Shogun 4
Shogun Karya James Clavell Bagian 4
Ishido benar akan menolongmu, kalau kerabatnya sendiri si Ikkawa Jikyu menginginkan Izu
James Clavell BUKU PERTAMA 139 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
untuk dirinya sendiri, sedang dia adalah musuhmu" Membunuh Hiromatsu sama artinya
mengundang permusuhan secara terbuka, karena Toranaga pasti merasa ternoda
kehormatannya dan segera bergerak menggempurmu, yang kemudian akan memaksa tangan
Ishido untuk ikut campur dan Izu akan merupakan medan pertempuran pertama.
Bagaimana dengan bedil sundutku" Bedil sundutku yang paling bagus dan rencanaku
yang bagus" Aku akan kehilangan kesempatan selama-lamanya kalau aku harus
menggunakannya melawan Toranaga.
Genggaman tangannya masih pada pedang Murasasma-nya dan dia dapat merasakan
aliran darah pada mata pedangnya dan gejolak hatinya untuk segera memulai. Seketika itu
dibuangnya jauh-jauh kesempatan untuk tidak menyebutkan bedil sundut. Kalau berita
tentang datangnya kapal itu telah dibocorkan dulu, sudah pasti isi muatan di dalamnya pun
sudah dibociorkan pula. Tapi bagaimana caranya Toranaga mendapatkan berita secepat itu"
Dengan merpati pos! Itulah jawaban satu-satunya. Dari Yedo atau dari sini. Siapa yang
memiliki merpati pos di sini" Mengapa aku tidak punya seperti itu" Itu kesalahan
Zukimoto"semestinya dia sudah memikirkannya, neh"
Tentukan putusanmu. Perang atau tidak perang"
Yabu mengingat-ingat semua kehendak jelek dan ajaran sang Budha. Semua kami.
Semua dewa yang sudah maupun yang belum dikenal, semua lelaki maupun perempuan
yang pernah mengkhianatinya, semua orang tua mereka dan keturunan mereka selama
sepuluh generasi. Dan dia memutuskan.
"Daimyo Toranaga tak perlu menyita kapal itu karena itu merupakan hadiah baginya.
Saya sudah mendiktekan surat untuk keperluan itu. Bukan begitu Zukimoto?"
"Ya, Tuan." "Tentu saja, umpamanya Yang Mulia Toranaga masih ingin mempertimbangkan untuk
menyita, terserah. Tapi itu merupakan hadiah." Yabu senang mendengar suaranya tegas.
"Beliau akan senang melihat barang rampasan di dalamnya.
"Terimakasih, atas nama Tuanku." Kembali Hiromatsu terkagum-kagum pada
pengamatan Toranaga. Toranaga telah meramal bahwa hal ini akan terjadi dan bahwa
takkan ada pertempuran. 'Saya tidak percaya!' ujar Hiiromatsu. 'Tak ada daimyo yang
sanggup merelakan haknya yang dirampas begitu saja. Setidaknya bukan Yabu. Saya sendiri
James Clavell BUKU PERTAMA 140 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
juga tidak. Bahkan kepada Anda sekalipun, kalau anda menuntut misalnya tidak akan saya
berikan, Tuan.' "Tapi kau harus mematuhi perintahku dan kau harus menceritakan padaku tentang
kapal itu. Yabu harus dimanfaatkan, neh" Aku butuh kebengisan dan kelicikannya"dia
mampu menghadapi Ikkawa Jikkyu dan mengawal barisan belakangku." Demikian selalu
Toranaga berucap pada Hiromatsu.
Di sini, di pantai, di bawah sinar mentari nan cerah, Hiromatsu memaksa dirinya
membungkuk dalam-dalam, padahal membenci sikap bermuka duanya sendiri. "Daimyo
Toranaga akan senang mendengar kedermawanan anda."
Yabu mengamati jenderal itu lekat-lekat. "Itu bukan kapal Portugis."
"Ya. Begitulah yang kami dengar."
"Dan itu kapal bajak laut." Yabu melihat mata jenderal itu mengecil.
"Eh?" Selagi dia menceritakan pada sang jenderal apa yang dikatakan imam itu, Yabu berpikir,
kalau itu merupakan berita besar bagimu seperti juga bagiku, tidakkah itu berarti bahwa
Toranaga sudah mendengar keterangan yang sama aslinya denganku" Dan kalau kau tahu isi
kapal itu, mata-matanya pastilah Omi, atau salah seorang samurainya, atau penduduk desa.
Tapi siapa" "Ada banyak sekali kain, sampai berlimpah. Juga beberapa permata. Bedil,
sundut, meriam dan peluru."
Hiromatsu ragu-ragu. Kemudian katanya, "Kainnya sutera Cina?"
"Bukan, Hiromatsu-san," ujar Yabu, menambahkan 'san'. Keduanya sama-sama
berpangkat daimyo. Tapi sekarang setelah dia dengan murah hati menyerahkan kapal itu,
Yabu merasa cukup aman untuk menggunakan istilah penghormatan yang lebih rendah. Dia
senang melihat bahwa kata itu tidak lewat begitu saja tanpa mendapat perhatian dari orang
tua itu. Aku ini daimyo Izu, penguasa matahari, bulan dan bintang-bintang yang menyinarinya.
"Memang agak luar biasa, kainnya tebal dan berat, tapi semuanya tak ada gunanya bagi
kami," ujar Yabu. "Sudah saya perintahkan semua barang yang berharga dibawa ke darat."
"Bagus, silakan tempatkan di kapal saya."
"Apa?" Usus besar Yabu hampir meledak.
James Clavell BUKU PERTAMA 141 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Semuanya. Sekarang juga."
"Sekarang?" "Ya. Maaf sekali, tapi sudah sewajarnya anda memahami bahwa saya harus kembali ke
Osaka secepatnya." "Ya, tapi"tapi apakah ada tempat tersisa buat semuanya itu?"
"Kembalikan lagi meriamnya ke kapal orang barbar itu dan segellah. Sejumlah sampan
akan tiba dalam tiga hari ini untuk menyeretnya ke Yedo. Mengenai bedil sundut, mesiu,
dan peluru, masih, ada?" Hiromatsu berhenti berbicara, menghindarkan jebakan yang tibatiba disadarinya telah sengaja dipasang baginya.
Ada cukup ruang bagi lima ratus bedil sundut, ujar Toranaga pada jenderalnya saat itu.
Dan semua mesiu serta dua ribu keping perak kuno di atas kapal itu. Tinggalkan meriamnya
di atas geladak kapal dan kain-kainnya di palka. Biarkan Yabu yang berbicara dan berikanlah
perintah kepadanya, jangan berikan dia waktu untuk berpikir. Tapi jangan merasa jengkel
atau tidak sabar terhadapnya. Aku butuh dia, tapi aku menginginkan senapan-senapan dan
kapal itu. Hati-hatilah pada usahanya untuk menjebakmu sehingga kau mengungkapkan apa
yang kau ketahui tentang tepatnya jumlah muatan kapal, karena dia tak boleh mengetahui
jaringan mata-mata kita. Hiromatsu mengutuki ketidaksanggupannya untuk memainkan permainan yang tak
perlu ini. "Tentang ruang yang diperlukan," ujarnya pendek, "mungkin anda bisa
memberitahukan pada saya. Dan apa sesungguhnya isi muatannya" Berapa banyak bedil
sundut, peluru dan sebagainya itu" Dan apakah harta karun itu berbentuk batangan atau
kepingan"apakah itu perak atau cmas?"
"Zukimoto!" "Ya, Yabu-sama."
"Ambilkan daftar muatannya." Aku akan berurusan denganmu nanti, pikir Yabu.
Zukimoto bergegas pergi. "Anda pasti lelah sekali, Hiromatsu-san. Sedikit cha barangkali" Kamarnya sudah
disiapkan bagi anda, seperti adanya. Tempat mandi kami samasekali kurang memadai, tapi
mungkin dapat menyegarkan anda."
"Terimakasih. Anda bijak sekali. Teh sedikit dan mandi seadanya, akan nikmat sekali.
James Clavell BUKU PERTAMA 142 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Nanti. Pertama ceritakan dulu pada saya segala yang terjadi sejak kapal itu tiba di sini."
Yabu menceritakan padanya semua kenyataan dengan menghilangkan bagian tentang
pelacur dan anak lelaki itu yang tidak penting. Atas permintaan Yabu, Omi ikut
menceritakan ceritanya kecuali bagian pembicaraan pribadinya dengan Yabu. Dan Mura
juga ikut menceritakan ceritanya dengan menghilangkan bagian tentang tegaknya kemaluan
Anjin, yang pikir Mura sekalipun menarik, mungkin dapat melukai perasaan Hiromatsu
yang 'kepunyaannya' sendiri, pada usianya, hanya sedikit yang mampu seperti itu dan
umumnya jauh dari itu. Hiromatsu menatap asap yang naik ke langit dari onggokan kayu bakar. "Berapa jumlah
bajak laut yan masih ada?"
"Sepuluh, Tuan, termasuk pemimpinnya," sahut Omi.
"Mana pemimpinnya sekarang?"
"Di rumah Mura."
"Apa yang dilakukannya" Apa pekerjaan pertama yang dilakukannya setelah keluar dari
gudang bawah tanah itu?"
"Dia langsung pergi ke tempat mandi, Tuan," ujar Mura cepat." Sekarang dia sedang
tidur, Tuan, sepertl orang mati."
"Kau tak perlu menggotongnya lagi kali ini?"
"Tidak, Tuan." "Nampaknya dia cepat belajar." Hiromatsu memandang kembali Omi.
"Kau pikir mereka bisa dididik bagaimana caranya bersikap?"
"Belum. Belum tahu pasti, Hiromatsu-sama."
"Bisakah kau membersihkan air kencing musuh dari punggungmu?"
"Tidak, Tuan." "Aku juga tidak. Tak pernah. Orang-orang barbar memang aneh." Hiromatsu
memusatkan perhatiannya lagi pada kapal itu. "Siapa yang akan mengawasi pemuatannya?"
"Keponakan saya, Omi-san."
"Bagus. Omi-san, aku ingin berangkat sebelum senja. Kaptenku akan membantumu
supaya cepat. Dalam tiga batang." Satuan waktunya adalah sama dengan waktu yang
dibutuhkan bagi sebatang hio terbakar habis, kira-kira satu jam satu batang.
James Clavell BUKU PERTAMA 143 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Ya, Tuan." "Mengapa tidak ikut bersamaku ke Osaka, Yabu-san?" Hiromatsu berkata seolah itu
merupakan pikiran yang datang tiba-tiba. "Daimyo Toranaga akan senang sekali menerima
semuanya ini dari tangan anda. Aku mengajak anda secara pribadi. Silakan, masih cukup
tempat." Waktu Yabu berpikir, Hiromatsu sengaja membiarkannya untuk sesaat, seperti
yang telah diperintahkan Toranaga kepadanya. "Aku mohon dengan sangat. Atas nama
Daimyo Toranaga, aku tetap memohon. Kedermawanan anda patut diberi imbalan."
Dengan kepala dan tanahku" Yabu bertanya pada diri sendiri dengan pahit, menyadari
bahwa tak ada lagi yang dapat dilakukannya sekarang kecuali menerimanya dengan penuh
terimakasih. "Terimakasih. Saya rasa mendapat kehormatan."
"Bagus. Baiklah, kalau begitu semuanya sudah diselesaikan," ujar si Tinju Besi dengan
rasa lega yang jelas terlihat. "Sekarang cha sedikit. Dan mandi."
Dengan hormat Yabu memandu tamunya mendaki bukit menuju rumah Omi. Orang
tua itu dicuci dan digosok dan sesudahnya dia berbaring dengan rasa syukur di dalam uap air
hangat. Setelah itu tangan Suwo menjadikannya segar kembali. Nasi, ikan mentah dan acar
dimakannya serba sedikit seorang diri. Cha direguknya dari cawan porselin. Tidur siangnya
pendek tanpa mimpi. Setelah tiga batang hio terbakar habis, pintu shoji pun terbuka. Pengawal pribadi Yabu
lebih tahu kapan saatnya dia boleh masuk ke kamar tamunya tanpa diundang. Hiromatsu
sudah bangun dan pedangnya sudah setengah ditarik keluar dari sarung, sudah siap.
"Yabu-sama sedang menunggu di luar, Tuan. Katanya semua barang sudah di kapal."
"Bagus sekali."
Hiromatsu melangkah ke beranda dan kencing sebentar di ember.
"Anak buah anda tangkas sekali, Yabu-san."
"Anak buah anda sendiri sangat membantu, Hiromatsu-san. Mereka lebih sigap."
Ya, dan sebelum mentari terbenam, sebaiknya mereka begitu, pikir Hiromatsu, lalu katanya
lagi dengan ramah, "Tak ada yang lebih enak daripada bisa kencing dengan lancar dari
kandung kemih yang sehat, selama masih ada cukup tenaga di belakangnya. Neh" Membuat
anda merasa muda kembali. Seusiaku, anda perlu merasa muda." Dirapikannya lagi
kancutnya dengan hati puas sambil mengharapkan Yabu menyatakan dengan sopan
James Clavell BUKU PERTAMA 144 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
persetujuannya, tapi tak ada yang terdengar. Kejengkelannya mulai timbul tapi ditahannya.
"Suruh orang mengangkut pemimpin bajak laut itu ke kapalku."
"Apa?" "Anda sudah cukup bermurah hati menghadiahkan kapal itu dengan segala isinya. Anak
buahnya termasuk isinya juga. Jadi saya akan membawa serta pemimpin bajak laut itu ke
Osaka. Daimyo Toranaga ingin melihatnya. Tentu saja anda bisa melakukan sesuka hati
anda terhadap sisanya. Tapi selama kepergian anda, tolong dipastikan bahwa para pengawal
anda menyadari orang-orang barbar itu ddalah milik Tuan saya dan lebih baik cuma
sembilan orang yang sehat dan hidup dan di sinilah beliau menginginkan mereka tinggal."
Yabu bergegas pergi ke dermaga tempat Omi berada.
Sebelumnya, ketika dia meninggalkan Hiromatsu yang sedang asyik dimandikan, dia
telah menyusuri rute yang berkelok-kelok melewati tanah pekuburan. Di sana dia
membungkuk sedikit dihadapan onggok kayu bakar itu dan melanjutkan langkahnya,
menyusu petak-petak ladang gandum dan buah, yang akhirnya sampai pada dataran tinggi
kecil yang terletak di at desa. Sebuah kuil kami yang asri tampak menjaga tempat yang
lembut ini. Sebatang pohon tua mewarisi kerimbunan dan ketentraman yang ada padanya.
Yabu sengaja pergi ke tempat itu untuk memadamkan amarahnya dan untuk berpikir. Dia
tak berani pergi ke dek kapal itu atau ke dekat Omi atau anak buahnya sebab dia tahu bahwa
dia akan memerintahkan kebanyakan dari mereka, kalau tidak semuanya, untuk melakukan
seppuku, yang jelas akan tak ada gunanya dan boleh jadi dia juga akan membantai seluruh
desa, yang jelas adalah ketololan karena hanya petanilah yang menyuguhkan kekayaan pada
para samurai--menangkap ikan dan menanam padi.
Sementara Yabu duduk dan menghembuskan asap tembakaunya seorang diri serta
mencoba untuk mengasah otaknya lebih tajam lagi, mentari menundukkan kepalanya dan
mengusir kabut laut jauh jauh. Awan yang menyelimuti pegunungan di kejauhan sebelah
barat nampak membelah diri untuk sesaat dan Yabu sempat menyaksikan puncakpuncaknya yang tertutup salju menjulang tinggi dengan megah. Pemandangan itu
menentramkan hatinya dan dia pun mulai merasa tenang kemudian mulai berpikir dan
membuat rencana. Sebarkan mata-matamu untuk menemukan matit-mata itu, ujarnya pada diri sendiri. Tak
James Clavell BUKU PERTAMA 145 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
satu pun perkataan Hiromatsu menunjukkan apakah pengkhianatan itu dimulai dari sini
atau dari Yedo. Di Osaka kau punya banyak kawan yang kuat, di antaranya Daimyo lshido
sendiri. Mungkin salah seorang di antaranya dapat mencari siapa biang keladinya. Tapi
kirimlah berita secara rahasia saat ini juga kepada isterimu. Mungkin mata-mata itu ada di
sana. Bagaimana dengan Omi" Menuduhnya bertanggung jawab seandainya mata-mata itu
di sini" Atau mungkin dia mata-matanya" Rasanya tak boleh jadi, tapi bukan tidak
mungkin. Tapi lebih dari mungkin pengkhianatan itu dimulai di Yedo. Cuma soal waktu.
Seandainya Toranaga di Osaka mendapat berita tentang kapal itu begitu dia datang, maka
Hiromatsu sudah akan berada di sini lebih dulu. Kau sendiri punya mata-mata di Yedo.
Biarkan mereka membuktikan keahlian mereka.
Bagaimana dengan orang-orang barbar itu" Kini mereka itu satu-satunya keuntunganmu dari kapal itu. Bagaimana kau bisa memanfaatkan mereka" Tunggu,
tidakkah Omi sudah memberikan jawabannya kepadamu" Kau dapat memanfaatkan
pengetahuan mereka tentang kapal dan laut, lalu menukarkannya dengan senapan terhadap
Toranaga, Neh" Kemungkinan yang lain: menjadi vassal Toranaga seumur hidup. Uraikan rencanamu
kepadanya. Minta agar kau yang memimpin Resimen Senapan"demi kejayaannya. Tapi
ketahuilah sebagai vassal kau jangan sekali-sekali mengharapkan Tuanmu akan membalas
jasa atau berkenan memujimu. Melayani adalah kewajiban, kewajiban adalah samurai,
samurai adalah keabadian. Itulah cara yang terbaik, yang terbaik, pikir Yabu. Tapi bisakah aku
sungguh-sungguh menjadi vassalnya" Atau vassal Ishido"
Tidak, itu tak terpikirkan. Sekutu ya, vassal tidak.
Bagus, jadi pada pokoknya orang-orang barbar itu adalah modal. Omi benar lagi.
Yabu merasa lebih tenang dan kemudian ketika saatnya tiba dan si kurir dari kapal itu
telah membawa berita bahwa sarat barang, Yabu pergi menemui Hiromatsu dan menyadari
bahwa kini dia bahkan telah kehilangan orang-orang barbar itu.
Amarah Yabu mendidih begitu dia mencapai dermaga
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Omi-san!" "Ya, Yabu-sama?"
"Bawa pemimpin orang barbar itu ke sini. Aku akan membawanya sendiri ke Osaka.
James Clavell BUKU PERTAMA 146 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Lainnya tolong rawat baik-baik, sementara aku pergi. Aku ingin mereka tetap sehat dan
berlaku baik. Kalau perlu gunakan gudang bawah tanah itu lagi."
Semenjak kedatangan kapal itu pikiran Omi menjadi tak menentu dan dia tak hentinya
dilanda rasa cemas terhadap keselamatan Yabu. "Biar saya ikut ke Osaka mungkin saya bisa
membantu." "Jangan, sekarang aku ingin kau menjaga orang orang barbar itu."
"Saya mohon. Mungkin lewat hal yang kecil-kecil saya dapat membalas kebaikan anda
terhadap saya." "Tak usah," sahut Yabu, suaranya terdengar lebih ramah dari yang sebenarnya
diinginkannya. Yabu ingat dia telah menaikkan gaji Omi sampai tiga ribu koku dan
memperluas wilayah kekuasaannya sebagai imbalan serta bedil sundut itu yang sekarang
sudah lenyap. Tapi dia menyadari rasa was-was yang memenuhi anak muda itu dan telah
merasakan kehangatan tanpa disengaja. Dengan vassal macam begini, aku mampu
membangun sebuah kekaisaran, ujarnya pada diri sendiri. Omi akan memimpin salah satu
unit, begitu aku kembali dengan bedil-bedil sundut itu. "Begitu perang pecah"yaah, aku
sudah punya pekerjaan penting bagimu, Omi-san. Sekarang berangkatlah dan jemput orang
barbar itu." Omi membawa empat pengawal bersamanya. Dan Mura sebagai penerjemah.
Blackthorne mulai terjaga dari tidurnya. Dia membutuhkan waktu kurang lebih satu
menit untuk menjernihkan pikirannya. Begitu kabut di kepalanya lenyap, Omi tampak
tengah menatapnya. Salah seorang samurai tengah membuka selimutnya, seorang lagi mengguncang
tubuhnya sampai terbangun, sedang dua lainnya tampak membawa gulungan tali pendek.
Mura berlutut dan membungkuk. "Konnichi wa" " Selamat siang.
"Konnichi wa." Blackthorne memaksa dirinya berlutu dan sekalipun dalam keadaan
bugil, dia membungkuk juga dengan sama hormat.
Hanya kesopanan semata, ujar Blackthorne pada diri sendiri. Itu sudah jadi kebiasaan
mereka untuk saling membungkuk demi kesopanan, jadi tak perlu merasa malu. Dan
kebugilan ternyata juga tak diindahkan dan sudah merupakan kebiaasaan mereka dan
karenanya juga tak perlu malu dengan kebugilan itu sendiri.
James Clavell BUKU PERTAMA 147 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Anjin, silakan berpakaian," ujar Mura. Anjin" Ah, aku baru ingat sekarang. Imam itu
mengatakan mereka tak dapat mengucapkan namaku jadi menamakan "Anjin yang berarti
"Pilot". Dan mereka akan memangilku "Anjin-san?" Tuan Pilot"kalau aku sudah
dianggap pantas memakainya.
Jangan melihat pada Omi, ujarnya memperingat diri sendiri. Belum waktunya. Jangan
mengingat-ingat lapangan desa itu dan Omi dan Croocq dan Pieterzon. Setiap kali, satu hal.
Itulah yang harus kau kerjakan. Itulah apa yang kau kerjakan, berdasarkan sumpah sendiri di
hadapan Tuhan: Setiap kali, satu hal. Dendamku akan terbalas, oleh Tuhan.
Blackthorne melihat bahwa pakaiannya telah dicuci kembali dan diam-diam dia
mensyukuri siapa saja yang telah mengerjakannya. Dia telah melepaskan pakaiannya cepatcepat di tempat mandi itu seakan pakaiannya baru saja dihinggapi kuman pes. Tiga kali dia
telah menyuruh mereka menggosok punggungnya. Dengan bunga karang terkasar dan
dengan batu timbul. Tapi dia masih juga bisa merasakan panasnya air kencing Omi di sana.
Dialihkannya matanya dari Mura ke Omi. Hatinya melonjak kegirangan begitu
diketahuinya musuhnya masih hidup dan berada di dekatnya.
Blackthorne membungkuk seperti dia melihat sesamanya membungkuk dan terus
bersikap seperti itu untuk sesaat. "Konichi wa, Omi-san," ujarnya. Tak perlu malu untuk
berbicara dalam bahasa mereka, tidak perlu malu mengatakan 'selamat siang' atau
membungkukkan badan lebih dahulu seperti dalam kebiasaan mereka.
Omi balas membungkuk. Blackthorne melihat bahwa bungkukan Omi tidak persis sama, tapi dirasanya sudah
cukup untuk saat itu. "Konnichi wa, Anjin," sahut Omi.
Suaranya sopan, tapi belum lengkap.
"Anjin-san!" Blackthorne menatap Omi langsung pada matanya.
Tekad mereka beradu dan nama Omi disebut begitu saja seperti ketika seseorang
memanggil nama orang lain saat bermain kartu atau dadu. Apa kau masih punya kesopanan"
pikir Blackthorne. "Konnichi wa, Anjin-san," ujar Omi pada akhirnya, disertai senyum kecut.
Blackthorne dengan cepat berpakaian.
James Clavell BUKU PERTAMA 148 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Dia mengenakan celana longgar dan cawat, kaus kaki, kemeja dan jubah, rambut
panjangnya diikat dengan rapi dan jenggotnya sudah dirapikan dengan gunting yang
dipinjamkan tukang pangkas kepadanya.
"Hai, Omi-san?" tanya Blackthorne waktu dia pakaian dengan perasaan yang lebih segar
tapi waspada, dan berharap agar dia memiliki lebih banyak kata untuk diucapkan.
"Silakan, tangan," ujar Mura.
Blackihorne tak mengerti dan memberitahukannya dengan bahasa isyarat. Mura
menyodorkan tangannya sendiri dan berpura-pura mengikat kedua-duanya. "Tangan,
silakan." "Tidak," Blackthorne mengatakan langsung pada Omi dan menggelengkan kepalanya.
"Tak perlu," ujarnya lagi dalam bahasa Inggris, "sama sekali tak perlu, aku berjanji."
Dijaganya supaya suaranya tetap lembut dan masuk akal, lalu tambahnya lagi dengan kasat,
menirukan Omi, "Wakarimasu ka, Omi-san" Anda mengerti?"
Omi tertawa. Lalu katanya, "Hai, Anjin-san. Wakarimasu." Dia membalikkan badan
dan pergi. Mura dan yang lainnya menatapnya, terperangah. Blackthorne mengikuti Omi ke
tempat yang diterangi matahari. Sepatu larsnya telah dibersihkan. Sebelum dia sempat
mengenakannya, si pelayan wanita, 'Onna', telah berlutut di depannya dan membantunya.
"Terimakasih, Haku-san," ujarnya, mengingat-ingat nama sebenamya pelayan wanita
itu. Apa kata bagi 'terimakasih"' tanyanya pada diri sendiri, ingin tahu.
Blackthorqe berjalan mengikuti Omi melewati pintu gerbang.
Aku sedang menyusulmu, bangsat terkutuk, tunggu sebentar! Ingat apa yang kau
janjikan pada dirimu sendiri" Dan mengapa kau menyumpahi dia, meski untuk dirimu
sendiri" Dia tidak menyumpahimu. Bersumpahlah bagi yang lemah atau bagi yang goblok.
Bukan begitu" Satu hal, setiap kali, itu sumpahmu. Cukuplah, kau sedang berusaha menyusulnya. Jelas
kau tahu itu dan dia juga tahu. Jangan melakukan kesalahan, dia jelas tahu.
Keempat samurai itu mengapit Blackthome ketika dia melangkah menuruni bukit,
pelabuhan itu masih belum kelihatan olehnya. Mura dengan hati-hati berjalan di
James Clavell BUKU PERTAMA 149 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
belakangnya sepuluh langkah, dan Omi di depan.
Apakah mereka akan memasukkan aku ke bawah tanah lagi" Blackthorne bertanyatanya dalam hati. Mengapa mereka tadi ingin mengikat tanganku" Bukankah Omi kemarin
baru saja mengatakan"Jesus Kristus, apakah itu baru kemarin" Kalau kau sopan kau bisa
tinggal di luar gudang. Kalau kelakuanmu tak sopan, esoknya satu orang lagi akan
dikeluarkan dari gudang bawah tanah itu. Mungkin. Mungkin lebih. Bukankah begitu yang
dikatakannya" Apakah aku telah berlaku sopan" Aku ingin tahu bagaimana keadaan Croocq.
Bocah itu masih hidup waktu mereka meny retnya ke rumah di mana anak buahku pernah
tinggal. Blackthorne merasa agak segar hari ini. Mandi, tidur dan makanan segar sudah mulai
menjadikannya sehat sedikit. Dia tahu bahwa bila dia berhati-hati, dia dapat beristirahat,
tidur dan makan, dan hanya dalam waktu sebulan dia akan sanggup berlari sejauh satu mil,
berenang sejauh satu mil dan mengepalai kapal tempur dan membawanya keliling dunia.
Jangan memikirkan itu dulu! Jaga dulu kekuatan hari ini. Sebulan tidak terlalu banyak
untuk diharapkan eh"
Berjalan kaki menuruni bukit dan melewati desa amat melelahkannya. Ternyata kau
masih lebih lemah dari yang kau kira ... Tidak, kau sudah lebih kuat daripada yang kau kira,
perintahnya pada diri sendiri.
Tiang-tiang Erasmus menjulang tinggi di antara atap-atap genting rumah dan denyut
jantung Blackthorne terasa lebih cepat. Di depan, jalan tampak be belok-belok mengikuti
lereng perbukitan, melandai lapangan dan berakhir di sana. Sebuah tandu bertirai berdiri
tegak di terik matahari. Empat orang pengusungnya yang hanya berkancut tampak tengah
berjongkok di sisinya dan tanpa sadar mencungkil-cungkil giginya. Begitu melihat Omi,
mereka langsung berlutut dan membungkuk dalam-dalam.
Omi hampir tak menganggukkan kepalanya ke arah mereka ketika dia melangkah
melewati, namun kemudian seorang gadis keluar dari pintu gerbang yang elok itu untuk
menyambut tandu tersebut dan Omi berhenti.
Blackthorne menghela napas dan ikut-ikutan berhenti.
Seorang pelayan wanita yang masih muda berlari-lari sambil membawa payung hijau
untuk menaungi si gadis. Omi membungkuk, si gadis balas membungkuk dan keduanya
James Clavell BUKU PERTAMA 150 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
saling bercakap-cakap dengan riangnya, gaya berjalan Omi yang tadinya terlihat angkuh,
kini hilang seketika. Si gadis mengenakan kimono hijau seperti warna buah persik, obi besar berwarna
keemasan, dengan sandal jepit keemasan pula. Blackthorne melihat si gadis menatapnya
sekilas. Jelas terlihat bahwa dia dan Omi tengah membicarakan dirinya. Blackthorne tak
tahu bagaimana harus bersikap atau berbuat apa, jadi dia tak berbuat apa-apa kecuali
menunggu dengan sabar, merasa puas memandangnya, memandang kemulusan tubuhnya
dan merasakan kehadirannya yang menghangatkan. Dia bertanya-tanya dalam hati apakah si
gadis dan Omi sepasang kekasih ataukah dia itu isteri Omi, dan pikirnya, apakah si gadis itu
benar-benar ada" Omi menanyakan sesuatu padanya dan si gadis menjawab sambil menggerak-gerakkan
kipas hijaunya yang berkilauan di bawah sinar surya, suara tawanya merdu, kehangatannya
memukau. Omi juga tersenyum, lalu dia membalikkan badan dan melangkah pergi, berubah
menjadi samurai kembali. Blackthorne mengikuti. Mata gadis itu tertuju padanya waktu dia lewat dan
Blackthorne menyapa, "Konnichi wa."
