Kompilasi Tiga Kehilangan 5
Kompilasi Tiga Kehilangan Karya Dewi Kharisma Michellia Bagian 5
aku sudah tak bisa lagi mengayunkan kakiku seperti dulu. Kakiku tidak pendek lagi. Kakiku sudah
memanjang dan memijak di tanah dengan sempurna. Pertambahan panjang yang entah mengapa
selama ini tak pernah kuperhatikan.
Angin malam mengantarkan gelak tawa yang terjadi puluhan tahun lalu. Betapa hal ini
menyempurnakan teori dilasi waktu atau entah apa yang akhirnya kukenal sebagai teori dunia
empat dimensi - bahwa waktu tak pernah menempel dengan ruang.
Terlebih ketika aku menatapi ayunan di hadapanku. Ketika aku mengingat kekonyolan apa yang
pernah kujanjikan pada ayahku. Bahwa aku, suatu hari nanti, akan memenangkan nobel. Bahwa
aku, akan membanggakannya dengan menciptakan sebuah mesin waktu. Untuk kami bisa gunakan
kembali ke masa lalu menemui ibuku yang telah meninggal.
Ketika itu, kupikir aku akan mempermudah kerja Tuhan, karena aku akan menggambari kertas
gambarku sendiri dan setelahnya aku bisa seenaknya membuat sebuah maket untuk perwujudan
nyata dari apa yang telah kugambar. Aku pikir merancang masa depan adalah semudah melupakan
masa lalu. Hingga pada akhirnya, kutemukan bahwa kedua hal itu sama sulitnya untuk dilakukan.
Dulu aku pernah berbincang dengan ayahku sampai larut malam. Membicarakan macam-macam.
Paling banyak tentang teori asal-usul alam semesta, kapan saatnya sebuah bintang akan mati, dan
makna di balik Pancasila. Tentang asal usul namaku, sebab musabab ayah bisa jatuh cinta dengan
ibu, hingga cerita Dewa-Dewi di India.
Aku suka ketika sebelum aku tidur, ayahku menceritakan kisah Ramayana yang dihafalnya di dalam
kepalanya. Ketika dia bercerita tentang pasukan dari Hanoman yang merebut kembali Dewi Sita
dari tangan Rahwana. Caranya bercerita sama seperti ketika ibuku mengisahkan tentang Sampek
dan Eng Tay yang terpana melihat sepasang angsa berkasih-kasihan - saling melilitkan lehernya di
tengah sungai. Itu sebabnya aku selalu memintanya bercerita tentang kisah Ramayana setiap malamnya. Juga
kisah Mahabratha dan Perang Barathayudha. Beliau kadang membacakan banyak kalimat indah
dari Bhagavad Gita, pesan dari Rsi Bisma kepada Arjuna. Favoritku, adalah ketika para Pandawa
hanya bisa menontoni jasad Rsi Bisma yang dipenuhi oleh ratusan anak panah. Mereka hanya
memandangi jasad kakeknya itu di Lapangan Kurusetra, menunggui ajal benar-benar
5 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menjemputnya esok hari ketika matahari sudah terbenam.
Betapa ketika aku harus kehilangan orang-orang yang aku cintai dalam hidupku, aku ingin menjadi
setegar orang-orang hebat di dalam mitos atau dongeng, yang selalu diceritakan oleh mereka
berdua setiap malam sebelum aku tidur. Namun kenyataannya, jiwaku merapuh, tak dapat
kupahami. Dan kusadari aku tak bisa menjadi seseorang yang berbeda. Kemampuan manusia
memang ternyata ada batasnya.
Sehingga hari ini, di malam dengan langit yang berwarna hitam kepekatan, aku memilih untuk
menjatuhkan diriku dari lantai tiga. [*]
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Keberulangan Tersebutlah sebuah kota warna-warni yang didominasi nila dan ungu. Dua warna utama itu bersinar
seumpama sinar kosmis dan menyeruak berpendar memenuhi sudut-sudut jalan. Orang-orang
beraneka rupa berjalan, di sudut-sudut pertokoan kecil mereka mengobrol satu sama lain kemudian
saling tertawa. Jalan setapak kota itu tersusun atas bebatuan yang rapi, membentuk bangun-bangun datar yang
susunannya acak dan tak berpola. Jalannya lebar, di pinggir-pinggir jalan ada pot-pot bunga kecil
dan kursi taman dengan lampu jalan warna-warni di sisi-sisinya. Ada kuning, biru, hijau, bahkan
campuran beragam warna, pelangi. Cahaya-cahaya itu seperti mewakili orang-orang yang duduk di
sisi lampu jalan di kursi taman.
Orang-orang yang berbeda. Ada pelukis bertangan enam yang sedang memegang enam kuas di
masing-masing tangannya dan melukis dunia warna-warni serta gadis-gadis kecil yang melambai
pada orang tuanya di dua kanvas berbeda, ada penulis bermata delapan yang matanya selalu
berputar-putar dan tangannya menulis dengan cepat, ada sepasang kekasih yang sedang memadu
kasih yang dari tubuh mereka bermunculan butiran-butiran pasir ringan yang beterbangan bewarna
merah jambu. Ketika aku memutuskan untuk terus berjalan, aku lalu menemukan jembatan yang berpendar
keemasan. Saat aku melewati jembatan itu, aku melihat air yang sangat jernih di bawahnya dan
ketika aku memilih untuk berdiri sejenak, aku melihat logam-logam emas di dasar sungai, tanda
bahwa di kota warna-warni itu ada sangat banyak orang yang percaya pada keajaiban.
Tiap lima menit, air dari sungai itu meloncat ke atas. Ada udang-udang dan ikan-ikan yang
melambai, udang-udang dan ikan-ikan dengan warna-warna yang cantik. Kemudian ada yang
meledak di langit. Kutolehkan kepalaku memandang ke atas, ke langit yang baru kusadari ternyata
sepenuhnya berwarna hitam kelam dan apa untuk itukah kembang api diledakkan" - untuk
menyemarakkan langit yang muram.
Ketika aku kembali mengamati sekitarku, seseorang telah berdiri di sisiku. Tunggu, bukan, bukan
6 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
manusia, melainkan seekor anjing. Dan bukan lagi, kupikir dia ikan. Tubuhnya berwujud manusia
dengan kepalanya yang diselimuti bulu anjing dan di lehernya terdapat sisik ikan. Tangannya
empat, di kepalanya ada antena-antena kecil yang bergerak-gerak. Dia tersenyum dan
mengulurkan satu tangannya, ketiga tangan lainnya seolah membatu.
Bahasanya tak kumengerti. Atau dia tidak berbicara meski mulutnya berkomat-kamit"
Aku menatapnya terpesona. Janggal, padahal kalimat-kalimatnya tak ada yang kumengerti, tapi
senyumnya elok. Tapi bukankah memang tak ada suara yang keluar dari komat-kamit mulutnya"
Dia terus berbicara, aku tetap mendengar dengan setia. Masih juga tak ada suara yang keluar. Apa
aku menjadi tuli" Dan aku tidak menyahut sampai akhirnya dia melambaikan tangannya, pergi. Perkenalan apakah
itu" Aku bahkan tak tahu siapa namanya.
Aku kembali berjalan. Semakin jauh aku berjalan, kutemukan bahwa tidak ada lagi yang berkepala
manusia. Di dunia warna-warni ini tak ada cermin. Semua kaca-kaca seolah transparan dan tak bisa
memantulkan rupa-rupa. Baru kusadari bahwa di dunia warna-warni ini tak ada suara yang bisa
kudengar. Atau apakah gelombangnya berbeda"
Aku menemukan orang-orang baru, yang terus berjalan, terus bernyanyi. Suara-suara yang indah,
tubuh-tubuh binatang berkaki empat dengan kepala-kepala berbentuk paruh burung. Mereka
bernyanyi, tapi tetap saja bahasanya tak ada yang kumengerti. Namun setidaknya aku tidak lagi tuli.
Beberapa dari mereka mengikutiku berjalan di belakangku. Empat ekor anjing dengan paruh burung
dan bulu warna-warni. Mereka terus bernyanyi, nada yang indah dari lagu yang entah apa.
Kulalui lagi sebuah jembatan. Keempat penuntunku tadi berhenti, seolah meratapi saja
kepergianku. Seolah aku akan berjalan ke tempat berbeda yang bahkan tak boleh mereka singgahi.
Benar saja, beberapa kaki perjalananku selanjutnya, kutemui orang-orang dengan wujud rupawan.
Suara-suara indah. Mereka beterbangan dari satu sisi ke sisi lain tanpa sayap. Tubuh mereka
berpendar-pendar dan dari warna-warna itu timbul wangi yang semerbak. Tubuh mereka kecil-kecil.
Dan aku hanya bisa diam terpaku ketika warna-warna mereka memutariku, mereka melingkariku
seolah akan menyelubungiku dan mengangkatku terbang tinggi. Mereka membawaku ke angkasa.
Hingga sesuatu menabrakku, kecil dan lembut. Mereka yang kecil dan berwarna-warni hilang entah
ke mana. Udara menjadi dingin dan semakin menekan-nekan permukaan tubuhku. Dadaku sesak.
Sisi-sisi leherku membuka. Terkelupas. Hidungku seolah tersumbat. Kakiku menjadi satu. Tidak lagi
ada rupa, tidak lagi ada warna-warni, dan tetap tak ada suara. Seluruh tubuhku diselimuti air. Air
yang lalu membentuk pusaran, bergerak melingkar dengan cepat.
Aku seolah tak bertulang rusuk, tak berdiafragma, paru-paruku menghilang.
Dunia menjadi hitam putih. Tubuhku berlubang-lubang, air masuk ke celah-celahnya dan lalu keluar
lagi melalui tempat yang sama. Aku saling bertabrakan dengan benda-benda kecil lain yang lembut.
Beberapa saat kemudian, tubuhku membelah.
Duri-duri lepas ke permukaan tubuhku. Aku kemudian bertabrakan dengan benda-benda yang
tajam berduri. Semuanya masih hitam putih. Masih tanpa suara. Seluruhnya diselimuti air yang tak
7 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berwarna. Benda-benda di sekelilingku berbentuk bulatan-bulatan lonjong, berenang-renang,
bergerak-gerak. Lembut atau berduri. Lalu bertabrak-tabrakan.
Suhu menjadi semakin dingin. Beberapa tempat membeku. Permukaan di atasku membentuk
kaca-kaca yang tebal. Dan aku tetap berenang-renang di bawahnya. Lalu aku menempel di dasar
laut sementara benda-benda lainnya masih berenang-renang acak di sekitarku. Benda-benda yang
bulat dan berduri. Dari sudut atas tubuhku muncul tentakel lunak. Bergerak-gerak acapkali. Tapi dunia masih hitam
putih. Dan aku bahkan tak bermata. Masih pula tak ada yang bicara dan bercengkerama. Dunia
macam apa ini" Menjadi apakah aku"
Seolah sudah tertidur sekian lama, ketika aku kembali bangun semuanya mencair. Tidak ada lagi air
mengelilingiku. Aku menjadi cacing. Mungkin berbentuk pipih, gilik, atau gelang. Ataukah ular"
Hewan-hewan besar menghentak tanah, menggemparkan duniaku. Tanah-tanah retak.
Burung-burung besar terbang di atasku, berteriak keras-keras, seolah memanggil burung-burung
lain yang kemudian mengikutinya terbang di belakang.
Semut-semut besar. Pohon-pohon kering serupa kaktus-kaktus. Tajam berduri. Ular-ular, tikus-tikus
yang mencicit, saling berkejaran dan kemudian memakan atau dimakan. Tanah masih begitu
gersang. Tubuhku yang kepanasan kemudian bercangkang tiga lapis. Bergerak-gerak. Kemudian
tumbuh sayap di sudut kanan-kiri tubuhku. Lalu sayapku hilang dan lapisan tubuhku mengeras.
Tubuhku menjadi semakin ringan dan aku berlari ke sana kemari.
Siang yang sangat panas dan malam yang sangat dingin. Seperti persaingan di siang hari untuk
saling memangsa dan di malam hari tidak saling bercengkerama dan lalu bersembunyi di tempat
masing-masing seolah terjadi perang dingin. Kehidupan yang buas. Seolah semua benda yang
bergerak adalah musuh. Musim berganti, rumput-rumput bertumbuhan. Kaktus-kaktus mati. Hujan semakin sering.
Hewan-hewan besar berganti wujud. Mereka kemudian memakan tanaman-tanaman. Aku berubah
wujud lagi menjadi berbulu. Kemudian aku melihat warna-warna, kemudian aku mendengar
suara-suara. Burung-burung kecil mulai beterbangan di angkasa. Burung-burung besar mengejar di belakangnya.
Matahari terbit dan tenggelam. Dunia menjadi semakin tenang. Makhluk-makhluk tidak sering lagi
saling memangsa. Hingga sesuatu jatuh dari langit. Besar dan bergerak begitu cepat.
Menghantam bumi. Menghantamku.
---- Aku terbangun di tempat lain. Memiliki kepala, leher, urat-urat yang dialiri sesuatu, tulang rusuk
yang dilalui napas. Aku merasakan kepalaku bekerja. Untuk kali pertama aku benar-benar merasa
kembali menjadi manusia. Seorang pria memandangku. Kaca matanya yang besar memenuhi sebagian wajahnya. Dia
tersenyum lalu tiba-tiba mengangkatku. Air mengguyuri tubuhku. Setelah dibalutnya tubuhku
dengan selimut, dicubitinya tanganku keras-keras. Sakit yang tak terkendali hingga aku berteriak.
8 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Orang-orang tertawa. Tawa yang tak kumengerti apa gunanya.
Mereka lalu memasukkanku ke dalam tabung kaca. Cahaya kecil menyala. Begitu hangat.
Orang-orang mengelilingi tabung dan memandangiku dari sana.
Aku tumbuh sebagai kanak-kanak yang rajin menggambari tembok-tembok rumahku. Membentuk
spiral-spiral dan garis-garis. Orang-orang tersenyum. Seisi rumah dicat ulang. Kemudian aku
kembali menggambarinya dengan spiral-spiral dan garis-garis.
Tidak ada yang kumengerti ketika kulihat ada naga berpusar di perutku dan tubuhku menjadi
transparan di usia lima tahun. Ketika katanya ada orang yang telah mati, tapi aku masih dapat
melihat orang-orang itu dan berbicara dengan mereka. Ketika aku mampu melihat hal-hal yang tak
dilihat oleh orang-orang sekitarku.
Aku bermain-main dengan mereka. Aku berkaca di depan cermin dan melakukan macam-macam.
Menjadi pembicara, menjadi dokter yang mengobati pasiennya, menjadi artis yang berakting di
depan kamera. Aku tertawa terpingkal melihat seseorang berbaju merah di layar kaca.
Ayah-ibuku selalu pulang malam. Nenek menemaniku dan menyanyikan lagu-lagu tentang katak. Di
hari-hari tertentu ayah ada di rumah dan bercerita tentang kerajaan-kerajaan di masa lalu. Ibu
bercerita tentang kisah-kisah cinta. Kakek menggendongku dan mengajakku berjalan-jalan di
sawah. Ketika sandalku terbenam di sawah yang sedang banjir karena hujan, kakek mengejarnya untukku
kemudian memasangkannya di kakiku, dengan payung masih tergenggam erat di tangannya,
memayungiku; memayunginya.
Kami memiliki banyak anjing dan hamster. Kakek memeliharanya sejak dulu. Anjing-anjing yang
beranak ketika aku lahir; hamster-hamster yang terus beranak pinak. Anjing-anjing yang berkutu,
yang kutu-kutunya kemudian memenuhi rambutku juga. Hingga tiap hari kerjaan nenek bertambah
satu; yaitu untuk memenceti kutu-kutu di kepalaku.
Waktu itu, aku sungguh tak mengerti tentang duniaku. Ketika kecil, ada satu masa aku berdiri
terpaku di sekolahku dan menatap ke langit. Bertanya, "Siapa orang-orang ini?"
Tapi entah kenapa waktu kembali berjalan. Usiaku semakin bertambah. Lalu di usiaku kini, aku
menemukan banyak kesamaanku dengan orang-orang yang juga telah beranjak menjadi tua.
Kehilangan sesuatu. Kehilangan waktu.
"Kemarin malam aku mimpi aneh. Sebagiannya mimpi tentang masa kanak-kanakku. Kali ini ada
dunia yang cuma terdiri dari warna-warna dan wujud-wujud." Lantas itu yang kubilang kepada
kekasihku yang setia kudongengi tiap malam minggu, "tak ada suara."
Ia menatapku seperti dulu aku menatap ibuku yang bercerita tentang kisah-kisah cinta.
"Menurutmu, di dunia mana kini kita lahir?" Kutanya kepadanya. Ia terdiam dan tetap menyimak,
seolah tahu kebiasaanku bercerita, yang selalu menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan yang
kulontarkan. 9 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tapi saat itu aku tak melanjutkannya. Aku hanya menulis sesuatu di pasir pantai dan berujar
tentang sesuatu yang lain, "Kita pasti tak akan berjodoh."
Ia menagih penjelasan melalui tatapannya.
"Aku terlalu sering mengajakmu ke pantai."
"Mitos lagi?" kali ini ia bertanya.
Kuanggukkan kepalaku, "Dan waktu akan membuktikannya."
"Memang kamu tak mau berjodoh denganku?"
"Aku mau, hanya saja kita tak akan berjodoh. Menurutmu kenapa?"
"Kamu berselingkuh."
Aku tertawa. Kulempar pasir pantai ke kemeja kerjanya, "Aku berani jamin, aku wanita tersetia yang
pernah kamu temukan. Sekali kamu memilikiku, anggap saja kamu akan memilikiku untuk
selamanya." "Aku juga pria tersetia yang akan pernah kamu temukan. Lalu apa yang bisa membuat kita
berselingkuh?" "Umurmu tak panjang."
"Umurku pendek?"
"Umurku bahkan lebih pendek daripada umurmu yang tak panjang," kujawab cepat. Dia pasti
mengira aku sedang menjahilinya.
"Kamu akan mati lebih dulu?"
Aku tak menjawab. "Jangan lanjutkan. Ini konyol." Hingga akhirnya dia menyuruhku menyudahi percakapan kami yang
melantur. "Aku akan mati sebelum kita menikah. Itu yang membuatku banyak berpikir tentang apa yang harus
kulakukan secepat-cepatnya sebelum mati."
"Ayolah, Karina ... Jangan melantur."
"Kenapa, ya, kita terus melakukan hal-hal yang biasa-biasa" Mengejar apa yang orang lain kejar?"
"Maksudmu?" "Kupikir tujuanku berbeda. Tapi entah kenapa aku tak bisa menemukan orang-orang yang sepikiran
denganku." 10 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Termasuk aku?" ia bertanya spontan.
Kuanggukkan kepala, "Kita jauh berbeda. Kadang malah aku pikir aku berbeda dari orang-orang
lain. Aku seperti menjadi alien di duniaku."
"Kulihat kamu biasa-biasa saja. Maksudku, kamu senormal gadis-gadis lain seusiamu."
"Tapi aku capek mencoba menjadi biasa-biasa. Mudah sekali untuk tersenyum ramah ke orang lain,
menyapa orang ini, mengobrol dengan yang itu. Mudah sekali menjadi normal. Tapi hal yang mudah
justru lebih melelahkan untuk dilakukan terus menerus. Sekali-kali aku ingin jadi aku yang
sebenarnya." "Apa aku kurang mengenalimu?"
"Kamu sangat mengenaliku. Malahkupikir aku yang kurang mengenalimu. Hanya saja, kadang aku
benar-benar merasa sendiri dan hanya aku yang mengerti."
"Apa kali ini kamu tak bisa menceritakan sedikit saja masalahmu padaku" Sepersekianya?"
"Kamu tahu pikiranku rumit. Waktu aku lihat kakekku membaca koran di teras pagi hari, aku pikir,
apa masih menyenangkan" Waktu aku lihat orang-orang di kantor-kantor melakukan rutinitasnya di
depan layar komputer, aku tak habis pikir apa yang sebenarnya ingin mereka cari. Dan mereka
membuatku berpikir, apa yang juga aku cari. Apa kita lahir hanya untuk lahir, melihat orang-orang
yang lebih tua mati lebih dulu, sekolah, kuliah, kerja, saling sikut satu sama lain, menjadi tua,
membaca koran di teras, mati, nama terpampang di koran?"
Ia menatapku seperti bagaimana ia selama ini menatapku ketika aku sedang meracau.
Kutarik napasku, "Kenapa kita mempersulit hidup kita" Kalau hidup bisa jadi begitu mudah, kenapa
kita saling menghancurkan satu sama lain" Apa yang sebenarnya kita kejar" Tapi kemudian aku
pikir, kenapa aku mempersulit pikiranku" Kenapa menjadikan semuanya rumit, membesar-besarkan
masalah kecil"!"
"Kamu kurang tidur, ya" Kok melanturnya kejauhan?"
"Kadang aku muak kepada diriku sendiri. Kadang bisa-bisanya aku berpikiran seperti filsuf, kadang
aku jadi orang-orang biasa yang melakukan apa yang tak aku suka.
Kenapa kita tak pernah bisa menjadi sama satu dengan yang lain" Apa tak ada yang ingin
membongkar rahasia siapa sebenarnya kita?"
"Kenapa kamu enggak kuliah Filsafat saja, sih" Kan, jadinya enggak bakal melantur ke aku?" Ia
menyela. "Kupikir jalan manapun boleh aku ambil dan menjadi apa kamu di dunia ini tak menentukan apa-apa
saja yang boleh ada di kepalamu. Seandainya ibuku tak meninggal secepat ini, mungkin aku tak
akan ingin tahu ke mana perginya orang yang telah mati."
Kompilasi Tiga Kehilangan Karya Dewi Kharisma Michellia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Alam semesta, tata surya, planet-planet, bumi." Kuurut satu per satu.
11 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Enggak sedang belajar Astronomi, kan?" dia bertanya.
"Ke mana orang yang telah mati pergi" Masihkah mereka di sini" Menjadi hantukah, setankah"
Atau mereka berpindah planet"
Makhluk hidup, manusia, peradabannya. Kejahatan, kriminalitas, orang-orang yang butuh hiburan.
Perbedaan bahasa, perbedaan budaya. Penemuan-penemuan. Semuanya begitu menarik ketika
hidup. Tapi setelah semua itu, kita mati dan...?"
"Tidak menemukan apa-apa?" Ia menebak.
Aku tersenyum. Dan mengangguk, "Waktu bertabrakan. Aku tertidur dan bermimpi. Aku terbangun
dan melakukan apa-apa saja yang baru beberapa saat sebelumnya aku impikan. Kalau masa
depan sudah sejelas itu, kalau sudah ada sesuatu di depan, apa lagi yang bisa kita
lakukan"Fatalist, determinis, aku lelah dengan teori - tak ada yang pernah mendengarku."
"Itukah yang kamu maksud membuatmu merasa berbeda?" dia bertanya.
"Kamu bayangkan saja. Aku tertidur dan bermimpi mengerjakan soal-soal ujianku. Lalu aku
menghadapi ujian dan aku mengerjakan soal-soal itu lagi. Hal itu membuatku harus berpikir berapa
kali, kapan aku pernah menemukan soal-soal itu" Dan aku menggagalkan tes ujian masuk
universitasku. Aku tertidur dan memimpikan kematian seseorang. Dan lalu orang itu benar-benar mati. Untuk apa
sebenarnya kita hidup, kalau semuanya sudah tertulis"
Waktu seolah bertabrakan. Seolah terulang dua kali untukku. Tapi tidak ada cara agar aku bisa
remedial. Kenapa hidup kita begitu teratur" Siapa sebenarnya kita" Apa kita tidak akan menemukan
siapa diri kita sampai akhirnya kita mati?"
"Beratkah untuk bisa melihat masa depan" Kupikir itu karunia?"
"Kalau bisa diatur, itu karunia. Tapi kalau datangnya sewaktu-waktu, siapa bisa percaya?"
"Mungkin itu cara Tuhan menunjukkan sesuatu padamu."
"Tapi kenapa Tuhan terus saja bersembunyi" Kalau memang sudah ada sesuatu yang akan terjadi,
kenapa kita tidak menjalankan kehidupan kita dengan biasa-biasa saja sekarang, toh hal itu tetap
akan terjadi?" "Tuhan tahu segalanya, tapi Ia hanya menunggu. Ia ingin memastikan seberapa sabarnya kamu."
"Kenapa mesti menguji" Bukankah di Psikologi saja jelas ketahuan kalau ada kesadaran dalam diri
seseorang yang selamanya tak bisa diubah bahkan oleh lingkungan - psi: jiwa, sesuatu yang
akhirnya selalu disebut-sebut sebagai karakter, kepribadian, dan entah apa lagi namanya. Lalu
untuk apa ada tes kecerdasan emosional" Untuk apa mengukur sesuatu yang tak akan tepat"
Kenapa tidak langsung saja memberi seseorang lingkungan tertentu dan kesempatan tertentu?"
"Tuhan memberikannya, kan" Apa lagi yang mesti ditanyakan" Hidup hanya tentang kemungkinan.
12 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Apa yang akan kamu pilih, apa yang akan kamu buang. Ingat slogan Gie, kan" 'Yang kekal itu
perubahan.' Sejauh kamu ingin berubah, mengubah sesuatu, atau diubah."
"Lalu apa aku tidak perlu tahu siapa sebenarnya aku" Seperti apa sebenarnya alam semesta ini?"
Ia tersenyum, "Sayangnya enggak untuk saat ini. Sebagai catatan, aku juga pernah memikirkan apa
yang kamu pikirkan sekarang. Santailah sedikit."
"Lalu kenapa kamu tak mencari tahu" Tak mencari orang-orang yang sepikiran denganmu dan
mewujudkannya?" "Tak tertarik. Aku sudah menemukan yang lebih dari itu. Orang yang tak sekadar tahu apa makanan
favoritku, tapi juga mampu memasakkannya untukku. Orang yang sama sekali tak pernah
menunjukkan perhatiannya, tapi edan mampus selalu ada tiap aku merasa sendiri. Orang yang
cinta banget sama aku, tapi tak apa-apa meski dia tahu kami tak akan berjodoh." Setelah itu, dia
tertawa, "Tebaklah sendiri siapa orang yang paling aku butuhkan."
"Itu dia, kenapa kita hanya mengikat diri kita pada satu orang" Kalau benar ada kelahiran
sebelumnya, apa hubungan kita" Kenapa kita berjodoh untuk bertemu" Kenapa kita tidak jatuh
cinta pada banyak orang kalau cinta itu universal" Kenapa poligami dilarang?"
"Melantur lagi." Lalu dilemparnya butiran-butiran pasir pantai ke arahku, "Sekali-kali, santai sedikit
kenapa?" Kemudian dia bangkit dan menarik tanganku ke arah ombak. Di sana kami memperhatikan bulan
dan memejamkan mata. "Tapi ... kalau santai terus, kapan kita akan temukan siapa sebenarnya kita" Apa kita bisa
menemukannya di kelahiran ini" Ataukah harus kita temukan di kelahiran yang akan datang?"
celotehku, "Tapi tunggu, memangnya reinkarnasi benar ada?"
Ia menoleh dan mengacak rambutku, "Kalau di kelahiran ini kita masih juga belum berjodoh, mau
coba bertemu kembali di kelahiran selanjutnya" [*]
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Diandra "Apa Papa juga memerhatikan mereka" Yang berjalan di sana?" Dengan satu tangannya masih
menopang dagu yang bersandar di tembok restoran, matanya asyik melotot memandangi
orang-orang yang berjalan di depan kami. Mulutnya dikerutkannya sejenak, telunjuk tangan kanan
bermain-main di cangkir teh pada meja di depannya.
"Macam-macam orang," sahutku.
13 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Orang-orang yang duduk?"
