Pencarian

Samurai 8

Samurai Karya Takashi Matsuoka Bagian 8


menanyakan per-tanyaan seperti itu. Meskipun dia merasa pipinya
sudah tak mungkin menjadi lebih merah lagi, dia sekarang merasa se-
akan pipinya terbakar. "Sangat penting bagiku untuk tahu," kata Genji.
Emily tak mampu memandang Genji dan tak mampu
mengucapkan sepatah kata pun.
PDF by Kang Zusi Akhirnya, setelah kesunyian yang terjadi tak juga dipecahkan oleh
jawaban Emily, Genji berdiri.
"Aku akan melupakan pembicaraan ini dan peristiwa yang
menyebabkan pembicaraan ini terjadi." Dia membuka pintu dan
beranjak ke koridor. Genji sedang menutup pintu ketika Emily berkata.
"Kita hanya berbagi kehangatan," kata Emily, "untuk bertahan
hidup. Tak lebih. Kita tidak "." Membicarakannya secara terbuka
sangat menyakitkan bagi Emily. "Kita tidak bercinta."
Genji membungkuk dalam-dalam. "Aku sangat berterima kasih
atas keterus-teranganmu."
Dia berjalan pergi tanpa merasa lega. Emily belum hamil. Dan
juga, dia masih harus bertemu Lady Shizuka. Itu bagus. Tetapi,
harapan Genji makin menipis. Kemung-kinan lain yang disebutkan
Heiko bahwa dia akan jatuh cinta kepada Emily"tak lagi terlihat
mustahil. Selama pertemuannya dengan Emily tadi, dia membicarakan
saat mereka berdua di salju dan mengingat apa yang telah dia lihat dan
rasakan. Dan, Genji juga telah melihat emosi polos yang begitu terlihat
di wajah Emily. Tanpa dia duga, terjadi sesuatu yang tak pernah dia
bayangkan sebelumnya. Genji merasa dirinya bergairah.
"Aku tetap percaya Lord Genji dan Lord Shigeru akan
menghancurkan klan kita," kata Sohaku. "Karena itu, aku tak
menyesali keputusanku."
Dia memimpin 75 samurai keluar dari pegunungan dan kembali
ke Kuil Mushindo. Enam puluh samurai yang tersisa duduk berbaris di
hadapannya di ruang meditasi. Yang lain telah pergi sebelum
pertemuan. Sohaku tak ragu bahwa akan lebih banyak lagi yang pergi
mengikuti mereka. Rangkaian. peristiwa yang terjadi tidak
menguntung-kan baginya. Dia gagal membunuh dua ahli waris Okumichi terakhir.
Sekarang ini, kepala Kudo pasti sudah membusuk di ujung
tombak di depan gerbang Kastel Awan Burung Gereja. Dan,
PDF by Kang Zusi pengumuman Shogun tentang penundaan Undang-Undang Kediaman Alternatif telah membuat
Sohaku sebagai buronan, bukan Genji. Kawakami mendesak bahwa
rencana mereka masih dapat ber-hasil. Gampang dia bicara begitu
karena dia adalah Kepala Polisi Rahasia Shogun sekaligus Bangsawan
Agung Hino. Dia punya status dan tahu itu. Sementara Sohaku tak
punya apa-apa. Tak ada lagi yang tersisa baginya kecuali serangan,
final yang menentukan. Tidak masalah kalau serangan itu tak akan
berubah apa-apa, baik menang atau kalah. Yang penting adalah
bagaimana dia akan mati, bagaimana dia akan diingat oleh keluarga
dan para musuhnya. Dia adalah seorang mantan komandan pasukan
kavaleri terbaik di seluruh wilayah Jepang. Dia lebih memilih
menyerang daripada melakukan ritual bunuh diri.
Menurut mata-matanya, Genji telah meninggalkan Akaoka
menuju Edo hanya ditemani kurang dari tiga puluh samurai. Anak
buah Sohaku dua kali lipat jumlah itu sekarang. Tetapi, dia ragu
apakah jumlah itu akan tetap bertahan, bahkan dia memperkirakan
paling banyak hanya sepuluh anak buah yang mengiringinya keluar
dari kuil. Sohaku berkata, "Besok aku akan bertemu Lord Genji dalam
pertempuran. Kalian kulepaskan dari sumpah setia kalian padaku. Aku
sarankan kalian agar meminta maaf dan bergabung lagi dengan Lord
Genji atau mencari junjungan lain."
"Kata-kata kosong," seorang samurai dari barisan keempat
menukas marah. "Dilepaskan dari sumpah atau tidak, kami masih
terikat oleh konsekuensi tindakan kami. Tak mungkin bergabung
kembali dengan Lord Genji dan junjungan mana yang mau menerima
pengkhianat seperti kami?"
"Diam," kata seorang samurai lain kepadanya.
"Kau tahu risikonya. Terima nasibmu dengan jantan."
"Terima saja nasibmu sendiri," kata samurai yang marah itu.
Pedangnya menebas tiba-tiba. Darah mengucur dari tubuh samurai
yang menegurnya. Samurai yang marah tadi lalu menerobos tiga lapis
barisan yang memisahkan antara dirinya dan Sohaku.
PDF by Kang Zusi Sohaku tak berdiri ataupun menghunus pedangnya. Samurai itu
hampir tiba di depannya ketika samurai lain menebasnya dari
belakang. "Ampuni dia, Rahib Kepala. Keluarganya gagal lari dari Akaoka."
"Tak perlu ada yang diampuni," kata Sohaku. "Setiap orang harus
membuat keputusannya sendiri. Aku akan meninggalkan pedangku di
sini dan pergi ke gubuk meditasi selama sejam. Lalu, aku akan kem-
bali. Jika ada di antara kalian yang ingin menemaniku dalam
pertempuran, tunggulah di sini."
Tak seorang pun menyambut undangannya untuk datang dan
membunuhnya di gubuk meditasi. Ketika dia kembali ke ruang utama
sejam kemudian, dia melihat kedua mayat tadi telah dipindahkan.
Setiap orang tetap pada posisinya masing-masing seperti saat dia
tinggalkan tadi. Dia punya 58 orang melawan 30 orang pasukan Genji.
Sohaku membungkuk dalam-dalam kepada pengikut setianya.
"Aku tak punya kata-kata untuk mengungkapkan kan rasa terima
kasihku pada kalian."
Para samurai pemberani yang ditakdirkan mati itu membungkuk.
"Kamilah yang berterima kasih," kata seorang samurai di barisan
pertama. "Kami tak mungkin punya pemimpin yang lebih baik dari
Anda." "Rahib Kepala menolak mengoordinasikan serangan dengan Anda,"
kata sang pembawa pesan. "Beliau akan berangkat dari kuil, fajar
besok." Kawakami mengerti. Sohaku tahu kematian sudah menjadi
nasibnya tak peduli apa pun yang terjadi pada Genji. Jadi, dia memilih
untuk mati dengan pedang di tangan. Pria itu tak lagi peduli dengan
hasil serangannya. Semua itu sudah tak relevan lagi.
"Sampaikan terima kasihku pada Rahib Kepala atas informasinya.
Katakan aku akan berdoa kepada para dewa demi kesuksesannya."
"Ya, Tuanku." PDF by Kang Zusi Kawakami bersama enam ratus anak buahnya ada di Desa
Yamanaka. Dari enam ratus itu hanya seratus orang yang
bersenjatakan pedang. Pasukan pedang itu ada untuk melindungi
pasukan lainnya, resimen penembak, dari serangan jarak dekat. Ka-
wakami tidak mengharapkan pertempuran jarak dekat: Meskipun anak
buah Sohaku lebih banyak daripada Genji, dua berbanding satu-itu
juga jika semua anak buah Sohaku setia kepadanya"Sohaku akan
tetap gagal. Gagal, karena tujuan utamanya adalah menunjukkan
keberanian, bukan untuk menang. Penunggang kavaleri tangguh
seperti-nya pasti akan mencegat Genji di Mie Pass, jalan curam dan
sempit di antara dua lereng bukit. Lereng di sana ideal bagi
pengendara kuda untuk menyerang ke bawah dari dua arah. Jika
strategi itu diterapkan pada pasukan, Kawakami, Sohaku dan anak
buahnya pasti akan mati sebelum mereka sempat menghunus pedang.
Tetapi, samurai klan Okumichi bukanlah penembak. Seperti Sohaku,
mereka adalah peninggalan dari era lampau. Mereka akan mengadang
serangan dengan cara mereka sendiri, dan kedua pihak akan bertempur
dengan pedang katana dan wakizashi, dengan yumi, nari, nagiriata dan
tanto, dengan senjata dan keberanian liar seperti nenek moyang
mereka. Mereka akan mati semuanya. Sohaku akan mati di Mie Pass.
Genji dan Shigeru akan mati di Mushindo, tujuan mereka setelah
mengalahkan Sohaku. Kawakami tentu saja akan menunggu mereka di
sana. Dia akan memenggal kepala kedua ahli waris Okumichi terakhir
dan mempersembahkannya ke altar nenek moyangnya di wilayah
Hino. Setelah 260 tahun, Pertempuran Sekigahara akan berakhir.
Dalam beberapa kesempatan pembicaraan panjang, Genji
mendengarkan Shigeru bercerita tentang berbagai pertanda yang
dialaminya. Pamannya rnendeskripsikan kejadian-kejadian yang
sangat aneh, yang hanya mungkin terjadi di masa depan dalam jangka
panjang. Perangkat yang memungkinkan komunikasi jarak jauh.
PDF by Kang Zusi Pesawat terbang. Udara tercemar yang tak bisa dihirup. Air tercemar
yang tak bisa diminum. Laut Dalam yang kini jernih akan penuh
dengan ikan-ikan mati, pantai-pantainya ditinggali oleh orang-orang
cacat. Populasi sangat padat sehingga orang-orang berdesakan dan
bertumpukan di dalam kereta selama beratus-ratus kilometer dan
menganggap hal itu sebagai sesuatu yang wajar. Dan, orang asing di
mana-mana tidak hanya di zona terbatas di sekitar Edo dan Nagasaki.
Perang yang sangat brutal dan meluas sehingga kota-kota menghilang
dalam api hanya dalam waktu semalam.
Genji memutuskan untuk menulis cerita Shigeru dalam buku
tahunan keluarga dan mewariskannya kepada keturunan mereka.
Pertanda-pertanda itu tak akan berguna untuk saat ini. Harapannya
bahwa pertanda yang dialaminya akan menjadi jelas dengan
mendengarkan cerita pertanda yang dialami Shigeru tak terwujud.
Kecuali dalam satu hal yang kurang menyenangkan.
Dalam pertanda kematian yang dialami Genji, dia melihat sesuatu
yang dilihat Shigeru dalam setiap pertanda: Tidak ada lagi pria
mengenakan kuncir rambut, pedang, atau kimono. Samurai sudah
punah. Meskipun kelihatannya mustahil, hal itu setidaknya mulai
terjadi pada masa hidup Genji.
Genji memandang ke orang-orang yang berkuda bersamanya.
Apakah itu memang akan terjadi" Hanya dalam beberapa tahun,
apakah mereka semua akan menghilang bersama pendudukan orang
asing di Jepang seperti yang diyakini Shigeru"
Hide dan Taro berkuda di kanan kirinya. Hide berkata, "Tuanku,
sebentar lagi kita akan melewati Mie Pass."
"Apa kau yakin di sana berbahaya?"
Taro berkata, "Ya, Tuan. Rahib Kepala Sohaku pemah memimpin
hamba selama lima tahun. Mie Pass adalah arena tempur favoritnya.
Di sana dia bisa menyerang dengan kecepatan tinggi dari kedua sisi
lembah." "Baiklah," kata Genji. "Bilang pada Heiko dan Hanako untuk
mundur bersama Emily dan Matthew."
PDF by Kang Zusi "Ya, Tuanku," kata Hide. "Berapa banyak orang yang harus saya
tugaskan untuk menjaga mereka?"
"Tak seorang pun. Jika Sohaku memang menunggu, dia tak akan
repot-repot menyerang mereka. Pamanku dan aku adalah satu-satunya
tujuan dia." "Baik, Tuanku."
Genji berpaling kepada Saiki. "Kau tidak bicara apa-apa."
"Instruksi Anda sudah tepat, Tuanku, dan lengkap. Tak perlu ada
yang ditambah-kan." Saiki tenang. Apa yang akan terjadi, terjadilah.
Dia tak tahu apakah dia akan hidup atau mati. Tetapi, dia tahu dia akan
bertindak sebagaimana kepantasan seorang pengikut setia. Itu saja,
cukup. Heiko tidak menyukai perintah yang diterimanya, tetapi dia tetap
patuh. Dia telah berjanji untuk mematuhi semua perintah Genji sebagai
syarat pengampunannya. "Hingga aku berkata sebaliknya, kau tetap hanya seorang geisha.
Kau tidak akan menggunakan keahlianmu yang lain terhadap Sohaku
ataupun Kawakami. Setuju?" kata Genji.
"Hamba setuju tentang Sohaku, tetapi tidak terhadap si Mata
Licik. Dia harus dibunuh pada kesempatan pertama."
"Aku tidak meminta pendapatmu. Kau setuju atau tidak?"
Ekspresi Genji sangat serius tanpa humor.
"Ya, Tuanku. Hamba setuju."
Jadi, di sinilah dia sekarang, memakai kimono yang indah dan
bergaya yang sangat cantik tetapi tak ada gunanya dalam pertempuran.
Duduk di pelana kuda betina sejinak kuda Emily, tanpa senjata apa
pun kecuali kedua tangannya.
"Lady Heiko," kata Hanako.
"Ya." "Jika Anda memerlukannya, di kantong pelana saya sebelah kanan
ada pisau lempar dan di sebelah kiri ada pedang pendek."
"Lord Genji melarangku membawa senjata."
"Anda tidak membawa senjata, Nona. Saya." Heiko membungkuk
berterima kasih. "Mari kita berdoa semoga senjata-senjata itu tak
PDF by Kang Zusi diperlukan." Emily berkata kepada Stark. "Bagaimana jika pria yang
kaucari tak ada di kuil?"
"Aku akan tetap mencari."
"Dan kalau dia mati saat wabah?"
"Dia tidak mati."
Melalui Heiko sebagai penerjemah, Stark telahbertanya-tanya
kepada Taro tentang orang asing yang ada di Kuil Mushindo. Orang
Jepang memanggilnya Jimbo, kependekan dari nama asingnya, Jim
Bohannan. Dan karena kata Jepang untuk menyebut seorang rahib
adalah bozu, panggilan itu juga sebuah pelesetan. Apa pun namanya,
deskripsi pria itu mirip sekali dengan Ethan Cruz.
"Apa itu pelesetan?" tanya Stark.
"Permainan kata," kata Heiko, "satu bunyi kata yang mirip
sehingga bisa berarti ganda."
"Oh." Heiko dan Stark saling memandang. Dan tertawa.
Stark berkata, "Kurasa kamu harus lebih dulu mengajariku bahasa
Inggris sebelum mengajar Jepang."
"Aku tak tahu apa yang telah dia perbuat sehingga membuatmu
marah," kata Emily, "tetapi dendam berbuah pahit. Lebih baik
memaafkan. "Jika kalian mengampuni orang yang bersalah, Bapa di
surga juga akan mengampunimu.?"
"Amin," kata Stark.
"Shigeru tidak ada di antara mereka," kata sang mata-mata.
"Tentu saja tidak," kata Sohaku. "Dia berputar untuk menyergap
kita saat kita menyiapkan jebakan yang dia kira kita siapkan."
Dia tertawa, dan para asistennya tertawa bersamanya. Seperti
orang mati, mereka merasa sedikit gamang menemui diri mereka
masih di dunia, dan sama sekali tak merasa takut. Salah satu samurai
mengambil senapan dari sarungnya dan memandanginya seakan-akan
belum pernah melihatnya, lalu membuangnya ke tanah. Satu per satu
PDF by Kang Zusi senapan yang dibawa mereka jatuh sehingga semuanya tergeletak di
tanah. Sohaku berpaling ke lima baris pasukan kavaIeri di belakangnya.
