Pencarian

Samurai 9

Samurai Karya Takashi Matsuoka Bagian 9


Tenang. Lingkaran hitam masih ada di bawah matanya dan
semangatnya belum kembali seratus persen. Itu butuh waktu.
Pembunuhan besar-besaran yang dia saksikan dan alami sendiri takkan
mudah dilupakan. Namun, setidaknya dia sudah bisa tersenyum lagi.
"Haruskah kaukembali ke kuil begitu cepat?"
"Ya, Emily. Aku harus."
Emily memandang ke pistol kaliber 44 yang dia sandang di
pinggang dan kaliber 32 yang dia selipkan di ikat pinggang, dan tidak
bertanya lagi. "Kau akan kembali?"
"Aku bermaksud begitu."
PDF by Kang Zusi Emily tiba-tiba melingkarkan kedua lengannya di leher Stark dan
memeluknya erat-erat. Dia bisa merasakan air mata di lehernya. "Hati-
hati, Matthew. Berjanjilah kau akan berhati-hati."
"Aku janji." Genji menyuruh Taro dan lima samurai lain untuk mengawal
Stark. Mereka diperintahkan untuk membiarkan Stark pergi sendiri ke
Kuil Mushindo begitu mereka sampai di desa. Stark tidak bisa
berbicara bahasa Jepang dan mereka tidak bisa ber-bahasa Inggris.
Jadi, mereka berkuda dalam diam.
Stark mengira kesunyian ini baik baginya, tetapi ternyata tidak.
Kenangan mem-banjir. Dia tak bisa menahannya. Kebenciannya
kepada Cruz tak sebesar cintanya kepada Mary Anne.
Mary Anne berkata, "Ini adalah hari yang paling bahagia dalam
hidupku, Matthew. Aku bersumpah."
"Aku juga," kata Stark. la berdiri bersama Mary Anne, Becky, dan
Louise di keteduhan pohon ironwood di tanah yang secara hukum sah
menjadi miliknya. Aku akan membangun kabin untuk kita di sini. Di
sebelah sana kebun. Bunga dan sayuran. Kandang ternak di sana.
Becky bertanya, "Babinya di mana?"
"Tak ada babi," jawab Stark. Becky berkedip tak percaya.
"Tak ada babi," katanya kepada Louise.
"Tak ada babi," Louise mengulang. Mary Anne memandang
Stark. "Wow, itu adalah kata-kata pertama yang dia ucapkan!"
"Tak ada babi?" tanya Stark.
Mary Anne mengangguk. "Tak ada babi," katanya.
"Tak ada babi," ulang Louise.
"Tak ada babi," kata Becky, tertawa.
Mereka semua tertawa. Mereka tertawa terbahak-bahak sehingga
tak bisa berdiri. Kemudian, mereka duduk di bawah pohon ironwood
dan tersenyum, tersenyum sepanjang hari.
Louise tak pernah menjadi anak yang banyak bicara. Itu adalah
keahlian Becky. Tetapi, semenjak itu dia berkata sepatah dua patah
kata dari waktu ke waktu. Kadang, bentuk awan membuatnya
PDF by Kang Zusi berbicara, atau embusan angin. Kadang, dia akan bercakap-cakap
dengan pohon ironwood atau rusa yang lewat. Dan kalau dia bahagia,
dan itu sering terjadi, Stark mendengarnya bergumam sendiri. Tak ada
babi. Jika dia terus memikirkan mereka, pikirannya akan memperlambat
gerakan tangannya dan membuat bahunya kaku dan Cruz akan
menembaknya mati sebelum dia sempat mencoba. Dia tahu itu, tetapi
dia tak bisa menghentikannya. Dia hampir bisa melihat mereka bertiga
di depan matanya, tersenyum, tertawa, dan berbicara.
Stark mengikat kudanya ke sebatang pohon dan berjalan menuju kuil
dengan pistol kaliber 32 di tangan kiri dan kaliber 44 di tangan kanan.
Dia tak akan melakukan duel siapa yang lebih cepat mencabut pistol.
Ini bukan kontes iaido. Dia akan menemukan Ethan Cruz dan
membunuhnya, itu saja. Dia harus hati-hati. Cruz mungkin ada di
mana saja. Stark berpikir seandainya dia punya senapan.
Sekelompok kecil anak-anak mengikuti Kimi naik ke dinding
belakang kuil. "Diam," bisik Kimi. "Kita akan dihukum kalau tertangkap."
Salah satu anak perempuan menutupkan tangannya di mulut Goro.
"Diam." Goro mengangguk. Ketika anak perempuan itu menarik
tangannya, Goro menutupi mulut dengan tangannya sendiri.
Mereka bersembunyi di batik balok kayu yang jatuh di bekas
ruangan meditasi dan memandani; gubuk meditasi rahib kepala. Orang
asing itu datang dari arah desa. Jimbo mungkin ada di dalam gubuk
sedang bermeditasi. Saat orang asing itu datang, Jimbo akan keluar
menemuinya. Apa yang akan mereka lalukan" Apa pun itu
kelihatannya mereka akan melakukannya bersama.
Jimbo berdiri diam di bawah bayangan pohon dan memandang
Stark mendekati kuil. Pria itu berjarak sekitar dua puluh meter darinya
dan membelakangi dirinya, memegang pistol di kedua tangannya.
PDF by Kang Zusi Ketika Stark melewati gerbang, Jimbo pelan-pelan menurunkan
pistolnya. Dia telah mengeluarkan semua pelurunya dan me-
masukkannya ke kantong. Sekarang, dia mengikuti Stark.
Begitu melewati gerbang, Stark bergeser ke samping,
menempelkan punggungnya ke dinding. Dia rasa, dia mendengar
sesuatu bergerak di puing-puing. Cruz mungkin ada di sana. Atau,
mungkin dia ada di gubuk, kamar mandi, atau penjara. Atau, dia bisa
bersembunyi di balik bangunan-bangunan itu. Atau, di bawahnya.
Atau, bersembunyi di balik bayangan. Stark mengecek pistolnya lagi.
Keduanya sudah terkokang. Dia menjauh dari dinding dan pelan
menuju reruntuhan kuil. Ada seseorang di sana. Itu pasti Cruz. Stark
berharap kalau Cruz benar ada di sana, pria itu hanya punya pistol
seperti dirinya. Jika dia punya karabin atau lebih buruk lagi senapan,
dia pasti mudah menjatuhkan Stark sebelum Stark bisa mendekat.
Stark melangkah ke depan. Dia tak punya pilihan lain.
"Tak selangkah pun lagi, Stark."
Stark merasakan dinginnya baja gagang senapan menyentuh
belakang lehernya. "Jatuhkan pistolmu atau mati."
Jimbo tahu Stark tak akan melepaskan pistolnya. Tidak sekarang.
Tidak setelah dia memburunya sekian lama dan sekian jauh untuk
akhimya berhasil menemukan dirinya. Bahkan, jika itu berarti
menemukan pistol Cruz"karena dia menganggap Cruzlah yang dia
temukan"menempel di kepalanya dan bukan kebalikannya. Dia
datang mencari mati. Jika itu bukan kematian Cruz, kematiannya pun
juga bisa. "Kalau kau melakukan sesuatu selain menjatuhkan pistol," kata
Jimbo mengatakan apa yang pasti dikatakan Cruz, "aku akan
menghancurkan kepalamu."
Stark melakukan tepat seperti apa yang diperkirakan Jimbo. Dia
berguling ke satu sisi dan berbalik saat terjatuh, sembari
menembakkan kedua pistolnya bahkan sebelum dia bisa membidik.
Jimbo bisa membidiknya dengan tepat setiap waktu. Hatinya tenang,
tangannya tenang dan bidikannya tak dipengaruhi emosi. Dia
PDF by Kang Zusi mengarahkan gagang pistol kaliber 36-nya meleset sedikit ke sebelah
kanan Stark dan menembak kurang dari sedetik sebelum peluru kaliber
44 Stark merobek jantungnya.
"Jimbo!" Kali ini bukan Goro yang berteriak, melainkan Kimi. Terkejut, dia
melompat berdiri dan berlari menuju Jimbo. Anak-anak yang lain
mengikutinya, termasuk Goro dengan tangan masih menutupi mulut.
Tetapi, ketika Stark berdiri, anak-anak itu berhenti dan jatuh berlutut,
membungkuk hormat. Di desa, samurai Lord Genji bilang kepada
semua orang kalau Stark kedudukannya sama dengan seorang
bangsawan dan harus dihormati. Anak-anak itu menempelkan dahi ke
tanah sembari berpelukan dan menangis.
Jimbo tak melihat apa pun kecuali langit dan tak merasakan apa
pun. Awalnya, dia berpikir dia sedang bermeditasi dan jiwanya sedang
meninggalkan tubuh, tepat saat kesadarannya mulai meninggalkan
dunia. Lalu, dia melihat Stark.
Stark berdiri di atas tubuh Cruz. Seakan-akan dia telah
menghabiskan seluruh hidupnya untuk mencari pria itu. Kini, dia telah
menemukannya dan menembaknya. Mata yang memandang balik ke
arah Stark jernih. Tak terlihat rasa sakit di dalamnya.
Jimbo ingin mengatakan kepada Stark kalau keluarganya tak
menderita, dia telah menembak mati mereka dan mereka langsung
mati. Ini yang ingin dia katakan, tetapi peluru merobek jantung dan
paru-paru kanannya sehingga dia tak punya suara lagi. Memang,
begini baiknya. Berdusta kepada Stark justru lebih untuk mengasihani
dirinya sendiri daripada Stark. Stark tak ingin kata-kata darinya, dia
ingin balas dendam dan sudah mendapatkannya.
Kini, semua terserah kepada Stark untuk menemukan apa yang dia
perlukan. Jimbo berharap Tuhan mengampuni Matthew Stark dan juga
dia dilimpahi kasih sayang Buddha, perlindungan dan bimbingan dari
sepuluh ribu dewa. Dia ingin tersenyum, tetapi dia tahu Stark akan
salah paham akan senyum itu. Jadi, dia menyimpan senyum itu di
hatinya. PDF by Kang Zusi Stark mengarahkan pistol kaliber 44-nya ke mata kiri Cruz dan
kaliber 32 ke mata kanannya, dia menembak 3 kali dengan kaliber 44
dan empat kali dengan kaliber 32. Dia pasti akan terus menembak jika
saja pistolnya masih berisi peluru. Tetapi, setelah tiga dan empat
tembakan, pistolnya tak mengeluarkan peluru lagi. Ketika akhirnya dia
berhenti menarik pelatuk, dia melihat sesosok mayat dengan darah dan
tulang hancur, dan wajah tak hcrbentuk. Dia memasukkan pistol
kaliber 44 ke sarungnya dan menyisipkan kaliber 32 ke ikat pinggang,
lalu berjalan pergi. Anak-anak desa tetap membungkuk ke tanah hingga Stark berlalu.
Lalu, mereka serentak berlari ke arah Jimbo, tetapi berhenti mendadak
ketika melihat mayatnya. .
Hanya Goro yang terus mendekat. Dia jatuh berlutut di samping
Jimbo, menjerit dan mengerang. Menggerak-gerakkan tangan dengan
putus asa di atas mayat Jimbo seakan-akan berusaha merangkul se-
suatu yang sudah tak ada lagi di sana.
Kimi berlutut di samping Goro dan merangkulkan tangan ke
bahunya. Dengan mengeraskan hati, dia berusaha menyingkirkan
pemandangan wajah Jimbo yang hancur dan menggantinya dengan ke-
nangan tentangnya dan berusaha melihat pria itu sebagaimana dia akan
mengingatnya. "Jangan menangis, Goro," kata Kimi meskipun dia sendiri juga
menangis. "Ini bukan Jimbo lagi. Dia telah pergi ke Sukhavati, Tanah
Mumi, nanti saat kita ke sana dia akan menyambut kita sehingga kita
tak akan takut. Semuanya indah di Sukhavati."
Kimi yakin memang demikian karena Jimbo mengatakan seperti
itu dan dia tak pernah berbohong kepada mereka. Kimi percaya itu,
tetapi kini dia tak ada di Tanah Mumi, dia masih ada di bumi yang
sedih dan mengerikan ini, dan di sini semuanya tidak indah.
Jimbo telah mati. Kimi dan Goro berpelukan dan menangis.
PDF by Kang Zusi Stark menaiki kudanya. Dia dapat mendengar tangisan anak-anak di
dalam dinding kuil. Dia mendengar mereka dan tak merasakan apa
pun. Tidak lebih baik. Tidak lebih buruk. Sama seperti dahulu, tak ada perasaan apa pun. Dia mengetukkan
tumit boot-nya ke badan kuda dan kudanya menderap pergi. Dan, bumi
tak berbentuk; hampa; dan kegelapan muncul dari kedalaman.
V TAHUN BARU 16. Bangau Yang Tenang "Setahun telah berlalu," kata Emily.
"Aku hampir tak percaya."
"Lebih dari setahun," kata Genji. "Kau datang di tahun barumu,
enam minggu sebelum tahun baru kami."
"Ya, itu benar," Emily tersenyum, geli terhadap dirinya yang mudah
lupa. "Waktu berlalu tanpa kusadari."
"Sandiwara anak-anak saat Natal terlalu menyita perhatianmu," kata
Heiko, "bukan hal yang mengherankan."
"Zephaniah pasti bangga melihatnya," kata Stark. "Generasi muda
yang menjanjikan masa depan Kristen."
Mereka duduk di ruangan besar yang menghadap halaman dalam
Istana Bangau yang Tenang. Rekonstruksi istana itu benar-benar mirip,
setiap pohon, semak, dan kerikil di taman terlihat sama seperti
sebelumnya. Hanya saja, ada sedikit pemandangan berbeda di pojok
PDF by Kang Zusi timur laut, dengan adanya menara yang di atasnya dihiasi salib putih
kecil. Para arsitek Genji telah melakukan pekerjaan dengan baik.
Keinginan Emily membangun kapel dipenuhi, sementara syarat bahwa
tidak boleh mempertunjukkannya secara terus terang kepada masyarakat
Edo juga terpenuhi. Salib itu dapat terlihat dari semua sudut pandang di
istana, tetapi sama sekali tak terlihat dari luar. Penempatan dinding yang
strategis dan pohon-pohon tinggi yang rindang membuat tujuan itu
terpenuhi. Kapel itu tak digunakan untuk misa atau khotbah seperti biasanya.
Emily bukanlah pengkhotbah. Dia terlalu pemalu dan tidak seyakin
pendeta sebenarnya tentang kebenaran eksklusif agamanya. Setahun ini,
dia telah banyak melihat kedermawanan, kasih sayang, kemauan
berkorban, pengabdian, dan nilai-nilai Kristen lain ditunjukkan oleh
mereka yang bukan Kristen sehingga dia meragukan bahwa Tuhan
merencanakan kebenaran eksklusif hanya untuk agamanya. Misteri
Tuhan sangatlah besar, dia berkata kepada dirinya sendiri dan diam-
diam mengucapkan amin. Jadi, Emily tidak berkhotbah, dia mengajar sekolah minggu kepada
anak-anak yang ingin tahu. Orang tua mereka, yang sering merupakan
penganut Buddha dan Jalan Dewa, rupanya tak berkeberatan terhadap
pelajaran dari keyakinan lain. Bagaimana seseorang bisa mempercayai
tiga agama bersamaan merupakan salah satu misteri tak terbayangkan
yang ditemui Emily di Jepang.