"Konnichi wa, Anjin-san," sahut si gadis, suaranya menyentuh Blackthorne. Tinggi si
gadis hampir mencapai lima kaki dan tubuhnya sempurna. Ketika dia membungkukkan
badan sedikit, angin sepoi mengibas kimono luarnya dan tampaknya kimono bagian
dalamnya yang merah tua, yang menurut penglihatan Blackthorne amat merangsang.
Minyak wangi si gadis masih mengelilinginya begitu Blackthorne berbelok di sudut.
Dilihatnya pintu kolong dan Erasmus. Dan kapal kuno yang berisi budak belian itu. Si gadis
menghilang dari ingatannya.:
Mengapa tempat senapan kita kosong" Di mana meriam kita dan atas nama Kristus,
apa yang tengah dikerjakan kapal budak belian itu di sini dan apa yang terjadi di gudang
bawah tanah itu" Satu hal, setiap kali. Pertama Erasmus: potongan tiang agung yang telah patah dihantam badai ketika itu,
tampak begitu jelas. Tak apalah, pikirnya kita mampu melayarkannya kembali. Kita mampu
melepaskannya dari tambatannya. Udara malam dan air pasang akan membawa kita pergi
James Clavell BUKU PERTAMA 151 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
diam-diam dan kita dapat memiringkan kapal itu besok pada sisi yang agak jauh dari
kepulauan yang nantinya akan cuma terlihat seperti titik. Paling tidak masih dibutuhkan
setengah hari untuk memancangkan tiang cadangan dan sesudah meneriakkan layar naik,
kita sudah jauh di tengah laut biru. Mungkin ada baiknya untuk tidak membuang sauh dulu,
tapi sengaja berlayar lebih lama, mencari perairan yang lebih aman. Tapi siapa yang akan
membawanya" Kau tak sanggup mengeluarkamnya dari sini seorang diri. Dari mana kapal
budak belian itu datang" Dan mengapa dia ada di sini"
Blackthorne dapat melihat untaian rambut para samurai dan para pelaut Jepang di
bawah sana, di dermaga. Kapal yang memiliki dayung enam puluh buah itu"tigapuluh pada
setiap sisi, nampak apik dan ramping, dayung-dayungnya tersusun dengan rapi siap untuk
keberangkatan dalam sesaat dan tubuh Blackthorne bergetar tanpa disadari. Terakhir kali
dia melihat sebuah kapal kuno adalah di lepas Pantai Emas dua tahun yang lalu waktu
armadanya baru keluar dari pelabuhan, semuanya ada lima kapal. Kapal itu adalah kapal
dagang pantai yang sarat muatan, milik Portugis dan dia melesat dengan cepat dari
pengamatannya, melawan angin. Erasmus tak mampu menangkapnya, menawannya atau
pun menenggelamkannya. Blackthorne juga mengenal pantai Afrika Utara dengan baik. Dia pernah menjadi
nakhoda dan ahli pembuat kapal bagi The London Company of Barbary Merchants, sebuah
perusahaan saham gabungan yang membiayai dan dilengkapi dengan para saudagar yang
siap tempur guna menembus blokade Spanyol dan berdagang di Pantai Barbary. Dia pemah
menakhodai kapal sampai ke wilayah Afrika Barat dan Utara, Selatan sampai sejauh Lagos,
ke sebelah utara dan timurnya melewati selat Jibraltar yang berbahaya dan pernah dikejar
kapal Spanyol sampai ke Salerno Kerajaan Naples. Laut Tengah biasanya merupakan daerah
bahaya bagi perusahaan perkapalan Inggris dan Belanda. Kapal-kapal perang milik Spanyol
dan Portugis selalu hilir mudik di sana dengan kekuatan penuh dan lebih jelek lagi, orangorang Ottomans, kaum kafir Turki, telah pula memenuhi perairan itu dengan kapal-kapal
budak beliannya dan kapal-kapal perangnya
Tetapi, pelayaran itu memang menguntungkan, setidak-tidaknya bagi Blackthorne yang
telah sanggup membeli kapal untuk berdagang atas namanya sendiri, kapal bertiang dua
seberat seratus lima puluh ton. Tapi dia telah menyebabkannya tenggelam dan Blackthorne
James Clavell BUKU PERTAMA 152 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
kehilangan semuanya. Saat itu mereka sudah mencapai tempat tersembunyi, di lepas pantai
Sardinia yang berangin, ketika kapal budak Turki itu tiba-tiba muncul dari balik sinar
mentari. Pertempurannya berlangsung seru dan sesudahnya, menjelang mentari terbenam,
alat pelantak musuh berhasil mencapai buritan mereka dan musuh pun berlompatan masuk
ke kapalnya. Blacthorne takkan pernah melupakan jeritan mereka 'Allaahhhhh!' waktu
mereka menyerbu geladak atas kapal. Mereka bersenjatakan pedang dan bedil sundut.
Blackthorne mengerahkan segenap anak buahnya dan serbuan pertama berhasil dipatahkan,
namun yang kedua membuat mereka kewalahan dan Blackthorne memerintahkan untuk
meledakkan mesiu. Kapalnya terbakar dan dia memutuskan lebih baik mati daripada
terperangkap dan dipaksa mendayung. Blackthome selalu dihinggapi rasa takut kalau
ditangkap hidup-hidup dan dijadikan pekerja di kapal budak belian, nasib yang biasa bagi
pelaut yang ditawan. Ketika mesiu meledak, ledakannya malah sanggup merobek lunas kapalnya sendiri dan
menghancurkan sebagian dari kapal budak itu, dan dalam keadaan bingung, Blackthorne
berhasil berenang menuju sekoci dan melarikan diri dengan empat orang anak buahnya.
Mereka yang tak mampu berenang ke arahnya terpaksa ditinggalkannya dan dia masih
teringat teriakan minta tolong mereka atas nama Tuhan. Tapi Tuhan sendiri telah
memalingkan mukanya dari mereka pada hari itu, jadi mereka mati atau ditangkap dan
dipaksa menjadi pendayung. Tuhan sendiri hanya memperlihatkan wajahNya pada
Blackthorne dan keempat anak buahnya, sampai mereka berhasil mencapai Cagliari, di
Sardinia. Dan dari sana, mereka pulang ke rumah tanpa uang sepeser pun.
Itu delapan tahun yang lewat, tahun di mana penyakit sampar mewabah lagi di London.
Wabah sampar, kelaparan dan kerusuhan dari para pengangguran yang kelaparan. Adiknya
dan keluarganya tersapu habis. Puteranya yang pertama juga binasa. Tapi pada musim
dingin penyakit itu lenyap dan Blackthorne dengan mudah mendapatkan kapal baru dan
berlayar kembali untuk memperbaiki nasibnya. Pertama bagi The London Company of
Barbary Merchants. Berikutnya pelayaran ke Hindia Barat, memburu orang-orang Spanyol.
Setelah itu, setelah agak kaya, dia membawa kapal Kees Veerman, orang Belanda, pada
pelayarannya yang kedua untuk menyelidiki terusan Timur La Cathay dan pulau rempahrempah di Asia yang diduga terletak di laut es, di Rusia Utara yang diperintah para Tsaar.
James Clavell BUKU PERTAMA 153 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Mereka menyelidiki selama dua tahun, kemudian Kees Veerman meninggal sia-sia di benua
Artik bersama empat per lima awak kapalnya dan Blackthorne terpaksa kembali dengan
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
awak sisanya. Kemudian, tiga tahun yang lalu, dia dibujuk oleh Persekutuan Dagang Hindia Belanda
dan diminta untuk menakhodai ekspedisi perdana mereka ke Dunia Baru Mereka
membisikkan padanya bahwa dengan harga tinggi, mereka telah berhasil memperoleh buku
pedoman nakhoda Portugis yang diduga dapat mengungkapkan rahasia-rahasia Selat
Magelhaens dan mereka ingi membuktikannya. Sudah barang tentu para saudagar Belanda
itu lebih senang menggunakan salah satu nakhodanya, namun tak satu pun yang mutunya
sebanding dengan orang Inggris yang sudah dilatih oleh Trinit House monopolitis itu, dan
nilai yang mencengangkan dari buku pedoman nakhoda itu memaksa mereka mengambil
risiko terhadap Blackthorne. Tapi dia memang pilihan yang sempuma: Dia nakhoda
Protestan terbaik yang masih hidup, ibunya orang Belanda, dan dia dapat berbicara bahasa
Belanda dengan baik. Blackihorne menyetujui dengan penuh semangat dan telah menerima
limabelas persen dari semua keuntungan persekutuan dagang itu sebagai upahnya, dan sesuai
tradisi, telah dengan khidmat, di hadapan Tuhan, mengangkat sumpah setia kepada
persekutuan itu dan bersumpah untuk memimpin armada mereka mengarungi samudera dan
membawanya pulang kembali dengan selamat.
Demi Tuhan, akan kubawa kembali Erasmus pulang, pikirnya. Dan berikut awak kapal
yang masih diperkenankanNya hidup.
Mereka sekarang tengah menyeberangi alun-alun dan Blackthorne memalingkan
mukanya dari budak helian itu ketika dilihatnya tiga samurai menjaga pintu kolong. Mereka
tengah makan dengan tangkasnya dari cawan, dengan batang-batang kayu yang sering
dilihatnya dipergunakan mereka tapi yang ia sendiri tak dapat menggunakannya.
"Omi-san!" Dengan bahasa isyarat Blackthorne menerangkan bahwa dia ingin ke pintu
kolong, hanya untuk berteriak ke bawah, kepada kawan-kawannya. Tapi Omi
menggelengkan kepala dan mengatakan sesuatu yang tidak dimengerti Blackthorne dan
samurai itu terus melangkah ke seberang alun-alun, menyusuri pesisir, melewati belanga,
dan terus ke dermaga. Blackthorne mengikuti dengan patuh. Setiap kali, satu hal, ujarnya
pada diri sendiri. Bersabarlah.
James Clavell BUKU PERTAMA 154 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Sekali, di dermaga, Omi berpaling dan memanggil kembali para pengawal di pintu
kolong Blackthorne melihat mereka membuka pintu kolong itu dan mengintip ke bawah.
Salah seorang samurai memberi isyar pada penduduk desa yang segera mengambil tangga
dan tong berisi air segar penuh lalu membawanya bawah. Tong yang sudah kosong mereka
bawa kembali ke atas. Juga tong yang digunakan sebagai kakus.
Nah! Kalau kau sabar dan mengikuti permainan mereka serta aturan-aturan mereka, kau
dapat menolong awak kapalmu, pikirnya dengan hati puas.
Sekelompok samurai bergerombol di dekat kapal budak itu. Seorang lelaki tua
berperawakan tinggi berdiri tegak agak jauh dari yang lain. Dari sikap menghormat yang
ditunjukkan Daimyo Yabu kepadanya dan dari cara yang lainnya langsung melompat begitu
mendengar perintahnya, Blackthorne seketika itu juga menyadari kedudukannya yang
penting. Apakah dia itu raja mereka" Dia bertanya-tanya dalam hati.
Omi berlutut merendah. Orang tua itu hanya setengah membungkuk dan memusatkan
mata elangnya kepadanya. Dengan mengerahkan semua rasa hormat yang dimiliki, Blackthorne berlutut dan
meletakkan kedua tangannya sama rata dengan pasir dermaga seperti yang dilakukan Omi
dan membungkukkan badannya sedalam bungkukan Omi.
"Konnichi wa, Sama," ujar Blackthorne dengan hormat.
Dilihatnya orang tua itu hanya membalas setengah bungkuk.
Sekarang ada pembicaraan antara Yabu dengan si lelaki tua dan Omi. Yabu berbicara
pada Mura. Mura menunjuk ke kapal budak itu. "Anjin-san. Silakan ke sana."
"Mengapa?" "Pergi! Sekarang. Pergi!"
Blackthorne merasa panik menggerayanginya.
"Mengapa?" "Isogi!" Cepat! Omi memerintahkan, mengusirnya pergi ke arah kapal budak itu.
"Tidak, aku takkan pergi untuk?"
Terdengar perintah seketika itu juga dari mulut Omi dan empat samurai menghimpit
badan Blackthorne dan menekuk kedua belah tangannya. Mura mengeluarkan talinya dan
James Clavell BUKU PERTAMA 155 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
mulai mengikat kedua tangannya di belakangnya.
"Kau anak haram!" Blackthorne berteriak. "Aku takkan menginjak kapal budak belian
terkutuk itu!" "Bunda Maria"biarkanlah dia sendiri! Hei, kau, monyet-monyet tukang kencing,
biarkan dia sendiri! Kinjiru, neh" Diakah Pilotnya" Si Anjin, ka?"
Blackthorne hampir tak mempercayai telinganya. Caci-maki riuh dalam bahasa Portugis
datang dari arah geladak kapal budak belian itu. Kemudian dilihatnya orang itu mulai
menuruni tangga geladak. Perawakannya sama tinggi dengan dirinya sendiri dan usianya
pun kira-kira sama, tapi dia berambut hitam, bermata hitam dan mengenakan pakaian
pelaut secara agak serampangan, nampak sebilah pedang tipis di sisinya dan sepucuk pistol
pada ikat pinggangnya. Sepotong salib berpermata tergantung di lehernya. Dia mengenakan
tutup kepala yang penuh gaya dan senyum sinis menghiasi wajahnya.
"Anda pilotnya" Pilot orang Belanda?"
"Ya," Blackthorne mendengar suaranya sendiri menjawab.
"Bagus. Bagus. Saya Vasco Rodrigues, pilot kapal ini!" Dia berpaling pada lelaki tua itu
dan berbicara dalam bahasa Jepang campur Portugis, dan memanggilnya monyet-sama dan
kadang-kadang Toda-sama tapi terdengarnya seperti "Toady-sama" Sudah dua kali itu dia
menarik pistolnya dan menunjuk dengan tegas ke arah Blackthorne dan menyelipkannya
kembali di ikat pinggangnya. Bahasa Jepangnya diwarnai dengan kata-kata kasar yang
terdengar manis dalam bahasa Portugis dan yang hanya dapat dimengerti oleh para pelaut.
Hiromatsu berbicara dengan singkat dan para samurai melepaskan Blackthorne dan
Mura melepaskan ikatan tangannya.
"Begitu lebih baik. Dengar, Pilot, orang ini seperti raja. Saya katakan padanya saya
bertanggungjawab atas anda dan saya akan memenggal kepala anda begitu anda minum
bersama saya." Rodrigues membungkuk ke arah Hiromatsu, kemudian mengedipkan mata
kepada Blackthorne. "Membungkuklah kepada si Bangsat-sama."
Seperti orang bermimpi, Blackthorne melakukan seperti yang disuruh.
"Anda melakukannya persis seperti orang Jepang," ujar Rodrigues sambil menyeringai.
"Anda benar-benar pilotnya?"
James Clavell BUKU PERTAMA 156 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Ya." "Berapa garis lintang Lizzard?"
"Empat puluh sembilan derajat lima puluh enam menit utara dan perhatikan batu
karang yang membujur dari selatan ke barat daya.
"Anda pilotnya, demi Tuhan!" Rodrigues mengguncang-guncang tangan Blackthorne
dengan hangat. "Mari naik. Ada makanan, brandy, anggur dan bir semua, pilot wajib
menghormati sesama pilot, yang pada hakekatnya adalah benih kehidupan di bumi. Amin!
Betu1?" "Ya," sahut Blackthorne lemah.
"Begitu saya dengar kami akan membawa serta seorang pilot, bagus saya bilang. Sudah
bertahun-tahun lamanya saya tidak pernah benar-benar menikmati pembicaraan dengan
seorang pilot sejati. Mari naik. Bagaimana caranya anda menyelinap lewat selat Malaka"
Bagaimana anda menghindari kapal-kapal perang Samudera Hindia kami, eh" Buku
pedoman nakhoda siapa yang anda curi?"
"Ke mana akan anda bawa saya?"
"Osaka. Panglima Besar Algojo Tertinggi sendiri ingin melihat anda."
Blackthorne merasa mual. Rasa panik di dirin muncul lagi. "Siapa?"
"Toranaga! Daimyo Propinsi Kedelapan, peduli setan siapa pun mereka! Ketua Daimyo
Jepang"daimyo sudah seperti raja atau seperti kaum bangsawan feodal, tapi masih lebih
baik. Meski mereka semua lalim."
"Apa yang diinginkannya dari saya?"
"Aku tak tahu tapi itulah sebabnya kita di sini, dan kalau Toranaga ingin melihatmu,
Pilot, dia akan melihatmu. Kata mereka dia punya jutaan orang gila bermata sipit yang
bersedia mati demi memperoleh kehormatan untuk menjilat pantatnya, kalau itu yang
menjadi kesenangannya. Toranaga ingin kau membawa serta pilot itu bersama kita, Vasco,"
ujar juru bahasanya. "Bawa serta si pilot dan muatan kapalnya. Bawalah Toda Hiromatsu ke
sana buat memeriksa kapal itu dan"oh ya, Pilot, semuanya sudah disita, begitu yang
kudengar, kapalmu dan semua yang ada di dalamnyal'
"Disita?" "Boleh jadi itu cuma pergunjingan. Orang Jepang terkadang menyita sesuatu dengan
James Clavell BUKU PERTAMA 157 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
sebelah tangan dan mengembalikannya lagi dengan tangan yang lain"atau berpura-pura
mereka tak pernah mengeluarkan perintah itu. Memang sulit untuk memahami bangsat
kecil bopeng itu!" Blackthorne merasa sinar mata orang-orang Jepang yang dingin itu menusuk dirinya
dan dia berusaha menyembunyikan rasa takutnya. Rodrigues mengikuti pandangannya. "Ya,
mereka tambah resah, masih cukup waktu buat berbicara. Mari naik!" Dia berpaling tapi
Blackthorne menghentikannya.
"Bagaimana dengan yang lainnya, awak kapal itu?"
"Eh?" Blackthorne menceritakan dengan singkat padanya tentang gudang bawah tanah itu.
Rodrigues menanyai Omi dalam bahasa Jepang pasaran. "Katanya mereka takkan apa-apa.
Dengar, tak ada yang bisa anda atau saya perbuat sekarang. Aku harus menunggu"kau tak
bisa melarang. Aku harus menunggu"kau tak bisa meramalkan orang Jepang. Mereka itu
bermuka enam dan berjantung tiga." Rodrigues membungkuk bagai bangsawan Eropa di
hadapan Hiromatsu. "Beginilah caranya kita berlaku di Jepang ini. Seolah-olah kita sedang
berada di istana Philip II si tukang zinah itu, moga-moga Tuhan segera mengantar bangsat
Spanyol itu ke kuburnya." Rodrigues mengajak Blackthorne ke geladak. Dengan terheranheran, Blackthorne ke geladak. Dengan terheran-heran, Blackthorne melihat bahwa sama
sekali tak ada rantai dan tak ada budak belian.
"Ada apa" Kau sakit?" tanya Rodrigues.
"Tidak. Aku kira ini kapal budak."
"Orang Jepang tidak punya budak. Bahkan di tempat pertambangannya orang gila, tapi
itulah mereka. Kau tak bakal melihat orang gila semacam itu, sudah mengitari dunia tiga
kali. Kami juga punya pendayung, tapi samurai. Mereka semua prajurit-prajurit pribadi si
tua jompo itu"dan kau takkan menemui budak yang bisa mendayung atau awak kapal yang
mampu berkelahi lebih baik dari mereka." Rodrigues tertawa. "Sekali mereka diperintahkan
meletakkan pantatnya di atas dayung, mereka takkan pernah menghentikannya, sekalipun,
aku misalnya mendorong mereka sampai berdarah. Kami datang dari Osaka"lebih dari tiga
ratus mil dalam empat puluh jam. Mari ke bawah. Kita berangkat sebentar lagi. Kau tak
apa-apa" James Clavell BUKU PERTAMA 158 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Ya. Ya. Aku kira begitu." Blackthorne tengah memandangi Erasmus. Dia ditambatkan
seratus yard dari sana. "Pilot, aku mau ke sana! Mintakan izin pada mereka. Aku butuh
pakaian. Orang-orang Jepang itu menyegel kapal begitu kita terdampar. Bajingan, mereka
itu!" Rodrigues mengamat-amati kapal itu. "Kapan tiang utamanya patah?"
"Tepat sebelum terdampar di sini."
"Masih ada tiang cadangan di kapal?"
"Ada" "Di mana pelabuhan asalnya?"
"Rotterdam." "Aku pernah ke sana. Beting-betingnya jelek tapi pelabuhannya bukan main. Potongan
kapalmu bagus. Baru"tak pernah aku melihat kelasnya sebelumnya. Madonna*, dia pasti
cepat sekali, cepat sekali. Dan susah ditaklukkan." Rodrigues menatapnya.
"Bisa kau ke sana dan kembali secepatnya?" Rodrigues membalikkan penunjuk waktu
jam pasirnya ke tanda setengah jam, keduanya melekat pada teropong.
"Ya." Blackthorne mencoba untuk melenyapkan harapannya yang terlihat jelas di
wajahnyaa. "Tapi ada syaratnya, Pilot, jangan bawa senjata, apa pun alasannya. Ingat, janji Pilot
harus bisa dipegang. Soalnya kau adalah tanggung jawabku. Itu sumpahku pada cecunguk
itu. Bagaimana?" "Setuju." Blackthorne mengawasi pasir yang jatuh tanpa suara lewat leher penunjuk
waktu itu. "Taruhannya kepalamu, Pilot, kupancung atau tidak, itu tergantung darimu. Tapi usaha
penipuan, betapa pun kecilnya, lehermu tetap milikku. Itu pun seandainya aku ijinkan kau
ke sana." "Percayalah! Terkutuklah orang Spanyol bopeng semua!"
Rodrigues tersenyum dan menepuk hangat punggungnya. "Aku mulai menyukaimu,
Inggris." "Bagaimana kau tahu aku ini orang Inggris?" tanya Blackthorne, menyadari bahwa
bahasa Portugisnya sempurna dan tak satu pun dari perkataannya bisa membedakannya dari
James Clavell BUKU PERTAMA 159 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
orang Belanda asli. "Aku ini peramal. Bukankah semua pilot begitu?" Rodrigues tertawa.
"Kau tentu sudah berbicara dengan Imam itu" Pater Sebastio pasti sudah
memberitahukan siapa aku."
"Sedapat mungkin aku tidak berbicara dengan anak jadah itu, kalau masih bisa. Sekali
seminggu lebih dari cukup bagi siapa saja." Rodrigues meludah dengan gesit ke lubang
pembuang kapal "Toady-sama! Ikimasho ka" Kapan berangkat?"
"Ikimasho, Rodrigu-san. Ima (segera)!"
"Ima." Rodrigues menatap Blackthorne dengan bijak. "Berarti sekarang, saat ini juga.
Kita harus berangkat sekarang juga, Inggris."
Butir-butir pasir telah membentuk gundukan pasir kecil pada dasar gelas penunjuk
waktu. "Tanyakan dulu pada mereka, apa aku bisa ke sana?"
"Tidak, Inggris. Aku takkan menanyakan hal yang tak ada gunanya pada mereka."
Blackthorne sekonyong-konyong merasa kosong. Dan amat tua. Diawasinya Rodrigues
melangkah pegangan besi geladak belakang dan memberi isyarat pada seorang pelaut
berbadan kecil yang berdiri pada ujung haluan yang melengkung ke atas. "Hei, Kapten-san.
Ikimasho" Panggil semua samurai ke kapal, ima! Ima wakarimasu-ka?"
"Hai, Anjin-san."
Serta merta Rodrigues membunyikan lonceng kapal dengan keras enam kali berturutturut dan Kapten-san mulai meneriakkan perintahnya pada para pelaut dan samurai yang
ada di darat dan di kapal. Para pelaut bergegas naik ke geladak dan bersiap untuk berangkat
dengan kepatuhan dan kebingungan yang masih terkendali, Rodrigues diam-diam
memegang sebelah lengan Blackthorne dan mendorongnya ke arah tangga geladak kanan,
menjauh dari pesisir. "Ada sampan di bawah sana, Inggris. Jangan cepat-cepat bergerak, jangan menoleh ke
sekeliling, jangan memperhatikan yang lain kecuali aku. Kalau aku teriakkan kau kembali,
lakukanlah dengan cepat."
Blackthorne melangkah ke seberang geladak, menuruni tangganya, dan berjalan ke arah
sebuah sampan Jepang yang kecil. Didengarnya suara-suara marah di belakangnya dan
James Clavell BUKU PERTAMA 160 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
dirasakannya anak rambut pada lehernya mulai berdiri karena dilihatnya begitu banyak
samurai di kapal, beberapa di antaranya bersenjatakan busur dan panah, sejumlah kecil
bersenjatakan bedil sundut.
"Anda tak perlu mengkhawatirkan dia, Kapten-san. Aku yang bertanggungjawab. Aku
Rodrigu-san, Anjinsan yang terhormat, yang bertanggung jawab demi perawan Maria!
Wakarimasu-ka?" terdengar suaranya mengatasi suara-suara lainnya, namun yang iramany
bertambah sengit setiap saat.
Blackthorne semakin dekat sampan sekarang dan dilihatnya samasekali tak ada kili-kili
dayung. Aku tak bisa mendayung seperti mereka, ujarnya pada diri sendiri. Aku tak bisa
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggunakan sampan itu! Terlalu jauh buat berenang. Apa betul"
Dia ragu-ragu mengukur jarak. Sekiranya tenaganya penuh, dia takkan menunggu
semenit pun. Tapi kini"
Langkah-langkah kaki berkejaran menuruni tangga geladak di belakangnya dan
Blackthorne menahan di sedapat-dapatnya untuk tidak berpaling.
"Duduk di buritan," didengarnya Rodrigues berkata mendesak. "Cepat!"
Blackthorne mengikuti perintah itu dan Rodrigues menyusul melompat dengan gesit,
menggenggam dayung-dayung itu, dan sambil berdiri, ia mengayuhnya dengan ketrampilan
yang mengagumkan. Seorang samurai tampak sudah berada di kepala tangga geladak, amat gelisah, dan dua
samurai lainny ada di sisinya, busur-busur mereka sudah siap. Kapten samurai berteriak, tak
pelak lagi, mengisyaratkan mereka agar kembali.
Beberapa yard dari kapal itu Rodrigues berbalik. "Kita ke sana," teriaknya pada
Blackthorne sambil nunjuk ke Erasmus. "Perhatikan samurai yang di kapal!" Diluruskannya
punggungnya dengan mantap ke arah kapalnya dan meneruskan mendayung, mendorong
dayung-dayung itu dengan gaya Jepang, berdiri di tengah-tengah kapal. "Katakan padaku
kalau mereka memasang anak panah pada busurnya, Inggris! Awasi mereka dengan cermat!
Sedang apa mereka sekarang?"
"Kaptennya nampak marah sekali. Kau takkan mendapat kesulitan, kan?"
"Kalau kita tak membawa kapalnya berlayar memutari semenanjung, si Toady tua boleh
jadi punya alasan buat mengeluh. Sedang apa para pemanah itu?"
James Clavell BUKU PERTAMA 161 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Tak berbuat apa-apa. Mereka tengah mendengarkan si Kapten. Nampaknya dia tak
bisa memutuskan. Tidak. Sekarang salah satu dari mereka sedang memasang anak
panahnya." Rodrigues bersiap-siap berhenti mendayung. "Madonna, mereka terlalu hati-hati untuk
mengambil risiko apa saja. Anak panahnya masih di busurnya?"
"Ya. Tapi tunggu dulu! Kaptennya"ada orang naik menghampirinya, pelaut mungkin.
Kelihatannya dia sedang menanyakan sesuatu. Kaptennya sedang mengawasi kita. Dia
mengatakan sesuatu kepada orang yang memegang anak panah itu. Sekarang orang itu
sudah membuangnya. Si pelaut menunjuk sesuatu di geladak." Rodrigues cepat-cepat
mencuri pandang ke belakang untuk meyakinkan dirinya sendiri dan sekarang dia dapat
bernapas dengan lega. "Itu salah seorang mualimnya. Dia masih perlu setengah jam lagi buat
menyiapkan semua pendayungnya."
Blackthorne menunggu, jarak antara kapal dengan sampan bertambah jauh. "Kaptennya
mengawasi kita lagi. Tak apa-apa. Kita aman. Dia sudah pergi. Tapi salah seorang samurai
terus-menerus melihat ke sini."
"Biarkan saja." Rodrigues agak tenang sekarang tapi dia tidak memperkecil jarak
mendayungnya dan tidak juga menoleh ke belakang. "Aku tak suka membalikkan punggung
di depan samurai, tidak waktu mereka punya senjata di tangan. Belum pernah aku melihat
bangsat-bangsat itu tak bersenjata. Mereka semua bangsat!"
"Mengapa?" "Mereka gemar membunuh, Inggris. Malah sudah jadi kebiasaan mereka untuk tidur
dengan pedang. Negeri ini luas, tapi para samurai itu sama berbahayanya dengan ular
berbisa dan tatapannya pun lebih berbisa lagi."
"Mengapa?" "Aku tak tahu mengapa, Inggris, tapi memang mereka demikian," sahut Rodrigues,
senang dapat berbicara pada orang sebangsanya." Tentu saja, semua orang Jepang berbeda
dengan kita"mereka tak merasakan nyeri atau dingin seperti kita"tapi samurai-samurai itu
malah lebih gila lagi. Mereka tak takut pada apa pun, bahkan pada kematian sekalipun.
Mengapa" Hanya Tuhan yang tahu, tapi itu memang benar. Kalau atasan mereka
mengatakan 'bunuh', James Clavell BUKU PERTAMA mereka membunuh, 162 mengatakan mati, dan mereka akan
SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
menghujamkan dirinya pada pedangnya sendiri atau merobek perutnya. Bagi mereka
membunuh atau mati sama mudahnya seperti kita kencing. Samurai wanita juga, Inggris.
