Ayat Ayat Cinta 2
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy Bagian 2
Noura," selorohku. Tuan Boutros dan Maria sedikit kaget mendengar usulku. Keduanya
berpandangan. "Fahri, mohon kau mengertilah posisi kami. Sungguh kami ingin menolong
Noura. Tapi menempatkan Noura di rumah kami, atau rumah saudara dan kenalan
kami itu tidak mungkin kami lakukan. Karena ini akan menambah masalah?"
"Maksud Tuan Boutros?"
"Fahri, sebetulnya bisa saja kami membawa Noura ke tempat saudara kami.
Tapi kalau nanti sampai ketahuan Bahadur masalahnya akan runyam.
Bahkan kalau ada orang tidak bertanggung jawab yang suka memancing ikan
12 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
di air keruh masalahnya bisa berkembang tidak hanya antara kami dan Bahadur. Bisa
lebih gawat dari itu. Kau 'kan tahu, kami sekeluarga ini penganut Kristen Koptik.
Bahadur sekeluarga adalah muslim. Seluruh sanak saudara dan kolega kami yang
paling dekat adalah orang-orang Koptik. Jika Noura bersembunyi di rumah kami atau
48 rumah saudara kami bisa mendatangkan masalah. Meskipun kami tidak melakukan
apa-apa kecuali menyediakan tempat dia berlindung. Kami nanti bisa dianggap
merekayasa meng-Kristen-kan Noura. Kami harus menjaga perasaan Noura sendiri
dan perasaan semuanya. Kau tentu tahu Noura siswi Ma'had Al Azhar. Dia tentu akan
merasa asing di rumah orang yang bukan satu keyakinan dengannya. Dia akan
merasa canggung untuk shalat, membaca Al-Qur'an dan lain sebagainya. Di rumah
kami saja yang tetangganya, yang kenal baik dengannya, dia merasa canggung.
Untuk shalat dia merasa tidak enak. Tadi kami yang mempersilakan dia untuk shalat.
Kami tidak ingin ini terjadi pada Noura. Apa pun alasannya, yang paling bijak adalah
menempatkan Noura di tempat orang yang satu keyakinan dengannya. Yang bisa
mengerti keadaannya. Terus terang untuk ini kami minta bantuanmu. Meskipun kamu
bukan orang Mesir tapi kamu tentu punya kenalan orang Mesir yang muslim. Menurut
kami semua orang muslim itu baik kecuali Si Bahadur itu," jelas Maria panjang lebar.
Aku merenungkan penjelasan Maria. Sungguh bijak dia. Kata-kata adalah
cerminan isi hati dan keadaan jiwa. Kata-kata Maria menyinarkan kebersihan jiwanya.
Sebesar apa pun keikhlasan untuk menolong tapi masalah akidah, masalah keimanan
dan keyakinan seseorang harus dijaga dan dihormati. Menolong seseorang tidak
untuk menarik seseorang mengikuti pendapat, keyakinan atau jalan hidup yang kita
anut. Menolong seseorang itu karena kita berkewajiban untuk menolong. Titik. Karena
kita manusia, dan orang yang kita tolong juga manusia. Kita harus memanusiakan
manusia tanpa menyentuh sedikit pun kemerdekaannya meyakini agama yang
dianutnya. Tak lebih dan tak kurang. Ah, andaikan umat beragama sedewasa Maria
dalam memanusiakan manusia, dunia ini tentu akan damai dan tidak ada rasa saling
mencurigai. Diam-diam aku bersimpati pada sikap Maria.
Aku lalu berpikir sejenak mencari jalan keluar. Sebenarnya aku bisa ke tempat
Syaikh Ahmad. Tapi masalahnya, waktu sangat mendesak. Noura harus segera pergi
sebelum keluarganya bangun. Dan dia harus pergi sendiri, agar tidak ada yang
disalahkan, atau terseret ke dalam pusaran masalahnya dengan keluarganya. Aku
teringat sesuatu. "Oh ya aku ada ide," kataku.
"Apa itu?" tuan Boutros dan Maria menyahut bareng.
"Bagaimana kalau sementara waktu Noura tinggal di salah satu rumah
mahasiswi Indonesia di Nasr City."
49 "Saya kira ini usul yang bagus. Mungkin mahasiswi Indonesia itu bisa
mendekatinya dan Noura bisa menceritakan semua derita yang dialaminya. Setelah
itu bisa dicarikan pemecahan bersama yang lebih baik. Sebab dia kelihatannya sudah
benar-benar dimusuhi keluarganya. Noura berkata, bahkan ibunya sendiri yang dulu
sering membelanya kini berbalik ikut memusuhinya. Kita tidak tahu apa yang terjadi
pada Noura sebenarnya," ujar Maria.
"Baiklah aku akan menghubungi seorang mahasiswi Indonesia di Nasr City."
"Lebih cepat lebih baik. Waktunya semakin sempit."
Aku langsung bergegas mengambil gagang telpon dan memutar nomor rumah
13 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Nurul, Ketua Wihdah, induk organisasi mahasiswi Indonesia di Mesir. Seorang
temannya bernama Farah yang menerima, memberitahukan Nurul baru sepuluh
menit tidur, sebab tadi malam ia bergadang di sekretariat Wihdah.
"Tolong, ini sangat mendesak!" paksaku.
Akhirnya beberapa menit kemudian Nurul berbicara,
"Ada apa sih Kak. Tumben nelpon kemari?"
Aku lalu mengutarakan maksudku, meminta bantuannya, agar bisa menerima
Noura bersembunyi di rumahnya beberapa hari. Mula-mula Nurul menolak. Ia takut
kena masalah. Di samping itu, tinggal bersama gadis Mesir belum tentu
mengenakkan. Aku jelaskan kondisi Noura. Akhirnya Nurul menyerah dan siap
membantu. "Begini saja Kak Fahri. Si Noura suruh turun di depan Masjid Rab'ah. Aku dan
Farah akan menjemputnya tepat pukul setengah sembilan."
"Baiklah." Hasil pembicaraanku dengan Nurul aku jelaskan pada Tuan Boutros dan
Maria. Mereka tersenyum lega. Mereka mengajakku ke atas ke flat mereka untuk
menjelaskan segalanya pada Noura. Di ruang tamu rumah Tuan Boutros, Noura
menunduk dengan wajah sedih. Ada bekas biru lebam di pipinya yang putih. Matanya
memerah karena terlalu banyak menangis. Aku meyakinkan, dia akan aman di tempat
Nurul. Mereka semua mahasiswi Al Azhar dari Indonesia yang halus perasaannya
dan baik-baik semua. Noura mengucapkan terima kasih atas pertolongan dan
meminta maaf karena merepotkan. Kujelaskan di mana dia akan dijemput Nurul dan
Farah. 50 "Biar cepat, kau naik metro sampai Ramsis. Setelah itu naik Eltramco jurusan
Hayyul Asyir atau Hayyu Sabe' yang lewat masjid Rab'ah. Turun di masjid Rab'ah dan
cari dua mahasiswi Indonesia. Kau tentu tahu 'kan muka orang Indonesia. Nurul
memakai kaca mata jilbabnya panjang. Farah tidak pakai kaca mata, dia suka jilbab
kecil. Ditunggu setengah sembilan tepat. Ini nomor telpon rumahnya," kataku sambil
menyerahkan selembar kertas bertuliskan nomor telpon dan selembar uang dua
puluh pound. "Terimalah untuk ongkos perjalanan dan untuk menelpon kalau ada
apa-apa." Noura terlihat ragu. "Jangan ragu. Aku tidak bermaksud apa-apa. Kita ini satu atap dalam payung
Al Azhar. Sudah selayaknya saling menolong," kataku meyakinkan.
"Noura, terimalah. Fahri ini orang yang baik. Dia hafal Al-Qur'an. Apa kamu
tidak percaya dengan orang yang hafal Al-Qur'an?" ucap Maria meyakinkan Noura.
Akhirnya Noura mau menerima kertas dan uang dua puluh pound itu dengan
mata berlinang. Bibirnya bergetar mengucapkan rasa terima kasih. Pagi itu juga
Noura pergi ke Nasr City dengan langkah gontai. Saat menatap Maria ia
mengucapkan rasa terima kasih dan berusaha tersenyum.
*** Pukul sembilan Nurul menelpon, Noura sudah berada di tempatnya. Dia minta
saya datang, sebab ada seorang anggota rumahnya yang belum bisa menerima
Noura tinggal di sana. Terpaksa saat itu juga aku meluncur ke Nasr City. Sampai di
sana aku menjelaskan panjang lebar apa yang menimpa Noura. Aku jelaskan
penderitaannya seperti yang telah berkali-kali aku lihat. Tentang ayahnya, ibunya dan
kakak perempuannya yang tiada henti menyiksa fisik dan batinnya. Tentang betapa
baiknya keluarga Maria dan betapa dewasanya mereka menyarankan agar Noura
14 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tinggal di rumah orang yang seiman dengannya agar lebih at home. Mendengar itu
semua mereka menitikkan air mata dan siap menerima Noura.
Dari Nasr City aku langsung ke kampus Al Azhar di Maydan Husein. Langsung
ke syu'un thullab dirasat ulya.54 Mereka mengucapkan selamat atas kelulusanku. Aku
diminta segera mempersiapkan proposal tesis. Setelah itu aku ke toko buku Dar
El-Salam yang berada di sebelah barat kampus, tepat di samping Khan El-Khalili yang
sangat terkenal itu. Untuk melihat buku-buku terbaru Dar El-Salam adalah tempat
54 Syuun thullab dirasat ulya: Bagian yang mengurusi mahasiswa pascasarjana
51 yang paling tepat dan nyaman. Buku terbaru Prof. Dr. M. Said Ramadhan El-Bouthi
menarik untuk dibaca. Kuambil satu.
Keluar dari Dar El-Salam matahari sudah sangat tinggi mendekati pusar langit.
Udara sangat panas. Tak jauh dari Dar El-Salam ada penjual tamar hindi. Aku tak bisa
mengekang keinginanku untuk minum. Satu gelas saja rasanya luar biasa segarnya.
Aku pulang lewat Attaba. Aku teringat jadwal belanja. Kusempatkan mampir di pasar
rakyat Attaba. Dua kilo rempelo ayam, satu kilo kibdah55dan dua kilo suguq56 kukira
cukup untuk lauk beberapa hari.
Begitu masuk mahattah metro, azan zhuhur berkumandang. Dalam perjalanan,
panas matahari kembali memanggang. Sampai di rumah pukul dua kurang
seperempat. Aku masuk kamar dengan ubun-ubun kepala terasa mendidih. Musim
panas memang melelahkan. Sampai di flat aku langsung teler. Telentang di karpet
dengan dada telanjang menikmati belaian hawa sejuk yang dipancarkan kipas angin
kesayangan yang membuatku terlelap sesaat.
Dalam lelap, aku melihat Noura di pucak Sant Catherin, Jabal Tursina. Ia
melepas jilbabnya, rambutnya pirang, wajahnya bagai pualam, ia tersenyum padaku.
Aku kaget, bagaimana mungkin Noura berambut pirang, padahal ayah dan ibunya
mirip orang Sudan. Hitam dan rambutnya negro. Aku menatap Noura dengan heran.
Lalu Nurul datang. Ia menangis padaku, lalu marah-marah pada Noura. Aku
terbangun membaca ta'awudz dan beristighfar berkali-kali. Jam setengah tiga. Aku
belum shalat. Setan memang suka memanfaatkan kelemahan manusia. Tak pernah
merasa kasihan. Untung waktu zhuhur masih panjang. Aku beranjak untuk shalat.
Usai shalat aku kembali menelentangkan badan. Kali ini di atas tempat tidur,
entah kenapa kepalaku terasa nyut-nyut. Atau mungkin karena kelelahan dua hari ini.
Mimpi bertemu Noura masih ada dipikiran. Juga Nurul, kenapa ia menangis dan
marah. Apakah ini hanya kebetulan, atau jangan-jangan betulan. Aku jarang sekali
bermimpi yang bukan-bukan. Mimpi bertemu perempuan bagiku adalah mimpi yang
bukan-bukan. Aku masih bisa menghitung berapa kali aku bermimpi bertemu
perempuan. Tak ada sepuluh kali. Semuanya bertemu perempuan yang satu, yaitu
ibuku. Kali ini aku bertemu Noura yang memperlihatkan rambutnya yang pirang dan
Nurul yang menangis dan marah. Yang kupikirkan adalah Nurul. Apakah Nurul
sejatinya menerima kehadiran Noura dengan terpaksa. Hatiku tidak tenang. Aku
55 56 Hati. Semacam sausage, bentuknya bundar memanjang.
15 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
52 bangkit. Tidak jadi tidur lagi. Kutelpon Nurul.
"Tidak ada acara Nur?"
"Sore ini tidak ada Kak. Jadwalnya istirahat."
"Bagaimana dengan Noura?"
"Baik. Dia sekarang sedang tidur di kamarku. Benar katamu Kak, dia memang
patut di kasihani. Punggungnya penuh luka cambuk."
"Benarkah?" "Ya." "Apa dia sudah bercerita banyak pada kalian?"
"Belum. Masih dalam taraf mencoba saling kenal. Tapi dia tidak tahan
merasakan sakit di punggungnya akhirnya dia sedikit bercerita kalau ayahnya suka
mencambuknya dengan ikat pinggang. Ayah yang kejam!"
"Sudah dibawa ke dokter?"
"Belum, rencananya nanti sore."
"Nur, boleh aku tanya sedikit. Ini soal pribadi."
"Apa itu Kak?" "Apa kau sedang marah?"
"Marah kenapa?"
"Karena Noura. Apa kalian menerimanya dengan terpaksa?"
"Jangan suudhan pada saya dan teman-teman Kak. Keberadaan Noura di sini
tidak ada masalah kok. Kenapa sih Kakak terlalu berprasangka begitu?"
"Ya aku kuatir saja kalian merasa terganggu dan direpotkan."
"Nggak. Nggak apa-apa. Sure nggak apa-apa. Jangan kuatir!"
"Syukran kalau begitu."
"Afwan." Benar, tadi itu yang datang dalam lelapku dari setan.
Nurul tidak apa-apa. Suaranya juga bening ceria seperti biasa. Tidak ada rasa jengkel atau marah
53 sedikit pun. Sekarang Noura berambut pirang. Benarkah" Selama ini aku tidak pernah
melihat Noura lepas jilbab. Dari mana aku akan cari info. Tanya pada ibu atau kedua
kakaknya, gila apa. Tanya Maria. Ya Maria, mungkin dia tahu. Aku balik ke kamar.
Mengambil handphone dan mengirim pesan pada Maria.
"Maria boleh tanya?"
Lima menit kemudian, "Boleh. Tanya apa?" "Jangan kaget ya" Mungkin pertanyaan aneh."
"Apa itu?" "Apa Noura berambut pirang?" "Pertanyaanmu memang
aneh. Jawabnya ya, dia berambut pirang. Kenapa kau tanyakan itu?"
"Ingin tahu saja. Tapi jika dia berambut pirang memang aneh." "Aneh
bagaimana" Orang Mesir biasa berambut pirang." "Bukan itu maksudku.
Bukankah ayah dan ibunya seperti orang Sudan" Hitam dan berambut
negro?" "Kau ingin mengatakan Noura bukan anak mereka." "Entahlah.
Ini hanya firasat." "Tapi firasatmu mungkin ada benarnya." "Hanya
Tuhan yang tahu." Aku kembali menelentangkan badan di atas kasur. Saatnya tidur. Baru dua
detik mata terpejam, handphoneku menjerit. Nomor tak kukenal. Siapa ya" Kuangkat,
16 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Assalamu'alaikum."
Suara bening perempuan. Logatnya agak aneh. Siapa "
"Wa 'ailakumussalam. Ini siapa ya?" jawabku balik bertanya.
"Sind Sie Herr Fahri?"57 Dia malah balik bertanya dengan bahasa Jerman. Aku
langsung teringat perempuan bercadar biru muda yang kemarin bertemu di dalam
metro. Dia pasti Aisha. "Ja. Sie Aisha?" jawabku dengan bahasa Jerman.
"Ja. Herr Fahri, haben Sie zeit" 58 " Pertanyaannya mengandung maksud
mengajak bertemu. "Heute?"59 "Ja. Heute, ba'da shalat el ashr."60
57 58 59 Apakah Anda Tuan Fahri. Tuan Fahri, apakah kau punya waktu"
Hari ini" 54 Aku ingin tertawa mendengar dia mencampur bahasa Jerman dengan bahasa
Arab. Tapi memang tepat. Kata-kata shalat sejatinya susah diterjemahkan ke dalam
bahasa lain secara pas. "Nein danke, heute ba'da shalat el ashr habe ich leider keine Zeit! Ich habe
schon eine verabredung!"61 Maksudku adalah janji pada jadwal untuk menerjemah.
Aisha lalu menjelaskan ia ingin bertemu denganku secepatnya. Ia minta aku
bisa meluangkan sedikit waktu. Karena sangat penting. Berkaitan dengan Alicia yang
katanya ingin berbincang seputar Islam dan ajaran moral yang dibawanya. Alicia ingin
sekali bertanya banyak hal padaku sejak kejadian di atas metro itu. Aisha memohon
dengan sangat, sebab menurutnya ini kesempatan yang baik untuk menjelaskan
Islam yang sebenarnya pada orang Barat. Aisha mengatakan Alicia seorang reporter
berita. Ia wartawan dan ini kesempatan emas. Mau tak mau aku mengiyakan dan
menawarkan bagaimana jika bertemu besok. Ia senang sekali mendengarnya. Kami
membuat kesepakatan bertemu di mahattah metro bawah tanah Maydan Tahrir tepat
jam setengah sebelas. Aku minta padanya untuk datang tepat waktu. Ia tertawa.
Sedikit ia meledek, bukankah seharusnya dia yang meminta padaku untuk datang
tepat waktu. Aku tersenyum kecut. Memang orang Indonesia terkenal jam karetnya.
Aku tidak sangka kalau orang seperti Aisha tahu akan hal itu. Aku tidak perlu bertanya
padanya dari mana ia tahu itu. Sebuah pertanyaan bodoh di dunia global seperti
sekarang ini. Bukankah dengan kecanggihan teknologi jarum jatuh di pelosok
Merauke sana bisa terdengar sampai ke New York dan ke seluruh penjuru dunia"
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku langsung menulis janji bertemu Aisha pada planning kegiatan esok hari.
Ternyata padat. Besok jadwal khutbah di masjid Indonesia. Berarti nanti malam
mempersiapkan bahan khutbah. Pagi diketik dan langsung di-print. Lantas istirahat.
Tidak ke mana-mana. Tidak juga sepak bola. Untuk stamina khutbah. Kalaupun ingin
melakukan sesuatu lebih baik menerjemah beberapa halaman. Jam sembilan
berangkat. Sampai di Tahrir kira-kira jam sepuluh. Kalau misalnya metro sedikit
terlambat, aku bisa tetap datang tepat waktu. Lantas berbincang dengan Aisha dan
17 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Alicia sampai jam sebelas. Setelah itu pergi ke Dokki untuk khutbah. Aku harus
datang di awal waktu biar tidak gugup. Begitu rencananya. Jika tidak dibuat outline
yang jelas seperti itu akan membuat hidup tidak terarah dan banyak waktu terbuang
percuma. 60 61 Ya. Hari ini setelah shalat ashar
Tidak, terima kasih, sayang aku tidak ada waktu selepas shalat ashar! Aku punya janji.
55 Kulihat kalender. Melihat kalender adalah hal yang paling kusuka. Karena
bagiku dengan melihatnya optimisme hidup itu ada.
Jum'at tanggal sembilan dan Sabtu tanggal sepuluh. Ada tanda pada tanggal
sepuluh. Hmm..kapan aku memberi tanda dan untuk apa" Jangan-jangan aku ada
janji dengan seseorang. Aku berusaha mengingat-ingat. Rancangan kegiatan satu
bulan aku lihat. Juga tidak ada janji khusus. Terus itu tanda apa ya" Hari Minggunya,
tanggal sebelas juga ada tanda yang sama. Dua hari berturutturut. Aku teringat
sesuatu. Ya itu tanda yang aku bubuhkan tiga bulan lalu begitu tahu tanggal lahir
seluruh keluarga Tuan Boutros. Aku berniat memberikan hadiah untuk mereka, tepat
di hari ulang tahun mereka. Madame Nahed, ibunya Maria, ulang tahun tanggal 10
Agustus. Si Yousef adik lelaki Maria tanggal 11 Agustus, satu hari setelah ibunya.
Sedangkan Tuan Boutros 26 Oktober, dan Maria 24 Desember. Tanggal-tanggal itu
telah aku beri tanda. Aku paling suka memberi kejutan pada teman atau kenalan.
Teman satu rumah sudah mendapatkan hadiah mereka pada hari istimewa mereka.
Berarti besok kegiatannya bertambah satu, mencarikan hadiah untuk Madame Nahed
dan Yousef. Hadiah yang sederhana saja. Sekadar untuk memberikan rasa senang di
hati tetangga. Tiba-tiba aku berpikir ingin memberikan hadiah pada Si Muka Dingin
Bahadur, ayah Noura yang mirip orang Sudan itu. Apa reaksinya kira-kira"
*** 56 5. Pertemuan di Tahrir Jam 10.10 aku sampai di mahattah metro bawah tanah Maydan Tahrir. Sesuai
dengan janji, kami akan bertemu di jalur metro menuju Giza Suburban. Tempatnya
lebih nyaman. Lebih indah. Aku mencari tempat duduk yang paling mudah dilihat.
Janjinya tepat setengah sebelas. Aku datang dua puluh menit lebih awal. Sambil
menunggu aku membaca kembali bahan khutbah yang telah kupersiapkan. Keadaan
mahattah tidak terlalu ramai. Menjelang shalat Jum'at seperti ini biasanya memang
agak lengang. Seorang polisi bersiaga dengan senjata di pinggang. Petugas
kebersihan berseragam menyapu pelan-pelan. Seorang perempuan berjubah hitam
bercadar hitam datang. Kukira dia Aisha, ternyata bukan. Perempuan itu tidak melihat
ke arahku sama sekali. Begitu metro datang, ia langung naik dan hilang.
Sudah pukul sebelas Aisha belum juga datang. Aku akan menunggu sampai
seperempat jam ke depan jika ia tidak datang aku akan langsung pergi ke Dokki.
Pukul sebelas lima menit ada seorang perempuan berabaya cokelat tua dengan jilbab
dan cadar di kepalanya. Ia melangkah tergesa ke arahku. Ia mengucapkan salam dan
aku menjawabnya. 18 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Nehmen Sie platz!"62 kupersilakan dia duduk.
"Danke schon."63 Selorohnya sambil bergerak duduk di samping kananku.
"Bitte."64 Aisha melihat jam tangannya. Dia minta maaf datang terlambat. Aku hanya
tersenyum. Kami lalu mulai berbincang-bincang. Aisha memilih pakai bahasa Jerman.
"Wo ist Alicia?" 65 Tanyaku karena aku tidak juga melihat bule Amerika itu
datang. "Insya Allah, dia akan datang sepuluh menit lagi. Dia sedang dalam perjalanan
dari wawancara dengan Ibrahem Nafe', Pemimpin Redaksi Harian Ahram."
Aku bisa memaklumi, namun aku perlu menjelaskan padanya bahwa tepat
setengah dua belas aku harus meninggalkan Tahrir. Sekali lagi Aisha minta maaf atas
keterlambatannya dan keterlambatan Alicia. Dalam hati aku senang, bahwa memang
perlu sekali-kali orang Barat minta maaf pada orang Indonesia, karena mereka datang
62 63 64 65 Silakan duduk. Terima kasih banyak. Kembali. Di mana Alicia" 57 tidak tepat waktu. Makanya, jangan main-main dengan murid Syaikh Utsman yang
terkenal disiplin. "Semoga lima belas menit cukup bagi Alicia untuk mendapatkan jawaban atas
ketidaktahuannya akan Islam," kata Aisha dengan nada sedikit menyesal.
"Sebetulnya saya senang diajak berbincang untuk menjelaskan keindahan
Islam. Tapi kali ini saya ada jadwal khutbah. Maafkan saya."
"Kalau waktunya tidak cukup, anggaplah ini pertemuan pengantar saja.
Semoga Anda tidak keberatan seandainya Alicia minta waktu lagi, entah kapan."
"Insya Allah. Dengan senang hati."
Aisha lalu bertanya-tanya tentang saya. Tentang Indonesia. Tentang Jawa. Dia
pun sempat sedikit mengenalkan dirinya. Dia baru empat bulan di Cairo. Tujuannya
untuk belajar bahasa Arab dan memperbaiki bacaan Al-Qur'annya. Di Jerman ia
sudah tingkat akhir Fakultas Psikologi. Ayahnya asli Jerman. Ibunya asli Turki. Dari
ibunya ia memiliki darah Palestina. Sebab neneknya atau ibu ibunya adalah wanita
asli Palestina. Ibunya bilang, neneknya lahir di Giza. Aku bertanya sejak kapan
memakai jilbab dan cadar. Ia menjawab memakai jilbab sejak SMP dan memakai
cadar sejak tiba di Mesir, mengikuti bibinya. Sementara ia memang tinggal di Maadi
bersama bibi dan pamannya. Bibinya sedang S.2. di Kuliyyatul Banat Universitas Al
Azhar, beliau adik bungsu ibunya. Sedangkan pamannya sedang S.3., juga di Al
Azhar. Aku mengenal beberapa orang Turki yang ada di program pascasarjana. Aku
teringat sebuah nama. "Aku kenal seorang mahasiswa Turki. Dia cukup akrab denganku. Dia pernah
bilang tinggal di dekat Kentucky Maadi, mungkin pamanmu kenal," kataku.
"Dekat Kentucky" Siapa namanya" Coba nanti aku tanyakan pada paman,"
Aisha penasaran. 19 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Namanya Eqbal Hakan Erbakan?"
"Siapa?" "Eqbal Hakan Erbakan."
"La ilaaha illallah!"
"Kenapa?" "Itu pamanku." 58 "So ein zufall!66 "
"Dunia begitu sempit bukan" Tak kukira kau kenal pamanku."
"Sampaikan salamku untuknya. Katakan saja dari Fahri Abdullah Shiddiq,
teman i'tikaf di masjid Helmeya Zaitun tahun lalu. Juga sampaikan salamku pada
bibimu dan kedua puteranya yang lucu; Amena dan Hasan."
"Insya Allah dengan senang hati.
Dari kejauhan aku melihat seorang perempuan bule datang.
"Apakah dia Alicia?"
"Kelihatannya."
Penampilannya memang berbeda dengan waktu aku melihatnya di metro dua
hari yang lalu. Sekarang tampak lebih sopan. Memakai hem lengan panjang. Tidak
kaos ketat dengan bagian perut terlihat. Ia menyapa kami dengan tersenyum. Aisha
menjelaskan waktu yang ada sangat sempit, karena jam setengah dua belas aku
harus cabut ke Masjid Indonesia di Dokki. Alicia bisa mengerti dan minta maaf atas
keterlambatan. Ia langsung membuka dengan sebuah pertanyaan,
"Begini Fahri, di Barat ada sebuah opini bahwa Islam menyuruh seorang suami
memukul isterinya. Katanya suruhan itu terdapat dalam Al-Qur'an. Ini jelas tindakan
yang jauh dari beradab. Sangat menghina martabat kaum wanita. Apakah kau bisa
menjelaskan masalah ini yang sesungguhnya" Benarkah opini itu, atau bagaimana?"
Aku menghela nafas panjang. Aku tidak kaget dengan pertanyaan Alicia itu.
Opini yang sangat mendiskreditkan itu memang seringkali dilontarkan oleh media
Barat. Dan karena ketidakmengertiannya akan ajaran Islam yang sesungguhnya
banyak masyarakat awam di Barat yang menelan mentah-mentah opini itu. Dengan
kemampuan yang ada aku berusaha menjelaskan sebenarnya. Aku berharap Alicia
bisa memahami bahasa Inggrisku dengan baik,
"Tidak benar ajaran Islam menyuruh melakukan tindakan tidak beradab itu.
Rasulullah Saw. dalam sebuah haditsnya bersabda, 'La tadhribu imaallah!' 67
Maknanya, 'Jangan kalian pukul kaum perempuan!' Dalam hadits yang lain, beliau
menjelaskan bahwa sebaik-baik lelaki atau suami adalah yang berbuat baik pada
66 67 Sungguh suatu kebetulan. Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah.
59 isterinya.68 Dan memang, di dalam Al-Qur'an ada sebuah ayat yang membolehkan
seorang suami memukul isterinya. Tapi harus diperhatikan dengan baik untuk isteri
macam apa" Dalam situasi seperti apa" Tujuannya untuk apa" Dan cara
memukulnya bagaimana" Ayat itu ada dalam surat An-Nisa, tepatnya ayat 34:
20 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sebab itu, maka Wanita yang saleh ialah yang ta'at kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). Wanita-wanita yang kamu kuatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka
dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur dan pukullah mereka. Kemudian jika
mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar."
Jadi seorang suami diperbolehkan untuk memukul isterinya yang telah terlihat
tanda-tanda nusyuz."
Alicia menyela, "Nusyuz itu apa?"
"Nusyuz adalah tindakan atau perilaku seorang isteri yang tidak bersahabat
pada suaminya. Dalam Islam suami isteri ibarat dua ruh dalam satu jasad. Jasadnya
adalah rumah tangga. Keduanya harus saling menjaga, saling menghormati, saling
mencintai, saling menyayangi, saling mengisi, saling memuliakan dan saling menjaga.
Isteri yang nusyuz adalah isteri yang tidak lagi menghormati, mencintai, menjaga dan
memuliakan suaminya. Isteri yang tidak lagi komitmen pada ikatan suci pernikahan.
Jika seorang suami melihat ada gejala isterinya hendak nusyuz, hendak menodai
ikatan suci pernikahan, maka Al-Qur'an memberikan tuntunan bagaimana seorang
suami harus bersikap untuk mengembalikan isterinya ke jalan yang benar, demi
menyelamatkan keutuhan rumah tangganya. Tuntunan itu ada dalam surat An-Nisaa
ayat 34 tadi. Di situ AlQur'an memberikan tuntunan melalui tiga tahapan,
Pertama, menasihati isteri dengan baik-baik, dengan kata-kata yang bijaksana,
kata-kata yang menyentuh hatinya sehingga dia bisa segera kembali ke jalan yang
lurus. Sama sekali tidak diperkenankan mencela isteri dengan kata-kata kasar.
Baginda Rasulullah melarang hal itu. Kata-kata kasar lebih menyakitkan daripada
tusukan pedang. Jika dengan nasihat tidak juga mempan, Al-Qur'an memberikan jalan kedua,
yaitu pisah tempat tidur dengan isteri. Dengan harapan isteri yang mulai nusyuz itu
bisa merasa dan interospeksi. Seorang isteri yang benar-benar mencintai suaminya
68 Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Ibnu Hibban.
60 dia akan sangat terasa dan mendapatkan teguran jika sang suami tidak mau tidur
21 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengannya. Dengan teguran ini diharapkan isteri kembali salehah. Dan rumah tangga
tetap utuh harmonis. Namun jika ternyata sang isteri memang bebal. Nuraninya telah tertutupi oleh
hawa nafsunya. Ia tidak mau juga berubah setelah diingatkan dengan dua cara
tersebut barulah menggunakan cara ketiga, yaitu memukul.
Yang sering tidak dipahami oleh orang banyak adalah cara memukul yang
dikehendaki Al-Qur'an ini. Tidak boleh sembarangan. Suami boleh memukul dengan
syarat: Pertama, telah menggunakan dua cara sebelumnya namun tidak mempan.
Tidak diperbolehkan langsung main pukul. Isteri salah sedikit main pukul. Ini jauh dari
Islam, jauh dari tuntunan Al-Qur'an. Dan Islam tidak bertanggung jawab atas tindakan
kelaliman seperti itu. Kedua, tidak boleh memukul muka. Sebab muka seseorang adalah segalanya
bagi manusia. Rasulullah melarang memukul muka.
