Pencarian

Ayat Ayat Cinta 3

Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy Bagian 3


98 uhibbuka fillah ya Akhi!76 Aku harus shalat Isya. Malam terasa sunyi. Aku teringat
ayah bunda di kampung sana, di tanah air tercinta. Terbayang mata bening bunda.
selalu saja kurindu abad-abad terus berlalu berjuta kali berganti baju
nun jauh di sana mata bening menatapku haru
penuh rindu mata bundaku yang selalu kurindu Dalam sujud kumenangis kepada Tuhan, memohonkan rahmat kesejahteraan
tiada berpenghabisan untuk bunda, bunda, bunda dan ayahanda tercinta. Usai shalat
22 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Isya dan Witir aku tidur lagi. Aku bermimpi lagi. Bertemu ayah ibu, berpelukan dan
menangis haru. *** Pagi hari aku merasa segar kembali. Aku melihat jadwal. Ada janji di National
Library. Kalau tak ada janji sebenarnya aku ingin istirahat saja. Kasihan tubuh ini,
kepanasan setiap hari. Tapi janji harus ditepati. Meskipun harus merangkak akan aku
jalani. Janjinya jam sebelas. Aku harus berangkat jam sepuluh masih ada tiga jam.
Lumayan untuk mengejar terjemahan.
Pukul sepuluh aku berangkat. Matahari sudah mulai menyengat. Sampai di
halaman Maria memanggil namaku dari jendelanya. Ia mengingatkan agar aku tidak
pergi. Kukatakan padanya aku ada janji. Aku harus menepatinya meskipun untuk itu
aku harus mati. Untung aku dapat tempat duduk. Lebih baik daripada berdiri. Di
tengah perjalanan seorang pemuda Mesir memakai jubah lusuh naik. Ia membawa
karung. Entah apa isinya. Sampai di dalam metro membuka karungnya.
Mengeluarkan boneka panda. Ia menawarkan pada penumpang barang dagangannya. Boneka dan mainan anak-anak. Ia menawarkan dari ujung ke ujung. Ia
bilang harga promosi jauh lebih murah dari yang di toko resmi. Tak ada yang beli. Ia
mendekatiku dan menawatkan boneka panda itu padaku. Kukatakan padanya aku
belum punya anak. Penjual mainan itu menjawab,
76 Aku mencintaimu karena Allah, Saudaraku!
99 "Belilah, kudoakan kau mendapatkan isteri yang shalihah dan cantik seperti
bidadari dan memiliki anak yang shalih shalihah, juga kudoakan umurmu berkah
rizkimu melimpah sehingga kau dan anak cucumu tidak akan perlu berjualan di jalan
seperti diriku. Belilah untuk penyemangat hidupku!"
Siapa yang tidak terenyuh mendengar kata-kata penuh muatan doa seperti itu.
Hatiku luluh. Aku akhirnya membeli boneka panda dan pistol air. Cuma sepuluh
pound. Boneka enam pound dan pistol airnya empat pound. Pemuda itu tampak
berbinar matanya, ia mengucapkan terima kasih. Setelah aku membeli ada seorang
ibu setengah baya tertarik dan membeli.
23 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Aku memandangi boneka panda warna coklat dan putih di tanganku. Boneka
yang cantik. Kepada siapa akan kuberikan" Aku tersenyum sendiri. Biar nanti
kugantung di atas tempat tidur. Pemuda itu masih di dalam metro ia belum turun.
Mungkin turun di mahatah depan. Keringatnya bercucuran. Aku teringat masa kecilku
ketika aku masih SD. Kami keluarga susah. Kakek hanya mewariskan sepetak sawah,
kira-kira luasnya setengah bahu. Dibagi dua dengan adil untuk ayah dan paman. Ayah
tidak sekolah, dia hanya sampai kelas tiga sekolah SR. Hanya bisa baca dan menulis
saja. Demikian juga dengan ibu. Lain dengan paman. Dia disekolahkan oleh kakek
dengan bantuan ayah sampai SPG. Dia jadi guru. Karena paman sudah disekolahkan
maka rumah kakek diberikan kepada ayah. Selama paman sekolah ayahlah yang
menggarap sawah untuk membiayai paman. Dan paman sangat pengertian,
sebenarnya dia tidak minta apaapa. Apa yang dia punya sudah cukup. Dia kebetulan
mendapatkan isteri teman sekolahnya, anak penilik sekolah jadi lebih tercukupi. Tapi
ayah tetap meminta kepada paman agar sawah sepetak itu dibagi dua. Paman tidak
boleh menolaknya. Akhirnya yang kami punya adalah rumah peninggalan kakek yang
sangat sederhana dan sawah seperempat bahu. Apa yang bisa diharapkan dari
sawah setengah bahu. Ayah tetap menggarap sawah itu dengan menanam padi.
Hasilnya di makan sendiri. Untuk keperluan lain ibu jualan gorengan di pasar dan
ayah jualan tape77dengan berkeliling dari kampung ke kampung. Jika hari minggu aku
diajak ayah ikut serta. Berjalan berkilo-kilo. Jika telah dekat dengan rumah penduduk
ayah akan berteriak, 'Pe tape! Pe tape! Pe tape!'
Jika ayah lelah maka akulah yang bergantian berteriak menawarkan tape. Jika
ada yang beli hati senangnya bukan main. Rasa lelah seperti hilang begitu saja.
Apalagi jika ada yang memborong sampai belasan bungkus, kami akan merasa
77 Makanan dibuat dari singkong rebus yang telah di beri ragi. Sangat mirip dengan payem Bandung.
100 menjadi orang paling beruntung di dunia. Mataku basah mengingat itu semua.
Pukul sebelas kurang lima menit aku sampai di National Library. Aku langsung
menuju kafetaria. Alicia dan Aisha sudah ada di sana. Alicia tersenyum padaku entah
Aisha aku tidak tahu sebab ia bercadar. Mereka telah memesan minuman. Aku pesan
segelas karikade dingin. Alicia menyerahkan dua lembar kertas berisi pertanyaannya.
Kubaca sekilas. Pertanyaan yang sangat serius. Aku menjanjikan akan menyerahkan
jawabannya hari Sabtu, di tempat dan waktu yang sama. Alicia setuju. Kami lalu
berbincang-bincang. Alicia banyak bertanya tentang studiku. Aisha bercerita tentang
pamannya yang senang sekali mendapatkan salam dariku, dan mengirim salam balik,
juga dua keponakannya yang masih ingat padaku. Katanya si Amena menyebutku
"Ammu Fahri Al Andonesy!"78 Aisha juga bertanya apakah aku telah berkeluarga"
Setelah selesai master apa yang akan aku kerjakan di Indonesia" Apakah aku akan
melanjutkan S3" Aku menjawab apa yang bisa kujawab. Sebelum berpisah aku
teringat boneka dan pistol air yang aku beli di dalam metro. Kutitipkan pada Aisha
untuk keponakannya, Si Amena dan Hasan yang lucu dan menggemaskan. Melihat
boneka panda yang cantik mata Aisha membesar dan berkata, "Wow cantik sekali,
Amena pasti senang menerimanya dan dia akan terus mengingat pamannya dari
Indonesia." Aku hanya tersenyum mendengarnya. Sudah setengah tahun aku tidak
bertemu dua jundi kecil itu. Amena mungkin sudah hafal juz dua puluh sembilan. Dan
24 32. Pedang Pusaka Buntung T. Nilkas m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Si Hasan sudah bisa membaca tulisan. Aku tidak tahu sama sekali bahwa boneka
panda yang aku beli tanpa sengaja itu suatu saat nanti akan membawaku ke kaki
langit cinta yang tiada tara indahnya. Kaki langit cinta orang-orang yang bercinta
karena Allah Subhanahu wa Ta'ala.
78 Paman Fahri dari Indonesia.
101 9. Merancang Peta Hidup Dari National Library aku langsung pulang. Di dalam metro aku memaksakan
diri membaca dengan seksama pertanyaan-pertanyaan yang diajukan nona Alicia dari
Amerika itu. Rasa penasaran mengalahkan perut lapar belum sarapan dan badan
yang terasa meriang. Lembar pertama berisi pertanyaan tentang bagaimana Islam
memperlakukan wanita. Tentang beberapa hadits yang dianggap mer
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
2533. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
endahkan wanita. Tentang poligami, warisan dan lain sebagainya. Pertanyaanpertanyaan yang
tidak asing namun terus menerus ditanyakan. Pertanyaan yang seringkali memang
dipakai oleh mereka yang tidak bertanggung jawab untuk mendiskreditkan Islam. Di
Barat masalah poligami dalam Islam dipertanyakan. Mereka menganggap poligami
merendahkan wanita. Mereka lebih memilih anak puterinya berhubungan di luar nikah
dan kumpul kebo dengan ratusan lelaki bahkan yang telah beristeri sekalipun
daripada hidup berkeluarga secara resmi secara poligami. Menurut mereka pelacur
yang memuaskan nafsu biologisnya secara bebas dengan siapa saja yang ia suka
lebih baik dan lebih terhormat daripada perempuan yang hidup berkeluarga baik-baik
dengan cara poligami. Untuk semua pertanyaan tentang bagaimana Islam memperlakukan perempuan aku sudah membayangkan semua jawaban yang aku akan tulis, lengkap
dengan sejarah perlakuan manusia terhadap perempuan. Sejak zaman Yunani kuno
sampai zaman postmo. Aku ingat bahwa para pendeta di Roma sebelum Islam
datang, pernah sepakat untuk menganggap perempuan adalah makhluk yang najis
dan boneka perangkap setan. Mereka bahkan mempertanyakan, perempuan
sebetulnya manusia apa bukan" Punya ruh apa tidak" Sementara Baginda Nabi
sangat memuliakan makhluk yang bernama perempuan, beliau pernah bersabda
bahwa siapa memiliki anak perempuan dan mendidiknya dengan baik maka dia
masuk surga. Aku tinggal meringkas jawaban yang telah banyak ditulis para sejarawan,
cendekiawan dan ulama Mesir. Pertanyaan yang berkaitan dengan perempuan aku
anggap selesai. Nanti malam akan aku jawab lengkap dengan data dan dalil-dalil
utama dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Hadits yang ditanyakan Alicia yang mengatakan
katanya Nabi pernah bersabda perempuan adalah perangkap setan adalah bukan
hadits. Itu adalah perkataan seorang Sufi namanya Basyir Al Hafi. Sebagaimana
dijelaskan dengan seksama dalam kitab Kasyful Khafa. Itu adalah pendapat pribadi
Basyir Al Hafi yang kemungkinan besar terpengaruh oleh perkataan para pendeta
102 Roma. Itu bukan hadits tapi disiarkan oleh orang-orang yang tidak memahami hadits
sebagai hadits. Bagaimana mungkin Islam akan menghinakan perempuan sebagai
perangkap 1 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
setan padahal dalam Al-Qur'an jelas sekali penegasan yang berulang-ulang bahwa penciptaan perempuan sebagai pasangan hidup kaum lelaki
adalah termasuk tanda-tanda kebesaran Tuhan. Dalam surat Ar Ruum ayat dua puluh
satu Allah berfirman: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."
Jika perempuan adalah perangkap setan atau panah setan bagaimana
mungkin baginda nabi menyuruh memperlakukan perempuan dengan baik. Bahkan
beliau bersabda dalam hadits yang shahih, "Orang pilihan di antara kalian adalah
yang paling berbuat baik kepada perempuan (isteri)nya." 79 Baginda nabi juga
menyuruh umatnya untuk mengutamakan ibunya daripada ayahnya. Ibu disebut nabi
tiga kali. Ibumu, ibumu, ibumu, baru ayahmu!.
Pada lembaran kedua, Alicia bertanya bagaimana Islam memperlakukan
nonmuslim" Bagaimana Islam memandang Nasrani dan Yahudi" Apa sebetulnya
yang terjadi antara umat Islam dan umat Koptik di Mesir, sebab media massa Amerika
memandang umat Islam berlaku tidak adil" Bagaimana pandangan Islam terhadap
perbudakan" Dan lain sebagainya.
Aku teringat sebuah buku yang menjawab semua pertanyaan Alicia ini. Buku
apa, dan siapa penulisnya" Aku terus mengingat-ingat. Otakku terus berputar, dan
akhirnya ketemu juga. Buku itu ditulis oleh Prof. Dr. Abdul Wadud Shalabi yang
pernah menjadi sekretaris Grand Syaikh Al Azhar, Syaikh Abdul Halim Mahmud. Aku
merasa sebaiknya menerjemahkan buku berjudul Limadza yakhaafunal Islam80 itu ke
dalam bahasa Inggris untuk menjawab pertanyaan Alicia. Supaya Alicia dan
orang-orang Barat tahu jawabannya dengan jelas dan gamblang. Supaya mereka
lebih tahu begaimana sebenarnya Islam memuliakan manusia.
Untuk pertanyaan, apa sebetulnya yang terjadi antara umat Islam dan umat
Koptik di Mesir, yang paling tepat sebenarnya, biarlah umat koptik Mesir sendiri yang
79 Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, beliau berkata: Hadits hasan shahih. Juga diriwayatkan
oleh Imam Ibnu Majah, Imam Baihaqi dan Thabrani.
80 Kenapa mereka takut kepada Islam"
2 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
103 menjawabnya. Dan Pope Shenouda pemimpin tertinggi umat kristen koptik Mesir
sudah membantah semua tuduhan yang bertujuan tidak baik itu. Pope Shenouda
tidak akan bisa melupakan masa kecilnya. Dia adalah anak yatim di sebuah pelosok
desa Mesir yang disusui oleh seorang wanita muslimah. Dan wanita muslimah itu
sama sekali tidak memaksa Shenouda untuk mengikuti keyakinannya. Wanita
muslimah itu mengalirkan air susunya ke tubuh si kecil Snouda murni karena
panggilan Ilahi untuk menolong bayi tetangganya yang membutuhkan air susunya.
Adakah toleransi melebihi apa yang dilakukan ibu susu Pope Shenouda yang
muslimah itu" Dalam sejarah pemerintahan Mesir, pada tanggal 10 Mei 1911 ada laporan
kolonial Inggris ke London yang menjelaskan hasil sensus di Mesir. Dari sensus
penduduk waktu itu jumlah umat Islam 92 persen, umat kristen koptik hanya 2 persen,
selebihnya Yahudi dan lain sebagainya. Pada waktu itu jumlah pegawai yang bekerja
di kementerian seluruhnya 17.569 orang. Dengan komposisi 9.514 orang dari kaum
muslimin yang berarti 54,69 persen, dan selebihnya dari kaum koptik, yaitu 8.055
orang dan berarti, 45,31 persen. Bagaimana mungkin jumlah umat koptik yang cuma
2 persen itu mendapatkan jatah 45,31 persen di departemen-departemen
kementerian. Dan umat Islam mesir tidak pernah mempesoalkan komposisi yang
sangat menganakemaskan umat kristen koptik ini. Apakah tidak wajar jika para
pendeta koptik ebih dahulu bersuara lantang menolak tuduhan Amerika sebelum Al
Azhar bersuara" Ulama-ulama besar dan terkemuka Mesir tidak pernah menyapa umat kristen
koptik sebagai orang lain. Mereka dianggap dan disapa sebagai 'ikhwan' sebagai
saudara. Saudara setanah air, sekampung halaman, sepermainan waktu kecil, bukan
saudara dalam keyakinan dan keimanan. Syaikh Yusuf Qaradhawi menyapa umat
koptik dengan 'ikhwanuna al Aqbath', saudara-saudara kita umat koptik. Sebuah
sapaan yang telah diajarkan oleh Al-Qur'an. Al-Qur'an mengakui adanya
persaudaraan di luar keimanan dan keyakinan. Dalam sejarah nabi-nabi, kaum nabi
Nuh adalah kaum yang mendustakan para rasul. Mereka tidak mau seiman dengan
nabi Nuh. Meskipun demikian, Al-Qur'an menyebut Nuh adalah saudara mereka.