Mereka akan membunuh untuk melindungi tuannya yang mereka namakan suaminya dan
mereka juga akan membunuh dirinya sendiri seandainya mereka diperintahkan untuk
berbuat begitu. Mereka melakukan dengan cara menggorok lehernya seperti ayam. Di sini
seorang samurai dapat menyuruh isterinya untuk bunuh diri dan itu harus dilakukannya, itu
hukum. Yesus Madonna, perempuannya lain, rasnya lain, Inggris, di dunia ini tak ada yang
seperti mereka, tapi lelakinya .... para samurai itu seperti binatang melata dan satu-satunya
jalan yang paling aman adalah memperlakukan mereka seperti ular beracun. Kau sudah tak
apa-apa sekarang?" "Ya, terimakasih. Agak lemah tapi tak apa-apa."
"Bagaimana pelayaranmu dulu?"
"Sulit! Kembali pada mereka-para samurai itu"bagaimana caranya mereka bisa sampai
jadi samurai" Apakah hanya dengan memiliki dua pedang dan memotong rambut seperti
itu?" "Tidak! Itu turunan. Tapi semua tidak sama, tentu saja. Ada tingkat samurai. Dari
daimyo yang berada pada tumpukan taik kuda teratas sampai apa yang kita sebut prajurit
kaki, di tingkat terbawah. Kebanyakan turun temurun, seperti kita juga. Zaman dahulu,
begitulah aku diberitahu, ceritanya sama dengan suasana Eropa hari ini"petani bisa jadi
prajurit dan prajurit jadi petani, jadi ksatria dan bangsawan, terus sampai jadi raja. Beberapa
prajurit petani bahkan berhasil naik sampai ke tingkat yang tertinggi. Taiko itu salah
satunya." "Siapa dia?" "Tiran terbesar, penguasa seluruh Jepang, Pembunuh Terbesar sepanjang zaman"suatu
hari nanti aku ceritakan sejarahnya. Dia mati setahun yang lalu dan kini dia pasti sedang
terpanggang di api neraka." Rodrigues meludah ke laut. "Untuk jadi samurai kau harus
terlahir dari keluarga samurai. Semuanya itu turun-temurun, Inggris. Pilot, kau tak tahu
berapa banyak simpanan mereka, warisan mereka untuk keluarganya dan tingkat-tingkat
kedudukannya dan segala taik kucing lainnya. Kau lihat bagaimana caranya Omi
membungkuk kepada si iblis Yabu dan bagaimana mereka berdua sama-sama menyembah di
James Clavell BUKU PERTAMA 163 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
hadapan si Toady-sama bukan" Samurai berasal dari kata Jepang yang berarti 'melayani'.
Tapi sementara mereka semua membungkukkan badan dan mencari muka pada atasannya,
mereka semua sama-sama samurai, dengan hak istimewa samurai. Apa yang sedang terjadi
di atas kapal?" "Kaptennya sedang berbicara dengan samurai lain dan menunjuk-nunjuk kita. Apa yang
istimewa pada mereka?"
"Di sini samurai memerintah semuanya, memiliki semuanya. Mereka memiliki undangundang kehormatan sendiri dan sejuta peraturan taik kuda. Sombong. Kau mungkin tak
tahu Pilot! Yang terbawah dari mereka sekalipun, dapat secara sah membunuh orang yang
bukan samurai, setiap lelaki, perempuan atau anak-anak dengan atau tanpa alasan. Mereka
mempunyai hak membunuh yang sah, sekalipun sekedar untuk menguji ketajaman
pedapangya yang terkutuk itu"aku pernah melihat mereka melakukannya"dan mereka
memang memiliki pedang terbaik di dunia. Lebih bagus dari baja Damaskus. Sedang apa si
tukang berzinah itu sekarang?"
"Hanya mengawasi kita. Busurnya sudah di punggungnya lagi sekarang." Blackthorne
menggigil. "Aku lebih membenci bangsat-bangsat itu daripada orang Spanyol."
Lagi-lagi Rodrigues tertawa seraya mendayung, "Kalau kebenaran adalah hak mereka,
mungkin sebentar lagi air kencing kita ikut mereka, mungkin sebentar lagi air kencing kita
ikut beku. Tapi kalau kau mau cepat kaya, kau harus bekerjasama dengan mereka karena
mereka memiliki segalanya. Kau tak apa-apa?"
"Tidak! Terimakasih. Apa yang kau katakan tadi" Samurai memiliki segalanya?"
"Ya. Seluruh penduduk negeri ini terpecah menjadi kasta-kasta seperti di India.
Samurai yang teratas, petani tak begitu penting." Rodrigues meludah ke luar kapal. "Hanya
petani yang berhak memiliki tanah. Mengerti" Tapi samurai yang menguasai hasilnya.
Mereka mengangkangi semua hasil padi, satu-satunya hasil bumi terpenting. Benar sebagian
mereka kembalikan lagi kepada para petani, tapi itu hanya sekedar supaya mereka tidak mati
dan dapat terus bekerja. Hanya samurai yang diizinkan membawa sejata. Bagi siapa saja,
kecuali samurai, yang berani menyerang samurai adalah pemberontak, dia dapat dihukum
mati saat itu juga. Dan siapa saja yang kebetulan melihat serangan semacam itu dan tidak
melaporkannya dengan segera, dapat dihukum mati juga, termasuk juga isteri dan bahkan
James Clavell BUKU PERTAMA 164 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
anak-anak mereka. Seluruh anggota keluarga dapat dihukum mati kalau tak seorang pun
datang melapor. Demi Madonna, mereka memang anak setan, para samurai itu! Aku malah
sudah pernah melihat anak-anak dicincang sampai lumat." Rodrigues mendehem dan
meludah. "Sekalipun begitu, seandainya kau tahu satu dua hal saja, tempat ini bagaikan
surga di bumi." Rodrigues menoleh sekilas ke belakang untuk menyakinkan diri. Lalu
menyeringai. "Nah, Inggris, tak ada yang bisa menyamai nikmatnya berkeliling dengan
sampan mengitari pelabuhan bukan?"
Blackthorne tertawa. Rasanya sudah bertahun-tahun dia baru bersuka ria lagi dalam
tetesan gelombang yang sudah demikian dikenalnya, lewat bau air laut, kepakan sayap
burung-burung camar dan gurauannya. Mengingatkannya pada kebebasan dan kedatangannya di suatu tempat setelah begitu lama pergi.
"Aku kira kau tidak membantuku ke Erasmus Pilot."
"Itulah kesulitannya menghadapi orang Inggris. Tak ada kesabaran. Dengar, di tempat
ini kau jangan coba-coba menanyakan apa pun pada orang Jepang"baik pada para samurai
itu ataupun pada orang lain, mereka akan ragu-ragu, lalu mereka akan mulai bertanya pada
atasannya untuk memutuskan. Di sini saatnya kau bertindak. Sudah barang tentu "tawanya
yang tulus berkumandang di seberang gelombang" kau bisa terbunuh kalau kau bertindak
salah." "Kau pandai sekali mendayung. Padahal saat kau melompat tadi aku masih
kebingungan dengan dayung-dayung ini"
"Tapi kau pasti menduga aku takkan membiarkan seorang bangsat sendirian, kan" Siapa
namamu, Pilot?" "Blackthorne. John Blackthorne."
"Kau pernah berlayar ke utara, Inggris" Jauh ke utara?"
"Aku bekerja pada Kees Veerman di Der Lifle. Delapan tahun yang lalu. Pelayarannya
yang kedua buat menemukan Terusan Timur Laut. Mengapa?"
"Aku ingin mendengar ceritanya dan cerita semua tempat yang pernah kau singgahi.
Apa kau pikir mereka akan bisa menemukan jalurnya" Lewat jalur utara ke Asia, ke timur
atau ke barat?" "Ya. Kau dan sekutu Spanyolmu biasanya mengambil jalur selatan, jadi bisa kita ikuti.
James Clavell BUKU PERTAMA 165 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Ya, pasti bisa. Atau orang Belanda, mungkin. Mengapa?"
"Kau pernah menakhodai kapal ke Barbary Coast, eh?"
"Ya. Mengapa?" "Dan kau pasti pernah ke Tripoli."
"Rata-rata semua pilot pernah ke sana. Mengapa?"
"Rasanya aku pernah melihatmu sekali. Ya, aku kira di Tripoli. Waktu itu kau sedang
menunjuk ke arah Pilot Inggris ternama. Yang berlayar bersama petualang Belanda, Kees
Veerman, menuju lautan es dan sekali waktu pernah bersama Kapten Drake, eh" Di
armadanya. Berapa umurmu saat itu?"
"Dua puluh empat. Apa yang kau kedakan di Tripoli?"
"Aku tengah menakhodai kapal privateer* Inggris. Kapalku sendiri terjebak di Samudra
Hindia oleh bajingan itu, Morrow"Henry Morrow namanya. Dia menguras habis kapalku
dan membakarnya lalu menawarkan pekerjaan sebagai pilot"katanya awak kapalnya tak ada
yang berguna, kau tentu tahu sendiri maksudnya. Dia ingin mulai dari sana"kami tengah
mengisi air di lepas pantai Hispaniola waktu dia menangkap kami"di selatan the Main lalu
dia kembali ke Samudera Atlantik. Menghadang kapal Spanyol yang tiap tahun mengangkut
emas dekat kepulauan Canary. Sesudahnya dia merencanakan menuju Terusan Tripoli
seandainya di situ dia gagal, kemudian ke utara lagi, ke Inggris.
Seperti umumnya setiap bajingan, dia juga mengajukan tawaran buat membebaskan
kawan-kawanku, memberi mereka makanan dan sekoci kecil anda, mau bergabung
dengannya. Tentu, mengapa tidak" Tetapi syaratku, kapal tidak melewati rute pelayaran
Portugis dan aku turun di Lisbon dan buku pedomanku tidak hilang. Setelah berdebat di
sana-sini, seperti biasanya, kau tentu tahu maksudku, akhirnya aku bersumpah demi nama
Madonna dan kami berdua bersumpah pada salib dan begitulah jadinya. Pelayaran kami
berjalan lancar dan sejumlah saudagar Spanyol yang gendut-gendut masuk dalam perangkap.
De mikianlah sampai waktu akan meninggalkan Lisbon dia memintaku untuk tetap tinggal
di kapal sambil memberitahukan pengumuman dari Good Queen Bess, yang menjelaskan
bahwa beliau akan memberikan hadiah tak ternilai bagi setiap pilot Portugis yang bersedia
bergabung dengan armadanya dan mengajarkan ketrampilannya di Trinity House, sekaligus
menghadiahkan lima ribu guinea untuk buku pedoman nakhoda Terusan Magelhaens atau
James Clavell BUKU PERTAMA 166 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Tanjung Pengharapan." Senyumnya melebar, gigi-giginya terlihat putih dan kuat, kumis
dan jenggot hitamnya terawat baik. Aku katakan aku tak memiliki buku pedoman itu. Lalu,
Morrow, sebagaimana layaknya seorang bajak laut, memenuhi janjinya, membiarkan aku
pergi lengkap dengan buku pedoman nakhodaku. Tapi, bukannya aku tidak tahu bahwa dia
sudah menyuruh orang lain menyalin isi buku itu meskipun aku sendiri tidak tahu untuk
apa, sebab dia itu buta huruf. Sebelum kita berpisah, dia sempat memberikan bagianku dari
hasil rampokan bersama. "Pernah berlayar bersamanya, Inggris?"
"Belum. Sri Ratu menganugerahinya gelar bangsawan, beberapa tahun yang lalu. Aku
belum pemah kerja bersamanya bahkan satu kapal pun belum. Tapi aku senang dia bersikap
adil terhadapmu." Mereka hampir mencapai Erasmus. Para samurai tampak hanya memicingkan mata
mereka ke bawah dengan penuh teka-teki.
"Itu kedua kalinya aku menakhodai kapal orang murtad. Pertamakali aku tak begitu
beruntung." "Oh?" Rodrigues menggerakkan dayung-dayungnya dan sampan itu berbelok dengan lembut
ke sisi dan Rodrigues bergelantungan pada tambang kapal.
"Naiklah ke atas tapi jangan bicara."
Blackthorne mulai memanjat sementara Rodrigues mengikat sampan itu. Rodrigues
yang pertama tiba geladak. Dia langsung membungkukkan badan bagai bangsawan.
"Konnichi wa buat tukang makan rumputi!" katanya dalam bahasa Portugis.
Sudah ada empat samurai di geladak. Blackthorne mengenali salah seorang di antaranya
pernah berjaga pintu kolong. Dengan terheran-heran, semuanya membungkuk kaku pada
orang Portugis itu. Blackthorne menirunya, merasa canggung dan lebih senang membungkuk dengan cara yang biasa.
Rodrigues langsung berjalan ke kabin. Segel-segel itu masih menempel dengan rapi di
tempatnya semula. Salah seorang samurai menghadangnya.
"Kinjiru gommen nasai. Dilarang, maaf."
"Kinjiru, eh?" ujar orang Portugis itu acuh. "Aku Rodrigu-san, anjin bagi Toda
Hiromatsu sama. Segel ini?" ujarnya, menunjuk ke materai merah dengan tulisan yang
James Clavell BUKU PERTAMA 167 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
aneh di atasnya, "Toda Hiromatsu-sama, ka?"
"Iye," (bukan ) sahut si samurai sambil menggeleng. "Kasigi Yabu-sama!"
"IYE?" tanya Rodrigues. "Kasigi Yabu-sama" Aku anak buah Toda Hiromatsu-sama,
pemilik nyawa bajinganmu itu dan Toady-sama itu anak buahnya Toranaga-sama yang
paling berkuasa di dunia ini, Neh?" Disobeknya segel itu dari daun pintu dan setelah itu
cepat-cepat tangannya menggenggam salah satu pistolnya. Pedangnya sudah setengah keluar
dari sarungnya dan dia berkata dengan tenang kepada Blackthorne, "Bersiaplah untuk
meninggalkan kapal." Dan kepada samurai dia berkata kasar. "Toranaga-sama!" Dia
menunjuk dengan tangan kirinya ke bendera yang tengah berkibar pada tiang utama
kapalnya sendiri. "Wakarimasu ka?"
Para samurai merasa bimbang, pedang-pedang mereka disiapkan. Blackthorne bersiapsiap melompat pada salah satu sisi yang terdekat.
"Toranaga-sama!" Rodrigues memekik sambil menendang pintu sampai terbuka hingga
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merusakkan segelnya. "WAKARIMASU KA?"
"Wakarimasu, Anjin-san." Para samurai dengan cepat menyelipkan pedang-pedang
mereka kembali, membungkukkan badan dan meminta maaf dan kembali membungkukkan
badan dan Rodrigues berkata setengah menghardik, "Itu lebih baik, "dan melangkah turun
ke bawah. "Demi Kristus, kau tentu gila, Rodrigues," ujar Blackthorne sewaktu mereka telah
berada di geladak bawah. "Apa kau bersikap seperti itu setiap kali selalu bisa lolos?"
"Sesekali," ujar orang Portugis itu sambil menghapus keringat di keningnya, "dan
sekalipun mungkin bisa lolos, aku malah berharap tak pernah melakukannya."
Blackthorne bersandar pada sekat kedap air. "Aku merasa seolah-olah ada yang
menendang perutku." "Itu cara satu-satunya. Kita harus bertindak seperti raja. Tetapi sekalipun begitu, jangan
kau pikir kita bisa meramalkan tingkah samurai itu. Mereka sama bahayanya seperti kalau
pendeta kencing di atas tong mesiu sambil membawa lilin."
"Apa yang kau katakan pada mereka?"
"Toda Hiromatsu itu ketua para penasehat Toranaga"dia daimyo yang pangkatnya
lebih tinggi daripada daimyo mereka. Itulah sebabnya mengapa mereka menyerah."
James Clavell BUKU PERTAMA 168 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Seperti apa orangnya Toranaga itu?"
"Ceritanya panjang, Inggris." Rodrigues duduk pada anak tangga, mencopot kedua
sepatu larsnya dan menggosok-gosok tumitnya. "Kakiku hampir saja menabrak pintumu
yang dimakan rayap itu."
"Pintunya tidak dikunci. Kau bisa membukanya."
"Aku tahu. Tapi itu buang-buang waktu. Demi perawan Maria, kau masih harus belajar
banyak!" "Mau kau mengajar aku?"
Rodrigues memasang sepatu larsnya kembali.
"Itu tergantung," sahutnya.
"Pada apa?" "Kita lihat nanti. Sampai sekarang aku terus yang bercerita"itu memang
adil"aku sehat, kau sakit. Sebentar lagi giliranmu. Yang mana kabinmu?" Blackthorne
mengamatinya untuk sesaat. Bau di bawah geladak terasa apak dan basi. "Terimakasih atas
bantuanmu mengantarku ke sini."
Blackthorne lalu mengajaknya ke buritan. Pintu kamarnya tak terkunci. Kabinnya porak
poranda dan segala sesuatu yang dapat diangkut sudah diambil. Tak ada lagi buku atau
pakaian atau perkakas atau pena bulu ayam. Kotak pipa penghisapnya pun tak terkunci. Dan
kosong. Dengan wajah yang memutih karena amat marah, Blackthorne melangkah ke kabin
utama, Rodrigues mengawasinya dengan penuh perhatian. Bahkan lemari rahasianya pun
telah ditemukan dan isinya telah disikat habis. "Mereka sudah merampok semuanya. Anak
kutu sampar terkutuk!"
"Apa yang kau harapkan?"
"Tak tahu. Aku pikir"dengan segel" Blackthornd melangkah ke gudang barang-barang
penumpang. Ternyata kosong. Juga gudang amunisi. Gudang muatannya hanya berisi
beberapa kodi kain wol. "Terkutuklah semua orang Jepang!" Dia kembali ke kabinnya dan
dibantingnya penutup kotak pipa penghisapnya dengan keras.
"Di mana mereka?" tanya Rodrigues.
"Apa?" "Buku-buku pedoman nakhodamu. Di mana buku buku itu?"
James Clavell BUKU PERTAMA 169 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Blackthorne hanya menatap dengan tajam.
"Tak ada pilot yang mengkhawatirkan pakaian. Ka ke sini untuk mencari buku-buku
pedoman, buk begitu?"
"Ya." "Mengapa begitu terkejut, Inggris" Apa kau kira aku mau bersusah payah mengantarmu
hanya untuk mengambil baju-baju lonte. Kalau itu memang yang kau perlukan, aku masih
punya banyak buatmu. Mengerti kau" Mana buku-buku pedoman nakhoda itu?"
"Hilang. Tadinya ada di kotak pipa itu."
"Aku takkan mencurinya, Inggris. Aku cuma mau membacanya. Dan menyalinnya,
kalau perlu. Akan kujaga buku-buku itu seperti milik sendiri, Inggris, kita hanya punya sisa
waktu sedikit cepatlah."
"Aku tak bisa. Sudah hilang. Tadinya ada di kotak pipa itu."
"Kau takkan meninggalkannya di situ begitu saja"apalagi kalau mendarat di negeri
asing. Kau pasti tidak lupa hukum pertama seorang pilot"sembunyikan dengan hati-hati,
dan tinggalkan yang palsu tanpa dijaga. Ayo cepat!"
"Sudah dicuri orang!"
"Aku tak percaya. Kau telah menyembunyikan dengan baik sekali. Aku sudah
menggeledah kapal ini selama dua jam dan asapnya pun belum tercium."
"Apa?" "Mengapa kau terkejut, Inggris" Apa otakmu sudah di pantat"
"Tentu saja aku datang jauh-jauh dari Osaka khusus untuk menyidik buku pedoman
nakhodamu!" "Jadi kau sudah ke sini sebelumnya?"
"Madonna!" Rodrigues berkata tak sabar.
"Ya, tentu saja, dua tiga jam yang lalu bersama Hiromatsu, dia ingin melihat-lihat
kapalmu. Dia yang membuka segelnya dan kemudian, setelah selesai, daimyo daerah inilah
yang menyuruh menyegelnya kembali. Ayo, cepat, demi Tuhan," tambahnya. "Pasirnya
sudah menipis." "Sudah dicuri orang!" Blackthorne lalu bercerita bagaimana dia tiba di sana dan
bagaimana ketika terjaga dia sudah berada di darat. Kemudian ditendangnya kotak pipa
James Clavell BUKU PERTAMA 170 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
penghisapnya hingga ke seberang ruang wajahnya terlihat amat berang pada mereka yang
telah merampok kapalnya. "Dicuri orang! Semua petakul Semua buku pedoman nakhodaku!
Untung sebagian salinannya masih ada di Inggris, tapi catatan dari pelayaran ini hilang
juga?" Dia terdiam. "Juga buku pedoman Portugis itu" Ayolah, Inggris, buku itu milik Portugis."
"Ya, dan yang milik Portugis itu juga ikut lenyap." Kuasai dirimu sendiri, ujarnya tanpa
terucap. Semuunya sudah lenyap dan tamatlah riwayatku. Siapa yan mengambilnya" Orang
Jepang" Atau apakah mereka sudah memberikannya pada imam itu" Tanpa buku-buku
pedoman nakhoda dan peta-peta, kau tak bisa menakhodai kapalmu pulang ke rumah. Kau
takku mencapai rumah .... Itu tidak betul. Kau bisa memandu jalanmu ke rumah, dengan
hati-hati dan dengan nasi - mujur ... Jangan gila! Kau sudah setengah jalan mengelilingi
dunia, sudah di tanah musuh, di tangan musuh, dan kau samasekali tak punya buku
pedoman nakhoda maupun peta. "Oh, Tuhan Jesus, beri aku ketabahan!"
Rodrigues tengah mengawasinya lekat-lekat. Akhirnya dia berkata "Kasihan kau,
Inggris. Aku tahu bagai mana perasaanmu. Aku pernah mengalaminya dulu. Dia orang
Inggris juga, pencurinya itu, moga-moga kapalnya tenggelam dan dia dibakar di api neraka.
Ayo kita kembali." Omi dan lainnya tetap berdiri di dermaga hingga kapal kuno berdayung ke luar dari tanjung
dan menghilang dari pandangan. Di sebelah barat, cakrawala malam mulai men,ggores
langit yang lembayung. Di sebelah timur, malam sudah menggabungkan diri dengan langit
dan laut bersama-sama, menghapus kaki langit.
"Mura, berapa lama mengangkat semua meriam itu kembali ke kapal?"
"Kalau kita bekerja sepanjang malam, selesainya tengah hari besok, Omi-san. Kalau kita
memulainya subuh, kita akan selesai tepat sebelum matahari terbenam. Lebih aman bekerja
siang hari." "Bekerjalah sepanjang malam. Bawa si imam ke gudang bawah tanah, segera."
Sekilas Omi berpaling pada Igurashi, letnan kepala Yabu, yang masih juga memandang
ke arah semenanjung, wajahnya tegang, garis hitam kelabu di atas rongga matanya yang
bersinar kosong, tanda letih. "Anda dipersilakan menginap, Igurashi-san. Rumah saya jelek,
James Clavell BUKU PERTAMA 171 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tapi mungkin bisa membuat anda merasa segar."
"Terimakasih," sahut lelaki yang lebih tua sambil balas menatapnya, "tapi kita
diperintahkan agar kembali ke Yedo segera, jadi saya akan kembali segera." Ketegangannya
terlihat lebih nyata. "Saya harap moga-moga saya juga bisa naik ke kapal berdayung itu."
"Ya." "Saya merasa susah kalau ingat Yabu-sama hanya didampingi dua orang saja di atas
kapa. "Saya tak senang "
"Ya." Dia menunjuk ke Erasmus. "Kapal iblis, itulah dia! Begitu banyak janji kemewahan, tapi
sekarang tak ada lagi. Kosong."
"Masa semuanya" Tidakkah Daimyo Toranaga senang, amat senang dengan hadiah dari
Daimyo Yabu"' "Penguasa propinsi perampas kemewahan orang itu, terlalu terpukau dengan
kepentingannya sendiri, dia malah takkan memperhatikan jumlah keping perak yang
dicurinya dari Tuan kita. Di mana otakmu?"
"Saya kira hanya rasa cemasmu pada keselamatan Tuan kitalah yang mendorongmu
berkata demikian itu."
"Kau benar. Omi-san. Tak ada maksud untuk menghina. Kau ini pintar sekali dan amat
membantu tuan kita. Mungkin pendapatmu tentang Toranaga juga benar," ujar Igurashi,
tapi dia sedang berpikir lain: nikmatilah kekayaanmu yang baru kau peroleh itu, pemuda
tolol. Aku tahu tuanku lebih pintar darimu dan hadiah beberapa daerah samasekali takkan
berguna bagimu. Kenaikan pangkatmu hanya akan merupakan imbalan yang layak terhadap
kapal, emas dan senjatanya. Tapi sekarang semuanya lenyap. Dan karenamu tuanku berada
dalam bahaya. Kau yang mengirimkan berita itu dan kau katakan, 'Lihat dulu orang-orang
barbar itu,' yang memang membuatnya tergoda. Seharusnya kita sudah berangkat kemarin.
Ya, dan tuanku sudah berada dalam keadaan selamat sekarang ini, dengan emas dan senjata
itu. Apakah kau ini pengkhianat" Apakah kau bertindak untuk dirimu sendiri atau untuk
ayahmu yang tolol itu atau untuk kepentingan musuh" Atau untuk Toranaga" Tak jadi soal.
Percayalah padaku, Omi, kau anak muda tolol pemakan taik, kau dan semua keturunan
marga Kasigi takkan hidup lama di dunia ini. Sebenarnya aku sudah ingin mengatakan
James Clavell BUKU PERTAMA 172 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
padamu, tapi kalau begitu, aku harus membunuhmu dan aku jadi terpaksa menginjak-injak
kepercayaan Tuanku padaku. Dialah yang berhak mengatakan kapan Omi patut dibunuh,
bukan kau. "Terimakasih atas keramah-tamahanmu, Omi-san," sahutnya. "Saya ingin bertemu
denganmu lagi secepatnya, tapi saya sudah harus berangkat sekarang juga."
"Bisakah anda melakukan sesuatu buat saya" Tolong sampaikan rasa hormat saya pada
ayah. Saya akan sangat berterimakasih."
"Saya akan menyampaikannya dengan senang hati. Beliau orang baik. Dan saya ikut
mengucapkan selamat atas perluasan wilayah kekuasaanmu."
"Anda terlalu baik."
"Sekali lagi terimakasih, Omi-san," Diangkatnya tangannya memberi hormat
persahabatan, lalu memberi isyarat pada anak buahnya dan memimpin pasukan berkudanya
keluar dari desa. Omi pergi ke gudang bawah tanah. Imam itu sudah di sana. Omi melihat si imam
marah dan Omi berharap moga-moga dia dapat segera menemukan alasan untuk menghajar
imam itu secara terbuka di hadapan orang banyak.
"Pater, katakan pada orang-orang barbar itu mereka diperintahkan naik satu per satu.
Katakan pada mereka, Daimyo Yabu sudah memutuskan semua boleh hidup di dunia
beradab lagi." Omi mengatur nada suaranya supaya terdengar sewajar mungkin. "Tapi,
begitu ada pelanggaran yang terkecil sekalipun terhadap peraturan, dua orang sekaligus akan
dikembalikan lagi ke gudang, Mereka harus bersikap sopan dan mematuhi semua peraturan.
Jelas?" "Ya." Omi menyuruh imam itu mengulangi lagi apa yang diucapkannya. Waktu Omi telah
yakin dia memahaminya dengan baik, disuruhnya dia meneriakkannya ke gudang bawah
tanah itu. Semua yang ada di bawah naik ke atas, satu per satu. Semuanya tampak ketakutan. Ada
beberapa yang harus ditolong. Ada satu orang yang sakit parah dan berteriak setiap kali
seseorang menyentuh lengannya.
"Seharusnya ada sembilan."
James Clavell BUKU PERTAMA 173 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Satu mati. Mayatnya di bawah sana, di gudang," sahut imam itu.
Omi berpikir sejenak. "Mura, bakar mayatnya dan suruh kawan-kawannya menyimpan
abunya. Tempatkan mereka di rumah yang sama seperti sebelumnya. Berilah mereka sayurmayur yang banyak dan ikan, dan sup jagung, gandum dan buah. Suruh orang mencuci
badan mereka. Mereka bau. Pater, katakan pada mereka, kalau mereka berlaku sopan dan
tidak melawan, makanan akan terus dibagikan."
Omi mengawasi dan mendengarkan dengan cermat.
Diperhatikannya wajah mereka yang penuh rasa syukur dan Omi berpikir dengan
mencemooh, betapa tak berharganya mereka. Aku baru membuang mereka dua hari,
memberi makanan mereka sedikit, membebaskannya dan sekarang kalau aku suruh mereka
makan taik pasti mereka benar-benar menelannya. "Mura, suruh mereka membungkuk
dengan betul dan bawa mereka pergi."
Lalu dia berpaling pada si imam. "Bagaimana?"
"Saya pergi sekarang. Kembali ke tempat saya. Meninggalkan Anjiro."
"Sebaiknya anda pergi dan enyah dari sini untuk selamanya. Anda dan imam-imam
lainnya yang seperti anda. Mungkin kalau lain kali ada salah seorang di antara kalian datang
ke wilayahku, itu disebabkan karena sejumlah petani Kristenku atau vassalku dianggap
berkhianat," ujar Omi, menggunakan ancaman terselubung dan upaya persekongkolan klasik
bahwa samurai yang anti Kristen ikut mengawasi penyebaran ajaran asing yang dianggap
sembarangan di dalam wilayah kekuasaannya, sebab walaupun para imam asing dilindungi,
tapi orang-orang Jepang yang murtad dan beralih memeluk agama Kristen, tidak.
"Orang Kristen bermaksud baik terhadap Jepang. Selalu baik, hanya ingin jadi vassal
yang baik. Tak pernah punya pikiran jelek. Tak pernah."
"Aku senang mendengarnya. Jangan lupa, wilayah kekuasaanku sudah diperluas menjadi
duapuluh ri dari setiap penjuru. Anda paham?"
"Saya paham. Ya, saya paham sekali."
Omi mengawasi orang itu membungkuk kaku bahkan imam orang barbar pun harus
berlaku sopan dan melangkah pergi.
"Omi-san?" salah seorang berkata. Dia masih muda dan amat tampan.
"Ya?" James Clavell BUKU PERTAMA 174 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Maafkan saya, saya tahu anda belum lupa. Masijiro-san masih ada di gudang di bawah
tanah." Omi mdangkah ke pintu kolong dan menatap ke bawah, ke samurai bersangkutan.
