada satu fakta yang mungkin belum Anda ketahui, Miss
King. Dokter Gerard belum menceritakannya?"
"Fakta apa?" tanya Sarah.
"Ada seseorang yang mengambil digitoxin dari tas
obat-obatannya." "Oh!" Dengan cepat Sarah meresapkan fakta yang baru
diketahuinya ini. Dengan cepat pula ia mempertimbangkan
keragu-raguannya. "Apakah Dokter Gerard yakin akan hal
itu?" Poirot mengangkat bahu. "Seperti Anda ketahui, Miss
King, seorang dokkter biasanya sangat berhati-hati dalam
menyatakan sesuatu."
"Oh. tentu saja. Itu tak perlu dikatakan lagi. Tetapi saat
itu Dokter Gerard menderita demam hebat karena malaria."
"Ya, memang." "Tahukah dia kapan kira-kira hilangnya obat itu?"
"Dia membuka tas obat-obatannya pada malam dia tiba di
Petra. Katanya, hendak mengambil phenacetin untuk
mengobati kepalanya yang pusing sekali. Sewaktu mengembalikan phenacentrin itu ke kotak obatnya, dia hampir
yakin obat-obatannya masih lengkap."
http://dewi-kz.info/ 119 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hampir..." ujar Sarah.
Poirot mengangkat bahu. "Ya, memang masih ada
keragu-raguan di situ! Keragu-raguan yang selalu dirasakan
oleh setiap orang yang jujur."
Sarah mengangguk. "Ya, saya tahu. Orang cenderung
tidak pereaya kepada orang yang terlalu yakin. Meskipun
begitu, M. Poirot, kebenaran fakta itu meragukan. Menurut
saya..." Poirot menyelesaikan kalimat Sarah, "Menurut Anda,
bertanya-tanya seperti ini tak ada gunanya?"
Sarah memandang wajah letaki itu. "Sesungguhnyalah!
Yakinkah Anda, M. Poirot, bahwa semuanya ini bukan
sekadar permainan belaka?"
Poirot tersenyum. "Maksud Anda, Hereule Poirot
menggunakan kesempatan ini untuk memuaskan hobinya?"
"Bukan maksud saya menyakiti hati Anda, M. Poirot, tapi
bukankah ada sedikit kebenarannya?"
"Kalau begitu, Mademoiselle, Anda berdiri di pihak
keluarga Boynton?" "Saya pikir begitu. Mereka sudah terlalu lama menderita.
Mereka... mereka tak perlu menderita lagi."
"Dan la Maman, y ang katanya tidak menyenangkan,
seperti tirani dan berperangai sulit itu, lebih baik mati
daripada hidup?" "Kalau Anda mengatakannya begitu..." Wajah Sarah
merah padam. "Saya setuju bahwa orang tak boleh
mempunyai pikiran semacam itu."
"Tapi kenyataannya - ya! Setidaknya, Anda begitu,
Mademoiselle! Saya tidak! Bagi saya sama saja, apakah
http://dewi-kz.info/ 120 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
korbannya itu orang yang dianggap suci atau seorang
penjahat yang ditakuti. Faktanya sama saja. Kehidupannya
dirampas, dibuang! Saya selalu berkata saya
tidak bisa menyetujui pembunuhan, bermotifkan apa pun.
"Pembunuhan!" Sarah menghela napas berat. "Tapi apa
buktinya" Buktinya cuma ada dalam bayangan! Dokter
Gerard pun tidak yakin!"
"Bukan cuma itu, Mademoiselle. Masih ada bukti
lainnya." "Apa?" tanya Sarah tajam.
"Luka bekas tusukan jarum suntik pada pergelangan tangan
korban. Dan masih ada lagi - kata-kata yang saya dengar sendiri
diucapkan seseorang pada suatu malam di Jerusalem ketika saya
hendak menutup jendela kamar saya. Perlukah saya katakan
kepada Anda apa yang saya dengar itu, Miss King" Begini:
Saya mendengar Raymond Boynton mengatakan, 'Kau
mengerti, kan, bahwa dia mesti dibunuh?"' Poirot melihat wajah
Sarah menjadi pucat. "Anda mendengar itu?" tanyanya.
"Ya." Gadis itu menerawang jauh ke depan. Katanya kemudian,
"Anda yang mendengarnya."
Poirot mengangguk setuju. "Ya, saya. Hal-hal semacam
ini adakalanya terjadi. Sekarang Anda mengerti, bukan,
mengapa saya berpendapat bahwa kematian Mrs. Boynton
ini mesti diselidiki?"
Perlahan Sarah berkata, "Saya kira Anda benar."
"Ah! Dan Anda bersedia membantu saya?"
http://dewi-kz.info/ 121 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu." Suaranya seadanya, tanpa emosi. Matanya
memandang Poirot deqgan penuh ketenangan.
Poirot mengangguk. "Terima kasih, Mademoiselle.
Sekarang saya minta Anda menceritakan dengan kata-kata
Anda sendiri, apa yang Anda ingat mengenai hari naas itu."
Sarah berpikir. "Tunggu. Pagi harinya, saya pergi dengan
rombongan, berekspedisi. Tak seorang pun dari ketuarga
Boynton ikut bersama kami. Saya baru melihat mereka pada
waktu makan siang. Rupanya Mrs. Boynton sedang senang
hatinya." "Saya dengar, biasanya Mrs. Boynton kurang manis?"
"Jauh sekali dari manis," Sarah berkata setengah
meringis. Ia kemudian menceritakan bagaimana Mrs.
Boynton tanpa terduga-duga menyuruh anak-anaknya pergi
sendiri tanpa dia. "Itu Pun di luar kewajaran?"
"Ya. Biasanya, anak-anaknya harus selalu ada di
sekitarnya." "Mungkinkah, menurut Anda, Mrs. Boynton ketika itu
tiba-tiba merasa menyesal - merasakan apa yang disebut un
bon moment?" "Saya pikir tidak," jawab Sarah blak-blakan.
"Lalu, mengapa kalau begitu?"
"Saya sendiri bertanya-tanya. Saya malah curiga ini
semacam permainan kucing-kucingan."
"Bisa menjelaskan maksudnya, Mademoiselle?"
"Kucing biasanya senang melihat tikus lari, lalu
menerkamnya lagi. Mrs. Boynton mempunyai mentalitas
http://dewi-kz.info/ 122 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semacam itu. Saya pikir, dia rnempunyai taktik baru atau
sejenisnya." "Kemudian apa yang terjadi?"
"Anak-anak Mrs. Boynton berangkat."
"Semuanya?" "Tidak. Ginevra, si bungsu, tidak ikut. Ibunya
menyuruhnya tidur, beristirahat."
"Apakah memang dia ingin beristirahat?"
"Tidak. Tapi itu tidak jadi soal. Ginevra menuruti nasihat
ibunya. Yang lain berangkat - dan Dokter Gerard bersama
saya mengikuti mereka."
"Jam berapa itu?"
"Kira-kira setengah empat.
"Di mana Mrs. Boynton pada saat itu?"
"Nadine - istri anak sulungnya - membantunya duduk di


Perjanjian Dengan Maut Appointment With Death Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kursi, di muka mulut guanya."
"Terus." "Setelah melewati tikungan, Dokter Gerard dan saya
bergabung dengan mereka. Kami berjalan bersama-sama.
Tak lama kemudian, Dokter Gerard kembali ke kemah. Saya
menawarkan diri mengantarnya, tetapi dia menolak."
"Itu jam berapa?"
"Oh, kurang lebih jam empat, saya kira.'
"Terusnya?" "Kami meneruskan perjalanan."
"Kalian masih tetap bersama-sama?"
http://dewi-kz.info/ 123 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mula-mula, ya. Kemudian kami berpisah-pisah."
Sarah mempereepat bicaranya, seolah telah meramalkan
apa yang bakal ditanyakan Poirot. "Nadine dan Mr. Cope
mernisahkan diri, sedangkan Carol, Lennox, Raymond, dan
saya sendiri bersama-sama."
"Terus begitu?"
"Tidak. Raymond dan saya kemudian terpisah dari yang
lain. Kami duduk pada sebuah batu, mengagumi
pemandangan alam yang masih begitu murni. Lalu dia pergi.
Saya tinggal sendirian di situ beberapa lamanya. Sudah
hampir jam setengah enam ketika saya melihat jam tangan
saya dan buru-buru pulang ke kemah. Saya sampai ke kemah
kurang lebih jam enam. "Dalam perjalanan itu Anda melewati Mrs. Boynton?"
"Saya lihat dia masih duduk di muka guanya."
"Anda tidak merasa heran - melihat dia tidak
bergerak-gerak seperti itu?"
"Tidak. Saya melihat Mrs. Boynton duduk berjam-jam
begitu pada malam hari ketika kami baru tiba di Petra."
"Oh. Lalu?" "Saya langsung ke pendopo. Semuanya ada di sana -
kecuali Dokter Gerard. Saya pulang ke tenda, mencuci
muka. Makan malam selesai disiapkan, dan seorang pelayan
pergi memberitahukan hal ini kepada Mrs. Boynton. Dia
berlari-lari kembali, mengatakan Mrs. Boynton sakit. Saya
buru-buru keluar. Dia masih duduk di kursinya. Tapi, begitu
menyentuh tangannya, saya tahu dia sudah mati."
"Anda sama sekali tidak mencurigai kematiannya
disebabkan oleh hal lainnya selain penyakitnya ?"
http://dewi-kz.info/ 124 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sama sekali tidak. Saya dengar dia menderita penyakit
jantung." "Anda pikir dia meninggal sementara dia duduk di situ?"
