Pencarian

Dayang Tiga Purnama 1

Joko Sableng 39 Dayang Tiga Purnama Bagian 1


SATU DUA gadis berparas cantik itu pasang tampang dingin angker. Di hadapan mereka
Pendekar 131 Joko
Sableng tertawa bergelak panjang. Sementara Bidadari
Pedang Cinta pulang balikkan wajah memandang silih
berganti pada dua gadis di hadapannya dan melirik
pada murid Pendeta Sinting yang tegak di sampingnya
dengan raut kebingungan. Dalam hati diam-diam dia
berkata. "Pemuda asing satu ini aneh.... Jelas tidak ada suara yang menggelikan! Namun
mendadak dia tertawa
bergelak seperti orang gila.... Jangan-jangan dia memang pemuda setengah
gila.... Tapi...." Bidadari Pedang Cinta menghela napas panjang. "Aku terpaksa
berdusta pada Eyang hanya karena ingin tahu bagaimana keadaannya.... Tak tahunya
aku harus terlibat
urusan lain...." Bidadari Pedang Cinta melirik pada
dua gadis di hadapannya dan teruskan membatin.
"Mengapa dua gadis ini mencari Bidadari Tujuh
Langit"! Apakah mereka tidak tahu kalau perempuan
yang mereka cari memiliki kelainan"! Atau janganjangan mereka juga mempunyai
sifat seperti Bidadari
Tujuh Langit...."
Membatin sampai di situ, tiba-tiba kuduk Bidadari
Pedang Cinta berubah dingin. Apalagi teringat ucapan
dan tindakan yang hendak dilakukan Bidadari Tujuh
Langit beberapa saat yang lalu.
Seperti diketahui, Bidadari Pedang Cinta dan Bidadari Delapan Samudera sempat
hendak diperlakukan
tidak senonoh oleh Bidadari Tujuh Langit yang memiliki kelainan lebih suka
dengan sesama jenis daripada
dengan laki-laki. Untung saat itu muncul murid Pen-
deta Sinting yang menghadang tindakan Bidadari Tujuh Langit. Dan pada saat yang
tepat, Iblis Pedang Kasih berkelebat menyelamatkan Bidadari Pedang Cinta
serta Bidadari Delapan Samudera.
Begitu Bidadari Delapan Samudera pergi, Bidadari
Pedang Cinta segera pula minta izin pada eyangnya.
Dan secara tak sengaja Bidadari Pedang Cinta menemukan Pendekar 131 tengah
berduaan bicara dengan
Bidadari Delapan Samudera di pinggiran sungai. Didera oleh perasaan tidak enak,
akhirnya Bidadari Delapan Samudera segera berkelebat pergi.
Bidadari Pedang Cinta juga akan pergi, tapi murid
Pendeta Sinting mencegah dan memberi keterangan
pada Bidadari Pedang Cinta soal hubungannya dengan
Bidadari Delapan Samudera. Tapi Bidadari Pedang
Cinta tidak percaya. Apalagi dia dengar sendiri dari
mulut Joko jika salah satu di antara dirinya dan Bidadari Delapan Samudera
adalah kekasihnya. Bidadari
Pedang Cinta menduga yang dimaksud kekasih oleh
murid Pendeta Sinting adalah Bidadari Delapan Samudera. Ketika terjadi
perbincangan itulah mendadak
muncul dua orang gadis berwajah cantik. Yang satu
berpakaian merah, satunya lagi mengenakan baju kuning. Paras kedua gadis ini
sangat mirip dan sulit dibedakan. Yang bisa membedakan mereka adalah pakaian
yang mereka kenakan.
Kedua gadis berbaju merah dan kuning muncul
dengan bertanya tentang ke mana perginya Bidadari
Tujuh Langit. Mendengar pertanyaan kedua gadis,
Pendekar 131 mendadak tertawa bergelak, membuat
Bidadari Pedang Cinta sempat merasa aneh. Sebaliknya dua gadis yang muncul
dengan pertanyaan mulai
geram karena jawaban dan sahutan murid Pendeta
Sinting jelas bernada main-main!
"Pemuda asing! Apa yang kau dengar lucu, hah"!"
Gadis berbaju merah perdengarkan bentakan keras
membahana. Tangan kanannya diangkat ke udara.
Joko putuskan gelakan tawanya. Kedua tangan ditakupkan di depan dada. Lalu
seraya tersenyum dia
menjura dan berujar.
"Pertanyaan kalian memang tidak lucu apalagi
menggelikan...."
"Mengapa kau tertawa ngakak"!" sahut gadis berbaju kuning seolah tak sabar.
"Yang membuatku tertawa.... Mengapa kalian bertanya padaku"! Apa kalian kira aku
tahu banyak tentang orang yang kalian tanyakan"! Kalau boleh aku
bertanya, siapa yang memberi kalian keterangan kalau
aku adalah orang yang banyak tahu masalah orang
yang kalian cari"!"
Dua gadis yang ditanya tidak segera menjawab.
Pendekar 131 tertawa lagi. Lalu berucap.
"Mungkin orang yang memberi keterangan pada kalian salah ucap. Atau bisa saja
kalian yang salah dengar...."
"Telinga kami tidak tuli! Dan mereka tidak mungkin
berdusta!" Yang menyahut adalah gadis berbaju merah.
Murid Pendeta Sinting geleng kepala. "Aku baru percaya dengan ucapan kalian jika
kalian mau mengatakan siapa mereka yang memberi keterangan.... Kalau
tidak.... Aku tetap berkeyakinan orang yang memberi
kalian keterangan salah ucap dan kalian sendiri salah
dengar...!"
Tangan kanan gadis berbaju merah yang terangkat
di udara sudah hendak bergerak. Namun gadis di sebelahnya segera berbisik.
"Sebaiknya kita katakan saja siapa yang memberi-
kita keterangan! Waktu kita bisa tersita kalau terusterusan melayani manusia
gila seperti dia...."
Gadis berbaju merah batalkan niat yang hendak lepaskan pukulan. Dia tarik pulang
tangan kanannya ke
belakang lalu berkata.
"Kau pasti pernah dengar seorang tokoh bergelar Iblis Muka Setan dan tokoh
perempuan berjuluk Perempuan Kembang Darah!"
Joko kerutkan dahi. "Hem.... Yang dimaksud mereka pasti orang tua bertubuh
kerempeng dan perempuan setengah baya berwajah cantik yang sempat berdebat
dengan Bidadari Tujuh Langit...." Joko ingat
akan pertemuannya dengan dua orang itu ketika dia
bentrok dengan Bidadari Tujuh Langit. Lalu bertanya.
"Apa hubunganmu dengan Iblis Muka Setan dan Perempuan Kembang Darah"!"
"Pertanyaanmu terlalu banyak! Sekarang jawab saja
pertanyaan kami sebelum kesabaran kami pupus!" teriak gadis berbaju kuning.
"Baik.... Aku akan turuti permintaan kalian. Tapi
harap kau katakan dulu siapa kalian adanya! Dengan
begitu, kalau kalian nanti tidak bertemu dengan orang
yang kalian cari dan kebetulan aku bertemu dengannya, aku bisa menerangkan lebih
mudah!" "Kau tak usah ikut campur! Ini urusan kami!"
"Aku tidak akan turut campur.... Hal ini agar memudahkan bagiku untuk memberi
keterangan nantinya...."
"Kau tak usah memberi keterangan padanya! Kami
yang akan mencari!" Gadis berbaju merah menyahut
lagi. Pendekar 131 geleng kepala lagi. "Tidak semudah
itu melakukannya.... Dan siapa tahu Bidadari Tujuh
Langit juga tengah mencari kalian. Kalau nantinya dia
bertanya padaku, dan aku tidak bisa menjawab, urusan besar akan berada di
mataku.... Jadi harap kalian
tidak menempatkan urusan padaku dengan tidak mau
menjelaskan siapa adanya diri kalian...!"
"Turuti saja kemauannya...," bisik gadis berbaju
kuning. "Aku Galuh Sembilan Gerhana!" seru gadis berbaju
merah. "Aku Galuh Empat Cakrawala!" Gadis berbaju kuning menyahut.
"Dari nama depan kalian, tentu kalian dua saudara...," ujar Joko.