Ketiga, tidak boleh menyakitkan. Rasulullah Saw. bersabda, 'Bertakwalah
kepada Allah dalam masalah perempuan (isteri). Mereka adalah orang-orang yang
membantu kalian. Kalian punya hak pada mereka, yaitu mereka tidak boleh
menyentuhkan pada tempat tidur kalian lelaki yang kalian benci. Jika mereka
melakukan hal itu maka kalian boleh memukul mereka dengan pukulan yang tidak
menyakitkan (ghairu mubrah). Dan kalian punya kewajiban pada mereka yaitu
memberi rizki dan memberi pakaian yang baik.'69 Para ulama ahli fiqih dan ulama
tafsir menjelaskan kriteria 'ghairu mubrah' atau 'tidak menyakitkan' yaitu tidak sampai
meninggalkan bekas, tidak sampai membuat tulang retak, dan tidak di bagian tubuh
yang berbahaya jika kena pukulan.
Dengan menghayati benar-benar kandungan ayat suci Al-Qur'an itu dan
makna hadits-hadits Rasulullah itu akan jelas sekali seperti apa sebenarnya ajaran
Islam. Apakah seperti yang dituduhkan dan diopinikan di Barat yang menghinakan
wanita" Apakah tuntunan mulia seperti itu, yang bertujuan menyelamatkan bahtera
rumah tangga karena ada gejala isteri hendak nusyuz, tidak lagi bersahabat pada
suaminya, hendak menodai ikatan suci pernikahan dianggap tiada beradab"
Kapan seorang suami diperbolehkan memukul" Pada isteri macam apa"
69 Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya.
61 Syaratnya memukulnya apa saja" Tujuannya apa" Itu semua haruslah diperhatikan
dengan seksama. Memukul seorang isteri jahat tak tahu diri dengan pukulan yang
tidak menyakitkan agar ia sadar kembali demi keutuhan rumah tangga, apakah itu
tidak jauh lebih mulia daripada membiarkan isteri berbuat seenak nafsunya dan
menghancurkan rumah tangga"
Ya inilah ajaran Islam dalam mensikapi seorang isteri yang berperilaku tidak
terpuji. Islam sangat memuliakan perempuan, bahwa di telapak kaki ibulah surga
anak lelaki. Hanya seorang lelaki mulia yang memuliakan wanita. Demikian Islam
mengajarkan." Rasanya sudah 22 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
cukup panjang aku menjelaskan. Alicia tampak mengangguk-anggukkan kepala. Sekilas kulihat mata Aisha berkaca-kaca. Entah
kenapa. Sebenarnya aku ingin memaparkan ratusan data tentang perlakuan tidak
manusiawi orang-orang Eropa pada isteri-isteri mereka. Namun kuurungkan. Biarlah
suatu saat nanti sejarah sendiri yang membeberkan pada Alicia dan orang-orang
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti Alicia. Di Inggris, beberapa abad yang lalu isteri tidak hanya boleh dipukul tapi
boleh dijual dengan harga beberapa poundsterling saja. Ada seorang Perdana
Menteri Jepang yang mengatakan bahwa cara terbaik memperlakukan wanita adalah
dengan menamparnya. Dengan bangga Perdana Menteri itu mengaku sering
menampar isteri dan anak perempuannya. Ia bahkan menasihati suami puterinya
agar tidak segan-segan menampar isterinya. Untungnya Inggris dan Jepang bukan
negara yang mayoritas penduduknya muslim. Jika mereka negara Islam atau
mayoritas penduduknya muslim pastilah protes keras atas perlakuan tidak beradab
pada perempuan itu akan datang bagaikan gelombang badai.
Aku menengok jam tangan. Pukul 11.35.
"Maaf. Aku harus pergi sekarang. Aku sudah terlambat lima menit dari
rencana," ucapku pada Alicia dan Aisha sambil bangkit dari duduk.
"Dari jawaban yang kau berikan aku mendapatkan masukan yang sama sekali
baru aku mengerti. Sebenarnya masih ada banyak hal yang ingin aku tanyakan
kepadamu.Tentang Islam memperlakukan perempuan. Tentang Islam memperlakukan non-Islam. Tentang Islam dan perbudakan dan lain sebagainya. Dan
aku berharap akan mendapatkan jawaban yang baik dalam perspektif yang adil,"
Alicia mengungkapkan harapannya.
"Saya senang berjumpa dengan orang seperti Anda Nona Alicia. Sebisa
62 mungkin saya akan memenuhi harapan Anda itu, insya Allah. Tapi terus terang, bulan
ini saya sangat sibuk. Saya harus komitmen dengan jadwal yang telah ada. Anda
23 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tentu bisa memaklumi. Apalagi saya sedang menyelesaikan magister saya. Jadi terus
terang saya akan berusaha mencuri-curi waktu. Saya ada ide. Bagaimana kalau
semua pertanyaan yang ingin Anda sampaikan, Anda tulis saja dalam sebuah kertas.
Anda print. Dan nanti serahkan pada saya. Saya akan menjawabnya di sela-sela
waktu senggang saya. Jika sudah terjawab semua akan saya serahkan kembali pada
Anda. Lalu kita bertemu dalam suatu tempat dan kita diskusikan masalah yang belum
clear. Bagaimana?" "Saya kira ini ide yang bagus. Saya akan tuliskan pertanyaan saya secepatnya.
Dalam dunia jurnalistik wawancara tertulis lazim juga digunakan. Terus bagaimana
kita bisa bertemu lagi. Meskipun cuma sebentar untuk menyerahkan pertanyaan-pertanyaan saya itu?"
Aku berpikir sesaat. Mengingat jadwal aku keluar.
"Anda sekarang tinggal di mana?" tanyaku setelah aku ingat jadwal keluar dari
Hadayek Helwan dalam waktu dekat.
"Saya menginap di Nile Hilton Hotel."
"Sampai kapan?"
"Kira-kira masih sembilan hari di Mesir."
"Baik. Bagaimana kalau kita berjumpa besok Senin, tepat pukul sebelas pagi?"
"Okey. Di mana?"
"Di kafetaria National Library. Letaknya di Kornes Nil Street tak jauh dari hotel
Anda. Semua orang Mesir di hotel Anda, yang Anda tanya pasti tahu."
"Baiklah." "Aku boleh datang 'kan?" sela Aisha.
"Tentu saja," jawabku dan Alicia hampir bersamaan.
"Kalau begitu aku pamit dulu. Bye!"
Aku beranjak pergi meninggalkan keduanya tepat pada saat sebuah metro dari
Shubra El-Khaima datang. Perlahan berhenti. Perlahan-lahan terbuka. Kutunggu
orang-orang yang turun habis. Baru aku naik. Ada banyak tempat duduk kosong. Aku
pilih paling dekat. Duduk melihat ke arah jendela. Masinis membunyikan tanda. Ding
63 dung...ding dung! Tanda metro sebentar lagi berjalan.
Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang perempuan menyapaku dengan
24 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bahasa Arab minta izin duduk, "Hal tasmahuli an ajlis!"
Aku menengok ke asal suara. Perempuan bercadar. Aisha! Aku sedikit kaget.
Aku menggeser tempat dudukku. Aisha duduk di sampingku.
"Mau ke mana?" tanyaku. Kali ini kami berbincang dalam bahasa Arab. Aku
berusaha menggunakan kalimat-kalimat fusha yang mudah dipahami olehnya.
Kuhindari bahasa 'amiyah sama sekali.
"Aku perlu ikut kamu ke Masjid Indonesia," jawabnya.
"Untuk apa?" Metro mulai berjalan. Dua menit lagi metro akan melintas di bawah sungai Nil.
Sayangnya pemandangan di luar jendela hanya gelap berseling cahaya lampu neon
menempel di dinding terowongan.
"Aku ingin tahu komunitas orang Indonesia di Mesir. Siapa tahu aku bisa dapat
bahan untuk tesis psikologi sosial S.2.-ku kelak. Aku lagi melengkapi data tentang
masyarakat Jawa. Jadi mumpung ada kesempatan. Aku tidak akan melewatkan
begitu saja. Siapa tahu nanti di masjid ada mahasiswi atau muslimah Indonesia, aku
bisa kenalan. Dan besok-besok jika aku ada perlu, bisa datang sendiri."
"O, begitu. Kalau ingin bertemu mahasiswi Indonesia, seandainya di masjid
nanti tidak ada, namun semoga ada, insya Allah aku bisa bantu."
"Terima kasih. Aku dengar dari paman, di Nasr City banyak mahasiswi
Indonesia." "Benar. Mahasiswa Asia Tenggara mayoritas tinggal di sana."
"Tadi kau bilang mau buat proposal tesis. Boleh tahu rencananya tema apa
yang hendak kau garap?"
"Mungkin Metodologi Tafsir Syaikh Badiuz Zaman Said An-Nursi."
"Ulama pembaru dari Turki itu?"
"Benar." "Pasti akan sangat menarik. Kebetulan keluarga kami di Turki adalah pengikut
setia jamaah Syaikh Said An-Nursi rahimahullah."
64 "Aku tahu, Eqbal Hakan pernah cerita padaku."
"Di rumahnya banyak buku-buku karangan Syaikh An-Nursi."
"Ya. Suatu saat aku akan ke sana jika aku perlu data tambahan."
"Apa kau yakin sekarang tidak perlu data tambahan?"
"Untuk sekadar proposal mengajukan judul, konsepnya sudah matang dan
tinggal saya ketik. Saya sudah punya empat ratus referensi. Jika diterima oleh tim
penilai, barulah perlu bahan selengkap-lengkapnya untuk penyusunan tesis."
"Semoga diterima. Jika kelak tesismu jadi siapa tahu bisa diterbitkan di Turki."
"Amin." Metro sampai di mahattah Dokki. "Kita turun?" tanya Aisha.
"Tidak, mahattah depan. Tapi tidak ada salahnya siap-siap."
Kami beranjak ke dekat pintu. Kami berdiri berdekatan. Di kaca pintu metro aku
melihat bayanganku sendiri. Sama tingginya dengan Aisha. Mungkin aku lebih tinggi
sedikit. Satu atau dua sentimeter saja. Metro berjalan lagi. Tak lama kemudian sampai
di mahattah El-Behous. Antara mahattah Dokki dan mahattah El-Behous jaraknya
memang tidak terlalu jauh. Keduanya masih dalam satu kawasan, yaitu kawasan
Dokki. Metro berhenti. Kami turun. Mahattah El-Behous berada sekitar dua puluh lima
meter di bawah tanah. Dengan eskalator kami naik ke atas. Kami keluar ke
25 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
permukaan seperti vampire keluar dari sarangnya di siang bolong. Sinar matahari
terasa sangat menyilaukan. Panasnya menyengat dan menyiksa. Cepat-cepat
kuambil kaca mata hitam dari tas cangklongku. Lumayan, untuk menyejukkan kornea
mata. Aku berjalan dengan langkah cepat menuju Mousadda Street. Aisha
mengimbangi langkah dua meter di belakangku. Kami diam seribu bahasa.
11.30.14 waktu Cairo, kami tiba di Masjid Indonesia yang tak lain adalah lantai
dasar sebuah gedung yang disebut Sekolah Indonesia Cairo atau biasa disebut SIC.
Lantai dasar itu cukup luas dan benar-benar layak disebut masjid. Beberapa kali
Bapak Duta Besar Indonesia di Cairo mengundang diplomat negara lain yang muslim
untuk shalat Jum'at di masjid ini. Dari gerbang masjid aku menangkap suara riuh
anak-anak mengeja Al-Qur'an. Mereka adalah putera-puteri para pejabat KBRI yang
belajar mengaji dibimbing oleh mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang sedang
belajar di Al Azhar. Kupersilakan Aisha masuk.
65 Kulihat ada dua kelompok anak-anak mengaji. Di sebelah selatan dekat
mihrab, kelompok putera dibimbing oleh Fathurrahman dan Hasyim, keduanya
mahasiswa Al Azhar yang mengabdikan diri menjadi takmir. Di sebelah utara,
kelompok puteri dibimbing oleh seorang perempuan bercadar, aku tidak tahu
namanya dan seorang mahasiswi yang aku kenal yaitu Nurul, Ketua Wihdah.
Diam-diam aku salut pada Nurul. Meskipun ia jadi ketua umum organisasi mahasiswi
Indonesia paling bergengsi di Mesir, tapi ia tidak pernah segan untuk menyempatkan
waktunya mengajar anak-anak membaca Al-Qur'an. Setelah bersalaman dengan
Fathurrahman dan Hasyim, kuajak Aisha menemui Nurul yang sedang mengajar, dan
beberapa kali melihat ke arah kami. Mungkin ia heran melihat aku datang bersama
seorang perempuan bercadar. Selama ini aku dikenal tidak pernah jalan bersama
seorang perempuan mana pun.
Kukenalkan Aisha pada Nurul dan Nurul pada Aisha. Kujelaskan siapa Aisha
pada Nurul dan kujelaskan siapa Nurul pada Aisha. Nurul menyambut Aisha dengan
senyum mengembang. Setelah mereka berbincang beberapa kalimat, barulah aku
minta diri pada mereka untuk mempersiapkan khutbah. Sebelumnya aku jelaskan
pada Aisha jika masih ingin berbincang, selepas shalat Jum'at ada waktu, meskipun
sebentar. Meskipun telah mandi, aku merasa perlu mandi lagi agar segar kembali. Musim
panas selalu membuatku ingin mandi berkali-kali. Aku langsung ke ruang takmir yang
tidak asing lagi bagiku. Melepas pakaian ganti sarung dan mandi. Masjid ini bisa
dikatakan sangat lengkap peralatannya. Mulai dari peralatan ibadah, sound system,
dan lain sebagainya. Bahkan peralatan dapur pun ada. Masjid memiliki dapur yang
integral dengan dapur SIC. Memang kelebihan materi jika dialirkan untuk ibadah
membuat segalanya jadi indah. Usai mandi aku kembali ke kamar takmir. Hasyim
meminjamkan sarung baru, jas, serban dan kopiah putih. Aku memang sudah
memesannya Jum'at yang lalu. Hasyim sudah paham, di antara sekian banyak
mahasiswa yang mendapat jadwal khutbah hanya aku yang paling aneh. Datang
memakai pakaian santai. Mandi dan merapikan diri di masjid. Sebab perjalanan dari
Hadayek Helwan sampai Dokki cukup memakan waktu. Aku tidak mau ribet.
Pukul 12.00 pengajian anak-anak selesai. Pukul 12.20 Hasyim membaca
Al-Qur'an dengan mujawwad menunggu jamaah datang. Pukul 12.35 ritual ibadah
shalat Jum'at di mulai. Bapak Duta ada di barisan ketiga. Beliau datang agak
26 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terlambat. Tema khutbah yang diberikan takmir kepadaku adalah 'Indahnya Cinta
66 Karena Allah.' Selesai pukul 13.20. Kami lalu makan bersama di belakang masjid.
Menunya adalah Coto Makasar dan Es Buah.
Usai makan aku mendekati Aisha dan Nurul untuk pamitan. Kutanyakan pada
Aisha apa masih ada yang bisa kubantu. Sebuah pertanyaan basa-basi. Dia bilang
tidak. Kutanyakan apa mau pulang bersama. Sebab jalurnya sama. Sekali lagi sebuah
pertanyaan basa-basi. Dia jawab masih ada yang dibicarakan dengan Nurul. Lalu Aku
teringat Noura. "Nur, bagaimana kabar Noura?"
"Dia sudah mulai dekat dengan kita-kita dan bisa tertawa."
"Dia cerita tentang dirinya nggak?"
"Ya. Tapi baru sebatas sekolahnya."
"Tentang perlakuan keluarganya padanya?"
"Belum." "Tolong dekati dia. Sepertinya dia memendam masalah serius. Perlakuan
keluarganya selama ini tidak wajar. Kata Tuan Boutros, kita tidak akan bisa membantu
kalau dia tidak jujur menjelaskan masalahnya. Kenapa malam-malam sampai
dicambuk dan diusir ayahnya. Dia cerita pada Maria, ayah dan dua kakak perempuan
m (http://cerita-silat.mywapblog.com)
2732. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
enyuruh dia melakukan suatu pekerjaan yang dia tidak bisa melakukannya.
Pekerjaan apa itu" Dan kenapa dia tidak bisa melakukannya" Apa masalah dia
sesungguhnya. Kalau ayahnya menuntut dia harus kerja untuk dapat uang, Madame
Nahed, ibunya Maria menawarkan dia bisa kerja di kliniknya sore hari. Tolong Nur,
kau dekati dia dan bicaralah dari hati ke hati. Aku paling tidak tahan kalau melihat ada
orang tertindas dan menderita di depan mataku."
"Insya Allah Kak."
"Oh ya, ini, untuk biaya makan Noura satu bulan. Semoga cukup," aku
mengulurkan amplop yang baru kuterima dari takmir.
"Tidak usah Kak."
"Sudah jangan pakewuh. Kita sama-sama mahasiswa. Kita makan juga iuran.
Kalau uang dapur ngepres kita juga ketar-ketir. Ayo terimalah! Apalagi Noura orang
Mesir, dia tidak bisa selalu makan masakan kalian. Dia harus makan makanan Mesir
dan itu perlu biaya 'kan" Terimalah!"
67 Akhirnya Nurul mau menerimanya.
Bagaimana mungkin aku yang sudah merepotkan mereka masih juga
membebankan biaya pada mereka. Dakwah ya dakwah. Ibadah ya ibadah. Tapi
elokkah ongkos dakwah dan ibadah dibebankan orang lain"
Aku jadi teringat sepenggal episode perjalanan hijrah Nabi. Ketika akan
berangkat hijrah ke Madinah beliau diberi seekor onta oleh Abu Bakar. Namun beliau
tidak mau menerimanya dengan cuma-cuma. Beliau mau menerima dengan syarat
onta itu beliau beli. Abu Bakar inginnya memberikan secara cuma-cuma untuk
perjalanan hijrah Nabi. Tapi baginda Nabi tidak mau beban sarana dakwah dipikul
oleh Abu Bakar yang tak lain adalah umatnya. Baginda Nabi tidak mau menggunakan
kesempatan pengorbanan orang lain. Abu Bakar punya keluarga yang harus dihidupi.
Dakwah harus berjalan profesional meskipun pengorbananpengorbanan tetap
diperlukan. Dan Nabi mencontohkan profesional dalam berdakwah. Beliau tidak mau
menerima onta Abu Bakar kecuali dibayar harganya. Mau tak mau Abu Bakar pun
mengikuti keinginan Nabi. Onta itu dihargai sebagaimana umumnya dan Baginda
Nabi membayar harganya. Barulah keduanya berangkat hijrah. Itulah pemimpin sejati.
Tidak seperti para kiai di Indonesia yang menyuruh umat mengeluarkan shadaqah
jariyah, bahkan menyuruh santrinya berkeliling daerah mencari sumbangan dana
dengan berbagai macam cara termasuk menjual kalender, tapi dia sendiri cuma
ongkang-ongkang kaki di masjid atau di pesantren.
Ketika seseorang telah disebut 'kiai' dia lalu merasa malu untuk turun ke kali
mengangkat batu. Meskipun batu itu untuk membangun masjid atau pesantrennya
sendiri. Dia merasa hal itu tugas orang-orang awam dan para santri. Tugasnya adalah
mengaji. Baginya, kemampuan membaca kitab kuning di atas segalanya. Dengan
membacakan kitab kuning ia merasa sudah memberikan segalanya kepada umat.
Bahkan merasa telah menyumbangkan yang terbaik. Dengan khutbah Jum'at di
masjid ia merasa telah paling berjasa. Banyak orang lalai, bahwa baginda Nabi tidak
pernah membacakan kitab kuning. Dakwah nabi dengan perbuatan lebih banyak dari
dakwah beliau dengan khutbah dan perkataan. Ummul Mu'minin, Aisyah ra. berkata,
"Akhlak Nabi adalah Al-Qur'an!" Nabi adalah Al-Qur'an berjalan. Nabi tidak canggung
mencari kayu bakar untuk para sahabatnya. Para sahabat meneladani apa yang
beliau contohkan. Akhirnya mereka juga menjadi Al-Qur'an berjalan yang menyebar
1 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ke seluruh penjuru dunia Arab untuk dicontoh seluruh umat. Tapi memang, tidak
mudah meneladani akhlak Nabi. Menuntut orang lain lebih mudah daripada menuntut
68 diri sendiri. "Nanti kalau ada apa-apa, atau ada yang kurang bilang saja. Juga kalau Noura
sudah menceritakan masalahnya, langsung kontak secepatnya!" kataku pada Nurul.
Nurul mengangguk. Aku minta diri. Aku berdoa semoga masalah Noura segera
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
selesai dan gadis malang itu tidak lagi menanggung derita yang mengenaskan.
Bagaimana mungkin seorang ayah tega menyambuk anak gadisnya sampai
mengelupas punggungnya. Di mana rasa kasih sayangnya" Apakah dia tiada pernah
mendengar sabda nabi, siapa yang tidak memiliki rasa kasih sayang dia tidak akan
disayang oleh Allah"
*** Dari El-Behous aku langsung ke Attaba. Aku harus mencari hadiah untuk
Madame Nahed dan Yousef menyambut hari istimewa mereka. Meskipun sederhana,
pasti akan jadi kejutan tersendiri, bahwa tetangganya dari Indonesia memberikan
hadiah yang tiada disangka.
Aku ingat acara dunia wanita yang ditayangkan Nile TV. Di antara bendabenda
yang disukai wanita adalah tas tangan. Kurasa tidak salah kalau aku menghadiahi
Madame Nahed dengan tas tangan. Dan untuk Yousef aku akan belikan kaset
percakapan bahasa Perancis dan kamusnya. Kuharap dia senang. Sebab dia pernah
bilang jika kuliah nanti ingin mengambil sastra Perancis.
Attaba adalah pasar rakyat terbesar di Mesir. Semua ada. Harganya relatif
lebih murah dibandingkan tempat yang lain. Meskipun begitu, seni menawar dan
bergurau tetap penting untuk memperoleh harga miring. Orang Mesir paling suka
dengan lelucon dan guyonan. Teater rakyat di Mesir sampai sekarang masih eksis,
penontonnya selalu penuh melebihi gedung bioskop. Itu karena sandiwara humornya.
Film Shaidi Fi Jamiah Amrika atau 'Orang Kampung di Universitas Amerika' adalah
film yang sukses besar karena kocaknya. Mona Zaki bintang Lux Mesir itu tampil
kocak di film itu. Aku sering mengumpulkan pepatah-pepatah kocak Mesir yang
membuat orang Mesir akan terkaget dan tertawa saat kuajak bicara. Mereka akan
terheran-heran aku dapat pepatah itu dari mana. Universitas Al Azhar tidak mungkin
mengajarkannya. Pernah, seorang pedagang gendut yang kelihatannya enak diajak
guyon kusapa dengan 'Ya Kapten, kaif hal waz zaman syurumburum!"70 Ia kaget dan
terheran-heran. Aku tertawa dia pun tertawa. Kata-kata syurumburum adalah
70 Hei Kapten, apa kabar, zaman kok syurumburum (nggak jelas begini).
69 kata-kata aneh. Cara menyapa aneh ini aku dapat dari seorang pemilik qahwaji71 di
Sayyeda Zaenab. Ohoi, sebetulnya hidup di Mesir sangat menyenangkan. Penuh seni dan
hal-hal mengejutkan. Di toko tas dan sepatu milik seorang lelaki muda bermuka bundar aku berhasil
membawa tas tangan putih cantik dengan harga 50 pound. Padahal di tiga toko
sebelumnya tas yang sama merk dan bentuknya tidak boleh 70 pound. Itu karena
guyonan renyah. Ketika berbincang-bincang aku tahu dia penggemar aktor komedi
2 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
legendaris Ismael Yaseen. Kubilang padanya aku ini cucu Ismael Yaseen.
Lalu aku perlihatkan tingkah, mimik dan gaya bicara seperti Ismael Yasin. Dia
terpingkal. Dan tas itu pun kena. Setelah dapat tas aku mencari kaset dan kamus
untuk Yousef. Kutemukan yang murah di toko kaset Sono Cairo. Dalam perjalanan
pulang di dalam metro ada anak kecil berjualan koran. Aku ambil dua, Ahram dan
Akhbar El-Yaum. Menjelang Ashar aku tiba di flat dengan tenaga yang nyaris habis dan darah
menguap kepanasan. Benar-benar lemas. Rudi tahu aku pulang dan sangat
kelelahan. Ia membawakan segelas karikade dingin. Rasanya sangat segar.
Meskipun Rudi orang Medan yang kalau berbicara tidak bisa sehalus orang Jawa, tapi
hatinya halus dan penuh pengertian. Melihat bungkusan yang aku bawa dia
penasaran. Ia minta izin membukanya. Dia kaget aku beli tas wanita.
"Untuk siapa ini Mas" Sudah punya calon rupanya" Diam-diam menghanyutkan. Tapi memang sudah saatnya. Oh iya, tadi Nurul nelpon. Janganjangan dia nih
calonnya. Terus ini beli kaset percakapan bahasa Perancis segala,
memangnya mau S.3. ke Sorbonne apa" Aku jadi ingat wawancara di bulletin Citra
bulan lalu, Si Ketua Wihdah itu katanya juga sedang kursus bahasa Perancis di Ain
Syams. Pas buanget. Benarlah kata orang Inggris, love and a cough cannot be hid.
Cinta dan batuk tidak dapat disembunyikan!"
"Sudahlah Akhi. Aku lagi capek sekali. Nanti habis maghrib aku jelaskan
semua. Tidak usah berprasangka yang bukan-bukan."
Anak muda di mana-mana sama.
Mataku sudah liyer-liyer. Rudi bangkit, "Akh, aku istirahat sebentar. Jam lima
71 Kedai kopi. 70 seperempat dibangunkan ya?"
"Kalau ada telpon dari Nurul bagaimana?"
"Sudah jangan terus menggoda."
"Congratulation Mas. She is the star, she is the true coise, she will be a good
3 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
wife!" Anak ini kalau menggoda tak ada habisnya. Agak keterlaluan sebenarnya. Tapi
aku malas meladeninya. Aku memejamkan mata. Tak perlu kutanggapi sekarang,
nanti juga dia akan tahu yang sesungguhnya.
71 6. Hadiah Perekat Jiwa Senja musim panas sungguh indah meskipun tetap tidak seindah musim semi.
Aku membuka jendela kamar lebar-lebar. Semburat mega kemerahan menghiasi
langit. Bau uap pasir masih terasa. Angin bertiup semilir seolah menghapus hawa
panas. Jendela Maria kelihatannya juga terbuka. Habis maghrib paling enak
memang membuka jendela. Membiarkan angin semilir mengalir. Sayup-sayup aku
mendengar Maria bernyanyi.
Kalimatin laisat kal kalimaat!
Ia melantunkan lagu Majida Rumi dengan sangat indah. Suara Maria memang
seindah suara penyanyi tersohor dari Lebanon itu.
Di kamar sebelah Saiful masih membaca An-Naml. Spontan aku menangkap
makna ayat-ayat yang dibaca Saiful. Seekor semut berseru pada teman-temannya,
"Hai semut-semut sekalian cepat masuklah ke dalam liang kalian. Sebentar lagi
Sulaiman dan bala tentaranya akan lewat, kalian bisa terinjak kaki mereka dan
mereka sama sekali tidak merasa menginjak kalian!" Nabi Sulaiman ternyata
mendengar dan mengerti apa yang diucapkan semut itu. Nabi Sulaiman tersenyum.
Aku pun tersenyum. Aku duduk di depan meja belajar. Menulis beberapa baris kalimat indah untuk
Yousef dan Madame Nahed dalam dua kertas berbeda. Masing-masing kumasukkan
amplop. Dan kumasukkan dalam dua kardus kecil yang siap kubungkus. Hamdi dan
Rudi masuk. "Katanya mau membuat konferensi pers Mas?" canda Hamdi. Rudi
cengar-cengir. "Panggil Saiful sekalian!" sahutku tenang. Agaknya Saiful mendengar
pembicaraan kami. Dia menyudahi bacaan Al-Qur'annya dan menyahut, "I'm coming!"
"Rud, tolong sambil kau bantu membungkus yang satu! Kau 'kan jagonya
membungkus kado," pintaku pada Rudi.
"Beres Mas." Sambil membungkus kado aku menjelaskan untuk siapa kado ini sebenarnya.
"Kita mengamalkan hadits Nabi, Tahaadu tahaabbu! Salinglah kalian memberi hadiah
maka kalian akan saling mencintai! Ini waktu yang tepat untuk memberikan kejutan
pada tetangga kita yang baik itu. Mereka sering sekali memberi makanan dan
72 minuman kepada kita. Mereka juga perhatian pada kita. Jadi begitu sesungguhnya.
Bukan untuk calon isteri. Jangan berprasangka sebab sebagian prasangka itu dosa!"
Mereka semua menganggukkan kepala. Rudi minta maaf. Kubalas dengan
senyum. "Kapan kado ini akan disampaikan Mas?" tanya Saiful.
"Insya Allah nanti menjelang mereka tidur," jawabku.
4 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Bagaimana kita tahu mereka mau tidur?" sahut Hamdi.
"Jika aku mendengar Maria menutup jendela, biasanya dia siap untuk tidur.
Dan Maria bilang mamanya selalu tidurnya lebih lambat darinya."
*** Kira-kira pukul sebelas kudengar suara jendela ditutup. Itu Maria. Dua menit
kemudian kukirim pesan ke nomor handphone-nya:
"Kalau mau tidur jangan lupa doa! Semoga mimpi bertemu Al-Masih."
Tak lama kemudian datang balasan,
"Bagaimana kamu tahu aku akan tidur?"
Kujawab, "Firasat orang beriman banyak benarnya."
"Kau benar. Selamat malam."
Saatnya telah tiba. Kuajak teman-teman semua ke atas. Ke rumah Maria. Aku yakin Yousef dan
Madame Nahed belum tidur. Tuan Boutros mungkin baru akan tidur. Kami menekan
bel dua kali. Yousef membuka pintu dan melongok.
"Oh kalian. Ada perlu?" tanya Yousef. Ia belum melihat hadiah yang kami
bawa. "Mama ada" Kami perlu bicara dengan beliau," tukasku.
"Ayo masuk." Yousef ke dalam memanggil mamanya. Tak lama kemudian Madame Nahed
keluar dengan sedikit kaget. Biasanya kami selalu berurusan dengan Tuan Boutros
atau Maria. Jarang sekali dengan beliau.
73 "Malam-malam begini mencari saya ada apa ya" Apa ada yang sakit?" tanya
beliau yang memang seorang dokter, tapi tidak praktek di rumah.
"Maafkan kami Madame, jika kedatangan kami mengganggu. Kami datang
untuk mengungkapkan rasa cinta dan hormat kami pada keluarga ini. Kebetulan kami
telah menyiapkan hadiah ala kadarnya. Ini untuk Madame dan yang satunya untuk
Yousef. Hadiah sederhana untuk ulang tahun Madame dan Yousef. Kami mendoakan
semoga Madame dan Yousef bahagia dan berjaya." Aku menjelaskan maksud
kedatanganku dan teman-teman.
Madame Nahed benar-benar terkejut. Ia menerima hadiah itu dengan mata
berkaca-kaca. Yousef mengucapkan terima kasih tiada terhingga. Setelah itu kami
mohon diri meskipun Madame Nahed ingin kami minum kopi dulu.
"Kami tahu sudah saatnya istirahat. Kami tidak ingin istirahat Madame dan
Yousef terganggu." Madame Nahed tidak bisa mengucapkan apa-apa kecuali terima kasih
berkali-kali. Saat kami menuruni tangga, kami mendengar Madame Nahed
berteriak-teriak senang memanggil Maria dan Tuan Boutros. Selanjutkan kami tidak
tahu apa yang terjadi dalam rumah Madame Nahed itu.
Ketika aku bersiap untuk tidur, handphone-ku memekik. Ada pesan masuk.
