Pertarungan Di Planet Iskoort 3
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort Bagian 3
Kami membutuhkan pengalih perhatian, kalau tidak, begitu kami
muncul, para Howler akan... hologram keluar dari jendela yang satunya" Hologram kami">
"Tentu saja. Itu tidak akan menyakiti para Howler, dan mungkin
dapat menyelamatkan kalian. Itu benar dalam parameterku."
tiga, dan buka yang satu di sebelah sini. Guide, Erek" Kita bertemu
lagi dua lantai di bawah, dekat tangga. Semuanya siap">
kata Guide kaget.
Saat itu sepasang Iskoort Pelayan masuk ke dalam kamar.
luar bangunan mengganggu istirahat Anda">
kata Tobias, mengabaikan gangguan itu. burung terhadap racun tidak lebih baik daripada serangga.>
Jendela di sisi terjauh itu terbuka. Saat itu juga enam ekor
burung terbang keluar. Sinar Dracon menyambar dan senjata
berbunyi. kata salah satu
Iskoort Pelayan itu. Jendela yang
lebih dekat terbuka dan aku membentangkan sayapku dan
mengepakkannya dengan seluruh kekuatan yang didorong rasa
panikku. Hologram itu lenyap setelah berjarak beberapa meter dari
jendela. Tapi saat itu ketujuh Howler itu sudah menembak membabi
buta seperti idiot ke arah yang salah.
Kami terbang keluar dari jendela, mengepak-ngepakkan sayap
sekuat tenaga, berusaha melarikan diri sejauh mungkin. Tapi kami
belum jauh saat sinar Dracon yang pertama mengiris sayap elang
Rachel. teriakku.
Kami menukik. Turun ke arah pohon-pohon, semak-semak, dan
bunga-bunga. Kami kumpulan yang aneh. Elang kepala botak,
sepasang osprey, northern harrier, elang ekor merah, dan elang
peregrine. Kami terbang di atas jalan, beberapa sentimeter di atas kepala
para Iskoort yang sedang berjalan. Mereka merasakan angin yang
kami timbulkan dan mendongak saat kami lewat.
B-r-r-r-r-r-r-r-t-t! Serangkaian peluru menghancurkan pohon yang terletak
beberapa sentimeter di depanku.
Aku menengok ke kiri dan melihat Howler itu. Ia berlari
mengejar kami, menabrak Iskoort sampai jatuh seperti pin-pin bola
gelinding. Kami berbelok ke kiri, di depan kami ada sebarisan pohon jeruk
yang rimbun. Satu Howler muncul dari sesemakan di depan kami! Ia
telah memotong jalan lewat pepohonan itu supaya bisa mencegat
kami. seru Tobias.
TSEEEEW! TSEEEEW! Sayap kanan Cassie lenyap, ia menjadi bola api yang menukik
jatuh! Cassie jatuh tak terkontrol, seperti batu. Ia menabrak tanah di
tengah-tengah segerombolan Iskoort Rembuat Perang yang tertawatawa.
Aku menukik mengikutinya.
Satu Howler melompat dari cabang pohon. Ia membidik senjata
sinarnya ke arah tubuh Cassie yang hancur bahkan saat ia sedang
berjungkir balik. TSEEEEW! TSEEEEW! Ia menembak, luput! Mendarat. Aku ada di atasnya, cakarku
siap sedia. Aku mencakar kepalanya sampai berdarah. Ia berbalik dan
membidikku. Aku terus jatuh, kehilangan kecepatan, dan menabrak salah satu
Iskoort Pembuat Perang. Iskoort itu menatapku tanpa emosi. Aku ada
di tangannya. Tak berdaya.
Howler itu menyeringai dan membidik dengan hati-hati. Tepat
ke arahku. Tak ada harapan untuk selamat. Jarak tembak sempurna.
Hanya beberapa sentimeter. Aku bisa melihat setiap detail senjata
yang akan mengakhiri hidupku.
Lalu... senjata itu gemetar. Terangkat ke atas. Aku melihat
wajah Howler itu, galak, marah. Tapi ia tidak menembak.
Aku mengepakkan sayapku. Iskoort Pembuat Perang itu
menyingkirkanku dengan marah, lalu ia dan teman-temannya
menyerang sang Howler. Seharusnya serangan itu berakhir dalam beberapa detik saja.
Iskoort Pembuat Perang tidak cukup kuat untuk melawan Howler.
Howler seharusnya bisa mengalahkan mereka dalam lima detik. Tapi,
Howler itu malah melindungi dirinya dari serangan itu, mendorong
para Iskoort itu, dan lari.
Perjanjian! aku berteriak pada
yang lain. Lalu, kalau kau bisa mendengarku, demorph! Demorph!>
Tapi aku bisa melihat dagingnya telah tumbuh dari luka bakar
tempat dulu sayapnya berada. katanya,
terdengar masih bingung.
Yang lain sedang melarikan diri. Aku harus mengejar mereka.
katanya, terdengar benarbenar bingung.
Ada Howler yang mendekat ke arahku, mata birunya yang
mematikan memfokuskan tatapannya ke arahku. Kalau aku tinggal,
aku akan menunjukkan tempat Cassie padanya. Kalau aku pergi... aku
tak dapat meninggalkan Cassie! Ia terlalu kebingungan, kehilangan
terlalu banyak darah, dengan cepat ia kehilangan kesadaran sebelum
selesai demorph. Tak ada pilihan, Jake, kataku kasar pada diriku sendiri. Kau tak
bisa menolong. Kau hanya bisa menyakiti.
Aku terbang menjauh, merasa seolah hatiku dicabut dari diriku.
Aku mencapai ketinggian yang cukup untuk melewati pohon-pohon,
dari ketinggian itu aku melihat pertempuran yang aneh di bawah sana.
Harus menolong yang lain, kataku pada diriku sendiri. Itulah
tugasmu. Menolong mereka. Kau tak bisa menolong Cassie lagi.
Para Howler berlompatan dari pohon ke pohon seperti monyet
yang baru minum pil steroid. Mereka meloncati jalan-jalan, dari sulur,
ke semak, ke batang, seperti orang menyebrangi sungai kecil dengan
melompat dari satu batu ke batu yang lain.
Aku melihat tiga burung di udara. Ada lagi yang hilang selain
Cassie. Pinggir lantai itu, kekosongan itu, hanya kira-kira dua meter
lagi. kataku. ingin mengejar sesuatu" Mari kita lihat seberapa cepatnya mereka. >
Chapter 19 ELANG PEREGRINE adalah binatang tercepat di Bumi. Lebih
cepat daripada cheetah atau gazelle. Lebih cepat daripada lumbalumba atau hiu
yang tercepat. Lebih cepat dari burung mana pun. Saat
menukik kecepatannya bisa mencapai dua ratus mil per jam.
Aku menanjak, ke atas, atas, atas, membakar energi seolah aku
tak peduli, dan memang begitu. Aku takkan membutuhkan energi lagi
nanti. Tidak akan ada nanti. Cassie sudah jatuh. Rachel jatuh. Aku
merasa muak. Tapi aku akan membuat satu Howler jatuh bersamaku.
Aku terbang sekuat tenaga dan secepat mungkin, dan mendapat
pertolongan dari angin yang mengayunku seperti skateboard menanjak
sisi sebuah pipa. Lalu aku membidik dengan hati-hati, memperhitungkan jarak,
dan menukik. Kecepatanku tidak mencapai dua ratus mil per jam, tapi aku
lebih cepat dari seratus mil per jam saat mengiris Howler yang
mengejar Tobias. Howler itu mencengkeram kepalanya, melolong dengan
emosional dan tidak seberbahaya lolongan yang membuatnya dinamai
Howler. Dia menembak membabi buta ke arahku, tapi aku sudah
menjauh dari sana. Aku mempertahankan sebagian besar kecepatanku dan berbelok
ke kanan, mengepak kuat-kuat, lalu menyerang Howler yang baru saja
menjatuhkan Marco dengan tembakan-tembakannya.
aku berteriak.
Aku tak tahu Marco masih hidup atau tidak. Tapi aku bisa
melihat penyerangnya. Wajahnya penuh luka cakaran. Aku
menyerang matanya. Howler tidak pernah terkalahkan. Aku bertanya-tanya apakah
mereka menyukai apa yang kulakukan pada mereka.
Jawaban atas pertanyaan itu datang dengan cepat. Tiga Howler
bersatu, berlari ke arahku, mengayun diri mereka sendiri ke depan
dengan marah, tanpa memedulikan bahaya mengejar makhluk kecil
yang berani menyakiti mereka.
Jangan terlalu cepat, Jake, kataku pada diriku sendiri. Aku
terbang, tapi tidak dengan kecepatan maksimal. Aku menggunakan
kecepatanku untuk mengelak, menyelip-nyelip, dan membuat para
Howler yang menghabiskan seluruh amunisi mereka untuk
menembakiku itu frustrasi.
Cukup dekat, pikirku. Sekarang, menukik! Aku merendah ke
bawah ketinggian pohon, ke arah jalan. Tapi hampir tidak ada Iskoort
di bagian jalan itu. Aku mempertahankan jalur terbangku, melawan kelelahan,
mengepak, berbelok, mengepak, berbelok. Dan para Howler itu
mengejarku. Mereka menabrak pagar tanaman, menembaki pohonpohon, membakar bunga-
bunga dan sesemakan supaya tidak
menghalangi jalan mereka.
Aku terbang naik-turun dalam pola lingkaran. Mereka berlari
dalam garis lurus. Dalam beberapa detik mereka bisa memotong jalur
terbangku. Aku tak bisa melarikan diri dari mereka kalau aku hanya
bisa menempuh jarak tiga meter setiap mereka menempuh setengah
meter. Tapi aku harus tetap di bawah. Harus tetap pada jalurku. Harus
berharap aku menempuh arah dan jarak yang tepat. Harus berharap
bahwa kesombongan para Howler, perasaan tak pernah kalah mereka
akan membantuku. Balik, balik, balik! Aku berbalik. Satu Howler menembus pagar tanaman di
depanku! Terperangkap! Apakah aku benar" Sudahkah aku mencapainya"
Aku terbang langsung ke muka Howler itu. Ia membidik. Tibatiba aku menanjak lalu
menjatuhkan diri dengan gerakan pelan, seperti
burung yang terluka, seperti bola voli yang terbang pelan, berputar,
menyeberang net. Howler itu menerobos pagar tanaman, mencium kemenangan.
Ia menerobos terus dan mencakar-cakar udara.
Iskoort memang gila, tidak memasang pagar pengaman di tepi
lantai mereka. Tapi kegilaan seperti itulah yang kusukai.
Howler itu jatuh. Jatuh, mencakar-cakar udara, melolong dalam
kemarahan dan frustrasi. Berkilometer-kilometer dari tanah. Ia akan
jatuh lama sekali. Lalu pikiran itu terlintas di benakku. Sekaranglah waktunya.
Aku ada di tempat yang tepat dan sedang dalam morf yang tepat
juga. Ia jatuh, segera kecepatannya mencapai kecepatan maksimum
jatuhnya. Dalam daya tarik bumi Iskoort itu berarti kurang dari dua
ratus mil per jam. Chapter 20 JATUH, jatuh, jatuh. Wajah Howler itu menghadap ke bawah, ia menjerit dan
mengais udara. Tak berdaya.
Aku menukik, mengepak sekuat tenaga, menolong pekerjaan
daya tarik bumi. Howler itu tepat di bawahku, tak sadar akan
sekitarnya. Ia punya pikiran lain dalam otaknya.
Aku melipat sayapku, memajukan cakarku, dan mendarat di
kakinya. Kalaupun Howler itu merasakan cakarku yang tajam, ia tidak
bereaksi. Aku memandang tanah yang masih begitu jauh di bawah dari
balik tubuhnya. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk jatuh"
Cukup lama" Tak mungkin tahu. Harus mencoba.
Aku mulai demorph. Sekarang kami, Howler itu dan aku, jatuh
dengan kecepatan yang sama. Aku berusaha untuk berpegangan
padanya saat cakarku menjadi jari-jari, saat tubuhku membesar sampai
nyaris sama besarnya dengan dia. aku mencoba berpegangan pada
kulit yang seperti lava setengah kering itu. Tapi cakarku meleset saat
berubah menjadi jari-jari. Aku kehilangan peganganku.
Aku meraih lagi dengan lengan yang masih berbentuk batang
dan tangan yang baru sepanjang kurang-lebih lima belas sentimeter.
Gagal. Kami jatuh. Mataku kehilangan ketajaman mata elang. Aku tak
bisa lagi melihat setiap detail tanah di bawahku. Semuanya tampak
berbayang. Sekarang tanah tampak lebih jauh. Hal itu membawa
sedikit rasa tenang. Sebagai manusia, aku jatuh, wajahku hanya beberapa sentimeter
dari kaki kiri Howler itu. Ia telah berhenti mencakari udara. Ia tak
bergerak lagi. Ia punya banyak waktu untuk memikirkan nasibnya.
Aku tak kasihan padanya. Mungkin seharusnya aku kasihan. Mungkin
Cassie akan kasihan. Tapi Howler ini, atau salah satu temannya, telah membakar
sayap Cassie. Telah menembak Marco. Setidaknya salah satu
temanku. Mungkin semua temanku sekarang.
Aku ingin dia memiliki waktu yang cukup lama untuk
memikirkan hal itu saat dia jatuh.
Tiba-tiba ia bergerak, membalikkan tubuhnya, dan
memandangku, mata birunya yang kosong membelalak kaget.
Ia meraih senjata sinar Dracon-nya. Aku meraihnya lebih dulu
dan melontarkannya jauh-jauh. Senjata itu jauh, berputar di sisi kami,
satu setengah meter jauhnya tapi jutaan kilometer dari jangkauan
kami. Aku tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Tapi Howler itu
tidak. Ia mulai melolong, nada pertamanya membuat pekak telinga,
membuat otak tak dapat bekerja.
KEEEE.... Tapi ia terlambat. Aku telah mulai mengambil DNA-nya. Dan
tiba-tiba indra-indranya menjadi tumpul, sesuatu yang biasa dirasakan
makhluk-makhluk saat DNA-nya sedang diambil. Ia memandangku,
matanya penuh kebencian, tapi tak bisa menjeritkan lolongan
mautnya. Saat aku mencengkeramnya, saat aku mengambil DNA-nya,
aku menggunakan tanganku yang bebas untuk melepaskan semua
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
senjatanya. Satu per satu. Senjata-senjata itu jatuh di sekeliling kami.