"Ya." "Tanpa minta tolong atau berteriak apa pun?"
"Kadang-kadang orang meninggal dengan tenang. Bahkan
mungkin saja dia meninggal sewaktu dia tertidur.
Kelihatannya sangat mungkin dia tertidur. Semua orang di
kernah tidur siang itu - jadi, tak mungkin ada orang
mendengarnya - kecuali jika dia berteriak keras-keras."
"Menurut perkiraan Anda, sudah berapa lama Mrs.
Boynton meninggal pada waktu itu?"
"Yah, terus terang saya kurang memerhatikan hal itu.
Yang jelas dia sudah agak lama meninggal."
"Berapa lama kira-kira?" tanya Poirot.
"Yah - kira-kira satu jam. Mungkin juga lebih. Refraksi
bebatuan di sekitar tempat itu membuat tubuhnya tidak cepat
membeku." "Kurang lebih satu jam" Sadarkah Anda, Mademoiselle,
bahwa Raymond Boynton masih bicara dengan ibunya
setengah jam sebelum itu, dan ketika itu ibunya masih
hidup?" Kini mata gadis itu tidak lagi menantang Poirot. Ia cuma
menggeleng. "Raymond pasti salah. Dia datang lebih pagi
dari yang dikiranya."
"Tidak, Mademoiselle - jam yang disebutkan Raymond
Boynton tidak salah."
Sarah memandang Poirot terang-terangan. Sekali lagi
http://dewi-kz.info/ 125 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Poirot menyaksikan mulut gadis itu terkatup rapat.
"Yah," ujar Sarah, "Saya memang masih muda, dan
belum banyak berpengalaman memeriksa orang mati - tapi
paling tidak saya yakin akan satu hal. Pada waktu saya
memeriksa Mrs. Boynton, wanita itu paling tidak sudah
meninggal sejam lamanya!"
"Itu pernyataan Anda, Mademoiselle," Poirot berkata
tanpa diduga-duga, "dan peganglah itu seterusnya."
"Itu kebenarannya," bantah Sarah.
"Lalu, apa sebabnya Raymond Boynton mengatakan
ibunya masih hidup kalau kenyataannya sudah mati?"
"Itu saya tidak tahu. Mungkin saja mereka kurang pasti
dalam hal waktu! Keluarga itu sangat nervous."
"Sudah berapa kali Anda bicara dengan mereka,
Mademoiselle?" Sarah diam sebentar. Dahinya berkerut. "Saya bisa
sebutkan setepat-tepatnya," ujarnya. "Pertama kalinya, saya
bicara dengan Raymond Boynton di kereta api menuju
Jerusalem. Kemudian, dua kali saya mengobrol dengan
Carol Boynton - yang pertama di Mesjid Umar, dan yang
kedua di kamar saya di Hotel Solomon pada suatu malam.
Keesokan harinya, saya bicara dengan Mrs. Lennox
Boynton. Cuma itu. Yang terakhir, tentu saja, sore hari
sebelum Mrs. Boynton kedapatan meninggal - ketika kami
berjalan-jalan bersama."
"Dengan Mrs. Boynton sendiri Anda belum pernah
bereakap-cakap?" Wajah Sarah memerah. "Ya. Saya berbicara dengannya
sebentar pada hari dia meninggalkan Jerusalem." Tiba-tiba
Sarah berterus terang, "Saya bodoh sekali ketika itu."
http://dewi-kz.info/ 126 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh?" Cara Poirot bertanya begitu khas dan memaksa,
sehingga mau tak mau Sarah terpaksa menguraikan
pereakapannya dengan Mrs. Boynton pagi itu. Poirot tampak
tertarik, dan menanyakan beberapa pertanyaan. "Mentalitas
Mrs. Boynton sangat penting dalam hal ini," katanya. "Dan
Anda orang luar - sebagai pengamat, Anda melihat apa
adanya. Itulah sebabnya gambaran Anda mengenai Mrs.
Boynron sangat berarti."
Sarah tidak berkomentar. Ia masih merasa malu dan
panas hati jika teringat peristiwa itu.
"Terima kasih, Mademoiselle," ucap Poirot. "Sekarang
saya akan menginterviu yang lainnya."
Sarah bangkit. "Maafkan saya, M. Poirot. Tapi, kalau
saya boleh mengusulkan sesuatu..."
"Tentu. Tentu!"
"Mengapa Anda tidak menunda saja interviu ini sampai
setelah dilakukan autopsi atas diri Mrs. Boynton" Dengan
demikian, Anda bisa yakin bahwa kecurigaan Anda
beralasan." Poirot mengibaskan tangan. "Beginilah cara kerja Hereule
Poirot," komentarnya.
Mengatupkan kedua bibirnya rapat-rapat, Sarah meninggalkan ruangan itu.
cccdw-kzaaa 14 LADY WESTHOLME memasuki ruangan dengan keya-
kinan sebuah kapal trans-atlantik memasuki pelabuhan.
http://dewi-kz.info/ 127 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Miss Amabel Pieree mengikuti dari belakang, dan
memilih kursi jelek yang letaknya pun agak di sebelah
belakang. "Tentu, M. Poirot," Lady Westholme berkata penuh
semangat, "saya gembira kalau bisa membantu Anda dengan
segala kemampuan saya. Saya berpendapat bahwa dalam
kasus seperti ini, sudah menjadi kewajiban kita untuk..."
Setelah Lady Westholme mengemukakan kewajibannya
dalam bermasyarakat untuk beberapa menit lamanya,
mulailah Poirot mengajukan pertanyaan.
"Saya ingat benar kejadian siang itu," jawab Lady
Westholme. "Miss Pieree dan saya sendiri akan membantu
Anda sejauh kami bisa.".
"Oh ya," ujar Miss Pieree, hampir kegirangan. "Begitu
tragis nasibnya! Meninggal dalam sekejap mata!"
"Coba ceritakan apa yang terjadi."
"Tentu," sahut Lady Westholme. "Setelah bersantap
siang, saya memutuskan untuk beristirahat sebentar. Acara
pagi harinya agak melelahkan. Bukannya saya kecapekan -
bukan. Saya jarang merasa kecapekan! Malah mungkin saya
tak tahu apa itu kecapekan. Orang terlalu sering
mengatakan..." Sekali lagi Poirot menggumamkan sesuatu.
"Seperti saya katakan tadi, saya ingin beristirahat siang.
Miss Pieree pun setuju."
"Oh ya," desah Miss Pieree. "Saya sendiri merasa sangat
lelah setelah acara pagi hari itu. Pendakiannya begitu
mengerikan dan berbahaya - dan meskipun menarik, sangat
melelahkan. Saya tidak sekuat Lady Westholme."
http://dewi-kz.info/ 128 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi, setelah makan siang Anda kembali ke kemah Anda
masing-masing?" tanya Poirot.
"Ya." "Mrs. Boynton ketika itu duduk di muka guanya?"
"Saya lihat menantunya membimbingnya ke sana dan
mendudukkannya di sana sebelum dia sendiri berangkat."
"Anda berdua bisa melihat Mrs. Boynton dengan jelas?"
"Oh ya," Miss Pieree berkata. "Guanya berhadap--
hadapan dengan kemah kami - cuma saja, agak jauh dan di
atas." Lady Westholme menguraikan pernyataan itu. "Gua-gua
itu terletak di pinggir bukit. Pada bagian bawahnya terdapat
beberapa tenda - menghadap ke sungai kecil. Di seberang
sungai terletak pendopo dan beberapa tenda lagi. Miss Pieree
di sebelah kanan pendopo, sedangkan punya saya di sebelah
kirinya. Tenda kami menghadap ke gua-gua di bukit itu - -
hanya saja tentu agak jauh jaraknya."
"Menurut informasi yang saya dapat, jaraknya kurang
lebih dua ratus meter."
"Mungkin." "Saya punya petanya," ujar Poirot. "Dibuatkan oleh
Mahmud, pemandu wisata."
Lady Westholme menyatakan keraguannya akan kebenaran peta itu! "Mahmud tidak teliti. Beberapa kali saya
menguji kebenaran pernyataannya, dan beberapa kali pula
saya dapati pernyataannya menyesatkan."
"Menurut peta yang ada pada saya," ujar Poirot, "gua di
samping gua Mrs. Boynton ditempati oleh Lennox dan
istrinya. Raymond, Carol, dan Ginevra menempati
http://dewi-kz.info/ 129 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenda-tenda yang terletak agak ke bawah dari gua-gua itu, di
sebelah kanannya. Jadi, hampir bisa dikatakan berhadapan
dengan pendopo. Di sebelah kanan tenda Ginevra terletak
tenda Dokter Gerard, dan di sebelah tenda Dokter Gerard
terletak tenda Miss Sarah Kng. Di seberangnya-pada sisi kiri
pendopo - terletak tenda Anda dan Mr. Cope. Sedangkan
tenda Miss Pieree - seperti Anda sebutkan tadi-terletak di
sebelah kanan pendopo. Benar, kan?"
Bergumam tak jelas, Lady Wesdiolme mengakui bahwa
sejauh pengetahuannya, deskripsi Poirot itu benar.
"Terima kasih. Sekarang semuanya menjadi jelas sekali.
Silakan meneruskan cerita Anda, Madame."
