Pencarian

Samurai 5

Samurai Karya Takashi Matsuoka Bagian 5


tidak pada siang hari. Mungkin mereka masuk angin. Pasti begitu, karena
di bawah selimut ketiganya tertutup mantel.
Lalu, selembar mantel itu terpisah dari yang lain, dan selimut di
dekatnya bergerak kemudian menutupinya.
Stark mendengar sesuatu. Desisan ular. Bahkan, dia tak tahu apa yang
dia dengar hingga semua hampir terlambat Selama minggu-minggu
selanjutnya, suara itu kadang muncul begitu saja, sejelas seperti yang
pertama kali, dan mendengarnya membuatnya berharap dia ikut mati saja
di antara ular-ular itu. Dia tak pemah melihat begitu banyak ular di satu
tempat, tak pernah mendengar suara mendesis dan berderakderak seperti
itu, seakan-akan tulang belulang yang dia jumpai di situ bergetar bangun.
Ular-ular itu datang ke perjamuan makan, beberapa di antaranya sangat
PDF by Kang Zusi kekenyangan sehingga tak bisa bergelung. Sementara tikus-tikus, perut
mereka penuh setelah melahap daging yang membusuk, terlalu gemuk
untuk lari. Mereka hanya bisa mendengking ketika ular-ular itu mendesis
dan menelannya. Para pembantai itu seharusnya membakar rumahnya, seperti yang akan
dilakukan pembantai lain. Hanya satu alasan mengapa mereka tak melaku-
kannya. Mereka ingin dia melihat. Tetapi, itu tak terjadi karena ular-ular
dan tikus-tikus. Stark hanya dapat membayangkan apa yang telah mereka
lakukan kepada tiga orang di dunia yang pernah dia sayangi.
Dia melangkah keluar, pelan-pelan. Meradang oleh suara desisan
mereka sendiri, ular-ular itu mulai saling menyerang. Stark menutup pintu
dan jendela Dia membakar atap terlebih dahulu. Ketika atap itu jatuh, dia
melemparkan obor ke tumpukan jerami yang dia taruh di sekeliling
dinding. Selama sehari semalam, dia menjaga api itu, sekop di tangan, siap
membasmi setiap tikus yang lari. Tetapi, tak ada satu pun yang keluar.
Keesokan paginya, rumah itu telah menjadi tumpukan abu dan batu.
Tak ada satu pun yang bergerak.
Stark menunggangi kudanya dan menuju El Paso Untuk menemukan
Ethan Cruz. Emily melihat Stark menyembunyikan pistol itu di bawah Alkitab. Pistol
yang besar, sebesar pistol yang dia punya ketika pertama kali dia datang ke
Cahaya Firman Sejati. Kemungkinan besar itu pistol yang sama, pistol
yang menurut pengakuan Stark telah dibuangnya ke Teluk San Fransisco.
Emily melihatnya, tetapi dia tak berkata apa-apa. Bukan haknya untuk
menghakimi. Itu adalah peran Zephaniah, dan dia telah pergi. Emily hanya
punya satu misi sekarang, yaitu tetap tinggal di Jepang apa pun risikonya.
"Selain itu," kata Stark, "aku tak tahu bagaimana aku bisa menolong.
Aku tak punya kekuasaan."
Tak ada lagi cara kecuali mengatakannya dengan jelas. Emily berkata,
"Seorang wanita sendirian, tanpa suami atau keluarga, tak dapat tinggal di
tanah asing sendirian. Satu-satunya cara agar aku bisa tinggal di sini
apabila kamu mau menjadi keluargaku."
"Menjadi keluargamu?"
PDF by Kang Zusi "Ya, menjadi tunanganku."
Emily merasa lamarannya mungkin akan mengejutkan Stark. Tetapi,
kalaupun iya, pria itu tak menunjukkannya.
"Bukankah terlalu cepat kamu berpikir untuk bertunangan lagi, Saudari
Emily?" Emily merasa pipinya memerah. "Ini hanya yang akan kita katakan
kepada orang lain, bukan sebenarnya."
Stark tersenyum. "Apakah kamu mengusulkan agar kita berbohong
kepada tuan rumah kita?"
Emily mengangkat dagunya. "Ya."
Sekarang, Stark mungkin akan bertanya kepadanya, pikir Emily:
Mengapa" Dan, apa yang akan dia katakan kepadanya" Kebenaran"
Menceritakan kepada pria itu kalau kecantikannya membuat dirinya,
Emily, tak bisa kembali ke tanah kelahirannya; sementara anggapan
tentang keburukan dirinya di tanah ini membuatnya tak ingin pergi" Tidak.
Itu akan membuat dirinya terlihat seperti wanita tersombong di dunia atau
paling gila. Imannya. Dia akan mengatakan kepada pria itu bahwa
kekuatan imannya membuat kebohongan kecil yang dia usulkan dapat
diterima sebagai cara untuk menyiarkan kebenaran sejati, kebenaran
tentang keselamatan abadi di bawah nama Yesus. Itu bisa dianggap
sebagai menghujat Tuhan, tetapi Emily tak peduli. Dia tak akan kembali ke
Amerika. Jika Stark tak membantunya, dia akan berusaha sendirian,
bagaimanapun caranya. "Mereka akan berpikir bahwa itu aneh," kata Stark. "Satu menit lalu
kamu masih menangisi Zephaniah. Menit berikutnya, kamu menjadi
tunanganku. "Mungkin kita memang bisa melakukan itu. Karena kita punya cara
aneh menurut mereka, seperti cara mereka yang aneh bagi kita. Jadi,
mereka akan percaya kepada kita."
Sekarang, justru Emily yang terkejut. "Jadi, kamu mau?"
"Ya." Stark meraih ke bawah Alkitab dan mengeluarkan pistol yang
tadi dia sembunyikan. Dia melihat lurus ke mata Emily. Emily membalas
pandangan matanya dengan pasti. "Tetapi, mungkin aku juga sebentar lagi
PDF by Kang Zusi mati. Tak lama lagi, kamu akan benar-benar sendirian di negeri yang aneh
dan berbahaya ini. Apa kamu siap?"
"Ya." Emily memandang Stark membungkus pistol itu dengan sebuah sweter
bersama kotak yang perkiraannya pasti berisi amunisi.
"Aku akan mengiyakan pertanyaan mereka. Tetapi, kamu yang harus
menjelaskan kepada mereka." Stark bergerak ke arah dinding yang runtuh
di seberang dan menemukan pisaunya.
"Aku akan mengatakan kepada mereka bahwa pertunangan kita adalah
pertunangan karena iman, seperti aku dan Zephaniah dulu. Bukan karena
nafsu dan cinta. Orang Jepang juga punya agama seperti kita meski
berbeda. Mereka pasti mengerti."
"Kalau begitu kita rekan sekarang," kata Stark.
"Terima kasih, Matthew."
Stark tak bertanya mengapa. Emily juga tak berkata apa pun tentang
pistol itu. Ya, mereka memang rekan.
Genji, Shigeru, Saiki, Sohaku, Kudo, dan Hide duduk di lantai ruangan
utama sayap pelayan. Itu hanyalah satu-satunya tempat yang tidak rusak
akibat pengeboman. Heiko dan Hanako menyajikan teh. Semua orang
menunggu Saiki untuk berbicara. Dia adalah kepala rumah tangga. Sesuai
protokol, sudah tugasnya untuk mengajukan konteks rapat untuk menentu-
kan keputusan ini. Mengingat masalah yang akan dibicarakan sangat peka, Saiki
sebenarnya lebih memilih tak ada wa
nita. Tetapi, Genji menolak usulnya
itu, dengan alasan bahwa kalau istri Hide dan kekasihnya sendiri tak bisa
dipercaya, maka klan mereka benar-benar sudah hancur. Saiki menahan
dirinya dan tidak mengatakan bahwa sebenarnya masih ada waktu untuk
memusnahkan orang-orang yang mencurigakan. Tetapi, Genji tak dapat
menerima usul apa pun yang berkaitan dengan Heiko. Kalau memang nanti
diperlukan, Saiki akan melakukan tindakan tanpa izin junjungannya. Dia
siap melakukan ini dari perjalanan ke Edo, jika kondisi memang
memungkinkan. PDF by Kang Zusi Saiki berkata, "Istana Lord Senryu tidak mengalami kerusakan. Beliau
telah setuju untuk memberi akomodasi kepada orang-orang kita yang
terluka parah, hingga mereka dapat dievakuasi. Kremasi telah disiapkan.
Sementara pemindahan yang terluka akan dilakukan oleh pasukan utama."
"Ini dapat memunculkan reaksi dari Shogun," kata Kudo. "Meski
sekarang dia lemah"dan justru karena itu"Shogun pasti tidak
mengizinkan tindakan yang dilakukan tanpa izinnya."
"Memang," kata Saiki. "Tetapi, kita tak punya pilihan lain. Apa yang
mungkin akan dilakukan orangorang asing lagi" Kita tak tahu. Mungkin
mereka akan kembali untuk melakukan pengeboman lagi. Mungkin
mereka akan mendaratkan pasukan. Ini bisa saja merupakan awal invasi.
Di antara bahaya-bahaya yang tidak pasti ini hanya satu yang pasti.
Dengan runtuhnya dinding-dinding istana, kita akan sangat mudah
diserang musuh dari dalam. Dua usaha pembunuhan telah terjadi. Satu
terhadap junjungan kita sebelum pengeboman, dan satu terhadap Nona
Heiko, mungkin wanita misionaris itu. Pembunuh itu terbunuh. Karena itu,
identitasnya dan siapa tuannya tetap menjadi misteri. Di masa yang serba
tak pasti ini, motivasi dan tujuan pihak lain tak selalu mudah ditebak.
Sehingga, bahaya semakin besar."
"Aku setuju kalau kita harus melakukan evakuasi," kata Sohaku. "Dan
aku juga setuju kalau Shogun pasti akan bereaksi. Kita harus siap. Senapan
dan amunisi harus segera dibagikan. Semua rute yang memungkinkan
untuk keluar Edo menuju wilayah Akaoka harus dipertimbangkan dengan
hati-hati. Terutama kita harus memperhatikan tempat-tempat di mana ke-
mungkinan musuh akan menyerang. Karena kita telah menolak Kawakami
untuk masuk, tak diragukan lagi saat ini kita sedang diawasi ketat, yang
berarti mungkin saja kita tak akan keluar Edo tanpa menghadapi musuh
dalam jumlah lumayan."
Kudo berkata, "Sebuah pengalihan mungkin akan berguna. Jika selusin
sukarelawan dari kita mau menyerang Benteng. Edo, mungkin mereka bisa
mengalihkan perhatian Shogun dari kita."
"Selusin pasukan melawan benteng Shogun?" kata Saiki. "Mereka akan
terbantai hanya dalam beberapa detik."
PDF by Kang Zusi "Tidak jika mereka menyerang secara sendiri-sendiri dan acak," kata
Kudo, "di waktu yang berbeda dan dari arah yang berbeda. Pasukan
Shogun harus waspada dalam waktu yang cukup lama. Orang-orang kita
dapat saja berdemo memprotes Shogun yang diam saja melihat orang asing
mengebom Edo. Itu akan menambah kebingungan."
Genji berpaling kepada Shigeru. "Bagaimana menurutmu?"
Shigeru tidak mendengarkan. Dia tadi berpikir tentang pedang leluhur
yang kini disandangnya. Yang lebih spesifik, dia berpikir tentang
penglihatan yang baru saja dia alami, yang membuatnya tahu bahwa ialah
orang terakhir yang akan menyandang pedang leluhur itu dalam
peperangan. Penglihatan itu membuatnya merasa lengkap karena tidak
disertai dengan bayangan visual dan audio yang meledak-ledak seperti
bisaanya. Ini tak pernah terjadi kepadanya sebelumnya. Apakah ini
menandakan perubahan dalam dirinya atau ini merupakan satu lagi akibat
pengaruh keponakannya yang kini di dekatnya" Atau, apakah ini salah satu
bentuk lagi dari makkyo"delusi yang ditimbulkan oleh setan" Kecuali,
jika dia benar-benar merasa yakin, tak ada gunanya dia berkata apa pun
kepada Genji. "Rencana-rencana yang telah dipaparkan tadi semuanya mempunyai
keuntungan tertentu," kata Shigrru. Meski tidak mendengarkan, dia tahu
bahwa beberapa pilihan telah diajukan. Sebuah pergerakan besar yang tak
disembunyikan dalam satu kelompok besar. Sebuah pengalihan perhatian,
diikuti pelarian sang Lord muda dikawal oleh pasukan kavaleri terbaik.
Pembagian senapan. "Evakuasi junjungan kita akan paling aman dilakukan
dengan pendekatan gabungan. Ini akan memberikan keuntungan terbesar
dan mengurangi risiko. Di mana kremasi orang-orang kita yang tewas akan
dilakukan?" "Kuil Nakaumi," jawab Saiki.
"Teruskan membawa mayat ke sana."
Saiki berkata tidak sabar. "Tugas itu terus berlanjut tanpa harus
diperintahkan lagi, Lord Shigeru, dan hampir selesai."
"Teruskan membawa mayat ke sana," kata Shigeru lagi. "Selama ini
yang hidup membawa yang mati. Sekarang, biarkan yang hidup membawa
yang hidup. Teruskan hingga setengah orang kita ada di krematorium.
PDF by Kang Zusi Sementara itu, Lord Genji dan sejumlah kecil pasukan akan bergerak ke
rawa di sebelah timur kota untuk melihat burung bangau berganti bulu
menjelang musim dingin. Dengan alasan bahwa itu adalah kegiatan untuk
bersantai melepaskan lelah akibat ketegangan yang ditimbulkan dari
serangan yang baru saja terjadi. Begitu sampai di sana, Lord Genji akan
meneruskan perjalanan ke pegunungan dan kembali ke wilayah Akaoka.
Mereka yang masih tertinggal di sini harus menunggu sampai malam. Ke-
mudian, pasukan kita yang paling terlatih akan menghabisi mata-mata
Shogun dan evakuasi istana ini dapat dilakukan dengan penuh rahasia."
Keraguan Saiki, yang tadi tampak ketika Shigeru mulai berbicara kini
semakin jelas. "Memang benar kalau junjungan kita mempunyai reputasi
peka terhadap seni dan hal-hal yang artistik. Tetapi, mengamati bangau"
Setelah istananya hancur menjadi puing" Ketika lusinan pengikutnya
terbunuh dan terluka" Benar-benar tak bisa diterima!"
"Aku tidak benar-benar mengamati bangau," kata Genji ringan.
"Tidak, Tuan. Memang tidak," kata Saiki. "Tetapi, membuat orang lain
percaya kalau Anda memang mengamati bangau meski hanya sekejap akan
menurunkan martabat Anda. Anda adalah Bangsawan Agung Akaoka ke-
26. Leluhur Anda telah menurunkan Shogun dan juga mengangkat mereka,
dan Anda serta keturunan Anda juga akan melakukannya. Anda tidak
mungkin mempertimbangkan untuk mengamati bangau di masa seperti
ini." "Tetapi, meski tak bisa dimengerti, muncul keinginan dalam diriku
untuk melakukan hal itu." Genji tersenyum kepada Heiko. "Katanya,
burung bangau tertentu ada yang kawin di musim dingin."
Saiki memejamkan matanya. Ketika dia membuka matanya, tidak ada
yang berubah. "Tuanku, harap pertimbangkan kembali. Risiko dari
tindakan itu benar-benar tinggi."
"Dengan skenario lain, berapa besar risikonya terjadi konfrontasi?"
"Sangat besar."
"Jika skenario mengamati bangau berhasil, tidak akan ada kekerasan
mengiringi keberangkatanku. Benar demikian"'
"Hanya jika berhasil, Tuanku."
PDF by Kang Zusi Genji berkata, "Keluargaku selalu beruntung jika berurusan dengan
burung." Sohaku berkata, "Ada alasan lain untuk mempertanyakan strategi ini.
Anda berniat memisahkan kita menjadi tiga kelompok?"