"Kalian siap?" Seorang anak buahnya berdiri di sanggurdi, mengangkat
tombaknya dan berteriak sekuat paru-parunya, "Sepuluh ribu tahun!"


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Teriakan itu langsung disambut seluruh pasukan. Samurai yang baru
saja tertawa beberapa saat lalu, kini semuanya menangis dan
meneriakkan kata-kata yang sama dalam satu suara.
"Sepuluh ribu tahun!"
"Sepuluh ribu tahun!"
"Sepuluh ribu tahun!"
Sohaku menghunus pedangnya dan memacu kudanya ke depan.
Emily mendengar teriakan dari arah depan.
"Banzai! Banzai! Banzai!"
"Apakah ada yang datang untuk menyambut Lord Genji?" Dia
bertanya. "Ya," kata Heiko.
"Apa art?banzai'?"
"Itu adalah cara kuno untuk mengatakan `sepuluh ribu tahun'. Arti
sebenarnya agak sulit dijelaskan. Kurasa bisa dikatakan banzai adalah
ekspresi ketulusan paling dalam dan komitmen paling dalam. Mereka
mengekspresikan kerelaan menukarkan keabadian untuk satu momen
ini." "Kalau begitu, mereka adalah sekutu Lord Genji," kata Emily.
"Bukan," kata Heiko. "Mereka adalah musuhnya yang paling
berbahaya." Stark langsung mencabut dua pistolnya dan memacu kudanya ke
arah Genji. Ketika mereka memasuki Mie Pass, anak buah Sohaku tidak
menemui serangan balik, seperti yang mereka kira, tetapi mereka
PDF by Kang Zusi malah disambut serangkaian tembakan senapan dari pepohonan di sisi
kiri. Seperempat dari mereka terjatuh, sebagian besar karena kuda
mereka tertembak. Mengikuti pemimpinnya, sisa pasukan Sohaku
berbalik dan menyerang ke atas bukit menuju barisan pepohonan. Dua
rangkaian tembakan kembali memorak-porandakan barisan mereka.
Setelah itu, pasukan Genji menyerang dengan kuda mereka, keluar
dari pepohonan. Sohaku langsung mengarahkan kudanya ke Genji. Dia menebas
dua orang yang menghalanginya. Orang ketiga adalah Masahiro,
samurai yang dia latih, dan terbukti menjadi murid yang baik.
Masahiro mengelak pedang Sohaku yang ditujukan kepadanya dan
mengarahkan pedangnya ke kuda Sohaku. Sohaku merasakan lututnya
patah. Hanya dengan satu kaki yang dapat menumpu ke sanggurdi,
Sohaku kerepotan menahan serangan Masahiro. Penundaan inilah yang
menyelamatkan nyawanya. Stark memacu kudanya di samping Genji dengan revolver di
kedua tangan dan menembak para penyerang terdekat. Dia menembak
sebelas kali, dan sembilan anak buah Sohaku terjatuh mati dari
kudanya. Serangan mati-matian Masahiro membuat jarak Sohaku dan
Genji cukup jauh. Itulah satu-satunya alasan peluru kedua belas Stark
meleset rnengenai jantungnya. Sohaku melihat Stark membidikkan
revolver besar ke arahnya dan melihat asap keluar dari pistol itu.
Anehnya, dia tak mendengar tembakan. Sebuah hunjaman berat
mengenai dadanya sebelah kiri. Lalu, tubuhnya terasa ringan dan
seakan-akan hendak terbang ke langit. Sohaku mencondongkan
tubuhnya ke depan, berpegangan pada leher kuda, berusaha untuk
tetap sadar dan berusaha keras agar tidak jatuh dari kuda.
"Rahib Kepala!" Seseorang memegang kekang kudanya, Sohaku
tak tahu siapa. "Bertahanlah!" Kudanya berderap. Betapa memalukan
harus mati karena luka tembakan tanpa sekalipun beradu pedang
dengan seorang Lord Okumichi.
Ketika mendengar teriakan pengikut Sohaku, Shigeru tahu dia
telah membuat kesalahan. Tidak ada orang yang menunggu untuk
menyergap. Dia memacu kudanya ke puncak bukit tepat pada
PDF by Kang Zusi waktunya untuk melihat serangan Sohaku. Saat dia kembali turun,
semuanya sudah selesai. Saiki berkata, "Kita hanya kehilangan enam orang. Sohaku
langsung menuju arah tembakan kita."
"Serangan itu tadi persis seperti serangan di Nagashino," kata
Genji. "Dia menggunakan taktik yang gagal tiga ratus tahun lalu."
"Memang itu tujuannya," kata Shigeru. Dia turun dari kuda dan
mulai mencari di antara mayat- mayat musuh.
"Dia tak ada di antara mereka," kata Saiki. "Setelah Tuan Stark
menembaknya, salah satu pengikutnya membawanya pergi."
"Dan kau membiarkannya?"
"Aku tidak hanya berdiri diam saja," kata Saiki. "Ada hal-hal
mendesak yang menyita perhatianku."
Shigeru tak menjawab. Dia melompat ke atas kudanya dan
memacunya ke arah Kuil Mushindo.
"Cara bertempur seperti ini sangat efektif, Tuanku," kata Saiki.
"Kau tidak terlihat bahagia seperti kata-katamu," kata Genji.
"Hamba ini orang tua," kata Saiki. "Cara hamba adalah cara lama.
Terlibat pertempuran yang hasilnya ditentukan oleh senapan tidak
membawa kesenangan bagi hamba."
"Bahkan, jika kau menang?"
Akhirnya, Saiki tersenyum, "Memang lebih baik kalau kita
menang. Setidaknya, saya dapat menerimanya dengan bahagia."
Tidak perlu waktu lama untuk menyingkirkan para musuh yang
terluka. Untuk menjaga perasaan Emily, Genji melarang pemenggalan
kepala, dan kemudian memerintahkan agar mayat-mayat musuh
ditutupi sebaik mungkin saat Emily berkuda melewati tempat itu.
Genji berpikir Shigeru akan dapat menemukan Sohaku dengan
cepat dan sudah menunggu saat dia mencapai Kuil Mushindo. Mantan
pasukan kavalerinya itu sepertinya mengalami luka serius akibat
tembakan Stark. Dia tak mungkin bisa pergi jauh. Tetapi, begitu Genji
mendekati dinding kuil, dia tak melihat pamannya. Rupanya, Sohaku
mampu bertahan tahan cukup lama sehingga membuat Shigeru harus
mengejarnya lebih lama. PDF by Kang Zusi Saiki berkata, "Tuanku, mohon tunggu di sini hingga kami yakin
tak ada perangkap." Dia masuk terlebih dahulu dengan Masahiro.
"Ketepatan menembakmu sangat mengesankan," kata Genji
kepada Stark. "Pasti hanya sedikit orang yang bisa menandingimu di
Amerika." Sebuah ledakan besar membuat Stark tak bisa merespons
perkataan Genji. Ruangan meditasi Kuil Mushindo hancur oleh ledakan itu, puing-
puing beter-bangan ke segala arah. Beberapa orang dalam rombongan
mereka terkena dan langsung tewas. Sebuah balok besar mematahkan
kaki depan kuda Genji dan membuat kuda maupun penunggangnya
terjatuh. Hampir pada saat yang bersamaan, terdengar tembakan
senapan dari pepohonan di sekitar mereka.
Heiko menarik Emily dari pelana dan melindungi Emily dengan
tubuhnya sendiri. Jika Emily nnemang akan menjadi ibu dari anak
Genji, dia tak boleh terluka. Di sekitar mereka, orang dan kuda
berjatuhan tewas. Mayat-mayat itu menahan peluru yang terus
beterbangan. Heiko tak bisa mengangkat kepalanya untuk melihat apa
yang terjadi pada Genji dan Stark. Diam-diam, dia berdoa pada
Buddha Amida agar melindungi mereka dengan kasihnya.
Seakan-akan menjawab doanya, tiba-tiba terdengar suara di
pepohonan, "Tahan tembakan! Tahan tembakan!"
Tembakan langsung berhenti. Terdengar suara lain berkata, "Lord
Genji! Lord Kawakami mengundang Anda agar mendekat dan
membicarakan syarat-syarat penyerahan diri Anda!"
Heiko melihat Taro dan Hide menarik Genji dari bawah bangkai
kudanya. Genji mengatakan sesuatu kepada Hide. Kepala pengawal itu
tertawa dan membungkuk kepada junjungannya. Lalu, Hide berteriak,
"Lord Genji mengundang Lord Kawakami untuk mendekat dan
mendiskusikan syarat-syarat penyerahan dirinya!"
Mengantisipasi terulangnya serangan, setiap orang yang masih
hidup di pihak Genji tiarap rapat-rapat. Tetapi, setelah beberapa saat
sunyi, terdengar jawaban dari hutan.
PDF by Kang Zusi "Lord Genji! Anda dikepung oleh enam ratus orang! Ada wanita
dan orang asing bersama Anda! Lord Kawakami akan menjamin
keselamatan mereka jika Anda mau bertemu beliau!"
Hide berkata, "Jelas ini tipuan."
Genji berkata, "Mungkin tidak. Dia tak perlu tipuan. Kita tak bisa
lari. Dia hanya perlu memperketat tembakan di sekitar kita dan kita
semua akan segera mati."
"Tuanku," kata Hide, "tentunya Anda tak akan menerima
undangannya, bukan?"
"Aku terima. Pasti dia sangat ingin mengatakan sesuatu padaku
sehingga dia rela menunda kesenangan untuk membunuhku."
"Tuan," kata Taro, "begitu dia mendapatkan Anda, dia tak akan
melepaskan Anda." "Oh" Apa kamu meramalkan itu?" Perkataannya langsung
menghentikan semua protes seperti yang diperkirakan Genji. Setiap
acuan ke kemampuan meramal selalu begitu.
Kepuasan yang dirasakan Kawakami menuntutnya untuk
memperpanjang pembicaraannya dengan Genji selama mungkin. Dia
menunjuk ke berbagai makanan dan minuman yang telah disajikan
ajudannya di hadapan Genji.
"Apakah Anda tidak ingin menikmati suguhan ini, Lord Genji?"
"Terima kasih atas keramahan Anda, Lord Kawakami, tetapi saya
terpaksa menolak." Kawakami membungkuk, menandakan kalau dia tidak
tersinggung dengan penolakan Genji.
Genji berkata, "Saya akui, saya tidak bisa menerka tujuan dari
pertemuan ini. Posisi kita kelihatannya sudah jelas. Para letnan saya
berpendapat bahwa Anda ingin menahan saya."
"Saya telah berjanji tak akan menangkap Anda," kata Kawakami,
"dan saya akan menepatinya. Saya hanya ingin melihat Anda sebelum
Anda mati, yang seperti kita berdua ketahui itu pasti akan terjadi dan
tak dapat dihindari, sehingga semua masalah di antara kita dapat
terselesaikan pada akhimya."
PDF by Kang Zusi "Anda berbicara seakan-akan kita ini orang asing. Kejelasan dan
penyelesaian adalah yang dicari orang asing dan itulah yang akhimya
mereka dapat. Sedangkan, kita lebih halus." Genji tersenyum. "Ambi-
guitas adalah inti dari pemahaman kita. Karena itu, tak akan ada yang
jelas di antara kita dan tak akan ada akhir, tak peduli siapa yang hidup
dan mati hari ini." "Dari kata-kata Anda, orang pasti berpikir siapa yang akan mati
nanti." Genji membungkuk. "Saya hanya bersikap sopan. Jelas tidak ada
keraguan tentang itu."
Kawakami tidak membiarkan implikasi perkataan Genji yang
keterlaluan membuatnya marah, atau membiarkan senyum Genji
mengganggunya seperti bisaa. Bahkan, dia membalas senyum Genji
dengan senyum dan meneruskan percakapan dengan sikap akrab.
"Tentu saja, saya tidak bermaksud menjelaskan secara permanen. Saya
bukan anak-anak, bukan idiot dan bukan orang asing, sehingga mau
memercayai kebodohan seperti itu. Saya hanya bermaksud
menjelaskan hal-hal yang dapat dijelaskan dan mengakhiri apa yang
dapat diakhiri. Motif utama saya, dan saya tak malu mengakuinya
adalah bahwa dengan melakukan itu saya akan mengalami kepuasan
karena secara gamblang dapat menunjukkan kepalsuan kemampuan
meramal Anda." "Kemampuan meramal itu sendiri sifatnya ambigu sehingga saya
menyesal jika kemenangan yang Anda harapkan itu juga tidak akan
terjadi." "Tolong, simpan saja simpati Anda bagi mereka yang
membutuhkan, saat Anda masih bisa memberikannya." Kawakami
memberikan pandangan isyarat kepada pem-bantunya. Ajudannya
kemudian maju ke depan membawa kotak kayu pinus terbungkus sutra
putih, membungkuk, dan meletakkan kotak itu di antara Genji dan
Kawakami. "Izinkan saya menghormati Anda dengan hadiah ini."
"Karena saya tak punya sesuatu untuk membalasnya, saya harus
menolak tawaran Anda yang murah hati ini."
PDF by Kang Zusi "Penerimaan dari Anda sendiri merupakan sebuah hadiah yang
bernilai bagi saya," kata Kawakami.
Genji tahu apa yang ada dalam kotak itu, bukan karena pertanda,
melainkan karena ekspresi di wajah Kawakami. Dia membungkuk,
mengambil kotak itu, melepaskan pembungkus sutra, dan membuka-
nya. Shigeru berkuda dengan santai menuju Kuil Mushindo, tubuhnya
rileks, wajahnya tenang. Namun, seluruh indranya waspada. Dia tahu,
dia akan menemukan Sohaku, dan dapat membunuhnya tanpa ke-
sulitan. Kawakamilah yang merupakan masalah lebih serius. Serangan
Sohaku"serangan kavaleri tunggal yang berani tanpa dukungan
infanteri-jelas bukan bagian dari strategi Kawakami. Itu artinya, ada
jebakan yang lebih licik dan berbahaya menunggu di depan. Si Mata
Licik tak akan melakukan serangan terbuka, meskipun pasukan dan
senjatanya berjumlah lebih banyak. Dia lebih memilih perangkap dan
sergapan mendadak. Khususnya penembak jitu, menembak dari jarak
jauh yang aman. Shigeru memasuki lembah di bawah kuil, menuju pepohonan dan
menghilang. "Di mana dia?" tanya penembak pertama.
"Pelankan suaramu," sergah penembak kedua. "Shigeru punya
telinga seperti tukang sihir."
"Tetapi, ke mana perginya dia?"
"Tenang," kata penembak ketiga. "Ingatlah hadiah yang akan kita
dapat jika kita bisa mendapatkan kepalanya."
"Di sana. Aku melihat ada yang bergerak di antara pepohonan."
"Di mana?" "Di sana." "Ah, ya. Aku melihatnya." Penembak pertama menarik napas
lega. "Tunggu. Itu cuma kudanya."
"Apa?" PDF by Kang Zusi Ketiga penembak itu mencondongkan tubuh ke depan.
"Aku tak melihat ada kuda."
"Di sana. Oh, bukan, cuma bayangan."
"Aku akan keluar dari sini," kata penembak pertama. "Emas tak
akan berguna bagi orang mati."
"Berhenti, bodoh. Di mana pun Shigeru berada, dia terlalu jauh
untuk bisa melukai kita. Dia harus menyeberangi tanah terbuka itu
dulu dan menjadi target menembak yang mudah."
Penembak kedua berdiri dan pergi mengikuti penembak pertama.
"Kalau memang mudah, kamu saja yang melakukannya."
"Bodoh!" Tetapi, penembak ketiga juga ikut berdiri dan berlari
mengikuti kedua temannya.
"Sesuatu sedang terjadi. Lihat!" Satu dari ketiga penembak jitu yang
ada di pos berikutnya menunjuk kepada tiga penembak jitu di pos
pertama yang meninggalkan pos mereka di puncak bukit sebelah.
"Diam," sergah pemimpinnya, "dan kembali tiarap."
Penembak itu mematuhinya. Tetapi, dia mulai melihat sekeliling
dengan gugup dan tidak memusatkan perhatian pada lembah di
bawahnya.

Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ada tiga pos penembak jitu. Dua karena pos yang pertama sudah
ditinggalkan. Shigeru terus menunggu. Dalam beberapa menit, para
penembak jitu di kedua pos berikutnya juga lari.
Shigeru mengerutkan alis. Disiplin rendah seperti itu sangat
memuakkan, bahkan walaupun terjadi di pihak musuh.
Dia lalu memacu kudanya lagi.
"Ayah." Suara anak-anak. Putranya.
"Nobuyoshi?" Tak ada jawaban. PDF by Kang Zusi Shigeru melihat ke sekeliling dan tidak melihat siapa pun. Untuk
pertama kalinya, dia akan rela mengalami pertanda kalau pertanda itu
membawa Nobuyoshi kembali kepadanya meski hanya sekejap.
Meskipun Nobuyoshi datang berupa hantu berlumuran darah yang
memegang kepalanya sendiri dan mengucapkan kutukan kepadanya.
"Nobuyoshi?" Shigeru berusaha melihat yang tidak tampak. Berkali-kali
sebelumnya, dia telah melihat apa yang tak ingin dilihatnya. Mengapa
kali ini dia tak diizinkan untuk melihat apa yang ingin dilihatnya"
Tetapi, dia hanya melihat pepohonan dan langit musim dingin.
Tak ada pertanda, tak ada delusi, dan tak ada pertemuan dengan arwah.
Apakah suara tadi benar-benar nyata"
"Lord Shigeru. Saya merasa sangat terhormat bisa bertemu dengan
Anda." Sohaku sudah menunggu di tengah jalan ditemani oleh seorang
samurai. Terganggu oleh pikiran tentang putranya, Shigeru hampir-hampir
menabrak Sohaku tanpa sadar. Sohaku tidak memperlihatkan bekas
luka tembakan seperti yang telah dia dengar. Pakaian besinya tak
ternoda, tubuhnya tegak, dan suaranya kuat.
"Jangan membayangkan macam-macam. Aku datang untuk
memenggal kepalamu. Itu saja."
Sohaku tertawa. "Anda akan kecewa. Harganya terlalu dibesar-
besarkan. Yang jelas, kepalaku tidak banyak berguna selama ini.
Bagaimana dengan kepalamu, Yoshi?"
"Sama, Rahib Kepala. Dengan menyesal, saya akui kepala saya
tak banyak gunanya."
Shigeru menderap kudanya ke depan. Sedetak jantung kemudian,
Sohaku dan Yoshi bereaksi. Sedetik sebelum kuda mereka beradu,
Sohaku mencondongkan tubuhnya ke leher kuda dan menebaskan
pedangnya ke atas mengarah ke Shigeru dan kudanya. Sementara
Yoshi menebas ke bawah. Shigeru, yang sudah mengantisipasi kedua
serangan itu, menahan pedang Sohaku dan mengelak serangan Yoshi,
PDF by Kang Zusi sekaligus menebaskan pedangnya memotong paha Yoshi, merobek
nadi femoralnya. Yoshi terjatuh dan Shigeru membelokkan kudanya.
Sohaku, yang lebih lambat karena lututnya yang patah, tidak bisa
menandingi kecepatan gerakan Shigeru. Saat dia berbalik, Shigeru
telah menyerang dari sisi kirinya. Sohaku memutar di pelananya dan
menahan tebasan pedang katana Shigeru, tetapi Shigeru menggenggam
pedang pendek wakizashi di tangan kiri dan pedang itu menebas bahu
kanan Sohaku. Sohaku merasakan setiap momen setelah itu secara keseluruhan,
bukan bagian per bagian. Darah muncrat dari bahunya yang terpotong. Pernahkah dia
melihat warna merah semerah itu"
Tangannya masih menggenggam pedang, hanya saja sekarang,
pedang, tangan, dan lengan itu tergeletak di tanah di bawah kaki
kudanya, jauh dari tubuhnya.
Dia melayang-layang ringan di udara. Bumi di atas, langit di
bawah. Wajah Shigeru muncul di hadapannya, berlumuran darah dan
menunjukkan kepedihan. Sohaku merasakan simpati yang mendalam
kepalanya, tetapi dia tak bisa mengekspresikan simpatinya dalam kata-
kata. Berkas sinar matahari berkilau di mata pedang yang dihunus
Shigeru. Sohaku mengenali bentuk pedang yang elegan, pola di kedua
sisinya, dan nuansa bajanya yang hampir-hampir putih sempuma.
Hanya ada dua pedang seperti itu di negeri ini. Katana dan wakizashi
yang dijuluki Cakar Burung Gereja.
Tubuh tak berkepala jatuh di bawahnya. Tubuh itu kehilangan
lengan kanan. Mengenakan baju besinya. Tak penting lagi.
Sohaku menghilang ke cahaya terang kasih Buddha Amida.
Shigeru mengangkat kepala Sohaku dan memandangnya tepat di
depan wajahnya. Kalaupun dia punya pikiran dan perasaan tentang
tindakannya akhir-akhir ini yang harus membunuh teman dan
keluarga, semua pikiran itu tak lama ada di kepalanya.
PDF by Kang Zusi "Tembak!" Tiga belas dari empat puluh peluru yang mendesing di udara
berhasil mengenai sasaran. Meski peluru-peluru itu menjatuhkannya,
tak satu pun yang menyebabkan luka fatal. Shigeru berdiri. Ketika dia
berdiri, pedang katananya jatuh dari tangan kanannya yang kini
lumpuh. Peluru menghancurkan lengan dan siku kanannya. Dia berlari
menuju pepohonan yang berseberangan dari asal tembakan. Dia
hampir saja mencapai pepohonan itu ketika dua puluh penembak
keluar dari persembunyian di depannya dan menembaknya dari jarak
dekat. Shigeru terjatuh untuk kedua kalinya. Ketika dia berusaha bangkit,
tak satu pun anggota tubuhnya yang patuh. Dia tak heran melihat
Kawakami berdiri memandanginya.
"Penggal kepalanya," perintah Kawakami.
"Dia masih hidup, Tuan."
"Kalau begitu tunggu. Bawa mereka ke sini. Tunjukkan padanya."
Ajudan Kawakami memegang dua pedang Cakar Burung Gereja
sehingga Shigeru bisa melihatnya. "Silakan dilihat, Lord Shigeru."
Dua orang menopangnya. Orang ketiga memegang kapak besar dan
menghantam katana dan wakizashinya sehingga patah menjadi dua.
"Bagus," kata Kawakami. "Sekarang, penggal dia."
Kawakami sengaja memperlihatkan wajahnya yang penuh
kepuasan kemenangan memenuhi mata Shigeru. Betapa menyenangkan bahwa wajahnyalah yang terakhir kali dilihat oleh
samurai besar itu di akhir hidupnya.
Tetapi, pikiran Shigeru telah melayang ke tempat lain.
"Ayah!" Nobuyoshi memanggil sembari berlari menuju Shigeru.
Tak ada darah, tak ada pemenggalan, tak ada kutukan. Anak itu
tertawa dan menarik benang yang menerbangkan layang-layang kupu-
kupu berwarna-warni di belakangnya. "Lihat apa yang dibuatkan
sepupu Genji untukku."
"Nobuyoshi," Shigeru berkata untuk terakhir kalinya dan
tersenyum. PDF by Kang Zusi Kawakami telah menyiapkan kepala Shigeru dengan etiket yang
benar secara detail. Matanya tertutup, wajahnya bersih tanpa ekspresi
kesakitan ataupun penderitaan, rambutnya ditata rapi, dan aroma dupa
cendana menyamarkan bau darah dan bangkai.
"Terima kasih, Lord Kawakami," kata Genji. "Kemurah-hatian
Anda mengejutkan saya. Saya rasa Anda bemiat mempersembahkan
ini pada leluhur Anda."
"Ya, memang begitu niat saya, Lord Genji. Anda tak perlu
khawatir tentang itu. Kalau Anda mati nanti, saya akan
mempersembahkan kepala ini dan kepala Anda."
"Bolehkah saya bertanya di mana lokasi tubuhnya" Kalau saya
kembali ke Kastel Awan Burung Gereja, saya ingin melakukan
upacara kremasi yang lengkap."
Kawakami tertawa meskipun dia tak ingin tertawa. Tamunya tidak
bereaksi terkejut dan ketakutan seperti yang dia harapkan. Jika Genji
punya harapan untuk ditolong, harapan itu pasti digantungkan kepada
pamannya. Melihat kepala Shigeru seharusnya membuat Genji hancur.
Dia memberi isyarat kepada ajudannya untuk menutup kotak itu dari
membungkusnya lagi dengan kain sutra.
"Sayangnya, tubuhnya dan juga tubuh Rahib Kepala Sohaku
dibaringkan di ruangan meditasi. Dengan ledakan tadi, Anda bisa
bilang kalau upacara kremasi telah dilangsungkan."
"Sekali lagi, terima kasih atas kebaikan Anda," Genji
membungkuk dan siap-siap untuk pergi.
"Jangan tergesa-gesa. Ada satu lagi agenda pembicaraan kita."
Genji duduk kembali. Senyum kecil yang menyebaikan itu masih
ada di bibirnya. Kawakami menahan amarahnya. Dia tak ingin ada
emosi negatif mempengaruhi persepsinya terhadap apa yang akan
terjadi kemudian. Ini adalah kenangan yang akan dia simpan baik-baik
dan ingat kembali pada tahun-tahun mendatang.
Kawakami berkata, "Saya dengar Anda sangat beruntung berhasil
memikat hati seorang wanita dengan kecantikan tak tertandingi, Nona
Mayonaka no Heiko." PDF by Kang Zusi "Sepertinya begitu."
"Ya, sepertinya begitu," kata Kawakami. "Betapa tipis batas
antara perkiraan dan fakta. Apa yang dikira cinta mungkin juga
ternyata benci atau lebih buruk lagi taktik yang dirancang untuk
membingungkan dan mengalihkan perhatian. Apa yang terlihat sebagai
kecantikan bisa jadi adalah keburukan yang sangat dalam sehingga tak
terbayangkan." Kawakami berhenti, berharap Genji membalas
sindirannya, tetapi Genji diam saja. "Terkadang perkiraan dan yang se-
benarnya tidak sama, tetapi keduanya nyata. Heiko misalnya,
kelihatannya seperti seorang geisha yang cantik dan memang dia
adalah geisha yang paling cantik. Tetapi, dia juga seorang ninja."
Kawakami berhenti lagi. Dan Genji tetap diam. "Apa Anda tak
mempercayai saya?" "Tidak, Lord Kawakami. Saya yakin Anda mengatakan yang
sebenarnya." "Anda tak terkejut."
"Seperti yang telah Anda katakan tadi, kita dilatih untuk tidak
terlalu percaya pada yang terlihat."
"Lord Genji, tolong demi kesopanan bersikaplah seakan-akan
Anda percaya saya punya sedikit informasi. Tentu saja Anda tahu
tentang keahlian ganda Heiko."
"Agar pembicaraan ini terus berlangsung, bolehlah kita
mengasumsikannya demikian." Sekarang Genji terdiam dan
memandang Kawakami dengan pandangan yang menurut Kawakami
menampakkan kecemasan. "Tentu saja masih ada yang lain."
"Tentu. Karena Anda tahu Heiko adalah seorang ninja, Anda pasti
tahu kalau dia adalah agen saya."
"Saya akan menyimpulkan demikian, ya."
"Dan tentu saja, saya juga tahu kalau Anda dengan mudah akan
menyingkapkan semua fakta ini dalam waktu singkat." Kawakami
menunjukkan ekspresi puas. "Seperti orang cerdik lainnya"dan Anda
orang yang sangat cerdik Lord Genji, tak akan ada yang
menyangkalnya"Anda cenderung merendahkan kecerdikan orang
PDF by Kang Zusi lain. Apa menurut Anda saya begitu bodoh sehingga mengharapkan
rahasia Heiko tetap akan menjadi rahasia?"
"Saya akui, sebelumnya saya memang berpikir demikian," kata
Genji. "Sekarang, saya sadar kalau pikiran saya itu salah."
"Lebih salah dari yang Anda sadari. Anda mengira saya mengirim
Heiko ke ranjang Anda sehingga dia dapat mengkhianati Anda dan
bahkan mungkin membunuh Anda, di waktu yang menurut saya meng-
untungkan. Memang anggapan itu beralasan karena Heiko juga
menganggap tugasnya adalah membunuh Anda. Mungkin kalian
berdua sudah mendiskusikan tentang ini, bukan?"
Kawakami memberikan waktu kepada Genji untuk merespons,
tetapi Genji tak mengatakan apaapa.
"Bagaimana mungkin saya membuat rencana seperti itu" Agar
Heiko bisa mem-bunuh Anda, dia harus menjadi wanita yang licik dan
pendusta tingkat tinggi. Tak ada kecantikan yang bisa
menyembunyikan keburukan semacam itu dan pria seperti Anda
dengan kemampuan pemahaman yang mendalam. Kebalikan dari yang
Anda kira, tujuan yang ingin saya capai membutuhkan wanita dengan
kualitas yang berbeda. Wanita yang sangat peka, bergairah, tulus, dan
berperasaan mendalam. Dengan kata lain, Heiko sangat memenuhi
syarat untuk ini. Seperti ayah yang baik, saya hanya mempunyai satu
harapan untuk Heiko. Semoga dia menemukan cinta sejati."
Kawakami berhenti lagi, menikmati setiap momen kepuasan.
Kecemasan yang muncul di wajah Genji membuatnya mabuk
kesenangan. "Bolehkah saya berharap bahwa Heiko sudah menemukan cinta
sejati?" Sebelum Kawakami mewarisi gelar Bangsawan Agung Hino, yang
saat itu di-pegang oleh pamannya, dia merasa dirinya diremehkan oleh
Yorimasa, putra dan ahli waris Kiyori, Bangsawan Agung Akaoka.
Kejadian yang membuatnya merasa diremehkan tidaklah penting.
Sakit hati, baik nyata atau imajinasinya, hanya menambah panas
PDF by Kang Zusi kebencian yang telah ada antara kedua klan sejak Sekigahara. Dia
semakin tersinggung lagi melihat pecandu opium dan pemabuk seperti
Yorimasa dipandang tinggi karena dianggap punya kemampuan
meramal yang merupakan kemampuan yang menurun dalam
keluarganya. Kawakami tahu bahwa pertanda yang sebenarnya
didasarkan pada kemampuan mendapatkan informasi yang tidak ingin
diketahui orang lain. Mendapatkan informasi itu menuntut ketekunan,
keahlian, dan kemampuan alam yang dikembangkan dengan hati-hati.
Kemampuan magis yang diturunkan tak ada hubungannya dengan itu.
Kawakami memikirkan selama beberapa waktu tindakan balasan
seperti apa yang bisa dia lakukan. Duel jelas bukan jawabannya. Meski
mabuk diri pecandu, Yorimasa adalah pemain pedang yang lebih
mematikan daripada Kawakami meskipun saat dia dalam kondisi
terbaiknya. Dan, kalaupun dia berhasil menang dalam duel, dia harus
berurusan dengari adik Yorimasa, Shigeru, yang reputasinya sebagai
pemain pedang mulai menandingi Musashi yang legendaris. Berusaha
mengalahkan Shigeru sama saja dengan mengharapkan hal yang
mustahil. Pembunuhan diam-diam lebih memungkinkan. Melalui kecelakaan sejarah yang asal-usulnya sudah kabur, klan Kawakami
menjalin persekutuan dengan klan ninja. Namun, saat Kawakami
membayangkan pembunuhan Yorimasa secara diam-diam, dia sama
sekali tak merasakan kepuasan. Tidak penting kalau semua orang tahu
siapa yang bertanggung jawab. Tetapi, Kawakami ingin Yorimasa tahu
siapa yang menghancur-kannya sebelum dia mati, kalau tidak
demikian Kawakami tak akan merasa puas.
