Pencarian

Grass For Pillow 1

Grass For The Pillow Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn Bagian 1


KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
GRASS FOR THE PILLOW PENGANTAR PERISTIWA dalam buku kedua ini terjadi
setelah kematian Lord Otori Shigeru di
kastil Tohan di Inuyama. Pemimpin Klan
Tohan, lida Sadamu, telah dibunuh dalam
usaha balas dendam yang dilakukan anak
angkat Shigeru, Otori Takeo, atau begitulah yang diyakini oleh orang banyak.
Sedangkan penggulingan Tohan dilakukan
Arai Daiichi, seorang bangsawan Klan
Seishuu dari Kumamoto, yang memanfaatkan chaos setelah kejatuhan Inuyama untuk
menguasai Tiga Negara. Arai berharap
dapat membentuk persekutuan dengan Takeo dan berencana menikahkan pemuda itu
dengan Shirakawa Kaede yang kini menjadi pewaris Klan Maruyama dan Klan Shirakawa.
Tetapi, kegalauan antara amanat terakhir Shigeru dan tuntutan keluarga ayah
kandungnya, yaitu Tribe Kikuta, membuat Takeo menyerahkan hak waris dan pernikahannya dengan Kaede, gadis yang sangat dia cintai. Dia pun pergi bersama Tribe, karena merasa
ada ikatan darah dan juga karena dia telah bersumpah setia.
Lord Otori Shigeru dimakamkan di Terayama, di biara terpencil yang terletak di
jantung Negara Tengah. Setelah pertempuran di Inuyama dan Kushimoto, Arai datang ke
biara untuk memberi penghormatan pada sekutunya yang telah tewas sekaligus hendak
menegaskan persekutuan baru. Di tempat inilah Takeo dan Kaede bertemu untuk terakhir
kalinya. LIAN HEARN BUKU KEDUA 1 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
GRASS FOR THE PILLOW SATU SHIRAKAWA KAEDE tertidur nyenyak hingga nyaris tidak sadarkan diri akibat
tidur Kikuta yang dihantarkan melalui tatapan. Malam berlalu, bintang-bintang memucat
seiring fajar tiba, suara-suara dari kuil datang dan pergi, namun dia tetap tidak bergerak. Dia
tak mendengar suara Shizuka yang memanggil dengan cemas, berusaha membangunkan.
Dia tidak merasakan elusan Shizuka di keningnya. Dia tidak mendengar anak buah Lord
Arai Daiichi datang dengan ketidaksabaran yang memuncak, mengatakan pada Shizuka
bahwa pemimpin itu sedang menunggu untuk berbicara dengan Lady Shirakawa. Napas
Kaede terdengar damai dan tenang, sosoknya diam tak bergerak layaknya topeng.
Menjelang sore, terjadi perubahan pada diri Kaede. Kelopak matanya bergerak dan
bibirnya menampakkan senyuman.
Bersabarlah. Dia akan datang kepadamu. Kaede bermimpi dirinya membeku. Kata-kata
jernih bergema di kepalanya. Ia tidak merasa takut, ia hanya merasa seperti ditahan sesuatu
yang dingin dan putih di dunia yang hening, membeku, dan mempesona.
Mata Kaede bergerak membuka.
Hari masih terang. Dari bayangan di dalam ruangan, Kaede tahu bahwa hari beranjak
sore. Lonceng angin berdentang lembut, satu kali, lalu tenang kembali. Hari saat ingatannya
belum pulih pasti hangat karena kulit kepalanya terasa lembab. Ia mendengar kicau burung
di atap, dan capitan burung layang-layang saat menangkap serangga terakhir di sore itu.
Segera saja hewan-hewan itu terbang ke selatan. Musim gugur telah tiba.
Kicau burung mengingatkan Kaede pada lukisan pemberian Takeo, sketsa burung yang
membuat ia berpikir tentang kebebasan; lukisan itu hilang bersama semua barangnya,
kimono pengantin dan pakaian lainnya, di saat kastil Inuyama terbakar. Kini ia tidak punya
satu barang pun. Shizuka akhirnya menemukan beberapa kimono tua di tempat mereka
menginap setelah peristiwa itu, dan meminjam sisir serta beberapa perlengkapan lain. Inilah
LIAN HEARN BUKU KEDUA 2 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
GRASS FOR THE PILLOW pertama kali Kaede berada di rumah yang berbau kedelai fermentasi, penuh orang yang
berusaha menjauh, meskipun terkadang ada pelayan mengintip melalui jendela.
Ia takut orang tahu apa yang terjadi pada malam kejatuhan kastil. Ia telah membunuh
seorang laki-laki, dan tidur dengan laki-laki lainnya. Ia telah bertarung dengan
menggunakan pedang orang yang ia bunuh. Ia merasa tidak yakin telah melakukan hal itu.
Terkadang ia merasa seperti tersihir. Orang-orang membicarakan tentang dirinya, bahwa
setiap laki-laki yang menginginkan dirinya akan mati-dan memang benar. Semua laki-laki
itu telah mati. Kecuali Takeo.
Sejak dilecehkan seorang penjaga saat masih menjadi iawanan di kastil Noguchi, Kaede
selalu takut pada laki-laki. Rasa takut pada Iida yang telah mendorongnya untuk bertahan
melawan laki-laki itu; namun ia tidak takut pada Takeo. Ia hanya ingin memeluk erat
pemuda itu. Sejak berjumpa di Tsuwano, ia mendambakan Takeo. Ia ingin Takeo
menyentuhnya, ia ingin merasakan kulit Takeo menyentuh kulitnya. Kini, saat mengenang
malam itu, ia sadar dengan kejernihan baru bahwa ia tak akan menikah dengan orang lain
selain Takeo, ia tak akan mencintai seorang pun kecuali pemuda itu. Aku akan bersabar,
janjinya. Namun, dari mana kata-kata itu berasal"
Kaede menengok dengan perlahan dan ia melihat Shizuka sedang di tepi beranda. Tak
jauh dari pelayannya itu ada pohon yang telah berumur ribuan tahun. Udara beraroma kayu
cedar dan debu. Lonceng biara membunyikan jam malam. Kaede tidak bicara. Ia tidak ingin
bicara atau mendengar apa pun. Ia hanya ingin kembali ke tempat es tadi, ke tempat saat ia
tertidur. Kemudian, selain debu yang melayang-layang di cahaya mentari sore, ia melihat
sesuatu: sesosok roh, pikirnya, hanya saja sosok itu bukan roh karena berwujud; sosok itu ada
di sana, begitu nyata, berkilauan bak butiran salju. Ia memandang, setengah terbangun, tapi
begitu mengenali sosok wanita itu, Dewi Putih, Sang Pengasih, Sang Pengampun itu pun
menghilang. "Apa itu?" Shizuka mendengar gerakan dan langsung berlari ke sisi Kaede. Kaede
menatap Shizuka dan melihat kekhawatiran yang mendalam di mata pelayannya itu. Ia sadar
betapa berharganya orang ini baginya, dialah sahabat terdekat, satu-satunya sahabat.
"Tidak. Hanya mimpi."
LIAN HEARN BUKU KEDUA 3 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
GRASS FOR THE PILLOW "Kau baik-baik saja" Bagaimana perasaanmu?"
"Entahlah. Aku merasa...." suara Kaede menghilang. Ia menatap Shizuka beberapa saat.
"Aku tertidur seharian" Apa yang terjadi?"
"Tidak seharusnya dia lakukan itu padamu," kata Shizuka, suaranya cemas dan juga
marah. "Takeo?"
Shizuka mengangguk. "Aku tidak tahu kalau dia memiliki kemampuan itu. Itu adalah
salah satu kemampuan Kikuta."
"Yang kuingat hanya matanya. Kami bertatapan lalu aku tertidur."
Setelah diam sejenak, Kaede melanjutkan, "Dia sudah pergi?"
"Pamanku, Muto Kenji, dan ketua Kikuta, Kotaro, telah menjemputnya kemarin
malam," balas Shizuka.
"Dan aku tak akan bertemu dengannya lagi?" Kaede ingat keputusasaannya di malam
sebelumnya, sebelum tidur nyenyak, sebelum tidur panjang. Ia memohon pada Takeo untuk
tak meninggalkannya. Ia mencemaskan masa depan dirinya tanpa Takeo; juga marah dan
terluka oleh penolakan pemuda itu. Namun semua pergolakan hatinya musnah sudah.
"Kau harus lupakan dia," kata Shizuka, meraih dan mvngusap tangan Kaede dengan
lembut. "Sejak saat ini hidupnya dan hidupmu tak akan bersentuhan."
Kaede tersenyum samar. Aku tidak bisa melupakannya, pikir Kaede. Tak akan ada yang
dapat merebutnya dariku. Aku pernah tidur dalam kebekuan. Aku telah melihat Dewi
Putih. "Kau baik-baik saja?" desak Shizuka. "Tidak banyak orang yang bertahan dari tidur
Kikuta"mereka biasanya mati tanpa pernah sadar. Apa yang terjadi padamu?"
"Tidur itu tak berbahaya bagiku. Bahkan telah mengubahku. Aku merasa seperti tidak
tahu apa-apa. Seolah-olah aku harus mempelajari semuanya dari awal lagi."
Shizuka berlutut, bingung, matanya mencari-cari di wajah Kaede. "Apa yang hendak
kau lakukan sekarang" Ke mama kau akan pergi" Kau akan ikut Arai ke Inuyama?"
"Aku harus pulang. Aku harus menengok ibuku. Aku takut dia meninggal selama kita
di Inuyama. Aku akan herangkat pagi-pagi. Kuharap kau bisa menyampaikannya pada Lord
Arai." "Aku mengerti kecemasanmu," balas Shizuka. "Tapi Arai mungkin keberatan
LIAN HEARN BUKU KEDUA 4 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
GRASS FOR THE PILLOW membiarkanmu pergi."
"Baiklah, aku yang akan membujuknya," kata Kaede tenang. "Pertama-tama aku harus
makan. Maukah kau meminta pelayan menyajikan makanan" Dan juga teh."
"Lady," Shizuka membungkuk lalu melangkah keluar beranda. Saat Shizuka pergi,
Kaede mendengar senandung pilu dari alunan seruling, namun peniupnya tidak terlihat
karena alunan itu berasal dari taman di belakang biara. Ia bisa menebak si peniup seruling,
biarawan muda yang menyambut rombongan Kaede saat pertama kali tiba di biara untuk
melihat lukisan Sesshu, tapi ia tidak ingat nama pemuda itu. Alunan seruling seakan
mengisahkan tentang penderitaan dan kerinduan yang tak tertahankan. Dedaunan
bergoyang ketika hembusan angin semakin kencang, burung hantu di pegunungan mulai
bersahutan. Shizuka datang membawa teh kemudian menuangkan secangkir untuk Kaede. Ia
meminumnya seakan baru pertama kali minum teh, seakan setiap tetes memiliki citarasa
yang berbeda. Dan ketika pelayan tua membawakan nasi dan sayuran yang dimasak dengan
tofu (tahu), ia seakan belum pernah mencicipi hidangan itu. Ia terkagum-kagum karena
kekuatan baru yang bersemayam dalam dirinya.
"Lord Arai ingin bertemu denganmu sebelum malam," kata Shizuka. "Aku sudah
menyampaikan bahwa kau belum sehat, tapi dia memaksa. Bila kau tidak ingin
menemuinya, akan kusampaikan padanya."
"Kurasa kita tidak bisa memperlakukan dia seperti itu," kata Kaede. "Bila dia memberi
perintah, aku harus patuh."
"Dia sangat marah," kata Shizuka dengan nada rendah. "Dia tersinggung dan marah
atas kepergian Takeo. Dia merasa kehilangan dua sekutu penting. Kini hampir dipastikan
dia harus bertempur melawan Otori tanpa Takeo di pihaknya. Dia berharap pernikahanmu"
"Jangan bicara itu lagi," sela Kaede. Ia menghabiskan nasi terakhirnya, metakkan sumpit
dan membungkukberterima kasih atas hidangannya.
Shizuka menghela napas panjang. "Arai tidak tahu banyak tentang Tribe, cara kerja
mereka, tuntutan yang mereka tetapkan atas apa yang menjadi milik mereka."
"Dia tahu kau orang Tribe?"
"Dia tahu aku selalu memiliki cara untuk mengirimkan pcsan-pesannya. Dia cukup
LIAN HEARN BUKU KEDUA 5 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
GRASS FOR THE PILLOW senang dapat memanfaatkan keahlianku guna membentuk persekutuan dengan Lord
Shigeru dan Lady Maruyama. Dia hanya tahu tentang Tribe seperti kebanyakan orang lain,
dia pikir mereka hanya sekadar orang suruhan. Keterlibatan Tribe dalam kematian Iida
membuatnya kaget, meskipun dia diuntungkan dengan peristiwa itu. "Shizuka diam sejenak,
lalu melanjutkan. "Kini dia tidak mempercayaiku lagi-kurasa dia pasti bertanya-tanya,
bagaimana mungkin dia tidur denganku tanpa berpikir akan dibunuh. Yah, kami sudah
dipastikan tak akan bersama lagi. Kini semuanya telah berakhir."
"Kau takut" Apakah dia mengancammu?"
"Dia murka," balas Shizuka. "Dia menganggap aku telah berkhianat, lebih buruk lagi,
dia merasa diperbodoh. Kurasa dia tak akan memaafkan aku." Nada pahit terdengar dalam
suaranya. "Sejak beranjak dewasa, aku telah menjadi kekasih, sahabat dan orang
kepercayaannya. Aku telah melahirkan dua anak laki-lakinya. Tapi, dia pasti akan
menghukum mati aku bila tidak ada kau."
"Akan kubunuh orang yang berani mencelakaimu," kata Kaede geram.
Shizuka tersenyum. "Kau kelihatan galak sekali saat mengatakan itu!"
"Laki-laki mati dengan mudah," ujar Kaede datar. "Dari tusukan jarum atau tikaman
belati. Kau yang mengajariku."
"Tapi kuharap kau tidak menggunakan semua keahlian itu," balas Shizuka. "Meskipun
kau bertarung sangat baik di Inuyama. Takeo berhutang nyawa padarriu."
Kaede terdiam sejenak, lalu berkata dengan nada rendah, "Aku tidak hanya bertarung
menggunakan pedang. Kau tidak tahu seluruh kejadiannya."
Shizuka menatapnya. "Apa maksudmu" Apakah kau yang membunuh Iida?" bisiknya.
Kaede mengangguk. "Takeo memenggal kepala lida setelah orang itu mati. Aku
lakukan apa yang kau ajarkan. Dia hendak memperkosa aku."
Shizuka mencengkram tangan Kaede. "Jangan sampai ada yang tahu! Tak seorang
ksatria pun, termasuk Arai, akan membiarkanmu hidup."
"Aku tidak menyesal," kata Kaede. "Aku tidak melakukan tindakan yang memalukan.
Itu bukan hanya untuk melindungi diriku, tapi juga untuk membalaskan kematian Lord
Shigeru, Lady Maruyama dan anaknya, serta semua orang yang tidak bersalah tapi disiksa
dan dibunuh Iida." LIAN HEARN BUKU KEDUA 6 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
GRASS FOR THE PILLOW "Meskipun begitu, bila hal ini diketahui orang lain, kau akan dihukum. Laki-laki akan
menganggap dunia sudah terbalik bila perempuan mulai mengangkat senjata dan membalas
dendam." "Duniaku memang sudah terbalik," kata Kaede. "Tetap saja aku akan menemui Lord
Arai. Ambilkan..." ucapannya terputus, kemudian dia tertawa, 'Aku hendak mengatakan,
'ambilkan pakaianku,' padahal aku tidak punya. Aku tidak punya apa-apa!"
"Kau masih punya seekor kuda," balas Shizuka. "Takeo memmberikan kudanya
untukmu." "Dia memberiku Raku?" Kaede tersenyum, senyuman yang membuat wajahnya cerah.
Tatapan Kaede menerawang jauh, matanya kelam dan berpikir.
"Lady?" Shizuka menyentuh bahu Kaede.
"Sisirkan rambutku, dan sampaikan pada Lord Arai kalau aku akan segera
menemuinya." Hari hampir gelap gulita saat mereka meninggalkan kamar khusus perempuan, dan
berjalan ke ruang tamu utama tempat Arai dan anak buahnya menginap. Lampu-lampu
bercahaya dari arah biara, dan jauh di atas bukit orang-orang berdiri mengelilingi makam
Lord Shigeru dengan membawa obor. Orang masih berdatangan untuk berziarah, membawa
dupa dan sesembahan, meletakkan lampu dan lilin di sekitar batu nisan, meminta
pertolongan pada arwah Shigeru yang kian hari kian dianggap sebagai dewa.
