Pencarian

Briliance Of Moon 5

Briliance Of The Moon Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn Bagian 5


melangkah dengan berat dan pelan, namun sinar matahari agak menghangatkan mereka.
Barisan bebek liar terbang di atas kami dan rusa jantan berteriak di hutan. Di tengah laut kami
melihat awan di atas Oshima; selain itu, langit tampak cerah kebiruan.
Kami melewati pohon-pohon pinus yang tumbang. Badai telah menumbangkan pohonpohon itu ke jalan dan meruntuhkan karang terjal tempat Hajime pernah berdiri.
Bongkahan bebatuan telah berjatuhan akibat longsor, dan ketika kuda-kuda melewati
jalur itu, aku teringat pada pesumo muda itu. Andai anak panahnya tepat sasaran, Jiro pasti
masih hidup-begitu juga dengan banyak dari anggota pasukan lainnya. Aku memikirkan jasad
Hajime yang tergeletak tidak jauh dari sana: dendamnya akan segera terbalaskan.
Kami belum berjalan jauh saat aku mendengar derap kuda di depan. Aku mengangkat
tangan dan kami berempat berhenti. Pasukan berkuda itu datang dengan cepat, sepasukan
beranggotakan sekitar seratus orang, dua pembawa umbul-umbul Klan Arai. Saat melihat
kami di jalan, mereka langsung berhenti.
Pemimpin mereka berjalan maju. Dia mengenakan baju zirah lengkap dengan penutup
kepala mewah yang berhiaskan bulan sabit.
Aku bersyukur atas kehangatan sinar mentari karena aku mampu berkata dengan tegas.
"Aku Otori Takeo. Ini Sugita Hiroshi, keponakan Lord Sugita dari Maruyama. Aku
memintamu untuk membiarkannya hidup dan memulangkannya dengan aman pada klannya.
Sakai Masaki adalah sepupunya dan juga akan menemaninya."
Hiroshi diam. Aku bangga padanya.
Si pemimpin agak mendongak yang aku artikan sebagai tanda setuju. "Namaku Akita
Tsutomu," ujarnya. "Aku diperintahkan untuk membawa Lord Otori menemui Lord Arai.
Beliau ingin bicara dengan Anda."
LIAN HEARN BUKU KETIGA 190 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Aku hendak menyerahkan diri pada Lord Arai," ujarku, "dengan syarat beliau
mengampuni pasukanku dan menerima mereka sebagai pelayannya."
"Mereka boleh menemani Anda bila mereka datang dengan damai."
"Kirim beberapa pasukanmu bersama Kubo Makoto," ujarku. "Dia akan meminta mereka
untuk menyerah tanpa perlawanan. Di mana Lord Arai?"
"Tidak jauh dari sini. Kami sedang menunggu badai reda di Shuho."
Makoto pergi bersama sebagian besar prajurit Arai, sedangkan Sakai, Hiroshi dan aku
berkuda dalam kesunyian bersama Akita.*
LIAN HEARN BUKU KETIGA 191 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON MUSIM semi berganti musim panas; waktu menanam telah berlalu. Hujan deras mulai turun;
padi mulai tumbuh sehingga sawah berwarna hijau cerah. Hujan membuat Shizuka tetap di
dalam rumah, tempat dia memandangi tetesan air hujan dari tepian atap sambil membantu
neneknya menganyam sandal dan jubah hujan dari jerami dan memelihara ulat sutera di
loteng. Kadang dia pergi ke ruang menenun dan menghabiskan waktu di mesin tenun. Selalu
ada yang bisa dilakukan, menjahit, mewarnai kain, mengawetkan makanan, memasak, dan
Shizuka merasa kalau tugas rutin seperti itu membuat ia tenang. Meskipun lega telah bebas
dari peran yang dia mainkan dan gembira bisa bersama keluarga dan putra-putranya, seringkali
perasaan depresi yang ganjil menghinggapinya. Shizuka biasanya tidak pernah merasa takut,
tapi kini dia merasa gelisah. Dia tak bisa tidur; ketika dia tidur, dia bermimpi tentang orang
sudah mati. Ayah Kaede sering hadir dalam mimpinya, menatap dengan pandangan kosong. Shizuka
membawa sesajian ke kuil dengan harapan dapat menenangkan arwah ayah Kaede, namun
mimpi buruk masih saja mengganggunya. Dia merindukan Kaede, merindukan Ishida, sangat
ingin Kondo kembali dengan membawa kabar tentang mereka, tapi juga takut akan
kepulangan laki-laki itu.
Hujan berhenti, dan diikuti dengan hari-hari panas serta lembab di musim panas. Shizuka
Bering membuat acar mentimun kesukaan Kenji. Shizuka juga sering menjelajahi gunung
untuk mengumpulkan jamur, mugwort untuk diramu dengan moxa, bugle dan madder untuk
pewarna pakaian, serta tumbuhan lainnya, tumbuhan yang Kenji gunakan sebagai racun.
Shizuka memperhatikan kedua putranya dan anakanak lain yang sedang berlatih, setengah
takjub karena kemampuan Tribe mulai tumbuh pada diri mereka. Menyelinap kemudian
menghilang, dan terkadang ada getaran udara, melihat bayangan yang tidak terang saat
mereka belajar menggunakan sosok kedua.
LIAN HEARN BUKU KETIGA 192 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Putra tertuanya, Zenko, kurang terampil dibandingkan adiknya. Usianya hampir akil
baliq, dan seharusnya bakatnya telah berkembang. Tapi Shizuka bisa melihat putranya itu
lebih tertarik soal kuda dan pedang: dia mengikuti jejak ayahnya. Apakah kini Arai ingin
memilikinya" Ataukah dia masih berusaha melindungi putranya yang Bah dengan
menyingkirkan putranya yang tidak sah"
Zenko lebih membuatnya khawatir ketimbang Taku. Sudah jelas kalau Taku kelak akan
memiliki kemampuan tinggi; kemampuannya akan semakin tinggi bila tinggal di antara kaum
Tribe. Kenji tidak mempunyai anak laki-laki sehingga mungkin Taku akan menjadi pemimpin
keluarga Muto kelak. Bakatnya sangat berharga: mampu menghilang dan memiliki
pendengaran yang tajam; pada awal masa pubertas kemampuannya mungkin bisa menyamai
Takeo. Taku memiliki badan yang lentur seperti ibunya dan mampu melipat badan di ruangan
sempit dan bersembunyi di dalamnya. Anak itu suka mempermainkan pelayan dengan
bersembunyi di dalam tong kosong atau keranjang bambu, lalu melompat keluar untuk
mengejutkan mereka seperti tanuki yang nakal dalam cerita dongeng.
Shizuka sadar kalau dia telah membandingkan putra keduanya dengan Takeo. Andai
sepupunya itu dibesarkan dengan cara yang sama, andai Kikuta mengetahui keberadaannya
sejak dia lahir, dia akan menjadi salah satu anggota Tribe seperti kedua anaknya dan dirinya:
kejam, patuh, tidak mempertanyakan perintah apa pun...
Tapi, pikirnya, aku mempertanyakan banyak hal. Bahkan kurasa aku tak patuh lagi. Lalu
apa yang terjadi dengan kekejamanku" Aku tak akan membunuh Takeo atau melakukan apa
pun yang dapat menyakiti Kaede. Mereka tak bisa memaksaku. Aku diperintahkan untuk
melayani Kaede dan aku sayang padanya. Telah kuberikan seluruh kesetiaanku kepadanya dan
aku tak akan menariknya kembali. Aku pernah mengatakan padanya, di Inuyama, bahwa
perempuan pun dapat bertindak secara terhormat.
Shizuka memikirkan Ishida lagi dan penasaran apakah kelembutan dan welas asih
memang menular, dan tabib itu menularkan perasaan itu padanya. Kemudian dia memikirkan
rahasia lain yang is simpan sendiri. Lalu kemana perginya kepatuhan dalam dirinya"
Perayaan Tanabata* jatuh di malam yang berhujan. Anak-anak merasa cemas, karena
langit mendung berarti burung gagak hitam tak bisa membangun jembatan ke Surga agar sang
putri bisa bertemu dengan kekasihnya. Sang putri akan kehilangan kesempatan bertemu, dan
LIAN HEARN BUKU KETIGA 193 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON akan terpisah dengan kekasihnya selama setahun lagi.
Shizuka menganggap itu sebagai pertanda buruk, dan semakin merasa tertekan.
Sesekali datang pembawa pesan dari Yamagata dan sekitarnya. Mereka membawa kabar
tentang pernikahan Takeo dengan Kaede, kepergian mereka dari Terayama, jembatan yang
dibuat para gelandangan, dan kekalahan Jin-emon. Para pelayan takjub, bagi mereka itu
seperti legenda lalu membuatkan lagu tentang kabar itu. Kenji dan Shizuka membicarakan
berbagai kejadian itu di malam hari, perasaan keduanya tercabik oleh kekhawatiran dan
kekaguman yang enggan mereka perlihatkan. Kemudian ada kabar kalau pasangan muda itu
dan pasukannya bergerak ke Maruyama dan kabar tentang mereka semakin berkurang,
meskipun laporan tentang perlawanan Takeo menentang Tribe selalu datang.
"Tampaknya dia telah belajar tentang kekejaman," ujar paman Shizuka, tapi mereka tidak
membicarakannya lebih jauh. Kenji memikirkan hal lain. Dia tak lagi membicarakan Yuki,
tapi saat lewat bulan ketujuh dan tak ada kabar berita dari putrinya, seluruh anggota keluarga
memasuki masa penantian. Semua orang mencemaskan anak keluarga Muto, cucu pertama
pemimpinnya, yang diakui dan akan dibesarkan oleh Kikuta.
Di sore hari, tepat sebelum Festival of the Death, Shizuka berjalan ke air terjun. Di hari
yang panas dan tak berangin itu Shizuka duduk dengan membiarkan kakinya menyentuh air
yang dingin. Air terjun yang berwarna putih menerpa bebatuan yang berwarna abu-abu dan
embunnya membentuk pelangi. Nyanyian jangkrik di pohon cedar terasa menusuk urat syaraf.
Di balik nyanyian jangkrik yang monoton, Shizuka mendengar putra bungsunya mendekat,
meskipun ia pura-pura tidak mendengar; tepat di saat terakhir, ketika Taku mengira dia bisa
mengejutkan ibunya, Shizuka meraih lalu menangkapnya dari belakang. Shizuka tarik si
bungsu ke pangkuannya. "Ibu mendengarku ya," ujarnya kecewa.
"Kau lebih berisik dibanding babi hutan."
"Tidak!" "Mungkin ibu punya pendengaran Kikuta," Shizuka menggoda putranya.
"Aku punya itu."
"Ibu tahu. Dan ibu rasa kemampuan itu akan semakin tajam saat kau dewasa nanti."
Shizuka membuka telapak tangan Taku dan menelusuri garis tangannya. "Kau dan ibu
LIAN HEARN BUKU KETIGA 194 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON memiliki tangan yang sama."
"Seperti Takeo," ujarnya dengan bangga.
"Apa yang kau tahu tentang Takeo?" tanya Shizuka sambil tersenyum.
"Dia Kikuta juga. Paman Kenji menceritakan tentang Takeo: bagaimana dia mampu
melakukan hal-hal yang tak mampu dilakukan orang lain, meskipun dia sulit diajari kata
Paman." Taku berhenti sesaat lalu berkata pelan, "Kuharap kita tidak harus membunuhnya."
"Bagaimana kau bisa tahu" Paman yang mengatakan itu padamu?"
"Aku dengar. Aku mendengar banyak hal. Orang-orang tidak tahu kalau aku ada di sana."
"Kau disuruh memanggil ibu?" tanya Shizuka, mengingatkan dirinya untuk tidak
mengatakan suatu rahasia di rumah kakek neneknya tanpa lebih dulu mengetahui keberadaan
putranya. "Tidak juga. Tak ada yang menyuruhku ke sini, tapi menurutku ibu harus pulang."
"Apa yang terjadi?"
"Bibi Seiko pulang. Dia sangat sedih. Dan Paman..." Taku berhenti dan menatap ibunya.
"Belum pernah aku lihat Paman seperti itu."
Yuki, pikir Shizuka cepat. Dia cepat-cepat berdiri dan memakai sandalnya. Hatinya
berdebar-debar, bibirnya terasa kering. Bila bibinya pulang, itu berarti kabar burukkabar yang
paling buruk. Ketakutannya semakin kuat begitu melihat kain penutup peti mati yang dipasang di
seluruh desa. Para penjaga nampak pucat, dan tidak ada senyum maupun canda. Shizuka tidak
berhenti untuk bertanya, melainkan bergegas ke rumah kakek-neneknya. Para perempuan di
desa berkumpul, meninggalkan tungku yang belum dinyalakan dan masakan untuk makan
malam yang belum dimasak. Shizuka mendesak maju selagi para perempuan menyampaikan
keprihatinan serta belasungkawa. Di dalam, bibinya, dan istri Kenji berlutut di lantai, dan di
sebelah neneknya penuh dengan pelayan. Wajah neneknya berkerut, matanya merah,
tubuhnya bergetar karena menangis tersedu-sedu.
"Bibi!" Shizuka berlutut di hadapannya dan membungkuk dalam-dalam. "Apa yang
terjadi?" Seiko meraih tangan Shizuka dan menggenggamnya erat tanpa mampu bicara.
"Yuki sudah tiada," kata neneknya pelan.
LIAN HEARN BUKU KETIGA 195 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Dan bayinya?" "Bayinya sehat; laki-laki."
"Aku turut berduka," ujar Shizuka. "Karena melahirkan...."
Bibinya terguncang oleh tangis yang meledak lebih keras lagi. "Bukan karena melahirkan,"
sahut sang nenek, melingkarkan lengannya di tubuh Seiko dan membelainya seperti anak
kecil. "Di mana paman?"
"Di sebelah, bersama ayahnya. Datangi dia. Mungkin kau bisa membuatnya tenang."
Shizuka bangkit dan berjalan pelan ke ruang sebelah, merasakan pelupuk matanya hangat
dipenuhi air mata yang tak mampu mengalir.
Kenji duduk tidak bergerak di samping ayahnya di ruangan yang remang-remang. Semua
pintu dan jendela ditutup, udaranya terasa mencekik. Air mata mengalir di wajah sang kakek;
sesekali dia menyeka dengan lengan pakaiannya, namun mata pamannya kelihatan kering.
"Paman," bisik Shizuka.
Kenji diam tak bergerak. Shizuka berlutut tanpa berkata. Kemudian sang paman menoleh
lalu menatapnya. "Shizuka," katanya. Matanya mengkilap saat air mata mengambang di pelupuk matanya
namun tak mengalir jatuh. "Istriku sudah pulang; kau sudah menemuinya?"
Shizuka mengangguk. "Putri kami meninggal."
"Kabar yang menyedihkan," sahutnya, `Aku turut berduka." Kalimat itu terdengar tanpa
makna. Kenji diam membisu. Akhirnya Shizuka memberanikan diri untuk bertanya, "Bagaimana
kejadiannya?" "Kikuta membunuhnya. Mereka memaksanya minum racun." Kenji berkata seakan tak
mempercayai kata-katanya sendiri.
Shizuka pun tak dapat mempercayai kata-kata pamannya. Meskipun udara panas, namun
dia merasa hawa dingin menusuk hingga ke tulang. "Mengapa" Bagaimana mungkin mereka
lakukan itu?" "Mereka menduga Yuki tak akan mampu menjauhkan anak itu dari Takeo. Mereka ragu
LIAN HEARN BUKU KETIGA 196 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Yuki dapat mendidik anaknya untuk membenci Takeo."
Shizuka sadar kalau Tribe memang tidak berperasaan, namun tetap saja peristiwa ini
membuat jantungnya seakan berhenti berdetak dan suaranya lenyap.
"Mungkin mereka juga ingin menghukumku," kata Kenji. "Istriku menyalahkanku karena
tak mengejar Takeo, karena tidak tahu apa-apa tentang catatan Shigeru, karena memanjakan
Yuki sejak kecil." "Jangan bicara hal-hal itu sekarang," sahut Shizuka. "Jangan menyalahkan diri, Paman."