Serta merta orang yang ditatap berlutut sambil membungkukkan badannya dengan penuh
hormat. Waktu dua hari itu telah membuatnya tua. Omi menimbang-nimbang jasanya di masa
lalu dan menilai dirinya di masa depan. Kemudian ditariknya pedang pendek milik samurai
muda itu dari selempangnya dijatuhkannya ke dalam gudang.
Di dasar tangga Masijiro hanya bisa menatap pedang itu dengan rasa tak percaya. Air
matanya mulai mengalir di kedua belah pipinya. "Saya tak pantas menerima kehormatan ini,
Omi-san," ujarnya amat merendah.
"Ya." "Terimakasih." Samurai muda di sisi Omi tadi berkata, "Boleh saya bertanya di mana
dia diizinkan melakukan seppuku, di sini atau di pantai?"
" Dia gagal di gudang itu. Dia akan tetap tinggal di gudang. Suruh penduduk desa
memenuhi tempat itu. Hapuskan semua bekas-bekasnya. Orang-orang barbar itu telah
mengotorinya." Kiku tertawa dan menggelengkan kepalanya. "Jangan Omi-san, maaf sekali, saya mohon
jangan tambah sake lagi buat saya atau rambut saya akan rontok, saya juga akan jatuh
pingsan, dan di mana kita berdua nantinya?"
"Aku akan ikut jatuh bersamamu dan kita tidur bersama dan berada di surga, di luar diri
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kita sendiri," sahut Omi dengan hati bahagia, kepalanya terasa berputar karena arak.
"Ah, tapi saya sudah akan mendengkur pulas, dan Anda takkan bisa meniduri gadis
pendengkur dan pemabuk yang mengerikan dan memperoleh kenikmatan besar darinya.
Pasti tidak, maaf sekali. Oh tidak Omi-sama, penguasa Wilayah Baru Yang Besar, anda
pantas menerima lebih dari itu!" Kiku menuangkan arak hangat dari poci yang satu lagi ke
dalam cawan porselin kecil dan menawarkannya dengan kedua belah tangannya, telunjuk
kiri dan ibu jarinya memegang cawan itu dengan gemulai, telunjuk kanannya menyentuh
bagian bawah cawan. "Silakan, anda hebat sekali!"
Omi menerimanya dan mereguknya, menikmati kehangatan dan keharumannya yang
James Clavell BUKU PERTAMA 175 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tajam. "Aku senang sekali sudah bisa membujukmu untuk menemaniku satu hari lagi, neh"
Kau cantik sekali. Kiku-san."
"Kau cantik sekali dan itu merupakan kesenanganku." Kedua bola mata Kiku menarinari di bawah cahaya lilin yang terbungkus kertas dan bunga bambu yang tergantung pada
kasau kayu cedar. Kamar ini adalah kamar terbaik di Kedai Teh dekat alun-alun. Kiku
membungkuk ke depan untuk membantu Omi menyendok nasi lagi dari mangkuk kayu
sederhana pada meja pernis hitam berkaki rendah di hadapannya, tapi Omi menggelengkan
kepala. "Jangan. Terimakasih."
"Anda harus makan lebih banyak lagi, orang kuat seperti anda harus makan banyak".
"Aku sudah kenyang betul."
Omi tak jadi menawarkan makanannya pada Kiku, porsi kecil acarnya hampir tak
disentuhnya"irisan mentimun halus dan lobak kecil berukir dalam cuka manis"hanya
itulah yang bersedia ditelannya sebagus hidangan utamanya. Untuk Omi terhidang beberapa
kerat ikan mentah, nasi tim, sup dan sejumlah sayur mayur segar yang dihidangkan bersama
saus kacang, pedas dan jahe.
Kiku bertepuk lembut dan dalam sekejap, pintu shoji dibuka oleh pembantu pribadinya.
"Ya, Nyonya?" "Suisen, angkat semua ini dan bawaiah sakes kemari, juga poci teh segar. Dan juga
buah. Sakesnya harus lebih panas daripada tadi. Cepatlah, pemalas!" Kiku berusaha supaya
nada suaranya terdengar seperti orang memerintah.
Suisen baru empatbelas tahun, ingin sekali menyenangkan orang dan calon penghibur
laki-laki. Dia sudah ikut Kiku selama dua tahun ini dan Kiku bertanggungjawab melatihnya.
Dengan susah payah Kiku mengalihkan matanya dari nasi putih yang sebenarnya amat
ingin dimakannya dan mencoba untuk membuang rasa laparnya sendiri. Kau hanya boleh
makan sebelum kau datang atau kau akan makan sesudahnya, ujamya memperingatkan dirinya sendiri. "Ya, tapi umumnya selera makan wanita tidak banyak, amat kecil," gurunya
biasa berkata. "Tamu-tamu makan dan minum lebih banyak lebih baik. Wanita tidak, dan
sudah tentu tidak bila bersama-sama tamu. Bagaimana wanita sanggup berbicara atau menghibur atau memainkan samisen* atau menari kalau mulutnya tersumbat makanan" Kau akan
James Clavell BUKU PERTAMA 176 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
makan belakangan, bersabarlah. Pusatkan pikiranmu pada tamumu."
Sementara Kiku mengawasi Suisen dengan kritis, mengira-ngira ketrampilannya, dia
menceritakan cerita-cerita lucu untuk membuat Omi tertawa dan melupakan dunia luar.
Suisen berlutut di sisi Omi sambil merapikan mangkuk-mangkuk kecil dan sumpit pada
baki dengan cara yang menarik hati seperti yang telah diajarkan. Kemudian diangkatnya
kendi sake yang telah kosong, yang sengaja dimiringkannya dahulu seolah-olah menuang
untuk menyakinkan bahwa isinya benar-benar sudah kosong"adalah tidak sopan
mengguncang-guncang poci untuk mengetahui isinya. Setelah itu ia bangkit bersama baki
itu dan tanpa suara membawanya menuju pintu shoji berlutut, meletakkan baki itu kembali
sesaat, membuka pintu shoji, bangun lagi, melangkah ke pintu, berlutut lagi, mengangkat
lagi baki itu, meletakkannya lagi tanpa suara dan menutup pintu lagi. Sekali lagi tanpa suara.
"Saya terpaksa harus mencari penggantinya," ujar Kiku tak senang. Warna itu pantas
baginya, pikir Kiku. Aku harus menyuruh orang ke Yedo untuk membeli sutera itu lebih
banyak lagi. Tetapi gila, harganya sangat mahal! Tak jadi soal, dengan uang yang diberikan
Gyoko-san untuk kemarin malam dan malam ini, bagianku lebih dari cukup untuk
membelikan Suisen kecil itu duapuluh kimono lagi. Dia benar-benar anak mani dan benarbenar anggun. "Dia terlalu rebut"mengganggu seluruh kamar"maaf sekali."
"Aku tak memperhatikan dia. Cuma kau," ujar Omi sambil menghabiskan araknya.
Kiku menggoyangkan kipasnya, senyumnya menerangi wajahnya. "Anda membuat saya
senang sekali, Omi-san. Ya. Dan merasa dicintai."
Suisen membawa sake dengan cepat. Dan cha. Kiku menuangnya memenuhi cawan
Omi dan menyodorkan kepadanya. Suisen mengisi cawan-cawan lainnya yang tersedia
dengan. Dia tak menumpahkannya barang setetes pun dan dia merasa bunyi yang keluar dari
cairan yang tertuang ke dalam cawan itu sudah sesuai, jadi dia mendesah lega dalam
batinnya, duduk kembali bertopang pada kedua tumitnya dan menunggu.
Kiku menceritakan cerita-cerita pelipur lara yang pernah didengarnya dari salah seorang
kawannya di Mishima dan Omi tertawa-tawa. Sementara berbuat begitu, Kiku mengambil
sebuah jeruk kecil dan, dengan menggunakan kuku-kuku tangannya yang panjang, dikupasnya jeruk itu seakan-akan buah itu sekuntum bunga, isi buah itu adalah daun
bunganya dan kulitnya adalah daun luarnya. Dipetiknya intisarinya dan dipersembahkannya
James Clavell BUKU PERTAMA 177 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
dengan kedua belah tangannya seolaholah beginilah caranya seorang wanita menyuguhkan
buah bagi tamunya. "Anda mau jeruk, Omi-san?"
Reaksi Omi adalah dengan berkata, aku tak kuat menghancurkan keindahan semacam
itu. Tapi itu akan menjadi janggal, pikirnya, terpukau oleh keterampilan seninya. Bagaimana
cara aku memuji dia dan gurunya yang tak bernama itu" Bagaimana caranya aku membayar
kebahagiaan yang telah diberikannya padaku" Dengan membiarkan aku menikmati jari
jemarinya yang mampu menciptakan gerak yang sedemikian indah tapi juga yang
sedemikian cepat berlalu"
Omi menaruh bunga itu ke dalam kedua belah tangannya untuk sesaat lalu dengan
cekatan melepaskan empat bagian yang sama jauhnya satu sama lain dan memakannya
dengan nikmat. Ini menjadikan bunga baru. Dia melepaskan empat bagian lagi yang
menciptakan pula bunga yang ketiga. Kemudian diambilnya satu bagian dan dilepaskannya
yang kedua hingga akhimya tersisa tiga bagian yang membentuk kembali bunga baru.
Lalu diambilnya dua bagian lagi dan yang terakhir ditaruhnya kembali dalam keranjangkeranjangan jeruk itu pada pusat sisinya, sehingga seakan-akan tampak seperti bentuk bulan
sabit di dalam matahari. Omi mengunyahnya sepotong dengan amat perlahan. Waktu sudah selesai, ditaruhnya
yang lainnya di tengah-tengah tangannya dan disuguhkannya. "Yang ini harus kau ambil
karena ini sebelum yang terakhir, ini hadiahku untukmu."
Suisen hampir tak dapat bernapas. Untuk apa yang terakhir itu" Kiku mengambil buah
itu dan memakannya. Itulah buah terbaik yang pernah dirasakannya.
"Ini, yang terakhir," ujar Omi sambil meletakkan seluruh daun bunga itu dengan
sungguh-sungguh ke dalam telapak tangan kanannya, "ini hadiahku untuk para dewa, siapa
pun mereka, di mana pun mereka berada. Aku takkan pernah memakan buah ini, kecuali
yang berasal dari kedua tanganmu."
"Itu terlalu jauh, Omi-sama," ujar Kiku. "Saya bersedia melupakan sumpah anda. Itu
terucap di bawah pengaruh kami yang tinggal dalam botol-botol sake."
"Aku keberatan untuk dilupakan."
Keduanya tampak amat bahagia.
James Clavell BUKU PERTAMA 178 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Suisen," ujar Kiku. "Sekarang tinggalkan kami. Dan aku mohon, nak, lakukanlah
dengan anggun." "Ya, Nyonya." Gadis muda itu pergi ke kamar sebelah untuk memeriksa apakah
kasurnya sudah disiapkan dengan baik. Apakah segala sesuatu untuk bercinta dan manikmanik kenikmatannya sudah disediakan dan apakah bunga-bunganya sempurna. Lipatan
yang tak terlihat kembali dilicinkan dari selimut yang sudah licin. Kemudian, dengan hati
puas Suisen duduk sambil mendesah lega, mengenyahkan udara panas dari wajahnya dengan
kipasnya yang berwarna lila dan menunggu dengan tenang.
Di kamar sebelah, kamar terbagus dari kamar-kamar lainnya di kedai teh itu, satusatunya yang memiliki kebun sendiri, Kiku mengambil samisen yang bergagang panjang.
Talinya tiga, bentuknya seperti rebab dan petikan pertama Kiku yang nyaring memenuhi
ruangan. Lalu dia mulai bernyanyi. Mula-mula lembut, lalu tinggi menggetarkan, kembali
lembut, kemudian tinggi lebih keras, lebih lembut, dan mendesah manis merasuk sukma
yang paling manis"dia bernyanyi tentan cinta yang tak terbalas dan tentang kebahagiaan
dan kesedihan. "Nyonya?" Bisikan itu takkan membangunk orang yang paling cepat terbangun sekalipun,
tapi Suisen tahu bahwa majikannya lebih suka untuk tidak tidur setelah Awan dan Hujan
(orgasme, puncak kenikmatan), betapa kuat pun keinginannya untuk itu. Dia lebih suka
beristirahat, setengah terjaga, dalam ketentraman.
"Ya, Sui-chan?" Kiku balas berbisik sama halusnya menggunakan 'chan' seperti yang
biasa digunakan rang untuk menyapa anak yang paling disayangi.
"Isteri Omi-san sudah kembali. Tandunya baru saja muncul di jalan kecil menuju ke
rumahnya." Kiku menatap Omi sekilas. Leher samurai itu tetrkulai dengan asyiknya pada bantalan
kayu, kedua lengannya saling mengunci. Tubuhnya tampak kuat dan tak ternoda, kulitnya
kencang dan keemasan, meninggalkan kesan agak berkilauan. Kiku membelainya lembut,
cukup untuk membuat sentuhan itu memasuki mimpinya tapi belum cukup untuk
membuatnya terjaga. Kemudian Kiku menyelinap keluar dari selimut dan merapikan
kimono di sekeliling badannya.
James Clavell BUKU PERTAMA 179 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Kiku hanya membutuhkan waktu sedikit sekali untuk berhias sementara Suisen
menyisiri dan menyikat rambutnya dan mengikatnya kembali menurut gaya shimoda.
Keduanya melangkah tanpa suara sepanjang lorong, keluar menuju serambi, melewati kebun
menuju alun-alun. Sampan bagai kunang-kuriang hilir mudik dari kapal orang barbar itu ke
dermaga. Di sana ketujuh meriam itu masih di tempatnya siap untuk diangkut kembali ke
kapal. Saat itu larut malam, jauh sebelum subuh.
Kedua wanita itu menyelinap sepanjang lorong sempit di antara kelompok rumah dan
mulai mendaki jalan kecil.
Penggotong tandu yang berkeringat dan tampak letih tengah beristirahat di sekitar
tandu pada puncak bukit di luar rumah Omi. Kiku tidak mengetuk di pintu kebun. Lilinlilin di rumah itu sudah dinyalakan dan para pelayan tengah berjalan kian kemari. Kiku
memberi isyarat kepada Suisen, yang serta merta melangkah ke serambi, di dekat pintu
depan, mengetuk dan menunggu. Dalam sekejap pintu terbuka. Si pelayan mengangguk dan
lenyap dari pandangan. Sesaat kemudian si pelayan kembali dan memberi isyarat kepada
Kiku dan membungkukkan badannya dalam-dalam begitu wanita itu lewat. Pelayan lainnya
bergegas ke depan dan memhuka pintu shoji pada kamar yang terbaik.
Ranjang ibu Omi tidak ditiduri. Dia tengah duduk tegak lurus di dekat sebuah ruang
berukuran kecil yang berisikan karangan bunga. Sebuah jendela kecil shoji terbuka
menghadap kebun. Midori, Isteri Omi, duduk di hadapannya.
Kiku berlutut. Apakah betul baru semalam aku di sini dan ketakutan mendengar jeritan
itu" Kiku membungkuk pertama kepada ibu Omi, lalu kepada isteri Omi, dan dia mulai
merasakan ketegangan yang ada di antara kedua wanita itu dan dia bertanya pada diri
sendiri. Mengapa selalu ada kekejaman seperti itu antara ibu mertua dan menantunya"
Tidakkah menantu, pada saatnya, akan menjadi mertua juga" Mengapa dia selalu
memperlakukan menantunya sendiri dengan lidah yang setajam itu dan membuat hidupnya
sedemikian merana" Dan mengapa menantunya juga melakukan hal yang sama terhadap
mertuanya" Tidakkah orang mau belajar"
"Saya minta maaf sudah mengganggu anda, Nyonya Besar."
"Anda dipersilakan, Kiku-san," sahut wanita sudah berumur itu. "Tak ada kesulitan,
saya rasa?" James Clavell BUKU PERTAMA 180 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Oh, tidak, tapi saya tak tahu apakah Nyonya Besar menginginkan saya membangunkan
putra Nyonya Besar atau tidak," sahut Kiku kepadanya, padahal sudah tahu jawabannya.
"Saya kira baiknya saya tanyakan saja pada anda, Midori-san" Kiku berpaling dan tersenyum
lalu membungkuk sedikit pada Midori, dia amat menyukainya" "karena anda sudah
kembali." Ibu tua itu berkata, "Anda baik sekali, Kiku-san, dan amat bijak. Jangan, biarkan dia
sendirian." "Baiklah, maafkan saya sudah mengganggu anda seperti ini, tapi saya pikir jalan terbaik
adalah bertanya. Midori-san, mudah-mudahan perjalanan anda lumayan."
"Sayang sekali, malah mengerikan," sahut Midori. "Saya senang sudah kembali dan
tidak suka pergi jauh. Suami saya baik-baik saja?"
"Ya, baik sekali. Dia tertawa banyak malam tadi dan kelihatannya bahagia. Dia makan
dan minum serba sedikit dan dia tidur sampai mendengkur."
"Ibu mertua saya sudah mulai menceritakan pada saya tentang kejadian mengerikan
sementara saya tidak ada?"
"Mestinya kau tidak pergi. Kau diperlukan di sini," Wanita tua itu menyela, suaranya
ketus. "Mungkin kau membawa serta kami yang jahat ke dalam rumah ini bersama
selimutmu." "Saya takkan pernah berbuat begitu," sahut Midori sabar. "Percayalah, saya lebih baik
bunuh diri daripada mencemarkan nama anda sekalipun sedikit sekali. Ampunilah saya
karena sudah pergi, itu salah saya. Maafkan saya."
"Sejak kapal iblis itu datang kemari kita selalu dilanda kesulitan. Itu kami jahat. Jahat
sekali. Dan di mana kau waktu kau diperlukan" Sedang bergunjing di Mishima, makan
sendirian dan minum sake."
"Ayah saya meninggal sehari sebelum saya tiba."
"Huh, kau bahkan tak cukup punya rasa hormat atau firasat buat berada di samping
tempat tidur ayahmu waktu dia sedang sekarat. Lebih cepat kau meninggalkan rumah kami
buat sementara, lebih baik bagi kita semua. Aku ingin cha. Kita kedatangan tamu di sini dan
kau malah sudah melupakan tata-cara untuk menyegarkan dia!"
"Sudah diperintahkan, saat itu juga, saat "
James Clavell BUKU PERTAMA 181 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Tehnya belum juga datang!"
Pintu shoji terbuka. Dengan gugup seorang pelayan membawakan cha dan sejumlah kue
manis. Mula-mula Midori melayani mertuanya, yang menyumpahi si pelayan habis-habisan
dan mengunyah kue dengan gusinya yang ompong, dan mereguk minumnya dengan ribut.
"Anda harus memaafkan pelayan ini, Kiku-san," ibu tua itu berkata. "Tehnya hambar! Tak
ada rasanya. Kukira cuma itulah yang bisa diharapkan dari rumah ini"
"Silakan ambil punya saya saja." Midori meniup tehnya dengan lembut untuk
mendinginkannya. Ibu tua itu menyambutnya dengan geram.
"Mengapa selalu salah kalau yang pertama?"
Lalu dia merengut tanpa suara.
"Apa pendapat anda tentang semuanya ini?" tanya Midori kepada Kiku.
"Kapal itu dan Yabu-sama dan Toda Hiromatsu-sama" Saya tak tahu. Mengenai orangorang barbar itu, siapa yang tahu" Pasti mereka kumpulan orang-orang luar biasa. Dan
daimyo agung itu. Si Tinju Besi" Membuat orang ingin tahu mengapa dia tiba hampir
bersamaan dengan daimyo Yabu, neh" Maafkan saya tidak tahu, tapi saya bisa mencari
keterangan sendiri ke sana."
"Oh, jangan, Kiku-san, saya tak mau mendengarnya."
"Kau lihat sendiri, Midori-san," ibu mertuanya menyela dengan tak sabar. "Tamu kita
tidak senang di sini karena tehnya tidak enak."
"Oh, teh sudah cukup enak bagi saya, Nyonya Besar, betul," tukas Kiku "Saya ini
memang agak letih. Mungkin kalau Nyonya Besar tidak berkeberatan sebelum saya
berangkat lagi besok, saya akan datang untuk berkunjung. Selalu menyenangkan untuk
bercakap-cakap dengan Nyonya Besar."
Ibu tua itu sengaja membiarkan dirinya dirayu dan Kiku mengikuti Midori menuju ke
serambi dan terus ke kebun.
"Kiku-san, anda benar-benar bijak," ujar Midori sambil memegangi tangan Kiku dan
mengagumi kecantikannya. "Anda baik sekali, terimakasih."
Sesaat Kiku menoleh ke rumah itu, badannya gemetar. "Apakah ibu mertua anda selalu
begitu?" James Clavell BUKU PERTAMA 182 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Malam ini dia cukup sopan dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Kalau
tidak den-ti Omi dan anak saya, sudah saya injak-injak dia sampai menjadi debu, lalu sudah
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saya gunduli kepala saya dan menjadi biarawati. Tapi saya masih punya Omi dan anak saya
dan itu bisa meredakan semuanya. Saya hanya berterimakasih pada semua kami untuk
segalanya itu. Untungnya Nyonya. Besar lebih suka memilih Yedo dan tak bisa lama-lama
meninggalkannya." Midori tersenyum sedih. "Latihlah diri kita sendiri untuk pura-pura
tidak mendengar, anda tahu sendiri bagaimanakan?" Midori menghela napas, terlihat begitu
cantik di bawah sinar rembulan. "Tapi itu tak penting. Ceritakan pada saya apa yang terjadi
sejak saya pergi." Itulah sebabnya mengapa Kiku mengunjungi rumah itu dengan tergesa-gesa, sebab
sudah jelas ibu Omi maupun isterinya tak menginginkan tidur Omi terganggu. Kiku datang
untuk menceritakan segalanya kepada Nyonya Midori, supaya Midori dapat ikut menjaga
Kasigi Omi sama seperti dirinya sendiri menjaga Omi. Diceritakannya segala yang
diketahuinya kecuali apa yang telah terjadi di kamar bersama Yabu. Ditambahkannya pula
pergunjingan yang didengarnya dan cerita-cerita yang disampaikan gadis-gadis kepadanya.
Dan segala yang diceritakan Omi kepadanya"harapannya, kekhawatirannya dan rencanarencananya"segalanya tentang diri lelaki itu, kecuali tentang apa yang terjadi di kamar tadi
malam. Kiku tahu bahwa ini tak penting bagi isterinya.
"Saya takut, Kiku-san, takut memikirkan suami saya."
"Segala yang diberitahukan Omi itu bijaksana sekali, Nyonya. Saya rasa semua yang
dilakukannya itu benar. Daimyo Yabu takkan memberi imbalan semudah itu pada orang lain
dan tiga ribu koku itu kenaikan yang cukup tinggi."
"Tapi kapal itu jadi milik Toranaga sekarang, berikut isinya."
"Ya, tapi bagi, Yabu-sama, menawarkan kapal itu sebagai hadiah adalah pikiran yang
istimewa. Omi-san lah yang mengusulkan itu kepada Yabu sudah tentu itu sudah cukup
sebagai pembayaran, neh" Omi-san harus diakui sebagai vassal yang terunggul di antara
semuanya." Kiku sengaja memutarbalikkan fakta sedikit, menyadari bahwa Omi tengah
dalam bahaya besar dan juga semua isi rumahnya. Apa yang harus terjadi, terjadilah. Tapi
itu belum cukup untuk membuat alis seorang wanita cantik berkerut.
"Ya. Saya bisa melihat itu," ujar Midori. Mudah-mudahan itu benar, ia berdoa dalam
James Clavell BUKU PERTAMA 183 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
hati. Tolonglah supaya itu benar. Midori memeluk Kiku dan air matanya berlinang.
"Terimakasih. Anda begitu baik, Kikusan, begitu baik." Kiku baru tujuh belas.
James Clavell BUKU PERTAMA 184 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BAB VIII "Apa pendapatmu, Inggris?"
"Aku kira akan ada badai."
"Kapan?" "Sebelum matahari terbenam."
Saat itu hampir tengah hari dan keduanya sedang berdiri di geladak belakang kapal
berdayung itu, di bawah cuaca mendung. Ini hari kedua mereka berlayar di laut luas.
"Seandainya ini kapalmu, apa yang akan kau lakukan?"
"Berapa lama lagi pendaratan kita yang berikut?" tanya Blackthorne.
"Sesudah magrib."
"Berapa jauh dari daratan terdekat?"
"Empat atau lima jam, Inggris. Tapi untuk mencari persembunyian kita butuh setengah
hari, aku tak sanggup. Apa yang akan kau lakukan?"
Blackthorne berpikir sejenak. Sepanjang malam pertama kapal itu telah berlayar cepat
ke arah selatan menyusuri pantai timur semenanjung Izu, ditolong oleh layar besar pada
bagian tengah kapal. Waktu mereka sedang berlayar mengikuti bagian paling selatan tanjung, Tanjung Ito, Rodrigues telah merubah arah dan ia menetapkan arah barat barat-daya
menjauhi pantai itu setengah berlayar menuju lautan terbuka, ke pendaratan di Tanjung
Shinto, sekitar dua ratus mil dari sana.
"Biasanya"demi keamanan"kapal berdayung hanya berlayar dekat pantai," ujar
Rodrigues saat itu, "tapi itu akan membutuhkan waktu terlalu lama dan waktu itu penting.
Toranaga telah memintaku agar menakhodai Toady ke Anjiro dan kembali dengan cepat.
Semakin cepat aku kembali lengkap seperti semula, semakin besar hadiah yang kuterima.
Sebenarnya ada pilot Jepang yang cukup mampu menakhodai kapal dengan cara biasa, tapi
anak jadah itu ketakutan setengah mati karena membawa serta seorang daimyo yang begitu
penting seperti Toady, apalagi samasekali tak melihat daratan. Mereka itu bukan pelaut,
orang-orang Jepang itu. Mereka cuma bajak sungai, pendekar dan pelaut pantai. Kedalaman
laut menakutkan mereka. Taiko tua malah membuat undang-undang bahwa setiap kapal
samudera yang dimiliki Jepang harus selalu ada pilot Portugis di kapalnya. Undang-undang
James Clavell BUKU PERTAMA 185 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
itu masih berlaku di sini sampai hari ini."
"Mengapa dia berbuat demikian?"
Rodrigues mengangkat bahu. "Mungkin ada orang yang mengusulkan kepadanya."
"Siapa?" "Buku pedoman nakhodamu yang dicuri, Inggris, yang milik Portugis. Punya siapa itu?"
"Tidak tahu. Tak ada nama di sana, tandatangan juga tidak ada."
"Di mana kau dapatkan buku itu?"
"Dari saudagar Kepala Persekutuan Dagang Hindia Belanda."
"Dia dapat dari mana?"
Blackthorne mengangkat bahu.
Tawa Rodrigues tak menunjukkan lelucon sedikit pun. "Baiklah, aku tak mengharapkan
kau mengatakannya"tapi siapa pun yang mencurinya, moga-moga dia dibakar di api
neraka, selamanya!" "Kau dipekerjakan oleh si Toranaga, Rodrigues?"
"Tidak. Aku sedang berkunjung ke Osaka, berdua dengan kaptenku. Ini cuma sekedar
kebaikan bagi Toranaga. Kapten menunjukku sebagai sukarelawan. Aku ini sebenarnya pilot
dari?" Rodrigues berhenti. "Bangsat! Aku lupa kau bukan kawan, Inggris."
"Portugis dan Inggris adalah sekutu selama berabad-abad."
"Tapi sekarang kita bukan sekutu. Ke bawah sana, Inggris. Kau capai dan aku juga, dan
biasanya orang yang kecapaian itu suka berbuat salah. Naiklah lagi ke sini kalau sudah
beristirahat." Blackthorne lalu pergi ke bawah, ke kabin pilot dan segera membaringkan badannya di
ranjang. Buku pedoman nakhoda Rodrigues tentang pelayaran yang sekarang ditaruh di
antara sekat kedap air, seperti juga kursi Pilot yang selalu di geladak belakang. Bukunya
besampulkan kulit dan tampak usang. Blackthorne tak membukanya.
"Mengapa kau taruh di sini?" tanya Blackthorne pada Rodrigues.
"Kalau aku tak berbuat begitu, kau akan mencarinya. Meskipun aku tahu kau takkan
membacanya"bahkan menyentuh pun tidak"tanpa diminta. Kau pilot hebat punya harga
diri"bukan saudagar atau prajurit maling yang perutnya gendut kebanyakan main
perempuan." James Clavell BUKU PERTAMA 186 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Akan kubaca." "Tidak, kalau tak diminta, Inggris. Tak ada pilot berbuat begitu. Apalagi pilot hebat.
Aku sendiri tidak!" Blackthorne mengamati buku itu sejenak, kemudian mengatupkan matanya. Sepanjang
hari itu dia tidur nyenyak dan sebentar pada malam harinya. Tepat sebelum fajar dia
terbangun seperti biasanya. Mengambil waktu sekedarnya untuk menyesuaikan diri pada
gerakan kapal yang masih asing baginya dan irama pukulan genderang yang menuntun
kesatuan gerak para pendayung. Blackthorne berbaring pada punggungnya dengan nyaman
dalam gelap, kedua lengannya di bawah kepalanya. Dia mulai memikirkan kapalnya dan
menyingkirkan jauh-jauh kekhawatiran mengenai apa yang akan terjadi kalau mereka
mencapai pesisir dan Osaka. Setiap kali, satu hal. Pikirlah tentang Felisitas dan Tudor dan
rumah. Jangan, jangan sekarang. Bayangkan saja seandainya semua orang Portugis yang kau
jumpai di sana bersikap sama seperti Rodrigues. Kau pasti punya kesempatan sekarang. Kau
akan punya kapal buat pulang. Pilot itu bukan musuh atau cacar air yang harus ditakuti!
