Furinkazan 2
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue Bagian 2
tentangnya?" Terlihat jelas bahwa Kansuke tidak menghargai klan
Imagawa yang tidak juga mempekerjakannya, meskipun ia
telah mengabdi kepada mereka selama sembilan tahun.
Suatu hari nanti, Kansuke akan menaklukkan Imagawa
dengan kekuatan Takeda. Namun hingga saat itu tiba,
Takeda harus memiliki hubungan baik dengan Imagawa.
"Alasan aku kemari bukanlah untuk membanggakan
tuanku. Tuan Harunobu memiliki dua orang putera,
Yoshinobu dan Ryuho. Sejujurnya, Yoshinobu tidak
memiliki kualitas kepemimpinan dan Ryuho buta. Tuan
14 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Harunobu perlu untuk mengadopsi seorang anak untuk
menjadi pewaris yang sebenarnya."
"Kau ingin mengatakan bahwa dia menginginkan
seorang anak dari klan Imagawa?"
'Tidak peduli berapa pun usianya. Kami ingin
membesarkan anak tersebut sebagai putera ketiga."
"Sayangnya, klan Imagawa tidak memiliki anak," kata
lohara. "Bahkan tidak dari selir-selirnya?"
"Tidak, tidak satupun."
Kansuke tahu pasti bahwa tidak ada seorang anak pun
yang cocok untuk diadopsi dari keluarga Imagawa, bahkan
bila anak tersebut berasal dari seorang selir. Kansuke
berpikir, mungkin sebenarnya ada calon yang cocok dan
lohara bisa menunjukkan. "Apakah itu satu-satunya alasan kau datang kemari?"
tanya lohara dan tertawa.
Kansuke tidak menjawab pancingan tersebut.
0=odwo=0 Kansuke meninggalkan kediaman lohara dan menginap
di kuil dekat sungai Abe yang dulu pernah dia tinggali
selama sembilan tahun. Seorang samurai muda, yang dulu juga ingin menjadi
pengikut Imagawa ketika Kansuke masih di sana, diamdiam mendatanginya. Saat memasuki kamar,
ia terperanjat mendapati Kansuke sedang duduk di tengah ruangan
sambil bermeditasi. "Tuan, apa yang sedang Tuan pikirkan saat ini?" tanya
samurai muda itu tanpa basa-basi.
Kansuke berkata tanpa ragu, "Dalam waktu sepuluh
tahun mendatang, klan Hojo, Imagawa, dan Takeda harus
menjadi sekutu. Bagaimana kiranya hal tersebut bisa
diwujudkan?" "Hmm..." Samurai muda merenungkan pertanyaan
tersebut beberapa waktu, lalu bertanya, "Mengapa harus
sepuluh tahun?" "Tidakkah kau mengerti" Takeda harus berperang
melawan Uesugi. Imagawa akan segera menyerang provinsi
bagian barat, sementara Hojo sedang bertarung di wilayah
Kanto." "Dan sepuluh tahun dari sekarang?"
"Kemudian, kami bertiga harus bertarung satu sama lain.
Hingga saat itu tiba, bagaimana caranya kami bisa menjaga
perdamaian di antara ketiga pihak tersebut dalam jangka
waktu sepuluh tahun?"
"Saya tidak tahu."
"Sebenarnya mudah. Klan Takeda, Imagawa, dan Hojo
15 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
semuanya memiliki anak laki-laki dan perempuan. Ketiga
keluarga tersebut harus terhubung dalam ikatan perkawinan." "Apakah itu mungkin?"
"Yoshinobu dari Takeda, Ujimasa dari Hojo, dan
Ujizane dari Imagawa semuanya berusia sembilan atau
sepuluh tahun. Untuk Yoshinobu adalah puteri Imagawa,
untuk Ujimasa adalah puteri Takeda, dan untuk Ujizane
adalah puteri Hojo..." ujar Kansuke dengan ekspresi datar,
lalu mendadak teringat kemungkinan putera ketiga diadopsi
dari klan Hojo. Jika Takeda mengirimkan puterinya kepada
Hojo, maka seorang putera harus diadopsi dari Hojo
sebagai seorang tawanan. "Dalam beberapa tahun, hal ini bisa diatur," kata
Kansuke. Semakin cepat, semakin baik. Keluarga Takeda
harus bersekutu dengan keluarga Imagawa dan Hojo, dan
sementara itu Takeda harus mengalahkan Uesugi. Perang
dengan keluarga Imagawa dan Hojo akan tiba setelahnya.
Anak dari Puteri Yuu yang akan melaksanakan itu.
Samurai muda meninggalkan Kansuke beberapa saat
kemudian. Tidak ada gunanya untuk tetap tinggal di sana.
Di mata samurai muda, Kansuke terlihat begitu beda dari
sosok yang dikenal tiga tahun lalu. Pada usia 54 tahun,
Kansuke menjadi lebih pendiam dan tidak banyak bicara.
Namun Kansuke merasa bahwa sekarang ia punya lebih
banyak kebebasan, la tidak menyesal jika kelak harus mati
dalam pertempuran. Rasa takut terhadap kematian tidak
ada dalam benaknya, la mencintai Tuan Harunobu, selir
tuan Harunobu yaitu Puteri Yuu, dan puteranya yang baru
lahir, Katsuyori. Impiannya adalah untuk dapat berkuda
melintasi hamparan padang dan pegunungan di seluruh
penjuru wilayah Kai dan Shinano. Sebuah impian yang
hanya Kansuke - seseorang yang terlahir cacat - yang
mengetahuinya. Malam itu, Kansuke tidur lelap dan bermimpi. Mimpi
tentang sosok seorang anak kecil, Katsuyori, yang melekat
dengan kuat di gendongan tangannya.
Sejak pertempuran benteng Koseki di bulan Maret, dan
Takeda mengalahkan pasukan Murakami Yoshikiyo,
mereka menikmati hari-hari tenang yang langka di kota
benteng Kofu. Siang dan malam berlalu dalam hening,
berganti dari musim semi ke musim panas, dari musim
16 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
panas ke musim gugur tanpa ada perang. Kedamaian tidak
hanya terasa di kota benteng, namun juga di desa-desa,
pegunungan, dan lembah-lembah di sekitarnya.
Meski pertempuran tidak terjadi, namun ada begitu
banyak bencana alam yang muncul. Hujan lebat, mulai di
awal pagi tanggal 5 Juli, tidak berhenti selama tiga hari dan
menyebabkan banjir besar di seluruh wilayah Provinsi Kai.
Banyak sawah yang rusak. Di Kofu, di bukit di belakang
kediaman Harunobu, terjadi tanah longsor. Sepuluh hari
kemudian, angin hebat bertiup pada malam hari,
menyebabkan tanaman padi di wilayah itu mengalami
kerusakan hebat. Pagi hari berikutnya, begitu banyak petani
yang kaget saat mengunjungi sawah mereka.
Akibat dua bencana alam besar tersebut mulai tampak
pada musim gugur. Banyak orang meninggal dunia karena
kelaparan dan kekurangan gizi. Harga barang-barang
meningkat drastis. Meski tidak ada perang, rakyat di
Provinsi Kai sangat menderita.
Pada 9 September, pada Festival Bunga Krisan, pasukan
Takeda berkumpul di kediaman Kofu. Di lantai ruang aula
utama, bunga krisan diatur sedemikian rupa. Para samurai,
yang duduk di baris di kedua sisi dari bunga-bunga tersebut
menikmati sajian minuman sake dan semangkuk nasi
dengan kastanye. Seperti halnya pada Hari Tahun Baru,
para jenderal Takeda duduk di ujung meja menghadap para
prajurit. Namun kali ini, setelah pertempuran benteng
Koseki, dua orang jenderal, Amari Toyayasu dan Yokota
Takatoshi, yang gugur dalam pertempuran tersebut, tidak
hadir. Hanya ada tiga orang jenderal di sana; yaitu Obu
Toramasa, Oyamada i Masatatsu, dan Itagaki Nobukata.
Ini membuat semua orang merasa sedih.
Sejak pertempuran di benteng Koseki, dua orang
jenderal, Obu dan Oyamada, ditempatkan di Shinano utara
untuk menghadapi pasukan Murakami. Namun keduanya
datang ke Kofu menghadiri acara tersebut. Itagaki juga
datang jauh-jauh dari posnya di Suwa. Anggota lain dari
klan Takeda yang menghadiri acara tersebut adalah
Samanosuke Nobushige, Sonroku Nobutsura, Emontayu
Nobutatsu, dan Anayama Nobuyoshi. Beberapa wajah baru
adalah Baba Nobuharu, Yamagata Masagake, Naito Shuri,
dan Akiyama Nobutomo yang dipromosikan menjadi
jenderal kelas menengah. Masing-masing merupakan
pewaris muda dari keluarga-keluarga terkenal yang sudah
bekerja untuk Takeda selama beberapa 17 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
generasi. Jenderal Obu dan Oyamada memberi informasi kepada
Harunobu mengenai pergerakan musuh utama mereka saat
ini, yaitu Murakami Yoshikiyo.
Murakami masih tetap berdiam diri sejak kekalahan di
pertempuran Benteng Toishi, namun sudah menjadi ciri
khasnya bahwa ia bukan tipe orang yang mudah menyerah;
tampak jelas bahwa Murakami akan menggerakkan
pasukannya dalam waktu dekat, kemungkinan besar di
musim semi berikutnya ketika salju mulai mencair. Baik
Obu maupun Oyamada punya pendapat yang sama
mengenai hal tersebut. "Saya kira tidak akan ada pertempuran hingga musim
semi berikutnya. Hingga saat itu tiba, kita sudah harus
bersiap, dan kali ini kita harus berhasil memenggal
kepalanya untuk menghindari masalah di masa depan," ujar
Obu. Semua setuju, dan mereka terus mendiskusikan
tentang bagaimana mempersiapkan pasukan masingmasing.
Kansuke duduk di tengah barisan di sebelah kanan,
menghadap ke Harunobu. Tiba-tiba ia membungkukkan
badan dan berkata, "Saya ingin mengatakan sesuatu. Saya
yakin pertempuran akan terjadi tahun ini, atau bahkan esok
hari." Perhatian semua orang tertuju pada tubuh kecilnya.
"Jika menyangkut pergerakan pasukan Murakami, tidak
seorang pun yang mengetahui lebih baik daripada Obu dan
saya sendiri," ujar Oyamada kepada Kansuke dengan nada
mencemooh. "Saya tidak bicara tentang pasukan Murakami."
"Saya tidak bisa membayangkan orang lain di keempat
provinsi tetangga kita yang lebih pantas untuk dikhawatirkan selain Murakami."
"Saya, Kansuke, juga tidak mengenal seorang pun yang
mampu melakukan gerakan seperti itu. Namun saya tahu
bahwa pasti ada seseorang yang percaya bahwa inilah
kesempatan paling baik untuk menyerang Takeda. Benar
bahwa kita telah mengalahkan Murakami musim semi ini,
namun kedua jenderal Amari dan Yokota telah gugur
dalam pertempuran dan semua orang di seluruh penjuru
negeri pasti sudah mendengar bahwa kita kehilangan lebih
18 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dari 3.000 prajurit. Kita semua mengetahui perihal
keberanian Jenderal Obu dan Oyamada yang sudah begitu
melegenda, tetapi mereka tidak bisa pindah dari ujung utara
Provinsi Shinano untuk berjuang melawan pasukan
Murakami. Jaraknya sangat jauh. Selain itu, maafkan Saya
karena mengatakan hal ini: Samurai-Samurai lain yang
tersisa tingkatannya jauh lebih rendah dan tidak memiliki
lebih dari seratus orang pasukan berkuda. Dan yang paling
parah dari semuanya, kita menderita akibat dari bencana
alam akhir-akhir ini. Jika ada yang nekad menyerang kita,
Provinsi Kai, dengan kekuatan militer mereka yang
besar..." Kansuke mengangkat wajah menatap Harunobu
tanpa menyelesaikan kalimat. Maksudnya sudah jelas.
Kansuke sedang bicara kepada Harunobu. Tidak tertarik
mendengar pendapat samurai lainnya.
Harunobu tertawa, menyelesaikan kalimat Kansuke
dengan berkata, "Jadi kita sama sekali tidak punya
harapan?" "Tidak, Tuanku."
"Apakah Takeda akan hancur?"
"Ada musuh-musuh yang ingin berpikir demikian;
makanya mereka mati-matian menyerang kita."
"Siapa yang akan menyerang kita kalau begitu?"
"Saya tidak tahu. Saya bahkan tidak tahu ada atau
tidaknya pihak yang mungkin mempertimbangkan semua
fakta-fakta ini. Jika ternyata ada beberapa dan mereka
berharap untuk menghancurkan Takeda..."
Tiba-tiba seseorang berteriak, "Siapa yang akan berpikir
seperti itu!" Itu adalah suara Anayama. "Baik Imagawa
maupun Hojo berbagi batas wilayah dengan kita, namun
tidak mungkin bagi mereka untuk berpikir mampu
menyerang kita." Tiba-tiba Harunobu berdiri dan mulai berkata, "Jika ini
mungkin terpikirkan..." Kemudian ia berhenti dan berjalan
masuk ke ruang sebelah dalam. Wajahnya tidak tampak
kecewa. Kansuke yakin bahwa Harunobu pasti sedang
berusaha memikirkan siapa yang ingin menyerangnya"
Sepeninggal Harunobu, tidak seorang pun angkat bicara.
Pada pertempuran Benteng Toishi, Kansuke telah sukes
membalikkan perang yang berujung buntu menjadi
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemenangan dengan strateginya. Semua mengakui keberhasilan tersebut, namun tidak seorang pun menghargai
gagasannya yang tidak biasa. Bagi telinga mereka, gagasan
19 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kasuke terdengar seperti ungkapan kesombongan.
Seperti biasa, Itagaki mencoba menengahi.
"Mungkin kau minum terlalu banyak sehingga membuat
analisa seperti itu, Kansuke. Jangan tersinggung, itu adalah
analisa yang menarik. Jika benar terjadi perang tahun ini,
aku akan memberimu salah satu pengikut terbaikku, yang
boleh kau pilih sendiri. Tapi jika kau kalah, apa yang akan
kau berikan padaku?"
Itagaki mencoba mengubah kata-kata Kansuke menjadi
sesuatu yang tidak terlalu serius. Namun, Kansuke memberi
jawaban yang langsung tanpa keraguan sedikit pun. "Akan
kuberi nyawa saya!" Ini bukanlah lelucon; tidak ada
senyuman di wajahnya. Tidak hanya kepada Itagaki saja
Kansuke berkata begini, namun dengan maksud agar semua
samurai mendengarnya. "Dasar orang bodoh, pikiranmu sudah dipengaruhi
sake!" Itagaki memaksakan senyuman.
Kansuke tidak menganggap ini sebagai lelucon, la bisa
mendengar dentingan pedang saling beradu, bunyi terompet
perang, tabuhan genderang dan ratusan prajurit berkuda
berlari melintasi bukit. Kansuke berpikir bahwa seseorang yang berniat
menjatuhkan Takeda tidak akan melewatkan kesempatan
yang sangat baik ini. Tidak ada kesempatan lain yang lebih
bagus. Pasti ada seseorang yang berpikiran sama
dengannya, pada perang sipil yang sedang berlangsung saat
ini, di masa antara hidup dan mati, saat ketika wilayah
berulang kali dimenangkan dan dikalahkan ini.
Pasti akan ada perang lain dalam waktu dekat. Namun
Kansuke sendiri sulit menemukan siapa yang akan menjadi
musuh mereka, la tidak akan terlalu terkejut jika salah satu
dari Imagawa, Hojo, Nagao Kagetora, atau Murakami
Yoshikiyo menyerang mereka.
Belum Satu bulan sejak Kansuke meramalkan akan
terjadi perang, sudah terlihat 23.000 pasukan di bawah
pimpinan Uesugi Norimasa bergerak dari Puncak Fuefuki.
Berita pertama tentang penyerangan itu datang dari
Sanada Yukitaka di Provinsi Shinano. Pembawa pesan
membawa berita bahwa salah satu pasukan Uesugi telah
meninggalkan Provinsi Joshu saat hujan musim gugur. Si
pembawa pesan segera dikawal masuk oleh beberapa orang
samurai Takeda begitu turun dari kudanya. Tidak lama
kemudian, kuda kedua tiba tanpa penunggang, dengan anak
panah menembus bagian belakang kuda itu dan berlari
tunggang langgang menuju kediaman Takeda. Gawatnya
situasi langsung terasa. Dalam waktu kurang dari satu jam, tabuhan genderang
terdengar di setiap pos penjagaan di kota tersebut,
20 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memanggil semua pengikut untuk angkat senjata.
Api unggun dinyalakan di setiap sudut jalan, para
penunggang kuda mulai berdatangan di benteng satu
persatu. Penunggangnya berasal dari benteng-benteng di
berbagai wilayah seperti Aiki, Shibata, dan Unno.
Sungguh situasi yang sangat genting. Tidak sedikit pun
waktu terbuang. Serangan Uesugi sungguh tidak diduga
oleh Harunobu maupun Kansuke. Keluarga Uesugi telah
lama berperang melawan keluarga Hojo di wilayah Kanto
pusat, bahkan sering mengalami kekalahan. Mereka pasti
mengubah tujuan secara mendadak dengan menyerang
keluarga Takeda agar bisa kembali berkuasa.
Sayangnya, saat itu Harunobu terserang demam tinggi.
Pertemuan dengan para jenderal terpakasa diadakan di
samping tempat tidur Harunobu.
"Siapa yang akan memimpin perang melawan Uesugi?"
tanya Harunobu. Baik Nobushige dan Anayama bersedia
menerima tanggung jawab tersebut dengan segera. Hal itu
tampaknya sudah menjadi keputusan yang pasti di benak
semua orang karena tiga orang jenderal tertinggi, Obu,
Oyamada, dan Itagaki tidak bisa pindah dari posisi mereka
dan tidak ada orang lain selain kedua orang tersebut yang
bisa memimpin pasukan. Harunobu mengarahkan pandangan kepada Kansuke.
Kansuke menjawab tanpa ragu, "Bagaimana jika
menempatkan Jenderal Itagaki untuk bertanggung jawab
dalam perang ini dan menggunakan Anayama serta
Samanosuke untuk mempertahankan Provinsi Suwa?"
"Apakah ada alasan mengapa aku harus melakukan itu?"
"Jenderal Itagaki telah ditempatkan di Suwa selama tiga
tahun terakhir, maka dari itu dia lebih mengetahui pikiran
dan perilaku orang-orang di Shinano. Selain itu, dia pasti
punya banyak pengikut yang memiliki pengetahuan yang
baik tentang keadaan alam di wilayah tersebut."
"Baiklah, aku akan memerintahkan Itagaki untuk
memimpin.", Harunobu menetapkan keputusan dengan segera. Pada saat-saat genting seperti ini,
Harunobu senantiasa membuat keputusan cepat.
Itagaki Nobukata ditugaskan menjadi komandan perang
melawan serangan pasukan Uesugi, dan untuk mengisi
posisinya di Suwa, Anayama dan Nobushige dikirim
bersama empat kelompok pasukan infanteri.
21 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kansuke berpikir bahwa dalam keadaan krisis, seharusnya prajurit terbaik seperti Jenderal Itagaki yang
ditugaskan. Tentu saja, Harunobu akan menjadi pilihan
yang lebih baik sebagai pemimpin, namun karena sedang
sakit, tidak ada orang selain Itagaki yang pantas
menggantikan posisinya. Anayama dan Nobushige punya
kelemahan yang bisa membahayakan mereka dalam perang.
Kansuke meminta izin Harunobu untuk bergabung
dengan kelompok Itagaki. Izin ini diberikan. Kansuke
meramalkan bahwa pertempuran ini akan menjadi
pertempuran yang amat penting, dan ia menyadari
kelemahan-kelemahan Itagaki saat berada dalam pertempuran. Sebelum turun ke lapangan, Kansuke ingin
menemui Itagaki untuk memberi beberapa nasehat.
0=odwo=0 Malam itu, Kansuke meninggalkan kota benteng Kofu
bersama beberapa prajurit berkuda menuju Provinsi Suwa.
Para samurai yang ikut bersamanya adalah penunggangpenunggang kuda yang masih berusia
muda dan mahir, namun Kansuke yang berusia 54 tahun sama sekali tidak
merasa rendah diri. Cara Kansuke menunggang kuda agak
aneh: tubuh kecilnya duduk di punggung seekor kuda besar,
membungkuk begitu dekat dengan leher kuda sampai nyaris
tampak seolah sedang mengunyah rambut di leher kuda
tersebut. Kelompok penunggang kuda tersebut berlari kencang
seperti angin dan keesokan paginya memasuki kota benteng
Suwa. Saat turun dari kuda masing-masing di dalam
benteng, Kansuke terduduk di atas tanah dan tidak mampu
berdiri. Semua penunggang kuda muda yang lain sulit
memercayai bahwa Kansuke bisa mengikuti mereka
sepanjang perjalanan menuju Suwa, apalagi dengan cara
menunggang yang tidak terlatih seperti itu.
Kansuke berkata, "Aku ingin kalian membawaku masuk
ke dalam benteng." Lalu ia masuk ke dalam benteng
dengan sebuah tandu dan langsung di bawa menghadap
Itagaki. Itagaki sudah berpakaian dan bersenjata, siap terjun ke
medan tempur. "Sebelum mereka mendaki Puncak Fuefuki..." Kansuke
menggumamkan kata-kata ini, lalu tersenyum dan berkata,
"Saya lelah." 22 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Itukah yang ingin kau katakan padaku?" tanya Itagaki.
"Ya, ini yang ingin saya sampaikan."
"Apakah ini caramu dalam membalas bantuanku yang
telah rekomendasikanmu kepada Takeda?"
"Benar, Tuan." "Kau tidak perlu datang jauh-jauh kemari hanya untuk
itu. Aku sendiri sudah tahu."
"Saya sadar itu, namun Tuan tidak tahu sebanyak yang
saya ketahui. Tuan kurang sabar dan gigih saat menghadapi
[pertempuran yang penting."
"Jangan bercanda!"
"Tuan selalu begitu di beberapa pertempuran sebelumnya." "Jangan bercanda," ulang Itagaki, tersinggung. Meskipun Itagaki senantiasa memperlihatkan pengertian
terhadap Kansuke yang bertampang menyeramkan itu,
melebihi orang lain, sebagian disebabkan oleh karena dialah
yang merekomendasikan Kansuke bekerja kepada Takeda.
Bukan karena benar-benar peduli pada Kansuke; sebaliknya, ia sering merasa benci padanya.
Tetapi, bagaimanapun juga, ia mendapatkan keyakinan
atas kejujuran, kepercayaan diri dan cara berpikir positif
Kansuke. "Maukah kau menemaniku ke medan pertempuran?"
"Jika Tuan menyerang sebelum mereka mencapai
puncak, tidak perlu sama sekali bagi saya menemani Tuan."
"Jangan khawatir, aku tahu itu! Kalau begitu tinggallah di
sini dan beristirahat sejenak," kata Itagaki dengan wajah
yang pucat. Malam itu, sebagian pasukan Itagaki meninggalkan
Suwa sebagai pasukan pendahuluan. Kansuke kembali
secepatnya ke Kofu. Itagaki sendiri berangkat Pada empat Oktober dengan
23 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pasukan pribadi untuk bergabung dengan pasukan utama
dari Kofu. Pada lima Oktober, Harunobu sudah merasa sedikit lebih
sehat dan meninggalkan Kofu sekitar jam sebelas bersama
4.500 orang pasukan cadangan untuk bergabung dengan
pasukan utama. Pertukaran informasi terus berlangsung antara Itagaki
dan Harunobu melalui pembawa pesan berkuda. Pada
tanggal 6, jam sebelas, ia menerima berita bahwa mereka
telah melewati Oiwake di Komoro. Setelah itu, hubungan
terputus untuk sementara. Pembawa pesan selanjutnya
mengatakan bahwa pasukan Itagaki telah bertempur
melawan pasukan Uesugi di Puncak Fuefuki dan
memperoleh kemenangan besar. Mereka berhasil menangkap 1.219 orang prajurit utama dan meneriakkan
kemenangan pada jam dua siang. Keesokan paginya, begitu
Harunobu tiba di medan tempur, ia memerintahkan
pasukan Itagaki untuk mundur ke garis belakang, lalu
menempatkan pasukan cadangan ke garis depan dan
bertarung melawan 16.000 pasukan musuh yang membentuk formasi kedua di Puncak Fuefuki. Kemenangan
hari sebelumnya oleh pasukan Itagaki membawa momentum dan semangat buat pasukan cadangan
Harunobu; mereka menangkap 4.306 prajurit dan Takeda
memperoleh kemenangan untuk kedua kali.
Malam itu di markas utama, mereka mencatat namanama para samurai yang gugur dan
mengadakan ritual perayaan untuk kemenangan mereka. Saat itu adalah
malam yang berangin. Api unggun dinyalakan dan
kobarannya tertiup ke arah para samurai yang duduk dalam
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
satu barisan. Harunobu memimpin upacara, duduk di sebuah kursi.
24 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Obu membawakan pedang Harunobu. Di sisi kanan
Harunobu adalah Itagaki, yang bertugas membawa kipas.
Di sisi sebelah kiri adalah Hara Mino-no-kami yang duduk
membawa sebuah busur dan anak panah terbuat dari bulu
burung gagak. kKansuke bertugas membawa terompet
perang besar. Di tmata Kansuke, tuannya, Harunobu, yang
duduk dengan punggung kaku dan tegak, tampak begitu
tampan, maskulin, dan berani.
Suara tabuhan genderang yang dimainkan oleh Obata
Oribenosho bergema sepanjang udara malam di medan
tempur tersebut. Seruan "Oh" keluar dari mulut semua
samurai; sebuah seruan kuat penuh kemenangan.
Semuanya masih berusia muda; hanya Kansuke yang
sudah berumur. Kansuke menarik napas, berpikir bahwa
tuan mudanya yang tercinta itu akan mengalahkan
Murakami Yoshikiyo dan kemudian Nagao Kagetora
(nantinya dikenal sebagai Uesugi Kenshin) di wilayah
seberang Murakami. Namun sebelum itu, mereka akan
menghadapi banyak pertempuran-pertempuran kecil seperti
yang baru saja terjadi, pikir Kansuke sambil memegang
terompet perang. Di pandangan semua orang, wajah
Kansuke tampak seperti bola api. Kemarahan memancar
keluar, bagaikan dewa penjaga gerbang kuil dalam kobaran
api unggun. 0=odwo=0 Puteri Yuu kembali ke Suwa di penghujung bulan
November di tahun Tenbun ke-15. Hampir dua tahun
berlalu sejak mekarnya bunga sakura (bulan Maret) di tahun
Tenbun ke-14 ketika ia harus berangkat ke Kai. Selama itu,
Puteri Yuu sudah melahirkan seorang anak, bernama
Katsuyori, yang di tubuhnya mengalir darah Takeda
maupun Suwa. Orang-orang sering membicarakan perjalanan pulang
Puteri Yuu. Sebagian mengatakan bahwa itu skenario yang
disusun oleh istri Harunobu, Sanjo-no-Uji, dan lainnya
mengatakan bahwa itu adalah skenario politik untuk
mengurangi kebencian rakyat Suwa terhadap Takeda.
Apapun kebenarannya, Puteri Yuu tidak mengetahui
sama sekali alasan kepulangannya. la hanya mengikuti
saran Kansuke saat lelaki itu berkunjung dan mengatakan
bahwa sudah tiba saatnya untuk menunjukkan Danau Suwa
kepada puteranya, sebelum cuaca menjadi sangat dingin.
Tidak lama setelah Kansuke menerima pesan dari Itagaki
Nobutaka bahwa semua persiapan sudah dilakukan untuk
menyambut kepulangan Puteri Yuu, maka Sang Puteri dan
Katsuyori pun meninggalkan Kofu. Semenjak takluknya
25 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
keluarga Suwa, Itagaki lah yang memimpin wilayah
tersebut. Iring-iringan panjang bersama beberapa ratus pelayan
dan delapan usungan yang membawa Puteri Yuu,
Katsuyori dan pelayan-pelayan mereka, berjalan menuju
Provinsi Shinano dari Kai melewati pegunungan dan
ladang yang mulai menunjukkan tanda-tanda datangnya
musim dingin. Puteri Yuu berada di usungan kedua, usungan ketiga
berisi pengasuh Katsuyori yang menggendong bayi.
Serjumlah samurai tangguh membentuk lingkaran di
sekeliling kedua usungan tersebut untuk melindunginya.
Seorang penunggang kuda yang tampak berbeda sedang
mengendarai kudanya di dekat usungan Katsuyori. la
adalah Yamamoto Kansuke. Terakhir kali Puteri Yuu datang dari Shinano ke Kai,
perasaannya selalu berubah-ubah dan sering menghentikan
jalannya iring-iringan, namun kali ini berbeda. Tidak sekali
pun Sang Puteri mengangkat tirai penutup usungan. Duduk
dalam diam di atas usungan. Dalam waktu kurang dari dua
tahun, tSang Puteri sudah kehilangan sifat gadis muda
dalam dirinya idan kini tumbuh menjadi perempuan
dewasa. Kecantikan alaminya semakin bercahaya seiring
dengan bertambahnya usia, dan memiliki ketenangan diri
yang baru dan istimewa. Wajah putih mulus, pipi bersemu
merah muda, mata hitam nan indah dan hidung mancung
terpahat apik, merupakan warisan turun-temurun keluarga
Suwa yang istimewa, yang kini telah berakhir.
Pada hari kedua, iring-iringan berjalan di sisi Sungai
Kamuna yang mengalir deras. Sekitar siang hari, mereka
beristirahat sejenak di pinggiran sungai dekat Nirasaki. Saat
itulah Kansuke, sambil berlutut di samping usungan Sang
Puteri, bertanya, "Maukah Tuan Puteri keluar sebentar?"
"Tidak, aku ingin istirahat di dalam usungan," jawab
Sang Puteri dengan suara jernih. "Apakah Tuan Puteri
lelah?" "Tidak, tidak juga, aku baik-baik saja."