Aku mendorong supaya menjauh darinya. Angin menangkap
tubuhku dan memutarku menjauh. Aku memutar tanganku, berusaha
menyeimbangkan tubuhku, tapi itu insting bodoh. Aku menenangkan
diri dan mulai morf. Tanah sudah dekat sekarang. Dekat, sangat dekat. Seolah
akhirnya kami bergerak semakin cepat saja, seolah paro akhir
kejatuhan itu hanya membutuhkan waktu sepersepuluh paro awalnya.
Ketakutan mengacaukan kenyataan. Kenyataan yang kulihat
cukup kacau. Aku terguling-guling di udara, berganti-ganti melihat tanah di
bawahku dan Howler di atasku. Doronganku membuatnya tergulingguling juga. Hanya
itu yang menyelamatkanku, karena aku bisa
melihatnya mulai melolong.
KEEEEEEEEEEEEE-row! Tapi ledakan suara itu hanya sedikit mempengaruhiku saat kami
berputar-putar seperti sky diver yang ingin bunuh diri.
Aku merasakan gatalnya bulu yang akan tumbuh di kulitku.
Tanahnya begitu dekat! Paruh yang keras muncul menggantikan bibirku.
Tanahnya! Aku buru-buru sekarang. Pohon-pohon yang tampak
muram tertutup kabut mulai kelihatan.
Tanganku mengecil, tulang-tulangnya menipis.
Terlambat! KEEEEEEEEEEEEE-row! Tiga ratus meter! Seratus lima puluh meter!
Tiga puluh meter! Puncak-puncak pohon mengelilingiku!
Aku mengembangkan sayap-sayapku. Aku merasakan mereka
membentuk dan menegang, otot-ototnya berkembang nyaris dengan
paksa. Howler itu jatuh mendahuluiku.
kataku.
Sayapku berkembang sempurna dan aku terbang menanjak
dengan kecepatan yang nyaris mustahil.
Chapter 21 AKU mengerti mengapa para Iskoort membangun menara Dr.
Seuss mereka. Permukaan planet itu merupakan rawa-rawa yang
berantakan. Aku menanjak supaya bisa menjauhi bau sulfur, tapi
akhirnya aku harus istirahat.
Tubuh elangku masih segar karena morf ulang, tapi aku harus
menanjak beberapa kilometer untuk sampai ke tempat aku
meninggalkan yang lain. Dan bagaimana caranya aku bisa
menemukan lantai itu" Struktur bangunan Iskoort ini sangat
kompleks. Terbang di luarnya, aku bisa melihat betapa menakjubkannya
struktur tersebut. Tak ada bangunan di Bumi yang bisa menyamainya.
Piramid hanya akan menjadi landasan bagi pilar terkecil di dasar
bangunan itu. Gedung World Trade Center dan Menara Sears cuma
mainan dibandingkan dengan ini.
Iskoort mungkin spesies paling aneh yang ada di galaksi, tapi
yang pasti mereka bisa membuat bangunan.
Apa yang akan kutemui kalau aku berhasil menemukan yang
lain" Apakah Cassie berhasil demorph" Apakah dia selamat" Apakah
Marco masih hidup" Ax, Tobias, Rachel"
Mereka semua tidak memiliki senjata yang cukup. Sebagian
diriku berpikir bahwa aku akan menemukan bahwa hasilnya adalah
satu Howler dan lima temanku. Aku membayangkan menemukan
tubuh mereka. Bayangan itu membuat otot-ototku kehilangan
kekuatan. Aku harus kembali. Tapi aku tak tahan memikirkan apa yang
mungkin kutemui. Aku tak bisa hidup tanpa mereka. Tak bisa.
Aku merasa marah pada Erek. Marco benar: Hak apa yang Erek
miliki untuk mempertahankan prinsip anti kekerasannya di galaksi
tempat Howler memusnahkan seluruh spesies hanya karena diperintah
suatu kekuatan jahat" Bagaimana dia bisa hanya menjadi penonton
saat kejahatan sedang merajalela"
Erek-lah satu-satunya dari kami yang bisa melawan Howler dan
menang. Dia memiliki kekuatan itu. Hanya dia yang memiliki
kekuatan itu. Kami pernah membebaskannya selama satu jam dari
program anti kekerasannya. Hasilnya sangat mengerikan. Dia telah
menghancurkan sepasukan Yeerk yang bisa membunuh kami semua.
Memang, Pemalite telah menciptakan dia dan bangsanya untuk
menjadi makhluk yang cinta damai. Supaya secara fisik tak mampu
berbuat kekerasan. Dan kemarahanku menjadi sangat irasional. Tapi
kalau Cassie dan Rachel dan mungkin semua yang lain juga
meninggal, dan aku tinggal sendirian, aku tak peduli.
Pemalite bodoh. Mereka dimusnahkan Howler sementara para
android ciptaan mereka hanya menonton dan tak berbuat apa-apa.
Pemalite tidak memprogram ulang Chee. Idiot!
Padahal Chee bisa menyelamatkan mereka. Chee seharusnya
dibiarkan untuk menghancurkan Howler seperti Howler
menghancurkan yang lain. Lalu...
Lalu kalau Chee sudah menghancurkan Howler, apa yang akan
mereka lakukan setelah itu" Apa yang akan kaulakukan dengan
spesies yang mengabdikan diri mereka pada perang" Apa yang
kaulakukan, setelah menciptakan senjata yang mengerikan dan
melepaskannya" Pemalite benar-benar memastikan Chee budak mereka. Mereka
harus yakin bahwa mereka bisa mengontrol Chee. Bisa mematikan
mereka. Seperti Crayak butuh suatu cara untuk mengontrol Howler.
Howler bukan android, jadi bagaimana Crayak meyakinkan
bahwa mereka takkan bertindak di luar kontrol" Dan karena tugas
mereka adalah membunuh dan membunuh tanpa perasaan, apa definisi
Crayak tentang "di luar kontrol?"
Di luar kontrol bagi Howler mungkin berarti dia tidak
membunuh. Howler yang di luar kontrol adalah Howler yang merasakan
penyesalan. Kasihan. Kebaikan. Crayak pasti tak tahan akan hal-hal
itu. Aku tertawa pahit. Spekulasi yang baik. Tapi semua temanku
mungkin sudah meninggal. Dan aku sendirian. Dan apa yang bisa
kuharapkan sekarang hanyalah hidup cukup lama supaya bisa pulang
lagi.
katanya sambil tertawa.
menukik di sisi satu Howler. >
Tobias terdengar tidak terlalu bersemangat. masih hidup, tapi keadaannya tidak bagus. Cassie, Rachel, dan Marco
tertembak cukup parah. Tapi mereka semua berhasil demorph. Erek
berhasil menemukan kami dan menciptakan hologram Iskoort. Cassie
berkata kau bilang Howler tidak akan menyerang Iskoort. Mungkin
karena itu mereka tidak melolong.>
aku mengejar terus, belum
benar-benar percaya. Tobias tertawa. semua bersembunyi dalam hologram dan Howler sepertinya tertipu.
Tapi kurasa mereka berhasil mengetahui bahwa kami bukan benarbenar Iskoort, jadi
mereka menyerang. Saat itu kami sudah morf
menjadi serangga yang merayap-rayap di pepohonan. Guide sudah
menemukan tempat lain bagi kita. Tunggu saja sampai kau
melihatnya. Apa kabarnya Howler-mu">
enam,> kataku. Untunglah Tobias mengerti di mana kami berada. Dengan
mudah ia memandu ke tiga lantai di bawah tempat kami bertengger
sebelumnya. Lantai ini berbeda dengan yang telah kami lihat sejauh itu.
Sepertinya ini daerah industri. Langit-langitnya setinggi beberapa
puluh meter. Lantai itu didominasi warna abu-abu dan cokelat. Dan
pabrik-pabrik itu, kalau memang benar itu pabrik, tampak
membosankan, tidak berjendela, dan suram, seperti pabrik mana pun
yang ada di Bumi. Di sini, saat kami terbang di atasnya, kami melihat variasi
Iskoort yang baru. Makhluk yang ini memiliki tangan yang lebih
panjang dan kuat, bahu yang tegap, dan mata mereka ditudungi bulu
mata yang tebal Hanya sedikit Iskoort yang tampak. Yang ada di jalan
tampaknya benar-benar bahagia dan tidak menyadari tampilan suram
bangunan-bangunan di sekelilingnya. Tapi rongga perut mereka yang
mendecit mengeluarkan suara yang sangat keras, sehingga kalau
beberapa Iskoort mendecit bersama, kau pasti ingin melepas
telingamu. Kami berputar beberapa kali, mencari Howler. Tapi tak ada
yang terlihat. Kami mendarat. Aku demorph dan masuk ke dalam.
Kupikir emosiku sudah lenyap. Kupikir aku sudah tidak bisa
merasa kosong lagi. Perasaan kosong karena membayangkan mereka
semua sudah meninggal. Tapi di sanalah mereka.
Rachel tampak marah. Marco menunduk, tampak menarik diri.
Ax menyendiri, pasti sedang menyalahkan dirinya sendiri. Erek,
hologramnya dimatikan, menampilkan wajah androidnya yang tanpa
emosi. Dan Cassie. teriak Ax, dia yang pertama melihatku.
Cassie bergegas bangkit dan berlari ke arahku, dan aku juga
berlari menyongsongnya. Ternyata emosiku belum lenyap, malah kini
meledak-ledak dalam diriku.
Cassie melompat ke dalam pelukanku dan aku memeluknya
erat-erat. Sebelum aku sadar, aku telah mencium bibirnya, dan Cassie
membalas ciumanku. "Sudah waktunya," gerutu Rachel.
Chapter 22 PALING tidak aku dan Cassie memberi Marco bahan untuk
menggoda. Dia memang menggoda kami tepat tiga detik setelah aku
menjauh dari Cassie dengan malu dan takjub.
Marco mengulurkan tangannya ke arahku dan berkata, "Apakah
kau tidak akan menciumku juga?"
Aku tak percaya kau bisa merasa bodoh di tengah semua
perasaan lain yang sedang kualami saat ini, dan di tengah kehancuran
pertempuan, tapi kurasa rasa malu dan kaku bisa muncul di mana saja.
"Tidak?" Marco tampak bingung. "Kurasa aku harus minta pada
Rachel." Ia berbalik ke arah Rachel, mengulurkan tangan dan
mengerucutkan bibirnya. "Ya ampun, Marco, kaupikir seberapa besar kemungkinan aku
akan menciummu" Tipis, tak ada, atau perlukah kupatahkan kedua
tanganmu?" Aku memandang ke sekeliling ruangan yang menjadi markas
kami yang terakhir. Ruangan itu luas, terbuka, mungkin setinggi tiga
tingkat. Di dalam ruangan yang suram itu ada banyak sekali mesin.
Beberapa tampak seperti palu raksasa, beberapa seperti cumi-cumi
besi, yang lain tampak seperti komidi putar dengan peralatan berujung
runcing menggantikan kuda-kudaan-nya.
Tak ada yang bekerja. Ada debu di mana-mana.
"Pabrik yang ditelantarkan?" tanyaku pada Guide.
di sini sampai Serikat Takhyul dan Sihir menyatakan bahwa tempat ini
bebas dari roh karakter fiktif. >
Aku mengeluh. Aku ragu-ragu. Aku memandang Marco.
"Oh, kau pasti ingin mendengar ini," katanya.
"Apa sih roh karakter fiktif itu?"
Guide mendecit yang bagiku kedengarannya seperti tertawa.
fiktif itu nyata dan memiliki roh yang berkeliaran di kota, menempati
bangunan-bangunan, dan terlibat dalam beberapa tindakan destruktif.>
"Karakter-karakter fiktif," kataku. "Oke."
untuk mengatasi masalah ini. Tapi Serikat Pekerja tak mau menyetujui
harga yang mereka ajukan, jadi...>
"Sangat masuk akal," kataku.
"Kalau kau ada Rumah Sakit Jiwa," kata Rachel.
Kami semua terdiam beberapa lama. Kegembiraan karena dapat
bertemu lagi menghilang. Kami teringat kembali pada kenyataan.
kata
Tobias. "Bagus," gumam Marco. "Kalaupun itu tujuh lawan dua, aku
masih bertaruh untuk kemenangan mereka."
Semuanya bergumam setuju.
"Aku punya morf baru," kataku.
tanya Tobias.
"Yeah. Di saat... di saat jatuh, aku mengambil DNA Howler itu.
Itu memang tidak cukup, tapi mungkin bisa memberi kita petunjuk.
Kalau kita punya rencana menyeluruh."
"Apakah kau punya rencana?" tanya Erek.
Aku menimbang-nimbang. Apakah aku punya rencana" Aku
punya potongan-potongan informasi. Dugaan-dugaan. Spekulasispekulasi. Intuisi.
Aku mengangkat bahu. "Yeah. Kurasa aku punya rencana."
Marco menyeringai. "Cium dia lagi, Cassie. Sepertinya itu
membantu." Mereka semua menunggu. Aku menunduk dan mencoba
mengumpulkan semua informasi yang kumiliki tentang Howler. Aku
merasa memiliki sekumpulan potongan teka-teki gambar tetapi tidak
memiliki bingkainya. "Oke, langsung saja potong kalau kalian punya sesuatu untuk
ditambahkan. Aku bisa saja benar-benar salah. Yang pertama: Howler
punya semacam ingatan kolektif. Ingatan yang diserap Erek
merupakan berbagai kejadian yang terjadi selama ribuan tahun dan
meliputi lusinan serangan. Tak ada makhluk biologis yang hidup
selama itu. Dan kita tahu bahwa Howler adalah makhluk biologis
karena aku bisa mengambil DNA-nya. Jadi, entah bagaimana Howler
didesain untuk berbagi satu ingatan. Apa yang diingat tujuh... enam...
Howler ini akan ditransfer kepada seluruh spesies Howler. Dengan
cara itu semua pengalaman bertempur dapat diketahui seluruh
prajurit." Rachel mengangguk. "Tak heran mereka tak pernah kalah."
"Yeah, tapi itu juga punya arti lain. Tak ada yang selalu
menang. Tak mungkin ada yang selalu menang selama ribuan tahun.
Tak mungkin. Muhammad Ali kalah. Michael Jordan kalah. Tak ada
yang selalu menang."
"Tapi dalam ingatan Howler yang kuserap tidak ada ingatan
tentang kekalahan," kata Erek.
"Yeah. Tepat," kataku. "Tepat. Guide?"
"Saat kau melihat ingatan - maksudku dalam cara yang normal,
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak seperti yang ditunjukkan Erek pada kami, menjadikannya
hologram - bagaimana caranya?"
