Pencarian

Ayat Ayat Cinta 4

Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy Bagian 4


147 diriku datang ke Mesir dengan menjual sawah warisan kakek. Harta satu-satunya
yang dimiliki keluarga. Tentang awal-awal di Mesir yang penuh derita. Tak ada
beasiswa. Tak ada pemasukan. Kerja membantu Bang Aziz mendistribusikan tempe
ke rumah-rumah mahasiswa dari Indonesia dan Malaysia. Jualan beras dengan cara
mengambil beras dari pelosok Mesir seperti Zaqaziq dan menjual ke teman-teman
mahasiswa. Dan lain sebagainya. Aisha mungkin telah tahu banyak tentang diriku,
tapi aku apa yang aku ketahui tentang dirinya. Melihat mukanya saja belum.
Sarah, isteri Eqbal berbicara dengan Ummu Fathi. Sesekali Syaikh Fathi dan
Eqbal menimpali. Sarah menceritakan siapa Aisha ini.
Aku memandang ke arah Aisha, pada saat yang sama dua matanya yang
bening di balik cadarnya juga sedang memandang ke arahku. Pandangan kami
bertemu. Dan ces! Ada setetes embun dingin menetes di hatiku. Kurasakan tubuhku
bergetar. Aku cepat-cepat menundukkan kepala. Dia kelihatannya melakukan hal
yang sama. Kukira Aisha tidak setegang diriku, sebab dia merasa lebih santai.
Wajahnya tersembunyi di balik cadarnya. Sementara diriku, aku tidak tahu seperti apa
bentuk mukaku. Aku harus mencari cara untuk menghilangkan ketegangan ini. Si kecil
Hasan memandangi aku. Aku tersenyum padanya. Kutarik dia ke pangkuanku. Dia
menurut. Dengan adanya Hasan di pangkuanku aku jadi merasa lebih nyaman. Aku bisa
membelai-belai rambutnya. Hasan anak yang penurut. Kelihatannya ia benarbenar
masih ingat padaku. Sesekali ia berceloteh dan aku menanggapi lirih sambil mencium
kepalanya gemas. Dan di balik cadar, mata bening Aisha memperhatikan apa yang
aku lakukan. "Ini adalah majelis ta'aruf 90 untuk dua orang yang sedang berniat untuk
melangsungkan pernikahan. Menurut ajaran nabi, seorang pemuda boleh melihat
wajah perempuan yang hendak dinikahinya. Untuk melihat daya tarik dan untuk
menyejukkan hati. Maka lebih baiknya Anakku Aisha membuka cadarnya. Meskipun
Fahri sudah melihat wajahmu lewat album foto. Tetapi dia harus melihat yang asli
sebelum melangsungkan akad nikah. Bukankah begitu Ummu Amena?" Kata-kata
Ummu Fathi ini membuat jantungku berdesir. Sebentar lagi Aisha akan
menanggalkan cadarnya, dan aku..masya Allah..aku akan melihat wajah calon
isteriku. 90 Perkenalan 148 Aku memandang Aisha. Dia memandangku lalu menunduk. Kelihatannya dia
sangat malu dan salah tingkah.
"Aisha, bukalah cadarmu! Calon suamimu berhak melihat wajah aslimu," desak
9 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sarah, bibinya. Sambil mendekap Hasan aku menyaksikan tangan kanan Aisha perlahanlahan
membuka cadarnya. Ada hawa sejuk mengalir dari atas. Masuk ke ubunubun
kepalaku dan menyebar ke seluruh syaraf tubuhku. Wajah Aisha perlahan terbuka.
Dan wajah putih bersih menunduk tepat di depanku. Subhanallah. Yang ada di
depanku ini seorang bidadari ataukah manusia biasa. Mahasuci Allah, Yang
menciptakan wajah seindah itu. Jika seluruh pemahat paling hebat diseluruh dunia
bersatu untuk mengukir wajah seindah itu tak akan mampu. Pelukis paling hebat pun
tak akan bisa menciptakan lukisan dari imajinasinya seindah wajah Aisha. Keindahan
wajah Aisha adalah karya seni mahaagung dari Dia Yang Maha Kuasa. Aku
benar-benar merasakan saat-saat yang istimewa. Saat-saat untuk pertama kali
melihat wajah Aisha. "Bagaimana apakah kalian sudah benar-benar siap membangun rumah tangga
berdua?" Pertanyaan Syaikh Fathi membuat diriku mendongakkan kepala. Aisha juga
melakukan hal yang sama. Pandangan kami bertemu. Dan ces! Hatiku seperti ditetesi
embun dingin dari langit. Entah hati Aisha. Lalu kami kembali menundukkan kepala.
Aku diam tidak menjawab. "Akh Fahri, bagaimana, kau siap menerima Aisha sebagai isterimu?" tanya
Eqbal dengan suara tegas. Aku malah meneteskan air mata.
"Akh Eqbal, semestinya bukan aku yang kau tanya. Tanyalah Aisha, apakah
dia siap memiliki seorang suami seperti aku" Kau tentu sudah tahu siapa aku. Aku ini
mahasiswa yang miskin. Anak seorang petani miskin di kampung pelosok Indonesia,"
jawabku terbata-bata sambil terisak. "Apakah aku kufu dengannya" Aku merasa tidak
pantas bersanding dengan keponakanmu itu. Aku tidak ingin dia kecewa di belakang
hari," lanjutku. "Baiklah, biar Aisha sendiri yang menjawabnya. Bicaralah Aisha, jangan malu,"
ujar Eqbal. Aku mencuri pandang melihat Aisha. Ia menundukkan kepalanya. Bulu
matanya yang lentik bergerak-gerak.
149 "Baiklah, aku akan bicara dari hatiku yang terdalam. Fahri, dengan disaksikan
semua yang hadir di sini, kukatakan aku siap menjadi pendamping hidupmu. Aku
sudah mengetahui banyak hal tentang dirimu. Dari Paman Eqbal, dari Nurul dan
orang-orang satu rumahnya. Dari Ustadzah Maemuna isteri Ustadz Jalal. Dari
Ruqoyya, isteri Aziz. Aku akan sangat berbahagia menjadi isterimu. Dan memang
akulah yang meminta Paman Eqbal untuk mengatur bagaimana aku bisa menikah
denganmu. Akulah yang minta." Aisha menjawab dengan bahasa Arab fusha yang
terkadang masih ada sususan tata bahasa yang keliru namun tidak mengurangi
pemahaman orang yang mendengarnya. Suaranya terasa lembut dan indah, lebih
lembut dari suaranya saat berkenalan di Metro dan beberapa kali bertemu, di Tahrir
dan di National Library. Aku tidak tahu kenapa. Apakah karena aku kini telah jatuh
cinta padanya" Jatuh cinta untuk yang pertama kalinya. Dan semoga juga yang
terakhir kalinya. "Bagaimana Fahri, Kau sudah mendengar sendiri dari Aisha, sekarang kau
bagaimana?" ujar Eqbal sambil memandang ke arahku. Semua mata tertuju ke
arahku, kecuali mata si kecil Amena dan Hasan. Aku memberanikan diri untuk
menatap wajah Aisha, agak sedikit lama. Aisha memandangku, ia menanti
jawabanku. Aku merasa tak mampu menahan air mata yang meleleh.
10 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Jika Aisha sedemikian mantapnya dan percaya padaku, maka, bismillah, aku
pun mantap menerima Aisha untuk jadi isteriku, pendamping hidupku dan ibu dari
anak-anakku, aku akan sepenuh hati percaya padanya," kataku dengan suara parau
bergetar, dengan mata tetap menatap Aisha. Aku melihat mata Aisha berkaca-kaca.
Suasana hening dan haru menyelimuti ruangan itu.
"Aku jadi teringat lima puluh tahun yang lalu, saat mengkhitbah Ummu Fathi,
suasananya tak jauh berbeda. Penuh dengan perasaan cinta dan nuansa indah yang
tak bisa dilukiskan dengan kata-kata." Suara Syaikh Utsman memecahkan
keheningan dan keharuan. Syaikh Utsman lalu bercerita tentang hari-hari pertamanya
membangun rumah tangga. Banyak hal lucu penuh hikmah yang beliau kisahkan.
Terkadang Ummu Fathi yang juga sudah tua menyela. Suasana jadi lebih hidup.
Pembicaraan terus berlanjut ke masalah kami berdua, masalah diriku dan
masalah Aisha. Syaikh Utsman mampu menggiring kami untuk membuka diri. Aku
berterus terang tentang sakitku sebulan yang lalu. Aisha membuka dirinya pernah
sakit Asma. Aku ungkapkan kembali persyaratan ibuku, bahwa isteriku mau tidak mau
harus hidup dan berjuang di Indonesia.
150 "Diriku sudah aku wakafkan di jalan Allah. Aku siap hidup dan berjuang di mana
saja mendampingi perjuangan suamiku tercinta." Tegas Aisha tanpa ragu sedikitpun.
Kami lalu berbicara tentang harapan masing-masing. Cita-cita dan idealisme
masing-masing. Aku merasa apa yang diharapkan dan dicita-citakan Aisha tidak ada
yang berseberangan jauh dengan apa yang aku harapkan dan aku cita-citakan. Dia
ingin suami yang sepenuh hati mencintainya, menjadikan dirinya satu-satunya
isterinya, setia dalam suka dan duka, perhatian pada keluarga, dan tidak melalaikan
tugas berjuang di jalan Allah. Itu adalah juga yang aku inginkan dari isteriku. Aku ingin
isteri yang shalihah, setia dan tidak mengkhianati Allah dan Rasul-Nya.
Setelah pembicaraan berlangsung lama, rasa canggung tidak lagi penghalang
untuk mengungkapkan segala yang ingin diungkapkan. Aku bahkan tanpa perlu malu,
dan dengan penuh keterus-terangan membuka kemampuanku mencari nafkah saat
ini. Andalanku adalah terjemahan. Dan karena sedang konsentrasi penulisan tesis,
aku tidak bisa menerjemah sebanyak yang kemarin.
Aku jelaskan nominal yang kira-kira masuk tiap bulan. Itu pun terkadang
terlambat pembayarannya. Juga uang yang aku punya saat ini.
Aisha menjawab dengan tenang,
"Alhamdulillah aku sudah mempelajari sifat perempuan Jawa. Aku sangat
kagum pada mereka. Mereka adalah perempuan yang sangat setia, dan peduli pada
keluarga. Di Jawa seorang isteri terlibat sepenuhnya dalam masalah keluarga. Isteri
ikut memikirkan bagaimana dapur mengepul. Perempuan Jawa bisa hidup
sederhana. Seperti Fatimah Zahra puteri Rasulullah bisa hidup sangat sederhana,
yang mengambil air dan membuat roti sendiri. Padahal dia puteri seorang nabi agung.
Aku siap untuk hidup seperti Fatimah Zahra. Aku sudah meneliti mahasiswa
Indonesia, khususnya dari Jawa yang berkeluarga di Cairo. Mereka hidup sangat
sederhana. Mengatur uang yang ada sebaik-baiknya. Saling melengkapi. Aku siap
hidup seperti mereka. Menurut Ruqoyya isteri seorang mahasiswa bernama Aziz
yang berjualan tempe. Dengan uang 150 dollar ia sudah bisa hidup normal meskipun
sangat sederhana dengan menyewa rumah yang sederhana. Aku bahkan siap untuk
hidup lebih buruk dari itu. Aku siap dalam suka maupun duka."
Aku mantap dengan apa dengar dari Aisha. Semoga apa yang ia katakan
adalah apa yang keluar dari hatinya. Kata-kata adalah cermin jiwa.
11 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
151 Lalu aku mengutarakan masalah cadar yang dipakai Aisha. Bukan aku tidak
setuju atau menentangnya. Tapi untuk fiqh dakwah di Indonesia lebih hikmah tidak
pakai cadar. Aku jelaskan kondisi masyarakat di desaku dan sekitarnya. Perempuan
bercadar akan dianggap sangat aneh dan mencurigakan.
"Jangan kuatir. Aisha dan Sarah isteriku adalah muslimah-muslimah moderat.
Itu tidak akan menjadi masalah. Sarah sendiri kalau pulang ke Turki tidak memakai
cadar. Menurut mayoritas Ulama, menutup wajah bagi perempuan tidak wajib. Yang
wajib adalah menutup seluruh aurat kecuali telapak tangan dan wajah," jelas Eqbal.
"Ya. Paman Eqbal benar," sahut Aisha.
Setelah segala yang bersifat pribadi dirasa cukup, dan kami merasa benarbenar akan bisa menjadi
pasangan hidup yang serasi, bisa saling mengisi dan
melengkapi, pembicaraan berlanjut ke masalah akad nikah dan pesta walimatul 'ursy.
Aisha ingin akad dan pesta dilaksanakan secepatnya. Setelah dikalkulasi dan timbang
paling cepat akad dilaksanakan satu minggu lagi dan pestanya dua hari setelahnya.
Akhirnya ditetapkan akad nikah akan dilaksanakan Jum'at depan, tanggal 27
Sepetember, di masjid Abu Bakar Shiddiq setelah shalat Ashar. Karena nantinya
Aisha akan tinggal di Indonesia, maka aku harus mengurusi segalanya yang berkaitan
dengan dokumen pernikahan yang diakui di Indonesia. Aku jelaskan itu mudah. Eqbal
akan melengkapi semua dokumen Aisha yang diperlukan untuk Kedutaan Besar
Republik Indonesia. Aisha bilang ia juga akan mencatatkan pernikahannya ke
kedutaan Jerman. Aisha meminta agar uang yang aku miliki saat ini disiapkan untuk mahar dan
pengurusan surat nikah KBRI. Adapun biaya yang lainnya biar paman Eqbal yang
mengurusi. Tempat pesta walimatul ursy juga ditetapkan saat itu juga. Yaitu di Darul
Munasabat91 masjid Rab'ah El-Adawea, Nasr City. Itu adalah tempat yang paling
cocok. Letaknya strategis. Dekat dengan tempat tinggal umumnya mahasiswa
Indonesia dan mahasiswa Turki. Jumlah orang indonesia yang akan diundang
sekalian di tentukan. Tentunya undangan terbatas. Karena di pihak Aisha juga
mengundang orang Turki. Undangan disesuaikan dengan kapasitas tempat duduk.
