Shogun 1
Shogun Karya James Clavell Bagian 1
SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
PROLOG Badai terus menerpa dan terasa begitu
menusuk. Dia tahu, kalau tidak mendarat
dalam tiga hari ini, mereka semua akan
mati. Terlalu banyak kematian dalam pelayaran ini, pikirnya, aku nakhoda dari
armada orangorang mati. Tinggal satu dari
lima kapal"dua puluh delapan awak dari
seratus tujuh dan sekarang hanya sepuluh
yang masih mampu berjalan sementara yang
lain sudah sekarat, termasuk KaptenJenderal. Tidak ada makanan, hampir tidak
ada air, yang ada cuma air basi yang berbau
busuk. Namanya John Blackthorne dan dia
sendirian di atas Panjarwala*"Salamon geladak si selain si bisu"yang merunduk di keteduhan, meng-amati laut
di depan. Kapal tiba-tiba miring oleh hujan badai
yang datang mendadak dan Blackthorne
berpegang kuat pada salah satu lengan kursi kapal yang ikut terhempas ke dekat kemudi di
geladak hingga kapal itu mantap kembali, diiringi bunyi kayu-kayu berderik. Itulah
Erasmus. Kapal perang merangkap kapal dagang berbobot mati dua ratus enam puluh ton.
Bertolak dari Rotterdam dengan dua puluh meriam dan satu-satunya kapal yang selamat
dari armada ekspedisi pertama yang dikirim kerajaan Belanda untuk memporak-porandakan
musuh di Dunia Baru (sekarang benua Amerika). Kapal Belanda pertama yang pernah
menerobos rahasia-rahasia Selat Magelhaens. Empat ratus sembilan puluh enam awak.
Semuanya sukarelawan. Semuanya orang Belanda kecuali tiga dari Inggris"dua nakhoda,
satu perwira. Tugasnya: merampas dan membakar harta orang Spanyol dan Portugis di
James Clavell BUKU PERTAMA 1 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Dunia Baru, membuka jalan bagi konsesi-konsesi dagang, menemukan pulau-pulau baru di
Samudra Pasifik untuk dijadikan pangkalan dan menuntut daerah itu bagi kerajaan Belanda
dan diharapkan dalam waktu tiga tahun tugas selesai.
Orang-orang Belanda pemeluk agama Protestan ini telah berperang selama lebih dari
empat dasawarsa, berjuang keras melepaskan diri dari penindasan majikan-majikan Spanyol
yang mereka benci. Kerajaan Belanda, yang terkadang disebut juga Holland, Nederland atau
negeri Tanah Rendah, masih tergolong bagian sah dari kerajaan Spanyol. Inggris, kerajaan
pertama yang menolak kedaulatan Paus di Roma dan kemudian menjadi Protestan lebih dari
tujuh dasawarsa yang lalu, juga telah berperang melawan Spanyol sejak dua puluh tahun
belakangan ini dan secara terang-terangan bersekutu dengan kerajaan Belanda selama satu
dasawarsa. Angin meniup lebih dahsyat dan kapal tiba-tiba bergerak maju. Ia melaju dengan tiangtiang yang sebagian telanjang kecuali tiang penangkal badai teratas. Dan sekalipun air
pasang dan badai membuatnya terombang-ambing namun ia tetap tegar melaju ke arah cakrawala yang mulai menghitam.
Pasti lebih banyak badai di sana, Blackthorne bergumam sendiri. Juga batu karang. Juga
pasir. Laut tak dikenal. Bagus. Aku telah menggumuli laut sepanjang hayat dan menang.
Akan selalu menang. Sekarang pun pasti menang. Mengapa tidak"
Aku ini nakhoda Inggris pertama yang berhasil melayari Selat Magelhaens. Ya, yang
pertama dan nakhoda pertama pula yang pernah melayari perairan Asia, di samping
sejumlah kecil bangsat-bangsat Portugis dan anak-anak jadah Spanyol yang masih mengira
bahwa merekalah yang empunya dunia ini. Orang Inggris pertama di perairan ini.
Begitu banyak yang pertama, sebelumnya. Ya, begitu banyak. Dan begitu banyak pula
kematian untuk memperolehnya.
Sekali lagi ia mengendus mencium angin, namun tetap tak ada petunjuk adanya
daratan. Diamat-amatinya laut lepas, namun warnanya tetap kelabu dan suram.
Tak satu pun tumbuhan ganggang atau bercak warna pemberi petunjuk adanya
gundukan pasir. Dilihatnya ujung-ujung runcing batu karang lain nun jauh di sebelah kanan
geladak, namun itu tak berarti apa-apa baginya. Selama sebulan ini gugusan batu karang di
sana-sini memang sempat menakutkan mereka, namun sama sekali belum tampak daratan.
James Clavell BUKU PERTAMA 2 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Lautan ini benar-benar tak berkesudahan, pikirnya. Bagus. Untuk itulah kita dilatih"untuk
mengurangi lautan yang tak dikenal, untuk mempetakannya dan kembali pulang. Sudah berapa lama meninggalkan rumah" Setahun tambah sebelas bulan tambah dua hari. Tempat
pendaratan terakhir adalah Chili, seratus tiga puluh dua hari yang lalu, di seberang samudera
yang pertama kali dilayari Magelhaens delapan puluh tahun yang lewat, Samudera Pasifik.
Blackthorne dilanda rasa lapar yang amat sangat dan bibir serta tubuhnya terasa nyeri
oleh kudis. Dipaksanya kedua belah matanya memperhatikan arah kompas dan dipaksanya
otaknya memperkirakan posisi. Sekali saja alur kisah telah tercatat dalam buku pedoman
nakhoda pedoman lautnya"dia boleh merasa aman dalam bintik kecil di lautan luas ini.
Dan kalau dia aman, kapalnya pun akan aman dan bersama-sama, mereka mungkin akan
bertemu Jepang-Jepang itu atau bahkan Raja Kristen si Prester John dengan Kekaisaran
Emasnya yang menurut legenda terletak di Utara Cina, di mana pun letak Cina itu.
Dan dengan bagian kekayaan yang kudapat, aku akan berlayar lagi ke sebelah barat ke
arah rumah. Aku, nakhoda Inggris pertama yang mengelilingi dunia dan aku takkan
meninggalkan rumah lagi. Tak akan. Demi kepala anakku!
Sentuhan angin membuyarkan lamunannya yang sedang menerawang dan membuatnya terjaga. Tidur sekarang adalah tolol. Kau takkan pernah terjaga lagi dari tidur itu,
pikirnya, lalu dibentangkannya kedua belah tangannya untuk melenturkan otot-otot yang
kaku di punggungnya dan dililitkannya jubahnya lebih erat lagi ke sekujur tubuhnya.
Dilihatnya sebagian layar-layar terkembang seimbang dan kemudian terikat aman. Si
panjarwala, Salamon si bisu masih berjaga. Begitu sabarnya dia duduk mendekam dan
berdoa supaya daratan cepat terlihat.
"Pergilah ke bawah, Nakhoda. Saya yang akan berjaga kalau Tuan suka." Mualim Tiga,
Hendrik Specz, tampak memaksa dirinya menaiki tangga kapal, wajahnya kelabu tanda
lelah, sepasang matanya cekung, kulitnya penuh bisul dan kekuning-kekuningan. Dia
bersandar kuat-kuat pada kompas untuk menjaga keseimbangan diri sambil muntah sedikit.
"Jesus, terkutuklah hari aku meninggalkan Holland."
"Di mana si mualim, Hendrik"
"Di tempat tidurnya. Dia tak bakal ke luar dari tempat keparatnya itu. Tak akan,
James Clavell BUKU PERTAMA 3 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
pokoknya tidak sekitar hari kiamat ini."
"Dan Kapten?" "Sedang mengerang, minta makan dan minum." Hendrik meludah. "Saya katakan
padanya akan saya panggangkan ayam kebiri dan menghidangkannya di atas sepiring perak
dengan sebotol brandy buat cuci sekalian Scheit-Huis! Coot!"*
"Jaga mulutmu!"
"Baik, Pilot. Tapi dia tak lebih dari bangsat pelahap belatung dan kita semua akan mati
karena dia." Lelaki muda itu kembali muntah dan mengeluarkan lendir berwarna. "Jesus
yang baik, tolonglah anakMu."
"Kembali ke bawah sana! Balik lagi nanti! Subuh-subuh!"
Hendrik mendudukkan dirinya pelan-pelan sambil menahan nyeri di atas kursi kapal
yang satunya. "Bau mayat di bawah. Saya akan berjaga kalau Tuan suka. Ke mana arahnya?"
"Ke mana saja angin membawa kita."
"Di mana daratan yang Tuan janjikan" Di mana Jepang jepang itu" Di mana coba, saya
tanya?" "Di depan." "Selalu di depan! Gottimhimmel*. Pelayaran ini tidak termasuk tugas kita. Taik!
Seharusnya saat ini kita sudah di rumah. Aman. Perut kenyang, tidak mengejar-ngejar api
gunung St. Elmo lagi."
"Turun ke bawah atau jaga mulutmu!"
Dengan wajah memberengut Hendrik memalingkan mukanya dari lelaki ber-perawakan
tinggi dan berjenggot itu. Di mana kita sekarang" Ia ingin bertanya, Mengapa aku tak boleh
melihat buku pedoman nakhoda yang dirahasiakan itu" Namun dia juga tahu kita tak boleh
menanyakan hal itu pada Nakhoda, khususnya yang satu ini. Sekalipun begitu, pikirnya, aku
berharap aku akan tetap kuat dan sehat seperti waktu meninggalkan Holland. Jadi aku tak
perlu menunggu lagi. Akan kuhantam matamu yang kelabu itu sekarang juga dan
kuhentikan senyummu yang memabukkan itu dari mukamu dan mengirimmu langsung ke
tempatmu yang pantas di neraka. Kemudian aku yang akan menjadi Kapten Pilot dan kami
akan menjadi orang Belanda pertama yang memimpin kapal bukan milik orang asing dan
James Clavell BUKU PERTAMA 4 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
semua rahasia akan aman di tangan kita, karena tak lama lagi kami akan berperang
melawanmu, Inggris. Kami juga menginginkan hal yang sama: menguasai lautan, mengawasi
lalulintas kapal dagang, menguasai Amerika dan mencekik Spanyol.
"Mungkin Jepang-Jepang itu sebenarnya tak ada," gerutu Hendrik tiba-tiba, wajahnya
murung. "Gottbewonden legend. Itu mungkin hanya legenda Tuhan di surga."
"Itu benar ada. Di antara garis lintang tiga puluh dan empat puluh di utara. Sekarang
jaga mulutmu atau pergi ke bawah."
"Ada orang mati di bawah, Pilot," Hendrik menggerutu lalu menatap ke depan,
membiarkan pikirannya menerawang.
Blackthorne beringsut dari kursi nakhodanya, tubuhnya terasa kian nyeri hari ini. Kau
masih lebih mujur, mereka semuanya lebih mujur dari Hendrik. Bukan, bukan lebih mujur.
Lebih hati-hati. Kau masih menghemat buahmu sementara yang lain menghabiskannya
tanpa pikir panjang. Mengabaikan peringatan yang kaukeluarkan. Karenanya sekarang
kudismu itu masih tetap lunak, sedang kudis mereka terus-menerus berdarah. Perut mereka
sudah mulai terkuras. Mata mereka mulai merah dan berair dan gigi-gigi mereka sudah
mulai rontok atau emailnya rusak hingga kepala. Mengapa manusia tak pernah mau belajar"
Dia tahu bahwa mereka semua takut kepadanya, bahkan Kapten-Pilot pun demikian
pula dan itulah yang paling dibencinya. Tapi itu biasa, sebab nakhodalah yang memerintah
di lautan; memang dialah yang menentukan arah kapal dan menakhodainya. Dialah yang
membawanya dari pelabuhan yang satu ke pelabuhan yang lain.
Pelayaran hari ini berbahaya karena peta-peta navigasi yang sedikit dan tidak jelas itu
boleh dikatakan tak ada gunanya. Dan sudah jelas tak bakal mampu menetapkan garis bujur
yang dikehendaki. "Cari bagaimana menetapkan garis bujur dan kau akan menjadi orang terkaya di dunia
begitu, Bayangkan! Sri Ratu akan memberimu sepuluh ribu pound berikut gelar bangsawan
dengan segala kemudahannya atas jawaban teka-teki itu. Orang-orang Portugis pemakan
taik itu malah akan memberimu lebih banyak lagi"kapal dagang emasnya. Dan anak-anak
jadah Spanyol itu akan memberimu dua puluh kapal! Kalau jauh dari daratan, kau akan
selalu kehilangan pegangan, nak." Blackthorne teringat saat itu. Caradoc berhenti sesaat dan
menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Kau akan terhilang, nak. Akan terhilang!
James Clavell BUKU PERTAMA 5 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Kecuali..." "Kecuali kita memiliki buku pedoman nakhoda!" Blackthorne akan selalu berseru
dengan gembira, karena mengetahui dirinya telah berhasil memahami pelajaran dengan
baik. Ketika itu dia masih tigabelas tahun tapi sudah setahun menjadi murid Alban Caradoc,
nakhoda dan pembuat kapal yang ulung. Orang tua ini sudah seperti ayahnya sendiri yang
sudah tiada. Dan dia tak pernah memukulnya, malah mengajar dirinya dan nnak-anak lelaki
sebayanya segala rahasia pembuatan kapal dan cara menggumuli laut dengan akrab.
Buku pedoman nakhoda adalah buku kecil berisi catatan terperinci milik seorang
nakhoda yang dahulu pernah ke sana. Buku itu mencatat arah magnit kompas di antara
pelabuhan dan tanjung, semenanjung dan selat. Buku itu juga mencatat bunyi, kedalaman
serta warna air dan sifat-sifat dasar laut. Juga memaparkan bagaimana caranya sampai di
sana dan bagaimana kita kembali; berapa hari kita berlayar pada jalur laut yang khusus, pola
angin, kapan angin berhembus dan dari mana; arus jenis apa yang akan kita hadapi, dan dari
mana datangnya; saat-saat ada badai dan saat-saat angin bagus bertiup; di mana kapal
dimiringkan dan di mana dia diisi air, di mana ada kawan dan di mana ada lawan, beting*
batu karang, air pasang, tempat singgah, pokoknya segala sesuatu yang diperlukan pada
sebuah pelayaran. Bangsa Inggris, Belanda dan Prancis selalu memiliki buku pedoman nakhoda bagi
perairannya, namun sisa perairan dunia hanya pernah dilayari oleh nakhoda-nakhoda
Portugis dan Spanyol, dan kedua negeri ini menganggap semua buku pedoman nakhoda itu
rahasia. Buku pedoman nakhoda yang sanggup mengungkapkan jalur laut menuju Dunia
Baru atau menyibak Selat Magelhaens dan Tanjung Harapan adalah milik dan penemuan
bangsa Portugis. Sejak saat itu jalur laut yang menuju ke Asia dijaga ketat dan dianggap
sebagai harta nasional oleh bangsa Portugis dan Spanyol, lalu dengan upaya yang sama
kerasnya jalur itu dicari oleh lawan-lawan mereka, bangsa Belanda dan Inggris.
Namun buku pedoman nakhoda yang baik tergantung dari nakhoda yang menulisnya.
Kemudian tergantung dari ahli menulis halus yang mengutipnya serapi barang cetakan yang
saat itu masih jarang didapat dan akhirnya tergantung dari seorang ilmuwan yang
menerjemahkannya. Buku pedoman nakhoda karenanya, dapat mencetak kekeliruan.
Bahkan juga yang disengaja. Seorang nakhoda takkan pernah mengetahui hal itu sampai dia
James Clavell BUKU PERTAMA 6 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
sendiri pernah berada di tempat itu. Paling tidak sekali.
Di laut, nakhoda adalah pemimpin, pedoman, dan wasit satu-satunya bagi anak
buahnya. Dia adalah Dewa. Penguasa tunggal. Dan dia seorang diri memerintah dari
geladak belakang. Ah, anggur yang memabukkan itu, ujar Blackthome pada dirinya sendiri. Sekali diteguk,
ia tak akan pernah terlupakan. Selalu dicari. Selalu dibutuhkan. Dia termasuk kekuatan yang
mampu membuatmu tetap hidup sementara yang lainnya mati.
"Kau bisa terus berjaga, Hendrik?"
"Ya, ya, aku rasa begitu."
"Akan kukirimkan pengganti si panjarwala. Jaga supaya dia berdiri di angin dan
bukannya di keteduhan. Itu akan membuatnya peka dan awas." Untuk sesaat, Blackthorne
bertanya pada diri sendiri apakah dia akan memutar jalan kapal searah dengan angin lalu
memhuang jauh semalam atau tidak. Tapi sesaat kemudian dia memutuskan untuk
mengurungkan niat itu, lalu menuruni tangga geladak dan membuka pintu kabin muka.
Tangga itu menuju ke tempat tinggal awak kapal. Kabin itu mengambil lebar badan kapal,
dengan tempat tidur dan tempat tidur gantung bagi seratus duapuluh orang. Udara hangat
mengelilinginya dan Blackthome diam-diam memanjatkan syukur. Ia mengabaikan bau
amis yang datang dari lambung kapal di bawah. Di antara dua puluh awak itu, tak seorang
pun terlihat bergerak di tempat tidurnya.
"Ke atas kau, Maetsukker," ujar Blackthome dalam bahasa Belanda, salah satu bahasa
pergaulan di negaranegara Tanah Rendah yang dikuasainya dengan sempurna, di samping
bahasa Portugis, Spanyol dan Latin.
"Saya hampir mati," ujar lelaki berperawakan kecil dan berprofil tajam itu sambil
meringkuk lebih dalam lagi di tempat tidumya. "Saya sakit, lihat, kudis ini sudah
menanggalkan gigiku. Oh Jesus! Tolonglah, kita semua akan mampus! Kalau tidak karena
kau, kita semua sudah sampai di rumah, Aman! Saya ini pedagang. Saya bukan pelaut. Saya
tidak tahu apa-apa coal. Taut. Lainnya saja!. Itu Johann di sana ..." Dia berteriak begitu
Blackthome menariknya keluar tempat tidurnya dan mendorong tubuhnya ke pinto. Darah
memenuhi mulutnya dan dia tertegun. Tendangan yang kasar pada rusuknya
menyadarkannya dari nanamya.
James Clavell BUKU PERTAMA 7 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Bawa pantatmu ke atas dan diam di sana sampai kau mampus atau kita mendarat."
Lelaki itu membuka pinto dan melangkah dengan perasaan tersiksa. Blackthome
memandangi anak buahnya satu persatu. Mereka membalas pandangannya. "Bagaimana
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keadaanmu, Johann?" "Cukup baik, Pilot. Mungkin saya bisa bertahan."
Johann Vinck berusia empatpuluhtiga tahun, kepala penembak meriam dan orang tertua
di kapal. Dia botak dan ompong. Kulitnya bagai warna pohon oak tua, tapi masih kuat.
Enam tahun yang lewat, dia ikut Blackthorne berlayar dalam ekspedisi yang sial ke arah
timur laut dan karena itu mampu mengukur kemampuan masing-masing.
"Orang-orang seumurmu kebanyakan sudah mati, jadi kau melebihi kami semua di sini."
Blackthorne baru tiga puluh enam.
Vinck tersenyum ceria. "Itu karena brandy, Nakhoda. Juga karena tidak berzina dan aku
menjalani kehulupan suci seperti Santo."
Tak seorang pun tertawa. Lalu ada yang menunjuk tic tempat tidur. "Pilot, si serang*
mati." "Kalau begitu, bawa mayatnya ke atas! Mandikan dan tutup kelopak matanya! Kau, kau
dan kau!" Anak buahnya cepat-cepat melompat dari pembarint;annya kali ini dan bersama-sama
mereka setengah menyeret dan setengah menggotong mayat itu dari kabin.
"Kau berjaga sampai subuh, Vinck. Dan Ginsel, kau panjarwala."
"Siap, Pak." Blackthome kembali ke geladak.
Dilihatnya Hendrik masih berjaga dan kapal masih dalam keadaan baik. Si panjarwala
yang baru digantikan, Salamon, tersandung-sandung lewat di depannya. Ia seperti orang
sekarat. Matanya bengkak dan merah karena pukulan angin. Blackthome menyeberangi
pintu yang satu lagi dan pergi ke bawah. Lorongnya menuju ke kabin besar di buritan,
kamar Nakhoda kepala sekaligus gudang amunisi. Kabinnya sendiri di sebelah kanan dan
yang lain, yang di samping, biasanya untuk ketiga mualim. Saat ini, Baccus van Nekk, si
pemimpin para pedagang, Hendrik, mualim tiga dan si pesuruh, Croocq, menempatinya
bersama-sama. Semuanya sakit.
James Clavell BUKU PERTAMA 8 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Blackthorne melangkah ke kabin besar. Si Kapten-Jenderal, Paulus Spillbergen, tengah
berbaring setengah sadar di tempat tidurnya. Dia berperawakan pendek, berkulit kemerahan.
Biasanya amat tambun, namun sekarang kurus kering, lipatan-lipatan perut buncitnya kini
terlihat kempes. Blackthorne menarik kendi air dari sebuah laci yang tak kelihatan dan membantu
rekannya mereguknya sedikit.
"Terimakasih," ujar Spillbergen lemah. "Mana daratan"mana daratan?"
"Di depan," bisik Blackthome, seperti tak lagi mempercayai jawabannya sendiri. Ia lalu
meletakkan kendi air itu jauh-jauh dan cepat-cepat menutupi kedua telinganya dari erangan
rekannya. Blackthome melangkah pergi dengan kebencian yang semakin bertambah
terhadapnya. Hampir setahun yang lalu keduanya berhasil mencapai Tierra del Fuego, tiupan angin
saat itu cukup baik bagi upaya melayari Selat Magelhaens yang tak dikenal sebelumnya. Tapi
Nakhoda kepala memerintahkan pendaratan untuk mencari emas dan harta karun.
"Demi Kristus, lihat pantainya, Kapten-Jenderal! pasti tak ada harta karun di lautan
sampah itu." "Legenda mengatakan tempat itu kaya emas dan kita dapat menuntut daratan itu bagi
kejayaan Nederland!"
"Orang-orang Spanyol pernah berkuasa di sini selama limabelas tahun."
"Mungkin! Tapi mungkin juga tak sampai ke selatan ini," Pilot Mayor.
"Di sini musim-musim berbeda, Pilot-Mayor. Bulan Mei, Juni, Juli, Agustus adalah
musim dingin yang mematikan. Buku pedoman nakhoda mencatat kalau kita terlambat, kita
mengalami saat genting menembus selat itu, angin berganti arah lagi dalam beberapa
minggu, lalu kita terpaku di sini, musim dingin di sini biasanya berbulan-bulan."
"Berapa minggu, Pilot?"
"Buku pedoman nakhoda mengatakan delapan. Tapi musim-musim itu tak selalu
sama." "Kalau begitu kita jelajahi saja selama satu-dua minggu. Itu sudah cukup dan kemudian
kalau perlu kita ke utara lagi. Menjarah kota-kota lebih banyak lagi. Bagaimana tuan-tuan?"
"Kita harus mencobanya sekarang, Kapten-Jenderal. Spanyol hanya punya sedikit kapal
James Clavell BUKU PERTAMA 9 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
dagang di Pasifik. Tapi di sini lautan-lautannya dijejali mereka. Dan mereka mencari kita.
Sebaiknya kita pergi saja. Sekarang juga."
Namun Kapten-Jendral mengunggulinya dan berhasil memenangkan suara dari ketiga
kapten yang lain"tapi bukan ketiga Pilot yang lain, satu orang Inggris dan tiga orang
Belanda"dan memimpin penjarahan yang sia-sia di pesisir.
Angin berubah arah agak dini tahun itu dan mereka harus mengalami musim dingin di
sana, si Kapten-Jenderal takut pergi ke utara karena armada Spanyol. Saat itu sudah empat
bulan mereka di sana dan seratus lima puluh enam orang dalam kapal itu meninggal karena
lapar, dingin dan disentri, sebagian dari mereka malah sudah menggigiti kulit anak sapi yang
menutupi tali-tali tambang. Badai dahsyat di selat itu telah memporakporandakan armada
Belanda. Erasmus adalah satu-satunya kapal yang berlabuh di Chile. Mereka menunggu
kedatangan kapal lainnya selama berbulan-bulan, dan kemudian, ketika armada Spanyol
mulai mendekat, mereka pun memutuskan untuk berlayar kembali. Buku pedoman nakhoda
yang dirahasiakan itu hanya mencatat keterangan sampai di Chile.
Blackthorne kembali ke lorong, membuka pintu kabinnya sendiri dengan anak kunci,
kemudian menguncinya kembali. Kabinnya bertiang rendah, kecil dan rapi, dan dia harus
merunduk waktu tubuhnya memasuki kabin dan mencari kursi untuk duduk. Dibukanya
sebuah laci dengan anak kunci dan dengan hati-hati dibukanya bungkus buah apel terakhir
yang telah dimakannya sedikit demi sedikit sepanjang perjalanan dari kepulauan Santa
Maria, di lepas pantai Chili. Buah itu sudah lembek, dan berjamur di bagian yang busuk.
I)ipotongnya seperempat dan tampak beberapa ekor beIatung di dalamnya. Tanpa pikir
panjang dikunyahnya, sambil mengingat-ingat legenda laut kuno bahwa belaiung apel
berkhasiat untuk melawan kudis, sama berkhasiatnya dengan buahnya sendiri dan lagi, kalau
rligosokkan ke gusi, binatang itu malah sanggup mencegah gigi rontok. Pelan-pelan saja ia
mengunyah karena gigi-giginya terasa ngilu dan gusinya terasa nyeri dan lembek, lalu
diteguknya air dari kantong kulit.Rasanya anyir. Lalu dibungkusnya kembali sisa apelnya
dan dikuncinya di dalam laci.
Seekor tikus menyelinap cepat-cepat di bawah cahaaya yang terbias dari lentera di atas
kepalanya. Kayukayu berderik nyaring. Lipas merayap di lantai.
Aku letih. Aku begini letih.
James Clavell BUKU PERTAMA 10 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Blackthorne menatap sekilas ke arah tempat tidur. Panjang dan sempit, tikar pandannya
serasa mengundang. Aku begini letih. Pergilah tidur sejam ini saja, setan di dirinya mendesak. Atau sepuluh menit saja dan
kau akan segar kembali buat seminggu. Kau cuma bisa punya waktu sekian jam dari sekian
hari sekarang ini, dan kebanyakan di antaranya hanya berdiri di atas, di udara dingin. Kau
harus tidur. Tidur. Anak buahmu menggantungkan diri padamu.
"Tidak, besok saja aku tidur," ujarnya keras-keras dan dipaksanya tangannya membuka
petinya dengan anak kunci dan menarik keluar buku pedoman nakhodanya. Dilihatnya buku
pedoman satunya, milik Portugis, masih selamat dan belum tersentuh dan ini membuatnya
senang. Cepat-cepat diambilnya pena bulu ayamnya lalu mulai menulis: 21 April, 1600. Jam
kelima. Senjakala. Hari ke 133 dari kepulauan Santa Maria, Chili, 32 derajat di garis lintang
utara. Laut berombak, angin kencang dan kapal memasang layar penuh seperi biasa. Warna laut
kelabu kehijauan dan tanpa dasar. Kami masih terus berlayar mengikuti angin searah 270
derajat, dan dengan sigap membelok ke utara barat laut, kira-kira dua mil darat, masing-masing
tiga mil pada jam irii. Batu-batu karang besar berbentuk segitiga mulai terlihat dalam setengah
jam belakangan ini, di sebelah utara timur laut, berjarak setengah mil darat'.
'Tiga awak meninggal pada malam hari karena kudis, Joris, si pembuat layar, Reiss si
penembak meriam, dan Mualim Dua, de Haan. Setelah mendoakan arwah mereka pada Tuhan,
dan didampingi oleh si Kapten-Jenderal yang masih juga sakit, kulemparkan mayat-mayat ke laut
tanpa selubung apa pun, sebab tak ada yang mampu membuatnya. Hari ini serang kapal, Rijckloff
meninggal'. 'Aku tak sanggup menafsirkan posisi matahari pada tengah hari ini, lagi-lagi karena cuaca
mendung. Tapi aku menduga kapal kita masih terus berlayar menurut kompas dan pendaratan di
Jepang itu akan segera terlaksana...'
"Tapi seberapa cepat" tanyanya pada lentera laut yiing tergantung di atas kepalanya,
terayun-ayun bersama olengnya kapal. "Bagaimana cara membuat peta" Mesti ada caranya,
ujarnya pada diri sendiri seperti y,ing telah dilakukannya berjuta-juta kali. Bagaimana
tnenentukan garis bujur" Mesti ada caranya. Bagaimanii caranya mengawetkan sayuran" Apa
itu kudis" " James Clavell BUKU PERTAMA 11 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Orang bilang itu wabah dari laut, nak," Alban Caradoc selalu berkata. Dia lelaki
berperut gendut, berhati lembut dan jenggotnya yang kelabu selalu kusut.
"Tapi apakah kita bisa merebus sayuran dan meiigawetkan air kaldu?"
"Semuanya akan layu, nak. Belum ada orang yang menemukan bagaimana cara
mengawetkannya." "Orang bilang Francis Drake akan segera berlayar."
"Tidak. Kau tak boleh pergi, nak."
"Saya hampir empatbelas. Tim dan Watt sudah di Mitu dan Drake membutuhkan
siswa." "Mereka sudah enambelas. Kau baru tigabelas "
"Orang bilang Drake akan mencoba melayari Selat Magelhaens, lalu ke atas, ke pesisir
menuju daerah yang belum dijelajahi orang ke pantai-pantai California untuk menemukan
Selat Anian yang menghubungkan Numudra Pasifik dan Atlantik. Dari pantai-pantai
California terus berlayar menuju New Foundland, ke Terusan Barat Laut, sampai
akhimya"." "Apa yang disebut. Terusan Barat Laut, nak. Belum ada yang dapat membuktikan
kebenaran legenda itu."