Kubaca. Dari Maria, "Apa yang kalian lakukan sampai membuat Mama menangis haru?"
Aku merasa tidak perlu menjawab. Hatiku mengucapkah puji syukur kepada
Tuhan berkali-kali. Tidak sia-sia rasanya panas-panas ke Attaba.
Maria kembali mengirim pesan,
"Hai orang Indonesia, kenapa tidak dijawab" Kau sudah tidur ya?"
Aku jawab, "Ya."
5 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Apa pesan masuk lagi. Tidak kulihat. Aku harus istirahat. Tiba-tiba mataku
berkaca-kaca aku belum pernah memberikan kado pada ibuku sendiri di Indonesia.
Sebelum kenal Kairo aku adalah orang desa yang tidak kenal yang namanya kado. Di
desa hadiah adalah membagi rizki pada tetangga agar semua mencicipi suatu nikmat
anugerah Gusti Allah. Jika ada yang panen mangga ya semua tetangga dikasih biar
ikut merasakan. Ulang tahun tidak pernah diingatingat oleh orang desa. Yang diingat
adalah netu, atau hari lahir menurut hitungan Jawa, misalnya Kamis Pon, Jum'at
74 Wage dan seterusnya. Pada hari itu, seperti yang kuingat waktu kecil dulu, ibu akan
membuat bubur merah atau makanan lengkap dengan lauk-pauknya di letakkan di
atas tampah yang telah dialasi dengan daun pisang. Tampah adalah wadah seperti
nampan bundar besar yang terbuat dari bambu Di bawah daun pisang ibu meletakkan
uang recehan banyak sekali. Setelah siap semua teman-temanku dipanggil untuk
makan bersama. Sebelum makan ibu mengingatkan agar kami tidak lupa membaca basmalah
bersama. Jika Mbah San kebetulan ada, ibu akan minta Mbak Ehsan berdoa dan
kami, anak-anak, mengamininya. Barulah kami makan berramairamai. Setelah
makanannya habis kami akan membuka daun pisang yang tadi dibuat alas makan.
Lalu kami berebutan mengambil uang receh dengan serunya. Semua kebagian.
Sebab jika ada yang dapat uang lebih dan ada yang tidak dapat maka sudah jadi
kewajiban yang dapat lebih untuk membaginya pada yang tidak dapat. Biasanya ibu
sudah menghitung jumlah anak yang akan diundang dan uangnya sesuai dengan
jumlah anak itu. Jadi semuanya dapat jatah sama. Sebenarnya kami tahu jatah uang
logamnya satu-satu. Tapi selalu saja dibuat rebutan dahulu. Masa kecil yang seru.
Begitulah cara ibu-ibu di desaku menyenangkan hati anak-anak kecil. Kenangan
indah yang tiada terlupakan. Lebih indah dari pesta meniup lilin dan bernyanyi happy
bird day to you. Pernah ada kiai muda dalam suatu pengajian di surau melarang ibu-ibu
membuat pesta untuk anak-anak seperti itu. Katanya itu bid'ah. Ibu-ibu bingung dan
lapor pada Mbah Ehsan. Mbah Ehsan yang pernah belajar di Pesantren Mambaul
Ulum Surakarta itu hanya tersenyum dan bilang tidak apa-apa, tidak bid'ah, malah
dapat pahala menyenangkan anak kecil. Kanjeng Nabi adalah teladan. Beliau paling
suka menyenangkan hati anak kecil.
Ketika aku sudah sampai Mesir, dan setelah membaca kitab Al I'tisham
karangan Imam Syathibi dan kitab As-Sunnah Wal Bid'ah yang ditulis Syaikh Yusuf
Qaradhawi aku merenungkan kembali jawaban Mbah Ehsan. Sungguh suatu jawaban
yang sangat arif. Sungguh tidak mudah untuk membid'ahkan suatu perbuatan terpuji
yang tiada larangan dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Sungguh tidak bijak bertindak
sembarangan menghukumi orang.
Pada kenyataannya, ibu-ibu di desa tidak pernah menganggap pesta pada
netu anaknya sebagai suatu kewajiban agama yang harus dilakukan. Yang jika
dilakukan dapat pahala jika tidak dapat dosa. Atau sebagai ibadah sunah, jika
75 dilakukan dapat pahala jika ditinggal tidak apa-apa. Tidak ada anggapan itu masuk
bagian dari ajaran agama. Apa yang dilakukan ibu-ibu di desa tak lebih dari ungkapan
rasa sayangnya pada anaknya. Ia ingin anaknya merasa senang. Dan teman
anak-anaknya juga senang. Itu saja.
Orang desa adalah orang yang hidupnya susah dan pas-pasan. Jika punya
6 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kelebihan rizki sedikit saja ingin berbagi kepada sesama. Ibu-ibu ingin menanamkan
hal itu dalam jiwa anak-anaknya. Ketika seorang ibu di desa memiliki rizki ia ingin
membahagiakan anaknya. Membuatkan sesuatu yang istimewa untuk anaknya. Tapi
ia juga ingin anaknya membagi kebahagiaan dengan teman-temannya. Maka
dibuatlah makanan yang agak banyak untuk dibancak bersama-sama. Adapun itu
dipaskan dengan hari netu anaknya adalah agar anaknya merasa memiliki sesuatu
istimewa. Ia merasa dihormati, dicintai dan disayangi. Hari itu ia merasa memiliki rasa
percaya diri. Ia merasa ada sebagai manusia. Ia didoakan oleh teman-temannya yang
mengamini doa Mbah Ehsan. Atau ia merasa ketika seluruh teman-temannya
membaca basmalah bersamasama, itu adalah doa mereka untuk dirinya. Pada hari itu
anak orang paling miskin di suatu desa sekalipun akan tumbuh rasa percaya dirinya.
Sebab anak orang kaya ikut serta makan satu nampan dengan seluruh anak-anak
yang ada. Anak orang kaya makan pada nampan yang dibuat ibunya untuk dirinya
pada hari istimewanya. Ia tidak merasa rendah diri. Seluruh anak-anak desa merasa
sama. Makan bersama. Cuil mencuil tempe. Saling tarik menarik secuil rambak. Dan
tertawa bersama. Lalu rebutan uang receh dan saling berbagi. Orang-orang desa
adalah orang-orang susah dan mereka kaya akan cara menutupi kesusahan mereka
dan menyulapnya menjadi kebahagian yang bisa dirasakan bersama-sama.
*** Pagi usai shalat shubuh ada orang menekan bel. Ternyata Yousef. Ia datang
untuk sekali lagi mengucapkan terima kasih dan mengabarkan kami sesuatu,
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mama ingin membuat pesta ulang tahun kami berdua di sebuah Villa di
Alexandria. Kalian satu rumah kami undang. Semua ongkos perjalanan jangan
dipikirkan Mama sudah siapkan," ucapnya dengan mata berbinar-binar. Kulihat wajah
teman-teman cerah. Wisata gratis ke Alexandria siapa tidak mau. Lain dengan diriku.
Bulan ini jadwalku padat sekali. Terjemahan belum selesai. Proposal tesis. Mengaji
dengan Syaikh Utsman yang sangat sayang jika aku tinggalkan, meskipun cuma satu
hari. Dan lain sebagainya. Aku merasa tidak bisa ikut. Tapi aku pura-pura bertanya,
76 "Kapan?" "Minggu depan. Menurut ramalan cuaca sudah tidak terlalu panas.
Rencananya berangkat Sabtu, setengah dua siang. Menginap di sana semalam.
Minggu sore sebelum maghrib baru pulang. Bagaimana, kalian bisa 'kan" Kalian 'kan
masih libur?" kata Yousef.
Meskipun wajah teman-teman tampak cerah, tapi mereka tidak spontan
menjawab. Mereka sangat menghargai diriku sebagai kepala rumah tangga dan
sebagai yang tertua. "Kurasa teman-teman bisa ikut. Tapi mohon maaf, saya tidak bisa. Sebab
jadwal saya padat sekali. Terus terang saya sedang menyelesaikan proyek
terjemahan dan sedang menggarap proposal tesis. Sampaikan hal ini pada Mama
ya?" jawabku. "Mas, kenapa tidak diluangkan satu hari saja sih. Kasihan mereka 'kan?" sahut
Rudi. "Rud, semua orang punya skala prioritas. Banyak hal penting di hadapan kita,
tapi kita tentu memilih yang paling penting dari yang penting. Aku punya kewajiban
menyelesaikan kontrak. Itu yang harus aku dahulukan daripada ikut ke Alex. Jika ada
rencana yang tertunda dua hari saja, maka akan banyak rencana yang rusak.
Tolonglah pahami aku. Silakan kalian ikut aku tidak apa-apa. Sungguh!" jelasku
7 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mohon pengertian teman-teman satu rumah. Yousef mengerti semua yang aku
katakan sebab Rudi dan aku mengatakannya dalam bahasa Arab.
"Baiklah. Akan aku sampaikan ini pada Mama," ujar Yousef sambil bangkit
minta diri. Aku beranjak ke kamar untuk menyalakan komputer.
Sementara Saiful ke dapur untuk piket masak. Rudi dan Hamdi tetap di ruang
tamu membaca-baca koran yang kemarin kubeli.
Baru saja aku mengetik tujuh baris. Bel kembali berbunyi.
"Mas Fahri, Yousef!" teriak Hamdi.
Aku bergegas ke depan. "Begini Fahri. Setelah aku beritahukan semuanya, Mama memutuskan untuk
membatalkan rencana ke Alex," ucap Yousef dengan kerut muka sedikit kecewa.
"Kenapa?" 77 "Karena kau tidak bisa ikut."
"Kan acara tetap bisa berjalan dengan baik tanpa keikutsertaanku."
"Pokoknya itu keputusan mama."
"Ana asif jiddan! Wallahi, ana asif jiddan!72" ucapku sedih. Sebetulnya aku tidak
ingin mengecewakan siapapun juga.
"Tak apa-apa. Mama ingin menggantinya dengan sebuah acara yang tidak
akan menyita waktu banyak. Dan untuk acara ini mama minta dengan sangat kalian
bisa ikut semua. Sekali lagi dengan sepenuh permohonan, tidak boleh ada yang tidak
bisa." "Acaranya apa, dan kapan?"
"Kami sekeluarga akan mengajak kalian sekeluarga ke sebuah restaurant di
Maadi untuk makan malam. Kalian tidak boleh menolak. Begitu pesan mama."
Aku berpikir sejenak. "Sudahlah Mas. Untuk yang ini sedikit toleranlah. Masak jadwal menerjemahnya ketat buanget sih!" desak Hamdi.
"Baiklah. Insya Allah, kami sekeluarga bisa. Jam berapa kita berangkat?"
kulihat wajah Yousef lebih cerah. Ia tersenyum.
"Setelah kalian shalat maghrib kita langsung berangkat. Biar tidak
kemalaman," ucapnya senang.
8 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Waktu yang tepat sekali," gumamku.
"Kalau begitu aku naik dulu. Terima kasih atas kesediaannya."
"Terima kasih atas ajakannya."
Hamdi, Rudi, dan Saiful tersenyum riang.
"Wah lumayan. Pengiritan uang dapur," kata Saiful.
"Sekali-kali kita makan di restaurant mewah, masak cuma bisa makan qibdah
35 piaster," sahut Rudi.
"Memang enaknya punya tetangga baik," tukas Hamdi.
" Hei, jangan lupa sama teman. Si Mishbah diberi tahu suruh pulang. Harus
72 Aku menyesal sekali. Demi Allah, saya sangat menyesal.
78 sampai rumah sebelum maghrib." Selorohku sambil berjalan masuk kamar untuk
kembali menerjemah. Tak lama kemudian kudengar Si Hamdi berbicara di telpon.
Mishbah akan pulang selepas shalat ashar.
Baru lima halaman Rudi berteriak, "Mas Fahri telpon from the true coise!" Rudi
itu masih meledek aku rupanya ia menyebut Nurul "the true coise". The true coise bagi
siapa" Aku mendesah panjang. Pagi-pagi mau tenang sedikit saja tidak bisa.
Kuangkat gagang telpon, "Halo. Siapa ya?"
"Alah, udah tahu pura-pura tanya pula!" celetuk Rudi dengan logat Medannya
yang membuat telingaku terasa gatal. Anak ini resek sekali.
"Ini Nurul. Ini dengan Kak Fahri ya?" suara di seberang sana.
"Ya. Kemarin katanya nelpon ya"Ada apa?"
"Ah enggak. Kemarin sebetulnya ada yang ingin Nurul tanyakan, tapi
jawabannya sudah ketemu."
"Lha ini nelpon ada apa?"
"Tentang Noura."
"Ada apa dengan Noura?"
"Tadi malam dia sudah menceritakan semuanya pada saya. Dia memang gadis
yang malang. Ceritanya sangat mengenaskan."
"Bagaimana ceritanya?"
"Maaf Kak, aku tidak bisa menceritakannya sekarang. Sangat panjang."
"Oh aku paham. Kau tutup saja telponmu. Biar aku yang telpon."
"Bukan pulsa masalahnya Kak."
"Terus enaknya bagaimana?"
"Sore nanti kami, pengurus Wihdah diundang Pak Atdikbud di rumahnya yang
dekat SIC. Kakak bisa nggak ke SIC jam lima?"
"Sayang nggak bisa Nur."
"Terus bagaimana?"
"Minggu-minggu ini jadwalku padat. Susah meluangkan waktu buat
appoinment baru. Bagaimana kalau segala yang diceritakan Noura kau tulis saja
semuanya. Pakai tulisan tangan tidak apa-apa. Kulihat cerpenmu pernah nampang di
79 bulletin Citra. Kayaknya lebih praktis. Lebih enak. Tapi kalau bisa secepatnya."
"Akan Nurul usahakan. Kapan Kakak ingin mengambilnya?"
9 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Aku berpikir sejenak. Kapan aku akan keluar ke Nasr City. Satu minggu lagi.
Terlalu lama. Oh ya, aku ingat, Mishbah masih di wisma dia akan pulang selepas
shalat ashar. Dan Rudi setelah makan pagi nanti akan pergi ke Wisma untuk diskusi.
"Kalau kau bisa menulisnya sekarang juga, habis zhuhur aku bisa minta teman
untuk mengambilnya."
"Insya Allah bisa. Siapa nanti yang mengambil Kak?"
"Kalau tidak Mishbah ya Rudi."
"Bilang jangan lebih jam tiga. Aku sudah tidak dirumah. Itu saja Kak ya."
"Terima kasih Nur."
"Kembali." Aku menutup gagang telpon dengan hati penasaran. Apa sesungguhnya yang
dialami oleh gadis Mesir yang lemah lembut bernama Noura itu. Aku berharap nanti
sore atau nanti malam sudah mengetahuinya.
80 7. Di Cleopatra Restaurant
"Dia benar-benar anak pelacur sial! Dia benar-benar anak setan! Anak tak tahu
diuntung. Kalau sampai tampak batang hidungnya akan kurajah-rajah mukanya biar
tahu rasa!" Kami mendengar Si Muka Dingin Bahadur menyumpah serapah dari dalam
flatnya dengan suara seperti guntur. Entah ada apa lagi. Lalu kami mendengar suara
perempuan membentak tak kalah sengitnya. Ia menyalahkan Si Muka Dingin dan
memakinya habis-habisan. Itu mungkin suara Madame Syaima, isteri Si Muka Dingin.
Madame Syaima tidak terima dibilang pelacur. Lalu terdengar tamparan dan jeritan.
Beberapa barang pecah. Kami berlima sudah sampai di halaman. Baru Yousef yang
turun menyusul. Pakaiannya fungky betul. Tuan Boutros, Madame Nahed dan Maria
belum turun. "Maaf ya agak terlambat. Biasa, perempuan dandan dulu," kata Yousef.
Kami manggut-manggut saja. Tak lama kemudian Tuan Boutros, Madame
Nahed dan Maria tampak menuruni tangga apartemen satu persatu. Mereka berjalan
mendekati kami. Tuan Boutros tampak lebih muda dari biasanya. Ia memakai kemeja
warna krem dengan lengan dilingkis. Madame Nahed berpenampilan seperti
aristokrat Perancis. Pafumnya menyengat. Ini yang aku tidak suka. Wanita Mesir
kalau memakai parfum seolah harus tercium dari jarak seratus meter. Yang paling
menawan tentu saja Maria. Dengan gaun malam merah tua dan menggelung
rambutnya ia terlihat sangat cantik. Wajah pualamnya seperti bersinar di kegelapan
malam. Mereka benar-benar siap ke pesta. Kami berlima berpakaian biasa saja. Si
Rudi malah memakai celana trening warna biru muda. Trening yang terkadang buat
main sepak bola. Memang benar-benar seadanya.
Tuan Boutros mengatur siapa yang ikut mobilnya dan siapa yang ikut mobil
Yousef. Keluarga itu memang memiliki dua mobil. Jeep Cheroke hijau metalik yang
biasa dibawa Tuan Boutos kerja dan sedan forsa hitam yang seringkali dibawa
Yousef. Empat orang dari kami ikut mobil Yousef. Madame Nahed dan Maria ikut
Tuan Boutros. Aku melangkah ke arah mobil Yousef. Namun Tuan Boutros
memanggil, "Fahri, kau ikut aku!"
"Ya, kau naik sini Fahri!" seru Madame Nahed.
Terpaksa aku belok ke mobil Cheeroke. Madame Nahed naik di depan dan
81 10 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
duduk di samping Tuan Boutros. Maria di belakang. Masak aku harus duduk di
samping Maria. Dan parfumnya itu. Nuraniku tidak setuju. Satu mobil tak apa, tapi
selama tempat duduk bisa di atur lebih aman di hati kenapa tidak. Aku mendekati
Madame Nahed dan berbicara dengan halus,
"Maaf Madame, boleh saya duduk di depan. Saya ingin berbincangbincang
dengan Tuan Boutros selama dalam perjalanan."
Madame Nahed tersenyum, "Oh ya, dengan senang hati."
Dia lalu turun dan pindah ke belakang duduk di samping puterinya. Aku naik
dan duduk di samping Tuan Boutros. Belum sempat Tuan Boutros menyalakan mesin
terdengar suara Si Muka Dingin memanggil dengan suara mengguntur,
"Hai Boutros tunggu!"
Kami semua menoleh ke asal suara. Si Muka Dingin datang dengan tergopoh.
"Di mana Noura kau sembunyikan, Boutros!"
Kami berpandangan. Si Muka Dingin telah berdiri di dekat Tuan Boutros.
Dengan tenang Tuan Boutros menjawab, "Apa saya tidak memiliki urusan yang lebih
penting dari mengurusi anakmu, heh?"
"Kau pasti tahu di mana Noura berada?"
"Siapa yang peduli dengan anakmu?"
"Malam itu sebelum tidur Mona melihat Maria turun menghibur Noura di jalan.
Kalian pasti tahu sekarang di mana Noura berada!"
"Malam itu malam itu apa" Aku tidak tahu! Kalau begitu tanya saja sama Maria.
Jangan tanya aku!" "Hai Maria bicara kau! Kalau tidak kusumpal mulutmu dengan sandal!" si Muka
Dingin menyalak keras seperti anjing.
Dadaku panas sekali mendengar kalimat Si Muka Dingin yang tidak tahu sopan
santun ini. Tuan Boutros kulihat menggerutukkan giginya, ia tentu marah puterinya
dibentak kasar begitu, tapi mukanya tetap tenang memandang ke depan. Ia tidak
menjawab sepatah kata pun.
"Tuan Bahadur, memang benar, malam itu aku turun menghibur Noura. Tapi
Noura tidak bisa dihibur. Ia menangis terus dan tidak berbicara sepatah kata pun
padaku. Aku jengkel, lalu ya kutinggal dia. Setelah itu aku tidak tahu kemana dia.
82 Kukira dia kembali ke rumah Anda."
"Hmm...jadi begitu. Anak itu memang keras kepala dan menjengkelkan bukan"
Kau saja dibuat jengkel. Aku ayahnya dibuat jengkel setiap hari. Kalau ketemu akan
kubunuh anak itu biar tidak membuat jengkel lagi!"
"Sudah cukup bicaramu Bahadur" Kami ada urusan!" Kata Tuan Boutros.
Si Muka Dingin tidak menjawab. Ia hanya pergi begitu saja sambil
mengepalkan tinjunya, ia mendesis "Kalau kembali anak itu akan kukuliti biar tahu
rasa!" "Puji pada Tuhan, Si Brengsek itu tidak macam-macam." Madame Nahed
mendesah lega. Tuan Boutros cepat-cepat menyalakan mesin. Lalu perlahan
menjalankan mobil meninggalkan halaman apartemen dibuntuti oleh Yousef. Selama
dalam perjalanan Tuan Boutros banyak bercerita tentang hal menjengkelkan Si Muka
Dingin. Aku meminta beliau tidak usah meneruskan. Aku minta topik pembicaraan
yang menarik, yang mengasyikkan, yang menyenangkan seirama dengan malam
kebahagiaan Madame Nahed. Maria memuji usulku. Madame Nahed lalu bercerita
tentang Maria kecil. Hal-hal kecil yang Maria lakukan. Maria sesekali menjerit manja
minta mamanya tidak meneruskan. Ia malu katanya. Tapi Madame Nahed malah
11 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seperti tertantang untuk menceritakan semakin banyak. Tuan Boutros sekali
menimpal kisah yang diceritakan isterinya. Maria jadi lakon. Aku diam saja. Hanya
sesekali bertanya, benarkah" Maria akan langsung menyahut, tidak benar, mama
bohong! Madame Nahed dan Tuan Boutros akan menyahutnya dengan tawa
terpingkal-pingkal. "Maria ini waktu kecil sampai umur empat tahun masih menetek. Umur lima
tahun masih ngompol apa nggak menyebalkan!" kata Madame Nahed memperolok
puterinya. "Benarkah itu?" sahutku santai sambil memandang sinar purnama yang
keperakan di atas riak sungai Nil yang memanjang di samping kiri jalan.
"Ah itu bohong. Tak mungkin itu terjadi!" tukas Maria cepat setengah teriak.
"Itu benar. Kalau tidak percaya nanti kalau bibinya yang bernama Latefa
datang tanyakan padanya," kata Tuan Boutros membela isterinya.
"Itu bukan sesuatu yang tidak baik. Tidak apa-apa. Menetek pada ibu dalam
waktu yang lama malah membuat cerdas. Begitu yang kubaca pada sebuah majalah,"
83 sahutku. Maria berterima kasih padaku karena aku membelanya.
Akhirnya Tuan Boutros memarkir mobilnya di halaman sebuah restaurant
mewah. Cleopatra Restaurant. Terletak di pinngir sungai Nile. Bersebelahan dengan
Good Shot dan Maadi Yacht Club. Pantas saja mereka berpakaian dan
berpenampilan serius. Kami berlima berpandang-pandangan.
"Santai saja. Kita ini turis. Turis 'kan biasa berpakaian santai?" bisik Hamdi
dalam bahasa Indonesia. "Tapi masak pakai trening yang sudar pudar warnanya begitu?" lirih Saiful
sambil meringis memandang Rudi. Aku tersenyum. Baru kali ini kulihat Rudi tidak
percaya diri. Muka anak Medan ini seperti kepiting rebus. Di antara kami berlima yang
berpakaian paling mengenaskan memang dia. Hamdi lumayan necis, tapi sandal kulit
bututnya membuat hati yang melihatnya tidak tahan. Sudah berkali-kali aku
mengingatkan agar keduanya membuang jauh-jauh adat klowor yang mereka bawa
dari pesantren tradisional. Tapi mereka masih saja suka klowor, padahal baginda
Nabi mencontohkan kerapian, kebersihan dan penampilan yang meyakinkan.
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Memang tidak mudah merubah watak dan gaya hidup. Namun Rudi dan Hamdi jauh
lebih baik dari saat pertama kali aku mengenal dan serumah dengannya. Sekarang
sudah mulai bisa membagi waktu dan disiplin. Kalau mau diskusi mau menyeterika
baju biar sedikit rapi. Tapi aku sangat menyayangkan mereka tadi tidak mau
mendengar nasihatku agar berpenampilan sedikit necis. Mereka hanya menyahut,
"Alah cuma mau makan saja kok repot-repot!"
Untung Saiful dan Mishbah mengerti nasihatku. Aku sendiri berpakaian tidak
bagus sekali namun juga tidak akan memalukan. Kaos katun hijau muda dan rompi
santai hijau tua, warna kesayangan. Tak kalah fungkynya dengan Yousef .
Tuan Boutros membawa kami masuk restoran dan memilihkan tempat duduk
yang paling menjorok ke sungai Nil seperti dek kapal. Terbuka tanpa atap,
bintang-bintang kelihatan. Restauran ini ada dua bagian. Bagian tertutup dan bagian
terbuka. Mejanya juga beraneka. Namun warnanya sama. Ada yang untuk dua orang.
Empat orang. Dan ada yang bundar untuk enam orang. Kami memilih dua meja
bundar yang berdekatan. Tuan Boutros, Madan Nahed, dan Maria telah duduk satu
meja terlebih dahulu. Aku mengajak Yousef duduk di meja yang satunya.
Teman-teman mengikuti aku. Pas enam orang. Tuan Boutros meminta satu di antara
12 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
84 kami duduk satu meja dengan mereka. Kusuruh Rudi. Dia tidak mau. Kupaksa Saiful.
Dengan agak ragu-ragu akhirnya dia beranjak juga. Kulihat para pengunjung yang
ada. Mereka berpakaian bagus-bagus. Ada sepasang orang bule. Yang lelaki pakai
jas yang perempuan pakai gaun malam resmi. Di pojok kanan orang Mesir gemuk
botak dengan isterinya. Keduanya rapi. Yousef berbisik kepadaku, "Ini restauran
orang besar. Para diplomat dan bisnisman sering kemari. Lihat siapa yang ada di
meja dekat lampu hias itu, kau pasti mengenalnya!"
Aku melihat ke arah yang ditunjukkan Yousef. Aku nyaris tidak percaya dengan
apa yang kulihat. Di sana ada Adel Imam dan Yusra sedang menyantap makanan dan
berbincang. Dua artis Mesir itu makan malam di restauran ini. Teman-teman
melongok ke arah keduanya. Yousef mengingatkan, "Jangan terlalu kelihatan heboh!
Restauran ini menjaga ketenangan dan kenyamanan pelanggannya."
Seorang pelayan menanyakan menu. Madame Nahed berkata kepada kami,
"Silakan pilih sendiri menunya. Jangan malu-malu. Hai Hamdi, kau pilih apa?"
Hamdi bingung. Ini baru pertama kalinya dia makan di restauran elite. Menunya
juga asing semua. "Semua masakan khas Timur Tengah ada," bisik Yousef.
Tiba-tiba Saiful beranjak mendekati aku dan berbisik, "Mas, tolong kau saja
yang satu meja dengan Tuan Boutros, aku tidak enak. Aku tidak bisa bicara banyak."
Wajahnya kulihat pucat. Aku merasa kasihan juga melihatnya. Kalau dia
sampai malu, dan pulang masih lapar padahal baru saja dari restauran besar, apa
tidak kasihan. Aku jadi teringat dengan cerita teman satu pondok dulu. Namanya
Bayu. Pakdenya dari ibu dapat isteri kalangan keraton Kasunanan dan tinggal di
kawasan elite Jakarta. Suatu kali ia liburan ke tempat Pakdenya itu. Di sana semua
serba teratur. Waktu tidur, waktu belajar, waktu istirahat, baju tidur, baju santai, dan
makannya juga teratur waktu dan tata caranya. Saat itu dia kelas tiga SMP. Dia yang
biasa di desa serba tidak teratur jadi grogi. Biasa makan tanpa sendok tanpa meja
makan, tanpa garpu dan lain sebagainya jadi serba grogi. Dia sebenarnya ingin
tambah karena masih lapar, tapi tidak berani. Padahal menunya sangat nikmat. Menu
yang jarang sekali ia makan di desanya. Ia takut untuk tambah. Ketika hendak tidur ia
merasa masih lapar. Ia tidak bisa tidur dengan perut lapar. Akhirnya ia minta izin pada
Pakdenya untuk keluar rumah sebentar. Ia pergi ke warteg dan makan sampai
kenyang. Ternyata anak pakdenya yang paling besar melihatnya saat baru pulang
85 dari rumah temannya. Ia pun ditanya sama budenya kenapa jajan padahal telah
tersedia banyak makanan, apa makanan di rumah budenya tidak enak" Ia tidak bisa
menjelaskan, malah menangis. Aku tidak mau teman-teman mengalami nasib tragis
seperti Bayu kecil itu. Sebelum beranjak ke meja Tuan Boutros, aku berpesan pada teman-teman
dengan bahasa Indonesia, "Nanti makan yang banyak santai saja. Jika masih ingin
tambah ya tambah saja seperti di rumah sendiri."
Tuan Boutros heran Saiful pindah tempat duduk. Kubilang ia ingin berbincang
dengan Yousef. Tuan Boutros menganggukkan kepala.
Pelayan restauran beralih mendekati aku dan bilang,
"Anda pesan apa" Teman-teman Anda ikut Anda?"
Madame Nahed tersenyum. Maria kelihatannya ingin tahu aku suka menu apa.
Untung aku pernah diajak makan malam ke sebuah restauran tak kalah elitenya di
13 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mohandesen oleh Bapak Atdikbud yang jadi ketua takmir masjid Indonesia di Cairo.
Jadi, aku tidak merasa asing sekali dengan menu yang tertulis.
"Minumnya Seasonal Fresh Fruits. Makannya Chicken Mugharabieh with
Valanciane Rice dan menu penutupnya minta Pineapple Gateau," kataku mantap. Itu
adalah menu yang dipilih Ibu Atdikbud yang waktu itu tidak aku rasakan. Sebab waktu
itu aku memilih menu utama Onion and Cheese Omelette yang tak jauh beda dengan
telur dadar, cuma lebih besar dan tebal. Waktu itu aku sedikit menyesal memilih menu
yang keliru. Ih jadi geli mengingatnya. Sekarang aku yakin sekali, aku tidak keliru pilih
menu. "Fathi, kau memilih menu kesukaanku," komentar Maria, ia lalu bilang pada
pelayan, "aku sama dengan dia." Tuan Boutros pilih Lamb Stew sedangkan Madame
Nahed pesan Chicken Kofta with Tomato Sauce dan Yousef suka Kabab Lahmul
Ghanam 73 . Begitu hidangan tersedia kami menyantap dengan tenang sambil
menikmati semilir angin sungai Nil dan sesekali melihat riang gelombangnya yang
keperakan diterpa sinar rembulan. Ketika kami sedang asyik makan seorang lelaki
berdasi menghampiri Tuan Boutros. Tuan Boutros berdiri dan berjabat tangan.
"Fahri, this is Mr. Rudolf from German, and Mr. Rudolf, this is Fahri from
Indonesia!" Tuan Boutros memperkenalkan kenalannya dengan pengucapan yang
73 Sate kambing. 86 sangat berlogat Arab. Mr. Rudolf menjabat tanganku erat.
"Pleased to meet you Mr. Rudolf." Sapaku pada bule di hadapanku dengan
tersenyum. Lalu aku berbasa-basi padanya dengan bahasa Jerman, "Sin Sie
Tourist?"74 Mr. Rudolf agaknya terkejut mendengar pertanyaanku.
"Nein. Sprechen Sie Deutsch?" 75 Mr. Rudolf balik bertanya dengan nada
heran apa aku bisa berbahasa Jerman.
"Ja." Jawabku sambil tersenyum. Lalu kami berbincang sesaat lamanya
dengan bahasa Jerman. Ia menerangkan dirinya adalah staf ahli atase perdagangan
Jerman di Kairo. Dia bertanya apa aku seorang diplomat. Kujelaskan statusku di
Mesir. Tuan Boutros menawarkan pada Mr. Rudolf untuk duduk bersama kami. Mr.
Rudolf mengucapkan terima kasih, ia ditunggu isterinya di meja yang lain, lalu
beranjak pergi. Madame Nahed menanyakan di mana aku belajar bahasa Jerman.
