Shogun 3
Shogun Karya James Clavell Bagian 3
"Tak apa-apa, Pilot," Vinck berbisik. "Saya"kami sudah setuju dan itu adil. Sudah
kehendak Tuhan. Saya akan"sudah ..." Dia meraba-raba kaki tangga namun Blackthorne
tetap berdiri dengan teguh di tengah jalan, menghadapi Omi.
"Kalian takkan pergi tanpa melawan. Tak seorang pun."
"Menjauhlah dari tangga, Pilot! Anda diperintahkan menjauh!" Dengan badan gemetar
Spillbergen tetap terdiam di sudutnya, sejauh mungkin dari celah. Suaranya bergetar,
"Pilot!" "Tapi Blackthorne tak mendengarkan. "Bersiaplah!"
Omi mundur setapak dan meneriakkan perintah dengan suara menghardik pada anak
buahnya. Seketika itu juga seorang samurai, diikuti rapat-rapat oleh dua yang lainnya, mulai
menuruni anak tangga, pedang mereka sudah dicabut dari sarungnya Blackthorne memutar
kaki tangga dan menyambut orang yang pertama, mengelak dari ayunan pedangnya yang
ganas, mencoba untuk mencekik orang tadi sampai mati.
"Ayo! Mulai. Demi nyawamu!"
Blackthorne mengendorkan pegangannya supaya orang itu terjatuh dari anak tangga dan
dengan rasa mual terpaksa berpelukan dengannya begitu orang kedua menghujamkan
pedangnya ke bawah, ke arahnya. Vinck tersadar dari keadaan nanarnya dan menerjang ke
arah si samurai, dengan membabi-buta. Dia mencegat ayunan yang mungkin akan mampu
mengiris pinggang Blackthorne, menahan getaran mata pedang dan menghujamkan tinjunya
yang sebelah lagi ke tungkai paha orang itu. Samurai itu tersengal dan menendang dengan
ganas. Vinck seolah tak mengindahkan tendangannya. Dia memanjat anak tangga dan
menyerang orang itu untuk merenggut pedangnya, kuku-kukunya merobek mata orang itu.
Kedua samurai lainnya terhalang oleh sempitnya ruangan dan oleh Blackthorne, namun
sebuah tendangan yang berasal dari seorang antara mereka berhasil mengenai wajah Vinck
dan membuatnya terhuyung-huyung. Samurai yang di tangga menetak Blackthome, gagal,
kemudian seluruh anak buah Blackthorne ramai-ramai menyerbu tangga.
Croocq menghujamkan tinjunya ke kuda-kuda kaki samurai dan merasa mengenai tulang
keringnya. Orang itu berhasil melempar keluar pedangnya dari lubang"tak mengharapkan
lawannya bersenjata dan terjungkal dengan keras ke lumpur. Vinck dan Pieterzoon samasama jatuh menindihnya. Orang itu melawan kembali dengan ganas sementara yang lainnya
James Clavell BUKU PERTAMA 92 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
menyambut samurai-samurai yang akan datang menganggu. Blackthorne memungut pedang
pendek Jepang dan mulai memanjat tangga. Croocq, Jan Roper dan Salamon mengikutinya.
Kedua samurai itu melangkah mudur dan berdiri pada pintu masuk, pedang maut mereka
terlihat siap menerkam. Balckthorne tahu bahwa pedang pendeknya tak setanding dengan
pedang-pedang itu. Meskipun demikian, dia menyiapkannya juga, yang lain berada di
dekatnya, siap membantu. Begitu kepalanya menyembul sedikit di atas tanah, sebilah
pedang terayun hanya berselisih satu inci. Ke arahnya sebuah tendangan mematikan dari
seorang samurai yang tak terlihat mengirimkannya ke tanah kembali.
Blackthorne berpaling dan melompat kembali, mengelakkan gerombolan yang sedang
menggeliat-geliat bertarung, mencoba untuk mengalahkan si samurai dalam kubangan
lumpur yang baru itu. Vinck balas menendang belakang leher orang itu dan dia menjadi
lemas. Vick meninjunya berulang kali sampai Blackthorne menariknya mundur.
"Jangan bunuh dia"kita menggunakannya sebagai sandera!" Blackthorne berteriak
sambil merayap terseok-seok dengan nekad ke tangga, ke gudang. Tapi ternyata terlalu
panjang. Di atas samurai-samurai lainnya menunggu dengan garang di mulut pintu kolong.
"Demi Tuhan, Pilot, hentikan!" Spillbergen mendekat. "Mereka bisa membunuh kita
semua"Anda bisa membunuh kita semua! Hentikan dia, siapa saja!"
Omi meneriakkan perintah lebih banyak lagi dan tangan-tangan yang kuat di atas
mencegah Blackthorne yang ingin menghalangi pintu masuk dengan tangga.
"Awas!" teriaknya.
Tiga samurai lagi, sambil membawa pisau dan hanya mengenakan kancut, melompat
dengan gesit ke dalam gudang. Dua yang pertama sengaja menjatuhkan dirinya ke atas
tubuh Blackthorne dan merubuhkannya tanpa daya ke tanah, lalu mulai menyerang dengan
ganas. Blackthorne terkunci di bawah tindihan kekuatan dua orang itu. Dia tak dapat
menggunakan pisaunya dan merasa kemauannya untuk melawan berkurang dan dia berharap
dia memiliki ketrampilan Mura, si kepala desa, dalam pertarungan tak bersenjata. Dia tahu
dan tanpa daya bahwa dia tak lagi mampu bertahan lebih lama namun dia berusaha untuk
terakhir kali dan berhasil menghentakkan sebelah tangannya sampai terlepas dari himpitan.
Sebuah pukulan tanpa ampun dari tangga sekeras batu karang hinggap di kepalanya dan
James Clavell BUKU PERTAMA 93 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
sebuah lagi menyusul, menciptakan ledakan warna-warni ingatannya, namun dia masih
tetap balas melawan. Vinck memeras tenaganya menghadapi salah satu samurai ketika samurai ketiga jatuh
menimpanya dari pintu atas dan Maetsukker menjerit begitu sebilah pedang pendek
menyayat lengannya. Van Pieterzoon terdengar berkata," Demi Kristus, lukai mereka,
jangan aku," namun saudagar itu tak mendengar karena di tengah dilanda ketakutan.
Blackthorne menangkap leher seorang samurai, tapi pegangannya terlepas karena
keringat bercampur lumpur, dan dia sudah hampir berdiri seperti banteng gila mencoba
untuk mengibaskan kotoran itu ketika datang sebuah pukulan menghantamnya dan dia
terjatuh dalam kegelapan. Ketiga samurai itu berhasil memanjat ke atas dan anak buah
Blackthorne, yang kini tak lagi berpemimpin, hanya dapat melangkah mundur dari kilatan
ketiga pedang pendek mereka. Para samurai sudah menguasai keadaan gudang itu dan kini
dengan putaran pedang pendek mereka, tanpa maksud untuk membunuh atau
melumpuhkan, tapi cuma untuk memaksa orang-orang yang terengah-engah dan ketakutan
itu menghadap tembok, menjauh dari tangga tempat Blackthorne dan samurai pertama
tergeletak tanpa daya. Omi datang dengan angkuh ke dalam lubang dan segera menarik orang terdekat, yakni
Pieterzoon. Dia menariknya dengan kuat menuju tangga.
Pieterzoon menjerit dan menggeliat-geliat, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman
Omi, tapi sebilah pedang pendek menyayat pinggangnya dan sebilah lagi merobek
lengannya. Tanpa ampun, pelaut yang tengah memekik itu kembali menabrak tangga.
"Kristus, tolong aku, bukan aku yang harus pergi, bukan aku, bukan aku?" Kedua kaki
Pieterzoon sudah menginjak anak tangga terbawah sambil berusaha menghindari tusukantusukan pedang itu, dan kemudian, "Tolong aku, demi Tuhan", dia menjerit untuk terakhir
kalinya sambil berpaling dengan tangannya menggapai-gapai tak beraturan di udara.
Omi membuntuti dengan santai.
Seorang samurai mengikuti. Disusul lainnya. Yang ketiga mengambil pedang pendek
yang telah digunakan Blackthorne. Dia membalikkan punggungnya dengan wajah
mencemooh, melangkahi tubuh kawannya yang pingsan dan memanjat pergi.
Tangga itu ditarik ke atas. Udara dan langit dan cahaya lenyap. Palang-palang pintu
James Clavell BUKU PERTAMA 94 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
dihempas ke tempatnya. Kini hanya ada kesuraman dan suara-suara helaan napas bercampur
dengan detak-detak jantung dan cucuran keringat serta bau apak. Lalat-lalat kembali
berdatangan. Sesaat tak seorang pun bergerak. Jan Roper memperoleh luka kecil pada pipinya,
Maetsukker terus-menerus mengeluarkan darah, yang lainnya kebanyakan terguncang hebat.
Kecuali Salamon. Dia meraba-raba menghampiri Blackthorne, membebaskannya dari
tindihan samurai yang pingsan itu. Dia menggumamkan sesuatu di mulut dan menunjuk ke
ai Croocq mengambil seadanya dari dalam buli-buli membantunya menyangga Blackthorne
yang masih tak berkutik pada dinding. Bersama-sama mereka mulai membersihkan lumpur
dari wajahnya. "Waktu bangsat-bangsat itu"waktu mereka menghimpitnya aku rasa"aku mendengar
bunyi gemeretak lehernya atau bahunya retak," ujar bocah itu, dadanya turun naik. "Dia
sudah seperti mayat, oh Jesus!"
Sonk memaksa kedua kakinya berdiri dan menghampiri mereka. Dengan hati-hati
digerak-gerakkannya kepala Blackthorne dari sisi ke sisi, dan meraba-raba bahunya.
"Nampaknya tak apa-apa. Tinggal menunggu dia siuman untuk menceritakan semua."
"Oh, Tuhan," Vinck mulai merengek. "Kasih Pieterzoon"aku pasti dikutuk"aku pasti
dikutuk.' "Kau sudah akan pergi saat itu. Pilot yang menghentikanmu. Kau akan seperti yang kau
janjikan, aku sempat melihatmu"demi Tuhan." Sonk mengguncang-guncang Vinck, tapi
dia tak mempedulikan. "Aku melihatmu, Vinck." Dia berpaling ke Spillbergen sambil
mengusir pergi lalat-lalat. "Tidakkah itu betul?"
'"Ya, dia sudah hampir pergi. Vinck, berhenti mengerang. Itu kesalahan Pilot. Beri aku
air sedikit." Jan Roper mengambil sedikit air dengan kendi dan meminumnya. Lalu membasahi luka
di pipinya. "Vinck seharusnya pergi. Dia itu domba Allah. Dia sudah dipilih. Dan sekarang
jiwanya disita. Oh, Tuhan yang pemurah ampunilah dia, dia bisa dibakar di neraka selamalamanya."
"Beri aku air sedikit." Si Kapten-Jenderal mulai merengek. Van Nekk mengambil kendi
itu dari Jan Roper dan menyodorkannya pada Spillbergen. "Itu bukan salah Vinck," ujar van
James Clavell BUKU PERTAMA 95 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Nekk letih. "Dia tak mampu bangun, tak ingat kau" Dia minta tolong orang untuk membantunya
berdiri. Aku takut sekali sampai aku sendiri tak bisa berkutik, dan aku tak usah pergi."
"Itu bukan salah Vinck," ujar Spillbergen. "Bukan. Itu salahnya." Mereka semua
memandang Blackthorne. "Dia gila."
"Semua orang Inggris gila," ujar Sonk. "Apa kau pernah tahu ada yang tidak" Seorang
saja. Garuklah satu di antaranya dan kau akan menemukan seorang yang sakit jiwa atau
bajak laut." "Bangsat, mereka semua" seru Ginsel.
"Tidak, tidak semua," ujar van Nekk meralat. "Pilot hanya melakukan apa yang
dirasakannya benar. Dia sudah melindungi kita dan membawa kita berlayar sekian puluh
ribu mil laut." "Melindungi kita" Taik kucing! Kita semula lima ratus orang waktu mulai berlayar dan
lima kapal. Sekarang kita cuma sembilan!"
"Bukan salahnya, armada itu terpecah belah. Bukan salahnya, badai menerpa kita semua."
"Kalau bukan karena dia, kita sudah ada di Dunia Baru. Demi Tuhan! Dialah yang
mengatakan kita bisa mencapai pulau-pulau Jepang. Dan atas nama Jesus Kristus yang
manis, lihat di mana kita sekarang."
"Kita semua setuju untuk mencoba meraih Jepang Kita semua sudah sepakat." van Nekk
berkata letih "Kita sudah ambil suara."
"Ya. Tapi dialah yang membujuk kita."
"Awas!" Ginsel menunjuk ke sisi samurai yang tengah bergerak-gerak dan mengerang.
Sonk cepat meluncur ke arahnya, menghujamkan tinjunya ke dagunya. Orang itu pingsan
kembali. "Demi Kristus! Buat apa bangsat-bangsat itu meninggalkannya di sini" Sebenarnya
mereka bisa menggotongnya keluar bersama mereka, gampang. Tak ada yang bisa kita
perbuat." "Kau pikir mereka kira dia sudah mampus?"
"Tak tahu! Mestinya mereka melihatnya. Demi Tuhan, andainya aku bisa minum bir
dingin," ujar Sonk. James Clavell BUKU PERTAMA 96 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Jangan pukul dia lagi, Sonk, jangan bunuh dia. Dia sandera." Croocq menatap Vinck,
yang duduk mendekam pada dinding, terbenam dalam rasa bencinya yang cengeng. "Tuhan
menolong kita semua. Apa yang akan mereka perbuat terhadap Pieterzoon" Apa yang
mereka perbuat terhadap kita?"
"Itu salah si Pilot," ujar Jan Roper. "Cuma dia."
Van Nekk memicingkan matanya dengan bernafsu pada BIackthorne.
"Sudah tak jadi soal lagi sekarang. Ataukah masih" Salah siapa sekarang dan dulu?"
Maetsukker berusaha berdiri tegak, darah masih mengalir dari pangkal lengan kanannya.
"Aku luka tolong, siapa saja."
Salamon membuat pembalut dari sepotong kain dan menyumbat darahnya. Sayatan pada
siku Maetsukker terlihat dalam namun tak ada urat darah atau pembuluh nadi yang tergores.
Lalat-lalat mulai mengkhawatirkan luka itu.
"Lalat terkutuk! Dan Tuhan pasti mengirim si Pilot ke neraka!" ujar Maetsukker. "Sudah
disepakati. Tapi, oh tidak! Dia harus menyelamatkan Vinck! Dan sekarang darah Pieterzoon
tertumpah di tangannya dan kita semua menderita karena dia."
"Tutup mukamu! Dia bilang tak seorang pun dari anak buahnya?"
Terdengar langkah-langkah kaki di atas. Pintu kolong terbuka. Penduduk desa mulai
menuangkan tong remah-remah ikan dan air laut ke dalam gudang bawah tanah itu. Waktu
tanahnya sudah terendam air setinggi enam inci, mereka berhenti.
Jeritan itu mulai, waktu bulan sudah tinggi di atas. Yabu tengah berlutut di kebun sebelah
dalam rumah Omi. Tanpa bergerak. Diamatinya sinar rembulan pada pohon yang tengah
mekar itu, cabang-cabangnya terpantul pada langit yang lebih cerah, bunga-bunganya yang
mengelopak kini hampir tak berwarna. Sehelai daun bunga tampak melingkar dan dia
berpikir, Keindahan Tak berkurang Karena terjatuh Di sepoi angin James Clavell BUKU PERTAMA 97 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Daun bunga yang lain terjatuh. Angin mendesah dan memungut yang lain. Pohon itu
hampir tak mungkin setinggi manusia, sudah terbentuk antara batu karang berlumut yang
nampaknya memang tumbuh dari tanah, sedemikian cerdiknya mereka ditempatkan.
Kesemuanya membutuhkan tekad Yabu untuk memusatkan pikiran pada pohon,
kelompok bunga, langit dan malam, untuk merasakan kelembutan sentuhan angin, mencium
kemanisan cita-rasa laut, memikirkan sajak-sajak, namun juga tetap membuka telinganya
guna mencapai penderitaan yang dimaksud. Tulang punggungnya terasa lumpuh. Hanya
tekadnya yang membuatnya mematung bagai batu karang. Kesadaran: ini membangkitkan
tingkat hawa nafsu di luar kata-kata. Dan malam ini terasa lebih kuat atau lebih ganas dari
pada biasanya. "Omi-san, berapa lama Tuan kita di sana?" Ibu Omi berbisik ketakutan dari dalam
rumah. "Aku tak tahu."
"Jeritan itu tak tertahankan. Kapan berhentinya?"
"Entahlah," sahut Omi.
Keduanya tengah duduk di belakang tirai dalam kamar terbaik nomor dua. Kamar terbaik
nomor satu, yakni kamar ibunya, telah diberikan kepada Yabu dan dua kamar itu
menghadap ke kebun yang telah dibangun Omi dengan susah payah. Mereka dapat melihat
Yabu lewat kisi-kisi, pohon itu memantulkan sinar dingin pada wajahnya, sinar rembulan
berkilauan pada pangkal pedangnya. Dia mengenakan haori atau jaket luar di atas
kimononya yang muram warnanya.
"Aku ingin tidur," ujar wanita itu gemetar. "Tapi aku tak bisa tidur dengan kegaduhan
itu. Kapan berhentinya?"
"Aku tak tahu. Bersabarlah," ujar Omi lembut. "Suara-suara itu akan berhenti sebentar
lagi. Besok daimyo Yabu akan kembali ke Yedo. Bersabarlah, aku mohon." Tapi Omi tahu
bahwa siksaan itu akan berlanjut hingga fajar. Memang sudah direncanakan begitu.
Omi mencoba memusatkan pikiran karena bangsawan majikannya bermeditasi di dalam
jeritan itu. Omi mencoba lagi mengikuti contohnya. Tapi jeritan yang berikut membuyarkan
konsentrasinya semula dan dia berpikir, aku tak sanggup. Aku belum sanggup. Aku tak punya
James Clavell BUKU PERTAMA 98 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
penguasaan diri atau kekuatan seperti dia. Atau apakah itu b
enar kekuatan" Tanyanya pada
sendiri. Dia dapat melihat wajah Yabu dengan jelas mencoba membaca ekspresi aneh pada wajah
daimyonya: sejumlah getaran pada bibirnya yang mulai mengendur, setitik air ludah di sudut
kedua biji matanya yang menatap celah hitam yang bergerak hanya dengan daun bunga.
Hampir seperti dia baru mencapai puncak tanpa menyentuh dirinya sendiri. Apakah itu
mungkin" Inilah pertama kalinya Omi berhubungan dekat dengan pamannya, sebab dia sendiri
hanya mata rantai kecil dalam silsilah marga itu, dan wilayah kekuasaanya di Anjiro dan
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
daerah sekitarnya tergolong miskin dan tidak penting. Omi adalah yang termuda dari ketiga
anak laki-laki orang tuanya, dan ayahnya, Mizumo, bersaudara enam. Yabu adalah yang
tertua dan pemimpin marga Kasigi, ayah Omi, yang kedua. Omi sendiri berusia dua puluh
satu tahun dan telah mempunyai bayi.
"Di mana isterimu yang tak tahu diri itu," ibunya merengek sengit. "Aku ingin dia
menggosok punggung dan bahuku."
"Dia harus pergi menjenguk ayahnya, Ibu tak ingat" Ayahnya sakit payah, Ibu. Biar aku
yang menggantikannya."
"Jangan. Suruh saja seorang pelayan kali ini. Istrimu sama sekali tak punya perasaan.
Mestinya dia bisa menunggu dulu beberapa hari. Aku datang jauh-jauh dari Yedo
menjengukmu. Perjalanan yang dua minggu itu saja sudah tak tertahankan dan apa yang
terjadi" Aku baru seminggu di sini dan dia sudah pergi. Mestinya dia menunggu dulu! Tak
ada gunanya, dia itu. Ayahmu keliru sekali mengatur perkawinanmu dengan dia. Kau harus
memberitahu dia untuk pergi selamanya"menceraikan orang yang tak ada gunanya itu buat
selamanya. Dia malah tak mampu mengurut punggungku dengan baik. Paling tidak kau
harus memukulnya habis-habisan. Mengerikan betul jeritan itu! Mengapa tak juga
berhenti?" "Akan berhenti. Tak lama lagi."
"Mestinya kau memukul dia sampai payah."
"Ya." Omi mulai memikirkan isterinya, Midori, dan hatinya melonjak. Dia begitu cantik,
halus, lembut dan pintar, suaranya begitu jernih dan musiknya sama bagusnya dengan
James Clavell BUKU PERTAMA 99 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
pelacur mana pun di Izu. "Midori-san, kau harus pergi segera," ujarnya pada isterinya dengan diam-diam.
"Omi-san, ayahku memang sakit payah tapi tempatku di sini, buat melayani Ibumu, neh?"
jawab isterinya. "Seandainya daimyo kita datang rumah ini harus dipersiapkan. Oh, Omisan, ini penting sekali, saat terpenting dalam pengabdianmu, neh" Kalau daimyo Yabu
sampai terkesan, boleh jadi dia akan memberimu wilayah kekuasaan yang lebih baik, kau
patut mendapat imbalan yang lebih baik! Kalau ada apa-apa sementara aku pergi, aku takkan
memaatkan diriku sendiri dan inilah pertama kalinya kau punya peluang buat mengungguli
yang lainnya dan harus berhasil. Dia pasti datang. Ayolah banyak yang harus dilakukan."
"Ya, tapi aku lebih suka kau pergi sekarang juga Midori-san. Tinggal dua hari saja di
sana, lalu cepatlah pulang lagi."
Isterinya telah memohonnya namun Omi tetap bersikeras dan isterinya akhirnya pergi
juga. Omi menginginkan isterinya sudah pergi dari Anjiro sebelum Yabu tiba dan sementara
lelaki itu menjadi tamu rumahnya. Bukannya daimyo itu berani menjamahnya tanpa
izinnya"itu tak terpikirkan karena dia, Omi, memiliki hak, kehormatan, dan kewajiban
menurut hukum, untuk melenyapkan si daimyo. Tapi dulu dia memperlihatkan bahwa Yabu
memandangi isterinya ketika mereka baru saja menikah di Yedo dan dia selalu
menginginkan untuk meniadakan sumber kejengkelan apa pun yang dapat membuat
bingung atau membuat malu majikannya sementara daimyo itu di sini. Penting sekali
baginya untuk meninggalkan kesan pada Yabu-sama akan kesetiaannya yang penuh bakti,
wawasannya di masa depan dan nasihatnya. Dan sedemikian jauh segalanya telah berjalan
dengan baik. Dan kapal itu merupakan harta karun tak ternilai, juga anak buahnya. Segala
sesuatunya sempurna. "Sudah kuminta kami rumah kita untuk mengawasimu," ujar Midori sebelum dia pergi,
menghubungkannya dengan ajaran Shinto agama di Jepang yang menyerahkan rumah
mereka ke dalam penjagaannya.
"Dan aku sudah mengirimkan sesajen ke kuil Budha untuk upacara sembahyang. Sudah
kukatakan pada Suwo supaya melakukan tugasnya sebaik-baiknya dan sekaligus
mengirimkan pesan pada Kiku-san. Oh, Omi-san, izinkan aku tetap tinggal."
Tapi saat itu Omi hanya tersenyum dan mengantarnya pergi, air mata isterinya
James Clavell BUKU PERTAMA 100 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
menghapuskan tata riasnya.
Omi merasa sedih tanpa dia di sampingnya sekaligus senang dia sudah pergi. Jeritan itu
pasti akan menyakiti istrinya.
Ibunya mengerjapkan mata di bawah siksaan angin, bergerak sedikit untuk meredakan
rasa nyeri pada bahuhya, tulang sendinya sakit malam ini. Itu angin laut barat, pikirnya.
Tetap masih lebih baik di sini daripada di Yedo. Terlalu banyak rawa di sana dan terlalu
banyak nyamuk. Dia baru saja menangkap sosok tubuh Yabu secara samar-samar di kebun. Diam-diam
dia membenci lelaki itu dan menginginkannya mati. Begitu Yabu mati, Mizuno, suaminya,
akan menjadi daimyo Izu dan akan memimpin marganya. Akan menyenangkan sekali,
pikirnya. Lalu ipar-ipamya yang selebihnya berikut isteri dan anak-anak mereka akan
menjadi patuh terhadapnya, dan sudah tentu, Mizumo-san akan menjadikan Omi ahli
warisnya kalau Yabu sudah mati dan tak ada lagi.
Rasa nyeri menusuk lagi pada lehernya, membuatnya menggeliat sedikit.
"Akan kupanggil Kiku-san," ujar Omi, seketika dia ingat pada si pelacur yang telah
menunggu Yabu dengan sabar di kamar sebelah, bersama anak lelaki itu. "Dia tuli, tuli
sekali." "Aku tak apa-apa, cuma letih saja, neh" Tapi, baik lah. Dia bisa mengurutku."
Omi melangkah ke kamar sebelah. Tempat tidurnya sudah siap. Isinya selimut atas dan
bawah yang disebu futon yang diletakkan di atas tikar. Kiku membungkukkan badan dan
mencoba tersenyum dan menggumam bahwa dia mendapat kehormatan untuk mencoba
menggunakan ketrampilannya yang sederhana terhadpa ibu yang paling terhormat dalam
rumah tangga ini. Dia kelihatan lebih pucat daripada biasanya dan Omi menduga jeritan itu
rupanya juga membekas pada dirinya. Anak laki-laki itu tengah mencoba untuk tidak
memperlihatkan rasa takutnya.
Ketika jeritan itu mulai lagi, Omi dipaksa mengerahkan seluruh ketrampilannya untuk
membujuk Kiku-san supaya tetap tinggal. "Oh, Omi-san, saya tak sanggup menahannya"
mengerikan. Maaf sekali biarkanlah saya pergi"saya ingin menutup teling saya tapi jeritan
itu menembus tangan saya. Kasihan dia, benar-benar mengerikan," ujarnya.
"Aku mohon, Kiku-san, mohon bersabarlah dulu. Yabu-sama memang telah
James Clavell BUKU PERTAMA 101 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
memerintahkan semua ini, neh'"Tak ada yang bisa diperbuat. Tak lama lagi juga berhenti."
"Sudah keterlaluan, Omi-san. Saya tak tahan lagi."
Berdasarkan tradisi yang tak dapat dilanggar, nilai yang semata tak dapat membeli
seorang gadis kalau dia atau majikannya, ingin menolak langganannya, siapa pun orangnya.
Kiku adalah pelacur kelas satu yang paling laku di Izu, dan sekalipun Omi diyakinkan orang
bahwa dia, bukan tandingan seorang pelacur kelas dua di Yedo, Osaka, atau Kyoto, namun
yang jelas dia ada di sini pada puncak karirnya dan karenanya sombong dan mahal. Dan
sekalipun Omi telah sepakat dengan majikannya, si Mama-san Gyoko, untuk membayar
lima kali lipat dari harga biasa, Omi belum yakin betul bahwa Kiku mau tetap tinggal.
Kini Omi tengah mengamati jari-jemarinya yang lincah pada leher ibunya. Dia cantik,
kecil, kulitnya hampir-hampir tembus pandang dan begitu halus. Biasannya dia memiliki
semangat hidup yang meluap-luap. Tapi bagaimana bisa mainan seperti itu merasa bahagia di
bawah beban jeritan seperti itu, tanya Omi pada diri scndiri. Dia senang mengawasinya,
menikmati tubuhnya dan kehangatannya.
Sekonyong-konyong jeritan itu berhenti.
Omi membuka telinga lebar-lebar, mulutnya setengah ternganga, tubuhnya menegang
untuk menangkap suara yang terhalus, menunggu. Dilihatnya jari-jemari Kiku pun telah
berhenti, ibunya tak mengeluh, tapi ikut mendengarkan dengan penuh minat. Omi
mengawasi lewat kisi-kisi ke arah Yabu. Daimyo itu tetap mematung.
"Omi-san!" Yabu akhirnya memanggil.
Omi bangkit dan melangkah ke serambi yang telah dihiasi itu dan membungkuk," Ya,
Tuan!" "Pergi sana dan lihatlah apa yang terjadi."
Omi membungkuk lagi dan melangkah melewati kebun, keluar ke jalan batu kerikil yang
bawahnya, desa dan terus ke pesisir. Jauh di bawah dilihatnya api unggun di dekat salah satu
dermaga dan orang-orang di sebelahnya. Dan, pada lapangan di muka laut itu, dilihatnya
pintu kolong itu berikut empat pengawal.
Ketika melangkah menuju desa dilihatnya kapal orang barbar itu masih terikat dengan
kuat, dilihatnya juga lampu-lampu minyaknya yang menerangi geladak dan sampan-sampan
yang mengelilinginya. Penduduk desa, laki-laki, perempuan dan anak-anak masih tetap
James Clavell BUKU PERTAMA 102 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
membongkar muatan kapal, sementara sampan-sampan nelayan dan beberapa rakit tengah
hilir mudik laksana kunang-kunang. Tumpukan bungkusan besar dan peti kayu tersusun
rapi di pantai. Tujuh meriam sudah di sana dan lainnya tengah dihela oleh tambang dari
sebuah sampan ke tempat yang landai dan dari sana ke pasir di pantai.
Omi gemetar sekalipun angin yang berhembus tak terasa dingin. Biasanya penduduk desa
akan menyanyi sementara bekerja dan merasakan kebahagiaan dalam memikul beban
bersama. Tapi malam ini desa itu tidak seperti biasanya, tenang, meskipun tiap rumah
tangga dan setiap tangan bekerja, bahkan yang paling sakit sekalipun. Orang-orang hilirmudik, saling membungkuk dan bergegas lagi. Sunyi. Bahkan anjing pun terdiam.
Sebelumnya tak pernah seperti ini, pikirnya, tangannya lebih erat menggenggam
pedangnya, mesti tak perlu. Apakah mungkin kami, dewa pelindung desa ini telah pergi"
Mura muncul dari pesisir menghadangnya, lebih dulu mengingatkannya, begitu Omi
membuka pintu kebun. Dia membungkuk. "Selamat malam, Omi-san. Pembongkaran kapal
itu baru selesai tengah hari."