Cerita dan hikayat yang dia dongengkan, dengan bantuan
terjemahan dari Heiko, sangat disukai anakanak yang semakin banyak
mengikuti sekolah minggunya. Kemudian, beberapa orang ibu mereka
juga tinggal untuk mendengarkan. Sejauh ini belum ada pria yang
datang. Genji menawarkan diri, tetapi dia menolaknya. Jika Genji
datang, semua pengikutnya akan datang karena kewajiban, dan istri-istri
mereka, selir dan anak-anak, semuanya datang karena merasa
berkewajiban terhadap Genji, bukan karena keinginan mencari Tuhan
dari dalam diri mereka sendiri.
Semua samurai mempraktikkan disiplin sekte Zen, sebuah agama
tanpa ajaran, bahkan tanpa doktrin yang dapat dia pahami, semuanya
PDF by Kang Zusi begitu serius, muram, dan sunyi. Apakah itu benar-benar merupakan
agama" Emily pernah meminta Genji menjelaskannya, dan dia hanya
tertawa. "Hanya sedikit yang bisa dijelaskan. Aku hanya bermain-main
dengannya. Aku terlalu malas untuk menekuninya." kata Genii.
"Apa yang harus dilakukan?" tanya Emily
Genji duduk dengan pose berlipat yang disebut lotus, kedua kakinya
ditekuk dan diletakkan di atas paha yang berlawanan, lalu menutup
matanya.

Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dan, apa yang sekarang yang kini kau lakukan" Menurutku, Anda
tidak melakukan apa-apa."
"Aku melepaskan," kata Genii.
"Melepaskan" Melepaskan apa?"
"Pertama, ketegangan tubuh. Kedua, pikiran. Ketiga, semuanya."
"Untuk tujuan apa?"
"Kau adalah orang asing yang berpikiran Barat," kata Genii, "selalu
memikirkan tujuan. Proses itu sendiri adalah tujuan. Kau duduk. Kau
melepaskan." "Dan setelah melepaskan, lalu apa?"
"Kau melepaskan proses melepaskan tadi."
"Aku tak mengerti."
Genji tersenyum, meluruskan kakinya dan berkata, "Zengen tua
pasti bilang itu awal yang bagus. Aku bukan contoh yang baik, aku tak
pernah bisa berhasil lebih dari melepaskan ketegangan tubuh dan
seringnya bahkan aku tak bisa melakukan itu. Kalau Rahib Tokuken
turun gunung, dia pasti bisa menjelaskan dengan lebih baik. Tetapi, kita
tak bisa yakin. Mungkin dia sudah mendapatkan pencerahan sedemikian
rupa sehingga dia tak lagi bisa membicarakannya."
"Kau kadang mengatakan hal-hal bodoh," kata Emily. "Semakin
besar pencerahan, semakin terang penjelasan yang diberikan, dan
semakin sempurna pemahaman yang diberikan. Itulah mengapa Tuhan
memberikan anugerah bicara kepada kita."
"Zengen pernah berkata kepadaku, pencerahan tertinggi adalah
kesunyian yang paling dalam. Bahkan, kata-kata itulah yang mendorong
PDF by Kang Zusi Tokuken pergi ke gunung, dia mendengar kata-kata itu dan keesokan
harinya dia pergi." "Kapan itu?" "Lima atau enam tahun lalu. Mungkin juga tujuh."
Emily tersenyum sendiri. Dia berpikir, bisa saja dia di Jepang
selama sisa hidupnya dan tetap tak m
engerti. Dia mengangkat kepala
dan melihat Genji tersenyum kepadanya. Mungkin tak begitu penting
untuk paham. Mungkin yang lebih penting adalah peduli.
"Selamat pagi, Tuan." Hide membungkuk di depan pintu. Hanako,
membungkuk di belakangnya, menggendong putra mereka yang baru
lahir. "Apakah kau sudah menamainya?" kata Genji.
"Ya, Tuan. Kami memanggilnya Iwao."
"Nama yang bagus," kata Genji. "`Kukuh seperti batu'. Mungkin
memang begitu, seperti ayahnya."
Hide membungkuk, malu menerima pujian itu. "Ayahnya dungu
seperti batu. Hamba harap putranya akan sedikit lebih pintar."
"Boleh aku menggendongnya?" kata Heiko.
"Silakan," kata Hanako.
Dia bergerak dengan luwes dan anggun sehingga hilangnya lengan
kirinya hampir tak terasa. Justru yang terasa adalah kelembutan di setiap
tindakannya. Menurut penglihatan Heiko, kehilangan lengan kirinya
justru menambah sifat kewanitaan Hanako, bukan menghilangkannya.
Heiko berkata, "Benar-benar anak yang tampan. Dia pasti akan
membuat banyak gadis patah hati nanti."
"Oh, tidak," kata Hanako, "hamba tak memperbolehkannya. Dia
hanya akan jatuh cinta sekali, dan dia akan setia dari awal sampai akhir.
Dia tak akan mematahkan hati siapa pun."
"Hide, panggil ahli sejarah klan kita," kata Genji. "Putramu rupanya
akan menjadi orang pertama dan terakhir yang bersikap seperti itu."
"Anda boleh menertawai saya," kata Hanako, sambil tertawa juga,
"tetapi, saya tidak melihat ada yang kurang pada hati yang sederhana
dan tulus." PDF by Kang Zusi "Itu karena kau beruntung," kata Heiko, "mendapatkan kasih sayang
dari orang yang seperti itu."
"Hamba sama sekali tak layak dipuji seperti itu," kata Hide.
"Kecenderungan dan kebiasaan hamba menjurus pada kemalasan,
ketidakjujuran, dan boros. Perilaku saya lebih baik dari itu hanya karena
saya tak lagi punya kebebasan untuk bertindak buruk."
"Itu gampang saja," kata Genji. "Tinggal bilang dan aku akan
segera mem-bubarkan pernikahan yang tidak nyaman ini."
Hide dan Hanako saling berpandangan dengan hangat.
Hide berkata, "Saya takut itu sudah terlambat. Hamba telanjur
sudah terbiasa dikekang."
Stark berkata kepada Emily, "Bolehkah aku mengucapkan selamat
ulang tahun padamu sekarang Emily karena aku tak akan ada di sini saat
itu?" "Terima kasih, Matthew." Emily terkejut Stark ingat ulang
tahunnya. "Waktu berjalan begitu cepat, tak lama lagi aku pasti menjadi
perawan tua." Emily mengatakan itu dengan manis, tidak mengharapkan
pujian atau penyangkalan, tetapi sebagai sesuatu yang dia tunggu-
tunggu. Semakin cantik seorang wanita, semakin banyak yang hilang
seiring bergantinya musim. Di sini, di Jepang, dia akhimya tak dianggap
sebagai wanita cantik sehingga dia tak perlu menyesali kehilangan
kecantikan itu. Heiko berkata, "Kau masih jauh untuk menjadi seorang perawan
tua. Delapan belas justru merupakan awal kewanitaan, waktu mekar
pertama kalinya." Genji berkata, "Kami punya pepatah. Bahkan teh murah pun terasa
enak saat diseduh pertama kali. Bahkan, anak tukang sihir pun terlihat
cantik di usia delapan belas."'
Emily tertawa. "Wah. Lord Genji, saya tak tahu apakah saya harus
gembira dengan pujian Anda itu.'
"Kukira, pepatah itu tak tepat mengilustrasikan maksudku, ya?"
Heiko melihat cara Emily memandang Genji, matanya yang
tersenyum, kulitnya yang bercahaya bahwa gadis itu tidak tersinggung.
"Bolehkah kuambil Iwao?" kata Hanako.
PDF by Kang Zusi "Tentu," kata Heiko mengembalikan putra Hanako yang dia
gendong. "Sejauh mana Anda akan pergi?" tanya Hanako
"Belum diputuskan," kata Heiko. "Kupikir, mungkin, San
Francisco, untuk sementara. Setidaknya sampai perang saudara di
Amerika berakhir." "Betapa menyenangkan. Juga betapa menakutkan. Hamba tak bisa
membayangkan tinggal di luar Jepang."
"Aku juga tak bisa membayangkannya," kata Heiko. "Untungnya,
aku akan mengalaminya sehingga aku tak perlu lagi membayangkan."
"Sungguh sebuah kehormatan," kata Hanako, "bahwa Lord Genji
telah memilih Anda menjadi mata dan telinganya di seberang laut."
"Ya," kata Heiko. "Benar-benar kehormatan yang besar."
Terngiang pembicaraannya dengan Genji.
"Amerika" Mengapa aku harus pergi ke Amerika?"
"Karena aku tak memercayai orang sepenuh aku percaya
kepadamu." "Maafkan hamba mengatakan ini, Tuanku, tetapi jika pengasingan
merupakan penghargaan atas kepercayaan itu, akan lebih menyenangkan
jika hamba tak terlalu dipercaya."
"Kau tidak diasingkan."
"Hamba dicabut dari tanah air, harus menyeberangi laut ke tanah
barbar tempat cara dan adatnya sama sekali tak hamba ketahui. Kalau
itu bukan pengasingan, apa lagi?"
"Persiapan untuk masa depan. Aku mengalami pertanda. Dalam
waktu dekat, semua akan berubah. Anarki dan pemberontakan akan
menghancurkan tradisi yang telah kita ikuti selama dua ribu tahun. Kita
harus punya tempat untuk mengungsi. Itu adalah tugasmu. Menemukan
tempat itu." "Genji, kalau kau tak lagi mencintaiku, katakan saja. Tak perlu
mengarang kebohongan seperti itu."
"Aku cinta padamu. Aku akan selalu mencintaimu."
"Kata-kata dan tindakanmu tidak sejalan. Seorang pria tak akan
mengirim wanita yang dicintainya untuk pergi ke belahan dunia lain."
PDF by Kang Zusi "Dia pasti melakukannya kalau dia bermaksud bergabung
dengannya." "Kau akan meninggalkan Jepang" Mustahil. Kau adalah seorang
Bangsawan Agung. Kau bahkan mungkin suatu saat menjadi Shogun.
Kau tak bisa pergi."
"Berapa banyak hal mustahil yang telah terjadi," kata Genji,
"dialami dalam setiap pertanda oleh setiap ahli waris Okumichi. Terlihat
mustahil memang, tetapi dapatkah kita meragukannya" Kau akan ke
Amerika, dan suatu hari nanti aku akan menyusul."
"Kapan hari itu datang?"
"Aku tak yakin. Mungkin pertanda lain akan memberiku petunjuk."
"Aku tak memercayaimu."
"Setelah semua yang kita alami, bagaimana kau masih bisa
meragukanku" Mengapa aku memintamu pergi kalau bukan demikian
kenyataannya" Mengapa aku meminta Stark membimbing dan
melindungimu" Mengapa aku menitipkan harta emas dalam jumlah
banyak kepadamu" Heiko, meski terlihat aneh, satu-satunya penjelasan
adalah yang aku katakan kepadamu. Ini adalah bukti cintaku, bukan se-
baliknya." Heiko patuh. Apa lagi yang dapat dia lakukan" Dia yakin Genji
masih mencintainya. Heiko bisa melihat di mata Genji dan merasakan
dalam sentuhannya. Tetapi, dia berdusta kepadanya. Tentang apa dan
mengapa" Sejak dia pergi bertemu Kawakami sebelum pertempuran di
Mushindo, sesuatu telah berubah. Apa yang telah dikatakan Kawakami"
Genji mengatakan, Kawakami tak mengatakan hal khusus, hanya meng-
undangnya untuk bertemu untuk mengolok-olok dirinya. Itu pasti tak
benar. Kawakami pasti telah mengatakan sesuatu. Tetapi apa"
Emily berkata, "Bukankah kau dari Texas, Matthew?"
"Benar." "Kalau begitu, apakah kau akan ikut perang kalau kembali pulang
nanti?" PDF by Kang Zusi "Dia tak bisa berperang," kata Genji, "setidaknya tidak segera. Dia
harus mendiri-kan sebuah perusahaan dagang dan mengurusnya sebagai
perwakilan kita di sana."
"Aku tak akan ikut perang," kata Stark. "Aku kecil di Ohio dan
besar di Texas. Bagaimana mungkin aku memilih salah satu pihak."
"Aku senang," kata Emily, "kau tak akan berperang membela
perbudakan." "Tuanku." Seorang samurai berlutut di pintu. "Pembawa pesan dari
pelabuhan telah tiba. Air pasang pagi hari sudah mulai menyurut. Kapal
harus segera berangkat."
"Masih tergantung pada pasang," kata Genji.
"Tapi tak lama lagi," kata Stark. "Kapten McCain mengatakan
padaku Bintang Bethlehem akan dilengkapi dengan mesin uap setibanya
di San Francisco nanti."
"Mesin uap mungkin membebaskan kapal," kata Genji, "tetapi tidak
hati kita. Seperti matahari dan bulan, kita selamanya terikat pada
gravitasi laut." "Bukankah sebaliknya yang benar?" tanya Emily. "Laut bereaksi
terhadap pergerakan matahari dan bulan?"
"Bagi kami justru kebalikannya yang benar," kata Genji, "dan akan
selalu begitu." Heiko, Hanako, dan Emily menuangkan sake untuk para pria. Lalu
Genji, Hide, dan Stark menuangkan sake untuk para wanita. Mereka
mengangkat cangkir bersama-sama untuk terakhir kalinya.
"Semoga air pasang membawa kalian maju," kata Genji, melihat
langsung ke mata Heiko, "dan air pasang kenangan membawamu
kembali. 17. Orang-Orang Asing Emily berdiri di sebelah Genji di depan jendela yang membuka ke
arah Teluk Edo. Kapal Bintang Bethlehem masih dapat terlihat, hampir
tertelan cakrawala. PDF by Kang Zusi "Kau akan sangat merindukannya," kata Emily
"Aku tahu, dia akan menemukan kebahagiaan ke mana pun dia
pergi," kata Genji, "jadi, aku bahagia untuknya."
Tiga puluh pengikut Genji berpakaian hitam, menyamar sebagai ninja.
Dia bisa mengenali Hide dan Taro karena dia mengenali keduanya
dengan baik, dan dia mengenali beberapa orang lain dari kudanya. Di
balik sapu tangan yang menutupi identitasnya, Genji meringis.
Bagaimana pepatah yang mengatakan tentang seorang pemimpin, yang
mengatakan bahwa pemimpin lebih bisa mengenali seekor kuda
daripada pengikutnya sendiri" Mungkin, jika pemimpin itu seorang
komandan kavaleri, pepatah itu punya arti yang baik, dan tidak buruk.
Mungkin. "Hanya ada satu jalan keluar yang mudah dari desa itu," kata Genji.
"Jangan menghalanginya. Biarkan mereka mendatangi kalian. Awasi
kalau-kalau ada yang berusaha lari lewat perbukitan. Empat puluh satu
pria dan anak laki-laki, dan 68 wanita dan anak perempuan. Semuanya
harus dihitung. Kalian mengerti?"
"Ya, Tuanku." Para samurai itu membungkuk. Tak seorang pun
bertanya mengapa mereka menyamar. Tak seorang pun menyatakan
keheranan mengapa junjungan mereka menaruh perhatian terhadap desa
eta miskin di wilayah Hino. Tak seorang pun menanyakan mengapa
junjungan mereka sendiri yang memimpin serangan. Mereka mengerti
apa yang diharuskan untuk dimengerti, yaitu bahwa mereka akan
memasuki desa itu dan membunuh semua orang. Jadi mereka berkata,
"Ya, Tuanku." dan mem-bungkuk patuh.
"Kalau begitu, ayo kita mulai."
Dengan pedang terhunus, Hide dan lima belas samurai memacu
kuda memasuki desa. Derap kaki kuda yang mereka naiki,
membangunkan orang-orang desa yang belum terbangun oleh
munculnya sang fajar. Namun, ada juga beberapa orang yang sudah
bangun dan mulai melakukan pekerjaan mereka. Orang-orang ini
langsung ditebas seketika, sedangkan sebagian besar yang lain dibunuh
PDF by Kang Zusi di depan pintu tepat saat mereka baru akan keluar rumah. Ketika mereka
sampai di ujung desa, anak buah Hide turun dari kuda dan kembali ke
tengah desa, membunuh setiap orang yang ditemui. Sementara samurai
yang lain mendekati pinggir desa dengan berjalan kaki atau melingkari
batas desa untuk menangkap siapa saja yang mencoba lari.