Aku memperhatikan kursi tunggu yang dipenuhi oleh orang-orang yang menunggu kereta malam,
kemudian kembali memandang ke arahnya, ke arah gadis kecilku yang telah dewasa, "Hal apa yang
kamu minta untuk Papa perhatikan?"
"Lihat betapa mereka yang berjalan kelihatan sangat sibuk. Mereka berjalan cepat menarik
kopernya seolah akan tertinggal kereta, para pengangkut barang seperti berlari mengejar mereka.
Sementara orang-orang yang duduk, mereka begitu santai menonton televisi atau membaca novel
atau bercengkerama dengan keluarga mereka."
"Lihatlah, Papa ... mengapa duduk dan berjalan membuat orang terlihat berbeda?" dia melanjutkan.
"Orang yang berjalan, toh, akan duduk. Orang yang duduk juga akan berjalan. Bukannya begitu?"
mungkinkah dia sedang menggiringku pada topik kegemarannya - menarik-narik logikaku agar bisa
dia pereteli seperti dulu ketika kecil dia gemar membongkar-pasang mainan-mainannya.
"Aku takut, Pa ... takut sekali untuk harus tinggal sendiri."
Kutatap matanya, kosong tanpa air mata.
"Kalau aku duduk sendiri seperti ini suatu saat nanti, apa mungkin aku hanya akan memandangi
orang-orang di sekitarku seperti selama ini - tanpa teman untuk diajak berbicara?"
"Bukannya Papa selalu ada buatmu" Kamu bahkan bisa menelepon Papa kapanpun kamu mau."
"Mama dulu juga bilang begitu." Dia menatapku, tersenyum samar, "Lagipula, Papa nggak akan
menemaniku di Jogja. Aku akan tinggal sendiri dan berkuliah dan mencari gelar. Tanpa Papa.
Apalagi Mama." "Hanya empat tahun. Kalau kamu rajin, bahkan bisa lebih sebentar lagi. Kalaupun kamu mau
pulang ke rumah kita tiap liburan, dengan kereta atau dengan pesawat, Papa sanggup
membiayainya." "Aku yang memutuskan untuk tinggal jauh dari Papa. Sampai kuliahku selesai, aku tidak akan
pulang ke rumah." Begitu jawabnya, sama seperti tadi di rumah, sama seperti saat-saat lalu ketika
mamanya masih ada untuk melarangnya pergi jauh dari pelukan kami.
"Jadi, Papa, selama empat tahun ini mungkin aku akan berjalan saja," tutupnya, karena setelahnya
bergaung panggilan dari arah kereta untuk para penumpang. Dia menggendong ranselnya dan
menggiring kedua kopernya. Kupandangi kepergiannya dari kursiku. Entah dia yang bertambah kuat
semakin dia tumbuh dewasa atau aku yang bertambah lemah sehingga tak mampu berdiri untuk
sekadar memeluknya atau mengantarnya ke kereta.
---- Mungkin keberangkatannya ke Yogyakarta malam tadi yang membuatku bermimpi buruk dan
terbangun pukul satu pagi. Kuambil kaca mata di meja di samping tempat tidur, menyampirkan
selimut, dan berjalan menuju kamarnya.
14 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dia putriku satu-satunya tapi sejak kecil dia tak pernah betah berada di lindunganku maupun
mamanya. Kakaknya pun demikian. Mereka tak pernah bekerja sama untuk saling melindungi,
apalagi memahami. Kakaknya yang laki-laki memilih ikut mamanya dan istriku membiarkanku merawat putrinya.
Katanya, supaya adil. Katanya, karena sifat putriku sangat mirip denganku. Lalu bagaimana dengan
putraku" Akankah istriku mendidiknya menjadi banci"
Aku masih ingat masa-masa ketika Andreas masih kecil, aku mengajaknya belajar bersiul di teras.
Siulan pertamanya entah lagu apa. Dan sejak itu, dia selalu bersiul-siul di tempat lapang. Setelah
dia bosan bersiul, dia memintaku untuk mengajarinya bermain gitar. Dia seketika menguasainya
dan dia dengan cepat jadi lebih mahir bermain gitar ketimbang papanya.
Dulu mereka selalu melihatku bertengkar dengan istriku. Andreas pulang dengan santai dari
kegiatan kuliahnya, melewati aku dan mamanya yang sedang berkelahi, sementara Diandra
mengetuk-ngetuk pintu kamar kakaknya dan duduk di sana sampai kemudian mendapati kakaknya
baru pulang dari kegiatan kuliah.
Andreas akan melotot dan menyuruh adiknya tidak mengganggunya. Dia capek dengan kuliahnya.
Kami capek dengan kegiatan kami. Dan Diandra akan berlari ke kamarnya, membanting pintu, lalu
menangis. Andreas akan menoleh ke arahku dan istriku, memasang tatapan protes. Tapi kami tidak akan
memedulikannya. Dia, toh, sudah cukup dewasa untuk mengerti bahwa perkelahian di rumah
tangga adalah hal yang wajar dan sepele.
"Mama tadi keluar dengan siapa?"
"Kenapa Papa tanya begitu tiap hari?" dia masih mengenakan seragam kerjanya, tas kerjanya
ditentengnya di tangannya.
"Saya suamimu, Lis."
"Saya bekerja dan kamu tidak," tukasnya.
Aku tahu dia pasti lelah karena bekerja dari pagi sampai sore bahkan kadang melembur tidak
pulang. Tapi entah apa dia mengerti bagaimana perasaanku. Sejak kecil aku bercita-cita
menghidupi keluargaku, menjadi ayah yang baik untuk anak-anakku. Salah siapa kalau aku tiba-tiba
di-PHK" Salah siapa kalau aku menganggur dan tak bekerja"
"Tapi saya dulu bekerja!"
"Saya dulu tak pernah tanya kenapa kamu pulang malam dan mabuk."
"Jadi sekarang giliranmu untuk balas dendam" Kamu ke mana saja" Kerja apa kamu sampai pagi
begini?" "Pertanyaanmu nggak jelas, To! Saya capek. Saya mau tidur!"
"Kita suami-istri. Mana waktumu untuk saya" Kamu enggak pernah memasak untuk saya dan
15 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
anak-anak. Hari libur pun kamu enggak di rumah!"
"Saya bekerja dan kamu tidak. Apa itu kurang jelas?"
"Lis! Dengar saya!"
"To, saya sudah bekerja untuk keluarga kita. Selama ini saya sudah melakukan semua kewajiban
saya sebagai ibu yang baik. Sedang kamu hanya merokok, minum minuman keras dan mabuk,
anak-anakmu kamu biarkan mengurus hidupnya sendiri. Sekarang saya yang mengurusi mereka,
uang jajan mereka, biaya sekolah mereka, segala-galanya. Saya capek dan kamu bisa kembali
merokok dan minum sesukamu. Saya mau tidur!"
"Lis! Saya sudah berhenti merokok! Saya sudah nggak minum lagi!"
"Oh, bagus. Tapi kau main dengan pelacur!"
Kutarik tangannya lalu kutampar pipinya, "Jaga ucapanmu!"
"Kau yang jaga tanganmu!" dia berteriak lantang.
Ditendangnya perutku dengan hak sepatunya yang runcing, kemudian dia melangkah cepat menuju
kamar. Kukejar langkahnya lalu kutarik tangannya dan kuhempaskan dia ke lantai. Dia berteriak
memanggil nama kedua anaknya.
Malam itu aku menampar-nampar pipi dan menjambak rambutnya seperti orang kesurupan. Belum
puas, kuseret dia ke arah toilet dan kutumpahkan kepalanya ke dalam bak mandi. Dia meringis dan
berteriak. Dia memukul-mukul dadaku, menendangku. Kami saling jambak, saling membenamkan
kepala ke bak mandi. "Apa salah saya" Kenapa saya harus menikah denganmu?" sampai akhirnya dia menangis di
hadapanku malam itu. Aku tiba-tiba sadar dan berulang kali meminta maaf darinya.
"Lis, bukan maksud saya seperti itu. Kamu tahu, saya pasti sedang khilaf tadi. Lis.."
Tapi dia terus menangis sepanjang malam dan kami tidak tidur selama itu.
Keesokan harinya di meja makan, saat aku sedang mengolesi roti tawarku dengan selai kacang, dia
menyuguhkan segelas teh tawar hangat untuk kami berempat, pipinya biru lebam dan kata-kata
yang keluar dari bibirnya lebih mirip sengauan ketimbang kepastian, "Mas Anto, saya pikir kita lebih
baik cerai saja." Dan mungkin memang begitulah yang terbaik karena entah kenapa proses perceraian kami berjalan
lancar, kami saling bertukar anak; aku memeroleh pekerjaan sebulan kemudian, menjadi editor di
sebuah koran nasional untuk meliput berita kriminal, masa depan Diandra aman bersamaku.
---- "Aku akan kuliah Teknik Nuklir, Papa." Hingga dia bilang begitu kepadaku suatu hari.
"Papa pikir kamu ingin jadi dokter?" Kutinggalkan kliping-kliping dan naskah yang berserakan di
16 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lantai, menuju dia yang berdiri di pintu ruang kerjaku.
"Aku sudah mendapatkan beasiswa penuh. Kupikir aku lebih baik tidak merepotkan Papa dengan
biaya kuliahku," ujarnya mantap.
"Beasiswa penuh?"
"Dan setahun lagi, di tahun keduaku, aku akan cari beasiswa ke luar negeri." Kata-katanya semakin
optimis, "Prospek di Teknik Nuklir cukup menjanjikan untuk beasiswa penuh keluar negeri."
"Tapi apa cita-citamu memang untuk menjadi ahli nuklir?"
"Aku akan senang bekerja di industri, Papa. Papa kuliah Ekonomi dan bukan Kriminal, kenapa tiap
hari Papa bekerja dengan urusan kriminal" Apakah tempat kerja kita ditentukan oleh konsentrasi
pendidikan kita?" "Bukan karena beasiswa penuh. Papa mungkin, pikirmu, tidak cukup uang untuk membiayai
kuliahmu, tapi apa kamu bisa sedikit lebih bijaksana dengan hidupmu" Dengan masa depanmu?"
"Apa Papa di masa muda Papa dulu dibebaskan oleh orangtua Papa untuk memilih masa depan
Papa?" Dia mendebatku.
Dia mengerti arti dari sunyi yang muncul setelah pertanyaannya, maka dia melanjutkan, "Orangtua
yang baik memang akan selalu mengira anaknya masih balita dan harus diatur mesti ke mana dia
mengejar cita-citanya."
Kata-katanya barusan terdengar sadis sekali di telingaku. Dia mengucapkannya dengan nada
kemarahan yang intelek. Nada seorang komunikator ulung.
"Kupikir, seandainya aku memilih untuk tidak lahir di tempatmu, mungkin aku tidak akan punya
kedua orangtua yang bercerai. Bayangkan seandainya aku anak orang lain, apa Papa masih bisa
mengaturku" Kupikir, aku memiliki jiwaku sendiri. Akulah yang mengatur harus ke mana aku melangkah. Apa
sebelum aku lahir, jiwa kita sudah saling mengenal" Bolehkah Papa mengatur jiwaku?"
"Dan aku tidak akan meminta biaya kuliah sepeser pun dari Papa. Papa boleh tenang untuk itu. Aku
juga tidak akan meminta dari Mama. Aku tidak akan memihak."
Aku tidak tahu kenapa masih ada nada kemarahan yang kental teraduk dari tiap kata-katanya. Aku
tidak tahu seberapa menyakitkannya memiliki kedua orangtua yang bercerai. Aku tak pernah
menjadi dia. Tapi apa dia pernah sedikit saja membayangkan - bagaimana seandainya jika aku
memilih tak mengadopsinya" Yakinkah jiwanya akan memiliki tempat untuk tinggal sampai usia
belianya" ---- Kamarnya menyimpan segala kenangan tentangnya. Termasuk masa-masa kecil Andreas dan
Diandra. Diandra kuadopsi dari panti asuhan. Setelah Andreas sudah berumur sembilan tahun, Lis
merasa kesepian karena cita-citanya semula untuk memiliki seorang anak perempuan yang tak
17 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pernah kesampaian. Kami mengecek ke dokter, ternyata aku steril. Kami berkelahi habis-habisan
selama semalam mengenai hal ini. Lalu bagaimana Lis bisa hamil bayi Andreas"
Lis tak tahu-menahu tentang itu. Dipikirnya dia hamil karena aku.
"Aku melakukan itu denganmu saja, To."
"Tidakkah kamu ingat pernah melakukannya dengan laki-laki lain?"
Dia tak henti-hentinya menangis malam itu. Andreas yang masih berusia sembilan tahun asyik
bermain dengan nintendo-nya.
"Aku diperkosa!" kemudian dia berteriak. Andreas sampai menoleh memerhatikan pertengkaran
kami."Aku diperkosa sehari sebelum kamu datang ke rumah untuk melamarku!"
"Bagaimana aku tahu kamu tidak sedang membohongiku?" seolah tak memiliki perasaan, aku
memuntahkan kalimat itu kepadanya. Janji untuk saling percaya, seketika terlupakan.
Seketika dia memelukku, "Anto... maaf." Jadi keberuntungan itu menggiringnya untuk bahkan tak
perlu tahu-menahu bahwa selama enam tahun ini dia menikahi seorang pria mandul.
Dan keesokan harinya kami memutuskan untuk menghubungi staf bagian adopsi anak di Yayasan
Sayap Ibu. Kami dibuatkan janji untuk konsultasi dengan pengurus yayasan dan Lis mengurus
semua surat dan akta untuk kelengkapan proses pengadopsian Diandra.
Waktu kami datang ke panti beberapa minggu kemudian, orang-orang di sana sedang meributkan
seorang bayi mungil yang katanya baru ditemukan di tong sampah di dekat daerah rukun tetangga
panti. Kami ikut memerhatikan bayi mungil itu. Kulitnya seputih salju dan hidungnya mancung.
Ketika aku mendekatinya, dia tersenyum ke arahku. Aku heran kenapa orangtuanya tega
membuangnya ke tong sampah. Dia bayi yang sangat manis.
Bahkan Andreas pun sangat senang berada di dekat bayi itu, "Siapa dia, Pa?" waktu itu Andreas
bertanya. "Dia adikmu, Nde. Mamamu baru saja melahirkannya," ujarku.
"Tapi Mama enggak pernah hamil?"
"Mama ikut program bayi tabung. Kalau Mamamu hamil lagi susah, Nde, perlu operasi. Waktu kamu
lahir juga lewat jalan operasi. Mamamu benci dioperasi."
"Siapa nama adikku, Pa?"
"Dian.. seperti nama tantemu yang meninggal dulu. Namanya Diandra."
---- Enam tahun kemudian, kejadian lain lagi menimpaku.
"Papa baru saja di-PHK."
Kompilasi Tiga Kehilangan Karya Dewi Kharisma Michellia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
18 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Gerak sendok di tangan Lis berhenti. Andreas dan Diandra memelankan kunyahannya.
"Bank tempat Papa bekerja di-mergerdengan bank lain. Papa sudah tidak dibutuhkan lagi untuk
bekerja di sana." "Tapi Papa bekerja dari pagi sampai malam. Papa tidak mungkin di-PHK!" Lis menukas.
"Mungkin teman-teman Papa bekerja dari pagi sampai pagi lagi." Kucoba untuk menerima
kenyataan ini dengan bijaksana.
"Papa sudah bekerja selama dua puluh tahun di sana! Papa sudah mendapatkan banyak
penghargaan. Bagaimana mungkin Papa di-PHK?" tuntut Lis. "Apa Papa tidak akan melaporkan ini
ke KOMNAS HAM?" "Lis, sudahlah. Mungkin memang harus begini jalannya."
"Pa!" "Lis, saya capek dengan hidup saya. Biarkan saya lepas dari semua tuntutan ini dan saya tak perlu
banyak bekerja. Tabungan saya bisa mencukupi kebutuhan kita sehari-hari. Percayalah, Lis."
Kucoba meyakinkannya. "Tapi, Pa.. orang yang sudah kaya turun-temurun pun juga membutuhkan pekerjaan."
"Saya tak perlu kaya turun-temurun untuk tahu bahwa saya tak perlu bekerja lagi jika saya sudah
payah." Kudorong kursiku ke belakang dan kutinggalkan ruang makan.
Diam-diam, di kamar, aku menghabiskan berkotak-kotak rokok kretek yang baru tadi siang kubeli di
warung. Mulai saat itu, hidupku berputar seratus delapan puluh derajat. Aku menjadi perokok dan tiap hari
keluar malam mencari pekerjaan di diskotek. Istriku tak pernah marah ataupun mengeluh. Beberapa
bulan setelah kejadian itu, dia tiba-tiba langsung mendapatkan pekerjaan padahal selama ini ketika
aku masih bekerja, dulu pekerjaannya hanyalah mengurusi Andreas dan Diandra di rumah. Namun
saat itu, dia bilang, dia diterima menjadi sekretaris bos besar di sebuah perusahaan besar yang dia
rahasiakan di mana tempatnya.
Aku mengiyakan dia ikut-ikutan pulang malam atau pagi atau bahkan tak pulang. Kupikir Andreas
sudah cukup dewasa untuk tahu diri bahwa dia mesti menjaga dan membimbing adiknya di rumah
meski aku dan mamanya tak pernah ada untuk menemani mereka.
---- Suatu malam, ketika pulang dari acara minum-minum dengan wanita-wanita sewaanku dan
beberapa temanku yang patungan membayar wanita sewaan malam itu, aku melihat Andreas dan
Diandra sedang makan di pinggir jalan. Mereka duduk lesehan. Di sebelah Andreas ada gitar yang
direbahkan dan di sebelah Diandra ada kincringan dan sebotol air mineral.
Karena belum mabuk benar, aku berjalan mendekati pedagang soto tempat Andreas dan Diandra
19 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
makan, "Mas, itu anakku berdua. Enggak tahu kenapa mereka memilih mengamen malam-malam.
Aku di sini mengawasi mereka, ya. Kamu suruh aku cuci piring juga boleh."
Pedagang soto itu memerhatikanku, mungkin dia sangat familiar dengan bau alkohol dan bekas
asap rokok dari mulutku, hampir saja dia bilang tidak, aku langsung mengamit piring-piring kotor di
dekatnya dan membawanya ke ember cucian, "Sudahlah. Anggap saja boleh."
Dari sana kemudian aku mencuri dengar percakapan kedua anakku.
"Sudah terkumpul berapa hari ini, Di?" Andreas bertanya ke adiknya.
"Tujuh puluh ribu, Kak."
"Uang sekolahmu kurang berapa?"
"Aku dapat potongan beasiswa dari sekolah karena dapat juara umum dua. Paling-paling uang ini
bisa Kakak pakai untuk biaya kuliah Kakak mulai tahun depan saja dulu. Kita menabung biar Kakak
bisa kuliah." "Yakin enggak apa" Untuk jajanmu sehari-hari?"
Diandra terkekeh, "Kan, bisa mengamen lagi untuk urusan itu. Mana yang lebih penting, mending itu
yang didahulukan. Kakak pasti butuh uang itu."
"Aku memikirkan, kenapa hidup kita jadi seperti ini, Di."
"Tapi aku senang, Kak. Banyak orang yang benar-benar sendiri dalam hidupnya. Ke mana-mana
harus sendirian, mengatur hidup sendiri, menangis sendiri, tanpa teman, tanpa siapa-siapa. Tapi
aku bisa punya Kakak di sini. Kita sama-sama mengamen, Kakak mengajariku pelajaran-pelajaran
yang susah aku mengerti di sekolah, kita seharian bareng-bareng, makan lesehan sama-sama.
Mengobrol seperti ini. Mungkin suatu saat enggak akan ada saat-saat seperti ini lagi."
Senyum Diandra malam itu membuatku merasa beruntung pernah mengadopsinya.
"Apa enggak seharusnya kita punya kehidupan yang lebih baik" Kamu cerdas ... dan mungkin
hanya karena masalah ini kamu enggak bisa melanjutkan kuliahmu. Seperti Kakakmu ini."
"Kita enggak boleh mendahului Tuhan, Kak. Jangan bilang Kakak enggak bisa sebelum Kakak
mencobanya. Jangan menyerah sebelum semua kesempatan Kakak coba."
"Tapi biaya kuliah ini, Di ... cita-cita Kakak sejak kecil ... Kamu, kan, tahu biaya kuliah sekarang
mahal. Kamu tahu bangsa kita lagi krisis. Di mana-mana orang-orang ribut soal nilai rupiah yang
turun habis-habisan. Petrus-petrus berkeliaran. Salah omong sedikit, langsung tembak. Masyarakat
kita semakin kacau. Kehidupan keluarga kita juga jatuh ke titik terendah setelah Papa di-PHK. Sedangkan Mama kita
hanya kerja untuk uang makan kita sehari-hari, Papa enggak kerja, tiap hari mengambil uang jajan
kita. Kakak enggak kuat, Di. Enggak tahu kenapa ini harus terjadi pada kita." Andreas mendorong
piring sotonya, merebahkan kepalanya di meja.
20 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ada orang yang kehidupannya lebih susah dari kita, Kak. Dan mereka lebih semangat untuk
meraih masa depannya. Di sekolah, aku ikut tim PMR, aku ikut tim membantu anak-anak kecil yang
butuh belajar membaca dan menulis. Mereka bahkan enggak punya kesempatan untuk sekolah.
Mereka tidur di kolong-kolong jembatan."
"Tapi masa depan kita seharusnya lebih cerah dari itu, Di. Kamu enggak seharusnya menyamakan
dirimu dengan mereka."
"Tapi aku enggak akan kuat untuk menyamakan diriku dengan anak-anak yang bernasib beruntung
untuk lahir di keluarga kaya. Ke mana-mana diantar jemput sopir, naik mobil mahal, sekolah di
tempat bagus, bisa belajar apapun yang mereka mau karena orangtua mereka punya banyak uang
untuk membiayai kursus-kursus dan segala embel-embelnya yang kelihatan bisa mencerdaskan
mereka dengan instan. Mereka bahkan bisa kuliah ke luar negeri tanpa perlu bantuan beasiswa
pemerintah. Kita enggak perlu menyamakan diri kita sama mereka, Kak. Karena kalau aku
melakukan itu, besok saja aku sudah akan memutuskan untuk bunuh diri."
Mendengar kata-kata Diandra, bukan Andreas saja yang dibuat terdiam. Aku juga turut ikut merasa
bersalah. Seandainya Diandra tidak kuadopsi saat itu, mungkin saja dia akan diadopsi oleh
keluarga kaya dan seharusnya nasibnya tidak seperti ini.
"Kamu tahu, Kak" Aku mungkin masih terlalu kecil untuk bilang begini."
Aku menanti kata-kata Diandra selanjutnya. Entah apa yang akan diucapkan gadis delapan tahun
itu. "Aku pikir, apa yang terjadi di hidupku hari ini, akan berarti untuk hidupku di masa depan mungkin
saat umurku tujuh belas atau malah ketika umurku tujuh puluh tahun. Kesulitan apa yang menimpa
kita sekarang, mungkin akan berarti untuk kita di masa depan kalaupun Kakak lihat tidak berarti
untuk saat ini. Tapi aku lihat, kesulitan hidup kita sekarang membuat kita semakin kuat. Dan membuat kita
semakin dekat." Andreas memegang bahu Diandra dan mengusap rambut Diandra, "Kakak masih kepikiran dengan
jalan hidup gadis sepertimu."
"Semuanya akan baik-baik saja, Kak."
Mulai malam itu aku memutuskan untuk berhenti merokok, untuk menghentikan pergaulanku
dengan teman-temanku di diskotek, untuk berhenti minum-minum, untuk belajar lagi memeroleh
pekerjaan, untuk memeroleh uang dan mengumpulkannya demi masa depan kedua anakku.
Aku heran mengapa setelah itu kedekatan antara Andreas dan Diandra merenggang. Seolah ada
tali tak kasat mata di antara mereka yang telah terputus. Setelah Andreas kuliah, mereka tak pernah
lagi kulihat berbicara bersama. Andreas disibukkan dengan kegiatannya dan seolah ada jarak yang
memisahkan mereka sekalipun mereka saling bertemu di meja makan saat kami makan bersama.
---- Bunyi telepon dari arah ruang tamu mengagetkanku dari lamunanku. Masih beberapa lama telepon
21 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berdering dan aku tetap berjalan menuju ke arah ruang tamu untuk menerima
panggilan-entah-dari-siapa itu. Namunbeberapa meter sebelum aku sampai, telepon sudah berhenti
berdering. Dan kini giliran ponsel yang kuletakkan di kamar tidurku berbunyi dari kejauhan. Aku
bergegas berjalan memutar arah menuju kamarku. Entah kenapa aku menjadi sangat lemah
akhir-akhir ini. "Halo, Pa," ujar suara dari seberang.
"Ini Andreas, Pa. Andreas."
"Oh, halo, Andreas. Ada apa" Apa kabarmu, Boy?"
Suara di seberang sana berisik sekali.
"Kabarku baik, Pa. Diandra ada di sana?" Andreas bertanya.
"Dia baru saja berangkat ke Jogja via kereta tadi malam."
"Oh, bagus! Soalnya aku melihat seseorang mirip Diandra di sini, Pa. Aku pikir itu pasti memang
dia. Makasih, ya, Pa. Aku harus cepat-cepat menghampiri dia, sebelum dia pergi."
Kulihat jam dinding. Sudah pukul lima pagi. Baru kusadari, ternyata hampir empat jam aku melamun
di kamar Diandra. Syukurlah Diandra sudah tiba di Yogyakarta dengan selamat.
"Nak ... tunggu sebentar."
"Iya, Pa" Dia lagi menyeberang. Tunggu, tunggu. Aku harus panggil dia."
Di, Di! - Diandra, Diandra. - kudengar suara teriakan Andreas memanggil nama adiknya.
"Andreas ... Papa perlu menyampaikan hal ini padamu. Jangan tutup teleponnya dulu."
"Oh, oke, Pa. Bilang saja. Aku ngedengerin, kok."
Suara di seberang semakin ribut, suara orang-orang menawarkan taksi atau tumpangan lainnya
semakin terdengar. "Aku baru selesai makan angkringan di dekat sini dan tiba-tiba aku melihat seseorang mirip Diandra.
Dan dia sedang jalan di depanku. Dari tadi kupanggil-panggil susah sekali."
Suara Andreas yang terengah-engah seolah menunjukkan ketergesaannya mengejar adiknya yang
katanya berjalan mendahuluinya di depannya.
"Diandra!?"Hei, Diandra!?"Diandra!" Hingga suara panggilannya untuk ketiga kalinya menjadi
berbeda ... "Diandraaaaaaaaaaa!"
Suara bising. Suara tabrakan. Suara kaki-kaki yang berlari dan sepatu-sepatu yang menapak beton
dengan keras. 22 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Diandraa!" Andreas terdengar berteriak.
Entah ke mana dijatuhkannya ponselnya, suara sekitar semakin samar-samar. Bunyi gemerisik.
Pasti Andreas memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya atau saku kemejanya, pakaian
wajibnya. "Kecelakaan, ya?"
"Iya, ditabrak taksi sepertinya."
"Sopirnya mabuk mungkin."
"Mungkin saja begitu. Taksinya sudah kabur. Lalu laki-laki itu siapanya" Orang sok kenal sok
dekat?" Suara orang-orang berbicara.
"Andreas ..." aku memanggil-manggil putraku, "Kamu di sana?"
"Darahnya banyak habis, ya, sepertinya?"
"Untung ambulans segera datang."
"Siapa yang golongan darahnya kira-kira sama dengan dia?"
"Saya ... saya pasti sama dengannya. Kami saudara kandung." Andreas terdengar menawarkan diri.
Dari kejauhan aku ingin menyampaikan kalimat yang sejak tadi tak sempat kusampaikan. Hingga
akhirnya pembicaraan terputus karena mungkin kehabisan pulsa.