Jawaban itu datang kepadanya suatu hari ketika ikut Ryogi, sang
germo, berkeliling ke desa-desa di pinggir wilayah Hino. Ketertarikan


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kawakami kepada geisha telah membawanya menyelidiki beberapa
rumah pelacuran terkenal. Namun, ketertarikannya tidak didorong oleh
nafsu seksual, tetapi karena informasi. Geisha tahu hal-hal yang tak
diketahui orang "Beberapa orang yang menyebut dirinya seniman mengatakan
sikap dan tingkah laku adalah segalanya," kata Ryogi. "Ini adalah
PDF by Kang Zusi pandangan umum dari pendidikan geisha di Kyoto, tentunya." Ryogi
tertawa. "Itu adalah pandangan orang buta. Penampilan, Tuanku, jauh
lebih penting. Perilaku dapat diajarkan. Tetapi, penampilan adalah
bawaan sejak lahir. Seorang wanita tak dapat diajarkan untuk menjadi
cantik." Kawakami mengangguk meskipun sebenarnya dia tak setuju. Dia
mengangguk karena itulah respons yang paling mudah. Dia tidak ikut
Ryogi untuk berbincang-bincang dengannya. Germo tua itu kasar,
bodoh, punya kebisaaan buruk di setiap perilakunya, dan sangat
memuakkan lebih dari yang bisa dibayangkan, termasuk dalam hal
kebersihan diri. Dia hanya punya satu kelebihan, kemampuan melihat
kecantikan langka pada wanita sejak masih kanak-kanak. Karena
sikapnya yang sangat rendah, temuan Ryogi j arang berhasil masuk ke
rumah-rumah geisha terbaik dan karena itu tak pemah mendapat
pendidikan yang sepantasnya. Kecantikan yang muncul akhimya
terbuang percuma di rumah bordil rendahan di bagian terburuk Dunia
Terapung. Begitulah cara Ryogi mendapat perhatian Kawakami.
Dalam beberapa kesempatan, Kawakami sempat memerhatikan ada
beberapa wajah dengan kecantikan mengejutkan mengintip dari kisi-
kisi jendela kayu beberapa rumah bordil termurah di Edo. Setelah
bertanya-tanya, dia berhasil menemukan dua hal. Pertama, wanita
walau masih muda, jika telah dihancurkan oleh penggunaan berlebilian
secara prematur tak bisa digunakan untuk tujuan yang dia rancang.
Kedua, setiap wanita itu ternyata dijual kepada pemilik rumah bordil
oleh satu orang. Kawakami menemani Ryogi dalam misi pencarian gadis kali ini
karena berharap bisa mempelajari keahlian mencari wanita cantik.
Tetapi, rupanya keahlian itu tak mudah dipelajari. Tiga gadis kecil
yang telah dipilih di desa-desa yang mereka kunjungi memang cukup
manis, tetapi Kawakami tak bisa melihat adanya ciri-ciri yang sama
atau kualitas yang akan berkembang menjadi kecantikan luar bisaa
seperti yang dikatakan Ryogi.
PDF by Kang Zusi "Terima kasih atas pelajarannya," kata Kawakami. Dia
mengisyaratkan kepada pembantunya untuk memberikan bayaran
untuk Ryogi. Ryogi menerima koin-koin emas itu dengan membungkuk
berlebihan dan sok resmi. "Bukankah ada satu lagi desa di lembah
terakhir itu" Hamba melihat asap. Dan sepertinya hamba juga
mencium sesuatu." "Eta," kata Kawakami. Eta adalah kelompok kaum terbuang yang
melakukan pekerjaan yang paling buruk, tetapi dibutuhkan. Mereka
dipandang dengan jijik bahkan oleh petani yang paling rendah sekali-
pun. "Penjagal?" kata Ryogi mengendus udara seperti anjing.
"Penyamak kulit," kata Kawakami. Dia memutar kudanya ke arah
berlawanan, ke arah istana dan menjauhi bau menjijikkan yang kini
dibawa angin mengarah ke mereka.
"Hamba akan melihat-lihat," kata Ryogi. "Kita tak akan pernah
tahu kapan akan menemukan kecantikan, bukan?"
Kawakami baru akan mengucapkan selamat tinggal ketika dia
berubah pikirkan. Mengetahui hal yang tidak diketahui orang lain
kadang menuntut kita untuk pergi ke suatu tempat yang orang lain
hindari. "Kalau begitu, aku akan menemanimu sedikit lebih lama lagi."
"Tuanku," kepala pengawalnya berkata. "Jangan mengambil risiko
tercemar dengan memasuki desa orang terbuang. Tidak ada alasan
untuk melakukan itu. Bagaimana mungkin terdapat kecantikan di
antara mereka yang menguliti dan menyamak kulit hewan-hewan yang
dijagal?" "Dan memang jika kecantikan itu ada di sana," kata pengawalnya
yang lain. "Siapa orang yang bisa mengatasi rasa jijiknya untuk
melihatnya?" "Meski begitu, kita tetap akan pergi dengan pemandu kita."
Begitu dia melihat anak itu, yang berusia sekitar tiga tahun,
Kawakami langsung tahu. Ryogi tak perlu memberitahunya, tetapi
tetap saja dia berkata. PDF by Kang Zusi "Anak ini akan menghancurkan banyak pria," kata Ryogi,
"sebelum akhirnya dia habis tak bersisa. Siapa orangtuanya, saudara-
saudaranya?" Penduduk desa terbuang itu terus menunduk mencium tanah. Tak
seorang pun berani bicara. Mereka semua terlalu kaget dan ketakutan
oleh keberadaan Kawakami. Belum pemah seorang samurai pun
apalagi seorang ahli waris gelar bangsawan menginjakkan kaki ke desa
mereka. Kawakami berkata, "Jawab."
"Tuanku." Seorang pria dan wanita merangkak maju tanpa
mengangkat pandangan dari tanah. Dua anak laki-laki dan seorang
anak perempuan, berusia antara lima hingga delapan tahun, mengikuti
keduanya. "Kau, perempuan, tengadahkan mukamu." Wanita itu dengan
ragu-ragu mematuhi perintah itu, mengangkat kepalanya tetapi
pandangannya tetap menunduk. Wajahnya masih terlihat cantik,
meskipun masa-masa mekarnya telah berlalu, dan bentuk tubuh-nya
juga tidak jelek. Jika Kawakami tak tahu, dia tak mungkin menduga
asal-usulnya yang terkutuk.
"Tidak jelek," kata Ryogi. "Tetapi, ibunya tak bisa dibandingkan
dengan anaknya nanti."
Dengan isyarat dari Kawakami, salah satu pengawalnya
menjatuhkan beberapa koin ke tanah. Gadis kecil itu dinaikkan ke
salah satu dari tiga kuda tua yang dituntun Ryogi. Lalu, mereka pun
pergi. Di Puri Hino, Kawakami membayar bonus kepada Ryogi atas
pelajarannya yang berharga hari ini. Germo itu berangkat ke Edo
keesokan harinya bersama empat barang jualannya. Malam itu, dia
berhenti di sebuah penginapan. Ketika dia tak muncul untuk sarapan,
pemilik penginapan pergi melihatnya. Dia menemukan Ryogi
terbaring mati dengan leher tergorok. Tiga dari empat anak kecil yang
dibawanya juga mati, sementara yang keempat menghilang.
Sesuai perintah, Kuma si Beruang membawa anak eta itu ke
desanya sendiri, desa ninja kecil kampung halamannya.
PDF by Kang Zusi "Siapa namamu?"
"Mitsuko." "Aku Kuma, pamanmu."
"Bukan. Aku nggak punya Paman Kuma."
"Ya, kaupunya. Cuma kau belum tahu saja."
"Di mana ibuku?"
"Aku sangat menyesal, Mitsuko. Telah terjadi kecelakaan
mengerikan. Ibumu, ayah, dan kakak-kakakmu semua telah pergi ke
Tanah Murni." "Tidak!" "Anda telah bertemu Kuma," kata Kawakami, "meskipun perkenalan
kalian tidak formal. Teman asing Anda, Stark, menembak mati dia
setelah pengeboman Edo. Mungkin Anda masih ingat?"
"Ya." "Tak perlu dijelaskan lagi, Mitsuko"Anda mengenalinya dengan
nama professionalnya tentu"bukanlah anak yatim piatu." Kawakami
memberi isyarat kepada ajudannya yang lalu menuangkan sake
untuknya. Peristiwa ini adalah peristiwa yang membutuhkan perayaan
lebih, tidak hanya sekadar teh, meski Kawakami harus meminumnya
sendiri. "Kedua orangtuanya masih hidup, demikian juga kedua kakak
laki-lakinya dan kakak perempuannya. Kemiripan di antara mereka
sangat kentara. Terutama antara Mitsuko, ibunya, dan kakak
perempuannya. Bahkan, setelah dia dewasa kemiripan itu semakin
terlihat. Memang, kehidupan keras sebagai eta ber-pengaruh pada ke-
cantikan ibu dan kakaknya. Tetapi, tidak pada Mitsuko. Anda yakin,
Anda tak mau minum sake ini, Lord Genji" Ini benar-benar asli dari
kualitas terbaik." Kawakami mengucapkan kata-kata itu sedemikian
rupa sehingga Genji memerhatikan penekanan yang dia tujukan pada
kata "asli". "Tidak, terima kasih."
"Apakah Anda tak punya kata-kata cerdas atau bijak untuk
diucapkan, Tuan?" PDF by Kang Zusi "Tidak." "Sayang sekali Anda tak bisa meramal ini."
"Tidak seburuk itu," kata Genji. "Tidak ada yang berubah.
Perasaan saya tidak terpengaruh oleh fitnahan Anda."
"Perasaan Anda?" Kawakami tertawa. "Apa perasaan Anda
seharusnya menjadi hal terakhir yang harus Anda khawatirkan.
Seorang Bangsawan Agung berbagi ranjang dengan eta, keturunan
tercemar dari orangorang terbuang yang bau, pemakan sampah, dan
berurusan dengan kulit binatang. Saya menyesal Anda tak akan tetap
hidup untuk mengalami keributan yang ditimbulkan berita ini ketika
sampai ke telinga publik. Ini akan menciptakan noda buruk dan tak
terhapuskan pada reputasi klan Anda meskipun klan Anda telah punah.
Satu hal yang lebih baik-atau buruk, bergantung bagaimana Anda
memandangnya"adalah jika Anda dan Heiko punya anak, atau
bahkan menikah. Sayangnya, tekanan orang asing telah memaksa
peristiwa pengungkapan ini terlalu cepat. Waktu memang berjalan
cepat dengan adanya orang asing, bukan?"
"Tak seorang pun akan percaya pada fitnahan itu," kata Genji.
"Anda pikir begitu?" tukas Kawakami. "Bayangkan jika ibunya
dan kakak perempuannya berdiri di sebelahnya. Apakah orang-orang
akan tetap ragu saat itu?"
"Itu tak akan terjadi," kata Genji.
"Oh" Dan apakah Anda mengatakan itu berdasarkan ramalan?"
Genji tersenyum. Senyumnya memang tipis dan tak seyakin tadi,
tetapi tetap saja senyum itu menjengkelkan Kawakami. "Saya telah
mendapat pertanda sesuai apa yang perlu. Dan sudah mendengar apa
yang perlu. Dengan izin Anda, saya tak akan meng-ganggu Anda lebih
lama lagi." Ajudan dan pengawal Kawakami memandangnya, menunggu
isyarat untuk memenggal Genji. Tetapi, Kawakami tak
mengisyaratkan apa pun. Biarkan Genji kembali ke Heiko. Biarkan
Genji memandang wanita itu dan merasakan apa yang pasti sedang dia
rasakan sekarang. Kepedihan Genji seperti yang sedang dibayangkan
PDF by Kang Zusi Kawakami saat ini lebih berharga daripada membunuh Genji saat ini
juga. Kesabaran punya imbalan tersendiri.
Belum pernah Genji merasakan susahnya keterbatasan kemampuan
meramal sep erti saat ini. Meskipun situasinya saat ini terlihat seperti
tak ada harapan, dia tahu dia tak akan mati di sini. Dia harus tetap
hidup untuk mati di tempat lain, di waktu lain, dan bertemu Lady
Shizuka, yang akan menangisinya, dan dia juga masih harus
mengalami pertanda ketiga dan terakhir. Namun, apa artinya semua itu
baginya saat ini" Dia telah masuk perangkap jenis yang terburuk.
Eta. Dia bisa berpura-pura di depan Kawakami, tetapi dia tak bisa
menipu dirinya sendiri. Pengungkapan asal-usul Heiko menghancurkan dirinya. Eta. Selama hidup Genji, tak seorang eta pun diizinkan mengganggu
pandangannya. Penjagal, penyamak kulit, tukang sampah, penggali
kubur, dan pembawa mayat.
Heiko adalah salah satu dari mereka.
Eta. Genji menahan rasa mual yang bergejolak di perutnya.
"Tuanku, apakah Anda baik-baik saja?" Sejak Genji kembali,
Hide dengan sabar menunggu junjungannya mengatakan sesuatu.
Hanya kekhawatiran bahwa junjungan-nya telah diracuni Kawakami
membuat Hide berani berbicara lebih dahulu.
"Aku membawa berita buruk," kata Genji. Ketika dia pergi, anak
buahnya yang tersisa mengatur bangkai-bangkai kuda di sekitar
mereka sebagai perlindungan. Badan kuda yang besar dapat meng-
halangi hujan peluru yang ditujukan kepada mereka. Kalau saja dia tak
habis mendengarkan cerita Kawakami tentang desa eta yang
menyamak kulit sebagai asal-usul Heiko, dia pasti dapat menghargai
usaha anak buahnya ini. Dia tak memandang wajah-wajah di
PDF by Kang Zusi sekitarnya. Jika dia melakukannya, dia terpaksa harus juga
memandang Heiko atau wanita itu akan tahu kalau Genji tak bisa
memandangnya, dan Genji merasa saat ini dia tak sanggup
memandang Heiko. Maka, dia memusatkan pandangan pada kotak
kayu terbungkus sutra yang dia bawa kembali bersamanya.
"Lord Shigeru telah tewas."
Tarikan napas terkejut di sekelilingnya memberi tahu Genji bahwa
anak buahnya juga punya harapan yang sama dengannya. Yaitu bahwa
Shigeru akan datang pada saat-saat terakhir dan secara ajaib
mengocar-kacirkan ratusan musuh yang mengepung mereka. Dari
semua orang, hanya Shigeru yang dapat melakukan itu.
"Apakah Anda yakin, Tuanku?" tanya Hide. "Kawakami adalah
penipu. Mungkinkah kabar ini salah satu tipuannya?"
Genji membungkuk ke arah kotak dan membukanya. Saat dia
melakukan itu, dia melihat Heiko berbisik kepada Emily, yang segera
menundukkan pandangannya ke tanah. Genji merasa bersyukur atas
kepekaan Heiko dan malu atas kegagalannya melihat Heiko seperti
dahulu dan bukan sebagai orang yang asal-usulnya baru dia dengar.
Terdengar tarikan napas tertahan ketika dia membuka kotak itu.
Beberapa orang samurai mulai terisak. Tak lama kemudian, semua
anak buahnya menangis tersedu sedan. Sebelas samurai yang berhasil
bertahan dari serangan Sohaku dan sergapan Kawakami, beberapa di
antaranya terluka parah, adalah murid-murid Shigeru. Keras, tegas, tak
kenal lelah dan tak kenal ampun, Shigeru adalah guru seni perang gaya
lama yang terakhir. Tak ada anggota klan yang lebih ditakuti, dibenci,
dan dipuja selain dia. Kematiannya merobek semangat juang yang
telah dia patrikan dalam-dalam di setiap hati para samurai.
Emily tak dapat menahan emosinya, bertanya kepada Heiko
dengan suara tercekik karena tangis, "Haruskah perang begini kejam"
Bukankah kematian itu sendiri sudah mengerikan?"
"Kematian sama sekali tidak mengerikan," kata Heiko. "Hanya
penghinaan yang mengerikan.

Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jika Lord Kawakami mempersembahkan kepala Lord Shigeru kepada klannya, itu adalah
penghinaan yang paling buruk. Itulah yang membuat sedih para sa-
PDF by Kang Zusi murai ini, kegagalan mereka membela Lord Shigeru agar tidak
mengalami penghinaan seperti ini. Rasa malulah yang paling
menyedihkan bagi mereka."