Rongga perut Guide mendecit dengan suara rendah, dan ia
berkata, tersambung pada gelombang otak dan memutar ingatan seolah kau
sendiri sedang mengingatnya. >
"Dan alat ini dapat dipergunakan spesies mana pun?"
kata Guide. selalu berfungsi. Meskipun tidak semua spesies ingin terlibat.>
"Kuduga Howler termasuk yang tidak ingin terlibat," kata
Cassie. Guide membentangkan tangannya dan suara mendecit rongga
perutnya semakin keras. Mereka menjual ingatan mereka untuk membayar apa yang mereka
beli dari sini, tapi mereka tidak membeli ingatan makhluk lain. >
Aku mengangguk. "Baik. Baik. Oke. Sekarang kita
membutuhkan sukarelawan bagi misi yang sangat berbahaya." Aku
memandang Rachel dan dengan pelan menggelengkan kepalaku
menolak. Ia sudah membuka mulutnya siap untuk mengajukan diri. Ia
menutup mulutnya dengan tampang bingung.
kata Ax dari seberang
ruangan. Rachel tersenyum kecil dan mengangguk setuju.
"Bagus," kata Marco tak sabar. "Jadi Ax akan membiarkan
dirinya terbunuh dan kita semua setuju Howler tidak senang membeli
ingatan untuk ditonton di video mereka. Bagaimana ini semua bisa
membuat kita membunuh enam Howler?"
"Kita tak akan membunuh enam Howler," kataku. "Crayak yang
akan melakukannya." Chapter 23 TEMPAT kami berada saat itu sangat tidak tepat untuk
dijadikan perangkap. Kami membutuhkan banyak Iskoort di sekeliling
kami. Kami harus menggunakan perjanjian antara Crayak dan Ellimist
agar menguntungkan kami. Aku menjelaskan hal itu pada Guide. Ia
ingin dibayar lebih. Kami sedang menghadapi masalah besar, dan
mungkin akan terbunuh sebelum dapat menjual ingatan kami yang
sangat berharga padanya. "Jangan khawatir," kataku. "Itu hal berikut yang akan kami
lakukan: membuat salinan lengkap dari ingatan kami."
paling tidak sebelah tangan. Mungkin organ dalam yang tak terlalu
penting.> "Bukan rambut lagi?"
katanya. memiliki sesuatu yang benar-benar unik. Tak ada yang memiliki
bagian tubuh atau organ manusia. >
"Yeah, dan akan bertahan begitu," kataku. "Kau bisa memiliki
rambut Marco." "Apa?"
"Tidak. Jangan bagian tubuh. Kita sudah setuju."
tanya Guide, decitan
rongga perutnya bertambah pelan sehingga menjadi desahan.
"Kau ingin tubuh kami?" tanyaku, kaget, meskipun aku punya
masalah lebih pelik untuk dikhawatirkan. "Kalau kau melakukan
transplantasi organ untuk menyelamatkan hidup, baiklah, tapi kalau
kau hanya ingin menyimpan kami dalam stoples acar yang besar dan
menjual karcis bagi yang ingin melihat potongan tubuh manusia"
Kurasa tidak." "Aku punya sesuatu untuk dijual," kata Erek. "Aku akan
menciptakan skema teknologi hologramku. Kau bisa membuat
mesinnya sendiri." Tawaran ini benar-benar merupakan tambang emas, sehingga
Guide berhenti berdecit selama beberapa detik. Ia nyaris tak dapat
berkata, Marco membelalakkan matanya. "Kalian tahu, Guide akan
memiliki planet ini begitu dia selesai membuat mesin itu."
Guide memandu kami ke lantai yang lain. Kali ini kami naik.
Dan kali ini kami naik lift.
"Lift! Kau punya lift!" Marco marah. "Kami berjalan naik dan
turun tangga, padahal kau punya lift?"
kata Guide.
Kami keluar beberapa lantai di atas lantai tempat kami pertama
kali datang. Lantai itu memiliki ciri-ciri tepat seperti yang kami
butuhkan: jalan-jalan sempit di antara gedung-gedung tempat tinggal
yang tinggi dengan toko-toko di lantai dasarnya. Ada Iskoort di manamana.
Iskoort tipe baru: Iskoort Tukang Belanja.
"Bangsaku!" jerit Rachel gembira. "Akhirnya aku punya tanah
air sejati!" "Mereka belanja?" tanyaku pada Guide. "Itu saja" Mereka
belanja?" dan industri kecil,> kata Guide.
"Tepat sekali," Rachel setuju.
"Guide, akhirnya omonganmu masuk akal'" kata Rachel dengan
puas. Kami masuk ke toko kosong di ujung jalan panjang yang
sempit. Toko itu sudah ditinggalkan, yang ada di sana hanyalah rakrak kosong.
"Oke. Ini cukup baik," kataku. "Sekarang. Bagaimana caranya
memberitahu Howler bahwa kita ada di sini?"
Berita, Gosip, dan Spekulasi,> kata Guide.
Sakit Jiwa,> kata Tobias. ditinggali makhluk mendecit gila - bukannya menghina, Guide - yang
berpikir bahwa belanja dan bergosip bisa jadi karier.>
"Hei, jangan menghina saudara-saudaraku dari Serikat Tukang
Belanja," kata Rachel garang.
"Oke, ayo mempersiapkan diri," kataku. "Guide" Apakah ada
pemutar ingatan?" "Ax" Kau siap?"
katanya.
"Jangan panggil aku Pangeran. Dan mendekatlah kemari
sejenak." Aku memojok bersamanya. "Ax, mungkin aku salah, tapi
sepertinya kau masih menyesali pertempuran yang pertama."
katanya sederhana.
"Kau kembali." ulangnya kasar.
"Kau satu-satunya yang tidak morf. Kau dan Tobias. Dan dia
terbang di udara, tak terlalu dekat dengan suara lolongan itu. Apakah
kau pernah berpikir bahwa lolongan Howler memang dirancang untuk
mempengaruhi otak spesies yang memiliki akal budi" Maksudku, otak
fisik, yang berwarna abu-abu itu - atau apa pun warna otakmu itu?"
Ax mengangkat bahunya dengan gerakan tidak sabar, gerakan
yang dicontohnya dari manusia.
"Dengar, Ax, Howler adalah senjata biologis yang dirancang
untuk membunuh makhluk yang memiliki akal budi. Saat mereka
diciptakan, saat Crayak menciptakan lolongan itu, dia membuatnya
supaya mengakibatkan efek yang mengerikan pada otak makhluk
berakal budi yang sangat kompleks. Aku sedang memiliki otak
harimau dan lolongan itu nyaris menghancurkanku. Kau tetap
memiliki otakmu sendiri, yang sangat cerdas, sangat waspada, dan
sangat kompleks. Tepat seperti yang diincar lolongan itu."
Ax tidak menerima kata-kataku. Tapi ia juga tidak
menyisihkannya begitu saja. Ia sepertinya gelisah, seolah berharap
percakapan itu cepat selesai.
Aku mengeluh. Aku sudah mengatakan apa yang dapat
kukatakan. Ax harus melakukan sesuatu untuk menghapuskan apa
yang dianggapnya noda yang sangat memalukan.
"Oke, Ax. Sudah waktunya untuk bersiap-siap. Tapi sebaiknya
kau mengingat satu hal: tugasmu adalah menyelesaikan ini semua
dalam keadaan hidup. Kalau aku memang pangeranmu, aku
memberimu perintah langsung: kau tak mendapat izin untuk terbunuh.
Tak peduli betapa heroiknya tindakan itu menurut pikiranmu."
Chapter 24 HANYA butuh waktu kurang dari sejam Tobias, melayang di
atas jalan-jalan sempit, melihat mereka lari menaiki tangga. Mereka
melihat ke sana kemari, tahu di lantai mana kami berada, tapi tidak
tahu dalam bangunan yang mana.
Kami tidak ingin mereka punya waktu untuk menyusun
rencana. Kami ingin menggunakan sifat haus darah dan pemarah
mereka. Di jalan, Ax bergerak seolah tak sadar dengan keadaan
sekitarnya. Tobias melaporkan keadaan melalui pembicaraan pikiran.
lagak mereka tidak sesombong biasanya. Mereka seharusnya bisa
melihatnya kapan pun sekarang. Kapan pun.>
Lalu, Kerumunan Iskoort menutupinya. Terlalu banyak Iskoort di
sekitarnya. Oh, mari! Dia terlalu... Mereka melihatnya! Ax-man, lari!
Lari!> Aku memandang Cassie dan yang lain. "Sudah waktunya. Aku
harus melakukan ini."
Aku mengeluarkan bayangan Ax dari pikiranku.
Bayangan dia sedang berlari, menghindar, menyelip-nyelip di
antara kerumunan Iskoort. Bayangan para Howler yang mengejarnya.
Aku memfokuskan pikiranku pada bayangan yang lain: Howler
yang telah kuambil DNA-nya. Aku membayangkannya dan merasakan
perubahan dimulai. "Rachel," kataku saat aku masih berbentuk manusia, "kau tahu
apa yang harus kaulakukan. Kalau aku tak dapat dikendalikan, tak bisa
mengendalikan morf ini. Kalau aku mulai melolong... kau harus
melakukannya." Rachel telah morf menjadi beruang grizzly. Ia berdiri tepat di
belakangku. Kedua kaki depannya yang besar, dengan cakar yang bisa
menampar cabang pohon sampai terlepas, diletakkan di atas kedua
pundakku. Kalau aku tak bisa mengontrol morf itu, Rachel akan... akan
melakukan apa yang harus dilakukannya. Dengan cepat. Sebelum aku
bisa menyakiti siapa pun.
Sebagai tenaga cadangan, Marco sudah morf menjadi gorila.
Kepalan tangannya yang sebesar kepalaku dan memiliki otot-otot
yang cukup kuat untuk memukul tembok sampai berlubang, disiapkan
tiga puluh sentimeter di depan wajahku.
teriak Tobias. pemburu mengejar kelinci. Wow!
Larinya hebat sekali! Ax-man! Di kananmu ada jalan kosong! >
Para Howler itu tak dapat menembak, tidak di dalam
kerumunan Iskoort. Perjanjian. Mereka juga tak dapat menggunakan
lolongan mereka, tanpa risiko akan membunuh Iskoort.
Tapi kalau mereka cukup dekat dengan Ax, mereka bisa
menggunakan pistol mereka, senjata sinar Dracon mereka, dan pisau.
Aku menenangkan pikiranku. Kontrol. Kontrol.
Morf-ku berlanjut. Mulai timbul bisul-bisul, kulitku melepuh
dan pecah-pecah, mengeluarkan cairan lengket berwarna hitam.
Aku menunduk dan merasa seolah perutku dicubit, tubuhku
serasa terbelah dua. Seolah aku sedang morf menjadi semut atau
serangga yang tubuhnya bersegi-segi. Tepat saat cubitan itu sepertinya
akan terasa di sekujur tubuhku, seolah bagian atas tubuhku akan jatuh
seperti pohon yang ditebang, benang-benang panjang dan fleksibel -
urat-urat darah elastis - keluar, menyambungkan kedua bagian
tubuhku, yang atas dengan yang bawah.
Selama sesaat yang mengerikan, aku benar-benar bisa melihat
tulang-tulang manusiaku yang putih. Nadi yang menyambungkannya
meleleh dan berubah menjadi silinder abu-abu yang tebal, masingmasing dapat
berputar pada sumbunya. Lalu bagian tengah tubuhku terisi, menyembunyikan tulang
belakang, urat-urat elastis, dan otot-ototku.
Aku mengembuskan napas lega. Tak seorang pun senang
melihat apa yang sedang terjadi pada tubuh mereka.
Aku melihat tanganku berubah warna, jari-jariku dilapisi bisulbisul hitam-
kemerahan. Aku bisa merasakan daging lava yang
mendingin itu menjadi tebal dan keras. Aku masih memiliki lima jari
tangan. Tapi sekarang di pergelangan tanganku tumbuh cakar. Cakar
itu bisa dikeluar-masukkan seperti cakar kucing.
Kakiku bergemeretak dan menggeram saat tulang-tulangnya
menebal dan berputar. Telingaku meleleh menyatu dengan kepalaku.
Mataku melebar, semakin besar dan datar.
Indra-indraku mulai berubah. Perbedaannya tidak seekstrim
beberapa morf yang pernah kucoba. Tapi lebih lengkap daripada yang
kuduga. Aku tak hanya melihat bentuk dan warna lagi. Aku bisa
melihat panas sinar infra merah. Aku bisa melihat jejak-jejak, seperti
yang ditinggalkan mouse atau kursormu di layar komputer. Itu
membuatku dapat mengikuti gerakan dan arah lebih mendetail.
Dan lalu, dengan kaget, aku menyadari aku bisa melihat
menembus lapisan kulit paling atas. Aku bisa melihat bayangan
jantung gorila Marco. Tentu saja. Semua indra ini dirancang untuk melihat organ vital
sebagai target dengan lebih baik.
Mata biru burung robin itu jauh lebih baik daripada mata
manusia. Bahkan lebih baik daripada mata elang. Ini mata yang bisa
menentukan target. Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu timbul dari bawah
kesadaranku sendiri. Aku telah mengharapkan akan merasakan
kemarahan. Aku berharap akan merasakan dorongan untuk melakukan
kekejaman yang tak dapat dikontrol. Aku tak merasakan hal-hal itu.
Tapi, aku merasa... acuh tak acuh.
Ini bukan insting Howler untuk membunuh. Ini bukan
kemarahan. Mereka tidak diciptakan untuk itu.
Crayak telah lebih cerdik daripada itu. Aku berharap dengan
morf Howler ini aku akan menjadi predator super. Tapi morf ini
mengingatkanku saat aku morf menjadi lumba-lumba.
Howler senang bermain-main.
Howler senang bercanda. kataku pada Rachel dan Marco.
Lalu aku merasakan sesuatu yang tak pernah kurasakan
sebelumnya. Ada suatu bagian aneh dari otak Howler itu, seperti indra
tambahan. Otakku telah menangkap kolam kesadaran, pengetahuan.
Ingatan cepat yang membingungkan. Bayangan-bayangan
mengerikan tentang pembantaian, kekejaman. Bukan hanya
pembantaian Anak-anak Graffen. Tapi spesies demi spesies. Planet
demi planet. Aku memperoleh seluruh ingatan mengerikan yang telah
diserap Erek dengan cara yang lain.
Tapi ini lebih buruk. Ini bukan ingatan orang lain. Ini ingatanku
sendiri. Ini bagian dari diriku.
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dan melalui semua itu, pembantaikan Anak-anak Graffen,
Mashtimee, Pon, Nostnavay, dan ya, Pemalite, para Howler ini tak
pernah merasakan kemarahan.