Dia tidur dalam liputan api, pikir Kaede sambil mendoakan arwah Shigeru, meminta
petunjuk. Di saat yang sama ia memikirkan apa yang hendak dikatakan pada Arai. Ia adalah
pewaris Klan Shirakawa dan Maruyama; ia sadar Arai ingin bersekutu dan mengikat dirinya
melalui pernikahan untuk menambah sekutu. Ia dan Arai beberapa kali bicara di Inuyama
dan selama di perjalanan, tapi perhatian Arai lebih tertuju pada pengamanan wilayah dan
strateginya di masa depan. Arai tidak membahas hal itu, kecuali saat menunjukkan
keinginannya untuk segera menikahkan Kaede dengan Takeo. Sebelumnya"rasanya sudah
lama sekali"ia hanyalah bidak di tangan ksatria yang menentukan nasibnya. Kini, dengan
kekuatan baru yang ia peroleh setelah tidur es, ia memutuskan untuk mengambil kendali
atas hidupnya. Aku perlu waktu, pikirnya. Aku tidak boleh tergesa-gesa. Aku harus pulang
dulu sebelum mengambil keputusan.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 7 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
GRASS FOR THE PILLOW Seorang pengawal Arai"ia ingat laki-laki itu bernama Niwa"menyambutnya di ujung
beranda dan membimbingnya hingga ke pintu. Semua jendela terbuka. Arai duduk di ujung
ruangan bersama tiga anak buahnya. Niwa menyebut nama Kaede dan bangsawan itu


Grass For The Pillow Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menatap gadis yang pernah ditolongnya itu. Selama beberapa saat mereka saling mengamati.
Kaede menangkap tatapan Arai, dan merasakan kekuatan orang itu berdenyut di nadinya.
Kaede lalu berlutut dan membungkuk, meskipun membenci sikap tubuhnya, namun ia sadar
bahwa kedatangannya untuk memenuhi panggilan.
Arai balas membungkuk, dan mereka berdua duduk tegak bersamaan. Kaede merasakan
tatapan laki-laki itu pada dirinya. Kaede mengangkat kepala dan memberi pandangan tidak
gentar yang sama sehingga Arai mengalihkan pandangan ke tempat lain. Jantung Kaede
berdebar kencang karena keberanian dirinya. Kaede melihat perubahan di wajah Arai,
berbeda dari orang yang dulu pernah ia kenal. Garis-garis di sekitar mulut dan mata
bangsawan itu semakin dalam. Dulu Arai pragmatis dan luwes, tapi kini dia dalam
cengkraman nafsu kekuasaan.
Ukuran tubuh dan kekuatan Arai membuat Kaede gemetar, mengingatkannya saat-saat
ketidakberdayaannya dipelukan Iida, pada kekuatan laki-laki yang memaksa perempuan
dengan cara yang mereka inginkan. Jangan berikan mereka kesempatan untuk menggunakan
kekuatan itu, muncul pikiran itu, lalu, Selalu memegang senjata. Kaede merasa ada sesuatu di
mulutnya, semanis buah persik, sekuat aliran darah, pengetahuan dan kekuatan. Inikah
yang mendorong laki-laki saling bertempur tiada henti, untuk saling memperbudak dan
menghancurkan" Mengapa perempuan tidak punya itu"
Ia memandang tubuh Arai, di bagian tubuh yang sama tempat jarum dan belati
menusuk Iida, menyerahkan tubuh Lord Iida ke dunia yang selama ini dia dominasi dan
membiarkan darah kehidupannya mengalir keluar. Aku tak boleh lupa itu, ia berkata pada diri
sendiri. Laki-laki pun bisa dibunuh perempuan. Aku telah membunuh ksatria paling berkuasa di
Tiga Negara. Selama ini Kaede dididik agar patuh pada laki-laki: tunduk pada keinginan dan
kecerdasan mereka. Jantung Kaede berdebar begitu kencang sehingga ia merasa hendak
pingsan. Ia menghela napas panjang, seperti yang Shizuka ajarkan, dan merasakan darah
berdesir di urat nadinya.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 8 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
GRASS FOR THE PILLOW "Lord Arai, esok aku hendak ke Shirakawa. Aku akan sangat berterima kasih jika kau
menyediakan pengawal untuk menemaniku pulang."
"Aku lebih senang bila kau tetap di Timur," kata Arai, perlahan. "Tapi, bukan itu yang
hendak kubicarakan." Matanya menyipit saat memandang Kaede. "Ini tentang
menghilangnya Otori. Bisakah kau memberi secercah cahaya tentang kejadian di luar
dugaan ini" Aku yakin aku telah menegaskan hakku untuk berkuasa. Aku telah bersekutu
dengan Shigeru. Bagaimana mungkin si Otori muda tidak mengindahkan semua
kewajibannya padaku dan juga pada mendiang ayahnya" Bagaimana mungkin dia ingkar dan
pergi begitu saja" Dan kemana dia pergi" Seharian orang-orangku mencarinya hingga ke
Yamagata. Dia benar-benar menghilang."
"Aku tidak tahu di mana dia," jawab Kaede.
"Aku dengar kau berbicara dengannya di malam dia pergi."
"Ya," jawab Kaede singkat.
"Setidaknya dia pasti telah mengatakan...."
"Dia terikat oleh kewajiban lain." Kaede merasa kesedihan merayap dalam dirinya. "Dia
tidak bermaksud menghinamu." Meskipun ia tak ingat kalau Takeo menyebut tentang Arai,
tapi ia tidak mengatakan hal itu.
"Kewajiban pada Tribe?" Kini kemarahan terdengar dalam nada bicaranya, terlihat di
matanya. Arai menggerakkan kepala dengan perlahan, dan Kaede menduga dia menatap
melewati dirinya ke arah Shizuka yang sedang berlutut di beranda yang gelap. "Apa yang
kau tahu tentang mereka?"
"Sangat sedikit," balas Kaede. "Berkat bantuan mereka sehingga Lord Takeo berhasil
memanjat kastil Inuyama. Kurasa kita semua berhutang budi pada mereka."
Menyebut nama Takeo membuat Kaede gemetar. Ia teringat sensasi tubuh pemuda itu
saat mereka berdua berharap untuk mati. Mata Kaede kian gelap, wajahnya melembut. Arai
menyadari perubahan itu namun tidak tahu alasannya. Ketika Arai bicara, sekali lagi Kaede
mendengar sesuatu yang berbeda pada suara Arai, bukan kemarahan.
"Pernikahan akan dirancang untukmu. Ada pemuda Otori lain, sepupu Shigeru. Aku
akan utus orang ke Hagi."
"Aku masih berduka atas kematian Lord Shigeru," balas Kaede. "Aku belum berpikir
LIAN HEARN BUKU KEDUA 9 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
GRASS FOR THE PILLOW untuk menikah. Aku ingin dulu pulang untuk menghapus kesedihanku." Adakah orang yang
mau menikahiku setelah mereka mengetahui reputasiku" Kaede bertanya dalam hati, dan tidak
kuasa menahan pikiran berikutnya, Tapi Takeo tidak mati. Kaede menduga Arai akan
berdebat lebih jauh, tapi setelah beberapa saat, dia menyetujui.
"Mungkin yang terbaik bila kau mengunjungi orangtuamu. Aku akan memanggilmu
saat aku kembali ke Inuyarna, lalu kita bahas tentang pernikahanmu."
"Kau hendak menjadikan Inuyama sebagai ibukota?"
"Ya, aku bermaksud membangun kembali kastil itu." dalam cahaya yang berkelip-kelip,
wajah Arai nampak mengeras dan sedih. Kaede diam. Tiba-tiba Arai berkata lagi. "Tapi
kembali ke soal Tribe. Selama ini aku tidak menyadari pengaruh mereka yang begitu kuat.
Mereka bisa membuat Takeo mengabaikan pernikahan, persekutuan, dan bahkan
menyembunyikannya. Jujur saja, aku tak tahu sedang berurusan dengan apa." Dia kembali
memandang ke kejauhan, ke arah Shizuka.
Dia akan membunuh Shizuka, pikir Kaede. Dia bukan hanya marah atas ketidakpatuhan
Takeo. Harga dirinya pasti juga terluka. Dia pasti mencurigai Shizuka telah mematamatainya selama ini. Kaede bertanya-tanya apa yang terjadi pada cinta dan hasrat yang
pernah terjalin di antara mereka. Akankah semua itu hancur dalam sekejap" Apakah
pelayanan, kepercayaan, dan kesetiaan selama bertahun-tahun akan berakhir dengan sia-sia"
"Aku akan selidiki mereka," Arai melanjutkan, seakan berbicara pada dirinya sendiri.
"Pasti ada orang yang tahu, pasti ada orang yang akan bicara. Aku tak bisa membiarkan
kelompok seperti itu ada. Mereka akan meremehkan kekuasaanku ibarat rayap mengunyah
kayu." Kaede berkata, "Aku yakin kau yang mengirim Muto Shizuka untuk melindungiku.
Aku berhutang nyawa atas perlindungan itu. Dan aku yakin kalau aku memegang
kesetiaanku padamu saat di kastil Noguchi. Ada ikatan kuat di antara kita dan itu tidak
boleh dirusak. Siapa pun yang kunikahi kelak akan bersumpah setia kepadamu. Shizuka
akan tetap melayaniku, dan akan ikut bersamaku ke rumah orangtuaku."
Arai menatapnya, dan sekali lagi Kaede membalas tatapan itu. "Hampir tiga belas bulan
sejak aku membunuh seorang penjaga demi keselamatanmu," ucapnya. "Saat itu kau
hanyalah gadis cilik. Kau telah berubah...."
LIAN HEARN BUKU KEDUA 10 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
GRASS FOR THE PILLOW "Aku dipaksa menjadi dewasa," balas Kaede, berusaha untuk tidak memikirkan kimono
pinjamannya. Aku pewaris daerah kekuasaan besar, kata Kaede dalam hati. Ia terus balas
menatap sampai akhirnya Arai memalingkan wajah dengan enggan.
"Baiklah. Aku akan menyuruh beberapa pengawal wanita menemanimu ke Shirakawa,
dan kau boleh bawa perempuan Muto itu."
"Lord Arai." Di saat itulah ia berhenti menatap karena membungkuk.
Arai lalu memanggil Niwa untuk menyusun rencana besok, dan Kaede mengucapkan
selamat malam, berbicara dengan nada yang patuh. Ia merasa seperti baru keluar dari sumur
musuh; ia menyadari bahwa semua kekuatan ada di pihak bangsawan itu.
Dia kembali ke kamar perempuan bersama Shizuka, kedanya diam membisu. Seorang
pelayan tua, yang telah tnrmbentangkan kasur, datang lagi membawa pakaian Kaede, dan
membantu Shizuka melepas pakaian Kaede. Stelah mengucapkan selamat malam, pelayan
itu lalu mengundurkan diri, kembali ke kamar sebelah.
Shizuka tampak pucat dan tingkahnya lebih lesu dari yang pernah Kaede tahu. Dia
menyentuh lengan Kaede dan berbisik, "Terima kasih," lalu dia diam. Saat berbaring dibalik
selimut katun, saat nyamuk-nyamuk berdengung mengitari kepala mereka dan laron-laron
menubruk-nubruk lampu, Kaede merasakan pelayannya itu diam bak patung di sebelahnya.
Kaede sadar kalau Shizuka sedang bertarung melawan kesedihannya, tapi dia tidak
menangis. Kaede mengulurkan tangan dan memeluk Shizuka, mendekapnya erat tanpa bicara. Ia
berbagi kesedihan yang mendalam tanpa menitikkan air mata. Ia berniat untuk tidak
membiarkan apa pun melemahkan kekuatan yang tumbuh dalam dirinya.*
LIAN HEARN BUKU KEDUA 11 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
DUA KEESOKAN paginya, beberapa tandu dan pengawal telah disiapkan untuk mengiringi
Kaede dan Shizuka. Mereka berangkat begitu matahari menampakkan diri. Teringat akan
nasihat kerabatnya, Lady Maruyama, Kaede pun melangkah perlahan ke dalam tandu seolah
ia rapuh dan tak bertenaga seperti kebanyakan perempuan. Sebelumnya ia telah menyuruh
tukang kuda membawa serta kuda Takeo dari istal. Setelah mereka di jalan, Kaede
membuka tirai kertas lilin agar dapat memandang keluar.
Gerakan tandu yang berayun-ayun membuat Kaede menderita, dan meskipun bisa
melihat-lihat pemandangan, tetap saja tidak berhasil mencegah rasa mual yang datang
menghampiri dirinya. Di tempat pemberhentian pertama, di Yamagata, Kaede merasa
begitu pusing sehingga hampir tidak sanggup berjalan. Ia bahkan tidak sanggup melihat
makanan, dan saat meneguk teh, ia langsung muntah. Badan yang lemas membuat ia kesal,
dan meruntuhkan kekuatan yang baru ia peroleh. Shizuka lalu menuntunnya ke kamar kecil
di penginapan, kemudian membasuh muka Kaede dengan air dingin, dan membantu
membaringkannya sejenak. Rasa mual berlalu secepat datangnya, dan Kaede akhirnya bisa
makan sedikit sup kacang merah dan mangkuk teh.
Ketika melanjutkan perjalanan, tenda yang berwarna hitam kembali membuatnya mual.
"Ambilkan kudaku," pintanya. "Aku ingin menunggang kuda."
Penjaga kuda membantunya menaiki punggung Raku, sedangkan Shizuka melompat
dengan gesit di belakangpyn, dan mereka berkuda tanpa banyak bicara. Masing-masing
terbalut dalam pikirannya, tapi keduanya merasa nyaman karena kedekatan satu sama lain.
Setelah keluar dari wilayah Yamagata, jalan mulai menanjak. Sepanjang jalan dipenuhi
bebatuan datar yang berukuran raksasa. Sudah ada tanda-tanda musim gugur, meskipun
langit nampak biru cerah dan udara hangat. Pohon beech, sumac, dan maple mulai berubah
keemasan dan merah tua. Kumpulan angsa liar terbang tinggi di atas mereka. Hutan
LIAN HEARN BUKU KEDUA 12 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
semakin lebat, tenang dan tak berangin. Raku berjalan pelan, kepala hewan itu menunduk
saat melewati jalan setapak. Para pengawal waspada dan gelisah. Sejak runtuhnya Tohan,
daerah pedalaman penuh orang tak bertuan yang berasal dari berbagai kalangan. Mereka
memilih untuk menjadi bandit ketimbang harus bersumpah setia kepada pemimpin baru.
Raku adalah kuda yang kuat dan sigap. Panas dan jalan menanjak membuat bulu kuda
itu nyaris gelap karena keringat tatkala berhenti lagi di rumah peristirahatan kecil di puncak
gunung. Hari beranjak siang. Kuda diberi makan dan minum, para pengawal beristirahat di
bawah pepohonan yang rindang di sekitar sumur, dan seorang perempuan tua menggelar
kasur tipis di lantai kamar yang dilapisi tikar agar Kaede dapat beristirahat.
Kaede lalu berbaring, bersyukur dapat meregangkan badan. Cahaya di kamar remangremang kehijauan. Pohon cedar raksasa menutupi sebagian besar pemandangan. Di
kejauhan ia mendengar percikan dari sumber air, dan suara pengawal yang berbincang
perlahan, terkadang tertawa meledak. Shizuka sedang berbincang dengan seseorang di
dapur, dan Kaede senang temannya itu telah bersemangat kembali. Tapi kemudian Shizuka
berbicara pelan, dan orang yang dia ajak bicara menanggapinya juga dengan pelan sehingga
Kaede tak bisa lagi menangkap pembicaraan mereka.
Setelah beberapa saat, Shizuka masuk diam-diam ke dalam ruangan, dan berbaring di
samping Kaede. "Kau bicara dengan siapa tadi?"
Shizuka berbalik sehingga dapat berbisik langsung ke telinga Kaede. "Sepupuku bekerja
di tempat ini." "Sepupumu ada di mana-mana."
"Itulah Tribe."
Setelah diam sejenak, Kaede lalu berkata, "Jangan sampai ada yang mengetahui jati
dirimu yang sebenarnya sehingga mereka ingin...."
"Ingin apa?" "Yah, melenyapkanmu."
Shizuka tertawa. "Tak ada yang berani. Kami punya lebih banyak cara untuk
melenyapkan mereka. Lagi pula, tak ada yang tahu tentang jati diri kami secara pasti.