Stark telah mengambil pelananya pada saat gencatan senjata. Dia
telah mengisi enam peluru pada masing-masing pistolnya. Enam untuk
revolver kaliber 44 dan enam untuk kaliber 32. Ketika malam datang,
dia bermaksud menerobos dinding kuil. Kalau beruntung, dia mungkin
bisa melewatinya hidup-hidup, dan di dalam dia akan menemukan
Ethan Cruz lalu membunuhnya. Dia berharap ledakan tadi tidak me-
newaskan orang yang dicarinya itu.
"Hide, katakan kepada Nona Heiko dan Lady Emily mereka harus
meninggalkan kita sekarang," kata Genji. "Lord Kawakami telah
menjamin keselamatan mereka. Tuan Stark juga bebas pergi."
"Ya, Tuan." Hide lalu pergi untuk memberi tahu Heiko.
Heiko mendengar kata-kata Genji dengan jelas karena benteng
pertahanan mereka tidaklah luas dan dia duduk tak lebih dari sepuluh
langkah dari Genji. Dia bertanya-tanya mengapa Genji tidak langsung
berbicara kepadanya. Sejak kembali dari pertemuannya dengan
Kawakami, Genji tak mau melihatnya. Apakah Kawakami telah
mengatakan sesuatu yang menggoyahkan kepercayaan Genji
kepadanya" Tentunya, apa pun kata Kawakami, Genji tak akan
percaya. Kalau saja ada satu hal yang pasti pada masa yang serba tak
pasti ini, Genji pasti tahu bahwa cinta Heiko kepadanya benar-benar
tulus. Sebelum Hide membuka mulut, Heiko berkata, "Aku tak akan
pergi." "Nona, Anda tidak bisa memilih," kata Hide. "Ini perintah Lord
Genji." Sigap, Heiko mencabut belati dan menempelkan ujungnya di
tenggorokannya. Satu tusukan cepat akan merobek nadinya. Dia
berkata lagi, "Aku tak akan pergi."
Emily, terperanjat, berkata, "Heiko!" tetapi Heiko tak
menghiraukannya. PDF by Kang Zusi Stark yang duduk tepat di belakang Heiko bermaksud memegang
lengannya. Tetapi, baru saja dia berpikir begitu, kepala Heiko bergeser
sedemikian rupa yang membuat Stark mengurungkan niatnya. Heiko
siap menusukkan belati itu dan Stark tak akan bisa mencegahnya.
Hide memandang ke arah Genji. "Tuanku."
Genji tahu Kawakami tak akan membunuh Heiko kalau dia bisa.
Heiko akan dipamerkan bersama keluarga etanya sebagai bukti
kemenangan Kawakami. Penghinaan yang dia alami akan lebih
menyedihkan daripada kematian Genji. Dia bisa saja menghindarkan
Heiko dari kepedihan itu dengan memaksanya pergi. Genji yakin
Heiko pasti akan menggorok lehernya sendiri tanpa ragu jika dia tetap
memaksa. Tetapi, Genji tak bisa melakukannya. Apa pun perasaan
Genji tentang Heiko sekarang, dia juga mencintainya. Dia tidak bisa
menjadi sarana untuk kematian Heiko. Masih ada harapan. Pertanda
yang dia alami menjanjikan bahwa dia akan tetap hidup. Mungkin
dalam usaha mewujudkan ramalan itu, Heiko dapat dilindungi.
Genji akhirnya memandang Heiko. Dia membungkuk dalam-
dalam kepadanya, "Kuharap, aku cukup berharga menerima kesetiaan
seperti itu." Heiko menurunkan belatinya. Dia membalas bungkukan Genji dan
berkata, "Ini tidak ada hubungannya dengan kesetiaan atau harga, tidak
ada hubungannya dengan ini, Tuanku."
Tak bisa menahan, Genji tertawa. "Benar-benar tanpa syarat"
Kalau begitu, utangku padamu tak bisa dihitung besarnya."
"Ya," kata Heiko menjawab genit seperti geisha, "bagaimana
Anda akan membayarnya?"
Semua samurai akhirnya tertawa juga. Junjungan mereka dan
kekasihnya yang mereka hormati bersikap tanpa rasa khawatir sama
sekali. Bagaimana mereka bisa bersikap sebaliknya" Mereka semua
menghapuskan air mata yang menggenang.
Emily berkata, "Heiko, apa yang kau lakukan tadi?"
"Melakukan demonstrasi," jawab Heiko. "Kadang, kata-kata saja
tidak mempan pada seorang samurai."
PDF by Kang Zusi Genji berkata, "Emily, Matthews, kalian bebas pergi. Musuhku
tidak akan melukai kalian."
"Bebas pergi ke mana?" tanya Stark.
"Pasti dia akan mengantarkan kalian dengan selamat ke konsulat
Amerika di Edo. Kalian bisa naik kapal kembali ke Amerika."
"Amerika bukan tujuanku," kata Stark. Dia menunjuk Kuil
Mushindo dengan pistol kaliber 44-nya. "Itu tujuanku."
Emily berkata, "Saya kira, saya sudah mengatakan kepada Anda,
Lord Genji, misi saya adalah di sini, di Jepang."
"Kita dikepung oleh ratusan orang," kata Genji, "yang akan
berusaha membunuh kita dengan senapan dan pedang tak lama lagi.
Apa kalian benar-benar ingin tinggal?"
"Aku berada di mana Tuhan menempatkanku," kata Emily.
Stark tersenyum dan mengokang kedua pistolnya.
Genji membungkuk dan mengalihkan perhatian kepada orang-
orangnya. "Lord Kawakami bermaksud mengambil kembali kepala
pamanku, saat dia bermaksud memenggalku. Aku tidak mau menuruti
kemauannya." "Kita akan memenggal kepalanya," kata Hide. "Kita akan
membiarkan kepalanya membusuk di luar dinding istananya yang akan
kita bakar dan hancurkan."
"Ya!" semua orang menyambut dengan semangat.
"Mengapa menunggu" Ayo kita serbu sekarang!"
"Berhenti," kata Genji, tepat waktu untuk mencegah setengah dari
pengikutnya melakukan serangan bunuh diri ke pasukan Kawakami.
"Beberapa lama berselang, aku mengalami pertanda yang menjelaskan
kejadian saat ini. Ini bukan akhimya." Dia tidak menambahkan kalau
dalam pertanda yang dia alami tidak mengisyaratkan bahwa ada orang
lain yang berhasil bertahan hidup kecuali dirinya. Namun, pernyataan
itu berhasil mendatangkan efek yang diinginkan. Dia bisa melihat
kepercayaan diri kembali di mata dan postur tubuh para anak buahnya.
"Tentu saja siapa pun yang tetap ingin bunuh diri kuizinkan
menyerang sekarang."
PDF by Kang Zusi Apakah memang bersamaan dengan waktu yang dipilih
Kawakami atau dia marah mendengar sorakan dari mereka yang
terkepung, senapan yang mengepung mereka melepaskan tembakan.
Suara senapan beruntun tanpa henti. Peluru merobek-robek bangkai
kuda yang menjadi dinding perlindungan mereka tanpa ampun, dan
bangkai-bangkai itu mulai hancur. Sementara itu, gelombang peluru
berdesing di atas kepala mereka.
Apakah yang dia alami itu benar-benar pertanda" Genji mulai
meragukannya. Kini, kemungkinan kepalanya dan kepala pamannya
tergantung di pelana Kawakami atau di pelana ajudannya"karena
Kawakami orangnya sangat peka terhadap kebersihan, terlihat semakin
dekat. Tetapi, Genji ingat satu aturan yang pernah dikatakan kakeknya.
Perwujudan ramalan masa depan bergantung pada sikap kita yang
tak bisa diramalkan. Hide melihat senyum di bibir Genji dan me-
rasakan rasa percaya dirinya meningkat meskipun situasi mereka
terlihat memburuk dengan cepat. Bangkai kuda di sekitar mereka
dirobek-robek oleh hujan peluru mulai hancur dan mengalirkan darah.
Sebuah kaki depan kuda terlempar dan mengenai bahu Hide sebelum
akhirnya jatuh ke lumpur yang memerah karena darah. Di dalam
lingkaran bangkai kuda itu, semua orang berlumuran darah kuda.
Seakan-akan neraka terbentuk di sekitar mereka. Tetapi, Genji tetap
tersenyum. Hide mengeratkan genggamannya di gagang pedang. Dia
menjadi semakin yakin akan kemenangan mereka. Tetapi, bagaimana
mereka bisa menang itu masih menjadi misteri.
Kawakami berkata kepada ajudannya, "Jika mungkin, tawan Genji
dan Heiko hidup-hidup. Pokoknya usahakan jangan sampai merusak
wajah Heiko." "Ya, Tuanku. Tetapi, mungkin mereka berdua kini sudah tewas
dan wajah mereka juga rusak. Kita sudah menembakkan beratus-ratus
peluru ke arah mereka."
"Yang kita lakukan adalah membunuh bangkai-bangkai kuda itu
berkali-kali," kata Kawakami. "Mereka menunggu kita mendatangi
PDF by Kang Zusi mereka. Saat itulah mereka akan melawan. Turunkan senapan dan
serbu dengan pedang."
"Ya, Tuan." "Tunggu. Perintahkan sepuluh penembak terbaik tetap memegang
senapan, Perintah-kan mereka untuk menembak si orang asing dengan
senapan begitu dia menunjukkan dirinya."
"Ya, Tuan." Kawakami mengawasi dari jarak yang cukup aman, seperti
bisaanya. Anak buahnya menyimpan kembali senapan dan menghunus
pedang. Dahulu mereka tak sabar menghunus pedang mereka. Tetapi,
kini tidak lagi. Kini, mereka lebih percaya pada superioritas senapan.
Begitu juga Kawakami. Bukan karena enam ratus senapan berhasil
menang melawan sepuluh atau dua puluh pedang di pihak Genji. Itu
tidak membuktikan apa-apa. Tetapi, karena senapan telah membunuh
Shigeru yang tak ter-kalahkan dengan mudah. Seorang anak petani
dengan senapan bisa melakukan itu. Hanya butuh latihan selama dua
minggu, seorang petani dengan senapan mampu mem-bunuh seorang
samurai yang menghabiskan waktu bertahun-tahun menajamkan
keahliannya menggunakan pedang. Tidak ada yang bisa menentang itu
kecuali dengan idealisme kuno yang mati.
Namun, tetap masih ada taktik yang harus dikembangkan atau
dipelajari dari orang asing. Tidak perlu banyak strategi untuk
menggunakan senapan sebagai pertahanan atau dalam sebuah
sergapan. Namun, serangan masih menjadi problem, terutama jika
musuh juga menggunakan senjata yang sama. Perlunya berhenti dan
mengisi.kembali mesiu menjadi halangan utama dalam melakukan
serangan dengan senapan. Bagaimana orang asing bisa melakukannya"
Kawakami bertekad untuk mempelajarinya. Ketika dia sudah
menyelesaikan urusannya dengan Genji, dia akan berkonsentrasi untuk
mempelajari tentang senjata api dan strategi penggunaannya. Mungkin
ada ahli di antara orang asing yang setara dengan Sun Tzu. Jika
memang begitu, Kawakami akan mempelajari versi Seni Perang orang
asing itu. Genggaman klan Tokugawa terhadap keshogunan mulai
melemah. Gelar itu tak lama lagi akan direbut dari tangan mereka,
PDF by Kang Zusi tidak dengan cara kuno, yaitu melalui samurai dan pedang. Shogun
yang baru akan merebut kekuasaan dengan senapan. Dia bisa saja
menjadi Shogun. Mengapa tidak" Jika aturan lama tak lagi berlaku
dalam perang, aturan itu juga dapat berlaku mengganti kekuasaan
turun-temurun. Garis keturunan tak lagi penting dibandingkan
kekuatan senjata. Senapan. Dia perlu lebih banyak senapan. Senapan yang lebih
baik. Yang lebih besar. Meriam. Kapal perang. Tunggu. Tak ada
gunanya membayangkan macam-macam lebih dahulu. Pertama, Genji.
Kawakami bergerak ke depan, tetapi dengan hati-hati. Anak buah
Genji meski sedikit juga punya senapan. Betapa tragisnya jika dia
harus tertembak mati pada momen kemenangan terbesarna. Kawakami
berhati-hati dan selalu menjaga agar antara dirinya dan 'musuh
terdapat jajaran.pohon untuk melindungi.
"Kenapa mereka berhenti menembak?" Hide bertanya.
"Kepalaku," kata Genji. "Untuk mendapatkannya, mereka harus
menggunakan pedang."
Taro pelan-pelan mengintip dari balik bangkai kuda di depannya.
"Mereka datang."
Genji memandang anak buahnya. Setiap orang menghunus
pedang. Selongsong peluru bertebaran di lumpur yang kemerahan oleh
darah. Lebih efisien untuk balas menyerang dengan tembakan senapan
sebelum dengan pedang. Tetapi, mereka tidak memikirkan efisiensi.
Mereka adalah samurai. Pada saat menentukan antara hidup dan mati,
hanya pedang yang mereka pilih. .
Genji menghunus pedangnya sendiri. Mungkin dia memang ahli
waris Okumichi terakhir, dan sebagai ahli waris terakhir, dia adalah
satu-satunya orang yang mendapat-kan pertanda yang salah. Tak ada
pembunuhan yang akan terjadi kepadanya di masa depan. Tidak ada
Lady Shizuka, tidak ada ahli waris yang menunggu kelahiran, tidak
ada pertanda ketiga. Semuanya hanya angan-angan. Dia memandang
Heiko dan memergoki Heiko juga sedang memandangnya. Senyum
pecah di antara mereka berdua. Tidak, tidak semuanya merupakan
angan-angan. PDF by Kang Zusi "Siapkan diri kalian," kata Genji kepada anak buahnya. "Kita akan
menyerang." Memang, begitulah cara mati yang pantas untuk seorang samurai.
Dalam serangan Seperti batu besar yang menggelinding dari
ketinggian ke samudra luas. "Siap".."
Serentetan tembakan dari dalam dinding Kuil Mushindo
mengalahkan komandonya. Setengah barisan depan samurai
Kawakami jatuh. Gerakan maju mereka langsung kacau, pasukan yang
panik berlarian ke segala arah menjauhi Mushindo. Rentetan tembakan
kedua menyusul dan lebih banyak lagi prajurit Kawakami yang jatuh.
Genji melihat ada sekitar empat puluh senapan terjulur dari
dinding kuil. Siapa mereka" Dia tak punya waktu untuk menebak-
nebak. Terjadi kekacauan baru di barisan belakang prajurit Kawakami.
Tanah yang diinjak Genji bergetar akibat derapan puluhan kaki kuda.
"Kavaleri!" kata Hide. "Seseorang menyerang Kawakami!"
"Bantuan!" kata Taro.
"Bagaimana mungkin?" kata Hide. "Wilayah kita jaraknya tiga
hari berkuda dari sini, bahkan untuk orang yang menunggangi kuda
yang berlari kencang."
"Awas," kata Taro, "mereka kembali."
Batalion Kawakami, yang sekarang mati-matian berusaha lari dan
serangan kavaleri, lari kembali menuju Mushindo. Rentetan tembakan
menyambut mereka lagi. Tetapi, saat para penembak itu kembali
mengisi senapannya, gelombang prajurit Kawakami yang berlarian
panik kembali mengarah ke tempat Genji.
Genji dan sedikit anak buahnya harus berjuang sekuat tenaga agar
tidak terinjak-injak. Pedang menebas ke semua arah. Darah prajurit
yang sekarat dan darah dari bangkai kuda bercampur di lumpur. Genji
mendengar pistol Stark menyalak dua belas kali, lalu diam.
Tidak ada waktu untuk mengisi peluru. Stark mengambil sebilah
pedang yang terjatuh, memegangnya dengan kedua tangan dan
mengayunkannya seperti kapak, menusuk tubuh, menghancurkan
tengkorak, dan memotong tangan.
PDF by Kang Zusi Heiko dan Hanako berdiri di tengah lingkaran samurai dengan
Emily di antara mereka, menebas dan menikam siapa saja yang
mendekat. Satu dari prajurit Kawakami mendekati Hide dari belakang. Hide
yang sedang sibuk menghadapi beberapa orang musuh tak melihat


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

samurai itu menebasnya dari belakang.