"Itu benar," jawab Shigeru.
"Jumlah kita sudah sedikit. Dengan membaginya, kita akan lebih
mudah diserang. Dan, Anda mengusulkan agar kita mengirimkan sesedikit
mungkin orang, dengan senjata tidak lengkap, dengan junjungan kita,
untuk melewati jalan yang paling sulit dan panjang menuju rumah."
"Ya," kata Shigeru, "dan itu untuk jaga-jaga, aku rasa sebaiknya para
misionaris pergi bersamanya."
"Apa?" Saiki, Kudo, dan Sohaku berteriak hampir bersamaan.
"Jika junjungan kita ingin menunjukkan keindahan daerah pedesaan
kepada tamunya, itu bisa dipahami. Kalau tidak, akan sangat sulit
menjelaskan mengapa orang asing tersebut keluar pada kondisi seperti
sekarang." "Mengapa kita harus membebani diri dengan, mereka?" kata Kudo.
"Kirim saja mereka ke Harris konsul Amerika itu."
"Kamu pasti tahu ramalan itu," kata Shigeru "Orang asing akan
menyelamatkan hidup Lord Genji. Kita tak tahu yang mana. Jadi, demi
junjungan kita, kita harus melindungi mereka seakan-akan hidup mereka
sama artinya dengan hidup Lord Genji."
Kudo berkata, "Orang asing yang dimaksud telah melakukan tugasnya
dengan men-dapatkan peluru yang seharusnya untuk junjungan kita dan
dia mati. Dua yang lain tak berguna bagi kita."
Saiki menghela napas. "Itu belum jelas." Meskipun dia benci mengakui
ini, Saiki kini mulai mengakui kebenaran pandangan Shigeru bahwa peluru
itu memang ditujukan untuk orang yang menjadi target pemimpin
misionaris. "Aku setuju dengan Lord Shigeru. Mereka harus dijaga."
Kudo memandang Sohaku yang berpura-pura tidak memperhatikan.


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sohaku mengutuk kepercayaan sekutunya pada takhayul. Mereka akan
berhasil atau gagal membunuh Genji, bergantung pada nasib mereka,
bukan pada ramalan kosong tentang orang asing.
PDF by Kang Zusi Sohaku berkata, "Siapa yang akan memimpin ketiga unit?"
Jawaban Shigeru merupakan indikasi apakah dia dicurigai atau tidak.
"Kamu akan mengomandoi pasukan kavaleri," kata Shigeru. "Tentu
saja kamu akan mengepalai pasukan utama. Bertempur kecil-kecilan kalau
perlu, tetapi hindari pertempuran besar. Sebelum kamu berangkat, kita
akan berdiskusi dan mempertimbang-kan di mana kami bisa bergabung
denganmu." "Baik sekali, Tuanku." Sohaku membungkuk Jadi, dia masih
dipercaya; kalau tidak, dia pasti tidak dipercaya memimpin pasukan utama.
"Kudo, pembunuh terbaik yang kita punya." Shigeru berhenti.
Ekspresinya tidak berubah. Tetapi, jika diamati dengan saksama, terlihat
pupil matanya menyempit saat dia melihat ke arah Kudo. "Karena itu,
kamu akan mengorganisasi orang-orang yang ter-tinggal di sini. Pertama,
habisi mata-mata yang mengawasi kita. Lalu, bergabung dengan Sohaku
secepat kamu bisa." "Ya, Tuan." Kudo juga lega menerima tugas yang penting itu.
Penyebutan pembunuh sedikit mengganggunya, tetapi tidak terdengar nada
sinis di kata-kata Shigeru. Jika ada kecurigaan meski hanya sedikit, pasti
dia maupun Sohaku tidak akan diberi tanggung jawab sebesar itu dan
mereka tidak akan diperintahkan untuk bergabung.
Saiki mendengar dengan ngeri. Shigeru menyerahkan semua kekuatan
yang mereka punya kepada dua pria yang dia tahu akan memberontak
terhadap jun-jungan mereka. Dia pasti gila meski dia terlihat rasional di
permukaan. Dalam beberapa hari, di suatu tempat di pegunungan, Sohaku
dan Kudo akan menemukan Genji dan membunuhnya. Pikiran Saiki
berputar, tetapi dia tak menemukan solusi yang tepat.
Shigeru berkata, "Lord Chamberlain, Saiki, Anda akan pergi malam ini
ke wilayah kita dengait kecepatan penuh. Taro dan Shimoda akan
menemani Anda. Sesampai di sana, siapkan pasukan kita untuk perang.
Siap-siaplah bergerak ke arah mana pun dalam waktu tiga minggu."
"Ya, Tuan." Saiki membungkuk. Tiba-tiba rencana Shigeru menjadi
jelas baginya. Saat Sohaku dan Kudo tak bisa bergerak, Saiki bebas pergi
ke Akaoka dan meyakinkan kesetiaan pasukan utama dengan
membersihkan elemen-elemen meragukan. Sementara itu, Shigeru akan
PDF by Kang Zusi membimbing Genji melewati rute-rute rahasia di pegunungan dalam usaha
menghindari kejaran dari Shogun dan dua pengkhianat ini. Tugas Shigeru
jelas merupakan tugas bunuh diri, tetapi Shigeru kelihatannya tidak
menyadarinya. Dengannya, Lord Genji punya kemungkinan besar bertahan
hidup. Sohaku bertanya, "Berapa banyak pasukan yang akan dibawa Lord
Genji?" "Aku sendiri," jawab Shigeru, "dan Hide. Tentu saja Lord Genji tak
mungkin mengamati bangau tanpa mengajak Nona Heiko. Dan, dua
misionaris itu. Yang lain tak diperlukan."
"Tuanku." Ini adalah berita yang sangat menggembirakan. Tetapi,
Kudo merasa dia perlu protes untuk mendemonstrasikan kesetiaannya.
"Keahlian Anda tak perlu diragukan lagi dan Hide baru-baru ini juga telah
mendemonstrasikan keahliannya. Tetapi, hanya dua orang" Untuk
melindungi junjungan kita melewati wilayah yang sebagian besar adalah
wilayah musuh" Setidaknya, satu pasukan harus pergi bersama Anda. Jika
ada serangan, pasukan itu dapat memberi kesempatan meloloskan diri pada
junjungan kita dengan mengorbankan nyawa mereka."
"Harapan kita agar bisa bertahan hanya dengan penghindaran," kata
Shigeru. "Jika kita terlibat pertempuran, dengan pasukan atau tanpa
pasukan, kita akan gagal."
"Hamba juga merasa risikonya terlalu tinggi," kata Sohaku. "Apa tidak
sebaiknya jika Lord Genji bepergian bersama hamba sendiri atau Kudo"
Kami punya pasukan untuk melindungi terhadap semua hal kecuali
pasukan besar, dan pasukan besar tak bisa berjalan cepat menandingi
pasukan kavaleri." Saat dia berbicara, muncul gagasan baru di kepalanya,
gagasan yang akan menyederhanakan rencana mereka. "Lord Genji akan
bepergian dengan menyamar. Sementara itu, Anda, Lord Shigeru, dapat
melaksanakan perjalanan sesuai rencana Anda, tetapi dengan Lord Genji
palsu untuk mengalihkan perhatian. Sehingga, keselamatan junjungan kita
benar-benar terjamin." Dengan Genji di tangan mereka dan Shigeru tidak
ada, kemenangan sudah di depan mata.
"Usul yang bagus," kata Shigeru, "dan mempunyai keuntungan.
Bagaimana menurut Anda, Tuanku?" Shigeru bertanya kepada Genji
PDF by Kang Zusi bukan untuk mendapat jawaban, melainkan untuk mengontrol emosinya
yang mulai naik. Dia hampir saja memenggal kepala Sohaku dan Kudo.
Pengkhianat yang sombong dan bodoh! Tetapi, kalau dia membunuh
mereka sekarang, reputasi tentang kegilaannya akan menjadi jalan ke-
runtuhan keponakannya. Klan mereka akan hancur. Tenang. Dia perlu
menemukan tempat tenang dalam dirinya. Jika tempat itu memang masih
ada. "Usul yang brilian, Pendeta Kepala," kata Genji. "Pengalihan ganda
yang kau usulkan sungguh pintar." Dia dan Shigeru telah menentukan apa
yang akan mereka lakukan sebelum pertemuan ini. Dengan pura-pura
mempertimbangkan usul Sohaku, Shigeru menunjukkan rasa hormatnya.
Jika pamannya bisa bersikap sopan, mungkin kegilaannya memang sudah
sembuh total. Ini membuatnya merasa optimis. Genji memberi satu
senyum lagi kepada Heiko. "Semakin aku berpikir, aku semakin merasa
mengamati bangau adalah cara paling menarik untuk meninggalkan Edo.
Kamu setuju tidak, Heiko?"
"Menarik, mungkin." Heiko berharap Shigeru tidak akan
memercayakan nasib Genii di tangan Sohaku. Pagi ini, sebelum fajar
muncul di jam ayam jantan, pelayannya, Sachiko, melihat seorang
pembawa pesan menyelinap keluar. Dia muncul dari ruangan Sohaku.
Sachiko mengikutinya cukup lama untuk menentukan arah tujuan si
pembawa pesan. Benteng Edo. "Tetapi, pasti sepi."
"Sepi" Apa kita tak cukup untuk saling menemani?"
"Hanya kalau kita bersama," kata Heiko, "tetapi, tentu saja saya harus
menemani Lord Genji palsu. Kalau tidak, pengalihan perhatian pasti akan
gagal." Genii tertawa, "Tidak masuk akal. Kita berdua akan menyamar, dan
Heiko palsu akan pergi dengan Genji palsu. Pasti menyenangkan." Dia
benar-benar menikmati bermain dengan gagasan aneh itu. Di satu titik,
baik Shigeru atau Saiki pasti akan menolaknya. Jadi, tak perlu khawatir
karena usul Sohaku tak mungkin dilakukan. "Kamu bisa menyamar
menjadi wanita petani dengan baik. Menyamar menjadi pelayan pasti
bukan masalah bagimu."
PDF by Kang Zusi "Terima kasih, Tuan." Ucapan Genji membuatnya kembali merasa
malu mengingat apa yang pernah terjadi dahulu. "Jika Anda berkenan,
hamba permisi dulu. Hamba akan mulai bersiap-siap memotong rambut
hamba." Heiko membungkuk dan mulai mundur keluar dan ruangan. Dia
berharap Genji mampu berpikir jernih dan mencegahnya sebelum dia
benarbenar harus memotong rambutnya.
"Nona Heiko, tinggallah bersama kami," kata Saiki. Dia telah
menemukan kepalsuan di usul Sohaku, syukurlah semua itu karena kata-
kata Heiko. "Merupakan sebuah dosa jika Anda mengorbankan kecantikan
Anda hanya karena rencana menggelikan itu."
"Agar bisa sukses di masa yang sulit ini," kata Sohaku, "seharusnya
kita tidak takut untuk melewati perbatasan wilayah sendiri. Tidak
membantu jika kita memandang rendah setiap usulan yang tidak diambil
dari Seni Perang." Hadiah yang diharapkan hampir jatuh di pangkuannya.
Yang tinggal dia lakukan adalah membuat lengah si tua bodoh itu.
Genji berkata, "Aku harus mengakui, tidak ada kelemahan dalam
rencana Rahib Kepala. Bagaimana denganmu, Saiki?"
"Memang tak ada," balas Saiki, "selama Nona Heiko sendiri menemani
Anda yang palsu." "Itu tidak boleh terjadi," kata Genji. "Yang menyenangkan adalah
kalau kita bisa berpura-pura menjadi orang lain. Dalam hidup sehari-hari,
kita tak bisa melakukan itu sama sekali." Meskipun ironi dalam ucapannya
tadi sangat terasa, Genji tidak melihat ekspresi wajah mereka yang hadir di
ruangan itu berubah. Rupanya, kendali diri seorang samurai benar-benar
hebat. "Kita bisa menempatkan Heiko palsu untuk menggantikannya juga."
Saiki berkata, "Tuanku, mungkin Anda bisa menyamar menjadi
seorang prajurit berpangkat rendah. Dan mungkin juga Nona Heiko dapat
menggunakan keahliannya dalam menyembunyikan identitas dirinya dan
berperan sebagai pelayan. Mungkin salah satu orang kita bisa berpura-pura
menjadi Anda. I'etapi, adakah di antara para wanita kita yang bisa berpura-
pura menjadi Nona Heiko?"
Semua pria di ruangan itu melihat ke arah Heiko.
Heiko membungkuk rendah hati. "Hamba yakin mudah sekali
menemukan pengganti hamba."
PDF by Kang Zusi Sohaku memandang Heiko. Mata sendu yang terlihat mengantuk, tetapi
waspada pada saat yang bersamaan. Hidung dan dagunya yang sempurna.
Bentuk mulut mungilnya yang menggoda. Tangannya yang halus dan
lembut. Garis tubuhnya yang membentuk di bawah garis kimononya.
Tidak mungkin memalsukan Heiko.
"Saiki benar," kata Sohaku. "Hanya selintas, bahkan dari jauh pun,
orang akan tahu bedanya. Jika Nona Heiko tidak menemani Genji palsu,
rencana ini tak akan berhasil."
"Nona Heiko tak akan menemani siapa pun kecuali aku yang asli,"
tukas Genji. "Aku tak akan menghabiskan tiga minggu di hutan tanpanya.
Apa yang akan kulaku-kan kalau begitu" Berburu?"
"Tidak, Tuanku," kata Saiki, lega karena kemungkinan bencana
terburuk berhasil dihindari. "Kita semua tahu berburu bukan cara favorit
Anda dalam meluangkan waktu."
"Jadi, kita setuju?" tanya Shigeru.
Semua yang hadir mengangguk.
Kemarahan Shigeru telah berlalu. Pedang Cakar Burung Gereja tetap
berada di sarungnya hingga muncul kesempatan yang lebih baik. Semoga
dewa-dewa segera mewujudkan itu.
Kawakami, si Mata Licik Shogun, mengalami euforia yang selalu
dialaminya ketika dia mengetahui sesuatu yang dia tahu tak ada orang lain
yang tahu. Dan karena sifat pekerjaannya, pengetahuannya tentang segala
hal bisaanya lebih banyak dari orang lain, sehingga bisa dikatakan dia
selalu bahagia karenanya. Meskipun begitu, Kawakami merasa sangat
senang pagi ini. Dia baru saja berbicara dengan pembawa pesan kedua hari
itu, bahkan saat matahari belum terbit. Sohaku, Rahib Kepala Mushindo
dan Komandan Kavaleri klan Okumichi, ingin bertemu dengannya. "Harus
dilakukan dengan cara yang sangat rahasia," demikian kata sang pembawa
pesan. Itu berarti satu hal. Sohaku siap mengkhianati tuannya. Kawakami
belum tahu apakah Kudo dan Saiki, dua komandan senior lainnya,
bergabung dalam konspirasi itu. Tetapi, itu tidak penting. Sohaku tak
mungkin bergerak tanpa sebelumnya mempertimbangkan Kudo dan Saiki.
PDF by Kang Zusi Bisa saja Kudo dan Saiki bergabung dengannya atau Sohaku telah
membuat rencana untuk menghabisi mereka.
"Tuanku." Ajudannya, Mukai, ada di depan pintu.
"Masuk." "Si pembawa pesan itu masih tak mau menjawab."
Mukai berbicara tentang pembawa pesan pertama, bukan yang dikirim
Sohaku. Pembawa pesan ini sekarang ada di kamar interogasi, dan tak
lama lagi dia akan pergi ke sebuah kuburan tak bemama. Dia ditangkap
ketika berusaha meninggalkan Edo tak lama setelah pengeboman.
Kawakami mengenalinya sebagai salah satu staf Saiki.
"Mungkin kamu tidak menanyai dia dengan benar," kata Kawakami.
"Kami telah mematahkan tulang lengan dan kaki nya, Tuanku, dan
kami telah memotong" "
"Bagus," tukas Kawakami memotong penggambaran yang lebih lanjut.