"Drake akan membuktikannya. Dia sudah Laksamana sekarang dan kita akan
merupakan kapal Inggris pertama yang melayari Selat Magelhaens, yang pertama di
Samudra Pasifik, yang pertama dan saya takkan punya kesempatan seperti ini lagi."
"Oh ada, Drake takkan mampu menyibakkan rahasia-rahasia ke Selat Magelhaens
kecuali dia mencuri buku pedoman nakhoda atau menawan seorang pilot Portugis untuk
memimpinnya kesana. Belajarlah bersabar, nak. Kau masih harus banyak belajar."
"Saya mohon!" "Tidak." "Mengapa?" "Karena dia akan pergi berlayar dua atau tiga tahun atau mungkin lebih. Yang lemah
dan yang muda-muda. Hanya diberi makanan yang paling enak dan air yang paling sedikit.
Dan di antara kelima kapal yang berangkat, hanya kapalnya yang akan kembali. Kau takkan
hidup, nak." James Clavell BUKU PERTAMA 12 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Kalau begitu saya hanya akan magang di kapalnya. Saya kuat. Dia pasti akan
mengambil saya!" "Dengar, nak. Aku kenal Drake. Aku pernah bersamanya di Judith, kapalnya yang
berbobot mati lima puluh ton, di San Juan de Ulua waktu kita berdua bersama Laksamana
Hawkins"dia di Minion"berjuang mati-matian mencari jalan keluar dari pelabuhan untuk
melewati orang-orang Spanyol pemakan taik itu. Kits berdagang budak-belian dari Guinea
ke daratan Spanyol, tapi kita tak punya izin Spanyol buat perdagangan ini dan mereka
menipu Hawkins dan menjebak armada kita. Mereka punya tiga belas kapal, yang besarbesar kita cuma enam. Kita berhasil menenggelamkan tiga dan mereka menenggelamkan
empat Swallow, Angel, Caravell dan Jesus of Lubeck, Drake memang berhasil
menyelamatkan kami, dan menghantar kita pulang, dan hanya sebelas yang mampu
menuturkan itu semua sisa awak kapal Hawkins hanya limabelas orang, dari empat ratus
delapan pelaut gila. Itu saja yang selamat, tidak termasuk kami-kami ini!. Drake tak
mengenal ampun, nak. Dia menginginkan kejayaan dan emas, tapi hanya buat dirinya
sendiri dan sudah terlalu banyak orang mati karena itu."
"Tapi saya takkan mati. Saya akan menjadi salah seorang?"
"Tidak. Masa belajarmu duabelas tahun. Jadi masih sepuluh tahun lagi baru kau bisa
bebas. Tapi sampai saat itu, sampai tahun 1588, kau hanya akan belajar bagaimana caranya
membuat kapal dan bagaimana mengepalai anak buahmu. Kau akan mematuhi Alban
Caradoc, pakar membuat kapal, Pilot dan Anggota Trinity House, atau kau takkan pernah
punya surat izin nakhoda. Dan kalau kau tak punya surat itu, kau takkan pernah mengepalai
kapal mana pun diperairan Inggris. Kau takkan pernah berdiri di geladak belakang kapal
Inggris mana pun dan di perairan mana pun karena itu adalah hukum Raja Harry yang baik.
Moga-moga Tuhan menerima arwahnya. Itulah hukum Ratu Mary Tudor, si Ratu melacur.
Moga-moga arwahnya tersiksa di neraka. Itulah hukum Sri Ratu. Moga-moga dia memerintah selamanya. Itulah Hukum Inggris hukum laut terbaik yang pernah.ada."
Blackthorne masih ingat betapa bencinya dia pada gurunya saat itu, dan juga pada
Trinity House yang diciptakan Henry VIII pada tahun 1514. Lembaga yang menentukan
pelatihan dan pemberian surat izin untuk semua nakhoda Inggris dan para pakarnya.
Kemudian dia membenci dirinya sendiri yang setengah terikat selama dua belas tahun
James Clavell BUKU PERTAMA 13 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
berikutnya, tapi yang disadarinya bahwa tanpa hal itu dia takkan memperoleh sesuatu yang
diinginkannya di dunia ini. Dan kebenciannya terhadap Alban Caradox bertambah ketika
Drake dan kapalnya yang berbobot mati seratus ton, Golden Hind, secara ajaib kembali ke
Inggris setelah menghilang selama tiga tahun. Kapal Inggris pertama yang mengelilingi
dunia, yang membawa serta bersamanya hasil jarahan terbanyak yang pernah diangkut
kembali ke pantai-pantai ini: sejumlah satu setengah juta pound sterling dalam wujud emas,
perak, rempah-rempah dan piring.
Bahwa kemudian empat dari lima kapal telah hilang dan delapan dari setiap sepuluh
awak kapal hilang dan bahwa Tim dan Watt juga hilang dan bahwa justru pilot Portugislah
yang ditawan yang telah memimpin ekspedisi itu bagi Drake lewat Selat Magelhaens
menuju ke Samudra Pasifik, tak juga mampu meredakan kebencian di dadanya; bahwa
Drake terbukti menggantung seorang perwira, mengucilkan pendeta Fletcher, dan gagal
untuk menemukan Terusan Barat Laut itu, tidak juga mengurangi kekaguman bangsa
Inggris terhadapnya. Sri Ratu mengambil limapuluh persen dari harta karun itu dan
memberinya gelar bangsawan. Kaum aristokrat dan para pedagang yang telah ikut mempertaruhkan uangnya bagi ekspedisi itu, menerima keuntungan tigaratus persen dan bahkan
memohon untuk dapat mendukung pembiayaan pembajakannya yang berikut. Dan semua
pelaut memohon untuk berlayar dengannya, karena walaupun Drake sendiri pernah dijarah,
ia masih mampu kembali ke rumah, dan dengan pembagian jarahan secara merata, awak
kapalnya yang masih bertahan, menjadi kaya seumur hidup.
Aku pasti akan hidup, Blackthome berkata pada diri sendiri. Aku bisa. Dan bagianku
dari harta rampasan itu nanti akan cukup untuk"
"Rotz vooruiiiiiiit"
Karang di depan! Teriakan itu lebih mengenai perasaannya daripada pendengarannya semata. Kemudian,
bercampur dengan amukan badai, kembali didengarnya lolongan itu.
Saat itu ia tengah berada di kabin, di bawah tangga geladak belakang. Jantungnya
berdetak keras, tenggorokannya terasa kering. Malam sudah mulai pekat sekarang dan
hujan. Hal itu membuat hatinya riang sedikit karena ia tahu kain terpal penampung air
hujan, yang dibuat sekian minggu yang lalu, akan cepat penuh bahkan bisa kebanjiran.
James Clavell BUKU PERTAMA 14 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Dibukanya mulutnya untuk menyambut curah hujan panas, dicicipinya rasa manisnya, lalu
dibalikkannya tubuhnya membelakangi badai.
Dilihatnya Hendrik tak mampu bergerak karena ketakutan. Si panjarwala, Maetsukker,
yang gemetar di dekat haluan, tengah berteriak tak keruan, telunjuknya menunjuk ke depan.
Kemudian dia sendiri melemparkan pandang ke seberang kapal. Batu karang itu kira-kira
berjarak 200 meter di depan, kumpulan batu karang hitam raksasa yang diterpa ombak laut
yang lapar. Rentetan buih dari terpaan ombak melebar ke kiri dan kanan kapal, dan
memecah sesekali. Badai mengangkat seonggokan busa dan melemparkannya di kegelapan
malam. Tali bendera depan ikut terhempas dan tiangg kapal teratas patah. Layarnya
bergetar pada porosnya namun masih tetap tegak, dan laut menerpa kapal itu tanpa ampun
menuju kehancurannya.
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Semua ke geladak!" Blackthome berseru, dan membunyikan lonceng seperti orang gila.
Suara gaduh itu menyadarkan Hendrik dari nanarnya. "Kita tersesat!" teriaknya dalam
bahasa Belanda. "Oh Jesus, tolonglah!"
"Kumpul semua di geladak! Kalian bangsat! Kalian tidur rupanya! Kalian ketiduran!"
Blackthorne mendorong tubuh Hendrik ke arah tangga geladak, lalu berpegang pada
kemudi, melepaskan ikatan pelindung dari jari jerujinya, menabahkan hatinya sendiri, dan
mulai membanting kemudi kapal dengan keras ke kiri.
Dikerahkannya seluruh kekuatannya ketika kemudi kapal terkena semburan air. Seluruh
badan kapal terasa bergetar. Lalu haluannya mulai terayun dengan kecepatan yang semakin
bertambah bersamaan dengan hembusan angin yang semakin kencang dan tak lama
sesudahnya kapal mereka pun sudah kembali berada di laut lepas. Layar penangkal badai
pun mengembang dan dengan perkasa mencoba menyeret seisi kapal sendirian. Seluruh talitemalinya menegang, menderu dihembus angin. Ombak berikutnya terlihat meninggi di atas
kepala mereka, dan kapal saat itu tengah berlayar sejajar dengan batu karang, ketika
dilihatnya gelombang besar itu datang bergulung mendekat. Ia berteriak memberi
peringatan pada semua anak buahnya yang tengah berhamburan datang dari anjungan,
haluan sementara dia sendiri bergelantungan, menyelamatkan nyawanya.
Gelombang raksasa itu menerpa kapal dan Erasmus menjadi miring. Blackthorne
mengira kapalnya menggelepar tapi dia berhasil mengiraikan hempasan gelomhang itu dari
James Clavell BUKU PERTAMA 15 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tubuhnya bagai anjing basah yang mengiraikan bulunya dari air, lalu meluncur keluar dari
lembah gelombang. Air mengucur bagai air terjun melewati lubang pembuang dan
Blackthorne terengah-engah mencari udara untuk bernapas. Dilihatnya mayat seorang anak
buahnya yang telah diletakkan di atas geladak dan yang akan dikuburkan besok hilang terbawa gelombang. Dan gelombang berikut yang datang menyambangi terlihat lebih kuat.
Hendrik ditangkap dan dilemparkannya ke atas. Dalam keadaan megap-megap dan
meronta-rota mencuri napas, ia sampai di sisi kapal lalu terlempar ke samudra luas.
Gelombang berikut datang menyapu di seberang geladak dan Blackthorne membanting
kemudi kapal dengan sebelah lengannya dan cipratan air melewatinya. Kini tubuh Hendrik
hanya 50 yard di kiri. Hembusan gelombang berikut menggulung dan menyeretnya kembali
ke sisi lainnya, lalu gelombang panjang raksasa kembali datang melemparkannya tinggitinggi atas kapal, menahannya di sana sebentar diiringi jerit keputusasaannya kemudian
membawanya pergi dan melumatkan tubuhnya pada punggung karang, lalu menelannya
sekalian untuk terakhir kali.
Buritan kapal menghadap ke laut, mencoba melaju. Satu lagi tiang layar putus dan blok
serta takalnya berayun hebat sampai semuanya kusut bercampur dengan tali-temali.
Vinck dan seorang awak kapal lainnya menyeret dirinya sendiri ke geladak belakang dan
bersandaran ke kemudi untuk membantu. Blackthorne dapat melihat . karang raksasa di
sebelah kanannya tambah mendekat sekarang. Di depan dan di sebelah kirinya tampak semakin banyak jejeran batu karang, namun masih dilihatnya celah yang kosong di sana sini.
"Naik ke atas; Vinck. Layar utama!" Setapak demi setapak Vinck dan dua pelaut lainnya
menarik kembali tali-temali tiang-tiang utama kapal sementara yang lainnya di bawah,
bersandaran pada tali-temali untuk memberi bantuan.
"Awas di depan," Blackthorne. berteriak. Ombak menyapu sepanjang geladak dan
membawa seorang awak lainnya serta menghempaskan mayat si serang yang hilang kembali
ke atas kapal. Haluan kapal mengayun tinggi menembus air dan kembali memukul gelombang,
menghantarkan air lebih bniiyak lagi ke dalam. Vinck dan beberapa pelaut mengutuki layar
lewat tali-temalinya. Tiba-tiba layar itu terkembang, menderu bagai meriam begitu angin
menerpanya, dan kapal pun bergerak melaju.
James Clavell BUKU PERTAMA 16 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Vinck dan awak pembantunya terangkat di sana, mengayun di atas laut, lalu
melanjutkan kembali kutukunnya.
"Karang! Karang di depan!" Vinck menjerit.
Blackthorne dan awak kapal satunya membanting krrnudi ke kanan. Sejenak kapal
terasa kehilangan ketMrimbangan, kemudian berbalik dan berdebum keras ketika
sekumpulan batu karang membentur sisi kapal. 'I'upi benturan itu rupanya miring dan
hidung karang pun remuk. Kayu-kayu kapal tetap selamat dan para awaknya mulai bernapas
lega sekali lagi. Blackthorne melihat sesuatu di tengah karang di depan dan memutuskan untuk
membawa kapalnya ke sana. Angin berhembus lebih keras sekarang, laut terlihat lebih
ganas. Kapal pun membelok disertai hembusan angin keras dan kemudi terlepas dari
genggaman tangan-tangan mereka. Bersama-sama, mereka menggenggamnya kembali dan
memutarnya ke arah semula, sampai dia timbul-tenggelam dan menggeliat-geliat sekarat.
Air laut membanjiri kapal dan menerobos masuk hingga ke akil, menghempaskan seorang
awaknya mengenai sekat kedap air, seluruh geladak tergenang air.
"Pompa!" Blackthorne berteriak. Dilihatnya dua awak kapal pergi ke bawah.
Curah hujan menerpa wajahnya dan dikerjapkannya matanya menahan perih. Lentera
kompas dan buritan sudah lama padam. Kemudian bersamaan dengan hembusan angin
kencang yang semakin menjauhkan kapal itu dari arahnya, pelaut itu tergelincir dan kembali
kemudi terlepas dari genggaman Blackthorne. Pelaut tadi menjerit ketika jari-jari jeruji
kemudi yang berputar cepat menghantam sisi kepalanya dan dia langsung tergeletak di
tempat. Air laut menyapunya dengan belas kasihan. Lalu Blackthorne menariknya dan
memeganginya hingga ombak panjang itu lewat. Ketika dilihatnya orang itu sudah mati
dibiarkannya saja tubuhnya menelungkup di kursi kapalnya sampai gelombang berikutnya
menyapunya dari geladak kemudi itu.
Ceruk terjal yang melewati batu karang itu masih 75 derajat mengikuti arah angin dan
meskipun telah berusaha sebaik-baiknya, Blackthorne tetap tak mampu membuat kapalnya
melaju. Dengan putus asa dicarinya terusan yang lain tapi dia menyadari bahwasanya itu tak
ada, jadi dibiarkannya saja Erasmus tanpa hembusan angin untuk sementara sampai ia
memperoleh kecepatan yang diinginkan. Baru kemudian Blackthorne mulai lagi mem-
James Clavell BUKU PERTAMA 17 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
banting kemudi keras-keras searah dengan angin. Kapal itu berhasil malaju sedikit dan
mendapatkan arah. Terdengar getaran yang mengilukan dan menyiksa perasaan ketika lunasnya menggesek
batu karang di bawah dan semua awak kapal membayangkan mereka akan menyaksikan
kayu-kayu pohon oak itu terbelah dan air laut membanjir masuk. Sekarang kapal melesat
maju tanpa terkendali. Blackthorne berteriak-teriak minta tolong namun tidak ada yang mendengarnya. Jadi
dipegangnya kemudi seorang diri menghadapi samudera luas. Sekali Blackthorne terlempar
ke sisi namun dia berhasil menggenggam kemudi kembali dan memegangnya kuat-kuat,
sambil berpikir dengan otaknya yang mulai terasa tumpul, bagaimana kemudi itu bisa
bertahan hingga demikinn lama.
Ketika hampir mendekati terusan, laut berubah menjadi pusaran air, didorong oleh
badai dan terkepung oleh batu karang. Gelombang raksasa memukul batu karang lalu
meluncur balik menghantam arus yang baru, masuk hingga gelombang itu saling menghantam di antara mereka sendiri dan menggempur seluruh geladak kompas. Kapal itu
tersedot masuk ke pusaran air, berikut seluruh isinya dan sama sekali tidak berdaya.
"Taik kau, badai!" Blackthome naik darah. "Lepaskan tangan pemakan taikmu dari
kapalku!" Kemudi kapal berputar lagi dan kembali Blackthorne terhempas dan geladaknya pun
miring, memualkan orang. Haluan kapal menghantam batu karang dan membuatnya robek,
bersama tali-temalinya sekalian namun dia mampu membuat dirinya tegak kembali. Tiang
muka meliuk bagai haluan dan terpukul habis. Awak kapal di geladak menetak tali-temali
itu dengan kapak supaya menegang ketika kapal menggelepar menyusuri bawah terusan.
Mereka mengapaknya sampai tiang itu lepas dan jatuh ke sisi berikut seorang awak. Seluruh
isi kapak terjebak dalam kekacauan yang semakin membelit itu. Orang itu menjerit, namun
tak ada yang dapat dikerjakan oleh lainnya dan mereka hanya dapat melihat saja sewaktu dia
dan tiang kapal timbul tenggelam di sisi sampai hilang ditelan gelombang.
Vinck dan sejumlah awak lainnya yang masih tersisa, kembali berpaling ke geladak
belakang dan menyaksikan Blackthorne tengah menentang badai bagaii orang gila. Masingmasing membuat tanda salib dan melipat-gandakan doa mereka, beberapa di antaranya
James Clavell BUKU PERTAMA 18 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tersedu-sedu menangis ketakutan dan bertekad untuk hidup.
Terusan itu sekejap melebar dan kapal pun menjadi perlahan, namun di depan, terusan
itu kembali mengancam akan menyempit dan gugusan batu karang nampaknya semakin
bertumbuh, mengangkangi mereka bagai menara. Arus laut memantul dari salah satu sisi,
menyeret kapal itu membalikkannya lagi ke rusuknya dan melemparkannya menuju
kehancuran. Blackthorne berhenti mengutuki badai dan berjuang mati-matian membelokkan kemudi ke kanan dan bergelayutan di situ, otot-ototnya mengejang menahan tegang. Namun kapal itu tak lagi mengenal kemudinya dan laut pun demikian pula.
"Belok, kau, pelacur neraka," dia tersengal, tenaganya menyusut cepat, "Tolong aku!"
Laju air laut terasa semakin cepat dan dirasanya janutungnya hampir meledak namun
masih juga ia bertahan melawan tekanan laut. Dicobanya memusatkan perhatian namun
pandangannya berputar, warna-warna bercampur-baur dan kusam. Kapal itu tengah
dihukum dan sudah mendekati ajal namun saat itu lunasnya menggores beting berlumut.
Goncangan itu memutar kepalanya. Kemudinya terlepas. Dan sesudahnya angin dan laut
bergabung untuk membantu dan bersama-sama menyerahkannya ke hadapan angin dan
kapal itu pun melaju cepat melewati terusan dengan selamat. Menuju teluk di seberang.
James Clavell BUKU PERTAMA 19 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BAB I Blackthorne mendadak bangun. Untuk sesaat ia mengira dirinya bermimpi karena tadi dia
tahu masih di pesisir dan kamar ini tak masuk dalam pikirannya. Ukurannya kecil, bersih
dan tertutup tikar empuk. Dia sendiri tengah berbaring di bawah selimut tebal, dan sehelai
lainnya lagi menutupi tubuhnya. Langit-langitnya dari kayu cedar berkilat dan dindingnya
terdiri atas pritongan-potongan cedar, segi empat, ditutupi kertas pram yang meredam
cahaya dengan nyaman. Di sisinya, sebuah baki lembayung berisikan mangkuk-mangkuk
kecil. Salah satunya berisi sayur-mayur matang yang sudah dingin. Blackthorne melahapnya
dengan rakus, hampir tak menyadari rasanya yang pedas. Mungkuk lainnya berisi sup ikan
yang juga dikurasnya sampai habis. Lainnya lagi berisi bubur kental dari gandum dan ini
pun dihabiskannya dengan cepat, menggunakan tangannya. Air di dalam kendi yang
bentuknya aneh, terasa hangat dan cita-rasanya membangkitkan rasa ingin tahu"agak pahit
namun cukup nikmat. Lalu dia mulai mengenali salib di relungnya.
Rumah ini pasti milik orang Spanyol atau Portugis, pikirnya dengan terkejut. Ataukah
milik orang Jepang atau Cina"
Salah satu dinding papan itu terbuka. Seorang wanita setengah baya pendek"gemuk,
berwajah bundar, tampak tengah berlutut di sisi pintu. Dia membungkuk dan tersenyum.
Kulitnya kuning keemasan, kedua matanya hitam dan sipit sedang rambutnya yang panjang
dan hitam dikonde rapi. Dia mengenakan jubah sutera kelabu dan kaus kaki pendek putih
dengan sol tebal dan ikat pinggang besar dari kain berwarna lembayung tua di sekeliling
pinggangnya. "Goshujinsama, gokibun wa ikaga desu ka?"* tanyanya. Dia menunggu sementara
Blackthome hanya menatapnya dengan pandangan kosong lalu diulanginya lagi pertanyaannya.
"Ini rumah orang Jepang?" Blackthorne bertanya. "Jepang atau Cina?"
Perempuan itu hanya menatapnya tak mengerti dan mengatakan sesuatu yang juga tak
dipahaminya. Lalu Blackthorne baru menyadari dirinya dalam keadaan bugil. Bajunya tak
James Clavell BUKU PERTAMA 20 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
nampak di mana-mana. Dengan bahasa isyarat ditunjukkannya bahwa dia ingin berpakaian.
Lalu dia menunjuk ke mangkuk-mangkuk makanan itu dan perempuan itu pun tahu dia
masih lapar. Dia tersenyum sambil membungkukkan badan dan menutup pintu luncur itu rapatrapat.
Blackthome kembali berbaring, lantai sial yang membatu dan memualkan ini menjadikan kepalanya berputar. Dengan susah-payah dicobanya untuk menenangkan dirinya.
Aku masih ingat aku sedang membuang sauh, pikirnya. Bersama Vinck. Kurasa itu Vinck.
Kami sedang di teluk dan kapal itu mencium beting lalu berhenti. Kami dapat mendengar
ombak memecah di pantai tapi semuanya aman. Ada cahaya di pawai dan saat itu aku
sedang di kabin bersama kegelapan di sekitar. Aku tak ingat apa-apa lagi. Lalu ada cahaya
menembus kegelapan dan suara-suara ganjil. Aku berbicara dalam bahasa Inggris, kemudian
Portugis. Salah seorang penduduk dapat berbicara Portugis sedikit. Atau apakah dia orang
Portugis" Tidak, kurasa dia pribumi. Adakah kutanya juga kita di mana" Aku tak ingat.
Kemudian kami kembali ke batu karang lagi dan ombak raksasa itu datang lagi dan aku
terhanyut di laut dan tenggelam"airnya dingin seperti es"tidak laut tetap hangat dan
persis ranjang sutera yang tebalnya sedepa. Mestinya mereka telah membawaku ke pesisir
dan menempatkanku di sini.
"Pastilah ranjang ini yang terasa begitu lembut dan hangat," ujarnya keras-keras. "Aku
tak pernah tidur di Atas sutera sebelumnya. "Tubuhnya yang lemah tak mampu
menahannya dan dia tertidur tanpa mimpi.
Ketika terjaga, nampak lebih banyak makanan dalam mangkuk-mangkuk tembikar dan
pakaiannya sudah di sisinya, terlipat rapi. Rupanya semuanya telah dicuci dan dilicinkan lalu
ditisik lagi dengan sempurna.
Tapi pisaunya lenyap, demikian pula kunci-kuncinya.
Sebaiknya kucari sebuah pisau dan harus cepat, pikirnya. Atau pistol.
Matanya beralih ke salib. Rasa ngerinya hilang, malah debaran jantungnya tambah
cepat. Sepanjang hidupnya dia telah mendengar legenda yang dipercaya para pilot dan
pelaut tentang kekayaan dari kemaharajaan rahasia Portugis dibelahan dunia bagian timur.
James Clavell BUKU PERTAMA 21 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Legenda tentang bagaimana mereka berhasil mengubah kepercayaan penduduk setempat
menjadi pemeluk agama Katolik dan karenanya bisa mengikat mereka, di kemaharajaan
Portugis. Tempat di mana emas semurah besi gubal, dan di mana zamrud, ruby, intan, dan
batu nilam sama banyaknya dengan batu kerikil di pantai.
Seandainya bagian tentang agama Katolik itu benar, ujarnya pada diri sendiri, mungkin
selebihnya juga benar. Tentang kekayaan itu. Ya. Tapi lebih cepat aku mendapat senjata dan
kembali ke Erasmus dan berada di belakang meriamnya, lebih baik.
Dimakannya makanannya, lalu berpakaian dan berdiri dengan tubuh gemetar, merasa
tidak nyaman, seperti yang selalu dirasakannya kalau berada di darat. Sepasang sepatu
larsnya hilang. Dia melangkah ke pintu, agak terhuyung-huyung, dan merentangkan sebelah
tangannya untuk menopang dirinya, namun potongan-potongan cedar bersegi empat yang
ringan itu tak kuat menahan berat tubuhnya dan segera berantakan. Kertasnya robek-robek.
Blackthorne berusaha menegakkan tubuhnya. Perempuan yang tengah berdiri di lorong itu
terkejut dan hanya dapat memandangnya saja.
"Maaf," ujarnya, merasa tak enak karena kecanggungannya. Kesucian kamar itu
pokoknya telah tercemar "Di mana sepatu saya?"
Perempuan itu memandangnya tak mengerti. Karenanya, dengan sabar, Blackthorne
bertanya lagi dengan bahasa isyarat dan perempuan itu bergegas-gegas menyusuri lorong,
berlutut dan membuka pintu kayu cedar lainnya dan memberi isyarat kepadanya. Suarasuara terdengar di dekatnya, juga bunyi air mengalir. Dia melangkah melalui pintu masuk
dan menemukan dirinya sendiri di kamar lain, yang juga hampir kosong. Kamar ini
menghadap ke serambi dengan anak-anak tangga yang menuju ke sebuah kebun kecil yang
dikelilingi tembok tinggi. Di sisi pintu masuk ini nampak dua perempuan yang sudah
berumur, tiga anak kecil berjubah merah tua, seorang lelaki tua, tak pelak lagi si tukang
kebun, dengan penggaruk di tangan. Serta-merta semuanya membungkuk dengan hormatnya dan membenamkan kepalanya dalam-dalam.
Dengan heran, Blackthorne melihat bahwa lelaki tua tak berpakaian, kecuali sepotong
kancut pendek yang sempit, hampir tak menutupi kemaluannya.
"Pagi," sapanya kepada mereka, tak tahu apa lagi yang harus dikatakan.
James Clavell BUKU PERTAMA 22 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Mereka tetap berdiri tak bergerak, masih terus membungkuk.
Masih tercengang-cengang, Blackthorne menatap mereka. Lalu dengan canggung
membungkukkan badannya pula. Semuanya kembali tegak dan tersenyum kepadanya. Si
lelaki tua membungkuk sekali lagi dan kembali bekerja di kebun. Anak-anak itu
menatapnya, lalu, sambil tertawa, berlarian pergi. Perempuan yang sudah berumur itu
menghilang masuk ke dalam rumah. Namun Blackthorne merasa mata mereka semua
tertuju ke arahnya. Dilihatnya sepatu larsnya sudah berada di bawah anak tangga. Sebelum dia mengambilnya, perempuan setengah baya tadi sudah di sana sambil berlutut, menyebabkan
Blackthorne merasa malu dan perempuan itu membantu mengenakannya.
"Terimakasih," ujarnya. Dia berpikir sesaat lalu menunjuk kepada dirinya sendiri.
"Blackthorne," ujarnya, hati-hati. "Blackthorne." Lalu dia menunjuk kepada perempuan itu.
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Siapa namamu?"
Dia hanya menatap Blackthorne, tak mengerti.
"Blackthorne" ulangnya hati-hati, menunjuk ke dirinya sendiri, dan kembali menunjuk
kepadanya. "Siapa namamu?"
Perempuan itu mengernyitkan kening, lalu dengan pengertian yang datang lambatlambat, dia menunjuk ke dirinya sendiri dan berkata, "Onna! Onna!"
"Onna!" ulang Blackthorne, bangga terhadap dirinya sendiri, sama seperti kebanggaan
perempuan itu terhadap dirinya pula. "Onna. "
Perempuan itu mengangguk senang. "Onna!"
Kebun itu samasekali berbeda dengan yang pernah dilihatnya seumur hidup: air terjun
kecil dengan sungai kecil dan jembatan kecil, lalu lorong kerikil, batu-batuan, bunga dan
semak-semak yang tertata rapi. Begitu bersih, pikirnya. Begitu rapi.
"Incredible*" ujarnya.
"Nkerriber?" ulang perempuan itu berharap bias membantu.
"'I'ak apa-apa," sahut Blackthorne. Kemudian karena tak tahu apa lagi yang harus
dilakukan, dia menyuruh perempuan itu pergi dengan lambaian tangan Dengan patuh
perempuan itu pun membungkuk dengan hormatnya dan melangkah pergi.
Blackthorne duduk di bawah hangatnya mentari, bersandar pada sebuah tonggak.
James Clavell BUKU PERTAMA 23 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Merasakan badannya amat lemah. Blackthorne hanya mengawasi lelaki tua menyiangi kebun
yang jelas tak lagi memiliki rumpt liar. Aku heran di mana gerangan yang lain. Apakah
mereka masih hidup" Apakah si Kapten-Jenderal masih hidup" Berapa hari sudah aku
tertidur" Aku masih bisa mengingat saat aku terjaga, makan dan tidur lagi, dan makanannya
tak memuaskan seperti mimpi saja.