"Terserah bagaimana pendapatmu! Yang jelas kami
telah turuti kemauanmu dan kami tunggu keteranganmu! Sekali lagi kau buka mulut
bukan memberi keterangan, kau akan tahu akibatnya!" Gadis berbaju
merah yang sebutkan diri dengan Galuh Sembilan
Gerhana buka mulut.
Joko anggukkan kepala. Lalu berkata.
"Kalian pasti pernah dengar seorang perempuan
cantik bertubuh bahenol berambut putih panjang bernama Putri Pusar Bumi...."
"Teruskan keteranganmu!" kata gadis berbaju kuning yang tadi sebutkan diri
dengan Galuh Empat Cakrawala.
"Orang yang kalian cari pergi mengejar perempuan
berparas cantik bertubuh bahenol itu!"
Galuh Sembilan Gerhana dan Galuh Empat Cakrawala saling pandang. Galuh Sembilan
Gerhana berucap pelan.
"Kita pernah dengar nama yang baru diucapkan pemuda itu dari Guru walau kita
belum pernah bertemu
orangnya! Dari keterangan Guru pula, kita tahu jika
Putri Pusar Bumi punya urusan dengan Bidadari Tu-
juh Langit!"
"Hem.... Jadi kau percaya dengan keterangan pemuda itu ke mana perginya buruan
kita"!" tanya Galuh Empat Cakrawala.
Galuh Sembilan Gerhana anggukkan kepala. Lalu
arahkan pandang matanya pada murid Pendeta Sinting
seraya berkata.
"Ke mana arah yang diambil orang yang kami cari"!"
"Pergilah ke selatan. Kalian akan menemukan tanah
terbuka yang banyak ditebari bongkahan batu. Dari
sana kalian boleh mengambil jurusan ke arah barat!
Itulah arah yang diambil Bidadari Tujuh Langit saat
mengejar perempuan cantik bertubuh aduhai yang tadi
kujelaskan...."
"Hem.... Saat ini kami percaya dengan keteranganmu! Tapi ingat.... Sekali
ternyata keteranganmu dusta,
selembar nyawamu adalah jaminannya!" kata Galuh
Sembilan Gerhana.
"Keteranganmu tadi adalah titipan nyawa kekasihmu itu!" Galuh Empat Cakrawala
menyahut. "Sekali
ternyata keteranganmu palsu, nyawa kekasihmu adalah bunga dari nyawamu dan akan
kami tagih sekaligus dengan nyawamu!" Seraya berkata begitu, kepala
Galuh Empat Cakrawala memandang pada Bidadari
Pedang Cinta. "Aku bukan kekasihnya!" Bidadari Pedang Cinta cepat buka suara dengan paras
bersemu merah. Galuh Empat Cakrawala tertawa pendek. "Kalau
kau bukan kekasihnya, mengapa nada ucapanmu tadi
seperti cemburu..."!"
"Hem... Jangan-jangan mereka berdua mencuri
dengar pembicaraanku dengan Bidadari Pedang Cinta..." Murid Pendeta Sinting
membatin. "Siapa cemburu"! Dia bukan apa-apa ku!" teriak Bi-
dadari Pedang Cinta.
Mendengar teriakan meradang Bidadari Pedang Cinta, kini Galuh Sembilan Gerhana
yang ganti tertawa
sebelum akhirnya buka mulut.
"Kau kekasihnya atau bukan adalah urusanmu
dengan pemuda itu! Yang jelas kau telah dengar keterangannya dan tidak
menyangkal! Berarti kau membenarkan keterangannya. Dan kau harus ikut
bertanggung jawab kalau nantinya keterangan itu palsu!"
Habis berkata begitu, Galuh Sembilan Gerhana
menggaet lengan Galuh Empat Cakrawala dan menariknya untuk berkelebat tinggalkan
tempat itu. "Gara-gara kau menahan kepergianku, akhirnya
aku sampai ikut terlibat dengan urusan gila ini!" Bidadari Pedang Cinta berujar
seraya memandang pada sosok Galuh Sembilan Gerhana dan Galuh Empat Cakrawala
yang berlari menuruti keterangan Pendekar
131. "Kau tak usah khawatir, Bidadari...."
"Enak saja kau bicara!" Bidadari Pedang Cinta sudah memotong sebelum murid
Pendeta Sinting selesaikan ucapannya. "Seharusnya kau bicara begitu sebelum
kedua makhluk tadi pergi! Tidak setelah mereka
pergi dan tidak mendengar ucapanmu!"
"Ah.... Mungkin hal ini sudah menjadi takdir kita!
Dengan adanya urusan ini berarti kita harus ke manamana selalu berdua...."
Bidadari Pedang Cinta menyeringai. "Jangan kira
aku takut menghadapi mereka berdua! Dan aku tak
ingin menambah urusan dengan terus bersama denganmu!"
"Kau masih menduga Bidadari Delapan Samudera
adalah kekasihku"!"
"Itu urusanmu!" sentak Bidadari Pedang Cinta lalu
berkelebat pergi.
"Bidadari! Tunggu!" tahan murid Pendeta Sinting
sambil mengejar.
"Kau telah membuat diriku banyak punya urusan
dengan orang! Harap tidak menambah urusan ini dengan mencegahku pergi! Dan
jangan coba-coba mengikutiku!" teriak Bidadari Pedang Cinta sambil hentikan
larinya dan sentakkan kepala memandang angker pada
Pendekar 131. "Aku tak akan mencegah atau mengikutimu meski
seharusnya kita harus bersama-sama...."
"Lalu mengapa kau mengejarku"!" tanya Bidadari
Pedang Cinta lagi-lagi menukas ucapan Pendekar 131.
"Aku ingin kau menjawab pertanyaanku tentang letak Lembah Tujuh Bintang Tujuh
Sungai...."
"Kau tak akan mendapat jawaban sebelum kau katakan apa tujuan sebenarnya hendak
menuju Lembah Tujuh Bintang Tujuh Sungai!"
Joko menghela napas. "Tak mungkin aku berterus
terang padanya. Malah-malah hal itu dapat membuatnya bungkam mulut!" katanya
dalam hati. Lalu berkata.
"Aku telah membuat janji dengan Dewa Asap Kayangan untuk bertemu di lembah itu!"
"Hem.... Berarti kau pernah bertemu dengan orang
itu! Mengapa kau tidak bertanya langsung pada yang
bersangkutan"!"
"Dia tidak memberiku kesempatan untuk bertanya!"
Bidadari Pedang Cinta terdiam beberapa lama. Setelah menghela napas panjang
akhirnya gadis cantik
berbaju hijau ini buka suara.
"Pergilah ke arah selatan. Kira-kira dua ratus tombak dari sini kau akan
menemukan sebuah hutan
bambu. Setelah itu kau akan menemukan sebuah ali-
ran sungai. Itulah sungai pertama! Setelah itu kau
akan menjumpai enam sungai lainnya! Pada sungai ketujuh, kau akan mendapati
sebuah lembah berbentuk
bintang! Itulah tempat yang kau cari!"
"Hem.... Dari keterangannya, kali ini pasti aku tidak
akan tertipu lagi!" membatin murid Pendeta Sinting.
Lalu angkat bicara.
"Ketika kita bertemu di kedai, sepertinya kau juga
hendak menuju lembah itu.... Kalau kau mau mengatakan urusanmu, mungkin aku bisa
mengutarakannya


Joko Sableng 39 Dayang Tiga Purnama di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pada Dewa Asap Kayangan!"
"Urusan yang harus kau selesaikan masih banyak!
Jangan mempersulit diri dengan menambah urusan
orang lain!"
"Kau telah memberi keterangan berharga padaku.
Sudah selayaknya aku menawarkan diri.... Meski sebenarnya aku lebih suka
seandainya kita pergi bersamasama ke Lembah Tujuh Bintang Tujuh Sungai...."
Bidadari Pedang Cinta tertawa sambil geleng kepala.
"Aku bukan orang yang suka pamrih. Lebih dari itu
aku tak mau membuat sakit hati orang lain!"
Selesai berucap begitu, Bidadari Pedang Cinta berkelebat. Namun entah mengapa
sebenarnya gadis ini
berharap Pendekar 131 menahan kepergiannya. Hingga kali ini ia berlari tidak
begitu kencang dan sengaja
menghindar dari tempat yang sekiranya dapat membuat dirinya segera tidak
terlihat murid Pendeta Sinting.