Mereka mungkin saja curiga, tapi mungkin kau sudah tahu, pamanku Kenji dan aku bisa
LIAN HEARN BUKU KEDUA 13 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tampil dalam berbagai macam penyamaran. Tribe itu sulit dikenali, apalagi kami memiliki
berbagai ketrampilan seni."
"Maukah kau menceritakan tentang mereka?" Kaede terkagum-kagum akan dunia yang
ada dalam baying-bayang kegelapan dunia yang ia kenal.
"Bisa kuceritakan sedikit. Tidak semua. Nanti, bila percakapan kita tidak bisa didengar
orang lain." Seekor burung gagak berteriak parau.
Shizuka melanjutkan, "Ada dua hal yang kudengar dari sepupuku. Pertama, Takeo
masih di Yamagata. Arai telah menelusuri kumpulan orang-orang, dan penjaga ada di jalanjalan utama. Tribe pasti menyembunyikan Takeo di dalam kota."
Burung gagak itu berteriak lagi. Aah! Aah!
Mungkin aku telah melewati tempat persembunyiannya, pikir Kaede. Setelah terdiam
lama, ia berkata, "Apa yang kedua?"
"Kecelakaan mungkin akan terjadi di perjalanan."
"Kecelakaan seperti apa?"
"Buatku. Tampaknya Arai memang berniat membunuhku, seperti yang kau katakan.
Hanya saja rencana itu dirancang agar mirip kecelakaan, serangan perampok, atau semacam
itulah. Dia tidak ingin aku hidup, tapi dia juga tidak ingin kau tersinggung."
"Kau harus pergi." Suara Kaede mendesak. "Bila kau bersamaku, dia akan tahu ke mana
mencarimu." "Sssh." Shizuka memperingatkan. "Aku katakan ini agar kau tidak bertindak ceroboh."
"Apanya yang ceroboh?"
"Bila kau menggunakan belati demi membelaku."
"Aku pasti akan melakukannya," kata Kaede.
"Aku tahu. Tapi kau harus sembunyikan keberanian dan semua keahlianmu itu. Ada
orang dalam rombongan kita yang akan melindungiku. Mungkin lebih dari satu.
Serahkan saja perkelahian itu pada mereka."
"Siapa mereka?"
"Bila lady bisa menebak, akan kuberikan hadiah!" kata Shizuka ringan.
"Lalu bagaimana dengan patah hatimu?" tanya Kaede dengan rasa ingin tahu.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 14 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Aku memulihkannya dengan marah," jawab Shizuka. Kemudian dia berkata lebih
serius. "Aku tidak melakukan hal yang memalukan. Bukan aku yang tidak menghormatinya.
Sebelumnya aku terikat pada Arai, menjadi tawanannya. Bersamaan dengan putusnya
hubungan kami, berarti dia telah membebaskan aku."
"Kau harus tinggalkan aku," desak Kaede.
"Bagaimana mungkin aku meninggalkanmu sekarang ini" Kau membutuhkanku lebih
dari apa pun juga." Kaede masih berbaring. "Kenapa kau berkata begitu?"
"Lady, seharusnya kau tahu. Menstruasi yang terlambat, melembutnya wajahmu,
menebalnya rambutmu. Rasa mual diikuti rasa lapar..." suara Shizuka halus, iba.
Jantung Kaede berpacu cepat. Terlintas suatu pikiran di benaknya, tapi ia tak sanggup
hadapi kenyataan itu. "Apa yang harus kulakukan?"
"Anak siapa itu" Bukan anak Iida, kan?"
"Aku bunuh Iida sebelum dia sempat memperkosaku. Jika memang aku hamil, pastilah
dari Takeo." "Kapan?" tanya Shizuka berbisik.
"Di malam Iida mati. Takeo datang. Kami berdua tidak menyangka akan hidup."


Grass For The Pillow Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Shizuka menghela napas. "Kadang kupikir pemuda itu sudah gila."
"Bukan gila. Tersihir, mungkin," kata Kaede. "Kami seakan dalam pengaruh sihir sejak
kami bertemu di Tsuwano."
"Yah, peristiwa itu sebagian adalah kesalahanku dan pamanku. Tidak seharusnya kami
melatih kalian bersama-sama."
"Tidak ada yang mampu mencegahnya," ujar Kaede dengan rasa bahagia yang
bergejolak. "Bila ini anaknya Iida, aku tahu apa yang harus lakukan," kata Shizuka. "Aku tak akan
ragu bertindak. Ada tamuan yang bisa menggugurkan kandunganmu. Tapi anak Takeo
adalah saudaraku, darah dagingku."
Kaede terdiam. Anak ini mungkin mewarisi anugrah yang Takeo miliki, pikirnya. Anugrah
itulah yang membuat jabang bayi ini berharga. Semua orang ingin memanfaatannya demi tujuan
pribadi. Tapi aku menyayangi anak ini. Aku tak akan menggugurkan anak Takeo. Dan tak akan
LIAN HEARN BUKU KEDUA 15 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
membiarkan Tribe merampasnya. Tapi, apakah Shizuka akan merampasnya kelak" Apakah dia
akan mengkhianatiku"
Karena Kaede diam cukup lama, Shizuka pun duduk tegak untuk melihat apakah
tuannya tertidur. Tapi mata Kaede terbuka, menatap cahaya hijau di luar pintu.
"Berapa lama rasa mual ini akan berakhir?" tanya Kaede.
"Tidak lama. Dan kau tidak boleh keluar selama tiga atau empat bulan."
"Kau mengetahui hal-hal semacam ini. Benarkah kau telah melahirkan dua anak lakilaki?"
"Ya. Anaknya Arai."
"Di mana mereka?"
"Mereka bersama kakekku. Arai tidak tahu keberadaan mereka."
"Dia tidak mengakui mereka?"
"Dulu dia tertarik, sampai kemudian dia menikah dan memiliki anak laki-laki dari isteri
resminya," tutur Shizuka. "Setelah itu, karena anakku lebih tua, dia mulai menganggapnya
sebagai ancaman bagi ahli warisnya. Aku sadar apa yang dia pikirkan sehingga aku segera
membawa kedua anakku ke desa milik keluarga Muto. Dia pasti tidak tahu di mana mereka
berada." Kaede menggigil, meskipun udara panas. "Menurutmu dia akan mencelakai anakanaknya?"
"Bukan pertama kalinya seorang pemimpin, seorang ksatria, melakukan itu," jawab
Shizuka pahit. "Aku takut pada ayahku," kata Kaede. "Apa yang akan dia lakukan padaku?"
Shizuka berbisik, "Anggaplah Lord Shigeru, karena takut telah berkomplot untuk
membunuh Iida, memaksamu menikah secara rahasia di Terayama. Kerabatmu, Lady
Maruyama, dan pendampingnya, Sachie, adalah saksinya, tapi sayangnya mereka sudah
mati." "Aku tidak bisa berbohong seperti itu," kata Kaede.
Shizuka segera menghentikan ucapan gadis itu. "Kau tak perlu mengatakan apa pun.
Semua itu dirahasiakan. Kau hanya mengikuti permintaan dari mendiang suamimu. Aku
akan membuat kabar ini tersebar, seolah-olah tidak disengaja. Kau akan lihat betapa para
LIAN HEARN BUKU KEDUA 16 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
laki-laki tidak bisa, menyimpan rahasia di antara mereka."
"Bagaimana dengan bukti?"
"Semuanya hilang saat kejatuhan Inuyama, bersama semua barang lainnya. Bayi ini akan
menjadi anak Shigeru. Jika laki-laki, maka dia akan menjadi pewaris Otori."
"Hal itu terlalu jauh untuk dipikirkan," kata Kaede cepat. "Jangan menggoda nasib."
Kaede teringat anak Shigeru yang tidak sempat lahir dari Lady Maruyama yang tenggelam
secara perlahan-lahan di sungai di Inuyama. Kaede berdoa semoga arwah jabang bayi itu
tidak iri, ia pun berdoa agar anak dalam kandungannya akan hidup.
Sebelum akhir minggu, rasa mual Kaede mulai berkurang. Ia tiba-tiba merasa sangat
lapar di saat yang tak diharapkan, tapi selain itu, perasaannya pun mulai membaik, lebih
baik dari yang pernah ia rasakan. Perasaannya meluap-luap seakan sang janin membagi
anugrahnya. Kaede memperhatikan dengan takjub bagaimana informasi rahasia Shizuka
tersebar di antara pengawal, satu demi satu mulai memanggilnya Lady Otori, dengan nada
rendah sambil menunduk. Kebohongan ini membuat Kaede gelisah, tapi ia tetap
melakukannya, tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan.
Kaede mengamati para pengawal dengan saksama, berusaha menebak siapa di antara
mereka yang merupakan anggota Tribe, orang yang akan melindungi Shizuka bila tiba
waktunya. Shizuka telah kembali ceria dan mulai bersenda gurau dengan semua pengawal.
Para pengawal pun menanggapi dalam berbagai macam perasaan, dari rasa hormat hingga
bergairah, namun tak seorang pun yang nampak tertarik secara khusus.
Karena jarang menatap Kaede secara langsung, mereka pasti akan kaget mengetahui
betapa baik ia mengenal mereka. Ia bisa membedakan mereka dalam kegelapan, dari langkah
kaki atau suara mereka. Kaede memberi mereka nama: Si Muka Parut, Si Mata Juling, Si
Pendiam, Si Lengan Panjang.
Bau si Lengan Panjang tercium seperti minyak jelantah yang sering digunakan laki-laki
untuk membumbui nasi. Suaranya rendah dengan aksen kasar. Laki-laki itu selalu menatap
Kaede dengan sinis. Ukuran tubuhnya sedang, dengan kening tinggi dan mata agak
menonjol sekaligus hitam kelam sehingga tampak seperti tidak memiliki pupil. Dia
mempunyai kebiasaan menggerakkan bola mata ke atas, kemudian menghirup udara seraya
menggoyangkan kepala. Lengannya panjang secara tidak wajar dan telapak tangannya besar.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 17 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Jika ada orang yang bisa membunuh perempuan, pikir Kaede, maka dialah orangnya.
Di minggu kedua, badai tiba-tiba datang menghalangi perjalanan mereka di desa kecil.
Tertahan oleh hujan di kamar sempit dan tidak nyaman, membuat Kaede gelisah. In
memikirkan ibunya. Ketika mengingat-ingat sosok ibunya, yang ia temukan hanyalah
kegelapan. Ia mencoba mengingat wajah Ibunya, namun tetap tidak bisa. Ia juga tak dapat
membayangkan wajah adik-adiknya. Adiknya yang paling kecil mungkin berusia sembilan
tahun. Jika ibunya, seperti yang ia takutkan, meninggal, maka ia terpaksa menggantikan
ibunya untuk mengasuh kedua ndiknya, dan mengatur rumah tangga"memasak, bersihbersih, dan menjahit yang menjadi tugas seumur hidup perempuan, hasil ajaran ibu, bibi,
dan nenek. Ia tidak tahu kegiatan semacam itu. Saat menjadi tawanan di Noguchi, ian
diabaikan oleh keluarga Noguchi. Ia hanya diajari sedikit hal; ia hanya mempelajari cara
bertahan hidup di kristil sambil berlari kesana-kemari seperti pelayan.
Anak dalam kandungannya mendatangkan perasaan dan insting yang belum pernah ia
rasakan; insting untuk mengurus bawahannya. Ia memikirkan para pengawal Shirakawa,
seperti Shoji Kiyoshi dan Amano Tenzo, yang datang bersama ayahnya ke kastil Noguchi
untuk menengok dirinya, dan para pelayan, seperti Ayame, orang yang sangat ia rindukan,
sebesar kerinduan pada ibunya. Masih hidupkah Ayame" Masih ingatkah dia pada gadis
kecil yang dulu dia asuh" Kini, saat Kaede pulang dengan berpura-pura menjanda dan hamil,
akankah ia disambut baik di rumah orangtuanya"
Tertundanya perjalanan juga membuat para pengawal gelisah. Kaede tahu mereka
cemas karena menjalani tugas yang membosankan, mereka tidak sabar ingin kembali ke
medan perang yang sudah menjadi hidup mereka. Mereka ingin menjadi bagian dari
kemenangan Arai terhadap Tohan di Timur, bukannya mengantar seorang perempuan ke
wilayah Barat. Arai mungkin termasuk orang seperti itu, pikir Kaede dengan rasa ingin tahu. Bagaimana
orang itu tiba-tiba menjadi sangat berkuasa" Apa yang telah dia lakukan sehingga semua
orang mematuhinya" Kaede teringat kekejaman Arai saat menggorok leher penjaga yang
mencoba mengganggu dirinya di kastil Noguchi. Arai tak segan membunuh pengawalnya
dengan cara yang sama. Tapi bukan rasa takut yang membuat orang patuh. Adakah
semacam kepercayaan pada kekejamannya, pada kecepatannya bertindak, tidak peduli
LIAN HEARN BUKU KEDUA 18 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tindakan itu salah atau benar" Apakah mereka juga akan mempercayai perempuan seperti
itu" Dapatkan Kaede memerintah laki-laki seperti yang Arai lakukan" Apakah ksatria seperti
Shoji dan Amano akan patuh pada dirinya"
Hujan telah reda dan perjalanan pun dilanjutkan. Badai telah melenyapkan kelembaban
dan hari-hari setelah itu tampak cerah, langit luas dan biru terbentang di puncak gunung di
mana setiap harinya pohon maple nampak kian merah. Malam semakin dingin, sudah
terlihat tanda-tanda salju akan turun.
Perjalanan penuh dengan jalan berliku, dan siang hari semakin panjang dan melelahkan.
Akhirnya, di suatu pagi, Shizuka berkata, "Ini puncak gunung terakhir. Esok kita akan tiba
di Shirakawa." Kini rombongan menuruni jalan setapak yang curam dan dipenuhi daun pinus yang
berbentuk jarum sehingga langkah kuda seperti terendam. Shizuka berjalan di sisi Raku,
sedangkan Kaede menungganginya. Di bawah pepohonan pinus dan cedar, keadaan menjadi
gelap, tapi tak jauh di depan mereka, sinar mentari menembus sela-sela rumpun bambu,
menampilkan cahaya kehijauan yang bertaburan butiran debu.
"Kau pernah melewati jalan ini?" tanya Kaede.
"Berkali-kali. Beberapa tahun lalu aku dikirim ke Kumamoto untuk bekerja pada
keluarga Arai. Lord sebelumnya masih hidup. Dia mendidik anaknya dengan keras, tapi
anak tertuanya, Daiichi nama lahir Arai, masih tetap menemukan cara untuk membawa
pelayan ke tempat tidur. Aku menolaknya selama beberapa lama"memang bukan hal
mudah, seperti yang kau tahu, bagi gadis yang tinggal di kastil. Dia tidak cepat melupakan
diriku seperti dia melupakan pelayan lainnya. Aku disuruh keluargaku, Muto."
"Jadi kau bisa memata-matainya," gumam Kaede.
"Ada beberapa orang yang tertarik untuk bersekutu dengan Arai. Terutama sebelum dia
dikirim ke Noguchi."
"Dan orang itu adalah Iida?"
"Tentu saja. Itu bagian dari perjanjian dengan Klan Seishuu setelah perang Yaegahara.
Arai enggan mengabdi pada Noguchi. Meskipun dia tidak menyukai lida dan menganggap
Noguchi sebagai pengkhianat, namun dia terpaksa patuh."
"Kau bekerja pada Iida?"
LIAN HEARN BUKU KEDUA 19 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Kau tahu pada siapa aku bekerja," kata Shizuka pelan. "Kami selalu mendahulukan
kepentingan keluarga Muto, kepentingan Tribe. Iida mempekerjakan banyak keluarga Muto
waktu itu." "Aku tidak mengerti," kata Kaede. Persekutuan di kalangan klan saja sudah cukup rumit
dengan ikatan baru yang dibentuk melalui pernikahan, sementara ikatan lama menjaga
persekutuan melalui tawanan, dan kesetiaan antar klan yang hancur hanya lantaran adanya
penghinaan atau perseteruan atau perlawanan kecil. Tapi semua intrik antar klan tampak
lebih jelas dibandingkan intrik dalam Tribe. Pikiran buruk bahwa Shizuka hanya tinggal
bersamanya atas perintah keluarga Muto terlintas kembali.
"Kau sedang memata-mataiku?"
Shizuka membuat isyarat agar Kaede diam. Pengawal yang berkuda di depan dan di
belakangnya tidak mungkin mendengar, pikir Kaede.
"Ya, kan?" Shizuka mengendalikan tali kekang kuda saat menuruni jalan curam untuk menjaga
keseimbangan kuda itu. Kaede mencondongkan badan ke depan dan berbisik. "Beritahu
aku." Di saat itulah kuda kaget dan meloncat. Badan Kaede yang semula condong ke depan,
langsung tersentak ke belakang.
