Ayat Ayat Cinta 1
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy Bagian 1
31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
Sekedear Berbagi Ilmu & Buku Attention!!! Please respect the author's
copyright and purchase a legal copy of
this book AnesUlarNaga. BlogSpot. COM Ayat Ayat Cinta Novel Pembangun Jiwa Karya Habiburrahman El Shirazy Alumnus Universitas Al Azhar, Cairo
1. Gadis Mesir Itu Bernama Maria
Tengah hari ini, kota Cairo seakan membara. Matahari berpijar di tengah petala
langit. Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat-jilat bumi. Tanah dan pasir
menguapkan bau neraka. Hembusan angin sahara disertai debu yang bergulung-gulung menambah panas udara semakin tinggi dari detik ke detik.
Penduduknya, banyak yang berlindung dalam flat yang ada dalam apartemenapartemen berbentuk
kubus dengan pintu, jendela dan tirai tertutup rapat.
Memang, istirahat di dalam flat sambil menghidupkan pendingin ruangan jauh
lebih nyaman daripada berjalan ke luar rumah, meski sekadar untuk shalat berjamaah
1 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
di masjid. Panggilan azan zhuhur dari ribuan menara yang bertebaran di seantero
kota hanya mampu menggugah dan menggerakkan hati mereka yang benar-benar
tebal imannya. Mereka yang memiliki tekad beribadah sesempurna mungkin dalam
segala musim dan cuaca, seperti karang yang tegak berdiri dalam deburan ombak,
terpaan badai, dan sengatan matahari. Ia tetap teguh berdiri seperti yang dititahkan
Tuhan sambil bertasbih tak kenal kesah. Atau, seperti matahari yang telah jutaan
tahun membakar tubuhnya untuk memberikan penerangan ke bumi dan seantero
mayapada. Ia tiada pernah mengeluh, tiada pernah mengerang sedetik pun
menjalankan titah Tuhan. Awal-awal Agustus memang puncak musim panas.
Dalam kondisi sangat tidak nyaman seperti ini, aku sendiri sebenarnya sangat
malas keluar. Ramalan cuaca mengumumkan: empat puluh satu derajat celcius! Apa
tidak gila!" Mahasiswa Asia Tenggara yang tidak tahan panas, biasanya sudah
mimisan, hidungnya mengeluarkan darah. Teman satu flat yang langganan mimisan
di puncak musim panas adalah Saiful. Tiga hari ini, memasuki pukul sebelas siang
sampai pukul tujuh petang, darah selalu merembes dari hidungnya. Padahal ia tidak
keluar flat sama sekali. Ia hanya diam di dalam kamarnya sambil terus menyalakan
kipas angin. Sesekali ia kungkum, mendinginkan badan di kamar mandi.
Dengan tekad bulat, setelah mengusir segala rasa aras-arasen1 aku bersiap
untuk keluar. Tepat pukul dua siang aku harus sudah berada di Masjid Abu Bakar
Ash-Shidiq yang terletak di Shubra El-Khaima, ujung utara Cairo, untuk talaqqi2 pada
1 2 Rasa malas melakukan sesuatu.
Belajar langsung face to face dengan seorang syaikh atau ulama.
1 Syaikh Utsman Abdul Fattah. Pada ulama besar ini aku belajar qiraah sab'ah3 dan
ushul tafsir4. Beliau adalah murid Syaikh Mahmoud Khushari, ulama legendaris yang
mendapat julukan Syaikhul Maqari' Wal Huffadh Fi Mashr atau Guru Besarnya Para
Pembaca dan Penghafal Al-Qur'an di Mesir.
Jadwalku mengaji pada Syaikh yang terkenal sangat disiplin itu seminggu dua
kali. Setiap Ahad dan Rabu. Beliau selalu datang tepat waktu. Tak kenal kata absen.
Tak kenal cuaca dan musim. Selama tidak sakit dan tidak ada uzur yang teramat
penting, beliau pasti datang. Sangat tidak enak jika aku absen hanya karena alasan
panasnya suhu udara. Sebab beliau tidak sembarang menerima murid untuk talaqqi
qiraah sab'ah. Siapa saja yang ingin belajar qiraah sab'ah terlebih dahulu akan beliau
uji hafalan Al-Qur'an tiga puluh juz dengan qiraah bebas. Boleh Imam Warasy. Boleh
Imam Hafsh. Atau lainnya. Tahun ini beliau hanya menerima sepuluh orang murid.
Aku termasuk sepuluh orang yang beruntung itu. Lebih beruntung lagi, beliau sangat
mengenalku. Itu karena, di samping sejak tahun pertama kuliah aku sudah
menyetorkan hafalan Al-Qur'an pada beliau di serambi masjid Al Azhar, juga karena di
antara sepuluh orang yang terpilih itu ternyata hanya diriku seorang yang bukan orang
Mesir. Aku satusatunya orang asing, sekaligus satu-satunya yang dari Indonesia. Tak
heran jika beliau meng-anakemas-kan diriku. Dan teman-teman dari Mesir tidak ada
yang merasa iri dalam masalah ini. Mereka semua simpati padaku. Itulah sebabnya,
jika aku absen pasti akan langsung ditelpon oleh Syaikh Utsman dan teman-teman.
2 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mereka akan bertanya kenapa tidak datang" Apa sakit" Apa ada halangan dan lain
sebagainya. Maka aku harus tetap berusaha datang selama masih mampu
menempuh perjalanan sampai ke Shubra, meskipun panas membara dan badai debu
bergulung-gulung di luar sana. Meskipun jarak yang ditempuh sekitar lima puluh kilo
meter lebih jauhnya. Kuambil mushaf tercinta. Kucium penuh takzim. Lalu kumasukkan ke dalam saku depan tas cangklong
hijau tua. Meskipun butut, ini adalah tas bersejarah yang setia menemani diriku
menuntut ilmu sejak di Madrasah Aliyah sampai saat ini, saat menempuh S.2. di
universitas tertua di dunia, di delta Nil ini. Aku mengambil satu botol kecil berisi air
putih di kulkas. Kumasukkan dalam plastik hitam lalu kumasukkan dalam tas. Aku
selalu membiasakan diri membawa air putih jika bepergian, selain sangat berguna
3 4 Membaca Al-Qur'an dengan riwayat tujuh Imam
Ilmu tafsir paling pokok.
2 juga merupakan salah satu bentuk penghematan yang sangat terasa. Apalagi selama
menempuh perjalanan jauh dari Hadayek Helwan sampai Shubra El-Khaima dengan
metro5, tidak akan ada yang menjual minuman.
Aku sedikit ragu mau membuka pintu. Hatiku ketar-ketir. Angin sahara
terdengar mendesau-desau. Keras dan kacau. Tak bisa dibayangkan betapa
kacaunya di luar sana. Panas disertai gulungan debu yang berterbangan. Suasana
yang jauh dari nyaman. Namun niat harus dibulatkan. Bismillah tawakkaltu 'ala Allah6,
pelan-pelan kubuka pintu apartemen. Dan...
Wuss! Angin sahara menampar mukaku dengan kasar. Debu bergumpal-gumpal
bercampur pasir menari-nari di mana-mana. Kututup kembali pintu apartemen.
Rasanya aku melupakan sesuatu.
"Mas Fahri, udaranya terlalu panas. Cuacanya buruk. Apa tidak sebaiknya
istirahat saja di rumah?" saran Saiful yang baru keluar dari kamar mandi. Darah yang
merembes dari hidungnya telah ia bersihkan.
"Insya Allah tidak akan terjadi apa-apa. Aku sangat tidak enak pada Syaikh
Utsman jika tidak datang. Beliau saja yang sudah berumur tujuh puluh lima tahun
selalu datang. Tepat waktu lagi. Tak kenal cuaca panas atau dingin. Padahal rumah
beliau dari masjid tak kurang dari dua kilo," tukasku sambil bergegas masuk kamar
kembali, mengambil topi dan kaca mata hitam.
"Allah yubarik fik7, Mas," ujarnya serak. Tangan kanannya mengusapkan sapu
tangan pada hidungnya. Mungkin darahnya merembes lagi.
"Wa iyyakum!8" balasku sambil memakai kaca mata hitam dan memakai topi
menutupi kopiah putih yang telah menempel di kepalaku.
"Sudah bawa air putih, Mas?"
Aku mengangguk. "Saif, Rudi minta dibangunkan pukul setengah dua. Tadi malam dia lembur
bikin makalah. Kelihatannya dia baru tidur jam setengah sepuluh tadi. Terus tolong
nanti bilang sama dia untuk beli gula, dan minyak goreng. Hari ini dia yang piket
5 3 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
6 7 8 Kereta listrik, disebut juga trem
Dengan menyebut nama Allah, aku berserah diri kepada Allah
Semoga Allah melimpahkan berkah padamu.
Dan semoga melimpahkan (berkah-Nya) pada kalian semua.
3 belanja. Oh ya, hampir lupa, nanti sore yang piket masak Hamdi. Dia paling suka
masak oseng-oseng wortel campur kofta 9 . Kebetulan wortel dan koftanya habis.
Bilang sama Rudi sekalian."
Sebagai yang dipercaya untuk jadi kepala keluarga - meskipun tanpa seorang
ibu rumah tangga - aku harus jeli memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan
anggota. Dalam flat ini kami hidup berlima; aku, Saiful, Rudi, Hamdi dan Mishbah.
Kebetulan aku yang paling tua, dan paling lama di Mesir. Secara akademis aku juga
yang paling tinggi. Aku tinggal menunggu pengumuman untuk menulis tesis master di
Al Azhar. Yang lain masih program
S.1. Saiful dan Rudi baru tingkat tiga, mau masuk tingkat empat. Sedangkan Misbah
dan Hamdi sedang menunggu pengumuman kelulusan untuk memperoleh gelar Lc.
atau Licence. Mereka semua telah menempuh ujian akhir tahun pada akhir Mei
sampai awal Juni yang lalu. Awal-awal Agustus biasanya pengumuman keluar.
Namun sampai hari ini, pengumuman belum juga keluar.
Dan hari ini, kebetulan yang ada di flat hanya tiga orang, yaitu aku, Saiful dan
Rudi. Adapun Hamdi sudah dua hari ini punya kegiatan di Dokki, tepatnya di Masjid
Indonesia Cairo. Ia diminta untuk memberikan pelatihan kepemimpinan pada remaja
masjid yang semuanya adalah putera-puteri para pejabat KBRI. Siang ini katanya
selesai, dan nanti sore dia pulang. Sedangkan Mishbah sedang berada di Rab'ah
El-Adawea, Nasr City. Katanya ia harus menginap di Wisma Nusantara, di tempatnya
Mas Khalid, untuk merancang draft pelatihan ekonomi Islam bersama Profesor
Maulana Husein Shahata, pertengahan September depan. Masing-masing penghuni
flat ini punya kesibukan. Aku sendiri yang sudah tidak aktif di organisasi manapun,
juga mempunyai jadwal dan kesibukan. Membaca bahan untuk tesis, talaqqi qiraah
sab'ah, menerjemah, dan diskusi intern dengan teman-teman mahasiswa Indonesia
yang sedang menempuh S.2. dan S.3. di Cairo.
Urusan-urusan kecil seperti belanja, memasak dan membuang sampah, jika
tidak diatur dengan bijak dan baik akan menjadi masalah. Dan akan mengganggu
keharmonisan. Kami berlima sudah seperti saudara kandung. Saling mencintai,
mengasihi dan mengerti. Semua punya hak dan kewajiban yang sama. Tidak ada
yang diistimewakan. Semboyan kami, baiti jannati. Rumahku adalah surgaku. Tempat
yang kami tinggali ini harus benar-benar menjadi tempat yang menyenangkan. Dan
9 Daging yang telah dicincang halus dengan mesin.
4 4 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sebagai yang paling tua aku bertanggung jawab untuk membawa mereka pada
suasana yang mereka inginkan.
Aku melangkah ke pintu. "Saif. Jangan lupa pesanku tadi!" kembali aku mengingatkan sebelum
membuka pintu. "Insya Allah, Mas."
Di luar sana angin terdengar mendesau-desau. Benar kata Saiful, cuaca
sebetulnya kurang baik. Ah, kalau tidak ingat bahwa kelak akan ada hari yang lebih panas dari hari ini
dan lebih gawat dari hari ini. Hari ketika manusia digiring di padang Mahsyar dengan
matahari hanya satu jengkal di atas ubun-ubun kepala. Kalau tidak ingat, bahwa
keberadaanku di kota seribu menara ini adalah amanat. Dan amanat akan
dipertanggungjawabkan dengan pasti. Kalau tak ingat, bahwa masa muda yang
sedang aku jalani ini akan dipertanyakan kelak. Kalau tak ingat, bahwa tidak semua
orang diberi nikmat belajar di bumi para nabi ini. Kalau tidak ingat, bahwa aku belajar
di sini dengan menjual satu-satunya sawah warisan dari kakek. Kalau tidak ingat
bahwa aku dilepas dengan linangan air mata dan selaksa doa dari ibu, ayah dan
sanak saudara. Kalau tak ingat bahwa jadwal adalah janji yang harus ditepati. Kalau
tak ingat itu semua, shalat zhuhur di kamar saja lalu tidur nyantai menyalakan kipas
dan mendengarkan lantunan lagu El-Himl El-Arabi atau El-Hubb El-Haqiqi, atau
untaian shalawatnya Emad Rami dari Syiria itu, tentu rasanya nyaman sekali. Apalagi
jika diselingi minum ashir10 mangga yang sudah didinginkan satu minggu di dalam
kulkas atau makan buah semangka yang sudah dua hari didinginkan. Masya Allah,
alangkah segarnya. Kubuka pintu apartemen perlahan.
Wuss! Angin sahara kembali menerpa wajahku. Aku melangkah keluar lalu menuruni
tangga satu per satu. Flat kami ada di tingkat tiga. Gedung apartemen ini hanya enam
tingkat dan tidak punya lift. Sampai di halaman apartemen, jilatan panas matahari
seakan menembus topi hitam dan kopiah putih yang menempel di kepalaku.
Seandainya tidak memakai kaca mata hitam, sinarnya yang benderang akan terasa
10 Juice 5 perih menyilaukan mata. Kulangkahkan kaki ke jalan.
"Psst..psst...Fahri! Fahri!"
Kuhentikan langkah. Telingaku menangkap ada suara memanggil-manggil
namaku dari atas. Suara yang sudah kukenal. Kupicingkan mataku mencari asal
suara. Di tingkat empat. Tepat di atas kamarku. Seorang gadis Mesir berwajah bersih
membuka jendela kamarnya sambil tersenyum. Matanya yang bening menatapku
penuh binar. "Hei Fahri, panas-panas begini keluar, mau ke mana?"
"Shubra." "Talaqqi Al-Qur'an ya?"
Aku mengangguk. "Pulangnya kapan?"
5 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Jam lima, insya Allah."
"Bisa nitip?" "Nitip apa?" "Belikan disket. Dua. Aku malas sekali keluar."
"Baik, insya Allah."
Aku membalikkan badan dan melangkah.
"Fahri, istanna suwayya!11"
"Fi eh kaman"12"
Aku urung melangkah. "Uangnya." "Sudah, nanti saja, gampang."
"Syukran Fahri."13
"Afwan." 11 12 13 Tunggu sebentar. Ada apa lagi" Terima kasih. 6 Aku cepat-cepat melangkah ke jalan menuju masjid untuk shalat zhuhur.
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Panasnya bukan main. Gadis Mesir itu, namanya Maria. Ia juga senang dipanggil Maryam. Dua nama
yang menurutnya sama saja. Dia puteri sulung Tuan Boutros Rafael Girgis. Berasal
dari keluarga besar Girgis. Sebuah keluarga Kristen Koptik yang sangat taat. Bisa
dikatakan, keluarga Maria adalah tetangga kami paling akrab. Ya, paling akrab. Flat
atau rumah mereka berada tepat di atas flat kami. Indahnya, mereka sangat sopan
dan menghormati kami mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Al Azhar.
Maria gadis yang unik. Ia seorang Kristen Koptik atau dalam bahasa asli Mesirnya qibthi, namun ia
suka pada Al-Qur'an. Ia bahkan hafal beberapa surat Al-Qur'an. Di antaranya surat
Maryam. Sebuah surat yang membuat dirinya merasa bangga. Aku mengetahui hal itu
pada suatu kesempatan berbincang dengannya di dalam metro. Kami tak sengaja
berjumpa. Ia pulang kuliah dari Cairo University, sedangkan aku juga pulang kuliah
dari Al Azhar University. Kami duduk satu bangku. Suatu kebetulan.
"Hei namamu Fahri, iya 'kan?"
"Benar." "Kau pasti tahu namaku, iya 'kan?"
"Iya. Aku tahu. Namamu Maria. Puteri Tuan Boutros Girgis."
"Kau benar." "Apa bedanya Maria dengan Maryam?"
"Maria atau Maryam sama saja. Seperti David dengan Daud. Yang jelas
namaku tertulis dalam kitab sucimu. Kitab yang paling banyak dibaca umat manusia di
dunia sepanjang sejarah. Bahkan jadi nama sebuah surat. Surat kesembilan belas,
yaitu surat Maryam. Hebat bukan?"
"Hei, bagaimana kau mengatakan Al-Qur'an adalah kitab suci paling banyak
6 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dibaca umat manusia sepanjang sejarah" Dari mana kamu tahu itu?" selidikku penuh
rasa kaget dan penasaran.
"Jangan kaget kalau aku berkata begitu. Ini namanya objektif. Memang
kenyataannya demikian. Charles Francis Potter mengatakan seperti itu. Bahkan jujur
kukatakan, 'Al-Qur'an jauh lebih dimuliakan dan dihargai daripada kitab suci lainnya.
7 Ia lebih dihargai daripada Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Pendeta J. Shillidy
dalam bukunya The Lord Jesus in The Koran memberikan kesaksian seperti itu. Dan
pada kenyataannya tak ada buku atau kitab di dunia ini yang dibaca dan dihafal oleh
jutaan manusia setiap detik melebihi Al-Qur'an. Di Mesir saja ada sekitar sepuluh ribu
Ma'had Al Azhar. Siswanya ratusan ribu bahkan jutaan anak. Mereka semua sedang
menghafalkan Al-Qur'an. Karena mereka tak akan lulus dari Ma'had Al Azhar kecuali
harus hafal Al-Qur'an. Aku saja, yang seorang Koptik suka kok menghafal Al-Qur'an.
Bahasanya indah dan enak dilantunkan," cerocosnya santai tanpa ada keraguan.
"Kau juga suka menghafal Al-Qur'an" Apa aku tidak salah dengar?" heranku.
"Ada yang aneh?"
Aku diam tidak menjawab. "Aku hafal surat Maryam dan surat Al-Maidah di luar kepala."
"Benarkah?" "Kau tidak percaya" Coba kau simak baik-baik!"
Maria lalu melantunkan surat Maryam yang ia hafal. Anehnya ia terlebih dahulu
membaca ta'awudz14 dan basmalah. Ia tahu adab dan tata cara membaca Al-Qur'an.
Jadilah perjalanan dari Mahattah 15 Anwar Sadat Tahrir sampai Tura El-Esmen
kuhabiskan untuk menyimak seorang Maria membaca surat Maryam dari awal sampai
akhir. Nyaris tak ada satu huruf pun yang ia lupa. Bacaannya cukup baik meskipun
tidak sebaik mahasiswi Al Azhar. Dari Tura El-Esmen hingga Hadayek Helwan Maria
mengajak berbincang ke mana-mana. Aku tak menghiraukan tatapan orang-orang
Mesir yang heran aku akrab dengan Maria.
Itulah Maria, gadis paling aneh yang pernah kukenal. Meskipun aku sudah
cukup banyak tahu tentang dirinya, baik melalui ceritanya sendiri saat tak sengaja
bertemu di metro, atau melalui cerita ayahnya yang ramah. Tapi aku masih
menganggapnya aneh. Bahkan misterius. Ia gadis yang sangat cerdas. Nilai ujian
akhir Sekolah Lanjutan Atasnya adalah terbaik kedua tingkat nasional Mesir. Ia masuk
Fakultas Komunikasi, Universitas Cairo. Dan tiap tingkat selalu meraih predikat
mumtaz atau cumlaude. Ia selalu terbaik di fakultasnya. Ia pernah ditawari jadi
reporter Ahram, koran terkemuka di Mesir. Tapi ia tolak. Ia lebih memilih jadi penulis
bebas. Ia memang gadis Koptik yang aneh. Menurut pengakuannya sendiri, ia paling
14 15 Yaitu membaca A'udzubillahi minasy syaithaanir rajiim.
Stasiun, terminal. 8 suka dengar suara azan, tapi pergi ke gereja tidak pernah ia tinggalkan. Sekali lagi, ia
memang gadis Koptik yang aneh. Aku tidak tahu jalan pikirannya.
Selama ini, aku hanya mendengar dari bibirnya yang tipis itu hal-hal yang
positif tentang Islam. Dalam hal etika berbicara dan bergaul ia terkadang lebih Islami
7 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
daripada gadis-gadis Mesir yang mengaku muslimah. Jarang sekali kudengar ia
tertawa cekikikan. Ia lebih suka tersenyum saja. Pakaiannya longgar, sopan dan
rapat. Selalu berlengan panjang dengan bawahan panjang sampai tumit. Hanya saja,
ia tidak memakai jilbab. Tapi itu jauh lebih sopan ketimbang gadisgadis Mesir
seusianya yang berpakaian ketat dan bercelana ketat, dan tidak jarang bagian
perutnya sedikit terbuka. Padahal mereka banyak yang mengaku muslimah. Maria
suka pada Al-Qur'an. Ia sangat mengaguminya, meskipun ia tidak pernah mengaku
muslimah. Penghormatannya pada Al-Qur'an bahkan melebihi beberapa intelektual
muslim. Ia pernah cerita, suatu kali ia ikut diskusi tentang aspek kebahasaan AlQur'an
di Fakultas Sastra Universitas Cairo. Pemakalahnya adalah seorang doktor filsafat
jebolan Sorbonne Perancis. Maria merasa risih sekali dengan kepongahan doktor itu
yang mengatakan Al-Qur'an tidak sakral karena dilihat dari aspek kebahasaan ada
ketidakberesan. Doktor itu mencontohkan dalam Al-Qur'an ada rangkaian huruf yang
tidak diketahui maknanya. Yaitu, alif laam miim, alif laam ra, haa miim, yaa siin,
thaaha nuun, kaf ha ya 'ain shaad, dan sejenisnya.
Maria berkata padaku, "Fahri, aku geli sekali mendengar perkataan doktor dari Sorbonne itu. Dia itu
orang Arab, juga muslim, tapi bagaimana bisa mengatakan hal yang stupid begitu.
Aku saja yang Koptik bisa merasakan betapa indahnya Al-Qur'an dengan alif laam
miim-nya. Kurasa rangkaian huruf-huruf seperti alif laam miim, alif laam ra, haa miim,
yaa siin, nuun, kaf ha ya 'ain shaad adalah rumus-rumus Tuhan yang dahsyat
maknanya. Susah diungkapkan maknanya, tapi keagungannya bisa ditangkap oleh
mereka yang memiliki cita rasa bahasa Arab yang tinggi. Jika susunan itu dianggap
sebagai suatu ketidakberesan, orang-orang kafir Quraisy yang sangat tidak suka
pada Al-Qur'an dan memusuhinya sejak dahulu tentu akan mengambil kesempatan
adanya ketidakberesan itu untuk menghancurkan Al-Qur'an. Dan tentu mereka sudah
mencela bahasa Al-Qur'an habis-habisan sepanjang sejarah. Namun kenyataannya,
justru sebaliknya. Mereka mengakui keindahan bahasanya yang luar biasa. Mereka
menganggap bahasa AlQur'an bukan bahasa manusia biasa tapi bahasa yang datang
9 dari langit. Jadi kukira doktor itu benar-benar stupid. Tidak semestinya seorang doktor
sekelas dia mengatakan hal seperti itu."
Aku lalu menjelaskan kepada Maria segala hal berkaitan dengan alim laam
miim dalam Al-Qur'an. Lengkap dengan segala rahasia yang digali oleh para ulama
dan ahli tafsir. Maknanya, hikmahnya, dan pengaruhnya dalam jiwa. Juga
kuterangkan bahwa pendapat Maria yang mengatakan huruf-huruf itu tak lain adalah
rumus-rumus Tuhan yang maha dahsyat maknanya, dan hanya Tuhan yang tahu
persis maknanya, ternyata merupakan pendapat yang dicenderungi mayoritas ulama
tafsir. Maria girang sekali mendengarnya.
"Wah pendapat yang terlintas begitu saja dalam benak kok bisa sama dengan
pendapat mayoritas ulama tafsir ya?" komentarnya sambil tersenyum bangga.
Aku ikut tersenyum. Di dunia ini memang banyak sekali rahasia Tuhan yang tidak bisa dimengerti
oleh manusia lemah seperti diriku. Termasuk kenapa ada gadis seperti Maria. Dan
aku pun tidak merasa perlu untuk bertanya padanya kenapa tidak mengikuti ajaran
Al-Qur'an. Pertanyaan itu kurasa sangat tidak tepat ditujukan pada gadis cerdas
seperti Maria. Dia pasti punya alasan atas pilihannya. Inilah yang membuatku
menganggap Maria adalah gadis aneh dan misterius. Di dunia ini banyak sekali
8 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hal-hal misterius. Masalah hidayah dan iman adalah masalah misterius. Sebab hanya
Allah saja yang berhak menentukan siapa-siapa yang patut diberi hidayah. Abu Thalib
adalah paman nabi yang mati-matian membela dakwah nabi. Cinta nabi pada beliau
sama dengan cinta nabi pada ayah kandungnya sendiri. Tapi masalah hidayah hanya
Allah yang berhak menentukan. Nabi tidak bisa berbuat apa-apa atas nasib sang
paman yang amat dicintainya itu. Juga hidayah untuk Maria. Hanya Allah yang berhak
memberikannya. Mungkin, sejak azan berkumandang Maria telah membuka daun jendela
kayunya. Dari balik kaca ia melihat ke bawah, menunggu aku keluar. Begitu aku
tampak keluar menuju halaman apartemen, ia membuka jendela kacanya, dan
memanggil dengan suara setengah berbisik. Ia tahu persis bahwa aku dua kali tiap
dalam satu minggu keluar untuk talaqqi Al-Qur'an. Tiap hari Ahad dan Rabu.
Berangkat setelah azan zhuhur berkumandang dan pulang habis Ashar. Dan ini hari
Rabu. Seringkali ia titip sesuatu padaku. Biasanya tidak terlalu merepotkan. Seperti
titip membelikan disket, memfotocopykan sesuatu, membelikan tinta print, dan
10 sejenisnya yang mudah kutunaikan. Banyak toko alat tulis, tempat foto copy dan toko
perlengkapan komputer di Hadayek Helwan. Jika tidak ada di sana, biasanya di
Shubra El-Khaima ada. Suhu udara benar-benar panas. Wajar saja Maria malas keluar. Toko alat tulis
yang juga menjual disket hanya berjarak lima puluh meter dari apartemen. Namun ia
lebih memilih titip dan menunggu sampai aku pulang nanti. Ini memang puncak musim
panas. Laporan cuaca meramalkan akan berlangsung sampai minggu depan,
rata-rata 39 sampai 41 derajat celcius. Ini baru di Cairo. Di Mesir bagian selatan dan
Sudan entah berapa suhunya. Tentu lebih menggila. Ubun-ubunku terasa mendidih.
Panggilan iqamat16 terdengar bersahut-sahutan. Panggilan mulia itu sangat
menentramkan hati. Pintu-pintu meraih kebahagiaan dan kesejahteraan masih
terbuka lebar-lebar. Kupercepat langkah. Tiga puluh meter di depan adalah Masjid
Al-Fath Al-Islami. Masjid kesayangan. Masjid penuh kenangan tak terlupakan. Masjid
tempat aku mencurahkan suka dan deritaku selama belajar di sini. Tempat aku
menitipkan rahasia kerinduanku yang memuncak, tujuh tahun sudah aku berpisah
dengan ayah ibu. Tempat aku mengadu pada Yang Maha Pemberi rizki saat berada
dalam keadaan kritis kehabisan uang. Saat hutang pada teman-teman menumpuk
dan belum terbayarkan. Saat uang honor terjemahan terlambat datang.
Tempat aku menata hati, merancang strategi, mempertebal azam dan keteguhan
jiwa dalam perjuangan panjang.
Begitu masuk masjid... Wusss! Hembusan udara sejuk yang dipancarkan lima AC dalam masjid menyambut
ramah. Alhamdulillah. Nikmat rasanya jika sudah berada di dalam masjid. Puluhan
orang sudah berjajar rapi dalam shaf shalat jamaah. Kuletakkan topi dan tas
cangklongku di bawah tiang dekat aku berdiri di barisan shaf kedua. Kedamaian
menjalari seluruh syaraf dan gelegak jiwa begitu kuangkat takbir. Udara sejuk yang
berhembus terasa mengelus-elus leher dan mukaku. Juga mengusap keringat yang
tadi mengalir deras. Aku merasa tenteram dalam elusan kasih sayang Tuhan Yang
Mahapenyayang. Dia terasa begitu dekat, lebih dekat dari urat leher, lebih dekat dari
jantung yang berdetak. 16 9 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tanda bahwa shalat berjamaah segera didirikan.
11 2. Peristiwa di dalam Metro
Usai shalat, aku menyalami Syaikh Ahmad. Nama lengkapnya Syaikh Ahmad
Taqiyyuddin Abdul Majid. Imam muda yang selama ini sangat dekat denganku. Beliau
tidak pernah menyembunyikan senyumnya setiap kali berjumpa denganku. Beliau
masih muda, umurnya baru tiga puluh satu, dan baru setengah tahun yang lalu ia
meraih Magister Sejarah Islam dari Universitas Al Azhar. Anaknya baru satu, berumur
dua tahun. Kini beliau bekerja di Kementerian Urusan Wakaf sambil menempuh
program doktoralnya. Beliau juga menjadi dosen Sejarah Islam di Ma'had I'dadud
Du'at 17 yang dikelola oleh Jam'iyyah Syar'iyyah bekerjasama dengan Fakultas
Dakwah, Universitas Al Azhar. Di seluruh Mesir sampai sekarang ma'had ini baru ada
dua: di Ramsis dan di Hadayek Helwan.
Meskipun masih muda, namun kedalaman ilmu agama dan kefashihannya
membaca serta mentafsirkan Al-Qur'an membuat masyarakat memanggilnya
"Syaikh". Kerendahan hati, dan komitmennya yang tinggi membela kebenaran
membuat sosoknya dicintai dan dihormati semua lapisan masyarakat Hadayek
Helwan dan sekitarnya. Yang menarik, dia dekat dengan kawula muda. Panggilan
'Syaikh' tidak membuatnya lantas merasa canggung untuk ikut sepak bola setiap
Jum'at pagi bersama anak-anak muda. Jika Maria adalah gadis Koptik yang aneh.
Aku merasa Syaikh Ahmad adalah ulama muda yang unik.
"Akh18 Fahri, mau ke mana?" tanya Syaikh ramah dengan senyum menghiasi
wajahnya yang bersih. Jenggotnya tertata rapi. Kutatap wajah beliau sesaat.
Sejatinya Syaikh Ahmad memang tampan. Tak kalah dengan Kazem Saheer,
penyanyi tenar asal Irak yang digandrungi gadis-gadis remaja seantero Timur
Tengah. Nada suaranya juga indah berwibawa. Tak heran jika beliau disayangi
semua orang. Seandainya suara indah Kazem Saheer digunakan untuk membaca
Al-Qur'an seperti Syaikh Ahmad mungkin akan lain cerita belantika selebritis Mesir.
"Seperti biasa Syaikh, ke Shubra," jawabku datar.