Tertera dalam surat Asy Syuara ayat 105 dan 106: 'Kaum Nuh telah mendustakan
para rasul. Ketika saudara mereka (Nuh) berkata pada mereka, 'Mengapa kamu tidak
bertakwa"' Apakah ajaran yang indah dan sangat humanis seperti ini masih juga
dianggap tidak adil" Kalau tidak adil juga maka seperti apakah keadilan itu" Apakah
104 seperti ajaran Yahudi yang menganggap orang yang bukan Yahudi adalah budak
mereka. Atau ajaran yang diyakini ratu Isabela yang memancung jutaan umat Islam di
Spayol karena tidak mau mengikuti keyakinannya"
Aku merasa isi buku Prof. Dr. Abdul Wadud Shalabi harus dibaca masyarakat
Amerika, Eropa, dan belahan dunia lainnya yang masih sering tidak bisa memahami
ruh ajaran Islam. Termasuk juga masyarakat Indonesia. Tapi aku bimbang, apakah
aku punya waktu yang cukup untuk menerjemahkan buku itu. Kontrak terjemahan
harus segera aku tuntaskan. Jakarta sedang menunggu naskah yang aku kerjakan.
Proposal tesis juga harus segera kuajukan ke universitas. Dan kondisi kesehatan
yang sedikit terganggu.

Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

*** 3 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Metro yang kutumpangi sampai di Hadayek Helwan pukul dua. Panas
sengatan matahari semakin kurang ajar dan kurang ajar. Aku keluar mahattah dengan
memakai langkah cepat. Di perempatan jalan dekat rental dan toko peralatan
komputer Pyramid Com, aku mendengar seseorang memanggil namaku. Suara yang
tidak terlalu asing. Aku menengok ke kanan, ke arah Pyramid Com. Seorang gadis
Mesir sambil memegang payung berjalan cepat ke arahku. Aku terus saja berjalan tak
begitu mempedulikan dirinya. Sebab udara panas menyengat muka.
"Hai Fahri, tunggu, baru pulang ya" Kepanasan" Ini pakai saja payungku nanti
kau sakit lagi?" Gadis Mesir berpipi lesung kalau tersenyum itu telah berhasil mengejar
langkahku. Ia berjalan sejajar denganku dan menawarkan payungnya padaku.
"Sudahlah Maria, kau jangan berlaku begitu!" sahutku sambil mempercepat
langkah. Maria terus berusaha mengimbangi kecepatan langkahku. Ia berusaha
memayungi diriku dari sengatan matahari. Beberapa orang Mesir yang berpapasan
dengan kami melihat kami dengan pandangan heran. Maria melakukan sesuatu yang
tidak biasanya dilakukan gadis Mesir. Juga tidak akan pernah ada lelaki di Mesir
memakai payung untuk melindungi dari sengatan matahari.
"Maria, please, hormatilah aku. Jangan bersikap seperti itu!"
Maria menarik payungnya dan menggunakan untuk melindungi dirinya. Aku
heran sendiri dengan perlakuan puteri Tuan Boutros ini padaku. Mamanya bilang
Maria tidak suka didatangi teman-teman lelakinya. Juga tidak suka pergi atau kencan
105 dengan mereka. Tidak suka menerima telpon dari mereka. Tidak bisa mesra katanya,
tapi kenapa dia bersikap sedemikian perhatian padaku. Aku merasa ia seolah-olah
menunggu kepulanganku di jalan yang pasti kulewati.
"Janji sama siapa Fahri, kalau aku boleh tahu?" tanyanya. Aku mempercepat
langkah. Jarak apartemen dan mahattah metro sekitar seratus dua puluh lima meter.
"Sama teman. Kau panas-panas begini ke Pyramid Com ada apa" Kau 'kan
paling malas keluar di tengah panas yang menggila seperti ini?" tanyaku tanpa
memandang kepadanya. Itu tidak mungkin kulakukan kecuali terpaksa misalnya
ketika berjumpa begitu saja. Atau reflek menengok karena dia memanggil namaku.
"Terpaksa. Tinta printku habis. Padahal aku harus ngeprint banyak saat ini.
Sialnya stok Pyramid Com juga habis. Aku mau ke Helwan malas sekali?" jawabnya
dengan nada kecewa. "Kebetulan tintaku masih penuh. Baru beli. Pakai saja milikku."
"Terima kasih Fahri. Kebetulan sekali kalau begitu. Aku perlu sekali. Kalau aku
tahu itu aku tidak akan capek-capek begini."
"Kelihatannya kau sangat sibuk minggu dan banyak tugas minggu ini, Maria?"
"Iya, sejak empat hari kemarin aku sibuk mengedit kumpulan tulisanku yang
tersebar di beberapa media selama satu tahun ini. Hari ini juga harus aku print. Sebab
habis maghrib nanti akan diambil Wafa untuk dimintakan kata pengantar pada Anis
Mansour, lalu diterbitkan. Setelah itu sampai kuliah aktif kembali aku kosong. Ada apa
kau tanya seperti itu. Ada yang bisa aku bantu?"
"Ya. Kalau kau berkenan. Aku perlu bantuanmu."
"Apa itu" Kalau aku mampu, dengan senang hati."
Aku lalu menjelaskan pertemuanku dengan Alicia dan segala pertanyaannya.
Aku menjelaskan keinginanku menyampaikan isi buku yang ditulis Prof. Dr. Abdul
Wadud Shalabi. Tapi kelihatannya aku tidak punya waktu yang cukup. Buku itu
4 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
setebal 143 halaman. Dan Maria bahasa Inggrisnya sangat bagus. Selama di sekolah
menengah ia kursus di British Council, dan pernah terpilih pertukaran pelajar ke
Skotlandia selama setengah tahun.
"Kapan dead linenya?"
"Jawaban harus aku sampaikan pada Alicia hari Sabtu depan. Kalau bisa
106 malam Jum'at sudah selesai diterjemahkan sehingga aku juga ada kesempatan
membacanya?" "Baiklah. Nanti berikan buku itu padaku. Aku berjanji Kamis pagi selesai."
"Thank's, Maria."
"Forget it." Tak terasa kami telah sampai di halaman apartemen. Aku mempercepat
langkah. Aku tidak mau naik tangga di belakang Maria. Aku harus di depan, aku
teringat kisah nabi Musa dan dua gadis muda pencari air. Nabi Musa tidak mau
berjalan di belakang keduanya demi menjaga pandangan dan menjaga kebersihan
jiwa. Sampai di dalam flat, Saiful menyambutku dengan segelas ashir mangga. Aku
langsung meminumnya. Rasa segar menjalar ke seluruh tubuh. Aku langsung masuk
kamar dan menyalakan kipas angin. Maria mengirim sms agar tinta dan buku yang
hendak diterjemah segera kusiapkan. Lima menit lagi ia akan menurunkan keranjang.
Aku langsung mencari buku itu di rak. Ketemu. Jendela kubuka. Angin panas masuk
serta merta. Maria telah menunggu dengan keranjang kecilnya. Tinta dan buku
kumasukkan ke dalamnya. Dan ia mengangkatnya. Aku langsung shalat dan istirahat
sampai ashar tiba. *** Mishbah pulang dari Nasr City jam enam sore. Ketika aku sedang asyik
membaca beberapa buku untuk menjawab pertanyaan Alicia. Ia membawa pesan dari
Nurul yang secara tidak sengaja bertemu di depan Wisma agar aku menelpon dia
sebelum maghrib tiba. Kembali Rudi menggodaku, "Tidak salah lagi. Pasti ada
sesuatu. She is the true coise!" Aku beristighfar dalam hati. Semoga Allah melindungi
dari godaan setan yang terkutuk yang menyesatkan manusia dengan berbagai
macam cara. Dalam hati aku menegaskan, aku tidak akan menelponnya.
Setengah tujuh telpon berdering. Dari Nurul. Ia minta padaku agar ke rumah
Ustadz Jalal, katanya Ustadz Jalal ingin minta tolong dan membicarakan sesuatu
yang penting padaku. Kukatakan minggu ini aku tidak bisa. Ia bilang tidak apa-apa,
tapi minta diusahakan kalau ada kesempatan langsung ke sana. Ustadz Jalal masih
ada hubungan kerabat dengan Nurul, meskipun agak jauh. Mereka bertemu di ayah
kakek alias buyut. Sudah lama aku tidak bertemu Ustadz Jalal. Beliau dosen Fakultas
107 Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga yang mengambil S3 di Sudan, dan selama menulis
disertasi doktoralnya beliau tinggal di Kairo bersama isteri dan ketiga anaknya. Aku
akrab dengan beliau dimulai sejak kami umrah bersama dua tahun yang lalu. Kami
mengarungi laut merah untuk mencapai Jeddah dengan kapal Wadi Nile. Saat itu
beliau baru setengah tahun di Cairo. Anak beliau baru dua. Anaknya yang bungsu
lahir di Cairo tujuh bulan yang lalu. Apa yang beliau inginkan dariku" Apakah beliau
akan meminta tolong untuk ikut mentakhrij hadits lagi" Aku tak tahu pasti. Jawabnya
adalah ketika aku bertemu dengannya. Sebenarnya yang membuatku sedikit heran,
5 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kenapa Ustadz Jalal tidak langsung menelponku, kenapa berputar lewat Nurul. Benar,
rumahnya tidak ada telponnya, tapi dia tentunya bisa menelpon lewat Minatel yang
tersebar di setiap sudut kota Cairo. Keadaan dan jalan berpikir seseorang terkadang
memang susah dimengerti. Usai mengangkat telpon aku tidak meneruskan pekerjaanku sebelumnya, yaitu
membaca. Tapi aku merasa perlu meninjau kembali planning bulan ini. Utamanya
adalah minggu yang sedang aku jalani ini. Aku melihat jadwal keluar rumah. Ada lima
kegiatan. Kurasa harus aku pangkas semua. Aku harus istirahat dan mengejar
terjemahan. Pengajian ibu-ibu KBRI hari Selasa. Pembanding dalam diskusi yang
diadakan FORDIAN, Forum Studi Ilmu Al-Qur'an, di Buuts, hari Rabu pagi. Pergi ke
warnet. Dan rapat Dewan Asaatidz Pesantren Virtual, di mahattah Shurthah, Nasr
City, Kamis malam Jum'at. Semuanya harus aku batalkan. Yang perlu pengganti
harus aku carikan ganti. Bahkan untuk talaqqi pada Syaikh Utsman hari Rabu aku
ingin izin, sekali ini. Aku benar-benar ingin di rumah minggu ini, menghindari
perjalanan panjang yang membuat ubun-ubun terasa mendidih.
Sore itu juga aku telpon takmir masjid Indonesia yang mengurusi pengajian
ibu-ibu KBRI agar mengganti jadwalku dan memundurkan satu bulan ke belakang.
Pada koordinator FORDIAN aku minta diganti, kutawarkan sebuah nama. Pada Gus
Ochie El-Anwari sang penggagas rapat Dewan Asaatidz aku minta izin, aku
sampaikan beberapa ide dan pokok pikiran yang mengganjal di kepala. Setelah
semua beres aku merasa lega. Langsung kusambung dengan menulis jawaban atas
pertanyaan Alicia seputar Islam dan Perempuan. Aku hanya istirahat untuk shalat,
makan malam, dan minum air putih. Tekadku bulat harus tuntas malam ini. Tak ada
bedanya dengan membuat karya ilmiah. Jawaban dengan bahasa Inggris itu selesai
juga. Tepat pukul tiga malam. Dengan bahasa Inggris. Setebal empat puluh satu
halaman spasi satu Microsoft Word, Times New Roman, Font 12. Seandainya tidak
108 memakai bahasa Inggris kurasa pukul satu malam sudah selesai. Beberapa kali aku
harus membuka kamus Al Maurid untuk sebuah kosa kata yang aku kurang yakin
ketepatannya. Sejak itu aku tidak keluar rumah kecuali untuk shalat berjamaah. Waktuku
habis di dalam kamar, di depan komputer. Aktifitasku adalah menerjemah,
menyelesaikan proposal, sesekali makan, ke kamar mandi dan tidur. Hari Selasa sore
Maria memberi tahu buku Prof. Dr. Abdul Wadud Shalabi telah selesai ia terjemahkan
ke dalam bahasa Inggris. Hanya saja ia tidak berani menerjemahkan hadits dan ayat
suci Al-Qur'an takut salah. Maria memberikan disket berisi terjemahannya.
Kekurangannya kutambal. Jawabanku dan hasil terjemahan Maria langsung aku print
dan ketika shalat shubuh aku berikan kepada Syaikh Ahmad untuk diperiksa.
Kebetulan bahasa Inggris beliau bagus tidak seperti Imam masjid lainnya. Beliau
bahkan pernah diutus oleh Al Azhar ke Australia untuk menjadi Imam di masjid Malik
Faishal yang terletak di Common Wealth Street, Surry Hills, Sidney selama satu
tahun. Aku jelaskan pada beliau pertemuanku dengan Miss. Alicia dari Amerika dan
kapan jawaban itu harus aku serahkan. Aku ingin beliau mengoreksi dengan
seksama. Beliau sangat senang dengan apa yang aku lakukan. Beliau menjanjikan
malam Jum'at ba'da shalat Isya bisa aku ambil sehingga bisa diedit lagi dan diprint
ulang. Kekejaman pada diri sendiri untuk bekerja keras menampakkan hasilnya. Hari
Jum'at terjemahan selesai. Tinggal menunggu diedit saja. Proposal tesis juga selesai,
siap untuk diajukan ke tim penilai. Jika layak nanti pihak fakultas akan mencarikan
6 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
promotor yang sesuai. Dan jawaban untuk semua pertanyaan Alicia yang telah
dikoreksi dan diberi tambahan Syaikh Ahmad sudah aku print, aku fotocopy dan aku
jilid jadi empat. Untuk Alicia, untuk Aisha, untuk Maria, dan untuk arsip pribadiku. Aku
menatap peta hidup bulan ini. Aku tersenyum penuh rasa syukur. Kukatakan pada
diriku sendiri, "Man jadda wajad!"81
Aku merasa bersyukur kepada Allah yang mengilhamkan untuk merubah
strategi perangku minggu ini. Memang terkadang kita harus kejam pada diri sendiri.
Dan sedikit tegas pada orang lain. Aktifitas yang penting tetapi tidak terlalu penting
bisa dibuang atau di-pending.
*** 81 Pepatah Arab terkenal, artinya: "Siapa bersungguh-sungguh dia mendapat!"
109 Ketika aku mengambil naskah yang dikoreksi Syaikh Ahmad, beliau bercerita
sedikit tentang Noura. Gadis innocent itu senang di Tafahna. Kebetulan satu hari
sebelumnya, Ummu Aiman, isteri Syaikh Ahmad menjenguk ke sana. Syaikh Ahmad
sedang melacak sebenarnya siapa Si Muka Dingin Bahadur itu. Apakah benar
ayahnya atau bukan" Syaikh Ahmad mendapatkan informasi Noura dilahirkan di klinik
bersalin Heliopolis. Bagaimana sejarahnya Noura bisa terlahir di klinik elite di
kawasan elite itu" Syaikh Ahmad sedang menyelidikinya dengan bantuan Ridha
Shahata, sepupunya yang menjadi staf intelijen Dewan Keamanan Negara atau yang
disebut "Mabahits Amn Daulah". Aku yakin tak lama lagi Noura kembali hidupnya
yang penuh ketenteraman. Sebelum aku pulang beliau menyerahkan sepucuk surat
kepadaku, beliau bilang, "Surat ini yang membawa Ummu Aiman, dari Noura, katanya
ucapan terima kasih padamu!"
Inilah untuk pertama kalinya aku mendapatkan surat dari orang Mesir. Asli.
Dari gadis Mesir lagi. Meskipun cuma ucapan terima kasih. Aku penasaran ingin tahu
kata-kata apa yang ditulis oleh gadis innocent itu. Seperti apa tulisannya. Ingin
rasanya kubuka seketika itu, tapi pada Syaikh Ahmad aku merasa malu. Kumasukkan
surat itu begitu saja ke dalam saku.
