Pertarungan Di Planet Iskoort 2
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort Bagian 2
mencekik leher Cassie. Rachel menendang Howler yang lain di tempat manusia tidak
senang ditendang. Salah satu Howler itu menyerang Erek dengan
kepalanya, tapi tidak menghasilkan apa-apa sementara Erek tetap
berdiri di sana dengan tenang.
Rachel sudah setengah morf menjadi beruang grizzly dan sudah
menggeram dengan suara yang sebagian besar masih terdengar seperti
suaranya sendiri. Ada yang salah. Sangat salah. Kami bahkan belum morf dan
kami bisa mengalahkan makhluk-makhluk ini. Dan Erek terlalu
tenang. Lalu aku mengerti. Aku sudah menendang makhluk yang
menyerangku di rongga perutnya. Rongga perut Iskoort-nya yang
selalu mendecit. "Erek! Apakah ini Howler?"
"Tidak. Tentu tidak," katanya tenang.
Para penyerang itu mundur. Mereka berlima. Salah satu di
antaranya memandangi potongan tangannya. Yang lain memandangi
kami sambil ternganga dan mengeluarkan bunyi mendecit dari rongga
perut mereka. Mereka Iskoort. Tidak seperti Guide, paling tidak tidak terlalu
mirip. Tubuh mereka kurang-lebih sama, tapi bentuk kepala dan
tangannya berbeda. Puncak kepala mereka lebih lebar, dan mereka
memiliki dua tanduk. Tangan mereka lebih kasar, cakarnya lebih besar
daripada tentakelnya. Kaki mereka lebih lentur, tidak terlalu datar,
sehingga mereka bisa bergerak lebih cepat dengan melompat, bukan
merangkak. kata Guide, seolah
dia sedang mengenalkan beberapa teman dari sekolah lain. sebabnya mengapa kita harus bergerak cepat. Mereka tidak menyukai
orang asing. > melakukan hal itu lagi! > kata Rachel.
"Ayo, pergi dari sini," kataku. "Rachel" Tetap morf. Ax, kau
juga siap. Seharusnya itu sudah cukup untuk menangani para Iskoort
ini." Kami diserang dua kali lagi oleh dua kelompok Iskoort
Pembuat Perang yang berbeda sebelum kami mencapai tangga yang
berikut. Mereka cukup mudah dihadapi, tapi tetap saja tubuhku
memar-memar. Dan saat kami sudah keluar dari pasar dengan selamat,
Rachel mengatakan apa yang kami semua rasakan.
"Katakan padaku: Mengapa, tepatnya, Ellimist ingin
menyelamatkan makhluk-makhluk ini" Aku mulai berpikir mungkin
Crayak melakukan tindakan yang tepat."
Kami menuruni tangga itu, akhirnya mulai menertawakan
pengalaman aneh dengan Iskoort Pembuat Perang. Merasa santai dan
agak pusing setelah dengan mudah berhasil mengalahkan preman
lokal. Tangga itu lebih lebar, meskipun tetap tanpa susuran tangga,
tapi kamu mulai terbiasa pada kondisi itu. Tangga itu cukup lebar
sehingga cukup untuk lalu lintas naik-turun, dan beberapa Iskoort,
banyak yang mirip Guide, tapi yang lain benar-benar berbeda,
melewati kami. Lantai berikutnya berjarak sekitar enam puluh meter di bawah
kami. Guide berjalan di depan. Aku sedang menertawakan lelucon
Marco. "Howler!" teriak Erek.
"Yeah, benar," kata Marco. Tapi ia memandang. Dan aku juga
memandang. "Erek," kataku setenang mungkin, "kau bercanda?"
Wajah proyeksinya putih pucat. Aku bertanya-tanya seberapa
jauh proyeksi emosinya berjalan otomatis setelah ia tinggal begitu
lama bersama manusia. "Aku tidak bercanda, Jake," katanya. "Itu Howler."
Chapter 10 HOWLER itu sedang naik tangga. Kami sedang turun. Kami
membeku. Howler itu terus mendekat.
Tubuhnya tidak besar. Lebih kecil daripada Hork-Bajir.
Seukuran tubuh manusia dewasa. Dia berjalan dengan dua kaki yang
tertekuk dengan gerakan mengayun yang nyaris lucu. Dia memiliki
dua tangan yang lebih panjang daripada kakinya. Tangan itu nyaris
mirip tangan manusia, punya lima jari dan satu ibu jari tambahan.
Tapi dari pergelangannya tumbuh sesuatu yang mirip tangan kedua,
cakar yang bisa diturunkan untuk melindungi punggung tangannya,
atau disimpan agar tidak mengganggu. Cakar ini terdiri dari empat
kuku besi yang melengkung.
Makhluk itu seolah menyeret bagian atas tubuhnya, seolah
bagian atas itu hidup di kursi malas. Dengan begitu tubuhnya bisa
berputar ke semua arah dan cakar tarungnya sangat berguna.
Kepalanya sangat jelek, kulitnya seolah baru terbakar, hitam
dan meleleh. Keseluruhan makhluk itu tampak seperti dia baru saja
dibentuk dari lava yang baru mendingin. Di bawah kulitnya yang
hitam, dalam retakan-retakan dagingnya, ada garis-garis berwarna
merah cerah. Dalam wajahnya ada mata berwarna biru yang sangat indah.
Orang menyebutnya biru telur burung Robin. Seluruh matanya
berwarna biru, dengan bagian tengah berwarna lebih muda seperti
mata kucing. Howler itu sepertinya tidak melihat kami. Tidak peduli. Tidak
khawatir. Dia mengenakan beberapa ikat pinggang longgar di sekeliling
tubuhnya, dan di setiap ikat pinggang itu tergantung berbagai senjata
yang berbeda. Atau setidaknya benda-benda itu tampak seperti
senjata. Ada yang mirip senjata sinar Dracon, ada yang mirip pistol
otomatis, pisau, bumerang metalik kecil, pistol yang sepertinya penuh
dengan peluru dart. Dia gudang senjata berjalan.
Aku memandang Erek, di atasku. Wajahnya berkedip-kedip.
Hilang dan timbul. Tanpa emosi. Tapi ia kehilangan kontrol. Android
di balik hologram itu terus mengintip ke luar.
Mata biru kosong Howler itu memandang Erek.
"Erek, kendalikan dirimu," kataku dengan ketenangan yang
dipaksakan. Ia mengguncangkan dirinya sendiri dan hologramnya menjadi
stabil, tapi Howler itu terus memandanginya.
"Enam lawan satu, Jake," kata Rachel. "Tidak ada keadaan yang
lebih baik lain.". Aku merasa perutku mulas. Keuntungan dan kerugiannya
seimbang. Daerah yang tidak kami kenal di bawah sana. Bukan tempat
untuk bertarung. Tapi Rachel benar: inilah waktunya.
"Morf," kataku pelan. "Ax" Kau yang memimpin. Tobias"
Terbanglah yang tinggi. Guide" Mundur, ini bukan pertarunganmu.
Erek" Jangan menghalangi kami."
Perintahku terdengar lebih kasar daripada yang kumaksudkan.
Tapi jantungku berdebar keras dan aku merasakan keringat takut
mengalir di punggungku. Ini terlalu cepat terjadi. Kami belum siap.
Kami masih lelah setelah menghadapi gangguan Iskoort Pembuat
Perang. Tapi lebih dari itu, aku melihat bayangan itu dalam kepalaku.
Mata itu. Crayak. Bayangan dari mimpiku. Aku hampir bisa
mendengarnya tertawa. Mungkin hanya potongan imajinasiku saja,
tapi rasanya cukup nyata.
Enam melawan satu. Tidak bisa lebih baik lagi.
Aku mulai morf, memanggil DNA harimau yang ada di dalam
darahku. Harimau itu akan lebih besar daripada Howler itu. Kami
berenam dalam wujud morf kami bisa menghadapi apa pun juga,
kataku pada diriku sendiri. Kami bisa menghadapi apa pun juga.
Mata biru Howler itu menyipit saat kami berpindah tempat. Ia
tahu pertempuran datang. Tapi ia sedang terpesona pada proses morf
kami. Terpesona dan hampir iri, kalau ekspresi wajah yang terbuat
dari ter meleleh dengan mata sekosong angkasa itu bisa dibaca.
Aku merasa tubuhku mulai morf. Bulu-bulu oranye tumbuh di
tangan dan lenganku. Aku tidak punya waktu untuk melepas
pakaianku. Pakaianku robek saat aku morf. Bulu-bulu tumbuh di
sekujur tubuhku. Jari-jariku membengkak, kulit berwarna gelap di
telapak tangan, dan oranye serta putih di punggung tanganku. Cakar
yang bisa menggores pintu mobil tumbuh menggantikan jari-jari
manusia yang tak berguna.
Aku mendengar organ-organ dalam tubuhku berpindah tempat,
mengubah diri mereka sendiri supaya sesuai dengan tubuh harimau.
Ekor yang panjang muncul dari dasar tulang ekorku dan mulai
terkibas-kibas dalam kegelisahan dan antisipasi.
Aku jatuh ke keempat kakiku. Ini membuat kepalaku beberapa
anak tangga lebih rendah daripada bagian belakangku. Gigi memenuhi
mulutku, terlalu besar, begitu besar sampai mereka tumbuh ke luar
seperti taring kucing. Lalu mulutku berubah dan wajahku ditumbuhi kumis yang
sensitif. Mataku, dibuat dengan kemampuan sama untuk melihat
dalam kegelapan dan terang hari. Hidungku sensitif akan semua bau-
bauan dalam hidup binatang. Telingaku berdiri tegak, bergetar penuh
perhatian. Howler itu tidak tampak terlalu berbahaya lagi sekarang.
Harimau tidak takut. Harimau itu tahu dirinya adalah makhluk paling
cepat dan mematikan di hutan. Harimau itu tidak takut pada makhluk
berbau aneh itu. Ax ada di dapanku, ekornya dibengkokkan dan siap, ketiga
matanya menatap ke depan, satu matanya yang terakhir mengawasi
kami. Rachel sudah morf menjadi beruang grizzly. Ia berdiri, pilar
bulu cokelat kasar dengan kekuatan yang bisa mencabut sebatang
pohon kecil. Marco telah morf menjadi gorila. Ia mengayun-ayunkan
tangannya yang berotot ke depan dan ke belakang dengan santai,
seolah ia sedang menunggu bus datang di sudut jalan. Cassie sudah
morf menjadi serigala. Bulu tebal di tengkuknya berdiri, dan ia
menyeringai menunjukkan giginya yang basah berkilat.
Berat kami semua lebih dari satu ton, terdiri dari otot, cakar,
dan gigi, yang dikendalikan kecerdasan manusia yang bisa
mengeluarkan insting binatangnya.
Berhadapan dengan kami, makhluk asing berukuran manusia
dewasa. Aku sadar Erek sedang berbicara. Ia telah berbicara selama
beberapa menit tapi konsentrasiku terlalu terbagi untuk
mendengarkannya. "...akan melumpuhkanmu dan mematikan indra-indramu. Kalau
dia cukup dekat dia akan menggunakan gigi jarum yang tumbuh di
rahang atas dan rahang bawahnya. Dia tidak secepat..."
aku
memotongnya. "Itulah alasan mengapa mereka disebut Howler - makhluk yang
melolong, Jake. Suara mereka. Siap-siaplah untuk..."
Tangan Howler itu bergerak. Meraih senjata cahayanya!
Chapter 11 "HHHHHRRROOOOWWWWRRRR!" aku mengaum, suaraku
bisa membuat laki-laki yang paling berani jatuh gemetaran.
Aku bersiap-siap untuk melompat. Tapi Ax lebih cepat.
Ekornya melecut, krak! Tangan Howler itu jatuh terpotong. Senjatanya jatuh ke tangga.
Tapi sebelum senjata itu berhenti berputar, tangan Howler itu sudah
tumbuh kembali! seruku. Aku melompat. Ax melecutkan ekornya lagi, lebih cepat
daripada yang bisa dilihat mata manusia.
Aku mengaum lagi, menggemakan suara yang belum pernah
terdengar di Planet Iskoort. Yang lain mengikuti langkahku. Kami
siap menyerbu, satu ton kekuatan hewan.
Lalu Howler itu membalas.
"KEEEEEEEEEEEEE-row!"
Aku tak pernah mendengar ledakan suara seperti itu
sebelumnya. Bila dibandingkan dengan suara itu, auman harimauku
mirip meongan seekor kucing.
"KEEEEEEEEEEEEE-row!"
Lompatanku terpeleset dan aku jatuh terguling di anak tangga.
Aku melihat Rachel tersandung dan jatuh, mendarat di atasku. Ia
seolah mendapat bantalan dengan mendarat di perutku.
Udara terdorong keluar dari paru-paruku. Aku berjuang untuk
berdiri lagi, tapi aku tak bisa membedakan mana atas dan mana
bawah. Aku merangkak dengan lemah. Rachel berguling dan aku
melihat Ax sedang terhuyung-huyung, lari! Melarikan diri, menaiki
tangga lagi, tangan Andalite yang lemah menutupi telinganya, darah
mengalir di antara jari-jarinya.
Cassie sedang melolong, serigala dalam dirinya kesakitan.
Sepertinya Marco yang paling tidak terpengaruh. Ia
melontarkan kepalannya yang seperti blok semen ke arah lengan
Howler dan membuat makhluk itu kehilangan keseimbangan.
Aku berdiri, berharap dapat menyerang saat keseimbangan
tubuh Howler itu hilang. Tapi keseimbangan tubuh Howler itu tidak
hilang. Pinggangnya yang lentur membuatnya bisa berputar
menggunakan kekuatan pukulan Marco dan membuat tangannya yang
baru tumbuh menjadi senjata.
F-t-t-t-t-t-t! Ia menembak! Selusin peluru dart baja, segitiga-segitiga kecil,
melubangi kaki kiri depanku. Aku jatuh. Sakitnya bukan main.
Marco mengayunkan kepalannya lagi, luput! Howler itu
berbalik dan menodongkan senjatanya ke arah Marco. Lubang
berdarah muncul di punggungnya seolah ada yang memaksa kaleng
Coke masuk ke dalamnya. Ia jatuh seperti tembok runtuh.
Cassie sudah pulih untuk bertindak, menggunakan tubuh Marco
sebagai papan loncatan. Howler itu mengangkat senjatanya, tapi
terlalu lambat. Rahang serigala itu keburu menggigit tangannya dan
Cassie bertahan seperti bulldog, menyobek, menggigit.
Aku berdiri dan berjalan dengan tiga kaki. Lompatan yang
payah! Aku menggigit kaki Howler. Rachel juga sudah berdiri, dan
langsung menyerbu di atas keempat kakinya, berusaha menjatuhkan
makhluk itu. Tobias menukik dalam kecepatan tinggi, cakarnya diarahkan ke
mata Howler itu. Kami mulai bisa menguasai keadaan.
"KEEEEEEEEEEEEE-row!"
Seseorang meledakan granat dalam kepalaku. Aku
mempertahankan gigitanku, tapi semua hal lain menjadi kabur,
berputar gila-gilaan, kabur.
Sesuatu berbulu biru dan kecokelatan melompat ke hadapanku,
bulu-bulu merah karat berkelebatan. Apa" Apa yang terjadi" Aku tak
bisa berpikir... tak bisa mengerti....
Sakit menusuk. Mataku bisa melihat jelas cukup lama untuk
memandang gagang belati yang muncul dari leherku.
Aku ditikam! Di leher. Darah harimau itu... darahku....
"Jake! Demorph!" kata Erek dengan suara yang cukup keras
untuk menembus kabut kematian yang menyelimuti otakku.
Lalu muncul perintah-perintah lain, yang diberikan dengan
suara yang keras dan jelas. Bukan, bukan perintah. Hanya informasi.