Lady Westholme tersenyum ramah seraya melanjutkan,
"Kira-kira jam empat kurang seperempat, saya pergi ke tenda
Miss Pieree. Maksud saya, kalau dia sudah bangun, mau
saya ajak berjalan-jalan. Miss Pieree sedang duduk-duduk di
muka tenda, membaca. Akhirnya kami memutuskan untuk
berangkat setengah jam kemudian, kalau matahari sudah
tidak terlalu terik. Saya kembali ke tenda saya, dan duduk-
duduk membaca sekitar 25 menit lamanya. Setelah itu saya
balik ke tempat Miss Pieree. Karena Miss Pieree sudah siap,
kami pun langsung berangkat. Suasana di sekitar
perkemahan terasa sepi dan lengang. Tak seorang pun
berkeliaran. Rupanya semua penghuni dan pekerja sedang
tidur beristirahat siang. Melihat Mrs. Boynton duduk
sendirian di muka guanya, saya usul agar kami mampir
sebentar, menanyakan kalau-kalau dia perlu dibantu sesuatu
sebelum kami pergi. "Ya," gumam Miss Pieree. "Lady Westholme memang
sangat baik hati. Dia selalu memikirkan kepentingan orang
lain." http://dewi-kz.info/ 130 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya merasa sudah kewajiban saya melakukan yang bisa
saya lakukan untuk menolong orang lain, tambah Lady
Westholme. "Tapi Mrs. Boynton sangat keterlaluan - penerimaannya


Perjanjian Dengan Maut Appointment With Death Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangat kasar!" cetus Miss Pieree tak senang.
Poirot keheran-heranan. "Kami kebetulan memang harus melewati jalan yang
terletak di muka gua-gua itu," sambung Lady Westholme
menjelaskan. "Ketika melewati guanya, saya berseru -
mengatakan kami hendak pergi berjalan-jalan dan sekaligus
menanyakan apakah dia tidak perlu dibantu apa-apa sebelum
kami berangkat. Tahukah Anda, M. Poirot, jawaban yang
diberikannya cuma semacam dengkuran! Dia memandang
kami seolah-olah kami ini makhluk hina yang menjijikkan!"
"Sungguh tak tahu aturan!" Miss Pieree mengomel
sementara wajahnya menjadi merah menahan marah.
"Saya harus akui," lanjut Lady Westholme, "saat itu saya
sungguh-sungguh tak kuasa menahan kejengkelan hati saya,
dan mengeluarkan kata-kata yang kurang sopan."
"Apa yang Anda katakan itu, Madame?" tanya Poirot.
"Saya katakan kepada Miss Pieree, bahwa perempuan itu
mabuk! Sikapnya sangat aneh. Tak masuk akal. Saya pikir,
mungkin dia kebanyakan minum alkohol."
Dengan bijaksana Poirot mulai mengalihkan pembicaraan
dari masalah alkohol. "Apakah menurut penglihatan Anda
sikap Mrs. Boynton hari itu lain daripada biasanya"
Misalnya saja pada waktu bersantap siang?"
"T.. tidak," jawab Lady Westholme sambil berpikir-pikir.
"Saya rasa sikapnya cukup wajar - buat tipe orang Amerika
sejenisnya." http://dewi-kz.info/ 131 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi sikapnya kepada pelayan itu menurutku terlalu
keras," celetuk Miss Pieree.
"Oh ya. Saya ingat. Memang, kelihatannya Mrs. Boynton
sangat jengkel kepada pelayan itu," ujar Lady Westholme.
"Pereuma ada pelayan kalau sepatah kata Inggris pun tidak
mengerti. Malah menjengkelkan. Tapi-yah, namanya di
negeri orang. Mestinya kita menyesuaikan diri sedikit."
"Pelayan" Pelayan yang mana?" tanya Poirot.
"Itu... salah satu pelayan di situ. Saya lihat pelayan itu
mendekati Mrs. Boynton - saya pikir, mungkin Mrs. Boynton
minta diambilkan sesuatu, tapi si pelayan salah mengambilkan, barangkali. Saya sendiri tidak tahu masalah
sebenarnya apa. Yang jelas, saya lihat dari jauh Mrs.
Boynton marah-marah. Pelayannya lari pontang panting,
sementara Mrs. Boynton mengacung-acungkan tongkatnya
sambil berteriak-teriak."
"Berteriak apa dia?"
"Ah, tempat kami terlampau berjauhan, M. Poirot. Saya
tak bisa mendengar dengan jelas kata-kata yang diucapkannya. Betul, kan, Miss Pieree?"
"Ya. Saya juga tidak bisa mendengar. Mungkin Mrs.
Boynton menyuruh pelayan itu mengambil sesuatu di tenda
anak bungsunya - atau, mungkin juga dia marah karena
pelayan itu berani berani masuk ke tenda anak bungsunya.
Entahlah. Tidak begitu jelas terdengar dari tempat saya!"
"Bagaimana rupa pelayan itu?"
Miss Pieree menggeleng ragu. "Saya tidak tahu. Saya
cuma melihat dari jauh. Dan lagi, rasanya semua orang Arab
rupanya sama." "Pelayan itu tingginya melebihi rata-rata," ujar Lady
http://dewi-kz.info/ 132 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Westholme. "Dia mengenakan tutup kepala ala Arab seperti
pelayan-pelayan lainnya. Celananya lusuh dan sobek-sobek,
jelek sekali. Kaus kakinya berlipat-lipat tidak rapi!"
"Anda bisa membedakan pelayan itu dari pelayan
lainnya?" "Oh, saya rasa itu sukar, M. Poirot. Wajahnya tidak
kelihatan dari tempat saya - terlalu jauh jaraknya. Dan lagi,
yang dikatakan Miss Pieree saya pikir benar - wajah orang
Arab rata-rara mirip."
"Hmmm," gumam Poirot. "Apa kira-kira yang menyebabkan Mrs. Boynton begitu marah?"
"Menghadapi pelayan seperti itu, sering kesabaran kita
habis dibuatnya," kata Lady Westholme. "Pernah seorang
pelayan mengambil sepatu saya. Padahal sudah berkali-kali
saya jelaskan kepadanya - bahkan pakai pantomim segala -
bahwa saya lebih suka membersihkan sendiri sepatu saya."
"Sama. Saya juga begitu," komentar Poirot. "Ke mana
pun saya pergi, perangkat pembersih sepatu tak pernah
ketinggalan. Juga lap debu."
"Persis. Saya pun begitu, M. Poirot," ujar Lady
Westholme. "Orang Arab tidak pernah membersihkan dulu debunya."
"Ya. Dan saya paling tidak tahan melihat barang kotor!"
Tiba-tiba Lady Westholme bersikap fanatik sekali. "Belum
lagi melihat lalat sebegitu banyak di pasar... hii... jorok
sekali!" "Yah," ujar Poirot seperti orang merasa bersalah. "Kalau
begitu, sebaiknya kita tanyai saja pelayan itu - apa yang
sebenarnya menimbulkan amarah Mrs. Boynton. Dan
bagaimana kelanjutan cerita Anda, Madame?"
http://dewi-kz.info/ 133 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami berjalan perlahan-lahan," lanjut Lady Westholme.
"Di jalan kami bertemu Dokter Gerard. Jalannya
terhuyung-huyung. Kelihatannya sangat tak enak badan.
Demam, rupanya." "Saya langsung tahu bahwa dia terserang malaria," lanjut
Lady Westholme. "Saya menawarkan diri untuk menemaninya kembali ke kemah dan mencarikan pil kina.
Tapi dia menolak. Katanya dia membawa persediaan kina
sendiri." "Kasihan," keluh Miss Pieree. "Hati saya paling trenyuh
kalau ada dokter yang sakit."
"Lalu kami meneruskan jalan-jalan," sambung Lady
Westholme. "Di suatu tempat, kami berhenti dan duduk di
atas batu-batuan." "Lelah sekali rasanya sehabis mendaki pagi harinya,"
tambah Miss Pieree. "Saya sih tidak pernah merasa lelah," Lady Westholme
berujar dengan nada pasti. "Tapi saya pikir tak ada gunanya
berjalan-jalan lebih jauh. Di situ pun pemandangannya
sangat indah." "Apakah dari tempat itu Anda bisa melihat perkemahan?"
"Oh, ya - persis di depan kami."
"Ya. Romantis sekali," gumam Miss Pieree.
"Kemah-kemah kecil dikelilingi dinding bukit karang
merah." "Mestinya perkemahan itu dikelola dengan lebih
profesional," komentar Lady Westholme. Cuping hidungnya
kembang kempis. "Biar, kapan-kapan kubicarakan ini
dengan pemerintah. Air semestinya direbus dan disaring
http://dewi-kz.info/ 134 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dulu sebelum dihidangkan. Saya tak yakin ini dilakukan di
sini. Pokoknya, suatu hari nanti pasti akan saya kemukakan
kepada yang berwenang. Poirot berdeham, dan segera mengarahkan pembicaraan
ke topik lain. "Pada waktu itu, apakah Anda bertemu
anggota rombongan wisata yang lain?" tanyanya.
"Ya. Mr. Boynton dan istrinya lewat di depan kami
sementara kami duduk di batu itu. Mereka hendak kembali
ke kemah, rupanya." "Bersama-sama?"
"Tidak. Mr. Boynton duluan. Tampaknya dia kepanasan.
Jalannya agak sempoyongan."
"Apa yang dilakukan Mr. Boynton sekembalinya ke
kemah?" tanya Poirot pula.
Untuk pertama kalinya, Miss Pieree menjawab lebih dulu
daripada Lady Westholme. "Dia langsung menghampiri
ibunya, tetapi tidak lama."
"Berapa lama kira-kira?"