110 10. Sepucuk Surat Cinta Ini malam Sabtu. Besok pagi aku harus pergi. Memasukkan proposal tesis ke
kampus. Menemui Alicia dan Aisha di National Library. Dan mengirimkan naskah
terjemahan ke redaksi sebuah penerbit di Jakarta melalui email. Perjalanan yang
agak melelahkan kelihatannya. Semua telah siap, kecuali naskah terjemahan. Belum
selesai di edit. Aku ingin besok pagi semuanya berjalan seperti rencana. Sekali
melakukan perjalanan banyak yang diselesaikan. Malam ini mau tidak mau aku harus
sedikit keras pada diriku sendiri. Aku harus kerja lembut mengedit hasil terjemahanku
sampai benar-benar matang.
Untuk persiapan lembur ini, aku telah menyiapkan dopping andalan. Madu
murni, susu kambing murni yang dibelikan oleh Hamdi dari para penggembala
kambing yang biasa lewat di Wadi Hof, dan telur ayam kampung. Agar suasana segar
aku membuka jendela dan pintu kamar terbuka lebar-lebar. Pelan-pelan kusetel
7 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
nasyid Athfal Filistin. Semangat bocah-bocah cilik Palestina yang membara dengan
celoteh mereka yang menggemaskan menyanyikan lagu-lagu perjuangan dan
intifadhah membuat diriku bersemangat dan tidak mengantuk. Aku sudah minta izin
teman-teman untuk membunyikan nasyid ini sampai tengah malam. Aku minta
mereka menutup pintu kamar masing-masing agar tidak terganggu tidurnya.
Ternyata mereka malah asyik meminjam film Ashabul Kahfi dari seorang
teman di Nasr City. Dan menontonnya di kamar Rudi. Mereka memerlukan waktu 16
jam untuk menonton film yang dibuat Iran dan Lebanon itu. Sebab film Ashabul Kahfi
adalah film yang diputar bersambung oleh stasiun TV Lebanon selama bulan
Ramadhan tahun kemarin. Hanya yang memiliki parabola yang bisa menontonnya.
Malam ini mereka menyediakan waktu khusus untuk menontonnya. Aku belum
pernah menontonnya, sebetulnya sangat ingin. Tapi apakah semua keinginan harus
dipenuhi" Komentar teman-teman yang sudah menontonnya, film Ashabul Kahfi luar
biasa indahnya, mampu menambah keimanan dan memperhalus jiwa. Lain kali
semoga ada kesempatan menontonnya. Malam ini adalah malam kerja.
Malam ini, sementara teman-teman terbang ke zaman Ashabul Kahfi, mereka
berdialog dengan pemuda-pemuda pilihan itu, aku malah berlayar di lautan kata-kata
yang disusun Ibnu Qayyim. Aku harus membaca dengan teliti dan mengedit tulisan
sebanyak 357 halaman. Tengah malam aku kelelahan. Aku istirahat dengan
melakukan shalat. Ketika sujud kepala terasa enak. Darah mengalir ke kepala.
111 Syaraf-syarafnya menjadi lebih segar. Kudengar teman-teman bertasbih atas apa
yang mereka lihat di film itu. Aku melemaskan otot-otot dengan menelentangkan
badan di atas kasur. Menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya pelan-pelan.
Aku bangkit hendak meneruskan pekerjaan. Tak sengaja aku melihat sepucuk surat
permintaan mengisi pelatihan terjemah dari sebuah kelompok studi. Aku jadi teringat
dengan sepucuk surat dari Noura yang masih berada di saku baju koko yang
tergantung di dalam almari. Aku belum membacanya. Segera kuambil surat itu dan
kubaca. Kepada Fahri bin Abdillah, seorang mahasiswa
dari Indonesia yang lembut hatinya dan berbudi mulia
Assalamu'alaikum warahmatullah wa barakatuh.
Kepadamu kukirimkan salam terindah, salam sejahtera para penghuni surga.
Salam yang harumnya melebihi kesturi, sejuknya melebihi embun pagi. Salam hangat
sehangat sinar mentari waktu dhuha. Salam suci sesuci air telaga Kautsar yang jika
direguk akan menghilangkan dahaga selama-lamanya. Salam penghormatan, kasih
dan cinta yang tiada pernah pudar dan berubah dalam segala musim dan peristiwa.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Entah dari mana aku mulai dan menyusun kata-kata untuk mengungkapkan
segala sedu sedan dan perasaan yang ada di dalam dada. Saat kau baca suratku ini
anggaplah aku ada dihadapanmu dan menangis sambil mencium telapak kakimu
karena rasa terima kasihku padamu yang tiada taranya.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Sejak aku kehilangan rasa aman dan kasih sayang serta merasa sendirian
tiada memiliki siapa-siapa kecuali Allah di dalam dada, kaulah orang yang pertama
datang memberikan rasa simpatimu dan kasih sayangmu. Aku tahu kau telah
menitikkan air mata untukku ketika orang-orang tidak menitikkan air mata untukku.
Wahai orang yang lembut hatinya,
8 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti


Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika orang-orang di sekitarku nyaris hilang kepekaan mereka dan masa
bodoh dengan apa yang menimpa pada diriku karena mereka diselimuti rasa bosan
dan jengkel atas kejadian yang sering berulang menimpa diriku, kau tidak hilang rasa
pedulimu. Aku tidak memintamu untuk mengakui hal itu. Karena orang ikhlas tidak
112 akan pernah mau mengingat kebajikan yang telah dilakukannya. Aku hanya ingin
mengungkapkan apa yang saat ini kudera dalam relung jiwa.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Malam itu aku mengira aku akan jadi gelandangan dan tidak memiliki
siapa-siapa. Aku nyaris putus asa. Aku nyaris mau mengetuk pintu neraka dan
menjual segala kehormatan diriku karena aku tiada kuat lagi menahan derita. Ketika
setan nyaris membalik keteguhan imanku, datanglah Maria menghibur dengan segala
kelembutan hatinya. Ia datang bagaikan malaikat Jibril menurunkan hujan pada
ladang-ladang yang sedang sekarat menanti kematian. Di kamar Maria aku terharu
akan ketulusan hatinya dan keberaniannya. Aku ingin mencium telapak kakinya atas
elusan lembut tangannya pada punggungku yang sakit tiada tara. Namun apa yang
terjadi Fahri" Maria malah menangis dan memelukku erat-erat. Dengan jujur ia menceritakan
semuanya. Ia sama sekali tidak berani turun dan tidak berniat turun malam itu. Ia telah
menutup kedua telinganya dengan segala keributan yang ditimbulkan oleh ayahku
yang kejam itu. Dan datanglah permintaanmu melalui sms kepada Maria agar
berkenan turun menyeka air mata dukaku. Maria tidak mau. Kau terus memaksanya.
Maria tetap tidak mau. Kau mengatakan pada Maria: 'Kumohon tuturlah dan usaplah
air mata. Aku menangis jika ada perempuan menangis. Aku tidak tahan. Kumohon.
Andaikan aku halal baginya tentu aku akan turun mengusap air matanya dan
membawanya ke tempat yang jauh dari linangan air mata selama-lamanya. Maria
tetap tidak mau." Dia menjawab: "Untuk yang ini jangan paksa aku, Fahri! Aku tidak
bisa." Kemudian dengan nama Isa Al Masih kau memaksa Maria, kau katakan,
"Kumohon, demi rasa cintamu pada Al Masih." Lalu Maria turun dan kau mengawasi
dari jendela. Aku tahu semua karena Maria membeberkan semua. Ia memperlihatkan
semua kata-katamu yang masih tersimpan dalam handphone-nya. Maria tidak mau
aku cium kakinya. Sebab menurut dia sebenarnya yang pantas aku cium kakinya dan
kubasahi dengan air mata haruku atas kemuliaan hatinya adalah kau. Sejak itu aku
tidak lagi merasa sendiri. Aku merasa ada orang yang menyayangiku. Aku tidak
sendirian di muka bumi ini.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Anggaplah saat ini aku sedang mencium kedua telapak kakimu dengan air
mata haruku. Kalau kau berkenan dan Tuhan mengizinkan aku ingin jadi abdi dan
113 budakmu dengan penuh rasa cinta. Menjadi abdi dan budak bagi orang shaleh yang
takut kepada Allah tiada jauh berbeda rasanya dengan menjadi puteri di istana raja.
Orang shaleh selalu memanusiakan manusia dan tidak akan menzhaliminya. Saat ini
aku masih dirundung kecemasan dan ketakutan jika ayahku mencariku dan akhirnya
menemukanku. Aku takut dijadikan santapan serigala.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Sebenarnya aku merasa tiada pantas sedikit pun menuliskan ini semua. Tapi
rasa hormat dan cintaku padamu yang tiap detik semakin membesar di dalam dada
terus memaksanya dan aku tiada mampu menahannya. Aku sebenarnya merasa
9 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tiada pantas mencintaimu tapi apa yang bisa dibuat oleh makhluk dhaif seperti diriku.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Dalam hatiku, keinginanku sekarang ini adalah aku ingin halal bagimu. Islam
memang telah menghapus perbudakan, tapi demi rasa cintaku padamu yang tiada
terkira dalamnya terhunjam di dada aku ingin menjadi budakmu. Budak yang halal
bagimu, yang bisa kau seka air matanya, kau belai rambutnya dan kau kecup
keningnya. Aku tiada berani berharap lebih dari itu. Sangat tidak pantas bagi gadis
miskin yang nista seperti diriku berharap menjadi isterimu. Aku merasa dengan itu aku
akan menemukan hidup baru yang jauh dari cambukan, makian, kecemasan,
ketakutan dan kehinaan. Yang ada dalam benakku adalah meninggalkan Mesir. Aku
sangat mencintai Mesir tanah kelahiranku. Tapi aku merasa tidak bisa hidup tenang
dalam satu bumi dengan orang-orang yang sangat membenciku dan selalu
menginginkan kesengsaraan, kehancuran dan kehinaan diriku. Meskipun saat ini aku
berada di tempat yang tenang dan aman di tengah keluarga Syaikh Ahmad, jauh dari
ayah dan dua kakakku yang kejam, tapi aku masih merasa selalu diintai bahaya. Aku
takut mereka akan menemukan diriku. Kau tentu tahu di Mesir ini angin dan tembok
bisa berbicara. Wahai orang yang lembut hatinya,
Apakah aku salah menulis ini semua" Segala yang saat ini menderu di dalam
dada dan jiwa. Sudah lama aku selalu menanggung nestapa. Hatiku selalu kelam oleh
penderitaan. Aku merasa kau datang dengan seberkas cahaya kasih sayang. Belum
pernah aku merasakan rasa cinta pada seseorang sekuat rasa cintaku pada dirimu.
Aku tidak ingin mengganggu dirimu dengan kenistaan katakataku yang tertoreh dalam
lembaran kertas ini. Jika ada yang bernuansa dosa semoga Allah mengampuninya.
114 Aku sudah siap seandainya aku harus terbakar oleh panasnya api cinta yang pernah
membakar Laila dan Majnun. Biarlah aku jadi Laila yang mati karena kobaran
cintanya, namun aku tidak berharap kau jadi Majnun. Kau orang baik, orang baik
selalu disertai Allah. Doakan Allah mengampuni diriku. Maafkan atas kelancanganku.
Wassalamu'alaikum, Yang dirundung nestapa, Noura Tak terasa mataku basah. Bukan karena inilah untuk pertama kalinya aku
menerima surat cinta yang menyala dari seorang gadis. Bukan karena kata-kata
Noura yang mengutarakan apa dirasakannya terhadapku. Aku menangis karena
betapa selama ini Noura menderita tekanan batin yang luar biasa. Ia sangat
ketakutan, merasa tidak memiliki tempat yang aman. Ia merasa berada dalam
kegelapan yang berkepanjangan. Tanpa cahaya cinta dan kasih dari keluarganya. Ia
merasa tidak ada yang peduli padanya. Ia telah kehilangan kepercayaan dirinya
sebagai manusia merdeka tanpa belenggu nestapa. Sesungguhnya tekanan psikis
yang menderanya selama ini lebih berat dari siksaan fisik yang ia terima. Maka ketika
ada sedikit saja cahaya yang masuk ke dalam hatinya, ada rasa simpati yang
diberikan orang lain kepadanya, ia merasa cahaya dan rasa simpati itu adalah
segalanya baginya. Ia langsung memegangnya erat-erat dan tidak mau kehilangan
cahaya itu, tidak mau kehilangan simpati itu dan ia sangat percaya dan menemukan
hidupnya pada diri orang yang ia rasa telah memberikan cahaya dan rasa simpati.
Aku menyeka air mata kulipat kertas surat itu dan kumasukkan ke dalam
amplopnya. Setelah shalat shubuh aku harus menyampaikan hal ini pada Syaikh
10 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ahmad. Gadis itu perlu terus diberi semangat hidup dan dikokohkan ruhaninya. Gadis
itu perlu diyakinkan bahwa dia akan mendapatkan rasa aman dan kasih sayang
selama berada di tengah-tengah orang yang beriman. Aku mengambil air wudhu
untuk menenangkan hati dan pikiran. Aku harus kembali menyelesaikan pekerjaan.
Ketika azan shubuh berkumandang seluruh terjemahan telah selesai aku edit.
Langsung kupecah menjadi empat file. Kumasukkan ke dalam disket. Mataku terasa
berat dan perih. Seperti ada kerikil mengganjal di sana. Aku belum memicingkan mata
sama sekali. Aku bangkit kuajak teman-teman untuk turun ke masjid.
115 11. Dijenguk Sahabat Nabi
Kepada Syaikh Ahmad aku berikan surat Noura untuk beliau baca. Jamaah
shalat shubuh sudah banyak yang pulang. Kecuali beberapa kakek-kakek yang
beri'tikaf dan membaca Al-Qur'an menunggu sampai waktu dhuha tiba. Aku diajak
Syaikh Ahmad masuk ke dalam kamar imam. Aku memohon kepada beliau untuk
memperlakukan gadis itu dengan lebih baik dan bijak. Aku memohon kepada beliau
agar gadis itu jangan dicela atas apa yang ditulis dan dilakukannya. Gadis itu memang
sedikit berbohong ketika mengatakan surat itu ucapan terima kasih semata. Gadis itu
perlu dikokohkan semangat hidupnya dan diyakinkan dia tidak akan mendapatkan
perlakuan buruk lagi. Dia akan aman di Mesir. Syaikh Ahmad membaca surat itu dan
menitikkan air mata. "Akan aku minta kepada Ummu Aiman untuk mencurahkan
perhatian yang lebih padanya. Dia memang memerlukan rasa aman dan kasih sayang
yang selama ini hilang. Dan dia sepertinya belum merasa yakin dia akan
mendapatkan rasa aman dan kasih sayang di sini." Syaikh Ahmad berjanji akan
menyelesaikan masalah Noura sebaikbaiknya dan meminta diriku agar tidak
terganggu dan konsentrasi pada tesis. Dan surat Noura itu aku berikan pada Syaikh.
Aku tidak mau menyimpannya. Baru aku pulang.
Sampai di rumah aku baca Al-Qur'an satu halaman. Aku ingin memejamkan
mata setengah jam saja. Aku pesan pada Saiful agar membangunkan aku sampai aku
benar-benar bangun pada pukul setengah tujuh.
Pukul setengah tujuh aku dibangunkan. Kerikil di mata belum sepenuhnya
hilang. Aku mandi. Sarapan belum jadi. Aku mempersiapkan segalanya untuk pergi.
Jawaban untuk Alicia. Proposal tesis. Dan disket berisi naskah terjemahan. Karena
perjalanan panjang aku harus berangkat pagi. Di metro aku tidak dapat tempat duduk.
Metro penuh oleh orang-orang yang berangkat kerja. Turun di Tahrir aku langsung
mencari Eltramco menuju Hayyu Sabe. Tujuanku adalah @lfenia. Warnet yang
dikelola teman-teman mahasiswa dari Indonesia. Pukul delapan aku sampai di sana.