"Hide!" Berteriak memperingatkan, Hanako melemparkan dirinya
sendiri antara Hide dan prajurit itu. Tebasannya memutuskan lengan
Hanako tepat di atas siku.
Prajurit penunggang kuda bermunculan dari hutan. Panji-panji
buatan bergambar burung gereja dan panah berkibar di tiang-tiang
yang mereka bawa. Mereka mencin-cang dan menginjak-injak pasukan
Kawakami yang kocar-kacir dan menuju Genji, meneriakkan namanya
sebagai teriakan perang. "Genji!" "Genji!" "Genji!" Heiko berkata dengan suara terkejut, "Apakah Anda melihat
pasukan siapa ini, Tuanku?"
"Ya, aku melihatnya," kata Genji. "Tetapi, apakah aku bisa
mempercayai peng-lihatanku ini?"
"Aku sudah memerintahkan untuk menghentikan tembakan," kata
Kawakami marah. "Itu bukan senapan kita, Tuanku. Rentetan tembakan itu berasal
dari dalam kuil." "Mustahil. Siapa pun yang ada di sana pasti sudah mati karena
ledakan." "Mungkin anak buah pasukan Genji yang lain sudah tiba." Sang
ajudan melihat ke balik bahunya dengan ketakutan. "Dari awal
sungguh tak mungkin dia pergi dengan dikawal pasukan yang begitu
sedikit. Mungkinkah ini sebuah jebakan, Tuanku"'
PDF by Kang Zusi "Itu juga mustahil," kata Kawakami. "Jika memang dia
mempersiapkan jebakan, Genji pasti tak akan mau bertemu denganku.
Dia tak akan mengambil risiko seperti itu kecuali dia tak punya pilihan
lain." Kawakami melihat pasukannya bergerak mundur dari kuil dan
kembali menuju ke arahnya dan mulai kocar-kacir. "Pasukan kita
kelihatannya bergerak ke arah yang salah."
"Rentetan tembakan yang mengejutkan itu menimbulkan
kebingungan," kata ajudannya.
"Kalau begitu, majulah dan atur kembali mereka."
"Ya, Tuan" Tetapi, ajudannya tidak menggerakkan kudanya ke
depan. Kawakami baru saja akan memarahinya ketika dia mendengar
teriakan dari arah belakang.
"Genji!" "Genji!" "Genji!" Meneriakkan teriakan perang Okumichi, samurai berkuda
menerobos bagian belakang posisi Kawakami yang tak dijaga.
Terperangkap di alas tanah tanpa kuda mereka, sementara senapan
mereka tersimpan dan tak bisa dijangkau, juga terjebak antara rentetan
tembakan dan serangan kavaleri, batalion Kawakami buyar karena
panik. Banyak di antara mereka membuang pedangnya dan lari menuju
satu-satunya jalan keluar dari perangkap, yaitu jalan ke Edo. Peluru,
pedang, dan kaki kuda menghancurkan mereka saat mereka berusaha
lari. Kawakami dan ajudannya sudah terkepung sebelum mereka
sempat lari jauh. Tak mampu memberi perlawanan berarti, mereka
berdua dapat ditangkap dengan mudah.
"Tahan," kata Kawakami. "Aku lebih bernilai bagi kalian jika aku
hidup. Aku adalah Lord Kawakami." Meskipun menjadi tawanan,
Kawakami tetap merasa status-nya lebih tinggi. Ini hanyalah ketiduran
sementara, bukan kekalahan total. "Meski kalian membawa panji-panji
PDF by Kang Zusi Okumichi, kalian bukan samurai dari klan Okumichi, bukan" Siapa
junjungan kalian" Bawa aku kepadanya."
Selama lima belas tahun, Mukai menjadi Asisten Kepala Polisi
Rahasia Shogun yang loyal dan patuh. Dia melakukan apa yang
diperintahkan atasannya, Kawakami, tanpa banyak memedulikan
penderitaan batin yang sering dia alami ataupun beberapa gelintir
kepuasan. Lagi pula, tujuan hidupnya bukanlah untuk mencari
kesenangan, melainkan untuk memuliakan dan mematuhi mereka yang
menjadi atasannya dan mengomando serta mendisiplinkan mereka
yang menjadi bawahannya. Meski hampir terlambat, Mukai akhirnya menyadari bahwa
keberadaannya selama ini tak bisa disebut hidup, tetapi lebih mirip
sebagai mayat hidup. Inilah yang disebut hidup.
Kekuatan liar binatang yang menderap di bawahnya tak bisa
dibandingkan dengan aliran energi luar bisaa yang mengalir di seluruh
nadinya. "Genji!" "Genji!" "Genji!" Seluruh tubuhnya serasa dialiri ekstase yang sekaligus
menyakitkan. Mukai merasa dirinya seakan-akan penjelmaan Dewa
Petir saat dia memimpin penyerangan pasukan kavaleri untuk
menyelamatkan Genji. Cinta yang dirasakannya membuka berbagai
kemungkinan yang tak pernah berani dia bayangkan sebelumnya.
Bertindak atas nama cinta membebaskan dirinya untuk selamanya.
Kebahagiaan yang dia rasakan benar-benar egois, miliknya pribadi dan
benarbenar murni. Dia tak berpikir tentang tugas, keluarga, status,
sejarah, tradisi, kewajiban, wajah, atau rasa malu. Tidak ada lagi yang
tersisa dalam dirinya kecuali cintanya dan tidak ada dunia lain kecuali
dunia penyatuan antara dirinya dan Genji.
PDF by Kang Zusi Seratus delapan puluh pengikut setianya mengikutinya dalam
perjalanan panjang dari wilayahnya yang kecil di utara. Mereka
berhasil diyakinkan dengan ramalan kemenangan Lord Genji. Setahu
Mukai, Genji tak pernah menyatakan ramalan seperti itu. Mukai telah
berbohong dan dia berbohong dengan baik. Cinta secara misterius
telah memberinya kemampuan bicara yang dia perlukan. Para
pengikutnya yang selama ini terbiasa dengan junjungan yang
canggung, tidak menonjol, dan tak pintar bicara, terkagum-kagum
melihat, Mukai yang pintar bicara sehingga percaya dan mau
mengikutinya. Kini, panji-panji burung gereja dan panah berkibar di atasnya
seperti yang dia impi-impikan. Mukai tak lagi merasakan takut,
harapan, hidup dan mati, inasa lampau dan masa depan. Dia menebas
orang-orang yang menghalangi jalannya dengan penuh kebahagiaan.
"Genji!" Dia meneriakkan nama orang yang dicintainya, sebagai sebuah
pernyataan cinta, teriakan perang, sebuah mantra suci.
Panik karena desingan peluru dan derap kaki kuda, banyak anak
buah Kawakami yang berusaha berlindung di lingkaran benteng kecil
Genji. Tekanan dari prajurit yang panik mengakibatkan ancaman lebih
serius daripada rencana serangan Kawakami. Genji dan kelompoknya
hampir-hampir kewalahan menghadapi serbuan para prajurit yang
panik. Apakah dia datang sejauh ini hanya untuk mengetahui dia
terlambat" Mukai mengutuk ketidakmampuannya menangkap strategi
Kawakami sehingga dia tak tahu di mana Kawakami akan melakukan
serangan; kalau saja dia punya kemampuan militer lebih, dia pasti tahu
harus pergi ke mana dan tiba di sini beberapa hari lalu. Dia mengutuk
ketidakmampuannya melihat arah sehingga dia sering tersesat saat
melintasi pegunungan; dengan kemampuan melihat bintang, arah
angin, dan migrasi musiman burung, dia pasti tak akan kehilangan
waktu berharga saat dia dan pasukannya malah menuju timur dan
bukan barat; dia mengutuk lima belas tahun yang dia habiskan di
ruang interogasi yang sempit dan terisolasi; samurai yang sering
PDF by Kang Zusi melakukan perjalanan pasti lebih tahu peta daerah ini, dan dapat
memperbaiki kegagalan strategi atau penentuan arah.
Tidak! Mereka tak boleh mati terpisah. Tidak bisa, setelah cinta
dan takdir men-dekatkan mereka. Mukai memisahkan diri dari para
pengawalnya dan menyerbu ke tengah-tengah samurai yang sedang
bertempur dan tebasan pedang.
"Genji!" Menebaskan pedang dengan liar ke kiri dan ke kanan ke setiap
orang yang dia temui, Mukai menerobos jalan menuju posisi Genji.
Jumlah musuh yang lebih banyak akhirnya berhasil menjatuhkan
kudanya. Mukai sama sekali tak merasakan tusukan tombak dan
tebasan pedang yang mengenainya. Genji.
Dia harus bisa sampai ke Genji. Dia terus berusaha membuka
jalan dengan ber-jalan kaki.
"Lord Mukai! Tunggu!" Para pengikutnya berusaha untuk
mengejar. "Genji!" "Mukai!" Mukai melompati dinding bangkai kuda untuk berada di samping
Genji. "Tuanku." Dia membungkuk. "Hamba datang sesuai janji
hamba." "Awas!" Genji menggunakan pedangnya untuk menahan serangan
yang ditujukan ke punggung Mukai. "Kita sebaiknya mengabaikan tata
cara kesopanan dulu. Izinkan aku mengatakan, aku sangat terkejut dan
senang melihatmu, Mukai."
"Tuanku," kata Mukai.
Seperti cinta yang telah memberinya kesempatan bicara untuk
meyakinkan pengikutnya, cinta juga menghilangkan semua kata yang
ingin dia ucapkan di depan Genji saat ini.
"Tuanku." Itu saja yang sanggup dikatakan Mukai.
Genji berlumuran darah dari kepala hingga ujung kaki. Apakah itu
darahnya atau darah musuh, atau darah dari bangkai kuda, Mukai tak
tahu. Apakah semua itu penting sekarang" Pada saat yang menentukan
PDF by Kang Zusi dan berharga ini, bersama Genji, bertempur di sisiriya melawan
kekuatan yang jauh lebih besar, semua indra dan inti dirinya
menghilang. Tak ada subjek atau objek, tetapi pada saat yang sama
keduanya ada secara bersamaan. Waktu seakan berhenti. Apa yang ada
dalam dirinya dan di luar dirinya" Mukai tidak hanya gagal
menemukan jawabnya, tetapi pertanyaan itu sendiri juga sudah tak
penting lagi. "Tuanku." Di beberapa menit yang menentukan, seakan-akan akhir hidup
mereka sudah dekat. Prajurit Kawakami terlalu banyak, sementara
terlalu sedikit di pihak Genji. Untuk setiap orang yang berhasil mereka
jatuhkan, muncul tiga orang yang menyerang. Lalu, tepat saat
lingkaran pedang mengepung mereka untuk saat-saat terakhir, kembali
terdengar rentetan tembakan dari arah kuil dan tiba-tiba semua
serangan terhenti. Bersamaan, seakan-akan ada perintah, semua
prajurit Kawakami membuang senjata mereka dan menelungkupkan
diri ke tanah. Semuanya sudah berakhir. Mukai berkata, "Anda menang, Tuanku."
"Tidak," kata Genji, "kau yang menang, Mukai. Kemenangan ini
hanya milikmu seorang."
Mukai tersenyum. Senyum yang bersinar sehingga dia merasa
seakan-akan seluruh tubuhnya bercahaya.
"Mukai!" Genji memeluknya saat Mukai terjatuh.
"Tuanku!" Para pengikut Mukai hendak maju. Tetapi, Mukai
menggerakkan tangan menyuruh mereka mundur tanpa melepaskan
pandangan dari Genji sedetik pun.
"Kau terluka di bagian mana?" tanya Genji.
Mukai tak peduli akan luka-lukanya. Dia ingin mengatakan
kepada Genji bahwa mimpi menjadi kenyataan bukan hanya pada
mereka yang punya kemampuan meramal, melainkan juga pada orang
bisaa sepertinya dirinya, jika mereka benar-benar tulus. Dia ingin
mengatakan, dia telah memimpikan saat ini dengan sangat jelas-darah,
pelukan mereka, kematian, tanpa rasa takut dan terutama penyatuan
PDF by Kang Zusi yang membahagiakan, abadi, transenden, melewati keterbatasan
persepsi, definisi, dan pemahaman.
Lalu, dia bahkan tak menginginkan apa-apa, yang ada hanyalah
senyuman. "Tuanku!" Pengikut Mukai memandang dengan terkejut saat
Genji membaringkan tubuh junjungan mereka ke tanah. Dia telah
mengatakan kepada mereka bahwa Genji telah meramalkan
kemenangan. Dia sama sekali tak mengatakan tentang kematiannya.
"Lord Mukai gugur," kata Genji.
"Lord Genji, apa yang harus kami lakukan" Tanpa Lord Mukai,
kami tak punya junjungan. Dia tak punya ahli waris. Shogun pasti
akan menyita wilayahnya."
"Kalian adalah pengikut setia temanku yang paling setia dan rela
berkorban," kata Genji. "Kalau mau kalian semua boleh mengikutiku."
"Kalau demikian, mulai saat ini kami menjadi pengikut Anda,
Lord Genji." Mantan pengikut Mukai membungkuk dalam-dalam
kepada junjungan baru mereka. "Apa perintah Anda?"
"Wah, wah," kata Kawakami, "Sungguh mengharukan dan
dramatis. Mungkin kejadian ini suatu hari nanti akan muncul di drama
kabuki yang mencerita-kan kehidupan Anda, Lord Genji." Dia melihat
ke arah mereka dari atas pelana kuda, ekspresinya tetap percaya diri.
Terintimidasi oleh statusnya, pengikut Mukai mengiringnya seakan-
akan dia adalah tamu bukan tawanan. Kebalikan dengan semua orang,
pakaian Kawakami dan ajudannya tetap bersih tanpa ada jejak darah
dan pertempuran. "Turun," kata Genji.
Wajah Kawakami mengerut. "Izinkan saya memperingatkan Anda
agar tidak terlalu emosional. Satu-satunya perubahan yang terjadi
adalah kemungkinan Anda bertahan hidup lebih besar." Kawakami
bukanlah ahli pedang. Keahliannya ada di bidang lain. Ironisnya,
keahliannya adalah pengetahuan, sebuah keahlian yang dianggap
dimiliki ahli waris klan Okumichi lebih dari orang lain.
Pengetahuanlah yang akan membawa kemenangan bagi Kawakami.
PDF by Kang Zusi "Jika Anda bernegosiasi dengan baik, Anda mungkin bisa men-
dapatkan keuntungan siginifikan. Izinkan saya menyarankan?"
Genji mengulurkan tangannya, mencengkeram lengan Kawakami,
dan melempar-kannya ke tanah.
Kawakami terbatuk-batuk mengangkat wajahnya dari tanah yang
telah menjadi lumpur karena darah. "Kau "."
Pedang Genji terhunus di atas tubuh Kawakami dan menebas
lehernya hingga hampir putus. Kepala itu tergantung di antara bahunya
hanya ditahan oleh secarik kulit dan tulang rawan. Darah muncrat
untuk sesaat, lalu berhenti karena tekanannya menurun dan mengalir
ke tanah. Tubuh Kawakami terjatuh ke lumpur, kepalanya masih
tergantung di bahu, sementara wajahnya yang menampakkan ekspresi
kaget menatap kosong ke langit.
Genji memandang ajudan Kawakami. Dia ada di tenda ketika
Kawakami mengata-kan tentang asal-usul Heiko.
"Lord Genji," kata ajudan itu.
"Bunuh dia," kata Genji.
Dua samurai di kedua sisi ajudan itu langsung mengayunkan


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pedangnya. Mayat sang ajudan jatuh ke tanah terpotong menjadi tiga
bagian-kepala, bahu kanan, dan tubuh ke bawah.
Genji memandang kepada tawanan sekitar tiga ratus orang yang
ketakutan. Mereka adalah samurai rendahan, yang tidak mungkin
mengetahui informasi penting. Kawakami selalu membanggakan diri
mengetahui sesuatu yang tidak diketahui orang lain.