"Yah... satu sampai dua menit kira-kira."
"Satu menit," komentar Lady Westholme. "Setelah itu
dia masuk ke guanya sendiri dan keluar lagi menuju ke
pendopo." "Istrinya?" "Istrinya lewat kira-kira seperempat jam kemudian. Dia
berhenti sebentar dan menyapa kami dengan ramah."
"Betul. Orangnya manis sekali, ya?" ujar Miss Pieree.
"Tidak seperti lainnya," tambah Lady Westholme.
"Dan Anda juga memerhatikan Mrs. Lennox Boynton
http://dewi-kz.info/ 135 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjalan kembali ke kemah?"
"Ya. Dia juga menghampiri Mrs. Boynton. Lalu keluar
guanya sendiri, mengambil kursi dan duduk di samping ibu
mertuanya. Mereka mengobrol kira-kira sepuluh menit
lamanya." "Setelahnya?" "Dia mengembalikan kursi ke guanya, dan pergi ke
pendopo." "Apa yang terjadi sesudah itu?"
"Orang Amerika itu datang" ujar Lady Westholme.
"Kalau tak salah namanya Cope. Dia mengatakan ada
peninggalan arsitektur kuno tak jauh dari tempat kami
duduk-duduk itu. Katanya, rugi kami tidak menyaksikannya.
Jadi, kami pun pergi ke tempat yang ditunjukkannya."
"Tapi memang benar. Menarik sekali tempatnya," kata
Miss Pieree. Lady Westholme melanjutkan kisahnya, "Kami berjalan
kembali ke kemah. Waktu itu kurang lebih sudah jam enam
kurang dua puluh." "Mrs. Boynton masih duduk di tempatnya semula?"
"Ya." "Anda tidak menegurnya lagi?"
"Tidak. Terus terang, memerhatikannya pun tidak."
"Lalu, apa yang Anda lakukan sekernbalinya ke kemah?"
"Saya langsung menuju kemah saya - mengganti sepatu
dan mengambil kotak teh Cina kesukaan saya. Sesudah itu
saya ke pendopo. Saya lihat di sana ada salah seorang
penunjuk jalan Badui. Saya suruh dia membuatkan teh
http://dewi-kz.info/ 136 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan teh yang saya bawa sendiri itu. Saya ingatkan dia
supaya airnya dibiarkan mendidih dulu. Dia berkeberatan,
karena katanya sebentar lagi santap malam sudah siap. Saya
bersikeras ingin minum teh dulu sebelum makan."
"Siapa saja yang berada di pendopo ketika itu?"
"Ob, ya. Mr. Lennox Boynton dan istrinya. Mereka
sedang duduk membaca-baca. Carol Boynton juga ada di
situ." "Dan Mr. Cope?"
"Dia baru muncul ketika kami sedang menikmati teh
panas," Miss Pieree berkata. "Lelaki Amerika itu malah ikut
mencicipi teh kami, walaupun katanya orang Amerika tidak
biasa minum teh." Lady Westholme berdeham. "Saya agak kuatir Mr. Cope
akan terlalu lukat pada kami. Dalam perjalanan begini, sulit
membatasi hubungan dengan orang lain. Mereka cenderung
salah menafsirkan - lebih-lebih orang A-merika. Mereka
kaku!" Dengan penuh hormat Poirot berkata, "Tetapi saya yakin,
Anda sangat pandai dalam hal mengatasi situasi semacam
itu, Madame." "Saya rasa, saya bisa mengatasi situasi yang bagaimana
pun," Lady Westholme berkata membanggakan diri.
Kerdip mata Poirot luput dari perhatian perempuan itu.
"Bagaimana akhir cerita Anda, Madame?" tanya Poirot.
"Oh, ya. Sejauh ingatan saya, Raymond Boynton dan
adik perempuannya yang berambut merah itu masuk tak
lama setelah Mr. Cope. Miss King masuk paling belakangan.
Waktu itu santapan sudah selesai disiapkan. Pemandu wisata
menyuruh seorang pelayan memberitahukan hal itu kepada
http://dewi-kz.info/ 137 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mrs. Boynton. Tetapi pelayan itu kembali bersama seorang
kawannya dengan tergopoh-gopoh. Mereka tampaknya
kebingungan, dan mengatakan sesuatu kepada pemandu
wisata dalam bahasa Arab. Mungkin mereka mengatakan
Mrs. Boynton sakit. Miss King menawarkan jasa. Dia segera
menghambur ke luar bersama pemandu wisata. Tak lama


Perjanjian Dengan Maut Appointment With Death Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setelahnya, dia kembali lagi - mengatakan kepada anak-anak
keluarga Boynton, bahwa Mrs. Boynton sudah meninggal."
"Bagaimana reaksi mereka?" tanya Poirot.
Baru kali ini Poirot melihat Lady Westholme maupun
Miss Pieree kebingungan. Akhirnya Lady Westholme
berkata, suaranya tidak seyakin sebelumnya, "Yah, sulit
dikatakan. Mereka... mereka diam saja."
"Terlalu kaget, barangkali," ujar Miss Pieree.
"Mereka semua kemudian keluar dengan Miss King,"
sambung Lady Westholme. "Cuma Miss Pieree dan saya
yang tetap tinggal di pendopo." Mata Miss Pieree
memancarkan semacam perasaan prihatin. "Saya paling
tidak suka kerumun-kerumun seperti itu!" tambah Lady
Westholme. Keprihatinan Miss Pieree tampak semakin nyata.
"Tak berapa lama kemudian, sambung Lady Westholme,
"Miss King bersarna pemandu wisata kembali ke pendopo.
Saya minta supaya santapan malam segera disajikan kepada
kami berempat. Dengan demikian, anak-anak keluarga
Boynton bisa bersantap malam sendirian, tanpa terganggu
kehadiran orang lain yang mungkin membuat mereka
merasa tak enak atau malu. Selesai bersantap malam, saya
kembali ke kemah-beristirahat. Hal yang sama dilakukan
Miss King dan Miss Pieree. Mr. Cope tetap di pendopo.
Setahu saya, Mr. Cope memang teman dekat keluarga itu.
http://dewi-kz.info/ 138 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mungkin dia ingin menghibur mereka. Itulah semuanya
yang saya ketahui, M. Poirot."
"Setelah Miss King mengabarkan bahwa Mrs. Boynton
meninggal dunia, apakah semua anak-anaknya lalu
mengikutinya ke luar?"
"Ya - oh, tidak. Saya jadi ingat. Si gadis berambut merah
tetap tinggal. Kau ingat, kan, Miss Pieree?"
"Ya. Betul." "Apa yang dilakukan gadis itu?"
Lady Westholme memandang Poirot keheranan.
"Apa yang dilakukan gadis itu, M. Poirot" Seingat saya,
dia tidak melakukan apa-apa."
"Maksud saya, apakah dia itu menjahit, membaca, atau
apakah dia kelihatan cemas, atau mungkin ada sesuatu yang
diucapkannya?" "Oh..." Lady Westholme mengerutkan dahinya. "Dia...
dia duduk begitu saja, seingat saya."
"Dia mempermainkan jari-jari tangannya," celetuk Miss
Pieree. "Saya ingat. Saya memerhatikannya benar. Hati saya
iba melihatnya. Saya pikir, gadis itu sudah terlalu
kebingungan sampai tak tahu lagi apa yang mesti
dilakukannya. Wajahnya sih biasa-biasa saja - cuma
tangannya... oh, dipuntir-puntir begitu. Pernah," tambahnya,
"saya menerima telegram. Isinya mengabarkan bahwa bibi
saya satu-satunya sakit keras. Saya begitu kaget dan
kebingungan. Tanpa sadar saya merobek-robek kertas yang
saya pegang. Saya pikir itu kertas telegram. Ternyata... uang
yang saya sobek-sobek itu, M. Poirot. Mungkin begitulah
perasaan gadis itu."
http://dewi-kz.info/ 139 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Merasa kurang senang orang lain yang dianggapnya tidak
penting mendapat perhatian, Lady Westholme bertanya
dingin, "Masih ada pertanyaan lain, M. Poirot?"
Terkejut, Poirot berkata ramah, "Oh, tidak. Keterangan
Anda sangat jelas sekali, Madame - dan meyakinkan."
"Ingatan saya memang tajam," ucap Lady Westholme.
"Ada satu permintaan terakhir, Lady Westholme," ujar
Poirot tiba-tiba. "Coba Anda tetap duduk di tempat Anda
itu, dan jangan melihat ke sekitar Anda. Nah, sekarang
tolong Anda gambarkan apa saja yang dikenakan Miss
Pieree pada saat ini. Oh ya, tentu saja kalau Miss Pieree
tidak berkeberatan."
"Oh, tidak!" seru Miss Pieree.
"Ah, M. Poirot, apa..."
"Madame, saya minta Anda melakukan permintaan saya
tadi." Lady Westholme mengangkat bahu dan dengan kurang
sopan berkata, "Miss Pieree mengenakan gaun katun
bergaris cokelat putih dan putih. Ikat pinggangnya ala
Sudan, terbuat dari kulit berwarna merah, biru, dan krem.
Stokingnya berwarna krem, dan sepatunya cokelat bertali-tali. Pada stoking kirinya, di sebelah belakang, ada
sedikit sobekan. Dia mengenakan kalung manik-manik putih
dengan sebuah manik biru laut. Disamping itu, dia juga
mengenakan bros mutiara berbentuk kupu-kupu. Pada jari
tengah tangan kanannya melingkar cincin gading imitasi.