Dan menyayangkan Tuan Boutros yang tidak bisa berbahasa Jerman padahal banyak
koleganya yang berasal dari Jerman. Maria mengusulkan agar ayahnya belajar
bahasa Jerman padaku saja. Tuan Boutros hanya tersenyum mendengar celoteh
isteri dan puterinya. Usai makan kami tidak langsung pulang. Madame Nahed memesan koktail
dan mengajak kami semua ke bagian dalam, di sana ada hiburan musik klasik. Aku
sebenarnya ingin langsung pulang. Tapi Madame Nahed dan Tuan Boutros
memaksa, "Kita lihat sebentar saja."
Di bagian dalam, di tengah ruangan ada panggung kecil setinggi setengah
meter. Bentuknya bundar. Di atas panggung bundar itu ada seorang perempuan
muda berambut pirang menggesekkan biola dengan penuh penghayatan.
"Yang ia mainkan sekarang ini karya Bedhoven. Perempuan itu pemain biola
14 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terkenal dari Rumania." Seorang pelayan restoran berkata pada seorang wanita
setengah baya yang berada tak begitu jauh dariku.
Satu lagu selesai. Pengunjung bertepuk tangan. Pemain biola perempuan itu
kembali menggesek biolanya. Kali ini bernada riang. Beberapa orang pengunjung
74 75 Apakah Anda turis" Tidak, kau bisa bicara bahasa Jerman"
87 berdiri dari kursinya menuju ke dekat panggung. Mereka berdansa. Orang Mesir botak
yang tadi kulihat juga berdansa dengan isterinya.
Tuan Boutros meraih tangan Madame Nahed. Madame Nahed tersenyum dan
menengok pada Maria, "Maria, ayo cobalah kau berdansa. Sekali ini saja. Coba ajak
Fahri atau siapa terserah!"
Aku terkejut mendengarnya. Tuan Boutros menimpal, "Ya Fahri, Maria itu tidak
pernah mau berdansa. Coba kau ajak dia! Mungkin kalau kau yang mengajak dia
mau." Aku diam. Kulirik teman-teman. Mereka senyam-senyum. Tuan Boutros dan
Madame Nahed sudah larut dalam irama musik dan berdansa mesra. Maria
mendekatiku. "Fahri, mau coba berdansa denganku" Ini kali pertama aku mencoba
berdansa," lirihnya malu. Aku harus berbuat apa. Apakah aku harus ikut budaya
Eropa. Aku teringat kisah awal-awal Syaikh Abdul Halim Mahmud muda saat belajar
di Perancis. Beliau juga mendapat godaan yang tidak jauh berbeda dengan aku saat
ini. Dan Syaikh Abdul Halim Mahmud muda mampu melewati ujian itu dengan baik.
Beliau yang dikenal sebagai ulama sufi modern yang arif billah itu akhirnya dipilih
sebagai Grand Syaikh Al Azhar. Jika ada ahli ibadah dan wali di puncak gunung tanpa
godaan itu bukan sesuatu yang mengagumkan. Tapi jika ada ahli ibadah bisa
berinteraksi dengan baik di tengah kota metropolitan dengan segala hiruk pikuk
budaya hedonisnya itu mengagumkan. Begitu Syaikh Ahmad berkata padaku.
Tawaran Maria bagi seorang pemuda adalah tawaran menarik.
Siapa tidak suka bergandeng tangan dan berdansa dengan gadis secantik dia.
Di sinilah letak ujiannya.
"Maaf aku tidak bisa," jawabku sambil tersenyum dan menangkupkan dua
tangan di depan dada. "Sama, aku juga tidak bisa. Kita belajar bersama pelan-pelan. Mari kita coba!"
sahut Maria yang belum memahami sepenuhnya penolakanku.
"Maafkan aku Maria. Maksudku aku tidak mungkin bisa melakukannya. Ajaran
Al-Qur'an dan Sunnah melarang aku bersentuhan dengan perempuan kecuali dia
isteri atau mahramku. Kuharap kau mengerti dan tidak kecewa!" terangku tegas.
Dalam masalah seperti ini aku tidak boleh membuka ruang keraguan yang membuat
88 setan masuk ke dalam aliran darah.
"Oh begitu. Maaf, aku tidak tahu. Kalau tahu, aku tak mungkin menawarkan hal
15 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ini kepadamu. Aku salut atas ketegasanmu menjaga apa yang kau yakini," kata Maria.
Tak ada gurat kecewa di wajahnya.
"Maria aku keluar dulu. Aku mau menikmati keindahan sungai Nil. Jika ayahmu
sudah selesai panggil saja aku di luar," pesanku pada Maria sebelum aku melangkah
keluar. Yousef dan teman-teman membuntutiku. Lima belas menit kemudian Maria
memanggil kami untuk pulang. Pukul 22.45 kami sampai di halaman apartemen.
Teman-teman memuji menu yang kupilihkan. Aku yakin mereka kenyang.
*** Sampai di flat teman-teman tidak langsung tidur, mereka berbincang di ruang
tamu. Sementara aku masuk kamar dan membaca surat Nurul yang mengisahkan
apa yang dialami oleh Noura yang malang.
Nurul menulis, bahwa Noura mengaku sampai berumur delapan tahun sangat
bahagia dan disayang ayah ibunya yaitu Si Muka Dingin Bahadur dan Madame
Syaima. Keduanya bahkan sangat menyayanginya melebihi dua kakaknya. Dia
memang berbeda dengan kedua kakaknya. Sejak kecil dikenal cerdas, berkulit putih
bersih, berambut pirang, lincah dan cantik. Tidak seperti dua kakaknya yang hitam
seperti orang Sudan. Petaka itu datang ketika kakak sulungnya Mona pulang dari
sekolah dan menangis sejadi-jadinya. Setelah dibujuk ayah dan ibunya Mona
mengaku dihina oleh teman satu bangkunya di sekolah. Mona dihina sebagai anak
syarmuthah. Hinaan itu disebar ke seluruh kelas. Temannya itu mengatakan, 'Tidak
mungkin ibumu itu tidak melacur. Buktinya adik bungsumu berkulit putih bersih dan
berambut pirang. Dari mana bisa begitu kalau tidak melacur dengan orang lain.
Ayahmu 'kan kulitnya hitam dan negro seperti kamu dan ibumu!" tak ayal itu adalah
penghinaan yang sangat menyakitkan. Pada hari yang sama ayahnya sedang dipecat
dari kerjanya di pabrik baja. Dan pecahlah prahara itu. Malam harinya ayahnya
memaki-maki ibunya dan mencelanya sebagai pelacur. Ayahnya sejak itu tidak lagi
menyayanginya. Apalagi sebelumnya memang seringkali orang heran dengan
ketidaksamaan Noura dengan kedua orang tua dan kakaknya. Sejak itu Noura jadi
bulan-bulanan kedua kakaknya dan ayahnya. Ibunya seringkali melindungi dirinya.
Namun ketika ayahnya membawa perempuan lain yang cantik dan tidak hitam ke
rumah, ibunya menjadi terganggu pikirannya. Ia jadi seperti orang tidak waras.
89 Kadang menangis, marah, ngomel sendiri dan lain sebagainya. Kadang menyayangi
Noura dan terkadang tidak jarang ikut menyakitinya. Ayahnya akhirnya dapat
pekerjaan sebagai tukang pukul di sebuah Nigh Club yang mengapung di atas sungai
Nil. Mona, kakak sulungnya ikut kerja di sana. Sedangkan Suzan katanya kerja di
sebuah losmen di Sayyeda Zaenab. Berangkat menjelang maghrib dan pulang sekitar
jam dua dini hari. Menurut bisik-bisik para gadis tetangga kedua kakak Noura itu
kerjanya tak lain adalah menjual diri. Beberapa kali Noura melihat Mona membawa
teman lelaki ke rumah dan diajak tidur di kamarnya. Ayahnya malah senang,
sedangkan ibunya sudah semakin buruk ingatannya meskipun sesekali datang
kesadarannya dan menatapi nasib dirinya dan nasib Noura. Di rumah itu Noura
diperlakukan layaknya pembantu rumah tangga. Memasak, mencuci, mengepel
semua tanggung jawab Noura. Untungnya Noura masih dibolehkan ayahnya sekolah
di Ma'had Al Azhar, itu pun karena sekolah di sana gratis dan kalau pulang agak
terlambat akan mendapatkan hukuman dari ayah dan kedua kakaknya. Beragam
bentuk siksaan ia terima dari orang yang ia anggap keluarganya. Puncak derita Noura
adalah enam bulan terakhir ini, ketika ayahnya memaksanya dia agar ikut bekerja di
Night Club seperti kakaknya. Bahkan ayahnya dapat tawaran dari manajernya agar
16 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Noura mau jadi penari perut tetap di Night Clubnya. Bos ayahnya memang pernah ke
rumahnya sekali dan melihat Noura. Ayahnya pada waktu itu cerita pada bosnya
kalau Noura saat TK dulu pernah menang lomba menari. Jelas Noura tidak bisa
memenuhi keinginan ayahnya itu. Sejak itu ia sangat menderita. Puncaknya adalah
malam itu. Sore sebelum berangkat kerja, ayahnya memaksanya untuk ikut Mona
berangkat setelah maghrib, ada turis asing yang memesan perawan Mesir. Noura
dihargai sepuluh ribu pound. Harga yang menurut ayah dan kedua kakaknya sangat
tinggi. Ia menolak. Ayahnya lalu mencambuk punggungnya berkali-kali. Ia tidak tahan,
akhirnya ia pura-pura mau. Ayahnya berangkat. Tapi begitu shalat maghrib ia
mengurung diri di kamar. Tidak mau keluar. Tidak mau membukakan pintu.
Bagaimana mungkin dia yang muslimah dan sekolah di Al Azhar akan melakukan
perbuatan dosa besar itu. Mona tidak bisa berbuat apa-apa. Tengah malam ayahnya
pulang dan terjadilah penyiksaan dan pengusiran itu. Ayah menyumpahinya sebagai
anak setan, anak haram, anak tidak tahu diuntung. Mona menampar mukanya
dengan sandal berkali-kali sambil berkata, "Kau ini siapa" Kau anak siapa hah" Kau
bukan adik kami dan bukan keluarga kami" Aku akan buktikan nanti lewat test DNA
kau bagian dari keluarga kami!"
90 Aku menitikkan air mata membaca kisah penderitaan yang dialami Noura. Aku
tidak melihat bekas-bekas cambukan di punggungnya, tapi aku bisa merasakan
sakitnya. Aku tidak melihat wajahnya saat itu tapi hatiku bisa menangkap rintihan
batinnya yang remuk redam. Aku seolah ikut merasakan kecemasan, ketakukan dan
kesendiriannya selama ini dalam neraka yang dicipta Si Muka Dingin Bahadur. Aku
tiba-tiba merasa Noura itu seperti adik kandungku sendiri. Entah bagaimana aku bisa
merasakan begitu, padahal aku tidak memiliki adik. Aku anak tunggal. Tapi aku
seperti merasakan apa yang dirasakan Noura. Seandainya dia adikku tentu tidak akan
aku biarkan ada orang jahat menyentuh kulitnya. Akan aku korbankan nyawaku untuk
melindunginya. Aku kembali menitikkan air mata. Oh Noura, semoga Allah menjagamu di dunia
dan di akhirat. Gadis berwajah putih dan innocence itu selalu berjalan menunduk. Jika
berpapasan kami hanya bersapa dengan tatapan mata sekilas. Tanpa kata-kata. Tapi
kami merasa dekat dan saling kenal. Aku tidak mungkin membiarkan Noura terus jadi
bulan-bulanan para serigala berkepala manusia. Aku harus melakukan sesuatu. Tapi
apa" Dan sampai sejauh mana langkahku" Aku adalah orang asing di sini. Aku
menarik nafas panjang. Diam memejamkan mata dengan pikiran terus mengembara
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencari jalan keluar. Aku tidak bisa, dan tidak akan mampu bertindak sendiri. Akan
aku serahkan masalah ini pada Syaikh Ahmad, dia adalah intelektual muda yang
sangat peduli pada siapa saja. Beliau pasti mau membantu Noura.
91 8. Getaran Cinta Setelah shalat shubuh aku tidak langsung pulang, tapi menemui Syaikh
Ahmad. Kukabarkan pada beliau kelulusanku dan rencanaku membuat proposal
tesis. Imam muda berhati lembut itu mengecup kepalaku berkali-kali. Begitulah cara
orang Arab memberikan tanda penghormatan yang tinggi. Penghormatan orang yang
dianggap sangat dekat. Dari bibirnya keluar ucapan selamat dan doa tiada henti.
Beliau bahkan menawarkan agar jika naskah proposal selesai kususun diserahkan
17 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terlebih dahulu padanya untuk dilihat bahasanya. Jika ada gaya bahasa yang
mungkin kurang tepat beliau akan mentashihnya. Aku sangat senang mendengarnya.
Barulah aku jelaskan padanya kisah derita Noura panjang lebar dan mendetail seperti
yang aku lihat dan aku ketahui. Beliau menitikkan air mata mendengarnya.
"Di Mesir ini, banyak sekali orang mengakui muslim tapi akhlaknya tidak
muslim. Mengaku Islam tapi sangat jauh dari cahaya Islam. Bagaimana mungkin
seorang ayah yang mengaku umat Muhammad bisa begitu kejam pada anaknya,
pada seorang gadis yang semestinya dia lindungi dan dia sayangi. Fahri,
menghantarkan kesejukan ruh Islam ke dalam hati semua pemeluknya memang tidak
semudah membalik kedua telapak tangan. Tapi kita tidak boleh berpangku tangan,
apalagi berputus asa. Sebisa kita, kita harus terus berusaha," kata Syaikh Ahmad
sambil menarik nafas. "Tidak hanya di Mesir saja Syaikh, di Indonesia juga ada. Bahkan di Indonesia
lebih parah. Ada lelaki yang meniduri anak gadisnya dengan paksa. Lebih parah lagi
ada yang tega menjual isteri dan anak gadisnya pada lelaki hidung belang. Setan
memang ada di mana-mana. Dengan segala tipu dayanya, setan selalu berusaha
membutakan hati manusia sehingga mereka beranggapan tindakan yang keji menjadi
terpuji." "Laa haula wa laa quwwata illa billah!" ucap Syaikh Ahmad sambil
memejamkan mata. Beliau lalu menepuk pundakku dan mengatakan dirinya akan
terjun langsung membantu Noura secepatnya. Sebelum musim masuk sekolah tiba
derita Noura harus diakhiri. Syaikh Ahmad berterima kasih atas segala yang telah
kami lakukan. Beliau meminta agar jam sembilan nanti aku mengantarkan beliau
menemui Noura di Nasr City. Beliau hendak mengambil Noura dan menempatkannya
di tempat yang aman. Menurut beliau jika sampai nanti ayahnya tahu Noura berada di
tempat mahasiswi Indonesia akan membuat masalah. Kasihan para mahasiswi jika
92 terganggu belajarnya. Noura harus secepatnya dipindahkan ke tempat yang tepat.
Kami sepakat untuk bertemu di depan mahattah Hadayek Helwan.
Aku segera pulang dan menelpon Nurul, memberitahukan rencana Syaikh
Ahmad. Aku minta padanya untuk tidak pergi. Sekitar pukul sepuluh, kami insya Allah,
sampai. Tepat pukul sembilan aku sampai di tempat yang dijanjikan. Syaikh Ahmad
telah menunggu di dalam mobil Fiat tuanya. Seorang wanita berjilbab panjang duduk
di samping beliau. Syaikh Ahmad memang hidup sederhana meskipun kata
masyarakat beliau orang berada. Isteri beliau seorang dokter yang membuka praktek
di Helwan dan membantu orang tidak mampu dengan membuka praktek di klinik
masjid. Syaikh Ahmad mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Pukul sepuluh lebih sepuluh kami sampai di kediaman Nurul dan kawankawannya yang berada di
tingkat enam. Para mahasiswi itu dipeluk oleh isteri Syaikh
Ahmad dengan penuh kehangatan. Ketika memeluk Noura, isteri Syaikh Ahmad
menangis tersedu-sedu. Berkali-kali ia mencium pipi gadis innocent itu. Syaikh
Ahmad menjelaskan maksud kedatangan dia dan isterinya. Semuanya mengerti
termasuk Noura. Noura akan dibawa ikut serta ke kampung halaman Syaikh Ahmad.
Ke rumah orang tua Syaikh Ahmad di desa Tafahna El-Ashraf, Zaqaziq. Noura
menurut. Setelahlah Noura siap terjadilah perpisahan yang mengharukan. Nurul dan
teman-temannya terisak dan bergantian memeluk Noura. Noura juga menangis
sambil mengucapkan terima kasih tak terhingga. Nurul bilang pada Noura, "Noura kau
juga harus mengucapkan terima kasih tiada terhingga pada Akh Fahri."
Noura menatapku sekilas dengan mata berkaca lalu menunduk dan dengan
18 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
suara lirih dia menyampaikan rasa terima kasih dari hati yang terdalam. Kalau dia
adikku pasti sudah kupeluk dengan penuh rasa sayang. Aku hanya mengangguk dan
membesarkan hatinya bahwa Syaikh Ahmad dan isterinya akan membukakan jalan
yang baik baginya. Mereka berdua orang-orang yang baik dan berhati lembut. Agar
tidak mencurigakan, Noura diminta Syaikh Ahmad memakai cadar. Nurul dan
teman-temannya diminta tidak turun ke bawah. Cukup melihat dari jendela saja. Kami
berempat turun. Syaikh Ahmad masuk mobil diikuti isteri dan Noura. Aku
mengucapkan salam dan selamat jalan. Kali ini Noura memandang diriku agak lama.
Aku tidak tahu apa yang ada di dalam hatinya. Aku terus berdoa semoga ia terbebas
dari derita yang membelenggunya. Aku kembali ke Hadayek Helwan dengan hati
lega. Syaikh Ahmad akan mengurus segalanya.
*** 93 Sampai di rumah aku langsung melihat jadwal. Aku harus talaqqi ke Shubra.
Aku mencela diriku sendiri kenapa setelah dari Rab'ah El-Adawea tadi tidak langsung
ke Shubra saja. Namanya juga lupa. Telpon berdering. Nurul menelpon menanyakan
bagaimana dengan uang yang telah aku berikan padanya. Padahal Noura hanya
beberapa hari tinggal di rumahnya dan uang yang aku berikan padanya nyaris belum
digunakan untuk apa-apa. Aku bilang tidak usah dipikirkan dan dikembalikan, terserah
mau diapakan yang penting untuk kebaikan. Nurul dan teman-temannya orang yang
jujur dan amanah. Keuangan negara tidak akan bocor jika ditangani oleh orang-orang
seperti mereka. Aku salut padanya. Tiba-tiba aku teringat ledekan Si Rudi kemarin,
'Jangan-jangan dia orangnya!.... Congratulation Mas. She is the star, she is the true
coise, she will be a good wife!'.
Ah, tidak mungkin! Kutepis jauh-jauh pikiran yang hendak masuk. Memiliki
isteri shalihah adalah dambaan. Tapi..ah, aku ini punguk dan dia adalah bulan. Aku ini
gembel kotor dan dia adalah bidadari tanpa noda. Aku melangkah mengambil air
wudhu. Tadi pagi aku baru membaca seperempat juz, aku harus menyelesaikan
wiridku. Nanti habis zhuhur aku harus ke Shubra. Syaikh Utsman kurang berkenan
jika ada hafalan yang salah, meskipun satu huruf saja.
Aku membukal mushaf. Handphone-ku berdering. Ternyata Aisha. Dia
mengingatkan janji bertemu dengan Alicia di National Library. Aku mengucapkan
terima kasih telah diingatkan. Dan siang itu aku kembali menantang panas sahara
untuk mengaji Al-Qur'an di Shubra yang jauhnya kira-kira lima puluh kilo dari
apartemenku. Hadayek Helwan tempat aku tinggal ada di ujung selatan kota Cairo
sementara Shubra ada di ujung utara. Menjelang maghrib aku baru pulang dengan
ubun-ubun kepala seperti kering tanpa ada darah mengalir di sana, telah menguap
sepanjang siang. Aku benar-benar capek. Satu hari ini melakukan perjalanan hampir
sejauh seratur kilo meter. Pagi bolak-balik Hadayek Helwan-Nasr City. Habis zhuhur
bolak-balik Hadayek Helwan-Shubra.
Ba'da shalat maghrib aku merasa kepalaku tak bisa diangkat. Terasa berat dan
sakit. Aku panggil Saiful, aku minta padanya untuk mengompres kepalaku. Saifu
menempelkan telapak tangannya ke keningku, "Panas sekali Mas."
Ia lantas bergegas memenuhi permintaanku. Saiful duduk disampingku sambil
memijat kedua kakiku. Dia tahu persis apa yang kulakukan seharian ini. Hamdi ikut
serta memijat-mijat. Teman-teman memang sangat baik dan perhatian. Kami sudah
seperti saudara kandung. Seandainya Mishbah dan Rudi datang keduanya pasti juga
94 19 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ikut menunggui atau membelikan buah yang kusuka. Mishbah kembali ke Wisma
untuk urusan pelatihannya. Dan Rudi pergi ke sekretariat Kelompok Studi Walisongo
atau KSW dia mewakili Himpunan Mahasiswa Medan atau HMM untuk membicarakan
kerjasama mengadakan tour ke tempat-tempat bersejarah di Mesir.
Bel berbunyi. Yousef mencari aku. Hamdi membawanya masuk ke kamarku.
Yousef menyentuh tanganku. Ia ragu mengatakan sesuatu. Ia tersenyum dan
mendoakan semoga tidak apa-apa dan segera pulih lalu kembali ke rumahnya. Tak
lama kemudian bel kembali berbunyi. Hamdi beranjak membukanya. Hamdi
melongok di pintu kamar dan bilang, "Tuan Boutros sekeluarga Mas. Bagaimana"
Apa mereka boleh masuk kemari?"
Kalau kepalaku tidak seberat ini aku pasti keluar menemui mereka. Aku
mengisyaratkan pada Hamdi agar mempersilakan mereka masuk. Pak Boutros
masuk membawa satu botol madu. Madame Nahed membawa peralatan dokternya.
Dan Maria membawa nampan entah apa isinya. Tuan Boutros menyentuh pipiku.
"Panas. Nahed, coba kau periksa!" katanya pada isterinya.
Madame Nahed meminta izin padaku untuk memeriksanya. Sambil memasang
tekanan darah di lengan kananku, dia menanyakan apa yang kurasakan. Kujelaskan
semua dengan pelan. Saiful memberitahukan diriku melakukan perjalanan panjang di
tengah terik siang, dari pagi sampai sore.
"Agaknya kau terlalu memforsir dirimu. Banyak-banyaklah istirahat. Ada gejala
heat stroke. Kau harus minum yang banyak dan makan buah-buahan yang segar.
Istirahatlah dulu, jangan bepergian menantang matahari!" kata Madame Nahed
lembut. "Heat stroke itu apa, Madame?" tanya Saiful.
"Heat stroke adalah sengatan panas, yaitu penyakit yang terjadi akibat
penumpukan panas yang berlebihan di dalam badan yang ditimbulkan oleh keadaan
cuaca panas. Tapi tidak usah kuatir baru gejala," jawab Madame Nadia. Dia lalu
menulis resep dan minta puteranya Yousef untuk keluar membelinya. "Cepat ya.
Sama ashir mangga!" "Yousef, sebentar!" ujarku. Kepalaku semakin berat. "Tolong Saif ambilkan
uang di dompetku. Ada di lemari. Saiful mengambil uang seratus pound dan
menyerahkan pada Yousef. Tapi Tuan Boutros mencegahnya. Aku tidak bisa berbuat
95 apa-apa. Yousef keluar. Maria mendekat.
"Fathi, ini aku buatkan ruz billaban untukmu," lirih Maria.
"Lha untuk kami mana" Masak untuk Akh Fahri saja," sahut Hamid.
"Maksudku juga untuk kalian," ucap Maria agak tersipu. Maria meletakkan
nampan berisi ruz billaban di atas meja belajarku. Saat itu kulihat dia memandang dua
lembar kertas karton besar yang menempel di depan meja belajar.
"Oi Farhi, apa ini" Rancangan hidupmu" Sepuluh tahun ke depan. Dan
planning tahun ini," katanya setengah kaget.
"Maria, jangan kau baca! Aib!" Madame Nahed mengingatkan.
"Biarkan. Nggak apa-apa!" kataku.
Yang kutempel memang arah hidup sepuluh tahun ke depan. Target-target
yang harus kudapat dan apa yang harus kulakukan. Lalu peta hidup satu tahun ini. Ku
tempel di depan tempat belajar untuk penyemangat. Dan memang kutulis dengan
bahasa Arab. "Wow. Targetmu dua tahun lagi selesai master. Empat tahun berikutnya
20 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
selesai doktor dan telah menerjemah lima puluh buku serta memiliki karya minimal
lima belas karya. Dan empat tahun berikutnya atau sepuluh tahun dari sekarang
targetmu adalah guru besar. Fantastik. Hai Fahri kapan rencanamu kawin. Kenapa
tidak kau tulis dalam peta hidupmu?" celoteh Maria. Madame Nahed geleng-geleng
kepala. "Baca yang teliti!" lirihku.
Maria membaca dengan teliti, tak lama kemudian ia berkata, "Okey aku setuju.
Ketika kau menulis tesis magister. Ya, untuk menemani perjuanganmu yang
melelahkan!" "Berarti sudah dekat. Mungkin tahun ini mungkin tahun depan. Karena dia
sudah lulus ujian dan sudah diminta universitas membuat proposal tesis." sahut
Saiful. Serta merta Tuan Boutros, Madame Nahed, dan Maria mengucapkan selamat.
Mereka senang mendengar aku mulai menulis tesis. Madame Nahed menanyakan
apa aku sudah ada calon. Kepalaku nyut-nyut. Kupaksakan untuk tersenyum. Lalu
aku bergurau, "Kebetulan tidak ada gadis yang mau dekat denganku. Tak ada yang
mau mengenalku dan baik denganku. Yang baik padaku malah Maria. Bagaimana
Madame, kalau calonnya Maria?"
96 Madame Nahed tersenyum, "Boleh saja. Tapi kusarankan tidak sama dia, dia
gadis yang kaku. Beda dengan dirimu yang kulihat bisa romantis, bisa membuat
kejutan-kejutan yang menyenangkan. Kemarin dalam perjalanan pulang kami
mendapat cerita yang banyak tentang dirimu dari Rudi. Dia bercerita tentang
kesan-kesannya padamu. Dia juga menjelaskan sesungguhnya yang merancang dan
membelikan hadiah ulang tahun untukku dan untuk Yousef itu kamu. Aku takut kau
kecewa dapat Maria. Dia gadis manja dan kaku. Saya tak tahu dia bisa romantis apa
tidak. Dia itu gadis yang tidak pernah jatuh cinta. Tak suka dikunjungi teman lelaki.
Tak suka diajak pergi kencan. Kau harus mendapatkan gadis yang bisa mengimbangi
kelembutan hatimu dan kekuatan visimu mengarungi hidup. Kulihat kau pemuda yang
sangat berkarakter dan kuat memegang prinsip namun penuh toleransi. Kau jangan
sembarangan memilih pasangan hidup, itu saran dari Madame."
"Terima kasih Madame atas sarannya, doakan saja." jawabku. Kulirik Maria.
Sesaat mukanya merona tapi ia segera dapat menguasai dirinya.
"Fahri, kenapa sih kau buat peta hidup ke depan segala, bukankah hidup ini
enaknya mengalir bagaikan air?" tanya Maria.
Kepalaku sebenarnya semakin nyut-nyut tapi aku selalu tidak bisa membiarkan
kecewa orang yang bertanya padaku.
"Maaf, setiap orang berbeda dalam memandang hidup ini dan berbeda caranya
dalam menempuh hidup ini. Peta masa depan itu saya buat terus terang saja
berangkat dari semangat spiritual ayat suci Al-Qur'an yang saya yakini. Dalam surat
Ar Ra'ad ayat sebelas Allah berfirman, Sesungguhnya Allah tidak akan merubah
nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah nasibnya. Jadi nasib saya,
masa depan saya, mau jadi apa saya, sayalah yang menentukan. Sukses dan
gagalnya saya, sayalah yang menciptakan. Saya sendirilah yang mengaristeki apa
yang akan saya raih dalam hidup ini."
Belum selesai aku bicara Maria menyela, "Kalau begitu di mana takdir Tuhan?"
"Takdir Tuhan ada di ujung usaha manusia. Tuhan Mahaadil, Dia akan
memberikan sesuatu kepada umat-Nya sesuai dengan kadar usaha dan ikhtiarnya.
Dan agar saya tidak tersesat atau melangkah tidak tentu arah dalam berikhtiar dan
berusaha maka saya membuat peta masa depan saya. Saya suka dengan kata-kata
21 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bertenaga Thomas Carlyle: 'Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat
kemajuan walaupun melewati jalan yang sulit. Seseorang yang tanpa tujuan, tidak
97 akan membuat kemajuan walaupun ia berada di jalan yang mulus!' Peta hidup ini saya
buat untuk mempertegas arah tujuan hidupku sepuluh tahun ke depan. Ini bagian dari
usaha dan ikhtiar dan setelah itu semuanya saya serahkan sepenuhnya kepada
Tuhan." Maria mengangguk-anggukkan kepala.
"Apa kubilang, Fahri seorang visioner yang tegas. Tidak seperti dirimu Maria,
hidup manja tanpa visi. Kau ini sudah berada di jalan yang mulus. Dikaruniai otak
yang cerdas, hidup berkecukupan, disayang keluarga. Tapi kau tidak akan membuat
kemajuan tanpa visi yang jelas." sahut Madame Nahed.
Aku tidak enak mendengarnya. Aku tidak tahu seperti apa wajah Maria,
mungkin memerah karena malu mendapat teguran dari ibunya yang ceplas-ceplos
seperti itu. Aku memejamkan kepala merasakan rasa nyeri di dalam tempurung
kepalaku. Tuan Boutros menanyakan kemana Rudi dan Mishbah, keduanya tidak
kelihatan. Hamdi menjelaskan dengan rinci. Pembicaraan lalu beralih kepada Hamdi
dan Saiful. Aku mendengarkan dengan mata terpejam. Tangan Saiful masih memijit
kakiku. Tak lama kemudian Yousef datang membawa obat dan satu botol ashir
mangga. Madame Nahed memberikan petunjuk cara meminum obatnya. Berapa hari
sekali. Dia berpesan agar aku istirahat dulu sampai pulih kembali. Mereka lalu
pamitan. Saat mau pergi Maria berkata,
"Syukran Fahri, aku mendapatkan ilmu yang mahal sekali. Benar kata pepatah
dekat dengan penjual minyak akan mendapatkan wanginya."
Setelah mereka kembali ke flatnya, aku makan ruz billaban pemberian Maria.
Enak. Lalu minum obat dan bersiap tidur. Aku telah meminta Hamdi menyetel beker
jam tiga. Aku bersyukur memiliki teman-teman yang baik dan tetangga yang baik.
Saiful memijat-mijat diriku sampai aku terlelap. Dalam tidur aku mendengar Maria
menangis. Air matanya membasahi kakiku. Jam tiga aku terbangun. Heran dengan
mimpiku. Sebelum tidur aku sudah baca shalawat dan doa. Aku tak tahu mimpi itu
tafsirnya apa. Kalau Ibnu Sirin masih hidup tentu aku tanyakan padanya. Aku
beristighfar berkali-kali memohon ampunan kepada Allah jika guyonanku pada
Madame Nahed tadi tidak semestinya aku lakukan. Janganjangan menyakiti hati
Maria. Aku bangkit. Kepalaku terasa lebih ringan. Aku tadi memang kepanasan dan
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kelelahan. Ya Allah, kulihat Saiful tidur di karpet. Ia begitu setia menunggui aku. Ana
Pembunuh Berdarah Dingin 2 Pendekar Rajawali Sakti 85 Penghianatan Danupaksi Jangan Main Main 2
Noura," selorohku. Tuan Boutros dan Maria sedikit kaget mendengar usulku. Keduanya
berpandangan. "Fahri, mohon kau mengertilah posisi kami. Sungguh kami ingin menolong
Noura. Tapi menempatkan Noura di rumah kami, atau rumah saudara dan kenalan
kami itu tidak mungkin kami lakukan. Karena ini akan menambah masalah?"