Bertemu Furqon, penjaga warnet yang sudah seperti saudara sendiri. Furqon
memelukku dan berkata, "Pucat sekali sampean Mas. Begadang ya?"
Aku menganggukkan kepala. Furqon mempersilakan aku memilih sendiri
tempat yang kuinginkan. Hanya ada tiga orang yang sedang berlayar di dunia maya.
Aku memilih yang paling dekat dari tempatku berdiri. Membuka Yahoomail. Mengirim
naskah terjemahan dengan attachment. Membuka beberapa message di mailist
116 Mutarjim, Qahwaji, dan Indonesia Cinta Damai. Melihat Ahram, Time, Republika,
Media Indonesia, Suara Merdeka dan Islam-online. Satu jam aku di @lfenia. Furqan
menyuguhkan segelas teh Arousa. Teh paling merakyat di Mesir. Jika dibuat kental
dan minum masih dalam keadaan agak panas pelan-pelan. Sruput demi sruput. Teh
11 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Arousa mampu meringankan kepala yang berat dan menyegarkan pikiran. Dari
@lfenia aku langsung naik bis 926 menuju kampus Al Azhar di Maydan Husein.
Kuserahkan proposal tesiskepada Syuun Thullab Dirasat Ulya Fakultas Ushuluddin.
Aku merasa aku akan terlambat sampai di National Library. Aku kontak Aisha
memberitahukan posisi keberadaanku dan meminta mereka menunggu jika aku
terlambat. Benar aku terlambat sepuluh menit. Aku minta maaf. Kukeluarkan jawaban
atas pertanyaan Alicia yang telah kujilid.
"Semua pertanyaan tentang perempuan dalam Islam saya jawab dalam empat
puluh halaman. Pertanyaan lainnya saya jawab dengan menerjemahkan buku yang
ditulis oleh Prof.Dr. Abdul Wadud Shalabi."
Alicia dan Aisha berdecak kaget dan gembira atas keseriusanku. Aku jelaskan
siapa sebenarnya yang menerjemahkan buku Prof. Shalabi ke dalam bahasa Inggris.
Sahamku dalam terjemahan itu hanyalah membaca ulang dan mengoreksinya serta
menerjemahkan hadits dan melengkapi terjemahan AlQur'an yang ditinggalkan Maria.
Korektor akhir atas semuanya adalah Syaikh Ahmad Taqiyyuddin. Lalu kami
berdiskusi selama dua jam setengah. Saat berdiskusi aku merasa badanku terasa
meriang sekali. Kepalaku berat tapi aku tahan dan aku kuat-kuatkan. Alicia minta data
diriku dan alamat lengkapku. Dua hari lagi rencananya ia akan kembali ke Amerika.
Aisha berkata suatu saat nanti akan mengajak diriku untuk berdiskusi lagi. Kami
berpisah. Di luar gedung terik panas benar-benar menggila. Aku naik metro. Sampai
di Maadi setengah tiga.Aku belum shalat. Terpaksa aku turun untuk shalat di masjid
yang ada di luar mahattah.
Aku meneruskan perjalanan. Ubun-ubun kepalaku terasa sangat nyeri. Di Tura
El-Esmen badai panas bergulung menebar debu ke dalam metro. Sangat tidak
nyaman. Turun di Hadayek Helwan aku merasa tidak kuat untuk berjalan ke
apartemen. Aku panggil taksi. Kepalaku nyeri sekali. Tubuh seperti remuk. Aku lupa
belum sarapan sejak pagi. Sampai di halaman apartemen aku sempat melihat jam
tangan. Pukul tiga seperempat. Kepalaku seperti ditusuk tombak berkarat. Sangat
sakit. Begitu membuka pintu rumah aku merasa tidak kuat melangkahkan kaki.
117 Kepala terasa seperti digencet palu godam. Lalu aku tidak tahu apa yang terjadi.
Mataku menangkap kilatan cahaya putih lalu gelap.
*** Dalam keremangan gelap aku melihat ada cahaya. Perlahan aku membuka
mata. Aku melihat langit-langit berwarna putih. Bukan langit-langit kamarku.
Langit-langit kamarku biru muda. Kepalaku masih berat.
"Alhamdulillah. Kau sudah tersadar Mas," suara Saiful serak. Aku memandang
wajahnya. "A..aku di...di mana?" lidahku terasa kelu sekali.
"Di rumah sakit Mas," lirih Saiful.
"Kenapa?" "Sudah lah Mas istirahat dulu. Jangan memikirkan apa-apa dulu."
Kepalaku terasa nyeri kembali. Aku berusaha berpikir, mengingat-ingat apa
yang terjadi padaku sehingga ada di rumah sakit ini. Perjalanan melelahkan,
kepanasan dengan perut kosong. Membuka pintu dengan kepala sakit luar biasa
seperti dihantam palu godam. Lalu gelap. Saiful menatapku dengan mata berkaca.
"Jam be..berapa?" tanyaku padanya.
"Setengah tiga malam Mas."
12 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Aku teringat belum shalat Ashar, Maghrib dan Isya. Aku ingin bangkit tapi
seluruh tubuhku terasa lumpuh. Kepalaku tiba-tiba terasa sakit sekali.
"Aduuh! Astaghfirullah!" aku menahan sakit tiada terkira.
"Kenapa Mas?" Semuanya kembali terasa gelap. Aku berlayar dalam gelap dan keheningan.
Mengarungi dunia yang tiada aku tahu namanya. Aku mendengar suara magic Syaikh
Utsman Abdul Fattah. Fahri, baca surat Al Anbiya! Kubaca surat Al Anbiya. Teruskan
Surat Al Hajj, pakai qiraah Imam Warasy.82 Aku membaca dengan qiraah Warasy
sampai selesai. Semuanya gelap kembali. Aku tidak mendengar apa tidak melihat
apa-apa. Aku kembali mendengar suara Syaikh Utsman, beliau membaca surat Al
82 Imam Warasy, seorang Imam Qiraah yang terkenal, mengambil qiraahnya dari Imam Nafi bin
Abdurrahman Al-Madani yang mengambil qiraah dari Imam Abu Ja'far Al-Qari dan tujuh puluh
tabiin. Dan mereka semua mengambil qiraah dari Ibnu Abbas dan Abu Hurairah dari Ubay bin Kaab dari
Rasulullah Saw. 118 Furqan dengan qiraah Imam Hamzah aku mendengar dengan seksama kefasihan
tajwidnya. Sampai ayat enam puluh lima beliau membaca dengan menangis
tersedu-sedu. Aku ikut menangis. Beliau tiada kuasa untuk melanjutkannya. Aku
membacanya dan melanjutkannya dengan qiraah yang sama. Selesai. Syaikh
Utsman meminta aku meneruskan satu surat lagi. Aku memenuhi titah beliau, kubaca
surat Asy Syuara. Sampai pada ayat seratus delapan puluh empat daun telingaku
menangkap suara isak tangis sayupsayup. Aku merasa ada sentuhan halus di pipiku.
Aku mengerjapkan mataku. "Fahri, kau sudah sadar Fahri. Kau bangun Fahri. Ini aku," suara halus
perempuan. Aku coba membuka mata lebih lebar. Semakin terang. Aku melihat wajah
putih bersih. Dia duduk di kursi dekat dengan dadaku
"Ma..Maria"!" aku memanggil namanya, tapi cuma bibirku yang kurasa
bergerak tanpa suara. "Ya aku Maria," ia mendekatkan wajahnya ke wajahku.
."Astaghfirullah!" lirihku.
"Ada apa Fahri?"
"Ma..mana Saiful?"
"Sedang keluar, dia kusuruh sarapan."
"Jam berapa?" "Jam delapan pagi."
Maria tiada berkedip memandangi diriku yang terbujur tiada berdaya seperti
bayi. Matanya berkaca-kaca, hidungnya memerah dan pipinya basah.
"Kenapa kau kemari, Maria?"
"Aku ingin tahu keadaanmu. Aku mencemaskanmu."
"Kau menangis Maria?"
"Kau membuatku menangis Fahri. Kau mengigau terus dengan bibir bergetar
membaca ayat-ayat suci. Wajahmu pucat. Air matamu meleleh tiada henti. Melihat
keadaanmu itu apa aku tidak menangis," serak Maria sambil tangan kanannya
bergerak hendak menyentuh pipiku yang kurasa basah.
"Jangan Maria tolong, ja..jangan sentuh!"
13 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti


Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

119 "Maaf, aku lupa. Keadaan haru sering membuat orang lupa."
Aku melihat di samping kiriku ada tiang besi putih, ada tabung infus tergantung
di sana. Di bawah tabung ada selang kecil mengalirkan air infus ke dalam nadi tangan
kiriku. Air infus terus menetes seperti embun di musim penghujan. Aku kembali
merasakan nyeri dalam tempurung kepalaku. Seperti ada ratusan paku menancap.
Aku berusaha menahan dengan memejamkan mata dan otot rahang menegang. Tak
kuat juga aku mengaduh, meskipun lirih.
"Ada apa Fahri, apa yang kau rasakan?" suara Maria serak.
"Kepalaku nyeri sekali."
"Biar kupanggilkan petugas," telingaku menangkap suara langkah kaki Maria.
Tak lama kemudian ia datang dengan seorang dokter lelaki. Dokter itu memasang
menempelkan tangannya di keningku. Memeriksa tekanan darahku. Memasang
termometer sebesar pena di ketiakku. Dan dengan suara yang lembut menanyai apa
yang kurasakan serta membesarkan hatiku. Ia mengambil termometer dan
melihatnya. Lalu menuliskan sesuatu di dalam berkas yang di bawanya. Kemudian
menyuntikkan sesuatu lewat jarum selang infus yang menancap di tangan kiriku.
"Suntikan untuk meredakan rasa sakit. Kau akan cepat sembuh," kata dokter
itu. Maria mengamati dengan seksama apa yang dilakukan dokter itu padaku. Ia
berdiri di samping ranjang. Rambutnya yang hitam terkucir rapi. Setelah mendapat
suntikan itu rasa sakit di kepalaku terasa mulai berkurang. Saiful datang tepat saat
dokter setengah baya yang mengenalkan dirinya bernama Ramzi Shakir itu hendak
pergi. Saiful menyalami dokter Ramzi dan berbincang sebentar dengannya. Maria
duduk di kursi di samping ranjang. Saiful mendekat. Ia mengucapkan salam dan
tersenyum. "Maria, boleh aku bicara empat mata dengan Saiful?" lirihku pada Maria.
Maria mengangguk dan melangkah keluar. Ia tidak membawa serta tas
kecilnya. "Saif, kenapa kau tinggalkan aku sendirian dengan Maria" Kenapa dia yang
menunggui aku" Dia bukan mahramku." Aku memaksakan diri untuk bersuara agak
keras. Saiful sepertinya tahu kalau aku marah dan tidak berkenan.
"Maafkan saya Mas. Keadaannya darurat. Aku belum tidur sama sekali
semalam dan perutku perih sekali. Kebetulan Maria datang," jawabnya.
120 "Teman-teman yang lain mana?"
Saiful lalu menceritakan kejadian itu.
"Saat Mas pulang dan terjatuh tak sadarkan diri di pintu, yang ada di rumah
cuma saya seorang. Saya langsung mengontak Mishbah yang saat itu ada di Wisma
agar pulang. Sedangkan Hamdi dan Rudi, hari itu sedang dalam perjalanan ikut
rihlah83 ke Luxor yang diadakan Majlis A'la. Mereka tidak mungkin dihubungi. Saya
bingung, saya naik ke atas. Untung saat itu Yousef dan Maria ada. Maria langsung
menelpon mamanya, Madame Nahed, yang sedang kerja di Rumah Sakit Maadi.
Madame Nahed meminta pada Maria agar seketika itu juga membawa Mas Fahri ke
rumah sakit. Madame Nahed mengurusi semuanya dan memilihkan kamar kelas satu.
Dia juga yang memilihkan dokter. Madame Nahed tidak bisa langsung menanganimu
sebab dia dokter spesialis anak. Mas tak sadarkan diri dalam waktu yang lama sekali.
Mas baru sadar jam setengah tiga malam. Setelah itu tak sadarkan diri lagi. Mishbah
14 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sampai di rumah sakit jam lima sore ikut menunggui sampai jam satu malam. Saya
dan Mishbah sepakat membuat jadwal. Malam itu saya minta Mishbah istirahat di
rumah, karena dia terlihat sangat kelelahan. Dan saya minta dia datang pukul
sembilan pagi untuk gantian jaga. Pukul setengah delapan tadi Maria datang tepat
ketika saya merasakan perut ini sedemikian perih karena sejak sore kemarin belum
kemasukan apa-apa. Melihat wajah saya pucat Maria minta saya keluar keluar untuk
makan dan membersihkan badan. Jadilah Maria menjaga Mas sendirian."
Mendengar cerita itu aku maklum adanya. Saiful berjanji akan menjaga diriku
sebaik-baiknya bergantian dengan Mishbah. Dan tidak akan
membiarkan diriku dijaga oleh orang lain. Maria mengetuk pintu minta izin masuk. Aku minta Saiful untuk mempersilakan
dia masuk. Maria datang dengan menenteng kantong plastik putih. Ia duduk dan
mengeluarkan isinya; satu botol air mineral, satu kotak susu Juhayna isi satu kilo, satu
kotak ashir mangga, sebungkus roti tawar, satu kaleng vitrac rasa strawberry, satu
kaleng cokelat, sekotak keju president, dan satu kotak tissue meja. Ia menatanya di
atas meja yang masih kosong tidak ada apa-apa. Maria menawariku makan atau
minum. Aku sama sekali tidak berselera. Ia mengambil selembar roti tawar,
mengoleskan keju dan cokelat dan menutupnya dengan selembar roti tawar di
atasnya dan menyerahkan pada Saiful. Saiful tidak bisa menolaknya. Maria kembali
83 rekreasi. 121 mengambil roti tawar. Kali ini untuk dirinya. Lalu ia mengambil dua gelas dan bertanya
pada Saiful mau minum apa. Saiful menjawab, air putih saja. Maria menuangkan air
mineral ke dalam gelas dan menyerahkan pada Saiful. Ia sendiri menuangkan ashir
mangga. Kudengar mereka berdua berbincang sambil makan roti. Saiful mengucapkan
rasa terima kasih atas kebaikan Maria. Dengan sangat hati-hati ia menjelaskan
masalah mahram kepada Maria. Dengan bahasa halus ia meminta agar jika bisa
Maria datang bersama ayah atau adiknya. Jadi seandainya berbincang atau berada
dalam satu ruangan seperti itu ada mahram yang menemaninya. Bukan karena tidak
percaya pada Maria tapi demi kedamaian jiwa. Aku diam saja. Sebab perlahan aku
kembali merasakan kepalaku mulai bersenutsenut. Aku masih bisa mendengar Saiful
menyitir beberapa sabda Rasul yang memberikan tuntunan cara berinteraksi pria
dengan wanita. Batasan boleh dan tidaknya.
Aku juga mendengar pertanyaan Maria tentang boleh tidaknya perempuan
menjenguk pria yang dikenalnya yang sakit. Aku mendengar Saiful menjawab boleh,
mendasarkan jawabannya bahwa Imam Bukhari dalam kitab shahihnya secara
khusus menulis "Bab Perempuan Membesuk Lelaki". Beliau mengatakan, "Ummu
Darda' menjenguk seorang lelaki ahli masjid dari kalangan Anshar." Dalam sebuah
riwayat juga disebutkan bahwa ketika Ka'ab bin Malik Al Anshari sakit keras dan dekat
dengan kematiannya, Ummu Mubasyir binti Al Barra bin Ma'rur Al Anshariyyah
menjenguknya. Maka tidak ada masalah seorang perempuan menjenguk saudaranya
15 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang lelaki selama masih menjaga adab kesopanan yang diajarkan Rasulullah.
