Pencarian

The Ellimist Chronicle 2

Animorphs - Chronicle 4 The Ellimist Chronicle Bagian 2


sebagai lingkungan paling langka." Ujarnya. "Kita beradaptasi
dengan lusinan cara, tapi tidak pernah di kasus ini. Kita punya
pesawat tempur, dan kita juga belajar untuk hidup dengan benda
itu. Sudah lama sejak kita pernah mencoba untuk terbang ataupun
mengangkat. Tapi kita menolak untuk menerima kenyataan. Tidak
akan pernah ada lagi Ket. Tidak ada lagi rumah kristal. Lusinan
planet dan apa lagi yang akan kita temukan, lagi dan lagi" Penghuni
permukaan. Penghuni permukaan. Tidak ada yang lain kecuali
penghuni permukaan."
"Kita ada di langit!" Potong Aguella. "Kita tidak merangkak.
Kita tidak berjalan. Kita dilahirkan untuk hidup di langit!"
"Kita akan mati untuk mitos itu. Tidak ada lagi Juvie. Kita
sudah matu sebagai ras, selurhnya hanya untuk gambaran dari
dunia yang tidak ada lagi."
Ucapan terakhir itu untuk Aguella dan aku. Kami berdua
sudah mendeklarasikan sebagai pasangan, tapi kami tidak pernah
melahirkan anak. Hal itu sudah jadi peraturan tidak tertulis
tentang pemukiman aneh kami. Bahwa kami tidak akan memberikan
kehidupan baru hingga kami tiba di rumah.
"Sudah cukup." Ucapku, kuhentikan dengan cepat sebelum
ucapanku menyebar ke seluruh awak. "Pesawat ini punya misi.
Menno. Akan kita lihat fenomena aneh yang di ucapkan Aguella.
Tapi tidak dengan sensor aktif. Kita akan menggunakan tim
penjelajah Jicklet yang baru. Ini waktunya untuk mengetes dia."
"Aku akan bergabung dengan tim lainnya." Ucap Menno, Dia
tahu bahwa aku tidak mempercayai dirinya untuk mengomandoi
pesawat Pencari ini. Dia membiarkan aku tahu bahwa dia tahu
bagaimana yang kurasakan.
"Sebenarnya, akan ku komandoi tim pencari. Sudah sejak
lama hingga aku pernah turun ke planet. Menno, kau yang akan
mengomandai sementara ini. Aguella, kau ikut denganku. Memm
Lackofa dan Jicklet agar bergabung dengan kita. Dan Memm
petugas ketiga Deeved untuk membawa stasiun sensor kesini."
Menno mengangguk. Kuterima gertakannya. Telah kudemonstrasikan padannya bahwa aku cukup percaya diri untuk
meninggalkannya bertugas. Paling tidak selama kubawa Deeved
dari tenggeran juga. Deeved seorang petugas ketiga, dia berasal
dari kristal tropis. Dia bukan sekutuku, tapi dia meremahkan
Menno. Menno tidak akan berbuat apa-apa selama Deeved ada
disini. Aku benci atmosfir akan kecurigaan dan ketidakpercayaan,
tapi aku beradaptasi. Itulah sebabnya pusat komando berada di
tengah-tengah tenggeran, sehingga kami bisa saling melihat di
angkasa nyata. Seluruh fungsi kegiatan kami bisa saja
menggunakan uninet. Tapi di dunia dimana pengkhianatan
memungkinkan lebih tentram rasanya jika bisa berhadapan. Aku
perlu memperhatikan Menno. Dan aku juga menikmati saat-saat
memandang Aguella. Aku terbang turun didalam pesawat bersama Aguella
disampingku dan Lackofa yang kami jumpai ditengah jalan menuju
penjelajahan. "Kau meninggalkan Menno yang bertugas, Ellimist" apa kau
sudah gila" Dia akan membalikkan pesawat dan kembali ke utopia
kecilnya itu." Lackofa menolak untuk memperlakukanku sebagai sang bijak,
atau mematuhiku sebagai panglimma, atau pada rasa sopan biasa
sebagai sesama Ketran. Aku lebih berharga baginya.
Dia sakit-sakitan sepanjang tahun. Lebih sakit daripada saat
dia menjadi ahli biologi terendah nomor tiga. Dia sekarang
menjadi ilmuwan kepala di pesawat.
"Telah ku persiapkan Deeved yang mengawasinya. Dan
lagipula, awak itu setia loh."
Lackofa berkata. "Jangan terlalu bergantung pada kesetiaan,
Ellimist. Kesetiaan itu kekuatan yang lemah."
Dia tidak sedang bercanda. Dia serius. Apakah dia tahu
sesuatu" Ingin ku tekan dia untuk memberikan informasi lebih, tapi
Lackofa dipercaya oleh setiap fraksi. Dia sangat terpercaya
sebab dia diketahui tidak akan melanggar kepercayaan dan
menjadi seorang informan. Namun dia tadi memberikan sinyal
yang jelas sekali padaku. Sepertinya dia melebih-lebihkan.
Sepertinya. Bab 14. Sudah terlamabt untuk kembali ke pesawat tanpa
menunjukkan kelemahan yang tidak bisa diterima. Tidak ada
pilihan lain kecuali terus melaju ke depan dan bergantung pada
awak-awak berlainan fraksi yang disebut Lackofa sebagai
kekuatan lemah dari kesetiaan.
Explorer (Penjelajah) Adalah salah satu pesawat jenis baru
yang rancangannya ditiru dari perjumpaan kami dengan pesawat
alien. Jicklet dan teman-temannya bekerja keras selama lima
tahun untuk membuatnya. Bahan utamanya diambil dari asteroid
serta beberapa dari planet yang hancur. Jicklet sekarang punya
sejenis kekaisaran sendiri, yang terdiri dari toko yang lumayan
lengkap, pengecoran logam, pengisi ulang bahan bakar, hangar, dan
landasan perbaikan. Kristal kasar dan struktur logam membentuk
cincin asimetris yang janggal di sekitar pesawat, dibawah stasiun
pesawat tempur dan diatas mesin.
Jicklet yang menangani mesin, senjata dan pesawat kecil.
Jika ada orang lain yang punya kekuatan lebih besar daripada
panglima, Kepala Tehnisi Jicklet lah orangnya. Tapi baginya paling
tidak, kesetiaan itu bukan kekuatan lemah.
Aku pernah melawat pesawat penjelajah ini di berbagai
tempat pembangunan dan meresmikan peluncurannya. Aku sudah
terbiasa dengan pesawat ini, tapi pesawat ini beristirahat, tidak
digunakan, dianggurkan di landasan setahun terakhir.
Jicklet sudah mengantisipasi hal itu.
"Kepala Tehnisi, aku benci saat memanggilmu dengan
panggilan sependek itu. Kau tahu, kau disambut disini untuk
mengirim seorang anggotamu bersama jika mau."
Suatu lelucon, tentu saja. Tidak ada kekuatan di galaksi ini
yang bisa menahannya agar tidak menerbangkan pesawat
Penjelajah untuk misi utamanya.
"Kupikir aku bisa tepat waktu." Ujar Jicklet hambar.
"Bolehkah aku meminta misi?"
"Bulan berair dibawah sana. Kami ingin melihatnya kebawah
sana langsung tanpa menggunakan sensor aktif."
"Pesawat penjelajah akan mengatasinya." Ujarnya penuh
percaya diri. Pesawat ini cantik, perpaduan yang indah antara perasaan
Ketran dan Pragmatisme alien. Mirip peti, tapi sangat tembus
pandang, dengan crys datar sebagai panelnya serta menggunakan
force field sebagai penopang dindingnya. Pesawat ini tidak
sanggup melakukan perjalanan Z-Space, pesawat ini dirancang
untuk digunakan di orbit dan atmosfir. Ada sayap penukik dan
mesin pendorong ion besar dibelakangnya. Pesawat ini cepat,
nyaman dan bersenjata lengkap dengan Sinar Capasin versi
pengembangan dari kami sendiri.
Terlalu banyak senjata. Terlalu banyak kekuatan membunuh.
Kuberikan senyum setuju pada Jicklet, tapi dia melihat
keragu-raguanku. "Kita sudah menjelajah jauh di galaksi penuh bahaya."
Ujarnya. "Sangat jauh." Aku setuju. Kami kehilangan dunia kami karena
Capasin pikir kami ini agresor padahal kami tidak begitu. Apakah
pesan moral dari cerita itu" Bahwa kami seharusnya bersiap-siap
akan kekerasan pada setiap giliran" Benar atau salah. Itulah
pelajaran yang telah kami pelajari. Kami tidak akan pernah tanpa
persiapan lagi. Namun, disini kami menampilkan kesiapan kami untuk
menganiaya pada setiap kurva pesawat kami. Kami telah
mempersiapkan diri kami sendiri untuk pembantaian lain yang
bahkan lebih lengkap lagi.
"Mari kita lihat apa yang mainanmu bisa lakukan, Jicklet."
Kami masuk ke pesawat. Kami berada di ruang tertutup tapi
masih bisa melihat bintang di segala arah kecuali dibawah. Suatu
kompromi. Itulah yang baru saja Menno katakan akan ras kami :
Adaptasi. Jika tidak ada planet yang sesuai dengan yang kami
buthukan, mungkin seharusnya kami yang mencocokkan diri kami
pada suatu planet. Kami punya tekhnologi manipulasi genetika yang
bisa kami lakukan pada beberapa generasi kedepan. Kami para
tetua akan hidup sebagai diri kami Ketran yang menyedihkkan,
tanpa penerbangan, lagi. Tapi anak-anak muda kami akan
dilahirkan tanpa sayap, dengan tubuh yang lebih kokoh, tulang
yang lebih kuat, kaki asli daripada pod milik kami, dan tidak ada
cakar bertengger lagi. Apakah Menno benar" Tidak. Tidak akan selama aku yang jadi panglima-nya.
Penjelajah telah dilepaskan dari pesawat Pencari dan Jicklet
menyalakan mesinnya.Kekuatan gravitasi yang terakumulasi
menahan kami, tapi force field internal menahan berat kami,
bahkan menjaga darah kami agar tidak membeku. Kami meluncur
kearah bulan biru dan menggunakan atmosfir tipis sebagai rem
penahannya. Kami harus benar-benar menghentikan kecepatan
kami sebelum kami bisa benar-benar aman masuk kedalam air.
Penjelajah melaju dengan kecepatan subsonik, hanya sepuluh kaki
saja diatas lautan selembut kaca.
"Ada target tertentu?" Tanya Jicklet pada Aguella. "Kedepan
sembilan mil lagi. Disitulah seharusnya kita menjumpai fenomena
yang telah kuamati."
Kami melewati garis waktu siang hari dan Jicklet melaju
dengan kecepatan terhebatnya. Pesawat ini membelah air dengan
sudut dangkal. Saat itulah terasa sensasi klaustrophobia tibatiba. Seseorang yang tidak bisa dibesarkan di kristal yang
melayang diangkasa, menghabiskan beberapa dekade hidupnya
dalam pesawat yang dikelilingi oleh jutaan mil ruang terbuka, dan
kemudian merasa tenang karena di cemplungkan di lautan. Air
yang melingkupi sekeliling kami, gelap, buram. Kemudian, Jicklet
menyalakan lampu dan aku tersentak. Sekelompok dari ribuan
belut kuning yang brilian warnanya, banyak sekali garis-garisnya
yang bercahaya, terbang melewati kami, disekitar kami.
"Fosforensi." Komentar Lackofa. "Mungkin itulah yang kau
lihat, Aguella, sekelompok besar belut."
"Tapi belut-belut itu cantik."
Warna kuning itu berenang melewati kami, dan sekarang aku
tidak dibutakan lagi oleh merek. Kulihat warna yang mengagumkan
dan gerakan hebat dimana-mana. Seekor ikan yang hampir
seukuran Penjelajah berenang dengan mulut terengah-engah dan
sirip yang berbulu, seluruhnya cerah dengan neon merah dan biru,
ada suatu makhluk yang telrihat seperti airfoil dengan tentakel
birunya, ada juga delapan ikan terbang, kelihatan berbahaya,
berwarna pink terang, dan dibawah kami ada hutan dari tentakel
yang sangat panjang, saking panjangnya hingga tidak kelihatan
ujungnya oleh pandangan kami.
Ada pergerakan buram! Pesawat penjelajah meroket, bergerak miring dengan
tajamm, dan dengan suara raungan keras, pesawat ini berhenti.
"Ada sesuatu yang menangkap kita, Panglima!" Teriak Jicklet.
Dia lebih paham daripada aku. Ini pesawatnya, lagipula, dan
dia menguasai setiap square inchi pesawat ini.
"Seluruh cahaya luar hidupkan, sensor aktif hidupkan.
Senjata aktifkan dengan tenaga penuh. Jicklet, sentakkan
lambung pesawat jika memang dibutuhkan."
"Siap, Panglima," Balas Jicklet.
Cahaya diluar pesawat bersinar terang. Perairan sekarang
jadi sangat jelas, tapi tetpa saja kami berada pada zona malam di
bagian planet ini sehingga cahaya dari pesawat tidak bisa
menampilkan dengan luas akan sulur atau benda apapun itu yang
berhasil melilitkan tubuhnya pada pesawat kami. Belut dan ikanikan masih tetap berenang.
"Hasil bacaan sensor muncul." Kata
kehidupan, basis karbon." Dia membeku.
Aguella. "Bentuk "Apa?" "Makhluk ini sangat besar. Kecuali aku membacannya dengan
salah kuperhatikan adanya sistem elektrik terus-menerus yang
menghabiskan daya serap sensor. Benda ini memanjang hingga ke
kaki langit. Di segala arah."
Langsung ku kalkulasikan dengan cepat, garis tengah bulan,
jarak dari sini ke kaki langit...
"Itu pasti kesalahan sensor." Kataku. "Tidak ada makhluk
sebesar itu." "Kita bergerak." Ujar Lackofa.
Telah kurasakan juga gerakan ini. Kami ditarik kebawah.
"Okay. Kejutkan lambungnya." Perintahku pada awak.
Cahaya pesawat meredup saat tenaga pesawat di alihkan ke
komponen logam lambung. Apapun makhluk yang bersentuhan
dengan lambung pesawat akan tersetrum.
"Dia tetap melilit kita." Teriak Lackofa tidak penting karena
kami juga tahu. "Mengerti. Senjata sinar pada kekuatan terendah. Pola
serangan lebar." Aku masih tetap tenang. Aku menyesal karena
menggunakan cara kasar. Seperti kebanyakan bentuk kehidupan
yang ini pasti belum mencapai tahap berakal budi, makhluk ini
hanya mengikuti instingnya.
"Tembakkan." Sinar ditembakkan. Air menyerap kebanyakan energinnya,
pada kekuatan seperti ini, tapi makhluk itu tetap akan merasa
panas sekali jika kena. Perairan di sekitar kami menguap dan mulai mendidih.
"Hasil tembakan, Laporkan."
"Makhluk itu tetap melilit kita." Ujar Lackofa. "Makhluk
sebesar ini mungkin tidak punya reseptor rasa sakit pada area
tubuh sekecil itu. Dia mungkin tidak merasakan kita."
Aku mengangguk. "Kita akan mencari jalan keluar. Tembakkan
sinar berkekuatan sedang. Jicklet, pantau bagian bawah lambung.
Akan kita potong tentakelnya. Sesaat setelah kita terbebas, lebih
baik langsung terbangkan kita ke atmosfir lagi."
"Mengerti." Senjata sinar ditembakkan, tombak cahaya membentuk
lingkaran menakjubkan dibawah kami.
Pesawat Penjelajah berguncang saat tentakel itu terjatuh.
Pesawat ini mulai naik ke permukaan.
"Ada yang mendekat!" Teriak Aguella.
"Panglima!" Jerit Jikclet.
Monster itu menghantamkan kepalanya pada pesawat. Aku


Animorphs - Chronicle 4 The Ellimist Chronicle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terhantam dari dermagaku, cakarku terlepas dan berdarah.
Aguella dan Jicket masih tetap di dermaga mereka tapi Lackofa
terjatuh. Sekilas kelihatan mulut besar monster itu, cukup besar
hingga bisa menelan pesawat ini dalam sekali gigi.
"Tembakkan sinar berkekuatan tinggi!"
Mulut makhluk itu bersinar merah. Bagian dalam tubuhnya
meledak, menghancurkannya, hingga membuat lubang besar di
tubuh makhluk itu. Wham! Wham! Aku terhuyung. Wajahku sudah basah dengan darahku
sendiri sekarang. Wham! Cahaya. Buta. Mencoba mengucapkan perintah. berpikir, mencoba untuk "Misil! Tembak!"
Tidak ada jawaban. Wham! Hantaman lagi, terus menerus. Force field menahan lambung
pesawat, tapi kami ini ibarat serangga yang berada di dalam
toples kacang yang dihantam terus-terusan.
Cahaya menyala. Tidak ada suara. Hening. Aku terbaring
patah tulang. Kepalaku berputar-putar.
Air menyerbu seharusnya...... masuk. Bagaimana" Force field itu Ada sesuatu yang menyentuhku. Wajahku. Menyentuhku,
melilitkan dirinya padaku dan.....
Bab 15. Aku di dermagaku. Langit. Di sekitarku. Kristal! Aku bertengger di sebuah kristal. Azure Level. Bertengger,
mataku terbuka, masih didalam permainan. Aku sedang bermain
bersama Inidar. Skenario permainan ini melibatkan dua spesies
alien, salah satunya bangsa pengembara yang mencari rumah baru.
Spesies yang lainnya iblis seukuran dunia. Sangat besar, sehingga
dia mengkonsumsi apapun yang berada didekat planet.
"Akan kuambil Ketran, jika kau menerima."
"Dengan senang hati." Inidar memm balik. "Kau meremehkan
nilai dari ukuran dan kekuatan. Kau itu seorang idealist, Ellimist."