Mungkin di rumah sakit, Andreas akan menyadari bahwa Ibunya bergolongan darah O, Ayahnya
bergolongan darah B, dia bergolongan darah A, dan adiknya bergolongan darah AB. Sesuatu yang
tak sempat aku dan istriku sampaikan secara langsung kepada mereka berdua. [*]
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Menghilangnya Si Pecandu Internet
Saat seseorang yang candu internet frustasi, tidak akan ada orang lain yang menghalanginya untuk
memutus semua hubungannya dengan akun-akunnya pada berderet web yang biasa ditemuinya
pagi-pagi. Seperti yang dilakukan Ty pagi itu. Dia menghapus puluhan blog yang dibuatnya. Dari yang cuma
main-main perihal nyata-maya sehari-hari dengan gaya bahasa anak sekolahan sampai blognya
23 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang murni membahas tetek-bengek seputar Teknik Nuklir dengan gaya bahasa mendekati
profesor. Terakhir, dengan urusan rumit di sana-sini, dia hapus webnya, yang berakhiran .com.
Dia berjanji tidak akan menggunakan nickname-nya lagi. Selamat tinggal pada orang-orang yang
dikenalnya di dunia maya.
Lalu dia ganti nomor ponselnya. Selamat tinggal pada teman-teman masa SMA, sebagian teman
kuliah di strata satu sampai program magister, teman-teman masa kecil, dan siapapun yang dulu
pernah penting. Karena saat ini, tidak begitu penting lagi untuk menjadikan diri sendiri penting atau
orang lain penting. Demi Tuhan, pentingkah mementingkan"
Nomor barunya hanya digunakannya untuk menelepon beberapa orang. Dan untuk itu, dia
menggunakan nomor privat. Biarlah dia hanya menghubungi orang yang penting baginya di
saat-saat genting. Tidak perlu dia dihubungi siapa-siapa. Karena, apa sesungguhnya hubungannya
dengan siapa-siapa" Dia mengulangi dari awal, hal-hal yang pernah dia impikan. Lalu dia mencatat satu per satu
kehilangan dalam hidupnya.
Termasuk, entah oleh sebab apa, merasa kehilangan sesuatu di dalam dirinya.
Awal empat puluh tahun. Lajang. Biasa dijuluki sebagai naga betina berkepala tiga. Namun sejak
satu hari kemarin, dia berubah nama menjadi naga betina berkepala empat. Entah siapa yang
bodoh yang menerima bahwa bertambah satu dekade sama dengan bertambah satu kepala.
Cara berjalannya standar penganut liberalisme. Tipe leptosom dengan sifat umumnya yang
melankolis namun warisan gen yang aneh terkadang membuatnya menjadi sedikit meledak-ledak.
Setidaknya, dia memimpin tiga belas perusahaan beserta puluhan cabang-cabangnya.
Silence is golden, siapa yang bisa menyangkal jika basa-basi itu ditujukan kepadanya"
"Anna, tolong cek file ini untuk saya,"
"BuTyara," "Ya?" "Web Anda tidak bisa dibuka sejak pagi ini."
"Terima kasih masih memantaunya untuk saya."
"Dan surel Anda?"
"Tolong cek ulang surelmu. Mungkin di bagian spam," jawabnya sambil lalu berjalan ke dalam ruang
kerjanya, "Siang ini tolong antar file ini ke meja saya. Saya harap semuanya sudah beres," sebentar
kemudian dia kembali menemui sekretarisnya.
Anna mengangguk. Pikir Anna, entah karena sebab apa pagi itu bosnya bersikap kaku padanya.
24 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dan apa yang terjadi - sehingga, bosnya itu berniat hilang dari peredaran"
"Apa yang salah pada Ty?" pacarnya menelepon.
Anna tidak tahu harus menjawab apa.
"Dia memintaku menghilangkan semua data dirinya di internet."
"Semuanya?" Anna bertanya, ragu-ragu.
"Tidak nama aslinya, tidak jabatannya. Hanya hal-hal yang bersifat personal yang dihapusnya, yang
tersisa hanya sesuatu yang tidak fenomenal. Ini nggak keren, Ann. Sejak kapan bos kita jadi begini
kakunya?" "Melankolis. Sejak kapan?"
"Alex, kupikir ini bawaan lahir bosku itu." [/*]
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Penulis Takdir "Katupkan jarimu, Nak ..."
Arya menoleh. Seorang pria tua menepuk bahunya, nampak angker dengan rambut dan janggut
yang panjang beruban. Wajahnya yang tirus dan sorot mata yang kasar mencerminkan
keangkuhan, seolah ia telah mengetahui segala rahasia dunia.
Di hadapan pria tua itu, Arya yang masih berumur belasan sedang duduk bersila. Ia mengatupkan
jarinya, walau ia tidak tahu untuk apa ia melakukannya. Di sebelah mereka terdapat puluhan buku,
dengan lembaran kosong dan belum tertulisi apapun.
"Ambillah satu buku yang kau inginkan."
Arya menuruti perintah dan terkesima akan apa yang baru saja ia lakukan, seolah ia baru saja
dihipnotis oleh kata-kata pria tua itu.
"Tulis apapun yang kau inginkan, kau akan mendapatkannya."
Aku ingin hidup lebih lama...
Arya lalu menutup buku itu, air matanya membeku di pelupuk matanya, ia baru saja divonis
menderita kanker otak dan ia hanya mampu bertahan selama beberapa bulan.
Ia tidak ingin mati secepat itu.
25 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
---- Beberapa orang mengelilingi seorang pria yang terkapar penuh luka, Rana menyelip di antara
kerumunan yang penuh sesak.
Ibunya meraung, memanggil-manggil nama ayah Rana, Arya. Dia tak mengerti apa yang sedang
terjadi, yang dia tahu, hujan yang turun kala itu sepenuhnya dipersembahkan untuk menutupi tangis
ibunya. Arya divonis mengalami amnesia, sementara kakinya dipastikan harus diamputasi, dan kesedihan
ibunya semakin tak terbendung. Lalu ketika kaki Ayahnya telah diamputasi. Rana melihat ibunya
pingsan ketika mendengar keputusan dokter itu.
"Dapat dari mana buku itu, sayang?" seorang pria setengah baya membungkuk lalu membelai
rambut putrinya. Gadis itu terjengit senang lalu menunjuk sebuah tempat dengan telunjuknya, garis
Kompilasi Tiga Kehilangan Karya Dewi Kharisma Michellia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
polisi membatasi daerah itu, dengan dua mobil menempel seolah baru saja terjadi tabrakan sengit.
"Aku bawa pulang ya, Pa?"
Pria itu tersenyum dan merenung untuk beberapa saat, "Sini Papa lihat ..."
Aku ingin hidup lebih lama..Aku ingin dia mencintaiku.Aku ingin hidup bahagia..
Tiap lembar hanya menyimpan satu buah kalimat. Tiap kalimat hanya mengungkap sebuah
harapan. Seperti sebuah diary yang usang ditelan waktu.
Pria itu menggeleng, raut wajah putrinya berubah masam.
"Jangan bilang-bilang Mama, ya ..." ucap pria itu seraya menyerahkan buku tebal bersampul hijau
toska itu kepada putrinya, kemudian ia memeluk putrinya dengan sayang.
Deden berlarian lalu melompat ke pelukan Rana. "Pagi, adikku sayang..."
"Aduh, adik kakak ini kok manja sekali, ya?" Rana berusaha melepaskan pelukannya, dia lantas
mengambilkan sepiring nasi goreng untuk ibunya. Ibunya memang tidak biasa menjadikan roti selai
sebagai sarapan. Deden menggeleng keras, lalu menenggelamkan wajah di bahunya.
"Papa ada di mana, Kak?" Rana membisu dan akhirnya separuh pagi dia habiskan untuk
memandang kosong ke arah rak-rak yang terletak di seberang ruang makan. Ayahnya
menggendong Deden, merangkul ibunya, memperbaiki atap rumah mereka yang bocor, menyirami
taman, dan kesemuanya menampakkan siluet senyum ayahnya yang dia rindukan. Foto-foto itu
yang berminggu-minggu terakhir menghancurkan ibunya di kamar.
---- Arya berteriak dan menggerogoti jemari. Ia dipenjarakan di gudang belakang rumahnya. Baru
beberapa bulan berlalu ketika kecelakaan naas itu menimpanya, kakinya diamputasi, dan seluruh
hidupnya ia habiskan di atas ranjang. Ketika ia merasa bosan, ia akan menulis dan terus menulis,
tentang apapun. 26 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ia sendiri bersyukur karena lembar kertas dan goresan pena menjadi karunia baginya ketika
seharusnya takdir sudah menguburnya dalam jurang keputusasaan.
Namun dia tak pernah tahu, ternyata semua itu mengantarkannya kepada lembah jurang yang lain.
Di saat tulisannya yang selalu berbau kematian menghampirinya dengan kejadian yang terus
berulang. Sewaktu ia menulis tentang satu kematian, ia tanpa sengaja lantas mendapati kematian orang yang
dia sayangi, dan ketika ia melanjutkan untuk menulis, ia menyadari, bahwa ia telah menulis takdir.
Apa yang ia tulis akan menjadi kenyataan. Ia seperti seorang penentu, penulis takdir.
Ia terobsesi, ia lalu menulisi bajunya, dan tiap permukaan kulitnya, dan menulisi seprai, dan ketika
semua tempat sudah habis ia tulisi, ia menjatuhkan diri ke lantai, lalu merangkak, ia menulisi
tembok lalu membeturkan kepalanya. Ketika tinta sudah habis, ia menulis dengan darahnya.
Aku ingin mati, kalimat itu yang terus dituliskannya, di setiap tempat, dengan tinta dan juga
darahnya, ataupun dengan kukunya yang terus dia goreskan pada kulitnya yang memar.
Dari balik tirai, Rana terus memperhatikan ayahnya melakukan semua hal itu. Dia tahu bukan
maksud ibunya untuk memborgol kedua tangan ayahnya sementara kedua kaki ayahnya pun
memang sudah diamputasi. Batinnya ketika itu, semua dilakukan ibu demi kebaikan ayah.
---- "Saya tidak ingin lagi melakukan tumbal," ujar Arya kepada pria tua di hadapannya yang puluhan
tahun lalu membantu Arya untuk mempelajari aliran kepercayaan yang membuat ia bisa
menggariskan takdirnya sendiri, ataupun takdir dari orang-orang di sekitarnya.
Ia lalu menyerahkan sebuah buku bersampul hijau toska, namun ditepis oleh pria tua itu, "Minggu
depan kembalilah kemari."
Arya kemudian bergegas pergi, ia tidak membutuhkan lagi segala kenikmatan fana yang dijanjikan
dapat dilakukan oleh buku yang sedang ia pegang itu, ia sudah memiliki keluarga yang bahagia.
Baginya, itu saja sudah cukup.
---- "Ma, buku aku di mana, sih?" seorang gadis bertanya kepada ibunya. "Mama bakar, ya?"
Gadis kecil itu kemudian memandang ke dalam baskom, asap masih mengepul, ibunya tak
memperhatikan raut sedih putrinya. "Buku itu kotor, Sayang. Nanti Mama belikan buku yang lain."
"Aku maunya yang itu, Ma......" putrinya menangis dan menarik daster ibunya denganmanja.
Di tempat lain ... Duaaar... Sebuah ledakan terjadi.
Kemudian berbarengan di dua tempat, buku yang ketika itu dibakar dalam baskom meledak hebat.
Ibu dari gadis kecil itu melarikan putrinya ke ruang tamu karena terkejut akan ledakan yang baru
saja terjadi. 27 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sementara di tempat lain, sebuah kompor gas meledak, Arya berteriak-teriak, api melalap tubuhnya
lamat-lamat, perlahan api menyerap pada seluruh permukaan tembok dan beberapa saat kemudian
telah habis membakar sebagian ruangan tempat Arya dipenjarakan.
Aku ingin hidup lebih lama ..., ia mengingat kalimat itu sementara api terus menjilati tubuhnya. Ia
mengingat buku bersampul hijau toska, ia mengingat istri dan putrinya, betapa lamanya ia tertidur
dalam pikirannya dan ketika ia telah pulih dari amnesia, segalanya telah terlambat. Ia telah mati
karena buku takdir yang dulu pernah menjadi miliknya. [*]
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Arti Hidup Aku mulai melakukan lagi hal-hal yang sudah lama tak kulakukan, hal-hal kecil yang begitu
terlupakan sebelumnya. Bangun di pagi hari, aku langsung mengatupkan kedua belah jemariku,
berterimakasih atas sebuah lembar baru, karena Tuhan memberiku waktu 24 jam yang
sesungguhnya akan sangat singkat. Aku menyelipkan tanganku ke balik selimut, meraba dadaku
yang masih berdetak dan menyadari, aku masih hidup.
Beginilah hidupku, sendiri dan kosong. Sebagai lajang di usia muda bukanlah hal yang aneh, tentu.
Tapi aku sudah tak muda lagi. Waktu sudah berbicara banyak padaku, tentang kegagalan
pertunangan, hingga berkali-kali mengalami perencanaan perkawinan yang sia-sia, namun aku tak
bisa bercerita banyak, karena waktu telah menelan kembali semuanya.
Aku melompat dari tempat tidur, berlari ke seberang, lalu menyibak gorden dengan semangat,
tersenyum melihat bias gelombang elektromagnetik bulat jingga di hadapanku, betapa aku tidak
ingat kapan terakhir kali aku melakukannya. Hal-hal bodoh yang minimalis di pagi hari. Apa kau
tahu Arya, aku tidak ingin mengkremasi gadis kecil usil yang masih hidup di dalam diriku.
Aku kemudian berlari ke sebuah ruangan, ruangan masa depanku, surga dengan para dewa dan
dewi yang mengulurkan tangan menyambut.
Hidupku adalah warna-warniku, aku tidak suka hitam-putih, bagiku mereka akan mencerminkan
kepalsuan terdalam di balik lukisan seorang maestro, nampak berdaya gerak maya dan jauh dari
jangkauan, abu-abu adalah warna masa lalu dan mereka begitu pandai bercerita tentang betapa
kelam masa lalu membawaku ke sebuah ruangan yang dipenuhi aura seni. Kanvas dengan lukisan
buram bergeletakan, kertas-kertas beraroma sajak kegelapan, juga aromaterapi yang menghambur
kilat. Minggu-minggu kreatif, begitu kata Arya. Hari-hari yang penuh imajinasi, begitu aku menimpali. Aku
tersenyum miris, Tuhan telah berkata lain, Arya, aku tahu itu. Ini adalah bulan-bulan terakhirku,
begitu jawabku dalam hati.
Aku benci dengan kepalsuan dunia, menjaga napas agar tetap bisa kukendalikan sesuai iramanya
28 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang bergerak lambat. Aku tahu suatu saat aku akan menghembuskan napas terakhirku, walau
ternyata saat itu datang lebih cepat dari yang kuperkirakan sebelumnya.
Arya, kau mungkin tahu, aku adalah gadis bodoh yang suka meramal masa depanku dengan
melihat garis tangan yang digariskan acak oleh Tuhan atau menebarkan tarot di dalam
keseharianku. Aku pernah menjadi tokoh-tokoh dalam kartu tarot itu, the fools, queen of
cups,hingga page of wands. Dan apa kau tahu Arya, beberapa saat kemudian, aku akan meraih
kartu death, kematian. Tiap orang akan memegang kartu itu.
Oh Tuhan, berkata apa aku, aku akan meraih kartu itu, tapi tidak harus saat ini, Tuhan. Ketika aku
telah menemukan seseorang yang akan menjadi pendampingku seumur hidup, seseorang yang
akan menemaniku ketika aku menimang putra titipan-Mu, Tuhan.
Kudengar gerbang rumahku terbuka, air mata menetes di pipi. Seseorang mengetuk pintu lalu
menekan bel. "Kau sudah pegang kuncinya, kan?" teriakku,
"Tapi aku ingin calon istriku yang membukakan pintu rumahnya untukku, seperti dia membukakan
pintu hatinya beberapa tahun silam," rajuk Arya.
"Arya ... kita bukan anak-anak lagi. Jangan main-main. Kalau sudah pegang kunci, kau sudah bisa
buka pintu itu sendiri," balasku.
"Iya dan ini adalah tahun kita membuat anak-anak itu. Ayolah Jenna sayang, bukalah pintumu. Aku
belum menjadi suamimu, lho. Mana boleh seorang pria lajang menyelundup masuk ke rumah
seorang gadis perawan?" rayunya.
Aku mengusap air mataku. Ia berhasil.
"Apa itu?" tanyaku ketika membukakan pintu untuknya, dua bungkus plastik besar menggantung di
tangannya yang kekar. "Corn flakes, apel, susu, sayuran, daging..." rincinya satu per satu, "kalau ini, film-film baru yang
mau aku (http://cerita-silat.mywapblog.com)
29Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
tonton bersamamu. Ada beberapa dvdmusik baru, ada game baru juga," lanjutnya seraya
mengangkat tinggi-tinggi kedua kantong plastik yang yang dipegangnya.
"Ayolah ... Istriku ini... tak pengertian sekali ..." rayunya lagi.
Aku menarik kedua plastiknya dengan kasar. Dia terkekeh geli. Arya! Dengan cara apa lagi aku bisa
mengusirmu dari kehidupanku"!
"Aku masak sayuran, ya?" ujarnya ketika aku melangkah meninggalkan dapur.
"Gas habis," jawabku dingin.
"Apa"! Lalu kau makan apa selama ini?" sengitnya.
"Beli di warung sebelah," kataku acuh seraya mencampurkan warna cat air.
"Jenna ..." Sebelum dia sempat berkomentar, aku memotong, "Aku baik-baik saja."
Dia mengelilingi ruanganku, mengambil kertas-kertas yang bertaburan di lantai, beberapa kali
terpingkal dan meledekku.
"Seniman kelas atas. Kenapa enggak ngelanjutin jadi spesialis saja" Seni, kan, bisa jadi sampingan
..." ujarnya. Aku menggeleng, "Itu yang aku pikirkan dulu, tapi sekarang tidak lagi."
"Dasar enggak mau kalah," dengusnya kesal, "tapi, kupikir kau agak berlebihan, Jenna." Lanjutnya.
"Hmm ...?" gumamku tak acuh.
"Beberapa bulan ini, kau melebihi arti harfiah dari kata kreatif, sayang. Kau seperti berlari dari
kehidupan. Kau berlari dariku, tidak pernah membalas sms-ku atau menjawab telepon-teleponku.
Kau tak pernah membuka email-mu," ucapnya pelan seraya memegang bahuku.
"Oh, ya?" balasku tak hirau.
"Jenna, jangan sakiti dirimu, apa ada alasan untuk semua hal yang kau lakukan belakangan ini"
Kau tahu, aku mencintaimu ..." ujarnya seraya mengecup ubun-ubunku.
Aku beranjak lalu menepis tubuhnya, "Aku baik-baik saja, Arya."
"Kau tidak baik-baik saja!" sahutnya keras;tubuhnya bergetar.
"Kau lihat! Aku sehat-sehat saja! Aku masih bisa berbicara denganmu sekarang! Jadi, aku kenapa?"
bentakku, "Jangan terlalu mencampuri hidupku! Aku hanya mendalami bidangku, aku mencintai
seni! Biarkan aku sendiri!" lanjutku keras.
1 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Aku beli semua senimu! Aku beli lukisan-lukisanmu, aku beli semua sajakmu, novel-novelmu,
partitur-partitur musikmu! Berapa?" teriaknya tak kalah kencang.
"Seharga hidupku," Air mata meleleh di pelupuk mataku.
"Kau tahu Jenna, aku mencintaimu. Apa itu kurang bagimu?"
"Aku hanya membutuhkan waktu untuk menenangkan diriku."
"Dan membuatku tidak tenang?" tukasnya cepat. "Bagaimana kau bisa baik-baik saja, Jenna" Kau
tidak pernah keluar rumah selama seminggu ini, gasmu habis, bagaimana mungkin kau baik-baik
saja?" "Sudahlah, Arya. Ini hidupku. Kau tidak bisa ikut campur dalam segala urusanku," ucapku, "Belum
bisa," tambahku cepat-cepat.
"Jenna ... aku pacarmu. Calon suamimu. Kita akan hidup bersama ... dan sekarang aku tak punya
andil apapun di hidupmu" Begitu" Aku tidak baik-baik saja sementara kau baik-baik saja dengan
keadaanmu yang seperti ini, Jenna!"
Aku menarik napasku. "Kau tahu arti hidup, Arya?"
Ia terdiam, menungguku melanjutkan klu pertanyaanku. "Ketika kau sudah tak memiliki siapa-siapa
lagi ... kau tahu arti hidupmu" Untuk siapa kau hidup?"
"Untuk diriku sendiri," jawabnya.
Aku mengangguk dan tersenyum, "Aku sudah melakukannya selama yang aku bisa. Aku sudah
lama hidup hanya untuk diriku sendiri. Tidak stress, tidak menjadi gila, atau justru bunuh diri. Aku
coba bertahan dengan kehidupanku.
Sampai aku menemukanmu, Arya. Ketika kau kehilangan orang yang kau kasihi dan kau tak tahu
kau hidup untuk siapa, kau berprestasi untuk membanggakan siapa, ada yang bilang, kau akan
menemukan yang baru suatu saat nanti. Dan aku menemukannya, padamu."
Ia tersenyum lalu menggenggam tanganku.
"Tapi, ketika kau sudah tak memiliki dirimu sendiri lagi ... untuk apa kau meneruskan hidup?"
tanyaku kepadanya. "Sebentar lagi, aku akan mati, Arya. Kanker otak,"
Senyuman miris menghiasi wajah Arya.
"Stadium akhir. Aku tidak ingin mengecewakanmu, aku tidak ingin mati di hadapanmu, aku tidak ingin melihat orang
yang aku sayangi sedih ketika aku meninggalkannya, seperti ibuku yang tidak melakukan itu ketika
dia pergi." "Kau tidak akan mati, Jenna. Tidak akan. Kita akan kawin, mengadakan resepsi pernikahan yang
2 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mewah, kita akan membangun keluarga kita, memiliki anak dan cucu, kita akan ..." Ucapannya
terhenti. "Kita akan berbicara tentang realita sebagai seorang dokter, ketika kita menghadapi kematian
pasien kita. Ketika kita menyadari sudah tidak ada jalan lain yang bisa kita ambil," lanjutku.
"Kau tahu arti hidup, Jenna?" tanyanya kemudian, "aku pikir kau tidak akan pernah tahu sebelum
ini," lanjutnya, menarikku pergi dari ruanganku.
---- Ia mengajakku ke Benoa, lalu kami memancing, lantas kami pergi ke Kuta, membeli pakaian
renang, lalu berenang. Kami berjalan kaki di trotoar sepanjang jalanan Kuta danmengunjungi
hampir seluruh kafe di sana. Ia mengajakku makan seafood, sapi panggang, semua makanan yang
telah dilupakan oleh seorang vegan sepertiku. Ia bernyanyi di jalanan, kami mengelilingi
swalayan-swalayan hingga butik-butik yang belum pernah kusinggahi.
Kami ke taman bintang dan melihat bintang. Aku tertawa dalam hati, dulu sekali, aku pernah
bercita-cita menjadi seorang astronot, namun cita-cita itu terlupakan seiring berjalannya waktu. Aku
pernah bercita-cita untuk menjadi seorang istri yang baik, dan mungkin suatu saat nanti juga akan
terlupakan. "Kau tahu arti hidup, Jenna?" tanyanya di penghujung hari. Aku menatapnya lekat.
"Arti hidup adalah ketika kau merasa hidup. Ketika kau percaya, kau akan selamanya hidup. Bukan
hanya nama, wajahmu, semua tentangmu, akan selamanya hidup di hati orang-orang yang pernah
kau jumpai. Napasmu akan selamanya hidup di semua tempat yang pernah kau kunjungi. Jika nanti
kau pergi dari hidupku, kau masih hidup di tempat-tempat itu. Kau masih hidup selamanya, di
hatiku." Ia menjawab pertanyaannya sendiri.
"Aku sudah menelepon ibu dan meminta supaya beliau mempercepat acara perkawinan kita.
Resepsi pernikahan akan dilaksanakan sebulan lagi. Aku sudah memesan tiket honeymoon ke
India, kita akan melakukan tirtha yatra kita bersama. Aku sudah memesan tiket pesawat keliling
dunia, untuk kita. Supaya kau tetap hidup di seluruh dunia," lanjutnya.
Mataku berkaca-kaca ketika itu, mimpi yang hanya bisa kurealisasikan pada lagu-lagu ciptaanku,
atau pada cerita-cerita yang kukarang. Kini, aku terkagum-kagum akan kehadiran mimpi-mimpi itu di
dalam kenyataan hidupku. "Bagaimana bisa kau melakukan itu?" tanyaku cepat.
"Kau bilang kau akan pergi selamanya dari hidupku, kan ... maka aku tidak perlu rumah mewah
untuk tinggal, aku akan jual rumah yang telah kita bangun dengan penghasilan kita selama ini. Aku
akan cairkan semua tabungan untuk masa depan kita. Aku tidak membutuhkan semua itu. Aku
hanya membutuhkanmu, Jenna. Aku membutuhkan kehidupanmu. Supaya ke mana pun aku pergi,
kau akan tetap hidup, menemaniku." Ia lalu mengecup keningku. "Kini, apa kau sudah tahu apa arti
hidup, Jenna?" tanyanya kemudian.
Aku mengangguk. Arti hidup adalah ketika kau merasa hidup, atau merasakan kehidupan orang
yang kau kasihi, mengelilingimu di sekitarmu.
3 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
---- Arya menertawaiku ketika aku memaki sahabatnya. Seorang dokter yang salah memberikan hasil
diagnosanya kepadaku, mengartikan pusing kepala sebelah sebagai kanker otak stadium akhir.
"Makanya, cepat-cepatlah kau ambil gelar spesialismu," ledek Arya seraya mengacak rambutku.
"jangan sok seni terus."
"Dokter multilevel boleh saja, tapi baca diagnosa sendiri kok nggak becus ..." Ia masih melanjutkan
meledekku ketika aku tak bisa membalasnya, "belum kepikiran mau ambil spesialis apa?" tanyanya.
"Spesialis anak," jawabku cepat.
"Itu sudah tahu mau jadi spesialis apa ... kok enggak cepat-cepat diambilnya?" tanyanya.
"Belum punya obyek untuk diteliti."
Ia lalu terpingkal, "Iya juga ... Mau jadi spesialis anak, tapi belum punya anak.Makanya cepat-cepat
kawin ... dilamar,larinya ke novel terus. Mau buat berapa novel, sih, istriku ini?" tanyanya kemudian.
"Sebanyak yang anak kita mau. Sepuluh novel untuk tiap anak."
Kami lalu tertawa. Di balik pertengkaran iseng kami, aku menertawai gadis kecil yang tak pernah
mati di dalam diriku. "Kau tahu arti hidup?" tanyaku ketika Arya membelokkan mobilnya keluar dari rumah sakit.
Ia menoleh. "Ketika kau mengartikannya, di setiap tempat dan di setiap waktu. Benar katamu, arti hidup adalah
untuk mengartikan bahwa kita hidup. Karena kita tidak akan pernah mati, jiwa kita akan selalu
hidup."
Kompilasi Tiga Kehilangan Karya Dewi Kharisma Michellia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Plagiarisme kata-kata!" teriaknya.
Aku lalu memukulnya dengan bantal.
Kami tertawa dan aku menyadari, arti hidupku detik ini adalah kesetiaan dan kebahagiaan, seperti
yang kami miliki saat ini, ketika kami hidup. [*]
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Surat Cinta 4 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
1. Ini adalah sebuah surat cinta. Dan jika kamu enggan membacanya, maka lupakanlah. Anggap
aku tidak pernah menulis, lipat saja, masukkan kembali ke amplop, dan letakkan kembali di meja.