"Aku akan jatuh," pikirnya terkejut, dan tanah pun menyambut saat ia dan Shizuka
jatuh bersamaan. Kudanya melompat ke sisi berlawanan saat mencoba untuk tak melangkahi tubuh
mereka. Kaede sadar akan adanya bahaya yang lebih besar.
"Shizuka!" jeritnya.
"Tetap menunduk," jawab Shizuka. Meskipun dipaksa tiarap, namun Kaede berontak
melihat ke atas. Ada beberapa laki-laki menghadang di depan jalan dengan bersenjatakan pedang dan
panah, dua di antaranya mirip bandit. Kaede langsung menyentuh belati, mendambakan ada
pedang atau setidaknya tongkat. Pikiran itu lenyap ketika anak panah terbang melewati
telinga kuda, membuat hewan itu loncat dan kembali meronta-ronta.
Terdengar jeritan singkat dan seorang pengawal jatuh di dekat kaki Kaede, darah
LIAN HEARN BUKU KEDUA 20 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
mengalir dari bagian leher yang terkena anak panah.
Laki-laki yang kedua terhuyung-huyung sesaat. Seekor kuda secara bersamaan
melompat ke samping, menubruk sehingga orang itu hilang keseimbangan. Saat orang itu
mengayunkan pedang ke samping, hendak menebas Shizuka, si Lengan Panjang muncul
dengan serangan yang kecepatannya nyaris supranatural, ujung pedangnya berhasil
menemukan jalan untuk mencapai tenggorokan bandit itu.
Para bandit yang ada di depan segera berbalik dan lari, sedangkan yang ada di belakang
rombongan langsung kabur. Shizuka berhasil menangkap tali kekang Raku dan
menenangkannya. Si Lengan Panjang membantu Kaede berdiri. "Jangan takut, Lady Otori," berkata
dengan aksen kasar, aroma kuat minyak jelantah tercium dari napasnya. "Mereka hanya
perampok." Hanya perampok, pikir Kaede. Mereka langsung mati dan begitu banyak darah. Perampok,
mungkin saja, tapi siapa yang membayar mereka"
Para pengawal memungut senjata para bandit, lalu melempar mayat-mayat itu ke semak
belukar. Mustahil rasanya mengatakan kalau para pengawal telah mengantisipasi serangan
tadi. Kini mereka menjadi lebih hormat pada si Lengan Panjang karena terkesan pada
kesigapan dan juga keahlian bertarungnya. Para pengawal bertindak seakan-akan kejadian
tadi tidak istimewa, hanya selingan yang menghiasi perjalanan. Satu atau dua dari mereka
melontarkan lelucon bahwa para bandit itu menginginkan Shizuka sebagai isteri, dan
Shizuka juga membalasnya dengan gurauan, sambil menambahkan kalau hutan ini penuh
dengan orang yang putus asa, tapi para bandit lebih berpeluang mendapatkan dirinya
ketimbang mereka. "Tak kusangka dia yang melindungimu," kata Kaede. "Semula, aku justru berpikir
sebaliknya. Aku curiga dia yang akan membunuhmu dengan kedua tangannya yang besar
itu." Shizuka tertawa. "Dia itu cerdas dan petarung handal. Memang mudah meremehkan
atau salah menilainya, dan bukan hanya kau yang kaget karena dia. Tadi kau takut?"
Kaede mencoba mengingat-ingat. "Tidak, mungkin karena tidak sempat takut.
Seandainya aku bawa pedang."
LIAN HEARN BUKU KEDUA 21 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Kau memang diberkahi keberanian."
"Tidak benar. Aku sering merasa takut."
"Tak seorang pun bisa menduganya," gumam Shizuka. Ketika mereka akhirnya tiba di
penginapan di kota kecil di perbatasan Shirakawa, Kaede berendam air panas, lalu
beristirahat sambil menunggu hidangan malam. Ia disambut acuh tak acuh di penginapan
ini, dan kota ini membuatnya gelisah. Di sini tampaknya hanya ada sedikit makanan, dan
penduduknya pun nampak tidak bersemangat.
Kaede terluka di bawah pinggang akibat jatuh dan mencemaskan kandungannya. Ia juga
gugup akan pertemuan dengan ayahnya. Percayakah dia bila anaknya telah menikah dengan
Lord Otori" Kaede tidak dapat membayangkan kemarahan ayahnya bila mengetahui yang
sebenarnya. "Saat ini keberanianku lenyap," Kaede mengakui.
Shizuka berkata, "Akan kupijat kepalamu. Kau nampak letih."
Ketika bersandar dan menikmati sensasi jari-jemari gadis itu di kulit kepalanya, rasa
was-was Kaede kembali memuncak. Ia teringat pembicaraan mereka sebelum diserang para
bandit. "Kita akan sampai besok," kata Shizuka, merasakan pegangan Kaede. "Perjalanan kita
hampir berakhir."

Grass For The Pillow Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Shizuka, jawablah dengan jujur. Apa alasanmu menadampingiku" Apakah kau
memata-mataiku" Siapa yang mempekerjakan Muto sekarang?"
"Tak ada yang mempekerjakan kami saat ini. Keluhan Iida menyebabkan kekacauan di
seluruh Tiga Negara. Arai mengatakan hendak menyapu bersih Tribe. Kita masih belum
tahu apakah dia serius atau akan sadar dan kembali bekerjasama dengan kami. Sementara
itu, pamanku Kenji, yang sangat mengagumi Lady, ingin tetap mengetahui kesejahteraan
lady." Dan juga anakku, pikir Kaede.
"Kau pewaris salah satu wilayah kekuasaan paling kuat dan kaya di Barat, Maruyama,
sekaligus negerimu Shirakawa. Siapa pun yang menikah denganmu akan memiliki peran
penting dalam menentukan masa depan Tiga Negara. Sekarang ini semua orang
beranggapan kau akan tetap bersekutu dengan Arai sehingga memperkuat posisinya di
LIAN HEARN BUKU KEDUA 22 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Barat, sementara dia menyelesaikan masalah dengan Otori: Nasibmu terkait erat dengan
Klan Otori dan Wilayah Tengah."
"Aku tidak akan menikahi siapa pun," kata Kaede, setengah berkata pada dirinya
sendiri. Dan bila begitu keadaannya, ia berpikir, kenapa bukan aku saja yang berperan sebagai
pemain kunci"* LIAN HEARN BUKU KEDUA 23 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
TIGA SUARA-SUARA di biara Terayama, lonceng tengah malam serta alunan doa para biarawan
sayup-sayup menghilang, saat aku mengikuti dua ketua, Kikuta Kotaro dan Muto Kenji,
menuruni jalan yang sepi, terjal dan berbukit-bukit di sepanjang tepi sungai. Kami berjalan
cepat, sementara deburan air menutupi bunyi langkah kaki kami. Kami tak banyak bicara
dan tidak bertemu seorang pun.
Hari menjelang fajar dan ayam jantan mulai berkokok saat kami tiba di Yamagata.
Jalanan sepi, kendati jam malam tidak lagi berlaku dan pengawal Tohan tidak lagi
mengawasi jalan. Kami mendatangi rumah seorang pedagang yang ada di tengah kota, tak
jauh dari penginapan tempat aku menginap selama Festival of the Dead* yang lalu. Aku
mengenal jalan ini ketika menjelajahi kota di malam hari. Peristiwa yang rasanya sudah lama
terjadi. Puteri Kenji, Yuki, langsung membukakan gerbang seakan sedang menunggu
kedatangan kami, meskipun kami datang tanpa bersuara sehingga tak ada anjing yang
menyalak. Meskipun dia tidak bicara, tapi aku menangkap rasa ingin tahu dalam tatapan
matanya. Wajah dan matanya memancarkan semangat hidup, tubuh berototnya yang
anggun membuatku teringat pada kenangan mengerikan di Inuyama, di malam kematian
Shigeru. Aku setengah berharap dapat berjumpa dengannya di Terayama karena dia telah
berjalan siang-malam demi membawa kepala Shigeru ke biara. Begitu banyak yang ingin
aku tanyakan: tentang perjalanannya, tentang pemberontakan di Yamagata, tentang
kejatuhan Tohan. Selagi ayahnya dan ketua Kikuta yang berjalan di depan hendak masuk ke
rumah, aku agak melambatkan langkah agar bisa berjalan berdampingan dengannya ke
serambi. Sebuah lampu yang letaknya rendah menyala di pintu.
Yuki berkata, "Tidak kusangka akan melihatmu dalam keadaan hidup."
"Aku memang tidak berharap untuk hidup." Teringat akan bantuannya, aku
LIAN HEARN BUKU KEDUA 24 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
menambahkan, "Aku berhutang budi padamu. Tidak mungkin aku dapat membalasnya."
Dia tersenyum, "Saat itu aku justru sedang membayar hutangku sendiri. Kau tak
berhutang apa pun. Aku hanya ingin berteman denganmu."
Kata-kata rasanya kurang kuat untuk menggambarkan perasaan kami saat ini. Dia telah
membawakan pedang Shigeru, Jato, padaku dan membantuku menyelamatkan serta
membalaskan dendam Shigeru: tindakan paling penting dan paling sulit dalam hidupku.
Aku sangat berterima kasih dan juga kagum padanya.
Setelah pergi beberapa saat, dia datang lagi sambil membawa air. Aku mencuci kaki,
seraya mendengarkan pembicaraan kedua ketua berbicara di dalam rumah. Mereka
berencana untuk beristirahat sebentar, sedangkan aku akan melanjutkan perjalanan bersama
Kotaro. Aku menggelengkan kepala, letih. Aku terlalu letih untuk mendengarkan.
"Kemari," kata Yuki, lalu menuntunku ke ruangan tersembunyi yang sesempit tempat
belut, sama seperti tempatku disekap di Inuyama.
"Aku menjadi tawanan lagi?" kataku sambil mengamati ruangan tak berjendela ini.
"Tidak. Ini demi keselamatanmu, agar kau dapat beristirahat sebelum melanjutkan
perjalanan." "Aku tahu; aku sudah dengar."
"Tentu saja," katanya. "Aku lupa kalau kau dapat mendengar segalanya."
"Terlalu banyak," kataku sambil duduk di lantai yang beralaskan tikar.
"Anugrah memang menyulitkan. Tapi itu lebih baik daripada tidak memilikinya. Akan
kuambilkan makanan dan teh untukmu."
Tidak lama kemudian dia kembali. Aku meneguk teh, namun aku tidak berselera untuk
makan. "Tidak ada air panas di kamar mandi," katanya. "Maaf."
"Tidak mengapa." Dua kali sudah dia memandikanku. Pertama kali di Yamagata saat
aku belum tahu siapa dia sebenarnya. Dan yang kedua saat di Inuyama, saat aku tak mampu
berjalan. Semua kenangan itu menghampiriku. Tatapannya bertemu tatapanku, dan aku
sadar dia juga memikirkan hal yang sama. Dia lalu memalingkan wajah dan berkata pelan,
"Aku akan memberimu kesempatan untuk tidur."
Setelah meletakkan belati di dekat kasur, aku lalu menyelinap di balik selimut tanpa
LIAN HEARN BUKU KEDUA 25 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
peduli bila harus membuka pakaian. Aku merasa tak akan bisa bahagia lagi seperti yang
pernah kurasakan saat di desaku, Mino-desa yang kini telah musnah bersama keluargaku.
Aku sadar aku tidak boleh tenggelam dalam masa lalu. Aku telah setuju untuk bergabung
bersama Tribe. Kemampuanku yang paling mereka inginkan, dan hanya bersama Tribe aku
dapat mengembangkan dan mengendalikan anugrah yang kumiliki.,
Aku teringat pada Kaede yang kubiarkan tertidur di Terayama. Rasa tak berdaya diikuti
dengan kepasrahan melandaku. Aku tak akan bertemu dengannya lagi. Aku harus lupakan
dia. Sementara itu, tanda-tanda kehidupan di kota mulai terdengar. Akhirnya, seiring
cahaya yang semakin terang di balik pintu, aku pun tertidur pulas.
Aku terbangun karena mendengar beberapa orang berkuda di balik dinding rumah.
Cahaya di ruangan ini berubah, seakan matahari melintas di atas atap, tapi aku tidak
mengetahui berapa lama aku tertidur. Seorang laki-laki berteriak lantang dan, balasannya,
seorang perempuan mengeluh, naik pitam. Aku tahu maksud kedatangan mereka. Mereka
adalah anak buah Arai yang mendatangi rumah ke rumah untuk mencariku.
Kudorong selimut lalu meraba-raba belatiku. Saat aku mengambilnya, pintu bergeser
terbuka, dan Kenji masuk perlahan. Dinding palsu disangkutkan di bagian ruangan yang ada
ada di belakangnya. Setelah menatapku sambil mengggeleng-gelengkan kepala, dia lalu
duduk bersila di lantai yang sempit antara kasur dan dinding.
Aku mengenali suara itu"pasukan yang datang ke Terayama bersama Arai. Aku
dengar Yuki berusaha menenangkan si perempuan yang marah, lalu menawarkan minum
kepada para pengawal. "Kita di pihak yang sama," kata Yuki, tertawa. "Apa kalian pikir jika Otori Takeo di
sini, kami bisa menyembunyikannya?"
Mereka minum dengan cepat lalu pergi. Saat langkah kaki mereka tak terdengar lagi,
Kenji mendengus dan menatapku dengan tatapan menghina. "Tak seorang pun bisa
berpura-pura tidak mendengar keberadaanmu di Yamagata," katanya, "Kematian Shigeru
telah menjadikan dia seperti dewa; dan Iida telah mengubahmu menjadi pahlawan. Itulah
cerita yang sedang digemari." Dia mendengus kemudian menambahkan, "Jangan berbesar
kepala dulu. Ini justru sangat mengganggu. Kini Arai semakin meningkatkan pencarian. Dia
menganggap kepergianmu sebagai penghinaan. Untung saja wajahmu belum terkenal di sini,
LIAN HEARN BUKU KEDUA 26 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tapi kau harus tetap menyamar." Dia mengamati sosokku, mengerutkan dahi. "Wajah
Otorimu itu... kau harus menyembunyikannya."
Ucapannya disela oleh suara di luar, saat dinding diangkat. Kikuta Kotaro datang
bersama Akio, salah seorang yang menculikku di Inuyama. Yuki melangkah dari belakang
mereka, membawa teh. Ketua Kikuta mengangguk saat aku membungkuk hormat kepadanya. "Akio baru
datang dari kota, dia membawa beberapa kabar."
Akio berlutut di depan Kenji, dan mengangkat kepala sedikit padaku. Aku menanggapi
dengan cara yang sama. Sewaktu dia dan anggota Tribe lainnya menculikku di Inuyama,
mereka berusaha menangkapku tanpa melukai. Sedangkan aku berkelahi dengan sungguhsungguh. Aku benar-benar ingin membunuhnya. Aku bahkan berhasil melukai tangan
kirinya yang kini hampir sembuh. Kami jarang bicara sebelumnya"dia telah mencaci-maki
diriku karena bersikap kurang sopan dan menuduhku melanggar semua aturan Tribe. Hanya
ada sedikit niat baik di antara kami. Saat tatapan kami bertemu, dapat kurasakan
kebenciannya yang mendalam.
"Sepertinya Arai murka karena orang ini pergi tanpa ijin dan juga karena menolak
pernikahan yang dia inginkan. Arai telah memberi perintah untuk menangkap anak ini, dan
dia berniat memeriksa semua kelompok yang diketahui sebagai Tribe, yang dia anggap telah
melanggar aturan dan menyimpang." Akio lalu membungkuk lagi ke Kotaro dan berkata
kaku, "Maafkan aku, tapi aku tak tahu nama yang cocok untuk orang ini."
Kotaro mengangguk dan mengusap-usap dagu, tanpa berkata-kata. Kami pernah
membicarakan tentang namaku dan dia memutuskan aku tetap menggunakan nama Takeo,
meskipun itu bukan nama Tribe. Apakah kini aku harus memakai nama keluarga Kikuta"
Dan apa nama pemberianku nantinya" Aku tak ingin melepas nama Takeo, nama
pemberian Lord Shigeru, tapi jika aku bukan lagi seorang Otori, apa hakku memakai nama
itu" Arai menawarkan hadiah bagi orang yang bisa memberih keterangan," kata Yuki sambil
meletakkan mangkuk teh di depan kami.
"Tak seorang pun di Yamagata yang bersedia memberi keterangan," kata Akio. "Mereka
akan berurusan dengan kita jika melakukannya!"