"Oh" Baiklah, melangkahlah kedalam sarangku, ucapkan dreth
pada chorkant." Inidar tertawa. "Haruskah kita mencebur?"
"Di sisi lainnya." Jawabnya.
"Ini tidak nyata." Ku memm balik dia. "Kau sudah tewas,
Inidar. Kau sudah tewas lama sekali."
"Memang benar, Ellimist." Dia setuju. "Capasin yang
membunuhku. Membunuh kami semua. Mereka juga ada disini. Kau
tahu, apakah kau mau melihatnya?"
"Capasin" Dimana" Dimana "ini?""
"Bukalah matamu, Ellimist, apa yang kau lihat?"
"Kristal Khatulistiwa Tinggi. Tapi kristal ini sudah mati juga.
Dan Lackofa juga ada di tenggerannya. Apakah dia sudah tewas"
Apakah aku sudah tewas" Ataukah ini sejenis mimpi" Halusinasi?"
"Apakah hanya itu satu-satunya pilihan?" Tanya Inidar, dia
mengejek. "Mungkin ini bukan di dalam permainan?"
"Mungkin saja." Ucapku. "Tapi siapa?"
Suara tertawa Inidar kedengaran riang sekali di kepalaku.
Lalu dia menghilang, dan sebelum kubuka mataku, bukan di uninet
memm, tapi tepat di depanku muncullah Capasin. Capasin yang
kubunuh itu. "Hallo lagi, Ellimist." Ucapnya. Ada lubang menganga di ujung
kepalanya dan dibawah kepala dimana ujung kristal tajam
menembus tenggorakannya. "Ini semua tipuan." Kataku.
"Ya. Hampir mirip tipuan saat kau mengejutkanku. Sebatang
tombak primitif menghentikan pesawat luar angkasa modern.
Ouch!" "Apakah ini permainan?" Aku tidak seperti bentuk anak-anak
ku seperti yang saat ini muncul. Aku itu seorang panglima dari
pesawat Pencari. Aku lah panglima dari seluruh rakyat Ketran
yang tersisa. Seluruhnya yang tersisa.
"Baiklah, coba pikir salah siapa itu?" Tanya Capasin itu
seakan dia telah membaca pikiranku. "Kalian mengembangkan
permainan dimana kalian bermain dengan kehidupan dari seluruh
spesies lain, dan dengan cerdasnya kalian menyiarkan permainan
itu melalui Z-Space, tanpa perlu memasang pemberitahuan bahwa
itu hanya permainan, hanya permainan Lalu kalian terkejut saat
seseorang datang untuk menghabisi kalian seperti sebegitu
banyak parasite lainnya."
"Kalian bahkan tidak menunggu adanya penjelasan." Kupotong
ucapannya. "Kalian datang-datang langsung membantai kami."
Capasin itu menggerakkan tangannya seperti gerak tangan
Ketran. "Itulah yang kami lakukan. Dan jika kau punya kekuatan
kau harusnya kembali dan mengambil lagi planet kalian. Daripada
mengembara seperti orang tersesat, mencari-cari planet yang
tidak ada. Kau spesies pengecut."
"Kurang dari seratus orang di dalam sebuah pesawat untuk
mengambil alih Ket?" Aku mendengus. "Kau terdengar seperti
Menno. Selalu pergerakan radikal jika bersamanya. Kembali dan
bertarung hingga mati, atau beradaptasi dan menjadi sesuatu
yang benar-benar baru."
"Yan dan sekarang kita tahu bahwa aku benar." Ujar Menno,
dia berkerumun disampng tubuh mayat Capasin, "Lihat kemana kau
bawa kamim. Apakah kau bahkan tahu" Kita sudah jadi pecahan
permainan permainan sekarang. Father telah memiliki kita. Father
telah mengumpulkan kita disini, menjadikan kita mainannya."
"Apa yang sedang kau bicarakan?"
"Kau pikir ini semua mimpi, bukan. Ellimist" Ini kenyataan.
Atau hampir kenyataan. Inidar terbentuk, suatu bentuk palsu
yang terbuat dari pikiranmu sendiri. Begitu juga dengan Capasin
satu ini, meskipun demikian ada Capasin asli disini. Dan ngomongngomong, Aku ini asli. Aku menjalankan diriku sendiri."
"Mengapa kau ada disini" Kau harusnya berada di dalam
pesawat Pencari." "Aku yang sedang mengomandoi, ingat" Bukan kau. Kami lihat
kalian menghidupkan sensor aktif. Pada saat itu, kuperintahkan
hal yang sama, tidak ada alasan untuk itu. Jadi kami lihat saat
kalian menembak dibawah sana. Kubawa turun pesawat Pencari ini
kebawah untuk menyelamatkan kalian, terkejut bukan" Terkejut
bahwa akan mencoba dan menyelamatkan hidupmu" Tidak akan.
Bagaimana bisa aku mengabaikanmu dan berharap untuk
mengendalikan awak yang tersisa" Tidak akan ada seorangpun
yang memenangkan permainan pembantaian. Paling tidak aku akan
mencoba dan menyelamatkanmu."
"Pesawat Pencari itu tidak bisa menembus lingkungan berair."
Ujarku curiga. "Father keluar dari air." Ujar Menno. "Dia mengendalikan
segalanya yang ada di bulan ini. Saat itu kami berada di atas
permukaan air, secara gila-gilaan mencoba mengirimkan satu
pesawat tempur untuk menyelamatkan kalian. Dan disaat yang
bersamaan muncullah dinding air yang mustahil ada, tentu saja--air itu naik tinggi entah darimana saja, muncullah gelombang air
setinggi setengah mil. Dan kau benar. Pesawat Pencari ini tidak
bagus untuk lingkungan berair."
"Aguella?" "Tepat disini." Ujarnya.
"Bagaimana kau........Apa dia baik-baik saja?"
"Aku terbunuh, Toomin. Kami semua. Semuanya kecuali kau."
Aku ingin tertawa. Ini terlalu lucu. Dia berbicara, dia ada
disini sekarang, didepan wajahku. Melayang-layang di udara bersih
di rumahku. "Apakah kau ingin melihat kenyataannya, Ellimist?" Tanya
Menno. "Ya. Tentu saja."
"Jangan terlalu cepat untuk memutuskan. Kau tidak akan
menyukai kenyataannya."
"Kalian semua sudah mati. Apa lagi yang lebih buruk?"
Senyuman Menno melebar. Dan saat ini tiba-tiba kristalnya menghilang, langitnya
menghilang. Aku berada di bawah iar. Dibawah air tapi tetap
bernafas. Ada sesuatu yang menahanku. Tentakel. Deep Worm,
mereka semua ada didalamku! Sulurnya membesar tumbuh di
dalam tubuhku, menembus tubuhku, menjadikanku suatu bagian
dari tubuh mereka. Aku mengambang, tertambat, dalam suatu tempat dimana
tentakel memanjang hingga sejauh mataku bisa memandangnya.
Menno mengambang di dekatku, tertambat, tertembus juga,
tergabung dengan tubuh tentakel. Matanya tertutup. Dadanya
terbuka. Bisa kulihat isi bagian dalam tubuhnya.
Beberapa kaki dariku----Aguella. Aguella-ku tercinta.
Terikat. Ikut serta. Mayatnya tumbuh bersama dengan suatu
makhluk yang disebut Father.
Lackofa. Jicklet, tubuh lainnya, lebih banyak lagi, kulihat
lebih banyak lagi. Mereka semua berada di sekitarku.
Sebagian kelihatan tidak terluka, yang lainnya tubuhnya
tercabik-cabik karena luka tabrakan dengan tubuh pesawat atau
karena penurunan tekanan yang tiba-tiba.
Dimana-mana mayat. Mayatdari Rakyat Ketran yang terakhir.
"Tidak, kaulah rakyat Ketran terakhir, Tooming sang
Ellimist." Ujar Aguella.
Dia depanku, sekali lagi, melayang, wajah cantiknya,
......seluruhnya hanya ilusi. Kristal yang melayang itu. Rakyat yang
mengangkatnya. Jauh dibawah sana, sungai lahar yang mengalir.
"Apa yang kau inginkan dari kami?" Jeritku.
"Aku Father." Ujar Lackofa. Dia menatapku dari
dermagannya diatas sana. Old Forty-two. "Akulah kehidupan dari
planet ini. Seluruh yang ada disini berasal dariku, menjadi milikku,
menjadi bagian dari tubuhku. Seluruh kekuatan itu milikku."
Tiba-tiba, muncul penglihatan cepat, data yang dikompresi
didownload pada kecepatan sepuluh kali lipat daripada kecepatan
normal, seperti ratusan memm yang meledak didalam kepalaku di
saat yang bersamaan. Kulihat Father. Dia menutupi seluruh square
inchi bulan, setiap mil lantai lautan, setiap pula kecil, segalanya
dari kutub ke kutub. Semiliar tentakel seluruhnya bergerak-gerak
menunggu. Bukan hanya kami saja korban Father. Kulihat adanya Ras
Generasi dan ras Illaman. Kulihat Capasin. Kulihat banyak ras yang
telah kami temui dalam perjalanan panjang kami. Kulihat Ketran
yang tidak pernah kulihat, seluruhnya tewas. Tidak ada yang hidup
kecuali aku seorang, jika ini benar-benar disebut kehidupan.
Tapi itupun berarti sedikit bagi Father. Bahkan tubuh mayatmayat itu bisa digunakan, dijaga terus, otak tanpa jiwa mereka
dibuat agar berfungsi lagi.
Berapa banyak pesawat luar angkasa yang terseret kedalam
bulan biru ini" Father sudah tua. Dia telah sangat tua sebelum rak
berakal budi pertama kali menyalan roketnya.
"Apa yang kau inginkan dariku?" Jeritku padanya.
Menno berkata. "Sepi sekali disini hanya ditemani, kawankawan yang telah mati. Aku ingin memainkan permainan, Ellimist."
Bab 16. Rupanya ini semua permainan juga.
Aguella sudah hilang. Tewas. Sejak tahun pertama---dekade"----abad"---Father telah membawanya kembali padaku. Di
datang dan Lackofa juga datang serta Menno juga. Seluruh
saudara lelaki dan wanita yang telah tewas, temanku, musuhku,
yang kucintai. Seluruhnya tewas. Tapi tetap saja Father
memberikan rumahku kembali di Azure Level, rumah lamaku,
bersama teman-teman di sekelilingku, Inidar ada disana juga, dan
Wormer, mereka dibangun dari pikiranku sendiri.
Ingatan murni, mereka dibuat oleh Father dari pikiranku,
mereka kurus, makhluk yang tak berharga, mereka hanya
melakukan apa yang pernah mereka lakukan. Ini sangat memalukan
karena aku tidak kenal mereka lebih baik lagi. Jika ingatanku
masuk lebih dalam lagi Father akan membuat mereka lebih
menghibur. Dimana Father punya tubuh dan Otak dia bisa membuatnya
menjadi lebih kreatif. Aku dan Aguella menikah. Kami punya tiga
anak kecil. Tapi anak-anak itu berupa ilusi yang menyedihkan,
terpisah, tidak lengkap, aku tidak pernah memperhatikan anak
kecil dengan serius. Pikiranku tidak bisa membuat mereka, tidak
bisa menuliskan mereka seutuhnya. Mereka kelihatannya datang
dan pergi secara acak. Jika kuingat mereka, mereka akan muncul,
jika kulupakan mereka dan mereka akan menghilang selama
beberapa jam ataupun hari.
Aku dan Lackofa tumbuh tua bersama, teman tua. Kami
menghabiskan waktu bebas kami bersamma. Merangkai puisi
bersama, berbicara tentang hari-hari baik dahulu. Dia tumbuh
tua. Begitu juga aku. Jicklet terkadang datang. Terkadang kami yang datang ke
tenggerannya. Dia sudah sangat hormat pada orang lain sekarang,
saat ini dia bekerja dibawah Dewan pertemuan dan pertimbangan.
Dan Menno" Untuk sesaat Menno-lah lawanku disetiap
permainan. Father terkadang menjadi lawan kami. Father suka
sekali menonton permusuhan. Aku dan Menno sangat berbeda.
Tapi seiring waktu permusuhan kami memudar, hilang, sulit
rasanya untuk tetap membenci orang yang telah tewas. Bahkan
bagi orang yang kelihatan sangat penting dan hidup.
Berapa banyak permainan yang telah ku mainkan bersama
Father" Ribuan" Sepuluh ribu" Kucoba untuk menolak, tapi dia
langsung saja mematikan ilusi tentang rumah, dan akhirnya kulihat
dimana dan apa aku sebenarnya. Aku berada di lautan, tertambat
abadi pada salah satu sulur yang tumbuh didalam tubuhku, sulur
itu masuk ke otakku. Aku berada di hutan tentakel tanpa ujung
bersama dengan Lackofa, menno dan Aguella yang malang tetap
mengambang, sudah mati, tapi tidak pernah membusuk, tidak
pernah terurai, tidak pernah, tidak pernah damai.
Tapi itu tidak lebih dari ilusi saja mengapa aku termotifasi
untuk bermain. Hanya itu yang kupunyai, tidak ada lagi kecuali
permainan. Permainan dan kilatan kecil akan harapan yang tidak mati.
Menyedihkan, ilusi putus asa. Betapa lucu dan menggelikan
sekali untuk melekat pada harapan akan kabur. Dan kabur untuk
apa" Kemana aku akan pergi" Apa aku jadinya nanti" Aku


Animorphs - Chronicle 4 The Ellimist Chronicle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merupakan bagian dari Father. Tidak ada lagi Toomin, tidak ada
lagi Ellimist. Yang ada hanya Father.
Namun......Aku tetap hidup. Aku masih tetap memainkan
permainan dan membuat keputusan permainanku sendiri.
Father butuh aku, sudah sejak lama sekali sejak aku
menyadari fakta itu. Dia tetap membuatku hidup untuk bermain.
Sebab walaupun aku kalah tiap kali bermain, aku masih tetap
lawan terbaiknya. "Aku ingin memainkan permainan." Ucap Father. Dia telah
memperoleh wajah baru, wajahnya sendiri, atau hasil
reproduksinya, atau hanya sejenis. "nama permainan." Dia
mengambil wujud seorang tetua, seorang Sang Bijak. Dia terbang
ke dermagaku, melayang, dan mengulangi. "Haruskah kita
membenam?"" "Di sisi lainnya." Ujarku.
Father telah memainkan banyak permainan. Banyak
Permainan. Aku percaya bahwa dia telah mengumpulkan lebih dari
seribu ras, dari seluruh galaksi. Kami memainkan permainan yang
tidak jauh berbeda daripada permainan pemukiman alien kami
sendiri. Kami punya permainan gerak refleks sederhana,
permainan pembunuhan, permainan yang melibatkan gerakan rumit
dari potongan pesawat datar atau diantara kubus atau diantara
dimensi angkasa. Permainan yang berupa permainan dari
permainan. Itu semua yang kupunya. Aku pernah memohon pada Father
untuk membunuhku saja, tapi akhirnya, tentu saja dia menolak.
Aku telah mencoba untuk langsung kalah, berharap untuk
membuat permainan menjadi membosankan bagi Father. Tapi
Father tetap sabar, dia tetap menungguku. Selama bertahuntahun, sedekade, tidak masalah untuknya. Dan ujung-ujungnya aku
selalu ikut bermain lagi.
Kurasa, kauu buat apa yang bisa kau buat dalam hidupmu.
Permainan baru, baru saja dimulai.
Permainan ini berbeda. Father telah memperolah spesies
baru. Tiba-tiba saja aku berada pada ruangan tertutup, lembab,
hampir-hampir tanpa udara. Paling tidak terasa tanpa udara
bagiku, bagi seorang Ketran. Walaupun dalam segala kewajaran,
aku sekarang sudah hidup di lautan dan tertambat pada sebuah
sulur"sehingga sulit rasanya untuk mencela.
Tidak pernah seperti ini, terasa tanpa udara. Tempat ini
tidak besar, mungkin hanya seratus feet square luasnya.
Didalamnya ada makhluk, aneh, bentuknya seperti leburan dari
lusinan ras berbeda. Wajah ras ini memiliki dua mata menghadap
kedepan dan satu mata menghadap ke belakang. Rambutnya
panjang, menjulur melewati punggungnya yang berpaku-paku
hingga ke lantai. Seluruhnya berbeda rambutnya, ada yang
berambut hijau, merah dan kuning. Wajahnya ada yang hitam,
kuning dan ungu. Lengan ras ini kelihatannya tidak terlalu
dibutuhkan, ada yang berlengan tiga, yang lainnya ada yang sampai
sembilan. Mereka benar-benar baru. Tidak seperti ras yang pernah ku
temui sebelumnya. Father telah mendapatkan yang baru.
Mengikuti instingku aku tahu bahwa kami berada didalam
suatu pesawat luar angkasa. Pesawat ini bergerak. Percepatannya
tidak selembut pesawat luar angkasa yang kutahu. Pesawat ini
bergerak ke atas bawah dan begitu terus seakan sedang diamuk
badai saja, atau bahkan sedang mengambang diatas lautan.
Makhluk itu duduk diatas meja dengan tubuhnya dengan
nyaman. Mereka sedang minum dengan santai-santainya. Mungkin
mereka minum minuman keras. Mereka memandangi kami.
Kami, aku dan Father dalam bentuk Menno, kami berada di
ujung salah satu ruangan di platform yang tinggi. Masing-masing
tangan kami memegang peralatan. Panjang, hampir sepanjang
tubuhku, tapi lebih datar lagi, hampir mirip papan lah. Dan
memanjang di papannya ada tujuh tali-tali kencang. Ada lubang
tiupan yang bisa kujangkau dengan membengkokkan leherku
sedikit, kutempatkan lubang tiupan itu kedalam mulutku.