Genji tidak ragu-ragu. Dia juga membunuh bersama para
pengikutnya. Dia mem-bunuh para pria yang mencoba melawan dengan
peralatan pertanian, dan dia mem-bunuh mereka yang mencoba lari. Dia
masuk dari gubuk ke gubuk dan membunuh anak-anak yang sedang
tidur di ranjang, dan ibu-ibu yang mencoba melindungi bayi-nya,
sekalian dengan sang bayi. Dia memandang setiap wajah yang telah dia
bunuh dan tidak menemukan apa yang dicarinya.
Mungkin Kawakami berbohong. Dan, begitu banyak orang yang
harus mati karena itu menyakitkan Genji, tetapi dia tahu sakitnya akan
lebih besar jika Kawakami ternyata mengatakan yang sebenarnya.
Harapan bahwa rasa sakitnya akan berkurang semakin meningkat ketika
dia masuk ke gubuk terakhir di tengah desa.
Hide sudah ada di dalam. Dia memandang seorang wanita yang
berpelukan ketakutan dengan anak perempuannya. Mereka memeluk
bayi yang mengoceh gembira. Seorang pria muda berdiri melindungi di
depan mereka memegang alat penebah. Sementara pria yang lebih tua,


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sang kepala keluarga, terbaring mati di bawah kaki mereka.
"Tuanku," Hide berkata, matanya yang terkejut berpaling dari
wajah kedua wanita itu ke Genji.
Genji tak bisa menguatkan diri untuk langsung melihat wanita yang
lebih muda. Mata Hide memberi tahu apa yang akan dilihatnya. Genji
memandang mayat pria tua itu, bertanya-tanya apakah ada kemiripan
tekad Heiko dengan tekad pria tua itu yang ditunjukkan oleh katupan
rahangnya. Genji merasa melihat kemiripan itu.
Dia mendengar ada orang lain yang masuk ke gubuk di belakang
punggungnya dan berhenti tibatiba.
Terdengar suara Taro, "Tuanku." Terdengar nada terkejut yang
sama di suaranya seperti di suara Hide tadi.
PDF by Kang Zusi Genji tak bisa menghindar lagi. Dia memaksa diri untuk
memandang ke depan dan melihat kehancurannya sendiri.
Di wajah wanita yang lebih tua, meskipun kabur masih terdapat
refleksi wajah Heiko yang mengintip ketakutan, tetapi refleksi
dikaburkan oleh bertahun-tahun hidup dalam kemiskinan dan kerja
keras. Wanita muda yang memeluknya jelas anaknya. Kecantikannya
yang masih kasar, kemudaannya, semua mengingatkan pada kecantikan
yang lebih halus dan anggun yang sangat dikenali Genji. Pria muda
yang mencoba melawan dengan tongkat penebah itu pastilah suaminya,
dan bayi itu adalah anak mereka. Ibu Heiko, kakak perempuannya, ke-
ponakan, dan saudara ipar. Terbaring di tanah itu adalah ayah Heiko.
Dan di suatu tempat, di bagian lain tempat pembantaian ini, Genji tahu
dia akan menemukan dua kakak laki-laki Heiko.
"Tuanku," kata Taro lagi.
Genji berkata, "Jangan biarkan seorang pun masuk ke gubuk ini."
"Ya, Tuanku," kata Taro dan Genji mendengarnya melangkah
keluar. "Kau ikut dia," kata Genji.
"Hamba tak akan meninggalkan Anda sendiri," kata Hide.
"Pergi," kata Genji. Dia tak ingin seorang pun melihat
kejahatannya. Biarkan peristiwa ini menjadi sebuah hal yang akan
membawa malu baginya seumur hidup.
"Hamba tak akan pergi, Tuanku," kata Hide, dan bergerak tiba-tiba,
dia menebas pria muda itu dengan satu gerakan. Sebelum Genji bisa
bereaksi, gerakan cepat pedang Hide menjatuhkan dua wanita itu, lalu
tanpa sedikit pun rasa ragu dia menggorok leher sang bayi.
"Taro," panggil Hide.
Taro melangkah masuk. "Ya?"
"Antarkan Lord Genji ke kudanya dan temani beliau menuju tempat
kita berkumpul. Aku akan menyelesaikan tugas ini bersama yang lain."
Taro membungkuk, "Saya akan melakukannya."
Tersaruk-saruk Genji melangkah keluar ke cahaya pagi. Dia
hampir-hampir tak sadar apa yang dia lakukan atau ke mana dia akan
pergi. PDF by Kang Zusi "Tuanku?" Taro mencoba membimbingnya menuju kudanya.
"Tidak." Genji berdiri dan mengamati saat Hide mencari di antara
mayat, hati-hati mengamati wajah mereka. Dia menunjuk ke dua mayat
lelaki. Genji tahu keduanya pasti kakak laki-laki Heiko. Kedua mayat
itu diseret ke gubuk yang baru saja ditinggalkan Genji dan gubuk itu
lalu dibakar. Baru setelah semua mayat dihitung dan mayat-mayat
tersebut beserta seluruh desa terbakar api, Genji dan pengikutnya
kembali menaiki kuda mereka dan menderap pergi.
Apakah rasa bersalah Genji berkurang karena Hide telah
mencegahnya melakukan pembunuhan" Tidak. Memang, pedang Hide
yang membunuh mereka, tetapi Genjilah yang punya niat. Dan, apa
yang telah dia capai" Bukti hidup memang sudah tak ada. Tetapi, itu
tidak menjamin rahasia Heiko akan tetap tersimpan. Mungkin ada orang
lain yang tahu, di desa lain. Beberapa keluarga Kawakami yang masih
hidup mungkin pernah mendengar satu atau dua selentingan saat acara
minum sake dan memandang bulan bersama Kawakami. Membunuh
keluarga eta itu memang perlu, tetapi dia tak bisa membunuh lagi untuk
menjamin keamanan rahasia Heiko, bahkan jika dia mem-bunuh
setengah bangsa Jepang. Satu-satunya tempat yang aman bagi Heiko
adalah di luar Jepang. Kebenaran tak akan mengikutinya sejauh itu, dan
kalaupun kebenaran itu akhimya terungkap, tak akan ada artinya lagi.
Di Amerika, hanya sedikit orang yang tahu keberadaan negara
Jepang, apalagi eta. Genji tak menyangkal merindukan Heiko. Apakah Emily berharap pria
itu akan merindukan Heiko" Emily tak bisa menebak apa yang ada
dalam pikiran Genji. Masih ada senyum di bibirnya, tentu, senyum itu
selalu ada di sana. Tetapi, apakah ada setitik kesedihan di matanya. Pasti
ada Emily merasakan hatinya tiba-tiba terasa sedikit perih. Dia berharap
itu bukan cemburu. Apa yang sebenarnya dia rasakan" Heiko telah
menjadi teman terbaiknya di Jepang dan benar-benar teman sejati.
Emily akan sangat kehilangan dia, meskipun apabila Heiko terus berada
di Jepang, perasaannya yang sudah rumit akan menjadi semakin rumit
PDF by Kang Zusi dan kompleks. Cinta sudah cukup berat diperjuangkan, saat cinta itu
mudah dan sederhana, seperti cinta Hide dan Hanako. Tetapi, betapa
berat cinta itu jika dua orang wanita jatuh cinta kepada pria yang sama,
dan kedua wanita itu berteman baik. Bukan berarti ada persaingan di
antara mereka berdua, atau bahkan sedikit isyarat bahwa Heiko dan
Genji tahu perasaan Emily. Emily tak pernah menjadi pertimbangan.
Dia adalah orang asing, besar mengerikan, dan dilihat pun tak
menyenangkan. Dia tak akan dicintai. Tetapi, bukankah dia bebas
memberikan hatinya meski orang lain tak akan tahu" Itu sudah cukup.
Benarkah" Atau, sebenarnya Emily berharap dilihat dan dianggap
sebagai wanita cantik lagi sebagaimana saat dia di Amerika" Kadang dia
berharap itu terjadi, tak peduli rasa sakit yang akan timbul, hanya jika
Genji juga menganggapnya cantik.
"Bagaimana kaubisa yakin?" tanya Emily. "Kebahagiaan tak selalu
bisa didapat setiap orang."
"Hanya perasaanku saja," jawab Genji.
"Perasaan. Kuharap kau tidak mengatakan telah memimpikan
kebahagiaan Heiko." "Tidak. Aku tak akan bermimpi lagi, setidaknya bukan jenis mimpi
seperti yang kau maksud."
"Kau benar-benar menerimanya?" pertanyaan itu diucapkan Emily
dengan semangat. Kalau Genji mau menghapus semua kepura-puraan
mengenai kemampuan meramalnya, berarti dia semakin dekat pada
keselamatan. "Yah," kata Genji, "aku akan bermimpi sekali lagi. Apakah kau
memper-bolehkannya?"
Emily merengut dan melengos. "Itu tak ada hubungannya apakah
saya mem-bolehkan atau tidak, Anda juga tahu itu. Dan tolong jangan
tersenyum. Saya sama sekali tak merasa terhibur dengan hujatan
terhadap Tuhan seperti itu."
Senyum Genji tak hilang. Tetapi dia berhenti bicara, dan setelah
diam beberapa saat, Emily menyesali nada keras yang dia gunakan
untuk menegur Genji. Sikap Genji terhadap agama memang sama sekali
tak serius. Jika semua pelindung agama Kristen di Jepang seperti dia,
PDF by Kang Zusi dalam waktu tak berapa lama Firman Sejati pasti hanya menjadi salah
satu sekte Buddha atau Jalan Para Dewa, akibat kecerobohan
penerimaan. Ini mengganggunya, tak sebesar dahulu memang tetapi
tetap saja merisaukan. Ketika Emily memikirkan Genji, agama bukan
lagi hal pertama yang menjadi pertimbangan-nya.
"Apakah kau masih bisa melihatnya?" tanya Genji.
"Ya, kurasa bisa," kata Emily. "Di sana." Kilasan putih di pinggir
cakrawala. Layar di tiang Bintang Bethlehem. Atau, mungkin percikan
air dari gelombang nun jauh di sana.
Kapan dia jatuh cinta pada pria itu dan mengapa" Bagaimana
mungkin dia me-lakukan sesuatu yang begitu bodoh, begitu tak
berpengharapan, dan pasti berakhir dengan kesedihan"
"Tuanku," Taro membungkuk di depan pintu.
"Ya?" "Hamba menyesal memberitahukan bahwa baru saja terjadi insiden
di Yokohama pagi tadi."
"Insiden seperti apa?"
"Beberapa samurai Lord Gaiho melontarkan ejekan. Dan orang-
orang kita merasa wajib untuk merespons."
"Dengan ejekan juga?"
"Tidak, Tuanku. Dengan pedang. Lima orang kita terluka, tak ada
yang serius." "Begitu banyak" Apakah keahlian para samurai kita sudah sangat
menurun dalam waktu singkat?"
"Tidak, Tuanku." Untuk pertama kalinya sejak dia memulai
laporan, Taro terlihat senang. "Tujuh dari samurai Lord Gaiho tewas,
dan jumlah yang sama juga akan segera menyusul, berkat luka-luka
mereka." "Siapa yang menyelidiki itu?"
"Hamba, Tuanku. Segera setelah konfrontasi."
"Jadi, kau juga di Yokohama," kata Genji. "Tetapi, terlambat untuk
mencegah ter-jadinya kekerasan."
PDF by Kang Zusi "Tidak, Tuanku," Taro membungkuk dalam-dalam. "Hamba ada di
sana saat konfrontasi terjadi. Hamba sendiri yang menebaskan pedang
pertama." Genji berkerut. "Itu mengecewakan. Kau pasti tahu kalau
ketenangan Shogun akan terusik melihat tanda-tanda kekacauan di
depan para orang asing."
"Ya, Tuanku." "Kau juga tahu kalau Yokohama banyak dihuni orang asing, baik
yang menetap maupun sekadar berkunjung."
"Ya, Tuanku." "Lalu?" "Penghinaan yang dilontarkan tak bisa ditoleransi." Mata Taro
sekejap terarah ke Emily. "Hamba kira, hamba telah meresponsnya
dengan pantas." "Begitu," kata Genji. "Ya, kurasa kau benar. Kau bisa memberikan
laporan lengkapnya padaku nanti. Sementara itu, pergilah melapor ke
Lord Saiki. Kita pasti akan menerima teguran dari Shogun. Saiki harus
menyiapkan balasan formal secara tertulis."
"Ya, Tuanku." "Ingatlah untuk berbicara keras dan jelas. Pendengaran Lord Saiki
tak sebaik sebelum terjadi ledakan di Kuil Mushindo."
"Ya, Tuanku." Taro tersenyum. "Atas saran Hide, kami telah mulai
mengganti laporan lisan dengan laporan tertulis."
"Bagus sekali. Sampaikan penghargaanku kepada Hide. Dan Taro,
terima kasih telah mempertahankan kehormatan wanita ini."
"Tidak perlu berterima kasih, Tuanku." Taro membungkuk ke arah
Emily. "Dia adalah orang asing yang telah diramalkan."
Ketika Taro telah pergi, Emily bertanya, "Kenapa dia membungkuk
padaku?" "Apa benar begitu?"
"Ya. Kelihatannya begitu."
"Kukira dia senang melihatmu, itu saja."
"Kurasa tidak," tukas Emily Intuisinya mengatakan dia adalah salah
satu subjek pembicaraan mereka. Dia memang tidak mendengarkan
PDF by Kang Zusi namanya-Eh-meh-ri-tetapi Taro tadi memandang kepadanya saat bicara,
sementara Genji justru berusaha tidak memandangnya. "Aku
menyebabkan masalah lagi, bukan?"
"Bagaimana mungkin?" Genji tersenyum polos. "Kau tidak
melakukan apa-apa, bukan?"
"Keberadaanku sendiri sudah merupakan masalah."
"Jangan bodoh, Emily. Itu tidak benar dan kau harusnya tahu itu."
"Tolonglah. Aku bukan anak-anak seperti anggapanmu."
"Aku tidak menganggapmu sebagai anak-anak."
"Aku tahu sentimen anti asing sangat tinggi. Aku takut, aku
menjadi beban berat bagimu. Tolong katakan padaku. Apa yang
terjadi?" Genji memandang wajah Emily dan menemui ekspresi polos dan
mengharap di wajah itu. Dia menarik napas panjang. Sangat sulit
baginya untuk berdusta kepada Emily meski untuk kebaikan Emily
sendiri. "Beberapa pengikut ceroboh dari seorang bangsawan yang tidak
menyukaiku melontarkan ejekan. Terjadi sedikit argumentasi. Beberapa
pengikutku terluka, tak ada yang parah, menurut Taro."
"Dan bagaimana dengan pengikut bangsawan itu?"
"Jumlah mereka menjadi lebih sedikit siang ini daripada pagi tadi."
"Oh, tidak." Emily menundukkan dan menangkupkan kedua tangan
ke wajah. "Itu sama saja dengan aku membunuh mereka."
Genji duduk di kursi di sebelahnya. Dia duduk tegak di pinggir
kursi seperti yang telah dia pelajari dan tidak langsung bersandar seperti
dahulu. Organ-organ tubuhnya terasa lebih baik dan tetap berada di
tempatnya jika dia duduk tegak, tidak saling berdesakan seperti saat dia
bersandar. Dia meletakkan tangan ke bahu Emily "Kau terlalu
membebani dirimu sendiri, Emily"
Begitu dia merasakan sentuhan Genji, Emily langsung menangis.