Jenis hidangan yang disajikan juga ditetapkan. Tidak terlalu mewah tapi juga tidak
terlalu sederhana. Yang dicari adalah barakahnya.
Malam zafaf juga ditentukan. Tidak setelah akad, tapi setelah walimah.
91 Auditorium, balai pertemuan.
152 Tempatnya di mana, Aisha dan Sarah yang akan merancangnya. Aku diminta tinggal
menerima jadi saja. Sebab suasana kamar pengantin akan dibuat suasana Turki.
Sarah adalah seorang da'iyah di kalangan mahasiswi Turki, karenanya aku yakin
meskipun di tata ala Turki tapi tidak akan menyimpang dari sunnah nabi.
Saat itu juga Eqbal mengukur tubuhku untuk mencari pakaian pengantin yang
akan dipakai saat walimah nanti. Sesuai keinginan Aisha, rencananya kami berdua
akan memakai busana pengantin muslim Turki. Hal-hal seperti itu bagiku tidak ada
masalah. Semua panitia akan ditangani oleh teman-teman dari Turki. Eqbal hanya
minta bantuan beberapa orang untuk penyambut tamu dan penyaji hidangan.
12 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Perbincangan selesai tepat saat azan maghrib berkumandang. Sore itu sejarah
baru hidupku telah dirancang dengan matang. Aisha sempat tersenyum padaku
sebelum ia dan keluarganya meninggalkan ruang tamu Syaikh Utsman. Aku tidak bisa
mengungkapkan rasa cintaku yang membuncah memenuhi segenap ruang hatiku.
Aku melangkahkan kaki dengan perasaan bahagia tiada terkira, meskipun aku tidak
mengingkari ada sedikit rasa cemas. Cemas yang terlahir dari kekurangpercayaan
pada apa yang aku alami. Yang aku alami tadi sungguhkah kejadian nyata ataukah
sekadar mimpi belaka" Terkadang orang yang terlalu bahagia melihat apa yang
dialaminya seperti mimpi. Terkadang waktu berjalan sedemikian cepatnya tanpa
memberi kita kesempatan untuk berpikir sebenarnya apa yang sedang terjadi pada
diri kita sendiri. 153 16. Cobaan Teladan orang-orang yang bercinta adalah Baginda Nabi. Cinta sejati adalah
cintanya sepasang pengantin yang telah diridhai Tuhan dan didoakan seratus ribu
malaikat penghuni langit. Tak ada perpaduan kasih lebih indah dari pernikahan,
demikian sabda baginda Nabi.
Setelah melihat Aisha yang tiada lain adalah calon bidadariku, belahan jiwa
yang akan mendampingi hidupku, tak bisa kupungkiri aku didera rasa cinta yang
membuncah-buncah. Inilah cintaku yang pertama, dan Aisha adalah gadis pertama
yang menyentuh hatiku dan menjajahnya.
Waktu di Aliyah dulu, aku pernah naksir pada seorang gadis tapi tak pernah
sampai menyentuh hati. Tak pernah sampai merindu dendam. Aku bahkan tak punya
keberanian untuk sekadar menyapanya atau mengingat namanya. Diriku yang saat itu
hanya berstatus sebagai khadim romo kiai, batur para santri, tak berani sekadar
mendongakkan kepala kepada seorang santriwati.
Juga selama di Kairo, sampai Aisha membuka cadarnya di rumah Syaikh
Utsman. Kuakui ada satu nama yang membuatku selalu bergetar bila mendengarnya,
namun tak lebih dari itu. Aku merasa sebagai seekor punguk dan seluruh mahasiswi
Indonesia di Kairo adalah bulan. Aku tidak pernah berusaha merindukannya. Dan tak
akan pernah kuizinkan diriku merindukannya. Karena aku merasa itu sia-sia. Aku tak
mau melakukan hal yang sia-sia dan membuang tenaga.
Aku lebih memilih mencurah seluruh rindu dendam, haru biru rindu dan deru
cintaku untuk belajar dan menggandrungi Al-Qur'an. Telah kusumpahkan dalam
diriku, aku tak akan mengulurkan tangan kepada seorang gadis kecuali gadis itu yang
menarik tanganku. Aku juga tak akan membukakan hatiku untuk mencintai seorang
gadis kecuali gadis itu yang membukanya. Bukan suatu keangkuhan tapi karena rasa
rendah diriku yang selalu menggelayut di kepala. Aku selalu ingat aku ini siapa" Anak
petani kere. Anak penjual tape. Aku ini siapa"
aku adalah lumpur hitam yang mendebu menempel di sepatu dan sandal
154 hinggap di atas aspal terguyur hujan terpelanting masuk comberan 13 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
siapa sudi memandang atau mengulurkan tangan"
tanpa uluran tangan Tuhan
aku adalah lumpur hitam yang malang Tuhan telah mengucapkan kun! Lumpur hitam pun dijelma menjadi makhluk
yang dianugerahi kenikmatan cinta yang membuncah-buncah dan rindu yang
berdebam-debam. Seorang bidadari bermata bening telah disiapkan untuknya. Fa bi
ayyi alaai Rabbikuma tukadziban! Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang
kamu dustakan. Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari
yang baik-baik lagi cantik-cantik.


Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Bidadari-bidadari yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.92
Belum juga masuk surga, Tuhan telah begitu pemurah memperlihatkan
seorang bidadari yang baik dan cantik, bidadari yang putih bersih bernama Aisha.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakan yang kamu dustakan"
Maka tiada henti menangis kepada Tuhan, merasa terlalu agung anugerah
yang dilimpahkan oleh-Nya kepadaku yang lumpur hitam. Mengiba-iba kepadaNya
kiranya anugerah ini bukan bentuk istidraj, bukan bentuk nikmat yang sejatinya azab.
Dalam sujud tangis di keheningan malam kuisakkan seribu doa dari ratapan jiwa. Doa
Adam, doa Ibrahim, doa Ayyub, doa Ya'qub, doa Daud, doa Sulaiman, doa Zakariya,
doa Muhammad, doa seribu nabi, doa seribu wali, dan doa seribu sufi yang telah
mereguk cinta hakiki dan melahirkan sejuta generasi rabbani.
92 Surat Ar-Rahman: 70-73. 155 *** Dua hari menjelang hari H, barulah teman-teman satu rumah aku beritahu.
Semua urusan di KBRI sudah selesai. Mahar telah aku beli; seuntai kalung, sebuah
cincin dan mushaf mahar. Aku juga telah membeli satu stel jas yang pantas. Aku
meminta kepada teman-teman untuk mengundang teman-teman terdekat. Tak lebih
dari empat puluh orang. Mohon kesediaan datang di acara akad nikah Jum'at depan,
di masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq, Shubra El-Khaima.
Seperti biasa Rudi nyeletuk, "Nurul dkk. diundang nggak Mas?"
"Untuk akadnya tidak usah. Tapi walimahnya ya," jawabku dengan tegas.
Sebagai kabar gembira kuberitahukan pada teman-teman bahwa Bapak Atase
Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) secara khusus telah kuminta untuk menjadi
saksi, dan beliau telah menyatakan kesediaannya. Aku juga minta pada teman-teman
untuk mengundang dua ratus orang. Seratus lima puluh putera dan lima puluh puteri
untuk datang di acara walimatul 'ursy. Teman-teman satu rumah sepertinya masih
tidak percaya pada apa yang aku kabarkan. Namun mereka mau tidak mau harus
percaya sebab aku tidak pernah main-main untuk urusan serius.
Aku datangi rumah Tuan Boutros. Kosong.
Saiful bilang, saat aku dua hari tidak di rumah, Tuan Boutros sekeluarga pergi
rekreasi ke Pantai Hurgada. Dua hari yang lalu aku memang sibuk di Nasr City
14 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membantu teman-teman Turki mempersiapkan segalanya. Aku merasa tidak lengkap
jika sampai pesta walimatul ursy nanti keluarga Tuan Boutros tidak menyaksikan.
Mereka adalah orang terdekat selama tiga tahun ini. Aku mencoba menghubungi
nomor handphone Maria. Jawabannya, nomor yang anda hubungi sedang berada di
luar area! Sedih! Aku minta pada Rudi agar terus mencoba menghubungi Maria,
memberitahukan acara paling bersejarah dalam hidupku ini pada keluarganya. Mohon
mereka bisa datang pada saat pesta walimah.
Yang aku belum bisa mengerti adalah di manakah nanti aku setelah menikah"
Aku telah berusaha menyewa rumah di Hayyu Tsamin tapi Eqbal tidak
mengizinkannya. Katanya rumahnya telah disiapkan oleh Aisha. Aku ingin tahu
rumahnya di mana dan sewanya perbulan berapa, tapi dia juga tidak mau
memberitahukannya, katanya biar surprise sesuai permintaan Aisha. Yang jelas, kata
dia, rumah itu memang sangat layak untuk tinggal memadu kasih bersama Aisha. Aku
pasrah saja, aku tidak meragukan ketulusan mereka.
156 Satu hari menjelang akad nikah Eqbal dan dua orang Turki datang dengan
membawa mobil pick up. Dia bilang akan mengangkut barang-barangku untuk di tata
di rumah baru. Aisha yang memintanya. Komputer, beberapa stel pakaian, dan
puluhan jilid buku dan kitab penting diangkut. Aku tidak boleh ikut.
"Insya Allah, semuanya akan beres dan aman. Saat ini kau adalah raja yang
tidak boleh susah. Kami berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian berdua. Dan
jangan lupa selesai shalat Jum'at kau langsung ke rumahku di Maadi. Kita akan
berangkat ke Shubra bersama," kata Eqbal yang sebentar lagi harus kupanggil
paman. Ketika melihat kamarku yang berubah dan kehilangan banyak isinya aku
menitikkan air mata. Waktu terus berjalan. Manusia tidak bisa menentang perubahan.
Tak lama lagi aku akan meninggalkan kamar tercinta ini. Aku akan meninggalkan
teman-teman dan membuka lembaran hidup baru bersama seorang isteri bernama
Aisha. berjalan di titian kodrat
(apa yang harus kita katakan)
jika berharap Dia menentukan93
*** Ketika fajar Jum'at merekah di ufuk timur, aku berkata dalam hati, "Inilah
hariku." Tiada sabar rasanya menunggu ashar tiba. Matahari seperti diganduli
malaikat. Hari terasa berat. Waktu sepertinya berjalan begitu lambat.
Usai shalat shubuh teman-teman telah bersiap. Mereka kubagi tugas. Rudi
shalat Jum'at di Masjid Indonesia menjadi petunjuk jalan bagi Pak Atdikbud. Mishbah
ke Wisma Nusantara menjadi petunjuk jalan bagi bus yang disediakan untuk
teman-teman undangan. Jarak Nasr City-Shubra tidak dekat. Sedangkan Hamdi dan
Saiful nanti begitu selesai shalat Jum'at langsung ke Shubra. Aku sendiri usai shalat
Jum'at langsung ke rumah Eqbal Hakan Erbakan.
Pukul delapan tepat telpon berdering, kukira dari Eqbal. Ternyata tidak. Dari
Ustadz Jalal. Katanya beliau dan isterinya telah sampai di mahattah metro Hadayek
Helwan. Beliau datang untuk membicarakan masalah yang dulu pernah beliau
pesankan melalui Nurul. Kuminta Saiful untuk menjemput Ustadz Jalal. Aku jadi
93 Dipetik dari sajak berjudul 'Tuhan dan Titahnya' karya Fatin Hamama.
15 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
157 merasa tidak enak tidak mengundang beliau secara langsung untuk menghadiri akad
nikah. Kutanyakan pada teman-teman apakah undangan walimah untuk beliau sudah
sampai. Tidak tahu, mungkin belum, sebab undangan itu dititipkan pada Mas Khalid.
Dan rencananya Mas Khalid akan menyampaikannya usai shalat Jum'at nanti.
Meskipun terkesan sangat mepet dan mendadak terpaksa nanti Ustadz Jalal akan
kumohon untuk datang ke acara akad nikah.
Ustadz Jalal dan ustadzah Maemuna, isterinya, sampai dengan wajah cerah.
Mereka datang cuma berdua, tidak membawa ketiga anak mereka.
"Mana keponakan-keponakanku Ustadz" Kenapa tidak dibawa serta?"
tanyaku basa-basi. Hamdi datang dengan nampan berisi tiga gelas teh Arousa panas dan satu
piring roti bolu. Entah dapat bolu dari mana anak itu.
"Sekali-kali kami ingin bepergian berdua tanpa diganggu anak-anak. Biar bisa
sedikit mesra. Pagi ini kami benar-benar menikmati perjalanan dengan metro. Dari
Ramsis sampai Hadayek Helwan sepi, hawanya juga sejuk," jawab Ustadz Jalal.
"Mereka ditinggal sendirian di rumah?" heranku.
"Tidak. Kebetulan Nurul dan teman-temannya usai shalat shubuh tadi datang
ke rumah. Jadi mereka yang menjaga," sahut Ustadzah Maemuna.
"O begitu, syukurlah. Ngomong-ngomong Ustadz dan Ustadzah menyempatkan untuk berkunjung kemari ada yang bisa saya bantu?" ucapku.
Ustadz Jalal memberi tahu ada masalah sangat penting dan rahasia yang ingin
beliau bicarakan denganku. Beliau minta tempat yang aman. Kubawa beliau dan
Ustadzah Maemuna ke dalam kamarku yang berantakan. Pintu kututup rapat.
"Kok berantakan begini. Komputermu dan kitab-kitabmu tidak ada. Mau
pindahan nih, atau malah sedang pindahan?" komentar Ustadz Jalal.
"Nanti setelah masalah Ustadz selesai akan aku ceritakan, insya Allah. Silakan
Ustadz bicara," jawabku.
"Kami berdua datang kemari memohon bantuanmu menyelesaikan suatu
masalah serius. Tidak masalah kami sebenarnya, tapi masalah seseorang yang dekat
dengan kami. Dan yang paling tepat untuk kami minta pertolongan adalah engkau,
Fahri. Kami sangat berharap engkau bisa membantu," kata Ustadz Jalal.