Tapi kau tak bisa berpikir begitu. Kau ini orang Inggris, orang murtad yang dibenci dan
anti-Kristen. Katoliklah yang punya dunia ini. Merekalah yang memilikinya. Kini kita dan
Api Di Bukit Menoreh 19 Detektif Ilmiah Einstein Anderson Karya Seymour Simon Gajah Kencana 23
Ishido benar akan menolongmu, kalau kerabatnya sendiri si Ikkawa Jikyu menginginkan Izu
James Clavell BUKU PERTAMA 139 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
untuk dirinya sendiri, sedang dia adalah musuhmu" Membunuh Hiromatsu sama artinya
mengundang permusuhan secara terbuka, karena Toranaga pasti merasa ternoda
kehormatannya dan segera bergerak menggempurmu, yang kemudian akan memaksa tangan
Ishido untuk ikut campur dan Izu akan merupakan medan pertempuran pertama.
Bagaimana dengan bedil sundutku" Bedil sundutku yang paling bagus dan rencanaku
yang bagus" Aku akan kehilangan kesempatan selama-lamanya kalau aku harus
menggunakannya melawan Toranaga.
Genggaman tangannya masih pada pedang Murasasma-nya dan dia dapat merasakan
aliran darah pada mata pedangnya dan gejolak hatinya untuk segera memulai. Seketika itu
dibuangnya jauh-jauh kesempatan untuk tidak menyebutkan bedil sundut. Kalau berita
tentang datangnya kapal itu telah dibocorkan dulu, sudah pasti isi muatan di dalamnya pun
sudah dibociorkan pula. Tapi bagaimana caranya Toranaga mendapatkan berita secepat itu"
Dengan merpati pos! Itulah jawaban satu-satunya. Dari Yedo atau dari sini. Siapa yang
memiliki merpati pos di sini" Mengapa aku tidak punya seperti itu" Itu kesalahan
Zukimoto"semestinya dia sudah memikirkannya, neh"
Tentukan putusanmu. Perang atau tidak perang"
Yabu mengingat-ingat semua kehendak jelek dan ajaran sang Budha. Semua kami.
Semua dewa yang sudah maupun yang belum dikenal, semua lelaki maupun perempuan
yang pernah mengkhianatinya, semua orang tua mereka dan keturunan mereka selama
sepuluh generasi. Dan dia memutuskan.
"Daimyo Toranaga tak perlu menyita kapal itu karena itu merupakan hadiah baginya.
Saya sudah mendiktekan surat untuk keperluan itu. Bukan begitu Zukimoto?"
"Ya, Tuan." "Tentu saja, umpamanya Yang Mulia Toranaga masih ingin mempertimbangkan untuk
menyita, terserah. Tapi itu merupakan hadiah." Yabu senang mendengar suaranya tegas.
"Beliau akan senang melihat barang rampasan di dalamnya.
"Terimakasih, atas nama Tuanku." Kembali Hiromatsu terkagum-kagum pada
pengamatan Toranaga. Toranaga telah meramal bahwa hal ini akan terjadi dan bahwa
takkan ada pertempuran. 'Saya tidak percaya!' ujar Hiiromatsu. 'Tak ada daimyo yang
sanggup merelakan haknya yang dirampas begitu saja. Setidaknya bukan Yabu. Saya sendiri
James Clavell BUKU PERTAMA 140 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
juga tidak. Bahkan kepada Anda sekalipun, kalau anda menuntut misalnya tidak akan saya
berikan, Tuan.' "Tapi kau harus mematuhi perintahku dan kau harus menceritakan padaku tentang
kapal itu. Yabu harus dimanfaatkan, neh" Aku butuh kebengisan dan kelicikannya"dia
mampu menghadapi Ikkawa Jikkyu dan mengawal barisan belakangku." Demikian selalu
Toranaga berucap pada Hiromatsu.
Di sini, di pantai, di bawah sinar mentari nan cerah, Hiromatsu memaksa dirinya
membungkuk dalam-dalam, padahal membenci sikap bermuka duanya sendiri. "Daimyo
Toranaga akan senang mendengar kedermawanan anda."
Yabu mengamati jenderal itu lekat-lekat. "Itu bukan kapal Portugis."
"Ya. Begitulah yang kami dengar."
"Dan itu kapal bajak laut." Yabu melihat mata jenderal itu mengecil.
"Eh?" Selagi dia menceritakan pada sang jenderal apa yang dikatakan imam itu, Yabu berpikir,
kalau itu merupakan berita besar bagimu seperti juga bagiku, tidakkah itu berarti bahwa
Toranaga sudah mendengar keterangan yang sama aslinya denganku" Dan kalau kau tahu isi
kapal itu, mata-matanya pastilah Omi, atau salah seorang samurainya, atau penduduk desa.
Tapi siapa" "Ada banyak sekali kain, sampai berlimpah. Juga beberapa permata. Bedil,
sundut, meriam dan peluru."
Hiromatsu ragu-ragu. Kemudian katanya, "Kainnya sutera Cina?"
"Bukan, Hiromatsu-san," ujar Yabu, menambahkan 'san'. Keduanya sama-sama
berpangkat daimyo. Tapi sekarang setelah dia dengan murah hati menyerahkan kapal itu,
Yabu merasa cukup aman untuk menggunakan istilah penghormatan yang lebih rendah. Dia
senang melihat bahwa kata itu tidak lewat begitu saja tanpa mendapat perhatian dari orang
tua itu. Aku ini daimyo Izu, penguasa matahari, bulan dan bintang-bintang yang menyinarinya.
"Memang agak luar biasa, kainnya tebal dan berat, tapi semuanya tak ada gunanya bagi
kami," ujar Yabu. "Sudah saya perintahkan semua barang yang berharga dibawa ke darat."
"Bagus, silakan tempatkan di kapal saya."
"Apa?" Usus besar Yabu hampir meledak.
James Clavell BUKU PERTAMA 141 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Semuanya. Sekarang juga."
"Sekarang?" "Ya. Maaf sekali, tapi sudah sewajarnya anda memahami bahwa saya harus kembali ke
Osaka secepatnya." "Ya, tapi"tapi apakah ada tempat tersisa buat semuanya itu?"
"Kembalikan lagi meriamnya ke kapal orang barbar itu dan segellah. Sejumlah sampan
akan tiba dalam tiga hari ini untuk menyeretnya ke Yedo. Mengenai bedil sundut, mesiu,
dan peluru, masih, ada?" Hiromatsu berhenti berbicara, menghindarkan jebakan yang tibatiba disadarinya telah sengaja dipasang baginya.
Ada cukup ruang bagi lima ratus bedil sundut, ujar Toranaga pada jenderalnya saat itu.
Dan semua mesiu serta dua ribu keping perak kuno di atas kapal itu. Tinggalkan meriamnya
di atas geladak kapal dan kain-kainnya di palka. Biarkan Yabu yang berbicara dan berikanlah
perintah kepadanya, jangan berikan dia waktu untuk berpikir. Tapi jangan merasa jengkel
atau tidak sabar terhadapnya. Aku butuh dia, tapi aku menginginkan senapan-senapan dan
kapal itu. Hati-hatilah pada usahanya untuk menjebakmu sehingga kau mengungkapkan apa
yang kau ketahui tentang tepatnya jumlah muatan kapal, karena dia tak boleh mengetahui
jaringan mata-mata kita. Hiromatsu mengutuki ketidaksanggupannya untuk memainkan permainan yang tak
perlu ini. "Tentang ruang yang diperlukan," ujarnya pendek, "mungkin anda bisa
memberitahukan pada saya. Dan apa sesungguhnya isi muatannya" Berapa banyak bedil
sundut, peluru dan sebagainya itu" Dan apakah harta karun itu berbentuk batangan atau
kepingan"apakah itu perak atau cmas?"
"Zukimoto!" "Ya, Yabu-sama."
"Ambilkan daftar muatannya." Aku akan berurusan denganmu nanti, pikir Yabu.
Zukimoto bergegas pergi. "Anda pasti lelah sekali, Hiromatsu-san. Sedikit cha barangkali" Kamarnya sudah
disiapkan bagi anda, seperti adanya. Tempat mandi kami samasekali kurang memadai, tapi
mungkin dapat menyegarkan anda."
"Terimakasih. Anda bijak sekali. Teh sedikit dan mandi seadanya, akan nikmat sekali.
James Clavell BUKU PERTAMA 142 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Nanti. Pertama ceritakan dulu pada saya segala yang terjadi sejak kapal itu tiba di sini."
Yabu menceritakan padanya semua kenyataan dengan menghilangkan bagian tentang
pelacur dan anak lelaki itu yang tidak penting. Atas permintaan Yabu, Omi ikut
menceritakan ceritanya kecuali bagian pembicaraan pribadinya dengan Yabu. Dan Mura
juga ikut menceritakan ceritanya dengan menghilangkan bagian tentang tegaknya kemaluan
Anjin, yang pikir Mura sekalipun menarik, mungkin dapat melukai perasaan Hiromatsu
yang 'kepunyaannya' sendiri, pada usianya, hanya sedikit yang mampu seperti itu dan
umumnya jauh dari itu. Hiromatsu menatap asap yang naik ke langit dari onggokan kayu bakar. "Berapa jumlah
bajak laut yan masih ada?"
"Sepuluh, Tuan, termasuk pemimpinnya," sahut Omi.
"Mana pemimpinnya sekarang?"
"Di rumah Mura."
"Apa yang dilakukannya" Apa pekerjaan pertama yang dilakukannya setelah keluar dari
gudang bawah tanah itu?"
"Dia langsung pergi ke tempat mandi, Tuan," ujar Mura cepat." Sekarang dia sedang
tidur, Tuan, sepertl orang mati."
"Kau tak perlu menggotongnya lagi kali ini?"
"Tidak, Tuan." "Nampaknya dia cepat belajar." Hiromatsu memandang kembali Omi.
"Kau pikir mereka bisa dididik bagaimana caranya bersikap?"
"Belum. Belum tahu pasti, Hiromatsu-sama."
"Bisakah kau membersihkan air kencing musuh dari punggungmu?"
"Tidak, Tuan." "Aku juga tidak. Tak pernah. Orang-orang barbar memang aneh." Hiromatsu
memusatkan perhatiannya lagi pada kapal itu. "Siapa yang akan mengawasi pemuatannya?"
"Keponakan saya, Omi-san."
"Bagus. Omi-san, aku ingin berangkat sebelum senja. Kaptenku akan membantumu
supaya cepat. Dalam tiga batang." Satuan waktunya adalah sama dengan waktu yang
dibutuhkan bagi sebatang hio terbakar habis, kira-kira satu jam satu batang.
James Clavell BUKU PERTAMA 143 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Ya, Tuan." "Mengapa tidak ikut bersamaku ke Osaka, Yabu-san?" Hiromatsu berkata seolah itu
merupakan pikiran yang datang tiba-tiba. "Daimyo Toranaga akan senang sekali menerima
semuanya ini dari tangan anda. Aku mengajak anda secara pribadi. Silakan, masih cukup
tempat." Waktu Yabu berpikir, Hiromatsu sengaja membiarkannya untuk sesaat, seperti
yang telah diperintahkan Toranaga kepadanya. "Aku mohon dengan sangat. Atas nama
Daimyo Toranaga, aku tetap memohon. Kedermawanan anda patut diberi imbalan."
Dengan kepala dan tanahku" Yabu bertanya pada diri sendiri dengan pahit, menyadari
bahwa tak ada lagi yang dapat dilakukannya sekarang kecuali menerimanya dengan penuh
terimakasih. "Terimakasih. Saya rasa mendapat kehormatan."
"Bagus. Baiklah, kalau begitu semuanya sudah diselesaikan," ujar si Tinju Besi dengan
rasa lega yang jelas terlihat. "Sekarang cha sedikit. Dan mandi."
Dengan hormat Yabu memandu tamunya mendaki bukit menuju rumah Omi. Orang
tua itu dicuci dan digosok dan sesudahnya dia berbaring dengan rasa syukur di dalam uap air
hangat. Setelah itu tangan Suwo menjadikannya segar kembali. Nasi, ikan mentah dan acar
dimakannya serba sedikit seorang diri. Cha direguknya dari cawan porselin. Tidur siangnya
pendek tanpa mimpi. Setelah tiga batang hio terbakar habis, pintu shoji pun terbuka. Pengawal pribadi Yabu
lebih tahu kapan saatnya dia boleh masuk ke kamar tamunya tanpa diundang. Hiromatsu
sudah bangun dan pedangnya sudah setengah ditarik keluar dari sarung, sudah siap.
"Yabu-sama sedang menunggu di luar, Tuan. Katanya semua barang sudah di kapal."
"Bagus sekali."
Hiromatsu melangkah ke beranda dan kencing sebentar di ember.
"Anak buah anda tangkas sekali, Yabu-san."
"Anak buah anda sendiri sangat membantu, Hiromatsu-san. Mereka lebih sigap."
Ya, dan sebelum mentari terbenam, sebaiknya mereka begitu, pikir Hiromatsu, lalu katanya
lagi dengan ramah, "Tak ada yang lebih enak daripada bisa kencing dengan lancar dari
kandung kemih yang sehat, selama masih ada cukup tenaga di belakangnya. Neh" Membuat
anda merasa muda kembali. Seusiaku, anda perlu merasa muda." Dirapikannya lagi
kancutnya dengan hati puas sambil mengharapkan Yabu menyatakan dengan sopan
James Clavell BUKU PERTAMA 144 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
persetujuannya, tapi tak ada yang terdengar. Kejengkelannya mulai timbul tapi ditahannya.
"Suruh orang mengangkut pemimpin bajak laut itu ke kapalku."
"Apa?" "Anda sudah cukup bermurah hati menghadiahkan kapal itu dengan segala isinya. Anak
buahnya termasuk isinya juga. Jadi saya akan membawa serta pemimpin bajak laut itu ke
Osaka. Daimyo Toranaga ingin melihatnya. Tentu saja anda bisa melakukan sesuka hati
anda terhadap sisanya. Tapi selama kepergian anda, tolong dipastikan bahwa para pengawal
anda menyadari orang-orang barbar itu ddalah milik Tuan saya dan lebih baik cuma
sembilan orang yang sehat dan hidup dan di sinilah beliau menginginkan mereka tinggal."
Yabu bergegas pergi ke dermaga tempat Omi berada.
Sebelumnya, ketika dia meninggalkan Hiromatsu yang sedang asyik dimandikan, dia
telah menyusuri rute yang berkelok-kelok melewati tanah pekuburan. Di sana dia
membungkuk sedikit dihadapan onggok kayu bakar itu dan melanjutkan langkahnya,
menyusu petak-petak ladang gandum dan buah, yang akhirnya sampai pada dataran tinggi
kecil yang terletak di at desa. Sebuah kuil kami yang asri tampak menjaga tempat yang
lembut ini. Sebatang pohon tua mewarisi kerimbunan dan ketentraman yang ada padanya.
Yabu sengaja pergi ke tempat itu untuk memadamkan amarahnya dan untuk berpikir. Dia
tak berani pergi ke dek kapal itu atau ke dekat Omi atau anak buahnya sebab dia tahu bahwa
dia akan memerintahkan kebanyakan dari mereka, kalau tidak semuanya, untuk melakukan
seppuku, yang jelas akan tak ada gunanya dan boleh jadi dia juga akan membantai seluruh
desa, yang jelas adalah ketololan karena hanya petanilah yang menyuguhkan kekayaan pada
para samurai--menangkap ikan dan menanam padi.
Sementara Yabu duduk dan menghembuskan asap tembakaunya seorang diri serta
mencoba untuk mengasah otaknya lebih tajam lagi, mentari menundukkan kepalanya dan
mengusir kabut laut jauh jauh. Awan yang menyelimuti pegunungan di kejauhan sebelah
barat nampak membelah diri untuk sesaat dan Yabu sempat menyaksikan puncakpuncaknya yang tertutup salju menjulang tinggi dengan megah. Pemandangan itu
menentramkan hatinya dan dia pun mulai merasa tenang kemudian mulai berpikir dan
membuat rencana. Sebarkan mata-matamu untuk menemukan matit-mata itu, ujarnya pada diri sendiri. Tak
James Clavell BUKU PERTAMA 145 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
satu pun perkataan Hiromatsu menunjukkan apakah pengkhianatan itu dimulai dari sini
atau dari Yedo. Di Osaka kau punya banyak kawan yang kuat, di antaranya Daimyo lshido
sendiri. Mungkin salah seorang di antaranya dapat mencari siapa biang keladinya. Tapi
kirimlah berita secara rahasia saat ini juga kepada isterimu. Mungkin mata-mata itu ada di
sana. Bagaimana dengan Omi" Menuduhnya bertanggung jawab seandainya mata-mata itu
di sini" Atau mungkin dia mata-matanya" Rasanya tak boleh jadi, tapi bukan tidak
mungkin. Tapi lebih dari mungkin pengkhianatan itu dimulai di Yedo. Cuma soal waktu.
Seandainya Toranaga di Osaka mendapat berita tentang kapal itu begitu dia datang, maka
Hiromatsu sudah akan berada di sini lebih dulu. Kau sendiri punya mata-mata di Yedo.
Biarkan mereka membuktikan keahlian mereka.
Bagaimana dengan orang-orang barbar itu" Kini mereka itu satu-satunya keuntunganmu dari kapal itu. Bagaimana kau bisa memanfaatkan mereka" Tunggu,
tidakkah Omi sudah memberikan jawabannya kepadamu" Kau dapat memanfaatkan
pengetahuan mereka tentang kapal dan laut, lalu menukarkannya dengan senapan terhadap
Toranaga, Neh" Kemungkinan yang lain: menjadi vassal Toranaga seumur hidup. Uraikan rencanamu
kepadanya. Minta agar kau yang memimpin Resimen Senapan"demi kejayaannya. Tapi
ketahuilah sebagai vassal kau jangan sekali-sekali mengharapkan Tuanmu akan membalas
jasa atau berkenan memujimu. Melayani adalah kewajiban, kewajiban adalah samurai,
samurai adalah keabadian. Itulah cara yang terbaik, yang terbaik, pikir Yabu. Tapi bisakah aku
sungguh-sungguh menjadi vassalnya" Atau vassal Ishido"
Tidak, itu tak terpikirkan. Sekutu ya, vassal tidak.
Bagus, jadi pada pokoknya orang-orang barbar itu adalah modal. Omi benar lagi.
Yabu merasa lebih tenang dan kemudian ketika saatnya tiba dan si kurir dari kapal itu
telah membawa berita bahwa sarat barang, Yabu pergi menemui Hiromatsu dan menyadari
bahwa kini dia bahkan telah kehilangan orang-orang barbar itu.
Amarah Yabu mendidih begitu dia mencapai dermaga
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Omi-san!" "Ya, Yabu-sama?"
"Bawa pemimpin orang barbar itu ke sini. Aku akan membawanya sendiri ke Osaka.
James Clavell BUKU PERTAMA 146 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Lainnya tolong rawat baik-baik, sementara aku pergi. Aku ingin mereka tetap sehat dan
berlaku baik. Kalau perlu gunakan gudang bawah tanah itu lagi."
Semenjak kedatangan kapal itu pikiran Omi menjadi tak menentu dan dia tak hentinya
dilanda rasa cemas terhadap keselamatan Yabu. "Biar saya ikut ke Osaka mungkin saya bisa
membantu." "Jangan, sekarang aku ingin kau menjaga orang orang barbar itu."
"Saya mohon. Mungkin lewat hal yang kecil-kecil saya dapat membalas kebaikan anda
terhadap saya." "Tak usah," sahut Yabu, suaranya terdengar lebih ramah dari yang sebenarnya
diinginkannya. Yabu ingat dia telah menaikkan gaji Omi sampai tiga ribu koku dan
memperluas wilayah kekuasaannya sebagai imbalan serta bedil sundut itu yang sekarang
sudah lenyap. Tapi dia menyadari rasa was-was yang memenuhi anak muda itu dan telah
merasakan kehangatan tanpa disengaja. Dengan vassal macam begini, aku mampu
membangun sebuah kekaisaran, ujarnya pada diri sendiri. Omi akan memimpin salah satu
unit, begitu aku kembali dengan bedil-bedil sundut itu. "Begitu perang pecah"yaah, aku
sudah punya pekerjaan penting bagimu, Omi-san. Sekarang berangkatlah dan jemput orang
barbar itu." Omi membawa empat pengawal bersamanya. Dan Mura sebagai penerjemah.
Blackthorne mulai terjaga dari tidurnya. Dia membutuhkan waktu kurang lebih satu
menit untuk menjernihkan pikirannya. Begitu kabut di kepalanya lenyap, Omi tampak
tengah menatapnya. Salah seorang samurai tengah membuka selimutnya, seorang lagi mengguncang
tubuhnya sampai terbangun, sedang dua lainnya tampak membawa gulungan tali pendek.
Mura berlutut dan membungkuk. "Konnichi wa" " Selamat siang.
"Konnichi wa." Blackthorne memaksa dirinya berlutu dan sekalipun dalam keadaan
bugil, dia membungkuk juga dengan sama hormat.
Hanya kesopanan semata, ujar Blackthorne pada diri sendiri. Itu sudah jadi kebiasaan
mereka untuk saling membungkuk demi kesopanan, jadi tak perlu merasa malu. Dan
kebugilan ternyata juga tak diindahkan dan sudah merupakan kebiaasaan mereka dan
karenanya juga tak perlu malu dengan kebugilan itu sendiri.
James Clavell BUKU PERTAMA 147 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Anjin, silakan berpakaian," ujar Mura. Anjin" Ah, aku baru ingat sekarang. Imam itu
mengatakan mereka tak dapat mengucapkan namaku jadi menamakan "Anjin yang berarti
"Pilot". Dan mereka akan memangilku "Anjin-san?" Tuan Pilot"kalau aku sudah
dianggap pantas memakainya.
Jangan melihat pada Omi, ujarnya memperingat diri sendiri. Belum waktunya. Jangan
mengingat-ingat lapangan desa itu dan Omi dan Croocq dan Pieterzon. Setiap kali, satu hal.
Itulah yang harus kau kerjakan. Itulah apa yang kau kerjakan, berdasarkan sumpah sendiri di
hadapan Tuhan: Setiap kali, satu hal. Dendamku akan terbalas, oleh Tuhan.
Blackthorne melihat bahwa pakaiannya telah dicuci kembali dan diam-diam dia
mensyukuri siapa saja yang telah mengerjakannya. Dia telah melepaskan pakaiannya cepatcepat di tempat mandi itu seakan pakaiannya baru saja dihinggapi kuman pes. Tiga kali dia
telah menyuruh mereka menggosok punggungnya. Dengan bunga karang terkasar dan
dengan batu timbul. Tapi dia masih juga bisa merasakan panasnya air kencing Omi di sana.
Dialihkannya matanya dari Mura ke Omi. Hatinya melonjak kegirangan begitu
diketahuinya musuhnya masih hidup dan berada di dekatnya.
Blackthorne membungkuk seperti dia melihat sesamanya membungkuk dan terus
bersikap seperti itu untuk sesaat. "Konichi wa, Omi-san," ujarnya. Tak perlu malu untuk
berbicara dalam bahasa mereka, tidak perlu malu mengatakan 'selamat siang' atau
membungkukkan badan lebih dahulu seperti dalam kebiasaan mereka.
Omi balas membungkuk. Blackthorne melihat bahwa bungkukan Omi tidak persis sama, tapi dirasanya sudah
cukup untuk saat itu. "Konnichi wa, Anjin," sahut Omi.
Suaranya sopan, tapi belum lengkap.
"Anjin-san!" Blackthorne menatap Omi langsung pada matanya.
Tekad mereka beradu dan nama Omi disebut begitu saja seperti ketika seseorang
memanggil nama orang lain saat bermain kartu atau dadu. Apa kau masih punya kesopanan"
pikir Blackthorne. "Konnichi wa, Anjin-san," ujar Omi pada akhirnya, disertai senyum kecut.
Blackthorne dengan cepat berpakaian.
James Clavell BUKU PERTAMA 148 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Dia mengenakan celana longgar dan cawat, kaus kaki, kemeja dan jubah, rambut
panjangnya diikat dengan rapi dan jenggotnya sudah dirapikan dengan gunting yang
dipinjamkan tukang pangkas kepadanya.
"Hai, Omi-san?" tanya Blackthorne waktu dia pakaian dengan perasaan yang lebih segar
tapi waspada, dan berharap agar dia memiliki lebih banyak kata untuk diucapkan.
"Silakan, tangan," ujar Mura.
Blackihorne tak mengerti dan memberitahukannya dengan bahasa isyarat. Mura
menyodorkan tangannya sendiri dan berpura-pura mengikat kedua-duanya. "Tangan,
silakan." "Tidak," Blackthorne mengatakan langsung pada Omi dan menggelengkan kepalanya.
"Tak perlu," ujarnya lagi dalam bahasa Inggris, "sama sekali tak perlu, aku berjanji."
Dijaganya supaya suaranya tetap lembut dan masuk akal, lalu tambahnya lagi dengan kasat,
menirukan Omi, "Wakarimasu ka, Omi-san" Anda mengerti?"
Omi tertawa. Lalu katanya, "Hai, Anjin-san. Wakarimasu." Dia membalikkan badan
dan pergi. Mura dan yang lainnya menatapnya, terperangah. Blackthorne mengikuti Omi ke
tempat yang diterangi matahari. Sepatu larsnya telah dibersihkan. Sebelum dia sempat
mengenakannya, si pelayan wanita, 'Onna', telah berlutut di depannya dan membantunya.
"Terimakasih, Haku-san," ujarnya, mengingat-ingat nama sebenamya pelayan wanita
itu. Apa kata bagi 'terimakasih"' tanyanya pada diri sendiri, ingin tahu.
Blackthorqe berjalan mengikuti Omi melewati pintu gerbang.
Aku sedang menyusulmu, bangsat terkutuk, tunggu sebentar! Ingat apa yang kau
janjikan pada dirimu sendiri" Dan mengapa kau menyumpahi dia, meski untuk dirimu
sendiri" Dia tidak menyumpahimu. Bersumpahlah bagi yang lemah atau bagi yang goblok.
Bukan begitu" Satu hal, setiap kali, itu sumpahmu. Cukuplah, kau sedang berusaha menyusulnya. Jelas
kau tahu itu dan dia juga tahu. Jangan melakukan kesalahan, dia jelas tahu.
Keempat samurai itu mengapit Blackthome ketika dia melangkah menuruni bukit,
pelabuhan itu masih belum kelihatan olehnya. Mura dengan hati-hati berjalan di
James Clavell BUKU PERTAMA 149 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
belakangnya sepuluh langkah, dan Omi di depan.
Apakah mereka akan memasukkan aku ke bawah tanah lagi" Blackthorne bertanyatanya dalam hati. Mengapa mereka tadi ingin mengikat tanganku" Bukankah Omi kemarin
baru saja mengatakan"Jesus Kristus, apakah itu baru kemarin" Kalau kau sopan kau bisa
tinggal di luar gudang. Kalau kelakuanmu tak sopan, esoknya satu orang lagi akan
dikeluarkan dari gudang bawah tanah itu. Mungkin. Mungkin lebih. Bukankah begitu yang
dikatakannya" Apakah aku telah berlaku sopan" Aku ingin tahu bagaimana keadaan Croocq.
Bocah itu masih hidup waktu mereka meny retnya ke rumah di mana anak buahku pernah
tinggal. Blackthorne merasa agak segar hari ini. Mandi, tidur dan makanan segar sudah mulai
menjadikannya sehat sedikit. Dia tahu bahwa bila dia berhati-hati, dia dapat beristirahat,
tidur dan makan, dan hanya dalam waktu sebulan dia akan sanggup berlari sejauh satu mil,
berenang sejauh satu mil dan mengepalai kapal tempur dan membawanya keliling dunia.
Jangan memikirkan itu dulu! Jaga dulu kekuatan hari ini. Sebulan tidak terlalu banyak
untuk diharapkan eh"
Berjalan kaki menuruni bukit dan melewati desa amat melelahkannya. Ternyata kau
masih lebih lemah dari yang kau kira ... Tidak, kau sudah lebih kuat daripada yang kau kira,
perintahnya pada diri sendiri.
Tiang-tiang Erasmus menjulang tinggi di antara atap-atap genting rumah dan denyut
jantung Blackthorne terasa lebih cepat. Di depan, jalan tampak be belok-belok mengikuti
lereng perbukitan, melandai lapangan dan berakhir di sana. Sebuah tandu bertirai berdiri
tegak di terik matahari. Empat orang pengusungnya yang hanya berkancut tampak tengah
berjongkok di sisinya dan tanpa sadar mencungkil-cungkil giginya. Begitu melihat Omi,
mereka langsung berlutut dan membungkuk dalam-dalam.
Omi hampir tak menganggukkan kepalanya ke arah mereka ketika dia melangkah
melewati, namun kemudian seorang gadis keluar dari pintu gerbang yang elok itu untuk
menyambut tandu tersebut dan Omi berhenti.
Blackthorne menghela napas dan ikut-ikutan berhenti.
Seorang pelayan wanita yang masih muda berlari-lari sambil membawa payung hijau
untuk menaungi si gadis. Omi membungkuk, si gadis balas membungkuk dan keduanya
James Clavell BUKU PERTAMA 150 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
saling bercakap-cakap dengan riangnya, gaya berjalan Omi yang tadinya terlihat angkuh,
kini hilang seketika. Si gadis mengenakan kimono hijau seperti warna buah persik, obi besar berwarna
keemasan, dengan sandal jepit keemasan pula. Blackthorne melihat si gadis menatapnya
sekilas. Jelas terlihat bahwa dia dan Omi tengah membicarakan dirinya. Blackthorne tak
tahu bagaimana harus bersikap atau berbuat apa, jadi dia tak berbuat apa-apa kecuali
menunggu dengan sabar, merasa puas memandangnya, memandang kemulusan tubuhnya
dan merasakan kehadirannya yang menghangatkan. Dia bertanya-tanya dalam hati apakah si
gadis dan Omi sepasang kekasih ataukah dia itu isteri Omi, dan pikirnya, apakah si gadis itu
benar-benar ada" Omi menanyakan sesuatu padanya dan si gadis menjawab sambil menggerak-gerakkan
kipas hijaunya yang berkilauan di bawah sinar surya, suara tawanya merdu, kehangatannya
memukau. Omi juga tersenyum, lalu dia membalikkan badan dan melangkah pergi, berubah
menjadi samurai kembali. Blackthorne mengikuti. Mata gadis itu tertuju padanya waktu dia lewat dan
Blackthorne menyapa, "Konnichi wa."