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Cassie, dia mencoba menusukmu. Ax, kau terlalu dekat ke
pinggir, berhenti bergerak! Rachel, Howler itu kira-kira setengah
meter dari pinggir, di sebelah kananmu."
Aku demorph. Atau paling tidak kupikir aku melakukannya.
Aku tidak yakin. Harimau itu sekarat, darah memancar keluar dari
nadi lehernya yang terluka. "Demorph, Jake! Demorph!" suara keras
Erek mendesakku. "Lakukan sekarang!"
Aku mendengar suara beruang mengaum. Aku mendengar suara
tabrakan antar tubuh. Aku tak bisa melihat apa-apa kecuali bentuk,
bentuk-bentuk yang tak berarti.
"Cassie, demorphl" perintah Erek. "Dia mengeluarkan isi
perutmu, demorphl Sekarang!"
Seekor elang menjerit dari kejauhan. Suara beruang di bawah.
Ada suara lecutan ekor Andalite.
Semuanya, jauh, sangat jauh.
Chapter 12 CRAYAK mengalihkan tatapan mata merah darahnya
kepadaku, menatapku saat aku berbaring tak berdaya. Memandangi
para Howler berdiri mengelilingi Cassie, memandangi saat mereka
mempersiapkan tangan cakar mereka, memandangi dan tertawa saat
Cassie berdiri dengan mata tertutup, pasrah, beberapa detik dari...
"Cassie! Awas!"
Aku tersentak bangkit, dengan mata terbelalak, tangan
memukul-mukul, siap menyerang.
"Tenang, tenang," kata Marco. Ia memegangi satu tanganku
sementara Rachel memegangi yang lain. "Tenanglah, Bung,
pertempurannya sudah selesai."
Aku memandang ke sekeliling, masih gugup. Kamar. Dinding
dengan warna-warna mencolok, satu merah, yang lain kuning. Masih
di Negeri Lego. Aku memukul kakiku. Manusia. Tanganku. Manusia. Tubuhku
sendiri, tak terluka sedikit pun.
Aku berhasil demorph. Aku memandang ke sekeliling kamar.
Rachel dan Marco. Tobias bertengger di sandaran sebuah kursi
berbentuk aneh. Erek berdiri sendirian, menunduk dan kelihatannya
sibuk berpikir. Ax berdiri sejauh mungkin dariku, keempat matanya
memandang ke arah lain. "Cassie?" tanyaku.
"Aku di sini," katanya. Aku menyadari ia ada di belakangku.
Aku merasakan telapak tangannya menyentuh pipiku. Lalu ia
melingkarkan tangannya ke tubuhku dan memelukku dari belakang.
Membuatku ingin menangis saja.
"Kau butuh beberapa lama untuk sadar," kata Cassie. "Kau
nyaris tidak sempat demorph. Lalu kau seperti koma, seolah kau tidak
akan sadar sama sekali."
Aku ingat mimpi-mimpi. Memang mimpi-mimpi, bukan" Sulit
untuk yakin. Kenyataan itu sendiri cukup aneh untuk menjadi mimpi.
"Howler-nya?" tanyaku pada Rachel.
Mulutnya menipis menahan marah. "Kita berhasil
menyakitinya. Tapi dia lepas."
"Enam lawan satu dan hasilnya seri," kata Marco marah.
"Bukan enam," Rachel memperbaiki. "Tujuh. Erek
menyelamatkan kita. Dialah satu-satunya yang berhasil mengatasi
lolongan itu." "Yeah, benar, terima kasih banyak, Erek," kata Marco marah.
"Dia memang memberi kita petunjuk. Tapi bukan untuk menyakiti
Howler itu, karena tindakan itu akan bertentangan dengan
programnya. Dia hanya memberi petunjuk pada kita bagaimana
melarikan diri." Aku berpegang pada tangan Cassie. Aku tidak mau terlibat
dalam hal ini. Aku ingin menikmati perasaan syukur karena ternyata
aku masih hidup, perasaan syukur karena Cassie mengkhawatirkanku.
Lalu aku mengeluh, meremas jari-jarinya, dan melepaskan
tangannya. "Erek melakukan apa yang bisa dilakukannya, Marco. Kau
tahu sama seperti aku. Aku tak bisa berpikir. Aku pasti mati kalau
tidak ada dia. Itu sudah cukup bagiku."
Marco tampak seolah ingin mengatakan sesuatu yang lain, tapi
lalu kemarahannya hilang. "Yeah. Kita semua melakukan apa yang
bisa kita lakukan." Aku melihat Guide bersandar pada dinding, di luar kebiasaan
dia sangat diam. "Kau tetap bersama kita setelah itu?" aku bertanya
padanya. Matanya berbinar. akan pertempuran itu dengan harga yang baik! Dan kalau kalian
masing-masing mau menjual perspektif unik kalian, aku bisa membeli
kios sendiri dari keuntungannya! >
Aku menarik,Cassie sehingga bisa melihatnya. Aku
mengangguk ke arah Ax. "Apa yang terjadi padanya?" tanyaku.
Cassie menggeleng. "Dia melarikan diri. Dia memang kembali,
tapi kurasa itu saja tidak cukup. Dia tak mau bicara pada siapa pun."
"Biarkan saja untuk sementara," kataku. "Nanti aku akan bicara
padanya." Aku merasa lelah. Aku merasa tubuhku memar-memar dan
terluka, meskipun tubuh manusiaku terdiri dari DNA yang sama sekali
tidak dilukai pertempuran itu. Otakku-lah yang merasa lelah. Aku bisa
melihat yang lain juga merasakan hal yang sama.
Kami kalah dalam pertempuran yang adil. Tidak, bukan
pertempuran yang adil. Kami berenam ditambah Erek melawan satu
Howler. Hasilnya seri. Tujuh lawan satu. Seri.
Kalau saja tadi ada dua Howler, apalagi tujuh, kami pasti
terbunuh dalam sepuluh detik.
Kami tidak takut, tidak seperti saat kami akan bertempur.
Perasaan kami saat ini lebih parah daripada takut: kami merasa kalah.
"Tempat apa ini?" tanyaku.
Rachel mengangkat bahu. "Guide yang mencari tempat ini
untuk kita. Ini kamar dan kamar mandi - well, kupikir itu kamar
mandi. Kuharap itu kamar mandi."
Di satu sudut ada setumpuk kain rombeng. Pakaian kami. Kainkain yang tersisa
setelah kami morf tanpa melepas pakaian. Kami
mengenakan pakaian morf kami sekarang. Tapi kupikir kami tidak
akan kelihatan lebih aneh daripada sebelumnya. Para Iskoort mungkin
tidak terlalu memedulikan gaya berpakaian manusia.
tanya Tobias.
"Aku akan menghubungi Ellimist, dan bilang supaya dia bunuh
diri dengan melompat dari jembatan super-dimensional apa pun yang
berhasil ditemukannya," kata Marco.
walaupun itu hanya secara teori,> kata Tobias.
"Kecuali ada permainan lain yang lebih rumit yang dilakukan
Ellimist," kata Cassie. "Dia bertempur demi seluruh spesies, seluruh
planet. Kita cuma bidak-bidak catur."
Kata-katanya jauh lebih sinis daripada yang biasa kudengar dari
Cassie. Tapi dia tidak salah. Ellimist dan Crayak sama-sama sudah
berlebihan. Dan aku terus-menerus berpikir jangan-jangan ini semua
jebakan. Mungkin Crayak-lah yang menginginkan kami berada di sini.
Bukan karena kami penting, tapi menyingkirkan kami pasti membantu
Yeerk. Mengapa Ellimist membawa kami ke sini" Dia seharusnya tahu
betapa kuatnya Howler. Seharusnya.
"Ini persetujuan yang menyebalkan," kata Rachel, menyatakan
apa yang ada dalam kepalaku. "Kita meninggalkan planet kita sendiri
tanpa pertahanan untuk menyelamatkan para Iskoort ini." Ia menyebut
kata "Iskoort" seolah kata itu kata terkutuk.
Aku menoleh ke arah Erek. Aku hanya bisa membayangkan apa
yang sedang dipikirkannya. Ia memiliki kemampuan untuk melawan
Howler dan menang. Tapi ia tak boleh bertempur.
Erek berkata, "Mungkin Ellimist mau memprogram ulang
diriku. Menghilangkan larangan melakukan tindak kekerasan."
Marco menggeram. "Well, jadi semua sudah sepakat: situasinya
tak tertolong. Kalau Erek saja sudah mulai bicara seperti itu artinya
kita kalah." "Kalahkan ini" kata Rachel kasar.
Kata-katanya membuatku tersenyum. Rachel sama putus asanya
dengan yang lain, tapi ia tidak mau mengakui bahwa ia tak bisa
mengalahkan dengan mudah Howler mana pun yang dilihatnya.
"Mereka lebih cepat dari kita, lebih kuat dari kita, dan
dipersenjatai dengan lebih baik dari kita," kata Cassie sedih. Lalu ia
mendongak dengan tatapan waspada. "Tapi apakah mereka lebih
cerdas dari kita?" "Erek?" tanyaku padanya.
Ia mengeluh, reaksi yang sangat mirip manusia. "Mereka
memiliki pesawat yang lebih cepat daripada cahaya saat manusia
masih berpikir bahwa roda merupakan penemuan radikal."
kata Tobias.
yang lain lambat. Kalau kau mulai lebih cepat sebiliun tahun lebih
cepat, tentu saja kau memiliki senjata dan teknologi yang lebih baik
daripada spesies lain yang mulai belakangan. Tapi itu bukan berarti
kau lebih cerdas. Mungkin itu cuma berarti kau mulai duluan.>
Itu bukan dasar yang kokoh untuk berpijak. Tapi hanya itu yang
kami miliki. "Erek" Ceritakan semua yang kauketahui tentang Howler,"
kataku. Chapter 13 "AKU hanya bisa melihat mereka dari sudut pandang korban,"
kata Erek. "Aku bisa menggunakan sistem hologramku untuk
menayangkan apa yang kulihat. Tapi mungkin ada cara yang lebih
baik untuk memperoleh informasi."
kata Guide, langsung menggunakan kesempatan itu.
Ia berjalan ke
arah dinding dan menyentuh sebuah panel. Panel itu membuka.
Sebuah laci keluar, penuh dengan tombol dan alas sentuh berwarnawarni.
kalian ini. Tapi harganya akan mahal.>
"Kau tidak akan mendapatkan rambutku lagi," Rachel
memperingatkan. "Tidak juga ginjal atau tangan."
Rongga perut Guide mendecit. Mungkin itu suara tawa atau
sejenisnya. Sebagai penukarnya aku ingin mendapatkan ingatan kalian.>
Aku menarik napas. "Apa sih sebenarnya penjualan ingatan ini"
Apakah itu berarti kami akan kehilangan ingatan kami?"
Guide tampak bingung. terjadi" Kami hanya membuat salinannya.>
"Mereka memfotokopi ingatan kita?"
kata Tobias. bisa mencapai Yeerk.> Ia benar. Mungkin. "Ax?"
Tidak ada jawaban. Ax sedikit mengayun tubuhnya, majumundur. Ekornya turun,
menekuk ke depan. Ia tenggelam dalam
pikirannya sendiri. "Ax!" kataku lebih keras. "Ax, kami membutuhkanmu."
Ia mendongak, kaget.
Aku tidak melarangnya memanggilku Pangeran. Ini tidak boleh
ditangani dengan sembarangan. Andalite sebenarnya ras yang suka
damai, tapi mereka juga memiliki tradisi keprajuritan yang panjang.
Ax adalah aristh. Kadet militer. Dan ia telah menghabiskan seumur
hidupnya di bawah bayangan saudaranya, Elfangor, yang dianggap
pahlawan besar. "Seberapa jauh kita dari pos Yeerk yang terdekat?"
bintang.> Guide menyentuh panel dinding itu. Layar kecil dan datar
muncul. Sambil menggumam dan mendecit sendiri, Guide
menampilkan sebuah peta bintang. Tentu saja tanda-tanda itu tak
memiliki arti apa-apa bagiku.
Ax memandanginya tanpa rasa tertarik. Ia menyentuh layar itu,
membalik perspektifnya, melebarkan tampilannya. Ia melakukannya
dua kali lagi, sampai aku bisa mengenali lilitan Galaksi Bima Sakti
kita. Bumi,> kata Ax. sepersepuluh jarak ini, mereka tidak hanya harus menelan Bumi, tapi
planetku juga.> Aku mengangguk. "Terima kasih. Oke, kalau begitu. Kami
setuju, Guide. Tapi kalau pengertianku tidak salah, kau berkata bahwa
ingatan kami bisa membuatmu sangat, sangat kaya. Jadi begini
kesepakatannya, kalau kami hidup, kau bisa membuat kopi ingatan
kami. Tapi jangan minta hal lain dan kau harus menyediakan apa pun
yang kami butuhkan."
Kupikir Guide akan pingsan. Aku punya firasat bahwa aku baru
saja menjadikannya Bill Gates Planet Iskoort.
ke android itu.> "Android itu punya nama: Erek," bentak Rachel.
kata
Guide senang. Guide memencet panel. Lalu memanggil Erek. Ia menunjuk
sesuatu yang mirip lubang kunci. ke situ"> Erek mematikan hologramnya, menampilkan tubuh andoridnya. Dari sebuah jari baja
muncul belalai yang kemudian dimasukkan
ke lubang kunci tadi. Jari baja Erek kemudian berubah ukuran
mengikuti ukuran lubang kunci tersebut.
Wajah Erek yang mirip anjing tampak kosong. Lalu matanya
terbuka dan ia mundur. Tidak mungkin membaca emosi di wajah
android. Tapi aku bisa menebaknya. Ia baru saja menyerap ingatan
makhluk-makhluk yang telah memusnahkan penciptanya, Pemalite,
dan membuat Chee menjadi buronan antar bintang.
"Bagaimana keadaanmu, Erek?" tanya Cassie.
"Aku telah menyerap ingatan Howler yang tersedia. Ingatan ini
bukan... bukan hal yang menarik untuk dilihat."
"Bisakah kau menunjukkannya pada kami?"
"Ya." Erek ragu-ragu. "Ingatan akan serangan pada penciptaku
juga termasuk. Aku tidak ingin menunjukkannya pada kalian. Aku
tidak ingin harus..." Ia terdiam, malu.
Cassie menyentuh tangan Erek yang terdiri dari baja dan
gading. "Kalau begitu jangan. Tunjukkan apa yang bisa kautunjukkan.
Tunjukkan apa yang perlu kami ketahui."
Erek mengangguk. "Planet yang akan kutunjukkan pada kalian
tidak punya nama. Orang-orangnya menyebut diri mereka sendiri
Anak-anak Craffen. Apa yang akan kutunjukkan pada kalian terjadi
kira-kira dua puluh tahun Bumi yang lalu."
Ruangan kosong itu menghilang saat hologram Erek mengisi
kamar dengan hutan berwarna ungu, biru-kehijauan, dan kuningmustard. Kami
melihat daun yang sangat besar, sebesar seprai.
Tanaman rambat melata di tanah, masuk dan keluar dari tanah yang
gelat, lalu berdiri tegak membentuk pohon-pohon yang aneh.
Burung-burung berbentuk panjang seperti bulu berwarna merah
muda beterbangan di antara daun-daun dan batang-batang pohon. Di
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bawah mereka, kaki seribu berwarna oranye dan kuning melata. Duriduri muncul di
punggung mereka, membuat mereka tampak seperti
persilangan komik antara cacing dan stegosaurus. Binatang seperti
anjing prairie berkepala dua muncul dari lubang-lubang di tanah,
meludahkan tanah, lalu menghilang lagi.
Hutan itu hutan tadah hujan. Tapi bukan di Bumi. Dengan
keajaiban yang tidak seindah Bumi, tapi sama ajaibnya.