Di lain pihak, meski sebenarnya Joko ingin sekali
mengajak Bidadari Pedang Cinta untuk jalan bersamasama menuju Lembah Tujuh
Bintang Tujuh Sungai,
namun karena jawaban si gadis yang bernada enggan,
akhirnya Joko tidak berusaha menahan kepergian Bidadari Pedang Cinta. Hingga
begitu sosok Bidadari Pe-
dang Cinta hampir tidak kelihatan, Joko putar diri lalu
berkelebat ke arah yang baru saja dijelaskan Bidadari
Pedang Cinta. *** DUA PEREMPUAN bertubuh bahenol berparas cantik dan
berkulit putih serta mengenakan pakaian warna putih
ketat itu hentikan larinya dengan mulut perdengarkan
gumaman tidak jelas. Dadanya yang membusung kencang tampak bergerak turun naik.
Pakaian yang dikenakan telah basah kuyup. Sepasang matanya yang
bulat dan menyorot tajam bergerak liar memandang
berkeliling. Lalu terdengar ucapannya.
"Perempuan gembrot itu bisa lolos dari tanganku!
Tapi bukan berarti dia bisa sembunyi!" Perempuan ini
sisir rambutnya dengan jari tangan. Lalu putar diri
menghadap arah mana dia tadi datang.
"Dua santapanku hilang percuma! Padahal keduanya adalah gadis-gadis cantik dan
aku yakin belum
pernah menikmati indahnya bercinta.... Hem.... Ini gara-gara pemuda asing gila
itu!" Mendadak paras wajah
perempuan cantik meski usianya tidak muda lagi dan
bukan lain adalah Bidadari Tujuh Langit adanya, berubah tegang. Dagunya
terangkat dan mengembung.
Saat lain dia berkelebat.
Pada satu tempat, tiba-tiba Bidadari Tujuh Langit
hentikan larinya. Dua daun telinganya bergerak-gerak.
Sepasang matanya dipentang besar-besar memandang
pada satu jurusan.
"Hem.... Telingaku mendengar suara orang bicara.
Suaranya makin lama makin keras.... Berarti mereka
tengah mendekat ke tempat ini!" membatin Bidadari
Tujuh Langit. "Dari suaranya, jelas mereka adalah perempuan! Mungkinkah mereka
adalah gadis jelita berbaju biru dan gadis cantik berbaju hijau itu"!" dada
perempuan berusia kira-kira dua puluh lima tahunan
ini berdebar dibuncah hawa nafsu. Bibirnya sunggingkan senyum. Saat lain dia
berkelebat menyelinap sembunyi di balik satu gundukan tanah agak tinggi.
Begitu sosok Bidadari Tujuh Langit lenyap tidak kelihatan di balik gundukan
tanah, muncullah dua
bayangan yang berkelebat cepat melintasi gundukan
tanah agak tinggi di mana Bidadari Tujuh Langit baru
saja menyelinap sembunyi.
Bidadari Tujuh Langit segera mengintip. Sepasang
matanya dijerengkan. "Hem.... Ternyata bukan kedua
gadis tadi! Tapi tampaknya hari ini memang aku lagi
bernasib baik! Dua lenyap tapi dua lagi yang muncul!"
Bidadari Tujuh Langit tidak menunggu lagi apalagi
dilihatnya dua sosok yang tengah berkelebat tidak tahu keberadaannya. Dia cepat
keluar dari balik gundukan tanah dan berteriak.
"Tampaknya kalian buru-buru! Kalian mengejar seseorang"!"
Dua bayangan yang baru saja melintasi gundukan
tanah agak tinggi sama hentikan kelebatannya dan
langsung balikkan tubuh. Mata masing-masing memandang tak berkesip pada sosok
Bidadari Tujuh Langit dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Dua pasang mata dari dua bayangan yang ternyata
adalah milik dua gadis berparas cantik berbaju merah
dan kuning dan tidak lain adalah Galuh Sembilan Gerhana dan Galuh Empat
Cakrawala mendadak mendelik
besar ketika melihat sesuatu di kaki Bidadari Tujuh
Langit. "Galuh Sembilan!" bisik Galuh Empat Cakrawala.
"Tampaknya keterangan pemuda asing itu benar adanya! Kita menemukan manusia yang
kita cari! Kau lihat cincin merah di ibu jari kaki kirinya"!"
"Aku melihatnya! Dia adalah Bidadari Tujuh Langit!
Perempuan binal yang harus kita singkirkan dari muka bumi!" menjawab Galuh
Sembilan Gerhana.
"Kita tidak boleh gegabah menghadapinya! Kita jalankan apa saran Guru...!" sahut
Galuh Empat Cakrawala dengan suara masih ditekan. Lalu berpaling pada
Galuh Sembilan Gerhana seraya memberi isyarat dengan kedipkan sebelah mata.
"Kalian belum jawab pertanyaanku.... Kalian tengah
mengejar seseorang"!" Bidadari Tujuh Langit buka suara ulangi pertanyaan.
Sepasang matanya menatap silih berganti pada Galuh Sembilan Gerhana dan Galuh
Empat Cakrawala dengan bibir terus mengumbar senyum.
"Kami memang tengah mengejar seseorang!" Yang
menyahut adalah Galuh Sembilan Gerhana.
"Mungkin kalian kehilangan jejak. Aku sudah agak
lama di tempat ini. Dan tidak melihat adanya seseorang yang lewat! Kalau boleh
tahu, siapa yang tengah
kalian kejar"!" Bidadari Tujuh Langit ajukan tanya seraya melangkah mendekat.
"Seorang pemuda!" jawab Galuh Sembilan Gerhana
setelah melirik sesaat pada Galuh Empat Cakrawala.
Dahi Bidadari Tujuh Langit berkerut. Dia hentikan
langkah lalu buka suara.
"Mau katakan siapa nama pemuda yang kalian kejar"!"
Galuh Sembilan Gerhana geleng kepala. "Itu urusan
kami! Kau sendiri mengapa berada di tempat sepi ini"!
Tengah menunggu seseorang"!"
Bidadari Tujuh Langit tertawa. "Tampaknya kita
punya tujuan yang hampir sama. Bedanya kalian tengah mengejar, tapi aku tengah
menunggu...."
"Juga seorang pemuda"!" tanya Galuh Sembilan
Gerhana. Bidadari Tujuh Langit geleng kepala. "Itu urusanku, Gadis-gadis Cantik.... Dan
percuma kujelaskan
pada kalian siapa yang tengah kutunggu. Karena kalian pasti tidak akan kenal
siapa adanya orang yang
kutunggu!" Seraya berucap begitu, kembali Bidadari
Tujuh Langit teruskan langkah mendekati Galuh Sembilan Gerhana dan Galuh Empat
Cakrawala. Perempuan bertubuh sintal yang ibu jari kaki kirinya mengenakan
cincin berwarna merah salah satu dari pasangan Sepasang Cincin Keabadian ini
hentikan tindakan delapan langkah di hadapan Galuh Sembilan Gerhana dan Galuh
Empat Cakrawala seraya ajukan
tanya lagi. "Boleh aku tahu siapa nama kalian..."!"
"Aku Galuh Sembilan Gerhana. Dia Galuh Empat
Cakrawala!" Galuh Sembilan Gerhana menjawab dengan berpaling pada Galuh Empat
Cakrawala. Lalu
menoleh lagi pada Bidadari Tujuh Langit dan balik
ajukan tanya. "Kau telah tahu siapa kami. Rasanya kurang layak
kalau kami belum tahu siapa kau adanya. Tidak keberatan mengatakan pada kami"!"
"Aku Bidadari Tujuh Langit...."
Galuh Sembilan Gerhana dan Galuh Empat Cakrawala saling lontar lirikan. Galuh
Sembilan Gerhana
anggukkan kepala lalu berujar.
"Tampaknya kami memang telah kehilangan jejak.
Kami harus segera pergi...."
"Tunggu!" tahan Bidadari Tujuh Langit begitu meli-
hat gerakan sosok Galuh Sembilan Gerhana yang hendak putar diri.