"Maksud Tuan Boutros?"
"Fahri, sebetulnya bisa saja kami membawa Noura ke tempat saudara kami.
Tapi kalau nanti sampai ketahuan Bahadur masalahnya akan runyam.
Bahkan kalau ada orang tidak bertanggung jawab yang suka memancing ikan
12 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
di air keruh masalahnya bisa berkembang tidak hanya antara kami dan Bahadur. Bisa
lebih gawat dari itu. Kau 'kan tahu, kami sekeluarga ini penganut Kristen Koptik.
Bahadur sekeluarga adalah muslim. Seluruh sanak saudara dan kolega kami yang
paling dekat adalah orang-orang Koptik. Jika Noura bersembunyi di rumah kami atau
48 rumah saudara kami bisa mendatangkan masalah. Meskipun kami tidak melakukan
apa-apa kecuali menyediakan tempat dia berlindung. Kami nanti bisa dianggap
merekayasa meng-Kristen-kan Noura. Kami harus menjaga perasaan Noura sendiri
dan perasaan semuanya. Kau tentu tahu Noura siswi Ma'had Al Azhar. Dia tentu akan
merasa asing di rumah orang yang bukan satu keyakinan dengannya. Dia akan
merasa canggung untuk shalat, membaca Al-Qur'an dan lain sebagainya. Di rumah
kami saja yang tetangganya, yang kenal baik dengannya, dia merasa canggung.
Untuk shalat dia merasa tidak enak. Tadi kami yang mempersilakan dia untuk shalat.
Kami tidak ingin ini terjadi pada Noura. Apa pun alasannya, yang paling bijak adalah
menempatkan Noura di tempat orang yang satu keyakinan dengannya. Yang bisa
mengerti keadaannya. Terus terang untuk ini kami minta bantuanmu. Meskipun kamu
bukan orang Mesir tapi kamu tentu punya kenalan orang Mesir yang muslim. Menurut
kami semua orang muslim itu baik kecuali Si Bahadur itu," jelas Maria panjang lebar.
Aku merenungkan penjelasan Maria. Sungguh bijak dia. Kata-kata adalah
cerminan isi hati dan keadaan jiwa. Kata-kata Maria menyinarkan kebersihan jiwanya.
Sebesar apa pun keikhlasan untuk menolong tapi masalah akidah, masalah keimanan
dan keyakinan seseorang harus dijaga dan dihormati. Menolong seseorang tidak
untuk menarik seseorang mengikuti pendapat, keyakinan atau jalan hidup yang kita
anut. Menolong seseorang itu karena kita berkewajiban untuk menolong. Titik. Karena
kita manusia, dan orang yang kita tolong juga manusia. Kita harus memanusiakan
manusia tanpa menyentuh sedikit pun kemerdekaannya meyakini agama yang
dianutnya. Tak lebih dan tak kurang. Ah, andaikan umat beragama sedewasa Maria
dalam memanusiakan manusia, dunia ini tentu akan damai dan tidak ada rasa saling
mencurigai. Diam-diam aku bersimpati pada sikap Maria.
Aku lalu berpikir sejenak mencari jalan keluar. Sebenarnya aku bisa ke tempat
Syaikh Ahmad. Tapi masalahnya, waktu sangat mendesak. Noura harus segera pergi
sebelum keluarganya bangun. Dan dia harus pergi sendiri, agar tidak ada yang
disalahkan, atau terseret ke dalam pusaran masalahnya dengan keluarganya. Aku
teringat sesuatu. "Oh ya aku ada ide," kataku.
"Apa itu?" tuan Boutros dan Maria menyahut bareng.
"Bagaimana kalau sementara waktu Noura tinggal di salah satu rumah
mahasiswi Indonesia di Nasr City."
49 "Saya kira ini usul yang bagus. Mungkin mahasiswi Indonesia itu bisa
mendekatinya dan Noura bisa menceritakan semua derita yang dialaminya. Setelah
itu bisa dicarikan pemecahan bersama yang lebih baik. Sebab dia kelihatannya sudah
benar-benar dimusuhi keluarganya. Noura berkata, bahkan ibunya sendiri yang dulu
sering membelanya kini berbalik ikut memusuhinya. Kita tidak tahu apa yang terjadi
pada Noura sebenarnya," ujar Maria.
"Baiklah aku akan menghubungi seorang mahasiswi Indonesia di Nasr City."
"Lebih cepat lebih baik. Waktunya semakin sempit."
Aku langsung bergegas mengambil gagang telpon dan memutar nomor rumah
13 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Nurul, Ketua Wihdah, induk organisasi mahasiswi Indonesia di Mesir. Seorang
temannya bernama Farah yang menerima, memberitahukan Nurul baru sepuluh
menit tidur, sebab tadi malam ia bergadang di sekretariat Wihdah.
"Tolong, ini sangat mendesak!" paksaku.
Akhirnya beberapa menit kemudian Nurul berbicara,
"Ada apa sih Kak. Tumben nelpon kemari?"
Aku lalu mengutarakan maksudku, meminta bantuannya, agar bisa menerima
Noura bersembunyi di rumahnya beberapa hari. Mula-mula Nurul menolak. Ia takut
kena masalah. Di samping itu, tinggal bersama gadis Mesir belum tentu
mengenakkan. Aku jelaskan kondisi Noura. Akhirnya Nurul menyerah dan siap
membantu. "Begini saja Kak Fahri. Si Noura suruh turun di depan Masjid Rab'ah. Aku dan
Farah akan menjemputnya tepat pukul setengah sembilan."
"Baiklah." Hasil pembicaraanku dengan Nurul aku jelaskan pada Tuan Boutros dan
Maria. Mereka tersenyum lega. Mereka mengajakku ke atas ke flat mereka untuk
menjelaskan segalanya pada Noura. Di ruang tamu rumah Tuan Boutros, Noura
menunduk dengan wajah sedih. Ada bekas biru lebam di pipinya yang putih. Matanya
memerah karena terlalu banyak menangis. Aku meyakinkan, dia akan aman di tempat
Nurul. Mereka semua mahasiswi Al Azhar dari Indonesia yang halus perasaannya
dan baik-baik semua. Noura mengucapkan terima kasih atas pertolongan dan
meminta maaf karena merepotkan. Kujelaskan di mana dia akan dijemput Nurul dan
Farah. 50 "Biar cepat, kau naik metro sampai Ramsis. Setelah itu naik Eltramco jurusan
Hayyul Asyir atau Hayyu Sabe' yang lewat masjid Rab'ah. Turun di masjid Rab'ah dan
cari dua mahasiswi Indonesia. Kau tentu tahu 'kan muka orang Indonesia. Nurul
memakai kaca mata jilbabnya panjang. Farah tidak pakai kaca mata, dia suka jilbab
kecil. Ditunggu setengah sembilan tepat. Ini nomor telpon rumahnya," kataku sambil
menyerahkan selembar kertas bertuliskan nomor telpon dan selembar uang dua
puluh pound. "Terimalah untuk ongkos perjalanan dan untuk menelpon kalau ada
apa-apa." Noura terlihat ragu. "Jangan ragu. Aku tidak bermaksud apa-apa. Kita ini satu atap dalam payung
Al Azhar. Sudah selayaknya saling menolong," kataku meyakinkan.
"Noura, terimalah. Fahri ini orang yang baik. Dia hafal Al-Qur'an. Apa kamu
tidak percaya dengan orang yang hafal Al-Qur'an?" ucap Maria meyakinkan Noura.
Akhirnya Noura mau menerima kertas dan uang dua puluh pound itu dengan
mata berlinang. Bibirnya bergetar mengucapkan rasa terima kasih. Pagi itu juga
Noura pergi ke Nasr City dengan langkah gontai. Saat menatap Maria ia
mengucapkan rasa terima kasih dan berusaha tersenyum.
*** Pukul sembilan Nurul menelpon, Noura sudah berada di tempatnya. Dia minta
saya datang, sebab ada seorang anggota rumahnya yang belum bisa menerima
Noura tinggal di sana. Terpaksa saat itu juga aku meluncur ke Nasr City. Sampai di
sana aku menjelaskan panjang lebar apa yang menimpa Noura. Aku jelaskan
penderitaannya seperti yang telah berkali-kali aku lihat. Tentang ayahnya, ibunya dan
kakak perempuannya yang tiada henti menyiksa fisik dan batinnya. Tentang betapa
baiknya keluarga Maria dan betapa dewasanya mereka menyarankan agar Noura
14 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tinggal di rumah orang yang seiman dengannya agar lebih at home. Mendengar itu
semua mereka menitikkan air mata dan siap menerima Noura.
Dari Nasr City aku langsung ke kampus Al Azhar di Maydan Husein. Langsung
ke syu'un thullab dirasat ulya.54 Mereka mengucapkan selamat atas kelulusanku. Aku
diminta segera mempersiapkan proposal tesis. Setelah itu aku ke toko buku Dar
El-Salam yang berada di sebelah barat kampus, tepat di samping Khan El-Khalili yang
sangat terkenal itu. Untuk melihat buku-buku terbaru Dar El-Salam adalah tempat
54 Syuun thullab dirasat ulya: Bagian yang mengurusi mahasiswa pascasarjana
51 yang paling tepat dan nyaman. Buku terbaru Prof. Dr. M. Said Ramadhan El-Bouthi
menarik untuk dibaca. Kuambil satu.
Keluar dari Dar El-Salam matahari sudah sangat tinggi mendekati pusar langit.
Udara sangat panas. Tak jauh dari Dar El-Salam ada penjual tamar hindi. Aku tak bisa
mengekang keinginanku untuk minum. Satu gelas saja rasanya luar biasa segarnya.
Aku pulang lewat Attaba. Aku teringat jadwal belanja. Kusempatkan mampir di pasar
rakyat Attaba. Dua kilo rempelo ayam, satu kilo kibdah55dan dua kilo suguq56 kukira
cukup untuk lauk beberapa hari.
Begitu masuk mahattah metro, azan zhuhur berkumandang. Dalam perjalanan,
panas matahari kembali memanggang. Sampai di rumah pukul dua kurang
seperempat. Aku masuk kamar dengan ubun-ubun kepala terasa mendidih. Musim
panas memang melelahkan. Sampai di flat aku langsung teler. Telentang di karpet
dengan dada telanjang menikmati belaian hawa sejuk yang dipancarkan kipas angin
kesayangan yang membuatku terlelap sesaat.
Dalam lelap, aku melihat Noura di pucak Sant Catherin, Jabal Tursina. Ia
melepas jilbabnya, rambutnya pirang, wajahnya bagai pualam, ia tersenyum padaku.
Aku kaget, bagaimana mungkin Noura berambut pirang, padahal ayah dan ibunya
mirip orang Sudan. Hitam dan rambutnya negro. Aku menatap Noura dengan heran.
Lalu Nurul datang. Ia menangis padaku, lalu marah-marah pada Noura. Aku
terbangun membaca ta'awudz dan beristighfar berkali-kali. Jam setengah tiga. Aku
belum shalat. Setan memang suka memanfaatkan kelemahan manusia. Tak pernah
merasa kasihan. Untung waktu zhuhur masih panjang. Aku beranjak untuk shalat.
Usai shalat aku kembali menelentangkan badan. Kali ini di atas tempat tidur,
entah kenapa kepalaku terasa nyut-nyut. Atau mungkin karena kelelahan dua hari ini.
Mimpi bertemu Noura masih ada dipikiran. Juga Nurul, kenapa ia menangis dan
marah. Apakah ini hanya kebetulan, atau jangan-jangan betulan. Aku jarang sekali
bermimpi yang bukan-bukan. Mimpi bertemu perempuan bagiku adalah mimpi yang
bukan-bukan. Aku masih bisa menghitung berapa kali aku bermimpi bertemu
perempuan. Tak ada sepuluh kali. Semuanya bertemu perempuan yang satu, yaitu
ibuku. Kali ini aku bertemu Noura yang memperlihatkan rambutnya yang pirang dan
Nurul yang menangis dan marah. Yang kupikirkan adalah Nurul. Apakah Nurul
sejatinya menerima kehadiran Noura dengan terpaksa. Hatiku tidak tenang. Aku
55 56 Hati. Semacam sausage, bentuknya bundar memanjang.
15 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
52 bangkit. Tidak jadi tidur lagi. Kutelpon Nurul.
"Tidak ada acara Nur?"
"Sore ini tidak ada Kak. Jadwalnya istirahat."
"Bagaimana dengan Noura?"
"Baik. Dia sekarang sedang tidur di kamarku. Benar katamu Kak, dia memang
patut di kasihani. Punggungnya penuh luka cambuk."
"Benarkah?" "Ya." "Apa dia sudah bercerita banyak pada kalian?"
"Belum. Masih dalam taraf mencoba saling kenal. Tapi dia tidak tahan
merasakan sakit di punggungnya akhirnya dia sedikit bercerita kalau ayahnya suka
mencambuknya dengan ikat pinggang. Ayah yang kejam!"
"Sudah dibawa ke dokter?"
"Belum, rencananya nanti sore."
"Nur, boleh aku tanya sedikit. Ini soal pribadi."
"Apa itu Kak?" "Apa kau sedang marah?"
"Marah kenapa?"
"Karena Noura. Apa kalian menerimanya dengan terpaksa?"
"Jangan suudhan pada saya dan teman-teman Kak. Keberadaan Noura di sini
tidak ada masalah kok. Kenapa sih Kakak terlalu berprasangka begitu?"
"Ya aku kuatir saja kalian merasa terganggu dan direpotkan."
"Nggak. Nggak apa-apa. Sure nggak apa-apa. Jangan kuatir!"
"Syukran kalau begitu."
"Afwan." Benar, tadi itu yang datang dalam lelapku dari setan.
Nurul tidak apa-apa. Suaranya juga bening ceria seperti biasa. Tidak ada rasa jengkel atau marah
53 sedikit pun. Sekarang Noura berambut pirang. Benarkah" Selama ini aku tidak pernah
melihat Noura lepas jilbab. Dari mana aku akan cari info. Tanya pada ibu atau kedua
kakaknya, gila apa. Tanya Maria. Ya Maria, mungkin dia tahu. Aku balik ke kamar.
Mengambil handphone dan mengirim pesan pada Maria.
"Maria boleh tanya?"
Lima menit kemudian, "Boleh. Tanya apa?" "Jangan kaget ya" Mungkin pertanyaan aneh."
"Apa itu?" "Apa Noura berambut pirang?" "Pertanyaanmu memang
aneh. Jawabnya ya, dia berambut pirang. Kenapa kau tanyakan itu?"
"Ingin tahu saja. Tapi jika dia berambut pirang memang aneh." "Aneh
bagaimana" Orang Mesir biasa berambut pirang." "Bukan itu maksudku.
Bukankah ayah dan ibunya seperti orang Sudan" Hitam dan berambut
negro?" "Kau ingin mengatakan Noura bukan anak mereka." "Entahlah.
Ini hanya firasat." "Tapi firasatmu mungkin ada benarnya." "Hanya
Tuhan yang tahu." Aku kembali menelentangkan badan di atas kasur. Saatnya tidur. Baru dua
detik mata terpejam, handphoneku menjerit. Nomor tak kukenal. Siapa ya" Kuangkat,
16 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Assalamu'alaikum."
Suara bening perempuan. Logatnya agak aneh. Siapa "
"Wa 'ailakumussalam. Ini siapa ya?" jawabku balik bertanya.
"Sind Sie Herr Fahri?"57 Dia malah balik bertanya dengan bahasa Jerman. Aku
langsung teringat perempuan bercadar biru muda yang kemarin bertemu di dalam
metro. Dia pasti Aisha. "Ja. Sie Aisha?" jawabku dengan bahasa Jerman.
"Ja. Herr Fahri, haben Sie zeit" 58 " Pertanyaannya mengandung maksud
mengajak bertemu. "Heute?"59 "Ja. Heute, ba'da shalat el ashr."60
57 58 59 Apakah Anda Tuan Fahri. Tuan Fahri, apakah kau punya waktu"
Hari ini" 54 Aku ingin tertawa mendengar dia mencampur bahasa Jerman dengan bahasa
Arab. Tapi memang tepat. Kata-kata shalat sejatinya susah diterjemahkan ke dalam
bahasa lain secara pas. "Nein danke, heute ba'da shalat el ashr habe ich leider keine Zeit! Ich habe
schon eine verabredung!"61 Maksudku adalah janji pada jadwal untuk menerjemah.
Aisha lalu menjelaskan ia ingin bertemu denganku secepatnya. Ia minta aku
bisa meluangkan sedikit waktu. Karena sangat penting. Berkaitan dengan Alicia yang
katanya ingin berbincang seputar Islam dan ajaran moral yang dibawanya. Alicia ingin
sekali bertanya banyak hal padaku sejak kejadian di atas metro itu. Aisha memohon
dengan sangat, sebab menurutnya ini kesempatan yang baik untuk menjelaskan
Islam yang sebenarnya pada orang Barat. Aisha mengatakan Alicia seorang reporter
berita. Ia wartawan dan ini kesempatan emas. Mau tak mau aku mengiyakan dan
menawarkan bagaimana jika bertemu besok. Ia senang sekali mendengarnya. Kami
membuat kesepakatan bertemu di mahattah metro bawah tanah Maydan Tahrir tepat
jam setengah sebelas. Aku minta padanya untuk datang tepat waktu. Ia tertawa.
Sedikit ia meledek, bukankah seharusnya dia yang meminta padaku untuk datang
tepat waktu. Aku tersenyum kecut. Memang orang Indonesia terkenal jam karetnya.
Aku tidak sangka kalau orang seperti Aisha tahu akan hal itu. Aku tidak perlu bertanya
padanya dari mana ia tahu itu. Sebuah pertanyaan bodoh di dunia global seperti
sekarang ini. Bukankah dengan kecanggihan teknologi jarum jatuh di pelosok
Merauke sana bisa terdengar sampai ke New York dan ke seluruh penjuru dunia"
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku langsung menulis janji bertemu Aisha pada planning kegiatan esok hari.
Ternyata padat. Besok jadwal khutbah di masjid Indonesia. Berarti nanti malam
mempersiapkan bahan khutbah. Pagi diketik dan langsung di-print. Lantas istirahat.
Tidak ke mana-mana. Tidak juga sepak bola. Untuk stamina khutbah. Kalaupun ingin
melakukan sesuatu lebih baik menerjemah beberapa halaman. Jam sembilan
berangkat. Sampai di Tahrir kira-kira jam sepuluh. Kalau misalnya metro sedikit
terlambat, aku bisa tetap datang tepat waktu. Lantas berbincang dengan Aisha dan
17 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Alicia sampai jam sebelas. Setelah itu pergi ke Dokki untuk khutbah. Aku harus
datang di awal waktu biar tidak gugup. Begitu rencananya. Jika tidak dibuat outline
yang jelas seperti itu akan membuat hidup tidak terarah dan banyak waktu terbuang
percuma. 60 61 Ya. Hari ini setelah shalat ashar
Tidak, terima kasih, sayang aku tidak ada waktu selepas shalat ashar! Aku punya janji.
55 Kulihat kalender. Melihat kalender adalah hal yang paling kusuka. Karena
bagiku dengan melihatnya optimisme hidup itu ada.
Jum'at tanggal sembilan dan Sabtu tanggal sepuluh. Ada tanda pada tanggal
sepuluh. Hmm..kapan aku memberi tanda dan untuk apa" Jangan-jangan aku ada
janji dengan seseorang. Aku berusaha mengingat-ingat. Rancangan kegiatan satu
bulan aku lihat. Juga tidak ada janji khusus. Terus itu tanda apa ya" Hari Minggunya,
tanggal sebelas juga ada tanda yang sama. Dua hari berturutturut. Aku teringat
sesuatu. Ya itu tanda yang aku bubuhkan tiga bulan lalu begitu tahu tanggal lahir
seluruh keluarga Tuan Boutros. Aku berniat memberikan hadiah untuk mereka, tepat
di hari ulang tahun mereka. Madame Nahed, ibunya Maria, ulang tahun tanggal 10
Agustus. Si Yousef adik lelaki Maria tanggal 11 Agustus, satu hari setelah ibunya.
Sedangkan Tuan Boutros 26 Oktober, dan Maria 24 Desember. Tanggal-tanggal itu
telah aku beri tanda. Aku paling suka memberi kejutan pada teman atau kenalan.
Teman satu rumah sudah mendapatkan hadiah mereka pada hari istimewa mereka.
Berarti besok kegiatannya bertambah satu, mencarikan hadiah untuk Madame Nahed
dan Yousef. Hadiah yang sederhana saja. Sekadar untuk memberikan rasa senang di
hati tetangga. Tiba-tiba aku berpikir ingin memberikan hadiah pada Si Muka Dingin
Bahadur, ayah Noura yang mirip orang Sudan itu. Apa reaksinya kira-kira"
*** 56 5. Pertemuan di Tahrir Jam 10.10 aku sampai di mahattah metro bawah tanah Maydan Tahrir. Sesuai
dengan janji, kami akan bertemu di jalur metro menuju Giza Suburban. Tempatnya
lebih nyaman. Lebih indah. Aku mencari tempat duduk yang paling mudah dilihat.
Janjinya tepat setengah sebelas. Aku datang dua puluh menit lebih awal. Sambil
menunggu aku membaca kembali bahan khutbah yang telah kupersiapkan. Keadaan
mahattah tidak terlalu ramai. Menjelang shalat Jum'at seperti ini biasanya memang
agak lengang. Seorang polisi bersiaga dengan senjata di pinggang. Petugas
kebersihan berseragam menyapu pelan-pelan. Seorang perempuan berjubah hitam
bercadar hitam datang. Kukira dia Aisha, ternyata bukan. Perempuan itu tidak melihat
ke arahku sama sekali. Begitu metro datang, ia langung naik dan hilang.
Sudah pukul sebelas Aisha belum juga datang. Aku akan menunggu sampai
seperempat jam ke depan jika ia tidak datang aku akan langsung pergi ke Dokki.
Pukul sebelas lima menit ada seorang perempuan berabaya cokelat tua dengan jilbab
dan cadar di kepalanya. Ia melangkah tergesa ke arahku. Ia mengucapkan salam dan
aku menjawabnya. 18 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Nehmen Sie platz!"62 kupersilakan dia duduk.
"Danke schon."63 Selorohnya sambil bergerak duduk di samping kananku.
"Bitte."64 Aisha melihat jam tangannya. Dia minta maaf datang terlambat. Aku hanya
tersenyum. Kami lalu mulai berbincang-bincang. Aisha memilih pakai bahasa Jerman.
"Wo ist Alicia?" 65 Tanyaku karena aku tidak juga melihat bule Amerika itu
datang. "Insya Allah, dia akan datang sepuluh menit lagi. Dia sedang dalam perjalanan
dari wawancara dengan Ibrahem Nafe', Pemimpin Redaksi Harian Ahram."
Aku bisa memaklumi, namun aku perlu menjelaskan padanya bahwa tepat
setengah dua belas aku harus meninggalkan Tahrir. Sekali lagi Aisha minta maaf atas
keterlambatannya dan keterlambatan Alicia. Dalam hati aku senang, bahwa memang
perlu sekali-kali orang Barat minta maaf pada orang Indonesia, karena mereka datang
62 63 64 65 Silakan duduk. Terima kasih banyak. Kembali. Di mana Alicia" 57 tidak tepat waktu. Makanya, jangan main-main dengan murid Syaikh Utsman yang
terkenal disiplin. "Semoga lima belas menit cukup bagi Alicia untuk mendapatkan jawaban atas
ketidaktahuannya akan Islam," kata Aisha dengan nada sedikit menyesal.
"Sebetulnya saya senang diajak berbincang untuk menjelaskan keindahan
Islam. Tapi kali ini saya ada jadwal khutbah. Maafkan saya."
"Kalau waktunya tidak cukup, anggaplah ini pertemuan pengantar saja.
Semoga Anda tidak keberatan seandainya Alicia minta waktu lagi, entah kapan."
"Insya Allah. Dengan senang hati."
Aisha lalu bertanya-tanya tentang saya. Tentang Indonesia. Tentang Jawa. Dia
pun sempat sedikit mengenalkan dirinya. Dia baru empat bulan di Cairo. Tujuannya
untuk belajar bahasa Arab dan memperbaiki bacaan Al-Qur'annya. Di Jerman ia
sudah tingkat akhir Fakultas Psikologi. Ayahnya asli Jerman. Ibunya asli Turki. Dari
ibunya ia memiliki darah Palestina. Sebab neneknya atau ibu ibunya adalah wanita
asli Palestina. Ibunya bilang, neneknya lahir di Giza. Aku bertanya sejak kapan
memakai jilbab dan cadar. Ia menjawab memakai jilbab sejak SMP dan memakai
cadar sejak tiba di Mesir, mengikuti bibinya. Sementara ia memang tinggal di Maadi
bersama bibi dan pamannya. Bibinya sedang S.2. di Kuliyyatul Banat Universitas Al
Azhar, beliau adik bungsu ibunya. Sedangkan pamannya sedang S.3., juga di Al
Azhar. Aku mengenal beberapa orang Turki yang ada di program pascasarjana. Aku
teringat sebuah nama. "Aku kenal seorang mahasiswa Turki. Dia cukup akrab denganku. Dia pernah
bilang tinggal di dekat Kentucky Maadi, mungkin pamanmu kenal," kataku.
"Dekat Kentucky" Siapa namanya" Coba nanti aku tanyakan pada paman,"
Aisha penasaran. 19 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Namanya Eqbal Hakan Erbakan?"
"Siapa?" "Eqbal Hakan Erbakan."
"La ilaaha illallah!"
"Kenapa?" "Itu pamanku." 58 "So ein zufall!66 "
"Dunia begitu sempit bukan" Tak kukira kau kenal pamanku."
"Sampaikan salamku untuknya. Katakan saja dari Fahri Abdullah Shiddiq,
teman i'tikaf di masjid Helmeya Zaitun tahun lalu. Juga sampaikan salamku pada
bibimu dan kedua puteranya yang lucu; Amena dan Hasan."
"Insya Allah dengan senang hati.
Dari kejauhan aku melihat seorang perempuan bule datang.
"Apakah dia Alicia?"
"Kelihatannya."
Penampilannya memang berbeda dengan waktu aku melihatnya di metro dua
hari yang lalu. Sekarang tampak lebih sopan. Memakai hem lengan panjang. Tidak
kaos ketat dengan bagian perut terlihat. Ia menyapa kami dengan tersenyum. Aisha
menjelaskan waktu yang ada sangat sempit, karena jam setengah dua belas aku
harus cabut ke Masjid Indonesia di Dokki. Alicia bisa mengerti dan minta maaf atas
keterlambatan. Ia langsung membuka dengan sebuah pertanyaan,
"Begini Fahri, di Barat ada sebuah opini bahwa Islam menyuruh seorang suami
memukul isterinya. Katanya suruhan itu terdapat dalam Al-Qur'an. Ini jelas tindakan
yang jauh dari beradab. Sangat menghina martabat kaum wanita. Apakah kau bisa
menjelaskan masalah ini yang sesungguhnya" Benarkah opini itu, atau bagaimana?"
Aku menghela nafas panjang. Aku tidak kaget dengan pertanyaan Alicia itu.
Opini yang sangat mendiskreditkan itu memang seringkali dilontarkan oleh media
Barat. Dan karena ketidakmengertiannya akan ajaran Islam yang sesungguhnya
banyak masyarakat awam di Barat yang menelan mentah-mentah opini itu. Dengan
kemampuan yang ada aku berusaha menjelaskan sebenarnya. Aku berharap Alicia
bisa memahami bahasa Inggrisku dengan baik,
"Tidak benar ajaran Islam menyuruh melakukan tindakan tidak beradab itu.
Rasulullah Saw. dalam sebuah haditsnya bersabda, 'La tadhribu imaallah!' 67
Maknanya, 'Jangan kalian pukul kaum perempuan!' Dalam hadits yang lain, beliau
menjelaskan bahwa sebaik-baik lelaki atau suami adalah yang berbuat baik pada
66 67 Sungguh suatu kebetulan. Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah.
59 isterinya.68 Dan memang, di dalam Al-Qur'an ada sebuah ayat yang membolehkan
seorang suami memukul isterinya. Tapi harus diperhatikan dengan baik untuk isteri
macam apa" Dalam situasi seperti apa" Tujuannya untuk apa" Dan cara
memukulnya bagaimana" Ayat itu ada dalam surat An-Nisa, tepatnya ayat 34:
20 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sebab itu, maka Wanita yang saleh ialah yang ta'at kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). Wanita-wanita yang kamu kuatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka
dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur dan pukullah mereka. Kemudian jika
mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar."
Jadi seorang suami diperbolehkan untuk memukul isterinya yang telah terlihat
tanda-tanda nusyuz."
Alicia menyela, "Nusyuz itu apa?"
"Nusyuz adalah tindakan atau perilaku seorang isteri yang tidak bersahabat
pada suaminya. Dalam Islam suami isteri ibarat dua ruh dalam satu jasad. Jasadnya
adalah rumah tangga. Keduanya harus saling menjaga, saling menghormati, saling
mencintai, saling menyayangi, saling mengisi, saling memuliakan dan saling menjaga.
Isteri yang nusyuz adalah isteri yang tidak lagi menghormati, mencintai, menjaga dan
memuliakan suaminya. Isteri yang tidak lagi komitmen pada ikatan suci pernikahan.
Jika seorang suami melihat ada gejala isterinya hendak nusyuz, hendak menodai
ikatan suci pernikahan, maka Al-Qur'an memberikan tuntunan bagaimana seorang
suami harus bersikap untuk mengembalikan isterinya ke jalan yang benar, demi
menyelamatkan keutuhan rumah tangganya. Tuntunan itu ada dalam surat An-Nisaa
ayat 34 tadi. Di situ AlQur'an memberikan tuntunan melalui tiga tahapan,
Pertama, menasihati isteri dengan baik-baik, dengan kata-kata yang bijaksana,
kata-kata yang menyentuh hatinya sehingga dia bisa segera kembali ke jalan yang
lurus. Sama sekali tidak diperkenankan mencela isteri dengan kata-kata kasar.
Baginda Rasulullah melarang hal itu. Kata-kata kasar lebih menyakitkan daripada
tusukan pedang. Jika dengan nasihat tidak juga mempan, Al-Qur'an memberikan jalan kedua,
yaitu pisah tempat tidur dengan isteri. Dengan harapan isteri yang mulai nusyuz itu
bisa merasa dan interospeksi. Seorang isteri yang benar-benar mencintai suaminya
68 Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Ibnu Hibban.
60 dia akan sangat terasa dan mendapatkan teguran jika sang suami tidak mau tidur
21 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengannya. Dengan teguran ini diharapkan isteri kembali salehah. Dan rumah tangga
tetap utuh harmonis. Namun jika ternyata sang isteri memang bebal. Nuraninya telah tertutupi oleh
hawa nafsunya. Ia tidak mau juga berubah setelah diingatkan dengan dua cara
tersebut barulah menggunakan cara ketiga, yaitu memukul.
Yang sering tidak dipahami oleh orang banyak adalah cara memukul yang
dikehendaki Al-Qur'an ini. Tidak boleh sembarangan. Suami boleh memukul dengan
syarat: Pertama, telah menggunakan dua cara sebelumnya namun tidak mempan.
Tidak diperbolehkan langsung main pukul. Isteri salah sedikit main pukul. Ini jauh dari
Islam, jauh dari tuntunan Al-Qur'an. Dan Islam tidak bertanggung jawab atas tindakan
kelaliman seperti itu. Kedua, tidak boleh memukul muka. Sebab muka seseorang adalah segalanya
bagi manusia. Rasulullah melarang memukul muka.