Beliau langsung paham aku mau ke mana dan mau apa. Sebab Syaikh Ahmad
dulu juga belajar qiraah sab'ah pada Syaikh Utsman di Shubra. Sesekali bahkan
masih datang ke sana. "Cuacanya buruk. Sangat panas. Apa tidak sebaiknya istrirahat saja" Jarak
17 18 Sekolah Tinggi Juru Dakwah
Saudara. 12 yang akan kau tempuh itu tidak dekat. Pikirkan juga kesehatanmu, Akh," lanjut beliau
sambil meletakkan tangan kanannya dipundak kiriku.
"Semestinya memang begitu Syaikh. Tapi saya harus komitmen dengan
jadwal. Jadwal adalah janji. Janji pada diri sendiri dan janji pada Syaikh Utsman untuk
datang." "Masya Allah, semoga Allah menyertai langkahmu."
"Amin," sahutku pelan sambil melirik jam dinding di atas mihrab.
10 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Waktunya sudah mepet. "Syaikh, saya pamit dulu," kataku sambil bangkit berdiri. Syaikh Ahmad ikut
berdiri. Kucangklong tas, kupakai topi dan kaca mata.
Syaikh Ahmad tersenyum melihat penampilanku.
"Dengan topi dan kaca mata hitammu itu kau seperti bintang film Hong Kong
saja. Tak tampak sedikit pun kau seorang mahasiswa pascasarjana Al Azhar yang
hafal Al-Qur'an." "Syaikh ini bisa saja," sahutku sambil tersenyum, "mohon doanya.
Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh."
Di luar masjid, terik matahari dan gelombang angin panas langsung
menyerang. Cepat-cepat kuayunkan kaki, berlari-lari kecil menuju mahathah metro
yang berada tiga puluh lima meter di hadapanku. Ups, sampai juga akhirnya. Aku
langsung menuju loket penjualan tiket.
"Ya Kapten, wahid Shubra!"19 seruku pada penjaga loket berkepala botak dan
gemuk. Wajahnya penuh keringat, meskipun tepat di belakangnya ada kipas angin
kecil berputar-putar. Ia tampak berkenan kusapa dengan kapten. Memang untuk
menyapa lelaki yang tidak dikenal cukup memakai 'ya kapten' bisa juga 'ya basya'
atau kalau agak tua 'ya ammu'. Jika kira-kira sudah haji memakai 'ya haj'."
"Masyi ya Andonesy,"20 jawab penjaga loket sambil mengulurkan karcis kecil
warna kuning kepadaku. Ia mengambil uang satu pound yang kuberikan dan memberi
kembalian 20 piesters. Di pintu masuk karcis aku masukkan untuk membuka pintu
penghalang. Setelah melewati pintu penghalang karcis itu kuambil lagi. Sebab tanpa
19 20 Kapten, Shubra satu! Baik, Orang Indonesia.
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
13 karcis itu saya tidak akan bisa keluar di Shubra nanti. Dan jika ada pemeriksaan di
dalam metro karcis itu harus aku tunjukkan. Jika tidak bisa menunjukkan, akan kena
denda. Biasanya sepuluh pound. Itu pun setelah dimaki-maki oleh petugas
pemeriksa. Bagi penduduk Mesir, khususnya Cairo, metro bisa dikatakan transportasi
kebanggaan. Lumayan canggih. Mahattah bawah tanah yang ada di Attaba, Tahrir
dan Ramsis kelihatan modern dan canggih. Itu wajar. Sebab arsiteknya, semuanya
orang Perancis. Orang-orang Mesir sering menyombongkan diri begini,
'Kalau Anda berada di mahattah metro Tahrir atau Ramsis itu sama saja Anda
berada di salah satu mahattah metro kota Paris.'
Benarkah" Aku tidak tahu, sebab aku tidak pernah pergi ke Paris. Tapi aku pernah
membaca sebuah majalah, memang ada stasiun bawah tanah di kota Paris yang
dibuat bernuansa Mesir kuno. Dinding-dindingnya diukir dengan Hieroglyph,
huruf-huruf Mesir kuno. Beberapa sisinya dihiasi dengan patung-patung dan
simbol-simbol Mesir kuno, seperti tugu Alexandria, kunci pyramid yang sekilas tampak
seperti salib, patung Tutankhmoun, Tutmosis, Ramses III, Amenophis III, Cleopatra
dan lain sebagainya. Nuansa seperti itu sangat kental di mahattah metro Anwar
Sadat-Tahrir, yang berada tepat di jantung kota Cairo.
11 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sebuah metro biru kusam datang. Pintu-pintunya terbuka perlahan. Beberapa
orang turun. Setelah itu, barulah para penumpang yang menunggu naik. Aku masuk
gerbong nomor lima. Aku yakin sekali akan dapat tempat duduk. Dalam cuaca panas
seperti ini pasti penumpang sepi. Begitu sampai di dalam, aku langsung mengedarkan
pandangan mencari tempat duduk. Sayang, semua tempat duduk telah terisi. Bahkan
ada lima penumpang yang berdiri. Sungguh mengherankan, bagaimana mungkin ini
terjadi" Di hari-hari biasa yang tidak panas saja seringkali ada tempat duduk kosong.
Aku mengerutkan kening. Dapat tempat duduk adalah juga rizki. Jika tidak dapat tempat duduk berarti
belum rizkinya. Aku menggeser diri ke dekat pintu di mana ada kipas angin
berputar-putar di atasnya. Namun kipas itu nyaris tak berguna. Udara panas yang
diputar tetap saja panas. Metro melaju kencang. Udara yang masuk dari jendela juga
panas. Padang pasir seperti mendidih. Semua penumpang basah oleh air peluh.
14 Seorang pemuda berjenggot tipis yang berdiri tak jauh dari tempat aku berdiri
memandangi diriku dengan tersenyum. Aku membalas senyumnya. Ia mendekat dan
mengulurkan tangannya. "Ana akhukum21, Ashraf," ia memperkenalkan diri dengan sangat sopan. Ia
menggunakan kalimat 'akhukum' berarti ia sangat yakin aku seorang muslim seperti
dirinya. "Ana akhukum, Fahri," jawabku.
"Min Shin?"22 Orang Mesir terlalu susah membedakan orang Asia Tenggara dengan orang
China. "La. Ana Andonesy."23
Kami pun lantas berbincang-bincang. Mula-mula aku memancingnya dengan
masalah bola. Orang Mesir paling suka berbicara masalah bola. Terutama
membicarakan persaingan tiga klub besar Mesir yaitu Ahli, Zamalek dan Ismaili. Ia
ternyata pendukung Zamalek. Dengan bangga ia berkata, "Syaikh Muhammad Jibril
juga pendukung setia Zamalek." Aku hanya tersenyum. Aku tidak perlu
mempertanyakan lebih lanjut kebenaran kata-katanya. Tidak penting. Pendukung
fanatik sebuah klub akan mencari banyak data untuk mendukung 12 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
klub kesayangannya. Maka aku langsung menyambungnya dengan memuji kehebatan
beberapa pemain andalan Zamalek. Terutama Hosam Hasan. Ia tampak senang.
Tujuanku memang membuat dia merasa senang. Tak lebih. Aku merasa tak rugi
membaca buku-buku Syaikh Abbas As-Sisi tentang bagaimana caranya mengambil
hati orang lain. Pembicaraan terus melebar ke mana-mana. Ia sangat senang ketika
tahu bahwa aku mahasiswa pascasarjana Al Azhar. Lebih kaget ketika ia tahu aku
hendak ke Shubra untuk talaqqi pada Syaikh Utsman.
Ia berkata, "Di Helwan saya belajar qiraah riwayat Imam Hafsh pada Syaikh Hasan yang
tak lain adalah murid Syaikh Utsman. Berkali-kali Syaikh Hasan memintaku untuk ikut
belajar qiraah sab'ah langsung pada Syaikh Utsman, tapi aku tak ada waktu. Aku
sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan dan keluarga. Jadi, kau termasuk orang yang
21 22 23 Aku saudaramu Dari China" Tidak. Aku orang Indonesia.
15 beruntung, orang Indonesia."
Metro terus berjalan. Tak terasa sudah sampai daerah Thakanat Maadi.
"Akh Ashraf, kamu mau turun di mana?" tanyaku ketika metro perlahan
berhenti dan beberapa orang bersiap turun.
"Sayyeda Zaenab. Insya Allah."
Pintu metro terbuka. Beberapa orang turun. Dua kursi kosong. Kalau mau, aku
bisa mengajak Ashraf mendudukinya. Namun ada seorang bapak setengah baya
masih berdiri. Dia memandang ke luar jendela, tidak melihat ada dua bangku kosong.
Kupersilakan dia duduk. Dia mengucapkan terima kasih. Kursi masih kosong satu.
Sangat dekat denganku. Kupersilakan Ashraf duduk. Dia tidak mau, malah
memaksaku duduk. Tiba-tiba mataku menangkap seorang perempuan berabaya biru
tua, dengan jilbab dan cadar biru muda naik dari pintu yang satu, bukan dari pintu
dekat yang ada di dekatku. Kuurungkan niat untuk duduk. Masih ada yang lebih
berhak. Perempuan bercadar itu kupanggil dengan lambaian tangan. Ia paham
maksudku. Ia mendekat dan duduk dengan mengucapkan, "Syukran!"
Metro atau kereta listrik terus melaju.
Ashraf kembali mengajakku berbincang. Kali ini tentang Amerika. Ia geram
sekali pada Amerika. Seribu alasan ia beberkan. Kata-katanya menggebu seperti
Presiden Gamal Abdul Naser berorasi memberi semangat dunia Arab dalam perang
1967. "Ayatollah Khomeini benar, Amerika itu setan! Setan harus dienyahkan!"
katanya berapi-api. Orang Mesir memang suka bicara. Kalau sudah bicara ia merasa
paling benar sendiri. Aku diam saja. Kubiarkan Ashraf berbicara sepuaspuasnya.
Hanya sesekali, pada saat yang tepat aku menyela. Sesekali aku menyapukan
pandangan melihat keadaan sekeliling. Juga ke luar jendela agar tahu metro sudah
13 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melaju sampai di mana. Sekilas ujung mataku menangkap perempuan bercadar biru
mengeluarkan mushaf dari tasnya, dan membacanya dengan tanpa suara. Atau
mungkin dengan suara tapi sangat lirih sehingga aku tidak mendengarnya.
Orang-orang membaca Al-Qur'an di metro, di bis, di stasiun dan di terminal adalah
pemandangan yang tidak aneh di Cairo. Apalagi jika bulan puasa tiba.
Metro sampai di Maadi, kawasan elite di Cairo setelah Heliopolis, Dokki,
El-Zamalek dan Mohandesen. Sebagian orang malah mengatakan Maadi adalah
16 kawasan paling elite. Lebih elite dari Heliopolis. Tidak terlalu penting membandingkan
satu sama lain. Nama-nama itu semuanya nama kawasan elite. Masing-masing
punya kelebihan. Dokki terkenal sebagai tempatnya para diplomat tinggal.
Mohandesen tempatnya para pengusaha dan selebritis. Sedangkan Maadi mungkin
adalah kawasan yang paling teratur tata kotanya. Dirancang oleh kolonial Inggris.
Jalan-jalannya lebar. Setiap rumah ada tamannya. Dan dekat sungai Nil. Tinggal di
Maadi memiliki prestise sangat tinggi. Prestise-nya seumpama tinggal di Paris
dibandingkan dengan tinggal di kota-kota besar lainnya di Eropa. Itu keterangan yang
aku dapat dari Tuan Boutros, ayahnya Maria yang bekerja di sebuah bank swasta di
Maadi. Masalah prestise memang sangat subjektif. Orang yang tinggal di kawasan
agak kumuh Sayyeda Zaenab merasa lebih prestise dibandingkan dengan tinggal di
kawasan lain di Cairo. Alasan mereka karena dekat dengan makam Sayyeda Zaenab,
cucu Baginda Nabi Saw. Demikian juga yang tinggal di dekat masjid Amru bin Ash.
Mereka merasa lebih beruntung dan selalu bangga bisa tinggal di dekat masjid
pertama yang didirikan di benua Afrika itu.
Begitu pintu metro terbuka, beberapa penumpang turun. Lalu beberapa orang
naik-masuk. Mataku menangkap ada tiga orang bule masuk. Yang seorang
nenek-nenek. Ia memakai kaos dan celana pendek sampai lutut. Wajahnya tampak
pucat. Mungkin karena kepanasan. Ia diiringi seorang pemuda dan seorang
perempuan muda. Mungkin anaknya atau cucunya. Keduanya memakai ransel.
Pemuda bule itu memakai topi berbendera Amerika dan berkaca mata hitam. Ia juga
hanya berkaos sport putih dan celana pendek sampai lutut. Yang perempuan
memakai kaos ketat tanpa lengan, you can see. Dan bercelana pendek ketat. Semua
bagian tubuhnya menonjol. Lekak-lekuknya jelas. Bagian pusarnya kelihatan. Ia
seperti tidak berpakaian. Mereka berdua mengitarkan pandangan. Mencari tempat
duduk. Sayang, tak ada yang kosong. Beberapa orang justru berdiri termasuk diriku.
Aku tersenyum pada Ashraf sambil berkata,
"Ashraf kau mau titip pesan pada Presiden Amerika nggak?"
"Apa maksudmu?"
"Itu, mumpung ada orang Amerika. Minggu depan mereka mungkin sudah
kembali ke Amerika. Kau bisa titip pesan pada mereka agar presiden mereka tidak
bertindak bodoh seperti yang kau katakan tadi."
Ashraf menoleh ke kanan dan memandang tiga bule itu dengan raut tidak
17 senang. Tiba-tiba ia berteriak,
"Ya Amrikaniyyun, la'natullah 'alaikum!"24
Kontan para penumpang yang mendengar perkataan Ashraf itu melongok ke
arah tiga bule yang baru masuk itu. Gerakan persis anak-anak ayam yang kaget atas
kedatangan musang di kandangnya. Kusisir wajah orang-orang Mesir. Rautraut
14 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kurang simpati dan tidak senang. Apalagi pakaian perempuan muda Amerika itu bisa
dikatakan tidak sopan. Orang-orang Mesir memang menganggap Amerika sebagai
biang kerusakan di Timur Tengah. Orang-orang Mesir sangat marah pada Amerika
yang mencoba mengadu domba umat Islam dengan umat Kristen Koptik. Amerika
pernah menuduh pemerintah Mesir dan kaum muslimin berlaku semenamena pada
umat Koptik. Tentu saja tuduhan itu membuat gerah seluruh penduduk Mesir. Bapa
Shnouda, pemimpin tertinggi dan kharismatik umat Kristen Koptik serta merta
memberikan keterangan pers bahwa tuduhan Amerika dusta belaka. Sebuah tuduhan
yang bertujuan hendak menghancurkan sendi-sendi persaudaraan umat Islam dan
umat Koptik yang telah kuat mengakar berabad-abad lamanya di bumi Kinanah.25
Untung ketiga orang Amerika itu tidak bisa bahasa Arab. Mereka kelihatannya
tidak terpengaruh sama sekali dengan kata-kata yang diucapkan Ashraf. Memang,
kalau sedang jengkel orang Mesir bisa mengatakan apa saja. Di pasar Sayyeda
Zainab aku pernah melihat seorang penjual ikan marah-marah pada isterinya. Entah
karena apa. Ia menghujani isterinya dengan sumpah serapah yang sangat kasar dan
tidak nyaman di dengar telinga. Di antara kata-kata kasar yang kudengar adalah: Ya
bintal haram, ya syarmuthah, ya bintal khinzir...!26 Bulu romaku sampai berdiri. Ngeri
mendengarnya. Sang isteri juga tak mau kalah. Ia membalas dengan caci maki dan
serapah yang tak kalah keras dan kotornya. Dan sumpah serapah yang mengandung
laknat adalah termasuk paling kasar.
Telingaku paling tidak suka mendengar caci mencaci, apalagi umpatan
melaknat. Tak ada yang berhak melaknat manusia kecuali Tuhan. Manusia jelasjelas
telah dimuliakan oleh Tuhan. Tanpa membedakan siapa pun dia. Semua manusia
telah dimuliakan Tuhan sebagaimana tertera dalam Al-Qur'an, Wa laqad karramna
banii Adam. Dan telah Kami muliakan anak keturunan Adam! Jika Tuhan telah
memuliakan manusia, kenapa masih ada manusia yang mencaci dan melaknat
24 25 26 Hai orang-orang Amerika, laknat Allah untuk kalian!
Kinanah: salah satu julukan untuk bumi Mesir.
Ya bintal haram (Hai anak haram/anak hasil perzinaan), Ya Syarmuthah (Hai pelacur), Ya bintal
khinzir (Hai anak babi). 18 sesama manusia" Apakah ia merasa lebih tinggi martabatnya daripada Tuhan"
Tindakan Ashraf melaknat tiga turis Amerika itu sangat aku sesalkan.
Tindakannya jauh dari etika Al-Qur'an, padahal dia tiap hari membaca Al-Qur'an. Ia
telah menamatkan qiraah riwayat Imam Hafsh. Namun ia berhenti pada cara
membacanya saja, tidak sampai pada penghayatan ruh kandungannya. Semoga
Allah memberikan petunjuk di hatinya.
Yang aku herankan, dalam kondisi panas seperti ini, kenapa bule-bule itu ada
di dalam metro. Seandainya mau bepergian kenapa tidak memakai limousin atau taksi
yang ber-AC. Dalam hati aku merasa kasihan pada mereka. Mereka seperti tersiksa.
Basah oleh keringat. Wajah dan kulit mereka kemerahan. Yang paling kasihan adalah
yang nenek-nenek. Beberapa kali ia menenggak air mineral. Mukanya tetap saja
pucat. Mereka tidak biasa kepanasan seperti ini. Aku jadi teringat Majidov, teman dari
Rusia. Ia sangat tidak tahan dengan panasnya Mesir. Ia tinggal di Madinatul Bu'uts,
15 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
atau biasa disebut Bu'uts saja. Yaitu asrama mahasiswa Al Azhar dari seluruh penjuru
dunia. Di Bu'uts tidak ada AC-nya. Jika musim panas tiba dia akan hengkang dari
Bu'uts dan menyewa flat bersama beberapa temannya di kawasan Rab'ah
El-Adawea. Mencari yang ada AC-nya.
Tapi tidak semua mahasiswa dari Rusia seperti Majidov. Banyak juga yang
tahan dengan musim panas.
Tak ada yang bergerak mempersilakan nenek bule itu untuk duduk. Ini yang
aku sesalkan. Beberapa lelaki muda atau setengah baya yang masih kuat tetap saja
tidak mau berdiri dari tempat duduk mereka. Biasanya, begitu melihat orang tua,
apalagi nenek-nenek, beberapa orang langsung berdiri menyilakan duduk. Tapi kali
ini tidak. Lelaki bule itu mengajak bicara seorang pemuda Mesir berbaju kotak-kotak
lengan pendek yang duduk di dekatnya. Sekilas di antara deru metro kutangkap
maksud perkataan si bule. Ia minta kepada pemuda Mesir itu memberi kesempatan
pada ibunya yang sudah tua untuk duduk. Mereka bertiga akan turun di Tahrir. Tapi
pemuda Mesir itu sama sekali tidak menanggapinya. Entah kenapa. Apa karena dia
tidak paham bahasa Inggris, atau karena ketidaksukaannya pada orang Amerika"
Aku tidak tahu. Nenek bule itu kelihatannya tidak kuat lagi berdiri. Ia hendak duduk
menggelosor di lantai. Belum sampai nenek bule itu benar-benar menggelosor,
tiba-tiba perempuan bercadar yang tadi kupersilakan duduk itu berteriak mencegah,
19 "Mom, wait! Please, sit down here!"
Perempuan bercadar biru muda itu bangkit dari duduknya. Sang nenek
dituntun dua anaknya beranjak ke tempat duduk. Setelah si nenek duduk, perempuan
bule muda berdiri di samping perempuan bercadar. Aku melihat pemandangan yang
sangat kontras. Sama-sama perempuan. Yang satu auratnya tertutup rapat. Tak ada
bagian dari tubuhnnya yang membuat jantung lelaki berdesir. Yang satunya memakai
pakaian sangat ketat, semua lekak-lekuk tubuhnya kelihatan, ditambah basah
keringatnya bule itu nyaris seperti telanjang.
"Thank you. It's very kind of you!" Perempuan bule muda mengungkapkan rasa
terima kasih pada perempuan bercadar.
"You're welcome," lirih perempuan bercadar. Bahasa Inggrisnya bagus. Sama
sekali tak kuduga. Keduanya lalu berkenalan dan berbincang-bincang. Perempuan
bercadar minta maaf atas perlakuan saudara seiman yang mungkin kurang ramah.
Ternyata lebih dari yang kunilai. Perempuan
bercadar itu benarbenar berbicara
sefasih orang Inggris. Biasanya orang Mesir sangat susah berbahasa Inggris dengan
fasih. Kata 'friend' selalu mereka ucapan 'bren'. Huruf 'f' jadi 'b'. Aku sering geli
mendengarnya. Tapi perempuan bercadar ini sungguh fasih. Lebih fasih dari
pembaca berita Nile TV. Perempuan bule tersenyum dan berkata,
"Oh not at all. It's all right. Cuaca memang panas dan melelahkan. Semuanya
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lelah. Dalam keadaan lelah terkadang susah untuk mengalah. Dan itu sangat
manusiawi." "Busyit! Hei perempuan bercadar, apa yang kau lakukan!"
Pemuda berbaju kotak-kotak bangkit dengan muka merah. Ia berdiri tepat di
samping perempuan bercadar dan membentaknya dengan kasar. Rupanya ia
mendengar dan mengerti percakapan mereka berdua.
16 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Perempuan bercadar kaget. Namun aku tidak bisa menangkap raut kagetnya
sebab mukanya tertutup cadar. Yang bisa kutangkap adalah gerakan kepalanya yang
terperangah, kedua matanya yang sedikit menciut, kulit putih antara dua matanya
sedikit mengkerut, alisnya seperti mau bertemu.
"Hal a..ana khata'?" 27 Ucap perempuan bercadar tergagap. Ia memakai
27 Hal ana khata' " Maksudnya, apakah saya salah" Susunannya yang tepat adalah Hal ana
mukhthi'ah" 20 bahasa fusha 28 , bukan bahasa 'amiyah. 29 Maksudnya bisa dipahami, tapi
susunannya janggal. Apakah mungkin karena dirinya terlalu kaget atas bentakan
pemuda Mesir itu. Mendengar jawaban seperti itu si pemuda malah semakin naik pitam. Ia
kembali membentak dan memaki-maki secara kasar dengan bahasa 'amiyah,
"Yakhrab baitik!30 Kau telah menghina seluruh orang Mesir yang ada di metro
ini. Kau sungguh keterlaluan! Kelihatannya saja bercadar, sok alim, tapi sebetulnya
kau perempuan bangsat! Kau kira kami tidak tahu sopan-santun apa" Sengaja kami
mengacuhkan orang Amerika itu untuk sedikit memberi pelajaran. Ee..bukannya kau
mendukung kami. Kau malah mempersilakan setan-setan bule itu duduk. Dan seolah
paling baik, kau sok jadi pahlawan dengan memintakan maaf atas nama kami semua.
Kau ini siapa, heh?"
Pemuda itu sudah keterlaluan. Aku berharap ada yang bertindak. Ashraf dan
seorang lelaki setengah baya berpakaian abu-abu mendekati pemuda dan
perempuan bercadar. Aku sedikit lega.
"Kau memang sungguh kurang ajar perempuan! Kau membela bule-bule
Amerika yang telah membuat bencana di mana-mana. Di Afganistan. Di Palestina. Di
Irak dan di mana-mana. Mereka juga tiada henti-hentinya menggoyang negara kita.
Kau ini muslimah macam apa, hah!?" Ashraf marah sambil menuding-nuding
perempuan bercadar itu. Aku kaget bukan main. Aku tak mengira Ashraf akan berkata sekasar itu.
Kelegaanku berubah jadi kekecewaan mendalam.
"Meski kau bercadar dan membawa mushaf ke mana-mana, nilaimu tak lebih
dari seorang syarmuthah!"31 umpat lelaki berpakaian abu-abu.
Ini sudah keterlaluan. Menuduh seorang perempuan baik-baik sehina pelacur
tidak bisa dibenarkan. Aku membaca istighfar dan shalawat berkali-kali. Aku sangat kecewa pada
mereka. Perempuan bercadar itu diam seribu bahasa. Matanya berkaca-kaca.
17 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Bentakan, cacian, tudingan dan umpatan yang ditujukan padanya memang sangat
28 Bahasa Arab yang fashih secara gramatikal, bukan bahasa pergaulan.
Bahasa Arab pergaulan, yang biasa digunakan dalam percakapan harian.
30 Yakhrab baitik! (Artinya secara bahasa semoga rumahmu roboh, biasanya digunakan untuk
mengumpat dalam bahasa Jawa senada dengan kata-kata: Bajingan! Dancouk! Dan sejenisnya).
31 Syarmuthah: Pelacur. 29 21 menyakitkan. Aku tak bisa diam. Kucopot topi yang menutupi kopiah putihku. Lalu aku
mendekati mereka sambil mencopot kaca mata hitamku.
"Ya jama'ah, shalli 'alan nabi, shalli 'alan nabi!"32 ucapku pada mereka sehalus
mungkin. Cara menurunkan amarah orang Mesir adalah dengan mengajak membaca
shalawat. Entah riwayatnya dulu bagaimana. Di mana-mana, di seluruh Mesir, jika
ada orang bertengkar atau marah, cara melerai dan meredamnya pertama-tama
adalah dengan mengajak membaca shalawat. Shalli 'alan nabi, artinya bacalah
shalawat ke atas nabi. Cara ini biasanya sangat manjur.
Benar, mendengar ucapanku spontan mereka membaca shalawat. Juga para
penumpang metro lainnya yang mendengar. Orang Mesir tidak mau dikatakan orang
bakhil. Dan tiada yang lebih bakhil dari orang yang mendengar nama nabi, atau
diminta bershalawat tapi tidak mau mengucapkan shalawat. Begitu penjelasan Syaikh
Ahmad waktu kutanyakan ihwal cara aneh orang Mesir dalam meredam amarah.
Justru jika ada orang sedang marah lantas kita bilang padanya, La taghdhab! (yang
artinya: jangan marah!) terkadang malah akan membuat ia semakin marah.
Lalu aku menjelaskan pada mereka bahwa yang dilakukan perempuan
bercadar itu benar. Bukanya menghina orang Mesir, justru sebaliknya. Dan
umpatan-umpatan yang ditujukan padanya itu sangat tidak sopan dan tidak bisa
dibenarkan. Aku beberkan alasan-alasan kemanusiaan. Mereka bukannya sadar, tapi
malah kembali naik pitam. Si pemuda marah dan mencela diriku dengan sengit. Juga
si bapak berpakaian abu-abu. Sementara Ashraf bilang, "Orang Indonesia, sudahlah,
kau jangan ikut campur urusan kami!"
Aku kembali mengajak mereka membaca shalawat. Aku nyaris kehabisan
akal. Akhirnya kusitir beberapa hadits nabi untuk menyadarkan mereka. Tapi orang
Mesir seringkali muncul besar kepalanya dan merasa paling menang sendiri.
Pemuda Mesir malah menukas sengak, "Orang Indonesia, kau tahu apa sok
mengajari kami tentang Islam, heh! Belajar bahasa Arab saja baru kemarin sore. Juz
Amma entah hafal entah tidak. Sok pintar kamu! Sudah kau diam saja, belajar
baik-baik selama di sini dan jangan ikut campur urusan kami!"
Aku diam sesaat sambil berpikir bagaimana caranya menghadapi anak turun
Fir'aun yang sombong dan keras kepala ini. Aku melirik Ashraf. Mata kami bertatapan.
32 Wahai Jamaah (untuk menyapa orang banyak)! Bacalah shalawat ke atas nabi, bacalah shalawat
ke atas nabi! 18 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
22 Aku berharap dia berlaku adil. Dia telah berkenalan denganku tadi. Kami pernah
akrab meskipun cuma sesaat. Kupandangi dia dengan bahasa mata mencela. Ashraf
menundukkan kepalanya, lalu berkata,
"Kapten, kau tidak boleh berkata seperti itu. Orang Indonesia ini sudah
menyelesaikan licence-nya di Al Azhar. Sekarang dia sedang menempuh program
magisternya. Walau bagaimana pun, dia seorang Azhari. Kau tidak boleh
mengecilkan dia. Dia hafal Al-Qur'an. Dia murid Syaikh Utsman Abdul Fattah yang
terkenal itu." Pembelaan Ashraf ini sangat berarti bagiku. Pemuda berbaju kotak-kotak itu
melirik kepadaku lalu menunduk. Mungkin dia malu telah berlaku tidak sopan
kepadaku. Tetapi lelaki berpakaian abu-abu kelihatannya tidak mau menerima begitu
saja. "Dari mana kau tahu" Apa kau teman satu kuliahnya?" tanyanya.
Ashraf tergagap, "Tidak. Aku tidak teman kuliahnya. Aku tahu saat berkenalan
dengannya tadi." "Kau terlalu mudah percaya. Bisa saja dia berbohong. Program magister di Al
Azhar tidak mudah. Jadi murid Syaikh Utsman juga tidak mudah." Lelaki itu mencela
Ashraf. Dia lalu berpaling ke arahku dan berkata, "Hei orang Indonesia, kalau benar
kau S.2. di Al Azhar mana kartumu!?"
Lelaki itu membentak seperti polisi intel. Berurusan dengan orang awam Mesir
yang keras kepala memang harus sabar. Tapi jika mereka sudah tersentuh hatinya,
mereka akan bersikap ramah dan luar biasa bersahabat. Itulah salah satu
keistimewaan watak orang Mesir. Terpaksa kubuka tas cangklongku. Kuserahkan dua
kartu sekaligus. Kartu S.2. Al Azhar dan kartu keanggotaan talaqqi qiraah sab'ah dari
Syaikh Utsman. Tidak hanya itu, aku juga menyerahkan selembar tashdiq33 resmi
dari universitas. Tasdiq yang akan kugunakan untuk memperpanjang visa Sabtu
depan. Lelaki setengah baya lalu meneliti dua kartu dan tashdiq yang masih gres itu
dengan seksama. Ia manggut-manggut, kemudian menyerahkannya pada pemuda
berbaju kotak-kotak yang keras kepala yang ada di sampingnya.
33 Tashdiq adalah surat keterangan resmi dari Universitas, bahwa pemiliknya benar-benar mahasiswa
pada fakultas, jurusan dan program tertentu di universitas itu. Tashdiq biasanya diperlukan untuk
urusan-urusan resmi. Misalnya perpanjangan visa belajar, pengambilan visa haji, meminta atau
memperpanjang beasiswa pada suatu lembaga dan lain sebagainya.
23 "Kebetulan saat ini saya sedang menuju masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk
talaqqi. Kalau ada yang mau ikut menjumpai Syaikh Utsman boleh menyertai saya."
Ujarku tenang penuh kemenangan.
Kulihat wajah mereka tidak sepitam tadi. Sudah lebih mencair. Bahkan ada
gurat rasa malu pada wajah mereka. Jika kebenaran ada di depan mata, orang Mesir
mudah luluh hatinya. "Maafkan kelancangan kami, Orang Indonesia. Tapi perempuan bercadar ini
tidak pantas dibela. Ia telah melakukan tindakan bodoh!" kata pemuda Mesir berbaju
19 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kotak-kotak sambil menyerahkan kembali dua kartu dan tashdiq kepadaku.
Aku menghela nafas panjang. Metro melaju kencang menembus udara panas.
Sesekali debu masuk berhamburan.