Menno menyeringai padaku, pandangan menantang. Dia
menempatkan mulutnya disekitar lubang tiupan dan menghembuskan nafasnya ke lubang saat jari-jarinya bermainmain di tali-tali kencang.
Hasilnya.....ini.......ini
ataupun di mimpi. tidak pernah kudengar di hidupku Suaranya bukan hanya sekedar suara. Aku tidak punya katakata untuk menjelaskannya. Mungkin tidak ada seoranpun yang
bisa. Suaranya menyentuh lubuk hatiku yang telah lama kulupakan.
Suaranya membuatku berfikir akan Aguella. Tentang rumah.
Tentang bintang-bintang dan matahari dan awan serta seluruh
keindahan, kesedihan, kesenangan dan keriangan yang tidak
pernah kutahu. Menno/Father telah selesai bermain dan makhluk yang
mendengarkan berteriak-teriak dengan suara kasar jika
dibandingkan dengan suara dari instrument Menno.
"Giliranmu." Ujar Menno.
Kutempatkan di bibirku seperti yang kulihat di lakukanjnya,
kuikuti gerak tangannya tadi. dan kubunyikan suaranya. tapi bukan
suara yang dikeluarkan alat ini. Punyaku suaranya kasar dan
menyakitkan bagi telingaku sendiri.
Namun, aku bisa mendengarnya, bahkan di suara itu, bahkan
dengan ketidak logisanku, ini awal mula dari sesuatu, sesuatu.
Penonton diam saja mendengarkanku.
"Begitulah permainan." Menno tertawa.
"Permainan apa ini, Father?"
"Makhluk itu disebut Unemite. Mereka belum
mengadakan perjalanan luar angkasa. Kuseret sebuah
Skrit Na ke dalam jaringku----mereka itu spesies tidak
Skrit Na itu..-----Dan didalam pesawat mereka itu ada
tawanan mereka. sanggup pesawat berguna, Unemite "Permainan itu, Father. Apa namanya?"
"Mereka menyebutnya musik."
"Aku tidak punya harapan untuk menang." Kataku jujur.
"Kumohon padamu, Father, bebaskan aku. Aku tidak ingin bermain
lagi." Dia menolak. Tentu saja dia akan terus menolak. Dan tahu ini
tentang Father : Satu-satunya kelemahannya adalah kekejamannya. Bisa kugunakan itu. Dia akan memaksaku untuk
terus memainkan permainan hingga ribuan kali.
Melangkahlah ke sarangku, katakan dreth pada chorkant,
Bab 17. "Haruskah kita membenam."
"Di lain sisi."
Unimete. Instrummen. Permainan ke seratus.
Aku telah menunggu. Begitu sulit untuk menunjukkan
peningkatan bermain ku yang cukup pada Father, untuk menantang
balik dia, tanpa membuka apa saja yang telah ku pelajari. Begitu
sulit untuk membangun dasarnya di saat ini.
Permainan ke seratus. Tapi yang ke sepuluh ribu kalinya aku
telah memainkannya di pikiranku, sendirian. Instrumen itu, adge
itu, seperti yang Unimete sebut, telah merasuk kedalam
pikiranku. Adge itu telah menjadi bagian dari diriku. Berada didalam
tubuhku, di dalam otakku, dan bahkan jika Father mengakhiri
permainan, dia tidak akan pernah bisa mengambil adge itu dariku,
tidak akan pernah mengambil musik dari ku, tidak akan pernah.
Aku telah memilikinya. Telah menjadi punyaku. Dan sekarang,
permainan ini, yang keseratus kalinya, akan kutunjukkan padanya.
Dia sekarang menggunakan wujud Menno, menyebalkan, yakin
akan kemenangannya, tapi cukup hati-hati juga bahwa kali ini dia
harus berusaha lebih keras lagi untuk menarik penerimaan dari
para pendengar. Namun, dalam permainan ke seratus Father tidak ada
kemajuan. Tidak dalam ide-ide asli permainan, tidak dalam
ekspresi baru. Dalam beberapa level bahkan ironis : Menno,
Menno yang asli rakyat Ketran, selalu menjadi pengacara untuk
menjalankan level baru, dia menginjeksikan sifat tidak
mengindahkan pada convensi permainan.
Aku tersenyum untukku sendiri, Ah, Menno, kau akan bangga
padaku. Tapi saat ini Aguella lah yang ada dalam pikiranku saat
kumainkan adge yang ada dari lubang tiupan ke bibirku. Aguella
lah yang membuat musik ini menjadi bisa ku kuasai, dan
kekuarangan akan Aguella, atau apapun sepertinya, akan menjadi
kekalahan dari Father yang malang. Kau butuh cinta untuk
memenangkan permainan musik.
Kumainkan riff. Menno ternganga. Penonton duduk di depan.
Itu benar, Father. Aku telah menulis ulang aturannya.
Kumainkan irama kesedihan. Kumainkan irama kesepian. Putus
asa. Menemukan cinta dan hilang lagi. Kumainkan irama tragis
ketidak pahaman dan sinis akan kekalahan serta penakhlukan.
Kumainkan irama yang melagukan menahan segala penderitaan,
daya tahan akan kehidupan tanpa harapan, harapan dimana bahkan
harapan itu hanyalah pengkhianatan.
Namun, walaupun aku memainkan musik begitu sedihnya,
musik yang sama menolak putus asanya. Bagaimana bisa seseorang
merasa putus asa saat musik sedang dimainkan.
Kulihat wajah para Unimete di depan. Mereka telah
mendengar irama kesepian dan dalam ekspresi kesepian mereka
kulihat adanya kenyamanan dalam diri mereka sendiri.
Oh, ya. Aku telah menguasi mereka, para pendengar. Aku
bisa menuntun mereka dan mereka akan pergi bersamaku
kemanapun adge ku menuntun.
Dan Father" Oh, senang rasanya melihatnya. Senang rasanya
melihat yang tadinya meremehkan sekarang sudah berubah dari
kekaguman terus berubah lagi jadi kemarahan hebat.
Musik ini tidak menyentuhnya. Tapi dia bisa melihat bahwa
kali ini akulah yang sudah menang. Aku telah memenangkan
permainan begitu bersuara, sehingga akhirnya bahwa dia tidak
akan pernah punya harapan untuk bersaing denganku lagi. Bukan
dalam permainan musik. "Bagaimana?" Akhirnya dia bertanya juga.
Kumainkan sebuah frasa dalam adge-ku dan kulakukan apa
yang tidak pernah dilakukan ras Unimete. Aku bernyanyi.
Kugunakan suara mulutku, suara ketranku, untuk membuat suara
yang tidak bisa dibuat adge.
Unimete menggila. Sorakannya luar biasa, gila-gilaan, tapi
penuh kecintaan. "Bagaimana"!" Menno/Father
menyembunyikan kemarahannya.
bertanya, tidak bisa dia "Aku seorang pecundang." Ku lagukan jawabannya. "Mereka
menyebutku pecundang yang brilian, seluruh pemenang,
seluruhnya pemenang kecuali aku seorang, pecundang. Tapi hanya
pecundang yang bisa menyanyikan warna biru langit. Hanya
seorang pecundang yang bisa melihat penglihatan yang
sesungguhnya. Bab 18. Kurasa Father akan langsung membunuhku. Tapi rupanya
tidak. Kupikir dia tidak akan pernah memainkan permainan musik
lagi, tapi dia mencoba lagi. Dan kali ini dia meniru sebanyak apa
yang telah kulakukan. Itu tidak penting. Aku punya trik untuk
peningkatan bermainku, Aku telah memikirkan peningkatan taktik dalam duetku. Akan
kutawarkan frasa musik, kumainkan beberapa saat, lalu ku undang
mereka untuk ikut dan menebak frasa selanjutnya.
Father tidak bisa. Dan upayanya sungguh menyedihkan.
Untuk waktu yang panjang setelah permainan terakhir.
Father tidak lagi menjumpaiku. Tidak ada lagi permainan. Tidak
ada apa-apa lagi. Aku ditinggalkan mengambang, dibiarkan
memandangi laut tempatku tertambat, memandangi tubuh Aguella
yang telah lama tewas. Dialah renunganku.
Tapi segalanya sudah berubah sekarang. Aku punya musik.
Dan bahkan tanpa adanya sebuah adge. Aku sudah lama bisa hidup
di dalam pikiranku sendiri dan bisa kumainkan dan kubuat lagulagu baru tanpa henti siang dan malam.
Akhirnya setelah lama sekali, setelah beberapa tahun
mungkin, Father datang lagi padaku. Dia punya permainan baru
lagi, suatu spesies baru lagi. Bukan musik, bukan sesuatu yang
seperti itu. Kali ini permainan sederhana yang menempatkan
potongan-potongan kecil. Aku kalah dalam empat permainan
pertama. Aku menang yang kelima, yang ke enam. Lima permainan
berikutnya. Bahkan setiap permainan.
Father marah dan mengubah skenario permainan menjadi
pemandangan yang sangat mengerikan. Dia mengamuk dan
membiarkanku mengambang di lautan lagi.
Dan pastinya dia sekarang akan membunuhku. Dia mengerti
apa yang telah terjadi. Aku telah memenangkan permainan musik
dan permainan tiga bentuk, peningkatan permainan telah
melakukan sesuatu pada pikiranku, merubahku bahkan pada
permainan yang tidak ku mengerti. Kulihat lebih banyak dimensi.
Intuisiku sudah melekat padaku lagi sekarang. Aku percaya pada
gerakanku sendiri. Dan sebaliknya, Father gemetaran.
Setahun. Satu permainan baru. Permainan pembunuhan kali
ini. Senjata, dalam ruangan yang membingungkan.
Aku memenangkan permainan pertama.
Aku memenangkan setiap permainan.
Father diam saja. Mengapa dia tidak membunuhku"
Kujangkau dia, aku ingin tahu apa pikirannya. Tapi dia tidak
menjawab. Dia telah pergi, dia telah mundur, namun, aku tetap
hidup. Dan kemudian harapan yang terpendam, emosi mengerikan


Animorphs - Chronicle 4 The Ellimist Chronicle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan kehancuran kami, mulai bangkit lagi di benakku. Ku jangkau
keluar, ku jangkau kebawah pada tambatanku, melalui syaraf
Father seakan syaraf itu merupakan uninet biologi. Ku jangkau
Aguella. "Aguella, cintaku."
"Toomin?" "Ya." "Apakah aku hidup?"
"Apa kau berpikir" Apa kau melihat" Apa kau merasa"
"Aku....." Bisa kulihat mayatnya, kulihat melalui sinar matahari yang
menembus perairan. Melihatnya melalui ikan berneon hija yang
melewatinya. "Ingatanku, seluruh...." Katanya. "Aku bisa merasakanmu,
Toomin. Hanya kau saja. Hidup, tapi..... apa yang telah terjadi?"
Sudah beberapa tahun, bagaimana bisa hatiku masih terasa
pedih" Mengapa rasa sakit ini begitu segar"
"Kau hidup di dalam ingatanku, Aguella. Tapi sekarang, disini,
di tempat ini, kau hanya hidup di saat Father menyentuh urat
syarafmu. Saat dia menghidupkan ingatanmu." Tidak ada Father
disini." Ujarnya. "Telah kubuat kau hidup lagi, untuk saat ini. Bagian dari
dirimu yang kusentuh menjadi hidup lagi, Aguella. Ingatan ini,
dugaan ini, ide-ide ini. Tapi hanya sesaat."
"Berarti aku telah mati."
"Ya. Kau telah menghilang, Aguella. Ini hanyalah bayangan
dari dirimu, otak biologimu, urat syarafmu hidup, seperti
komputer biologi, tidak lebih dari itu."
"Biar kulihat, sekali lagi, biar kuliat apa aku ini."
"Tidak, tidak."
"Ah." "Aguella, aku."
Bisakah aku meminta ijin darinya" Dari seseorang yang sudah
tewas selama beberapa dekade" Ini menjengkelkan. Dia akan
memberikan jawaban yang kuminta. Keinginannya sudah lama
hilang, sudah lama menghilang.
"Kubuat kau menjadi bagian dari diriku, Aguella, apa kau
mengerti" Aku mendownload mu, pikiranmu, pengetahuanmu,
seluruh yang ada padamu."
"Aku selalu menjadi bagian dari dirimu, dan kau juga bagian
dariu." Kurendahkan penghalan di antara kami. Kurasakan derasnya
informasi yang datang darinya. data. Itu dia, data yang terkunci
tapi sudah kubuka, apa saja membuatnya menjadi seorang Ketran.
Rasa takutnya, keinginannya, cintanya.
Seluruhnya menjadi bagian dariku, dan bahkan di saat
mengerikan, disaat-saat tersembunyi dimana aku memperlakukan
orang yang kucintai tidak lebih sebagai file uninet, aku tamak dan
berpikir, Ah, Father, tolol sekali mengapa kau mundur, sekarang
aku yang akan datang padamu.
Kudownload Jicklet. Lackofa. Menno. Satu-persatu kuserap
pikiran mereka. Ketran yang lainnya, hingga seluruh akal ras Ketran berada
didalam tubuhku. Dan kemudian yang lainnya, akal alien, pikiran alien.
Pandangan alien, Lebih cepat! Ras Generasi. Illaman, Capasin.
Skrit Na. Lebih lagi! Lebih cepat!
Aku menjadi virus uninet, memakan data, menyebarkannya,
mengkonsumsinya, menyerapnya. Tetap saja aku tidak lebih hanya
satu satu persen dari Father, tapi aku sudah seratus kali lipat
dari diriku sebelumnya. Daankin, 333, Wurb, Breets, Multitude, Chan Wath. Ras
demi ras. Kukosongkan setiap akal mereka kedalam diriku, setiap
datanya, tidak sempat untuk mengecek watku, untuk melihatnya,
untuk membuka dan menikmatinya, oh tidak, tidak sempat, ras nya
sudah hidup, ras pengkonsumsi, untuk mendownload dan menyerap.
Berapa lama hingga kau melihatnya, Father" Berapa lama
hingga kau tahu permainan baru ini"
Aku meraung dan terus meraung. Dan tetap saja Father
tidak merasakanku, tidak merasakan resiko yang sedang tumbuh
ini. Mengapa dia" Father tidak pernah tahu ada musuh alaminya.
Dia telah menguasai seluruh dunia sepanjang proses evolusinya.
Satu bentuk kehidupan yang menguasai setiap lautan di
tempatnya, Kemudian, setelah waktu yang panjang, kurasakan ketidak
mudahannya. Kurasakan perhatiannya. Dia mengirim impulsnya,
melaju dengan cepat melalui jaringannya yang besar, kurasakan
disini dan disana penyebab sensasi aneh yang menggangu ini.
Tidak kutunjukkan apa-apa padanya. Kusembunyikan tubuhku.
Dia terus mencari dan hanya menemukan kekosongan. Kekosongan
yang ada dimana pikiranku bersembunyi. Dimanakah Capasin"
Dimanakah Generasi" Dimanakah Grasper"
Dimanakah Ketran-Ketran itu"
Dah setelah waktu yang panjang, saat potongan-potongan
tubuhnnya berkumpul dengan lambat, saat dia mulai merasakan
suatu emosi baru, dia bertanya. Dimana Ellimist"
Saat ini aku masih setengahnya Father. Kami sudah
seimbang. Kuhentikan kemajuanku.
"Haruskah kita membenam sekarang, Fahter?" Kataku.
"Permainan apa?" Dia bertanya.
"Permainan, Father. Permainan terakhir."
Kehidupan Ketiga Bab 19. Akal terakhir yang kuserap adalah Father sendiri. Dan saat
kuserap pikiran dan akalnya, aku tidak mendapatkan apa-apa.
Tidak ada Father. Tidak ada pikiran dan akal sama sekali. Dia
bukan apa-apa tapi hanya sekedar karang. Dia hanya suatu
makhluk biologi sederhana, dia suatu kecelakaan dalam proses
evolusi, dia itu seorang karang pemangsa yang menyambungkan
dirinya dengan mangsanya. Father bukan apa-apa kecuali
korbannya sendiri. Dan saat kuserap dan kupotong dia dari
seluruh korbannya, Father tidak lebih dari sekedar rumput laut
biasa. Aku lah Father sekarang. Dalam diriku berisi segala
pengetahuan dari ratusan ras cerdas. Tapi aku masih tetap
Toomin. Sang Ellimist. Aku tidak cocok hidup di sini, di lautan
bulan biru ini. Aku dilahirkan sebagai makhluk yang terbang, di
langit bebas. Kubuka mataku dan kupandang keluar dari lautan. Kupandang
keluar dari ladang kematian Father.
Kulepaskan tentakel yang menahanku. Ini butuh waktu yang
lama. Sulurnya telah menembus tubuhku, memasuki otakku. Sakit
rasanya, rasa sakit fisik yang tidak pernah kurasakan lagi selama
beberapa dekade. Dan saat aku hampir bebas aku hampir saja
kebanjiran air laut. Tentakel inilah yang memberikan makanan dan
udara yang membuatku tidak menua.
Sekarang aku tercekik, paru-paruku kering, perutku berat.
Kugerakkan ototku yang tidak pernah bergerak lagi.
Kutendang tentakel dari tubuhku, bebas! Kubuka sayapku dan
terbang perlahan-lahan naik ke di air, naik terus hingga ke
permukaan. Udara! Bebas! Wajahku keluar dari permukaan air, tidak tertambat
lagi, bebas, merdeka! Bisakah aku terbang" Apakah aku mungkin terbang lagi"
Bagaimana membuat sayapku keluar dari permukaan air" Tidak
mungkin. Tida----------rasanya seperti gelombang besar lautan,
derasnya air terjun, akan pandangan, suara, gambaran, ide-ide,
emosi, aku tersapu akan mereka, seorang penerbang bebas di
tengah amukan badai. Seluruh akal dan pikiran yang kudownload kedalam pikiranku,
seluruhnya ada disini. seluruhnya berkerumun didalam otak
Ketranku yang terbatas. Aku menjadi komputer yang menjalankan
seribuan perintah sekaligus. Tubuhku sendiri kelihatan sekan ada
dalam berbagai variasi. Aku punya tangan, sayap, kaki, tentakel,
penyengat, prod, cakar, perasa, mata dengan berbagai jenis. Bisa
kulihat warna dengan berbagai spektrum, bisa kulihat sinar X dan
sinar kosmik serta gelombang microwave. Aku punya telinga yang
hanya bisa mendengar suara bass terdalam, dan juga telinga yang
bisa mendengar hanya alunan suara, dan telinga yang mendengar
deru udara yang berhembus pada jarak ribuan yard dariku.