Rambutnya diikat dengan jalinan benang merah jambu dan
cokelat." Lady Westholme berhenti. Lagaknya sangat yakin.
Lalu katanya, "Masih ada yang lain lagi, M. Poirot?"
Poirot merentangkan kedua lengannya lebar-lebar.
http://dewi-kz.info/ 140 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anda sangat mengagumkan, Madame. Pengamatan
Anda sangat teliti."
"Saya tidak pernah melupakan hal sekecil apapun."
Lady Westholme bangkit, menganggukkan kepalanya
sedikit, dan keluar ruangan. Sementara Miss Pieree
mengikuti Lady Westholme sambil menunduk memerhatikan stokingnya yang sebelah kiri, Poirot berkata,
"Sebentar, Mademoiselle."
"Ya?" Miss Pieree mengangkat wajahnya.
Poirot membungkukkan badan. "Anda lihat seikat bunga
liar di jambangan ini?"
"Ya," jawab Miss Pieree setengah melongo.
"Dan Anda juga melihat bahwa saya bersin dua kali pada
waktu Anda masuk ke sini tadi?"
"Ya." "Apakah Anda juga melihat waktu saya mencium
bunga-bunga ini sebelumnya, Mademoiselle?"
"Oh - terus terang saya tidak tahu."
"Tapi Anda ingat saya bersin, kan?"
"Ya. Kalau itu saya ingat!"
"Baiklah. Saya cuma ingin tahu - apakah mungkin serbuk
bunga ini menyebabkan saya bersin tadi. Terima kasih,
Mademoiselle." "Oh ya, keponakan saya juga pernah menderita gangguan
pernapasan karena serbuk tumbuhan liar. Katanya, asal rajin
menyemprot hidung dengan..."
Susah payah Poirot berusaha melepaskan diri dari Miss
Pieree yang penuh antusias menceritakan pengalaman
http://dewi-kz.info/ 141 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keponakannya. Ditutupnya pintu, dan ia pun kembali
masuk. Alisnya terangkat. "Padahal aku sama sekali tidak
bersin," gumamnya. "Sama sekali tidak!"
cccdw-kzaaa 15 LENNOX BOYNTON masuk dengan langkah cepat dan
tegap. Seandainya Dokter Gerard melihat sikap lelaki muda
itu, tentu ia heran akan cepatnya perubahan yang terjadi
pada dirinya. Sikap apatisnya hilang. Pembawaannya sigap,
walaupun ia tampak agak gugup. Pandangannya cenderung
berpindah dari objek satu ke objek lainnya dalam ruangan
itu. "Selamat pagi, M. Boynton," sapa Poirot sambil bangkit
dan mengangguk hormat. Lennox membalas anggukan itu
dengan agak canggung. "Saya senang sekali Anda bersedia
meluangkan waktu untuk interviu ini."
Agak ragu-ragu Lennox berkata, "Eh... menurut Kolonel
Carbury sebaiknya begitu - demi formalitas, katanya."
Lennox duduk di kursi yang beberapa saat sebelumnya
diduduki Lady Westholme. Poirot berbicara dengan santai.
"Kejadian ini tentu sangat mengagetkan buat Anda."
"Ya, tentu Saja. Tapi, yah - mungkin juga tidak.... Kami
sudah lama sadar bahwa jantung Mama kurang kuat."
"Lalu apakah bijaksana, mengetahui keadaannya yang
seperti itu dan membiarkannya melakukan perjalanan yang
melelahkan ini?" Lennox Boynton menatap Poirot. Bicaranya bukan tanpa
http://dewi-kz.info/ 142 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesedihan tertentu. "Mama yang memutuskan untuk pergi,
M. Poirot. Dan kalau Mama sudah memutuskan sesuatu,
tidak ada gunanya kami memberikan pertimbangan."
"Saya tahu," ujar Poirot, "orangtua sering kali keras
kepala." Tampak jengkel, Lennox bertanya, "Apa sih maksud
semuanya ini" Mengapa harus pakai formalitas segala?"
"Mungkin Anda tidak menyadari, M. Boynton, bahwa
setiap kasus kematian mendadak perlu dibuat catatan, dan
bahkan dipelajari sejauh mungkin sebab sebabnya."
"Maksudnya?" tanya Lennox keras.
Poirot mengangkat bahu. "Yah - yang jelas, harus dicari
sebab kematiannya, apakah karena penyakit, atau karena
bunuh diri." "Bunuh diri?" Lennox Boynton tampak terpaku.
Poirot berkata lembut, "Semestinya Andalah yang paling
mengetahui kemungkinan-kemungkinannya.
Kolonel Carbury sama sekali tidak tahu apa-apa. Sedangkan dalam
kedudukannya, beliau harus memutuskan apakah perlu
diadakan pemeriksaan, autopsi, atau tindakan lain yang
dianggapnya perlu. Karena kebetulan saya sedang berada di
sini, dan karena saya dianggapnya berpengalaman dalam
kasus-kasus semacam ini, beliau meminta bantuan saya
untuk melakukan beberapa interviu atas nama beliau.
Seandainya ada cara lain, pasti Kolonel Carbury tidak akan
menyusahkan Anda, M. Boynton."
"Saya bisa kirim telegram ke konsulat Amerika di
Jerusalem kalau begini," ujar Lennox Boynton marah.
"Silakan, itu hak Anda," sahut Poirot.
http://dewi-kz.info/ 143 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hening. Lalu Poirot, dengan merentangkan kedua
tangannya, berkata, "Kalau Anda merasa keberatan
menjawab pertanyaan saya..."
Lennox Boynton cepat menyahut, "Saya tidak keberatan.
Cuma... rasanya tidak ada perlunya."
"Saya mengerti. Tapi ini sesungguhnya sederhana sekali.
Seperti sesuatu yang rutin saja. Nah, M. Boynton, pada siang
hari sebelum ibu Anda meninggal, setahu saya, Anda pergi
berjalan-jalan ke luar perkemahan, bukan?"
"Ya. Kami semua pergi - kecuali - Mama dan adik saya
yang bungsu." "Ibu Anda duduk di muka pintu guanya?"
Na, di sebelah luarnya. Mama selalu duduk di situ setiap
siang." "Jam berapa Anda berangkat?"
"Kira-kira jam tiga lebih sedikit."
"Dan kembali?" "Saya tidak dapat mengatakan jam berapa tepatnya.
Mungkin jam empat, mungkin jam lima."
"Jadi, kurang lebih satu sampai dua jam setelah
berangkat?" "Ya, kurang lebih."
"Apakah Anda bertemu seseorang dalam perjalanan Anda
kembali ke kemah?" "Apa?" "Apakah Anda bertemu seseorang dalam perjalanan
pulang ke kemah petang itu" Dua perempuan yang sedang
duduk-duduk di atas batu, misalnya?"
http://dewi-kz.info/ 144 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya tidak begitu yakin. Tapi rasanya, ya."
"Anda sedang terlalu asyik memikirkan sesuatu,
mungkin?" "Ya." "Apakah Anda bercakap-cakap dengan ibu Anda sepulang
berjalan-jalan itu?"
"Ya - ya." "Ketika itu ibu Anda tidak mengeluh apa-apa?"
"Tidak, tidak. Kelihatannya Mama sehat-sehat saja."
"Bolehkah saya bertanya - apa saja yang Anda bicarakan
dengan ibu Anda pada waktu itu, M. Boynton?"
Lennox terdiam sejenak. "Mama mengatakan, saya
pulang cepat sekali. Dan saya jawab, ya."
Lennox terdiam lagi, seolah memaksa dirinya berkonsentrasi. "Lalu saya katakan kepada Mama bahwa
hari sangat panas. Mama menanyakan jam berapa. Katanya
arlojinya mati. Saya segera melepaskan arloji Mama, dan


Perjanjian Dengan Maut Appointment With Death Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencocokkannya. Setelah itu, saya pasangkan kembali arloji
itu pada tangan Mama."
Dengan lembut Poirot menyela, "Dan waktu itu jam
berapa?" "Apa?" tanya Lennox.
"Jam berapa waktu Anda mencocokkan arloji ibu Anda
itu?" "Oh, jam lima kurang dua puluh lima."
"Jadi, sebenarnya Anda tahu persis jam berapa Anda
kembali ke kemah, M. Boynton!" ucap Poirot, masih
bernada lembut. http://dewi-kz.info/ 145 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Lennox merah padam. 'Ya. Betapa bodohnya saya,
M. Poirot - rasanya pikiran saya begitu kacau balau!"
"Oh, saya mengerti!" hibur Poirot cepat. "Kejadian yang
tidak diharapkan ini tentu sangat mengganggu ketenangan
hati Anda. Setelah itu, bagaimana?"
"Saya menanyakan kalau-kalau Mama perlu atau ingin
diambilkan sesuatu. Minum teh atau kopi" Mama bilang
tidak. Lalu saya pergi ke pendopo. Di situ tak kelihatan
seorang pelayan pun. Padahal saya sangat haus. Untunglah
saya lihat ada beberapa botol air soda di situ. Kemudian saya
duduk membaca-baca surat kabar tua."
"Setelah itu istri Anda datang menemani Anda?"
"Ya, istri saya masuk ke pendopo beberapa waktu
kemudian." "Dan Anda tidak pernah melihat ibu Anda lagi dalam
keadaan hidup?" "Tidak." "Pada waktu Anda bercakap-cakap dengan ibu Anda,
apakah beliau kelihatan sedang marah?"
"Tidak. Mama biasa-biasa saja."