"Orang barbar itu sudah mati?"
"Saya tak tahu, Omi-sama. Saya akan ke sana dan mencari keterangan."
"Kau bisa ikut aku."
Dengan patuh Mura mengikuti, setengah langkah di belakang. Omi senang bercampur
penasaran terhadap kawannya ini.
"Menjelang tengah hari, katamu?" Omi bertanya, tak senang pada keheningan semacam
itu. "Ya. Semuanya berjalan lancar."
"Bagaimana dengan penyamaran itu?"
Mura menunjuk ke kelompok wanita dan anak-anak di dekat salah satu rumah pusat
pembuatan jala, mereka tengah asyik melapisi tikar kasar, Suwo bersama mereka.
"Kita mampu mempreteli meriam itu dari tempatnya dan membungkusnya. Kita akan
membutuhkan paling tidak sepuluh orang buat menyeretnya. Igurashi-san sudah meminta
kuli-kuli pengangkut lebih banyak lagi dari desa sebelah."
"Bagus." "Tapi, bukankah kerahasiaan itu harus dipertahankan, Tuan."
James Clavell BUKU PERTAMA 103 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Igurashi-san akan menekankan hal itu pada mereka, neh?"
"Omi-sama, kita harus memperbanyak karung beras dengan benang ikat kita, semua jala
kita, semua tikar pandan kita."
"Jadi?" "Kalau begitu bagaimana kita bisa menangkap ikan dan melipat-gandakan?"
"Kalian akan mendapat jalan." Suara Omi menajam. "Pajak kalian dinaikkan setengah
lagi musim ini. Yabu-san sendiri yang memerintahkan malam ini."
"Kami sudah membayar pajak tahun ini dan tahun berikutnya."
"Justru itu hak istimewa petani, Mura. Menangkap ikan, bercocok tanam dan memetik
hasil panen dan membayar pajak. Bukan begitu?"
Mura menyahut tenang. "Ya, Omi-san."
"Kepala desa yang tak mampu mengawasi desanya itu orang yang tak ada gunanya, neh?"
"Ya, Omi-san." "Orang desa itu, dia goblok dan suka menghina. Masih ada yang seperti dia?"
"Tak ada, Omi-san."
"Saya harap begitu. Tingkah laku yang jelek tak dapat dimaafkan. Kalau masih ada,
keluarganya harus membayar denda sebanyak satu koku beras dalam bentuk ikan, gandum,
gabah atau apa saja. Harus dibayar dalam tiga bulan."
"Ya, Omi-sama."
Baik Mura maupun Omi tahu bahwa jumlah sebesar itu sepenuhnya di luar kekayaan
keluarga itu. Cuma ada sampan penangkap ikan dan setengah hektar petak sawah yang dulu
dinikmati ketiga saudara Tamazaki itu"kini tinggal dua"bersama-sama isteri mereka,
keempat putera dan ketiga puterinya, dan janda Tamazaki berikut ketiga anaknya. Satu koku
beras adalah ukuran jumlah beras yang kurang lebih dapat menghidupi sebuah keluarga
dalam setahun. Kira-kira lima gantang. Mungkin tiga ratus lima puluh pon beras. Seluruh
pendapatan di kekaisaran itu diukur dengan koku. Dan semua pajak juga.
"Di mana letak bumi para dewa ini kalau kita sudah lupa pada sopan santun?" tanya Omi.
"Baik terhadap yang di bawah maupun di atas kita?"
"Ya, Omi-sama." Mura tengah mengira-ngira di mana bisa memperoleh satu koku
karena desa itu akan menanggung pembayarannya apabila keluarga itu tak sanggup. Dan di
James Clavell BUKU PERTAMA 104 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
mana lagi bisa diperoleh lebih banyak karung beras, benang ikat dan jala. Sebagian mungkin
dapat dirampas dari perjalanan itu. Tapi, uangnya harus dipinjam. Kepala desa sebelah
berhutang budi padanya. Ah! Bukankah putri tertua Tamazaki itu sudah terlihat cantik
dalam usianya yang enam tahun itu dan bukankah usia enam tahun itu usia terbaik bagi
seorang gadis untuk dijual" Dan bukankah penjual anak terbaik di seluruh Izu itu saudara
sepupu nomor tiga dari ibuku"wanita tua mata duitan yang suka meremas-remas
rambutnya sendiri yang menjijikkan itu" Mura mendesah, menyadari bahwa kini dia
memiliki pilihan penawaran yang sengit di mukanya. Tak apa, pikirnya. Boleh jadi anak itu
malah mendapatkan dua koku. Di apasti berharga lebih banyak dari itu.
"Saya minta maaf atas tingkah laku Tamazaki yang jelek dan memohonkan maaf Anda,"
ujar Mura. "Tingkah lakunya yang salah"bukan tingkahmu," Omi menjawab sama hormatnya.
Namun keduanya sama-sama tahu bahwa itu adalah tanggungjawab Mura dan lebih baik
takkan ada lagi Tamazaki yang berikutnya. Namun keduanya sama-sama puas. Permintaan
maaf telah diajukan dan sudah diterima tapi ditolak lagi. Jadi kehormatan kedua lelaki itu
terpuaskan. Mereka berbelok pada sudut dermaga dan berhenti. Omi ragu-ragu sesaat lalu
mengisyaratkan Mura agar berlalu. Kepala Desa itu membungkuk dan pergi dengan rasa
terimakasih. "Sudah mati dia, Zukimoto?"
"Belum, Omi-san. Dia baru saja pingsan lagi."
Omi melangkah ke belanga besi raksasa yang biasa digunakan desa itu untuk membuat
minyak dari lemak ikan paus yang kadang tertangkap jauh di tengah laut pada musim
dingin, atau untuk membuat zat perekat duri ikan, sebuah industri desa.
Orang barbar itu dibenamkan hingga batas bahu dalam rebusan air itu. Wajahnya terlihat
ungu, bibirnya sudah tertarik ke belakang, dari gigi-giginya yang kusam dan menjamur.
Begitu mentari terbenam, Omi mengamati Zukimoto, yang dipenuhi rasa angkuh dan
asyik mengawasi sementara si barbar diikat erat-erat bagai ayam, lengannya melingkari
lututnya, tangannya terkulai lemah pada kedua kakinya, dan dimasukkan ke dalam air
dingin. Sepanjang waktu, si barbar yang berkepala merah dengan perawakan kecil yang
James Clavell BUKU PERTAMA 105 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
selalu ingin dijadikan sasaran Yabu itu mulai berceloteh, tertawa histeris dan menangis.
Imam Katolik itulah yang pertama-tama mendengungkan doanya yang terkutuk.
Kemudian acara penyuluhan api pun dimulai. Yabu tidak hadir di pesisir, namun
perintah-perintahnya sudah diberikan secara khusus dan sudah diikuti dengan tekun. Si
barbar mulai berteriak dan meracau, lalu mencoba membenturkan kepalanya sendiri pada
bibir belanga besi hingga terpaksa dikekang. Sesudahnya menyusul lebih banyak lagi doa,
acara menangis, jatuh pingsan, siuman kembali, menjerit-jerit dalam keadan panik sebelum
rasa nyeri yang sesungguhnya mulai. Omi mencoba untuk menyaksikan seperti sedang
menyaksikan pembunuhan seekor lalat, mencoba untuk tidak melihat pada orangnya. Tapi
dia tak sanggup dan pergi begitu saja secepat mungkin. Tak ada keanggunan apapun
didalamnya, pikirnya, ikut senang dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya tanpa perlu
melihatnya. Tak ada keanggunan apa pun baik bagi si penderita maupun si tersiksa.
Keanggunan itu dipisahkan dari kematian dan tanpa keanggunan tadi itu, apa pokok terakhir
kehidupan ini" tanyanya pada diri sendiri.
Zukimoto dengan tenang menusuk daging setengah matang kaki orang itu dengan
sebuah tongkat, persis seperti yang dilakukan orang terhadap ikan yang direbus hingga
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendidih dan melihatnya kalau-kalau sudah matang. "Dia segera akan sadar lagi. Luar biasa
daya tahannya. Saya kira mereka tidak diciptakan seperti kita. Amat menarik, neh?" ujar
Zukimoto. "Tidak," ujar Omi, membencinya.
Zukimoto segera bersikap seperti pengawalnya dan sikap suka menjilatnya kembali lagi.
"Saya tak bermaksud apa-apa, Omi-san," ujarnya sambil membungkuk dalam-dalam. Tak
ada apa-apa." "Tentu saja. Daimyo Yabu pasti senang melihatmu bekerja begitu baik. Mestinya
dibutuhkan ketrampilan yang besar supaya apinya jangan terlalu besar, sekaligus cukup
panas." "Anda baik sekali, Omi-san."
"Pernah kau lakukan ini sebelumnya?"
"Bukan seperti ini. Tapi Daimyo Yabu memberi kehormatan pada saya karena
kebaikannya. Saya cuma ingin menyenangkan dia."
James Clavell BUKU PERTAMA 106 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Dia ingin tahu berapa lama orang itu bertahan."
"Sampai fajar. Dengan hati-hati."
Omi meneliti belanga itu dengan cermat. Kemudian dia melangkah ke pantai, menuju ke
alun-alun. Semua samurai di sana bangkit dan membungkukkan badan mereka.
"Sunyi sekali di sana, Omi-san," salah seorang di antaranya berkata sambil tertawa dan
mengarahkan ibu jarinya ke pintu kolong. "Mulanya ada suara orang bercakap-cakap dengan
nada marah"dan sejumlah keributan. Kemudian dua di antaranya, mungkin lebih, mulai
merengek bagai anak ketakutan. Tapi sudah lama ini sunyi terus."
Omi mendengarkan. Dia dapat mendengar air tengah diaduk dan gumam suara orang di
kejauhan. Erangan sesekali. "Dan Masjiro?" tanyanya, menyebutkan nama si samurai, yang
atas perintahnya sengaja ditinggalkan di bawah.
"Kami tak tahu, Omi-san. Dia belum memanggil ke luar, boleh jadi dia sudah mati."
Konyol benar Masijiro sampai tak berguna seperti itu, pikir Omi. Dikalahkan begitu saja
oleh orang-orang tak bersenjata, lagi kebanyakan sedang sakit! Menjijikkan! Lebih baik dia
mati. "Tak ada makanan atau air buat besok. Tengah hari buang mayat-mayat itu, neh! Dan
aku mau pemimpinnya dibawa ke atas sesudah itu. Sendirian.
"Ya, Omi-san." Omi kembali ke perapian dan menunggu hingga si barbar membuka matanya. Kemudian
dia kembali ke kebun dan melaporkan apa yang diceritakan Zukimoto kepadanya, siksaan
itu sekali lagi terdengar lebih jelas di tengah hembusan angin.
"Kau sempat memperhatikan mata si barbar?"
"Ya, Yabu-sama."
Omi kini berlutut di belakang si daimyo, sepuluh langkah di belakang. Yabu tetap tak
bergerak-gerak. Sinar rembulan membayang jelas pada kimononya dan memperjelas bentuk
pangkal pedangnya. "Apa-apa saja yang kau lihat?"
"Kegilaan"intinya kegilaan, tak pernah kulihat mata seperti itu. Teror tak terbatas."
Tiga lembar daun bunga terjatuh lembut.
"Ciptakanlah puisi tentangnya."
Omi memaksa otaknya bekerja. Kemudian, sambi berharap dia bisa lebih dari itu, dia
James Clavell BUKU PERTAMA 107 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
berucap: "Matanya Hanyalah akhir Dari Neraka"
Semua rasa nyeri Terucap di sana. "
Suara jeritan terhembus ke atas, kini lebih lemah, jaraknya seakan menjadikan saat
heningnya lebih kejam. Yabu berkata, setelah sesaat:
"Kalau kau biarkan Rasa dinginnya terdengar Kau akan masuk, menjadi satu
Kedalaman yang menusuk, menusuk
Tak terucapkan. " Omi memikirkan hal itu lama sekali dalam keindahan malam.
James Clavell BUKU PERTAMA 108 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BAB V TEPAT sebelum terang tanah, jeritan itu lenyap. Kini ibu Omi tertidur sudah. Dan juga
Yabu. Desa itu masih resah di saat fajar. Masih ada empat meriam lagi yang harus dibawa ke
darat, limapuluh tong mesiu dan seribu gotri meriam.
Kiku tengah berbaring di bawah selimut, mengamati bayangan pada dinding shoji. Dia
tak juga tidur meskipun dia merasa lebih letih daripada biasanya. Suara mendengkur si
wanita tua yang begitu berisik mampu menenggelamkan napas lembut dari daimyo di
sisinya. Anak lelaki itu tertidur tanpa suara di bawah selimut lain, sebelah lengannya
menutupi kedua matanya untuk menghalau cahaya.
Tubuh Yabu bergetar sedikit dan Kiku menahan napas. Namun si daimyo tetap lelap dan
hal ini menyenangkan Kiku karena dia tahu bahwasanya tak lama lagi dia akan dapat
meninggalkannya tanpa mengganggunya. Sementara Kiku menunggu dengan sabar, dia
memaksa dirinya berpikir tentang hal-hal yang menyenangkan. "Ingat-ingatlah selalu, nak,"
Guru pertamanya menekankan, "bahwa memikirkan hal-hal yang buruk memang paling
mudah di dunia ini. Kalau kau tetap memikirkan hal itu pikiranmu akan menyeretmu pada
rasa tak bahagia yang semakin bertambah. Untuk memikirkan hal-hal yang baik, diperlukan
usaha. Inilah salah satu pokok dari yang dinamakan disiplin itu"latihan. Jadi latihlah
pikiranmu supaya hanya terpusat pada minyak wangi yang harum, sentuhan kain sutera,
curahan lembut air hujan pada shoji, lekuk-liku karangan bunga, kelengangan saat-saat fajar.
Kemudian, akhirnya kau tak lagi perlu berusaha sekeras itu dan kau akan memiliki nilai bagi
dirimu sendiri, nilai yang amat berharga bagi pekerjaanmu"dan sekaligus membawa
kehormatan bagi dunia kita"Dunia Pohon Willow..."*
Kiku mulai berpikir tentang kejayaan yang nikmat pada waktu mandi yang segera
diperolehnya, yang akan menghalau pergi malam ini jauh jauh, dan sesudahnya, belaian
lembut jari-jemari Suwo. Dia mulai memikirkan tawa-ria yang akan dinikmatinya bersarna
gadis-gadis lainnya dan juga bersama Gyoko-san, Mama-san, waktu mereka bertukar
gunjingan dan cerita, lagi kimono yang begitu bersih yang akan dikenakannya malam ini
yang warnanya keemasan dengan lukisan bunga kuning dan hijau dan bando yang serasi.
James Clavell BUKU PERTAMA 109 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Setelah mandi dia akan merias rambutnya dan dari pendapatannya tadi malam, dia sudah
lebih dari sunggup untuk membayar hutang-hutangnya pada Gyoko-san, majikannya,
sedang sisanya akan dikirimkannya kepada ayahnya, petani upahan, lewat tukang tukar uang
dan juga tersed sedikit bagi dirinya sendiri. Dalam sekejap dia tak mampu bertemu muka
dengan kekasihnya lagi dan malam nanti pasti akan sempurna.
Hidup ini indah sekali, pikirnya.
Ya. Tapi masih juga sukar untuk menghalau jauh-jauh jeritan itu. Tak mungkin. Gadisgadis lainnya akan sama menderitanya, dan kasihan Gyoko-san! Tapi tak apalah. Besok pagi
kita semua akan meninggalkan Anjiro dan pulang kembali ke Kedai Teh kita di Mishima
kota terbesar di Izu, yang mengelilingi puri terbesar daimyo Izu, tempat di mana hidup ini
dimulai dan tengah berjalan.
Aku menyesal Nyonya Midori memanggilku.Pikirlah Kiku, ujarnya pada diri sendiri. Kau
taperlu menyesal. Kau tak sedemikian menyesalnya neh" Malah suatu kehormatan untuk
melayani daimyo kita. Kini setelah kau dianugerahi kehormatan seperti itu, nilaimu bagi
Gyoko-san pun bertambah besar dari semula, neh" Itu pengalaman dan sekarang kau akan
dikenal sebagai wanita malam pembuat jeritan dan kalau kau beruntung, akan ada orang
yang menuliskan sebuah balada tentang dirimu dan boleh jadi balada itu akan dinyanyikan
di Yedo. Oh, itu akan amat menyenangkan! Kemudian sudah pasti kekasihmu akan
menebus kontrakmu dan kau akan merasa aman, puas dan akan mulai memberikan
keturunan lelaki. Dia tersenyum sendiri. Ah, sungguh suatu cerita mengasyikkan, hasil rangkaian seorang
penyair istana tentang apa yang terjadi malam ini, dan yang akan diceritakan lagi dalam
setiap Kedai Teh di seluruh Izu. Tentang daimyo yang tetap duduk tak bergerak dalam
hingar-bingarnya jeritan itu, keringatnya yang deras mengucur. Apa yang dilakukannya di
tempat tidur" Mereka semua ingin tahu. Dan mengapa berdua lelaki itu di sana" Bagaimana
jalannya permainan itu" Apa yang diperbuat Kiku dan apa yang dikatakannya dan apa pula
yang dilakukan dan dikatakan Yabu" Apakah buah pelirnya kecil atau bulat penuh" Apakah
permainan itu dilakukan sekali, dua kali atau sama sekali tak pernah" Tidak adakah yang
terjadi" Seribu pertanyaan. Tapi tak satu pun yang pernah ditanyakan atau terjawab langsung.
James Clavell BUKU PERTAMA 110 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Bijaksana, pikir Kiku. Peraturan pertama dan terakhir Dunia Pohon Willow adalah
kerahasiaan yang mutlak, jangan pernah menceritakan tentang seorang langganan atau
kebiasaan-kebiasaannya atau apa yang dibayarkan, supaya dapat dipercaya sepenuhnya.
Kalau ada orang lain yang menceritakan, yaah, itu urusan dia, tapi dengan dinding kertas
dan rumah-rumah yang sedemikian kecil dan sifat manusia seperti adanya, cerita-cerita
tempat tidur selalu menjalar menjadi sebentuk balada"tak pernah lagi dalam bentuknya
yang asli, selalu sudah di lebih-lebihkan, karena orang adalah orang, neh" Tapi tak akan ada
yang pernah terdengar dari Nyonya Midori. Cuma alis yang beradu mungkin atau bahu yang
naik disertai rasa bimbang. Ceritanya paling-paling hanya perapihan kembali tataan rambut
atau melicinkan kembali lipatan kimono yang telah kusut. Dan selalu cukup hanya begitu
saja, kalau perempuan yang bersangkutan memiliki otak.
Ketika jeritan anak buah Blackthorne yang tengah disiksa itu lenyap, Yabu masih tetap
tak bergerak seperti patung di bawah sinar rembulan dalam waktu yan lama, lalu ia bangkit.
Saat itu juga Kiku bergegas ke balik ke ruang satunya, kimono suteranya mendesah bagai
laut tengah malam. Anak lelaki itu ketakutan, tapi berusaha untuk tidak memperlihatkannya, dan cepat-cepat menyeka air matanya yang sempat menetes karena tak
tahan mendengar jeritan kesakitan itu. Kiku tersenyum padanya dengan yakin, memaksakan
ketenangan sikap tidak dirasakannya sendiri.
Kemudian Yabu sudah di pintu. Tubuhnya bersim bah peluh, wajahnya tegang dan
matanya terkatup sebelah. Kiku membantunya menanggalkan pedangnya, lalu kimononya
dan kancutnya yang basah. Kiku mengeringkan badannya, membantunya mengenakan
kimono yang masih segar sekaligus melilitkan ikat pinggang suteranya. Suatu saat Kiku
mulai menyapanya namun Yabu menempelkan telunjuknya dengan lembut pada bibirnya.
Kemudian Yabu melangkah ke jendela dan menengadah ke rembulan yang memucat
seperti orang kesurupan, berdiri agak goyah. Kiku tetap tak berbicara sepatah pun, tanpa
rasa takut sebab apa lagi yang ditakutkan kini" Yabu adalah lelaki dan dirinya perempuan,
dilatih sebagai perempuan, untuk memberikan keniktmatan, dalam cara apa pun. Tapi
bukan untuk memberikan atau menerima rasa sakit. Masih ada pelacur lain yang ahli dalam
bentuk nafsu berahi itu. Tentu ada tanda-tanda memar di sana sini, boleh jadi bekas gigitan,
yaah, itulah bagian dari nikmatnya rasa sakit dari memberi dan menerima, tapi masih dalam
James Clavell BUKU PERTAMA 111 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
batas kewajaran, karena di sana kehormatan seseorang ikut terlibat dan dirinya adalah wanita
terhormat dari Dunia Pohon Pillow dari peringkat teratas, tak pernah diremehkan, selalu
harus dihormati. Tapi bagian dari latihannya adalah bagaimana membuat seorang lelaki
supaya tetap jinak. Terkadang seorang lelaki tak lagi dapat dijinakkan dan kalau sudah
demikian semuanya jadi mengerikan, jadi di luar batas. Karena si wanita sendirian. Tanpa
hak apa pun. Tatanan rambutnya tak tercela kecuali segumpal anak rambut kecil yang sengaja
dibiarkan terurai menutupi telinya untuk memberi kesan erotis yang agak sembrono, tapi
toh, sekaligus menambah kepolosannya Nccara keseluruhan. Kimono luarnya yang merah
dan hercorak kotak-kotak, yang tepi sulamannya bewarna hijau jernih menambah putih
kulitnya, tampak diikat erat pada pinggangnya yang kecil oleh selempeng kaku dan lebar
atau yang disebut obi, berwarna hijau menyala. Kini Kiku dapat mendengar ombak
memecah di pantai dan hembusan angin ringan bergemerisik kebun.
Akhirnya Yabu berpaling dan menatapnya, kem than tatapannya beralih ke anak lelaki
itu. Si anak baru limabelas tahun, putera seorang nelayan setempat dan murid seorang biksu
Budha pada biara yang berdekatan yang sekaligus seniman, pelukis dan ilustrator buku.
Anak itu adalah salah seorang dari mereka yang senang mendapatkan penghasilan dari orang
yang menikmati hubungan dengan anak lelaki dan bukan wanita dewasa.
Yabu memberi isyarat kepada si anak. Dengan patu si anak, yang masih juga takut, mulai
melepaskan slempang kimononya sendiri dengan anggun. Dia tak mengenakan kancut
samasekali, hanya pakaian dalam wanita yang rapat membungkus badannya dan yang
mencapai lantai. Tubuhnya mulus, berlekuk dan hampir tak berambut.
Kiku teringat betapa sunyinya kamar itu saat itu mereka bertiga sama-sama terkurung
oleh kesunyian dan jeritan yang semakin perlahan. Dia dan anak itu sama-sama menantikan
Yabu untuk memberi petunjuk apa saja yang diperlukan. Yabu berdiri di antar mereka, agak
terhuyung dan mulai menatap keduanya silih berganti.
Akhirnya Yabu memberi isyarat pada anak lelak itu. Dengan luwes Kiku melepaskan pita
obinya, membukanya dengan lembut dan membiarkannya bergantunng lepas. Lipatanlipatan ketika kain halus kimononya berdesah terbuka dan memperlihatkan pakaian
James Clavell BUKU PERTAMA 112 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
dalamnya yang samar-samar, yang menambah jelas untuk pinggangnya. Yabu sudah
berbaring di tempat tidur dan atas permintaanya, mereka berdua juga berbaring masingmasing di sisi kiri dan kanannya. Yabu meraih tangan-tangan mereka dan meremasnya sama
kuatnya. Dia cepat terangsang, seraya memperlihatkan pada keduanya bagaimana
menancapkan kuku mereka pada pinggulnya, semuanya dilakukan dengan serba terburuburu, saat itu wajahnya terlihat putih bagai Iopeng, semakin lama napasnya semakin
memburu dan kemudian terdengar getar lolongannya, pertanda puncak rasa sakitnya. Sesaat
Yabu hanya berbaring terengah-engah, kedua matanya terkatup rapat, dadanya turun naik,
lalu dia berbalik menelungkup dan seketika tertidur lelap.
Dalam kesunyian itu Kiku dan si anak menahan napas, mencoba untuk menyembunyikan
keheranannya. Kejadian itu berlalu sedemikian cepat.
Alis si anak beradu karena keheranan. "Apakah kita ini dianggap kurang layak, Kiku-san"
Maksud saya, xcgalanya begitu cepat," bisiknya.
"Kita telah melakukan segalanya yang dia ingin, "sahut Kiku.
"Dia pasti sudah mencapai Awan dan Hujan," ujar si anak lagi "Saya kira rumah ini akan
ambruk." Kiku tersenyum. "Ya"
"Saya senang. Mulanya saya takut sekali. Senang sekali rasanya bisa membuat orang
senang." Bersama-sama mereka mengeringkan tubuh Yabu dengan lembut dan menutupi dengan
selimut. Lalu si anak berbaring lagi dengan lesu, bertopang pada sebelah siku dan mulai
menguap. "Mengapa kau tidak tidur juga," ujar Kiku.
Anak lelaki itu melilitkan kimononya lebih erat lagi ke badannya dan memutar tubuhnya
hingga berlutut di hadapan Kiku. Perempuan itu tengah duduk di sisi Yabu, tangan
kanannya mengusap-usap sebelah lengan daimyo itu dengan lembut, meredakan
dengkurnya. "Belum pernah saya berduaan dengan seorang lelaki dan perempuan sekaligus, Kiku-san,"
bisik si anak. "Aku juga belum."
James Clavell BUKU PERTAMA 113 SHOGUN
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Si anak mengernyitkan kening. "Saya juga belum pernah bersama dengan anak
perempuan. Maksud saya belum pernah tidur dengan mereka."
"Kau mau dengan aku?" tanya Kiku dengan hormat. "Kalau kau bisa menunggu sebentar,
saya yakin Tuan kita takkan bangun."
Si anak kembali mengernyitkan kening. Lalu katanya, "Ya." dan sesudahnya katanya lagi,
"Aneh sekali, Nona Kiku."
Kiku tersenyum sendiri. "Yang mana yang kau sukai?"
Lama sekali si anak merenung sewaktu keduanya ; berbaring dengan perasaan tentram,
dalam pelukan masing-masing. "Cara yang ini memang membutuhkan kerja keras."
Kiku menaruh kepalanya pada bahu si anak dan mengecup tengkuk lehernya untuk
menyembunyikan seyumnya. "Kau ini kekasih yang mengagumkan," bisiknya. "Sekarang kau
harus tidur setelah bekerja begitu keras." Kiku membelainya supaya tertidur, kemudian
meninggalkannya dan membenamkan dirinya sendiri ke bawah selimut lain.
Tempat tidur satunya tetap dingin. Perempuan itu tak mau mendekatkan dirinya ke
dalam tempat tidur Yabu yang hangat, takut mengganggunya. Tak lama kedua sisinya akan
terasa hangat. Bayangan pada pintu shoji semakin jelas. Laki-laki itu bagai anak bayi, pikirnya. Dipenuhi
begitu banyak kcangkuhan yang kosong. Semua penderitaan pada malam ini hanya demi
sesuatu yang fana. Demi nafsu yang dalam diri sendiri merupakan impian, neh"
Si anak bergerak-gerak dalam tidurnya. Mengapa k;iu menawarkan itu kepadanya" tanya
perempuan itu pada diri sendiri. Untuk kesenangannya"untuk dirinya sendiri dan bukan
untukku, meskipun itu menghiburku juga, untuk melewatkan waktu dan memberinya rasa
tentram yang didambakannya. Mengapa kau tidak tidur sekejap saja" Nanti. Aku ingin tidur
nanti saja, ujarnya pada diri sendiri.
Ketika saatnya tiba perempuan itu menyelinap dari kehangatan yang lembut itu dan
bangkit berdiri. Kimononya mendesah terbuka dan udara pagi membuat dingin kulitnya.
Cepat-cepat dilipatnya jubahnya dan dililitkannya kembali dengan obi-nya. Lalu, sentuhan
yang trampil namun cukup hati-hati pada tataan rambutnya. Dan pada tata riasnya.
Tanpa suara dia meninggalkan tempat itu.
Samurai jaga di pintu masuk serambi membungkuk ke arahnya dan Kiku membalas
James Clavell BUKU PERTAMA 114 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
membungkuk ke arahnya dan kini dia sudah di mentari fajar. Pelayannya tengah
menunggunya. "Selamat pagi, Kiku-san."
"Selamat pagi."
Sinar mentari terasa begitu hangat dan mampu mengenyahkan kepekatan malam.
Menyenangkan sekali kita bisa hidup, pikirnya.
Kiku menyorongkan kakinya ke dalam sandal, mengembangkan payungnya yang
lembayung, dan mulai menyusuri kebun, keluar ke jalan kecil yang menuju desa, melewati
lapangan, ke arah kedai teh yang sementara ini merupakan rumahnya. Pelayannya tetap
membuntuti. "Selamat pagi, Kiku-san," Mura menyapa, sambil membungkuk. Dia tengah beristirahat,
sebentar di serambi rumahnya, sambil mereguk teh berwarna hijau pucat. Ibunya
melayaninya. "Selamat pagi, Kiku-san, terdengar gema suaranya.
"Selamat pagi, Mura-san. Selamat pagi, Saiko-san sehat betul Anda nampaknya," Kiku
menjawab. "Apa kabar?" Ibu itu bertanya, matanya tak lepas dari perempuan itu. "Benar-benar
malam yang mengerikan! Mari temani kami minum cha (teh). Kau kelihatan pucat, nak."
"Terimakasih, tapi maafkan saya. Saya harus pulang sekarang. Anda terlalu menghormati
saya. Lain kali." "Tentu saja, Kiku-san. Anda memberi penghormatan bagi desa kami dengan kehadiran
Anda di sini." Kiku tersenyum dan berpura-pura tak memperhatikan tatapan mata mereka yang
menyelidik. Untuk membumbui hari mereka dan harinya juga, Kiku berpura-pura
merasakan rasa nyeri sedikit pada bagian bawah anggota tubuhnya.