Tapi mengapa harus merasa marah"
kataku.
tanya Cassie. Ia telah morf menjadi serigala.
permainan bagi mereka. Mereka bersenang-senang. Mereka
menikmatinya. Seperti saat lumba-lumba melompat ke udara hanya
karena mereka menyukainya dan mereka bermain mengikuti
pemimpinnya, ini permainan.>
bersenang-senang">
mereka bukan makhluk dewasa. Semua Howler ini masih anak-anak.>
Chapter 25 < MEREKA datang! > teriak Tobias. Kalau...> kata Rachel. pembunuh!> kataku. punya waktu hidup tiga tahun. Mereka tak pernah dewasa. Mereka
tidak bereproduksi; mereka dibuat dalam pabrik. Tidak ada Howlerdewasa.>
Aku memandang Erek lekat-lekat.
"Sebelumnya" Tidak."
mereka anak-anak"> tanyaku.
"Mereka membantai penciptaku," kata Erek datar.
teriak Tobias.
mereka masih anak-anak"> tanya Marco.
kataku sedih. berhasil, Crayak akan...>
kata Cassie. < Kitalah yang
menyebabkan...> Suara pistol terdengar dari arah jalan, hanya beberapa meter
dari tempat kami berada. Ax berteriak kesakitan.
teriak Tobias.
"Anak nakal atau makhluk dewasa, mereka telah membantai
penciptaku, mereka membuat Chee menjadi pengungsi, mereka
menghancurkan duniaku," kata Erek sambil merapatkan rahangnya.
kata Marco.
kataku. Apakah aku sedang memohon"
Kupikir apa yang dapat kami lakukan" Terlambat. Mereka atau kami.
Mereka atau seluruh ras Iskoort.
Tapi mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan! Mereka tidak
tahu! Kepalaku terasa ringan. Howler hanya hidup sebagaimana
diciptakan oleh suatu makhluk lain. Bagaimana kau bisa membenci
suatu makhluk karena mereka melakukan apa yang diajarkan pada
mereka" Aku senang saat Howler itu mati.
Dan sekarang tidak ada pilihan! Tidak ada pilihan!
perintahku.
Marco, Cassie, dan Rachel bergerak menempati posisi mereka
masing-masing. Erek juga. Guide tetap di dekat kami.
BRAK! Pintu itu lepas dari engsel-engselnya. Ax tertatih masuk,
berdarah, ke dalam ruangan.
Howler berikutnya muncul dua detik di belakangnya. Ia
meloncat ke dalam ruangan.
Rachel, Marco, dan Cassie menerkamnya, menabraknya.
Erek meraih Guide seolah Iskoort itu terbuat dari bulu. Ia
melompat ke pintu. Guide berpegangan pada leher Erek, ketakutan,
saat Erek menghalangi pintu itu dengan tubuhnya.
Howler yang pertama itu menendang dengan kekuatan yang
menakjubkan dan membuat Rachel terjengkang ke belakang. Ayunan
tangannya, dengan cakar keluar, merobek sisi tubuh Cassie. Ia jatuh.
Howler itu membidikkan senjatanya. Marco memukulnya dari
belakang. Bidikan Howler itu meleset, menabrak dinding dan
terpantul ke langit-langit.
Howler lain yang mengejar terhenti di ambang pintu. Mereka
semua dapat saja menyingkirkan Erek. Tapi Erek sedang memegang
Guide. Perjanjian! Howler tidak boleh membunuh Iskoort.
Howler yang pertama berbalik dan meninju Marco. Sebelum ia
menarik tangannya, aku tak sadar bahwa ia menggenggam pisau.
Gagangnya sekarang muncul dari perut Marco. Marco
memandanginya dengan tak percaya.
Dan sekarang Howler itu membidikkan senjatanya, siap untuk
membunuh Rachel. "Tidak!" teriakku.
Howler itu menoleh ke arahku dan mengerjapkan matanya.
"Lupakan mereka! Ke sini!" perintahku.
Howler itu berusaha menjernihkan pikirannya. Ia mengenaliku.
Tapi ia tahu aku sudah mati. Bukankah begitu"
"Pemimpin mereka, di sini!" kataku, benar-benar berharap
Howler itu akan percaya. Aku mulai bergerak dengan langkahlangkah kecil.
Howler itu mengikutiku. Aku hampir pingsan karena lega.
Aku berhenti tiba-tiba. Howler itu berhenti juga, bertanya-tanya
apa... Aku memukulnya. Sekali, dua kali, tiga kali, setiap pukulan
dibidikkan melalui mata Howler, setiap pukulan diarahkan pada
tempat-tempat yang lemah yang hanya bisa dikenali oleh Howler lain.
Ia jatuh. Hampir. Howler yang lain sedang menyelesaikan masalah yang
ditimbulkan Erek dan Guide. Mereka mulai membuat beberapa lubang
baru di dinding. Guide tak bisa berada di depan semua lubang itu.
Dalam beberapa detik, para Howler itu akan berhasil masuk ke dalam
ruangan ini. teriakku dengan pembicaraan pikiran. Tapi
Marco tak dapat bereaksi. Ia terpaku ketakutan, memandangi pisau
yang menusuk perutnya.
Ax-lah yang bergerak, masih mengalami perdarahan dan
tertatih-tatih, ia memberikan alat kecil yang mengilat ke dalam
tanganku. Aku mengangguk padanya, menarik napas panjang, dan
memasangkan alat itu ke kepala Howler itu.
kataku.
Howler itu memelototiku dengan matanya yang biru gelap. Ia
melompat. Ia menarik senjata sinar Dracon-nya. Ia membidik... entah
ke mana. Ia gemetar. Ia kembali membidikkan senjatanya. Lalu gemetar
lagi. Matanya menutup. Aku berhenti bernapas. Ke dalam kepala Howler itu mengalir ingatan sepanjang masa
kehidupanku. Mulai dari ingatan samar, bayangan wajah ibuku di atas
buaianku, digendong di punggung ayahku di suatu taman hiburan,
pergi ke sekolah, teman-temanku, semua yang terjadi setelah kami
mengambil jalan pintas melalui lokasi pembangunan.
Semua yang kuingat dalam hidupku mengalir ke dalam otak
Howler itu. Dan juga ingatan sepanjang hidup Cassie, Rachel, Marco,
Ax, dan Tobias. Bahkan Guide. Dan ingatan yang sangat-sangat
panjang dari android yang menyebut dirinya Erek.
Semuanya kami masukkan ke dalam kepala Howler itu. Dan
dari sana akan mengalir ke dalam kolam tak berdasar ingatan kolektif
para Howler. tanya Cassie.
Tiba-tiba Howler itu menghilang. Ia hilang begitu saja.
Sinar Dracon tidak lagi membakar dinding ruangan itu.
Erek mengeluarkan kepalanya melalui pintu. "Mereka hilang,"
katanya. Marco mencabut pisau itu dari perutnya dan mulai demorph.
Saat ia mencabut pisau itu, kami pindah dari ruangan Iskoort
yang kecil ke tempat yang sama sekali berbeda.
Chapter 26 IA sangat besar. Tidak memiliki tangan. Ia tidak membutuhkan tangan.
Ia duduk di suatu tempat yang mungkin merupakan takhta, atau
mungkin juga merupakan bagian dari dirinya, aku tak bisa
membedakannya. Mesin" Makhluk" Keduanya"
Atau mungkin juga bukan keduanya.
Ia memutar mata tunggalnya yang sangat besar serta berwarna
merah darah dan memandangku.
Aku berlutut. Dalam tubuh manusiaku lagi. Lantai di bawahku
terbuat dari baja yang keras. Di sekelilingku gelap. Tapi aku bisa
merasakan ada tangan yang menyentuhku.
Yang lain ada bersamaku juga. Bersamaku, ketakutan di depan
makhluk jahat yang sedang marah bernama Crayak ini.
Aku menatap matanya. Aku menutup mataku, tapi masih bisa
melihatnya menatapku. Seperti yang telah dilakukannya dalam mimpimimpiku,
menatapku, mengejekku. "Akhirnya kita berhadapan langsung," kata Crayak, suaranya
berat dan bergema di lantai, di udara, suaranya sangat rendah sehingga
atom-atom tubuhku seolah tergetar sampai lepas.
Aku tetap memalingkan tatapanku, meskipun tidak ada efeknya.
Aku ingin berdiri, tapi tak dapat. Aku gemetar. Gigiku bergemeletuk.
"Apa" Sekarang tidak terlalu berani lagi, Jake kecil?" Ia
mengejek. "Lihatlah dirimu sendiri, kalian semua, semuanya
ketakutan! Apakah kalian takut?"
Aku mengangguk. "Yeah, aku takut," aku mengakui dengan
suara pelan. "Tapi kami menang."
Lalu ada suara tawa. Suara tawa yang sama kuatnya dengan
gelombang mengerikan yang memancar dari Crayak.
Mata merah besar itu tersentak ke atas, menjauh dariku. Aku
bernapas lagi. Tawa itu berlanjut, bertambah kekuatannya, semakin keras dan
keras dan semakin riang. Aku berpaling dan melihat Ellimist. Ia dalam samaran manusia,
tampak seperti orang tua yang bijak. Wajahnya sama palsunya dengan
wajah Erek. "Manusia," kata Ellimist, seolah ia sedang memperkenalkan
kami. "Lima manusia, satu Andalite, dan satu Chee."
"Kesalahan besar membiarkan bangsa Chee selamat dari
kehancuran tuan Pemalite mereka," kata Crayak.
"Iskoort akan hidup terus," kata Ellimist.
Mata itu tidak menunjukkan emosi apa-apa. "Iskoort akan hidup
terus." Lalu ia memandangku. "Tidur nyenyak, manusia," ia
mencemooh. "Aku masih akan ada dalam mimpi-mimpimu. Dan suatu
hari nanti, kalau saatnya tepat, kau akan menderita untuk ini."
Aku bangkit, masih memegang tangan Cassie. Aku
memfokuskan pikiranku pada Howler itu. Dan aku mulai morf.
Tak ada yang mengatakan apa-apa sampai morf-ku selesai. Dan
saat aku selesai, aku membuka pikiran Howler-ku pada ingatan
kolektif yang menghubungkan mereka semua.
Aku mencari ingatan yang telah kualirkan ke dalam ingatan
Howler. Aku mencari dalam kolam ingatan yang besar itu tentang
ingatan apa yang terjadi di Planet Iskoort. Tidak ada apa-apa. Ada
sedikit ingatan tentang kami, lima manusia, satu Andalite, dan satu
Chee, serta Guide. Tapi tidak ada apa-apa.
Crayak telah menghancurkan enam Howler yang tersisa
sebelum ingatan itu dapat meracuni pikiran seluruh Howler. Ia telah
melakukan apa yang telah kuketahui - apa yang telah kuharapkan -
akan dilakukannya. Howler tak pernah dikalahkan. Itulah yang mereka percayai,
tapi aku tahu itu tidak mungkin. Entah di mana, entah kapan, sesuatu
pasti pernah mengalahkan mereka, paling tidak sekali. Kesempurnaan
tidak mungkin terjadi. Jadi kalau ingatan kolektif itu tidak pernah menunjukkan jejakjejak kekalahan,
itu hanya bisa berarti bahwa Crayak telah
menghancurkan Howler yang kalah sebelum ingatan akan kegagalan
bisa mempengaruhi mereka semua.
Ia mungkin telah melakukan hal itu berkali-kali sepanjang
ribuan tahun. Selalu menjaga agar ingatan kolektif Howler bebas dari
tanda-tanda yang mungkin dapat memperlemah kejahatan polos
mereka. Ia tak punya pilihan. Ingatan kolektif sangat berguna untuk
menyebarkan taktik perang dan pengalaman. Tapi itu juga kelemahan.
Crayak tak bisa membiarkan anak-anak pembunuhnya untuk
mengetahui satu fakta sederhana: bahwa korban-korban mereka bukan
bagian dari permainan, tapi makhluk-makhluk hidup nyata, yang
memiliki mimpi-mimpi, harapan-harapan, dan cinta.
Crayak telah bertindak cepat. Ingatan akan manusia dan
Andalite, Chee dan Iskoort tidak dibiarkan mempengaruhi ingatan
Howler. Tidak ada yang lolos....
Tidak. Masih ada yang tinggal!
Bergerak dalam ingatan kolektif itu, di antara rantai horor yang
tak terputuskan, aku menangkap bayangan tunggal, seperti film
pendek yang berdurasi beberapa detik.
Hanya gambaran Cassie berlari ke arahku, tangan serta bibir
kami, dan... Aku demorph kembali menjadi manusia. Dan saat aku sudah
memiliki bibirku sendiri lagi, aku berkata, "Kau terlambat, Crayak.
Ada yang masuk ke dalam ingatan kolektif Howler."
"Apa?" tanyanya.
"Cinta." Chapter 27 KAMI tidak lagi bersama Crayak. Kami kembali berada dalam
ruang dimensi-n yang aneh tempat bagian dalam ada di luar dan tidak
ada yang masuk akal sama sekali.
Tapi tetap saja berada jauh dari Crayak itu menyenangkan.
Sangat menyenangkan untuk tetap hidup.
"Kerja kalian bagus sekali," kata Ellimist.
"Bagus" Bagus?" ulang Marco. "Kami mengalahkan makhluk
paling jahat di galaksi, menghajar Crayak si penjahat besar,
menyelamatkan Iskoort, yang aku masih tidak yakin merupakan hal
yang baik, dan menanam sedikit sensivitas sebagai bom waktu di otak
para Howler, dan itu saja" 'Kerja kalian bagus' dan 'Oh,omong-omong,
ini isi perutmu untuk dilihat lagi selagi kita melalui dunia terbalik'?"
"Apa yang kauinginkan?" tanya Ellimist tenang.
"Aku tak tahu. Bagaimana dengan hadiah atau apa?" kataku.
"Yeah," Rachel setuju. "Bagaimana dengan itu?"
Tiba-tiba, tanpa peringatan, kami telah kembali berada dalam
gudang Cassie. Tepat di saat sebelum Ellimist memindahkan kami ke
Planet Iskoort.
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa yang telah kalian capai" Tak seorang pun tahu tentang
masa depan. Tidak secara pasti. Tapi sekarang lebih pasti bahwa tiga
ratus tahun lagi Yeerk akan bertemu Iskoort. Mereka akan menyadari
bahwa mereka memiliki hubungan. Dan Yeerk akan melihat bahwa
ada cara lain yang lebih baik."
tanya Tobias. Bagaimana itu bisa membantu kami">
"Memang tidak bisa," kata Ellimist. "Tapi dalam enam bulan
lagi Crayak akan mengirim Howler untuk menghancurkan suatu ras
bernama Sharf Den. Bukannya membantai Sharf Den, para Howler
akan mencoba sesuatu yang berbeda." Ellimist mengedipkan matanya.