Tatapan Kenji menerawang. Shizuka ingin tahu apa yang sedang pamannya pikirkan.
"Mereka tidak perlu membunuhnya," ujarnya. "Aku tak akan memaafkan mereka."
Suaranya terputus dan meskipun raut wajahnya mengeras namun akhirnya air matanya pun
menetes. Festival of the Death diselenggarakan lebih khidmat dari biasanya. Sesajian diletakkan di
kuil dan api unggun dinyalakan di puncak gunung untuk menerangi jalan ke dunia arwah.
Tapi para arwah sepertinya enggan kembali ke tempat mereka seharusnya berada. Mereka
ingin tetap tinggal bersama orang yang masih hidup, berusaha mengingatkan bagaimana
mereka mati dan betapa mereka membutuhkan penyesalan dan balas dendam.
Dalam kedukaan, Kenji dan istrinya tak mampu saling menenangkan, mereka tidak
mampu mendekatkan diri, mereka bahkan saling menyalahkan atas kematian Yuki. Secara
bergantian Shizuka menemani mereka. Neneknya menyeduh teh penenang untuk Seiko, dan
perempuan itu seringkali tertidur lama. Kenji tidak minum apa pun untuk mengurangi
kesedihannya, dan Shizuka kerap duduk menemaninya hingga larut malam, mendengarkan
pamannya bercerita tentang putrinya.
"Aku membesarkan dia seperti laki-laki," katanya pada suatu malam. "Dia sangat
berbakat. Dan tidak mengenal takut. Istriku menuduhku terlalu memberinya kebebasan. Dia
menyalahkanku karena memperlakukan Yuki seperti laki-laki. Yuki menjadi terlalu mandiri;
berpikir dia bisa melakukan segalanya. Pada akhirnya, Shizuka, dia mati karena dia seorang
perempuan." Setelah beberapa saat Kenji menambahkan, "Mungkin dialah satu-satunya perempuan yang kucintai." Dengan gerakan lembut Kenji meraih dan menyentuh tangan
Shizuka. "Maafkan aku. Tentu saja aku juga sangat menyayangimu."
"Sama seperti aku menyayangi Paman," sahut Shizuka. "Aku berharap dapat mengurangi
LIAN HEARN BUKU KETIGA 197 KISAH KLAN OTORI

Briliance Of The Moon Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON kesedihan Paman." "Tak ada yang bisa menguranginya," sahut Kenji. "Aku tak bisa melupakannya. Aku harus
ikut mati bersamanya atau hidup dengan penyesalan, seperti semua orang yang hidup dalam
kesedihan. Untuk sementara waktu...." Kenji menghela napas panjang.
Penghuni rumah yang lain sudah beristirahat. Udaranya agak dingin dan layar kasa
dibiarkan terbuka, memberi kesempatan pada semilir angin yang merayap dari pegunungan
hingga masuk ke dalam rumah. Satu lampu menyala di sisi Kenji. Shizuka beringsut pelan agar
bisa melihat wajah pamannya dengan lebih jelas.
"Apa?" tanya Shizuka cepat.
Sepertinya Kenji mengubah topik pembicaraan. "Aku mengorbankan Shigeru pada Kikuta
demi persatuan. Kini mereka juga telah merenggut putriku dari tanganku." Dia diam lagi.
"Apa rencana Paman?"
"Anaknya Yuki adalah cucuku-satu-satunya keturunanku. Sulit sekali menerima
kenyataan kalau cucuku itu lenyap dari keluarga Muto. Kurasa ayahnya juga pasti tertarik
padanya, jika aku menjadi Takeo. Aku pernah bersumpah untuk menjaga Takeo; itu juga
sebagian alasan mengapa aku bersembunyi di sini selama musim panas. Kini aku akan
bertindak lebih jauh lagi: aku ingin keluarga Muto membuat kesepakatan damai dengan
Takeo." "Dan menentang Kikuta?"
"Aku tak akan membuat perjanjian dengan mereka lagi. Jika Takeo bisa menghancurkan
mereka, aku akan lakukan apa pun untuk membantunya."
Shizuka tahu kalau pamannya berharap Takeo dapat membalaskan dendam. "Paman pasti
bisa menghancurkan Tribe," bisik Shizuka.
"Kita memang sedang menghancurkan diri sendiri," sahut Kenji dingin. "Terlebih lagi,
segalanya telah berubah di sekitar kita. Aku yakin kita sedang di akhir suatu jaman. Bila
perang berakhir, pemenangnya yang akan menguasai seluruh Tiga Negara. Takeo ingin
mengambil warisannya dan menghukum kedua paman Shigeru, tapi siapa pun yang
memimpin Otori, Arai pasti akan melawannya: Klan Otori harus menang atau musnah karena
tak ada kedamaian bila mereka memberontak di perbatasan."
"Nampaknya Kikuta memanfaatkan pemimpin Otori untuk melawan Takeo?"
LIAN HEARN BUKU KETIGA 198 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Ya, aku dengar Kotaro sedang berada di Hagi. Aku yakin Arai tak akan berhasil
mengalahkan Otori. Mereka memiliki legitimasi untuk menguasai Tiga Negara, kau tahu,
karena hubungan leluhur mereka dengan Kaisar. Pedang Shigeru, Jato, ditempa dan diberikan
atas pengakuan itu, ratusan tahun lalu."
Kenji diam dan senyum tipis tersungging di bibirnya.
"Tapi pedang itu menemukan Takeo. Jato tidak jatuh pada Shoichi atau Masahiro." Kenji
menoleh pada Shizuka dan senyumnya semakin lebar. "Akan kukatakan sesuatu padamu.
Mungkin kau sudah tahu kalau aku bertemu Shigeru di Yaegahara. Waktu itu usiaku dua
puluh lima tahun; usia Shigeru mestinya sembilan belas tahun. Aku bekerja sebagai mata-mata
dan pembawa pesan rahasia untuk Noguchi yang ketika itu menjadi sekutu Otori. Aku tahu
kalau mereka akan berpihak pada musuh begitu terjadi perang, kembali pada sekutu lama
mereka, dan memberi kemenangan pada Iida. Aku selalu memisahkan antara salah dan
benarnya perbuatan kami, tapi begitu dalamnya pengkhianatan membuatku kagum. Ada
sesuatu yang mengerikan tentang pengkhianatan yang ingin kuamati. Aku ingin melihat wajah
Otori Shigemori ketika Noguchi berbalik menyerangnya.
"Karena tujuan itulah aku berada di tengah pertempuran. Kerapkali aku menghilangkan
diri. Ada sesuatu kenikmatan berada di tengah-tengah peperangan tanpa terlihat. Aku melihat
Shigemori; aku melihat ekspresi wajahnya ketika sadar kalau dia telah kehilangan segalanya.
Aku melihat dia terjatuh. Pedangnya yang terkenal dan diinginkan banyak orang lepas dari
tangannya ketika dia sekarat dan jatuh di kakiku. Saat aku mengambilnya, pedang itu
menyerap kemampuanku menghilang dan seperti menggantung di tanganku. Benda itu masih
terasa hangat karena belum lama terlepas dari genggaman pemiliknya. Pedang itu meminta
perlindungan dan juga memintaku untuk menemukan pemiliknya."
"Pedang itu berbicara pada Paman?"
"Kira-kira begitulah gambarannya. Setelah Shigemori tewas, Klan Otori terjerumus dalam
jurang keputusasaan. Pertempuran semakin menjadi-jadi selama beberapa saat setelah itu,
sedangkan aku menghabiskan waktu untuk mencari Shigeru. Aku sudah mengenalnya: aku
pernah melihatnya sekali, beberapa tahun sebelumnya, ketika dia berlatih di gunung bersama
Matsuda. Sebelum pertempuran usai, aku berhasil menemukannya. Saat itu pasukan Iida
sedang mencarinya ke segala penjuru. Jika dia bisa dipastikan tewas, itu akan memuaskan
LIAN HEARN BUKU KETIGA 199 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON semua orang. "Aku menemukannya di tepi sumber mata air kecil. Dia sendirian dan sedang bersiap-siap
bunuh diri, membasuh darah dari wajah dan tangannya serta memberi wewangian pada
rambut dan jenggotnya. Dia melepas topi besinya dan melonggarkan baju zirahnya. Dia
nampak tenang. "Pedang itu berkata padaku, "Inilah tuanku," maka aku panggil dia, 'Lord Otori!' dan
ketika dia berpaling, aku lalu menampakkan diri dan menyerahkan pedang itu padanya.
'Dia berkata Jato.' Dia ambil pedang itu dengan dua tangan, lalu membungkuk dalamdalam. Kemudian dia melihat pedang itu lalu melihatku dan dia seperti tersadar dari kerasukan
yang menguasai dirinya. "Kira-kira aku berkata seperti ini, 'Jangan bunuh diri,' dan kemudian, seolah pedang itu
bicara melalui diriku, 'Tetaplah hidup dan balaskan dendammu,' dan dia tersenyum dan
melompat bangkit, dengan pedang di tangan. Aku membantunya meloloskan diri dan
mengajaknya kembali ke rumah ibunya di Hagi. Sesampai di sana, kami sudah berteman."
"Aku sering bertanya-tanya di mana paman mengenalnya," ujar Shizuka. "Jadi Paman
yang menyelamatkan dia."
"Bukan aku, tapi Jato. Begitulah caranya pedang itu berpindah tangan. Takeo
memilikinya karena Yuki yang memberikan pedang itu padanya di Inuyama. Dan karena
ketidakpatuhannyalah maka Kikuta mulai tidak mempercayainya."
"Sungguh aneh jalannya nasib," gumam Shizuka.
"Ya, ada semacam ikatan yang tidak bisa kulawan. Sebagian besar karena Jato memilih
Takeo, melalui putriku, yang membuatku merasa harus bekerjasama dengan Takeo. Selain itu,
aku bisa tetap memenuhi janjiku untuk melindungi dan mungkin memperbaiki kesalahan atas
peranku dalam kematian Shigeru." Kenji berhenti sejenak, kemudian berkata pelan, 'Aku tak
melihat ekspresi di wajah Shigeru ketika Takeo dan aku tidak kembali malam itu di Inuyama,
tapi mungkin itulah ekspresi wajahnya saat dia hadir dalam mimpiku."
Keduanya diam selama beberapa saat. Sekilas kilat menerangi ruangan itu, dan Shizuka
mendengar gemuruh guntur di pegunungan. Kenji melanjutkan, "Kuharap darah Kikutamu
tak akan menjauhkanmu dari kami sekarang."
"Tidak, keputusan Paman membuatku lega karena itu berarti aku dapat memenuhi janjiku
LIAN HEARN BUKU KETIGA 200 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON pada Kaede. Aku tak akan membiarkan apa pun menyakiti mereka berdua."
Pengakuan Shizuka membuat Kenji tersenyum. "Aku selalu berpikir begitu. Bukan hanya
karena rasa sayangmu pada Kaede"aku tahu betapa kuatnya perasaanmu pada Shigeru
maupun Lady Maruyama serta peran yang kau mainkan dalam persekutuan mereka dengan
Arai." Kenji memperhatikan Shizuka dengan seksama. "Shizuka, sepertinya kau tidak terlalu
kaget ketika kukatakan tentang catatan Shigeru. Aku sudah bisa menebak siapa orang yang
memberikan informasi itu kepada Shigeru."
Shizuka gemetar. Ketidakpatuhannya"pengkhianatan, dalam arti yang sebenarnya"
mulai terungkap. Dia tak bisa membayangkan apa yang akan Tribe lakukan pada dirinya.
"Kaulah orangnya, kan?" tanya Kenji.
"Paman," Shizuka mulai bicara.
"Jangan panik," sahut Kenji cepat. "Takkan kukatakan pada orang lain. Aku hanya ingin
tahu alasannya." "Setelah perang Yaegahara," ujar Shizuka. "Seperti yang Paman tahu, aku memberi
informasi pada Iida bahwa Shigeru hendak bersekutu dengan Seishuu. Karena akulah, Tohan
bisa menang, karena akulah sepuluh ribu orang mati di medan perang dan tak terhitung lagi
korban yang berjatuhan akibat siksaan dan kelaparan. Aku memperhatikan Shigeru pada
tahun-tahun berikutnya, dan aku kagum atas kesabaran dan ketabahannya. Dialah satu-satunya orang paling baik yang pernah kutemui, dan aku memiliki andil besar dalam
kehancurannya. Aku lalu bertekad untuk membantunya, untuk memperbaiki kesalahanku. Dia
menanyakan banyak hal tentang Tribe dan aku mengatakan semua yang aku ketahui. Tidak
sulit untuk menyimpan rahasia-aku memang terlatih untuk itu." Shizuka berhenti sejenak, lalu
berkata, "Aku takut Paman marah."
Kenji menggeleng. "Seharusnya, ya. Bila aku tahu ini sebelumnya, aku akan perintahkan
agar kau dibunuh." Dia menatap Shizuka dengan penuh kekaguman. "Sejatinya kau memiliki
anugrah Kikuta yaitu tidak mengenal takut. Bahkan aku senang dengan apa yang telah kau
lakukan. Kau telah membantu Shigeru, dan sekarang warisan itu telah melindungi Takeo.
Benda itu bahkan mungkin dapat menebus kesalahan atas pengkhianatan yang kulakukan."
"Maukah Paman menemui Takeo?" tanya Shizuka.
"Aku menunggu kabar lagi. Seharusnya dalam beberapa hari ini Kondo akan kembali.
LIAN HEARN BUKU KETIGA 201 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Kalau belum, ya aku akan ke Maruyama."
"Utuslah pembawa pesan, utus aku. Berbahaya bila Paman yang pergi. Tapi apakah Takeo
akan mempercayai orang dari Tribe?"
"Mungkin kita berdua yang akan pergi. Dan kita akan ajak kedua putramu."
Shizuka terpaku menatap Kenji. Seekor nyamuk berdengung di dekat rambutnya, tapi dia
tidak mengusirnya. "Kedua anakmu akan menjadi jaminan kita," sahut Kenji tenang.
Cahaya petir terlihat; guntur bergemuruh. Tiba-tiba hujan turun dengan deras. Siraman
hujan membasahi tepian atap rumah dan aroma tanah yang basah merebak dari taman.
Badai menghempas desa itu selama tiga atau empat hari, Sebelum Kondo kembali, ada
pesan lain yang datang, pesan dari gadis Muto yang bekerja di kediaman Lord Fujiwara.
Pesannya pendek, tanpa merincian situasi yang ingin mereka dengar, ditulis dengan tergesagesa, dan jelas terlihat kalau gadis itu berada dalam bahaya. Pesannya hanya menyebut bahwa
Shirakawa Kaede berada di sana dan telah menikah dengan Fujiwara.
"Sekarang apa lagi yang mereka lakukan padanya?" tanya Kenji, gemetar karena gusar.
"Kita sudah tahu kalau pernikahannya dengan Takeo akan ditentang," sahut Shizuka.
"Kurasa Fujiwara dan Arai yang mengatur semua ini. Lord Fujiwara hendak menikahi Kaede
pada musim semi lalu. Aku takut aku telah menyemangati dia agar mendekati Fujiwara."
Shizuka membayangkan Kaede terpenjara di rumah yang mewah itu, mengingat
kekejaman bangsawan itu, dan menyesali apa yang telah ia lakukan.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku," ujar Shizuka kepada pamannya. "Dulu aku
tak peduli akan halhal semacam ini. Sekarang aku merasa amat terganggu; aku marah dan
takut, dan iba pada mereka berdua."
"Sejak pertama kali melihat Lady Shirakawa, aku langsung kasihan padanya," sahut Kenji.
"Kini semakin sulit untuk tidak mengasihaninya."
"Apa yang akan Takeo lakukan?" tanya Shizuka keras.
"Dia akan berperang," Kenji meramalkan. "Dan dapat dipastikan dia akan kalah.
Mungkin kita sudah terlambat untuk berdamai dengannya."