Setelah itu aku tidak mendengar lagi apa yang mereka bicarakan. Aku kembali
merasakan nyeri yang luar biasa dalam tempurung kepalaku. Aku mengaduh. Lalu
semuanya terasa gelap. *** Ketika aku sadar, aku tidak menemukan Saiful dan Maria. Yang ada di sisiku
adalah Mishbah dan beberapa teman dari Nasr City yang kukenal baik. Ada Mas
Khalid, Kang Kaji, Mas Junaedi, Sofwan, Iswan, Khalil, Bimo dan Chakim. Mereka
semua tersenyum padaku meskipun aku menangkap guratan sedih dalam wajah
mereka. Mereka mendekat satu persatu dan memelukku pelan sambil berbisik,
122 "Syafakallah syifaan ajilan, syifaan la yughadiru ba'dahu saqaman." 84
Kutanyakan pada Mishbah jam berapa sekarang. Mishbah menjawab jam satu
siang. Apakah ini hari Ahad" Mishbah menjawab iya. Aku minta pada Mishbah untuk
menghubungi Syaikh Utsman. Rabu lalu aku sudah tidak datang. Aku minta Mishbah
menjelaskan kondisiku pada beliau dan memohon agar beliau memberikan doanya.
Mishbah keluar. Aku mencoba mengangkat tanganku. Tidak bisa juga. Rasanya
seperti lumpuh. Aku meneteskan air mata. Aku belum berani bertanya sakit apa aku
sebenarnya. Aku minta pada Mishbah dan teman-teman agar tidak mengabarkan sakitku ini
ke Indonesia. Aku merasa ingin buang air kecil. Aku katakan itu pada Mas Khalid. Mas
Khalid mengambilkan pispot. Teman-teman yang lain keluar. Mas Khalid
memasukkan pispot ke balik selimutku. Tangannya meraba tanpa membuka auratku
dan berusaha aku bisa buang air kecil di dalam pispot. Aku tidak bisa membayangkan
kalau dalam keadaan seperti ini yang ada di sampingku hanyalah Maria seperti tadi
pagi. Apakah aku harus buang air kecil begitu saja di atas kasur seperti waktu aku
masih bayi dulu, ataukah aku akan meminta tolong padanya untuk memasangkan
pispot. Selesai buang air kecil, aku minta pada Mas Khalid mentayamumi aku. 85
Tanganku sama sekali tidak bisa digerakkan. Lalu aku shalat dengan menggunakan
isyarat mata dan tubuh terlentang tiada berdaya seperti seorang balita.
Teman-teman menemani sampai jam besuk habis. Tinggal Mishbah seorang
yang tetap menunggui diriku. Mishbah memberi tahu habis maghrib, insya Allah,
Syaikh Utsman Abdul Fattah akan datang. Aku meneteskan air mata, diriku telah
menyusahkan banyak orang. Mishbah mengusap air mata yang meleleh dipipiku
dengan tissue yang dibeli Maria, baunya wangi. Sambil menghiburku bahwa
semuanya akan kembali seperti sedia kala, aku akan sembuh dan sehat kembali serta
bisa main bola lagi. Saiful datang membawa bantal. Ia bilang sejak sekarang ia dan
Mishbah akan menjagaku berdua. Tidur dan istirahat bergantian di dalam kamar kelas
satu ini. Memang di kamar yang tidak terlalu luas ini hanya aku seorang pasiennya.
Aku tidak tahu bagaimana nanti membayar ongkosnya. Kepalaku terasa berat lalu
nyeri dan semuanya kembali terasa gelap.
Dalam gelap aku tidak tahu berada di alam apa. Tiba-tiba aku berjumpa
dengan orang yang kurus dan bercahaya wajahnya, orang yang belum pernah aku
84 85 Semoga Allah menyembuhkanmu secepatnya, dengan kesembuhan yang tiada sakit setelahnya.
Tayamum adalah bersuci dengan menggunakan debu sebagai ganti wudhu.
16 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
123 berjumpa dengannya. Dia mengenalkan dirinya sebagai Abdullah bin Mas'ud. Aku
tersentak kaget. Abdullah bin Mas'ud adalah satu-satunya sahabat, yang Baginda
Nabi ingin mendengar bacaan Al-Qur'an darinya. Abdullah bin Mas'ud adalah Guru
Besar Tafsir dan Qiraah di kota Kufah. Imam-imam besar dari kalangan tabiin banyak
yang belajar membaca Al-Qur'an darinya. Abdullah bin Mas'ud tersenyum padaku
serta merta aku mencium tangannya, ia menyambutku dan memeluk diriku. Aku bisa
berdiri, aku tidak lumpuh. Ibnu Mas'ud membisikkan syafakallah ke telingaku. Aku
mencium bau harum dari jubah dan tubuhnya.
Beliau melepaskan pelukannya dan memintaku membaca Al Baqarah. Aku
membacanya dengan hati bahagia. Beberapa kali dia membetulkan bacaanku. Aku
membaca sampai akhir Al Baqarah. Abdullah bin Mas'ud memintaku berhenti.
Abdullah bin Mas'ud mencium keningku dan hendak pergi. Aku menahannya. Aku
katakan aku ingin menanyakan sesuatu padanya. Beliau tersenyum dan menyilakan
aku bertanya. Aku tanyakan padanya, "Apakah benar riwayat yang mengatakan Anda tidak
mengakui mushaf Utsmani?"
Abdullah bin Mas'ud tersenyum padaku dan berkata dengan suara yang
sangat berwibawa, "Yang tidak mengakui mushaf Utsmani dan tidak suka dengannya adalah
orang-orang munafik dan orang-orang yang memusuhi agama Allah. Mereka
mencatut namaku untuk membela tujuan-tujuan mereka yang jahat. Apa yang ada di
dalam mushaf Utsmani dari Al Fatihah sampai An Naas adalah wahyu yang
diturunkan Allah melalui malaikat Jibril kepada Baginda Nabi. Tertulis utuh dan
sempurna. Tidak berkurang dan tidak bertambah meskipun cuma satu huruf. Dan apa
yang ada dalam mushaf Utsmani itulah yang aku ajarkan pada para tabiin dan mereka
mengajarkan pada murid-muridnya. Begitu seterusnya hingga sampai kepadamu dan
kepada jutaan umat Muhammad di seluruh penjuru dunia. AlQur'an terjaga
keasliannya. Memang akan selalu ada orang-orang jahat yang berusaha meragukan
kebenaran dan merusak kesucian Al-Qur'an. Namun ketahuilah usaha mereka akan
sia-sia. Sebab Allah sendiri yang akan menjaga keutuhan dan kesuciannya sampai
hari akhir. Dan orang-orang pilihan Allah di dunia ini adalah mereka yang disebut Ahlul
Quran. Orang-orang yang hatinya selalu terpatri pada Al-Qur'an, mengimani
Al-Qur'an, dan berusaha mengajarkan dan mengamalkan isi Al-Qur'an dengan penuh
keikhlasan." 124 Sahabat nabi, Abdullah bin Mas'ud tersenyum. Aku pun tersenyum. Aku ingin
ikut dengannya, tapi beliau tidak memperbolehkannya. Aku lalu titip padanya salam
sejahtera, rasa cinta dan rasa rindu tiada terkira untuk Baginda Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam. Sahabat nabi itu lalu meninggalkan diriku. Semakin lama semakin jauh.
Mengecil. Menjadi titik. Dan hilang. Aku merasa kehilangan dan sedih. Mataku basah.
125 12. Siapa Malaikat Itu"
Wajah itu Nurul. Ya Nurul. Ketika aku terbangun dari ketidaksadaran, aku
melihatnya, tak jauh dari kakiku bersama teman-temannya. Kulihat sekilas wajahnya
17 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sendu. Ada juga ketua dan pengurus PPMI, Persatuan Pelajar dan Mahasiswa
Indonesia. Saiful duduk di dekat kepalaku. Ia paling dekat denganku. Tangannya
mengusap pipiku yang basah.
"Alhamdulillah, Mas Fahri sadar." Aku mendengar mereka memuji Allah.
"Sabar Mas Ya" Insya Allah segera sembuh," lirih Saiful dengan mata
berkaca-kaca. "Aku sakit apa katanya Saif?"
"Dokter belum menjelaskannya Mas."
Zaimul Abrar, Ketua PPMI, mendekat, mendoakan, dan atas nama seluruh
mahasiswa ikut merasa sedih atas sakit yang menimpaku. Lalu gantian Nurul
mewakili teman-temannya, ketika dekat dengan diriku ia menatapku dengan penuh
iba dan sorot mata yang aku tidak tahu maknanya. Kedua matanya berkacakaca dan
sendu. "Cepat sembuh Kak. Cepat selesaikan masternya dan cepat mengabdi di
tanah air tercinta," katanya terbata-bata. Aku mendengarnya dengan sesekali
memejamkan mata. "Mas kami pamit. Kami sudah lama di sini. Syafakallah!" ucap Zaim.
"Kami juga minta diri Kak," ikut Nurul.
Mereka pun pulang. Aku merasa wujudku benar-benar ada dan berarti. Aku
merasa diperhatikan, disayang, dan dicintai semua orang.
Dua menit setelah mereka keluar, Syaikh Ahmad datang bersama Ummu
Aiman. Syaikh Ahmad berusaha tersenyum padaku. Beliau memelukku pelan sambil
mendoakan kesembuhanku. Ia tahu aku sakit dari Mishbah yang ketika shalat shubuh
mengabarkan padanya. Syaikh Ahmad memberikan sedikit tadzkirah yang
membesarkan hatiku dan menguatkan jiwaku.
"Pintu-pintu surga terbuka lebar untuk orang yang sabar menerima ujian dari
Allah!" Syaikh Ahmad tidak lama berada di sisiku. Tak lebih dari seperempat jam.
Setelah itu pamitan. Beliau membawa dua kilo anggur yang sangat segar.
126 *** Menjelang maghrib Dokter Ramzi Shakir memberi tahu setelah melihat hasil
foto rontgen kepalaku, aku harus dioperasi. Ada gumpalan darah beku yang harus
dikeluarkan. Rencananya operasi besok pagi pukul delapan. Aku diminta untuk puasa
malam ini. Aku mungkin akan tinggal di rumah sakit sekitar satu bulan lamanya. Aku
menitikkan air mata. Saiful dan Mishbah menghibur, meskipun kulihat mereka berdua
juga menitikkan air mata.
Menjelang Isya, Syaikh Utsman Abdul Fattah benar-benar datang bersama
beberapa teman Mesir yang mengaji qiraah sab'ah pada beliau. Syaikh Utsman
mengusap kepalaku, persis seperti ayahku mengusap kepalaku. Beliau tersenyum
padaku. Beliau meminta kepada semuanya untuk keluar sebentar. Beliau ingin
berbicara hanya berdua denganku. Saiful, Mishbah dan teman-teman Mesir keluar
meninggalkan kami. Syaikh Utsman duduk di kursi dekat dadaku.
Sambil mengelus rambut kepalaku beliau berkata,
"Anakku, ceritakan padaku apa yang dilakukan sahabat nabi yang mulia,
Abdullah bin Mas'ud padamu?"
Aku kaget bukan main. Bagaimana Syaikh Utsman tahu kalau aku bertemu
sahabat nabi Abdullah bin Mas'ud dalam pingsanku.
"Tadi malam jam tiga saat aku tidur setelah tahajjud aku didatangi Abdullah bin
Mas'ud radhiyallahu anhu. Aku hanya sempat bersalaman saja. Beliau bilang akan
18 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menjengukmu sebelum aku menjengukmu." Syaikh Utsman seperti mengerti
keherananku, beliau menjelaskan bagaimana beliau tahu aku kedatangan Abdullah
bin Mas'ud. "Bagaimana Syaikh bisa yakin aku benar-benar di datangi Abdullah bin
Mas'ud?" tanyaku dengan suara serak untuk lebih meyakinkan diriku.
"Seperti keyakinan Rasulullah ketika bermimpi akan berhaji dan membuka kota
Makkah." Jawaban singkat Syaikh Utsman menyadarkan diriku akan kekuatan mimpi


Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang-orang shaleh yang dicintai Allah subhanahu wa ta'ala. Untung aku sudah
membaca dan menelaah Kitab Ar Ruuh yang ditulis oleh Imam Ibnu Qayyim Al Jauzi.
Murid utama Imam Ahmad bin Hambal dan ulama terkemuka pada zamannya itu
membahas masalah ruh dengan tuntas disertai dalil-dalil yang tidak bisa diragukan.
127 Bahwa ruh orang yang telah wafat bisa bertemu dengan ruh orang yang masih hidup.
Semuanya atas izin dan kekuasaan Allah Swt. Kisah para sahabat dan ulama
salafush shalih menjadi bukti dan kenyataan yang terang tiada keraguan seperti
terangnya cahaya matahari di waktu siang.
Di antaranya, Imam Ibnu Qayyim menuliskan kisah nyata, dengan sanad yang
shahih, dari Imam Hammad bin Salamah, dari Tsabit, dari Shahr bin Hausyab:
Bahwa dua orang sahabat nabi yaitu Sha'b bin Jitsamah dan Auf bin Malik
adalah bersaudara. Sha'b berkata kepada Auf,
'Saudaraku, jika salah satu di antara kita mati dahulu maka harus berusaha
datang menemui dalam mimpi.'
Auf berkata, 'Apakah itu mungkin"'
Sha'ab menjawab, 'Ya.' Kemudian meninggallah Sha'b. Dan Auf melihatnya di dalam mimpi seolah
Sha'b mengunjunginya. Auf menyapa, 'Wahai Saudaraku!'
'Ya.' Jawab Sha'ab. 'Apa yang terjadi denganmu"' tanya Auf.
'Beberapa dosaku telah diampuni.' Jawab Sha'ab.
Auf melihat ada noda hitam di lehar Sha'ab. Ia langsung bertanya, 'Saudaraku,
ini apa"' Sha'b menjawab, 'Ini adalah sepuluh dinar yang aku pinjam dari lelaki Yahudi
(dan belum aku kembalikan). Sepuluh dinar itu ada di dalam tanduk milikku,
berikanlah padanya. Ketahuilah
Saudaraku, semua kejadian yang menimpa
keluargaku setelah kematianku telah kuketahui kabarnya, termasuk kucing yang
meninggal beberapa hari yang lalu. Dan ketahuilah, puteriku akan meninggal enam
hari lagi, maka berwasiatlah yang baik untuknya.'
Ketika bangun Auf berkata, 'Dalam mimpi ini ada pemberitahuan.'
Auf lalu mendatangi keluarga Sha'b. Mereka menyambutnya dengan hangat
dan berkata, 'Selamat datang Auf, apakah seperti ini perlakuanmu pada keluarga
yang ditinggal saudaramu" Kau tidak mendatangi kami sejak dia meninggal.' Auf
memberikan alasan seperti orang-orang memberi alasan. Lalu melihat tanduk dan
menurunkan dari tempatnya. Dan menemukan kantung berisi dinar di dalamnya. Lalu
128 19 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membawanya ke tempat orang Yahudi.
Auf bertanya pada orang Yahudi, 'Apakah Sha'b punya hutang padamu"'
Orang Yahudi menjawab, 'Semoga Allah merahmati Sha'b. Dia termasuk
sahabat nabi yang utama. Hutangku kuikhlaskan untuknya.'
Auf mendesak, 'Katakanlah padaku berapa dia berhutang padamu"'
Orang Yahudi menjawab, 'Sepuluh dinar.'
Auf lalu menyerahkan kantong berisi sepuluh dinar itu pada orang Yahudi. Auf
berkata, 'Ini yang pertama!'
Kemudian Auf kembali menemui keluarga Sha'b dan bertanya, 'Apakah ada
suatu kejadian di rumah kalian setelah kematian Sha'b"'
Mereka menjawab, 'Ya, kucing kami mati beberapa hari yang lalu!'
Auf berkata, 'Ini yang kedua!'