"Tidak menceritakan kejengkelannya pada salah seorang
pelayan?" Lennox melongo. "Tidak. Sama sekali tidak."
"Cuma itu yang bisa Anda ceritakan kepada saya, M.
Boynton?" "Kelihatannya begitu."
"Terima kasih, M. Boynton." Poirot menganggu memberi
isyarat bahwa interviu sudah selesai.
http://dewi-kz.info/ 146 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun kelihatannya Lennox enggan pergi. Di pintu, ia
tampak ragu-ragu. "Eh... tidak ada lagi yang Anda perlukan,
M. Poirot?" "Tidak. Tapi saya akan senang sekali jika Anda mau
menolong memanggilkan istri Anda."
Lennox keluar perlahan-lahan. Pada buku notesnya Poirot
menuliskan, T.B. 16.35."
cccdw-kzaaa 16 PENUH rasa tertarik, Poirot memandang perempuan
muda tinggi semampai itu. Ia bangkit dan menganguk
hormat. "Mrs. Lennox Boynton" Saya Hercule Poirot."
Nadine Boynton duduk. Pandangannya terarah pada
wajah Poirot. "Mudah-mudahan Anda tidak berkeberatan saya ganggu
di tengah-tengah suasana duka ini, Madame?"
Pandangan Nadine tidak bergerak. Ia tidak segera
menjawab. Sikapnya tetap tenang. "Saya rasa, sebaiknya
saya berterus terang kepada Anda, M. Poirot," kata
perempuan itu akhirnya. "Saya setuju sekali."
"Anda tadi menanyakan apakah Anda mengganggu saya
dalam suasana duka ini. Terus terang, kedukaan itu
sebenarnya tidak ada, M. Poirot. Tak ada gunanya
berpura-pura sedih. Saya tidak pernah menyukai ibu mertua
saya, dan terus terang, saya tidak menyesalkan kepergiannya." http://dewi-kz.info/ 147 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, Madame - Anda mau bicara terang--
terangan begini." "Tetapi," lanjut Nadine, "walaupun saya tidak bisa
berpura-pura sedih, harus saya akui bahwa ada semacam
perasaan bersalah pada diri saya."
"Bersalah?" Alis Poirot naik
"Ya. Sebab sayalah penyebab kematian ibu mertua saya.
Karena itulah saya sangat menyalahkan diri saya.
"Apa sebenarnya yang ingin Anda katakan itu,
Madame?" "Saya mengatakan sayalah penyebab kematian ibu mertua
saya. Saya berbuat sesuatu, dan hasilnya ternyata begini.
Dengan kata lain, M. Poirot, sayalah pembunuhnya."
Poirot menyandarkan diri pada sandaran kursinya. "Coba
jelaskan semuanya itu, Madame."
Nadine menunduk. "Itu bermula pada diri saya sendiri.
Saya menginginkan sesuatu. Mula-mula saya merasa lebih
baik keinginan itu saya pendam dalam hati saya sendiri.
Tetapi kemudian saya merasa - mungkin lebih baik jlka saya
berterus terang saja. Anda sudah terbiasa mendengar dan
menyimpan rahasia pribadi orang lain, bukan, M. Poirot?"
"Ya." "Baiklah. Kalau begitu, saya ceritakan saja apa adanya.
Kehidupan perkawinan saya sama sekali tidak bahagia, M.
Poirot. Tapi itu bukan semata-mata karena kesalahan suami
saya - pengaruh ibunyalah yang buruk. Bagaimanapun, saya
mulai merasa kehidupan saya ini semakin tak tertahankan."
Nadine berhenti. Kemudian sambungnya, "Pada siang hari
sebelum ibu mertua saya meninggal, saya memutuskan
sesuatu. Saya punya seorang teman-teman yang sangat baik.
http://dewi-kz.info/ 148 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sudah beberapa kali dia mengusulkan agar saya meninggalkan suami saya dan kawin dengannya. Siang itu
saya menerima lamarannya."
"Jadi, Anda memutuskan untuk meninggalkan suami
Anda?" "Ya." "Lalu?" Dengan suara lebih pelan Nadine berkata, "Setelah
memutuskan demikian, saya ingin merealisasikannya
sesegera mungkin. Saya pulang ke kemah sendiri. Ibu mertua
saya sedang duduk seorang diri, dan tak kelihatan seorang
pun di sekitarnya. Saya jadi berniat menceritakan keputusan
saya itu kepadanya pada saat itu juga. Setelah mengambil
kursi, saya duduk di dekatnya - menceritakan keputusan
yang telah saya ambil."
"Beliau terkejut?"
"Ya. Rupanya berita itu sangat mengejutkan ibu mertua
saya. Bukan cuma terkejut. Ibu mertua saya malahan marah
sekali. Akhirnya saya tak mau memperpanjang pembicaraan
itu. Saya cepat-cepat bangkit dan pergi meninggalkannya."
Dengan suara teramat pelan Nadine menambahkan, "Dan
ternyata itulah perjumpaan saya yang terakhir dengannya."
Poirot mengangguk-angguk. "Jadi, menurut Anda
kematiannya itu disebabkan oleh shock?"
"Saya hampir yakin begitu. lbu mertua saya sudah
memforsir diri datang ke sini. Ditambah lagi dengan berita
saya yang mengagetkan serta kemarahannya... mungkin
terlalu berat buatnya. Yang membuat saya lebih merasa
bersalah, M. Poirot, saya pernah dididik sebagai perawat.
Seharusnya, lebih dari yang lain, saya mesti memikirkan
http://dewi-kz.info/ 149 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemungkinan-kemungkinan seperti itu."
Poirot berdiam diri beberapa menit lamanya. Lalu
tanyanya, "Apa yang Anda lakukan ketika meninggal-
kannya, Madame?" "Saya membawa kembali kursi yang saya ambil dari gua
saya. Setelah itu saya ke pendopo. Suami saya ada di situ."
Poirot menatap wajah Nadine lekat-lekat sementara ia
bertanya, "Lalu, Anda juga memberitahukan keputusan
Anda itu kepada suami Anda" Atau dia sudah tahu
sebelumnya?" Nadine diam. "Saya memberitahukan keputusan saya
ketika itu." "Bagaimana reaksinya?"
"Dia marah sekali," ujar Nadine pelan.
"Apakah suami Anda meminta Anda mempertimbangkan
lagi keputusan Anda?"
Nadine menggeleng. "Tidak banyak yang dikatakan
suami saya. Sebetulnya sudah sejak lama kami tahu bahwa
hal seperti ini cepat atau lambat akan terjadi."
"Maafkan saya, Madame," cetus Poirot. "Apakah teman
Anda itu Mr. Jefferson Cope?"
Nadine menunduk. "Ya."
Hening mewarnai ruang tempat interviu itu. Lalu, tanpa
mengubah nada suaranya, Poirot bertanya, "Apakah Anda
memiliki alat penyuntik, Madame?"
"Ya - eh - tidak."
Poirot mengangkat alisnya.
Nadine cepat menjelaskan, "Saya memang punya sebuah,
http://dewi-kz.info/ 150 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tapi sudah kuno - dan lagi, suntikan itu saya tinggalkan di
koper besar bersama barang-barang lain yang tidak kami
perlukan di Jerusalem."
" Oh." Nadine diam sejenak. Lalu dengan kurang enak ia
bertanya, "Mengapa Anda menanyakan ini, M. Poirot?"
Poirot tidak menjawab pertanyaannya. Ia malah bertanya,
"Saya dengar Mrs. Boynton menggunakan obat dengan
campuran digitalis. Benarkah?"
"Ya." Nadine tampak sangat berhati-hati.
"Untuk penyakit jantung?"
"Ya." "Digitalis termasuk obat-obatan kumulatif, bukan?"
"Setahu saya. Tapi saya kurang yakin."
"Seandainya Mrs. Boynton menggunakan digitalis dengan
dosis berlebihan..."
Nadine menyela cepat dan pasti. "Tidak mungkin. Ibu
mertua saya sangat berhati-hati. Saya pun begitu kalau
menakar obat-obatan untuknya."
"Mungkin saja dosis yang terdapat dalam botol yang
sedang dipergunakannya ini berlebihan. Kesala6han di
apotek mungkin?" "Rasanya tidak mungkin," komentar Nadine tenang.
"Oh, baiklah. Dianalisis saja nanti, dan kita tunggu
hasilnya." "Tapi botoinya sudah pecah," tambah Nadine.
"Oh ya" Siapa yang memecahkan?" Poirot menatap mata
http://dewi-kz.info/ 151 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nadine lekat-lekat. "Saya tidak tahu. Pelayan, mungkin. Pada waktu mereka
menggotong jenazah ibu mertua saya ke dalam guanya, di
dalam lampunya kurang terang. Mereka malah menabrak
meja segala." Semenit dua menit lamanya Poirot memandangi Nadine.
"Menarik sekali, Madame."
Nadine Boynton beringsut dari kursinya. "Jadi, Anda
beranggapan ibu mertua saya meninggal karena kelebihan
dosis digitalis" Bukan karena shock?" tanyanya. "Rasanya
tidak mungkin." Poirot menggeser duduknya lebih ke depan. "Tahukah
Anda, Madame, bahwa Dokter Gerard, dokter Prancis yang
bersama-sama menginap di perkemahan tempat Anda menginap
itu, kehilangan digitoxin cukup banyak dari tas obatnya?"
Wajah Nadine mendadak pucat. Tangannya memegang
pinggir meja. Pandangan matanya ke bawah. Dan duduknya
tegang. "Nah, Madame," ujar Poirot pula, "Bagaimana komentar
Anda sekarang?" Detik demi detik berlalu, namun Nadine tetap membisu.