Shizuka melihat kesedihan menggelayuti pamannya. Shizuka takut pamannya itu akan
menyusul Yuki menuju kematian sehingga dia berusaha agar pamannya tidak ditinggal
sendirian. LIAN HEARN BUKU KETIGA 202 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Seminggu berlalu sebelum Kondo akhirnya kembali. Cuaca lebih cerah dan Shizuka pergi
ke kuil untuk berdoa pada dewa perang agar melindungi Takeo. Ia membungkuk di hadapan
lukisan dan berdiri, bertepuk tangan tiga kali, dan meminta, dengan putus asa, agar Kaede bias
diselamatkan. Selagi Shizuka berbalik pergi, Taku menghampiri, samar-samar dia
menampakkan diri. "Ha!" ujarnya penuh kemenangan. "Tadi Ibu tidak mendengar, kan!"
Shizuka takjub, karena memang dia tak mendengar maupun melihat putranya dengan
jelas. "Bagus sekali!"
Taku menyeringai. "Kondo Kiichi sudah datang. Dia sedang menunggu Ibu. Paman ingin
Ibu mendengar kabar darinya."
"Jadi pastikan kau tidak ikut mendengarkan," Shizuka menggoda putranya.
"Aku mendengar banyak hal," sahut Taku. "Aku suka mengetahui rahasia semua orang."
Taku berlari mendahului ibunya menyusuri jalan berdebu, menghilang setiap kali
melewati tempat yang terkena sinar matahari lalu muncul di tempat yang teduh. Semua ini
hanyalah permainan baginya, pikir Shizuka, sama seperti aku dulu. Namun pada beberapa
kejadian tahun lalu, itu tak lagi menjadi permainan. Mengapa" Apa yang terjadi padaku"
Apakah aku telah mengenal takut" Takut.akan kehilangan orang-orang yang kucintai"
Kondo duduk bersama Kenji di ruang utama rumah itu. Shizuka berlutut di hadapan
mereka dan menyapa laki-laki yang dua bulan lalu ingin melamarnya. Sekarang Shizuka tahu,
saat bertemu dengannya lagi, ternyata ia tak menginginkan laki-laki itu. Ia akan mencari
alasan untuk menolak. Wajah Kondo kurus dan cekung, meskipun sapaannya hangat.
"Maaf atas keterlambatanku," ujarnya. "Aku sempat berpikir untuk tidak kembali. Aku
tertangkap begitu tiba di Maruyama. Penyerangan yang gagal atas dirimu telah dilaporkan
pada Arai, dan aku dikenali oleh pasukan yang pernah bersama kita ke Shirakawa. Semula aku
hendak dihukum mati. Tapi terjadi tragedi itu: wabah cacar air. Putra Arai mati. Ketika masa
berkabung selesai, Arai memanggilku dan menanyakan banyak hal tentangmu."
"Sekarang dia tertarik pada kedua putramu," komentar Kenji.
"Arai menyatakan kalau dia berhutang padaku karena telah menyelamatkanmu. Dia
berharap aku kembali melayaninya dan hendak mengangkatku menjadi ksatria dari garis
LIAN HEARN BUKU KETIGA 203 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON keturunan keluarga ibuku."
Shizuka menatap pamannya, tapi Kenji tidak berkata apa-apa.
Kondo melanjutkan, "Aku terima tawarannya. Kuharap aku melakukan hal yang benar.
Tentu saja, tawaran itu sesuai denganku, saat ini aku tak mengabdi pada siapa pun, tapi bila
keluarga Muto keberatan...."
"Kau bisa berguna bagi kami di sana," sahut Kenji.
"Lord Arai sudah menduga kalau aku mengetahui keberadaanmu. Dia memintaku
menyampaikan pesan bahwa dia ingin bertemu denganmu dan juga kedua putranya untuk
membicarakan pengangkatan mereka secara sah."
"Dia ingin memperbaiki hubungan?" tanya Shizuka.
"Dia ingin kau pindah ke Inuyama, sebagai ibu dari kedua anak itu." Kondo tidak
mengatakan dengan jelas dan sebagai selirnya, tapi Shizuka tahu maksudnya. Kondo tak
terlihat marah atau cemburu saat bicara, tapi ekspresi mengejek sekilas tergambar di wajahnya.
Tentu saja, jika dia ditempatkan pada tingkatan ksatria, dia bisa mendapatkan jodoh yang
sesuai dengan jabatannya. Hanya di saat tidak memiliki tuan, Kondo melihat jalan keluarnya
hanya pada diri Shizuka. Shizuka tak tahu apakah dia marah atau senang atas sikap Kondo yang pragmatis, yang
hanya melihat sesuai berdasarkan untung-rugi. Shizuka tidak ingin mengirim kedua putranya
pada Arai atau menikah dengan Kondo. Shizuka berharap Kenji tidak akan menyuruhnya
melakukan salah satunya. "Semua ini harus dipertimbangkan masak-masak," ujar Kenji.
"Ya, tentu saja," sahut Kondo. "Dan lagi, masalahnya diperumit dengan adanya kampanye
untuk menentang Otori Takeo."
"Kami berharap mendapat kabar tentangnya," gumam Kenji.
"Pernikahan itu membuat Arai murka. Dia langsung menyatakan pernikahan itu tidak sah
dan mengirim pasukan dalam jumlah besar kepada Lord Fujiwara. Setelah itu dia ke
Kumamoto agar cukup dekat untuk menyerang Maruyama. Kabar terakhir yang kudengar
yaitu Lady Shirakawa telah menikah dengan Lord Fujiwara. Lady Shirakawa diasingkan, di
penjara tepatnya." Kondo mendengus keras. "Aku tahu Fujiwara merasa kalau telah
bertunangan dengan Lady Shirakawa, tapi seharusnya dia tidak bertindak seperti itu. Fujiwara
LIAN HEARN BUKU KETIGA 204 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id


Briliance Of The Moon Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

BRRILIANCE OF THE MOON mendapatkannya dengan kekerasan; beberapa anak buah Lady Shirakawa tewasAmano Tenzo
salah satunya. Hal itu seharusnya tidak perlu terjadi. Ai dan Hana telah menjadi sandera di
Inuyama. Semua masalah seharusnya dapat dirundingkan tanpa harus terjadi pertumpahan
darah." Shizuka mendadak merasa sedih atas nasib kedua gadis itu. "Kau bertemu mereka di
sana?" "Tidak, aku tidak diijinkan menemui mereka."
Kondo nampaknya benar-benar marah atas perlakuan Fujiwara pada Kaede. Shizuka
teringat betapa sayang Kondo pada Kaede.
"Dan Takeo?" tanya Shizuka.
"Sepertinya Takeo hendak melawan Fujiwara, tapi dia justru berperang melawan pasukan
Arai. Dia terpaksa mundur. Setelah itu semuanya tidak jelas lagi. Ada badai besar di Barat.
Kedua pasukan berpapasan di pesisir. Tak ada yang tahu bagaimana hasilnya."
"Jika Takeo kalah, apa akan Arai lakukan padanya?" tanya Shizuka.
"Itulah yang membuat semua orang penasaran! Ada yang mengatakan Arai akan
menghukum mati; ada yang mengatakan Arai tak akan berani karena reputasi Takeo; ada juga
yang mengatakan Arai akan bersekutu dengan Takeo untuk melawan Otori di Hagi."
"Di pesisir?" tanya Kenji. "Di mana tepatnya?"
"Di Shuho, kurasa. Aku tidak tahu daerah itu."
"Shuho?" sahut Kenji. "Belum pernah aku kesana, tapi orang bilang tempat itu memiliki
kolam alam biru yang indah sehingga aku ingin kesana. Sudah lama aku tidak mengadakan
perjalanan. Cuaca sekarang ini sempurna untuk melakukan perjalanan. Kalian berdua
sebaiknya ikut denganku."
Suaranya terdengar santai, namun Shizuka merasakan nadanya yang mendesak. "Dan
anak-anak?" tanya Shizuka.
"Kita ajak mereka; itu bisa menjadi pengalaman yang bagus buat mereka, bahkan kita
mungkin akan membutuhkan kemampuan Taku." kata Kenji sambil berdiri. "Kita harus segera
berangkat. Kita ambil kuda di Yamagata."
"Apa rencana Paman?" tanya Kondo, "Jika boleh aku bertanya, apakah Paman hendak
memastikan kalau Takeo telah disingkirkan?"
LIAN HEARN BUKU KETIGA 205 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Tidak juga. Akan kukatakan padamu nanti di jalan." Ketika Kondo membungkuk dan
meninggalkan ruangan, Kenji bergumam pada Shizuka, "Mungkin kita bisa sampai di sana
tepat waktu untuk menolong Takeo."*
LIAN HEARN BUKU KETIGA 206 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON TIDAK ada yang bicara selama di perjalanan, tapi sikap Akita dan prajuritnya tampak sopan
dan penuh hormat. Aku berharap ini dapat menyelamatkan nyawa pasukanku dan Hiroshi,
tapi aku tidak berharap bisa selamat. Aku berterima kasih pada Arai karena telah
memperlakukanku layaknya bangsawan, segolongan dengannya, karena tidak mempermalukan
diriku. Tapi aku membayangkan bila dia tidak mengeksekusiku, maka dia akan menyuruhku
bunuh diri. Meskipun aku ingat ajaran di masa kecilku, kata-kata Jo-An dan janjiku pada
Kaede, aku sadar tidak ada pilihan lain kecuali mematuhinya.
Badai membersihkan udara dari kelembaban, dan pagi itu terang dan cerah. Aku pun
dapat berpikir jernih. Arai mengalahkanku; aku sudah menyerah; aku tunduk serta
mematuhinya, melakukan apa pun permintaannya. Aku mulai mengerti mengapa ksatria
sangat menjunjung tinggi kode etik mereka. Itu membuat hidup menjadi sangat sederhana.
Kata-kata dalam ramalan singgah di benakku, namun aku segera menyingkirkannya. Aku
tak ingin ada yang mengalihkan pikiranku dari jalur yang benar. Sekilas aku melihat Hiroshi
sedang menunggang kuda di sampingku, bahunya tegap, kepalanya tegak. Kuda tua yang dia
tunggangi berderap pelan, sesekali mendengus senang dengan hangatnya sinar mentari. Aku
memikirkan cara dia dibesarkan yang membuat keberanian tumbuh secara alami dalam
dirinya. Secara naluriah dia tahu cara bertindak dengan penuh kehormatan. Aku menyesal dia
harus menyerah dan kalah di usia muda.
Di sekeliling kami terlihat kerusakan akibat angin topan yang menyapu sepanjang pesisir.
Rumah-rumah kehilangan atap, pepohonan besar tumbang, sawah yang rata, dan sungai yang
meluap dengan menenggelamkan lembu, anjing dan hewan lainnya. Sesaat aku mencemaskan
para petani di Maruyama, ingin tahu apakah tanggul yang kami bangun mampu melindungi
ladang. Siapa kini penguasa wilayah itu" Wilayah itu sempat menjadi milikku selama satu
musim panas yang singkat, namun aku merasa sangat kehilangan. Aku telah mengerahkan
LIAN HEARN BUKU KETIGA 207 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON seluruh tenaga untuk memperbaikinya. Tak diragukan lagi, Tribe pasti akan kembali dan
menghukum orang-orang yang telah menganiaya keluarga mereka. Dan tak seorang pun,
selain aku, yang dapat menghentikan mereka.
Ketika kami hampir sampai di kota kecil Shuho, pasukan Arai terlihat hilir-mudik
mencari makanan. Aku membayangkan beban yang ditanggung kota ini karena begitu banyak
pasukan dan kuda. Semua hasil panen pasti diambil, dan yang belum dipanen pasti telah
hancur akibat badai. Kuharap penduduk desa ini memiliki lading rahasia dan gudang
tersembunyi; jika tidak, mereka akan kelaparan saat musim dingin tiba.
Shuho terkenal karena banyaknya mata air dingin yang membentuk danau berwarna biru
cerah. Konon, airnya dapat menyembuhkan dan dipersembahkan pada dewi keberuntungan.
Mungkin inilah yang membuat tempat ini memiliki suasana yang menyenangkan, meskipun
dengan penyerbuan pasukan dan kehancuran akibat badai. Hari yang cerah tampak
menjanjikan kembalinya nasib baik. Penduduk kota telah mulai memperbaiki bangunan yang
rusak, saling meneriakkan lelucon, bahkan menyanyi. Ketukan palu, desau gergaji, menjadi
satu rangkaian lagu indah yang berlawanan dengan bunyi gemuruh air sungai yang meluap ke
segala arah. Kami sedang berada di jalan utama ketika, yang membuatku kaget, aku mendengar ada
orang yang meneriakkan namaku.
"Takeo! Lord Otori!"
Aku mengenali suaranya meski tak segera tahu siapa dia. Kemudian aroma kayu yang baru
dipotong membuatku teringat: Shiro, tukang kayu dari Hagi yang membangun rumah teh dan
nightingale floor untuk Shigeru.
Aku berpaling ke arah datangnya suara dan melihat dia melambaikan tangan dari atas atap
rumah. Dia memanggil lagi, "Lord Otori!" dan perlahan nyanyian kota menghilang ketika satu
demi satu orang menurunkan peralatan kerja mereka dan berpaling untuk melihatku.
Tatapan mata mereka tertuju padaku, tatapan yang sama ditujukan pada Shigeru ketika
kembali dari Terayama ke Yamagata, membuat pasukan Tohan yang mengawal kami marah
dan terkejut. Tatapan seperti itu pula yang aku terima ketika berada di antara para
gelandangan. Aku menatap ke depart, tak menjawab. Aku tak ingin membuat Akita marah. Lagi pula
LIAN HEARN BUKU KETIGA 208 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON aku adalah tawanan. Tapi aku mendengar berulangkali namaku disebut dari mulut ke mulut,
seperti dengungan serangga di dekat serbuk sari.
Hiroshi berbisik, "Mereka mengenal Lord Otori."
"Jangan bicara," sahutku, seraya berharap mereka tak dihukum karena hal itu. Aku ingin
tahu mengapa Shiro ada di sini, dan aku juga ingin tahu berita apa yang dia bawa dari Hagi.
Arai telah menjadikan biara yang terletak di pebukitan di atas kota sebagai markasnya.
Tidak seluruh pasukan ada bersamanya, tentu saja; aku tahu kemudian kalau sebagian
pasukannya masih di Inuyama dan sisanya membangun kemah di jalan antara Hagi dan
Kumamoto. Kami turun dari kuda dan aku menyuruh Hiroshi menjaga dan memastikan kalau kuda
diberi makan. Dia seperti hendak menolak, tapi kemudian menunduk. Wajahnya dirundung
kesedihan. Sakai menyentuh bahu anak itu dan Hiroshi mengambil tali kekang Shun. Hatiku terasa
pedih saat melihat kuda coklat kemerahan itu berjalan dengan jinak di sisinya, menggosokkan
kepalanya ke lengan Hiroshi. Shun telah berulangkali menyelamatkanku dan aku tak ingin
berpisah dengannya. Merasa kalau aku mungkin tak akan bertemu dengan kuda itu lagi, dan
aku sadar betapa aku tidak ingin mati. Sesaat aku membiarkan diriku merasakannya, lalu aku
bentengi diriku dengan sisi Kikuta dalam diriku, bersyukur atas kekuatan gelap Tribe yang
membuatku bertahan hingga saat ini.
"Mari lewat sini," ujar Akita. "Lord Arai ingin segera menemui Anda."
Aku mendengar suara Arai dari dalam biara, marah dan lantang.
Di tepi beranda, seorang pelayan datang membawa air dan aku hanya membasuh kaki.
Aku tak bisa berbuat banyak untuk bagian diriku yang lain; baju zirah dan pakaianku sangat
kotor, penuh lumpur dan darah. Aku takjub melihat Akita bisa tampak begitu rapi setelah bertempur dan mengejar melalui hujan, namun ketika dia mengantarku ke ruangan tempat Arai
dan semua pengawal utamanya berkumpul, aku lihat mereka semua sama rapi dan bersihnya.