158 16 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kau saya diberi kemampuan untuk itu. Insya Allah. Masalah apa itu Ustadz?"
"Ini masalah serius yang mengancam jiwa Nurul?"
Mendengar hal itu pikiranku langsung tertuju pada buntut peristiwa Noura
bersembunyi di rumah Nurul. Jangan-jangan Si Muka Dingin Bahadur tahu itu dan
memperkarakannya, tapi kalau itu masalahnya kenapa diriku tidak ikut diperkarakan".
"Bagaimana jiwa Nurul bisa terancam Ustadz" Apa yang terjadi padanya, dan
apa yang bisa saya lakukan untuk membantunya?"
"Kau tahu Nurul adalah puteri tunggal Bapak KH. Ja'far Abdur Razaq,
pengasuh pesantren besar di Jawa Timur. Selain cantik dia juga cerdas dan halus
budi. Sejak masih kelas satu aliyah sudah banyak kiai besar yang melamar Nurul
untuk puteranya. Nurul tidak mau. Ketika akhirnya Nurul belajar di Al Azhar pinangan
itu justru semakin banyak. Kiai Ja'far ayah Nurul berkali-kali menelpon Nurul agar
segera menentukan pilihan pendamping hidupnya. Beliau merasa sangat tidak enak
menolak pinangan terus menerus. Apalagi jika pinangan itu datangnya jadi kiai yang
lebih senior dari beliau atau dari guru beliau. Jika Nurul sudah tunangan atau menikah
dengan seseorang yang dipilihnya tentu kedua orang tua Nurul akan lebih tenang.
Dan jika berjumpa dengan para kiai-kiai di Jawa Timur tidak akan terbebani oleh
sindiran-sindiran halus dari para kiai yang meminang puterinya. Dua bulan yang lalu
ayahnya menelpon ada pinangan dari Kiai Rahmad untuk puteranya Gus Anwar. Kiai
Rahmad ini adalah gurunya ayah Nurul waktu mondok di Bandar Kidul Kediri. Ayah
Nurul tidak bisa menolaknya kecuali Nurul sudah memiliki seorang calon di Mesir. Jika
tidak, maka Nurul terpaksa harus menerima pinangan itu. Inilah masalahnya."
"Nurul sendiri bagaimana" Saya mendengar ada beberapa mahasiswa yang
suka dengannya." "Memang ada beberapa mahasiswa yang mendekati dia secara baik-baik. Ada
yang secara langsung. Ada juga yang lewat kami atau teman satu rumahnya. Tapi tak
ada yang cocok di hatinya. Ternyata sejak dua tahun yang lalu diam-diam Nurul telah
kagum dan jatuh hati pada seseorang. Tapi sayangnya Nurul tidak berani
mengungkapkannya karena rasa malunya yang tinggi. Ia berharap orang yang
dicintainya terbuka hatinya dengan dan meminangnya tapi sepertinya orang yang
dicintainya tidak tahu kalau Nurul mencintainya. Rasa cinta Nurul padanya
membuncah dan tak bisa dia sembunyikan sejak dua bulan yang lalu. Sejak ayahnya
menelponnya untuk menerima Gus Anwar atau mencari calon sendiri di Mesir yang
159 shalih. Saat itu dia menangis pada isteriku. Ia mengungkapkan seluruh isi hatinya. Ia
minta kepada isteriku untuk membantunya. Isteriku memberi saran untuk berterus
terang saja pada orang yang dicintainya itu. Tapi Nurul tidak mau, ia sangat malu.
Nurul minta pada isteriku agar aku yang bicara dengan orang itu. Aku sangat sibuk
sekali dan aku merasa tidak tepat untuk bicara pada orang yang dicintai Nurul itu.
Akhirnya aku merasa aku perlu minta bantuanmu. Kau sangat dekat dengan orang itu.
Sudah berkali-kali Nurul bertanya padaku bagaimana hasilnya. Aku tidak bisa
menjawabnya. Sebab aku belum bertemu denganmu. Kau sibuk aku pun sibuk. Baru
kali ini aku bisa bertemu denganmu. Aku sangat berharap kau bisa membantu."
"Asal saya mampu, insya Allah Ustadz. Dia mahasiswi yang baik. Saya salut
dan kagum padanya. Meskipun telah menjabat sebagai Ketua Wihdah tapi dia masih
mau meluangkan waktu mengajar anak-anak baca Al-Qur'an di Masjid Indonsia. Dia
juga orang yang mudah diminta tolong. Sangat kasihan memang kalau orang sebaik
dia tidak mendapatkan apa yang dicintainya. Namanya orang kalau sudah cinta itu
susah untuk tidak dipertemukan. Abu Bakar saja ketika ada seorang budak
17 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
perempuan merana karena mencintai Muhammad bin Qasim bin Ja'far bin Abi Thalib
hati beliau luluh. Beliau langsung menemui tuan pemilik budak itu dan membelinya,
lalu mengirimnya ke Muhammad bin Qasim bin Ja'far bin Abi Thalib. Hal serupa juga
dilakukan Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Cinta memang tidak mudah. Orang
Inggris bilang, Love is a sweet torment. Cinta adalah siksaan yang mengasyikkan.
Tapi jika orang terus tersiksa karena cinta, ia bisa binasa seperti Laila dan Majnun.
Kebinasaan paling tragis adalah yang disebabkan oleh cinta," jawabku.
Ustadzah Maemuna menyahut,
"Dan kami tak ingin melihat Nurul binasa karena cintanya pada pujaan hatinya."
"Memangnya rasa cinta Nurul sampai seperti itu?" heranku.
"Sejak dua bulan yang lalu. Sejak ia menangis di pangkuanku, Nurul sering
menangis sendiri. Berkali-kali dia cerita padaku akan hal itu. Ia ingin sekali orang itu
tahu bahwa dia sangat mencintainya, lalu orang itu membalas cintanya dan langsung
melaksanakan sunnah Rasulillah. Nurul anti pacaran. Tapi rasa cinta di dalam hati
siapa bisa mencegahnya. Aku tahu benar Nurul siap berkorban apa saja untuk
kebaikan orang yang dicintainya itu. Bantulah kami membuka hati orang itu?" kata
Ustadzah Maemuna. "Insya Allah. Saya paling tak tahan melihat seseorang tersiksa batinnya. Jadi
160 siapakah orang yang sangat beruntung itu, orang yang dipuja dan dicintai gadis
shalihah seperti Nurul?" tukasku tenang. Dalam hati aku merasa bersyukur bahwa
aku mendapatkan seorang biadadari yang kucintai tanpa harus melalaui siksaan batin
serumit Nurul. Tenyata menjadi seorang gadis tidak semudah menjadi seorang
pemuda. "Kau sangat mengenalnya kuharap kau tidak kaget mendengar namanya
kusebut," kata Ustadz Jalal.
"Santai saja Ustadz, insya Allah saya akan biasa saja," jawabku santai.
"Orang yang dicintai Nurul, yang namanya selalu dia sebut dalam doadoanya,
yang membuat dirinya satu minggu ini tidak bisa tidur entah kenapa, adalah FAHRI
BIN ABDULLAH SHIDDIQ!"
Mendengar namaku yang disebut aku bagaikan mendengar gelegar petir
menyambar telingaku. Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar dari
lisan ustadz Jalal. "Siapa Ustadz, mungkin ustadz salah ucap?" tanyaku meyakinkan apa yang
aku dengar. "Aku tidak salah ucap Fahri. Kaulah orangnya. Nurul sangat mencintaimu.
Berkali-kali dia bicara denganmu langsung atau lewat telpon tapi dia tidak berani
mengatakan itu. Dan sudah berkali-kali dia minta kami menemuimu mengungkapkan
isi hatinya padamu, tapi baru kali ini aku sempat. Bagaimana Fahri kau bisa
membantu Nurul bukan?"
Aku meneteskan air mata. Tetesan itu makin lama makin deras. Akupun
tergugu. Kenapa jalan takdirnya seperti ini" Kenapa berita yang sebenarnya sangat
membahagiakan hatiku ini datang terlambat. Satu-satu nama seorang gadis yang bila
kudengar hatiku bergetar adalah Nurul. Nurul Azkiya. Berita yang seharusnya
membuat hatiku berbunga-bunga itu kini justru membuat hatiku terasa pilu. Dalam hati
aku menyumpahi kebiasaan buruk orang Jawa. Alon-alon waton kelakon! Jadinya
selalu terlambat. Jika dua bulan yang lalu Nurul mengucapkan tiga kata saja: maukah
kamu menikahi aku" Tak akan ada kepedihan ini. Sejak bertemu muka dengan Aisha
hatiku sepenuhnya dipenuhi rasa cinta kepadanya. Dan beberapa jam lagi ikatan suci
18 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang menyatukan cinta kami akan terjadi, insya Allah.
Dengan terisak-isak kukatakan pada Ustadz Jalal dan Ustadzah Maemunah,
161 "Oh, andaikan waktu bisa diputar kembali. It is no use crying over spilt milk . Tak ada
gunanya menangisi susu yang telah tumpah!"
Lalu kucoba menenangkan diri dan kujelaskan semuanya yang telah terjadi
atas diriku. Aku tak bisa menyembunyikan tangisku saat menceritakan semuanya.
Pertemuan dengan Aisha di Metro, diskusi dengan Alicia, tawaran Syaikh Utsman,
pertemuan dengan Aisha dan keluarganya, sampai rencana akad nikah dan walimah
yang tinggal menunggu jam D nya.
"Apa yang bisa aku lakukan untuk Nurul Ustadz, apa. Seandainya Ustadz jadi
diriku apa yang bisa Ustadz lakukan?" kataku sambil tergugu, hatiku merasa pilu.
Seandainya Nurul dan Aisha datang bersamaan, aku tak perlu istikharah untuk
memilih Nurul. Aku lebih mengenal Nurul daripada Aisha. Tapi siapa bisa menarik
mundur waktu yang telah berjalan.
Ustadz Jalal dan Ustadzah Maemuna menangis terisak-isak. Ustadz Jalal
merasa sangat menyesal dan sangat bersalah pada Nurul. Sudah berkali-kali Nurul
mendesaknya untuk menemui aku dan menjelaskan masalah itu tapi Ustadz Jalal
selalu mengulur waktu karena konsentrasi memperbaiki disertasi doktoralnya. Yang ia
sesalkan adalah kenapa beliau tidak menyempatkan sepuluh menit saja untuk


Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menilpunku memberikan sekadar isyarat ada seorang yang mencintaiku. Ustadzah
Maemuna menangis tersedu-sedu, ia tak bisa membayangkan pilunya hati Nurul.
Hanya karena sebuah keterlambatan sesuatu yang paling berharga bagi jiwanya tidak
ia dapatkan. Dalam tangisku aku merasa masalah Nurul ini adalah cobaan besar bagi
komitmenku atas semua kata-kataku di rumah Syaikh Utsman. Cobaan atas cinta dan
kesetiaanku pada Aisha. Bisa saja aku nekad membatalkan kesepakatan dan semua
rencana yang telah ditetapkan seperti dalam film India. Akad Nikah toh belum terjadi.
Mahar belum aku bayarkan. Aku juga sama sekali belum pernah menyentuh Aisha.
Melihat wajahnya juga baru satu kali. Tapi jika aku melakukan hal itu, namaku akan
ditulis dengan lumpur hitam berbau busuk oleh sejarah. Aku akan menjadi orang
munafik paling menyakitkan hati orang-orang yang kucintai dan kuhormati seperti
Syaikh Utsman, Ummu Fathi, Eqbal Hakan Erbakan dan isterinya, dan tentunya
paling sakit dan terzalimi adalah Aisha. Kemudian seluruh mahasiswa Turki di Mesir
akan melaknat perbuatanku. Dan kelak ketika aku berjumpa dengan Baginda Nabi
beliau akan murka padaku karena aku telah menyakiti perasaan sekian banyak
umatnya. Aku tak mau itu terjadi. Lebih dari itu aku tidak tahu seberapa panjang
162 umurku ini. Jika aku membatalkan pernikahan yang telah dirancang matang, aku tidak
tahu apakah Allah masih akan memberikan kesempatan padaku untuk mengikuti
sunnah Rasul. Ataukah aku justru tidak akan punya kesempatan menyempurnakan
separo agama sama sekali. Tidak selamanya perasaan harus dituruti. Akal sehat
adalah juga wahyu Ilahi. 163 17. Ikatan Suci 19 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Apa yang terjadi antara diriku dan Nurul adalah tragedi yang sangat
memilukan. Aku tak memungkiri, di dalam taksi selama perjalanan menuju rumah
Eqbal Hakan Erbakan, hatiku menangis. Aku ini siapa" Nurul sungguh terlalu. Apakah
dia bukan orang Jawa" Aku ini orang Jawa. Di Jawa, seorang khadim kiai dan batur
santri, anak petani kere, mana mungkin berani mendongakkan kepala apalagi
mengutarakan cinta pada seorang puteri kiai. Dia sungguh terlalu menunggu hal itu
terjadi padaku. Semestinya dialah yang harus mengulurkan tangannya. Dia sungguh
terlalu berulang kali ketemu tidak sekalipun mengungkapkan perasaannya yang
mungkin hanya membutuhkan waktu satu menit. Atau kalau malu hanya dengan
beberapa baris tulisan tangannya tragedi ini tidak akan terjadi. Menyatakan cinta
untuk menikah di jalan Allah bukanlah suatu perbuatan tercela. Dia sungguh terlalu.
Tapi dia tidak keliru. Dia telah menempuh jalan yang benar. Dia benar-benar gadis
shalihah yang pemalu. Yang terlalu sesungguhnya adalah Ustadz Jalal dan Ustadzah
Maemuna. Mereka berdua sungguh terlalu. Atau justru aku yang terlalu dan begitu
dungu. rinai tangis dalam hatiku bagai rintik hujan di kota apa gerangan makna lesu
yang menyusup masuk kalbuku"94
Sampai di halaman rumah Eqbal aku melihat tiga mobil mewah berjajar.
Rumahnya ada di lantai tiga sebuah villa mewah tak jauh dari KFC Maadi. Sebelum
masuk kuhapus air mata, kutata hati dan jiwa. Aku berusaha tersenyum. Aku
disambut hangat oleh Eqbal dan tiga lelaki Turki. Rumahnya tidak terlalu ramai. Eqbal
memperkenalkan tiga lelaki Turki yang berpakaian rapi itu.