Seluruhnya itu, seluruh ingatan itu, bertumpuk-tumpukan
pada tubuh dan otakku yang tidak mencukupi.
Aku terbenam, naik ke permukaan lagi,Toomin, seorang
pemain yang menyebut dirinya Ellimist. Aku yang mengendalikan,
tidak, tidak bukan kendali, tidak, seluruh usaha yang bisa
kulakukan hanyalah menahan serangan yang akan datang. Aku
tidak bisa menggunakannya. Tidak bisa kubuka pintunya dan
menggunakannya tanpa merasa diluar batasku.
Aku berenang, sekarang ketakutan, terombang-ambing akan
apa yang telah kulakukan. Aku berenang dibawah cahaya terang
dari piringan planet diatas sana, dibawah bulan putih dan coklat,
dibawah kehangatan matahari terdekat.
Aku berenang terus dalam jangka waktu yang panjang. Tapi
aku tidak tersesat. Kami sering menggunakan bulan ini seagai
permainan bersama Father, aku dan Father. Aku tahu dimana
keberadaan setiap pulau-pulau kecil dan berbaring di tanah tanah
disana karena kelelahan. Setelah beristirahat, kubuka sayapku dan kubiarkan udara
yang mengeringkannya. Huru-Hara didalam kepalaku masih tetap
ada, masih tetap bergemuruh.
Saat aku sudah kering benar. Aku terbang untuk pertama
kalinya setelah jangka waktu yang panjang sekali, aku hanya bisa
menangis haru saat ini. Aku terbang, kubawa sayapku terbang di
lautan yang hampir tanpa batas, lautan dibawah panenan tubuh
mayat yang masih tertambat pada Father.
Mereka sudah mulai terurai sekarang, tentu saja. Father
sudah tidak bisa menjaga penuaan mereka dan efek pembusukan
dari air itu sendiri. Dia tidak lagi menutrisi mereka.
Mereka telah mencapai kematian
permukaan bulan ini menjadi ladang kubur.
akhirnya. Seluruh Aku terbang dan mencari-cari. Aku tidak pernah melihat
tempat yang kucari, tapi aku tahu bahwa tempat itu ada. Father
pernah membuat permainan di permukaan dunianya, tapi ada suatu
tempat yang kosong melompong saat di permainan, area itu tidak
pernah muncul. Rahasia apa yang tersembunyi disana" Aku
terbang dan menikmati udara segar. Aku lapar. Mengagumkan! Aku
kelelahan. Luar biasa! Aku merdeka.
Sendirian. Didepanku kulihat tempat yang kuperkirakan sudah
kutemukan. Sebuah pulau tersembunyi. Lebih luas dari pulau yang
lain dan jauh lebih tinggi. Pulau yang satu ini kering jika
dibandingkan dengan pulau lainnya di bulan ini. Pulau ini diselimuti
tetumbuhan yang rimbun, kebanyakan berwarna hijau dengan
corak orange dan merah. Disana dan disini, ada pesawat luar angkasa yang tersangkut
di pepohonan. Sebagian ada yang sudah sangat tua sehingga
ditutupi oleh lumut, sulur dan pepohonan. Ada beberapa yang
kelihatan baru jatuh seminggu ataupun sebulan yang lalu.
Pesawat-pesawat itu ada yang besar juga kecil. Ada yang
kelihatan berbahaya ataupun biasa saja. Sebagian dipersenjatai
dengan senjata yang sangat menakjubkan. Yang lainnya yah hanya
berisi perlengkapan biasa saja.
Seluruh pesawat dari berbagai ras yang telah terpancing
oleh Father selama lebih jutaan tahun berada di pulau ini
menunggu. Telah kutemukan pembuangan sampah Fathet. Butuh
beberapa saat bagiku untuk menemukan pesawat Penjelajah. Dan
kutemukan juga Pesawat Pencari milik kami. Pesawat Pencari
sudah hancur, penyok-penyok. Aku mendarat di salah satu tiang
pesawat dan berdiri disana sejenak. Berdiri dia batu nisan
rakyatku. Ketran terakhir sekarang sedang berdiri diatas batu
nisan dari ras-nya. Pesawat Penjelajah keadaaanya jauh lebih baik.
Pesawat itu terbalik, karena gaya gravitasi, tapi mesinnya masih
bisa hidup, dan sistemnya masih bekerja. Pesawat ini masih bisa
terbang. Aku bisa pergi dari bulan Father. Dan pergi kemana" Aku
sekarang seperti alien semungkin bisaku. Hanya aku Ketran yang
tersisa di galaksi ini, dengan beberapa pengecualian, yang tidak
pernah diketahui bahwa kami ada. Dan aku adalah seorang alien
yang dalam dirinya berisi banyak pikiran lain. Aku dipenuhi dengan
jawaban akan pertanyaan dari sepuluh ribu rekan, teman dari
ribuan dunia. Aku tahu dimana kekasih tercinta mereka telah
pergi, mengapa mereka tidak pernah kembali. Akulah yang tersisa
dari Ket, tapi disaat yang bersamaan akulah yang tersisa dari ras
punah yang lainnya serta keluarga dan pemukiman tersisa lain. Aku
telah menjadi repositori hidup dari ratusan variasi ras. Kehidupan
yang tetap berada dibelakang pintu terkunci dari otakku
kecuali....kecuali aku bisa menjadi sesuatu yang lain.
"Kau benar, Menno. Kita mesti beradaptasi, di akhirnya.
Beradaptasi atau mati."
Bab 20. Butuh waktu lebih dari tiga puluh tahun untuk melakukan apa
yang kubutuhkan. Aku mendatangi tia pesawat, tiap bangkai
pesawat, dan mengambil apa yang bisa kugunakan. Kubangun jalan
melalui hutan dan membuat mesin pengangkut. Kubuat toko
telentang di darat yang berisi peralatan yang pastinya akan
membuat Jicklet mengiler kalau melihatnya. Aku masuk kedalam
pikiran yang tersimpan di dalam tubuhku. Seiring waktu aku
bertahan untuk hidup dari badai multi pikiran yang menimpa,
untuk mengambil apa yang kuperlukan dan pergi dari pikiran itu.
Jicklet terkadang ikut pergi denganku. Dan juga seorang insinyur
bernama Hadra 232. Dan seorang ilmuwan Z-Space bernama Nu.
Dan seratus ilmuwan lainnya, tekhnisi, peneori, pembangun,
perancang, inovator, dan akhli biologi juga. Lackofa juga
bersamaku, Yang lainnya juga dari berbagai ras. Pekerjaan ini
merubah bentuk, memutasi, tumbuh seperti makhluk hidup dan
faktanya menjadi makhluk hidup juga. Padahal aku hanya
membangun pesawat luar angkasa, aku membangun lebih-lebih
banyak lagi benda. Aku sedang membangun suatu ras baru. Suatu
ras dari seorang. Suatu ras dari jutaan orang. Aku menjadi satu
dan jamak sekaligus. Aku hidup dan aku juga mesin. Mesin
merupakan bagian dari tubuhku. Komputer disambungkan secara
langsung dengan otakku dan segera setelah sambungannya diputus
dan garisnya menghilang. Sensor menjadi indera perasaku. Aku
menjadi induk. Induk yang bisa melepaskan banyak orang
sekaligus. Tiga puluh tahun, dan akhirnya siap juga. Aku telah melewati
beberapa abad hidupku di bulan biru ini. Bulan ini semakin
sekarat, udaranya semakin buruk, tapi aku baik-baik saja. Aku
tidak butuh udara lagi. Airnya berbau busuk karena tubuh mayatmayat itu, tapi aku tidak butuh minum lagi. Ikannya sudah sejak


Animorphs - Chronicle 4 The Ellimist Chronicle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lama punah. Tapi aku telah menyelamatkan yang tewas. Dan
sekarang kubuka gerbang multitudeku lebar-lebar, tidak pernah
kututup lagi. Seluruh ras Ketran di tubuhku, seluruh ras Generasi,
Dannkin-ku, Hayati-ku, 333-ku, Wurb-ku dan Breeet, Gofinnickiliast, Multidinal-ku, Chan Wath-ku, Skrit Na-ku, Dan
Illaman serta Capasin sertan seorang Unemite dan masih banyak
lagi. Ras demi ras. Ku kosongkan pikiran mereka dan kualihkan ke
otak tambahanku, otak sintesis biologi-mekanisku dan semua
merdeka lagi. Terlalu banyak pengetahuan, terlalu banyak, namun, saat
banjir datanya sudah tenang, hanya aku yang benar-benar hidup.
Ini semua hanya aku. Aku tetap sendirian.
Kuhidupkan mesin pesawatku dan terbang dari permukaan
bulan yang sekarat. Dari angkasa kulihat kembali kearah bulan biru. Apakah ini
pantas" Beberapa ras membakar tubuh mayat teman mereka,
beberapa lainnya memakan tubuh mayat rekan mereka, ada yang
menimbunnya didalam tanah. Semua akhirnya akan sama saja,
menjadi tengkorak yang melayang-layang di air serta tulang
belakang dan kulit keras dari seluruh tubuh mayat-mayat di bulan
biru menjadi pemandangan yang menakjubkan. Kutembakkan
senjataku kearah bulan, kuhancurkan bulan itu menjadi berkepingkeping, hingga atmosfirnya hancur, hingga air lautnya menguap
menjadi kehampaan, hingga cairan inti bulan yang ada tertarik
oleh gravitasi planet dan akhirnya menguap di atmosfir saking
panasnya. Lalu kumasi Z-Space dan melaju sejauh satu juta mil dari
tempatku dan tempat terkutuk sebelumnya. Sekarang apa yang
akan kulakukan" Aku makhluk unik. Hanya aku sendiri makhluk
unik yang kutahu ada. Aku bukan bagian dari spesies manapun. Aku
bagian dari banyak spesies, tapi tidak akan ada harapan
terjadinya persekutuan. Siapa yang mau menyambutku di tata
surya mereka" Aku telah menjadi bentuk fisik dari perwujudan
uninet antar spesies yang pernah kumimpikan. Aku adalah
perpustakaan dari informasi akan banyak ras. Dan dengan
perpanjangan tubuhku/pesawatku aku sudah sangat kuat hingga
diluar perhitungan orang biasa. Sekarang apa" Sekarang apa"
Sekarang apa" Apa permainanmu sekarang, Ellimist" Kupikir
aku akan kembali ke Ket. Tapi hal itu akan membuatku merasa
sedih saja. Kembali ke apa" Apakah kelangit kosong dimana dahulu
rakyatku tingga" Aku terbang. Keluar dan masuk Z-Space, keluar
dan masuk orbit planet. Waktu tidak berarti bagiku, aku tidak
terburu-buru, tapi kesepian adalah masalah lain. Kucoba untuk
membuat sub rutinku sendiri, simulasi dari rakyat-rakyatku.
Kucoba untuk berbicara dengan mereka, kucoba untuk......Tapi
bagaimana bisa kau benar-benar berbicara pada hasil kreasimu
sendiri" Bagaimana kau bisa berbicara pada mesin yang kau program
sendiri" Ini menjadi latihan narsisme. Ini awal mula dari kegilaan.
Aku tahu sekarang mengapa Father membuatku tetap hidup.
Dia sudah lama tahu kekosongan akan komunikasi tanpa adanya
harapan kejutan. Seorang Ketran-----ras berakal budi lainnya----itu hanya angann-angan bebasnya. Kemerdekaan dan akal budi
tidak bisa dipisahkan. Pikiran buatan itu bukanlah pikiran
sesungguhnya. Aku terbang dalam waktu yang panjang. Bertahun-tahun.
Mencari. Mencari apa" Aku tidak tahu.
Dan kemudian, aku keluar dari Z-Space dan memasuki tata
surya dimana ada dua planet sedang berperang.
Tekhnologi mereka sudah maju, namun belum sanggup
mengadakan perjalanan Z-Space. Mereka berkomunikasi dengan
menggunakan gelombang micro dan emisi laser. Mereka bergerak
di daratan, lautan dan melalui langit di planet asal mereka.
Mereka telah berhasil menekan kebanyakan penyakit yang
menimpa. Dua planet yang begitu dekat, jaraknya tidak lebih dari
seperempat juta dari titik terdekat mereka. Salah satu ras Jall,
ras lawannya bernama Inner World. Inner World sesunghnya
berada di orbit terdekat, tapi kata "inner" itu punya referensi dari
faktor lainnya. Baik Jallian ataupun Inner World tidak termasuk
di dalam Multitude-ku. walaupun ras 333, tahu akan keberadaan
mereka, saat ini aku berada di ujung terjauh galaksi.
Aku tiba, tidak kelihatan bagi kedua sisi. Aku tiba disini
diantara perang pesawat antar pesawat. Faktanya, aku keluar dari
Z-space pada jarak dua puluh mil sebelum terkena tembakan sinar
dahsyat dari pesawat Jallian yang meleset dari targetnya,
meleset pula dariku, dan akhirnya mengenai asteroid yang lewat.
"Well, well." Kataku. (Sudah sejak lama sejak aku pernah
berbicara pada diriku sendiri.) "Sepertinya aku tersangkut dalam
peperangan." Pesawat Jallian, yang besarnya hingga satu mil, menembak
lagi. Kali ini tembakannya mengenai korbannya. Yaitu pesawat
kecil, yang lincah dari ras Inner yang kelihatannya dirancang
untuk bergerak melalui air, meledak.
Sorak kegirangan ras Jallian hanya berumur pendek.
Segerombolan pesawat Inner muncul dari mode selubung primitif
mereka yang bisa tersembunyi dari sensor pesawat Jallian.
Pesawat Jallian menembak lagi dan lagi, menghabisi lima
penyerang, mendekat total sepertiga pasukan musuh. Tapi
kemudian pasukan Inner menembak. Senjata mereka lebih lemah.
Pesawat Jallian tidak langsung meledak, tapi kulit pesawatnya
terbuka. Udara dalam pesawat Jallian langsung memburu keluar,
begitu juga dengan tubuh-tubuh awak mereka, terbang di
angkasa, tanpa daya. Aku beraksi tanpa berfikir. Beraksi itu insting alami.
Kupanjangkan Force Fieldku antara pesawat Jallian dan pesawat
Inner World. Kedua sisi saat itu menembak. Senjata dari kedua
sisi tidak ada yang bisa menembus force fieldku.
Aku bergerak mendekati mereka dan kubiarkan mereka
melihatku. Pastinya mereka sangat terkejut! Pesawat mereka
terbuat dari logam, titanium dan bahan campuran lain. Kalau
pesawatku terbuat dari benda hidup. Dari Kristal dan daging dan
campuran logam yang seluruhnya menyatu, seluruhnya diselubungi
Force field yang tidak tertandingi. Aku seperti pengunjung dari
masa depan yang baru mereka lihat.
Seharusnya mereka mematikan mesin pesawat mereka dan
menunggu untuk paham kesenanganku. Kedua sisi butuh waktu
kurang dari lima menit untuk menyadari aku dengan sensor aktif
mereka, untuk merasakanku, setengah meninjauku..
Dan kemudian pesawat Inner World mulai menembak. Padaku!
Jallian menggunakan pengalihan itu untuk menembak pesawat
Inner, dan dalam hitungan detik perang ini malah jadi perang tiga
sisi, saling bebas mau tembak yang mana.
Aku hampir tertawa. Tapi kedengkian dari kedua spesies ini
menjijikkan. Aku bisa saja menghancurkan kedua armada perang
mereka hanya dengan hantaman sayap dari pesawatku. Kuperluas
jangkauan tenaga, dan kulingkupi pesawat mereka dengan force
fieldku. Ku hisap tenaga pesawat mereka, kubasahi mesin mereka,
ku kacaukan sensor mereka, dan kuseret pesawat mereka, tanpa
daya ke angkasa. Lalu kubuka saluran komunikasi dan kukatakan.
"Perang kalian sudah selesai."
Bab 21. Dua wajah beringas muncul di hadapanku. Jallian itu
mereprentasikan siput berlengan bannyak. Dia tidak punya nama,
hanya ada gelar, suatu tujuan. Dia bergelar Life-giver of Jain
Sea. Dan daripada memberikan keturunan kelihatannya
Kelihatannya aneh bagiku,
Satu demi satu, tempayak kecil
bergeliatan di tengah tubuhnya bersusun dalam bentuk lingkaran.
Tempayak-tempayak itu diangkat dan dibawa oleh penjaga
mereka.-----Jenis makhluk hidup yang baru saja kulihat
menggelepar di ruang hampa angkasa tadi.
Life-Giver of the Jain Sea marah. "Siapa kau, tidak ada hak
untuk mencampuri urusanku" Aku berbicara pada suatu orang
tidak dikenal! Patuhi aku!"
Dia berbicara dalam bahasa asing, tapi dengan database yang
kupunyai dengan berbagai jeni bahasa tidak begitu cepat hingga
kupahami bahasanya. Ras Inner World punya bentuk tubuh yang lebih
menyenangkan, paling tidak bagi perasaanku. Untuk satu hal saja,
yaitu mereka itu bersayap. Dan aku punya sifat Ketran untuk
masalah penerbangan. Dan mereka bermata banyak berwarna
kuning terang. Salah seorang yang berbiara padaku bernama
Kapten Whee, yang terdengar whimsi bagiku.