"Tampaknya orang yang kutunggu juga tidak akan
muncul... Bagaimana kalau kita jalan bersama-sama..."l" kata Bidadari Tujuh
Langit. "Kau akan ke mana"!" tanya Galuh Sembilan Gerhana seraya batalkan niat untuk
putar diri. "Pada awalnya aku memang punya rencana pergi ke
satu tempat bersama orang yang kutunggu. Namun
nyatanya yang kutunggu tidak kunjung muncul! Aku
merasa kecewa... Kini aku tak punya tujuan hendak ke
mana. Aku hanya ingin turutkan ke mana kaki akan
membawaku pergi... Dan kalau kalian tak keberatan,
aku akan ikut ke mana saja kalian hendak pergi...."
Galuh Sembilan Gerhana sorongkan kepala ke arah
Galuh Empat Cakrawala. Seraya melirik pada Bidadari
Tujuh Langit, dia berbisik.
"Bagaimana sekarang"! Aku yakin, ucapannya
hanya pura-pura untuk menggaet kita! Sementara tidak mungkin kita langsung
bertindak! Itu membawa
risiko besar! Kita baru bisa bertindak kalau dia dalam
keadaan lengah!"
"Hem.... Bagaimana kalau kita pura-pura ajak dia
mengikuti kita" Lalu kita laksanakan rencana yang telah kita susun!" sambut
Galuh Empat Cakrawala.
Selagi Galuh Empat Cakrawala berucap begitu, Bidadari Tujuh Langit sudah angkat
suara lagi. "Bagaimana"! Kalian merasa keberatan"!"
"Sebenarnya kami tidak ingin diikuti siapa pun! Tapi karena orang yang kami
kejar tidak kami temukan,
terpaksa kami harus pulang dahulu. Kalau kau mau
ikut, silakan! Tapi...."
Belum sampai Galuh Sembilan Gerhana selesaikan
ucapan, Bidadari Tujuh Langit sudah menyambut!.
"Kalian tak usah pikirkan diriku.... Sementara ini
aku hanya ikut dengan kalian hingga perasaan kecewaku hilang. Dan aku pun tak
tahu sampai di mana
harus ikut dengan kalian! Yang pasti, begitu aku bisa
melupakan peristiwa yang membuat hatiku kecewa ini,
aku akan lanjutkan perjalanan sendiri... Aku hanya
butuh teman untuk bicara!"
Galuh Sembilan Gerhana menoleh pada Galuh Empat Cakrawala. Galuh Empat Cakrawala
anggukkan kepala. Bidadari Tujuh Langit tersenyum. Lalu berkata.
"Terima kasih.... Aku tak akan bertanya ke mana
kalian akan mengajakku. Yang penting, aku bisa melupakan rasa kecewa hatiku...."
"Ikuti kami...," kata Galuh Sembilan Gerhana lalu
memberi isyarat pada Galuh Empat Cakrawala dan
berkelebat. Galuh Empat Cakrawala lemparkan senyum pada
Bidadari Tujuh Langit. Lalu putar diri setengah lingkaran dan berkelebat
menyusul Galuh Sembilan Gerhana.
Bidadari Tujuh Langit tahan gerakan dadanya yang
mulai turun naik karena dibuncah gejolak nafsu saat
mencuri pandang ke arah dada dan pinggul Galuh
Empat Cakrawala.
"Hem.... Tampaknya aku mendapatkan ganti yang
sepadan dengan kedua gadis yang lepas dari tanganku
tadi...." Bidadari Tujuh Langit bergumam seraya tersenyum lalu berlari menyusul
Galuh Empat Cakrawala.
Pada suatu tempat sepi, Galuh Sembilan Gerhana
memperlambat larinya setelah berpaling pada Galuh
Empat Cakrawala yang berlari tidak jauh di belakangnya.
Gerakan kepala Galuh Sembilan Gerhana membuat
Galuh Empat Cakrawala maklum. Dia mempercepat larinya lalu menjajari Galuh
Sembilan Gerhana.
"Biar aku yang selesaikan urusan ini. Dan kau tahu
apa yang harus kau lakukan!" Galuh Sembilan Gerhana berbisik begitu Galuh Empat
Cakrawala berlari
menjajari. Galuh Empat Cakrawala sambuti ucapan dengan
isyarat kepala. Lalu teruskan berlari melewati Galuh
Sembilan Gerhana yang memperlambat larinya dengan
sesekali berpaling ke belakang melihat Bidadari Tujuh
Langit yang berlari dengan bibir terus menerus mengumbar senyum.
Pada saat melewati sebuah pohon agak besar berdaun rindang, mendadak Galuh
Sembilan Gerhana
hentikan larinya. Kepalanya sesaat lurus ke arah Galuh Empat Cakrawala yang
sudah berada jauh di depan sana. Saat lain kepala itu menunduk. Bersamaan
dengan itu kedua tangannya bergerak merangkap pada
perutnya. Lalu terdengar teriakannya.
"Galuh...! Tunggu...!"
Namun suara itu laksana tersumbat di tenggorokan. Hingga yang terdengar adalah
gumaman tak jelas.
Di lain pihak, Galuh Empat Cakrawala terus berlari
bahkan tidak sekali pun berpaling.
Di belakang, Bidadari Tujuh Langit kerutkan dahi.
"Ada apa dengan gadis baju merah bernama Galuh
Sembilan Gerhana itu"! Sepertinya dia...." Bidadari Tujuh Langit lepas pandangan
sesaat pada sosok Galuh
Empat Cakrawala. Lalu melesat cepat ke arah Galuh
Sembilan Gerhana dan tegak di samping gadis cantik
berbaju merah itu.
"Tolong panggilkan saudaraku itu...," pinta Galuh
Sembilan Gerhana seraya melirik pada ibu jari kaki kiri Bidadari Tujuh Langit
yang mengenakan cincin ber-
warna merah. Kedua tangannya makin dirangkapkan
di depan perutnya, sementara tubuhnya ditekuk ke
depan membuat sikap seperti orang diserang sakit perut luar biasa.
"Kau terluka..."!" tanya Bidadari Tujuh Langit. Kedua tangannya segera memegang
kedua lengan Galuh
Sembilan Gerhana. Sepasang matanya liar menatap lekat-lekat dada gadis di
hadapannya. Lidahnya dijulurkan sedikit membasahi bibirnya.
Galuh Sembilan Gerhana tidak menyahut pertanyaan Bidadari Tujuh Langit.
Sebaliknya menghela
napas panjang dan dalam lalu angkat kepalanya memandang pada Bidadari Tujuh
Langit. "Aku tidak apa-apa.... Aku hanya...." Akhirnya Galuh Sembilan Gerhana buka
mulut. Namun sebelum
suaranya selesai, gadis cantik baju merah ini gigit bibirnya sendiri. Saat lain
sosoknya melorot jatuh ke
atas tanah!

Joko Sableng 39 Dayang Tiga Purnama di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Walau kedua tangan Bidadari Tujuh Langit yang
memegang lengan Galuh Sembilan Gerhana sebenarnya mampu menahan lorotan sosok
tubuh si gadis, tapi Bidadari Tujuh Langit tidak berusaha menahan,
hingga saat itu juga Galuh Sembilan Gerhana jatuh
terduduk di atas tanah.
"Aku tidak menangkap adanya luka pada dirinya.
Apakah dia berpura-pura.." Tapi untuk apa.."!" Bidadari Tujuh Langit berpikir
sesaat. "Ah... Itu tidak penting untuk kuketahui... Yang jelas..." Bidadari Tujuh Langit
kembali basahi bibir-nya.
Lalu duduk di hadapan Galuh Sembilan Gerhana.
"Tampaknya kau terluka dalam. Biar kuperiksa...,"
sambil berkata kedua tangan Bidadari Tujuh Langit
bergerak memegang kedua tangan Galuh Sembilan
Gerhana yang terus mendekap perutnya.
Galuh Sembilan Gerhana geleng kepala seraya berkata pelan.
"Aku tidak apa-apa... Aku sudah terbiasa begini jika
berlari agak jauh! Tapi sebenar lagi sudah pulih...."
Bidadari Tujuh Langit tersenyum. "Aku bukan seorang tabib. Tapi mungkin aku bisa
mengurangi rasa
sakitmu...." Kedua tangannya ditarik pulang ke atas
dan kini memegang bahu kanan kiri Galuh Sembilan
Gerhana. "Berbaringlah...!" bisik Bidadari Tujuh Langit sambil
dorongkan sedikit kedua tangannya.