Dari hutan itu keluar sebaris makhluk yang membuatku tertawa.
"Gumby," kataku.
Mereka tampak seperti Gumby. Tidak hijau, tapi biru tua, dan
kulitnya tidak lembut, tapi kasar seperti kulit pohon tua. Tapi mereka
bergerak dengan gerakan tersentak-sentak seperti Gumby, berjalan
dengan dua kaki, mendongak memandangi puncak-puncak pohon di
atas mereka. Aku melihat tangan dan tersentak kaget. Tangan Howler! Aku
melihat hutan, tanaman, binatang, dan Anak-anak Graffen itu melalui
mata Howler. Howler itu sedang menunggu, tersembunyi dari penglihatan
Anak-anak Graffen. Lalu Anak Graffen yang terdekat melihatnya. Matanya
membelalak. Bibirnya yang aneh tersenyum. Ia mengulurkan tangan
ke arah Howler itu, menyambut, ingin tahu.
Barisan Anak-anak Graffen itu mendekati Howler seperti anak
kecil.Seperti anak kecil yang ingin mengelus anjing atau melakukan
sesuatu seperti itu. Howler itu bergerak, kabur karena cepatnya. Howler-howler
yang lain muncul. Mereka melolong. Bagi kami suaranya sudah
diperlemah filter Erek. Tapi suara itu menghantam Anak-anak Graffen
dengan kekuatan penuh. Mereka mulai terkena akibatnya. Mereka
berdiri di sana, pasrah, bingung, tak tahu mengapa ada yang ingin
menyakiti mereka, dan mereka hanya....
"Erek, hentikan!" bentakku.
Hologram itu menghilang secepat gambar TV yang dimatikan.
"Seharusnya aku tidak membiarkanmu melakukan hal ini, Erek.
Bisakah kau menghapus hal ini dari ingatanmu?"
"Tidak, Jake." "Maaf," kataku. "Berapa banyak lagi yang kauserap?"
Erek menyalakan hologram manusianya. Wajahnya wajah
manusia lagi. Sekarang aku bisa melihat emosi yang dirasakan Erek.
"Aku memiliki ingatan tujuh belas penyerbuan Howler. Semuanya
sukses. Mereka tak pernah dikalahkan. Mereka telah menyerang
peradaban yang sudah sangat maju dan peradaban sederhana seperti
Anak-anak Graffen. Mereka tak pernah mengambil tawanan. Mereka
hanya membunuh dan membunuh dan membunuh sampai tidak ada
yang tersisa untuk dibunuh. Lalu mereka pergi dan mencari ras lain
untuk dibunuh." "Itu gila!" teriak Cassie. "Tak ada spesies yang melakukan hal
itu. Itu tak masuk akal. Sama sekali tidak logis. Kau tidak sedang
membicarakan predator yang membunuh untuk makan, atau hewan
yang membunuh untuk mempertahankan diri. Bahkan manusia
memiliki alasan, betapapun memuakkannya. Bahkan manusia punya
batasan. Mengapa evolusi bisa menghasilkan spesies yang membunuh
tanpa alasan?" "Memang tidak," kata Erek. "Howler tidak berevolusi. Mereka
diciptakan." "Crayak?" Erek mengangguk. "Anak-anak Graffen dan berlusin-lusin
spesies telah dimusnahkan oleh Anak-anak Crayak."
Chapter 14 KAMI bergiliran tidur. Dua orang berjaga dan yang lain tidur.
Sebenarnya itu sia-sia. Kalau Howler bisa menemukan kami, kami
pasti mati. Guide meyakinkan bahwa kami aman. Apartemen-apartemen
itu cukup kuat bahkan untuk menahan serangan Iskoort Pembuat
Perang. Dan dengan persetujuan kami untuk memberikan ingatan
kami, aku merasa dia juga berkepentingan menjaga agar kami tetap
hidup. Tapi sejauh ini, secara umum ras Iskoort tidak membuatku
kagum. Aku yakin Iskoort yang lain, tanpa banyak perhitungan, akan
mengkhianati kami. Malam itu malam yang panjang. Malam yang sangat panjang.
Mungkin beberapa tidur. Aku tidak. Aku tidak ingin bermimpi. Aku
berusaha mengerti semua ini. Mencoba mengerti menurut Ellimist apa
yang sedang dilakukannya. Bagaimana dia berharap kami bisa
memenangkan pertempuran ini sementara kami tidak memiliki
harapan untuk menang"
Tapi tidak ada yang masuk akal. Permainan apa pun yang
dimainkan Ellimist, taruhannya adalah kepala kami. Aku merasa
seperti semut yang berkeliling papan catur, berusaha mengerti
peraturan permainannya yang bisa kulihat hanyalah bentuk-bentuk
mahabesar yang bergerak di sekelilingku dalam pola yang tak dapat
diterangkan. Semua yang kami ketahui adalah Howler sadis luar biasa.
Penghancur. Itulah faktanya, mereka didesain dan dibuat untuk
menjadi luar biasa jahat.
"Apa rasanya menjadi salah satu dari mereka?" bisik Cassie
dalam kegelapan. Ia berbaring di dekatku. Jelas ia juga tak bisa tidur.
"Siapa" Iskoort?"
"Tidak. Howler. Mereka tahu mereka diciptakan oleh Crayak.
Mereka cukup cerdas untuk menerbangkan pesawat luar angkasa, jadi
pasti mereka punya kecerdasan juga. Apa pendapat mereka akan diri
mereka sendiri?" Aku tidak benar-benar peduli. Tapi suara Cassie merupakan
gangguan yang menyenangkan. "Aku tak tahu. Kurasa mereka juga
senang menjadi diri mereka sendiri. Bukankah sebagian besar spesies
senang menjadi diri mereka sendiri?"
Cassie terdiam lama saat memikirkan hal itu. "Mungkin aku
bisa mempercayai hal itu dulu. Tapi kau tahu, aku pernah menjadi
rayap, semut. Makhluk yang tidak punya pikiran dan bergerak
mengikuti insting. Mereka tidak bahagia. Bukan tidak bahagia juga.
Mereka hanya melakukan apa yang diprogramkan untuk mereka
lakukan, dan mereka tidak benar-benar punya pikiran, jadi apa lagi
yang bisa mereka lakukan" Tapi pasti Howlernya punya pikiran, kan?"
"Hanya karena seseorang atau apa pun memiliki kecerdasan,
bukan berarti mereka bisa bertindak brutal, busuk, dan jahat.
Maksudku, seharusnya ada anggota Nazi dan pemilik budak yang
cerdas." "Yeah, tapi Howler bukan sekadar individual. Kita
membicarakan seluruh spesies itu, seluruh ras, yang jahat. Itu tidak
mungkin. Kita tahu itu. Bahkan Yeerk pun tidak begitu."
"Dan mungkin Howler begitu. Semuanya sama, maksudku.
Mungkin sekarang kita menghadapi ras yang semuanya jahat."
"Tidak bisa begitu," kata Cassie yakin.
"Kenapa tidak?"
"Karena itulah yang dipercayai Nazi, pemilik budak, dan orangorang jahat. Bahwa
kau bisa saja menyamakan seluruh ras atau apa
pun dan bilang, 'mereka semua begitu atau begitu'. Itu tidak benar."
"Mungkin," kataku, tak ingin menghancurkan idealismenya.
"Mungkin begitu. Tapi tidak mungkin ketujuh Howler yang dipilih
Crayak sendiri ini akan bersifat lembut dan bisa disayang."
Cassie terdiam. Jadi kurasa aku telah menghancurkan
idealismenya juga. Pada tingkat tertentu aku berpikir, Bagus. Kita
tidak butuh kata-kata menyenangkan saat kita harus melawan Howler.
Tapi pada tingkatan lain, aku cuma marah pada dunia, bingung, dan
takut. Aku baru mulai berkata, "Cassie..." saat sesuatu menghantam
pintu sekeras hantaman komet kecil.
BRAK! Kami semua bangun dalam waktu seper biliun detik.
BRAK! Menakjubkan, pintu itu bertahan. Guide mulai mendecit.
TSEEEEEEQ! Lingkaran merah muncul di pintu dan mulai mengeluarkan asap
dan terbakar. "Itu mereka!" teriakku. "Howler!"
Aku merasa tersedak jantungku sendiri, jantungku berdebar
sangat cepat, begitu cepat sehingga seolah memenuhi diriku, tidak
meninggalkan ruang untuk bernapas kecuali tarikan-tarikan pendek.
Kami akan mati! Aku mendengar erangan ketakutan. Sebagian suara itu datang
dari dalam diriku, bukan erangan manusia, erangan ketakutan hewan.
"Morf!" teriakku, tersedak karena kata itu.
"Mereka akan membunuh kita!" teriak Marco.
Dalam binar senjata Dracon, aku melihat Ax berjalan dengan
mantap ke arah pintu. Bulu-bulu kasar dan tidak rata muncul di wajah
Rachel. "TIDAK!" teriakku, menyadari kesalahannya. "Bukan morf ke
binatang-binatang tempur! Jadi kecil! Lalat!"
Aku berusaha memfokuskan otakku yang panik kepada
bayangan lalat. Itu satu-satunya cara untuk keluar dari sini. Bukan
bertarung, tapi lari. kata Ax tenang.
"Tidak, Ax. Morf! Kita harus keluar dari sini!" teriak Rachel
kepadanya. kata Ax.
kata Tobias.
kata Ax kasar.
TSEEEEEEW! Sinar itu akhirnya berhasil menembus pintu dan mengenai
dinding di seberangnya. Erek lari ke lubang itu saat satu Howler memasukkan
kepalanya, matanya menatap rakus. Hologram Erek hilang. Ia
berpenampilan sebagai Chee.
"Chee!" kata Howler itu terkejut.
Erek mengulurkan sebelah tangannya dan dengan tenang
menusukkan jari-jarinya ke pintu baja itu. Jari-jarinya menembus
seolah ia hanya menusuk sebongkah roti. Ia melakukan hal yang sama
dengan tangannya yang lain, mengerutkan jari-jarinya dan
menguatkan pegangannya. Ia menutupi pintu dengan tubuhnya. Howler itu menyeringai
dan mendorongnya. Erek tidak bergerak sedikit pun.
Howler itu mundur dan mengarahkan senjata panahnya ke
wajah besi Erek. Ia menembak. Panah-panah beterbangan ke dalam
kamar, tapi Erek tidak terluka.
"Jake, ini takkan bertahan lama," Erek memperingatkanku.
Kami semua morf secepat mungkin. Semua, kecuali Ax. Aku
sudah memiliki mata lalat yang besar dan enam kaki.
dan kau bertindak seolah-olah aku benar-benar pangeran, jadi
sekarang aku memberi perintah langsung kepadamu. Morf. Lakukan.
SEKARANG!> Chapter 15 SEKARANG para Howler itu mencoba senjata mereka yang
paling ampuh. Lolongan mereka memekakkan telinga. Dindingdinding di sekitar Erek
mulai bergetar dan retak. Guide jatuh,
bergulung kesakitan. ?"?""L"W"S."?OG?"OT."?M
Mata Ax berdarah, bahkan saat ia tengah morf. Tapi yang lain
sudah lebih menjadi lalat daripada manusia, dan gelombang getaran
dari para Howler itu tidak membuat kami kesakitan. Bukan rasa sakit,
hanya dorongan insting untuk terbang yang sangat mendesak. Getaran
bisa merupakan suara atau gerakan. Otak lalat merasakan lolongan
tersebut sebagai gerakan tiba-tiba, kuat, dan mengancam dari semua
arah sekaligus. Masih memiliki berat sekitar tujuh atau delapan pon, dengan
mulut manusia yang bengkok karena setengah morf, aku sudah
mengepak-ngepakkan sayapku yang baru tumbuh, menendang dengan
panik, berusaha untuk terbang.
"Lawan aku, Chee," tantang Howler, saat ia sadar lolongannya
tidak membuat pegangan Erek mengendor sedikit pun.
Aku terkejut mengenali bahasa itu. Ia berbicara dalam bahasa
Inggris! Crayak pasti telah memprogramkannya ke dalam otak
gerombolan Howler itu. Memprogram mereka supaya mengerti bahasa
kami dan supaya dapat menantang dan bertanya pada kami, bila perlu.
Erek tidak mengacuhkannya. Para Howler itu mulai
menembakkan senjata sinar Dracon. Bukan ke arah Erek. Mereka
pasti tahu dari ingatan kolektif mereka bahwa Chee tidak bisa
dimusnahkan menggunakan senjata sinar dengan mudah.
Tapi mereka menggunakan senjata sinar Dracon mereka untuk
memotong bagian pintu di sekeliling pegangan Erek.
Kami semua sudah morf. Semua panik, tapi semua sudah morf.
Kecuali Ax, yang masih sebagian Andalite. Dan Guide, yang sekarang
duduk di pojok, menatap kegilaan di sekelilingnya dengan asyik,
menciptakan ingatan yang bernilai untuk dijual nanti.
Tiba-tiba pegangan Erek hilang, terbakar habis. Para Howler
mendorongnya dengan sikap menghina. Mereka tahu Erek tak dapat
bertempur. Tapi mereka tidak menemukan apa-apa. Tidak ada yang
mirip dengan makhluk-makhluk yang telah bertempur dengan salah
satu dari mereka di tangga.
Tidak ada apa-apa kecuali Ax yang lemah dan tak dapat
mempertahankan diri karena masih morf. Makhluk berbentuk aneh,
sedang meleleh, monster yang sedang mengecil.
Para Howler itu memenuhi kamar. Dengan mataku yang bersegi
banyak mereka sepertinya berwarna ungu dan biru mengilat dengan
urat-urat hitam yang berdenyut-denyut. Segi-segi pada mataku
membuat mereka terbagi-bagi dalam beberapa bagian. Mereka ada di
mana-mana di sekelilingku saat aku terbang tanpa menarik perhatian.
"Target?" salah satu Howler bertanya pada temannya. Howler
kedua ini sedikit lebih besar dan membawa senjata lebih banyak.
"Ya. Bunuh!" perintah pemimpinnya dengan marah.
Tujuh senjata diangkat dan dibidikkan ke arah Ax. Dia tak bisa
melarikan diri. Tak mungkin.
Erek melompat dan menempatkan dirinya di antara senjatasenjata itu dan Ax, tapi
para Howler itu dengan tenang
menghalanginya. Dan program Erek tidak mengizinkannya untuk
mendorong para Howler itu.
Setengah detik lagi Ax akan dimusnahkan.
sebuah suara pikiran berkata.
Para Howler itu memutar-mutar kepala mereka, kiri, kanan,
tubuh mereka berayun-ayun saat mereka mencari sumber suara yang
mengganggu mereka. Mereka membidik ke arah Guide yang sedang
merangkak ke luar dari lubang yang mereka buat.
omong-omong, aku senang sekali kalau bisa membeli ingatan kalian
tentang semua ini! > Marco!
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cacing tak punya otak, jelek, bau, ingusan, penakut, > tambah Marco.
"Lupakan saja," perintah pemimpin itu. "Suara-suara itu tak
berarti." Aku berzig-zag di udara, terbang dengan cara lalat yang liar dan
tak tentu arah. Aku menuju wajah pemimpin Howler itu. Aku
mendarat di bawah mata kirinya.
kau tangguh" Coba bunuh aku.>
Tangannya terangkat dengan kecepatan yang mengejutkan. Aku
merasakannya datang, merasakan gangguan udara yang
disebabkannya, dan merespon dengan kecepatan SEKARANG yang
hanya dimiliki lalat. Jari-jari makhluk asing terbang ke arahku. Aku menggerakkan
sayap-sayapku. Howler itu sangat cepat, jari-jarinya meleset hanya
beberapa milimeter saja. tantang Marco.