Kapten Whee bersikap sopan, tapi tetap masih bisa
menunjukkan sikap permusuhannya. "Orang asing, tolong pergi
dari sini. Kami ada urusan dengan binatang kecil Jallian itu."
"Aku tidak berharap untuk mengijinkan berlangsungnya
pembantaian ini." Ujarku tenang.
"Ini bukan urusanmu." Kata Kapten Whee. "Tapi kami
mengagumi kehebatan tekhnologi milikkmu. Maukan kau bersekutu
dengan kami untuk menghabisi Jallian, kami akan senang sekali
menjadi sekutu kalian."
"Tawaran anda sangat ramah bagiku." Ujarku getir. "Tapi
kupikir tidak akan ada lagi pembantaian disini."
"Tidak ada! Hilanglah, tidak ada! Hindari pemberitahuanku!"
Raung Life-Giver. Dia tidak percaya bahwa aku menolak untuk
mematuhinya. Ke aroganannya mungkin merupakan fungsi penting
dari kebutuhan biologinya. Mungkin sulit rasanya untuk tetap
sederhana jika kau dikenal orang sebagai Life-Giver.
Tapi apa itu aneh, apa itu mengejutkan dan mengganggu ku,
apakah itu reaksi emosionalku sendiri : Aku lagi senang. Aku
berbicara secara nyata, pada makhluk hidup dimana tiap kata dan
gerakannya tidak yang kukembangkan. Dari planet Jallian
kelihatan muncul pesawat besar yang baru saja keluar dari orbit
planet dan sekarang melaju dengan kecepatan penuh kearah kami.
Sesaat kemudian ras Inner World meresponnya dengan
meluncurkan awan virtual dari pesawat kecil mereka. Apakah
mereka berdua ingin menyerangkau atau saling menyerang"
Apakah itu penting" Keduanya sudah gila. Ini hanya permainan,
lagi dan lagi. Pemukiman Alien. Tidak ada bedanya dari begitu
banyak skenario yang telah Wormer atau Inidar atau Aguella
serta aku telah mainkan. Pertanyaannya adalah, bagaimana
harusnya aku bermain"
Sudah kutarik pikiran Menno : Aku telah menyusup kedalam
permainan. Membuat diriku sendiri menjadi pemain pusat, di arena
langsung, daripada hanya melihatnya dari layar. Namun aku masih
kesulitan melakukan pendekatannya. Apakah yang akan spesies
lain pelajari jika aku menghabisi pesawat mereka dengan kekuatan
kasarku" Dan apakah ini benar-benar tempatku" Tidak kutanya
diriku sendiri apakah ini urusanku untuk ikut campur. Bukannya
aku membingungkan antara permainan dan kehidupan nyata. Aku
hanya melihat dua speses sebagai orang tolol yang terjebak dalam
kekejaman tanpa arti. Tidakkah aku punya hak untuk ikut campur"
Tentu saja, aku punya hak. Aku bukan Menno, aku itu Toomin. Aku
Ellimist, sang pecundang yang brilian. Tapi sekarang aku tahu
begitu banyak. Kebijaksanaanku sudah begitu dalam. Kekuatanku
luar biasa. Pastinya.....dan disana ada fakta inti dari permainan ini
bahwa aku tidak bermain melawan siapapun. Tidak ada lawan,
hanya permainan itu sendiri.
Pergerakan minimal, kemudian.
Jika ini benar-benar permainan dengan mudah bisa saja ku
ubah jalur orbit dari kedua planet sehingga mereka tidak akan
bersinggungan begitu dekat. Perlambat atau percepat mereka
hingga cocok, balikkan orbitnya. Letakkan matahari diantara
mereka berdua. Mereka kekurangan tekhnologi untuk berperang
lintas jauh. Tapi sehebat seperti kekuatanku sekarang, mereka itu
begitu hebat. Namun aku bisa dengan mudah memindahkan
asteroid. Atau dua saja. Atau seratus saja.
Sistem sabuk asteroid berada di luar orbit planet Inner
World. Itu perhitungan yang mudah, dengan kemampuanku. Dan
aku juga punya kekuatan besar dari tubuhku/pesawatku.
Kutinggalkan kedua sisi untuk saling bunuh dan mundur ke
sabuk asteroid. Yang ini akan butuh waktu : Asteroid bukan
sekedar batu yang mengapung. Tapi mungkin mereka dari kedua
sisi, bisa melihat apa yang kulakukan, mungkin mereka akan
menghentikan peperangan mereka.
Kugunakan tubuhku/pesawatku untuk menyikut sebuah
asteroid, bukan yang besar sih, kusikut hingga keluar dari
orbitnya. Mesinnku jauh dari cukup kalau hanya sekedar geser
menggeser saja. Asteroid itu bergeser karena sikutanku dan
terapung mengikuti gaya gravitasi terbesar, berubah jalur,
sekarang jauh lebih rendah dari jalur sebelumnya, asteroid ini
sekarang mengorbit jauh lebih cepat dari sebelumnya.
Aku bekerja dan menunggu. Dalam beberapa munggu
peperangan itu akan terpaksa mundur dan menghentikan
permusuhan mereka-----suatu tahapan alami dari konflik mereka.
Inilah titik terdekat dari planet mereka untuk keluar dan saling
bunuh. Kutunggu saat armada asteroidku meluncur di angkasa. Dan
saat waktunya sudah tiba kuperlambat mereka, kusikut pada
tempat yang kuinginkan. Hal ini butuh kerja di bulan-bulan terbaik
di satu tahun. Dan sekarang kedua planet mendekat lagi, saling bertumpu
lagi, bisa kulihat persiapan perang mereka, pesawat-pesawat
mereka di tes kembali, diisi ulang bahan bakarnya.
Kutunggu hingga kedua planet berada di ujung geloranya
peperangan. Dan kemudian, satu demi satu, kuhancurkan
asteroidnya. Tujuh puluh empat asteroid dalam berbagai ukuran
sekarang sudah menjadi sepuluh ribuan meteor berbagai ukuran.
Meteor-meteor itu tebal, dan merupakan awan mematikan yang
akan menghancurkan setiap senjata yang diluncurkan dari kedua
planet. Jallian dan Inner World tidak akan bisa saling menjangkau
satu sama lain, paling tidak hingga mereka bisa mengembangkan
pesawat luar angkasa yang jauh lebih berguna. Aku telah membuat
barisan penuh peledak yang tidak bisa ditembus di orbit antar
kedua planet. Perang antara Jallian dan Inner World sudah berakhir. Dan
akhirnya kutemukan misiku, tujuanku di galaksi ini.
Bab 22. Seakan galaksi telah berkonspirasi untuk membuat masuk
akal akan pemisahan, pematahan, kehidupanku yang mengerikan.
Aku telah menjadi seorang pemain Ketran yang boros. Aku telah
selamat dari dari penghancuran masal. Aku telah menjadi kapten


Animorphs - Chronicle 4 The Ellimist Chronicle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari pesawat luar angkasa yang sanggup melakukan perjalanan ZSpace. Aku pernah menjadi tawanan, dipaksa untuk jadi seorang
pemain jenis baru. Aku telah berevolusi menjadi sesuatu yang
tidak pernah ada sebelumnya di galaksi ini, yaitu campuran dari
banyak tekhnologi, pikiran dari banyak rakyat, seluruhnya
mengalir melalui matrix musik. Dan sekarang bahwa kelanjutan
hidup anehku sepertinya cocok dengan sempurna pada apa yang
pekerjaan yang dibutuhkan itu. Aku akan menjadi pembuat
perdamaian. Dan bahkan lebih lagi : Aku akan membantu
perkembangan dan kemajuan suatu spesies. Akan kuajari mereka
akan perdamaian. Pembantaian rakyatku oleh ras Capasin tidak
akan terulang kembali di dunia manapun. Tidak akan selama aku
masih ada! Aku terbang di Z-Space, muncul disana sini, mencaricari di galaksi, kugunakan setiap butir kecil pengetahuanku untuk
melihat, merasakan, untuk mempelajari, untuk memahami.
Kudengarkan musik dari evolusi itu sendiri, atau begitulah yang
katakan pada diriku sendiri. Kehidupan ada dimana-mana. Ribuan,
ribuan planet berkerumun kehidupan. Kebanyakan masih sangat
primitif, tapi mengapa hal itu akan menghentikanku" Aku bisa
masuk lebih dini dalam kehidupan mereka, aku bisa "menyusup",
jika menggunakan kata-kata Menno. Namun,aku menyusup dengan
sensifitas elok dan dengan motifasi murni. Akan kuciptakan
harmoni. Persekutuan yang berani dengan kekangan dan estetika
minimalis, seluruhnya tentu saja untuk pelayanan moral,
perdamaian itu jauh lebih baik daripada peperangan, bahwa
kemerdekaan itu jauh lebih baik daripada perbudakan, bahwa
pengetahuan itu jauh lebih baik daripada pengabaian.
Oh, ya, galaksi akan menjadi tempat yang menakjubkan
dibawah panduanku. Aku terbang dari satu bintang ke bintang yang lain, dari satu
dunia ke dunia yang lain. Disini kuangkat ras yang terpuruk, disana
ku akhiri penyakit, di tempat yang lain kuberi makan ras yang
kelaparan. Se abad sudah berlalu. Dan yang lain lagi, dan lebih
lagi, makin lebih lagi yang terjadi. Waktu hampir tidak berarti
bagiku sekarang. Tantanganku luas dan berharga, hal itulah yang
membuat pikiranku terus berpacu. Aku berteman di banyak dunia,
menjadi anggota terhormat dari ratusan keluarga, klan, suku,
spesies, ras. Mereka berbicara padaku, tentang Ellimist seperti
sekarang yang mereka tahu tentangku, dengan hormat, syukur dan
kagum. Dan kemudian harinya sudah tiba saat secara kebetulan aku
berada pada jarak terdekat dari saat-saat kemenangan
pertamaku. Seribu tahun telah berlalu sejak aku menghentikan
peperangan antara Inner World dan Jallian.
Karen tahu bahwa aku begitu deka, aku kembali kesana untuk
merasakan, untuk mengenangkan saat-saat dahulu.
Inner World masih penuh kehidupan, tapi tidak ada
kutangkap adanya gelombang mikro atau radio atau emisi laser.
Tidak ada satelit yang mengorbit planet. Penduduk Inner World
sudah berkurang jauh dan sekarang yang tersisa hidup dengan
level tekhnologi primitif.
Hanya butuh waktu sejenak bagiku untuk merekonstruksikan
apa yang telah terjadi. Mudah sekali mengetahuinya sejak aku
menemukan sebuah ranjau yang masih tetap mengorbit. ranjau itu
merupakan peralatan primitif, diproduksi dalam jumlah banyak
oleh masyarakat Inner World. Mereka meluncurkannya dalam
jumlah besar, memasangnya di jalur transportasi dunia Jallian.
Banyak ranjau yang meledak karena awan meteor buatanku. Tapi
banyak juga yang selamat sampai tujuan, dan yang selamat itu
masuk dan meledak saat tersentuh di permukaan planet Jallian.
Bahkan sekarang, setelah seribu tahun, radiasi ledakannya
masih bisa dibaca. Bahkan sekarang kawah hasil ledakannya masih
kelihatan dari angkasa Kurang kerjaannya aku malah ingin menghitung seluruh rinci
kejadiannya. Lebih dari seratusan ledakan. Tujuh ratus ledakan
nuklir. "Bukan permainan yang mudah dimenangkan, bukan?"
Untuk sesaat kupikir itu suaraku sendiri. Nada suaranya
sarkasme dan mengutuk, menirukan kemarahan dalam diriku
sendiri. Tapi kemudian sensorku melacaknya. Ada sesuatu yang
baru muncul dari Z-Spcae. Sesuatu yang besar.
Aku berputar, kupersiapkan pertahananku, tetap saja aku
masih percaya diri bahwa itu bukanlah apa-apa, tidak peduli
bagaimana tidak terkiranya, bisakah dia benar-benar menantangku. Tapi pesawat yang tiba-tiba muncul di angkasa normal itu
tidak pernah kulihat sebelumnya. Tidak ada juga dalam database
Multitude-ku. Pesawat itu sendiri bukanlah pesawat : Benda itu planetoid,
besarnya bisalah jadi bulan kecil. Namun planetoid itu bisa
melakukan penerbangan Z-Space. Luar biasa! Mustahil! pastinya
suatu ilusi. Kusapu planetoid itu dengan sensorku dan bisa kurasakan
adanya penerimaan darinya, planetoid itu mengundangku untuk
melihatnya. Dia tidak perduli. Dia tidak takut padaku.
Ada bentuk kehidupan didalam planetoid itu, mungkin ada dua
puluh ribu makhluk, dalam berbagai variasi, kebanyakan berevolusi
secara alami, tapi sebagian, kuperkiran, merupakan hasil
percobaan. Atau makhluk buatan.
Tapi hanya ada satu bentuk kehidupan yang kuperhatikan :
Sensorku menunjukkan garis kekuatan, mentah, kekuatan yang
menghubungkan maklhuk itu dengan seluruh bentuk kehidupan
yang ada di planetoid. Sudah lama aku tidak pernah merasakan takut lagi......Aku
hampir saja tidak mengenali emosiku ini. Takut. Aku tidak takut
pada apapun! Akulah Ellimist. Dalam seribu tahun aku tidak pernah
menjumpai apapun, siapapun yang bisa menantangku.
"Sang Ellimist." Ujarnya, suara tertawanya terdengar jauh di
dalam pikiranku. "Telah kulihat hasil kerajinan tanganmu di banyak
tempat di galaksi ini. Aku merasa senang akhirnya bisa berjumpa
denganmu. Aku mencari-cari dirimu."
Aku tidak bisa melihatnya, dia menyembunyikan wajahnya
dariku. "Kau tahu namaku," Kataku, kucoba untuk menghilangkan
tanda-tanda adanya takut.
"Oh, tapi kau begitu terkenal di begitu banyak tempat. sang
Kosmik Do-gooder yang hebat."
"Kau mendapatkan keuntungan dariku." Kataku. "Padahal aku
tidak tahu siapa dirimu."
Lalu dia menunjukkan dirinya padaku. Aku terkejut saat
melihat bahwa dia mirip denganku, dia seperti mesin seperti
makhluk biologi. Tapi bentuk biologi-nya begitu berbeda. Dia berevolusi untuk permukaan, atau mungkin bahkan untuk kehidupan
dibawah tanah. Tidak ada sayap yang akan bisa mengangkat
daging, ototnya yang besar itu. Dan tidak ada makhluk dengan
mata satu yang mendominasi itu yang bisa melihat dengan
mudahnya pada tiga dimensi.
"Aku disebut Crayak. Tentu saja, itu hanya nama
permainanku." Dia tertawa dengan suara tertawa yang kuketahui,
yaitu suara tertawa yang mengejek dan memandang remeh.
"Apakah kau pemain?"
"Apakah kita tidak sama.?"
"Tidak lagi." Ujarku berbohong. "Aku tidak lagi memainkan
permainan. Aku melakukan apa yang bisa kulakukan untuk
membuat galaksi ini jadi jauh lebih baik."
"Baiklah, kau melakukan kerja menakjubkan disini." Kata
Crayak. "Bisa kulihat dengan jelas apa yang telah terjadi disini.
Puing-puing pelindung cerdasmu memberikan ide pada mereka
untuk menggunakan ranjau nuklir. Salah satu planet
menghancurkan yang lainnya, dan, kekurangan lawan, kekurangan
tantangan, sang penghancur itu sendiri berubah menjadi barbar
dan lapuk. Ya. Kerja yang bagus."
Itu benar. Tidak ada keraguan lagi. Bagian lain dari diriku
membayangkan bagaimana bisa Crayak membaca pertanda dengan
begitu baik. Tapi kebanyakan ada satu frasa yang terus berputarputar di kepalaku : Yaitu, pecundang brilian. Aku telah kalah.
Dengan seluruh niat terbaikku, aku telah menghabisi satu spesies
dan mengurangi jumlah spesies yang satunya.
Aku telah kalah pada Inidar, kalah pada Wormer, kalah pada
Aguella. Aku telah kalah dalam berbagai cara pada Menno : Karena
menolak idenya akan adaptasi telah ku tuntun seluruh rakyatku
yang tersisa kedalam jebakan Father. Dan aku juga telah kalah
pada Father, di akhirnya, aku malah jadi Father itu sendiri. Apa
aku sebenarnya. setelah semua ini, dengan seluruh korban Father
yang ada didalam tubuhku" Aku adalah versi tekhnologi tinggi dari
Father. Dan sekarang aku telah terbenam menjadi korban dari
keangkuhan. Aku mulai mempercayai superioritas moralku sendiri.
perccaya pada ketangguhanku.
"Kau telah mengikutiku?" Kutanya Crayak. "Ya." Dia
menunggu. Dia tahu apa yang ingin kutanyakan, tapi dia ingin
membuatku bertanya padanya.
"Berapa banyak.....yang seperti ini?"
"Tidak banyak." Ujar Crayak. "Tidak,sering kali kau berhasil
secara mengagumkan. Solusimu adalah permainan Mamathisk
penghancuran sendiri sungguh brilian. Sulit dipisahkan. Efektif.
Kau mengarahkan mereka akan perdamaian. Aku datang untuk
menghancurkan diri mereka sendiri."
Aku sudah mulai sadar saat dia menjelaskan kesuksesanku.
Kemudian, pernyataan terakhirnya mengejutkanku.
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku membalikkan efek yang kau campur tangani." Ujar
Crayak . "Rasa Mamathisk kubalikkan hingga menjadi kanibal saat
mereka gagal bercocok tanam. Suatu tumbuhan parasit. Tidak
mungkin untuk meghentikan mereka. Tapi seperti yang kau tahu,
kanibalisme adalah adaptasi dari yang kalah. Mamathisk sangatsangat punah."