Anak-anak berhamburan riang melewatinya, saling mengejar, dan dia merasa dirinya
malu kepada mereka karena kebugilan si tukang kebun, sebab waktu lelaki itu memiringkan
badannya atau membungkuk, bagian terlarang dari tubuhnya terlihat semua dan Blackthorne
terkejut karena anak-anak itu nampaknya tak memperhatikan. Dilihatnya atap-atap genting
dan rumbia milik bangunan-bangunan lain di sebelah tembok dan nun di kejauhan, gununggunung tinggi. Angin kering menyapu langit dan membiarkan awan kumulus beriringan.
Lebah hilir mudik mencari makan dan. hari itu hari musim semi yang cantik. Tubuhnya
menuntut istirahat lagi namun Blackthorne memaksakan dirinya berdiri dan melangkah ke
pintu kebun. Si tukang kebun senyum dan membungkuk dan berlari untuk membuka pintu
dan kembali membungkukkan badannya dan menutup pintu di belakangnya.
Desa itu mengelilingi pelabuhan seperti bulan sabit, dan menghadap ke timur. Boleh
jadi sekitar dua ratus rumah yang asing bentuknya bertengger di kaki gunung yang melandai
sampai kepesisir. Di atasnya, petak-petak sawah dan jalan-jalan berlumpur yang menuju ke
utara dan selatan. Di bawahnya, daerah pelabuhan berbatu-batu bulat dan sebuah jalur
landai yang sebatu jaraknya dari pesisir ke laut. Sebuah pelabuhan yang baik dan aman dan
sebuah dermaga batu dengan lelaki dan perempuan yang tengah membersihkan ikan dan
membuat jala, sebuah perahu dengan pola unik tampak tengah dibuat di sisi sebelah utara.
Tampak gugusan pulau samudera raya, disebelah Timur dan Utaranya. Batu-batu karangnya
mungkin ada di sana atau di seberang cakrawala.
Di pelabuhan, tempat perahu yang bentuknya aneh, tertambat banyak perahu nelayan
yang beberapa di antaranya mempunyai layar besar. Agak ke tengah laut tampak beberapa
lagi yang tengah dikayuh pengayuh-pengayuhnya yang terlihat berdiri dan menolakkan dayungnya melawan air laut, bukan sambil duduk dan menarik dayung seperti yang biasa
dilakukannya. Banyak perahu yang menuju ke laut, lainnya menghadapkan haluannya ke
galangan kayu, dan Erasmus sudah dilobuhkan dengan rapi, lima puluh yard dari pesisir, di
James Clavell BUKU PERTAMA 24 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
air yang tenang, dengan tiga tali tambang di haluan. Siapa yang melakukannya" Blackthorne
bertanya pada diri sendiri. Ada sejumlah perahu di sisi Erasmus dan Blackthorne dapat
melihat beberapa pribumi di dalamnya. Tapi tak seorang pun anak buahnya terlihat di situ.
Di mana mereka gerangan"
B1ackthorne melihat ke sekeliling desa itu dan terkejut karena begitu banyak orang
yang memperhatikannya. Ketika mereka tahu dia memperhatikan kembali, semuanya
membungkuk dan, masih merasa tak enak, Blackthorne membungkuk pula. Sekali lagi
terlihat kehidupan yang riang dan mereka berjalan hilir-mudik, berhenti menawar, saling
membungkukkan badan, rupa-rupanya sudah lupa pada kehadirannya, mereka bagaikan
kupu-kupu beraneka-warna. Tapi Blackthorne merasa mata-mata mereka mengawasi
dirinya dari setiap jendela dan pintu masuk begitu dia melangkah menuju pesisir.
Apanya dalam diri mereka yang begitu ganjil" tanyanya pada diri sendiri. Bukan cuma
pakaian dan sikapnya saja. Mereka tak bersenjata, pikirnya dengan terkejut. Tak ada pedang!
Tak ada pistol! Mengapa begitu"
Toko-toko yang buka, dipenuhi barang-barang dan bungkusan aneh, tampak berjejer di
jalan kecil itu. Lantai tokonya dinaikkan. Para penjual dan pembelinytl berlutut atau
berjongkok di lantai-lantai kayu yang bersih. Dilihatnya kebanyakan mengenakan bakiak
atau sandal jepit, beberapa di antaranya mengenakan kaue kaki putih yang sama berikut sol
tebalnya yang terbelah di antara jempol kaki dan jari kaki berikutnya untuk menahan tali
kulitnya, tapi mereka sengaja meninggalkan bakiak dan sandalnya di luar, di tanah. Yang
bertelanjang kaki mencuci kakinya dan mengenakan sandal rumah yang bersih yang sudah
disediakan. Memang sangat masuk akal, kalau kita pikir, ujarnya pade diri sendiri, terpukau.
Lalu dilihatnya seorang lelaki gundul berjalan men, dekat dan rasa takut mulai
membuatnya mual dari bawah sampai ke perutnya. Imam itu sudah jelas orang Portugis atau
Spanyol dan sekalipun jubahnya yang melambai itu berwarna jingga, rosario dan salib di ikat
pinggangnya tak dapat menipu. Demikian pula rasa benci yang dingin yang terpancar pada
raut wajahnya. Jubahnya kotor karena sering dibawa bepergian, dan sepatu lars gaya
Eropanya, penuh lumpur. Dia tengah melemparkan pandang ke pelabuhan, ke Erasmus, dan
Blackthorne tahu pastilah imam itu mengenalinya sebagai kapal Belanda atau Inggris,
sesuatu yang baru bagi kebanyakan perairan, lebih langsing, lebih cepat, sebuah kapal
James Clavell BUKU PERTAMA 25 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
dagang merangkap kapal tempur, dijadikan model dan dimanfaatkan oleh kapal-kapal
perusak Inggris yang begitu banyak mendatangkan bencana bagi daratan Spanyol. Bersama
Imam itu ikut pula sepuluh pribumi, berambut hitam dan bermata hitam, seorang di
antaranya berpakaian seperti imam itu sendiri, bedanya, dia bersandal jepit. Lainnya
mengenakan aneka warna jubah atau celana longgar atau hanya kancut. Tapi tak seorang
pun bersenjata. Blackthorne ingin sekali berlari sementara masih ada waktu tapi dia tahu dia tak lagi
bertenaga dan tak ada tempat untuk bersembunyi. Tinggi badannya, besar perawakannya
dan warna matanya menjadikannya merasa terasing di dunia ini. Diputarnya punggungnya
membelakangi tembok. "Siapa kau?" imam itu berucap dalam bahasa Portugis. Dia lelaki bertubuh gempal,
berkulit hitam dan tampaknya terlalu banyak makan dalam usianya yang duapuluhan,
dengan jenggot panjang. "Kau siapa?" Blackthorne membalas tatapannya.
"Ini dia perompak Belanda. Kau Belanda murtad. Kau bajak laut. Semoga Tuhan
mengampunimu!" "Kami bukan bajak laut. Kami padagang baik-baik, kecuali terhadap musuh-musuh
kami. Aku sendiri pilol kapal itu. Siapa kau?"
"Pater* Sebastio. Bagaimana kau bisa sampai ke sini" Bagaimana?"
"Kami terdampar ke darat. Tempat apa ini" Apa ini wilayah Jepang?"
"Ya, Jepang. Nippon," imam itu menyambut tak sabar. Dia berpaling ke salah seorang
yang mengiringinya, yang paling tua, berperawakan kecil kurus dengan lengan-lengan yang
kuat dan tangan yang kasap, kepalanya dicukur gundul dan rambutnya yang disimpul tipis
seperti ekor babi, terlihat sama kelabunya seperti alisnya. Imam itu berbicara terpatah-patah
dengannya, dalam bahasa Jepang sambil menunjuk ke arah Blackthorne. Semuanya tampak
terkejut dan salah seorang langsung membuat tanda salib bagai penangkal iblis.
"Orang Belanda itu pembelot, pemberontak dan bajak laut. Siapa namamu?"
"Apakah ini perkampungan Portugis?"
Mata imam itu terlihat keras dan merah karena letih. "Kepala desa ini mengatakan dia
telah melaporkan dirimu kepada yang berwajib. Dosa-dosamu sudah ketahuan. Di mana sisa
James Clavell BUKU PERTAMA 26 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
anak buahmu?" "Kami kehilangan arah. Kami cuma perlu makanan, air dan waktu buat memperbaiki
kapal kami. Lalu kami berangkat. Kami bisa membayar buat setiap?"
"Di mana sisa anak buahmu?"
"Aku tak tahu. Di kapal. Kukira mereka masih di kapal."
Sekali lagi imam itu menanyai si kepala desa, yang dijawab sambil berbicara panjang
lebar dan menunjuk ke ujung desa sebelah sana. Si imam berpaling kembali ke Blackthorne.
"Mereka menyalib penjahat di sini, Pilot. Kau akan mati. Daimyo akan datang diiringi para
samurai pengikutnya. Semoga Tuhan mengampunimu."
"Apa itu daimyo?"
"Bangsawan feodal. Dia yang menguasai seluruh opinsi ini. Bagaimana kau bisa sampai
kesini?" "Dan samurai?" "Ksatria"serdadu"anggota kasta ksatria," imam itu menyahut dengan kejengkelan
yang bertambah. Kau datang dari mana dan siapa kau?"
"Aku tak kenal pada logatmu," Blackthorne menjawab, ingin menguji kepercayaan diri
si imam. "Kau orang Spanyol?"
"Aku orang Portugis," si imam menjawab sengit, menyambut umpan Blackthorne.
"Sudah kukatakan padamu. Aku ini Pater Sebastio dari Portugis. Di mana kau pelajari
bahasa Portugis sebagus itu. Eh?"
"Tapi Portugis dan Spanyol sudah satu kerajaan sekarang," Blackthorne berucap dengan
nada mengejek. "Raja kalian sama."
"Kita terpisah. Kita bangsa yang berlainan. Memang demikian selamanya. Kita saling
mengibarkan bendera kita masing-masing. Harta kita di seberang lautan juga terpisah, ya,
terpisah. Raja Philip sudah menyetujui waktu dia merampas negeriku." Pater Sebastio
mengendalikan amarahnya dengan susah-payah, jari jemarinya gemetar. "Dia merampas
negeriku dengan kekerasan senjata duapuluh tahun yang lewat! Tentaranya dan si tiran
Spanyol, anak setan itu. Duke of Alva, semuanya melumatkan raja kami yang sejati. Que
va!*. Sekarang putra Philip yang memerintah tapi dia juga bukan raja kami sendiri. Kami
akan segera punya. Raja sendiri," Kemudian tambahnya dengan sengit, "Kau tahu itulah
James Clavell BUKU PERTAMA 27 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
yang benar. Apa yang dikerjakan si Alva setan itu terhadap negeriku."
"Itu bohong. Alva memang wabah pes di Belanda, tapi dia tak pernah bisa
menaklukkan bangsa Belanda. Mereka masih tetap bebas. Dan selalu bebas. Tapi di
Portugis" Dia memukul habis tentaramu dan seluruh negeri pun menyerah. Tak ada
keberanian. Kau mampu mengusir luar orang Spanyol kalau kau mau, tapi kau takkan
melakukannya. Kalian tak punya kehormatan. Tak punya cojones*. Kecuali menjadi abu
tanpa dosa, atas nama Tuhan."
"Moga-moga Tuhan membakarmu di neraka selamanya," imam itu menimpali dengan
sengit. "Setan yang bergentayangan di luar akan ditumpas. Pembelot akan ditumpas. Kau
dikutuk di depan Tuhan!"
Blckthorne merasa batinnya tertekan oleh rejilius teror semacam itu. Darahnya mulai
mendidih. Ia berkilah dengan sinis. "Imam tak punya telinga Tuhan, Imam tak berhak
mewakili suaraNya. Kami sudah bebas dari penindasanmu yang biadab dan kami akan terus
bebas!" Blackthorne tahu baru empatpuluh tahun yang lalu Bloody Mary Tudor menjadi Ratu
Inggris dan orang Spanyol itu, si jadah Philip II, Philip si Bengis, menjadi suaminya. Dan
Sri Ratu, puteri Henry VIII yang amat relijius itu telah menyidangkan imam-imam Katolik
para penyidik, dan orang-orang murtadnya serta mengesahkan kembali dominasi Paus di
Inggris. Ia melepas kekangan ayahnya. Mengubah jalannya sejarah. Mengundang Gereja
Roma ke Inggris, menentang kehendak orang banyak. Dia memerintah selama lima tahun
dan kerajaan itu dirobek-robek oleh kebencian, ketakutan, dan pertumpahan darah. Tapi dia
kemudian mati dan Elisabeth menjadi ratu pada usia duapuluh empat.
Blackthorne dipenuhi rasa kagum dan rasa bakti yang; mendalam waktu dia
memikirkan Elizabeth. Empat puluh tahun lamanya Ratu itu berperang melawan dunia.
Mengakali dan mengalahkan sejumlah Paus, serta gabungan antara Kerajaan Kudus Roma,
Prancis dan Spanyol, pernah dikucilkan, diludahi dan dicaci-maki di luar batas kerajaannya.
Tapi dia berhasil memimpin kita ke pelabuhan yang aman, kuat dan mandiri.
"Kita bebas," Blackthorne berkata pada imam itu. "Kalian yang terpecah-belah. Kalian
tak punya sekolah sendiri. Kami punya. Buku-buku sendiri. Alkitab sendiri. Gereja sendiri.
Kalian orang-orang Spanyol, semua sama. Sampah! Kalian, para rahib, juga sama semuanya,
James Clavell BUKU PERTAMA 28 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
penyembah berhala!" Imam itu mengangkat salibnya dan memeganginya di antara Blackthorne dan dirinya
sendiri seolah perisai. "Oh, Tuhan, lindungilah kami dari setan ini! Aku juga bukan orang
Spanyol. Sekali lagi kuberitahu! Aku ini orang Portugis. Dan aku bukan rahib. Aku anggota
Serikat Jesus!" "Ah, tetap seperindukan dengan mereka. Seorang Jesuit!"
"Ya. Moga-moga Tuhan mengampuni jiwamu!" Pater Sebastio mengatakan sesuatu
dalam bahasa Jepang dengan nada menghardik dan orang-orang itu pun beranjak ke arah
Blackthorne yang berbalik membelakangi tembok dan memukul kuat-kuat salah seorang di
situ,, namun lainnya datang mengerumuni dan Blackthorne merasa dirinya sukar bernapas.
"Nanigoto da "*
Sekonyong-konyong kegaduhan itu mereda.
Lelaki muda itu cuma sepuluh langkah dari situ. Dia mengenakan celana pantalon dari
batas lutut ke bawah, kimono berwarna cerah dan dua pedang bersarung tampak melekat di
ikat pinggangnya. Yang satu pedang pendeka mirip keris. Lainnya pedang bermata dua,
terlihat panjang dan agak bergelombang. Tangan kanannya memegang pangkal pedangnya
dengan gaya seenaknya. "Nanigoto da?" tanyanya dengan kasar dan ketika tak seorang pun
menjawab saat itu juga, "NANIGOTO DA?"
Orang-orang Jepang itu segera berlutut, kepala mereka mcncium tanah. Hanya imam
itu yang tetap berdiri. Dia membungkuk dan mulai menjelaskan dengan terputus-putus,
namun lelaki muda itu memotong penjelasannya dengan pandangan menghina dan
menunjuk ke si kepala desa, "Mura!"
Mura, si kepala desa, yang masih tetap membenamknn kepalanya, lalu mulai
menjelaskan dengan cepat. Beberapa kali dia menunjuk ke arah Blackthorne, sekali ke arah
kapal Erasmus dan dua kali ke arah si imam. Kini tak ada lagi gerak-gerakan di jalan. Semua
yang terlihat oleh mata sudah berlutut dan membungkukkan badannya dalam-dalam. Si
kepala desa sudah selesai. Lelaki bersenjata tadi menanyainya dengan angkuh dan dijawab
dengan hormat serta cepat. Kemudian lelaki muda itu mengatakan sesuatu kepada si kepala
desa sambil melambai dengan penghinaan yang terang-terangan ke arah si imam, lalu ke
arah Blackthorne, dan lelaki beruban itu pun menjelaskannya dengan lebih sederhana
James Clavell BUKU PERTAMA 29 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
kepada si imam, yang mukanya langsung memerah.
Orang itu, yang sekepala lebih pendek dan jauh lebih muda daripada Blackthorne,
dengan wajah tampan tapi agak bopeng, hanya memandang saja ke arah orang yang tak
dikenalnya. "Onushi ittai doko kara kitanoda" Doko no kuni no monoda?"
Imam itu berkata gugup, "Kasigi Omi-san bertanya, dari mana anda datang dan apa
kebangsaan anda?" "Tuan Omisan itu, daimyo?" Blackthorne balik bertanya, ngeri pada pedangnya dan
bukan pada dirinya. "Bukan. Dia samurai, samurai yang ditugaskan di desa ini. Nama keluarganya Kasigi,
Omi namanya sendiri. Di sini mereka selalu menggunakan nama keluarganya dulu. 'San'
berarti 'yang terhormat' dan kau harus membubuhkannya pada semua nama demi kesopanan. Sebaiknya kau belajar bersikap sopan dan mengenal tatakrama secepatnya. Di sini
mereka tak dapat berdamai dengan kekurang-sopanan". Suaranya meninggi. "Cepatlah,
jawab!" "Amsterdam. Saya orang Inggris."
Rasa kaget Pater Sebastio terlihat jelas sekarang; Katanya, 'Inggris. England,' kepada
samurai itu dan mulai lagi menjelaskan tapi Omi memotongnya tak sabar dan
memberondongnya dengan serentetan kata yang membingungkan.
"Omi-san bertanya apakah kau ini pemimpinnya. Kepala desa mengatakan cuma ada
beberapa orang murtad seperti kau yang masih hidup, dan kebanyakan sedang sakit. Apakah
ada Kapten-Jenderalnya?"
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Saya pemimpinnya," Blackthorne menyahut meskipun sebetulnya, karena mereka kini
sudah di darat, Kapten-Jenderallah yang memegang pimpinan, "Saya yang memimpin,"
tambahnya lagi, menyadari bahwa Kapten-Jenderal Spillbergen tak dapat memimpin apaapa, baik di darat maupun di laut, sekalipun dia dalam keadaan sehat.
Lagi terdengar serentetan kata dari si samurai. "Omi-san mengatakan, karena kau
pemimpinnya kau diizinkan untuk berkeliling di desa dengan bebas, ke mana saja kau
inginkan, sampai daimyo datang. Daimyo akan menentukan nasibmu. Sampai saat itu, kau
diperbolehkan hidup sebagai tamu di rumah kepala desa. Kau boleh datang dan pergi
sesukamu. Tapi kau tak boleh meninggalkan desa ini. Anak buahmu dikurung di dalam
James Clavell BUKU PERTAMA 30 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
rumah mereka dan tak diperbolehkan pergi dari situ. Kau mengerti?"
"Ya. Di mana anak buahku?"
Pater Sebastio menunjuk samar-samar ke arah sekumpulan rumah di dekat dermaga,
jelas dia kelihatan tak senang oleh putusan dan rasa tak sabar Omi.
"Nah! Nikmatilah kebebasanmu, bajak laut. Dosa-dosamu sudah?"
"Wakarimasu ka"*" Omi bertanya langsung pada Blackthorne.
Katanya, "Anda mengerti?"
"Bagaimana mengatakan 'ya' dalam bahasa Jepang?"
Pater Sebastio berkata pada si samurai. "Wakamasu."
Seraya mencemooh Omi mengusir mereka pergi Semuanya membungkuk dalam-dalam.
Kecuali seorang yang tegak dengan sengaja, tanpa membungkuk.
Dengan kecepatan luar biasa pedang maut itu berkelebat diiringi suara mendesis dan
kepala orang itu terlepas dari bahunya dan darah pun memancar dengan derasnya
menggenangi bumi. Tubuhnya menggelepar beberapa saat dan kemudian diam. Tanpa
menyadari, imam itu mundur selangkah. Tak seorang pun di jalan berani bergerak. Kepala
mereka tetap tertunduk dan tak bergerak. Blackthorne berdiri kaku, terkejut sangat.
Omi menaruh sebelah kakinya pada mayat itu "Ikinasai!*" serunya, mengusir mereka
semua. Orang-orang di mukanya membungkuk lagi hingga ke tanah. Lalu mereka bangkit dan
melangkah pergi tanpa ekspresi. Jalan mulai kosong. Dan juga toko-toko.
Pater Sebastio melihat ke bawah, ke mayat itu. Dengan wajah muram diberkatinya
orang mati itu sambil berkata, "In nomine Patris et Filii et Spiritus Sancti!" ia berpaling
kembali ke samurai itu tanpa rasa takut sekarang.
"Ikinasai!" Ujung pedang yang berkilauan itu singgah di atas mayat tadi.
Setelah agak lama, imam itu membalikkan badan dan melangkah pergi. Dengan anggun
Omi mengawasinya lalu memandang Blackthorne. Blackthorne mundur, dan kemudian,
ketika jaraknya cukup jauh dia cepat membelok dan lenyap dari pandangan.
Omi mulai tertawa terbahak-bahak. Jalanan benar-benar lengang sekarang. Waktu
tawanya terdengar sudah letih, dia menggenggam pedangnya dengan kedua tangannya dan
mulai menetak mayat itu secara sistimatis menjadi potongan-potongan kecil.
James Clavell BUKU PERTAMA 31 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Blackthorne saat itu berada dalam perahu kecil, tukang perahu mengayuh dengan riang ke
arah Erasmus. Blackthorne samasekali tak mengalami kesukaran untuk mendekat ke
kapalnya dan dia sudah bisa melihat banyak orang di geladak utama. Semuanya samurai.
Beberapa di antaranya mengenakan pelindung dada baja tapi umumnya mengenakan
kimono, begitulah nama jubah itu, dan dua bilah pedang. Semuanya mengatur rambutnya
dengan cara yang sama: tengah-tengah kepalanya dicukur licin dan rambut yang di belakang
dan kedua sisinya dijalin menjadi buntut, diminyaki, kernudian dinaikkan kembali ke tengah
kepala membentuk konde yang diikat rapi. Hanya samurai yang diperbolehkan mengenakan
gaya rambut seperti ini, dan bagi mereka malah diwajibkan. Hanya samurai yang boleh
menggunakan pedang selalu yang panjang, pedang maut bermata dua dan yang pendek yang
mirip keris dan, bagi mereka, kedua pedang itu juga diwajibkan.
Para samurai telah berjejer di pinggir geladak atas Erasmus, menunggu kedatangannya.
Dengan resah Blackthorne menaiki tangga geladak dan tiba di atasnya. Seorang samurai
yang berpakaian lebih bagus dari yang lainnya datang menghampirinya dan membungkuk.
Blackthorne sudah belajar baik-baik dan dia membungkukkan badannya sejajar dengannya
dan semua samurai di geladak terlihat riang dan ramah. Blackthorne masih merasa ngeri
terhadap pembunuhan tiba-tiba di jalan itu dan senyum mereka tak mampu menghilangkan
firasat buruknya. Dia melangkah ke arab tangga, ke kabin awak kapal dan tiba-tiba berhenti.
Di seberang pintu masuk dia melihat pita sutera merah yang lebar dan di sisinya terlihat
tanda kecil dengan tulisan yang aneh dan berlekuk-lekuk. Dia ragu-ragu sejenak, memeriksa
pintu satunya, namun pintu itu pun disegel dengan pita yang sama dan tanda yang serupa
dipakukan pada dinding penyekat.
Blackthorne menjangkau untuk mencopot sutera itu.
"Hotte oke!"* Untuk memperjelas maksudnya, samurai yang sedang bertugas jaga
menggelengkan kepalanya. Dia tak lagi tersenyum seperti tadi.
"Tapi ini kapal saya dan saya ingin ..."
Blackthorne menekan rasa cemasnya, matanya tertuju pada pedang-pedang mereka.
Aku harus ke bawah, pikirnya. Aku harus mendapatkan buku pedoman nakhoda itu, baik
yang milikku sendiri maupun yang dirahasiakan itu. Jesus Kristus, kalau mereka sampai
James Clavell BUKU PERTAMA 32 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
menemukannya dan memberikannya kepada para rahib itu atau kepada orang-orang Jepang,
celakalah kita. Pengadilan mana pun di dunia ini di luar Inggris dan di Negeri Belanda akan
mendakwa kita sebagai bajak laut dengan bukti itu. Buku pedomanku mencatat tanggaltanggal, jumlah penjarahan yang dilakukan, jumlah owak yang mati selama tiga kali
pendaratan di pulaupulau di Amerika dan satu di Afrika di koloni Spanyol. Jumlah gereja
yang dirampok dan bagaimana caranya kita membakar kota dan galangan kapal. Dan buku
pedoman Portugis itu" Itulah surat perintah kematian, karena sudah tentu itu barang curian.
Paling tidak buku pedoman nakhoda itu dibeli dari seorang pengkhianat Portugis, dan
berdasarkan hukum mereka, orang asing mana pun yang tertangkap basah memiliki buku
pedoman nakhoda mereka yang mana pun, apalagi yang membuka rahasia ke Selat
Magelhaens, harus dihukum mati segera. Dan jika buku pedoman nakhoda itu ditemukan di
sebuah kapal musuh, kapal itu harus dibakar dan semua awak di dalamny
a dihukum mati tanpa ampun. "Nan no yoda?"* salah seorang samurai bertanya.
"Kau bisa bicara Portugis?" Blackthorne bertanya dalam bahasa itu.
Orang itu mengangkat bahu. "Wakarimasen."
Lainnya maju ke depan dan membungkuk dengan hormatnya kepada pemimpinnya,
yang mengangguk; tanda setuju.
"Teman Portugeezu," samurai ini berucap dalam logat Portugis yang kuat. Dibukanya
leher kimononya dan ditunjukkannya salib kayu kecil yang menggantung di lehernya.
" Karis'en!" Ditunjuknya dirinya sendiri dan tersenyum. "Karis'en."
Lalu ia menunjuk Blackthorne "Karis'en ka?"
Blackthorne ragu-ragu, lalu mengangguk. "Kristen."
"Portugeezu?" "Inggris." Orang itu berbicara sejenak dengan pemimpinnya, kemudian keduanya mengangkat
bahu dan kembali memandangnya bersama-sama. "Portugeeze?"
Blackthorne menggelengkan kepalanya, tak menginginkan untuk tidak sependapat
dengan mereka perihal apa pun juga. "Teman-teman saya di mana?"
Samurai itu menunjuk ke ujung sebelah timur desa. "Teman."
James Clavell BUKU PERTAMA 33 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Ini kapal saya. Saya mau ke bawah." Blackthome mengatakannya dengan berbagai
macam cara dan isyarat. Akhirnya mereka mengerti.
"Ah so desu! Kinjiru,"* ujar mereka menekankan, mnunjukkan peringatan yang telah
ditempelkan dan tersenyum riang.
Sudah jelas bahwa Blackthorne tak diperbolehkan untuk pergi ke bawah. Kinjiru
mestinya berarti dilarang, pikir Blackthorne jengkel. Baik, persetan dengan itu! Ditekannya
pegangan pintu itu ke bawah dan dibukanya sedikit.
"KINJIRU!" Blackthorne tersentak kaget, dan ketika membalikkan badan, para samurai itu sudah
berhadapan dengannya. Pedang-pedang mereka terlihat setengah tercabut dari sarungnya.
Tanpa bergerak kedua orang itu menunggunya mengambil keputusan. Lainnya, yang
digeladak, mengawasinya dengan wajah dingin tanpa perasaan.
Blackthorne menyadari ia tak punya pilihan lain kecuali mundur, jadi dia hanya
mengangkat bahu dan meangkah pergi sambil memeriksa tali-tali tambang dan kapal itu
sekaligus, sebisa-bisanya. Layar-layar yang koyak sudah ada di bawah dan diikat jadi satu.
Namun ikatannya berbeda dari yang pernah dilihatnya, tapi dia tahu orang-orang Jepang itu
telah mengurus kapalnya dengan baik. Blackthorne mulai menuruni tangga geladak dan
berhenti. Keringat dinginnya terasa menetes ketika dilihatnya orang-orang Jepang itu tengah menatapnya dengan pandangan menusuk dan dia berpikir, Jesus Kristus, bagaimana aku
bisa begini tolol" Blackthorne membungkukkan badannya dengan hormat dan serta merta
rasa benci itu pun lenyap dan mereka semua membungkuk lagi dan kembali tersenyum. Tapi
dia masih merasakan keringatnya menetes hingga ke tulang punggungnya dan dia membenci
segalanya tentang orang Jepang dan berdoa semoga dirinya dan seluruh anak buahnya dapat
kembali lagi ke kapal laut lepas.
"Demi Tuhan, saya kira anda keliru, Pilot," ujar Vinck. Gusinya yang tak lagi bergigi terlihat
lebar dan menjijikkan. "Kalau tuan bisa tahan dengan remah-remah yang mereka sebut
makanan, maka tempat ini tempat terbaik yang pernah kusinggahi. Saya sudah tidur dengan
dua perempuan dalam tiga hari ini dan mereka seperti kelinci. Mereka akan berbuat apa saja
kalau tuan menunjukkan mereka bagaimana caranya."
James Clavell BUKU PERTAMA 34 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Itu betul. Tapi kau tak mampu berbuat apa-apa, tanpa daging atau brandy. Tidak
dalam waktu lama. Aku sudah kecapaian dan aku cuma mampu melakukannya sekali," ujar
Maetsukker, wajahnya yang ciut tampak berkedut-kedut. "Bangsat-bangsat kulit kuning itu
tak mengerti apa yang kita butuhkan. Daging, bir, dan roti. Dan brandy atau anggur."