Itu akan menyebar ke seluruh desa, pikirnya dengan hati senang, sementara dia
membungkuk dan mengerjap lagi lalu melangkah pergi seolah tengah menutupi rasa nyeri
yang hebat dengan tabah, lipatan kimononya melambai dengan sempurna dan sinar mentari
yang memantul miring pada payungnya menampilkan cahaya yang luar biasa. Kiku senang
bahwasanya dia mengenakan kimono luar ini dan payungnya sekalian. Kalau cuaca
mendung, akibatnya takkan sedemikian mengesankan.
James Clavell BUKU PERTAMA 115 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Ah, kasihan anak itu! Dia begitu cantik, neh" Sungguh memalukan! Mengerikan!" ujar
ibu Mura dengan desahan yang menyayat hati.
"Apanya yang mengerikan, Saiko-san?" tanya isteri Mura yang baru datang di serambi.
"Tidakkah kau lihat penderitaan gadis itu" Tidak kau lihat betapa tabahnya dia dalam
menyembunyikannya" Kasihan anak itu. Baru tujuhbelas dan harus menanggung semuanya
itu." "Dia delapanbelas," ujar Mura datar.
"Tentang apa Nyonya?" salah seorang pelayan bertanya kehabis nafas, dan baru
menggabungkan diri dengan mereka.
Perempuan sudah berumur itu melihat ke sekeliling untuk menyakinkan bahwa setiap
orang tengah mendengarkan dan baru berbisik agak keras.
"Aku dengar," dia mengecilkan suaranya" "Aku dengar dia .... dia belum bisa dipakai
lagi .... dalam ti ga bulan ini."
"Oh, tidak! Kasihan Kiku-san! Oh! Tapi mengapa?"
"Daimyo menggunakan giginya. Aku dengar dari sumber yang bisa dipercaya."
"Oh!" "Oh!" "Tapi mengapa dia juga mesti ditemani anak-anak lelaki, nyonya" Pasti dia tidak?"
"Ah! Ayolah! Ke sana! Kembali ke pekerjaanmu pemalas! Ini bukan buat telingamu! Ayo,
pergi san kalian. Tuan dan aku masih harus bicara."
Perempuan tua itu mengusir mereka pergi dari serambi. Bahkan isteri Mura juga. Lalu
dia mulai mereguk cha, dengan lembut dan hati yang puas."
Mura memecah kesunyian. "Gigi?"
"Gigi. Kata orang jeritan itu membuatnya merasa diri besar karena dia pernah ditakuti
seekor naga waktu aku masih bocah," ujarnya tergesa-gesa. "Daimyo sengaja mengajak anak
lelaki ke sana untuk mengingatkannya pada dirinya sendiri waktu dia masih bocah dan
waktu dia membatu ketakutan, tapi sebenarnya anak itu disuruh bersenggama dengannya,
untuk membuat dirinya sendiri letih"kalau tidak dia bisa mengigit semuanya, kasihan gadis
itu." Mura mendesah. Dia melangkah ke kakus kecil di samping pintu masuk sebelah depan
dan membuang angin tanpa sengaja ketika dia mulai kencing di dalam ember. Aku ingin
James Clavell BUKU PERTAMA 116 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tahu apa sebenarnya yang terjadi, tanyanya pada diri sendiri, terangsang. Mengapa Kiku-san
terlihat kesakitan" Boleh jadi si daimyo benar-benar menggunakan giginya! Cuih, luar biasa
betul. Mura melangkah keluar, menggoyangkan badannya untuk meyakinkan bahwa dia tak
mengotori kancutnya dan terus menyeberangi lapangan sambil terus berpikir. Eecee, betapa
inginnya aku menikmati satu malam saja dengan Nona Kiku! Siapa lelaki yang tak mau"
Berapa banyak Omi-san harus membayar pada Mama-san yang pada akhirnya juga kita yang
harus membayarnya" Dua koku" Mereka bilang Mama-sannya, Gyoko-san, menuntut
sepuluh kali lipat harga yang biasa. Apakah betul dia mendapatkan lima koku dalam
semalam" Kiku-san memang sepadan dengan harga itu, neh"
Orang-orang mengatakan pada usia delapanbelas dia sudah sama terampil dengan wanita
yang usianya kali dia. Dia semestinya sanggup memanjangkan permainannya ... Eeee,
senangnya bersamanya! Anda itu aku"bagaimana aku akan mulai"
Tanpa sadar Mura merapikan kancutnya, kedua kakinya melangkah ke luar lapangan,
mendaki jalan kecil yang ditata apik itu, ke tanah pekuburan
Onggokan kayu bakar itu telah disiapkan. Utusan dari kelima desa juga sudah di sana. Ini
adalah tempat yang paling menyenangkan di desa itu, tempat angin laut berhembus paling
sejuk pada musim panas tempat yang berpemandangan paling indah. Di depannya terdapat
kuil Shinto milik desa, tempat kecil beratapkan rumbia sebagai tempat bagi kami, roh, yang
sudah ada di sana atau yang diharapkan tinggal di sana sekiranya tempat itu
menyenangkannya. Sejenis pohon cemara yang sudah penuh bonggol yang tumbuh sebelum
desa itu ada, tampak berdiri menentang angin.
Sesudah itu Omi menyusuri jalan kecil itu. Bersamanya tampak Zukimoto dan empat
pengawal. Omi berdiri menjauh dari mereka. Membungkuk dengan penuh hormat ke arah
onggokan kayu bakar itu tempat tubuh yang sudah terpotong-potong berada di atasnya
terbungkus kain kafan. Mereka semua lalu ikut membungkuk bersamanya untuk
menghormati orang barbar yang mati supaya rekan-rekannya dapat terus hidup.
Atas isyarat Omi, Zukimoto melangkah ke muka dan menyalakan onggokan kayu bakar
itu. Zukimoto menayakan Omi perihal hak istimewa ini dan kehormatan itu yang telah
dianugerahkan kepada dirinya. Dia membungkukkan badan untuk terakhir kali. Dan
James Clavell BUKU PERTAMA 117 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
kemudian, waktu api telah menyala dengan sempurna, mereka semua melangkah pergi.
Blackthorne memasukkan tangannya sampai menyentuh ampas tong air itu dan dengan
hati-hati mengira dan menyendok setengah cangkir air lalu memberikannya pada Sonk.
Sonk mencoba untuk menjadkan regukannya ini regukan yang terakhir, meskipun dengan
tangan gemetar, namun dia tak berhasil. Direguknya cairan suam-suam kuku itu, menyesali
bahwa dia berbuat begitu justru pada waktu air itu telah mengaliri kerongkongannya yang
kering kemudian meraba-raba dengan letih menuju tempatnya di dinding, melangkahi
mereka yang memang sudah gilirannya untuk berbaring. Lantainya kini sudah penuh
lumpur, bau apak dan lalat-lalat berterbangan tampak amat menyeramkan. Sinar lemah
mentari masuk ke dalam gudang bawah tanah itu lewat celah-celah pintu kosong.
Vinck adalah orang berikutnya yang mendapatkan air dan diambilnya cangkir itu lalu
ditatapnya lekat-lekat, sambil duduk di dekat tong. Spillbergen duduk pada sisi lainnya.
"Terima kasih," gumamnya datar.
"Cepat!" ujar Jan Roper, goresan pada pipinya sudah bernanah. Dia orang terakhir yang
mendapatkan air dan karena tempatnya yang begitu dekat dengan tong, kerongkongannya
serasa tambah menyiksanya. "Cepatlah, Vinck, demi Jesus."
"Maaf, ini, kau saja yang minum," gerutu Vinck sambil menyodorkan cangkir itu
kepadanya, dia jelas-jelas melihat lalat-lalat yang menodainya.
"Minum, kau goblok! Itu yang terakhir yang kau dapat sampai sore nanti. Ayo minum!"
Jan Roper mendorongkan kembali cangkir itu ke tangan temannya. Vinck tak lagi
menatapnya namun hanya mematuhi saja dengan hati gundah, lalu kembali menyelip ke
dalam neraka pribadinya. Jan Roper mengambil cangkir airnya dari Blackthorne. Dikatupkannya kedua matanya
dan diucapkannya doanya tanpa bersuara. Dia termasuk salah seorang yang harus berdiri,
urat-urat kakinya terasa nyeri. Air cangkir itu hampir tak mencapai dua tegukan.
Dan sekarang, setelah mereka semua sudah mendapat rangsumnya, Blackthorne kembali
memasukkan cangkir itu ke tong dan mereguk isinya dengan rasa syukur. Bibirnya, lidahnya
terasa hambar, terbakar dan berdebu. Lalat, keringat dan kotoran menutupi tubuhnya. Dada
dan punggungnya biru memar.
Blackthorne menatap samurai yang ditinggalkan teman-temannya di gudang bawah
James Clavell BUKU PERTAMA 118 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tanah itu. Orang itu duduk mendekam pada dinding di antara Sonk dan Croocq,
menempati tempat yang sekecil mungkin, dan dia belum juga bergerak selama berjam-jam.
Dia tengah memandangi tempatnya berada dengan muram, hanya herkancut, bekas-bekas
pukulan tampak di hampir seluruh tubuhnya, dan sebuah benjolan tebal pada lehernya.
Ketika Blackthorne mulai sadar, gudang bawah taiiah itu dikuasai kegelapan mutlak.
Jeritan itu menggema memenuhi gudang dan dikiranya dia sudah mati dan tengah tercekik
dalam kedalaman neraka. Dia merasa dirinya tersedot ke dalam taik kuda yang lembab yang
amat sangat gatalnya melebihi apa pun, dan dia sempat memekik dan dikuasai rasa panik,
tak sanggup bernapas hingga, setelah lama sekali didengariiya, "Tak apa-apa, Pilot. Anda
tidak mati, tak apa-apa. Bangunlah, bangun, demi kasih Kristus, ini bukan neraka tapi boleh
jadi, ya. Oh Jesus yang saleh, tolonglah kami semua.
Ketika Blackthorne benar-benar terjaga, mereka menceritakan padanya tentang
Pieterzoon dan tong-tong air itu.
"Oh Jesus yang baik, keluarkanlah kami dari sini!" seseorang merengek.
"Apa yang mereka lakukan terhadap Pieterzoon tua" Apa yang mereka perbuat
terhadapnya" Oh, Tuhan, tolong kami. Aku tak tahan mendengar jeritannya!"
"Kristus Tuhan, hentikanlah jeritan itu! Mohon hentikan jeritan itu!"
Gudang bawah tanah dan jeritan Pieterzoon telah memaksa mereka mengira-ngira dan
memaksa mereka untuk mawas diri. Dan tak seorang pun menyukai apa yang dilihatnya.
Kegelapan pekat itu menambah muram suasana, pikir Blackthorne.
Serasa malam yang tak berkesudahan, dalam gudang bawah tanah itu.
Bersamaan dengan munculnya sinar senja, jeritan itu pun lenyap. Ketika fajar menyentuh
mereka, semuanya mulai melihat samurai yang terlupakan itu.
"Apa yang akan kita perbuat terhadapnya?" van Nekk saat itu.
"Aku tak tahu. Dia kelihatan sama takutnya seperti kita," ajar Blackthorne, jantungnya
berdegup kencang. "Baiknya dia jangan mulai apa-apa, demi Tuhan."
"Oh, Tuhan yang baik, keluarkan aku dari tempat ini?" suara Croocq mulai meninggi.
"Tolong!" Van Nekk, yang berada di dekatnya, mengguncang badannya dan menghiburnya dengan
James Clavell BUKU PERTAMA 119 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
lemah-lembut. "Tak apa-apa, nak. Kita semua di tangan Tuhan. Dia melindungi kita."
"Lihatlah lenganku," Maetsukker mengerang. Lukanya telah bernanah.
Tubuh Blackthorne terguncang. "Kita semua bisa menjadi orang gila yang nekad dalam
satu dua hari ini kalau kita tak dapat keluar dari tempat ini," ujarnya pada siapa saja.
"Hampir tak ada air," ajar van Nekk.
"Kita akan melahap apa saja yang ada. Sekarang sedikit"sedikit lagi waktu tengah hari.
Kalau mujur, masih bisa cukup buat tiga orang lagi. Terkutuklah semua lalat!"
Demikianlah, dia telah menemukan cangkir itu dan telah memberikan mereka bagiannya
masing-masing dan kini dia tengah mereguk bagiannya, mencoba untuk mengganggapnya
yang terakhir. "Bagaimana dengan dia"si Jepang itu?" ajar Spillbergen. Si Kapten-Jenderal merasa
lebih baik dari sebagian besar mereka karena selama malam itu dia telah menutupi daun
telinganya dari jeritan itu dengan lumpur seadanya, dan karena berada di sisi tong air,
hausnya serasa terpuaskan. "Apa yang akan kita lakukan terhadapnya?"
"Dia harus diberi air," sahut van Nekk.
"Kentut," ajar Sonk. "Tak perlu."
Semuanya memungut suara dan disepakati bahwa dia takkan mendapatkannya.
"Aku tak setuju," ajar Blackthorne.
"Anda tak setuju pada apa pun yang kami katakan," ujar Jan Roper sengit. "Dia musuh
kita. Dia itu setan kafir dan dia hampir membunuhmu."
"Kau yang hampir membunuhku. Sampai enamkali. Seandainya bedil sundutmu meletus
di Santa Magdalena, kau bisa menerbangkan kepalaku.`
"Saya menujukannya bukan pada Anda. Saya tengah mengincar setan-setan bau itu."
"Mereka itu pendeta tak bersenjata. Dan saat itu masih banyak waktu."
"Tapi saya tak mengincar Anda."
"Kau hampir membunuhku selusin kali, dengan amarahmu yang terkutuk, kefanikanmu
yang terkutuk dan ketololanmu yang terkutuk."
"Mengutuk di hadapan Tuhan itu dosa. Menyebut namaNya dengan sia-sia adalah dosa.
Kita semua ada tanganNya, bukan tanganmu. Anda samasekali bukan raja dan tempat ini
juga bukan kapal. Anda ini bukan?"
James Clavell BUKU PERTAMA 120 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Tapi kau harus melakukan apa yang kuperintahkan!"
Jan Roper memandang sekeliling gudang, mencari dukungan dengan sia-sia.
"Lakukanlah apa yang kau mau," ujarnya sengit.
"Ya, tentu." Samurai itu sama hausnya seperti mereka, namun dia menggelengkan
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepalanya waktu ditawari air. Blackthorne ragu-ragu sesaat, ditempelkanny cangkir itu pada
bibir si samurai yang sudah membengkak, namun orang itu menepisnya, sampai air di
dalamnya tumpah, dan mengatakan sesuatu dengan kasar. Blackthorne bersiap-siap untuk
menangkis serangan berikut. Tapi tak pernah datang. Orang itu tak lagi bergerak, hanya
menatap ruangan di mukanya.
"Dia gila. Mereka semua sudah gila," ujar Spillbergen.
"Masih ada sedikit air lagi buat kita. Bagus," ujar Jan Roper.
"Biarkan dia masuk ke neraka, ke tempatnya."
"Siapa namamu" Namu?" tanya Blackthorne. Diulanginya lagi pertanyaannya dengan
cara yang berlainan namun si samurai nampaknya tak mendengar.
Mereka membiarkannya sendirian. Tapi mereka tetap mengawasinya seolah dia itu
kalajengking. Dia tak membalas tatapan mereka. Blackthorne yakin orang orang itu
mencoba untuk memutuskan sesuatu namun Blackthorne tak tahu apa itu.
Apa yang ada dalam pikirannya, Blackthorne bertanya pada diri sendiri. Mengapa dia
harus menolak air itu" Mengapa dia ditinggalkan sendiri di sini" Apakah itu kekeliruan
Omi" Tak mungkin. Direncanakan" Tak mungkin. Bisakah kita memanfaatkan dirinya
untuk keluar dari tempat ini" Tak mungkin. Seluruh dunia ini tak mungkin, yang mungkin
adalah kita akan tetap di Bini sampai mereka mengizinkan kita keluar .... kalau mereka
membolehkan kita keluar. Dan kalau mereka nuengizinkan kita keluar, lalu apa" Apa yang
terjadi dengan Pieterzoon"
Lalat-lalat mulai berkeiumun di panas siang hari itu.
Oh, Tuhan, betapa aku ingin berbaring"betapa inginnya aku masuk ke tempat mandi
itu--mereka tak usah lagi memapahku ke sana sekarang. Aku tak pernah menyadari betapa
perlunya mandi itu! Lelaki tua yang buta, dengan jari jemarinya yang bagai baja! Aku pasti
bisa memanfaatkan dia buat satu-dua jam saja.
Alangkah sia-sianya! Segenap kapal kita dan segenap usaha kita, hanya untuk ini semua.
James Clavell BUKU PERTAMA 121 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Kegagalan. Yaah, hampir. Tapi beberapa dari kita masih hidup.
"Pilot!" Van Nekk mengguncang tubuh Blackthorne. "Anda tertidur. Dia sudah satu
menit membungkuk kepada anda." Van Nekk menunjuk pada samurai yang membungkuk,
dengan kepala ditundukkan di hadapannya.
Blackthorne menggosok matanya yang letih. Dia memaksa dirinya dan membungkukkan
badannya juga. "Hai?" tanyanya pendek, mengingat-ingat kata Jepang yang berarti "ya".
Samurai itu memegangi selempang kimononya yang sudah tercabik-cabik dan mulai
melibatkannya di sekeliling leher. Masih dalam keadaan berlutut, diberinya salah satu ujung
selempang itu kepada Blackthorne dan satunya lagi kepada Sonk, sambil menundukkan
kepalanya dan mengisyaratkan mereka agar menariknya erat-erat.
"Dia takut kita mencekiknya, ujar Sonk. "Jesus Kristus, kukira itulah yang diinginkannya
dari kita. Blackthorne sengaja membiarkan selempang itu jatuh dan menggeleng kepalanya.
"Kinjiru" ujarnya, mengira-ngira betapa bergunanya kata itu. Bagaimana caranya kita
mengatakan pada orang yang tak mengerti bahasa kita bahwa adalah bertentangan dengan
undang undang kita untuk membunuh orang, membunuh orang yang tak bersenjata, bahwa
kita ini bukan algojo, bahwa bunuh diri itu dikutuk di hadapan Tuhan"
Samurai itu kembali bertanya, jelas dia memohohon pada Blackthorne, namun lagi-lagi
Blackthorne menggelengkan kepalanya. "Kinjiru."
Orang itu menatap sekelilingnya dengan beringas. Tiba-tiba dia sudah berdiri dan
menyorongkan kepalanya ke dalam tong kakus, mencoba untuk membenamkan dirinya. Jan
Roper dan Sonk serta-merta mengeluarkan kepalanya dari sana, dia masih tercekik dan
meronta-ronta. "Biarkan dia," Blackthorne memerintahkan. Mereka mematuhi. Blackthorne menunjuk
ke kakus. "Samurai, kalau itu yang kau inginkan, silakan!"
Orang itu muntah-muntah, tapi dia mengerti. Dipandangnya tong berisi taik itu dan
segera menyadari bahwa dirinya tak cukup kuat untuk menanamkan kepalanya di sana
dalam waktu yang cukup lama. Dengan rasa terhina samurai itu kembali ke tempatnya di
dinding. "Jesus," seseorang bergumam.
James Clavell BUKU PERTAMA 122 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Blackthorne mengambil setengah cangkir air dari tong, berdiri dengan tulang sendi yang
terasa kaku, melangkah ke orang Jepang itu dan menawarkan cangkir itu kepadanya. Si
Samurai hanya memandangi cangkir itu.
"Aku ingin tahu berapa lama dia bisa bertahan," ujar Blackthorne.
"Selamanya," ujar Jan Roper tanpa ditanya. "Mereka semua binatang. Mereka bukan
manusia." "Demi Kristus, berapa lama lagi mereka akan menahan kita di sini?" tanya Ginsel.
"Semau mereka."
"Kita harus melakukan apa saja yang mereka inginkan," ujar van Nekk menimpali. "Kita
harus begitu kalau kita mau tetap hidup dan keluar dari klub neraka ini. Bukan begitu.
Pilot?" "Ya." Dengan hati bersyukur Blackthorne mengira-ngira bayangan mentari. "Sudah tengah
hari, jamnya berganti." '
Spillbergen, Maetsukker dan Sonk mulai mengeluh namun Blackthorne mengutuki
mereka habis-habisan dan ketika semuanya sudah teratur kembali dia berbaring dengan
penuh terimakasih. Lumpur itu sudah bau anyir dan lalat-lalat malah lebih banyak dari
semula, namun rasa riang untuk dapat merentang badan penuh-penuh adalah harapan yang
luar biasa. Apa yang mereka lakukan terhadap Pieterzon, tanyanya pada diri sendiri, waktu merasakan
keletih mulai menelannya. Oh Tuhan, tolonglah kami keluar dari sini. Aku takut sekali.
Terdengar langkah-langkah kaki di atas. Pintu kolong itu terbuka. Pater itu sudah berdiri
di sana diapit oleh samurai.
"Pilot. Kau dipanggil ke atas. Kau diminta ke atas sendirian saja," ujarnya.
James Clavell BUKU PERTAMA 123 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BAB VI SEMUA mata di gudang bawah tanah itu tertuju pada Blackthorne.
"Apa yang mereka inginkan dariku?"
"Saya tak tahu," ujar Pater Sebastio dengan serius. "Tapi kau harus naik sekarang juga,"
Blackthorne tahu bahwa ia tak punya pilihan tapi dia masih tak juga beranjak dari dinding
pelindung"mencoba untuk mengumpulkan tenaga lebih banyak lagi. "Apa yang terjadi
pada Pieterzoon?" Pater menceritakan padanya. Black-thorne menerjemahkan bagi mereka yang tak
mengerti bahasa Portuigis.
"Semoga Tuhan mengampuni dia," bisik van Nekk memecah kesunyian yang
menyeramkan itu. "Orang sial. Sial."
"Maaf. Tapi tak ada yang bisa saya lakukan," ujar Pater itu dengan sedih. "Saya kira dia
sama sekali tak tahu saya atau siapa pun di sana waktu mereka memasukkannya ke dalam air.
Pikirannya sudah tak ada. Saya memberinya berkat pengampunan dan berdoa untuknya.
Mungkin, lewat pengampunan Tuhan ... In nomine Patris et Filii et Spiritus Sancti. Amin."
Dia membuat tanda salib di sekeliling gudang. "Saya mohon agar kalian semua
meninggalkan sikap murtadmu dan kembalilah dalam iman Tuhan. Pilot, kau harus naik."
"Jangan tinggalkan kami, Pilot, demi kasih Tuhan." Croocq memekik.
Vinck terjerembab ke tangga dan mulai memanjat. "Mereka boleh membawaku"
jangan Pilot. Aku bukan dia. Katakan padanya?" Dia berhenti tanpa daya, kedua kakinya
menempel pada anak tangga. Sebilah tombak panjang hanya berjarak seinci dari jantungnya.
Dia mencoba meraih tombak itu tapi samurai itu sudah siap dan kalau Vinck tak melompat
ke belakang dia pasti sudah terkepit.
Samurai itu menunjuk pada Blackthorne dan mengisyaratkan padanya agar naik.
Dengan kasar. Namun Blackthorne tetap tak beranjak. Samurai lainnya memasukkan
sebilah tongkat panjang berkait ke dalam gudang bawah tanah itu dan mencoba menggaet
Blacthorne ke atas. Tak seorang pun bergerak membantu Blackthorne kecuali si samurai yang ada di
James Clavell BUKU PERTAMA 124 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
gudang bawah tanah itu. Dia menangkap tongkat itu dalam sekejap dan mengatakan sesuatu
dengan ketus pada orang di atas, yang ragu-ragu sejenak dan menatap Blackthorne, orang
itu mengangkat bahu dan berbicara sesaat.
"Apa katanya?" Pater itu menjawab. "Apa pepatah Jepang berbunyi. "Nasib seseorang adalah nasib
seseorang dan hidup tak lain daripada angan-angan."
Blackthorne mengangguk pada samurai bersangkutan dan melangkah ke tangga tanpa
menoleh lagi dan memanjatnya. Waktu dia terkena sinar mentari penuh-penuh, matanya
terpicing menghadapi kecemerlangan yang begitu menyakitkan, kedua lututnya tak sanggup
lagi bertahan dan dia tersungkur ke tanah berpasir.
Omi melangkah ke sisinya. Pater itu dan Mura bertliri di dekat keempat samurai.
Sejumlah penduduk desa mengawasi untuk sesaat dan kemudian memalingkan muka.
Tak seorang pun menolongnya.
Oh, Tuhan, beri aku kekuatan, Blackthorne berdoa, Aku harus berdiri dan berpura-pura
kuat. Itulah satu-satunya yang mereka hormati. Menjadi kuat. Tak menunjukkan rasa takut.
Mohon tolonglah aku. Dikertakkannya giginya dan ditolaknya tubuhnya dari tanah lalu berdiri, agak
terhuyung. "Apa yang kau inginkan dariku, kau, bangsat kecil bopeng?" tanyanya langsung
pada Omi, lalu tambahnya lagi pada Pater itu, "Katakan pada bangsat itu, aku ini daimyo di
negeriku sendiri dan perlakuan macam apa pula ini" Katakan padanya kami tak punya
permusuhan dengannya. Katakan padanya supaya mengeluarkan kami dari sini kalau tidak
segalanya akan bertambah buruk baginya. Katakan padanya, aku ini daimyo, demi Tuhan.
Aku ini ahli waris Sir William dari Micklehaven, moga-moga bangsat itu sudah lama mati.
Katakan padanya!" Malam itu memang mengerikan untuk Pater Sebastio. Namun selama tugas jaganya, dia
lambat laun merasakan kehadiran Tuhan dan memperoleh ketentraman yang belum pernah
dialami sebelumnya. Kini dia menyadari bahwasanya dia dapat menjadi alat Tuhan dalam
melawan orang kafir bahwa dia dilindungi dalam melawan kekafiran, dan kelicikan Pilot itu.
Dia menyadari, entah bagaimana, bahwa malam ini merupakan suatu persiapan, suatu
persimpangan bagi dirinya.
James Clavell BUKU PERTAMA 125 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Katakan padanya."
Imam itu berkata dalam bahasa Jepang, "Bajak laut itu mengatakan dia bangsawan di
negerinya sendiri," Blackthorne mendengarkan jawaban Omi. "Omi-san mengatakan dia tak
peduli sekalipun kau ini raja di negerimu. Di tempat ini kau hidup menurut kehendak
daimyo Yabu"kau dan segenap anak buahmu."
"Katakan padanya dia itu taik."
"Kau harus hati-hati jangan sampai menghinanya."
Omi mulai berbicara lagi.
"Omi-san mengatakan, kau akan diperbolehkan mandi. Dan akan disuguhi makanan
dan minum. Kalau kau sopan, kau takkan dikembalikan lagi ke gudang bawah tanah itu."
"Bagaimana dengan yang lainnya?"
Si Imam bertanya pada Omi. "Mereka akan tetap di bawah."
"Kalau begitu, suruh dia ke neraka." Blackthorne berputar, bermaksud melangkah
menuju tangga untuk kembali lagi ke bawah. Dua dari samurai itu mencegahnya dan
meskipun dia menronta-ronta melawan mereka, keduanya mengekangnya dengan mudah.
Omi berbicara pada si Imam lalu pada anak buahnya. Mereka melepaskannya dan
Blackthorne hampir terjatuh.
"Omi-san mengatakan, bila kau sopan, anak buahmu yang lain akan dibawa ke atas lagi.
Masih banyak kayu, api dan air."
Sekiranya kau setuju sekarang, pikir Blackthorne, maka mereka sudah punya alasan dan
aku akan tetap dalam genggaman mereka selamanya. Tapi apa bedanya" Kini aku sudah
dalam genggaman mereka, dan pada akhirnya, aku akan harus melakukan apa saja. Van
Nekk benar. Aku terpaksa melakukan apa saja.
"Apa yang harus kulakukan menurut dia" Apa artinya berlaku sopan?"
"Omi-san mengatakan, artinya patuh. Melakukan apa yang disuruh. Makan taik, kalau
perlu." "Katakan padanya dia itu sundal. Katakan padanya akan kukencingi dia dan seluruh
wilayah negerinya"dan daimyo-nya juga."
"Saya usulkan kau menurut saja?"
"Katakan padanya seperti yang kukatakan, demi Tuhan!"
James Clavell BUKU PERTAMA 126 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Baiklah"tapi tadi sudah saya ingatkan kau, Pilot!"
Omi mendengarkan Imam itu. Buku-buku tangannya yang bertopang pada pangkal
pedangnya tampak memutih karena marah. Semua anak buahnya berjalan mondar-mandir.
Penasaran, mata mereka semua menghunjam tajam pada Blackthorne.
Kemudian Omi memberi perintah tenang-tenang.
Seketika itu juga dua samurai turun ke gudang bawah tanah dan membawa ke luar
Croocq, bocah itu. Mereka menyeretnya ke belanga, mengikatnya, sementara yang lainnya
membawa kayu bakar dan air. Mereka memasukkan bocah yang ketakutan itu ke dalam
belanga yang penuh air dan menyalakan kayu bakarnya.
Blackthorne hanya dapat mengawasi bibir Croocq yang bergerak-gerak tak bersuara dan
ketakutan yang menghinggapi dirinya. Hidup ini sama sekali tak harganya bagi mereka,
pikirnya. Pasti Tuhan mengutuknya sampai ke neraka. Mereka akan merebus Croocq sama
pastinya seperti aku tengah berdiri pada bumi Tuhan yang telah ditinggalkanNya ini.
Asap membubung di seberang pasir. Burung camar berkuak-kuak di sekeliling sampansampan penangkap ikan. Sepotong kayu api terjatuh dari apinya dan ditendang kembali oleh
seorang samurai. "Katakan padanya supaya menghentikan itu," ujar Blackthorne. "Mintakan padanya
supaya menghentikan itu."
"Omi-san mengatakan, kau setuju untuk berlaku sopan?"
"Ya." "Katanya kau akan mematuhi segala perintah?"
"Sebatas kemampuanku, ya."
Omi berbicara lagi. Pater Sebastio menyatakan sesuatu dan Omi menganguk.
"Dia menginginkan kau langsung bertanya padanya. Kata Jepang untuk 'ya' adalah 'hai'.
Katanya, "kau akan mematuhi semua perintah?"
"Sejauh aku bisa, hai."