"Lupakan mereka! Bunuh..."
kata Ax.
Ax berhasil morf menjadi lalat.
yang hinggap,> kataku. Aku mulai merasakan sepercik rasa optimis.
Bahkan sedikit kelegaan. Howler-howler itu bingung.
"Android itu!" teriak si pemimpin Howler.
Aku melihat. Aku bisa melihat Erek, atau paling tidak versi
dirinya yang tidak jelas dan terdistorsi. Tapi para Howler itu tidak bisa
melihatnya lagi. Erek telah menciptakan hologram salah satu dinding.
Ia berdiri dengan tenang di belakangnya. Tak bisa dilihat, tapi
bukannya tak bisa disentuh.
usul
Cassie. Marco setuju.
kataku.
Kami terbang ke luar, tanpa menarik perhatian, melalui pintu
yang terbakar. Bukan kemenangan. Apa yang bisa kami lakukan hanyalah
melarikan diri. Tapi kami masih hidup. Dan itu lebih dari yang kupikir
dapat terjadi. Sayang sekali tetap hidup bukan merupakan pilihan. Kami
harus menang. Kami harus menghancurkan tujuh makhluk, padahal
satu Howler saja sama kuatnya dengan kami semua.
Chapter 16
kata Rachel. Jangan, jangan mendongak! >
kata Tobias.
menangkap kita. > Ketujuh Howler itu telah keluar dari apartemen yang hancur itu.
Kami kehilangan jejak mereka setelah itu. Mata lalat tak dapat melihat
lebih jauh dari tiga puluh sampai enam puluh sentimeter. Apakah
mereka mengikuti kami" Atau Guide" Tidak ada cara untuk tahu. Tapi
para Howler ini tak bisa dihadapi dengan main-main.
mendengarku, coba temukan Guide. Sembunyikan dia dari para
Howler. > Saat kami memperhatikan Guide, "Iskoort" lain tiba-tiba
muncul di sisinya. Iskoort kedua itu tiba-tiba berubah menjadi
sekelompok kecil Iskoort Pembuat Perang yang menutupi Guide.
Kalau ada yang memegangnya, akan ketahuan bahwa kelompok
Iskoort Pembuat Perang ini hanyalah hologram. Tapi tak ada yang
melakukan itu. Kami terbang ke dalam lingkaran hologram itu dan mendarat di
kepala Erek. tanyaku kepada Erek.
"Kita diawasi, tapi kurasa Howler itu sudah kehilangan jejak
kita, paling tidak untuk sementara ini."
kata Rachel tidak antusias. sejauh kita berbentuk lalat dan bersembunyi dalam hologram.>
bersembunyi > kata Guide. < Kebetulan, kemampuan kalian untuk
berubah bentuk ini sangat menarik. Mungkin kalian mau menjual
teknologi ini" Aku akan membayar dengan harga mahal.>
Aku tak mau bersusah payah menjawab. Kami demorph
menjadi manusia, elang, dan Andalite, masih tersembunyi dan
dilindungi hologram itu. Kami melintasi semacam alun-alun atau plaza. Lantainya hijau
dan hampir bisa membuat kami berpikir kami sedang berjalan di
lapangan rumput. Di tengahnya terdapat tangga lagi, dan kami
menuruninya. Tangga itu penuh dengan para Iskoort datang dan pergi,
dan juga beberapa makhluk yang kuasumsikan sebagai makhluk asing.
Erek membuat hologramnya menggeram dan mengancam
berulang-ulang, untuk menjaga supaya tidak ada yang menabrak kami
dan menembus ilusi kami. Akhirnya kami sampai di lantai bawah. Dan lantai ini benarbenar berbeda.
Bukannya lapangan terbuka seperti lantai-lantai
sebelumnya, lantai ini nyaris seperti hutan. Tapi hutan yang unik.
Tumbuhan-tumbuhannya, pohon-pohonnya, dan bunga-bunganya
tumbuh di kotak-kotak yang disusun berdekatan, meninggalkan jalan
berkelok-kelok yang sempit. Kalau memandang ke atas, kau bisa
mengira kau berada dalam hutan yang sesungguhnya. Kalau
memandang ke bawah, kau merasa seolah ke berjalan dalam rumah
kaca. Iskoort memenuhi jalanan. Terlalu rapat bagi hologram kami.
"Tobias," kataku. "Bisakah kau terbang dan melihat apakah kita
diikuti?" Tobias terbang ke atas hologram, berputar beberapa kali, dan
kembali.
"Lagi pula aku tak bisa membayangkan Howler mengendapendap seperti mata-mata,"
kata Rachel. "Mereka lebih langsung. Kalau
melihat kita, mereka akan mengejar kita, dan malanglah makhluk
yang menghalangi jalan mereka."
Erek mematikan hologramnya dan memasang hologram
manusianya. Kami kelihatan langsung lagi. Makhluk-makhluk asing
berjalan dalam taman itu. Kulitku terasa geli.
"Ax, awasi semua jurusan," kataku. Ia satu-satunya dari kami
yang bisa melihat ke arah belakang sama mudahnya dengan melihat
ke depan. "Yeah, beritahu kami kalau kau melihat Howler jadi kita punya
beberapa detik untuk menangis sebelum mereka menangkap kita,"
kata Marco muram. Kami bergerak dalam maze hutan buatan bersama Iskoort dalam
berbagai bentuk, tidak ada yang tampak berekspresi gembira.
Otakku bekerja. Memikirkan banyak hal, tapi tak menghasilkan
kesimpulan apa-apa. Seperti mobil yang pedal gasnya ditekan penuh,
tapi tersangkut, roda-rodanya berputar cepat, tapi tidak bergerak ke
mana-mana. Apa yang kulupakan" Sesuatu. Sesuatu. Cara untuk
mengalahkan Howler. Pasti ada caranya. Ellimist tidak mengirim kami
ke sini untuk kalah. Benarkah" Aku mencoba memanggilnya melalui pikiranku. Aku bertanyatanya apakah dia
mendengarkan. Mungkin. Tapi dia dan Crayak
memiliki peraturan sendiri. Perjanjian, kalau istilah militernya.
Apa peraturan-peraturan itu" Mungkinkah semut itu mendongak
memandang para pemainnya dan meminta penjelasan mengapa pion
tertentu dipindahkan. Mengapa Iskoort" Mengapa mereka harus diselamatkan"
Mengapa kami tahu kami harus menghadapi para Howler, tapi Howler
itu sepertinya tidak tahu bahwa mereka harus menghadapi kami
sampai pertemuan di tangga itu"
Mengapa Howler itu tidak mengejar para Iskoort" Jawabannya
mudah: perjanjian. Kalau mereka dapat mengalahkan kami, mereka
bisa menghancurkan Iskoort. Tapi tidak sebelumnya.
Satu-satunya yang menurut kami dapat melawan para Howler
dan menang adalah Erek. Hanya Erek yang memiliki kekuatan itu.
Dan hanya Erek yang tak dapat bertempur. Ia bisa menempatkan
dirinya di antara kami dan para Howler. Ia bisa memberi kami
informasi, tapi ia tak dapat membantu kami secara langsung.
Para Howler ini belum pernah kalah. Itulah yang dikatakan
ingatan para Howler dan Erek. Tidak pernah.
Apa artinya itu semua" Aku menekan kepalaku dengan
tanganku kuat-kuat, seolah ingin menekan jawabannya keluar dari
otakku. kata Guide mengumumkan.
Aku mendongak, terkejut saat sadar aku sudah berjalan selama
itu. Aku merasa agak bersalah. Aku begitu tenggelam dalam pikiranku
sehingga tidak waspada. Kami berdiri di luar bangunan berbentuk piramid, mungkin
setinggi bangunan berlantai sepuluh di Bumi. Warnanya putih, putih
plastik buatan yang berkilat, dan pintunya yang melengkung
dikelilingi lampu neon seperti pelangi. Sesuatu yang mestinya
merupakan musik, berbunyi memekakkan telinga.
"Yeah, ini tempat yang bagus untuk bersembunyi," kata Marco
sengit. "Tak seorang pun yang akan melihatnya."
"Di mana kita, Guide?"
mengurus kalian. Aku sudah membayar untuk itu. Mereka akan
mengurus kalian sampai aku kembali.>
"Apa maksudmu, kembali?" bentak Rachel. "Kau mau ke
mana?" seperti tampak luarnya. Tubuh yang kalian lihat ini tuan rumah
simbiotik. Kami spesies simbiotis - tubuh bagian luar yang lebih
besar, disebut Isk, dan bagian dalam, bagian lebih kecil, disebut
Yoort.> tanya Ax, berbicara untuk pertama kalinya.
kata Guide menerangkan. dimulai sebagai hubungan parasit telah menjadi hubungan simbiotis.
Kami berfungsi sebagai makhluk yang utuh. Kedua bagiannya, hanya
berpisah tiga hari sekali, saat Yoort harus makan dengan berenang di
kolam Yoort dan menyerap...>
Ekor Ax sudah berada pada tenggorokan Iskoort itu sebelum ia
dapat melanjutkan kata-katanya.
Chapter 17 SERIKAT Pelayan ternyata benar-benar sesuai dengan
namanya. Mereka Iskoort yang patuh, bertingkah laku seperti budak,
menyembah-nyembah, dan terobsesi untuk memenuhi seluruh
perintah, berusaha memenuhi semua keinginan kami.
Butuh waktu lama bagi kami untuk meyakinkan mereka bahwa
kami hanya membutuhkan satu kamar. Kamar tanpa ada satu Iskoort
pun di dalamnya. Mereka tidak menyukainya, tapi akhirnya mereka
menurut. Kamar itu sama mencoloknya dengan tampilan luar Kuil Serikat
Pelayan. Dindingnya yang putih begitu mengilat sehingga seolah bisa
membuat bola mata kami bergetar. Apa yang tidak berwarna putih,
berwarna mengilat, dalam warna-warna dasar yang digoreskan di
sana-sini, di dinding, di langit-langit, dan di lantai. Tapi warna-warna
itu seolah tidak menyentuh warna putih ruangan itu.
"Pasti beginilah cara Iskoort mendekorasi ruangannya," kata
Rachel. "Seperti kamar mandi rumah sakit yang didekorasi anak-anak
dengan krayon berwarna mengilat."
Guide berdiri di tengah ruangan. Ax telah menjauhkan ekornya
yang tajam, tapi ia memastikan Guide tetap sadar bahwa ekornya itu
bisa melecut sangat cepat kalau kami mendengar jawaban yang salah.
"Sebaiknya kau mulai bercerita, dan jangan buang-buang
waktu," kataku pada Guide.
Rongga perutnya terus-menerus mendecit. inginkan dariku">
Marco berkata, "Kami datang jutaan kilometer dari rumah,
menyebrangi galaksi, dan tiba-tiba kami menemukan bahwa kalian,
Iskoort, adalah Yeerk. Maaf saja kalau kami terlalu curiga."
Tobias
mengepak-ngepakkan sayapnya dengan marah. dari sinar Kandrona.> Iskoort, bukan Yeerk yang sepertinya kalian benci ini.>
Rachel melotot pada Iskoort yang ketakutan itu. "Aku tahu ada
sesuatu yang tidak kusukai pada bangsat ini. Kalau mereka tidak
berusaha membeli sesuatu darimu, mereka berusaha menyusahkanmu
atau menghamba padamu. Yeerk!" ia berpaling padaku, wajahnya
kaku. "Sudah cukup. Kita akan bilang pada Ellimist untuk mencari
orang lain untuk memainkan permainan ini untuknya. Kita tidak akan
membantunya menyelamatkan segerombolan Yeerk. Howler bisa
mendapatkan mereka."
Aku ingin setuju. Itu penyelesaian yang paling mudah. Kami
tidak akan menyia-nyiakan nyawa kami untuk menyelamatkan Yeerk.
Cassie bergerak ke antara Guide dan Ax. "Guide, ceritakan
padaku. Apa yang kauketahui tentang sejarah bangsamu" Dari
awalnya?" Guide tampak bingung, tapi Cassie berada di antara dirinya dan
ekor Andalite itu, jadi dia tahu menjawab pertanyaan itu adalah satusatunya
harapan yang dimilikinya.
lalu, Yoort adalah parasit, seperti yang kalian katakan. Mereka
menjadi parasit bagi makhluk lain. Tapi itu sudah lama sekali. Sejak
kami membentuk sistem simbiotis kami, kombinasi Isk dan Yoort,
bentuk kami seperti sekarang ini.>
Rachel mendengus. "Mereka mengalahkan makhluk Isk ini, dan
sekarang menggampangkannya, oke, kita teman. Tidak ada masalah."
Marco mengangguk setuju. "Kalau ada makhluk asing muncul
di Bumi ribuan tahun setelah Yeerk mengalahkan Bumi, Yeerk pasti
bilang, 'Hey, kami dan manusia memiliki hubungan simbiotis."
Aku memandang Cassie. Rachel dan Marco benar. Cassie
mengangguk, menerima fakta itu.
Tapi Guide berkata, tidak dikalahkan oleh Yoort. Mereka diciptakan.>
"Apa?" bergerak dengan ganas untuk mengalahkan spesies lain dan
mengambil tubuh mereka, tapi ini tidak menguntungkan, apalagi
dalam jangka panjang. Jadi Yoort menggunakan bioteknologi untuk
mendesain dan menciptakan spesies yang spesifik sebagai tubuh
simbiotik kami.>
bantah Tobias.
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka.> Guide memohon, mendecit melalui rongga
perutnya. hidup tanpa Yoort. Dan untuk memastikan simbiotis ini benar, Yoort
juga dimodifikasi. Sekarang Yoort tak dapat hidup tanpa Isk dan Isk
tak bisa hidup tanpa Yoort. Mereka merupakan satu makhluk dengan
dua bagian.> Sunyi. Tak ada yang bersuara. Otak kami menyerap kenyataan
itu pelan-pelan. "Ya, Tuhan," kata Cassie akhirnya. "Tentu saja. Itulah caranya.
Satu-satunya cara. Parasit menjadi simbiotis. Tidak ada yang
mengambil keuntungan sepihak lagi. Mereka menciptakan langkah
berikut dalam evolusi mereka sendiri dan hidup sebagai simbiotis
sejati." "Tidak ada perang lagi," kata Erek pelan. "Tidak perlu
mengalahkan spesies lain lagi, untuk diperbudak."
"Yeerk tidak tahu tentang hal ini," kata Cassie. "Bahkan Yeerk
yang menginginkan perdamaian tak dapat memikirkan jalan
keluarnya, cara untuk mengakhiri lingkaran penaklukannya."
kata Ax.
terpisah dulu sekali, mungkin dibawa dari planet asal Yeerk oleh ras
yang sudah musnah.> dengan Yeerk...> kata Tobias.
Inilah sebabnya Crayak harus menghancurkan Iskoort. Dan
mengapa Ellimist tidak mengizinkan hal itu terjadi. Entah kapan, di
masa depan, Iskoort akan bertemu dengan Yeerk. Dan Yeerk akan
melihat bahwa ada cara lain untuk hidup.
Aku tersenyum. Pertama kalinya dalam waktu lama. Semut baru
saja mengerti sebagian dari permainan catur.
Chapter 18 AROMA seperti minyak, kapur barus, dan...
"Ini racun!" kata Rachel. "Seperti racun serangga."
teriak Tobias.
Apa yang harus dilakukan" Howler sedang menyemprotkan
racun ke dalam bangunan itu. Mereka cepat mengerti. Terlalu cepat.
Morf serangga tak dapat dilakukan lagi.
"Guide! Jendela?"
dengan... > "Tidak sekarang. Kita akan terbang," kataku pada semuanya.
"Tetap tenang. Morf menjadi burung. Guide, buka jendelanya sesuai
dengan aba-abaku. Jangan sebelumnya. Howler tidak akan masuk
sampai mereka yakin mereka telah menyemprotkan cukup racun."