LIAN HEARN BUKU KEDUA 27 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Itulah yang kutakutkan," ujar Kotaro pada Kenji. "Arai tak pernah berurusan dengan
kita, dan kini dia takut pada kekuatan kita."
"Perlukah kita membunuhnya?" kata Akio tidak sabar. "Kita"."
Kotaro membuat gerakan tangan, dan pemuda itu membungkuk kembali, diam.
"Wilayah ini menjadi kacau setelah kematian Iida. Jika Arai juga dibunuh, kekacauan
macam apa yang akan jerjadi?"
Kenji berkata, "Aku tidak melihat Arai sebagai bahaya besar. Ancaman dan gertakan
mungkin, namun lebih dari itu masih perlu waktu lama. Karena sekarang situasi sudah
berubah, dialah harapan kita satu-satunya untuk dapat mewujudkan perdamaian." Dia
menatapku sekilas. "Itu yang kita inginkan. Kita perlu keteraturan agar pekerjaan kita
lancar." "Arai akan ke Inuyama dan menetapkan kota itu sebagai ibukota," kata Yuki. "Akan
lebih mudah bertahan di sana ketimbang di Kumamoto. Arai mengklaim seluruh Wilayah
kekuasaan Iida menjadi miliknya sesuai aturan penaklukan."
"Uhh," Kotaro menggerutu. Dia berpaling padaku. "Aku punya rencana, kau akan
kembali ke Inuyama bersamaku. Aku ada urusan di sana dalam beberapa minggu lagi, dan
kau akan memulai latihanmu di sana. Namun untuk sementara waktu kau di sini. Setelah itu
kami akan membawamu ke selatan, jauh dari Wilayah Tengah, ke salah satu rumah Kikuta,
di mana tak seorang pun pernah mendengar nama Otori Takeo. Di situlah kau akan
memulai hidup baru. Kau bisa juggle*?"
Aku menggeleng. "Masih ada waktu seminggu untuk mempelajarinya. Akio yang akan mengajarimu. Yuki
dan beberapa pemain juggle akan menemanimu. Kita akan bertemu di Matsue."
Aku mengangguk tanpa bicara. Aku melihat dari bawah bulu mata ke arah Akio. Dia
sedang menatap ke bawah, merengut, garis wajah semakin dalam di antara kedua matanya.
Usianya hanya berbeda tiga atau empat tahun dariku, tapi saat ini sulit melihat seperti apa
dia kelak ketika tua. Jadi, dia pemain juggle. Aku menyesal telah melukai tangan pemain
juggle yang trampil, tapi kurasa tindakanku beralasan.
Kotaro lalu berkata, "Kenji, hubunganmu dengan Lord Shigeru telah melibatkan dirimu
dalam urusan ini. Terlalu banyak orang yang tahu bahwa ini adalah rumahmu. Arai pasti
LIAN HEARN BUKU KEDUA 28 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
akan menangkapmu bila kau tetap di sini."
"Aku akan menyepi di gunung untuk sementara," balas Kenji. "Mengunjungi para tetua,
dan menghabiskan waktu bersama anak-anakku." Dia tersenyum, terlihat seperti guru tua
yang tidak berbahaya. "Maaf, tapi orang ini akan dipanggil apa?"
"Dia boleh meminjam nama pemain juggle untuk sementara," kata Kotaro. "Sedangkan
nama Tribenya tergantung pada...."
Ada suatu maksud di balik ucapannya yang tak aku mengerti, namun Akio nampak
sangat mengerti. "Ayahnya telah mengundurkan diri dari Tribe!" Dia meledak. "Dia
berpaling dari kita."
"Tapi anaknya telah kembali dengan membawa semua bakat Kikuta," balas sang Ketua.
"Tapi karena kau lebih senior darinya, maka Takeo harus patuh dan belajar darimu."
Akio tersenyum. Kurasa dia tahu betapa beratnya hal itu bagiku. Wajah Kenji
menunjukkan kesedihan, seakan-akan dia meramalkan akan datangnya masalah.
"Akio memiliki banyak keahlian," Kotaro melanjutkan. "Kau harus menguasai semua
keahlian itu." Dia menunggu persetujuanku, kemudian menyuruh Akio dan Yuki pergi.
Tapi sebelum pergi Yuki mengisi kembali mangkuk teh, dan dua laki-laki tua meneguknya
dengan gaduh. Dapat kucium bau masakan. Rasanya seperti sudah berhari-hari aku tidak
makan. Sungguh menyesal aku menolak tawaran makan dari Yuki semalam; saat ini aku
hampir pingsan karena kelaparan.
Kotaro berkata, "Aku sepupu ayahmu. Ayahmu lebih tua dariku, dan seharusnya dialah
yang menjadi ketua saat kakek kami meninggal. Akio adalah keponakan dan pewarisku.
Tapi, kepulanganmu menimbulkan pertanyaan tentang pewaris dan kedudukan yang
tertinggi. Bagaimana kami menangani masalah itu sangat tergantung pada perilakumu
dalam beberapa bulan ke depan."
Agak lama aku mencerna maksud ucapannya. "Akio besar bersama Tribe," kataku
lambat. "Dia tahu semua yang aku belum tahu. Pasti banyak orang semacam Akio di sini.
Aku tak ingin mengambil posisinya atau posisi siapa pun juga."
"Memang ada banyak," jawab Kotaro, "dan semuanya patuh, terlatih dengan lebih baik
dan lebih layak ketimbang dirimu. Tapi tak seorang pun memiliki pendengaran Kikuta
LIAN HEARN BUKU KEDUA 29 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
seperti yang kau miliki, dan tak seorang pun mampu menyusup seorang diri ke dalam kastil
Yamagata selain dirimu."
Peristiwa di Yamagata rasanya seperti dongeng. Aku hampir tidak ingat dorongan hati
yang mendesakku untuk memanjat kastil dan, melalui kematian, membebaskan tiga orang
Hidden yang terkurung dalam keranjang yang digantung di dinding kastil; itulah pertama
kalinya aku membunuh. Aku berharap tidak melakukan itu jika aku tidak menarik perhatian
Tribe dengan memanjat kastil, mungkin mereka tak akan mengambilku sebelum... sebelum... aku menggelengkan kepala. Tak ada gunanya lagi terus mencoba mengurai benang
yang menjalin kematian Shigeru.
"Kini aku telah mengatakannya," Kotaro meneruskan ucapannya. "Kau harus tahu, aku
tak bisa memperlakukan dirimu berbeda dari pemuda lain. Aku tak boleh punya murid
kesayangan. Semua kemampuanmu akan sia-sia bagi kami kecuali bila kau patuh. Tak perlu


Grass For The Pillow Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rasanya mengingatkan lagi bahwa kau telah berjanji untuk patuh. Kau harus tetap di sini
selama seminggu. Kau tak boleh keluar atau membiarkan orang lain tahu keberadaanmu di
sini. Dalam seminggu kau harus berhasil menjadi pemain juggle. Aku akan menjumpaimu di
Matsue sebelum musim dingin. Sekarang tergantung padamu."
"Entah kapan kita bisa bertemu lagi," kata Kenji sambil menatapku dengan wajah
antara sayang dan gusar seperti yang biasa dia lakukan. "Tugasku padamu telah selesai." dia
melanjutkan. "Aku telah menemukan, mengajari, dan menjagamu agar tetap hidup dengan
segala cara dan membawamu ke Tribe. Akio akan mengajar jauh lebih keras dariku." Dia
menyeringai, menunjukkan celah-celah di antara giginya. "Tapi, Yuki akan menjagamu."
Ada sesuatu dalam nada bicaranya yang membuat pipiku merona. Aku dan Yuki tak ada
hubungan apa-apa, bersentuhan pun tidak pernah. Namun ada sesuatu di antara kami, dan
Kenji tahu itu. Kedua tetua menyeringai saat mereka berdiri, lalu memelukku. Kenji menepuk-nepuk
kepalaku. "Lakukan sesuai perintah," katanya. "Dan belajarlah juggle."
Aku berharap dapat berbicara berdua dengan Kenji, masih banyak urusan yang belum
terselesaikan di antara kami. Meskipun, mungkin lebih baik dia mengucapkan selamat
tinggal seolah-olah dia seorang guru baik hati yang pernah aku kenal.
Setelah mereka pergi, kamar terasa lebih suram, lebih pengap dan lebih sesak. Aku
LIAN HEARN BUKU KEDUA 30 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
mendengar suara-suara kepergian mereka. Mereka tidak terbiasa melakukan persiapan yang
teliti, atau mengucapan selamat jalan seperti yang dilakukan sebagian besar pengelana. Kenji
dan Kotaro keluar, menenteng keperluan selama perjalanan"sebungkus kain, sepasang
sandal, dan sedikit kue mochi* bercitarasa buah plum asin. Aku membayangkan perjalanan
yang mereka lalui, setapak demi setapak hingga melewati Tiga Negara. Mereka akan
mengikuti jaringan luas Tribe yang melingkar dari satu desa ke desa lain, dari satu kota ke
kota lain. Kemana pun mereka pergi, selalu ada kerabat tempat menginap atau tempat
berlindung. Aku dengar Yuki berkata hendak mengantar mereka hingga jembatan, dan mendengar
perempuan yang tadi marah pada para pengawal, membalas.
"Jaga diri kalian," perempuan itu berteriak. Langkah kaki mereka sayup-sayup
menghilang. Ruangan kini bahkan terasa lebih menekan dan lebih sunyi. Tak dapat kubayangkan
aku akan terkurung di ruangan ini selama seminggu. Nyaris tidak sadar apa yang sedang
kulakukan, aku pun merencanakan untuk keluar.
Bukan melarikan diri. Aku hanya ingin keluar sebentar. Selain karena ingin melihatlihat lagi Yamagata di malam hari, aku juga ingin tahu apakah aku bisa keluar dari tempat
ini. Tak lama kemudian aku mendengar ada yang mendekat. Pintu bergeser terbuka dan
seorang perempuan melangkah masuk. Dia membawa nampan berisi makanan: nasi, acar,
sepotong ikan kering, semangkuk sup. Dia duduk berlutut, meletakkan nampan di lantai.
"Makanlah, kau pasti lapar."
Aku memang kelaparan, dan aku menyantap hidangan layaknya Serigala. Dia duduk
dan memandangi aku makan.
"Jadi, kaulah orang yang membuat suamiku yang malang itu terjebak banyak masalah,"
dia berkata saat aku menjilati mangkuk.
Isteri Kenji. Aku menatapnya, dan tatapan kami pun bertemu. Wajahnya halus dan
sepucat Kenji. Rambutnya tebal dan hitam, dengan beberapa uban menghiasi ubunubunnya. Tubuhnya padat berisi, tipikal perempuan kota dengan tangan yang tangkas, dan
jari-jari yang pendek. Satu hal yang kuingat dari cerita Kenji tentang isterinya yaitu dia
LIAN HEARN BUKU KEDUA 31 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
seorang ahli masak, dan ternyata masakannya memang sungguh lezat.
Aku memuji masakannya, dan saat senyum bergerak dari bibir ke matanya, segera aku
tahu kalau dia adalah ibunya Yuki. Mata mereka mirip dan di saat tersenyum, raut wajah
mereka pun serupa. "Siapa menyangka kau akan muncul setelah sekian lama," dia melanjutkan, terdengar
ceriwis dan keibuan. "Aku mengenal Isamu, ayahmu, dengan baik. Dan tak seorang pun
tahu keberadaanmu sampai terbunuhnya Shintaro. Bayangkan, kau telah membodohi
pembunuh paling berbahaya di Tiga Negara! Keluarga Kikuta senang sekali mengetahui
Isamu mempunyai anak. Kami semua senang. Apalagi dengan bakat yang serupa pula!"
Aku tidak menjawab. Sepertinya dia perempuan tua yang tidak berbahaya"namun
Kenji pun seperti laki-laki tua tidak berbahaya. Samar-samar diriku menggemakan rasa
tidak percaya seperti yang pernah kurasakan saat pertama kali berjumpa dengan Kenji di
Hagi. Aku mencoba mengamatinya tanpa mencolok, dan dia menatapku terbuka. Dia
seperti menantangku, tapi aku tidak berniat untuk menanggapi hingga aku tahu lebih
banyak tentang dia dan juga kemampuannya.
"Siapa yang membunuh ayahku?" aku bertanya.
"Tidak ada yang tahu. Kejadian itu terjadi bertahun-tahun sebelum kami tahu secara
pasti bahwa dia sudah mati. Dia ditemukan di desa terpencil, desa tempat dia mengasingkan
diri." "Apakah pembunuhnya berasal dari Tribe?"
Dia tertawa mendengar itu, sedangkan aku langsung marah. "Kenji mengatakan bahwa
kau tidak mempercayai seorang pun. Sikapmu memang benar, tapi kau bisa
mempercayaiku." "Ya, seperti aku mempercayai suamimu," kataku menyindir.
"Rencana Shigeru bisa membuatmu terbunuh," dia berkata lembut. "Penting bagi
Kikuta, bagi seluruh Tribe, agar kau tetap hidup. Akhir-akhir ini jarang sekali ada orang
yang memiliki bakat sepertimu."
Aku menggerutu, mencoba mencari-cari maksud tersembunyi di balik pujiannya. Dia
menuangkan teh, dan aku meminumnya hanya dalam sekali teguk. Kepalaku terasa nyeri
karena ruangan yang sesak ini.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 32 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Kau tegang," dia berkata seraya mengambil mangkuk dari tanganku, meletakkannya di
nampan. Dia menggeser nampan ke samping, dan menghampiriku. Sambil berlutut di
belakangku, dia mulai memijat leher dan bahuku. Jarinya begitu kuat, liat dan sensitif. Saat
memijat punggungku, dia berkata, "Tutup matamu", lalu dia memijat kepalaku. Sensasi
pijatannya sungguh luar biasa. Aku hampir mengerang keras. Tangannya seperti memiliki
kehidupan sendiri. Kupasrahkan kepalaku pada jari perempuan itu, merasakan seakan
kepalaku lepas dari leherku.
Lalu aku mendengar pintu bergeser. Mataku tersentak membuka. Aku masih dapat
merasakan jemarinya di ubun-ubunku, tapi ternyata aku kini sendirian di ruangan. Isteri
Kenji mungkin nampak tidak berbahaya, tapi kekuatannya mungkin sama hebatnya seperti
suami atau anaknya. Dia juga juga telah membawa pergi belatiku.
Aku diberi nama Minoru, tapi jarang sekali aku dipanggil dengan nama itu. Ketika kami
berdua, terkadang Yuki memanggilku Takeo, membiarkan kata itu keluar dari bibirnya
seolah-olah dia memberi dirinya sebuah hadiah. Akio hanya memanggilku 'kau' dengan
nada memanggil seorang bawahan. Dia berhak melakukan itu. Kedudukannya di atasku
dalam usia, latihan, dan pengetahuan, dan aku diperintahkan untuk patuh padanya. Tapi,
situasi ini membuatku kesal; mungkin aku sudah terbiasa diperlakukan dengan penuh
hormat sebagai bangsawan Otori dan pewaris Shigeru.
Latihanku dimulai sore itu juga. Di saat itulah kusadari kalau otot-otot tanganku sangat
nyeri. Pergelangan tangan kananku masih lemah akibat bertarung dengan Akio dulu. Di
penghujung hari, denyut-denyut kesakitan kembali menghampiri. Kami mengawali latihan
untuk membuat jariku tangkas dan luwes. Bahkan dengan tangan yang luka Akio masih jauh
lebih gesit dariku. Kami duduk berhadapan dan berkali-kali dia memukul tanganku sebelum
aku sempat gerakkan. Gerakannya begitu cepat; sungguh tak bisa dipercaya kalau aku tidak mampu melihat
gerakannya. Pukulan pertama tidak lebih dari tepukan ringan, namun saat sore berganti
malam dan dia kian letih dan putus asa karena kelambananku, dia mulai bersungguhsungguh memukul.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 33 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Yuki, yang datang bergabung, berkata pelan, "Bila kau lukai tangannya, maka latihan
akan semakin lama." "Mungkin aku harus melukai kepalanya," gerutu Akio, dan berikutnya, sebelum aku
sempat mengelak, dia sudah menangkap kedua tanganku dengan tangan kanannya, lalu dia
gunakan tangan kiri untuk memukul pipiku. Pukulannya cukup kuat untuk membuat
mataku berair. "Kau tidak begitu berani tanpa belati," dia melepaskan tanganku dan bersiap-siap lagi.