"Benarkah" Jika saja aku tak di sini, tidak akan ada ejekan yang
dilontarkan tentang aku, dan tak seorang pun dari pengikutnya merasa
berkewajiban melakukan sesuatu untuk melindungiku. Bagaimana
mungkin aku yakin aku tak ikut bertanggung jawab?"
PDF by Kang Zusi "Jika kau tak di sini, kami pasti menemukan alasan lain untuk
saling membunuh. Kami selalu begitu sejak dulu."
"Tidak. Aku tak akan terbuai dengan dusta dan kebohongan seperti
itu." Dengan usaha keras, Emily berhenti menangis, meskipun dia tak
bisa berhenti gemetar. Dia memandang lurus ke Genji dan mengatakan
kenyataan yang dia tahu benar, tetapi dia berharap tak mengatakannya.
"Aku seharusnya tidak boleh dekat-dekat denganmu."
Genji memandang Emily dengan serius selama beberapa saat.
Akhirnya, dia mengangguk dan berkata, "Kau benar. Aku heran kenapa
aku buta selama ini. Solusinya sangat jelas dan mudah. Untuk meng-
hindari tindak kekerasan yang lebih lanjut, kau harus segera pergi. Tidak
hanya meninggalkan istana ini, tidak hanya meninggalkan Edo, tetapi
meninggalkan Jepang. Kalau saja aku melihat kenyataan itu lebih cepat,
kau bisa saja naik Bintang Bethlehem pagi ini bersama Heiko dan
Matthew. Tak apa. Aku akan segera membuat pengaturan agar kamu
bisa naik kapal uap berikutnya. Kau akan tiba di Honolulu sebelum
mereka dan saat mereka tiba kau akan bergabung dengan mereka dalam
perjalanan ke San Francisco. Begitu kau pergi, akhirnya kami pasti akan
mendapatkan kedamaian." Genji berdiri dan melangkah cepat ke pintu.
Sesampai di pintu, dia berhenti dan berpaling kepada Emily. Emily
memandangnya terpana. Genji tertawa.
"Kau sadar sekarang betapa bodohnya pemikiranmu tadi" Kami
orang Jepang telah saling membunuh selama seribu tahun sebelum kau
datang. Karena ada seorang samurai yang menginjak bayangan samurai
lain. Karena seorang geisha yang melayani bangsawan lain sebelum
bangsawan satunya. Karena leluhur seseorang mengkhianati leluhur
orang lain sepuluh generasi lalu. Percayalah, kalaupun kami tak punya
pendapat tentang warna matamu sebagai alasan membunuh, kami tak
akan kehabisan alasan lain."
Efek perkataannya terhadap Emily ternyata malah mengejutkan
Genji. Emily berkedip beberapa kali, lalu menangis mengguguk dan
tersedu-sedan begitu pilu, tak bisa dibandingkan dengan kesedihannya


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tadi. PDF by Kang Zusi "Emily." Genji duduk kembali di samping Emily. Dia mengulurkan
tangan, menyentuh dagu Emily dan mencoba mengangkat wajahnya.
Tetapi, Emily berpaling dan terus menangis. "Jika aku telah mengatakan
sesuatu yang salah, maafkan aku. Aku hanya bermaksud menunjukkan
kepadamu, dengan sedikit membesar-besarkan, kalau kepergian-mu dari
sini pun bukan solusi untuk menghentikan kekerasan ini."
Di antara sedu sedannya, Emily berkata, "Aku sangat bahagia di
sini." "Kau tidak terlihat bahagia."
"Tuanku." Hanako berlutut di depan pintu.
"Ah, Hanako, masuklah. Aku benar-benar bingung."
Begitu mendengar Genji menyebut Hanako, Emily mengangkat
wajahnya. Dia berlari ke Hanako dan memeluknya erat sembari
menangis. Genji bergerak mendekati mereka, tetapi Hanako
menggelengkan kepala. "Hamba akan mengurusnya," kata Hanako dan membimbing Emily
keluar ruangan. Genji berdiri terdiam, sendiri dan terpana. Ini bukannya sulit
dimengerti, tetapi mustahil dimengerti.
Dia duduk di sebuah kursi, langsung kembali berdiri, dan pergi ke
jendela, tak memperhatikan apa pun yang dilihatnya, lalu duduk di
tatami di lantai. Mungkin dengan bermeditasi dia bisa mendapatkan ke-
jelasan. Tetapi, dia tak bisa melepaskan kegelisahan pikiran yang
menghantuinya. Dia bahkan tak bisa melepaskan ketegangan di otot-otot
tubuhnya. Kalau tubuh saja tak bisa dia kontrol, bagaimana dia bisa
berharap dapat mengontrol mentalnya" Dia tak bisa bermeditasi. Jadi,
dia berdiri dan tak tahu harus melakukan apa.
Ketika Heiko pertama kali melontarkan kemungkinan itu"bahwa
Emily akan menjadi ibu dari anaknya, yang menjadi halangan paling
utama adalah perasaannya sendiri, atau ketiadaan perasaannya terhadap
Emily Seorang pria tak perlu mencintai seorang wanita untuk punya
PDF by Kang Zusi anak dengan wanita itu. Yang dibutuhkan hanyalah ketertarikan seksual,
dan dia sama sekali tak punya ketertarikan seksual terhadap Emily.
Lalu, tiba-tiba tanpa bisa dia mengerti, ketertarikan itu muncul.
Persepsinya tentang proporsi tubuh Emily tetap tak berubah.
Bagaimana bisa" Tubuh Emily sangat terasa keberadaannya, payudara
yang terlalu besar dan tidak sesuai dengan keseimbangan estetis, ping-
gang begitu kecil yang mencekik pertengahan tubuhnya sehingga
menghambat aliran ki yang sehat, tubuh yang terlalu pendek dan kaki
yang terlalu panjang, pinggul terlalu lebar dan pantat yang terlalu
menonjol dan bulat. Dia tak bisa membayangkan bentuk tubuh yang
sangat tidak seimbang dan besar itu bisa memakai kimono. Dan,
meskipun anggota tubuh Emily yang kebesaran itu bisa diikat dan
ditekan, warna dan pola kimono seperti apa yang bisa mengalihkan
perhatian orang dari warna rambut emasnya yang terlalu menonjol" Tak
mungkin Emily bisa mengenakan kimono Jepang dengan elegan.
Selain itu, juga ada masalah tinggi tubuhnya, kalau mau
menghitung berbagai kekurangan Emily yang lain. Dia tidak lebih
pendek sekepala dari Genji, yang merupakan tinggi ideal seorang
wanita, seperti Heiko. Tetapi, tinggi Emily sama dengan tinggi Genji.
Ketika dia memandang Genji, dia tidak perlu menengadah. Dia
langsung bisa menatap matanya dengan mata birunya yang
memusingkan kepala itu. Namun, seiring berlalunya waktu, Genji merasakan dirinya semakin
menginginkan Emily, bukan karena bentuk tubuhnya"dia belum segila
itu"tetapi di balik semua kekurangan fisiknya, hati Emily telah berhasil
mempesonanya. Hati yang sangat terbuka, siap untuk melihat semua
yang baik, dan sama sekali tak kenal yang buruk, begitu tak berdosa dan
polos, tanpa tipu muslihat dan manipulasi, sehingga juga membuka
hatinya. Dengan Emily, Genji tak perlu berpura-pura dan menjaga
dirinya, dia bisa menjadi dirinya sendiri sebagaimana Emily juga
menjadi diri sendiri, langsung bebas mengemukakan pikiran dalam kata-
kata tanpa perlu berpura-pura atau memolesnya. Genji menginginkan
Emily karena dia mencintai wanita itu tak peduli bagaimana penampil-
PDF by Kang Zusi annya. Dia mencintai Emily karena dia bisa menjadi diri sendiri saat
bersamanya. Dia mencintainya. Kesadaran ini merupakan kejutan terbesar dalam hidupnya.
Bagaimana ini bisa terjadi" Dengan ramalan yang telah
memperingatkannya, Genji seharusnya tahu sejak kapan ini terjadi,
tetapi dia tak tahu. Bahkan sekarang, dengan mengingat berbagai
peristiwa yang telah dia alami dengan Emily, dia tak bisa menyebutkan
di mana atau peristiwa yang membuatnya jatuh cinta.
Meski setelah mengakui bahwa hal yang mustahil akhirnya terjadi
juga kepada-nya, Genji masih berharap interpretasi Heiko terhadap
ramalan itu salah. Tak peduli apakah Genji tertarik kepada Emily atau
tidak, pastinya Emily tak tertarik kepadanya. Gadis itu adalah seorang
misionaris Kristen yang hampir mengabdikan seluruh dirinya untuk
menyebarkan ajaran agamanya. Satu halangan telah hilang, tetapi ha-
langan lain, yang lebih besar dari penolakannya masih ada.
Tetapi kemudian, halangan itu juga hilang. Perasaan Emily yang
berusaha dia tutupi, akhirnya terlihat juga. Bahkan, anak umur tiga
tahun yang ada di istana ini lebih pintar bersandiwara daripada dirinya.
Harapan terakhir Genji adalah Stark. Dengan menggantikan tunangan
Emily, Pendeta Cromwell, Stark pernah mengajukan diri sebagai bakal
suami Emily Tetapi, harapan ini juga dikecewakan. Stark tidak akan
menikahi Emily. Begitu dia selesai membangun rumah misi, dia akan
kembali ke Amerika. Jimbo"yang dia kenal dengan nama Ethan Cruz
sudah mati. Tidak ada lagi yang bisa menahannya untuk tinggal di
Jepang. Stark memang menunda kepergiannya selama beberapa bulan.
Memang, tak ada lagi yang menahannya di Jepang, tetapi juga tak ada
yang membuatnya harus buru-buru kembali ke Amerika. Tetapi, tetap
saja dia akan pergi dan akhirnya dia berangkat pagi ini.
Kini, Emily dan Genji hanya dipisahkan oleh ketidaktahuan Emily
akan perasaan Genji dan kontrol diri Genji. Dia tahu Emily pasti akan
tetap tak mengetahui perasaannya selama dia diam. Gadis itu terlalu
polos untuk menebak perasaannya. Dia juga yakin dengan kontrol
dirinya, tetapi keyakinannya ini agak berbeda. Dia tahu suatu saat
PDF by Kang Zusi penolakannya terhadap apa yang dirasakannya kini akan berhenti, dan
kalau itu terjadi, penolakan Emily terhadap perasaannya juga akan
berhenti. Genji tahu karena akhirnya dia mengerti apa arti pertanda
pertama yang dia alami. Hingga dia tak bisa lagi menahan kontrol dirinya, dia dapat terus
berharap tidak akan ada yang terjadi antara Emily dan dirinya. Kalau
tidak, pertanda yang kedua pasti peringatan tentang kematian Emily saat
melahirkan anak mereka, dan ketika cinta di antara mereka berdua
dibiarkan tumbuh maka akhir yang tragis semakin tak terelakkan.
Haruskah hidup sekejam itu"
Tetapi sekarang, dia tahu bahwa hidup memang kejam. Genji
akhirnya tahu identitas Lady Shizuka, bukan melalui pertanda,
melainkan dari pemahaman, ketika semua yang dia ketahui tersusun
bersama-sama menjadi sebuah rangkaian peristiwa yang jelas. Pe-
mahaman itu menyadarkannya bahwa akhir yang tragis tak bisa
dihindarkan. "Tuanku." Hanako berlutut di depan pintu.
"Bagaimana keadaannya?"
"Lebih baik." "Apakah dia mau bergabung denganku di sini?"
"Hamba rasa akan lebih baik kalau Tuanku mendatanginya."
"Baiklah." Hanako menemani Genji menyusuri koridor yang menuju kamar
Emily. Wanita itu ingin berbicara, tetapi menunggu Genji memberinya
kesempatan dan izin untuk bicara. Dan, Genji mengizinkannya.
Kata Genji, "Apa nasihatmu?"
"Hamba tak berani menyebut ini nasihat untuk Anda, Tuanku."
"Tentu bukan. Para wanita memang tak pernah menasihatiku."
Hanako membalas senyum Genji dan membungkuk. "Emily sangat
peka tentang pekerjaan ini. Hamba harap, Anda bisa memuji usahanya
meskipun tidak sempurna."
"Aku yakin usahanya memang patut dipuji."
"Menerjemahkan adalah seni yang sulit," kata Hanako. "Hamba tak
mengira betapa sulitnya hingga hamba mulai membantu Heiko di
PDF by Kang Zusi sekolah minggu Lady Emily. Bahasa kita dan bahasanya sangat berbeda.
Bukan hanya kata-katanya, melainkan juga pikiran yang mendasari
kata-kata itu." "Semua komunikasi yang tulus dan terus terang, bahkan antar dua
orang yang berbahasa sama, tetap memerlukan penerjemahan," kata
Genji. "Pada akhirnya, hati kita yang harus bisa mendengar apa yang tak
terucapkan." "Aku mengubah tanggalnya ke kalender Barat," kata Emily. Matanya
masih bengkak dan merah, tetapi senyumnya telah kembali dan
antusiasme kembali ke suaranya. "Tahun ketujuh Kekaisaran Go-toba
akan membingungkan pembaca Inggris yang tidak mengerti kronologi
waktunya. Jika misalnya kita mengatakan tahun 1291, pembaca kita
akan tahu kalau peristiwa ini terjadi waktu Kerajaan Martir terakhir di
Tanah Suci jatuh ke tangan kaum Saracen. Apakah itu tak apa-apa
bagimu?" "Kurasa itu juga baik."
"Banyak sekali bahannya," kata Emily. "Kuharap, aku tak
menghabiskan terlalu banyak waktumu dengan memintamu untuk
menerjemahkan bagian awal."
"Aku senang melakukannya." Genji duduk di sampingnya. Ketika
akhirnya Emily memandangnya, Genji tersenyum. Emily membalas
senyum itu malu-malu dengan senyum dikulum dan segera kembali
mengalihkan pandangan ke kertas-kertas yang ada di meja di depannya.
Genji sangat ingin memeluknya, tetapi dia menahan diri.
"Satu hal yang membuatku ragu adalah judulnya."
"Emily" "Ya?" "Aku sangat menyesal telah membuatmu sedih."
"Oh, tidak." Emily meletakkan tangannya di atas tangan Genji
untuk menghibur-nya. "Yang salah adalah aku yang terlalu sensitif.
Sebenarnya, apa sih yang kau katakan" Tak lain hanyalah kenyataan."
PDF by Kang Zusi "Aku kadang bercanda saat seharusnya aku serius. Tak semuanya
bisa ditertawakan dan dibuat gurauan."
"Tidak," Emily menunduk, "tidak semuanya." Dia menarik
tangannya, tetapi Genji menahannya.
"Kita teman," kata Genji. "Kita pasti mengalami kesalahpahaman
seperti orang lain. Kita tak akan membiarkan kesalahpahaman itu
menghalangi pertemanan kita. Setuju?"
Emily memandang ke tangan mereka yang saling menggenggam
sebelum meman-dang mata Genji. "Setuju."
"Nah, sekarang coba aku lihat apa yang telah kaukerjakan."
Emily meletakkan lembaran kertas di depan Genji. "Aku
membiarkan judulnya tetap dalam bahasa Jepang untuk saat ini. Nanti,
kalau kita sudah memutuskan, kita dapat mengubah judulnya dalam
bahasa Inggris." "Ya," kata Genji, tahu bahwa nanti saat terjemahan ini akhirnya
selesai, bertahun-tahun kemudian, judulnya akan diganti ke bahasa
Inggris, karena "Inggris" adalah kata terakhir yang dia ucapkan dalam
hidupnya. Pedang itu menghunjam dalam ke dada Genji dan Genji melihat wajah-
wajah khawatir melihat ke arahnya.