Dia tak suka membagi rahasia yang dipunyainya pada banyak
orang. Ajudannya tahu. Mungkin Mukai juga tahu. Siapa lagi"
Istrinya" Selirnya" Geisha lain" Bahkan, jika dia menjelajahi Jepang
dan membunuh semua orang, dia tetap tak yakin telah menghilangkan
semua kemungkinan. Dengan kematian Kawakami, itu mungkin tak
perlu dilakukan. Sedikit orang yang berani mengajukan dugaan yang
keterlaluan itu tanpa bukti meyakinkan. Tentu saja bukti adalah kunci.
Bukti yang mendukung. Genji berkata, "Periksa kuil untuk mencari apakah ada peledak
lain. Begitu semuanya bersih, siapkan perlengkapan mandi."
PDF by Kang Zusi "Bagaimana dengan para tawanan, Tuanku?"
"Lepaskan mereka. Lucuti dulu senjatanya."
"Ya, Tuan." Genji akan mengurusi bukti tentang asal-usul Heiko secepat dia
bisa. Tetapi, pertama-tama dia harus menghadiri pertemuan dengan
Shogun. Ajaibnya, Saiki tidak terbunuh oleh ledakan yang terjadi di kuil. Dia
ditemukan pengikut Mukai pingsan di bawah mayat Masahiro dan
kudanya. Dia merasa grogi saat dibaringkan di tandu yang
membawanya menuju Edo. Telinganya masih berdenging dan dia tak
bisa mendengar apa pun. Tetapi, yang paling mengesalkannya adalah
dia ketinggalan peristiwa pemenggalan Kawakami. Padahal, itu adalah
peristiwa yang dia tunggu-tunggu. Nanti kalau pendengarannya
sembuh, dia akan meminta laporan lengkap dari Hide.
Ethan Cruz tak ada di kuil. Tetapi, dia pasti ada di suatu tempat dan
masih hidup. Harus. Stark memandang ke belakang. Ini adalah kedua
kalinya dia melewati jalan ini. Dia ingat jalannya. Dia bisa menuju ke
sini dari Edo. Dan, dia akan menemukan Ethan Cruz.
Emily tak merasakan guncangan kuda yang dinaikinya. Dia bahkan
tak merasakan tubuhnya sendiri. Meskipun matanya terbuka, menatap
kosong tak bisa menangkap apa yang dia lihat di pikirannya.
Dia terguncang. Begitu banyak darah. Begitu banyak kematian. Dia mencoba mencari ayat dari Injil yang bisa menenteramkan
hatinya. Dan, dia tak bisa menemukannya.
Di tengah-tengah krisis, saat mereka semua menganggap bahwa ajal
sudah tiba, mata Genji akhirnya memandangnya, dan dia tersenyum
PDF by Kang Zusi kepadanya seperti biasa. Setelah itu, Genji kembali menghindarinya.
Dia memang berhati-hati agar sikapnya tak kentara. Tetapi, Heiko
tahu. Kepura-puraan adalah salah satu dari bakat khusus yang
dimiliknya. Apakah yang telah dikatakan Kawakami kepada Genji di
pertemuan mereka" Hanako memandang Hide dari tandu tempatnya terbaring. Dia sangat
bangga pada suaminya itu. Dalam setiap krisis, dia menjadi semakin
dewasa, semakin berani, dan lebih terfokus. Bahkan, postur tubuhnya
saat menunggang kuda sudah berubah. Dia benar-benar menjadi
samurai sejati seperti yang dia tahu sejak dahulu. Yang kurang
hanyalah dia tidak memiliki istri yang pantas untuk kedudukannya
sekarang. Hanako berkata, "Aku membebaskanmu dari perkawinan kita,"
dan memalingkan kepalanya. Tak ada air mata di matanya, dan dia
mengontrol napasnya sehingga tidak terlihat dia sedang sedih.
Hide berkata kepada Taro yang berkuda di sampingnya, "Dia
mengigau." Hanako berkata lagi, "Aku tak lagi pantas menjadi istrimu."
Taro berkata kepada Hide, "Ya, pasti mengigau. Bahkan, prajurit
terhebat pun kalau menderita luka parah kadang mengigau tak tentu
arah setelahnya. Kurasa penyebabnya adalah kehilangan banyak darah
dan terguncang." Hanako berkata, "Kau butuh teman hidup yang tidak cacat, yang
dapat berjalan di belakangmu tanpa membawa malu dan hinaan."
Hide dan Taro terus mengabaikannya. Hide berkata, "Kaulihat
bagaimana dia melemparkan tubuhnya di depan tebasan pedang"'
"Hebat," kata Taro. "Aku bisaanya hanya melihat aksi itu di drama
kabuki, tak pernah di dunia nyata."
"Setiap kali aku melihat lengan hajunya yang kosong," kata Hide,
"aku akan meng-ingat dengan penuh rasa terima kasih atas
pengorbanan yang dia lakukan untuk menyelamatkan nyawaku."
PDF by Kang Zusi "Aku tak bisa memegang nampan," kata Hanako, "aku juga tak
bisa lagi memegang teko teh dan botol sake dengan pantas. Siapa yang
tahan dilayani orang cacat yang hanya punya satu tangan"'
"Untungnya dia masih punya tangan pedangnya," kata Taro.
"Siapa yang tahu suatu saat kamu membutuhkannya lagi di
sampingmu?" "Benar," kata Hide. "Dan satu tangan lebih dari cukup untuk
menggendong bayi ke susunya, atau memegang tangan anak saat dia
belajar berjalan." Hanako tak dapat menahan dirinya lagi. Dia gemetar oleh emosi.
Air mata cinta dan terima kasih mengalir deras dari matanya. Dia ingin
berterima kasih kepada Hide atas ketabahannya, tetapi kata-katanya
tertelan sedu sedan. Taro permisi dengan membungkuk dan memacu kudanya ke
barisan belakang. Di sana, di antara mantan para pengikut Mukai, dia
juga menangis tanpa malu.
Untuk pertama kalinya, mata Hide tetap kering. Dengan kontrol
diri ketat yang dia pelajari dalam pertempuran, dia tak membiarkan
setetes pun air matanya jatuh, dan tak ada sedan yang menggetarkan
tubuhnya. Kesedihannya atas luka Hanako tak perlu dipertanyakan
lagi, tetapi itu tak sebanding dengan rasa hormat yang dia rasakan
terhadap keberanian istrinya yang menyerupai seorang samurai dan
cintanya yang semakin tumbuh besar.
Kejamnya perang dan kegembiraan cinta. Keduanya sesungguhnya adalah satu. Hide duduk tegak di pelananya dan berkuda
dengan penuh keyakinan menuju Edo.
15. El Paso Jimbo mencari apa yang bisa dimakan di antara tetumbuhan
musim dingin. Tindakan mencari yang dilakukan dengan penuh rasa
PDF by Kang Zusi terima kasih dan hormat saja sudah memberikan rasa kenyang. Rahib
Zengen tua pernah menceritakan kepadanya tentang mereka yang telah
mencapai tingkatan tinggi sehingga tak lagi butuh makan. Mereka
hidup dari udara yang mereka hirup, pemandangan yang mereka lihat,
dan meditasi murni yang mereka capai. Waktu itu dia tak percaya.
Namun, kini semua itu kelihatannya mungkin.
Dari waktu ke waktu, Jimbo berhenti dan memikirkan Stark. Dia
tahu musuh lamanya itu akhirnya akan datang. Dia tak tahu kapan,
tetapi menurutnya tak akan lama lagi. Apakah dia ada bersama
rombongan kecil samurai dan orang asing yang melewati Kuil
Mushindo tiga minggu lalu" Mungkin. Tak ada gunanya mengira-
ngira. Ada dua hal yang pasti. Stark akan datang dan mencoba
membunuhnya. Jimbo sendiri sudah tak peduli pada hidupnya. Hidup
sudah tak lagi penting baginya sejak lama. Atau, mungkin belum lama.
Pokoknya, dia merasa begitu. Hidup Starklah yang menjadi
pikirannya. Jika dia membunuh Jimbo, kepedihan yang dirasakan
Stark tak akan berkurang. Keinginan membalas dendam membuat
Stark melakukan serangkaian pembunuhan. Kematian Jimbo di
tangannya hanya akan menambah penderitaan dan beban karmanya.
Apa yang harus dilakukan" Kalau dia menunjukkan kepada Stark
bahwa dia telah menjadi orang baru, orang yang telah menemukan
kedamaian sejati, terbebaskan dari sakit dan penderitaan akibat
kebencian, apakah Stark juga akan menemukan jalan yang sama
dengannya" Jimbo akan menunjukkan dirinya tanpa rasa takut dan
minta pengampunan. Jika Stark tak mau memaafkan, dia siap mati.
Dia tak akan melawan. Dia tak akan membunuh. Dia tak akan pernah lagi menggunakan tangannya untuk
kekerasan. Terlihat olehnya gerakan kccil di drdaiin;m Hati-hati, Jimbo
memindahkan kumbang kecil dan melepaskannya di tanah. Kumbang
itu berlari dengan enam kaki kecilnya, dua sungutnya bergerak-gerak.
Kumbang itu tak melihatnya. Hidupnya, senyata dan serapuh
PDF by Kang Zusi hidupnya, ada di skala yang lain. Jimbo membungkuk hormat pada
sesama makhluk hidup dan meneruskan mencari dedaunan untuk
makan malam. Semak di belakangnya bergerak-gerak. Dia mengenali gerakan
kecil dan cepat itu. Itu adalah Kimi, gadis kecil yang cerdas dari desa.
"Oh, Jimbo," kata Kimi. "Kau begitu diam, aku jadi tak tahu kamu
di sana. Aku hampir saja menginjakmu."
"Terima kasih karena tidak melakukannya."
Kimi terkikik. "Kau ini lucu sekali. Kaulihat Goro tidak" Sejam
lalu dia pergi mencarimu. Aku takut dia tersesat lagi."
Jimbo dan Kimi berdiri diam. Mereka mendengarkan.
"Aku tak mendengar dia memanggilmu," kata Kimi. "Mungkin dia
pergi ke lembah sebelah."
"Tolong cari dia. Kalau tersesat, dia jadi cemas. Dan kalau cemas,
dia jadi ceroboh." "Lalu dia bisa terluka," kata Kimi. "Kalau aku berhasil
menemukannya sebelum kau melakukan meditasi senja, aku akan
mengajaknya menemuimu."
"Itu baik sekali."
"Dah, Jimbo." Gadis kecil itu membungkuk dengan
menangkupkan kedua tangannya dalam gassho, isyarat Buddha untuk
kedamaian dan hormat. Dia adalah anak desa pertama yang menirukan
Jimbo memakai isyarat ini dan sekarang semua anak mengikutinya
juga. Seperti bisaanya, mereka mengikuti semua yang dilakukan Kimi.
"Dah, Kimi." Jimbo membalas bungkukannya dan gasshonya.
Jimbo sampai kembali di gerbang Kuil Mushindo bertepatan
dengan derap dua kuda yang mendekat dari barat. Dia mengenali
Yoshi, seorang mantan rahib sebagai penunggang kuda di depan.
Orang kedua, tersuruk ke depan dan hampir-hampir tak bisa bertahan
di pelana, adalah Rahib Kepala Sohaku.
Keduanya terluka parah, Sohaku lebih parah daripada Yoshi.
"Bantu aku membalut," kata Yoshi. "Cepat, kalau tidak Rahib
Kepala akan mati kehabisan darah."
PDF by Kang Zusi "Aku akan membalutnya," kata Jimbo. "Lihat dirimu sendiri. Kau
tertusuk, terkena pedang, dan juga tertembak."
"Ini?" Yoshi menunjuk luka-lukanya dan tertawa. "Hanya di
permukaan." Peluru kaliber besar menembus dada kiri Sohaku, menembus
paru-parunya, dan menimbulkan lubang seukuran genggaman di
punggungnya. Mengherankan dia masih bisa hidup.
"Jadi, Jimbo," kata Sohaku, "kata-kata bijak apa yang kau punya
untuk orang yang sekarat?"
"Tak ada yang khusus. Kita semua akhirnya akan mati, bukan?"
Sohaku tertawa, tetapi tawanya terhenti tiba-tiba karena dia
tersedak oleh darah yang keluar dari mulutnya. Katanya, "Kian hari
kau semakin terdengar seperti si tua Zengen."
"Rahib Kepala, Anda harus berbaring."
"Tak ada waktu. Balut aku." Sohaku berpaling kepada Yoshi.
"Pergi ke ruang senjata. Ambilkan aku satu set baju besi baru."
"Ya, Rahib Kepala."
Jimbo berkata, "Anda tak perlu baju besi untuk sampai ke tempat
yang Anda tuju sekarang."
"Kau salah. Aku akan bertempur. Aku butuh baju besi untuk
menahanku, atau aku tak akan sampai ke sana."
"Rahib Sohaku, Anda tak mungkin bertempur lagi."
Sohaku tersenyum. "Aku menolak dibunuh oleh peluru."
Jimbo menutup luka-luka Sohaku sebisanya dengan ramuan daun
obat, lalu membalutkan kain sutra sekencang mungkin mengelilingi
tubuh Sohaku. Pendarahan luar sudah berhenti. Tetapi, tak ada yang
bisa menghentikan pendarahan di dalam kecuali kematian.
Yoshi membantu Sohaku memakai baju besi barunya dan
menalikan talinya dengan kencang. Tubuh Sohaku, selangkangan, dan
paha tertutup oleh lempengan besi, kayu bepernis, dan kulit. Dia me-
makai helm, tetapi menolak memakai kerah besi yang melindungi
leher dan tenggorokannya, juga tak mau memakai topeng untuk
melindungi wajahnya. "Rahib Kepala," kata Yoshi, "Anda meminta
risiko untuk dipenggal."
PDF by Kang Zusi "Siapa yang kau kira mengejar kita?"
"Lord Shigeru, pasti," kata Yoshi.
"Dengan seluruh kemampuan terbaiknya, dengan angin dan
cahaya di pihakku dan setiap dewa tersenyum padaku, apakah
menurutmu aku dapat mengalahkannya?"
"Dengan semua kondisi itu, mungkin saja."
"Dan dengan luka-luka seperti ini, bagaimana kesempatanku?"
"Sama sekali tak ada, Rahib Kepala."
"Tepat sekali. Jadi, aku memilih memberinya kesempatan untuk
melakukan tebasan dengan mudah."
Jimbo berkata, "Pergi atau tinggal, kematian juga yang akan
terjadi. Jadi, lebih baik Anda tinggal dan mati dalam damai."
"Pada akhirnya, semua utangku berakhir pada satu hal. Utangku
kepada Lord Genji, utangku kepada leluhur, dan utangku kepada diri
sendiri adalah sama. Mati dalam pertempuran."
Sohaku menekuk kakinya sesuai dengan sudut yang diperlukan
saat dia duduk di pelana. Yoshi mengikat tekukan kaki itu dengan tali
kulit. Dia membantu Sohaku naik kuda dan mengangkatnya agar bisa
duduk di pelana. "Bagaimana Anda bisa melawan Lord Genji?" tanya Jimbo.
"Gosip tentang kemampuan meramalnya membawa klan menuju
jurang kehancur-an. Aku berpikir, aku bisa menyelamatkan klan
dengan mengudeta dia. Aku gagal. Dan sekarang aku harus minta
maaf." Jimbo tak berkata apa pun.
Sohaku tersenyum. "Kau berpikir tentang ritual bunuh diri seperti
bisaa. Itu benar. Tetapi, untuk kasus ini membutuhkan pertempuran.
Selalu lebih memuaskan untuk membantai pemberontak daripada
menemukannya sudah mati bunuh diri. Ketulusan permintaan maafku
menuntut aku melakukan yang terbaik bagi orang yang aku mintai
maaf."

Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Saya mengerti," kata Jimbo, "meskipun saya tidak setuju. Jika
Anda harus mati, jauh lebih baik mati tanpa melakukan kekerasan lagi.
Sehingga, karma tak akan terlalu menjadi beban bagi Anda."
PDF by Kang Zusi "Kau salah, Jimbo. Justru karmalah yang menuntutku untuk
melakukan pertempur-an." Sohaku membungkuk. Gerakan itu
membuatnya meringis kesakitan. "Ingat aku saat kau berdoa kepada
Tuhanmu atau Buddha. Itu pun kalau mereka ada."
"Kenapa kau pergi ke gunung untuk bermeditasi?" tanya Kimi.
"Untuk apa kaupunya ruangan meditasi?"