Yuki hanya diam. Kemarahanku membara. Aku, yang masih menganggap diriku
bangsawan Otori, merasa terhina karena dipukul olehnya. Pengapnya ruangan, ejekan,
ketidakacuhan Yuki, semuanya membuatku hilang kendali. Sekali lagi Akio melakukan
gerakan yang sama dengan tangan yang berbeda. Pukulannya bahkan lebih keras, membuat
kepalaku tersentak ke belakang, penglihatanku gelap, kemudian merah. Saat itulah
kemarahanku meluap, seperti kemarahanku pada Kenji, lalu aku terjang dia.
Rasanya sudah bertahun-tahun sejak umurku tujuh belas tahun, sejak kemarahan
menguasai dan membuatku hilang kendali diri. Tapi aku masih ingat perasaanku itu keluar
dari dalam diriku, seolah-olah sisi hewanku keluar, dan kemudian aku tak ingat apa yang
terjadi setelah itu, yang ada hanyalah perasaan membabi-buta tanpa memperdulikan akan
hidup atau mati, hanya penolakan atas paksaan atau hinaan itu.
Aku tiba-tiba sadar kalau telah mencekik tenggorokan Akio, mereka berdua akhirnya
dapat menahanku dengan mudah. Yuki melakukan tipuan menekan leherku, dan saat aku
limbung, dia pukul perutku begitu kuatnya sehingga aku terjungkal, muntah-muntah. Akio
menyelip dari samping dan memelintir lenganku ke punggung.
"Itu yang harus kau kendalikan," kata Yuki tenang. Akio lalu melepas tanganku dan
duduk berlutut dalam siaga. "Mari kita mulai lagi."
"Jangan pukul wajahku," kataku.
"Yuki benar, lebih baik tidak melukai tanganmu," dia menjawab. "Kalau begitu, lebih
cepatlah." Aku berjanji dalam hati untuk tidak membiarkan Akio memukuliku lagi. Berikutnya,
meskipun belum berhasil memukulnya, tapi aku bisa mengelak sebelum dia sempat
menyentuhku. Dengan mengamatinya, aku mulai mengenali gerakannya. Akhirnya aku bisa
LIAN HEARN BUKU KEDUA 34 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
menyentuh permukaan jarinya. Dia tak berkata apa-apa, dia hanya menggangguk-angguk
seakan-akan puas, lalu kami lanjutkan latihan dengan permainan juggle.
Waktu pun berjalan: melempar bola dari satu telapak tangan ke telapak tangan lainnya.
Di akhir hari kedua, aku sudah bisa memainkan tiga bola. Di akhir hari ketiga aku sudah
dapat memainkan empat bola. Akio kadang-kadang berusaha menangkap dan menampar
saat aku lengah, tapi umumnya aku berhasil menghindar, dalam kelitan tarian apik di antara
bola-bola dan tanganku. Di akhir hari keempat, saat sedang menatap bola-bola dari balik bulu mataku, aku
merasa bosan dan gelisah yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Beberapa orang,
kurasa Akio salah satunya, berlatih dengan keras karena mereka terobsesi untuk menguasai
semua keahlian itu. Aku segera sadar kalau aku bukan bagian dari mereka. Aku tidak
melihat pentingnya bermain juggle. Aku tidak tertarik. Aku pelajari itu karena alasan yang
buruk-karena aku akan dipukul bila tidak melakukannya. Aku mengikuti cara mengajar
Akio yang kejam karena keharusan, tapi aku membenci latihan ini dan aku juga membenci
dia. Lebih dari dua kali dorongannya membuat aku marah, tapi ketika hendak kubalas, dia
dan Yuki yang telah waspada dapat menahanku sebelum ada yang terluka.
Di malam keempat, saat semua orang telah tidur, aku memutuskan untuk keluar. Aku
jenuh, aku tidak bisa tidur, aku ingin menghirup udara segar dan untuk melihat apakah aku
bisa keluar tanpa diketahui. Agar kepatuhanku pada Tribe masuk akal, aku harus mencari
tahu apakah aku dapat bersikap tidak patuh. Kepatuhan yang dipaksakan sama tidak
pentingnya seperti permainan juggle. Mereka mengikatku siang dan malam seperti anjing,
dan memaksaku menggeram dan menggigit sesuai perintah.
Aku tahu denah rumah ini. Aku telah memetakannya saat tidak ada pekerjaan lain
selain mendengar. Aku tahu di mana orang-orang tidur. Yuki dan ibunya tidur di kamar
belakang bersama dua perempuan yang belum pernah kulihat, meskipun aku sering
mendengar suara mereka. Seorang bekerja di toko dan sering bersendau-gurau dengan
pelanggan. Yuki memanggilnya 'bibi'. Sedangkan yang seorang lagi tak lebih dari pelayan.
Dia membersihkan rumah dan memasak, selalu bangun paling awal di pagi hari dan tidur
paling terakhir di malam hari. Dia tidak banyak bicara, nada bicaranya rendah dengan aksen
utara. Dia bernama Sadako. Semua orang senang mengolok-olok dan memanfaatkannya;
LIAN HEARN BUKU KEDUA 35 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
balasannya selalu dengan suara lembut dan penuh hormat. Aku merasa akrab dengan kedua
perempuan ini, meskipun aku belum pernah bertatap muka dengan mereka.
Akio dan tiga orang laki-laki tidur di loteng yang terletak di atas toko. Setiap malam
mereka bergantian bergabung dengan penjaga di belakang rumah. Akio telah berjaga di
malam sebelumnya dan itu membuatku menderita, seakan kesulitan tidurku menambah
kepedihan dari ejekan orang itu. Sebelum si pelayan pergi tidur, saat lampu masih menyala,
aku mendengar seorang laki-laki membantunya menutup pintu dan jendela, serta bunyi
gedebuk keras panel kayu saat digeser yang selalu diiringi gonggongan anjing.
Ada tiga ekor anjing di rumah ini, masing-masing memiliki gonggongan yang berbeda.
Orang yang sama selalu memberi makan anjing-anjing itu setiap malam, bersiul dengan cara
tertentu yang sering aku tiru saat sedang sendiri, merasa bersyukur bahwa tak seorang pun
memiliki pendengaran Kikuta.
Pintu depan rumah selalu dipalang di malam hari, dan pintu belakang selalu dijaga,
hanya satu pintu kecil yang dibiarkan tanpa dipalang. Pintu itu mengarah ke lahan sempit
antara rumah dan dinding luar, dan di ujungnya ada kamar kecil. Aku pernah ditemani ke
situ tiga atau empat kali sehari. Aku pun pernah berada di halaman luar beberapa kali
setelah hari gelap, untuk mandi di pancuran kecil yang ada di halaman belakang. Meskipun
begitu, keberadaanku tetap disembunyikan, tindakan itu, seperti yang Yuki dikatakan, demi
keselamatan diriku. Sejauh yang dapat kukatakan, tak seorang pun menganggap aku akan
berusaha melarikan diri: Aku tidak dijaga.
Aku berbaring, sambil mendengarkan suara-suara di rumah ini. Aku mendengar napas
perempuan di ruangan bawah, laki-laki di loteng. Di balik dinding luar, kota perlahan-lahan
mulai sepi. Aku telah berada dalam satu keadaan yang kukenal. Aku tidak bisa
menjelaskannya, namun keadaan ini sudah menyatu dengan diriku. Aku tidak merasa takut
atau pun senang. Otakku mati. Aku hanya dipenuhi insting, insting, dan telinga. Waktu
berjalan lambat. Tak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuka pintu di
kamar yang tersembunyi ini. Aku tahu kalau aku akan melakukannya, dan aku akan
melakukannya tanpa bersuara. Aku akan mencapai gerbang tanpa diketahui.
Saat berdiri di pintu luar dengan waspada pada setiap bunyi yang ada di sekitarku, aku
mendengar langkah kaki. Isteri Kenji bangun, lalu menyeberangi kamar tidurnya dan
LIAN HEARN BUKU KEDUA 36 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
berjalan ke ruangan tersembunyi. Pintu terbuka, beberapa saat berlalu. Dia keluar ruangan
membawa lampu, berjalan cepat ke arahku tanpa bersikap cemas. Segera saja aku berpikir
untuk menghilangkan diri, namun aku tahu itu tak berguna. Dia hampir pasti bisa
melihatku, dan jika dia tak bisa melihatku, dia akan membangunkan seluruh penghuni
rumah begitu melihat aku tidak ada.
Tanpa bicara aku memiringkan kepala ke pintu yang mengarah ke kamar kecil dan
berjalan kembali ke kamar tersembunyiku. Saat melewatinya, aku sadar kalau dia sedang
memandangku. Dia tidak bicara, hanya mengangguk, namun kurasa dia tahu aku hendak
keluar. Ruangan kamarku terasa lebih sesak dari sebelumnya. Tidur pun tampaknya mustahil
saat ini. Aku masih dirasuki insting gelapku. Aku berusaha mencari-cari deru napas
perempuan itu, namun tetap tak terdengar. Akhirnya aku yakinkan diri bahwa dia sudah
tidur. Aku bangun, dan dengan perlahan aku membuka pintu, lalu melangkah keluar.
Lampu masih menyala. Isteri Kenji duduk di dekat lampu itu. Matanya terpejam, tapi


Grass For The Pillow Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian dia membuka mata dan menatapku yang sedang berdiri di depannya. "Kau ingin
ke kamar kecil lagi?" dia bertanya dengan santai.
"Aku tidak bisa tidur."
"Duduklah. Akan kubuatkan teh." Dia langsung berdiri tegak dalam satu gerakanterlepas dari usia dan ukuran tubuhnya, gerakannya seluwes seorang gadis. Dia menyentuh
bahuku dan mendorongku lembut agar duduk di tikar.
"Jangan berusaha kabur!" Dia memperingatkan, nada mengolok-olok terdengar dalam
suaranya. Aku lalu duduk dengan pikiran yang masih dipenuhi keinginan untuk keluar. Aku
mendengar desis ketel saat dia meniup bara api, lalu terdengar dentingan besi dan tembikar.
Dia datang lagi membawa teh, dan memberiku semangkuk, sedangkan aku mencondongkan
badan untuk menerimanya. Cahaya lampu bersinar di antara kami. Saat mengambil
mangkuk, kutatap dia, melihat rasa senang dan ejekan di matanya. Kurasa dia tidak
bersungguh-sungguh memujiku sebelumnya: dia tidak mempercayai kemampuanku. Sesaat
kemudian kelopak matanya terpejam. Aku menjatuhkan mangkuk untuk menangkap
tubuhnya yang terhuyung-huyung. Aku letakkan dia di atas tikar. Dia tertidur pulas. Dalam
LIAN HEARN BUKU KEDUA 37 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
cahaya lampu, tumpahan teh menguap.
Seharusnya aku takut, tapi ternyata tidak. Aku hanya merasa kepuasan dingin yang
dibawa oleh kemampuan Tribe itu. Tak pernah terlintas bila aku dapat melakukan itu pada
isteri ketua Muto. Aku lega karena kini tak ada lagi yang dapat menghentikanku untuk
pergi. Ketika menyelinap melalui pintu samping menuju halaman, aku mendengar anjinganjing bergerak. Aku bersiul dalam nada tinggi dan pelan sehingga hanya anjing dan aku
yang bisa mendengarnya. Seekor anjing muncul untuk memeriksaku, ekornya berkibaskibas. Seperti anjing lainnya, anjing ini juga suka kepadaku. Aku menjulurkan tangan.
Anjing itu menyandarkan kepala ke tanganku. Meskipun bukan bulan purnama, tapi cukup
memberiku cahaya untuk menatap mata anjing itu yang berwarna kuning. Kami saling
menatap selama beberapa saat sebelum anjing itu menguap, menunjukkan gigi putihnya
yang besar, berbaring di kakiku dan terlelap.
Terlintas pikiran di benakku, anjing hanyalah hewan, isteri ketua Muto adalah makhluk
yang berbeda, namun aku memilih untuk mengabaikan pikiran itu. Aku berjongkok dan
mengelus-elus kepala anjing itu beberapa kali, selagi aku menatap dinding.
Aku tidak memiliki senjata maupun peralatan lainnya. Atap dinding berukuran luas dan
sangat tinggi sehingga tanpa bantuan pengait besi rasanya mustahil menambatkan tanganku.
Akhirnya aku memanjat ke atap rumah mandi lalu meloncat melintasinya. Aku
menghilangkan tubuh'Wili, merayap sepanjang bagian atas dinding menjauhi pintu
belakang dan para penjaga, lalu menjatuhkan diri di jalantidak jauh dari persimpangan. Aku
berdiri bersandar di dinding beberapa saat sambil mendengarkan. Aku hanya mendengar
penjaga bergumam. Anjing tidak menggonggong dan seluruh kota tampaknya telah tidur.
Seperti yang pernah kulakukan saat memanjat kastil Yamagata, aku berjalan dari satu
jalan ke jalan lain dengan gerakan yang zig-zag ke arah sungai. Pepohonan willow berdiri
dengan latar belakang bulan. Rantingnya bergerak lembut dalam belaia angin musim gugur,
daunnya telah menguning, satu atau dua jatuh mengapung di sungai.
Aku meringkuk di bawah naungan pepohonan ini. Aku tidak tahu siapa yang
mengendalikan kota ini sekarang: Pemimpin kastil ini yang pernah dikunjungi Shigeru, yang
juga sekutu Iida, telah digulingkan bersama Tohan waktu penduduk kota bangkit ketika
LIAN HEARN BUKU KEDUA 38 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
mendengar berita kematian Shigeru. Tapi mungkin Arai telah menempatkan gubernur
pengganti di wilayah ini. Aku tak mendengar suara-suara penjaga berpatroli. Aku menatap
bangunan kastil, tidak mampu melihat apakah kepala orang Hidden yang telah aku
bebaskan dari siksaan, melalui kematian, sudah dipindah atau belum. Aku hampir-hampir
tak mempercayai ingatanku: Peristiwa itu terasa seperti mimpi atau seakan aku mendengar
cerita bahwa orang lain yang melakukannya.
Saat mendengar langkah kaki yang mendekat ke tepi sungai, aku terkenang peristiwa di
malam itu dan bagaimana aku berenang di sungai: tanah ini lembut juga lembab sehingga
langkah kaki akan teredam, tapi siapa pun orang itu, pasti jaraknya cukup dekat. Aku
seharusnya segera pergi, tapi aku ingin tahu siapa yang datang ke sungai di malam seperti
ini. Orang itu ternyata laki-laki bertubuh pendek dan sangat kurus: di malam yang gelap ini
aku tidak bisa melihat lebih jelas lagi. Dia melihat ke sekelilingnya secara sembunyisembunyi, lalu berlutut di tepi sungai, seperti sedang berdoa. Angin menerpa sungai,
membawa aroma tajam air dan lumpur, dan juga bau orang itu.
Baunya tercium akrab. Aku menghirup udara seperti anjing, mencoba menerka siapa
orang itu. Setelah beberapa waktu, aku mengenali aroma itu: bau penyamak. Orang ini pasti
pekerja kulit, seorang gelandangan. Aku lalu menyadari siapa orang itu: dialah orang yang
pernah berbicara padaku setelah aku memanjat ke dalam kastil. Saudara laki-lakinya adalah
salah satu orang Hidden yang disiksa, yang kubebaskan melalui kematian. Saat itu aku
meninggalkan sosok keduaku di tepi sungai, dan orang ini mengira telah melihat malaikat
sehingga menyebarkan rumor tentang malaikat Yamagata. Aku dapat menduga alasan dia
berdoa di sana. Dia pasti berharap bisa bertemu malaikat itu lagi.
Aku merasakan sesuatu yang lain, rasa pedih dan menyesal karena hilangnya
kehidupanku di masa kecil, atas kata-kata dan ritual yang dulu pernah membuatku merasa
tentram, yang tampak seabadi pergantian musim dan lintasan bulan serta bintang di langit.
Aku telah direnggut dari hidupku di antara kaum Hidden saat Lord Shigeru
menyelamatkanku di Mino. Sejak itu aku menyembunyikan asal-usulku, tak pernah
membicarakannya pada orang lain, tidak pernah berdoa secara terang-terangan. Tapi
terkadang di malam hari aku berdoa menurut keyakinan dari tempatku tumbuh besar, pada
LIAN HEARN BUKU KEDUA 39 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Tuhan rahasia yang disembah ibuku, dan saat ini aku rindu untuk mendekati laki-laki ini
dan berbicara padanya. Sebagai bangsawan Otori, bahkan sebagai anggota Tribe, aku seharusnya menghindari
pekerja kulit karena membantai hewan dianggap tidak bersih, tapi kaum Hidden yakin
manusia diciptakan sama, dan begitu pula yang ibuku ajarkan. Tetap saja, sisa-sisa
kewaspadaan menahanku keluar dari bawah pepohonan willow, meskipun saat mendengar
bisikan doanya, tanpa sadar aku mengulangi kata-katanya.