"Terus terang, aku sangat kecewa pada kalian! Ternyata sifat kalian tidak
seperti yang digambarkan baginda Nabi. Beliau pernah bersabda bahwa orang-orang
Mesir sangat halus dan ramah, maka beliau memerintahkan kepada shahabatnya,
jika kelak membuka bumi Mesir hendaknya bersikap halus dan ramah. Tapi ternyata
kalian sangat kasar. Aku yakin kalian bukan asli orang Mesir. Mungkin kalian sejatinya
sebangsa Bani Israel. Orang Mesir asli itu seperti Syaikh Muhammad Mutawalli
Sya'rawi yang ramah dan pemurah," ucapku datar. Aku yakin akan membuat hati
orang Mesir yang mendengarnya bagaikan tersengat aliran listrik.
"Maafkan kami, Orang Indonesia. Kami memang emosi tadi. Tapi jangan kau
katakan kami bukan orang Mesir. Jangan pula kau katakan kami ini sebangsa Bani
Israel. Kami asli Mesir. Kami satu moyang dengan Syaikh Sya'rawi rahimahullah,"
lelaki setengah baya itu tidak terima. Syaikh Sya'rawi memang seorang ulama yang
sangat merakyat. Sangat dicintai orang Mesir. Hampir semua orang Mesir mengenal
dan mencintai beliau. Mereka sangat bangga memiliki seorang Sya'rawi yang
dihormati di seantero penjuru Arab.
"Yang aku tahu, selama ini, orang Mesir asli sangat memuliakan tamu. Orang
Mesir asli sangat ramah, pemurah, dan hatinya lembut penuh kasih sayang. Sifat
mereka seperti sifat Nabi Yusuf dan Nabi Ya'qub. Syaikh Sya'rawi, Syaikh Abdul
Halim Mahmud, Syaikh Muhammad Ghazali, Syaikh Muhammad Hasan, Syaikh
Kisyk, Syaikh Muhammad Jibril, Syaikh Athea Shaqr, Syaikh Ismail Diftar, Syaikh
Utsman dan ulama lainnya adalah contoh nyata orang Mesir asli yang berhati lembut,
sangat memuliakan tamu dan sangat memanusiakan manusia. Tapi apa yang baru
24 saja kalian lakukan"! Kalian sama sekali tidak memanusiakan manusia dan tidak
punya rasa hormat sedikit pun pada tamu kalian. Orang bule yang sudah
nenek-nenek itu adalah tamu kalian. Mereka bertiga tamu kalian. Tetapi kenapa kalian
malah melaknatnya. Dan ketika saudari kita yang bercadar ini berlaku sebagai
seorang muslimah sejati dan sebagai seorang Mesir yang ramah, kenapa malah
kalian cela habis-habisan!" Kalian bahkan menyumpahinya dengan perkataan kasar
yang sangat menusuk perasaan dan tidak layak diucapkan oleh mulut orang yang
beriman! " "Tapi Amerika sudah keterlaluan! Apa salah jika kami sedikit saja
mengungkapkan kejengkelan kami dengan memberi pelajaran sedikit saja pada
orang-orang Amerika itu"!" Lelaki setengah baya masih berusaha membenarkan
tindakannya. Aku tidak merasa aneh. Begitulah orang Mesir, selalu merasa benar.
Dan nanti akan luluh jika berhadapan dengan kebenaran yang seterang matahari.
"Kita semua tidak menyukai tindak kezhaliman yang dilakukan siapa saja.
Termasuk yang dilakukan Amerika. Tapi tindakan kalian seperti itu tidak benar dan
jauh dari tuntunan ajaran baginda Nabi yang indah."
"Lalu kami harus berbuat apa dan bagaimana" Ini mumpung ada orang
Amerika. Mumpung ada kesempatan. Dengan sedikit pelajaran mereka akan tahu
bahwa kami tidak menyukai kezhaliman mereka. Biar nanti kalau pulang ke
negaranya mereka bercerita pada tetangganya bagaimana tidak sukanya kami pada
mereka!" "Justru tindakan kalian yang tidak dewasa seperti anak-anak ini akan
menguatkan opini media massa Amerika yang selama ini beranggapan orang Islam
20 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kasar dan tidak punya perikemanusiaan. Padahal baginda Rasul mengajarkan kita
menghormati tamu. Apakah kalian lupa, beliau bersabda, siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir maka hormatilah tamunya. Mereka bertiga adalah tamu di bumi
Kinanah ini. Harus dihormati sebaik-baiknya. Itu jika kalian merasa beriman kepada
Allah dan hari akhir. Jika tidak, ya terserah! Lakukanlah apa yang ingin kalian lakukan.
Tapi jangan sekali-kali kalian menamakan diri kalian bagian dari umat Islam. Sebab
tindakan kalian yang tidak menghormati tamu itu jauh dari ajaran Islam."
Lelaki setengah baya itu diam. Pemuda berbaju kotak-kotak menunduk. Ashraf
membisu. Para penumpang yang lain, termasuk perempuan bercadar juga diam.
Metro terus berjalan dengan suara bergemuruh, sesekali mencericit.
25 "Coba kalian jawab pertanyaanku ini. Kenapa kalian berani menyakiti
Rasulullah"!" tanyaku sambil memandang ketiga orang Mesir bergantian. Mereka
agak terkejut mendengar pertanyaanku itu.
"Akhi, mana mungkin kami berani menyakiti Rasulullah yang kami cintai,"
jawab Ashraf. "Kenapa kalian kelak di hari akhir berani berseteru di hadapan Allah melawan
Rasulullah?" tanyaku lagi.
"Akhi, kau melontarkan pertanyaan gila. Kita semua di hari akhir kelak
mengharap syafaat Rasulullah, bagaimana mungkin kami berani berseteru dengan
beliau di hadapan Allah!" jawab Ashraf.
"Tapi kalian telah melakukan tindakan sangat lancang. Kalian telah menyakiti
Rasulullah. Kalian telah menantang Rasulullah untuk berseteru di hadapan Allah
kelak di hari akhir!" ucapku tegas sedikit keras.
Lelaki setengah baya, Ashraf, pemuda berbaju kotak-kotak dan beberapa
penumpang metro yang mendengar ucapanku semuanya tersentak kaget.
"Apa maksudmu, Andonesy" Kau jangan bicara sembarangan!" jawab lelaki
setengah baya sedikit emosi.
"Paman, aku tidak berkata sembarangan. Aku akan sangat malu pada diriku
sendiri jika berkata dan bertindak sembarangan. Baiklah, biar aku jelaskan. Dan
setelah aku jelaskan kalian boleh menilai apakah aku berkata sembarangan atau
bukan. Harus kalian mengerti, bahwa ketiga orang bule ini selain tamu kalian mereka
sama dengan ahlu dzimmah. Tentu kalian tahu apa itu ahlu dzimmah. Disebut ahlu
dzimmah karena mereka berada dalam jaminan Allah, dalam jaminan Rasul-Nya, dan
dalam jaminan jamaah kaum muslimin. Ahlu dzimmah adalah semua orang non
muslim yang berada di dalam negara tempat kaum muslimin secara baik-baik, tidak
ilegal, dengan membayar jizyah dan mentaati peraturan yang ada dalam negara itu.
Hak mereka sama dengan hak kaum muslimin. Darah dan kehormatan mereka sama
dengan darah dan kehormatan kaum muslimin. Mereka harus dijaga dan dilindungi.
Tidak boleh disakiti sedikit pun. Dan kalian pasti tahu, tiga turis Amerika ini masuk ke
Mesir secara resmi. Mereka membayar visa. Kalau tidak percaya coba saja lihat
paspornya. Maka mereka hukumnya sama dengan ahlu dzimmah. Darah dan
kehormatan mereka harus kita lindungi. Itu yang diajarkan Rasulullah Saw. Tidakkah
kalian dengar sabda beliau, 'Barangsiapa menyakiti orang zhimmi (ahlu zhimmah)
26 maka aku akan menjadi seterunya. Dan siapa yang aku menjadi seterunya dia pasti
kalah di hari kiamat.'34 Beliau juga memperingatkan, 'Barangsiapa yang menyakiti
orang dzimmi, dia telah menyakiti diriku dan barangsiapa menyakiti diriku berarti dia
21 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyakiti Allah.' 35 Begitulah Islam mengajarkan bagaimana memperlakukan non
muslim dan para tamu asing yang masuk secara resmi dan baik-baik di negara kaum
muslimin. Imam Ali bahkan berkata, 'Begitu membayar jizyah, harta mereka menjadi
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sama harus dijaganya dengan harta kita, darah mereka sama nilainya dengan darah
kita.' Dan para turis itu telah membayar visa dan ongkos administrasi lainnya, sama
dengan membayar jizyah. Mereka menjadi tamu resmi, tidak ilegal, maka harta,
kehormatan dan darah mereka wajib kita jaga bersamasama. Jika tidak, jika kita
sampai menyakiti mereka, maka berarti kita telah menyakiti baginda Nabi, kita juga
telah menyakiti Allah. Kalau kita telah lancang berani menyakiti Allah dan Rasul-Nya,
maka siapakah diri kita ini" Masih pantaskan kita mengaku mengikuti ajaran baginda
Nabi?" Lelaki setengah baya itu tampak berkaca-kaca. Ia beristighfar berkali-kali. Lalu
mendekati diriku. Memegang kepalaku dengan kedua tangannya dan mengecup
kepalaku sambil berkata, "Allah yaftah 'alaik, ya bunayya! Allah yaftah 'alaik!
Jazakallah khaira!"36 Ia telah tersentuh. Hatinya telah lembut.
Setelah itu giliran Ashraf merangkulku.
"Senang sekali aku bertemu dengan orang sepertimu, Fahri!" katanya.
Aku tersenyum, ia pun tersenyum. Pemuda berbaju kotak-kotak lalu
mempersilakan pria bule yang berdiri di dekat neneknya untuk duduk di tempat
duduknya. Dua pemuda Mesir yang duduk di depan nenek bule berdiri dan
mempersilakan pada perempuan bercadar dan perempuan bule untuk duduk.
Begitulah. Salah satu keindahan hidup di Mesir adalah penduduknya yang lembut
hatinya. Jika sudah tersentuh mereka akan memperlakukan kita seumpama raja.
Mereka terkadang keras kepala, tapi jika sudah jinak dan luluh mereka bisa
melakukan kebaikan seperti malaikat. Mereka kalau marah meledak-ledak tapi kalau
sudah reda benar-benar reda dan hilang tanpa bekas. Tak ada dendam di belakang
34 Diriwayatkan oleh Al-Khathib dengan sanad baik.
Diriwayatkan oleh Imam Thabrani dengan sanad baik.
36 Semoga Allah membuka hatimu (menambahkan ilmumu) Anakku! Dan semoga Allah membalasmu
dengan kebaikan! 35 27 yang diingat sampai tujuh keturunan seperti orang Jawa. Mereka mudah menerima
kebenaran dari siapa saja.
Metro terus melaju. Tak terasa sudah sampai mahattah Mar Girgis. Ashraf
mendekatkan diri ke pintu. Ia bersiap-siap. Mahattah depan adalah El-Malik El-Saleh,
setelah itu Sayyeda Zeinab dan ia akan turun di sana. Aku menghitung masih ada
tujuh mahattah baru sampai di Ramsis. Setelah itu aku akan pindah metro jurusan
Shubra El-Khaima. Perjalanan masih jauh. Metro kembali berjalan. Pelan-pelan lalu
semakin kencang. Tak lama kemudian sampai di El-Malik El-Saleh. Metro berhenti.
Pintu dibuka. Beberapa orang turun. Lelaki setengah baya hendak turun. Sebelum
turun ia menyalami diriku dan mengucapkan terima kasih sambil mulutnya tiada henti
mendoakan diriku. Aku mengucapkan amin berkalikali. Topi dan kaca mata hitamku
kembali aku pakai. Tak jauh dariku, perempuan bercadar nampak asyik berbincang
22 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan perempuan bule. Sedikit-sedikit telingaku menangkap isi perbincangan
mereka. Rupanya perempuan bercadar sedang menjelaskan semua yang tadi terjadi.
Kejengkelan orang-orang Mesir pada Amerika. Kekeliruan mereka serta pembetulan-pembetulan yang aku lakukan. Perempuan bercadar juga menjelaskan
maksud dari hadits-hadits nabi yang tadi aku ucapkan dengan bahasa Inggris yang
fasih. Perempuan bule itu menganggukanggukkan kepala. Sampai di Sayyeda
Zeinab, Ashraf turun setelah terlebih dahulu melambaikan tangan padaku. Seorang
ibu yang duduk di samping nenek bule turun. Kursinya kosong. Aku bisa duduk di
sana kalau mau. Tapi kulihat seorang gadis kecil membawa tas belanja masuk.
Langsung kupersilakan dia duduk.
Metro kembali melaju. Perempuan bercadar dan perempuan bule masih
berbincang-bincang dengan akrabnya. Tapi kali ini aku tidak mendengar dengan jelas
apa yang mereka perbincangkan. Angin panas masuk melalui jendela. Aku
memandang ke luar. Rumah-rumah penduduk tampak kotak-kotak tak teratur seperti
kardus bertumpukan tak teratur. Metro masuk ke lorong bawah tanah. Suasana gelap
sesaat. Lalu lampu-lampu metro menyala. Tak lama kemudian metro sampai
mahattah Saad Zaghloul dan berhenti. Beberapa orang turun dan naik. Tiga bule itu
bersiap hendak turun, juga perempuan bercadar. Berarti mereka mau turun di Tahrir.
Perempuan bercadar masih bercakap dengan perempuan bule. Keduanya sangat
dekat denganku. Aku bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan.
Tentang asal mereka masing. Perempuan bercadar itu ternyata lahir di Jerman, dan
besar juga di Jerman. Namun ia berdarah Jerman, Turki dan Palestina. Sedangkan
28 perempuan bule lahir dan besar di Amerika. Ia berdarah Inggris dan Spanyol.
Keduanya bertukar kartu nama.
Perempuan bule tepat berada di depanku. Wajahnya masih menghadap
perempuan bercadar. Metro bercericit mengerem. Gerbong sedikit goyang. Tubuh
perempuan bule bergoyang. Saat itulah dia melihat diriku. Ia tersenyum sambil
mengulurkan tangannya kepadaku dan berkata,
"Hai Indonesian, thank's for everything. My name's Alicia."
"Oh, you're welcome. My name is Fahri," jawabku sambil menangkupkan
kedua tanganku di depan dada, aku tidak mungkin menjabat tangannya.
"Ini bukan berarti saya tidak menghormati Anda. Dalam ajaran Islam, seorang
lelaki tidak boleh bersalaman dan bersentuhan dengan perempuan selain isteri dan
23 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mahramnya." Aku menjelaskan agar dia tidak salah faham.
Alicia tersenyum dan berseloroh, "Oh, never mind. And this is my name card,
for you." Ia memberikan kartu namanya.
"Thank's," ujarku sambil menerima kartu namanya.
"It's a pleasure."
Metro berhenti. Alicia, neneknya dan saudaranya mendekati pintu hendak keluar. Perempuan
bercadar masih berdiri di tempatnya. Ia melihat ke arah orang-orang yang hendak
turun. Perlahan pintu dibuka. Ketika orang-orang mulai turun, perempuan bercadar itu
bergerak melangkah, ia menyempatkan untuk menyapaku,
"Indonesian, thank you."
Aku teringat dia orang Jerman. Aku iseng menjawab dengan bahasa Jerman,
"Bitte!" Agaknya perempuan bercadar itu kaget mendengar jawabanku dengan
bahasa Jerman. Ia urung melangkah ke pintu. Ia malah menatap diriku dengan sorat
mata penuh tanda tanya. "Sprechen Sie Deutsch?"37 tanyanya dengan bahasa Jerman. Ia mungkin ingin
langsung meyakinkan dirinya bahwa apa yang tadi ia dengarkan dariku benar-benar
bahasa Jerman. Bahwa aku bisa berbahasa Jerman. Bahwa ia tidak salah dengar.
37 Kau berbicara bahasa Jerman
29 "Ja, ein wenig. 38 Alhamdulillah!" jawabku tenang. Kalau sekadar bercakap
dengan bahasa Jerman insya Allah tidak terlalu susah. Kalau aku disuruh membuat
tesis dengan bahasa Jerman baru menyerah.
"Sind Sie Herr Fahri?"39
Aku tersenyum mendengar pertanyaannya. Ia bertanya seperti itu. Berarti ia
benar-benar mendengarkan dengan baik pendebatanku dengan tiga orang Mesir tadi
sehingga tahu namaku. Atau dia mendengarkan aku berkenalan dengan Alicia.
"Ja. Mein name ist Fahri."40 Jawabku.
"Mein name ist Aisha," sahutnya sambil menyerahkan kartu nama. Ia lalu
menyodorkan buku notes kecil dan pulpen.
"Bitte, schreiben Sie ihren namen!"41 katanya.
Kuterima buku notes kecil dan pulpen itu. Aku paham maksud Aisha, tentu
tidak sekadar nama tapi dilengkapi dengan alamat atau nomor telpon. Masinis metro
membunyikan tanda alarm bahwa sebentar lagi pintu metro akan ditutup dan metro
akan meneruskan perjalanan. Aku hanya menuliskan 24 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
nama dan nomor handphone-ku. Lalu kuserahkan kembali padanya. Aisha langsung bergegas turun
sambil berkata, "Danke, auf wiedersehn!"42
"Auf wiedersehn!" jawabku.
Metro kembali berjalan. Ada tempat kosong. Saatnya aku duduk. Sudah
separuh perjalanan lebih. Sudah setengah dua lebih lima menit. Waktu masih cukup.
Insya Allah sampai di hadapan Syaikh Utsman tepat pada waktunya. Kalaupun
terlambat hanya beberapa menit saja. Masih dalam batas yang bisa dimaafkan.
Dengan duduk aku merasa lebih tenang. Ini saatnya aku mengulang dan memperbaiki
hafalan Al-Qur'an yang akan aku setorkan pada Syaikh Utsman.
38 39 40 41 42 Ya. Sedikit-sedikit. Apakah Anda tuan Fahri. Ya nama saya Fahri. Maaf, bisa tuliskan nama Anda.
Terima kasih, sampai bertemu lagi.
30 3. Keributan Tengah Malam
Aku sampai di flat jam lima lebih seperempat. Siang yang melelahkan.
Ubun-ubun kepalaku rasanya mendidih. Cuaca benar-benar panas. Yang berangkat
talaqqi pada Syaikh Utsman hanya tiga orang. Aku, Mahmoud dan Hisyam. Syaikh
Utsman jangan ditanya. Disiplin beliau luar biasa. Meskipun cuma tiga yang hadir,
waktu talaqqi tetap seperti biasa. Jadi, kami bertiga membaca tiga kali lipat dari
biasanya. Jatah membaca Al-Qur'an sepuluh orang kami bagi bertiga. Untungnya
masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq ber-AC. Jika tidak, aku tak tahu seperti apa
menderitanya kami. Mungkin konsentrasi kami akan berantakan, dan kami tidak bisa
membaca seperti yang diharapkan.
Seperti mengerti keinginan kami, begitu selesai talaqqi, Amu Farhat, takmir
masjid yang baik hati itu membawakan empat gelas tamar hindi43 dingin. Bukan main
segarnya ketika minuman segar itu menyentuh lidah dan tenggorokan. Selesai minum
aku pulang. Mahmoud, Hisyam, Amu Farhat dan Syaikh Utsman meneruskan
perbincangan menunggu ashar.
Perjalanan pulang ternyata lebih panas dari berangkat. Antara pukul setengah
empat hingga pukul lima adalah puncak panas siang itu. Berada di dalam metro
rasanya seperti berada dalam oven. Kondisi itu nyaris membuatku lupa akan titipan
25 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Maria. Aku teringat ketika keluar dari mahattah Hadayek Helwan. Ada dua toko alat
tulis. Kucari di sana. Dua-duanya kosong.. Aku melangkah ke Pyramid Com. Sebuah
rental komputer yang biasanya juga menjual disket. Malang! Rental itu tutup.
Terpaksa aku kembali ke mahattah dan naik metro ke Helwan. Di kota Helwan ada
pasar dan toko-toko cukup besar. Di sana kudapatkan juga disket itu. Aku beli empat.
Dua untuk Maria. Dan dua untuk diriku sendiri. Kusempatkan mampir ke masjid yang
berada tepat di sebelah barat mahattah Helwan untuk shalat ashar.
Terik matahari masih menyengat ketika aku keluar masjid untuk pulang. Di
tengah perjalanan aku melewati Universitas Helwan yang lengang. Hanya seorang
polisi berpakaian lusuh yang menjaga gerbangnya. Tampangnya mengenaskan.
Masih muda, tapi kurus kering. Seperti pohon pisang kering. Atau seperti dendeng di
Saudi kala musim haji. Mukanya tampak kering. Panas sahara seperti menghisap
habis darahnya. Ia pasti prajurit wajib militer yang biasa disebut duf'ah. Polisi paling
menderita karena bertugas dengan sangat terpaksa. Tanpa gaji memadai. Hanya
43 Air buah asam. 31 beberapa pound saja. Wajar jika tampangnya mengenaskan. Bisa jadi ia masih
berstatus mahasiswa. Karena memang seluruh laki-laki Mesir terkena wajib militer.
Seorang kumsari44 mendekat. Ia gemuk, kepalanya bulat penuh keringat. Perutnya
buncit seperti balon mau meletus. Beda sekali dengan polisi penjaga gerbang
universitas itu. Dunia ini memang penuh perbedaan-perbedaan dan hal-hal kontras
yang terkadang tidak mudah dimengerti. Metro terus melaju.
Sampai di flat, tenagaku nyaris habis. Kulepas sepatu dan kaos kaki lalu
masuk kamar. Sampai di kamar langsung kunyalakan kipas angin, kulepas tas, topi,
kaca mata hitam, dan kemeja putihku. Kuusap mukaku dengan tissu. Hitam. Banyak
debu menempel. Aku lalu beranjak ke ruang tengah, membuka lemari es, mencari
yang dingin-dingin untuk menyegarkan badan. Begitu membuka pintu lemari es
mataku membelalak berbinar. Ada sebotol ashir ashab.45 Dingin. Kutuangkan untuk
satu gelas. Sambil membawa gelas berisia ashir ashab aku berteriak,
"Siapa nih yang beli ashir ashab. Pengertian sekali. Syukran ya. Semoga
umurnya diberkahi Allah."
Rudi keluar dari kamarnya dengan wajah ceria.
"Mas. Ashir ashab itu bukan kami yang beli."
"Terus dapat dari mana?"
"Tadi diberi oleh Maria."
"Apa" Diberi oleh Maria?"
"Iya. Katanya untuk Mas. Makanya masih utuh satu botol. Kami tidak
menyentuhnya sebelum dapat izin dari Mas. Sekarang kami boleh ikut mencicipi 'kan
Mas?" "Ah kamu ini ada-ada saja. Kalau ambil ya ambil saja. Yang penting aku
disisain. Pakai menunggu izin segala."
"Masalahnya ini dari Maria, Mas. Sepertinya puteri Tuan Boutros itu perhatian
sekali sama Mas. Jangan-jangan dia jatuh hati sama Mas."
"Hus jangan ngomong sembarangan! Mereka itu memang tetangga yang baik.
Sejak awal kita tinggal di sini mereka sudah baik sama kita. Bukan sekali ini mereka
memberi sesuatu pada kita."
26 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
44 45 Kondektur. Sari air tebu. (Minuman paling memasyarakat di Mesir saat musim panas).
32 "Tapi kenapa Maria bilang untuk Mas. Bukan untuk kita semua?"
"Lha ketahuan 'kan" Kau cemburu, jangan-jangan kau yang jatuh cinta. Ya
udah nanti biar kusampaikan sama Maria dan Tuan Boutros ayahnya, kalau memberi
sesuatu biar yang disebut namamu hehehe."
"Jangan Mas. Bukan itu maksudku?"
"Terus?" "Tapi Maria sepertinya punya perhatian lebih pada Mas."
"Akh Rudi, kamu jangan berprasangka yang bukan-bukan. Kamu 'kan tahu.
Maria berbuat begitu atas nama keluaganya, atas petunjuk ayahnya yang baik hati itu.
Dan karena kepala keluarga di rumah ini adalah aku, maka tiap kali memberi
makanan, minuman atau menyampaikan sesuatu ya selalu lewat aku, as a leader
here. Dia menyampaikan sesuatu a
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
27Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
tas nama keluarganya dan aku dianggap
representasi kalian semua. Jadi ini bukan hanya interaksi dua person saja, tapi dua
keluarga. Bahkan lebih besar dari itu, dua bangsa dan dua penganut keyakinan yang
berbeda. Inilah keharmonisan hidup sebagai umat manusia yang beradab di muka
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bumi ini. Sudahlah kau jangan memikirkan hal yang terlalu jauh. Tugas kita di sini
adalah belajar. Kita belajar sebaik-baiknya. Di antaranya adalah belajar bertetangga
yang baik. Karena kita telah diberi, ya nanti kita gantian memberi sesuatu pada
mereka. Wa idza huyyitum bi tahiyyatin fa hayyu bi ahasana minha!"46
"Saya mengerti, Mas. Afwan jika ucapan saya tadi ada yang kurang berkenan."
"Udah jangan dipikir. Emm..bagaimana makalahmu" Sudah selesai?"
"Alhamdulillah, Mas."
"Kapan dipresentasikan?"
"Sabtu sore." "Di mana?" "Di Wisma Nusantara."
"Ma'at taufiq."47
Aku melangkah ke kamar sambil membawa segelas ashir ashab. 46 Dan jika kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan
itu dengan yang lebih baik daripadanya (QS. An-Nisaa': 86)
47 Semoga sukses. 33 Kuselonjorkan kakiku di atas karpet. Punggungku kusandarkan ke pinggir tempat
tidur. Untung tembok apartemen ini tebal. Jendelanya rapat. Sehingga udara panas di
luar apartemen tidak mudah menembus masuk. Meskipun agak hangat tapi tidak
sepanas di luar. Dan dengan kipas angin sudah cukup membuat udara yang hangat
itu menjadi sejuk. Kuteguk ashir ashab. Perlahan. Dingin mengaliri tenggorokan. Oh
luar biasa nikmatnya. Di kawasan beriklim panas, seperti Mesir dan negara Timur
Tengah lainnya, air dingin memang sangat menyenangkan. Jika air dingin itu
membasahi tenggorokan yang kering rasanya seperti meneguk air sejuk dari surga,
tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Orang yang kehausan di tengah sahara yang
paling ia damba dan ia cinta adalah air dingin penawar dahaga. Tak ada yang lebih ia
cinta dari itu. Di sinilah baru bisa kurasakan betapa dahsyat doa baginda Nabi,
'Ya Allah jadikanlah cintaku kepada-Mu melebihi cintaku pada harta, keluarga
dan air yang dingin'. 1 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Beliau meminta agar cintanya kepada Allah melebihi cintanya pada air yang
dingin, yang sangat dicintai, disukai, dan diingini oleh siapa saja yang kehausan di
musim panas. Di daerah yang beriklim panas, cinta pada air yang sejuk dingin
dirasakan oleh siapa saja, oleh semua manusia. Jika cinta kepada Allah telah
melebihi cintanya seseorang yang sekarat kehausan di tengah sahara pada air dingin,
maka itu adalah cinta yang luar biasa. Sama saja dengan melebihi cinta pada nyawa
sendiri. Dan memang semestinya demikianlah cinta sejati kepada Allah Azza Wa
Jalla. Jika direnungkan benar-benar, baginda Nabi sejatinya telah mengajarkan idiom
cinta yang begitu indah. Setelah keringat hilang, dan ubun-ubun kepala mulai dingin aku bangkit
hendak mengambil handuk. Aku harus mandi, badan rasanya tidak nyaman. Harus
dibersihkan dan disegarkan. Baru menyentuh handuk, handphone-ku memerik
singkat. Ada sms masuk. Kubuka. Dari Maria,
"Sudah pulang ya" Bagaimana dengan titipanku, dapat?"
Langsung kujawab, "Dapat. Terima kasih atas ashir ashabnya."
Kuletakkan handphone-ku di atas meja. Aku langsung bergegas mandi. Baru
menutup kamar mandi yang bersebelahan dengan kamarku, kudengar si handphone
memekik lagi. Maria pasti mengirim pesan balik. Ah, biar, nanti saja setelah mandi.
Kuputar kran wastafel. Aku ingin cuci tangan. Air mengalir. Kusentuh. Hangat sekali.
34 Berarti pipa-pipa yang berada di dalam tanah berpasir yang mengalirkan air dari
tandon raksasa itu telah panas. Aku jadi teringat saat umrah ke Saudi di puncak
musim panas tahun lalu. Baik siang atau pun malam, kalau hendak mandi harus
mendinginkan air dulu di ember besar. Sebab air yang keluar dari kran sangat panas.
Harus ditampung di ember besar dan ditunggu sampai dingin. Kulihat bath-tub penuh
dengan air. Alhamdulillah, teman-teman sangat pengertian dan cerdas. Aku bisa
langsung mandi tanpa menunggu air dingin. Ketika air menyiram seluruh tubuh rasa
segar itu susah diungkapkan dengan bahasa verbal. Habis mandi tenaga rasanya
pulih kembali. Usai berganti pakaian kurebahkan diriku di atas kasur. Oh, alangkah
nikmatnya. Ini saatnya istirahat. Kunyalakan tape kecil di samping tempat tidur.
Enaknya adalah memutar murattal48 Syaikh Abu Bakar Asy-Syathiri. Suaranya yang
sangat lembut dan indah penuh penghayatan dalam membaca Al-Qur'an sering
membawa terbang imajinasiku ke tempat-tempat sejuk. Ke sebuah danau bening di
tengah hutan yang penuh buah-buahan. Kadang ke suasana senja yang indah di tepi
pantai Ageeba, pantai laut Mediterania yang menakjubkan di Mersa Mathruh. Bahkan
bisa membawaku ke dunia lain, dunia indah di dalam laut dengan ikan-ikan hias dan
bebatuan yang seperti permata-permata di surga. Dalam keadaan lelah selalu saja
suara Syaikh Abu Bakar Asy-Syathiri menjadi musik pengantar tidur yang paling
nikmat. Meski terkadang aku harus terlebih dahulu meneteskan air mata, kala
mendengar Syaikh Syathiri sesengukan menangis dalam bacaannya. Kunyalakan
murattal Syaikh Syatiri. Suaranya 2 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang indah langsung mengelus-elus syaraf-syarafku. Mataku mulai liyer-liyer hendak terpejam. Tiba-tiba handphone-ku
kembali memekik. Aku teringat sesuatu. Titipan Maria. Kubaca pesan Maria.
Ada tiga pesan: "Buka jendela sekarang. Aku akan turunkan keranjang." "Kau sedang
apa" Aku sudah turunkan keranjang. Lama sekali." "Kenapa tidak ada
respons?" Aduh, kasihan Maria. Dia tadi sudah lama membuka jendelanya dan
menurunkan keranjang. Langsung kujawab, "Afwan. Tadi saya langsung mandi. Jadi tiga pesanmu terakhir baru
48 Kaset yang merekam Al-Qur'an dibaca secara tartil.
35 kubuka setelah mandi. Afwan. Sekarang bisa kau turunkan keranjang."
Kutunggu respons darinya. Tak lama pesannya masuk,
"O, begitu. Tak apa-apa. Ini kuturunkan keranjangnya."