Aku berusaha terdengar percaya diri. Aku berharap apa yang
kulakukan benar. Aroma racun itu semakin nyata setiap detiknya, tapi
aku sudah setengah morf menjadi elang peregrine.
Mengapa racun serangga" Mengapa bukan gas saraf" Mengapa
bukan gas yang tak berbau dan kelihatan yang bisa membunuh kami
bahkan sebelum kami menyadarinya"
Terlalu mudah" Tidak cukup faktor ketakutan bagi para
Howler" Atau tidak boleh ada gas mematikan yang digunakan dalam
perjanjian permainan ini"
Kami semua mengecil, semua kecuali Erek dan Guide. Morf.
Daging kami berkurang dan berpindah tempat seperti lumpur yang
mengalir menuruni bukit. Daging kami menjadi abu-abu. Kulit lengan
dan kaki kami mulai memiliki pola-pola bulu. Wajah mengerut, lalu
paruh yang keras mulai muncul. Jari-jari menjadi cakar. seberapa tinggi ruangan ini">
menunggu di luar jendela. Mungkin ada, mungkin tidak. Bisakah kau
melompat keluar, menyingkirkan siapa pun yang menghalangi kami">
Erek tampak mual. "Tidak, Jake. Aku bisa mendengar para
Howler itu. Aku tahu mereka tidak ada di luar. Kalau aku melompat
keluar jendela itu, aku mungkin akan menyakiti..."
sindir Marco. mau...> bentakku. Otakku berpacu. Jawaban. Pasti ada.
Samurai Pengembara 2 Pedang Sakti Tongkat Mustika Angin Hutan Api Gunung Karya Herman Pratikto Rahasia Mo-kau Kaucu 4
mencekik leher Cassie. Rachel menendang Howler yang lain di tempat manusia tidak
senang ditendang. Salah satu Howler itu menyerang Erek dengan
kepalanya, tapi tidak menghasilkan apa-apa sementara Erek tetap
berdiri di sana dengan tenang.
Rachel sudah setengah morf menjadi beruang grizzly dan sudah
menggeram dengan suara yang sebagian besar masih terdengar seperti
suaranya sendiri. Ada yang salah. Sangat salah. Kami bahkan belum morf dan
kami bisa mengalahkan makhluk-makhluk ini. Dan Erek terlalu
tenang. Lalu aku mengerti. Aku sudah menendang makhluk yang
menyerangku di rongga perutnya. Rongga perut Iskoort-nya yang
selalu mendecit. "Erek! Apakah ini Howler?"
"Tidak. Tentu tidak," katanya tenang.
Para penyerang itu mundur. Mereka berlima. Salah satu di
antaranya memandangi potongan tangannya. Yang lain memandangi
kami sambil ternganga dan mengeluarkan bunyi mendecit dari rongga
perut mereka. Mereka Iskoort. Tidak seperti Guide, paling tidak tidak terlalu
mirip. Tubuh mereka kurang-lebih sama, tapi bentuk kepala dan
tangannya berbeda. Puncak kepala mereka lebih lebar, dan mereka
memiliki dua tanduk. Tangan mereka lebih kasar, cakarnya lebih besar
daripada tentakelnya. Kaki mereka lebih lentur, tidak terlalu datar,
sehingga mereka bisa bergerak lebih cepat dengan melompat, bukan
merangkak.
dia sedang mengenalkan beberapa teman dari sekolah lain.
orang asing. >
"Ayo, pergi dari sini," kataku. "Rachel" Tetap morf. Ax, kau
juga siap. Seharusnya itu sudah cukup untuk menangani para Iskoort
ini." Kami diserang dua kali lagi oleh dua kelompok Iskoort
Pembuat Perang yang berbeda sebelum kami mencapai tangga yang
berikut. Mereka cukup mudah dihadapi, tapi tetap saja tubuhku
memar-memar. Dan saat kami sudah keluar dari pasar dengan selamat,
Rachel mengatakan apa yang kami semua rasakan.
"Katakan padaku: Mengapa, tepatnya, Ellimist ingin
menyelamatkan makhluk-makhluk ini" Aku mulai berpikir mungkin
Crayak melakukan tindakan yang tepat."
Kami menuruni tangga itu, akhirnya mulai menertawakan
pengalaman aneh dengan Iskoort Pembuat Perang. Merasa santai dan
agak pusing setelah dengan mudah berhasil mengalahkan preman
lokal. Tangga itu lebih lebar, meskipun tetap tanpa susuran tangga,
tapi kamu mulai terbiasa pada kondisi itu. Tangga itu cukup lebar
sehingga cukup untuk lalu lintas naik-turun, dan beberapa Iskoort,
banyak yang mirip Guide, tapi yang lain benar-benar berbeda,
melewati kami. Lantai berikutnya berjarak sekitar enam puluh meter di bawah
kami. Guide berjalan di depan. Aku sedang menertawakan lelucon
Marco. "Howler!" teriak Erek.
"Yeah, benar," kata Marco. Tapi ia memandang. Dan aku juga
memandang. "Erek," kataku setenang mungkin, "kau bercanda?"
Wajah proyeksinya putih pucat. Aku bertanya-tanya seberapa
jauh proyeksi emosinya berjalan otomatis setelah ia tinggal begitu
lama bersama manusia. "Aku tidak bercanda, Jake," katanya. "Itu Howler."
Chapter 10 HOWLER itu sedang naik tangga. Kami sedang turun. Kami
membeku. Howler itu terus mendekat.
Tubuhnya tidak besar. Lebih kecil daripada Hork-Bajir.
Seukuran tubuh manusia dewasa. Dia berjalan dengan dua kaki yang
tertekuk dengan gerakan mengayun yang nyaris lucu. Dia memiliki
dua tangan yang lebih panjang daripada kakinya. Tangan itu nyaris
mirip tangan manusia, punya lima jari dan satu ibu jari tambahan.
Tapi dari pergelangannya tumbuh sesuatu yang mirip tangan kedua,
cakar yang bisa diturunkan untuk melindungi punggung tangannya,
atau disimpan agar tidak mengganggu. Cakar ini terdiri dari empat
kuku besi yang melengkung.
Makhluk itu seolah menyeret bagian atas tubuhnya, seolah
bagian atas itu hidup di kursi malas. Dengan begitu tubuhnya bisa
berputar ke semua arah dan cakar tarungnya sangat berguna.
Kepalanya sangat jelek, kulitnya seolah baru terbakar, hitam
dan meleleh. Keseluruhan makhluk itu tampak seperti dia baru saja
dibentuk dari lava yang baru mendingin. Di bawah kulitnya yang
hitam, dalam retakan-retakan dagingnya, ada garis-garis berwarna
merah cerah. Dalam wajahnya ada mata berwarna biru yang sangat indah.
Orang menyebutnya biru telur burung Robin. Seluruh matanya
berwarna biru, dengan bagian tengah berwarna lebih muda seperti
mata kucing. Howler itu sepertinya tidak melihat kami. Tidak peduli. Tidak
khawatir. Dia mengenakan beberapa ikat pinggang longgar di sekeliling
tubuhnya, dan di setiap ikat pinggang itu tergantung berbagai senjata
yang berbeda. Atau setidaknya benda-benda itu tampak seperti
senjata. Ada yang mirip senjata sinar Dracon, ada yang mirip pistol
otomatis, pisau, bumerang metalik kecil, pistol yang sepertinya penuh
dengan peluru dart. Dia gudang senjata berjalan.
Aku memandang Erek, di atasku. Wajahnya berkedip-kedip.
Hilang dan timbul. Tanpa emosi. Tapi ia kehilangan kontrol. Android
di balik hologram itu terus mengintip ke luar.
Mata biru kosong Howler itu memandang Erek.
"Erek, kendalikan dirimu," kataku dengan ketenangan yang
dipaksakan. Ia mengguncangkan dirinya sendiri dan hologramnya menjadi
stabil, tapi Howler itu terus memandanginya.
"Enam lawan satu, Jake," kata Rachel. "Tidak ada keadaan yang
lebih baik lain.". Aku merasa perutku mulas. Keuntungan dan kerugiannya
seimbang. Daerah yang tidak kami kenal di bawah sana. Bukan tempat
untuk bertarung. Tapi Rachel benar: inilah waktunya.
"Morf," kataku pelan. "Ax" Kau yang memimpin. Tobias"
Terbanglah yang tinggi. Guide" Mundur, ini bukan pertarunganmu.
Erek" Jangan menghalangi kami."
Perintahku terdengar lebih kasar daripada yang kumaksudkan.
Tapi jantungku berdebar keras dan aku merasakan keringat takut
mengalir di punggungku. Ini terlalu cepat terjadi. Kami belum siap.
Kami masih lelah setelah menghadapi gangguan Iskoort Pembuat
Perang. Tapi lebih dari itu, aku melihat bayangan itu dalam kepalaku.
Mata itu. Crayak. Bayangan dari mimpiku. Aku hampir bisa
mendengarnya tertawa. Mungkin hanya potongan imajinasiku saja,
tapi rasanya cukup nyata.
Enam melawan satu. Tidak bisa lebih baik lagi.
Aku mulai morf, memanggil DNA harimau yang ada di dalam
darahku. Harimau itu akan lebih besar daripada Howler itu. Kami
berenam dalam wujud morf kami bisa menghadapi apa pun juga,
kataku pada diriku sendiri. Kami bisa menghadapi apa pun juga.
Mata biru Howler itu menyipit saat kami berpindah tempat. Ia
tahu pertempuran datang. Tapi ia sedang terpesona pada proses morf
kami. Terpesona dan hampir iri, kalau ekspresi wajah yang terbuat
dari ter meleleh dengan mata sekosong angkasa itu bisa dibaca.
Aku merasa tubuhku mulai morf. Bulu-bulu oranye tumbuh di
tangan dan lenganku. Aku tidak punya waktu untuk melepas
pakaianku. Pakaianku robek saat aku morf. Bulu-bulu tumbuh di
sekujur tubuhku. Jari-jariku membengkak, kulit berwarna gelap di
telapak tangan, dan oranye serta putih di punggung tanganku. Cakar
yang bisa menggores pintu mobil tumbuh menggantikan jari-jari
manusia yang tak berguna.
Aku mendengar organ-organ dalam tubuhku berpindah tempat,
mengubah diri mereka sendiri supaya sesuai dengan tubuh harimau.
Ekor yang panjang muncul dari dasar tulang ekorku dan mulai
terkibas-kibas dalam kegelisahan dan antisipasi.
Aku jatuh ke keempat kakiku. Ini membuat kepalaku beberapa
anak tangga lebih rendah daripada bagian belakangku. Gigi memenuhi
mulutku, terlalu besar, begitu besar sampai mereka tumbuh ke luar
seperti taring kucing. Lalu mulutku berubah dan wajahku ditumbuhi kumis yang
sensitif. Mataku, dibuat dengan kemampuan sama untuk melihat
dalam kegelapan dan terang hari. Hidungku sensitif akan semua bau-
bauan dalam hidup binatang. Telingaku berdiri tegak, bergetar penuh
perhatian. Howler itu tidak tampak terlalu berbahaya lagi sekarang.
Harimau tidak takut. Harimau itu tahu dirinya adalah makhluk paling
cepat dan mematikan di hutan. Harimau itu tidak takut pada makhluk
berbau aneh itu. Ax ada di dapanku, ekornya dibengkokkan dan siap, ketiga
matanya menatap ke depan, satu matanya yang terakhir mengawasi
kami. Rachel sudah morf menjadi beruang grizzly. Ia berdiri, pilar
bulu cokelat kasar dengan kekuatan yang bisa mencabut sebatang
pohon kecil. Marco telah morf menjadi gorila. Ia mengayun-ayunkan
tangannya yang berotot ke depan dan ke belakang dengan santai,
seolah ia sedang menunggu bus datang di sudut jalan. Cassie sudah
morf menjadi serigala. Bulu tebal di tengkuknya berdiri, dan ia
menyeringai menunjukkan giginya yang basah berkilat.
Berat kami semua lebih dari satu ton, terdiri dari otot, cakar,
dan gigi, yang dikendalikan kecerdasan manusia yang bisa
mengeluarkan insting binatangnya.
Berhadapan dengan kami, makhluk asing berukuran manusia
dewasa. Aku sadar Erek sedang berbicara. Ia telah berbicara selama
beberapa menit tapi konsentrasiku terlalu terbagi untuk
mendengarkannya. "...akan melumpuhkanmu dan mematikan indra-indramu. Kalau
dia cukup dekat dia akan menggunakan gigi jarum yang tumbuh di
rahang atas dan rahang bawahnya. Dia tidak secepat..."
memotongnya. "Itulah alasan mengapa mereka disebut Howler - makhluk yang
melolong, Jake. Suara mereka. Siap-siaplah untuk..."
Tangan Howler itu bergerak. Meraih senjata cahayanya!
Chapter 11 "HHHHHRRROOOOWWWWRRRR!" aku mengaum, suaraku
bisa membuat laki-laki yang paling berani jatuh gemetaran.
Aku bersiap-siap untuk melompat. Tapi Ax lebih cepat.
Ekornya melecut, krak! Tangan Howler itu jatuh terpotong. Senjatanya jatuh ke tangga.
Tapi sebelum senjata itu berhenti berputar, tangan Howler itu sudah
tumbuh kembali!
daripada yang bisa dilihat mata manusia.
Aku mengaum lagi, menggemakan suara yang belum pernah
terdengar di Planet Iskoort. Yang lain mengikuti langkahku. Kami
siap menyerbu, satu ton kekuatan hewan.
Lalu Howler itu membalas.
"KEEEEEEEEEEEEE-row!"
Aku tak pernah mendengar ledakan suara seperti itu
sebelumnya. Bila dibandingkan dengan suara itu, auman harimauku
mirip meongan seekor kucing.
"KEEEEEEEEEEEEE-row!"
Lompatanku terpeleset dan aku jatuh terguling di anak tangga.
Aku melihat Rachel tersandung dan jatuh, mendarat di atasku. Ia
seolah mendapat bantalan dengan mendarat di perutku.
Udara terdorong keluar dari paru-paruku. Aku berjuang untuk
berdiri lagi, tapi aku tak bisa membedakan mana atas dan mana
bawah. Aku merangkak dengan lemah. Rachel berguling dan aku
melihat Ax sedang terhuyung-huyung, lari! Melarikan diri, menaiki
tangga lagi, tangan Andalite yang lemah menutupi telinganya, darah
mengalir di antara jari-jarinya.
Cassie sedang melolong, serigala dalam dirinya kesakitan.
Sepertinya Marco yang paling tidak terpengaruh. Ia
melontarkan kepalannya yang seperti blok semen ke arah lengan
Howler dan membuat makhluk itu kehilangan keseimbangan.
Aku berdiri, berharap dapat menyerang saat keseimbangan
tubuh Howler itu hilang. Tapi keseimbangan tubuh Howler itu tidak
hilang. Pinggangnya yang lentur membuatnya bisa berputar
menggunakan kekuatan pukulan Marco dan membuat tangannya yang
baru tumbuh menjadi senjata.
F-t-t-t-t-t-t! Ia menembak! Selusin peluru dart baja, segitiga-segitiga kecil,
melubangi kaki kiri depanku. Aku jatuh. Sakitnya bukan main.
Marco mengayunkan kepalannya lagi, luput! Howler itu
berbalik dan menodongkan senjatanya ke arah Marco. Lubang
berdarah muncul di punggungnya seolah ada yang memaksa kaleng
Coke masuk ke dalamnya. Ia jatuh seperti tembok runtuh.
Cassie sudah pulih untuk bertindak, menggunakan tubuh Marco
sebagai papan loncatan. Howler itu mengangkat senjatanya, tapi
terlalu lambat. Rahang serigala itu keburu menggigit tangannya dan
Cassie bertahan seperti bulldog, menyobek, menggigit.