"Sudikah kiranya Tuan Puteri membuka tirai usungan
itu sedikit" Ini mungkin pemandangan paling indah di
seluruh penjuru wilayah Kai, sekaligus merupakan daerah
yang strategis. Suatu hari kelak, ketika putera Tuan Puteri
membangun bentengnya, ini akan menjadi tempat yang
paling ideal." Puteri Yuu pasti sangat tersentuh mendengar penuturan
Kansuke, karena kemudian ia menyingkap tirai dalam
diam. Kansuke menatap pergelangan tangannya yang pucat
dengan takjub. "Di mana kau akan membangun benteng itu?"
26 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Di dataran tinggi itu."
Wilayah yang ditunjuk Kansuke adalah dataran tinggi
yang tampak seperti sebuah pulau di hamparan hijau yang
luas, yang oleh penduduk setempat disebut sebagai Batu
Tujuh Mil. "Dataran tinggi itu dikelilingi oleh Sungai Kamuna dan
Sungai Shio, serta tiga puncak pegunungan; Yakushi,
Kannon, dan Jizo. Satu sisi menghadap ke pegunungan dan
ketiga sisi lainnya menghadap ke dataran luas itu. Saat
putera Tuan Puteri kelak mencapai usia dewasa, para
samurai akan bertempur menggunakan senjata. Jadi tidak
perlu memiliki benteng di sebuah tempat yang tidak dapat
ditembus. Ini lokasi yang ideal untuk membangun
bentengnya. Lagipula, dataran tinggi seperti itu, dibatasi
empat tebing di keempat sisinya yang akan mempersulit
siapa pun untuk mencapainya."
Kansuke merasa bahwa tempat ini memang tepat untuk
membangun sebuah benteng, la sering melewati tempat ini
dengan kuda, dan selalu terlintas gagasan untuk
membangun sebuah benteng di sini. Sepuluh hingga dua
puluh tahun yang akan datang, tempat ini akan menjadi
pusat negeri Kai. Tidak peduli mereka suka atau tidak,
Takeda akan memindahkan markas utamanya ke sini.
Orang yang akan membangun benteng tersebut kemungkinan besar adalah Katsuyori. Ya, harus dia
orangnya. Puteri Yuu melihat ke sekeliling pemandangan yang
seolah tak berujung. "Indah sekali warna dedaunan di sini," katanya.
Memang, dataran tinggi yang ditunjuk oleh Kansuke
ditutupi oleh daun-daun musim gugur yang akan berakhir
berwarna merah menyala. "Apakah pohon-pohon berwarna itu pohon haze?"
"Ah..." Kansuke tidak tahu apa-apa soal pepohonan dan bungabunga. Bagi Kansuke, adalah hal yang
aneh dan menakjubkan bahwa perempuan tertarik dengan nama
pepohonan. "Tidak ada pohon haze di Kofu, namun ada banyak
yang tumbuh di Suwa," ujar Puteri Yuu pelan.
"Tuan Puteri suka pohon haze?"
27 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sejak kecil aku suka memandangi pohon-pohon itu. Di
musim gugur, aku selalu ingin melihat daun-daun pohon
haze yang berwarna merah."
"Tuan Puteri akan bisa melihat pohon haze mulai saat
ini." kata Kansuke. "Apa?" Puteri Yuu tersentak kaget; kemudian menyibak
tirai dan keluar dari usungannya, lalu berdiri tegak.
"Kansuke, apa yang kau katakan" Apa kau mengatakan
bahwa mulai saat ini aku akan tinggal di Suwa?" dia
bertanya dengan tajam. "Apa kau mengatakan bahwa aku
akan tinggal di Suwa dan jauh dari tuanku" Apakah ini
semacam siasat?" Ekspresi wajahnya tenang, namun kata-katanya tajam
menusuk hati Kansuke seperti sebilah pedang.
"Ah...mmm..." Kansuke tidak menjawab. Tidak
sanggup menjawab. "Kansuke!" "Ya, Tuan Puteri."
"Kau tidak akan meninggalkanku bersama Itagaki di
Suwa, kan?" "Tidak, tidak akan!"
"Kalau begitu, baiklah."
Kansuke berlutut, tangan kanan menyentuh tanah dan
tidak mengangkat kepala. Kaget mendengar betapa
cepatnya ia menyetujui rencana itu.
Perjalanan Puteri Yuu ke Suwa sudah diputuskan di
antara Harunobu, Itagaki dan Kansuke. Itagaki akan
menjadi penjaga Puteri Yuu dan Katsuyori di Suwa.
Tujuan utamanya adalah untuk membiasakan Katsuyori
dengan rakyat Suwa dan mencoba menghilangkan
kebencian mereka kepada Takeda. Kansuke juga merasa
bahwa dengan melakukan hal ini, nyawa Katsuyori akan
terlindungi, la sangat menyadari kenyataan bahwa karena
bayi tersebut memiliki darah Suwa, orang-orang Takeda
akan sangat mengawasi. Selama Katsuyori tinggal di Kofu,
hidup bayi yang baru lahir itu tidak akan pernah aman.
0=odwo=0 Ketika iring-iringan Puteri Yuu memasuki perbatasan
Suwa entah tahu dari mana, para petani Suwa menyambut
iring-iringan dengan berlutut di pinggir jalan sepanjang
lahan persawahan yang kosong di awal musim dingin.
Kepala mereka menyentuh tanah.
Puteri Yuu mengangkat tirai saat mendengar suara
Kansuke berkata, "Tuan Puteri, kita bisa melihat danau."
Permukaan danau berwarna biru kelam, dengan riak-riak
kecil dan tajam, memasuki pandangan Puteri Yuu.
"Bukankah ini indah, Tuan Puteri?"
28 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Benar, indah sekali!"
Puteri Yuu duduk sambil memandang ke arah danau
beberapa saat, lalu gemetar sambil berkata, "Oh, dingin
sekali!" seraya menutup tirai.
Iringan-iringan kembali melanjutkan perjalanan, tanpa
istirahat sepanjang pinggiran danau, ditingkahi burungburung air yang terbang sesekali, menuju
Benteng Takashima. Itagaki sudah memutuskan bahwa Puteri Yuu akan
menjadikan Kuil Kan-non-in sebagai tempat tinggal, bukan
di Benteng Takashima di mana dulu Sang Puteri pernah
menetap. Itagaki pikir, dengan demikian Sang Puteri tidak
akan menderita terkenang kehidupan lampau di Benteng
Takashima, saat masih menjadi Puteri Suwa.
Kuil Kan-non-in berada di desa Kosaka sekitar satu mil
dari Benteng Takashima. Wilayah kediaman di kuil tersebut
baru saja direnovasi sehingga mereka tidak mengenali. Di
desa kecil Kosaka, di mana penduduknya hidup dari
perikanan dan pertanian, banyak rumah dan bangunan baru
yang dibangun khusus buat para samurai yang akan tinggal
di sana untuk menjaga dan melindungi Sang Puteri serta
anaknya. Puteri Yuu akan tinggal di benteng selama tiga
malam kemudian pindah ke kuil.
Keesokan pagi, salju pertama turun di wilayah Suwa.
Pegunungan Yatsugatake berubah menjadi warna putih,
dan daerah pinggiran danau serta persawahan di sekitarnya
juga dihiasi serpihan-serpihan salju. Sekitar siang hari,
usungan yang membawa Puteri Yuu dan bayinya Katsuyori
meninggalkan Benteng Takashima, bergerak sepanjang sisi
timur danau. Kansuke, yang sudah berada di desa Kosaka
sejak malam sebelumnya, sedang menunggu kedua usungan
bersama beberapa samurai di bawah Kuil Kan-non-in.
Usungan sudah tampak dari kejauhan, namun butuh
waktu lama bagi mereka untuk tiba di sana; karena jalanan
berlumpur, sehingga sulit untuk dipakai berjalan. Akhirnya,
usungan memasuki desa dan berhenti tepat di depan
Kansuke dan kelompoknya. "Aku harap kamar Tuan Puteri sudah dihangatkan,"
Kansuke memastikan beberapa kali, lalu berkata kepada
Sang Puteri, "ini pasti perjalanan yang berat di tengah
cuaca dingin seperti ini."
Tidak ada jawaban dari dalam usungan.
"Tuan Puteri, kita sudah tiba. Silahkan keluar."
Kansuke mengulangi permintaan, namun tetap tidak ada
jawaban. Dari usungan yang kedua, keluarlah sang bayi
Katsuyori, digendong pengasuh yang berdiri di atas salju.
Kansuke langsung merasa khawatir, la mengangkat tirai
29 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
usungan pertama itu sedikit, dan mendadak pucat pasi.
Kansuke tidak melihat Puteri Yuu, melainkan salah seorang
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pelayan yang dulu bersama Puteri Yuu ketika diselamatkan
dari Benteng Takashima di malam kejatuhan Suwa.
Pelayan muda itu tergeletak dengan wajah berlumuran
darah. Kedua tangan menggenggam sebilah pisau yang
ditusukkan ke tenggorokan.
Kansuke menutup tirai dalam diam, menyelipkan tangan
ke dalam usungan, memegang dahi perempuan itu. Masih
terasa hangat. Kansuke memerintahkan para samurai
membawa usungan ke dalam kuil Kan-non-in. Kansuke
membawa Katsuyori ke dalam, lalu memerintahkan semua
orang meninggalkan mereka. Setelah yakin tidak ada lagi
orang lain di sana, Kansuke kembali menyibak tirai
usungan. "Apa yang terjadi dengan Tuan Puteri?"
Kansuke memasukkan setengah tubuh bagian atas ke
dalam usungan, mengangkat dan mengguncang tubuh
perempuan itu sekuat tenaga sambil berkata, "Di mana
Tuan Puteri, di mana dia?"
Perempuan malang itu tidak membuka mata. Tidak ada
tanda-tanda kehidupan. Kansuke menyerah, berdiri di pintu
masuk. Salju yang sangat indah kembali turun.
0=odwo=0 Kansuke tidak ingin ada yang tahu tentang lenyapnya
Puteri Yuu, maka ia memutuskan untuk membawa usungan
keluar dari kuil Kan-non-in, dengan alasan ada hal darurat
telah terjadi malam itu dan Puteri Yuu harus kembali ke
Benteng Takashima. Salju masih terus turun. Kali ini hanya
dua pelayan yang membawa usungan, dikawal oleh
Kansuke sendiri dengan menunggang kuda. Kansuke
menuruni lereng dari Kuil Kan-non-in memasuki jalan
sepanjang sisi danau. Untuk menuju Benteng Takashima,
Kansuke mengambil jalan berlawanan dari yang mereka
lalui siang tadi. Salah seorang pembawa usungan
berkomentar bahwa jalan itu lebih jauh; namun Kansuke
tidak mengindahkan. Malah berseru memerintah, "Teruskan!" Sekitar setengah mil kemudian, Kansuke menghentikan
usungan dan berkata, "Puteri Yuu sedang kedinginan, jadi
pergilah kalian kembali ke Kuil Kan-non-in dan bawakan
penghangat kaki." Kansuke memandang ke arah mereka beberapa saat.
30 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Setelah mereka hilang dari pandangan dan merasa yakin
tidak ada seorang pun di dekat mereka, ia turun dari kuda
dan bekerja secepatnya. la berada di jalan keluar dari danau Sungai Tenryu.
Sungai Tenryu yang besar itu berawal dari Danau Suwa dan
mengalir melalui Lembah Ina sampai ke Totomi.
Kansuke mengangkat tirai usungan, menarik keluar
mayat perempuan yang sudah terasa dingin, lalu dibawa ke
pinggiran danau melalui salju tebal setinggi lutut. Kansuke
berdiri di sana, sambil memandangi aliran air yang
menderu di bagian mulut sungai dengan seonggok mayat di
lengannya, lalu ia lemparkan mayat tersebut ke dalam air.
Bersamaan dengan terlepasnya tubuh tersebut dan
kemudian hanyut ditelan air, Kansuke pun ambruk ke
belakang. Salju yang lembut mengubur tubuhnya sampai ke
pinggang, la meraih daun-daun bambu yang mencuat dari
tumpukan salju, lalu mengangkat badan. Beberapa meter
dari tempat Kansuke berada, beberapa ekor angsa terbang
menjauh. Suara kepakan sayap mereka berbaur dengan deru
air. Tiba-tiba, Kansuke merasa begitu kesepian.
ia harus menyingkikan mayat pelayan itu. Tidak seorang
pun kecuali dirinya yang tahu bahwa sang pelayan sudah
melakukan ritual bunuh diri. "Tapi di mana Puteri Yuu?" la
harus menemukannya sebelum orang lain menyadari Sang
Puteri telah menghilang, la tidak ingin Harunobu atau
Itagaki Nobukata mengetahui hal ini. Kansuke tidak
bermaksud untuk menutupi kecerobohannya, bahkan tidak
memikirkan soal itu sama sekali. Tidak ada hubungannya
dengan Harunobu ataupun Itagaki. Memangnya mereka
bisa apa kalau pun tahu" Kansuke merasa, hanya ia yang
bisa memahami dan membicarakan kesedihan Sang Puteri I
seperti masalahnya sendiri, la harus mencari sendiri Puteri r
Yuu. Kansuke memikirkan gadis itu layaknya seperti
seorang ayah mencemaskan puterinya yang melarikan diri.
Ketika dua orang pembawa usungan itu kembali,
Kansuke memasukkan penghangat kaki yang mereka
bawakan ke dalam usungan, yang sebelumnya sudah ia isi
dengan beberapa batu berat. Usungan kembali berjalan.
Dari sini, Kansuke kembali mengambil jalan yang biasa
dilalui menuju Benteng Takashima.
Kansuke berpikir, jika para pembawa usungan sampai
tahu bahwa usungan tersebut kosong, ia sudah siap
membunuh mereka. Saat mereka berjalan, salju menumpuk
di kepala dan bahu Kansuke.
Puteri Yuu pasti berusaha kembali ke Kai, merasa takut
dijauhkan dari Harunobu. Meskipun pelayan itu sudah
mengikuti perintah Sang Puteri, ia pasti sudah menyadari
31 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
konsekuensi berat yang akan ditanggungnya, lalu memutuskan untuk bunuh diri. Hanya ini yang dapat
disimpulkan Kansuke. Saat itu sekitar jam sepuluh malam ketika usungan
memasuki Benteng Takashima. Begitu mereka memasuki
gerbang, Kansuke memerintahkan para pembawa usungan
untuk kembali ke Kuil Kan-non-in, mengeluarkan batu-batu
berat itu sendiri, dan memerintahkan para samurai di
benteng untuk membawa pergi usungan itu.
Bagian pertama dari pekerjaan sudah selesai. Dalam
ruangan kerja di pintu masuk, Kansuke menulis sehelai
surat pada Itagaki, berisi pesan pendek yang mengabarkan
bahwa Puteri Yuu sedang menderita flu dan saat ini sedang
beristirahat. Dan karena Kansuke berniat menjaga, tidak
seorang pun diizinkan menjenguk.
"Tolong bawa surat ini kepada Jenderal Itagaki besok
pagi tanpa ditunda sedikit pun dan pastikan surat ini sampai
ke tangannya." Setelah perintahnya diikuti, Kansuke naik
ke atas kuda, meninggalkan Benteng Takashima.
Salju masih turun saat itu. "Di manakah Tuan Puteri
dalam cuaca bersalju seperti ini dan apa yang dia lakukan?"
Kansuke tidak tahu kapan dan di mana Sang Puteri
melarikan diri. Ketika keluar dari pintu gerbang benteng, ia
berhenti sebentar. Tidak pasti arah mana yang harus
diambil. Biasanya Kansuke bisa memikirkan segala sesuatu.
Namun kali ini, pikirannya seperti terperangkap kabut tebal.
Sama sekali tidak punya ide di mana Puteri Yuu berada.
Kansuke memacu kuda sepanjang jalan menuju Kai. Inilah
jalan yang tadi dilalui bersama Puteri Yuu empat hari yang
lalu. Sekarang semuanya terlihat beda. Dengan turunnya
hujan salju pertama ini, pemandangan di sekitar sudah tidak
dapat dikenali lagi. Dengan meninggalkan Benteng
Takashima di belakang sana, Kansuke tiba di desa pertama
yang disebut Miyakawa. la mengetuk setiap pintu rumah
yang ditemui. "Apakah kau melihat Tuan Puteri" Apakah dia datang
mencari tempat untuk menginap" Jika kau tidak
mengatakan yang sebenarnya padaku, seluruh anggota
keluargamu akan dihukum mati." Kansuke berseru
demikian di setiap pintu.
Di setiap rumah tersebut, siapapun yang membuka pintu
akan menciut ketakutan. Di hadapan mereka, berdiri
monster yang menunggangi seekor kuda dengan pedang
terhunus di tangan. Bahkan meski sudah berusaha bersikap
seramah mungkin, wajah Kansuke tetap saja menakutkan.
Namun malam ini, wajahnya menunjukkan ekspresi yang
tidak dapat dijelaskan. Seperti kerasukan roh jahat.
32 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Saat melakukan pencarian di desa itu, fajar terbit. Salju |
sudah berhenti sejak subuh. Sambil menunggang kuda di
tengah hamparan salju sedalam dua kaki, Kansuke bergerak
ke tenggara melintasi dataran luas. Setiap kali tiba di sebuah
desa, Kansuke mengetuk pintu setiap rumah di sana.
Seiring waktu, ia mulai putus asa.
"Tuan Puteri, Tuan Puteri!" Kansuke mengulang-ulangi
namanya dalam hati, ia mengarahkan kudanya tanpa
harapan. Sekitar siang hari, Kansuke berhenti untuk
pertama kali. Begitu kudanya berhenti, Kansuke ambruk
dengan kepala lebih dulu ke rimbunan bambu yang tertutup
salju, saking lelah dan putus asa.
Menaklukkan benteng ataupun wilayah perang sudah
tidak berarti apa-apa lagi baginya saat ini. Tiada lagi mimpi
untuk menghabisi wilayah sekitar seperti ulat sutera
menghabisi daun-daun murbei. Karena puteri yang cantik
sudah hilang dari dunia ini, Kansuke sudah tidak memiliki
lagi keinginan untuk hidup. Untuk pertama kalinya
Kansuke menyadari betapa kuat ikatan batinnya dengan
Sang Puteri. "Tuan Puteri, Tuan Puteri!"
Bagi Kansuke, Sang Puteri adalah mimpinya, sama
seperti Harunobu yang juga menjadi mimpinya. Kedua
orang itu adalah mimpi terbesar dan satu-satunya yang
dimiliki di dunia ini. Harunobu adalah alasan hidupnya,
dan Puteri Yuu juga penting baginya. Mimpi besar Kansuke
tidak akan menjadi nyata jika sampai kehilangan salah satu
dari kedua orang tersebut.
0=odwo=0 Saat itu hampir jam tujuh pagi. Kansuke sudah melewati
beberapa desa di pegunungan dan kini kembali ke desa
Miyakawa, di mana ia berada malam sebelumnya. Lebih
dari satu hari semenjak menghilangnya Sang Puteri.
Di malam hari, salju yang menumpuk di jalan akan
membeku menjadi es. Karena kudanya sulit berjalan dalam
keadaan seperti itu, Kansuke memutuskan kembali ke
benteng dan menceritakan semuanya kepada Itagaki.
Tampaknya tidak ada jalan selain mengeledah setiap rumah
penduduk menggunakan prajurit Itagaki.
Ketika tiba di sebuah tempat antara desa Miyakawa dan
benteng Takashima, Kansuke menatap ke rimbun pepohonan dan merasa melihat seberkas cahaya. Kansuke
menghentikan kudanya, memandang melalui pepohonan.
Cahaya itu menghilang, la kembali mengendarai kuda,
33 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melintasi hutan, namun insting mencegahnya meneruskan
perjalanan. Kansuke membalikkan kuda dan kembali ke
tempat pertama kali ia merasa melihat seberkas cahaya tadi.
Kali ini ia bisa melihat cahaya berpendar dalam
rimbunan pepohonan tersebut dan kembali mengarahkan
kuda ke dalam hutan. Tidak lama kemudian, ia tiba di
sebuah jalan setapak yang sempit, terus mengikuti jalan itu
sampai ke sebuah kuil kecil; dimana Cahaya tersebut
berasal. Kuil itu sudah tua, lapuk dan begitu kecil sampai hanya
mampu menampung dua atau tiga orang saja. Jika dilihat
pada siang hari, bangunan itu seperti reruntuhan, namun
tertutup salju, dan setidaknya masih berbentuk seperti kuil.
Kansuke berteriak dari punggung kuda, "Ada orang di
sana?" Tiba-tiba cahaya di dalam kuil padam.
"Ada orang di sana?" kembali ia berteriak. Tidak ada
jawaban dari dalam. Dari atas kudanya, Kansuke mengetuk
pintu kuil dengan gagang pedang. Lalu, sebuah suara jernih
dan indah menjawab, "Siapa itu?"
"Tuan Puteri?" Kansuke berteriak; beberapa saat
kemudian ia mendengar suara yang begitu tenang.
Suara jernih Puteri Yuu menjawab, "Kansuke!?"
Kansuke turun dari kuda, berlari menaiki tangga batu
kuil, berlutut di depan pintu dan bertanya, "apakah Tuan
Puteri baik-baik saja?"
Tanpa menjawab pertanyaan tersebut, ia malah balik
bertanya dengan suara sedikit menuduh, "Mengapa kau
kemari" Bukankah sudah kubilang padamu, Kansuke, tidak
peduli apapun yang kau katakan: aku hendak kembali
kepada Tuan Harunobu. Aku tidak mau tinggal di Suwa."
"Baik, Tuan Puteri."
"Kau paham maksudku, Kansuke?"
"Paham, Tuan Puteri," kansuke begitu ingin masuk ke
dalam kuil dan melihat Sang Puteri dengan mata kepalanya
sendiri. 'Saya berjanji melakukan apapun keinginan Tuan
Puteri." "Kalau begitu, kau boleh membuka pintu."
Kansuke membuka pintu, menciut dalam kegelapan, lalu
mengambil pemantik api, kemudian menyalakan piring di
lantai yang berisi minyak. Puteri Yuu duduk di atas lantai
basah. Rambut panjangnya tergerai di punggung dan baju
panjangnya terhampar di lantai. Bahkan dalam kuil tua
tertutup salju ini, kecantikan dan keanggunannya tetap
terpancar. "Tuan Puteri, demi Tuhan, saya ingin Tuan Puteri
kembali ke Suwa. Di sana saya akan mendengarkan semua
34 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
permintaan Tuan Puteri," kata Kansuke.
"Aku sudah tidak bisa berjalan lagi," jawab Puteri Yuu.
"Apa Tuan Puteri yakin?"
"Kakiku kedinginan, aku bahkan tidak bisa bergerak
barang satu langkah."
"Saya mengerti, tapi apakah itu berarti Tuan Puteri tidak
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat berjalan sampai ke Kai di mana Tuanku berada?"
Puteri Yuu tidak menjawab.
"Tuan Puteri sudah makan?"
"Aku belum makan apa-apa sejak kemarin pagi."
Kansuke menyadari bahwa terakhir kali ia makan adalah
saat bersama Sang Puteri. ia tidak merasa lapar; namun bisa
merasakan betapa lapar Sang Puteri. Kansuke tidak bisa
tahan membayangkan Sang Puteri kelaparan.
"Ayo kita kembali Ke Suwa secepat mungkin dan makan
sesuatu yang hangat, Tuan Puteri."
Kemudian, Puteri Yuu berkata dalam suara tenang luar
biasa, "Kaki yang dingin atau kelaparan tidak ada
hubungannya dengan penderitaan manusia. Kansuke, kau
tidak mengerti sama sekali."
"Tentu saja saya mengerti. Saya mengerti semua
penderitaan yang Tuan Puteri alami."
"Tidak, kau tidak mengerti," Puteri Yuu menghela napas
dengan keras. "Tuan Puteri bicara tentang kesedihan berada jauh dari
Tuan Harunobu, bukan?"
"Itu salah satunya, tapi bukan hanya itu," tambah !
Puteri Yuu, lalu berkata, "Apakah kau mengerti mengapa
aku melarikan diri dan pergi ke tempat seperti ini" Apakah
kau benar-benar mengerti mengapa aku begitu ingin
kembali?" Kansuke merasa sedikit cemas mendengar nada suara
Puteri Yuu dan segan menjawab.
Sang Puteri melanjutkan, "Itu karena aku ingin
membunuhnya." "Apa?" Kansuke tidak dapat memercayai apa yang baru
saja ia dengar. Belum pernah ia terkejut seperti ini
sepanjang hidupnya. "Tuan Puteri bicara apa?"
"Akan kuulangi sebanyak yang kau inginkan. Aku ingin
membunuhnya!" Kansuke langsung membayangkan puteri cantik ini
memenggal kepala Harunobu, dan rasa dingin menjalari
punggungnya. "Jangan khawatir, Kansuke. Kalau sekarang aku hanya
ingin menemuinya, itu saja."
35 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kansuke menarik napas lega. Namun tidak bertahan
lama. "Tapi besok, aku mungkin ingin membunuhnya."
"Tuan Puteri!" 'Tapi esok lusa, aku mungkin hanya ingin menemuinya."
"Tua (http://cerita-silat.mywapblog.com)
36Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama | http://cerita-silat.mywapblog.com | Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama pdf created by Saiful Bahri (Seletreng - Situbondo) pd 22-04-2016 18:05:54
n Puteri!" Kansuke tidak mampu berkata apa-apa saking terperangah dengan kata-kata Sang Puteri. Kansuke tidak
mampu menahan situasi kacau ini lebih lama lagi. Dia
merasa bahwa jika dia tidak mengulangi satu kata itu, Tuan
Puteri, maka Kansuke akan hancur.
"Aku akan senantiasa berada di antara perasaanperasaan ini selama aku hidup. Aku membenci
tuanku karena dia telah membunuh ayahku dan membuatku
menjadi miliknya, lalu mencoba melepaskanku lagi.
Bagaimanapun, dia tetap ayah Katsuyori dari diriku, dan
berkali-kali mengatakan kepadaku bahwa dia mencintaiku."
Sang Puteri terisak dalam diam, bahunya bergetar.
Kansuke merasa sangat berduka menyaksikan sosok kecil
Puteri Yuu bergetar sambil terbaring di atas lantai basah
dan dingin. Kansuke belajar untuk pertama kalinya bahwa cinta dan
kebencian bisa muncul pada saat bersamaan tanpa logika
sama sekali. Pengetahuan ini berada di luar pemahamannya, dan ia tidak tahu bagaimana menyikapinya. Jika Kansuke menahan Puteri Yuu di Suwa, maka
kebenciannya pada Harunobu bisa meningkat. Itu yang
harus ia hindari. Sedangkan, jika ia membawanya kembali
ke Kai dan meninggalkan di sisi Harunobu, tidak ada
seorang pun yang bisa menebak pengkhianatan seperti apa
yang akan muncul darinya. Belum lagi sikap iri dari istri
resmi Harunobu dan kerabat dekat Takeda. Ini dapat
mengancam keselamatannya. Mungkin hal terbaik yang
bisa dilakukan adalah menahan Sang Puteri di Suwa
1 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan alasan keamaan, sekaligus berusaha menjaga cinta
Harunobu kepada Sang Puteri.
Satu hari setelah membawa Sang Puteri ke kuil Kan-nonin, Kansuke pergi menemuinya. Sang
Puteri terbaring di tempat tidur, mengatakan bahwa ia sedang menderita sakit
kepala. "Bagaimana dengan kaki Tuan Puteri, sudah tidak sakit
lagi?" "Ya, masih terasa sakit."
"Sayang sekali. Tuan Puteri tidak seharusnya berbuat
nakal seperti kemarin. Bagaimana dengan badan Tuan
Puteri?" "Aku hanya lapar."
"Tuan Puteri bilang lapar, tapi saya dengar malah tidak
mau makan apa pun." "Tidak." "Itu tidak baik, Tuan Puteri," ujar Kansuke mengingatkan. "Apakah kau tidak ingat janjiku padamu bahwa aku
tidak akan makan hingga aku berada di dalam usungan
yang akan membawaku kembali ke Kai?"
"Ya, Tuan Puteri sudah berjanji, tapi..."
"Aku selalu menepati janji."
Tampaknya tidak ada yang mampu menggoyahkannya.
"Tuan Puteri, bolehkah saya bertanya" Begitu Tuan
Puteri kembali ke Kai nanti, Tuan Puteri akan menyadari
harus hidup terpisah dari Katsuyori. Tuan Puteri mengerti
hal ini, bukan?" "Ya, aku mengerti."
"Apakah Tuan Puteri tidak akan merindukannya?"
"Tidak ada ibu yang tidak mencintai dan merindukan
anaknya." "Itulah sebabnya. Tuan Puteri harus tinggal di sini
bersama Tuan Katsuyori. Biar Tuan Harunobu yang
berkunjung kapan saja."
"Aku tidak bisa mengandalkannya. Dia tidak akan
meninggalkan Kofu kecuali terjadi perang."
"Tapi jika Tua Puteri kembali ke Kai, berarti harus
meninggalkan Tuan Katsuyori di sini."
"Aku akan membawa Katsuyori bersamaku."
"Tidak, Tuan Puteri. Itu tidak mungkin!" kata Kansuke.
2 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Inilah saatnya Kansuke harus memberitahu Sang Puteri
segalanya secara terbuka dan jujur. "Tuan Katsuyori tidak
akan hidup lama di Kofu. Tuan Puteri tidak akan pernah
tahu bahaya seperti apa yang akan dihadapinya.
Mengertikah, Tuan Puteri" Tuan Katsuyori memiliki darah
Suwa. Beberapa keluarga Takeda yakin bahwa darah Suwa
merupakan kutukan bagi Takeda. Oleh karena itu, sesuatu
mungkin saja terjadi dengan bayi Tuan Puteri..."
"Apakah ada rencana seperti itu?"