"Konnichi wa, Anjin-san," sahut si gadis, suaranya menyentuh Blackthorne. Tinggi si
gadis hampir mencapai lima kaki dan tubuhnya sempurna. Ketika dia membungkukkan
badan sedikit, angin sepoi mengibas kimono luarnya dan tampaknya kimono bagian
dalamnya yang merah tua, yang menurut penglihatan Blackthorne amat merangsang.
Minyak wangi si gadis masih mengelilinginya begitu Blackthorne berbelok di sudut.
Dilihatnya pintu kolong dan Erasmus. Dan kapal kuno yang berisi budak belian itu. Si gadis
menghilang dari ingatannya.:
Mengapa tempat senapan kita kosong" Di mana meriam kita dan atas nama Kristus,
apa yang tengah dikerjakan kapal budak belian itu di sini dan apa yang terjadi di gudang
bawah tanah itu" Satu hal, setiap kali. Pertama Erasmus: potongan tiang agung yang telah patah dihantam badai ketika itu,
tampak begitu jelas. Tak apalah, pikirnya kita mampu melayarkannya kembali. Kita mampu
melepaskannya dari tambatannya. Udara malam dan air pasang akan membawa kita pergi
James Clavell BUKU PERTAMA 151 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
diam-diam dan kita dapat memiringkan kapal itu besok pada sisi yang agak jauh dari
kepulauan yang nantinya akan cuma terlihat seperti titik. Paling tidak masih dibutuhkan
setengah hari untuk memancangkan tiang cadangan dan sesudah meneriakkan layar naik,
kita sudah jauh di tengah laut biru. Mungkin ada baiknya untuk tidak membuang sauh dulu,
tapi sengaja berlayar lebih lama, mencari perairan yang lebih aman. Tapi siapa yang akan
membawanya" Kau tak sanggup mengeluarkamnya dari sini seorang diri. Dari mana kapal
budak belian itu datang" Dan mengapa dia ada di sini"
Blackthorne dapat melihat untaian rambut para samurai dan para pelaut Jepang di
bawah sana, di dermaga. Kapal yang memiliki dayung enam puluh buah itu"tigapuluh pada
setiap sisi, nampak apik dan ramping, dayung-dayungnya tersusun dengan rapi siap untuk
keberangkatan dalam sesaat dan tubuh Blackthorne bergetar tanpa disadari. Terakhir kali
dia melihat sebuah kapal kuno adalah di lepas Pantai Emas dua tahun yang lalu waktu
armadanya baru keluar dari pelabuhan, semuanya ada lima kapal. Kapal itu adalah kapal
dagang pantai yang sarat muatan, milik Portugis dan dia melesat dengan cepat dari
pengamatannya, melawan angin. Erasmus tak mampu menangkapnya, menawannya atau
pun menenggelamkannya. Blackthorne juga mengenal pantai Afrika Utara dengan baik. Dia pernah menjadi
nakhoda dan ahli pembuat kapal bagi The London Company of Barbary Merchants, sebuah
perusahaan saham gabungan yang membiayai dan dilengkapi dengan para saudagar yang
siap tempur guna menembus blokade Spanyol dan berdagang di Pantai Barbary. Dia pemah
menakhodai kapal sampai ke wilayah Afrika Barat dan Utara, Selatan sampai sejauh Lagos,
ke sebelah utara dan timurnya melewati selat Jibraltar yang berbahaya dan pernah dikejar
kapal Spanyol sampai ke Salerno Kerajaan Naples. Laut Tengah biasanya merupakan daerah
bahaya bagi perusahaan perkapalan Inggris dan Belanda. Kapal-kapal perang milik Spanyol
dan Portugis selalu hilir mudik di sana dengan kekuatan penuh dan lebih jelek lagi, orangorang Ottomans, kaum kafir Turki, telah pula memenuhi perairan itu dengan kapal-kapal
budak beliannya dan kapal-kapal perangnya
Tetapi, pelayaran itu memang menguntungkan, setidak-tidaknya bagi Blackthorne yang
telah sanggup membeli kapal untuk berdagang atas namanya sendiri, kapal bertiang dua
seberat seratus lima puluh ton. Tapi dia telah menyebabkannya tenggelam dan Blackthorne
James Clavell BUKU PERTAMA 152 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
kehilangan semuanya. Saat itu mereka sudah mencapai tempat tersembunyi, di lepas pantai
Sardinia yang berangin, ketika kapal budak Turki itu tiba-tiba muncul dari balik sinar
mentari. Pertempurannya berlangsung seru dan sesudahnya, menjelang mentari terbenam,
alat pelantak musuh berhasil mencapai buritan mereka dan musuh pun berlompatan masuk
ke kapalnya. Blacthorne takkan pernah melupakan jeritan mereka 'Allaahhhhh!' waktu
mereka menyerbu geladak atas kapal. Mereka bersenjatakan pedang dan bedil sundut.
Blackthorne mengerahkan segenap anak buahnya dan serbuan pertama berhasil dipatahkan,
namun yang kedua membuat mereka kewalahan dan Blackthorne memerintahkan untuk
meledakkan mesiu. Kapalnya terbakar dan dia memutuskan lebih baik mati daripada
terperangkap dan dipaksa mendayung. Blackthome selalu dihinggapi rasa takut kalau
ditangkap hidup-hidup dan dijadikan pekerja di kapal budak belian, nasib yang biasa bagi
pelaut yang ditawan. Ketika mesiu meledak, ledakannya malah sanggup merobek lunas kapalnya sendiri dan
menghancurkan sebagian dari kapal budak itu, dan dalam keadaan bingung, Blackthorne
berhasil berenang menuju sekoci dan melarikan diri dengan empat orang anak buahnya.
Mereka yang tak mampu berenang ke arahnya terpaksa ditinggalkannya dan dia masih
teringat teriakan minta tolong mereka atas nama Tuhan. Tapi Tuhan sendiri telah
memalingkan mukanya dari mereka pada hari itu, jadi mereka mati atau ditangkap dan
dipaksa menjadi pendayung. Tuhan sendiri hanya memperlihatkan wajahNya pada
Blackthorne dan keempat anak buahnya, sampai mereka berhasil mencapai Cagliari, di
Sardinia. Dan dari sana, mereka pulang ke rumah tanpa uang sepeser pun.
Itu delapan tahun yang lewat, tahun di mana penyakit sampar mewabah lagi di London.
Wabah sampar, kelaparan dan kerusuhan dari para pengangguran yang kelaparan. Adiknya
dan keluarganya tersapu habis. Puteranya yang pertama juga binasa. Tapi pada musim
dingin penyakit itu lenyap dan Blackthorne dengan mudah mendapatkan kapal baru dan
berlayar kembali untuk memperbaiki nasibnya. Pertama bagi The London Company of
Barbary Merchants. Berikutnya pelayaran ke Hindia Barat, memburu orang-orang Spanyol.
Setelah itu, setelah agak kaya, dia membawa kapal Kees Veerman, orang Belanda, pada
pelayarannya yang kedua untuk menyelidiki terusan Timur La Cathay dan pulau rempahrempah di Asia yang diduga terletak di laut es, di Rusia Utara yang diperintah para Tsaar.
James Clavell BUKU PERTAMA 153 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Mereka menyelidiki selama dua tahun, kemudian Kees Veerman meninggal sia-sia di benua
Artik bersama empat per lima awak kapalnya dan Blackthorne terpaksa kembali dengan
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
awak sisanya. Kemudian, tiga tahun yang lalu, dia dibujuk oleh Persekutuan Dagang Hindia Belanda
dan diminta untuk menakhodai ekspedisi perdana mereka ke Dunia Baru Mereka
membisikkan padanya bahwa dengan harga tinggi, mereka telah berhasil memperoleh buku
pedoman nakhoda Portugis yang diduga dapat mengungkapkan rahasia-rahasia Selat
Magelhaens dan mereka ingi membuktikannya. Sudah barang tentu para saudagar Belanda
itu lebih senang menggunakan salah satu nakhodanya, namun tak satu pun yang mutunya
sebanding dengan orang Inggris yang sudah dilatih oleh Trinit House monopolitis itu, dan
nilai yang mencengangkan dari buku pedoman nakhoda itu memaksa mereka mengambil
risiko terhadap Blackthorne. Tapi dia memang pilihan yang sempuma: Dia nakhoda
Protestan terbaik yang masih hidup, ibunya orang Belanda, dan dia dapat berbicara bahasa
Belanda dengan baik. Blackihorne menyetujui dengan penuh semangat dan telah menerima
limabelas persen dari semua keuntungan persekutuan dagang itu sebagai upahnya, dan sesuai
tradisi, telah dengan khidmat, di hadapan Tuhan, mengangkat sumpah setia kepada
persekutuan itu dan bersumpah untuk memimpin armada mereka mengarungi samudera dan
membawanya pulang kembali dengan selamat.
Demi Tuhan, akan kubawa kembali Erasmus pulang, pikirnya. Dan berikut awak kapal
yang masih diperkenankanNya hidup.
Mereka sekarang tengah menyeberangi alun-alun dan Blackthorne memalingkan
mukanya dari budak helian itu ketika dilihatnya tiga samurai menjaga pintu kolong. Mereka
tengah makan dengan tangkasnya dari cawan, dengan batang-batang kayu yang sering
dilihatnya dipergunakan mereka tapi yang ia sendiri tak dapat menggunakannya.
"Omi-san!" Dengan bahasa isyarat Blackthorne menerangkan bahwa dia ingin ke pintu
kolong, hanya untuk berteriak ke bawah, kepada kawan-kawannya. Tapi Omi
menggelengkan kepala dan mengatakan sesuatu yang tidak dimengerti Blackthorne dan
samurai itu terus melangkah ke seberang alun-alun, menyusuri pesisir, melewati belanga,
dan terus ke dermaga. Blackthorne mengikuti dengan patuh. Setiap kali, satu hal, ujarnya
pada diri sendiri. Bersabarlah.
James Clavell BUKU PERTAMA 154 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Sekali, di dermaga, Omi berpaling dan memanggil kembali para pengawal di pintu
kolong Blackthorne melihat mereka membuka pintu kolong itu dan mengintip ke bawah.
Salah seorang samurai memberi isyar pada penduduk desa yang segera mengambil tangga
dan tong berisi air segar penuh lalu membawanya bawah. Tong yang sudah kosong mereka
bawa kembali ke atas. Juga tong yang digunakan sebagai kakus.
Nah! Kalau kau sabar dan mengikuti permainan mereka serta aturan-aturan mereka, kau
dapat menolong awak kapalmu, pikirnya dengan hati puas.
Sekelompok samurai bergerombol di dekat kapal budak itu. Seorang lelaki tua
berperawakan tinggi berdiri tegak agak jauh dari yang lain. Dari sikap menghormat yang
ditunjukkan Daimyo Yabu kepadanya dan dari cara yang lainnya langsung melompat begitu
mendengar perintahnya, Blackthorne seketika itu juga menyadari kedudukannya yang
penting. Apakah dia itu raja mereka" Dia bertanya-tanya dalam hati.
Omi berlutut merendah. Orang tua itu hanya setengah membungkuk dan memusatkan
mata elangnya kepadanya. Dengan mengerahkan semua rasa hormat yang dimiliki, Blackthorne berlutut dan
meletakkan kedua tangannya sama rata dengan pasir dermaga seperti yang dilakukan Omi
dan membungkukkan badannya sedalam bungkukan Omi.
"Konnichi wa, Sama," ujar Blackthorne dengan hormat.
Dilihatnya orang tua itu hanya membalas setengah bungkuk.
Sekarang ada pembicaraan antara Yabu dengan si lelaki tua dan Omi. Yabu berbicara
pada Mura. Mura menunjuk ke kapal budak itu. "Anjin-san. Silakan ke sana."
"Mengapa?" "Pergi! Sekarang. Pergi!"
Blackthorne merasa panik menggerayanginya.
"Mengapa?" "Isogi!" Cepat! Omi memerintahkan, mengusirnya pergi ke arah kapal budak itu.
"Tidak, aku takkan pergi untuk?"
Terdengar perintah seketika itu juga dari mulut Omi dan empat samurai menghimpit
badan Blackthorne dan menekuk kedua belah tangannya. Mura mengeluarkan talinya dan
James Clavell BUKU PERTAMA 155 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
mulai mengikat kedua tangannya di belakangnya.
"Kau anak haram!" Blackthorne berteriak. "Aku takkan menginjak kapal budak belian
terkutuk itu!" "Bunda Maria"biarkanlah dia sendiri! Hei, kau, monyet-monyet tukang kencing,
biarkan dia sendiri! Kinjiru, neh" Diakah Pilotnya" Si Anjin, ka?"
Blackthorne hampir tak mempercayai telinganya. Caci-maki riuh dalam bahasa Portugis
datang dari arah geladak kapal budak belian itu. Kemudian dilihatnya orang itu mulai
menuruni tangga geladak. Perawakannya sama tinggi dengan dirinya sendiri dan usianya
pun kira-kira sama, tapi dia berambut hitam, bermata hitam dan mengenakan pakaian
pelaut secara agak serampangan, nampak sebilah pedang tipis di sisinya dan sepucuk pistol
pada ikat pinggangnya. Sepotong salib berpermata tergantung di lehernya. Dia mengenakan
tutup kepala yang penuh gaya dan senyum sinis menghiasi wajahnya.
"Anda pilotnya" Pilot orang Belanda?"
"Ya," Blackthorne mendengar suaranya sendiri menjawab.
"Bagus. Bagus. Saya Vasco Rodrigues, pilot kapal ini!" Dia berpaling pada lelaki tua itu
dan berbicara dalam bahasa Jepang campur Portugis, dan memanggilnya monyet-sama dan
kadang-kadang Toda-sama tapi terdengarnya seperti "Toady-sama" Sudah dua kali itu dia
menarik pistolnya dan menunjuk dengan tegas ke arah Blackthorne dan menyelipkannya
kembali di ikat pinggangnya. Bahasa Jepangnya diwarnai dengan kata-kata kasar yang
terdengar manis dalam bahasa Portugis dan yang hanya dapat dimengerti oleh para pelaut.
Hiromatsu berbicara dengan singkat dan para samurai melepaskan Blackthorne dan
Mura melepaskan ikatan tangannya.
"Begitu lebih baik. Dengar, Pilot, orang ini seperti raja. Saya katakan padanya saya
bertanggungjawab atas anda dan saya akan memenggal kepala anda begitu anda minum
bersama saya." Rodrigues membungkuk ke arah Hiromatsu, kemudian mengedipkan mata
kepada Blackthorne. "Membungkuklah kepada si Bangsat-sama."
Seperti orang bermimpi, Blackthorne melakukan seperti yang disuruh.
"Anda melakukannya persis seperti orang Jepang," ujar Rodrigues sambil menyeringai.
"Anda benar-benar pilotnya?"
James Clavell BUKU PERTAMA 156 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Ya." "Berapa garis lintang Lizzard?"
"Empat puluh sembilan derajat lima puluh enam menit utara dan perhatikan batu
karang yang membujur dari selatan ke barat daya.
"Anda pilotnya, demi Tuhan!" Rodrigues mengguncang-guncang tangan Blackthorne
dengan hangat. "Mari naik. Ada makanan, brandy, anggur dan bir semua, pilot wajib
menghormati sesama pilot, yang pada hakekatnya adalah benih kehidupan di bumi. Amin!
Betu1?" "Ya," sahut Blackthorne lemah.
"Begitu saya dengar kami akan membawa serta seorang pilot, bagus saya bilang. Sudah
bertahun-tahun lamanya saya tidak pernah benar-benar menikmati pembicaraan dengan
seorang pilot sejati. Mari naik. Bagaimana caranya anda menyelinap lewat selat Malaka"
Bagaimana anda menghindari kapal-kapal perang Samudera Hindia kami, eh" Buku
pedoman nakhoda siapa yang anda curi?"
"Ke mana akan anda bawa saya?"
"Osaka. Panglima Besar Algojo Tertinggi sendiri ingin melihat anda."
Blackthorne merasa mual. Rasa panik di dirin muncul lagi. "Siapa?"
"Toranaga! Daimyo Propinsi Kedelapan, peduli setan siapa pun mereka! Ketua Daimyo
Jepang"daimyo sudah seperti raja atau seperti kaum bangsawan feodal, tapi masih lebih
baik. Meski mereka semua lalim."
"Apa yang diinginkannya dari saya?"
"Aku tak tahu tapi itulah sebabnya kita di sini, dan kalau Toranaga ingin melihatmu,
Pilot, dia akan melihatmu. Kata mereka dia punya jutaan orang gila bermata sipit yang
bersedia mati demi memperoleh kehormatan untuk menjilat pantatnya, kalau itu yang
menjadi kesenangannya. Toranaga ingin kau membawa serta pilot itu bersama kita, Vasco,"
ujar juru bahasanya. "Bawa serta si pilot dan muatan kapalnya. Bawalah Toda Hiromatsu ke
sana buat memeriksa kapal itu dan"oh ya, Pilot, semuanya sudah disita, begitu yang
kudengar, kapalmu dan semua yang ada di dalamnyal'
"Disita?" "Boleh jadi itu cuma pergunjingan. Orang Jepang terkadang menyita sesuatu dengan
James Clavell BUKU PERTAMA 157 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
sebelah tangan dan mengembalikannya lagi dengan tangan yang lain"atau berpura-pura
mereka tak pernah mengeluarkan perintah itu. Memang sulit untuk memahami bangsat
kecil bopeng itu!" Blackthorne merasa sinar mata orang-orang Jepang yang dingin itu menusuk dirinya
dan dia berusaha menyembunyikan rasa takutnya. Rodrigues mengikuti pandangannya. "Ya,
mereka tambah resah, masih cukup waktu buat berbicara. Mari naik!" Dia berpaling tapi
Blackthorne menghentikannya.
"Bagaimana dengan yang lainnya, awak kapal itu?"
"Eh?" Blackthorne menceritakan dengan singkat padanya tentang gudang bawah tanah itu.
Rodrigues menanyai Omi dalam bahasa Jepang pasaran. "Katanya mereka takkan apa-apa.
Dengar, tak ada yang bisa anda atau saya perbuat sekarang. Aku harus menunggu"kau tak
bisa melarang. Aku harus menunggu"kau tak bisa meramalkan orang Jepang. Mereka itu
bermuka enam dan berjantung tiga." Rodrigues membungkuk bagai bangsawan Eropa di
hadapan Hiromatsu. "Beginilah caranya kita berlaku di Jepang ini. Seolah-olah kita sedang
berada di istana Philip II si tukang zinah itu, moga-moga Tuhan segera mengantar bangsat
Spanyol itu ke kuburnya." Rodrigues mengajak Blackthorne ke geladak. Dengan terheranheran, Blackthorne ke geladak. Dengan terheran-heran, Blackthorne melihat bahwa sama
sekali tak ada rantai dan tak ada budak belian.
"Ada apa" Kau sakit?" tanya Rodrigues.
"Tidak. Aku kira ini kapal budak."
"Orang Jepang tidak punya budak. Bahkan di tempat pertambangannya orang gila, tapi
itulah mereka. Kau tak bakal melihat orang gila semacam itu, sudah mengitari dunia tiga
kali. Kami juga punya pendayung, tapi samurai. Mereka semua prajurit-prajurit pribadi si
tua jompo itu"dan kau takkan menemui budak yang bisa mendayung atau awak kapal yang
mampu berkelahi lebih baik dari mereka." Rodrigues tertawa. "Sekali mereka diperintahkan
meletakkan pantatnya di atas dayung, mereka takkan pernah menghentikannya, sekalipun,
aku misalnya mendorong mereka sampai berdarah. Kami datang dari Osaka"lebih dari tiga
ratus mil dalam empat puluh jam. Mari ke bawah. Kita berangkat sebentar lagi. Kau tak
apa-apa" James Clavell BUKU PERTAMA 158 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Ya. Ya. Aku kira begitu." Blackthorne tengah memandangi Erasmus. Dia ditambatkan
seratus yard dari sana. "Pilot, aku mau ke sana! Mintakan izin pada mereka. Aku butuh
pakaian. Orang-orang Jepang itu menyegel kapal begitu kita terdampar. Bajingan, mereka
itu!" Rodrigues mengamat-amati kapal itu. "Kapan tiang utamanya patah?"
"Tepat sebelum terdampar di sini."
"Masih ada tiang cadangan di kapal?"
"Ada" "Di mana pelabuhan asalnya?"
"Rotterdam." "Aku pernah ke sana. Beting-betingnya jelek tapi pelabuhannya bukan main. Potongan
kapalmu bagus. Baru"tak pernah aku melihat kelasnya sebelumnya. Madonna*, dia pasti
cepat sekali, cepat sekali. Dan susah ditaklukkan." Rodrigues menatapnya.
"Bisa kau ke sana dan kembali secepatnya?" Rodrigues membalikkan penunjuk waktu
jam pasirnya ke tanda setengah jam, keduanya melekat pada teropong.
"Ya." Blackthorne mencoba untuk melenyapkan harapannya yang terlihat jelas di
wajahnyaa. "Tapi ada syaratnya, Pilot, jangan bawa senjata, apa pun alasannya. Ingat, janji Pilot
harus bisa dipegang. Soalnya kau adalah tanggung jawabku. Itu sumpahku pada cecunguk
itu. Bagaimana?" "Setuju." Blackthorne mengawasi pasir yang jatuh tanpa suara lewat leher penunjuk
waktu itu. "Taruhannya kepalamu, Pilot, kupancung atau tidak, itu tergantung darimu. Tapi usaha
penipuan, betapa pun kecilnya, lehermu tetap milikku. Itu pun seandainya aku ijinkan kau
ke sana." "Percayalah! Terkutuklah orang Spanyol bopeng semua!"
Rodrigues tersenyum dan menepuk hangat punggungnya. "Aku mulai menyukaimu,
Inggris." "Bagaimana kau tahu aku ini orang Inggris?" tanya Blackthorne, menyadari bahwa
bahasa Portugisnya sempurna dan tak satu pun dari perkataannya bisa membedakannya dari
James Clavell BUKU PERTAMA 159 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
orang Belanda asli. "Aku ini peramal. Bukankah semua pilot begitu?" Rodrigues tertawa.
"Kau tentu sudah berbicara dengan Imam itu" Pater Sebastio pasti sudah
memberitahukan siapa aku."
"Sedapat mungkin aku tidak berbicara dengan anak jadah itu, kalau masih bisa. Sekali
seminggu lebih dari cukup bagi siapa saja." Rodrigues meludah dengan gesit ke lubang
pembuang kapal "Toady-sama! Ikimasho ka" Kapan berangkat?"
"Ikimasho, Rodrigu-san. Ima (segera)!"
"Ima." Rodrigues menatap Blackthorne dengan bijak. "Berarti sekarang, saat ini juga.
Kita harus berangkat sekarang juga, Inggris."
Butir-butir pasir telah membentuk gundukan pasir kecil pada dasar gelas penunjuk
waktu. "Tanyakan dulu pada mereka, apa aku bisa ke sana?"
"Tidak, Inggris. Aku takkan menanyakan hal yang tak ada gunanya pada mereka."
Blackthorne sekonyong-konyong merasa kosong. Dan amat tua. Diawasinya Rodrigues
melangkah pegangan besi geladak belakang dan memberi isyarat pada seorang pelaut
berbadan kecil yang berdiri pada ujung haluan yang melengkung ke atas. "Hei, Kapten-san.
Ikimasho" Panggil semua samurai ke kapal, ima! Ima wakarimasu-ka?"
"Hai, Anjin-san."
Serta merta Rodrigues membunyikan lonceng kapal dengan keras enam kali berturutturut dan Kapten-san mulai meneriakkan perintahnya pada para pelaut dan samurai yang
ada di darat dan di kapal. Para pelaut bergegas naik ke geladak dan bersiap untuk berangkat
dengan kepatuhan dan kebingungan yang masih terkendali, Rodrigues diam-diam
memegang sebelah lengan Blackthorne dan mendorongnya ke arah tangga geladak kanan,
menjauh dari pesisir. "Ada sampan di bawah sana, Inggris. Jangan cepat-cepat bergerak, jangan menoleh ke
sekeliling, jangan memperhatikan yang lain kecuali aku. Kalau aku teriakkan kau kembali,
lakukanlah dengan cepat."
Blackthorne melangkah ke seberang geladak, menuruni tangganya, dan berjalan ke arah
sebuah sampan Jepang yang kecil. Didengarnya suara-suara marah di belakangnya dan
James Clavell BUKU PERTAMA 160 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
dirasakannya anak rambut pada lehernya mulai berdiri karena dilihatnya begitu banyak
samurai di kapal, beberapa di antaranya bersenjatakan busur dan panah, sejumlah kecil
bersenjatakan bedil sundut.
"Anda tak perlu mengkhawatirkan dia, Kapten-san. Aku yang bertanggungjawab. Aku
Rodrigu-san, Anjinsan yang terhormat, yang bertanggung jawab demi perawan Maria!
Wakarimasu-ka?" terdengar suaranya mengatasi suara-suara lainnya, namun yang iramany
bertambah sengit setiap saat.
Blackthorne semakin dekat sampan sekarang dan dilihatnya samasekali tak ada kili-kili
dayung. Aku tak bisa mendayung seperti mereka, ujarnya pada diri sendiri. Aku tak bisa
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggunakan sampan itu! Terlalu jauh buat berenang. Apa betul"
Dia ragu-ragu mengukur jarak. Sekiranya tenaganya penuh, dia takkan menunggu
semenit pun. Tapi kini"
Langkah-langkah kaki berkejaran menuruni tangga geladak di belakangnya dan
Blackthorne menahan di sedapat-dapatnya untuk tidak berpaling.
"Duduk di buritan," didengarnya Rodrigues berkata mendesak. "Cepat!"
Blackthorne mengikuti perintah itu dan Rodrigues menyusul melompat dengan gesit,
menggenggam dayung-dayung itu, dan sambil berdiri, ia mengayuhnya dengan ketrampilan
yang mengagumkan. Seorang samurai tampak sudah berada di kepala tangga geladak, amat gelisah, dan dua
samurai lainny ada di sisinya, busur-busur mereka sudah siap. Kapten samurai berteriak, tak
pelak lagi, mengisyaratkan mereka agar kembali.
Beberapa yard dari kapal itu Rodrigues berbalik. "Kita ke sana," teriaknya pada
Blackthorne sambil nunjuk ke Erasmus. "Perhatikan samurai yang di kapal!" Diluruskannya
punggungnya dengan mantap ke arah kapalnya dan meneruskan mendayung, mendorong
dayung-dayung itu dengan gaya Jepang, berdiri di tengah-tengah kapal. "Katakan padaku
kalau mereka memasang anak panah pada busurnya, Inggris! Awasi mereka dengan cermat!
Sedang apa mereka sekarang?"
"Kaptennya nampak marah sekali. Kau takkan mendapat kesulitan, kan?"
"Kalau kita tak membawa kapalnya berlayar memutari semenanjung, si Toady tua boleh
jadi punya alasan buat mengeluh. Sedang apa para pemanah itu?"
James Clavell BUKU PERTAMA 161 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Tak berbuat apa-apa. Mereka tengah mendengarkan si Kapten. Nampaknya dia tak
bisa memutuskan. Tidak. Sekarang salah satu dari mereka sedang memasang anak
panahnya." Rodrigues bersiap-siap berhenti mendayung. "Madonna, mereka terlalu hati-hati untuk
mengambil risiko apa saja. Anak panahnya masih di busurnya?"
"Ya. Tapi tunggu dulu! Kaptennya"ada orang naik menghampirinya, pelaut mungkin.
Kelihatannya dia sedang menanyakan sesuatu. Kaptennya sedang mengawasi kita. Dia
mengatakan sesuatu kepada orang yang memegang anak panah itu. Sekarang orang itu
sudah membuangnya. Si pelaut menunjuk sesuatu di geladak." Rodrigues cepat-cepat
mencuri pandang ke belakang untuk meyakinkan dirinya sendiri dan sekarang dia dapat
bernapas dengan lega. "Itu salah seorang mualimnya. Dia masih perlu setengah jam lagi buat
menyiapkan semua pendayungnya."
Blackthorne menunggu, jarak antara kapal dengan sampan bertambah jauh. "Kaptennya
mengawasi kita lagi. Tak apa-apa. Kita aman. Dia sudah pergi. Tapi salah seorang samurai
terus-menerus melihat ke sini."
"Biarkan saja." Rodrigues agak tenang sekarang tapi dia tidak memperkecil jarak
mendayungnya dan tidak juga menoleh ke belakang. "Aku tak suka membalikkan punggung
di depan samurai, tidak waktu mereka punya senjata di tangan. Belum pernah aku melihat
bangsat-bangsat itu tak bersenjata. Mereka semua bangsat!"
"Mengapa?" "Mereka gemar membunuh, Inggris. Malah sudah jadi kebiasaan mereka untuk tidur
dengan pedang. Negeri ini luas, tapi para samurai itu sama berbahayanya dengan ular
berbisa dan tatapannya pun lebih berbisa lagi."
"Mengapa?" "Aku tak tahu mengapa, Inggris, tapi memang mereka demikian," sahut Rodrigues,
senang dapat berbicara pada orang sebangsanya." Tentu saja, semua orang Jepang berbeda
dengan kita"mereka tak merasakan nyeri atau dingin seperti kita"tapi samurai-samurai itu
malah lebih gila lagi. Mereka tak takut pada apa pun, bahkan pada kematian sekalipun.
Mengapa" Hanya Tuhan yang tahu, tapi itu memang benar. Kalau atasan mereka
mengatakan 'bunuh', James Clavell BUKU PERTAMA mereka membunuh, 162 mengatakan mati, dan mereka akan
SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
menghujamkan dirinya pada pedangnya sendiri atau merobek perutnya. Bagi mereka
membunuh atau mati sama mudahnya seperti kita kencing. Samurai wanita juga, Inggris.