Di antara para laki-laki ini, tubuh Arai yang paling besar. Sepertinya dia bertambah tinggi
sejak terakhir kali aku bertemu dengannya di Terayama. Semua kemenangan yang dia raih
semakin menambah bobot kekuasaannya. Dia memperlihatkan sifat tegasnya dalam merebut
kendali kekuasaan setelah kematian Iida dan Shigeru; dia pemberani, berpikir cepat dan
LIAN HEARN BUKU KETIGA 209 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON kejam, dan dia mampu mengikat orang agar setia padanya. Kelemahannya yaitu gegabah dan
keras kepala; dia bukanlah orang yang luwes atau pun sabar, dan kurasa dia juga tamak.
Sementara Shigeru mencari kekuasaan agar bisa memerintah dengan adil, Arai mencari
kekuasaan demi kepentingannya sendiri.
Semua ini terlintas di benakku selagi aku melihat sekilas pada orang yang duduk di bagian
yang lebih tinggi dalam ruangan mi. Arai dikelilingi para pengawalnya. Dia mengenakan baju
zirah yang indah, berwarna merah dan emas gemerlapan, tanpa penutup kepala. Dia memanjangkan jenggot dan kumis, dan aku bisa mencium wewangiannya. Sesaat tatapan mata kami
bertemu, yang terlihat di matanya hanyalah kemarahan.
Ruangan ini pasti memang dibuat sebagai aula bagi biarawan; di balik pintu-pintu bagian
dalamnya, yang setengah terbuka, aku mendengar gerakan dan bisikan para biksu dan rahib,
serta aroma dupa melayang-layang di udara.
Aku menjatuhkan diri untuk berlutut, tak berdaya.
Keadaan hening dalam waktu yang lama, yang terdengar hanyalah ketukan kipas Arai
yang tidak sabar. Dapat kudengar napas yang semakin memburu dari orangorang di
sekelilingku, detak keras jantung mereka, dan di kejauhan terdengar nyanyian kota yang
sedang membangun kembali. Rasanya aku mendengar Shun meringkik dari barisan kuda, dan
ringkikan kuda yang bersemangat ketika melihat makanan.
"Sungguh bodoh kau ini, Otori," teriak Arai memecah keheningan. "Aku perintahkan kau
untuk menikah, tapi kau menolaknya. Kau menghilang, meninggalkan warisanmu. Lalu kau
muncul lagi dan punya nyali untuk menikahi gadis yang ada di bawah perlindunganku tanpa
restu dariku. Kau bahkan berani menyerang seorang bangsawan, Lord Fujiwara. Semua ini
seharusnya bisa dihindari. Kita bisa bersekutu."
Dia melanjutkan dengan nada seperti ini selama beberapa waktu, menyela setiap kalimat
dengan pukulan kipasnya seakan dia ingin memukul kepalaku. Tapi kemarahannya tak
menyentuh diriku, sebagian karena aku sudah selubungi diriku dalam kegelapan, sebagian lagi
karena aku merasa sudah dapat menduga kemarahannya. Aku tidak merasa tersinggung; dia
berhak memarahiku. Aku menunggu, dengan wajah di lantai, melihat apa yang akan dia
lakukan. Situasi menjadi hening saat Arai kehabisan makian serta hinaan. Akhirnya dia
LIAN HEARN BUKU KETIGA 210 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON menggerutu, "Tinggalkan kami berdua. Aku ingin bicara berdua dengannya."
Seseorang di sebelah kirinya berbisik, "Apakah itu bijaksana, Tuan" Reputasinya "."
"Aku tidak takut pada Otori!" bentak Arai, kemarahannya tersulut lagi. Aku mendengar
satu demi satu orang-orang keluar, lalu aku mendengar Arai berdiri dan melangkah turun dari
singgasananya. "Duduk tegak," perintahnya.
Aku duduk, tetap menunduk. Dia berlutut hingga lutut kami saling berhadapan. Kini
kami dapat bicara tanpa terdengar orang lain.
"Baiklah, mereka sudah pergi," ujarnya, nyaris bersikap ramah. "Sekarang kita bisa
membicarakan tentang strategi."
"Maaf bila aku telah menyinggung," ujarku.
"Baiklah, baiklah, yang lalu biarlah berlalu. Penasihatku berharap kau disuruh bunuh diri
atas kekurangajaranmu." Tanpa kuduga dia mulai tertawa kecil. "Lady Shirakawa adalah gadis
yang cantik. Pasti sudah cukup menjadi hukuman bagimu atas kehilangan dirinya. Kupikir
banyak orang yang iri karena kau melangkah terlalu jauh dan melakukan apa yang tidak berani
mereka lakukan. "Dan kau masih hidup, dan itu dianggap mukjizat oleh banyak orang, dilihat dari reputasi
gadis itu. Lagipula, perempuan datang dan pergi; yang penting adalah kekuasaan-kekuasaan
dan balas dendam." Aku membungkuk hormat lagi, menghindar agar kemarahanku yang bangkit karena katakatanya yang dangkal tidak terlihat.
Dia meneruskan. "Aku menyukai keberanian, Takeo. Aku mengagumi apa yang telah kau
lakukan demi Shigeru. Dulu aku berjanji padanya bahwa aku akan mendukungmu jika dia
telah tiada; menjengkelkan bagiku, sama seperti yang kau rasakan, ternyata kedua paman
Shigeru bebas tanpa dihukum. Aku sempat berbicara dengan Miyoshi bersaudara ketika kau
mengirim mereka. Kahei ada di sini bersama pasukanku; kau bisa bertemu dengannya nanti.
Adiknya masih di Inuyama. Aku tahu dari mereka bagaimana kau memperdaya pasukan Otori
dan berapa banyak ksatria yang berpihak kepadamu. Perang Asagawa berakhir dengan baik.
Nariaki selalu mengganggu dan aku senang dia telah disingkirkan. Kami datang melalui
Maruyama dan melihat hasil pekerjaanmu di sana, Kahei juga mengatakan caramu
menghadapi Tribe. Kau menguasai pelajaran Shigeru dengan sangat baik. Dia pasti bangga
LIAN HEARN BUKU KETIGA 211 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON padamu." "Aku tak pantas menerima pujianmu," kataku. "Aku akan bunuh diri jika kau
menginginkannya. Atau aku akan menarik diri dan pergi ke biara Terayama, misalnya."
"Ya, boleh juga," sahutnya acuh tak acuh. `Aku menyadari reputasimu. Lebih baik
kugunakan sendiri daripada melihatmu bersembunyi di biara sehingga menarik semua orang
yang tidak puas dari seluruh Tiga Negara." Dia menambahkan, "Kau boleh bunuh diri bila kau
mau. Itu hakmu sebagai ksatria dan aku tak akan mencegah. Tapi aku jauh lebih senang bila
kau ada di pihakku," tambah Arai.
"Lord Arai." "Saat ini seluruh Tiga Negara tunduk padaku, selain Otori. Aku ingin serang mereka
sebelum musim dingin. Pasukan utama mereka yang ada di Yamagata bisa dikalahkan, tapi
mereka akan mundur ke Hagi dan kabarnya kota itu tak bisa direbut melalui pengepungan,
apalagi saat musim dingin."
Arai menatapku, mengamati wajahku. Aku menjaga agar ekspresi wajahku tetap tenang,
aku mengalihkan pandanganku.
"Ada dua pertanyaan untukmu, Takeo. Bagaimana kau dapat mengenali anggota Tribe di
Maruyama" Dan apakah kau mundur ke pesisir dengan sengaja" Kami mengira sudah berhasil
menjebakmu, tapi pergerakanmu begitu cepat, seakan-akan telah direncanakan."
Aku mengangkat kepala dan sesaat tatapan kami bertemu. "Aku terima tawaranmu untuk
bersekutu," ujarku. "Aku akan melayanimu dengan setia. Sebagai imbalannya, kau mengakui
diriku sebagai pewaris sah Klan Otori dan akan mendukungku meminta kembali warisanku di
Hagi." Arai bertepuk tangan dan, ketika seorang pelayan muncul di pintu, dia memerintahkan
agar disediakan sake. Aku tidak mengatakan kalau aku tak akan melepaskan Kaede, dan tak
diragukan lagi dia pun tidak berterusterang padaku, namun kami minum untuk upacara
persekutuan. Aku lebih senang makan atau minum teh. Sake menerjang perutku seperti api.
"Sekarang kau boleh jawab pertanyaanku," kata Arai.
Aku katakan padanya mengenai catatan Shigeru tentang Tribe dan bagaimana aku
mendapatkannya di Terayama.
"Di mana catatan itu sekarang" Di Maruyama?"
LIAN HEARN BUKU KETIGA 212

Briliance Of The Moon Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Tidak." "Jadi di mana" Kau tak ingin mengatakan padaku?"
"Catatan itu tidak ada di tanganku, tapi aku tahu di mana. Sebagian besar informasi di
kepalaku." "Jadi itu sebabnya kau sangat berhasil," ujarnya.
"Tribe ingin sekali membunuhku," kataku. "Meskipun mereka tidak banyak di
Maruyama, tapi mereka menjadi ancaman sehingga terpaksa kubunuh. Aku lebih senang bila
dapat memanfaatkan mereka, aku tahu apa yang dapat mereka lakukan dan betapa bergunanya
mereka." "Kau akan berbagi catatan itu denganku?"
"Jika itu bisa membantu kita mencapai tujuan."
Arai duduk sebentar, memikirkan kata-kataku. `Aku sangat marah atas peran yang
dimainkan Tribe tahun lalu," katanya. "Aku tak menyangka mereka begitu kuat. Mereka
membawamu pergi dan mengatur agar kau tetap tersembunyi sementara pasukanku
mencarimu ke seluruh Yamagata. Tiba-tiba aku sadar mereka seperti rayap yang menggerogoti
pondasi bangunan raksasa. Ingin aku singkirkan mereka-tapi akan lebih berguna bila aku bisa
memanfaatkan mereka. Ini membuatku teringat pada sesuatu yang ingin kubicarakan
denganmu. Kau ingat Muto Shizuka?"
"Tentu." "Kau mungkin tahu kalau aku mempunyai dua anak laki-laki darinya."
Aku mengangguk. Aku tahu nama mereka, Zenko dan Taku, dan juga usia mereka.
"Kau tahu di mana mereka?" tanya Arai. Ada nada ingin tahu dalam suaranya: hampir
memohon. Aku memang tahu, tapi aku tak ingin mengatakannya. "Tidak juga," ujarku. "Rasanya aku
bisa menebak dari mana mulai mencarinya."
"Putraku, dari istriku yang sah, baru saja meninggal," katanya dengan tiba-tiba.
"Aku tidak mendengar hal itu. Aku turut berduka."
"Dia terserang penyakit cacar, anak malang. Kesehatan ibunya memburuk karena sangat
berduka." "Aku turut berduka dari lubuk hatiku yang terdalam."
LIAN HEARN BUKU KETIGA 213 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Aku telah mengirim pesan pada Shizuka dan mengatakan padanya kalau aku ingin kedua
putraku tinggal bersamaku. Aku akan mengakui dan mengangkat mereka secara sah. Tapi aku
belum mendengar kabar apa pun darinya."
"Itu memang hakmu sebagai ayah mereka," kataku. "Tapi Tribe akan menyatakan semua
anak yang mewarisi bakat mereka adalah hak mereka."
"Apa saja bakat itu?" tanyanya ingin tahu. "Aku tahu Shizuka adalah mata-mata yang tak
ada bandingnya dan aku pernah mendengar kabar tentang kemampuanmu."
"Tidak istimewa," sahutku. "Orang terlalu membesarbesarkannya. Sebagian besar
kemampuanku itu diperoleh melalui latihan."
"Aku ingin tahu," katanya, seraya menatapku. Aku menahan godaan untuk menatapnya.
Tiba-tiba kusadari kalau sake dan penangguhan hukuman mati telah membuat kepalaku lebih
ringan. Aku duduk tenang tanpa berkata apa pun, menarik kembali pengendalian diriku.
"Baiklah, kita akan bicarakan ini lagi. Pertanyaanku yang lain, tentang mundurnya kau ke
pesisir. Kami berharap kau mundur ke Maruyama."
Aku mengatakan tentang perjanjianku dengan Terada dan rencanaku untuk masuk ke
Hagi dengan kapal dan menembus kastil dari arah laut seraya mengirim pasukan dari darat
untuk mengecoh kekuatan Otori dan menahan mereka di daratan. Dia langsung termakan
oleh rencana itu, seperti yang kuduga, dan menambah semangatnya untuk menyerang Otori
sebelum Hagi tertutup di musim dingin.
"Bisakah kau membuat Terada bersekutu denganku?" pintanya, matanya berapi-api dan
tidak sabar. "Kurasa mereka akan meminta imbalan."
"Cari tahu apa yang mereka inginkan. Seberapa cepat kau bisa menghubungi mereka?"
"Jika cuacanya baik, aku bisa mengirim pesan pada mereka kurang dari satu hari."
"Aku mempercayaimu, Otori. Jangan kecewakan aku." Dia berkata dengan kesombongan
seorang tuan besar, tapi kurasa kami berdua tahu seberapa besar kekuatan yang kumiliki dalam
persekutuan ini. Aku membungkuk lagi dan, setelah duduk tegak, aku berkata, "Boleh aku bertanya?"
"Tentu." "Jika aku datang di musim semi dan meminta restumu untuk menikahi Kaede, apakah kau
LIAN HEARN BUKU KETIGA 214 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON akan merestuinya?" Arai tersenyum, giginya kelihatan putih di sela-sela jenggotnya. "Perjodohan telah diatur
dengan Lord Fujiwara. Meskipun aku menyayangi Lady Shirakawa dan kau, tapi
pernikahanmu sangatlah tidak mungkin. Aku tidak bisa menghina orang dengan derajat
setinggi Fujiwara. Lagipula,?"dia mencondongkan badan ke depan dan merendahkan
suaranya?"Fujiwara mengatakan satu rahasia tentang kematian Iida yang tidak diketahui
orang lain." Dia tertawa kecil lagi. "Lady Shirakawa sangat berbahaya bila dibiarkan bebas.
Aku jauh lebih memilih melihatnya dipingit orang seperti Fujiwara. Banyak orang yang berpikir kalau dia seharusnya dihukum mati; dengan kata lain, Fujiwara telah bermurah hati
dengan menyelamatkan Lady Shirakawa."
Aku tak ingin mendengar lagi tentang Kaede; hal itu membuatku terlalu marah. Aku tahu
situasi masih terlalu berbahaya dan aku tak boleh membiarkan emosi memperkeruh
penilaianku. Meskipun dengan keramahan dan tawaran bersekutu Arai, aku tak sepenuhnya
mempercayainya. Aku merasa dia membebaskanku terlalu mudah dan sedang memendam
sesuatu yang belum dia ungkap.
Saat kami berdiri, dia berkata dengan santai, "Kulihat kau membawa pedang Shigeru.
Boleh aku melihatnya?"
Aku tarik pedang yang masih di sarungnya dari sabuk lalu menyerahkan kepadanya. Dia
terima dengan takzim dan menariknya keluar dari sarung. Cahaya jatuh menimpa mata
pedang yang berwarna biru keabu-abuan, memamerkan bentuknya yang berkelok-kelok.
"Sang Ular," ujar Arai.
Dapat kulihat betapa dia mendambakan pedang itu. Terlintas di benakku untuk
menghadiahkan pedang itu padanya. Tapi aku mengurungkan niatku.
"Aku telah bersumpah akan memilikinya sampai mati dan mewariskannya kepada
keturunanku," gumamku. "Pedang itu adalah pusaka Otori...."
"Tentu," sahut Arai dengan santai, tanpa melepaskan pedang dari tangannya. "Berbicara
tentang pewaris, aku akan mencarikanmu jodoh yang lebih sesuai. Lady Shirakawa
mempunyai dua adik perempuan. Aku berpikir untuk menikahkan yang lebih tua dengan
keponakan Akita, tapi belum ada pengaturan apa pun untuk yang bungsu. Dia gadis yang
cantik, mirip kakaknya."