Api mulai menghangatkan air dan erangan mual terlontar dari mulut si bocah. Lidah
api kayu bakar yang di atas tumpukan batu bata di bawah belanga besi itu tampak menjilat
logamnya. Lebih banyak lagi kayu yang ditumpukkan.
"Omi-san mengatakan, tiaraplah. Segera."
James Clavell BUKU PERTAMA 127 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Blackthorne melakukan apa yang diperintahkan kepadanya.
"Omi-san mengatakan, dia tidak menghinamu secara pribadi dan kau juga tak punya
alasan untuk menghinanya. Karena kau ini orang barbar dan belum tahu kesopanan, kau tak
jadi dibunuh. Tapi kau akan dididik cara bersikap. Kau mengerti?"
"Ya." "Dia menginginkan kau langsung memberi jawaban padanya."
Terdengar lolongan nyeri dari mulut si bocah. Lolongan itu terus terdengar dan
kemudian si bocah pingsan. Salah seorang samurai mengeluarkan kepalanya dari air.
Blackthorne menengadah ke Omi. Ingatlah, ujarnya memerintahkan diri sendiri,
ingatlah nasib bocah ini dalam tanganmu, hidup semua anak buahmu ada dalam tanganmu.
Ya, setan dalam dirinya mulai mengganggu lagi, tapi tak ada jaminan bahwa bangsat itu
akan menghormati sebuah tawaran.
"Kau paham?" "Hai. " Blackthorne melihat Omi menyingkap kimononya dan mengeluarkan kemaluannya dari
kancutnya. Blacthorne mengharapkan orang itu mengencingi mukanya. Tapi Omi tak
berbuat begitu. Dia mengencingi punggungnya. Demi Tuhan, Blackthorne bersumpah pada
diri sendiri, aku akan selalu mengingat hal ini dan pokoknya, di suatu tempat, Omi akan
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membayarnya. "Omi-san mengatakan, adalah amat kurang ajar kalau kita mengencingi siapa saja.
Kurang ajar sekali. Kurang ajar dan tolol sekali kalau kita mengencingi seseorang saat kita
sedang tidak bersenjata. Adalah kurang ajar dan bunuh diri kalau kita mengencingi
seseorang dalam keadaan tak bersenjata, tanpa daya, dan karenanya belum siap untuk
merelakan teman-teman atau keluarga kita atau siapa saja untuk meninggalkan bumi ini
lebih dulu." Blackthorne tak berkata apa pun. Tapi matanya tak lepas dari Omi.
"Wakarimasu ka?" ujar Omi.
"Katanya, kau mengerti?"
"Hai." "Okiro! (bangun)."
James Clavell BUKU PERTAMA 128 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Katanya kau harus bangun."
Blackthorne bangun, rasa nyeri menghantam kepalanya bagai palu. Matanya tetap
terpusat pada Omi dan Omi membalas tatapannya.
"Kau harus pergi dengan Mura dan mematuhi perintahnya."
Blackthorne tak menjawab.
"Wakarimasu ka?" ujar Omi tajam.
"Hai." Blackthorne tengah mengira-ngira jarak antara dirinya dengan Omi. Dia sudah
dapat merasakan jari-jemarinya membelai-belai leher orang itu dan bahkan sudah merasakan
sampai pada wajahnya, dan dia berdoa agar dia cukup gesit dan kuat untuk mengeluarkan
matanya sebelum anak buahnya mengoyak tubuhnva.
"Bagaimana dengan bocah itu?" tanya Blackthorne.
Si imam berbicara pada Omi dengan terputus-putus. Omi memandang belanga itu.
Airnya hampir mencapai suam-suam kuku. Si bocah sudah jatuh pingsan namun tak sampai
celaka. "Keluarkan dia dari sana," perintahnya. "Panggilkan tabib kalau perlu."
Anak buah Omi mematuhi. Blackthorne menghampiri bocah itu dan mendengarkan
denyut jantungnya. Omi memberi isyarat pada si imam. "Katakan pada barbar itu, bocah ini juga sudah
boleh keluar dari gudang itu hari ini. Kalau barbar itu sudah sopan dan bocah itu juga sopan,
beberapa barbar boleh keluar dari gudang besok. Lalu menyusul lainnya. Mungkin. Atau
lebih dari satu, mungkin. Tergantung bagaimana sikap pemimpinnya. Tapi kau?" dia
langsung menatap Blackthorne,?"kau bertanggung jawab pada setiap pelanggaran terkecil
dari peraturan atau perintah mana pun. Kau mengerti?"
Setelah imam itu menerjemahkan kalimat ini, Omi mendengar orang barbar itu
mengatakan, "Ya," dan saat itu juga dilihatnya dendamnya yang dingin keluar dari matanya.
Tapi kebencian itu tetap tinggal. Tolol betul, pikir Omi, dan kekanak-kanakan sekali aku
berterus terang seperti ini. Aku ingin tahu apa yang dilakukannya seandainya aku
mempermainkannya lebih jauh lagi"misalnya berpura-pura melupakan apa yang telah
kujanjikan atau yang secara tersamar telah kujanjikan.
"Imam, siapa tadi namanya" Aku lupa. Katakan pelan-pelan."
Didengarnya imam itu mengeja namanya berulang kali namun wajah-wajah mereka
James Clavell BUKU PERTAMA 129 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
masih tampak bingung. "Bisa kau mengatakannya?" tanya Omi pada salah seorang anak buahnya.
"Tidak, Omi-san."
"Imam, katakan padanya mulai sekarang namanya adalah Anjin"Pilot"neh" Kalau dia
sudah pantas menyandangnya, dia akan dipanggil Anjin-san. Jelaskan padanya tak ada bunyi
seperti itu dalam bahasa kita, susah mengeja namanya itu." Omi menambahkan datar,
"Sampai bertemu Anjin."
Mereka semua mernbungkuk kepadanya. Omi membalas penghormatan itu dengan
hormat dan melangkah pergi. Waktu dia sudah berada jauh dari lapangan dan merasa pasti
bahwa tak seorang pun mengawasinya, dia tersenyum lebar-lebar. Betapa mudahnya
menjinakkan pemimpin orang-orang barbar itu! Hanya dengan sekali melihat dapat
langsung menjinakkan dia, berikut anak buahnya!
Betapa luar biasanya orang-orang barbar itu, pikirnya. Eee, lebih cepat si Anjin
menguasai bahasa kita, lebih baik. Jadi kita akan tahu bagaimana membasmi orang-orang
barbar Kristen itu untuk sekali dan selamanya!
"Mengapa kau tak mengencingi mukanya?" tanya Yabu.
"Pada mulanya saya memang berniat begitu, Tuan. Tapi Pilot itu masih binatang yang
belum dijinakkan, amat berbahaya. Untuk mengencingi mukanya, yaah, bagi kita,
menyentuh muka seseorang saja sudah merupakan penghinaan yang paling buruk, neh" Jadi
saya pikir kalau saya menghinanya sedemikian rupa dia bisa mengamuk. Jadi saya
mengencingi punggungnya saja yang saya kira cukup berarti."
Keduanya tengah duduk bersama di serambi rumah Omi, pada bantal-bantal sutera. Ibu
Omi menyugu mereka cha"teh"berikut segenap upacara yang harus dipimpinnya dan
untuk mana dia seperti perempuan Jepang lainnya sudah terlatih baik pada usia mudanya.
Ditawarkannya cawannya seraya membungkukkan badan kepada Yabu. Yabu balas
membungkuk dan dengan hormat menawarkannya pada Omi, yang tentu saja menolak
tawarannya dengan membungkuk lebih dalam lagi, kemudian Yabu menerimanya dan
mereguknya dengan nikmat, merasa puas.
"Aku terkesan sekali denganmu, Omi-san," ujarnya. "Jalan pikiranmu bukan main.
James Clavell BUKU PERTAMA 130 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Rencana dan cara penangananmu terhadap segala urusan ini luar biasa bagusnya."
"Anda terlalu melebih-lebihkan. Seharusnya upayaku dapat lebih baik dari itu, jauh
lebih baik." "Di mana kau pelajari cara berpikir orang barbar sampai sejauh itu?"
"Waktu saya baru empatbelas tahun. Untuk setahun saya berguru pada seorang rahib
bernama Jiro. Sekali waktu, dia itu imam Kristen, paling tidak calon imam tapi untunglah
dia menyadari ketololannya. Saya selalu mengingat satu hal yang dikatakannya pada saya.
Katanya agama Kristen itu lemah karena mereka mengajarkan bahwa pemimpin dewa
mereka, Jesus, mengatakan bahwa semua orang harus 'mencintai' satu sama lain"dia tak
mengajarkan apa-apa tentang kehormatan dan kewajiban, hanya cinta. Dan juga bahwa
kehidupan itu kudus"'Janganlah kalian saling membunuh' neh" Dan ketololan-ketololan
lainnya. Orang-orang barbar yang baru datang ini juga mengaku diri mereka Kristen,
sekalipun imam itu menyangkalnya, jadi saya pikir itu boleh jadi mereka berasal dari sekte
yang berlainan dan itulah sebabnya ada rasa permusuhan, tidak beda dengan sejumlah sekte
Budha yang saling membenci satu sama lainnya. Saya kira, kalau benar mereka mencintai
satu sama lain, mungkin kita bisa mengendalikan pemimpinnya dengan cara rnencabut
nyawa atau bahkan mengancam untuk mencabut nyawa salah seorang anak buahnya." Omi
tahu percakapan ini berbahaya karena kematian yang menyiksa, kematian yang mesum.
Dirasanya peringatan tersamar dari ibunya yang menengahi jarak di antara dirinya dengan
Yabu. "Anda ingin tambah cha lagi, Yabu-sama?" tanya ibu Omi.
"Terimakasih," ujar Yabu. "Enak, enak sekali.
"Terimakasih, Tuan. Tapi Omi-san, apakah orang barbar itu akan disiksa selamanya?"
tanya ibunya mengalihkan pembicaraan. "Mungkin kau harus menceritakan pada Tuan kita
apakah menurutmu hal itu hanya sementara saja atau untuk selamanya."
Omi ragu-ragu. "Untuk sementara. Tapi saya kira dia harus belajar bahasa kita secepat
mungkin. Ini sangat penting bagi anda, Tuan. Anda boleh jadi akan membasmi satu-dua di
antaranya untuk menjaga supaya pemimpinnya dan anak buahnya yang lain jangan
mengamuk. Sekali anda mampu berbicara langsung dengannya, Yabu-sama, anda dapat
memanfaatkan pengetahuannya. Seandainya apa yang dikatakan imam itu benar"bahwa dia
James Clavell BUKU PERTAMA 131 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
telah memimpin pelayaran kapal itu sampai jarak sepuluh ribu ri"mestinya lebih dari
pintar." "Kau sendiri juga lebih dari pintar." Yabu tertawa. "Tugasmu menjaga binatangbinatang. Omi-san pelatih manusia!"
Omi ikut tertawa bersamanya. "Akan saya coba Tuan."
"Jumlah wilayah kekuasaanmu akan ditambah lima ratus koku menjadi tiga ribu koku.
Kau akan mengawasi dalam jarak duapuluh ri." Satu ri adalah ukuran jarak yang kira-kira
sama dengan satu mil. "Sebagai tanda perhatianku, begitu aku kembali ke Yedo akan
kukirimi dua ekor kuda, duapuluh kimono sutera, sebuah baju baja, dua bilah pedang, dan
senjata yang cukup untuk mempersenjatai seratus samurai berikutnya yang akan kau
perlukan. Begitu perang dimulai kau akan segera bergabung sebagai pembantu pribadi
sebagai hatamoto." Omi merasa dirinya besar: hatamoto adalah seorang pengawal pribadi
daimyo yang selalu dekat pada Tuannya dan boleh menyandang pedang hadapan Tuannya.
Yabu nampak senang sekali pada Omi dan merasa lega bahkan seperti lahir kembali. Dia
telah tertidur pulas. Ketika dia terjaga, seperti yang sudah diharapkan, dia tidak menanyakan
gadis maupun anak lelaki itu untuk tinggal bersamanya. Dia telah mereguk teh sedikit dan
mengunyah bubur sesekali. Kemudian dia mandi, dan sesudahnya, pijatan Suwo.
Benar-benar sebuah pengalaman yang luar biasa, pikimya. Belum pernah aku merasa
sedemikian dekat pada alam, pada pohon dan gunung dan bumi, pada kesedihan hidup dan
kefanaannya yang tak terukur. Jeritan itu telah menyempurnakan segalanya.
"Omi-san, ada batu-batuan di kebunku di Mishima yang ingin kuhadiahkan padamu,
sekaligus untuk memperingati kejadian ini, dan juga malam yang luar biasa itu, berikut nasib
mujur kita. Akan kukirimkan dia dengan barang-barang lainnya," ujarnya. "Batu itu datang
dari Kyushu. Kunamakan dia Batu Penantian"karena kita berdua tengah menantikan
Taiko memerintahkan penyerangan, saat batu itu di temukan. Saat itu, oh, sudah limabelas
tahun yang lalu. Aku sendiri adalah anggota pasukannya yang menumpas pemberontakan
itu dan menaklukkan kepulauan ini."
"Tuan memberikan penghormatan yang sedemikian besar."
"Mengapa batu itu tidak ditempatkan di sini saja, di kebunmu, dan diberi nama lagi"
Mengapa tidak menamakannya 'Batu Perdamaian Orang Barbar', untuk memperingati
James Clavell BUKU PERTAMA 132 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
malam itu dan masa penantiannya yang tak berkesudahan bagi perdamaian."
"Mungkin saya boleh menamakannya, 'Batu Kebahagiaan' untuk mengingatkan saya
dan keturunan saya pada kehormatan yang anda berikan terhadap kami Paman"
"Jangan"baiknya namakan saja 'Orang Barbar Dalam Penantian'. Ya, aku suka begitu.
Itu bisa mengikat kita berdua lebih lanjut, dia dan aku. Dia sedang menunggu, demikian
juga aku. Bedanya aku hidup, dia mati." Yabu memandangi kebun, merenung. "Bagus
, 'Orang Barbar Dalam Penantian.' Aku suka itu. Ada noda-noda yang mengundang rasa
ingin tahu orang pada salah satu sisi batu itu yang mengingatkanku pada air mata, dan
jaringan warna biru bercampur dengan warna kemerahan yang mengingatkanku pada
daging"dengan segala kefanaan yang terkandung di dalamnya!" Yabu mendesah,
menikmati kesedihan hatinya. Lalu dia menambahkan, "Memang baik bagi seseorang untuk
menanam batu sekaligus menamakannya. Orang barbar itu membutuhkan waktu lama buat
mati, neh. Boleh jadi dia akan lahir kembali sebagai orang Jepang buat mengimbangi
penderitaannya. Tidakkah itu menakjubkan" Lalu suatu hari, boleh jadi, keturunannya akan
melihat batu itu dan merasa puas."
Omi menurutkan rasa terimakasihnya sambil dengan kesopanan, mengatakan bahwa
sebenarnya dia tak patut untuk menerima karunia semacam itu. Yabu tahu bahwa karunia
itu adalah batas daripada yang patut diterimanya. Sebab dia dengan mudah dapat
memberikan karunia yang lebih besar lagi, tapi dia selalu diingatkan pada pepatah kuno
bahwa kita memang selalu dapat memperluas wilayah kekuasaan orang, tapi untuk
menguranginya, bisa menyebabkan permusuhan. Dan pengkhianatan.
"Oku-san," ujar Yabu pada ibu Omi, memberinya gelar sebagai seorang ibu terhormat.
"Mestinya kakakku mengatakan sejak dulu tentang kemampuan putra bungsunya yang
besar. Kalau begitu Omi-san sudah lebih hebat sekarang ini. Kakakku kurang memikirkan
orang lain, terlalu acuh."
"Suami saya justru terlalu memikirkan anda. Tuanku, terlalu mengkhawatirkan anda,"
sahutnya, menyadari kritik yang terkandung di dalarn perkataan itu sendiri. "Saya senang
putera saya memiliki kesempatan untuk melayani anda dan bahwa dia juga bisa
menyenangkan hati anda. Putera saya baru saja melakukan kewajibannya, neh" Itu sudah jadi
kewajiban kami"Mizuno-san dan kami semuanya"wajib melayani."
James Clavell BUKU PERTAMA 133 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Langkah kaki kuda terdengar mendaki gundukan bukit. Igurashi, kepala pengawal
prbadi Yabu, tengah menyusuri kebun. "Segalanya sudah siap, Tuan. Kalau anda ingin
kembali ke Yedo cepat-cepat, kita harus berangkat sekarang."
"Bagus. Omi-san, kau dan anak buahmu akan pergi bersama rombongan dan
membantu Igurashi-san mengawasi supaya semuanya selamat sampai di puri." Yabu melihat
air muka Omi muram. "Apa?"
"Saya memikirkan orang-orang barbar itu."
"Tinggalkan sejumlah pengawal bagi mereka. Dibandingkan dengan seluruh
rombongan, mereka tidak penting. Lakukanlah apa yang kau inginkan dengan mereka"
kembalikan lagi mereka ke gudang bawah tanah"lakukanlah apa yang kau suka. Bilamana
seandainya kau berhasil memperoleh sesuatu yang bermanfaat dari mereka, beri aku kabar."
"Ya, Tuan," sahut Omi. "Saya akan meninggalkan sepuluh samurai dan sepuluh
perintah khusus pada Mura"mereka takkan membahayakan dalam lima enam hari ini. Apa
perintah anda mengenai kapal itu sendiri?"
"Biarkan dia di sini aman. Kau yang bertanggu jawab untuk itu, sudah tentu. Zukimoto
telah mengirimkan surat-surat pada perwakilan di Nagasaki untuk penawaran penjualan
pada Portugis. Mereka bisa datang dan mengambilnya."
Omi bimbang. "Mungkin anda yang harus menahan kapal itu, Tuan dan suruh orangorang barbar itu melatih beberapa pelaut kita untuk menanganinya."
"Apa perluku dengan kapal orang barbar?" Yabu tertawa mengejek. "Apakah aku harus
menjadi saudagar mesum?"
"Tentu tidak, Tuan, "sahut Omi cepat." Saya baru saja berpikir Zukimoto mungkin bisa
mengambil manfaat dari kapal semacam itu."
"Apa perluku dengan kapal dagang?"
"Imam itu mengatakan ini adalah kapal perang Tuan. Nampaknya dia takut pada kapal
itu. Begitu perang mulai, kapal perang bias?"
"Perang kita akan dilangsungkan di darat. Lautan itu milik saudagar, lintah darat, bajak
laut dan nelayan." Yabu bangkit dan mulai menuruni anak tangga yang menuju ke pintu
gerbang kebun, di sana seorang samurai tengah memegangi tali kekang kudanya. Yabu berhenti dan menatap jauh ke laut. Kedua lututnya tiba-tiba terasa lemas.
James Clavell BUKU PERTAMA 134 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Omi mengikuti pandangan Yabu.
Sebuah kapal kuno tengah mengitari tanjung. Kapal itu disesaki pendayung, kapal
pantai Jepang tercepat karena dia tak bergantung pada angin maupun pada pasang-surut air
laut. Bendera pada tiang layarnya mengibarkan panji Toranaga.
James Clavell BUKU PERTAMA 135 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BAB VII TODA HIROMATSU, penguasa tertinggi propinsi Saga dan Kozuke, jenderal dan
penasehat Toranaga yang paling dipercaya, kepala staf angkatan bersenjatanya tampak
meniti papan panjang yang menuju ke dermaga seorang diri. Dia termasuk tinggi bagi
ukuran orang Jepang, hanya sedikit di bawah enam kaki, wajahnya seperti kerbau dengan
rahang yang kuat, yang menjalani usia enam puluh tujuh tahunnya dengan penuh semangat.
Kimono militernya seluruhnya terbuat dari bahan sutera berwarna coklat dengan lima
sulaman panji kecil Toranaga"tiga batang bambu yang saling bersambungan. Dia
mengenakan pelindung dada berupa piring logam yang gemerlapan dan pelindung dada dari
baja. Hanya pedang pendeknya terselip pada ikat pinggangnya. Yang lainnya, pedang
mautnya dipegangnya di tangan. Dia siap menariknya keluar dari sarungnya dalam sekejap
dan membunuh orang dalam sekejap pula untuk melindungi majikannya yang tertinggi. Ini
sudah merupakan kebiasaannya sejak dia berusia limabelas tahun.
Tak seorang pun, bahkan juga Taiko, yang mampu merubah pendiriannya.
Setahun yang lewat, waktu Taiko meninggal, Hirotmatsu sudah menjadi vassal
Toranaga. Toranaga telah menganugerahinya Sagami dan Kozuke, dua dari delapan
propinsi miliknya, dengan imbalan lima ratus koku tiap tahun, dan telah membiarkannya
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjalankan kebisaannya. Hiro-matsu amat mahir membunuh orang. Kini pantai telah
dipenuhi penduduk desa"laki-laki perempuan dan anak-anak. Semuanya berlutut,
kepalanya ditundukkan dalam-dalam di depan mereka. Para sumurai berbaris rapi, dalam
barisan upacara. Yabu di muka, bersama para letnannya.
Seandainya Yabu itu seorang wanita atau lelaki yung kurang jantan, pasti dia sudah
memukuli dadanya sendiri dan menangis meratap-ratap sambil meremas-remas rambutnya.
Kejadian ini bukan suatu kebetulan semata. Karena kehadiran Toda Hiromatsu yang
terkenal itu pada hari ini berarti bahwa Yabu telah dikhianati"entah di Yedo, oleh salah
seorang keluarganya, atau di Anjiro, oleh Omi, atau oleh salah seorang anak buah Omi, atau
oleh salah seorang penduduk desa. Yabu terjebak oleh ketidakpatuhannya sendiri. Seorang
musuh telah memanfaatkan minatnya yang besar terhadap kapal itu.
James Clavell BUKU PERTAMA 136 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Yabu berlutut dan membungkuk dan seluruh barisan samurai mengikutinya, dan Yabu
mulai mengutuki kapal itu beserta semua pelautnya.
"Ah, Yabu-sama," didengarnya Hiromatsu berkata, dan dilihatnya dia berlutut di atas
tikar yang khusus digelar baginya dan Yabu balas membungkuk. Namun kedalaman cara
membungkuknya kurang benar dan Hiro-matsu tak lagi menunggunya untuk membungkuk
sekali lagi, jadi Yabu tahu, tanpa diberi tahu sekalipun bahwa kedudukannya berada dalam
bahaya besar. Yabu melihat jenderal itu duduk bersila lagi. "Si Tinju Besi" begitulah dia
dijuluki orang. Hanya Toranaga atau salah seorang dari ketiga penasehatnya yang dapat
memiliki hak istimewa untuk mengibarkan bendera Toranaga. Mengapa mengutus seorang
jenderal yang begitu penting untuk mengejarnya jauh-jauh dari Yedo.
"Anda memberi penghormatan bagi saya dengan kunjungan anda ke desa-desa kami
yang miskin ini Hiromatsu-sama" ujarnya.
"Yang Mulia Toranaga yang rnemerintahkan saya ke mari." Hiromatsu dikenal karena
keterusterangannya. Dia sama sekali tidak suka menipu dan bukan orang yang bertabiat
licik. Ia dikenal sebagai seorang yang mutlak menyerahkan hidupnya kepada bangsawan
yang diabdinya itu. "Saya merasa mendapat kehormatan dan saya senang sekali," ujar Yabu. "Saya bergegas
datang kemari dari Yedo karena kapal orang barbar itu.'
"Yang Mulia Toranaga telah menitahkan semua daimyo yang bersahabat agar tetap
menunggu di Yedo sampai beliau kembali dari Osaka."
"Bagaimana kabarnya Tuan kita" Saya harap beliau baik-baik saja?"
"Lebih cepat Yang Mulia kembali dengan selamat ke purinya di Yedo, lebih baik. Lebih
cepat pertengkaran dengan Ishido dinyatakan secara terang-terangan dan lebih cepat kita
dapat menyusun pasukan kita dan memimpinnya menyusuri jalan-lintas kembali ke Puri
Osaka dan membakarnya sampai ke batu batanya yang terakhir, lebih baik." Rahang orang
tua itu memerah bersamaan dengan bertambahnya kecemasannya pada keselamatan
Toranaga"dia benci berada jauh-jauh dari majikannya. Taiko sengaja membangun Puri
Osaka agar tak tertembus dari luar. Puri itu adalah yang terbesar di seluruh kekaisaran,
dengan rangkaian benteng yang saling berhubungan berikut paritnya, sejumlah puri kecil
lain, menara, dan jembatan, dan ruang bagi delapan puluh ribu prajurit. Dan di sekeliling
James Clavell BUKU PERTAMA 137 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tembuk ibu kota yang besar itu berjaga pasukan lainnya, yang sama-sama patuh dan sama
bagus persenjataanpya"semuanya pendukung fanatik Yaemon, ahli Waris Kaisar. "Sudah
saya katakan selusin kali kepadanya, dia gila kalau membiarkan dirinya sendiri jatuh ke
dalam genggaman Ishido. Orang sinting!"
"Tuanku Toranaga wajib pergi, neh" Beliau tak punya pilihan lain." Taiko telah
menitahkan bahwa Dewan Bupati, yang memerintah atas nama Yaemon, harus berapat
untuk sepuluh hari paling tidak dalam dua tahun sekali dan selalu harus di dalam puri
benteng Osaka, dengan pengikut paling banyak lima ratus orang. Dan segenap daimyo
lainnya sama-sama berkewajiban untuk datang menjenguk puri bersama keluarga mereka,
untuk memberi penghormatan pada Yaemon, juga dua kali setahun. Jadi semuanya terawasi,
semuanya tak bersenjata, pada bagian tahun itu, setiap tahun. "Rapatnya sudah ditentukan,
neh" Kalau beliau tak pergi ke sana, akan dikira suatu pengkhianatan neh?"
"Pengkhianatan terhadap siapa?" Wajah Hiromatsu tampak bertambah merah. "Ishido
tengah berusaha mengasingkan pemimpin kita. Dengar, seandainya Ishido ada dalam
genggaman saya seperti juga, Tuanku Toranaga ada dalam genggamannya, saya takkan
ragu-ragu sesaat pun, apa pun risikonya, kepala Ishido sudah terlepas dari bahunya sejak
lama, dan rohnya tengah menunggu untuk dilahirkan kembali." Tanpa sengaja jenderal itu
membelai-belai sarung pedangnya yang amat ampuh itu yang selalu dipegangnya pada
tangan kirinya. Tangan kanannya, yang penuh bonggol dan tampak keras, siap pada
pangkuannya. Dia tengah mengamati Erasmus. "Dimana meriamnya?"
"Sudah saya perintahkan dibawa ke darat. Demi keselamatan. Apakah Toranaga-sama
akan membuat perjanjian lainnya dengan Ishido?"
"Waktu saya meninggalkan Osaka, semuanya serba tenang. Dewan akan rapat dalam
tiga hari ini. "Apakah pertikaian ini akan menjadi terang-terangan?"
"Saya lebih suka kalau itu terang-terangan. Tapi kalau beliau memang mau membuat
perjanjian, beliau akan membuatnya." Hiromatsu kembali berpaling pada Yabu. "Beliau
memerintahkan agar semua daimyo sekutunya menunggunya di Yedo sampai dia kembali.
Ini bukan Yedo." "Ya. Sampai dia kembali, itu cukup sebagai alasan hagi kami untuk segera diperiksa."
James Clavell BUKU PERTAMA 138 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Tak perlu, Yabu-san. Anda harus lebih percaya diri. Tak ada yang terjadi tanpa
sepengetahuan majikan kita. Seharusnya beliau sudah mengirimkan seseorang untuk
memeriksa. Kebetulan beliau mengirimkan saya. Berapa lama anda sudah di sini?"
"Sehari semalam."
"Kalau begitu anda sudah dua hari datang dari Yedo?"
"Ya." "Anda datang cepat. Anda patut dipuji." Untuk menghabiskan waktu Yabu mulai
menceritakan pada Hiromatsu tentang pasukan gerak cepatnya. Namun pikirannya lebih
tertuju pada soal-soal yang lebih mendesak. Siapa gerangan mata-matanya" Bagaimana caranya Toranaga memperoleh berita tentang kapal itu sama cepatnya dengan dirinya sendiri"
Dan siapa yang memberitahu Toranaga tentang keberangkatannya" Bagaimana caranya dia
mendesak dan membuat perundingan dengan Hiromatsu"
Hiromatsu mendengarkannya, lalu menunjuk sambil berkata, "Daimyo Toranaga telah
menyita kapal itu dan segenap isinya."
Keheningan yang mengejutkan menyapu pantai. Ini adalah Izu, wilayah kekuasaan
Yabu, Toranaga sama sekali tak memiliki hak di sini. Dan Hiromatsu tak memiliki hak apa
pun untuk memerintahkan sesuatu. Yabu memegangi pedangnya lebih erat lagi.
Hiromatsu menunggu dengan ketenangan yang terlatih. Dia telah melaksanakan
tugasnya tanpa kurang sesuatu pun seperti yang telah diperintahkan Toranaga dan kini dia
sudah bertekad, membunuh atau dibunuh tak dapat ditawar lagi.
Yabu tahu bahwasanya kini dia sendiri pun harus tegas. Tak ada lagi penundaan. Kalau
dia menolak untuk menyerahkan kapal itu dia harus membunuh Hiromatsu "Si Tinju Besi",
karena Hiromatsu 'Si Tangan Besi' takkan pergi tanpanya. Mungkin kurang lebih ada dua
ratus samurai terkemuka di atas kapal yang kini sudah tertambat di galangan. Mereka juga
harus mati. Dia bisa saja mengundang mereka ke darat dan memperdayai mereka dan dalam
sekian jam dengan mudah dia dapat mengerahkan cukup samurai di Anjiro ini untuk
melahap mereka semuanya, karena dia sendiri pakar penyergapan. Tapi hal itu akan
mengundang Toranaga mengirimkan pasukannya ke sini. Kau akan ditelan mentah-mentah,
ujarnya pada diri sendiri, kecuali Ishido datang membawa bala-bantuan. Tapi pikir. Apakah
Pendekar Buta 10 Harry Potter Dan Kamar Rahasia Karya J.k. Rowling Bentrok Rimba Persilatan 23
"Tak apa-apa, Pilot," Vinck berbisik. "Saya"kami sudah setuju dan itu adil. Sudah
kehendak Tuhan. Saya akan"sudah ..." Dia meraba-raba kaki tangga namun Blackthorne
tetap berdiri dengan teguh di tengah jalan, menghadapi Omi.