"Aku akan berbicara dengannya lagi. Dia mungkin lebih mau terbuka jika
diajak bicara secara normal. Siapkan dia."
"Sudah, Tuanku."
Kawakami mengangguk. Dalam berbagai cara, Mukai adalah asisten
yang sempuma. Dia cukup pintar mengantisipasi kebutuhan Kawakami,
tetapi tidak cukup pintar untuk mengkhianatinya. Mukai berasal dari
keluarga yang statusnya cukup tinggi yang dapat melengkapi status
Kawakami, tetapi tidak cukup tinggi sehingga membuatnya ingin
menggantikan Kawakam. Mukai terkait dengan Kawakami karena
perkawinan, dia adalah suami anak perempuan dari bibi tiri suami adik
Kawakami. Terlebih lagi, keluarga Mukai telah menjadi pengikut keluarga
Kawakami selama hampir tiga ratus tahun. Dan, juga ada faktor pribadi
yang tak kelihatan. Secara fisik, Mukai adalah orang yang kuat, tetapi
perawakannya sama sekali tak punya karisma, Pakaiannya selalu pantas,
tetapi pakaian yang pada orang lain akan memberikan kesan gagah dan
konservatif, terlihat membosankan jika dikenakan Mukai, Ini mungkin
akibat wajahnya yang sama sekali tak bisa dibilang tampan, dengan hidung
yang besar dan bulat, mata sipit yang terlalu berdekatan, mulut yang lebar
tetapi dengan bibir yang tipis, dan dagu yang tertarik ke belakang.
Penampilan Mukai yang bisaa-bisaa saja itulah yang menjadi faktor utama
PDF by Kang Zusi kepercayaan Kawakami sehingga dia tidak meragukan kesetiaan ajudannya
itu. Seseorang seperti Mukai membutuhkan orang seperti Kawakami untuk
dilayani, seorang samurai dengan penampilan gagah, canggih, berdaya
tarik, dan berkarisma, sehingga dia bisa menikmati cahaya pribadi yang dia
sendiri tak punya. "Terima kasih, Mukai. Kamu bertugas dengan baik, seperti bisaanya."
Kawakami sama sekali tidak rugi memujinya dan respons yang didapatnya
selalu membuatnya girang.
"Hamba tak pantas mendapat pujian seperti itu, Tuanku." Mukai
membungkuk rendah. Mereka berjalan menuju kamar interogasi dalam diam. Seperti
bisaanya, pikiran Kawakami dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang
membanggakan dirinya. Dan, siapa yang bisa menyalahkannya" Prospek
masa depannya terlihat lebih baik daripada yang berani dia harapkan. Dia
berpikir apakah orang yang berjalan bersamanya juga berpikir tentang
sesuatu. Bukannya dia benar-benar ingin tahu. Sering, seperti saat ini,
Mukai selalu terlihat dungu dan pikirannya kosong.. Hanya dewa-dewa
dan Buddha yang tahu apa yang ada di kepalanya, jika mereka meluangkan
waktu untuk melongoknya, dan mungkin juga mereka tak berminat
melongok ke dalam kepala Mukai. Betapa tidak beruntungnya menjadi
bukan siapa-siapa. Setidaknya, Kawakami diberkahi dalam hal pengikut-
pengikutnya. Semua bukti kekerasan yang pernah terjadi sudah hilang. Pembawa
pesan itu, seorang samurai setengah baya bernama Gojiro, terlihat rapi
memakai baju yang dia pakai saat tertangkap. Dia duduk di lantai di tatami
dengan posisi bisaa, kakinya bersila. Sebuah sandaran kayu didirikan di
belakangnya untuk menahan tubuhnya. Karena kedua kakinya patah, pasti
tidak mungkin baginya untuk mempertahankan posisi itu tanpa sandaran
sama sekali. Wajahnya berkerut kesakitan, napasnya tersengal-sengal,
keringat mengalir deras di wajahnya. Spontan meski tak ingin, Kawakami
memandang ke tangan pria itu, berharap melihat ada jarinya yang hilang.
Tetapi, semua jari di kedua tangan itu lengkap. Bukan jari yang dipotong
Mukai. PDF by Kang Zusi "Tidak ada artinya kalau kamu terus diam," kata Kawakami. "Kami
tahu apa misimu. Memobilisasi pasukan di wilayah Akaoka. Kami hanya
minta kamu mengakuinya."
"Aku tak peduli apa yang kalian tahu," kata Gojiro.
"Seharusnya kamu peduli," kata Kawakami, "karena apa yang kutahu


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan menyebab-kan kematian junjunganmu, penyitaan rumahnya dan ke-
matian atau perbudakan setiap anggota keluargamu."
Tubuh Gojiro mulai bergetar. Wajahnya merut. Sebuah suara yang
tercekik dan tertahan keluar dari kerongkongannya. Kawakami mengira
dia mengalami serangan kejang-kejang sebelum akhimya dia sadar bahwa
pria itu tertawa. "Kau si Mata Licik," kata Gojiro. "Semua hal yang diketahui orang
dapat kamu ketahui. Semuanya kecuali satu yang paling penting."
"Apa itu?" "Masa depan," kata Gojiro, "yang hanya diketahui oleh satu orang,
Lord Genji." "Idiot!" Kawakami mencoba mengontrol diri sendiri. Tidak pantas
menyerang tawanan yang sudah lumpuh. "Kamu rela mati dalam siksa
hanya karena dongeng itu?"
"Aku akan mati di sini, Mata Licik, itu benar. Tapi, anak-anakku akan
hidup melayani junjungan yang sama. Dan mereka akan mengencingi
mayatmu yang membusuk." Gojiro tertawa lagi, meski terlihat jelas dia
kesakitan. "Kamulah yang akan musnah." Kawakami berdiri dan
meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata pun. Dia terlalu marah untuk
bicara. Mukai terburu-buru mengikutinya.
"Apakah hamba boleh menghabisinya, Tuanku?"
"Jangan. Jangan dulu. Terus tanyai dia."
"Dia tak mau bicara, Tuanku. Hamba yakin itu."
"Pokoknya teruskan. Tanyai dengan terperinci hingga tidak ada hal
yang tidak kita ketahui."
Mukai membungkuk, "Ya, Tuanku."
Kawakami lalu menuju ruangan minum teh
Mukai kembali ke kamar interogasi. Seperti yang telah dia perkirakan,
Gojiro sama sekali tak mau bicara, bahkan ketika tulang-tulangnya
PDF by Kang Zusi dipatahkan, diremukkan, dan dipotong, serta organ dalamnya di keluarkan
di depan matanya. Dia berteriak dan menangis. Tak mungkin sakit seperti
itu bisa ditahan meski oleh seorang pahlawan pun. Tetapi, dia tak mau
mengatakan apa-apa. Akhirnya, ketika waktu telah mencapai waktu tergelap di jam domba,
napasnya terhenti. Mukai membungkuk di hadapan mayatnya dan diam-
diam meminta maaf. Ruh Gojiro pasti mau memaafkannya. Mereka berdua
adalah samurai. Dan, mereka harus melayani junjungannya sebagaimana
seharusnya. Mukai memberi instruksi agar mayat Gojiro dimakamkan
dengan hormat meski diam-diam.
Ketika dia keluar dari kamar interogasi, Mukai menuju kamarnya,
tetapi dia tidak masuk ke sana. Segera setelah dia yakin tidak diikuti, dia
keluar mclalui pintu tersembunyi. Dalam beberapa menit, dia sudah berada
di luar dinding Benteng Edo dan dengan cepat berjalan menuju kediaman
para bangsawan di distrik Tsukiji.!
9. Bitoku Suara yang mengendap-endap membangunkan Heiko. Siapa pun
yang mendekat, dl berusaha keras untuk meminimalkan suara
langkahnya. Mungkin itu adalah salah satu pengikut. Tetap dinding
istana telah runtuh. Jadi, besar kemungkinan ada orang yang tidak
berniat baik datang. Dua pedang Genji ada di dudukan di dekat
kepalanya. Heiko baru saja akan bergerak untuk mengambi pedang
pendek wakizashi ketika Genji meraih pedang panjang katana. Baru
setelah Genji bergerak, Heiko sadar kalau laki-laki itu juga sudah
terbangun. "Tuanku." Terdengar suara Hide dari balik pintu.
"Ya?" PDF by Kang Zusi "Ampunkan hamba karena telah mengganggu Seorang tamu
memaksa untuk bertemu dengan Anda segera."
"Siapa?" "Dia menyembunyikan identitasnya. Tetapi, dia memberi hamba
sebuah tanda yang katanya pasti akan Anda kenali."
"Tunjukkan padaku."
Pintu terbuka dan Hide masuk dengan berlutut. Dia membungkuk
dalam gelap, maju ke depan dengan lututnya dan memberikan benda
datar dan bundar kepada Genji yang kira-kira sebesar buah plum. Itu
adalah sebuah pedang kuno dengan ukiran segerombolan burung gereja
terbang di atas ombak. "Aku akan menerimanya. Tunggu beberapa saat, kemudian bawa dia
masuk." Hide ragu-ragu. "Apa tidak sebaiknya dia diminta membuka
topengnya dulu?" "Penting, tetapi itu tidak perlu."
"Ya, Tuanku." Hide mundur, tetap dengan berjongkok dan menutup
pintu. Heiko menyelubungi tubuhnya dengan kimono dalamnya dan turun
dari ranjang. "Hamba akan pergi."
"Ke mana?" Heiko ingat. Mereka ada di kediaman pelayan, satu-satunya bagian
istana yang tidak rusak. Dia dan Genji menempati ruang utama.
Sementara ruang-ruang yang lain ditempati oleh beberapa orang. Dia tak
bisa pergi ke mana-mana. "Hamba akan menunggu di luar."
"Terlalu dingin. Lagi pula, aku ingin kau tetap ada di sini."
"Tuanku, hamba tidak mungkin menghadapi orang lain selain Anda
dalam kondisi seperti ini."
Rambut Heiko terurai hingga pinggang. Bisa dikatakan dia telanjang.
Tidak ada make up di wajahnya. Genji akhir-akhir ini lebih suka
melihatnya tanpa make up. Setidaknya, membutuhkan satu jam untuk
PDF by Kang Zusi dapat mengatur dirinya hingga pantas dilihat orang, itu pun harus dengan
bantuan Sachiko. "Sekarang adalah waktu yang tidak biasa. Aturan biasa tidak berlaku.
Siapkan dirimu sebaik yang kaubisa."
Heiko mengatur rambutnya mirip dengan gaya Heian kuno, dibelah
tengah dengan rambut dibiarkan terurai diikat longgar dengan pita. Dia
lalu mengenakan beberapa lapis kimono dalam, diatur sedemikian rupa
sehingga mirip jubah longgar yang dikenakan wanita zaman dahulu. Dia
memakai bedak dan pemerah pipi tipis-tipis sehingga dia tidak terlihat
memakai make up, tetapi make up tipis itu justru menegaskan kecerahan
matanya dan bentuk bibimya yang seperti tersenyum.
"Kamu mengagumkan," kata Genji ketika Heiko kembali masuk
ruangan dengan nampan teh di tangan.
"Bagaimana bisa, Tuanku?"
"Kau terlihat seakan-akan kau baru keluar dari lukisan di era Shining
Prince." Lalu, dia menunjuk pada kimononya yang diikat dengan
tergesa-gesa. "Kebalikannya, aku terlihat seperti aku saat ini. Baru
bangun tidur." Heiko tidak perlu mengeluarkan protes demi kepantasan karena sang
tamu sudah datang. Dia adalah seorang pria gemuk yang tertutup mantel
dari kepala sampai kaki. Ada kecanggungan dalam gerakannya yang
terlihat familier bagi Heiko. Dia sudah pernah melihat pria ini. Tetapi, di
mana" Hide dan Shimoda duduk dekat di belakang tamu itu, di belakang dan
kedua sisinya. Sedikit gerakan mencurigakan, tamu itu akan kehilangan
nyawanya. Gerakan jelas dan pelan dari tamu itu menunjukkan kalau dia
memahami konsekuensi itu dengan baik. hahkan, saat membungkukkan
badan dia melakukannya dengan pelan dan pasti.
"Maafkan atas gangguan hamba yang tidak pada waktunya, Lord
Genji." Mukanya mengenakan cadar, yang terlihat hanya di matanya.
Meskipun sipit, mata itu tak bisa menyembunyikan keterkejutannya
ketika melihat Heiko. "Hamba kira, hamba hanya akan bertemu dengan Anda saja."
PDF by Kang Zusi Genji memberi isyarat kepada Hide dan Shimoda. Ekspresi khawatir
di wajah keduanya semakin jelas. Tak satu pun dari mereka yang
bergerak. "Kalian tunggu di luar," kata Genji.
"Baik, Tuan." Hide dan Shimoda membungkuk tanpa mengalihkan
pandangan dari tamu yang mungkin saja seorang pembunuh itu. Mata
mereka tetap menghunjam ke punggung tamu itu saat mereka mundur ke
arah pintu. Setelah pintu tertutup, Genji bahkan masih dapat membayangkan
posisi mereka berdua seakan-akan dia dapat melihat menembus kayu dan
soji. Mereka berdiri di sisi pintu, tangan di gagang pedang, siap
menyerbu ke dalam. Tamu itu melihat ke Heiko lagi. "Kita masih belum sendiri, Tuanku."
Genji berkata, "Jika kamu tidak bisa mempercayai Nona Heiko, aku
tak bisa mempercayaimu." Dia memberi isyarat kepada Heiko. Heiko
membungkuk dan bergeser maju dengan nampan teh.
Kini, Mukai dihadapkan pada dilema yang tak dia harapkan sama
sekali. Agar bisa minum teh, dia harus membuka topengnya. Jika dia
menolak teh itu dan tetap memakai topeng, tidak akan terjadi
pembicaraan. Karena Genji sudah tahu siapa dia"ini adalah pertemuan
kedua mereka"hanya ada satu tujuan agar dia membuka jati dirinya di
hadapan Heiko. Untuk menguji reaksi mereka satu sama lain. Apa itu
berarti Genji mencurigai Heiko" Atau dirinya" Atau mereka berdua"
Atau ini hanya sebuah permainan Genji dengan geishanya" Dan, tentu
ada masalah yang lebih besar lagi. Jika Mukai membuka topengnya,
Heiko pasti melaporkan kedatangannya ini kepada Kawakami. Dan,
Mukai akan mengikuti jejak Gojiro disiksa di kamar interogasi, dan ke
kuburan. Kecuali jika dia sekarang membuka identitas Heiko sebagai
mata-mata dan seorang pembunuh. Tidak, itu tak akan berhasil. Genji tak
akan memercayainya tanpa bukti kuat dan Mukai tak punya bukti satu
pun. Dia memaki dirinya sendiri karena tidak mempertimbangkan
kemungkinan keberadaan Heiko. Karena pengeboman itu, dia tidak
berpikir bahwa Heiko ada di kediaman Genji.
PDF by Kang Zusi Akhirnya, pusing karena berbagai kemungkinan yang bisa terjadi,
Mukai menyerah. Dia membuka topeng dan menerima teh yang
ditawarkan. Heiko tidak menunjukkan ekspresi terkejut,
Ia bahkan tidak menunjukkan tanda sedikit pun bahwa dia mengenali
Mukai. Itu disebabkan dia telah mengenali Mukai sejak tadi setelah
melihat mata yang sipit dan berdekatan serta gumpalan hidung yang
besar di bawah cadamya. Dia mengira Mukai dikirim oleh Kawakami
sebagai sebuah strategi untuk menyimpangkan arah Genji. Aneh jika
Kawakami memilih Mukai untuk tugas ini. Dia adalah seorang yang
bodoh dan polos. Genji tidak melihat reaksi dari Heiko, yang tidak berarti apa pun. Dia
tahu pengendalian diri wanita itu sangat luar biasa. Tetapi, setidaknya
mata Mukai yang bergerak-gerak menjawab satu pertanyaan. Heiko dan
Mukai saling mengenal. Ini berarti kemungkinan pengkhianatan hampir
bisa dipastikan. Pengkhianatan terhadap siapa dan oleh siapa, itu yang
belum jelas. Mukai membungkuk rendah kepada Genji. "Hamba menyesal
membawa berita bahwa pembawa pesan Anda, Gojiro, tertangkap oleh
mata-mata Shogun ketika hendak keluar Edo."