Lady Shizuka muncul, dan tak mempedulikan darah, merangkulnya
dan memeluk-nya erat. Air mata mengalir di pipinya dan jatuh ke wajah
Genji. Untuk beberapa saat, detak jantung mereka seirama.
"Kau akan selalu menjadi My Shining Prince," katanya. Lady
Shizuka tersenyum kepada Genji di balik air mata. "Aku menyelesaikan
terjemahannya pagi ini. Aku ingin tahu apakah sebaiknya kita meng-
gunakan nama Jepang atau menerjemahkan judulnya ke dalam bahasa
Inggris sekalian. Bagaimana pendapatmu?"
Genji melihat kalau kecantikan Lady Shizuka tidak benar-benar asli
Jepang. Matanya berwarna kecokelatan bukan hitam, dan rambutnya
berwarna cokelat terang. Ciri-ciri wajahnya lebih tajam dan lebih
dramatis dari biasanya, lebih mirip orang asing daripada orang Jepang.
PDF by Kang Zusi Meski mungkin ciri-ciri ibunya lebih banyak terlihat daripada ciri-ciri
ayahnya, terdapat pula karakteristik sang ayah kepadanya, terutama di
senyum kecil yang sepertinya selalu ada di bibirnya.
"Inggris," kata Genji.
"Inggris, kalau begitu," kata Lady Shizuka. "Ini akan menjadi
skandal baru. 'Genji lagi' orang-orang akan bilang, 'dan Shizukanya
yang mengerikan itu.' Tapi kita tak peduli, bukan?" Bibirnya gemetar,
bulu matanya bergetar, tetapi senyumnya tetap ada. "Dia akan sangat
bangga pada kita." Ya, Genji ingin mengatakan, dia akan merasa bangga padamu
sebagaimana aku bangga padamu. Tetapi, dia tak punya suara lagi.
Sesuatu berkelip di lehernya. Kalung loket perak Emily, dengan
salib dan fleur-de-lis. Genji mengalihkan pandangan dari loket ke Shizuka, dan wajah
cantik anak perempuannya adalah hal terakhir yang dia lihat di dunia.
"Kau telah membuat terjemahan yang bagus," puji Genji.
"Kaupikir begitu?" Wajah Emily bercahaya bahagia. "Tetapi, ini
pekerjaan kita berdua. Kau seharusnya juga menuliskan namamu di
sini." "Kaubisa bilang kalau aku memberikan konsultasi padamu. Tak
lebih dari itu. Kaulah penerjemahnya."
"Tetapi, Genji" "
"Aku memaksa." Emily menarik napas. Tidak ada gunanya berdebat dengannya saat
Genji sedang keras kepala. Mungkin nanti dia bisa mengubah
pikirannya. "Aku akan mengerjakan bagian berikutnya lagi."
"Cukup untuk sekarang," kata Genji. "Kau tak akan bisa
menyelesaikan ter-jemahan kata-kata bijak dan kegilaan selama enam
ratus tahun dengan sekali kerja. Hari sangat cerah. Ayo kita keluar dan
mengamati bangau musim dingin."
Emily tertawa dengan tawanya yang polos dan menyenangkan.
PDF by Kang Zusi Genji mendengar tawa itu dan sangat menikmatinya karena tawa itu
adalah sebuah harta berharga baginya yang tak lama lagi akan hilang.
"Ya," kata Emily, berdiri dengannya dan menggandeng lengan
Genji, "itu ide yang bagus sekali."
"Mungkin salju akan turun," kata Genji.
"Genji!" kata Emily menegur. Tetapi, dia tersenyum saat menyebut
nama Genji. 18. Bintang Bethlehem Edo terlihat mengecil di bawah cakrawala, lalu gunung-gunung,
dan Jepang akhirnya hilang. Kapal Bintang Bethlehem terus berlayar, ke
arah timur, menuju pantai Amerika yang jauh.
Stark berdiri di sisi pagar sebelah kanan dekat buritan kapal. Dia
mengeluarkan pistol saku Smith & Wesson kaliber 32 dari ikat
pinggangnya dan menjatuhkannya ke laut. Lalu, dia mengeluarkan pistol


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Colt Army Model Revolver kaliber 44 dengan gagang sepanjang 30
sentimeter. Dia mencabut pistol itu pelan tidak seperti yang biasa dia
lakukan. Lalu, dia membuka silinder pistol, mengeluarkan pelurunya,
menggeng-gam peluru-peluru itu erat-erat dan membuka tangannya.
Enam peluru itu jatuh ke laut. Peluru-peluru itu sangat kecil sehingga
sama sekali tak menimbulkan riak air saat jatuh. Lalu, dia menjatuhkan
silinder, gagang, dan pegangan pistol. Stark lalu mem-buka sarung
pistolnya dan menjatuhkannya ke laut seperti yang lain.
Stark tetap berdiri di sisi pagar, begitu diam, begitu tenang.
Tiba-tiba dari mulutnya terucap, "Mary Anne."
Tanpa sadar, dia mulai menangis.
Heiko berdiri di haluan kapal dan memandang ke laut lepas di
depannya. Bagaimana dia akan bertahan di tanah barbar di sisi pantai
yang lain itu" Dia punya banyak kekayaan, dan dia berterima kasih
kepada Genji yang telah memercayakan setumpukan emas lantakan
kepadanya. Dia dilindungi oleh Matthew Stark, yang dia percayai
PDF by Kang Zusi sepenuhnya sebagai teman dan sesama pejuang. Tetapi, dia tak punya
Genji. Dan, dia tahu dia tak akan mendapatkan Genji lagi.
Kata-kata perpisahan yang diucapkan Genji kepadanya adalah
dusta. Dia berkata telah melihat pertanda kalau dia akan menjadi
Bangsawan Agung Akaoka terakhir. Tak seorang pun yang akan me-
warisinya. Tak lama lagi, samurai akan punah, tak ada Shogun, tak ada
bangsawan agung, tak akan ada wilayah yang terpisah-pisah. Peradaban
yang dibangun selama dua ribu tahun akan menghilang dalam sekejap.
Itu kata Genji. Mungkin semua itu juga dusta. Semuanya terdengar
seperti kebohongan. Tetapi, dia tak peduli semua itu. Hanya satu dusta
yang penting. Genji berdusta ketika berkata dia akan menyusulnya.
Heiko tahu Genji tak akan menyusulnya karena dua pertanda yang
diceritakan Genji kepadanya sebelumnya.
Di pertanda pertama, dia bertemu dengan Lady Shizuka yang
misterius. Siapa pun dia, Lady Shizuka itu tak mungkin muncul di
Amerika. Jadi, Genji harus menemuinya di Jepang. Di pertanda kedua,
istrinya, selirnya, atau kekasihnya"Genji tak melihatnya, jadi wanita
itu bisa saja Emily, Shizuka, atau orang lain mati saat melahirkan,
setelah memberikan seorang ahli waris kepada Genji. Bangsawan agung
atau bukan, Genji pasti tak akan mengizinkan anaknya tumbuh dewasa
di tempat lain kecuali di Jepang.
Genji telah berbohong dan hingga kini Heiko tetap tak tahu
mengapa. Genji berbohong. Jadi, dia harus pergi ke tanah yang dianggap
indah oleh Emily. Di tempat seperti itu hanya ada satu hal yang pasti. Di
sana Heiko akan dianggap sebagai wanita yang jelek dan mengerikan.
Kecantikannya yang terkenal tak akan bisa menolongnya. Orang-orang
akan berpaling jijik darinya. Dia akan direndahkan, dihina, diperlakukan
dengan kasar dan jijik. Heiko tak perlu lagi menunggu waktu untuk menjadi tua agar
kecantikannya hilang. Pada usia dua puluh tahun, dia telah
meninggalkan kecantikannya di tanah yang kini tersembunyi di balik
cakrawala. Tetapi, dia takkan menangis.
PDF by Kang Zusi Dia tak akan takut, putus asa, atau lemah.
Dia adalah seorang ninja, ahli waris garis keturunan Kuma si
Beruang, paman-nya, ninja terbesar selama seratus tahun terakhir. Kalau
suatu saat dia merasa ragu, Heiko hanya perlu mengingat darah yang
mengalir di nadinya untuk memperoleh keyakinan diri kembali. Tidak,
jelas dia bukan seorang geisha yang menangis memelas karena
ditinggalkan kekasihnya. Dia mengemban misi dari junjungannya,
Okumichi no Kami Genji, Bangsawan Agung Akaoka, seorang
pembohong tampan yang suatu saat pasti menjadi Shogun Jepang.
Heiko tak akan menenggelamkan diri dalam pikiran-pikiran yang
membuatnya lemah. Dia harus mencari Stark. Mereka harus mendiskusikan banyak hal.
Pertama, mereka harus menjamin keselamatan emas yang mereka bawa.
Meski sangat kecil kemungkinan emas itu dicuri saat mereka menaiki
kapal dagang misionaris, mereka tetap harus waspada.
Stark berdiri di pagar buritan kapal. Dia sangat diam. Begitu Heiko
mendekat, bahu Stark mulai bergetar dan dia terjatuh berlutut di dek
kapal, meraung seperti raungan hewan terluka dan sekarat yang mati
pelan-pelan. Heiko berlutut di sampingnya. Apakah Stark akan memukulnya
kalau Heiko menyentuhnya" Dan, kalau Stark memukulnya, apa yang
dia lakukan" Tidak, dia tak akan menduga-duga. Dia pergi menuju tanah tak
dikenal, dan satu-satunya jalan yang dia lalui juga jalan yang tak dia
kenal. Dia bertekad akan memulai perjalanannya itu mulai detik ini.
Dari dadanya, di bawah lapisan kimono luar dan kimono dalam,
Heiko menarik saputangan putih sederhana dari sutra terbaik, tidak
berparfum tetapi dipenuhi dengan keharuman tubuhnya. Dia meng-
ulurkan saputangan itu ke wajah Stark dan menghapus air matanya.
Stark tidak memukul. Saat sapu tangan sutra itu menyentuh
wajahnya dan menghapus air matanya, dia tersedu untuk terakhir
kalinya dan menyentuh tangan Heiko sangat lembut hingga hampir-
hampir tak terasa, dan berkata "Terima kasih."
PDF by Kang Zusi Heiko membungkuk dan bermaksud memberikan respons yang
sopan. Tetapi, tak ada kata yang keluar. Justru, saat Heiko memandang
wajah Stark yang tulus dan terbuka, air mata menggenang bersamaan
dengan bibir Heiko membentuk senyum lembut.
Kini, Stark mengulurkan tangan ke wajahnya. Saat tangannya
menyentuh wajah Heiko tetes air mata mengenai tangannya.
Air mata itu berkilau di telapak tangannya seperti berlian.
Dan Bintang Bethlehem terus berlayar, dan Stark berkata, "Terima
kasih." Tangan Heiko yang memegang saputangan sutra putih
menghapus air matanya, sementara air mata Heiko jatuh di senyumnya
menuju keabadian. Bintang Bethlehem pun terus berlayar.
VI Awan Burung Gereja Suzume " no " Kumo
Gulungan Pertama Jilid Pertama Diterjemahkan dari Bahasa Jepang
oleh EMILY GIBSON Dengan konsultasi GENJI OKUMICHI
Daimyo Akaoka Pada Tahun 1861 Masehi PDF by Kang Zusi Saat itu, akhir musim panas 1291, kakekku, ayahku, dan kakak-
kakak lelakiku terbunuh di pertempuran Tanjung Muroto, bersama
sebagian besar para prajurit klan kami yang gagah berani. Jadi, aku,
Hironobu, menjadi Lord Akaoka pada usia enam tahun sebelas hari.
Saat pasukan penjajah Hojo semakin mendekat, ibuku, Lady
Kiyomi, membantuku mempersiapkan ritual bunuh diri. Ritual itu
akan dilakukan di pinggir sungai yang aimya mengalir pada musim
hujan di samping istana kami. Aku berpakaian serbaputih. Langit
cerah berwarna biru. Pengawalku, Go, berdiri di sampingku dengan pedang terhunus.
Dia akan memenggal-ku segera setelah aku menghunjamkan belati ke
perutku. Tepat saat aku akan menikam perutku, tiba-tiba burung
gereja beterbangan dari dasar sungai yang kering, beratus-ratus
burung gereja. Mereka terbang di atasku, begitu banyak, sehingga
bayangan mereka menutupi sekitarku seperti awan.
Anak penjaga kuda yang berusia sepuluh tahun, Shinichi, yang
sering menjadi teman mainku, berteriak, "Hentikan! Ini adalah
pertanda baik! Lord Hironobu tak boleh mati!"
Go, menangis dan berlutut di hadapanku berkata, "Tuanku, Anda
harus memimpin kami bertempur! Dewa-dewa memintanya!"
Bagaimana dia mengartikan pertanda tersebut sebagai perintah
bertempur, dia tak mengatakannya. Tetapi, para pengikutnya yang
lain, yang menangis bersamanya, setuju.
"Ayo, kita menyerang hingga titik darah penghabisan sebagai
pejuang sejati." "Tidak ada prajurit berkuda yang lebih baik daripada pasukan
kavaleri Okumichi. Kita akan memorak-porandakan barisan mereka
dalam satu serangan habis-habisan!"
Jadi petang itu, aku memimpin samurai yang tersisa dari klan
kami, sekitar seratus orang, melawan pasukan Hojo yang berjumlah
lima ribu orang. PDF by Kang Zusi Ibuku, tersenyum di antara air matanya, mengucapkan kata-kata
perpisahan kepadaku, "Waktu kaukembali nanti, aku akan membasuh
darah musuh-musuhmu yang sombong dari pedangmu."
Ryusuke adalah satu-satunya pengikut seniorku yang masih
hidup. Dia berencana untuk langsung menyerang musuh di waktu
fajar keesokan hari. Kami akan menyeberangi pantai terbuka yang
dipenuhi dengan ratusan panah melayang, bertubrukan dengan
pasukan kavaleri yang jumlahnya sepuluh kali lipat, lalu menghadapi
tombak dan pedang tiga ribu pasukan infanteri. Hanya setelah kami
berhasil melewati mereka, kami punya kesempatan menyerang dan
membunuh para komandan Hojo yang pengecut.
Aku berkata, "Malam ini, musuh akan berkemah di Hutan
Muroto. Itu adalah tempat angker yang selalu membuatku takut.
Mungkin tempat itu juga akan membuat mereka takut."
Go memandang kepadaku terpana. "Lord muda telah memberikan
kunci kemenangan untuk kita," katanya.
Kami bersembunyi di bayangan malam. Pasukan Hojo yang
sombong karena kemenangan awalnya, minum dan berpesta pora
sepanjang malam. Saat malam turun di titik tergelap sebelum fajar,
saat musuh-musuh kami tidur karena mabuk, kami masuk ke
perkemahan mereka, memasuki tenda-tenda komandan mereka, dan
memenggal kepala mereka. Lalu, kami menembakkan panah berapi di tengah-tengah pasukan
yang tertidur sembari berteriak dan meraung bersama-sama suara para
arwah yang muncul dari Tanah Kematian.
Musuh kami terbangun kaget dan tergesa-gesa berusaha
membentuk formasi, tetapi yang mereka temukan adalah kepala-
kepala para komandan mereka yang terbantai berjajar tertancap di
gagang pedang mereka sendiri. Sementara mata pedang yang patah
terhunjam ke tanah. . Pasukan Hojo menjadi panik dan lari bertebaran ke segala arah.