Ketiga, tidak boleh menyakitkan. Rasulullah Saw. bersabda, 'Bertakwalah
kepada Allah dalam masalah perempuan (isteri). Mereka adalah orang-orang yang
membantu kalian. Kalian punya hak pada mereka, yaitu mereka tidak boleh
menyentuhkan pada tempat tidur kalian lelaki yang kalian benci. Jika mereka
melakukan hal itu maka kalian boleh memukul mereka dengan pukulan yang tidak
menyakitkan (ghairu mubrah). Dan kalian punya kewajiban pada mereka yaitu
memberi rizki dan memberi pakaian yang baik.'69 Para ulama ahli fiqih dan ulama
tafsir menjelaskan kriteria 'ghairu mubrah' atau 'tidak menyakitkan' yaitu tidak sampai
meninggalkan bekas, tidak sampai membuat tulang retak, dan tidak di bagian tubuh
yang berbahaya jika kena pukulan.
Dengan menghayati benar-benar kandungan ayat suci Al-Qur'an itu dan
makna hadits-hadits Rasulullah itu akan jelas sekali seperti apa sebenarnya ajaran
Islam. Apakah seperti yang dituduhkan dan diopinikan di Barat yang menghinakan
wanita" Apakah tuntunan mulia seperti itu, yang bertujuan menyelamatkan bahtera
rumah tangga karena ada gejala isteri hendak nusyuz, tidak lagi bersahabat pada
suaminya, hendak menodai ikatan suci pernikahan dianggap tiada beradab"
Kapan seorang suami diperbolehkan memukul" Pada isteri macam apa"
69 Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya.
61 Syaratnya memukulnya apa saja" Tujuannya apa" Itu semua haruslah diperhatikan
dengan seksama. Memukul seorang isteri jahat tak tahu diri dengan pukulan yang
tidak menyakitkan agar ia sadar kembali demi keutuhan rumah tangga, apakah itu
tidak jauh lebih mulia daripada membiarkan isteri berbuat seenak nafsunya dan
menghancurkan rumah tangga"
Ya inilah ajaran Islam dalam mensikapi seorang isteri yang berperilaku tidak
terpuji. Islam sangat memuliakan perempuan, bahwa di telapak kaki ibulah surga
anak lelaki. Hanya seorang lelaki mulia yang memuliakan wanita. Demikian Islam
mengajarkan." Rasanya sudah 22 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
cukup panjang aku menjelaskan. Alicia tampak mengangguk-anggukkan kepala. Sekilas kulihat mata Aisha berkaca-kaca. Entah
kenapa. Sebenarnya aku ingin memaparkan ratusan data tentang perlakuan tidak
manusiawi orang-orang Eropa pada isteri-isteri mereka. Namun kuurungkan. Biarlah
suatu saat nanti sejarah sendiri yang membeberkan pada Alicia dan orang-orang
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti Alicia. Di Inggris, beberapa abad yang lalu isteri tidak hanya boleh dipukul tapi
boleh dijual dengan harga beberapa poundsterling saja. Ada seorang Perdana
Menteri Jepang yang mengatakan bahwa cara terbaik memperlakukan wanita adalah
dengan menamparnya. Dengan bangga Perdana Menteri itu mengaku sering
menampar isteri dan anak perempuannya. Ia bahkan menasihati suami puterinya
agar tidak segan-segan menampar isterinya. Untungnya Inggris dan Jepang bukan
negara yang mayoritas penduduknya muslim. Jika mereka negara Islam atau
mayoritas penduduknya muslim pastilah protes keras atas perlakuan tidak beradab
pada perempuan itu akan datang bagaikan gelombang badai.
Aku menengok jam tangan. Pukul 11.35.
"Maaf. Aku harus pergi sekarang. Aku sudah terlambat lima menit dari
rencana," ucapku pada Alicia dan Aisha sambil bangkit dari duduk.
"Dari jawaban yang kau berikan aku mendapatkan masukan yang sama sekali
baru aku mengerti. Sebenarnya masih ada banyak hal yang ingin aku tanyakan
kepadamu.Tentang Islam memperlakukan perempuan. Tentang Islam memperlakukan non-Islam. Tentang Islam dan perbudakan dan lain sebagainya. Dan
aku berharap akan mendapatkan jawaban yang baik dalam perspektif yang adil,"
Alicia mengungkapkan harapannya.
"Saya senang berjumpa dengan orang seperti Anda Nona Alicia. Sebisa
62 mungkin saya akan memenuhi harapan Anda itu, insya Allah. Tapi terus terang, bulan
ini saya sangat sibuk. Saya harus komitmen dengan jadwal yang telah ada. Anda
23 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tentu bisa memaklumi. Apalagi saya sedang menyelesaikan magister saya. Jadi terus
terang saya akan berusaha mencuri-curi waktu. Saya ada ide. Bagaimana kalau
semua pertanyaan yang ingin Anda sampaikan, Anda tulis saja dalam sebuah kertas.
Anda print. Dan nanti serahkan pada saya. Saya akan menjawabnya di sela-sela
waktu senggang saya. Jika sudah terjawab semua akan saya serahkan kembali pada
Anda. Lalu kita bertemu dalam suatu tempat dan kita diskusikan masalah yang belum
clear. Bagaimana?" "Saya kira ini ide yang bagus. Saya akan tuliskan pertanyaan saya secepatnya.
Dalam dunia jurnalistik wawancara tertulis lazim juga digunakan. Terus bagaimana
kita bisa bertemu lagi. Meskipun cuma sebentar untuk menyerahkan pertanyaan-pertanyaan saya itu?"
Aku berpikir sesaat. Mengingat jadwal aku keluar.
"Anda sekarang tinggal di mana?" tanyaku setelah aku ingat jadwal keluar dari
Hadayek Helwan dalam waktu dekat.
"Saya menginap di Nile Hilton Hotel."
"Sampai kapan?"
"Kira-kira masih sembilan hari di Mesir."
"Baik. Bagaimana kalau kita berjumpa besok Senin, tepat pukul sebelas pagi?"
"Okey. Di mana?"
"Di kafetaria National Library. Letaknya di Kornes Nil Street tak jauh dari hotel
Anda. Semua orang Mesir di hotel Anda, yang Anda tanya pasti tahu."
"Baiklah." "Aku boleh datang 'kan?" sela Aisha.
"Tentu saja," jawabku dan Alicia hampir bersamaan.
"Kalau begitu aku pamit dulu. Bye!"
Aku beranjak pergi meninggalkan keduanya tepat pada saat sebuah metro dari
Shubra El-Khaima datang. Perlahan berhenti. Perlahan-lahan terbuka. Kutunggu
orang-orang yang turun habis. Baru aku naik. Ada banyak tempat duduk kosong. Aku
pilih paling dekat. Duduk melihat ke arah jendela. Masinis membunyikan tanda. Ding
63 dung...ding dung! Tanda metro sebentar lagi berjalan.
Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang perempuan menyapaku dengan
24 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bahasa Arab minta izin duduk, "Hal tasmahuli an ajlis!"
Aku menengok ke asal suara. Perempuan bercadar. Aisha! Aku sedikit kaget.
Aku menggeser tempat dudukku. Aisha duduk di sampingku.
"Mau ke mana?" tanyaku. Kali ini kami berbincang dalam bahasa Arab. Aku
berusaha menggunakan kalimat-kalimat fusha yang mudah dipahami olehnya.
Kuhindari bahasa 'amiyah sama sekali.
"Aku perlu ikut kamu ke Masjid Indonesia," jawabnya.
"Untuk apa?" Metro mulai berjalan. Dua menit lagi metro akan melintas di bawah sungai Nil.
Sayangnya pemandangan di luar jendela hanya gelap berseling cahaya lampu neon
menempel di dinding terowongan.
"Aku ingin tahu komunitas orang Indonesia di Mesir. Siapa tahu aku bisa dapat
bahan untuk tesis psikologi sosial S.2.-ku kelak. Aku lagi melengkapi data tentang
masyarakat Jawa. Jadi mumpung ada kesempatan. Aku tidak akan melewatkan
begitu saja. Siapa tahu nanti di masjid ada mahasiswi atau muslimah Indonesia, aku
bisa kenalan. Dan besok-besok jika aku ada perlu, bisa datang sendiri."
"O, begitu. Kalau ingin bertemu mahasiswi Indonesia, seandainya di masjid
nanti tidak ada, namun semoga ada, insya Allah aku bisa bantu."
"Terima kasih. Aku dengar dari paman, di Nasr City banyak mahasiswi
Indonesia." "Benar. Mahasiswa Asia Tenggara mayoritas tinggal di sana."
"Tadi kau bilang mau buat proposal tesis. Boleh tahu rencananya tema apa
yang hendak kau garap?"
"Mungkin Metodologi Tafsir Syaikh Badiuz Zaman Said An-Nursi."
"Ulama pembaru dari Turki itu?"
"Benar." "Pasti akan sangat menarik. Kebetulan keluarga kami di Turki adalah pengikut
setia jamaah Syaikh Said An-Nursi rahimahullah."
64 "Aku tahu, Eqbal Hakan pernah cerita padaku."
"Di rumahnya banyak buku-buku karangan Syaikh An-Nursi."
"Ya. Suatu saat aku akan ke sana jika aku perlu data tambahan."
"Apa kau yakin sekarang tidak perlu data tambahan?"
"Untuk sekadar proposal mengajukan judul, konsepnya sudah matang dan
tinggal saya ketik. Saya sudah punya empat ratus referensi. Jika diterima oleh tim
penilai, barulah perlu bahan selengkap-lengkapnya untuk penyusunan tesis."
"Semoga diterima. Jika kelak tesismu jadi siapa tahu bisa diterbitkan di Turki."
"Amin." Metro sampai di mahattah Dokki. "Kita turun?" tanya Aisha.
"Tidak, mahattah depan. Tapi tidak ada salahnya siap-siap."
Kami beranjak ke dekat pintu. Kami berdiri berdekatan. Di kaca pintu metro aku
melihat bayanganku sendiri. Sama tingginya dengan Aisha. Mungkin aku lebih tinggi
sedikit. Satu atau dua sentimeter saja. Metro berjalan lagi. Tak lama kemudian sampai
di mahattah El-Behous. Antara mahattah Dokki dan mahattah El-Behous jaraknya
memang tidak terlalu jauh. Keduanya masih dalam satu kawasan, yaitu kawasan
Dokki. Metro berhenti. Kami turun. Mahattah El-Behous berada sekitar dua puluh lima
meter di bawah tanah. Dengan eskalator kami naik ke atas. Kami keluar ke
25 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
permukaan seperti vampire keluar dari sarangnya di siang bolong. Sinar matahari
terasa sangat menyilaukan. Panasnya menyengat dan menyiksa. Cepat-cepat
kuambil kaca mata hitam dari tas cangklongku. Lumayan, untuk menyejukkan kornea
mata. Aku berjalan dengan langkah cepat menuju Mousadda Street. Aisha
mengimbangi langkah dua meter di belakangku. Kami diam seribu bahasa.
11.30.14 waktu Cairo, kami tiba di Masjid Indonesia yang tak lain adalah lantai
dasar sebuah gedung yang disebut Sekolah Indonesia Cairo atau biasa disebut SIC.
Lantai dasar itu cukup luas dan benar-benar layak disebut masjid. Beberapa kali
Bapak Duta Besar Indonesia di Cairo mengundang diplomat negara lain yang muslim
untuk shalat Jum'at di masjid ini. Dari gerbang masjid aku menangkap suara riuh
anak-anak mengeja Al-Qur'an. Mereka adalah putera-puteri para pejabat KBRI yang
belajar mengaji dibimbing oleh mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang sedang
belajar di Al Azhar. Kupersilakan Aisha masuk.
65 Kulihat ada dua kelompok anak-anak mengaji. Di sebelah selatan dekat
mihrab, kelompok putera dibimbing oleh Fathurrahman dan Hasyim, keduanya
mahasiswa Al Azhar yang mengabdikan diri menjadi takmir. Di sebelah utara,
kelompok puteri dibimbing oleh seorang perempuan bercadar, aku tidak tahu
namanya dan seorang mahasiswi yang aku kenal yaitu Nurul, Ketua Wihdah.
Diam-diam aku salut pada Nurul. Meskipun ia jadi ketua umum organisasi mahasiswi
Indonesia paling bergengsi di Mesir, tapi ia tidak pernah segan untuk menyempatkan
waktunya mengajar anak-anak membaca Al-Qur'an. Setelah bersalaman dengan
Fathurrahman dan Hasyim, kuajak Aisha menemui Nurul yang sedang mengajar, dan
beberapa kali melihat ke arah kami. Mungkin ia heran melihat aku datang bersama
seorang perempuan bercadar. Selama ini aku dikenal tidak pernah jalan bersama
seorang perempuan mana pun.
Kukenalkan Aisha pada Nurul dan Nurul pada Aisha. Kujelaskan siapa Aisha
pada Nurul dan kujelaskan siapa Nurul pada Aisha. Nurul menyambut Aisha dengan
senyum mengembang. Setelah mereka berbincang beberapa kalimat, barulah aku
minta diri pada mereka untuk mempersiapkan khutbah. Sebelumnya aku jelaskan
pada Aisha jika masih ingin berbincang, selepas shalat Jum'at ada waktu, meskipun
sebentar. Meskipun telah mandi, aku merasa perlu mandi lagi agar segar kembali. Musim
panas selalu membuatku ingin mandi berkali-kali. Aku langsung ke ruang takmir yang
tidak asing lagi bagiku. Melepas pakaian ganti sarung dan mandi. Masjid ini bisa
dikatakan sangat lengkap peralatannya. Mulai dari peralatan ibadah, sound system,
dan lain sebagainya. Bahkan peralatan dapur pun ada. Masjid memiliki dapur yang
integral dengan dapur SIC. Memang kelebihan materi jika dialirkan untuk ibadah
membuat segalanya jadi indah. Usai mandi aku kembali ke kamar takmir. Hasyim
meminjamkan sarung baru, jas, serban dan kopiah putih. Aku memang sudah
memesannya Jum'at yang lalu. Hasyim sudah paham, di antara sekian banyak
mahasiswa yang mendapat jadwal khutbah hanya aku yang paling aneh. Datang
memakai pakaian santai. Mandi dan merapikan diri di masjid. Sebab perjalanan dari
Hadayek Helwan sampai Dokki cukup memakan waktu. Aku tidak mau ribet.
Pukul 12.00 pengajian anak-anak selesai. Pukul 12.20 Hasyim membaca
Al-Qur'an dengan mujawwad menunggu jamaah datang. Pukul 12.35 ritual ibadah
shalat Jum'at di mulai. Bapak Duta ada di barisan ketiga. Beliau datang agak
26 Tjeng Hun m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terlambat. Tema khutbah yang diberikan takmir kepadaku adalah 'Indahnya Cinta
66 Karena Allah.' Selesai pukul 13.20. Kami lalu makan bersama di belakang masjid.
Menunya adalah Coto Makasar dan Es Buah.
Usai makan aku mendekati Aisha dan Nurul untuk pamitan. Kutanyakan pada
Aisha apa masih ada yang bisa kubantu. Sebuah pertanyaan basa-basi. Dia bilang
tidak. Kutanyakan apa mau pulang bersama. Sebab jalurnya sama. Sekali lagi sebuah
pertanyaan basa-basi. Dia jawab masih ada yang dibicarakan dengan Nurul. Lalu Aku
teringat Noura. "Nur, bagaimana kabar Noura?"
"Dia sudah mulai dekat dengan kita-kita dan bisa tertawa."
"Dia cerita tentang dirinya nggak?"
"Ya. Tapi baru sebatas sekolahnya."
"Tentang perlakuan keluarganya padanya?"
"Belum." "Tolong dekati dia. Sepertinya dia memendam masalah serius. Perlakuan
keluarganya selama ini tidak wajar. Kata Tuan Boutros, kita tidak akan bisa membantu
kalau dia tidak jujur menjelaskan masalahnya. Kenapa malam-malam sampai
dicambuk dan diusir ayahnya. Dia cerita pada Maria, ayah dan dua kakak perempuan
m (http://cerita-silat.mywapblog.com)
2732. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
enyuruh dia melakukan suatu pekerjaan yang dia tidak bisa melakukannya.
Pekerjaan apa itu" Dan kenapa dia tidak bisa melakukannya" Apa masalah dia
sesungguhnya. Kalau ayahnya menuntut dia harus kerja untuk dapat uang, Madame
Nahed, ibunya Maria menawarkan dia bisa kerja di kliniknya sore hari. Tolong Nur,
kau dekati dia dan bicaralah dari hati ke hati. Aku paling tidak tahan kalau melihat ada
orang tertindas dan menderita di depan mataku."
"Insya Allah Kak."
"Oh ya, ini, untuk biaya makan Noura satu bulan. Semoga cukup," aku
mengulurkan amplop yang baru kuterima dari takmir.
"Tidak usah Kak."
"Sudah jangan pakewuh. Kita sama-sama mahasiswa. Kita makan juga iuran.
Kalau uang dapur ngepres kita juga ketar-ketir. Ayo terimalah! Apalagi Noura orang
Mesir, dia tidak bisa selalu makan masakan kalian. Dia harus makan makanan Mesir
dan itu perlu biaya 'kan" Terimalah!"
67 Akhirnya Nurul mau menerimanya.
Bagaimana mungkin aku yang sudah merepotkan mereka masih juga
membebankan biaya pada mereka. Dakwah ya dakwah. Ibadah ya ibadah. Tapi
elokkah ongkos dakwah dan ibadah dibebankan orang lain"
Aku jadi teringat sepenggal episode perjalanan hijrah Nabi. Ketika akan
berangkat hijrah ke Madinah beliau diberi seekor onta oleh Abu Bakar. Namun beliau
tidak mau menerimanya dengan cuma-cuma. Beliau mau menerima dengan syarat
onta itu beliau beli. Abu Bakar inginnya memberikan secara cuma-cuma untuk
perjalanan hijrah Nabi. Tapi baginda Nabi tidak mau beban sarana dakwah dipikul
oleh Abu Bakar yang tak lain adalah umatnya. Baginda Nabi tidak mau menggunakan
kesempatan pengorbanan orang lain. Abu Bakar punya keluarga yang harus dihidupi.
Dakwah harus berjalan profesional meskipun pengorbananpengorbanan tetap
diperlukan. Dan Nabi mencontohkan profesional dalam berdakwah. Beliau tidak mau
menerima onta Abu Bakar kecuali dibayar harganya. Mau tak mau Abu Bakar pun
mengikuti keinginan Nabi. Onta itu dihargai sebagaimana umumnya dan Baginda
Nabi membayar harganya. Barulah keduanya berangkat hijrah. Itulah pemimpin sejati.
Tidak seperti para kiai di Indonesia yang menyuruh umat mengeluarkan shadaqah
jariyah, bahkan menyuruh santrinya berkeliling daerah mencari sumbangan dana
dengan berbagai macam cara termasuk menjual kalender, tapi dia sendiri cuma
ongkang-ongkang kaki di masjid atau di pesantren.
Ketika seseorang telah disebut 'kiai' dia lalu merasa malu untuk turun ke kali
mengangkat batu. Meskipun batu itu untuk membangun masjid atau pesantrennya
sendiri. Dia merasa hal itu tugas orang-orang awam dan para santri. Tugasnya adalah
mengaji. Baginya, kemampuan membaca kitab kuning di atas segalanya. Dengan
membacakan kitab kuning ia merasa sudah memberikan segalanya kepada umat.
Bahkan merasa telah menyumbangkan yang terbaik. Dengan khutbah Jum'at di
masjid ia merasa telah paling berjasa. Banyak orang lalai, bahwa baginda Nabi tidak
pernah membacakan kitab kuning. Dakwah nabi dengan perbuatan lebih banyak dari
dakwah beliau dengan khutbah dan perkataan. Ummul Mu'minin, Aisyah ra. berkata,
"Akhlak Nabi adalah Al-Qur'an!" Nabi adalah Al-Qur'an berjalan. Nabi tidak canggung
mencari kayu bakar untuk para sahabatnya. Para sahabat meneladani apa yang
beliau contohkan. Akhirnya mereka juga menjadi Al-Qur'an berjalan yang menyebar
1 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ke seluruh penjuru dunia Arab untuk dicontoh seluruh umat. Tapi memang, tidak
mudah meneladani akhlak Nabi. Menuntut orang lain lebih mudah daripada menuntut
68 diri sendiri. "Nanti kalau ada apa-apa, atau ada yang kurang bilang saja. Juga kalau Noura
sudah menceritakan masalahnya, langsung kontak secepatnya!" kataku pada Nurul.
Nurul mengangguk. Aku minta diri. Aku berdoa semoga masalah Noura segera
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
selesai dan gadis malang itu tidak lagi menanggung derita yang mengenaskan.
Bagaimana mungkin seorang ayah tega menyambuk anak gadisnya sampai
mengelupas punggungnya. Di mana rasa kasih sayangnya" Apakah dia tiada pernah
mendengar sabda nabi, siapa yang tidak memiliki rasa kasih sayang dia tidak akan
disayang oleh Allah"
*** Dari El-Behous aku langsung ke Attaba. Aku harus mencari hadiah untuk
Madame Nahed dan Yousef menyambut hari istimewa mereka. Meskipun sederhana,
pasti akan jadi kejutan tersendiri, bahwa tetangganya dari Indonesia memberikan
hadiah yang tiada disangka.
Aku ingat acara dunia wanita yang ditayangkan Nile TV. Di antara bendabenda
yang disukai wanita adalah tas tangan. Kurasa tidak salah kalau aku menghadiahi
Madame Nahed dengan tas tangan. Dan untuk Yousef aku akan belikan kaset
percakapan bahasa Perancis dan kamusnya. Kuharap dia senang. Sebab dia pernah
bilang jika kuliah nanti ingin mengambil sastra Perancis.
Attaba adalah pasar rakyat terbesar di Mesir. Semua ada. Harganya relatif
lebih murah dibandingkan tempat yang lain. Meskipun begitu, seni menawar dan
bergurau tetap penting untuk memperoleh harga miring. Orang Mesir paling suka
dengan lelucon dan guyonan. Teater rakyat di Mesir sampai sekarang masih eksis,
penontonnya selalu penuh melebihi gedung bioskop. Itu karena sandiwara humornya.
Film Shaidi Fi Jamiah Amrika atau 'Orang Kampung di Universitas Amerika' adalah
film yang sukses besar karena kocaknya. Mona Zaki bintang Lux Mesir itu tampil
kocak di film itu. Aku sering mengumpulkan pepatah-pepatah kocak Mesir yang
membuat orang Mesir akan terkaget dan tertawa saat kuajak bicara. Mereka akan
terheran-heran aku dapat pepatah itu dari mana. Universitas Al Azhar tidak mungkin
mengajarkannya. Pernah, seorang pedagang gendut yang kelihatannya enak diajak
guyon kusapa dengan 'Ya Kapten, kaif hal waz zaman syurumburum!"70 Ia kaget dan
terheran-heran. Aku tertawa dia pun tertawa. Kata-kata syurumburum adalah
70 Hei Kapten, apa kabar, zaman kok syurumburum (nggak jelas begini).
69 kata-kata aneh. Cara menyapa aneh ini aku dapat dari seorang pemilik qahwaji71 di
Sayyeda Zaenab. Ohoi, sebetulnya hidup di Mesir sangat menyenangkan. Penuh seni dan
hal-hal mengejutkan. Di toko tas dan sepatu milik seorang lelaki muda bermuka bundar aku berhasil
membawa tas tangan putih cantik dengan harga 50 pound. Padahal di tiga toko
sebelumnya tas yang sama merk dan bentuknya tidak boleh 70 pound. Itu karena
guyonan renyah. Ketika berbincang-bincang aku tahu dia penggemar aktor komedi
2 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
legendaris Ismael Yaseen. Kubilang padanya aku ini cucu Ismael Yaseen.
Lalu aku perlihatkan tingkah, mimik dan gaya bicara seperti Ismael Yasin. Dia
terpingkal. Dan tas itu pun kena. Setelah dapat tas aku mencari kaset dan kamus
untuk Yousef. Kutemukan yang murah di toko kaset Sono Cairo. Dalam perjalanan
pulang di dalam metro ada anak kecil berjualan koran. Aku ambil dua, Ahram dan
Akhbar El-Yaum. Menjelang Ashar aku tiba di flat dengan tenaga yang nyaris habis dan darah
menguap kepanasan. Benar-benar lemas. Rudi tahu aku pulang dan sangat
kelelahan. Ia membawakan segelas karikade dingin. Rasanya sangat segar.
Meskipun Rudi orang Medan yang kalau berbicara tidak bisa sehalus orang Jawa, tapi
hatinya halus dan penuh pengertian. Melihat bungkusan yang aku bawa dia
penasaran. Ia minta izin membukanya. Dia kaget aku beli tas wanita.
"Untuk siapa ini Mas" Sudah punya calon rupanya" Diam-diam menghanyutkan. Tapi memang sudah saatnya. Oh iya, tadi Nurul nelpon. Janganjangan dia nih
calonnya. Terus ini beli kaset percakapan bahasa Perancis segala,
memangnya mau S.3. ke Sorbonne apa" Aku jadi ingat wawancara di bulletin Citra
bulan lalu, Si Ketua Wihdah itu katanya juga sedang kursus bahasa Perancis di Ain
Syams. Pas buanget. Benarlah kata orang Inggris, love and a cough cannot be hid.
Cinta dan batuk tidak dapat disembunyikan!"
"Sudahlah Akhi. Aku lagi capek sekali. Nanti habis maghrib aku jelaskan
semua. Tidak usah berprasangka yang bukan-bukan."
Anak muda di mana-mana sama.
Mataku sudah liyer-liyer. Rudi bangkit, "Akh, aku istirahat sebentar. Jam lima
71 Kedai kopi. 70 seperempat dibangunkan ya?"
"Kalau ada telpon dari Nurul bagaimana?"
"Sudah jangan terus menggoda."
"Congratulation Mas. She is the star, she is the true coise, she will be a good
3 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
wife!" Anak ini kalau menggoda tak ada habisnya. Agak keterlaluan sebenarnya. Tapi
aku malas meladeninya. Aku memejamkan mata. Tak perlu kutanggapi sekarang,
nanti juga dia akan tahu yang sesungguhnya.
71 6. Hadiah Perekat Jiwa Senja musim panas sungguh indah meskipun tetap tidak seindah musim semi.
Aku membuka jendela kamar lebar-lebar. Semburat mega kemerahan menghiasi
langit. Bau uap pasir masih terasa. Angin bertiup semilir seolah menghapus hawa
panas. Jendela Maria kelihatannya juga terbuka. Habis maghrib paling enak
memang membuka jendela. Membiarkan angin semilir mengalir. Sayup-sayup aku
mendengar Maria bernyanyi.
Kalimatin laisat kal kalimaat!
Ia melantunkan lagu Majida Rumi dengan sangat indah. Suara Maria memang
seindah suara penyanyi tersohor dari Lebanon itu.
Di kamar sebelah Saiful masih membaca An-Naml. Spontan aku menangkap
makna ayat-ayat yang dibaca Saiful. Seekor semut berseru pada teman-temannya,
"Hai semut-semut sekalian cepat masuklah ke dalam liang kalian. Sebentar lagi
Sulaiman dan bala tentaranya akan lewat, kalian bisa terinjak kaki mereka dan
mereka sama sekali tidak merasa menginjak kalian!" Nabi Sulaiman ternyata
mendengar dan mengerti apa yang diucapkan semut itu. Nabi Sulaiman tersenyum.
Aku pun tersenyum. Aku duduk di depan meja belajar. Menulis beberapa baris kalimat indah untuk
Yousef dan Madame Nahed dalam dua kertas berbeda. Masing-masing kumasukkan
amplop. Dan kumasukkan dalam dua kardus kecil yang siap kubungkus. Hamdi dan
Rudi masuk. "Katanya mau membuat konferensi pers Mas?" canda Hamdi. Rudi
cengar-cengir. "Panggil Saiful sekalian!" sahutku tenang. Agaknya Saiful mendengar
pembicaraan kami. Dia menyudahi bacaan Al-Qur'annya dan menyahut, "I'm coming!"
"Rud, tolong sambil kau bantu membungkus yang satu! Kau 'kan jagonya
membungkus kado," pintaku pada Rudi.
"Beres Mas." Sambil membungkus kado aku menjelaskan untuk siapa kado ini sebenarnya.
"Kita mengamalkan hadits Nabi, Tahaadu tahaabbu! Salinglah kalian memberi hadiah
maka kalian akan saling mencintai! Ini waktu yang tepat untuk memberikan kejutan
pada tetangga kita yang baik itu. Mereka sering sekali memberi makanan dan
72 minuman kepada kita. Mereka juga perhatian pada kita. Jadi begitu sesungguhnya.
Bukan untuk calon isteri. Jangan berprasangka sebab sebagian prasangka itu dosa!"
Mereka semua menganggukkan kepala. Rudi minta maaf. Kubalas dengan
senyum. "Kapan kado ini akan disampaikan Mas?" tanya Saiful.
"Insya Allah nanti menjelang mereka tidur," jawabku.
4 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Bagaimana kita tahu mereka mau tidur?" sahut Hamdi.
"Jika aku mendengar Maria menutup jendela, biasanya dia siap untuk tidur.
Dan Maria bilang mamanya selalu tidurnya lebih lambat darinya."
*** Kira-kira pukul sebelas kudengar suara jendela ditutup. Itu Maria. Dua menit
kemudian kukirim pesan ke nomor handphone-nya:
"Kalau mau tidur jangan lupa doa! Semoga mimpi bertemu Al-Masih."
Tak lama kemudian datang balasan,
"Bagaimana kamu tahu aku akan tidur?"
Kujawab, "Firasat orang beriman banyak benarnya."
"Kau benar. Selamat malam."
Saatnya telah tiba. Kuajak teman-teman semua ke atas. Ke rumah Maria. Aku yakin Yousef dan
Madame Nahed belum tidur. Tuan Boutros mungkin baru akan tidur. Kami menekan
bel dua kali. Yousef membuka pintu dan melongok.
"Oh kalian. Ada perlu?" tanya Yousef. Ia belum melihat hadiah yang kami
bawa. "Mama ada" Kami perlu bicara dengan beliau," tukasku.
"Ayo masuk." Yousef ke dalam memanggil mamanya. Tak lama kemudian Madame Nahed
keluar dengan sedikit kaget. Biasanya kami selalu berurusan dengan Tuan Boutros
atau Maria. Jarang sekali dengan beliau.
73 "Malam-malam begini mencari saya ada apa ya" Apa ada yang sakit?" tanya
beliau yang memang seorang dokter, tapi tidak praktek di rumah.
"Maafkan kami Madame, jika kedatangan kami mengganggu. Kami datang
untuk mengungkapkan rasa cinta dan hormat kami pada keluarga ini. Kebetulan kami
telah menyiapkan hadiah ala kadarnya. Ini untuk Madame dan yang satunya untuk
Yousef. Hadiah sederhana untuk ulang tahun Madame dan Yousef. Kami mendoakan
semoga Madame dan Yousef bahagia dan berjaya." Aku menjelaskan maksud
kedatanganku dan teman-teman.
Madame Nahed benar-benar terkejut. Ia menerima hadiah itu dengan mata
berkaca-kaca. Yousef mengucapkan terima kasih tiada terhingga. Setelah itu kami
mohon diri meskipun Madame Nahed ingin kami minum kopi dulu.
"Kami tahu sudah saatnya istirahat. Kami tidak ingin istirahat Madame dan
Yousef terganggu." Madame Nahed tidak bisa mengucapkan apa-apa kecuali terima kasih
berkali-kali. Saat kami menuruni tangga, kami mendengar Madame Nahed
berteriak-teriak senang memanggil Maria dan Tuan Boutros. Selanjutkan kami tidak
tahu apa yang terjadi dalam rumah Madame Nahed itu.
Ketika aku bersiap untuk tidur, handphone-ku memekik. Ada pesan masuk.