"Jimbo," kata Goro tersenyum bahagia.
"Untuk sementara, aku harus menjauh dari semua orang dan
semua hal," kata Jimbo.
"Apa kau akan pergi lama?"
"Jimbo, Jimbo, Jimbo."
"Tidak, tak lama."
"Kami akan menunggumu di sini."
"Orangtuamu akan mencarimu."
Kimi tertawa. "Orangtuaku punya sebelas anak, bodoh."
"Kalau begitu, aku akan menemuimu saat aku kembali nanti," kata
Jimbo. Dia menunduk tangannya tertangkup dalam gassho. Kimi
melakukan hal yang sama. "Jimbo, Jimbo, Jimbo," kata Goro.
Gubuk di pegunungan yang digunakan Jimbo untuk bermeditasi
hampir tak bisa disebut gubuk. Bangunan itu terbuat dari susunan
ranting yang diikat longgar. Di atasnya lebih banyak terdapat langit
daripada atap, dindingnya tak bisa menghalangi pemandangan
pepohonan di luar, dan juga tak bisa menahan angin dan cuaca. Rahib
Zengen tualah yang membangun gubuk itu. Bangunan itu lebih mirip
sebuah goresan kuas yang menggambarkan pegunungan, binatang, dan
manusia. Apa yang tak ada di sana justru lebih terasa keberadaannya.
Kata-kata Sohaku membebani pikiran Jimbo. Karmalah yang
menuntutku bertempur, katanya. Apakah itu juga merupakan karma
Jimbo" PDF by Kang Zusi Dia bukan lagi dirinya yang dahulu. Dia yakin itu. Tetapi, tak
begitu jelas apakah dia telah benar-benar berhasil membebaskan
dirinya dari masa lalu. Apakah dia telah menghilangkan keberadaan
dirinya seperti yang dia yakini selama ini sehingga dia bertindak hanya
untuk memandu Stark dan membebaskan kepedihan pria itu" Ataukah
semua itu hanyalah tipuan yang paling halus dan kesombongan yang
paling samar yang justru mengikatnya pada angan-angan"
Napas Jimbo semakin dalam, dan kian dalam. Tak ada bedanya
antara tarikan dan embusan. Isi pikirannya dan isi dunia sudah tak bisa
dibedakan lagi. Dia memasuki kekosongan bersamaan dengan saat
kekosongan itu memasuki dirinya.
Mary Anne keluar dari kabin dengan senyum cerah di wajahnya
karena mengira yang datang adalah Stark. Ketika dia melihat Ethan
Cruz, dia berbalik dan lari ke dalam.
Cruz menangkapnya sebelum Mary Anne sempat membidikkan
senapan kepadanya dan memukul pelipisnya dengan gagang pistol.
Dua gadis kecilnya berteriak dan saling berpelukan.
Saat Tom, Peck, dan Haylow masuk, Cruz telah menelanjangi
Mary Anne. "Bagaimana dengan betina-betina kecil ini?" tanya Tom.
"Lebih baik bawa mereka keluar," kata Haylow. "Mereka tak
perlu melihat ini." "Telanjangi mereka juga," kata Cruz. Mary Anne setengah tak
sadar. Cruz menariknya berdiri dan mendesaknya ke dinding,
mengangkat kedua tangan wanita itu ke atas kepala, menusukkan
pisaunya melewati kedua telapak tangan, memaku Mary Anne di
dinding. Wanita itu tersadar dan berteriak.
"Yesus, Maria, Yusuf," kata Peck, "demi santo-santo yang suci,
Bunda Maria, dan Trinitas yang Suci."
"Ethan," kata Tom.
Haylow melindungi pandangan kedua anak itu dan memeluk
mereka di badannya yang besar.
PDF by Kang Zusi "Aku bilang, telanjangi mereka," kata Cruz.
"Jangan mereka," kata Tom. "Mereka tak melakukan apa-apa."
"Mereka terlahir," kata Cruz. "Kau mau melakukan apa yang
kukatakan atau tidak?"
Tom dan Peck saling berpandangan. Mereka lalu memandang
Cruz. Bahu pria itu rileks dan tangannya bergantung santai di dekat
pistol. Peck berkata. "Kami selalu melakukan apa yang kau katakan,
Ethan, kau kan tahu itu."
"Aku tak melihat kalian melakukannya."
Wajah Haylow basah oleh air mata. Dia tak mengatakan apa-apa.
Dia tak mengeluarkan suara. Dia meninju anak yang lebih besar di
rahang, lalu meninju adiknya. Kedua anak itu terangkat dan terlempar
akibat daya pukulan orang sebesar Haylow, dan jatuh ke lantai dengan
keras. Mereka mungkin masih hidup. Tetapi, mereka diam seperti
orang mati. Lalu, Haylow membuka baju anak yang kecil dengan lem-
but, sementara Tom dan Peck, mengikuti contohnya, membuka baju
anak yang besar. "Jangan, jangan, jangan!" Mary Anne berteriak putus asa.
Cruz menyeret anak yang besar dengan menarik rambutnya dan
mendekatkan wajah anak itu hingga hampir menyentuh wajah Mary
Anne. "Siapa namanya?"
Mary Anne menjerit dan terguguk.
Cruz berkata kepada Peck, "Berikan pisaumu."
Peck mengulurkan pisaunya. Cruz menempelkan ujung pisau itu
ke leher sang anak. "Aku bilang, siapa namanya?"
"Becky," Mary Anne berkata, "Becky. Aku mohon, tolong"
Cruz menikamkan pisau itu ke perut Becky dan merobeknya
hingga jantung. Dia lalu menjatuhkan tubuh kecil itu di kaki ibunya
dan menyeret anak yang lebih kecil.
Tom lari keluar. PDF by Kang Zusi Peck terjatuh ke lantai dan mundur ketakutan. Ketika dia
mengenai dinding dan tak bisa mundur lagi, dia berpaling dan muntah,
dia terus muntah bahkan saat perutnya sudah kosong.
Sementara Haylow hanya berdiri di sana dan menangis.
"Siapa namanya?" tanya Cruz.
"Oh Tuhan, oh Tuhan," ratap Mary Anne.
Cruz meletakkan anak itu di atas meja dan mengambil kapak di
sebelah kompor. "Louise!" teriak Mary Anne, seakan-akan berharap teriakannya
dapat menyelamatkan nyawa sang anak. "Louise!"
Cruz menghantam dengan keras sehingga meja itu terbelah dua.
Penggalan kepala Louise menggelinding hingga ke kaki ranjang. Cruz
lalu memandang Mary Anne dan berkata, "Sekarang giliranmu."
Mary Anne sudah tak bisa lagi mendengar suara Cruz di antara
suara jeritannya. Jimbo tak tahu berapa lama dia bermeditasi. Ketika membuka mata,
cahaya sekitarnya masih sama dengan saat dia menutup mata. Baru
sesaat, atau mungkin sudah berhari-hari. Ketika dia bergerak, embun
yang membeku di bajunya berderak. Lututnya yang kaku karena
ditekuk sakit saat dia membuka kakinya dari posisi lotus yang dia
gunakan untuk meditasi. Lebih dari sesaat. Dua atau tiga hari
setidaknya. Jimbo meninggalkan gubuknya dan menclekati tumpukan batu di
dekat kali kecil. Apabila terjadi banjir, yang pasti terjadi setiap sepuluh
tahun sekali, tumpukan batu ini juga tertutup air. Jimbo menggeser
beberapa batu hingga dia melihat bungkusan kain anti air itu. Dia lalu
mengambil bungkusan itu. Apakah dia harus membukanya" Di sini, di
tempat terbuka" Atau di kuil" Tidak, dia tahu tempat yang tepat. Jimbo
lalu kembali ke gubuk. Di bangunan yang tidak bisa dikatakan sebagai gubuk, pria yang
tidak bisa dikata-kan sebagai Ethan Cruz lagi, kembali berpenampilan
seperti dirinya dahulu. PDF by Kang Zusi Topinya, sudah kusut dan gepeng tak berbentuk. Dia membuat
pasangan topi dari ranting dan membasahi topinya dengan salju yang
dia lelehkan di tangan. Esok pagi, topi itu akan terlihat cukup pantas.
Kemeja, celana, jaket, dan sepatu boot-nya berbau keringat dan
berjamur. Dia mengenakannya.
Laras pistol dan rangkaian dari pistol laras gandanya. Dia lalu
merangkainya kembali. Di bungkusan kecil lainnya ada enam peluru.
Dia memasukkan satu peluru dan membuang yang lain. Dia tak akan
perlu lagi mengisi pistol.
Sarung pistolnya dan di dalamnya terdapat pistol Colt kaliber 36
yang diberikan Manual Cruz bertahun-tahun lalu.
"Kau bilang kau menggembala ternak, Nak," kata Manual waktu
itu. "Ya, Pak. Itu yang kukatakan dan itu yang kulakukan."
"Uh-uh. Aku memang dengar kau melakukan itu, tetapi aku juga
mendengar yang lain. Mungkinkah kau melupakan satu detail kecil
tentang kegiatan penggembala-anmu?"
"Aku tak yakin apa maksudmu, Pak."
"Tak perlu bilang Pak, Ethan. Yang aku maksudkan detailnya dan
kautahu itu, kau menggembalakan temak yang memungkinkan kau
dihukurn gantung." "Mereka hanya dapat menggantungku satu kali. Perampokan
adalah kejahatan dengan hukuman gantung, dan kalau mereka
menginginkanku mereka pasti mengejar-ku. Lagi pula, aku juga
menembak dua orang bodoh. Itu juga diancam gantung."
"Ternyata kau tumbuh menjadi seorang pencuri temak, perampok,
dan jago tembak, Nak."
Ethan menunggu, mengira akan diomeli.
Cruz berkata, "Kau membuatku bangga. Membuat hidupku
seakan-akan punya arti juga lahirnya. Hidup tak ada artinya kalau kau
hanya menjadi germo, kautahu."
Cruz menjabat tangannya. "Aku adalah ayah Ethan Cruz. Ayah tiri setidaknya, itu lumayan
dekat. Sialan. Akhirnya, ada juga hal-hal yang benar dalam hidupku."
PDF by Kang Zusi Malam itu, Cruz memberi Ethan Colt kaliber 36 dari sarung
pinggangnya sendiri. "Banyak yang lebih memilih model Army kaliber 44. Pelurunya
lebih berat sehingga lebih bisa membunuh. Tetapi, ada satu kelebihan
kaliber 36 untuk orang yang perlu melatih bidikannya. Pistol ini
sekitar dua setengah ons lebih ringan dari-pada kaliber 44. Kau dapat
mencabutnya lebih cepat. Satu hari nanti, ketika orang lain yang jatuh
dan mati, bukan kau, kau akan mengingatku dengan kenangan
khusus," kata Manual Cruz.
Ethan merasakan dadanya sesak. Dia ingin mengatakan kepada
Cruz bahwa dia akan tetap mengingatnya meski dengan Colt kaliber
36 ataupun tidak, tetapi dia diam saja. Ethan bukanlah orang yang
pandai bicara. Jadi, yang dia katakan adalah, bagaimana kalau Manual
membutuhkannya" Pistol ini tak akan banyak berguna bagi Manual
kalau, Ethan yang menyandang di pinggangnya.
Ethan melihat dari senyum di wajah Cruz dan matanya yang
membasah kalau pria itu tahu maksud Ethan yang tak terkatakan. Cruz
adalah orang yang pandai bicara berkebalikan dengan Ethan, tetapi
saat itu dia tidak mengatakan apa yang dia punya.
Bahkan, dia tak bicara apa pun untuk beberapa saat. Cuma duduk
dan tersenyum. Lalu dia berkata, "Butuh untuk apa" Aku tak akan baku tembak."
Cruz menunjukkan Ethan pistol derringernya. "Ini lebih dari cukup
untuk germo tua seperti aku. Tembakan yang akan aku lakukan adalah
tembakan jarak dekat sehi-ngga tak butuh bidikan sama sekali."
Ketika Jimbo kembali ke kuil, sebagian besar bangunan kuil sudah
menjadi reruntuhan. Puing-puing berserakan di dekat lubang besar
yang dahulunya merupakan ruangan meditasi. Abu bekas pembakaran
mayat ada di mana-mana. Bangunan yang masih utuh hanyalah
dinding luar, kamar mandi, ruangan meditasi rahib kepala, dan gubuk
yang dibangun anak buah Sohaku dahulu untuk merantai Shigeru.
PDF by Kang Zusi Hampir semua anak desa ada di sana, bermain di reruntuhan dan
berspekulasi tentang puing dan kepingan yang mereka temukan.
"Lihat. Ini ada lengan orang."
"Bukan. Itu hanya kayu."
"Tulang lengan. Lihat! Ada bulatan di kedua ujungnya."
"Ngeri sekali. Buang."
"Hati-hati. Ada orang asing datang."
"Itu adalah orang asing yang bersama Lord Genji. Yang bawa dua
pistol." "Bukan. Dia orang lain."
"Lari! Dia akan membunuh kita."
"Jimbo," kata Goro tersenyum dan melangkah mendekat. "Jimbo,
Jimbo." "Tidak, Goro, jangan. Itu bukan Jimbo. Menyingkirlah, cepat."
Kimi berkata, "Itu memang Jimbo." Dia berlari mendekati Jimbo,
matanya terbuka lebar terkejut.
"Kenapa kamu berpakaian seperti itu?"
"Aku harus melakukan sesuatu yang tak bisa kulakukan dengan
pakaian lain." Dia memandang ke lubang. Sepertinya, semua mesiu di
ruangan senjata meledak bersamaan. "Apa yang terjadi?"
"Ada pertempuran besar saat kau pergi"
"Ratusan samurai mati?"
"Lord Genji dijebak?"
"Jimbo, Jimbo, Jimbo?"
?"kepala Shigeru di kotak?"
?"senapan di dinding?"
?" samurai berkuda menyerang"."
?"berlumuran darah dari kepala sampai ujung kaki"."
Tidak semua informasi yang diberikan anak-anak itu jelas. Tetapi,
dia mendengar cukup informasi untuk tahu bahwa orang asing yang
bersama Lord Genji, bernama Su-ta-ku bertahan hidup. Begitu
pertempuran selesai, dia mencari Jimbo di antara puing-puing kuil.
Seorang wanita yang sangat cantik, pastinya seorang geisha terkenal,
telah bertanya kepada Kimi apa dia tahu Jimbo ada di mana, dan Kimi
PDF by Kang Zusi mengatakan kepadanya kalau Jimbo pergi ke gunung untuk
bermeditasi. Wanita itu kemudian berbicara kepada Su-ta-ku dalam
bahasa orang asing. Kimi tak tahu apa yang dia katakan.
Atas permintaan anak-anak, Jimbo kemudian bercerita tentang
meditasinya, tentang embun yang membeku di bajunya, kedatangan
tiga malaikat yang dikirim oleh Maitreya, Buddha masa depan, yang
menyatakan kebahagiaan bagi anak-anak desa, karena mereka semua
akan dilahirkan kembali di Sukhavati, Tanah Murni Amida, Buddha
Kasih Sayang. Malam itu, setelah anak-anak pergi, Jimbo berjalan-jalan di antara
puing-puing kuil. Stark pernah ke sini. Dia akan kembali. Apakah
Jimbo jago tembak yang lebih baik daripada Stark" Dahulu, mungkin.
Bukan sekarang. Dia tak pernah lagi berlatih, dan Stark pasti sudah
berlatih. Stark akan menjatuhkannya sebelum dia sempat menarik


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pistolnya. Itu terlalu mudah. Jimbo akan menyergapnya. Stark terlalu marah
dan terlalu sedih sehingga dia tak akan bertindak hati-hati. Sebuah
penyergapan pasti akan berhasil.
Perlu beberapa hari di Edo sebelum Emily merasa lebih baik sehingga
bisa ditinggalkan Stark. Proses itu dipercepat dengan dorongan Lord
Genji yang meminta Emily berperan aktif dalam merancang kapel
yang akan dibangun dalam proses renovasi Istana Bangau yang
Setelah Kau Menikahiku 1 Pendekar Cambuk Naga 5 Pedang Semerah Darah Kereta Berdarah 8
^