LIAN HEARN BUKU KETIGA 215 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Terima kasih, tapi aku tidak berpikir untuk menikah hingga masa depanku jelas."
"Baiklah, tidak perlu buru-buru. Gadis itu baru berumur sepuluh tahun."
Arai membuat beberapa gerakan dengan pedang, dan Jato bernyanyi penuh duka di udara.
Ingin sekali aku merebut dan membiarkan pedang itu menggorok leher Arai. Aku tak
menginginkan adik Kaede; aku menginginkan Kaede. Aku tahu dia sedang mempermainkanku, tapi aku tidak tahu ke mana arah permainannya.
Aku berpikir betapa mudahnya menatap dia dengan tatapan Kikuta dan, selagi dia
pingsan, mengambil Jato... kemudian menghilangkan diri, menghindar melewati penjaga, lari
ke pedesaan. Lantas bagaimana" Aku akan menjadi buronan lagi, dan prajuritku, Makoto, dan Miyoshi
bersaudara"Hiroshi, mungkin"akan dibantai.
Semua bayangan ini terlintas di benakku selagi Arai mengayunkan Jato di atas kepalanya.
Indah untuk dilihat: seorang laki-laki besar bergerak begitu ringan, pedang melayang-layang
di udara lebih cepat dari pandangan mata. Aku ada di hadapan seorang jago pedang, tidak
diragukan lagi, yang kemampuannya berasal dari latihan dan disiplin selama bertahun-tahun.
Aku tergerak oleh rasa takjub pada orang di hadapanku ini. Aku akan bersikap layaknya
ksatria; apa pun perintahnya, aku akan patuh.
"Ini senjata yang luar biasa," akhirnya dia berkata. Dia telah menyelesaikan latihannya,
tapi tidak mengembalikan Jato padaku. Napasnya agak tersengal dan butirbutir keringat
muncul di alisnya. "Ada satu hal lagi yang harus kita bicarakan, Takeo."
Aku hanya diam. "Ada banyak rumor tentang dirimu. Dan yang paling sering dibicarakan orang adalah kau
memiliki hubungan dengan kaum Hidden. Keadaan di sekitar kematian Shigeru dan Lady
Maruyama tidak mengurangi intensitasnya. Tohan selalu menyatakan kalau Shigeru mengaku
sebagai pengikut ajaran Hidden dan dia tidak mau bersumpah menentang atau menginjakinjak simbol Hidden saat diperintah Iida. Sayangnya tak ada saksi yang hidup setelah
kejatuhan Inuyama, sehingga kita tak dapat memastikannya."
"Dia tidak pernah mengatakannya padaku," jawabku jujur. Nadiku berdetak cepat, aku
merasa sedang dipaksa menyangkal keyakinan masa kecilku di depan umum, dan aku tak ingin
melakukan itu. Aku tak bisa membayangkan pilihan yang akan kuhadapi.
LIAN HEARN BUKU KETIGA 216 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Lady Maruyama memiliki reputasi karena sikapnya yang bersimpati pada kaum Hidden.
Kabarnya banyak anggota sekte ini yang diberi tempat di wilayahnya. Apakah kau tak
menemukan bukti keberadaan mereka?"
"Aku lebih peduli untuk melacak keberadaan Tribe," sahutku. "Kaum Hidden tampak
tidak berbahaya bagiku."
"Tidak berbahaya?" kemarahan Arai meledak lagi. "Kepercayaan merekalah yang paling
berbahaya dan paling merusak. Itu menghina semua dewa; mengancam struktur masyarakat.
Kepercayaan itu menyatakan bahwa lapisan masyarakat yang paling rendah"petani,
gelandangan sederajat dengan bangsawan dan ksatria. Kepercayaan itu juga berani mengatakan
bahwa para penguasa yang hebat akan dihukum setelah mati seperti rakyat jelata. Mereka juga
menyangkal ajaran dan keberadaan Sang Pencerah."
Dia menatapku, urat nadinya membiru, matanya melotot.
"Aku bukan pengikutnya," kataku. Aku mengatakan yang sebenarnya, tapi aku merasakan
penyesalan yang pedih atas ketidakpatuhanku pada ajaran masa kecilku.
Arai menggerutu, "Mari ikut denganku." Dia meninggalkan ruangan menuju beranda.
Pengawalnya segera melompat berdiri, salah satunya membawakan sandalnya. Aku mengikuti
para pengiringnya saat dia berjalan dengan cepat ke sisi kolam biru dan melewati barisan kuda.
Shun melihatku dan meringkik. Hiroshi sedang berdiri di sisinya, memegang ember. Ketika
melihatku dikelilingi pengawal, wajahnya memucat. Dia menjatuhkan ember, lalu mengikuti
kami. Saat itu aku sadar ada satu gerakan jauh di sebelah kiriku. Aku mendengar suara
Makoto dan, seraya memalingkan wajah, aku melihat dia naik kuda melewati gerbang yang
lebih rendah di area biara. Pasukanku sedang berkumpul di luar.
Suasana menjadi hening. Aku membayangkan semua orang berpikir kalau aku akan
dieksekusi karena saat Arai melangkah ke bukit, Jato masih ada di tangannya.
Di bebatuan yang menonjol, ada sekelompok tawanan diikat; mereka sepertinya gabungan
antara bandit, mata-mata, prajurit tanpa tuan, dan orang-orang malang yang hanya berada di
waktu dan tempat yang salah. Sebagian besar dari mereka meringkuk tanpa bersuara, pasrah;
satu dua merintih ketakutan; satu orang sedang meratap.
Di balik erangan mereka, aku mendengar Jo-An sedang berdoa di antara hembusan
napasnya. LIAN HEARN BUKU KETIGA 217 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Arai menyerukan perintah dan gelandangan itu ditarik ke depan. Aku menatapnya.
Tubuhku dingin. Aku tidak merasa kasihan maupun takut. Aku hanya akan melakukan apa
yang Lord Arai perintahkan.
Arai berkata, "Semula aku ingin memerintahkan kau menginjak-injak simbol Hidden
yang hina itu di depan umum, Otori, tapi kami tak punya satu pun benda itu di sini. Makhluk
ini, gelandangan ini, ditangkap dari jalanan tadi malam, sedang menaiki kuda seorang ksatria.
Beberapa anak buahku mengenali kalau dia berasal dari Yamagata. Kemudian kami curiga dia
ada hubungan denganmu. Dia dipercaya telah mati. Sekarang dia muncul lagi, melanggar
hukum dengan lari dari tempat tinggalnya. Kami tahu dia mendampingimu dalam banyak
pertempuran. Dia menyatakan kalau dia pengikut Hidden."
Dia menatap Jo-An dengan ekspresi jijik. Kemudian dia berpaling padaku dan
menyerahkan pedang. "Aku ingin melihat tebasan Jato," ujarnya.
Aku tak bisa melihat mata Jo-An. Aku ingin menatapnya lekat-lekat, namun dia terikat
dengan kepala yang dipaksa menunduk. Dia terus berdoa dan hanya aku dapat mendengarnya,
doa kaum Hidden saat ajal menjelang. Tak ada waktu untuk melakukan apa pun kecuali
mengambil pedang, lalu menggunakannya. Bila aku ragu, aku takkan mampu melakukannya
dan aku akan menyia-nyiakan semua yang telah kuperjuangkan.
Aku merasakan bobot Jato yang tak asing dan nyaman di tanganku, berdoa agar pedang
itu tidak membuatku kecewa, dan mengarahkan mataku pada tulang leher JoAn yang
menonjol. Bilah pedang itu memenggal tanpa ampun.
Kau telah membebaskan kakakku dari penderitaannya di Yamagata. Bila tiba waktunya,
maukah kau melakukan hal yang sama padaku"
Waktunya telah tiba, dan aku melakukan apa yang pernah dia minta. Aku
menyelamatkannya dari siksaan dan memberinya kematian yang cepat dan terhormat, sama
seperti yang kuberikan pada Shigeru. Namun aku masih menganggap kematian Shigeru
sebagai tindakan terburuk dalam hidupku, dan ingatan itu membuat gigiku terasa goyah dan
perutku terasa mual. Aku tidak memperlihatkan perasaan itu. Memperlihatkan tanda kelemahan atau
penyesalan pasti akan menamatkan riwayatku. Kematian seorang gelandangan tidak lebih
LIAN HEARN BUKU KETIGA 218 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON penting dari kematian seekor anjing. Aku tak mau melihat ke arah kepala yang terpenggal,
darah yang mengalir. Aku memeriksa tepian tajam pedang; tak ada noda darah yang
menempel. Aku melihat Arai.
Tatapan mata kami bertemu selama beberapa saat sebelum aku menunduk.
"Nah begitu," ujarnya dengan puas, melihat ke pengawalnya, "Aku tahu kita tidak perlu
mencemaskan Otori." Dia menepuk bahuku, suasana hatinya sudah benar-benar membaik.
"Kita akan makan bersama dan membicarakan rencana kita. Pasukanmu boleh beristirahat di
sini; akan kupastikan mereka diberi makan."
Aku tidak tahu waktu apa saat ini. Pasti sekitar tengah hari. Selagi makan, suhu mulai
menurun dan angin dingin berhembus dari barat laut. Dinginnya udara membuat Arai
memutuskan untuk berangkat saat fajar menyingsing keesokan harinya, bertemu dengan sisa
pasukannya, dan segera bergerak ke Hagi. Aku harus membawa pasukanku ke pesisir,
menghubungi Terada dan mengatur rencana untuk penyerangan melalui laut.
Kami berencana menyerang pada bulan purnama berikutnya, bulan kesepuluh. Jika kami
gagal menyerang lewat laut, maka Arai akan menghentikan penyerangan, menggabungkan
wilayah yang telah dia kuasai, dan pensiun di Inuyama, tempat aku akan bergabung
dengannya. Tak seorang pun dari kami memikirkan masak-masak rencana kedua ini. Kami
menetapkan untuk menyelesaikan urusan ini sebelum musim dingin.
Kahei dipanggil dan ketika bertemu, kami saling memberi salam dengan gembira, kami
berdua takut tak akan bertemu lagi. Karena tak bisa membawa seluruh pasukan dengan kapal,
aku mengijinkan mereka beristirahat selama satu atau dua hari sebelum mengirim mereka ke
timur di bawah komando Kahei. Aku belum berbicara dengan Makoto dan tidak yakin apakah
akan mengajaknya bersamaku atau mengirimnya pergi bersama Kahei. Aku ingat dia pernah
mengatakan kalau dia memiliki sedikit pengalaman soal kapal dan laut.


Briliance Of The Moon Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika bertemu dengannya, kami sangat sibuk mengatur penginapan dan makanan
pasukan. Aku menyadari ada sesuatu dalam tatapan matanya"simpati" kasihan?"tapi aku tak
ingin membicarakannya dengan dia atau siapa pun juga. Di saat semuanya sudah beres, aku
kembali ke kolam, waktu sudah hampir malam. Sisa tubuh Jo-An tak ada lagi. Begitu pula
dengan tawanan yang lain, mungkin mereka telah dieksekusi dan dikuburkan dengan upacara
kecil. Aku ingin tahu siapa yang mengubur mereka. Biasanya Jo-An yang menguburkan, tapi
LIAN HEARN BUKU KETIGA 219 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON siapa yang melakukan hal yang sama kepadanya"
Karena melintasi barisan, aku juga memeriksa kuda. Sakai dan Hiroshi ada di sana,
sedang memberi makan kuda, gembira karena kuda mendapat waktu beristirahat satu-dua
hari. "Mungkin sebaiknya kau pergi dengan Lord Arai besok," kataku pada Sakai. "Sepertinya
kita melewati jalur yang sama ke Maruyama; kau bisa membawa Hiroshi pulang."
"Maaf, Lord Otori," ujarnya, "tapi kami lebih memilih untuk tetap bersama Anda."
"Kuda sudah terbiasa dengan kami," Hiroshi menambahkan, menepuk leher Shun yang
pendek dan berotot. "Jangan kirim aku pulang."
Aku terlalu lelah untuk berdebat dan, memang, aku lebih memilih untuk
mempertahankan kuda dan bocah itu dalam pasukanku. Aku meninggalkan mereka dan
berjalan ke biara, seraya merasa perlu melakukan sesuatu untuk menandai kematian Jo-An dan
andilku dalam kematiannya. Kubasuh mulut dan tanganku di tangki air, berharap bisa bersih
dari polusi kematian, dan memohon rahmat, dari dewa; sepertinya aku percaya pada semua
kepercayaan atau tidak percaya pada apa pun.
Aku duduk sebentar saat mentari mulai hilang di balik pohon cedar, menatap birunya air
kolam yang menakjubkan. Ikan kecil berenang di tempat dangkal, dan seekor bangau datang
mencari mangsa. Bangau itu berdiri dengan sabar, tenang, kepalanya berpaling ke kanan-kiri,
mata hitamnya tak berkedip. Burung itu menyerang. Si ikan meronta sebentar dan langsung
ditelan. Asap membumbung tinggi, bercampur dengan kabut yang berkumpul di atas kolam.
Bintang-bintang pertama bermunculan di langit bak sutra kelabu. Tak akan ada bulan malam
ini. Angin membawa kabar tentang musim dingin yang makin mendekat. Kota bersenandung
dengan nyanyian sore dari begitu banyak orang yang sedang makan; aroma masakan menjalar
ke arahku. Aku tidak lapar; bahkan seharian aku berjuang melawan rasa mual. Aku memaksakan diri
untuk makan dan minum bersama Arai dan anak buahnya, dan tahu kalau aku akan segera
bergabung dengan mereka lagi, bersulang atas kemenangan bersama kami. Namun aku
hentikan pemikiran itu, sebaliknya aku menatap kolam ketika warnanya luluh dan menjadi
sekelabu langit. LIAN HEARN BUKU KETIGA 220 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Bangau itu, yang lebih bijaksana dariku, terbang dengan mengepakkan sayap untuk
kembali ke tempatnya bertengger.
Saat mulai gelap, sepertinya aku dapat memikirkan Jo-An tanpa menyesali diri. Apakah
kini dia bersama Tuhan, dengan Sang Rahasia yang melihat segalanya dan akan menghakimi
kami semua" Aku tak percaya tuhan seperti itu ada: jika memang ada, mengapa dia
meninggalkan pengikutnya dengan penderitaan, seperti yang dialami kaum Hidden" Bila dia
memang ada, aku pasti dikutuk untuk masuk neraka.
Hidupmu dibawa ke alam keterbukaan dan tak lagi menjadi milikmu sendiri. Jo-An
mempercayai ramalan ini. Damai terwujud melalui pertumpahan darah. Meskipun ajaran
Hidden melarang untuk membunuh, dia tahu dan dia menerimanya. Kini aku menjadi lebih
mantap untuk membawakan kedamaian itu agar kematiannya tidak sia-sia.
Aku berkata pada diriku agar jangan duduk bersedih. Aku bangkit ketika mendengar
suara Makoto di kejauhan. Seseorang menjawabnya dan aku tahu itu suara Shiro.
Makoto memanggil. "Takeo! Orang ini mencarimu. Dia ingin kau datang ke rumahnya."
Shiro menyeringai. "Kami hanya punya separuh atap. Tapi kami punya makanan dan
perapian. Suatu kehormatan bagiku bila Anda datang ke rumahku."
Aku berterima kasih padanya, merasa kalau keahliannya sangat kubutuhkan.
Makoto berkata pelan kepadaku, "Kau baik-baik saja?"
Aku mengangguk, tiba-tiba aku tidak mempercayai lagi suaraku sendiri.
Makoto berkata, "Aku berduka atas kematian Jo-An." Itu kedua kalinya dia menyebut
nama si gelandangan. "Dia tidak pantas mendapatkannya," ujarku.
"Dalam banyak cara, hal itu lebih dari yang pantas dia dapatkan: kematian cepat di
tanganmu. Bila tidak, mungkin akan jadi jauh lebih buruk."