"Oh, tidak, mungkin tidak sekarang. Kami belum
melihat ada rencana ke arah itu. Tapi sekali lagi, Tuan
Puteri tidak akan pernah tahu siapa yang akan berpikir
begitu. Inilah alasan mengapa kita harus meninggalkan
Tuan Katsuyori di Suwa. Selama berada di Suwa, beliau
akan aman." Puteri Yuu menerawang dengan wajah pucat, lalu
berkata "Aku mengerti itu... Meski aku ingin membunuh...
tuanku." "Tuan Puteri!" Kansuke segera memotong.
"Kita tidak lagi berada di dalam hutan, di mana kita
benar-benar sendirian. Ada hal-hal yang bisa dikatakan dan
ada yang tidak." Mendengar kata-kata Kansuke, Puteri Yuu menutup
rapat mulutnya dengan patuh. Kemudian berpikir sejenak
dan berkata dengan suara rendah, "Kalau begitu, aku akan
meninggalkan Katsuyori di sini."
"Itu gagasan bagus. Saya jamin, bahwa semua penduduk
Suwa akan menjaganya dengan tulus."
"Tapi, aku masih ingin pergi ke Kai."
"Bukankah akan sama artinya jika Tuanku sering
berkunjung kemari, walaupun Tuan Puteri tidak pergi ke
Kai?" "Apakah dia pasti datang" Apakah kau bisa memastikan
dia akan datang?" "Jika kita berperang di Wilayah Shinano, maka Tuanku
akan berada di Suwa sepanjang waktu. Akan ada perang
terus menerus selama bertahun-tahun. Kita harus berperang
melawan Murakami Yoshikiyo. Setelah kita mengalahkannya, kita harus bertarung dengan Nagao dari
Echigo. Untuk itu, markas utama Tuan Harunobu akan
ditempatkan di Suwa."
Kansuke benar-benar memercayai hal itu. Selama
bertahun-tahun Takeda akan mengalami perang yang sulit
3 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
di Shinano bagian utara. Dan demi Puteri Yuu, Kansuke
berpikir untuk terus mengarahkan strategi Takeda menuju
utara sepanjang waktu. Tidak peduli apakah mereka akan
menyukainya atau tidak. 0-o=d.w=-0 Enam Sebagaimana telah diramalkan Kansuke, Harunobu
harus berperang melawan musuh-musuhnya di wilayah
utara setelah kejadian Puteri Yuu. Melawan Murakami
Yoshikiyo yang pemberani dan selalu berambisi menyerang
wilayah selatan, Harunobu harus terlibat dalam perang
antara hidup dan mati yang terus berulang.
Murakami, yang mengalami peperangan yang keras
melawan Takeda selama perebutan Benteng Toishi, secara
teratur menyusun ulang dan menyiapkan pasukannya, dan
pada tahun Tenbun ke-I6, para prajuritnya mulai
menunjukkan kesiapan mereka di seluruh wilayah Shinano
bagian utara. Menanggapi pergerakan ini, Harunobu juga
memposisikan kembali pasukannya, dan membuatnya
sering berdiam di Provinsi Suwa.
Dalam keadaan seperti itu, Tuan Harunobu dan Puteri
Yuu melanjutkan kehidupan mereka tanpa hambatan.
Kansuke mengunjungi Puteri Yuu sesekali di Kuil Kan-nonin.
"Saya senang mendengar Tuan Puteri baik-baik saja."
Di saat yang sama Kansuke memandang wajah Puteri
Yuu lekat-lekat. Ketika melihat wajah cantiknya tampak
bahagia dan tenang, Kansuke merasa lega.
"Mohon Beri tahu saya jika ada sesuatu yang tidak
memuaskan," ujar Kansuke.
"Aku tidak punya keluhan apapun, kecuali memikirkan
Katsuyori yang tidak begitu sehat dan agak sensitif akhirakhir ini. Aku heran, apakah cuaca Suwa
tidak cocok dengannya." Memang benar. Jika diamati, Katsuyori tampak jelas
seorang anak yang lemah. Sering menangis untuk alasan
yang tidak penting. Anehnya lagi, tidak peduli seberapa
keras ia meraung, Katsuyori tidak pernah mengeluarkan
airmata. leski menangis, bergetar dan meliukkan tubuh
sampai "ajah pucat; ia tidak pernah benar-benar terisak.
Kansuke agak menyukainya karena hal itu. la merasa
bahwa itu menunjukkan kepribadiannya yang kuat, yang
berbeda dengan anak lain.
"Janganlah cemaskan dia, Tuan Puteri. Saat dewasa
nanti, dia akan menjadi seperti Dewa Perang atau Dewa
Api karena memiliki sesuatu yang berbeda dari anak-anak
lain," Kansuke memberitahu Sang Puteri. la benar-benar
4 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
meyakini ucapannya sendiri.
Namun, hanya kepada Puteri Yuu ia berkata demikian.
Di hadapan orang lain, ia berkata bahwa Tuan Katsuyori
benar-benar sakit dan tidak memiliki kepribadian sebagai
samurai yang kuat. Cara ini jauh lebih aman demi
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Katsuyori. Hanya Itagaki Nobukata yang melihat topeng
Kansuke. Mungkin karena ia yang menjaga Puteri Yuu dan
Katsuyori, Itagaki perlahan mulai menyukai mereka
berdua. Saat itu bulan Agustus tahun Tenbun ke-I 7.
Harunobu menghancurkan Benteng Shiga di wilayah
Shinano kemudian memasuki dan tinggal di Benteng
Komuro bersama 10.000 prajurit.
Murakami mendapati hal ini sebagai peluang langka, di
mana Harunobu tinggal di Shinano bagian utara, lalu
mengambil keuntungan untuk menentukan pemenang dari
konflik mereka. Bersama 7.000 pasukan ia meninggalkan
Benteng Katsurao menyeberangi Sungai Chikuma. Saat
angin lembut musim gugur terasa, Dataran Uedahara
menjadi lokasi dari perang yang menentukan.
Harunobu keluar dengan sebuah strategi unik yang
diinspirasi dari gagasan Kansuke. Sebuah formasi tidak
biasa yang disebut Shimarino sonae. Itagaki Nobukata
memimpin pasukan pertama. Obu Toramasa, Oyamada
Masatatsu, dan Takeda Nobushige memimpin formasi
kedua. Formasi ketiga dipimpin pengikut Itagaki, Baba
Nobuharu dan Naito Shuri. Satu mil di belakang mereka,
Hara Toratane memimpin formasi terakhir dengan 300
pasukan berkuda. Perang dimulai pada jam delapan pagi pada tanggal 24
Agustus. Pasukan Itagaki yang terdiri dari 3.500 orang
membentuk enam barisan, maju menuju garis depan, berdiri
menghadapi musuh. Dengan segera mereka mulai
menembakkan anak panah dan senjata api melawan
pasukan Murakami. Kansuke merasa tenang dengan Itagaki yang memiliki
kepemimpinan yang baik. Ketika tiba saatnya perang yang
tidak teratur, Itagaki akan menunjukkan kelemahannya,
namun di masa awal perang, ia memiliki kekuatan yang
tidak tertandingi, la selalu mendapatkan keuntungan di
awal pertempuran dan membuat serangan luar biasa
terhadap musuh. Hal serupa juga terjadi di perang ini.
Dalam waktu beberapa jam, Itagaki menghancurkan
formasi Murakami dan memimpin pasukannya menyerang
musuh. Sebuah pemandangan yang sangat mengesankan
melihat bagaimana Itagaki menangani pertempuran itu.
Pada akhirnya, medan pertempuran menjadi hening.
5 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Jauh di dataran luas itu, mereka bisa melihat kelompokkelompok prajurit bergerak terpisah di bagian
bukit yang iterbuka, pasukan Murakami yang dikalahkan dan prajuritjurit Itagaki yang mengejar mereka. Saat
itu agak hening, 'lak seperti perang yang biasa. Kurang dari satu jam,
Kansuke yang duduk di sebelah Harunobu di puncak bukit
di mana markas utama mereka berada, tiba-tiba berdiri.
"Jenderal itagaki gugur!" Kansuke yakin seseorang
meneriakkan hal itu. Tidak, tidak mungkin! Namun suara
itu semakin mendekat. "Jenderal Itagaki gugur!"
Kansuke melihat seorang penunggang kuda berlari
menaiki lereng bukit menuju mereka. Kansuke seketika
merasakan angin kencang dingin berhembus tepat ke
jantung. Merasa seolah-olah Puteri Yuu, anaknya Katsuyori, dan dirinya sendiri terasing dari dunia dan
sendirian di tengah padang yang luas.
"Jenderal Itagaki gugur!"
Penunggang kuda itu mendekat, meneriakkan kata
terakhir itu, lalu jatuh dari kudanya dengan suara
berdebum. 0=odwo=0 Kansuke berdiri tegak di bukit dengan kaki terbuka,
pedang tergenggam di tangan kanan, sembari memandangi
Dataran Uedahara yang membentang di hadapannya.
Prajurit Itagaki, yang sudah kehilangan pemimpin
mereka, mundur ke arah berbeda-beda, mendaki bukit atau
menuruni lembah, tampak seperti gelombang naik-turun.
Kansuke juga melihat kekuatan utama pasukan Murakami
yang memotong formasi pasukan Itagaki menjadi dua dan
sedang menyerbu ke arah posisi Kansuke laksana awan
badai. Seratus atau dua ratus pasukan berkuda membentuk
masing-masing kelompok, dan banyak kelompok seperti ini
sedang menuju arah Kansuke, membentuk gelombang yang
tampak seperti garis hitam. Mereka sudah tidak lagi
memperhatikan pasukan Itagaki yang tercerai berai. Jelas
sekali bahwa tujuan mereka adalah menyerang markas
utama Takeda. "Dapatkah kita menghentikan mereka dengan formasi
kedua?" Harunobu, yang mengawasi dataran itu sambil duduk di
sebuah kursi, menanyakan pertanyaan yang sama, yang
juga ditanyakan Kansuke pada diri sendiri. Ka rena pasukan
Itagaki sudah terpatahkan, maka formasi kedua yang
dipimpin oleh Obu, Oyamada, dan Nobushige, harus
menghadapi musuh. 6 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Hmm..." Kansuke tidak mampu menjawab.
"Mereka tampaknya tidak bergerak, ya?" kata Harunobu
akhirnya. Prajurit Takeda, yang membentuk konfigurasi
kedua di kaki bukit, di mana markas utama berada, tetap
diam seperti orang menahan napas. Tidak seorang pun
samurai yang bergerak. Harunobu tampak cemas melihat
mereka tidak segera bertindak.
"Aku cukup yakin Jenderal Obu memiliki beberapa
gagasan," kata Kansuke. Ketika saatnya tiba untuk
menghentikan musuh yang menyerang dengan agresif, Obu
Toramasa bertempur dengan sangat baik. la menunjukkan
kekuatan yang hebat dalam situasi seperti ini. Itulah
sebabnya Kansuke menempatkannya di formasi kedua.
Tiba-tiba, mereka mendengar teriakan perang di kaki
bukit Baik pasukan Oyamada maupun Nobushige
menggerakkan formasi tepat di depan musuh. Di saat
bersamaan, kelompok pasukan berkuda Obu melakukan
serangan di kedua sisi pasukan musuh. Panji-panji Takeda
bersinar seperti pucuk-pucuk rumput ilalang. Teriakan
perang, suara genderang an deru terompet perang bergema
dengan jelas dalam pertempuran yang tengah berlangsung
di bawah sana. Dalam waktu singkat, dataran tersebut berubah menjadi
ladang pembantaian. Ribuan prajurit dan kuda saling
bertubrukan satu sama lain. Sambil melihat dari atas bukit
di mana markas utama berada, sulit membedakan mana
kawan dan lawan. Sesekali, beberapa pasukan berkuda Obu
bergabung ke dalam perang berdarah itu.
"Tampaknya kita memiliki peluang 50-50 untuk menang.
Namun pasukan kita pasti menang. Mereka akan menang
tapi..." Kansuke mulai berkomentar, dan tiba-tiba dia
berdiri, wajahnya pucat seketika.
"Yoshikiyo akan menyerang ke sini!"
Ya, pasukan Yoshikiyo sedang menuju tempat mereka.
Pasukannya memang kalah dalam pertempuran, namun
ada kelompok terpisah yang datang dari arah berbeda.
Sekitar 300 pasukan berkuda sedang mencoba untuk
membagi formasi pasukan Oyamada menjadi dua. Mereka
terus mendesak, dengan harapan dapat membuka jalan.
Jelas sekali tujuannya adalah markas utama di atas bukit.
"Bagaimana kalau Tuan pindahkan pasukan Tuan tiga
perempat mil?" saran Kansuke, namun Harunobu tidak
menjawab. Harunobu jelas lebih ingin
menyerang ketimbang mundur. "Tuan harus memindahkan pasukanmu sedikit!" kata
7 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kansuke lebih keras. Sambil mempertimbangkan situasi,
mereka masih punya formasi ketiga yang dipersiapkan oleh
Baba Minbu dengan Naito Shuri di bagian belakang.
Harunobu tetap diam. la mungkin sedang berpikir bahwa
betapa memalukannya sebagai seorang pemimpin perang,
sampai dikejar-kejar oleh musuh yang hanya terdiri dari 300
pasukan berkuda. "Jika Tuanku mundur sekarang, kelompok Murakami
Yoshikiyo bisa diserang."
"Oleh siapa?" "Pasukan berkuda kita, atau pasukan Naito. Pasukan itu
ada di sana untuk tujuan ini. Tuanku, ini kesempatan yang
bagus untuk mereka menyerang Yoshikiyo."
Kansuke merasa putus asa. 300 pasukan berkuda sedang
berpacu mendaki bukit dengan sangat cepat. Jika mereka
mundur, kelompok pasukan berkuda mereka, yang terkenal
memiliki keahlian paling baik di antara prajurit Takeda,
akan menyerang musuh dari sisi kanan sementara prajurit
Naito akan menyerang dari sisi kiri, sehingga mereka dapat
mengalahkan semua pasukan musuh.
"Tidak bisakah kita menyerang mereka di sini, di markas
utama?" kata Harunobu.
"Tentu saja bisa, namun apa untungnya" Kemudian, apa
gunanya strategi yang sudah dijalankan" Kita membentuk
formasi ketiga justru untuk tujuan ini. Pasukan berkuda dan
prajurit Naito lah yang seharusnya menyerang mereka.
Tuanku tidak akan mendapatkan kehormatan apapun jika
menyerang mereka." "Baiklah, kita akan mundur!" Akhirnya Harunobu
menyetujui dengan setengah hati.
Genderang ditabuh untuk mengumumkan gerak maju
pasukan Naito. Di saat bersamaan, panji Furin Kazan
berkibar dan panji-panji di belakang para prajurit di markas
utama, mulai bergerak perlahan ke lereng bagian timur
bukit tersebut, kansuke ingin bergerak secepat mungkin.
Harunobu malah bergerak lambat dan enggan.
Kansuke, yang sempat melihat ke dataran rendah di
bawah sana, terkejut, la melihat sekelompok pasukan
berkuda berlari di kaki buk it. Itu kelompok pasukan musuh.
Pasukan cadangan sekutu mulai berpindah ke posisi
mereka. "Tuanku!" Kansuke memacu kudanya tepat di sebelah
kuda Harunobu. "Kita terlambat untuk mundur. Musuh
sudah mematahkan formasi di kaki bukit. Yoshikiyo jelas
sekali sudah menetapkan keputusan untuk bertarung
langsung dengan pasukan Tuanku. Dalam situasi seperti ini,
Tuanku harus melakukan apa pun yang saya sarankan, atau
8 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kita akan berada dalam masalah."
Setelah mengatakan hal itu, Kansuke memerintahkan
pasukan Hatunobu untuk bersiap menyerang kembali
pasukan musuh, la tidak dapat lagi memberi perhatian
kepada Harunobu. Kansuke tetap berada di sebelah
Harunobu, berdiam diri sejenak.
Di puncak sebuah bukit kecil, sekitar dua setengah mil
jauhnya, pasukan berkuda musuh muncul berlari menuruni
lembah. Mereka akan segera mendaki ke tempat Harunobu
berada. Hanya ada sedikit waktu sebelum pasukan berkuda
cadangan dan pasukan Naito tiba dari formasi ketiga.
Segera, teriakan perang dan suara derap kuda muncul.
Tempat itu berubah menjadi ladang pembantaian dan
pertempuran mematikan. Kansuke mencoba menuruni bukit dengan 100 orang
pasukan berkuda yang mengelilingi Harunobu. 60 orang
pasukan berkuda musuh mengelilingi Harunobu; di saat
yang sama, 100 orang pasukan berkuda di sekitar mereka
tercerai berai. Setelah itu, pertempuran berkembang
menjadi kekacauan sepenuhnya.
Kansuke tetap tinggal di samping Harunobu dan
bertarung dengan dua orang penyerang, menjatuhkan
mereka dari kudanya, la berkeliling mencari-cari Harunobu
yang pada saat itu, sudah bergerak menjauh. Kemudian ia
melihat Harunobu tengah bertarung pedang dengan seorang
pasukan berkuda musuh. Harunobu berada sekitar 150 kaki
jauhnya, menunggang seekor kuda hitam dan baju perang
putih bergaris biru - wama dari bunga unohana - dan helm
perang Suwahosho. Kedua prajurit bertarung dengan
anggun seperti sedang menari Noh, sambil mengendarai
kuda dengan tenang. Ketika mereka mendekat satu sama
lain, mereka terlibat dalam pertarungan kuat. Keduanya
mendapat kemenangan dan kekalahan yang sama.
Kansuke berpikir, penunggang kuda musuh itu pastilah
pemimpinnya, Murakami Yoshikiyo. Gaya bertarung yang
berani dan khas itu jelas sekali milik Murakami. Mereka
bukan lagi pemimpin dari masing-masing pasukan. Sematamata dua petarung yang mengincar
nyawa musuh. Tampak seolah terasing dari pertempuran yang sedang berlangsung,
jauh dari ladang pembantaian, hanya mereka berdua
bertarung mempertaruhkan nyawa tanpa gangguan.
Di antara Kansuke dan kedua petarung itu, ratusan
prajurit musuh dan samurai sekutu terlibat dalam
pertempuran. Kansuke menunduk rendah di punggung
kudanya lalu ^mengarahkan kepala kuda menuju kedua
pemimpin perang "tersebut. Rasa sakit menjalar di bahunya,
la pasti kena Hbrang dari samping.
9 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sementara Kansuke menenangkan diri, banyak prajurit
mereka dan musuh yang mengelilingi Harunobu dan
Yoshikiyo kembali. Pasukan berkuda cadangan baru saja
tiba di tempat tersebut. Kuda Yoshikiyo melompat tinggi,
dan Kansuke melihat Yoshikiyo terjatuh ke tanah. 60 orang
pasukan berkuda musuh berlari dan
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berusaha mengangkatnya kembali. Dengan cepat mereka membopong ke atas kuda mereka dan berlari menuruni
bukit dalam satu kelompok. Begitu cepatnya mereka
menyerang, sedemikian cepat pula mereka mundur.
"Tuanku," Kansuke mendekat ke Harunobu.
"Sial! Aku kehilangan dia!" kata Harunobu.
"Dia juga pasti berpikir hal yang sama, Tuanku."
Kansuke mengumpulkan pasukan Harunobu di sekelilingnya, lalu berlari menuruni bukit. Teriakan perang
yang sama terdengar. Pasukan berkuda cadangan dan
prajurit Naito pasti sudah mulai melakukan pengejaran.
Ketika pertempuran berakhir, hujan mulai turun. Di
tengah rinai hujan, penghitungan kepala-kepala yang gugur
dicatat. Pihak musuh tercatat 2919 orang, dan dari pihak
mereka 700 orang. Tidak lama setelah pertempuran, seluruh pasukan
berkumpul bersama meneriakkan jeritan kemenangan;
Kansuke maju ke depan Harunobu dan berkata, "Tuanku!"
"Jangan bicara dulu," Harunobu memotong. Mengira
bahwa Kansuke akan menasehati, walaupun Kansuke tidak
bermaksud berbuat demikian.
"Yoshikiyo tidak akan pernah kembali lagi. Aku
berharap perang Tuanku berikutnya adalah melawan
pemimpin besar di sisi lain wilayah Murakami."
"Siapa itu?" "Nagao Kagetora," kata Kansuke.
"Kenapa begitu?"
"Saya yakin Murakami melakukan serangan finalnya
10 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hari ini. Jelas bukan serangan biasa. Namun kini, setelah
kalah strategi, dia tidak akan menyerang kita sendirian lagi.
Dia akan datang dengan pasukan Nagao Kagetora, dan
sasarannya adalah Tuanku."
Hanya itu yang ingin disampaikan, lalu Kansuke mohon
diri dari hadapan Harunobu, membawa kepala Itagaki di
lengannya, menaiki kuda dan meninggalkan medan
pertempuran tersebut untuk kembali ke Suwa, sambil
memimpin sisa pasukan Itagaki. Kesedihan atas kehilangan
Itagaki, yang terlupakan selama berlangsungnya perang
dahsyat itu, telah kembali dan merasuk ke dalam jiwa
Kansuke bersama angin yang membawa bau darah
kematian. Pertempuran Uedahara menciptakan jurang perbedaan
yang begitu besar antara Takeda Harunobu dan Murakami
Yoshikiyo. Baik wilayah Nishina dan Sarashina menjadi
wilayah Harunobu, sehingga semua benteng di wilayah
terebut seperti Kosaka, Inoue, Men-nai, Suda, Takanashi,
dan Seba jatuh ke tangan Harunobu. Takeda juga
menguasai Benteng Kotani, dan kekuatan Takeda
meningkat secara signifikan.
Di pihak lain, kekuatan Murakami menurun tajam
setelah pertempuran Uedahara dengan gugurnya para
samurai tingkat tinggi yang dimilikinya, dan membuatnya
tidak bisa lagi mengumpulkan kekuatan atau berdiri di atas
kaki sendiri. Harunobu mendapat dua luka dari perang ini tapi
kemudian sembuh dengan cepat. Kansuke menambahkan
beberapa sayatan pada sosoknya yang sudah unik itu,
namun sayatan tersebut juga sembuh dengan cepat.
Di akhir September, satu bulan setelah pertempuran
Uedahara, upacara kematian besar-besaran untuk Itagaki
diadakan di Suwa. Putera resmi Itagaki, Itagaki Yajiro
Nobusato, mewarisi posisi ayahnya dan mulai memerintah
wilayah Suwa. Angin musim gugur di tahun Tenbun ke-17
terasa begitu dingin bagi jiwa Kansuke. la tinggal di
Benteng Takashima setelah pertempuran tersebut tanpa
kembali ke Suwa untuk persiapan pemakaman Itagaki dan
upacara-upacara keagamaan yang mengikutinya. Kematian Itagaki merupakan pukulan besar bagi Kansuke.
Itagaki tidak hanya selalu berada di sisi Kansuke, dialah
yang membantu Kansuke untuk bekerja pada Harunobu,
maka ia bukan musuh bagi Kansuke. Itagaki adalah satusatunya orang yang memahami
kepribadian Kansuke 11 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sebagai seorang perencana maupun penyendiri yang tidak
mau berkompromi. Puteri Yuu adalah orang yang juga
mendapat pukulan terberat atas kematian Itagaki. Hanya
Itagaki, Harunobu dan Kansuke yang mengetahui alasan
sebenarnya ia mau menjadi selir Harunobu dan pindah ke
Kuil Kan-non-in di Suwa. Jadi, wajar jika Kansuke merasa
benar-benar terasing dan kesepian tanpa itagaki.
0=odwo=0 Pada 11 Oktober, tiga orang pembawa pesan tiba satu
persatu dalam jangka waktu yang berdekatan. Mereka
dikirim dari kediaman Harunobu di Kofu dan membawa
perintah sebagai berikut: "Nagao Kagetora dari Echigo
sedang merencanakan untuk pergi ke wilayah Shinshu
bersama satu pasukan besar, setelah menerima permintaan
dari Murakami Yoshikiyo. Besok, pada tanggal 12, jam 4
sore, aku akan meninggalkan Kofu dengan pasukan
utamaku. Pada tanggal 15 atau 16, kami akan tiba di
Komuro di mana kami akan mendirikan kemah dan
menyambut pasukan Kagetora di Un-no-Daira. Pasukan
Itagaki Yajiro di Suwa harus berangkat menuju Komuro
bersama dengan Kansuke."
Apa yang telah dikatakan Kansuke kepada Harunobu
tepat setelah kemenangan mereka di Dataran Uedahara
menjadi kenyataan dalam waktu dua bulan. Kagetora baru berusia 18 tahun, namun sudah terkenal
dengan keberaniannya sebagai Penguasa Echigo. Hingga
saat itu, karena Murakami berada di antara mereka,
Harunobu dan Kagetora belum punya kesempatan bertemu.
Sekarang Murakami telah ditaklukkan, dan dua pasukan
besar Kagetora dan Harunobu harus bertarung dalam
pertempuran yang menentukan, tidak peduli apakah ia
menyukainya atau tidak. Kansuke sudah lama tahu bahwa
mereka akan menghadapi situasi ini suatu hari nanti,
namun tidak pernah menyangka hari itu akan datang
secepat ini. Benteng Takashima, setelah kedatangan pembawa l
pesan tersebut, berubah menjadi kota persiapan. Kansuke
Imemimpin keseluruhan prosesnya, menyemangati Jenderal
muda baru Yajiro Nobusato. Mereka putuskan untuk
berangkat keesokan paginya, tanggal 12, saat fajar.
Malam itu, sekitar jam 8, Kansuke merasa ingin
mengunjungi Puteri Yuu. la sendiri tidak tahu mengapa, di
12 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tengah kesibukan ini, di malam persiapan menuju medan
tempur, Kansuke memiliki firasat harus menemui Puteri
Yuu, namun khawatir untuk membawa kudanya menuju
Kuil Kan-non-in. Begitu gagasan tersebut terbersin di pikirannya, Kansuke
tidak dapat menunggu lebih lama lagi. la membawa
kudanya keluar dan memacunya seorang diri sepanjang
tepian danau Suwa. Sama halnya ketika Kansuke datang ke
Benteng Takamatsu sebagai pembawa pesan, api unggun
dipasang di sekitar danau dan nyala api terpantul di airnya.
Angin musim gugur terasa dingin di pipinya.
Kansuke tetap memacu kencang kudanya tanpa istirahat
dan tiba dengan cepat di Kuil Kan-non-in Kosaka.
Kediaman di antara pepohonan yang lebat itu tampak
hening, dan sepertinya semua orang sudah tidur. Kansuke
mengendap-endap ke pos jaga di sebelah rumah pendeta.
Dua orang samurai, yang bertugas jaga malam tampak
terkejut. "Tidak ada perkembangan baru?" tanya Kansuke.
"Tidak, Tuan." "Pastikan kalian berkeliling di sekitar rumah."
"Ya, akan kami lakukan, Tuan."
"Bagaimana dengan Tuan Puteri?"
"Dia sudah beristirahat di dalam kamarnya, Tuan."
"Baiklah kalau begitu."
Kansuke bersiap untuk kembali, la sangat ingin
menengok ke dalam ruangan Sang Puteri, hanya untuk
melihat, namun karena mendengar Sang Puteri sudah
masuk ke kamar tidurnya, maka Kansuke memutuskan
untuk pulang tanpa bicara dengan Sang Puteri. Tidak ada
hal khusus yang harus disampaikan, la juga tidak memiliki
alasan untuk datang, la hanya ingin bertemu saja. Para
samurai mengantar sampai ke kaki bukit, di mana Kansuke
kemudian menaiki kudanya.
"Pastikan kalian menjaga Tuan Puteri," kata Kansuke
dan kembali melalui jalan yang sama ketika datang.
Saat memasuki sebuah desa kecil sekitar dua mil dari
kuil, ia melihat sebuah iring-iringan sekitar 20 orang
melewatinya. Mereka terlihat seperti para samurai tangguh
membawa sebuah usungan bersama sejumlah pelayan
perempuan di antara mereka.
Karena para samurai mengelilingi usungan itu, biasanya
orang yang berada di dalam usungan itu pasti berstatus
tinggi. Melihat pelayan perempuan menandakan bahwa ada
perempuan di dalam usungan. Kansuke merasa aneh. Jika
seseorang dengan status seperti itu lewat, Kansuke yang
tinggal di Benteng Takashima harusnya diberitahu.
13 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Lagipyi^ saat itu sudah tengah malam. Sepertinya ini
merupakan perjalanan yang dirahasiakan.
Siapa dia" Kansuke mengikuti mereka di atas kudanya
dari jarak yang aman untuk bisa mengawasi, sekitar seratus
meter di belakang, menjaga agar tidak terlalu dekat atau
tertinggal jauh. Iring-iringan tiba-tiba berhenti di depan sebuah rumah
pertanian. Usungan tersebut dibawa masuk ke dalam
halaman depan rumah pertanian yang letaknya sedikit jauh
dari jalan. Kansuke turun dari kuda, mengikatnya ke sebuah pohon
pdi sisi jalan, lalu memasuki bangunan tersebut dari pintu
samping. Ketika mendekati rumah utama, di mana cahaya
bersinar dari dalam, pintu masuk bergeser membuka.
Seorang perempuan muda sedang duduk di atas lantai kayu
yang lebih tinggi. Beberapa langkah di belakang, tiga orang
samurai dan seorang perempuan tua berlutut di lantai
tanah. Orang-orang di dalam rumah itu semuanya
berkumpul di sudut ruangan berlantai kayu, dan seorang
perempuan yang tampak seperti istri dari pemilik pertanian
sibuk menghidangkan teh kepada perempuan muda yang
duduk di lantai kayu yang lebih tinggi.
Kansuke mengamati perempuan muda itu. Tampak lebih
tua dua atau tiga tahun dari Puteri Yuu. Mungkin berusia
kurang-lebih 20 tahun. Kansuke merasa bahwa perempuan
itu tenang dan lembut. Setiap kali menghirup teh, matanya
melihat ke sekeliling rumah dengan rasa ingin tahu.
Perempuan itu tidak memiliki kecantikan atau keanggunan
seperti Puteri Yuu, namun tetap saja Kansuke terpesona
oleh kecantikannya. Pipinya yang bersemu merah tampak
penuh, dan mata besarnya yang polos membuatnya seperti
sedang bermimpi. Kecantikan yang berlawanan dengan
Puteri Yuu. Kecantikan Puteri Yuu menggairahkan,
sementara kecantikan perempuan itu penuh keceriaan.