"Justru itu yang paling buruk! Coba bayangkan, kerajaan kami ditukar dengan sebotol
bir!" Baccus van Nekk terlihat murung. Dia melangkah pergi dan berdiri dekat Blackthorne
dan memicingkan mata ke arahnya. Dia hanya mampu melihat dari dekat dan dia telah
kehilangan sepasang kacamatanya dalam badai. Meskipun berkacamata, dia akan selalu
berdiri dekat-dekat. Dia inenjabat kepala para pedagang, bendahara, dan wakil Perserikatan
Dagang Hindia Belanda yang telah membiayai perjalanan itu. "Kita sudah di darat dan
selamat dan aku belum juga dapat minum. Setetes pun belum! Mengerikan. Kau sudah
dapat, Pilot?" "Belum." Blackthorne tak senang didekati siapa pun, tapi Baccus ini temannya, lagi
hampir buta, jadi Blackthorne tak beranjak dari tempatnya. "Cuma air hangat dengan
ramuan di dalamnya."
"Pokoknya Jepang-Jepang itu tak tahu apa itu bir. Tak ada yang bisa diminum kecuali
air hangat dan ramuan"tapi Tuhan yang baik akan menolong kita! Bayangkan, seandainya
tak ada minuman keras di negeri ini!" Alis van Nekk tampak kering. "Tolong aku sedikit,
Pilot. Mintakan bir sedikit, mau kan?"
Blackthorne telah menemukan rumah yang ditunjukkan Pater Sebastio di ujung sebelah
timur desa. Samurai penjaganya memperkenankannya lewat, namun anak buah Blackthorne
sendiri sudah menyatakan bahwa mereka tak dapat keluar lebih jauh dari pintu kebun.
Rumah itu berkamar banyak seperti rumahnya, namun lebih besar dan dihuni oleh sejumlah
besar pelayan dari pelbagai umur, baik lelaki maupun perempuan.
Ada sebelas anak buahnya yang hidup. Yang mati telah dibawa pergi oleh orang-orang
Jepang. Porsi sayur-mayur segar yang berlebihan rupanya berhasil mematikan penyakit kudis
dan semua anak buahnya, kecuali dua orang, mulai berangsur sembuh. Usus besar kedua
orang itu mengeluarkan darah dan terserang disentri. Vinck telah mengobati mereka, tapi
ini pun mungkin tak menolong. Begitu malam datang dia menduga mereka sudah mati.
Kapten-Jenderal ada di kamar lain, masih juga sakit parah.
James Clavell BUKU PERTAMA 35 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Sonk, si tukang masak, lelaki kecil berpotongan gemuk-pendek, berkata sambil tertawa,
"Di sini enak, seperti kata Johann, Pilot, kecuali sayangnya tak ada makanan dan bir.
Lagipula tak ada kesulitan dengan bangsat-bangsat Jepang itu selama kita tak memakai
sepatu di rumah. Bangsat-bangsat itu bisa mengamuk kalau kita tak menanggalkan sepatu."
"Dengar," ujar Blackthome. "Di sini ada imam. Seorang Jesuit."
"Jesus Kristus!" Semua kelakar mereka hilang begitu Blackthorne menceritakan tentang
imam itu kepada mereka dan tentang pemenggalan kepala itu.
"Mengapa dia memenggal kepalanya, Pilot?"
"Aku tak tahu."
"Baiknya kita kembali ke kapal. Kalau kaum Papis* itu tahu kita ada di darat "."
Rasa takut menggerayangi ruangan itu sekarang. Salomon, si bisu, hanya mengawasi
Blackthome. Bibirnya bergerak-gerak, gelembung air liur nampak di sudutnya.
"Tidak, Salomon, tidak salah dengar," Blackthorne berkata ramah, menjawab
pertanyaannya yang tak terdengar. "Dia bilang dia Jesuit."
"Kristus, Jesuit atau Dominikan atau persetan apa pun namanya itu, tak ada bedanya,"
ujar Vinck lagi. "Baiknya kita kembali ke kapal. Pilot, tolong tanyakan pada samurai itu,
eh?" "Kita ada di tangan Tuhan," Jan Roper menimpali. Dia salah seorang saudara
petualangan, lelaki muda bermata sipit dengan dahi tinggi dan hidung tipis. "Dia akan
melindungi kita dari penyembah berhala."
Vinck kembali berpaling ke Blackthorne. "Apa kabar dengan orang-orang Portugis itu,
Pilot" Anda pernah melihatnya di dekat-dekat sini?"
"Tidak. Tak ada tanda-tanda mereka ada di desa ini."
"Mereka akan berkerumun di sini begitu mereka tahu tentang kita." Maetsukker
mengatakannya untuk semua dan si bocah Croocq mulai mengerang.
"Ya, dan kalau sudah ada satu imam, mestinya ada yang lainnya." Ginsel menjilat bibir
keringnya. "Dan para penakluk mereka yang terkutuk itu pastilah tak jauh."
"Itu benar," Vinck menambahkan tak senang. "Mereka seperti kutu."
"Jesus Kristus! Papis!" seseorang bergumam. "Dan para penakluk itu!"
"Tapi kita kan ada di wilayah Jepang, Pilot?" van Nekk bertanya. "Imam itu
James Clavell BUKU PERTAMA 36 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
memberitahu ini kepadamu?"
"Ya. Mengapa?" Van Nekk beranjak lebih dekat dan merendahkaty suaranya. "Kalau benar ada sejumlah
imam di sini dan beberapa pribumi itu juga Katolik, mungkin bagian lain dari cerita itu juga
betul tentang kekayaan itu, emasnya, peraknya dan batu-batu berharganya." Sesaat
semuanya terdiam. "Anda pernah melihatnya, Pilot" Ada emas. Ada permata tulen yang
dipakai pribuminya ataukah emas?"
"Tidak. Tak ada." Blackthorne berpikir sesaat "Aku tak ingat aku melihatnya atau tidak.
Tak ada kalung atau manik-manik atau gelang. Dengar, ada yang harus kuberitahukan pada
kalian. Aku sudah ke Erasmus tapi disegel." Blackthorne menceritakan apa yang terjadi dan
kecemasan mereka bertambah.
"Jesus, seumpama kita tak bisa balik ke kapal dan imam-imam itu ada di darat dan
papis-papis itu ... Kita hatus enyah dari sini." Suara Maetsukker mulai bergetar."Pilot, apa
yang akan kita perbuat" Mereka akan membakar kita hidup-hidup! Conquitadores* itu
bangsat-bangsat itu akan mengacungkan pedangnya ...."
"Kita ada di tangan Tuhan," Jan Roper mengingatkan dengan penuh keyakinan. "Dia
akan melindungi kita dari orang-orang anti Kristus. Itu janjiNya sendiri. Tak ada yang perlu
ditakuti." Blackthorne berkata. "Kalau aku melihat caranya samurai Omi-san itu membentak si
imam aku yakin dia membencinya. Justru bagus, eh" Yang ingin kuketahui, mengapa imam
itu tak memakai jubah yang biasa. Mengapa mesti warna jingga" Aku tak pernah melihat
sebelumnya." "Ya, itu membuat orang penasaran," ujar van Nekk.
Blackthorne mengangkat kepala, menatapnya. "Boleh jadi pengaruh mereka tak begitu
kuat. Itu bisa banyak membantu kita."
"Apa yang mesti kita perbuat, Pilot?" Ginsel bertanya.
"Bersabarlah dan tunggulah sampai ketuanya, yang disebut daimyo, datang. Dia akan
melepaskan kita. Mengapa tidak" Kita kan tak berbuat apa-apa terhadap mereka. Kita malah
punya barang-barang yang akan diperdagangkan. Kita bukan bajak laut, kita tak perlu
takut."
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
James Clavell BUKU PERTAMA 37 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Benar sekali dan jangan lupa, Pilot mengatakan orang-orang biadab itu bukan
semuanya papis," ujar van Nekk, lebih untuk lebih membakar semangatnya semata sendiri
daripada yang lain-lainnya. "Ya. Moga-moga samurai itu membenci si imam. Dan cuma
samurai yang bersenjata. Kan lumayan, eh" Tinggal mengawasi saja samurai-samurai itu dan
merebut kembali senjata kita Akal bagus. Kita sudah di kapal kembali sebelum kau
menyadarinya." "Apa yang terjadi kalau si daimyo ini juga papis?" Jan Roper bertanya.
Tak seorang pun menjawab pertanyaannya. Kemudian Ginsel berkata, "Pilot, eh, orang
berpedang itu, eh dia mencincang orang tak dikenal itu setelah memenggal kepalanya?"
"Ya." "Kristus! Mereka barbar! Orang gila!" Ginsel bertubuh tinggi, anak muda yang tampan
berlengan pendek dan berkaki bengkok. Penyakit kudis telah merontokkan semua giginya.
"Sesudah mencincang kepalanya, yang lainnya cuma berlalu saja" Tanpa berkata apa-apa?"
"Ya." "Jesus Kristus, orang tak bersenjata dibunuh begitu mudahnya" Mengapa dia berbuat
begitu" Mengapa dia membunuhnya?"
"Aku tak tahu, Ginsel. Tapi kau belum pernah melihat kecepatan yang seperti itu.
Detik ini pedangnya disarungkan, detik berikutnya kepala orang itu bergelinding."
"Tuhan lindungi kami!"
"Jesus yang baik," van Nekk bergumam. "Kalau kita bisa kembali ke kapal ... Taik badai
itu, aku merasa tak bcrdaya tanpa kacamataku!"
"Beberapa banyak samurai yang di kapal, Pilot?" Ginse1 bertanya.
"Dua puluh dua di geladak. Tapi lebih banyak yang di darat."
"Kutukan Tuhan akan menimpa orang kafir dan orang-orang berdosa dan mereka akan
dibakar di neraka selama-lamanya."
"Aku ingin memastikan itu, Jan Roper," ujar Blacktorne lagi, suaranya meninggi begitu
dia merasakan kengerian akan pembalasan Tuhan mulai melanda ruangan itu. Dia amat
letih dan ingin tidur. "Tuan boleh merasa yakin, Pilot, oh ya, saya pasti. Saya berdoa mata tuan sudah terbuka
akan kebenaran Tuhan. Bahwa tuan akhirnya menyadari bahwa kami semua di sini karena
James Clavell BUKU PERTAMA 38 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tuan"apa yang tertinggal pada kami."
"Apa?" Blackthorne balik bertanya, dengan geram.
"Mengapa anda benar-benar membujuk si Kapten-Jenderal untuk mencoba melayari
daerah Jepang" Itu tak termasuk perintah. Kami diperintahkan menjarah Dunia Baru,
memaklumkan perang ke daerah musuh, lalu pulang."
"Ada kapal Spanyol di sebelah utara dan selatan kita dan tak ada jalan untuk lari.
Apakah ingatanmu sudah hilang bersama-sama akalmu" Kita harus berlayar ke barat"itu
satu-satunya kesempatan kita."
"Saya belum pernah melihat kapal musuh, Pilot. Tak seorang pun dari kita pernah
melihatnya." "Ayolah, Jan," ujar van Nekk dengan suara letih. "Pilot sudah melakukan apa yang
dipikirnya paling baik. Sudah tentu orang-orang Spanyol itu ada di sini."
"Ya, itulah kenyataannya, dan kita berada ribuan mil dari rumah dan sedang di perairan
musuh, demi Tuhan!" Vinck meludah. "Itulah kebenaran Tuhan dan kebenaran Tuhan
itulah yang kita pilih. Kita semua mengatakan ya."
"Aku tidak." Sonk berkata, "Tak ada yang menanyai aku."
"Oh, Jesus Kristus!"
"Tenanglah, Johann," ujar van Nekk, mencoba untuk meredakan ketegangan. "Kita
akan menjadi orang orang pertama yang mencapai wilayah Jepang. Masih ingat cerita-cerita
itu, eh" Kita bisa kaya kalau kita pakai otak kita. Kita bisa berdagang barang-barang dan
pasti ada emas di sana"mesti ada. Di mana lagi ki bisa menjual muatan kita" Bukan di
sana, di Duni Baru. Di sana kita diburu dan diganggu! Mereka semu memburu kita dan
orang-orang Spanyol tahu kita sudah jauh dari Santa Maria. Kita harus meninggalkan Chile
dan ada jalan keluar untuk kembali lewat selat itu"sudah tentu mereka tengah menunggu
kita di sana. Pasti! Di sinilah satu-satunya kesempatan kita dan kita punya akal. Muatan kita
bisa ditukar dengan rempah-rempah, emas dan perak. Pikir keuntungannya ribuan kali lipat,
seperti biasanya. Kita sudah di kepulauan rempah-rempah. Kau pasti sudah tahu kekayaan
pulau-pulau Jepang dan Cina, dan kau akan selalu mendengar tentang mereka bukan" Kita
semua sudah. Kalau begitu, buat apa lagi kita menandatangani kontrak ini" Kita akan kaya-
James Clavell BUKU PERTAMA 39 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
raya, lihatlah sendiri!"
"Kita sudah jadi orang mati, seperti juga yang lain. Kita ada di tanah setan."
Vinck berteriak dengan marah, "Tutup mulutmu, Roper! Pilot sudah berbuat yang
benar. Bukan salahnya jika ada yang mati"bukan salahnya. Selalu ada orang mati dalam
pelayaran." Mata Jan Roper sudah berbintik-bintik, orang-orangannya mulai mengecil. "Ya, mogamoga Tuhan menentramkan arwah mereka. Salah satunya, kakakku sendiri."
Blackthorne melongok ke dalam sepasang mata yang fanatik itu dan dia mulai
membenci Jan Roper. Dalam hati dia bertanya pada diri sendiri apakah dia sungguhsungguh berlayar ke Barat untuk mengelakkan kapal-kapal musuh" Ataukah itu di sebabkan
karena dia ingin menjadi nakhoda Inggris pertama yang melewati selat itu, pertama dalam
kedudukan itu, yang sudah siap dan sanggup menuju Barat dan karenanya orang pertama
pula yang memiliki kesempatan untuk mengelilingi dunia"
Jan Roper berbisik, "Bukankah yang lainnya mati karena ambisimu, Pilot" Tuhan akan
menghukummu!" "Sekarang jaga mulutmu," kata-kata Blackthorn terdengar lembut tapi menentukan.
Jan Roper balas memandangnya dengan muka tikusnya yang tetap dingin, tapi
dikuncinya mulutnya rapat rapat.
"Bagus." Blackthorne duduk dengan letih dilantai dan beristirahat di salah satu
bagiannya yang tegak lurus.
"Apa yang harus kita perbuat, Pilot?"
"Tunggu dan beristirahat. Pemimpinnya segera datang"lalu kita akan menyelesaikan
semuanya." Vinck melongok ke kebun, ke samurai yang sedang duduk tak bergerak-gerak di sisi
pintu gerbang. "Lihat bangsat itu. Sudah berjam-jam di situ, tak bergerak, tak berkata apaapa. Menggaruk hidungnya pun tidak."
"Tapi dia kan tak menimbulkan kesulitan, Johan Betul tidak?" ujar van Nekk.
"Ya, tapi yang kita perbuat cuma tidur, meniduri perempuan dan menelan remahremah."
"Pilot, dia cuma sendiri. Kita bersepuluh," Ginsela berkata tenang.
James Clavell BUKU PERTAMA 40 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Sudah kupikirkan itu. Tapi badan kita belum cukup kuat. Untuk menyembuhkan kudis
saja perlu seminggu," sahut Blackthorne resah. "Mereka yang di atas kapal terlalu banyak.
Aku tak ingin menghadapi mereka meskipun seorang saja tanpa tombak atau pistol. Kalian
dijaga pada malam hari?"
"Ya. Mereka mengganti penjaganya tiga atau empat kali Apa ada yang pernah melihat
tukang ronda tertidur?" van Nekk bertanya. Semuanya menggeleng.
"Kita bisa naik ke kapal malam ini," ujar Jan Roper. "Dengan bantuan Tuhan kita akan
mengalahkan orang-orang kafir itu dan merebut kapal."
"Keluarkan tahi kupingmu! Pilot sudah cukup memperingatkanmu! Tidakkah kau
dengar?" Vinck meludah dengan jijik.
"Benar," Pieterzoon, si penembak meriam, sepaham. "Berhenti meludahi Vinck tua!"
Mata Jan Roper bahkan tambah mengecil. "Sucikan jiwamu Johann Vinck. Dan kau
juga, Jan Pieterzoon. Kiamat sudah mendekat." Dia melangkah pergi dan duduk di serambi.
Van Nekk memecah keheningan. "Segalanya akan menjadi beres. Kau lihat nanti."
"Roper benar. Ketamakanlah yang membawa kita kemari," Croocq, si bocah, berkata
dengan suara gemetar. "Sudah hukuman Tuhan bahwa?"
"Diam!" Bocah itu tersentak kaget. "Ya, Pilot. Maaf tapi"yaah"." Maximilian Croocq anggota
yang termuda di antara mereka, baru enam belas, dan dia melamar untuk ikut berlayar
karena ayahnya salah satu dari kapten kapal armada itu dan keduanya akan bersama-sama
mengadu untung. Tapi bocah itu melihat ayahnya mati secara mengerikan waktu mereka
menjarah sebuah kota Spanyol, Santa Magdalena, di Argentina. Perampokan itu sendiri
berjalan dengan lancar dan dia telah menyaksikan apa itu perkosaan, ikut mencobanya, dan
kemudian membenci dirinya sendiri. Kenyang oleh bau amis darah dan pembunuhan.
Sesudahnya dia melihat lebih banyak lagi kawan-kawannya yang mati dan dari kelima kapal
armada itu hanya tinggal satu yang selamat, sehingga sekarang dia merasa bahwa dialah yang
tertua di antara semuanya. "Maaf, maafkan saya."
"Sudah berapa lama kita di darat, Baccus?" Blackthorne bertanya.
"Ini hari yang ketiga." van Nekk beringsut lebih dekat lagi lalu berjongkok. "Tak ingat
lagi dengan jelas kapan pendaratannya, tapi begitu aku bangun, orang-orang biadab itu
James Clavell BUKU PERTAMA 41 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
sudah berkerumun di atas kapal. Tapi ternyata amat sopan dan ramah. Mereka
menyodorkan makanan dan air hangat. Mengangkati yang mati dan membongkar sauh. Tak
ingat banyak, tapi kupikir mereka menarik kapal dan menambatkannya dengan baik. Kau
sendiri sedang mengigau waktu mereka menyeretmu ke darat. Kita ingin menahanmu untuk
tetap bersama-sama, tapi mereka tak mengizinkan. Salah seorang di antaranya berbicara
bahasa Portugis beberapa patah. Tampaknya dialah kepala desanya, rambutnya sudah
beruban. Dia tak tahu apa itu 'Pilot-Mayor' tapi tahu 'Kapten'. Jelas dia menginginkan
'Kapten' kita berbeda tempat dengan kita, tapi dia berkata lagi bahwa kita semua tak perlu
khawatir karena kau akan dirawat baik-baik. Kita pun demikian pula. Kemudian dia dan
lainnya mengantarkan ke sini, kebanyakan dengan mengotong kita, dan mengatakan untuk
tetap diam di dalam rumah sampai Kaptennya datang. Kita tak mau membiarkan mereka
mengambilmu tapi tak ada yang bisa dilakukan. Mau kau tanyakan si kepala desa itu tentang
anggur dan brandy kita, Pilot?" van Nekk menjilat bibimya dengan rakus lalu
menambahkan. "Sekarang setelah kupikir, rasanya dia ada menyebutkan daimyo. Apa yang
akan terjadi kalau si daimyo tiba?"
"Ada yang punya pisau atau pistol?"
"Tidak," ujar van Nekk sambil menggaruk kutu dirambutnya tanpa sadar. "Mereka
mengambil semua baju buat dicuci dan menyimpan semua senjata. Aku tak berpikir apa-apa
tentang itu saat itu Mereka juga mengambil kunci-kunciku, begitu juga pistolku. Semua
kunci kusatukan di sebuah cincin. Kunci ruang simpan barang penumpang, kunci peti besi
dan kunci gudang peuru."
"Semuanya terkunci rapat. Tak perlu dikuatirkan."
"Aku tak senang kalau kunciku tak ada padaku. Itu membuatku gugup. Keparat mataku
ini, aku perlu brandy seckarang ini, atau sepoci arak."
"Jesus! Sameree itu mencincangnya, ya, tidak?" Sonk berkata pada siapa saja.
"Demi Tuhan, tutup mulutmu. "Samurai" bukan 'Sameree'. Kau sendiri cukup buat
membuat orang terberak-berak," ujar Ginsel.
"Kuharap imam jadah itu tidak datang ke sini," ujar Vinck.
"Kita akan selamat di tangan Tuhan." Van Nekk masih mencoba bersuara. Mengatur
suaranya seperti penuh percaya diri. "Begitu si daimyo datang, kita akan dilepaskan. Kita
James Clavell BUKU PERTAMA 42 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
akan mendapat kapal kita kembali den senjata kita. Lihat saja. Kita akan menjual bawaan
kita den kita akan kembali ke Holland sebagai orang kaya dan selamat, setelah berlayar
mengelilingi dunia, orang Belanda pertama. Orang-orang Katolik itu masuk ke neraka dan
itulah akhir semuanya."
"Tidak, tidak begitu," ujar Vinck. "Papis-papis itu membuatku ngeri. Taik! Mereka dan
pikiranku tentang para penakluk itu. Cuih! Anda rasa mereka akan kuat di sini, Pilot?"
"Aku tak tahu. Kukira ya! Aku mengharap semua kawan-kawan kita akan di sini."
"Anak jadah," ujar Vinck. "Paling tidak kita masih hidup."
Maetsukker berkata. "Boleh jadi mereka sudah pulang. Boleh jadi mereka kembali ke
Selat Magelhaens waktu badai mencerai-beraikan kita."
"Moga-moga kau benar,"sahut Blackthorne. "Tapi kukira mereka semua hilang."
Ginsel gemetaran. "Paling tidak kita masih hidup."
"Dengan papis-papis di sini dan orang-orang kafir yang bau itu tak bakal aku
menukarkan kelakar pelacur tua dengan nyawa kita."
"Terkutuklah saat aku meninggalkan Holland," ujar Pieterzoon. "Taik semua arak! Kalau
saja aku tak lebih gila minum daripada belaian pelacur, aku masih tidur dengan biniku."
"Persetan dengan apa yang kausukai, Pieterzoon. Tapi jangan menyumpahi minuman
keras. Itu sumber hidup!"
"Menurutku kita sekarang berkubang taik sampai ke dagu dan air pasang akan segera
datang." "Tak pernah kupikir kita akan mencapai daratan," ujar Maetsukker. Dia terlihat mirip
musang, bedanya dia tak punya gigi. "Tak bakal. Paling tidak cuma sampai di pulau-pulau
Jepang. Papis bangsat. Taik, pelacur! Kita takkan pergi hidup-hidup dari sini! Kuharap kita
punya pistol. Benar-benar pendaratan sial! Aku tak bermaksud apa-apa, Pilot," ujarnya
cepat, begitu Blackthorne berpaling kepadanya. "Cuma nasib sial, itu saja."
Kemudian para pelayan membawakan mereka makanan lagi. Selalu yang sama: sayurmayur matang dan mentah dengan cuka sedikit, sup ikan, dan bubur gandum. Mereka
semua menampik potongan-potongan kecil ikan mentah itu dan minta daging atau arak.
Tapi mereka mengerti, dan lalu, waktu mentari hampir terbenam, Blackthorne pergi. Dia
sudah letih akan rasa takut, rasa benci dan omongan-omongan jorok mereka Dikatakannya
James Clavell BUKU PERTAMA 43 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
pada mereka dia akan kembali setelah subuh.
Toko-toko nampak sibuk di jalanan sempit itu. Blackthorne menemukan jalannya dan
pintu gerbang ke rumahnya. Noda-noda darah di tanah telah disapu bersih dan mayat itu
pun sudah tak ada. Pintu gerbang kebun sudah dibuka orang sebelum dia sempat
menyentuhnya. Si tukang kebun tua, masih dengan kancutnya, meskipun angin bertiup dingin,
mengejapkan matanya dan membungkuk, "Konbanwa."*
"Halo," ujar Blackthorne tanpa berpikir. Dia melangkahi beberapa anak tangga,
berhenti, mengingat ingat sepatu larsnya. Ditanggalkannya sepatunya dan melangkah
dengan kaki telanjang ke serambi dan memasuki ruangan. Diseberanginya ruangan itu dan
berjalan sampai ujung lorong namun tak dapat menemukan kamarnya.
"Onna." teriaknya.
Seorang wanita tua muncul. "Hai?"*
"Di mana Onna?"
Wanita tua itu mengernyitkan kening dan menunju pada dirinya sendiri. "Onna!"
"Oh, demi Tuhan." Blackthorne berucap jengkel. "Di mana kamarku" Di mana Onna?"
Dibukanya pintu kayu cedar berlapiskan kertas segi empat itu. Empat orang Jepang tengah
duduk dilantai mengelilingi sebuah meja rendah, sedang asyik makan. Dikenalinya salah
satu dari mereka adalah lelaki beruban itu, si kepala desa yang tadi bersama-sama dengan si
imam. Mereka semua membungkuk. "Oh, maaf," ujarnya, dan kembali menutup pintu itu.
"Onna!" dia berteriak.
Si wanita tua berpikir sesaat lalu memberi isyarat. Blackthorne mengikutinya memasuki
lorong lainnya. Wanita itu meluncurkan pintunya ke samping. Blackthorne langsung
mengenali kamarnya dari salib di situ. Selimut-selimutnya sudah terlipat rapi.
"Terimakasih," ujarnya, "Sekarang jemputlah, Onna!"
Wanita tua itu melangkah pergi. Blackthorne duduk, kepala dan tubuhnya terasa nyeri,
dan dia berdoa moga-moga ada kursi, sambil bertanya-tanya pada diri sendiri di mana kursikursi itu disimpan. Bagaimana caranya naik ke kapal" Bagaimana caranya mendapatkan
pistol" Mesti ada caranya. Kaki-kaki berdatangan kembali, dan sudah ada tiga perempuan
sekarang, si wanita tua, seorang gadis kecil berwajah bundar dan wanita setengah baya itu.
James Clavell BUKU PERTAMA 44 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Wanita tua itu menunjuk ke si gadis yang nampak agak ketakutan. "Onna."
"Bukan". Blackthome bangun dengan marah dan menuding ke wanita setengah baya
itu. "Ini dia Onna, demi Tuhan! Kau tak tahu namamu" Onna! Saya lapar. Bisa dapat
makanan sedikit?" Digosok-gosoknya perutnya, menirukan orang kelaparan. Mereka saling
berpandangan. Lalu wanita setengah baya itu mengangkat bahu, mengatakan sesuatu yang
menjadikan yang lainnya tertawa, melangkah ke tempat tidur dan mulai membuka bajunya.
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dua yang lainnya berjongkok dengan mata melebar dan penuh harap.
Blackthorne terkejut. "Apa yang kalian lakukan?"
"Ishimasho!"* ujar wanita itu sambil menyingkirkan pengikat pinggangnya yang lebar
dan membuka kimononya. Dadanya rata, air susunya sudah kering dan perutnya besar.
Sudah jelas wanita itu ingin naik ke tempat tidur Blackthorne menggeleng,
menyuruhnya berpakaian sambil memegang lengannya dan kedua wanita yan lainnya mulai
bercakap-cakap dan memberi isyarat dan wanita setengah baya itu mulai marah. Dia
menanggalkan baju dalamnya dan, dalam keadaan bugil, mencoba untuk kembali ke atas
tempat tidur. Obrolan mereka berhenti dan wanita-wanita itu membungkuk begitu si kepala desa
datang tanpa bersuara ke lorong. "Nanda" Nanda?"* tanyanya.
Si wanita tua menerangkan apa yang terjadi. "Tuan mau perempuan ini?" tanyanya tak
masuk akal dengan logat Portugis yang hampir tak dapat dimengerti, sambil menunjuk
kepada wanita yang sudah dalam keadaan bugi1 itu. "Tidak, tidak, tentu tidak. Saya cuma
mau onna mengambilkan makanan," Blackthorne menunjuk tak sabar kepadanya. "Onna!"
"Onna berarti perempuan." Orang Jepang itu menunjuk ke semua wanita itu. "Onna"
onna"onna. Tuan mau onna?"
Blackthorne menggeleng dengan letih. "Tidak, tidak, terima kasih. Saya berbuat
kesalahan. Maaf. Siapa namanya?"
"Bagaimana?" "Siapa namanya?"
"Namanya Haku," ujar orang itu.
"Haku?" "Hai. Haku!" James Clavell BUKU PERTAMA 45 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Maafkan saya, Haku-san. Saya kira Onna itu namamu."
Orang itu menerangkan pada Haku dan tampaknya wanita itu kurang senang. Tapi
orang itu mengatakan sesuatu dan semua wanita itu memandang Blackthorne, terkekeh di
belakang tangannya dan pergi. Haku melangkah pergi dalam keadaan bugil, mengepit
kimononya di lengannya, dengan keanggunan tiada tara.
"Terimakasih," ujar Blackthorne, marah karena ketololannya sendiri.
"Ini rumah saya. Nama saya Mura."
"Mura-san. Nama saya Blackthorne."
"Bagaimana?" "Nama saya Blackthorne?"
"Ah! Berr-rakk-fon." Mura mencoba mengatakannya berkali-kali tapi tak sanggup.
Akhirnya dia menyerah dan meneruskan pengamatannya pada raksasa yang kini di
hadapannya. Ini adalah orang barbar pertama yang pernah dilihatnya selain Pater Sebastio,
dan imam satunya, beberapa tahun yang lewat. Tapi, imam-imam itu berambut hitam,
bermata hitam dan berperawakan sedang. Lelaki ini: tinggi, berambut pirang, berjenggot
pirang dengan mata biru dan berkulit pucatl jika berpakaian tapi juga merah kalau telanjang.