Aku berdiri dan berjalan dengan tiga kaki. Lompatan yang
payah! Aku menggigit kaki Howler. Rachel juga sudah berdiri, dan
langsung menyerbu di atas keempat kakinya, berusaha menjatuhkan
makhluk itu. Tobias menukik dalam kecepatan tinggi, cakarnya diarahkan ke
mata Howler itu. Kami mulai bisa menguasai keadaan.
"KEEEEEEEEEEEEE-row!"
Seseorang meledakan granat dalam kepalaku. Aku
mempertahankan gigitanku, tapi semua hal lain menjadi kabur,
berputar gila-gilaan, kabur.
Sesuatu berbulu biru dan kecokelatan melompat ke hadapanku,
bulu-bulu merah karat berkelebatan. Apa" Apa yang terjadi" Aku tak
bisa berpikir... tak bisa mengerti....
Sakit menusuk. Mataku bisa melihat jelas cukup lama untuk
memandang gagang belati yang muncul dari leherku.
Aku ditikam! Di leher. Darah harimau itu... darahku....
"Jake! Demorph!" kata Erek dengan suara yang cukup keras
untuk menembus kabut kematian yang menyelimuti otakku.
Lalu muncul perintah-perintah lain, yang diberikan dengan
suara yang keras dan jelas. Bukan, bukan perintah. Hanya informasi.
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Cassie, dia mencoba menusukmu. Ax, kau terlalu dekat ke
pinggir, berhenti bergerak! Rachel, Howler itu kira-kira setengah
meter dari pinggir, di sebelah kananmu."
Aku demorph. Atau paling tidak kupikir aku melakukannya.
Aku tidak yakin. Harimau itu sekarat, darah memancar keluar dari
nadi lehernya yang terluka. "Demorph, Jake! Demorph!" suara keras
Erek mendesakku. "Lakukan sekarang!"
Aku mendengar suara beruang mengaum. Aku mendengar suara
tabrakan antar tubuh. Aku tak bisa melihat apa-apa kecuali bentuk,
bentuk-bentuk yang tak berarti.
"Cassie, demorphl" perintah Erek. "Dia mengeluarkan isi
perutmu, demorphl Sekarang!"
Seekor elang menjerit dari kejauhan. Suara beruang di bawah.
Ada suara lecutan ekor Andalite.
Semuanya, jauh, sangat jauh.
Chapter 12 CRAYAK mengalihkan tatapan mata merah darahnya
kepadaku, menatapku saat aku berbaring tak berdaya. Memandangi
para Howler berdiri mengelilingi Cassie, memandangi saat mereka
mempersiapkan tangan cakar mereka, memandangi dan tertawa saat
Cassie berdiri dengan mata tertutup, pasrah, beberapa detik dari...
"Cassie! Awas!"
Aku tersentak bangkit, dengan mata terbelalak, tangan
memukul-mukul, siap menyerang.
"Tenang, tenang," kata Marco. Ia memegangi satu tanganku
sementara Rachel memegangi yang lain. "Tenanglah, Bung,
pertempurannya sudah selesai."
Aku memandang ke sekeliling, masih gugup. Kamar. Dinding
dengan warna-warna mencolok, satu merah, yang lain kuning. Masih
di Negeri Lego. Aku memukul kakiku. Manusia. Tanganku. Manusia. Tubuhku
sendiri, tak terluka sedikit pun.
Aku berhasil demorph. Aku memandang ke sekeliling kamar.
Rachel dan Marco. Tobias bertengger di sandaran sebuah kursi
berbentuk aneh. Erek berdiri sendirian, menunduk dan kelihatannya
sibuk berpikir. Ax berdiri sejauh mungkin dariku, keempat matanya
memandang ke arah lain. "Cassie?" tanyaku.
"Aku di sini," katanya. Aku menyadari ia ada di belakangku.
Aku merasakan telapak tangannya menyentuh pipiku. Lalu ia
melingkarkan tangannya ke tubuhku dan memelukku dari belakang.
Membuatku ingin menangis saja.
"Kau butuh beberapa lama untuk sadar," kata Cassie. "Kau
nyaris tidak sempat demorph. Lalu kau seperti koma, seolah kau tidak
akan sadar sama sekali."
Aku ingat mimpi-mimpi. Memang mimpi-mimpi, bukan" Sulit
untuk yakin. Kenyataan itu sendiri cukup aneh untuk menjadi mimpi.
"Howler-nya?" tanyaku pada Rachel.
Mulutnya menipis menahan marah. "Kita berhasil
menyakitinya. Tapi dia lepas."
"Enam lawan satu dan hasilnya seri," kata Marco marah.
"Bukan enam," Rachel memperbaiki. "Tujuh. Erek
menyelamatkan kita. Dialah satu-satunya yang berhasil mengatasi
lolongan itu." "Yeah, benar, terima kasih banyak, Erek," kata Marco marah.
"Dia memang memberi kita petunjuk. Tapi bukan untuk menyakiti
Howler itu, karena tindakan itu akan bertentangan dengan
programnya. Dia hanya memberi petunjuk pada kita bagaimana
melarikan diri." Aku berpegang pada tangan Cassie. Aku tidak mau terlibat
dalam hal ini. Aku ingin menikmati perasaan syukur karena ternyata
aku masih hidup, perasaan syukur karena Cassie mengkhawatirkanku.
Lalu aku mengeluh, meremas jari-jarinya, dan melepaskan
tangannya. "Erek melakukan apa yang bisa dilakukannya, Marco. Kau
tahu sama seperti aku. Aku tak bisa berpikir. Aku pasti mati kalau
tidak ada dia. Itu sudah cukup bagiku."
Marco tampak seolah ingin mengatakan sesuatu yang lain, tapi
lalu kemarahannya hilang. "Yeah. Kita semua melakukan apa yang
bisa kita lakukan." Aku melihat Guide bersandar pada dinding, di luar kebiasaan
dia sangat diam. "Kau tetap bersama kita setelah itu?" aku bertanya
padanya. Matanya berbinar.
masing-masing mau menjual perspektif unik kalian, aku bisa membeli
kios sendiri dari keuntungannya! >
Aku menarik,Cassie sehingga bisa melihatnya. Aku
mengangguk ke arah Ax. "Apa yang terjadi padanya?" tanyaku.
Cassie menggeleng. "Dia melarikan diri. Dia memang kembali,
tapi kurasa itu saja tidak cukup. Dia tak mau bicara pada siapa pun."
"Biarkan saja untuk sementara," kataku. "Nanti aku akan bicara
padanya." Aku merasa lelah. Aku merasa tubuhku memar-memar dan
terluka, meskipun tubuh manusiaku terdiri dari DNA yang sama sekali
tidak dilukai pertempuran itu. Otakku-lah yang merasa lelah. Aku bisa
melihat yang lain juga merasakan hal yang sama.
Kami kalah dalam pertempuran yang adil. Tidak, bukan
pertempuran yang adil. Kami berenam ditambah Erek melawan satu
Howler. Hasilnya seri. Tujuh lawan satu. Seri.
Kalau saja tadi ada dua Howler, apalagi tujuh, kami pasti
terbunuh dalam sepuluh detik.
Kami tidak takut, tidak seperti saat kami akan bertempur.
Perasaan kami saat ini lebih parah daripada takut: kami merasa kalah.
"Tempat apa ini?" tanyaku.
Rachel mengangkat bahu. "Guide yang mencari tempat ini
untuk kita. Ini kamar dan kamar mandi - well, kupikir itu kamar
mandi. Kuharap itu kamar mandi."
Di satu sudut ada setumpuk kain rombeng. Pakaian kami. Kainkain yang tersisa
setelah kami morf tanpa melepas pakaian. Kami
mengenakan pakaian morf kami sekarang. Tapi kupikir kami tidak
akan kelihatan lebih aneh daripada sebelumnya. Para Iskoort mungkin
tidak terlalu memedulikan gaya berpakaian manusia.
"Aku akan menghubungi Ellimist, dan bilang supaya dia bunuh
diri dengan melompat dari jembatan super-dimensional apa pun yang
berhasil ditemukannya," kata Marco.
"Kecuali ada permainan lain yang lebih rumit yang dilakukan
Ellimist," kata Cassie. "Dia bertempur demi seluruh spesies, seluruh
planet. Kita cuma bidak-bidak catur."
Kata-katanya jauh lebih sinis daripada yang biasa kudengar dari
Cassie. Tapi dia tidak salah. Ellimist dan Crayak sama-sama sudah
berlebihan. Dan aku terus-menerus berpikir jangan-jangan ini semua
jebakan. Mungkin Crayak-lah yang menginginkan kami berada di sini.
Bukan karena kami penting, tapi menyingkirkan kami pasti membantu
Yeerk. Mengapa Ellimist membawa kami ke sini" Dia seharusnya tahu
betapa kuatnya Howler. Seharusnya.
"Ini persetujuan yang menyebalkan," kata Rachel, menyatakan
apa yang ada dalam kepalaku. "Kita meninggalkan planet kita sendiri
tanpa pertahanan untuk menyelamatkan para Iskoort ini." Ia menyebut
kata "Iskoort" seolah kata itu kata terkutuk.
Aku menoleh ke arah Erek. Aku hanya bisa membayangkan apa
yang sedang dipikirkannya. Ia memiliki kemampuan untuk melawan
Howler dan menang. Tapi ia tak boleh bertempur.
Erek berkata, "Mungkin Ellimist mau memprogram ulang
diriku. Menghilangkan larangan melakukan tindak kekerasan."
Marco menggeram. "Well, jadi semua sudah sepakat: situasinya
tak tertolong. Kalau Erek saja sudah mulai bicara seperti itu artinya
kita kalah." "Kalahkan ini" kata Rachel kasar.
Kata-katanya membuatku tersenyum. Rachel sama putus asanya
dengan yang lain, tapi ia tidak mau mengakui bahwa ia tak bisa
mengalahkan dengan mudah Howler mana pun yang dilihatnya.
"Mereka lebih cepat dari kita, lebih kuat dari kita, dan
dipersenjatai dengan lebih baik dari kita," kata Cassie sedih. Lalu ia
mendongak dengan tatapan waspada. "Tapi apakah mereka lebih
cerdas dari kita?" "Erek?" tanyaku padanya.
Ia mengeluh, reaksi yang sangat mirip manusia. "Mereka
memiliki pesawat yang lebih cepat daripada cahaya saat manusia
masih berpikir bahwa roda merupakan penemuan radikal."
cepat, tentu saja kau memiliki senjata dan teknologi yang lebih baik
daripada spesies lain yang mulai belakangan. Tapi itu bukan berarti
kau lebih cerdas. Mungkin itu cuma berarti kau mulai duluan.>
Itu bukan dasar yang kokoh untuk berpijak. Tapi hanya itu yang
kami miliki. "Erek" Ceritakan semua yang kauketahui tentang Howler,"
kataku. Chapter 13 "AKU hanya bisa melihat mereka dari sudut pandang korban,"
kata Erek. "Aku bisa menggunakan sistem hologramku untuk
menayangkan apa yang kulihat. Tapi mungkin ada cara yang lebih
baik untuk memperoleh informasi."
arah dinding dan menyentuh sebuah panel. Panel itu membuka.
Sebuah laci keluar, penuh dengan tombol dan alas sentuh berwarnawarni.
"Kau tidak akan mendapatkan rambutku lagi," Rachel
memperingatkan. "Tidak juga ginjal atau tangan."
Rongga perut Guide mendecit. Mungkin itu suara tawa atau
sejenisnya.
Aku menarik napas. "Apa sih sebenarnya penjualan ingatan ini"
Apakah itu berarti kami akan kehilangan ingatan kami?"
Guide tampak bingung.
"Mereka memfotokopi ingatan kita?"
Tidak ada jawaban. Ax sedikit mengayun tubuhnya, majumundur. Ekornya turun,
menekuk ke depan. Ia tenggelam dalam
pikirannya sendiri. "Ax!" kataku lebih keras. "Ax, kami membutuhkanmu."
Ia mendongak, kaget.
Aku tidak melarangnya memanggilku Pangeran. Ini tidak boleh
ditangani dengan sembarangan. Andalite sebenarnya ras yang suka
damai, tapi mereka juga memiliki tradisi keprajuritan yang panjang.
Ax adalah aristh. Kadet militer. Dan ia telah menghabiskan seumur
hidupnya di bawah bayangan saudaranya, Elfangor, yang dianggap
pahlawan besar. "Seberapa jauh kita dari pos Yeerk yang terdekat?"
muncul. Sambil menggumam dan mendecit sendiri, Guide
menampilkan sebuah peta bintang. Tentu saja tanda-tanda itu tak
memiliki arti apa-apa bagiku.
Ax memandanginya tanpa rasa tertarik. Ia menyentuh layar itu,
membalik perspektifnya, melebarkan tampilannya. Ia melakukannya
dua kali lagi, sampai aku bisa mengenali lilitan Galaksi Bima Sakti
kita.
planetku juga.> Aku mengangguk. "Terima kasih. Oke, kalau begitu. Kami
setuju, Guide. Tapi kalau pengertianku tidak salah, kau berkata bahwa
ingatan kami bisa membuatmu sangat, sangat kaya. Jadi begini
kesepakatannya, kalau kami hidup, kau bisa membuat kopi ingatan
kami. Tapi jangan minta hal lain dan kau harus menyediakan apa pun
yang kami butuhkan."
Kupikir Guide akan pingsan. Aku punya firasat bahwa aku baru
saja menjadikannya Bill Gates Planet Iskoort.
Guide senang. Guide memencet panel. Lalu memanggil Erek. Ia menunjuk
sesuatu yang mirip lubang kunci.
muncul belalai yang kemudian dimasukkan
ke lubang kunci tadi. Jari baja Erek kemudian berubah ukuran
mengikuti ukuran lubang kunci tersebut.
Wajah Erek yang mirip anjing tampak kosong. Lalu matanya
terbuka dan ia mundur. Tidak mungkin membaca emosi di wajah
android. Tapi aku bisa menebaknya. Ia baru saja menyerap ingatan
makhluk-makhluk yang telah memusnahkan penciptanya, Pemalite,
dan membuat Chee menjadi buronan antar bintang.
"Bagaimana keadaanmu, Erek?" tanya Cassie.
"Aku telah menyerap ingatan Howler yang tersedia. Ingatan ini
bukan... bukan hal yang menarik untuk dilihat."
"Bisakah kau menunjukkannya pada kami?"
"Ya." Erek ragu-ragu. "Ingatan akan serangan pada penciptaku
juga termasuk. Aku tidak ingin menunjukkannya pada kalian. Aku
tidak ingin harus..." Ia terdiam, malu.
Cassie menyentuh tangan Erek yang terdiri dari baja dan
gading. "Kalau begitu jangan. Tunjukkan apa yang bisa kautunjukkan.
Tunjukkan apa yang perlu kami ketahui."
Erek mengangguk. "Planet yang akan kutunjukkan pada kalian
tidak punya nama. Orang-orangnya menyebut diri mereka sendiri
Anak-anak Craffen. Apa yang akan kutunjukkan pada kalian terjadi
kira-kira dua puluh tahun Bumi yang lalu."
Ruangan kosong itu menghilang saat hologram Erek mengisi
kamar dengan hutan berwarna ungu, biru-kehijauan, dan kuningmustard. Kami
melihat daun yang sangat besar, sebesar seprai.
Tanaman rambat melata di tanah, masuk dan keluar dari tanah yang
gelat, lalu berdiri tegak membentuk pohon-pohon yang aneh.