"Tuan Puteri, sudah siap untuk berangkat?"
"Ya." "Atau Tuan Puteri ingin tinggal sedikit lebih lama?"
kembali ia ditanyai oleh si perempuan tua.
"Ya," ia mengulangi tanpa mengubah ekspresi. Sambil
memandangi dengan penuh kekaguman, Istri pemilik
rumah telah beberapa kali menawari teh segar. Puteri muda
tersebut mengangkat cangkir teh segarnya, ia memegang
beberapa saat dengan kedua tangan, seperti hendak
menghangatkan, namun tidak diminum. Kemudian, Sang
Puteri kembali menaruh cangkir di lantai dan berkata,
"Sudah cukup, terima kasih."
la tersenyum penuh terima kasih kepada istri si pemilik
14 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
rumah pertanian itu. Siapakah dia" Dia pasti berasal dari keluarga yang cukup
berkuasa, tapi ke mana dia hendak pergi"
Tidak lama kemudian, ketika tiga orang samurai dan
perempuan tua itu berdiri, perempuan muda itu pun berdiri
perlahan. Hanya si perempuan tua yang tertinggal di
belakang. "Saya mohon maaf sudah mengganggu tanpa memberitahu, namun karena Tuan Puteri ingin minum teh
hangat, kami tidak punya pilihan lain. Ini sekedar
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengungkapkan rasa terima kasih kami," kata si
perempuan tua sambil meletakkan uang yang dibungkus
lembaran kertas kecil di atas lantai. Si perempuan pemilik
pertanian itu menolak menerima, namun si perempuan tua
tidak mengindahkan dan malah bertanya, "Apakah ada
jalan lain menuju Nirasaki tanpa melalui Benteng
Takashima?" Saat si istri petani menjelaskan bagaimana menuju ke
sana, Kansuke tidak menyimak, namun pertanyaan
perempuan tua itu "tanpa melalui Benteng Takashima"
menarik perhatiannya. Kansuke beranjak pergi dengan
segera melalui pintu tersembunyi di sebelah ruang
penyimpanan dan keluar kembali ke jalan. Iring-iringan
sudah mulai berjalan kembali, dan si perempuan tua yang
keluar terakhir harus berlari-lari untuk menyusul sekitar
seratus meter di depan. Kansuke meninggalkan kuda,
berlari menyusul perempuan tua itu.
"Tunggu sebentar," panggil Kansuke. Perempuan itu
menoleh terkejut. Tiba-tiba Tangan Kansuke meraihnya,
lalu ia terjatuh ke dalam rengkuhannya. Kansuke membawa
perempuan tidak berdaya itu ke tempat berumput, lalu
memaksanya duduk di tanah yang basah oleh embun
malam. Kemudian Kansuke mengguncang tubuh perempuan itu dengan keras.
"Aku tidak bermaksud menyakitimu, namun aku ingin
menanyaimu beberapa pertanyaan," kata Kansuke.
"Siapa kau?" Walaupun perempuan itu tampak
ketakutan, namun nada suaranya terdengar tegas.
15 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tanpa menjawab pertanyaan itu, Kansuke bertanya,
"Kemana kau akan pergi?"
"Kami menuju Kai."
"Di mana di Kai?"
"Aku tidak bisa memberitahu, karena kami disuruh oleh
majikan kami." "Siapa yang ada dalam usungan itu?"
"Aku tidak bisa memberitahu."
"Pasti perempuan, kan?"
"Tidak, kau salah."
"Tidak ada gunanya berbohong padaku. Aku sudah
melihat dengan mata kepalaku sendiri."
Kansuke merasa tidak mudah berurusan dengan
perempuan ini, sehingga ia berkata, "Jika kau tidak
mengatakan yang sebenarnya, dengan sangat menyesal aku
akan membunuhmu." "Demi Tuhan, siapa kau?" si perempuan tua kembali
bertanya. "Apa kau ingin uang?"
Sungguh pertanyaan yang tidak terduga bagi Kansuke,
namun gagasan itu tampaknya terdengar baik baginya.
"Ya, kau benar."
"Berapa yang kau inginkan?"
"Setelah aku tahu siapa yang berada di dalam usungan
itu, aku akan menentukan berapa."
Begitu menyadari bahwa Kansuke adalah seorang
pemeras, tiba-tiba perempuan tua itu berubah sikap
memperlihatkan kekuasaan.
"Dia adalah puteri dari Aburagawa Gyobu-no-kami."
Nada suaranya akan membuat siapa pun menjadi enggan
untuk menyakiti keluarga besar ini. Kemudian ia
memerintahkan Kansuke, "Pergimenegaskan betapa serius dirinya.
Puteri dari Aburagawa Cyobu! Aburagawa dulunya
merupakan keluarga ternama dan berkuasa di wilayah
Shinano. Namun klan tersebut pasti sudah hancur sekarang.
Kansuke duduk beberapa saat. Puteri Aburagawa sedang
dalam perjalanan menuju Kai, pada malam hari dengan
membawa 20 orang samurai. Dan mereka menghindari
jalan yang akan melalui Benteng Takashima.
Kansuke berlutut dengan tegang. Apa maksudnya ini"
"Tunggu!" Kansuke berteriak kepada perempuan tua itu,
yang bersiap untuk pergi. "Tidak peduli apakah dia seorang
Aburagawa atau bukan. Tidak seorang pun diizinkan
melewati wilayah Suwa tanpa izin, meski jelas sekali kau
memanfaatkan malam yang gelap."
Perempuan tua itu menjawab dengan keheningan.
"Ketauilah, ini wilayah yang kujaga atas perintah
Tuanku." 16 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kalau begitu, apakah kau berasal dari Benteng
Takashima?" ia mengubah nada bicaranya yang arogan dan
berkata, "Aku sarankan kau agar berhati-hati. Karena kami
juga berada di sini atas perintah dari Tuanmu."
"Apa?" "Kami hendak menuju Kofu, atas perintah dari Penguasa
Kofu. Pergilah!" Kali ini perempuan tua itu mulai berjalan pergi, la
hendak menuju Kai atas perintah Harunobu! Kansuke juga
berdiri, namun tidak memanggil perempuan itu kembali,
ataupun mengejarnya. Kansuke kembali ke tempat ia mengikat kuda, lalu
menunggangi, menghela dan memacu kudanya, la terus
menambah kecepatannya sampai akhirnya tiba di Benteng
Takashima. Jumlah api unggun di sekitar Benteng Takashima sudah
bertambah. Ketika ia bisa melihat mereka, Kansuke merasa
harus menenangkan diri. la kemudian berbalik kembali dan
memacu kudanya sekitar satu mil dari benteng, lalu balik
kembali dan berjalan pelan menuju Benteng Takashima.
Ini tidak mungkin! Kansuke dikuasai oleh satu gagasan.
Tubuhnya bersimbah keringat. Tidak, tidak mungkin
Harunobu mengambil puteri Aburagawa sebagai selir
barunya, dan mengabaikan Puteri Yuu yang cantik!
Namun, hanya itu alasan yang bisa dipikirkan. Kalau tidak,
kenapa puteri Aburagawa pergi ke Kai di kegelapan malam"
Jika itu yang sebenarnya, maka Kansuke akan
membunuh perempuan cantik itu. Aku harus membunuhnya demi Puteri Yuu, Katsuyori dan Takeda!
Tanpa sadar, Kansuke sudah berada di gerbang Benteng
Takashima. Halaman benteng dipenuhi para samurai
berperisai yang berdiri bersisian hingga mereka sulit
bergerak. Api unggun yang tak terhitung jumlahnya
menyala-nyala dan genderang ditabuh terus menerus.
Ketika melewati itu, Kansuke terkenang wajah dan tubuh
Harunobu saat berusia 28 tahun yang muda dan enerjik,
lalu merasa kagum. Apakah ada yang bisa ia lakukan untuk
mencegah perempuan lain selain Puteri Yuu mendekatinya"
Mungkinkan Harunobu memasuki kehidupan rahib" Itu
tidak akan cukup. Apakah ada cara membuatnya
bersumpah menjalani kehidupan sederhana" Kansuke
memikirkan hal tersebut dengan serius. Hingga saat itu,
17 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kilatan mata Harunobu dan tubuh kuatnya, yang seolah
tidak pernah mengalami kelelahan, menjadi sesuatu yang
dikagumi Kansuke. Itu adalah kualitas dalam diri
Harunobu yang senantiasa dirasakan Kansuke. Begitu
menjanjikan dan dapat diandalkan. Namun kini sebaliknya,
kualitas tersebut menjadi masalah yang mengganggu.
Ketika Kansuke berkuda melewati kerumunan yang sesak
itu dan tiba di halaman dalam benteng, dua atau tiga
samurai tiba-tiba memegang tali leher kudanya; salah satu
dari mereka berkata, "Sekarang waktunya ke medan
tempur, Tuan. Pergi dan bersiaplah!"
"Aku tahu!" kata Kansuke sambil meluncurkan tubuh
kecilnya ke atas tanah. "Ya, aku harus menyingkirkan kehidupan itu, aku harus
mengakhirinya dengan kedua tanganku," Kansuke berkata
begitu keras hingga orang-orang di sekitarnya terkejut.
Dalam pandangan Kansuke, Penguasa muda Echigo,
Nagao Kagetora, yang wajahnya belum pernah ia lihat, dan
wajah puteri Aburagawa, saling bercampur. Membuatnya
bingung; siapakah di antara mereka yang akan segera
menjadi musuhnya" 0o-d^w-o0 Tujuh Saat itu waktu sore di hari ke-16 ketika prajurit Itagaki di
Suwa tiba di perkemahan di Komuro. Pasukan utama dari
Kofu sudah menempatkan panji pertama di kaki bukit
sebelah utara pada hari sebelumnya, menunggu pasukan
sekutu dari kota benteng lainnya.
Begitu Kansuke tiba di Komuro, ia langsung mendatangi
Harunobu. "Terima kasih sudah datang. Apa yang kau katakan pada
pertempuran di Uedahara benar adanya."
Cara Harunobu berkata tampak beda dari biasanya.
Tidak ada intensitas normal dalam suaranya. Terdengar
sungkan dan lembut. Ketika Kansuke melihatnya, begitu banyak yang ingin ia
sampaikan pada Harunobu. la ingin menanyakan perbuatannya menyangkut Puteri Aburagawa, melupakan
tanggung jawabnya dari Puteri Yuu dan Katsuyori.
"Tuanku, saya harus menginagtkan bahwa sangat
penting untuk hanya memikirkan perang ini saja sementara
waktu." "Memang Cuma itu yang aku pikirkan" jawab Harunobu
18 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tanpa berkedip. "Tidakkah Tuanku memikirkan hal lain"
"Tidak sama sekali"
"Tuan Aburagawa .." Kanasuke memulai. dan pada saat
yang sama mengangkat wajah menatap Harunobu lekat
lekat. "Ada apa dengan Aburagawa.?"
"Puteri dari Aburagawa Gyobu-no-kami..."
"Apa!?" Dari ekspresinya, tampak jelas bahwa Harunobu belum
pernah mendengar tentang puteri itu sebelumnya.
"Jadi, ada apa dengannya?"
"Tuanku tidak mengenalnya?"
"Tidak sama sekali."
"Tidak pernah bertemu dengannya?"
"Tidak." Kemudian menambahkan dengan tenang, "Ada
apa denganmu hari ini, Kansuke?" lalu tertawa.
Keraguan yang menyelimuti Kansuke sejak malam itu
hilang seperti kabut yang lenyap saat matahari terbit.
Kansuke tiba-tiba merasa gembira.
"Apa istimewanya Puteri Aburagawa?" tanya Harunobu
lembut. "Oh, tidak, tidak ada sama sekali, saya hanya mendengar
sesuatu tentangnya, itu saja."
"Aku sering berpikir bahwa aku harusnya bertemu
dengan keluarga Aburagawa. Aku kadang memikirkan hal
itu namun mikir tempat melakukannya, Jika dia punya "om
"mg putni. aku tidak keberatan bertemu dengannya"
Tidak, tentu Saja tidak pikir Kansuke yang mengetahui
dengan pasti apa yang akan terjadi jika Haronobu
berkesempatan bertemu perempuan muda yang begitu
cantik. "Hmm. kita akan sibuk berperang selama beberapa lama.
Tuanku," Kansuke mencoba mengubah arah pembitaraan
saat memandangi jenderal muda yang dipenuhi oleh
kekuatan itu. "Jadi, akhirnya, kita akan berperang melawan Nagao
Kagetora. Dari mana kita mulai?" Kansuke bertanya
kepada Harunobu. "Bagaimana kalau Un-no-Daira?"
"Itu tempat yang bagus."
Kansuke merasa bangga dengannya. Bahagia mendengar
Harunobu mengatakan Un-no-Daira tanpa sedikit pun
keraguan. Karena ini merupakan pertempuran di wilayah Shinano,
wajar baginya menginginkan untuk pertama kali menyerang
19 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
musuh, namun sebaliknya, Harunobu jelas sekali ingin
membiarkan musuh memulai gerakan pertama dan
kemudian menghentikan mereka di Un-no-Daira. Ini
membuktikan bahwa Harunobu punya keyakinan pada
kemampuan tempurnya. Dalam pandangan orang lain, Kawanakajima adalah
lokasi yang paling tepat untuk perang tersebut. Pertempuran
di Kawanakajima bisa menjadi hal yang menentukan bagi
kedua belah pihak karena kondisi geografisnya. Bagi
Harunobu, menghindari pertempuran di Kawanakajima
membuktikan bahwa ia bersikap hati-hati. Mengatur
pertempuran di Un-no-Daira adalah pilihan yang bagus,
karena akan menguntungkan kedua belah pihak untuk
mundur, jika terpaksa. Meski persiapan sudah ttlesai dilakukan untuk menyongsong perang yang akan segera meletus, Harunobu
tidak menggerakkan pasukan Mereka habiskan hari ke 16,
17, 18 dan 19 di Komuto tanpa melakukan apa apa
Pada malam ke 18, mereka mendengar terompet perang,
Rervana mereka adalah untuk segera memulai pertempuran
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
begitu tiba di Un-no Daira. Pada saat yang bersamaan
dengan tibanya pasukan Kai. pasukan musuh dan Echigo
seharusnya juga muncul di tempat yang sama.
0=odwo=0 Menjelang fajar, tiga orang samurai; Kansuke, Obata
Toramori dan Hara Toratane meninggalkan perkemahan
dan memacu kuda ke garis depan untuk mengumpulkan
informasi mengenai musuh. Inilah pertama kalinya
Harunobu memerintahkan tiga samurai tingkat tinggi untuk
bergabung bersama dalam satu misi Mereka berkuda dalam
keheningan, saling menjaga jarak sekitar dua meter di
antara kuda masing-masing. Kansuke berada di depan, la
tahu pasti apa yang dipikirkan samurai lainnya. Kansuke
berpikir bahwa mereka pasti bertanya-tanya mengapa
Harunobu mengutus mereka bertiga untuk berpatroli,
padahal satu orang saja sudah cukup. Dua samurai selain
Kansuke memang tipe orang yang tidak merasa puas jika
tidak ditunjuk melakukan patroli seorang diri.
Namun Kansuke merasa sangat puas dengan tindakan
Harunobu yang berhati-hati.
"Tuan kita sudah memiliki pengalaman dalam menghadapi siapapun musuhnya, bukan?" Kansuke
20 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menghentikan kudanya, dan berbalik menghadap Hara
Toratane "Kau benar. Jika menyangkut matalah strategi, tidak
seorang pun mampu menandingi kemampuan beliau,"
Jawab Toranate yakin. Kansuke, bagaimanapun juga,
berpikir bahwa dirinya jauh lebih unggul soal strategi,
Namun, melihat kewaspadaan Harunobu yang belum
pernah tampak sebelumnya, Kanseke merasa puas dengan
perkembangan Ini. Saat fajar merekah, mereka berpencar. Kansuke memacu
kudanya kencang-kencang mengikuti Sungai Chikuma yang
tidak memiliki tempat berlindung. Jauh di depan sana, la
bisa melihat samar samar beberapa pasukan berkuda dalam
kabut. Mereka adalah patroli pasukan musuh. Kansuke
kadang memasuki kabut, seiring suara derap kaki kudanya
menggema di bebatuan. Ketika kabut menghilang, tidak
terlihat seorang pun. Mereka pasti sudah mundur kembali.
Kansuke mendaki bukit dari pinggir sungai. Dan sana ia
bisa melihat sebaris hitam orang-orang dengan kudanya
sedang menuju posisinya sekarang.
Kansuke menghentikan kuda dan mengawasi dengan
penuh minat. Mereka adalah pasukan Nagao Kagetora
yang tidak pernah dilihat sebelumnya oleh Kansuke. Inilah
musuh yang suatu hari nanti harus mereka kalahkan, pikir
Kansuke. Cara mereka menggerakkan pasukan begitu
hening jika dibandingkan dengan pasukan Kai. Teknik
mereka tidak umum dilakukan, di mana bagian utama
sebuah pasukan dibuat tidak terlihat. Kagetora membuat
bagian utama pasukannya bergerak dengan cara yang hebat
dan anggun dalam pandangan mata orang lain yang
melihatnya. Komandan perang mereka, Tuan Kagetora, baru berusia
18 tahun. Satu dekade lebih muda dibanding Harunobu.
Kansuke mengawasi pasukan yang dipimpin jenderal muda
itu; melihat musuh berbaris dalam kegembiraan begitu
mereka bergerak maju, mengikuti kelokan yang sama
dengan sungai yang berliku. Karena aliran Sungai Chikuma
begitu alami, pasukan Echigo juga berbaris dalam garis
yang alami, dengan fleksibilitas dan kelembutan seperti air
sungai. Sudah jam sepuluh pagi ketika Kansuke kembali ke
Harunobu. la berada di hutan cedar, sekitar 300 meter dari
dataran sungai Chikuma. Harunobu sudah turun dari
kudanya dan duduk di sebuah kursi. Baik Hara Toratane
dan Obata Toramori sudah tiba lebih dulu, duduk di depan
Harunobu, menunggu kedatangan Kansuke.
"Katakan padaku apa yang telah kau lihat, Kansuke,"
21 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Harunobu bertanya sebelum Kansuke sempat mengatakan
apa-apa. "Apakah engkau sudah mendengar dari Tuan Hara dan
Obata?" "Ya, sudah." "Saya yakin itu sudah cukup. Mereka tidak akan
membuat kekeliruan. Jumlah pasukan musuh sekitar
6.000." "6.000. Tepat seperti yang mereka katakan," jawab
Harunobu. "Saya tidak kaget. Musuh kita makin dekat. Mereka
belum membentuk formasi apapun, namun sepertinya
berniat untuk berperang, karena mereka sudah mulai
bergerak. Mereka akan berperang dalam cara yang sangat
alami. Berbeda dari musuh kita sebelumnya. Struktur
pasukan mereka cukup ketat."
"Toratane dan Toramori juga berpendapat bahwa
mereka akan memulai pertempuran dalam formasi yang
sama dengan barisan mereka sekarang," komentar
Harunobu puas. "Saya yakin akan berbeda dari mereka dalam satu hal -
mengenai bagaimana kita harus berperang melawan musuh
seperti ini. Keduanya akan berpendapat babvw? kita akan
menyerang lebih dulu karena kita memiliki pasukan lebih
besar; 15.000 orang. Namun aku yakin akan menguntungkan bagi kita untuk menerapkan strategi
bertahan ketimbang menyerang. Jika kita bertahan lebih
lama, musuh dengan jumlah yang lebih sedikit itu akan
melemah dan kemenangan menjadi milik kita. Jika kita
serang mereka dengan memanfaatkan jumlah yang lebih
besar, pertempuran akan berubah menjadi pertarungan yang
kacau, dan kita akan kalah. Keberanian Kagetora sangat
terkenal. Jika pertempuran berubah menjadi huru-hara, dia
dan pengikutnya akan mencoba bertarung dengan Tuanku
dan pengikut Tuanku. Di mana Tuanku terpaksa beradu
pedang dengan komandan perang Echigo yang berusia 18
tahun, seperti terhadap Murakami Yoshikiyo dulu." kata
Kansuke. Ekspresi kemarahan menjalari wajah Harunobu saat
Kansuke menyebut pertarungan sebelumnya itu, namun ia
berkata, "Aku akan mengikuti saran Kansuke." Setiap kali
22 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pertempuran terakhir dengan Murakami disebut-sebut,
Harunobu tidak bisa berkutik dan inilah alasan mengapa dia
menyetujui gagasan tersebut.
"Menarik, bukan?" tanya Kansuke, yang begitu
terpesona melihat perang ini. la belum pernah ia melihat
pertempuran menarik seperti itu. Pasukan Oyamada
Masatatsu, yang baru saja menang akan segera dipukul
mundur oleh barisan pasukan musuh yang baru, dan
barisan depan pasukan musuh di sebelah kiri akan
mengalahkan pasukan Oyamada Nobuhige, namun juga
akan segera dipukul mundur oleh barisan baru dari pasukan
sekutu. Teriakan perang menggemuruh terus-menerus mengguncang udara di seluruh penjuru dataran itu. Suara
ringkikan kuda begitu liar menggema.
Matahari mulai merangkak terbenam. Ketika matahari
lenyap dari pandangan, dataran Un-no-Daira terasa begitu
menekan. Bukit-bukit bergelombang rendah ditutupi
belukar tinggi, angin musin gugur bertiup di antara mereka.
Kansuke menghela napas keras. "Tuanku," panggil
Kansuke. Harunobu yang sedang mengawasi perang itu,
tidak menjawab. la berbalik menghadap Kansuke dan berkata, "Pertempuran ini belum menghasilkan apa-apa, ya?"
"Tepat sekali, Tuanku."
"Bagaimana kiranya pertempuran ini akan berakhir?"
"Pasukan dengan jumlah yang lebih besar akan menang.
Jelas sekali lebih banyak pasukan kita yang tetap hidup."
"Hmm!" "Ini akan menjadi perang dengan jumlah kematian yang
besar. Musuh memiliki 6.000 prajurit dan kita 15.000. Jadi,
jika tiap pasukan kehilangan 6.000, mereka akan musnah,
sementara pasukan kita masih sisa 9.000 orang."
Harunobu membuat ekspresi jijik. Jelas tidak menyukai
perang seperti ini. "Bagaimanapun juga, aku tidak percaya bahwa akan
melakukan pertempuran tanpa pertimbangan seperti itu.
Semakin cepat dia menarik pasukan, baginya. Saksikanlah,
Tuanku. Tidak diragukan lagi dia pasti; akan mundur."
23 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kansuke bahkan belum menyelesaikan kalimatnya,
ketika panggilan menakutkan terompet perang memenuhi
padang kelam Un-no-Daira. Pasukan Kai belum pernah
mendengar bunyi panggilan seperti itu. Ketika Kansuke
mendengar, ia berkata cepat, "Permisi, Tuanku," setelah
membungkuk sedikit kepada Harunobu, ia menaiki dan
memacu kuda menuruni bukit. Bergegas menuju medan
pertempuran. Bunyi terompet perang masih bergema naik-turun. Itu
pasti tanda untuk menarik mundur pasukan mereka.
Kansuke ingin melihat dengan mata kepala sendiri
bagaimana pasukan Echigo akan mundur. Bukan hal
mudah bagi setiap prajurit untuk mundur dengan cepat di
tengah pertempuran, sementara mereka masih memegang
tombak dan pedang. Inilah yang ingin dilihat oleh Kansuke.
Ketika kuda Kansuke mendaki dataran tinggi kecil, bunyi
terompet berhenti tiba-tiba. Kendati masih berada dalam
jarak sekitar 100 meter dari medan pertempuran ia hentikan
kudanya di sana. Dari dataran tinggi itu, akan lebih , efektif
melihat ke medan pertempuran.
Pada saat itu, Kansuke bisa melihat dua batalion
pasukan berkuda mulai berlari dari perkemahan musuh.
Pergerakan mereka yang penuh keahlian itu sangat
memesona. Setiap pasukan memegang sebatang tongkat.
Sambil memainkan tongkat dengan mahir, mereka memacu
kuda di sekitar medan pertempuran dengan membentuk
setengah lingkaran besar, lalu berlari seperti anak panah
menuju markas mereka dengan kekuatan penuh. Dalam
sekejap, sosok mereka menjadi semakin kecil, hingga
akhirnya lenyap dari pandangan.
Salah seorang penunggang kuda yang memimpin
manuver tersebut pasti komandan perang, Nagao Kagetora,
pikir Kansuke. Dan yang mengikutinya pastilah sang
jenderal yang terkenal berani itu, Usami Suruga-no-kami.
Kansuke tidak dapat memikirkan orang lain lagi yang
mampu memimpin dengan keahlian seperti itu.
Kansuke menyadari bunyi terompet perang yang
menandakan penarikan pasukan juga menggema dari
perkemahan Takeda. Harunobu pasti telah memberi
perintah itu. Menilai dari kepribadiannya, Harunobu pasti
sangat ingin menyerang pasukan musuh yang menarik diri
namun menahan diri dan memerintahkan peniupan
terompet perang. Karena mengenal Harunobu dengan
sangat baik, Kansuke cukup terkejut, namun memang
begitu cara terbaik menanggapi situasi saat ini. Kita harus
menunggu kesempatan lain untuk menyerang Kagetora,
pikir Kansuke. Jika terburu nafsu menyerang musuh yang
mundur, bisa-bisa kehilangan 100 atau 200 orang prajurit.
24 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Itu sama saja menyia-nyiakan nyawa prajurit.
Kemudian dari markas utama Harunobu, di mana
Kansuke baru saja pergi, ia dapat melihat beberapa prajurit
berkuda berlari menuruni bukit. Setiap orang menunduk
rendah di balik leher kuda, berpegang dengan sangat kuat
dan mengangkat belakangnya sehingga tidak terjatuh dari
kuda. Kuda-kuda itu berlari kencang menuruni bukit
bagaikan hembusan angin yang keras. Di kaki bukit, mereka
berpencar ke arah berlainan. Dua penunggang di antara
mereka berlari melewati. Kansuke dengan kecepatan luar
biasa. Karena rendah sejajar dengan leher kuda, panji yang
punggung mereka berkibar oleh angin. Semua penunggang
kuda tersebut dinamai mukade no sashimono, Mereka dari
kelompok khusus samurai yang disebut mukade atau
kelabang. Satu kalimat yang dapat menggambarkan dia
adalah "satu prajurit sama dengan seribu prajurit." Mereka
dipilih dari kelompok prajurit muda yang sangat terampil
untuk memberikan perintah kepada setiap batalion agar
tidak menyerang musuh yang menarik diri.
Kansuke tetap di sana selama beberapa saat, mengawasiproses penarikan mundur tersebut.
Teriakan perang masih bergema, namun perlahan menghilang. Sekarang, perang
berakhir dengan cara yang aneh. Matahari masih berada
dibalik awan. Tidak peduli ke mana mata memandang,
dataran itu masih berada dalam keremangan.
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mulai saat ini, Harunobu akan mengalami perang yang
sangat menyakitkan melawan Kagetora, yang mungkin
agak berbeda dari perang-perang sebelumnya. Perang bisa
berlangsung lima atau bahkan sepuluh tahun. Tidak peduli
berapa lama perang ini berlangsung, yang jelas akan
menjadi pertempuran yang sangat bagus. Harunobu 28
tahun, melawan Kagetora yang berusia 18 tahun. terdapat
perbedaan usia yang besar, keduanya sekuat harima; tidak
seorang pun yang lebih kuat yang lain. Selama aku
mendampinginya, Harunobu pasti akan menang, pikir
Kansuke. Beberapa tahun dari sekarang klan Takeda akan
membunuh sang jenderal muda itu. Kansuke membalikkan
kuda, membiarkan berjalan perlahan kembali ke perkemahan. 0=odwo=0 Pertemuan dua kekuatan dimulai pada pukul dua malam
dan berakhir pada pukul dua siang. Sebuah pertempuran
25 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang singkat Dalam peristiwa ini, pasukan Echigo
kehilangan 236 prajurit; sementara pihak mereka hanya
kehilangan 132 prajurit. Setelah jumlah kematian dicatat,
pada jam empat sore teriakan kemenangan berkumandang.
Harunobu tetap berdiam diri sampai semua pasukan
berkumpul di medan pertempuran itu; seolah-olah
pertempuran pertama dengan Kagetora telah membuatnya
menjadi seorang pemimpin yang sangat bijaksana.
Pasukan Takeda tetap berada di dataran Un-no-Daira
hingga tanggal 23. Alasannya adalah karena pasukan
Echigo belum mundur dari wilayah itu dan tidak
menunjukkan tanda-tanda akan pergi. Keesokan harinya,
Harunobu menerima beberapa pesan yang dikirim oleh
kurir para jenderal yang melindungi benteng-benteng
mereka. Masing-masing memberitahukan kemenangan
mereka terhadap musuh dalam pertempuran-pertempuran
kecil. Mereka memanfaatkan perang besar Un-no-Daira,
dan para prajurit yang melindungi benteng yang tuannya
sedang bertempur dengan Takeda Harunobu juga terlibat
dalam pertempuran di wilayah sekitar. Tentu saja, ini
dilakukan atas perintah Harunobu.
Akiyama Nobutomo, misalnya, bertugas melindunginbenteng dari Ina dan mengalami pertempuran
kecil dengan pasukan Ina. la berhasil menangkap 17 prajurit
berkuda, 25 prajurit lain dan mendapatkan wilayah senilai
3.000 kan. Dua orang jenderal, Amari dan Tada, yang
ditempatkan di Shimo Suwa dan Shiojiri Guchi, dilaporkan
telah menyerang klan Ogasawara di tengah malam dan
menangkap 93 pasukan Ogasawara. Jenderal Komiyama
dan Jenderal Asari, yang ditempatkan di Puncak Fuefuki,
Petualangan Manusia Harimau 4 Pendekar Rajawali Sakti 9 Manusia Bertopeng Hitam Menuju Negeri Antah Berantah 4
tentangnya?" Terlihat jelas bahwa Kansuke tidak menghargai klan
Imagawa yang tidak juga mempekerjakannya, meskipun ia
telah mengabdi kepada mereka selama sembilan tahun.