"Ini Ismael Akhtar, Ketua Umum Persatuan Mahasiswa Turki di Mesir, ini
sekjennya Ali Naar, sedangkan ini yang baru tiba dari Turki tadi pagi adalah calon
pamanmu Akbar Ali Faroughi, adik kandung ibunya Aisha."
Akbar Ali yang gagah itu memelukku erat dan berbisik, "Senang memiliki
keponakan seperti dirimu. Aisha sudah banyak bercerita tentangmu padaku. Selamat
datang di keluarga besar Ali Faroughi."
Di ruang tamu itu kami berbincang-bincang sambil menunggu Aisha yang
sedang berdandan. Akbar Ali menceritakan silsilah keluarga besarnya agar aku tahu
94 Dari penggalan puisi "Lagu Hujan" karya penyair Perancis Paul Verlaine (1844-1896) terdapat
dalam Puisi Dunia, Balai Pustaka, 1952, hal. 88.
164 jelasnya. Ali Faroughi ayahnya dan juga kakek Aisha adalah asli Turki. Beliau lahir di
kota Izmir dari keluarga pedagang kain. Lulus sekolah menengah langsung diminta
ayahnya merantau ke Istambul dan membuka toko kain di sana. Beliau menuruti
anjuran ayahnya. Bakat bisnisnya luar biasa besar. Tokonya maju pesat sampai
akhirnya bisa membuat pabrik tekstil kecil-kecilan. Akhir tahun 1948 beliau menikah di
Yordan dengan seorang gadis pengungsi Palestina sebatang kara yang seluruh
keluarganya telah tewas dibantai Israel dan harta kekayaannya juga dirampas. Gadis
Palestina itu beliau bawa ke Istanbul. Enam tahun kemudian, yaitu tahun 1954,
lahirlah anak mereka yang pertama diberi nama Alia Ali Faroughi. Alia itulah ibu
kandung Aisha. Empat tahun kemudian lahirlah Akbar Ali Faroughi dan jauh setelah
itu, lima belas tahun kemudian baru lahir Sarah Ali Faroughi yang sekarang menikah
dengan Eqbal Hakan Erbakan. Ali Faroughi adalah pengikut setia Al-Imam
20 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Asy-Syaikh Al-Mujaddid Badiuz Zaman Sa'id An-Nursi. Ali Faroughi wafat pada tahun
1993 pada usia 73 tahun, meninggalkan tiga buah perusahaan besar. Di antara ketiga
anaknya itu yang paling cerdas dan ulet adalah Alia. Dia selalu terbaik di sekolah
menengah. Dia dokter terbaik lulusan Istanbul University tahun 1976 dan langsung
mendapat beasiswa ke Jerman tahun itu juga. Di Jerman Alia mengambil spesialis
jantung. Setelah tiga tahun di Jerman ia menikah dengan seorang muallaf Jerman
namanya Rudolf Greimas, seorang pemilik swalayan. Tahun 1981 Aisha lahir. Dan
tahun 1982 Alia memperoleh gelar doktornya dengan predikat summa cumlaude dan
mengambil keputusan untuk tinggal dan bekerja di Jerman. Yang menyedihkan tujuh
tahun yang lalu, Alia tewas dalam sebuah kecelakaan lalu lintas di sebuah jalur cepat
yang berada pinggir kota Munchen, meninggalkan Aisha yang masih belia. Aku baru
tahu sebenarnya Aisha telah lama kehilangan seorang ibu.
Kira-kira setengah jam sebelum azan ashar berkumandang, Sarah Ali
Faroughi, memberi tahu semuanya telah siap. Aku minta tolong pada Eqbal agar bisa
melihat wajah Aisha sebelum berangkat. Aku ingin mengisi kembali energi cintaku.
Aku ingin menghilangkan segala galau dan melenyapkan segala pilu yang masih
terasa menyelimuti hatiku. Aku tak mau tragedi Nurul menorehkan noda dalam hatiku.
Aku harus melihat wajah Aisha yang sinarnya akan menerangi semua kisi dan relung
hatiku. Kesejukannya akan menyiram jiwaku.
Eqbal tersenyum padaku dan menarik lenganku. Dia membawaku masuk ke
sebuah kamar di sana hanya ada tiga perempuan Turki semuanya telah memaki
cadar. Eqbal minta agar Aisha membuka cadarnya. Seorang perempuan yang
165 memakai abaya paling indah perlahan membuka cadar kuning keemasannya.
Perlahan wajah yang bercahaya itu tampak dan tersenyum padaku. Aku
memandangnya lekat-lekat. Aku tersihir oleh pesonanya. Tanpa sadar hatiku
bertasbih dan berpuisi: alangkah manis gadis ini bukan main elok dan ayu calon isteriku matanya berbinar-binar alangkah indahnya Setelah kurasa cukup, aku meminta Aisha memakai kembali cadarnya. Kami
pun berangkat dengan menggunakan tiga sedan Mercy. Aku bersama Eqbal dan
isterinya. Aisha bersama pamannya Akbar dan isterinya. Ketua Persatuan Mahasiswa
Turki bersama sekjennya. Selama dalam perjalanan aku lebih banyak mengucapkan
istighfar. Aku berharap saat ini keluarga di Indonesia mengirimkan selaksa doa
untukku. Mereka sudah aku beri tahu detik-detik ini aku akan membuka lembaran
hidup baru. Dalam perjalanan sempat aku keluarkan pertanyaan yang mengganjal
pada Eqbal, "Ayah Aisha, Tuan Rudolf Greimas, bukankah masih hidup. Apakah
beliau akan datang?"
"Beliau memang masih hidup tapi tidak akan datang dan Aisha juga tidak
terlalu menginginkan dia datang. Yang jelas dia sudah tahu puterinya akan menikah
dengan mahasiswa Indonesia. Tentang Rudolf Greimas nanti tanyakanlah sendiri
pada Aisha, kenapa sampai dia tidak mengharapkan kedatangannya," jawab Eqbal
Hakan. *** Tepat saat adzan ashar berkumandang kami sampai di masjid tempat akad nikah
akan dilangsungkan. Sudah banyak teman-teman mahasiswa Indonesia dan
21 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mahasiswa Turki yang sampai di sana. Aisha dan dua bibinya langsung menuju lantai
dua tempat jamaah wanita. Aku menyalami teman-teman. Mereka semua tersenyum
dan mengucapkan selamat padaku. Usai shalat ashar acara akad nikah dimulai.
Acara dilangsungkan di depan mihrab masjid. Syaikh Ustman, Syaikh Prof.Dr.
Abdul Ghafur Ja'far, Bapak Atdikbud, Eqbal Hakan Erbakan, Akbar Ali dan beberapa
syaikh Mesir yang diundang Syaikh Ustman duduk dengan khidmat tepat di depan
166 mihrab menghadap ke arah jamaah dan hadirin yang memenuhi masjid. Rupanya
saat shalat Jum'at tadi telah diumumkan akan ada acara akad nikah antara
mahasiswa Indonesia dan muslimah Turki, sehingga orang Mesir yang ada di sekitar
masjid penasaran dan masjidpun penuh. Aku duduk di sebelah kanan Akbar Ali. Di
barisan depan hadirin tampak ketua PPMI dan pengurusnya, teman-teman satu
rumah, Syaikh Ahmad Taqiyyuddin, teman-teman Mesir di program pasca dan Bapak
M. Saeful Anam dari bagian Konsuler KBRI yang akan mencatat kejadian penting ini
untuk mengeluarkan surat nikah resmi. Rudi yang paling suka pegang tustel sibuk
membidikkan kameranya. Dua orang mahasiswa Turki juga sibuk mengabdikan
peristiwa bersejarah ini dengan handycam dan kamera.
Yang menjadi pembawa acara adalah Ismael Akhtar, Ketua Umum Persatuan
Mahasiswa Turki di Mesir. Bahasa Arab fushanya indah. Acara dibuka dengan
basmalah dan pembacaan kalam Ilahi. Lalu sambutan singkat dari keluarga mempelai
perempuan yang disampaikan Eqbal. Sambutan singkat dari keluarga mempelai pria
oleh Syaikh Utsman. Barulah akad nikah. Pihak wali perempuan mewakilkan Syaikh
Prof. Dr. Abdul Ghafur Ja'far untuk menikahkan Aisha.
Syaikh Abdul Ghafur Ja'far, yang tak lain adalah pembimbingku menulis tesis
itu maju dan duduk di tengah lingkaran. Akbar Ali dan Eqbal Hakan menuntunku maju
dan duduk di hadapan Syaikh. Mereka berdua mendampingku. Pak Atdikbud juga
maju, duduk di samping Syaikh sebagai saksi. Ismael Akhtar juga maju sebagai saksi.
Saiful ikut maju membawakan mahar. Aku sempat melirik ke lantai dua. Aisha dan
kedua bibinya serta ratusan muslimah di sana memandang ke bawah. Ke arah
prosesi sakral ini dilangsungkan.
Sebelum memulai mengakad Syaikh Abdul Ghafur meminta kepada semua
hadirin untuk beristighfar, mensucikan hati dan jiwa. Lalu meminta kepada semuanya
untuk bersama-sama membaca dua kalimat syahadat. Aku meneteskan air mata,
hatiku basah. Aku belum pernah merasakan suasana sedemikian sakralnya. Syaikh
Abdul Ghafur menjabat tanganku erat, lalu mewakili wali menikahkan diriku dengan
Aisha. Dan dengan suara terbata-bata namun jelas aku menjawab dengan penuh
kemantapan hati: "Qabiltu nikahaha wa tazwijaha bi mahril madzkur, ala manhaji kitabillah wa
sunnati Rasulillah! Aku terima nikah dan kawin dia (Aisha binti Rudolf Kremas)
dengan mahar yang telah disebut, di atas manhaj kitab Allah dan sunnah Rasulullah!"
167 Spontan dari lantai dua terdengar wanita-wanita Mesir melantunkan
zaghrudah95 yang melengking indah. Dan Syaikh Abdul Ghafur membimbing seluruh
hadirin untuk mengucapkan doa yeng telah diajarkan oleh Rasulullah Saw.:
"Baralallahu laka wa baraka alaika wa jama'a bainakuma fi khair!"96
Masjid pun berdengung-dengung oleh doa seluruh hadirin. Hatiku terasa sejuk
sekali. Air mataku terus meleleh tiada henti. Aku tiada henti mengucapkan hamdalah
22 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dalam hati. Setelah itu disambung khutbah nikah yang dibawakan Syaikh Ahmad.
Khutbah yang singkat, padat, namun membuat hatiku bergetar hebat. Diakhiri dengan
doa yang dipimpin Syaikh Utsman, doa yang membuat diriku lebur dalam keagungan
tanda-tanda kekuasaan Tuhan.
Selesai doa, Syaikh Utsman membimbing hadirin untuk melantunkan thalaal
badru, lagu kebahagiaan yang dinyanyikan kaum Anshar saat menyambut
kedatangan Nabi Muhammad Saw. dan Abu Bakar Ash-Shiddiq di madinah setelah
menempuh perjalanan hijrah yang panjang dan melelahkan. Para hadirin berdiri,
menyalami dan merangkulku satu persatu sambil membisikkan doa barakah diiringi
lantunan thalaal badru. Gerimis di hatiku tidak mau berhenti. Air mata terus saja
meleleh. Aku kini telah memiliki seorang isteri. Subhanallah, wal hamdulillah, wa laa
ilaaha illallah, Allahu akbar!
*** Seperti kesepakatan setelah akad nikah kami tidak langsung zafaf. Malam
zafaf adalah setelah walimah. Dua hari lagi. Sampai rumah teman-teman
menggodaku habis-habisan. Aku tanyakan pada mereka apa sudah bisa
menghubungi keluarga Tuan Boutros. Belum bisa. Tidak enak rasanya jika mereka
tidak menghadiri walimah nanti. Meskipun berbeda agama mereka sudah seperti
keluarga sendiri. Pukul dua belas malam teman-teman sudah tidur. Tapi aku sama sekali tidak
bisa memejamkan mata. Aku ingat banyak hal. Aku menelusuri kembali perjalanan
hidupku. Sejak masih SD, jualan tape. Lalu masuk pesantren menjadi khadim Romo
Kiai sambil melanjutkan sekolah di Tsanawiyah dan Aliyah milik pesantren. Dan
akhirnya dengan susah payah bisa sampai Mesir. Aku menangis sendiri ditemani
95 Siulan khas wanita Arab sebagai ungkapan kegembiraan.
96 Semoga berkah Allah tetap untukmu, dan semoga berkah Allah tetap ke atasmu dan semoga Allah
mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan. (Hadits diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Abu Daud,
dan Ahmad) 168 sepi. Tiba-tiba handphone-ku berdering. Kulihat ada yang memanggil. Aisha! Hatiku
berdegup kencang. Aku menyeka air mata dan menata perasaan. Kuangkat:
"Fahri?" "Ya." "Kasihku, aku yakin kau belum tidur. Kau tidak bisa tidur. Kau pasti sedang
memikirkan aku. Ya 'kan?" Dan klik. Diputus. Aku belum sempat menjawab.
Aku gemes sekali padanya. Pada Aisha. Ia menggodaku. Kukirim sms
padanya. Sebab jika kutelpon takut tidak dia angkat. Percuma.
"Aisha, aku sangat merindukanmu." Tulisku.
"Aku sudah tahu. Bersabarlah. Allah mencintai orang-orang yang bersabar."
Jawab Aisha. Aku menghela nafas panjang. Aku ingin shalat malam.
*** Pagi hari, usai shalat shubuh, di masjid Al Fath Al Islami, seluruh jamaah yang
23 34. Pedang Ular Mas Yin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengenalku mengucapkan selamat. Rupanya Syaikh Ahmad telah memberi tahu
mereka. Dan Syaikh Ahmad mengajakku ke kamarnya di belakang mihrab. Beliau
memberikan kabar bahagia mengenai Noura.