Aku tidak ingin mengganggunya seandainya aku tidak mendengar beberapa orang
mendekati jembatan. Patroli. Mungkin mereka pengawal Arai, meskipun aku tak tahu
secara pasti. Mereka berhenti di atas jembatan dan memandang ke bawah, ke sungai.
"Itu si sinting," seseorang berkata. "Sungguh memuakkan harus melihatnya di sana
setiap malam." Aksen orang itu terdengar seperti penduduk setempat, tapi laki-laki yang di
sebelahnya memiliki aksen Wilayah Barat.
"Pukul saja, nanti juga dia tidak akan datang lagi."
"Kita pernah pukul, tapi dia masih saja datang."
"Mungkin dia minta dipukul lagi."
"Kita kurung saja dia beberapa malam."
"Kita ceburkan saja dia ke sungai."
Mereka kemudian tertawa. Aku mendengar langkah kaki mereka berlari, dan kemudian
tak terdengar saat mereka melewati belakang rumah-rumah. Mereka masih berlari tanpa
bersuara: laki-laki di tepi sungai itu tidak mendengar apa-apa. Aku tak ingin berdiam diri
mengawasi para penjaga melemparkan orangku ke sungai. Orangku: dia sudah menjadi
milikku kini. Aku menyelinap keluar dari pepohonan willow dan berlari ke arahnya. Kutepuk
bahunya dan, ketika dia menoleh, aku berbisik, "Kemari, cepat bersembunyi!"
Dia langsung mengenaliku dan diiringi desah takjub, dia menyembah di kakiku, sambil
berdoa tak beraturan. Di kejauhan aku mendengar patroli itu mendekati jalan di sepanjang
tepi sungai. Aku menggoyang-goyang tubuh laki-laki itu, mengangkat kepalanya,
meletakkan jariku ke bibir dan, seraya berusaha mengingatkan diriku untuk tidak menatap
mata orang itu, aku dorong dia ke bawah popohonan willow.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 40 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Aku harus tinggalkan orang ini, pikirku. Aku bisa menghilang dan menghindari patroli,
tapi kemudian aku dengar langkah kaki di persimpangan dan menyadari kalau aku sudah
terlambat. Angin sepoi-sepoi menyibakkan air dan membuat daun pohon willow bergetar. Di
kejauhan terdengar seekor ayam jantan berkokok, lonceng biara berdentang.
"Hilang!" ada yang berteriak, tidak lebih dari sepuluh langkah dari kami.
Laki-laki lainnya melontarkan sumpah serapah, "Dasar gelandangan menjijikkan."
"Menurutmu mana yang lebih buruk: gelandangan atau orang Hidden?"
"Keduanya! Itulah yang paling buruk."
Aku dengar desis pedang yang dicabut dari sarung. Scorang petugas patroli menebas
alang-alang dan pepohonan willow. Laki-laki di sebelahku tegang. Dia gemetar, tapi tidak
bersuara. Bau kulit hewan tercium kuat di hidungku. Aku yakin para penjaga itu juga akan
mencium bau orang ini, hanya saja bau busuk air sungai pasti telah menyamarkannya.
Aku memikirkan cara untuk mengalihkan perhatian mereka dari penyamak ini. Aku
pun memecah diriku menjadi dua sosok dan, di saat yang sama, sepasang bebek yang tidur
di sela alang-alang tiba-tiba terbang sambil menjerit, lalu meluncur di permukaan air dan
memecah keheningan malam. Para petugas patroli berteriak kaget, kemudian mereka saling
menatap. Mereka bergurau dan menggerutu beberapa lama, melempar batu ke bebek itu,
kemudian pergi ke arah yang berlawanan dari arah mereka datang. Aku mendengar langkah
kaki mereka bergema menyusuri kota, sayup-sayup menghilang hingga aku pun tak bisa
mendengarnya lagi. Aku mulai memarahi laki-laki itu.
"Apa yang kau lakukan di tengah malam seperti ini" Mereka pasti melemparmu ke
sungai jika tertangkap." Dia menyembah lagi.
"Duduklah," aku mendesak. "Bicaralah."
Dia lalu duduk, memandang sekilas ke atas, ke wajahku, lalu menunduk. "Aku kemari
setiap malam," dia berkata perlahan. "Aku selalu berdoa pada Tuhan untuk melihatmu
sekali lagi. Aku tak bisa melupakan apa yang telah kau lakukan pada saudaraku, pada mereka
semua." Dia terdiam sejenak, lalu berbisik, "Kupikir kau malaikat, tapi orang bilang kau
anak Lord Otori. Kau bunuh Lord Iida demi membalaskan dendam ayahmu. Pemimpin
baru, Arai Daiichi dari Kumamoto, mengerahkan anak buahnya meniyisiri kota untuk
LIAN HEARN BUKU KEDUA 41 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
mencarimu. Mereka yakin kau masih di sini jadi aku kemari untuk menemuimu. Apa pun
wujud yang kau pilih, kau pastilah malaikat."
Sungguh mengejutkan mendengar ceritaku diungkap kembali oleh laki-laki ini. Cerita
ini mengingatkanku pada bahaya yang sedang kujalani. "Pergilah. Jangan katakana kalau kau
bertemu denganku." Aku bersiap-siap pergi.
Dia seperti tidak mendengar. Dia nyaris berada dalam keadaan agung: matanya
berkilauan, bintik-bintik air liur bercahaya di bibirnya. "Jangan pergi dulu, tuan," dia
memohon. "Setiap malam aku bawakan makanan dan sake untukmu. Kita harus makan dan
minum bersama, kemudian kau harus memberkatiku dan aku akan mati bahagia."
Dia mengambil dan membuka bungkusan kecil berisi makanan. Setelah mengeluarkan
makanan dan meletakkannya di antara kami berdua, dia lalu melafalkan doa pertama kaum
Hidden. Kata-kata yang sudah biasa aku dengar itu membuatku merinding dan ketika dia
selesai, aku lanjutkan dengan doa kedua. Kemudian aku mulai makan.
Hidangan ini agak mengenaskan, kue mochi dengan isi kulit ikan yang diasapi, namun
mengandung semua unsur ritual di masa kecilku. Gelandangan ini lalu mengeluarkan botol
kecil dan menuanginya ke mangkuk yang terbuat dari kayu. Minuman ini adalah arak
buatan rumah, jauh lebih keras dari sake, dan tak ada hidangan lebih selain yang ada di
mulut kami, tapi aroma makanan membuatku teringat rumahku. AKu merasakan kehadiran
ibuku begitu kuat sehingga air mata menusuk kelopak mataku.
"Kau rahib?" aku berbisik, bertanya-tanya bagaimana dia bisa lolos dari hukuman orang
Tohan. "Saudaraku itulah rahib kami. Dialah orang yang telah kau bebaskan dalam
pengampunan. Sejak kematiannya, aku melakukan apa yang mampu kulakukan untuk
orang-orang kami-mereka yang masih tersisa."
"Banyakkah orang-orangmu yang dibunuh Iida?"
"Di Timur jumlahnya ratusan. Orangtuaku melarikan diri ke sini bertahun-tahun lalu,
dan di bawah kekuasaan Otori, tak ada lagi penyiksaan. Tapi dalam waktu sepuluh tahun
sejak peristiwa Yaegahara tak seorang pun selamat di daerah sini. Kini kita punya pemimpin
baru, Arai: tak ada yang tahu apa sikapnya pada kami. Orang-orang bilang dia punya
masalah lain yang harus diselesaikan. Kami tak akan diganggu saat dia berurusan dengan
LIAN HEARN BUKU KEDUA 42 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Tribe." Suaranya berubah berbisik di akhir kalimat, seakan-akan untuk menyebutnya saja
bisa mendatangkan beban pajak. "Dan hanya ada keadilan," dia melanjutkan, "bagi mereka
yang menjadi pembunuh dan pembantai. Kami bukan orang yang berbahaya. Kami dilarang
membunuh." Dia menyorotkan pandangan meminta maaf. "Tentu saja, tuan, kasusmu
berbeda." Dia tidak tahu seberapa jauh aku telah menyimpang dari ajaran ibuku. Bersamaan
dengan itu, aku mendengar gonggongan anjing di kejauhan, dan ayam jago mengumumkan
datangnya pagi. Aku harus pergi, kendati aku enggan beranjak.
"Kau tidak takut?" Aku bertanya padanya.
Aku sering merasa ngeri. Aku tidak memiliki keberanian. "Tapi hidupku ada di tangan
Tuhan. Dia mempunyai rencana padaku. Dia mengirimmu kepadaku."
"Aku bukan malaikat," kataku.
"Bagaimana mungkin seorang bangsawan Otori tahu doa-doa kami?" balasnya. "Siapa
lagi kalau bukan malaikat yang mau berbagi makanan dengan orang sepertiku?"
Aku tahu resiko yang kuambil, namun tetap saja aku mengatakannya. "Lord Shigeru
telah menyelamatkanku dari pembantaian Iida di Mino." Aku merasa tidak seharusnya
mengatakan itu. Dia diam sejenak, terkesima. Kemudian dia berbisik, "Mino" Kami pikir
tak ada orang yang selamat dari sana. Betapa anehnya cara Tuhan. Kau diciptakan demi
tujuan yang brsar. Meskipun bukan malaikat, kau pasti ditunjuk oleh Sang Rahasia."
Aku menggelengkan kepala. "Aku hanyalah manusia biasa. Hidupku bukanlah milikku.
Takdir yang membawaku pergi jauh dari kampung halamanku, dan takdir jugalah yang
membawaku pergi dari Otori." Aku tak ingin memberitahukan kalau aku anggota Tribe.
"Kau butuh bantuan?" dia bertanya. "Kami akan selalu membantumu. Datanglah ke
jembatan gelandangan."
"Di mana itu?" "Antara Yamagata dan Tsuwano. Namaku Jo-An." Dia lalu mengucapkan doa ketiga,
mensyukuri hidangan. "Aku harus pergi," kataku.
"Sebelum itu, maukah kau memberkatiku, tuan?"
Aku menaruh tangan kananku di kepalanya dan mulai berdoa seperti yang ibuku selalu
LIAN HEARN BUKU KEDUA 43 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
lakukan kepadaku. Aku merasa tidak nyaman, mengetahui diriku tidak pantas mengucapkan
kata-kata ini, tapi semua kata-kata keluar dari lidahku dengan lancar. Jo-An meraih
tanganku dan menyentuhkan kening dan bibirnya ke jari-jariku. Aku menyadari betapa
dalam kepercayaannya kepadaku. Dia melepas tanganku dan bersujud. Ketika dia
mengangkat kepala, aku sudah jauh di sisi jalan. Langit memucat, embun terasa dingin.
Aku menyelinap dari pintu ke pintu. Lonceng biara berdentang. Kota mulai hirukpikuk, daun jendela pertama diturunkan dan bau asap dari tungku berembus ke jalan. Aku
terlalu lama bersama Jo-An. Aku tidak menggunakan sosok keduaku malam ini, tapi aku
merasa diriku terbelah, seakan-akan aku tinggalkan diriku di bawah pohon willow bersama
gelandangan itu. Sedangkan diriku yang kembali ke Tribe hanyalah bayangan.
Saat kembali ke rumah Muto, rasa gelisah yang semula terpendam kini muncul lagi.
Bagaimana aku akan melintasi bagian atas dinding dari jalan ini" Lantai putih dan atap abuabu yang kini berkilauan diterangi fajar seakan mengejekku. Aku menunduk di seberang
rumah, menyesali kebodohanku. Aku telah kehilangan konsentrasi: pendengaranku masih
tajam seperti biasa, tapi keyakinan diriku, instingku, telah lenyap.
Aku tak boleh berdiam di tempat ini. Di kejauhan aku mendengar derap sekelompok
penunggang kuda mendekat. Suara mereka menerpaku. Aku mengenali aksen itu, aksen
yang menunjukkan mereka adalah anak buah Arai. Seandainya mereka menemukanku,


Grass For The Pillow Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hidupku bersama Tribe rui berakhir"hidupku mungkin juga akan berakhir bila Arai merasa
terhina seperti kabar yang menyebar.
Kini tak ada pilihan lain kecuali berlari ke gerbang dan iicriak pada penjaga untuk
membukanya. Saat menyeberangi jalan, terdengar suara dari balik gerbang. Suara Akio
memanggil penjaga rumah dengan pelan. Aku lalu mendengar bunyi gedebuk ketika palang
gerbang dibuka. Patroli berbelok ke ujung jalan. Segera saja aku menghilangkan diri, berlari ke pintu,
dan menyelinap masuk ke dalam rumah.
Para penjaga tidak melihatku, tapi Akio melihatku. Dia menghampiri dan menarik
kedua lenganku dengan kasar.
Aku memeluk diriku untuk menghindari pukulan. Aku pasti akan mengikutinya, tapi
dia tidak membuang-buang waktu. Dia langsung menyeretku ke dalam rumah.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 44 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Kuda yang ditunggangi pasukan patroli berlari kian cepat, berderap menuruni jalan.
Aku tersandung seekor anji ng. Hewan itu merengek dalam tidurnya. Para penunggang
kuda berteriak kepada penjaga gerbang, "Selamat pagi!"
"Apa yang kalian dapat?" seorang penjaga membalas.
"Bukan urusan kalian!"
Selagi diseret, aku menoleh ke belakang. Melalui lahan sempit antara rumah tempat
mandi dan dinding, aku dapat melihat jalan di sisi luar melalui gerbang yang terbuka.
Di belakang rombongan berkuda, dua orang sedang berjalan kaki sambil menyeret
seorang tawanan. Meskipun tidak bisa melihat tawanan itu dengan jelas, namun dapat
kudengar suaranya. Dapat kudengar doa-doanya. Dia adalah si gelandangan, Jo-An.
Aku pasti telah menerjang ke arah gerbang karena Akio saat ini menarikku dengan
paksa sehingga nyaris membuat bahuku terkilir. Kemudian dia memukul, perlahan dan
efesien, ke samping leherku. Ruangan terasa berputar-putar. Masih tanpa bicara, dia
menyeretku ke ruangan utama di mana seorang pelayan sedang menyapu. Tanpa
mempedulikan kami. Akio berteriak ke arah dapur selagi membuka dinding palsu di ruangan tersembunyi,
lalu mendorongku masuk. Isteri Kenji datang ke dalam ruangan dan Akio menutup pintu.
Wajah istri Kenji pucat dan matanya sembab, dia tampaknya masih melawan rasa
kantuk. Dapat kurasakan kemurkaannya bahkan sebelum dia mulai bicara. Dia menamparku
dua kali. "Dasar anak kurang ajar! Dasar idiot! Berani benar kau lakukan itu padaku."
Akio mendorongku ke lantai, masih memegang kedua lenganku di belakang
punggungku. Aku menunduk dengan patuh. Tak ada gunanya bicara.
"Kenji pernah memperingatkan kalau kau akan keluar. Semula aku tidak percaya.
Kenapa kau lakukan ini?"
Ketika aku tidak menjawab, dia lalu duduk berlutut dan mengangkat kepalaku hingga
dapat melihat wajahku. Aku bersikeras untuk tidak menatap matanya.
"Jawab! Apa kau sudah sinting?"
"Hanya untuk melihat apa aku bisa."
Dia menghela napas jengkel, persis seperti suaminya.
"Aku tidak suka dikurung," aku merengut.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 45 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Itu gila," kata Akio marah, "Dia ini berbahaya bagi kita semua. Kita harus...."
Perempuan itu langsung menyela. "Itu hanya bisa diputuskan oleh ketua Kikuta.
Sebelum itu, tugas kita yaitu menjaga agar dia tetap hidup dan jauh dari jangkaun Arai," dia
kembali menepuk-nepuk kepalaku, tapi kai ini ini tidak keras. "Siapa yang melihatmu?"
"Tidak ada. Hanya seorang gelandangan."
"Gelandangan apa?"
"Penyamak. Jo-An."
"Jo-An" Si sinting" Orang yang mengatakan telah bertemu malaikat?" Dia menghela
napas panjang. "Jangan katakan dia telah melihatmu."
"Kami sempat berbincang-bincang," aku mengaku.
"Anak buah Arai berhasil menangkap gelandangan itu," kata Akio.
"Kuharap kau menyadari betapa tololnya dirimu," kata istri Kenji.
Aku menunduk lagi. Aku memikirkan Jo-An, berharap aku melihatnya pulang ke
rumah"jika dia punya rumah di Yamagata"bertanya-tanya apakah aku dapat
menyelamatkannya, bertanya apa tujuan Tuhannya pada orang itu sekarang. Aku sering
merasa takut, ujar Jo-An. Merasa ngeri. Iba dan penyesalan berpilin-pilin dalam hatiku.