Lantas Auf bertanya, 'Mana anak perempuan Saudaraku"'
"Dia sedang bermain.' Jawab mereka.
Auf lalu mendatanginya dan mengusap-usapnya, anak puteri itu ternyata
sedang demam. Auf berkata pada mereka, 'Berwasiat baiklah untuknya.' Dan anak
perempuan itu meninggal enam hari kemudian.
Kisah serupa sangat banyak terjadi di zaman sahabat nabi dan zaman tabiin.
Imam Ibnu Abdul Bar yang mengarang kitab 'Al Tamhid' penjelas kitab Muwatta' Imam
Malik menuturkan kisah tsabit bin Qaish bin Syamas yang mati syahid dan
mendatangi Abu Bakar dalam mimpinya karena punya hutang. Abu Bakar pun
menjalankan wasiat Tsabit.
Syaikh Utsman masih menunggu jawabanku.
"Anakku, apa yang kau dapat dari Abdullah bin Mas'ud yang mendatangimu.
Ceritakanlah pelan-pelan, aku ingin tahu"' Syaikh Utsman kembali mengulangi
pertanyaannya. Aku lalu menceritakan semuanya. Syaikh Utsman menitikkan air
mata dan berkata, 'Allah yubarik fik ya bunayya!'86 Lalu beliau berpesan agar aku
tidak menceritakan mimpi ini kepada siapa-siapa, kecuali orang-orang yang bisa
dipercaya. Mimpi seperti ini tidak semua orang suka mendengarnya, dan tidak semua
orang mempercayainya. 86 Allah memberkahimu, Anakku.
129 Syaikh Utsman lalu mengeluarkan botol kecil dari saku jubahnya.
'Ini aku bawakan air zamzam. Tidak banyak, namun semoga bermanfaat.
Minumlah dengan terlebih dahulu membaca shalawat nabi dan berdoa minta
kesembuhan dan ilmu yang manfaat.' Ucap beliau.
Aku belum bisa menggerakkan tanganku. Syaikh Utsman agaknya tahu. Beliau
sendiri yang meminumkan air zamzam itu ke mulutku. Setelah itu beliau berpesan
agar aku memperbanyak istighfar dan shalawat. Agar aku mengikuti semua petunjuk
dokter dan minum obat yang teratur. Aku beberkan semua kecemasanku pada beliau,
terutama tentang kepalaku yang mau dioperasi. Beliau menenangkan diriku. Beliau
minta kepadaku agar besok pagi minta kepada dokter untuk memfoto rontgen sekali
lagi. Jika tidak ada perubahan dan memang harus dioperasi ya harus dijalani. Beliau
akan berdoa semoga Allah memberikan jalan kesembuhan yang lebih mudah. Beliau
mencium keningku seperti seorang kakek mencium cucunya. Setelah itu memanggil
kembali teman-teman untuk masuk. Teman-teman Mesir berusaha menghibur. Si
20 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mahmoud bercerita tentang Juha yang lucu, aku tersenyum mendengarnya. Pukul
setengah sepuluh Syaikh Utsman dan teman-teman Mesir pamitan.
Menjelang tidur Himam datang. Ia bersama Hamim dan Mahmudi. Himam
pernah satu bulan satu rumah denganku di Hayyul Asyir sebelum aku pindah ke
Hadayek Helwan. Ia punya buku pijat refleksi dan suka mencoba-coba pada
teman-teman satu rumah yang kelelahan. Itu pula yang dilakukan Himam terhadapku.
Ia menyibak selimut di kakiku dan mencoba-coba mencari syaraf yang ia rasa ganjil di
telapak kaki. Himam memijat dan aku menahan sakit. Begitu berulang-ulang. Lalu
Himam memijit dengan santai ke seluruh kakiku, sampai aku tertidur.
*** Pagi hari aku merasa badanku lebih enak. Kepalaku lebih ringan. Jam enam
pagi, aku minta Mishbah memberi tahukan pada dokter atau petugas bahwa aku
minta dirontgen ulang. Aku tidak akan menandatangani surat kesediaan operasi
sebelum dirontgen ulang dan hasilnya dilihat kembali dengan teliti.
Dengan senang hati, Dokter Ramzi memenuhi permintaanku. Aku digeledek ke
ruang rontgen. Dua orang perawat mengangkatku ke meja yang menyatu dengan alat
foto berukuran besar itu. Seorang petugas mengepaskan titik fokus di kepalaku. Aku
di foto dalam tiga posisi. Lalu dibawa kembali ke kamar.
Sampai di kamar sudah ada Maria dan keluarganya. Maria menatapku dengan
130 wajah sedih, juga Yousef, Tuan Boutros dan Madame Nahed. Mereka tahu kalau pagi
ini aku akan dioperasi maka mereka datang untuk melihatku sebelum masuk ke ruang
operasi. Maria menitikkan air mata ia takut terjadi apa-apa padaku. Aku bilang pada
mereka semua, insya Allah, tidak akan terjadi apa-apa dan aku akan sembuh seperti
sedia kala. Pukul setengah sembilan Dokter Ramzi datang dengan wajah cerah. Beliau
menyerahkan hasil rontgen dan membawa kabar gembira, "Entah ini mukjizat atau
apa, gumpalan darah beku di bawah tempurung kepalanya itu telah tiada." Dokter
Ramzi minta aku mencoba menggerakkan tanganku, meskipun sangat pelan aku
bisa. "Tak perlu operasi, kau akan sembuh seperti sedia kala. Tinggal perawatan
medis secara intensif untuk penyembuhan."
Aku mengucapkan syukur berkali-kali kepada Allah atas anugerah ini.
Kudengar Tuan Boutros memuji tuhannya; Bapa, Yesus dan Roh Kudus. Kuminta
kepada Saiful dan Mishbah untuk sujud syukur. Madame Nahed masih melihat foto
rontgen. Dia membandingkan foto pertama dan foto kedua. Bibirnya berdesis,
"Mahabesar kekuasaan Tuhan, ini mukjizat!"
Dokter Ramzi bilang aku telah melewati masa kritis, dia mengucapkan selamat
kepadaku. Sejak itu keadaanku semakin membaik. Teman-teman mahasiswa
Indonesia banyak yang berdatangan menjenguk. Beberapa staf KBRI yang kenal baik
juga menjenguk. Teman-teman dari Malaysia, Patani dan Singapura juga.
Hari kelima aku sudah bisa bangkit dari tempat tidur. Aku sudah bisa makan
sendiri dengan kedua tanganku. Dari hari ke hari perkembangan kesehatanku terus
membaik. Hari ke sembilan aku sudah bisa ke toilet sendiri. Hari ke sebelas aku sudah
bisa jalan-jalan keluar kamar, ke taman dan dudukduduk di sana ditemani Saiful dan
Mishbah. Hari itu juga Rudi, dan Hamdi pulang dari Luxor. Mereka sangat terkejut dan
menyesal tidak berada di sisiku melewati masa kritis. Aku minta kepada Saiful untuk
bertanya kapan aku boleh pulang dan kira-kira biaya semuanya berapa" Saiful
memberi tahu dua hari lagi bisa pulang dan biaya semuanya sekitar seribu dua ratus
dollar. Aku mengerutkan kening. Dalam tabunganku hanya ada lima ratus dollar. Aku
21 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bertanya mereka berempat ada uang berapa. Hamdi kosong, tinggal dua puluh lima
pound saja. Rudi ada cadangan seratus dollar. Saiful lima puluh dollar. Dan Mahmoud
juga lima puluh dollar. Berarti semua baru ada enam ratus dollar. Masih kurang enam
ratus dollar. Dan bisa jadi totalannya nanti lebih dari itu. Mau tidak mau harus mencari
pinjaman. Aku minta pada Rudi untuk menemui Pak Jayid Hadiwijaya, Atase
131 Pendidikan yang baik hatinya, agar meminjam uang secukupnya dari beliau untuk
biaya perawatan rumah sakit. Siang Rudi berangkat, sore kembali dengan membawa
uang seribu dollar. Pagi hari H aku boleh pulang ke rumah sakit Saiful mengurusi semua
administrasi. Ia kembali ke kamar dengan wajah heran.
"Mas, biayanya semua sudah dilunasi seseorang," lapornya dengan wajah
ceria bercampur bingung. "Siapa yang melunasinya?" tanyaku heran.
"Pihak rumah sakit tidak mau menyebutkan namanya," jawabnya.
Rudi yang bertugas mencari mobil kembali bersama Tuan Boutros dan
keluarganya. "Tak usah repot cari mobil, kami datang untuk menjemputmu pulang,"
demikian Tuan Boutros. Aku tak menjawab apa-apa. Mereka sangat baik, seperti
keluarga sendiri, seperti bukan orang lain. Aku teringat biaya yang sudah dilunasi,
jangan-jangan mereka. "Sebelum pulang aku mohon kejujuran kalian. Apakah kalian yang telah
melunasi seluruh biaya perawatan saya?" tanyaku sambil memandang Tuan Boutros
dan Madame Nahed bergantian.
"Tidak. Bukan kami," jawab Madame Nahed.
"Kumohon demi kasih Isa Al Masih, kalian harus berterus terang, aku tidak
akan tenang," desakku.
"Kami benar-benar tidak melunasinya. Kami memang berniat melunasinya tapi
sudah terlambat. Sudah ada yang mendahului kami. Kukira kalian sendiri yang telah
melunasinya. Kami berkata yang sebenarnya," terang Madame Nahed.
"Semoga Allah membalas dia dengan pahala yang tiada hentinya," lirihku
mendoakan orang yang telah membayar seluruh biaya perawatanku. * * * Hari itu kami
pulang ke Hadayek Helwan. Selama perjalanan Madame Nahed memberi tahu sakit
apa aku sebenarnya. "Dokter Ramzi mengatakan kau terkena Heat Stroke dan
Meningitis sekaligus. Tapi sekarang sudah sembuh."
Aku sudah tahu heat stroke itu apa. Madame Nahed pernah menerangkannya.
Tapi meningitis, aku belum tahu jenis penyakit apa itu. "Apa itu meningitis, Madame?"
"Meningitis, adalah penyakit radang selaput otak yang menular disebabkan
132 oleh kuman meningokoccal. Kuman penyakit ini cepat menular pada suhu tinggi atau
rendah. Cara penularan penyakit Meningitis Meningokoccal adalah melalui kontak
langsung, terkena percikan air ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan dari
tenggorokan penderita penyakit Meningitis Meningokoccal. Tanda-tanda orang yang
terkena meningitis adalah panas mendadak, sakit kepala luar biasa, kemerahan di
kulit dan kaku kuduk. Tapi kau tidak usah kuatir. Kau sudah sembuh dan terbebas dari
kuman meningokoccal. Dokter Ramzi mengatakan begitu. Kau sudah diterapi dengan
22 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pengobatan propilaksis memakai cyproflovacin terbaik. Yang sekarang harus kau
lakukan adalah menjaga kesehatanmu. Jangan keluar rumah dulu. Jaga kondisi tubuh
supaya tetap segar. Istirahat yang cukup 68 jam sehari semalam. Jangan menantang
panas. Minum yang cukup. Jangan sekali-kali minum dari kran air minum umum di
pinggir jalan seperti orang-orang, sebab kebersihannya kurang. Gelasnya cuma satu
untuk minum bergantian. Sangat riskan terjadi penularan kuman. Banyak makan
buah-buahan segar seperti anggur, jeruk, apel, mangga, semangka, dan lain
sebagainya." Madame Nahed memberi penjelasan yang cukup dan sangat berguna
bagi diriku. *** Sejak pulang dari rumah sakit, aku merubah peta hidup yang telah kurancang
satu bulan ke depan. Aku lebih banyak di rumah. Kegiatan menerjemah sementara
aku tinggal dulu. Waktuku kuhabiskan untuk buku-buku yang berkaitan dengan materi
penulisan tesis. Syaikh Utsman memberiku izin tidak ikut mengaji sampai musim
panas benar-benar reda. Aku masih penasaran siapa yang melunasi biaya rumah sakit itu. Aku dan
teman-teman meraba-raba beberapa kemungkinan.
Saiful menduga yang membayar Syaikh Utsman, bisa murni dari saku beliau
bisa juga beliau menyalurkan zakat mal para dermawan. Beliau adalah tokoh yang
memiliki banyak koneksi dan akses.
Sedangkan Hamdi berpendapat yang melunasi mungkin Syaikh Ahmad.
Karena beliau dan isterinya dikenal kaya, dermawan, dan suka menolong orang. Rudi
lain lagi, dia menduga yang melunasi adalah pihak KBRI. Mungkin diamdiam Pak
Atase Pendidikan mengucurkan dana dari anggaran kemasyarakatan.
Mishbah tidak berpendapat apa-apa, tapi dia berkomentar yang paling tidak
mungkin adalah pendapat Rudi. Bagaimana mungkin Atase Pendidikan 133 mengeluarkan dana untuk biaya seorang mahasiswa yang sakit sedangkan diminta
dana untuk pelatihan ekonomi Islam saja seretnya bukan main. Itu alasan Mishbah
yang sedikit kecewa dengan KBRI.
Entahlah siapa sebenarnya dia yang berhati putih itu. Mata hatiku berkata,
yang membayar bukan yang disebut teman-teman itu. Tapi orang lain. Dan orang lain
itu adalah orang yang berhati ikhlas, mengenalku, sangat perhatian padaku, dan aku
tidak tahu siapa dia. Aku tidak bisa menduga sebuah nama. Aku hanya berdoa, agar
suatu saat nanti Allah membuka rahasia siapa malaikat itu sebenarnya. Aku berharap
23 33. Pedang Tanpa Perasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bisa membalas kebaikannya.
134 13. Ketika Hati Berdesir-desir
Tak terasa sudah memasuki pertengahan September. Suhu musim panas
mulai turun. Paling tinggi 32 derajat celcius. Bulan Oktober nanti adalah bulan
peralihan dari musim panas ke musim dingin. Si Musthafa Fathullah Said, teman
Mesir satu kelas di pascasarjana yang juga sedang mengajukan proposal tesis
memberitahukan, bahwa dua hari lagi aku harus ke kampus untuk ujian proposal tesis
yang kuajukan. Aku terfokus pada ujian yang sangat menentukan itu. Jika proposalku
ditolak maka aku harus menunggu setengah tahun lagi untuk mengajukan proposal
baru. As you sow, so will you reap! Demikian pepatah Inggris mengatakan. Seperti
apa yang anda tanam, sebegitu itulah yang akan anda petik. Rasanya tidak sia-sia
apa yang telah kukerjakan selama ini. Membuat jadwal ketat, bolak-balik ke National
Library, ke perpustakaan IIIT di Zamalek, dan mengumpulkan bahan. Membaca
literatur-literatur klasik berkaitan Ilmu Quran, berdiskusi dengan teman-teman
pascasarjana. Kerja yang melelahkan. Mengantuk. Pusing. Mual. Kurang tidur.
Semuanya terasa bagaikan simponi hidup yang indah setelah tim penilai yang terdiri


Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

para guru besar menerima proposal tesis yang aku ajukan. Aku jadi menulis tentang
'Metodologi Tafsir Syaikh Badiuz Zaman Said An-Nursi'. Aku memang pengagum
ulama terbesar Turki abad 20 itu. Dia termasuk tokoh dunia Islam yang menurut
Syaikh Yusuf Al Qaradhawi layak disebut mujaddid umat Islam abad 20 disamping
Hasan Al Banna. Pembimbingku juga telah ditentukan yaitu Syaikh Prof. Dr. Abdul
Ghafur Ja'far. Aku seperti mendapat durian runtuh sebab beliau memang profesor
idolaku. Terkenal paling mudah ditemui dan paling senang dengan mahasiswa dari
Asia Tenggara. Aku belum dikenal oleh beliau, tapi aku akan berusaha menjadi
muridnya yang baik sehingga beliau akan mengenalku dengan baik sebagaimana
Syaikh Utsman mengenalku.