Tapi kalau kamu masih tertarik untuk membacanya - dan aku tahu kamu tertarik, siapa yang akan
bisa menolak sebuah surat cinta" Kamu pasti penasaran, betul, kan" Maka bacalah. Dalam hati,
jawablah pertanyaanku. Apa yang kamu mengerti tentang cinta"
Apa jika sahabatmu mencintaimu, itu adalah kesalahan"
Sudah. Hanya itu. Kamu bisa pilih cara formal, semiformal, atau slang saja untuk menjawabnya. Aku pilih cara formal
untuk menyampaikannya. Karena kamu sahabatku, dan aku tidak ingin memberi jebakan padamu.
Aku perempuan dan kamu laki-laki. Dan aku sedang melanggar adat. Maka biarlah aku melanggar
adat dengan kesopananku yang tersisa.
---- 2. Aku tidak pernah menulis surat cinta sebelumnya, dan orang-orang pasti akan melakukan hal
yang sama sepertiku. Mengaku sebelum malu. Kamu pernah begitu, kan" Menyampaikan surat
cinta pada gadis pujaanmu, si dia yang kamu puja-puja di setiap keadaan" Pernah begitu (lewat
bulletin board friendster, biasanya)" Maaf kalau surat cinta ini membuatmu ingin muntah.
Aku tahu segala hal tentangmu. Dan aku juga tahu, kamu tahu segala hal tentangku. Akupun
pernah menjaga segala rahasia yang kamu miliki. Selama bertahun-tahun, kita saling menjaga utuh
persahabatan kita. Kamu terluka, aku pun begitu. Kita melakukan hal yang sama bersama. Tapi
seperti yang kamu tahu, aku selalu mencoba menjadi yang paling sempurna untuk mengungkapkan
perasaan. Tidak sepertimu. Kamu bebas mengungkapkan perasaanmu kepada berjuta gadis. Aku
mana bisa" Lagipula, aku terlalu perfeksionis. Aku terlalu sibuk berkeliling dalam kehidupanku sendiri, berputar,
dan kembali lagi, jatuh cinta padamu. Aku tidak sempat menyadari ada benih-benih itu di antara
kita. Dan saat aku sadari, aku tidak tahu harus melakukan apa. Entah bagaimana cara
menyatakannya. Aku membaca banyak buku, untuk menulis ini. Sepuluh novel cinta dalam seminggu, belasan puisi
dalam sehari, dan beberapa film bertemakan cinta. Kamu harus mengganti rugi waktuku
mempelajari semua roman picisan itu, sungguh. Kamu harus mengerti perasaanku.
---- 3. Kamu ingat hari-hari yang kita lalui bersama" Seperti teenlit yang kubaca kemarin. Awalnya
saling membenci, menjalin persahabatan, dan akhirnya mereka jatuh cinta. Apakah aku memiliki
rasa itu" Bagaimana dengan permainan-permainan konyol itu" Seperti puisi jenaka yang dicipta banyak
penyair. Bermain selendang, bermain kartu, mencuri-curi foto, berlari kejar-kejaran, kamu
menemaniku tidur di lantai bersama hingga terbatuk-batuk keesokan harinya, kamu ingat" Apa itu
5 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang membuat timbulnya cinta" Dan mengapa itu berakhir ketika kamu menemukan gadis pujaan
lain" Kamu bilang kamu takkan pernah mendapatkan orang yang kamu cintai. Kamu mengadu
padaku, dan senantiasa menangis jika bercerita tentangnya.
---- 4. Aku tidak tahu kapan timbulnya rasa ini, dan ribuan pertanyaan tentang keberadaanmu selama
ini. Ingat bandfavorit kita, Sheila on Seven yang selalu membuat lagu-lagu tentang persahabatan"
Boleh aku ganti musik favoritku"
Aku suka Daniel Beddingfield, aku sering mendengar lagu itu sekarang. Kalau kamu bukan
satu-satunya, kenapa rasanya jiwaku begitu bahagia berada di sisimu" Kenapa tangan ini hanya
tepat untuk kamu genggam" Kenapa hati ini selalu tertuju untukmu"
---- 5. Jujur. Lucu menulis surat cinta untukmu. Sementara tiap kita bertemu, kita saling mencela. Lucu
untuk harus jatuh cinta kepadamu. Sedang aku tahu, kamu bukan tipeku, dan aku bukan tipemu.
Aku ingin pria yang tampan, cerdas, bisa bermain gitar, seorang pembalap, setia, dan banyak lagi.
Dan kamu ingin gadis yang maha sempurna, bisa memainkan piano, dan bisa bergelayut manja di
sisimu. Aku mana bisa" Kamu juga bahkan tidak tahu semua kunci gitar itu. Kita bukanlah
bayangan itu. Secara fisik, kita tidak pernah saling menginginkan.
Dan akhirnya aku mengerti, tidak ada yang kutahu tentang cinta sebelum ini. Kita tidak bisa memilih
kepada siapa cinta akan ditujukan, karena cintalah yang menemukanku, perasaan ini berat untuk
kusampaikan. Perutku mual dan bahuku bergetar hebat. Aku ingin menangis.
Dan aku tahu aku harus bertindak lebih rasional, ya seharusnya begitu. Seharusnya aku simpan
saja perasaan ini. Simpan di lemari es hatiku, hingga membeku, dan basi. Seharusnya aku
hancurkan saja rasa cinta ini. Karena sumpah demi Tuhan, aku tidak ingin persahabatan kita hancur
hanya karena surat ini. ---- 6. Tapi perasaan ini begitu kuat menghancurkan semua pikiran rasional yang kumiliki. Pertanyaan
seperti "apa kamu akan meninggalkan gadis pujaanmu hanya demi aku?" selalu muncul di benakku.
Aku sudah bosan melihatmu terluka karena gadis yang sama, menungguimu selesai bercerita dan
kemudian menangis sesenggukan.
Kalau tidak aku yang menghentikan semua itu, siapa lagi" Kepada siapa lagi kamu selama ini
bercerita selain padaku" Di depan siapa lagi pria yang sok tegar sepertimu bisa menangis
sesenggukan" Tapi kalau pernyataan cintaku ini juga tidak bisa membuatmu berpaling dari gadis berhati dingin
pujaanmu itu, apa kita masih bisa makan es krim bersama setelah saat ini" Hang out dan
menertawakan sekitar kita, berpura-pura pacaran dan bergenggaman tangan di toko buku, lari pagi
bersama, ke pantai di saat merasa gila akan sekolah, dan menjadi turis lokal di jalanan Kuta"
Kuharap surat ini tidak merubah kedekatan kita. Walau aku pasti akan mempertanyakan bagaimana
status kita setelah ini. 6 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Oh ya, Menurutmu, kenapa aku harus menulis ini melalui surat" Kenapa tidak lewat sms, testi di fs,
comment di blogmu, atau posting langsung terang-terangan di blogku"
Kalau kamu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, balaslah lewat surat, ya.
Aku mencintaimu. [*] Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Aku dalam Kepalanya Sketsa-sketsa yang ia buat selalu terlihat seperti kehidupan lain yang jauh dari kehidupannya. Ibarat
membandingkan takdir manusia di rasi Capricorn di awal bulan Januari dengan rasi Sagitarius di
awal bulan Desember, bisa sangat dekat tapi bisa juga terlampau jauh dari sudut pandang dan
perhitungan berbeda. Aku selalu bilang kepadanya kalau ia terlalu berani memilih warna-warna terang, namun ia selalu
mengoceh tiap aku berkomentar. Aku pengamat sekadar, begitu caranya menunjukkan
kekesalannya akan kesoktahuanku.
Benar saja, aku selalu melihat hidupnya yang gelap yang meski demikian kuakui bisa dilaluinya
dengan susah payah, dan kubandingkan dengan lukisannya yang selalu bercorak abstrak dengan
warna-warni seperti pelangi. Jauh berbeda.
Dan ia selalu mengoceh kalau aku berani berkomentar. Katanya aku hanya pikiran, yang selalu
berkata salah tiap ia bilang benar. Aku hanya setan yang mampir di sebelah kirinya dan beradu
pendapat dengan malaikat bersayap di sisi kanannya.
"Apa arti lukisan ini?"
Ah, turis-turis bodoh selalu menanyakan itu tiap mampir ke galeri, yang lebih bodoh, ia akan
tersenyum tawar dan menjawab dengan berlagak sok karismatik.
Kalau kubilang pelukis miskin selalu begitu, mengiba dengan senyuman dan tuturan kata manis di
depan pelanggan yang mungkin menimang berjuta dolar dalam tas mereka yang bermerek mahal.
Aku sudah bilang lukisannya jelek. Sudah kubilang warna-warnanya terlalu terang dan membuat
mataku perih. Sudah kubilang seharusnya ia membeli akrilik yang lebih mahal untuk mewarnai
kubik-kubik aneh yang ia bentuk di kanvas itu.
"Kenapa mengambil aliran seperti ini?"
Pengamat lukisan yang sok pintar biasa bergumam seperti itu, biasanya mereka berkaca mata dan
bertopi bulat berukuran terlampau kecil untuk kepala mereka dengan warna gelap, rambut mereka
7 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sudah berubandengan wajah yang nampak jelas terlihat seolah dipaksakan bijaksana.
Untuk orang-orang itu, lagi-lagi ia akan memelas pujian.Dari kakek-kakek renta seperti itu, ia akan
merayu mereka dengan jalan mengatakan bahwa nama-nama besar luar negerilah yang
menginspirasi lukisan-lukisan yang ia garap. Cih, geli aku dibuatnya, ia toh terlalu miskin untuk tahu
sejarah seni di negeri barat.
Dan ia pergi ke sana kemari, lalu-lalang seolah menjadi makhluk paling penting ketika ada bule
yang bertandang. Aku diajaknya ikut, menyumpah-serapah padanya tiap ia tidak mendengar
racauanku. Sejak dulu ia tak pernah mendengarkan pendapatku. Sudah kubilang, dulu sewaktu lulus SMP, ia
tidak harus masuk SMK supaya bisa langsung bekerja. Ia bisa saja langsung melanjutkan
pendidikan ke SMA, agar ia bisa menjadi dokter seperti si Adit temannya yang bodoh yang anak
gubernur itu. Tapi ia bersikeras menyahutiku dengan keras bahwa orang tuanya miskin, karenanya
ia mana punya uang untuk melanjutkan sekolah tinggi-tinggi.
Sudah kubilang ia bisa mengambil bantuan saja dari Pak Lurah, ia pintar karena bisa jadi lima besar
di kelas. Tapi ia bilang bantuan pemerintah semuanya tipuan, seperti negeri maya di dalam
dongeng-dongeng. "Hai, Adi!" Ia berbalik tiba-tiba, membuatku blingsatan kanan-kiri.
"Adi, kau jadi pelukis ya, sekarang" Wah, hebat, nih. Apa kabar kau" Sudah kawin belum?" Baru
aku cerita tentang si Adit murid bodoh yang anak gubernur itu, sekarang ia kini berdiri di hadapanku
dan dengan angkuhnya mengulurkan tangan.
Aku bilang kepadanya untuk tidak usah berbasa-basi, tapi ia malah mengacaukan segalanya,
dijabatnya tangan si Adit itu, "Ah, belum, aku belum menikah. Kabarku, begini-begini saja, tidak
sehebat kau, Dit. Kudengar kau sudah jadi dokter, ya" Kau sendiri, sudah kawin belum?"
Kujamin ia akan menyesali basa-basinya itu, masih ingat aku dengan tingkah sombong si Adit tiap
pamer oleh-oleh yang dibawakan orang tuanya yang kaya dari Singapura atau Eropa.
"Ah, kau ini bisa saja, mana mungkin aku kawin semuda ini, Di." Tangan Adit meremas dengan
gestur yang tak bisa kuartikan. Ia tersenyum sungkan dan wajahnya merah padam. Aku bilang
mungkin si Adit itu seorang homoseksual, dan ia malah tersenyum-senyum saja.
"Kau tampan begini. Mana ada cewek yang berani menolak kamu, Dit. Sudah dokter, anak orang
kaya, tampan ... apa yang kurang?"
Entah dari mana ia mendapat kalimat pujian sinting itu, aku sudah bilang kepadanya untuk segera
pergi, tatapan Adit mengerikan, sudah kubilang, Adit pasti homoseks dan menginginkannya menjadi
pasangan hidup. "Aku suka lukisan-lukisanmu, Di."
Bah! Apa ia bilang" Nadanya kemayu seperti wanita.
8 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tidak, Adit begitu perkasa. Begitu ia mendebatku.
"Kalau kau suka, kenapa tidak kau beli semuanya?"
Sinting! Ditaruh di mana mukanya waktu bicara begitu" Sudah kuingatkan ia, sewaktu kedua orang
tuanya yang hanya pekerja serabutan dan buruh cuci dikata-katai gembel di depan semua
murid-murid di SMP-nya oleh si Adit bedebah itu.
"Sudah kusuruh asistenku memesan semua lukisanmu dari pemilik galeri ini." Begitu si Adit
homoseks itu menjawab. Kau akan dimanfaatkan! Dan ia malah tersenyum, "Sahabat lamaku telah kembali."
Basa-basi apa lagi yang mau ia perpanjang"Sebegitu miskinkah ia hingga menjual segala
talentanya dengan omongan yang semudah buang angin"
"Bagaimana kalau kau kuundang ke rumah" Aku mau kau melukis aku dan keluargaku."
Tuh, sudah kubilang, pasti ada niatan terselubung.Tatapan matanya aneh!
"Oh, oke. Minggu ini aku tidak ada acara."
Padahal sudah kubilang, ia harus pulang kampung karena Ayahnya sedang sakit.
Biar saja buruh itu mati, begitu ia menghentikan ocehanku sepanjang jam setelah kepergian Adit
dengan semua lukisannya. ---- Seminggu kemudian, Ayahnya benar mati dan di saat ia harusnya datang ke acara pemakaman
Ayahnya, si Adit itu menelepon, "Sayang, lukis aku lagi ya, malam ini."
Setelahnya, ia segera membanting ponselnya.
Sudah kubilang, kau akan menyesal!
Diam kau pikiran!Namun begitu caranya menghardikku, air mukanya nampak amat marah dan
gusar. Kubilang, ambil saja pisau di dapurnya yang lembab dan bau telur busuk.
Ia justru terduduk di pojok, mengambil kuas dan kanvasnya. Lagi-lagi ia melukis dengan warna
gelap, tidak seperti lukisan-lukisan sebelumnya yang banyak mengambilbentuk kubik. Kali ini ia
melukis kematian dengan telanjang tanpa seni yang ditutup-tutupi.
Apa kubilang, lukisanmu memang harusnya berwarna gelap, seperti hidupmu. Aku menudingnya
telak. 9 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ia masih meresponku dengan kebisuan, dibantingnya kuasnya.Ia lantas mengangkat lalu melempar
kanvasnya keluar jendela apartemen.Berbarengan dengan memnjatuhkan perkakas melukisnya, ia
kemudian menerjunkan tubuhnya juga.
Padahal sudah kubilang seharusnya ia mengambil pisau saja di dapur dan menusuk dadanya
ketimbang ia harus kehilangan kepalanya. Karena bila ia sampai kehilangan kepalanya, ia juga
kehilangan aku dalam pikirannya. Dasar laki-laki bodoh. [*]
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Mencerai Selebritis Harga apa yang harus kubayar untuk membuatmu percaya diri, dua setengah juta untuk
menghilangkan noda flek dan jerawatmu" Delapan juta untuk mempertahankan tubuhmu agar tetap
langsing laiknya model" Lima ratus ribu untuk waxing bulu kakimu" Itu semua cukup" Mengapa kau
selalu ingin tampil cantik menyerupai bidadari jika aku sudah menerimamu sepenuh hati"
Berapa kartu kredit perlu kuberi untukmu supaya kau puas membelanjakannya untuk tetek-bengek
yang kau pamerkan di malam hari di ranjang kita" Berapa babysitter yang harus kita sewa untuk
anak kita agar kau bisa berleha-leha di mana saja yang kau maui: mal, hotel mewah, restoran
komplit, salon kecantikan, spa"
"Pa, Mama di mana?" - Akan kaujawab apa pertanyaan anak kita jika kau yang ditanya, "Ma, Papa
di mana?" Maka aku benci pulang ke rumah saat kau tak ada. Benci harus merasa menjadi banci ketika
ditanyai soal bini. Kupaksa semua karyawanku untuk menemaniku kerja lembur, kantorku tidak
pernah tutup. Makin hari makin sukses, dan kita berdua makin jarang pulang ke rumah, dengan
alasan yang berbeda. Tapi bisakah seseorang hidup tanpa rumah" Tanpa tempat untuk pulang" Berhari-hari aku
memikirkan solusi yang harus kucermati lagi, dan akhirnya kuiyakan dalam hati.
Tahukah kau" Tak banyak harga yang harus kubayar untuk tubuh molek yang bisa tiap hari
menggantikanmu di ranjang, aku bisa membayar pelacur lebih murah dari harga yang harus
kubayar kepadamu tiap bulan. Tak banyak uang yang harus kubuang untuk perawatan tubuh
mereka, mereka mengerti cara menarik simpatiku: mengambil setengahnya uang cashdi dompetku
setiap mereka hendak pulang.
Tak perlu kuberi mereka kartu kredit: karena suami-suami mereka di rumah sudah memberi
segenap gaji mereka kepada pelacur-pelacur itu untuk bayaran pemuas nafsu setiap bulannya.
Mereka bahkan tak merengek meminta babysitter.
Yang paling kusuka, anak-anak kita tidak mungkin bertanya, "Pa, pelacur yang kemarin Papa bawa
10 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
itu di mana?" Maka setelahnya selama kau tak ada, kujinjing pelacur itu pulang ke rumah. Sementara anak kita
merdeka didekap para babysitter yang kau sewa.
---- Ingat sewaktu putra kita memenangkan lomba futsal antar sekolah, ketika ia menggondol piala di
tangannya, tersenyum bangga - di televisi" Kukirimi kau pesan singkat, dan kau hanya membalas
jengkel, "Aku lagi di salon."
Apa arti seorang ibu di matamu"
Ingat sewaktu ia dimasukkan ke sal rehabilitasi ketika ketahuan bermain-main dengan sabu-sabu,
melihat potret ketika ia digiring - di surat kabar" Kutelepon kau secepat kilat, dan kau hanya
mengelak, menyalahkanku, "Karena kau juga yang jarang pulang ke rumah, anak kita jadi begitu."
Apa arti seorang suami di matamu"
Apa katamu saat itu"
"Ada harga yang harus kaubayar untuk segala sesuatu." Begitu kau bilang ketika kau sampai di
rumah dengan arak-arakan kereta kencanamu, sopir yang akan dengan sigap membukakan pintu,
memberi hormat ketika kakimu menjejak di atas tanah.
Dengan enteng kau langkahkan kakimu masuk ke dalam istana kita tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Terbayang hari ketika kau dan aku bukan siapa-siapa, namun kini kau bisa melanjutkan perkataan,
"Bayar cecunguk-cecunguk itu. Pasti mereka bakal lepas Aryo. Lalu kaubayar juga kuli tinta yang
menulis berita tentangnya, atau kau cari temanmu yang pemimpin redaksi surat kabar itu. Suruh
mereka bilang semua itu hanya fitnah. Selesai, kan?"
"Berapa harga yang mesti kubayar supaya kita bisa berhenti bersandiwara?" Tubuhku gemetar, kau
tak gentar. Kau terkekeh di sofa yang tak pernah menjadi sofa kesayanganmu. Kau tak pernah
nyaman berada di rumah kita, walau sebentar.
"Kau tahu, Sayang" Karirku dan karirmu akan hancur kalau kau berani main-main." Begitu kau
berujar, kulihat riasan di wajahmu memucat. Kau tak pernah memiliki air muka; wajahmu bagai
Kompilasi Tiga Kehilangan Karya Dewi Kharisma Michellia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
patung es yang membeku. "Karir katamu" Selama ini aku sudah memberikanmu semua yang kauminta. Apa pedulimu pada
pekerjaan?" tanyaku garang.
Main-main jika kau bilang kau kuras dua puluh juta dari kantungku tiap bulan tanpa bertanya-tanya
dari mana aku mendapatkannya.
"Jangan main-main dengan kata-katamu, Sayang. Kau tak akan pernah menjadi siapa-siapa
tanpaku." Bangga sekali kedengarannya.
11 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Aku banyak urusan. Mulai bulan depan aku yang akan mentransfer gajiku padamu."
Kau berlalu, dengan bunyi ktepak-ktepak dari stilleto yang kaukenakan, serta gemerincing gelang
emas yang memenuhi pergelangan tanganmu.
---- Lucu ketika kucek sebulan kemudian kau benar-benar mengirimkan gajimu kepadaku. Lebih besar
dari jumlah yang selama ini kuberikan tiap bulannya. Lalu kenapa selama ini kau selalu meminta"
Saat itu kutelepon kau, tak kau angkat, dan kau justru mengirimiku pesan singkat sedetik kemudian.
"Kita tidak pernah saling membutuhkan."
Apa artinya perkawinan kita" Sebuah sandiwara ketika kau bilang kau butuh uang dariku, sedang
kau menghasilkan lebih. Sandiwara ketika kau bilang kau benci bau tubuhku sementara kau
menikmati bau tubuh pria lain yang menggendongmu ke kamar hotel sewaktu kau tipsy.
Iya, Darling. Kucek semua tentangmu. Kau sama seperti para wanita yang kusewa tiap malam, kau
memang pelacur yang siap sedia menemani siapa saja pria yang tak kau cinta yang mampu
membayarmu mahal. Entah apa yang membuatmu bisa dibayar lebih: selain karena mashyurnya namamu di ibukota
sebagai artis papan atas, suara emasmu yang bisa menyanyi dan merintih sekaligus, atau karena
kau memang secantik bidadari - seperti yang selalu kau perjuangkan untuk bisa kau pertahankan.
Baiklah, Sayang. Aku tak akan pernah menjadi siapa-siapa tanpamu. Tapi untuk tetap bertahan
denganmu, sama dengan kubiarkan diriku tidak pernah menjadi siapa-siapa di matamu.
Maka kuputuskan menceraimu malam ini. [*]
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Alpha - Beta Dunia telah banyak berubah bulan ini. Segalanya terjadi dengan begitu tiba-tiba. Meski sebenarnya
kekacauan ini belum sampai menyentuh negaraku. Tetapi, coba bayangkan. Aku melihat sendiri
tubuh-tubuh yang tiba-tiba meledak di hadapanku - di televisi. Dan penyiar televisi di hadapanku
yang sekejap kemudian lenyap begitu saja.
Sebenarnya tidak hanya itu. Sebagian wilayah di sebelah utara Rusia, misalnya; semua
penduduknya mati karena epidemi. Beberapa kota kosong dan tak seorang pun berani
menginjakkan kakinya di sana. Beberapa negara di tengah-tengah benua Afrika pun mengalami hal
serupa, orang-orang tiba-tiba meninggal. Anggota keluargaku yang tinggal di sana - mengungsi
entah ke mana, dan ini hanya kabar dari kedua orangtuaku.
12 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Minggu-minggu ini media menayangkan semua itu. Berita yang membuat warga dunia gelisah.
Puncaknya, keluarga kami menerima panggilan agar sore itu kami berkumpul di ruang bawah tanah
milik keluarga besar. Seluruh anggota keluarga sudah berkumpul di sana ketika kami tiba, saat itu aku melihat banyak
dari mereka berjalan mondar-mandir; seolah berpikir keras untuk memecahkan masalah yang
sedang berlangsung. Lorong yang cukup panjang itu telah dipenuhi oleh orang-orang yang berbaris.Kami adalah keluarga
besar yang wajar meski memiliki perbedaan warna kulit dan rambut. Tidak satu pun dari kami
berkewarganegaraan sama. Dan orang-orang yang berderet yang tidak saling mengenal satu sama
lain itu, aku sering melihat mereka di pemberitaan media. Ibu seringkali menceritakannya; bahwa
hampir seluruh anggota keluarga kami menduduki kursi tertinggi pemerintahan dunia. Kecuali ayah
dan ibuku, entah mengapa.
Mengenai tata bangunannya sendiri, jangan heran kalau ruang bawah tanah keluarga kami tidak
begitu istimewa. Bangunan di atasnya pun biasa saja. Tetapi kami selalu berkumpul di sini. Berbaris
di lorong ini sebelum masuk ke dalam aula keluarga. Di lorongnya sendiri - yang dilapisi oleh baja -
pun, kami tidak memajang foto silsilah anggota keluarga. Tentu saja, karena kami tidak memiliki
leluhur. Orang paling tua di keluarga kami pun masih berkumpul di tengah kami sore itu. Sehat
bugar sesuai siklus hidupnya.
Kami berada di sana untuk mengumpulkan informasi kerusuhan yang sedang terjadi di seluruh
dunia. Keluargaku membawa berita-berita kecil yang dihimpun dari negara kami.
Kami tinggal di negara yang menduduki peringkat keempat jumlah populasi terbanyak di dunia dan
kriminalitas sudah terlalu sering terjadi di negara kami sehingga kami tidak bisa membedakan
apakah hal-hal buruk yang terjadi di negara kami belakangan adalah juga ditimbulkan oleh hal yang
sama. Ayah dan ibuku - yang tidak menjabat sebagai presiden ataupun menteri - barangkali tidak akan
bisa berbicara banyak dalam forum keluarga. Di negara kami benar-benar tidak terjadi apa-apa; aku
sungguh heran. Dan, uh, sebaliknya, mereka - sebagian besar anggota keluargaku - hadir di sini
barangkali untuk menceritakan sepanjang hari kepada kami tentang orang-orang yang tiba-tiba mati
di lapangan, di tengah jalan, atau di pelabuhan - yang meledak ketika sedang menyetir untuk
berangkat bekerja, berlari menangkap bola, atau bersiap berlayar.
Sudah sejak lama, orang-orang mati adalah hal yang wajar. Setelahnya, akan ada kelahiran baru.
Bagi sebagian orang, dunia serupa bayang-bayang yang timbul tenggelam. Semakin kau bergerak
ke arahnya, segalanya semakin kabur kau lihat. Kabut yang lebih tebal memenuhi pandanganmu
setiap kali kau berusaha menembusnya. Segalanya tidak akan nyata di matamu. Sampai kau mati.
Dan segalanya akan kau lupakan.
Akan tetapi semua itu tidak akan terjadi bila kau ada di posisiku, menjadi bagian keluargaku. Kami
tidak pernah mati setelah kami terlahir ke muka bumi.
Kami sendiri tidak tahu dari mana kami berasal. Tetapi orang-orang yang kami temui di jalanan,
orang-orang yang kami lihat di televisi, bahkan kau yang sedang membaca apa yang kutulis
sekarang, kalian semua diatur oleh suatu kekuatan yang dimiliki oleh keluarga kami.
13 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Aku bisa memastikan itu karena hanya keluarga kami dan beberapa orang yang kami kenal yang
adalah orang-orang yang berkesempatan hidup abadi. Selain kami, bahkan para dokter yang
mati-matian menciptakan obat anti tua itu, nonsens.
Aku sendiri sebelumnya tidak pernah ingin tahu lebih jauh tentang ini. Dulu kupikir ayahku - serta
kakekku, ibuku, keluarga besarku - adalah orang-orang gila; namun setelah sekarang aku
merayakan ulang tahunku yang keseratus, menerima kabar teman-temanku meninggal satu per
satu seiring waktu, aku tidak meragukan lagi kenyataan ini.