"Kalian takkan pergi tanpa melawan. Tak seorang pun."
"Menjauhlah dari tangga, Pilot! Anda diperintahkan menjauh!" Dengan badan gemetar
Spillbergen tetap terdiam di sudutnya, sejauh mungkin dari celah. Suaranya bergetar,
"Pilot!" "Tapi Blackthorne tak mendengarkan. "Bersiaplah!"
Omi mundur setapak dan meneriakkan perintah dengan suara menghardik pada anak
buahnya. Seketika itu juga seorang samurai, diikuti rapat-rapat oleh dua yang lainnya, mulai
menuruni anak tangga, pedang mereka sudah dicabut dari sarungnya Blackthorne memutar
kaki tangga dan menyambut orang yang pertama, mengelak dari ayunan pedangnya yang
ganas, mencoba untuk mencekik orang tadi sampai mati.
"Ayo! Mulai. Demi nyawamu!"
Blackthorne mengendorkan pegangannya supaya orang itu terjatuh dari anak tangga dan
dengan rasa mual terpaksa berpelukan dengannya begitu orang kedua menghujamkan
pedangnya ke bawah, ke arahnya. Vinck tersadar dari keadaan nanarnya dan menerjang ke
arah si samurai, dengan membabi-buta. Dia mencegat ayunan yang mungkin akan mampu
mengiris pinggang Blackthorne, menahan getaran mata pedang dan menghujamkan tinjunya
yang sebelah lagi ke tungkai paha orang itu. Samurai itu tersengal dan menendang dengan
ganas. Vinck seolah tak mengindahkan tendangannya. Dia memanjat anak tangga dan
menyerang orang itu untuk merenggut pedangnya, kuku-kukunya merobek mata orang itu.
Kedua samurai lainnya terhalang oleh sempitnya ruangan dan oleh Blackthorne, namun
sebuah tendangan yang berasal dari seorang antara mereka berhasil mengenai wajah Vinck
dan membuatnya terhuyung-huyung. Samurai yang di tangga menetak Blackthome, gagal,
kemudian seluruh anak buah Blackthorne ramai-ramai menyerbu tangga.
Croocq menghujamkan tinjunya ke kuda-kuda kaki samurai dan merasa mengenai tulang
keringnya. Orang itu berhasil melempar keluar pedangnya dari lubang"tak mengharapkan
lawannya bersenjata dan terjungkal dengan keras ke lumpur. Vinck dan Pieterzoon samasama jatuh menindihnya. Orang itu melawan kembali dengan ganas sementara yang lainnya
James Clavell BUKU PERTAMA 92 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
menyambut samurai-samurai yang akan datang menganggu. Blackthorne memungut pedang
pendek Jepang dan mulai memanjat tangga. Croocq, Jan Roper dan Salamon mengikutinya.
Kedua samurai itu melangkah mudur dan berdiri pada pintu masuk, pedang maut mereka
terlihat siap menerkam. Balckthorne tahu bahwa pedang pendeknya tak setanding dengan
pedang-pedang itu. Meskipun demikian, dia menyiapkannya juga, yang lain berada di
dekatnya, siap membantu. Begitu kepalanya menyembul sedikit di atas tanah, sebilah
pedang terayun hanya berselisih satu inci. Ke arahnya sebuah tendangan mematikan dari
seorang samurai yang tak terlihat mengirimkannya ke tanah kembali.
Blackthorne berpaling dan melompat kembali, mengelakkan gerombolan yang sedang
menggeliat-geliat bertarung, mencoba untuk mengalahkan si samurai dalam kubangan
lumpur yang baru itu. Vinck balas menendang belakang leher orang itu dan dia menjadi
lemas. Vick meninjunya berulang kali sampai Blackthorne menariknya mundur.
"Jangan bunuh dia"kita menggunakannya sebagai sandera!" Blackthorne berteriak
sambil merayap terseok-seok dengan nekad ke tangga, ke gudang. Tapi ternyata terlalu
panjang. Di atas samurai-samurai lainnya menunggu dengan garang di mulut pintu kolong.
"Demi Tuhan, Pilot, hentikan!" Spillbergen mendekat. "Mereka bisa membunuh kita
semua"Anda bisa membunuh kita semua! Hentikan dia, siapa saja!"
Omi meneriakkan perintah lebih banyak lagi dan tangan-tangan yang kuat di atas
mencegah Blackthorne yang ingin menghalangi pintu masuk dengan tangga.
"Awas!" teriaknya.
Tiga samurai lagi, sambil membawa pisau dan hanya mengenakan kancut, melompat
dengan gesit ke dalam gudang. Dua yang pertama sengaja menjatuhkan dirinya ke atas
tubuh Blackthorne dan merubuhkannya tanpa daya ke tanah, lalu mulai menyerang dengan
ganas. Blackthorne terkunci di bawah tindihan kekuatan dua orang itu. Dia tak dapat
menggunakan pisaunya dan merasa kemauannya untuk melawan berkurang dan dia berharap
dia memiliki ketrampilan Mura, si kepala desa, dalam pertarungan tak bersenjata. Dia tahu
dan tanpa daya bahwa dia tak lagi mampu bertahan lebih lama namun dia berusaha untuk
terakhir kali dan berhasil menghentakkan sebelah tangannya sampai terlepas dari himpitan.
Sebuah pukulan tanpa ampun dari tangga sekeras batu karang hinggap di kepalanya dan
James Clavell BUKU PERTAMA 93 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
sebuah lagi menyusul, menciptakan ledakan warna-warni ingatannya, namun dia masih
tetap balas melawan. Vinck memeras tenaganya menghadapi salah satu samurai ketika samurai ketiga jatuh
menimpanya dari pintu atas dan Maetsukker menjerit begitu sebilah pedang pendek
menyayat lengannya. Van Pieterzoon terdengar berkata," Demi Kristus, lukai mereka,
jangan aku," namun saudagar itu tak mendengar karena di tengah dilanda ketakutan.
Blackthorne menangkap leher seorang samurai, tapi pegangannya terlepas karena
keringat bercampur lumpur, dan dia sudah hampir berdiri seperti banteng gila mencoba
untuk mengibaskan kotoran itu ketika datang sebuah pukulan menghantamnya dan dia
terjatuh dalam kegelapan. Ketiga samurai itu berhasil memanjat ke atas dan anak buah
Blackthorne, yang kini tak lagi berpemimpin, hanya dapat melangkah mundur dari kilatan
ketiga pedang pendek mereka. Para samurai sudah menguasai keadaan gudang itu dan kini
dengan putaran pedang pendek mereka, tanpa maksud untuk membunuh atau
melumpuhkan, tapi cuma untuk memaksa orang-orang yang terengah-engah dan ketakutan
itu menghadap tembok, menjauh dari tangga tempat Blackthorne dan samurai pertama
tergeletak tanpa daya. Omi datang dengan angkuh ke dalam lubang dan segera menarik orang terdekat, yakni
Pieterzoon. Dia menariknya dengan kuat menuju tangga.
Pieterzoon menjerit dan menggeliat-geliat, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman
Omi, tapi sebilah pedang pendek menyayat pinggangnya dan sebilah lagi merobek
lengannya. Tanpa ampun, pelaut yang tengah memekik itu kembali menabrak tangga.
"Kristus, tolong aku, bukan aku yang harus pergi, bukan aku, bukan aku?" Kedua kaki
Pieterzoon sudah menginjak anak tangga terbawah sambil berusaha menghindari tusukantusukan pedang itu, dan kemudian, "Tolong aku, demi Tuhan", dia menjerit untuk terakhir
kalinya sambil berpaling dengan tangannya menggapai-gapai tak beraturan di udara.
Omi membuntuti dengan santai.
Seorang samurai mengikuti. Disusul lainnya. Yang ketiga mengambil pedang pendek
yang telah digunakan Blackthorne. Dia membalikkan punggungnya dengan wajah
mencemooh, melangkahi tubuh kawannya yang pingsan dan memanjat pergi.
Tangga itu ditarik ke atas. Udara dan langit dan cahaya lenyap. Palang-palang pintu
James Clavell BUKU PERTAMA 94 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
dihempas ke tempatnya. Kini hanya ada kesuraman dan suara-suara helaan napas bercampur
dengan detak-detak jantung dan cucuran keringat serta bau apak. Lalat-lalat kembali
berdatangan. Sesaat tak seorang pun bergerak. Jan Roper memperoleh luka kecil pada pipinya,
Maetsukker terus-menerus mengeluarkan darah, yang lainnya kebanyakan terguncang hebat.
Kecuali Salamon. Dia meraba-raba menghampiri Blackthorne, membebaskannya dari
tindihan samurai yang pingsan itu. Dia menggumamkan sesuatu di mulut dan menunjuk ke
ai Croocq mengambil seadanya dari dalam buli-buli membantunya menyangga Blackthorne
yang masih tak berkutik pada dinding. Bersama-sama mereka mulai membersihkan lumpur
dari wajahnya. "Waktu bangsat-bangsat itu"waktu mereka menghimpitnya aku rasa"aku mendengar
bunyi gemeretak lehernya atau bahunya retak," ujar bocah itu, dadanya turun naik. "Dia
sudah seperti mayat, oh Jesus!"
Sonk memaksa kedua kakinya berdiri dan menghampiri mereka. Dengan hati-hati
digerak-gerakkannya kepala Blackthorne dari sisi ke sisi, dan meraba-raba bahunya.
"Nampaknya tak apa-apa. Tinggal menunggu dia siuman untuk menceritakan semua."
"Oh, Tuhan," Vinck mulai merengek. "Kasih Pieterzoon"aku pasti dikutuk"aku pasti
dikutuk.' "Kau sudah akan pergi saat itu. Pilot yang menghentikanmu. Kau akan seperti yang kau
janjikan, aku sempat melihatmu"demi Tuhan." Sonk mengguncang-guncang Vinck, tapi
dia tak mempedulikan. "Aku melihatmu, Vinck." Dia berpaling ke Spillbergen sambil
mengusir pergi lalat-lalat. "Tidakkah itu betul?"
'"Ya, dia sudah hampir pergi. Vinck, berhenti mengerang. Itu kesalahan Pilot. Beri aku
air sedikit." Jan Roper mengambil sedikit air dengan kendi dan meminumnya. Lalu membasahi luka
di pipinya. "Vinck seharusnya pergi. Dia itu domba Allah. Dia sudah dipilih. Dan sekarang
jiwanya disita. Oh, Tuhan yang pemurah ampunilah dia, dia bisa dibakar di neraka selamalamanya."
"Beri aku air sedikit." Si Kapten-Jenderal mulai merengek. Van Nekk mengambil kendi
itu dari Jan Roper dan menyodorkannya pada Spillbergen. "Itu bukan salah Vinck," ujar van
James Clavell BUKU PERTAMA 95 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Nekk letih. "Dia tak mampu bangun, tak ingat kau" Dia minta tolong orang untuk membantunya
berdiri. Aku takut sekali sampai aku sendiri tak bisa berkutik, dan aku tak usah pergi."
"Itu bukan salah Vinck," ujar Spillbergen. "Bukan. Itu salahnya." Mereka semua
memandang Blackthorne. "Dia gila."
"Semua orang Inggris gila," ujar Sonk. "Apa kau pernah tahu ada yang tidak" Seorang
saja. Garuklah satu di antaranya dan kau akan menemukan seorang yang sakit jiwa atau
bajak laut." "Bangsat, mereka semua" seru Ginsel.
"Tidak, tidak semua," ujar van Nekk meralat. "Pilot hanya melakukan apa yang
dirasakannya benar. Dia sudah melindungi kita dan membawa kita berlayar sekian puluh
ribu mil laut." "Melindungi kita" Taik kucing! Kita semula lima ratus orang waktu mulai berlayar dan
lima kapal. Sekarang kita cuma sembilan!"
"Bukan salahnya, armada itu terpecah belah. Bukan salahnya, badai menerpa kita semua."
"Kalau bukan karena dia, kita sudah ada di Dunia Baru. Demi Tuhan! Dialah yang
mengatakan kita bisa mencapai pulau-pulau Jepang. Dan atas nama Jesus Kristus yang
manis, lihat di mana kita sekarang."
"Kita semua setuju untuk mencoba meraih Jepang Kita semua sudah sepakat." van Nekk
berkata letih "Kita sudah ambil suara."
"Ya. Tapi dialah yang membujuk kita."
"Awas!" Ginsel menunjuk ke sisi samurai yang tengah bergerak-gerak dan mengerang.
Sonk cepat meluncur ke arahnya, menghujamkan tinjunya ke dagunya. Orang itu pingsan
kembali. "Demi Kristus! Buat apa bangsat-bangsat itu meninggalkannya di sini" Sebenarnya
mereka bisa menggotongnya keluar bersama mereka, gampang. Tak ada yang bisa kita
perbuat." "Kau pikir mereka kira dia sudah mampus?"
"Tak tahu! Mestinya mereka melihatnya. Demi Tuhan, andainya aku bisa minum bir
dingin," ujar Sonk. James Clavell BUKU PERTAMA 96 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Jangan pukul dia lagi, Sonk, jangan bunuh dia. Dia sandera." Croocq menatap Vinck,
yang duduk mendekam pada dinding, terbenam dalam rasa bencinya yang cengeng. "Tuhan
menolong kita semua. Apa yang akan mereka perbuat terhadap Pieterzoon" Apa yang
mereka perbuat terhadap kita?"
"Itu salah si Pilot," ujar Jan Roper. "Cuma dia."
Van Nekk memicingkan matanya dengan bernafsu pada BIackthorne.
"Sudah tak jadi soal lagi sekarang. Ataukah masih" Salah siapa sekarang dan dulu?"
Maetsukker berusaha berdiri tegak, darah masih mengalir dari pangkal lengan kanannya.
"Aku luka tolong, siapa saja."
Salamon membuat pembalut dari sepotong kain dan menyumbat darahnya. Sayatan pada
siku Maetsukker terlihat dalam namun tak ada urat darah atau pembuluh nadi yang tergores.
Lalat-lalat mulai mengkhawatirkan luka itu.
"Lalat terkutuk! Dan Tuhan pasti mengirim si Pilot ke neraka!" ujar Maetsukker. "Sudah
disepakati. Tapi, oh tidak! Dia harus menyelamatkan Vinck! Dan sekarang darah Pieterzoon
tertumpah di tangannya dan kita semua menderita karena dia."
"Tutup mukamu! Dia bilang tak seorang pun dari anak buahnya?"
Terdengar langkah-langkah kaki di atas. Pintu kolong terbuka. Penduduk desa mulai
menuangkan tong remah-remah ikan dan air laut ke dalam gudang bawah tanah itu. Waktu
tanahnya sudah terendam air setinggi enam inci, mereka berhenti.
Jeritan itu mulai, waktu bulan sudah tinggi di atas. Yabu tengah berlutut di kebun sebelah
dalam rumah Omi. Tanpa bergerak. Diamatinya sinar rembulan pada pohon yang tengah
mekar itu, cabang-cabangnya terpantul pada langit yang lebih cerah, bunga-bunganya yang
mengelopak kini hampir tak berwarna. Sehelai daun bunga tampak melingkar dan dia
berpikir, Keindahan Tak berkurang Karena terjatuh Di sepoi angin James Clavell BUKU PERTAMA 97 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Daun bunga yang lain terjatuh. Angin mendesah dan memungut yang lain. Pohon itu
hampir tak mungkin setinggi manusia, sudah terbentuk antara batu karang berlumut yang
nampaknya memang tumbuh dari tanah, sedemikian cerdiknya mereka ditempatkan.
Kesemuanya membutuhkan tekad Yabu untuk memusatkan pikiran pada pohon,
kelompok bunga, langit dan malam, untuk merasakan kelembutan sentuhan angin, mencium
kemanisan cita-rasa laut, memikirkan sajak-sajak, namun juga tetap membuka telinganya
guna mencapai penderitaan yang dimaksud. Tulang punggungnya terasa lumpuh. Hanya
tekadnya yang membuatnya mematung bagai batu karang. Kesadaran: ini membangkitkan
tingkat hawa nafsu di luar kata-kata. Dan malam ini terasa lebih kuat atau lebih ganas dari
pada biasanya. "Omi-san, berapa lama Tuan kita di sana?" Ibu Omi berbisik ketakutan dari dalam
rumah. "Aku tak tahu."
"Jeritan itu tak tertahankan. Kapan berhentinya?"
"Entahlah," sahut Omi.
Keduanya tengah duduk di belakang tirai dalam kamar terbaik nomor dua. Kamar terbaik
nomor satu, yakni kamar ibunya, telah diberikan kepada Yabu dan dua kamar itu
menghadap ke kebun yang telah dibangun Omi dengan susah payah. Mereka dapat melihat
Yabu lewat kisi-kisi, pohon itu memantulkan sinar dingin pada wajahnya, sinar rembulan
berkilauan pada pangkal pedangnya. Dia mengenakan haori atau jaket luar di atas
kimononya yang muram warnanya.
"Aku ingin tidur," ujar wanita itu gemetar. "Tapi aku tak bisa tidur dengan kegaduhan
itu. Kapan berhentinya?"
"Aku tak tahu. Bersabarlah," ujar Omi lembut. "Suara-suara itu akan berhenti sebentar
lagi. Besok daimyo Yabu akan kembali ke Yedo. Bersabarlah, aku mohon." Tapi Omi tahu
bahwa siksaan itu akan berlanjut hingga fajar. Memang sudah direncanakan begitu.
Omi mencoba memusatkan pikiran karena bangsawan majikannya bermeditasi di dalam
jeritan itu. Omi mencoba lagi mengikuti contohnya. Tapi jeritan yang berikut membuyarkan
konsentrasinya semula dan dia berpikir, aku tak sanggup. Aku belum sanggup. Aku tak punya
James Clavell BUKU PERTAMA 98 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
penguasaan diri atau kekuatan seperti dia. Atau apakah itu b
enar kekuatan" Tanyanya pada
sendiri. Dia dapat melihat wajah Yabu dengan jelas mencoba membaca ekspresi aneh pada wajah
daimyonya: sejumlah getaran pada bibirnya yang mulai mengendur, setitik air ludah di sudut
kedua biji matanya yang menatap celah hitam yang bergerak hanya dengan daun bunga.
Hampir seperti dia baru mencapai puncak tanpa menyentuh dirinya sendiri. Apakah itu
mungkin" Inilah pertama kalinya Omi berhubungan dekat dengan pamannya, sebab dia sendiri
hanya mata rantai kecil dalam silsilah marga itu, dan wilayah kekuasaanya di Anjiro dan
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
daerah sekitarnya tergolong miskin dan tidak penting. Omi adalah yang termuda dari ketiga
anak laki-laki orang tuanya, dan ayahnya, Mizumo, bersaudara enam. Yabu adalah yang
tertua dan pemimpin marga Kasigi, ayah Omi, yang kedua. Omi sendiri berusia dua puluh
satu tahun dan telah mempunyai bayi.
"Di mana isterimu yang tak tahu diri itu," ibunya merengek sengit. "Aku ingin dia
menggosok punggung dan bahuku."
"Dia harus pergi menjenguk ayahnya, Ibu tak ingat" Ayahnya sakit payah, Ibu. Biar aku
yang menggantikannya."
"Jangan. Suruh saja seorang pelayan kali ini. Istrimu sama sekali tak punya perasaan.
Mestinya dia bisa menunggu dulu beberapa hari. Aku datang jauh-jauh dari Yedo
menjengukmu. Perjalanan yang dua minggu itu saja sudah tak tertahankan dan apa yang
terjadi" Aku baru seminggu di sini dan dia sudah pergi. Mestinya dia menunggu dulu! Tak
ada gunanya, dia itu. Ayahmu keliru sekali mengatur perkawinanmu dengan dia. Kau harus
memberitahu dia untuk pergi selamanya"menceraikan orang yang tak ada gunanya itu buat
selamanya. Dia malah tak mampu mengurut punggungku dengan baik. Paling tidak kau
harus memukulnya habis-habisan. Mengerikan betul jeritan itu! Mengapa tak juga
berhenti?" "Akan berhenti. Tak lama lagi."
"Mestinya kau memukul dia sampai payah."
"Ya." Omi mulai memikirkan isterinya, Midori, dan hatinya melonjak. Dia begitu cantik,
halus, lembut dan pintar, suaranya begitu jernih dan musiknya sama bagusnya dengan
James Clavell BUKU PERTAMA 99 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
pelacur mana pun di Izu. "Midori-san, kau harus pergi segera," ujarnya pada isterinya dengan diam-diam.
"Omi-san, ayahku memang sakit payah tapi tempatku di sini, buat melayani Ibumu, neh?"
jawab isterinya. "Seandainya daimyo kita datang rumah ini harus dipersiapkan. Oh, Omisan, ini penting sekali, saat terpenting dalam pengabdianmu, neh" Kalau daimyo Yabu
sampai terkesan, boleh jadi dia akan memberimu wilayah kekuasaan yang lebih baik, kau
patut mendapat imbalan yang lebih baik! Kalau ada apa-apa sementara aku pergi, aku takkan
memaatkan diriku sendiri dan inilah pertama kalinya kau punya peluang buat mengungguli
yang lainnya dan harus berhasil. Dia pasti datang. Ayolah banyak yang harus dilakukan."
"Ya, tapi aku lebih suka kau pergi sekarang juga Midori-san. Tinggal dua hari saja di
sana, lalu cepatlah pulang lagi."
Isterinya telah memohonnya namun Omi tetap bersikeras dan isterinya akhirnya pergi
juga. Omi menginginkan isterinya sudah pergi dari Anjiro sebelum Yabu tiba dan sementara
lelaki itu menjadi tamu rumahnya. Bukannya daimyo itu berani menjamahnya tanpa
izinnya"itu tak terpikirkan karena dia, Omi, memiliki hak, kehormatan, dan kewajiban
menurut hukum, untuk melenyapkan si daimyo. Tapi dulu dia memperlihatkan bahwa Yabu
memandangi isterinya ketika mereka baru saja menikah di Yedo dan dia selalu
menginginkan untuk meniadakan sumber kejengkelan apa pun yang dapat membuat
bingung atau membuat malu majikannya sementara daimyo itu di sini. Penting sekali
baginya untuk meninggalkan kesan pada Yabu-sama akan kesetiaannya yang penuh bakti,
wawasannya di masa depan dan nasihatnya. Dan sedemikian jauh segalanya telah berjalan
dengan baik. Dan kapal itu merupakan harta karun tak ternilai, juga anak buahnya. Segala
sesuatunya sempurna. "Sudah kuminta kami rumah kita untuk mengawasimu," ujar Midori sebelum dia pergi,
menghubungkannya dengan ajaran Shinto agama di Jepang yang menyerahkan rumah
mereka ke dalam penjagaannya.
"Dan aku sudah mengirimkan sesajen ke kuil Budha untuk upacara sembahyang. Sudah
kukatakan pada Suwo supaya melakukan tugasnya sebaik-baiknya dan sekaligus
mengirimkan pesan pada Kiku-san. Oh, Omi-san, izinkan aku tetap tinggal."
Tapi saat itu Omi hanya tersenyum dan mengantarnya pergi, air mata isterinya
James Clavell BUKU PERTAMA 100 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
menghapuskan tata riasnya.
Omi merasa sedih tanpa dia di sampingnya sekaligus senang dia sudah pergi. Jeritan itu
pasti akan menyakiti istrinya.
Ibunya mengerjapkan mata di bawah siksaan angin, bergerak sedikit untuk meredakan
rasa nyeri pada bahuhya, tulang sendinya sakit malam ini. Itu angin laut barat, pikirnya.
Tetap masih lebih baik di sini daripada di Yedo. Terlalu banyak rawa di sana dan terlalu
banyak nyamuk. Dia baru saja menangkap sosok tubuh Yabu secara samar-samar di kebun. Diam-diam
dia membenci lelaki itu dan menginginkannya mati. Begitu Yabu mati, Mizuno, suaminya,
akan menjadi daimyo Izu dan akan memimpin marganya. Akan menyenangkan sekali,
pikirnya. Lalu ipar-ipamya yang selebihnya berikut isteri dan anak-anak mereka akan
menjadi patuh terhadapnya, dan sudah tentu, Mizumo-san akan menjadikan Omi ahli
warisnya kalau Yabu sudah mati dan tak ada lagi.
Rasa nyeri menusuk lagi pada lehernya, membuatnya menggeliat sedikit.
"Akan kupanggil Kiku-san," ujar Omi, seketika dia ingat pada si pelacur yang telah
menunggu Yabu dengan sabar di kamar sebelah, bersama anak lelaki itu. "Dia tuli, tuli
sekali." "Aku tak apa-apa, cuma letih saja, neh" Tapi, baik lah. Dia bisa mengurutku."
Omi melangkah ke kamar sebelah. Tempat tidurnya sudah siap. Isinya selimut atas dan
bawah yang disebu futon yang diletakkan di atas tikar. Kiku membungkukkan badan dan
mencoba tersenyum dan menggumam bahwa dia mendapat kehormatan untuk mencoba
menggunakan ketrampilannya yang sederhana terhadpa ibu yang paling terhormat dalam
rumah tangga ini. Dia kelihatan lebih pucat daripada biasanya dan Omi menduga jeritan itu
rupanya juga membekas pada dirinya. Anak laki-laki itu tengah mencoba untuk tidak
memperlihatkan rasa takutnya.
Ketika jeritan itu mulai lagi, Omi dipaksa mengerahkan seluruh ketrampilannya untuk
membujuk Kiku-san supaya tetap tinggal. "Oh, Omi-san, saya tak sanggup menahannya"
mengerikan. Maaf sekali biarkanlah saya pergi"saya ingin menutup teling saya tapi jeritan
itu menembus tangan saya. Kasihan dia, benar-benar mengerikan," ujarnya.
"Aku mohon, Kiku-san, mohon bersabarlah dulu. Yabu-sama memang telah
James Clavell BUKU PERTAMA 101 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
memerintahkan semua ini, neh'"Tak ada yang bisa diperbuat. Tak lama lagi juga berhenti."
"Sudah keterlaluan, Omi-san. Saya tak tahan lagi."
Berdasarkan tradisi yang tak dapat dilanggar, nilai yang semata tak dapat membeli
seorang gadis kalau dia atau majikannya, ingin menolak langganannya, siapa pun orangnya.
Kiku adalah pelacur kelas satu yang paling laku di Izu, dan sekalipun Omi diyakinkan orang
bahwa dia, bukan tandingan seorang pelacur kelas dua di Yedo, Osaka, atau Kyoto, namun
yang jelas dia ada di sini pada puncak karirnya dan karenanya sombong dan mahal. Dan
sekalipun Omi telah sepakat dengan majikannya, si Mama-san Gyoko, untuk membayar
lima kali lipat dari harga biasa, Omi belum yakin betul bahwa Kiku mau tetap tinggal.
Kini Omi tengah mengamati jari-jemarinya yang lincah pada leher ibunya. Dia cantik,
kecil, kulitnya hampir-hampir tembus pandang dan begitu halus. Biasannya dia memiliki
semangat hidup yang meluap-luap. Tapi bagaimana bisa mainan seperti itu merasa bahagia di
bawah beban jeritan seperti itu, tanya Omi pada diri scndiri. Dia senang mengawasinya,
menikmati tubuhnya dan kehangatannya.
Sekonyong-konyong jeritan itu berhenti.
Omi membuka telinga lebar-lebar, mulutnya setengah ternganga, tubuhnya menegang
untuk menangkap suara yang terhalus, menunggu. Dilihatnya jari-jemari Kiku pun telah
berhenti, ibunya tak mengeluh, tapi ikut mendengarkan dengan penuh minat. Omi
mengawasi lewat kisi-kisi ke arah Yabu. Daimyo itu tetap mematung.
"Omi-san!" Yabu akhirnya memanggil.
Omi bangkit dan melangkah ke serambi yang telah dihiasi itu dan membungkuk," Ya,
Tuan!" "Pergi sana dan lihatlah apa yang terjadi."
Omi membungkuk lagi dan melangkah melewati kebun, keluar ke jalan batu kerikil yang
bawahnya, desa dan terus ke pesisir. Jauh di bawah dilihatnya api unggun di dekat salah satu
dermaga dan orang-orang di sebelahnya. Dan, pada lapangan di muka laut itu, dilihatnya
pintu kolong itu berikut empat pengawal.
Ketika melangkah menuju desa dilihatnya kapal orang barbar itu masih terikat dengan
kuat, dilihatnya juga lampu-lampu minyaknya yang menerangi geladak dan sampan-sampan
yang mengelilinginya. Penduduk desa, laki-laki, perempuan dan anak-anak masih tetap
James Clavell BUKU PERTAMA 102 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
membongkar muatan kapal, sementara sampan-sampan nelayan dan beberapa rakit tengah
hilir mudik laksana kunang-kunang. Tumpukan bungkusan besar dan peti kayu tersusun
rapi di pantai. Tujuh meriam sudah di sana dan lainnya tengah dihela oleh tambang dari
sebuah sampan ke tempat yang landai dan dari sana ke pasir di pantai.
Omi gemetar sekalipun angin yang berhembus tak terasa dingin. Biasanya penduduk desa
akan menyanyi sementara bekerja dan merasakan kebahagiaan dalam memikul beban
bersama. Tapi malam ini desa itu tidak seperti biasanya, tenang, meskipun tiap rumah
tangga dan setiap tangan bekerja, bahkan yang paling sakit sekalipun. Orang-orang hilirmudik, saling membungkuk dan bergegas lagi. Sunyi. Bahkan anjing pun terdiam.
Sebelumnya tak pernah seperti ini, pikirnya, tangannya lebih erat menggenggam
pedangnya, mesti tak perlu. Apakah mungkin kami, dewa pelindung desa ini telah pergi"
Mura muncul dari pesisir menghadangnya, lebih dulu mengingatkannya, begitu Omi
membuka pintu kebun. Dia membungkuk. "Selamat malam, Omi-san. Pembongkaran kapal
itu baru selesai tengah hari."