Suatu hari nanti, Kansuke akan menaklukkan Imagawa
dengan kekuatan Takeda. Namun hingga saat itu tiba,
Takeda harus memiliki hubungan baik dengan Imagawa.
"Alasan aku kemari bukanlah untuk membanggakan
tuanku. Tuan Harunobu memiliki dua orang putera,
Yoshinobu dan Ryuho. Sejujurnya, Yoshinobu tidak
memiliki kualitas kepemimpinan dan Ryuho buta. Tuan
14 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Harunobu perlu untuk mengadopsi seorang anak untuk
menjadi pewaris yang sebenarnya."
"Kau ingin mengatakan bahwa dia menginginkan
seorang anak dari klan Imagawa?"
'Tidak peduli berapa pun usianya. Kami ingin
membesarkan anak tersebut sebagai putera ketiga."
"Sayangnya, klan Imagawa tidak memiliki anak," kata
lohara. "Bahkan tidak dari selir-selirnya?"
"Tidak, tidak satupun."
Kansuke tahu pasti bahwa tidak ada seorang anak pun
yang cocok untuk diadopsi dari keluarga Imagawa, bahkan
bila anak tersebut berasal dari seorang selir. Kansuke
berpikir, mungkin sebenarnya ada calon yang cocok dan
lohara bisa menunjukkan. "Apakah itu satu-satunya alasan kau datang kemari?"
tanya lohara dan tertawa.
Kansuke tidak menjawab pancingan tersebut.
0=odwo=0 Kansuke meninggalkan kediaman lohara dan menginap
di kuil dekat sungai Abe yang dulu pernah dia tinggali
selama sembilan tahun. Seorang samurai muda, yang dulu juga ingin menjadi
pengikut Imagawa ketika Kansuke masih di sana, diamdiam mendatanginya. Saat memasuki kamar,
ia terperanjat mendapati Kansuke sedang duduk di tengah ruangan
sambil bermeditasi. "Tuan, apa yang sedang Tuan pikirkan saat ini?" tanya
samurai muda itu tanpa basa-basi.
Kansuke berkata tanpa ragu, "Dalam waktu sepuluh
tahun mendatang, klan Hojo, Imagawa, dan Takeda harus
menjadi sekutu. Bagaimana kiranya hal tersebut bisa
diwujudkan?" "Hmm..." Samurai muda merenungkan pertanyaan
tersebut beberapa waktu, lalu bertanya, "Mengapa harus
sepuluh tahun?" "Tidakkah kau mengerti" Takeda harus berperang
melawan Uesugi. Imagawa akan segera menyerang provinsi
bagian barat, sementara Hojo sedang bertarung di wilayah
Kanto." "Dan sepuluh tahun dari sekarang?"
"Kemudian, kami bertiga harus bertarung satu sama lain.
Hingga saat itu tiba, bagaimana caranya kami bisa menjaga
perdamaian di antara ketiga pihak tersebut dalam jangka
waktu sepuluh tahun?"
"Saya tidak tahu."
"Sebenarnya mudah. Klan Takeda, Imagawa, dan Hojo
15 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
semuanya memiliki anak laki-laki dan perempuan. Ketiga
keluarga tersebut harus terhubung dalam ikatan perkawinan." "Apakah itu mungkin?"
"Yoshinobu dari Takeda, Ujimasa dari Hojo, dan
Ujizane dari Imagawa semuanya berusia sembilan atau
sepuluh tahun. Untuk Yoshinobu adalah puteri Imagawa,
untuk Ujimasa adalah puteri Takeda, dan untuk Ujizane
adalah puteri Hojo..." ujar Kansuke dengan ekspresi datar,
lalu mendadak teringat kemungkinan putera ketiga diadopsi
dari klan Hojo. Jika Takeda mengirimkan puterinya kepada
Hojo, maka seorang putera harus diadopsi dari Hojo
sebagai seorang tawanan. "Dalam beberapa tahun, hal ini bisa diatur," kata
Kansuke. Semakin cepat, semakin baik. Keluarga Takeda
harus bersekutu dengan keluarga Imagawa dan Hojo, dan
sementara itu Takeda harus mengalahkan Uesugi. Perang
dengan keluarga Imagawa dan Hojo akan tiba setelahnya.
Anak dari Puteri Yuu yang akan melaksanakan itu.
Samurai muda meninggalkan Kansuke beberapa saat
kemudian. Tidak ada gunanya untuk tetap tinggal di sana.
Di mata samurai muda, Kansuke terlihat begitu beda dari
sosok yang dikenal tiga tahun lalu. Pada usia 54 tahun,
Kansuke menjadi lebih pendiam dan tidak banyak bicara.
Namun Kansuke merasa bahwa sekarang ia punya lebih
banyak kebebasan, la tidak menyesal jika kelak harus mati
dalam pertempuran. Rasa takut terhadap kematian tidak
ada dalam benaknya, la mencintai Tuan Harunobu, selir
tuan Harunobu yaitu Puteri Yuu, dan puteranya yang baru
lahir, Katsuyori. Impiannya adalah untuk dapat berkuda
melintasi hamparan padang dan pegunungan di seluruh
penjuru wilayah Kai dan Shinano. Sebuah impian yang
hanya Kansuke - seseorang yang terlahir cacat - yang
mengetahuinya. Malam itu, Kansuke tidur lelap dan bermimpi. Mimpi
tentang sosok seorang anak kecil, Katsuyori, yang melekat
dengan kuat di gendongan tangannya.
Sejak pertempuran benteng Koseki di bulan Maret, dan
Takeda mengalahkan pasukan Murakami Yoshikiyo,
mereka menikmati hari-hari tenang yang langka di kota
benteng Kofu. Siang dan malam berlalu dalam hening,
berganti dari musim semi ke musim panas, dari musim
16 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
panas ke musim gugur tanpa ada perang. Kedamaian tidak
hanya terasa di kota benteng, namun juga di desa-desa,
pegunungan, dan lembah-lembah di sekitarnya.
Meski pertempuran tidak terjadi, namun ada begitu
banyak bencana alam yang muncul. Hujan lebat, mulai di
awal pagi tanggal 5 Juli, tidak berhenti selama tiga hari dan
menyebabkan banjir besar di seluruh wilayah Provinsi Kai.
Banyak sawah yang rusak. Di Kofu, di bukit di belakang
kediaman Harunobu, terjadi tanah longsor. Sepuluh hari
kemudian, angin hebat bertiup pada malam hari,
menyebabkan tanaman padi di wilayah itu mengalami
kerusakan hebat. Pagi hari berikutnya, begitu banyak petani
yang kaget saat mengunjungi sawah mereka.
Akibat dua bencana alam besar tersebut mulai tampak
pada musim gugur. Banyak orang meninggal dunia karena
kelaparan dan kekurangan gizi. Harga barang-barang
meningkat drastis. Meski tidak ada perang, rakyat di
Provinsi Kai sangat menderita.
Pada 9 September, pada Festival Bunga Krisan, pasukan
Takeda berkumpul di kediaman Kofu. Di lantai ruang aula
utama, bunga krisan diatur sedemikian rupa. Para samurai,
yang duduk di baris di kedua sisi dari bunga-bunga tersebut
menikmati sajian minuman sake dan semangkuk nasi
dengan kastanye. Seperti halnya pada Hari Tahun Baru,
para jenderal Takeda duduk di ujung meja menghadap para
prajurit. Namun kali ini, setelah pertempuran benteng
Koseki, dua orang jenderal, Amari Toyayasu dan Yokota
Takatoshi, yang gugur dalam pertempuran tersebut, tidak
hadir. Hanya ada tiga orang jenderal di sana; yaitu Obu
Toramasa, Oyamada i Masatatsu, dan Itagaki Nobukata.
Ini membuat semua orang merasa sedih.
Sejak pertempuran di benteng Koseki, dua orang
jenderal, Obu dan Oyamada, ditempatkan di Shinano utara
untuk menghadapi pasukan Murakami. Namun keduanya
datang ke Kofu menghadiri acara tersebut. Itagaki juga
datang jauh-jauh dari posnya di Suwa. Anggota lain dari
klan Takeda yang menghadiri acara tersebut adalah
Samanosuke Nobushige, Sonroku Nobutsura, Emontayu
Nobutatsu, dan Anayama Nobuyoshi. Beberapa wajah baru
adalah Baba Nobuharu, Yamagata Masagake, Naito Shuri,
dan Akiyama Nobutomo yang dipromosikan menjadi
jenderal kelas menengah. Masing-masing merupakan
pewaris muda dari keluarga-keluarga terkenal yang sudah
bekerja untuk Takeda selama beberapa 17 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
generasi. Jenderal Obu dan Oyamada memberi informasi kepada
Harunobu mengenai pergerakan musuh utama mereka saat
ini, yaitu Murakami Yoshikiyo.
Murakami masih tetap berdiam diri sejak kekalahan di
pertempuran Benteng Toishi, namun sudah menjadi ciri
khasnya bahwa ia bukan tipe orang yang mudah menyerah;
tampak jelas bahwa Murakami akan menggerakkan
pasukannya dalam waktu dekat, kemungkinan besar di
musim semi berikutnya ketika salju mulai mencair. Baik
Obu maupun Oyamada punya pendapat yang sama
mengenai hal tersebut. "Saya kira tidak akan ada pertempuran hingga musim
semi berikutnya. Hingga saat itu tiba, kita sudah harus
bersiap, dan kali ini kita harus berhasil memenggal
kepalanya untuk menghindari masalah di masa depan," ujar
Obu. Semua setuju, dan mereka terus mendiskusikan
tentang bagaimana mempersiapkan pasukan masingmasing.
Kansuke duduk di tengah barisan di sebelah kanan,
menghadap ke Harunobu. Tiba-tiba ia membungkukkan
badan dan berkata, "Saya ingin mengatakan sesuatu. Saya
yakin pertempuran akan terjadi tahun ini, atau bahkan esok
hari." Perhatian semua orang tertuju pada tubuh kecilnya.
"Jika menyangkut pergerakan pasukan Murakami, tidak
seorang pun yang mengetahui lebih baik daripada Obu dan
saya sendiri," ujar Oyamada kepada Kansuke dengan nada
mencemooh. "Saya tidak bicara tentang pasukan Murakami."
"Saya tidak bisa membayangkan orang lain di keempat
provinsi tetangga kita yang lebih pantas untuk dikhawatirkan selain Murakami."
"Saya, Kansuke, juga tidak mengenal seorang pun yang
mampu melakukan gerakan seperti itu. Namun saya tahu
bahwa pasti ada seseorang yang percaya bahwa inilah
kesempatan paling baik untuk menyerang Takeda. Benar
bahwa kita telah mengalahkan Murakami musim semi ini,
namun kedua jenderal Amari dan Yokota telah gugur
dalam pertempuran dan semua orang di seluruh penjuru
negeri pasti sudah mendengar bahwa kita kehilangan lebih
18 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dari 3.000 prajurit. Kita semua mengetahui perihal
keberanian Jenderal Obu dan Oyamada yang sudah begitu
melegenda, tetapi mereka tidak bisa pindah dari ujung utara
Provinsi Shinano untuk berjuang melawan pasukan
Murakami. Jaraknya sangat jauh. Selain itu, maafkan Saya
karena mengatakan hal ini: Samurai-Samurai lain yang
tersisa tingkatannya jauh lebih rendah dan tidak memiliki
lebih dari seratus orang pasukan berkuda. Dan yang paling
parah dari semuanya, kita menderita akibat dari bencana
alam akhir-akhir ini. Jika ada yang nekad menyerang kita,
Provinsi Kai, dengan kekuatan militer mereka yang
besar..." Kansuke mengangkat wajah menatap Harunobu
tanpa menyelesaikan kalimat. Maksudnya sudah jelas.
Kansuke sedang bicara kepada Harunobu. Tidak tertarik
mendengar pendapat samurai lainnya.
Harunobu tertawa, menyelesaikan kalimat Kansuke
dengan berkata, "Jadi kita sama sekali tidak punya
harapan?" "Tidak, Tuanku."
"Apakah Takeda akan hancur?"
"Ada musuh-musuh yang ingin berpikir demikian;
makanya mereka mati-matian menyerang kita."
"Siapa yang akan menyerang kita kalau begitu?"
"Saya tidak tahu. Saya bahkan tidak tahu ada atau
tidaknya pihak yang mungkin mempertimbangkan semua
fakta-fakta ini. Jika ternyata ada beberapa dan mereka
berharap untuk menghancurkan Takeda..."
Tiba-tiba seseorang berteriak, "Siapa yang akan berpikir
seperti itu!" Itu adalah suara Anayama. "Baik Imagawa
maupun Hojo berbagi batas wilayah dengan kita, namun
tidak mungkin bagi mereka untuk berpikir mampu
menyerang kita." Tiba-tiba Harunobu berdiri dan mulai berkata, "Jika ini
mungkin terpikirkan..." Kemudian ia berhenti dan berjalan
masuk ke ruang sebelah dalam. Wajahnya tidak tampak
kecewa. Kansuke yakin bahwa Harunobu pasti sedang
berusaha memikirkan siapa yang ingin menyerangnya"
Sepeninggal Harunobu, tidak seorang pun angkat bicara.
Pada pertempuran Benteng Toishi, Kansuke telah sukes
membalikkan perang yang berujung buntu menjadi
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemenangan dengan strateginya. Semua mengakui keberhasilan tersebut, namun tidak seorang pun menghargai
gagasannya yang tidak biasa. Bagi telinga mereka, gagasan
19 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kasuke terdengar seperti ungkapan kesombongan.
Seperti biasa, Itagaki mencoba menengahi.
"Mungkin kau minum terlalu banyak sehingga membuat
analisa seperti itu, Kansuke. Jangan tersinggung, itu adalah
analisa yang menarik. Jika benar terjadi perang tahun ini,
aku akan memberimu salah satu pengikut terbaikku, yang
boleh kau pilih sendiri. Tapi jika kau kalah, apa yang akan
kau berikan padaku?"
Itagaki mencoba mengubah kata-kata Kansuke menjadi
sesuatu yang tidak terlalu serius. Namun, Kansuke memberi
jawaban yang langsung tanpa keraguan sedikit pun. "Akan
kuberi nyawa saya!" Ini bukanlah lelucon; tidak ada
senyuman di wajahnya. Tidak hanya kepada Itagaki saja
Kansuke berkata begini, namun dengan maksud agar semua
samurai mendengarnya. "Dasar orang bodoh, pikiranmu sudah dipengaruhi
sake!" Itagaki memaksakan senyuman.
Kansuke tidak menganggap ini sebagai lelucon, la bisa
mendengar dentingan pedang saling beradu, bunyi terompet
perang, tabuhan genderang dan ratusan prajurit berkuda
berlari melintasi bukit. Kansuke berpikir bahwa seseorang yang berniat
menjatuhkan Takeda tidak akan melewatkan kesempatan
yang sangat baik ini. Tidak ada kesempatan lain yang lebih
bagus. Pasti ada seseorang yang berpikiran sama
dengannya, pada perang sipil yang sedang berlangsung saat
ini, di masa antara hidup dan mati, saat ketika wilayah
berulang kali dimenangkan dan dikalahkan ini.
Pasti akan ada perang lain dalam waktu dekat. Namun
Kansuke sendiri sulit menemukan siapa yang akan menjadi
musuh mereka, la tidak akan terlalu terkejut jika salah satu
dari Imagawa, Hojo, Nagao Kagetora, atau Murakami
Yoshikiyo menyerang mereka.
Belum Satu bulan sejak Kansuke meramalkan akan
terjadi perang, sudah terlihat 23.000 pasukan di bawah
pimpinan Uesugi Norimasa bergerak dari Puncak Fuefuki.
Berita pertama tentang penyerangan itu datang dari
Sanada Yukitaka di Provinsi Shinano. Pembawa pesan
membawa berita bahwa salah satu pasukan Uesugi telah
meninggalkan Provinsi Joshu saat hujan musim gugur. Si
pembawa pesan segera dikawal masuk oleh beberapa orang
samurai Takeda begitu turun dari kudanya. Tidak lama
kemudian, kuda kedua tiba tanpa penunggang, dengan anak
panah menembus bagian belakang kuda itu dan berlari
tunggang langgang menuju kediaman Takeda. Gawatnya
situasi langsung terasa. Dalam waktu kurang dari satu jam, tabuhan genderang
terdengar di setiap pos penjagaan di kota tersebut,
20 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memanggil semua pengikut untuk angkat senjata.
Api unggun dinyalakan di setiap sudut jalan, para
penunggang kuda mulai berdatangan di benteng satu
persatu. Penunggangnya berasal dari benteng-benteng di
berbagai wilayah seperti Aiki, Shibata, dan Unno.
Sungguh situasi yang sangat genting. Tidak sedikit pun
waktu terbuang. Serangan Uesugi sungguh tidak diduga
oleh Harunobu maupun Kansuke. Keluarga Uesugi telah
lama berperang melawan keluarga Hojo di wilayah Kanto
pusat, bahkan sering mengalami kekalahan. Mereka pasti
mengubah tujuan secara mendadak dengan menyerang
keluarga Takeda agar bisa kembali berkuasa.
Sayangnya, saat itu Harunobu terserang demam tinggi.
Pertemuan dengan para jenderal terpakasa diadakan di
samping tempat tidur Harunobu.
"Siapa yang akan memimpin perang melawan Uesugi?"
tanya Harunobu. Baik Nobushige dan Anayama bersedia
menerima tanggung jawab tersebut dengan segera. Hal itu
tampaknya sudah menjadi keputusan yang pasti di benak
semua orang karena tiga orang jenderal tertinggi, Obu,
Oyamada, dan Itagaki tidak bisa pindah dari posisi mereka
dan tidak ada orang lain selain kedua orang tersebut yang
bisa memimpin pasukan. Harunobu mengarahkan pandangan kepada Kansuke.
Kansuke menjawab tanpa ragu, "Bagaimana jika
menempatkan Jenderal Itagaki untuk bertanggung jawab
dalam perang ini dan menggunakan Anayama serta
Samanosuke untuk mempertahankan Provinsi Suwa?"
"Apakah ada alasan mengapa aku harus melakukan itu?"
"Jenderal Itagaki telah ditempatkan di Suwa selama tiga
tahun terakhir, maka dari itu dia lebih mengetahui pikiran
dan perilaku orang-orang di Shinano. Selain itu, dia pasti
punya banyak pengikut yang memiliki pengetahuan yang
baik tentang keadaan alam di wilayah tersebut."
"Baiklah, aku akan memerintahkan Itagaki untuk
memimpin.", Harunobu menetapkan keputusan dengan segera. Pada saat-saat genting seperti ini,
Harunobu senantiasa membuat keputusan cepat.
Itagaki Nobukata ditugaskan menjadi komandan perang
melawan serangan pasukan Uesugi, dan untuk mengisi
posisinya di Suwa, Anayama dan Nobushige dikirim
bersama empat kelompok pasukan infanteri.
21 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kansuke berpikir bahwa dalam keadaan krisis, seharusnya prajurit terbaik seperti Jenderal Itagaki yang
ditugaskan. Tentu saja, Harunobu akan menjadi pilihan
yang lebih baik sebagai pemimpin, namun karena sedang
sakit, tidak ada orang selain Itagaki yang pantas
menggantikan posisinya. Anayama dan Nobushige punya
kelemahan yang bisa membahayakan mereka dalam perang.
Kansuke meminta izin Harunobu untuk bergabung
dengan kelompok Itagaki. Izin ini diberikan. Kansuke
meramalkan bahwa pertempuran ini akan menjadi
pertempuran yang amat penting, dan ia menyadari
kelemahan-kelemahan Itagaki saat berada dalam pertempuran. Sebelum turun ke lapangan, Kansuke ingin
menemui Itagaki untuk memberi beberapa nasehat.
0=odwo=0 Malam itu, Kansuke meninggalkan kota benteng Kofu
bersama beberapa prajurit berkuda menuju Provinsi Suwa.
Para samurai yang ikut bersamanya adalah penunggangpenunggang kuda yang masih berusia
muda dan mahir, namun Kansuke yang berusia 54 tahun sama sekali tidak
merasa rendah diri. Cara Kansuke menunggang kuda agak
aneh: tubuh kecilnya duduk di punggung seekor kuda besar,
membungkuk begitu dekat dengan leher kuda sampai nyaris
tampak seolah sedang mengunyah rambut di leher kuda
tersebut. Kelompok penunggang kuda tersebut berlari kencang
seperti angin dan keesokan paginya memasuki kota benteng
Suwa. Saat turun dari kuda masing-masing di dalam
benteng, Kansuke terduduk di atas tanah dan tidak mampu
berdiri. Semua penunggang kuda muda yang lain sulit
memercayai bahwa Kansuke bisa mengikuti mereka
sepanjang perjalanan menuju Suwa, apalagi dengan cara
menunggang yang tidak terlatih seperti itu.
Kansuke berkata, "Aku ingin kalian membawaku masuk
ke dalam benteng." Lalu ia masuk ke dalam benteng
dengan sebuah tandu dan langsung di bawa menghadap
Itagaki. Itagaki sudah berpakaian dan bersenjata, siap terjun ke
medan tempur. "Sebelum mereka mendaki Puncak Fuefuki..." Kansuke
menggumamkan kata-kata ini, lalu tersenyum dan berkata,
"Saya lelah." 22 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Itukah yang ingin kau katakan padaku?" tanya Itagaki.
"Ya, ini yang ingin saya sampaikan."
"Apakah ini caramu dalam membalas bantuanku yang
telah rekomendasikanmu kepada Takeda?"
"Benar, Tuan." "Kau tidak perlu datang jauh-jauh kemari hanya untuk
itu. Aku sendiri sudah tahu."
"Saya sadar itu, namun Tuan tidak tahu sebanyak yang
saya ketahui. Tuan kurang sabar dan gigih saat menghadapi
[pertempuran yang penting."
"Jangan bercanda!"
"Tuan selalu begitu di beberapa pertempuran sebelumnya." "Jangan bercanda," ulang Itagaki, tersinggung. Meskipun Itagaki senantiasa memperlihatkan pengertian
terhadap Kansuke yang bertampang menyeramkan itu,
melebihi orang lain, sebagian disebabkan oleh karena dialah
yang merekomendasikan Kansuke bekerja kepada Takeda.
Bukan karena benar-benar peduli pada Kansuke; sebaliknya, ia sering merasa benci padanya.
Tetapi, bagaimanapun juga, ia mendapatkan keyakinan
atas kejujuran, kepercayaan diri dan cara berpikir positif
Kansuke. "Maukah kau menemaniku ke medan pertempuran?"
"Jika Tuan menyerang sebelum mereka mencapai
puncak, tidak perlu sama sekali bagi saya menemani Tuan."
"Jangan khawatir, aku tahu itu! Kalau begitu tinggallah di
sini dan beristirahat sejenak," kata Itagaki dengan wajah
yang pucat. Malam itu, sebagian pasukan Itagaki meninggalkan
Suwa sebagai pasukan pendahuluan. Kansuke kembali
secepatnya ke Kofu. Itagaki sendiri berangkat Pada empat Oktober dengan
23 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pasukan pribadi untuk bergabung dengan pasukan utama
dari Kofu. Pada lima Oktober, Harunobu sudah merasa sedikit lebih
sehat dan meninggalkan Kofu sekitar jam sebelas bersama
4.500 orang pasukan cadangan untuk bergabung dengan
pasukan utama. Pertukaran informasi terus berlangsung antara Itagaki
dan Harunobu melalui pembawa pesan berkuda. Pada
tanggal 6, jam sebelas, ia menerima berita bahwa mereka
telah melewati Oiwake di Komoro. Setelah itu, hubungan
terputus untuk sementara. Pembawa pesan selanjutnya
mengatakan bahwa pasukan Itagaki telah bertempur
melawan pasukan Uesugi di Puncak Fuefuki dan
memperoleh kemenangan besar. Mereka berhasil menangkap 1.219 orang prajurit utama dan meneriakkan
kemenangan pada jam dua siang. Keesokan paginya, begitu
Harunobu tiba di medan tempur, ia memerintahkan
pasukan Itagaki untuk mundur ke garis belakang, lalu
menempatkan pasukan cadangan ke garis depan dan
bertarung melawan 16.000 pasukan musuh yang membentuk formasi kedua di Puncak Fuefuki. Kemenangan
hari sebelumnya oleh pasukan Itagaki membawa momentum dan semangat buat pasukan cadangan
Harunobu; mereka menangkap 4.306 prajurit dan Takeda
memperoleh kemenangan untuk kedua kali.
Malam itu di markas utama, mereka mencatat namanama para samurai yang gugur dan
mengadakan ritual perayaan untuk kemenangan mereka. Saat itu adalah
malam yang berangin. Api unggun dinyalakan dan
kobarannya tertiup ke arah para samurai yang duduk dalam
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
satu barisan. Harunobu memimpin upacara, duduk di sebuah kursi.
24 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Obu membawakan pedang Harunobu. Di sisi kanan
Harunobu adalah Itagaki, yang bertugas membawa kipas.
Di sisi sebelah kiri adalah Hara Mino-no-kami yang duduk
membawa sebuah busur dan anak panah terbuat dari bulu
burung gagak. kKansuke bertugas membawa terompet
perang besar. Di tmata Kansuke, tuannya, Harunobu, yang
duduk dengan punggung kaku dan tegak, tampak begitu
tampan, maskulin, dan berani.
Suara tabuhan genderang yang dimainkan oleh Obata
Oribenosho bergema sepanjang udara malam di medan
tempur tersebut. Seruan "Oh" keluar dari mulut semua
samurai; sebuah seruan kuat penuh kemenangan.
Semuanya masih berusia muda; hanya Kansuke yang
sudah berumur. Kansuke menarik napas, berpikir bahwa
tuan mudanya yang tercinta itu akan mengalahkan
Murakami Yoshikiyo dan kemudian Nagao Kagetora
(nantinya dikenal sebagai Uesugi Kenshin) di wilayah
seberang Murakami. Namun sebelum itu, mereka akan
menghadapi banyak pertempuran-pertempuran kecil seperti
yang baru saja terjadi, pikir Kansuke sambil memegang
terompet perang. Di pandangan semua orang, wajah
Kansuke tampak seperti bola api. Kemarahan memancar
keluar, bagaikan dewa penjaga gerbang kuil dalam kobaran
api unggun. 0=odwo=0 Puteri Yuu kembali ke Suwa di penghujung bulan
November di tahun Tenbun ke-15. Hampir dua tahun
berlalu sejak mekarnya bunga sakura (bulan Maret) di tahun
Tenbun ke-14 ketika ia harus berangkat ke Kai. Selama itu,
Puteri Yuu sudah melahirkan seorang anak, bernama
Katsuyori, yang di tubuhnya mengalir darah Takeda
maupun Suwa. Orang-orang sering membicarakan perjalanan pulang
Puteri Yuu. Sebagian mengatakan bahwa itu skenario yang
disusun oleh istri Harunobu, Sanjo-no-Uji, dan lainnya
mengatakan bahwa itu adalah skenario politik untuk
mengurangi kebencian rakyat Suwa terhadap Takeda.
Apapun kebenarannya, Puteri Yuu tidak mengetahui
sama sekali alasan kepulangannya. la hanya mengikuti
saran Kansuke saat lelaki itu berkunjung dan mengatakan
bahwa sudah tiba saatnya untuk menunjukkan Danau Suwa
kepada puteranya, sebelum cuaca menjadi sangat dingin.
Tidak lama setelah Kansuke menerima pesan dari Itagaki
Nobutaka bahwa semua persiapan sudah dilakukan untuk
menyambut kepulangan Puteri Yuu, maka Sang Puteri dan
Katsuyori pun meninggalkan Kofu. Semenjak takluknya
25 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
keluarga Suwa, Itagaki lah yang memimpin wilayah
tersebut. Iring-iringan panjang bersama beberapa ratus pelayan
dan delapan usungan yang membawa Puteri Yuu,
Katsuyori dan pelayan-pelayan mereka, berjalan menuju
Provinsi Shinano dari Kai melewati pegunungan dan
ladang yang mulai menunjukkan tanda-tanda datangnya
musim dingin. Puteri Yuu berada di usungan kedua, usungan ketiga
berisi pengasuh Katsuyori yang menggendong bayi.
Serjumlah samurai tangguh membentuk lingkaran di
sekeliling kedua usungan tersebut untuk melindunginya.
Seorang penunggang kuda yang tampak berbeda sedang
mengendarai kudanya di dekat usungan Katsuyori. la
adalah Yamamoto Kansuke. Terakhir kali Puteri Yuu datang dari Shinano ke Kai,
perasaannya selalu berubah-ubah dan sering menghentikan
jalannya iring-iringan, namun kali ini berbeda. Tidak sekali
pun Sang Puteri mengangkat tirai penutup usungan. Duduk
dalam diam di atas usungan. Dalam waktu kurang dari dua
tahun, tSang Puteri sudah kehilangan sifat gadis muda
dalam dirinya idan kini tumbuh menjadi perempuan
dewasa. Kecantikan alaminya semakin bercahaya seiring
dengan bertambahnya usia, dan memiliki ketenangan diri
yang baru dan istimewa. Wajah putih mulus, pipi bersemu
merah muda, mata hitam nan indah dan hidung mancung
terpahat apik, merupakan warisan turun-temurun keluarga
Suwa yang istimewa, yang kini telah berakhir.
Pada hari kedua, iring-iringan berjalan di sisi Sungai
Kamuna yang mengalir deras. Sekitar siang hari, mereka
beristirahat sejenak di pinggiran sungai dekat Nirasaki. Saat
itulah Kansuke, sambil berlutut di samping usungan Sang
Puteri, bertanya, "Maukah Tuan Puteri keluar sebentar?"
"Tidak, aku ingin istirahat di dalam usungan," jawab
Sang Puteri dengan suara jernih. "Apakah Tuan Puteri
lelah?" "Tidak, tidak juga, aku baik-baik saja."