Aku bangkit dari tempat tidur. Mengambil dua disket dalam tas. Lalu menuju
jendela. Kubuka jendela. Hawa panas langsung masuk. Sebuah keranjang kecil
dijulurkan dengan tambang kecil putih dari atas. Ada uang sepuluh pound di
dalamnya. Kuletakkan dua disket itu dalam keranjang tanpa menyentuh uang sepuluh
pound itu sama sekali. Kamar Maria memang tepat di atas kamarku, dan jendela kamarnya tepat di
atas jendela kamarku. Orang Mesir yang berada di atas lantai dua biasanya memiliki
keranjang kecil yang seringkali digunakan untuk suatu keperluan tanpa harus turun ke
bawah. Jika ibu-ibu Mesir belanja buah-buahan atau sayur-sayuran pada penjual
buah atau penjual sayur keliling, biasanya mereka menggunakan keranjang kecil itu,
tanpa harus turun dari rumah mereka yang berada di atas. Mereka cukup pesan
berapa kilo, setelah sepakat harganya mereka menurunkan keranjang kecil yang di
dalamnya sudah ada uang untuk membayar barang yang dipesannya. Tukang buah
atau tukang sayur akan mengisi keranjang itu dengan barang yang dipesan setelah
mengambil uangnya. Jika uangnya lebih, mereka akan mengembalikannya sekaligus
bersama barang yang dipesan. Barulah si ibu mengangkat keranjangnya seperti
orang menimba. Transaksi yang praktis. Pertama kali melihat aku heran. Yang aku
herankan adalah begitu amanah-nya penjual buah itu. Mereka tidak curang. Tidak
berusaha nakal. Maria atau ibunya juga biasa membeli sayur atau buah dengan cara
seperti itu. Maria mengangkat keranjangnya. Aku menutup jendela. Tak lama kemudian
handphone-ku kembali bertulalit. Maria lagi,
3 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Harganya berapa" Uangnya kok tidak diambil, kenapa?"
Kujawab, "Harganya zero, zero, zero pound. Jadi tak perlu dibayar."
Ia menjawab, "Jangan begitu. Itu tidak wajar."
Kujawab, 36 "Harganya seperti biasa. Uangnya kau simpan saja.
Kalau kau buat Ruzz bil laban49 titip ya. Bolehkan?"
Ia menjawab, "Baiklah kalau begitu. Dengan senang hati. Syukran!"
Kujawab, "Afwan." Klik. Handphone kunonaktifkan. Aku ingin tidur. Pada saat yang sama,
kudengar suara pintu terbuka. Lalu suara Hamdi mengucapkan salam. Kujawab lirih.
Alhamdulillah dia pulang. Dia nanti akan masak oseng-oseng wortel campur kofta.
Aku senang bahwa teman-teman satu rumah ini mengerti dengan kewajiban
masing-masing. Kewajiban memasak sesibuk apa pun adalah hal yang tidak boleh
ditinggalkan. Sepertinya remeh tapi sangat penting untuk sebuah tanggung jawab.
Masak tepat pada waktunya adalah bukti paling mudah sebuah rasa cinta sesama
saudara. Ya inilah persaudaraan. Hidup di negeri orang harus saling membantu dan
melengkapi. Tanpa orang lain mana mungkin kita bisa hidup dengan baik.
Sambil rebahan kunikmati suara Syaikh Syathiri membaca Al-Qur'an mengalun
indah. Maghrib masih lama. Dalam musim panas, siang lebih panjang dari malam.
Aku harus beristirahat. Nanti malam harus kembali memeras otak. Menerjemah untuk
biaya menyambung hidup. Ya, hidup ini - kata Syauqi, sang raja penyair
Arab - adalah keyakinan dan perjuangan. Dan perjuangan seorang mukmin
sejati - kata Imam Ahmad bin Hanbal - tidak akan berhenti kecuali ketika kedua
kakinya telah menginjak pintu surga.
*** Seperti biasa, usai shalat maghrib berjamaah di masjid kami berkumpul di
ruang tengah untuk makan bersama. Kali ini kami hanya berempat. Masih kurang
satu, yaitu Si Mishbah. Ia belum pulang. Ia masih di Wisma Nusantara yang menjadi
sentral kegiatan mahasiswa Indonesia. Gedung yang diwakafkan oleh Yayasan Abdi
Bangsa itu terletak di Rab'ah El-Adawea, Nasr City.
Hamdi baru pulang dari Masjid Indonesia. Ia banyak bercerita tentang
anak-anak para pejabat KBRI yang lucu-lucu dan manja-manja. Dibandingkan yang
ada di negara lain, KBRI di Cairo bisa dibilang termasuk yang beruntung. Komunitas
49 Ruzz bil laban: Bubur dari beras yang dibuat dengan susu. Setelah dingin dimasukkan dalam
kulkas. 37 yang mereka urusi adalah mahasiswa Al Azhar. Kegiatan keislaman dan pengajian
antaribu-ibu KBRI juga berjalan lancar. Tiap Ramadhan ada tarawih bersama. Juga
ada pesantren kilat untuk putera-puteri mereka. Semuanya dipandu oleh mahasiswa
4 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan mahasiswi Al Azhar. Masalah yang dihadapi KBRI Cairo tidak serumit yang
dihadapi oleh KBRI di Saudi Arabia misalnya, yang setiap hari berurusan dengan TKI
atau TKW dengan setumpuk masalahnya yang sangat memuakkan. Misalnya, tidak
dibayar majikan, disiksa majikan, diperkosa majikan, diperlakukan seperti budak oleh
majikan, dihamili oleh sesama tenaga kerja dari Indonesia, ditangkap polisi karena
tidak punya izin tinggal resmi, dan lain sebagainya, dan lain sebagainya.
Masjid Indonesia yang dibangun oleh para pejabat KBRI bahkan telah memiliki
perpustakaan yang cukup mengasyikkan bagi putera-puteri mereka. Manajemen
masjidnya lumayan baik. Teks khutbah Jum'atnya dibukukan tiap tahun. Masjid
Indonesia bahkan biasa menjadi tempat rekreasi para mahasiswa yang ingin melepas
penat pikiran. Mereka yang mayoritasnya tinggal di Nasr City, jika merasa bosan bisa
main ke Dokki. Silaturrahmi ke rumah pejabat KBRI yang dikenal. Atau ke Masjid
Indonesia yang terletak di Mousadda Street. Pergi ke Dokki pada hari Jum'at sangat
tepat. Selain shalat Jum'at bersama dan bersilaturrahim dengan sesama orang
Indonesia, usai shalat Jum'at biasanya ada makan bersama di belakang masjid.
Makanan disediakan oleh para pejabat KBRI muslim secara bergiliran. Jika keadaan
ini terus bertahan niscaya sangat indah untuk dikisahkan dan dikenang.
Usai makan, aku melakukan rutinitasku di depan komputer. Mengalihbahasakan kitab berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Kali ini yang
aku garap adalah kitab klasik karya Ibnu Qayyim, yaitu kitab Miftah Daris Sa'adah.
Dua jilid besar. Kitab berat. Menggarap kitab ini benar-benar menguras pikiran dan
tenaga. Aku harus ekstra serius dan hati-hati pada saat Ibnu Qayyim membahas
masalah ilmu perbintangan, horoskop, pengaruh planet-planet, ramalan nasib, dan
lain sebagainya. Bahasa ilmu falak dan astronomi adalah bahasa yang tidak mudah.
Aku terpaksa membuka kamus klasik berkali-kali. Apalagi bahasa yang dipakai Ibnu
Qayyim adalah bahasa Arab klasik. Itu saja tidak cukup, harus juga didampingi
dengan kamus dan buku astronomi modern. Dan tatkala yang ditulis Ibnu Qayyim
telah terang maksudnya, aku bagaikan menemukan mutiara tidak ternilai harganya.
Ibnu Qayyim ternyata juga seorang astronom yang luar biasa.
Menerjemahkan sebuah kitab klasik terkadang terasa sangat menjemukan.
Namun ketika rasa jemu bisa teratasi kegiatan itu akan berubah menjadi sebuah
38 rekreasi yang sangat mengasyikkan. Andaikan Ibnu Rusyd masih hidup, aku ingin
bertanya, rasanya seperti apa ketika dia sedang menerjemahkan karya-karya
5 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Aristoteles. Dan seperti apa rasanya ketika telah selesai semuanya"
Malam ini jadwalku sampai jam dua belas. Berhenti ketika shalat Isya. Akhir
bulan naskah harus sudah aku kirim ke Jakarta. Setelah itu ada dua buku yang siap
diterjemah. Buku kontemporer, bahasanya lebih mudah. Seorang teman pernah
mencibir diriku, bahwa menjadi penerjemah sama saja menjadi mesin pengalih
bahasa. Aku tak peduli dengan segala cibiran mereka. Aku merasa nikmat dengan
apa yang aku kerjakan. Aku bisa belajar menambah ilmu, mentransfer ilmu
pengetahuan dan berarti ikut serta mencerdaskan bangsa. Aku bisa berkarya, sekecil
apa pun bentuknya. Berdakwah, dengan kemampuan seadanya. Dan yang terpenting
aku bisa hidup mandiri dengan royalti yang aku terima. Tidak seperti mereka yang
bisanya mencibir saja. Menuruti kata orang tidak akan pernah ada habisnya. Kamu
tidak akan mungkin bisa memenuhi segala kesesuaian dengan hati semua manusia!
Kata-kata Imam Syafii mengingatkan diriku.
*** Pukul 22.00 waktu Cairo. Handphone-ku berdering. Ada sms masuk. Dari
Musthafa, teman Mesir satu kelas di pasca. Ia memberikan kabar gembira,
"Mabruk. Kamu lulus. Kamu bisa nulis tesis. Tadi sore pengumumannya
keluar." Aku merasa seperti ada hawa dingin turun dari langit. Menetes deras ke dalam
ubun-ubun kepalaku lalu menyebar ke seluruh tubuh. Seketika itu aku sujud syukur
dengan berlinang air mata. Aku merasa seperti dibelai-belai tangan Tuhan. Setelah
puas sujud syukurku aku mengungkapkan rasa gembiraku pada teman-teman satu
rumah. Mereka semua menyambut dengan riang gembira. Dengan tasbih, tahmid dan
istighfar. Dengan mata yang berbinar-binar. Kukatakan pada mereka,
"Malam ini juga kita syukuran. Kita beli firoh masywi50 dua. Lengkap dengan
ashir mangga. Kita makan nanti tengah malam, bersama-sama di sutuh sana.
Bagaimana. Eh ra'yukum51?"
"Kalau ini sih usul yang susah ditolak!" sahut Saiful senang. Siapa yang tidak
senang diajak makan ayam bakar gratis.
50
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
51 Ayam bakar. Apa pendapat kalian. 39 Kukeluarkan uang lima puluh pound.
"Biar aku sama Saiful saja yang beli. Mas Fahri sama Hamdi di rumah saja.
Kalian masih capek 'kan karena perjalanan tadi siang. Okay?" Rudi menawarkan diri.
"Okay. Oh ya jangan cuma ashir mangga, beli juga tamar hindi ya" Jangan
lupa!" sahut Hamdi. Ia memang paling suka sama tamar hindi. Waktu musim dingin
saja ia mencari tamar hindi, apa tidak aneh.
"Beres bos," seru Saiful.
Keduanya membuka pintu dan keluar.
"Mas aku buat sambal sama menanak sedikit nasi ya?" kata Hamdi.
"Sip. Kita buat bareng," sambutku sambil mengacungkan kedua jempolku.
Memang, tanpa membuat sambal ala Indonesia kurang mantap. Ayam bakar Mesir
tidak pakai sambal. Padahal kami berempat adalah orang yang doyan sambal,
terutama Hamdi. Dia jebolan pesantren Lirboyo, harus pakai sambal.
6 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Saat melangkah ke dapur aku teringat Mishbah. Tidak adil rasanya kami
berempat berpesta tampa mengikutsertakan dia. Namanya keluarga, ketika senang
harus dirasakan bersama. Aku tersenyum. Masalah yang mudah. Kutelpon Wisma.
Aku minta disambungkan pada Mishbah. Kuberitahukan padanya orang satu rumah
akan syukuran atas kelulusanku. Ia berteriak gembira,
"Mas apa aku pulang saja sekarang" Pakai taksi 'kan cepat!"
"Kerjamu sudah selesai?" tanyaku.
"Belum sih sekarang aku lagi membuat estimasi dana sama Mas Khalid."
"Kalau begitu kau selesaikan saja pekerjaanmu. Kalau kau pulang ke Hadayek
Helwan kau akan terlalu capek. Begini saja Akhi, kau ajak saja Mas Khalid istirahat ke
Babay atau ke mana terserah. Ajak makan firoh masywi. Pakai uangmu atau uangnya
Mas Khalid dulu. Nanti aku ganti. Jadi adil, bagaimana?"
"Kalau begitu siiip-lah Mas. Pokoknya alfu mabruk deh." Suaranya terdengar
girang. Aku tersenyum. Ah, musim panas yang menyenangkan, meskipun
melelahkan. Dalam segala musim, Tuhan selalu Penyayang.
Itu yang aku rasakan. 40 *** Tepat tengah malam kami pergi ke suthuh.52 Membawa tikar, nampan besar,
empat gelas plastik, ashir mangga, tamar hindi, dan dua bungkus firoh masywi yang
masih hangat dan sedap baunya.
Kami benar-benar berpesta. Dua ciduk nasi hangat digelar di atas nampan.
Sambal ditumpahkan. Lalu dua ayam bakar dikeluarkan dari bungkusnya. Tak lupa
acar dan lalapan timun. Satu ayam untuk dua orang.
"Sekali-kali kita jadi orang Mesir beneran, satu ayam untuk dua orang,"
komentar Rudi. "Kalau ini bukan makan nasi lauk ayam. Ini makan ayam lauk nasi. Nasinya
dikit sekali. Mbok ditambah dikit," sambung Saiful.
"Tujuannya memang kita makan ayam bakar. Nasi pelengkap saja untuk
melestarikan budaya Indonesia. Bagi yang mau tambah nasi ambil saja sendiri. Benar
nggak Mas?" sahut Hamdi.
"Sekarang bukan saatnya diskusi. Kalau mau diskusi besok Sabtu di Wisma
Nusantara. Rudi presentatornya. Bismillah, ayo jangan banyak cingcong langsung
kita ganyang saja!" ucapku sambil mencomot daging ayam di hadapanku. Serta merta
mereka melakukan hal yang sama. Kami makan sambil ngobrol, di belai udara malam
yang tidak dingin dan tidak panas. Semilir sejuk. Keindahan musim panas memang
pada waktu malam. Kala langit cerah. Bulan terang. Bintang-bintang gemerlapan.
Dan debu tidak berhamburan. Menikmati suasana alam di atas suthuh apartemen
sangat menyenangkan. Nun jauh di sana cahaya lampu-lampu rumah dan
gedung-gedung dekat sungai Nil tampak berkerlap-kerlip diterpa angin. Sayup-sayup
kami mendengar bunyi irama musik rakyat mengalun di kejauhan sana. Mungkin ada
yang sedang pesta. Alunan itu ditingkahi puja-puji syair sufi. Sangat khas senandung
malam di delta Nil. Suasana nyaman ini akan jadi kenangan tiada terlupakan. Dan kelak ketika
kami sudah kembali ke Tanah Air, kami pasti akan merindukan suasana indah malam
musim panas di Mesir seperti ini.
Usai makan kami tidak langsung turun. Kami tetap bercengkerama ditemani
7 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
semilir angin dari sungai Nil dan satu botol air segar tamar hindi. Kami bercerita
52 Lantai apartemen paling atas dan menghadap langit (atap apartemen).
41 tentang malam-malam berkesan yang pernah kami lewati. Rudi Marpaung yang
berasal dari Medan menceritakan pengalamannya menginap bersama teman-temannya ketika masih aliyah di Brastagi. Menyewa vila dan mengadakan
shalat tahajjud bersama dalam dinginnya malam. Suasana jadi semakin asyik ketika
Hamdi mengisahkan pengalamannya yang menegangkan selama tersesat di lereng
Gunung Lawu selama dua hari.
"Kami berempat belas. Dibagi dalam dua kelompok. Kami mencoba jalur baru.
Kelompok kami istirahat terlalu lama. Kami mengejar kelompok pertama. Sayang
kurang kompak. Kami bertiga tertinggal dan terlunta selama dua hari dalam hutan
Gunung Lawu. Hanya pertolongan dari Allah yang membuat kami tetap hidup."
Sedangkan Saiful yang waktu SMP pernah diajak ayahnya ke Turki bercerita
tentang indahnya malam di teluk Borporus. Ia bercerita detil teluk Borporus. Lalu
mengajak kami membayangkan bagaimana Sultan Muhammad Al-Fatih merebut
Konstantinopel dengan memindahkan puluhan kapal di malam hari lewat daratan dan
menjadikan kapal itu jembatan untuk menembus benteng pertahanan Konstantinopel.
Di tengah asyiknya bercengkerama, tiba-tiba kami mendengar suara orang
ribut. Suara lelaki dan perempuan bersumpah serapah berbaur dengan suara jerit dan
tangis seorang perempuan. Suara itu datang dari bawah. Kami ke tepi suthuh dan
melihat ke bawah. Benar, di gerbang apartemen kami melihat seorang gadis diseret oleh seorang
lelaki hitam dan ditendangi tanpa ampun oleh seorang perempuan. Gadis yang
diseret itu menjerit dan menangis. Sangat mengibakan. Gadis itu diseret sampai ke
jalan. "Jika kau tidak mau mendengar kata-kata kami, jangan sekali-kali kau injak
rumah kami. Kami bukan keluargamu!" sengit perempuan yang menendangnya.
Kami kenal gadis itu. Kasihan benar dia. Malang nian nasibnya. Namanya
Noura. Nama yang indah dan cantik. Namun nasibnya selama ini tak seindah nama
dan paras wajahnya. Noura masih belia. Ia baru saja naik ke tingkat akhir Ma'had Al
Azhar puteri. Sekarang sedang libur musim panas. Tahun depan jika lulus dia baru
akan kuliah. Sudah berulang kali kami melihat Noura dizhalimi oleh keluarganya
8 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sendiri. Ia jadi bulan-bulanan kekasaran ayahnya dan dua kakaknya. Entah kenapa
ibunya tidak membelanya. Kami heran dengan apa yang kami lihat. Dan malam ini
kami melihat hal yang membuat hati miris. Noura disiksa dan diseret tengah malam ke
42 jalan oleh ayah dan kakak perempuannya. Untung tidak musim dingin. Tidak bisa
dibayangkan jika ini terjadi pada puncak musim dingin.
Noura sesengukan di bawah tiang lampu merkuri. Ia duduk sambil mendekap
tiang lampu itu seolah mendekap ibunya. Apa yang kini dirasakan ibunya di dalam
rumah. Tidakkah ia melihat anaknya yang menangis tersedu dengan nada menyayat
hati. Tak ada tetangga yang keluar. Mungkin sedang lelap tidur. Atau sebenarnya
terjaga tapi telah merasa sudah sangat bosan dengan kejadian yang kerap berulang
itu. Ayah Noura yang bernama Bahadur itu memang keterlaluan. Bicaranya kasar dan
tidak bisa menghargai orang. Seluruh tetangga di apartemen ini dan masyarakat
sekitar jarang yang mau berurusan dengan Si Hitam Bahadur. Kulitnya memang hitam
meskipun tidak sehitam orang Sudan. Hanya kami yang mungkin masih sesekali
menyapa jika berjumpa. Itu pun kami terkadang merasa jengkel juga, sebab ketika
disapa ekspresi Bahadur tetap dingin seperti algojo kulit hitam yang berwajah batu.
Sejak kami tinggal di apartemen ini belum pernah Si Muka Dingin Bahadur tersenyum
pada kami. Kalau suara tawanya yang terbahak-bahak memang sering kami dengar.
Aku paling tidak tahan mendengar perempuan menangis. Kuajak temanteman
turun kembali ke flat. Mereka bertanya apa yang harus dilakukan untuk menolong
Noura. Aku diam belum menemukan jawaban. Aku masuk kamar, kubuka jendela,
angin malam semilir masuk. Noura masih terisak-isak di bawah tiang lampu. Aku dan
teman-teman tidak mungkin turun ke bawah menolong Noura. Meskipun dengan
sepatah kata untuk menghibur hatinya. Atau untuk memberitahukan padanya bahwa
sebenarnya ada yang peduli padanya. Tidak mungkin. Jika ada yang salah persepsi
urusannya bisa penjara. Apalagi Si Hitam Bahadur bisa melakukan apa saja tanpa
pertimbangan akal sehatnya.
Aku teringat Maria. Ia gadis yang baik hatinya. Rasa ibaku pada Noura
menggerakkan tanganku untuk mencoba mengirim sms pada Maria.
"Maria. Apa kau bangun. Kau dengar suara tangis di bawah sana?"
Kutunggu. Lima menit. Tak ada jawaban. Kuulangi lagi. Kutunggu lagi. Ada
jawaban. "Ya aku bangun. Aku mendengarnya. Aku lihat dari jendela Noura
memeluk tiang lampu." "Apa kau tidak kasihan padanya?" "Sangat
kasihan." "Apa kau tidak tergerak untuk menolongnya." "Tergerak. Tapi
itu tidak mungkin." "Kenapa?"
43 "Si Hitam Bahadur bisa melakukan apa saja. Ayahku tidak mau
berurusan dengannya." "Tidakkah kau bisa turun dan menyeka air
matanya. Kasihan Noura. Dia perlu seseorang yang menguatkan
hatinya." "Itu tidak mungkin." "Kau lebih memungkinkan daripada kami."
"Sangat susah kulakukan!" Maria menolak. "Kumohon turunlah dan
usaplah air matanya. Aku paling tidak tahan jika ada perempuan
menangis. Aku tidak tahan. Kumohon. Andaikan aku halal baginya tentu
aku akan turun mengusap air matanya dan membawanya ke tempat
yang jauh dari linangan air mata selama-lamanya." "Untuk yang ini
jangan paksa aku, Fahri! Aku tidak bisa!" "Kumohon, demi rasa cintamu
9 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pada Al-Masih. Kumohon!" "Baiklah, demi cintaku pada Al-Masih akan
kucoba. Tapi kau harus tetap mengawasi dari jendelamu. Jika ada
apa-apa kau harus berbuat sesuatu." "Jangan kuatir. Tuhan menyertai
orang yang berbuat kebajikan."
Benar dugaanku. Sebenarnya banyak tetangga yang terbangun oleh
teriakan-teriakan Bahadur dan jeritan Noura. Tapi mereka tidak tahu harus berbuat
apa. Pernah seorang tetangga memanggil polisi, tapi Noura tidak mau ayahnya
diperkarakan, Noura malah mengaku dia yang salah dan ayahnya berhak marah. Mau
bagaimana" Noura sepertinya tidak mau dibela padahal apa yang dilakukan ayahnya
padanya telah melewati batas. Tuan Boutros, ayah Maria pernah menegur Si Hitam
Bahadur atas perlakuannya yang tidak baik pada anak bungsunya. Tapi apa yang
terjadi" Bahadur malah melontarkan sumpah serapah yang tidak enak didengar
telinga. Dari jendela aku melihat Maria berjalan mendekati Noura. Ia memakai jubah
biru tua. Rambutnya yang hitam tergerai ditiup angin malam. Maria lalu duduk di
samping Noura. Ia kelihatannya berbicara pada Noura sambil mengeluselus
kepalanya. Noura masih memeluk tiang lampu. Maria terus berusaha. Akhirnya
kulihat Noura memeluk Maria dengan tersedu-sedu. Maria memperlakukan Noura
seolah adiknya sendiri. Sambil memeluk Noura Maria menengok ke arahku. Aku
menganggukkan kepala. Kulihat jam dinding, pukul dua empat puluh lima menit.
Teman-teman sudah terlelap. Mereka kekenyangan makan. Maria masih memeluk
Noura. Cukup lama mereka berpelukan. Maria melepaskan pelukannya. Tangan
kanannya memenjet handphone-nya dan meletakkan di telingannya.
Handphoneku menjerit. Maria bertanya,
44 "Sekarang apa yang harus kulakukan?"
"Tidak bisakah kau ajak dia ke kamarmu?"
"Aku kuatir Bahadur tahu."
"Aku yakin dia sudah terlelap. Dan biasanya akan bangun sekitar jam sepuluh
pagi. Dia pekerja malam. Tadi jam setengah dua baru pulang terus membuat
keributan." "Baiklah akan kucoba."
"Tunggu! Sekalian kau bujuk Noura menceritakan apa yang sebenarnya
dialaminya selama ini, agar kita semua para tetangga yang peduli pada nasibnya bisa
menolongnya dengan bijaksana."
"Akan kucoba." Sebenarnya Maria bisa bicara langsung tanpa melalui handphone. Tapi dia
harus bersuara sedikit keras, dan itu akan mengganggu tetangga yang tidur. Maria
memang tidak seperti Mona dan Suzana, dua kakak perempuan Noura yang genit dan
keras bicaranya. Seringkali Mona atau Suzana memanggil orang di rumah mereka
dari bawah dengan suara keras. Tidak siang tidak malam. Padahal rumah mereka
hanya di lantai dua tapi suaranya seperti memanggil orang di lantai tujuh.
Kulihat Maria berhasil membujuk Noura untuk ikut dengannya dan berjalan
memasuki gerbang apartemen. Hatiku sedikit lega. Masih ada waktu satu jam
setengah sampai subuh tiba. Kupasang beker. Aku ingin melelapkan mata sebentar
saja. *** 45 10 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
4. Air Mata Noura Meskipun cuma terlelap satu jam setengah, itu sudah cukup untuk
meremajakan seluruh syaraf tubuhku. Setelah satu rumah shalat shubuh berjamaah
di masjid, kami membaca Al-Qur'an bersama. Tadabbur sebentar, bergantian.
Teman-teman sangat melestarikan kegiatan rutin tiap pagi ini. Selama ada di rumah,
membaca Al-Qur'an dan tadabbur tetap berjalan, meskipun pagi ini kulihat mata Saiful
dan Rudi melek merem menahan kantuk.
Usai tadabbur Saiful, Rudi, dan Hamdi merebahkan diri di tempat tidur
masing-masing. Di musim panas, karena malamnya pendek, tidur selepas shubuh
adalah hal biasa bagi kebanyakan mahasiswa Indonesia. Tidak putera, tidak puteri,
semua sama. Wa bilkhusus para aktivis yang sering begadang sampai shubuh.
Mereka para raja dan para ratu tidur pagi hari. Orang Mesir pun juga banyak
melakukan hal yang sama. Begitu mendengar azan shubuh mereka yang tidak mau
berjamaah langsung shalat lalu tidur dan bangun sekitar pukul setengah sembilan.
Kantor-kantor dan instansi benar-benar membuka pelayanan setelah jam sembilan.
Toko-toko juga banyak yang baru buka jam sembilan. Meskipun tidak semua. Ada
beberapa instansi dan toko yang telah buka sejak jam tujuh. Yang paling disiplin buka
pagi adalah warung penjual roti isy dan ful.53 Mereka telah buka sejak pagi-pagi
sekali. Kebiasaan tidur setelah shalat shubuh kurang baik ini sering disindir para
Imam. Dalam sebuah khutbah Jum'at, imam muda kami, yaitu Syaikh Ahmad
Taqiyyuddin pernah mengatakan,
'Seandainya Israel menggempur Mesir pada jam setengah tujuh pagi maka
mereka tidak akan mendapatkan perlawanan apa-apa. Mereka akan sangat mudah
sekali memasuki kota Cairo dan membunuh satu per satu penduduknya. Karena pada
saat itu seluruh rakyat Mesir sedang terlelap dalam tidurnya dan baru akan
benar-benar bangun pukul sembilan.'
Kata-kata itu mungkin tidak seratus persen benar, tapi cukup mewakili untuk
menggambarkan kelengangan kota Cairo pada jam setengah tujuh di musim panas.
Padahal pada saat yang sama, di Jakarta sedang sibuk-sibuknya orang berangkat
kerja, dan kemacetan terjadi di mana-mana.
53 Roti Isy dan Ful adalah makanan pokok orang Mesir.
46 Aku termasuk orang yang anti tidur langsung setelah shalat shubuh. Aku tidak
mau berkah yang dijanjikan baginda Nabi di waktu pagi lewat begitu saja. Hal ini juga
kutanamkan pada teman-teman satu rumah. Jadi seandainya semalam begadang
dan mata sangat lelah, tetaplah diusahakan shalat shubuh berjamaah, membaca
Al-Qur'an, dan sedikit tadabbur. Semoga yang sedikit itu menjadi berkah. Barulah
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidur. Jika bisa tahan dulu sampai waktu dhuha datang, shalat dhuha baru tidur.
Kunyalakan komputer untuk kembali menerjemah. Baru setengah halaman bel
berbunyi. Ada tamu. Ternyata Tuan Boutros dan Maria. Kupersilakan keduanya
duduk. "Fahri, maaf menganggu. Ada yang perlu kita bicarakan," kata Tuan Boutros.
"Apa itu Tuan?"
11 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Noura." Maria langsung menyahut, "Begini Fahri. Aku sudah berusaha keras. Tapi Noura tidak mau menceritakan
segalanya. Dia hanya bilang telah diusir oleh ayah dan kakaknya karena tidak bisa
melakukan hal yang ia tidak bisa melakukannya."
"Hal yang ia tidak bisa melakukan itu maksudnya apa?" tanyaku.
"Ia tidak mau mengaku. Hanya itu yang bisa kudapat. Kami sekeluarga hanya
bisa membantu sampai di sini."
"Terus terang sebelum Si Bahadur bangun, Noura harus sudah meninggalkan
rumah kami?" sahut Tuan Boutros.
"Bukannya kami tidak peduli. Kau tentu tahu sifat Si Bahadur itu. Di samping itu
Noura memang ingin pergi untuk sementara. Ia kelihatan ketakutan dan cemas sekali.
Ia tidak mau ayahnya tahu kalau ia ada di rumah kami," sambung Maria.
"Lantas apa yang harus kita lakukan?" tanyaku.
"Untuk itulah kami berdua kemari. Mau tidak mau, pagi ini Noura memang
harus pergi. Untuk kebaikan dirinya, dan untuk kebaikan seluruh penghuni apartemen
ini. Jika sampai ia masih ada di sini, ayahnya akan kembali membuat keributan. Noura
akan jadi bulan-bulanan. Masalahnya, semua orang sudah bosan. Yang jadi pikiran
kami adalah Noura harus pergi ke mana. Kami tidak tega dia pergi tanpa tujuan dan
tanpa rasa aman," jelas Tuan Boutros.
47 "Anda benar Tuan Boutros. Dia harus pergi ke suatu tempat yang aman dan
tinggal di sana beberapa waktu sampai keadaan membaik. Hmm..apakah dia tidak
punya sanak saudara. Paman, bibi, atau nenek misalnya?"
"Di Cairo ini dia tidak memiliki siapa-siapa selain keluarga yang telah
mengusirnya. Dia masih punya paman dan bibi. Tapi sangat jauh di Mesir selatan,
dekat Aswan sana. Tepatnya di daerah Naq El-Mamariya yang terletak beberapa
puluh kilo di sebelah selatan Luxor. Bahadur dan isterinya yaitu Madame Syaima
berasal dari sana. Tapi Noura tidak bisa ke sana. Katanya, seingatnya ia baru dua kali
ke sana dan tidak tahu jalannya. Ia tidak bisa sendirian ke sana," jawab Maria.
"Teman sekolahnya?" tanyaku.
"Kami sudah memberikan saran itu padanya. Tapi Noura tidak mau. Ia ingin
pergi ke tempat yang tidak akan ditemukan ayah dan kedua kakaknya sementara
waktu. Seluruh rumah temannya telah diketahui ayahnya. Dia pernah diseret ayahnya
saat tidur di rumah salah seorang temannya di Thakanat Maadi. Itu akan membuatnya
malu pada setiap orang. Begitu katanya."