"Orang barbar itu sudah mati?"
"Saya tak tahu, Omi-sama. Saya akan ke sana dan mencari keterangan."
"Kau bisa ikut aku."
Dengan patuh Mura mengikuti, setengah langkah di belakang. Omi senang bercampur
penasaran terhadap kawannya ini.
"Menjelang tengah hari, katamu?" Omi bertanya, tak senang pada keheningan semacam
itu. "Ya. Semuanya berjalan lancar."
"Bagaimana dengan penyamaran itu?"
Mura menunjuk ke kelompok wanita dan anak-anak di dekat salah satu rumah pusat
pembuatan jala, mereka tengah asyik melapisi tikar kasar, Suwo bersama mereka.
"Kita mampu mempreteli meriam itu dari tempatnya dan membungkusnya. Kita akan
membutuhkan paling tidak sepuluh orang buat menyeretnya. Igurashi-san sudah meminta
kuli-kuli pengangkut lebih banyak lagi dari desa sebelah."
"Bagus." "Tapi, bukankah kerahasiaan itu harus dipertahankan, Tuan."
James Clavell BUKU PERTAMA 103 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Igurashi-san akan menekankan hal itu pada mereka, neh?"
"Omi-sama, kita harus memperbanyak karung beras dengan benang ikat kita, semua jala
kita, semua tikar pandan kita."
"Jadi?" "Kalau begitu bagaimana kita bisa menangkap ikan dan melipat-gandakan?"
"Kalian akan mendapat jalan." Suara Omi menajam. "Pajak kalian dinaikkan setengah
lagi musim ini. Yabu-san sendiri yang memerintahkan malam ini."
"Kami sudah membayar pajak tahun ini dan tahun berikutnya."
"Justru itu hak istimewa petani, Mura. Menangkap ikan, bercocok tanam dan memetik
hasil panen dan membayar pajak. Bukan begitu?"
Mura menyahut tenang. "Ya, Omi-san."
"Kepala desa yang tak mampu mengawasi desanya itu orang yang tak ada gunanya, neh?"
"Ya, Omi-san." "Orang desa itu, dia goblok dan suka menghina. Masih ada yang seperti dia?"
"Tak ada, Omi-san."
"Saya harap begitu. Tingkah laku yang jelek tak dapat dimaafkan. Kalau masih ada,
keluarganya harus membayar denda sebanyak satu koku beras dalam bentuk ikan, gandum,
gabah atau apa saja. Harus dibayar dalam tiga bulan."
"Ya, Omi-sama."
Baik Mura maupun Omi tahu bahwa jumlah sebesar itu sepenuhnya di luar kekayaan
keluarga itu. Cuma ada sampan penangkap ikan dan setengah hektar petak sawah yang dulu
dinikmati ketiga saudara Tamazaki itu"kini tinggal dua"bersama-sama isteri mereka,
keempat putera dan ketiga puterinya, dan janda Tamazaki berikut ketiga anaknya. Satu koku
beras adalah ukuran jumlah beras yang kurang lebih dapat menghidupi sebuah keluarga
dalam setahun. Kira-kira lima gantang. Mungkin tiga ratus lima puluh pon beras. Seluruh
pendapatan di kekaisaran itu diukur dengan koku. Dan semua pajak juga.
"Di mana letak bumi para dewa ini kalau kita sudah lupa pada sopan santun?" tanya Omi.
"Baik terhadap yang di bawah maupun di atas kita?"
"Ya, Omi-sama." Mura tengah mengira-ngira di mana bisa memperoleh satu koku
karena desa itu akan menanggung pembayarannya apabila keluarga itu tak sanggup. Dan di
James Clavell BUKU PERTAMA 104 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
mana lagi bisa diperoleh lebih banyak karung beras, benang ikat dan jala. Sebagian mungkin
dapat dirampas dari perjalanan itu. Tapi, uangnya harus dipinjam. Kepala desa sebelah
berhutang budi padanya. Ah! Bukankah putri tertua Tamazaki itu sudah terlihat cantik
dalam usianya yang enam tahun itu dan bukankah usia enam tahun itu usia terbaik bagi
seorang gadis untuk dijual" Dan bukankah penjual anak terbaik di seluruh Izu itu saudara
sepupu nomor tiga dari ibuku"wanita tua mata duitan yang suka meremas-remas
rambutnya sendiri yang menjijikkan itu" Mura mendesah, menyadari bahwa kini dia
memiliki pilihan penawaran yang sengit di mukanya. Tak apa, pikirnya. Boleh jadi anak itu
malah mendapatkan dua koku. Di apasti berharga lebih banyak dari itu.
"Saya minta maaf atas tingkah laku Tamazaki yang jelek dan memohonkan maaf Anda,"
ujar Mura. "Tingkah lakunya yang salah"bukan tingkahmu," Omi menjawab sama hormatnya.
Namun keduanya sama-sama tahu bahwa itu adalah tanggungjawab Mura dan lebih baik
takkan ada lagi Tamazaki yang berikutnya. Namun keduanya sama-sama puas. Permintaan
maaf telah diajukan dan sudah diterima tapi ditolak lagi. Jadi kehormatan kedua lelaki itu
terpuaskan. Mereka berbelok pada sudut dermaga dan berhenti. Omi ragu-ragu sesaat lalu
mengisyaratkan Mura agar berlalu. Kepala Desa itu membungkuk dan pergi dengan rasa
terimakasih. "Sudah mati dia, Zukimoto?"
"Belum, Omi-san. Dia baru saja pingsan lagi."
Omi melangkah ke belanga besi raksasa yang biasa digunakan desa itu untuk membuat
minyak dari lemak ikan paus yang kadang tertangkap jauh di tengah laut pada musim
dingin, atau untuk membuat zat perekat duri ikan, sebuah industri desa.
Orang barbar itu dibenamkan hingga batas bahu dalam rebusan air itu. Wajahnya terlihat
ungu, bibirnya sudah tertarik ke belakang, dari gigi-giginya yang kusam dan menjamur.
Begitu mentari terbenam, Omi mengamati Zukimoto, yang dipenuhi rasa angkuh dan
asyik mengawasi sementara si barbar diikat erat-erat bagai ayam, lengannya melingkari
lututnya, tangannya terkulai lemah pada kedua kakinya, dan dimasukkan ke dalam air
dingin. Sepanjang waktu, si barbar yang berkepala merah dengan perawakan kecil yang
James Clavell BUKU PERTAMA 105 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
selalu ingin dijadikan sasaran Yabu itu mulai berceloteh, tertawa histeris dan menangis.
Imam Katolik itulah yang pertama-tama mendengungkan doanya yang terkutuk.
Kemudian acara penyuluhan api pun dimulai. Yabu tidak hadir di pesisir, namun
perintah-perintahnya sudah diberikan secara khusus dan sudah diikuti dengan tekun. Si
barbar mulai berteriak dan meracau, lalu mencoba membenturkan kepalanya sendiri pada
bibir belanga besi hingga terpaksa dikekang. Sesudahnya menyusul lebih banyak lagi doa,
acara menangis, jatuh pingsan, siuman kembali, menjerit-jerit dalam keadan panik sebelum
rasa nyeri yang sesungguhnya mulai. Omi mencoba untuk menyaksikan seperti sedang
menyaksikan pembunuhan seekor lalat, mencoba untuk tidak melihat pada orangnya. Tapi
dia tak sanggup dan pergi begitu saja secepat mungkin. Tak ada keanggunan apapun
didalamnya, pikirnya, ikut senang dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya tanpa perlu
melihatnya. Tak ada keanggunan apa pun baik bagi si penderita maupun si tersiksa.
Keanggunan itu dipisahkan dari kematian dan tanpa keanggunan tadi itu, apa pokok terakhir
kehidupan ini" tanyanya pada diri sendiri.
Zukimoto dengan tenang menusuk daging setengah matang kaki orang itu dengan
sebuah tongkat, persis seperti yang dilakukan orang terhadap ikan yang direbus hingga
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendidih dan melihatnya kalau-kalau sudah matang. "Dia segera akan sadar lagi. Luar biasa
daya tahannya. Saya kira mereka tidak diciptakan seperti kita. Amat menarik, neh?" ujar
Zukimoto. "Tidak," ujar Omi, membencinya.
Zukimoto segera bersikap seperti pengawalnya dan sikap suka menjilatnya kembali lagi.
"Saya tak bermaksud apa-apa, Omi-san," ujarnya sambil membungkuk dalam-dalam. Tak
ada apa-apa." "Tentu saja. Daimyo Yabu pasti senang melihatmu bekerja begitu baik. Mestinya
dibutuhkan ketrampilan yang besar supaya apinya jangan terlalu besar, sekaligus cukup
panas." "Anda baik sekali, Omi-san."
"Pernah kau lakukan ini sebelumnya?"
"Bukan seperti ini. Tapi Daimyo Yabu memberi kehormatan pada saya karena
kebaikannya. Saya cuma ingin menyenangkan dia."
James Clavell BUKU PERTAMA 106 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Dia ingin tahu berapa lama orang itu bertahan."
"Sampai fajar. Dengan hati-hati."
Omi meneliti belanga itu dengan cermat. Kemudian dia melangkah ke pantai, menuju ke
alun-alun. Semua samurai di sana bangkit dan membungkukkan badan mereka.
"Sunyi sekali di sana, Omi-san," salah seorang di antaranya berkata sambil tertawa dan
mengarahkan ibu jarinya ke pintu kolong. "Mulanya ada suara orang bercakap-cakap dengan
nada marah"dan sejumlah keributan. Kemudian dua di antaranya, mungkin lebih, mulai
merengek bagai anak ketakutan. Tapi sudah lama ini sunyi terus."
Omi mendengarkan. Dia dapat mendengar air tengah diaduk dan gumam suara orang di
kejauhan. Erangan sesekali. "Dan Masjiro?" tanyanya, menyebutkan nama si samurai, yang
atas perintahnya sengaja ditinggalkan di bawah.
"Kami tak tahu, Omi-san. Dia belum memanggil ke luar, boleh jadi dia sudah mati."
Konyol benar Masijiro sampai tak berguna seperti itu, pikir Omi. Dikalahkan begitu saja
oleh orang-orang tak bersenjata, lagi kebanyakan sedang sakit! Menjijikkan! Lebih baik dia
mati. "Tak ada makanan atau air buat besok. Tengah hari buang mayat-mayat itu, neh! Dan
aku mau pemimpinnya dibawa ke atas sesudah itu. Sendirian.
"Ya, Omi-san." Omi kembali ke perapian dan menunggu hingga si barbar membuka matanya. Kemudian
dia kembali ke kebun dan melaporkan apa yang diceritakan Zukimoto kepadanya, siksaan
itu sekali lagi terdengar lebih jelas di tengah hembusan angin.
"Kau sempat memperhatikan mata si barbar?"
"Ya, Yabu-sama."
Omi kini berlutut di belakang si daimyo, sepuluh langkah di belakang. Yabu tetap tak
bergerak-gerak. Sinar rembulan membayang jelas pada kimononya dan memperjelas bentuk
pangkal pedangnya. "Apa-apa saja yang kau lihat?"
"Kegilaan"intinya kegilaan, tak pernah kulihat mata seperti itu. Teror tak terbatas."
Tiga lembar daun bunga terjatuh lembut.
"Ciptakanlah puisi tentangnya."
Omi memaksa otaknya bekerja. Kemudian, sambi berharap dia bisa lebih dari itu, dia
James Clavell BUKU PERTAMA 107 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
berucap: "Matanya Hanyalah akhir Dari Neraka"
Semua rasa nyeri Terucap di sana. "
Suara jeritan terhembus ke atas, kini lebih lemah, jaraknya seakan menjadikan saat
heningnya lebih kejam. Yabu berkata, setelah sesaat:
"Kalau kau biarkan Rasa dinginnya terdengar Kau akan masuk, menjadi satu
Kedalaman yang menusuk, menusuk
Tak terucapkan. " Omi memikirkan hal itu lama sekali dalam keindahan malam.
James Clavell BUKU PERTAMA 108 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BAB V TEPAT sebelum terang tanah, jeritan itu lenyap. Kini ibu Omi tertidur sudah. Dan juga
Yabu. Desa itu masih resah di saat fajar. Masih ada empat meriam lagi yang harus dibawa ke
darat, limapuluh tong mesiu dan seribu gotri meriam.
Kiku tengah berbaring di bawah selimut, mengamati bayangan pada dinding shoji. Dia
tak juga tidur meskipun dia merasa lebih letih daripada biasanya. Suara mendengkur si
wanita tua yang begitu berisik mampu menenggelamkan napas lembut dari daimyo di
sisinya. Anak lelaki itu tertidur tanpa suara di bawah selimut lain, sebelah lengannya
menutupi kedua matanya untuk menghalau cahaya.
Tubuh Yabu bergetar sedikit dan Kiku menahan napas. Namun si daimyo tetap lelap dan
hal ini menyenangkan Kiku karena dia tahu bahwasanya tak lama lagi dia akan dapat
meninggalkannya tanpa mengganggunya. Sementara Kiku menunggu dengan sabar, dia
memaksa dirinya berpikir tentang hal-hal yang menyenangkan. "Ingat-ingatlah selalu, nak,"
Guru pertamanya menekankan, "bahwa memikirkan hal-hal yang buruk memang paling
mudah di dunia ini. Kalau kau tetap memikirkan hal itu pikiranmu akan menyeretmu pada
rasa tak bahagia yang semakin bertambah. Untuk memikirkan hal-hal yang baik, diperlukan
usaha. Inilah salah satu pokok dari yang dinamakan disiplin itu"latihan. Jadi latihlah
pikiranmu supaya hanya terpusat pada minyak wangi yang harum, sentuhan kain sutera,
curahan lembut air hujan pada shoji, lekuk-liku karangan bunga, kelengangan saat-saat fajar.
Kemudian, akhirnya kau tak lagi perlu berusaha sekeras itu dan kau akan memiliki nilai bagi
dirimu sendiri, nilai yang amat berharga bagi pekerjaanmu"dan sekaligus membawa
kehormatan bagi dunia kita"Dunia Pohon Willow..."*
Kiku mulai berpikir tentang kejayaan yang nikmat pada waktu mandi yang segera
diperolehnya, yang akan menghalau pergi malam ini jauh jauh, dan sesudahnya, belaian
lembut jari-jemari Suwo. Dia mulai memikirkan tawa-ria yang akan dinikmatinya bersarna
gadis-gadis lainnya dan juga bersama Gyoko-san, Mama-san, waktu mereka bertukar
gunjingan dan cerita, lagi kimono yang begitu bersih yang akan dikenakannya malam ini
yang warnanya keemasan dengan lukisan bunga kuning dan hijau dan bando yang serasi.
James Clavell BUKU PERTAMA 109 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Setelah mandi dia akan merias rambutnya dan dari pendapatannya tadi malam, dia sudah
lebih dari sunggup untuk membayar hutang-hutangnya pada Gyoko-san, majikannya,
sedang sisanya akan dikirimkannya kepada ayahnya, petani upahan, lewat tukang tukar uang
dan juga tersed sedikit bagi dirinya sendiri. Dalam sekejap dia tak mampu bertemu muka
dengan kekasihnya lagi dan malam nanti pasti akan sempurna.
Hidup ini indah sekali, pikirnya.
Ya. Tapi masih juga sukar untuk menghalau jauh-jauh jeritan itu. Tak mungkin. Gadisgadis lainnya akan sama menderitanya, dan kasihan Gyoko-san! Tapi tak apalah. Besok pagi
kita semua akan meninggalkan Anjiro dan pulang kembali ke Kedai Teh kita di Mishima
kota terbesar di Izu, yang mengelilingi puri terbesar daimyo Izu, tempat di mana hidup ini
dimulai dan tengah berjalan.
Aku menyesal Nyonya Midori memanggilku.Pikirlah Kiku, ujarnya pada diri sendiri. Kau
taperlu menyesal. Kau tak sedemikian menyesalnya neh" Malah suatu kehormatan untuk
melayani daimyo kita. Kini setelah kau dianugerahi kehormatan seperti itu, nilaimu bagi
Gyoko-san pun bertambah besar dari semula, neh" Itu pengalaman dan sekarang kau akan
dikenal sebagai wanita malam pembuat jeritan dan kalau kau beruntung, akan ada orang
yang menuliskan sebuah balada tentang dirimu dan boleh jadi balada itu akan dinyanyikan
di Yedo. Oh, itu akan amat menyenangkan! Kemudian sudah pasti kekasihmu akan
menebus kontrakmu dan kau akan merasa aman, puas dan akan mulai memberikan
keturunan lelaki. Dia tersenyum sendiri. Ah, sungguh suatu cerita mengasyikkan, hasil rangkaian seorang
penyair istana tentang apa yang terjadi malam ini, dan yang akan diceritakan lagi dalam
setiap Kedai Teh di seluruh Izu. Tentang daimyo yang tetap duduk tak bergerak dalam
hingar-bingarnya jeritan itu, keringatnya yang deras mengucur. Apa yang dilakukannya di
tempat tidur" Mereka semua ingin tahu. Dan mengapa berdua lelaki itu di sana" Bagaimana
jalannya permainan itu" Apa yang diperbuat Kiku dan apa yang dikatakannya dan apa pula
yang dilakukan dan dikatakan Yabu" Apakah buah pelirnya kecil atau bulat penuh" Apakah
permainan itu dilakukan sekali, dua kali atau sama sekali tak pernah" Tidak adakah yang
terjadi" Seribu pertanyaan. Tapi tak satu pun yang pernah ditanyakan atau terjawab langsung.
James Clavell BUKU PERTAMA 110 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Bijaksana, pikir Kiku. Peraturan pertama dan terakhir Dunia Pohon Willow adalah
kerahasiaan yang mutlak, jangan pernah menceritakan tentang seorang langganan atau
kebiasaan-kebiasaannya atau apa yang dibayarkan, supaya dapat dipercaya sepenuhnya.
Kalau ada orang lain yang menceritakan, yaah, itu urusan dia, tapi dengan dinding kertas
dan rumah-rumah yang sedemikian kecil dan sifat manusia seperti adanya, cerita-cerita
tempat tidur selalu menjalar menjadi sebentuk balada"tak pernah lagi dalam bentuknya
yang asli, selalu sudah di lebih-lebihkan, karena orang adalah orang, neh" Tapi tak akan ada
yang pernah terdengar dari Nyonya Midori. Cuma alis yang beradu mungkin atau bahu yang
naik disertai rasa bimbang. Ceritanya paling-paling hanya perapihan kembali tataan rambut
atau melicinkan kembali lipatan kimono yang telah kusut. Dan selalu cukup hanya begitu
saja, kalau perempuan yang bersangkutan memiliki otak.
Ketika jeritan anak buah Blackthorne yang tengah disiksa itu lenyap, Yabu masih tetap
tak bergerak seperti patung di bawah sinar rembulan dalam waktu yan lama, lalu ia bangkit.
Saat itu juga Kiku bergegas ke balik ke ruang satunya, kimono suteranya mendesah bagai
laut tengah malam. Anak lelaki itu ketakutan, tapi berusaha untuk tidak memperlihatkannya, dan cepat-cepat menyeka air matanya yang sempat menetes karena tak
tahan mendengar jeritan kesakitan itu. Kiku tersenyum padanya dengan yakin, memaksakan
ketenangan sikap tidak dirasakannya sendiri.
Kemudian Yabu sudah di pintu. Tubuhnya bersim bah peluh, wajahnya tegang dan
matanya terkatup sebelah. Kiku membantunya menanggalkan pedangnya, lalu kimononya
dan kancutnya yang basah. Kiku mengeringkan badannya, membantunya mengenakan
kimono yang masih segar sekaligus melilitkan ikat pinggang suteranya. Suatu saat Kiku
mulai menyapanya namun Yabu menempelkan telunjuknya dengan lembut pada bibirnya.
Kemudian Yabu melangkah ke jendela dan menengadah ke rembulan yang memucat
seperti orang kesurupan, berdiri agak goyah. Kiku tetap tak berbicara sepatah pun, tanpa
rasa takut sebab apa lagi yang ditakutkan kini" Yabu adalah lelaki dan dirinya perempuan,
dilatih sebagai perempuan, untuk memberikan keniktmatan, dalam cara apa pun. Tapi
bukan untuk memberikan atau menerima rasa sakit. Masih ada pelacur lain yang ahli dalam
bentuk nafsu berahi itu. Tentu ada tanda-tanda memar di sana sini, boleh jadi bekas gigitan,
yaah, itulah bagian dari nikmatnya rasa sakit dari memberi dan menerima, tapi masih dalam
James Clavell BUKU PERTAMA 111 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
batas kewajaran, karena di sana kehormatan seseorang ikut terlibat dan dirinya adalah wanita
terhormat dari Dunia Pohon Pillow dari peringkat teratas, tak pernah diremehkan, selalu
harus dihormati. Tapi bagian dari latihannya adalah bagaimana membuat seorang lelaki
supaya tetap jinak. Terkadang seorang lelaki tak lagi dapat dijinakkan dan kalau sudah
demikian semuanya jadi mengerikan, jadi di luar batas. Karena si wanita sendirian. Tanpa
hak apa pun. Tatanan rambutnya tak tercela kecuali segumpal anak rambut kecil yang sengaja
dibiarkan terurai menutupi telinya untuk memberi kesan erotis yang agak sembrono, tapi
toh, sekaligus menambah kepolosannya Nccara keseluruhan. Kimono luarnya yang merah
dan hercorak kotak-kotak, yang tepi sulamannya bewarna hijau jernih menambah putih
kulitnya, tampak diikat erat pada pinggangnya yang kecil oleh selempeng kaku dan lebar
atau yang disebut obi, berwarna hijau menyala. Kini Kiku dapat mendengar ombak
memecah di pantai dan hembusan angin ringan bergemerisik kebun.
Akhirnya Yabu berpaling dan menatapnya, kem than tatapannya beralih ke anak lelaki
itu. Si anak baru limabelas tahun, putera seorang nelayan setempat dan murid seorang biksu
Budha pada biara yang berdekatan yang sekaligus seniman, pelukis dan ilustrator buku.
Anak itu adalah salah seorang dari mereka yang senang mendapatkan penghasilan dari orang
yang menikmati hubungan dengan anak lelaki dan bukan wanita dewasa.
Yabu memberi isyarat kepada si anak. Dengan patu si anak, yang masih juga takut, mulai
melepaskan slempang kimononya sendiri dengan anggun. Dia tak mengenakan kancut
samasekali, hanya pakaian dalam wanita yang rapat membungkus badannya dan yang
mencapai lantai. Tubuhnya mulus, berlekuk dan hampir tak berambut.
Kiku teringat betapa sunyinya kamar itu saat itu mereka bertiga sama-sama terkurung
oleh kesunyian dan jeritan yang semakin perlahan. Dia dan anak itu sama-sama menantikan
Yabu untuk memberi petunjuk apa saja yang diperlukan. Yabu berdiri di antar mereka, agak
terhuyung dan mulai menatap keduanya silih berganti.
Akhirnya Yabu memberi isyarat pada anak lelak itu. Dengan luwes Kiku melepaskan pita
obinya, membukanya dengan lembut dan membiarkannya bergantunng lepas. Lipatanlipatan ketika kain halus kimononya berdesah terbuka dan memperlihatkan pakaian
James Clavell BUKU PERTAMA 112 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
dalamnya yang samar-samar, yang menambah jelas untuk pinggangnya. Yabu sudah
berbaring di tempat tidur dan atas permintaanya, mereka berdua juga berbaring masingmasing di sisi kiri dan kanannya. Yabu meraih tangan-tangan mereka dan meremasnya sama
kuatnya. Dia cepat terangsang, seraya memperlihatkan pada keduanya bagaimana
menancapkan kuku mereka pada pinggulnya, semuanya dilakukan dengan serba terburuburu, saat itu wajahnya terlihat putih bagai Iopeng, semakin lama napasnya semakin
memburu dan kemudian terdengar getar lolongannya, pertanda puncak rasa sakitnya. Sesaat
Yabu hanya berbaring terengah-engah, kedua matanya terkatup rapat, dadanya turun naik,
lalu dia berbalik menelungkup dan seketika tertidur lelap.
Dalam kesunyian itu Kiku dan si anak menahan napas, mencoba untuk menyembunyikan
keheranannya. Kejadian itu berlalu sedemikian cepat.
Alis si anak beradu karena keheranan. "Apakah kita ini dianggap kurang layak, Kiku-san"
Maksud saya, xcgalanya begitu cepat," bisiknya.
"Kita telah melakukan segalanya yang dia ingin, "sahut Kiku.
"Dia pasti sudah mencapai Awan dan Hujan," ujar si anak lagi "Saya kira rumah ini akan
ambruk." Kiku tersenyum. "Ya"
"Saya senang. Mulanya saya takut sekali. Senang sekali rasanya bisa membuat orang
senang." Bersama-sama mereka mengeringkan tubuh Yabu dengan lembut dan menutupi dengan
selimut. Lalu si anak berbaring lagi dengan lesu, bertopang pada sebelah siku dan mulai
menguap. "Mengapa kau tidak tidur juga," ujar Kiku.
Anak lelaki itu melilitkan kimononya lebih erat lagi ke badannya dan memutar tubuhnya
hingga berlutut di hadapan Kiku. Perempuan itu tengah duduk di sisi Yabu, tangan
kanannya mengusap-usap sebelah lengan daimyo itu dengan lembut, meredakan
dengkurnya. "Belum pernah saya berduaan dengan seorang lelaki dan perempuan sekaligus, Kiku-san,"
bisik si anak. "Aku juga belum."
James Clavell BUKU PERTAMA 113 SHOGUN
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Si anak mengernyitkan kening. "Saya juga belum pernah bersama dengan anak
perempuan. Maksud saya belum pernah tidur dengan mereka."
"Kau mau dengan aku?" tanya Kiku dengan hormat. "Kalau kau bisa menunggu sebentar,
saya yakin Tuan kita takkan bangun."
Si anak kembali mengernyitkan kening. Lalu katanya, "Ya." dan sesudahnya katanya lagi,
"Aneh sekali, Nona Kiku."
Kiku tersenyum sendiri. "Yang mana yang kau sukai?"
Lama sekali si anak merenung sewaktu keduanya ; berbaring dengan perasaan tentram,
dalam pelukan masing-masing. "Cara yang ini memang membutuhkan kerja keras."
Kiku menaruh kepalanya pada bahu si anak dan mengecup tengkuk lehernya untuk
menyembunyikan seyumnya. "Kau ini kekasih yang mengagumkan," bisiknya. "Sekarang kau
harus tidur setelah bekerja begitu keras." Kiku membelainya supaya tertidur, kemudian
meninggalkannya dan membenamkan dirinya sendiri ke bawah selimut lain.
Tempat tidur satunya tetap dingin. Perempuan itu tak mau mendekatkan dirinya ke
dalam tempat tidur Yabu yang hangat, takut mengganggunya. Tak lama kedua sisinya akan
terasa hangat. Bayangan pada pintu shoji semakin jelas. Laki-laki itu bagai anak bayi, pikirnya. Dipenuhi
begitu banyak kcangkuhan yang kosong. Semua penderitaan pada malam ini hanya demi
sesuatu yang fana. Demi nafsu yang dalam diri sendiri merupakan impian, neh"
Si anak bergerak-gerak dalam tidurnya. Mengapa k;iu menawarkan itu kepadanya" tanya
perempuan itu pada diri sendiri. Untuk kesenangannya"untuk dirinya sendiri dan bukan
untukku, meskipun itu menghiburku juga, untuk melewatkan waktu dan memberinya rasa
tentram yang didambakannya. Mengapa kau tidak tidur sekejap saja" Nanti. Aku ingin tidur
nanti saja, ujarnya pada diri sendiri.
Ketika saatnya tiba perempuan itu menyelinap dari kehangatan yang lembut itu dan
bangkit berdiri. Kimononya mendesah terbuka dan udara pagi membuat dingin kulitnya.
Cepat-cepat dilipatnya jubahnya dan dililitkannya kembali dengan obi-nya. Lalu, sentuhan
yang trampil namun cukup hati-hati pada tataan rambutnya. Dan pada tata riasnya.
Tanpa suara dia meninggalkan tempat itu.
Samurai jaga di pintu masuk serambi membungkuk ke arahnya dan Kiku membalas
James Clavell BUKU PERTAMA 114 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
membungkuk ke arahnya dan kini dia sudah di mentari fajar. Pelayannya tengah
menunggunya. "Selamat pagi, Kiku-san."
"Selamat pagi."
Sinar mentari terasa begitu hangat dan mampu mengenyahkan kepekatan malam.
Menyenangkan sekali kita bisa hidup, pikirnya.
Kiku menyorongkan kakinya ke dalam sandal, mengembangkan payungnya yang
lembayung, dan mulai menyusuri kebun, keluar ke jalan kecil yang menuju desa, melewati
lapangan, ke arah kedai teh yang sementara ini merupakan rumahnya. Pelayannya tetap
membuntuti. "Selamat pagi, Kiku-san," Mura menyapa, sambil membungkuk. Dia tengah beristirahat,
sebentar di serambi rumahnya, sambil mereguk teh berwarna hijau pucat. Ibunya
melayaninya. "Selamat pagi, Kiku-san, terdengar gema suaranya.
"Selamat pagi, Mura-san. Selamat pagi, Saiko-san sehat betul Anda nampaknya," Kiku
menjawab. "Apa kabar?" Ibu itu bertanya, matanya tak lepas dari perempuan itu. "Benar-benar
malam yang mengerikan! Mari temani kami minum cha (teh). Kau kelihatan pucat, nak."
"Terimakasih, tapi maafkan saya. Saya harus pulang sekarang. Anda terlalu menghormati
saya. Lain kali." "Tentu saja, Kiku-san. Anda memberi penghormatan bagi desa kami dengan kehadiran
Anda di sini." Kiku tersenyum dan berpura-pura tak memperhatikan tatapan mata mereka yang
menyelidik. Untuk membumbui hari mereka dan harinya juga, Kiku berpura-pura
merasakan rasa nyeri sedikit pada bagian bawah anggota tubuhnya.