"Benar-benar nasib buruk," kata Genji. "Apakah dia menyerah pada
interogasi"' "Tidak, Tuanku, sama sekali tidak."
Genji berkata, "Aku akan menghargai kesetiaan dan keberaniannya
dengan menaikkan pangkat ketiga anak lelakinya dalam pasukanku.
Apakah ada kemungkinan mendapatkan mayatnya?"
"Tidak, Tuanku. Itu tak mungkin."
Meski dia merasa sedih kehilangan pengikut setia, Genji sama sekali
tak khawatir mendengar kegagalan Gojiro meninggalkan Edo. Saat
mengajukan diri, Gojiro tahu risiko penangkapan, siksaan, dan kematian
bisa menjadi nasibnya. Saiki telah mengirim pembawa pesan lain pada
saat yang sama, mungkin pembawa pesan tersebut sekarang telah sampai
di Akaoka. "Terima kasih. Laporanmu sungguh aku hargai."
PDF by Kang Zusi "Masih ada lagi. Pembawa pesan kedua Anda juga tertangkap."
"Apa kamu yakin?" Genji memilih kata-katanya dengan hati-hati.
Dia tidak mau memberikan informasi lebih kepada Mukai. Tetap ada
kemungkinan aksi pengkhianatan-nya kepada Kawakami ini justru
dirancang oleh si Mata Licik sendiri.
"Burung elang pemburu ditempatkan di beberapa tempat strategis
antara Edo dan Akaoka. Tuan Kawakami menyadari antusiasme
mendiang kakek Anda terhadap merpati pos dan menebak Anda juga
akan menggunakan merpati pos. Pasukan Anda tidak akan mendapat
perintah mobilisasi."
"Kalau begitu, situasi kami benar-benar mengkhawatirkan."
Sekarang, tidak mungkin bantuan datang hingga Saiki mencapai Akaoka.
Jika memang dia berhasil mencapainya.
"Tidak mungkinkah salah satu komandan Anda di sana
memerintahkan mobilisasi atas inisiatifnya sendiri?"
"Para komandanku adalah orang Jepang," kata Genji, "bukan orang
asing. Apa kamu tak tahu kalau inisiatif adalah sesuatu yang asing bagi
mereka" Mereka akan menanti perintah, seperti yang telah di-
instruksikan." "Bagaimanapun, Anda harus meninggalkan Edo, Tuanku. Bahkan,
jika Lord Kawakami tidak mernerintahkan pembunuhan terhadap diri
Anda, elemen antiasing lain mungkin akan beraksi. Pengeboman yang
baru terjadi telah meningkatkan emosi antiasing hingga ke titik
membahayakan." Mukai berhenti. Dia menarik napas dalam-dalam untuk
menguatkan diri. "Meskipun secara turun-temurun keluarga hamba
adalah pengikut klan Kawakami, istana kami terisolasi di daerah
bersalju, di pegunungan tinggi jauh di atas Laut Jepang. Pada zaman
dahulu, istana kami tak pernah jatuh, bahkan ketika Oda Nobunaga
sendiri memimpin pasukan untuk menyerbunya. Tak seorang pun akan
mengira Anda menuju ke sana. Mungkin ini adalah altematif terbaik bagi
Anda. Sementara itu, Anda dapat mengirimkan beberapa pembawa pesan
lain ke Akaoka. Salah satunya pasti dapat lolos. Hanya dengan itu hamba
yakin keselamatan Anda akan terjamin."
PDF by Kang Zusi "Kemurahan hatimu mengejutkanku," kata Genji, benar-benar
terkejut. "Tindakan itu bermakna kamu memberontak, tidak hanya
terhadap Kawakami, tetapi juga terhadap Shogun."
"Hamba siap menerima risikonya, Tuanku."
"Aku akan mempertimbangkan tawaranmu," kata Genji berbasa-basi.
"Tetapi, aku harus memperingatkanmu bahwa jalan teraman bagimu
adalah kembali kepada tuanmu semula."
"Tidak akan," kata Mukai, suaranya penuh semangat yang tak sesuai
dengan karakter-nya. "Sebagaimana leluhur hamba berdiri di belakang
leluhur Anda di Sekigahara, hamba juga akan berdiri di belakang Anda."
"Bahkan jika hasilnya sama?"
"Tidak akan sama," kata Mukai. "Setiap pertanda menunjukkan
dewa-dewa berada di pihak Anda."
Mukai adalah orang sangat serius yang tidak akan memahami jika
Genji tertawa sekarang. Maka, Genji menahan tawanya meskipun dia
merasakan dorongan yang sangat kuat untuk tertawa. Setiap orang yang
mempercayai kemampuan meramal Genji melihat pertanda di mana-
mana. Tetapi, yang dapat dia lihat hanyalah ketidak-pastian.
Genji mengembalikan pedang pengawal itu ke Mukai. Karena dia


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pasti akan mengajukan pedang itu kembali jika dia perlu bertemu Genji.
"Jadi, keluargamu secara rahasia telah menyimpan pedang ini selama
bertahun-tahun?" "Ya, Tuanku." Mukai membungkuk rendah dan dengan hormat
menerima pedang pengawal itu dengan dua tangan. "Sejak pertempuran
itu. Untuk mengingatkan kami di mana seharusnya kami memercayakan
kesetiaan sejati kami."
Apakah mereka akan pemah melupakan Sekigahara" Bahkan, jika
klan Tokugawa berhasil dikalahkan, bukankah pengikutnya kemudian
menunggu giliran untuk memperjuangkan satu lagi "pertempuran
menentukan?" Seratus tahun lagi dari sekarang, setelah para orang asing
berhasil menjajah jepang dan seluruh bagian dunia lainnya, jika masa
depan memang seperti itu, apakah akhirnya kita akan melupakan
Sekigahara" PDF by Kang Zusi Setelah Mukai pergi, Genji iseng menanyakan pertanyaan itu kepada
Heiko. "Hamba tak tahu, Tuanku. Tetapi, hamba tahu Sekigahara tidak ada
hubungannya dengan kesetiaannya kepada Anda."
"Tentu saja ada hubungannya," tukas Genji.
"Motif apa lagi yang mungkin?"
"Cinta," kata Heiko.
"Cinta?" Genji terkejut. Dia tidak melihat adanya pandangan atau
isyarat bermakna antara Heiko dan Mukai. "Maksudmu, dia juga jatuh
cinta kepadamu?" "Tidak, Tuanku." Heiko tak dapat mencegah senyumnya. "Bukan
kepada hamba." Dua puluh lima samurai keluar dari gubuk pemburu yang sudah lapuk di
lereng perbukitan Kanto. Tak seorang pun dari mereka membawa
peralatan berburu. Satu dari dua samurai yang berjalan paling depan
berpaling ke samurai yang berjalan di sebelahnya.
"Pertemuan tadi tidak menyelesaikan apa pun."
"Apa itu mengejutkan?"
"Tidak, memang tidak. Tetapi, aku sempat mengharap yang lain."
"Fakta bahwa pertemuan tadi dapat terjadi saja sudah merupakan
sebuah kemenangan." Samurai itu berpaling dan melambaikan tangan ke
arah para samurai di belakangnya yang mengikuti jalan ke arah Edo.
"Lihatlah kita. Dua puluh lima samurai mengenakan lambang dari
selusin junjungan yang berbeda. Di waktu lain, belum lama berselang,
tidak mungkin terpikirkan melihat pertemuan dari berbagai pengikut klan
yang berbeda. Kita memperluas keterbatasan di zaman kuno, temanku.
Kita adalah generasi yang akan menciptakan idealisme baru.
Dengan tekad yang jujur, kita akan memelopori kelahiran Negara
Jepang yang baru." Samurai pertama yang berbicara memandang temannya dengan
kekaguman yang tak disembunyikan. Dia merasa dadanya sesak oleh
kebenaran yang melandasi tindakan mereka. Benar, mereka adalah
Penjaga Kebajikan. PDF by Kang Zusi Sementara itu, samurai lain di kelompok itu terlibat dalam
percakapan yang lebih santai.
"Kamu sudah mendengar tentang kimono yang dipakai Heiko dua
minggu lalu?" "Aku tidak hanya mendengarnya. Aku bahkan melihatnya."
"Tidak mungkin!"
"Ya. Bajunya dipenuhi dengan bordiran mawar asing yang besar dan
mengerikan. Parahnya lagi, itu adalah jenis mawar yang oleh beberapa
orang bodoh disebut American Beauty, seakan-akan kata Amerika dan
kecantikan cocok disandingkan bersama."
"Apakah kemunduran yang kita alami sudah sangat parah sehingga
tentang mawar saja kita malah mengagumi bunga asing?"
"Untuk para pengkhianat penyembah orang asing itu, mawar asli
Jepang tak mereka anggap lagi."
"Semua mawar berasal dari luar negeri," kata samurai yang lain.
"Mawar yang kita punya sekarang berasal dari Korea dan Cina di zaman
dahulu." "Nanti kalau kita sudah menguasai ilmu sains, kita akan bisa tahu
bunga mana yang asli Jepang dan hanya mengagumi mereka."
"Sains adalah pengaruh buruk orang asing."
"Tidak selalu. Senapan dapat menembak ke arah mana pun. Begitu
juga, sains juga dapat menjadi asli di tangan kita seperti di tangan
mereka. Sains dapat digunakan untuk memperkuat Jepang. Jadi, aku
punya misi untuk memahami sains. Itu bukan berarti aku tidak patriotik."
"Memang benar, sungguh terpuji kamu rela mclakukan pengorbanan
seperti itu, bersedia menanggung risiko tercemar pengaruh asing untuk
memperkuat perjuangan kita. Aku memberi hormat dari berterima kasih
kepadamu." "Kalau bunga krisantemum pasti asli Jepang kan?"
"Tentu saja. Itu tak perlu diragukan lagi."
Krisantemum adalah simbol suci keluarga kekaisaran. Meragukan
keaslian bunga itu sendiri bukanlah tindakan terpuji.
"Dengan sains, kita dapat membuktikan bahwa itu memang bunga
asli Jepang." PDF by Kang Zusi Tiba-tiba salah seorang pemimpin barisan yang ada di depan
mengangkat tangannya. "Cepat! Ke dalam hutan!"
Tak berapa lama kemudian, seorang penunggang kuda terlihat di
ujung jalan, menaiki jalan yang di turuni oleh 25 samurai tadi. Di
belakangnya, ada ia penunggang kuda lagi" tiga pria dan dua wanita.
Shigeru berkerut. "Apakah bijaksana bepergian sesantai ini?"
"Bersikap santai adalah satu-satunya jalan kita bisa keluar dari Edo,"
kata Genji. "Jika kita menunjukkan keseriusan sedikit saja, kecurigaan
akan timbul. Kita baru saja berhasil memandangi bangau dan memasuki
lereng perbukitan tanpa diganggu. Strategi untuk pergi dengan santai
memang tepat." Shigeru tidak mengerti mengapa strategi itu mengharuskan mereka
berkuda menuju sekitar dua lusin samurai yang sedang menyamar,
seperti yang sedang mereka lakukan saat ini, tanpa persiapan tempur apa
pun. Tetapi, dia tahu sebaiknya dia tidak menentang Genji. Penampilan
keponakannya memang terlihat lunak dan lemah, tetapi itu memang
cuma penampilan"bukan kenyataan yang sebenarnya. Dengan caranya
sendiri, Genji sama keras kepala dan kaku seperti almarhum Lord Kiyori.
Shigeru bergerak ke belakang rombongan. Bagian yang paling lemah.
Jika terpaksa, dia berharap serangan akan dimulai di bagian itu.
"Ampuni hamba, Tuanku," kata Hide, "tetapi, hamba harus setuju
dengan Lord Shigeru. Hamba melihat dua lusin samurai, tetapi mungkin
saja ada pasukan lebih banyak di belakang mereka. Mereka bisa saja para
pembunuh yang dikirim khusus untuk mengadang Anda."
"Mereka juga bisa saja sekelompok teman yang berjalan-jalan di sore
hari. Ayo terus. Dan jangan melakukan tindakan apa pun tanpa perintah
dariku." "Ya, Tuanku," Hide, yang tetap tak bisa menghilangkan ekspresi
khawatir dari wajahnya, menderap kudanya ke posisi paling depan. Jika
rombongan itu memang pembunuh, mereka mungkin akan
menyerangnya dahulu, sehingga junjungannya punya kesempatan untuk
lari. PDF by Kang Zusi Emily memandang penuh tanya kepada Lord Genji. Genji tersenyum
dan berkata, "Ada beberapa orang di jalan depan kita. Tak perlu khawatir
karena tidak akan ada masalah." Dengan pelan, Genji memajukan
kudanya. "Saya yakin Anda benar, Tuanku," kata Emily, menjajarkan kudanya
dengan kuda Genji, "bukankah kita melakukan perjalanan dengan damai
tanpa maksud buruk, dan tentu saja tak mungkin memicu niat buruk."
"Apakah itu keyakinan dalam Kristen?" Tanya Genji.
"Keseimbangan niat?"
"Apakah Anda juga meyakini pendapat itu?"
Heiko bertanya kepada Stark.
"Pengalaman mengajarku lain," jawab Stark. diam-diam, dia meraba
pistol saku yang tersembunyi di balik jaketnya.
Ketika mereka mencapai jalan yang sedikit melebar, para samurai
tiba-tiba mengepung mereka. Meskipun pedang mereka tidak dihunus,
terlihat jelas mereka siap menyerbu.
"Orang asing tidak diizinkan kemari." Samurai yang berbicara itu
berdiri sedikit di depan yang lain. "Ini adalah wilayah Jepang yang
belum tercemari oleh kehadiran mereka."
"Minggir," kata Hide. "Seorang Bangsawan Agung memberikan
kehormatan kepada kalian dengan bersedia lewat di hadapan kalian."
"Kami akan merasa terhormat," kata pria kedua yang kini maju satu
langkah di depan yang lain, "jika bangsawan yang dimaksud memang
benar-benar agung. Tetapi, aku lihat bahwa bangsawan yang kau maksud
mempunyai reputasi buruk suka menyembah-nyembah di kaki orang
asing. Aku tak akan menghormati bangsawan seperti itu."
Tangan Hide bergerak ke gagang pedangnya. Tetapi, Genji langsung
menyela sebelum Hide sempat menghunus pedangnya.
"Kita tidak perlu terlalu resmi," kata Genji. "Hari sudah senja. Kita
semua ingin menuju ke suatu tempat bukan" Ayo kita terus saja. Tidak
perlu ada penghormatan. Gunakan satu sisi jalan dan kami akan
menggunakan sisi jalan yang lain."
PDF by Kang Zusi "Kamu berbicara seperti orang lemah," kata samurai pertama.
"Kakekmu adalah seorang prajurit yang patut dihormati. Kamu tak lebih
dari generasi penerus lemah yang menunggu mati."
"Hide." Peringatan junjungannya adalah satu-satunya sebab mengapa
kepala samurai itu masih menempel di badannya. Hide mengendurkan
pegangan pada pedangnya dan menarik napas dalam-dalam, berusaha
menenangkan diri, meski tak terlalu berhasil.
"Kalau begitu," kata Genji, "maka, aku tak perlu dipandang oleh pria-
pria berbudi seperti kalian. Mari kita sudahi sampai di sini dan pergi di
jalan kita sendiri-sendiri."
"Mungkin kita perlu menuruti sarannya," kata samurai pertama
kepada temannya. "Kita tidak boleh menghalanginya menikmati
kesenangan yang sudah menjadi kebiasaan-nya."