Paras wajah Galuh Sembilan Gerhana tampak berubah. Anehnya, gadis ini tidak
berusaha menahan gerakan tubuhnya yang terdorong ke belakang hingga
akhirnya dia telentang di atas tanah.
"Apa yang akan kau lakukan"!" tanya Galuh Sembilan Gerhana seraya memandang sayu
pada Bidadari Tujuh Langit. "Aku akan memeriksamu...!"
"Aku tidak apa-apa.... Tak usah...." Ucapan Galuh
Sembilan Gerhana tidak berlanjut. Karena bersamaan
dengan itu kedua tangan Bidadari Tujuh Langit sudah
bergerak membuka rangkapan kedua tangannya dan
diletakkan perlahan-lahan di atas tanah. Dan saat lain
tangan Bidadari Tujuh Langit sudah mendekap perutnya.
Dada Bidadari Tujuh Langit berdebar keras. Sosoknya bergetar. Mungkin sudah tak
kuasa menahan diri,
perempuan cantik bertubuh sintal ini cepat geser kedua tangannya menyentuh dada
Galuh Sembilan Gerhana!
Galuh Sembilan Gerhana terlonjak kaget. Namun
gadis ini tidak berusaha menghadang geseran kedua
tangan Bidadari Tujuh Langit. Dia hanya ajukan tanya
sekali lagi. "Apa yang akan kau lakukan"!"
Bidadari Tujuh Langit pandangi kedua bola mata
Galuh Sembilan Gerhana. Lalu sorongkan wajahnya
mendekati wajah si gadis. Dengan suara tersendat dan
bergetar dia berbisik.
"Aku ingin menggantikan rasa sakitmu dengan sebuah kenikmatan...."
"Kenikmatan..."! Kenikmatan apa maksudmu..."!"
Bidadari Tujuh Langit tidak segera menjawab. Sebaliknya cepat sentakkan wajahnya
dan mencium bibir
Galuh Sembilan Gerhana. Sementara kedua tangannya
terus bergerak di atas dada Galuh Sembilan Gerhana.
Galuh Sembilan Gerhana tersentak. Dia cepat gerakkan kedua tangannya. Tangan
satu menahan dan
mendorong bahu Bidadari Tujuh Langit hingga ciumannya terputus. Sementara tangan
satunya lagi menahan gerakan kedua tangan sang Bidadari.
"Aku.... Aku tak paham maksudmu...." Galuh Sembilan Gerhana berbisik dengan
tubuh bergetar. Bukan
menahan gejolak nafsu akibat ciuman dan sentuhan
kedua tangan Bidadari Tujuh Langit, namun sebaliknya menindih rasa jijik dan
hawa amarah yang sudah
sejak tadi ditahan-tahan.
"Galuh Sembilan Gerhana.... Aku tak bisa memberi
penjelasan bagaimana menguraikan maksudku menggantikan rasa sakitmu dengan
sebuah kenikmatan.
Kau hanya perlu merasakan dan membuktikannya
nanti...."
Habis berkata begitu, Bidadari Tujuh Langit mendorong tangan Galuh Sembilan
Gerhana yang menahan
bahu dan kedua tangannya. Saat lain kedua tangan
perempuan cantik bertubuh sintal ini bergerak cepat
melepas kancing-kancing pakaian Galuh Sembilan
Gerhana. "Bidadari Tujuh Langit.... Aku.... Aku tak apa-apa.
Harap jangan...." Hanya sampai di situ ucapan yang
meluncur dari mulut Galuh Sembilan Gerhana. Gadis
ini mendadak katupkan mulut. Sepasang matanya
mendelik memperhatikan tampang Bidadari Tujuh Langit yang tampak mulai tak
sabar, apalagi kini melihat
dada Galuh Sembilan Gerhana yang sudah terbuka!
"Gadisku.... Kau tak perlu cemas. Percayalah.... Kau
pasti akan merasakan bagaimana nikmatnya...," bisik
Bidadari Tujuh Langit. Tangan kirinya bergerak menjulur ke bawah dan kejap lain
telah menyelinap masuk
ke bagian bawah tubuh Galuh Sembilan Gerhana.
Galuh Sembilan Gerhana perdengarkan jeritan lirih.
Sosoknya terlonjak tegang. Namun gadis ini berusaha
menahan kedua tangannya yang sudah tak tahan hendak bergerak. Malah saat lain
dia pejamkan sepasang
matanya. Jeritan yang baru saja terdengar telah berubah menjadi suara desahan
panjang. Gejolak Bidadari Tujuh Langit makin menggelegak
mendapati sikap Galuh Sembilan Gerhana yang seolah
menyambut apa yang dilakukannya. Dia makin berani
dan seakan tak sabar, tangan yang berada di bagian
bawah tubuh Galuh Sembilan Gerhana segera disentakkan.
Kini bukan saja dada Galuh Sembilan Gerhana
yang terbuka memperlihatkan sepasang payudara yang
membusung kencang dan bergerak turun naik menggoda, namun pakaian bawahnya juga
tersingkap lebar
hingga terlihat jelas sepasang pahanya yang putih mulus dan padat!
*** TIGA MUNGKIN sudah tenggelam dalam amukan gelegak
nafsu, Bidadari Tujuh Langit lupa pada Galuh Empat
Cakrawala. Bahkan dia tidak sadar jika sedari tadi sepasang mata terus
memperhatikan dari balik satu batangan pohon. Malah Bidadari Tujuh Langit tidak
merasa jika pemilik sepasang mata dari balik batangan
pohon itu sudah mulai bergerak mendekat dengan
berkilat-kilat.
Di lain pihak, perlahan-lahan Galuh Sembilan Gerhana buka sepasang matanya,
sementara mulutnya terus perdengarkan desahan-desahan panjang.
Bidadari Tujuh Langit sendiri sudah kesetanan. Dia
menciumi leher dan dada Galuh Sembilan Gerhana,
sementara kedua tangannya bergerak ke mana-mana.
Dan di lain saat mendadak perempuan berwajah cantik
bertubuh sintal ini membuat satu gerakan. Tahu-tahu
sosoknya telah menindih tubuh Galuh Sembilan Gerhana!
Hampir bersamaan dengan bergeraknya sosok Bidadari Tujuh Langit yang menindih
tubuh Galuh Sembilan Gerhana, mendadak satu bayangan berkelebat.
Saat lain satu tendangan berkiblat ganas ke arah Bidadari Tujuh Langit!
Bidadari Tujuh Langit merasakan desiran angin dari
bagian belakang. Tanpa berpaling kaki kanan kirinya
diangkat lalu dihantamkan!
Bukkk! Bukkk! Terdengar benturan keras. Sosok yang menghajar
Bidadari Tujuh Langit terlihat mental balik ke belakang
lalu tegak terhuyung-huyung. Sementara kedua kaki
Bidadari Tujuh Langit mental menghantam kedua kaki
Galuh Sembilan Gerhana yang berada di bawahnya.
Bidadari Tujuh Langit cepat berpaling. Sepasang
matanya mendelik sesaat lalu menyipit. Ketegangan
yang menghias wajahnya mendapati dirinya dibokong
sirna seketika. Lalu senyumnya tersungging.
"Kau...!" desis Bidadari Tujuh Langit mendapati seorang gadis berwajah cantik
tegak tidak jauh dari tempatnya dengan pandangan garang. Ternyata dia bukan
lain adalah Galuh Empat Cakrawala.
Bidadari Tujuh Langit hendak buka suara. Tapi sebelum suaranya terdengar,
mendadak Galuh Sembilan
Gerhana gerakkan kedua tangannya lepas pukulan ke
arah kepala Bidadari Tujuh Langit. Bukan hanya sampai di situ, bersamaan dengan
bergeraknya tangan,
kedua kakinya menyentak ke atas!
Walau Bidadari Tujuh Langit sempat gerakkan kedua tangannya menghadang pukulan
yang dilepas Galuh Sembilan Gerhana, namun hantaman kedua tangan si gadis lebih
cepat, hingga tanpa ampun lagi kedua tangan Galuh Sembilan Gerhana menghantam
telak kepala Bidadari Tujuh Langit.
Bukkk! Bukkk! Kepala Bidadari Tujuh Langit tersentak ke atas lalu
terdorong deras ke belakang. Namun baru setengah jalan, gerakan kepalanya
terhenti lalu mental balik ke
depan karena tubuh bagian bawahnya terlonjak terkena sentakan kedua kaki Galuh
Sembilan Gerhana.