Di pantai, para pemanah kami menembak jatuh ratusan orang. Di
hutan, tempat yang kami kenal baik, pedang kami memenggal ratusan
kepala pasukan Hojo. Nasib baik ternyata memihak kepada kami,
PDF by Kang Zusi fajar tiba membawa kabut tebal dari laut, yang semakin
membingungkan dan membuat takut pasukan Hojo. Ketika kami
meninggalkan Hutan Muroto senja di keesokan harinya, kami
meninggalkan 3.016 kepala pasukan Hojo berjajar tertancap di
tombak, tergantung seperti buah busuk di pohon, bertebaran di pantai
dan terikat pada ekor dan surai kuda mereka yang gila mencium bau
darah. Hingga hari ini, tulang-tulang manusia terbawa gelombang ke
pantai seperti reruntuhan kapal karam jika badai gelombang
menghantam pantai. Musim semi berikutnya, Lord Bandan dan Lord Hikari dari dua
wilayah tetangga setuju bergabung bersama kami menyerang klan
Hojo yang sudah lama menjadi musuh bebuyutan kami. Pasukan
gabungan kami berjumlah tiga ribu samurai dan tujuh ribu prajurit
berbaris melawan Hojo. Panji-panji kami adalah seekor burung gereja
yang mengelakkan serangan panah dari empat arah.
Ketika pasukan melewati Hutan Muroto, awan burung gereja
kembali muncul beterbangan dari tempat pembantaian pasukan Hojo
pada musim panas lalu. Lord Bandan dan Lord Hikari melompat
turun dari kuda mereka dan berlutut di sisi kudaku. Pertanda kedua itu
memicu kedua bangsawan itu mengucapkan sumpah setia kepadaku
sebagai junjungan mereka. Dengan cara inilah, aku, Okumichi no
Kami Hironobu, terangkat ke status Bangsawan Agung. Saat itu, aku
belum mencapai usia tujuh tahuh.
Ini adalah awal kebangkitan klan kita, Okumichi, dan merupakan
awal wilayah Akaoka menjadi salah satu wilayah yang
diperhitungkan. Siapa saja yang mewariskan klan ini, perhatikan baik-baik kata-
kata di gulungan suci klan kita, gulungan yang menceritakan
kebijakan, sejarah, dan ramalan yang ditulis dengan darah leluhur
kita. Apa yang telah aku mulai jangan sampai lupa kalian teruskan.
Semoga semua dewa dan Buddha dari sepuluh ribu surga
tersenyum kepadamu yang telah memperkuat wilayah kita.
PDF by Kang Zusi Semoga semua arwah dan setan dari sepuluh ribu neraka mengejar
siapa pun yang gagal mempertahankan kehormatan klan. (Created
by syauqy ) PDF by Kang Zusi SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur I HANTU LORD KIYORI BUKU II 1 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur 1 Sang Bayangan 1860, Kastel Awan Burung Gereja
di Wilayah Akaoka Lady Shizuka tidak berubah sedikit pun selama bertahun-tahun sejak Lord Kiyori mengenalnya. Kulitnya sehalus porselen paling berkualitas dari Dinasti Ming, dengan kepucatan sempuma seorang wanita istana dari kamar dalam. Tak terkerutkan oleh berlalunya waktu, tak terusakkan oleh paparan sinar matahari dan penderitaan, tanpa tanda-tanda yang mengungkapkan perbuatan, pemikiran, atau perasaan tak patut.
Mata Shizuka, ketika tidak sedang mengamati Kiyori"dengan malu-malu atau dengan sengaja atau dengan memperdayakan, tergantung keadaan"menerawang jauh,
dengan ekspresi seolah-olah sedang menantikan kejutan menyenangkan yang akan
segera terjadi, sebuah ekspresi yang diperkuat oleh alisnya yang tinggi dan sangat rapi, bagaikan semut beriring. Rambutnya tidak ditata bergaya modem dengan segala
kerumitan lipatan, gelungan, sasakan, dan aksesorinya, tetapi hanya dibelah dua dan diikat longgar dengan pita biru menjadi ekor kuda di bahunya, dan dari sana
rambutnya tergerai di punggung hingga ke lantai., hitam bersinar dan anggun.
Gaunnya, dari sutra tipis mengkilap dengan tekstur kontras, juga bermodel klasik, longgar di tubuh dan berlapis-lapis dengan nuansa biru, lengkap dari cerahnya biru danau di gunung tinggi hingga biru gelap langit malam. Lady Shizuka adalah
gambaran tepat seorang putri dari zaman Heian. Sebuah zaman, dia mengingatkan diri BUKU II
2 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur sendiri, yang sudah lewat berabad-abad lalu. Salah satu zaman keemasan kuno di Jepang pada sekitar abad ke-8 hingga abad ke-11 Masehi, saat perdamaian dan
keamanan sangat dijamin oleh penguasa saat itu, Dinasti Heian.
Di luar ruang ini, kekuatan perkasa militer bangsa-bangsa asing mengepung
Jepang. Kapal-kapal perang raksasa bertenaga uap milik Amerika, Inggris, Prancis, dan Rusia sekarang dengan bebas measuki pelabuhan-pelabuhan Jepang. Di atas
kapal-kapal itu, ada meriam yang dapat melontarkan peluru sebesar pria dewasa jauh melewati pantai, bahkan melampaui pegunungan dan hutan-hutan di pedalaman, dan menghancurkan pasukan yang bersembunyi sebelum mereka cukup dekat untuk
mengetahui siapa yang membunuh mereka. Lautan yang memisahkan kepulauan
Jepang dari bagian lain dunia tidak lagi menjadi pertahanan. Angkatan laut pihak luar memiliki ratusan kapal pembawa meriam yang menyemburkan asap seperti itu, dan
kapal-kapal itu tidak hanya mampu membombardir dari lnuh. Dari daratan yang jauh, mereka dapat membawa puluhan ribu pasukan yang dipersenjatai dengan lebih
banyak meriam, dan juga senapan, dan mendaratkan mereka di pantai Jepang dalam beberapa bulan saja. Namun, di ruangan ini, di menara tertinggi Kastel Awan Burung Gereja, Jepang kuno tetap hidup. Ia bisa berpura-pura, setidaknya untuk sesaat, inilah dunia seutuhnya.


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Shizuka melihat Kiyori sedang memandanginya. Shizuka tersenyum. Ekspresinya
polos sekaligus penuh rahasia. Bagaimana dia bisa melakukannya" Geisha paling
cerdas sekalipun belum tentu mampu memadukan keduanya dalam satu ekspresi.
Malu-malu, Shizuka me-rendahkan pandangannya dan menutupi senyum kekanak-
kanakannya dengan lengan kimononya yang lebar, sebuah kimono antik dari zaman
Heian. "Anda membuatku jengah, Tuanku. Apakah ada yang salah dengan
penampilanku?" "Bagaimana mungkin?" tanya Kiyori. "Kau adalah wanita cantik paling sempurna di seluruh kekaisaran, dan akan selalu begitu."
Ekspresi menggoda berkilat di mata Shizuka.
BUKU II 3 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur "Begitulah kata Anda, berulang-ulang. Tetapi, kapan terakhir kali Anda
memberiku ke-hormatan dengan mengunjungiku di kamarku?"
"Aku sudah memintamu, jangan pernah mengatakan itu lagi." Kiyori tahu dari rasa panas di wajahnya bahwa dia bersemu merah. Betapa memalukannya bagi
seorang pria"dengan harga diri dan usia lanjut seperti dirinya"untuk bersikap seperti pemuda yang sedang jatuh cinta. "Bahwa itu terjadi saja sudah merupakan kesalahan yang patut di sesali."
"Karena perbedaan usia kita?"
Siapa pun yang melihat Lady Shizuka akan meiigira dia berusia tak lebih dari
delapan belas atau sembilan belas tahun, seorang gadis yang baru mulai mekar,
berdarah bangsawan tanpa diragukan lagi, barangkali bahkan masih perawan.
Sebaliknya, siapa pun yang memandang dirinya, akan melihat seorang pria berusia lanjut, dengan postur tidak terbungkukkan oleh usia atau kekalahan, berdiri dengan kesiagaan yang luwes, rambutnya yang sudah bercampur uban ditata dalam gaya rumit seorang bangsawan samurai.
Perbedaan dalam usia mereka. Ya, itu memang ada, bukan" Itu bukan sesuatu
yang pernah dipikirkannya lagi.
Kiyori berkata, "Itu tak akan pernah terjadi lagi."
"Apakah itu ramalan?" Nada Shizuka menggoda, tetapi tidak kasar, seolah-olah wanita itu mengajaknya berbagi lelucon alih-alih mengejeknya.
"Kau tahu benar itu bukan ramalan."
"Bukankah Anda Okumichi no kami Kiyori, penguasa wilayah Akaoka yang
Agung" Jadi, Anda pastilah seorang peramal, sebagaimana pemimpin klan Anda dari setiap generasi."
"Begitulah kata orang."
"Orang berkata begitu karena tindakari Anda sering tidak mungkin bisa dijelaskan kecuali melalui ramalan. Jika Anda bukan peramal, lalu bagaimana Anda dapat
mengetahui masa depan?"
"Bagaimana, ya?" Selama ini, dia selalu merasakan beban kutukan ramalan, tetapi BUKU II
4 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur akhir-akhir ini, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia mulai merasakan beban waktu pula. Tujuh puluh sembilan tahun. Menurut catatan-catatan leluhur, pria pada masa lalu"para pahlawan, orang-orang bijak, dewa-dewa suci"sering hidup sampai berusia seratus lebih. Dia tidak bisa membayangkannya untuk diri sendiri. Bahkan, sudah merupakan keajaiban dia bisa hidup selama ini, mengingat segala hal yang terjadi. Dia menjadi penguasa wilayah pada usia lima belas tahun, menikah pada usia delapan belas tahun, terlambat mempunyai anak, dan telah kehilangan istrinya pada usia empat puluh tahun. Sepanjang waktu itu, dia telah menemui Lady Shizuka secara diam-diam. Sudah berapa lama itu" Sekarang adalah tahun ke-14 Kaisar Komei.
Mereka bertemu pada tahun ke-17 Kaisar Kokaku, yang rezimnya bertahan selama 38
tahun. Setelah dia, Kaisar Ninko berkuasa selama 29 tahun, kemudian digantikan oleh kekaisaran yang sekarang. Bukankah sudah 64 tahun yang lalu" Di luar kebiasaan, dia memastikan perhitungannya dengan menggunakan kalender asing. Tahun ke-17
Kaisar Kokaku adalah tahun 1796 M. Sekarang tahun 1860 M. Ya, enam puluh empat tahun.
Ketika mereka pertama bertemu dahulu, Shizuka mengatakan usianya enam belas
tahun. Sekarang, dia mengatakan usianya sembilan belas tahun. Di mata Kiyori,
Shizuka tidak pernah berubah sama sekali. Dia menggigil, tetapi bukan disebabkan oleh udara pagi pada musim dingin.
"Bagaimana aku tahu?" kata Shizuka. "Andalah yang punya kemampuan melihat masa depan, bukan?"
"Aku?" "Tentunya, Anda tidak mengatakan bahwa akulah yang memiliki kemampuan
itu?" "Kaulah yang selalu menyatakan hal itu," kata Kiyori.
"Dan Anda selalu membantahnya," kata Shizuka. Konsentrasi membuat
keningnya berkerut samar. Dia menatap mata Kiyori dengan berani. "Apakah
akhirnya Anda mengakui kemungkinan itu sekarang?"
Kiyori tak jadi menjawab segera karena terdengar sebuah suara di luar pintu.
BUKU II 5 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur "Tehnya sudah siap, Tuan."
"Masuk." Perhatian Kiyori teralihkan pada gadis pelayan, Hanako, yang dengan pelan
menggeser pintu hingga terbuka, membungkuk, dan sekilas mengamati ruangan, lalu berhenti. Oh, ceroboh sekali dirinya, pikir Kiyori. Dengan berdiri menganggur dekat jendela, dia tidak memberi Hanako titik acuan. Hanako tidak akan tahu di mana dia harus menyediakan tehnya. Namun, sebelum Kiyori sempat mengambil tempat duduk
di seberang Lady Shizuka, Hanako beranjak tepat ke tempat yang akan
ditunjukkannya, di tengah-tengah antara tempatnya berdiri dan tempat seorang tamu yang punya hubungan akrab dengan Kiyori biasanya duduk. Hanako tidak pernah
berhenti membuatnya terkesan. Sejak Hanako menjadi pelayannya"waktu itu dia
hanyalah gadis kecil yatim piatu berusia sembilan tahun"dia telah menunjukkan
kecerdasan cemerlang dan intuisi kuat yang lebih unggul ketimbang kebanyakan
samurainya. "Terima kasih, Hanako. Kau boleh pergi."
"Ya, Tuanku." Hanako membungkuk. Berjalan mundur agar tidak memunggungi tuannya, dia mulai mengundurkan diri dari ruangan itu.
"Apakah Anda tidak melupakan sesuatu?" kata Shizuka, suaranya begitu lemah menyerupai bisikan yang terdengar dalam khayalan.
"Hanako. Sebentar." Apa yang telah dilupakannya" Oh, ya. "Kalau si kurir kembali ke Edo besok, kau akan menemaninya. Di sana kau akan bergabung dengan
staf rumah tangga Lord Genji di Istana Bangau yang Tenang."
"Baik, Tuanku." Meskipun perintah itu datang tiba-tiba, Hanako tidak menunjukkan tanda-tanda terkejut. Dia menurut tanpa bertanya, yang merupakan
tanggapan semestinya terhadap tuannya.
"Kau sudah melayaniku dengan sangat baik, Hanako. Orangtuamu pasti bangga dengan-mu." Kiyori, tentu saja, tidak meminta maaf atau memberikan penjelasan karena mengirim-nya pergi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
"Terima kasih, Tuan. Anda telah bermurah hati menerima ketidakbecusan saya BUKU II
6 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur selama ini." Kiyori mengabaikan pernyataan kerendah-hatian yang diucapkan dengan resmi
itu. "Aku akan sangat berterima kasih kalau kau melayani cucuku juga."
"Ya, Tuan. Saya akan melakukannya sebaik mungkin."
Sepeninggal Hanako, Kiyori berkata, "Mengapa aku mengirimnya ke Istana
Bangau yang Tenang?"
"Anda bertanya kepadaku, Tuanku?"
"Aku hanya menyuarakan pikiranku keras-keras," kata Kiyori. "Kebiasaan buruk yang telah nlemberiku reputasi sebagai orang aneh lebih dari yang layak kuterima."
"Sungguh bagus Anda telah memikirkan masaIah itu, karena keputusan ada di tangan Anda." Shizuka berhenti sejenak sebelum menambahkan, "Bukankah begitu?"
Kiyori tersenyum kecut. Dia selalu mendapati dirinya berada di posisi yang sama setiap kali melakukan percakapan dengan Shizuka. Apa pun alasan yang dia berikan, tak peduli betapa pun logisnya, hampir selalu salah. Seperti itulah perbedaan antara logika dan bimbingan ramalan.
Katanya, "Aku mengirim Hanako kepada cucuku karena sekarang dia
melaksanakan sebagian besar tugas resmi Bangsawan Agung wilayah kita, dia lebih membutuhkan pelayan yang bisa diandalkan daripada aku. Apalagi karena ada tiga orang misionaris Kristen yang dijadwalkan tiba di Edo hari-hari ini dan mereka akan tinggal di Jepang dalam pelindungan kami. Kehadiran mereka akan memicu krisis
yang akan menentukan masa depan klan kita. Di luar masalah mendesak itu, aku
berharap tumbuhnya perasaan saling mencinta antara Hanako dan Genji. Dialah
wanita yang tepat untuk berada di sampingnya di masa berbahaya ini."
"Betapa konsistennya Anda, Tuanku. Pemikiran yang jernih, selalu."
"Kuanggap itu artinya aku salah dimengerti, seperti biasa." Kiyori menuangkan teh untuk mereka berdua, sekadar formalitas kesopanan, karena Shizuka, seperti biasa, tidak meminum tehnya.