Itu akan menyebar ke seluruh desa, pikirnya dengan hati senang, sementara dia
membungkuk dan mengerjap lagi lalu melangkah pergi seolah tengah menutupi rasa nyeri
yang hebat dengan tabah, lipatan kimononya melambai dengan sempurna dan sinar mentari
yang memantul miring pada payungnya menampilkan cahaya yang luar biasa. Kiku senang
bahwasanya dia mengenakan kimono luar ini dan payungnya sekalian. Kalau cuaca
mendung, akibatnya takkan sedemikian mengesankan.
James Clavell BUKU PERTAMA 115 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Ah, kasihan anak itu! Dia begitu cantik, neh" Sungguh memalukan! Mengerikan!" ujar
ibu Mura dengan desahan yang menyayat hati.
"Apanya yang mengerikan, Saiko-san?" tanya isteri Mura yang baru datang di serambi.
"Tidakkah kau lihat penderitaan gadis itu" Tidak kau lihat betapa tabahnya dia dalam
menyembunyikannya" Kasihan anak itu. Baru tujuhbelas dan harus menanggung semuanya
itu." "Dia delapanbelas," ujar Mura datar.
"Tentang apa Nyonya?" salah seorang pelayan bertanya kehabis nafas, dan baru
menggabungkan diri dengan mereka.
Perempuan sudah berumur itu melihat ke sekeliling untuk menyakinkan bahwa setiap
orang tengah mendengarkan dan baru berbisik agak keras.
"Aku dengar," dia mengecilkan suaranya" "Aku dengar dia .... dia belum bisa dipakai
lagi .... dalam ti ga bulan ini."
"Oh, tidak! Kasihan Kiku-san! Oh! Tapi mengapa?"
"Daimyo menggunakan giginya. Aku dengar dari sumber yang bisa dipercaya."
"Oh!" "Oh!" "Tapi mengapa dia juga mesti ditemani anak-anak lelaki, nyonya" Pasti dia tidak?"
"Ah! Ayolah! Ke sana! Kembali ke pekerjaanmu pemalas! Ini bukan buat telingamu! Ayo,
pergi san kalian. Tuan dan aku masih harus bicara."
Perempuan tua itu mengusir mereka pergi dari serambi. Bahkan isteri Mura juga. Lalu
dia mulai mereguk cha, dengan lembut dan hati yang puas."
Mura memecah kesunyian. "Gigi?"
"Gigi. Kata orang jeritan itu membuatnya merasa diri besar karena dia pernah ditakuti
seekor naga waktu aku masih bocah," ujarnya tergesa-gesa. "Daimyo sengaja mengajak anak
lelaki ke sana untuk mengingatkannya pada dirinya sendiri waktu dia masih bocah dan
waktu dia membatu ketakutan, tapi sebenarnya anak itu disuruh bersenggama dengannya,
untuk membuat dirinya sendiri letih"kalau tidak dia bisa mengigit semuanya, kasihan gadis
itu." Mura mendesah. Dia melangkah ke kakus kecil di samping pintu masuk sebelah depan
dan membuang angin tanpa sengaja ketika dia mulai kencing di dalam ember. Aku ingin
James Clavell BUKU PERTAMA 116 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tahu apa sebenarnya yang terjadi, tanyanya pada diri sendiri, terangsang. Mengapa Kiku-san
terlihat kesakitan" Boleh jadi si daimyo benar-benar menggunakan giginya! Cuih, luar biasa
betul. Mura melangkah keluar, menggoyangkan badannya untuk meyakinkan bahwa dia tak
mengotori kancutnya dan terus menyeberangi lapangan sambil terus berpikir. Eecee, betapa
inginnya aku menikmati satu malam saja dengan Nona Kiku! Siapa lelaki yang tak mau"
Berapa banyak Omi-san harus membayar pada Mama-san yang pada akhirnya juga kita yang
harus membayarnya" Dua koku" Mereka bilang Mama-sannya, Gyoko-san, menuntut
sepuluh kali lipat harga yang biasa. Apakah betul dia mendapatkan lima koku dalam
semalam" Kiku-san memang sepadan dengan harga itu, neh"
Orang-orang mengatakan pada usia delapanbelas dia sudah sama terampil dengan wanita
yang usianya kali dia. Dia semestinya sanggup memanjangkan permainannya ... Eeee,
senangnya bersamanya! Anda itu aku"bagaimana aku akan mulai"
Tanpa sadar Mura merapikan kancutnya, kedua kakinya melangkah ke luar lapangan,
mendaki jalan kecil yang ditata apik itu, ke tanah pekuburan
Onggokan kayu bakar itu telah disiapkan. Utusan dari kelima desa juga sudah di sana. Ini
adalah tempat yang paling menyenangkan di desa itu, tempat angin laut berhembus paling
sejuk pada musim panas tempat yang berpemandangan paling indah. Di depannya terdapat
kuil Shinto milik desa, tempat kecil beratapkan rumbia sebagai tempat bagi kami, roh, yang
sudah ada di sana atau yang diharapkan tinggal di sana sekiranya tempat itu
menyenangkannya. Sejenis pohon cemara yang sudah penuh bonggol yang tumbuh sebelum
desa itu ada, tampak berdiri menentang angin.
Sesudah itu Omi menyusuri jalan kecil itu. Bersamanya tampak Zukimoto dan empat
pengawal. Omi berdiri menjauh dari mereka. Membungkuk dengan penuh hormat ke arah
onggokan kayu bakar itu tempat tubuh yang sudah terpotong-potong berada di atasnya
terbungkus kain kafan. Mereka semua lalu ikut membungkuk bersamanya untuk
menghormati orang barbar yang mati supaya rekan-rekannya dapat terus hidup.
Atas isyarat Omi, Zukimoto melangkah ke muka dan menyalakan onggokan kayu bakar
itu. Zukimoto menayakan Omi perihal hak istimewa ini dan kehormatan itu yang telah
dianugerahkan kepada dirinya. Dia membungkukkan badan untuk terakhir kali. Dan
James Clavell BUKU PERTAMA 117 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
kemudian, waktu api telah menyala dengan sempurna, mereka semua melangkah pergi.
Blackthorne memasukkan tangannya sampai menyentuh ampas tong air itu dan dengan
hati-hati mengira dan menyendok setengah cangkir air lalu memberikannya pada Sonk.
Sonk mencoba untuk menjadkan regukannya ini regukan yang terakhir, meskipun dengan
tangan gemetar, namun dia tak berhasil. Direguknya cairan suam-suam kuku itu, menyesali
bahwa dia berbuat begitu justru pada waktu air itu telah mengaliri kerongkongannya yang
kering kemudian meraba-raba dengan letih menuju tempatnya di dinding, melangkahi
mereka yang memang sudah gilirannya untuk berbaring. Lantainya kini sudah penuh
lumpur, bau apak dan lalat-lalat berterbangan tampak amat menyeramkan. Sinar lemah
mentari masuk ke dalam gudang bawah tanah itu lewat celah-celah pintu kosong.
Vinck adalah orang berikutnya yang mendapatkan air dan diambilnya cangkir itu lalu
ditatapnya lekat-lekat, sambil duduk di dekat tong. Spillbergen duduk pada sisi lainnya.
"Terima kasih," gumamnya datar.
"Cepat!" ujar Jan Roper, goresan pada pipinya sudah bernanah. Dia orang terakhir yang
mendapatkan air dan karena tempatnya yang begitu dekat dengan tong, kerongkongannya
serasa tambah menyiksanya. "Cepatlah, Vinck, demi Jesus."
"Maaf, ini, kau saja yang minum," gerutu Vinck sambil menyodorkan cangkir itu
kepadanya, dia jelas-jelas melihat lalat-lalat yang menodainya.
"Minum, kau goblok! Itu yang terakhir yang kau dapat sampai sore nanti. Ayo minum!"
Jan Roper mendorongkan kembali cangkir itu ke tangan temannya. Vinck tak lagi
menatapnya namun hanya mematuhi saja dengan hati gundah, lalu kembali menyelip ke
dalam neraka pribadinya. Jan Roper mengambil cangkir airnya dari Blackthorne. Dikatupkannya kedua matanya
dan diucapkannya doanya tanpa bersuara. Dia termasuk salah seorang yang harus berdiri,
urat-urat kakinya terasa nyeri. Air cangkir itu hampir tak mencapai dua tegukan.
Dan sekarang, setelah mereka semua sudah mendapat rangsumnya, Blackthorne kembali
memasukkan cangkir itu ke tong dan mereguk isinya dengan rasa syukur. Bibirnya, lidahnya
terasa hambar, terbakar dan berdebu. Lalat, keringat dan kotoran menutupi tubuhnya. Dada
dan punggungnya biru memar.
Blackthorne menatap samurai yang ditinggalkan teman-temannya di gudang bawah
James Clavell BUKU PERTAMA 118 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tanah itu. Orang itu duduk mendekam pada dinding di antara Sonk dan Croocq,
menempati tempat yang sekecil mungkin, dan dia belum juga bergerak selama berjam-jam.
Dia tengah memandangi tempatnya berada dengan muram, hanya herkancut, bekas-bekas
pukulan tampak di hampir seluruh tubuhnya, dan sebuah benjolan tebal pada lehernya.
Ketika Blackthorne mulai sadar, gudang bawah taiiah itu dikuasai kegelapan mutlak.
Jeritan itu menggema memenuhi gudang dan dikiranya dia sudah mati dan tengah tercekik
dalam kedalaman neraka. Dia merasa dirinya tersedot ke dalam taik kuda yang lembab yang
amat sangat gatalnya melebihi apa pun, dan dia sempat memekik dan dikuasai rasa panik,
tak sanggup bernapas hingga, setelah lama sekali didengariiya, "Tak apa-apa, Pilot. Anda
tidak mati, tak apa-apa. Bangunlah, bangun, demi kasih Kristus, ini bukan neraka tapi boleh
jadi, ya. Oh Jesus yang saleh, tolonglah kami semua.
Ketika Blackthorne benar-benar terjaga, mereka menceritakan padanya tentang
Pieterzoon dan tong-tong air itu.
"Oh Jesus yang baik, keluarkanlah kami dari sini!" seseorang merengek.
"Apa yang mereka lakukan terhadap Pieterzoon tua" Apa yang mereka perbuat
terhadapnya" Oh, Tuhan, tolong kami. Aku tak tahan mendengar jeritannya!"
"Kristus Tuhan, hentikanlah jeritan itu! Mohon hentikan jeritan itu!"
Gudang bawah tanah dan jeritan Pieterzoon telah memaksa mereka mengira-ngira dan
memaksa mereka untuk mawas diri. Dan tak seorang pun menyukai apa yang dilihatnya.
Kegelapan pekat itu menambah muram suasana, pikir Blackthorne.
Serasa malam yang tak berkesudahan, dalam gudang bawah tanah itu.
Bersamaan dengan munculnya sinar senja, jeritan itu pun lenyap. Ketika fajar menyentuh
mereka, semuanya mulai melihat samurai yang terlupakan itu.
"Apa yang akan kita perbuat terhadapnya?" van Nekk saat itu.
"Aku tak tahu. Dia kelihatan sama takutnya seperti kita," ajar Blackthorne, jantungnya
berdegup kencang. "Baiknya dia jangan mulai apa-apa, demi Tuhan."
"Oh, Tuhan yang baik, keluarkan aku dari tempat ini?" suara Croocq mulai meninggi.
"Tolong!" Van Nekk, yang berada di dekatnya, mengguncang badannya dan menghiburnya dengan
James Clavell BUKU PERTAMA 119 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
lemah-lembut. "Tak apa-apa, nak. Kita semua di tangan Tuhan. Dia melindungi kita."
"Lihatlah lenganku," Maetsukker mengerang. Lukanya telah bernanah.
Tubuh Blackthorne terguncang. "Kita semua bisa menjadi orang gila yang nekad dalam
satu dua hari ini kalau kita tak dapat keluar dari tempat ini," ujarnya pada siapa saja.
"Hampir tak ada air," ajar van Nekk.
"Kita akan melahap apa saja yang ada. Sekarang sedikit"sedikit lagi waktu tengah hari.
Kalau mujur, masih bisa cukup buat tiga orang lagi. Terkutuklah semua lalat!"
Demikianlah, dia telah menemukan cangkir itu dan telah memberikan mereka bagiannya
masing-masing dan kini dia tengah mereguk bagiannya, mencoba untuk mengganggapnya
yang terakhir. "Bagaimana dengan dia"si Jepang itu?" ajar Spillbergen. Si Kapten-Jenderal merasa
lebih baik dari sebagian besar mereka karena selama malam itu dia telah menutupi daun
telinganya dari jeritan itu dengan lumpur seadanya, dan karena berada di sisi tong air,
hausnya serasa terpuaskan. "Apa yang akan kita lakukan terhadapnya?"
"Dia harus diberi air," sahut van Nekk.
"Kentut," ajar Sonk. "Tak perlu."
Semuanya memungut suara dan disepakati bahwa dia takkan mendapatkannya.
"Aku tak setuju," ajar Blackthorne.
"Anda tak setuju pada apa pun yang kami katakan," ujar Jan Roper sengit. "Dia musuh
kita. Dia itu setan kafir dan dia hampir membunuhmu."
"Kau yang hampir membunuhku. Sampai enamkali. Seandainya bedil sundutmu meletus
di Santa Magdalena, kau bisa menerbangkan kepalaku.`
"Saya menujukannya bukan pada Anda. Saya tengah mengincar setan-setan bau itu."
"Mereka itu pendeta tak bersenjata. Dan saat itu masih banyak waktu."
"Tapi saya tak mengincar Anda."
"Kau hampir membunuhku selusin kali, dengan amarahmu yang terkutuk, kefanikanmu
yang terkutuk dan ketololanmu yang terkutuk."
"Mengutuk di hadapan Tuhan itu dosa. Menyebut namaNya dengan sia-sia adalah dosa.
Kita semua ada tanganNya, bukan tanganmu. Anda samasekali bukan raja dan tempat ini
juga bukan kapal. Anda ini bukan?"
James Clavell BUKU PERTAMA 120 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Tapi kau harus melakukan apa yang kuperintahkan!"
Jan Roper memandang sekeliling gudang, mencari dukungan dengan sia-sia.
"Lakukanlah apa yang kau mau," ujarnya sengit.
"Ya, tentu." Samurai itu sama hausnya seperti mereka, namun dia menggelengkan
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepalanya waktu ditawari air. Blackthorne ragu-ragu sesaat, ditempelkanny cangkir itu pada
bibir si samurai yang sudah membengkak, namun orang itu menepisnya, sampai air di
dalamnya tumpah, dan mengatakan sesuatu dengan kasar. Blackthorne bersiap-siap untuk
menangkis serangan berikut. Tapi tak pernah datang. Orang itu tak lagi bergerak, hanya
menatap ruangan di mukanya.
"Dia gila. Mereka semua sudah gila," ujar Spillbergen.
"Masih ada sedikit air lagi buat kita. Bagus," ujar Jan Roper.
"Biarkan dia masuk ke neraka, ke tempatnya."
"Siapa namamu" Namu?" tanya Blackthorne. Diulanginya lagi pertanyaannya dengan
cara yang berlainan namun si samurai nampaknya tak mendengar.
Mereka membiarkannya sendirian. Tapi mereka tetap mengawasinya seolah dia itu
kalajengking. Dia tak membalas tatapan mereka. Blackthorne yakin orang orang itu
mencoba untuk memutuskan sesuatu namun Blackthorne tak tahu apa itu.
Apa yang ada dalam pikirannya, Blackthorne bertanya pada diri sendiri. Mengapa dia
harus menolak air itu" Mengapa dia ditinggalkan sendiri di sini" Apakah itu kekeliruan
Omi" Tak mungkin. Direncanakan" Tak mungkin. Bisakah kita memanfaatkan dirinya
untuk keluar dari tempat ini" Tak mungkin. Seluruh dunia ini tak mungkin, yang mungkin
adalah kita akan tetap di Bini sampai mereka mengizinkan kita keluar .... kalau mereka
membolehkan kita keluar. Dan kalau mereka nuengizinkan kita keluar, lalu apa" Apa yang
terjadi dengan Pieterzoon"
Lalat-lalat mulai berkeiumun di panas siang hari itu.
Oh, Tuhan, betapa aku ingin berbaring"betapa inginnya aku masuk ke tempat mandi
itu--mereka tak usah lagi memapahku ke sana sekarang. Aku tak pernah menyadari betapa
perlunya mandi itu! Lelaki tua yang buta, dengan jari jemarinya yang bagai baja! Aku pasti
bisa memanfaatkan dia buat satu-dua jam saja.
Alangkah sia-sianya! Segenap kapal kita dan segenap usaha kita, hanya untuk ini semua.
James Clavell BUKU PERTAMA 121 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Kegagalan. Yaah, hampir. Tapi beberapa dari kita masih hidup.
"Pilot!" Van Nekk mengguncang tubuh Blackthorne. "Anda tertidur. Dia sudah satu
menit membungkuk kepada anda." Van Nekk menunjuk pada samurai yang membungkuk,
dengan kepala ditundukkan di hadapannya.
Blackthorne menggosok matanya yang letih. Dia memaksa dirinya dan membungkukkan
badannya juga. "Hai?" tanyanya pendek, mengingat-ingat kata Jepang yang berarti "ya".
Samurai itu memegangi selempang kimononya yang sudah tercabik-cabik dan mulai
melibatkannya di sekeliling leher. Masih dalam keadaan berlutut, diberinya salah satu ujung
selempang itu kepada Blackthorne dan satunya lagi kepada Sonk, sambil menundukkan
kepalanya dan mengisyaratkan mereka agar menariknya erat-erat.
"Dia takut kita mencekiknya, ujar Sonk. "Jesus Kristus, kukira itulah yang diinginkannya
dari kita. Blackthorne sengaja membiarkan selempang itu jatuh dan menggeleng kepalanya.
"Kinjiru" ujarnya, mengira-ngira betapa bergunanya kata itu. Bagaimana caranya kita
mengatakan pada orang yang tak mengerti bahasa kita bahwa adalah bertentangan dengan
undang undang kita untuk membunuh orang, membunuh orang yang tak bersenjata, bahwa
kita ini bukan algojo, bahwa bunuh diri itu dikutuk di hadapan Tuhan"
Samurai itu kembali bertanya, jelas dia memohohon pada Blackthorne, namun lagi-lagi
Blackthorne menggelengkan kepalanya. "Kinjiru."
Orang itu menatap sekelilingnya dengan beringas. Tiba-tiba dia sudah berdiri dan
menyorongkan kepalanya ke dalam tong kakus, mencoba untuk membenamkan dirinya. Jan
Roper dan Sonk serta-merta mengeluarkan kepalanya dari sana, dia masih tercekik dan
meronta-ronta. "Biarkan dia," Blackthorne memerintahkan. Mereka mematuhi. Blackthorne menunjuk
ke kakus. "Samurai, kalau itu yang kau inginkan, silakan!"
Orang itu muntah-muntah, tapi dia mengerti. Dipandangnya tong berisi taik itu dan
segera menyadari bahwa dirinya tak cukup kuat untuk menanamkan kepalanya di sana
dalam waktu yang cukup lama. Dengan rasa terhina samurai itu kembali ke tempatnya di
dinding. "Jesus," seseorang bergumam.
James Clavell BUKU PERTAMA 122 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Blackthorne mengambil setengah cangkir air dari tong, berdiri dengan tulang sendi yang
terasa kaku, melangkah ke orang Jepang itu dan menawarkan cangkir itu kepadanya. Si
Samurai hanya memandangi cangkir itu.
"Aku ingin tahu berapa lama dia bisa bertahan," ujar Blackthorne.
"Selamanya," ujar Jan Roper tanpa ditanya. "Mereka semua binatang. Mereka bukan
manusia." "Demi Kristus, berapa lama lagi mereka akan menahan kita di sini?" tanya Ginsel.
"Semau mereka."
"Kita harus melakukan apa saja yang mereka inginkan," ujar van Nekk menimpali. "Kita
harus begitu kalau kita mau tetap hidup dan keluar dari klub neraka ini. Bukan begitu.
Pilot?" "Ya." Dengan hati bersyukur Blackthorne mengira-ngira bayangan mentari. "Sudah tengah
hari, jamnya berganti." '
Spillbergen, Maetsukker dan Sonk mulai mengeluh namun Blackthorne mengutuki
mereka habis-habisan dan ketika semuanya sudah teratur kembali dia berbaring dengan
penuh terimakasih. Lumpur itu sudah bau anyir dan lalat-lalat malah lebih banyak dari
semula, namun rasa riang untuk dapat merentang badan penuh-penuh adalah harapan yang
luar biasa. Apa yang mereka lakukan terhadap Pieterzon, tanyanya pada diri sendiri, waktu merasakan
keletih mulai menelannya. Oh Tuhan, tolonglah kami keluar dari sini. Aku takut sekali.
Terdengar langkah-langkah kaki di atas. Pintu kolong itu terbuka. Pater itu sudah berdiri
di sana diapit oleh samurai.
"Pilot. Kau dipanggil ke atas. Kau diminta ke atas sendirian saja," ujarnya.
James Clavell BUKU PERTAMA 123 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BAB VI SEMUA mata di gudang bawah tanah itu tertuju pada Blackthorne.
"Apa yang mereka inginkan dariku?"
"Saya tak tahu," ujar Pater Sebastio dengan serius. "Tapi kau harus naik sekarang juga,"
Blackthorne tahu bahwa ia tak punya pilihan tapi dia masih tak juga beranjak dari dinding
pelindung"mencoba untuk mengumpulkan tenaga lebih banyak lagi. "Apa yang terjadi
pada Pieterzoon?" Pater menceritakan padanya. Black-thorne menerjemahkan bagi mereka yang tak
mengerti bahasa Portuigis.
"Semoga Tuhan mengampuni dia," bisik van Nekk memecah kesunyian yang
menyeramkan itu. "Orang sial. Sial."
"Maaf. Tapi tak ada yang bisa saya lakukan," ujar Pater itu dengan sedih. "Saya kira dia
sama sekali tak tahu saya atau siapa pun di sana waktu mereka memasukkannya ke dalam air.
Pikirannya sudah tak ada. Saya memberinya berkat pengampunan dan berdoa untuknya.
Mungkin, lewat pengampunan Tuhan ... In nomine Patris et Filii et Spiritus Sancti. Amin."
Dia membuat tanda salib di sekeliling gudang. "Saya mohon agar kalian semua
meninggalkan sikap murtadmu dan kembalilah dalam iman Tuhan. Pilot, kau harus naik."
"Jangan tinggalkan kami, Pilot, demi kasih Tuhan." Croocq memekik.
Vinck terjerembab ke tangga dan mulai memanjat. "Mereka boleh membawaku"
jangan Pilot. Aku bukan dia. Katakan padanya?" Dia berhenti tanpa daya, kedua kakinya
menempel pada anak tangga. Sebilah tombak panjang hanya berjarak seinci dari jantungnya.
Dia mencoba meraih tombak itu tapi samurai itu sudah siap dan kalau Vinck tak melompat
ke belakang dia pasti sudah terkepit.
Samurai itu menunjuk pada Blackthorne dan mengisyaratkan padanya agar naik.
Dengan kasar. Namun Blackthorne tetap tak beranjak. Samurai lainnya memasukkan
sebilah tongkat panjang berkait ke dalam gudang bawah tanah itu dan mencoba menggaet
Blacthorne ke atas. Tak seorang pun bergerak membantu Blackthorne kecuali si samurai yang ada di
James Clavell BUKU PERTAMA 124 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
gudang bawah tanah itu. Dia menangkap tongkat itu dalam sekejap dan mengatakan sesuatu
dengan ketus pada orang di atas, yang ragu-ragu sejenak dan menatap Blackthorne, orang
itu mengangkat bahu dan berbicara sesaat.
"Apa katanya?" Pater itu menjawab. "Apa pepatah Jepang berbunyi. "Nasib seseorang adalah nasib
seseorang dan hidup tak lain daripada angan-angan."
Blackthorne mengangguk pada samurai bersangkutan dan melangkah ke tangga tanpa
menoleh lagi dan memanjatnya. Waktu dia terkena sinar mentari penuh-penuh, matanya
terpicing menghadapi kecemerlangan yang begitu menyakitkan, kedua lututnya tak sanggup
lagi bertahan dan dia tersungkur ke tanah berpasir.
Omi melangkah ke sisinya. Pater itu dan Mura bertliri di dekat keempat samurai.
Sejumlah penduduk desa mengawasi untuk sesaat dan kemudian memalingkan muka.
Tak seorang pun menolongnya.
Oh, Tuhan, beri aku kekuatan, Blackthorne berdoa, Aku harus berdiri dan berpura-pura
kuat. Itulah satu-satunya yang mereka hormati. Menjadi kuat. Tak menunjukkan rasa takut.
Mohon tolonglah aku. Dikertakkannya giginya dan ditolaknya tubuhnya dari tanah lalu berdiri, agak
terhuyung. "Apa yang kau inginkan dariku, kau, bangsat kecil bopeng?" tanyanya langsung
pada Omi, lalu tambahnya lagi pada Pater itu, "Katakan pada bangsat itu, aku ini daimyo di
negeriku sendiri dan perlakuan macam apa pula ini" Katakan padanya kami tak punya
permusuhan dengannya. Katakan padanya supaya mengeluarkan kami dari sini kalau tidak
segalanya akan bertambah buruk baginya. Katakan padanya, aku ini daimyo, demi Tuhan.
Aku ini ahli waris Sir William dari Micklehaven, moga-moga bangsat itu sudah lama mati.
Katakan padanya!" Malam itu memang mengerikan untuk Pater Sebastio. Namun selama tugas jaganya, dia
lambat laun merasakan kehadiran Tuhan dan memperoleh ketentraman yang belum pernah
dialami sebelumnya. Kini dia menyadari bahwasanya dia dapat menjadi alat Tuhan dalam
melawan orang kafir bahwa dia dilindungi dalam melawan kekafiran, dan kelicikan Pilot itu.
Dia menyadari, entah bagaimana, bahwa malam ini merupakan suatu persiapan, suatu
persimpangan bagi dirinya.
James Clavell BUKU PERTAMA 125 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Katakan padanya."
Imam itu berkata dalam bahasa Jepang, "Bajak laut itu mengatakan dia bangsawan di
negerinya sendiri," Blackthorne mendengarkan jawaban Omi. "Omi-san mengatakan dia tak
peduli sekalipun kau ini raja di negerimu. Di tempat ini kau hidup menurut kehendak
daimyo Yabu"kau dan segenap anak buahmu."
"Katakan padanya dia itu taik."
"Kau harus hati-hati jangan sampai menghinanya."
Omi mulai berbicara lagi.
"Omi-san mengatakan, kau akan diperbolehkan mandi. Dan akan disuguhi makanan
dan minum. Kalau kau sopan, kau takkan dikembalikan lagi ke gudang bawah tanah itu."
"Bagaimana dengan yang lainnya?"
Si Imam bertanya pada Omi. "Mereka akan tetap di bawah."
"Kalau begitu, suruh dia ke neraka." Blackthorne berputar, bermaksud melangkah
menuju tangga untuk kembali lagi ke bawah. Dua dari samurai itu mencegahnya dan
meskipun dia menronta-ronta melawan mereka, keduanya mengekangnya dengan mudah.
Omi berbicara pada si Imam lalu pada anak buahnya. Mereka melepaskannya dan
Blackthorne hampir terjatuh.
"Omi-san mengatakan, bila kau sopan, anak buahmu yang lain akan dibawa ke atas lagi.
Masih banyak kayu, api dan air."
Sekiranya kau setuju sekarang, pikir Blackthorne, maka mereka sudah punya alasan dan
aku akan tetap dalam genggaman mereka selamanya. Tapi apa bedanya" Kini aku sudah
dalam genggaman mereka, dan pada akhirnya, aku akan harus melakukan apa saja. Van
Nekk benar. Aku terpaksa melakukan apa saja.
"Apa yang harus kulakukan menurut dia" Apa artinya berlaku sopan?"
"Omi-san mengatakan, artinya patuh. Melakukan apa yang disuruh. Makan taik, kalau
perlu." "Katakan padanya dia itu sundal. Katakan padanya akan kukencingi dia dan seluruh
wilayah negerinya"dan daimyo-nya juga."
"Saya usulkan kau menurut saja?"
"Katakan padanya seperti yang kukatakan, demi Tuhan!"
James Clavell BUKU PERTAMA 126 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Baiklah"tapi tadi sudah saya ingatkan kau, Pilot!"
Omi mendengarkan Imam itu. Buku-buku tangannya yang bertopang pada pangkal
pedangnya tampak memutih karena marah. Semua anak buahnya berjalan mondar-mandir.
Penasaran, mata mereka semua menghunjam tajam pada Blackthorne.
Kemudian Omi memberi perintah tenang-tenang.
Seketika itu juga dua samurai turun ke gudang bawah tanah dan membawa ke luar
Croocq, bocah itu. Mereka menyeretnya ke belanga, mengikatnya, sementara yang lainnya
membawa kayu bakar dan air. Mereka memasukkan bocah yang ketakutan itu ke dalam
belanga yang penuh air dan menyalakan kayu bakarnya.
Blackthorne hanya dapat mengawasi bibir Croocq yang bergerak-gerak tak bersuara dan
ketakutan yang menghinggapi dirinya. Hidup ini sama sekali tak harganya bagi mereka,
pikirnya. Pasti Tuhan mengutuknya sampai ke neraka. Mereka akan merebus Croocq sama
pastinya seperti aku tengah berdiri pada bumi Tuhan yang telah ditinggalkanNya ini.
Asap membubung di seberang pasir. Burung camar berkuak-kuak di sekeliling sampansampan penangkap ikan. Sepotong kayu api terjatuh dari apinya dan ditendang kembali oleh
seorang samurai. "Katakan padanya supaya menghentikan itu," ujar Blackthorne. "Mintakan padanya
supaya menghentikan itu."
"Omi-san mengatakan, kau setuju untuk berlaku sopan?"
"Ya." "Katanya kau akan mematuhi segala perintah?"
"Sebatas kemampuanku, ya."
Omi berbicara lagi. Pater Sebastio menyatakan sesuatu dan Omi menganguk.
"Dia menginginkan kau langsung bertanya padanya. Kata Jepang untuk 'ya' adalah 'hai'.
Katanya, "kau akan mematuhi semua perintah?"
"Sejauh aku bisa, hai."