"Sudikah kiranya Tuan Puteri membuka tirai usungan
itu sedikit" Ini mungkin pemandangan paling indah di
seluruh penjuru wilayah Kai, sekaligus merupakan daerah
yang strategis. Suatu hari kelak, ketika putera Tuan Puteri
membangun bentengnya, ini akan menjadi tempat yang
paling ideal." Puteri Yuu pasti sangat tersentuh mendengar penuturan
Kansuke, karena kemudian ia menyingkap tirai dalam
diam. Kansuke menatap pergelangan tangannya yang pucat
dengan takjub. "Di mana kau akan membangun benteng itu?"
26 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Di dataran tinggi itu."
Wilayah yang ditunjuk Kansuke adalah dataran tinggi
yang tampak seperti sebuah pulau di hamparan hijau yang
luas, yang oleh penduduk setempat disebut sebagai Batu
Tujuh Mil. "Dataran tinggi itu dikelilingi oleh Sungai Kamuna dan
Sungai Shio, serta tiga puncak pegunungan; Yakushi,
Kannon, dan Jizo. Satu sisi menghadap ke pegunungan dan
ketiga sisi lainnya menghadap ke dataran luas itu. Saat
putera Tuan Puteri kelak mencapai usia dewasa, para
samurai akan bertempur menggunakan senjata. Jadi tidak
perlu memiliki benteng di sebuah tempat yang tidak dapat
ditembus. Ini lokasi yang ideal untuk membangun
bentengnya. Lagipula, dataran tinggi seperti itu, dibatasi
empat tebing di keempat sisinya yang akan mempersulit
siapa pun untuk mencapainya."
Kansuke merasa bahwa tempat ini memang tepat untuk
membangun sebuah benteng, la sering melewati tempat ini
dengan kuda, dan selalu terlintas gagasan untuk
membangun sebuah benteng di sini. Sepuluh hingga dua
puluh tahun yang akan datang, tempat ini akan menjadi
pusat negeri Kai. Tidak peduli mereka suka atau tidak,
Takeda akan memindahkan markas utamanya ke sini.
Orang yang akan membangun benteng tersebut kemungkinan besar adalah Katsuyori. Ya, harus dia
orangnya. Puteri Yuu melihat ke sekeliling pemandangan yang
seolah tak berujung. "Indah sekali warna dedaunan di sini," katanya.
Memang, dataran tinggi yang ditunjuk oleh Kansuke
ditutupi oleh daun-daun musim gugur yang akan berakhir
berwarna merah menyala. "Apakah pohon-pohon berwarna itu pohon haze?"
"Ah..." Kansuke tidak tahu apa-apa soal pepohonan dan bungabunga. Bagi Kansuke, adalah hal yang
aneh dan menakjubkan bahwa perempuan tertarik dengan nama
pepohonan. "Tidak ada pohon haze di Kofu, namun ada banyak
yang tumbuh di Suwa," ujar Puteri Yuu pelan.
"Tuan Puteri suka pohon haze?"
27 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sejak kecil aku suka memandangi pohon-pohon itu. Di
musim gugur, aku selalu ingin melihat daun-daun pohon
haze yang berwarna merah."
"Tuan Puteri akan bisa melihat pohon haze mulai saat
ini." kata Kansuke. "Apa?" Puteri Yuu tersentak kaget; kemudian menyibak
tirai dan keluar dari usungannya, lalu berdiri tegak.
"Kansuke, apa yang kau katakan" Apa kau mengatakan
bahwa mulai saat ini aku akan tinggal di Suwa?" dia
bertanya dengan tajam. "Apa kau mengatakan bahwa aku
akan tinggal di Suwa dan jauh dari tuanku" Apakah ini
semacam siasat?" Ekspresi wajahnya tenang, namun kata-katanya tajam
menusuk hati Kansuke seperti sebilah pedang.
"Ah...mmm..." Kansuke tidak menjawab. Tidak
sanggup menjawab. "Kansuke!" "Ya, Tuan Puteri."
"Kau tidak akan meninggalkanku bersama Itagaki di
Suwa, kan?" "Tidak, tidak akan!"
"Kalau begitu, baiklah."
Kansuke berlutut, tangan kanan menyentuh tanah dan
tidak mengangkat kepala. Kaget mendengar betapa
cepatnya ia menyetujui rencana itu.
Perjalanan Puteri Yuu ke Suwa sudah diputuskan di
antara Harunobu, Itagaki dan Kansuke. Itagaki akan
menjadi penjaga Puteri Yuu dan Katsuyori di Suwa.
Tujuan utamanya adalah untuk membiasakan Katsuyori
dengan rakyat Suwa dan mencoba menghilangkan
kebencian mereka kepada Takeda. Kansuke juga merasa
bahwa dengan melakukan hal ini, nyawa Katsuyori akan
terlindungi, la sangat menyadari kenyataan bahwa karena
bayi tersebut memiliki darah Suwa, orang-orang Takeda
akan sangat mengawasi. Selama Katsuyori tinggal di Kofu,
hidup bayi yang baru lahir itu tidak akan pernah aman.
0=odwo=0 Ketika iring-iringan Puteri Yuu memasuki perbatasan
Suwa entah tahu dari mana, para petani Suwa menyambut
iring-iringan dengan berlutut di pinggir jalan sepanjang
lahan persawahan yang kosong di awal musim dingin.
Kepala mereka menyentuh tanah.
Puteri Yuu mengangkat tirai saat mendengar suara
Kansuke berkata, "Tuan Puteri, kita bisa melihat danau."
Permukaan danau berwarna biru kelam, dengan riak-riak
kecil dan tajam, memasuki pandangan Puteri Yuu.
"Bukankah ini indah, Tuan Puteri?"
28 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Benar, indah sekali!"
Puteri Yuu duduk sambil memandang ke arah danau
beberapa saat, lalu gemetar sambil berkata, "Oh, dingin
sekali!" seraya menutup tirai.
Iringan-iringan kembali melanjutkan perjalanan, tanpa
istirahat sepanjang pinggiran danau, ditingkahi burungburung air yang terbang sesekali, menuju
Benteng Takashima. Itagaki sudah memutuskan bahwa Puteri Yuu akan
menjadikan Kuil Kan-non-in sebagai tempat tinggal, bukan
di Benteng Takashima di mana dulu Sang Puteri pernah
menetap. Itagaki pikir, dengan demikian Sang Puteri tidak
akan menderita terkenang kehidupan lampau di Benteng
Takashima, saat masih menjadi Puteri Suwa.
Kuil Kan-non-in berada di desa Kosaka sekitar satu mil
dari Benteng Takashima. Wilayah kediaman di kuil tersebut
baru saja direnovasi sehingga mereka tidak mengenali. Di
desa kecil Kosaka, di mana penduduknya hidup dari
perikanan dan pertanian, banyak rumah dan bangunan baru
yang dibangun khusus buat para samurai yang akan tinggal
di sana untuk menjaga dan melindungi Sang Puteri serta
anaknya. Puteri Yuu akan tinggal di benteng selama tiga
malam kemudian pindah ke kuil.
Keesokan pagi, salju pertama turun di wilayah Suwa.
Pegunungan Yatsugatake berubah menjadi warna putih,
dan daerah pinggiran danau serta persawahan di sekitarnya
juga dihiasi serpihan-serpihan salju. Sekitar siang hari,
usungan yang membawa Puteri Yuu dan bayinya Katsuyori
meninggalkan Benteng Takashima, bergerak sepanjang sisi
timur danau. Kansuke, yang sudah berada di desa Kosaka
sejak malam sebelumnya, sedang menunggu kedua usungan
bersama beberapa samurai di bawah Kuil Kan-non-in.
Usungan sudah tampak dari kejauhan, namun butuh
waktu lama bagi mereka untuk tiba di sana; karena jalanan
berlumpur, sehingga sulit untuk dipakai berjalan. Akhirnya,
usungan memasuki desa dan berhenti tepat di depan
Kansuke dan kelompoknya. "Aku harap kamar Tuan Puteri sudah dihangatkan,"
Kansuke memastikan beberapa kali, lalu berkata kepada
Sang Puteri, "ini pasti perjalanan yang berat di tengah
cuaca dingin seperti ini."
Tidak ada jawaban dari dalam usungan.
"Tuan Puteri, kita sudah tiba. Silahkan keluar."
Kansuke mengulangi permintaan, namun tetap tidak ada
jawaban. Dari usungan yang kedua, keluarlah sang bayi
Katsuyori, digendong pengasuh yang berdiri di atas salju.
Kansuke langsung merasa khawatir, la mengangkat tirai
29 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
usungan pertama itu sedikit, dan mendadak pucat pasi.
Kansuke tidak melihat Puteri Yuu, melainkan salah seorang
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pelayan yang dulu bersama Puteri Yuu ketika diselamatkan
dari Benteng Takashima di malam kejatuhan Suwa.
Pelayan muda itu tergeletak dengan wajah berlumuran
darah. Kedua tangan menggenggam sebilah pisau yang
ditusukkan ke tenggorokan.
Kansuke menutup tirai dalam diam, menyelipkan tangan
ke dalam usungan, memegang dahi perempuan itu. Masih
terasa hangat. Kansuke memerintahkan para samurai
membawa usungan ke dalam kuil Kan-non-in. Kansuke
membawa Katsuyori ke dalam, lalu memerintahkan semua
orang meninggalkan mereka. Setelah yakin tidak ada lagi
orang lain di sana, Kansuke kembali menyibak tirai
usungan. "Apa yang terjadi dengan Tuan Puteri?"
Kansuke memasukkan setengah tubuh bagian atas ke
dalam usungan, mengangkat dan mengguncang tubuh
perempuan itu sekuat tenaga sambil berkata, "Di mana
Tuan Puteri, di mana dia?"
Perempuan malang itu tidak membuka mata. Tidak ada
tanda-tanda kehidupan. Kansuke menyerah, berdiri di pintu
masuk. Salju yang sangat indah kembali turun.
0=odwo=0 Kansuke tidak ingin ada yang tahu tentang lenyapnya
Puteri Yuu, maka ia memutuskan untuk membawa usungan
keluar dari kuil Kan-non-in, dengan alasan ada hal darurat
telah terjadi malam itu dan Puteri Yuu harus kembali ke
Benteng Takashima. Salju masih terus turun. Kali ini hanya
dua pelayan yang membawa usungan, dikawal oleh
Kansuke sendiri dengan menunggang kuda. Kansuke
menuruni lereng dari Kuil Kan-non-in memasuki jalan
sepanjang sisi danau. Untuk menuju Benteng Takashima,
Kansuke mengambil jalan berlawanan dari yang mereka
lalui siang tadi. Salah seorang pembawa usungan
berkomentar bahwa jalan itu lebih jauh; namun Kansuke
tidak mengindahkan. Malah berseru memerintah, "Teruskan!" Sekitar setengah mil kemudian, Kansuke menghentikan
usungan dan berkata, "Puteri Yuu sedang kedinginan, jadi
pergilah kalian kembali ke Kuil Kan-non-in dan bawakan
penghangat kaki." Kansuke memandang ke arah mereka beberapa saat.
30 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Setelah mereka hilang dari pandangan dan merasa yakin
tidak ada seorang pun di dekat mereka, ia turun dari kuda
dan bekerja secepatnya. la berada di jalan keluar dari danau Sungai Tenryu.
Sungai Tenryu yang besar itu berawal dari Danau Suwa dan
mengalir melalui Lembah Ina sampai ke Totomi.
Kansuke mengangkat tirai usungan, menarik keluar
mayat perempuan yang sudah terasa dingin, lalu dibawa ke
pinggiran danau melalui salju tebal setinggi lutut. Kansuke
berdiri di sana, sambil memandangi aliran air yang
menderu di bagian mulut sungai dengan seonggok mayat di
lengannya, lalu ia lemparkan mayat tersebut ke dalam air.
Bersamaan dengan terlepasnya tubuh tersebut dan
kemudian hanyut ditelan air, Kansuke pun ambruk ke
belakang. Salju yang lembut mengubur tubuhnya sampai ke
pinggang, la meraih daun-daun bambu yang mencuat dari
tumpukan salju, lalu mengangkat badan. Beberapa meter
dari tempat Kansuke berada, beberapa ekor angsa terbang
menjauh. Suara kepakan sayap mereka berbaur dengan deru
air. Tiba-tiba, Kansuke merasa begitu kesepian.
ia harus menyingkikan mayat pelayan itu. Tidak seorang
pun kecuali dirinya yang tahu bahwa sang pelayan sudah
melakukan ritual bunuh diri. "Tapi di mana Puteri Yuu?" la
harus menemukannya sebelum orang lain menyadari Sang
Puteri telah menghilang, la tidak ingin Harunobu atau
Itagaki Nobukata mengetahui hal ini. Kansuke tidak
bermaksud untuk menutupi kecerobohannya, bahkan tidak
memikirkan soal itu sama sekali. Tidak ada hubungannya
dengan Harunobu ataupun Itagaki. Memangnya mereka
bisa apa kalau pun tahu" Kansuke merasa, hanya ia yang
bisa memahami dan membicarakan kesedihan Sang Puteri I
seperti masalahnya sendiri, la harus mencari sendiri Puteri r
Yuu. Kansuke memikirkan gadis itu layaknya seperti
seorang ayah mencemaskan puterinya yang melarikan diri.
Ketika dua orang pembawa usungan itu kembali,
Kansuke memasukkan penghangat kaki yang mereka
bawakan ke dalam usungan, yang sebelumnya sudah ia isi
dengan beberapa batu berat. Usungan kembali berjalan.
Dari sini, Kansuke kembali mengambil jalan yang biasa
dilalui menuju Benteng Takashima.
Kansuke berpikir, jika para pembawa usungan sampai
tahu bahwa usungan tersebut kosong, ia sudah siap
membunuh mereka. Saat mereka berjalan, salju menumpuk
di kepala dan bahu Kansuke.
Puteri Yuu pasti berusaha kembali ke Kai, merasa takut
dijauhkan dari Harunobu. Meskipun pelayan itu sudah
mengikuti perintah Sang Puteri, ia pasti sudah menyadari
31 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
konsekuensi berat yang akan ditanggungnya, lalu memutuskan untuk bunuh diri. Hanya ini yang dapat
disimpulkan Kansuke. Saat itu sekitar jam sepuluh malam ketika usungan
memasuki Benteng Takashima. Begitu mereka memasuki
gerbang, Kansuke memerintahkan para pembawa usungan
untuk kembali ke Kuil Kan-non-in, mengeluarkan batu-batu
berat itu sendiri, dan memerintahkan para samurai di
benteng untuk membawa pergi usungan itu.
Bagian pertama dari pekerjaan sudah selesai. Dalam
ruangan kerja di pintu masuk, Kansuke menulis sehelai
surat pada Itagaki, berisi pesan pendek yang mengabarkan
bahwa Puteri Yuu sedang menderita flu dan saat ini sedang
beristirahat. Dan karena Kansuke berniat menjaga, tidak
seorang pun diizinkan menjenguk.
"Tolong bawa surat ini kepada Jenderal Itagaki besok
pagi tanpa ditunda sedikit pun dan pastikan surat ini sampai
ke tangannya." Setelah perintahnya diikuti, Kansuke naik
ke atas kuda, meninggalkan Benteng Takashima.
Salju masih turun saat itu. "Di manakah Tuan Puteri
dalam cuaca bersalju seperti ini dan apa yang dia lakukan?"
Kansuke tidak tahu kapan dan di mana Sang Puteri
melarikan diri. Ketika keluar dari pintu gerbang benteng, ia
berhenti sebentar. Tidak pasti arah mana yang harus
diambil. Biasanya Kansuke bisa memikirkan segala sesuatu.
Namun kali ini, pikirannya seperti terperangkap kabut tebal.
Sama sekali tidak punya ide di mana Puteri Yuu berada.
Kansuke memacu kuda sepanjang jalan menuju Kai. Inilah
jalan yang tadi dilalui bersama Puteri Yuu empat hari yang
lalu. Sekarang semuanya terlihat beda. Dengan turunnya
hujan salju pertama ini, pemandangan di sekitar sudah tidak
dapat dikenali lagi. Dengan meninggalkan Benteng
Takashima di belakang sana, Kansuke tiba di desa pertama
yang disebut Miyakawa. la mengetuk setiap pintu rumah
yang ditemui. "Apakah kau melihat Tuan Puteri" Apakah dia datang
mencari tempat untuk menginap" Jika kau tidak
mengatakan yang sebenarnya padaku, seluruh anggota
keluargamu akan dihukum mati." Kansuke berseru
demikian di setiap pintu.
Di setiap rumah tersebut, siapapun yang membuka pintu
akan menciut ketakutan. Di hadapan mereka, berdiri
monster yang menunggangi seekor kuda dengan pedang
terhunus di tangan. Bahkan meski sudah berusaha bersikap
seramah mungkin, wajah Kansuke tetap saja menakutkan.
Namun malam ini, wajahnya menunjukkan ekspresi yang
tidak dapat dijelaskan. Seperti kerasukan roh jahat.
32 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Saat melakukan pencarian di desa itu, fajar terbit. Salju |
sudah berhenti sejak subuh. Sambil menunggang kuda di
tengah hamparan salju sedalam dua kaki, Kansuke bergerak
ke tenggara melintasi dataran luas. Setiap kali tiba di sebuah
desa, Kansuke mengetuk pintu setiap rumah di sana.
Seiring waktu, ia mulai putus asa.
"Tuan Puteri, Tuan Puteri!" Kansuke mengulang-ulangi
namanya dalam hati, ia mengarahkan kudanya tanpa
harapan. Sekitar siang hari, Kansuke berhenti untuk
pertama kali. Begitu kudanya berhenti, Kansuke ambruk
dengan kepala lebih dulu ke rimbunan bambu yang tertutup
salju, saking lelah dan putus asa.
Menaklukkan benteng ataupun wilayah perang sudah
tidak berarti apa-apa lagi baginya saat ini. Tiada lagi mimpi
untuk menghabisi wilayah sekitar seperti ulat sutera
menghabisi daun-daun murbei. Karena puteri yang cantik
sudah hilang dari dunia ini, Kansuke sudah tidak memiliki
lagi keinginan untuk hidup. Untuk pertama kalinya
Kansuke menyadari betapa kuat ikatan batinnya dengan
Sang Puteri. "Tuan Puteri, Tuan Puteri!"
Bagi Kansuke, Sang Puteri adalah mimpinya, sama
seperti Harunobu yang juga menjadi mimpinya. Kedua
orang itu adalah mimpi terbesar dan satu-satunya yang
dimiliki di dunia ini. Harunobu adalah alasan hidupnya,
dan Puteri Yuu juga penting baginya. Mimpi besar Kansuke
tidak akan menjadi nyata jika sampai kehilangan salah satu
dari kedua orang tersebut.
0=odwo=0 Saat itu hampir jam tujuh pagi. Kansuke sudah melewati
beberapa desa di pegunungan dan kini kembali ke desa
Miyakawa, di mana ia berada malam sebelumnya. Lebih
dari satu hari semenjak menghilangnya Sang Puteri.
Di malam hari, salju yang menumpuk di jalan akan
membeku menjadi es. Karena kudanya sulit berjalan dalam
keadaan seperti itu, Kansuke memutuskan kembali ke
benteng dan menceritakan semuanya kepada Itagaki.
Tampaknya tidak ada jalan selain mengeledah setiap rumah
penduduk menggunakan prajurit Itagaki.
Ketika tiba di sebuah tempat antara desa Miyakawa dan
benteng Takashima, Kansuke menatap ke rimbun pepohonan dan merasa melihat seberkas cahaya. Kansuke
menghentikan kudanya, memandang melalui pepohonan.
Cahaya itu menghilang, la kembali mengendarai kuda,
33 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melintasi hutan, namun insting mencegahnya meneruskan
perjalanan. Kansuke membalikkan kuda dan kembali ke
tempat pertama kali ia merasa melihat seberkas cahaya tadi.
Kali ini ia bisa melihat cahaya berpendar dalam
rimbunan pepohonan tersebut dan kembali mengarahkan
kuda ke dalam hutan. Tidak lama kemudian, ia tiba di
sebuah jalan setapak yang sempit, terus mengikuti jalan itu
sampai ke sebuah kuil kecil; dimana Cahaya tersebut
berasal. Kuil itu sudah tua, lapuk dan begitu kecil sampai hanya
mampu menampung dua atau tiga orang saja. Jika dilihat
pada siang hari, bangunan itu seperti reruntuhan, namun
tertutup salju, dan setidaknya masih berbentuk seperti kuil.
Kansuke berteriak dari punggung kuda, "Ada orang di
sana?" Tiba-tiba cahaya di dalam kuil padam.
"Ada orang di sana?" kembali ia berteriak. Tidak ada
jawaban dari dalam. Dari atas kudanya, Kansuke mengetuk
pintu kuil dengan gagang pedang. Lalu, sebuah suara jernih
dan indah menjawab, "Siapa itu?"
"Tuan Puteri?" Kansuke berteriak; beberapa saat
kemudian ia mendengar suara yang begitu tenang.
Suara jernih Puteri Yuu menjawab, "Kansuke!?"
Kansuke turun dari kuda, berlari menaiki tangga batu
kuil, berlutut di depan pintu dan bertanya, "apakah Tuan
Puteri baik-baik saja?"
Tanpa menjawab pertanyaan tersebut, ia malah balik
bertanya dengan suara sedikit menuduh, "Mengapa kau
kemari" Bukankah sudah kubilang padamu, Kansuke, tidak
peduli apapun yang kau katakan: aku hendak kembali
kepada Tuan Harunobu. Aku tidak mau tinggal di Suwa."
"Baik, Tuan Puteri."
"Kau paham maksudku, Kansuke?"
"Paham, Tuan Puteri," kansuke begitu ingin masuk ke
dalam kuil dan melihat Sang Puteri dengan mata kepalanya
sendiri. 'Saya berjanji melakukan apapun keinginan Tuan
Puteri." "Kalau begitu, kau boleh membuka pintu."
Kansuke membuka pintu, menciut dalam kegelapan, lalu
mengambil pemantik api, kemudian menyalakan piring di
lantai yang berisi minyak. Puteri Yuu duduk di atas lantai
basah. Rambut panjangnya tergerai di punggung dan baju
panjangnya terhampar di lantai. Bahkan dalam kuil tua
tertutup salju ini, kecantikan dan keanggunannya tetap
terpancar. "Tuan Puteri, demi Tuhan, saya ingin Tuan Puteri
kembali ke Suwa. Di sana saya akan mendengarkan semua
34 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
permintaan Tuan Puteri," kata Kansuke.
"Aku sudah tidak bisa berjalan lagi," jawab Puteri Yuu.
"Apa Tuan Puteri yakin?"
"Kakiku kedinginan, aku bahkan tidak bisa bergerak
barang satu langkah."
"Saya mengerti, tapi apakah itu berarti Tuan Puteri tidak
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat berjalan sampai ke Kai di mana Tuanku berada?"
Puteri Yuu tidak menjawab.
"Tuan Puteri sudah makan?"
"Aku belum makan apa-apa sejak kemarin pagi."
Kansuke menyadari bahwa terakhir kali ia makan adalah
saat bersama Sang Puteri. ia tidak merasa lapar; namun bisa
merasakan betapa lapar Sang Puteri. Kansuke tidak bisa
tahan membayangkan Sang Puteri kelaparan.
"Ayo kita kembali Ke Suwa secepat mungkin dan makan
sesuatu yang hangat, Tuan Puteri."
Kemudian, Puteri Yuu berkata dalam suara tenang luar
biasa, "Kaki yang dingin atau kelaparan tidak ada
hubungannya dengan penderitaan manusia. Kansuke, kau
tidak mengerti sama sekali."
"Tentu saja saya mengerti. Saya mengerti semua
penderitaan yang Tuan Puteri alami."
"Tidak, kau tidak mengerti," Puteri Yuu menghela napas
dengan keras. "Tuan Puteri bicara tentang kesedihan berada jauh dari
Tuan Harunobu, bukan?"
"Itu salah satunya, tapi bukan hanya itu," tambah !
Puteri Yuu, lalu berkata, "Apakah kau mengerti mengapa
aku melarikan diri dan pergi ke tempat seperti ini" Apakah
kau benar-benar mengerti mengapa aku begitu ingin
kembali?" Kansuke merasa sedikit cemas mendengar nada suara
Puteri Yuu dan segan menjawab.
Sang Puteri melanjutkan, "Itu karena aku ingin
membunuhnya." "Apa?" Kansuke tidak dapat memercayai apa yang baru
saja ia dengar. Belum pernah ia terkejut seperti ini
sepanjang hidupnya. "Tuan Puteri bicara apa?"
"Akan kuulangi sebanyak yang kau inginkan. Aku ingin
membunuhnya!" Kansuke langsung membayangkan puteri cantik ini
memenggal kepala Harunobu, dan rasa dingin menjalari
punggungnya. "Jangan khawatir, Kansuke. Kalau sekarang aku hanya
ingin menemuinya, itu saja."
35 Joko Sableng Bidadari Cadar Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kansuke menarik napas lega. Namun tidak bertahan
lama. "Tapi besok, aku mungkin ingin membunuhnya."
"Tuan Puteri!" 'Tapi esok lusa, aku mungkin hanya ingin menemuinya."
"Tua (http://cerita-silat.mywapblog.com)
36Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama | http://cerita-silat.mywapblog.com | Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama pdf created by Saiful Bahri (Seletreng - Situbondo) pd 22-04-2016 18:05:54
n Puteri!" Kansuke tidak mampu berkata apa-apa saking terperangah dengan kata-kata Sang Puteri. Kansuke tidak
mampu menahan situasi kacau ini lebih lama lagi. Dia
merasa bahwa jika dia tidak mengulangi satu kata itu, Tuan
Puteri, maka Kansuke akan hancur.
"Aku akan senantiasa berada di antara perasaanperasaan ini selama aku hidup. Aku membenci
tuanku karena dia telah membunuh ayahku dan membuatku
menjadi miliknya, lalu mencoba melepaskanku lagi.
Bagaimanapun, dia tetap ayah Katsuyori dari diriku, dan
berkali-kali mengatakan kepadaku bahwa dia mencintaiku."
Sang Puteri terisak dalam diam, bahunya bergetar.
Kansuke merasa sangat berduka menyaksikan sosok kecil
Puteri Yuu bergetar sambil terbaring di atas lantai basah
dan dingin. Kansuke belajar untuk pertama kalinya bahwa cinta dan
kebencian bisa muncul pada saat bersamaan tanpa logika
sama sekali. Pengetahuan ini berada di luar pemahamannya, dan ia tidak tahu bagaimana menyikapinya. Jika Kansuke menahan Puteri Yuu di Suwa, maka
kebenciannya pada Harunobu bisa meningkat. Itu yang
harus ia hindari. Sedangkan, jika ia membawanya kembali
ke Kai dan meninggalkan di sisi Harunobu, tidak ada
seorang pun yang bisa menebak pengkhianatan seperti apa
yang akan muncul darinya. Belum lagi sikap iri dari istri
resmi Harunobu dan kerabat dekat Takeda. Ini dapat
mengancam keselamatannya. Mungkin hal terbaik yang
bisa dilakukan adalah menahan Sang Puteri di Suwa
1 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan alasan keamaan, sekaligus berusaha menjaga cinta
Harunobu kepada Sang Puteri.
Satu hari setelah membawa Sang Puteri ke kuil Kan-nonin, Kansuke pergi menemuinya. Sang
Puteri terbaring di tempat tidur, mengatakan bahwa ia sedang menderita sakit
kepala. "Bagaimana dengan kaki Tuan Puteri, sudah tidak sakit
lagi?" "Ya, masih terasa sakit."
"Sayang sekali. Tuan Puteri tidak seharusnya berbuat
nakal seperti kemarin. Bagaimana dengan badan Tuan
Puteri?" "Aku hanya lapar."
"Tuan Puteri bilang lapar, tapi saya dengar malah tidak
mau makan apa pun." "Tidak." "Itu tidak baik, Tuan Puteri," ujar Kansuke mengingatkan. "Apakah kau tidak ingat janjiku padamu bahwa aku
tidak akan makan hingga aku berada di dalam usungan
yang akan membawaku kembali ke Kai?"
"Ya, Tuan Puteri sudah berjanji, tapi..."
"Aku selalu menepati janji."
Tampaknya tidak ada yang mampu menggoyahkannya.
"Tuan Puteri, bolehkah saya bertanya" Begitu Tuan
Puteri kembali ke Kai nanti, Tuan Puteri akan menyadari
harus hidup terpisah dari Katsuyori. Tuan Puteri mengerti
hal ini, bukan?" "Ya, aku mengerti."
"Apakah Tuan Puteri tidak akan merindukannya?"
"Tidak ada ibu yang tidak mencintai dan merindukan
anaknya." "Itulah sebabnya. Tuan Puteri harus tinggal di sini
bersama Tuan Katsuyori. Biar Tuan Harunobu yang
berkunjung kapan saja."
"Aku tidak bisa mengandalkannya. Dia tidak akan
meninggalkan Kofu kecuali terjadi perang."
"Tapi jika Tua Puteri kembali ke Kai, berarti harus
meninggalkan Tuan Katsuyori di sini."
"Aku akan membawa Katsuyori bersamaku."
"Tidak, Tuan Puteri. Itu tidak mungkin!" kata Kansuke.
2 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Inilah saatnya Kansuke harus memberitahu Sang Puteri
segalanya secara terbuka dan jujur. "Tuan Katsuyori tidak
akan hidup lama di Kofu. Tuan Puteri tidak akan pernah
tahu bahaya seperti apa yang akan dihadapinya.
Mengertikah, Tuan Puteri" Tuan Katsuyori memiliki darah
Suwa. Beberapa keluarga Takeda yakin bahwa darah Suwa
merupakan kutukan bagi Takeda. Oleh karena itu, sesuatu
mungkin saja terjadi dengan bayi Tuan Puteri..."
"Apakah ada rencana seperti itu?"
"Oh, tidak, mungkin tidak sekarang. Kami belum
melihat ada rencana ke arah itu. Tapi sekali lagi, Tuan
Puteri tidak akan pernah tahu siapa yang akan berpikir
begitu. Inilah alasan mengapa kita harus meninggalkan
Tuan Katsuyori di Suwa. Selama berada di Suwa, beliau
akan aman." Puteri Yuu menerawang dengan wajah pucat, lalu
berkata "Aku mengerti itu... Meski aku ingin membunuh...
tuanku." "Tuan Puteri!" Kansuke segera memotong.