"Apa kau sudah gila"!" Jeritku.
"Tidak, tidak, kupikir tidak begitu, Ellimist. Aku hanya
seorang pemain. Sama seperti kau. Tapi mungkin dengan filosopi
yang berbeda aku tidak memainkan permainan untuk
menyelamatkan spesies, tapi untuk menghabisinya. Aku memainkan
permainan genosida. Galaksi ini punya lebih banyak potensi
permainan dibandingkan galaksi yang kutinggalkan. Akan
kubersihkan galaksi ini dari segala bentuk kehidupannya. Lalu,
saat sudah tidak ada ras berakal budi yang tersisa, Akan kubunuh
kau, Ellimist. Itulah permainanku. Bisakah kita bermain?"
Bab 23. Berapa tahun, berapa dekade aku telah bermain melawan
Father" Kalah dalam setiap permainan. Hingga dengan sedikit
keuntungan kutemukan permainan yang tidak bisa dimenangkannya. Aku tidak boleh kalah pada Crayak. Potongan permainan
sudah menjadi kenyataan. Kami bermain untuk kehidupan nyata.
Dan aku memainkan sisi terlemahnya : Aku harus menyelamatkan,
sedang dia hanya menghancurkan.
Namun, disinilah kebenaran yang memalukannya : Aku
membutuhkan Crayak sama seperti Father membutuhkanku.
Crayak menghilang kedalam Z-Space dan ku ikuti dia
semampu orang lain mengikuti didalam pergantian zona tak
berarti di Z-Space. Kutemukan dia sedang menungguku di tata
surya dengan tiga planet berpenghuni. Salah satunya merupakan
planet asli Capasin. Selama ini aku selalu saja menghindar agar
tidak mendekati planet mereka. Aku tidak ingin terpancing balas
dendam pada mereka itu. Crayak telah tinggal berhari-hari di tata surya itu. Dia
mengeluarkan potongan permainnya dengan kekejian luar biasa.
"Inilah permainannya, Ellimist : Tiga dunia. Masing-masing
berisi ras berakal budi : Laga, Folk, dan Capasin. Aku percaya kau
pasti tahu akan Capasin. Ada tiga asteroid yang ditempatkan
secara strategis. Tiga ledakan dalam waktu kurang dari lima
menit. Kecuali untuk salah satu asteroid itu yang telah dipasangi
ranjau dan akan meledak menjadi puing-puing sebelum dia bisa
mengenai-----kau bisa pegang kata-kataku untuk yang itu."
"Kata-kata apa, pembunuhan besar-besaran iya."
"Ya, memang, tapi pembunuhan yang sopan." Ujarnya, dan dia
tertawa lagi dengan suara tertawanya yang jenaka. "Kau kuberi
waktu untuk memeriksa dan menghancurkan salah satu asteroid.
Bukan yang dia lagi. Jika kau salah menebak dan menghancurkan
asteroid beranjau lalu dua planet akan tewas. Jika kau menebak
dengan benar dan menghentikan ranjaunya di salah satu asteroid,
hanya satu planet saja yang akan musnah."
Aku ingin mengamuk, mengutuk makhluk buas itu. Tidak ada
waktu! Tidak ada waktu untuk mencaci makhluk kotor itu, dia
hanya ingin tertawa. Lima menit. Sudah berkurang sekarang.
Seluruh data sekarang! Apa yang kutahu" Capasin : pendudu
dengan kekejaman luar biasa saat mereka merasa diancam ketika
mereka menerima siaran Ketran dahulu. Laga mereka petani subtekhnologi. Folk, mereka belum bisa melakukan perjalanan luar
angkasa, tapi secara tekhnologi mereka berkemampuan tinggi dan
terobsesi akan pandangan eugenic yang memotifasi mereka untuk
menghabiskan sembilan puluh persen anak cucu mereka untuk
sistem tubuh imaginasi. Dimanakah ranjaunya" Itulah isunya, bukan tentang spesies
mana yang akan bertahan. Pertanyaanya adalah, yang manakah
yang akan diampuni Crayak" Akankah dia menyelamatkan spesies
yang terdekat dengan nilai kehidupannya ataukah dia akan
mengampuni yang tidak mengancam" Yang manakah yang sesuai
keinginannya : Capasin atau Folk" Siapakah yang akan di jaganya
agar selamat" Dan apakah yang diharapkannya agar kulakukan"
Dia bisa saja mengira aku akan menyelamatkan Laga. Dia bisa
saja mengira aku akan menghabisi asteroid dan mengampuni para
petani damai itu. Dan Laga akan jadi spesies yang paling di
bencinya. Tapi, mengira aku akan menyelamatkan Laga dia pasti tahu
bahwa aku mengira-ngira pikirannya.
Apakah jawabannya" Detik terus berdetik. Waktu terus berlalu. Aku harus
memilih atau tidak bermain sama-sekali. Tiga asteroid besar yang
melaju di angkasa yang hitam, akan jatuh ke tiga planet.
Kuhidupkan mesinku, bergerak ke posisi, dan menembak.
Asteroid Capasin memanas, retak, terbelah, kutembak lagi
dan lagi, kuhancurkan potongan besar itu.
"Ledakkan ranjaumu!" Jeritku.
"Seperti yang telah kusetujui." Ujar Crayak.
Ledakan besar terjadi, bola api besar menyala dia angkasa
hitam. Ledakannya mengkonsumsi apa yang tersisa dari asteroid


Animorphs - Chronicle 4 The Ellimist Chronicle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Capasin. Keliru! Aku telah keliru menebaknya!
Aku melaju, kecepatan penuh, untuk mengejar asteroid ke
planet Laga. Cepat! Jauh lebih cepat! Terlalu jauh untuk
menembak. Tembak sajalah! Kubidik asteroid itu, kutembak,
kulihat tembakanku mengenai asteroid yang jauh itu. Terlalu jauh
jaraknya, dan kemudian asteroid itu sudah sampai di bayangbayang planet.
Tidak ada gelombang kejut di angkasa. Tidak kurasakan
ledakannya. Tapi bisa kulihat planet berwarna biru dan hijau itu
bergetar-getar. Suatu pemandangan yang mengagumkan. luar
biasa, serta terlalu mengerikan. Planet itu hancur, kelihatannya
hampir tidak bisa dihentikan, momentumnya tidak bisa
dibayangkan. Awalnya perlahan-lahan, lalu makin cepat, suatu
retakan muncul, lebih banyak retakan lainnya. Daratan planet itu
hancur. Lautannya mengering hingga menjadi kawah luas. Inti
putih yang panas dari planet Laga bertemu dengan air lautan yang
dinding dan meledak. Dunia Lagan hancur menjadi bagian, uap, api, dan puing-puing.
Hancur berantakan. Atmosfir biru yang sekarang mengenai
batang pohon besar, kemudian menguap.
Setiap makhluk hidup tewas.
Aku telah berbalik, telah kuhidupkan mesinku, telah
kuperhitungkan kemungkinan buruknya, telah tahu kegagalan
diriku sendiri, melaju tanpa alasan, tanpa harapan, melaju dan
menembak dan meleset, seluruh apa yang kutahu adalah kulakukan
ini demi jiwaku sendiri dan tidak ada alasan lain.
Folk tewas lebih perlahan daripada Laga. Asteroidnya
menabrak juga. Mengejutkan planet, menghancurkan daratan
sebesar benua, dan terbang lagi. Luka planet itu luas biasa. Setiap
struktur yang ada diplanet itu gepeng, setiap pantai dilandai
tsunami, setiap danau banjir, jutaan orang tewas.
Namun Folk tetap hidup. "Orbit mereka kacau balau." Ujar Crayak. "Bisa kau lihat
sendiri bahwa mereka akan meleset perlahan-lahan, lalu lebih
cepat, tergoyang-goyang, karena gempa. turun dan turun terus
karena gravitasi, astmosfirnya mendidih, sekarang, beberapa
orang yang berhasil selamat terjebak dalam kantung-kantung
udara sehingga akhirnya tentu saja mereka akan terpanggang
hidup-hidup oleh matahari mereka sendiri."
"Beberapa orang diselamatkan." Jeritku.
dari mereka masih tetap bisa "Ya. Dan kau bisa tetap tinggal disini dan menyelamatkan
mereka, Ellimist. Atau kau bisa mengikutiku ke permainan
berikutnya, selamatkan beberapa makhluk itu, atau mungkin
seluruh dunianya. Pilihanmu. Ini semua bagian dari permainan."
Bab 24. Permainan berikutnya. Dan yang berikutnya lagi.
Permainan demi permainan, jika jika bisa menyebutnya
sebagai permainan mandi darah. Tiap kali aku bermain, selalu
makhluk buas Crayak yang ada didepan, selalu dia yang
mengendalikan daerah bermainnya.
Kekuatannya jauh lebih hebat daripada aku. Dia
mempermainkan aku. Mengejek dan menertawakanku. Dunia-dunia
bermatian dan galaksi menjadi kosong, tahun-tahun berlalu, abad,
milenium, dan selalu saja aku hanya bisa menyelamatkan sedikit,
tidak pernah semuanya. Aku tidak pernah menemukan gerakan kemenanganku.
Kepedulianku akan orang tidak berdosa tidak membiarkanku
berlalu. Ataukah ini hanya egoku"
Harus ada jalan lain. Aku telah mengalahkan Father setelah
lama sekali. Pasti ada jalan lain.
Bagaimana aku mengalahkan Father" Dengan menguasai
bakat yang tidak dikuasainya dengan baik. Tapi Musik tidak akan
menghentikan Crayak. Akhirnya kuhidupkan mesinku dari reruntuhan planet lain dan
kabur ke Z-Space dengan raungan kemenangan Crayak yang terus
berdengung di telingaku. Tidak ada lagi. Tidak ada permainan lagi. Tidak akan ada
hingga aku menemukan jalannya.
Aku terbang dalam waktu yang panjang, lebih panjang
daripada waktu yang pernah kubahiskan dengan tinggal di ZSpace sebelumnya. Akhirnya aku muncul jauh di ujung galaksi,
miliaran tahun cahaya dari inti tata surya tua yang berpopulasi di
planet tua. Jauh disini langitnya jauh lebih gelap. Bahkan disini sensorku
tidak menangkap adanya radio ataupun emisi gelombang mikro.
Sunyi disini. Apakah disini ada kehidupan"
Kuperiksa banyak planet dan kutemukan adanya kehidupan,
bahkan bentuk kehidupan dalam tingkat sel, tapi disini dan disana
ada bentuk kehidupan yang lebih maju. Pada salah satu planet
kutemukan suatu ras, spesies yang masih primitif. Baru memasuki
awal muka sejarah pemukiman mereka.
Aku sudah berada di angkasa selama satu milenium sekarang.
Ribuan tahun telah berlalu sejak aku mengalahkan Father. Ribuan
tahun lagi sejak aku menjumpai adanya makhluk merdeka, rasional
yang seimbang dengan----Crayak, dan bisakah dia disebut
rasional" Aku kesepian, benar-benar kesepian.
Aku tidak lagi punya tubuh dengan bentuk biasa. Aku tidak
lebih dari mesin besar daripada makhluk hidup. Dan sekarang,
didalam keputus asaanku, dengan ilusi yang meracuni pikiranku,
dengan kepedihan akan kelemahanku sendiri, dihantui oleh rasa
bersalah, aku memohon adanya teman sederhana dan nyaman.
Aku ingin tubuh. Aku ingin turun ke planet dibawah dan
terbang atau paling tidak berjalan bebas saja.
Sebenarnya tidak begitu sulit. Ku lepaskan salah satu Drone
untuk turun ke permukaan dan mengambil contoh dari DNA dari
makhluk berakal budi yang berada dibawah sana. Dengan contoh
DNA itu dengan mudah kutumbuhkan tubuh tiruan.
Pertanyaan sulitnya adalah bagaimana aku mungkin tinggal di
bentuk tubuh itu. Tidak ada kesempatan, tidak ada kemungkinan
bahwa aku bisa menggunakan otak biologi makhluk itu untuk
menyimpan apa yang ada di dalam otakku. Otakku sendiri berisi
ratusan kali lipat kapasitas data daripada otak sederhana.
Bagaimana untuk membawa diriku kedalam makhluk itu" Aku
bisa saja menyunting dataku. Menguranginya hingga berisi hal-hal
terpenting yaitu : Ide-ide, fakta, gambaran, ingatan.
Artinya, untuk sementara akan ada dua diriku. Dua bentuh
tubuh lengkap Ellimist yang tidak di jembatani. Dan sejenis
sketsa dari diriku sendiri.
Kuhabiskan waktu satu tahun untuk memutuskan apa yang
harus dan apa yang tidak harus ditempatkan kedalam otak biologi
terbatas yang ku kloningkan. Ini tahun-tahun yang mengagumkan.
Setahun penuh pembelajaran. Untuk apa yang tidak lebih dari
pendidikan lebih dalam daripada mencampurkan segala yang kau
tahu dan memutuskan apa yang terpenting"
Di akhirnya apa yang kutempatkan didalam makhluk itu
adalah aku. Toomin. Pemain dari Ketran.
Tetap kubuat bentuk mudaku. Aneh bukan, tapi itulah,
setahun kemudian, setelah semua pertempuran, Toomin lah yang
paling berharga. Kubawa serta ingatan Aguella, orang yang paling kucintai. Dan
kubawa juga Lackofa denganku, juga, untuk sikap skeptisnya,
integritasnya, dan selera humornya.
Dan yang membuatku terkejut bahwa aku sadar aku tidak
bisa melakukannya tanpa adanya Menno. Pemberontakan, juga,
adalah sesuatu yang kubutuhkan.
Kubuat sketsa ingatan itu, kupaparkan tanpa rinciannya,
intuisinya, aneh memang, tapi aku tidak ingin menyunting hal yang
mengerikan. Tidak bisa kuijinkan diriku untuk membuang saatsaat kehancuran dari rumahku, atau dari kehancuran mengerikan
yang menimpa pesawat Penjelajah, atau waktu aku ditawan dalam
waktu yang sangat panjang oleh Father. Bahkan tidak kubiarkan
diriku menyunting Crayak.
Tapi akhirya aku berhasil juga. Kucampurkan versi diriku
yang masih muda ini kedalam otak dari makhluk kloningan dan saat
itulah aku hidup di dua tempat, dalam dua bentuk yang bersamaan.
Kulihat diriku sendiri saat tubuhku yang baru melihatku juga.
Dengan mata dan telinga dan sensor dalam tubuhku. Kuamati
tubuh biologiku. Aku berupa makhluk buas yang kuat berdiri
dengan kokoh pada keempat kaki berkuku besar. Aku punya tubuh
bagian atas, tidak begitu jauh bedanya dengan torso Ketranku
sendiri, tapi hanya dengan dua lengan dan tidak ada sayap sama
sekali. Matanya ada empat, tapi makhluk ini dalam proses evolusinya
mengembangkan tanduk yang bisa digerakkan sehingga kedua
mataku bisa diarahkan kesegala arah.
Tubuhku berbulu kasar berwarna biru serta sebuauh senjata
di ekor yang kegunannya terbatas. Aku makan dengan cara
berlarian, dengan menginjak-injak rerumputan dengan kuku
berongga dan mencerna nutrisi dari rumput-rumput itu. Aku tidak
punya mulut. Disaat yang bersamaan kulihat pada tubuh tuaku, tubuhku
yang lebih sempurna, pesawat terbang luar angkasaku,melalui dua
mata besar dan dua mata tanduk. Aku kelihatan besar dan rumit.
Tubuh biologiku yang baru, berdiri di ruang datar, yang dilindungi
oleh Force field di teluk pesawat. Tubuhku yang tua berupa
mesin, tidak perlu membantahnya lagi. Aku masih bisa tetap
melihat bagian tubuh Ketranku yang berkeriput, menua yang
terjerat dalam roda gerigi, sehingga jika dibicarakan, sekarang
tiang kristal yang menjulang serta mesin titanium dan peralatan
dalam mesin dari bahan campuran serta peralatan senjata
tambahan sekarang sudah satu mil lebih panjangnya.
Hal itu membuatku sedih, entah mengapa, untuk benar-benar
melihat tubuhku dari luar. Didalam pikiranku aku tetaplah seorang
Pria Ketran. Bagi mata orang lain aku adalah peralatan mengerikan
akan kekuatan yang tidak bisa ditandingi.
Tubuhku yang merupakan hasil kloningan turun ke permukaan
planet. Aku mendarat dalam alam liar yang berisi rumput tingga dan
pohon-pohon berwarna luar biasa. Kukirim pesawatku kembali ke
orbit dan mencoba bergerak dengan kakiku.
Luar biasa! Dengan tiap langkah kurasai tanahnya. Hidungku
dipenuhi aroma bunga, memenuhi otakku. Sudah lama sekali sejak
aku pernah membaui apapun. Tubuh ini lincah, serta kuat. Ekornya
bisa digunakan untuk menusuk apapun yang menyerangku dari
belakang. Aku bukan orang tolol, aku tahu bahwa ekor ini tandanya
bahwa masih ada pemangsa di ekosistem ini, tapi aku tidak begitu
peduli. Kubawa senjata sinar kecil yang kusarungkan disekitar
pinggan dan kuadaptasikan dengan tangan fisikku.
Aku berjalan-jalan melalui hutan, menekan dan mendorong
dengan bahuku yang kuat, menyeruduk rimbunan rumbut tinggi
yang seperti dinding virtual.
Aku punya tujuan. Aku telah memeriksa planet ini dan tahu
lingkungannya dengan baik. Aku muncul dari hutan ke padang
terbuka, dimana rerumputan membentuk dinding virtual.