"Perbedaan besar dalam status mereka tidak menjadi hambatan?"
"Karena masa depan akan membawa kekacauan, karakter jauh lebih penting
BUKU II 7 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur ketimbang status." "Betapa bijaknya," kata Shizuka, "betapa merdeka dari batasan-batasan buatan tradisi sosial, dengan mengikuti perubahan zaman."
"Kau tidak setuju?"
"Tidak sepenuhnya. Pandanganku sudah kuno, dan aku tidak banyak tahu tentang dunia luar. Tetapi, bahkan bagi orang dengan keterbatasan pemahaman seperti itu, jelas bahwa sekarang karakter bawaan jauh lebih berharga daripada status warisan."
"Kau setuju, tetapi tampaknya kau geli mendengar kata-kataku. Kuanggap itu artinya Hanako dan Genji tidak ditakdirkan untuk bersatu."
"Selalu ada hal yang tidak kita ketahui," kata Shizuka. "Hal itu harus diketahui atau tidak adalah masalah lain. Apakah Anda ingin tahu lebih banyak?"
"Aku hanya ingin tahu apa yang harus kuketahui untuk memastikan kesejahteraan klan kita."
"Kalau begitu, pengetahuan Anda sudah cukup," kata Shizuka.
Kiyori menghirup tehnya. Ekspresinya tenang, menyembunyikan kekesalan besar
yang dirasakannya karena Lady Shizuka gagal memuaskan rasa ingin tahunya yang
begitu jelas. Akankah Hanako dan Genji saling jatuh cinta" Dia tidak bisa bertanya kepada Shizuka, bukan karena pertanyaan itu tidak pantas"ini menyangkut
pewarisan kemampuan melihat masa depan kepada generasi setelah Genji, suatu hal yang sangat penting, dan bukan sekadar spekulasi romantis"melainkan karena
mengajukan pertanyaan itu sendiri membangkitkan implikasi yang berhasil
dihindarinya selama 64 tahun. Kalau mau, Lady Shizuka akan memberitahukannya
tanpa diminta. Ketika menjadi jelas bahwa Lord Kiyori tidak akan melanjutkan percakapan,
tatapan sedih tampak di mata Shizuka. Dia menjadi sangat diam. Ini bukan hal yang jarang terjadi ketika mereka bersama. Dalam ketenangan melankolis seperti itu, kecantikannya semakin pucat. Dapatkah seorang pria menerima penampakan yang
begitu cantik sempurna sehingga itu saja cukup membuatnya gila" Jika demikian, ini menjelaskan banyak hal, bukan" Kiyori telah melihat Shizuka dalam keadaan paling BUKU II
8 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur menawan, sering ...sering sekali.
Ketika Kiyori bangkit untuk pergi, Shizuka mengejutkannya. Dia berkata,
"Selama ini aku tidak pernah meminta sesuatu kepada Anda, Tuanku, dan aku tidak akan pernah meminta lagi. Maukah Anda mengabulkan permintaanku sekarang?"
"Apa itu?" "Jika Anda berkenan mengabulkan, Anda harus melakukannya tanpa mengetahui permintaanku."
Ragu-ragu bukanlah sikap pria sejati. "Kalau begitu, akan aku kabulkan."
Shizuka menunduk dalam-dalam, dahinya menempel ke lantai. "Terima kasih,
Tuanku." Kiyori menunggunya meneruskan kata-katanya. Lady Shizuka tetap menunduk
untuk beberapa lama tanpa berbicara. Ketika dia mendongak, matanya basah. Kiyori tidak ingat apakah dia pernah melihat wanita itu menangis sebelumnya.
Dengan air mata mengalir, dia berkata, "Bawalah makan malam Anda ke sini, lalu bermalamlah bersamaku."
"Ini permintaan yang paling tidak adil," kata Kiyori, benar-benar terluka. "Engkau telah mempercayaiku agar setuju melakukan hal itu. Aku telah bersumpah atas nama hidup dan kehormatanku iintuk tidak melakukannya."
"Aku hanya meminta Anda berbagi kamar denganku, bukan tempat tidurku.
Darahku adalah darah samurai murni seperti Anda juga. Aku tidak akan pernah
memperdayai Anda agar melanggar sumpah.",
Kiyori masih merasa kesal. Dia mungkin tidak akan mengawali malam di tempat
tidur Shizuka. Tetapi, berada di kamar yang sama dengannya sepanjang malam,
sanggupkah dia menghindari berakhir di sana" Meskipun tekadnya kuat, dia tetap seorang laki-laki, dengan semua kelemahan laki-laki. Namun, tidak ada pilihan. Dia telah menyetujui. "Baiklah. Malam ini saja."
"Terima kasih, Tuanku," kata Shizuka. Dia mendongak dan tersenyum kepadanya di antara derai air mata.
Kiyori tidak membalas senyumnya. Malam ini akan terasa sangat panjang.
BUKU II 9 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur Hanako mengemasi barang-barangnya untuk perjalanan ke Edo. Dia dapat
mendengar dua pelayan lain yang lebih muda mengobrol di kamar sebelah.
"Lord Kiyori telah memerintahkan makan malam nanti disiapkan untuknya di
menara tinggi." "Masa" Untuk berapa orang?"
"Dua! Dan beliau wanti-wanti berpesan tidak boleh ada sake."
"Makan malam di menara tinggi. Dan tak ada sake. Aneh sekali. Beliau makan malam di sana hanya kalau ingin menemui tamu penting secara pribadi. Tetapi untuk tamu seperti itu, beliau akan memesan sake, bukan?"
"Barangkali beliau tidak mengharapkan tamu jenis biasa?"
"Maksudmu bukan?"
"Ya!" "Istrinyakah menurutmu, atau yang lain?"
Ini sudah keterlaluan. Hanako meletakkan pakaiannya yang terlipat, pergi ke pintu yang memisahkan dua kamar itu, dan menggesernya hingga terbuka. Kedua pelayan
itu terlonjak, melihat siapa yang datang, dan mengembuskan napas lega.
"Oh, ternyata kau, Hanako."
"Ya aku, untung saja. Bagaimana kalau bukan" Bagaimana kalau Lord Kiyori
sendiri yang muncul?"
"Oh, beliau tidak pernah mendatangi tempat tinggal pelayan."
"Bagaimanapun, berhentilah bergosip," kata Hanako. "Atau kalau kalian merasa perlu, lakukanlah dengan lebih pelan."
"Ya, kau benar," salah seorang pelayan itu berkata. "Terima kasih telah mengingatkan kami."
Mereka berdua membungkuk kepadanya.
Hanako hendak menutup pintu di antara dua kamar itu lagi ketika salah seorang
dari mereka berhicara dengan cepat dalam bisikan keras.
"Menurutmu siapa tamunya, Hanako" Istrinya" Atau yang lain?"
BUKU II 10 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur "Aku tidak mau menduga-duga. Sebaiknya kalian juga tidak." Dia menutup pintu di depan gadis-gadis yang masih terbelalak itu. Setelah beberapa saat sunyi, dia mendengar mereka berbisik-bisik lagi.
Sesungguhnya, Hanako mempunyai pendapat, tentu saja, meskipun dia tidak akan
pernah menyatakannya. Dia tidak akan secemas ini kalau saja Lord Kiyori bertemu dengan istrinya, Lady Sadako. Namun, Hanako meragukan itu. Selama tiga belas
tahun dia melayani klan Okumichi, dia telah sering mendengar potongan-potongan percakapan pribadi Lord Kiyori. Meskipun dia tidak pernah mendengar sebuah nama, dia telah mendengar cukup banyak untuk mengetahui bahwa seorang pria tidak akan berbicara dengan istrinya secara sembunyi-sembunyi, sekalipun istrinya sesosok hantu. Dia tidak menemui Lady Sadako. Dia menemui yang lain.
Rasa dingin merayapi tubuhnya dan berhenti di bawah kulit menimbulkan
perasaan merinding dan tertusuk-tusuk pada lengan, punggung, dan lehernya, seolah-olah jarum-jarum kecil menyembul keluar dari dalam dirinya.
Dia ingin tahu apakah Lord Genji juga akan bertemu dengan yang lain. Dia juga
ingin tahu kalau kalau itu sudah terjadi.
1311, Kastel Awan Burung Gereja
Shizuka duduk dalam ketenangan meditasi selama beberapa menit sepeninggal
Lord Kiyori. Kemudian, dia bangkit dan pergi ke jendela, tempat Lord Kiyori tadi berdiri dan memandang keluar. Apakah Lord Kiyori melihat apa yang dilihatnya
sekarang" Perbukitan yang selalu hijau di Pulau Shikoku, langit yang kelabu gelap, pita-pita putih ombak yang dilecut hidup oleh badai lautan, dan angin musim dingin di kejauhan" Dia seharusnya bertanya kepada Lord Kiyori tadi. Barangkali malam ini akan ditanyakannya. Mereka akan berdiri bersama di depan jendela uncnara tinggi kastel ini, dan mereka akan memandang jauh ke seluruh wilayah Akaoka. Malam ini Aim menjadi malam terakhir mereka bersama. Mereka tidak akan pernah bertemu
lagi. BUKU II 11 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur "Nyonya." "Masuk." Pintu digeser terbuka. Dayang kepala, Ayame, dan empat orang anak buahnya
membungkuk di ambang pintu. Tak seorang pun dari mereka membungkuk dengan
cara normal wanita bangsawan, yaitu kedua tangan diletakkan di lantai dan dahi di-rendahkan dengan anggun nyaris menyentuh lantai. Alih-alih, mereka berlutut dengan satu kaki saja dan membungkuk sedikit dari pinggang, cara menghormat para prajurit di medan perang. Mereka semua mengenakan hakama yang seperti kulot alih-alih
kimono panjang dan rumit sebagai-mana layaknya wanita dari kamar dalam, dan
lengan jaket pendek mereka diikat ke belakang sehingga lengan mereka dapat dengan lebih bebas menggerakkan naginata, tombak bermata panjang, yang mereka bawa.
Selain naginata setiap dayang memiliki pedang pendek wakizashi yang diselipkan pada kain pengikat pinggang. Ayame sendiri mempunyai dua bilah pedang di pinggangnya, sebuah wakizashi dan ditambah sebuah pedang panjang katana. Kecuali bahwa dia
seorang wanita muda berusia tujuh belas tahun, Ayame adalah gambaran pahlawan
samurai. Bahkan, rambutnya telah dipotong, tidak lagi terurai di punggungnya hingga ke lantai, tetapi diikat menjadi ekor kuda pendek, hanya sekitar 25 sentimeter dari kepalanya. Pria atau wanita, betapa mudahnya untuk jatuh cinta kepada seseorang yang begitu tampan. Keempat dayang lainnya juga berpenampilan serupa.
Ayame berkata, "Situasinya seperti yang Anda perkirakan, Nyonya. Lord
Hironobu belum kembali dari berburu. Tak ada kurir yang datang dari beliau. Dan di kastel ini, tak dapat ditemukan satu pun samurai yang diketahui setia kepada beliau dan Anda."
"Nyonya," kata salah seorang dayang di belakang Ayame, "belum terlambat untuk melarikan diri. Ambillah kuda sekarang dan pergilah ke kastel Lord Hikari. Beliau pasti akan melindungi Anda."
"Lord Hikari sudah mati," kata Shizuka. Dia melanjutkan, sementara para dayangnya terkesiap.
"Demikian juga Lord Bandan. Dan para keturunan serta semua keluarga mereka.
BUKU II 12 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur Pengkhianatan sudah mencapai hampir semua tempat. Malam ini, kastel mereka akan terbakar. Besok malam, para pengkhianat akan sampai di sini."
Ayame membungkuk, dengan gaya militer di medan perang lagi, matanya
menatap mata Shizuka. "Kita akan membawa mati mereka sebanyak mungkin, Nyonya."
"Ya, tentu saja," sahut Shizuka. "Dan meskipun kita akan mati, mereka tidak akan menang. Garis keturunan Lord Hironobu akan terus berlanjut lama setelah keturunan mereka punah." Dia merasakan tendangan bayi dalam kandungannya dan meletakkan telapak tangannya di perutnya yang membuncit. Sabar, Nak, sabar. Kau akan
memasuki dunia penuh u:igrcli ini tak lama lagi.
Para dayangnya menganggukkan kepala dan menangis. Ayame, yang paling berani
di antara mereka berjuang menahan tangis. Air matanya menggenang, tetapi tidak jatuh.
Situasi ini sedramatis adegan dalam salah satu drama kabuki yang sekali-sekali disebutkan oleh Lord Kiyori. Tetapi tentu saja, tak ada pertunjukan drama seperti itu sekarang. Kabuki baru ditemukan tiga ratus tahun kemudian.
1860, Kastel Awan Burung Gereja.
Shigeru melewati lorong-lorong kastel klannya sendiri bagaikan seorang
pembunuh, menyelinap dari bayangan ke bayangan, terkadang berhenti dalam
kediaman total, kemudian bergerak lagi dengan tiba-tiba. Meskipun mata biasa dapat mengenalinya jika melihatnya, dia bergerak begitu rupa sehingga para pelayan maupun samurai tidak melihatnya. Jika mereka melihatnya, mereka akan mengakui
kehadirannya, menyapanya dengan hormat, dan membungkuk. Dia, sebaliknya,
karena melihat apa yang sesungguhnya tidak ada, akan menghunus pedangnya dan
membunuh mereka. Ini adalah ketakutannya dan menjadi alasan baginya untuk
bergerak seperti siluman. Kendali dirinya mulai terlepas dan dia tidak tahu seberapa banyak sisa ketahanannya.
BUKU II 13 TAKASHI MATSUOKA

Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur Telinganya bergema dengan suara-suara sumbang yang jahat dan memberontak.
Matanya berjuang menembus citra transparan penyiksaan dan pembantaian.
Meskipun dia masih dapat membedakan dunia yang dijejaknya dari dunia yang
muncul dari pikirannya, dia ragu apakah itu dapat dilakukannya lebih lama lagi. Dia sudah tidak tidur berhari-hari. Akibatnya, penampakan yang membuatnya terjaga
semakin kuat dan mendorongnya lebih keras ke arah kegilaan. Dia dikenal luas
sebagai pejuang besar pada zaman ini, satu-satunya samurai dalam dua ratus tahun yang layak disetarakan dengan Musashi yang legendaris. Tanpa kebanggaan berlebihan atau kerendah-hatian palsu, dia percaya reputasinya layak dia sandang. Namun, semua keahlian perangnya tidak berguna melawan musuh di dalam dirinya.
Pada saat penyakitnya memburuk, dia menolak berpaling kepada satu-satunya
orang yang mungkin dapat menolongnya. Ayahnya. Sebagai satu-satunya putra Lord Kiyori yang masih hidup, Shigeru merasa malu mengakui kelemahan seperti itu.
Dalam setiap generasi klan Okumichi, satu orang terlahir dengan anugerah
kemampuan melihat masa depan. Pada generasi di atasnya, orang itu adalah ayahnya.
Pada generasi sesudah generasinya, orang itu adalah kemenakannya, Genji. Pada
generasinya, beban itu telah ditimpakan kepada Shigeru sendiri. Selama lebih dari enam puluh tahun, Kiyori telah menggunakan kemampuan itu untuk membimbing
klan mereka. Bagaimana mungkin Shigeru menemuinya sambil menangis ketika
saatnya tiba untuk mulai melihat pertanda"
Kini, sudah hampir terlambat, dia menyadari bahwa tidak ada pilihan baginya.