"Jangan bicarakan itu lagi; itu sudah berlalu." Aku berbalik menghadap Shiro dan
bertanya padanya kapan dia meninggalkan Hagi.
"Lebih dari setahun lalu," jawabnya. "Kematian Lord Shigeru membuatku sedih. Aku tak
ingin lagi melayani Klan Otori begitu beliau"dan kau"pergi. Ini kota asalku; aku bekerja
sambil belajar di Hagi saat berumur sepuluh tahun, lebih dari tiga puluh tahun lalu."
"Aku heran mereka membiarkan kau pergi," kataku, karena tukang kayu ahli sekaliber
LIAN HEARN BUKU KETIGA 221 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Shiro biasanya sangat dihargai dan mengundang rasa iri antar klan.
"Aku menyogok mereka," sahutnya, seraya tertawa kecil. "Penguasa tidak mempunyai
uang; mereka melepaskan siapa pun yang dapat memberi cukup uang sebagai gantinya."
"Tak ada uang?" seruku. "Tapi Otori adalah klan terkaya di Tiga Negara. Apa yang
terjadi?" "Perang, keserakahan. Dan bajak laut semakin memperparah. Perdagangan melalui laut
terhenti." "Ini berita yang membesarkan hati," kata Makoto. "Mampukah mereka mengeluarkan
biaya untuk mempertahankan pasukan mereka?"
"Hampir tidak bisa," sahut Shiro. "Pasukan bersenjata lengkap"sebagian besar
pendapatan penguasa dihabiskan untuk baju zirah dan senjata"tapi makanan selalu kurang
dan pajak melambung setinggi langit. Banyak yang tak senang. Jika Lord Takeo kembali ke
Hagi, kurasa separuh pasukan akan bergabung dengannya."
`Apakah sudah diketahui umum kalau aku hendak kembali?" tanyaku. Aku ingin tahu
mata-mata seperti apa yang Otori pelihara dan seberapa cepat berita ini sampai ke mereka.
Bahkan jika mereka tak mampu lagi membayar, tak diragukan lagi Kikuta mau bekerja tanpa
bayaran. "Itu yang diharapkan semua orang," sahut Shiro. "Dan sejak Lord Arai tidak
mengeksekusimu seperti yang kami pikir akan dia lakukan?"
"Aku juga berpikir begitu!" kata Makoto. "Sepertinya aku tiba untuk melihat kau yang
terakhir kalinya!" Shiro menatap kolam yang tenang, sekarang berwarna kelabu tua di bawah cahaya yang
memudar. "Mestinya kita bisa menghabisinya," ujarnya pelan. "Waktu itu lebih dari satu
pemanah siap dengan busur tertuju ke Lord Arai."
"Jangan berkata seperti itu," aku memperingatkan. "Kini kami bersekutu."
"Mungkin," gerutu Shiro. "Tapi bukan Arai yang menghendaki Inuyama untuk
membalaskan dendam Lord Shigeru." Shiro dan keluarganya-istri, dua putri, dan menantu
laki-lakinya"membuat kami merasa nyaman di bagian rumah yang baru diperbaiki. Kami
makan malam bersama mereka, kemudian aku dan Makoto pergi minum sake
bersama Arai. Suasananya gembira; Arai merasa yakin kalau musuh terakhirnya akan segera
LIAN HEARN BUKU KETIGA 222 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON menyerah. Lalu apa" Aku tak ingin terlalu memikirkan masa depan. Arai ingin melihatku menjadi
pemimpin di Hagi, tempat aku membawa Otori bersekutu dengannya dan aku yakin dia ingin
melihat kedua paman Shigeru dihukum. Tapi aku masih berharap mendapatkan istriku
kembali, dan jika aku ditakdirkan berkuasa sejauh laut membentang, berarti aku akan melawan
Arai. Tapi aku sudah bersumpah setia padanya....
Aku minum dengan kasar, menyambut tajamnya sake yang membuatku nyaman, seraya
berharap bisa mematirasakan pikiranku selama sesaat.
Malam terasa pendek. Tepat sebelum fajar menyingsing, pasukan pertama Arai bergerak,
menyiapkan perjalanan panjang. Saat masuk Waktu Naga* mereka semua sudah berangkat,
meninggalkan kota yang menjadi senyap selama beberapa saat sampai suara perbaikan
mengambil alih lagi. Sakai dan Hiroshi tidur dengan kuda-itu menguntungkan karena
ternyata Hiroshi mengatakan bahwa dua kali ada prajurit yang mencoba merebut Shun, mengakui kalau kuda itu milik mereka. Tampaknya reputasi kuda itu naik bersama dengan naiknya
reputasiku. Aku menghabiskan waktu seharian untuk menyusun rencana. Aku memilih prajurit yang
bisa berenang atau yang mengetahui tentang kapal dan laut: semuanya adalah orang Otori dan
penduduk lokal yang bergabung dengan kami sejak kami tiba di pantai. Memeriksa seluruh
baju zirah dan senjata serta perlengkapan untuk melaut dengan sebaik-baiknya. Aku
menyebarkan penombak ke hutan untuk membuat papan pelindung dan tombak bagi pasukan
yang berjalan bersama Kahei. Prajurit lainnya aku perintahkan untuk melakukan perbaikan
kerusakan akibat badai dan sedapat mungkin menyelamatkan hasil panen. Makoto pergi ke
pantai untuk menghubungi Ryoma dan menjelaskan rincian rencana kami pada Terada.
Perjalanan Arai melalui daratan dua kali lebih jauh daripada perjalanan melalui Taut, maka
kami ada cukup waktu untuk menyiapkan segalanya.
Aku lega karena ternyata kota ini memang memiliki gudang rahasia yang luput dari
pasukan Arai yang kelaparan, dan penduduk kota ini rela membaginya dengan kami. Begitu
banyak pengorbanan yang mereka lakukan untukku. Lalu bagaimana bila musim dingin tiba"
Apakah perebutan kekuasan ini hanya akan membuat ribuan orang kelaparan"
Aku tak ingin memikirkan hal itu. Aku telah memutuskan. Aku harus maju terus.
LIAN HEARN BUKU KETIGA 223 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Malam itu aku duduk bersama Shiro dan menantu laki-lakinya, dan berbincang tentang
bangunan. Mereka bukan hanya bekerja di rumah Lord Shigeru, mereka juga membangun
sebagian besar rumah di Hagi dan melakukan semua pekerjaan kayu untuk Kastil Hagi.
Mereka menggambar denah bagian dalam kastil untukku, membuatku teringat scat
pengangkatan diriku sebagai Otori. Mereka mengungkapkan rahasia tentang lantai, pintu
jebakan, dan ruang rahasia yang mereka pasang atas perintah Masahiro.
"Ini tampak seperti rumah Tribe," kataku.
Kedua tukang kayu saling berpandangan. "Hmmm, mungkin ada orang-orang tertentu
yang membantu merancangnya," ujar Shiro, seraya menuangkan sake lagi.
Aku berbaring, memikirkan hubungan Tribe dengan para pemimpin Otori. Apakah
sekarang mereka sedang berbaring menungguku di Hagi, sudah tahu kalau mereka tak perlu
mengejar karena aku akan mendatangi mereka" Belum beberapa minggu berlalu sejak usaha
terakhir mereka untuk membunuhku di wilayah ini. Aku memejamkan mata, namun tidak
bisa tidur pulas, sering terjaga untuk mendengar suara malam musim gugur dan kota yang
sedang tidur. Aku sendirian di kamar kecil di bagian belakang rumah; Shiro dan keluarganya
di kamar sebelahnya. Penjaga ada di luar di beranda, dan ada anjing di setiap rumah di
sepanjang jalan. Mustahil orang bisa mendekatiku. Tapi, kira-kira memasuki waktu yang
paling gelap di malam itu, aku terjaga dari tidur yang gelisah karena mendengar desah napas di
dalam kamar. Tak ragu lagi kalau itu penyusup, karena siapa pun orangnya, dia bernapas dengan pelan,
tak terlihat, cara yang sama dengan latihan yang pernah kuikuti. Tapi ada sesuatu yang lain:
napasnya ringan dan bukan napas orang dewasa. Aku tak bisa melihat apa-apa di kegelapan,
tapi aku segera menghilang karena mungkin si penyusup punya penglihatan malam yang lebih
baik dariku. Aku bergeser tanpa bersuara dari kasur dan meringkuk di sudut kamar.
Bisa kurasakan dari suara yang halus dan perubahan di udara kalau dia mendekati kasur.
Kini aku bisa mencium aromanya, tapi bukan aroma laki-laki dewasa. Apakah Kikuta
mengirim perempuan atau anak-anak untuk membunuhku" Aku sangat benci bila terpaksa
membunuh anak-anak; aku mengira-ngira letak lubang hidungnya, dan melangkah ke
arahnya. Tanganku melingkar di lehernya, mencari urat nadi. Aku bisa saja membunuhnya, tapi
LIAN HEARN BUKU KETIGA 224 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON segera setelah kupegang lehernya, aku sadar kalau itu memang leher anak-anak. Aku
melonggarkan peganganku; dia mengencangkan semua ototnya untuk mengelabui agar aku
mengira dia lebih besar dari yang sebenarnya. Merasakan peganganku mengendur, dia
menelan ludah dan berbicara cepat, "Lord Takeo. Keluarga Muto ingin berdamai."
Aku pegang lengannya, memaksa tangannya terbuka, mengambil belati dan garotte dari
dalam pakaiannya, memencet hidungnya agar dia membuka mulut, dan meraba di dalam
mulutnya untuk mencari jarum atau racun. Aku lakukan ini dalam kegelapan dan dia patuh
tanpa melawan. Kemudian aku memanggil Shiro untuk membawakan lampu dari dapur.
Saat melihat si penyusup, dia hampir menjatuhkan lampunya. "Bagaimana dia bisa
masuk" Ini mustahil!" Shiro ingin memukul anak itu tapi aku menahannya.
Aku membalikkan telapak tangan bocah itu dan melihat garis khas itu terlukis di atasnya.
Aku menamparnya. "Kebohongan tentang Muto apa ini sementara kau punya tanda Kikuta?"
"Aku putra Muto Shizuka," sahutnya pelan. "Ibuku dan ketua Muto datang untuk
menawarkan perdamaian."
"Jadi mengapa kau di sini" Aku tak terbiasa berunding dengan anak kurang ajar!"
"Aku ingin tahu apakah aku mampu melakukannya," sahutnya, sedikit terbata-bata untuk
pertama kalinya. "Ibumu tak tahu kau kemari" Hampir saja aku membunuhmu! Lalu bagaimana dengan
tawarannya damainya?" Aku memukulnya lagi tapi tidak keras. "Dasar anak bodoh!" Aku
sadar kalau aku terdengar persis seperti Kenji. "Kau Zenko atau Taku?"
"Taku," bisiknya.
Si bungsu, pikirku. "Di mana Shizuka?"
"Tidak jauh. Mau kuantar ke sana?"
"Mungkin nanti saat sudah terang."
"Aku harus kembali," ujarnya gugup. "Ibu pasti akan marah besar bila dia tahu aku tidak
ada." "Rasakan. Tidakkah kau pikirkan itu sebelum pergi?"
"Kadang aku lupa berpikir," sahutnya dengan menyesal. "Ketika aku ingin mencoba
sesuatu, aku langsung melakukannya."
Aku menahan diri untuk tidak tertawa. "Aku akan mengikatmu sampai pagi. Setelah itu
LIAN HEARN BUKU KETIGA 225 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON kita pergi menemui ibumu."
Aku menyuruh Shiro mengambil tali, lalu mengikat bocah itu, memerintahkan para
penjaga yang malu agar mengawasinya. Taku kelihatannya rela dijadikan tawanan, dan aku
ingin tidur. Aku menyuruhnya menatap mataku. Dengan enggan dia mematuhinya, dan
segera bola matanya berputar dan kelopak matanya tertutup. Apa pun bakatnya"dan aku tak
ragu lagi kalau banyak yang dia miliki"dia tak bisa melawan tatapan tidur Kikuta.
Itu sesuatu yang bisa kuajarkan padanya, tanpa sadar aku berpikir, tepat sebelum aku
tertidur. Taku masih tidur saat aku terbangun. Kuamati wajah nya selama beberapa saat. Aku tak
melihat kemiripan dia denganku atau Kikuta; dia lebih mirip ibunya, tapi sekilas ada
kemiripan dengan ayahnya. Jika putra Arai ada di tanganku... jika Muto ingin berdamai
denganku... tapi aku sadari betapa dalamnya rasa takutku bertemu mantan guruku, Kenji.
Taku masih tertidur. Itu tidak membuatku cemas. Aku tahu cepat atau lambat Shizuka
akan datang mencarinya. Aku sarapan dengan Shiro dan duduk di beranda dengan denah
Kastil Hagi di hadapanku, sambil berusaha menghapalnya selagi menunggu Shizuka.
Meskipun aku sedang memandang keluar untuk menunggunya, dia hampir sampai di
rumah itu sebelum aku mengenalinya. Dia sudah melihatku, tapi pasti dia akan berjalan lurus
melewatiku bila tidak kupanggil.
"Hei, kau!" Aku tak ingin menyebut namanya.
Dia berhenti dan berkata tanpa membalikkan badan. "Aku, tuan?"
"Masuklah bila menginginkan apa yang kau cari."
Dia mendekat, melepas sandal di beranda, dan membungkuk dalam-dalam padaku.
Tanpa berkata aku berjalan ke dalam. Dia mengikutiku.


Briliance Of The Moon Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sudah lama sekali, Shizuka!"
"Sepupu. Sebaiknya kau tidak menyakitinya."
"Hampir saja aku membunuhnya, dasar anak bodoh. Seharusnya kau mendidiknya dengan
lebih baik." Kami saling bertukar pandang.
"Rasanya aku harus memeriksa apakah kau membawa senjata," ujarku. Aku sangat
gembira bertemu dengannya dan tergoda untuk memeluknya, namun aku tak ingin ada helati
LIAN HEARN BUKU KETIGA 226 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON menembus tulang rusukku. "Aku kemari bukan untuk menyakitimu, Takeo. Aku datang bersama Kenji. Dia ingin
berdamai denganmu. Paman memutuskan hubungan dengan keluarga Kikuta. Kuroda akan
mengikutimu, dan yang lainnya mungkin juga. Aku membawa Taku sebenarnya untuk
membuktikan niat baik kami. Tak kusangka dia akan pergi sendirian."
"Catatan kepercayaan Tribe denganku tidaklah baik," kataku. "Mengapa aku harus
mempercayaimu?" "Bila pamanku datang, maukah kau bicara padanya?"
"Tentu. Bawa juga putra sulungmu. Kedua putramu akan dijaga anak buahku selagi kita
bicara." "Kudengar kau kejam sekarang, Takeo," ujar Shizuka.
"Kerabat-kerabat kita di Yamagata dan Matsue yang mengajarinya. Kenji selalu
mengatakan hanya kekejaman yang tidak kumiliki." Aku memanggil anak gadis Shiro dan
memintanya untuk menyediakan teh. "Duduklah," kataku pada Shizuka. "Putramu tertidur.
Setelah minum teh, kita ajak Kenji dan Zenko kemari."
Teh datang dan Shizuka menghirupnya dengan perlahan. "Kurasa kau sudah mendengar
tentang kematian Yuki?" tanyanya.
"Ya, aku sedih mendengar kabar itu. Sangat keterlaluan dia dimanfaatkan seperti itu. Kau
tahu tentang anaknya?"
Shizuka mengangguk. "Pamanku tak bisa memaafkan Kikuta. Itu sebabnya dia siap
menentang Kotaro dan mendukungmu."
"Dia tidak menyalahkanku?"
"Tidak, dia menyalahkan kekejaman Kikuta. Dia juga menyalahkan dirinya karena banyak
hal: kematian Shigeru, mendorong kau dan Kaede jatuh cinta"mungkin juga karena
kematian putrinya." "Kita semua menyalahkan diri sendiri, tapi nasiblah yang mempermainkan kita," kataku
pelan. "Itu benar," ujar Shizuka. "Kita tinggal di dunia ini; kita tak bisa hidup dengan cara lain."