Tempat tinggal sederhana dibuat mereka dengan membentuk
mangkuk di tanah datar setengah ditutupi dengan atap yang
lembut. Kulangkahkan kakiku pada padang terbuka. Tiga temanku
makhluk berbulu biru berada pada jarak seratus yard dariku.
Mereka langsung beraksi. Mereka berlari kearahku dengan
kecepatan tinggi, mengepungku, dan memutar-mutar ekor mereka
dengan gaya aneh padaku. Tiga pisau berkilau yang mengancam tenggorokanku. Bukan
sambutan yang kuharapkan.
Bab 25. Kuangkat tanganku, untuk menunjukkan bahwa aku tidak
membawa senjata dan berarti bahwa aku tidak berbahaya. Tapi
tentu saja gerak ini tidak berarti bagi spesies yang membawa
senjatanya di ekor mereka. Ketiga makhluk itu sibuk saling
berbicara dengan isyarat tangan. Jika multitude-ku ada saat ini
langsung saja bisa kupecahkan kode tangan mereka. Tapi sekarang
aku dalam tubuh yang terbatas. Aku tidak bisa mengira-ngira.
Kucoba dan kutiru beberapa gerak tangan mereka. Makhluk itu
memperhatikanku dan dengan cepat pula mereka frustasi,
tandanya aku asal gerak tidak keruan. Dan sekarang malah
menjadi semakin rumit masalahnya, mereka sedang mendiskusikan
apakah aku perlu dibunuh sebagai orang asing yang berbahaya.
Dua dari ketiga orang itu kelihatan menggunakan gerak
tangan marah. Mereka melompat-lompat, mengangkat kaki
belakangnnya, dan mengarahkan kaki depannya padaku, menusuknusukkan pisau ekornya ke udara. Yang ketiga, makhluk yang lebih
kecil dengan mata tandukknya yang bergerak tanpa henti itu
serta mata utamanya yang tetap tenang, menahan mereka, tapi
tetap kesulitan. Bisa kurasakan dengan jelas emosi mereka. Itu bukan hanya
bahasa tubuh. Mereka kelihatannya memiliki kemampuan untuk
memproyeksikan sejenis bahasa emosi dasar mereka dengan cara
yang tidak kupahamai. Ujarku. Kukatakan kalimat itu tanpa
berpikir, secara otomatis ku akses sistem komunikasi----suatu
sistem yang merupakan bagian dari tubuhku yang lain, bukan
bagian dari wujudku ini. Akhirnya kulihat makhluk-makhluk itu menjadi tenang.
Mereka telah "Mendengar" Ku. Atau paling tidak mendengar nada
emosiku. Kucoba lagi.
Aku ingin berkata bahwa aku kesini untuk membantu. Tapi, tidak,
bukan itu lagi.
Mereka berbicara dengan lebih cepat lagi. Emosinya sudah
mendinginm. Namun, kemudian, mereka bertiga berbalik, aku
sudah dilupakan. Ada sesuatu yang datang dari arah hutan.
Sesuatu yang besar. Makhluk itu berjalan dengan enam kaki, masing-masing kaki
sebesar batang pohon, kepalanya berayun rendah, berayun kekiri
dan kanan saat dia berjalan. Makhluk itu berkulit tebal di
punggungnya. Makhluk itu besar tapi bagiku bukan sejenis ancaman seperti
yang dilihat makhluk berbulu biru tadi. Mereka dengan jelas
sekali menganggapnya sebagai bahaya. Emosi mereka begitu
mudah di pahami. Lalu makhluk buas itu mulai bergerak dan
kurasakan juga emosinya. Aku tidak percaya ada makhluk segitu
besar yang bisa bergerak begitu cepat. Lebih banyak sesama bulu
biru yang muncul, berlarian dari segala arah, mereka menyerang
monster itu sebelum sampai ke scoop. Tiga temanku tadi juga


Animorphs - Chronicle 4 The Ellimist Chronicle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerang, Kepala panjang itu tidak memperhatikan. Kuikuti
mereka dengan cepat, kakiku menendang tanah saat aku berlarian.
"Saudara" Pertamaku sampai ke monster itu. Makhluk buas itu
langsung membunuh dua bulu biru tanpa kesulitan. Dia berhenti
untuk makan, di robeknya tubuh bulu biru itu lalu ditelan, temantemannya yang lain terus menusuk-nusuk dengan pisau ekornya,
pertempuran ini adalah pertempuran satu sisi yang menyedihkan.
Dan aku harus tetap diluar area pertempuran. Aku datang bukan
untuk bertarung, tapi aku, paling tidak secara fisik adalah salah
satu dari makhluk itu dan disini ada sedikit pertemanan yang
telah kumohon tadi, sangat sedikit juga pembelajaran, sangat
sedikit kesantaian selama mereka dibantai. Ku tarik keluar
senjata sinarku dan kutembak kepala monster itu. Monster itu
langsung tewas dan terjatuh. Mulai hari itu aku disambut, dan
dianggap sebagai anggota dari suku mereka.
Mereka tidak punya nama untuk ras mereka, tidak ada gerak
tangan khusus untuk nama spesies mereka, hanya gerak tangan
untuk suku mereka. Sejauh yang kupahami planet mereka tidak
relevan. Mereka hanya tahu suku ini, kelompok ini, tidak lebih dari
itu. Akulah yang pertama memperkenalkan gerak tangan untuk ras
dan untuk kepentingan perkataanku berbasis otakku sendiri,
kuperkenalkan nama pembicara juga.
Kunamakan mereka Andalite. Aku tinggal bersama Andalite
selama bertahun-tahun. Tahun-tahun yang bahagia, mereka itu
orang yang primitif. Bahasa gerak tangan mereka hanya mencakup
dua ratus kata atau frasa. Mereka tidak memiliki kesenian, ilmu
pengetahuan, tidak ada cocok tanam. Tapi mereka telah
berevolusi dari pemamah murni, menjadi anggota penggembala,
hingga menjadi pribadi yang berbeda. Mereka punya potensi
bagus. Aku tingga bersama mereka, namun menolak untuk
mengajari, menolak juga untuk ikut campur. Pada saat tertentu
kugunakan senjataku untuk menghalau serangan monster. Tapi
hanya itu saja. Disamping itu aku juga seorang Andalite. aku sama
seperti mereka, menjaga api agar tetap menyala, merawat atap
dari scoop kecilku,dengan hati-hati menghindari memakan terlalu
banyak di musim kering, merawat pepohonan terus agar mereka
menjatuhkan daun-daun enaknya saat hari panen tiba, dengan
segela rincian kegiatan tidak penting yang kujalani setiap
hari.Tapi dari semua itu, aku punya teman. Aku "Berbicara"
Dengan makhluk hidup yang berbicara balik, bukan dengan mesin
diprogram yang respon yang sudah diatur dalam komputer atau
dari ingatan yang sudah mati, tapi dengan kehidupan yang tidak
bisa ditebak yang mengagumkan ini.
Aku tidak lagi kesepian. Aku tidak lagi bosan di galaksi sana.
Dari masa ke masa aku akan kembali ke diriku yang lain di
orbit dan mendownload segala pengalaman dan ingatan baru.
Diriku yang satu lagi berterima kasih. Tubuhku yang satu lagi
menanyakan setiap rincinya. Merasakan kehangatannya. Kehangatan yang sudah lama mati sejak Aguella dan Lackofa
tewas. Aku menikah. Namanya Tree. Andalite hanya menggunakan selusin atau
lebih nama seperti----Tree, Water, Star, Grass, dan sebagainya.
Kemungkinan dua puluh persen wanita di suku ini bernama Tree.
Kami punya anak : Namanya Star. Tapi Star tewas setelah
dilahirkan karena penyakit yang menyerang Andalite muda.
Telah kuperhatikan seluruh dunia kebohongan dimana aku
telah kehilangan rasku sendiri. Bagaimana aku bisa begitu peduli
pada makhluk kecil ini, makhluk yang goyah ini" Bagaimana bisa
kematiannya membuatku begitu sedih"
Rasa sakit ini mengerikan. Tidak bisa dibandingkan. Namun
aku senang karena tahu bahwa aku masih bisa merasakan.
Penyakit yang membunuhnya bisa dengan mudah diobati.
Tubuhku yang di orbit hanya butuh waktu beberapa detik untuk
mencari patogen dan bekerja untuk membalikkannya. Aku punya
kekuatan untuk membuat anak Andalite tidak akan tewas karena
penyakit itu lagi. Aku bisa menjamin tidak akan ada Andalite lain
lagi yang akan terkena penyakit yang sama.
Aku punya kekuatan. Aku punya kekuatan untuk membasmi pemangsa, untuk
menyingkirkan penyakit, untuk menjamin bahan makanan, untuk
mengubah Andalite secara biologi sehingga mereka bisa.....
Aku punya kekuatan itu. Aku pernah menggunakan kekuatan
itu sebelumnya, dan akhirnya malah menghabisi dunia.
Namun, bagaimana mungkin aku tidak melakukannya"
Bagaimana mungkin aku tidak menyingkirkan penyakit itu"
Bagaimana mungkin aku tidak menghentikan iblis itu"
"Kau bersembunyi pada makhluk-makhluk primitif itu." Ku
caci maki diriku sendiri. "Kau pengecut dan kabur dari Crayak dan
tidak melakukan apapun untuk menghentikannya. Kau ingin
mengatasi masalah mudah dan menghindari masalah yang besar"
Apakah itu moralitasmu, Toomin sang Ellimist?"
Tree datang padaku dan membuat gerakan tangan untuk
"anak" "Kau ingin punya anak lagi?" Ku gerakkan tanganku balik
menjawabnya. "Ya." "Tapi anak yang lain akan tewas juga, istriku."
"Ya." "Lalu mengapa punya anak lagi" Jika bukan penyakit, lalu
monster itu, atau kelaparan. Mengapa punya anak lagi?"
"Penyakit mengambil satu." Ujar Tree. Lalu dia berkata lagi
dengan wajah menantangnya. "Monster ambil satu. Kelaparan
ambil satu. Lebih banyak anak, lebih banyak kehidupan."
Aku punya anak yang lain. Dan kali ini anak ini tidak tewas
karena penyakit. Kami beri nama dia Flower.
Seiring berjalannya waktu Tree tewas karena usia tua.
Flower telah menjadi pemimpin dari suku ini. Dia menikahi saudara
perempuannya Grass. Mereka berdua bersaudara. Sky Dan
Water, tewas. Tiga dari lima anak kami telah tewas, hanya dua
yang hidup. Saat aku membantu penguburan jenazah Tree berdasarkan
ritual yang akan membuat jiwanya untuk memperkuat rerumputan,
aku tahu bahwa waktuku dengan Andalite sudah selesai.
Aku datang kesini ribut-ribut untuk belajar, tapi tidak
pernah kupelajari sesuatu yang baru. Namun dari makhluk primitif
itu, aku telah belajar bagaimana mengalahkan, atau paling tidak
menolak, Crayak. Lebih banyak anak, akan ada beberapa
kehidupan. Untuk setiap ras yang dihabisi Crayak. Akan kutumbuhkan
dua ras baru. Bab 26. Seratus generasi sudah berlalu dan aku telah menumbuhkan
bibit kehidupan di banyak dunia. Aku menumbuhkan "Anak" Jauh
lebih cepat dari pada yang bisa Crayak hancurkan. Perjalananku,
dan database dari Multitudeku, telah membuatku menjadi
ensiklopedia pengetahuan tentang dunia yang dihuni dan juga tata
suryanya. Dan dalam beberapa kasus aku tinggal membuat sendiri
dunia yang layak huni, Kulelehkan daratan es untuk melepaskan air
ke tempat lainnya itu salah satu cara, lalu kuperbanyak tumbuhan
penghasil oksigen itu cara yang lainnya.
Aku punya keuntungan sekarang. Crayak harus berusaha
mencari spesies baruku dulu, yaitu orang-orang yang tidak akan
menunjukkan keberadaan mereka dengan emisi radio. Spesies
primitif yang bersembunyi diantara jutaan planet.
Dan, untuk pertama kalianya, kubuat satu spesies baru.
Mereka dikembangkan didalam tubuhku/pesawat, kubuat dari tiap
potong DNA. Kubekali ilmu pengetahuan mereka, ku hilangkan ke
agresifan mereka. Kusebut makhluk buatanku itu Pemalite.
Pada ras Pemalite kuberikan mereka tekhnologi. Mereka
menjadi spesies maju dalam beberapa dekade saja sejak kubuat
mereka. Sebagai navigator mereka, kuberlakukan undang-undang
pada mereka. Mereka tidak boleh mempraktekkan kekerasan, dan mereka
akan menyembunyikan diri mereka selama mungkin.
Dan kuberikan misi kehidupan di mana-mana. bagi mereka untuk menyebarkan Dengan seluruh kekuatanku aku tetap tidak bisa mengimbangi
hasil kerja yang telah dilakukan Pemalite. Mereka pergi ke
bintang dengan pesawat awan, membawa tumbuhan dan spesies
binatang saat mereka pergi. Merek menyebarkan kehidupan
seperti Dermawan kumatan.
Bahkan Crayak pun tidak bisa menemukan mereka. Ataupun
satu fraksi kecil dari mereka. Kehidupan telah memenangkan
perlombaan melawan kematian. Kebaikan mengalahkan kekejian.
Dalam seluruh waktu itu, milenium itu, aku belum pernah
berjumpa dengan Crayak. Tapi pasti kami akan berjumpa lagi.
Hal itu terjadi tanpa peringatan. Aku muncul dari Z-Space
dalam tata surya yang belum pernah kukunjungi. Hentakan kuat
arus listrik mengenaiku sebelum aku sempat menghidupkan
Sensorku. Suatu sinar energi dengan kekuatan yang mengejutkan.
Selama beberapa detik aku kewalahan. Setiap sistem
tubuhku berkedip. Setiap syaraf dan sambunganku tergagap.
Serangan itu akan membunuhku sepuluh ribu tahun yang lalu. Tapi
sekarang aku bukan lagi makhluk yang sama seperti yang terakhir
kalinya dilihat Crayak. Telah kuikuti teori yang sama untuk
keberlangsungan hidupku saat aku mempertahankan diriku sendiri.
Aku telah tumbuh, aku mereplika, aku meluas. Telah kupecahkan
tubuhku sendiri menjadi beberapa lusin pesawat semi biologi. Aku
sekarang berupa tiga lusin kristal/pesawat yang saling terbuhung,
seluruhnya tersambung dengan komunikasi langsung dalam
beberapa level sekaligus : Segalanya mulai dari gelombang mikro
sederhana, laser hingga sambungan yang lebih rumit berdasarkan
pikiran harmoni krsital. Crayak berhasil menghabisi tiga bagian
tubuhku. Tapi itu sekarang hanya satu persepuluh saja dari tubuh
Ellimist. Crayak tetap tinggal di dunianya yang gelap. Tetap dikelilingi
oleh para penjilat. Tetap memiliki senjata dan kemampuan yang
dia miliki. Dan sekarang kekuatannya sudah tidak begitu kuat lagi
dariku. "Kelihatannya aku selamat." Kataku padanya. "Mari kita lihat,
apakah kau juga bisa selamat." Ku bidik dan kutembak dia dengan
segala apa yang kupunya. Planetoid gelap Crayak bergoyang. Pecahan besar, seukuran
pegunungan besar meledak.
"Kau telah tumbuh." Dengus Crayak.
"Dan kau tidak. Kehidupan punya keuntungan dari kematian."
"Hanya keuntungan sementara,
singkat. Kematian itu abadi."
Ellimist. Kehidupan itu "Kau berlari dari satu tempat ke tempat lainnya, kau seorang
tolol yang mencoba membasmi penyakit kumat. Kau terlalu lambat.
Kehidupan telah mengalahkanmu."
"Kehidupan, bukan. tapi kau. Ellimist. ya. ya kau telah
memperumit rencanaku. Jadi sekarang, walaupun aku menyesal,
akan kuakhiri permainan kecil kita."
"Aku tahu. Kau kekurangan keberanian untuk memainkan
permainan yang mungkin kau akan kalah. Rupanya kau seorang
pengecut." "Aku seorang penyelamat Ellimist." Dia menembak.
Peperangan berlangsung. Dia menembak, aku menembak.
Kuhamburkan misil nuklir padanya dan langsung segera ku isi ulang
dengan cepat---salah satu bagian tubuhku berisi mesin senjata.
Misil itu meledak terkena force fieldnya, melemahkan
kekuatannya, memancarkan radiasi ke tubuh planetoidnya, serta
makhluk hidupnya di plateoid.
Dia menatapku penuh amarah, lalu dia meluncur dan
menabrakku. Kuhantam balik dia dengan kekuatan yang membuatnya buta
dan bingung. Dan lalu Crayak berbalk dan kabur.
Tidak. Dia tidak akan berhasil kabur dariku. Akan kuikuti
dua, akan kuburu dia, dan kuhabisi dia.
Kukejar dia kedalam Z-Space. Kami bertempur di tata surya
lain. Kami berdua mengorbit bintang raksasa dan menyerap energi
dari bintang itu untuk tetap saling bertempur. Kami
menghancurkan asteroid, kami melengkungkan angkasa itu sendiri,
kami saling tusuk dengan sinar energi.
Crayak lari lagi. Dan aku terus mengikutinya.Rasa dari
kemenangan sudah berada di mulutku, beserta rasa lapar akan
balas dendam dan usaha mempertahankan diri.
Kuserang dia dengan sinar yang energinya kudapat dari
bintang. Kekuatannya tidak bisa dibayangkan.Tembakanku meleset
dan mengenai planet serta langsung mengeringkan lautan. Spesies
yang tinggal di planet itu tidak akan hidup lebih dari setahun di
dunia mereka yang rusak. Tapi saat ini tidak ada waktu untuk berhentu. Kuberitahu
pada diriku sendiri bahwa aku akan memperbaikinya saat Crayak
sudah tewas. Kuberitahu pada diriku sendiri bahwa aku akan
kembali lagi saat Crayak sudah hilang untuk selamanya.