"Ya, itu benar," sambung samurai kedua. Dia memandang sinis ke
arah Genji. "Kami dengar kamu berteriak kesenangan saat pria asing
barbar itu memperlakukanmu dengan tak senonoh!"
"Dan kamu, tertawa senang seperti bayi yang puas di siang hari saat
kamu menghisap semburan busuk dari organ yang berpenyakit itu."
"Kamu salah informasi," kata Genji. "Satu-satunya orang asing yang
pernah berbagi kesenangan denganku adalah yang berkuda di sampingku
ini." Beberapa samurai tertawa terbahak-bahak.
"Dia adalah sumber kesenangan yang tak dapat kalian bayangkan,"
kata Genji. Samurai pertama berkata, "Kamu ini bodoh atau gila. Atau mungkin
buta. Lihat dia. Kuda yang kau tunggangi lebih mirip wanita daripada
dia. Dilihat-lihat mereka berdua besarnya sama, dengan hidung yang
sama panjangnya pula. Tetapi, secara keseluruhan wama kudamu terlihat
lebih cantik daripada warna kulit simpananmu yang pucat seperti hantu."
"Dan baunya. Busuk tak terkira."
Genji tersenyum santai. "Kamu terlalu jauh untuk menghirup bau
tubuhnya yang sebenamya. Ketika terangsang, wanita ini mengeluarkan
bau dari bagian pribadinya, mirip bau opium yang membuat kita
kecanduan, lalu dia pun tenggelam dalam ekstase seksual. Lihatlah
PDF by Kang Zusi tulang lengannya yang indah. Kulitnya yang bening hampir transparan.
Terangsang, dia menimbulkan daya seperti. kilat, dan saat dia
menyentuhmu, tubuhmu seakan-akan terkena kejutan-kejutan listrik yang
menyenangkan. Itulah kenapa warna kulitnya sangat aneh. Karena inti
tubuhnya memang telah bertransformasi."
Ketika Genji mengalihkan perhatian musuh mereka, Hide dan
Shigeru pelan-pelan mengubah posisi mereka. Jika mereka harus
menyerang, mereka akan dapat menyerang dengan efek yang maksimal.
Dengan pedang dan kuda, mereka akan menghabisi setengah dari para
samurai itu dalam serangan pertama. Sisanya akan mudah dihabisi. Hide
mengingal aksioma klan yang sering diulang-ulang"satu prajurit
kavaleri klan Okumichi kekuatannya sama dengan sepuluh samurai yang
berjalan kaki. Kalau itu memang benar, dan Hide yakin itu memang
nyata, keuntungan ada di tangan mereka, bukan pada orang-orang yang
menganggap dirinya para Penjaga Kebajikan ini. Hide dan Shigeru saling
tatap mengetahui mereka berdua sama-sama bersiap.
"Kalian lihat dadanya?" lanjut Genji. "Sangat penuh dan menonjol."
Masih terus berbicara tentang Emily, dia memajukan kudanya dua
langkah, menempatkan dirinya di antara Emily dan para samurai itu.
Genji berpikir, dia dapat menjatuhkan mereka yang ada di depan dengan
cepat sebelum mereka bisa menyerang. "Dadanya matang setiap bulan
sekali. Bahkan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk melihat
kematangannya. Kedua dadanya tidak berisi susu, tetapi berisi embun
ambrosia. Menyentuh bagian tubuhnya yang lain memang seperti
menyentuh es karena semua kehangatan tubuh-nya ada di tiga bagian"
dadanya, bibirnya, dan bagian yang paling pribadi."
Emily bertanya-tanya apa yang dikatakan Genji kepada pada kenalan
barunya. Apa pun itu, pasti ingat menarik, karena sebagian besar dari
mereka ruendengar dengan mulut ternganga dan melirik ke arah dirinya.
Emily tersenyum membalas pandangan mereka, menganggap bahwa
keramahannya sesuai dengan apa yang dibicarakan Genji.
Stark juga tidak mengerti apa yang dikatakan Genji, tetapi dia tahu
apa yang dia lakukan. Ketiga samurai Okumichi telah mengambil
PDF by Kang Zusi manuver untuk mendapatkan posisi bertempur yang lebih baik.
Pertiempuran akan segera terjadi.
Stark menghitung ada 25 samurai yang menjadi musuh mereka.
Tidak satu pun dari mereka membawa senjata api, setidaknya tidak
secara terbuka. Dua puluh lima orang melawan Genji, Hide, dan Shigeru.
Bukan pertarungan yang seimbang meski mereka berkuda dan lawan
berjalan kaki. Stark hanya membawa pistol kaliber 32 yang kecil. Hanya
enam peluru dan tak ada cadangannya. Jika saja dia membawa pisau
bowienya, setidaknya dia dapat merobohkan satu atau dua orang lagi,
tetapi pisau itu tidak ada di sini sekarang. Paling-paling mereka hanya
bisa melumpuhkan separuh dari semuanya. Dan, setengahnya lagi pasti
akan menghabisi mereka. Atau, lebih buruk lagi. Stark memandang
kepada Emily yang ada di sebelah Genji. Heiko ada di sampingnya. Dia
akan membunuh Emily dengan tembakan pertama dan Heiko dengan
tembakan kedua, untuk menyelamatkan mereka dari kesengsaraan yang
akan ditimpakan para samurai itu kepada mereka berdua sebelum mereka
dibunuh. Kemudian, dia akan menembak empat orang lawan yang ter-
dekat dan menabrak sebanyak yang dia bisa sebelum dia sendiri
terbunuh. Dia sudah siap. Bahunya rileks. Dia tak perlu berpikir lagi.
Setelah beberapa saat tertegun mendengar uraian Genji yang liar,
samurai pertama berhasil menguasai dirinya dan memaki. "Simpan saja
fantasimu yang busuk itu. Kami sudah merasa terganggu oleh baunya."
Samurai kedua berkata, "Kami tidak yakin apakah bau busuk itu
keluar dari kuda kalian yang tak pernah dimandikan, teman tidurmu yang
liar, atau dirimu sendiri yang membusuk."
"Cukup!" Shigeru tak lagi bisa menahan diri. Dia memacu kudanya
ke depan saat para samurai Penjaga Kebajikan itu menghunus pedang
mereka. "Minta maaflah pada nenek moyangmu sekarang, karena ketika
kami telah membunuhmu, kami akan meruntuhkan altar mereka,
menggali sisa jasad mereka, dan membuangnya ke dalam lubang
pemakaman orang-orang terbuang."


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Para samurai yang ada di lingkaran terdepan, mulai mengepung
Shigeru, tetapi mereka langsung mundur begitu mengenalinya.
"Shigeru!" PDF by Kang Zusi "Tak mungkin! Dia sudah mati!"
Setelah terpaku beberapa saat, para samurai itu berbalik punggung
dan lari tunggang langgang ke segala arah. Semuanya kecuali dua
samurai yang tadi berbicara. Keduanya jatuh berlutut dan menempelkan
kepala mereka ke tanah. "Mohon ampuni hamba," kata samurai pertama, "dan ampuni
orangtua hamba yang sudah tua."
Samurai kedua berkata, "Anak-anak hamba masih kecil. Biarkan
darah hamba membersihkan dosa mereka."
Kedua samurai itu bergerak bersamaan. Samurai pertama memegang
mata pedang katananya dengan dua tangan, dan dengan darah menetes
dari telapak tangan dan jari-jarinya yang tergores mata pedang, dia
menusukkan katana itu ke tenggorokannya. Dia jatuh terguling, darah
berdeguk-deguk keluar dari lubang di tenggorokan, mulut, dan
hidungnya. Samurai kedua memasukkan pedang ke dalam mulutnya dan
menghantamkan kepalanya ke tanah. Gagang pedang itu membentur
tanah, mendorong setengah dari pedang itu menembus hingga ke
belakang tengkorak kepalanya. Posisi pedang itu membuatnya tetap
seimbang. Dengan posisi tubuh membungkuk ditahan oleh pedang dan
kedua lututnya, dia sekarat dan kejang-kejang.
Emily langsung pingsan. Dia pasti terjatuh kalau Genji tidak sigap
dan segera menangkapnya. Mengira kalau dia akan jatuh dari kuda
karena tak kuat menahan tubuh Emily. Tetapi ternyata, dia tak seberat
seperti yang terlihat. Juga tidak sebesar perkiraannya, jika dilihat dari
dekat seperti itu. Bentuk tubuh dan ciri-ciri fisiknya yang terlalu dibesar-
besarkan telah mendistorsi pandangannya tentang proporsi tubuh Emily
yang sebenarnya. Shigeru hendak turun dari kudanya.
"Tidak perlu," kata Genji.
"Aku harus mengidentifikasi mereka," kata Shigeru. Wajahnya
seperti terbakar. Hanya darah yang dapat mendinginkan kemarahannya.
"Biarkan saja," kata Genji. "Sekarang ini saat penuh kemelut bagi
kita semua. Mereka semua tersesat, tetapi kejujuran mereka tak perlu
PDF by Kang Zusi dipertanyakan. Marilah kita hormati kejujuran tersebut dan lupakan yang
lainnya." Shigeru membungkuk. Tetapi, ketika Genji sudah bergerak menjauh,
dia tetap turun dari kudanya. Dia mengamati lambang klan di kimono
mereka dan mengingat wajah mereka. Genji terlalu murah hati. Padahal,
ada kata-kata yang tak bisa ditarik kembali. Kata-kata itu tak bisa
dimaafkan. Seorang dari mereka menyebutkan punya orang tua, sedangkan yang
lain menyebut tentang anak-anak. Kelak, jika krisis ini telah berlalu, dia
akan mencari mereka dan melakukan apa yang harus dia lakukan.
Shigeru kembali menaiki kudanya dan memacunya kencang.
"Aku tidak mengerti," kata Emily. "Semua orang hanya berbicara. Lord
Genji terlihat gembira. Lalu, tiba-tiba tubuhnya bergetar tak terkendali.
Dia mengeratkan pegangannya kepada Stark, berharap pria itu akan
memegangnya lebih erat juga. Stark memang memegangnya lebih erat.
Tetapi, itu tak membantu. Dia masih gemetaran. Dia tak pernah
membayangkan akan melihat hal yang sangat mengerikan seperti itu,
kekerasan yang tak masuk akal, apalagi dilakukan oleh sang samurai
sendiri. Di satu saat dua samurai itu berbicara. Tak lama kemudian,
mereka menyerahkan nyawanya pada siksaan abadi dengan melakukan
bunuh diri. Dan untuk apa" Luka mereka yang mengerikan, suara darah
mendeguk keluar dari tenggorokan, apakah dia akan dapat melupakan
semua itu" Emily berpikir dia takkan bisa melupakannya dan tubuhnya
kembali bergetar. "Cara mereka berpikir jauh berbeda dari kita," kata Stark, yang tidak
membuatnya menjadi lebih jelas. Para samurai yang mengepung mereka
kelihatannya tak mudah dikalahkan. Namun, hanya dengan beberapa
kata yang diucapkan Shigeru mereka lari tunggang langgang. Mengapa"
Stark tak mengerti. Dua dari mereka bahkan bunuh diri dengan cara yang menyakitkan.
Jika mereka bersedia mati dengan kesakitan, mereka pasti bukanlah
orang yang penakut. Lalu, mengapa mereka tidak menyerang" Stark tak
tahu. PDF by Kang Zusi Lord Genji dan pamannya duduk berdiskusi dalam jarak yang tak
begitu jauh. Heiko, yang sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda
terganggu, menyibukkan diri dengan Hide, membangun tempat bernaung
dari bambu-bambu yang ditebang Hide. Meskipun terlihat lemah,
kekerasan yang baru saja terjadi sama sekali tidak terlihat mempengaruhi
Heiko. Stark tidak mengerti akan apa yang terjadi, sama seperti Emily "Aku
heran apakah kita juga merupakan misteri bagi mereka."
"Itu tidak mungkin," kata Emily "Tindakan kita berdasarkan logika,
seperti yang diperintahkan Tuhan."
"Akan lebih bijaksana untuk melanjutkan perjalanan di malam hari,"
kata Shigeru. "Mereka yang telah lari memang tak berani kembali.
Tetapi, ada kemungkinan para pengejar lainnya semakin mendekati kita."
"Memang bijaksana," kata Genji, "tetapi juga tidak mungkin. Emily
tidak bisa bepergian. Apa yang terjadi telah membuatnya terguncang."
"Terguncang?" Shigeru memandang ke arah wanita asing itu.
"Kenapa dia harus terguncang" Dia seharusnya lega. Sejauh ini kita bisa
menghindari pertempuran. "Dia tidak terbiasa melihat orang mengorbankan diri sendiri," kata
Genji. "Setidaknya, tidak dengan pedang. Kematian akibat tembakan
mungkin tidak akan terlalu mengganggu dirinya."
Shigeru tak punya kesabaran untuk membicarakan masalah itu. Dia
beralih ke masalah lain yang lebih penting. "Beberapa dari musuh kita
tadi mengenakan lambang klan Yoshino. Ini berarti Yoshino akan segera
tahu lokasi kita dan arah yang kita tuju. Tak lama lagi, Shogun pasti juga
tahu karena Yoshino adalah sekutu Tokugawa."
"Belum tentu," kata Genji. "Aku ragu kalau pertemuan mereka
dilakukan atas perintah tuan mereka masing-masing. Mereka bertindak
sendiri. Karena itu, secara teknis, dan bahkan mungkin dalam faktanya
mereka bisa dikatakan membentuk persekongkolan. Mereka tidak akan
mengatakan di mana lokasi kita karena itu berarti mereka juga harus
mengakui kejahatan yang akan menghancurkan diri mereka sendiri dan
keluarganya. Kita aman."
PDF by Kang Zusi Shigeru berkata, "Meski demikian, untuk jaga-jaga sebaiknya kita
mengambil jalan melingkar ke utara, dan berbelok ke barat di selatan
Kuil Mushindo. Ini akan memperpanjang waktu perjalanan kita dua hari,
tetapi kita juga dapat menghindari kemungkin akan bertemu musuh."
Hide dan Heiko mendekat Hide berkata, "Tempat beristirahat sudah
siap, Tuanku." "Terima kasih. Aku giliran jaga pertama, Shigeru kedua, dan kamu
ketiga." Hide berkata, "Anda tidak perlu melakukan tugas kasar seperti itu,
Tuanku." "Kita hanya bertiga. Jika aku tidak ikut berjaga, kamu dan Shigeru
akan terlalu lelah dan tidak bisa membantu. Aku akan berjaga pertama."
"Ya, Tuanku." Heiko tersenyum kepada Genji.
"Apa ada sesuatu yang membuatmu gembira?"
"Hanya pikiran iseng, tak lebih."
"Dan apa pikiran iseng itu?"
"Bukankah kita akan melingkar ke utara?"
"Ya, menambah waktu perjalanan dua hari lagi.
"Mengapa?" "Bukankah benteng keluarga Mukai yang terkenal tak tertembus ada
di utara?" Genji berusaha meraihnya, tetapi dia kurang cepat. Terkikik geli,
Heiko mengelak pergi. "Kembali." "Sabar, Tuanku."
Heiko berhenti beberapa langkah dari tempat Emily dan Stark lalu
membungkuk. "Emily, Matthew." Heiko menunjuk ke salah satu gubuk
yang dia dirikan bersama Hide. "Kita akan menginap di sini malam ini.
Cobalah beristirahat. Setelah malam ini, mungkin kita tak bisa
beristirahat lagi hingga kita sampai di istana Lord Genji."
"Terima kasih, Heiko," kata Emily.
PDF by Kang Zusi Emily tidur dengan diselimuti beberapa lapis selimut. Stark dan
Heiko menungguinya hingga dia tertidur. Ketika Heiko hendak berdiri,
Stark bertanya kepadanya.
"Siapa para samurai tadi?"
Heiko mengingat-ingat kata yang tepat. "Bandit."
"Mengapa malah mereka lari dan tidak menyerang?"
"Mereka mengenali Lord Shigeru."