Alhamdulillah kebenaran itu terkuat juga. Dari tes DNA, gen Noura tidak sama
dengan gen Si Muka Dingin Bahadur dan isterinya yaitu Madame Syaima. Gen Noura
justru sama dengan milik suami isteri bernama Tuan Adel dan Madame Yasmin yang
kini jadi dosen di Ains Syam University yang saat itu melahirkan bayinya bersamaan
harinya dengan Madame Syaima. Dan Nadia gadis yang selama ini mereka besarkan
dengan penuh kasih sayang sama gennya dengan Si Muka Dingin Bahadur dan
Madame Syaima. Dua bayi itu tertukar. Noura memang mirip sekali dengan Madame
Yasmin dan Si Nadia mirip dengan Madame Syaim
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
2435. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
a. Mereka telah menemukan orang
tua masih-masing. Noura bahagia dan Nadia nelangsa. Untungnya Tuan Adel dan
Madame Yasmin tetap meminta Nadia tinggal bersama mereka. Sebab Nadia telah
dianggap sebagai anaknya sendiri. Si Muka Dingin Bahadur sedang diproses atas
segala kejahatannya. Mendengar kabar bahagia itu aku merasa sangat bahagia.
Gadis innocent yang lembut itu akhirnya benar-benar menemukan taman
kebahagiaan yang selama ini hilang.
169 Usai dari masjid aku mengajak musyawarah teman-teman satu rumah. Tak
lama lagi aku akan meninggalkan mereka. Iuran sewa rumah bulan depan aku bayar
sekalian. Jadi mereka tidak bertambah beban meskipun aku tidak lagi satu rumah
dengan mereka. Namun aku minta tolong kepada mereka agar bulan berikutnya
sudah ada yang menggantikan aku. Teman-teman rela melepaskan aku dan


Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendoakan semoga hidup bahagia. Mereka minta agar aku tidak segan dan masih
sering main ke Hadayek Helwan. Mereka bertanya aku akan tinggal di mana. Aku
menjawab, "Belum tahu. Semua yang mengurus isteri tercinta!" Kontan mereka
menyahut bareng, "Enaknya punya isteri gadis Turki yang shalehah seperti Aisha!"
Aku tersenyum mendengarnya.
Pukul sembilan Paman Eqbal - setelah akad nikah aku harus memanggilnya
paman - dan tiga mahasiswa Turki datang kembali dengan pick up. Hendak
mengangkut semua barangku yang tersisa. Dia belum juga mau mengatakan rumah
yang akan kami tempati itu di mana. "Nanti kau akan tahu juga!" jawabnya enteng.
Hari berikutnya adalah pesta walimatul ursy di Darul Munasabat Masjid Rab'ah
El-Adawea, Nasr City. Sejak ashar aku telah berada di rumah mahasiswa Turki yang
telah berkeluarga di Hadidar Toni Street. Namanya Subhan Tibi. Isterinya bernama
Laila Belardi. Mereka teman baik Paman Eqbal dan Bibi Sarah. Di rumah mereka
yang letaknya kira-kira satu kilometer dari lokasi walimah, aku dan Aisha dirias ala
pengantin Turki. Aisha benar-benar seperti bidadari. Tapi elok wajahnya tersembunyi
di balik cadar tipis keemasan. Dan inilah untuk pertama kali kami duduk bersanding di
dalam mobil mewah. Selama dalam perjalanan menuju tempat walimah aku tak berani
menyentuhnya. Kelihatannya Aisha gemes melihat ketidakberanianku. Ia meletakkan
tangannya di atas telapak tanganku. Dengan ragu-ragu aku memegang tangannya.
Dan hatiku berdesir hebat. Itulah untuk pertama kalinya aku memegang tangan halus
seorang gadis. Pesta walimah sangat meriah. Di mulai tepat setelah ashar. Ada panggung di
depan. Tempat lelaki dan wanita di pisah dengan satir. Pengantin lelaki berbaur
dengan undangan lelaki dan pengantin wanita berbaur bersama pengantin wanita.
Panggung yang indah itu rupanya untuk hiburan. Tim Shalawat Turki menunjukkan
kebolehannya. Juga tim nasyid Indonesia. Ada juga pantomim, sumbangan dari
teman-teman KSW. Tadzkirah di sampaikan oleh Dr. Akram Ridha, pakar psikologi
yang juga seorang dai terkemuka di Kairo. Semua berjalan dengan sangat mengesan
bagi siapa saja yang hadir malam itu.
170 Setelah acara berakhir, dan tamu undangan telah banyak yang pulang, Paman
Eqbal membawaku ke tempat pengantin wanita. Di sana ternyata ada pelaminan yang
1 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
telah dihias indah. Aisha sudah duduk manis duduk di sana. Aku diminta untuk duduk
di sampingnya untuk diabadikan dalam foto dan video.
Aisha minta dipangku dan disuapi kue. Lalu minta dibopong dan digendong. Ia
juga minta difoto dalam gaya-gaya dansa. Ada-ada saja. Ia sangat mesra dan manja.
Tapi ia sangat tahu menjaga diri, ia tidak minta dicium saat itu. Kemesraan kami yang
tak lama itu tidak ada yang melihat kecuali beberapa muslimah, Paman Eqbal dan
Paman Akbar Ali. Saat adzan maghrib berkumandang dari menara masjid. Aku dan
Aisha telah berada di dalam Limousin meluncur menuju tempat untuk malam zafaf.
Menjadi sopir kami adalah Paman Eqbal Hakan Erbakan, isterinya Sarah duduk
disampingnya dengan si kecil Hasan di pangkuannya. Di belakang kami mobil Paman
Akbar Ali membuntuti. Ia bersama isterinya dan si kecil Amena. Selama dalam
perjalanan kami diam tanpa bicara apa-apa namun tangan kami erat berpegangan.
Mobil kami terus melaju. Lampu-lampu telah menyala seperti bintangbintang.
Langit merah bersemburat indah. Mobil melaju diatas jalan layang yang membelah
Ramsis. Terus ke Barat. Apakah Paman Eqbal akan membawa kami ke hotel" Aku
tidak tahu. Semua mahasiswa Indonesia yang menikah di Cairo tidak ada yang
menghabiskan malam pertama di hotel. Semuanya menghabiskan malam pertama di
rumah kontrakan yang sederhana. Di depan sudah tampak sungai Nile. Kami
melewati Ramses Hilton. Mobil terus melaju. Aisha menyandarkan kepalanya di
pundakku. Aku merasakan suasana yang sangat indah. Kami berada di atas
Jembatan 6th Oktober yang menyeberangi sungai Nil. Restauran dan night club
terapung telah menyalakan lampunya. Di depan sana agak ke selatan di tengah
daratan seperti pulau di tengah sungai Nil tampak Cairo Tower menjulang tinggi.
Daratan yang dikelilingi sungai Nile itu disebut daerah El-Zamalik. Kawasan yang
sangat elite dan indah. Eqbal membelokkan mobil dan turun dari jembatan ke
El-Gezira Street. Kami berada di daerah El-Zamalik. Mobil terus berjalan ke utara
menyusuri pinggir sungai Nil. Melewati Cairo Marriot Hotel. Melewati Kedutaan
Swedia. Akhirnya sampai di Muhamad Mazhar Street. Di sebuah gedung bertingkat
dua belas yang berada tepat di pinggir sungai Nile kami berhenti.
Paman Eqbal membawa kami masuk. Di dalam gedung dekat tangga naik dan
lift ada dua penjaga berdasi dan membawa senapan otomatis. Paman Eqbal
berbincang dengan mereka sebentar lalu menarik lenganku.
171 "Ini saudara saya, Fahri Abdullah dari Indonesia, dia nanti yang akan
menempati flat nomor 21 bersama isterinya. Mereka berdua akan menggantikan Mr.
Edward Minnich yang telah pindah bulan yang lalu."Kata Paman Eqbal
memperkenalkan diriku. Dua penjaga itu tersenyum dan menjabat tanganku sambil
berkata, "Selamat datang di apartemen ini pengantin baru!" Penampilanku dan Aisha
memang mudah sekali ditebak.
Kami lalu masuk lift dan naik ke lantai tujuh. Tiap lantai ada tiga flat. Flat nomor,
19, 20 dan 21 berada dalam satu lantai. Paman Eqbal membuka pintu flat nomor 21.
Kami masuk. Paman Eqbal menyalakan lampu. Dan tampaklah sebuah ruangan tamu
yang mewah. Lebih mewah dari rumah Bapak Atase Pendidikan di Dokki. Kami duduk
di sofa yang empuk. Tak lama kemudian Paman Akbar Ali dan isterinya masuk.
Mereka langsung duduk. "Gimana pengantin baru, kalian sudah siap?" tanya Paman Eqbal sambil
tersenyum. Aku diam tidak menjawab kecuali dengan senyum.
"Baiklah Fahri, kau berbahagialah malam ini bersama isterimu. Kami tidak akan
2 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lama-lama di sini. Ini kuncinya peganglah. Dua penjaga itu yang hitam namanya
Hosam dan yang kuning namanya Magdi. Kau sudah lama di Mesir jadi kau tidak akan
asing berada di sini. Jika ada apa-apa telpon aku. Kami pamit dulu. Semoga umur
kalian penuh berkah." Pamit Paman Eqbal sambil berdiri dari duduknya.
"Aisha dan kau Fahri, kami juga pamit. Malam ini juga kami akan terbang ke
Istanbul. Sudah tiga hari kami di sini. Nanti kalau ada waktu kami akan mengunjungi
kalian," kata Akbar Ali Faraughi, paman Aisha. Aisha memeluk pamannya dengan
mata berkaca-kaca. Lalu gantian aku memeluknya, dan dia berbisik, "Jaga dia
baik-baik Fahri, aku percaya padamu!"
"Insya Allah, paman. Doanya. Salam buat seluruh keluarga di Turki." jawabku.
Kulihat Aisha lalu berpelukan dengan Elena Hashim, isteri Akbar Ali. Setelah itu ia
memeluk bibinya, Sarah Ali Faraughi dengan tangis pecah.
"Aisha kau sudah hidup di dunia baru. Kuatkanlah dirimu dengan takwa. Minta
tolonglah kepada Allah dengan shalat dan kesabaran. Dan layanilah suamimu dengan
sebaik-baiknya. Ridha suamimu adalah surgamu," suara Bibi Sarah terdengar parau.
Mereka lalu beranjak keluar. Satu persatu meninggalkan pintu. Kami
172 mengantar sampai di pintu. Terakhir Paman Eqbal memeluk diriku sambil berkata,
"Fahri, kau tentu ingat pelajaran hadits di kuliah, Rasulullah bersabda, 'Orang pilihan
di antara kalian adalah yang paling berbuat baik kepada perempuan (isteri)nya.'
Kumohon, muliakanlah isterimu. Bawalah dia hidup di jalan yang diridhai Allah!'
"Insya Allah, doakanlah kami," jawabku.
Tak lama kemudian mereka hilang di telan pintu lift. Kami masuk kembali ke
dalam flat dan menutup pintu.
*** Mereka telah pergi meninggalkan kami berdua. Kami salah tingkah. Wajah
Aisha merona. Tubuhku panas dingin. Kami merasa sama-sama canggung mau
berbuat apa. Tapi kami merasa itulah indahnya.
"Kita belum shalat maghrib," lirih Aisha. Ia masih berdiri tak jauh di depanku
dengan wajah menunduk. Aku tersadar, waktu sudah mepet, aku harus segera
memberanikan diri melakukan sesuatu. Ada sunnah Rasulullah yang harus aku
amalkan ketika untuk pertama kalinya berada dalam satu kamar atau satu rumah
dengan pengantinku. Aku bergerak mendekati Aisha dan menggamit tangannya.
"Kamar kita di mana, Sayang?" tanyaku pelan.
"Sini," jawab Aisha sambil melangkah ke sebuah kamar.
Pintu kubuka. Gelap. Lampu kunyalakan, tampaklah kamar pengantin yang
berhias indah, wangi dan sangat romantis. Kuajak Aisha duduk di ranjang. Aku
membaca basmalah dengan segenap penghayatan akan ke-MahaRahman-an dan
ke-Maharahim-an Allah. Lalu kupegang ubun-ubun kepala Aisha dengan penuh kasih
sayang sambil berdoa seperti yang diajarkan baginda Nabi,
"Allaahumma, inni asaluka min khairiha wa khairi ma jabaltaha, wa a'udzubika
min syarriha wa syarri ma jabaltaha! Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu
kebaikannya dan kebaikan wataknya. Dan aku mohon perlindungan-Mu dari
kejahatannya dan kejahatan wataknya. Amin."97
Kulihat Aisha memejamkan kedua matanya dan dari mulutnya terdengar
amin..amin..amin, berkali-kali. Ia sudah mengerti bagaimana memasuki malam zafaf
agar pernikahan penuh berkah. Setelah itu kulanjutkan dengan doa yang diriwayatkan
97 3 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sebagaimana terdapat dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Ibnu Majah, Abu Daud, dan
Ibnu Sinni. 173 oleh Imam Nawawi dalam kitabnya Al Adzkaar,
"Baarakallaahu likulli waahidin minna fi shaahibihi. Semoga Allah membarakahi masing-masing di antara kita terhadap teman hidupnya."
Lalu kukecup ubun-ubunnya sambil menangis dan mengulang doa itu
berkali-kali. Aisha terus mengucapkan amin..amin..amin, dengan air mata meleleh di
pipinya. Barulah kuajak Aisha untuk mengambil air wudhu dan shalat maghrib
berjamaah. Setelah shalat maghrib membaca dzikir, shalat sunnah ba'diyah,
membaca wirid dan doa rabithah. Menjelang Isya kuajak Aisha untuk shalat sunnah
bersama sebagaimana dilakukan salafush shalih, agar pernikahan kami ini penuh
barakah. Selesai shalat aku membaca doa sebagaimana diajarkan baginda nabi
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Mas'ud,
"Allaahumma baarik li fi ahli, wa baarik lahum fiyya. Allaahumma ijma' bainana
ma jama'ta bikhair, wa farriq bainana idza farraqta ila khair. Ya Allah, barakahilah
bagiku dalam keluargaku, dan berilah barakah mereka kepadaku. Ya Allah,
kumpulkan antara kami apa yang engkau kumpulkan dengan kebaikan, dan pisahkan
antara kami jika engkau memisahkan menuju kebaikan. Amin."