Kenyataannya, kami terlahir berkali-kali. Satu-satunya momen yang tidak kuingat adalah ketika aku
Tembok Besar 3 Pedang Hati Suci Karya Jin Yong Mustika Lidah Naga 1 2
aku sudah tak bisa lagi mengayunkan kakiku seperti dulu. Kakiku tidak pendek lagi. Kakiku sudah
memanjang dan memijak di tanah dengan sempurna. Pertambahan panjang yang entah mengapa
selama ini tak pernah kuperhatikan.
Angin malam mengantarkan gelak tawa yang terjadi puluhan tahun lalu. Betapa hal ini
menyempurnakan teori dilasi waktu atau entah apa yang akhirnya kukenal sebagai teori dunia
empat dimensi - bahwa waktu tak pernah menempel dengan ruang.
Terlebih ketika aku menatapi ayunan di hadapanku. Ketika aku mengingat kekonyolan apa yang
pernah kujanjikan pada ayahku. Bahwa aku, suatu hari nanti, akan memenangkan nobel. Bahwa
aku, akan membanggakannya dengan menciptakan sebuah mesin waktu. Untuk kami bisa gunakan
kembali ke masa lalu menemui ibuku yang telah meninggal.
Ketika itu, kupikir aku akan mempermudah kerja Tuhan, karena aku akan menggambari kertas
gambarku sendiri dan setelahnya aku bisa seenaknya membuat sebuah maket untuk perwujudan
nyata dari apa yang telah kugambar. Aku pikir merancang masa depan adalah semudah melupakan
masa lalu. Hingga pada akhirnya, kutemukan bahwa kedua hal itu sama sulitnya untuk dilakukan.
Dulu aku pernah berbincang dengan ayahku sampai larut malam. Membicarakan macam-macam.
Paling banyak tentang teori asal-usul alam semesta, kapan saatnya sebuah bintang akan mati, dan
makna di balik Pancasila. Tentang asal usul namaku, sebab musabab ayah bisa jatuh cinta dengan
ibu, hingga cerita Dewa-Dewi di India.
Aku suka ketika sebelum aku tidur, ayahku menceritakan kisah Ramayana yang dihafalnya di dalam
kepalanya. Ketika dia bercerita tentang pasukan dari Hanoman yang merebut kembali Dewi Sita
dari tangan Rahwana. Caranya bercerita sama seperti ketika ibuku mengisahkan tentang Sampek
dan Eng Tay yang terpana melihat sepasang angsa berkasih-kasihan - saling melilitkan lehernya di
tengah sungai. Itu sebabnya aku selalu memintanya bercerita tentang kisah Ramayana setiap malamnya. Juga
kisah Mahabratha dan Perang Barathayudha. Beliau kadang membacakan banyak kalimat indah
dari Bhagavad Gita, pesan dari Rsi Bisma kepada Arjuna. Favoritku, adalah ketika para Pandawa
hanya bisa menontoni jasad Rsi Bisma yang dipenuhi oleh ratusan anak panah. Mereka hanya
memandangi jasad kakeknya itu di Lapangan Kurusetra, menunggui ajal benar-benar
5 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menjemputnya esok hari ketika matahari sudah terbenam.
Betapa ketika aku harus kehilangan orang-orang yang aku cintai dalam hidupku, aku ingin menjadi
setegar orang-orang hebat di dalam mitos atau dongeng, yang selalu diceritakan oleh mereka
berdua setiap malam sebelum aku tidur. Namun kenyataannya, jiwaku merapuh, tak dapat
kupahami. Dan kusadari aku tak bisa menjadi seseorang yang berbeda. Kemampuan manusia
memang ternyata ada batasnya.
Sehingga hari ini, di malam dengan langit yang berwarna hitam kepekatan, aku memilih untuk
menjatuhkan diriku dari lantai tiga. [*]
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Keberulangan Tersebutlah sebuah kota warna-warni yang didominasi nila dan ungu. Dua warna utama itu bersinar
seumpama sinar kosmis dan menyeruak berpendar memenuhi sudut-sudut jalan. Orang-orang
beraneka rupa berjalan, di sudut-sudut pertokoan kecil mereka mengobrol satu sama lain kemudian
saling tertawa. Jalan setapak kota itu tersusun atas bebatuan yang rapi, membentuk bangun-bangun datar yang
susunannya acak dan tak berpola. Jalannya lebar, di pinggir-pinggir jalan ada pot-pot bunga kecil
dan kursi taman dengan lampu jalan warna-warni di sisi-sisinya. Ada kuning, biru, hijau, bahkan
campuran beragam warna, pelangi. Cahaya-cahaya itu seperti mewakili orang-orang yang duduk di
sisi lampu jalan di kursi taman.
Orang-orang yang berbeda. Ada pelukis bertangan enam yang sedang memegang enam kuas di
masing-masing tangannya dan melukis dunia warna-warni serta gadis-gadis kecil yang melambai
pada orang tuanya di dua kanvas berbeda, ada penulis bermata delapan yang matanya selalu
berputar-putar dan tangannya menulis dengan cepat, ada sepasang kekasih yang sedang memadu
kasih yang dari tubuh mereka bermunculan butiran-butiran pasir ringan yang beterbangan bewarna
merah jambu. Ketika aku memutuskan untuk terus berjalan, aku lalu menemukan jembatan yang berpendar
keemasan. Saat aku melewati jembatan itu, aku melihat air yang sangat jernih di bawahnya dan
ketika aku memilih untuk berdiri sejenak, aku melihat logam-logam emas di dasar sungai, tanda
bahwa di kota warna-warni itu ada sangat banyak orang yang percaya pada keajaiban.
Tiap lima menit, air dari sungai itu meloncat ke atas. Ada udang-udang dan ikan-ikan yang
melambai, udang-udang dan ikan-ikan dengan warna-warna yang cantik. Kemudian ada yang
meledak di langit. Kutolehkan kepalaku memandang ke atas, ke langit yang baru kusadari ternyata
sepenuhnya berwarna hitam kelam dan apa untuk itukah kembang api diledakkan" - untuk
menyemarakkan langit yang muram.
Ketika aku kembali mengamati sekitarku, seseorang telah berdiri di sisiku. Tunggu, bukan, bukan
6 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
manusia, melainkan seekor anjing. Dan bukan lagi, kupikir dia ikan. Tubuhnya berwujud manusia
dengan kepalanya yang diselimuti bulu anjing dan di lehernya terdapat sisik ikan. Tangannya
empat, di kepalanya ada antena-antena kecil yang bergerak-gerak. Dia tersenyum dan
mengulurkan satu tangannya, ketiga tangan lainnya seolah membatu.
Bahasanya tak kumengerti. Atau dia tidak berbicara meski mulutnya berkomat-kamit"
Aku menatapnya terpesona. Janggal, padahal kalimat-kalimatnya tak ada yang kumengerti, tapi
senyumnya elok. Tapi bukankah memang tak ada suara yang keluar dari komat-kamit mulutnya"
Dia terus berbicara, aku tetap mendengar dengan setia. Masih juga tak ada suara yang keluar. Apa
aku menjadi tuli" Dan aku tidak menyahut sampai akhirnya dia melambaikan tangannya, pergi. Perkenalan apakah
itu" Aku bahkan tak tahu siapa namanya.
Aku kembali berjalan. Semakin jauh aku berjalan, kutemukan bahwa tidak ada lagi yang berkepala
manusia. Di dunia warna-warni ini tak ada cermin. Semua kaca-kaca seolah transparan dan tak bisa
memantulkan rupa-rupa. Baru kusadari bahwa di dunia warna-warni ini tak ada suara yang bisa
kudengar. Atau apakah gelombangnya berbeda"
Aku menemukan orang-orang baru, yang terus berjalan, terus bernyanyi. Suara-suara yang indah,
tubuh-tubuh binatang berkaki empat dengan kepala-kepala berbentuk paruh burung. Mereka
bernyanyi, tapi tetap saja bahasanya tak ada yang kumengerti. Namun setidaknya aku tidak lagi tuli.
Beberapa dari mereka mengikutiku berjalan di belakangku. Empat ekor anjing dengan paruh burung
dan bulu warna-warni. Mereka terus bernyanyi, nada yang indah dari lagu yang entah apa.
Kulalui lagi sebuah jembatan. Keempat penuntunku tadi berhenti, seolah meratapi saja
kepergianku. Seolah aku akan berjalan ke tempat berbeda yang bahkan tak boleh mereka singgahi.
Benar saja, beberapa kaki perjalananku selanjutnya, kutemui orang-orang dengan wujud rupawan.
Suara-suara indah. Mereka beterbangan dari satu sisi ke sisi lain tanpa sayap. Tubuh mereka
berpendar-pendar dan dari warna-warna itu timbul wangi yang semerbak. Tubuh mereka kecil-kecil.
Dan aku hanya bisa diam terpaku ketika warna-warna mereka memutariku, mereka melingkariku
seolah akan menyelubungiku dan mengangkatku terbang tinggi. Mereka membawaku ke angkasa.
Hingga sesuatu menabrakku, kecil dan lembut. Mereka yang kecil dan berwarna-warni hilang entah
ke mana. Udara menjadi dingin dan semakin menekan-nekan permukaan tubuhku. Dadaku sesak.
Sisi-sisi leherku membuka. Terkelupas. Hidungku seolah tersumbat. Kakiku menjadi satu. Tidak lagi
ada rupa, tidak lagi ada warna-warni, dan tetap tak ada suara. Seluruh tubuhku diselimuti air. Air
yang lalu membentuk pusaran, bergerak melingkar dengan cepat.
Aku seolah tak bertulang rusuk, tak berdiafragma, paru-paruku menghilang.
Dunia menjadi hitam putih. Tubuhku berlubang-lubang, air masuk ke celah-celahnya dan lalu keluar
lagi melalui tempat yang sama. Aku saling bertabrakan dengan benda-benda kecil lain yang lembut.
Beberapa saat kemudian, tubuhku membelah.
Duri-duri lepas ke permukaan tubuhku. Aku kemudian bertabrakan dengan benda-benda yang
tajam berduri. Semuanya masih hitam putih. Masih tanpa suara. Seluruhnya diselimuti air yang tak
7 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berwarna. Benda-benda di sekelilingku berbentuk bulatan-bulatan lonjong, berenang-renang,
bergerak-gerak. Lembut atau berduri. Lalu bertabrak-tabrakan.
Suhu menjadi semakin dingin. Beberapa tempat membeku. Permukaan di atasku membentuk
kaca-kaca yang tebal. Dan aku tetap berenang-renang di bawahnya. Lalu aku menempel di dasar
laut sementara benda-benda lainnya masih berenang-renang acak di sekitarku. Benda-benda yang
bulat dan berduri. Dari sudut atas tubuhku muncul tentakel lunak. Bergerak-gerak acapkali. Tapi dunia masih hitam
putih. Dan aku bahkan tak bermata. Masih pula tak ada yang bicara dan bercengkerama. Dunia
macam apa ini" Menjadi apakah aku"
Seolah sudah tertidur sekian lama, ketika aku kembali bangun semuanya mencair. Tidak ada lagi air
mengelilingiku. Aku menjadi cacing. Mungkin berbentuk pipih, gilik, atau gelang. Ataukah ular"
Hewan-hewan besar menghentak tanah, menggemparkan duniaku. Tanah-tanah retak.
Burung-burung besar terbang di atasku, berteriak keras-keras, seolah memanggil burung-burung
lain yang kemudian mengikutinya terbang di belakang.
Semut-semut besar. Pohon-pohon kering serupa kaktus-kaktus. Tajam berduri. Ular-ular, tikus-tikus
yang mencicit, saling berkejaran dan kemudian memakan atau dimakan. Tanah masih begitu
gersang. Tubuhku yang kepanasan kemudian bercangkang tiga lapis. Bergerak-gerak. Kemudian
tumbuh sayap di sudut kanan-kiri tubuhku. Lalu sayapku hilang dan lapisan tubuhku mengeras.
Tubuhku menjadi semakin ringan dan aku berlari ke sana kemari.
Siang yang sangat panas dan malam yang sangat dingin. Seperti persaingan di siang hari untuk
saling memangsa dan di malam hari tidak saling bercengkerama dan lalu bersembunyi di tempat
masing-masing seolah terjadi perang dingin. Kehidupan yang buas. Seolah semua benda yang
bergerak adalah musuh. Musim berganti, rumput-rumput bertumbuhan. Kaktus-kaktus mati. Hujan semakin sering.
Hewan-hewan besar berganti wujud. Mereka kemudian memakan tanaman-tanaman. Aku berubah
wujud lagi menjadi berbulu. Kemudian aku melihat warna-warna, kemudian aku mendengar
suara-suara. Burung-burung kecil mulai beterbangan di angkasa. Burung-burung besar mengejar di belakangnya.
Matahari terbit dan tenggelam. Dunia menjadi semakin tenang. Makhluk-makhluk tidak sering lagi
saling memangsa. Hingga sesuatu jatuh dari langit. Besar dan bergerak begitu cepat.
Menghantam bumi. Menghantamku.
---- Aku terbangun di tempat lain. Memiliki kepala, leher, urat-urat yang dialiri sesuatu, tulang rusuk
yang dilalui napas. Aku merasakan kepalaku bekerja. Untuk kali pertama aku benar-benar merasa
kembali menjadi manusia. Seorang pria memandangku. Kaca matanya yang besar memenuhi sebagian wajahnya. Dia
tersenyum lalu tiba-tiba mengangkatku. Air mengguyuri tubuhku. Setelah dibalutnya tubuhku
dengan selimut, dicubitinya tanganku keras-keras. Sakit yang tak terkendali hingga aku berteriak.
8 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Orang-orang tertawa. Tawa yang tak kumengerti apa gunanya.
Mereka lalu memasukkanku ke dalam tabung kaca. Cahaya kecil menyala. Begitu hangat.
Orang-orang mengelilingi tabung dan memandangiku dari sana.
Aku tumbuh sebagai kanak-kanak yang rajin menggambari tembok-tembok rumahku. Membentuk
spiral-spiral dan garis-garis. Orang-orang tersenyum. Seisi rumah dicat ulang. Kemudian aku
kembali menggambarinya dengan spiral-spiral dan garis-garis.
Tidak ada yang kumengerti ketika kulihat ada naga berpusar di perutku dan tubuhku menjadi
transparan di usia lima tahun. Ketika katanya ada orang yang telah mati, tapi aku masih dapat
melihat orang-orang itu dan berbicara dengan mereka. Ketika aku mampu melihat hal-hal yang tak
dilihat oleh orang-orang sekitarku.
Aku bermain-main dengan mereka. Aku berkaca di depan cermin dan melakukan macam-macam.
Menjadi pembicara, menjadi dokter yang mengobati pasiennya, menjadi artis yang berakting di
depan kamera. Aku tertawa terpingkal melihat seseorang berbaju merah di layar kaca.
Ayah-ibuku selalu pulang malam. Nenek menemaniku dan menyanyikan lagu-lagu tentang katak. Di
hari-hari tertentu ayah ada di rumah dan bercerita tentang kerajaan-kerajaan di masa lalu. Ibu
bercerita tentang kisah-kisah cinta. Kakek menggendongku dan mengajakku berjalan-jalan di
sawah. Ketika sandalku terbenam di sawah yang sedang banjir karena hujan, kakek mengejarnya untukku
kemudian memasangkannya di kakiku, dengan payung masih tergenggam erat di tangannya,
memayungiku; memayunginya.
Kami memiliki banyak anjing dan hamster. Kakek memeliharanya sejak dulu. Anjing-anjing yang
beranak ketika aku lahir; hamster-hamster yang terus beranak pinak. Anjing-anjing yang berkutu,
yang kutu-kutunya kemudian memenuhi rambutku juga. Hingga tiap hari kerjaan nenek bertambah
satu; yaitu untuk memenceti kutu-kutu di kepalaku.
Waktu itu, aku sungguh tak mengerti tentang duniaku. Ketika kecil, ada satu masa aku berdiri
terpaku di sekolahku dan menatap ke langit. Bertanya, "Siapa orang-orang ini?"
Tapi entah kenapa waktu kembali berjalan. Usiaku semakin bertambah. Lalu di usiaku kini, aku
menemukan banyak kesamaanku dengan orang-orang yang juga telah beranjak menjadi tua.
Kehilangan sesuatu. Kehilangan waktu.
"Kemarin malam aku mimpi aneh. Sebagiannya mimpi tentang masa kanak-kanakku. Kali ini ada
dunia yang cuma terdiri dari warna-warna dan wujud-wujud." Lantas itu yang kubilang kepada
kekasihku yang setia kudongengi tiap malam minggu, "tak ada suara."
Ia menatapku seperti dulu aku menatap ibuku yang bercerita tentang kisah-kisah cinta.
"Menurutmu, di dunia mana kini kita lahir?" Kutanya kepadanya. Ia terdiam dan tetap menyimak,
seolah tahu kebiasaanku bercerita, yang selalu menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan yang
kulontarkan. 9 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tapi saat itu aku tak melanjutkannya. Aku hanya menulis sesuatu di pasir pantai dan berujar
tentang sesuatu yang lain, "Kita pasti tak akan berjodoh."
Ia menagih penjelasan melalui tatapannya.
"Aku terlalu sering mengajakmu ke pantai."
"Mitos lagi?" kali ini ia bertanya.
Kuanggukkan kepalaku, "Dan waktu akan membuktikannya."
"Memang kamu tak mau berjodoh denganku?"
"Aku mau, hanya saja kita tak akan berjodoh. Menurutmu kenapa?"
"Kamu berselingkuh."
Aku tertawa. Kulempar pasir pantai ke kemeja kerjanya, "Aku berani jamin, aku wanita tersetia yang
pernah kamu temukan. Sekali kamu memilikiku, anggap saja kamu akan memilikiku untuk
selamanya." "Aku juga pria tersetia yang akan pernah kamu temukan. Lalu apa yang bisa membuat kita
berselingkuh?" "Umurmu tak panjang."
"Umurku pendek?"
"Umurku bahkan lebih pendek daripada umurmu yang tak panjang," kujawab cepat. Dia pasti
mengira aku sedang menjahilinya.
"Kamu akan mati lebih dulu?"
Aku tak menjawab. "Jangan lanjutkan. Ini konyol." Hingga akhirnya dia menyuruhku menyudahi percakapan kami yang
melantur. "Aku akan mati sebelum kita menikah. Itu yang membuatku banyak berpikir tentang apa yang harus
kulakukan secepat-cepatnya sebelum mati."
"Ayolah, Karina ... Jangan melantur."
"Kenapa, ya, kita terus melakukan hal-hal yang biasa-biasa" Mengejar apa yang orang lain kejar?"
"Maksudmu?" "Kupikir tujuanku berbeda. Tapi entah kenapa aku tak bisa menemukan orang-orang yang sepikiran
denganku." 10 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Termasuk aku?" ia bertanya spontan.
Kuanggukkan kepala, "Kita jauh berbeda. Kadang malah aku pikir aku berbeda dari orang-orang
lain. Aku seperti menjadi alien di duniaku."
"Kulihat kamu biasa-biasa saja. Maksudku, kamu senormal gadis-gadis lain seusiamu."
"Tapi aku capek mencoba menjadi biasa-biasa. Mudah sekali untuk tersenyum ramah ke orang lain,
menyapa orang ini, mengobrol dengan yang itu. Mudah sekali menjadi normal. Tapi hal yang mudah
justru lebih melelahkan untuk dilakukan terus menerus. Sekali-kali aku ingin jadi aku yang
sebenarnya." "Apa aku kurang mengenalimu?"
"Kamu sangat mengenaliku. Malahkupikir aku yang kurang mengenalimu. Hanya saja, kadang aku
benar-benar merasa sendiri dan hanya aku yang mengerti."
"Apa kali ini kamu tak bisa menceritakan sedikit saja masalahmu padaku" Sepersekianya?"
"Kamu tahu pikiranku rumit. Waktu aku lihat kakekku membaca koran di teras pagi hari, aku pikir,
apa masih menyenangkan" Waktu aku lihat orang-orang di kantor-kantor melakukan rutinitasnya di
depan layar komputer, aku tak habis pikir apa yang sebenarnya ingin mereka cari. Dan mereka
membuatku berpikir, apa yang juga aku cari. Apa kita lahir hanya untuk lahir, melihat orang-orang
yang lebih tua mati lebih dulu, sekolah, kuliah, kerja, saling sikut satu sama lain, menjadi tua,
membaca koran di teras, mati, nama terpampang di koran?"
Ia menatapku seperti bagaimana ia selama ini menatapku ketika aku sedang meracau.
Kutarik napasku, "Kenapa kita mempersulit hidup kita" Kalau hidup bisa jadi begitu mudah, kenapa
kita saling menghancurkan satu sama lain" Apa yang sebenarnya kita kejar" Tapi kemudian aku
pikir, kenapa aku mempersulit pikiranku" Kenapa menjadikan semuanya rumit, membesar-besarkan
masalah kecil"!"
"Kamu kurang tidur, ya" Kok melanturnya kejauhan?"
"Kadang aku muak kepada diriku sendiri. Kadang bisa-bisanya aku berpikiran seperti filsuf, kadang
aku jadi orang-orang biasa yang melakukan apa yang tak aku suka.
Kenapa kita tak pernah bisa menjadi sama satu dengan yang lain" Apa tak ada yang ingin
membongkar rahasia siapa sebenarnya kita?"
"Kenapa kamu enggak kuliah Filsafat saja, sih" Kan, jadinya enggak bakal melantur ke aku?" Ia
menyela. "Kupikir jalan manapun boleh aku ambil dan menjadi apa kamu di dunia ini tak menentukan apa-apa
saja yang boleh ada di kepalamu. Seandainya ibuku tak meninggal secepat ini, mungkin aku tak
akan ingin tahu ke mana perginya orang yang telah mati."
Kompilasi Tiga Kehilangan Karya Dewi Kharisma Michellia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Alam semesta, tata surya, planet-planet, bumi." Kuurut satu per satu.
11 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Enggak sedang belajar Astronomi, kan?" dia bertanya.
"Ke mana orang yang telah mati pergi" Masihkah mereka di sini" Menjadi hantukah, setankah"
Atau mereka berpindah planet"
Makhluk hidup, manusia, peradabannya. Kejahatan, kriminalitas, orang-orang yang butuh hiburan.
Perbedaan bahasa, perbedaan budaya. Penemuan-penemuan. Semuanya begitu menarik ketika
hidup. Tapi setelah semua itu, kita mati dan...?"
"Tidak menemukan apa-apa?" Ia menebak.
Aku tersenyum. Dan mengangguk, "Waktu bertabrakan. Aku tertidur dan bermimpi. Aku terbangun
dan melakukan apa-apa saja yang baru beberapa saat sebelumnya aku impikan. Kalau masa
depan sudah sejelas itu, kalau sudah ada sesuatu di depan, apa lagi yang bisa kita
lakukan"Fatalist, determinis, aku lelah dengan teori - tak ada yang pernah mendengarku."
"Itukah yang kamu maksud membuatmu merasa berbeda?" dia bertanya.
"Kamu bayangkan saja. Aku tertidur dan bermimpi mengerjakan soal-soal ujianku. Lalu aku
menghadapi ujian dan aku mengerjakan soal-soal itu lagi. Hal itu membuatku harus berpikir berapa
kali, kapan aku pernah menemukan soal-soal itu" Dan aku menggagalkan tes ujian masuk
universitasku. Aku tertidur dan memimpikan kematian seseorang. Dan lalu orang itu benar-benar mati. Untuk apa
sebenarnya kita hidup, kalau semuanya sudah tertulis"
Waktu seolah bertabrakan. Seolah terulang dua kali untukku. Tapi tidak ada cara agar aku bisa
remedial. Kenapa hidup kita begitu teratur" Siapa sebenarnya kita" Apa kita tidak akan menemukan
siapa diri kita sampai akhirnya kita mati?"
"Beratkah untuk bisa melihat masa depan" Kupikir itu karunia?"
"Kalau bisa diatur, itu karunia. Tapi kalau datangnya sewaktu-waktu, siapa bisa percaya?"
"Mungkin itu cara Tuhan menunjukkan sesuatu padamu."
"Tapi kenapa Tuhan terus saja bersembunyi" Kalau memang sudah ada sesuatu yang akan terjadi,
kenapa kita tidak menjalankan kehidupan kita dengan biasa-biasa saja sekarang, toh hal itu tetap
akan terjadi?" "Tuhan tahu segalanya, tapi Ia hanya menunggu. Ia ingin memastikan seberapa sabarnya kamu."
"Kenapa mesti menguji" Bukankah di Psikologi saja jelas ketahuan kalau ada kesadaran dalam diri
seseorang yang selamanya tak bisa diubah bahkan oleh lingkungan - psi: jiwa, sesuatu yang
akhirnya selalu disebut-sebut sebagai karakter, kepribadian, dan entah apa lagi namanya. Lalu
untuk apa ada tes kecerdasan emosional" Untuk apa mengukur sesuatu yang tak akan tepat"
Kenapa tidak langsung saja memberi seseorang lingkungan tertentu dan kesempatan tertentu?"
"Tuhan memberikannya, kan" Apa lagi yang mesti ditanyakan" Hidup hanya tentang kemungkinan.
12 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Apa yang akan kamu pilih, apa yang akan kamu buang. Ingat slogan Gie, kan" 'Yang kekal itu
perubahan.' Sejauh kamu ingin berubah, mengubah sesuatu, atau diubah."
"Lalu apa aku tidak perlu tahu siapa sebenarnya aku" Seperti apa sebenarnya alam semesta ini?"
Ia tersenyum, "Sayangnya enggak untuk saat ini. Sebagai catatan, aku juga pernah memikirkan apa
yang kamu pikirkan sekarang. Santailah sedikit."
"Lalu kenapa kamu tak mencari tahu" Tak mencari orang-orang yang sepikiran denganmu dan
mewujudkannya?" "Tak tertarik. Aku sudah menemukan yang lebih dari itu. Orang yang tak sekadar tahu apa makanan
favoritku, tapi juga mampu memasakkannya untukku. Orang yang sama sekali tak pernah
menunjukkan perhatiannya, tapi edan mampus selalu ada tiap aku merasa sendiri. Orang yang
cinta banget sama aku, tapi tak apa-apa meski dia tahu kami tak akan berjodoh." Setelah itu, dia
tertawa, "Tebaklah sendiri siapa orang yang paling aku butuhkan."
"Itu dia, kenapa kita hanya mengikat diri kita pada satu orang" Kalau benar ada kelahiran
sebelumnya, apa hubungan kita" Kenapa kita berjodoh untuk bertemu" Kenapa kita tidak jatuh
cinta pada banyak orang kalau cinta itu universal" Kenapa poligami dilarang?"
"Melantur lagi." Lalu dilemparnya butiran-butiran pasir pantai ke arahku, "Sekali-kali, santai sedikit
kenapa?" Kemudian dia bangkit dan menarik tanganku ke arah ombak. Di sana kami memperhatikan bulan
dan memejamkan mata. "Tapi ... kalau santai terus, kapan kita akan temukan siapa sebenarnya kita" Apa kita bisa
menemukannya di kelahiran ini" Ataukah harus kita temukan di kelahiran yang akan datang?"
celotehku, "Tapi tunggu, memangnya reinkarnasi benar ada?"
Ia menoleh dan mengacak rambutku, "Kalau di kelahiran ini kita masih juga belum berjodoh, mau
coba bertemu kembali di kelahiran selanjutnya" [*]
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Diandra "Apa Papa juga memerhatikan mereka" Yang berjalan di sana?" Dengan satu tangannya masih
menopang dagu yang bersandar di tembok restoran, matanya asyik melotot memandangi
orang-orang yang berjalan di depan kami. Mulutnya dikerutkannya sejenak, telunjuk tangan kanan
bermain-main di cangkir teh pada meja di depannya.
"Macam-macam orang," sahutku.
13 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Orang-orang yang duduk?"
Aku memperhatikan kursi tunggu yang dipenuhi oleh orang-orang yang menunggu kereta malam,
kemudian kembali memandang ke arahnya, ke arah gadis kecilku yang telah dewasa, "Hal apa yang
kamu minta untuk Papa perhatikan?"