Dan sebagai rasa syukur aku harus kembali memeras otak dan bekerja keras
untuk menyelesaikan tesis ini. Pekerjaan yang tidak ringan, sebab aku juga harus
menerjemah. Tanpa menerjemah dari mana sumber penghidupan akan aku
dapatkan. Aku kembali menata peta hidup dua tahun ke depan. Aku teliti dan aku
kalkulasi dengan seksama. Target-targe
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
2434. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
t dan cara pencapaiannya. Ada satu target
yang masih mengganjal. Yaitu menikah. Aku mentargetkan saat menulis tesis aku
harus menikah. Umurku sudah 26 tahun menginjak 27.
Aku mengkalkulasi kemampuan mencari dana setiap bulan. Sebelum menulis
135 tesis aku sanggup merampungkan buku setebal 200-300 halaman setiap bulan. Itu
berarti aku akan mendapat masukan sekitar 250 dollar perbulan. Dan aku hanya bisa
menyisakan 100 dollar dan terkadang malah cuma 50 dollar. Setiap kali masuk toko
buku aku tidak bisa menahan diri untuk membeli buku atau kitab. Ketika konsentrasiku
terpusat pada menulis tesis maka kemampuanku menerjemah akan berkurang.
Mungkin aku hanya akan mampu menerjemah 150200 halaman saja perbulan. Uang
yang aku terima dari bayaran menerjemah hanya cukup untuk memenuhi biaya
sehari-hari. Bagaimana" Apakah akan tetap nekad menikah"
Tunggu dulu! Bang Aziz yang mengais nafkah dengan membuat tempe dan
mendistribusikannya ke rumah-rumah mahasiswa itu berani menikah. Bang Aziz
bercerita dengan pemasukan 150 dollar perbulan sudah berani menikah. Hidup
sederhana dan menyewa rumah sederhana di kawasan Hayyu Thamin, atau jauh di
Zahra sana. Apalagi jika mencari isteri mahasiswi yang kebetulan dapat beasiswa.
Meskipun beasiswa tak seberapa tapi sangat membantu karena datangnya tetap.
Akhirnya kupikir dengan matang, bahwa umur tidak bisa dihargai dengan
materi. Jika menemukan perempuan shalihah dan mau menerima diriku seutuhnya
dan siap hidup berjuang bersama, dalam suka dan duka, maka aku tidak akan
menyia-nyiakan kesempatan untuk menyempurnakan separo agama. Kutetapkan
tahun ini bisa menikah, tapi tidak mencari. Lho bagaimana" Siapa tahu ada yang
menawari. Kalau sampai selesai magister tidak ada yang menawari ya berarti
memang nasibku tidak menikah di Cairo dengan mahasiswi Al Azhar. Mungkin
nasibku adalah menikah di Indonesia, dengan seorang akhwat berjilbab yang ghirah
keislamannya bagus, yang ada di UI, atau di UGM, atau di UNDIP, atau di UNS. Atau
malah gadis dari pesantren yang masih sangat virgin. Atau, tak tahunya anak
tetangga sendiri, teman gebyuran di sungai waktu kecil. Jadi tidak asing lagi, sejak
kecil sudah sama-sama tahu.
Aku jadi teringat puisiku sendiri, yang kutulis jelek sekali di buku harian suatu
malam di musim semi setahun yang lalu:
Bidadariku, Namamu tak terukir Dalam catatan harianku Asal usulmu tak hadir
Dalam diskusi kehidupanku Wajah wujudmu tak terlukis Dalam sketsa
mimpi-mimpiku Indah suaramu tak terekam Dalam pita batinku Namun kau
hidup mengaliri Pori-pori cinta dan semangatku Sebab Kau adalah hadiah
agung Dari Tuhan Untukku Bidadariku
136 Seorang perempuan shalihah yang akan jadi bidadariku, yang akan aku cintai
sepenuh hati dalam hidup dan mati, yang akan aku harapkan jadi teman perjuangan
merenda masa depan, dan menapaki jalan Ilahi, itu siapa" Aku tak tahu. Ia masih
berada dalam alam ghaib yang belum dibukakan oleh Tuhan untukku. Jika waktunya
tiba semuanya akan terang. Hadiah agung dari Tuhan itu akan datang.
*** 1 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Di layar TV Channel 2 ada pengumuman nama-nama orang hilang, lengkap
dengan data singkat, ciri-ciri dan fotonya. Nama yang terakhir di tampilkan adalah
Noura binti Bahadur Gonzouri, lengkap dengan fotonya. Saat itu pukul setengah
sepuluh malam. Kami satu rumah kaget.
Si Muka Dingin Bahadur rupanya masih mencari Noura untuk ia jual kepada
serigala-serigala berwajah manusia. Kami satu rumah cemas jika urusannya akan
sampai kepada polisi dan menyeret Syaikh Ahmad. Jika Si Muka Dingin Bahadur
punya hubungan dengan seorang pembesar di bagian intelijen keamanan negara
urusannya benar-benar bisa merepotkan. Saat itu juga aku menelpon Syaikh Ahmad.
Beliau minta aku tenang saja dan tidak usah kuatir. Noura sedang berada di pintu
gerbang kemerdekaan dan kebahagiaannya. Besok pagi setelah shalat shubuh beliau
akan menjelaskan semuanya.
Usai shalat shubuh, Syaikh Ahmad menjelaskan kepadaku bahwa masalah
Noura sedang ditangani diam-diam oleh Ridha Shahata, saudara sepupunya yang
bertugas di bagian intelijen keamanan negara. Ridha Shahata menemukan informasi
berharga bahwa Noura dilahirkan di sebuah rumah sakit elite di kawasan elite
Heliopolis. Pada minggu yang sama Noura dilahirkan hanya ada lima bayi. Dan pada
hari yang sama Noura lahir cuma ada dua bayi di sana. Yaitu dia dan bayi satunya
bernama Nadia. Setelah dilacak. Nadia kini tinggal di Heliopolis, ayah dan ibunya
dosen di Universitas Ains Syams. Yang sedikit aneh Nadia berkulit hitam sementara
ayah dan ibunya berkulit putih. Kolonel Ridha Shahata sedang menyiapkan surat
pemanggilan untuk tes DNA pada Si Muka Dingin Bahadur dan isterinya. Juga pada
Nadia dan kedua orang tuanya. Sebab memang sangat mencurigakan dua bayi itu
tertukar. Jika benar tertukar nanti akan dicari siapa saja perawat yang bertugas waktu
itu. Tertukarnya sengaja atau tidak. Tes DNA itulah yang akan jadi bukti kuat
kejelasan kasus Noura. Namun seandainya tidak terbukti ada pertukaran bayi, Noura
akan tetap dilindungi. Kolonel Ridha Shahata juga telah menyiapkan bukti untuk
menyeret Si Muka Dingin Bahadur ke penjara. Kolonel Ridha Shahata adalah intelijen
137 yang sangat profesional, dia pernah menangkap seorang turis Spanyol yang ternyata
adalah mata-mata Mossad. Syaikh Ahmad meminta saya tenang. Wa man yattaqillaha yaj'al lahu
makhraja. Siapa yang bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan untuknya
jalan keluar. Aku lega. Begitu sampai dirumah, aku mendapat telpon dari Nurul. Ia rupanya juga
melihat tayangan nama orang hilang tadi malam. Ia cemas kalau Noura tertangkap
dan urusannya melebar. Aku lalu menjelaskan apa yang dijelaskan Syaikh Ahmad
kepadaku. Nurul merasa lega. Sebelum mengakhiri pembicaraannya dia bertanya
apakah aku sudah ke tempatnya Ustadz Jalal. Kubilang sejak sakit aku belum ke
mana-mana. Aku minta pada Nurul agar menyampaikan pada Ustadz Jalal
permohonan maafku belum bisa ke sana. Dan aku titip pesan seandainya beliau ada
waktu supaya menghubungi aku langsung. Biar aku tahu sebenarnya beliau mau
minta tolong apa. Aku juga menjelaskan pada Nurul saat ini sudah konsentrasi
menulis tesis. Alhamdulillah judul tesisnya sudah diterima. Nurul menyatakan rasa
gembira dan senangnya. *** Aku teringat ini hari Ahad. Sudah lama aku tidak tidak mengaji pada Syaikh
Utsman. Aku benar-benar rindu pada beliau. Ramalan cuaca siang ini Cairo tidak
terlalu panas. Hanya 30 derajat celcius. Aku berangkat setengah sebelas. Aku ingin
2 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
shalat zhuhur di Shubra. Baru keluar sampai di halaman apartemen, aku dicegah oleh
Maria dari atas, dari jendelanya. Dia minta agar aku tidak pergi dulu, di rumah dulu.
Aku heran apa haknya melarang aku. Aku jelaskan padanya aku harus belajar qiraah
sab'ah. Akhirnya dia menyuruh adiknya, Si Yousef untuk mengantar aku ke tempat
aku ngaji. Aku merasa heran dengan diri sendiri, keluarga Tuan Boutros begitu baik
dan besar perhatiannya kepada kami. Hari itu Yousef mengantar aku sampai di depan
masjid Abu Bakar Shiddiq, Shubra. Ia juga berjanji akan menjemputku pukul setengah
lima sore. Aku mengucapkan terima kasih padanya.
Syaikh Utsman dan teman-teman menyambutku dengan penuh kehangatan.
Kami mempraktekkan qiraah Imam Warasy dengan membaca surat Al Mujaadilah, Al
Hasyr, Al Mumtahanah, Ash Shaf dan Al Jumu'ah. Selesai mengaji Syaikh Utsman
mengajakku masuk ke kamar beliau yang khusus disedikan oleh takmir masjid. Beliau
ingin berbicara masalah khusus.
138 "Anakku, kau sudah sehat betul?" tanya beliau lembut.
"Alhamdulillah, Syaikh," jawabku dengan menundukkan kepala, aku tidak
berani memandang beliau. Segan.
"Alhamdulillah. Terus bagaimana dengan kuliahmu?"
"Alhamdulillah. Judul tesis magister sudah diterima Syaikh. Sekarang sedang
mengumpulkan bahan lebih lengkap untuk menulis."
"Alhamdulillah. Kau menulis tentang apa?"
"Metodologi Tafsir Syaikh Badiuz Zaman Said An-Nursi."
"Bagus sekali. Said An-Nursi memang ulama luar biasa yang harus dikaji
kelebihan yang diberikan Allah kepadanya. Lantas siapa pembimbingmu?"
"Prof. Dr. Abdul Ghafur Ja'far."
"Yang tinggal di dekat masjid Rab'ah El-Adawea, Nasr City itu?"
"Benar Syaikh."
"Alhamdulillah. Kau insya Allah akan mendapat bimbingan dan kemudahan
dari beliau. Beliau adalah salah seorang muridku angkatan pertama. Beliau
mengambil sanad dan ijazah qiraah sab'ah dariku. Nanti akan aku telpon beliau agar
memberikan bimbingan terbaik kepadamu. Dan agar kamu benarbenar menjadi
pembela dan penyebar agama Allah di tanah airmu kelak." Suara Syaikh Utsman
bernada optimis dan bahagia. Diam-diam aku sangat kagum pada beliau yang sangat
memperhatikan semua muridnya. Beliau memang tidak mau mengambil murid terlalu
banyak. Tapi yang sedikit itu benar-benar beliau curahi perhatian yang luar biasa.
"Anakku. Aku mau bertanya masalah penting padamu. Apakah kau mau
menikah?" Pertanyaan Syaikh Utsman itu bagaikan guntur yang menyambar gendang
telingaku. Aku kaget. Hatiku bergetar hebat. Jika yang bertanya orang semacam Rudi,
Hamdi, dan Saiful aku akan menjawabnya dengan santai, bahkan aku bisa
menjawabnya dengan guyon. Tapi ini yang bertanya adalah ulama terkemuka,
gurunya para guru besar di Mesir.
"Maksud Syaikh bagaimana?"
"Apakah kau mau menikah dalam waktu dekat ini. Kalau mau, kebetulan ada
orang shalih datang kepadaku. Ia memiliki keponakan yang shalihah yang baik
139 agamanya dan minta dicarikan pasangan yang tepat untuk keponakannnya itu. Aku
melihat kau adalah pasangan yang tepat untuknya."
3 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Keringat dinginku keluar.
"Tapi aku mahasiswa miskin Syaikh, tidak punya biaya."
"Baginda nabi dulu menikah dalam keadaan miskin. Sayyidina Ali bin Abi
Thalib juga menikah dalam keadaan miskin. Aku sendiri menikah dalam keadaan
miskin. Begini Anakku, kau pikirkanlah dengan matang. Lakukanlah shalat istikharah.
Gadis shalihah ini benar-benar shalihah, dia mencari pemuda yang shalih bukan
pemuda yang kaya. Sekarang pulanglah, pikirlah dengan matang. Jika kau mantap
dengan jawabanmu siap menikah atau tidak secepatnya datanglah kau menemuiku.
Jika kau mantap, maka akan aku pertemukan kau dengan walinya dahulu, jika tidak,
maka aku akan mencarikan yang lain." Kata-kata Syaikh Utsman yang berwibawa itu
merasuk dan mendesir hebat dalam jiwaku.
Sampai di rumah hatiku masih terasa bergetar atas pertanyaan sakral yang
diajukan Syaikh Utsman. Jiwaku masih terasa berdesir. Apa yang beliau tawarkan
bukan sembarang tawaran. Yang beliau tawarkan adalah sebaik-baik rizki bagi
seorang pemuda. Adakah rizki lebih agung dari seorang gadis shalihah yang jika
dipandang menyejukkan jiwa bagi seorang pemuda" Aku belum bisa mempercayai
apa yang aku alami hari ini. Baru saja target dan peta hidup dibuat, tawaran untuk
menikah datang sedemikian cepat. Siap. Atau tidak. Aku harus minta penerang dari
Allah Swt. 140 14. Badai Kegelisahan Tiga hari berturut-turut aku shalat istikharah. Yang terbayang adalah wajah ibu
yang semakin menua. Sudah tujuh tahun lebih aku tidak berjumpa dengannya. Oh
ibu, jika engkau adalah matahari, aku tak ingin datang malam hari. Jika engkau adalah
embun, aku ingin selalu pagi hari. Ibu, durhakalah aku, jika ditelapak kakimu tidak aku
temui sorga itu.87 Maka kuputuskan untuk minta persetujuan ibu. Ibu adalah segalanya bagiku.
Jika beliau meridhai maka aku akan melangkah maju. Jika tidak maka aku pun tidak.
Aku telpon ke Indonesia. Ayah dan ibu tinggal jauh di desa. Tak ada telpon di
sana. Aku menelpon ke rumah Pak Zainuri, mertua paman yang penilik sekolah dan
tinggal di kota kecamatan. Rumah paman tak jauh dari beliau. Selama ini, jika aku
ingin menghubungi ayah dan ibu caranya memang lewat Pak Zainuri dulu. Pak Zainuri
akan menghubungi paman dan paman akan menghubungi ayah ibu. Kalau aku
mengirim surat pun aku lebih suka mengalamatkannya ke rumah Pak Zainuri lebih
cepat sampainya. Sebab jika dialamatkan ke desa, suratku bisa bertapa dulu di balai
desa, atau di rumah Pak RW dalam waktu tak tentu. Masalah transportasi dan
komunikasi global memang agak susah jika hidup di desa.
Kepada paman aku jelaskan semuanya. Siapa Syaikh Utsman dan apa yang
beliau tawarkan kepada diriku. Paman adalah orang yang wawasannya luas, ia guru
SMP teladan se kabupaten. Paman banyak bertanya tentang seandainya
benar-benar menikah dengan muslimah yang bukan dari Indonesia. Aku jelaskan, jika
dia gadis yang shalihah semuanya akan mudah. Aku jelaskan pada paman, tidak
semua orang mendapatkan tawaran sedemikian terhormatnya dari Syaikh Utsman. Di
Indonesia, kalau mendapatkan tawaran untuk menikah dengan anak seorang kiai
mushalla saja dianggap suatu keberuntungan yang luar biasa. Juga kujelaskan hasil
istikharahku. Aku minta pada paman agar mengajak musyawarah ayah dan ibu.