Di belakangku Aisha khusyu mengucapkan amin..amin..amin, kabulkan ya
Allah, kabulkan ya Allah, kabulkan ya Allah, dengan rahmat dan kasih-Mu.
Usai shalat dan berdoa aku berbalik menghadap Aisha, aku hendak mengelus
kepalanya. Aisha malah mencium tanganku sambil terisak-isak. Adzan Isya
berkumandang. Kupegang kepala Aisha dengan kedua tanganku. Kupandangi
lekat-lekat wajahnya yang jelita. Kuseka air mata yang melelah di pipinya.
"Fahri, aku mencintaimu." Ia mengucapkannya dengan penuh kesungguhan.
"Aku juga mencintaimu, Aisha," jawabku sambil mengecup keningnya penuh
cinta. "Kecupan pertama yang tak akan pernah kulupa," lirih Aisha.
"Aisha, cinta Tuhan memanggil-manggil kita. Saatnya shalat Isya. Aku ke
masjid dulu untuk shalat berjamaah. Kau shalat di rumah saja ya. Dalam suasana
seperti apapun shalat fardhu adalah utama."
4 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dia mengangguk. "Tapi selesai shalat langsung pulang. Jangan lama-lama di masjid. Shalat
sunnahnya di rumah saja."
174 18. Saat-saat Indah di Tepi Sungai Nil
Di masjid aku bertemu Magdi penjaga apartemen. Aku sangat senang ada
polisi yang rajin berjamaah seperti dia. Aku berbincang dengannya sebentar. Dia
ternyata sekolah menengahnya dulu di Ma'had Al Azhar, Damanhur. Dan dia bukan
satpam biasa, tapi polisi khusus yang ditugaskan untuk menjaga keamanan beberapa
diplomat yang tinggal di apartemen itu. Ketika kukenalkan diriku dia sangat senang
sekali. Lalu aku dikenalkan pada imam masjid yang bernama Syaikh Abdurrahim
Hasuna. Beliau senang sekali berkenalan denganku. Beliau bahkan mempersilakan
diriku untuk melihat perpustakaan pribadinya jika aku memerlukannya. Aku senang
dengan tawarannya. Selesai shalat berjamaah dan berdzikir secukupnya aku langsung pulang.
Shalat sunnah di rumah saja. Aku tak ingin Aisha menunggu lama. Usai shalat sunnah
Aisha telah siap dengan penampilan yang membuat seorang suami senang. Penuh
pesona. Parfumnya segar. Ia benar-benar mengerti hukum memakai parfum. Selama
memakai gaun pengantin di acara walimah, ia sama sekali tidak memakai parfum.
Justru ketika di rumah berduaan denganku ia memakainya.
Aisha mengajakku ke balkon. Ia telah mempersiapkan segalanya. Isteri yang
baik. Lampu balkon ia matikan. Kaca riben menutup balkon rapat.
"Ini kaca khusus, aman dari pandangan luar tapi tidak mengurangi jernihnya
kita memandang keluar, bahkan menambah kejernihan pandangan di malam hari.
Kalau mau kita juga bisa membuka kaca ini." Kata Aisha sambil seluruh menyibak
sebagian gorden yang masih menutupi balkon. Dan tampaklah panorama sungai Nil
malam hari. Posisi balkon rumah kami sangat strategis. Tepat menghadap ke sungai Nil
Dari ketinggian lantai tujuh kami bisa melihat kerlap-kerlip lampu gedung-gedung nun
jauh di sana. Kami bisa melihat indahnya riak sungai Nil tertimpa cahaya lampu kota.
Gemerlap lampu-lampu hias dari perahu-perahu kecil yang bergerak pelan.
Mobil-mobil yang seperti semut di sepanjang kornes Nil sana. Pesona Cairo Plaza
Tower yang menjulang megah. Juga Imbaba Brige, salah satu jembatan terpenting
yang melintas di atas sungai Nil.
Apartemen di mana kami berada memang terletak di ujung utara pulau di
tengah sungai Nil. Inilah salah satu keindahan kota Cairo. Kota Cairo dibelah oleh
sungai Nil yang mengalir dari selatan ke utara. Dan di tengah kota Cairo sungai Nil ini
175 terbelah menjadi dua, di mulai dari selatan di dekat Tahrir dan kembali menyatu di
dekat Imbaba. Daratan mirip pulau Samosir berbentuk pisang yang berada ditengah
belahan sungai Nil ini terbagi dua kawasan, yang selatan disebut El-Gezira dan yang
utara di sebut El-Zamalik. Di daratan - yang aku lebih suka menyebut pulau di tengah
sungai Nil - ini berdiri bangunan-bangunan penting. Di ujung selatan berdiri hotel
mewah Gezira Sheraton dan El-Burg. Juga Cairo Opera House, Cairo Tower,
Egyptian Civilization Musium, National Sporting Club dan Nile Aquarium and Grotto
ada di pulau ini. Sekali lagi aku lebih senang menyebutnya pulau. Di dekat 26 July
Bridge yang melintas di atas pulau ini berdiri Cairo Marriott Hotel yang mewah.
Beberapa kedutaan negara asing seperti Jerman, Belanda, Swedia, Albania,
5 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Argentina, Pakistan dan lain sebagainya ada di pulau ini. Di ujung utara, tak terlalu
jauh dari aparteman kami berdiri President Hotel. Memang sangat nyaman
menghabiskan malam di tempat yang nyaman dan romantis seperti ini.
Di balkon, ada kursi malas khas Mesir yang sangat nyaman untuk bermesraan
berdua. Orang-orang menyebutnya kursi Cleopatra. Ada dua bantal di atasnya. Di
sampingnya ada meja kayu kecil di mana Aisha meletakkan dua gelas susu.
Mula-mula kami berdua duduk biasa. Kami masih canggung. Kami salah tingkah.
Kami tak tahu dari mana kami mulai. Tak sepatah kata pun keluar menjadi perantara.
Tak terasa keringat dingin malah mulai keluar. Ada rasa gelisah yang entah
menyusup dari mana. Mungkin Aisha mengalami hal yang sama. Tak mungkin dia
yang memulai. Aku mencoba menghilangkan kegelisahan dan kecanggunganku dengan
mengambil minuman yang dibuat Aisha. Kucicipi sedikit.
"Kenapa susunya rasanya asin seperti diberi garam ya?" Pelanku pada Aisha.
"Be..benarkah?" Aisha sedikit kaget.
"Iya. Coba kau rasakan!"
Aisha mengambil gelas dari tanganku dan merasakannya.
"Ah, manis. Tidak asin," katanya.
Gelas itu kembali kuminta dan kurasakan.
"Sayang, asin begini kok dibilang manis. Mungkin bukan gula yang kau
masukkan tapi garam. Coba kau rasakan lagi!" Aisha kembali mencicipi. Dia
memandangku dengan sedikit heran.
176 "Ini manis Fahri, tidak asin!"


Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aishaku sayang ini asin! Cobalah julurkan lidahmu dan masukkan ke dalam
minuman itu. Lalu rasakanlah dengan seksama. Pasti kau akan merasakan asinnya.
Kau terlalu sedikit mencicipinya. Lidahmu mungkin kurang peka."
Aisha menuruti kata-kataku. Ia menjulurkan lidahnya ke dalam gelas. Sesaat
lidahnya seperti mengaduk-aduk air susu di dalam gelas itu.
"Tidak Fahri, tidak asin! Lidahmu yang mati rasa, bukan lidahku!" Suaranya
terdengar lebih tegas. "Benarkah" Coba!"
"Nih." Aku lalu meminumnya sampai tiga teguk.
"Hmm..setelah lidahmu menyentuhnya dan mengaduk-aduknya, minuman ini
jadi manis sekali. Belum pernah aku meminum minuman semanis ini. Memang benar
sabda nabi jika seorang bidadari di surga meludah ke samudera maka airnya akan
jadi tawar rasanya. Dan lidahmu mampu merubah susu yang asin ini jadi manis,
Bidadariku." "Sialan kau Fahri, kau mengerjaiku ya!" seru Aisha sambil mencubit pahaku
manja. Suasana jadi cair dan romantis. Rasa canggung pun hilang.
Aisha menyandarkan kepalanya ke dadaku. Aku beringsut merubah posisi
duduk. Kupasang bantal di kepala dan kurebahkan tubuhku ke sandaran kursi yang
dilapisi busa empuk . Kutarik tubuh Aisya rebahan di dadaku. Aku bebas
membelai-belai rambutnya atau memeluknya. Di langit sana bintang-bintang
kedap-kedip seperti mata para bidadari yang mengerling cemburu kepada kami. Hati
terasa sejuk dan bahagia. Inilah yang membedakan yang halal dan yang haram.
Bermesraan dengan perempuan yang halal, istri yang sah, adalah ibadah yang dipuji
6 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tuhan. Sedangkan bermesraan dengan perempuan yang tidak halal adalah dosa
yang dilaknat Tuhan. Tuhan telah membukakan pintu-pintu kenikmatan yang mendatangkan pahala,
maka alangkah bodohnya manusia yang menyia-nyiakannya. Lebih bodoh lagi yang
memilih pintu dosa dan neraka.
177 Sambil memandang keindahan panorama sungai Nil malam hari, tanpa
kuminta Aisha mulai bercerita tentang dirinya, ibunya dan ayahnya,
"Kurasa ibuku adalah wanita paling mulia di dunia. Ia muslimah sejati yang
menempatkan ibadah dan dakwah di atas segalanya. Dan aku sangat beruntung
terlahir dari rahimnya. Ketika berumur 22 tahun ibuku menjadi lulusan terbaik fakultas
kedokteran Universitas Istanbul. Saat itu beliau dilamar anak pejabat yang
menjanjikannya akan membuatkan rumah sakit terbesar di Turki. Tapi beliau tolak,
sebab anak pejabat itu sangat sekuler dan sama sekali tidak menghargai ajaran
agama. Dalam padangan beliau, seandainya menikah dengannya sangat sedikit
sekali peluang untuk menariknya ke jalan yang lurus hanya akan membuang tenaga.
Beliau memilih mengambil beasiswa ke Jerman. Dalam keyakinan ibu, menekuni
bidang ilmu dengan serius adalah dakwah. Dalam waktu dua tahun beliau mampu
meraih gelar master untuk spesialis jantung. Padahal master di Jerman rata-rata
empat tahun. Saat itu juga beliau diterima bekerja di sebuah rumah sakit di Munchen
sambil meneruskan program doktor. Di Turki, pinangan untuk ibu silih berganti
berdatangan dari kolega dan kenalan bisnis kakek. Tapi ibu ingin pernikahannya ada
nilai dakwahnya. Ibu ingin mendapatkan kehormatan yang lebih baik dari terbitnya
matahari, yaitu menjadi sebab datangnya hidayah bagi seseorang.
Ibu pernah berkunjung ke Swiss dan berkenalan dengan Wafa Al Banna, puteri
Hasan Al Banna yang saat itu tinggal di sana bersama suaminya Dr. Said Ramadhan.
Sebuah perkenalan yang berarti bagi ibu untuk semakin mantap menapak di jalan
dakwah. Berislam, menurut ibu tidak berarti harus memusuhi Barat. Tetapi justru
memperjuangkan Islam lewat Barat. Ibu seringkali bertanya pada orang-orang muslim
di Eropa, di Jerman khususnya, 'Apa kontribusi yang telah diberikan seorang muslim
di Barat untuk dunia"'
Akhirnya pada tahun 1979 ada seorang konglomerat pemilik swalayan di
beberapa kota besar di Jerman mendatangi Islamic Centre dan menyatakan
ketertarikannya kepada Islam. Ia tertarik kepada Islam karena hukum keluarga dalam
syariat Islam yang indah. Yang mengatur sedemikian detil hak dan kewajiban suami
isteri. Dalam syariat Islam peselingkuhan adalah dosa besar. Dan syariat telah
memberikan pagar yang kuat yang jika pagar itu tidak dilanggar maka tidak akan ada
perselingkuhan yang merusak tatanan keluarga dan masyarakat. Konglomerat itu
sangat tertarik dengan itu semua. Dia secara materi memang cukup tapi batinnya
kering. Dia telah menikah dengan tiga orang wanita Eropa tapi semuanya
178 berselingkuh dan perkawinannya dengan mereka selalu gagal. Dia ingin seorang
isteri yang setia. Dia ingin membuktikan apakah benar wanita muslimah adalah wanita
yang setia. Dia siap masuk Islam jika ada seorang muslimah yang bersedia jadi
isterinya yang setia. Mendengar hal itu ibu langsung menyatakan kesediaannya
menikah dengan lelaki setengah baya itu. Umur ibu saat itu 25 tahun dan umur lelaki
itu 45 tahun. Terpaut 20 tahun. Jadi konglomerat itu lebih pantas menjadi ayah ibu.
7 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Banyak orang menyayangkan keputusan ibu. Aku sendiri, seandainya jadi ibu tidak
akan sekuat itu. Keluarga di Turki hampir semua tidak setuju kecuali nenek. Wanita
asli Palestina itu satu-satunya yang justru setuju. Demi dakwah, nyawa pun
dipertaruhkan, kata nenek saat itu. Akhirnya kakek merestui juga. Jadilah ibu menikah
dengan konglomerat itu. Fahri, apakah kau tahu siapa konglomerat itu?"
Aku membelai rambut Aisha. Sesekali mengecup kepalanya. Bau rambutnya
yang hitam sangat khas dan wangi. Aku belum pernah mencium bau seperti rambut
Aisha. "Fahri, kenapa kau diam saja" Kau mendengarkan ceritaku apa tidak?" Aisha
merajuk manja. "Mendengarkan dengan seksama.Konglomerat itu, kukira adalah ayahmu,
Tuan Rudolf Greimas?"
"Benar." "Nama ayahmu mengingatkan aku pada seorang tokoh?"
"Siapa dia?" "AJ. Greimas, filsuf strukturalis Perancis. Ada hubungan darah dengannya?"
"Tidak. Ayah bahkan aslinya berdarah Tunis. Kakek ayah lahir di Tunisia.
Namanya Omar. Jadi nama ayah lengkapnya Rudolf Greimas Omar."