Dua menit setelahnya, baru ia mengangkat waiahnya. Poirot
kaget melihat ekspresi pada matanya.
"M. Poirot, saya tidak membunuh ibu mertua saya. Anda
harus tahu itu! Beliau masih dalam keadaan hidup dan segar
bugar pada waktu saya tinggalkan sore itu. Banyak orang
yang bisa memberikan kesaksian, jika Anda tidak percaya!
Sebagai orang yang tidak bersalah dalam perkara ini, saya
ingin mengimbau Anda. Mengapa Anda mencampuri
perkara ini" Seandainya saya bersumpah bahwa keadilanlah
http://dewi-kz.info/ 152 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang telah terjadi itu, apakah Anda masih akan meneruskan
semua interviu ini" Penderitaan kami sudah terlalu banyak,
M. Poirot. Cuma saja Anda tidak tahu. Sekarang, pada saat


Perjanjian Dengan Maut Appointment With Death Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kami mulai merasa damai dan bisa mengharapkan
kehidupan bahagia, haruskah Anda menghancurkan semuanya itu?" Poirot duduk sangat tegak. "Marilah berterus terang,
Madame. Apa yang sebenarnya Anda harapkan dari saya?"
"Saya Cuma bilang ibu mertua saya mati karena
penyakitnya. Dan saya minta Anda mau menerima
kenyataan itu." "Anda yakin ibu mertua Anda mati dibunuh orang, dan Anda
meminta agar saya menutupi pembunuhan itu!"
"Saya cuma minta belas kasihan Anda, M. Poirot."
"Ya - belas kasihan kepada orang yang tidak berbelas
kasihan!" "Anda tidak mengerti - bukan begitu maksud saya."
"Andakah yang melakukannya, Madame" Kelihatannya
Anda banyak sekali tahu."
Nadine tidak menunjukkan rasa bersalah sedikitpun.
"Bukan," jawabnya tenang. "Ibu mertua saya masih hidup
ketika saya meninggalkannya sore itu."
"Kalau begitu, apa yang terjadi setelahnya - sementara
Anda dan suami Anda berada di pendopo" Anda tahu - atau
paling tidak Anda bisa mengira-ngira."
"Saya pernah mendengar," ujar Nadine bernafsu, "bahwa
dalam kasus Orient Express Anda mau menerima keputusan
resmi mengenai apa yang telah terjadi."
Poirot memandangnya penuh tanda tanya. "Siapa yang
http://dewi-kz.info/ 153 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengatakan itu?" "Betul atau tidak?"
"Kasus itu... berbeda," ujar Poirot pelan.
"Tidak. Sama sekali tak ada bedanya! Lelaki yang
menjadi korban dalam kasus itu lelaki jahat," suaranya
memelan, "seperti ibu mertua saya...."
Poirot menyahut, "Sifat-sifat si korban sama sekali tidak
ada hubungannya! Orang berani main hakim sendiri dan
menghilangkan kehidupan orang lain - itulah yang tidak
bijaksana bila dibiarkan saja."
"Anda sangat keras kepala!"
"Madame, dalam beberapa hal saya memang keras! Salah
satunya, saya tidak akan pernah menutup-nutupi suatu
pembunuhan! Itu prinsip Hercule Poirot!"
Nadine bangkit. Matanya yang hitarn bening mendadak
berapi-api. "Teruskan saja! Rusak dan bikin hidup orang
yang tidak bersalah semakin menderita! Tak ada lagi yang
perlu saya katakan."
"Saya... saya kira masih banyak yang ingin Anda
kemukakan, Madame!" "Tidak. Tidak ada lagi."
"Ah, masih ada! Apa yang terjadi setelah Anda me-
ninggalkan ibu mertua Anda, Madame" Maksud saya,
sementara Anda dan suami Anda di pendopo berduaan?"
Nadine mengangkat bahu. "Mana saya tahu?"
"Anda tahu - atau, paling tidak, bisa menduga."
Nadine menatap mata Poirot. "Saya tidak tahu apa-apa,
M. Poirot." http://dewi-kz.info/ 154 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Membalikkan diri, Nadine berlalu - keluar ruangan.
cccdw-kzaaa 17 SETELAH menuliskan, "N.B. 16.40." pada buku notes-
nya, Poirot memanggil opsir yang khusus ditugaskan oleh
Kolonel Carbury untuk membantunya. Poirot meminta opsir
itu menjemput Miss Carol Boynton.
Penuh perhatian, Poirot memandang gadis itu sementara
yang dipandangnya berjalan masuk. Rambutnya yang
kecokelatan, sikapnya yang anggun, lehernya yang jenjang,
serta kedua tangannya yang berbentuk indah namun
menunjukkan kegelisahan batin... semuanya tak luput dari
perhatian Poirot. "Silakan duduk, Mademoiselle," ujar
Poirot. Gadis itu duduk dengan patuhnya. Wajahnya tidak
menunjukkan ekspresi apa pun.
Segera Poirot menunjukkan rasa simpati yang diterima
oleh si gadis tanpa mengubah ekspresi. "Nah, Mademoiselle,
bagaimana kalau sekarang Anda ceritakan apa saja yang
Anda lakukan pada siang hari yang naas itu?"
Jawaban Carol sangar cepat, membuat orang curiga ia
telah berlatih menjawab pertanyaan. "Setelah bersantap
siang, kami pergi berjalan-jalan. Saya kembali ke kemah...."
"Sebentar," sela Poirot. "Apakah Anda semua tetap
bersama-sama sampai saat itu?"
"Tidak. Mula-mula saya bersama Raymond - kakak saya -
dan Miss King. Kemudian saya memisahkan diri."
http://dewi-kz.info/ 155 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih. Dan pada waktu Anda kembali ke kemah,
jam berapa tepatnya waktu itu?"
"Kira-kira jam lima lebih sepuluh."
Poirot menulisakan, "C.B. 17.10." Kemudian tanyanya,
"Lalu?" "Mama masih duduk di tempatnya seperti ketika kami
berangkat. Saya menghampiri Mama sebentar, lalu kembali
ke kemah saya sendiri."
"Ingatkah Anda, apa saja yang Anda katakan kepada ibu
Anda dan sebaliknya?"
"Saya cuma bilang cuaca sangat panas dan saya ingin
berbaring-baring sebentar. Dan Mama mengatakan masih
ingin duduk di situ. Cuma itu."
"Adakah sesuatu pada diri ibu Anda yang tampak janggal
pada penglihatan Anda?"
"Tidak. Tapi, bagaimana, ya?" Carol diam.
"Saya tak akan bisa menjawab pertanyaan Anda,
Mademoiselle", ujar Poirot tenang.
Wajah Carol menjadi merah. Ia membuang muka. "Oh,
saya sedang pikir-pikir. Pada waktu itu memang saya kurang
memerhatikan. Tetapi sekarang, kalau diingat-ingat lagi..."
"Ya?" Carol berkata pelan, "Benar. Warna Mama - wajahnya,
maksud saya - merah sekali, lebih merah daripada biasanya."
"Mungkinkah ibu Anda baru mengalami shock?" tanya
Poirot. "Shock?" Carol tarnpak keheran-heranan.
"Ya. Ada kemungkinan ibu Anda marah-marah kepada
http://dewi-kz.info/ 156 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pelayan, misalnya." "Oh!" Wajahnya tampak lega. "Ya, mungkin saja."
"Ibu Anda tidak menceritakan apa-apa?"
"Sama sekali tidak."
"Apa yang Anda lakukan setelah itu, Mademoiselle?"
"Saya pergi ke kemah saya, dan tidur-tiduran kurang lebih
setengah jam lamanya. Setelah itu saya ke pendopo. Di sana
saya jumpai Lennox dan Nadine sedang duduk membaca-baca." "Dan Anda sendiri?"
"Oh! Saya menjahit. Setelah itu saya membaca majalah."
"Dalam perjalanan ke pendopo, apakah Anda mampir ke
gua ibu Anda lagi?" "Tidak. Saya langsung pendopo. Menoleh ke arah gua
Mama pun rasanya tidak."
"Lalu?" "Saya di pendopo terus-sampai Miss King mengatakan
Mama meninggal." "Cuma itu yang Anda ketahui, Mademoiselle?"
"Ya." Poirot beringsur. Duduknya lebih ke muka lagi. Suaranya
tetap ringan. "Bagaimana perasaan A nda?"
"Perasaan saya?"
"Ya. Ketika Anda mengetahui bahwa Ibu Anda - pardon -
Mrs. Boynton itu ibu tiri Anda, bukan" Nah, bagaimana
perasaan Anda waktu mengetahui ibu tiri Anda sudah
tiada?" http://dewi-kz.info/ 157 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Carol memandang Poirot. "Saya tidak mengerti maksud
Anda!" "Saya yakin Anda mengerti sekali, Mademoiselle."
"Oh, ya?" Wajah Carol merah padam. Dipandangnya Poirot tak
berdaya. Poirot kini melihat rasa takut pada mata gadis itu.
"Benarkah Anda merasa kaget, Mademoiselle" - bila
mengingat percakapan Anda dengan kakak Anda, Raymond, pada
suatu malam di Jerusalem" "
Tembakan Poirot mengena. Wajah Carol mendadak pucat
pasi. "Anda tahu itu?" bisiknya.
"Ya, saya tahu."
"Bagaimana mungkin?"