"Cari tahu apa yang diocehkan gelandangan itu," kata isteri Kenji pada Akio.
"Dia tak akan mengkhianatiku," kataku.
"Bila disiksa, semua orang akan berkhianat," jawab Akio singkat.
"Keberangkatanmu harus dipercepat," perempuan itu melanjutkan. "Mungkin hari ini."
Akio masih berlutut di belakangku sambil memegang pergelangan tanganku. Aku
merasakan gerakannya saat dia mengangguk.
"Apakah dia akan dihukum?" tanya Akio.
"Tidak. Dia harus sanggup melakukan perjalanan. Selain itu, seperti yang kau tahu,
hukuman fisik tidak berguna baginya. Jadi pastikan dia tahu secara pasti apa yang
gelandangan itu derita. Kepalanya mungkin sekeras batu, tapi hati anak ini sangat lembut."
"Ketua mengatakan kalau itu yang menjadi kelemahan utamanya," kata Akio.
"Ya, jika bukan karena itu, mungkin kita telah memiliki Shintaro lain."
"Kelembutan hatinya bisa mengeras," gerutu Akio. "Ya, kalian orang Kikuta tahu cara
terbaik untuk melakukannya."
LIAN HEARN BUKU KEDUA 46 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Aku masih berlutut di lantai selagi mereka membahas diriku seakan aku hanya barang
dagangan, tong sake yang bisa berubah menjadi minuman terbaik, atau justru akan
membusuk dan tak berharga.
"Bagaimana sekarang?" kata Akio, "Apakah dia akan diikat hingga kami pergi?"
"Kenji bilang kaulah yang memilih datang pada kami," dia berkata padaku. "Lalu
kenapa kau mencoba kabur?"
"Aku telah kembali."
"Apa kau akan mencobanya lagi?"
"Tidak." "Kau akan ke Matsue ditemani beberapa seniman dan kau harus berjanji tidak akan
melakukan apa pun yang membahayakan mereka maupun dirimu sendiri?"
"Baiklah." Perempuan itu berpikir sejenak, tapi tetap saja dia menyuruh Akio mengikatku. Setelah
mengikatku, mereka pergi menyiapkan keberangkatan kami. Seorang pelayan dating
membawa nampan berisi makanan dan teh, lalu membantuku makan dan minum tanpa
bicara. Setelah dia membawa kembali makanan, tidak seorang pun datang menemuiku. Aku
mendengarkan nyanyian rumah dari berpikir bahwa aku melihat semua kekasaran dan
kekejaman yang terhampar di balik alunan keseharian rumah ini. Keletihan melandaku. Aku
merangkak ke kasur, berusaha mencari posisi senyaman mungkin, memikirkan ketidakberdayaan Jo-An dan kebodohanku hingga aku tertidur.
Aku terjaga dengan jantung berdebar hebat, tenggorokanku kering. Aku bermimpi tentang
si gelandangan, mimpi buruk yang mana, dari kejauhan, aku mendengar suara-suara selirih
dengung nyamuk yang membisikkan sesuatu dan hanya aku yang bisa mendengarnya.
Akio pasti berkata dengan menekan mulutnya ke dinding luar ruangan. Dia
membisikkan secara detail tentang penyiksaan yang dialami Jo-An. Ceritanya terus dan terus
dalam nada lambat dan datar, membuat bulu kudukku merinding dan perutku jungkir balik.
Terkadang dia diam dan aku lega karena ceritanya telah berakhir, tapi kemudian dia
melanjutkan lagi. Aku bahkan tak bisa menyumbat telinga dengan jari. Tak ada jalan untuk lolos darinya.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 47 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Isteri Kenji benar. Itulah hukuman paling buruk bagiku. Aku berharap telah membunuh JoAn saat pertama kali melihatnya di tepi sungai. Rasa iba telah menahan tanganku, tapi rasa
iba jugalah yang mendatangkan akibat buruk. Aku mungkin bisa memberi kematian yang
cepat pada gelandangan itu. Akulah yang menyebabkan dia disiksa.
Ketika suara Akio menghilang, aku mendengar langkah Yuki di luar. Dia masuk sambil
membawa baskom berisi gunting dan pisau cukur. Seorang pelayan, Sadako, mengikutinya
dengan tangan penuh pakaian. Setelah meletakkan pakaian di lantai, dia lalu keluar dengan
perlahan. Aku mendengar Sadako berkata bahwa hidangan siang sudah siap, lalu Akio
berdiri dan mengikutinya ke dapur. Aroma makanan menyebar, namun tetap saja aku tidak
berselera makan. "Akan kupotong rambutmu," kata Yuki. Potongan rambutku masih bergaya ksatria,
masih seperti keinginan Ichiro, mantan guruku di kediaman Shigeru. Ichiro memaksa untuk
mencukur dahiku, dan rambut belakangku diangkat dalam bentuk kepang ke atas kepala.
Sudah berminggu-minggu aku belum memotong rambut maupun mencukur janggut,
meskipun janggutku masih sangat sedikit.
Yuki melepas ikatan tangan dan kakiku, kemudian menyuruhku duduk di depannya.
"Kau sungguh tolol," katanya, saat mulai memangkas rambutku.
Aku tidak menjawab. Aku sadari itu, tapi aku juga sadar akan melakukan lagi hal
serupa. "Ibuku sangat marah. Aku tidak tahu mana yang lebih membuatnya kaget, kau berhasil
membuatnya tertidur ataukah keberanianmu melakukannya."
Helaian rambut berjatuhan di sekelilingku. "Di saat yang sama dia juga gembira," Yuki
melanjutkan. "Dia mengatakan bahwa kau mengingatkannya pada Shintaro saat seusiamu."
"Ibumu mengenalnya?"
"Kuberitahu satu rahasia: ibuku tergila-gila padanya. Ibuku hampir menikah dengannya,
tapi karena tidak sesuai dengan aturan Tribe, sehingga dia akhirnya menikah dengan
ayahku. Lagipula, kupikir dia tak sanggup menghadapi orang yang memiliki kemampuan
yang melebihi dirinya. Shintaro adalah ahlinya tatapan tidur Kikuta: tak seorang pun lolos
dari tatapannya." Yuki bersemangat, lebih ceriwis dari yang pernah kukenal. Aku dapat merasakan
LIAN HEARN BUKU KEDUA 48 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tangannya yang gemetar menyentuh leherku saat memangkas. Aku teringat kata-kata Kenji
yang meremehkan isterinya. Pernikahan mereka, seperti yang terjadi pada kebanyakan
orang, adalah bagian dari rencana persekutuan antara dua keluarga.
"Seandainya dia menikahi Shintaro, mungkin aku akan menjadi orang lain," kata Yuki
merenung. "Kurasa ibuku tak pernah berhenti mencintainya."
"Meskipun Shintaro seorang pembunuh?"
"Dia bukan pembunuh! Dia seperti dirimu."
Nada bicaranya memberitahukan kalau percakapan ini bergerak ke area yang berbahaya.
Sosok Yuki memang sangat menarik. Aku tahu dia memiliki perasaan yang sangat kuat
padaku. Tapi aku tidak punya perasaan padanya seperti yang kumiliki pada Kaede, dan aku
tak ingin berbicara tentang cinta.
Aku berusaha mengubah arah pembicaraan. "Kukira keahlian menidurkan hanya
dimiliki Kikuta. Bukankah Shintaro berasal dari keluarga Kurado?"
"Itu dari pihak ayahnya. Ibunya seorang Kikuta. Shintaro dan ayahmu sepupu."
Perkataannya membuat aku pedih. Orang yang mati karena diriku adalah kerabatku.
"Apa yang terjadi di malam Shintaro mati?" tanya Yuki, ingin tahu.
"Aku dengar ada yang memanjat dinding. Jendela di lantai pertama terbuka karena
cuaca saat itu panas. Lord Shigeru ingin menangkapnya hidup-hidup tapi waktu dia
tertangkap, kami bertiga terjatuh ke taman. Kepala Shintaro membentur batu, tapi kami
menduga dia mati karena menelan racun. Dia mati tanpa pernah sadar. Ayahmu yang
memastikan orang itu bernama Kuroda Shintaro. Akhirnya kami tahu kalau kedua paman
Shigeru yang membayarnya untuk membunuh Shigeru."
"Sungguh menakjubkan," kata Yuki, "karena kau ada di sana dan tak seorang pun tahu
siapa dirimu." Aku menjawabnya dengan jujur karena mungkin aku sedang hanyut dalam kenangan di
malam itu. "Kurang begitu menakjubkan. Shigeru memang sedang mencariku saat dia
menyelamatkanku di Mino. Dia mengetahui keberadaanku dan dia juga tahu kalau ayahku
seorang pembunuh. Lord Shigeru bilang itu saat di Tsuwano. Aku Tanya apakah itu
alasannya mencariku dan dia mengatakan itu hanya salah satu alasan. Aku tak tahu alasan
yang lainnya, dan kini aku tidak akan pernah tahu."
LIAN HEARN BUKU KEDUA 49 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Yuki berhenti memangkas. "Ayahku tidak tahu itu?"
"Tidak, dia dibiarkan percaya bahwa Shigeru bertindak atas dorongan hati, bahwa aku
bertemu Shigeru hanyalah suatu kebetulan."
"Kau serius?" Terlambat sudah, keingintahuannya membuat aku menjadi curiga. "Pentingkah itu?"
"Bagaimana Lord Otori bisa tahu sesuatu yang bahkan Tribe tidak tahu" Apa lagi yang
dia katakan?" "Dia mengatakan banyak hal," kataku dengan tidak sabar. "Dia dan Ichiro mengajariku
hampir semua yang aku tahu."
"Maksudku tentang Tribe!"
Aku menggelengkan kepala seolah-olah tak mengerti. "Tidak ada. Aku tidak tahu apaapa tentang Tribe, kecuali apa yang ayahmu ajarkan, dan apa yang kupelajari di sini."
Dia menatapku. Aku mengelak untuk menatapnya bicara langsung. "Masih banyak
yang harus dipelajari," akhirnya dia berkata. "Aku akan mengajarimu selama di perjalanan."
Dia menyisiri rambutku yang pendek lalu berdiri dalam satu gerakan seperti ibunya.
"Kenakan ini. Akan kuambilkan sesuatu untuk kau makan."
"Aku tidak lapar," ucapku, menjulurkan tangan untuk mengambil pakaian. Pakaian ini
sebenarnya berwarna cerah, tapi kini warnanya telah pudar. Aku bertanya-tanya, siapa saja
yang pernah memakai pakaian ini dan apa yang terjadi pada pemiliknya.
"Ada banyak waktu selama di perjalanan nanti," kata Yuki. "Kita mungkin tidak akan
makan lagi hari ini. Apa pun yang Akio dan aku perintahkan, kau harus patuh. Jika aku
menyuruhmu menghisap kotoran di bawah kuku kami, kau harus melakukannya. Jika aku
menyuruhmu makan, kau harus makan. Kami mempelajari kepatuhan seperti ini sejak kecil.
Kau harus pelajari itu sekarang."
Aku ingin bertanya apakah dia patuh ketika membawakan pedang Shigeru, Jato,
kepadaku saat di Inuyama, tapi tampaknya lebih bijaksana bila diam. Aku berpakaian
seniman, dan saat Yuki datang membawa makanan, aku makan tanpa banyak tanya.
Dia menatapku tanpa bicara, dan ketika aku selesai makan, dia berkata, "Gelandangan
itu sudah mati." Tribe memang ingin agar hatiku mengeras. Aku tidak menatap atau pun membalas
LIAN HEARN BUKU KEDUA 50 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ucapannya. "Jo-An tidak mengatakan apa pun tentang dirimu," dia melanjutkan. "Tidak kusangka
seorang gelandangan mempunyai keberanian seperti itu. Meskipun tidak memiliki racun
yang bisa membebaskannya dari penderitaan, dia tidak bicara sepatah kata pun."
Aku berterima kasih kepada Jo-An, bersyukur kepada kaum Hidden yang membawa
rahasia mereka... ke mana" Ke surga" Ke kehidupan lain" Ke neraka, ke kuburan yang sepi"
Aku ingin berdoa untuknya, mengikuti cara orang-orangku. Atau menyalakan lilin dan
membakar dupa seperti yang Ichiro dan Chiyo ajarkan. Aku berpikir Jo-An akan pergi
seorang diri menuju kegelapan. Apa yang akan dilakukan kelompoknya tanpa Jo-An"
"Kau selalu mendoakan seseorang?" tanyaku.
"Tentu saja," balas Yuki, kaget.
"Kepada siapa?"
"Sang Pencerah, dalam segala wujudnya. Dewa gunung, hutan, dan sungai. Pagi ini aku
meletakkan beras dan bunga di kuil yang ada di dekat jembatan untuk meminta berkat atas
perjalanan kita. Aku senang kita berangkat hari ini. Hari ini adalah hari baik untuk
melakukan perjalanan, semuanya memberi pertanda baik." Dia memandangku, seolah
sedang memikirkan itu semua, tapi kemudian dia menggelengkan kepala. "Jangan bertanya
hal-hal seperti tadi. Itu membuatmu terdengar terlihat berbeda. Tak seorang pun bertanya
seperti itu." "Tak seorang pun yang hidupnya seperti hidupku."


Grass For The Pillow Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau kini anggota Tribe. Bertingkahlah seperti Tribe."
Dia lalu mengambil kantong kecil dari balik lengan bnju dan menyerahkannya
kepadaku. "Ini. Akio menyuruhku memberikan kepadamu benda ini."
Kubuka ikatan kantong itu lalu merogoh ke dalamnya, ternyata isinya adalah lima bola
juggle yang licin dan keras, dikemas dengan butiran beras yang berjatuhan ke lantai.
Sebenci-bencinya aku pada juggle, tetap saja aku pungut dan memegangnya. Dengan tiga
bola di tangan kanan dan dua lagi di tangan kiri, aku berdiri. Bola dan pakaian seniman ini
seperti mengubahku menjadi orang lain.
"Sekarang namamu Minoru," kata Yuki. "Bola-bola ini pemberian ayahmu. Akio adalah
kakakmu, sedangkan aku adikmu."
LIAN HEARN BUKU KEDUA 51 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Kita tidak mirip," kataku seraya melontarkan bola ke atas.
"Kita akan terlihat mirip," balas Yuki. "Ayahku bilang kau bisa merubah penampilanmu
dalam berbagai bentuk."
"Apa yang terjadi pada ayah kita?" Begitu bola satu jatuh dan kutangkap, bola satu lagi
aku lontarkan ke atas dan....
"Dia mati." "Cocok." Yuki mengacuhkan ucapanku. "Kita ke Matsue untuk menghadiri perayaan musim
gugur. Perlu waktu lima atau enam hari, tergantung cuaca. Arai masih memerintahkan anak
buahnya untuk mencarimu, tapi pencarian besar-besaran telah berakhir. Dia sudah pergi ke
Inuyama. Kita akan berjalan ke arah yang berlawanan. Di malam hari ada rumah yang aman
untuk menginap. Hanya saja, bila kita bertemu patroli, kau harus membuktikan siapa
dirimu." Salah satu bola tidak sempat tertangkap hingga jatuh ke tanah.
"Jangan sampai jatuh," kata Yuki. "Tak seorang pun seusiamu yang pernah
menjatuhkannya. Ayahku mengatakan kalau kau bisa meniru orang dengan baik. Jangan
menjerumuskan kami ke dalam bahaya."
Kami pergi melalui pintu belakang. Isteri Kenji muncul dan mengucapkan selamat
jalan. Dia memeriksa rambut dan pakaianku. "Kuharap kita bertemu lagi," ucapnya. "Tapi
melihat kenekatanmu, sulit mengharapkan itu."
Aku membungkuk ke arahnya tanpa bicara. Akio telah menunggu di halaman dengan
gerobak seperti yang mereka gunakan untuk mengurungku saat di Inuyama. Dia
mcnyuruhku masuk ke dalam gerobak yang penuh perlengkapan dan hiasan. Yuki
memberikan belatiku, dan dengan gembira aku menyimpannya di balik pakaian.
Akio mengangkat ganjalan gerobak dan mulai mendorongnya. Aku tergoncanggoncang menyusuri kota yang remang-remang, mendengarkan bunyi gerobak dan
percakapan para seniman. Aku mengenali suara gadis asing saat di Inuyama dulu, Keiko. Di
luar ada laki-laki lain yang juga turut bersama kami: aku pernah dengar suaranya di rumah
Misteri Rumah Berdarah 1 Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan Pedang Teratai Merah 1
^