"Lihat betapa mereka yang berjalan kelihatan sangat sibuk. Mereka berjalan cepat menarik
kopernya seolah akan tertinggal kereta, para pengangkut barang seperti berlari mengejar mereka.
Sementara orang-orang yang duduk, mereka begitu santai menonton televisi atau membaca novel
atau bercengkerama dengan keluarga mereka."
"Lihatlah, Papa ... mengapa duduk dan berjalan membuat orang terlihat berbeda?" dia melanjutkan.
"Orang yang berjalan, toh, akan duduk. Orang yang duduk juga akan berjalan. Bukannya begitu?"
mungkinkah dia sedang menggiringku pada topik kegemarannya - menarik-narik logikaku agar bisa
dia pereteli seperti dulu ketika kecil dia gemar membongkar-pasang mainan-mainannya.
"Aku takut, Pa ... takut sekali untuk harus tinggal sendiri."
Kutatap matanya, kosong tanpa air mata.
"Kalau aku duduk sendiri seperti ini suatu saat nanti, apa mungkin aku hanya akan memandangi
orang-orang di sekitarku seperti selama ini - tanpa teman untuk diajak berbicara?"
"Bukannya Papa selalu ada buatmu" Kamu bahkan bisa menelepon Papa kapanpun kamu mau."
"Mama dulu juga bilang begitu." Dia menatapku, tersenyum samar, "Lagipula, Papa nggak akan
menemaniku di Jogja. Aku akan tinggal sendiri dan berkuliah dan mencari gelar. Tanpa Papa.
Apalagi Mama." "Hanya empat tahun. Kalau kamu rajin, bahkan bisa lebih sebentar lagi. Kalaupun kamu mau
pulang ke rumah kita tiap liburan, dengan kereta atau dengan pesawat, Papa sanggup
membiayainya." "Aku yang memutuskan untuk tinggal jauh dari Papa. Sampai kuliahku selesai, aku tidak akan
pulang ke rumah." Begitu jawabnya, sama seperti tadi di rumah, sama seperti saat-saat lalu ketika
mamanya masih ada untuk melarangnya pergi jauh dari pelukan kami.
"Jadi, Papa, selama empat tahun ini mungkin aku akan berjalan saja," tutupnya, karena setelahnya
bergaung panggilan dari arah kereta untuk para penumpang. Dia menggendong ranselnya dan
menggiring kedua kopernya. Kupandangi kepergiannya dari kursiku. Entah dia yang bertambah kuat
semakin dia tumbuh dewasa atau aku yang bertambah lemah sehingga tak mampu berdiri untuk
sekadar memeluknya atau mengantarnya ke kereta.
---- Mungkin keberangkatannya ke Yogyakarta malam tadi yang membuatku bermimpi buruk dan
terbangun pukul satu pagi. Kuambil kaca mata di meja di samping tempat tidur, menyampirkan
selimut, dan berjalan menuju kamarnya.
14 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dia putriku satu-satunya tapi sejak kecil dia tak pernah betah berada di lindunganku maupun
mamanya. Kakaknya pun demikian. Mereka tak pernah bekerja sama untuk saling melindungi,
apalagi memahami. Kakaknya yang laki-laki memilih ikut mamanya dan istriku membiarkanku merawat putrinya.
Katanya, supaya adil. Katanya, karena sifat putriku sangat mirip denganku. Lalu bagaimana dengan
putraku" Akankah istriku mendidiknya menjadi banci"
Aku masih ingat masa-masa ketika Andreas masih kecil, aku mengajaknya belajar bersiul di teras.
Siulan pertamanya entah lagu apa. Dan sejak itu, dia selalu bersiul-siul di tempat lapang. Setelah
dia bosan bersiul, dia memintaku untuk mengajarinya bermain gitar. Dia seketika menguasainya
dan dia dengan cepat jadi lebih mahir bermain gitar ketimbang papanya.
Dulu mereka selalu melihatku bertengkar dengan istriku. Andreas pulang dengan santai dari
kegiatan kuliahnya, melewati aku dan mamanya yang sedang berkelahi, sementara Diandra
mengetuk-ngetuk pintu kamar kakaknya dan duduk di sana sampai kemudian mendapati kakaknya
baru pulang dari kegiatan kuliah.
Andreas akan melotot dan menyuruh adiknya tidak mengganggunya. Dia capek dengan kuliahnya.
Kami capek dengan kegiatan kami. Dan Diandra akan berlari ke kamarnya, membanting pintu, lalu
menangis. Andreas akan menoleh ke arahku dan istriku, memasang tatapan protes. Tapi kami tidak akan
memedulikannya. Dia, toh, sudah cukup dewasa untuk mengerti bahwa perkelahian di rumah
tangga adalah hal yang wajar dan sepele.
"Mama tadi keluar dengan siapa?"
"Kenapa Papa tanya begitu tiap hari?" dia masih mengenakan seragam kerjanya, tas kerjanya
ditentengnya di tangannya.
"Saya suamimu, Lis."
"Saya bekerja dan kamu tidak," tukasnya.
Aku tahu dia pasti lelah karena bekerja dari pagi sampai sore bahkan kadang melembur tidak
pulang. Tapi entah apa dia mengerti bagaimana perasaanku. Sejak kecil aku bercita-cita
menghidupi keluargaku, menjadi ayah yang baik untuk anak-anakku. Salah siapa kalau aku tiba-tiba
di-PHK" Salah siapa kalau aku menganggur dan tak bekerja"
"Tapi saya dulu bekerja!"
"Saya dulu tak pernah tanya kenapa kamu pulang malam dan mabuk."
"Jadi sekarang giliranmu untuk balas dendam" Kamu ke mana saja" Kerja apa kamu sampai pagi
begini?" "Pertanyaanmu nggak jelas, To! Saya capek. Saya mau tidur!"
"Kita suami-istri. Mana waktumu untuk saya" Kamu enggak pernah memasak untuk saya dan
15 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
anak-anak. Hari libur pun kamu enggak di rumah!"
"Saya bekerja dan kamu tidak. Apa itu kurang jelas?"
"Lis! Dengar saya!"
"To, saya sudah bekerja untuk keluarga kita. Selama ini saya sudah melakukan semua kewajiban
saya sebagai ibu yang baik. Sedang kamu hanya merokok, minum minuman keras dan mabuk,
anak-anakmu kamu biarkan mengurus hidupnya sendiri. Sekarang saya yang mengurusi mereka,
uang jajan mereka, biaya sekolah mereka, segala-galanya. Saya capek dan kamu bisa kembali
merokok dan minum sesukamu. Saya mau tidur!"
"Lis! Saya sudah berhenti merokok! Saya sudah nggak minum lagi!"
"Oh, bagus. Tapi kau main dengan pelacur!"
Kutarik tangannya lalu kutampar pipinya, "Jaga ucapanmu!"
"Kau yang jaga tanganmu!" dia berteriak lantang.
Ditendangnya perutku dengan hak sepatunya yang runcing, kemudian dia melangkah cepat menuju
kamar. Kukejar langkahnya lalu kutarik tangannya dan kuhempaskan dia ke lantai. Dia berteriak
memanggil nama kedua anaknya.
Malam itu aku menampar-nampar pipi dan menjambak rambutnya seperti orang kesurupan. Belum
puas, kuseret dia ke arah toilet dan kutumpahkan kepalanya ke dalam bak mandi. Dia meringis dan
berteriak. Dia memukul-mukul dadaku, menendangku. Kami saling jambak, saling membenamkan
kepala ke bak mandi. "Apa salah saya" Kenapa saya harus menikah denganmu?" sampai akhirnya dia menangis di
hadapanku malam itu. Aku tiba-tiba sadar dan berulang kali meminta maaf darinya.
"Lis, bukan maksud saya seperti itu. Kamu tahu, saya pasti sedang khilaf tadi. Lis.."
Tapi dia terus menangis sepanjang malam dan kami tidak tidur selama itu.
Keesokan harinya di meja makan, saat aku sedang mengolesi roti tawarku dengan selai kacang, dia
menyuguhkan segelas teh tawar hangat untuk kami berempat, pipinya biru lebam dan kata-kata
yang keluar dari bibirnya lebih mirip sengauan ketimbang kepastian, "Mas Anto, saya pikir kita lebih
baik cerai saja." Dan mungkin memang begitulah yang terbaik karena entah kenapa proses perceraian kami berjalan
lancar, kami saling bertukar anak; aku memeroleh pekerjaan sebulan kemudian, menjadi editor di
sebuah koran nasional untuk meliput berita kriminal, masa depan Diandra aman bersamaku.
---- "Aku akan kuliah Teknik Nuklir, Papa." Hingga dia bilang begitu kepadaku suatu hari.
"Papa pikir kamu ingin jadi dokter?" Kutinggalkan kliping-kliping dan naskah yang berserakan di
16 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lantai, menuju dia yang berdiri di pintu ruang kerjaku.
"Aku sudah mendapatkan beasiswa penuh. Kupikir aku lebih baik tidak merepotkan Papa dengan
biaya kuliahku," ujarnya mantap.
"Beasiswa penuh?"
"Dan setahun lagi, di tahun keduaku, aku akan cari beasiswa ke luar negeri." Kata-katanya semakin
optimis, "Prospek di Teknik Nuklir cukup menjanjikan untuk beasiswa penuh keluar negeri."
"Tapi apa cita-citamu memang untuk menjadi ahli nuklir?"
"Aku akan senang bekerja di industri, Papa. Papa kuliah Ekonomi dan bukan Kriminal, kenapa tiap
hari Papa bekerja dengan urusan kriminal" Apakah tempat kerja kita ditentukan oleh konsentrasi
pendidikan kita?" "Bukan karena beasiswa penuh. Papa mungkin, pikirmu, tidak cukup uang untuk membiayai
kuliahmu, tapi apa kamu bisa sedikit lebih bijaksana dengan hidupmu" Dengan masa depanmu?"
"Apa Papa di masa muda Papa dulu dibebaskan oleh orangtua Papa untuk memilih masa depan
Papa?" Dia mendebatku.
Dia mengerti arti dari sunyi yang muncul setelah pertanyaannya, maka dia melanjutkan, "Orangtua
yang baik memang akan selalu mengira anaknya masih balita dan harus diatur mesti ke mana dia
mengejar cita-citanya."
Kata-katanya barusan terdengar sadis sekali di telingaku. Dia mengucapkannya dengan nada
kemarahan yang intelek. Nada seorang komunikator ulung.
"Kupikir, seandainya aku memilih untuk tidak lahir di tempatmu, mungkin aku tidak akan punya
kedua orangtua yang bercerai. Bayangkan seandainya aku anak orang lain, apa Papa masih bisa
mengaturku" Kupikir, aku memiliki jiwaku sendiri. Akulah yang mengatur harus ke mana aku melangkah. Apa
sebelum aku lahir, jiwa kita sudah saling mengenal" Bolehkah Papa mengatur jiwaku?"
"Dan aku tidak akan meminta biaya kuliah sepeser pun dari Papa. Papa boleh tenang untuk itu. Aku
juga tidak akan meminta dari Mama. Aku tidak akan memihak."
Aku tidak tahu kenapa masih ada nada kemarahan yang kental teraduk dari tiap kata-katanya. Aku
tidak tahu seberapa menyakitkannya memiliki kedua orangtua yang bercerai. Aku tak pernah
menjadi dia. Tapi apa dia pernah sedikit saja membayangkan - bagaimana seandainya jika aku
memilih tak mengadopsinya" Yakinkah jiwanya akan memiliki tempat untuk tinggal sampai usia
belianya" ---- Kamarnya menyimpan segala kenangan tentangnya. Termasuk masa-masa kecil Andreas dan
Diandra. Diandra kuadopsi dari panti asuhan. Setelah Andreas sudah berumur sembilan tahun, Lis
merasa kesepian karena cita-citanya semula untuk memiliki seorang anak perempuan yang tak
17 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pernah kesampaian. Kami mengecek ke dokter, ternyata aku steril. Kami berkelahi habis-habisan
selama semalam mengenai hal ini. Lalu bagaimana Lis bisa hamil bayi Andreas"
Lis tak tahu-menahu tentang itu. Dipikirnya dia hamil karena aku.
"Aku melakukan itu denganmu saja, To."
"Tidakkah kamu ingat pernah melakukannya dengan laki-laki lain?"
Dia tak henti-hentinya menangis malam itu. Andreas yang masih berusia sembilan tahun asyik
bermain dengan nintendo-nya.
"Aku diperkosa!" kemudian dia berteriak. Andreas sampai menoleh memerhatikan pertengkaran
kami."Aku diperkosa sehari sebelum kamu datang ke rumah untuk melamarku!"
"Bagaimana aku tahu kamu tidak sedang membohongiku?" seolah tak memiliki perasaan, aku
memuntahkan kalimat itu kepadanya. Janji untuk saling percaya, seketika terlupakan.
Seketika dia memelukku, "Anto... maaf." Jadi keberuntungan itu menggiringnya untuk bahkan tak
perlu tahu-menahu bahwa selama enam tahun ini dia menikahi seorang pria mandul.
Dan keesokan harinya kami memutuskan untuk menghubungi staf bagian adopsi anak di Yayasan
Sayap Ibu. Kami dibuatkan janji untuk konsultasi dengan pengurus yayasan dan Lis mengurus
semua surat dan akta untuk kelengkapan proses pengadopsian Diandra.
Waktu kami datang ke panti beberapa minggu kemudian, orang-orang di sana sedang meributkan
seorang bayi mungil yang katanya baru ditemukan di tong sampah di dekat daerah rukun tetangga
panti. Kami ikut memerhatikan bayi mungil itu. Kulitnya seputih salju dan hidungnya mancung.
Ketika aku mendekatinya, dia tersenyum ke arahku. Aku heran kenapa orangtuanya tega
membuangnya ke tong sampah. Dia bayi yang sangat manis.
Bahkan Andreas pun sangat senang berada di dekat bayi itu, "Siapa dia, Pa?" waktu itu Andreas
bertanya. "Dia adikmu, Nde. Mamamu baru saja melahirkannya," ujarku.
"Tapi Mama enggak pernah hamil?"
"Mama ikut program bayi tabung. Kalau Mamamu hamil lagi susah, Nde, perlu operasi. Waktu kamu
lahir juga lewat jalan operasi. Mamamu benci dioperasi."
"Siapa nama adikku, Pa?"
"Dian.. seperti nama tantemu yang meninggal dulu. Namanya Diandra."
---- Enam tahun kemudian, kejadian lain lagi menimpaku.
"Papa baru saja di-PHK."
Kompilasi Tiga Kehilangan Karya Dewi Kharisma Michellia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
18 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Gerak sendok di tangan Lis berhenti. Andreas dan Diandra memelankan kunyahannya.
"Bank tempat Papa bekerja di-mergerdengan bank lain. Papa sudah tidak dibutuhkan lagi untuk
bekerja di sana." "Tapi Papa bekerja dari pagi sampai malam. Papa tidak mungkin di-PHK!" Lis menukas.
"Mungkin teman-teman Papa bekerja dari pagi sampai pagi lagi." Kucoba untuk menerima
kenyataan ini dengan bijaksana.
"Papa sudah bekerja selama dua puluh tahun di sana! Papa sudah mendapatkan banyak
penghargaan. Bagaimana mungkin Papa di-PHK?" tuntut Lis. "Apa Papa tidak akan melaporkan ini
ke KOMNAS HAM?" "Lis, sudahlah. Mungkin memang harus begini jalannya."
"Pa!" "Lis, saya capek dengan hidup saya. Biarkan saya lepas dari semua tuntutan ini dan saya tak perlu
banyak bekerja. Tabungan saya bisa mencukupi kebutuhan kita sehari-hari. Percayalah, Lis."
Kucoba meyakinkannya. "Tapi, Pa.. orang yang sudah kaya turun-temurun pun juga membutuhkan pekerjaan."
"Saya tak perlu kaya turun-temurun untuk tahu bahwa saya tak perlu bekerja lagi jika saya sudah
payah." Kudorong kursiku ke belakang dan kutinggalkan ruang makan.
Diam-diam, di kamar, aku menghabiskan berkotak-kotak rokok kretek yang baru tadi siang kubeli di
warung. Mulai saat itu, hidupku berputar seratus delapan puluh derajat. Aku menjadi perokok dan tiap hari
keluar malam mencari pekerjaan di diskotek. Istriku tak pernah marah ataupun mengeluh. Beberapa
bulan setelah kejadian itu, dia tiba-tiba langsung mendapatkan pekerjaan padahal selama ini ketika
aku masih bekerja, dulu pekerjaannya hanyalah mengurusi Andreas dan Diandra di rumah. Namun
saat itu, dia bilang, dia diterima menjadi sekretaris bos besar di sebuah perusahaan besar yang dia
rahasiakan di mana tempatnya.
Aku mengiyakan dia ikut-ikutan pulang malam atau pagi atau bahkan tak pulang. Kupikir Andreas
sudah cukup dewasa untuk tahu diri bahwa dia mesti menjaga dan membimbing adiknya di rumah
meski aku dan mamanya tak pernah ada untuk menemani mereka.
---- Suatu malam, ketika pulang dari acara minum-minum dengan wanita-wanita sewaanku dan
beberapa temanku yang patungan membayar wanita sewaan malam itu, aku melihat Andreas dan
Diandra sedang makan di pinggir jalan. Mereka duduk lesehan. Di sebelah Andreas ada gitar yang
direbahkan dan di sebelah Diandra ada kincringan dan sebotol air mineral.
Karena belum mabuk benar, aku berjalan mendekati pedagang soto tempat Andreas dan Diandra
19 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
makan, "Mas, itu anakku berdua. Enggak tahu kenapa mereka memilih mengamen malam-malam.
Aku di sini mengawasi mereka, ya. Kamu suruh aku cuci piring juga boleh."
Pedagang soto itu memerhatikanku, mungkin dia sangat familiar dengan bau alkohol dan bekas
asap rokok dari mulutku, hampir saja dia bilang tidak, aku langsung mengamit piring-piring kotor di
dekatnya dan membawanya ke ember cucian, "Sudahlah. Anggap saja boleh."
Dari sana kemudian aku mencuri dengar percakapan kedua anakku.
"Sudah terkumpul berapa hari ini, Di?" Andreas bertanya ke adiknya.
"Tujuh puluh ribu, Kak."
"Uang sekolahmu kurang berapa?"
"Aku dapat potongan beasiswa dari sekolah karena dapat juara umum dua. Paling-paling uang ini
bisa Kakak pakai untuk biaya kuliah Kakak mulai tahun depan saja dulu. Kita menabung biar Kakak
bisa kuliah." "Yakin enggak apa" Untuk jajanmu sehari-hari?"
Diandra terkekeh, "Kan, bisa mengamen lagi untuk urusan itu. Mana yang lebih penting, mending itu
yang didahulukan. Kakak pasti butuh uang itu."
"Aku memikirkan, kenapa hidup kita jadi seperti ini, Di."
"Tapi aku senang, Kak. Banyak orang yang benar-benar sendiri dalam hidupnya. Ke mana-mana
harus sendirian, mengatur hidup sendiri, menangis sendiri, tanpa teman, tanpa siapa-siapa. Tapi
aku bisa punya Kakak di sini. Kita sama-sama mengamen, Kakak mengajariku pelajaran-pelajaran
yang susah aku mengerti di sekolah, kita seharian bareng-bareng, makan lesehan sama-sama.
Mengobrol seperti ini. Mungkin suatu saat enggak akan ada saat-saat seperti ini lagi."
Senyum Diandra malam itu membuatku merasa beruntung pernah mengadopsinya.
"Apa enggak seharusnya kita punya kehidupan yang lebih baik" Kamu cerdas ... dan mungkin
hanya karena masalah ini kamu enggak bisa melanjutkan kuliahmu. Seperti Kakakmu ini."
"Kita enggak boleh mendahului Tuhan, Kak. Jangan bilang Kakak enggak bisa sebelum Kakak
mencobanya. Jangan menyerah sebelum semua kesempatan Kakak coba."
"Tapi biaya kuliah ini, Di ... cita-cita Kakak sejak kecil ... Kamu, kan, tahu biaya kuliah sekarang
mahal. Kamu tahu bangsa kita lagi krisis. Di mana-mana orang-orang ribut soal nilai rupiah yang
turun habis-habisan. Petrus-petrus berkeliaran. Salah omong sedikit, langsung tembak. Masyarakat
kita semakin kacau. Kehidupan keluarga kita juga jatuh ke titik terendah setelah Papa di-PHK. Sedangkan Mama kita
hanya kerja untuk uang makan kita sehari-hari, Papa enggak kerja, tiap hari mengambil uang jajan
kita. Kakak enggak kuat, Di. Enggak tahu kenapa ini harus terjadi pada kita." Andreas mendorong
piring sotonya, merebahkan kepalanya di meja.
20 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ada orang yang kehidupannya lebih susah dari kita, Kak. Dan mereka lebih semangat untuk
meraih masa depannya. Di sekolah, aku ikut tim PMR, aku ikut tim membantu anak-anak kecil yang
butuh belajar membaca dan menulis. Mereka bahkan enggak punya kesempatan untuk sekolah.
Mereka tidur di kolong-kolong jembatan."
"Tapi masa depan kita seharusnya lebih cerah dari itu, Di. Kamu enggak seharusnya menyamakan
dirimu dengan mereka."
"Tapi aku enggak akan kuat untuk menyamakan diriku dengan anak-anak yang bernasib beruntung
untuk lahir di keluarga kaya. Ke mana-mana diantar jemput sopir, naik mobil mahal, sekolah di
tempat bagus, bisa belajar apapun yang mereka mau karena orangtua mereka punya banyak uang
untuk membiayai kursus-kursus dan segala embel-embelnya yang kelihatan bisa mencerdaskan
mereka dengan instan. Mereka bahkan bisa kuliah ke luar negeri tanpa perlu bantuan beasiswa
pemerintah. Kita enggak perlu menyamakan diri kita sama mereka, Kak. Karena kalau aku
melakukan itu, besok saja aku sudah akan memutuskan untuk bunuh diri."
Mendengar kata-kata Diandra, bukan Andreas saja yang dibuat terdiam. Aku juga turut ikut merasa
bersalah. Seandainya Diandra tidak kuadopsi saat itu, mungkin saja dia akan diadopsi oleh
keluarga kaya dan seharusnya nasibnya tidak seperti ini.
"Kamu tahu, Kak" Aku mungkin masih terlalu kecil untuk bilang begini."
Aku menanti kata-kata Diandra selanjutnya. Entah apa yang akan diucapkan gadis delapan tahun
itu. "Aku pikir, apa yang terjadi di hidupku hari ini, akan berarti untuk hidupku di masa depan mungkin
saat umurku tujuh belas atau malah ketika umurku tujuh puluh tahun. Kesulitan apa yang menimpa
kita sekarang, mungkin akan berarti untuk kita di masa depan kalaupun Kakak lihat tidak berarti
untuk saat ini. Tapi aku lihat, kesulitan hidup kita sekarang membuat kita semakin kuat. Dan membuat kita
semakin dekat." Andreas memegang bahu Diandra dan mengusap rambut Diandra, "Kakak masih kepikiran dengan
jalan hidup gadis sepertimu."
"Semuanya akan baik-baik saja, Kak."
Mulai malam itu aku memutuskan untuk berhenti merokok, untuk menghentikan pergaulanku
dengan teman-temanku di diskotek, untuk berhenti minum-minum, untuk belajar lagi memeroleh
pekerjaan, untuk memeroleh uang dan mengumpulkannya demi masa depan kedua anakku.
Aku heran mengapa setelah itu kedekatan antara Andreas dan Diandra merenggang. Seolah ada
tali tak kasat mata di antara mereka yang telah terputus. Setelah Andreas kuliah, mereka tak pernah
lagi kulihat berbicara bersama. Andreas disibukkan dengan kegiatannya dan seolah ada jarak yang
memisahkan mereka sekalipun mereka saling bertemu di meja makan saat kami makan bersama.
---- Bunyi telepon dari arah ruang tamu mengagetkanku dari lamunanku. Masih beberapa lama telepon
21 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berdering dan aku tetap berjalan menuju ke arah ruang tamu untuk menerima
panggilan-entah-dari-siapa itu. Namunbeberapa meter sebelum aku sampai, telepon sudah berhenti
berdering. Dan kini giliran ponsel yang kuletakkan di kamar tidurku berbunyi dari kejauhan. Aku
bergegas berjalan memutar arah menuju kamarku. Entah kenapa aku menjadi sangat lemah
akhir-akhir ini. "Halo, Pa," ujar suara dari seberang.
"Ini Andreas, Pa. Andreas."
"Oh, halo, Andreas. Ada apa" Apa kabarmu, Boy?"
Suara di seberang sana berisik sekali.
"Kabarku baik, Pa. Diandra ada di sana?" Andreas bertanya.
"Dia baru saja berangkat ke Jogja via kereta tadi malam."
"Oh, bagus! Soalnya aku melihat seseorang mirip Diandra di sini, Pa. Aku pikir itu pasti memang
dia. Makasih, ya, Pa. Aku harus cepat-cepat menghampiri dia, sebelum dia pergi."
Kulihat jam dinding. Sudah pukul lima pagi. Baru kusadari, ternyata hampir empat jam aku melamun
di kamar Diandra. Syukurlah Diandra sudah tiba di Yogyakarta dengan selamat.
"Nak ... tunggu sebentar."
"Iya, Pa" Dia lagi menyeberang. Tunggu, tunggu. Aku harus panggil dia."
Di, Di! - Diandra, Diandra. - kudengar suara teriakan Andreas memanggil nama adiknya.
"Andreas ... Papa perlu menyampaikan hal ini padamu. Jangan tutup teleponnya dulu."
"Oh, oke, Pa. Bilang saja. Aku ngedengerin, kok."
Suara di seberang semakin ribut, suara orang-orang menawarkan taksi atau tumpangan lainnya
semakin terdengar. "Aku baru selesai makan angkringan di dekat sini dan tiba-tiba aku melihat seseorang mirip Diandra.
Dan dia sedang jalan di depanku. Dari tadi kupanggil-panggil susah sekali."
Suara Andreas yang terengah-engah seolah menunjukkan ketergesaannya mengejar adiknya yang
katanya berjalan mendahuluinya di depannya.
"Diandra!?"Hei, Diandra!?"Diandra!" Hingga suara panggilannya untuk ketiga kalinya menjadi
berbeda ... "Diandraaaaaaaaaaa!"
Suara bising. Suara tabrakan. Suara kaki-kaki yang berlari dan sepatu-sepatu yang menapak beton
dengan keras. 22 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Diandraa!" Andreas terdengar berteriak.
Entah ke mana dijatuhkannya ponselnya, suara sekitar semakin samar-samar. Bunyi gemerisik.
Pasti Andreas memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya atau saku kemejanya, pakaian
wajibnya. "Kecelakaan, ya?"
"Iya, ditabrak taksi sepertinya."
"Sopirnya mabuk mungkin."
"Mungkin saja begitu. Taksinya sudah kabur. Lalu laki-laki itu siapanya" Orang sok kenal sok
dekat?" Suara orang-orang berbicara.
"Andreas ..." aku memanggil-manggil putraku, "Kamu di sana?"
"Darahnya banyak habis, ya, sepertinya?"
"Untung ambulans segera datang."
"Siapa yang golongan darahnya kira-kira sama dengan dia?"
"Saya ... saya pasti sama dengannya. Kami saudara kandung." Andreas terdengar menawarkan diri.
Dari kejauhan aku ingin menyampaikan kalimat yang sejak tadi tak sempat kusampaikan. Hingga
akhirnya pembicaraan terputus karena mungkin kehabisan pulsa.