Aku mengerutkan kening. "Bagaimana dengan saudara atau kenalan kalian" Pasti kalian punya saudara
dan kenalan yang tidak akan terlacak oleh ayahnya Noura. Dan itu bisa membantu
Jodoh Rajawali 11 Pendekar Gila 12 Pembalasan Dewa Pedang Kitab Sukma Gelap 2
31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
Sekedear Berbagi Ilmu & Buku Attention!!! Please respect the author's
copyright and purchase a legal copy of
this book AnesUlarNaga. BlogSpot. COM Ayat Ayat Cinta Novel Pembangun Jiwa Karya Habiburrahman El Shirazy Alumnus Universitas Al Azhar, Cairo
1. Gadis Mesir Itu Bernama Maria
Tengah hari ini, kota Cairo seakan membara. Matahari berpijar di tengah petala
langit. Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat-jilat bumi. Tanah dan pasir
menguapkan bau neraka. Hembusan angin sahara disertai debu yang bergulung-gulung menambah panas udara semakin tinggi dari detik ke detik.
Penduduknya, banyak yang berlindung dalam flat yang ada dalam apartemenapartemen berbentuk
kubus dengan pintu, jendela dan tirai tertutup rapat.
Memang, istirahat di dalam flat sambil menghidupkan pendingin ruangan jauh
lebih nyaman daripada berjalan ke luar rumah, meski sekadar untuk shalat berjamaah
1 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
di masjid. Panggilan azan zhuhur dari ribuan menara yang bertebaran di seantero
kota hanya mampu menggugah dan menggerakkan hati mereka yang benar-benar
tebal imannya. Mereka yang memiliki tekad beribadah sesempurna mungkin dalam
segala musim dan cuaca, seperti karang yang tegak berdiri dalam deburan ombak,
terpaan badai, dan sengatan matahari. Ia tetap teguh berdiri seperti yang dititahkan
Tuhan sambil bertasbih tak kenal kesah. Atau, seperti matahari yang telah jutaan
tahun membakar tubuhnya untuk memberikan penerangan ke bumi dan seantero
mayapada. Ia tiada pernah mengeluh, tiada pernah mengerang sedetik pun
menjalankan titah Tuhan. Awal-awal Agustus memang puncak musim panas.
Dalam kondisi sangat tidak nyaman seperti ini, aku sendiri sebenarnya sangat
malas keluar. Ramalan cuaca mengumumkan: empat puluh satu derajat celcius! Apa
tidak gila!" Mahasiswa Asia Tenggara yang tidak tahan panas, biasanya sudah
mimisan, hidungnya mengeluarkan darah. Teman satu flat yang langganan mimisan
di puncak musim panas adalah Saiful. Tiga hari ini, memasuki pukul sebelas siang
sampai pukul tujuh petang, darah selalu merembes dari hidungnya. Padahal ia tidak
keluar flat sama sekali. Ia hanya diam di dalam kamarnya sambil terus menyalakan
kipas angin. Sesekali ia kungkum, mendinginkan badan di kamar mandi.
Dengan tekad bulat, setelah mengusir segala rasa aras-arasen1 aku bersiap
untuk keluar. Tepat pukul dua siang aku harus sudah berada di Masjid Abu Bakar
Ash-Shidiq yang terletak di Shubra El-Khaima, ujung utara Cairo, untuk talaqqi2 pada
1 2 Rasa malas melakukan sesuatu.
Belajar langsung face to face dengan seorang syaikh atau ulama.
1 Syaikh Utsman Abdul Fattah. Pada ulama besar ini aku belajar qiraah sab'ah3 dan
ushul tafsir4. Beliau adalah murid Syaikh Mahmoud Khushari, ulama legendaris yang
mendapat julukan Syaikhul Maqari' Wal Huffadh Fi Mashr atau Guru Besarnya Para
Pembaca dan Penghafal Al-Qur'an di Mesir.
Jadwalku mengaji pada Syaikh yang terkenal sangat disiplin itu seminggu dua
kali. Setiap Ahad dan Rabu. Beliau selalu datang tepat waktu. Tak kenal kata absen.
Tak kenal cuaca dan musim. Selama tidak sakit dan tidak ada uzur yang teramat
penting, beliau pasti datang. Sangat tidak enak jika aku absen hanya karena alasan
panasnya suhu udara. Sebab beliau tidak sembarang menerima murid untuk talaqqi
qiraah sab'ah. Siapa saja yang ingin belajar qiraah sab'ah terlebih dahulu akan beliau
uji hafalan Al-Qur'an tiga puluh juz dengan qiraah bebas. Boleh Imam Warasy. Boleh
Imam Hafsh. Atau lainnya. Tahun ini beliau hanya menerima sepuluh orang murid.
Aku termasuk sepuluh orang yang beruntung itu. Lebih beruntung lagi, beliau sangat
mengenalku. Itu karena, di samping sejak tahun pertama kuliah aku sudah
menyetorkan hafalan Al-Qur'an pada beliau di serambi masjid Al Azhar, juga karena di
antara sepuluh orang yang terpilih itu ternyata hanya diriku seorang yang bukan orang
Mesir. Aku satusatunya orang asing, sekaligus satu-satunya yang dari Indonesia. Tak
heran jika beliau meng-anakemas-kan diriku. Dan teman-teman dari Mesir tidak ada
yang merasa iri dalam masalah ini. Mereka semua simpati padaku. Itulah sebabnya,
jika aku absen pasti akan langsung ditelpon oleh Syaikh Utsman dan teman-teman.
2 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mereka akan bertanya kenapa tidak datang" Apa sakit" Apa ada halangan dan lain
sebagainya. Maka aku harus tetap berusaha datang selama masih mampu
menempuh perjalanan sampai ke Shubra, meskipun panas membara dan badai debu
bergulung-gulung di luar sana. Meskipun jarak yang ditempuh sekitar lima puluh kilo
meter lebih jauhnya. Kuambil mushaf tercinta. Kucium penuh takzim. Lalu kumasukkan ke dalam saku depan tas cangklong
hijau tua. Meskipun butut, ini adalah tas bersejarah yang setia menemani diriku
menuntut ilmu sejak di Madrasah Aliyah sampai saat ini, saat menempuh S.2. di
universitas tertua di dunia, di delta Nil ini. Aku mengambil satu botol kecil berisi air
putih di kulkas. Kumasukkan dalam plastik hitam lalu kumasukkan dalam tas. Aku
selalu membiasakan diri membawa air putih jika bepergian, selain sangat berguna
3 4 Membaca Al-Qur'an dengan riwayat tujuh Imam
Ilmu tafsir paling pokok.
2 juga merupakan salah satu bentuk penghematan yang sangat terasa. Apalagi selama
menempuh perjalanan jauh dari Hadayek Helwan sampai Shubra El-Khaima dengan
metro5, tidak akan ada yang menjual minuman.
Aku sedikit ragu mau membuka pintu. Hatiku ketar-ketir. Angin sahara
terdengar mendesau-desau. Keras dan kacau. Tak bisa dibayangkan betapa
kacaunya di luar sana. Panas disertai gulungan debu yang berterbangan. Suasana
yang jauh dari nyaman. Namun niat harus dibulatkan. Bismillah tawakkaltu 'ala Allah6,
pelan-pelan kubuka pintu apartemen. Dan...
Wuss! Angin sahara menampar mukaku dengan kasar. Debu bergumpal-gumpal
bercampur pasir menari-nari di mana-mana. Kututup kembali pintu apartemen.
Rasanya aku melupakan sesuatu.
"Mas Fahri, udaranya terlalu panas. Cuacanya buruk. Apa tidak sebaiknya
istirahat saja di rumah?" saran Saiful yang baru keluar dari kamar mandi. Darah yang
merembes dari hidungnya telah ia bersihkan.
"Insya Allah tidak akan terjadi apa-apa. Aku sangat tidak enak pada Syaikh
Utsman jika tidak datang. Beliau saja yang sudah berumur tujuh puluh lima tahun
selalu datang. Tepat waktu lagi. Tak kenal cuaca panas atau dingin. Padahal rumah
beliau dari masjid tak kurang dari dua kilo," tukasku sambil bergegas masuk kamar
kembali, mengambil topi dan kaca mata hitam.
"Allah yubarik fik7, Mas," ujarnya serak. Tangan kanannya mengusapkan sapu
tangan pada hidungnya. Mungkin darahnya merembes lagi.
"Wa iyyakum!8" balasku sambil memakai kaca mata hitam dan memakai topi
menutupi kopiah putih yang telah menempel di kepalaku.
"Sudah bawa air putih, Mas?"
Aku mengangguk. "Saif, Rudi minta dibangunkan pukul setengah dua. Tadi malam dia lembur
bikin makalah. Kelihatannya dia baru tidur jam setengah sepuluh tadi. Terus tolong
nanti bilang sama dia untuk beli gula, dan minyak goreng. Hari ini dia yang piket
5 3 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
6 7 8 Kereta listrik, disebut juga trem
Dengan menyebut nama Allah, aku berserah diri kepada Allah
Semoga Allah melimpahkan berkah padamu.
Dan semoga melimpahkan (berkah-Nya) pada kalian semua.
3 belanja. Oh ya, hampir lupa, nanti sore yang piket masak Hamdi. Dia paling suka
masak oseng-oseng wortel campur kofta 9 . Kebetulan wortel dan koftanya habis.
Bilang sama Rudi sekalian."
Sebagai yang dipercaya untuk jadi kepala keluarga - meskipun tanpa seorang
ibu rumah tangga - aku harus jeli memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan
anggota. Dalam flat ini kami hidup berlima; aku, Saiful, Rudi, Hamdi dan Mishbah.
Kebetulan aku yang paling tua, dan paling lama di Mesir. Secara akademis aku juga
yang paling tinggi. Aku tinggal menunggu pengumuman untuk menulis tesis master di
Al Azhar. Yang lain masih program
S.1. Saiful dan Rudi baru tingkat tiga, mau masuk tingkat empat. Sedangkan Misbah
dan Hamdi sedang menunggu pengumuman kelulusan untuk memperoleh gelar Lc.
atau Licence. Mereka semua telah menempuh ujian akhir tahun pada akhir Mei
sampai awal Juni yang lalu. Awal-awal Agustus biasanya pengumuman keluar.
Namun sampai hari ini, pengumuman belum juga keluar.
Dan hari ini, kebetulan yang ada di flat hanya tiga orang, yaitu aku, Saiful dan
Rudi. Adapun Hamdi sudah dua hari ini punya kegiatan di Dokki, tepatnya di Masjid
Indonesia Cairo. Ia diminta untuk memberikan pelatihan kepemimpinan pada remaja
masjid yang semuanya adalah putera-puteri para pejabat KBRI. Siang ini katanya
selesai, dan nanti sore dia pulang. Sedangkan Mishbah sedang berada di Rab'ah
El-Adawea, Nasr City. Katanya ia harus menginap di Wisma Nusantara, di tempatnya
Mas Khalid, untuk merancang draft pelatihan ekonomi Islam bersama Profesor
Maulana Husein Shahata, pertengahan September depan. Masing-masing penghuni
flat ini punya kesibukan. Aku sendiri yang sudah tidak aktif di organisasi manapun,
juga mempunyai jadwal dan kesibukan. Membaca bahan untuk tesis, talaqqi qiraah
sab'ah, menerjemah, dan diskusi intern dengan teman-teman mahasiswa Indonesia
yang sedang menempuh S.2. dan S.3. di Cairo.
Urusan-urusan kecil seperti belanja, memasak dan membuang sampah, jika
tidak diatur dengan bijak dan baik akan menjadi masalah. Dan akan mengganggu
keharmonisan. Kami berlima sudah seperti saudara kandung. Saling mencintai,
mengasihi dan mengerti. Semua punya hak dan kewajiban yang sama. Tidak ada
yang diistimewakan. Semboyan kami, baiti jannati. Rumahku adalah surgaku. Tempat
yang kami tinggali ini harus benar-benar menjadi tempat yang menyenangkan. Dan
9 Daging yang telah dicincang halus dengan mesin.
4 4 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sebagai yang paling tua aku bertanggung jawab untuk membawa mereka pada
suasana yang mereka inginkan.
Aku melangkah ke pintu. "Saif. Jangan lupa pesanku tadi!" kembali aku mengingatkan sebelum
membuka pintu. "Insya Allah, Mas."
Di luar sana angin terdengar mendesau-desau. Benar kata Saiful, cuaca
sebetulnya kurang baik. Ah, kalau tidak ingat bahwa kelak akan ada hari yang lebih panas dari hari ini
dan lebih gawat dari hari ini. Hari ketika manusia digiring di padang Mahsyar dengan
matahari hanya satu jengkal di atas ubun-ubun kepala. Kalau tidak ingat, bahwa
keberadaanku di kota seribu menara ini adalah amanat. Dan amanat akan
dipertanggungjawabkan dengan pasti. Kalau tak ingat, bahwa masa muda yang
sedang aku jalani ini akan dipertanyakan kelak. Kalau tak ingat, bahwa tidak semua
orang diberi nikmat belajar di bumi para nabi ini. Kalau tidak ingat, bahwa aku belajar
di sini dengan menjual satu-satunya sawah warisan dari kakek. Kalau tidak ingat
bahwa aku dilepas dengan linangan air mata dan selaksa doa dari ibu, ayah dan
sanak saudara. Kalau tak ingat bahwa jadwal adalah janji yang harus ditepati. Kalau
tak ingat itu semua, shalat zhuhur di kamar saja lalu tidur nyantai menyalakan kipas
dan mendengarkan lantunan lagu El-Himl El-Arabi atau El-Hubb El-Haqiqi, atau
untaian shalawatnya Emad Rami dari Syiria itu, tentu rasanya nyaman sekali. Apalagi
jika diselingi minum ashir10 mangga yang sudah didinginkan satu minggu di dalam
kulkas atau makan buah semangka yang sudah dua hari didinginkan. Masya Allah,
alangkah segarnya. Kubuka pintu apartemen perlahan.
Wuss! Angin sahara kembali menerpa wajahku. Aku melangkah keluar lalu menuruni
tangga satu per satu. Flat kami ada di tingkat tiga. Gedung apartemen ini hanya enam
tingkat dan tidak punya lift. Sampai di halaman apartemen, jilatan panas matahari
seakan menembus topi hitam dan kopiah putih yang menempel di kepalaku.
Seandainya tidak memakai kaca mata hitam, sinarnya yang benderang akan terasa
10 Juice 5 perih menyilaukan mata. Kulangkahkan kaki ke jalan.
"Psst..psst...Fahri! Fahri!"
Kuhentikan langkah. Telingaku menangkap ada suara memanggil-manggil
namaku dari atas. Suara yang sudah kukenal. Kupicingkan mataku mencari asal
suara. Di tingkat empat. Tepat di atas kamarku. Seorang gadis Mesir berwajah bersih
membuka jendela kamarnya sambil tersenyum. Matanya yang bening menatapku
penuh binar. "Hei Fahri, panas-panas begini keluar, mau ke mana?"
"Shubra." "Talaqqi Al-Qur'an ya?"
Aku mengangguk. "Pulangnya kapan?"
5 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Jam lima, insya Allah."
"Bisa nitip?" "Nitip apa?" "Belikan disket. Dua. Aku malas sekali keluar."
"Baik, insya Allah."
Aku membalikkan badan dan melangkah.
"Fahri, istanna suwayya!11"
"Fi eh kaman"12"
Aku urung melangkah. "Uangnya." "Sudah, nanti saja, gampang."
"Syukran Fahri."13
"Afwan." 11 12 13 Tunggu sebentar. Ada apa lagi" Terima kasih. 6 Aku cepat-cepat melangkah ke jalan menuju masjid untuk shalat zhuhur.
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Panasnya bukan main. Gadis Mesir itu, namanya Maria. Ia juga senang dipanggil Maryam. Dua nama
yang menurutnya sama saja. Dia puteri sulung Tuan Boutros Rafael Girgis. Berasal
dari keluarga besar Girgis. Sebuah keluarga Kristen Koptik yang sangat taat. Bisa
dikatakan, keluarga Maria adalah tetangga kami paling akrab. Ya, paling akrab. Flat
atau rumah mereka berada tepat di atas flat kami. Indahnya, mereka sangat sopan
dan menghormati kami mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Al Azhar.
Maria gadis yang unik. Ia seorang Kristen Koptik atau dalam bahasa asli Mesirnya qibthi, namun ia
suka pada Al-Qur'an. Ia bahkan hafal beberapa surat Al-Qur'an. Di antaranya surat
Maryam. Sebuah surat yang membuat dirinya merasa bangga. Aku mengetahui hal itu
pada suatu kesempatan berbincang dengannya di dalam metro. Kami tak sengaja
berjumpa. Ia pulang kuliah dari Cairo University, sedangkan aku juga pulang kuliah
dari Al Azhar University. Kami duduk satu bangku. Suatu kebetulan.
"Hei namamu Fahri, iya 'kan?"
"Benar." "Kau pasti tahu namaku, iya 'kan?"
"Iya. Aku tahu. Namamu Maria. Puteri Tuan Boutros Girgis."
"Kau benar." "Apa bedanya Maria dengan Maryam?"
"Maria atau Maryam sama saja. Seperti David dengan Daud. Yang jelas
namaku tertulis dalam kitab sucimu. Kitab yang paling banyak dibaca umat manusia di
dunia sepanjang sejarah. Bahkan jadi nama sebuah surat. Surat kesembilan belas,
yaitu surat Maryam. Hebat bukan?"
"Hei, bagaimana kau mengatakan Al-Qur'an adalah kitab suci paling banyak
6 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dibaca umat manusia sepanjang sejarah" Dari mana kamu tahu itu?" selidikku penuh
rasa kaget dan penasaran.
"Jangan kaget kalau aku berkata begitu. Ini namanya objektif. Memang
kenyataannya demikian. Charles Francis Potter mengatakan seperti itu. Bahkan jujur
kukatakan, 'Al-Qur'an jauh lebih dimuliakan dan dihargai daripada kitab suci lainnya.
7 Ia lebih dihargai daripada Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Pendeta J. Shillidy
dalam bukunya The Lord Jesus in The Koran memberikan kesaksian seperti itu. Dan
pada kenyataannya tak ada buku atau kitab di dunia ini yang dibaca dan dihafal oleh
jutaan manusia setiap detik melebihi Al-Qur'an. Di Mesir saja ada sekitar sepuluh ribu
Ma'had Al Azhar. Siswanya ratusan ribu bahkan jutaan anak. Mereka semua sedang
menghafalkan Al-Qur'an. Karena mereka tak akan lulus dari Ma'had Al Azhar kecuali
harus hafal Al-Qur'an. Aku saja, yang seorang Koptik suka kok menghafal Al-Qur'an.
Bahasanya indah dan enak dilantunkan," cerocosnya santai tanpa ada keraguan.
"Kau juga suka menghafal Al-Qur'an" Apa aku tidak salah dengar?" heranku.
"Ada yang aneh?"
Aku diam tidak menjawab. "Aku hafal surat Maryam dan surat Al-Maidah di luar kepala."
"Benarkah?" "Kau tidak percaya" Coba kau simak baik-baik!"
Maria lalu melantunkan surat Maryam yang ia hafal. Anehnya ia terlebih dahulu
membaca ta'awudz14 dan basmalah. Ia tahu adab dan tata cara membaca Al-Qur'an.
Jadilah perjalanan dari Mahattah 15 Anwar Sadat Tahrir sampai Tura El-Esmen
kuhabiskan untuk menyimak seorang Maria membaca surat Maryam dari awal sampai
akhir. Nyaris tak ada satu huruf pun yang ia lupa. Bacaannya cukup baik meskipun
tidak sebaik mahasiswi Al Azhar. Dari Tura El-Esmen hingga Hadayek Helwan Maria
mengajak berbincang ke mana-mana. Aku tak menghiraukan tatapan orang-orang
Mesir yang heran aku akrab dengan Maria.
Itulah Maria, gadis paling aneh yang pernah kukenal. Meskipun aku sudah
cukup banyak tahu tentang dirinya, baik melalui ceritanya sendiri saat tak sengaja
bertemu di metro, atau melalui cerita ayahnya yang ramah. Tapi aku masih
menganggapnya aneh. Bahkan misterius. Ia gadis yang sangat cerdas. Nilai ujian
akhir Sekolah Lanjutan Atasnya adalah terbaik kedua tingkat nasional Mesir. Ia masuk
Fakultas Komunikasi, Universitas Cairo. Dan tiap tingkat selalu meraih predikat
mumtaz atau cumlaude. Ia selalu terbaik di fakultasnya. Ia pernah ditawari jadi
reporter Ahram, koran terkemuka di Mesir. Tapi ia tolak. Ia lebih memilih jadi penulis
bebas. Ia memang gadis Koptik yang aneh. Menurut pengakuannya sendiri, ia paling
14 15 Yaitu membaca A'udzubillahi minasy syaithaanir rajiim.
Stasiun, terminal. 8 suka dengar suara azan, tapi pergi ke gereja tidak pernah ia tinggalkan. Sekali lagi, ia
memang gadis Koptik yang aneh. Aku tidak tahu jalan pikirannya.
Selama ini, aku hanya mendengar dari bibirnya yang tipis itu hal-hal yang
positif tentang Islam. Dalam hal etika berbicara dan bergaul ia terkadang lebih Islami
7 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
daripada gadis-gadis Mesir yang mengaku muslimah. Jarang sekali kudengar ia
tertawa cekikikan. Ia lebih suka tersenyum saja. Pakaiannya longgar, sopan dan
rapat. Selalu berlengan panjang dengan bawahan panjang sampai tumit. Hanya saja,
ia tidak memakai jilbab. Tapi itu jauh lebih sopan ketimbang gadisgadis Mesir
seusianya yang berpakaian ketat dan bercelana ketat, dan tidak jarang bagian
perutnya sedikit terbuka. Padahal mereka banyak yang mengaku muslimah. Maria
suka pada Al-Qur'an. Ia sangat mengaguminya, meskipun ia tidak pernah mengaku
muslimah. Penghormatannya pada Al-Qur'an bahkan melebihi beberapa intelektual
muslim. Ia pernah cerita, suatu kali ia ikut diskusi tentang aspek kebahasaan AlQur'an
di Fakultas Sastra Universitas Cairo. Pemakalahnya adalah seorang doktor filsafat
jebolan Sorbonne Perancis. Maria merasa risih sekali dengan kepongahan doktor itu
yang mengatakan Al-Qur'an tidak sakral karena dilihat dari aspek kebahasaan ada
ketidakberesan. Doktor itu mencontohkan dalam Al-Qur'an ada rangkaian huruf yang
tidak diketahui maknanya. Yaitu, alif laam miim, alif laam ra, haa miim, yaa siin,
thaaha nuun, kaf ha ya 'ain shaad, dan sejenisnya.
Maria berkata padaku, "Fahri, aku geli sekali mendengar perkataan doktor dari Sorbonne itu. Dia itu
orang Arab, juga muslim, tapi bagaimana bisa mengatakan hal yang stupid begitu.
Aku saja yang Koptik bisa merasakan betapa indahnya Al-Qur'an dengan alif laam
miim-nya. Kurasa rangkaian huruf-huruf seperti alif laam miim, alif laam ra, haa miim,
yaa siin, nuun, kaf ha ya 'ain shaad adalah rumus-rumus Tuhan yang dahsyat
maknanya. Susah diungkapkan maknanya, tapi keagungannya bisa ditangkap oleh
mereka yang memiliki cita rasa bahasa Arab yang tinggi. Jika susunan itu dianggap
sebagai suatu ketidakberesan, orang-orang kafir Quraisy yang sangat tidak suka
pada Al-Qur'an dan memusuhinya sejak dahulu tentu akan mengambil kesempatan
adanya ketidakberesan itu untuk menghancurkan Al-Qur'an. Dan tentu mereka sudah
mencela bahasa Al-Qur'an habis-habisan sepanjang sejarah. Namun kenyataannya,
justru sebaliknya. Mereka mengakui keindahan bahasanya yang luar biasa. Mereka
menganggap bahasa AlQur'an bukan bahasa manusia biasa tapi bahasa yang datang
9 dari langit. Jadi kukira doktor itu benar-benar stupid. Tidak semestinya seorang doktor
sekelas dia mengatakan hal seperti itu."
Aku lalu menjelaskan kepada Maria segala hal berkaitan dengan alim laam
miim dalam Al-Qur'an. Lengkap dengan segala rahasia yang digali oleh para ulama
dan ahli tafsir. Maknanya, hikmahnya, dan pengaruhnya dalam jiwa. Juga
kuterangkan bahwa pendapat Maria yang mengatakan huruf-huruf itu tak lain adalah
rumus-rumus Tuhan yang maha dahsyat maknanya, dan hanya Tuhan yang tahu
persis maknanya, ternyata merupakan pendapat yang dicenderungi mayoritas ulama
tafsir. Maria girang sekali mendengarnya.
"Wah pendapat yang terlintas begitu saja dalam benak kok bisa sama dengan
pendapat mayoritas ulama tafsir ya?" komentarnya sambil tersenyum bangga.
Aku ikut tersenyum. Di dunia ini memang banyak sekali rahasia Tuhan yang tidak bisa dimengerti
oleh manusia lemah seperti diriku. Termasuk kenapa ada gadis seperti Maria. Dan
aku pun tidak merasa perlu untuk bertanya padanya kenapa tidak mengikuti ajaran
Al-Qur'an. Pertanyaan itu kurasa sangat tidak tepat ditujukan pada gadis cerdas
seperti Maria. Dia pasti punya alasan atas pilihannya. Inilah yang membuatku
menganggap Maria adalah gadis aneh dan misterius. Di dunia ini banyak sekali
8 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hal-hal misterius. Masalah hidayah dan iman adalah masalah misterius. Sebab hanya
Allah saja yang berhak menentukan siapa-siapa yang patut diberi hidayah. Abu Thalib
adalah paman nabi yang mati-matian membela dakwah nabi. Cinta nabi pada beliau
sama dengan cinta nabi pada ayah kandungnya sendiri. Tapi masalah hidayah hanya
Allah yang berhak menentukan. Nabi tidak bisa berbuat apa-apa atas nasib sang
paman yang amat dicintainya itu. Juga hidayah untuk Maria. Hanya Allah yang berhak
memberikannya. Mungkin, sejak azan berkumandang Maria telah membuka daun jendela
kayunya. Dari balik kaca ia melihat ke bawah, menunggu aku keluar. Begitu aku
tampak keluar menuju halaman apartemen, ia membuka jendela kacanya, dan
memanggil dengan suara setengah berbisik. Ia tahu persis bahwa aku dua kali tiap
dalam satu minggu keluar untuk talaqqi Al-Qur'an. Tiap hari Ahad dan Rabu.
Berangkat setelah azan zhuhur berkumandang dan pulang habis Ashar. Dan ini hari
Rabu. Seringkali ia titip sesuatu padaku. Biasanya tidak terlalu merepotkan. Seperti
titip membelikan disket, memfotocopykan sesuatu, membelikan tinta print, dan
10 sejenisnya yang mudah kutunaikan. Banyak toko alat tulis, tempat foto copy dan toko
perlengkapan komputer di Hadayek Helwan. Jika tidak ada di sana, biasanya di
Shubra El-Khaima ada. Suhu udara benar-benar panas. Wajar saja Maria malas keluar. Toko alat tulis
yang juga menjual disket hanya berjarak lima puluh meter dari apartemen. Namun ia
lebih memilih titip dan menunggu sampai aku pulang nanti. Ini memang puncak musim
panas. Laporan cuaca meramalkan akan berlangsung sampai minggu depan,
rata-rata 39 sampai 41 derajat celcius. Ini baru di Cairo. Di Mesir bagian selatan dan
Sudan entah berapa suhunya. Tentu lebih menggila. Ubun-ubunku terasa mendidih.
Panggilan iqamat16 terdengar bersahut-sahutan. Panggilan mulia itu sangat
menentramkan hati. Pintu-pintu meraih kebahagiaan dan kesejahteraan masih
terbuka lebar-lebar. Kupercepat langkah. Tiga puluh meter di depan adalah Masjid
Al-Fath Al-Islami. Masjid kesayangan. Masjid penuh kenangan tak terlupakan. Masjid
tempat aku mencurahkan suka dan deritaku selama belajar di sini. Tempat aku
menitipkan rahasia kerinduanku yang memuncak, tujuh tahun sudah aku berpisah
dengan ayah ibu. Tempat aku mengadu pada Yang Maha Pemberi rizki saat berada
dalam keadaan kritis kehabisan uang. Saat hutang pada teman-teman menumpuk
dan belum terbayarkan. Saat uang honor terjemahan terlambat datang.
Tempat aku menata hati, merancang strategi, mempertebal azam dan keteguhan
jiwa dalam perjuangan panjang.
Begitu masuk masjid... Wusss! Hembusan udara sejuk yang dipancarkan lima AC dalam masjid menyambut
ramah. Alhamdulillah. Nikmat rasanya jika sudah berada di dalam masjid. Puluhan
orang sudah berjajar rapi dalam shaf shalat jamaah. Kuletakkan topi dan tas
cangklongku di bawah tiang dekat aku berdiri di barisan shaf kedua. Kedamaian
menjalari seluruh syaraf dan gelegak jiwa begitu kuangkat takbir. Udara sejuk yang
berhembus terasa mengelus-elus leher dan mukaku. Juga mengusap keringat yang
tadi mengalir deras. Aku merasa tenteram dalam elusan kasih sayang Tuhan Yang
Mahapenyayang. Dia terasa begitu dekat, lebih dekat dari urat leher, lebih dekat dari
jantung yang berdetak. 16 9 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tanda bahwa shalat berjamaah segera didirikan.
11 2. Peristiwa di dalam Metro
Usai shalat, aku menyalami Syaikh Ahmad. Nama lengkapnya Syaikh Ahmad
Taqiyyuddin Abdul Majid. Imam muda yang selama ini sangat dekat denganku. Beliau
tidak pernah menyembunyikan senyumnya setiap kali berjumpa denganku. Beliau
masih muda, umurnya baru tiga puluh satu, dan baru setengah tahun yang lalu ia
meraih Magister Sejarah Islam dari Universitas Al Azhar. Anaknya baru satu, berumur
dua tahun. Kini beliau bekerja di Kementerian Urusan Wakaf sambil menempuh
program doktoralnya. Beliau juga menjadi dosen Sejarah Islam di Ma'had I'dadud
Du'at 17 yang dikelola oleh Jam'iyyah Syar'iyyah bekerjasama dengan Fakultas
Dakwah, Universitas Al Azhar. Di seluruh Mesir sampai sekarang ma'had ini baru ada
dua: di Ramsis dan di Hadayek Helwan.
Meskipun masih muda, namun kedalaman ilmu agama dan kefashihannya
membaca serta mentafsirkan Al-Qur'an membuat masyarakat memanggilnya
"Syaikh". Kerendahan hati, dan komitmennya yang tinggi membela kebenaran
membuat sosoknya dicintai dan dihormati semua lapisan masyarakat Hadayek
Helwan dan sekitarnya. Yang menarik, dia dekat dengan kawula muda. Panggilan
'Syaikh' tidak membuatnya lantas merasa canggung untuk ikut sepak bola setiap
Jum'at pagi bersama anak-anak muda. Jika Maria adalah gadis Koptik yang aneh.
Aku merasa Syaikh Ahmad adalah ulama muda yang unik.
"Akh18 Fahri, mau ke mana?" tanya Syaikh ramah dengan senyum menghiasi
wajahnya yang bersih. Jenggotnya tertata rapi. Kutatap wajah beliau sesaat.
Sejatinya Syaikh Ahmad memang tampan. Tak kalah dengan Kazem Saheer,
penyanyi tenar asal Irak yang digandrungi gadis-gadis remaja seantero Timur
Tengah. Nada suaranya juga indah berwibawa. Tak heran jika beliau disayangi
semua orang. Seandainya suara indah Kazem Saheer digunakan untuk membaca
Al-Qur'an seperti Syaikh Ahmad mungkin akan lain cerita belantika selebritis Mesir.
"Seperti biasa Syaikh, ke Shubra," jawabku datar.