Tapi akulah yang kabur pada pertempuran berikutnya. Dan
yang berikutnya lagi. Crayak telah belajar dariku. Dia
menambahkan kekuatannya sendiri dan begitu juga aku.
Dia lari. aku mengejar. Aku lari. Dia yang mengejar. Dan
selama di angkasa normal kami bertempur dan kami tumbuh di ZSpace. Itulah paradox anehnya : Kami makin tumbuh kuat. juga
makin mematikan. Masing-masing menimbulkan luka dan kerusakan
di tubuh lawannya. Kami menjadi bersimbiosis pada beberapa level. Kami berdua
tidak bisa saling bunuh, kami berdua juga tidak bisa kabur, karena
sekarang, setelah banyaknya pertempuran, kami sudah jauh lebih
kuat. Kekuatan penghancur yang kami timbulkan telah memusnahkan tata surya yang bintangnya kami jadikan ajang
pertempuran. Planet yang memiliki penduduk bertekhnologi maju,
yang arogan, yang punya kemampuan penjelajahan angkasanya,
menonton kami, tanpa daya, terpaku, dan akhirnya musnah juga.


Animorphs - Chronicle 4 The Ellimist Chronicle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tetap saja aku dan Crayak tumbuh makin mematikan, tapi
jika dibandingkan, akulah yang paling berbahaya sekarang.
Ada dua garis di graphik kosmik : Salah satunya adalah
jumlah planet yang hidup semakin menurun dan turun terus.
Kehidupan bermusnahan disekitar galaksi saat dua orang gila
bergulingan disana sini dan menghantam planet tak berdaya
dibawah kami. Garis yang lainnya menunjukkan bahwa kenaikan lambat akan
pengaruhku pada Crayak. Hanya ras tersembunyi saja yang bisa melihat apa yang akan
terjadi sebentar lagi : Kemenanganku atas Crayak atau
kehancuran seluruh kehidupan di galaksi yang kami timbulkan.
Dan, kemudian, kecelakaan menyebabkan aku dan Crayak
terbenam kedala dunia yang kami berdua tidak tahu kalau ada.
Crayak memasang jebakan untukkku. Dia bersiap untuk berjudi
dengan apapun yang ada. Jadi dia mulai bergerak dengan pola yang
berbeda. Dia membuatku bisa melihat gerakannya selanjutnnya.
Jebakannya berhasil. Ku baca polanya dan dengan tololnya
aku masuk kedalam jebakannya. Bahwa aku muncul dari Z-Space
hanya ratusan mil saja dari kekuatan yang aku dan Crayak tidak
akan sanggup melawannya : Suatu lubang hitam.
Bab 27. Sekarang tubuhku terdiri dari empat ribu dua ratus dua
puluh potongan. Aku muncul dari Z-Space dengan tubuh besarku,
yang memanjang dibelakangku. Begitu aku muncul saat itu juga
kulihat jebakannya. Tapi sudah terlambat!
Gaya tarikan dari lubang hitam tidak mungkin dilawan. Aku
punya kekuatan yang luar biasa, tapi aku belum punya kekuatan ini.
Tubuh bagian depanku terhisap gravitasi tanpa adanya
kesempatan untuk kabur. Jebakan Crayak itu sempurna.
Kuberikan perintah pada bagian tubuhku yang lain : Jangan
muncul dari Z-Space! Beberapa milidetik dari kehancuran total tubuhku yang
tersisa membatalkan kemunculannya dari Z-Space. Aku terluka
parah, tapi tidak terbunuh. Tapi, oh, bagaimana bisa aku terluka.
Kutonton saja tanpa bisa berbuat apa-apa pada bagian tubuh
depanku, termasuk sisa-sisa pesawat asli/tubuh, yang tersisa dari
Ketran untukku itu, jatuh terhisap kedalam Lubang hitam.
Aku berada dimana-mana di saat yang bersamaan, tersesat,
berbalik, terputar, didalam Z-Space, di angkasa nyata yang jauh
sekali dari tubuhku yang muncul secara acak, serta yang jauh
kedalam mulut mengerikan dari lubang hitam.
Aku sekarang berupa pecahan-pecahan kecil.
Rasa sakit ini! Sambunganku dalam berbagai level. Ini bukan
hanya aliran data, ini lebih daripada itu. Disana ada lengan dan
sayapku, terjatuh, mengecil, terhisap oleh gravitasi.
Disana ada telinga dan mataku yang menyebar di angkasa
serta di tempat bukan angkasa. Meregang.
Kurasakan koneksiku melemah, seakan kurasakan bagian
tubuhku sedang di gergaji. Sakit! Pikiranku tertutup, pingsan,
tidak! Fragment. Potongan tubuhku. Jeritan terdistorsi serta
teriakan liar dari komunikasi yang terputus.
Alam semesta itu sendiri kelihatannya hancur. Bintangbintang berjatuhan, membuka dirinya sendiri seperti bunga yang
sedang mekar. Dan kemudian......dan kemudian.....
Aku kelihatannya mengambang dalam suatu tempat yang
tidak pernah kulihat ataupun bayangkan. Yang ada disekitarku
seluruhnya berupa garis berputaran akan kekuatan murni yang
besar, terpotong, dan warnanya berubah. Kulihat angka-angka,
membanjir di antara mereka. Kudengar raungan di telingaku.
Kujangkau garis itu dengan tanganku yang besar, dan bisa
kukendalikan diriku pada kurva angkasa itu sendiri. Aku bisa
merusak kurva waktu angkasa.
Kulihat......kulihat segalanya, isi dalamnya, bagian luarnya, gari
dalam, dan luar akan segalanya, sekaligus.
Aku masih tetap hidup. Tapi dimanakah aku" Apakah aku" Aku berada di antara lubang hitam, diantara Zero-Space,
diantara angkasa nyata namun bersatu dalam satu medium yang
tidak kutahu apa itu. Aku melihat, mendengar, merasakan di segala tempat
sekaligus. Efeknya sangat tidak jelas.
Dengan mengikuti instingku kucoba untuk menyatukan
seluruh bagian tubuhku bersama, tapi tidak bisa. Tidak mungkin
aku tetap hidup, mustahil bahwa masih bisa mengepakkan sayapku
dia Zero-Space. mustahil bahwa aku seharusnya menjadi pods
kecil didalam lubang hitamm.
Aku sadar akan keberadaan Crayak, kurasakan dia
menjangkau tubuh ku yang berada di angkasa nyata. Dia sedang
menyerangku, meledakkan bagian tubuhku dengan serangan luar
biasa. Kurasakan bagian fisik dari tubuhku menguap, terbakar
karena sinar energi. Namun pikiranku sendiri tidak menghilang.
Bagian tubuhku sekarang seluruhnya sudah ada di lubang
hitam, mereka hancur menjadi keping-keping terkecil, hancur
hingga seukuran atomm, menghancurkan segalanya.
Namun aku masih tetap hidup.
Ada sesuatu yang telah terjadi, sesuatu...........
Satu demi satu Crayak menghabisi bagian tubuhku. Ratusan.
Ribuan. Dan saat tidak ada lagi bagian tubuhku yang berada di
angkasa nyata dia mengejarku yang ada di Zero-Space dan
menghabisinya tanpa ampun, membuang setiap bagian mesin,
daging, serta kristal ke angkasa nyata dimana mereka bisa
dihancurkan. Namun aku tetap hidup. Berapa lamakah waktu yang telah berlalu" Tidak tahu. Aku
tidak lagi berada bersama waktu. Bisa kulihat waktu sebagai suatu
seri benang yang berbelit, kemungkinan setriliun benang yang
berbelit. Apakah aku sudah tewas" Apakah ini sejenis kehidupan
setelah mati" Mati, tidak. Orang mati tidak akan melihat, tapi aku melihat!
Kulihat benda yang tidak akan pernah dilihat oleh makhluk hidup
sebelumnya. Kulihat bagian terdalam dari struktur alam semesta.
Aku berada diantara kode penciptaan.
Tidak ada lagi bagian tubuhku yang tersisa, tidak ada lagi
yang bisa orang sentuh ataupun lihat. Aku sudah hilang, namun aku
tetap hidupn Akhir dari Permainan Bab 28. Aku tidak tahu berapa lama aku mengambang pada tempat
mistik berisi energi murni dan keindahan murni. Waktu itu untuk
makhluk lain. Waktu itu tidak membawaku bersamanya.
Aku tidak tahu apa-apa tentang ini. Aku hanya sekedar
makhluk, bagi seluruh multitudeku, bagi seluruh kekuatanku, aku
hanya, suatu makhluk abadi.
Sama seperti seorang Andalite primitif yang tiba-tiba
dilemparkan kedalam pusat kendali dari pesawat luar angkasa. Aku
orang bodoh yang liar---benar-benar primitif.
Tapi aku tahu ini : Sesederhana dan seprimitifnya aku ini,
aku bisa menyentuh dan menggetarkan garis waktu angkasa.
Apakah aku sudah tumbuh menjadi segini besar" Ataukah
aku sudah menyusut ke ukuran sub molekul" Ukuran tidak berarti
apapun. Tidak ada ukuran di tempat ini.
Aku hidup, dan hanya itulah yang kutahu. Aku hidup tanpa
wujud, hidup tanpa urat syaraf untuk bergerak, tanpa makanan
untuk dikunyah, tanpa otot untuk dikendalilkan. Aku melihat tanpa
mata, dan merasakan tanpa lidah dan bergerak tanpa sayap atau
pod atau mesin untuk menggerakkannku.
Inilah yang aku tahu. Dan aku tahu satu hal lain dengan baik, suatu pelajaran sulit
yang kudapat dari milenium perang : Lawanku akan menemukanku.
Suatu kejadian super langka, suatu kebetulan di angkasa
telah mengubahku. Aneh" Keanehannya berkisar dari satu milyar
banding satu, satu triliun banding satu, tidak bisa diperhitungkan.
Tapi keanehan ini hanya terjadi sekali. Keanehan ini sangat
luar biasa hebatnya. Crayak mempelajarinya. Crayak memperhatikan. Sejak aku memunculkan diriku padanya, sejak aku
bertindak dan menunjukkan diriku padanya, Crayak akan
menemukan jalan untuk mengikutiku disini. Dan karena pikiran dan
moralitasku tidak berubah, begitu pula dia nantinya.
Dengan hati-hati, ketakutan, dengan segala kerendahan hati,
aku mulai mempelajari lingkungan baru ini. Kutemukan suatu cara
bahwa aku bisa melihat dunia nyata, melihat kejadian dan orangorang yang terdampar di angkasa dan waktu.
Mereka kelihatannya tumbuh besar, dewasa, menua, dan
tumbang, dalam sekedipan mata, dan saat kulihat dan pelajari, aku
tahu bahwa ratusan lalu seribuan dan akhirnya jutaan tahun telah
berlalu di angkasa nyata.
Kulihat Crayak diluar sana, tetap melakukan pekerjaan
kejinya. Kulihat garis menjadi hitam, tidak bisa di jalani, dan
berujung pada kehampaan saat dia membasmi planet. Miliaran
kehidupan menjadi kehampaan, Telah kutanamkan hal besar pada
kehidupan, dan Pemalite-ku tetap menyebarkan kehidupan, tapi
gelombang penyebaran mereka berubah menjadi kesukaan Crayak.
Akhirnya, aku tahu bahwa aku masih harus belajar banyak,
aku tahu kekuranganku sendiri.
Crayak memasuki tata surya yang berisikan sembilan planet
yang mengorbit satu bintang kuning berukuran sedang. Dua dari
planetnya yang berwarna merah dan biru berpenghuni. Planet
merahnya sudah sekarat, atmosfinya sangat tipis, dan Crayak
tidak bisa menebar bahaya disana.
Tapi planet biru itu penuh akan kehidupan. Spesies dominant
dalam planet itu besar, brutal, dalam berbagai bentuk luar biasa.
serta hewan raksasa pemakan tumbuhan, serta hewan pembunuh
dengan gigi besar dan cakar mematikan. Ada kecerdasan disana,
tapi tidak ada akal budi, bisa kulihat itu, sangat jelas sekali.
Kecerdasan itu bukan pada makhluk besar yang mendominasi
dengan brutal, tapi dalam sekelompok kecil orang berpakaian bulu
binatang mangsanya, dimana masa depan planet ini berada di
tangan mereka. Mereka hanya perlu ditinggalkan sendirian dalam waktu enam
puluh atau tujuh puluh juta tahun sebelum mereka menjadi orangorang hebat.
Crayak tidak melihat hal itu, yang dia lihat hanyalah bahwa
disana ada kehidupan. Dia membidikkan senjatanya dan menembak
planet biru itu, dan aku hanya perlu menarik garis angkasa waktu
hingga senjatanya tidak mengenai apapun. Planet itu hilang.
Dia mencoba lagi, dan tiap kali dia menembak kuaplikasikan
kekuatan putar balikku yang luar biasa tapi kejam itu.
Dan kemudian, dalam kebingungannya, Crayak mempertimbangkan untuk mundur. Aku tahu bahwa sebentar lagi
dia akan menjumpaiku. Bab 29. "Jadi disinilah kau, Ellimist."
"Sudah kuperkirakan kau akan kesini, Crayak."
Dia muncul padaku seperti biasanya. Sebagai monster
kegelapan. Aku tahu bagaimana aku muncul baginya : Aku telah
menguasai tipuan sederhana untuk memproyeksikan diriku pada
bentuk yang paling cocok untukkku. Aku muncul padanya sebagai
Ketran biasa. "Keuntunganmu sudah hilang, Ellimist."
"Kita sudah seimbang sekarang," Ujarku setuju. "Kau tidak
bisa lagi melukaiku secara langsung. Kau paham kan?"
"Aku tidak bisa membahayakanmu, Ellimist, tapi aku tetap
bisa melukaimu. Aku masih bisa membunuh hal yang kau cintai."
"Bisa kau coba, Crayak. Tapi akhirnya kau hanya akan jadi
orang tolol. Apa belum kau lihat apa saja yang telah kau lakukan.
Aku bisa membalikkannya" Kau bisa membantai dan aku bisa
membalikkan waktu untuk mengembalikannya. Tapi akan
kuberitahukan kau hal ini : Jika kita membawa perang kita
didalam mangkuk angkasa dan waktu ini kita sendirilah yang akan
menghancurkan alam semesta dan membunuh diri kita sendiri
bersama segala isinya."
"Ini berarti permainan tanpa arti yang tidak ada
pemenangnya." Ujar Crayak setuju. "Tapi apa lagi yang bisa kita
berdua lakukan" "Kita bisa menonton. Kita bisa mengagumi proses kemajuan
evolusi." "Tidak bisa diterima. Aku lebih memilih kehancuran diriku
sendiri daripada begitu. Untuk hidup abadi sebagai seorang
pengamat" Harus ada permainannya. Jika tidak ada permainan
maka tidak berarti bagiku."
"Kalau begitu, mari kita bermain, Crayak." Tapi harus ada
aturannya." "Ya, dan akan ada aturannya." " Dan yang menangnya?" Itu
juga, walaupun akan memakan waktu jutaan tahun." Crayak
tersenyum ."Aku tidak akan kemana-mana."
"Kalau begitu ayolah." Ujarku. "Mari kita mainkan permainan
akhirnya." Epilog. Kukataka pada manusia yang sekarat itu. "Sekarang kau
sudah tahu siapa aku ini. Apakah aku ini."
"Yeah, kau hanya anak kecil. Seperti aku ini tapi dalam versi
lain, seorang anak yang terbenam terlalu dalam dan tidak bisa
keluar." "Seorang anak."
"Kau terjebak. Kau tetap dirimu" "Aku terjebak." "Ya."
Ujarku. "Apakah aku salah satu potongan permainanmu" Apakah kami
berenam potongan permainanmmu?"
Kupertimbangkan pertanyannya sejenak. Siapa yang bisa
mengatakan bahwa siapa itu potongan dan siapa itu pemainnya"
Sudah sering kali kupikirkan apakah aku ini hanya potongan
permainan dalam permainan besar yang orang mainkan dengan
tertawa pada keinginanku"
"Bukan aku yang menyebabkanmu menjadi salah satu dari
enam orang itu. Kau itu.....kau itu.....kecelakaann yang
membahagiakan. Kau itu kontribusi tanpa kuketahui sebelumnya
dari ras manusia untuk keselamatannya sendiri."
Manusia itu terdiam. Tidak ada permohonan, tidak ada
pembelaan untuk hidup lagi. Dan di akhirnya, penerimaannya
bahkan sekuat ini, jiwanya yang bergolak. "Kau mengatakan bahwa
aku bisa bertanya satu pertanyaan lagi." "Ya."


Animorphs - Chronicle 4 The Ellimist Chronicle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak bisa bertanya apakah kami menang, aku tidak bisa
bertanya apakah hasilnya akan baik-baik saja." "Aku tidak tahu
pertanyaan itu." "Okay, pertanyaannya ini, Ellimist : Apakah
aku.....apakah aku membuat perbedaan" Hidupku, dan ma.......ma......matiku.....apakah berharga" Apakah hidupku benarbenar penting?"
"Ya. Kau pemberani. Kau kuat. Kau hebat. Kau penting."
"Yeah. Okay, lalu, okay, lalu."
Satu benang angkasa-waktu berubah menjadi gelap dan
bergulung dalam kehampaan.
Selesai ************* Bu Beng Siau Jin ************* The Ellimist Chronicle ************* HRT, TPS1A, 03-08-2016 18:47
************* "Tidak ada gading yang tidak retak,
Begitu pula terjemahan ini."
************* Sampai Jumpa di terjemahan berikutnya. :)
Naga Beracun 2 Bunga Pedang Embun Hujan Kanglam Kiam Hoa Ie Lioe Kanglam Karya Khu Lung Racun Ular Karang 1
^