Pertanda tidak muncul dengan cara yang sama pada setiap orang, dan setiap orang yang terpilih juga tidak dapat mengatasinya sendiri. Dia tenggelam dalam banjir bayangan dan suara-suara yang sama sekali tidak dapat dipahaminya. Mesin-mesin raksasa aneh yang menyerupai monster yang ada dalam fabel dan legenda berpusing melintasi daratan, menelan barisan-barisan manusia berpakaian seragam aneh yang hanya diam menunggu. Udara berlapis-lapis, penuh wariia-warni, dan berbau busuk melingkupi kastel dan kota ini. Pada malam hari, langitnya sendiri menggeram seperti perut makhluk raksasa yang tak kasatmata dan melahirkan hujan api yang
BUKU II 14 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur menghancurkan apa saja di bawahnya. Korban-korban menjerit.
Apakah arti semua ini" Jika itu adalah bayangan masa depan, ke arah mana dia
ditunjukkan" Hanya seseorang dengan pengalaman serupa yang mampu
memahaminya. Obrolan para pelayan memberitahunya di mana Lord Kiyori berada. Di menara
tinggi. Karena dia berusaha keras agar tidak terlihat, perlu waktu satu jam bagi Shigeru untuk melalui jarak yang biasanya dapat ditempuh dalam beberapa menit saja. Akan tetapi, dia mengucapkan selamat kepada dirinya sendiri karena sampai di sana tanpa diketahui. Tak seorang pun menyapanya, jadi tak seorang pun mati. Lagi pula, dalam perjalanan yang berkepanjangan tadi, pertanda-pertanda yang dia lihat telah melemah.
Tentu saja, pertanda itu akan segera kembali, tetapi jeda itu sangat melegakan. Dia baru saja hendak mengumumkan kehadirannya kepada ayahnya ketika dia
mendengarnya berbicara. "Aku mengirim Hanako kepada cucuku," kata Kiyori, "karena sekarang dia melaksanakan sebagian besar tugas resmi Bangsawan Agung wilayah kita, dia lebih membutuhkan pelayan yang bisa diandalkan daripada aku."
Kiyori berhenti seakan-akan sedang mendengarkan tanggapan, kemudian
berbicara lagi. Dia terus seperti itu untuk beberapa saat. Di luar pintu, Shigeru memusatkan seluruh perhatiannya, tetapi tak sekalipun dia berhasil menangkap suara orang yang bersama ayahnya itu.
"Karena masa depan akan membawa kekacauan," kata Kiyori, seakan-akan menjawab sebuah pertanyaan, "karakter jauh lebih penting ketimbang status." Lalu, setelah berhenti sesaat, "Kau tidak setuju?" Dan, setelah sebuah jeda lagi. "Kau setuju, tetapi tampaknya kau geli mendengar kata-kataku. Kuanggap itu artinya Hanako dan Genii tidak ditakdirkan untuk bersatu."
Hanako dan Genji" Shigeru terguncang. Hanako hanyalah pelayan di kastel ini.
Bagaimana mungkin dia ditakdirkan untuk mendampingi seorang hangsawan" Apakah
ayahnya tidak sedang merencanakan kejahilan terhadap cucunya sendiri" Shigeru
bertekad melihat teman bicara Kiyori. Setiap kali Kiyori berbicara, Shigeru bisa BUKU II
15 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur memperkirakan ke arah mana Kiyori menghadap dari perubahan kekuatan suaranya.
Dia menunggu sampai saat yang tepat dan dengan pelan-pelan menggeser pintu cu-
kup untuk membuat celah kecil. Dengan menggeser sudut pandangan di celah, dia
memindai ruangan itu selama percakapan berlangsung.
"Aku hanya ingin.tahu apa yang harus kuketahui untuk memastikan kesejahteraan klan kita."
Kiyori duduk di tengah ruangan sambil menghirup teh. Sajian itu diperuntukkan
bagi dua orang. Cangkir satu lagi, terisi penuh, tidak tersentuh di seberang Kiyori.
Shigeru selesai memeriksa ruangan itu. Tak ada orang lain di sana. Apakah orang itu telah pergi melalui jalan rahasia yang tidak diketahuinya" Tampaknya itu tidak mungkin. Namun, Shigeru ingat, Kiyori merancang sendiri menara itu, dan tak
seorang pun pernah melihat perencanaannya. Siapa pun yang ditemuinya tentunya
tidak keluar melalui jendela. Satu-satunya jalan lain untuk turun hanyalah melewati Shigeru, dan tak seorang pun telah melewatinya.
"Apa itu?" Kiyori bertanya.
Mengira dia telah tertangkap basah, Shigeru berlutut dan membungkuk. Dia ragu
sejenak, tidak tahu apa yang harus dikatakannya, dan saat itulah Kiyori berbicara lagi.
"Kalau begitu, akan aku kabulkan."
Shigeru bangkit dengan cepat. Jadi, seseorang masih ada di dalam sana. Sekali lagi dia mengintip ke dalam kamar. Kiyori memandang lurus ke depan dan berbicara lagi seakan-akan sedang menanggapi seseorang yang berada tepat di depannya.
"Ini permintaan yang paling tidak adil," kata Kiyori. "Engkau telah memperdayaiku agar setuju melakukan hal itu. Aku telah bersumpah atas nama hidup dan kehormatanku untuk tidak melakukannya."
Shigeru melangkah mundur, mendadak beku.
"Baiklah," dia mendengar ayahnya berkata, "malam ini saja."
Shigeru meninggalkan tempat itu, awalnya dengan hati-hati, kemudian dia lari dari kastel secepat kakinya mampu membawanya. Ayahnya tidak mungkin membantunya
karena dia juga sudah gila. Kiyori telah berbicara dengan seorang wanita. Mungkin itu BUKU II
16 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur Lady Sadako, istri Kiyori dan ibunda Shigeru. Itu saja sudah buruk. Lady Sadako meninggal tak lama setelah melahirkan Shigeru. Akan tetapi, dia merasa wanita itu bukan almarhum ibunya. Kiyori berkata bahwa dia telah bersumpah tak akan pernah lagi tidur dengannya. Kiyori tidak akan berkata begitu kepada istrinya sendiri, tidak kepada hantunya sekalipun.
Menara tinggi Kastel Awan Burung Gereja, tempat Kiyori melewatkan begitu
banyak waktunya untuk menyendiri, sudah lama dianggap berhantu. Dikatakan bahwa bayangan-bayangan misterius pada waktu senja di sana sering menyerupai noda darah dari masa yang sangat lampau. Kisah-kisah seperti itu selalu muncul di sekitar tempat-tempat tragedi kuno, dan kastel mana di Jepang yang tidak memiliki kisah serupa" Di kastel ini, tragedi yang terjadi adalah pengkhianatan, serangan tak terduga, dan pembunuhan mengerikan, yang nyaris menghabisi klan Okumichi pada masa-masa
awalnya. Dan, itu terjadi pada musim gugur pada tahun kesepuluh Kaisar Go-Nijo.
Putri sihir itu, Lady Shizuka, telah melewatkan jam-jam terakhimya di ruang yang sama di menara itu.
Ayahnya telah bersekutu dengan ruh jahat seseorang yang telah mati lebih dari
lima ratus tahun lalu. 1311, Kastel Awan Burung Gereja
Shizuka dan Ayame memandang keluar dari jendela di menara tinggi dan
menyaksikan tiga arus pasukan bergerak mendekati Kastel Awan Burung Gereja.
"Berapa jumlah mereka, menurutmu?" tanya Shizuka.
"Enam ratus dari timur, tiga ratus dari utara, seratus lagi dari barat," sahut Ayame.
"Dan berapa jumlah kita?"
"Enam belas dayang berada di menara. Tiga puluh laki-laki, semuanya pengawal pribadi Lord Chiaki, menunggu para pengkhianat di gerbang kastel. Mereka segera datang begitu dipanggil. Kurir-kurir sudah dikirim untuk menemukan beliau. Barangkali beliau akan datang sebelum serangan dimulai."
BUKU II 17 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur "Barangkali," kata Shizuka, tahu bahwa Lord Chiaki tidak akan datang.
Ayame berkata, "Saya sulit menerima bahwa Go telah mengkhianati Lord
Hironobu dan Anda sendiri. Apakah ada kemungkinan lain?"
"Go telah mengatur agar Chiaki jauh dari sini pada saat kritis," kata Shizuka,
"karena dia tahu kesetiaan putranya tidak tergoyahkan. Ketidakhadiran Chiaki adalah bukti. Go tidak mau membunuhnya ketika dia membunuhku."
"Betapa kejamnya hidup ini," kata Ayame. "Lord Hironobu pasti sudah meninggal di masa kecilnya kalau bukan karena Go. Beliau tidak akan hidup untuk menjadi Bangsawan Agung tanpa kesetiaan dan keberanian Go. Tetapi sekarang,
begini. Mengapa?" "Kecemburuan, keserakahan, dan ketakutan," kata Shizuka. "Mereka bahkan sanggup menghancurkan langit seandainya para dewa lengah sebentar saja. Apalagi kita yang begitu rentan di bawah sini."
Mereka menyaksikan kekuatan musuh bersatu tikus membentuk kumpulan besar
pasukan. Dan, sebelum matahari tenggelam di balik pegunungan, api unggun
perkemahan menyala di antara mereka.
"Mengapa mereka menunggu?" kata Ayame. "Mereka jauh lebih kuat. Seribu melawan kurang lebih lima puluh."
Shizuka tersenyum. "Mereka takut. Malam tiba. Waktunya para penenung
mencapai puncak kekuatan."
Ayame tertawa. "Orang-orang bodoh. Dan mereka berambisi menguasai dunia."
"Justru orang-orang bodoh yang memiliki ambisi seperti itu," kata Shizuka.
"Perintahkan dayang-dayangku dan para samurai Chiaki untuk beristirahat. Kita aman untuk sementara waktu."
"Baik, Nyonya."
"Kau tidak perlu cepat-cepat kembali ke sini, Ayame. Aku akan baik-baik saja.
Temanilah adikmu." "Anda yakin, Nyonya" Bagaimana dengan bayi Anda?"
"Putriku baik-baik saja," kata Shizuka, "dan akan lahir pada waktunya, tidak lebih BUKU II
18 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur awal." "Putri?" "Putri," sahut Shizuka.
Jika benar-benar mungkin merasakan kegembiraan dan kesedihan pada saat yang
sama, barangkali Ayame berhasil melakukannya saat itu, ketika air mata jatuh ke pipinya dan wajahnya menjadi cerah dengan senyum sempurna. Dia membungkuk
rendah dan meninggalkan kamar tanpa bersuara.
Shizuka mengatur dirinya dan menunggu kedatangan Kiyori.
1860, Kastel Awan Burung Gereja
Hanako berjalan melintasi taman di tengah kastel. Sebelumnya, dia tidak pernah melakukan itu tanpa izin. Taman itu khusus dibuat untuk dinikmati para tuan dan nyonya keluarga bangsawan, bukan pelayan. Namun, dia mau mengambil risiko
dimarahi. Besok dia akan pergi ke Edo. Siapa yang tahu kapan dia akan kembali
kembali" Barangkali tidak akan pernah. Dia ingin melihat mawar-mawar itu sebelum pergi. Di sini, bunganya bermekaran dalam jumlah begitu berlimpah sehingga kastel ini terkadang disebut Kastel Taman Mawar alih-alih Kastel Awan Burung Gereja. Dia lebih suka nama bunga.
Sekuntum mawar mekar menarik perhatiannya. Ukurannya lebih kecil ketimbang
yang lain, tetapi kelopak bunganya penuh, dan warnanya begitu cerah. Mungkin
seperti itulah definisi warna merah sebenarnya.
Kecemerlangannya di tengah cahaya senja yang memudar sangat menarik hati.
Dia mengulurkan tangan untuk menyentuhnya. Duri yang tak terlihat menusuknya.
Ketika dia menarik tangannya kemali, dia melihat setetes darah, tepat sewarna dengan kelopak bunga, membentuk kuncup mawar mungil di ujung jarinya.
Hanako bergidik. Apakah ini bukan sebuah pertanda" Dia bergegas pergi untuk
melanjutkan tugas malamnya.
BUKU II 19 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur "Apa yang kaulakukan di sini?" tanya Kiyori.
Hanako dan pelayan kedua yang membawa hidangan makan malam masuk
seperti yang diharapkannya. Di belakang mereka, tanpa pemberitahuan, muncul
Shigeru. Shigeru membungkuk di ambang pintu.
"Aku mohon maaf telah datang kemari tanpa izin Ayah terlebih dahulu."
Sekilas dia memindai kamar itu dan memastikan tak ada orang lain bersama
ayahnya. Ukuran kamar tidak berubah. Jadi, tidak ada ruang tersembunyi yang
ditambahkan sejak terakhir dia kemari.
Namun malam ini, sebagaimana siang tadi, dia yakin ayahnya berbicara dengan
seseorang. Kiyori tidak suka dikejutkan. Hanako seharusnya memberitahukan kehadiran
Shigeru kepadanya sebelum membuka pintu. Dia melemparkan pandangan mencela
ke arah gadis itu. Akan tetapi, ekspresi kekagetan pada wajah Hanako menunjukkan bahwa dia juga tidak menyadari kehadiran Shigeru. Itu hanya berarti bahwa Shigeru telah menggunakan ilmu siluman di belakangnya agar tetap tidak terlihat. Kiyori baru menyadari wajah putranya yang begitu tirus dan matanya yang berkilat-kilat liar. Di lain situasi, perilaku aneh Shigeru dan tanda-tanda yang sangat jelas menunjukkan pergolakan batinnya akan membuat Kiyori memerhatikan. Namun malam ini, Lady
Shizuka harus mendapatkan perhatian penuh darinya. Selama bertahun-tahun sejak dia menemuinya, kunjungan Lady Shizuka tidak pernah lebih dari dua kali dalam
setahun. Dalam minggu terakhir ini, dia telah menemui Lady Shizuka setiap hari. Jelas ini sebuah tanda dari kemunduran mentalnya sendiri. Para keturunan Okumichi yang terpilih dengan pengecualian yang langka, pada akhirnya dihancurkan oleh
kekuatannya sendiri. Mengapa pula dia harus berbeda" Akan tetapi, dia bertekad untuk tidak mempermalukan diri sendiri dan klannya. Jika waktunya telah tiba, dan dia sudahtidak berguna untuk siapa pun, dia akan mengakhiri hidupnya sendiri
daripada mati dalam keadaan gila. Dia akan menangani Shigeru lain waktu. Jika lain waktu itu masih ada.
BUKU II 20 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
Jembatan Musim Gugur "Ya, ada apa?" "Aku ingin berbicara dengan Ayah tentang suatu hal penting. Tetapi, kulihat Ayah sedang menunggu tamu, jadi aku tidak akan mengganggu lagi. Aku akan
meminta Ayah meluangkan waktu bagiku lain." Shigeru membungkuk dan pergi. Dia telah melakukan apa yang harus dilakukan sebelumnya ketika makanannsedang
disiapkan. Dia datang hanya untuk memastikan apa yang dicurigainya. Tamu itu tak terlihat oleh siapa pun kecuali ayahnya.
"Titik balik kehidupannya sudah sampai," kata Lady Shizuka setelah mereka tinggal berdua saja. "Tak ada yang bisa dilakukan kecuali menunggu takdir."
"Itu tidak memberiku semangat," kata Kiyori.
"Mengapa Anda harus disemangati atau tidak disemangati?" tanya Shizuka.
"Kenyataan akan menjadi jernih jika sifat-sifat emosional tidak dibiarkan mengaburkannya."
"Manusia," kata Kiyori, "selalu merasakan emosi meskipun telah berlatih, menghadapi kecenderungan, atau keadaan. Mereka tidak dapat dan tidak selalu
Dayang Tiga Purnama 1 Pendekar Rajawali Sakti 113 Pembalasan Iblis Sesat Naga Sasra Dan Sabuk Inten 41
^