Beliau langsung paham aku mau ke mana dan mau apa. Sebab Syaikh Ahmad
dulu juga belajar qiraah sab'ah pada Syaikh Utsman di Shubra. Sesekali bahkan
masih datang ke sana. "Cuacanya buruk. Sangat panas. Apa tidak sebaiknya istrirahat saja" Jarak
17 18 Sekolah Tinggi Juru Dakwah
Saudara. 12 yang akan kau tempuh itu tidak dekat. Pikirkan juga kesehatanmu, Akh," lanjut beliau
sambil meletakkan tangan kanannya dipundak kiriku.
"Semestinya memang begitu Syaikh. Tapi saya harus komitmen dengan
jadwal. Jadwal adalah janji. Janji pada diri sendiri dan janji pada Syaikh Utsman untuk
datang." "Masya Allah, semoga Allah menyertai langkahmu."
"Amin," sahutku pelan sambil melirik jam dinding di atas mihrab.
10 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Waktunya sudah mepet. "Syaikh, saya pamit dulu," kataku sambil bangkit berdiri. Syaikh Ahmad ikut
berdiri. Kucangklong tas, kupakai topi dan kaca mata.
Syaikh Ahmad tersenyum melihat penampilanku.
"Dengan topi dan kaca mata hitammu itu kau seperti bintang film Hong Kong
saja. Tak tampak sedikit pun kau seorang mahasiswa pascasarjana Al Azhar yang
hafal Al-Qur'an." "Syaikh ini bisa saja," sahutku sambil tersenyum, "mohon doanya.
Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh."
Di luar masjid, terik matahari dan gelombang angin panas langsung
menyerang. Cepat-cepat kuayunkan kaki, berlari-lari kecil menuju mahathah metro
yang berada tiga puluh lima meter di hadapanku. Ups, sampai juga akhirnya. Aku
langsung menuju loket penjualan tiket.
"Ya Kapten, wahid Shubra!"19 seruku pada penjaga loket berkepala botak dan
gemuk. Wajahnya penuh keringat, meskipun tepat di belakangnya ada kipas angin
kecil berputar-putar. Ia tampak berkenan kusapa dengan kapten. Memang untuk
menyapa lelaki yang tidak dikenal cukup memakai 'ya kapten' bisa juga 'ya basya'
atau kalau agak tua 'ya ammu'. Jika kira-kira sudah haji memakai 'ya haj'."
"Masyi ya Andonesy,"20 jawab penjaga loket sambil mengulurkan karcis kecil
warna kuning kepadaku. Ia mengambil uang satu pound yang kuberikan dan memberi
kembalian 20 piesters. Di pintu masuk karcis aku masukkan untuk membuka pintu
penghalang. Setelah melewati pintu penghalang karcis itu kuambil lagi. Sebab tanpa
19 20 Kapten, Shubra satu! Baik, Orang Indonesia.
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
13 karcis itu saya tidak akan bisa keluar di Shubra nanti. Dan jika ada pemeriksaan di
dalam metro karcis itu harus aku tunjukkan. Jika tidak bisa menunjukkan, akan kena
denda. Biasanya sepuluh pound. Itu pun setelah dimaki-maki oleh petugas
pemeriksa. Bagi penduduk Mesir, khususnya Cairo, metro bisa dikatakan transportasi
kebanggaan. Lumayan canggih. Mahattah bawah tanah yang ada di Attaba, Tahrir
dan Ramsis kelihatan modern dan canggih. Itu wajar. Sebab arsiteknya, semuanya
orang Perancis. Orang-orang Mesir sering menyombongkan diri begini,
'Kalau Anda berada di mahattah metro Tahrir atau Ramsis itu sama saja Anda
berada di salah satu mahattah metro kota Paris.'
Benarkah" Aku tidak tahu, sebab aku tidak pernah pergi ke Paris. Tapi aku pernah
membaca sebuah majalah, memang ada stasiun bawah tanah di kota Paris yang
dibuat bernuansa Mesir kuno. Dinding-dindingnya diukir dengan Hieroglyph,
huruf-huruf Mesir kuno. Beberapa sisinya dihiasi dengan patung-patung dan
simbol-simbol Mesir kuno, seperti tugu Alexandria, kunci pyramid yang sekilas tampak
seperti salib, patung Tutankhmoun, Tutmosis, Ramses III, Amenophis III, Cleopatra
dan lain sebagainya. Nuansa seperti itu sangat kental di mahattah metro Anwar
Sadat-Tahrir, yang berada tepat di jantung kota Cairo.
11 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sebuah metro biru kusam datang. Pintu-pintunya terbuka perlahan. Beberapa
orang turun. Setelah itu, barulah para penumpang yang menunggu naik. Aku masuk
gerbong nomor lima. Aku yakin sekali akan dapat tempat duduk. Dalam cuaca panas
seperti ini pasti penumpang sepi. Begitu sampai di dalam, aku langsung mengedarkan
pandangan mencari tempat duduk. Sayang, semua tempat duduk telah terisi. Bahkan
ada lima penumpang yang berdiri. Sungguh mengherankan, bagaimana mungkin ini
terjadi" Di hari-hari biasa yang tidak panas saja seringkali ada tempat duduk kosong.
Aku mengerutkan kening. Dapat tempat duduk adalah juga rizki. Jika tidak dapat tempat duduk berarti
belum rizkinya. Aku menggeser diri ke dekat pintu di mana ada kipas angin
berputar-putar di atasnya. Namun kipas itu nyaris tak berguna. Udara panas yang
diputar tetap saja panas. Metro melaju kencang. Udara yang masuk dari jendela juga
panas. Padang pasir seperti mendidih. Semua penumpang basah oleh air peluh.
14 Seorang pemuda berjenggot tipis yang berdiri tak jauh dari tempat aku berdiri
memandangi diriku dengan tersenyum. Aku membalas senyumnya. Ia mendekat dan
mengulurkan tangannya. "Ana akhukum21, Ashraf," ia memperkenalkan diri dengan sangat sopan. Ia
menggunakan kalimat 'akhukum' berarti ia sangat yakin aku seorang muslim seperti
dirinya. "Ana akhukum, Fahri," jawabku.
"Min Shin?"22 Orang Mesir terlalu susah membedakan orang Asia Tenggara dengan orang
China. "La. Ana Andonesy."23
Kami pun lantas berbincang-bincang. Mula-mula aku memancingnya dengan
masalah bola. Orang Mesir paling suka berbicara masalah bola. Terutama
membicarakan persaingan tiga klub besar Mesir yaitu Ahli, Zamalek dan Ismaili. Ia
ternyata pendukung Zamalek. Dengan bangga ia berkata, "Syaikh Muhammad Jibril
juga pendukung setia Zamalek." Aku hanya tersenyum. Aku tidak perlu
mempertanyakan lebih lanjut kebenaran kata-katanya. Tidak penting. Pendukung
fanatik sebuah klub akan mencari banyak data untuk mendukung 12 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
klub kesayangannya. Maka aku langsung menyambungnya dengan memuji kehebatan
beberapa pemain andalan Zamalek. Terutama Hosam Hasan. Ia tampak senang.
Tujuanku memang membuat dia merasa senang. Tak lebih. Aku merasa tak rugi
membaca buku-buku Syaikh Abbas As-Sisi tentang bagaimana caranya mengambil
hati orang lain. Pembicaraan terus melebar ke mana-mana. Ia sangat senang ketika
tahu bahwa aku mahasiswa pascasarjana Al Azhar. Lebih kaget ketika ia tahu aku
hendak ke Shubra untuk talaqqi pada Syaikh Utsman.
Ia berkata, "Di Helwan saya belajar qiraah riwayat Imam Hafsh pada Syaikh Hasan yang
tak lain adalah murid Syaikh Utsman. Berkali-kali Syaikh Hasan memintaku untuk ikut
belajar qiraah sab'ah langsung pada Syaikh Utsman, tapi aku tak ada waktu. Aku
sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan dan keluarga. Jadi, kau termasuk orang yang
21 22 23 Aku saudaramu Dari China" Tidak. Aku orang Indonesia.
15 beruntung, orang Indonesia."
Metro terus berjalan. Tak terasa sudah sampai daerah Thakanat Maadi.
"Akh Ashraf, kamu mau turun di mana?" tanyaku ketika metro perlahan
berhenti dan beberapa orang bersiap turun.
"Sayyeda Zaenab. Insya Allah."
Pintu metro terbuka. Beberapa orang turun. Dua kursi kosong. Kalau mau, aku
bisa mengajak Ashraf mendudukinya. Namun ada seorang bapak setengah baya
masih berdiri. Dia memandang ke luar jendela, tidak melihat ada dua bangku kosong.
Kupersilakan dia duduk. Dia mengucapkan terima kasih. Kursi masih kosong satu.
Sangat dekat denganku. Kupersilakan Ashraf duduk. Dia tidak mau, malah
memaksaku duduk. Tiba-tiba mataku menangkap seorang perempuan berabaya biru
tua, dengan jilbab dan cadar biru muda naik dari pintu yang satu, bukan dari pintu
dekat yang ada di dekatku. Kuurungkan niat untuk duduk. Masih ada yang lebih
berhak. Perempuan bercadar itu kupanggil dengan lambaian tangan. Ia paham
maksudku. Ia mendekat dan duduk dengan mengucapkan, "Syukran!"
Metro atau kereta listrik terus melaju.
Ashraf kembali mengajakku berbincang. Kali ini tentang Amerika. Ia geram
sekali pada Amerika. Seribu alasan ia beberkan. Kata-katanya menggebu seperti
Presiden Gamal Abdul Naser berorasi memberi semangat dunia Arab dalam perang
1967. "Ayatollah Khomeini benar, Amerika itu setan! Setan harus dienyahkan!"
katanya berapi-api. Orang Mesir memang suka bicara. Kalau sudah bicara ia merasa
paling benar sendiri. Aku diam saja. Kubiarkan Ashraf berbicara sepuaspuasnya.
Hanya sesekali, pada saat yang tepat aku menyela. Sesekali aku menyapukan
pandangan melihat keadaan sekeliling. Juga ke luar jendela agar tahu metro sudah
13 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melaju sampai di mana. Sekilas ujung mataku menangkap perempuan bercadar biru
mengeluarkan mushaf dari tasnya, dan membacanya dengan tanpa suara. Atau
mungkin dengan suara tapi sangat lirih sehingga aku tidak mendengarnya.
Orang-orang membaca Al-Qur'an di metro, di bis, di stasiun dan di terminal adalah
pemandangan yang tidak aneh di Cairo. Apalagi jika bulan puasa tiba.
Metro sampai di Maadi, kawasan elite di Cairo setelah Heliopolis, Dokki,
El-Zamalek dan Mohandesen. Sebagian orang malah mengatakan Maadi adalah
16 kawasan paling elite. Lebih elite dari Heliopolis. Tidak terlalu penting membandingkan
satu sama lain. Nama-nama itu semuanya nama kawasan elite. Masing-masing
punya kelebihan. Dokki terkenal sebagai tempatnya para diplomat tinggal.
Mohandesen tempatnya para pengusaha dan selebritis. Sedangkan Maadi mungkin
adalah kawasan yang paling teratur tata kotanya. Dirancang oleh kolonial Inggris.
Jalan-jalannya lebar. Setiap rumah ada tamannya. Dan dekat sungai Nil. Tinggal di
Maadi memiliki prestise sangat tinggi. Prestise-nya seumpama tinggal di Paris
dibandingkan dengan tinggal di kota-kota besar lainnya di Eropa. Itu keterangan yang
aku dapat dari Tuan Boutros, ayahnya Maria yang bekerja di sebuah bank swasta di
Maadi. Masalah prestise memang sangat subjektif. Orang yang tinggal di kawasan
agak kumuh Sayyeda Zaenab merasa lebih prestise dibandingkan dengan tinggal di
kawasan lain di Cairo. Alasan mereka karena dekat dengan makam Sayyeda Zaenab,
cucu Baginda Nabi Saw. Demikian juga yang tinggal di dekat masjid Amru bin Ash.
Mereka merasa lebih beruntung dan selalu bangga bisa tinggal di dekat masjid
pertama yang didirikan di benua Afrika itu.
Begitu pintu metro terbuka, beberapa penumpang turun. Lalu beberapa orang
naik-masuk. Mataku menangkap ada tiga orang bule masuk. Yang seorang
nenek-nenek. Ia memakai kaos dan celana pendek sampai lutut. Wajahnya tampak
pucat. Mungkin karena kepanasan. Ia diiringi seorang pemuda dan seorang
perempuan muda. Mungkin anaknya atau cucunya. Keduanya memakai ransel.
Pemuda bule itu memakai topi berbendera Amerika dan berkaca mata hitam. Ia juga
hanya berkaos sport putih dan celana pendek sampai lutut. Yang perempuan
memakai kaos ketat tanpa lengan, you can see. Dan bercelana pendek ketat. Semua
bagian tubuhnya menonjol. Lekak-lekuknya jelas. Bagian pusarnya kelihatan. Ia
seperti tidak berpakaian. Mereka berdua mengitarkan pandangan. Mencari tempat
duduk. Sayang, tak ada yang kosong. Beberapa orang justru berdiri termasuk diriku.
Aku tersenyum pada Ashraf sambil berkata,
"Ashraf kau mau titip pesan pada Presiden Amerika nggak?"
"Apa maksudmu?"
"Itu, mumpung ada orang Amerika. Minggu depan mereka mungkin sudah
kembali ke Amerika. Kau bisa titip pesan pada mereka agar presiden mereka tidak
bertindak bodoh seperti yang kau katakan tadi."
Ashraf menoleh ke kanan dan memandang tiga bule itu dengan raut tidak
17 senang. Tiba-tiba ia berteriak,
"Ya Amrikaniyyun, la'natullah 'alaikum!"24
Kontan para penumpang yang mendengar perkataan Ashraf itu melongok ke
arah tiga bule yang baru masuk itu. Gerakan persis anak-anak ayam yang kaget atas
kedatangan musang di kandangnya. Kusisir wajah orang-orang Mesir. Rautraut
14 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kurang simpati dan tidak senang. Apalagi pakaian perempuan muda Amerika itu bisa
dikatakan tidak sopan. Orang-orang Mesir memang menganggap Amerika sebagai
biang kerusakan di Timur Tengah. Orang-orang Mesir sangat marah pada Amerika
yang mencoba mengadu domba umat Islam dengan umat Kristen Koptik. Amerika
pernah menuduh pemerintah Mesir dan kaum muslimin berlaku semenamena pada
umat Koptik. Tentu saja tuduhan itu membuat gerah seluruh penduduk Mesir. Bapa
Shnouda, pemimpin tertinggi dan kharismatik umat Kristen Koptik serta merta
memberikan keterangan pers bahwa tuduhan Amerika dusta belaka. Sebuah tuduhan
yang bertujuan hendak menghancurkan sendi-sendi persaudaraan umat Islam dan
umat Koptik yang telah kuat mengakar berabad-abad lamanya di bumi Kinanah.25
Untung ketiga orang Amerika itu tidak bisa bahasa Arab. Mereka kelihatannya
tidak terpengaruh sama sekali dengan kata-kata yang diucapkan Ashraf. Memang,
kalau sedang jengkel orang Mesir bisa mengatakan apa saja. Di pasar Sayyeda
Zainab aku pernah melihat seorang penjual ikan marah-marah pada isterinya. Entah
karena apa. Ia menghujani isterinya dengan sumpah serapah yang sangat kasar dan
tidak nyaman di dengar telinga. Di antara kata-kata kasar yang kudengar adalah: Ya
bintal haram, ya syarmuthah, ya bintal khinzir...!26 Bulu romaku sampai berdiri. Ngeri
mendengarnya. Sang isteri juga tak mau kalah. Ia membalas dengan caci maki dan
serapah yang tak kalah keras dan kotornya. Dan sumpah serapah yang mengandung
laknat adalah termasuk paling kasar.
Telingaku paling tidak suka mendengar caci mencaci, apalagi umpatan
melaknat. Tak ada yang berhak melaknat manusia kecuali Tuhan. Manusia jelasjelas
telah dimuliakan oleh Tuhan. Tanpa membedakan siapa pun dia. Semua manusia
telah dimuliakan Tuhan sebagaimana tertera dalam Al-Qur'an, Wa laqad karramna
banii Adam. Dan telah Kami muliakan anak keturunan Adam! Jika Tuhan telah
memuliakan manusia, kenapa masih ada manusia yang mencaci dan melaknat
24 25 26 Hai orang-orang Amerika, laknat Allah untuk kalian!
Kinanah: salah satu julukan untuk bumi Mesir.
Ya bintal haram (Hai anak haram/anak hasil perzinaan), Ya Syarmuthah (Hai pelacur), Ya bintal
khinzir (Hai anak babi). 18 sesama manusia" Apakah ia merasa lebih tinggi martabatnya daripada Tuhan"
Tindakan Ashraf melaknat tiga turis Amerika itu sangat aku sesalkan.
Tindakannya jauh dari etika Al-Qur'an, padahal dia tiap hari membaca Al-Qur'an. Ia
telah menamatkan qiraah riwayat Imam Hafsh. Namun ia berhenti pada cara
membacanya saja, tidak sampai pada penghayatan ruh kandungannya. Semoga
Allah memberikan petunjuk di hatinya.
Yang aku herankan, dalam kondisi panas seperti ini, kenapa bule-bule itu ada
di dalam metro. Seandainya mau bepergian kenapa tidak memakai limousin atau taksi
yang ber-AC. Dalam hati aku merasa kasihan pada mereka. Mereka seperti tersiksa.
Basah oleh keringat. Wajah dan kulit mereka kemerahan. Yang paling kasihan adalah
yang nenek-nenek. Beberapa kali ia menenggak air mineral. Mukanya tetap saja
pucat. Mereka tidak biasa kepanasan seperti ini. Aku jadi teringat Majidov, teman dari
Rusia. Ia sangat tidak tahan dengan panasnya Mesir. Ia tinggal di Madinatul Bu'uts,
15 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
atau biasa disebut Bu'uts saja. Yaitu asrama mahasiswa Al Azhar dari seluruh penjuru
dunia. Di Bu'uts tidak ada AC-nya. Jika musim panas tiba dia akan hengkang dari
Bu'uts dan menyewa flat bersama beberapa temannya di kawasan Rab'ah
El-Adawea. Mencari yang ada AC-nya.
Tapi tidak semua mahasiswa dari Rusia seperti Majidov. Banyak juga yang
tahan dengan musim panas.
Tak ada yang bergerak mempersilakan nenek bule itu untuk duduk. Ini yang
aku sesalkan. Beberapa lelaki muda atau setengah baya yang masih kuat tetap saja
tidak mau berdiri dari tempat duduk mereka. Biasanya, begitu melihat orang tua,
apalagi nenek-nenek, beberapa orang langsung berdiri menyilakan duduk. Tapi kali
ini tidak. Lelaki bule itu mengajak bicara seorang pemuda Mesir berbaju kotak-kotak
lengan pendek yang duduk di dekatnya. Sekilas di antara deru metro kutangkap
maksud perkataan si bule. Ia minta kepada pemuda Mesir itu memberi kesempatan
pada ibunya yang sudah tua untuk duduk. Mereka bertiga akan turun di Tahrir. Tapi
pemuda Mesir itu sama sekali tidak menanggapinya. Entah kenapa. Apa karena dia
tidak paham bahasa Inggris, atau karena ketidaksukaannya pada orang Amerika"
Aku tidak tahu. Nenek bule itu kelihatannya tidak kuat lagi berdiri. Ia hendak duduk
menggelosor di lantai. Belum sampai nenek bule itu benar-benar menggelosor,
tiba-tiba perempuan bercadar yang tadi kupersilakan duduk itu berteriak mencegah,
19 "Mom, wait! Please, sit down here!"
Perempuan bercadar biru muda itu bangkit dari duduknya. Sang nenek
dituntun dua anaknya beranjak ke tempat duduk. Setelah si nenek duduk, perempuan
bule muda berdiri di samping perempuan bercadar. Aku melihat pemandangan yang
sangat kontras. Sama-sama perempuan. Yang satu auratnya tertutup rapat. Tak ada
bagian dari tubuhnnya yang membuat jantung lelaki berdesir. Yang satunya memakai
pakaian sangat ketat, semua lekak-lekuk tubuhnya kelihatan, ditambah basah
keringatnya bule itu nyaris seperti telanjang.
"Thank you. It's very kind of you!" Perempuan bule muda mengungkapkan rasa
terima kasih pada perempuan bercadar.
"You're welcome," lirih perempuan bercadar. Bahasa Inggrisnya bagus. Sama
sekali tak kuduga. Keduanya lalu berkenalan dan berbincang-bincang. Perempuan
bercadar minta maaf atas perlakuan saudara seiman yang mungkin kurang ramah.
Ternyata lebih dari yang kunilai. Perempuan
bercadar itu benarbenar berbicara
sefasih orang Inggris. Biasanya orang Mesir sangat susah berbahasa Inggris dengan
fasih. Kata 'friend' selalu mereka ucapan 'bren'. Huruf 'f' jadi 'b'. Aku sering geli
mendengarnya. Tapi perempuan bercadar ini sungguh fasih. Lebih fasih dari
pembaca berita Nile TV. Perempuan bule tersenyum dan berkata,
"Oh not at all. It's all right. Cuaca memang panas dan melelahkan. Semuanya
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lelah. Dalam keadaan lelah terkadang susah untuk mengalah. Dan itu sangat
manusiawi." "Busyit! Hei perempuan bercadar, apa yang kau lakukan!"
Pemuda berbaju kotak-kotak bangkit dengan muka merah. Ia berdiri tepat di
samping perempuan bercadar dan membentaknya dengan kasar. Rupanya ia
mendengar dan mengerti percakapan mereka berdua.
16 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Perempuan bercadar kaget. Namun aku tidak bisa menangkap raut kagetnya
sebab mukanya tertutup cadar. Yang bisa kutangkap adalah gerakan kepalanya yang
terperangah, kedua matanya yang sedikit menciut, kulit putih antara dua matanya
sedikit mengkerut, alisnya seperti mau bertemu.
"Hal a..ana khata'?" 27 Ucap perempuan bercadar tergagap. Ia memakai
27 Hal ana khata' " Maksudnya, apakah saya salah" Susunannya yang tepat adalah Hal ana
mukhthi'ah" 20 bahasa fusha 28 , bukan bahasa 'amiyah. 29 Maksudnya bisa dipahami, tapi
susunannya janggal. Apakah mungkin karena dirinya terlalu kaget atas bentakan
pemuda Mesir itu. Mendengar jawaban seperti itu si pemuda malah semakin naik pitam. Ia
kembali membentak dan memaki-maki secara kasar dengan bahasa 'amiyah,
"Yakhrab baitik!30 Kau telah menghina seluruh orang Mesir yang ada di metro
ini. Kau sungguh keterlaluan! Kelihatannya saja bercadar, sok alim, tapi sebetulnya
kau perempuan bangsat! Kau kira kami tidak tahu sopan-santun apa" Sengaja kami
mengacuhkan orang Amerika itu untuk sedikit memberi pelajaran. Ee..bukannya kau
mendukung kami. Kau malah mempersilakan setan-setan bule itu duduk. Dan seolah
paling baik, kau sok jadi pahlawan dengan memintakan maaf atas nama kami semua.
Kau ini siapa, heh?"
Pemuda itu sudah keterlaluan. Aku berharap ada yang bertindak. Ashraf dan
seorang lelaki setengah baya berpakaian abu-abu mendekati pemuda dan
perempuan bercadar. Aku sedikit lega.
"Kau memang sungguh kurang ajar perempuan! Kau membela bule-bule
Amerika yang telah membuat bencana di mana-mana. Di Afganistan. Di Palestina. Di
Irak dan di mana-mana. Mereka juga tiada henti-hentinya menggoyang negara kita.
Kau ini muslimah macam apa, hah!?" Ashraf marah sambil menuding-nuding
perempuan bercadar itu. Aku kaget bukan main. Aku tak mengira Ashraf akan berkata sekasar itu.
Kelegaanku berubah jadi kekecewaan mendalam.
"Meski kau bercadar dan membawa mushaf ke mana-mana, nilaimu tak lebih
dari seorang syarmuthah!"31 umpat lelaki berpakaian abu-abu.
Ini sudah keterlaluan. Menuduh seorang perempuan baik-baik sehina pelacur
tidak bisa dibenarkan. Aku membaca istighfar dan shalawat berkali-kali. Aku sangat kecewa pada
mereka. Perempuan bercadar itu diam seribu bahasa. Matanya berkaca-kaca.
17 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Bentakan, cacian, tudingan dan umpatan yang ditujukan padanya memang sangat
28 Bahasa Arab yang fashih secara gramatikal, bukan bahasa pergaulan.
Bahasa Arab pergaulan, yang biasa digunakan dalam percakapan harian.
30 Yakhrab baitik! (Artinya secara bahasa semoga rumahmu roboh, biasanya digunakan untuk
mengumpat dalam bahasa Jawa senada dengan kata-kata: Bajingan! Dancouk! Dan sejenisnya).
31 Syarmuthah: Pelacur. 29 21 menyakitkan. Aku tak bisa diam. Kucopot topi yang menutupi kopiah putihku. Lalu aku
mendekati mereka sambil mencopot kaca mata hitamku.
"Ya jama'ah, shalli 'alan nabi, shalli 'alan nabi!"32 ucapku pada mereka sehalus
mungkin. Cara menurunkan amarah orang Mesir adalah dengan mengajak membaca
shalawat. Entah riwayatnya dulu bagaimana. Di mana-mana, di seluruh Mesir, jika
ada orang bertengkar atau marah, cara melerai dan meredamnya pertama-tama
adalah dengan mengajak membaca shalawat. Shalli 'alan nabi, artinya bacalah
shalawat ke atas nabi. Cara ini biasanya sangat manjur.
Benar, mendengar ucapanku spontan mereka membaca shalawat. Juga para
penumpang metro lainnya yang mendengar. Orang Mesir tidak mau dikatakan orang
bakhil. Dan tiada yang lebih bakhil dari orang yang mendengar nama nabi, atau
diminta bershalawat tapi tidak mau mengucapkan shalawat. Begitu penjelasan Syaikh
Ahmad waktu kutanyakan ihwal cara aneh orang Mesir dalam meredam amarah.
Justru jika ada orang sedang marah lantas kita bilang padanya, La taghdhab! (yang
artinya: jangan marah!) terkadang malah akan membuat ia semakin marah.
Lalu aku menjelaskan pada mereka bahwa yang dilakukan perempuan
bercadar itu benar. Bukanya menghina orang Mesir, justru sebaliknya. Dan
umpatan-umpatan yang ditujukan padanya itu sangat tidak sopan dan tidak bisa
dibenarkan. Aku beberkan alasan-alasan kemanusiaan. Mereka bukannya sadar, tapi
malah kembali naik pitam. Si pemuda marah dan mencela diriku dengan sengit. Juga
si bapak berpakaian abu-abu. Sementara Ashraf bilang, "Orang Indonesia, sudahlah,
kau jangan ikut campur urusan kami!"
Aku kembali mengajak mereka membaca shalawat. Aku nyaris kehabisan
akal. Akhirnya kusitir beberapa hadits nabi untuk menyadarkan mereka. Tapi orang
Mesir seringkali muncul besar kepalanya dan merasa paling menang sendiri.
Pemuda Mesir malah menukas sengak, "Orang Indonesia, kau tahu apa sok
mengajari kami tentang Islam, heh! Belajar bahasa Arab saja baru kemarin sore. Juz
Amma entah hafal entah tidak. Sok pintar kamu! Sudah kau diam saja, belajar
baik-baik selama di sini dan jangan ikut campur urusan kami!"
Aku diam sesaat sambil berpikir bagaimana caranya menghadapi anak turun
Fir'aun yang sombong dan keras kepala ini. Aku melirik Ashraf. Mata kami bertatapan.
32 Wahai Jamaah (untuk menyapa orang banyak)! Bacalah shalawat ke atas nabi, bacalah shalawat
ke atas nabi! 18 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
22 Aku berharap dia berlaku adil. Dia telah berkenalan denganku tadi. Kami pernah
akrab meskipun cuma sesaat. Kupandangi dia dengan bahasa mata mencela. Ashraf
menundukkan kepalanya, lalu berkata,
"Kapten, kau tidak boleh berkata seperti itu. Orang Indonesia ini sudah
menyelesaikan licence-nya di Al Azhar. Sekarang dia sedang menempuh program
magisternya. Walau bagaimana pun, dia seorang Azhari. Kau tidak boleh
mengecilkan dia. Dia hafal Al-Qur'an. Dia murid Syaikh Utsman Abdul Fattah yang
terkenal itu." Pembelaan Ashraf ini sangat berarti bagiku. Pemuda berbaju kotak-kotak itu
melirik kepadaku lalu menunduk. Mungkin dia malu telah berlaku tidak sopan
kepadaku. Tetapi lelaki berpakaian abu-abu kelihatannya tidak mau menerima begitu
saja. "Dari mana kau tahu" Apa kau teman satu kuliahnya?" tanyanya.
Ashraf tergagap, "Tidak. Aku tidak teman kuliahnya. Aku tahu saat berkenalan
dengannya tadi." "Kau terlalu mudah percaya. Bisa saja dia berbohong. Program magister di Al
Azhar tidak mudah. Jadi murid Syaikh Utsman juga tidak mudah." Lelaki itu mencela
Ashraf. Dia lalu berpaling ke arahku dan berkata, "Hei orang Indonesia, kalau benar
kau S.2. di Al Azhar mana kartumu!?"
Lelaki itu membentak seperti polisi intel. Berurusan dengan orang awam Mesir
yang keras kepala memang harus sabar. Tapi jika mereka sudah tersentuh hatinya,
mereka akan bersikap ramah dan luar biasa bersahabat. Itulah salah satu
keistimewaan watak orang Mesir. Terpaksa kubuka tas cangklongku. Kuserahkan dua
kartu sekaligus. Kartu S.2. Al Azhar dan kartu keanggotaan talaqqi qiraah sab'ah dari
Syaikh Utsman. Tidak hanya itu, aku juga menyerahkan selembar tashdiq33 resmi
dari universitas. Tasdiq yang akan kugunakan untuk memperpanjang visa Sabtu
depan. Lelaki setengah baya lalu meneliti dua kartu dan tashdiq yang masih gres itu
dengan seksama. Ia manggut-manggut, kemudian menyerahkannya pada pemuda
berbaju kotak-kotak yang keras kepala yang ada di sampingnya.
33 Tashdiq adalah surat keterangan resmi dari Universitas, bahwa pemiliknya benar-benar mahasiswa
pada fakultas, jurusan dan program tertentu di universitas itu. Tashdiq biasanya diperlukan untuk
urusan-urusan resmi. Misalnya perpanjangan visa belajar, pengambilan visa haji, meminta atau
memperpanjang beasiswa pada suatu lembaga dan lain sebagainya.
23 "Kebetulan saat ini saya sedang menuju masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk
talaqqi. Kalau ada yang mau ikut menjumpai Syaikh Utsman boleh menyertai saya."
Ujarku tenang penuh kemenangan.
Kulihat wajah mereka tidak sepitam tadi. Sudah lebih mencair. Bahkan ada
gurat rasa malu pada wajah mereka. Jika kebenaran ada di depan mata, orang Mesir
mudah luluh hatinya. "Maafkan kelancangan kami, Orang Indonesia. Tapi perempuan bercadar ini
tidak pantas dibela. Ia telah melakukan tindakan bodoh!" kata pemuda Mesir berbaju
19 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kotak-kotak sambil menyerahkan kembali dua kartu dan tashdiq kepadaku.
Aku menghela nafas panjang. Metro melaju kencang menembus udara panas.
Sesekali debu masuk berhamburan.