"Mereka akan mencoba mencium makhluk-makhluk itu. Crayak akan
kehilangan pasukan tempurnya. Dan Sharf Den akan... well, tak
seorang pun yang tahu masa depan secara pasti. Oh, bagaimanapun
juga kalian boleh yakin Guide sekarang Iskoort yang sangat-sangat
kaya." Dengan tawa yang benar-benar puas, Ellimist menghilang.
kata Tobias.
"Oke, sudah cukup, kita takkan pernah mengundangnya lagi,"
kata Marco. Kemenangan ini sangat menyenangkan. Kami menang telak.
Dan malam itu, saat aku tidur, mata Crayak tidak menghantuiku
lagi. Aku malah memimpikan Cassie. Tapi di mimpiku itu aku juga
melihat si Howler, jatuh dan jatuh di sebelahku. Terus jatuh saat aku
mengembangkan sayapku dan memisahkan nasibku darinya.
Marco selalu berkata kau sendiri yang memilih caramu
memandang dunia. Kau bisa memilih untuk melihat hal-hal yang lucu
dan menarik, atau kau bisa memfokuskan dirimu pada hal-hal yang
tidak seperti itu. Jadi aku berusaha mengikuti saran Marco. Aku mencoba
membelokkan mimpiku pada Cassie.
Tapi bahkan saat aku memandang matanya, aku masih melihat
Howler malang itu jatuh.END
Mustika Putri Terkutuk 2 Pendekar Bloon 17 Persekutuan Orang Orang Sakti Pemberontakan Taipeng 6
Kami membutuhkan pengalih perhatian, kalau tidak, begitu kami
muncul, para Howler akan...
"Tentu saja. Itu tidak akan menyakiti para Howler, dan mungkin
dapat menyelamatkan kalian. Itu benar dalam parameterku."
lagi dua lantai di bawah, dekat tangga. Semuanya siap">
Saat itu sepasang Iskoort Pelayan masuk ke dalam kamar.
Jendela di sisi terjauh itu terbuka. Saat itu juga enam ekor
burung terbang keluar. Sinar Dracon menyambar dan senjata
berbunyi.
Iskoort Pelayan itu.
lebih dekat terbuka dan aku membentangkan sayapku dan
mengepakkannya dengan seluruh kekuatan yang didorong rasa
panikku. Hologram itu lenyap setelah berjarak beberapa meter dari
jendela. Tapi saat itu ketujuh Howler itu sudah menembak membabi
buta seperti idiot ke arah yang salah.
Kami terbang keluar dari jendela, mengepak-ngepakkan sayap
sekuat tenaga, berusaha melarikan diri sejauh mungkin. Tapi kami
belum jauh saat sinar Dracon yang pertama mengiris sayap elang
Rachel.
Kami menukik. Turun ke arah pohon-pohon, semak-semak, dan
bunga-bunga. Kami kumpulan yang aneh. Elang kepala botak,
sepasang osprey, northern harrier, elang ekor merah, dan elang
peregrine. Kami terbang di atas jalan, beberapa sentimeter di atas kepala
para Iskoort yang sedang berjalan. Mereka merasakan angin yang
kami timbulkan dan mendongak saat kami lewat.
B-r-r-r-r-r-r-r-t-t! Serangkaian peluru menghancurkan pohon yang terletak
beberapa sentimeter di depanku.
Aku menengok ke kiri dan melihat Howler itu. Ia berlari
mengejar kami, menabrak Iskoort sampai jatuh seperti pin-pin bola
gelinding. Kami berbelok ke kiri, di depan kami ada sebarisan pohon jeruk
yang rimbun. Satu Howler muncul dari sesemakan di depan kami! Ia
telah memotong jalan lewat pepohonan itu supaya bisa mencegat
kami.
TSEEEEW! TSEEEEW! Sayap kanan Cassie lenyap, ia menjadi bola api yang menukik
jatuh! Cassie jatuh tak terkontrol, seperti batu. Ia menabrak tanah di
tengah-tengah segerombolan Iskoort Rembuat Perang yang tertawatawa.
Aku menukik mengikutinya.
Satu Howler melompat dari cabang pohon. Ia membidik senjata
sinarnya ke arah tubuh Cassie yang hancur bahkan saat ia sedang
berjungkir balik. TSEEEEW! TSEEEEW! Ia menembak, luput! Mendarat. Aku ada di atasnya, cakarku
siap sedia. Aku mencakar kepalanya sampai berdarah. Ia berbalik dan
membidikku. Aku terus jatuh, kehilangan kecepatan, dan menabrak salah satu
Iskoort Pembuat Perang. Iskoort itu menatapku tanpa emosi. Aku ada
di tangannya. Tak berdaya.
Howler itu menyeringai dan membidik dengan hati-hati. Tepat
ke arahku. Tak ada harapan untuk selamat. Jarak tembak sempurna.
Hanya beberapa sentimeter. Aku bisa melihat setiap detail senjata
yang akan mengakhiri hidupku.
Lalu... senjata itu gemetar. Terangkat ke atas. Aku melihat
wajah Howler itu, galak, marah. Tapi ia tidak menembak.
Aku mengepakkan sayapku. Iskoort Pembuat Perang itu
menyingkirkanku dengan marah, lalu ia dan teman-temannya
menyerang sang Howler. Seharusnya serangan itu berakhir dalam beberapa detik saja.
Iskoort Pembuat Perang tidak cukup kuat untuk melawan Howler.
Howler seharusnya bisa mengalahkan mereka dalam lima detik. Tapi,
Howler itu malah melindungi dirinya dari serangan itu, mendorong
para Iskoort itu, dan lari.
Perjanjian!
yang lain.
Tapi aku bisa melihat dagingnya telah tumbuh dari luka bakar
tempat dulu sayapnya berada.
terdengar masih bingung.
Yang lain sedang melarikan diri. Aku harus mengejar mereka.
Ada Howler yang mendekat ke arahku, mata birunya yang
mematikan memfokuskan tatapannya ke arahku. Kalau aku tinggal,
aku akan menunjukkan tempat Cassie padanya. Kalau aku pergi... aku
tak dapat meninggalkan Cassie! Ia terlalu kebingungan, kehilangan
terlalu banyak darah, dengan cepat ia kehilangan kesadaran sebelum
selesai demorph. Tak ada pilihan, Jake, kataku kasar pada diriku sendiri. Kau tak
bisa menolong. Kau hanya bisa menyakiti.
Aku terbang menjauh, merasa seolah hatiku dicabut dari diriku.
Aku mencapai ketinggian yang cukup untuk melewati pohon-pohon,
dari ketinggian itu aku melihat pertempuran yang aneh di bawah sana.
Harus menolong yang lain, kataku pada diriku sendiri. Itulah
tugasmu. Menolong mereka. Kau tak bisa menolong Cassie lagi.
Para Howler berlompatan dari pohon ke pohon seperti monyet
yang baru minum pil steroid. Mereka meloncati jalan-jalan, dari sulur,
ke semak, ke batang, seperti orang menyebrangi sungai kecil dengan
melompat dari satu batu ke batu yang lain.
Aku melihat tiga burung di udara. Ada lagi yang hilang selain
Cassie. Pinggir lantai itu, kekosongan itu, hanya kira-kira dua meter
lagi.
Chapter 19 ELANG PEREGRINE adalah binatang tercepat di Bumi. Lebih
cepat daripada cheetah atau gazelle. Lebih cepat daripada lumbalumba atau hiu
yang tercepat. Lebih cepat dari burung mana pun. Saat
menukik kecepatannya bisa mencapai dua ratus mil per jam.
Aku menanjak, ke atas, atas, atas, membakar energi seolah aku
tak peduli, dan memang begitu. Aku takkan membutuhkan energi lagi
nanti. Tidak akan ada nanti. Cassie sudah jatuh. Rachel jatuh. Aku
merasa muak. Tapi aku akan membuat satu Howler jatuh bersamaku.
Aku terbang sekuat tenaga dan secepat mungkin, dan mendapat
pertolongan dari angin yang mengayunku seperti skateboard menanjak
sisi sebuah pipa. Lalu aku membidik dengan hati-hati, memperhitungkan jarak,
dan menukik. Kecepatanku tidak mencapai dua ratus mil per jam, tapi aku
lebih cepat dari seratus mil per jam saat mengiris Howler yang
mengejar Tobias. Howler itu mencengkeram kepalanya, melolong dengan
emosional dan tidak seberbahaya lolongan yang membuatnya dinamai
Howler. Dia menembak membabi buta ke arahku, tapi aku sudah
menjauh dari sana. Aku mempertahankan sebagian besar kecepatanku dan berbelok
ke kanan, mengepak kuat-kuat, lalu menyerang Howler yang baru saja
menjatuhkan Marco dengan tembakan-tembakannya.
Aku tak tahu Marco masih hidup atau tidak. Tapi aku bisa
melihat penyerangnya. Wajahnya penuh luka cakaran. Aku
menyerang matanya. Howler tidak pernah terkalahkan. Aku bertanya-tanya apakah
mereka menyukai apa yang kulakukan pada mereka.
Jawaban atas pertanyaan itu datang dengan cepat. Tiga Howler
bersatu, berlari ke arahku, mengayun diri mereka sendiri ke depan
dengan marah, tanpa memedulikan bahaya mengejar makhluk kecil
yang berani menyakiti mereka.
Jangan terlalu cepat, Jake, kataku pada diriku sendiri. Aku
terbang, tapi tidak dengan kecepatan maksimal. Aku menggunakan
kecepatanku untuk mengelak, menyelip-nyelip, dan membuat para
Howler yang menghabiskan seluruh amunisi mereka untuk
menembakiku itu frustrasi.
Cukup dekat, pikirku. Sekarang, menukik! Aku merendah ke
bawah ketinggian pohon, ke arah jalan. Tapi hampir tidak ada Iskoort
di bagian jalan itu. Aku mempertahankan jalur terbangku, melawan kelelahan,
mengepak, berbelok, mengepak, berbelok. Dan para Howler itu
mengejarku. Mereka menabrak pagar tanaman, menembaki pohonpohon, membakar bunga-
bunga dan sesemakan supaya tidak
menghalangi jalan mereka.
Aku terbang naik-turun dalam pola lingkaran. Mereka berlari
dalam garis lurus. Dalam beberapa detik mereka bisa memotong jalur
terbangku. Aku tak bisa melarikan diri dari mereka kalau aku hanya
bisa menempuh jarak tiga meter setiap mereka menempuh setengah
meter. Tapi aku harus tetap di bawah. Harus tetap pada jalurku. Harus
berharap aku menempuh arah dan jarak yang tepat. Harus berharap
bahwa kesombongan para Howler, perasaan tak pernah kalah mereka
akan membantuku. Balik, balik, balik! Aku berbalik. Satu Howler menembus pagar tanaman di
depanku! Terperangkap! Apakah aku benar" Sudahkah aku mencapainya"
Aku terbang langsung ke muka Howler itu. Ia membidik. Tibatiba aku menanjak lalu
menjatuhkan diri dengan gerakan pelan, seperti
burung yang terluka, seperti bola voli yang terbang pelan, berputar,
menyeberang net. Howler itu menerobos pagar tanaman, mencium kemenangan.
Ia menerobos terus dan mencakar-cakar udara.
Iskoort memang gila, tidak memasang pagar pengaman di tepi
lantai mereka. Tapi kegilaan seperti itulah yang kusukai.
Howler itu jatuh. Jatuh, mencakar-cakar udara, melolong dalam
kemarahan dan frustrasi. Berkilometer-kilometer dari tanah. Ia akan
jatuh lama sekali. Lalu pikiran itu terlintas di benakku. Sekaranglah waktunya.
Aku ada di tempat yang tepat dan sedang dalam morf yang tepat
juga. Ia jatuh, segera kecepatannya mencapai kecepatan maksimum
jatuhnya. Dalam daya tarik bumi Iskoort itu berarti kurang dari dua
ratus mil per jam. Chapter 20 JATUH, jatuh, jatuh. Wajah Howler itu menghadap ke bawah, ia menjerit dan
mengais udara. Tak berdaya.
Aku menukik, mengepak sekuat tenaga, menolong pekerjaan
daya tarik bumi. Howler itu tepat di bawahku, tak sadar akan
sekitarnya. Ia punya pikiran lain dalam otaknya.
Aku melipat sayapku, memajukan cakarku, dan mendarat di
kakinya. Kalaupun Howler itu merasakan cakarku yang tajam, ia tidak
bereaksi. Aku memandang tanah yang masih begitu jauh di bawah dari
balik tubuhnya. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk jatuh"
Cukup lama" Tak mungkin tahu. Harus mencoba.
Aku mulai demorph. Sekarang kami, Howler itu dan aku, jatuh
dengan kecepatan yang sama. Aku berusaha untuk berpegangan
padanya saat cakarku menjadi jari-jari, saat tubuhku membesar sampai
nyaris sama besarnya dengan dia. aku mencoba berpegangan pada
kulit yang seperti lava setengah kering itu. Tapi cakarku meleset saat
berubah menjadi jari-jari. Aku kehilangan peganganku.
Aku meraih lagi dengan lengan yang masih berbentuk batang
dan tangan yang baru sepanjang kurang-lebih lima belas sentimeter.
Gagal. Kami jatuh. Mataku kehilangan ketajaman mata elang. Aku tak
bisa lagi melihat setiap detail tanah di bawahku. Semuanya tampak
berbayang. Sekarang tanah tampak lebih jauh. Hal itu membawa
sedikit rasa tenang. Sebagai manusia, aku jatuh, wajahku hanya beberapa sentimeter
dari kaki kiri Howler itu. Ia telah berhenti mencakari udara. Ia tak
bergerak lagi. Ia punya banyak waktu untuk memikirkan nasibnya.
Aku tak kasihan padanya. Mungkin seharusnya aku kasihan. Mungkin
Cassie akan kasihan. Tapi Howler ini, atau salah satu temannya, telah membakar
sayap Cassie. Telah menembak Marco. Setidaknya salah satu
temanku. Mungkin semua temanku sekarang.
Aku ingin dia memiliki waktu yang cukup lama untuk
memikirkan hal itu saat dia jatuh.
Tiba-tiba ia bergerak, membalikkan tubuhnya, dan
memandangku, mata birunya yang kosong membelalak kaget.