"Kita tidak lagi berada di dalam hutan, di mana kita
benar-benar sendirian. Ada hal-hal yang bisa dikatakan dan
ada yang tidak." Mendengar kata-kata Kansuke, Puteri Yuu menutup
rapat mulutnya dengan patuh. Kemudian berpikir sejenak
dan berkata dengan suara rendah, "Kalau begitu, aku akan
meninggalkan Katsuyori di sini."
"Itu gagasan bagus. Saya jamin, bahwa semua penduduk
Suwa akan menjaganya dengan tulus."
"Tapi, aku masih ingin pergi ke Kai."
"Bukankah akan sama artinya jika Tuanku sering
berkunjung kemari, walaupun Tuan Puteri tidak pergi ke
Kai?" "Apakah dia pasti datang" Apakah kau bisa memastikan
dia akan datang?" "Jika kita berperang di Wilayah Shinano, maka Tuanku
akan berada di Suwa sepanjang waktu. Akan ada perang
terus menerus selama bertahun-tahun. Kita harus berperang
melawan Murakami Yoshikiyo. Setelah kita mengalahkannya, kita harus bertarung dengan Nagao dari
Echigo. Untuk itu, markas utama Tuan Harunobu akan
ditempatkan di Suwa."
Kansuke benar-benar memercayai hal itu. Selama
bertahun-tahun Takeda akan mengalami perang yang sulit
3 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
di Shinano bagian utara. Dan demi Puteri Yuu, Kansuke
berpikir untuk terus mengarahkan strategi Takeda menuju
utara sepanjang waktu. Tidak peduli apakah mereka akan
menyukainya atau tidak. 0-o=d.w=-0 Enam Sebagaimana telah diramalkan Kansuke, Harunobu
harus berperang melawan musuh-musuhnya di wilayah
utara setelah kejadian Puteri Yuu. Melawan Murakami
Yoshikiyo yang pemberani dan selalu berambisi menyerang
wilayah selatan, Harunobu harus terlibat dalam perang
antara hidup dan mati yang terus berulang.
Murakami, yang mengalami peperangan yang keras
melawan Takeda selama perebutan Benteng Toishi, secara
teratur menyusun ulang dan menyiapkan pasukannya, dan
pada tahun Tenbun ke-I6, para prajuritnya mulai
menunjukkan kesiapan mereka di seluruh wilayah Shinano
bagian utara. Menanggapi pergerakan ini, Harunobu juga
memposisikan kembali pasukannya, dan membuatnya
sering berdiam di Provinsi Suwa.
Dalam keadaan seperti itu, Tuan Harunobu dan Puteri
Yuu melanjutkan kehidupan mereka tanpa hambatan.
Kansuke mengunjungi Puteri Yuu sesekali di Kuil Kan-nonin.
"Saya senang mendengar Tuan Puteri baik-baik saja."
Di saat yang sama Kansuke memandang wajah Puteri
Yuu lekat-lekat. Ketika melihat wajah cantiknya tampak
bahagia dan tenang, Kansuke merasa lega.
"Mohon Beri tahu saya jika ada sesuatu yang tidak
memuaskan," ujar Kansuke.
"Aku tidak punya keluhan apapun, kecuali memikirkan
Katsuyori yang tidak begitu sehat dan agak sensitif akhirakhir ini. Aku heran, apakah cuaca Suwa
tidak cocok dengannya." Memang benar. Jika diamati, Katsuyori tampak jelas
seorang anak yang lemah. Sering menangis untuk alasan
yang tidak penting. Anehnya lagi, tidak peduli seberapa
keras ia meraung, Katsuyori tidak pernah mengeluarkan
airmata. leski menangis, bergetar dan meliukkan tubuh
sampai "ajah pucat; ia tidak pernah benar-benar terisak.
Kansuke agak menyukainya karena hal itu. la merasa
bahwa itu menunjukkan kepribadiannya yang kuat, yang
berbeda dengan anak lain.
"Janganlah cemaskan dia, Tuan Puteri. Saat dewasa
nanti, dia akan menjadi seperti Dewa Perang atau Dewa
Api karena memiliki sesuatu yang berbeda dari anak-anak
lain," Kansuke memberitahu Sang Puteri. la benar-benar
4 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
meyakini ucapannya sendiri.
Namun, hanya kepada Puteri Yuu ia berkata demikian.
Di hadapan orang lain, ia berkata bahwa Tuan Katsuyori
benar-benar sakit dan tidak memiliki kepribadian sebagai
samurai yang kuat. Cara ini jauh lebih aman demi
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Katsuyori. Hanya Itagaki Nobukata yang melihat topeng
Kansuke. Mungkin karena ia yang menjaga Puteri Yuu dan
Katsuyori, Itagaki perlahan mulai menyukai mereka
berdua. Saat itu bulan Agustus tahun Tenbun ke-I 7.
Harunobu menghancurkan Benteng Shiga di wilayah
Shinano kemudian memasuki dan tinggal di Benteng
Komuro bersama 10.000 prajurit.
Murakami mendapati hal ini sebagai peluang langka, di
mana Harunobu tinggal di Shinano bagian utara, lalu
mengambil keuntungan untuk menentukan pemenang dari
konflik mereka. Bersama 7.000 pasukan ia meninggalkan
Benteng Katsurao menyeberangi Sungai Chikuma. Saat
angin lembut musim gugur terasa, Dataran Uedahara
menjadi lokasi dari perang yang menentukan.
Harunobu keluar dengan sebuah strategi unik yang
diinspirasi dari gagasan Kansuke. Sebuah formasi tidak
biasa yang disebut Shimarino sonae. Itagaki Nobukata
memimpin pasukan pertama. Obu Toramasa, Oyamada
Masatatsu, dan Takeda Nobushige memimpin formasi
kedua. Formasi ketiga dipimpin pengikut Itagaki, Baba
Nobuharu dan Naito Shuri. Satu mil di belakang mereka,
Hara Toratane memimpin formasi terakhir dengan 300
pasukan berkuda. Perang dimulai pada jam delapan pagi pada tanggal 24
Agustus. Pasukan Itagaki yang terdiri dari 3.500 orang
membentuk enam barisan, maju menuju garis depan, berdiri
menghadapi musuh. Dengan segera mereka mulai
menembakkan anak panah dan senjata api melawan
pasukan Murakami. Kansuke merasa tenang dengan Itagaki yang memiliki
kepemimpinan yang baik. Ketika tiba saatnya perang yang
tidak teratur, Itagaki akan menunjukkan kelemahannya,
namun di masa awal perang, ia memiliki kekuatan yang
tidak tertandingi, la selalu mendapatkan keuntungan di
awal pertempuran dan membuat serangan luar biasa
terhadap musuh. Hal serupa juga terjadi di perang ini.
Dalam waktu beberapa jam, Itagaki menghancurkan
formasi Murakami dan memimpin pasukannya menyerang
musuh. Sebuah pemandangan yang sangat mengesankan
melihat bagaimana Itagaki menangani pertempuran itu.
Pada akhirnya, medan pertempuran menjadi hening.
5 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Jauh di dataran luas itu, mereka bisa melihat kelompokkelompok prajurit bergerak terpisah di bagian
bukit yang iterbuka, pasukan Murakami yang dikalahkan dan prajuritjurit Itagaki yang mengejar mereka. Saat
itu agak hening, 'lak seperti perang yang biasa. Kurang dari satu jam,
Kansuke yang duduk di sebelah Harunobu di puncak bukit
di mana markas utama mereka berada, tiba-tiba berdiri.
"Jenderal itagaki gugur!" Kansuke yakin seseorang
meneriakkan hal itu. Tidak, tidak mungkin! Namun suara
itu semakin mendekat. "Jenderal Itagaki gugur!"
Kansuke melihat seorang penunggang kuda berlari
menaiki lereng bukit menuju mereka. Kansuke seketika
merasakan angin kencang dingin berhembus tepat ke
jantung. Merasa seolah-olah Puteri Yuu, anaknya Katsuyori, dan dirinya sendiri terasing dari dunia dan
sendirian di tengah padang yang luas.
"Jenderal Itagaki gugur!"
Penunggang kuda itu mendekat, meneriakkan kata
terakhir itu, lalu jatuh dari kudanya dengan suara
berdebum. 0=odwo=0 Kansuke berdiri tegak di bukit dengan kaki terbuka,
pedang tergenggam di tangan kanan, sembari memandangi
Dataran Uedahara yang membentang di hadapannya.
Prajurit Itagaki, yang sudah kehilangan pemimpin
mereka, mundur ke arah berbeda-beda, mendaki bukit atau
menuruni lembah, tampak seperti gelombang naik-turun.
Kansuke juga melihat kekuatan utama pasukan Murakami
yang memotong formasi pasukan Itagaki menjadi dua dan
sedang menyerbu ke arah posisi Kansuke laksana awan
badai. Seratus atau dua ratus pasukan berkuda membentuk
masing-masing kelompok, dan banyak kelompok seperti ini
sedang menuju arah Kansuke, membentuk gelombang yang
tampak seperti garis hitam. Mereka sudah tidak lagi
memperhatikan pasukan Itagaki yang tercerai berai. Jelas
sekali bahwa tujuan mereka adalah menyerang markas
utama Takeda. "Dapatkah kita menghentikan mereka dengan formasi
kedua?" Harunobu, yang mengawasi dataran itu sambil duduk di
sebuah kursi, menanyakan pertanyaan yang sama, yang
juga ditanyakan Kansuke pada diri sendiri. Ka rena pasukan
Itagaki sudah terpatahkan, maka formasi kedua yang
dipimpin oleh Obu, Oyamada, dan Nobushige, harus
menghadapi musuh. 6 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Hmm..." Kansuke tidak mampu menjawab.
"Mereka tampaknya tidak bergerak, ya?" kata Harunobu
akhirnya. Prajurit Takeda, yang membentuk konfigurasi
kedua di kaki bukit, di mana markas utama berada, tetap
diam seperti orang menahan napas. Tidak seorang pun
samurai yang bergerak. Harunobu tampak cemas melihat
mereka tidak segera bertindak.
"Aku cukup yakin Jenderal Obu memiliki beberapa
gagasan," kata Kansuke. Ketika saatnya tiba untuk
menghentikan musuh yang menyerang dengan agresif, Obu
Toramasa bertempur dengan sangat baik. la menunjukkan
kekuatan yang hebat dalam situasi seperti ini. Itulah
sebabnya Kansuke menempatkannya di formasi kedua.
Tiba-tiba, mereka mendengar teriakan perang di kaki
bukit Baik pasukan Oyamada maupun Nobushige
menggerakkan formasi tepat di depan musuh. Di saat
bersamaan, kelompok pasukan berkuda Obu melakukan
serangan di kedua sisi pasukan musuh. Panji-panji Takeda
bersinar seperti pucuk-pucuk rumput ilalang. Teriakan
perang, suara genderang an deru terompet perang bergema
dengan jelas dalam pertempuran yang tengah berlangsung
di bawah sana. Dalam waktu singkat, dataran tersebut berubah menjadi
ladang pembantaian. Ribuan prajurit dan kuda saling
bertubrukan satu sama lain. Sambil melihat dari atas bukit
di mana markas utama berada, sulit membedakan mana
kawan dan lawan. Sesekali, beberapa pasukan berkuda Obu
bergabung ke dalam perang berdarah itu.
"Tampaknya kita memiliki peluang 50-50 untuk menang.
Namun pasukan kita pasti menang. Mereka akan menang
tapi..." Kansuke mulai berkomentar, dan tiba-tiba dia
berdiri, wajahnya pucat seketika.
"Yoshikiyo akan menyerang ke sini!"
Ya, pasukan Yoshikiyo sedang menuju tempat mereka.
Pasukannya memang kalah dalam pertempuran, namun
ada kelompok terpisah yang datang dari arah berbeda.
Sekitar 300 pasukan berkuda sedang mencoba untuk
membagi formasi pasukan Oyamada menjadi dua. Mereka
terus mendesak, dengan harapan dapat membuka jalan.
Jelas sekali tujuannya adalah markas utama di atas bukit.
"Bagaimana kalau Tuan pindahkan pasukan Tuan tiga
perempat mil?" saran Kansuke, namun Harunobu tidak
menjawab. Harunobu jelas lebih ingin
menyerang ketimbang mundur. "Tuan harus memindahkan pasukanmu sedikit!" kata
7 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kansuke lebih keras. Sambil mempertimbangkan situasi,
mereka masih punya formasi ketiga yang dipersiapkan oleh
Baba Minbu dengan Naito Shuri di bagian belakang.
Harunobu tetap diam. la mungkin sedang berpikir bahwa
betapa memalukannya sebagai seorang pemimpin perang,
sampai dikejar-kejar oleh musuh yang hanya terdiri dari 300
pasukan berkuda. "Jika Tuanku mundur sekarang, kelompok Murakami
Yoshikiyo bisa diserang."
"Oleh siapa?" "Pasukan berkuda kita, atau pasukan Naito. Pasukan itu
ada di sana untuk tujuan ini. Tuanku, ini kesempatan yang
bagus untuk mereka menyerang Yoshikiyo."
Kansuke merasa putus asa. 300 pasukan berkuda sedang
berpacu mendaki bukit dengan sangat cepat. Jika mereka
mundur, kelompok pasukan berkuda mereka, yang terkenal
memiliki keahlian paling baik di antara prajurit Takeda,
akan menyerang musuh dari sisi kanan sementara prajurit
Naito akan menyerang dari sisi kiri, sehingga mereka dapat
mengalahkan semua pasukan musuh.
"Tidak bisakah kita menyerang mereka di sini, di markas
utama?" kata Harunobu.
"Tentu saja bisa, namun apa untungnya" Kemudian, apa
gunanya strategi yang sudah dijalankan" Kita membentuk
formasi ketiga justru untuk tujuan ini. Pasukan berkuda dan
prajurit Naito lah yang seharusnya menyerang mereka.
Tuanku tidak akan mendapatkan kehormatan apapun jika
menyerang mereka." "Baiklah, kita akan mundur!" Akhirnya Harunobu
menyetujui dengan setengah hati.
Genderang ditabuh untuk mengumumkan gerak maju
pasukan Naito. Di saat bersamaan, panji Furin Kazan
berkibar dan panji-panji di belakang para prajurit di markas
utama, mulai bergerak perlahan ke lereng bagian timur
bukit tersebut, kansuke ingin bergerak secepat mungkin.
Harunobu malah bergerak lambat dan enggan.
Kansuke, yang sempat melihat ke dataran rendah di
bawah sana, terkejut, la melihat sekelompok pasukan
berkuda berlari di kaki buk it. Itu kelompok pasukan musuh.
Pasukan cadangan sekutu mulai berpindah ke posisi
mereka. "Tuanku!" Kansuke memacu kudanya tepat di sebelah
kuda Harunobu. "Kita terlambat untuk mundur. Musuh
sudah mematahkan formasi di kaki bukit. Yoshikiyo jelas
sekali sudah menetapkan keputusan untuk bertarung
langsung dengan pasukan Tuanku. Dalam situasi seperti ini,
Tuanku harus melakukan apa pun yang saya sarankan, atau
8 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kita akan berada dalam masalah."
Setelah mengatakan hal itu, Kansuke memerintahkan
pasukan Hatunobu untuk bersiap menyerang kembali
pasukan musuh, la tidak dapat lagi memberi perhatian
kepada Harunobu. Kansuke tetap berada di sebelah
Harunobu, berdiam diri sejenak.
Di puncak sebuah bukit kecil, sekitar dua setengah mil
jauhnya, pasukan berkuda musuh muncul berlari menuruni
lembah. Mereka akan segera mendaki ke tempat Harunobu
berada. Hanya ada sedikit waktu sebelum pasukan berkuda
cadangan dan pasukan Naito tiba dari formasi ketiga.
Segera, teriakan perang dan suara derap kuda muncul.
Tempat itu berubah menjadi ladang pembantaian dan
pertempuran mematikan. Kansuke mencoba menuruni bukit dengan 100 orang
pasukan berkuda yang mengelilingi Harunobu. 60 orang
pasukan berkuda musuh mengelilingi Harunobu; di saat
yang sama, 100 orang pasukan berkuda di sekitar mereka
tercerai berai. Setelah itu, pertempuran berkembang
menjadi kekacauan sepenuhnya.
Kansuke tetap tinggal di samping Harunobu dan
bertarung dengan dua orang penyerang, menjatuhkan
mereka dari kudanya, la berkeliling mencari-cari Harunobu
yang pada saat itu, sudah bergerak menjauh. Kemudian ia
melihat Harunobu tengah bertarung pedang dengan seorang
pasukan berkuda musuh. Harunobu berada sekitar 150 kaki
jauhnya, menunggang seekor kuda hitam dan baju perang
putih bergaris biru - wama dari bunga unohana - dan helm
perang Suwahosho. Kedua prajurit bertarung dengan
anggun seperti sedang menari Noh, sambil mengendarai
kuda dengan tenang. Ketika mereka mendekat satu sama
lain, mereka terlibat dalam pertarungan kuat. Keduanya
mendapat kemenangan dan kekalahan yang sama.
Kansuke berpikir, penunggang kuda musuh itu pastilah
pemimpinnya, Murakami Yoshikiyo. Gaya bertarung yang
berani dan khas itu jelas sekali milik Murakami. Mereka
bukan lagi pemimpin dari masing-masing pasukan. Sematamata dua petarung yang mengincar
nyawa musuh. Tampak seolah terasing dari pertempuran yang sedang berlangsung,
jauh dari ladang pembantaian, hanya mereka berdua
bertarung mempertaruhkan nyawa tanpa gangguan.
Di antara Kansuke dan kedua petarung itu, ratusan
prajurit musuh dan samurai sekutu terlibat dalam
pertempuran. Kansuke menunduk rendah di punggung
kudanya lalu ^mengarahkan kepala kuda menuju kedua
pemimpin perang "tersebut. Rasa sakit menjalar di bahunya,
la pasti kena Hbrang dari samping.
9 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sementara Kansuke menenangkan diri, banyak prajurit
mereka dan musuh yang mengelilingi Harunobu dan
Yoshikiyo kembali. Pasukan berkuda cadangan baru saja
tiba di tempat tersebut. Kuda Yoshikiyo melompat tinggi,
dan Kansuke melihat Yoshikiyo terjatuh ke tanah. 60 orang
pasukan berkuda musuh berlari dan
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berusaha mengangkatnya kembali. Dengan cepat mereka membopong ke atas kuda mereka dan berlari menuruni
bukit dalam satu kelompok. Begitu cepatnya mereka
menyerang, sedemikian cepat pula mereka mundur.
"Tuanku," Kansuke mendekat ke Harunobu.
"Sial! Aku kehilangan dia!" kata Harunobu.
"Dia juga pasti berpikir hal yang sama, Tuanku."
Kansuke mengumpulkan pasukan Harunobu di sekelilingnya, lalu berlari menuruni bukit. Teriakan perang
yang sama terdengar. Pasukan berkuda cadangan dan
prajurit Naito pasti sudah mulai melakukan pengejaran.
Ketika pertempuran berakhir, hujan mulai turun. Di
tengah rinai hujan, penghitungan kepala-kepala yang gugur
dicatat. Pihak musuh tercatat 2919 orang, dan dari pihak
mereka 700 orang. Tidak lama setelah pertempuran, seluruh pasukan
berkumpul bersama meneriakkan jeritan kemenangan;
Kansuke maju ke depan Harunobu dan berkata, "Tuanku!"
"Jangan bicara dulu," Harunobu memotong. Mengira
bahwa Kansuke akan menasehati, walaupun Kansuke tidak
bermaksud berbuat demikian.
"Yoshikiyo tidak akan pernah kembali lagi. Aku
berharap perang Tuanku berikutnya adalah melawan
pemimpin besar di sisi lain wilayah Murakami."
"Siapa itu?" "Nagao Kagetora," kata Kansuke.
"Kenapa begitu?"
"Saya yakin Murakami melakukan serangan finalnya
10 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hari ini. Jelas bukan serangan biasa. Namun kini, setelah
kalah strategi, dia tidak akan menyerang kita sendirian lagi.
Dia akan datang dengan pasukan Nagao Kagetora, dan
sasarannya adalah Tuanku."
Hanya itu yang ingin disampaikan, lalu Kansuke mohon
diri dari hadapan Harunobu, membawa kepala Itagaki di
lengannya, menaiki kuda dan meninggalkan medan
pertempuran tersebut untuk kembali ke Suwa, sambil
memimpin sisa pasukan Itagaki. Kesedihan atas kehilangan
Itagaki, yang terlupakan selama berlangsungnya perang
dahsyat itu, telah kembali dan merasuk ke dalam jiwa
Kansuke bersama angin yang membawa bau darah
kematian. Pertempuran Uedahara menciptakan jurang perbedaan
yang begitu besar antara Takeda Harunobu dan Murakami
Yoshikiyo. Baik wilayah Nishina dan Sarashina menjadi
wilayah Harunobu, sehingga semua benteng di wilayah
terebut seperti Kosaka, Inoue, Men-nai, Suda, Takanashi,
dan Seba jatuh ke tangan Harunobu. Takeda juga
menguasai Benteng Kotani, dan kekuatan Takeda
meningkat secara signifikan.
Di pihak lain, kekuatan Murakami menurun tajam
setelah pertempuran Uedahara dengan gugurnya para
samurai tingkat tinggi yang dimilikinya, dan membuatnya
tidak bisa lagi mengumpulkan kekuatan atau berdiri di atas
kaki sendiri. Harunobu mendapat dua luka dari perang ini tapi
kemudian sembuh dengan cepat. Kansuke menambahkan
beberapa sayatan pada sosoknya yang sudah unik itu,
namun sayatan tersebut juga sembuh dengan cepat.
Di akhir September, satu bulan setelah pertempuran
Uedahara, upacara kematian besar-besaran untuk Itagaki
diadakan di Suwa. Putera resmi Itagaki, Itagaki Yajiro
Nobusato, mewarisi posisi ayahnya dan mulai memerintah
wilayah Suwa. Angin musim gugur di tahun Tenbun ke-17
terasa begitu dingin bagi jiwa Kansuke. la tinggal di
Benteng Takashima setelah pertempuran tersebut tanpa
kembali ke Suwa untuk persiapan pemakaman Itagaki dan
upacara-upacara keagamaan yang mengikutinya. Kematian Itagaki merupakan pukulan besar bagi Kansuke.
Itagaki tidak hanya selalu berada di sisi Kansuke, dialah
yang membantu Kansuke untuk bekerja pada Harunobu,
maka ia bukan musuh bagi Kansuke. Itagaki adalah satusatunya orang yang memahami
kepribadian Kansuke 11 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sebagai seorang perencana maupun penyendiri yang tidak
mau berkompromi. Puteri Yuu adalah orang yang juga
mendapat pukulan terberat atas kematian Itagaki. Hanya
Itagaki, Harunobu dan Kansuke yang mengetahui alasan
sebenarnya ia mau menjadi selir Harunobu dan pindah ke
Kuil Kan-non-in di Suwa. Jadi, wajar jika Kansuke merasa
benar-benar terasing dan kesepian tanpa itagaki.
0=odwo=0 Pada 11 Oktober, tiga orang pembawa pesan tiba satu
persatu dalam jangka waktu yang berdekatan. Mereka
dikirim dari kediaman Harunobu di Kofu dan membawa
perintah sebagai berikut: "Nagao Kagetora dari Echigo
sedang merencanakan untuk pergi ke wilayah Shinshu
bersama satu pasukan besar, setelah menerima permintaan
dari Murakami Yoshikiyo. Besok, pada tanggal 12, jam 4
sore, aku akan meninggalkan Kofu dengan pasukan
utamaku. Pada tanggal 15 atau 16, kami akan tiba di
Komuro di mana kami akan mendirikan kemah dan
menyambut pasukan Kagetora di Un-no-Daira. Pasukan
Itagaki Yajiro di Suwa harus berangkat menuju Komuro
bersama dengan Kansuke."
Apa yang telah dikatakan Kansuke kepada Harunobu
tepat setelah kemenangan mereka di Dataran Uedahara
menjadi kenyataan dalam waktu dua bulan. Kagetora baru berusia 18 tahun, namun sudah terkenal
dengan keberaniannya sebagai Penguasa Echigo. Hingga
saat itu, karena Murakami berada di antara mereka,
Harunobu dan Kagetora belum punya kesempatan bertemu.
Sekarang Murakami telah ditaklukkan, dan dua pasukan
besar Kagetora dan Harunobu harus bertarung dalam
pertempuran yang menentukan, tidak peduli apakah ia
menyukainya atau tidak. Kansuke sudah lama tahu bahwa
mereka akan menghadapi situasi ini suatu hari nanti,
namun tidak pernah menyangka hari itu akan datang
secepat ini. Benteng Takashima, setelah kedatangan pembawa l
pesan tersebut, berubah menjadi kota persiapan. Kansuke
Imemimpin keseluruhan prosesnya, menyemangati Jenderal
muda baru Yajiro Nobusato. Mereka putuskan untuk
berangkat keesokan paginya, tanggal 12, saat fajar.
Malam itu, sekitar jam 8, Kansuke merasa ingin
mengunjungi Puteri Yuu. la sendiri tidak tahu mengapa, di
12 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tengah kesibukan ini, di malam persiapan menuju medan
tempur, Kansuke memiliki firasat harus menemui Puteri
Yuu, namun khawatir untuk membawa kudanya menuju
Kuil Kan-non-in. Begitu gagasan tersebut terbersin di pikirannya, Kansuke
tidak dapat menunggu lebih lama lagi. la membawa
kudanya keluar dan memacunya seorang diri sepanjang
tepian danau Suwa. Sama halnya ketika Kansuke datang ke
Benteng Takamatsu sebagai pembawa pesan, api unggun
dipasang di sekitar danau dan nyala api terpantul di airnya.
Angin musim gugur terasa dingin di pipinya.
Kansuke tetap memacu kencang kudanya tanpa istirahat
dan tiba dengan cepat di Kuil Kan-non-in Kosaka.
Kediaman di antara pepohonan yang lebat itu tampak
hening, dan sepertinya semua orang sudah tidur. Kansuke
mengendap-endap ke pos jaga di sebelah rumah pendeta.
Dua orang samurai, yang bertugas jaga malam tampak
terkejut. "Tidak ada perkembangan baru?" tanya Kansuke.
"Tidak, Tuan." "Pastikan kalian berkeliling di sekitar rumah."
"Ya, akan kami lakukan, Tuan."
"Bagaimana dengan Tuan Puteri?"
"Dia sudah beristirahat di dalam kamarnya, Tuan."
"Baiklah kalau begitu."
Kansuke bersiap untuk kembali, la sangat ingin
menengok ke dalam ruangan Sang Puteri, hanya untuk
melihat, namun karena mendengar Sang Puteri sudah
masuk ke kamar tidurnya, maka Kansuke memutuskan
untuk pulang tanpa bicara dengan Sang Puteri. Tidak ada
hal khusus yang harus disampaikan, la juga tidak memiliki
alasan untuk datang, la hanya ingin bertemu saja. Para
samurai mengantar sampai ke kaki bukit, di mana Kansuke
kemudian menaiki kudanya.
"Pastikan kalian menjaga Tuan Puteri," kata Kansuke
dan kembali melalui jalan yang sama ketika datang.
Saat memasuki sebuah desa kecil sekitar dua mil dari
kuil, ia melihat sebuah iring-iringan sekitar 20 orang
melewatinya. Mereka terlihat seperti para samurai tangguh
membawa sebuah usungan bersama sejumlah pelayan
perempuan di antara mereka.
Karena para samurai mengelilingi usungan itu, biasanya
orang yang berada di dalam usungan itu pasti berstatus
tinggi. Melihat pelayan perempuan menandakan bahwa ada
perempuan di dalam usungan. Kansuke merasa aneh. Jika
seseorang dengan status seperti itu lewat, Kansuke yang
tinggal di Benteng Takashima harusnya diberitahu.
13 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Lagipyi^ saat itu sudah tengah malam. Sepertinya ini
merupakan perjalanan yang dirahasiakan.
Siapa dia" Kansuke mengikuti mereka di atas kudanya
dari jarak yang aman untuk bisa mengawasi, sekitar seratus
meter di belakang, menjaga agar tidak terlalu dekat atau
tertinggal jauh. Iring-iringan tiba-tiba berhenti di depan sebuah rumah
pertanian. Usungan tersebut dibawa masuk ke dalam
halaman depan rumah pertanian yang letaknya sedikit jauh
dari jalan. Kansuke turun dari kuda, mengikatnya ke sebuah pohon
pdi sisi jalan, lalu memasuki bangunan tersebut dari pintu
samping. Ketika mendekati rumah utama, di mana cahaya
bersinar dari dalam, pintu masuk bergeser membuka.
Seorang perempuan muda sedang duduk di atas lantai kayu
yang lebih tinggi. Beberapa langkah di belakang, tiga orang
samurai dan seorang perempuan tua berlutut di lantai
tanah. Orang-orang di dalam rumah itu semuanya
berkumpul di sudut ruangan berlantai kayu, dan seorang
perempuan yang tampak seperti istri dari pemilik pertanian
sibuk menghidangkan teh kepada perempuan muda yang
duduk di lantai kayu yang lebih tinggi.
Kansuke mengamati perempuan muda itu. Tampak lebih
tua dua atau tiga tahun dari Puteri Yuu. Mungkin berusia
kurang-lebih 20 tahun. Kansuke merasa bahwa perempuan
itu tenang dan lembut. Setiap kali menghirup teh, matanya
melihat ke sekeliling rumah dengan rasa ingin tahu.
Perempuan itu tidak memiliki kecantikan atau keanggunan
seperti Puteri Yuu, namun tetap saja Kansuke terpesona
oleh kecantikannya. Pipinya yang bersemu merah tampak
penuh, dan mata besarnya yang polos membuatnya seperti
sedang bermimpi. Kecantikan yang berlawanan dengan
Puteri Yuu. Kecantikan Puteri Yuu menggairahkan,
sementara kecantikan perempuan itu penuh keceriaan.