Mendapati hal demikian, Galuh Sembilan Gerhana
tidak menunggu. Untuk kedua kalinya tangannya bergerak lepaskan pukulan ke arah
dada. Sementara kedua kakinya lepas tendangan ke arah perut dengan ditekuk!
Di bagian belakang, Galuh Empat Cakrawala tidak
berdiam diri. Melihat kedua tangan dan kaki Galuh
Sembilan Gerhana lepas hajaran lagi, dia cepat melesat
ke depan dengan lepas pukulan dari jarak setengah
tombak! Wuttt! Wuutt! Dua gelombang dahsyat menerjang ganas ke arah
Bidadari Tujuh Langit.
Mendapati hujan serangan begitu rupa, Bidadari
Tujuh Langit hanya terkesiap beberapa saat. Saat lain
dia hantamkan kedua tangannya. Bukan ke arah sosok Galuh Sembilan Gerhana yang
berada di bawahnya, melainkan ke arah tanah di samping si gadis!
Bummm! Bummm! Tanah dua jengkal di samping Galuh Sembilan Gerhana langsung muncrat bertabur ke
udara. Saat bersamaan, sosok Bidadari Tujuh Langit melesat ke samping lalu
bergulingan di atas tanah.
Gerakan Bidadari Tujuh Langit bukan saja menyelamatkan dirinya dari hantaman
kedua tangan dan
kaki Galuh Sembilan Gerhana, tapi juga justru membuat Galuh Sembilan Gerhana
harus cepat tarik pulang kedua tangan dan kakinya, karena pada saat itu
gelombang pukulan yang dilepas Galuh Empat Cakrawala datang menyongsong lima
jengkal di atas tubuhnya!
Di lain pihak, mendapati gerakan Bidadari Tujuh
Langit yang begitu cepat, Galuh Empat Cakrawala perdengarkan seruan tertahan
khawatir pukulannya yang
lolos menghantam sosok Bidadari Tujuh Langit akan
menghajar sosok Galuh Sembilan Gerhana.
Sementara itu, tampaknya Galuh Sembilan Gerhana
merasa maklum. Walau dia telah tarik pulang kedua
tangan dan kakinya, namun tak urung gelombang pukulan yang dilepas Galuh Empat
Cakrawala akan mengakibatkan sosoknya tersapu. Hingga saat itu juga
dia sentakkan tubuh bergulingan ke samping. Lalu tegak dan putar diri menghadap
Bidadari Tujuh Langit.
Wusss! Wusss! Muncratan tanah akibat sentakan kedua tangan Bidadari Tujuh Langit langsung
amblas tersapu gelombang yang dilepas Galuh Empat Cakrawala.
"Gadis-gadis cantik... Rasanya aku tidak membuat
kesalahan pada kalian... Mengapa kalian tiba-tiba hendak membunuhku"!" bertanya
Bidadari Tujuh Langit
seraya tersenyum.
Galuh Sembilan Gerhana dan Galuh Empat Cakrawala saling pandang beberapa saat.
Namun belum sampai ada yang buka suara menyahut, Bidadari Tujuh Langit sudah angkat suara
lagi. "Aku tahu.... Hal ini kalian lakukan bukan atas kehendak kalian sendiri! Kalian
diperintah orang! Itulah
sebabnya mengapa aku tidak membalas apa yang telah
kalian lakukan!" Bidadari Tujuh Langit hentikan ucapannya sejenak. Memandang
silih berganti pada Galuh
Sembilan Gerhana dan Galuh Empat Cakrawala sebelum akhirnya lanjutkan ucapan.
"Tapi harus kalian ingat.... Aku bisa bertindak lebih
daripada apa yang telah kalian lakukan padaku jika
kalian tidak mengatakan siapa manusia bangsat yang
memerintah kalian!"
"Kami tidak mendapat perintah!" Galuh Sembilan
Gerhana berseru sambil kancingkan kembali pakaiannya yang terbuka. "Kau
berhutang dua nyawa pada
kami!" Bidadari Tujuh Langit kernyitkan kening. "Gadisgadis cantik.... Aku yakin. Kita
baru pertama kali ini
bertemu. Bagaimana kalian bisa mengatakan aku berhutang dua nyawa pada kalian"!"
"Kau akan mendapat jawaban begitu nyawamu le-
pas!" Galuh Empat Cakrawala menyahut dengan nada
tinggi. "Hem.... Kalian tidak mau berterus terang. Ini menambah keyakinanku jika
tindakan kalian atas suruhan orang lain!" ujar Bidadari Tujuh Langit seraya
bergerak ke arah Galuh Sembilan Gerhana. "Gadis-gadis
cantik.... Kalau saja kalian mau mengatakan terus terang, tentu aku bisa
menjelaskan duduk persoalan
yang sebenarnya hingga di antara kita tidak terjadi salah paham...."
"Kau tidak akan memperoleh penjelasan apa-apa!
Yang jelas kau berhutang dua nyawa pada kami. Hari
ini kami datang untuk menjemput selembar nyawamu
meski sebenarnya hal itu belum memadai!" Yang menyambut adalah Galuh Sembilan
Gerhana. Bidadari Tujuh Langit hentikan langkah delapan
tindak di hadapan Galuh Sembilan Gerhana. Lalu buka suara.
"Kalian tidak mau memberi penjelasan. Aku tidak
akan memaksa! Tapi sebagai imbalan dari tindakan
kalian tadi, kuharap kalian mau ikut denganku...." Bidadari Tujuh Langit arahkan
pandang matanya pada
Galuh Sembilan Gerhana. Lalu lanjutkan ucapan. "Kita
lanjutkan permainan kita yang tertunda. Kau tentu
menyesal dengan acara yang tadi sempat tidak berlanjut, bukan"!"
Belum sampai Galuh Sembilan Gerhana menyahut,
Bidadari Tujuh Langit putar pandangan ke arah Galuh
Empat Cakrawala. Lalu berkata.


Joko Sableng 39 Dayang Tiga Purnama di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau juga tentu sudah tak sabar ingin menikmati
bagaimana indah dan nikmatnya bercinta denganku...."
Habis berkata begitu, kini kepala Bidadari Tujuh
Langit bergerak pulang balik memandang silih berganti
pada Galuh Sembilan Gerhana dan Galuh Empat Cakrawala. Lalu sambungi ucapannya.
"Kalian berdua nantinya juga akan kuajarkan bagaimana menikmatinya secara
bersama-sama... Hik...
Hik... Hik...!"
Tampang Galuh Sembilan Gerhana dan Galuh Empat Cakrawala berubah merah padam.
Saat lain laksana dikomando kedua gadis ini berkelebat ke depan. Setengah jalan
keduanya sama lepas pukulan jarak jauh
bertenaga dalam tinggi.
Wuutt! Wuutt! Wuutt! Wuttt! Empat gelombang luar biasa dahsyat berkiblat lurus
ke arah Bidadari Tujuh Langit.
Bidadari Tujuh Langit hadapi gelombang pukulan
dengan bibir sunggingkan senyum. Dia tidak membuat
gerakan apa-apa. Namun begitu empat gelombang berada setengah depa di
hadapannya, perempuan berbaju putih ini tekuk sedikit kedua kakinya. Kejap lain
kedua tangannya menghantam ke depan.
Bummm! Bummm! Bummm! Bummm! Tempat itu langsung bergetar keras laksana dilanda
gempa dahsyat. Sosok Galuh Sembilan Gerhana dan
Galuh Empat Cakrawala langsung mental balik di atas
udara dengan mulut sama perdengarkan seruan tegang. Lalu sosok keduanya tersapu
dan tegak tersentak-sentak di atas tanah. Paras keduanya berubah pucat pasi.
Di seberang, sosok Bidadari Tujuh Langit hanya
sempat bergoyang-goyang sesaat. Saat lain dia membuat gerakan melompat. Tahu-
tahu sosoknya telah tegak lima tindak di hadapan Galuh Sembilan Gerhana
dan Galuh Empat Cakrawala yang masih salurkan te-
naga dalam untuk kuasai diri.
"Gadis-gadisku...!" berkata Bidadari Tujuh Langit.