Mereka akan membunuh untuk melindungi tuannya yang mereka namakan suaminya dan
mereka juga akan membunuh dirinya sendiri seandainya mereka diperintahkan untuk
berbuat begitu. Mereka melakukan dengan cara menggorok lehernya seperti ayam. Di sini
seorang samurai dapat menyuruh isterinya untuk bunuh diri dan itu harus dilakukannya, itu
hukum. Yesus Madonna, perempuannya lain, rasnya lain, Inggris, di dunia ini tak ada yang
seperti mereka, tapi lelakinya .... para samurai itu seperti binatang melata dan satu-satunya
jalan yang paling aman adalah memperlakukan mereka seperti ular beracun. Kau sudah tak
apa-apa sekarang?" "Ya, terimakasih. Agak lemah tapi tak apa-apa."
"Bagaimana pelayaranmu dulu?"
"Sulit! Kembali pada mereka-para samurai itu"bagaimana caranya mereka bisa sampai
jadi samurai" Apakah hanya dengan memiliki dua pedang dan memotong rambut seperti
itu?" "Tidak! Itu turunan. Tapi semua tidak sama, tentu saja. Ada tingkat samurai. Dari
daimyo yang berada pada tumpukan taik kuda teratas sampai apa yang kita sebut prajurit
kaki, di tingkat terbawah. Kebanyakan turun temurun, seperti kita juga. Zaman dahulu,
begitulah aku diberitahu, ceritanya sama dengan suasana Eropa hari ini"petani bisa jadi
prajurit dan prajurit jadi petani, jadi ksatria dan bangsawan, terus sampai jadi raja. Beberapa
prajurit petani bahkan berhasil naik sampai ke tingkat yang tertinggi. Taiko itu salah
satunya." "Siapa dia?" "Tiran terbesar, penguasa seluruh Jepang, Pembunuh Terbesar sepanjang zaman"suatu
hari nanti aku ceritakan sejarahnya. Dia mati setahun yang lalu dan kini dia pasti sedang
terpanggang di api neraka." Rodrigues meludah ke laut. "Untuk jadi samurai kau harus
terlahir dari keluarga samurai. Semuanya itu turun-temurun, Inggris. Pilot, kau tak tahu
berapa banyak simpanan mereka, warisan mereka untuk keluarganya dan tingkat-tingkat
kedudukannya dan segala taik kucing lainnya. Kau lihat bagaimana caranya Omi
membungkuk kepada si iblis Yabu dan bagaimana mereka berdua sama-sama menyembah di
James Clavell BUKU PERTAMA 163 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
hadapan si Toady-sama bukan" Samurai berasal dari kata Jepang yang berarti 'melayani'.
Tapi sementara mereka semua membungkukkan badan dan mencari muka pada atasannya,
mereka semua sama-sama samurai, dengan hak istimewa samurai. Apa yang sedang terjadi
di atas kapal?" "Kaptennya sedang berbicara dengan samurai lain dan menunjuk-nunjuk kita. Apa yang
istimewa pada mereka?"
"Di sini samurai memerintah semuanya, memiliki semuanya. Mereka memiliki undangundang kehormatan sendiri dan sejuta peraturan taik kuda. Sombong. Kau mungkin tak
tahu Pilot! Yang terbawah dari mereka sekalipun, dapat secara sah membunuh orang yang
bukan samurai, setiap lelaki, perempuan atau anak-anak dengan atau tanpa alasan. Mereka
mempunyai hak membunuh yang sah, sekalipun sekedar untuk menguji ketajaman
pedapangya yang terkutuk itu"aku pernah melihat mereka melakukannya"dan mereka
memang memiliki pedang terbaik di dunia. Lebih bagus dari baja Damaskus. Sedang apa si
tukang berzinah itu sekarang?"
"Hanya mengawasi kita. Busurnya sudah di punggungnya lagi sekarang." Blackthorne
menggigil. "Aku lebih membenci bangsat-bangsat itu daripada orang Spanyol."
Lagi-lagi Rodrigues tertawa seraya mendayung, "Kalau kebenaran adalah hak mereka,
mungkin sebentar lagi air kencing kita ikut mereka, mungkin sebentar lagi air kencing kita
ikut beku. Tapi kalau kau mau cepat kaya, kau harus bekerjasama dengan mereka karena
mereka memiliki segalanya. Kau tak apa-apa?"
"Tidak! Terimakasih. Apa yang kau katakan tadi" Samurai memiliki segalanya?"
"Ya. Seluruh penduduk negeri ini terpecah menjadi kasta-kasta seperti di India.
Samurai yang teratas, petani tak begitu penting." Rodrigues meludah ke luar kapal. "Hanya
petani yang berhak memiliki tanah. Mengerti" Tapi samurai yang menguasai hasilnya.
Mereka mengangkangi semua hasil padi, satu-satunya hasil bumi terpenting. Benar sebagian
mereka kembalikan lagi kepada para petani, tapi itu hanya sekedar supaya mereka tidak mati
dan dapat terus bekerja. Hanya samurai yang diizinkan membawa sejata. Bagi siapa saja,
kecuali samurai, yang berani menyerang samurai adalah pemberontak, dia dapat dihukum
mati saat itu juga. Dan siapa saja yang kebetulan melihat serangan semacam itu dan tidak
melaporkannya dengan segera, dapat dihukum mati juga, termasuk juga isteri dan bahkan
James Clavell BUKU PERTAMA 164 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
anak-anak mereka. Seluruh anggota keluarga dapat dihukum mati kalau tak seorang pun
datang melapor. Demi Madonna, mereka memang anak setan, para samurai itu! Aku malah
sudah pernah melihat anak-anak dicincang sampai lumat." Rodrigues mendehem dan
meludah. "Sekalipun begitu, seandainya kau tahu satu dua hal saja, tempat ini bagaikan
surga di bumi." Rodrigues menoleh sekilas ke belakang untuk menyakinkan diri. Lalu
menyeringai. "Nah, Inggris, tak ada yang bisa menyamai nikmatnya berkeliling dengan
sampan mengitari pelabuhan bukan?"
Blackthorne tertawa. Rasanya sudah bertahun-tahun dia baru bersuka ria lagi dalam
tetesan gelombang yang sudah demikian dikenalnya, lewat bau air laut, kepakan sayap
burung-burung camar dan gurauannya. Mengingatkannya pada kebebasan dan kedatangannya di suatu tempat setelah begitu lama pergi.
"Aku kira kau tidak membantuku ke Erasmus Pilot."
"Itulah kesulitannya menghadapi orang Inggris. Tak ada kesabaran. Dengar, di tempat
ini kau jangan coba-coba menanyakan apa pun pada orang Jepang"baik pada para samurai
itu ataupun pada orang lain, mereka akan ragu-ragu, lalu mereka akan mulai bertanya pada
atasannya untuk memutuskan. Di sini saatnya kau bertindak. Sudah barang tentu "tawanya
yang tulus berkumandang di seberang gelombang" kau bisa terbunuh kalau kau bertindak
salah." "Kau pandai sekali mendayung. Padahal saat kau melompat tadi aku masih
kebingungan dengan dayung-dayung ini"
"Tapi kau pasti menduga aku takkan membiarkan seorang bangsat sendirian, kan" Siapa
namamu, Pilot?" "Blackthorne. John Blackthorne."
"Kau pernah berlayar ke utara, Inggris" Jauh ke utara?"
"Aku bekerja pada Kees Veerman di Der Lifle. Delapan tahun yang lalu. Pelayarannya
yang kedua buat menemukan Terusan Timur Laut. Mengapa?"
"Aku ingin mendengar ceritanya dan cerita semua tempat yang pernah kau singgahi.
Apa kau pikir mereka akan bisa menemukan jalurnya" Lewat jalur utara ke Asia, ke timur
atau ke barat?" "Ya. Kau dan sekutu Spanyolmu biasanya mengambil jalur selatan, jadi bisa kita ikuti.
James Clavell BUKU PERTAMA 165 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Ya, pasti bisa. Atau orang Belanda, mungkin. Mengapa?"
"Kau pernah menakhodai kapal ke Barbary Coast, eh?"
"Ya. Mengapa?" "Dan kau pasti pernah ke Tripoli."
"Rata-rata semua pilot pernah ke sana. Mengapa?"
"Rasanya aku pernah melihatmu sekali. Ya, aku kira di Tripoli. Waktu itu kau sedang
menunjuk ke arah Pilot Inggris ternama. Yang berlayar bersama petualang Belanda, Kees
Veerman, menuju lautan es dan sekali waktu pernah bersama Kapten Drake, eh" Di
armadanya. Berapa umurmu saat itu?"
"Dua puluh empat. Apa yang kau kedakan di Tripoli?"
"Aku tengah menakhodai kapal privateer* Inggris. Kapalku sendiri terjebak di Samudra
Hindia oleh bajingan itu, Morrow"Henry Morrow namanya. Dia menguras habis kapalku
dan membakarnya lalu menawarkan pekerjaan sebagai pilot"katanya awak kapalnya tak ada
yang berguna, kau tentu tahu sendiri maksudnya. Dia ingin mulai dari sana"kami tengah
mengisi air di lepas pantai Hispaniola waktu dia menangkap kami"di selatan the Main lalu
dia kembali ke Samudera Atlantik. Menghadang kapal Spanyol yang tiap tahun mengangkut
emas dekat kepulauan Canary. Sesudahnya dia merencanakan menuju Terusan Tripoli
seandainya di situ dia gagal, kemudian ke utara lagi, ke Inggris.
Seperti umumnya setiap bajingan, dia juga mengajukan tawaran buat membebaskan
kawan-kawanku, memberi mereka makanan dan sekoci kecil anda, mau bergabung
dengannya. Tentu, mengapa tidak" Tetapi syaratku, kapal tidak melewati rute pelayaran
Portugis dan aku turun di Lisbon dan buku pedomanku tidak hilang. Setelah berdebat di
sana-sini, seperti biasanya, kau tentu tahu maksudku, akhirnya aku bersumpah demi nama
Madonna dan kami berdua bersumpah pada salib dan begitulah jadinya. Pelayaran kami
berjalan lancar dan sejumlah saudagar Spanyol yang gendut-gendut masuk dalam perangkap.
De mikianlah sampai waktu akan meninggalkan Lisbon dia memintaku untuk tetap tinggal
di kapal sambil memberitahukan pengumuman dari Good Queen Bess, yang menjelaskan
bahwa beliau akan memberikan hadiah tak ternilai bagi setiap pilot Portugis yang bersedia
bergabung dengan armadanya dan mengajarkan ketrampilannya di Trinity House, sekaligus
menghadiahkan lima ribu guinea untuk buku pedoman nakhoda Terusan Magelhaens atau
James Clavell BUKU PERTAMA 166 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Tanjung Pengharapan." Senyumnya melebar, gigi-giginya terlihat putih dan kuat, kumis
dan jenggot hitamnya terawat baik. Aku katakan aku tak memiliki buku pedoman itu. Lalu,
Morrow, sebagaimana layaknya seorang bajak laut, memenuhi janjinya, membiarkan aku
pergi lengkap dengan buku pedoman nakhodaku. Tapi, bukannya aku tidak tahu bahwa dia
sudah menyuruh orang lain menyalin isi buku itu meskipun aku sendiri tidak tahu untuk
apa, sebab dia itu buta huruf. Sebelum kita berpisah, dia sempat memberikan bagianku dari
hasil rampokan bersama. "Pernah berlayar bersamanya, Inggris?"
"Belum. Sri Ratu menganugerahinya gelar bangsawan, beberapa tahun yang lalu. Aku
belum pemah kerja bersamanya bahkan satu kapal pun belum. Tapi aku senang dia bersikap
adil terhadapmu." Mereka hampir mencapai Erasmus. Para samurai tampak hanya memicingkan mata
mereka ke bawah dengan penuh teka-teki.
"Itu kedua kalinya aku menakhodai kapal orang murtad. Pertamakali aku tak begitu
beruntung." "Oh?" Rodrigues menggerakkan dayung-dayungnya dan sampan itu berbelok dengan lembut
ke sisi dan Rodrigues bergelantungan pada tambang kapal.
"Naiklah ke atas tapi jangan bicara."
Blackthorne mulai memanjat sementara Rodrigues mengikat sampan itu. Rodrigues
yang pertama tiba geladak. Dia langsung membungkukkan badan bagai bangsawan.
"Konnichi wa buat tukang makan rumputi!" katanya dalam bahasa Portugis.
Sudah ada empat samurai di geladak. Blackthorne mengenali salah seorang di antaranya
pernah berjaga pintu kolong. Dengan terheran-heran, semuanya membungkuk kaku pada
orang Portugis itu. Blackthorne menirunya, merasa canggung dan lebih senang membungkuk dengan cara yang biasa.
Rodrigues langsung berjalan ke kabin. Segel-segel itu masih menempel dengan rapi di
tempatnya semula. Salah seorang samurai menghadangnya.
"Kinjiru gommen nasai. Dilarang, maaf."
"Kinjiru, eh?" ujar orang Portugis itu acuh. "Aku Rodrigu-san, anjin bagi Toda
Hiromatsu sama. Segel ini?" ujarnya, menunjuk ke materai merah dengan tulisan yang
James Clavell BUKU PERTAMA 167 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
aneh di atasnya, "Toda Hiromatsu-sama, ka?"
"Iye," (bukan ) sahut si samurai sambil menggeleng. "Kasigi Yabu-sama!"
"IYE?" tanya Rodrigues. "Kasigi Yabu-sama" Aku anak buah Toda Hiromatsu-sama,
pemilik nyawa bajinganmu itu dan Toady-sama itu anak buahnya Toranaga-sama yang
paling berkuasa di dunia ini, Neh?" Disobeknya segel itu dari daun pintu dan setelah itu
cepat-cepat tangannya menggenggam salah satu pistolnya. Pedangnya sudah setengah keluar
dari sarungnya dan dia berkata dengan tenang kepada Blackthorne, "Bersiaplah untuk
meninggalkan kapal." Dan kepada samurai dia berkata kasar. "Toranaga-sama!" Dia
menunjuk dengan tangan kirinya ke bendera yang tengah berkibar pada tiang utama
kapalnya sendiri. "Wakarimasu ka?"
Para samurai merasa bimbang, pedang-pedang mereka disiapkan. Blackthorne bersiapsiap melompat pada salah satu sisi yang terdekat.
"Toranaga-sama!" Rodrigues memekik sambil menendang pintu sampai terbuka hingga
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merusakkan segelnya. "WAKARIMASU KA?"
"Wakarimasu, Anjin-san." Para samurai dengan cepat menyelipkan pedang-pedang
mereka kembali, membungkukkan badan dan meminta maaf dan kembali membungkukkan
badan dan Rodrigues berkata setengah menghardik, "Itu lebih baik, "dan melangkah turun
ke bawah. "Demi Kristus, kau tentu gila, Rodrigues," ujar Blackthorne sewaktu mereka telah
berada di geladak bawah. "Apa kau bersikap seperti itu setiap kali selalu bisa lolos?"
"Sesekali," ujar orang Portugis itu sambil menghapus keringat di keningnya, "dan
sekalipun mungkin bisa lolos, aku malah berharap tak pernah melakukannya."
Blackthorne bersandar pada sekat kedap air. "Aku merasa seolah-olah ada yang
menendang perutku." "Itu cara satu-satunya. Kita harus bertindak seperti raja. Tetapi sekalipun begitu, jangan
kau pikir kita bisa meramalkan tingkah samurai itu. Mereka sama bahayanya seperti kalau
pendeta kencing di atas tong mesiu sambil membawa lilin."
"Apa yang kau katakan pada mereka?"
"Toda Hiromatsu itu ketua para penasehat Toranaga"dia daimyo yang pangkatnya
lebih tinggi daripada daimyo mereka. Itulah sebabnya mengapa mereka menyerah."
James Clavell BUKU PERTAMA 168 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Seperti apa orangnya Toranaga itu?"
"Ceritanya panjang, Inggris." Rodrigues duduk pada anak tangga, mencopot kedua
sepatu larsnya dan menggosok-gosok tumitnya. "Kakiku hampir saja menabrak pintumu
yang dimakan rayap itu."
"Pintunya tidak dikunci. Kau bisa membukanya."
"Aku tahu. Tapi itu buang-buang waktu. Demi perawan Maria, kau masih harus belajar
banyak!" "Mau kau mengajar aku?"
Rodrigues memasang sepatu larsnya kembali.
"Itu tergantung," sahutnya.
"Pada apa?" "Kita lihat nanti. Sampai sekarang aku terus yang bercerita"itu memang
adil"aku sehat, kau sakit. Sebentar lagi giliranmu. Yang mana kabinmu?" Blackthorne
mengamatinya untuk sesaat. Bau di bawah geladak terasa apak dan basi. "Terimakasih atas
bantuanmu mengantarku ke sini."
Blackthorne lalu mengajaknya ke buritan. Pintu kamarnya tak terkunci. Kabinnya porak
poranda dan segala sesuatu yang dapat diangkut sudah diambil. Tak ada lagi buku atau
pakaian atau perkakas atau pena bulu ayam. Kotak pipa penghisapnya pun tak terkunci. Dan
kosong. Dengan wajah yang memutih karena amat marah, Blackthorne melangkah ke kabin
utama, Rodrigues mengawasinya dengan penuh perhatian. Bahkan lemari rahasianya pun
telah ditemukan dan isinya telah disikat habis. "Mereka sudah merampok semuanya. Anak
kutu sampar terkutuk!"
"Apa yang kau harapkan?"
"Tak tahu. Aku pikir"dengan segel" Blackthornd melangkah ke gudang barang-barang
penumpang. Ternyata kosong. Juga gudang amunisi. Gudang muatannya hanya berisi
beberapa kodi kain wol. "Terkutuklah semua orang Jepang!" Dia kembali ke kabinnya dan
dibantingnya penutup kotak pipa penghisapnya dengan keras.
"Di mana mereka?" tanya Rodrigues.
"Apa?" "Buku-buku pedoman nakhodamu. Di mana buku buku itu?"
James Clavell BUKU PERTAMA 169 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Blackthorne hanya menatap dengan tajam.
"Tak ada pilot yang mengkhawatirkan pakaian. Ka ke sini untuk mencari buku-buku
pedoman, buk begitu?"
"Ya." "Mengapa begitu terkejut, Inggris" Apa kau kira aku mau bersusah payah mengantarmu
hanya untuk mengambil baju-baju lonte. Kalau itu memang yang kau perlukan, aku masih
punya banyak buatmu. Mengerti kau" Mana buku-buku pedoman nakhoda itu?"
"Hilang. Tadinya ada di kotak pipa itu."
"Aku takkan mencurinya, Inggris. Aku cuma mau membacanya. Dan menyalinnya,
kalau perlu. Akan kujaga buku-buku itu seperti milik sendiri, Inggris, kita hanya punya sisa
waktu sedikit cepatlah."
"Aku tak bisa. Sudah hilang. Tadinya ada di kotak pipa itu."
"Kau takkan meninggalkannya di situ begitu saja"apalagi kalau mendarat di negeri
asing. Kau pasti tidak lupa hukum pertama seorang pilot"sembunyikan dengan hati-hati,
dan tinggalkan yang palsu tanpa dijaga. Ayo cepat!"
"Sudah dicuri orang!"
"Aku tak percaya. Kau telah menyembunyikan dengan baik sekali. Aku sudah
menggeledah kapal ini selama dua jam dan asapnya pun belum tercium."
"Apa?" "Mengapa kau terkejut, Inggris" Apa otakmu sudah di pantat"
"Tentu saja aku datang jauh-jauh dari Osaka khusus untuk menyidik buku pedoman
nakhodamu!" "Jadi kau sudah ke sini sebelumnya?"
"Madonna!" Rodrigues berkata tak sabar.
"Ya, tentu saja, dua tiga jam yang lalu bersama Hiromatsu, dia ingin melihat-lihat
kapalmu. Dia yang membuka segelnya dan kemudian, setelah selesai, daimyo daerah inilah
yang menyuruh menyegelnya kembali. Ayo, cepat, demi Tuhan," tambahnya. "Pasirnya
sudah menipis." "Sudah dicuri orang!" Blackthorne lalu bercerita bagaimana dia tiba di sana dan
bagaimana ketika terjaga dia sudah berada di darat. Kemudian ditendangnya kotak pipa
James Clavell BUKU PERTAMA 170 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
penghisapnya hingga ke seberang ruang wajahnya terlihat amat berang pada mereka yang
telah merampok kapalnya. "Dicuri orang! Semua petakul Semua buku pedoman nakhodaku!
Untung sebagian salinannya masih ada di Inggris, tapi catatan dari pelayaran ini hilang
juga?" Dia terdiam. "Juga buku pedoman Portugis itu" Ayolah, Inggris, buku itu milik Portugis."
"Ya, dan yang milik Portugis itu juga ikut lenyap." Kuasai dirimu sendiri, ujarnya tanpa
terucap. Semuunya sudah lenyap dan tamatlah riwayatku. Siapa yan mengambilnya" Orang
Jepang" Atau apakah mereka sudah memberikannya pada imam itu" Tanpa buku-buku
pedoman nakhoda dan peta-peta, kau tak bisa menakhodai kapalmu pulang ke rumah. Kau
takku mencapai rumah .... Itu tidak betul. Kau bisa memandu jalanmu ke rumah, dengan
hati-hati dan dengan nasi - mujur ... Jangan gila! Kau sudah setengah jalan mengelilingi
dunia, sudah di tanah musuh, di tangan musuh, dan kau samasekali tak punya buku
pedoman nakhoda maupun peta. "Oh, Tuhan Jesus, beri aku ketabahan!"
Rodrigues tengah mengawasinya lekat-lekat. Akhirnya dia berkata "Kasihan kau,
Inggris. Aku tahu bagai mana perasaanmu. Aku pernah mengalaminya dulu. Dia orang
Inggris juga, pencurinya itu, moga-moga kapalnya tenggelam dan dia dibakar di api neraka.
Ayo kita kembali." Omi dan lainnya tetap berdiri di dermaga hingga kapal kuno berdayung ke luar dari tanjung
dan menghilang dari pandangan. Di sebelah barat, cakrawala malam mulai men,ggores
langit yang lembayung. Di sebelah timur, malam sudah menggabungkan diri dengan langit
dan laut bersama-sama, menghapus kaki langit.
"Mura, berapa lama mengangkat semua meriam itu kembali ke kapal?"
"Kalau kita bekerja sepanjang malam, selesainya tengah hari besok, Omi-san. Kalau kita
memulainya subuh, kita akan selesai tepat sebelum matahari terbenam. Lebih aman bekerja
siang hari." "Bekerjalah sepanjang malam. Bawa si imam ke gudang bawah tanah, segera."
Sekilas Omi berpaling pada Igurashi, letnan kepala Yabu, yang masih juga memandang
ke arah semenanjung, wajahnya tegang, garis hitam kelabu di atas rongga matanya yang
bersinar kosong, tanda letih. "Anda dipersilakan menginap, Igurashi-san. Rumah saya jelek,
James Clavell BUKU PERTAMA 171 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tapi mungkin bisa membuat anda merasa segar."
"Terimakasih," sahut lelaki yang lebih tua sambil balas menatapnya, "tapi kita
diperintahkan agar kembali ke Yedo segera, jadi saya akan kembali segera." Ketegangannya
terlihat lebih nyata. "Saya harap moga-moga saya juga bisa naik ke kapal berdayung itu."
"Ya." "Saya merasa susah kalau ingat Yabu-sama hanya didampingi dua orang saja di atas
kapa. "Saya tak senang "
"Ya." Dia menunjuk ke Erasmus. "Kapal iblis, itulah dia! Begitu banyak janji kemewahan, tapi
sekarang tak ada lagi. Kosong."
"Masa semuanya" Tidakkah Daimyo Toranaga senang, amat senang dengan hadiah dari
Daimyo Yabu"' "Penguasa propinsi perampas kemewahan orang itu, terlalu terpukau dengan
kepentingannya sendiri, dia malah takkan memperhatikan jumlah keping perak yang
dicurinya dari Tuan kita. Di mana otakmu?"
"Saya kira hanya rasa cemasmu pada keselamatan Tuan kitalah yang mendorongmu
berkata demikian itu."
"Kau benar. Omi-san. Tak ada maksud untuk menghina. Kau ini pintar sekali dan amat
membantu tuan kita. Mungkin pendapatmu tentang Toranaga juga benar," ujar Igurashi,
tapi dia sedang berpikir lain: nikmatilah kekayaanmu yang baru kau peroleh itu, pemuda
tolol. Aku tahu tuanku lebih pintar darimu dan hadiah beberapa daerah samasekali takkan
berguna bagimu. Kenaikan pangkatmu hanya akan merupakan imbalan yang layak terhadap
kapal, emas dan senjatanya. Tapi sekarang semuanya lenyap. Dan karenamu tuanku berada
dalam bahaya. Kau yang mengirimkan berita itu dan kau katakan, 'Lihat dulu orang-orang
barbar itu,' yang memang membuatnya tergoda. Seharusnya kita sudah berangkat kemarin.
Ya, dan tuanku sudah berada dalam keadaan selamat sekarang ini, dengan emas dan senjata
itu. Apakah kau ini pengkhianat" Apakah kau bertindak untuk dirimu sendiri atau untuk
ayahmu yang tolol itu atau untuk kepentingan musuh" Atau untuk Toranaga" Tak jadi soal.
Percayalah padaku, Omi, kau anak muda tolol pemakan taik, kau dan semua keturunan
marga Kasigi takkan hidup lama di dunia ini. Sebenarnya aku sudah ingin mengatakan
James Clavell BUKU PERTAMA 172 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
padamu, tapi kalau begitu, aku harus membunuhmu dan aku jadi terpaksa menginjak-injak
kepercayaan Tuanku padaku. Dialah yang berhak mengatakan kapan Omi patut dibunuh,
bukan kau. "Terimakasih atas keramah-tamahanmu, Omi-san," sahutnya. "Saya ingin bertemu
denganmu lagi secepatnya, tapi saya sudah harus berangkat sekarang juga."
"Bisakah anda melakukan sesuatu buat saya" Tolong sampaikan rasa hormat saya pada
ayah. Saya akan sangat berterimakasih."
"Saya akan menyampaikannya dengan senang hati. Beliau orang baik. Dan saya ikut
mengucapkan selamat atas perluasan wilayah kekuasaanmu."
"Anda terlalu baik."
"Sekali lagi terimakasih, Omi-san," Diangkatnya tangannya memberi hormat
persahabatan, lalu memberi isyarat pada anak buahnya dan memimpin pasukan berkudanya
keluar dari desa. Omi pergi ke gudang bawah tanah. Imam itu sudah di sana. Omi melihat si imam
marah dan Omi berharap moga-moga dia dapat segera menemukan alasan untuk menghajar
imam itu secara terbuka di hadapan orang banyak.
"Pater, katakan pada orang-orang barbar itu mereka diperintahkan naik satu per satu.
Katakan pada mereka, Daimyo Yabu sudah memutuskan semua boleh hidup di dunia
beradab lagi." Omi mengatur nada suaranya supaya terdengar sewajar mungkin. "Tapi,
begitu ada pelanggaran yang terkecil sekalipun terhadap peraturan, dua orang sekaligus akan
dikembalikan lagi ke gudang, Mereka harus bersikap sopan dan mematuhi semua peraturan.
Jelas?" "Ya." Omi menyuruh imam itu mengulangi lagi apa yang diucapkannya. Waktu Omi telah
yakin dia memahaminya dengan baik, disuruhnya dia meneriakkannya ke gudang bawah
tanah itu. Semua yang ada di bawah naik ke atas, satu per satu. Semuanya tampak ketakutan. Ada
beberapa yang harus ditolong. Ada satu orang yang sakit parah dan berteriak setiap kali
seseorang menyentuh lengannya.
"Seharusnya ada sembilan."
James Clavell BUKU PERTAMA 173 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Satu mati. Mayatnya di bawah sana, di gudang," sahut imam itu.
Omi berpikir sejenak. "Mura, bakar mayatnya dan suruh kawan-kawannya menyimpan
abunya. Tempatkan mereka di rumah yang sama seperti sebelumnya. Berilah mereka sayurmayur yang banyak dan ikan, dan sup jagung, gandum dan buah. Suruh orang mencuci
badan mereka. Mereka bau. Pater, katakan pada mereka, kalau mereka berlaku sopan dan
tidak melawan, makanan akan terus dibagikan."
Omi mengawasi dan mendengarkan dengan cermat.
Diperhatikannya wajah mereka yang penuh rasa syukur dan Omi berpikir dengan
mencemooh, betapa tak berharganya mereka. Aku baru membuang mereka dua hari,
memberi makanan mereka sedikit, membebaskannya dan sekarang kalau aku suruh mereka
makan taik pasti mereka benar-benar menelannya. "Mura, suruh mereka membungkuk
dengan betul dan bawa mereka pergi."
Lalu dia berpaling pada si imam. "Bagaimana?"
"Saya pergi sekarang. Kembali ke tempat saya. Meninggalkan Anjiro."
"Sebaiknya anda pergi dan enyah dari sini untuk selamanya. Anda dan imam-imam
lainnya yang seperti anda. Mungkin kalau lain kali ada salah seorang di antara kalian datang
ke wilayahku, itu disebabkan karena sejumlah petani Kristenku atau vassalku dianggap
berkhianat," ujar Omi, menggunakan ancaman terselubung dan upaya persekongkolan klasik
bahwa samurai yang anti Kristen ikut mengawasi penyebaran ajaran asing yang dianggap
sembarangan di dalam wilayah kekuasaannya, sebab walaupun para imam asing dilindungi,
tapi orang-orang Jepang yang murtad dan beralih memeluk agama Kristen, tidak.
"Orang Kristen bermaksud baik terhadap Jepang. Selalu baik, hanya ingin jadi vassal
yang baik. Tak pernah punya pikiran jelek. Tak pernah."
"Aku senang mendengarnya. Jangan lupa, wilayah kekuasaanku sudah diperluas menjadi
duapuluh ri dari setiap penjuru. Anda paham?"
"Saya paham. Ya, saya paham sekali."
Omi mengawasi orang itu membungkuk kaku bahkan imam orang barbar pun harus
berlaku sopan dan melangkah pergi.
"Omi-san?" salah seorang berkata. Dia masih muda dan amat tampan.
"Ya?" James Clavell BUKU PERTAMA 174 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Maafkan saya, saya tahu anda belum lupa. Masijiro-san masih ada di gudang di bawah
tanah." Omi mdangkah ke pintu kolong dan menatap ke bawah, ke samurai bersangkutan.