Mengagumkan! Kupikir semua orang berambut hitam dan bermata hitam. Kita semua
begitu. Orang Cina begitu, dan tidakkah Cina itu mencakup seluruh dunia kecuali negeri
orang barbar di selatan Portugis itu" Dan mengapa Pater Sebastio amat membenci orang
ini" Karena dia ini pemuja setan" Kukira tidak begitu, sebab Pater Sebastio mampu
Harpa Iblis Jari Sakti 2 Pendekar Mata Keranjang 14 Dayang Naga Puspa Rahasia Pengkhianatan Baladewa 1
SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
PROLOG Badai terus menerpa dan terasa begitu
menusuk. Dia tahu, kalau tidak mendarat
dalam tiga hari ini, mereka semua akan
mati. Terlalu banyak kematian dalam pelayaran ini, pikirnya, aku nakhoda dari
armada orangorang mati. Tinggal satu dari
lima kapal"dua puluh delapan awak dari
seratus tujuh dan sekarang hanya sepuluh
yang masih mampu berjalan sementara yang
lain sudah sekarat, termasuk KaptenJenderal. Tidak ada makanan, hampir tidak
ada air, yang ada cuma air basi yang berbau
busuk. Namanya John Blackthorne dan dia
sendirian di atas Panjarwala*"Salamon geladak si selain si bisu"yang merunduk di keteduhan, meng-amati laut
di depan. Kapal tiba-tiba miring oleh hujan badai
yang datang mendadak dan Blackthorne
berpegang kuat pada salah satu lengan kursi kapal yang ikut terhempas ke dekat kemudi di
geladak hingga kapal itu mantap kembali, diiringi bunyi kayu-kayu berderik. Itulah
Erasmus. Kapal perang merangkap kapal dagang berbobot mati dua ratus enam puluh ton.
Bertolak dari Rotterdam dengan dua puluh meriam dan satu-satunya kapal yang selamat
dari armada ekspedisi pertama yang dikirim kerajaan Belanda untuk memporak-porandakan
musuh di Dunia Baru (sekarang benua Amerika). Kapal Belanda pertama yang pernah
menerobos rahasia-rahasia Selat Magelhaens. Empat ratus sembilan puluh enam awak.
Semuanya sukarelawan. Semuanya orang Belanda kecuali tiga dari Inggris"dua nakhoda,
satu perwira. Tugasnya: merampas dan membakar harta orang Spanyol dan Portugis di
James Clavell BUKU PERTAMA 1 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Dunia Baru, membuka jalan bagi konsesi-konsesi dagang, menemukan pulau-pulau baru di
Samudra Pasifik untuk dijadikan pangkalan dan menuntut daerah itu bagi kerajaan Belanda
dan diharapkan dalam waktu tiga tahun tugas selesai.
Orang-orang Belanda pemeluk agama Protestan ini telah berperang selama lebih dari
empat dasawarsa, berjuang keras melepaskan diri dari penindasan majikan-majikan Spanyol
yang mereka benci. Kerajaan Belanda, yang terkadang disebut juga Holland, Nederland atau
negeri Tanah Rendah, masih tergolong bagian sah dari kerajaan Spanyol. Inggris, kerajaan
pertama yang menolak kedaulatan Paus di Roma dan kemudian menjadi Protestan lebih dari
tujuh dasawarsa yang lalu, juga telah berperang melawan Spanyol sejak dua puluh tahun
belakangan ini dan secara terang-terangan bersekutu dengan kerajaan Belanda selama satu
dasawarsa. Angin meniup lebih dahsyat dan kapal tiba-tiba bergerak maju. Ia melaju dengan tiangtiang yang sebagian telanjang kecuali tiang penangkal badai teratas. Dan sekalipun air
pasang dan badai membuatnya terombang-ambing namun ia tetap tegar melaju ke arah cakrawala yang mulai menghitam.
Pasti lebih banyak badai di sana, Blackthorne bergumam sendiri. Juga batu karang. Juga
pasir. Laut tak dikenal. Bagus. Aku telah menggumuli laut sepanjang hayat dan menang.
Akan selalu menang. Sekarang pun pasti menang. Mengapa tidak"
Aku ini nakhoda Inggris pertama yang berhasil melayari Selat Magelhaens. Ya, yang
pertama dan nakhoda pertama pula yang pernah melayari perairan Asia, di samping
sejumlah kecil bangsat-bangsat Portugis dan anak-anak jadah Spanyol yang masih mengira
bahwa merekalah yang empunya dunia ini. Orang Inggris pertama di perairan ini.
Begitu banyak yang pertama, sebelumnya. Ya, begitu banyak. Dan begitu banyak pula
kematian untuk memperolehnya.
Sekali lagi ia mengendus mencium angin, namun tetap tak ada petunjuk adanya
daratan. Diamat-amatinya laut lepas, namun warnanya tetap kelabu dan suram.
Tak satu pun tumbuhan ganggang atau bercak warna pemberi petunjuk adanya
gundukan pasir. Dilihatnya ujung-ujung runcing batu karang lain nun jauh di sebelah kanan
geladak, namun itu tak berarti apa-apa baginya. Selama sebulan ini gugusan batu karang di
sana-sini memang sempat menakutkan mereka, namun sama sekali belum tampak daratan.
James Clavell BUKU PERTAMA 2 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Lautan ini benar-benar tak berkesudahan, pikirnya. Bagus. Untuk itulah kita dilatih"untuk
mengurangi lautan yang tak dikenal, untuk mempetakannya dan kembali pulang. Sudah berapa lama meninggalkan rumah" Setahun tambah sebelas bulan tambah dua hari. Tempat
pendaratan terakhir adalah Chili, seratus tiga puluh dua hari yang lalu, di seberang samudera
yang pertama kali dilayari Magelhaens delapan puluh tahun yang lewat, Samudera Pasifik.
Blackthorne dilanda rasa lapar yang amat sangat dan bibir serta tubuhnya terasa nyeri
oleh kudis. Dipaksanya kedua belah matanya memperhatikan arah kompas dan dipaksanya
otaknya memperkirakan posisi. Sekali saja alur kisah telah tercatat dalam buku pedoman
nakhoda pedoman lautnya"dia boleh merasa aman dalam bintik kecil di lautan luas ini.
Dan kalau dia aman, kapalnya pun akan aman dan bersama-sama, mereka mungkin akan
bertemu Jepang-Jepang itu atau bahkan Raja Kristen si Prester John dengan Kekaisaran
Emasnya yang menurut legenda terletak di Utara Cina, di mana pun letak Cina itu.
Dan dengan bagian kekayaan yang kudapat, aku akan berlayar lagi ke sebelah barat ke
arah rumah. Aku, nakhoda Inggris pertama yang mengelilingi dunia dan aku takkan
meninggalkan rumah lagi. Tak akan. Demi kepala anakku!
Sentuhan angin membuyarkan lamunannya yang sedang menerawang dan membuatnya terjaga. Tidur sekarang adalah tolol. Kau takkan pernah terjaga lagi dari tidur itu,
pikirnya, lalu dibentangkannya kedua belah tangannya untuk melenturkan otot-otot yang
kaku di punggungnya dan dililitkannya jubahnya lebih erat lagi ke sekujur tubuhnya.
Dilihatnya sebagian layar-layar terkembang seimbang dan kemudian terikat aman. Si
panjarwala, Salamon si bisu masih berjaga. Begitu sabarnya dia duduk mendekam dan
berdoa supaya daratan cepat terlihat.
"Pergilah ke bawah, Nakhoda. Saya yang akan berjaga kalau Tuan suka." Mualim Tiga,
Hendrik Specz, tampak memaksa dirinya menaiki tangga kapal, wajahnya kelabu tanda
lelah, sepasang matanya cekung, kulitnya penuh bisul dan kekuning-kekuningan. Dia
bersandar kuat-kuat pada kompas untuk menjaga keseimbangan diri sambil muntah sedikit.
"Jesus, terkutuklah hari aku meninggalkan Holland."
"Di mana si mualim, Hendrik"
"Di tempat tidurnya. Dia tak bakal ke luar dari tempat keparatnya itu. Tak akan,
James Clavell BUKU PERTAMA 3 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
pokoknya tidak sekitar hari kiamat ini."
"Dan Kapten?" "Sedang mengerang, minta makan dan minum." Hendrik meludah. "Saya katakan
padanya akan saya panggangkan ayam kebiri dan menghidangkannya di atas sepiring perak
dengan sebotol brandy buat cuci sekalian Scheit-Huis! Coot!"*
"Jaga mulutmu!"
"Baik, Pilot. Tapi dia tak lebih dari bangsat pelahap belatung dan kita semua akan mati
karena dia." Lelaki muda itu kembali muntah dan mengeluarkan lendir berwarna. "Jesus
yang baik, tolonglah anakMu."
"Kembali ke bawah sana! Balik lagi nanti! Subuh-subuh!"
Hendrik mendudukkan dirinya pelan-pelan sambil menahan nyeri di atas kursi kapal
yang satunya. "Bau mayat di bawah. Saya akan berjaga kalau Tuan suka. Ke mana arahnya?"
"Ke mana saja angin membawa kita."
"Di mana daratan yang Tuan janjikan" Di mana Jepang jepang itu" Di mana coba, saya
tanya?" "Di depan." "Selalu di depan! Gottimhimmel*. Pelayaran ini tidak termasuk tugas kita. Taik!
Seharusnya saat ini kita sudah di rumah. Aman. Perut kenyang, tidak mengejar-ngejar api
gunung St. Elmo lagi."
"Turun ke bawah atau jaga mulutmu!"
Dengan wajah memberengut Hendrik memalingkan mukanya dari lelaki ber-perawakan
tinggi dan berjenggot itu. Di mana kita sekarang" Ia ingin bertanya, Mengapa aku tak boleh
melihat buku pedoman nakhoda yang dirahasiakan itu" Namun dia juga tahu kita tak boleh
menanyakan hal itu pada Nakhoda, khususnya yang satu ini. Sekalipun begitu, pikirnya, aku
berharap aku akan tetap kuat dan sehat seperti waktu meninggalkan Holland. Jadi aku tak
perlu menunggu lagi. Akan kuhantam matamu yang kelabu itu sekarang juga dan
kuhentikan senyummu yang memabukkan itu dari mukamu dan mengirimmu langsung ke
tempatmu yang pantas di neraka. Kemudian aku yang akan menjadi Kapten Pilot dan kami
akan menjadi orang Belanda pertama yang memimpin kapal bukan milik orang asing dan
James Clavell BUKU PERTAMA 4 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
semua rahasia akan aman di tangan kita, karena tak lama lagi kami akan berperang
melawanmu, Inggris. Kami juga menginginkan hal yang sama: menguasai lautan, mengawasi
lalulintas kapal dagang, menguasai Amerika dan mencekik Spanyol.
"Mungkin Jepang-Jepang itu sebenarnya tak ada," gerutu Hendrik tiba-tiba, wajahnya
murung. "Gottbewonden legend. Itu mungkin hanya legenda Tuhan di surga."
"Itu benar ada. Di antara garis lintang tiga puluh dan empat puluh di utara. Sekarang
jaga mulutmu atau pergi ke bawah."
"Ada orang mati di bawah, Pilot," Hendrik menggerutu lalu menatap ke depan,
membiarkan pikirannya menerawang.
Blackthorne beringsut dari kursi nakhodanya, tubuhnya terasa kian nyeri hari ini. Kau
masih lebih mujur, mereka semuanya lebih mujur dari Hendrik. Bukan, bukan lebih mujur.
Lebih hati-hati. Kau masih menghemat buahmu sementara yang lain menghabiskannya
tanpa pikir panjang. Mengabaikan peringatan yang kaukeluarkan. Karenanya sekarang
kudismu itu masih tetap lunak, sedang kudis mereka terus-menerus berdarah. Perut mereka
sudah mulai terkuras. Mata mereka mulai merah dan berair dan gigi-gigi mereka sudah
mulai rontok atau emailnya rusak hingga kepala. Mengapa manusia tak pernah mau belajar"
Dia tahu bahwa mereka semua takut kepadanya, bahkan Kapten-Pilot pun demikian
pula dan itulah yang paling dibencinya. Tapi itu biasa, sebab nakhodalah yang memerintah
di lautan; memang dialah yang menentukan arah kapal dan menakhodainya. Dialah yang
membawanya dari pelabuhan yang satu ke pelabuhan yang lain.
Pelayaran hari ini berbahaya karena peta-peta navigasi yang sedikit dan tidak jelas itu
boleh dikatakan tak ada gunanya. Dan sudah jelas tak bakal mampu menetapkan garis bujur
yang dikehendaki. "Cari bagaimana menetapkan garis bujur dan kau akan menjadi orang terkaya di dunia
begitu, Bayangkan! Sri Ratu akan memberimu sepuluh ribu pound berikut gelar bangsawan
dengan segala kemudahannya atas jawaban teka-teki itu. Orang-orang Portugis pemakan
taik itu malah akan memberimu lebih banyak lagi"kapal dagang emasnya. Dan anak-anak
jadah Spanyol itu akan memberimu dua puluh kapal! Kalau jauh dari daratan, kau akan
selalu kehilangan pegangan, nak." Blackthorne teringat saat itu. Caradoc berhenti sesaat dan
menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Kau akan terhilang, nak. Akan terhilang!
James Clavell BUKU PERTAMA 5 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Kecuali..." "Kecuali kita memiliki buku pedoman nakhoda!" Blackthorne akan selalu berseru
dengan gembira, karena mengetahui dirinya telah berhasil memahami pelajaran dengan
baik. Ketika itu dia masih tigabelas tahun tapi sudah setahun menjadi murid Alban Caradoc,
nakhoda dan pembuat kapal yang ulung. Orang tua ini sudah seperti ayahnya sendiri yang
sudah tiada. Dan dia tak pernah memukulnya, malah mengajar dirinya dan nnak-anak lelaki
sebayanya segala rahasia pembuatan kapal dan cara menggumuli laut dengan akrab.
Buku pedoman nakhoda adalah buku kecil berisi catatan terperinci milik seorang
nakhoda yang dahulu pernah ke sana. Buku itu mencatat arah magnit kompas di antara
pelabuhan dan tanjung, semenanjung dan selat. Buku itu juga mencatat bunyi, kedalaman
serta warna air dan sifat-sifat dasar laut. Juga memaparkan bagaimana caranya sampai di
sana dan bagaimana kita kembali; berapa hari kita berlayar pada jalur laut yang khusus, pola
angin, kapan angin berhembus dan dari mana; arus jenis apa yang akan kita hadapi, dan dari
mana datangnya; saat-saat ada badai dan saat-saat angin bagus bertiup; di mana kapal
dimiringkan dan di mana dia diisi air, di mana ada kawan dan di mana ada lawan, beting*
batu karang, air pasang, tempat singgah, pokoknya segala sesuatu yang diperlukan pada
sebuah pelayaran. Bangsa Inggris, Belanda dan Prancis selalu memiliki buku pedoman nakhoda bagi
perairannya, namun sisa perairan dunia hanya pernah dilayari oleh nakhoda-nakhoda
Portugis dan Spanyol, dan kedua negeri ini menganggap semua buku pedoman nakhoda itu
rahasia. Buku pedoman nakhoda yang sanggup mengungkapkan jalur laut menuju Dunia
Baru atau menyibak Selat Magelhaens dan Tanjung Harapan adalah milik dan penemuan
bangsa Portugis. Sejak saat itu jalur laut yang menuju ke Asia dijaga ketat dan dianggap
sebagai harta nasional oleh bangsa Portugis dan Spanyol, lalu dengan upaya yang sama
kerasnya jalur itu dicari oleh lawan-lawan mereka, bangsa Belanda dan Inggris.
Namun buku pedoman nakhoda yang baik tergantung dari nakhoda yang menulisnya.
Kemudian tergantung dari ahli menulis halus yang mengutipnya serapi barang cetakan yang
saat itu masih jarang didapat dan akhirnya tergantung dari seorang ilmuwan yang
menerjemahkannya. Buku pedoman nakhoda karenanya, dapat mencetak kekeliruan.
Bahkan juga yang disengaja. Seorang nakhoda takkan pernah mengetahui hal itu sampai dia
James Clavell BUKU PERTAMA 6 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
sendiri pernah berada di tempat itu. Paling tidak sekali.
Di laut, nakhoda adalah pemimpin, pedoman, dan wasit satu-satunya bagi anak
buahnya. Dia adalah Dewa. Penguasa tunggal. Dan dia seorang diri memerintah dari
geladak belakang. Ah, anggur yang memabukkan itu, ujar Blackthome pada dirinya sendiri. Sekali diteguk,
ia tak akan pernah terlupakan. Selalu dicari. Selalu dibutuhkan. Dia termasuk kekuatan yang
mampu membuatmu tetap hidup sementara yang lainnya mati.
"Kau bisa terus berjaga, Hendrik?"
"Ya, ya, aku rasa begitu."
"Akan kukirimkan pengganti si panjarwala. Jaga supaya dia berdiri di angin dan
bukannya di keteduhan. Itu akan membuatnya peka dan awas." Untuk sesaat, Blackthorne
bertanya pada diri sendiri apakah dia akan memutar jalan kapal searah dengan angin lalu
memhuang jauh semalam atau tidak. Tapi sesaat kemudian dia memutuskan untuk
mengurungkan niat itu, lalu menuruni tangga geladak dan membuka pintu kabin muka.
Tangga itu menuju ke tempat tinggal awak kapal. Kabin itu mengambil lebar badan kapal,
dengan tempat tidur dan tempat tidur gantung bagi seratus duapuluh orang. Udara hangat
mengelilinginya dan Blackthome diam-diam memanjatkan syukur. Ia mengabaikan bau
amis yang datang dari lambung kapal di bawah. Di antara dua puluh awak itu, tak seorang
pun terlihat bergerak di tempat tidurnya.
"Ke atas kau, Maetsukker," ujar Blackthome dalam bahasa Belanda, salah satu bahasa
pergaulan di negaranegara Tanah Rendah yang dikuasainya dengan sempurna, di samping
bahasa Portugis, Spanyol dan Latin.
"Saya hampir mati," ujar lelaki berperawakan kecil dan berprofil tajam itu sambil
meringkuk lebih dalam lagi di tempat tidumya. "Saya sakit, lihat, kudis ini sudah
menanggalkan gigiku. Oh Jesus! Tolonglah, kita semua akan mampus! Kalau tidak karena
kau, kita semua sudah sampai di rumah, Aman! Saya ini pedagang. Saya bukan pelaut. Saya
tidak tahu apa-apa coal. Taut. Lainnya saja!. Itu Johann di sana ..." Dia berteriak begitu
Blackthome menariknya keluar tempat tidurnya dan mendorong tubuhnya ke pinto. Darah
memenuhi mulutnya dan dia tertegun. Tendangan yang kasar pada rusuknya
menyadarkannya dari nanamya.
James Clavell BUKU PERTAMA 7 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Bawa pantatmu ke atas dan diam di sana sampai kau mampus atau kita mendarat."
Lelaki itu membuka pinto dan melangkah dengan perasaan tersiksa. Blackthome
memandangi anak buahnya satu persatu. Mereka membalas pandangannya. "Bagaimana
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keadaanmu, Johann?" "Cukup baik, Pilot. Mungkin saya bisa bertahan."
Johann Vinck berusia empatpuluhtiga tahun, kepala penembak meriam dan orang tertua
di kapal. Dia botak dan ompong. Kulitnya bagai warna pohon oak tua, tapi masih kuat.
Enam tahun yang lewat, dia ikut Blackthorne berlayar dalam ekspedisi yang sial ke arah
timur laut dan karena itu mampu mengukur kemampuan masing-masing.
"Orang-orang seumurmu kebanyakan sudah mati, jadi kau melebihi kami semua di sini."
Blackthorne baru tiga puluh enam.
Vinck tersenyum ceria. "Itu karena brandy, Nakhoda. Juga karena tidak berzina dan aku
menjalani kehulupan suci seperti Santo."
Tak seorang pun tertawa. Lalu ada yang menunjuk tic tempat tidur. "Pilot, si serang*
mati." "Kalau begitu, bawa mayatnya ke atas! Mandikan dan tutup kelopak matanya! Kau, kau
dan kau!" Anak buahnya cepat-cepat melompat dari pembarint;annya kali ini dan bersama-sama
mereka setengah menyeret dan setengah menggotong mayat itu dari kabin.
"Kau berjaga sampai subuh, Vinck. Dan Ginsel, kau panjarwala."
"Siap, Pak." Blackthome kembali ke geladak.
Dilihatnya Hendrik masih berjaga dan kapal masih dalam keadaan baik. Si panjarwala
yang baru digantikan, Salamon, tersandung-sandung lewat di depannya. Ia seperti orang
sekarat. Matanya bengkak dan merah karena pukulan angin. Blackthome menyeberangi
pintu yang satu lagi dan pergi ke bawah. Lorongnya menuju ke kabin besar di buritan,
kamar Nakhoda kepala sekaligus gudang amunisi. Kabinnya sendiri di sebelah kanan dan
yang lain, yang di samping, biasanya untuk ketiga mualim. Saat ini, Baccus van Nekk, si
pemimpin para pedagang, Hendrik, mualim tiga dan si pesuruh, Croocq, menempatinya
bersama-sama. Semuanya sakit.
James Clavell BUKU PERTAMA 8 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Blackthorne melangkah ke kabin besar. Si Kapten-Jenderal, Paulus Spillbergen, tengah
berbaring setengah sadar di tempat tidurnya. Dia berperawakan pendek, berkulit kemerahan.
Biasanya amat tambun, namun sekarang kurus kering, lipatan-lipatan perut buncitnya kini
terlihat kempes. Blackthorne menarik kendi air dari sebuah laci yang tak kelihatan dan membantu
rekannya mereguknya sedikit.
"Terimakasih," ujar Spillbergen lemah. "Mana daratan"mana daratan?"
"Di depan," bisik Blackthome, seperti tak lagi mempercayai jawabannya sendiri. Ia lalu
meletakkan kendi air itu jauh-jauh dan cepat-cepat menutupi kedua telinganya dari erangan
rekannya. Blackthome melangkah pergi dengan kebencian yang semakin bertambah
terhadapnya. Hampir setahun yang lalu keduanya berhasil mencapai Tierra del Fuego, tiupan angin
saat itu cukup baik bagi upaya melayari Selat Magelhaens yang tak dikenal sebelumnya. Tapi
Nakhoda kepala memerintahkan pendaratan untuk mencari emas dan harta karun.
"Demi Kristus, lihat pantainya, Kapten-Jenderal! pasti tak ada harta karun di lautan
sampah itu." "Legenda mengatakan tempat itu kaya emas dan kita dapat menuntut daratan itu bagi
kejayaan Nederland!"
"Orang-orang Spanyol pernah berkuasa di sini selama limabelas tahun."
"Mungkin! Tapi mungkin juga tak sampai ke selatan ini," Pilot Mayor.
"Di sini musim-musim berbeda, Pilot-Mayor. Bulan Mei, Juni, Juli, Agustus adalah
musim dingin yang mematikan. Buku pedoman nakhoda mencatat kalau kita terlambat, kita
mengalami saat genting menembus selat itu, angin berganti arah lagi dalam beberapa
minggu, lalu kita terpaku di sini, musim dingin di sini biasanya berbulan-bulan."
"Berapa minggu, Pilot?"
"Buku pedoman nakhoda mengatakan delapan. Tapi musim-musim itu tak selalu
sama." "Kalau begitu kita jelajahi saja selama satu-dua minggu. Itu sudah cukup dan kemudian
kalau perlu kita ke utara lagi. Menjarah kota-kota lebih banyak lagi. Bagaimana tuan-tuan?"
"Kita harus mencobanya sekarang, Kapten-Jenderal. Spanyol hanya punya sedikit kapal
James Clavell BUKU PERTAMA 9 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
dagang di Pasifik. Tapi di sini lautan-lautannya dijejali mereka. Dan mereka mencari kita.
Sebaiknya kita pergi saja. Sekarang juga."
Namun Kapten-Jendral mengunggulinya dan berhasil memenangkan suara dari ketiga
kapten yang lain"tapi bukan ketiga Pilot yang lain, satu orang Inggris dan tiga orang
Belanda"dan memimpin penjarahan yang sia-sia di pesisir.
Angin berubah arah agak dini tahun itu dan mereka harus mengalami musim dingin di
sana, si Kapten-Jenderal takut pergi ke utara karena armada Spanyol. Saat itu sudah empat
bulan mereka di sana dan seratus lima puluh enam orang dalam kapal itu meninggal karena
lapar, dingin dan disentri, sebagian dari mereka malah sudah menggigiti kulit anak sapi yang
menutupi tali-tali tambang. Badai dahsyat di selat itu telah memporakporandakan armada
Belanda. Erasmus adalah satu-satunya kapal yang berlabuh di Chile. Mereka menunggu
kedatangan kapal lainnya selama berbulan-bulan, dan kemudian, ketika armada Spanyol
mulai mendekat, mereka pun memutuskan untuk berlayar kembali. Buku pedoman nakhoda
yang dirahasiakan itu hanya mencatat keterangan sampai di Chile.
Blackthorne kembali ke lorong, membuka pintu kabinnya sendiri dengan anak kunci,
kemudian menguncinya kembali. Kabinnya bertiang rendah, kecil dan rapi, dan dia harus
merunduk waktu tubuhnya memasuki kabin dan mencari kursi untuk duduk. Dibukanya
sebuah laci dengan anak kunci dan dengan hati-hati dibukanya bungkus buah apel terakhir
yang telah dimakannya sedikit demi sedikit sepanjang perjalanan dari kepulauan Santa
Maria, di lepas pantai Chili. Buah itu sudah lembek, dan berjamur di bagian yang busuk.
I)ipotongnya seperempat dan tampak beberapa ekor beIatung di dalamnya. Tanpa pikir
panjang dikunyahnya, sambil mengingat-ingat legenda laut kuno bahwa belaiung apel
berkhasiat untuk melawan kudis, sama berkhasiatnya dengan buahnya sendiri dan lagi, kalau
rligosokkan ke gusi, binatang itu malah sanggup mencegah gigi rontok. Pelan-pelan saja ia
mengunyah karena gigi-giginya terasa ngilu dan gusinya terasa nyeri dan lembek, lalu
diteguknya air dari kantong kulit.Rasanya anyir. Lalu dibungkusnya kembali sisa apelnya
dan dikuncinya di dalam laci.
Seekor tikus menyelinap cepat-cepat di bawah cahaaya yang terbias dari lentera di atas
kepalanya. Kayukayu berderik nyaring. Lipas merayap di lantai.
Aku letih. Aku begini letih.
James Clavell BUKU PERTAMA 10 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Blackthorne menatap sekilas ke arah tempat tidur. Panjang dan sempit, tikar pandannya
serasa mengundang. Aku begini letih. Pergilah tidur sejam ini saja, setan di dirinya mendesak. Atau sepuluh menit saja dan
kau akan segar kembali buat seminggu. Kau cuma bisa punya waktu sekian jam dari sekian
hari sekarang ini, dan kebanyakan di antaranya hanya berdiri di atas, di udara dingin. Kau
harus tidur. Tidur. Anak buahmu menggantungkan diri padamu.
"Tidak, besok saja aku tidur," ujarnya keras-keras dan dipaksanya tangannya membuka
petinya dengan anak kunci dan menarik keluar buku pedoman nakhodanya. Dilihatnya buku
pedoman satunya, milik Portugis, masih selamat dan belum tersentuh dan ini membuatnya
senang. Cepat-cepat diambilnya pena bulu ayamnya lalu mulai menulis: 21 April, 1600. Jam
kelima. Senjakala. Hari ke 133 dari kepulauan Santa Maria, Chili, 32 derajat di garis lintang
utara. Laut berombak, angin kencang dan kapal memasang layar penuh seperi biasa. Warna laut
kelabu kehijauan dan tanpa dasar. Kami masih terus berlayar mengikuti angin searah 270
derajat, dan dengan sigap membelok ke utara barat laut, kira-kira dua mil darat, masing-masing
tiga mil pada jam irii. Batu-batu karang besar berbentuk segitiga mulai terlihat dalam setengah
jam belakangan ini, di sebelah utara timur laut, berjarak setengah mil darat'.
'Tiga awak meninggal pada malam hari karena kudis, Joris, si pembuat layar, Reiss si
penembak meriam, dan Mualim Dua, de Haan. Setelah mendoakan arwah mereka pada Tuhan,
dan didampingi oleh si Kapten-Jenderal yang masih juga sakit, kulemparkan mayat-mayat ke laut
tanpa selubung apa pun, sebab tak ada yang mampu membuatnya. Hari ini serang kapal, Rijckloff
meninggal'. 'Aku tak sanggup menafsirkan posisi matahari pada tengah hari ini, lagi-lagi karena cuaca
mendung. Tapi aku menduga kapal kita masih terus berlayar menurut kompas dan pendaratan di
Jepang itu akan segera terlaksana...'
"Tapi seberapa cepat" tanyanya pada lentera laut yiing tergantung di atas kepalanya,
terayun-ayun bersama olengnya kapal. "Bagaimana cara membuat peta" Mesti ada caranya,
ujarnya pada diri sendiri seperti y,ing telah dilakukannya berjuta-juta kali. Bagaimana
tnenentukan garis bujur" Mesti ada caranya. Bagaimanii caranya mengawetkan sayuran" Apa
itu kudis" " James Clavell BUKU PERTAMA 11 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Orang bilang itu wabah dari laut, nak," Alban Caradoc selalu berkata. Dia lelaki
berperut gendut, berhati lembut dan jenggotnya yang kelabu selalu kusut.
"Tapi apakah kita bisa merebus sayuran dan meiigawetkan air kaldu?"
"Semuanya akan layu, nak. Belum ada orang yang menemukan bagaimana cara
mengawetkannya." "Orang bilang Francis Drake akan segera berlayar."
"Tidak. Kau tak boleh pergi, nak."
"Saya hampir empatbelas. Tim dan Watt sudah di Mitu dan Drake membutuhkan
siswa." "Mereka sudah enambelas. Kau baru tigabelas "
"Orang bilang Drake akan mencoba melayari Selat Magelhaens, lalu ke atas, ke pesisir
menuju daerah yang belum dijelajahi orang ke pantai-pantai California untuk menemukan
Selat Anian yang menghubungkan Numudra Pasifik dan Atlantik. Dari pantai-pantai
California terus berlayar menuju New Foundland, ke Terusan Barat Laut, sampai
akhimya"." "Apa yang disebut. Terusan Barat Laut, nak. Belum ada yang dapat membuktikan
kebenaran legenda itu."