Kubaca. Dari Maria, "Apa yang kalian lakukan sampai membuat Mama menangis haru?"
Aku merasa tidak perlu menjawab. Hatiku mengucapkah puji syukur kepada
Tuhan berkali-kali. Tidak sia-sia rasanya panas-panas ke Attaba.
Maria kembali mengirim pesan,
"Hai orang Indonesia, kenapa tidak dijawab" Kau sudah tidur ya?"
Aku jawab, "Ya."
5 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Apa pesan masuk lagi. Tidak kulihat. Aku harus istirahat. Tiba-tiba mataku
berkaca-kaca aku belum pernah memberikan kado pada ibuku sendiri di Indonesia.
Sebelum kenal Kairo aku adalah orang desa yang tidak kenal yang namanya kado. Di
desa hadiah adalah membagi rizki pada tetangga agar semua mencicipi suatu nikmat
anugerah Gusti Allah. Jika ada yang panen mangga ya semua tetangga dikasih biar
ikut merasakan. Ulang tahun tidak pernah diingatingat oleh orang desa. Yang diingat
adalah netu, atau hari lahir menurut hitungan Jawa, misalnya Kamis Pon, Jum'at
74 Wage dan seterusnya. Pada hari itu, seperti yang kuingat waktu kecil dulu, ibu akan
membuat bubur merah atau makanan lengkap dengan lauk-pauknya di letakkan di
atas tampah yang telah dialasi dengan daun pisang. Tampah adalah wadah seperti
nampan bundar besar yang terbuat dari bambu Di bawah daun pisang ibu meletakkan
uang recehan banyak sekali. Setelah siap semua teman-temanku dipanggil untuk
makan bersama. Sebelum makan ibu mengingatkan agar kami tidak lupa membaca basmalah
bersama. Jika Mbah San kebetulan ada, ibu akan minta Mbak Ehsan berdoa dan
kami, anak-anak, mengamininya. Barulah kami makan berramairamai. Setelah
makanannya habis kami akan membuka daun pisang yang tadi dibuat alas makan.
Lalu kami berebutan mengambil uang receh dengan serunya. Semua kebagian.
Sebab jika ada yang dapat uang lebih dan ada yang tidak dapat maka sudah jadi
kewajiban yang dapat lebih untuk membaginya pada yang tidak dapat. Biasanya ibu
sudah menghitung jumlah anak yang akan diundang dan uangnya sesuai dengan
jumlah anak itu. Jadi semuanya dapat jatah sama. Sebenarnya kami tahu jatah uang
logamnya satu-satu. Tapi selalu saja dibuat rebutan dahulu. Masa kecil yang seru.
Begitulah cara ibu-ibu di desaku menyenangkan hati anak-anak kecil. Kenangan
indah yang tiada terlupakan. Lebih indah dari pesta meniup lilin dan bernyanyi happy
bird day to you. Pernah ada kiai muda dalam suatu pengajian di surau melarang ibu-ibu
membuat pesta untuk anak-anak seperti itu. Katanya itu bid'ah. Ibu-ibu bingung dan
lapor pada Mbah Ehsan. Mbah Ehsan yang pernah belajar di Pesantren Mambaul
Ulum Surakarta itu hanya tersenyum dan bilang tidak apa-apa, tidak bid'ah, malah
dapat pahala menyenangkan anak kecil. Kanjeng Nabi adalah teladan. Beliau paling
suka menyenangkan hati anak kecil.
Ketika aku sudah sampai Mesir, dan setelah membaca kitab Al I'tisham
karangan Imam Syathibi dan kitab As-Sunnah Wal Bid'ah yang ditulis Syaikh Yusuf
Qaradhawi aku merenungkan kembali jawaban Mbah Ehsan. Sungguh suatu jawaban
yang sangat arif. Sungguh tidak mudah untuk membid'ahkan suatu perbuatan terpuji
yang tiada larangan dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Sungguh tidak bijak bertindak
sembarangan menghukumi orang.
Pada kenyataannya, ibu-ibu di desa tidak pernah menganggap pesta pada
netu anaknya sebagai suatu kewajiban agama yang harus dilakukan. Yang jika
dilakukan dapat pahala jika tidak dapat dosa. Atau sebagai ibadah sunah, jika
75 dilakukan dapat pahala jika ditinggal tidak apa-apa. Tidak ada anggapan itu masuk
bagian dari ajaran agama. Apa yang dilakukan ibu-ibu di desa tak lebih dari ungkapan
rasa sayangnya pada anaknya. Ia ingin anaknya merasa senang. Dan teman
anak-anaknya juga senang. Itu saja.
Orang desa adalah orang yang hidupnya susah dan pas-pasan. Jika punya
6 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kelebihan rizki sedikit saja ingin berbagi kepada sesama. Ibu-ibu ingin menanamkan
hal itu dalam jiwa anak-anaknya. Ketika seorang ibu di desa memiliki rizki ia ingin
membahagiakan anaknya. Membuatkan sesuatu yang istimewa untuk anaknya. Tapi
ia juga ingin anaknya membagi kebahagiaan dengan teman-temannya. Maka
dibuatlah makanan yang agak banyak untuk dibancak bersama-sama. Adapun itu
dipaskan dengan hari netu anaknya adalah agar anaknya merasa memiliki sesuatu
istimewa. Ia merasa dihormati, dicintai dan disayangi. Hari itu ia merasa memiliki rasa
percaya diri. Ia merasa ada sebagai manusia. Ia didoakan oleh teman-temannya yang
mengamini doa Mbah Ehsan. Atau ia merasa ketika seluruh teman-temannya
membaca basmalah bersamasama, itu adalah doa mereka untuk dirinya. Pada hari itu
anak orang paling miskin di suatu desa sekalipun akan tumbuh rasa percaya dirinya.
Sebab anak orang kaya ikut serta makan satu nampan dengan seluruh anak-anak
yang ada. Anak orang kaya makan pada nampan yang dibuat ibunya untuk dirinya
pada hari istimewanya. Ia tidak merasa rendah diri. Seluruh anak-anak desa merasa
sama. Makan bersama. Cuil mencuil tempe. Saling tarik menarik secuil rambak. Dan
tertawa bersama. Lalu rebutan uang receh dan saling berbagi. Orang-orang desa
adalah orang-orang susah dan mereka kaya akan cara menutupi kesusahan mereka
dan menyulapnya menjadi kebahagian yang bisa dirasakan bersama-sama.
*** Pagi usai shalat shubuh ada orang menekan bel. Ternyata Yousef. Ia datang
untuk sekali lagi mengucapkan terima kasih dan mengabarkan kami sesuatu,
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mama ingin membuat pesta ulang tahun kami berdua di sebuah Villa di
Alexandria. Kalian satu rumah kami undang. Semua ongkos perjalanan jangan
dipikirkan Mama sudah siapkan," ucapnya dengan mata berbinar-binar. Kulihat wajah
teman-teman cerah. Wisata gratis ke Alexandria siapa tidak mau. Lain dengan diriku.
Bulan ini jadwalku padat sekali. Terjemahan belum selesai. Proposal tesis. Mengaji
dengan Syaikh Utsman yang sangat sayang jika aku tinggalkan, meskipun cuma satu
hari. Dan lain sebagainya. Aku merasa tidak bisa ikut. Tapi aku pura-pura bertanya,
76 "Kapan?" "Minggu depan. Menurut ramalan cuaca sudah tidak terlalu panas.
Rencananya berangkat Sabtu, setengah dua siang. Menginap di sana semalam.
Minggu sore sebelum maghrib baru pulang. Bagaimana, kalian bisa 'kan" Kalian 'kan
masih libur?" kata Yousef.
Meskipun wajah teman-teman tampak cerah, tapi mereka tidak spontan
menjawab. Mereka sangat menghargai diriku sebagai kepala rumah tangga dan
sebagai yang tertua. "Kurasa teman-teman bisa ikut. Tapi mohon maaf, saya tidak bisa. Sebab
jadwal saya padat sekali. Terus terang saya sedang menyelesaikan proyek
terjemahan dan sedang menggarap proposal tesis. Sampaikan hal ini pada Mama
ya?" jawabku. "Mas, kenapa tidak diluangkan satu hari saja sih. Kasihan mereka 'kan?" sahut
Rudi. "Rud, semua orang punya skala prioritas. Banyak hal penting di hadapan kita,
tapi kita tentu memilih yang paling penting dari yang penting. Aku punya kewajiban
menyelesaikan kontrak. Itu yang harus aku dahulukan daripada ikut ke Alex. Jika ada
rencana yang tertunda dua hari saja, maka akan banyak rencana yang rusak.
Tolonglah pahami aku. Silakan kalian ikut aku tidak apa-apa. Sungguh!" jelasku
7 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mohon pengertian teman-teman satu rumah. Yousef mengerti semua yang aku
katakan sebab Rudi dan aku mengatakannya dalam bahasa Arab.
"Baiklah. Akan aku sampaikan ini pada Mama," ujar Yousef sambil bangkit
minta diri. Aku beranjak ke kamar untuk menyalakan komputer.
Sementara Saiful ke dapur untuk piket masak. Rudi dan Hamdi tetap di ruang
tamu membaca-baca koran yang kemarin kubeli.
Baru saja aku mengetik tujuh baris. Bel kembali berbunyi.
"Mas Fahri, Yousef!" teriak Hamdi.
Aku bergegas ke depan. "Begini Fahri. Setelah aku beritahukan semuanya, Mama memutuskan untuk
membatalkan rencana ke Alex," ucap Yousef dengan kerut muka sedikit kecewa.
"Kenapa?" 77 "Karena kau tidak bisa ikut."
"Kan acara tetap bisa berjalan dengan baik tanpa keikutsertaanku."
"Pokoknya itu keputusan mama."
"Ana asif jiddan! Wallahi, ana asif jiddan!72" ucapku sedih. Sebetulnya aku tidak
ingin mengecewakan siapapun juga.
"Tak apa-apa. Mama ingin menggantinya dengan sebuah acara yang tidak
akan menyita waktu banyak. Dan untuk acara ini mama minta dengan sangat kalian
bisa ikut semua. Sekali lagi dengan sepenuh permohonan, tidak boleh ada yang tidak
bisa." "Acaranya apa, dan kapan?"
"Kami sekeluarga akan mengajak kalian sekeluarga ke sebuah restaurant di
Maadi untuk makan malam. Kalian tidak boleh menolak. Begitu pesan mama."
Aku berpikir sejenak. "Sudahlah Mas. Untuk yang ini sedikit toleranlah. Masak jadwal menerjemahnya ketat buanget sih!" desak Hamdi.
"Baiklah. Insya Allah, kami sekeluarga bisa. Jam berapa kita berangkat?"
kulihat wajah Yousef lebih cerah. Ia tersenyum.
"Setelah kalian shalat maghrib kita langsung berangkat. Biar tidak
kemalaman," ucapnya senang.
8 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Waktu yang tepat sekali," gumamku.
"Kalau begitu aku naik dulu. Terima kasih atas kesediaannya."
"Terima kasih atas ajakannya."
Hamdi, Rudi, dan Saiful tersenyum riang.
"Wah lumayan. Pengiritan uang dapur," kata Saiful.
"Sekali-kali kita makan di restaurant mewah, masak cuma bisa makan qibdah
35 piaster," sahut Rudi.
"Memang enaknya punya tetangga baik," tukas Hamdi.
" Hei, jangan lupa sama teman. Si Mishbah diberi tahu suruh pulang. Harus
72 Aku menyesal sekali. Demi Allah, saya sangat menyesal.
78 sampai rumah sebelum maghrib." Selorohku sambil berjalan masuk kamar untuk
kembali menerjemah. Tak lama kemudian kudengar Si Hamdi berbicara di telpon.
Mishbah akan pulang selepas shalat ashar.
Baru lima halaman Rudi berteriak, "Mas Fahri telpon from the true coise!" Rudi
itu masih meledek aku rupanya ia menyebut Nurul "the true coise". The true coise bagi
siapa" Aku mendesah panjang. Pagi-pagi mau tenang sedikit saja tidak bisa.
Kuangkat gagang telpon, "Halo. Siapa ya?"
"Alah, udah tahu pura-pura tanya pula!" celetuk Rudi dengan logat Medannya
yang membuat telingaku terasa gatal. Anak ini resek sekali.
"Ini Nurul. Ini dengan Kak Fahri ya?" suara di seberang sana.
"Ya. Kemarin katanya nelpon ya"Ada apa?"
"Ah enggak. Kemarin sebetulnya ada yang ingin Nurul tanyakan, tapi
jawabannya sudah ketemu."
"Lha ini nelpon ada apa?"
"Tentang Noura."
"Ada apa dengan Noura?"
"Tadi malam dia sudah menceritakan semuanya pada saya. Dia memang gadis
yang malang. Ceritanya sangat mengenaskan."
"Bagaimana ceritanya?"
"Maaf Kak, aku tidak bisa menceritakannya sekarang. Sangat panjang."
"Oh aku paham. Kau tutup saja telponmu. Biar aku yang telpon."
"Bukan pulsa masalahnya Kak."
"Terus enaknya bagaimana?"
"Sore nanti kami, pengurus Wihdah diundang Pak Atdikbud di rumahnya yang
dekat SIC. Kakak bisa nggak ke SIC jam lima?"
"Sayang nggak bisa Nur."
"Terus bagaimana?"
"Minggu-minggu ini jadwalku padat. Susah meluangkan waktu buat
appoinment baru. Bagaimana kalau segala yang diceritakan Noura kau tulis saja
semuanya. Pakai tulisan tangan tidak apa-apa. Kulihat cerpenmu pernah nampang di
79 bulletin Citra. Kayaknya lebih praktis. Lebih enak. Tapi kalau bisa secepatnya."
"Akan Nurul usahakan. Kapan Kakak ingin mengambilnya?"
9 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Aku berpikir sejenak. Kapan aku akan keluar ke Nasr City. Satu minggu lagi.
Terlalu lama. Oh ya, aku ingat, Mishbah masih di wisma dia akan pulang selepas
shalat ashar. Dan Rudi setelah makan pagi nanti akan pergi ke Wisma untuk diskusi.
"Kalau kau bisa menulisnya sekarang juga, habis zhuhur aku bisa minta teman
untuk mengambilnya."
"Insya Allah bisa. Siapa nanti yang mengambil Kak?"
"Kalau tidak Mishbah ya Rudi."
"Bilang jangan lebih jam tiga. Aku sudah tidak dirumah. Itu saja Kak ya."
"Terima kasih Nur."
"Kembali." Aku menutup gagang telpon dengan hati penasaran. Apa sesungguhnya yang
dialami oleh gadis Mesir yang lemah lembut bernama Noura itu. Aku berharap nanti
sore atau nanti malam sudah mengetahuinya.
80 7. Di Cleopatra Restaurant
"Dia benar-benar anak pelacur sial! Dia benar-benar anak setan! Anak tak tahu
diuntung. Kalau sampai tampak batang hidungnya akan kurajah-rajah mukanya biar
tahu rasa!" Kami mendengar Si Muka Dingin Bahadur menyumpah serapah dari dalam
flatnya dengan suara seperti guntur. Entah ada apa lagi. Lalu kami mendengar suara
perempuan membentak tak kalah sengitnya. Ia menyalahkan Si Muka Dingin dan
memakinya habis-habisan. Itu mungkin suara Madame Syaima, isteri Si Muka Dingin.
Madame Syaima tidak terima dibilang pelacur. Lalu terdengar tamparan dan jeritan.
Beberapa barang pecah. Kami berlima sudah sampai di halaman. Baru Yousef yang
turun menyusul. Pakaiannya fungky betul. Tuan Boutros, Madame Nahed dan Maria
belum turun. "Maaf ya agak terlambat. Biasa, perempuan dandan dulu," kata Yousef.
Kami manggut-manggut saja. Tak lama kemudian Tuan Boutros, Madame
Nahed dan Maria tampak menuruni tangga apartemen satu persatu. Mereka berjalan
mendekati kami. Tuan Boutros tampak lebih muda dari biasanya. Ia memakai kemeja
warna krem dengan lengan dilingkis. Madame Nahed berpenampilan seperti
aristokrat Perancis. Pafumnya menyengat. Ini yang aku tidak suka. Wanita Mesir
kalau memakai parfum seolah harus tercium dari jarak seratus meter. Yang paling
menawan tentu saja Maria. Dengan gaun malam merah tua dan menggelung
rambutnya ia terlihat sangat cantik. Wajah pualamnya seperti bersinar di kegelapan
malam. Mereka benar-benar siap ke pesta. Kami berlima berpakaian biasa saja. Si
Rudi malah memakai celana trening warna biru muda. Trening yang terkadang buat
main sepak bola. Memang benar-benar seadanya.
Tuan Boutros mengatur siapa yang ikut mobilnya dan siapa yang ikut mobil
Yousef. Keluarga itu memang memiliki dua mobil. Jeep Cheroke hijau metalik yang
biasa dibawa Tuan Boutos kerja dan sedan forsa hitam yang seringkali dibawa
Yousef. Empat orang dari kami ikut mobil Yousef. Madame Nahed dan Maria ikut
Tuan Boutros. Aku melangkah ke arah mobil Yousef. Namun Tuan Boutros
memanggil, "Fahri, kau ikut aku!"
"Ya, kau naik sini Fahri!" seru Madame Nahed.
Terpaksa aku belok ke mobil Cheeroke. Madame Nahed naik di depan dan
81 10 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
duduk di samping Tuan Boutros. Maria di belakang. Masak aku harus duduk di
samping Maria. Dan parfumnya itu. Nuraniku tidak setuju. Satu mobil tak apa, tapi
selama tempat duduk bisa di atur lebih aman di hati kenapa tidak. Aku mendekati
Madame Nahed dan berbicara dengan halus,
"Maaf Madame, boleh saya duduk di depan. Saya ingin berbincangbincang
dengan Tuan Boutros selama dalam perjalanan."
Madame Nahed tersenyum, "Oh ya, dengan senang hati."
Dia lalu turun dan pindah ke belakang duduk di samping puterinya. Aku naik
dan duduk di samping Tuan Boutros. Belum sempat Tuan Boutros menyalakan mesin
terdengar suara Si Muka Dingin memanggil dengan suara mengguntur,
"Hai Boutros tunggu!"
Kami semua menoleh ke asal suara. Si Muka Dingin datang dengan tergopoh.
"Di mana Noura kau sembunyikan, Boutros!"
Kami berpandangan. Si Muka Dingin telah berdiri di dekat Tuan Boutros.
Dengan tenang Tuan Boutros menjawab, "Apa saya tidak memiliki urusan yang lebih
penting dari mengurusi anakmu, heh?"
"Kau pasti tahu di mana Noura berada?"
"Siapa yang peduli dengan anakmu?"
"Malam itu sebelum tidur Mona melihat Maria turun menghibur Noura di jalan.
Kalian pasti tahu sekarang di mana Noura berada!"
"Malam itu malam itu apa" Aku tidak tahu! Kalau begitu tanya saja sama Maria.
Jangan tanya aku!" "Hai Maria bicara kau! Kalau tidak kusumpal mulutmu dengan sandal!" si Muka
Dingin menyalak keras seperti anjing.
Dadaku panas sekali mendengar kalimat Si Muka Dingin yang tidak tahu sopan
santun ini. Tuan Boutros kulihat menggerutukkan giginya, ia tentu marah puterinya
dibentak kasar begitu, tapi mukanya tetap tenang memandang ke depan. Ia tidak
menjawab sepatah kata pun.
"Tuan Bahadur, memang benar, malam itu aku turun menghibur Noura. Tapi
Noura tidak bisa dihibur. Ia menangis terus dan tidak berbicara sepatah kata pun
padaku. Aku jengkel, lalu ya kutinggal dia. Setelah itu aku tidak tahu kemana dia.
82 Kukira dia kembali ke rumah Anda."
"Hmm...jadi begitu. Anak itu memang keras kepala dan menjengkelkan bukan"
Kau saja dibuat jengkel. Aku ayahnya dibuat jengkel setiap hari. Kalau ketemu akan
kubunuh anak itu biar tidak membuat jengkel lagi!"
"Sudah cukup bicaramu Bahadur" Kami ada urusan!" Kata Tuan Boutros.
Si Muka Dingin tidak menjawab. Ia hanya pergi begitu saja sambil
mengepalkan tinjunya, ia mendesis "Kalau kembali anak itu akan kukuliti biar tahu
rasa!" "Puji pada Tuhan, Si Brengsek itu tidak macam-macam." Madame Nahed
mendesah lega. Tuan Boutros cepat-cepat menyalakan mesin. Lalu perlahan
menjalankan mobil meninggalkan halaman apartemen dibuntuti oleh Yousef. Selama
dalam perjalanan Tuan Boutros banyak bercerita tentang hal menjengkelkan Si Muka
Dingin. Aku meminta beliau tidak usah meneruskan. Aku minta topik pembicaraan
yang menarik, yang mengasyikkan, yang menyenangkan seirama dengan malam
kebahagiaan Madame Nahed. Maria memuji usulku. Madame Nahed lalu bercerita
tentang Maria kecil. Hal-hal kecil yang Maria lakukan. Maria sesekali menjerit manja
minta mamanya tidak meneruskan. Ia malu katanya. Tapi Madame Nahed malah
11 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seperti tertantang untuk menceritakan semakin banyak. Tuan Boutros sekali
menimpal kisah yang diceritakan isterinya. Maria jadi lakon. Aku diam saja. Hanya
sesekali bertanya, benarkah" Maria akan langsung menyahut, tidak benar, mama
bohong! Madame Nahed dan Tuan Boutros akan menyahutnya dengan tawa
terpingkal-pingkal. "Maria ini waktu kecil sampai umur empat tahun masih menetek. Umur lima
tahun masih ngompol apa nggak menyebalkan!" kata Madame Nahed memperolok
puterinya. "Benarkah itu?" sahutku santai sambil memandang sinar purnama yang
keperakan di atas riak sungai Nil yang memanjang di samping kiri jalan.
"Ah itu bohong. Tak mungkin itu terjadi!" tukas Maria cepat setengah teriak.
"Itu benar. Kalau tidak percaya nanti kalau bibinya yang bernama Latefa
datang tanyakan padanya," kata Tuan Boutros membela isterinya.
"Itu bukan sesuatu yang tidak baik. Tidak apa-apa. Menetek pada ibu dalam
waktu yang lama malah membuat cerdas. Begitu yang kubaca pada sebuah majalah,"
83 sahutku. Maria berterima kasih padaku karena aku membelanya.
Akhirnya Tuan Boutros memarkir mobilnya di halaman sebuah restaurant
mewah. Cleopatra Restaurant. Terletak di pinngir sungai Nile. Bersebelahan dengan
Good Shot dan Maadi Yacht Club. Pantas saja mereka berpakaian dan
berpenampilan serius. Kami berlima berpandang-pandangan.
"Santai saja. Kita ini turis. Turis 'kan biasa berpakaian santai?" bisik Hamdi
dalam bahasa Indonesia. "Tapi masak pakai trening yang sudar pudar warnanya begitu?" lirih Saiful
sambil meringis memandang Rudi. Aku tersenyum. Baru kali ini kulihat Rudi tidak
percaya diri. Muka anak Medan ini seperti kepiting rebus. Di antara kami berlima yang
berpakaian paling mengenaskan memang dia. Hamdi lumayan necis, tapi sandal kulit
bututnya membuat hati yang melihatnya tidak tahan. Sudah berkali-kali aku
mengingatkan agar keduanya membuang jauh-jauh adat klowor yang mereka bawa
dari pesantren tradisional. Tapi mereka masih saja suka klowor, padahal baginda
Nabi mencontohkan kerapian, kebersihan dan penampilan yang meyakinkan.
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Memang tidak mudah merubah watak dan gaya hidup. Namun Rudi dan Hamdi jauh
lebih baik dari saat pertama kali aku mengenal dan serumah dengannya. Sekarang
sudah mulai bisa membagi waktu dan disiplin. Kalau mau diskusi mau menyeterika
baju biar sedikit rapi. Tapi aku sangat menyayangkan mereka tadi tidak mau
mendengar nasihatku agar berpenampilan sedikit necis. Mereka hanya menyahut,
"Alah cuma mau makan saja kok repot-repot!"
Untung Saiful dan Mishbah mengerti nasihatku. Aku sendiri berpakaian tidak
bagus sekali namun juga tidak akan memalukan. Kaos katun hijau muda dan rompi
santai hijau tua, warna kesayangan. Tak kalah fungkynya dengan Yousef .
Tuan Boutros membawa kami masuk restoran dan memilihkan tempat duduk
yang paling menjorok ke sungai Nil seperti dek kapal. Terbuka tanpa atap,
bintang-bintang kelihatan. Restauran ini ada dua bagian. Bagian tertutup dan bagian
terbuka. Mejanya juga beraneka. Namun warnanya sama. Ada yang untuk dua orang.
Empat orang. Dan ada yang bundar untuk enam orang. Kami memilih dua meja
bundar yang berdekatan. Tuan Boutros, Madan Nahed, dan Maria telah duduk satu
meja terlebih dahulu. Aku mengajak Yousef duduk di meja yang satunya.
Teman-teman mengikuti aku. Pas enam orang. Tuan Boutros meminta satu di antara
12 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
84 kami duduk satu meja dengan mereka. Kusuruh Rudi. Dia tidak mau. Kupaksa Saiful.
Dengan agak ragu-ragu akhirnya dia beranjak juga. Kulihat para pengunjung yang
ada. Mereka berpakaian bagus-bagus. Ada sepasang orang bule. Yang lelaki pakai
jas yang perempuan pakai gaun malam resmi. Di pojok kanan orang Mesir gemuk
botak dengan isterinya. Keduanya rapi. Yousef berbisik kepadaku, "Ini restauran
orang besar. Para diplomat dan bisnisman sering kemari. Lihat siapa yang ada di
meja dekat lampu hias itu, kau pasti mengenalnya!"
Aku melihat ke arah yang ditunjukkan Yousef. Aku nyaris tidak percaya dengan
apa yang kulihat. Di sana ada Adel Imam dan Yusra sedang menyantap makanan dan
berbincang. Dua artis Mesir itu makan malam di restauran ini. Teman-teman
melongok ke arah keduanya. Yousef mengingatkan, "Jangan terlalu kelihatan heboh!
Restauran ini menjaga ketenangan dan kenyamanan pelanggannya."
Seorang pelayan menanyakan menu. Madame Nahed berkata kepada kami,
"Silakan pilih sendiri menunya. Jangan malu-malu. Hai Hamdi, kau pilih apa?"
Hamdi bingung. Ini baru pertama kalinya dia makan di restauran elite. Menunya
juga asing semua. "Semua masakan khas Timur Tengah ada," bisik Yousef.
Tiba-tiba Saiful beranjak mendekati aku dan berbisik, "Mas, tolong kau saja
yang satu meja dengan Tuan Boutros, aku tidak enak. Aku tidak bisa bicara banyak."
Wajahnya kulihat pucat. Aku merasa kasihan juga melihatnya. Kalau dia
sampai malu, dan pulang masih lapar padahal baru saja dari restauran besar, apa
tidak kasihan. Aku jadi teringat dengan cerita teman satu pondok dulu. Namanya
Bayu. Pakdenya dari ibu dapat isteri kalangan keraton Kasunanan dan tinggal di
kawasan elite Jakarta. Suatu kali ia liburan ke tempat Pakdenya itu. Di sana semua
serba teratur. Waktu tidur, waktu belajar, waktu istirahat, baju tidur, baju santai, dan
makannya juga teratur waktu dan tata caranya. Saat itu dia kelas tiga SMP. Dia yang
biasa di desa serba tidak teratur jadi grogi. Biasa makan tanpa sendok tanpa meja
makan, tanpa garpu dan lain sebagainya jadi serba grogi. Dia sebenarnya ingin
tambah karena masih lapar, tapi tidak berani. Padahal menunya sangat nikmat. Menu
yang jarang sekali ia makan di desanya. Ia takut untuk tambah. Ketika hendak tidur ia
merasa masih lapar. Ia tidak bisa tidur dengan perut lapar. Akhirnya ia minta izin pada
Pakdenya untuk keluar rumah sebentar. Ia pergi ke warteg dan makan sampai
kenyang. Ternyata anak pakdenya yang paling besar melihatnya saat baru pulang
85 dari rumah temannya. Ia pun ditanya sama budenya kenapa jajan padahal telah
tersedia banyak makanan, apa makanan di rumah budenya tidak enak" Ia tidak bisa
menjelaskan, malah menangis. Aku tidak mau teman-teman mengalami nasib tragis
seperti Bayu kecil itu. Sebelum beranjak ke meja Tuan Boutros, aku berpesan pada teman-teman
dengan bahasa Indonesia, "Nanti makan yang banyak santai saja. Jika masih ingin
tambah ya tambah saja seperti di rumah sendiri."
Tuan Boutros heran Saiful pindah tempat duduk. Kubilang ia ingin berbincang
dengan Yousef. Tuan Boutros menganggukkan kepala.
Pelayan restauran beralih mendekati aku dan bilang,
"Anda pesan apa" Teman-teman Anda ikut Anda?"
Madame Nahed tersenyum. Maria kelihatannya ingin tahu aku suka menu apa.
Untung aku pernah diajak makan malam ke sebuah restauran tak kalah elitenya di
13 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mohandesen oleh Bapak Atdikbud yang jadi ketua takmir masjid Indonesia di Cairo.
Jadi, aku tidak merasa asing sekali dengan menu yang tertulis.
"Minumnya Seasonal Fresh Fruits. Makannya Chicken Mugharabieh with
Valanciane Rice dan menu penutupnya minta Pineapple Gateau," kataku mantap. Itu
adalah menu yang dipilih Ibu Atdikbud yang waktu itu tidak aku rasakan. Sebab waktu
itu aku memilih menu utama Onion and Cheese Omelette yang tak jauh beda dengan
telur dadar, cuma lebih besar dan tebal. Waktu itu aku sedikit menyesal memilih menu
yang keliru. Ih jadi geli mengingatnya. Sekarang aku yakin sekali, aku tidak keliru pilih
menu. "Fathi, kau memilih menu kesukaanku," komentar Maria, ia lalu bilang pada
pelayan, "aku sama dengan dia." Tuan Boutros pilih Lamb Stew sedangkan Madame
Nahed pesan Chicken Kofta with Tomato Sauce dan Yousef suka Kabab Lahmul
Ghanam 73 . Begitu hidangan tersedia kami menyantap dengan tenang sambil
menikmati semilir angin sungai Nil dan sesekali melihat riang gelombangnya yang
keperakan diterpa sinar rembulan. Ketika kami sedang asyik makan seorang lelaki
berdasi menghampiri Tuan Boutros. Tuan Boutros berdiri dan berjabat tangan.
"Fahri, this is Mr. Rudolf from German, and Mr. Rudolf, this is Fahri from
Indonesia!" Tuan Boutros memperkenalkan kenalannya dengan pengucapan yang
73 Sate kambing. 86 sangat berlogat Arab. Mr. Rudolf menjabat tanganku erat.
"Pleased to meet you Mr. Rudolf." Sapaku pada bule di hadapanku dengan
tersenyum. Lalu aku berbasa-basi padanya dengan bahasa Jerman, "Sin Sie
Tourist?"74 Mr. Rudolf agaknya terkejut mendengar pertanyaanku.
"Nein. Sprechen Sie Deutsch?" 75 Mr. Rudolf balik bertanya dengan nada
heran apa aku bisa berbahasa Jerman.
"Ja." Jawabku sambil tersenyum. Lalu kami berbincang sesaat lamanya
dengan bahasa Jerman. Ia menerangkan dirinya adalah staf ahli atase perdagangan
Jerman di Kairo. Dia bertanya apa aku seorang diplomat. Kujelaskan statusku di
Mesir. Tuan Boutros menawarkan pada Mr. Rudolf untuk duduk bersama kami. Mr.
Rudolf mengucapkan terima kasih, ia ditunggu isterinya di meja yang lain, lalu
beranjak pergi. Madame Nahed menanyakan di mana aku belajar bahasa Jerman.