"Terus terang, aku sangat kecewa pada kalian! Ternyata sifat kalian tidak
seperti yang digambarkan baginda Nabi. Beliau pernah bersabda bahwa orang-orang
Mesir sangat halus dan ramah, maka beliau memerintahkan kepada shahabatnya,
jika kelak membuka bumi Mesir hendaknya bersikap halus dan ramah. Tapi ternyata
kalian sangat kasar. Aku yakin kalian bukan asli orang Mesir. Mungkin kalian sejatinya
sebangsa Bani Israel. Orang Mesir asli itu seperti Syaikh Muhammad Mutawalli
Sya'rawi yang ramah dan pemurah," ucapku datar. Aku yakin akan membuat hati
orang Mesir yang mendengarnya bagaikan tersengat aliran listrik.
"Maafkan kami, Orang Indonesia. Kami memang emosi tadi. Tapi jangan kau
katakan kami bukan orang Mesir. Jangan pula kau katakan kami ini sebangsa Bani
Israel. Kami asli Mesir. Kami satu moyang dengan Syaikh Sya'rawi rahimahullah,"
lelaki setengah baya itu tidak terima. Syaikh Sya'rawi memang seorang ulama yang
sangat merakyat. Sangat dicintai orang Mesir. Hampir semua orang Mesir mengenal
dan mencintai beliau. Mereka sangat bangga memiliki seorang Sya'rawi yang
dihormati di seantero penjuru Arab.
"Yang aku tahu, selama ini, orang Mesir asli sangat memuliakan tamu. Orang
Mesir asli sangat ramah, pemurah, dan hatinya lembut penuh kasih sayang. Sifat
mereka seperti sifat Nabi Yusuf dan Nabi Ya'qub. Syaikh Sya'rawi, Syaikh Abdul
Halim Mahmud, Syaikh Muhammad Ghazali, Syaikh Muhammad Hasan, Syaikh
Kisyk, Syaikh Muhammad Jibril, Syaikh Athea Shaqr, Syaikh Ismail Diftar, Syaikh
Utsman dan ulama lainnya adalah contoh nyata orang Mesir asli yang berhati lembut,
sangat memuliakan tamu dan sangat memanusiakan manusia. Tapi apa yang baru
24 saja kalian lakukan"! Kalian sama sekali tidak memanusiakan manusia dan tidak
punya rasa hormat sedikit pun pada tamu kalian. Orang bule yang sudah
nenek-nenek itu adalah tamu kalian. Mereka bertiga tamu kalian. Tetapi kenapa kalian
malah melaknatnya. Dan ketika saudari kita yang bercadar ini berlaku sebagai
seorang muslimah sejati dan sebagai seorang Mesir yang ramah, kenapa malah
kalian cela habis-habisan!" Kalian bahkan menyumpahinya dengan perkataan kasar
yang sangat menusuk perasaan dan tidak layak diucapkan oleh mulut orang yang
beriman! " "Tapi Amerika sudah keterlaluan! Apa salah jika kami sedikit saja
mengungkapkan kejengkelan kami dengan memberi pelajaran sedikit saja pada
orang-orang Amerika itu"!" Lelaki setengah baya masih berusaha membenarkan
tindakannya. Aku tidak merasa aneh. Begitulah orang Mesir, selalu merasa benar.
Dan nanti akan luluh jika berhadapan dengan kebenaran yang seterang matahari.
"Kita semua tidak menyukai tindak kezhaliman yang dilakukan siapa saja.
Termasuk yang dilakukan Amerika. Tapi tindakan kalian seperti itu tidak benar dan
jauh dari tuntunan ajaran baginda Nabi yang indah."
"Lalu kami harus berbuat apa dan bagaimana" Ini mumpung ada orang
Amerika. Mumpung ada kesempatan. Dengan sedikit pelajaran mereka akan tahu
bahwa kami tidak menyukai kezhaliman mereka. Biar nanti kalau pulang ke
negaranya mereka bercerita pada tetangganya bagaimana tidak sukanya kami pada
mereka!" "Justru tindakan kalian yang tidak dewasa seperti anak-anak ini akan
menguatkan opini media massa Amerika yang selama ini beranggapan orang Islam
20 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kasar dan tidak punya perikemanusiaan. Padahal baginda Rasul mengajarkan kita
menghormati tamu. Apakah kalian lupa, beliau bersabda, siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir maka hormatilah tamunya. Mereka bertiga adalah tamu di bumi
Kinanah ini. Harus dihormati sebaik-baiknya. Itu jika kalian merasa beriman kepada
Allah dan hari akhir. Jika tidak, ya terserah! Lakukanlah apa yang ingin kalian lakukan.
Tapi jangan sekali-kali kalian menamakan diri kalian bagian dari umat Islam. Sebab
tindakan kalian yang tidak menghormati tamu itu jauh dari ajaran Islam."
Lelaki setengah baya itu diam. Pemuda berbaju kotak-kotak menunduk. Ashraf
membisu. Para penumpang yang lain, termasuk perempuan bercadar juga diam.
Metro terus berjalan dengan suara bergemuruh, sesekali mencericit.
25 "Coba kalian jawab pertanyaanku ini. Kenapa kalian berani menyakiti
Rasulullah"!" tanyaku sambil memandang ketiga orang Mesir bergantian. Mereka
agak terkejut mendengar pertanyaanku itu.
"Akhi, mana mungkin kami berani menyakiti Rasulullah yang kami cintai,"
jawab Ashraf. "Kenapa kalian kelak di hari akhir berani berseteru di hadapan Allah melawan
Rasulullah?" tanyaku lagi.
"Akhi, kau melontarkan pertanyaan gila. Kita semua di hari akhir kelak
mengharap syafaat Rasulullah, bagaimana mungkin kami berani berseteru dengan
beliau di hadapan Allah!" jawab Ashraf.
"Tapi kalian telah melakukan tindakan sangat lancang. Kalian telah menyakiti
Rasulullah. Kalian telah menantang Rasulullah untuk berseteru di hadapan Allah
kelak di hari akhir!" ucapku tegas sedikit keras.
Lelaki setengah baya, Ashraf, pemuda berbaju kotak-kotak dan beberapa
penumpang metro yang mendengar ucapanku semuanya tersentak kaget.
"Apa maksudmu, Andonesy" Kau jangan bicara sembarangan!" jawab lelaki
setengah baya sedikit emosi.
"Paman, aku tidak berkata sembarangan. Aku akan sangat malu pada diriku
sendiri jika berkata dan bertindak sembarangan. Baiklah, biar aku jelaskan. Dan
setelah aku jelaskan kalian boleh menilai apakah aku berkata sembarangan atau
bukan. Harus kalian mengerti, bahwa ketiga orang bule ini selain tamu kalian mereka
sama dengan ahlu dzimmah. Tentu kalian tahu apa itu ahlu dzimmah. Disebut ahlu
dzimmah karena mereka berada dalam jaminan Allah, dalam jaminan Rasul-Nya, dan
dalam jaminan jamaah kaum muslimin. Ahlu dzimmah adalah semua orang non
muslim yang berada di dalam negara tempat kaum muslimin secara baik-baik, tidak
ilegal, dengan membayar jizyah dan mentaati peraturan yang ada dalam negara itu.
Hak mereka sama dengan hak kaum muslimin. Darah dan kehormatan mereka sama
dengan darah dan kehormatan kaum muslimin. Mereka harus dijaga dan dilindungi.
Tidak boleh disakiti sedikit pun. Dan kalian pasti tahu, tiga turis Amerika ini masuk ke
Mesir secara resmi. Mereka membayar visa. Kalau tidak percaya coba saja lihat
paspornya. Maka mereka hukumnya sama dengan ahlu dzimmah. Darah dan
kehormatan mereka harus kita lindungi. Itu yang diajarkan Rasulullah Saw. Tidakkah
kalian dengar sabda beliau, 'Barangsiapa menyakiti orang zhimmi (ahlu zhimmah)
26 maka aku akan menjadi seterunya. Dan siapa yang aku menjadi seterunya dia pasti
kalah di hari kiamat.'34 Beliau juga memperingatkan, 'Barangsiapa yang menyakiti
orang dzimmi, dia telah menyakiti diriku dan barangsiapa menyakiti diriku berarti dia
21 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyakiti Allah.' 35 Begitulah Islam mengajarkan bagaimana memperlakukan non
muslim dan para tamu asing yang masuk secara resmi dan baik-baik di negara kaum
muslimin. Imam Ali bahkan berkata, 'Begitu membayar jizyah, harta mereka menjadi
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sama harus dijaganya dengan harta kita, darah mereka sama nilainya dengan darah
kita.' Dan para turis itu telah membayar visa dan ongkos administrasi lainnya, sama
dengan membayar jizyah. Mereka menjadi tamu resmi, tidak ilegal, maka harta,
kehormatan dan darah mereka wajib kita jaga bersamasama. Jika tidak, jika kita
sampai menyakiti mereka, maka berarti kita telah menyakiti baginda Nabi, kita juga
telah menyakiti Allah. Kalau kita telah lancang berani menyakiti Allah dan Rasul-Nya,
maka siapakah diri kita ini" Masih pantaskan kita mengaku mengikuti ajaran baginda
Nabi?" Lelaki setengah baya itu tampak berkaca-kaca. Ia beristighfar berkali-kali. Lalu
mendekati diriku. Memegang kepalaku dengan kedua tangannya dan mengecup
kepalaku sambil berkata, "Allah yaftah 'alaik, ya bunayya! Allah yaftah 'alaik!
Jazakallah khaira!"36 Ia telah tersentuh. Hatinya telah lembut.
Setelah itu giliran Ashraf merangkulku.
"Senang sekali aku bertemu dengan orang sepertimu, Fahri!" katanya.
Aku tersenyum, ia pun tersenyum. Pemuda berbaju kotak-kotak lalu
mempersilakan pria bule yang berdiri di dekat neneknya untuk duduk di tempat
duduknya. Dua pemuda Mesir yang duduk di depan nenek bule berdiri dan
mempersilakan pada perempuan bercadar dan perempuan bule untuk duduk.
Begitulah. Salah satu keindahan hidup di Mesir adalah penduduknya yang lembut
hatinya. Jika sudah tersentuh mereka akan memperlakukan kita seumpama raja.
Mereka terkadang keras kepala, tapi jika sudah jinak dan luluh mereka bisa
melakukan kebaikan seperti malaikat. Mereka kalau marah meledak-ledak tapi kalau
sudah reda benar-benar reda dan hilang tanpa bekas. Tak ada dendam di belakang
34 Diriwayatkan oleh Al-Khathib dengan sanad baik.
Diriwayatkan oleh Imam Thabrani dengan sanad baik.
36 Semoga Allah membuka hatimu (menambahkan ilmumu) Anakku! Dan semoga Allah membalasmu
dengan kebaikan! 35 27 yang diingat sampai tujuh keturunan seperti orang Jawa. Mereka mudah menerima
kebenaran dari siapa saja.
Metro terus melaju. Tak terasa sudah sampai mahattah Mar Girgis. Ashraf
mendekatkan diri ke pintu. Ia bersiap-siap. Mahattah depan adalah El-Malik El-Saleh,
setelah itu Sayyeda Zeinab dan ia akan turun di sana. Aku menghitung masih ada
tujuh mahattah baru sampai di Ramsis. Setelah itu aku akan pindah metro jurusan
Shubra El-Khaima. Perjalanan masih jauh. Metro kembali berjalan. Pelan-pelan lalu
semakin kencang. Tak lama kemudian sampai di El-Malik El-Saleh. Metro berhenti.
Pintu dibuka. Beberapa orang turun. Lelaki setengah baya hendak turun. Sebelum
turun ia menyalami diriku dan mengucapkan terima kasih sambil mulutnya tiada henti
mendoakan diriku. Aku mengucapkan amin berkalikali. Topi dan kaca mata hitamku
kembali aku pakai. Tak jauh dariku, perempuan bercadar nampak asyik berbincang
22 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan perempuan bule. Sedikit-sedikit telingaku menangkap isi perbincangan
mereka. Rupanya perempuan bercadar sedang menjelaskan semua yang tadi terjadi.
Kejengkelan orang-orang Mesir pada Amerika. Kekeliruan mereka serta pembetulan-pembetulan yang aku lakukan. Perempuan bercadar juga menjelaskan
maksud dari hadits-hadits nabi yang tadi aku ucapkan dengan bahasa Inggris yang
fasih. Perempuan bule itu menganggukanggukkan kepala. Sampai di Sayyeda
Zeinab, Ashraf turun setelah terlebih dahulu melambaikan tangan padaku. Seorang
ibu yang duduk di samping nenek bule turun. Kursinya kosong. Aku bisa duduk di
sana kalau mau. Tapi kulihat seorang gadis kecil membawa tas belanja masuk.
Langsung kupersilakan dia duduk.
Metro kembali melaju. Perempuan bercadar dan perempuan bule masih
berbincang-bincang dengan akrabnya. Tapi kali ini aku tidak mendengar dengan jelas
apa yang mereka perbincangkan. Angin panas masuk melalui jendela. Aku
memandang ke luar. Rumah-rumah penduduk tampak kotak-kotak tak teratur seperti
kardus bertumpukan tak teratur. Metro masuk ke lorong bawah tanah. Suasana gelap
sesaat. Lalu lampu-lampu metro menyala. Tak lama kemudian metro sampai
mahattah Saad Zaghloul dan berhenti. Beberapa orang turun dan naik. Tiga bule itu
bersiap hendak turun, juga perempuan bercadar. Berarti mereka mau turun di Tahrir.
Perempuan bercadar masih bercakap dengan perempuan bule. Keduanya sangat
dekat denganku. Aku bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan.
Tentang asal mereka masing. Perempuan bercadar itu ternyata lahir di Jerman, dan
besar juga di Jerman. Namun ia berdarah Jerman, Turki dan Palestina. Sedangkan
28 perempuan bule lahir dan besar di Amerika. Ia berdarah Inggris dan Spanyol.
Keduanya bertukar kartu nama.
Perempuan bule tepat berada di depanku. Wajahnya masih menghadap
perempuan bercadar. Metro bercericit mengerem. Gerbong sedikit goyang. Tubuh
perempuan bule bergoyang. Saat itulah dia melihat diriku. Ia tersenyum sambil
mengulurkan tangannya kepadaku dan berkata,
"Hai Indonesian, thank's for everything. My name's Alicia."
"Oh, you're welcome. My name is Fahri," jawabku sambil menangkupkan
kedua tanganku di depan dada, aku tidak mungkin menjabat tangannya.
"Ini bukan berarti saya tidak menghormati Anda. Dalam ajaran Islam, seorang
lelaki tidak boleh bersalaman dan bersentuhan dengan perempuan selain isteri dan
23 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mahramnya." Aku menjelaskan agar dia tidak salah faham.
Alicia tersenyum dan berseloroh, "Oh, never mind. And this is my name card,
for you." Ia memberikan kartu namanya.
"Thank's," ujarku sambil menerima kartu namanya.
"It's a pleasure."
Metro berhenti. Alicia, neneknya dan saudaranya mendekati pintu hendak keluar. Perempuan
bercadar masih berdiri di tempatnya. Ia melihat ke arah orang-orang yang hendak
turun. Perlahan pintu dibuka. Ketika orang-orang mulai turun, perempuan bercadar itu
bergerak melangkah, ia menyempatkan untuk menyapaku,
"Indonesian, thank you."
Aku teringat dia orang Jerman. Aku iseng menjawab dengan bahasa Jerman,
"Bitte!" Agaknya perempuan bercadar itu kaget mendengar jawabanku dengan
bahasa Jerman. Ia urung melangkah ke pintu. Ia malah menatap diriku dengan sorat
mata penuh tanda tanya. "Sprechen Sie Deutsch?"37 tanyanya dengan bahasa Jerman. Ia mungkin ingin
langsung meyakinkan dirinya bahwa apa yang tadi ia dengarkan dariku benar-benar
bahasa Jerman. Bahwa aku bisa berbahasa Jerman. Bahwa ia tidak salah dengar.
37 Kau berbicara bahasa Jerman
29 "Ja, ein wenig. 38 Alhamdulillah!" jawabku tenang. Kalau sekadar bercakap
dengan bahasa Jerman insya Allah tidak terlalu susah. Kalau aku disuruh membuat
tesis dengan bahasa Jerman baru menyerah.
"Sind Sie Herr Fahri?"39
Aku tersenyum mendengar pertanyaannya. Ia bertanya seperti itu. Berarti ia
benar-benar mendengarkan dengan baik pendebatanku dengan tiga orang Mesir tadi
sehingga tahu namaku. Atau dia mendengarkan aku berkenalan dengan Alicia.
"Ja. Mein name ist Fahri."40 Jawabku.
"Mein name ist Aisha," sahutnya sambil menyerahkan kartu nama. Ia lalu
menyodorkan buku notes kecil dan pulpen.
"Bitte, schreiben Sie ihren namen!"41 katanya.
Kuterima buku notes kecil dan pulpen itu. Aku paham maksud Aisha, tentu
tidak sekadar nama tapi dilengkapi dengan alamat atau nomor telpon. Masinis metro
membunyikan tanda alarm bahwa sebentar lagi pintu metro akan ditutup dan metro
akan meneruskan perjalanan. Aku hanya menuliskan 24 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
nama dan nomor handphone-ku. Lalu kuserahkan kembali padanya. Aisha langsung bergegas turun
sambil berkata, "Danke, auf wiedersehn!"42
"Auf wiedersehn!" jawabku.
Metro kembali berjalan. Ada tempat kosong. Saatnya aku duduk. Sudah
separuh perjalanan lebih. Sudah setengah dua lebih lima menit. Waktu masih cukup.
Insya Allah sampai di hadapan Syaikh Utsman tepat pada waktunya. Kalaupun
terlambat hanya beberapa menit saja. Masih dalam batas yang bisa dimaafkan.
Dengan duduk aku merasa lebih tenang. Ini saatnya aku mengulang dan memperbaiki
hafalan Al-Qur'an yang akan aku setorkan pada Syaikh Utsman.
38 39 40 41 42 Ya. Sedikit-sedikit. Apakah Anda tuan Fahri. Ya nama saya Fahri. Maaf, bisa tuliskan nama Anda.
Terima kasih, sampai bertemu lagi.
30 3. Keributan Tengah Malam
Aku sampai di flat jam lima lebih seperempat. Siang yang melelahkan.
Ubun-ubun kepalaku rasanya mendidih. Cuaca benar-benar panas. Yang berangkat
talaqqi pada Syaikh Utsman hanya tiga orang. Aku, Mahmoud dan Hisyam. Syaikh
Utsman jangan ditanya. Disiplin beliau luar biasa. Meskipun cuma tiga yang hadir,
waktu talaqqi tetap seperti biasa. Jadi, kami bertiga membaca tiga kali lipat dari
biasanya. Jatah membaca Al-Qur'an sepuluh orang kami bagi bertiga. Untungnya
masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq ber-AC. Jika tidak, aku tak tahu seperti apa
menderitanya kami. Mungkin konsentrasi kami akan berantakan, dan kami tidak bisa
membaca seperti yang diharapkan.
Seperti mengerti keinginan kami, begitu selesai talaqqi, Amu Farhat, takmir
masjid yang baik hati itu membawakan empat gelas tamar hindi43 dingin. Bukan main
segarnya ketika minuman segar itu menyentuh lidah dan tenggorokan. Selesai minum
aku pulang. Mahmoud, Hisyam, Amu Farhat dan Syaikh Utsman meneruskan
perbincangan menunggu ashar.
Perjalanan pulang ternyata lebih panas dari berangkat. Antara pukul setengah
empat hingga pukul lima adalah puncak panas siang itu. Berada di dalam metro
rasanya seperti berada dalam oven. Kondisi itu nyaris membuatku lupa akan titipan
25 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Maria. Aku teringat ketika keluar dari mahattah Hadayek Helwan. Ada dua toko alat
tulis. Kucari di sana. Dua-duanya kosong.. Aku melangkah ke Pyramid Com. Sebuah
rental komputer yang biasanya juga menjual disket. Malang! Rental itu tutup.
Terpaksa aku kembali ke mahattah dan naik metro ke Helwan. Di kota Helwan ada
pasar dan toko-toko cukup besar. Di sana kudapatkan juga disket itu. Aku beli empat.
Dua untuk Maria. Dan dua untuk diriku sendiri. Kusempatkan mampir ke masjid yang
berada tepat di sebelah barat mahattah Helwan untuk shalat ashar.
Terik matahari masih menyengat ketika aku keluar masjid untuk pulang. Di
tengah perjalanan aku melewati Universitas Helwan yang lengang. Hanya seorang
polisi berpakaian lusuh yang menjaga gerbangnya. Tampangnya mengenaskan.
Masih muda, tapi kurus kering. Seperti pohon pisang kering. Atau seperti dendeng di
Saudi kala musim haji. Mukanya tampak kering. Panas sahara seperti menghisap
habis darahnya. Ia pasti prajurit wajib militer yang biasa disebut duf'ah. Polisi paling
menderita karena bertugas dengan sangat terpaksa. Tanpa gaji memadai. Hanya
43 Air buah asam. 31 beberapa pound saja. Wajar jika tampangnya mengenaskan. Bisa jadi ia masih
berstatus mahasiswa. Karena memang seluruh laki-laki Mesir terkena wajib militer.
Seorang kumsari44 mendekat. Ia gemuk, kepalanya bulat penuh keringat. Perutnya
buncit seperti balon mau meletus. Beda sekali dengan polisi penjaga gerbang
universitas itu. Dunia ini memang penuh perbedaan-perbedaan dan hal-hal kontras
yang terkadang tidak mudah dimengerti. Metro terus melaju.
Sampai di flat, tenagaku nyaris habis. Kulepas sepatu dan kaos kaki lalu
masuk kamar. Sampai di kamar langsung kunyalakan kipas angin, kulepas tas, topi,
kaca mata hitam, dan kemeja putihku. Kuusap mukaku dengan tissu. Hitam. Banyak
debu menempel. Aku lalu beranjak ke ruang tengah, membuka lemari es, mencari
yang dingin-dingin untuk menyegarkan badan. Begitu membuka pintu lemari es
mataku membelalak berbinar. Ada sebotol ashir ashab.45 Dingin. Kutuangkan untuk
satu gelas. Sambil membawa gelas berisia ashir ashab aku berteriak,
"Siapa nih yang beli ashir ashab. Pengertian sekali. Syukran ya. Semoga
umurnya diberkahi Allah."
Rudi keluar dari kamarnya dengan wajah ceria.
"Mas. Ashir ashab itu bukan kami yang beli."
"Terus dapat dari mana?"
"Tadi diberi oleh Maria."
"Apa" Diberi oleh Maria?"
"Iya. Katanya untuk Mas. Makanya masih utuh satu botol. Kami tidak
menyentuhnya sebelum dapat izin dari Mas. Sekarang kami boleh ikut mencicipi 'kan
Mas?" "Ah kamu ini ada-ada saja. Kalau ambil ya ambil saja. Yang penting aku
disisain. Pakai menunggu izin segala."
"Masalahnya ini dari Maria, Mas. Sepertinya puteri Tuan Boutros itu perhatian
sekali sama Mas. Jangan-jangan dia jatuh hati sama Mas."
"Hus jangan ngomong sembarangan! Mereka itu memang tetangga yang baik.
Sejak awal kita tinggal di sini mereka sudah baik sama kita. Bukan sekali ini mereka
memberi sesuatu pada kita."
26 31. Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Tan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
44 45 Kondektur. Sari air tebu. (Minuman paling memasyarakat di Mesir saat musim panas).
32 "Tapi kenapa Maria bilang untuk Mas. Bukan untuk kita semua?"
"Lha ketahuan 'kan" Kau cemburu, jangan-jangan kau yang jatuh cinta. Ya
udah nanti biar kusampaikan sama Maria dan Tuan Boutros ayahnya, kalau memberi
sesuatu biar yang disebut namamu hehehe."
"Jangan Mas. Bukan itu maksudku?"
"Terus?" "Tapi Maria sepertinya punya perhatian lebih pada Mas."
"Akh Rudi, kamu jangan berprasangka yang bukan-bukan. Kamu 'kan tahu.
Maria berbuat begitu atas nama keluaganya, atas petunjuk ayahnya yang baik hati itu.
Dan karena kepala keluarga di rumah ini adalah aku, maka tiap kali memberi
makanan, minuman atau menyampaikan sesuatu ya selalu lewat aku, as a leader
here. Dia menyampaikan sesuatu a
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
27Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
tas nama keluarganya dan aku dianggap
representasi kalian semua. Jadi ini bukan hanya interaksi dua person saja, tapi dua
keluarga. Bahkan lebih besar dari itu, dua bangsa dan dua penganut keyakinan yang
berbeda. Inilah keharmonisan hidup sebagai umat manusia yang beradab di muka
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bumi ini. Sudahlah kau jangan memikirkan hal yang terlalu jauh. Tugas kita di sini
adalah belajar. Kita belajar sebaik-baiknya. Di antaranya adalah belajar bertetangga
yang baik. Karena kita telah diberi, ya nanti kita gantian memberi sesuatu pada
mereka. Wa idza huyyitum bi tahiyyatin fa hayyu bi ahasana minha!"46
"Saya mengerti, Mas. Afwan jika ucapan saya tadi ada yang kurang berkenan."
"Udah jangan dipikir. Emm..bagaimana makalahmu" Sudah selesai?"
"Alhamdulillah, Mas."
"Kapan dipresentasikan?"
"Sabtu sore." "Di mana?" "Di Wisma Nusantara."
"Ma'at taufiq."47
Aku melangkah ke kamar sambil membawa segelas ashir ashab. 46 Dan jika kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan
itu dengan yang lebih baik daripadanya (QS. An-Nisaa': 86)
47 Semoga sukses. 33 Kuselonjorkan kakiku di atas karpet. Punggungku kusandarkan ke pinggir tempat
tidur. Untung tembok apartemen ini tebal. Jendelanya rapat. Sehingga udara panas di
luar apartemen tidak mudah menembus masuk. Meskipun agak hangat tapi tidak
sepanas di luar. Dan dengan kipas angin sudah cukup membuat udara yang hangat
itu menjadi sejuk. Kuteguk ashir ashab. Perlahan. Dingin mengaliri tenggorokan. Oh
luar biasa nikmatnya. Di kawasan beriklim panas, seperti Mesir dan negara Timur
Tengah lainnya, air dingin memang sangat menyenangkan. Jika air dingin itu
membasahi tenggorokan yang kering rasanya seperti meneguk air sejuk dari surga,
tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Orang yang kehausan di tengah sahara yang
paling ia damba dan ia cinta adalah air dingin penawar dahaga. Tak ada yang lebih ia
cinta dari itu. Di sinilah baru bisa kurasakan betapa dahsyat doa baginda Nabi,
'Ya Allah jadikanlah cintaku kepada-Mu melebihi cintaku pada harta, keluarga
dan air yang dingin'. 1 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Beliau meminta agar cintanya kepada Allah melebihi cintanya pada air yang
dingin, yang sangat dicintai, disukai, dan diingini oleh siapa saja yang kehausan di
musim panas. Di daerah yang beriklim panas, cinta pada air yang sejuk dingin
dirasakan oleh siapa saja, oleh semua manusia. Jika cinta kepada Allah telah
melebihi cintanya seseorang yang sekarat kehausan di tengah sahara pada air dingin,
maka itu adalah cinta yang luar biasa. Sama saja dengan melebihi cinta pada nyawa
sendiri. Dan memang semestinya demikianlah cinta sejati kepada Allah Azza Wa
Jalla. Jika direnungkan benar-benar, baginda Nabi sejatinya telah mengajarkan idiom
cinta yang begitu indah. Setelah keringat hilang, dan ubun-ubun kepala mulai dingin aku bangkit
hendak mengambil handuk. Aku harus mandi, badan rasanya tidak nyaman. Harus
dibersihkan dan disegarkan. Baru menyentuh handuk, handphone-ku memerik
singkat. Ada sms masuk. Kubuka. Dari Maria,
"Sudah pulang ya" Bagaimana dengan titipanku, dapat?"
Langsung kujawab, "Dapat. Terima kasih atas ashir ashabnya."
Kuletakkan handphone-ku di atas meja. Aku langsung bergegas mandi. Baru
menutup kamar mandi yang bersebelahan dengan kamarku, kudengar si handphone
memekik lagi. Maria pasti mengirim pesan balik. Ah, biar, nanti saja setelah mandi.
Kuputar kran wastafel. Aku ingin cuci tangan. Air mengalir. Kusentuh. Hangat sekali.
34 Berarti pipa-pipa yang berada di dalam tanah berpasir yang mengalirkan air dari
tandon raksasa itu telah panas. Aku jadi teringat saat umrah ke Saudi di puncak
musim panas tahun lalu. Baik siang atau pun malam, kalau hendak mandi harus
mendinginkan air dulu di ember besar. Sebab air yang keluar dari kran sangat panas.
Harus ditampung di ember besar dan ditunggu sampai dingin. Kulihat bath-tub penuh
dengan air. Alhamdulillah, teman-teman sangat pengertian dan cerdas. Aku bisa
langsung mandi tanpa menunggu air dingin. Ketika air menyiram seluruh tubuh rasa
segar itu susah diungkapkan dengan bahasa verbal. Habis mandi tenaga rasanya
pulih kembali. Usai berganti pakaian kurebahkan diriku di atas kasur. Oh, alangkah
nikmatnya. Ini saatnya istirahat. Kunyalakan tape kecil di samping tempat tidur.
Enaknya adalah memutar murattal48 Syaikh Abu Bakar Asy-Syathiri. Suaranya yang
sangat lembut dan indah penuh penghayatan dalam membaca Al-Qur'an sering
membawa terbang imajinasiku ke tempat-tempat sejuk. Ke sebuah danau bening di
tengah hutan yang penuh buah-buahan. Kadang ke suasana senja yang indah di tepi
pantai Ageeba, pantai laut Mediterania yang menakjubkan di Mersa Mathruh. Bahkan
bisa membawaku ke dunia lain, dunia indah di dalam laut dengan ikan-ikan hias dan
bebatuan yang seperti permata-permata di surga. Dalam keadaan lelah selalu saja
suara Syaikh Abu Bakar Asy-Syathiri menjadi musik pengantar tidur yang paling
nikmat. Meski terkadang aku harus terlebih dahulu meneteskan air mata, kala
mendengar Syaikh Syathiri sesengukan menangis dalam bacaannya. Kunyalakan
murattal Syaikh Syatiri. Suaranya 2 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang indah langsung mengelus-elus syaraf-syarafku. Mataku mulai liyer-liyer hendak terpejam. Tiba-tiba handphone-ku
kembali memekik. Aku teringat sesuatu. Titipan Maria. Kubaca pesan Maria.
Ada tiga pesan: "Buka jendela sekarang. Aku akan turunkan keranjang." "Kau sedang
apa" Aku sudah turunkan keranjang. Lama sekali." "Kenapa tidak ada
respons?" Aduh, kasihan Maria. Dia tadi sudah lama membuka jendelanya dan
menurunkan keranjang. Langsung kujawab, "Afwan. Tadi saya langsung mandi. Jadi tiga pesanmu terakhir baru
48 Kaset yang merekam Al-Qur'an dibaca secara tartil.
35 kubuka setelah mandi. Afwan. Sekarang bisa kau turunkan keranjang."
Kutunggu respons darinya. Tak lama pesannya masuk,
"O, begitu. Tak apa-apa. Ini kuturunkan keranjangnya."