"Drake akan membuktikannya. Dia sudah Laksamana sekarang dan kita akan
merupakan kapal Inggris pertama yang melayari Selat Magelhaens, yang pertama di
Samudra Pasifik, yang pertama dan saya takkan punya kesempatan seperti ini lagi."
"Oh ada, Drake takkan mampu menyibakkan rahasia-rahasia ke Selat Magelhaens
kecuali dia mencuri buku pedoman nakhoda atau menawan seorang pilot Portugis untuk
memimpinnya kesana. Belajarlah bersabar, nak. Kau masih harus banyak belajar."
"Saya mohon!" "Tidak." "Mengapa?" "Karena dia akan pergi berlayar dua atau tiga tahun atau mungkin lebih. Yang lemah
dan yang muda-muda. Hanya diberi makanan yang paling enak dan air yang paling sedikit.
Dan di antara kelima kapal yang berangkat, hanya kapalnya yang akan kembali. Kau takkan
hidup, nak." James Clavell BUKU PERTAMA 12 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Kalau begitu saya hanya akan magang di kapalnya. Saya kuat. Dia pasti akan
mengambil saya!" "Dengar, nak. Aku kenal Drake. Aku pernah bersamanya di Judith, kapalnya yang
berbobot mati lima puluh ton, di San Juan de Ulua waktu kita berdua bersama Laksamana
Hawkins"dia di Minion"berjuang mati-matian mencari jalan keluar dari pelabuhan untuk
melewati orang-orang Spanyol pemakan taik itu. Kits berdagang budak-belian dari Guinea
ke daratan Spanyol, tapi kita tak punya izin Spanyol buat perdagangan ini dan mereka
menipu Hawkins dan menjebak armada kita. Mereka punya tiga belas kapal, yang besarbesar kita cuma enam. Kita berhasil menenggelamkan tiga dan mereka menenggelamkan
empat Swallow, Angel, Caravell dan Jesus of Lubeck, Drake memang berhasil
menyelamatkan kami, dan menghantar kita pulang, dan hanya sebelas yang mampu
menuturkan itu semua sisa awak kapal Hawkins hanya limabelas orang, dari empat ratus
delapan pelaut gila. Itu saja yang selamat, tidak termasuk kami-kami ini!. Drake tak
mengenal ampun, nak. Dia menginginkan kejayaan dan emas, tapi hanya buat dirinya
sendiri dan sudah terlalu banyak orang mati karena itu."
"Tapi saya takkan mati. Saya akan menjadi salah seorang?"
"Tidak. Masa belajarmu duabelas tahun. Jadi masih sepuluh tahun lagi baru kau bisa
bebas. Tapi sampai saat itu, sampai tahun 1588, kau hanya akan belajar bagaimana caranya
membuat kapal dan bagaimana mengepalai anak buahmu. Kau akan mematuhi Alban
Caradoc, pakar membuat kapal, Pilot dan Anggota Trinity House, atau kau takkan pernah
punya surat izin nakhoda. Dan kalau kau tak punya surat itu, kau takkan pernah mengepalai
kapal mana pun diperairan Inggris. Kau takkan pernah berdiri di geladak belakang kapal
Inggris mana pun dan di perairan mana pun karena itu adalah hukum Raja Harry yang baik.
Moga-moga Tuhan menerima arwahnya. Itulah hukum Ratu Mary Tudor, si Ratu melacur.
Moga-moga arwahnya tersiksa di neraka. Itulah hukum Sri Ratu. Moga-moga dia memerintah selamanya. Itulah Hukum Inggris hukum laut terbaik yang pernah.ada."
Blackthorne masih ingat betapa bencinya dia pada gurunya saat itu, dan juga pada
Trinity House yang diciptakan Henry VIII pada tahun 1514. Lembaga yang menentukan
pelatihan dan pemberian surat izin untuk semua nakhoda Inggris dan para pakarnya.
Kemudian dia membenci dirinya sendiri yang setengah terikat selama dua belas tahun
James Clavell BUKU PERTAMA 13 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
berikutnya, tapi yang disadarinya bahwa tanpa hal itu dia takkan memperoleh sesuatu yang
diinginkannya di dunia ini. Dan kebenciannya terhadap Alban Caradox bertambah ketika
Drake dan kapalnya yang berbobot mati seratus ton, Golden Hind, secara ajaib kembali ke
Inggris setelah menghilang selama tiga tahun. Kapal Inggris pertama yang mengelilingi
dunia, yang membawa serta bersamanya hasil jarahan terbanyak yang pernah diangkut
kembali ke pantai-pantai ini: sejumlah satu setengah juta pound sterling dalam wujud emas,
perak, rempah-rempah dan piring.
Bahwa kemudian empat dari lima kapal telah hilang dan delapan dari setiap sepuluh
awak kapal hilang dan bahwa Tim dan Watt juga hilang dan bahwa justru pilot Portugislah
yang ditawan yang telah memimpin ekspedisi itu bagi Drake lewat Selat Magelhaens
menuju ke Samudra Pasifik, tak juga mampu meredakan kebencian di dadanya; bahwa
Drake terbukti menggantung seorang perwira, mengucilkan pendeta Fletcher, dan gagal
untuk menemukan Terusan Barat Laut itu, tidak juga mengurangi kekaguman bangsa
Inggris terhadapnya. Sri Ratu mengambil limapuluh persen dari harta karun itu dan
memberinya gelar bangsawan. Kaum aristokrat dan para pedagang yang telah ikut mempertaruhkan uangnya bagi ekspedisi itu, menerima keuntungan tigaratus persen dan bahkan
memohon untuk dapat mendukung pembiayaan pembajakannya yang berikut. Dan semua
pelaut memohon untuk berlayar dengannya, karena walaupun Drake sendiri pernah dijarah,
ia masih mampu kembali ke rumah, dan dengan pembagian jarahan secara merata, awak
kapalnya yang masih bertahan, menjadi kaya seumur hidup.
Aku pasti akan hidup, Blackthome berkata pada diri sendiri. Aku bisa. Dan bagianku
dari harta rampasan itu nanti akan cukup untuk"
"Rotz vooruiiiiiiit"
Karang di depan! Teriakan itu lebih mengenai perasaannya daripada pendengarannya semata. Kemudian,
bercampur dengan amukan badai, kembali didengarnya lolongan itu.
Saat itu ia tengah berada di kabin, di bawah tangga geladak belakang. Jantungnya
berdetak keras, tenggorokannya terasa kering. Malam sudah mulai pekat sekarang dan
hujan. Hal itu membuat hatinya riang sedikit karena ia tahu kain terpal penampung air
hujan, yang dibuat sekian minggu yang lalu, akan cepat penuh bahkan bisa kebanjiran.
James Clavell BUKU PERTAMA 14 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Dibukanya mulutnya untuk menyambut curah hujan panas, dicicipinya rasa manisnya, lalu
dibalikkannya tubuhnya membelakangi badai.
Dilihatnya Hendrik tak mampu bergerak karena ketakutan. Si panjarwala, Maetsukker,
yang gemetar di dekat haluan, tengah berteriak tak keruan, telunjuknya menunjuk ke depan.
Kemudian dia sendiri melemparkan pandang ke seberang kapal. Batu karang itu kira-kira
berjarak 200 meter di depan, kumpulan batu karang hitam raksasa yang diterpa ombak laut
yang lapar. Rentetan buih dari terpaan ombak melebar ke kiri dan kanan kapal, dan
memecah sesekali. Badai mengangkat seonggokan busa dan melemparkannya di kegelapan
malam. Tali bendera depan ikut terhempas dan tiangg kapal teratas patah. Layarnya
bergetar pada porosnya namun masih tetap tegak, dan laut menerpa kapal itu tanpa ampun
menuju kehancurannya.
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Semua ke geladak!" Blackthome berseru, dan membunyikan lonceng seperti orang gila.
Suara gaduh itu menyadarkan Hendrik dari nanarnya. "Kita tersesat!" teriaknya dalam
bahasa Belanda. "Oh Jesus, tolonglah!"
"Kumpul semua di geladak! Kalian bangsat! Kalian tidur rupanya! Kalian ketiduran!"
Blackthorne mendorong tubuh Hendrik ke arah tangga geladak, lalu berpegang pada
kemudi, melepaskan ikatan pelindung dari jari jerujinya, menabahkan hatinya sendiri, dan
mulai membanting kemudi kapal dengan keras ke kiri.
Dikerahkannya seluruh kekuatannya ketika kemudi kapal terkena semburan air. Seluruh
badan kapal terasa bergetar. Lalu haluannya mulai terayun dengan kecepatan yang semakin
bertambah bersamaan dengan hembusan angin yang semakin kencang dan tak lama
sesudahnya kapal mereka pun sudah kembali berada di laut lepas. Layar penangkal badai
pun mengembang dan dengan perkasa mencoba menyeret seisi kapal sendirian. Seluruh talitemalinya menegang, menderu dihembus angin. Ombak berikutnya terlihat meninggi di atas
kepala mereka, dan kapal saat itu tengah berlayar sejajar dengan batu karang, ketika
dilihatnya gelombang besar itu datang bergulung mendekat. Ia berteriak memberi
peringatan pada semua anak buahnya yang tengah berhamburan datang dari anjungan,
haluan sementara dia sendiri bergelantungan, menyelamatkan nyawanya.
Gelombang raksasa itu menerpa kapal dan Erasmus menjadi miring. Blackthorne
mengira kapalnya menggelepar tapi dia berhasil mengiraikan hempasan gelomhang itu dari
James Clavell BUKU PERTAMA 15 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tubuhnya bagai anjing basah yang mengiraikan bulunya dari air, lalu meluncur keluar dari
lembah gelombang. Air mengucur bagai air terjun melewati lubang pembuang dan
Blackthorne terengah-engah mencari udara untuk bernapas. Dilihatnya mayat seorang anak
buahnya yang telah diletakkan di atas geladak dan yang akan dikuburkan besok hilang terbawa gelombang. Dan gelombang berikut yang datang menyambangi terlihat lebih kuat.
Hendrik ditangkap dan dilemparkannya ke atas. Dalam keadaan megap-megap dan
meronta-rota mencuri napas, ia sampai di sisi kapal lalu terlempar ke samudra luas.
Gelombang berikut datang menyapu di seberang geladak dan Blackthorne membanting
kemudi kapal dengan sebelah lengannya dan cipratan air melewatinya. Kini tubuh Hendrik
hanya 50 yard di kiri. Hembusan gelombang berikut menggulung dan menyeretnya kembali
ke sisi lainnya, lalu gelombang panjang raksasa kembali datang melemparkannya tinggitinggi atas kapal, menahannya di sana sebentar diiringi jerit keputusasaannya kemudian
membawanya pergi dan melumatkan tubuhnya pada punggung karang, lalu menelannya
sekalian untuk terakhir kali.
Buritan kapal menghadap ke laut, mencoba melaju. Satu lagi tiang layar putus dan blok
serta takalnya berayun hebat sampai semuanya kusut bercampur dengan tali-temali.
Vinck dan seorang awak kapal lainnya menyeret dirinya sendiri ke geladak belakang dan
bersandaran ke kemudi untuk membantu. Blackthorne dapat melihat . karang raksasa di
sebelah kanannya tambah mendekat sekarang. Di depan dan di sebelah kirinya tampak semakin banyak jejeran batu karang, namun masih dilihatnya celah yang kosong di sana sini.
"Naik ke atas; Vinck. Layar utama!" Setapak demi setapak Vinck dan dua pelaut lainnya
menarik kembali tali-temali tiang-tiang utama kapal sementara yang lainnya di bawah,
bersandaran pada tali-temali untuk memberi bantuan.
"Awas di depan," Blackthorne. berteriak. Ombak menyapu sepanjang geladak dan
membawa seorang awak lainnya serta menghempaskan mayat si serang yang hilang kembali
ke atas kapal. Haluan kapal mengayun tinggi menembus air dan kembali memukul gelombang,
menghantarkan air lebih bniiyak lagi ke dalam. Vinck dan beberapa pelaut mengutuki layar
lewat tali-temalinya. Tiba-tiba layar itu terkembang, menderu bagai meriam begitu angin
menerpanya, dan kapal pun bergerak melaju.
James Clavell BUKU PERTAMA 16 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Vinck dan awak pembantunya terangkat di sana, mengayun di atas laut, lalu
melanjutkan kembali kutukunnya.
"Karang! Karang di depan!" Vinck menjerit.
Blackthorne dan awak kapal satunya membanting krrnudi ke kanan. Sejenak kapal
terasa kehilangan ketMrimbangan, kemudian berbalik dan berdebum keras ketika
sekumpulan batu karang membentur sisi kapal. 'I'upi benturan itu rupanya miring dan
hidung karang pun remuk. Kayu-kayu kapal tetap selamat dan para awaknya mulai bernapas
lega sekali lagi. Blackthorne melihat sesuatu di tengah karang di depan dan memutuskan untuk
membawa kapalnya ke sana. Angin berhembus lebih keras sekarang, laut terlihat lebih
ganas. Kapal pun membelok disertai hembusan angin keras dan kemudi terlepas dari
genggaman tangan-tangan mereka. Bersama-sama, mereka menggenggamnya kembali dan
memutarnya ke arah semula, sampai dia timbul-tenggelam dan menggeliat-geliat sekarat.
Air laut membanjiri kapal dan menerobos masuk hingga ke akil, menghempaskan seorang
awaknya mengenai sekat kedap air, seluruh geladak tergenang air.
"Pompa!" Blackthorne berteriak. Dilihatnya dua awak kapal pergi ke bawah.
Curah hujan menerpa wajahnya dan dikerjapkannya matanya menahan perih. Lentera
kompas dan buritan sudah lama padam. Kemudian bersamaan dengan hembusan angin
kencang yang semakin menjauhkan kapal itu dari arahnya, pelaut itu tergelincir dan kembali
kemudi terlepas dari genggaman Blackthorne. Pelaut tadi menjerit ketika jari-jari jeruji
kemudi yang berputar cepat menghantam sisi kepalanya dan dia langsung tergeletak di
tempat. Air laut menyapunya dengan belas kasihan. Lalu Blackthorne menariknya dan
memeganginya hingga ombak panjang itu lewat. Ketika dilihatnya orang itu sudah mati
dibiarkannya saja tubuhnya menelungkup di kursi kapalnya sampai gelombang berikutnya
menyapunya dari geladak kemudi itu.
Ceruk terjal yang melewati batu karang itu masih 75 derajat mengikuti arah angin dan
meskipun telah berusaha sebaik-baiknya, Blackthorne tetap tak mampu membuat kapalnya
melaju. Dengan putus asa dicarinya terusan yang lain tapi dia menyadari bahwasanya itu tak
ada, jadi dibiarkannya saja Erasmus tanpa hembusan angin untuk sementara sampai ia
memperoleh kecepatan yang diinginkan. Baru kemudian Blackthorne mulai lagi mem-
James Clavell BUKU PERTAMA 17 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
banting kemudi keras-keras searah dengan angin. Kapal itu berhasil malaju sedikit dan
mendapatkan arah. Terdengar getaran yang mengilukan dan menyiksa perasaan ketika lunasnya menggesek
batu karang di bawah dan semua awak kapal membayangkan mereka akan menyaksikan
kayu-kayu pohon oak itu terbelah dan air laut membanjir masuk. Sekarang kapal melesat
maju tanpa terkendali. Blackthorne berteriak-teriak minta tolong namun tidak ada yang mendengarnya. Jadi
dipegangnya kemudi seorang diri menghadapi samudera luas. Sekali Blackthorne terlempar
ke sisi namun dia berhasil menggenggam kemudi kembali dan memegangnya kuat-kuat,
sambil berpikir dengan otaknya yang mulai terasa tumpul, bagaimana kemudi itu bisa
bertahan hingga demikinn lama.
Ketika hampir mendekati terusan, laut berubah menjadi pusaran air, didorong oleh
badai dan terkepung oleh batu karang. Gelombang raksasa memukul batu karang lalu
meluncur balik menghantam arus yang baru, masuk hingga gelombang itu saling menghantam di antara mereka sendiri dan menggempur seluruh geladak kompas. Kapal itu
tersedot masuk ke pusaran air, berikut seluruh isinya dan sama sekali tidak berdaya.
"Taik kau, badai!" Blackthome naik darah. "Lepaskan tangan pemakan taikmu dari
kapalku!" Kemudi kapal berputar lagi dan kembali Blackthorne terhempas dan geladaknya pun
miring, memualkan orang. Haluan kapal menghantam batu karang dan membuatnya robek,
bersama tali-temalinya sekalian namun dia mampu membuat dirinya tegak kembali. Tiang
muka meliuk bagai haluan dan terpukul habis. Awak kapal di geladak menetak tali-temali
itu dengan kapak supaya menegang ketika kapal menggelepar menyusuri bawah terusan.
Mereka mengapaknya sampai tiang itu lepas dan jatuh ke sisi berikut seorang awak. Seluruh
isi kapak terjebak dalam kekacauan yang semakin membelit itu. Orang itu menjerit, namun
tak ada yang dapat dikerjakan oleh lainnya dan mereka hanya dapat melihat saja sewaktu dia
dan tiang kapal timbul tenggelam di sisi sampai hilang ditelan gelombang.
Vinck dan sejumlah awak lainnya yang masih tersisa, kembali berpaling ke geladak
belakang dan menyaksikan Blackthorne tengah menentang badai bagaii orang gila. Masingmasing membuat tanda salib dan melipat-gandakan doa mereka, beberapa di antaranya
James Clavell BUKU PERTAMA 18 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tersedu-sedu menangis ketakutan dan bertekad untuk hidup.
Terusan itu sekejap melebar dan kapal pun menjadi perlahan, namun di depan, terusan
itu kembali mengancam akan menyempit dan gugusan batu karang nampaknya semakin
bertumbuh, mengangkangi mereka bagai menara. Arus laut memantul dari salah satu sisi,
menyeret kapal itu membalikkannya lagi ke rusuknya dan melemparkannya menuju
kehancuran. Blackthorne berhenti mengutuki badai dan berjuang mati-matian membelokkan kemudi ke kanan dan bergelayutan di situ, otot-ototnya mengejang menahan tegang. Namun kapal itu tak lagi mengenal kemudinya dan laut pun demikian pula.
"Belok, kau, pelacur neraka," dia tersengal, tenaganya menyusut cepat, "Tolong aku!"
Laju air laut terasa semakin cepat dan dirasanya janutungnya hampir meledak namun
masih juga ia bertahan melawan tekanan laut. Dicobanya memusatkan perhatian namun
pandangannya berputar, warna-warna bercampur-baur dan kusam. Kapal itu tengah
dihukum dan sudah mendekati ajal namun saat itu lunasnya menggores beting berlumut.
Goncangan itu memutar kepalanya. Kemudinya terlepas. Dan sesudahnya angin dan laut
bergabung untuk membantu dan bersama-sama menyerahkannya ke hadapan angin dan
kapal itu pun melaju cepat melewati terusan dengan selamat. Menuju teluk di seberang.
James Clavell BUKU PERTAMA 19 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BAB I Blackthorne mendadak bangun. Untuk sesaat ia mengira dirinya bermimpi karena tadi dia
tahu masih di pesisir dan kamar ini tak masuk dalam pikirannya. Ukurannya kecil, bersih
dan tertutup tikar empuk. Dia sendiri tengah berbaring di bawah selimut tebal, dan sehelai
lainnya lagi menutupi tubuhnya. Langit-langitnya dari kayu cedar berkilat dan dindingnya
terdiri atas pritongan-potongan cedar, segi empat, ditutupi kertas pram yang meredam
cahaya dengan nyaman. Di sisinya, sebuah baki lembayung berisikan mangkuk-mangkuk
kecil. Salah satunya berisi sayur-mayur matang yang sudah dingin. Blackthorne melahapnya
dengan rakus, hampir tak menyadari rasanya yang pedas. Mungkuk lainnya berisi sup ikan
yang juga dikurasnya sampai habis. Lainnya lagi berisi bubur kental dari gandum dan ini
pun dihabiskannya dengan cepat, menggunakan tangannya. Air di dalam kendi yang
bentuknya aneh, terasa hangat dan cita-rasanya membangkitkan rasa ingin tahu"agak pahit
namun cukup nikmat. Lalu dia mulai mengenali salib di relungnya.
Rumah ini pasti milik orang Spanyol atau Portugis, pikirnya dengan terkejut. Ataukah
milik orang Jepang atau Cina"
Salah satu dinding papan itu terbuka. Seorang wanita setengah baya pendek"gemuk,
berwajah bundar, tampak tengah berlutut di sisi pintu. Dia membungkuk dan tersenyum.
Kulitnya kuning keemasan, kedua matanya hitam dan sipit sedang rambutnya yang panjang
dan hitam dikonde rapi. Dia mengenakan jubah sutera kelabu dan kaus kaki pendek putih
dengan sol tebal dan ikat pinggang besar dari kain berwarna lembayung tua di sekeliling
pinggangnya. "Goshujinsama, gokibun wa ikaga desu ka?"* tanyanya. Dia menunggu sementara
Blackthome hanya menatapnya dengan pandangan kosong lalu diulanginya lagi pertanyaannya.
"Ini rumah orang Jepang?" Blackthorne bertanya. "Jepang atau Cina?"
Perempuan itu hanya menatapnya tak mengerti dan mengatakan sesuatu yang juga tak
dipahaminya. Lalu Blackthorne baru menyadari dirinya dalam keadaan bugil. Bajunya tak
James Clavell BUKU PERTAMA 20 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
nampak di mana-mana. Dengan bahasa isyarat ditunjukkannya bahwa dia ingin berpakaian.
Lalu dia menunjuk ke mangkuk-mangkuk makanan itu dan perempuan itu pun tahu dia
masih lapar. Dia tersenyum sambil membungkukkan badan dan menutup pintu luncur itu rapatrapat.
Blackthome kembali berbaring, lantai sial yang membatu dan memualkan ini menjadikan kepalanya berputar. Dengan susah-payah dicobanya untuk menenangkan dirinya.
Aku masih ingat aku sedang membuang sauh, pikirnya. Bersama Vinck. Kurasa itu Vinck.
Kami sedang di teluk dan kapal itu mencium beting lalu berhenti. Kami dapat mendengar
ombak memecah di pantai tapi semuanya aman. Ada cahaya di pawai dan saat itu aku
sedang di kabin bersama kegelapan di sekitar. Aku tak ingat apa-apa lagi. Lalu ada cahaya
menembus kegelapan dan suara-suara ganjil. Aku berbicara dalam bahasa Inggris, kemudian
Portugis. Salah seorang penduduk dapat berbicara Portugis sedikit. Atau apakah dia orang
Portugis" Tidak, kurasa dia pribumi. Adakah kutanya juga kita di mana" Aku tak ingat.
Kemudian kami kembali ke batu karang lagi dan ombak raksasa itu datang lagi dan aku
terhanyut di laut dan tenggelam"airnya dingin seperti es"tidak laut tetap hangat dan
persis ranjang sutera yang tebalnya sedepa. Mestinya mereka telah membawaku ke pesisir
dan menempatkanku di sini.
"Pastilah ranjang ini yang terasa begitu lembut dan hangat," ujarnya keras-keras. "Aku
tak pernah tidur di Atas sutera sebelumnya. "Tubuhnya yang lemah tak mampu
menahannya dan dia tertidur tanpa mimpi.
Ketika terjaga, nampak lebih banyak makanan dalam mangkuk-mangkuk tembikar dan
pakaiannya sudah di sisinya, terlipat rapi. Rupanya semuanya telah dicuci dan dilicinkan lalu
ditisik lagi dengan sempurna.
Tapi pisaunya lenyap, demikian pula kunci-kuncinya.
Sebaiknya kucari sebuah pisau dan harus cepat, pikirnya. Atau pistol.
Matanya beralih ke salib. Rasa ngerinya hilang, malah debaran jantungnya tambah
cepat. Sepanjang hidupnya dia telah mendengar legenda yang dipercaya para pilot dan
pelaut tentang kekayaan dari kemaharajaan rahasia Portugis dibelahan dunia bagian timur.
James Clavell BUKU PERTAMA 21 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Legenda tentang bagaimana mereka berhasil mengubah kepercayaan penduduk setempat
menjadi pemeluk agama Katolik dan karenanya bisa mengikat mereka, di kemaharajaan
Portugis. Tempat di mana emas semurah besi gubal, dan di mana zamrud, ruby, intan, dan
batu nilam sama banyaknya dengan batu kerikil di pantai.
Seandainya bagian tentang agama Katolik itu benar, ujarnya pada diri sendiri, mungkin
selebihnya juga benar. Tentang kekayaan itu. Ya. Tapi lebih cepat aku mendapat senjata dan
kembali ke Erasmus dan berada di belakang meriamnya, lebih baik.
Dimakannya makanannya, lalu berpakaian dan berdiri dengan tubuh gemetar, merasa
tidak nyaman, seperti yang selalu dirasakannya kalau berada di darat. Sepasang sepatu
larsnya hilang. Dia melangkah ke pintu, agak terhuyung-huyung, dan merentangkan sebelah
tangannya untuk menopang dirinya, namun potongan-potongan cedar bersegi empat yang
ringan itu tak kuat menahan berat tubuhnya dan segera berantakan. Kertasnya robek-robek.
Blackthorne berusaha menegakkan tubuhnya. Perempuan yang tengah berdiri di lorong itu
terkejut dan hanya dapat memandangnya saja.
"Maaf," ujarnya, merasa tak enak karena kecanggungannya. Kesucian kamar itu
pokoknya telah tercemar "Di mana sepatu saya?"
Perempuan itu memandangnya tak mengerti. Karenanya, dengan sabar, Blackthorne
bertanya lagi dengan bahasa isyarat dan perempuan itu bergegas-gegas menyusuri lorong,
berlutut dan membuka pintu kayu cedar lainnya dan memberi isyarat kepadanya. Suarasuara terdengar di dekatnya, juga bunyi air mengalir. Dia melangkah melalui pintu masuk
dan menemukan dirinya sendiri di kamar lain, yang juga hampir kosong. Kamar ini
menghadap ke serambi dengan anak-anak tangga yang menuju ke sebuah kebun kecil yang
dikelilingi tembok tinggi. Di sisi pintu masuk ini nampak dua perempuan yang sudah
berumur, tiga anak kecil berjubah merah tua, seorang lelaki tua, tak pelak lagi si tukang
kebun, dengan penggaruk di tangan. Serta-merta semuanya membungkuk dengan hormatnya dan membenamkan kepalanya dalam-dalam.
Dengan heran, Blackthorne melihat bahwa lelaki tua tak berpakaian, kecuali sepotong
kancut pendek yang sempit, hampir tak menutupi kemaluannya.
"Pagi," sapanya kepada mereka, tak tahu apa lagi yang harus dikatakan.
James Clavell BUKU PERTAMA 22 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Mereka tetap berdiri tak bergerak, masih terus membungkuk.
Masih tercengang-cengang, Blackthorne menatap mereka. Lalu dengan canggung
membungkukkan badannya pula. Semuanya kembali tegak dan tersenyum kepadanya. Si
lelaki tua membungkuk sekali lagi dan kembali bekerja di kebun. Anak-anak itu
menatapnya, lalu, sambil tertawa, berlarian pergi. Perempuan yang sudah berumur itu
menghilang masuk ke dalam rumah. Namun Blackthorne merasa mata mereka semua
tertuju ke arahnya. Dilihatnya sepatu larsnya sudah berada di bawah anak tangga. Sebelum dia mengambilnya, perempuan setengah baya tadi sudah di sana sambil berlutut, menyebabkan
Blackthorne merasa malu dan perempuan itu membantu mengenakannya.
"Terimakasih," ujarnya. Dia berpikir sesaat lalu menunjuk kepada dirinya sendiri.
"Blackthorne," ujarnya, hati-hati. "Blackthorne." Lalu dia menunjuk kepada perempuan itu.
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Siapa namamu?"
Dia hanya menatap Blackthorne, tak mengerti.
"Blackthorne" ulangnya hati-hati, menunjuk ke dirinya sendiri, dan kembali menunjuk
kepadanya. "Siapa namamu?"
Perempuan itu mengernyitkan kening, lalu dengan pengertian yang datang lambatlambat, dia menunjuk ke dirinya sendiri dan berkata, "Onna! Onna!"
"Onna!" ulang Blackthorne, bangga terhadap dirinya sendiri, sama seperti kebanggaan
perempuan itu terhadap dirinya pula. "Onna. "
Perempuan itu mengangguk senang. "Onna!"
Kebun itu samasekali berbeda dengan yang pernah dilihatnya seumur hidup: air terjun
kecil dengan sungai kecil dan jembatan kecil, lalu lorong kerikil, batu-batuan, bunga dan
semak-semak yang tertata rapi. Begitu bersih, pikirnya. Begitu rapi.
"Incredible*" ujarnya.
"Nkerriber?" ulang perempuan itu berharap bias membantu.
"'I'ak apa-apa," sahut Blackthorne. Kemudian karena tak tahu apa lagi yang harus
dilakukan, dia menyuruh perempuan itu pergi dengan lambaian tangan Dengan patuh
perempuan itu pun membungkuk dengan hormatnya dan melangkah pergi.
Blackthorne duduk di bawah hangatnya mentari, bersandar pada sebuah tonggak.
James Clavell BUKU PERTAMA 23 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Merasakan badannya amat lemah. Blackthorne hanya mengawasi lelaki tua menyiangi kebun
yang jelas tak lagi memiliki rumpt liar. Aku heran di mana gerangan yang lain. Apakah
mereka masih hidup" Apakah si Kapten-Jenderal masih hidup" Berapa hari sudah aku
tertidur" Aku masih bisa mengingat saat aku terjaga, makan dan tidur lagi, dan makanannya
tak memuaskan seperti mimpi saja.