Mungkin di rumah sakit, Andreas akan menyadari bahwa Ibunya bergolongan darah O, Ayahnya
bergolongan darah B, dia bergolongan darah A, dan adiknya bergolongan darah AB. Sesuatu yang
tak sempat aku dan istriku sampaikan secara langsung kepada mereka berdua. [*]
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Menghilangnya Si Pecandu Internet
Saat seseorang yang candu internet frustasi, tidak akan ada orang lain yang menghalanginya untuk
memutus semua hubungannya dengan akun-akunnya pada berderet web yang biasa ditemuinya
pagi-pagi. Seperti yang dilakukan Ty pagi itu. Dia menghapus puluhan blog yang dibuatnya. Dari yang cuma
main-main perihal nyata-maya sehari-hari dengan gaya bahasa anak sekolahan sampai blognya
23 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang murni membahas tetek-bengek seputar Teknik Nuklir dengan gaya bahasa mendekati
profesor. Terakhir, dengan urusan rumit di sana-sini, dia hapus webnya, yang berakhiran .com.
Dia berjanji tidak akan menggunakan nickname-nya lagi. Selamat tinggal pada orang-orang yang
dikenalnya di dunia maya.
Lalu dia ganti nomor ponselnya. Selamat tinggal pada teman-teman masa SMA, sebagian teman
kuliah di strata satu sampai program magister, teman-teman masa kecil, dan siapapun yang dulu
pernah penting. Karena saat ini, tidak begitu penting lagi untuk menjadikan diri sendiri penting atau
orang lain penting. Demi Tuhan, pentingkah mementingkan"
Nomor barunya hanya digunakannya untuk menelepon beberapa orang. Dan untuk itu, dia
menggunakan nomor privat. Biarlah dia hanya menghubungi orang yang penting baginya di
saat-saat genting. Tidak perlu dia dihubungi siapa-siapa. Karena, apa sesungguhnya hubungannya
dengan siapa-siapa" Dia mengulangi dari awal, hal-hal yang pernah dia impikan. Lalu dia mencatat satu per satu
kehilangan dalam hidupnya.
Termasuk, entah oleh sebab apa, merasa kehilangan sesuatu di dalam dirinya.
Awal empat puluh tahun. Lajang. Biasa dijuluki sebagai naga betina berkepala tiga. Namun sejak
satu hari kemarin, dia berubah nama menjadi naga betina berkepala empat. Entah siapa yang
bodoh yang menerima bahwa bertambah satu dekade sama dengan bertambah satu kepala.
Cara berjalannya standar penganut liberalisme. Tipe leptosom dengan sifat umumnya yang
melankolis namun warisan gen yang aneh terkadang membuatnya menjadi sedikit meledak-ledak.
Setidaknya, dia memimpin tiga belas perusahaan beserta puluhan cabang-cabangnya.
Silence is golden, siapa yang bisa menyangkal jika basa-basi itu ditujukan kepadanya"
"Anna, tolong cek file ini untuk saya,"
"BuTyara," "Ya?" "Web Anda tidak bisa dibuka sejak pagi ini."
"Terima kasih masih memantaunya untuk saya."
"Dan surel Anda?"
"Tolong cek ulang surelmu. Mungkin di bagian spam," jawabnya sambil lalu berjalan ke dalam ruang
kerjanya, "Siang ini tolong antar file ini ke meja saya. Saya harap semuanya sudah beres," sebentar
kemudian dia kembali menemui sekretarisnya.
Anna mengangguk. Pikir Anna, entah karena sebab apa pagi itu bosnya bersikap kaku padanya.
24 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dan apa yang terjadi - sehingga, bosnya itu berniat hilang dari peredaran"
"Apa yang salah pada Ty?" pacarnya menelepon.
Anna tidak tahu harus menjawab apa.
"Dia memintaku menghilangkan semua data dirinya di internet."
"Semuanya?" Anna bertanya, ragu-ragu.
"Tidak nama aslinya, tidak jabatannya. Hanya hal-hal yang bersifat personal yang dihapusnya, yang
tersisa hanya sesuatu yang tidak fenomenal. Ini nggak keren, Ann. Sejak kapan bos kita jadi begini
kakunya?" "Melankolis. Sejak kapan?"
"Alex, kupikir ini bawaan lahir bosku itu." [/*]
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Penulis Takdir "Katupkan jarimu, Nak ..."
Arya menoleh. Seorang pria tua menepuk bahunya, nampak angker dengan rambut dan janggut
yang panjang beruban. Wajahnya yang tirus dan sorot mata yang kasar mencerminkan
keangkuhan, seolah ia telah mengetahui segala rahasia dunia.
Di hadapan pria tua itu, Arya yang masih berumur belasan sedang duduk bersila. Ia mengatupkan
jarinya, walau ia tidak tahu untuk apa ia melakukannya. Di sebelah mereka terdapat puluhan buku,
dengan lembaran kosong dan belum tertulisi apapun.
"Ambillah satu buku yang kau inginkan."
Arya menuruti perintah dan terkesima akan apa yang baru saja ia lakukan, seolah ia baru saja
dihipnotis oleh kata-kata pria tua itu.
"Tulis apapun yang kau inginkan, kau akan mendapatkannya."
Aku ingin hidup lebih lama...
Arya lalu menutup buku itu, air matanya membeku di pelupuk matanya, ia baru saja divonis
menderita kanker otak dan ia hanya mampu bertahan selama beberapa bulan.
Ia tidak ingin mati secepat itu.
25 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
---- Beberapa orang mengelilingi seorang pria yang terkapar penuh luka, Rana menyelip di antara
kerumunan yang penuh sesak.
Ibunya meraung, memanggil-manggil nama ayah Rana, Arya. Dia tak mengerti apa yang sedang
terjadi, yang dia tahu, hujan yang turun kala itu sepenuhnya dipersembahkan untuk menutupi tangis
ibunya. Arya divonis mengalami amnesia, sementara kakinya dipastikan harus diamputasi, dan kesedihan
ibunya semakin tak terbendung. Lalu ketika kaki Ayahnya telah diamputasi. Rana melihat ibunya
pingsan ketika mendengar keputusan dokter itu.
"Dapat dari mana buku itu, sayang?" seorang pria setengah baya membungkuk lalu membelai
rambut putrinya. Gadis itu terjengit senang lalu menunjuk sebuah tempat dengan telunjuknya, garis
Kompilasi Tiga Kehilangan Karya Dewi Kharisma Michellia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
polisi membatasi daerah itu, dengan dua mobil menempel seolah baru saja terjadi tabrakan sengit.
"Aku bawa pulang ya, Pa?"
Pria itu tersenyum dan merenung untuk beberapa saat, "Sini Papa lihat ..."
Aku ingin hidup lebih lama..Aku ingin dia mencintaiku.Aku ingin hidup bahagia..
Tiap lembar hanya menyimpan satu buah kalimat. Tiap kalimat hanya mengungkap sebuah
harapan. Seperti sebuah diary yang usang ditelan waktu.
Pria itu menggeleng, raut wajah putrinya berubah masam.
"Jangan bilang-bilang Mama, ya ..." ucap pria itu seraya menyerahkan buku tebal bersampul hijau
toska itu kepada putrinya, kemudian ia memeluk putrinya dengan sayang.
Deden berlarian lalu melompat ke pelukan Rana. "Pagi, adikku sayang..."
"Aduh, adik kakak ini kok manja sekali, ya?" Rana berusaha melepaskan pelukannya, dia lantas
mengambilkan sepiring nasi goreng untuk ibunya. Ibunya memang tidak biasa menjadikan roti selai
sebagai sarapan. Deden menggeleng keras, lalu menenggelamkan wajah di bahunya.
"Papa ada di mana, Kak?" Rana membisu dan akhirnya separuh pagi dia habiskan untuk
memandang kosong ke arah rak-rak yang terletak di seberang ruang makan. Ayahnya
menggendong Deden, merangkul ibunya, memperbaiki atap rumah mereka yang bocor, menyirami
taman, dan kesemuanya menampakkan siluet senyum ayahnya yang dia rindukan. Foto-foto itu
yang berminggu-minggu terakhir menghancurkan ibunya di kamar.
---- Arya berteriak dan menggerogoti jemari. Ia dipenjarakan di gudang belakang rumahnya. Baru
beberapa bulan berlalu ketika kecelakaan naas itu menimpanya, kakinya diamputasi, dan seluruh
hidupnya ia habiskan di atas ranjang. Ketika ia merasa bosan, ia akan menulis dan terus menulis,
tentang apapun. 26 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ia sendiri bersyukur karena lembar kertas dan goresan pena menjadi karunia baginya ketika
seharusnya takdir sudah menguburnya dalam jurang keputusasaan.
Namun dia tak pernah tahu, ternyata semua itu mengantarkannya kepada lembah jurang yang lain.
Di saat tulisannya yang selalu berbau kematian menghampirinya dengan kejadian yang terus
berulang. Sewaktu ia menulis tentang satu kematian, ia tanpa sengaja lantas mendapati kematian orang yang
dia sayangi, dan ketika ia melanjutkan untuk menulis, ia menyadari, bahwa ia telah menulis takdir.
Apa yang ia tulis akan menjadi kenyataan. Ia seperti seorang penentu, penulis takdir.
Ia terobsesi, ia lalu menulisi bajunya, dan tiap permukaan kulitnya, dan menulisi seprai, dan ketika
semua tempat sudah habis ia tulisi, ia menjatuhkan diri ke lantai, lalu merangkak, ia menulisi
tembok lalu membeturkan kepalanya. Ketika tinta sudah habis, ia menulis dengan darahnya.
Aku ingin mati, kalimat itu yang terus dituliskannya, di setiap tempat, dengan tinta dan juga
darahnya, ataupun dengan kukunya yang terus dia goreskan pada kulitnya yang memar.
Dari balik tirai, Rana terus memperhatikan ayahnya melakukan semua hal itu. Dia tahu bukan
maksud ibunya untuk memborgol kedua tangan ayahnya sementara kedua kaki ayahnya pun
memang sudah diamputasi. Batinnya ketika itu, semua dilakukan ibu demi kebaikan ayah.
---- "Saya tidak ingin lagi melakukan tumbal," ujar Arya kepada pria tua di hadapannya yang puluhan
tahun lalu membantu Arya untuk mempelajari aliran kepercayaan yang membuat ia bisa
menggariskan takdirnya sendiri, ataupun takdir dari orang-orang di sekitarnya.
Ia lalu menyerahkan sebuah buku bersampul hijau toska, namun ditepis oleh pria tua itu, "Minggu
depan kembalilah kemari."
Arya kemudian bergegas pergi, ia tidak membutuhkan lagi segala kenikmatan fana yang dijanjikan
dapat dilakukan oleh buku yang sedang ia pegang itu, ia sudah memiliki keluarga yang bahagia.
Baginya, itu saja sudah cukup.
---- "Ma, buku aku di mana, sih?" seorang gadis bertanya kepada ibunya. "Mama bakar, ya?"
Gadis kecil itu kemudian memandang ke dalam baskom, asap masih mengepul, ibunya tak
memperhatikan raut sedih putrinya. "Buku itu kotor, Sayang. Nanti Mama belikan buku yang lain."
"Aku maunya yang itu, Ma......" putrinya menangis dan menarik daster ibunya denganmanja.
Di tempat lain ... Duaaar... Sebuah ledakan terjadi.
Kemudian berbarengan di dua tempat, buku yang ketika itu dibakar dalam baskom meledak hebat.
Ibu dari gadis kecil itu melarikan putrinya ke ruang tamu karena terkejut akan ledakan yang baru
saja terjadi. 27 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sementara di tempat lain, sebuah kompor gas meledak, Arya berteriak-teriak, api melalap tubuhnya
lamat-lamat, perlahan api menyerap pada seluruh permukaan tembok dan beberapa saat kemudian
telah habis membakar sebagian ruangan tempat Arya dipenjarakan.
Aku ingin hidup lebih lama ..., ia mengingat kalimat itu sementara api terus menjilati tubuhnya. Ia
mengingat buku bersampul hijau toska, ia mengingat istri dan putrinya, betapa lamanya ia tertidur
dalam pikirannya dan ketika ia telah pulih dari amnesia, segalanya telah terlambat. Ia telah mati
karena buku takdir yang dulu pernah menjadi miliknya. [*]
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Arti Hidup Aku mulai melakukan lagi hal-hal yang sudah lama tak kulakukan, hal-hal kecil yang begitu
terlupakan sebelumnya. Bangun di pagi hari, aku langsung mengatupkan kedua belah jemariku,
berterimakasih atas sebuah lembar baru, karena Tuhan memberiku waktu 24 jam yang
sesungguhnya akan sangat singkat. Aku menyelipkan tanganku ke balik selimut, meraba dadaku
yang masih berdetak dan menyadari, aku masih hidup.
Beginilah hidupku, sendiri dan kosong. Sebagai lajang di usia muda bukanlah hal yang aneh, tentu.
Tapi aku sudah tak muda lagi. Waktu sudah berbicara banyak padaku, tentang kegagalan
pertunangan, hingga berkali-kali mengalami perencanaan perkawinan yang sia-sia, namun aku tak
bisa bercerita banyak, karena waktu telah menelan kembali semuanya.
Aku melompat dari tempat tidur, berlari ke seberang, lalu menyibak gorden dengan semangat,
tersenyum melihat bias gelombang elektromagnetik bulat jingga di hadapanku, betapa aku tidak
ingat kapan terakhir kali aku melakukannya. Hal-hal bodoh yang minimalis di pagi hari. Apa kau
tahu Arya, aku tidak ingin mengkremasi gadis kecil usil yang masih hidup di dalam diriku.
Aku kemudian berlari ke sebuah ruangan, ruangan masa depanku, surga dengan para dewa dan
dewi yang mengulurkan tangan menyambut.
Hidupku adalah warna-warniku, aku tidak suka hitam-putih, bagiku mereka akan mencerminkan
kepalsuan terdalam di balik lukisan seorang maestro, nampak berdaya gerak maya dan jauh dari
jangkauan, abu-abu adalah warna masa lalu dan mereka begitu pandai bercerita tentang betapa
kelam masa lalu membawaku ke sebuah ruangan yang dipenuhi aura seni. Kanvas dengan lukisan
buram bergeletakan, kertas-kertas beraroma sajak kegelapan, juga aromaterapi yang menghambur
kilat. Minggu-minggu kreatif, begitu kata Arya. Hari-hari yang penuh imajinasi, begitu aku menimpali. Aku
tersenyum miris, Tuhan telah berkata lain, Arya, aku tahu itu. Ini adalah bulan-bulan terakhirku,
begitu jawabku dalam hati.
Aku benci dengan kepalsuan dunia, menjaga napas agar tetap bisa kukendalikan sesuai iramanya
28 Topeng Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang bergerak lambat. Aku tahu suatu saat aku akan menghembuskan napas terakhirku, walau
ternyata saat itu datang lebih cepat dari yang kuperkirakan sebelumnya.
Arya, kau mungkin tahu, aku adalah gadis bodoh yang suka meramal masa depanku dengan
melihat garis tangan yang digariskan acak oleh Tuhan atau menebarkan tarot di dalam
keseharianku. Aku pernah menjadi tokoh-tokoh dalam kartu tarot itu, the fools, queen of
cups,hingga page of wands. Dan apa kau tahu Arya, beberapa saat kemudian, aku akan meraih
kartu death, kematian. Tiap orang akan memegang kartu itu.
Oh Tuhan, berkata apa aku, aku akan meraih kartu itu, tapi tidak harus saat ini, Tuhan. Ketika aku
telah menemukan seseorang yang akan menjadi pendampingku seumur hidup, seseorang yang
akan menemaniku ketika aku menimang putra titipan-Mu, Tuhan.
Kudengar gerbang rumahku terbuka, air mata menetes di pipi. Seseorang mengetuk pintu lalu
menekan bel. "Kau sudah pegang kuncinya, kan?" teriakku,
"Tapi aku ingin calon istriku yang membukakan pintu rumahnya untukku, seperti dia membukakan
pintu hatinya beberapa tahun silam," rajuk Arya.
"Arya ... kita bukan anak-anak lagi. Jangan main-main. Kalau sudah pegang kunci, kau sudah bisa
buka pintu itu sendiri," balasku.
"Iya dan ini adalah tahun kita membuat anak-anak itu. Ayolah Jenna sayang, bukalah pintumu. Aku
belum menjadi suamimu, lho. Mana boleh seorang pria lajang menyelundup masuk ke rumah
seorang gadis perawan?" rayunya.
Aku mengusap air mataku. Ia berhasil.
"Apa itu?" tanyaku ketika membukakan pintu untuknya, dua bungkus plastik besar menggantung di
tangannya yang kekar. "Corn flakes, apel, susu, sayuran, daging..." rincinya satu per satu, "kalau ini, film-film baru yang
mau aku (http://cerita-silat.mywapblog.com)
29Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
tonton bersamamu. Ada beberapa dvdmusik baru, ada game baru juga," lanjutnya seraya
mengangkat tinggi-tinggi kedua kantong plastik yang yang dipegangnya.
"Ayolah ... Istriku ini... tak pengertian sekali ..." rayunya lagi.
Aku menarik kedua plastiknya dengan kasar. Dia terkekeh geli. Arya! Dengan cara apa lagi aku bisa
mengusirmu dari kehidupanku"!
"Aku masak sayuran, ya?" ujarnya ketika aku melangkah meninggalkan dapur.
"Gas habis," jawabku dingin.
"Apa"! Lalu kau makan apa selama ini?" sengitnya.
"Beli di warung sebelah," kataku acuh seraya mencampurkan warna cat air.
"Jenna ..." Sebelum dia sempat berkomentar, aku memotong, "Aku baik-baik saja."
Dia mengelilingi ruanganku, mengambil kertas-kertas yang bertaburan di lantai, beberapa kali
terpingkal dan meledekku.
"Seniman kelas atas. Kenapa enggak ngelanjutin jadi spesialis saja" Seni, kan, bisa jadi sampingan
..." ujarnya. Aku menggeleng, "Itu yang aku pikirkan dulu, tapi sekarang tidak lagi."
"Dasar enggak mau kalah," dengusnya kesal, "tapi, kupikir kau agak berlebihan, Jenna." Lanjutnya.
"Hmm ...?" gumamku tak acuh.
"Beberapa bulan ini, kau melebihi arti harfiah dari kata kreatif, sayang. Kau seperti berlari dari
kehidupan. Kau berlari dariku, tidak pernah membalas sms-ku atau menjawab telepon-teleponku.
Kau tak pernah membuka email-mu," ucapnya pelan seraya memegang bahuku.
"Oh, ya?" balasku tak hirau.
"Jenna, jangan sakiti dirimu, apa ada alasan untuk semua hal yang kau lakukan belakangan ini"
Kau tahu, aku mencintaimu ..." ujarnya seraya mengecup ubun-ubunku.
Aku beranjak lalu menepis tubuhnya, "Aku baik-baik saja, Arya."
"Kau tidak baik-baik saja!" sahutnya keras;tubuhnya bergetar.
"Kau lihat! Aku sehat-sehat saja! Aku masih bisa berbicara denganmu sekarang! Jadi, aku kenapa?"
bentakku, "Jangan terlalu mencampuri hidupku! Aku hanya mendalami bidangku, aku mencintai
seni! Biarkan aku sendiri!" lanjutku keras.
1 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Aku beli semua senimu! Aku beli lukisan-lukisanmu, aku beli semua sajakmu, novel-novelmu,
partitur-partitur musikmu! Berapa?" teriaknya tak kalah kencang.
"Seharga hidupku," Air mata meleleh di pelupuk mataku.
"Kau tahu Jenna, aku mencintaimu. Apa itu kurang bagimu?"
"Aku hanya membutuhkan waktu untuk menenangkan diriku."
"Dan membuatku tidak tenang?" tukasnya cepat. "Bagaimana kau bisa baik-baik saja, Jenna" Kau
tidak pernah keluar rumah selama seminggu ini, gasmu habis, bagaimana mungkin kau baik-baik
saja?" "Sudahlah, Arya. Ini hidupku. Kau tidak bisa ikut campur dalam segala urusanku," ucapku, "Belum
bisa," tambahku cepat-cepat.
"Jenna ... aku pacarmu. Calon suamimu. Kita akan hidup bersama ... dan sekarang aku tak punya
andil apapun di hidupmu" Begitu" Aku tidak baik-baik saja sementara kau baik-baik saja dengan
keadaanmu yang seperti ini, Jenna!"
Aku menarik napasku. "Kau tahu arti hidup, Arya?"
Ia terdiam, menungguku melanjutkan klu pertanyaanku. "Ketika kau sudah tak memiliki siapa-siapa
lagi ... kau tahu arti hidupmu" Untuk siapa kau hidup?"
"Untuk diriku sendiri," jawabnya.
Aku mengangguk dan tersenyum, "Aku sudah melakukannya selama yang aku bisa. Aku sudah
lama hidup hanya untuk diriku sendiri. Tidak stress, tidak menjadi gila, atau justru bunuh diri. Aku
coba bertahan dengan kehidupanku.
Sampai aku menemukanmu, Arya. Ketika kau kehilangan orang yang kau kasihi dan kau tak tahu
kau hidup untuk siapa, kau berprestasi untuk membanggakan siapa, ada yang bilang, kau akan
menemukan yang baru suatu saat nanti. Dan aku menemukannya, padamu."
Ia tersenyum lalu menggenggam tanganku.
"Tapi, ketika kau sudah tak memiliki dirimu sendiri lagi ... untuk apa kau meneruskan hidup?"
tanyaku kepadanya. "Sebentar lagi, aku akan mati, Arya. Kanker otak,"
Senyuman miris menghiasi wajah Arya.
"Stadium akhir. Aku tidak ingin mengecewakanmu, aku tidak ingin mati di hadapanmu, aku tidak ingin melihat orang
yang aku sayangi sedih ketika aku meninggalkannya, seperti ibuku yang tidak melakukan itu ketika
dia pergi." "Kau tidak akan mati, Jenna. Tidak akan. Kita akan kawin, mengadakan resepsi pernikahan yang
2 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mewah, kita akan membangun keluarga kita, memiliki anak dan cucu, kita akan ..." Ucapannya
terhenti. "Kita akan berbicara tentang realita sebagai seorang dokter, ketika kita menghadapi kematian
pasien kita. Ketika kita menyadari sudah tidak ada jalan lain yang bisa kita ambil," lanjutku.
"Kau tahu arti hidup, Jenna?" tanyanya kemudian, "aku pikir kau tidak akan pernah tahu sebelum
ini," lanjutnya, menarikku pergi dari ruanganku.
---- Ia mengajakku ke Benoa, lalu kami memancing, lantas kami pergi ke Kuta, membeli pakaian
renang, lalu berenang. Kami berjalan kaki di trotoar sepanjang jalanan Kuta danmengunjungi
hampir seluruh kafe di sana. Ia mengajakku makan seafood, sapi panggang, semua makanan yang
telah dilupakan oleh seorang vegan sepertiku. Ia bernyanyi di jalanan, kami mengelilingi
swalayan-swalayan hingga butik-butik yang belum pernah kusinggahi.
Kami ke taman bintang dan melihat bintang. Aku tertawa dalam hati, dulu sekali, aku pernah
bercita-cita menjadi seorang astronot, namun cita-cita itu terlupakan seiring berjalannya waktu. Aku
pernah bercita-cita untuk menjadi seorang istri yang baik, dan mungkin suatu saat nanti juga akan
terlupakan. "Kau tahu arti hidup, Jenna?" tanyanya di penghujung hari. Aku menatapnya lekat.
"Arti hidup adalah ketika kau merasa hidup. Ketika kau percaya, kau akan selamanya hidup. Bukan
hanya nama, wajahmu, semua tentangmu, akan selamanya hidup di hati orang-orang yang pernah
kau jumpai. Napasmu akan selamanya hidup di semua tempat yang pernah kau kunjungi. Jika nanti
kau pergi dari hidupku, kau masih hidup di tempat-tempat itu. Kau masih hidup selamanya, di
hatiku." Ia menjawab pertanyaannya sendiri.
"Aku sudah menelepon ibu dan meminta supaya beliau mempercepat acara perkawinan kita.
Resepsi pernikahan akan dilaksanakan sebulan lagi. Aku sudah memesan tiket honeymoon ke
India, kita akan melakukan tirtha yatra kita bersama. Aku sudah memesan tiket pesawat keliling
dunia, untuk kita. Supaya kau tetap hidup di seluruh dunia," lanjutnya.
Mataku berkaca-kaca ketika itu, mimpi yang hanya bisa kurealisasikan pada lagu-lagu ciptaanku,
atau pada cerita-cerita yang kukarang. Kini, aku terkagum-kagum akan kehadiran mimpi-mimpi itu di
dalam kenyataan hidupku. "Bagaimana bisa kau melakukan itu?" tanyaku cepat.
"Kau bilang kau akan pergi selamanya dari hidupku, kan ... maka aku tidak perlu rumah mewah
untuk tinggal, aku akan jual rumah yang telah kita bangun dengan penghasilan kita selama ini. Aku
akan cairkan semua tabungan untuk masa depan kita. Aku tidak membutuhkan semua itu. Aku
hanya membutuhkanmu, Jenna. Aku membutuhkan kehidupanmu. Supaya ke mana pun aku pergi,
kau akan tetap hidup, menemaniku." Ia lalu mengecup keningku. "Kini, apa kau sudah tahu apa arti
hidup, Jenna?" tanyanya kemudian.
Aku mengangguk. Arti hidup adalah ketika kau merasa hidup, atau merasakan kehidupan orang
yang kau kasihi, mengelilingimu di sekitarmu.
3 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
---- Arya menertawaiku ketika aku memaki sahabatnya. Seorang dokter yang salah memberikan hasil
diagnosanya kepadaku, mengartikan pusing kepala sebelah sebagai kanker otak stadium akhir.
"Makanya, cepat-cepatlah kau ambil gelar spesialismu," ledek Arya seraya mengacak rambutku.
"jangan sok seni terus."
"Dokter multilevel boleh saja, tapi baca diagnosa sendiri kok nggak becus ..." Ia masih melanjutkan
meledekku ketika aku tak bisa membalasnya, "belum kepikiran mau ambil spesialis apa?" tanyanya.
"Spesialis anak," jawabku cepat.
"Itu sudah tahu mau jadi spesialis apa ... kok enggak cepat-cepat diambilnya?" tanyanya.
"Belum punya obyek untuk diteliti."
Ia lalu terpingkal, "Iya juga ... Mau jadi spesialis anak, tapi belum punya anak.Makanya cepat-cepat
kawin ... dilamar,larinya ke novel terus. Mau buat berapa novel, sih, istriku ini?" tanyanya kemudian.
"Sebanyak yang anak kita mau. Sepuluh novel untuk tiap anak."
Kami lalu tertawa. Di balik pertengkaran iseng kami, aku menertawai gadis kecil yang tak pernah
mati di dalam diriku. "Kau tahu arti hidup?" tanyaku ketika Arya membelokkan mobilnya keluar dari rumah sakit.
Ia menoleh. "Ketika kau mengartikannya, di setiap tempat dan di setiap waktu. Benar katamu, arti hidup adalah
untuk mengartikan bahwa kita hidup. Karena kita tidak akan pernah mati, jiwa kita akan selalu
hidup."
Kompilasi Tiga Kehilangan Karya Dewi Kharisma Michellia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Plagiarisme kata-kata!" teriaknya.
Aku lalu memukulnya dengan bantal.
Kami tertawa dan aku menyadari, arti hidupku detik ini adalah kesetiaan dan kebahagiaan, seperti
yang kami miliki saat ini, ketika kami hidup. [*]
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Surat Cinta 4 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
1. Ini adalah sebuah surat cinta. Dan jika kamu enggan membacanya, maka lupakanlah. Anggap
aku tidak pernah menulis, lipat saja, masukkan kembali ke amplop, dan letakkan kembali di meja.