"Tuan Puteri, sudah siap untuk berangkat?"
"Ya." "Atau Tuan Puteri ingin tinggal sedikit lebih lama?"
kembali ia ditanyai oleh si perempuan tua.
"Ya," ia mengulangi tanpa mengubah ekspresi. Sambil
memandangi dengan penuh kekaguman, Istri pemilik
rumah telah beberapa kali menawari teh segar. Puteri muda
tersebut mengangkat cangkir teh segarnya, ia memegang
beberapa saat dengan kedua tangan, seperti hendak
menghangatkan, namun tidak diminum. Kemudian, Sang
Puteri kembali menaruh cangkir di lantai dan berkata,
"Sudah cukup, terima kasih."
la tersenyum penuh terima kasih kepada istri si pemilik
14 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
rumah pertanian itu. Siapakah dia" Dia pasti berasal dari keluarga yang cukup
berkuasa, tapi ke mana dia hendak pergi"
Tidak lama kemudian, ketika tiga orang samurai dan
perempuan tua itu berdiri, perempuan muda itu pun berdiri
perlahan. Hanya si perempuan tua yang tertinggal di
belakang. "Saya mohon maaf sudah mengganggu tanpa memberitahu, namun karena Tuan Puteri ingin minum teh
hangat, kami tidak punya pilihan lain. Ini sekedar
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengungkapkan rasa terima kasih kami," kata si
perempuan tua sambil meletakkan uang yang dibungkus
lembaran kertas kecil di atas lantai. Si perempuan pemilik
pertanian itu menolak menerima, namun si perempuan tua
tidak mengindahkan dan malah bertanya, "Apakah ada
jalan lain menuju Nirasaki tanpa melalui Benteng
Takashima?" Saat si istri petani menjelaskan bagaimana menuju ke
sana, Kansuke tidak menyimak, namun pertanyaan
perempuan tua itu "tanpa melalui Benteng Takashima"
menarik perhatiannya. Kansuke beranjak pergi dengan
segera melalui pintu tersembunyi di sebelah ruang
penyimpanan dan keluar kembali ke jalan. Iring-iringan
sudah mulai berjalan kembali, dan si perempuan tua yang
keluar terakhir harus berlari-lari untuk menyusul sekitar
seratus meter di depan. Kansuke meninggalkan kuda,
berlari menyusul perempuan tua itu.
"Tunggu sebentar," panggil Kansuke. Perempuan itu
menoleh terkejut. Tiba-tiba Tangan Kansuke meraihnya,
lalu ia terjatuh ke dalam rengkuhannya. Kansuke membawa
perempuan tidak berdaya itu ke tempat berumput, lalu
memaksanya duduk di tanah yang basah oleh embun
malam. Kemudian Kansuke mengguncang tubuh perempuan itu dengan keras.
"Aku tidak bermaksud menyakitimu, namun aku ingin
menanyaimu beberapa pertanyaan," kata Kansuke.
"Siapa kau?" Walaupun perempuan itu tampak
ketakutan, namun nada suaranya terdengar tegas.
15 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tanpa menjawab pertanyaan itu, Kansuke bertanya,
"Kemana kau akan pergi?"
"Kami menuju Kai."
"Di mana di Kai?"
"Aku tidak bisa memberitahu, karena kami disuruh oleh
majikan kami." "Siapa yang ada dalam usungan itu?"
"Aku tidak bisa memberitahu."
"Pasti perempuan, kan?"
"Tidak, kau salah."
"Tidak ada gunanya berbohong padaku. Aku sudah
melihat dengan mata kepalaku sendiri."
Kansuke merasa tidak mudah berurusan dengan
perempuan ini, sehingga ia berkata, "Jika kau tidak
mengatakan yang sebenarnya, dengan sangat menyesal aku
akan membunuhmu." "Demi Tuhan, siapa kau?" si perempuan tua kembali
bertanya. "Apa kau ingin uang?"
Sungguh pertanyaan yang tidak terduga bagi Kansuke,
namun gagasan itu tampaknya terdengar baik baginya.
"Ya, kau benar."
"Berapa yang kau inginkan?"
"Setelah aku tahu siapa yang berada di dalam usungan
itu, aku akan menentukan berapa."
Begitu menyadari bahwa Kansuke adalah seorang
pemeras, tiba-tiba perempuan tua itu berubah sikap
memperlihatkan kekuasaan.
"Dia adalah puteri dari Aburagawa Gyobu-no-kami."
Nada suaranya akan membuat siapa pun menjadi enggan
untuk menyakiti keluarga besar ini. Kemudian ia
memerintahkan Kansuke, "Pergimenegaskan betapa serius dirinya.
Puteri dari Aburagawa Cyobu! Aburagawa dulunya
merupakan keluarga ternama dan berkuasa di wilayah
Shinano. Namun klan tersebut pasti sudah hancur sekarang.
Kansuke duduk beberapa saat. Puteri Aburagawa sedang
dalam perjalanan menuju Kai, pada malam hari dengan
membawa 20 orang samurai. Dan mereka menghindari
jalan yang akan melalui Benteng Takashima.
Kansuke berlutut dengan tegang. Apa maksudnya ini"
"Tunggu!" Kansuke berteriak kepada perempuan tua itu,
yang bersiap untuk pergi. "Tidak peduli apakah dia seorang
Aburagawa atau bukan. Tidak seorang pun diizinkan
melewati wilayah Suwa tanpa izin, meski jelas sekali kau
memanfaatkan malam yang gelap."
Perempuan tua itu menjawab dengan keheningan.
"Ketauilah, ini wilayah yang kujaga atas perintah
Tuanku." 16 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kalau begitu, apakah kau berasal dari Benteng
Takashima?" ia mengubah nada bicaranya yang arogan dan
berkata, "Aku sarankan kau agar berhati-hati. Karena kami
juga berada di sini atas perintah dari Tuanmu."
"Apa?" "Kami hendak menuju Kofu, atas perintah dari Penguasa
Kofu. Pergilah!" Kali ini perempuan tua itu mulai berjalan pergi, la
hendak menuju Kai atas perintah Harunobu! Kansuke juga
berdiri, namun tidak memanggil perempuan itu kembali,
ataupun mengejarnya. Kansuke kembali ke tempat ia mengikat kuda, lalu
menunggangi, menghela dan memacu kudanya, la terus
menambah kecepatannya sampai akhirnya tiba di Benteng
Takashima. Jumlah api unggun di sekitar Benteng Takashima sudah
bertambah. Ketika ia bisa melihat mereka, Kansuke merasa
harus menenangkan diri. la kemudian berbalik kembali dan
memacu kudanya sekitar satu mil dari benteng, lalu balik
kembali dan berjalan pelan menuju Benteng Takashima.
Ini tidak mungkin! Kansuke dikuasai oleh satu gagasan.
Tubuhnya bersimbah keringat. Tidak, tidak mungkin
Harunobu mengambil puteri Aburagawa sebagai selir
barunya, dan mengabaikan Puteri Yuu yang cantik!
Namun, hanya itu alasan yang bisa dipikirkan. Kalau tidak,
kenapa puteri Aburagawa pergi ke Kai di kegelapan malam"
Jika itu yang sebenarnya, maka Kansuke akan
membunuh perempuan cantik itu. Aku harus membunuhnya demi Puteri Yuu, Katsuyori dan Takeda!
Tanpa sadar, Kansuke sudah berada di gerbang Benteng
Takashima. Halaman benteng dipenuhi para samurai
berperisai yang berdiri bersisian hingga mereka sulit
bergerak. Api unggun yang tak terhitung jumlahnya
menyala-nyala dan genderang ditabuh terus menerus.
Ketika melewati itu, Kansuke terkenang wajah dan tubuh
Harunobu saat berusia 28 tahun yang muda dan enerjik,
lalu merasa kagum. Apakah ada yang bisa ia lakukan untuk
mencegah perempuan lain selain Puteri Yuu mendekatinya"
Mungkinkan Harunobu memasuki kehidupan rahib" Itu
tidak akan cukup. Apakah ada cara membuatnya
bersumpah menjalani kehidupan sederhana" Kansuke
memikirkan hal tersebut dengan serius. Hingga saat itu,
17 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kilatan mata Harunobu dan tubuh kuatnya, yang seolah
tidak pernah mengalami kelelahan, menjadi sesuatu yang
dikagumi Kansuke. Itu adalah kualitas dalam diri
Harunobu yang senantiasa dirasakan Kansuke. Begitu
menjanjikan dan dapat diandalkan. Namun kini sebaliknya,
kualitas tersebut menjadi masalah yang mengganggu.
Ketika Kansuke berkuda melewati kerumunan yang sesak
itu dan tiba di halaman dalam benteng, dua atau tiga
samurai tiba-tiba memegang tali leher kudanya; salah satu
dari mereka berkata, "Sekarang waktunya ke medan
tempur, Tuan. Pergi dan bersiaplah!"
"Aku tahu!" kata Kansuke sambil meluncurkan tubuh
kecilnya ke atas tanah. "Ya, aku harus menyingkirkan kehidupan itu, aku harus
mengakhirinya dengan kedua tanganku," Kansuke berkata
begitu keras hingga orang-orang di sekitarnya terkejut.
Dalam pandangan Kansuke, Penguasa muda Echigo,
Nagao Kagetora, yang wajahnya belum pernah ia lihat, dan
wajah puteri Aburagawa, saling bercampur. Membuatnya
bingung; siapakah di antara mereka yang akan segera
menjadi musuhnya" 0o-d^w-o0 Tujuh Saat itu waktu sore di hari ke-16 ketika prajurit Itagaki di
Suwa tiba di perkemahan di Komuro. Pasukan utama dari
Kofu sudah menempatkan panji pertama di kaki bukit
sebelah utara pada hari sebelumnya, menunggu pasukan
sekutu dari kota benteng lainnya.
Begitu Kansuke tiba di Komuro, ia langsung mendatangi
Harunobu. "Terima kasih sudah datang. Apa yang kau katakan pada
pertempuran di Uedahara benar adanya."
Cara Harunobu berkata tampak beda dari biasanya.
Tidak ada intensitas normal dalam suaranya. Terdengar
sungkan dan lembut. Ketika Kansuke melihatnya, begitu banyak yang ingin ia
sampaikan pada Harunobu. la ingin menanyakan perbuatannya menyangkut Puteri Aburagawa, melupakan
tanggung jawabnya dari Puteri Yuu dan Katsuyori.
"Tuanku, saya harus menginagtkan bahwa sangat
penting untuk hanya memikirkan perang ini saja sementara
waktu." "Memang Cuma itu yang aku pikirkan" jawab Harunobu
18 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tanpa berkedip. "Tidakkah Tuanku memikirkan hal lain"
"Tidak sama sekali"
"Tuan Aburagawa .." Kanasuke memulai. dan pada saat
yang sama mengangkat wajah menatap Harunobu lekat
lekat. "Ada apa dengan Aburagawa.?"
"Puteri dari Aburagawa Gyobu-no-kami..."
"Apa!?" Dari ekspresinya, tampak jelas bahwa Harunobu belum
pernah mendengar tentang puteri itu sebelumnya.
"Jadi, ada apa dengannya?"
"Tuanku tidak mengenalnya?"
"Tidak sama sekali."
"Tidak pernah bertemu dengannya?"
"Tidak." Kemudian menambahkan dengan tenang, "Ada
apa denganmu hari ini, Kansuke?" lalu tertawa.
Keraguan yang menyelimuti Kansuke sejak malam itu
hilang seperti kabut yang lenyap saat matahari terbit.
Kansuke tiba-tiba merasa gembira.
"Apa istimewanya Puteri Aburagawa?" tanya Harunobu
lembut. "Oh, tidak, tidak ada sama sekali, saya hanya mendengar
sesuatu tentangnya, itu saja."
"Aku sering berpikir bahwa aku harusnya bertemu
dengan keluarga Aburagawa. Aku kadang memikirkan hal
itu namun mikir tempat melakukannya, Jika dia punya "om
"mg putni. aku tidak keberatan bertemu dengannya"
Tidak, tentu Saja tidak pikir Kansuke yang mengetahui
dengan pasti apa yang akan terjadi jika Haronobu
berkesempatan bertemu perempuan muda yang begitu
cantik. "Hmm. kita akan sibuk berperang selama beberapa lama.
Tuanku," Kansuke mencoba mengubah arah pembitaraan
saat memandangi jenderal muda yang dipenuhi oleh
kekuatan itu. "Jadi, akhirnya, kita akan berperang melawan Nagao
Kagetora. Dari mana kita mulai?" Kansuke bertanya
kepada Harunobu. "Bagaimana kalau Un-no-Daira?"
"Itu tempat yang bagus."
Kansuke merasa bangga dengannya. Bahagia mendengar
Harunobu mengatakan Un-no-Daira tanpa sedikit pun
keraguan. Karena ini merupakan pertempuran di wilayah Shinano,
wajar baginya menginginkan untuk pertama kali menyerang
19 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
musuh, namun sebaliknya, Harunobu jelas sekali ingin
membiarkan musuh memulai gerakan pertama dan
kemudian menghentikan mereka di Un-no-Daira. Ini
membuktikan bahwa Harunobu punya keyakinan pada
kemampuan tempurnya. Dalam pandangan orang lain, Kawanakajima adalah
lokasi yang paling tepat untuk perang tersebut. Pertempuran
di Kawanakajima bisa menjadi hal yang menentukan bagi
kedua belah pihak karena kondisi geografisnya. Bagi
Harunobu, menghindari pertempuran di Kawanakajima
membuktikan bahwa ia bersikap hati-hati. Mengatur
pertempuran di Un-no-Daira adalah pilihan yang bagus,
karena akan menguntungkan kedua belah pihak untuk
mundur, jika terpaksa. Meski persiapan sudah ttlesai dilakukan untuk menyongsong perang yang akan segera meletus, Harunobu
tidak menggerakkan pasukan Mereka habiskan hari ke 16,
17, 18 dan 19 di Komuto tanpa melakukan apa apa
Pada malam ke 18, mereka mendengar terompet perang,
Rervana mereka adalah untuk segera memulai pertempuran
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
begitu tiba di Un-no Daira. Pada saat yang bersamaan
dengan tibanya pasukan Kai. pasukan musuh dan Echigo
seharusnya juga muncul di tempat yang sama.
0=odwo=0 Menjelang fajar, tiga orang samurai; Kansuke, Obata
Toramori dan Hara Toratane meninggalkan perkemahan
dan memacu kuda ke garis depan untuk mengumpulkan
informasi mengenai musuh. Inilah pertama kalinya
Harunobu memerintahkan tiga samurai tingkat tinggi untuk
bergabung bersama dalam satu misi Mereka berkuda dalam
keheningan, saling menjaga jarak sekitar dua meter di
antara kuda masing-masing. Kansuke berada di depan, la
tahu pasti apa yang dipikirkan samurai lainnya. Kansuke
berpikir bahwa mereka pasti bertanya-tanya mengapa
Harunobu mengutus mereka bertiga untuk berpatroli,
padahal satu orang saja sudah cukup. Dua samurai selain
Kansuke memang tipe orang yang tidak merasa puas jika
tidak ditunjuk melakukan patroli seorang diri.
Namun Kansuke merasa sangat puas dengan tindakan
Harunobu yang berhati-hati.
"Tuan kita sudah memiliki pengalaman dalam menghadapi siapapun musuhnya, bukan?" Kansuke
20 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menghentikan kudanya, dan berbalik menghadap Hara
Toratane "Kau benar. Jika menyangkut matalah strategi, tidak
seorang pun mampu menandingi kemampuan beliau,"
Jawab Toranate yakin. Kansuke, bagaimanapun juga,
berpikir bahwa dirinya jauh lebih unggul soal strategi,
Namun, melihat kewaspadaan Harunobu yang belum
pernah tampak sebelumnya, Kanseke merasa puas dengan
perkembangan Ini. Saat fajar merekah, mereka berpencar. Kansuke memacu
kudanya kencang-kencang mengikuti Sungai Chikuma yang
tidak memiliki tempat berlindung. Jauh di depan sana, la
bisa melihat samar samar beberapa pasukan berkuda dalam
kabut. Mereka adalah patroli pasukan musuh. Kansuke
kadang memasuki kabut, seiring suara derap kaki kudanya
menggema di bebatuan. Ketika kabut menghilang, tidak
terlihat seorang pun. Mereka pasti sudah mundur kembali.
Kansuke mendaki bukit dari pinggir sungai. Dan sana ia
bisa melihat sebaris hitam orang-orang dengan kudanya
sedang menuju posisinya sekarang.
Kansuke menghentikan kuda dan mengawasi dengan
penuh minat. Mereka adalah pasukan Nagao Kagetora
yang tidak pernah dilihat sebelumnya oleh Kansuke. Inilah
musuh yang suatu hari nanti harus mereka kalahkan, pikir
Kansuke. Cara mereka menggerakkan pasukan begitu
hening jika dibandingkan dengan pasukan Kai. Teknik
mereka tidak umum dilakukan, di mana bagian utama
sebuah pasukan dibuat tidak terlihat. Kagetora membuat
bagian utama pasukannya bergerak dengan cara yang hebat
dan anggun dalam pandangan mata orang lain yang
melihatnya. Komandan perang mereka, Tuan Kagetora, baru berusia
18 tahun. Satu dekade lebih muda dibanding Harunobu.
Kansuke mengawasi pasukan yang dipimpin jenderal muda
itu; melihat musuh berbaris dalam kegembiraan begitu
mereka bergerak maju, mengikuti kelokan yang sama
dengan sungai yang berliku. Karena aliran Sungai Chikuma
begitu alami, pasukan Echigo juga berbaris dalam garis
yang alami, dengan fleksibilitas dan kelembutan seperti air
sungai. Sudah jam sepuluh pagi ketika Kansuke kembali ke
Harunobu. la berada di hutan cedar, sekitar 300 meter dari
dataran sungai Chikuma. Harunobu sudah turun dari
kudanya dan duduk di sebuah kursi. Baik Hara Toratane
dan Obata Toramori sudah tiba lebih dulu, duduk di depan
Harunobu, menunggu kedatangan Kansuke.
"Katakan padaku apa yang telah kau lihat, Kansuke,"
21 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Harunobu bertanya sebelum Kansuke sempat mengatakan
apa-apa. "Apakah engkau sudah mendengar dari Tuan Hara dan
Obata?" "Ya, sudah." "Saya yakin itu sudah cukup. Mereka tidak akan
membuat kekeliruan. Jumlah pasukan musuh sekitar
6.000." "6.000. Tepat seperti yang mereka katakan," jawab
Harunobu. "Saya tidak kaget. Musuh kita makin dekat. Mereka
belum membentuk formasi apapun, namun sepertinya
berniat untuk berperang, karena mereka sudah mulai
bergerak. Mereka akan berperang dalam cara yang sangat
alami. Berbeda dari musuh kita sebelumnya. Struktur
pasukan mereka cukup ketat."
"Toratane dan Toramori juga berpendapat bahwa
mereka akan memulai pertempuran dalam formasi yang
sama dengan barisan mereka sekarang," komentar
Harunobu puas. "Saya yakin akan berbeda dari mereka dalam satu hal -
mengenai bagaimana kita harus berperang melawan musuh
seperti ini. Keduanya akan berpendapat babvw? kita akan
menyerang lebih dulu karena kita memiliki pasukan lebih
besar; 15.000 orang. Namun aku yakin akan menguntungkan bagi kita untuk menerapkan strategi
bertahan ketimbang menyerang. Jika kita bertahan lebih
lama, musuh dengan jumlah yang lebih sedikit itu akan
melemah dan kemenangan menjadi milik kita. Jika kita
serang mereka dengan memanfaatkan jumlah yang lebih
besar, pertempuran akan berubah menjadi pertarungan yang
kacau, dan kita akan kalah. Keberanian Kagetora sangat
terkenal. Jika pertempuran berubah menjadi huru-hara, dia
dan pengikutnya akan mencoba bertarung dengan Tuanku
dan pengikut Tuanku. Di mana Tuanku terpaksa beradu
pedang dengan komandan perang Echigo yang berusia 18
tahun, seperti terhadap Murakami Yoshikiyo dulu." kata
Kansuke. Ekspresi kemarahan menjalari wajah Harunobu saat
Kansuke menyebut pertarungan sebelumnya itu, namun ia
berkata, "Aku akan mengikuti saran Kansuke." Setiap kali
22 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pertempuran terakhir dengan Murakami disebut-sebut,
Harunobu tidak bisa berkutik dan inilah alasan mengapa dia
menyetujui gagasan tersebut.
"Menarik, bukan?" tanya Kansuke, yang begitu
terpesona melihat perang ini. la belum pernah ia melihat
pertempuran menarik seperti itu. Pasukan Oyamada
Masatatsu, yang baru saja menang akan segera dipukul
mundur oleh barisan pasukan musuh yang baru, dan
barisan depan pasukan musuh di sebelah kiri akan
mengalahkan pasukan Oyamada Nobuhige, namun juga
akan segera dipukul mundur oleh barisan baru dari pasukan
sekutu. Teriakan perang menggemuruh terus-menerus mengguncang udara di seluruh penjuru dataran itu. Suara
ringkikan kuda begitu liar menggema.
Matahari mulai merangkak terbenam. Ketika matahari
lenyap dari pandangan, dataran Un-no-Daira terasa begitu
menekan. Bukit-bukit bergelombang rendah ditutupi
belukar tinggi, angin musin gugur bertiup di antara mereka.
Kansuke menghela napas keras. "Tuanku," panggil
Kansuke. Harunobu yang sedang mengawasi perang itu,
tidak menjawab. la berbalik menghadap Kansuke dan berkata, "Pertempuran ini belum menghasilkan apa-apa, ya?"
"Tepat sekali, Tuanku."
"Bagaimana kiranya pertempuran ini akan berakhir?"
"Pasukan dengan jumlah yang lebih besar akan menang.
Jelas sekali lebih banyak pasukan kita yang tetap hidup."
"Hmm!" "Ini akan menjadi perang dengan jumlah kematian yang
besar. Musuh memiliki 6.000 prajurit dan kita 15.000. Jadi,
jika tiap pasukan kehilangan 6.000, mereka akan musnah,
sementara pasukan kita masih sisa 9.000 orang."
Harunobu membuat ekspresi jijik. Jelas tidak menyukai
perang seperti ini. "Bagaimanapun juga, aku tidak percaya bahwa akan
melakukan pertempuran tanpa pertimbangan seperti itu.
Semakin cepat dia menarik pasukan, baginya. Saksikanlah,
Tuanku. Tidak diragukan lagi dia pasti; akan mundur."
23 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kansuke bahkan belum menyelesaikan kalimatnya,
ketika panggilan menakutkan terompet perang memenuhi
padang kelam Un-no-Daira. Pasukan Kai belum pernah
mendengar bunyi panggilan seperti itu. Ketika Kansuke
mendengar, ia berkata cepat, "Permisi, Tuanku," setelah
membungkuk sedikit kepada Harunobu, ia menaiki dan
memacu kuda menuruni bukit. Bergegas menuju medan
pertempuran. Bunyi terompet perang masih bergema naik-turun. Itu
pasti tanda untuk menarik mundur pasukan mereka.
Kansuke ingin melihat dengan mata kepala sendiri
bagaimana pasukan Echigo akan mundur. Bukan hal
mudah bagi setiap prajurit untuk mundur dengan cepat di
tengah pertempuran, sementara mereka masih memegang
tombak dan pedang. Inilah yang ingin dilihat oleh Kansuke.
Ketika kuda Kansuke mendaki dataran tinggi kecil, bunyi
terompet berhenti tiba-tiba. Kendati masih berada dalam
jarak sekitar 100 meter dari medan pertempuran ia hentikan
kudanya di sana. Dari dataran tinggi itu, akan lebih , efektif
melihat ke medan pertempuran.
Pada saat itu, Kansuke bisa melihat dua batalion
pasukan berkuda mulai berlari dari perkemahan musuh.
Pergerakan mereka yang penuh keahlian itu sangat
memesona. Setiap pasukan memegang sebatang tongkat.
Sambil memainkan tongkat dengan mahir, mereka memacu
kuda di sekitar medan pertempuran dengan membentuk
setengah lingkaran besar, lalu berlari seperti anak panah
menuju markas mereka dengan kekuatan penuh. Dalam
sekejap, sosok mereka menjadi semakin kecil, hingga
akhirnya lenyap dari pandangan.
Salah seorang penunggang kuda yang memimpin
manuver tersebut pasti komandan perang, Nagao Kagetora,
pikir Kansuke. Dan yang mengikutinya pastilah sang
jenderal yang terkenal berani itu, Usami Suruga-no-kami.
Kansuke tidak dapat memikirkan orang lain lagi yang
mampu memimpin dengan keahlian seperti itu.
Kansuke menyadari bunyi terompet perang yang
menandakan penarikan pasukan juga menggema dari
perkemahan Takeda. Harunobu pasti telah memberi
perintah itu. Menilai dari kepribadiannya, Harunobu pasti
sangat ingin menyerang pasukan musuh yang menarik diri
namun menahan diri dan memerintahkan peniupan
terompet perang. Karena mengenal Harunobu dengan
sangat baik, Kansuke cukup terkejut, namun memang
begitu cara terbaik menanggapi situasi saat ini. Kita harus
menunggu kesempatan lain untuk menyerang Kagetora,
pikir Kansuke. Jika terburu nafsu menyerang musuh yang
mundur, bisa-bisa kehilangan 100 atau 200 orang prajurit.
24 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Itu sama saja menyia-nyiakan nyawa prajurit.
Kemudian dari markas utama Harunobu, di mana
Kansuke baru saja pergi, ia dapat melihat beberapa prajurit
berkuda berlari menuruni bukit. Setiap orang menunduk
rendah di balik leher kuda, berpegang dengan sangat kuat
dan mengangkat belakangnya sehingga tidak terjatuh dari
kuda. Kuda-kuda itu berlari kencang menuruni bukit
bagaikan hembusan angin yang keras. Di kaki bukit, mereka
berpencar ke arah berlainan. Dua penunggang di antara
mereka berlari melewati. Kansuke dengan kecepatan luar
biasa. Karena rendah sejajar dengan leher kuda, panji yang
punggung mereka berkibar oleh angin. Semua penunggang
kuda tersebut dinamai mukade no sashimono, Mereka dari
kelompok khusus samurai yang disebut mukade atau
kelabang. Satu kalimat yang dapat menggambarkan dia
adalah "satu prajurit sama dengan seribu prajurit." Mereka
dipilih dari kelompok prajurit muda yang sangat terampil
untuk memberikan perintah kepada setiap batalion agar
tidak menyerang musuh yang menarik diri.
Kansuke tetap di sana selama beberapa saat, mengawasiproses penarikan mundur tersebut.
Teriakan perang masih bergema, namun perlahan menghilang. Sekarang, perang
berakhir dengan cara yang aneh. Matahari masih berada
dibalik awan. Tidak peduli ke mana mata memandang,
dataran itu masih berada dalam keremangan.
Furinkazan Angin Hutan Api Gunung Karya Yasushi Inoue di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mulai saat ini, Harunobu akan mengalami perang yang
sangat menyakitkan melawan Kagetora, yang mungkin
agak berbeda dari perang-perang sebelumnya. Perang bisa
berlangsung lima atau bahkan sepuluh tahun. Tidak peduli
berapa lama perang ini berlangsung, yang jelas akan
menjadi pertempuran yang sangat bagus. Harunobu 28
tahun, melawan Kagetora yang berusia 18 tahun. terdapat
perbedaan usia yang besar, keduanya sekuat harima; tidak
seorang pun yang lebih kuat yang lain. Selama aku
mendampinginya, Harunobu pasti akan menang, pikir
Kansuke. Beberapa tahun dari sekarang klan Takeda akan
membunuh sang jenderal muda itu. Kansuke membalikkan
kuda, membiarkan berjalan perlahan kembali ke perkemahan. 0=odwo=0 Pertemuan dua kekuatan dimulai pada pukul dua malam
dan berakhir pada pukul dua siang. Sebuah pertempuran
25 Joko Sableng Kidung Maut Bulan Purnama m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang singkat Dalam peristiwa ini, pasukan Echigo
kehilangan 236 prajurit; sementara pihak mereka hanya
kehilangan 132 prajurit. Setelah jumlah kematian dicatat,
pada jam empat sore teriakan kemenangan berkumandang.
Harunobu tetap berdiam diri sampai semua pasukan
berkumpul di medan pertempuran itu; seolah-olah
pertempuran pertama dengan Kagetora telah membuatnya
menjadi seorang pemimpin yang sangat bijaksana.
Pasukan Takeda tetap berada di dataran Un-no-Daira
hingga tanggal 23. Alasannya adalah karena pasukan
Echigo belum mundur dari wilayah itu dan tidak
menunjukkan tanda-tanda akan pergi. Keesokan harinya,
Harunobu menerima beberapa pesan yang dikirim oleh
kurir para jenderal yang melindungi benteng-benteng
mereka. Masing-masing memberitahukan kemenangan
mereka terhadap musuh dalam pertempuran-pertempuran
kecil. Mereka memanfaatkan perang besar Un-no-Daira,
dan para prajurit yang melindungi benteng yang tuannya
sedang bertempur dengan Takeda Harunobu juga terlibat
dalam pertempuran di wilayah sekitar. Tentu saja, ini
dilakukan atas perintah Harunobu.
Akiyama Nobutomo, misalnya, bertugas melindunginbenteng dari Ina dan mengalami pertempuran
kecil dengan pasukan Ina. la berhasil menangkap 17 prajurit
berkuda, 25 prajurit lain dan mendapatkan wilayah senilai
3.000 kan. Dua orang jenderal, Amari dan Tada, yang
ditempatkan di Shimo Suwa dan Shiojiri Guchi, dilaporkan
telah menyerang klan Ogasawara di tengah malam dan
menangkap 93 pasukan Ogasawara. Jenderal Komiyama
dan Jenderal Asari, yang ditempatkan di Puncak Fuefuki,
Petualangan Manusia Harimau 4 Pendekar Rajawali Sakti 9 Manusia Bertopeng Hitam Menuju Negeri Antah Berantah 4