Ia meraih senjata sinar Dracon-nya. Aku meraihnya lebih dulu
dan melontarkannya jauh-jauh. Senjata itu jauh, berputar di sisi kami,
satu setengah meter jauhnya tapi jutaan kilometer dari jangkauan
kami. Aku tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Tapi Howler itu
tidak. Ia mulai melolong, nada pertamanya membuat pekak telinga,
membuat otak tak dapat bekerja.
KEEEE.... Tapi ia terlambat. Aku telah mulai mengambil DNA-nya. Dan
tiba-tiba indra-indranya menjadi tumpul, sesuatu yang biasa dirasakan
makhluk-makhluk saat DNA-nya sedang diambil. Ia memandangku,
matanya penuh kebencian, tapi tak bisa menjeritkan lolongan
mautnya. Saat aku mencengkeramnya, saat aku mengambil DNA-nya,
aku menggunakan tanganku yang bebas untuk melepaskan semua
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
senjatanya. Satu per satu. Senjata-senjata itu jatuh di sekeliling kami.
Aku mendorong supaya menjauh darinya. Angin menangkap
tubuhku dan memutarku menjauh. Aku memutar tanganku, berusaha
menyeimbangkan tubuhku, tapi itu insting bodoh. Aku menenangkan
diri dan mulai morf. Tanah sudah dekat sekarang. Dekat, sangat dekat. Seolah
akhirnya kami bergerak semakin cepat saja, seolah paro akhir
kejatuhan itu hanya membutuhkan waktu sepersepuluh paro awalnya.
Ketakutan mengacaukan kenyataan. Kenyataan yang kulihat
cukup kacau. Aku terguling-guling di udara, berganti-ganti melihat tanah di
bawahku dan Howler di atasku. Doronganku membuatnya tergulingguling juga. Hanya
itu yang menyelamatkanku, karena aku bisa
melihatnya mulai melolong.
KEEEEEEEEEEEEE-row! Tapi ledakan suara itu hanya sedikit mempengaruhiku saat kami
berputar-putar seperti sky diver yang ingin bunuh diri.
Aku merasakan gatalnya bulu yang akan tumbuh di kulitku.
Tanahnya begitu dekat! Paruh yang keras muncul menggantikan bibirku.
Tanahnya! Aku buru-buru sekarang. Pohon-pohon yang tampak
muram tertutup kabut mulai kelihatan.
Tanganku mengecil, tulang-tulangnya menipis.
Terlambat! KEEEEEEEEEEEEE-row! Tiga ratus meter! Seratus lima puluh meter!
Tiga puluh meter! Puncak-puncak pohon mengelilingiku!
Aku mengembangkan sayap-sayapku. Aku merasakan mereka
membentuk dan menegang, otot-ototnya berkembang nyaris dengan
paksa. Howler itu jatuh mendahuluiku.
Sayapku berkembang sempurna dan aku terbang menanjak
dengan kecepatan yang nyaris mustahil.
Chapter 21 AKU mengerti mengapa para Iskoort membangun menara Dr.
Seuss mereka. Permukaan planet itu merupakan rawa-rawa yang
berantakan. Aku menanjak supaya bisa menjauhi bau sulfur, tapi
akhirnya aku harus istirahat.
Tubuh elangku masih segar karena morf ulang, tapi aku harus
menanjak beberapa kilometer untuk sampai ke tempat aku
meninggalkan yang lain. Dan bagaimana caranya aku bisa
menemukan lantai itu" Struktur bangunan Iskoort ini sangat
kompleks. Terbang di luarnya, aku bisa melihat betapa menakjubkannya
struktur tersebut. Tak ada bangunan di Bumi yang bisa menyamainya.
Piramid hanya akan menjadi landasan bagi pilar terkecil di dasar
bangunan itu. Gedung World Trade Center dan Menara Sears cuma
mainan dibandingkan dengan ini.
Iskoort mungkin spesies paling aneh yang ada di galaksi, tapi
yang pasti mereka bisa membuat bangunan.
Apa yang akan kutemui kalau aku berhasil menemukan yang
lain" Apakah Cassie berhasil demorph" Apakah dia selamat" Apakah
Marco masih hidup" Ax, Tobias, Rachel"
Mereka semua tidak memiliki senjata yang cukup. Sebagian
diriku berpikir bahwa aku akan menemukan bahwa hasilnya adalah
satu Howler dan lima temanku. Aku membayangkan menemukan
tubuh mereka. Bayangan itu membuat otot-ototku kehilangan
kekuatan. Aku harus kembali. Tapi aku tak tahan memikirkan apa yang
mungkin kutemui. Aku tak bisa hidup tanpa mereka. Tak bisa.
Aku merasa marah pada Erek. Marco benar: Hak apa yang Erek
miliki untuk mempertahankan prinsip anti kekerasannya di galaksi
tempat Howler memusnahkan seluruh spesies hanya karena diperintah
suatu kekuatan jahat" Bagaimana dia bisa hanya menjadi penonton
saat kejahatan sedang merajalela"
Erek-lah satu-satunya dari kami yang bisa melawan Howler dan
menang. Dia memiliki kekuatan itu. Hanya dia yang memiliki
kekuatan itu. Kami pernah membebaskannya selama satu jam dari
program anti kekerasannya. Hasilnya sangat mengerikan. Dia telah
menghancurkan sepasukan Yeerk yang bisa membunuh kami semua.
Memang, Pemalite telah menciptakan dia dan bangsanya untuk
menjadi makhluk yang cinta damai. Supaya secara fisik tak mampu
berbuat kekerasan. Dan kemarahanku menjadi sangat irasional. Tapi
kalau Cassie dan Rachel dan mungkin semua yang lain juga
meninggal, dan aku tinggal sendirian, aku tak peduli.
Pemalite bodoh. Mereka dimusnahkan Howler sementara para
android ciptaan mereka hanya menonton dan tak berbuat apa-apa.
Pemalite tidak memprogram ulang Chee. Idiot!
Padahal Chee bisa menyelamatkan mereka. Chee seharusnya
dibiarkan untuk menghancurkan Howler seperti Howler
menghancurkan yang lain. Lalu...
Lalu kalau Chee sudah menghancurkan Howler, apa yang akan
mereka lakukan setelah itu" Apa yang akan kaulakukan dengan
spesies yang mengabdikan diri mereka pada perang" Apa yang
kaulakukan, setelah menciptakan senjata yang mengerikan dan
melepaskannya" Pemalite benar-benar memastikan Chee budak mereka. Mereka
harus yakin bahwa mereka bisa mengontrol Chee. Bisa mematikan
mereka. Seperti Crayak butuh suatu cara untuk mengontrol Howler.
Howler bukan android, jadi bagaimana Crayak meyakinkan
bahwa mereka takkan bertindak di luar kontrol" Dan karena tugas
mereka adalah membunuh dan membunuh tanpa perasaan, apa definisi
Crayak tentang "di luar kontrol?"
Di luar kontrol bagi Howler mungkin berarti dia tidak
membunuh. Howler yang di luar kontrol adalah Howler yang merasakan
penyesalan. Kasihan. Kebaikan. Crayak pasti tak tahan akan hal-hal
itu. Aku tertawa pahit. Spekulasi yang baik. Tapi semua temanku
mungkin sudah meninggal. Dan aku sendirian. Dan apa yang bisa
kuharapkan sekarang hanyalah hidup cukup lama supaya bisa pulang
lagi.
Tobias terdengar tidak terlalu bersemangat.
tertembak cukup parah. Tapi mereka semua berhasil demorph. Erek
berhasil menemukan kami dan menciptakan hologram Iskoort. Cassie
berkata kau bilang Howler tidak akan menyerang Iskoort. Mungkin
karena itu mereka tidak melolong.>
benar-benar percaya. Tobias tertawa.
Tapi kurasa mereka berhasil mengetahui bahwa kami bukan benarbenar Iskoort, jadi
mereka menyerang. Saat itu kami sudah morf
menjadi serangga yang merayap-rayap di pepohonan. Guide sudah
menemukan tempat lain bagi kita. Tunggu saja sampai kau
melihatnya. Apa kabarnya Howler-mu">
mudah ia memandu ke tiga lantai di bawah tempat kami bertengger
sebelumnya. Lantai ini berbeda dengan yang telah kami lihat sejauh itu.
Sepertinya ini daerah industri. Langit-langitnya setinggi beberapa
puluh meter. Lantai itu didominasi warna abu-abu dan cokelat. Dan
pabrik-pabrik itu, kalau memang benar itu pabrik, tampak
membosankan, tidak berjendela, dan suram, seperti pabrik mana pun
yang ada di Bumi. Di sini, saat kami terbang di atasnya, kami melihat variasi
Iskoort yang baru. Makhluk yang ini memiliki tangan yang lebih
panjang dan kuat, bahu yang tegap, dan mata mereka ditudungi bulu
mata yang tebal Hanya sedikit Iskoort yang tampak. Yang ada di jalan
tampaknya benar-benar bahagia dan tidak menyadari tampilan suram
bangunan-bangunan di sekelilingnya. Tapi rongga perut mereka yang
mendecit mengeluarkan suara yang sangat keras, sehingga kalau
beberapa Iskoort mendecit bersama, kau pasti ingin melepas
telingamu. Kami berputar beberapa kali, mencari Howler. Tapi tak ada
yang terlihat. Kami mendarat. Aku demorph dan masuk ke dalam.
Kupikir emosiku sudah lenyap. Kupikir aku sudah tidak bisa
merasa kosong lagi. Perasaan kosong karena membayangkan mereka
semua sudah meninggal. Tapi di sanalah mereka.
Rachel tampak marah. Marco menunduk, tampak menarik diri.
Ax menyendiri, pasti sedang menyalahkan dirinya sendiri. Erek,
hologramnya dimatikan, menampilkan wajah androidnya yang tanpa
emosi. Dan Cassie.
Cassie bergegas bangkit dan berlari ke arahku, dan aku juga
berlari menyongsongnya. Ternyata emosiku belum lenyap, malah kini
meledak-ledak dalam diriku.
Cassie melompat ke dalam pelukanku dan aku memeluknya
erat-erat. Sebelum aku sadar, aku telah mencium bibirnya, dan Cassie
membalas ciumanku. "Sudah waktunya," gerutu Rachel.
Chapter 22 PALING tidak aku dan Cassie memberi Marco bahan untuk
menggoda. Dia memang menggoda kami tepat tiga detik setelah aku
menjauh dari Cassie dengan malu dan takjub.
Marco mengulurkan tangannya ke arahku dan berkata, "Apakah
kau tidak akan menciumku juga?"
Aku tak percaya kau bisa merasa bodoh di tengah semua
perasaan lain yang sedang kualami saat ini, dan di tengah kehancuran
pertempuan, tapi kurasa rasa malu dan kaku bisa muncul di mana saja.
"Tidak?" Marco tampak bingung. "Kurasa aku harus minta pada
Rachel." Ia berbalik ke arah Rachel, mengulurkan tangan dan
mengerucutkan bibirnya. "Ya ampun, Marco, kaupikir seberapa besar kemungkinan aku
akan menciummu" Tipis, tak ada, atau perlukah kupatahkan kedua
tanganmu?" Aku memandang ke sekeliling ruangan yang menjadi markas
kami yang terakhir. Ruangan itu luas, terbuka, mungkin setinggi tiga
tingkat. Di dalam ruangan yang suram itu ada banyak sekali mesin.
Beberapa tampak seperti palu raksasa, beberapa seperti cumi-cumi
besi, yang lain tampak seperti komidi putar dengan peralatan berujung
runcing menggantikan kuda-kudaan-nya.
Tak ada yang bekerja. Ada debu di mana-mana.
"Pabrik yang ditelantarkan?" tanyaku pada Guide.
bebas dari roh karakter fiktif. >
Aku mengeluh. Aku ragu-ragu. Aku memandang Marco.
"Oh, kau pasti ingin mendengar ini," katanya.
"Apa sih roh karakter fiktif itu?"
Guide mendecit yang bagiku kedengarannya seperti tertawa.
bangunan-bangunan, dan terlibat dalam beberapa tindakan destruktif.>
"Karakter-karakter fiktif," kataku. "Oke."
harga yang mereka ajukan, jadi...>
"Sangat masuk akal," kataku.
"Kalau kau ada Rumah Sakit Jiwa," kata Rachel.
Kami semua terdiam beberapa lama. Kegembiraan karena dapat
bertemu lagi menghilang. Kami teringat kembali pada kenyataan.
Tobias. "Bagus," gumam Marco. "Kalaupun itu tujuh lawan dua, aku
masih bertaruh untuk kemenangan mereka."
Semuanya bergumam setuju.
"Aku punya morf baru," kataku.
"Yeah. Di saat... di saat jatuh, aku mengambil DNA Howler itu.
Itu memang tidak cukup, tapi mungkin bisa memberi kita petunjuk.
Kalau kita punya rencana menyeluruh."
"Apakah kau punya rencana?" tanya Erek.
Aku menimbang-nimbang. Apakah aku punya rencana" Aku
punya potongan-potongan informasi. Dugaan-dugaan. Spekulasispekulasi. Intuisi.
Aku mengangkat bahu. "Yeah. Kurasa aku punya rencana."
Marco menyeringai. "Cium dia lagi, Cassie. Sepertinya itu
membantu." Mereka semua menunggu. Aku menunduk dan mencoba
mengumpulkan semua informasi yang kumiliki tentang Howler. Aku
merasa memiliki sekumpulan potongan teka-teki gambar tetapi tidak
memiliki bingkainya. "Oke, langsung saja potong kalau kalian punya sesuatu untuk
ditambahkan. Aku bisa saja benar-benar salah. Yang pertama: Howler
punya semacam ingatan kolektif. Ingatan yang diserap Erek
merupakan berbagai kejadian yang terjadi selama ribuan tahun dan
meliputi lusinan serangan. Tak ada makhluk biologis yang hidup
selama itu. Dan kita tahu bahwa Howler adalah makhluk biologis
karena aku bisa mengambil DNA-nya. Jadi, entah bagaimana Howler
didesain untuk berbagi satu ingatan. Apa yang diingat tujuh... enam...
Howler ini akan ditransfer kepada seluruh spesies Howler. Dengan
cara itu semua pengalaman bertempur dapat diketahui seluruh
prajurit." Rachel mengangguk. "Tak heran mereka tak pernah kalah."
"Yeah, tapi itu juga punya arti lain. Tak ada yang selalu
menang. Tak mungkin ada yang selalu menang selama ribuan tahun.
Tak mungkin. Muhammad Ali kalah. Michael Jordan kalah. Tak ada
yang selalu menang."
"Tapi dalam ingatan Howler yang kuserap tidak ada ingatan
tentang kekalahan," kata Erek.
"Yeah. Tepat," kataku. "Tepat. Guide?"