"Mereka jumlahnya dua lusin, melawan empat orang dari kita."
"Ya," kata Heiko. "Mereka terlalu sedikit dan mereka tahu itu. Jadi,
mereka lari." Stark berpikir Heiko pasti tidak mengerti pertanyaan-pertanyaan
yang dia ajukan. Jawaban yang diberikan sama sekali tak masuk akal. Di
dunia ini tidak mungkin dua lusin orang lari terbirit-birit menghadapi
empat orang. "Lalu, mengapa yang dua orang itu bunuh diri?"
"Mereka meminta maaf atas kata-katanya yang kasar."
"Minta maaf. Dengan menusuk diri sendiri dengan pedang?"
"Ya." "Apa yang telah mereka katakan sehingga mereka harus melakukan
bunuh diri?" "Kata-kata yang menghina," kata Heiko, "yang tidak pantas kalau
aku ulangi lagi." Dia membungkuk. "Selamat malam, Matthew."
"Selamat malam, Heiko."
Stark baru tertidur menjelang pagi. Dia mendengar Heiko tertawa.
Kemudian, Shigeru bangun dan menghilang ke hutan. Beberapa jam
kemudian, dia kembali dan Hide ganti berjaga. Stark ingin menawarkan
bantuan, tetapi dia tidak melakukannya. Dia tidak ingin menyinggung
seseorang secara tak sengaja dan harus meminta maaf dengan nyawanya.
Dia harus hidup hingga Ethan Cruz mati.
"Kamu yakin akan apa yang kamu katakan tentang Mukai?"
"Hamba yakin. Caranya dia memandang Anda. Caranya dia
mengatakan `Tuanku'. Dan sangat sering, dia berkata 'Tuanku' di setiap
kesempatan seakan-akan dengan mengatakannya dia memiliki Anda."
"Nenek moyang Mukai bertempur di pihakku di Sekigahara. Itu
adalah satu-satunya alasan dia mau membantuku."
PDF by Kang Zusi "Jika Anda mempercayai itu, Anda sepolos gadis petani."
"Sebuah pedang pengawal dengan lambang burung gereja telah
menjadi milik keluarganya dari generasi ke generasi."
"Itu menurut dia. Dia bisa saja membelinya di toko gadai. Sekigahara
hanyalah alasan, bukan kenyataan. Cinta akan selalu menemukan
jalannya." "Tak masuk akal. Dan tidak lucu. Berhenti tertawa."
"Anda benar. Hamba seharusnya tidak tertawa. Hamba harusnya
marah." "Apa alasannya kamu marah?"
"Karena Anda dianggap lebih cantik daripada hamba. Setidaknya
oleh beberapa orang."
"Mukai tidak jatuh cinta kepadaku."
"Satu hari nanti, saat Anda hidup dimanja di benteng Mukai yang ada
di perbukit-an di atas laut utara yang bergelombang, Anda akan tahu."
"Dunia belum terpuruk hingga sejauh itu. Dan keterpurukan itu juga
tak akan terjadi di masa hidupku."
"Apakah itu ramalan, Tuanku?"
Malam itu dan esok paginya, salju tebal turun menyelimuti daratan
Kanto. Dari kantornya di Benteng Edo, Mukai memandang dunia
sekitarnya berubah putih: Genji ada di luar sana, seorang pelarian yang
sedang diburu. Hatinya sakit jika dia mengingat bagaimana bangsawan
muda itu menderita menghadapi cuaca buruk seperti ini.
Mukai telah mencoba untuk mendapat tugas mengadang Genji, tetapi
Kawakami memutuskan untuk melakukan itu sendiri. Jadi, dia terkurung
di sini di Edo, tak berdaya membantu orang yang dia cintai lebih dari
hidup itu sendiri. Adakah nasib yang lebih kejam dari ini?"
Dia memandang pedang pengawal yang ada di tangannya. Burung
gereja yang terbang di atas gelombang. Ketika melihat pedang ini di toko
Seami, baru dia menyadari perasaannya kepada Genji. Sebelum itu, dia
tak mengetahui sumber gangguan perasaan yang telah menjangkitinya
sejak musim semi tahun lalu. Dia menganggap itu disebabkan karena
ketidaknyamanan yang dirasakan setiap orang atas semakin banyaknya
PDF by Kang Zusi kehadiran orang asing di Jepang. Sebenarnya, musim semi adalah saat
pertama kali dia melihat Genji.
"Itu dia penerus Bangsawan Agung Akaoka," kata Kawakami saat
itu, menunjuk Genji saat ada pertemuan semua bangsawan dengan
Shogun. "Ketika sang kakek meninggal, garis keturunan mereka
berakhir." Mukai melihat seorang anak muda yang sangat cantik
sehingga membuatnya ternganga. Dia tahu seharusnya dia menyatakan
persetujuan atas perkatan Kawakami, tetapi mulutnya tak bisa
mengeluarkan kata-kata. Kejadian itu sebenarnya berhenti sampai di situ saja. Tidak ada hal
lain yang dapat terjadi. Tetapi malam itu, saat mendengar diskusi tentang
nilai-nilai hidup orang asing yang dapat mencemari budaya jepang,
hidup Mukai menemukan fokus untuk pertama kalinya.
"Tujuan utama orang-orang asing itu adalah kebahagiaan," kata
Kawakami. "Hal itu susah dipercaya," kata Lord Noda. "Tidak ada masyarakat
yang berdasarkan konsep dangkal dan egois seperti itu dapat bertahan
lebih dari beberapa generasi saja."
"Saya tak tahu berapa lama mereka dapat bertahan," kata Kawakami.
"Walaupun begitu itu adalah fakta."
"Mereka aneh," kata Lord Kubota, "tetapi mereka tak mungkin
seaneh itu." "Hal itu tertulis dalam hukum mereka yang tertiinggi," kata
Kawakami. "Kebahagiaan dinyatakan sebagai hak setiap orang."
"Pada tiap-tiap individu?" Mukai bertanya.
Kawakami memandangnya jengkel. Fungsi Mukai adalah melayani,
mendengar, dan mengapresiasi, bukan untuk bicara. Mukai membungkuk
minta maaf. Namun malam itu, Kawakami sedang merasa enak hati dan
ingin bermurah hati sehingga dia menjawab, "Ya, pada tiap-tiap orang."
"Sungguh aneh," kata Lord Noda.
Mukai diam-diam menyetujuinya. Benar-benar aneh. Tujuan dari
sebuah masyarakat adalah keteraturan, dan satu-satunya cara mencapai
keteraturan itu adalah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
Peradaban menuntut itu. Setiap orang harus tahu tempatnya, menerima
PDF by Kang Zusi dan bertindak sesuai statusnya. Hal-hal di luar itu hanya akan
menimbulkan kekacauan. Kebahagiaan Sungguh sebuah ide aneh. Mukai
merasakan ketegangan dalam dirinya yang pada saat itu dia anggap
sebagai rasa marah terhadap konsep orang asing itu, sesuatu yang
dirasakannya sebagai respons yang pantas.
Lalu, dia melihat pedang pengawal itu dan sesuatu di dalam dirinya
menyeruak keluar. Sebelum menyadari apa yang terjadi, Mukai


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menangis. "Tuanku," kata Seami sang pemilik toko, "apa Anda sakit?"
Burung gereja melayarig di udara. Meski mereka hanyalah ukiran di
logam baja, mereka terlihat lebilhbebas dari dirinya.
Keindahan Genji. Keburukan dirinya. Kekosongan. Kebahagiaan. Kebahagiaan yang murni, individual, personal, dan egois.
Memikirkan diri sendiri dan melupakan yang lain. Lebih baik lagi,
menghilang dalam kebahagiaan cinta yang tak terkekang. Jika dia bisa
bersama Genji, dia akan lenyap dan yang tinggal hanyalah Genji, indah,
sungguh-sungguh keindahan sejati.
Dan itulah yang terjadi, Mukai menangis tersedu-sedu, sementara di
sampingnya Seami memandang tak berdaya sembari meremas-remas
tangannya. Mukai membeli pedang pengawal itu dengan harga pertama yang
ditawarkan Seami, dia sama sekali tak menawar. Dia bahkan dengan
senang hati mau membayar dua kali lipat. Dengan pedang itu, Mukai
mengarang tentang leluhurnya yang bertempur di pihak Okumichi saat
terjadi perang Sekigahara. Pedang itu memberinya alasan untuk bertemu
Genji secara pribadi. Sekarang, saat salju terus turun, dan jemarinya yang besar memegang
pedang pengawal itu erat-erat, Mukai membuat keputusan terpenting
dalam hidupnya. Sejam kemudian, Mukai meninggalkan Benteng Edo, menuju
kampung halamannya di ujung Laut Jepang. Dia adalah seorang
PDF by Kang Zusi bangsawan rendah, dengan jumlah pasukan hanya dua ratus orang.
Tetapi, itu tidak masalah. Dia akan mengumpulkan mereka semua dan
membawa mereka di bawah panji burung gereja dan panah lambang klan
Okumichi. Jika Lord Genji mati, dia pun juga akan mati.
Pikiran bahwa dia akan mati di tempat dan waktu yang sama bersama
Genji membuat bayangan yang keindahannya hampir tak tertahankan
dalam imajinasi Mukai. Tetapi, hal itu bukannya tidak mungkin. Mereka
bisa mati berpelukan, darah cinta menghiasi mereka berdua dalam saat-
saat kematian yang abadi.
Kehangatan yang menyenangkan mengalir dalam dada Mukai. Angin
musim dingin tak dia rasakan lagi.
Tanpa rasa malu, dia mengakui kenyataan yang dia rasakan hingga
inti dirinya. Orang-orang asing itu benar. Tidak ada hal yang lebih penting
daripada kebahagiaan. Sohaku dan Kudo menuntun kuda mereka berjalan melewati lapisan
salju tebal. "Itu mereka," kata Kudo.
Dua ribu samurai berkemah di tanah lapang di depan mereka. Di
tengah-tengah berdiri tenda komando. Selain senjata standar berupa
pedang dan tombak, seperempat pasukan itu juga dipersenjatai senapan.
"Tidak ada pos jaga," kata Kudo. "Ceroboh sekali."
"Negara ini sedang dalam kondisi damai," kata Sohaku, "dan lagi
pula, siapa yang berani menyerang pasukan Shogun dengan posisi begitu
dekat ke Edo?" Kawakami memakai baju kebesaran berupa baju tempur lengkap,
menyambut mereka dengan mencolok.
"Lord Kudo, Rahib Kepala Sohaku, selamat dating."
Sohaku berkata, "Terima kasih mau menemui kami dalam situasi
yang luar biasa ini, Lord Kawakami."
"Bukan masalah. Sake, untuk menghilangkan dingin?"
"Terima kasih."
"Aku yakin kalian berdua berangkat dari Edo tanpa kesulitan berarti."
PDF by Kang Zusi "Ya, terima kasih." Sohaku mengosongkan cangkir sakenya, yang
segera diisi kembali oleh pelayan. "Sayangnya, kami terpaksa
membunuh para prajurit yang berjaga di istana. Karena kalau tidak
begitu, keberangkatan kami akan terlihat terlalu mudah dan
menimbulkan kecurigaan. Kami belum terlalu yakin terhadap kesetiaan
semua prajurit kami."
"Aku mengerti," kata Kawakami. "Aku tidak mengharapkan yang
lain. Karena itu, aku menugasi prajurit yang paling lemah untuk berjaga.
Karena itu, bisa dikatakan kalau kita telah menolong satu sama lain."
Kawakami membungkuk, Sohaku dan Kudo melakukan hal yang sama.
Sejauh ini, kedalaman bungkukan mereka masih sama. "Sebesar apa
kekuatan kalian?" Ini adalah ujian kedua. Ujian pertama, ketika Sohaku dan Kudo telah
berhasil melewatinya, adalah memasuki perkemahan Kawakami
sendirian, tanpa membawa sepasukan pengawal. Kini, mereka diminta
memberi tahu jumlah pasukan dan persenjatan mereka.
"Seratus dua belas samurai," kata Sohaku tanpa ragu-ragu, "semua
berkuda, semua dipersenjatai senapan tipe Napoleon dan berisi dua puluh
peluru setiap senapan."
"Apakah mereka pengikutmu sendiri?"
"Sebagian besar merupakan pengikut hamba dan Kudo. Sekitar
selusin prajurit adalah pengikut langsung klan Okumichi."
Dahi Kawakami mengerut, "Bukankah lebih baik jika mereka segera
dimusnahkan?" "Situasinya sangat sensitif," kata Sohaku. "Pasukan kami terdiri dari
samurai yang paling konservatif dan tradisional. Tindakan pengecut atau
menggunting di balik selimut justru akan menurunkan posisi hamba.
Membunuh selusin orang yang setia kepada junjungannya tidak akan
banyak membantu." "Membiarkan mereka ada di pasukanmu juga sangat berbahaya, "
kata Kawakami. "Hamba setuju. Tengah hari nanti, hamba akan mengumumkan
kesetiaan saya kepada Shogun, dengan alasan pentingnya persatuan
nasional menghadapi invasi orang asing barbar. Kita harus me-
PDF by Kang Zusi ngesampingkan persengketaan lama dan bersatu, seperti apa yang
dilakukan leluhur kita saat Mongol menyerang Jepang enam abad lalu.
Hamba akan mengatakan bahwa meski menyesal, hamba dan Kudo
terpaksa menyimpulkan bahwa Lord Genji sebenarnya tidak punya
kemampuan meramal. Sebetulnya dia sudah gila, seperti pamannya, Lord
Shigeru, yang kejahatan kejinya sudah diketahui oleh semua anggota
pasukan kami. Mengikuti Lord Genji secara buta bukanlah kesetiaan,
melainkan kepengecutan. Kesetiaan sejati adalah ketaatan terhadap nilai-
nilai ideal sejak zaman dahulu yang selalu diajarkan oleh almarhum Lord
Kiyori. Kita harus mempertahankan kehormatan klan Okumichi dengan
mendirikan sebuah perwalian. Lord Genji akan dilindungi dan kita akan
bertindak atas namanya."
"Anda rupanya seorang orator yang bagus, Rahib Kepala. Seandainya
saja kamu bertahan di kuil, kamu pasti mengundang banyak pendengar
yang ingin mendengarkan dirimu membacakan bitoku."
"Anda terlalu baik Lord Kawakami. Sebagai samurai sejati, Anda
tentu juga dapat menjelaskan dengan baik arti dari 'esensi kebajikan
moral." "Bagaimana dengan mereka yang tidak mempercayai perkataanmu
tadi?" "Kesetiaan mereka kepada Lord Genji, meskipun salah, akan tetap
dihormati. Mereka akan diperbolehkan untuk pergi ke Akaoka." Sohaku
menerima secangkir lagi sake. "Apakah menuru
t Anda mereka akan mampu melewati pasukan Anda?"
"Aku sangat meragukannya."
"Demikian juga saya."
Kawakami berkata, "Masih ada Lord Shigeru yang harus
diperhitungkan." "Dia adalah pembunuh Lord Kiyori. Kami akan memberikan
hukuman yang tepat baginya."
Kawakami mengangguk, "Bagus sekali. Tetapi, aku masih terganggu
oleh satu aspek dari rencanamu."
"Mohon jelaskan keraguan Anda."
PDF by Kang Zusi "Lord Genji tetap akan menjadi masalah serius meskipun dalam
penjagaan. Reputasi akan kemampuannya meramal, meskipun diragukan,
masih dipercayai sebagian besar orang."
Sohaku tersenyum. "Sayangnya, meskipun kami berusaha
menyelamatkan nyawanya, Lord Genji terbunuh dalam pertempuran.
Kami akan membawa abu jenazahnya ke Kastel Awan Burung Gereja
untuk dimakamkan." "Tak lama setelah itu," kata Kawakami, "Shogun akan
mengumumkan kenaikan jabatanmu sebagai Bangsawan Agung Akaoka.
Lord Kudo, sebagai pengikutmu yang paling berjasa, akan mendapatkan
hadiah tanah dan penghasilan sesuai jasanya."