"Saya tak sengaja mendengar sebagian percakapan Anda
itu." "Oh!" Carol Boynton menutup wajah dengan kedua
tangannya. Isaknya mengguncangkan meja.
Hercule Poirot menanti kurang lebih semenit, lalu katanya
tenang, "Kalian membuat rencana untuk membunuh ibu tiri
kalian." Carol meraung lemah, "Kami gila - gila - malam itu!"
"Mungkin." "Anda tidak mungkin mengerti keadaan kami!" Carol
duduk tegak sambil menyapu rambutnya ke belakang.
"Kedengarannya akan fantastis sekali! Di Amerika, ini tidak
begitu kami rasakan - tapi dalam perjalanan ini... oh,
perjalanan ini sungguh-sungguh membuat kami merasakan
http://dewi-kz.info/ 158 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepahitannya!" "Kepahitan apa, Mademoiselle?" suara Poirot terdengar
manis, penuh simpati. "Keadaan kami yang berbeda - dengan orang-orang
lainnya. Kami jadi putus asa. Dan lagi, kami memikirkan
Jinny." "Jinny?" "Adik saya. Anda mungkin belum pernah bertemu
dengannya. Kelihatannya akhir-akhir ini dia jadi aneh sekali.
Dan Mama membuat keadaannya lebih buruk lagi. Mungkin
beliau tidak menyadari hal itu. Tapi saya dan Ray
sungguh-sungguh ketakutan - takut kalau Jinny menjadi gila.
Dan kami tahu, Nadine pun diam-diam menguatirkan hal
itu." "Ya?" "Malam itu, di Jerusalem, kami sedang mendidih! Kami
berdua seperti orang kehabisan akal. Rasanya tidak bersalah
jika kami membuat rencana begitu! Mama... Mama tidak
waras. Saya tak rahu bagaimana pendapat Anda, M. Poirot,
tetapi waktu itu kami merasa tak ada salahnya membunuh
seseorang demi..." Poirot mengangguk-angguk. "Ya, saya tahu - kelihatannya
banyak orang berpikir begitu. Sejarah sudah membuktikannya." "Begitulah perasaan kami malam itu", Carol memukulkan
tinjunya pada meja. "Tapi kami tidak pernah melaksanakannya, M. Poirot. Sungguh! Keesokan harinya,
semua rencana itu terasa tidak masuk akal, aneh,
melodramatis - dan juga kejam! Sungguh, M. Poirot, Mama
meninggal karena penyakit jantungnya - Ray dan saya tak
http://dewi-kz.info/ 159 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ada hubungannya dengan kematian Mama."
Perlahan dan tenang, Poirot berkata, "Anda berani
bersumpah bahwa kematian ibu tiri Anda itu bukan akibat
perbuatan Anda?" Carol menatap Poirot. Suaranya terdengar pasti dan
dalam. "Saya bersumpah," ujarnya, "demi Tuhan, saya tidak
pernah melakukan sesuatu yang mencelakakannya...."
Poirot kembali menyandarkan diri. "Baiklah," ujarnya.
"Itu pernyataan Anda."
Sambil berpikir, Poirot mengelus-elus kumisnya yang
lebat. "Apakah rencana Anda sebenarnya, Mademoiselle?"
"Rencana?" "Ya. Rencana yang sudah Anda buat bersama kakak
Anda. Pasti kalian sudah punya rencana, bukan?" Sambil


Perjanjian Dengan Maut Appointment With Death Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menunggu jawaban Carol, dalam hati Poirot menghitung:
satu, dua, tiga. "Kami tidak punya rencana apa-apa," ujar Carol. "Kami
belum melangkah sejauh itu."
Hercule Poirot bangkit. "Nah, kalau begitu, interviu ini
sudah selesai, Mademoiselle. Boleh minta tolong memanggilkan kakak Anda?"
Carol berdiri. Sejenak ia tampak ragu. "M. Poirot, Anda...
Anda percaya pada saya, bukan?"
"Apa saya pernah mengatakan tidak percaya?" tanya
Poirot. "Tidak. Tapi..."
"Tolong panggilkan kakak Anda sekarang, Mademoiselle," ujar Poirot sekali lagi.
http://dewi-kz.info/ 160 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Carol berjalan pelan ke pintu. Di situ ia berhentil
membalikkan tubuhnya dan berkata penuh nafsu, "Saya
sudah menceritakan yang sebenarnya, M. Poirot -
percayalah!" Hercule Poirot tidak menyahut.
Carol Boynton keluar perlahan-lahan.
cccdw-kzaaa 18 POIROT melihat persamaan antara kedua kakak beradik
itu pada waktu Raymond Boynton memasuki ruangan.
Wajahnya tegang dan kaku. Ia tidak tampak nervous atau
takut, dan langsung saja menjatuhkan diri ke kursi. Sambil
memandang Poirot ia bertanya, "Nah, bagaimana?"
Poirot berkata dengan lemah lembut, "Adik Anda sudah
bercerita?" Raymond mengangguk. "Ya, ketika dia menyuruh saya ke
sini barusan. Saya mengerti bahwa kecurigaan Anda
beralasan. jika seseorang mendengar percakapan gila kami
malam itu, dan kemudian mengetahui terjadinya kematian
mendadak semacam yang dialami Mama-tentu dia akan
merasa curiga! Saya cuma bisa meyakinkan Anda, bahwa
percakapan itu hanya merupakan emosi gila semalam saja,
M. Poirot! Pada saat itu kami sedang merasakan tekanan
batin yang tidak tertahankan. Rencana fantastis buat
membunuh Mama itu... membuat penderitaan kami... oh,
agak berkurang sedikit!"
Herude Poirot perlahan menundukkan kepala. "Ya, itu
http://dewi-kz.info/ 161 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang mungkin terjadi," ucapnya.
"Pagi harinya semua itu terasa tak masuk akal! Saya
berani bersumpah, M. Poirot, hal itu tak pernah terpikirkan
lagi oleh saya!" Poirot tidak berkomentar.
Segera Raymond menyambung, "Oh ya, saya tahu berkata
itu mudah. Saya tidak berharap Anda begitu saja
memercayai kata-kata saya. Tapi pertimbangkanlah fakta-faktanya. Saya masih berbicara dengan Mama
beberapa menit sebelum jam enam. Waktu itu Mama masih
sehat. Lalau saya pergi ke tenda saya - mencuci muka dan
mengganti baju. Setelah itu saya ke pendopo. Sejak saat
pertama saya menginjakkan kaki ke pendopo, saya lihat
semua anggota rombongan ada di situ. Begitu juga Carol.
Jadi, tak dapat disangkal lagi, M. Poirot, bahwa Mama
memang meninggal karena jantungnya yang lemah."
Poirot berkata pelan, "Tahukah Anda, M. Boynton - Miss
King menyatakan bahwa pada saat dia memeriksa ibu tiri
Anda pada jam enam tiga puluh, dia mendapati paling tidak
Mrs. Boynton sudah meninggal satu jam sebelumnya - atau
bahkan dua jam!" Raymond memandang Poirot seperti tak percaya. "Sarah
bilang begitu?" Poirot mengangguk. "Apa komentar Anda?"
"Tidak mungkin!"
"Itu pernyataan Miss King. Dan sekarang Anda
mengatakan ibu Anda masih segar bugar empat puluh menit
sebelum Miss King memeriksanya!"
Raymond bersikeras, "Sungguh! Mama masih hidup
ketika itu." http://dewi-kz.info/ 162 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hati-hati, M. Boynton!"
"Pasti Sarah salah! Ada beberapa faktor yang tidak
diperhatikan Sarah."
Wajah Poirot tidak menunjukkan apa-apa.
Raymond menggeser duduknya lebih ke depan.
"M. Poirot, saya tahu bagaimana pandangan Anda
terhadap semua ini. Tapi cobalah melihat masalahnya secara
adil. Anda terpengaruh. Anda cenderung hidup dalam dunia
kejahatan. Setiap kematian mendadak akan terlihat sebagai
pembunuhan di mata Anda! Tidak sadarkah Anda, bahwa
perasaan Anda saja tidak bisa diandalkan kebenarannya, M.
Poirot" Setiap hari berpuluh-puluh orang mati - lebih-lebih
orang yang berpenyakit jantung."
Poirot mengeluh. "Anda mau mengajari saya?"
"Bukan begitu. Saya cuma merasa Anda berpraduga -
karena Anda kebetulan mendengar percakapan kami yang
emosional. Tak ada satu hal pun yang menimbulkan
kecurigaan sehubungan dengan kematian Mama - kecuali
percakapan kami malam itu."
Poirot menggeleng. "Anda salah," ujarnya. "Ada alasan
lain yang juga mengundang kecurigaan. Seseorang mencuri
obat beracun dari tas obat Dokter Gerard."
"Racun?" Ray melongo. "Racun!" Didorongnya kursi
lebih ke belakang. Ia tampak benar-benar terperangah.
"Itukah yang Anda curigai?"
Poirot memberinya waktu berpikir beberapa menit. Lalu
ia berkata pelan, agak tak acuh, "Rencana Anda lain,
bukan?" "Oh, ya," jawab Raymond spontan. "Itu sebabnya
http://dewi-kz.info/ 163 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandangan saya jadi berubah. Oh, saya rasanya jadi tidak
bisa berpikir." "Apa rencana Anda, M. Boynton?" tanya Poirot.
"Rencana kami" Oh, rencana kami..." Ray menjadi sigap
Raja Silat 24 Wiro Sableng 007 Tiga Setan Darah Dan Cambuk Api Angin Sepasang Bidadari Merah 2
^