Burung-burung berbentuk panjang seperti bulu berwarna merah
muda beterbangan di antara daun-daun dan batang-batang pohon. Di
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bawah mereka, kaki seribu berwarna oranye dan kuning melata. Duriduri muncul di
punggung mereka, membuat mereka tampak seperti
persilangan komik antara cacing dan stegosaurus. Binatang seperti
anjing prairie berkepala dua muncul dari lubang-lubang di tanah,
meludahkan tanah, lalu menghilang lagi.
Hutan itu hutan tadah hujan. Tapi bukan di Bumi. Dengan
keajaiban yang tidak seindah Bumi, tapi sama ajaibnya.
Dari hutan itu keluar sebaris makhluk yang membuatku tertawa.
"Gumby," kataku.
Mereka tampak seperti Gumby. Tidak hijau, tapi biru tua, dan
kulitnya tidak lembut, tapi kasar seperti kulit pohon tua. Tapi mereka
bergerak dengan gerakan tersentak-sentak seperti Gumby, berjalan
dengan dua kaki, mendongak memandangi puncak-puncak pohon di
atas mereka. Aku melihat tangan dan tersentak kaget. Tangan Howler! Aku
melihat hutan, tanaman, binatang, dan Anak-anak Graffen itu melalui
mata Howler. Howler itu sedang menunggu, tersembunyi dari penglihatan
Anak-anak Graffen. Lalu Anak Graffen yang terdekat melihatnya. Matanya
membelalak. Bibirnya yang aneh tersenyum. Ia mengulurkan tangan
ke arah Howler itu, menyambut, ingin tahu.
Barisan Anak-anak Graffen itu mendekati Howler seperti anak
kecil.Seperti anak kecil yang ingin mengelus anjing atau melakukan
sesuatu seperti itu. Howler itu bergerak, kabur karena cepatnya. Howler-howler
yang lain muncul. Mereka melolong. Bagi kami suaranya sudah
diperlemah filter Erek. Tapi suara itu menghantam Anak-anak Graffen
dengan kekuatan penuh. Mereka mulai terkena akibatnya. Mereka
berdiri di sana, pasrah, bingung, tak tahu mengapa ada yang ingin
menyakiti mereka, dan mereka hanya....
"Erek, hentikan!" bentakku.
Hologram itu menghilang secepat gambar TV yang dimatikan.
"Seharusnya aku tidak membiarkanmu melakukan hal ini, Erek.
Bisakah kau menghapus hal ini dari ingatanmu?"
"Tidak, Jake." "Maaf," kataku. "Berapa banyak lagi yang kauserap?"
Erek menyalakan hologram manusianya. Wajahnya wajah
manusia lagi. Sekarang aku bisa melihat emosi yang dirasakan Erek.
"Aku memiliki ingatan tujuh belas penyerbuan Howler. Semuanya
sukses. Mereka tak pernah dikalahkan. Mereka telah menyerang
peradaban yang sudah sangat maju dan peradaban sederhana seperti
Anak-anak Graffen. Mereka tak pernah mengambil tawanan. Mereka
hanya membunuh dan membunuh dan membunuh sampai tidak ada
yang tersisa untuk dibunuh. Lalu mereka pergi dan mencari ras lain
untuk dibunuh." "Itu gila!" teriak Cassie. "Tak ada spesies yang melakukan hal
itu. Itu tak masuk akal. Sama sekali tidak logis. Kau tidak sedang
membicarakan predator yang membunuh untuk makan, atau hewan
yang membunuh untuk mempertahankan diri. Bahkan manusia
memiliki alasan, betapapun memuakkannya. Bahkan manusia punya
batasan. Mengapa evolusi bisa menghasilkan spesies yang membunuh
tanpa alasan?" "Memang tidak," kata Erek. "Howler tidak berevolusi. Mereka
diciptakan." "Crayak?" Erek mengangguk. "Anak-anak Graffen dan berlusin-lusin
spesies telah dimusnahkan oleh Anak-anak Crayak."
Chapter 14 KAMI bergiliran tidur. Dua orang berjaga dan yang lain tidur.
Sebenarnya itu sia-sia. Kalau Howler bisa menemukan kami, kami
pasti mati. Guide meyakinkan bahwa kami aman. Apartemen-apartemen
itu cukup kuat bahkan untuk menahan serangan Iskoort Pembuat
Perang. Dan dengan persetujuan kami untuk memberikan ingatan
kami, aku merasa dia juga berkepentingan menjaga agar kami tetap
hidup. Tapi sejauh ini, secara umum ras Iskoort tidak membuatku
kagum. Aku yakin Iskoort yang lain, tanpa banyak perhitungan, akan
mengkhianati kami. Malam itu malam yang panjang. Malam yang sangat panjang.
Mungkin beberapa tidur. Aku tidak. Aku tidak ingin bermimpi. Aku
berusaha mengerti semua ini. Mencoba mengerti menurut Ellimist apa
yang sedang dilakukannya. Bagaimana dia berharap kami bisa
memenangkan pertempuran ini sementara kami tidak memiliki
harapan untuk menang"
Tapi tidak ada yang masuk akal. Permainan apa pun yang
dimainkan Ellimist, taruhannya adalah kepala kami. Aku merasa
seperti semut yang berkeliling papan catur, berusaha mengerti
peraturan permainannya yang bisa kulihat hanyalah bentuk-bentuk
mahabesar yang bergerak di sekelilingku dalam pola yang tak dapat
diterangkan. Semua yang kami ketahui adalah Howler sadis luar biasa.
Penghancur. Itulah faktanya, mereka didesain dan dibuat untuk
menjadi luar biasa jahat.
"Apa rasanya menjadi salah satu dari mereka?" bisik Cassie
dalam kegelapan. Ia berbaring di dekatku. Jelas ia juga tak bisa tidur.
"Siapa" Iskoort?"
"Tidak. Howler. Mereka tahu mereka diciptakan oleh Crayak.
Mereka cukup cerdas untuk menerbangkan pesawat luar angkasa, jadi
pasti mereka punya kecerdasan juga. Apa pendapat mereka akan diri
mereka sendiri?" Aku tidak benar-benar peduli. Tapi suara Cassie merupakan
gangguan yang menyenangkan. "Aku tak tahu. Kurasa mereka juga
senang menjadi diri mereka sendiri. Bukankah sebagian besar spesies
senang menjadi diri mereka sendiri?"
Cassie terdiam lama saat memikirkan hal itu. "Mungkin aku
bisa mempercayai hal itu dulu. Tapi kau tahu, aku pernah menjadi
rayap, semut. Makhluk yang tidak punya pikiran dan bergerak
mengikuti insting. Mereka tidak bahagia. Bukan tidak bahagia juga.
Mereka hanya melakukan apa yang diprogramkan untuk mereka
lakukan, dan mereka tidak benar-benar punya pikiran, jadi apa lagi
yang bisa mereka lakukan" Tapi pasti Howlernya punya pikiran, kan?"
"Hanya karena seseorang atau apa pun memiliki kecerdasan,
bukan berarti mereka bisa bertindak brutal, busuk, dan jahat.
Maksudku, seharusnya ada anggota Nazi dan pemilik budak yang
cerdas." "Yeah, tapi Howler bukan sekadar individual. Kita
membicarakan seluruh spesies itu, seluruh ras, yang jahat. Itu tidak
mungkin. Kita tahu itu. Bahkan Yeerk pun tidak begitu."
"Dan mungkin Howler begitu. Semuanya sama, maksudku.
Mungkin sekarang kita menghadapi ras yang semuanya jahat."
"Tidak bisa begitu," kata Cassie yakin.
"Kenapa tidak?"
"Karena itulah yang dipercayai Nazi, pemilik budak, dan orangorang jahat. Bahwa
kau bisa saja menyamakan seluruh ras atau apa
pun dan bilang, 'mereka semua begitu atau begitu'. Itu tidak benar."
"Mungkin," kataku, tak ingin menghancurkan idealismenya.
"Mungkin begitu. Tapi tidak mungkin ketujuh Howler yang dipilih
Crayak sendiri ini akan bersifat lembut dan bisa disayang."
Cassie terdiam. Jadi kurasa aku telah menghancurkan
idealismenya juga. Pada tingkat tertentu aku berpikir, Bagus. Kita
tidak butuh kata-kata menyenangkan saat kita harus melawan Howler.
Tapi pada tingkatan lain, aku cuma marah pada dunia, bingung, dan
takut. Aku baru mulai berkata, "Cassie..." saat sesuatu menghantam
pintu sekeras hantaman komet kecil.
BRAK! Kami semua bangun dalam waktu seper biliun detik.
BRAK! Menakjubkan, pintu itu bertahan. Guide mulai mendecit.
TSEEEEEEQ! Lingkaran merah muncul di pintu dan mulai mengeluarkan asap
dan terbakar. "Itu mereka!" teriakku. "Howler!"
Aku merasa tersedak jantungku sendiri, jantungku berdebar
sangat cepat, begitu cepat sehingga seolah memenuhi diriku, tidak
meninggalkan ruang untuk bernapas kecuali tarikan-tarikan pendek.
Kami akan mati! Aku mendengar erangan ketakutan. Sebagian suara itu datang
dari dalam diriku, bukan erangan manusia, erangan ketakutan hewan.
"Morf!" teriakku, tersedak karena kata itu.
"Mereka akan membunuh kita!" teriak Marco.
Dalam binar senjata Dracon, aku melihat Ax berjalan dengan
mantap ke arah pintu. Bulu-bulu kasar dan tidak rata muncul di wajah
Rachel. "TIDAK!" teriakku, menyadari kesalahannya. "Bukan morf ke
binatang-binatang tempur! Jadi kecil! Lalat!"
Aku berusaha memfokuskan otakku yang panik kepada
bayangan lalat. Itu satu-satunya cara untuk keluar dari sini. Bukan
bertarung, tapi lari.
"Tidak, Ax. Morf! Kita harus keluar dari sini!" teriak Rachel
kepadanya.
TSEEEEEEW! Sinar itu akhirnya berhasil menembus pintu dan mengenai
dinding di seberangnya. Erek lari ke lubang itu saat satu Howler memasukkan
kepalanya, matanya menatap rakus. Hologram Erek hilang. Ia
berpenampilan sebagai Chee.
"Chee!" kata Howler itu terkejut.
Erek mengulurkan sebelah tangannya dan dengan tenang
menusukkan jari-jarinya ke pintu baja itu. Jari-jarinya menembus
seolah ia hanya menusuk sebongkah roti. Ia melakukan hal yang sama
dengan tangannya yang lain, mengerutkan jari-jarinya dan
menguatkan pegangannya. Ia menutupi pintu dengan tubuhnya. Howler itu menyeringai
dan mendorongnya. Erek tidak bergerak sedikit pun.
Howler itu mundur dan mengarahkan senjata panahnya ke
wajah besi Erek. Ia menembak. Panah-panah beterbangan ke dalam
kamar, tapi Erek tidak terluka.
"Jake, ini takkan bertahan lama," Erek memperingatkanku.
Kami semua morf secepat mungkin. Semua, kecuali Ax. Aku
sudah memiliki mata lalat yang besar dan enam kaki.
sekarang aku memberi perintah langsung kepadamu. Morf. Lakukan.
SEKARANG!> Chapter 15 SEKARANG para Howler itu mencoba senjata mereka yang
paling ampuh. Lolongan mereka memekakkan telinga. Dindingdinding di sekitar Erek
mulai bergetar dan retak. Guide jatuh,
bergulung kesakitan. ?"?""L"W"S."?OG?"OT."?M
Mata Ax berdarah, bahkan saat ia tengah morf. Tapi yang lain
sudah lebih menjadi lalat daripada manusia, dan gelombang getaran
dari para Howler itu tidak membuat kami kesakitan. Bukan rasa sakit,
hanya dorongan insting untuk terbang yang sangat mendesak. Getaran
bisa merupakan suara atau gerakan. Otak lalat merasakan lolongan
tersebut sebagai gerakan tiba-tiba, kuat, dan mengancam dari semua
arah sekaligus. Masih memiliki berat sekitar tujuh atau delapan pon, dengan
mulut manusia yang bengkok karena setengah morf, aku sudah
mengepak-ngepakkan sayapku yang baru tumbuh, menendang dengan
panik, berusaha untuk terbang.
"Lawan aku, Chee," tantang Howler, saat ia sadar lolongannya
tidak membuat pegangan Erek mengendor sedikit pun.
Aku terkejut mengenali bahasa itu. Ia berbicara dalam bahasa
Inggris! Crayak pasti telah memprogramkannya ke dalam otak
gerombolan Howler itu. Memprogram mereka supaya mengerti bahasa
kami dan supaya dapat menantang dan bertanya pada kami, bila perlu.
Erek tidak mengacuhkannya. Para Howler itu mulai
menembakkan senjata sinar Dracon. Bukan ke arah Erek. Mereka
pasti tahu dari ingatan kolektif mereka bahwa Chee tidak bisa
dimusnahkan menggunakan senjata sinar dengan mudah.
Tapi mereka menggunakan senjata sinar Dracon mereka untuk
memotong bagian pintu di sekeliling pegangan Erek.
Kami semua sudah morf. Semua panik, tapi semua sudah morf.
Kecuali Ax, yang masih sebagian Andalite. Dan Guide, yang sekarang
duduk di pojok, menatap kegilaan di sekelilingnya dengan asyik,
menciptakan ingatan yang bernilai untuk dijual nanti.
Tiba-tiba pegangan Erek hilang, terbakar habis. Para Howler
mendorongnya dengan sikap menghina. Mereka tahu Erek tak dapat
bertempur. Tapi mereka tidak menemukan apa-apa. Tidak ada yang
mirip dengan makhluk-makhluk yang telah bertempur dengan salah
satu dari mereka di tangga.
Tidak ada apa-apa kecuali Ax yang lemah dan tak dapat
mempertahankan diri karena masih morf. Makhluk berbentuk aneh,
sedang meleleh, monster yang sedang mengecil.
Para Howler itu memenuhi kamar. Dengan mataku yang bersegi
banyak mereka sepertinya berwarna ungu dan biru mengilat dengan
urat-urat hitam yang berdenyut-denyut. Segi-segi pada mataku
membuat mereka terbagi-bagi dalam beberapa bagian. Mereka ada di
mana-mana di sekelilingku saat aku terbang tanpa menarik perhatian.
"Target?" salah satu Howler bertanya pada temannya. Howler
kedua ini sedikit lebih besar dan membawa senjata lebih banyak.
"Ya. Bunuh!" perintah pemimpinnya dengan marah.
Tujuh senjata diangkat dan dibidikkan ke arah Ax. Dia tak bisa
melarikan diri. Tak mungkin.
Erek melompat dan menempatkan dirinya di antara senjatasenjata itu dan Ax, tapi
para Howler itu dengan tenang
menghalanginya. Dan program Erek tidak mengizinkannya untuk
mendorong para Howler itu.
Setengah detik lagi Ax akan dimusnahkan.
sebuah suara pikiran berkata.
Para Howler itu memutar-mutar kepala mereka, kiri, kanan,
tubuh mereka berayun-ayun saat mereka mencari sumber suara yang
mengganggu mereka. Mereka membidik ke arah Guide yang sedang
merangkak ke luar dari lubang yang mereka buat.
tentang semua ini! > Marco!
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cacing tak punya otak, jelek, bau, ingusan, penakut, > tambah Marco.
"Lupakan saja," perintah pemimpin itu. "Suara-suara itu tak
berarti." Aku berzig-zag di udara, terbang dengan cara lalat yang liar dan
tak tentu arah. Aku menuju wajah pemimpin Howler itu. Aku
mendarat di bawah mata kirinya.
Tangannya terangkat dengan kecepatan yang mengejutkan. Aku
merasakannya datang, merasakan gangguan udara yang
disebabkannya, dan merespon dengan kecepatan SEKARANG yang
hanya dimiliki lalat. Jari-jari makhluk asing terbang ke arahku. Aku menggerakkan
sayap-sayapku. Howler itu sangat cepat, jari-jarinya meleset hanya
beberapa milimeter saja.