"Ada kabar tentang Kaede?" Sebenarnya aku tak ingin bertanya tentang Kaede. Aku tak
ingin memperlihatkan kelemahan dan rasa malu.
LIAN HEARN BUKU KETIGA 227 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Dia sudah menikah dan dipingit. Dia masih hidup."
"Adakah cara agar kau bisa menghubunginya?"
Raut wajah Shizuka agak melunak. "Aku berteman baik dengan tabib di rumah Fujiwara,
dan seorang gadis Muto yang menjadi pelayan rumah itu. Jadi kami selalu mendengar kabar
tentangnya. Namun hanya sedikit yang bisa kami lakukan. Aku tak berani berhubungan
langsung. Kurasa bahkan Kaede tidak menyadari bahaya yang sedang dia hadapi. Fujiwara
pernah memerintahkan untuk membunuh pelayan, bahkan pendampingnya, hanya karena
alasan sepele seperti menjatuhkan nampan, tanaman yang rusak, atau kesalahan kecil lainnya."
"Makoto mengatakan kalau Fujiwara tak tidur dengannya...."
"Kurasa tidak," sahut Shizuka. "Biasanya dia tidak suka perempuan, tapi Kaede menarik
baginya. Dia kini menjadi salah satu koleksi Fujiwara."
Gigiku bergemeletuk karena geram. Pikiranku menerawang menembus kediaman
Fujiwara dan mencarinya. Akan kucincang orang itu perlahan-lahan.
"Dia dilindungi karena ada hubungan dengan Kaisar," komentar Shizuka seakan bisa
membaca pikiranku. "Kaisar! Apa yang dia lakukan untuk kita, bermil-mil jauhnya di ibukota" Bahkan
mungkin tak ada yang namanya kaisar. Orang itu hanya cerita hantu, dikarang untuk
menakuti anak-anak!"
"Jika kita bicara tentang rasa bersalah," ujar Shizuka, mengabaikan kegusaranku, "Akulah
yang bersalah. Aku yang membujuk Kaede untuk menarik perhatian Fujiwara. Tapi bila tidak
dibantu Fujiwara, kami semua pasti sudah mati kelaparan di Shirakawa pada musim dingin
lalu." Shizuka menghabiskan tehnya dan membungkuk hormat padaku.
"Bila Lord Otori berkenan, aku hendak memanggil pamanku sekarang."
'Akan kutemui dia di sini, setelah aku memeriksa beberapa persiapan."
"Lord Otori." Dipanggil seperti itu oleh Shizuka terasa aneh bagiku, karena sebelumnya aku hanya
mendengar sebutan itu dia berikan kepada Shigeru. Aku sadar kalau selama percakapan ini aku
naik tingkat dari Sepupu, lalu Takeo, lalu Lord Otori. Sebutan itu tanpa sadar membuatku
senang. Kurasa Shizuka mengakui bahwa kekuasaanku memang nyata.
LIAN HEARN BUKU KETIGA 228 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Setelah memerintahkan penjaga mengawasi Taku, aku lalu pergi memeriksa pasukan.
Istirahat selama dua hari dan makanan yang layak telah memulihkan kekuatan pasukan
maupun kuda. Aku tak sabar ingin segera kembali ke pesisir, secepatnya mendengar kabar dari
Fumio, dan berpikir aku akan pergi ke sana bersama sedikit pasukan, tapi aku tidak tahu apa
yang harus dilakukan dengan sisa pasukan. Persoalannya kembali ke soal makanan. Penduduk
Shuho telah bermurah hati kepada kami, tapi lama-kelamaan akan menguras persediaan
mereka. Bahkan jika aku mengirim pasukan dalam jumlah besar di bawah komando Kahei,
untuk mengikuti Arai melewati jalan darat, aku tetap membutuhkan perbekalan.
Aku mempertimbangkan masalah ini ketika kembali ke rumah Shiro pada tengah hari.
Aku teringat si nelayan di pantai dan bandit-bandit yang dia takuti. Satu serangan mendadak
melawan bandit dapat mengisi waktu, membuat pasukan sibuk, mengembalikan semangat
tempur mereka setelah mengalami kekalahan, menyenangkan penduduk setempat, dan
mungkin mendapat tambahan perbekalan dan peralatan. Gagasan cemerlang itu muncul di
benakku. Saat memikirkan, tiba-tiba aku melihat seorang laki-laki sedang berjinjit di bawah
bayangan atap rumahorang biasa, memakai pakaian berwarna biru keabu-abuan yang kusam
dan tak terlihat membawa senjata. Seorang bocah berusia dua belas tahun ada di sampingnya.
Mereka berdua perlahan-lahan berdiri ketika melihatku.
Aku mengisyaratkan dengan kepala. "Ayo masuk."
Kenji melepas sandal di beranda.
"Tunggu di sini," kataku padanya. "Biarkan anak itu ikut denganku." Aku berjalan ke
dalam bersama Zenko, ke tempat Taku tidur. Kuambil garotte milik Taku lalu menyuruh
penjaga mencekiknya jika ada yang menyerangku. Zenko tidak bicara dan tak memperlihatkan
rasa takut. Dapat kulihat kemiripan anak itu dengan Arai. Kemudian aku kembali menghampiri
guruku. Setelah di dalam rumah, kami berdua duduk. Kami saling mengamati, kemudian Kenji
membungkuk hormat dan berkata dengan nada mengejek, "Lord Otori."
"Muto," sahutku. "Taku juga ada di kamar sebelah. Dia dan kakaknya akan mati jika kau
menyerangku." LIAN HEARN BUKU KETIGA 229 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON Kenji tampak lebih tua dan aku melihat kelelahan di wajahnya yang dulu belum terlihat.
Rambut di pelipisnya mulai memutih.
"Aku tak bermaksud menyakitimu, Takeo." Melihat dahiku berkerut, dia kemudian agak
memperbaiki kata-katanya dengan tidak sabar. "Lord Otori. Mungkin kau tak percaya padaku,
tapi aku memang tidak pernah berniat menyakitimu. Aku bersungguh-sungguh malam itu
ketika di rumah Shigeru, saat bersumpah akan melindungimu selama aku hidup."
"Cara yang aneh untuk memenuhi janji," kataku.
"Kupikir kita tahu bagaimana rasanya tercabik antara kewajiban yang saling
bertentangan," ujarnya. "Bisakah kita lupakan masalah itu sekarang?"
"Aku lebih senang bila kita tidak lagi bermusuhan." Aku bersikap lebih dingin dari yang
kurasakan, merasa dipaksa oleh apa yang telah terjadi antara mantan guruku itu dengan diriku
sendiri. Selama ini aku menganggap dia mempunyai andil atas kematian Shigeru; kini rasa
benciku luluh oleh penderitaannya karena kematian Yuki, atas kesedihannya. Aku juga
menyesali atas kejadian terhadap Yuki, lalu masalah anaknya, putraku, cucunya.
Kenji menghela napas. "Situasinya tak bisa dibiarkan. Apa gunanya saling menjatuhkan"
Alasan utama Kikuta mengakuimu adalah berusaha melindungi bakatmu. Jika ada yang
menjilat ludah kembali, merekalah orangnya! Aku tahu kau memiliki catatan yang Shigeru
simpan. Tidak kuragukan kalau kau mampu menghabisi Tribe."
"Aku lebih senang bekerjasama dengan Tribe daripada menghancurkan mereka," ujarku.
"Tapi kesetiaan mereka harus total. Dapatkah kau jamin itu?"
"Aku dapat menjamin semua keluarga, kecuali Kikuta. Mereka tak akan mau berdamai
denganmu." Kenji terdiam selama beberapa saat, kemudian melanjutkan dengan nada muram,
"Begitu pula sikapku pada mereka."
Aku berkata, "Aku turut berduka atas kematian putrimu. Aku merasa bersalah. Tidak ada
alasan bagiku untuk mengelak. Aku hanya berharap seandainya aku bisa mengulangi hidupku,
aku akan bertindak lain."
"Aku tidak menyalahkanmu," ujar Kenji. "Yuki telah memilihmu. Aku menyalahkan
diriku karena membesarkan dia untuk percaya bahwa dia memiliki lebih banyak kebebasan
dari yang sebenarnya. Sejak dia membawakan Jato padamu, Kikuta mulai meragukan
kepatuhannya. Mereka takut Yuki akan mempengaruhi anaknya. Anak itu harus
LIAN HEARN BUKU KETIGA 230 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON membencimu, kau mengerti. Kikuta sangatlah sabar. Dan Yuki tidak membencimu, tak akan
pernah. Dia selalu ada di pihakmu." Kenji tersenyum pahit. "Yuki sangat marah saat kami
menculikmu di Inuyama. Dia mengatakan akan percuma menahanmu jika itu bertentangan
dengan kemauanmu." Sudut mataku menghangat. "Dia mencintaimu," ujar Kenji. "Mungkin kau bisa mencintainya andai kau belum
bertemu Lady Shirakawa. Aku juga menyalahkan diriku atas hal itu. Sebenarnya aku yang
mengatur pertemuan kalian; aku melihat kau jatuh cinta pada Kaede selama latihan. Apa
sebabnya, aku tak tahu. Kadang kupikir kita semua tersihir dalam perjalanan itu."
Aku juga merasa seperti itu. Aku teringat rintik hujan, kuatnya perasaanku pada Kaede,
kegilaan untuk memasuki Kastil Yamagata, perjalanan Shigeru menuju kematian.
"Aku juga berharap keadaannya berbeda, Takeo, tapi aku tak menyalahkan atau dendam
padamu." Kali ini aku tidak menangkap keakrabannya. Dia meneruskan bicaranya, lebih mirip
mantan guruku. "Kau sering bertindak seperti orang bodoh, namun nasib sepertinya
memanfaatkanmu untuk tujuan lain, dan hidup kita saling terikat. Aku siap mempercayakan
Zenko dan Taku padamu sebagai tanda niat baikku."
"Mari kita bersulang," kataku, dan memanggil putri Shiro untuk menyediakan sake.
Ketika gadis itu selesai menuangkan sake dan kembali ke dapur, aku bertanya, "Kau tahu
di mana putraku?" Sulit kubayangkan seorang bayi tanpa ibu.
"Entahlah. Tapi kurasa Akio akan membawanya ke selatan, di luar wilayah Tiga Negara.
Kau akan mencarinya?"
"Saat semua ini berakhir." Aku tergoda untuk mengatakan pada Kenji tentang ramalan
itu, kalau putraku yang akan menghancurkanku, namun pada akhirnya rahasia itu kusimpan
untuk diriku sendiri. "Sepertinya Ketua Kikuta, Kotaro, ada di Hagi," cerita Kenji padaku selagi kami minum.
"Berarti kita akan bertemu dia di sana. Kuharap kau ikut bersamaku."
Kenji berjanji akan ikut dan kami lalu berpelukan.
"Apa yang ingin kau lakukan pada kedua bocah itu?" tanya Kenji. "Apakah kau akan
menahan mereka di sini bersamamu?"
LIAN HEARN BUKU KETIGA 231 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON "Ya. Taku tampaknya sangat berbakat. Bolehkah aku mengirimnya dalam misi mata-mata
seorang diri" Rasanya ada tugas yang cocok untuknya."
"Ke Hagi" Itu di luar kemampuannya."
"Tidak, hanya di sekitar sini. Aku ingin mencari tempat persembunyian beberapa bandit."
"Dia belum mengenal daerah sini. Mungkin dia akan tersesat. Apa yang ingin kau
ketahui?" "Berapa banyak jumlah mereka, seperti apa pertahanan mereka, hal-hal semacam itu. Dia
bisa menghilang, kan" Dia tak akan bisa melewati penjagaku tanpa kemampuan itu."
Kenji mengangguk. "Mungkin Shizuka bisa menemaninya. Tapi, adakah penduduk asli
yang bisa menemani mereka setidaknya separuh jalan" Itu bisa menghemat banyak waktu."
Kami bertanya pada kedua putri Shiro, dan si bungsu mau mengantar. Dia sering pergi
mengumpulkan jamur dan tumbuhan liar untuk makanan dan obat, dan meskipun
menghindari daerah bandit, dia mengenal daerah pesisir.
Taku terbangun selagi kami berbincang. Penjaga memanggilku, lalu Kenji dan aku pergi
menemuinya. Zenko masih duduk di tempat aku meninggalkannya, diam tak bergerak.
Taku menyeringai pada kami dan berseru, "Aku bertemu dewa Hachiman dalam mimpi!"
"Itu bagus," kataku padanya, "Karena kau akan pergi berperang!"
Malam itu Taku dan Shizuka kembali dengan semua informasi yang kubutuhkan. Makoto
kembali dari pantai tepat pada saat kami membawa dua ratus prajurit untuk menyerbu tempat
persembunyian para bandit di daerah bebatuan, dengan sedikit sekali kerugian, aku nyaris
tidak bisa menganggap itu sebagai peperangan. Hasilnya seperti yang diharapkan: hampir
semua bandit mati, hanya dua orang yang tertangkap hidup-hidup, dan mengambil persediaan
musim dingin mereka. Kami membebaskan sejumlah perempuan yang diculik, di antara
mereka ada ibu dan kakak perempuan anak yang kuberi makan di pantai. Zenko ikut bersama
kami dan bertempur seperti orang dewasa, sedangkan Taku terbukti amat berharga: bahkan
ibunya pun memuji. Kabar tersebar cepat ke desa nelayan kalau aku telah kembali dan
memenuhi janjiku pada si nelayan. Semua orang datang menawarkan perahu mereka untuk
membantu mengangkut pasukan.
Semula aku mengira kalau semua kegiatan ini berguna agar pasukan tidak menganggur,
tapi kenyataannya itu juga demi kepentinganku. Mendengar kabar dari Shizuka tentang Kaede
LIAN HEARN BUKU KETIGA 232 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON dan keadaannya yang amat menyedihkan semakin memperkuat tekadku untuk bertemu
dengannya ribuan kali lipat. Aku menyibukkan diri di siang hari agar pikiranku tenang, tapi di
malam hari pikiran itu lcembali menyiksaku. Selama minggu terjadi gempa kecil. Di benakku
selalu nampak Kaede terjebak dalam bangunan yang bergetar sebelum akhirnya rubuh dan
terbakar. Aku selalu dihantui rasa cemas: bila dia sudah mati, maka pasti pada akhir hayatnya
dia berpikir kalau aku telah meninggalkannya, bahwa aku telah mati tanpa mengatakan betapa
aku mencintainya dan tak ada orang yang kucintai selain dia. Gagasan kalau kemungkinan
Shizuka bisa menyampaikan pesan padanya semakin menggiurkan.
Taku dan Hiroshi membentuk apa yang disebut hubungan emosional, meskipun
keduanya sebaya namun benar-benar bertolak belakang dari cara dibesarkan dan sifat mereka.
Hiroshi tidak menyetujui kehadiran Taku, dia iri. Taku sering mempermainkannya dengan
tipuan Tribe yang membuat Hiroshi gusar, sedangkan aku terlalu sibuk untuk menengah.
Mereka terus mengikutiku sambil bertengkar seperti anjing dan kucing. Sedangkan Zenko
lebih sering menyendiri. Aku tahu bakat Tribe dalam dirinya hanya sedikit, tapi dia ahli
berkuda dan jago pedang. Dia juga tampaknya dilatih dengan sempurna dalam kepatuhan.
Aku tak yakin apa yang akan kulakukan padanya kelak, tapi dialah pewaris Arai dan aku tahu
kalau cepat atau lambat aku harus memutuskan apa yang harus aku lakukan pada dirinya.
Kami mengadakan acara makan besar untuk mengucapkan selamat tinggal pada penduduk
Shuho, kemudian dengan membawa perbekalan hasil rampasan dari para bandit, Kahei dan
Makoto serta pasukan utama berangkat dengan berjalan kaki ke Hagi. Aku mengirim Hiroshi
bersama mereka, membungkam protesnya dengan mengatakan kalau dia boleh menunggang


Briliance Of The Moon Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Shun, dan berharap kuda itu akan menjaga bocah itu, seperti dia menjagaku.