"Malam nanti kuharap menjadi malam paling indah
dan paling terkesan dalam hidup kalian berdua! Dengan begitu apa yang menjadi
ganjalan kalian berdua
bisa lenyap! Dan kita bisa menjadi pasangan abadi...."
"Perempuan mesum! Siapa sudi melayani nafsu bejatmu! Dan kau harus tahu. Hidupmu
tidak sampai menjelang malam!" berteriak Galuh Sembilan Gerhana.
Gadis ini cepat melompat dan tegak di belakang Galuh
Empat Cakrawala. Kedua tangannya cepat diangkat lalu ditempelkan pada punggung
gadis di hadapannya.
Galuh Empat Cakrawala tidak tinggal diam. Bersamaan dengan menempelnya kedua
tangan Galuh Sembilan Gerhana, dia cepat takupkan kedua tangan dan
diangkat di depan kening. Kedua kakinya direnggangkan. Sepasang matanya
dipejamkan. Hampir berbarengan, Galuh Sembilan Gerhana dan
Galuh Empat Cakrawala berteriak. Saat yang sama,
Galuh Empat Cakrawala buka takupan kedua tangannya lalu didorong ke depan.
Wuutt! Wuuttt! Dari dorongan kedua tangan Galuh Empat Cakrawala melesat dua larik gelombang
sinar berwarna tiga
laksana pelangi perdengarkan suara bergemuruh dahsyat. Lalu suasana udara
berubah redup seperti tengah terjadi gerhana ketika dari sosok Galuh Sembilan
Gerhana melesat arakan awan berwarna kelabu ke
angkasa. Hebatnya, tiba-tiba hawa di tempat itu berubah panas menyengat!
"Gabungan 'Inti Cakrawala' dan 'Inti Gerhana'!" berseru Bidadari Tujuh Langit
bisa mengenali gelombang
gabungan pukulan Galuh Empat Cakrawala dan Galuh
Sembilan Gerhana. "Apa hubungan dua gadis ini de-
ngan iblis Muka Setan dan Perempuan Kembang Darah" Selama ini pukulan 'Inti
Cakrawala' dan 'Inti Gerhana' hanya dimiliki pasangan jalang itu! Astaga!
Jangan-jangan...."
Bidadari Tujuh Langit tidak lanjutkan gumaman.
Karena saat itu sinar laksana pelangi sudah menggebrak dua tombak di hadapannya.
Sementara arakan
awan kelabu menderu angker menukik dari udara!
Bidadari Tujuh Langit berseru keras. Kedua kakinya
dihentakkan. Bersamaan dengan melentingnya tubuh
ke udara, kedua tangannya disentakkan lurus ke depan dan ke atas.
Wuutt! Wuuttt! Dari masing-masing tangan Bidadari Tujuh Langit
menderu kiblatan sinar merah. Lalu terdengar beberapa dentuman dahsyat kala dua
kiblatan sinar merah
menghantam dua larikan sinar pelangi dan arakan
awan redup. Dua larikan sinar pelangi dan arakan awan laksana
tersapu badai dahsyat lalu bertabur amblas ke udara.
Sementara kiblatan sinar merah langsung porak-poranda sebelum menyambar
rindangnya dedaunan pohon di mana tadi Galuh Sembilan Gerhana berhenti
sampai terpangkas rata dan semburat hangus. Saat
lain pohon itu bergetar perdengarkan gemuruh derakan lalu tumbang berdebam
karena getaran bias bentroknya pukulan.
Galuh Sembilan Gerhana dan Galuh Empat Cakrawala menjerit tinggi. Sosok keduanya
terangkat ke udara lalu terpental beberapa tombak ke belakang dan
jatuh bertubrukan di atas tanah dengan mulut sama
semburkan darah!
Di lain pihak, sosok Bidadari Tujuh Langit terputar
di udara beberapa kali. Tapi perempuan berbaju putih
bertubuh sintal ini cepat sentakkan kedua tangannya
ke bawah. Saat itu juga sosoknya melenting berputar
lebih tinggi. Membuat gerakan jungkir balik dua kali
lalu melayang turun kembali dan menjejak tanah dengan kaki laksana dipacak.
Bidadari Tujuh Langit lepas pandangan ke arah sosok Galuh Sembilan Gerhana dan
Galuh Empat Cakrawala yang tampak berusaha bangkit. Dia pejamkan
mata beberapa saat untuk kuasai rasa sakit pada dada
dan kedua lengannya. Lalu memandang lagi pada dua
gadis di seberang depan.
"Hem.... Jangan-jangan mereka adalah kaki tangan
si Pasangan Mesum, Iblis Muka Setan dan Perempuan
Kembang Darah! Hem.... Aku tahu sekarang! Inilah
yang dimaksud ucapan mereka beberapa waktu lalu....
Dua jahanam itu menduga bisa memuslihatiku dengan
umpan kedua gadis itu! Hik...! Hik.... Hik...! Mereka
tak sadar, justru mereka telah memberiku santapan
luar biasa! Cantik-cantik dan belum pengalaman...!"
Habis membatin begitu, Bidadari Tujuh Langit segera melesat ke depan lalu tegak
enam langkah di hadapan Galuh Sembilan Gerhana dan Galuh Empat Cakra-wala yang
masih terhuyung-huyung dengan wajah
pucat pasi dan sudut bibir lelehkan darah.
"Gadis-gadisku.... Seandainya kalian tadi mau berterus terang, tentu hal seperti
ini tidak akan terjadi!
Kalian tahu..."! Kalian sebenarnya diumpankan Iblis
Muka Setan dan Perempuan Kembang Darah padaku!
Mereka tidak berani menghadapiku, lalu berusaha
menghasut kalian dengan mengatakan berhutang dua
nyawa pada kalian!" Bidadari Tujuh Langit hentikan
ucapannya sejenak. Seraya maju dua langkah dia
kembali berucap.
"Untuk selesaikan urusanku dengan dua penghasut
jahanam itu, kalian harus ikut denganku! Selain sebagai jaminan atas dua nyawa
Pasangan Mesum itu, kalian juga akan mendapatkan pelajaran berharga...."
"Siapa percaya mulut perempuan menjijikkan sepertimu!" Galuh Empat Cakrawala
menyahut. "Aku tidak memaksa kalian untuk percaya! Nanti
kalian akan tahu sendiri ucapan siapa yang benar!
Dan sambil menanti saat itu, kalian akan kuajak menikmati bagaimana rasa surga
dunia.... Kalian tentu
sudah sering melihat bagaimana Iblis Muka Setan dan
Perempuan Kembang Darah bermain cinta. Tapi aku
yakin, kalian belum pernah merasakannya... Lebih-lebih dengan orang sesama
jenis... Hik..! Hik..! Hik..!"
Galuh Sembilan Gerhana dan Galuh Empat Cakrawala berteriak marah. Saat lain
keduanya lipat gandakan tenaga dalam. Namun mendadak kedua gadis cantik ini
tercekat tegang sendiri. Mereka merasakan dadanya nyeri dan perutnya mual hendak
muntah ketika berusaha alirkan tenaga dalam. Hingga kedua gadis ini
saling pandang dengan paras kaku.
"Gadis-gadisku.... Kunasihati kalian.... Percuma kalian kerahkan tenaga dalam.
Hal itu selain tidak bisa
membantu banyak, namun juga akan membuat kalian
makin terluka dalam.... Dan kalian harus tahu, hanya
aku yang dapat mengobatinya!"
Mendengar ucapan Bidadari Tujuh Langit, mau tak
mau kuduk Galuh Sembilan Gerhana dan Galuh Empat Cakrawala menjadi dingin. Tapi
kedua gadis ini tidak begitu saja percaya. Keduanya kembali coba kerahkan tenaga
dalam. Namun untuk kedua kalinya pula mereka tersentak kaget malah kaki mereka
tersurut satu langkah dengan sosok bergetar dan hampir saja
oleng ke samping.
"Gadis-gadisku.... Aku tidak pernah bicara dusta....
Dan kalian harus tahu. Bidadari Tujuh Langit pantang
permintaannya ditolak!"
Selesai berucap begitu, Bidadari Tujuh Langit tegakkan wajah. Tapi cuma sesaat.
Kejap lain mendadak dia
berkelebat ke depan. Sosoknya laksana bayangbayang.