Disamping itu aku juga minta ayah ibu juga melakukan shalat istikharah. Apa pun
hasilnya itulah keputusan yang akan aku ambil. Dua hari lagi pada jam yang sama aku
4 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
akan menelpon menanyakan hasilnya. Dan aku ingin langsung mendengar dari lisan
ibu. Dua hari kemudian. Pada waktu yang dijanjikan aku menelpon ke tanah air.
87 Dari penggambungan dua petikan sajak Fatin Hamama berjudul 'Aku ingin ibu' dan 'Ibu (3)' yang
terdapat dalam kumpulan puisinya "Papyrus".
141 Aku mendengar suara ibu, "Jika isterimu nanti mau diajak hidup di Indonesia, tidak terlalu jauh dari ibu,
maka menikahlah dan ibu merestui, ibu yakin akan penuh berkah. Tapi jika tidak bisa
dibawa ke Indonesia tidak usah, cari saja gadis shalihah yang dari Indonesia!"
Air mataku meleleh mendengar keputusan ibu. Sebuah keputusan yang sangat
bijaksana. Aku memang tidak mungkin hidup dan berjuang selain di tanah air tercinta.
Hari itu juga aku menemui Syaikh Utsman dan memberitahukan keputusanku. Beliau
berpesan agar hari berikutnya datang ke tempat beliau lagi, untuk mengetahui kabar
selanjutnya. Hari berikutnya aku datang. Syaikh Utsman menyambutku dengan
senyum dan pelukan penuh kehangatan. Aku seperti seorang cucu yang beliau
sayangi. "Semoga gadis shalihah ini menjadi rizkimu di dunia dan di akhirat. Dia siap
kau bawa berjuang di mana saja dan walinya menyetujuinya. Ini ada dua album foto
dia, kau bawalah pulang! Kau lihat-lihat. Kau istikharah lagi. Jika kau mantap kau akan
aku pertemukan dengan gadis shalihah ini dan walinya."
Aku pulang dengan membawa dua album foto yang kumasukkan dalam tas
cangklongku. Aku merasa seperti memikul beban satu ton. Tas cangklong itu terasa
berat sekali. Sampai di kamar aku memegang album itu dengan tangan gemetar, dan hati
bergetar. Aku akan melihat wajah calon bidadari yang menemani hidupku selamanya.
Aku akan melihat wajah calon belahan jiwa. Tapi entah kenapa aku tidak berani
membukanya sama sekali. Dua album itu cuma aku pegang dan tanpa kubuka
sedikitpun. Aku tersentak, aku belum tahu namanya. Kenapa tidak aku tanyakan
namanya pada Syaikh Utsman" Aku ingin membukanya, siapa tahu di dalam Album
itu ada namanya. Tapi urung. Aku tidak berani. Entah kenapa. Aku shalat istikharah,
yang datang adalah ibunda tercinta. Beliau berkata singkat, "Menikahlah ibu
merestui."

Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hari berikutnya aku kembali menemui Syaikh Utsman dan kukatakan
kemantapanku untuk menikahi gadis itu. Syaikh Utsman berkata,
"Aku sudah menduga dan aku sangat yakin kau akan mengatakan itu. Aku
memang belum melihat gadis itu, tapi isteriku, Ummu Fathi, yang melihat fotofoto
dalam album itu memuji-muji kecantikannya. Ummu Fathi malah bilang jika kau
sampai tidak mau, maka ia memintaku agar menjodohkan dengan cucuku yang
142 sedang kuliah di Perancis. Aku geli sekali mendengar perkataan Ummu Fathi. Dan
kau nanti akan kaget karena tadi malam walinya bilang gadis itu sangat mengenalmu,
dan kau mungkin telah mengenalnya. Kau sudah melihatnya, kau mengenalnya
bukan?" Aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku sama sekali belum melihat album itu
5 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan aku sama sekali tidak tahu namanya. Aku diam saja. Gadis itu jadi rasa
penasaran dalam hati yang luar biasa. Aku telah menyatakan kemantapanku tapi aku
belum tahu siapa dia. Aku menjadi orang yang paling penasaran di dunia. Syaikh
Utsman minta kepadaku agar besok datang tepat setelah shalat Ashar, kalau bisa
shalat Ashar di Shubra. Jadwal mengaji qiraah sab'ah diundur hari berikutnya. Besok
aku akan dipertemukan dengan gadis itu bersama walinya. Untuk saling melihat dan
saling mengenal sebelum kata sepakat untuk akad nikah diputuskan.
Malam itu, malam sepulang dari rumah Syaikh Utsman adalah malam paling
menyiksa dalam hidupku. Namun ada kesejukan yang sedemikian lembut mengaliri
relung-relung hatiku. Kesejukan itu apa aku tidak tahu namanya. Saiful rupanya
sangat memperhatikan kesibukkanku selama ini. Dia bertanya ini itu tapi masalah
diriku sedang proses ke gerbang pernikahan sama sekali tidak aku beritahukan
padanya, juga pada siapa saja. Malam itu aku tidak bisa tidur, aku menutup kamar,
dan berada di kamar seperti orang linglung. Siapa gadis itu" Dia mengenalku dan aku
mengenalnya, siapa dia" Jangan-jangan gadis itu bukan gadis Mesir. Aku
membodoh-bodohkan diriku kenapa tidak melihat dua album yang telah berada di
tanganku. Jangan-jangan dia gadis Indonesia. Walinya tahu aku mengaji pada Syaikh
Utsman dan minta agar menjodohkan keponakannya denganku. Tapi, siapa gadis
Indonesia yang kecantikannya layak dipuji oleh isteri Syaikh Utsman dan dia memiliki
wali di sini" Seingatku mahasiswi Indonesia yang disertai kerabatnya hanya ada tiga
orang. Raihana disertai kakak kandungnya. Fauzia disertai adiknya. Dan Nurul, ia
disertai pamannya, tapi paman jauh. Tiba-tiba hatiku berdesir, jantungku mau copot.
Yang paling cantik memang Nurul. Tapi aku merasa itu tidak akan terjadi. Tidak
mungkin. Dia adalah puteri seorang kiai besar, pengasuh pesantren besar di Jawa
Timur. Dan seorang kiai biasanya telah memilih besan sejak anaknya masih belum
bisa berjalan. Tapi kenapa Ustadz Jalal memintaku datang" Aku semakin didera
badai kegelisahan yang dahsyat. Aku mengumpat diriku sendiri. Seandainya aku
melihat foto dalam album aku tidak akan dirajam penasaran yang menggila ini. Aku
143 berusaha mengurangi rasa gelisah dan penasaran dengan bersujud dan menangis
kepada Tuhan. Dalam sujud aku berdoa sebagaimana doa nabi hamba pilihan Allah
dalam Al-Qur'an, "Rabbana hab lana min azwaajina wa dzurriyyatina qurrata a'yun wal'alna lil
muttaqiina imaama! Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri
kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertaqwa!"88
88 Surat Al-Furqaan: 74 144 15. Pertemuan Aku sampai di masjid Abu Bakar Shiddiq tepat saat azan Ashar
berkumandang. Seluruh tubuhku bergetar tidak seperti biasanya. Keringat dinginku
keluar. Aku tidak tahu shalatku kali ini khusyuk apa tidak. Yang jelas mataku basah.
Dalam sujud aku menangis memohon kepada Allah agar diberi umur yang penuh
6 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berkah, pertemuan dengan calon belahan jiwa yang penuh berkah, akad nikah yang
penuh berkah, malam zafaf yang penuh berkah, dan masa depan yang penuh berkah.
Selesai shalat aku masih duduk menitikkan air mata. Aku meyakinkan diriku bahwa
aku tidak sedang bermimpi. Sebentar lagi aku akan bertemu dengan dia. Dia yang aku
belum tahu namanya dan belum tahu wajahnya seperti apa. Dia yang telah lama
kurindu. Aku minta kekuatan kepada Allah.
Syaikh Utsman menyentuh pundakku beliau tersenyum. Beliau mengajakku
ikut serta dalam mobil beliau. Dari masjid Abu Bakar sampai ke rumah beliau memang
agak jauh. Syaikh Utsman memiliki seorang sopir bernama Faruq. Selama dalam
perjalanan Syaikh Utsman bercerita masa mudanya dulu. Beliau dan Ummu Fathi
asalnya juga tidak saling kenal. Bertemu dalam majlis khitbah. Dan cinta itu hadir
begitu saja setelah akad nikah, begitu kuatnya.
"Anakku, kau pasti panas dingin sekarang. Iya 'kan" Aku dulu juga merasakan
hal yang sama. Dalam perjalanan bersama keluarga ke rumah Ummu Fathi, untuk
bertemu pertama kalinya sekaligus khitbah hatiku berdesir, jantungku berdegup,
keringat dingin keluar. Tapi itulah saat-saat yang tak terlupakan. Dan ketika kami
bertemu. Ummu Fathi keluar mengeluarkan minuman dengan tangan bergetar. Mata
kami sekilas bertemu dan hati diliputi rasa malu yang luar biasa. Itu adalah
kenikmatan luar biasa. Kenikmatan istimewa yang jarang dirasakan anak muda
sekarang, kecuali yang benar-benar menjaga diri dan menjaga hubungan lelaki
perempuan dalam adab-adab syar'i. Kulihat mukamu pias, kau pasti sedang panas
dingin. Anakku, tunggulah nanti sebentar lagi ketika kau sudah duduk di ruang tamu
dan gadis itu masuk bersama walinya kau akan merasakan panas dingin yang luar
biasa. Panas dingin yang belum pernah kau rasakan. Apalagi kala kau dan dia nanti
sesekali mencuri pandang. Suasana hatimu tidak akan bisa kau lupakan seumur
hidupmu. Inilah keindahan Islam. Dalam Islam hubungan lelaki perempuan disucikan
sesuci-sucinya namun tanpa mengurangi keindahan romantisnya." Kata-kata Syaikh
Utsman menambah tubuhku semakin dingin. Syaikh Utsman seperti masih muda.
Beliau juga menasihatiku agar majelis pertemuan nanti benar-benar dimanfaatkan
145 sebaik-baiknya untuk mengenalkan diri dan mengenal gadis itu. Syaikh Utsman dan
wali gadis itu hanya akan menjadi pembawa acara.
*** Memasuki ruang tamu Syaikh Utsman kakiku seperti lumpuh. Aku hampir tidak
bisa mengangkat kakiku. Tubuhku gemetar. Ruang tamu yang penuh dengan
kitab-kitab klasik ini akan menjadi saksi penting dalam sejarah hidupku. Syaikh
Utsman mempersilakan aku duduk di sofa busa yang menghadap ke barat. Di sebelah
selatan ada sofa panjang menghadap utara untuk dua orang. Di sebelah barat ada
sofa menghadap ke timur untuk satu orang. Di sebelah utara ada dua sofa
menghadap ke selatan. Pintu ada dekat tempat aku duduk.
Ummu Fathi keluar membawa nampan berisi dua gelas air putih. Untuk kami
berdua. "Anakku, ayo diminum dulu. Kau tampaknya kehausan," ucap Syaikh Fathi.
Aku meneguk sedikit. "Lima menit lagi, mereka insya Allah datang!" sambung beliau.
Jantungku berdegup kencang. Panas dingin tubuhku semakin kuat terasa. Aku
banyak beristighfar di dalam hati untuk menenangkan diri.
Bel berbunyi. "Itu mereka datang. Kau tetaplah duduk di tempatmu!" kata Syaikh Fathi. Aku
tidak bisa lagi menangkap nuansa yang menyergap hatiku. Berbagaimacam perasaan
bercampur menjadi satu; penasaran, rindu, malu, gugup, takut, cemas, tidak percaya
7 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
diri, optimis, senang, dan bahagia. Ummu Fathi mengambil dua gelas berisi air putih
itu. Sementara Syaikh Fathi beranjang membukakan pintu.
Suara pintu di buka. Aku sama sekali tidak berani memandang ke arah pintu
yang hanya dua meter di sampingku.
"Assalamu'aikum!" Hatiku berdesir keras. Suara lelaki. Bukan suara orang
Indonesia, tapi suara itu memang sangat khas dan aku sangat mengenalnya. Aku
masih menunduk. "Wa'alaikumussalam wa rahmatullah. Ahlan wa sahlan. Ayo masuk! Fahri,
berdirilah sambutlah calon pamanmu!" Suara Syaikh Utsman membuatku tergagap.
Aku berdiri. Dan.... Subhanallah! Lelaki yang berdiri di hadapanku adalah Eqbal Hakan Erbakan. Dia tersenyum
padaku. Hatiku terasa dingin sekali. Aku berusaha tersenyum. Aku tak tahu seperti
146 apa raut mukaku. Aku sungguh-sungguh terkejut. Kami berangkulan erat sekali. "Kaif
halak ya 'aris!" Eqbal membisikkan kata sapaan padaku, yang dalam kata sapaan ada
kata-kata yang menggoda. Dia sudah memanggilku 'ya 'aris', wahai pengantin pria.
"Alhamdulillah," lirihku.
Di belakang Eqbal ada dua perempuan bercadar dan dua anak kecil yang lucu.
Aku kenal dengan dua anak kecil itu. Amena dan Hasan. Amena membawa boneka
panda. Aku jadi teringat itu boneka yang kutitipkan lewat Aisha. Dan Hasan membawa
pistol air mainan. Dua perempuan bercadar itu menatapku sekilas, lalu beranjak
menyalami Ummu Fathi. Mereka berpelukan bergantian. Eqbal menarik tangan
Amena dan Hasan agar bersalaman denganku. Aku berjongkok. Melihat Amena dan
Hasan yang lucu rasa grogiku sedikit berkurang. Aku cium kening Amena yang baru
berumur lima tahun itu juga kening Hasan yang baru tiga tahun. Eqbal minta pada
Amena untuk berterima kasih padaku atas hadiahnya.
"Syuklon alal hadieh el jamileh, Am...amu Andonesy."
89 Lirih Amena terbata-bata dengan suara agak cedal. Kontan Syaikh Utsman tertawa. Aku
tersenyum saja. Ummu Fathi, isteri Syaikh Utsman mempersilakan yang bernama Aisha agar
duduk di sofa yang menghadap ke timur. Dan mempersilakan isteri Eqbal duduk di
dekat Aisha, sofa yang menghadap ke selatan. Beliau sendiri duduk tepat di
depannya. Syaikh Utsman duduk di sampingnya, dekat denganku. Dan Eqbal duduk
berhadapan dengan Syaikh Utsman, juga berdekatan denganku. Si kecil Amena
duduk di pangkuan ibunya. Dan si kecil Hasan berdiri di depan ayahnya.
Pembicaraan di mulai. Jantungku mulai berdegup kencang. Tubuhku panas
dingin. Kini aku tahu gadis itu adalah Aisha. Keponakan Eqbal Hakan Erbakan. Syaikh
Utsman benar, Aisha telah mengenalku dan aku telah mengenalnya. Perkenalan yang
begitu singkat. Aisha mungkin tahu banyak tentang diriku. Ia mungkin telah mendapat
banyak info dari Eqbal. Sebab selama bersahabat dengan Eqbal dan selama i'tikaf di
masjid Helmeya Zaitun kami sudah seperti keluarga sendiri. Eqbal banyak cerita
tentang dirinya dan keluarganya. Masa kecilnya. Bagaimana bisa ke Mesir.
Bagaimana bisa menikah dengan Sarah yang kini jadi isterinya. Sarah yang dari
8 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
keluarga konglomerat Turki namun sangat kuat penghayatannya atas Islam. Aku pun
telah cerita banyak pada Eqbal. Tentang keluargaku yang miskin. Tentang bagaimana
89 Terima kasih atas hadiahnya yang cantik, Paman dari Indonesia.
Penyair Cengeng 2 Harry Potter Dan Relikui Kematian Deathly Hallows Karya Jk Rowling Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 15
^