"Jadi semestinya sebutan untuk ayahmu adalah Rudolf Omar. Omar dijadikan
nama keluarga. Bukan Greimas."
"Semestinya begitu, tapi entahlah ayah tidak mau. Ibu pernah menggugat
masalah itu. Tapi ayah tak menanggapinya."
"Terus bagaimana kisah ibumu dengan ayahmu setelah menikah. Apakah
tujuan ibumu untuk berdakwah berhasil?"
"Dalam penilaianku ibu berhasil. Setelah menikah dengan ayah, beliau
179 memberikan semua yang dimilikinya pada ayah. Dalam diri ibu, ayah mendapatkan
segala yang diinginkan seorang suami pada isterinya, seorang kekasih pada
pacarnya, seorang lelaki pada wanita, dan seorang yang haus pada penawar
dahaganya. Ayah mengakui ibu adalah wanita terbaik, isteri terbaik dan teman terbaik
yang beliau miliki. Akhirnya ayah tekun beribadah dan tidak malu menampakkan
identitas kemuslimanannya. Banyak pekerja swalayannya yang tertarik kepada Islam
dan masuk Islam. Dengan itu semua ibu mampu menyalurkan dana untuk lembaga
dakwah di Jerman. Tahun 1981, dua tahun setelah menikah, ibu melahirkan aku.
Ayah sangat gembira sekali. Tiga isterinya terdahulu tidak memberinya apa-apa
selain pengkhianatan. Sebagai hadiah ayah membuatkan klinik kesehatan di sebuah
kawasan elite kota Munchen untuk ibu. Ibu tentu saja senang. Dan beliau meminta
agar kepemilikan klinik bersalin itu atas namaku. Ayah setuju. Tahun berikutnya ibu
meraih gelar doktor untuk spesialis jantung dengan predikat tertinggi. Beliau langsung
diminta mengajar di Universitas Munchen.
Sejak itu, menurut cerita ayah, sejak itu ibu sangat sibuk. Tapi ibu mampu
mengatur waktu dengan baik. Mengasuh aku, mengurus suami, mengurus klinik,
menjadi wakil direktur rumah sakit, dan mengajar di universitas. Tidak hanya itu ibu
masih bisa menyempatkan waktu untuk mengadakan penelitian di laboratorium.
Hasilnya adalah, beliau menemukan tiga jenis obat yang sangat berguna bagi dunia
kedokteran. Tiga jenis obat itu telah dipatenkan atas nama ibu dan kini digunakan di
seluruh dunia. Dalam keadaan sesibuk itu, ibu masih sangat perhatian pada ayah. Bagi ibu
ayah adalah segalanya. Ayah adalah cintanya yang pertama dan terakhir. Ini tentu
8 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membuat ayah merasa tersanjung bukan main. Jika suatu ketika ayah mengadakan
pertemuan dengan koleganya, banyak koleganya yang iri pada ayah yang memiliki
seorang isteri yang cantik, masih muda, berpendidikan tinggi, dan sangat setia. Ayah
sendiri yang menuturkan hal ini padaku. Ibu tidak pernah menuntut atau meminta
sesuatu pada ayah. Dan semua keinginan ayah jika ibu mampu, dan selama tidak
melanggar syariat ibu pasti akan memenuhinya. Bagi ibu memuliakan suami adalah
dakwah paling utama bagi seorang isteri.
Hasilnya, ayah seringkali menjadi pembela kepentingan kaum muslim di
Jerman. Ayah juga memberikan beasiswa untuk mahasiswa muslim yang belajar di
Jerman. Banyak mahasiswa muslim yang meraih doktornya di Jerman dengan
tunjangan beasiswa dari ayah. Dan mereka saat ini memiliki peran-peran signifikan di
180 negaranya. Kalau boleh aku mengatakan, secara tidak langsung itu semua adalah
atas keikhlasan hati ibu mewakafkan dirinya di jalan dakwah. Kalau seandainya ibu
mau menikah dengan ayah karena materi, maka ibu sendiri tidak kekurangan materi.
Ketika ibu menikah dengan ayah, perusahaan kakek di Turki telah maju pesat.
Perusahaan garmennya telah mengisi pasar di seluruh penjuru Timur Tengah dan
Asia Selatan. Dan ibu mampu untuk mencari suami yang lebih muda dan lebih kaya
dari ayah di Turki. Tapi pertimbangan ibu pada waktu itu adalah konstribusinya di jalan
dakwah. Itu yang aku kagumi dari ibu dan aku tidak akan mampu menirunya. Aku
tidak mungkin mau menikah dengan seorang lelaki yang telah tiga kali kawin cerai dan
umurnya 20 tahun lebih tua dariku. Ayah sangat beruntung sekali memperistri ibu."
"Bagaimana kau tahu begitu banyak tentang ibumu, tentang pikirannya dan lain
sebagainya padahal kau masih belia saat ibumu meninggal?"
"Sebagian aku tahu dari apa yang kulihat dan kudengar dari ibu. Sebagian dari
paman Akbar, dari nenek, dari bibi Sarah, dari ayah, dan dari beberapa muslimah di
Jerman yang menjadi teman baik ibu serta dari belasan diary ibu. Ibu orang yang
paling suka mencurahkan isi hatinya, dan hari-hari yang dialaminya ke dalam
diarynya." "Aku jadi sangat kagum pada ibumu."
"Seandainya dia masih hidup kau akan sangat bahagia bertemu dengannya.
Dia tumbuh di Turki, memperoleh pendidikan tinggi dan berkiprah di Jerman, tapi dia
tetap titisan perempuan Palestina. Jiwanya jiwa pejuang sejati."
"Kalau ayahmu, masih ada?"
"Masih." "Kenapa dia tidak datang?"
"Inilah yang ingin aku ceritakan. Ayahku sekarang tidak seperti ayah waktu ibu
masih hidup." "Maksudmu?" "Aku sedih setiap kali mengingatnya. Ayah telah rusak kembali seperti sebelum
menikah dengan ibu. Ia telah meninggalkan Islam dan suka bergontaganti pasangan
hidup." "Bagaimana hal ini bisa terjadi?"
181 "Mulanya adalah kecelakaan yang menewaskan ibu pada tahun 1995. Saat itu
hujan lebat, ibu pulang dari mengisi seminar keislaman di pinggir kota Munchen. Dia
mengendarai mobil sendiri. Ada mobil melaju kencang di belakang ibu. Mobil itu selip
9 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan menambrak mobil ibu. Mobil ibu terbalik dan terlempar lima meter dari ruas jalan.
Ibu meninggal seketika. Saat itu umurku baru empat belas tahun. Mendengar kabar
itu ayah sangat terpukul. Ayah merasa kehilangan cahaya hidupnya dan kehilangan
segalanya. Berbulan-bulan lamanya ayah linglung. Untung paman Akbar Ali
mengetahui kondisi yang tidak baik bagiku ini. Beliau akhirnya mengambilku dan
menitipkan pada sahabat karib ibu waktu di Istanbul yang tinggal di Zurich, Swiss.
Juga seorang dokter. Namanya Khaleda. Aku memanggilnya Madame Khaleda.
Kebetulan beliau tidak memiliki anak. Beliau mencurahkan segala kasih sayangnya
padaku. Munchen-Zurich tidak jauh. Ayah sering menengok aku. Dan Madame
Khaleda juga sering mengajakku menengok ayah. Aku melanjutkan pendidikan di
Zurich. Sementara ayah masih belum bisa menerima kenyataan yang dialaminya
sampai dua tahun setelah itu.
Lalu ada sebuah peristiwa kecil yang menggoncang iman ayah. Pada tahun
1997 ayah mengunjungi keluarga di Turki. Saat itu bibi Sarah kebetulan sedang
pulang berlibur dari Mesir. Bibi Sarah memang sangat mirip dengan ibu. Ayah melihat
bibi Sarah seperti melihat ibu. Saat itu umur bibi Sarah tepat 24 tahun. Dan saat ibu
menikah dengan ayah tahun 1979 umurnya 25 tahun. Jadi ayah seolah melihat ibu
ketika baru menjadi isterinya dulu. Seketika itu juga ayah melamar bibi Sarah untuk
dijadikan isteri menggantikan ibu. Sebelumnya ayah memang tidak pernah melihat
bibi Sarah. Waktu ayah sering berkunjung berkunjung ke Turki awal-awal delapan
puluhan bibi Sarah masih ingusan. Dan ketika berjumpa dengan bibi tahun 1997, bibi
telah menjelma menjadi gadis dewasa yang matang dan telah menyelesaikan
Licencenya di Al Azhar. Wajahnya, suaranya dan lemah lembutnya sangat mirip
dengan ibu. Ayah benar-benar tergila-gila pada bibi Sarah. Ayah menganggap bibi
Sarah adalah reinkarnasi ibu. Saat itu ayah sudah 63 tahun, sama dengan umur
baginda Nabi saat meninggal dunia.
Dengan tegas bibi menjawab tidak bisa menerima lamaran ayah. Dan itu
sangat masuk akal. Bagaimana mungkin bibi mau menikah dengan seorang
kakek-kakek. Jawaban bibi ternyata tidak bisa dimaklumi ayah. Ayah merasa
direndahkan dan tidak dihargai. Ayah merasa orang yang terhormat di Jerman. Belum
pernah ditolak wanita. Menurut ayah seharusnya bibi Sarah yang telah belajar di Al
182 Azhar seperti ibu. Bersedia menjadi isteri ayah dan mencari suami tidak memandang
umur. Tapi memandang prospek dakwah dan pengabdian seperti ibu. Bibi
membantah anggapan ayah itu, pintu dakwah terbuka lebar-lebar di mana saja.
Prospek dakwah tidak hanya dengan menikah dengan ayah yang telah renta. Ayah
sangat terpukul dengan jawaban bibi.
Sebagai pelariannya, tanpa pikir panjang, ayah menikah dengan siapa saja
yang mau menikah dengannya. Keislaman ayah ternyata belum kuat meskipun telah
hidup 16 tahun bersama ibu. Lama-lama karena hidup sering berganti pasangan
hidup keislamanannya luntur. Dan tahun 1999 beliau menikah dengan seorang gadis
di sebuah gereja di Yunani. Itu terjadi tepatnya dua bulan setelah aku kembali ke
Jerman. Madame Khalida kembali ke Turki saat aku selesai sekolah menengahku.
Beliau menyarankan agar aku melanjutkan kuliah di Jerman sambil menjaga ayah
yang sudah tua. Aku sangat sedih mendapati ayah yang sangat lain dengan yang
kukenal dulu. Beliau tidak lagi menyayangiku seperti dulu. Beliau lebih bersikap acuh
tak acuh. Aku berusaha mengembalikan ayahku yang hilang. Tapi usaha kerasku
kelihatannya tidak akan membuahkan hasil. Pernikahan itu tidak berumur panjang.
Akhirnya ayah menikahi seorang janda setengah baya berambut pirang
10 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bernama Jeany. Janda ini pandai sekali mengambil hati ayah. Sekuat tenaga dia
mempertahankan perkawinannya dengan ayah. Ia menginginkan harta ayah. Di luar
sepengetahuan ayah Jeany memiliki teman kumpul kebo di Stuttgart. Setiap kali aku
mengingatkan baik-baik hal ini ayah marah besar. Ia menuduhku hendak merusak
hubungannya dengan Jeany. Ayah sudah melupakan ibu sama sekali sejak ditolak
oleh bibi Sarah. Semua permintaan Jeany dituruti oleh ayah. Ayah bahkan sudah
membuat wasiat di notaris jika ia mati semua aset kekayaan yang tertulis atas
namanya akan menjadi hak Jeany. Ayah memang tergila-gila pada Jeany. Untungnya
klinik, empat swalayan di Munchen dan Hamburg, pabrik farmasi, dan rumah mewah
yang saat ini ditempati ayah telah diatasnamakan diriku oleh mendiang ibu. Jeany
terus berusaha agar semua harta yang telah teratasnamakan diriku bisa jadi
miliknya. Dia menggunakan cara yang tidak sehat dan sangat memusuhiku. Dalam
kondisi yang sedemikian tidak nyamannya aku tetap berusaha bertahan, demi bakti
seorang anak pada ayahnya. Meskipun ayah tidak lagi satu iman denganku. Aku ingin
menjadi anak ibu yang shalihah yang berbakti pada ayahnya.
Dari perkawinannya dengan suami pertama, Jeany memiliki seorang anak
lelaki bernama Robin. Dia mengajak Robin tinggal di rumah mewah itu. Dan ayah
183 menyetujuinya meskipun aku tidak setuju. Sejak Robin tinggal satu rumah denganku
aku merasa seperti di neraka. Diam-diam Jeany merancang agar aku menikah
dengan Robin, yang dituju adalah segala aset kekayaan yang kini atas nama diriku.
Aku jelas tidak mau. Tapi Robin terus mengejarku. Terkadang dia agak keterlaluan.


Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Misalnya tiba-tiba masuk kamarku saat aku sedang belajar. Tentu saja aku tidak
sedang memakai jilbab. Aku sangat marah padanya. Kelakuannya kuadukan pada
ayah. Tapi ayah sama sekali tidak membelaku. Ayah bukan ayah yang kukenal dulu.
Aku tetap bertahan. Di hari tua ayah, aku ingin tetap berada di samping ayah.. Sejak
itu aku selalu mengunci kamarku untuk berhati-hati.
Tapi Robin sungguh keterlaluan. Entah bagaimana caranya dia bisa
memasang kamera di kamar mandiku. Suatu malam dia menghadiahkan kaset itu
padaku. Langsung aku putar kaset itu. Betapa terperanjatnya aku melihat apa yang
dilayar kaca. Yang kulihat adalah diriku sedang gosok gigi dan mandi. Aku sangat
marah pada Robin, aku merasa harga diriku diinjak-injak.
Untungnya, Allah Swt masih menyelamatkan kehormatanku. Dalam rekaman
itu, aurat paling aurat yang kumiliki sama sekali tidak terbuka. Tertutup rapat. Untuk itu
aku sangat berterima kasih kepada ibu dan nenek. Sejak kecil ibu mengajariku agar
memiliki rasa malu kepada Allah melebihi rasa malu pada manusia. Ibu menanamkan
sejak kecil untuk tidak telanjang bulat di manapun juga. Meskipun sedang sendirian di
kamar tidur atau kamar mandi. Jika mandi ibu mengajarkan untuk tetap memakai
basahan. Orang-orang pilihan, kata ibu, jika mandi tetap memakai basahan, tidak
telanjang bulat. Ibu berkata, 'Jika kita malu aurat kita dilihat orang, maka pada Allah
kita harus lebih merasa malu.'