"Lupakan mereka! Bunuh..."
Ax berhasil morf menjadi lalat.
Bahkan sedikit kelegaan. Howler-howler itu bingung.
"Android itu!" teriak si pemimpin Howler.
Aku melihat. Aku bisa melihat Erek, atau paling tidak versi
dirinya yang tidak jelas dan terdistorsi. Tapi para Howler itu tidak bisa
melihatnya lagi. Erek telah menciptakan hologram salah satu dinding.
Ia berdiri dengan tenang di belakangnya. Tak bisa dilihat, tapi
bukannya tak bisa disentuh.
Cassie.
Kami terbang ke luar, tanpa menarik perhatian, melalui pintu
yang terbakar. Bukan kemenangan. Apa yang bisa kami lakukan hanyalah
melarikan diri. Tapi kami masih hidup. Dan itu lebih dari yang kupikir
dapat terjadi. Sayang sekali tetap hidup bukan merupakan pilihan. Kami
harus menang. Kami harus menghancurkan tujuh makhluk, padahal
satu Howler saja sama kuatnya dengan kami semua.
Chapter 16
Kami kehilangan jejak mereka setelah itu. Mata lalat tak dapat melihat
lebih jauh dari tiga puluh sampai enam puluh sentimeter. Apakah
mereka mengikuti kami" Atau Guide" Tidak ada cara untuk tahu. Tapi
para Howler ini tak bisa dihadapi dengan main-main.
Howler. > Saat kami memperhatikan Guide, "Iskoort" lain tiba-tiba
muncul di sisinya. Iskoort kedua itu tiba-tiba berubah menjadi
sekelompok kecil Iskoort Pembuat Perang yang menutupi Guide.
Kalau ada yang memegangnya, akan ketahuan bahwa kelompok
Iskoort Pembuat Perang ini hanyalah hologram. Tapi tak ada yang
melakukan itu. Kami terbang ke dalam lingkaran hologram itu dan mendarat di
kepala Erek.
"Kita diawasi, tapi kurasa Howler itu sudah kehilangan jejak
kita, paling tidak untuk sementara ini."
berubah bentuk ini sangat menarik. Mungkin kalian mau menjual
teknologi ini" Aku akan membayar dengan harga mahal.>
Aku tak mau bersusah payah menjawab. Kami demorph
menjadi manusia, elang, dan Andalite, masih tersembunyi dan
dilindungi hologram itu. Kami melintasi semacam alun-alun atau plaza. Lantainya hijau
dan hampir bisa membuat kami berpikir kami sedang berjalan di
lapangan rumput. Di tengahnya terdapat tangga lagi, dan kami
menuruninya. Tangga itu penuh dengan para Iskoort datang dan pergi,
dan juga beberapa makhluk yang kuasumsikan sebagai makhluk asing.
Erek membuat hologramnya menggeram dan mengancam
berulang-ulang, untuk menjaga supaya tidak ada yang menabrak kami
dan menembus ilusi kami. Akhirnya kami sampai di lantai bawah. Dan lantai ini benarbenar berbeda.
Bukannya lapangan terbuka seperti lantai-lantai
sebelumnya, lantai ini nyaris seperti hutan. Tapi hutan yang unik.
Tumbuhan-tumbuhannya, pohon-pohonnya, dan bunga-bunganya
tumbuh di kotak-kotak yang disusun berdekatan, meninggalkan jalan
berkelok-kelok yang sempit. Kalau memandang ke atas, kau bisa
mengira kau berada dalam hutan yang sesungguhnya. Kalau
memandang ke bawah, kau merasa seolah ke berjalan dalam rumah
kaca. Iskoort memenuhi jalanan. Terlalu rapat bagi hologram kami.
"Tobias," kataku. "Bisakah kau terbang dan melihat apakah kita
diikuti?" Tobias terbang ke atas hologram, berputar beberapa kali, dan
kembali.
"Lagi pula aku tak bisa membayangkan Howler mengendapendap seperti mata-mata,"
kata Rachel. "Mereka lebih langsung. Kalau
melihat kita, mereka akan mengejar kita, dan malanglah makhluk
yang menghalangi jalan mereka."
Erek mematikan hologramnya dan memasang hologram
manusianya. Kami kelihatan langsung lagi. Makhluk-makhluk asing
berjalan dalam taman itu. Kulitku terasa geli.
"Ax, awasi semua jurusan," kataku. Ia satu-satunya dari kami
yang bisa melihat ke arah belakang sama mudahnya dengan melihat
ke depan. "Yeah, beritahu kami kalau kau melihat Howler jadi kita punya
beberapa detik untuk menangis sebelum mereka menangkap kita,"
kata Marco muram. Kami bergerak dalam maze hutan buatan bersama Iskoort dalam
berbagai bentuk, tidak ada yang tampak berekspresi gembira.
Otakku bekerja. Memikirkan banyak hal, tapi tak menghasilkan
kesimpulan apa-apa. Seperti mobil yang pedal gasnya ditekan penuh,
tapi tersangkut, roda-rodanya berputar cepat, tapi tidak bergerak ke
mana-mana. Apa yang kulupakan" Sesuatu. Sesuatu. Cara untuk
mengalahkan Howler. Pasti ada caranya. Ellimist tidak mengirim kami
ke sini untuk kalah. Benarkah" Aku mencoba memanggilnya melalui pikiranku. Aku bertanyatanya apakah dia
mendengarkan. Mungkin. Tapi dia dan Crayak
memiliki peraturan sendiri. Perjanjian, kalau istilah militernya.
Apa peraturan-peraturan itu" Mungkinkah semut itu mendongak
memandang para pemainnya dan meminta penjelasan mengapa pion
tertentu dipindahkan. Mengapa Iskoort" Mengapa mereka harus diselamatkan"
Mengapa kami tahu kami harus menghadapi para Howler, tapi Howler
itu sepertinya tidak tahu bahwa mereka harus menghadapi kami
sampai pertemuan di tangga itu"
Mengapa Howler itu tidak mengejar para Iskoort" Jawabannya
mudah: perjanjian. Kalau mereka dapat mengalahkan kami, mereka
bisa menghancurkan Iskoort. Tapi tidak sebelumnya.
Satu-satunya yang menurut kami dapat melawan para Howler
dan menang adalah Erek. Hanya Erek yang memiliki kekuatan itu.
Dan hanya Erek yang tak dapat bertempur. Ia bisa menempatkan
dirinya di antara kami dan para Howler. Ia bisa memberi kami
informasi, tapi ia tak dapat membantu kami secara langsung.
Para Howler ini belum pernah kalah. Itulah yang dikatakan
ingatan para Howler dan Erek. Tidak pernah.
Apa artinya itu semua" Aku menekan kepalaku dengan
tanganku kuat-kuat, seolah ingin menekan jawabannya keluar dari
otakku.
Aku mendongak, terkejut saat sadar aku sudah berjalan selama
itu. Aku merasa agak bersalah. Aku begitu tenggelam dalam pikiranku
sehingga tidak waspada. Kami berdiri di luar bangunan berbentuk piramid, mungkin
setinggi bangunan berlantai sepuluh di Bumi. Warnanya putih, putih
plastik buatan yang berkilat, dan pintunya yang melengkung
dikelilingi lampu neon seperti pelangi. Sesuatu yang mestinya
merupakan musik, berbunyi memekakkan telinga.
"Yeah, ini tempat yang bagus untuk bersembunyi," kata Marco
sengit. "Tak seorang pun yang akan melihatnya."
"Di mana kita, Guide?"
mengurus kalian sampai aku kembali.>
"Apa maksudmu, kembali?" bentak Rachel. "Kau mau ke
mana?"
simbiotik. Kami spesies simbiotis - tubuh bagian luar yang lebih
besar, disebut Isk, dan bagian dalam, bagian lebih kecil, disebut
Yoort.>
Kami berfungsi sebagai makhluk yang utuh. Kedua bagiannya, hanya
berpisah tiga hari sekali, saat Yoort harus makan dengan berenang di
kolam Yoort dan menyerap...>
Ekor Ax sudah berada pada tenggorokan Iskoort itu sebelum ia
dapat melanjutkan kata-katanya.
Chapter 17 SERIKAT Pelayan ternyata benar-benar sesuai dengan
namanya. Mereka Iskoort yang patuh, bertingkah laku seperti budak,
menyembah-nyembah, dan terobsesi untuk memenuhi seluruh
perintah, berusaha memenuhi semua keinginan kami.
Butuh waktu lama bagi kami untuk meyakinkan mereka bahwa
kami hanya membutuhkan satu kamar. Kamar tanpa ada satu Iskoort
pun di dalamnya. Mereka tidak menyukainya, tapi akhirnya mereka
menurut. Kamar itu sama mencoloknya dengan tampilan luar Kuil Serikat
Pelayan. Dindingnya yang putih begitu mengilat sehingga seolah bisa
membuat bola mata kami bergetar. Apa yang tidak berwarna putih,
berwarna mengilat, dalam warna-warna dasar yang digoreskan di
sana-sini, di dinding, di langit-langit, dan di lantai. Tapi warna-warna
itu seolah tidak menyentuh warna putih ruangan itu.
"Pasti beginilah cara Iskoort mendekorasi ruangannya," kata
Rachel. "Seperti kamar mandi rumah sakit yang didekorasi anak-anak
dengan krayon berwarna mengilat."
Guide berdiri di tengah ruangan. Ax telah menjauhkan ekornya
yang tajam, tapi ia memastikan Guide tetap sadar bahwa ekornya itu
bisa melecut sangat cepat kalau kami mendengar jawaban yang salah.
"Sebaiknya kau mulai bercerita, dan jangan buang-buang
waktu," kataku pada Guide.
Rongga perutnya terus-menerus mendecit.
Marco berkata, "Kami datang jutaan kilometer dari rumah,
menyebrangi galaksi, dan tiba-tiba kami menemukan bahwa kalian,
Iskoort, adalah Yeerk. Maaf saja kalau kami terlalu curiga."
mengepak-ngepakkan sayapnya dengan marah.
Rachel melotot pada Iskoort yang ketakutan itu. "Aku tahu ada
sesuatu yang tidak kusukai pada bangsat ini. Kalau mereka tidak
berusaha membeli sesuatu darimu, mereka berusaha menyusahkanmu
atau menghamba padamu. Yeerk!" ia berpaling padaku, wajahnya
kaku. "Sudah cukup. Kita akan bilang pada Ellimist untuk mencari
orang lain untuk memainkan permainan ini untuknya. Kita tidak akan
membantunya menyelamatkan segerombolan Yeerk. Howler bisa
mendapatkan mereka."
Aku ingin setuju. Itu penyelesaian yang paling mudah. Kami
tidak akan menyia-nyiakan nyawa kami untuk menyelamatkan Yeerk.
Cassie bergerak ke antara Guide dan Ax. "Guide, ceritakan
padaku. Apa yang kauketahui tentang sejarah bangsamu" Dari
awalnya?" Guide tampak bingung, tapi Cassie berada di antara dirinya dan
ekor Andalite itu, jadi dia tahu menjawab pertanyaan itu adalah satusatunya
harapan yang dimilikinya.
menjadi parasit bagi makhluk lain. Tapi itu sudah lama sekali. Sejak
kami membentuk sistem simbiotis kami, kombinasi Isk dan Yoort,
bentuk kami seperti sekarang ini.>
Rachel mendengus. "Mereka mengalahkan makhluk Isk ini, dan
sekarang menggampangkannya, oke, kita teman. Tidak ada masalah."
Marco mengangguk setuju. "Kalau ada makhluk asing muncul
di Bumi ribuan tahun setelah Yeerk mengalahkan Bumi, Yeerk pasti
bilang, 'Hey, kami dan manusia memiliki hubungan simbiotis."
Aku memandang Cassie. Rachel dan Marco benar. Cassie
mengangguk, menerima fakta itu.
Tapi Guide berkata,
"Apa?"
mengambil tubuh mereka, tapi ini tidak menguntungkan, apalagi
dalam jangka panjang. Jadi Yoort menggunakan bioteknologi untuk
mendesain dan menciptakan spesies yang spesifik sebagai tubuh
simbiotik kami.>
bantah Tobias.
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka.>
perutnya.
juga dimodifikasi. Sekarang Yoort tak dapat hidup tanpa Isk dan Isk
tak bisa hidup tanpa Yoort. Mereka merupakan satu makhluk dengan
dua bagian.> Sunyi. Tak ada yang bersuara. Otak kami menyerap kenyataan
itu pelan-pelan. "Ya, Tuhan," kata Cassie akhirnya. "Tentu saja. Itulah caranya.
Satu-satunya cara. Parasit menjadi simbiotis. Tidak ada yang
mengambil keuntungan sepihak lagi. Mereka menciptakan langkah
berikut dalam evolusi mereka sendiri dan hidup sebagai simbiotis
sejati." "Tidak ada perang lagi," kata Erek pelan. "Tidak perlu
mengalahkan spesies lain lagi, untuk diperbudak."
"Yeerk tidak tahu tentang hal ini," kata Cassie. "Bahkan Yeerk
yang menginginkan perdamaian tak dapat memikirkan jalan
keluarnya, cara untuk mengakhiri lingkaran penaklukannya."
yang sudah musnah.>
Inilah sebabnya Crayak harus menghancurkan Iskoort. Dan
mengapa Ellimist tidak mengizinkan hal itu terjadi. Entah kapan, di
masa depan, Iskoort akan bertemu dengan Yeerk. Dan Yeerk akan
melihat bahwa ada cara lain untuk hidup.
Aku tersenyum. Pertama kalinya dalam waktu lama. Semut baru
saja mengerti sebagian dari permainan catur.
Chapter 18 AROMA seperti minyak, kapur barus, dan...
"Ini racun!" kata Rachel. "Seperti racun serangga."
Apa yang harus dilakukan" Howler sedang menyemprotkan
racun ke dalam bangunan itu. Mereka cepat mengerti. Terlalu cepat.
Morf serangga tak dapat dilakukan lagi.
"Guide! Jendela?"
"Tetap tenang. Morf menjadi burung. Guide, buka jendelanya sesuai
dengan aba-abaku. Jangan sebelumnya. Howler tidak akan masuk
sampai mereka yakin mereka telah menyemprotkan cukup racun."
Aku berusaha terdengar percaya diri. Aku berharap apa yang
kulakukan benar. Aroma racun itu semakin nyata setiap detiknya, tapi
aku sudah setengah morf menjadi elang peregrine.
Mengapa racun serangga" Mengapa bukan gas saraf" Mengapa
bukan gas yang tak berbau dan kelihatan yang bisa membunuh kami
bahkan sebelum kami menyadarinya"
Terlalu mudah" Tidak cukup faktor ketakutan bagi para
Howler" Atau tidak boleh ada gas mematikan yang digunakan dalam
perjanjian permainan ini"
Kami semua mengecil, semua kecuali Erek dan Guide. Morf.
Daging kami berkurang dan berpindah tempat seperti lumpur yang
mengalir menuruni bukit. Daging kami menjadi abu-abu. Kulit lengan
dan kaki kami mulai memiliki pola-pola bulu. Wajah mengerut, lalu
paruh yang keras mulai muncul. Jari-jari menjadi cakar.
melompat keluar, menyingkirkan siapa pun yang menghalangi kami">
Erek tampak mual. "Tidak, Jake. Aku bisa mendengar para
Howler itu. Aku tahu mereka tidak ada di luar. Kalau aku melompat
keluar jendela itu, aku mungkin akan menyakiti..."
Samurai Pengembara 2 Pedang Sakti Tongkat Mustika Angin Hutan Api Gunung Karya Herman Pratikto Rahasia Mo-kau Kaucu 4