"Terima kasih Lord Kawakami." Sekarang, saat mereka saling
membungkuk, Sohaku dan Kudo membungkukkan badannya lebih
rendah daripada Kawakami.
Kawakami berkata, "Pasukanku akan bergerak ke arah pantai dengan
kecepatan penuh. Lord Genji kemungkinan besar akan menyelinap
melalui Laut Dalam di suatu tempat di barat Kobe. Aku akan
menunggunya." "Hanya jika dia berhasil menghindari pasukan kavaleri utama kami,"
kata Sohaku. "Hamba akan mengadangnya di pegunungan Desa
Yamanaka. Sebelum dia pergi untuk mengamati bangau, dia berkata
akan menemui kami di sana."
Kudo berkata, "Hamba akan membuntuti Lord Genji dengan dua
puluh penembak jitu kami yang terbaik. Kami akan berusaha keras untuk
menewaskan Lord Shigeru dengan tembakan sebelum mereka melewati
pegunungan." Kawakami mengangkat cangkirnya, "Semoga dewa-dewa menolong
mereka yang benar-benar berpegang pada kebajikan."
Meskipun mabuk laut, Taro dan Shimoda mendayung dengan penuh
tekad. Jika mereka tidak meluncur turun dari gelombang laut setinggi
bukit, mereka menghadapi gelombang besar yang siap menelan mereka.
Setidaknya, itulah yang mereka rasakan. Jika perahu kecil mereka
PDF by Kang Zusi kebanjiran, yang mungkin saja terjadi setiap saat, mereka pasti musnah.
Di mana-mana tidak terlihat daratan.
Bahkan, jika ada daratan pun mereka akan sulit melihatnya. Mata
mereka hampir buta akibat percikan air laut.
Taro membungkukkan badan ke arah Shimoda. "Ke mana arah
Akaoka?" "Apa?" Shimoda berusaha mendengarnya di tengah suara deburan
ombak. "Apa kita menuju ke arah yang benar?"
"Aku tak tahu. Menurutmu, dia tahu tidak?"
Saiki yang duduk di buritan terlihat sangat percaya diri.
"Aku harap begitu."
"Dewa cuaca, laut, dan badai membantu kita," kata Saiki. Sebuah
ombak besar menabrak perahu itu, membasahi mereka semua meskipun
mereka telah memakai pakaian pelapis untuk menahan basah. Saiki
mengeluarkan air dari perahu dengan satu tangan dan mengendalikan
kemudi dengan tangan yang lain. Dari waktu ke waktu, dia juga
menyesuaikan arah layar. Taro"basah, dingin, mual"tidak bisa berhenti gemetaran. "Kalau
begitu, dewa punya cara yang aneh dalam memberikan berkah. Kita
sepertinya berada dalam bahaya besar."
"Justru kebalikannya," kata Saiki. "Dalam kondisi laut badai seperti
ini, kita tak terlihat. Kapal patroli Shogun tak akan bisa menemukan
kita." Saiki tumbuh di lingkungan air. Pada masa mudanya, ketika dia
masih samurai tingkat rendah tanpa tanggung jawab khusus, dia sering
menghabiskan waktunya di laut Semenanjung Muroto, berburu paus
dengan nelayan yang dahulu adalah teman kanak-kanaknya. Saat ikan
besar itu melewati laut semenanjung, para nelayan akan mendayung
perahu mereka di dekat salah satu paus, melompat ke punggungnya, dan
menusukkan tombak langsung ke otaknya. Jika tusukan mereka tepat,
paus itu akan menjadi milik mereka. Jika tidak, mereka jadi makanan
paus. Nelayan yang bertugas menusuk paus akan jatuh ke laut dan
tenggelam, sementara perahu yang terikat ke paus dengan tombak yang
PDF by Kang Zusi diikat dengan tali akan terseret ke laut lepas. Biasanya, para nelayan
berhasil memotong talinya dan kembali pulang. Tetapi, kadang mereka
tak pernah terlihat lagi.
"Dayung lebih keras," kata Saiki. "Pertahankan posisi kita di atas
gelombang." Dengan keberuntungan dan dorongan angin timur yang kecepatannya
masih bisa ditahan layar, mereka akan mencapai Akaoka dalam tiga hari.
Lima ratus prajurit kemudian akan siap berangkat dengan kuda.
Dalam dua minggu, seluruh pasukan akan siap tempur. Saiki
berharap Lord Genji bisa bertahan selama itu.
Sebuah gelombang besar kembali menabrak kapal kecil itu. Saiki
memusatkan seluruh perhatiannya ke laut.
10. Iaido Salju di padang rumput telah dibersihkan dan sebuah panggung pendek
didirikan di sana di kedua sisi panggung itu, didirikan dua tenda kecil tem-
pat duduk para juri. Semua sudah siap.
"Udara memang dingin, tetapi tidak menusuk. Anginnya pas untuk
membuat panji-panji kita berkibar. Mendung tidak menyerap cahaya
matahari. Kondisinya sempurna, Tuanku."
Hiromitsu, Bangsawan Agung Yamakawa mengangguk senang. "Kalau
begitu, mari kita mulai." Dia duduk di kursi juri utama di tenda sebelah
timur. Kepala rumah tangganya duduk di kursi juri kedua tenda sebelah
barat, komandan kavalerinya duduk di sebelah utara, dan komandan
infanterinya duduk di kursi terakhir di sebelah selatan.
Sudah menjadi tradisi, para pemimpin klan Yamakawa dan para
pengikutnya, beserta para pemain pedang terbaiknya meninggalkan istana
di awal Tahun Baru dan berkemah di hutan terdekat selama sehari
PDF by Kang Zusi semalam. Pada hari berikutnya, mereka mengadakan turnamen iaido.
Wanita dan anak-anak tidak diperkenankan hadir. Aturan itu ditentukan
sejak dahulu untuk menghindari kesedihan yang berlebihan. Pada masa
lalu, setiap kontes melibatkan pedang katana asli dengan mata pisau yang
tajam. Meskipun aturannya setiap serangan harus dihentikan tepat sebelum
menyentuh lawan, ketegangan, dendam lama, nilai hadiah yang didapatkan
pemenang, dan keinginan untuk memperlihatkan kemampuan di hadapan
orang lain sering menimbulkan peritumpahan darah, cacat fisik, dan
bahkan kematian. Tentu saja, katana sekarang tak digunakan lagi. Sejak lama katana telah
diganti dengan shinai, pedang dari bilah bambu yang diikat tali. Dua ratus
lima puluh tahun suasana damai telah mengurangi semangat bertarung. Itu
sebabnya mengapa katana diganti. Sebab lain adalah, menurut Hiromitsu,
saat ini yang penting adalah menjaga nilai-nilainya dan inembuang hal-hal
yang tak perlu. Tiga puluh dua samurai akan bertanding di kontes itu, yang diatur
dengan sistem gugur. Pemenang akan maju ke babak selanjutnya,
sementara yang kalah keluar. Jadi, 16 orang akan maju ke babak kedua, 8
orang ke babak ketiga, dan 4 orang maju ke babak keempat, sebelum
akhirnya 2 orang finalis bertemu untuk menentukan sang juara, dan
memenangi kuda perang berusia tiga tahun yang terbaik di wilayah itu.


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hiromitsu baru saja akan memulai tanda dimulainya kontes ketika
salah satu pengawalnya berlari-lari datang.
"Tuanku," pengawal itu melapor dengan terengah-engah, "Lord Genji
dan para pengikutnya meminta izin untuk lewat."
"Lord Genji" Bukankah saat ini dia tinggal di Edo?"
"Rupanya tidak lagi."
"Antar Beliau ke depan. Beliau diterima dengan tangan terbuka, seperti
biasanya." Genji mungkin memang diizinkan Shogun meninggalkan Edo atau dia
pergi tanpa izin. Jika memang dia pergi tanpa izin, lebih baik Hiromitsu
tidak tahu, karena itu dia tak akan bertanya. Tetapi juga, tak ada alasan
untuk menolak menemui Genji, atau melarang dia melewati daerahnya.
Mereka sudah bersekutu sejak lama. Bukan berarti mereka saling
PDF by Kang Zusi mengenal secara pribadi. Karena mereka memang tak saling kenal.
Leluhur mereka berperang bersama di Sekigahara. Atau setidaknya,
leluhur Hiromitsu dari pihak ayah juga ada di pihak yang kalah. Sementara
leluhurnya dari pihak ibu berada di pihak yang menang, dan juga
merupakan leluhur Shogun yang sekarang. Karenanya, bisa dikatakan
Hiromitsu juga sekutu Tokugawa. Ini adalah situasi yang ideal bagi
Bangsawan Agung Yamakawa yang tidak suka konflik dan kurang
ambisius. Sejarah klannya menuntut dirinya untuk menghormati dan menerima
kedua pihak, dan pada saat yang sama juga menjadi alasan baginya untuk
tidak mau memihak apabila terjadi perang saudara, yang sepertinya
semakin mengancam akhir-akhir ini. Untungnya, wilayah kekuasaannya
kecil, tidak banyak menyumbangkan sumber daya vital, terletak jauh dari
kemungkinan tempat pertempuran dan tidak mengontrol jalur jalur utama.
Karena itu, sikap netralnya tak akan menyinggung siapa pun.
Dengan senyum lebar, Hiromitsu dengan sopan berjalan ke depan
untuk menyambut tamu-tamunya. Banyak hal tentang tamu-tamu itu yang
membuatnya terkejut. Mereka hanya berenam. Rombongan yang terlalu
kecil untuk menemani seorang bangsawan agung yang bepergian jauh dari
rumah. Kedua, hanya tiga orang di antara mereka yang samurai. Dua
lainnya adalah orang asing, pria dan wanita, keduanya dengan penampilan
mengerikan seperti biasa. Kedua orang asing ini berada jauh dari batas
wilayah tempat mereka biasanya diizinkan bepergian, dan keduanya pasti
akan menjadi pusat perhatian Hiromitsu jika saja matanya tidak terpaku
pada anggota terakhir rombongan itu. Dia adalah seorang wanita dengan
kecantikan memukau. Hiromitsu sampai tak mempercayai pandangan
matanya. Dia hampir-hampir tak yakin ada kecantikan yang begitu
sempurna di dunia. "Selamat datang, Lord Genji." Meskipun dia belum pernah bertemu
dengan Bangsawan Agung Akaoka, tak sulit untuk tahu siapa yang harus
dia sambut. Dia adalah pria yang dikawal dua orang samurai, yang salah
satunya adalah Shigeru. Baru-baru ini, Hiromitsu menerima laporan, yang
rupanya salah besar, bahwa pemain pedang besar ini telah terbunuh oleh
anggota klannya sendiri dalam sebuah peristiwa skandal. "Selamat datang
PDF by Kang Zusi juga untuk Anda, Lord Shigeru. Anda tiba di saat yang tepat. Kami baru
saja akan memulai turnamen iaido tahunan di Tahun Baru."
"Kami menyesal telah mengganggu," kata Genji. "Kami hanya sebentar
dan akan segera melanjutkan perjalanan kami."
"Saya mohon, jangan tergesa. Karena Anda sudah di sini, sebaiknya
Anda tinggal dan melihat kontes kami. Samurai kami memang tidak seahli
para prajurit Anda yang sudah terkenal kemampuannya. Tetapi, mereka
akan berusaha sebaik-baiknya."
Genji berkata, "Terima kasih Lord Hiromitsu. Kami akan menerima
keramahan Anda dengan senang hati."
Shigeru berkata, "Itu mungkin kurang bijaksana."
"Kita jauh di depan," kata Genji. "Beberapa orang dari kita
membutuhkan istirahat." Genji menengok kepada wanita yang berdiri di
belakangnya. Dan, wanita itu membung-kuk dalam-dalam. "Ini adalah
Nona Mayonaka no Heiko."
"Hamba tersanjung dapat bertemu Anda, Nona Heiko."
Selama setahun ini, nama Heiko menjadi buah bibir semua orang yang
pergi ke Edo. Tetapi, cerita tentang kecantikannya yang pernah didengar
Hiromitsu tak sebanding dengan saat bertemu muka langsung.
"Nama Anda telah terkenal hingga daerah terpencil ini."
"Hamba tak layak menerima sanjungan setinggi itu, Tuanku."
Suara Heiko terdengar seindah dentingan lonceng. Hiromitsu terpukau
memandang Heiko semenit dua menit lebih lama dari yang sepantasnya
sebelum akhirnya dia menyadari bahwa mulutnya terbuka, Merasa malu,
dia memandang ke arah kepala rumah tangganya dan melihat bahwa
bawahannya itu juga sama terpukaunya seperti dirinya.
"Pria asing ini adalah Tuan Matthew Stark. Dan yang wanita adalah
Nona Emily Gibson. Mereka datang untuk membantu rumah misi yang ada
di dekat Kuil Mushindo."
Hiromitsu membungkuk sopan kepada kedua orang asing itu. "Selamat
datang. Siapkan tempat untuk tamu-tamu kita," katanya kepada kepala
rumah tagganya. "Ya, Tuanku. Untuk orang asing itu juga?"
"Untuk semua anggota rombongan Lord Genji."
PDF by Kang Zusi "Tuanku, tetapi bagaimana dengan peraturan kita yang tidak
memperbolehkan kehadiran wanita?"
"Kali ini ada perkecualian," kata Hiromitsu sembari menolong Heiko
turun dari kuda. "Lord Genji, silakan menggantikan saya di posisi juri di
timur. Lord Shigeru akan menggantikan posisi kepala rumah tangga saya
menjadi juri di sebelah barat."
"Saran Anda sangat murah hati, Lord Hiromitsu," kata Genji. "Tetapi,
kami lebih memilih mengamati dengan bebas tanpa tanggung jawab. Saya
paham kalau taruhan juga merupakan bagian dari tradisi ini."
Hiromitsu tertawa senang. "Bagus, sangat bagus. Tetapi, Anda di posisi
yang lemah. Anda tidak tahu apa pun tentang kemampuan para samurai
saya. Jadi, Anda tak akan tahu siapa yang menjadi taruhan Anda."
Hiromitsu makin bahagia karena keberadaan Heiko. Heiko telah
mengambil alih tugas ajudannya dan sekarang menuangkan sake untuknya.
Hanya dengan melihat posturnya yang anggun, bahkan air terasa me-
mabukkan bagi Hiromitsu. "Saya bermaksud untuk bertaruh bagi salah seorang dari rombongan
kami," kata Genji, "jika Anda mengizinkan dia berpartisipasi. Saya yakin
ini akan sangat menghibur."
Kesenangan Hiromitsu langsung menguap. "Jika Lord Shigeru ikut
serta, saya akan mengalah sebelum memulai kontes. Tiga puluh dua
kontestan di sini bersama-sama saja bukanlah tandingannya."
"Paman saya tidak punya kesabaran menggunakan pedang bambu
bahkan untuk latihan," kata Genji. "Saya ragu dia mau menggunakan
pedang bambu sekarang."
"Itu benar," kata Shigeru. "Hanya pedang tajam yang dapat membelah
hingga terlihat jati diri seseorang yang sebenarnya."
"Lord Genji, saya tidak mungkin mengizinkan hal ini," ekspresi ngeri
terlihat di wajah Hiromitsu. "Bagaimana saya bisa memulai Tahun Baru
dengan memulangkan mayat kepada para istri yang tibatiba menjadi janda
dan anak yang yatim?"
"Anda memang tak bisa melakukan itu," kata Genji, "dan saya juga
tidak akan mengusulkan hal seperti itu. Langit pasti akan menghukum kita
PDF by Kang Zusi apabila kita melakukan kekejaman seperti itu. Yang saya maksud bukan
paman saya, tetapi pria asing ini, Stark."
"Apa" Anda pasti bergurau!"
"Sama sekali tidak."
"Para pengikut saya pasti menganggap hal itu sebagai penghinaan yang
sangat memalukan, Lord Genji. Mereka mungkin tidak mempunyai
reputasi sehebat samurai Anda, tetapi tetap saja mereka adalah samurai.