Anak-anak berhamburan riang melewatinya, saling mengejar, dan dia merasa dirinya
malu kepada mereka karena kebugilan si tukang kebun, sebab waktu lelaki itu memiringkan
badannya atau membungkuk, bagian terlarang dari tubuhnya terlihat semua dan Blackthorne
terkejut karena anak-anak itu nampaknya tak memperhatikan. Dilihatnya atap-atap genting
dan rumbia milik bangunan-bangunan lain di sebelah tembok dan nun di kejauhan, gununggunung tinggi. Angin kering menyapu langit dan membiarkan awan kumulus beriringan.
Lebah hilir mudik mencari makan dan. hari itu hari musim semi yang cantik. Tubuhnya
menuntut istirahat lagi namun Blackthorne memaksakan dirinya berdiri dan melangkah ke
pintu kebun. Si tukang kebun senyum dan membungkuk dan berlari untuk membuka pintu
dan kembali membungkukkan badannya dan menutup pintu di belakangnya.
Desa itu mengelilingi pelabuhan seperti bulan sabit, dan menghadap ke timur. Boleh
jadi sekitar dua ratus rumah yang asing bentuknya bertengger di kaki gunung yang melandai
sampai kepesisir. Di atasnya, petak-petak sawah dan jalan-jalan berlumpur yang menuju ke
utara dan selatan. Di bawahnya, daerah pelabuhan berbatu-batu bulat dan sebuah jalur
landai yang sebatu jaraknya dari pesisir ke laut. Sebuah pelabuhan yang baik dan aman dan
sebuah dermaga batu dengan lelaki dan perempuan yang tengah membersihkan ikan dan
membuat jala, sebuah perahu dengan pola unik tampak tengah dibuat di sisi sebelah utara.
Tampak gugusan pulau samudera raya, disebelah Timur dan Utaranya. Batu-batu karangnya
mungkin ada di sana atau di seberang cakrawala.
Di pelabuhan, tempat perahu yang bentuknya aneh, tertambat banyak perahu nelayan
yang beberapa di antaranya mempunyai layar besar. Agak ke tengah laut tampak beberapa
lagi yang tengah dikayuh pengayuh-pengayuhnya yang terlihat berdiri dan menolakkan dayungnya melawan air laut, bukan sambil duduk dan menarik dayung seperti yang biasa
dilakukannya. Banyak perahu yang menuju ke laut, lainnya menghadapkan haluannya ke
galangan kayu, dan Erasmus sudah dilobuhkan dengan rapi, lima puluh yard dari pesisir, di
James Clavell BUKU PERTAMA 24 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
air yang tenang, dengan tiga tali tambang di haluan. Siapa yang melakukannya" Blackthorne
bertanya pada diri sendiri. Ada sejumlah perahu di sisi Erasmus dan Blackthorne dapat
melihat beberapa pribumi di dalamnya. Tapi tak seorang pun anak buahnya terlihat di situ.
Di mana mereka gerangan"
B1ackthorne melihat ke sekeliling desa itu dan terkejut karena begitu banyak orang
yang memperhatikannya. Ketika mereka tahu dia memperhatikan kembali, semuanya
membungkuk dan, masih merasa tak enak, Blackthorne membungkuk pula. Sekali lagi
terlihat kehidupan yang riang dan mereka berjalan hilir-mudik, berhenti menawar, saling
membungkukkan badan, rupa-rupanya sudah lupa pada kehadirannya, mereka bagaikan
kupu-kupu beraneka-warna. Tapi Blackthorne merasa mata-mata mereka mengawasi
dirinya dari setiap jendela dan pintu masuk begitu dia melangkah menuju pesisir.
Apanya dalam diri mereka yang begitu ganjil" tanyanya pada diri sendiri. Bukan cuma
pakaian dan sikapnya saja. Mereka tak bersenjata, pikirnya dengan terkejut. Tak ada pedang!
Tak ada pistol! Mengapa begitu"
Toko-toko yang buka, dipenuhi barang-barang dan bungkusan aneh, tampak berjejer di
jalan kecil itu. Lantai tokonya dinaikkan. Para penjual dan pembelinytl berlutut atau
berjongkok di lantai-lantai kayu yang bersih. Dilihatnya kebanyakan mengenakan bakiak
atau sandal jepit, beberapa di antaranya mengenakan kaue kaki putih yang sama berikut sol
tebalnya yang terbelah di antara jempol kaki dan jari kaki berikutnya untuk menahan tali
kulitnya, tapi mereka sengaja meninggalkan bakiak dan sandalnya di luar, di tanah. Yang
bertelanjang kaki mencuci kakinya dan mengenakan sandal rumah yang bersih yang sudah
disediakan. Memang sangat masuk akal, kalau kita pikir, ujarnya pade diri sendiri, terpukau.
Lalu dilihatnya seorang lelaki gundul berjalan men, dekat dan rasa takut mulai
membuatnya mual dari bawah sampai ke perutnya. Imam itu sudah jelas orang Portugis atau
Spanyol dan sekalipun jubahnya yang melambai itu berwarna jingga, rosario dan salib di ikat
pinggangnya tak dapat menipu. Demikian pula rasa benci yang dingin yang terpancar pada
raut wajahnya. Jubahnya kotor karena sering dibawa bepergian, dan sepatu lars gaya
Eropanya, penuh lumpur. Dia tengah melemparkan pandang ke pelabuhan, ke Erasmus, dan
Blackthorne tahu pastilah imam itu mengenalinya sebagai kapal Belanda atau Inggris,
sesuatu yang baru bagi kebanyakan perairan, lebih langsing, lebih cepat, sebuah kapal
James Clavell BUKU PERTAMA 25 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
dagang merangkap kapal tempur, dijadikan model dan dimanfaatkan oleh kapal-kapal
perusak Inggris yang begitu banyak mendatangkan bencana bagi daratan Spanyol. Bersama
Imam itu ikut pula sepuluh pribumi, berambut hitam dan bermata hitam, seorang di
antaranya berpakaian seperti imam itu sendiri, bedanya, dia bersandal jepit. Lainnya
mengenakan aneka warna jubah atau celana longgar atau hanya kancut. Tapi tak seorang
pun bersenjata. Blackthorne ingin sekali berlari sementara masih ada waktu tapi dia tahu dia tak lagi
bertenaga dan tak ada tempat untuk bersembunyi. Tinggi badannya, besar perawakannya
dan warna matanya menjadikannya merasa terasing di dunia ini. Diputarnya punggungnya
membelakangi tembok. "Siapa kau?" imam itu berucap dalam bahasa Portugis. Dia lelaki bertubuh gempal,
berkulit hitam dan tampaknya terlalu banyak makan dalam usianya yang duapuluhan,
dengan jenggot panjang. "Kau siapa?" Blackthorne membalas tatapannya.
"Ini dia perompak Belanda. Kau Belanda murtad. Kau bajak laut. Semoga Tuhan
mengampunimu!" "Kami bukan bajak laut. Kami padagang baik-baik, kecuali terhadap musuh-musuh
kami. Aku sendiri pilol kapal itu. Siapa kau?"
"Pater* Sebastio. Bagaimana kau bisa sampai ke sini" Bagaimana?"
"Kami terdampar ke darat. Tempat apa ini" Apa ini wilayah Jepang?"
"Ya, Jepang. Nippon," imam itu menyambut tak sabar. Dia berpaling ke salah seorang
yang mengiringinya, yang paling tua, berperawakan kecil kurus dengan lengan-lengan yang
kuat dan tangan yang kasap, kepalanya dicukur gundul dan rambutnya yang disimpul tipis
seperti ekor babi, terlihat sama kelabunya seperti alisnya. Imam itu berbicara terpatah-patah
dengannya, dalam bahasa Jepang sambil menunjuk ke arah Blackthorne. Semuanya tampak
terkejut dan salah seorang langsung membuat tanda salib bagai penangkal iblis.
"Orang Belanda itu pembelot, pemberontak dan bajak laut. Siapa namamu?"
"Apakah ini perkampungan Portugis?"
Mata imam itu terlihat keras dan merah karena letih. "Kepala desa ini mengatakan dia
telah melaporkan dirimu kepada yang berwajib. Dosa-dosamu sudah ketahuan. Di mana sisa
James Clavell BUKU PERTAMA 26 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
anak buahmu?" "Kami kehilangan arah. Kami cuma perlu makanan, air dan waktu buat memperbaiki
kapal kami. Lalu kami berangkat. Kami bisa membayar buat setiap?"
"Di mana sisa anak buahmu?"
"Aku tak tahu. Di kapal. Kukira mereka masih di kapal."
Sekali lagi imam itu menanyai si kepala desa, yang dijawab sambil berbicara panjang
lebar dan menunjuk ke ujung desa sebelah sana. Si imam berpaling kembali ke Blackthorne.
"Mereka menyalib penjahat di sini, Pilot. Kau akan mati. Daimyo akan datang diiringi para
samurai pengikutnya. Semoga Tuhan mengampunimu."
"Apa itu daimyo?"
"Bangsawan feodal. Dia yang menguasai seluruh opinsi ini. Bagaimana kau bisa sampai
kesini?" "Dan samurai?" "Ksatria"serdadu"anggota kasta ksatria," imam itu menyahut dengan kejengkelan
yang bertambah. Kau datang dari mana dan siapa kau?"
"Aku tak kenal pada logatmu," Blackthorne menjawab, ingin menguji kepercayaan diri
si imam. "Kau orang Spanyol?"
"Aku orang Portugis," si imam menjawab sengit, menyambut umpan Blackthorne.
"Sudah kukatakan padamu. Aku ini Pater Sebastio dari Portugis. Di mana kau pelajari
bahasa Portugis sebagus itu. Eh?"
"Tapi Portugis dan Spanyol sudah satu kerajaan sekarang," Blackthorne berucap dengan
nada mengejek. "Raja kalian sama."
"Kita terpisah. Kita bangsa yang berlainan. Memang demikian selamanya. Kita saling
mengibarkan bendera kita masing-masing. Harta kita di seberang lautan juga terpisah, ya,
terpisah. Raja Philip sudah menyetujui waktu dia merampas negeriku." Pater Sebastio
mengendalikan amarahnya dengan susah-payah, jari jemarinya gemetar. "Dia merampas
negeriku dengan kekerasan senjata duapuluh tahun yang lewat! Tentaranya dan si tiran
Spanyol, anak setan itu. Duke of Alva, semuanya melumatkan raja kami yang sejati. Que
va!*. Sekarang putra Philip yang memerintah tapi dia juga bukan raja kami sendiri. Kami
akan segera punya. Raja sendiri," Kemudian tambahnya dengan sengit, "Kau tahu itulah
James Clavell BUKU PERTAMA 27 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
yang benar. Apa yang dikerjakan si Alva setan itu terhadap negeriku."
"Itu bohong. Alva memang wabah pes di Belanda, tapi dia tak pernah bisa
menaklukkan bangsa Belanda. Mereka masih tetap bebas. Dan selalu bebas. Tapi di
Portugis" Dia memukul habis tentaramu dan seluruh negeri pun menyerah. Tak ada
keberanian. Kau mampu mengusir luar orang Spanyol kalau kau mau, tapi kau takkan
melakukannya. Kalian tak punya kehormatan. Tak punya cojones*. Kecuali menjadi abu
tanpa dosa, atas nama Tuhan."
"Moga-moga Tuhan membakarmu di neraka selamanya," imam itu menimpali dengan
sengit. "Setan yang bergentayangan di luar akan ditumpas. Pembelot akan ditumpas. Kau
dikutuk di depan Tuhan!"
Blckthorne merasa batinnya tertekan oleh rejilius teror semacam itu. Darahnya mulai
mendidih. Ia berkilah dengan sinis. "Imam tak punya telinga Tuhan, Imam tak berhak
mewakili suaraNya. Kami sudah bebas dari penindasanmu yang biadab dan kami akan terus
bebas!" Blackthorne tahu baru empatpuluh tahun yang lalu Bloody Mary Tudor menjadi Ratu
Inggris dan orang Spanyol itu, si jadah Philip II, Philip si Bengis, menjadi suaminya. Dan
Sri Ratu, puteri Henry VIII yang amat relijius itu telah menyidangkan imam-imam Katolik
para penyidik, dan orang-orang murtadnya serta mengesahkan kembali dominasi Paus di
Inggris. Ia melepas kekangan ayahnya. Mengubah jalannya sejarah. Mengundang Gereja
Roma ke Inggris, menentang kehendak orang banyak. Dia memerintah selama lima tahun
dan kerajaan itu dirobek-robek oleh kebencian, ketakutan, dan pertumpahan darah. Tapi dia
kemudian mati dan Elisabeth menjadi ratu pada usia duapuluh empat.
Blackthorne dipenuhi rasa kagum dan rasa bakti yang; mendalam waktu dia
memikirkan Elizabeth. Empat puluh tahun lamanya Ratu itu berperang melawan dunia.
Mengakali dan mengalahkan sejumlah Paus, serta gabungan antara Kerajaan Kudus Roma,
Prancis dan Spanyol, pernah dikucilkan, diludahi dan dicaci-maki di luar batas kerajaannya.
Tapi dia berhasil memimpin kita ke pelabuhan yang aman, kuat dan mandiri.
"Kita bebas," Blackthorne berkata pada imam itu. "Kalian yang terpecah-belah. Kalian
tak punya sekolah sendiri. Kami punya. Buku-buku sendiri. Alkitab sendiri. Gereja sendiri.
Kalian orang-orang Spanyol, semua sama. Sampah! Kalian, para rahib, juga sama semuanya,
James Clavell BUKU PERTAMA 28 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
penyembah berhala!" Imam itu mengangkat salibnya dan memeganginya di antara Blackthorne dan dirinya
sendiri seolah perisai. "Oh, Tuhan, lindungilah kami dari setan ini! Aku juga bukan orang
Spanyol. Sekali lagi kuberitahu! Aku ini orang Portugis. Dan aku bukan rahib. Aku anggota
Serikat Jesus!" "Ah, tetap seperindukan dengan mereka. Seorang Jesuit!"
"Ya. Moga-moga Tuhan mengampuni jiwamu!" Pater Sebastio mengatakan sesuatu
dalam bahasa Jepang dengan nada menghardik dan orang-orang itu pun beranjak ke arah
Blackthorne yang berbalik membelakangi tembok dan memukul kuat-kuat salah seorang di
situ,, namun lainnya datang mengerumuni dan Blackthorne merasa dirinya sukar bernapas.
"Nanigoto da "*
Sekonyong-konyong kegaduhan itu mereda.
Lelaki muda itu cuma sepuluh langkah dari situ. Dia mengenakan celana pantalon dari
batas lutut ke bawah, kimono berwarna cerah dan dua pedang bersarung tampak melekat di
ikat pinggangnya. Yang satu pedang pendeka mirip keris. Lainnya pedang bermata dua,
terlihat panjang dan agak bergelombang. Tangan kanannya memegang pangkal pedangnya
dengan gaya seenaknya. "Nanigoto da?" tanyanya dengan kasar dan ketika tak seorang pun
menjawab saat itu juga, "NANIGOTO DA?"
Orang-orang Jepang itu segera berlutut, kepala mereka mcncium tanah. Hanya imam
itu yang tetap berdiri. Dia membungkuk dan mulai menjelaskan dengan terputus-putus,
namun lelaki muda itu memotong penjelasannya dengan pandangan menghina dan
menunjuk ke si kepala desa, "Mura!"
Mura, si kepala desa, yang masih tetap membenamknn kepalanya, lalu mulai
menjelaskan dengan cepat. Beberapa kali dia menunjuk ke arah Blackthorne, sekali ke arah
kapal Erasmus dan dua kali ke arah si imam. Kini tak ada lagi gerak-gerakan di jalan. Semua
yang terlihat oleh mata sudah berlutut dan membungkukkan badannya dalam-dalam. Si
kepala desa sudah selesai. Lelaki bersenjata tadi menanyainya dengan angkuh dan dijawab
dengan hormat serta cepat. Kemudian lelaki muda itu mengatakan sesuatu kepada si kepala
desa sambil melambai dengan penghinaan yang terang-terangan ke arah si imam, lalu ke
arah Blackthorne, dan lelaki beruban itu pun menjelaskannya dengan lebih sederhana
James Clavell BUKU PERTAMA 29 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
kepada si imam, yang mukanya langsung memerah.
Orang itu, yang sekepala lebih pendek dan jauh lebih muda daripada Blackthorne,
dengan wajah tampan tapi agak bopeng, hanya memandang saja ke arah orang yang tak
dikenalnya. "Onushi ittai doko kara kitanoda" Doko no kuni no monoda?"
Imam itu berkata gugup, "Kasigi Omi-san bertanya, dari mana anda datang dan apa
kebangsaan anda?" "Tuan Omisan itu, daimyo?" Blackthorne balik bertanya, ngeri pada pedangnya dan
bukan pada dirinya. "Bukan. Dia samurai, samurai yang ditugaskan di desa ini. Nama keluarganya Kasigi,
Omi namanya sendiri. Di sini mereka selalu menggunakan nama keluarganya dulu. 'San'
berarti 'yang terhormat' dan kau harus membubuhkannya pada semua nama demi kesopanan. Sebaiknya kau belajar bersikap sopan dan mengenal tatakrama secepatnya. Di sini
mereka tak dapat berdamai dengan kekurang-sopanan". Suaranya meninggi. "Cepatlah,
jawab!" "Amsterdam. Saya orang Inggris."
Rasa kaget Pater Sebastio terlihat jelas sekarang; Katanya, 'Inggris. England,' kepada
samurai itu dan mulai lagi menjelaskan tapi Omi memotongnya tak sabar dan
memberondongnya dengan serentetan kata yang membingungkan.
"Omi-san bertanya apakah kau ini pemimpinnya. Kepala desa mengatakan cuma ada
beberapa orang murtad seperti kau yang masih hidup, dan kebanyakan sedang sakit. Apakah
ada Kapten-Jenderalnya?"
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Saya pemimpinnya," Blackthorne menyahut meskipun sebetulnya, karena mereka kini
sudah di darat, Kapten-Jenderallah yang memegang pimpinan, "Saya yang memimpin,"
tambahnya lagi, menyadari bahwa Kapten-Jenderal Spillbergen tak dapat memimpin apaapa, baik di darat maupun di laut, sekalipun dia dalam keadaan sehat.
Lagi terdengar serentetan kata dari si samurai. "Omi-san mengatakan, karena kau
pemimpinnya kau diizinkan untuk berkeliling di desa dengan bebas, ke mana saja kau
inginkan, sampai daimyo datang. Daimyo akan menentukan nasibmu. Sampai saat itu, kau
diperbolehkan hidup sebagai tamu di rumah kepala desa. Kau boleh datang dan pergi
sesukamu. Tapi kau tak boleh meninggalkan desa ini. Anak buahmu dikurung di dalam
James Clavell BUKU PERTAMA 30 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
rumah mereka dan tak diperbolehkan pergi dari situ. Kau mengerti?"
"Ya. Di mana anak buahku?"
Pater Sebastio menunjuk samar-samar ke arah sekumpulan rumah di dekat dermaga,
jelas dia kelihatan tak senang oleh putusan dan rasa tak sabar Omi.
"Nah! Nikmatilah kebebasanmu, bajak laut. Dosa-dosamu sudah?"
"Wakarimasu ka"*" Omi bertanya langsung pada Blackthorne.
Katanya, "Anda mengerti?"
"Bagaimana mengatakan 'ya' dalam bahasa Jepang?"
Pater Sebastio berkata pada si samurai. "Wakamasu."
Seraya mencemooh Omi mengusir mereka pergi Semuanya membungkuk dalam-dalam.
Kecuali seorang yang tegak dengan sengaja, tanpa membungkuk.
Dengan kecepatan luar biasa pedang maut itu berkelebat diiringi suara mendesis dan
kepala orang itu terlepas dari bahunya dan darah pun memancar dengan derasnya
menggenangi bumi. Tubuhnya menggelepar beberapa saat dan kemudian diam. Tanpa
menyadari, imam itu mundur selangkah. Tak seorang pun di jalan berani bergerak. Kepala
mereka tetap tertunduk dan tak bergerak. Blackthorne berdiri kaku, terkejut sangat.
Omi menaruh sebelah kakinya pada mayat itu "Ikinasai!*" serunya, mengusir mereka
semua. Orang-orang di mukanya membungkuk lagi hingga ke tanah. Lalu mereka bangkit dan
melangkah pergi tanpa ekspresi. Jalan mulai kosong. Dan juga toko-toko.
Pater Sebastio melihat ke bawah, ke mayat itu. Dengan wajah muram diberkatinya
orang mati itu sambil berkata, "In nomine Patris et Filii et Spiritus Sancti!" ia berpaling
kembali ke samurai itu tanpa rasa takut sekarang.
"Ikinasai!" Ujung pedang yang berkilauan itu singgah di atas mayat tadi.
Setelah agak lama, imam itu membalikkan badan dan melangkah pergi. Dengan anggun
Omi mengawasinya lalu memandang Blackthorne. Blackthorne mundur, dan kemudian,
ketika jaraknya cukup jauh dia cepat membelok dan lenyap dari pandangan.
Omi mulai tertawa terbahak-bahak. Jalanan benar-benar lengang sekarang. Waktu
tawanya terdengar sudah letih, dia menggenggam pedangnya dengan kedua tangannya dan
mulai menetak mayat itu secara sistimatis menjadi potongan-potongan kecil.
James Clavell BUKU PERTAMA 31 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Blackthorne saat itu berada dalam perahu kecil, tukang perahu mengayuh dengan riang ke
arah Erasmus. Blackthorne samasekali tak mengalami kesukaran untuk mendekat ke
kapalnya dan dia sudah bisa melihat banyak orang di geladak utama. Semuanya samurai.
Beberapa di antaranya mengenakan pelindung dada baja tapi umumnya mengenakan
kimono, begitulah nama jubah itu, dan dua bilah pedang. Semuanya mengatur rambutnya
dengan cara yang sama: tengah-tengah kepalanya dicukur licin dan rambut yang di belakang
dan kedua sisinya dijalin menjadi buntut, diminyaki, kernudian dinaikkan kembali ke tengah
kepala membentuk konde yang diikat rapi. Hanya samurai yang diperbolehkan mengenakan
gaya rambut seperti ini, dan bagi mereka malah diwajibkan. Hanya samurai yang boleh
menggunakan pedang selalu yang panjang, pedang maut bermata dua dan yang pendek yang
mirip keris dan, bagi mereka, kedua pedang itu juga diwajibkan.
Para samurai telah berjejer di pinggir geladak atas Erasmus, menunggu kedatangannya.
Dengan resah Blackthorne menaiki tangga geladak dan tiba di atasnya. Seorang samurai
yang berpakaian lebih bagus dari yang lainnya datang menghampirinya dan membungkuk.
Blackthorne sudah belajar baik-baik dan dia membungkukkan badannya sejajar dengannya
dan semua samurai di geladak terlihat riang dan ramah. Blackthorne masih merasa ngeri
terhadap pembunuhan tiba-tiba di jalan itu dan senyum mereka tak mampu menghilangkan
firasat buruknya. Dia melangkah ke arab tangga, ke kabin awak kapal dan tiba-tiba berhenti.
Di seberang pintu masuk dia melihat pita sutera merah yang lebar dan di sisinya terlihat
tanda kecil dengan tulisan yang aneh dan berlekuk-lekuk. Dia ragu-ragu sejenak, memeriksa
pintu satunya, namun pintu itu pun disegel dengan pita yang sama dan tanda yang serupa
dipakukan pada dinding penyekat.
Blackthorne menjangkau untuk mencopot sutera itu.
"Hotte oke!"* Untuk memperjelas maksudnya, samurai yang sedang bertugas jaga
menggelengkan kepalanya. Dia tak lagi tersenyum seperti tadi.
"Tapi ini kapal saya dan saya ingin ..."
Blackthorne menekan rasa cemasnya, matanya tertuju pada pedang-pedang mereka.
Aku harus ke bawah, pikirnya. Aku harus mendapatkan buku pedoman nakhoda itu, baik
yang milikku sendiri maupun yang dirahasiakan itu. Jesus Kristus, kalau mereka sampai
James Clavell BUKU PERTAMA 32 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
menemukannya dan memberikannya kepada para rahib itu atau kepada orang-orang Jepang,
celakalah kita. Pengadilan mana pun di dunia ini di luar Inggris dan di Negeri Belanda akan
mendakwa kita sebagai bajak laut dengan bukti itu. Buku pedomanku mencatat tanggaltanggal, jumlah penjarahan yang dilakukan, jumlah owak yang mati selama tiga kali
pendaratan di pulaupulau di Amerika dan satu di Afrika di koloni Spanyol. Jumlah gereja
yang dirampok dan bagaimana caranya kita membakar kota dan galangan kapal. Dan buku
pedoman Portugis itu" Itulah surat perintah kematian, karena sudah tentu itu barang curian.
Paling tidak buku pedoman nakhoda itu dibeli dari seorang pengkhianat Portugis, dan
berdasarkan hukum mereka, orang asing mana pun yang tertangkap basah memiliki buku
pedoman nakhoda mereka yang mana pun, apalagi yang membuka rahasia ke Selat
Magelhaens, harus dihukum mati segera. Dan jika buku pedoman nakhoda itu ditemukan di
sebuah kapal musuh, kapal itu harus dibakar dan semua awak di dalamny
a dihukum mati tanpa ampun. "Nan no yoda?"* salah seorang samurai bertanya.
"Kau bisa bicara Portugis?" Blackthorne bertanya dalam bahasa itu.
Orang itu mengangkat bahu. "Wakarimasen."
Lainnya maju ke depan dan membungkuk dengan hormatnya kepada pemimpinnya,
yang mengangguk; tanda setuju.
"Teman Portugeezu," samurai ini berucap dalam logat Portugis yang kuat. Dibukanya
leher kimononya dan ditunjukkannya salib kayu kecil yang menggantung di lehernya.
" Karis'en!" Ditunjuknya dirinya sendiri dan tersenyum. "Karis'en."
Lalu ia menunjuk Blackthorne "Karis'en ka?"
Blackthorne ragu-ragu, lalu mengangguk. "Kristen."
"Portugeezu?" "Inggris." Orang itu berbicara sejenak dengan pemimpinnya, kemudian keduanya mengangkat
bahu dan kembali memandangnya bersama-sama. "Portugeeze?"
Blackthorne menggelengkan kepalanya, tak menginginkan untuk tidak sependapat
dengan mereka perihal apa pun juga. "Teman-teman saya di mana?"
Samurai itu menunjuk ke ujung sebelah timur desa. "Teman."
James Clavell BUKU PERTAMA 33 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Ini kapal saya. Saya mau ke bawah." Blackthome mengatakannya dengan berbagai
macam cara dan isyarat. Akhirnya mereka mengerti.
"Ah so desu! Kinjiru,"* ujar mereka menekankan, mnunjukkan peringatan yang telah
ditempelkan dan tersenyum riang.
Sudah jelas bahwa Blackthorne tak diperbolehkan untuk pergi ke bawah. Kinjiru
mestinya berarti dilarang, pikir Blackthorne jengkel. Baik, persetan dengan itu! Ditekannya
pegangan pintu itu ke bawah dan dibukanya sedikit.
"KINJIRU!" Blackthorne tersentak kaget, dan ketika membalikkan badan, para samurai itu sudah
berhadapan dengannya. Pedang-pedang mereka terlihat setengah tercabut dari sarungnya.
Tanpa bergerak kedua orang itu menunggunya mengambil keputusan. Lainnya, yang
digeladak, mengawasinya dengan wajah dingin tanpa perasaan.
Blackthorne menyadari ia tak punya pilihan lain kecuali mundur, jadi dia hanya
mengangkat bahu dan meangkah pergi sambil memeriksa tali-tali tambang dan kapal itu
sekaligus, sebisa-bisanya. Layar-layar yang koyak sudah ada di bawah dan diikat jadi satu.
Namun ikatannya berbeda dari yang pernah dilihatnya, tapi dia tahu orang-orang Jepang itu
telah mengurus kapalnya dengan baik. Blackthorne mulai menuruni tangga geladak dan
berhenti. Keringat dinginnya terasa menetes ketika dilihatnya orang-orang Jepang itu tengah menatapnya dengan pandangan menusuk dan dia berpikir, Jesus Kristus, bagaimana aku
bisa begini tolol" Blackthorne membungkukkan badannya dengan hormat dan serta merta
rasa benci itu pun lenyap dan mereka semua membungkuk lagi dan kembali tersenyum. Tapi
dia masih merasakan keringatnya menetes hingga ke tulang punggungnya dan dia membenci
segalanya tentang orang Jepang dan berdoa semoga dirinya dan seluruh anak buahnya dapat
kembali lagi ke kapal laut lepas.
"Demi Tuhan, saya kira anda keliru, Pilot," ujar Vinck. Gusinya yang tak lagi bergigi terlihat
lebar dan menjijikkan. "Kalau tuan bisa tahan dengan remah-remah yang mereka sebut
makanan, maka tempat ini tempat terbaik yang pernah kusinggahi. Saya sudah tidur dengan
dua perempuan dalam tiga hari ini dan mereka seperti kelinci. Mereka akan berbuat apa saja
kalau tuan menunjukkan mereka bagaimana caranya."
James Clavell BUKU PERTAMA 34 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Itu betul. Tapi kau tak mampu berbuat apa-apa, tanpa daging atau brandy. Tidak
dalam waktu lama. Aku sudah kecapaian dan aku cuma mampu melakukannya sekali," ujar
Maetsukker, wajahnya yang ciut tampak berkedut-kedut. "Bangsat-bangsat kulit kuning itu
tak mengerti apa yang kita butuhkan. Daging, bir, dan roti. Dan brandy atau anggur."
"Justru itu yang paling buruk! Coba bayangkan, kerajaan kami ditukar dengan sebotol
bir!" Baccus van Nekk terlihat murung. Dia melangkah pergi dan berdiri dekat Blackthorne
dan memicingkan mata ke arahnya. Dia hanya mampu melihat dari dekat dan dia telah
kehilangan sepasang kacamatanya dalam badai. Meskipun berkacamata, dia akan selalu
berdiri dekat-dekat. Dia inenjabat kepala para pedagang, bendahara, dan wakil Perserikatan
Dagang Hindia Belanda yang telah membiayai perjalanan itu. "Kita sudah di darat dan
selamat dan aku belum juga dapat minum. Setetes pun belum! Mengerikan. Kau sudah
dapat, Pilot?" "Belum." Blackthorne tak senang didekati siapa pun, tapi Baccus ini temannya, lagi
hampir buta, jadi Blackthorne tak beranjak dari tempatnya. "Cuma air hangat dengan
ramuan di dalamnya."