Tapi kalau kamu masih tertarik untuk membacanya - dan aku tahu kamu tertarik, siapa yang akan
bisa menolak sebuah surat cinta" Kamu pasti penasaran, betul, kan" Maka bacalah. Dalam hati,
jawablah pertanyaanku. Apa yang kamu mengerti tentang cinta"
Apa jika sahabatmu mencintaimu, itu adalah kesalahan"
Sudah. Hanya itu. Kamu bisa pilih cara formal, semiformal, atau slang saja untuk menjawabnya. Aku pilih cara formal
untuk menyampaikannya. Karena kamu sahabatku, dan aku tidak ingin memberi jebakan padamu.
Aku perempuan dan kamu laki-laki. Dan aku sedang melanggar adat. Maka biarlah aku melanggar
adat dengan kesopananku yang tersisa.
---- 2. Aku tidak pernah menulis surat cinta sebelumnya, dan orang-orang pasti akan melakukan hal
yang sama sepertiku. Mengaku sebelum malu. Kamu pernah begitu, kan" Menyampaikan surat
cinta pada gadis pujaanmu, si dia yang kamu puja-puja di setiap keadaan" Pernah begitu (lewat
bulletin board friendster, biasanya)" Maaf kalau surat cinta ini membuatmu ingin muntah.
Aku tahu segala hal tentangmu. Dan aku juga tahu, kamu tahu segala hal tentangku. Akupun
pernah menjaga segala rahasia yang kamu miliki. Selama bertahun-tahun, kita saling menjaga utuh
persahabatan kita. Kamu terluka, aku pun begitu. Kita melakukan hal yang sama bersama. Tapi
seperti yang kamu tahu, aku selalu mencoba menjadi yang paling sempurna untuk mengungkapkan
perasaan. Tidak sepertimu. Kamu bebas mengungkapkan perasaanmu kepada berjuta gadis. Aku
mana bisa" Lagipula, aku terlalu perfeksionis. Aku terlalu sibuk berkeliling dalam kehidupanku sendiri, berputar,
dan kembali lagi, jatuh cinta padamu. Aku tidak sempat menyadari ada benih-benih itu di antara
kita. Dan saat aku sadari, aku tidak tahu harus melakukan apa. Entah bagaimana cara
menyatakannya. Aku membaca banyak buku, untuk menulis ini. Sepuluh novel cinta dalam seminggu, belasan puisi
dalam sehari, dan beberapa film bertemakan cinta. Kamu harus mengganti rugi waktuku
mempelajari semua roman picisan itu, sungguh. Kamu harus mengerti perasaanku.
---- 3. Kamu ingat hari-hari yang kita lalui bersama" Seperti teenlit yang kubaca kemarin. Awalnya
saling membenci, menjalin persahabatan, dan akhirnya mereka jatuh cinta. Apakah aku memiliki
rasa itu" Bagaimana dengan permainan-permainan konyol itu" Seperti puisi jenaka yang dicipta banyak
penyair. Bermain selendang, bermain kartu, mencuri-curi foto, berlari kejar-kejaran, kamu
menemaniku tidur di lantai bersama hingga terbatuk-batuk keesokan harinya, kamu ingat" Apa itu
5 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang membuat timbulnya cinta" Dan mengapa itu berakhir ketika kamu menemukan gadis pujaan
lain" Kamu bilang kamu takkan pernah mendapatkan orang yang kamu cintai. Kamu mengadu
padaku, dan senantiasa menangis jika bercerita tentangnya.
---- 4. Aku tidak tahu kapan timbulnya rasa ini, dan ribuan pertanyaan tentang keberadaanmu selama
ini. Ingat bandfavorit kita, Sheila on Seven yang selalu membuat lagu-lagu tentang persahabatan"
Boleh aku ganti musik favoritku"
Aku suka Daniel Beddingfield, aku sering mendengar lagu itu sekarang. Kalau kamu bukan
satu-satunya, kenapa rasanya jiwaku begitu bahagia berada di sisimu" Kenapa tangan ini hanya
tepat untuk kamu genggam" Kenapa hati ini selalu tertuju untukmu"
---- 5. Jujur. Lucu menulis surat cinta untukmu. Sementara tiap kita bertemu, kita saling mencela. Lucu
untuk harus jatuh cinta kepadamu. Sedang aku tahu, kamu bukan tipeku, dan aku bukan tipemu.
Aku ingin pria yang tampan, cerdas, bisa bermain gitar, seorang pembalap, setia, dan banyak lagi.
Dan kamu ingin gadis yang maha sempurna, bisa memainkan piano, dan bisa bergelayut manja di
sisimu. Aku mana bisa" Kamu juga bahkan tidak tahu semua kunci gitar itu. Kita bukanlah
bayangan itu. Secara fisik, kita tidak pernah saling menginginkan.
Dan akhirnya aku mengerti, tidak ada yang kutahu tentang cinta sebelum ini. Kita tidak bisa memilih
kepada siapa cinta akan ditujukan, karena cintalah yang menemukanku, perasaan ini berat untuk
kusampaikan. Perutku mual dan bahuku bergetar hebat. Aku ingin menangis.
Dan aku tahu aku harus bertindak lebih rasional, ya seharusnya begitu. Seharusnya aku simpan
saja perasaan ini. Simpan di lemari es hatiku, hingga membeku, dan basi. Seharusnya aku
hancurkan saja rasa cinta ini. Karena sumpah demi Tuhan, aku tidak ingin persahabatan kita hancur
hanya karena surat ini. ---- 6. Tapi perasaan ini begitu kuat menghancurkan semua pikiran rasional yang kumiliki. Pertanyaan
seperti "apa kamu akan meninggalkan gadis pujaanmu hanya demi aku?" selalu muncul di benakku.
Aku sudah bosan melihatmu terluka karena gadis yang sama, menungguimu selesai bercerita dan
kemudian menangis sesenggukan.
Kalau tidak aku yang menghentikan semua itu, siapa lagi" Kepada siapa lagi kamu selama ini
bercerita selain padaku" Di depan siapa lagi pria yang sok tegar sepertimu bisa menangis
sesenggukan" Tapi kalau pernyataan cintaku ini juga tidak bisa membuatmu berpaling dari gadis berhati dingin
pujaanmu itu, apa kita masih bisa makan es krim bersama setelah saat ini" Hang out dan
menertawakan sekitar kita, berpura-pura pacaran dan bergenggaman tangan di toko buku, lari pagi
bersama, ke pantai di saat merasa gila akan sekolah, dan menjadi turis lokal di jalanan Kuta"
Kuharap surat ini tidak merubah kedekatan kita. Walau aku pasti akan mempertanyakan bagaimana
status kita setelah ini. 6 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Oh ya, Menurutmu, kenapa aku harus menulis ini melalui surat" Kenapa tidak lewat sms, testi di fs,
comment di blogmu, atau posting langsung terang-terangan di blogku"
Kalau kamu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, balaslah lewat surat, ya.
Aku mencintaimu. [*] Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Aku dalam Kepalanya Sketsa-sketsa yang ia buat selalu terlihat seperti kehidupan lain yang jauh dari kehidupannya. Ibarat
membandingkan takdir manusia di rasi Capricorn di awal bulan Januari dengan rasi Sagitarius di
awal bulan Desember, bisa sangat dekat tapi bisa juga terlampau jauh dari sudut pandang dan
perhitungan berbeda. Aku selalu bilang kepadanya kalau ia terlalu berani memilih warna-warna terang, namun ia selalu
mengoceh tiap aku berkomentar. Aku pengamat sekadar, begitu caranya menunjukkan
kekesalannya akan kesoktahuanku.
Benar saja, aku selalu melihat hidupnya yang gelap yang meski demikian kuakui bisa dilaluinya
dengan susah payah, dan kubandingkan dengan lukisannya yang selalu bercorak abstrak dengan
warna-warni seperti pelangi. Jauh berbeda.
Dan ia selalu mengoceh kalau aku berani berkomentar. Katanya aku hanya pikiran, yang selalu
berkata salah tiap ia bilang benar. Aku hanya setan yang mampir di sebelah kirinya dan beradu
pendapat dengan malaikat bersayap di sisi kanannya.
"Apa arti lukisan ini?"
Ah, turis-turis bodoh selalu menanyakan itu tiap mampir ke galeri, yang lebih bodoh, ia akan
tersenyum tawar dan menjawab dengan berlagak sok karismatik.
Kalau kubilang pelukis miskin selalu begitu, mengiba dengan senyuman dan tuturan kata manis di
depan pelanggan yang mungkin menimang berjuta dolar dalam tas mereka yang bermerek mahal.
Aku sudah bilang lukisannya jelek. Sudah kubilang warna-warnanya terlalu terang dan membuat
mataku perih. Sudah kubilang seharusnya ia membeli akrilik yang lebih mahal untuk mewarnai
kubik-kubik aneh yang ia bentuk di kanvas itu.
"Kenapa mengambil aliran seperti ini?"
Pengamat lukisan yang sok pintar biasa bergumam seperti itu, biasanya mereka berkaca mata dan
bertopi bulat berukuran terlampau kecil untuk kepala mereka dengan warna gelap, rambut mereka
7 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sudah berubandengan wajah yang nampak jelas terlihat seolah dipaksakan bijaksana.
Untuk orang-orang itu, lagi-lagi ia akan memelas pujian.Dari kakek-kakek renta seperti itu, ia akan
merayu mereka dengan jalan mengatakan bahwa nama-nama besar luar negerilah yang
menginspirasi lukisan-lukisan yang ia garap. Cih, geli aku dibuatnya, ia toh terlalu miskin untuk tahu
sejarah seni di negeri barat.
Dan ia pergi ke sana kemari, lalu-lalang seolah menjadi makhluk paling penting ketika ada bule
yang bertandang. Aku diajaknya ikut, menyumpah-serapah padanya tiap ia tidak mendengar
racauanku. Sejak dulu ia tak pernah mendengarkan pendapatku. Sudah kubilang, dulu sewaktu lulus SMP, ia
tidak harus masuk SMK supaya bisa langsung bekerja. Ia bisa saja langsung melanjutkan
pendidikan ke SMA, agar ia bisa menjadi dokter seperti si Adit temannya yang bodoh yang anak
gubernur itu. Tapi ia bersikeras menyahutiku dengan keras bahwa orang tuanya miskin, karenanya
ia mana punya uang untuk melanjutkan sekolah tinggi-tinggi.
Sudah kubilang ia bisa mengambil bantuan saja dari Pak Lurah, ia pintar karena bisa jadi lima besar
di kelas. Tapi ia bilang bantuan pemerintah semuanya tipuan, seperti negeri maya di dalam
dongeng-dongeng. "Hai, Adi!" Ia berbalik tiba-tiba, membuatku blingsatan kanan-kiri.
"Adi, kau jadi pelukis ya, sekarang" Wah, hebat, nih. Apa kabar kau" Sudah kawin belum?" Baru
aku cerita tentang si Adit murid bodoh yang anak gubernur itu, sekarang ia kini berdiri di hadapanku
dan dengan angkuhnya mengulurkan tangan.
Aku bilang kepadanya untuk tidak usah berbasa-basi, tapi ia malah mengacaukan segalanya,
dijabatnya tangan si Adit itu, "Ah, belum, aku belum menikah. Kabarku, begini-begini saja, tidak
sehebat kau, Dit. Kudengar kau sudah jadi dokter, ya" Kau sendiri, sudah kawin belum?"
Kujamin ia akan menyesali basa-basinya itu, masih ingat aku dengan tingkah sombong si Adit tiap
pamer oleh-oleh yang dibawakan orang tuanya yang kaya dari Singapura atau Eropa.
"Ah, kau ini bisa saja, mana mungkin aku kawin semuda ini, Di." Tangan Adit meremas dengan
gestur yang tak bisa kuartikan. Ia tersenyum sungkan dan wajahnya merah padam. Aku bilang
mungkin si Adit itu seorang homoseksual, dan ia malah tersenyum-senyum saja.
"Kau tampan begini. Mana ada cewek yang berani menolak kamu, Dit. Sudah dokter, anak orang
kaya, tampan ... apa yang kurang?"
Entah dari mana ia mendapat kalimat pujian sinting itu, aku sudah bilang kepadanya untuk segera
pergi, tatapan Adit mengerikan, sudah kubilang, Adit pasti homoseks dan menginginkannya menjadi
pasangan hidup. "Aku suka lukisan-lukisanmu, Di."
Bah! Apa ia bilang" Nadanya kemayu seperti wanita.
8 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tidak, Adit begitu perkasa. Begitu ia mendebatku.
"Kalau kau suka, kenapa tidak kau beli semuanya?"
Sinting! Ditaruh di mana mukanya waktu bicara begitu" Sudah kuingatkan ia, sewaktu kedua orang
tuanya yang hanya pekerja serabutan dan buruh cuci dikata-katai gembel di depan semua
murid-murid di SMP-nya oleh si Adit bedebah itu.
"Sudah kusuruh asistenku memesan semua lukisanmu dari pemilik galeri ini." Begitu si Adit
homoseks itu menjawab. Kau akan dimanfaatkan! Dan ia malah tersenyum, "Sahabat lamaku telah kembali."
Basa-basi apa lagi yang mau ia perpanjang"Sebegitu miskinkah ia hingga menjual segala
talentanya dengan omongan yang semudah buang angin"
"Bagaimana kalau kau kuundang ke rumah" Aku mau kau melukis aku dan keluargaku."
Tuh, sudah kubilang, pasti ada niatan terselubung.Tatapan matanya aneh!
"Oh, oke. Minggu ini aku tidak ada acara."
Padahal sudah kubilang, ia harus pulang kampung karena Ayahnya sedang sakit.
Biar saja buruh itu mati, begitu ia menghentikan ocehanku sepanjang jam setelah kepergian Adit
dengan semua lukisannya. ---- Seminggu kemudian, Ayahnya benar mati dan di saat ia harusnya datang ke acara pemakaman
Ayahnya, si Adit itu menelepon, "Sayang, lukis aku lagi ya, malam ini."
Setelahnya, ia segera membanting ponselnya.
Sudah kubilang, kau akan menyesal!
Diam kau pikiran!Namun begitu caranya menghardikku, air mukanya nampak amat marah dan
gusar. Kubilang, ambil saja pisau di dapurnya yang lembab dan bau telur busuk.
Ia justru terduduk di pojok, mengambil kuas dan kanvasnya. Lagi-lagi ia melukis dengan warna
gelap, tidak seperti lukisan-lukisan sebelumnya yang banyak mengambilbentuk kubik. Kali ini ia
melukis kematian dengan telanjang tanpa seni yang ditutup-tutupi.
Apa kubilang, lukisanmu memang harusnya berwarna gelap, seperti hidupmu. Aku menudingnya
telak. 9 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ia masih meresponku dengan kebisuan, dibantingnya kuasnya.Ia lantas mengangkat lalu melempar
kanvasnya keluar jendela apartemen.Berbarengan dengan memnjatuhkan perkakas melukisnya, ia
kemudian menerjunkan tubuhnya juga.
Padahal sudah kubilang seharusnya ia mengambil pisau saja di dapur dan menusuk dadanya
ketimbang ia harus kehilangan kepalanya. Karena bila ia sampai kehilangan kepalanya, ia juga
kehilangan aku dalam pikirannya. Dasar laki-laki bodoh. [*]
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Mencerai Selebritis Harga apa yang harus kubayar untuk membuatmu percaya diri, dua setengah juta untuk
menghilangkan noda flek dan jerawatmu" Delapan juta untuk mempertahankan tubuhmu agar tetap
langsing laiknya model" Lima ratus ribu untuk waxing bulu kakimu" Itu semua cukup" Mengapa kau
selalu ingin tampil cantik menyerupai bidadari jika aku sudah menerimamu sepenuh hati"
Berapa kartu kredit perlu kuberi untukmu supaya kau puas membelanjakannya untuk tetek-bengek
yang kau pamerkan di malam hari di ranjang kita" Berapa babysitter yang harus kita sewa untuk
anak kita agar kau bisa berleha-leha di mana saja yang kau maui: mal, hotel mewah, restoran
komplit, salon kecantikan, spa"
"Pa, Mama di mana?" - Akan kaujawab apa pertanyaan anak kita jika kau yang ditanya, "Ma, Papa
di mana?" Maka aku benci pulang ke rumah saat kau tak ada. Benci harus merasa menjadi banci ketika
ditanyai soal bini. Kupaksa semua karyawanku untuk menemaniku kerja lembur, kantorku tidak
pernah tutup. Makin hari makin sukses, dan kita berdua makin jarang pulang ke rumah, dengan
alasan yang berbeda. Tapi bisakah seseorang hidup tanpa rumah" Tanpa tempat untuk pulang" Berhari-hari aku
memikirkan solusi yang harus kucermati lagi, dan akhirnya kuiyakan dalam hati.
Tahukah kau" Tak banyak harga yang harus kubayar untuk tubuh molek yang bisa tiap hari
menggantikanmu di ranjang, aku bisa membayar pelacur lebih murah dari harga yang harus
kubayar kepadamu tiap bulan. Tak banyak uang yang harus kubuang untuk perawatan tubuh
mereka, mereka mengerti cara menarik simpatiku: mengambil setengahnya uang cashdi dompetku
setiap mereka hendak pulang.
Tak perlu kuberi mereka kartu kredit: karena suami-suami mereka di rumah sudah memberi
segenap gaji mereka kepada pelacur-pelacur itu untuk bayaran pemuas nafsu setiap bulannya.
Mereka bahkan tak merengek meminta babysitter.
Yang paling kusuka, anak-anak kita tidak mungkin bertanya, "Pa, pelacur yang kemarin Papa bawa
10 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
itu di mana?" Maka setelahnya selama kau tak ada, kujinjing pelacur itu pulang ke rumah. Sementara anak kita
merdeka didekap para babysitter yang kau sewa.
---- Ingat sewaktu putra kita memenangkan lomba futsal antar sekolah, ketika ia menggondol piala di
tangannya, tersenyum bangga - di televisi" Kukirimi kau pesan singkat, dan kau hanya membalas
jengkel, "Aku lagi di salon."
Apa arti seorang ibu di matamu"
Ingat sewaktu ia dimasukkan ke sal rehabilitasi ketika ketahuan bermain-main dengan sabu-sabu,
melihat potret ketika ia digiring - di surat kabar" Kutelepon kau secepat kilat, dan kau hanya
mengelak, menyalahkanku, "Karena kau juga yang jarang pulang ke rumah, anak kita jadi begitu."
Apa arti seorang suami di matamu"
Apa katamu saat itu"
"Ada harga yang harus kaubayar untuk segala sesuatu." Begitu kau bilang ketika kau sampai di
rumah dengan arak-arakan kereta kencanamu, sopir yang akan dengan sigap membukakan pintu,
memberi hormat ketika kakimu menjejak di atas tanah.
Dengan enteng kau langkahkan kakimu masuk ke dalam istana kita tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Terbayang hari ketika kau dan aku bukan siapa-siapa, namun kini kau bisa melanjutkan perkataan,
"Bayar cecunguk-cecunguk itu. Pasti mereka bakal lepas Aryo. Lalu kaubayar juga kuli tinta yang
menulis berita tentangnya, atau kau cari temanmu yang pemimpin redaksi surat kabar itu. Suruh
mereka bilang semua itu hanya fitnah. Selesai, kan?"
"Berapa harga yang mesti kubayar supaya kita bisa berhenti bersandiwara?" Tubuhku gemetar, kau
tak gentar. Kau terkekeh di sofa yang tak pernah menjadi sofa kesayanganmu. Kau tak pernah
nyaman berada di rumah kita, walau sebentar.
"Kau tahu, Sayang" Karirku dan karirmu akan hancur kalau kau berani main-main." Begitu kau
berujar, kulihat riasan di wajahmu memucat. Kau tak pernah memiliki air muka; wajahmu bagai
Kompilasi Tiga Kehilangan Karya Dewi Kharisma Michellia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
patung es yang membeku. "Karir katamu" Selama ini aku sudah memberikanmu semua yang kauminta. Apa pedulimu pada
pekerjaan?" tanyaku garang.
Main-main jika kau bilang kau kuras dua puluh juta dari kantungku tiap bulan tanpa bertanya-tanya
dari mana aku mendapatkannya.
"Jangan main-main dengan kata-katamu, Sayang. Kau tak akan pernah menjadi siapa-siapa
tanpaku." Bangga sekali kedengarannya.
11 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Aku banyak urusan. Mulai bulan depan aku yang akan mentransfer gajiku padamu."
Kau berlalu, dengan bunyi ktepak-ktepak dari stilleto yang kaukenakan, serta gemerincing gelang
emas yang memenuhi pergelangan tanganmu.
---- Lucu ketika kucek sebulan kemudian kau benar-benar mengirimkan gajimu kepadaku. Lebih besar
dari jumlah yang selama ini kuberikan tiap bulannya. Lalu kenapa selama ini kau selalu meminta"
Saat itu kutelepon kau, tak kau angkat, dan kau justru mengirimiku pesan singkat sedetik kemudian.
"Kita tidak pernah saling membutuhkan."
Apa artinya perkawinan kita" Sebuah sandiwara ketika kau bilang kau butuh uang dariku, sedang
kau menghasilkan lebih. Sandiwara ketika kau bilang kau benci bau tubuhku sementara kau
menikmati bau tubuh pria lain yang menggendongmu ke kamar hotel sewaktu kau tipsy.
Iya, Darling. Kucek semua tentangmu. Kau sama seperti para wanita yang kusewa tiap malam, kau
memang pelacur yang siap sedia menemani siapa saja pria yang tak kau cinta yang mampu
membayarmu mahal. Entah apa yang membuatmu bisa dibayar lebih: selain karena mashyurnya namamu di ibukota
sebagai artis papan atas, suara emasmu yang bisa menyanyi dan merintih sekaligus, atau karena
kau memang secantik bidadari - seperti yang selalu kau perjuangkan untuk bisa kau pertahankan.
Baiklah, Sayang. Aku tak akan pernah menjadi siapa-siapa tanpamu. Tapi untuk tetap bertahan
denganmu, sama dengan kubiarkan diriku tidak pernah menjadi siapa-siapa di matamu.
Maka kuputuskan menceraimu malam ini. [*]
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Kini tinggal di Yogyakarta.
Alpha - Beta Dunia telah banyak berubah bulan ini. Segalanya terjadi dengan begitu tiba-tiba. Meski sebenarnya
kekacauan ini belum sampai menyentuh negaraku. Tetapi, coba bayangkan. Aku melihat sendiri
tubuh-tubuh yang tiba-tiba meledak di hadapanku - di televisi. Dan penyiar televisi di hadapanku
yang sekejap kemudian lenyap begitu saja.
Sebenarnya tidak hanya itu. Sebagian wilayah di sebelah utara Rusia, misalnya; semua
penduduknya mati karena epidemi. Beberapa kota kosong dan tak seorang pun berani
menginjakkan kakinya di sana. Beberapa negara di tengah-tengah benua Afrika pun mengalami hal
serupa, orang-orang tiba-tiba meninggal. Anggota keluargaku yang tinggal di sana - mengungsi
entah ke mana, dan ini hanya kabar dari kedua orangtuaku.
12 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Minggu-minggu ini media menayangkan semua itu. Berita yang membuat warga dunia gelisah.
Puncaknya, keluarga kami menerima panggilan agar sore itu kami berkumpul di ruang bawah tanah
milik keluarga besar. Seluruh anggota keluarga sudah berkumpul di sana ketika kami tiba, saat itu aku melihat banyak
dari mereka berjalan mondar-mandir; seolah berpikir keras untuk memecahkan masalah yang
sedang berlangsung. Lorong yang cukup panjang itu telah dipenuhi oleh orang-orang yang berbaris.Kami adalah keluarga
besar yang wajar meski memiliki perbedaan warna kulit dan rambut. Tidak satu pun dari kami
berkewarganegaraan sama. Dan orang-orang yang berderet yang tidak saling mengenal satu sama
lain itu, aku sering melihat mereka di pemberitaan media. Ibu seringkali menceritakannya; bahwa
hampir seluruh anggota keluarga kami menduduki kursi tertinggi pemerintahan dunia. Kecuali ayah
dan ibuku, entah mengapa.
Mengenai tata bangunannya sendiri, jangan heran kalau ruang bawah tanah keluarga kami tidak
begitu istimewa. Bangunan di atasnya pun biasa saja. Tetapi kami selalu berkumpul di sini. Berbaris
di lorong ini sebelum masuk ke dalam aula keluarga. Di lorongnya sendiri - yang dilapisi oleh baja -
pun, kami tidak memajang foto silsilah anggota keluarga. Tentu saja, karena kami tidak memiliki
leluhur. Orang paling tua di keluarga kami pun masih berkumpul di tengah kami sore itu. Sehat
bugar sesuai siklus hidupnya.
Kami berada di sana untuk mengumpulkan informasi kerusuhan yang sedang terjadi di seluruh
dunia. Keluargaku membawa berita-berita kecil yang dihimpun dari negara kami.
Kami tinggal di negara yang menduduki peringkat keempat jumlah populasi terbanyak di dunia dan
kriminalitas sudah terlalu sering terjadi di negara kami sehingga kami tidak bisa membedakan
apakah hal-hal buruk yang terjadi di negara kami belakangan adalah juga ditimbulkan oleh hal yang
sama. Ayah dan ibuku - yang tidak menjabat sebagai presiden ataupun menteri - barangkali tidak akan
bisa berbicara banyak dalam forum keluarga. Di negara kami benar-benar tidak terjadi apa-apa; aku
sungguh heran. Dan, uh, sebaliknya, mereka - sebagian besar anggota keluargaku - hadir di sini
barangkali untuk menceritakan sepanjang hari kepada kami tentang orang-orang yang tiba-tiba mati
di lapangan, di tengah jalan, atau di pelabuhan - yang meledak ketika sedang menyetir untuk
berangkat bekerja, berlari menangkap bola, atau bersiap berlayar.
Sudah sejak lama, orang-orang mati adalah hal yang wajar. Setelahnya, akan ada kelahiran baru.
Bagi sebagian orang, dunia serupa bayang-bayang yang timbul tenggelam. Semakin kau bergerak
ke arahnya, segalanya semakin kabur kau lihat. Kabut yang lebih tebal memenuhi pandanganmu
setiap kali kau berusaha menembusnya. Segalanya tidak akan nyata di matamu. Sampai kau mati.
Dan segalanya akan kau lupakan.
Akan tetapi semua itu tidak akan terjadi bila kau ada di posisiku, menjadi bagian keluargaku. Kami
tidak pernah mati setelah kami terlahir ke muka bumi.
Kami sendiri tidak tahu dari mana kami berasal. Tetapi orang-orang yang kami temui di jalanan,
orang-orang yang kami lihat di televisi, bahkan kau yang sedang membaca apa yang kutulis
sekarang, kalian semua diatur oleh suatu kekuatan yang dimiliki oleh keluarga kami.
13 Pendekar Naga Putih Budak Nafsu Terkutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Aku bisa memastikan itu karena hanya keluarga kami dan beberapa orang yang kami kenal yang
adalah orang-orang yang berkesempatan hidup abadi. Selain kami, bahkan para dokter yang
mati-matian menciptakan obat anti tua itu, nonsens.
Aku sendiri sebelumnya tidak pernah ingin tahu lebih jauh tentang ini. Dulu kupikir ayahku - serta
kakekku, ibuku, keluarga besarku - adalah orang-orang gila; namun setelah sekarang aku
merayakan ulang tahunku yang keseratus, menerima kabar teman-temanku meninggal satu per
satu seiring waktu, aku tidak meragukan lagi kenyataan ini.
Kenyataannya, kami terlahir berkali-kali. Satu-satunya momen yang tidak kuingat adalah ketika aku
Tembok Besar 3 Pedang Hati Suci Karya Jin Yong Mustika Lidah Naga 1 2