Walau maklum keadaan dirinya yang tak bisa kerahkan tenaga dalam, namun Galuh
Sembilan Gerhana dan Galuh Empat Cakrawala tidak berdiam diri.
Mereka berdua cepat angkat kedua tangan masingmasing.
Namun baru saja tangan mereka bergerak, mulut
mereka telah perdengarkan seruan tertahan. Saat lain
mereka merasakan kedua tangannya tegang tak bisa
digerakkan. Lalu sama-sama jatuh terduduk di atas
tanah dengan mulut menganga tanpa perdengarkan
suara! "Gadis-gadisku.... Kalian akan mendapatkan pelajaran satu persatu. Setelah
kalian bisa menikmatinya,
kita bisa melakukannya bersama-sama.... Mari kita isi
malam-malam mendatang dengan taburan cinta...."
Galuh Sembilan Gerhana dan Galuh Empat Cakrawala hendak berpaling karena jelas
suara Bidadari Tujuh Langit diperdengarkan dari belakang mereka berdua. Tapi
mereka gagal gerakkan kepala karena leher
mereka tegak kaku. Mereka berusaha angkat suara,
tapi tidak ada sepata kata yang keluar.
Dalam keadaan begitu rupa, mendadak sosok Galuh
Sembilan Gerhana dan Galuh Empat Cakrawala terangkat ke udara. Mereka tak tahu
apa yang terjadi.
Yang jelas mereka merasakan telah berada di pundak
orang dan dibawa berlari!
*** EMPAT LAKI-LAKI bertubuh pendek berambut putih panjang menjulai hingga menyapu tanah
itu tegak sandarkan punuk di punggungnya pada satu batangan pohon
dengan wajah ditegakkan menghadap langit.
Di hadapan laki-laki cebol ini terlihat seorang nenek
bertubuh tambun besar dengan wajah dan perut diganduli gumpalan daging dan
berpakaian warna merah
ketat duduk menjeplok di atas tanah dengan tangan
kanan kiri mainkan rambutnya yang juga panjang.
Nenek ini sesekali arahkan pandang matanya pada laki- laki bertubuh pendek di
hadapannya lalu berpaling lepas pandangan berkeliling.
Untuk beberapa lama, kedua orang ini yang bukan
lain adalah Iblis Pedang Kasih dan si nenek yang dikenal dengan Putri Pusar Bumi
sama kancingkan mulut tidak ada yang perdengarkan suara.
"Sampai kapan kita menunggu di tempat ini"!" mendadak Putri Pusar Bumi pecahkan
kesunyian dengan
ajukan tanya. Iblis Pedang Kasih luruskan kepala memandang pada Putri Pusar Bumi yang bukan
lain adalah adiknya
sendiri. Lalu angkat suara menyambut.
"Aku tak tahu.... Tapi kurasa penantian Ini tidak
akan ada gunanya!"
"Hem.... Ke mana sebenarnya cucumu tadi minta
izin"!" kembali Putri Pusar Bumi ajukan tanya.
"Dia hanya bilang akan mengatakan sesuatu pada
gadis berbaju biru yang sebutkan diri dengan Bidadari
Delapan Samudera. Aku tak tanya apa yang hendak di
katakannya.... Dan mengapa dia tidak mengatakannya
saat Bidadari Delapan Samudera berada di sini.... Tapi
kurasa hal Itu hanya alasannya saja. Aku tahu pasti
ke mana dia pergi!"
"Ke mana..."!"
"Ke mana lagi kalau tidak ingin melihat pemuda
bernama Joko Sableng itu"!"
"Hem... Jangan-jangan cucumu itu telah jatuh cinta..."
Iblis Pedang Kasih menghela napas panjang. "Bidadari Pedang Cinta sudah dewasa.
Gadis seusia dia memang sudah layak dihinggapi perasaan cinta pada seorang
pemuda.... Hanya saja, aku ingin urusan tentang
kehidupannya bisa tuntas terlebih dahulu!"
"Jadi selama ini kau belum berterus terang padanya"!" tanya Putri Pusar Bumi.
Yang ditanya gelengkan kepala. "Aku harus menunggu saat yang tepat! Menghadapi
seorang gadis yang sudah menginjak dewasa tidak mudah... Aku takut dia nanti tidak percaya
dengan kenyataan di hadapannya.... Kau sendiri bagaimana"! Apa kau telah
mengatakan terus terang pada cucumu"!"
"Selama ini aku memang belum menjelaskan secara
rinci. Tapi sedikit banyak aku sering menyinggung dan
bercerita tentang orang-orang yang masih ada hubungan darah dengannya...."
"Hem.... Sudah lama aku tidak bertemu dengan cucumu itu. Pasti dia sudah sebaya
dengan Bidadari Pedang Cinta dan tentu sama cantiknya...."
Putri Pusar Bumi tertawa. Lalu bangkit dan berkata.
"Kalau kau yakin penantian ini percuma, sebaiknya
kita pergi dahulu! Cucumu pasti tahu ke mana nanti
harus mencari!"
"Dia sudah kuberi tahu.... Cuma aku khawatir dia
akan mendapat halangan di jalan. Jika saja halangan
itu datangnya dari orang lain, tentu aku tidak merasa
cemas. Yang kutakutkan, kalau halangan itu datangnya dari Bidadari Tujuh Langit!
Hal ini nantinya akan
menyulitkan diriku untuk memberi keterangan!"
"Hem.... Lalu..."!"
"Sebaiknya kau pergi dahulu. Sementara aku akan
menyusul setelah aku bertemu dengan Bidadari Pedang Cinta!"
Si nenek anggukkan kepala. Tanpa berucap lagi dia
putar diri lalu berkelebat. Bersamaan itu Iblis Pedang
Kasih berteriak.
"Pemuda bernama Joko Sableng itu bilang hendak


Joko Sableng 39 Dayang Tiga Purnama di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menuju Lembah Tujuh Bintang Tujuh Sungai! Kalau
dia mendapat keterangan yang benar, pasti dia akan
melewatimu! Kau harus melakukan sesuatu!"
"Apa yang harus kulakukan"!" seru Putri Pusar
Bumi sambil terus berkelebat.
Iblis Pedang Kasih tidak menyahut. Karena sosok
Putri Pusar Bumi sudah lenyap di depan sana.
"Hem.... Aku harus segera menemukan gadis itu!
Terlalu berbahaya kalau dia sampai terlibat urusan lebih jauh dengan pemuda itu.
Lebih-lebih jika harus
terlibat masalah lebih dalam dengan Bidadari Tujuh
Langit...!" Iblis Pedang Kasih membatin. Lalu sekali
kaki kanannya menghentak ke batangan pohon di belakangnya, sosoknya melesat.
*** Sementara itu, di tempat lain murid Pendeta Sinting
terus berlari sesuai petunjuk yang diberikan Bidadari
Pedang Cinta. Dan dia baru memperlambat larinya dan
berhenti saat pandang matanya melihat hamparan hutan bambu.
"Hem.... Petunjuk gadis Itu nyatanya benar.... Mudah-mudahan benar juga semua
petunjuk selanjutnya!
Aku ingin segera tuntaskan urusan ini dan pulang
kampung tanpa membawa beban...."
Habis bergumam begitu, Pendekar 131 teruskan
berlari dan berhenti saat kakinya mulai menginjak hutan bambu.
"Setelah melewati hutan bambu ini aku akan menemukan sebuah aliran sungai!
Itulah aliran sungai
pertama dari tujuh sungai yang harus kulalui! Hem....
Aku harus terus waspada.... Bukan tak mungkin ada
beberapa orang yang tak kukenal telah mengetahui Jika peta wasiat dari Perguruan
Shaolin berada di tanganku!" Tangan kanan murid Pendeta Sinting bergerak
menyelinap ke balik pakaiannya. Lalu mulai melangkah memasuki hutan bambu.
Namun baru saja melangkah sepuluh tombak, mendadak terdengar suara orang
berucap. "Aku sudah berusaha sembunyi hingga sampai hutan bambu yang sunyi! Tapi mengapa
masih ada saja yang menemukan diriku"! Apa mereka tidak merasa
kasihan padaku..."! Tahu begini akibatnya, tak mungkin aku sampai jauh-jauh
mendekam di tempat ini! Sial betul nasibku!"
Pendekar 131 simak ucapan orang beberapa lama.
Pedang Medali Naga 14 Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung Pendekar Kidal 19
^