Sulit rasanya berpisah dengan mereka semua, apalagi dengan Makoto yang telah menjadi
sahabat karibku. Kami berpelukan lama sekali. Kuharap kami pergi ke medan perang bersamasama, tapi dia tidak tahu soal perahu dan aku membutuhkannya untuk memimpin pasukan
darat bersama Kahei. "Kita akan bertemu di Hagi," kami saling berjanji.
Begitu mereka pergi, aku merasa perlu tetap mengetahui informasi tentang pergerakan
mereka, tentang Arai, dan tentang situasi di Maruyama serta kediaman Lord Fujiwara. Aku
ingin tahu reaksi bangsawan itu tentang persekutuanku dengan Arai. Kini aku bisa mulai
LIAN HEARN BUKU KETIGA 233 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON memanfaatkan jaringan Muto.
Kondo Kiichi ikut datang bersama Shizuka dan Kenji ke Shuho, dan aku sadar kalau dia
juga bisa berguna untukku, karena dia sekarang bekerja pada Arai. Lagipula, Arai dan
Fujiwara bersekutu, yang bisa memberi alasan pada Kondo untuk mendekati Fujiwara.
Shizuka mengatakan bahwa Kondo akan melayani siapa saja bila disuruh Kenji. Tampaknya
dia tak punya masalah bila bersumpah setia padaku. Dengan persetujuan Kenji, Kondo dan
Shizuka mengatur untuk menghubungi mata-mata Muto di wilayah barat daya. Sebelum
mereka pergi, aku menarik Shizuka dan memberinya pesan untuk disampaikan pada Kaede:
bahwa aku mencintainya, bahwa aku akan segera menjemputnya, bahwa dia harus bersabar,
bahwa dia tak boleh mati sebelum bertemu denganku lagi.
"Itu berbahaya, terutama bagi Kaede," kata Shizuka. "Akan kulakukan semampuku, tapi
aku tak bisa menjanjikan apa pun. Kami akan mengirim pesan padamu sebelum bulan
purnama." Aku kembali ke biara yang terbengkalai di pantai dan mendirikan kemah di sana.
Seminggu berlalu; bulan telah memasuki sepertiga paruh pertama. Kami mendapat kabar dari
Kondo: Arai telah bertempur dengan pasukan Otori di dekat Yamagata, dan pasukan Otori
mundur ke Hagi. Ryoma kembali dari Oshima dengan membawa kabar bahwa Terada sudah
siap. Cuaca cerah, laut tenang, selain dari gempa yang mengakibatkan gelombang besar.
Dua hari sebelum bulan purnama, di tengah hari, kami melihat bayangan gelap di
kejauhan datang dari Oshima: armada kapal bajak laut. Ada dua belas kapal. Kubariskan
semua prajuritku di pantai, siap naik ke kapal.
Fumio melompat keluar dari kapal utama dan berjalan di air ke arahku. Salah satu anak
buahnya ikut dengan membawa bungkusan panjang dan dua keranjang yang lebih kecil.
Setelah berpelukan, dia berkata, "Aku membawa sesuatu untuk kuperlihatkan padamu. Ajak
aku ke dalam; aku tak ingin semua orang melihatnya."
Kami berjalan ke dalam biara sementara para pelaut mulai mengatur pasukan naik ke
kapal. Anak buah Fumio meletakkan bungkusan di lantai, lalu mundur ke pinggiran beranda.
Aku sudah bisa menebak isi keranjang itu baunya, dan aku ingin tahu kenapa Fumio bersusah
payah membawa kepala seseorang padaku.
Fumio membuka bungkusan itu. "Setelah kau lihat, baru kita kuburkan. Kami merebut
LIAN HEARN BUKU KETIGA 234 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON sebuah kapal beberapa minggu lalu dengan orang ini di atasnya"salah satu dari mereka."
Aku melihat kepala itu dengan rasa jijik. Kulitnya seputih mutiara dan rambutnya kuning
seperti kuning telur burung. Badannya besar, hidungnya bengkok.
"Ini orang atau setan?"
"Ini salah satu orang barbar yang membuat tabung untuk melihat dari jauh."
"Tabung itukah yang ada dalam bungkusan yang di sana itu?" Aku menunjuk ke
bungkusan panjang. "Bukan! Ini jauh lebih menarik!" Fumio membuka bungkusan dan memperlihatkannya
padaku. Aku mengambilnya dengan hati-hati.
"Senjata?" Aku tidak yakin bagaimana menggunakannya, tapi benda itu memiliki
tampilan yang tak salah lagi sesuatu yang dirancang untuk membunuh.
"Ya, dan kurasa kita bisa membuat tiruannya. Aku sudah membuat satu. Masih belum
sempurna"benda itu telah membunuh orang yang mencobanya"tapi aku tahu letak
kesalahannya." Matanya berkilat, wajahnya cerah.
"Apa yang bisa dilakukan benda ini?"
"Akan kuperlihatkan. Adakah orang yang hendak kau singkirkan?"
Aku memikirkan kedua bandit yang kami tangkap. Mereka diikat di tiang pancang di
pantai, satu contoh bagi yang lainnya agar mempertimbangkan pekerjaan mereka. Aku
mendengar erangan mereka selagi kami menunggu Fumio, dan aku berpikir kalau aku harus
melakukan sesuatu pada mereka sebelum kami pergi.
Fumio lalu memanggil anak buahnya yang membawa tungku batu bara. Kami mengikat
kencang kedua bandit itu di pohon, mereka memohon dan mengutuk. Fumio berjalan sekitar
lima puluh atau enam puluh langkah ke pantai, memberi isyarat padaku agar ikut dengannya.
Dia menyulut tali dari batu bara dan menyulut ujung bara api ke ujung tabung. Ujungnya
mempunyai semacam pengait, berbentuk seperti mata air. Dia mengarahkan tabung itu,
menyipitkan mata ke arah para tawanan. Tiba-tiba terdengar bunyi keras yang membuatku
melompat, disertai kepulan asap. Si bandit menjerit kesakitan. Darah mengalir dari luka di
lehernya. Dia mati dalam sekejap.
"Ah," ujar Fumio puas. "Aku sudah mulai bisa menggunakannya."
"Perlu waktu berapa lama sampai kau bisa menembak lagi?" tanyaku. Senjata yang kejam
LIAN HEARN BUKU KETIGA 235 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON dan buruk. Benda itu tidak memiliki keindahan pedang dan keagungan busur, tapi dapat
kulihat senjata itu lebih efektif.
Fumio mengulangi lagi prosesnya dan aku menghitung dengan napasku: lebih dari seratus
kali, waktu yang lama di tengah pertempuran. Tembakan kedua menerjang dada bandit yang
satunya lagi, mengakibatkan lubang yang cukup besar. Kurasa bolanya bisa menembus baju
zirah. Kemampuan senjata itu membuatku terpikat sekaligus jijik.
"Para ksatria pasti menyebut itu senjata para pengecut," kataku pada Fumio.
Dia tertawa. `Aku tak keberatan dengan cara pengecut bila itu berarti aku tetap hidup!"
"Kau akan membawanya?"
"Bila kau berjanji untuk menghancurkannya bila kita kalah." Dia menyeringai. "Tidak
boleh ada orang lain yang tahu cara membuatnya."
"Kita tidak akan kalah. Kau sebut apa benda itu?"
"Senjata api," sahutnya.
Kami kembali ke dalam, dan Fumio membungkus lagi senjata api itu. Lalat mulai
mengerubungi kepala bandit yang seram itu, dan baunya seperti meresap ke seluruh ruangan,
membuatku mual. "Singkirkan kepala itu," perintahku pada anak buah Fumio. Dia melihat ke arah tuannya.
"Akan kuperlihatkan benda lainnya." Fumio mengambil bungkusan ketiga dan
membukanya. "Dia memakai benda ini di lehernya."
"Tasbih?" tanyaku, seraya mengambil tali putih itu. Manik-maniknya terbuat dari gading.
Talinya terurai dan tanda yang digunakan kaum Hidden, salib, terulur di depan mataku. Aku
takjub melihat benda yang selalu menjadi rahasia. Di rumah rahib kami di Mino, jendelanya
diatur begitu rupa agar pada waktu tertentu di siang hari, cahaya matahari membentuk salib
emas di dinding, tapi hanya bayangan yang berlalu dengan cepat itu yang pernah kulihat.
Menahan wajahku agar tak menunjukkan perasaan apa pun, kulempar manik-manik itu
pada Fumio. "Aneh. Agama si orang barbar?"
"Kau sangat polos, Takeo. Ini simbol kaum Hidden."
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Aku tahu hal-hal semacam itu," katanya dengan tidak sabar. `Aku tak takut pada ilmu
pengetahuan. Aku pernah ke daratan utama. Aku tahu kalau dunia jauh lebih besar dari
LIAN HEARN BUKU KETIGA 236 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON gugusan pulau kita ini. Orang-orang barbar menganut ajaran yang sama dengan kaum
Hidden. Kurasa hal itu sangat menakjubkan."
"Lagipula, benda itu tak berguna dalam peperangan!" Kurasa hal itu tidak menakjubkan,
tapi menakutkan, seakan itu pesan dari tuhan yang tak lagi kupercaya.
"Apa lagi yang orang-orang barbar itu punya" Takeo, saat kau berkuasa di Hagi, kirimkan
aku ke mereka. Kita bisa berdagang dengan mereka. Kita bisa belajar dari mereka."
Sulit bagiku membayangkan masa depan seperti itu. Yang dapat kupikirkan hanyalah
peperangan yang akan segera terjadi.
Saat pertengahan sore, pasukan terakhir sudah naik ke kapal. Fumio nyatakan kami harus
segera berangkat untuk memanfaatkan air pasang di malam hari. Sambil menggendong Taku
di pundak, aku berjalan di air ke kapal Fumio dan menepi ke pinggiran lambung kapal. Kenji
dan Zenko menyusul. Armada kapal sudah dalam perjalanan, layar kuning dihembus angin.
Daratan semakin lama semakin terlihat kecil, dan kemudian menghilang di tengah kabut sore.
Shizuka mengatakan akan mengirim kabar sebelum kami pergi, tapi kami tidak mendapat
kabar apa pun darinya. Tidak adanya kabar dari Shizuka semakin membuatku mencemaskan
dirinya dan juga Kaede.* LIAN HEARN BUKU KETIGA 237 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON TEMPERAMEN Rieko kacau, panik akibat badai seperti yang dia alami ketika terjadi
gempa. Begitu panik hingga dia hampir pingsan. Meskipun keadaan tak nyaman akibat badai,
Kaede bersyukur telah terbebas dari perhatian tiada henti perempuan itu. Tapi, setelah dua
hari badai mulai mereda, diikuti dengan cuaca musim gugur yang cerah, kesehatan dan
kekuatan Rieko pulih bersama dengan sikap penuh perhatiannya yang menjengkelkan itu.
Tampaknya Rieko selalu menemukan sesuatu yang akan dilakukan pada Kaede setiap
hari, mencabut alisnya, menggosok badan dengan kulit padi, keramas serta menyisir
rambutnya, membedaki wajahnya hingga putihnya tak alami, memberi krim tangan dan kaki
Kaede hingga sehalus dan sebening mutiara. Dia memilih pakaian untuk Kaede. Adakalanya,
sebagai perlakuan khusus, Rikeo membacakan atau memainkan kecapi"dengan maksud
untuk memamerkan kemampuannya pada Kaede.
Fujiwara berkunjung sekali sehari. Rieko mengajari Kaede tentang seni membuat teh dan
Kaede menyiapkannya untuk Fujiwara, mengikuti ritual itu dengan tenang sementara Fujiwara
mengikuti setiap gerakan, seraya sesekali membetulkan kesalahan Kaede. Pada hari yang
cerah, para perempuan duduk di ruangan yang menghadap ke taman kecil yang tertutup. Dua
pohon cemara sating membelit dan pohon plum yang sudah sangat tua tumbuh bersama
bunga azalea dan semak peony.
"Kita akan menikmati bunga-bunga di musim semi," kata Rieko. Perkataan ini membuat
Kaede memikirkan musim dingin yang akan segera tiba dan musim-musim berikutnya. Seiring
berlalunya musim, kecantikan dirinya akan berkurang, nilainya akan berkurang di mata
Fujiwara. Taman itu mengingatkan Kaede pada taman di Kastil Noguchi, tempat ia pernah duduk
bersama ayahnya ketika memberitahukan bahwa pernikahannya dengan Lord Otori Shigeru
telah diatur. Saat itu ayahnya bangga, lega karena Kaede akan melangsungkan pernikahan
LIAN HEARN BUKU KETIGA 238 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON yang baik. Namun iA dan ayahnya tidak tahu kalau pernikahan itu merupakan pernikahan
pura-pura, jebakan untuk Shigeru. Karena hanya sedikit hat yang menyibukkan pikirannya, ia
mengenang masa lalu selagi memandangi taman, memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi seiring hari-hari yang berlalu dengan begitu lambat.
Pohon plum mulai menjatuhkan daunnya dan seorang laki-laki tua datang ke taman
untuk memungutinya satu demi satu agar tidak menutupi lumut. Kaede harus disembunyikan
agar tidak terlihat orang itu, tapi Kaede memperhatikannya dari balik layar kasa. Dengan
kesabaran tanpa batas, laki-laki itu memungut setiap helai dawn dengan telunjuk Ban ibu jari
agar tidak merusak lumutnya lalu menaruhnya di keranjang bambu. Kemudian dia menyisiri
lumut seperti menyisir rambut, menyingkirkan setiap ranting dan rumput, cacing tanah, bulu
burung, potongan kayu. Selama sisa hari itu, lumut tampak murni, dan kemudian, tanpa
terasa, dunia, kehidupan, mulai mengganggunya lagi, dan keesokan harinya proses yang sama
berulang lagi. Lumut hijau dan putih tumbuh di batang pohon yang menonjol, dan Kaede menemukan
dirinya juga memperhatikan hatikan hat itu. Kejadian-kejadian kecil memiliki kekuatan yang
mengejutkannya. Suatu pagi jamur yang berwarna putih gading dan merah muda pucat
tumbuh dan sesekali seekor burung hinggap di salah satu pucuk pohon cemara lalu
memperdengarkan kicauannya, denyut nadi Kaede bergetar.
Memerintah satu wilayah tidak sepenuhnya menyibukkan pikirannya yang selalu gelisah
dan haus; kini tidak banyak hat yang dapat dilakukan sehingga is berpikir bisa mati karena
bosan. Ia mencoba mendengarkan irama di rumah itu dari balik dinding-dinding kamarnya
tapi hanya sedikit suara yang dapat menembus ke tempat yang terpencil itu. Satu kali ia
pernah mendengar irama seruling Ban menduga itu Makoto. Ia ketakutan setengah mati
bertemu dengan pemuda itu, karena terkekang oleh kecemburuan memikirkan laki-laki itu
bebas datang Ban pergi, bebas untuk bersama Takeo: tapi kini ia ingin sekali bertemu Makoto,
untuk mendapatkan kabar, kabar apa saja. Tapi ia tak bisa tahu apakah itu si biarawan atau
bukan. Selain bosan, hat terburuk yang Kaede rasakan adalah tidak mengetahui apa-apa.
Pertempuran bisa dijalani lalu kalah, ksatria bisa saja bangkit dan jatuh"tapi semua kabar itu
disimpan rapat-rapat darinya. Satu-satunya pelipur laranya adalah jika Takeo mati, Fujiwara
LIAN HEARN BUKU KETIGA 239 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BRRILIANCE OF THE MOON pasti akan mengatakan padanya, mengejek dan bersenang-senang atas penderitaannya.
Kaede tahu Fujiwara terus mempertunjukkan drama dirinya. Mamoru sering datang
bersama bangsawan itu untuk mempelajari dan meniru ekspresi Kaede. Kaede tidak diizinkan
Kematian Bintang Sirkus 3 Pendekar Gagak Rimang 1 Lahirnya Sang Pendekar Badai Awan Angin 11
^