Bagaimana mungkin saya meminta mereka menguji keahlian melawan
orang asing seperti itu."
"Saya tidak akan mengusulkan hal ini jika saya pikir memang taruhan
ini tidak imbang," kata Genji. "Saya akan menghadiahkan seratus ryo emas
bagi orang yang bisa mengalahkan Stark. Selain itu, saya juga akan
mempertaruhkan apa saja yang Anda inginkan. Saya percaya, Stark akan
memenangi turnamen ini."
Jika Hiromitsu tadi terkejut, itu sama sekali tak bisa dibandingkan
dengan yang dia rasakan saat ini. Kegilaan pasti sudah menjadi warisan
turunan di klan Okumichi. Apa yang harus dia lakukan" Dia tak bisa
mengambil keuntungan dari bangsawan yang jelas-jelas gila ini. Seratus
ryo emas adalah sepuluh kali lipat pendapatan tahunan samurai biasa.
Namun, menolak bisa berarti menyinggung dan dia tak ingin menyinggung
perasaan Genji, apalagi dengan Shigeru yang sama gilanya dengan sang
keponakan, ada di sampingnya. Benar-benar sebuah dilema!
"Jika Stark gagal mengalahkan siapa pun yang dia hadapi, Nona Heiko
akan menemani Anda selama seminggu jika nanti Anda berkunjung ke
Edo. Dengan biaya dari saya. Apakah Anda setuju dengan taruhan itu,
Nona Heiko?" Heiko tersenyum kepada Hiromistu, lalu menunduk tersipu sembari
membungkuk. "Dibayar untuk menemani Lord Hiromitsu adalah hadiah
yang berlipat dua." "Hmm ... uhh ... hm," gumam Hiromitsu. Seminggu bersama Heiko.
Memang, hampir tidak mungkin untuk berharap mekarnya rasa sayang,
rasa yang menjurus lebih dari pertemanan biasa. Hampir tidak mungkin.
Tetapi, bukan berarti mustahil. "Izinkan saya berunding dengan para
pengikut saya. Kita bisa melanjutkan jika mereka setuju."
PDF by Kang Zusi "Tentu saja. Sementara itu, karena saya selalu optimis dan berharap
usul saya akan diterima, saya akan menyiapkan petarung saya. Bolehkan
saya meminjam sepasang shinai" Dan izinkan saya mengusulkan insentif
tambahan. Menang atau kalah, setiap orang yang menghadapi Stark akan
mendapatkan sepuluh ryo emas."
Dengan mata berbinar membayangkan dirinya dan Heiko di Edo,
Hiromitsu pergi untuk meyakinkan para pengikutnya. Awalnya, mereka
enggan melakukan permainan konyol semacam itu, bahkan dengan
bayaran ryo emas. Yang meyakinkan mereka adalah taruhan Genji dengan
junjungan mereka. "Seminggu dengan Nona Heiko?"
"Ya," kata Hiromitsu. "Seminggu dengan Nona Heiko di Edo."
Para pengikut setianya membungkuk. "Kami tidak mungkin menolak
hadiah seperti itu untuk Anda, Tuanku, bahkan meski harus mengorbankan
kehormatan kami." "Jika ada kesetiaan pasti ada kehormatan," kata Hiromitsu dengan lega.
"Tuanku." Penjaga yang ditugaskan menjaga para tamu melapor. "Lord
Genji, Lord Shigeru, dan orang asing itu pergi ke rumpun bambu. Untuk
berlatih." Tawa geli keluar dari para pengikut Hiromitsu Tetapi, sang penjaga
tidak ikut tertawa. "Orang asing itu sangat cepat," kata penjaga.
"Dia tahu cara menggunakan pedang?"
"Kelihatannya baru pertama kali ini dia mendapatkan instruksi dari
Lord Genji." "Butuh waktu bertahun-tahun untuk menguasai iaido," kata kepala
rumah tangga. "Jika Lord Genji bermaksud mengajarkan seni pedang ini
kepada orang asing itu hanya dalam beberapa menit, pasti dia yang paling
gila di antara semua keturunan Okumichi."
Hiromitsu berkata, "katamu orang asing itu cepat."
"Awalnya sih tidak, Tuanku. Tetapi, pada tarikan pedang kelima, ya,
dia cepat. Sangat cepat. Dan akurat juga."
PDF by Kang Zusi "Kamu habis minum-minum ya, Ichiro?" celetuk salah seorang
samurai. "Bagaimana mungkin seseorang dapat berlatih menggunakan
pedang hanya dalam lima tarikan."
"Diam," kata Hiromitsu. "Apakah kamu cukup dekat untuk
mendengarkan pembicaraan mereka?"
"Ya, Tuanku. Tetapi, Lord Genji dan orang asing itu berbicara dalam
bahasa Inggris. Hamba hanya mengerti apa yang dibicarakan Lord Genji
dan Lord Shigeru." "Apa yang mereka bicarakan?"
Penjaga itu mengikuti kedua bangsawan gila itu dan ijria asing tersebut
ke rumpun bambu, menyamakan langkahnya dengan langkah mereka
sehingga mereka tidak mendengar dia mengikuti.
"Aku yakin kamu punya alasan membuat kita terlihat seperti orang
bodoh," kata Shigeru.
"Stark akan menang," kata Genji.
"Apa itu ramalan?"
Genji tertawa dan tidak menjawab.
Pria itu mengatakan sesuatu dalam bahasanya yang tidak jelas dan
barbar. Genji menjawab dalam bahasa yang sama. Hanya satu kata Jepang
terucap iaido. Pria asing itu mengatakan sesuatu yang terdengar seperti
pertanyaan. Dia juga mengucapkan kata "iaido". Genji berhenti lima
langkah dari satu tunas bambu setinggi tiga meter dan tebal sepuluh
sentimeter. Tiba-tiba tangannya menghunus pedang, kilatan baja, dan
pedang itu membelah tunas bambu dengan mulus. Sedetik kemudian,
bagian atas bambu itu terpisah dari batang bawahnya dan jatuh ke tanah.
"Tak disangka Lord Genji cukup ahli," kata penjaga.
"Rupanya, puisi, sake, dan wanita tidak menghabiskan seluruh
perhatiannya selama bertahun-tahun," kata Hiromitsu. "Semua itu adalah
tipu muslihat. Kakeknya, Lord Kiyori, adalah pria tua yang lihai. Dia pasti
melatih cucunya dengan diam-diam."
Ketika batang bambu itu jatuh ke salju, Genji mengatakan sesuatu dalam
bahasa asing. Pria asing itu menanyakan sebuah pertanyaan lagi. Dia
mengucapkan nama Shigeru. Genji menjawab.
PDF by Kang Zusi "Apa katanya?" tanya Shigeru.
"Dia bertanya mengapa bukan Paman yang mewakili kita di turnamen.
Kukatakan Paman tidak bersedia bermain-main dalam pertempuran."
Shigeru menggerutu. "Tebasanmu bagus. Bambu itu berdiri satu
detakan jantung penuh sebelum jatuh."
"Ketika Kakek menebaskan pedangnya," kata Genji, "beliau memotong
dengan bersih dan cepat sehingga bambu berdiri lima detakan jantung
penuh sebelum jatuh."
Pria asing itu mengatakan sesuatu. Dia menggunakan lagi kata "iaido".
Dia terdengar seperti memprotes. Sebagai jawabannya, Genji berdiri di
depan batang bambu lainnya. Tangan kanannya menyilang di depan badan
ke arah kiri, di tempat pedangnya disarungkan. Terlihat kilatan baja
menembus bambu. Kali ini bambu itu berdiri dua detakan jantung sebelum
jatuh. Genji lalu berpaling kepada pria asing itu dan berbicara lagi. Dia
membuat gerakan aneh lengan tangan kanannya, seakan-akan menarik pe-
lang yang jauh lebih pendek.
"Pistol dan pedang sangat berbeda," kata Shigeru.
Genji berkata, "Tidak harus begitu. Keduanya ama-sama kepanjangan
dari tangan yang memegangnya."
Genji melepas pedangnya dan menggantinya dengan salah satu shinai
yang tadi dipinjamnya dari pengikut Hiromitsu. Shinai yang satunya dia
berikan kepada pria asing itu. Lalu, Genji mengatakan beberapa patah kata
bahasa asing, dan dua pria itu saling berhadapan.
Begitu tangan pria asing itu bergerak, Genji menghunus shinai dari ikat
pinggangnya dan mernukul pria asing itu tepat di pelipis kanan.
Kedua kalinya, Genji bergerak lebih dulu. Sebelum pria asing itu dapat
bereaksi, dia kembali kena pukul lagi, kali ini di bahu kanan.
Ketiga kalinya, gerakan mereka berdua hampir simultan, tetapi
hasilnya tetap sama. Pedang shinai Genji mengenai dahi pria asing itu
sebelum pedang si pria asing mengenai leher Genji.


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Keempat kalinya, pria asing itu menang untuk pertama kalinya,
pedangnya memukul tepat pelipis Genji.
Kelima kalinya, dia mampu mengenai Genji bahkan sebelum sang
bangsawan menghunus shinai, keluar dari ikat pinggangnya.
PDF by Kang Zusi "Itu tidak membuktikan apa-apa," cetus salah seorang samurai. "Apa
hebatnya mengalahkan seseorang seperti Lord Genji?"
"Lagi pula," timpal yang lain, "dia pasti membiarkan orang asing itu
menang untuk meningkatkan kepercayaan dirinya."
"Mungkin," kata sang penjaga. Tetapi, nada suara, dan ekspresinya
menyatakan sebaliknya. Genji dan rombongannya berjalan kembali menuju panggung tempat
turnamen diadakan. Sang penjaga diam-diam pergi melapor. Sebelum dia
pergi, dia mendengar beberapa patah kata lagi.
Shigeru berkata, "Apa dia tahu mengapa kamu melakukan ini?"
"Tidak. Tapi dia percaya padaku."
"Betapa sombongnya," kata salah seorang samurai. "Dia hanya
bermaksud memper-malukan kita untuk kemenangan dirinya sendiri."
"Masa hanya karena itu," kata Hiromitsu.
"Motif apa lagi yang mungkin?" tanya sang kepala rumah tangga.
"Ia mungkin memenuhi sebuah ramalan."
"Tuanku, itu benar-benar sebuah kebodohan," kata sang kepala rumah
tangga. "Dia tidak mempunyai kemampuan meramal sama seperti Anda
atau saya." "Kamu tahu pasti tentang itu?" tanya Hiromitsu. "Tidak, dan aku juga
tidak. Karena itu, mari kita lanjutkan dengan hati-hati. Toshio. Kamu yang
peritama menghadapi orang asing itu. Konsentrasi."
"Ya, Tuanku." Iaido biasanya dimulai dengan posisi duduk. Kontestan berlutut saling
berhadapan, membungkuk, dan pelan-pelan maju ke arah lawannya sambil
tetap berlutut. Ketika jaraknya sudah sesuai, biasanya antara lima atau
sepuluh langkah, kontestan akan menghunus pedangnya dan menyerang
dalam satu gerakan yang mengalir. Tidak ada usaha untuk menangkis atau
mengelak. Tidak ada kesempatan kedua. menangnya adalah orang yang
menghunus pedang paling cepat dan memukul dengan akurat.
Menimbang keadaan si orang asing yang kesulitan duduk berlutut
maka aturan turnamen dimodifikasi untuk memungkinkan konfrontasi
PDF by Kang Zusi dengan berdiri. Juga agar lebih adil, samurai yang maju dipilih melalui
lotre. Meskipun sudah mendengar laporan dari penjaga, Toshio merasa
terlalu percaya diri. Dia terlalu sibuk melotot marah dan menghina kepada
Stark sehingga dia terpukul di leher sebelum shinainya sempat terhunus.
Samurai kedua, meski lebih waspada juga tak lebih baik. Stark
mengenainya di bahu kanannya tepat saat samurai itu akan menebaskan
shinainya. Samurai ketiga didiskualifikasi karena terlalu cepat menghunus
pedang dan menyerang dengan berlari, bukan menghunus dan menebas
dalam satu gerakan seperti yang seharusnya. Samurai yang didiskualifikasi
itu terlihat sangat menyesal dan berkali-kali minta maaf.
"Itu karena hamba terlalu tegang," katanya sembari menekankan
kepalanya ke lantai panggung dan menangis tanpa malu-malu. "Hamba
kehilangan kendali. Benar-benar tak termaafkan."
"Tidak," kata Hiromitsu. "Kamu terkejut, seperti kita semua. Lord
Genji, sudah berapa lama orang asing ini tinggal di Jepang?"
"Tiga minggu." "Dia menguasai iaido hanya dalam tiga minggu?"
"Dalam lima menit," kata Genji. "Dia belum pemah mencobanya
hingga hari ini." "Saya tidak bermaksud meragukan perkataan Anda, tetapi hal itu sulit
dibayangkan." "Orang asing punya seni bela diri yang mirip. Tetapi, mereka
menggunakan pistol, bukan pedang. Stark adalah ahli bela diri jenis itu."
"Ah. Kami salah menyepelekan dia hanya karena dia orang asing."
"Kalau kita membiarkan diri melihat apa yang ingin kita lihat," kata
Genji, "kita hanya melihat apa yang kita pikirkan dan tidak bisa melihat
apa yang benar-benar ada di hadapan kita."
Apakah Genji mengacu pada kemampuannya melihat masa depan"
Menurut Hiromitsu memang begitu. Bahkan, sepertnya dia hendak
mengatakan kalau dia sudah tahu hasil pertandingan ini sebelum dimulai.
Jika dia bisa tahu hal sekecil itu, apakah dia juga tahu hasil peristiwa-
peristiwa besar yang ada di depan mereka, yaitu kemungkinan terjadinya
perang saudara" Hiromitsu memutuskan dia harus mendiskusikan masalah
PDF by Kang Zusi ini dengan para bangsawan agung lainnya di wilayah sekitarnya begitu
kesempatan memungkinkan. Sesuatu yang luar biasa sedang terjadi di
depannya saat ini. Mungkin ini memang lebih dari sekadar turnamen iaido.
Genji berkata, "Karena Anda tidak tahu latar belakangnya, tidak adil
jika saya memaksakan taruhan ini. Saya akan menarik Stark dari kontes."
"Oh, jangan Lord Genji, kita harus tetap melanjutkan. Ini sangat
menyenangkan. Lagi pula, risikonya semua ada di pihak Anda. Saya tak
akan rugi apa-apa." "Begitu juga dengan saya," kata Genji, "karena hasilnya sudah pasti."
Genji benar-benar mengakui dia memang punya kemampuan meramal.
Maka, sekarang saatnya Hiromitsu mengujinya. Hiromitsu berkata, "Jika
Anda tidak ber-keberatan, saya ingin melakukan pergantian untuk dua
babak terakhir." "Silakan." Hiromitsu menugasi komandan infanterinya, Akechi, untuk
menghadapi orang asing itu selanjutnya. Jika orang asing itu berhasil
menang, dia akan menghadapi komandan kavalerinya, Masayuki. Akechi
berhasil memukul bersih orang asing itu di tulang iga sebelah kanan.
Tetapi, pukulan itu terjadi sesaat setelah orang asing itu memukulnya di
leher. Masayuki adalah pemain pedang terbaik di wilayah Yamakawa,dan dia
setanding dengan para pemain pedang terbaik di wilayah mana pun,
kecuali Shigeru. Jika dia tak bisa mengalahkan orang asing itu, daya magis
pasti berperan di sini. Hanya daya ramalan yang tak terpatahkan dapat
melakukan hal seperti itu.
Masayuki dan Stark menghunus pedangnya pada saat yang sama.
Tebasan mereka sama-sama cepat dan bersih. Masayuki mengenai Stark di
dahi. Stark mengenai Masayuki di pelipis kanan.
Kidung Maut Bulan Purnama 3 If I Stay Karya Gayle Forman Kisah Bangsa Petualang 7
^