Api mulai menghangatkan air dan erangan mual terlontar dari mulut si bocah. Lidah
api kayu bakar yang di atas tumpukan batu bata di bawah belanga besi itu tampak menjilat
logamnya. Lebih banyak lagi kayu yang ditumpukkan.
"Omi-san mengatakan, tiaraplah. Segera."
James Clavell BUKU PERTAMA 127 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Blackthorne melakukan apa yang diperintahkan kepadanya.
"Omi-san mengatakan, dia tidak menghinamu secara pribadi dan kau juga tak punya
alasan untuk menghinanya. Karena kau ini orang barbar dan belum tahu kesopanan, kau tak
jadi dibunuh. Tapi kau akan dididik cara bersikap. Kau mengerti?"
"Ya." "Dia menginginkan kau langsung memberi jawaban padanya."
Terdengar lolongan nyeri dari mulut si bocah. Lolongan itu terus terdengar dan
kemudian si bocah pingsan. Salah seorang samurai mengeluarkan kepalanya dari air.
Blackthorne menengadah ke Omi. Ingatlah, ujarnya memerintahkan diri sendiri,
ingatlah nasib bocah ini dalam tanganmu, hidup semua anak buahmu ada dalam tanganmu.
Ya, setan dalam dirinya mulai mengganggu lagi, tapi tak ada jaminan bahwa bangsat itu
akan menghormati sebuah tawaran.
"Kau paham?" "Hai. " Blackthorne melihat Omi menyingkap kimononya dan mengeluarkan kemaluannya dari
kancutnya. Blacthorne mengharapkan orang itu mengencingi mukanya. Tapi Omi tak
berbuat begitu. Dia mengencingi punggungnya. Demi Tuhan, Blackthorne bersumpah pada
diri sendiri, aku akan selalu mengingat hal ini dan pokoknya, di suatu tempat, Omi akan
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membayarnya. "Omi-san mengatakan, adalah amat kurang ajar kalau kita mengencingi siapa saja.
Kurang ajar sekali. Kurang ajar dan tolol sekali kalau kita mengencingi seseorang saat kita
sedang tidak bersenjata. Adalah kurang ajar dan bunuh diri kalau kita mengencingi
seseorang dalam keadaan tak bersenjata, tanpa daya, dan karenanya belum siap untuk
merelakan teman-teman atau keluarga kita atau siapa saja untuk meninggalkan bumi ini
lebih dulu." Blackthorne tak berkata apa pun. Tapi matanya tak lepas dari Omi.
"Wakarimasu ka?" ujar Omi.
"Katanya, kau mengerti?"
"Hai." "Okiro! (bangun)."
James Clavell BUKU PERTAMA 128 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Katanya kau harus bangun."
Blackthorne bangun, rasa nyeri menghantam kepalanya bagai palu. Matanya tetap
terpusat pada Omi dan Omi membalas tatapannya.
"Kau harus pergi dengan Mura dan mematuhi perintahnya."
Blackthorne tak menjawab.
"Wakarimasu ka?" ujar Omi tajam.
"Hai." Blackthorne tengah mengira-ngira jarak antara dirinya dengan Omi. Dia sudah
dapat merasakan jari-jemarinya membelai-belai leher orang itu dan bahkan sudah merasakan
sampai pada wajahnya, dan dia berdoa agar dia cukup gesit dan kuat untuk mengeluarkan
matanya sebelum anak buahnya mengoyak tubuhnva.
"Bagaimana dengan bocah itu?" tanya Blackthorne.
Si imam berbicara pada Omi dengan terputus-putus. Omi memandang belanga itu.
Airnya hampir mencapai suam-suam kuku. Si bocah sudah jatuh pingsan namun tak sampai
celaka. "Keluarkan dia dari sana," perintahnya. "Panggilkan tabib kalau perlu."
Anak buah Omi mematuhi. Blackthorne menghampiri bocah itu dan mendengarkan
denyut jantungnya. Omi memberi isyarat pada si imam. "Katakan pada barbar itu, bocah ini juga sudah
boleh keluar dari gudang itu hari ini. Kalau barbar itu sudah sopan dan bocah itu juga sopan,
beberapa barbar boleh keluar dari gudang besok. Lalu menyusul lainnya. Mungkin. Atau
lebih dari satu, mungkin. Tergantung bagaimana sikap pemimpinnya. Tapi kau?" dia
langsung menatap Blackthorne,?"kau bertanggung jawab pada setiap pelanggaran terkecil
dari peraturan atau perintah mana pun. Kau mengerti?"
Setelah imam itu menerjemahkan kalimat ini, Omi mendengar orang barbar itu
mengatakan, "Ya," dan saat itu juga dilihatnya dendamnya yang dingin keluar dari matanya.
Tapi kebencian itu tetap tinggal. Tolol betul, pikir Omi, dan kekanak-kanakan sekali aku
berterus terang seperti ini. Aku ingin tahu apa yang dilakukannya seandainya aku
mempermainkannya lebih jauh lagi"misalnya berpura-pura melupakan apa yang telah
kujanjikan atau yang secara tersamar telah kujanjikan.
"Imam, siapa tadi namanya" Aku lupa. Katakan pelan-pelan."
Didengarnya imam itu mengeja namanya berulang kali namun wajah-wajah mereka
James Clavell BUKU PERTAMA 129 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
masih tampak bingung. "Bisa kau mengatakannya?" tanya Omi pada salah seorang anak buahnya.
"Tidak, Omi-san."
"Imam, katakan padanya mulai sekarang namanya adalah Anjin"Pilot"neh" Kalau dia
sudah pantas menyandangnya, dia akan dipanggil Anjin-san. Jelaskan padanya tak ada bunyi
seperti itu dalam bahasa kita, susah mengeja namanya itu." Omi menambahkan datar,
"Sampai bertemu Anjin."
Mereka semua mernbungkuk kepadanya. Omi membalas penghormatan itu dengan
hormat dan melangkah pergi. Waktu dia sudah berada jauh dari lapangan dan merasa pasti
bahwa tak seorang pun mengawasinya, dia tersenyum lebar-lebar. Betapa mudahnya
menjinakkan pemimpin orang-orang barbar itu! Hanya dengan sekali melihat dapat
langsung menjinakkan dia, berikut anak buahnya!
Betapa luar biasanya orang-orang barbar itu, pikirnya. Eee, lebih cepat si Anjin
menguasai bahasa kita, lebih baik. Jadi kita akan tahu bagaimana membasmi orang-orang
barbar Kristen itu untuk sekali dan selamanya!
"Mengapa kau tak mengencingi mukanya?" tanya Yabu.
"Pada mulanya saya memang berniat begitu, Tuan. Tapi Pilot itu masih binatang yang
belum dijinakkan, amat berbahaya. Untuk mengencingi mukanya, yaah, bagi kita,
menyentuh muka seseorang saja sudah merupakan penghinaan yang paling buruk, neh" Jadi
saya pikir kalau saya menghinanya sedemikian rupa dia bisa mengamuk. Jadi saya
mengencingi punggungnya saja yang saya kira cukup berarti."
Keduanya tengah duduk bersama di serambi rumah Omi, pada bantal-bantal sutera. Ibu
Omi menyugu mereka cha"teh"berikut segenap upacara yang harus dipimpinnya dan
untuk mana dia seperti perempuan Jepang lainnya sudah terlatih baik pada usia mudanya.
Ditawarkannya cawannya seraya membungkukkan badan kepada Yabu. Yabu balas
membungkuk dan dengan hormat menawarkannya pada Omi, yang tentu saja menolak
tawarannya dengan membungkuk lebih dalam lagi, kemudian Yabu menerimanya dan
mereguknya dengan nikmat, merasa puas.
"Aku terkesan sekali denganmu, Omi-san," ujarnya. "Jalan pikiranmu bukan main.
James Clavell BUKU PERTAMA 130 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Rencana dan cara penangananmu terhadap segala urusan ini luar biasa bagusnya."
"Anda terlalu melebih-lebihkan. Seharusnya upayaku dapat lebih baik dari itu, jauh
lebih baik." "Di mana kau pelajari cara berpikir orang barbar sampai sejauh itu?"
"Waktu saya baru empatbelas tahun. Untuk setahun saya berguru pada seorang rahib
bernama Jiro. Sekali waktu, dia itu imam Kristen, paling tidak calon imam tapi untunglah
dia menyadari ketololannya. Saya selalu mengingat satu hal yang dikatakannya pada saya.
Katanya agama Kristen itu lemah karena mereka mengajarkan bahwa pemimpin dewa
mereka, Jesus, mengatakan bahwa semua orang harus 'mencintai' satu sama lain"dia tak
mengajarkan apa-apa tentang kehormatan dan kewajiban, hanya cinta. Dan juga bahwa
kehidupan itu kudus"'Janganlah kalian saling membunuh' neh" Dan ketololan-ketololan
lainnya. Orang-orang barbar yang baru datang ini juga mengaku diri mereka Kristen,
sekalipun imam itu menyangkalnya, jadi saya pikir itu boleh jadi mereka berasal dari sekte
yang berlainan dan itulah sebabnya ada rasa permusuhan, tidak beda dengan sejumlah sekte
Budha yang saling membenci satu sama lainnya. Saya kira, kalau benar mereka mencintai
satu sama lain, mungkin kita bisa mengendalikan pemimpinnya dengan cara rnencabut
nyawa atau bahkan mengancam untuk mencabut nyawa salah seorang anak buahnya." Omi
tahu percakapan ini berbahaya karena kematian yang menyiksa, kematian yang mesum.
Dirasanya peringatan tersamar dari ibunya yang menengahi jarak di antara dirinya dengan
Yabu. "Anda ingin tambah cha lagi, Yabu-sama?" tanya ibu Omi.
"Terimakasih," ujar Yabu. "Enak, enak sekali.
"Terimakasih, Tuan. Tapi Omi-san, apakah orang barbar itu akan disiksa selamanya?"
tanya ibunya mengalihkan pembicaraan. "Mungkin kau harus menceritakan pada Tuan kita
apakah menurutmu hal itu hanya sementara saja atau untuk selamanya."
Omi ragu-ragu. "Untuk sementara. Tapi saya kira dia harus belajar bahasa kita secepat
mungkin. Ini sangat penting bagi anda, Tuan. Anda boleh jadi akan membasmi satu-dua di
antaranya untuk menjaga supaya pemimpinnya dan anak buahnya yang lain jangan
mengamuk. Sekali anda mampu berbicara langsung dengannya, Yabu-sama, anda dapat
memanfaatkan pengetahuannya. Seandainya apa yang dikatakan imam itu benar"bahwa dia
James Clavell BUKU PERTAMA 131 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
telah memimpin pelayaran kapal itu sampai jarak sepuluh ribu ri"mestinya lebih dari
pintar." "Kau sendiri juga lebih dari pintar." Yabu tertawa. "Tugasmu menjaga binatangbinatang. Omi-san pelatih manusia!"
Omi ikut tertawa bersamanya. "Akan saya coba Tuan."
"Jumlah wilayah kekuasaanmu akan ditambah lima ratus koku menjadi tiga ribu koku.
Kau akan mengawasi dalam jarak duapuluh ri." Satu ri adalah ukuran jarak yang kira-kira
sama dengan satu mil. "Sebagai tanda perhatianku, begitu aku kembali ke Yedo akan
kukirimi dua ekor kuda, duapuluh kimono sutera, sebuah baju baja, dua bilah pedang, dan
senjata yang cukup untuk mempersenjatai seratus samurai berikutnya yang akan kau
perlukan. Begitu perang dimulai kau akan segera bergabung sebagai pembantu pribadi
sebagai hatamoto." Omi merasa dirinya besar: hatamoto adalah seorang pengawal pribadi
daimyo yang selalu dekat pada Tuannya dan boleh menyandang pedang hadapan Tuannya.
Yabu nampak senang sekali pada Omi dan merasa lega bahkan seperti lahir kembali. Dia
telah tertidur pulas. Ketika dia terjaga, seperti yang sudah diharapkan, dia tidak menanyakan
gadis maupun anak lelaki itu untuk tinggal bersamanya. Dia telah mereguk teh sedikit dan
mengunyah bubur sesekali. Kemudian dia mandi, dan sesudahnya, pijatan Suwo.
Benar-benar sebuah pengalaman yang luar biasa, pikimya. Belum pernah aku merasa
sedemikian dekat pada alam, pada pohon dan gunung dan bumi, pada kesedihan hidup dan
kefanaannya yang tak terukur. Jeritan itu telah menyempurnakan segalanya.
"Omi-san, ada batu-batuan di kebunku di Mishima yang ingin kuhadiahkan padamu,
sekaligus untuk memperingati kejadian ini, dan juga malam yang luar biasa itu, berikut nasib
mujur kita. Akan kukirimkan dia dengan barang-barang lainnya," ujarnya. "Batu itu datang
dari Kyushu. Kunamakan dia Batu Penantian"karena kita berdua tengah menantikan
Taiko memerintahkan penyerangan, saat batu itu di temukan. Saat itu, oh, sudah limabelas
tahun yang lalu. Aku sendiri adalah anggota pasukannya yang menumpas pemberontakan
itu dan menaklukkan kepulauan ini."
"Tuan memberikan penghormatan yang sedemikian besar."
"Mengapa batu itu tidak ditempatkan di sini saja, di kebunmu, dan diberi nama lagi"
Mengapa tidak menamakannya 'Batu Perdamaian Orang Barbar', untuk memperingati
James Clavell BUKU PERTAMA 132 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
malam itu dan masa penantiannya yang tak berkesudahan bagi perdamaian."
"Mungkin saya boleh menamakannya, 'Batu Kebahagiaan' untuk mengingatkan saya
dan keturunan saya pada kehormatan yang anda berikan terhadap kami Paman"
"Jangan"baiknya namakan saja 'Orang Barbar Dalam Penantian'. Ya, aku suka begitu.
Itu bisa mengikat kita berdua lebih lanjut, dia dan aku. Dia sedang menunggu, demikian
juga aku. Bedanya aku hidup, dia mati." Yabu memandangi kebun, merenung. "Bagus
, 'Orang Barbar Dalam Penantian.' Aku suka itu. Ada noda-noda yang mengundang rasa
ingin tahu orang pada salah satu sisi batu itu yang mengingatkanku pada air mata, dan
jaringan warna biru bercampur dengan warna kemerahan yang mengingatkanku pada
daging"dengan segala kefanaan yang terkandung di dalamnya!" Yabu mendesah,
menikmati kesedihan hatinya. Lalu dia menambahkan, "Memang baik bagi seseorang untuk
menanam batu sekaligus menamakannya. Orang barbar itu membutuhkan waktu lama buat
mati, neh. Boleh jadi dia akan lahir kembali sebagai orang Jepang buat mengimbangi
penderitaannya. Tidakkah itu menakjubkan" Lalu suatu hari, boleh jadi, keturunannya akan
melihat batu itu dan merasa puas."
Omi menurutkan rasa terimakasihnya sambil dengan kesopanan, mengatakan bahwa
sebenarnya dia tak patut untuk menerima karunia semacam itu. Yabu tahu bahwa karunia
itu adalah batas daripada yang patut diterimanya. Sebab dia dengan mudah dapat
memberikan karunia yang lebih besar lagi, tapi dia selalu diingatkan pada pepatah kuno
bahwa kita memang selalu dapat memperluas wilayah kekuasaan orang, tapi untuk
menguranginya, bisa menyebabkan permusuhan. Dan pengkhianatan.
"Oku-san," ujar Yabu pada ibu Omi, memberinya gelar sebagai seorang ibu terhormat.
"Mestinya kakakku mengatakan sejak dulu tentang kemampuan putra bungsunya yang
besar. Kalau begitu Omi-san sudah lebih hebat sekarang ini. Kakakku kurang memikirkan
orang lain, terlalu acuh."
"Suami saya justru terlalu memikirkan anda. Tuanku, terlalu mengkhawatirkan anda,"
sahutnya, menyadari kritik yang terkandung di dalarn perkataan itu sendiri. "Saya senang
putera saya memiliki kesempatan untuk melayani anda dan bahwa dia juga bisa
menyenangkan hati anda. Putera saya baru saja melakukan kewajibannya, neh" Itu sudah jadi
kewajiban kami"Mizuno-san dan kami semuanya"wajib melayani."
James Clavell BUKU PERTAMA 133 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Langkah kaki kuda terdengar mendaki gundukan bukit. Igurashi, kepala pengawal
prbadi Yabu, tengah menyusuri kebun. "Segalanya sudah siap, Tuan. Kalau anda ingin
kembali ke Yedo cepat-cepat, kita harus berangkat sekarang."
"Bagus. Omi-san, kau dan anak buahmu akan pergi bersama rombongan dan
membantu Igurashi-san mengawasi supaya semuanya selamat sampai di puri." Yabu melihat
air muka Omi muram. "Apa?"
"Saya memikirkan orang-orang barbar itu."
"Tinggalkan sejumlah pengawal bagi mereka. Dibandingkan dengan seluruh
rombongan, mereka tidak penting. Lakukanlah apa yang kau inginkan dengan mereka"
kembalikan lagi mereka ke gudang bawah tanah"lakukanlah apa yang kau suka. Bilamana
seandainya kau berhasil memperoleh sesuatu yang bermanfaat dari mereka, beri aku kabar."
"Ya, Tuan," sahut Omi. "Saya akan meninggalkan sepuluh samurai dan sepuluh
perintah khusus pada Mura"mereka takkan membahayakan dalam lima enam hari ini. Apa
perintah anda mengenai kapal itu sendiri?"
"Biarkan dia di sini aman. Kau yang bertanggu jawab untuk itu, sudah tentu. Zukimoto
telah mengirimkan surat-surat pada perwakilan di Nagasaki untuk penawaran penjualan
pada Portugis. Mereka bisa datang dan mengambilnya."
Omi bimbang. "Mungkin anda yang harus menahan kapal itu, Tuan dan suruh orangorang barbar itu melatih beberapa pelaut kita untuk menanganinya."
"Apa perluku dengan kapal orang barbar?" Yabu tertawa mengejek. "Apakah aku harus
menjadi saudagar mesum?"
"Tentu tidak, Tuan, "sahut Omi cepat." Saya baru saja berpikir Zukimoto mungkin bisa
mengambil manfaat dari kapal semacam itu."
"Apa perluku dengan kapal dagang?"
"Imam itu mengatakan ini adalah kapal perang Tuan. Nampaknya dia takut pada kapal
itu. Begitu perang mulai, kapal perang bias?"
"Perang kita akan dilangsungkan di darat. Lautan itu milik saudagar, lintah darat, bajak
laut dan nelayan." Yabu bangkit dan mulai menuruni anak tangga yang menuju ke pintu
gerbang kebun, di sana seorang samurai tengah memegangi tali kekang kudanya. Yabu berhenti dan menatap jauh ke laut. Kedua lututnya tiba-tiba terasa lemas.
James Clavell BUKU PERTAMA 134 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Omi mengikuti pandangan Yabu.
Sebuah kapal kuno tengah mengitari tanjung. Kapal itu disesaki pendayung, kapal
pantai Jepang tercepat karena dia tak bergantung pada angin maupun pada pasang-surut air
laut. Bendera pada tiang layarnya mengibarkan panji Toranaga.
James Clavell BUKU PERTAMA 135 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BAB VII TODA HIROMATSU, penguasa tertinggi propinsi Saga dan Kozuke, jenderal dan
penasehat Toranaga yang paling dipercaya, kepala staf angkatan bersenjatanya tampak
meniti papan panjang yang menuju ke dermaga seorang diri. Dia termasuk tinggi bagi
ukuran orang Jepang, hanya sedikit di bawah enam kaki, wajahnya seperti kerbau dengan
rahang yang kuat, yang menjalani usia enam puluh tujuh tahunnya dengan penuh semangat.
Kimono militernya seluruhnya terbuat dari bahan sutera berwarna coklat dengan lima
sulaman panji kecil Toranaga"tiga batang bambu yang saling bersambungan. Dia
mengenakan pelindung dada berupa piring logam yang gemerlapan dan pelindung dada dari
baja. Hanya pedang pendeknya terselip pada ikat pinggangnya. Yang lainnya, pedang
mautnya dipegangnya di tangan. Dia siap menariknya keluar dari sarungnya dalam sekejap
dan membunuh orang dalam sekejap pula untuk melindungi majikannya yang tertinggi. Ini
sudah merupakan kebiasaannya sejak dia berusia limabelas tahun.
Tak seorang pun, bahkan juga Taiko, yang mampu merubah pendiriannya.
Setahun yang lewat, waktu Taiko meninggal, Hirotmatsu sudah menjadi vassal
Toranaga. Toranaga telah menganugerahinya Sagami dan Kozuke, dua dari delapan
propinsi miliknya, dengan imbalan lima ratus koku tiap tahun, dan telah membiarkannya
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjalankan kebisaannya. Hiro-matsu amat mahir membunuh orang. Kini pantai telah
dipenuhi penduduk desa"laki-laki perempuan dan anak-anak. Semuanya berlutut,
kepalanya ditundukkan dalam-dalam di depan mereka. Para sumurai berbaris rapi, dalam
barisan upacara. Yabu di muka, bersama para letnannya.
Seandainya Yabu itu seorang wanita atau lelaki yung kurang jantan, pasti dia sudah
memukuli dadanya sendiri dan menangis meratap-ratap sambil meremas-remas rambutnya.
Kejadian ini bukan suatu kebetulan semata. Karena kehadiran Toda Hiromatsu yang
terkenal itu pada hari ini berarti bahwa Yabu telah dikhianati"entah di Yedo, oleh salah
seorang keluarganya, atau di Anjiro, oleh Omi, atau oleh salah seorang anak buah Omi, atau
oleh salah seorang penduduk desa. Yabu terjebak oleh ketidakpatuhannya sendiri. Seorang
musuh telah memanfaatkan minatnya yang besar terhadap kapal itu.
James Clavell BUKU PERTAMA 136 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Yabu berlutut dan membungkuk dan seluruh barisan samurai mengikutinya, dan Yabu
mulai mengutuki kapal itu beserta semua pelautnya.
"Ah, Yabu-sama," didengarnya Hiromatsu berkata, dan dilihatnya dia berlutut di atas
tikar yang khusus digelar baginya dan Yabu balas membungkuk. Namun kedalaman cara
membungkuknya kurang benar dan Hiro-matsu tak lagi menunggunya untuk membungkuk
sekali lagi, jadi Yabu tahu, tanpa diberi tahu sekalipun bahwa kedudukannya berada dalam
bahaya besar. Yabu melihat jenderal itu duduk bersila lagi. "Si Tinju Besi" begitulah dia
dijuluki orang. Hanya Toranaga atau salah seorang dari ketiga penasehatnya yang dapat
memiliki hak istimewa untuk mengibarkan bendera Toranaga. Mengapa mengutus seorang
jenderal yang begitu penting untuk mengejarnya jauh-jauh dari Yedo.
"Anda memberi penghormatan bagi saya dengan kunjungan anda ke desa-desa kami
yang miskin ini Hiromatsu-sama" ujarnya.
"Yang Mulia Toranaga yang rnemerintahkan saya ke mari." Hiromatsu dikenal karena
keterusterangannya. Dia sama sekali tidak suka menipu dan bukan orang yang bertabiat
licik. Ia dikenal sebagai seorang yang mutlak menyerahkan hidupnya kepada bangsawan
yang diabdinya itu. "Saya merasa mendapat kehormatan dan saya senang sekali," ujar Yabu. "Saya bergegas
datang kemari dari Yedo karena kapal orang barbar itu.'
"Yang Mulia Toranaga telah menitahkan semua daimyo yang bersahabat agar tetap
menunggu di Yedo sampai beliau kembali dari Osaka."
"Bagaimana kabarnya Tuan kita" Saya harap beliau baik-baik saja?"
"Lebih cepat Yang Mulia kembali dengan selamat ke purinya di Yedo, lebih baik. Lebih
cepat pertengkaran dengan Ishido dinyatakan secara terang-terangan dan lebih cepat kita
dapat menyusun pasukan kita dan memimpinnya menyusuri jalan-lintas kembali ke Puri
Osaka dan membakarnya sampai ke batu batanya yang terakhir, lebih baik." Rahang orang
tua itu memerah bersamaan dengan bertambahnya kecemasannya pada keselamatan
Toranaga"dia benci berada jauh-jauh dari majikannya. Taiko sengaja membangun Puri
Osaka agar tak tertembus dari luar. Puri itu adalah yang terbesar di seluruh kekaisaran,
dengan rangkaian benteng yang saling berhubungan berikut paritnya, sejumlah puri kecil
lain, menara, dan jembatan, dan ruang bagi delapan puluh ribu prajurit. Dan di sekeliling
James Clavell BUKU PERTAMA 137 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tembuk ibu kota yang besar itu berjaga pasukan lainnya, yang sama-sama patuh dan sama
bagus persenjataanpya"semuanya pendukung fanatik Yaemon, ahli Waris Kaisar. "Sudah
saya katakan selusin kali kepadanya, dia gila kalau membiarkan dirinya sendiri jatuh ke
dalam genggaman Ishido. Orang sinting!"
"Tuanku Toranaga wajib pergi, neh" Beliau tak punya pilihan lain." Taiko telah
menitahkan bahwa Dewan Bupati, yang memerintah atas nama Yaemon, harus berapat
untuk sepuluh hari paling tidak dalam dua tahun sekali dan selalu harus di dalam puri
benteng Osaka, dengan pengikut paling banyak lima ratus orang. Dan segenap daimyo
lainnya sama-sama berkewajiban untuk datang menjenguk puri bersama keluarga mereka,
untuk memberi penghormatan pada Yaemon, juga dua kali setahun. Jadi semuanya terawasi,
semuanya tak bersenjata, pada bagian tahun itu, setiap tahun. "Rapatnya sudah ditentukan,
neh" Kalau beliau tak pergi ke sana, akan dikira suatu pengkhianatan neh?"
"Pengkhianatan terhadap siapa?" Wajah Hiromatsu tampak bertambah merah. "Ishido
tengah berusaha mengasingkan pemimpin kita. Dengar, seandainya Ishido ada dalam
genggaman saya seperti juga, Tuanku Toranaga ada dalam genggamannya, saya takkan
ragu-ragu sesaat pun, apa pun risikonya, kepala Ishido sudah terlepas dari bahunya sejak
lama, dan rohnya tengah menunggu untuk dilahirkan kembali." Tanpa sengaja jenderal itu
membelai-belai sarung pedangnya yang amat ampuh itu yang selalu dipegangnya pada
tangan kirinya. Tangan kanannya, yang penuh bonggol dan tampak keras, siap pada
pangkuannya. Dia tengah mengamati Erasmus. "Dimana meriamnya?"
"Sudah saya perintahkan dibawa ke darat. Demi keselamatan. Apakah Toranaga-sama
akan membuat perjanjian lainnya dengan Ishido?"
"Waktu saya meninggalkan Osaka, semuanya serba tenang. Dewan akan rapat dalam
tiga hari ini. "Apakah pertikaian ini akan menjadi terang-terangan?"
"Saya lebih suka kalau itu terang-terangan. Tapi kalau beliau memang mau membuat
perjanjian, beliau akan membuatnya." Hiromatsu kembali berpaling pada Yabu. "Beliau
memerintahkan agar semua daimyo sekutunya menunggunya di Yedo sampai dia kembali.
Ini bukan Yedo." "Ya. Sampai dia kembali, itu cukup sebagai alasan hagi kami untuk segera diperiksa."
James Clavell BUKU PERTAMA 138 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Tak perlu, Yabu-san. Anda harus lebih percaya diri. Tak ada yang terjadi tanpa
sepengetahuan majikan kita. Seharusnya beliau sudah mengirimkan seseorang untuk
memeriksa. Kebetulan beliau mengirimkan saya. Berapa lama anda sudah di sini?"
"Sehari semalam."
"Kalau begitu anda sudah dua hari datang dari Yedo?"
"Ya." "Anda datang cepat. Anda patut dipuji." Untuk menghabiskan waktu Yabu mulai
menceritakan pada Hiromatsu tentang pasukan gerak cepatnya. Namun pikirannya lebih
tertuju pada soal-soal yang lebih mendesak. Siapa gerangan mata-matanya" Bagaimana caranya Toranaga memperoleh berita tentang kapal itu sama cepatnya dengan dirinya sendiri"
Dan siapa yang memberitahu Toranaga tentang keberangkatannya" Bagaimana caranya dia
mendesak dan membuat perundingan dengan Hiromatsu"
Hiromatsu mendengarkannya, lalu menunjuk sambil berkata, "Daimyo Toranaga telah
menyita kapal itu dan segenap isinya."
Keheningan yang mengejutkan menyapu pantai. Ini adalah Izu, wilayah kekuasaan
Yabu, Toranaga sama sekali tak memiliki hak di sini. Dan Hiromatsu tak memiliki hak apa
pun untuk memerintahkan sesuatu. Yabu memegangi pedangnya lebih erat lagi.
Hiromatsu menunggu dengan ketenangan yang terlatih. Dia telah melaksanakan
tugasnya tanpa kurang sesuatu pun seperti yang telah diperintahkan Toranaga dan kini dia
sudah bertekad, membunuh atau dibunuh tak dapat ditawar lagi.
Yabu tahu bahwasanya kini dia sendiri pun harus tegas. Tak ada lagi penundaan. Kalau
dia menolak untuk menyerahkan kapal itu dia harus membunuh Hiromatsu "Si Tinju Besi",
karena Hiromatsu 'Si Tangan Besi' takkan pergi tanpanya. Mungkin kurang lebih ada dua
ratus samurai terkemuka di atas kapal yang kini sudah tertambat di galangan. Mereka juga
harus mati. Dia bisa saja mengundang mereka ke darat dan memperdayai mereka dan dalam
sekian jam dengan mudah dia dapat mengerahkan cukup samurai di Anjiro ini untuk
melahap mereka semuanya, karena dia sendiri pakar penyergapan. Tapi hal itu akan
mengundang Toranaga mengirimkan pasukannya ke sini. Kau akan ditelan mentah-mentah,
ujarnya pada diri sendiri, kecuali Ishido datang membawa bala-bantuan. Tapi pikir. Apakah
Pendekar Buta 10 Harry Potter Dan Kamar Rahasia Karya J.k. Rowling Bentrok Rimba Persilatan 23