Aku bangkit dari tempat tidur. Mengambil dua disket dalam tas. Lalu menuju
jendela. Kubuka jendela. Hawa panas langsung masuk. Sebuah keranjang kecil
dijulurkan dengan tambang kecil putih dari atas. Ada uang sepuluh pound di
dalamnya. Kuletakkan dua disket itu dalam keranjang tanpa menyentuh uang sepuluh
pound itu sama sekali. Kamar Maria memang tepat di atas kamarku, dan jendela kamarnya tepat di
atas jendela kamarku. Orang Mesir yang berada di atas lantai dua biasanya memiliki
keranjang kecil yang seringkali digunakan untuk suatu keperluan tanpa harus turun ke
bawah. Jika ibu-ibu Mesir belanja buah-buahan atau sayur-sayuran pada penjual
buah atau penjual sayur keliling, biasanya mereka menggunakan keranjang kecil itu,
tanpa harus turun dari rumah mereka yang berada di atas. Mereka cukup pesan
berapa kilo, setelah sepakat harganya mereka menurunkan keranjang kecil yang di
dalamnya sudah ada uang untuk membayar barang yang dipesannya. Tukang buah
atau tukang sayur akan mengisi keranjang itu dengan barang yang dipesan setelah
mengambil uangnya. Jika uangnya lebih, mereka akan mengembalikannya sekaligus
bersama barang yang dipesan. Barulah si ibu mengangkat keranjangnya seperti
orang menimba. Transaksi yang praktis. Pertama kali melihat aku heran. Yang aku
herankan adalah begitu amanah-nya penjual buah itu. Mereka tidak curang. Tidak
berusaha nakal. Maria atau ibunya juga biasa membeli sayur atau buah dengan cara
seperti itu. Maria mengangkat keranjangnya. Aku menutup jendela. Tak lama kemudian
handphone-ku kembali bertulalit. Maria lagi,
3 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Harganya berapa" Uangnya kok tidak diambil, kenapa?"
Kujawab, "Harganya zero, zero, zero pound. Jadi tak perlu dibayar."
Ia menjawab, "Jangan begitu. Itu tidak wajar."
Kujawab, 36 "Harganya seperti biasa. Uangnya kau simpan saja.
Kalau kau buat Ruzz bil laban49 titip ya. Bolehkan?"
Ia menjawab, "Baiklah kalau begitu. Dengan senang hati. Syukran!"
Kujawab, "Afwan." Klik. Handphone kunonaktifkan. Aku ingin tidur. Pada saat yang sama,
kudengar suara pintu terbuka. Lalu suara Hamdi mengucapkan salam. Kujawab lirih.
Alhamdulillah dia pulang. Dia nanti akan masak oseng-oseng wortel campur kofta.
Aku senang bahwa teman-teman satu rumah ini mengerti dengan kewajiban
masing-masing. Kewajiban memasak sesibuk apa pun adalah hal yang tidak boleh
ditinggalkan. Sepertinya remeh tapi sangat penting untuk sebuah tanggung jawab.
Masak tepat pada waktunya adalah bukti paling mudah sebuah rasa cinta sesama
saudara. Ya inilah persaudaraan. Hidup di negeri orang harus saling membantu dan
melengkapi. Tanpa orang lain mana mungkin kita bisa hidup dengan baik.
Sambil rebahan kunikmati suara Syaikh Syathiri membaca Al-Qur'an mengalun
indah. Maghrib masih lama. Dalam musim panas, siang lebih panjang dari malam.
Aku harus beristirahat. Nanti malam harus kembali memeras otak. Menerjemah untuk
biaya menyambung hidup. Ya, hidup ini - kata Syauqi, sang raja penyair
Arab - adalah keyakinan dan perjuangan. Dan perjuangan seorang mukmin
sejati - kata Imam Ahmad bin Hanbal - tidak akan berhenti kecuali ketika kedua
kakinya telah menginjak pintu surga.
*** Seperti biasa, usai shalat maghrib berjamaah di masjid kami berkumpul di
ruang tengah untuk makan bersama. Kali ini kami hanya berempat. Masih kurang
satu, yaitu Si Mishbah. Ia belum pulang. Ia masih di Wisma Nusantara yang menjadi
sentral kegiatan mahasiswa Indonesia. Gedung yang diwakafkan oleh Yayasan Abdi
Bangsa itu terletak di Rab'ah El-Adawea, Nasr City.
Hamdi baru pulang dari Masjid Indonesia. Ia banyak bercerita tentang
anak-anak para pejabat KBRI yang lucu-lucu dan manja-manja. Dibandingkan yang
ada di negara lain, KBRI di Cairo bisa dibilang termasuk yang beruntung. Komunitas
49 Ruzz bil laban: Bubur dari beras yang dibuat dengan susu. Setelah dingin dimasukkan dalam
kulkas. 37 yang mereka urusi adalah mahasiswa Al Azhar. Kegiatan keislaman dan pengajian
antaribu-ibu KBRI juga berjalan lancar. Tiap Ramadhan ada tarawih bersama. Juga
ada pesantren kilat untuk putera-puteri mereka. Semuanya dipandu oleh mahasiswa
4 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan mahasiswi Al Azhar. Masalah yang dihadapi KBRI Cairo tidak serumit yang
dihadapi oleh KBRI di Saudi Arabia misalnya, yang setiap hari berurusan dengan TKI
atau TKW dengan setumpuk masalahnya yang sangat memuakkan. Misalnya, tidak
dibayar majikan, disiksa majikan, diperkosa majikan, diperlakukan seperti budak oleh
majikan, dihamili oleh sesama tenaga kerja dari Indonesia, ditangkap polisi karena
tidak punya izin tinggal resmi, dan lain sebagainya, dan lain sebagainya.
Masjid Indonesia yang dibangun oleh para pejabat KBRI bahkan telah memiliki
perpustakaan yang cukup mengasyikkan bagi putera-puteri mereka. Manajemen
masjidnya lumayan baik. Teks khutbah Jum'atnya dibukukan tiap tahun. Masjid
Indonesia bahkan biasa menjadi tempat rekreasi para mahasiswa yang ingin melepas
penat pikiran. Mereka yang mayoritasnya tinggal di Nasr City, jika merasa bosan bisa
main ke Dokki. Silaturrahmi ke rumah pejabat KBRI yang dikenal. Atau ke Masjid
Indonesia yang terletak di Mousadda Street. Pergi ke Dokki pada hari Jum'at sangat
tepat. Selain shalat Jum'at bersama dan bersilaturrahim dengan sesama orang
Indonesia, usai shalat Jum'at biasanya ada makan bersama di belakang masjid.
Makanan disediakan oleh para pejabat KBRI muslim secara bergiliran. Jika keadaan
ini terus bertahan niscaya sangat indah untuk dikisahkan dan dikenang.
Usai makan, aku melakukan rutinitasku di depan komputer. Mengalihbahasakan kitab berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Kali ini yang
aku garap adalah kitab klasik karya Ibnu Qayyim, yaitu kitab Miftah Daris Sa'adah.
Dua jilid besar. Kitab berat. Menggarap kitab ini benar-benar menguras pikiran dan
tenaga. Aku harus ekstra serius dan hati-hati pada saat Ibnu Qayyim membahas
masalah ilmu perbintangan, horoskop, pengaruh planet-planet, ramalan nasib, dan
lain sebagainya. Bahasa ilmu falak dan astronomi adalah bahasa yang tidak mudah.
Aku terpaksa membuka kamus klasik berkali-kali. Apalagi bahasa yang dipakai Ibnu
Qayyim adalah bahasa Arab klasik. Itu saja tidak cukup, harus juga didampingi
dengan kamus dan buku astronomi modern. Dan tatkala yang ditulis Ibnu Qayyim
telah terang maksudnya, aku bagaikan menemukan mutiara tidak ternilai harganya.
Ibnu Qayyim ternyata juga seorang astronom yang luar biasa.
Menerjemahkan sebuah kitab klasik terkadang terasa sangat menjemukan.
Namun ketika rasa jemu bisa teratasi kegiatan itu akan berubah menjadi sebuah
38 rekreasi yang sangat mengasyikkan. Andaikan Ibnu Rusyd masih hidup, aku ingin
bertanya, rasanya seperti apa ketika dia sedang menerjemahkan karya-karya
5 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Aristoteles. Dan seperti apa rasanya ketika telah selesai semuanya"
Malam ini jadwalku sampai jam dua belas. Berhenti ketika shalat Isya. Akhir
bulan naskah harus sudah aku kirim ke Jakarta. Setelah itu ada dua buku yang siap
diterjemah. Buku kontemporer, bahasanya lebih mudah. Seorang teman pernah
mencibir diriku, bahwa menjadi penerjemah sama saja menjadi mesin pengalih
bahasa. Aku tak peduli dengan segala cibiran mereka. Aku merasa nikmat dengan
apa yang aku kerjakan. Aku bisa belajar menambah ilmu, mentransfer ilmu
pengetahuan dan berarti ikut serta mencerdaskan bangsa. Aku bisa berkarya, sekecil
apa pun bentuknya. Berdakwah, dengan kemampuan seadanya. Dan yang terpenting
aku bisa hidup mandiri dengan royalti yang aku terima. Tidak seperti mereka yang
bisanya mencibir saja. Menuruti kata orang tidak akan pernah ada habisnya. Kamu
tidak akan mungkin bisa memenuhi segala kesesuaian dengan hati semua manusia!
Kata-kata Imam Syafii mengingatkan diriku.
*** Pukul 22.00 waktu Cairo. Handphone-ku berdering. Ada sms masuk. Dari
Musthafa, teman Mesir satu kelas di pasca. Ia memberikan kabar gembira,
"Mabruk. Kamu lulus. Kamu bisa nulis tesis. Tadi sore pengumumannya
keluar." Aku merasa seperti ada hawa dingin turun dari langit. Menetes deras ke dalam
ubun-ubun kepalaku lalu menyebar ke seluruh tubuh. Seketika itu aku sujud syukur
dengan berlinang air mata. Aku merasa seperti dibelai-belai tangan Tuhan. Setelah
puas sujud syukurku aku mengungkapkan rasa gembiraku pada teman-teman satu
rumah. Mereka semua menyambut dengan riang gembira. Dengan tasbih, tahmid dan
istighfar. Dengan mata yang berbinar-binar. Kukatakan pada mereka,
"Malam ini juga kita syukuran. Kita beli firoh masywi50 dua. Lengkap dengan
ashir mangga. Kita makan nanti tengah malam, bersama-sama di sutuh sana.
Bagaimana. Eh ra'yukum51?"
"Kalau ini sih usul yang susah ditolak!" sahut Saiful senang. Siapa yang tidak
senang diajak makan ayam bakar gratis.
50
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
51 Ayam bakar. Apa pendapat kalian. 39 Kukeluarkan uang lima puluh pound.
"Biar aku sama Saiful saja yang beli. Mas Fahri sama Hamdi di rumah saja.
Kalian masih capek 'kan karena perjalanan tadi siang. Okay?" Rudi menawarkan diri.
"Okay. Oh ya jangan cuma ashir mangga, beli juga tamar hindi ya" Jangan
lupa!" sahut Hamdi. Ia memang paling suka sama tamar hindi. Waktu musim dingin
saja ia mencari tamar hindi, apa tidak aneh.
"Beres bos," seru Saiful.
Keduanya membuka pintu dan keluar.
"Mas aku buat sambal sama menanak sedikit nasi ya?" kata Hamdi.
"Sip. Kita buat bareng," sambutku sambil mengacungkan kedua jempolku.
Memang, tanpa membuat sambal ala Indonesia kurang mantap. Ayam bakar Mesir
tidak pakai sambal. Padahal kami berempat adalah orang yang doyan sambal,
terutama Hamdi. Dia jebolan pesantren Lirboyo, harus pakai sambal.
6 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Saat melangkah ke dapur aku teringat Mishbah. Tidak adil rasanya kami
berempat berpesta tampa mengikutsertakan dia. Namanya keluarga, ketika senang
harus dirasakan bersama. Aku tersenyum. Masalah yang mudah. Kutelpon Wisma.
Aku minta disambungkan pada Mishbah. Kuberitahukan padanya orang satu rumah
akan syukuran atas kelulusanku. Ia berteriak gembira,
"Mas apa aku pulang saja sekarang" Pakai taksi 'kan cepat!"
"Kerjamu sudah selesai?" tanyaku.
"Belum sih sekarang aku lagi membuat estimasi dana sama Mas Khalid."
"Kalau begitu kau selesaikan saja pekerjaanmu. Kalau kau pulang ke Hadayek
Helwan kau akan terlalu capek. Begini saja Akhi, kau ajak saja Mas Khalid istirahat ke
Babay atau ke mana terserah. Ajak makan firoh masywi. Pakai uangmu atau uangnya
Mas Khalid dulu. Nanti aku ganti. Jadi adil, bagaimana?"
"Kalau begitu siiip-lah Mas. Pokoknya alfu mabruk deh." Suaranya terdengar
girang. Aku tersenyum. Ah, musim panas yang menyenangkan, meskipun
melelahkan. Dalam segala musim, Tuhan selalu Penyayang.
Itu yang aku rasakan. 40 *** Tepat tengah malam kami pergi ke suthuh.52 Membawa tikar, nampan besar,
empat gelas plastik, ashir mangga, tamar hindi, dan dua bungkus firoh masywi yang
masih hangat dan sedap baunya.
Kami benar-benar berpesta. Dua ciduk nasi hangat digelar di atas nampan.
Sambal ditumpahkan. Lalu dua ayam bakar dikeluarkan dari bungkusnya. Tak lupa
acar dan lalapan timun. Satu ayam untuk dua orang.
"Sekali-kali kita jadi orang Mesir beneran, satu ayam untuk dua orang,"
komentar Rudi. "Kalau ini bukan makan nasi lauk ayam. Ini makan ayam lauk nasi. Nasinya
dikit sekali. Mbok ditambah dikit," sambung Saiful.
"Tujuannya memang kita makan ayam bakar. Nasi pelengkap saja untuk
melestarikan budaya Indonesia. Bagi yang mau tambah nasi ambil saja sendiri. Benar
nggak Mas?" sahut Hamdi.
"Sekarang bukan saatnya diskusi. Kalau mau diskusi besok Sabtu di Wisma
Nusantara. Rudi presentatornya. Bismillah, ayo jangan banyak cingcong langsung
kita ganyang saja!" ucapku sambil mencomot daging ayam di hadapanku. Serta merta
mereka melakukan hal yang sama. Kami makan sambil ngobrol, di belai udara malam
yang tidak dingin dan tidak panas. Semilir sejuk. Keindahan musim panas memang
pada waktu malam. Kala langit cerah. Bulan terang. Bintang-bintang gemerlapan.
Dan debu tidak berhamburan. Menikmati suasana alam di atas suthuh apartemen
sangat menyenangkan. Nun jauh di sana cahaya lampu-lampu rumah dan
gedung-gedung dekat sungai Nil tampak berkerlap-kerlip diterpa angin. Sayup-sayup
kami mendengar bunyi irama musik rakyat mengalun di kejauhan sana. Mungkin ada
yang sedang pesta. Alunan itu ditingkahi puja-puji syair sufi. Sangat khas senandung
malam di delta Nil. Suasana nyaman ini akan jadi kenangan tiada terlupakan. Dan kelak ketika
kami sudah kembali ke Tanah Air, kami pasti akan merindukan suasana indah malam
musim panas di Mesir seperti ini.
Usai makan kami tidak langsung turun. Kami tetap bercengkerama ditemani
7 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
semilir angin dari sungai Nil dan satu botol air segar tamar hindi. Kami bercerita
52 Lantai apartemen paling atas dan menghadap langit (atap apartemen).
41 tentang malam-malam berkesan yang pernah kami lewati. Rudi Marpaung yang
berasal dari Medan menceritakan pengalamannya menginap bersama teman-temannya ketika masih aliyah di Brastagi. Menyewa vila dan mengadakan
shalat tahajjud bersama dalam dinginnya malam. Suasana jadi semakin asyik ketika
Hamdi mengisahkan pengalamannya yang menegangkan selama tersesat di lereng
Gunung Lawu selama dua hari.
"Kami berempat belas. Dibagi dalam dua kelompok. Kami mencoba jalur baru.
Kelompok kami istirahat terlalu lama. Kami mengejar kelompok pertama. Sayang
kurang kompak. Kami bertiga tertinggal dan terlunta selama dua hari dalam hutan
Gunung Lawu. Hanya pertolongan dari Allah yang membuat kami tetap hidup."
Sedangkan Saiful yang waktu SMP pernah diajak ayahnya ke Turki bercerita
tentang indahnya malam di teluk Borporus. Ia bercerita detil teluk Borporus. Lalu
mengajak kami membayangkan bagaimana Sultan Muhammad Al-Fatih merebut
Konstantinopel dengan memindahkan puluhan kapal di malam hari lewat daratan dan
menjadikan kapal itu jembatan untuk menembus benteng pertahanan Konstantinopel.
Di tengah asyiknya bercengkerama, tiba-tiba kami mendengar suara orang
ribut. Suara lelaki dan perempuan bersumpah serapah berbaur dengan suara jerit dan
tangis seorang perempuan. Suara itu datang dari bawah. Kami ke tepi suthuh dan
melihat ke bawah. Benar, di gerbang apartemen kami melihat seorang gadis diseret oleh seorang
lelaki hitam dan ditendangi tanpa ampun oleh seorang perempuan. Gadis yang
diseret itu menjerit dan menangis. Sangat mengibakan. Gadis itu diseret sampai ke
jalan. "Jika kau tidak mau mendengar kata-kata kami, jangan sekali-kali kau injak
rumah kami. Kami bukan keluargamu!" sengit perempuan yang menendangnya.
Kami kenal gadis itu. Kasihan benar dia. Malang nian nasibnya. Namanya
Noura. Nama yang indah dan cantik. Namun nasibnya selama ini tak seindah nama
dan paras wajahnya. Noura masih belia. Ia baru saja naik ke tingkat akhir Ma'had Al
Azhar puteri. Sekarang sedang libur musim panas. Tahun depan jika lulus dia baru
akan kuliah. Sudah berulang kali kami melihat Noura dizhalimi oleh keluarganya
8 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sendiri. Ia jadi bulan-bulanan kekasaran ayahnya dan dua kakaknya. Entah kenapa
ibunya tidak membelanya. Kami heran dengan apa yang kami lihat. Dan malam ini
kami melihat hal yang membuat hati miris. Noura disiksa dan diseret tengah malam ke
42 jalan oleh ayah dan kakak perempuannya. Untung tidak musim dingin. Tidak bisa
dibayangkan jika ini terjadi pada puncak musim dingin.
Noura sesengukan di bawah tiang lampu merkuri. Ia duduk sambil mendekap
tiang lampu itu seolah mendekap ibunya. Apa yang kini dirasakan ibunya di dalam
rumah. Tidakkah ia melihat anaknya yang menangis tersedu dengan nada menyayat
hati. Tak ada tetangga yang keluar. Mungkin sedang lelap tidur. Atau sebenarnya
terjaga tapi telah merasa sudah sangat bosan dengan kejadian yang kerap berulang
itu. Ayah Noura yang bernama Bahadur itu memang keterlaluan. Bicaranya kasar dan
tidak bisa menghargai orang. Seluruh tetangga di apartemen ini dan masyarakat
sekitar jarang yang mau berurusan dengan Si Hitam Bahadur. Kulitnya memang hitam
meskipun tidak sehitam orang Sudan. Hanya kami yang mungkin masih sesekali
menyapa jika berjumpa. Itu pun kami terkadang merasa jengkel juga, sebab ketika
disapa ekspresi Bahadur tetap dingin seperti algojo kulit hitam yang berwajah batu.
Sejak kami tinggal di apartemen ini belum pernah Si Muka Dingin Bahadur tersenyum
pada kami. Kalau suara tawanya yang terbahak-bahak memang sering kami dengar.
Aku paling tidak tahan mendengar perempuan menangis. Kuajak temanteman
turun kembali ke flat. Mereka bertanya apa yang harus dilakukan untuk menolong
Noura. Aku diam belum menemukan jawaban. Aku masuk kamar, kubuka jendela,
angin malam semilir masuk. Noura masih terisak-isak di bawah tiang lampu. Aku dan
teman-teman tidak mungkin turun ke bawah menolong Noura. Meskipun dengan
sepatah kata untuk menghibur hatinya. Atau untuk memberitahukan padanya bahwa
sebenarnya ada yang peduli padanya. Tidak mungkin. Jika ada yang salah persepsi
urusannya bisa penjara. Apalagi Si Hitam Bahadur bisa melakukan apa saja tanpa
pertimbangan akal sehatnya.
Aku teringat Maria. Ia gadis yang baik hatinya. Rasa ibaku pada Noura
menggerakkan tanganku untuk mencoba mengirim sms pada Maria.
"Maria. Apa kau bangun. Kau dengar suara tangis di bawah sana?"
Kutunggu. Lima menit. Tak ada jawaban. Kuulangi lagi. Kutunggu lagi. Ada
jawaban. "Ya aku bangun. Aku mendengarnya. Aku lihat dari jendela Noura
memeluk tiang lampu." "Apa kau tidak kasihan padanya?" "Sangat
kasihan." "Apa kau tidak tergerak untuk menolongnya." "Tergerak. Tapi
itu tidak mungkin." "Kenapa?"
43 "Si Hitam Bahadur bisa melakukan apa saja. Ayahku tidak mau
berurusan dengannya." "Tidakkah kau bisa turun dan menyeka air
matanya. Kasihan Noura. Dia perlu seseorang yang menguatkan
hatinya." "Itu tidak mungkin." "Kau lebih memungkinkan daripada kami."
"Sangat susah kulakukan!" Maria menolak. "Kumohon turunlah dan
usaplah air matanya. Aku paling tidak tahan jika ada perempuan
menangis. Aku tidak tahan. Kumohon. Andaikan aku halal baginya tentu
aku akan turun mengusap air matanya dan membawanya ke tempat
yang jauh dari linangan air mata selama-lamanya." "Untuk yang ini
jangan paksa aku, Fahri! Aku tidak bisa!" "Kumohon, demi rasa cintamu
9 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pada Al-Masih. Kumohon!" "Baiklah, demi cintaku pada Al-Masih akan
kucoba. Tapi kau harus tetap mengawasi dari jendelamu. Jika ada
apa-apa kau harus berbuat sesuatu." "Jangan kuatir. Tuhan menyertai
orang yang berbuat kebajikan."
Benar dugaanku. Sebenarnya banyak tetangga yang terbangun oleh
teriakan-teriakan Bahadur dan jeritan Noura. Tapi mereka tidak tahu harus berbuat
apa. Pernah seorang tetangga memanggil polisi, tapi Noura tidak mau ayahnya
diperkarakan, Noura malah mengaku dia yang salah dan ayahnya berhak marah. Mau
bagaimana" Noura sepertinya tidak mau dibela padahal apa yang dilakukan ayahnya
padanya telah melewati batas. Tuan Boutros, ayah Maria pernah menegur Si Hitam
Bahadur atas perlakuannya yang tidak baik pada anak bungsunya. Tapi apa yang
terjadi" Bahadur malah melontarkan sumpah serapah yang tidak enak didengar
telinga. Dari jendela aku melihat Maria berjalan mendekati Noura. Ia memakai jubah
biru tua. Rambutnya yang hitam tergerai ditiup angin malam. Maria lalu duduk di
samping Noura. Ia kelihatannya berbicara pada Noura sambil mengeluselus
kepalanya. Noura masih memeluk tiang lampu. Maria terus berusaha. Akhirnya
kulihat Noura memeluk Maria dengan tersedu-sedu. Maria memperlakukan Noura
seolah adiknya sendiri. Sambil memeluk Noura Maria menengok ke arahku. Aku
menganggukkan kepala. Kulihat jam dinding, pukul dua empat puluh lima menit.
Teman-teman sudah terlelap. Mereka kekenyangan makan. Maria masih memeluk
Noura. Cukup lama mereka berpelukan. Maria melepaskan pelukannya. Tangan
kanannya memenjet handphone-nya dan meletakkan di telingannya.
Handphoneku menjerit. Maria bertanya,
44 "Sekarang apa yang harus kulakukan?"
"Tidak bisakah kau ajak dia ke kamarmu?"
"Aku kuatir Bahadur tahu."
"Aku yakin dia sudah terlelap. Dan biasanya akan bangun sekitar jam sepuluh
pagi. Dia pekerja malam. Tadi jam setengah dua baru pulang terus membuat
keributan." "Baiklah akan kucoba."
"Tunggu! Sekalian kau bujuk Noura menceritakan apa yang sebenarnya
dialaminya selama ini, agar kita semua para tetangga yang peduli pada nasibnya bisa
menolongnya dengan bijaksana."
"Akan kucoba." Sebenarnya Maria bisa bicara langsung tanpa melalui handphone. Tapi dia
harus bersuara sedikit keras, dan itu akan mengganggu tetangga yang tidur. Maria
memang tidak seperti Mona dan Suzana, dua kakak perempuan Noura yang genit dan
keras bicaranya. Seringkali Mona atau Suzana memanggil orang di rumah mereka
dari bawah dengan suara keras. Tidak siang tidak malam. Padahal rumah mereka
hanya di lantai dua tapi suaranya seperti memanggil orang di lantai tujuh.
Kulihat Maria berhasil membujuk Noura untuk ikut dengannya dan berjalan
memasuki gerbang apartemen. Hatiku sedikit lega. Masih ada waktu satu jam
setengah sampai subuh tiba. Kupasang beker. Aku ingin melelapkan mata sebentar
saja. *** 45 10 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
4. Air Mata Noura Meskipun cuma terlelap satu jam setengah, itu sudah cukup untuk
meremajakan seluruh syaraf tubuhku. Setelah satu rumah shalat shubuh berjamaah
di masjid, kami membaca Al-Qur'an bersama. Tadabbur sebentar, bergantian.
Teman-teman sangat melestarikan kegiatan rutin tiap pagi ini. Selama ada di rumah,
membaca Al-Qur'an dan tadabbur tetap berjalan, meskipun pagi ini kulihat mata Saiful
dan Rudi melek merem menahan kantuk.
Usai tadabbur Saiful, Rudi, dan Hamdi merebahkan diri di tempat tidur
masing-masing. Di musim panas, karena malamnya pendek, tidur selepas shubuh
adalah hal biasa bagi kebanyakan mahasiswa Indonesia. Tidak putera, tidak puteri,
semua sama. Wa bilkhusus para aktivis yang sering begadang sampai shubuh.
Mereka para raja dan para ratu tidur pagi hari. Orang Mesir pun juga banyak
melakukan hal yang sama. Begitu mendengar azan shubuh mereka yang tidak mau
berjamaah langsung shalat lalu tidur dan bangun sekitar pukul setengah sembilan.
Kantor-kantor dan instansi benar-benar membuka pelayanan setelah jam sembilan.
Toko-toko juga banyak yang baru buka jam sembilan. Meskipun tidak semua. Ada
beberapa instansi dan toko yang telah buka sejak jam tujuh. Yang paling disiplin buka
pagi adalah warung penjual roti isy dan ful.53 Mereka telah buka sejak pagi-pagi
sekali. Kebiasaan tidur setelah shalat shubuh kurang baik ini sering disindir para
Imam. Dalam sebuah khutbah Jum'at, imam muda kami, yaitu Syaikh Ahmad
Taqiyyuddin pernah mengatakan,
'Seandainya Israel menggempur Mesir pada jam setengah tujuh pagi maka
mereka tidak akan mendapatkan perlawanan apa-apa. Mereka akan sangat mudah
sekali memasuki kota Cairo dan membunuh satu per satu penduduknya. Karena pada
saat itu seluruh rakyat Mesir sedang terlelap dalam tidurnya dan baru akan
benar-benar bangun pukul sembilan.'
Kata-kata itu mungkin tidak seratus persen benar, tapi cukup mewakili untuk
menggambarkan kelengangan kota Cairo pada jam setengah tujuh di musim panas.
Padahal pada saat yang sama, di Jakarta sedang sibuk-sibuknya orang berangkat
kerja, dan kemacetan terjadi di mana-mana.
53 Roti Isy dan Ful adalah makanan pokok orang Mesir.
46 Aku termasuk orang yang anti tidur langsung setelah shalat shubuh. Aku tidak
mau berkah yang dijanjikan baginda Nabi di waktu pagi lewat begitu saja. Hal ini juga
kutanamkan pada teman-teman satu rumah. Jadi seandainya semalam begadang
dan mata sangat lelah, tetaplah diusahakan shalat shubuh berjamaah, membaca
Al-Qur'an, dan sedikit tadabbur. Semoga yang sedikit itu menjadi berkah. Barulah
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidur. Jika bisa tahan dulu sampai waktu dhuha datang, shalat dhuha baru tidur.
Kunyalakan komputer untuk kembali menerjemah. Baru setengah halaman bel
berbunyi. Ada tamu. Ternyata Tuan Boutros dan Maria. Kupersilakan keduanya
duduk. "Fahri, maaf menganggu. Ada yang perlu kita bicarakan," kata Tuan Boutros.
"Apa itu Tuan?"
11 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Noura." Maria langsung menyahut, "Begini Fahri. Aku sudah berusaha keras. Tapi Noura tidak mau menceritakan
segalanya. Dia hanya bilang telah diusir oleh ayah dan kakaknya karena tidak bisa
melakukan hal yang ia tidak bisa melakukannya."
"Hal yang ia tidak bisa melakukan itu maksudnya apa?" tanyaku.
"Ia tidak mau mengaku. Hanya itu yang bisa kudapat. Kami sekeluarga hanya
bisa membantu sampai di sini."
"Terus terang sebelum Si Bahadur bangun, Noura harus sudah meninggalkan
rumah kami?" sahut Tuan Boutros.
"Bukannya kami tidak peduli. Kau tentu tahu sifat Si Bahadur itu. Di samping itu
Noura memang ingin pergi untuk sementara. Ia kelihatan ketakutan dan cemas sekali.
Ia tidak mau ayahnya tahu kalau ia ada di rumah kami," sambung Maria.
"Lantas apa yang harus kita lakukan?" tanyaku.
"Untuk itulah kami berdua kemari. Mau tidak mau, pagi ini Noura memang
harus pergi. Untuk kebaikan dirinya, dan untuk kebaikan seluruh penghuni apartemen
ini. Jika sampai ia masih ada di sini, ayahnya akan kembali membuat keributan. Noura
akan jadi bulan-bulanan. Masalahnya, semua orang sudah bosan. Yang jadi pikiran
kami adalah Noura harus pergi ke mana. Kami tidak tega dia pergi tanpa tujuan dan
tanpa rasa aman," jelas Tuan Boutros.
47 "Anda benar Tuan Boutros. Dia harus pergi ke suatu tempat yang aman dan
tinggal di sana beberapa waktu sampai keadaan membaik. Hmm..apakah dia tidak
punya sanak saudara. Paman, bibi, atau nenek misalnya?"
"Di Cairo ini dia tidak memiliki siapa-siapa selain keluarga yang telah
mengusirnya. Dia masih punya paman dan bibi. Tapi sangat jauh di Mesir selatan,
dekat Aswan sana. Tepatnya di daerah Naq El-Mamariya yang terletak beberapa
puluh kilo di sebelah selatan Luxor. Bahadur dan isterinya yaitu Madame Syaima
berasal dari sana. Tapi Noura tidak bisa ke sana. Katanya, seingatnya ia baru dua kali
ke sana dan tidak tahu jalannya. Ia tidak bisa sendirian ke sana," jawab Maria.
"Teman sekolahnya?" tanyaku.
"Kami sudah memberikan saran itu padanya. Tapi Noura tidak mau. Ia ingin
pergi ke tempat yang tidak akan ditemukan ayah dan kedua kakaknya sementara
waktu. Seluruh rumah temannya telah diketahui ayahnya. Dia pernah diseret ayahnya
saat tidur di rumah salah seorang temannya di Thakanat Maadi. Itu akan membuatnya
malu pada setiap orang. Begitu katanya."
Aku mengerutkan kening. "Bagaimana dengan saudara atau kenalan kalian" Pasti kalian punya saudara
dan kenalan yang tidak akan terlacak oleh ayahnya Noura. Dan itu bisa membantu
Jodoh Rajawali 11 Pendekar Gila 12 Pembalasan Dewa Pedang Kitab Sukma Gelap 2