"Pokoknya Jepang-Jepang itu tak tahu apa itu bir. Tak ada yang bisa diminum kecuali
air hangat dan ramuan"tapi Tuhan yang baik akan menolong kita! Bayangkan, seandainya
tak ada minuman keras di negeri ini!" Alis van Nekk tampak kering. "Tolong aku sedikit,
Pilot. Mintakan bir sedikit, mau kan?"
Blackthorne telah menemukan rumah yang ditunjukkan Pater Sebastio di ujung sebelah
timur desa. Samurai penjaganya memperkenankannya lewat, namun anak buah Blackthorne
sendiri sudah menyatakan bahwa mereka tak dapat keluar lebih jauh dari pintu kebun.
Rumah itu berkamar banyak seperti rumahnya, namun lebih besar dan dihuni oleh sejumlah
besar pelayan dari pelbagai umur, baik lelaki maupun perempuan.
Ada sebelas anak buahnya yang hidup. Yang mati telah dibawa pergi oleh orang-orang
Jepang. Porsi sayur-mayur segar yang berlebihan rupanya berhasil mematikan penyakit kudis
dan semua anak buahnya, kecuali dua orang, mulai berangsur sembuh. Usus besar kedua
orang itu mengeluarkan darah dan terserang disentri. Vinck telah mengobati mereka, tapi
ini pun mungkin tak menolong. Begitu malam datang dia menduga mereka sudah mati.
Kapten-Jenderal ada di kamar lain, masih juga sakit parah.
James Clavell BUKU PERTAMA 35 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Sonk, si tukang masak, lelaki kecil berpotongan gemuk-pendek, berkata sambil tertawa,
"Di sini enak, seperti kata Johann, Pilot, kecuali sayangnya tak ada makanan dan bir.
Lagipula tak ada kesulitan dengan bangsat-bangsat Jepang itu selama kita tak memakai
sepatu di rumah. Bangsat-bangsat itu bisa mengamuk kalau kita tak menanggalkan sepatu."
"Dengar," ujar Blackthome. "Di sini ada imam. Seorang Jesuit."
"Jesus Kristus!" Semua kelakar mereka hilang begitu Blackthorne menceritakan tentang
imam itu kepada mereka dan tentang pemenggalan kepala itu.
"Mengapa dia memenggal kepalanya, Pilot?"
"Aku tak tahu."
"Baiknya kita kembali ke kapal. Kalau kaum Papis* itu tahu kita ada di darat "."
Rasa takut menggerayangi ruangan itu sekarang. Salomon, si bisu, hanya mengawasi
Blackthome. Bibirnya bergerak-gerak, gelembung air liur nampak di sudutnya.
"Tidak, Salomon, tidak salah dengar," Blackthorne berkata ramah, menjawab
pertanyaannya yang tak terdengar. "Dia bilang dia Jesuit."
"Kristus, Jesuit atau Dominikan atau persetan apa pun namanya itu, tak ada bedanya,"
ujar Vinck lagi. "Baiknya kita kembali ke kapal. Pilot, tolong tanyakan pada samurai itu,
eh?" "Kita ada di tangan Tuhan," Jan Roper menimpali. Dia salah seorang saudara
petualangan, lelaki muda bermata sipit dengan dahi tinggi dan hidung tipis. "Dia akan
melindungi kita dari penyembah berhala."
Vinck kembali berpaling ke Blackthorne. "Apa kabar dengan orang-orang Portugis itu,
Pilot" Anda pernah melihatnya di dekat-dekat sini?"
"Tidak. Tak ada tanda-tanda mereka ada di desa ini."
"Mereka akan berkerumun di sini begitu mereka tahu tentang kita." Maetsukker
mengatakannya untuk semua dan si bocah Croocq mulai mengerang.
"Ya, dan kalau sudah ada satu imam, mestinya ada yang lainnya." Ginsel menjilat bibir
keringnya. "Dan para penakluk mereka yang terkutuk itu pastilah tak jauh."
"Itu benar," Vinck menambahkan tak senang. "Mereka seperti kutu."
"Jesus Kristus! Papis!" seseorang bergumam. "Dan para penakluk itu!"
"Tapi kita kan ada di wilayah Jepang, Pilot?" van Nekk bertanya. "Imam itu
James Clavell BUKU PERTAMA 36 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
memberitahu ini kepadamu?"
"Ya. Mengapa?" Van Nekk beranjak lebih dekat dan merendahkaty suaranya. "Kalau benar ada sejumlah
imam di sini dan beberapa pribumi itu juga Katolik, mungkin bagian lain dari cerita itu juga
betul tentang kekayaan itu, emasnya, peraknya dan batu-batu berharganya." Sesaat
semuanya terdiam. "Anda pernah melihatnya, Pilot" Ada emas. Ada permata tulen yang
dipakai pribuminya ataukah emas?"
"Tidak. Tak ada." Blackthorne berpikir sesaat "Aku tak ingat aku melihatnya atau tidak.
Tak ada kalung atau manik-manik atau gelang. Dengar, ada yang harus kuberitahukan pada
kalian. Aku sudah ke Erasmus tapi disegel." Blackthorne menceritakan apa yang terjadi dan
kecemasan mereka bertambah.
"Jesus, seumpama kita tak bisa balik ke kapal dan imam-imam itu ada di darat dan
papis-papis itu ... Kita hatus enyah dari sini." Suara Maetsukker mulai bergetar."Pilot, apa
yang akan kita perbuat" Mereka akan membakar kita hidup-hidup! Conquitadores* itu
bangsat-bangsat itu akan mengacungkan pedangnya ...."
"Kita ada di tangan Tuhan," Jan Roper mengingatkan dengan penuh keyakinan. "Dia
akan melindungi kita dari orang-orang anti Kristus. Itu janjiNya sendiri. Tak ada yang perlu
ditakuti." Blackthorne berkata. "Kalau aku melihat caranya samurai Omi-san itu membentak si
imam aku yakin dia membencinya. Justru bagus, eh" Yang ingin kuketahui, mengapa imam
itu tak memakai jubah yang biasa. Mengapa mesti warna jingga" Aku tak pernah melihat
sebelumnya." "Ya, itu membuat orang penasaran," ujar van Nekk.
Blackthorne mengangkat kepala, menatapnya. "Boleh jadi pengaruh mereka tak begitu
kuat. Itu bisa banyak membantu kita."
"Apa yang mesti kita perbuat, Pilot?" Ginsel bertanya.
"Bersabarlah dan tunggulah sampai ketuanya, yang disebut daimyo, datang. Dia akan
melepaskan kita. Mengapa tidak" Kita kan tak berbuat apa-apa terhadap mereka. Kita malah
punya barang-barang yang akan diperdagangkan. Kita bukan bajak laut, kita tak perlu
takut."
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
James Clavell BUKU PERTAMA 37 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Benar sekali dan jangan lupa, Pilot mengatakan orang-orang biadab itu bukan
semuanya papis," ujar van Nekk, lebih untuk lebih membakar semangatnya semata sendiri
daripada yang lain-lainnya. "Ya. Moga-moga samurai itu membenci si imam. Dan cuma
samurai yang bersenjata. Kan lumayan, eh" Tinggal mengawasi saja samurai-samurai itu dan
merebut kembali senjata kita Akal bagus. Kita sudah di kapal kembali sebelum kau
menyadarinya." "Apa yang terjadi kalau si daimyo ini juga papis?" Jan Roper bertanya.
Tak seorang pun menjawab pertanyaannya. Kemudian Ginsel berkata, "Pilot, eh, orang
berpedang itu, eh dia mencincang orang tak dikenal itu setelah memenggal kepalanya?"
"Ya." "Kristus! Mereka barbar! Orang gila!" Ginsel bertubuh tinggi, anak muda yang tampan
berlengan pendek dan berkaki bengkok. Penyakit kudis telah merontokkan semua giginya.
"Sesudah mencincang kepalanya, yang lainnya cuma berlalu saja" Tanpa berkata apa-apa?"
"Ya." "Jesus Kristus, orang tak bersenjata dibunuh begitu mudahnya" Mengapa dia berbuat
begitu" Mengapa dia membunuhnya?"
"Aku tak tahu, Ginsel. Tapi kau belum pernah melihat kecepatan yang seperti itu.
Detik ini pedangnya disarungkan, detik berikutnya kepala orang itu bergelinding."
"Tuhan lindungi kami!"
"Jesus yang baik," van Nekk bergumam. "Kalau kita bisa kembali ke kapal ... Taik badai
itu, aku merasa tak bcrdaya tanpa kacamataku!"
"Beberapa banyak samurai yang di kapal, Pilot?" Ginse1 bertanya.
"Dua puluh dua di geladak. Tapi lebih banyak yang di darat."
"Kutukan Tuhan akan menimpa orang kafir dan orang-orang berdosa dan mereka akan
dibakar di neraka selama-lamanya."
"Aku ingin memastikan itu, Jan Roper," ujar Blacktorne lagi, suaranya meninggi begitu
dia merasakan kengerian akan pembalasan Tuhan mulai melanda ruangan itu. Dia amat
letih dan ingin tidur. "Tuan boleh merasa yakin, Pilot, oh ya, saya pasti. Saya berdoa mata tuan sudah terbuka
akan kebenaran Tuhan. Bahwa tuan akhirnya menyadari bahwa kami semua di sini karena
James Clavell BUKU PERTAMA 38 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tuan"apa yang tertinggal pada kami."
"Apa?" Blackthorne balik bertanya, dengan geram.
"Mengapa anda benar-benar membujuk si Kapten-Jenderal untuk mencoba melayari
daerah Jepang" Itu tak termasuk perintah. Kami diperintahkan menjarah Dunia Baru,
memaklumkan perang ke daerah musuh, lalu pulang."
"Ada kapal Spanyol di sebelah utara dan selatan kita dan tak ada jalan untuk lari.
Apakah ingatanmu sudah hilang bersama-sama akalmu" Kita harus berlayar ke barat"itu
satu-satunya kesempatan kita."
"Saya belum pernah melihat kapal musuh, Pilot. Tak seorang pun dari kita pernah
melihatnya." "Ayolah, Jan," ujar van Nekk dengan suara letih. "Pilot sudah melakukan apa yang
dipikirnya paling baik. Sudah tentu orang-orang Spanyol itu ada di sini."
"Ya, itulah kenyataannya, dan kita berada ribuan mil dari rumah dan sedang di perairan
musuh, demi Tuhan!" Vinck meludah. "Itulah kebenaran Tuhan dan kebenaran Tuhan
itulah yang kita pilih. Kita semua mengatakan ya."
"Aku tidak." Sonk berkata, "Tak ada yang menanyai aku."
"Oh, Jesus Kristus!"
"Tenanglah, Johann," ujar van Nekk, mencoba untuk meredakan ketegangan. "Kita
akan menjadi orang orang pertama yang mencapai wilayah Jepang. Masih ingat cerita-cerita
itu, eh" Kita bisa kaya kalau kita pakai otak kita. Kita bisa berdagang barang-barang dan
pasti ada emas di sana"mesti ada. Di mana lagi ki bisa menjual muatan kita" Bukan di
sana, di Duni Baru. Di sana kita diburu dan diganggu! Mereka semu memburu kita dan
orang-orang Spanyol tahu kita sudah jauh dari Santa Maria. Kita harus meninggalkan Chile
dan ada jalan keluar untuk kembali lewat selat itu"sudah tentu mereka tengah menunggu
kita di sana. Pasti! Di sinilah satu-satunya kesempatan kita dan kita punya akal. Muatan kita
bisa ditukar dengan rempah-rempah, emas dan perak. Pikir keuntungannya ribuan kali lipat,
seperti biasanya. Kita sudah di kepulauan rempah-rempah. Kau pasti sudah tahu kekayaan
pulau-pulau Jepang dan Cina, dan kau akan selalu mendengar tentang mereka bukan" Kita
semua sudah. Kalau begitu, buat apa lagi kita menandatangani kontrak ini" Kita akan kaya-
James Clavell BUKU PERTAMA 39 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
raya, lihatlah sendiri!"
"Kita sudah jadi orang mati, seperti juga yang lain. Kita ada di tanah setan."
Vinck berteriak dengan marah, "Tutup mulutmu, Roper! Pilot sudah berbuat yang
benar. Bukan salahnya jika ada yang mati"bukan salahnya. Selalu ada orang mati dalam
pelayaran." Mata Jan Roper sudah berbintik-bintik, orang-orangannya mulai mengecil. "Ya, mogamoga Tuhan menentramkan arwah mereka. Salah satunya, kakakku sendiri."
Blackthorne melongok ke dalam sepasang mata yang fanatik itu dan dia mulai
membenci Jan Roper. Dalam hati dia bertanya pada diri sendiri apakah dia sungguhsungguh berlayar ke Barat untuk mengelakkan kapal-kapal musuh" Ataukah itu di sebabkan
karena dia ingin menjadi nakhoda Inggris pertama yang melewati selat itu, pertama dalam
kedudukan itu, yang sudah siap dan sanggup menuju Barat dan karenanya orang pertama
pula yang memiliki kesempatan untuk mengelilingi dunia"
Jan Roper berbisik, "Bukankah yang lainnya mati karena ambisimu, Pilot" Tuhan akan
menghukummu!" "Sekarang jaga mulutmu," kata-kata Blackthorn terdengar lembut tapi menentukan.
Jan Roper balas memandangnya dengan muka tikusnya yang tetap dingin, tapi
dikuncinya mulutnya rapat rapat.
"Bagus." Blackthorne duduk dengan letih dilantai dan beristirahat di salah satu
bagiannya yang tegak lurus.
"Apa yang harus kita perbuat, Pilot?"
"Tunggu dan beristirahat. Pemimpinnya segera datang"lalu kita akan menyelesaikan
semuanya." Vinck melongok ke kebun, ke samurai yang sedang duduk tak bergerak-gerak di sisi
pintu gerbang. "Lihat bangsat itu. Sudah berjam-jam di situ, tak bergerak, tak berkata apaapa. Menggaruk hidungnya pun tidak."
"Tapi dia kan tak menimbulkan kesulitan, Johan Betul tidak?" ujar van Nekk.
"Ya, tapi yang kita perbuat cuma tidur, meniduri perempuan dan menelan remahremah."
"Pilot, dia cuma sendiri. Kita bersepuluh," Ginsela berkata tenang.
James Clavell BUKU PERTAMA 40 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Sudah kupikirkan itu. Tapi badan kita belum cukup kuat. Untuk menyembuhkan kudis
saja perlu seminggu," sahut Blackthorne resah. "Mereka yang di atas kapal terlalu banyak.
Aku tak ingin menghadapi mereka meskipun seorang saja tanpa tombak atau pistol. Kalian
dijaga pada malam hari?"
"Ya. Mereka mengganti penjaganya tiga atau empat kali Apa ada yang pernah melihat
tukang ronda tertidur?" van Nekk bertanya. Semuanya menggeleng.
"Kita bisa naik ke kapal malam ini," ujar Jan Roper. "Dengan bantuan Tuhan kita akan
mengalahkan orang-orang kafir itu dan merebut kapal."
"Keluarkan tahi kupingmu! Pilot sudah cukup memperingatkanmu! Tidakkah kau
dengar?" Vinck meludah dengan jijik.
"Benar," Pieterzoon, si penembak meriam, sepaham. "Berhenti meludahi Vinck tua!"
Mata Jan Roper bahkan tambah mengecil. "Sucikan jiwamu Johann Vinck. Dan kau
juga, Jan Pieterzoon. Kiamat sudah mendekat." Dia melangkah pergi dan duduk di serambi.
Van Nekk memecah keheningan. "Segalanya akan menjadi beres. Kau lihat nanti."
"Roper benar. Ketamakanlah yang membawa kita kemari," Croocq, si bocah, berkata
dengan suara gemetar. "Sudah hukuman Tuhan bahwa?"
"Diam!" Bocah itu tersentak kaget. "Ya, Pilot. Maaf tapi"yaah"." Maximilian Croocq anggota
yang termuda di antara mereka, baru enam belas, dan dia melamar untuk ikut berlayar
karena ayahnya salah satu dari kapten kapal armada itu dan keduanya akan bersama-sama
mengadu untung. Tapi bocah itu melihat ayahnya mati secara mengerikan waktu mereka
menjarah sebuah kota Spanyol, Santa Magdalena, di Argentina. Perampokan itu sendiri
berjalan dengan lancar dan dia telah menyaksikan apa itu perkosaan, ikut mencobanya, dan
kemudian membenci dirinya sendiri. Kenyang oleh bau amis darah dan pembunuhan.
Sesudahnya dia melihat lebih banyak lagi kawan-kawannya yang mati dan dari kelima kapal
armada itu hanya tinggal satu yang selamat, sehingga sekarang dia merasa bahwa dialah yang
tertua di antara semuanya. "Maaf, maafkan saya."
"Sudah berapa lama kita di darat, Baccus?" Blackthorne bertanya.
"Ini hari yang ketiga." van Nekk beringsut lebih dekat lagi lalu berjongkok. "Tak ingat
lagi dengan jelas kapan pendaratannya, tapi begitu aku bangun, orang-orang biadab itu
James Clavell BUKU PERTAMA 41 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
sudah berkerumun di atas kapal. Tapi ternyata amat sopan dan ramah. Mereka
menyodorkan makanan dan air hangat. Mengangkati yang mati dan membongkar sauh. Tak
ingat banyak, tapi kupikir mereka menarik kapal dan menambatkannya dengan baik. Kau
sendiri sedang mengigau waktu mereka menyeretmu ke darat. Kita ingin menahanmu untuk
tetap bersama-sama, tapi mereka tak mengizinkan. Salah seorang di antaranya berbicara
bahasa Portugis beberapa patah. Tampaknya dialah kepala desanya, rambutnya sudah
beruban. Dia tak tahu apa itu 'Pilot-Mayor' tapi tahu 'Kapten'. Jelas dia menginginkan
'Kapten' kita berbeda tempat dengan kita, tapi dia berkata lagi bahwa kita semua tak perlu
khawatir karena kau akan dirawat baik-baik. Kita pun demikian pula. Kemudian dia dan
lainnya mengantarkan ke sini, kebanyakan dengan mengotong kita, dan mengatakan untuk
tetap diam di dalam rumah sampai Kaptennya datang. Kita tak mau membiarkan mereka
mengambilmu tapi tak ada yang bisa dilakukan. Mau kau tanyakan si kepala desa itu tentang
anggur dan brandy kita, Pilot?" van Nekk menjilat bibimya dengan rakus lalu
menambahkan. "Sekarang setelah kupikir, rasanya dia ada menyebutkan daimyo. Apa yang
akan terjadi kalau si daimyo tiba?"
"Ada yang punya pisau atau pistol?"
"Tidak," ujar van Nekk sambil menggaruk kutu dirambutnya tanpa sadar. "Mereka
mengambil semua baju buat dicuci dan menyimpan semua senjata. Aku tak berpikir apa-apa
tentang itu saat itu Mereka juga mengambil kunci-kunciku, begitu juga pistolku. Semua
kunci kusatukan di sebuah cincin. Kunci ruang simpan barang penumpang, kunci peti besi
dan kunci gudang peuru."
"Semuanya terkunci rapat. Tak perlu dikuatirkan."
"Aku tak senang kalau kunciku tak ada padaku. Itu membuatku gugup. Keparat mataku
ini, aku perlu brandy seckarang ini, atau sepoci arak."
"Jesus! Sameree itu mencincangnya, ya, tidak?" Sonk berkata pada siapa saja.
"Demi Tuhan, tutup mulutmu. "Samurai" bukan 'Sameree'. Kau sendiri cukup buat
membuat orang terberak-berak," ujar Ginsel.
"Kuharap imam jadah itu tidak datang ke sini," ujar Vinck.
"Kita akan selamat di tangan Tuhan." Van Nekk masih mencoba bersuara. Mengatur
suaranya seperti penuh percaya diri. "Begitu si daimyo datang, kita akan dilepaskan. Kita
James Clavell BUKU PERTAMA 42 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
akan mendapat kapal kita kembali den senjata kita. Lihat saja. Kita akan menjual bawaan
kita den kita akan kembali ke Holland sebagai orang kaya dan selamat, setelah berlayar
mengelilingi dunia, orang Belanda pertama. Orang-orang Katolik itu masuk ke neraka dan
itulah akhir semuanya."
"Tidak, tidak begitu," ujar Vinck. "Papis-papis itu membuatku ngeri. Taik! Mereka dan
pikiranku tentang para penakluk itu. Cuih! Anda rasa mereka akan kuat di sini, Pilot?"
"Aku tak tahu. Kukira ya! Aku mengharap semua kawan-kawan kita akan di sini."
"Anak jadah," ujar Vinck. "Paling tidak kita masih hidup."
Maetsukker berkata. "Boleh jadi mereka sudah pulang. Boleh jadi mereka kembali ke
Selat Magelhaens waktu badai mencerai-beraikan kita."
"Moga-moga kau benar,"sahut Blackthorne. "Tapi kukira mereka semua hilang."
Ginsel gemetaran. "Paling tidak kita masih hidup."
"Dengan papis-papis di sini dan orang-orang kafir yang bau itu tak bakal aku
menukarkan kelakar pelacur tua dengan nyawa kita."
"Terkutuklah saat aku meninggalkan Holland," ujar Pieterzoon. "Taik semua arak! Kalau
saja aku tak lebih gila minum daripada belaian pelacur, aku masih tidur dengan biniku."
"Persetan dengan apa yang kausukai, Pieterzoon. Tapi jangan menyumpahi minuman
keras. Itu sumber hidup!"
"Menurutku kita sekarang berkubang taik sampai ke dagu dan air pasang akan segera
datang." "Tak pernah kupikir kita akan mencapai daratan," ujar Maetsukker. Dia terlihat mirip
musang, bedanya dia tak punya gigi. "Tak bakal. Paling tidak cuma sampai di pulau-pulau
Jepang. Papis bangsat. Taik, pelacur! Kita takkan pergi hidup-hidup dari sini! Kuharap kita
punya pistol. Benar-benar pendaratan sial! Aku tak bermaksud apa-apa, Pilot," ujarnya
cepat, begitu Blackthorne berpaling kepadanya. "Cuma nasib sial, itu saja."
Kemudian para pelayan membawakan mereka makanan lagi. Selalu yang sama: sayurmayur matang dan mentah dengan cuka sedikit, sup ikan, dan bubur gandum. Mereka
semua menampik potongan-potongan kecil ikan mentah itu dan minta daging atau arak.
Tapi mereka mengerti, dan lalu, waktu mentari hampir terbenam, Blackthorne pergi. Dia
sudah letih akan rasa takut, rasa benci dan omongan-omongan jorok mereka Dikatakannya
James Clavell BUKU PERTAMA 43 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
pada mereka dia akan kembali setelah subuh.
Toko-toko nampak sibuk di jalanan sempit itu. Blackthorne menemukan jalannya dan
pintu gerbang ke rumahnya. Noda-noda darah di tanah telah disapu bersih dan mayat itu
pun sudah tak ada. Pintu gerbang kebun sudah dibuka orang sebelum dia sempat
menyentuhnya. Si tukang kebun tua, masih dengan kancutnya, meskipun angin bertiup dingin,
mengejapkan matanya dan membungkuk, "Konbanwa."*
"Halo," ujar Blackthorne tanpa berpikir. Dia melangkahi beberapa anak tangga,
berhenti, mengingat ingat sepatu larsnya. Ditanggalkannya sepatunya dan melangkah
dengan kaki telanjang ke serambi dan memasuki ruangan. Diseberanginya ruangan itu dan
berjalan sampai ujung lorong namun tak dapat menemukan kamarnya.
"Onna." teriaknya.
Seorang wanita tua muncul. "Hai?"*
"Di mana Onna?"
Wanita tua itu mengernyitkan kening dan menunju pada dirinya sendiri. "Onna!"
"Oh, demi Tuhan." Blackthorne berucap jengkel. "Di mana kamarku" Di mana Onna?"
Dibukanya pintu kayu cedar berlapiskan kertas segi empat itu. Empat orang Jepang tengah
duduk dilantai mengelilingi sebuah meja rendah, sedang asyik makan. Dikenalinya salah
satu dari mereka adalah lelaki beruban itu, si kepala desa yang tadi bersama-sama dengan si
imam. Mereka semua membungkuk. "Oh, maaf," ujarnya, dan kembali menutup pintu itu.
"Onna!" dia berteriak.
Si wanita tua berpikir sesaat lalu memberi isyarat. Blackthorne mengikutinya memasuki
lorong lainnya. Wanita itu meluncurkan pintunya ke samping. Blackthorne langsung
mengenali kamarnya dari salib di situ. Selimut-selimutnya sudah terlipat rapi.
"Terimakasih," ujarnya, "Sekarang jemputlah, Onna!"
Wanita tua itu melangkah pergi. Blackthorne duduk, kepala dan tubuhnya terasa nyeri,
dan dia berdoa moga-moga ada kursi, sambil bertanya-tanya pada diri sendiri di mana kursikursi itu disimpan. Bagaimana caranya naik ke kapal" Bagaimana caranya mendapatkan
pistol" Mesti ada caranya. Kaki-kaki berdatangan kembali, dan sudah ada tiga perempuan
sekarang, si wanita tua, seorang gadis kecil berwajah bundar dan wanita setengah baya itu.
James Clavell BUKU PERTAMA 44 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Wanita tua itu menunjuk ke si gadis yang nampak agak ketakutan. "Onna."
"Bukan". Blackthome bangun dengan marah dan menuding ke wanita setengah baya
itu. "Ini dia Onna, demi Tuhan! Kau tak tahu namamu" Onna! Saya lapar. Bisa dapat
makanan sedikit?" Digosok-gosoknya perutnya, menirukan orang kelaparan. Mereka saling
berpandangan. Lalu wanita setengah baya itu mengangkat bahu, mengatakan sesuatu yang
menjadikan yang lainnya tertawa, melangkah ke tempat tidur dan mulai membuka bajunya.
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dua yang lainnya berjongkok dengan mata melebar dan penuh harap.
Blackthorne terkejut. "Apa yang kalian lakukan?"
"Ishimasho!"* ujar wanita itu sambil menyingkirkan pengikat pinggangnya yang lebar
dan membuka kimononya. Dadanya rata, air susunya sudah kering dan perutnya besar.
Sudah jelas wanita itu ingin naik ke tempat tidur Blackthorne menggeleng,
menyuruhnya berpakaian sambil memegang lengannya dan kedua wanita yan lainnya mulai
bercakap-cakap dan memberi isyarat dan wanita setengah baya itu mulai marah. Dia
menanggalkan baju dalamnya dan, dalam keadaan bugil, mencoba untuk kembali ke atas
tempat tidur. Obrolan mereka berhenti dan wanita-wanita itu membungkuk begitu si kepala desa
datang tanpa bersuara ke lorong. "Nanda" Nanda?"* tanyanya.
Si wanita tua menerangkan apa yang terjadi. "Tuan mau perempuan ini?" tanyanya tak
masuk akal dengan logat Portugis yang hampir tak dapat dimengerti, sambil menunjuk
kepada wanita yang sudah dalam keadaan bugi1 itu. "Tidak, tidak, tentu tidak. Saya cuma
mau onna mengambilkan makanan," Blackthorne menunjuk tak sabar kepadanya. "Onna!"
"Onna berarti perempuan." Orang Jepang itu menunjuk ke semua wanita itu. "Onna"
onna"onna. Tuan mau onna?"
Blackthorne menggeleng dengan letih. "Tidak, tidak, terima kasih. Saya berbuat
kesalahan. Maaf. Siapa namanya?"
"Bagaimana?" "Siapa namanya?"
"Namanya Haku," ujar orang itu.
"Haku?" "Hai. Haku!" James Clavell BUKU PERTAMA 45 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Maafkan saya, Haku-san. Saya kira Onna itu namamu."
Orang itu menerangkan pada Haku dan tampaknya wanita itu kurang senang. Tapi
orang itu mengatakan sesuatu dan semua wanita itu memandang Blackthorne, terkekeh di
belakang tangannya dan pergi. Haku melangkah pergi dalam keadaan bugil, mengepit
kimononya di lengannya, dengan keanggunan tiada tara.
"Terimakasih," ujar Blackthorne, marah karena ketololannya sendiri.
"Ini rumah saya. Nama saya Mura."
"Mura-san. Nama saya Blackthorne."
"Bagaimana?" "Nama saya Blackthorne?"
"Ah! Berr-rakk-fon." Mura mencoba mengatakannya berkali-kali tapi tak sanggup.
Akhirnya dia menyerah dan meneruskan pengamatannya pada raksasa yang kini di
hadapannya. Ini adalah orang barbar pertama yang pernah dilihatnya selain Pater Sebastio,
dan imam satunya, beberapa tahun yang lewat. Tapi, imam-imam itu berambut hitam,
bermata hitam dan berperawakan sedang. Lelaki ini: tinggi, berambut pirang, berjenggot
pirang dengan mata biru dan berkulit pucatl jika berpakaian tapi juga merah kalau telanjang.
Mengagumkan! Kupikir semua orang berambut hitam dan bermata hitam. Kita semua
begitu. Orang Cina begitu, dan tidakkah Cina itu mencakup seluruh dunia kecuali negeri
orang barbar di selatan Portugis itu" Dan mengapa Pater Sebastio amat membenci orang
ini" Karena dia ini pemuja setan" Kukira tidak begitu, sebab Pater Sebastio mampu
Harpa Iblis Jari Sakti 2 Pendekar Mata Keranjang 14 Dayang Naga Puspa Rahasia Pengkhianatan Baladewa 1