Dan menyayangkan Tuan Boutros yang tidak bisa berbahasa Jerman padahal banyak
koleganya yang berasal dari Jerman. Maria mengusulkan agar ayahnya belajar
bahasa Jerman padaku saja. Tuan Boutros hanya tersenyum mendengar celoteh
isteri dan puterinya. Usai makan kami tidak langsung pulang. Madame Nahed memesan koktail
dan mengajak kami semua ke bagian dalam, di sana ada hiburan musik klasik. Aku
sebenarnya ingin langsung pulang. Tapi Madame Nahed dan Tuan Boutros
memaksa, "Kita lihat sebentar saja."
Di bagian dalam, di tengah ruangan ada panggung kecil setinggi setengah
meter. Bentuknya bundar. Di atas panggung bundar itu ada seorang perempuan
muda berambut pirang menggesekkan biola dengan penuh penghayatan.
"Yang ia mainkan sekarang ini karya Bedhoven. Perempuan itu pemain biola
14 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terkenal dari Rumania." Seorang pelayan restoran berkata pada seorang wanita
setengah baya yang berada tak begitu jauh dariku.
Satu lagu selesai. Pengunjung bertepuk tangan. Pemain biola perempuan itu
kembali menggesek biolanya. Kali ini bernada riang. Beberapa orang pengunjung
74 75 Apakah Anda turis" Tidak, kau bisa bicara bahasa Jerman"
87 berdiri dari kursinya menuju ke dekat panggung. Mereka berdansa. Orang Mesir botak
yang tadi kulihat juga berdansa dengan isterinya.
Tuan Boutros meraih tangan Madame Nahed. Madame Nahed tersenyum dan
menengok pada Maria, "Maria, ayo cobalah kau berdansa. Sekali ini saja. Coba ajak
Fahri atau siapa terserah!"
Aku terkejut mendengarnya. Tuan Boutros menimpal, "Ya Fahri, Maria itu tidak
pernah mau berdansa. Coba kau ajak dia! Mungkin kalau kau yang mengajak dia
mau." Aku diam. Kulirik teman-teman. Mereka senyam-senyum. Tuan Boutros dan
Madame Nahed sudah larut dalam irama musik dan berdansa mesra. Maria
mendekatiku. "Fahri, mau coba berdansa denganku" Ini kali pertama aku mencoba
berdansa," lirihnya malu. Aku harus berbuat apa. Apakah aku harus ikut budaya
Eropa. Aku teringat kisah awal-awal Syaikh Abdul Halim Mahmud muda saat belajar
di Perancis. Beliau juga mendapat godaan yang tidak jauh berbeda dengan aku saat
ini. Dan Syaikh Abdul Halim Mahmud muda mampu melewati ujian itu dengan baik.
Beliau yang dikenal sebagai ulama sufi modern yang arif billah itu akhirnya dipilih
sebagai Grand Syaikh Al Azhar. Jika ada ahli ibadah dan wali di puncak gunung tanpa
godaan itu bukan sesuatu yang mengagumkan. Tapi jika ada ahli ibadah bisa
berinteraksi dengan baik di tengah kota metropolitan dengan segala hiruk pikuk
budaya hedonisnya itu mengagumkan. Begitu Syaikh Ahmad berkata padaku.
Tawaran Maria bagi seorang pemuda adalah tawaran menarik.
Siapa tidak suka bergandeng tangan dan berdansa dengan gadis secantik dia.
Di sinilah letak ujiannya.
"Maaf aku tidak bisa," jawabku sambil tersenyum dan menangkupkan dua
tangan di depan dada. "Sama, aku juga tidak bisa. Kita belajar bersama pelan-pelan. Mari kita coba!"
sahut Maria yang belum memahami sepenuhnya penolakanku.
"Maafkan aku Maria. Maksudku aku tidak mungkin bisa melakukannya. Ajaran
Al-Qur'an dan Sunnah melarang aku bersentuhan dengan perempuan kecuali dia
isteri atau mahramku. Kuharap kau mengerti dan tidak kecewa!" terangku tegas.
Dalam masalah seperti ini aku tidak boleh membuka ruang keraguan yang membuat
88 setan masuk ke dalam aliran darah.
"Oh begitu. Maaf, aku tidak tahu. Kalau tahu, aku tak mungkin menawarkan hal
15 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ini kepadamu. Aku salut atas ketegasanmu menjaga apa yang kau yakini," kata Maria.
Tak ada gurat kecewa di wajahnya.
"Maria aku keluar dulu. Aku mau menikmati keindahan sungai Nil. Jika ayahmu
sudah selesai panggil saja aku di luar," pesanku pada Maria sebelum aku melangkah
keluar. Yousef dan teman-teman membuntutiku. Lima belas menit kemudian Maria
memanggil kami untuk pulang. Pukul 22.45 kami sampai di halaman apartemen.
Teman-teman memuji menu yang kupilihkan. Aku yakin mereka kenyang.
*** Sampai di flat teman-teman tidak langsung tidur, mereka berbincang di ruang
tamu. Sementara aku masuk kamar dan membaca surat Nurul yang mengisahkan
apa yang dialami oleh Noura yang malang.
Nurul menulis, bahwa Noura mengaku sampai berumur delapan tahun sangat
bahagia dan disayang ayah ibunya yaitu Si Muka Dingin Bahadur dan Madame
Syaima. Keduanya bahkan sangat menyayanginya melebihi dua kakaknya. Dia
memang berbeda dengan kedua kakaknya. Sejak kecil dikenal cerdas, berkulit putih
bersih, berambut pirang, lincah dan cantik. Tidak seperti dua kakaknya yang hitam
seperti orang Sudan. Petaka itu datang ketika kakak sulungnya Mona pulang dari
sekolah dan menangis sejadi-jadinya. Setelah dibujuk ayah dan ibunya Mona
mengaku dihina oleh teman satu bangkunya di sekolah. Mona dihina sebagai anak
syarmuthah. Hinaan itu disebar ke seluruh kelas. Temannya itu mengatakan, 'Tidak
mungkin ibumu itu tidak melacur. Buktinya adik bungsumu berkulit putih bersih dan
berambut pirang. Dari mana bisa begitu kalau tidak melacur dengan orang lain.
Ayahmu 'kan kulitnya hitam dan negro seperti kamu dan ibumu!" tak ayal itu adalah
penghinaan yang sangat menyakitkan. Pada hari yang sama ayahnya sedang dipecat
dari kerjanya di pabrik baja. Dan pecahlah prahara itu. Malam harinya ayahnya
memaki-maki ibunya dan mencelanya sebagai pelacur. Ayahnya sejak itu tidak lagi
menyayanginya. Apalagi sebelumnya memang seringkali orang heran dengan
ketidaksamaan Noura dengan kedua orang tua dan kakaknya. Sejak itu Noura jadi
bulan-bulanan kedua kakaknya dan ayahnya. Ibunya seringkali melindungi dirinya.
Namun ketika ayahnya membawa perempuan lain yang cantik dan tidak hitam ke
rumah, ibunya menjadi terganggu pikirannya. Ia jadi seperti orang tidak waras.
89 Kadang menangis, marah, ngomel sendiri dan lain sebagainya. Kadang menyayangi
Noura dan terkadang tidak jarang ikut menyakitinya. Ayahnya akhirnya dapat
pekerjaan sebagai tukang pukul di sebuah Nigh Club yang mengapung di atas sungai
Nil. Mona, kakak sulungnya ikut kerja di sana. Sedangkan Suzan katanya kerja di
sebuah losmen di Sayyeda Zaenab. Berangkat menjelang maghrib dan pulang sekitar
jam dua dini hari. Menurut bisik-bisik para gadis tetangga kedua kakak Noura itu
kerjanya tak lain adalah menjual diri. Beberapa kali Noura melihat Mona membawa
teman lelaki ke rumah dan diajak tidur di kamarnya. Ayahnya malah senang,
sedangkan ibunya sudah semakin buruk ingatannya meskipun sesekali datang
kesadarannya dan menatapi nasib dirinya dan nasib Noura. Di rumah itu Noura
diperlakukan layaknya pembantu rumah tangga. Memasak, mencuci, mengepel
semua tanggung jawab Noura. Untungnya Noura masih dibolehkan ayahnya sekolah
di Ma'had Al Azhar, itu pun karena sekolah di sana gratis dan kalau pulang agak
terlambat akan mendapatkan hukuman dari ayah dan kedua kakaknya. Beragam
bentuk siksaan ia terima dari orang yang ia anggap keluarganya. Puncak derita Noura
adalah enam bulan terakhir ini, ketika ayahnya memaksanya dia agar ikut bekerja di
Night Club seperti kakaknya. Bahkan ayahnya dapat tawaran dari manajernya agar
16 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Noura mau jadi penari perut tetap di Night Clubnya. Bos ayahnya memang pernah ke
rumahnya sekali dan melihat Noura. Ayahnya pada waktu itu cerita pada bosnya
kalau Noura saat TK dulu pernah menang lomba menari. Jelas Noura tidak bisa
memenuhi keinginan ayahnya itu. Sejak itu ia sangat menderita. Puncaknya adalah
malam itu. Sore sebelum berangkat kerja, ayahnya memaksanya untuk ikut Mona
berangkat setelah maghrib, ada turis asing yang memesan perawan Mesir. Noura
dihargai sepuluh ribu pound. Harga yang menurut ayah dan kedua kakaknya sangat
tinggi. Ia menolak. Ayahnya lalu mencambuk punggungnya berkali-kali. Ia tidak tahan,
akhirnya ia pura-pura mau. Ayahnya berangkat. Tapi begitu shalat maghrib ia
mengurung diri di kamar. Tidak mau keluar. Tidak mau membukakan pintu.
Bagaimana mungkin dia yang muslimah dan sekolah di Al Azhar akan melakukan
perbuatan dosa besar itu. Mona tidak bisa berbuat apa-apa. Tengah malam ayahnya
pulang dan terjadilah penyiksaan dan pengusiran itu. Ayah menyumpahinya sebagai
anak setan, anak haram, anak tidak tahu diuntung. Mona menampar mukanya
dengan sandal berkali-kali sambil berkata, "Kau ini siapa" Kau anak siapa hah" Kau
bukan adik kami dan bukan keluarga kami" Aku akan buktikan nanti lewat test DNA
kau bagian dari keluarga kami!"
90 Aku menitikkan air mata membaca kisah penderitaan yang dialami Noura. Aku
tidak melihat bekas-bekas cambukan di punggungnya, tapi aku bisa merasakan
sakitnya. Aku tidak melihat wajahnya saat itu tapi hatiku bisa menangkap rintihan
batinnya yang remuk redam. Aku seolah ikut merasakan kecemasan, ketakukan dan
kesendiriannya selama ini dalam neraka yang dicipta Si Muka Dingin Bahadur. Aku
tiba-tiba merasa Noura itu seperti adik kandungku sendiri. Entah bagaimana aku bisa
merasakan begitu, padahal aku tidak memiliki adik. Aku anak tunggal. Tapi aku
seperti merasakan apa yang dirasakan Noura. Seandainya dia adikku tentu tidak akan
aku biarkan ada orang jahat menyentuh kulitnya. Akan aku korbankan nyawaku untuk
melindunginya. Aku kembali menitikkan air mata. Oh Noura, semoga Allah menjagamu di dunia
dan di akhirat. Gadis berwajah putih dan innocence itu selalu berjalan menunduk. Jika
berpapasan kami hanya bersapa dengan tatapan mata sekilas. Tanpa kata-kata. Tapi
kami merasa dekat dan saling kenal. Aku tidak mungkin membiarkan Noura terus jadi
bulan-bulanan para serigala berkepala manusia. Aku harus melakukan sesuatu. Tapi
apa" Dan sampai sejauh mana langkahku" Aku adalah orang asing di sini. Aku
menarik nafas panjang. Diam memejamkan mata dengan pikiran terus mengembara
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencari jalan keluar. Aku tidak bisa, dan tidak akan mampu bertindak sendiri. Akan
aku serahkan masalah ini pada Syaikh Ahmad, dia adalah intelektual muda yang
sangat peduli pada siapa saja. Beliau pasti mau membantu Noura.
91 8. Getaran Cinta Setelah shalat shubuh aku tidak langsung pulang, tapi menemui Syaikh
Ahmad. Kukabarkan pada beliau kelulusanku dan rencanaku membuat proposal
tesis. Imam muda berhati lembut itu mengecup kepalaku berkali-kali. Begitulah cara
orang Arab memberikan tanda penghormatan yang tinggi. Penghormatan orang yang
dianggap sangat dekat. Dari bibirnya keluar ucapan selamat dan doa tiada henti.
Beliau bahkan menawarkan agar jika naskah proposal selesai kususun diserahkan
17 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terlebih dahulu padanya untuk dilihat bahasanya. Jika ada gaya bahasa yang
mungkin kurang tepat beliau akan mentashihnya. Aku sangat senang mendengarnya.
Barulah aku jelaskan padanya kisah derita Noura panjang lebar dan mendetail seperti
yang aku lihat dan aku ketahui. Beliau menitikkan air mata mendengarnya.
"Di Mesir ini, banyak sekali orang mengakui muslim tapi akhlaknya tidak
muslim. Mengaku Islam tapi sangat jauh dari cahaya Islam. Bagaimana mungkin
seorang ayah yang mengaku umat Muhammad bisa begitu kejam pada anaknya,
pada seorang gadis yang semestinya dia lindungi dan dia sayangi. Fahri,
menghantarkan kesejukan ruh Islam ke dalam hati semua pemeluknya memang tidak
semudah membalik kedua telapak tangan. Tapi kita tidak boleh berpangku tangan,
apalagi berputus asa. Sebisa kita, kita harus terus berusaha," kata Syaikh Ahmad
sambil menarik nafas. "Tidak hanya di Mesir saja Syaikh, di Indonesia juga ada. Bahkan di Indonesia
lebih parah. Ada lelaki yang meniduri anak gadisnya dengan paksa. Lebih parah lagi
ada yang tega menjual isteri dan anak gadisnya pada lelaki hidung belang. Setan
memang ada di mana-mana. Dengan segala tipu dayanya, setan selalu berusaha
membutakan hati manusia sehingga mereka beranggapan tindakan yang keji menjadi
terpuji." "Laa haula wa laa quwwata illa billah!" ucap Syaikh Ahmad sambil
memejamkan mata. Beliau lalu menepuk pundakku dan mengatakan dirinya akan
terjun langsung membantu Noura secepatnya. Sebelum musim masuk sekolah tiba
derita Noura harus diakhiri. Syaikh Ahmad berterima kasih atas segala yang telah
kami lakukan. Beliau meminta agar jam sembilan nanti aku mengantarkan beliau
menemui Noura di Nasr City. Beliau hendak mengambil Noura dan menempatkannya
di tempat yang aman. Menurut beliau jika sampai nanti ayahnya tahu Noura berada di
tempat mahasiswi Indonesia akan membuat masalah. Kasihan para mahasiswi jika
92 terganggu belajarnya. Noura harus secepatnya dipindahkan ke tempat yang tepat.
Kami sepakat untuk bertemu di depan mahattah Hadayek Helwan.
Aku segera pulang dan menelpon Nurul, memberitahukan rencana Syaikh
Ahmad. Aku minta padanya untuk tidak pergi. Sekitar pukul sepuluh, kami insya Allah,
sampai. Tepat pukul sembilan aku sampai di tempat yang dijanjikan. Syaikh Ahmad
telah menunggu di dalam mobil Fiat tuanya. Seorang wanita berjilbab panjang duduk
di samping beliau. Syaikh Ahmad memang hidup sederhana meskipun kata
masyarakat beliau orang berada. Isteri beliau seorang dokter yang membuka praktek
di Helwan dan membantu orang tidak mampu dengan membuka praktek di klinik
masjid. Syaikh Ahmad mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Pukul sepuluh lebih sepuluh kami sampai di kediaman Nurul dan kawankawannya yang berada di
tingkat enam. Para mahasiswi itu dipeluk oleh isteri Syaikh
Ahmad dengan penuh kehangatan. Ketika memeluk Noura, isteri Syaikh Ahmad
menangis tersedu-sedu. Berkali-kali ia mencium pipi gadis innocent itu. Syaikh
Ahmad menjelaskan maksud kedatangan dia dan isterinya. Semuanya mengerti
termasuk Noura. Noura akan dibawa ikut serta ke kampung halaman Syaikh Ahmad.
Ke rumah orang tua Syaikh Ahmad di desa Tafahna El-Ashraf, Zaqaziq. Noura
menurut. Setelahlah Noura siap terjadilah perpisahan yang mengharukan. Nurul dan
teman-temannya terisak dan bergantian memeluk Noura. Noura juga menangis
sambil mengucapkan terima kasih tak terhingga. Nurul bilang pada Noura, "Noura kau
juga harus mengucapkan terima kasih tiada terhingga pada Akh Fahri."
Noura menatapku sekilas dengan mata berkaca lalu menunduk dan dengan
18 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
suara lirih dia menyampaikan rasa terima kasih dari hati yang terdalam. Kalau dia
adikku pasti sudah kupeluk dengan penuh rasa sayang. Aku hanya mengangguk dan
membesarkan hatinya bahwa Syaikh Ahmad dan isterinya akan membukakan jalan
yang baik baginya. Mereka berdua orang-orang yang baik dan berhati lembut. Agar
tidak mencurigakan, Noura diminta Syaikh Ahmad memakai cadar. Nurul dan
teman-temannya diminta tidak turun ke bawah. Cukup melihat dari jendela saja. Kami
berempat turun. Syaikh Ahmad masuk mobil diikuti isteri dan Noura. Aku
mengucapkan salam dan selamat jalan. Kali ini Noura memandang diriku agak lama.
Aku tidak tahu apa yang ada di dalam hatinya. Aku terus berdoa semoga ia terbebas
dari derita yang membelenggunya. Aku kembali ke Hadayek Helwan dengan hati
lega. Syaikh Ahmad akan mengurus segalanya.
*** 93 Sampai di rumah aku langsung melihat jadwal. Aku harus talaqqi ke Shubra.
Aku mencela diriku sendiri kenapa setelah dari Rab'ah El-Adawea tadi tidak langsung
ke Shubra saja. Namanya juga lupa. Telpon berdering. Nurul menelpon menanyakan
bagaimana dengan uang yang telah aku berikan padanya. Padahal Noura hanya
beberapa hari tinggal di rumahnya dan uang yang aku berikan padanya nyaris belum
digunakan untuk apa-apa. Aku bilang tidak usah dipikirkan dan dikembalikan, terserah
mau diapakan yang penting untuk kebaikan. Nurul dan teman-temannya orang yang
jujur dan amanah. Keuangan negara tidak akan bocor jika ditangani oleh orang-orang
seperti mereka. Aku salut padanya. Tiba-tiba aku teringat ledekan Si Rudi kemarin,
'Jangan-jangan dia orangnya!.... Congratulation Mas. She is the star, she is the true
coise, she will be a good wife!'.
Ah, tidak mungkin! Kutepis jauh-jauh pikiran yang hendak masuk. Memiliki
isteri shalihah adalah dambaan. Tapi..ah, aku ini punguk dan dia adalah bulan. Aku ini
gembel kotor dan dia adalah bidadari tanpa noda. Aku melangkah mengambil air
wudhu. Tadi pagi aku baru membaca seperempat juz, aku harus menyelesaikan
wiridku. Nanti habis zhuhur aku harus ke Shubra. Syaikh Utsman kurang berkenan
jika ada hafalan yang salah, meskipun satu huruf saja.
Aku membukal mushaf. Handphone-ku berdering. Ternyata Aisha. Dia
mengingatkan janji bertemu dengan Alicia di National Library. Aku mengucapkan
terima kasih telah diingatkan. Dan siang itu aku kembali menantang panas sahara
untuk mengaji Al-Qur'an di Shubra yang jauhnya kira-kira lima puluh kilo dari
apartemenku. Hadayek Helwan tempat aku tinggal ada di ujung selatan kota Cairo
sementara Shubra ada di ujung utara. Menjelang maghrib aku baru pulang dengan
ubun-ubun kepala seperti kering tanpa ada darah mengalir di sana, telah menguap
sepanjang siang. Aku benar-benar capek. Satu hari ini melakukan perjalanan hampir
sejauh seratur kilo meter. Pagi bolak-balik Hadayek Helwan-Nasr City. Habis zhuhur
bolak-balik Hadayek Helwan-Shubra.
Ba'da shalat maghrib aku merasa kepalaku tak bisa diangkat. Terasa berat dan
sakit. Aku panggil Saiful, aku minta padanya untuk mengompres kepalaku. Saifu
menempelkan telapak tangannya ke keningku, "Panas sekali Mas."
Ia lantas bergegas memenuhi permintaanku. Saiful duduk disampingku sambil
memijat kedua kakiku. Dia tahu persis apa yang kulakukan seharian ini. Hamdi ikut
serta memijat-mijat. Teman-teman memang sangat baik dan perhatian. Kami sudah
seperti saudara kandung. Seandainya Mishbah dan Rudi datang keduanya pasti juga
94 19 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ikut menunggui atau membelikan buah yang kusuka. Mishbah kembali ke Wisma
untuk urusan pelatihannya. Dan Rudi pergi ke sekretariat Kelompok Studi Walisongo
atau KSW dia mewakili Himpunan Mahasiswa Medan atau HMM untuk membicarakan
kerjasama mengadakan tour ke tempat-tempat bersejarah di Mesir.
Bel berbunyi. Yousef mencari aku. Hamdi membawanya masuk ke kamarku.
Yousef menyentuh tanganku. Ia ragu mengatakan sesuatu. Ia tersenyum dan
mendoakan semoga tidak apa-apa dan segera pulih lalu kembali ke rumahnya. Tak
lama kemudian bel kembali berbunyi. Hamdi beranjak membukanya. Hamdi
melongok di pintu kamar dan bilang, "Tuan Boutros sekeluarga Mas. Bagaimana"
Apa mereka boleh masuk kemari?"
Kalau kepalaku tidak seberat ini aku pasti keluar menemui mereka. Aku
mengisyaratkan pada Hamdi agar mempersilakan mereka masuk. Pak Boutros
masuk membawa satu botol madu. Madame Nahed membawa peralatan dokternya.
Dan Maria membawa nampan entah apa isinya. Tuan Boutros menyentuh pipiku.
"Panas. Nahed, coba kau periksa!" katanya pada isterinya.
Madame Nahed meminta izin padaku untuk memeriksanya. Sambil memasang
tekanan darah di lengan kananku, dia menanyakan apa yang kurasakan. Kujelaskan
semua dengan pelan. Saiful memberitahukan diriku melakukan perjalanan panjang di
tengah terik siang, dari pagi sampai sore.
"Agaknya kau terlalu memforsir dirimu. Banyak-banyaklah istirahat. Ada gejala
heat stroke. Kau harus minum yang banyak dan makan buah-buahan yang segar.
Istirahatlah dulu, jangan bepergian menantang matahari!" kata Madame Nahed
lembut. "Heat stroke itu apa, Madame?" tanya Saiful.
"Heat stroke adalah sengatan panas, yaitu penyakit yang terjadi akibat
penumpukan panas yang berlebihan di dalam badan yang ditimbulkan oleh keadaan
cuaca panas. Tapi tidak usah kuatir baru gejala," jawab Madame Nadia. Dia lalu
menulis resep dan minta puteranya Yousef untuk keluar membelinya. "Cepat ya.
Sama ashir mangga!" "Yousef, sebentar!" ujarku. Kepalaku semakin berat. "Tolong Saif ambilkan
uang di dompetku. Ada di lemari. Saiful mengambil uang seratus pound dan
menyerahkan pada Yousef. Tapi Tuan Boutros mencegahnya. Aku tidak bisa berbuat
95 apa-apa. Yousef keluar. Maria mendekat.
"Fathi, ini aku buatkan ruz billaban untukmu," lirih Maria.
"Lha untuk kami mana" Masak untuk Akh Fahri saja," sahut Hamid.
"Maksudku juga untuk kalian," ucap Maria agak tersipu. Maria meletakkan
nampan berisi ruz billaban di atas meja belajarku. Saat itu kulihat dia memandang dua
lembar kertas karton besar yang menempel di depan meja belajar.
"Oi Farhi, apa ini" Rancangan hidupmu" Sepuluh tahun ke depan. Dan
planning tahun ini," katanya setengah kaget.
"Maria, jangan kau baca! Aib!" Madame Nahed mengingatkan.
"Biarkan. Nggak apa-apa!" kataku.
Yang kutempel memang arah hidup sepuluh tahun ke depan. Target-target
yang harus kudapat dan apa yang harus kulakukan. Lalu peta hidup satu tahun ini. Ku
tempel di depan tempat belajar untuk penyemangat. Dan memang kutulis dengan
bahasa Arab. "Wow. Targetmu dua tahun lagi selesai master. Empat tahun berikutnya
20 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
selesai doktor dan telah menerjemah lima puluh buku serta memiliki karya minimal
lima belas karya. Dan empat tahun berikutnya atau sepuluh tahun dari sekarang
targetmu adalah guru besar. Fantastik. Hai Fahri kapan rencanamu kawin. Kenapa
tidak kau tulis dalam peta hidupmu?" celoteh Maria. Madame Nahed geleng-geleng
kepala. "Baca yang teliti!" lirihku.
Maria membaca dengan teliti, tak lama kemudian ia berkata, "Okey aku setuju.
Ketika kau menulis tesis magister. Ya, untuk menemani perjuanganmu yang
melelahkan!" "Berarti sudah dekat. Mungkin tahun ini mungkin tahun depan. Karena dia
sudah lulus ujian dan sudah diminta universitas membuat proposal tesis." sahut
Saiful. Serta merta Tuan Boutros, Madame Nahed, dan Maria mengucapkan selamat.
Mereka senang mendengar aku mulai menulis tesis. Madame Nahed menanyakan
apa aku sudah ada calon. Kepalaku nyut-nyut. Kupaksakan untuk tersenyum. Lalu
aku bergurau, "Kebetulan tidak ada gadis yang mau dekat denganku. Tak ada yang
mau mengenalku dan baik denganku. Yang baik padaku malah Maria. Bagaimana
Madame, kalau calonnya Maria?"
96 Madame Nahed tersenyum, "Boleh saja. Tapi kusarankan tidak sama dia, dia
gadis yang kaku. Beda dengan dirimu yang kulihat bisa romantis, bisa membuat
kejutan-kejutan yang menyenangkan. Kemarin dalam perjalanan pulang kami
mendapat cerita yang banyak tentang dirimu dari Rudi. Dia bercerita tentang
kesan-kesannya padamu. Dia juga menjelaskan sesungguhnya yang merancang dan
membelikan hadiah ulang tahun untukku dan untuk Yousef itu kamu. Aku takut kau
kecewa dapat Maria. Dia gadis manja dan kaku. Saya tak tahu dia bisa romantis apa
tidak. Dia itu gadis yang tidak pernah jatuh cinta. Tak suka dikunjungi teman lelaki.
Tak suka diajak pergi kencan. Kau harus mendapatkan gadis yang bisa mengimbangi
kelembutan hatimu dan kekuatan visimu mengarungi hidup. Kulihat kau pemuda yang
sangat berkarakter dan kuat memegang prinsip namun penuh toleransi. Kau jangan
sembarangan memilih pasangan hidup, itu saran dari Madame."
"Terima kasih Madame atas sarannya, doakan saja." jawabku. Kulirik Maria.
Sesaat mukanya merona tapi ia segera dapat menguasai dirinya.
"Fahri, kenapa sih kau buat peta hidup ke depan segala, bukankah hidup ini
enaknya mengalir bagaikan air?" tanya Maria.
Kepalaku sebenarnya semakin nyut-nyut tapi aku selalu tidak bisa membiarkan
kecewa orang yang bertanya padaku.
"Maaf, setiap orang berbeda dalam memandang hidup ini dan berbeda caranya
dalam menempuh hidup ini. Peta masa depan itu saya buat terus terang saja
berangkat dari semangat spiritual ayat suci Al-Qur'an yang saya yakini. Dalam surat
Ar Ra'ad ayat sebelas Allah berfirman, Sesungguhnya Allah tidak akan merubah
nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah nasibnya. Jadi nasib saya,
masa depan saya, mau jadi apa saya, sayalah yang menentukan. Sukses dan
gagalnya saya, sayalah yang menciptakan. Saya sendirilah yang mengaristeki apa
yang akan saya raih dalam hidup ini."
Belum selesai aku bicara Maria menyela, "Kalau begitu di mana takdir Tuhan?"
"Takdir Tuhan ada di ujung usaha manusia. Tuhan Mahaadil, Dia akan
memberikan sesuatu kepada umat-Nya sesuai dengan kadar usaha dan ikhtiarnya.
Dan agar saya tidak tersesat atau melangkah tidak tentu arah dalam berikhtiar dan
berusaha maka saya membuat peta masa depan saya. Saya suka dengan kata-kata
21 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bertenaga Thomas Carlyle: 'Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat
kemajuan walaupun melewati jalan yang sulit. Seseorang yang tanpa tujuan, tidak
97 akan membuat kemajuan walaupun ia berada di jalan yang mulus!' Peta hidup ini saya
buat untuk mempertegas arah tujuan hidupku sepuluh tahun ke depan. Ini bagian dari
usaha dan ikhtiar dan setelah itu semuanya saya serahkan sepenuhnya kepada
Tuhan." Maria mengangguk-anggukkan kepala.
"Apa kubilang, Fahri seorang visioner yang tegas. Tidak seperti dirimu Maria,
hidup manja tanpa visi. Kau ini sudah berada di jalan yang mulus. Dikaruniai otak
yang cerdas, hidup berkecukupan, disayang keluarga. Tapi kau tidak akan membuat
kemajuan tanpa visi yang jelas." sahut Madame Nahed.
Aku tidak enak mendengarnya. Aku tidak tahu seperti apa wajah Maria,
mungkin memerah karena malu mendapat teguran dari ibunya yang ceplas-ceplos
seperti itu. Aku memejamkan kepala merasakan rasa nyeri di dalam tempurung
kepalaku. Tuan Boutros menanyakan kemana Rudi dan Mishbah, keduanya tidak
kelihatan. Hamdi menjelaskan dengan rinci. Pembicaraan lalu beralih kepada Hamdi
dan Saiful. Aku mendengarkan dengan mata terpejam. Tangan Saiful masih memijit
kakiku. Tak lama kemudian Yousef datang membawa obat dan satu botol ashir
mangga. Madame Nahed memberikan petunjuk cara meminum obatnya. Berapa hari
sekali. Dia berpesan agar aku istirahat dulu sampai pulih kembali. Mereka lalu
pamitan. Saat mau pergi Maria berkata,
"Syukran Fahri, aku mendapatkan ilmu yang mahal sekali. Benar kata pepatah
dekat dengan penjual minyak akan mendapatkan wanginya."
Setelah mereka kembali ke flatnya, aku makan ruz billaban pemberian Maria.
Enak. Lalu minum obat dan bersiap tidur. Aku telah meminta Hamdi menyetel beker
jam tiga. Aku bersyukur memiliki teman-teman yang baik dan tetangga yang baik.
Saiful memijat-mijat diriku sampai aku terlelap. Dalam tidur aku mendengar Maria
menangis. Air matanya membasahi kakiku. Jam tiga aku terbangun. Heran dengan
mimpiku. Sebelum tidur aku sudah baca shalawat dan doa. Aku tak tahu mimpi itu
tafsirnya apa. Kalau Ibnu Sirin masih hidup tentu aku tanyakan padanya. Aku
beristighfar berkali-kali memohon ampunan kepada Allah jika guyonanku pada
Madame Nahed tadi tidak semestinya aku lakukan. Janganjangan menyakiti hati
Maria. Aku bangkit. Kepalaku terasa lebih ringan. Aku tadi memang kepanasan dan
Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kelelahan. Ya Allah, kulihat Saiful tidur di karpet. Ia begitu setia menunggui aku. Ana
Pembunuh Berdarah Dingin 2 Pendekar Rajawali Sakti 85 Penghianatan Danupaksi Jangan Main Main 2