Serta merta orang yang ditatap berlutut sambil membungkukkan badannya dengan penuh
hormat. Waktu dua hari itu telah membuatnya tua. Omi menimbang-nimbang jasanya di masa
lalu dan menilai dirinya di masa depan. Kemudian ditariknya pedang pendek milik samurai
muda itu dari selempangnya dijatuhkannya ke dalam gudang.
Di dasar tangga Masijiro hanya bisa menatap pedang itu dengan rasa tak percaya. Air
matanya mulai mengalir di kedua belah pipinya. "Saya tak pantas menerima kehormatan ini,
Omi-san," ujarnya amat merendah.
"Ya." "Terimakasih." Samurai muda di sisi Omi tadi berkata, "Boleh saya bertanya di mana
dia diizinkan melakukan seppuku, di sini atau di pantai?"
" Dia gagal di gudang itu. Dia akan tetap tinggal di gudang. Suruh penduduk desa
memenuhi tempat itu. Hapuskan semua bekas-bekasnya. Orang-orang barbar itu telah
mengotorinya." Kiku tertawa dan menggelengkan kepalanya. "Jangan Omi-san, maaf sekali, saya mohon
jangan tambah sake lagi buat saya atau rambut saya akan rontok, saya juga akan jatuh
pingsan, dan di mana kita berdua nantinya?"
"Aku akan ikut jatuh bersamamu dan kita tidur bersama dan berada di surga, di luar diri
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kita sendiri," sahut Omi dengan hati bahagia, kepalanya terasa berputar karena arak.
"Ah, tapi saya sudah akan mendengkur pulas, dan Anda takkan bisa meniduri gadis
pendengkur dan pemabuk yang mengerikan dan memperoleh kenikmatan besar darinya.
Pasti tidak, maaf sekali. Oh tidak Omi-sama, penguasa Wilayah Baru Yang Besar, anda
pantas menerima lebih dari itu!" Kiku menuangkan arak hangat dari poci yang satu lagi ke
dalam cawan porselin kecil dan menawarkannya dengan kedua belah tangannya, telunjuk
kiri dan ibu jarinya memegang cawan itu dengan gemulai, telunjuk kanannya menyentuh
bagian bawah cawan. "Silakan, anda hebat sekali!"
Omi menerimanya dan mereguknya, menikmati kehangatan dan keharumannya yang
James Clavell BUKU PERTAMA 175 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tajam. "Aku senang sekali sudah bisa membujukmu untuk menemaniku satu hari lagi, neh"
Kau cantik sekali. Kiku-san."
"Kau cantik sekali dan itu merupakan kesenanganku." Kedua bola mata Kiku menarinari di bawah cahaya lilin yang terbungkus kertas dan bunga bambu yang tergantung pada
kasau kayu cedar. Kamar ini adalah kamar terbaik di Kedai Teh dekat alun-alun. Kiku
membungkuk ke depan untuk membantu Omi menyendok nasi lagi dari mangkuk kayu
sederhana pada meja pernis hitam berkaki rendah di hadapannya, tapi Omi menggelengkan
kepala. "Jangan. Terimakasih."
"Anda harus makan lebih banyak lagi, orang kuat seperti anda harus makan banyak".
"Aku sudah kenyang betul."
Omi tak jadi menawarkan makanannya pada Kiku, porsi kecil acarnya hampir tak
disentuhnya"irisan mentimun halus dan lobak kecil berukir dalam cuka manis"hanya
itulah yang bersedia ditelannya sebagus hidangan utamanya. Untuk Omi terhidang beberapa
kerat ikan mentah, nasi tim, sup dan sejumlah sayur mayur segar yang dihidangkan bersama
saus kacang, pedas dan jahe.
Kiku bertepuk lembut dan dalam sekejap, pintu shoji dibuka oleh pembantu pribadinya.
"Ya, Nyonya?" "Suisen, angkat semua ini dan bawaiah sakes kemari, juga poci teh segar. Dan juga
buah. Sakesnya harus lebih panas daripada tadi. Cepatlah, pemalas!" Kiku berusaha supaya
nada suaranya terdengar seperti orang memerintah.
Suisen baru empatbelas tahun, ingin sekali menyenangkan orang dan calon penghibur
laki-laki. Dia sudah ikut Kiku selama dua tahun ini dan Kiku bertanggungjawab melatihnya.
Dengan susah payah Kiku mengalihkan matanya dari nasi putih yang sebenarnya amat
ingin dimakannya dan mencoba untuk membuang rasa laparnya sendiri. Kau hanya boleh
makan sebelum kau datang atau kau akan makan sesudahnya, ujamya memperingatkan dirinya sendiri. "Ya, tapi umumnya selera makan wanita tidak banyak, amat kecil," gurunya
biasa berkata. "Tamu-tamu makan dan minum lebih banyak lebih baik. Wanita tidak, dan
sudah tentu tidak bila bersama-sama tamu. Bagaimana wanita sanggup berbicara atau menghibur atau memainkan samisen* atau menari kalau mulutnya tersumbat makanan" Kau akan
James Clavell BUKU PERTAMA 176 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
makan belakangan, bersabarlah. Pusatkan pikiranmu pada tamumu."
Sementara Kiku mengawasi Suisen dengan kritis, mengira-ngira ketrampilannya, dia
menceritakan cerita-cerita lucu untuk membuat Omi tertawa dan melupakan dunia luar.
Suisen berlutut di sisi Omi sambil merapikan mangkuk-mangkuk kecil dan sumpit pada
baki dengan cara yang menarik hati seperti yang telah diajarkan. Kemudian diangkatnya
kendi sake yang telah kosong, yang sengaja dimiringkannya dahulu seolah-olah menuang
untuk menyakinkan bahwa isinya benar-benar sudah kosong"adalah tidak sopan
mengguncang-guncang poci untuk mengetahui isinya. Setelah itu ia bangkit bersama baki
itu dan tanpa suara membawanya menuju pintu shoji berlutut, meletakkan baki itu kembali
sesaat, membuka pintu shoji, bangun lagi, melangkah ke pintu, berlutut lagi, mengangkat
lagi baki itu, meletakkannya lagi tanpa suara dan menutup pintu lagi. Sekali lagi tanpa suara.
"Saya terpaksa harus mencari penggantinya," ujar Kiku tak senang. Warna itu pantas
baginya, pikir Kiku. Aku harus menyuruh orang ke Yedo untuk membeli sutera itu lebih
banyak lagi. Tetapi gila, harganya sangat mahal! Tak jadi soal, dengan uang yang diberikan
Gyoko-san untuk kemarin malam dan malam ini, bagianku lebih dari cukup untuk
membelikan Suisen kecil itu duapuluh kimono lagi. Dia benar-benar anak mani dan benarbenar anggun. "Dia terlalu rebut"mengganggu seluruh kamar"maaf sekali."
"Aku tak memperhatikan dia. Cuma kau," ujar Omi sambil menghabiskan araknya.
Kiku menggoyangkan kipasnya, senyumnya menerangi wajahnya. "Anda membuat saya
senang sekali, Omi-san. Ya. Dan merasa dicintai."
Suisen membawa sake dengan cepat. Dan cha. Kiku menuangnya memenuhi cawan
Omi dan menyodorkan kepadanya. Suisen mengisi cawan-cawan lainnya yang tersedia
dengan. Dia tak menumpahkannya barang setetes pun dan dia merasa bunyi yang keluar dari
cairan yang tertuang ke dalam cawan itu sudah sesuai, jadi dia mendesah lega dalam
batinnya, duduk kembali bertopang pada kedua tumitnya dan menunggu.
Kiku menceritakan cerita-cerita pelipur lara yang pernah didengarnya dari salah seorang
kawannya di Mishima dan Omi tertawa-tawa. Sementara berbuat begitu, Kiku mengambil
sebuah jeruk kecil dan, dengan menggunakan kuku-kuku tangannya yang panjang, dikupasnya jeruk itu seakan-akan buah itu sekuntum bunga, isi buah itu adalah daun
bunganya dan kulitnya adalah daun luarnya. Dipetiknya intisarinya dan dipersembahkannya
James Clavell BUKU PERTAMA 177 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
dengan kedua belah tangannya seolaholah beginilah caranya seorang wanita menyuguhkan
buah bagi tamunya. "Anda mau jeruk, Omi-san?"
Reaksi Omi adalah dengan berkata, aku tak kuat menghancurkan keindahan semacam
itu. Tapi itu akan menjadi janggal, pikirnya, terpukau oleh keterampilan seninya. Bagaimana
cara aku memuji dia dan gurunya yang tak bernama itu" Bagaimana caranya aku membayar
kebahagiaan yang telah diberikannya padaku" Dengan membiarkan aku menikmati jari
jemarinya yang mampu menciptakan gerak yang sedemikian indah tapi juga yang
sedemikian cepat berlalu"
Omi menaruh bunga itu ke dalam kedua belah tangannya untuk sesaat lalu dengan
cekatan melepaskan empat bagian yang sama jauhnya satu sama lain dan memakannya
dengan nikmat. Ini menjadikan bunga baru. Dia melepaskan empat bagian lagi yang
menciptakan pula bunga yang ketiga. Kemudian diambilnya satu bagian dan dilepaskannya
yang kedua hingga akhimya tersisa tiga bagian yang membentuk kembali bunga baru.
Lalu diambilnya dua bagian lagi dan yang terakhir ditaruhnya kembali dalam keranjangkeranjangan jeruk itu pada pusat sisinya, sehingga seakan-akan tampak seperti bentuk bulan
sabit di dalam matahari. Omi mengunyahnya sepotong dengan amat perlahan. Waktu sudah selesai, ditaruhnya
yang lainnya di tengah-tengah tangannya dan disuguhkannya. "Yang ini harus kau ambil
karena ini sebelum yang terakhir, ini hadiahku untukmu."
Suisen hampir tak dapat bernapas. Untuk apa yang terakhir itu" Kiku mengambil buah
itu dan memakannya. Itulah buah terbaik yang pernah dirasakannya.
"Ini, yang terakhir," ujar Omi sambil meletakkan seluruh daun bunga itu dengan
sungguh-sungguh ke dalam telapak tangan kanannya, "ini hadiahku untuk para dewa, siapa
pun mereka, di mana pun mereka berada. Aku takkan pernah memakan buah ini, kecuali
yang berasal dari kedua tanganmu."
"Itu terlalu jauh, Omi-sama," ujar Kiku. "Saya bersedia melupakan sumpah anda. Itu
terucap di bawah pengaruh kami yang tinggal dalam botol-botol sake."
"Aku keberatan untuk dilupakan."
Keduanya tampak amat bahagia.
James Clavell BUKU PERTAMA 178 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Suisen," ujar Kiku. "Sekarang tinggalkan kami. Dan aku mohon, nak, lakukanlah
dengan anggun." "Ya, Nyonya." Gadis muda itu pergi ke kamar sebelah untuk memeriksa apakah
kasurnya sudah disiapkan dengan baik. Apakah segala sesuatu untuk bercinta dan manikmanik kenikmatannya sudah disediakan dan apakah bunga-bunganya sempurna. Lipatan
yang tak terlihat kembali dilicinkan dari selimut yang sudah licin. Kemudian, dengan hati
puas Suisen duduk sambil mendesah lega, mengenyahkan udara panas dari wajahnya dengan
kipasnya yang berwarna lila dan menunggu dengan tenang.
Di kamar sebelah, kamar terbagus dari kamar-kamar lainnya di kedai teh itu, satusatunya yang memiliki kebun sendiri, Kiku mengambil samisen yang bergagang panjang.
Talinya tiga, bentuknya seperti rebab dan petikan pertama Kiku yang nyaring memenuhi
ruangan. Lalu dia mulai bernyanyi. Mula-mula lembut, lalu tinggi menggetarkan, kembali
lembut, kemudian tinggi lebih keras, lebih lembut, dan mendesah manis merasuk sukma
yang paling manis"dia bernyanyi tentan cinta yang tak terbalas dan tentang kebahagiaan
dan kesedihan. "Nyonya?" Bisikan itu takkan membangunk orang yang paling cepat terbangun sekalipun,
tapi Suisen tahu bahwa majikannya lebih suka untuk tidak tidur setelah Awan dan Hujan
(orgasme, puncak kenikmatan), betapa kuat pun keinginannya untuk itu. Dia lebih suka
beristirahat, setengah terjaga, dalam ketentraman.
"Ya, Sui-chan?" Kiku balas berbisik sama halusnya menggunakan 'chan' seperti yang
biasa digunakan rang untuk menyapa anak yang paling disayangi.
"Isteri Omi-san sudah kembali. Tandunya baru saja muncul di jalan kecil menuju ke
rumahnya." Kiku menatap Omi sekilas. Leher samurai itu tetrkulai dengan asyiknya pada bantalan
kayu, kedua lengannya saling mengunci. Tubuhnya tampak kuat dan tak ternoda, kulitnya
kencang dan keemasan, meninggalkan kesan agak berkilauan. Kiku membelainya lembut,
cukup untuk membuat sentuhan itu memasuki mimpinya tapi belum cukup untuk
membuatnya terjaga. Kemudian Kiku menyelinap keluar dari selimut dan merapikan
kimono di sekeliling badannya.
James Clavell BUKU PERTAMA 179 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Kiku hanya membutuhkan waktu sedikit sekali untuk berhias sementara Suisen
menyisiri dan menyikat rambutnya dan mengikatnya kembali menurut gaya shimoda.
Keduanya melangkah tanpa suara sepanjang lorong, keluar menuju serambi, melewati kebun
menuju alun-alun. Sampan bagai kunang-kuriang hilir mudik dari kapal orang barbar itu ke
dermaga. Di sana ketujuh meriam itu masih di tempatnya siap untuk diangkut kembali ke
kapal. Saat itu larut malam, jauh sebelum subuh.
Kedua wanita itu menyelinap sepanjang lorong sempit di antara kelompok rumah dan
mulai mendaki jalan kecil.
Penggotong tandu yang berkeringat dan tampak letih tengah beristirahat di sekitar
tandu pada puncak bukit di luar rumah Omi. Kiku tidak mengetuk di pintu kebun. Lilinlilin di rumah itu sudah dinyalakan dan para pelayan tengah berjalan kian kemari. Kiku
memberi isyarat kepada Suisen, yang serta merta melangkah ke serambi, di dekat pintu
depan, mengetuk dan menunggu. Dalam sekejap pintu terbuka. Si pelayan mengangguk dan
lenyap dari pandangan. Sesaat kemudian si pelayan kembali dan memberi isyarat kepada
Kiku dan membungkukkan badannya dalam-dalam begitu wanita itu lewat. Pelayan lainnya
bergegas ke depan dan memhuka pintu shoji pada kamar yang terbaik.
Ranjang ibu Omi tidak ditiduri. Dia tengah duduk tegak lurus di dekat sebuah ruang
berukuran kecil yang berisikan karangan bunga. Sebuah jendela kecil shoji terbuka
menghadap kebun. Midori, Isteri Omi, duduk di hadapannya.
Kiku berlutut. Apakah betul baru semalam aku di sini dan ketakutan mendengar jeritan
itu" Kiku membungkuk pertama kepada ibu Omi, lalu kepada isteri Omi, dan dia mulai
merasakan ketegangan yang ada di antara kedua wanita itu dan dia bertanya pada diri
sendiri. Mengapa selalu ada kekejaman seperti itu antara ibu mertua dan menantunya"
Tidakkah menantu, pada saatnya, akan menjadi mertua juga" Mengapa dia selalu
memperlakukan menantunya sendiri dengan lidah yang setajam itu dan membuat hidupnya
sedemikian merana" Dan mengapa menantunya juga melakukan hal yang sama terhadap
mertuanya" Tidakkah orang mau belajar"
"Saya minta maaf sudah mengganggu anda, Nyonya Besar."
"Anda dipersilakan, Kiku-san," sahut wanita sudah berumur itu. "Tak ada kesulitan,
saya rasa?" James Clavell BUKU PERTAMA 180 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Oh, tidak, tapi saya tak tahu apakah Nyonya Besar menginginkan saya membangunkan
putra Nyonya Besar atau tidak," sahut Kiku kepadanya, padahal sudah tahu jawabannya.
"Saya kira baiknya saya tanyakan saja pada anda, Midori-san" Kiku berpaling dan tersenyum
lalu membungkuk sedikit pada Midori, dia amat menyukainya" "karena anda sudah
kembali." Ibu tua itu berkata, "Anda baik sekali, Kiku-san, dan amat bijak. Jangan, biarkan dia
sendirian." "Baiklah, maafkan saya sudah mengganggu anda seperti ini, tapi saya pikir jalan terbaik
adalah bertanya. Midori-san, mudah-mudahan perjalanan anda lumayan."
"Sayang sekali, malah mengerikan," sahut Midori. "Saya senang sudah kembali dan
tidak suka pergi jauh. Suami saya baik-baik saja?"
"Ya, baik sekali. Dia tertawa banyak malam tadi dan kelihatannya bahagia. Dia makan
dan minum serba sedikit dan dia tidur sampai mendengkur."
"Ibu mertua saya sudah mulai menceritakan pada saya tentang kejadian mengerikan
sementara saya tidak ada?"
"Mestinya kau tidak pergi. Kau diperlukan di sini," Wanita tua itu menyela, suaranya
ketus. "Mungkin kau membawa serta kami yang jahat ke dalam rumah ini bersama
selimutmu." "Saya takkan pernah berbuat begitu," sahut Midori sabar. "Percayalah, saya lebih baik
bunuh diri daripada mencemarkan nama anda sekalipun sedikit sekali. Ampunilah saya
karena sudah pergi, itu salah saya. Maafkan saya."
"Sejak kapal iblis itu datang kemari kita selalu dilanda kesulitan. Itu kami jahat. Jahat
sekali. Dan di mana kau waktu kau diperlukan" Sedang bergunjing di Mishima, makan
sendirian dan minum sake."
"Ayah saya meninggal sehari sebelum saya tiba."
"Huh, kau bahkan tak cukup punya rasa hormat atau firasat buat berada di samping
tempat tidur ayahmu waktu dia sedang sekarat. Lebih cepat kau meninggalkan rumah kami
buat sementara, lebih baik bagi kita semua. Aku ingin cha. Kita kedatangan tamu di sini dan
kau malah sudah melupakan tata-cara untuk menyegarkan dia!"
"Sudah diperintahkan, saat itu juga, saat "
James Clavell BUKU PERTAMA 181 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Tehnya belum juga datang!"
Pintu shoji terbuka. Dengan gugup seorang pelayan membawakan cha dan sejumlah kue
manis. Mula-mula Midori melayani mertuanya, yang menyumpahi si pelayan habis-habisan
dan mengunyah kue dengan gusinya yang ompong, dan mereguk minumnya dengan ribut.
"Anda harus memaafkan pelayan ini, Kiku-san," ibu tua itu berkata. "Tehnya hambar! Tak
ada rasanya. Kukira cuma itulah yang bisa diharapkan dari rumah ini"
"Silakan ambil punya saya saja." Midori meniup tehnya dengan lembut untuk
mendinginkannya. Ibu tua itu menyambutnya dengan geram.
"Mengapa selalu salah kalau yang pertama?"
Lalu dia merengut tanpa suara.
"Apa pendapat anda tentang semuanya ini?" tanya Midori kepada Kiku.
"Kapal itu dan Yabu-sama dan Toda Hiromatsu-sama" Saya tak tahu. Mengenai orangorang barbar itu, siapa yang tahu" Pasti mereka kumpulan orang-orang luar biasa. Dan
daimyo agung itu. Si Tinju Besi" Membuat orang ingin tahu mengapa dia tiba hampir
bersamaan dengan daimyo Yabu, neh" Maafkan saya tidak tahu, tapi saya bisa mencari
keterangan sendiri ke sana."
"Oh, jangan, Kiku-san, saya tak mau mendengarnya."
"Kau lihat sendiri, Midori-san," ibu mertuanya menyela dengan tak sabar. "Tamu kita
tidak senang di sini karena tehnya tidak enak."
"Oh, teh sudah cukup enak bagi saya, Nyonya Besar, betul," tukas Kiku "Saya ini
memang agak letih. Mungkin kalau Nyonya Besar tidak berkeberatan sebelum saya
berangkat lagi besok, saya akan datang untuk berkunjung. Selalu menyenangkan untuk
bercakap-cakap dengan Nyonya Besar."
Ibu tua itu sengaja membiarkan dirinya dirayu dan Kiku mengikuti Midori menuju ke
serambi dan terus ke kebun.
"Kiku-san, anda benar-benar bijak," ujar Midori sambil memegangi tangan Kiku dan
mengagumi kecantikannya. "Anda baik sekali, terimakasih."
Sesaat Kiku menoleh ke rumah itu, badannya gemetar. "Apakah ibu mertua anda selalu
begitu?" James Clavell BUKU PERTAMA 182 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Malam ini dia cukup sopan dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Kalau
tidak den-ti Omi dan anak saya, sudah saya injak-injak dia sampai menjadi debu, lalu sudah
Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saya gunduli kepala saya dan menjadi biarawati. Tapi saya masih punya Omi dan anak saya
dan itu bisa meredakan semuanya. Saya hanya berterimakasih pada semua kami untuk
segalanya itu. Untungnya Nyonya. Besar lebih suka memilih Yedo dan tak bisa lama-lama
meninggalkannya." Midori tersenyum sedih. "Latihlah diri kita sendiri untuk pura-pura
tidak mendengar, anda tahu sendiri bagaimanakan?" Midori menghela napas, terlihat begitu
cantik di bawah sinar rembulan. "Tapi itu tak penting. Ceritakan pada saya apa yang terjadi
sejak saya pergi." Itulah sebabnya mengapa Kiku mengunjungi rumah itu dengan tergesa-gesa, sebab
sudah jelas ibu Omi maupun isterinya tak menginginkan tidur Omi terganggu. Kiku datang
untuk menceritakan segalanya kepada Nyonya Midori, supaya Midori dapat ikut menjaga
Kasigi Omi sama seperti dirinya sendiri menjaga Omi. Diceritakannya segala yang
diketahuinya kecuali apa yang telah terjadi di kamar bersama Yabu. Ditambahkannya pula
pergunjingan yang didengarnya dan cerita-cerita yang disampaikan gadis-gadis kepadanya.
Dan segala yang diceritakan Omi kepadanya"harapannya, kekhawatirannya dan rencanarencananya"segalanya tentang diri lelaki itu, kecuali tentang apa yang terjadi di kamar tadi
malam. Kiku tahu bahwa ini tak penting bagi isterinya.
"Saya takut, Kiku-san, takut memikirkan suami saya."
"Segala yang diberitahukan Omi itu bijaksana sekali, Nyonya. Saya rasa semua yang
dilakukannya itu benar. Daimyo Yabu takkan memberi imbalan semudah itu pada orang lain
dan tiga ribu koku itu kenaikan yang cukup tinggi."
"Tapi kapal itu jadi milik Toranaga sekarang, berikut isinya."
"Ya, tapi bagi, Yabu-sama, menawarkan kapal itu sebagai hadiah adalah pikiran yang
istimewa. Omi-san lah yang mengusulkan itu kepada Yabu sudah tentu itu sudah cukup
sebagai pembayaran, neh" Omi-san harus diakui sebagai vassal yang terunggul di antara
semuanya." Kiku sengaja memutarbalikkan fakta sedikit, menyadari bahwa Omi tengah
dalam bahaya besar dan juga semua isi rumahnya. Apa yang harus terjadi, terjadilah. Tapi
itu belum cukup untuk membuat alis seorang wanita cantik berkerut.
"Ya. Saya bisa melihat itu," ujar Midori. Mudah-mudahan itu benar, ia berdoa dalam
James Clavell BUKU PERTAMA 183 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
hati. Tolonglah supaya itu benar. Midori memeluk Kiku dan air matanya berlinang.
"Terimakasih. Anda begitu baik, Kikusan, begitu baik." Kiku baru tujuh belas.
James Clavell BUKU PERTAMA 184 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
BAB VIII "Apa pendapatmu, Inggris?"
"Aku kira akan ada badai."
"Kapan?" "Sebelum matahari terbenam."
Saat itu hampir tengah hari dan keduanya sedang berdiri di geladak belakang kapal
berdayung itu, di bawah cuaca mendung. Ini hari kedua mereka berlayar di laut luas.
"Seandainya ini kapalmu, apa yang akan kau lakukan?"
"Berapa lama lagi pendaratan kita yang berikut?" tanya Blackthorne.
"Sesudah magrib."
"Berapa jauh dari daratan terdekat?"
"Empat atau lima jam, Inggris. Tapi untuk mencari persembunyian kita butuh setengah
hari, aku tak sanggup. Apa yang akan kau lakukan?"
Blackthorne berpikir sejenak. Sepanjang malam pertama kapal itu telah berlayar cepat
ke arah selatan menyusuri pantai timur semenanjung Izu, ditolong oleh layar besar pada
bagian tengah kapal. Waktu mereka sedang berlayar mengikuti bagian paling selatan tanjung, Tanjung Ito, Rodrigues telah merubah arah dan ia menetapkan arah barat barat-daya
menjauhi pantai itu setengah berlayar menuju lautan terbuka, ke pendaratan di Tanjung
Shinto, sekitar dua ratus mil dari sana.
"Biasanya"demi keamanan"kapal berdayung hanya berlayar dekat pantai," ujar
Rodrigues saat itu, "tapi itu akan membutuhkan waktu terlalu lama dan waktu itu penting.
Toranaga telah memintaku agar menakhodai Toady ke Anjiro dan kembali dengan cepat.
Semakin cepat aku kembali lengkap seperti semula, semakin besar hadiah yang kuterima.
Sebenarnya ada pilot Jepang yang cukup mampu menakhodai kapal dengan cara biasa, tapi
anak jadah itu ketakutan setengah mati karena membawa serta seorang daimyo yang begitu
penting seperti Toady, apalagi samasekali tak melihat daratan. Mereka itu bukan pelaut,
orang-orang Jepang itu. Mereka cuma bajak sungai, pendekar dan pelaut pantai. Kedalaman
laut menakutkan mereka. Taiko tua malah membuat undang-undang bahwa setiap kapal
samudera yang dimiliki Jepang harus selalu ada pilot Portugis di kapalnya. Undang-undang
James Clavell BUKU PERTAMA 185 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
itu masih berlaku di sini sampai hari ini."
"Mengapa dia berbuat demikian?"
Rodrigues mengangkat bahu. "Mungkin ada orang yang mengusulkan kepadanya."
"Siapa?" "Buku pedoman nakhodamu yang dicuri, Inggris, yang milik Portugis. Punya siapa itu?"
"Tidak tahu. Tak ada nama di sana, tandatangan juga tidak ada."
"Di mana kau dapatkan buku itu?"
"Dari saudagar Kepala Persekutuan Dagang Hindia Belanda."
"Dia dapat dari mana?"
Blackthorne mengangkat bahu.
Tawa Rodrigues tak menunjukkan lelucon sedikit pun. "Baiklah, aku tak mengharapkan
kau mengatakannya"tapi siapa pun yang mencurinya, moga-moga dia dibakar di api
neraka, selamanya!" "Kau dipekerjakan oleh si Toranaga, Rodrigues?"
"Tidak. Aku sedang berkunjung ke Osaka, berdua dengan kaptenku. Ini cuma sekedar
kebaikan bagi Toranaga. Kapten menunjukku sebagai sukarelawan. Aku ini sebenarnya pilot
dari?" Rodrigues berhenti. "Bangsat! Aku lupa kau bukan kawan, Inggris."
"Portugis dan Inggris adalah sekutu selama berabad-abad."
"Tapi sekarang kita bukan sekutu. Ke bawah sana, Inggris. Kau capai dan aku juga, dan
biasanya orang yang kecapaian itu suka berbuat salah. Naiklah lagi ke sini kalau sudah
beristirahat." Blackthorne lalu pergi ke bawah, ke kabin pilot dan segera membaringkan badannya di
ranjang. Buku pedoman nakhoda Rodrigues tentang pelayaran yang sekarang ditaruh di
antara sekat kedap air, seperti juga kursi Pilot yang selalu di geladak belakang. Bukunya
besampulkan kulit dan tampak usang. Blackthorne tak membukanya.
"Mengapa kau taruh di sini?" tanya Blackthorne pada Rodrigues.
"Kalau aku tak berbuat begitu, kau akan mencarinya. Meskipun aku tahu kau takkan
membacanya"bahkan menyentuh pun tidak"tanpa diminta. Kau pilot hebat punya harga
diri"bukan saudagar atau prajurit maling yang perutnya gendut kebanyakan main
perempuan." James Clavell BUKU PERTAMA 186 SHOGUN Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Akan kubaca." "Tidak, kalau tak diminta, Inggris. Tak ada pilot berbuat begitu. Apalagi pilot hebat.
Aku sendiri tidak!" Blackthorne mengamati buku itu sejenak, kemudian mengatupkan matanya. Sepanjang
hari itu dia tidur nyenyak dan sebentar pada malam harinya. Tepat sebelum fajar dia
terbangun seperti biasanya. Mengambil waktu sekedarnya untuk menyesuaikan diri pada
gerakan kapal yang masih asing baginya dan irama pukulan genderang yang menuntun
kesatuan gerak para pendayung. Blackthorne berbaring pada punggungnya dengan nyaman
dalam gelap, kedua lengannya di bawah kepalanya. Dia mulai memikirkan kapalnya dan
menyingkirkan jauh-jauh kekhawatiran mengenai apa yang akan terjadi kalau mereka
mencapai pesisir dan Osaka. Setiap kali, satu hal. Pikirlah tentang Felisitas dan Tudor dan
rumah. Jangan, jangan sekarang. Bayangkan saja seandainya semua orang Portugis yang kau
jumpai di sana bersikap sama seperti Rodrigues. Kau pasti punya kesempatan sekarang. Kau
akan punya kapal buat pulang. Pilot itu bukan musuh atau cacar air yang harus ditakuti!
Tapi kau tak bisa berpikir begitu. Kau ini orang Inggris, orang murtad yang dibenci dan
anti-Kristen. Katoliklah yang punya dunia ini. Merekalah yang memilikinya. Kini kita dan
Api Di Bukit Menoreh 19 Detektif Ilmiah Einstein Anderson Karya Seymour Simon Gajah Kencana 23