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak seperti yang ditunjukkan Erek pada kami, menjadikannya
hologram - bagaimana caranya?"
Rongga perut Guide mendecit dengan suara rendah, dan ia
berkata,
sendiri sedang mengingatnya. >
"Dan alat ini dapat dipergunakan spesies mana pun?"
"Kuduga Howler termasuk yang tidak ingin terlibat," kata
Cassie. Guide membentangkan tangannya dan suara mendecit rongga
perutnya semakin keras.
beli dari sini, tapi mereka tidak membeli ingatan makhluk lain. >
Aku mengangguk. "Baik. Baik. Oke. Sekarang kita
membutuhkan sukarelawan bagi misi yang sangat berbahaya." Aku
memandang Rachel dan dengan pelan menggelengkan kepalaku
menolak. Ia sudah membuka mulutnya siap untuk mengajukan diri. Ia
menutup mulutnya dengan tampang bingung.
ruangan. Rachel tersenyum kecil dan mengangguk setuju.
"Bagus," kata Marco tak sabar. "Jadi Ax akan membiarkan
dirinya terbunuh dan kita semua setuju Howler tidak senang membeli
ingatan untuk ditonton di video mereka. Bagaimana ini semua bisa
membuat kita membunuh enam Howler?"
"Kita tak akan membunuh enam Howler," kataku. "Crayak yang
akan melakukannya." Chapter 23 TEMPAT kami berada saat itu sangat tidak tepat untuk
dijadikan perangkap. Kami membutuhkan banyak Iskoort di sekeliling
kami. Kami harus menggunakan perjanjian antara Crayak dan Ellimist
agar menguntungkan kami. Aku menjelaskan hal itu pada Guide. Ia
ingin dibayar lebih. Kami sedang menghadapi masalah besar, dan
mungkin akan terbunuh sebelum dapat menjual ingatan kami yang
sangat berharga padanya. "Jangan khawatir," kataku. "Itu hal berikut yang akan kami
lakukan: membuat salinan lengkap dari ingatan kami."
penting.> "Bukan rambut lagi?"
bagian tubuh atau organ manusia. >
"Yeah, dan akan bertahan begitu," kataku. "Kau bisa memiliki
rambut Marco." "Apa?"
"Tidak. Jangan bagian tubuh. Kita sudah setuju."
rongga perutnya bertambah pelan sehingga menjadi desahan.
"Kau ingin tubuh kami?" tanyaku, kaget, meskipun aku punya
masalah lebih pelik untuk dikhawatirkan. "Kalau kau melakukan
transplantasi organ untuk menyelamatkan hidup, baiklah, tapi kalau
kau hanya ingin menyimpan kami dalam stoples acar yang besar dan
menjual karcis bagi yang ingin melihat potongan tubuh manusia"
Kurasa tidak." "Aku punya sesuatu untuk dijual," kata Erek. "Aku akan
menciptakan skema teknologi hologramku. Kau bisa membuat
mesinnya sendiri." Tawaran ini benar-benar merupakan tambang emas, sehingga
Guide berhenti berdecit selama beberapa detik. Ia nyaris tak dapat
berkata,
memiliki planet ini begitu dia selesai membuat mesin itu."
Guide memandu kami ke lantai yang lain. Kali ini kami naik.
Dan kali ini kami naik lift.
"Lift! Kau punya lift!" Marco marah. "Kami berjalan naik dan
turun tangga, padahal kau punya lift?"
Kami keluar beberapa lantai di atas lantai tempat kami pertama
kali datang. Lantai itu memiliki ciri-ciri tepat seperti yang kami
butuhkan: jalan-jalan sempit di antara gedung-gedung tempat tinggal
yang tinggi dengan toko-toko di lantai dasarnya. Ada Iskoort di manamana.
Iskoort tipe baru: Iskoort Tukang Belanja.
"Bangsaku!" jerit Rachel gembira. "Akhirnya aku punya tanah
air sejati!" "Mereka belanja?" tanyaku pada Guide. "Itu saja" Mereka
belanja?"
"Tepat sekali," Rachel setuju.
"Guide, akhirnya omonganmu masuk akal'" kata Rachel dengan
puas. Kami masuk ke toko kosong di ujung jalan panjang yang
sempit. Toko itu sudah ditinggalkan, yang ada di sana hanyalah rakrak kosong.
"Oke. Ini cukup baik," kataku. "Sekarang. Bagaimana caranya
memberitahu Howler bahwa kita ada di sini?"
berpikir bahwa belanja dan bergosip bisa jadi karier.>
"Hei, jangan menghina saudara-saudaraku dari Serikat Tukang
Belanja," kata Rachel garang.
"Oke, ayo mempersiapkan diri," kataku. "Guide" Apakah ada
pemutar ingatan?"
"Jangan panggil aku Pangeran. Dan mendekatlah kemari
sejenak." Aku memojok bersamanya. "Ax, mungkin aku salah, tapi
sepertinya kau masih menyesali pertempuran yang pertama."
"Kau kembali."
"Kau satu-satunya yang tidak morf. Kau dan Tobias. Dan dia
terbang di udara, tak terlalu dekat dengan suara lolongan itu. Apakah
kau pernah berpikir bahwa lolongan Howler memang dirancang untuk
mempengaruhi otak spesies yang memiliki akal budi" Maksudku, otak
fisik, yang berwarna abu-abu itu - atau apa pun warna otakmu itu?"
Ax mengangkat bahunya dengan gerakan tidak sabar, gerakan
yang dicontohnya dari manusia.
"Dengar, Ax, Howler adalah senjata biologis yang dirancang
untuk membunuh makhluk yang memiliki akal budi. Saat mereka
diciptakan, saat Crayak menciptakan lolongan itu, dia membuatnya
supaya mengakibatkan efek yang mengerikan pada otak makhluk
berakal budi yang sangat kompleks. Aku sedang memiliki otak
harimau dan lolongan itu nyaris menghancurkanku. Kau tetap
memiliki otakmu sendiri, yang sangat cerdas, sangat waspada, dan
sangat kompleks. Tepat seperti yang diincar lolongan itu."
Ax tidak menerima kata-kataku. Tapi ia juga tidak
menyisihkannya begitu saja. Ia sepertinya gelisah, seolah berharap
percakapan itu cepat selesai.
Aku mengeluh. Aku sudah mengatakan apa yang dapat
kukatakan. Ax harus melakukan sesuatu untuk menghapuskan apa
yang dianggapnya noda yang sangat memalukan.
"Oke, Ax. Sudah waktunya untuk bersiap-siap. Tapi sebaiknya
kau mengingat satu hal: tugasmu adalah menyelesaikan ini semua
dalam keadaan hidup. Kalau aku memang pangeranmu, aku
memberimu perintah langsung: kau tak mendapat izin untuk terbunuh.
Tak peduli betapa heroiknya tindakan itu menurut pikiranmu."
Chapter 24 HANYA butuh waktu kurang dari sejam Tobias, melayang di
atas jalan-jalan sempit, melihat mereka lari menaiki tangga. Mereka
melihat ke sana kemari, tahu di lantai mana kami berada, tapi tidak
tahu dalam bangunan yang mana.
Kami tidak ingin mereka punya waktu untuk menyusun
rencana. Kami ingin menggunakan sifat haus darah dan pemarah
mereka. Di jalan, Ax bergerak seolah tak sadar dengan keadaan
sekitarnya. Tobias melaporkan keadaan melalui pembicaraan pikiran.
melihatnya kapan pun sekarang. Kapan pun.>
Lalu,
sekitarnya. Oh, mari! Dia terlalu... Mereka melihatnya! Ax-man, lari!
Lari!> Aku memandang Cassie dan yang lain. "Sudah waktunya. Aku
harus melakukan ini."
Aku mengeluarkan bayangan Ax dari pikiranku.
Bayangan dia sedang berlari, menghindar, menyelip-nyelip di
antara kerumunan Iskoort. Bayangan para Howler yang mengejarnya.
Aku memfokuskan pikiranku pada bayangan yang lain: Howler
yang telah kuambil DNA-nya. Aku membayangkannya dan merasakan
perubahan dimulai. "Rachel," kataku saat aku masih berbentuk manusia, "kau tahu
apa yang harus kaulakukan. Kalau aku tak dapat dikendalikan, tak bisa
mengendalikan morf ini. Kalau aku mulai melolong... kau harus
melakukannya." Rachel telah morf menjadi beruang grizzly. Ia berdiri tepat di
belakangku. Kedua kaki depannya yang besar, dengan cakar yang bisa
menampar cabang pohon sampai terlepas, diletakkan di atas kedua
pundakku. Kalau aku tak bisa mengontrol morf itu, Rachel akan... akan
melakukan apa yang harus dilakukannya. Dengan cepat. Sebelum aku
bisa menyakiti siapa pun.
Sebagai tenaga cadangan, Marco sudah morf menjadi gorila.
Kepalan tangannya yang sebesar kepalaku dan memiliki otot-otot
yang cukup kuat untuk memukul tembok sampai berlubang, disiapkan
tiga puluh sentimeter di depan wajahku.
Larinya hebat sekali! Ax-man! Di kananmu ada jalan kosong! >
Para Howler itu tak dapat menembak, tidak di dalam
kerumunan Iskoort. Perjanjian. Mereka juga tak dapat menggunakan
lolongan mereka, tanpa risiko akan membunuh Iskoort.
Tapi kalau mereka cukup dekat dengan Ax, mereka bisa
menggunakan pistol mereka, senjata sinar Dracon mereka, dan pisau.
Aku menenangkan pikiranku. Kontrol. Kontrol.
Morf-ku berlanjut. Mulai timbul bisul-bisul, kulitku melepuh
dan pecah-pecah, mengeluarkan cairan lengket berwarna hitam.
Aku menunduk dan merasa seolah perutku dicubit, tubuhku
serasa terbelah dua. Seolah aku sedang morf menjadi semut atau
serangga yang tubuhnya bersegi-segi. Tepat saat cubitan itu sepertinya
akan terasa di sekujur tubuhku, seolah bagian atas tubuhku akan jatuh
seperti pohon yang ditebang, benang-benang panjang dan fleksibel -
urat-urat darah elastis - keluar, menyambungkan kedua bagian
tubuhku, yang atas dengan yang bawah.
Selama sesaat yang mengerikan, aku benar-benar bisa melihat
tulang-tulang manusiaku yang putih. Nadi yang menyambungkannya
meleleh dan berubah menjadi silinder abu-abu yang tebal, masingmasing dapat
berputar pada sumbunya. Lalu bagian tengah tubuhku terisi, menyembunyikan tulang
belakang, urat-urat elastis, dan otot-ototku.
Aku mengembuskan napas lega. Tak seorang pun senang
melihat apa yang sedang terjadi pada tubuh mereka.
Aku melihat tanganku berubah warna, jari-jariku dilapisi bisulbisul hitam-
kemerahan. Aku bisa merasakan daging lava yang
mendingin itu menjadi tebal dan keras. Aku masih memiliki lima jari
tangan. Tapi sekarang di pergelangan tanganku tumbuh cakar. Cakar
itu bisa dikeluar-masukkan seperti cakar kucing.
Kakiku bergemeretak dan menggeram saat tulang-tulangnya
menebal dan berputar. Telingaku meleleh menyatu dengan kepalaku.
Mataku melebar, semakin besar dan datar.
Indra-indraku mulai berubah. Perbedaannya tidak seekstrim
beberapa morf yang pernah kucoba. Tapi lebih lengkap daripada yang
kuduga. Aku tak hanya melihat bentuk dan warna lagi. Aku bisa
melihat panas sinar infra merah. Aku bisa melihat jejak-jejak, seperti
yang ditinggalkan mouse atau kursormu di layar komputer. Itu
membuatku dapat mengikuti gerakan dan arah lebih mendetail.
Dan lalu, dengan kaget, aku menyadari aku bisa melihat
menembus lapisan kulit paling atas. Aku bisa melihat bayangan
jantung gorila Marco. Tentu saja. Semua indra ini dirancang untuk melihat organ vital
sebagai target dengan lebih baik.
Mata biru burung robin itu jauh lebih baik daripada mata
manusia. Bahkan lebih baik daripada mata elang. Ini mata yang bisa
menentukan target. Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu timbul dari bawah
kesadaranku sendiri. Aku telah mengharapkan akan merasakan
kemarahan. Aku berharap akan merasakan dorongan untuk melakukan
kekejaman yang tak dapat dikontrol. Aku tak merasakan hal-hal itu.
Tapi, aku merasa... acuh tak acuh.
Ini bukan insting Howler untuk membunuh. Ini bukan
kemarahan. Mereka tidak diciptakan untuk itu.
Crayak telah lebih cerdik daripada itu. Aku berharap dengan
morf Howler ini aku akan menjadi predator super. Tapi morf ini
mengingatkanku saat aku morf menjadi lumba-lumba.
Howler senang bermain-main.
Howler senang bercanda.
Lalu aku merasakan sesuatu yang tak pernah kurasakan
sebelumnya. Ada suatu bagian aneh dari otak Howler itu, seperti indra
tambahan. Otakku telah menangkap kolam kesadaran, pengetahuan.
Ingatan cepat yang membingungkan. Bayangan-bayangan
mengerikan tentang pembantaian, kekejaman. Bukan hanya
pembantaian Anak-anak Graffen. Tapi spesies demi spesies. Planet
demi planet. Aku memperoleh seluruh ingatan mengerikan yang telah
diserap Erek dengan cara yang lain.
Tapi ini lebih buruk. Ini bukan ingatan orang lain. Ini ingatanku
sendiri. Ini bagian dari diriku.
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dan melalui semua itu, pembantaikan Anak-anak Graffen,
Mashtimee, Pon, Nostnavay, dan ya, Pemalite, para Howler ini tak
pernah merasakan kemarahan.
Tapi mengapa harus merasa marah"
menikmatinya. Seperti saat lumba-lumba melompat ke udara hanya
karena mereka menyukainya dan mereka bermain mengikuti
pemimpinnya, ini permainan.>
Chapter 25 < MEREKA datang! > teriak Tobias.
tidak bereproduksi; mereka dibuat dalam pabrik. Tidak ada Howlerdewasa.>
Aku memandang Erek lekat-lekat.
"Sebelumnya" Tidak."
"Mereka membantai penciptaku," kata Erek datar.
menyebabkan...> Suara pistol terdengar dari arah jalan, hanya beberapa meter
dari tempat kami berada.
"Anak nakal atau makhluk dewasa, mereka telah membantai
penciptaku, mereka membuat Chee menjadi pengungsi, mereka
menghancurkan duniaku," kata Erek sambil merapatkan rahangnya.
Kupikir apa yang dapat kami lakukan" Terlambat. Mereka atau kami.
Mereka atau seluruh ras Iskoort.
Tapi mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan! Mereka tidak
tahu! Kepalaku terasa ringan. Howler hanya hidup sebagaimana
diciptakan oleh suatu makhluk lain. Bagaimana kau bisa membenci
suatu makhluk karena mereka melakukan apa yang diajarkan pada
mereka" Aku senang saat Howler itu mati.
Dan sekarang tidak ada pilihan! Tidak ada pilihan!
Marco, Cassie, dan Rachel bergerak menempati posisi mereka
masing-masing. Erek juga. Guide tetap di dekat kami.
BRAK! Pintu itu lepas dari engsel-engselnya. Ax tertatih masuk,
berdarah, ke dalam ruangan.
Howler berikutnya muncul dua detik di belakangnya. Ia
meloncat ke dalam ruangan.
Rachel, Marco, dan Cassie menerkamnya, menabraknya.
Erek meraih Guide seolah Iskoort itu terbuat dari bulu. Ia
melompat ke pintu. Guide berpegangan pada leher Erek, ketakutan,
saat Erek menghalangi pintu itu dengan tubuhnya.
Howler yang pertama itu menendang dengan kekuatan yang
menakjubkan dan membuat Rachel terjengkang ke belakang. Ayunan
tangannya, dengan cakar keluar, merobek sisi tubuh Cassie. Ia jatuh.
Howler itu membidikkan senjatanya. Marco memukulnya dari
belakang. Bidikan Howler itu meleset, menabrak dinding dan
terpantul ke langit-langit.
Howler lain yang mengejar terhenti di ambang pintu. Mereka
semua dapat saja menyingkirkan Erek. Tapi Erek sedang memegang
Guide. Perjanjian! Howler tidak boleh membunuh Iskoort.
Howler yang pertama berbalik dan meninju Marco. Sebelum ia
menarik tangannya, aku tak sadar bahwa ia menggenggam pisau.
Gagangnya sekarang muncul dari perut Marco. Marco
memandanginya dengan tak percaya.
Dan sekarang Howler itu membidikkan senjatanya, siap untuk
membunuh Rachel. "Tidak!" teriakku.
Howler itu menoleh ke arahku dan mengerjapkan matanya.
"Lupakan mereka! Ke sini!" perintahku.
Howler itu berusaha menjernihkan pikirannya. Ia mengenaliku.
Tapi ia tahu aku sudah mati. Bukankah begitu"
"Pemimpin mereka, di sini!" kataku, benar-benar berharap
Howler itu akan percaya. Aku mulai bergerak dengan langkahlangkah kecil.
Howler itu mengikutiku. Aku hampir pingsan karena lega.
Aku berhenti tiba-tiba. Howler itu berhenti juga, bertanya-tanya
apa... Aku memukulnya. Sekali, dua kali, tiga kali, setiap pukulan
dibidikkan melalui mata Howler, setiap pukulan diarahkan pada
tempat-tempat yang lemah yang hanya bisa dikenali oleh Howler lain.
Ia jatuh. Hampir. Howler yang lain sedang menyelesaikan masalah yang
ditimbulkan Erek dan Guide. Mereka mulai membuat beberapa lubang
baru di dinding. Guide tak bisa berada di depan semua lubang itu.
Dalam beberapa detik, para Howler itu akan berhasil masuk ke dalam
ruangan ini.
Marco tak dapat bereaksi. Ia terpaku ketakutan, memandangi pisau
yang menusuk perutnya.
Ax-lah yang bergerak, masih mengalami perdarahan dan
tertatih-tatih, ia memberikan alat kecil yang mengilat ke dalam
tanganku. Aku mengangguk padanya, menarik napas panjang, dan
memasangkan alat itu ke kepala Howler itu.
Howler itu memelototiku dengan matanya yang biru gelap. Ia
melompat. Ia menarik senjata sinar Dracon-nya. Ia membidik... entah
ke mana. Ia gemetar. Ia kembali membidikkan senjatanya. Lalu gemetar
lagi. Matanya menutup. Aku berhenti bernapas. Ke dalam kepala Howler itu mengalir ingatan sepanjang masa
kehidupanku. Mulai dari ingatan samar, bayangan wajah ibuku di atas
buaianku, digendong di punggung ayahku di suatu taman hiburan,
pergi ke sekolah, teman-temanku, semua yang terjadi setelah kami
mengambil jalan pintas melalui lokasi pembangunan.
Semua yang kuingat dalam hidupku mengalir ke dalam otak
Howler itu. Dan juga ingatan sepanjang hidup Cassie, Rachel, Marco,
Ax, dan Tobias. Bahkan Guide. Dan ingatan yang sangat-sangat
panjang dari android yang menyebut dirinya Erek.
Semuanya kami masukkan ke dalam kepala Howler itu. Dan
dari sana akan mengalir ke dalam kolam tak berdasar ingatan kolektif
para Howler.
Tiba-tiba Howler itu menghilang. Ia hilang begitu saja.
Sinar Dracon tidak lagi membakar dinding ruangan itu.
Erek mengeluarkan kepalanya melalui pintu. "Mereka hilang,"
katanya. Marco mencabut pisau itu dari perutnya dan mulai demorph.
Saat ia mencabut pisau itu, kami pindah dari ruangan Iskoort
yang kecil ke tempat yang sama sekali berbeda.
Chapter 26 IA sangat besar. Tidak memiliki tangan. Ia tidak membutuhkan tangan.
Ia duduk di suatu tempat yang mungkin merupakan takhta, atau
mungkin juga merupakan bagian dari dirinya, aku tak bisa
membedakannya. Mesin" Makhluk" Keduanya"
Atau mungkin juga bukan keduanya.
Ia memutar mata tunggalnya yang sangat besar serta berwarna
merah darah dan memandangku.
Aku berlutut. Dalam tubuh manusiaku lagi. Lantai di bawahku
terbuat dari baja yang keras. Di sekelilingku gelap. Tapi aku bisa
merasakan ada tangan yang menyentuhku.
Yang lain ada bersamaku juga. Bersamaku, ketakutan di depan
makhluk jahat yang sedang marah bernama Crayak ini.
Aku menatap matanya. Aku menutup mataku, tapi masih bisa
melihatnya menatapku. Seperti yang telah dilakukannya dalam mimpimimpiku,
menatapku, mengejekku. "Akhirnya kita berhadapan langsung," kata Crayak, suaranya
berat dan bergema di lantai, di udara, suaranya sangat rendah sehingga
atom-atom tubuhku seolah tergetar sampai lepas.
Aku tetap memalingkan tatapanku, meskipun tidak ada efeknya.
Aku ingin berdiri, tapi tak dapat. Aku gemetar. Gigiku bergemeletuk.
"Apa" Sekarang tidak terlalu berani lagi, Jake kecil?" Ia
mengejek. "Lihatlah dirimu sendiri, kalian semua, semuanya
ketakutan! Apakah kalian takut?"
Aku mengangguk. "Yeah, aku takut," aku mengakui dengan
suara pelan. "Tapi kami menang."
Lalu ada suara tawa. Suara tawa yang sama kuatnya dengan
gelombang mengerikan yang memancar dari Crayak.
Mata merah besar itu tersentak ke atas, menjauh dariku. Aku
bernapas lagi. Tawa itu berlanjut, bertambah kekuatannya, semakin keras dan
keras dan semakin riang. Aku berpaling dan melihat Ellimist. Ia dalam samaran manusia,
tampak seperti orang tua yang bijak. Wajahnya sama palsunya dengan
wajah Erek. "Manusia," kata Ellimist, seolah ia sedang memperkenalkan
kami. "Lima manusia, satu Andalite, dan satu Chee."
"Kesalahan besar membiarkan bangsa Chee selamat dari
kehancuran tuan Pemalite mereka," kata Crayak.
"Iskoort akan hidup terus," kata Ellimist.
Mata itu tidak menunjukkan emosi apa-apa. "Iskoort akan hidup
terus." Lalu ia memandangku. "Tidur nyenyak, manusia," ia
mencemooh. "Aku masih akan ada dalam mimpi-mimpimu. Dan suatu
hari nanti, kalau saatnya tepat, kau akan menderita untuk ini."
Aku bangkit, masih memegang tangan Cassie. Aku
memfokuskan pikiranku pada Howler itu. Dan aku mulai morf.
Tak ada yang mengatakan apa-apa sampai morf-ku selesai. Dan
saat aku selesai, aku membuka pikiran Howler-ku pada ingatan
kolektif yang menghubungkan mereka semua.
Aku mencari ingatan yang telah kualirkan ke dalam ingatan
Howler. Aku mencari dalam kolam ingatan yang besar itu tentang
ingatan apa yang terjadi di Planet Iskoort. Tidak ada apa-apa. Ada
sedikit ingatan tentang kami, lima manusia, satu Andalite, dan satu
Chee, serta Guide. Tapi tidak ada apa-apa.
Crayak telah menghancurkan enam Howler yang tersisa
sebelum ingatan itu dapat meracuni pikiran seluruh Howler. Ia telah
melakukan apa yang telah kuketahui - apa yang telah kuharapkan -
akan dilakukannya. Howler tak pernah dikalahkan. Itulah yang mereka percayai,
tapi aku tahu itu tidak mungkin. Entah di mana, entah kapan, sesuatu
pasti pernah mengalahkan mereka, paling tidak sekali. Kesempurnaan
tidak mungkin terjadi. Jadi kalau ingatan kolektif itu tidak pernah menunjukkan jejakjejak kekalahan,
itu hanya bisa berarti bahwa Crayak telah
menghancurkan Howler yang kalah sebelum ingatan akan kegagalan
bisa mempengaruhi mereka semua.
Ia mungkin telah melakukan hal itu berkali-kali sepanjang
ribuan tahun. Selalu menjaga agar ingatan kolektif Howler bebas dari
tanda-tanda yang mungkin dapat memperlemah kejahatan polos
mereka. Ia tak punya pilihan. Ingatan kolektif sangat berguna untuk
menyebarkan taktik perang dan pengalaman. Tapi itu juga kelemahan.
Crayak tak bisa membiarkan anak-anak pembunuhnya untuk
mengetahui satu fakta sederhana: bahwa korban-korban mereka bukan
bagian dari permainan, tapi makhluk-makhluk hidup nyata, yang
memiliki mimpi-mimpi, harapan-harapan, dan cinta.
Crayak telah bertindak cepat. Ingatan akan manusia dan
Andalite, Chee dan Iskoort tidak dibiarkan mempengaruhi ingatan
Howler. Tidak ada yang lolos....
Tidak. Masih ada yang tinggal!
Bergerak dalam ingatan kolektif itu, di antara rantai horor yang
tak terputuskan, aku menangkap bayangan tunggal, seperti film
pendek yang berdurasi beberapa detik.
Hanya gambaran Cassie berlari ke arahku, tangan serta bibir
kami, dan... Aku demorph kembali menjadi manusia. Dan saat aku sudah
memiliki bibirku sendiri lagi, aku berkata, "Kau terlambat, Crayak.
Ada yang masuk ke dalam ingatan kolektif Howler."
"Apa?" tanyanya.
"Cinta." Chapter 27 KAMI tidak lagi bersama Crayak. Kami kembali berada dalam
ruang dimensi-n yang aneh tempat bagian dalam ada di luar dan tidak
ada yang masuk akal sama sekali.
Tapi tetap saja berada jauh dari Crayak itu menyenangkan.
Sangat menyenangkan untuk tetap hidup.
"Kerja kalian bagus sekali," kata Ellimist.
"Bagus" Bagus?" ulang Marco. "Kami mengalahkan makhluk
paling jahat di galaksi, menghajar Crayak si penjahat besar,
menyelamatkan Iskoort, yang aku masih tidak yakin merupakan hal
yang baik, dan menanam sedikit sensivitas sebagai bom waktu di otak
para Howler, dan itu saja" 'Kerja kalian bagus' dan 'Oh,omong-omong,
ini isi perutmu untuk dilihat lagi selagi kita melalui dunia terbalik'?"
"Apa yang kauinginkan?" tanya Ellimist tenang.
"Aku tak tahu. Bagaimana dengan hadiah atau apa?" kataku.
"Yeah," Rachel setuju. "Bagaimana dengan itu?"
Tiba-tiba, tanpa peringatan, kami telah kembali berada dalam
gudang Cassie. Tepat di saat sebelum Ellimist memindahkan kami ke
Planet Iskoort.
Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa yang telah kalian capai" Tak seorang pun tahu tentang
masa depan. Tidak secara pasti. Tapi sekarang lebih pasti bahwa tiga
ratus tahun lagi Yeerk akan bertemu Iskoort. Mereka akan menyadari
bahwa mereka memiliki hubungan. Dan Yeerk akan melihat bahwa
ada cara lain yang lebih baik."
"Memang tidak bisa," kata Ellimist. "Tapi dalam enam bulan
lagi Crayak akan mengirim Howler untuk menghancurkan suatu ras
bernama Sharf Den. Bukannya membantai Sharf Den, para Howler
akan mencoba sesuatu yang berbeda." Ellimist mengedipkan matanya.
"Mereka akan mencoba mencium makhluk-makhluk itu. Crayak akan
kehilangan pasukan tempurnya. Dan Sharf Den akan... well, tak
seorang pun yang tahu masa depan secara pasti. Oh, bagaimanapun
juga kalian boleh yakin Guide sekarang Iskoort yang sangat-sangat
kaya." Dengan tawa yang benar-benar puas, Ellimist menghilang.
"Oke, sudah cukup, kita takkan pernah mengundangnya lagi,"
kata Marco. Kemenangan ini sangat menyenangkan. Kami menang telak.
Dan malam itu, saat aku tidur, mata Crayak tidak menghantuiku
lagi. Aku malah memimpikan Cassie. Tapi di mimpiku itu aku juga
melihat si Howler, jatuh dan jatuh di sebelahku. Terus jatuh saat aku
mengembangkan sayapku dan memisahkan nasibku darinya.
Marco selalu berkata kau sendiri yang memilih caramu
memandang dunia. Kau bisa memilih untuk melihat hal-hal yang lucu
dan menarik, atau kau bisa memfokuskan dirimu pada hal-hal yang
tidak seperti itu. Jadi aku berusaha mengikuti saran Marco. Aku mencoba
membelokkan mimpiku pada Cassie.
Tapi bahkan saat aku memandang matanya, aku masih melihat
Howler malang itu jatuh.END
Mustika Putri Terkutuk 2 Pendekar Bloon 17 Persekutuan Orang Orang Sakti Pemberontakan Taipeng 6