Menurut cerita ibu, dan ibu dari dari nenek, di zaman nabi dulu, ketika nabi tahu
ada orang mandi tidak memakai sarung, beliau langsung naik mimbar dan menyuruh
umatnya untuk menutup aurat ketika mandi.
Alhamdulillah sejak sebelum akil baligh aku telah terbiasa untuk mandi dengan
tetap memakai basahan yang menutup aurat atas dan aurat bawah. Dan memang
11 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
inilah tradisi perempuan di keluarga kami, keluarga Palestina. Nenek mendapatkan
ajaran seperti itu dari ibunya. Lalu nenek mengajarkan pada anaknya. Dan anaknya
mengajarkan pada anaknya. Nenek, ibu, bibi Sarah dan aku, tidak akan bisa mandi
tanpa basahan. Malu rasanya.
Yang terekam oleh kamera Robin adalah aku menggosok gigi dan mulai
184 mandi. Durasinya hanya sepuluh menit setelah itu putus. Mungkin kaset perekamnya
habis. Aku bersyukur kepada Allah atas perlindungannya. Sebab satu jam setelah
mandi itu aku buang air kecil. Jika kegiatan sangat pribadi seperti itu terekam, aku
akan merasa menjadi wanita paling malang di dunia. Kejahatan Robin aku laporkan
ke polisi. Polisi langsung mengusut dan menahannya. Tindakannya termasuk kriminal
serius. Dia dijebloskan ke dalam penjara. Namun satu minggu kemudian dia keluar.
Ternyata justru ayah yang membebaskannya dengan tebusan dan jaminan atas
permintaan Jeany. Sejak itu aku sangat marah pada ayah. Jika ayah mencintai mendiang ibu,
semestinya dia melindungi anak gadisnya. Bukan malah membebaskan seorang
bajingan yang mencoba membuka aurat anak gadisnya. Aku merasa sudah tidak
perlu lagi tinggal bersama mereka. Diriku bisa binasa. Aku hengkang dari rumah dan
menyewa flat di dekat kampus dan sejak itu tidak pernah lagi menginjak rumah itu.
Tapi rumah itu tidak mungkin kubiarkan jatuh ke tangan Jeany. Sebetulnya aku bisa
saja mengusir mereka semua. Tapi itu sama saja aku mengusir ayah. Aku tidak mau
itu. Nanti, jika tiba saatnya rumah itu akan kembali jadi rumah yang enak disinggahi.
Aku menghabiskan masa kecil bersama ibu di sana. Sekarang aku hanya bisa berdoa
semoga Allah kembali memberikan hidayah-Nya kepada ayah."
Aku mengelus pipi Aisha yang basah.
"Maafkan aku Fahri, suasananya jadi sedih."
"Sekarang aku ini adalah dirimu Aisha, bukan orang lain. Tapi aku merasa
sangat cemburu sekali."
"Kenapa?" "Robin itu. Ingin sekali aku menghajarnya."
"Terima kasih Fahri, love is never without jealousy. Cinta selalu disertai rasa
cemburu. Tanpa rasa cemburu cinta itu tiada. Kau memang suami yang kuidamkan!"
*** Malam merambat begitu cepat.
"Jam berapa sekarang, Sayang?" tanyaku pada Aisha.
"Mungkin jam setengah sebelas," jawabnya sambil menggeliat dan bangkit.
"Sudah malam sudah waktunya kita masuk ke dalam, yuk!" sambungnya
185 sambil menarik tanganku. Aku bangkit menuruti ajakan Aisha. Sekilas kulayangkan
pandangan keluar. Kornes Nil masih ramai. Mobil-mobil masih banyak yang lalu
lalang dengan sorot lampu seperti cahaya meteor.
Aisha mengajakku masuk kamar pengantin yang semerbak wangi. Kami di
tepi ranjang. Aku puas-puaskan menikmati keelokan wajahnya. Kedua matanya
sangat indah. Kami berpandangan saling menyelami. Terngiang dalam diri sabda
Nabi, Sebaik-baik isteri adalah jika kamu memandangnya membuat hatimu senang,
jika kamu perintah dia mentaatimu, dan jika kamu tinggal maka dia akan menjaga
untukmu harta dan dirinya.98 I
12 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Aisha, kau cantik sekali, memandang wajahmu sangat menyenangkan!"
lirihku. Aisha tersenyum sambil melingkarkan kedua tangannya di leherku.
"Fahri, kau pria terbaik yang pernah kutemui, kaulah cinta pertama dan
terakhirku. Aku punya sebuah puisi untukmu. Maukah kau mendengarnya?"
Aku menganggukkan kepala. Kuperhatikan dengan seksama gerak bibirnya.
Apa yang akan diucapkannya. Dia malah diam lama sekali lalu tersenyum. Aku gemes
dibuatnya. "Dengarlah baik-baik Kekasihku, jangan sampai ada satu huruf yang
terlewatkan. Puisi ini lebih berharga dari dunia ini seisinya. Kehilangan satu huruf saja
kau akan sangat menyesalinya:
agar dapat melukiskan hasratku, kekasih,
taruh bibirmu seperti bintang di langit kata-katamu,
ciuman dalam malam yang hidup,
dan deras lenganmu memeluk daku
seperti suatu nyala bertanda kemenangan
mimpikupun berada dalam benderang dan abadi99 98 Hadits riwayat Ibnu Jarir.
Dipetik dari puisi berjudul "Kekasih" karya Paul Eluard, Penyair Perancis abad ke-19 paling
terkemuka dari golongan surealis.
99 186 Aisha luar biasa romantisnya. Kupandangi lekat-lekat wajahnya sambil terus
memuji keagungan Tuhan. Hasrat yang terlukis diwajahnya dapat kubaca dengan
jelas. Dengan suara pelan kubalas puisinya:
alangkah manis bidadariku ini
bukan main elok pesonanya
matanya berbinar-binar alangkah indahnya bibirnya, mawar merekah di taman
surga Kami lalu memainkan melodi cinta paling indah dalam sejarah percintaan umat
manusia, dengan mengharap pahala jihad fi sabilillah, dan mengharap lahirnya
generasi pilihan yang bertasbih dan mengagungkan asma Allah Azza wa Jalla di
mana saja kelak mereka berada.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan"
Seakan-akan bidadari itu seperti permata Yajut dan marjan. Maka
nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan" Tidak ada
balasan kebaikan kecuali kebaikan pula.100
100 Ar-Rahmaan: 57-60. 187 13 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
19. Rencana-rencana "Aisha, berapa hari kita akan tinggal di flat mewah ini, dan setelah itu kita akan
tinggal di mana?" tanyaku pada Aisha setelah shalat Dhuha. Dia belum memberi tahu
rumah yang disewa untuk hidup berdua.
"Menurutmu, flat di pinggir Nil seperti ini nyaman apa tidak?" Aisha malah balik
bertanya. "Nyaman." "Aman tidak" "Aman." "Kondusif tidak untuk belajar, menulis atau menerjemah?"
"Sangat kondusif."
"Kalau begitu aku ingin tinggal di flat ini selama ada di Cairo, Sayang."
Mendengar jawaban Aisha itu aku bagaikan disambar geledek. Kaget bukan
main. Dari mana aku akan mendapatkan biaya untuk menyewa flat yang sangat
mewah ini. Meskipun aku baru melihat ruang tamu, kamar utama, balkon dapur dan
kamar mandi dan belum melihat kamar-kamar yang lain tapi flat ini sangat mewah.
Kamar utamanya saja yang kini jadi kamar pengantin tak kalah mewahnya dengan
kamar Sheraton Hotel yang pernah kulihat saat menemui seorang anggota DPR yang
sedang melakukan lawatan di Cairo. Ruang tamunya lebih mewah dari ruang tamu
rumah Bapak Atdikbud. Berapa sewanya perbulan" Rumah Pak Atdikbud saja yang
letaknya di Dokki harga sewanya katanya tak kurang dari enam ribu pound perbulan.
Dan flat mewah ini yang terletak di pinggir sungai Nil bisa tiga kali lipat mahalnya.
Delapan belas ribu pound atau sekitar lima ribu dollar perbulan. Bahkan bisa lebih. Itu
adalah honor menerjemah mati-matian selama dua tahun full. Tiba-tiba aku merasa
sangat malang. Aku tidak mungkin bisa memenuhi permintaan Aisha. Aku sangat
sedih. Air mataku meleleh.
"Kenapa kau menangis Sayang?"
Aku menjelaskan semuanya pada Aisha yang bergolak dalam hatiku. Aku
sangat mencintainya. Tapi aku tidak akan mampu menuruti keinginannya.
Kujelaskan kembali siapa diriku dan sebatas mana kemampuanku. Aisha
malah menangis. 188 "Suamiku, alangkah celakanya aku kalau sampai aku membuatmu sedih.
Kalau sampai aku meminta sesuatu yang di luar kemampuanmu. Alangkah celakanya
diriku. Suamiku, kita akan tinggal di sini tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun
kecuali biaya listrik, gas, air, keamanan, dan kebersihan. Hanya itu yang akan kita
keluarkan perbulan. Tidak lebih?"
"Maksudmu kita tinggal di sini gratis?"
Aisha menganggguk. "Aku tak bisa kita tinggal atas belas kasih orang lain Aisha."
"Apakah bagimu aku orang lain suamiku?"
"Jadi kau yang membayar sewanya Aisha. Tidak bisa Aisha, itu akan sangat
menyiksa diriku?" "Bukan aku yang membayarnya suamiku."
"Lantas siapa?"
"Tak ada yang membayarnya."
"Itu namanya gratis, dan aku tidak mau kita tinggal di rumah orang lain gratis."
"Meskipun rumah itu rumah milik isterimu, dan isterimu adalah milikmu?"
"Apa maksudmu Aisha, aku jadi bingung."
14 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Aisha bangkit dari sajadah dan menarik lenganku. Dia membawaku memasuki
kamar di samping kamar utama. Lihatlah isi kamar ini. Ini adalah perpustakaan dan
ruang kerjamu. Aku melihat kamar dengan kitab-kitab dan buku-buku yang tersusun
rapi. Kitab-kitab itu aku mengenalnya. Itu kitab-kitabku. Juga ada komputer di dekat
jendela. Itu komputer bututku. Aku mendekati jendela, menyibak gordennya dan
melongok. Panorama sungai Nil di waktu dhuha sangat indahnya.
"Di sinilah insya Allah kau akan menulis tesismu, menerjemah dan
menghasilkan karya-karya besar yang bermanfaat bagi umat. Dan aku akan menjadi
pendampingmu siang malam. Suamiku, flat ini dibeli oleh ibuku dua tahun sebelum
beliau meninggal. Ketika beliau diminta mengajar di Fakultas Kedokteran Cairo
University selama tiga semester. Waktu itu aku baru berumur sebelas tahun. Selama
enam bulan kami tinggal di rumah ini. Dan kamar yang kita jadikan perpustakaan ini
adalah kamar tidurku waktu itu. Setelah kami kembali ke Jerman, rumah ini disewakan
kepada home staff Kedutaan Jerman. Yang terakhir menyewa adalah Mr. Edward
189 Minnich, Atase Perdagangan. Apartemen ini memang dihuni oleh orang-orang
penting. Tepat di bawah kita adalah pejabat kedutaan Argentina. Di atas kita
sutradara terkemuka Mesir. Di samping kita, flat nomor 20, pemilik Wadi Nile Travel."
Aku baru mengerti. Dan aku tidak tahu apa yang kurasakan dalam hati.
Bagaimana gegernya teman-teman mahasiswa nanti mengetahui di mana aku
tinggal. "Berapa harga sewa flat ini, Sayang?"
"Mr. Minnich menyewa dengan harga sembilan ribu dollar perbulan."
"Ha" Sembilan ribu dollar perbulan?" Aku kaget mendengar angka nominal
itu. "Ya. Sembilan ribu dollar perbulan. Dan itu termasuk murah. Sebab pasaran
harganya semestinya sepuluh ribu dollar ke atas. Ini karena kami samasama dari
Jerman jadi sedikit di bawah standar."
"Aisha, isteriku yang kucintai, harga sewa flat ini begitu tinggi. Apa tidak
sebaiknya kita sewakan saja. Lalu kita menyewa flat di Nasr City yang lebih murah.
Dengan seribu dollar saja, kita sudah bisa menyewa flat yang tak kalah mewahnya di
kawasan Abbas El-Akkad. Hanya saja di sana kita tidak bisa melihat panorama sungai
Nil. Tapi kenyamanan dan ketenangannya tak jauh berbeda. Sisanya bisa kita
gunakan untuk bermacam amal di jalan Allah," ucapku sambil memandang ke arah
sungai Nil. Kurasakan Aisha memelukku dari belakang. Dagunya ia letakkan di
pundakku. Tingginya memang hampir sama denganku. Aku hanya lebih tinggi tiga
senti darinya. "Sudah kuduga. Kau akan mengatakan demikian. Suamiku, seandainya bukan
ibuku yang membeli flat ini dan seandainya tidak ada kenangan yang indah dalam flat
ini, tentu sebelum kau sarankan aku sudah melakukannya. Aku sangat mencintai ibu
dan setelah rumah di Jerman itu, flat ini adalah tempat kedua yang paling indah dalam
kenanganku bersama ibu. Aku ingin kita berdua tinggal di sini selama di Cairo. Dan
flat ini milik kita, kita lebih tenang daripada menyewa. Kau tahu sifat orang Mesir 'kan"
Tidak semuanya baik. Tidak semua tuan rumah baik. Aku tidak mau membuang
energi dan ketenangan karena masalah sepele dengan tuan rumah yang tidak baik.
Kau tahu teman paman Eqbal ada yang diusir tuan rumahnya tengah malam musim
dingin, tanpa sebab yang jelas. Aku tak mau itu terjadi pada kita. Kalau kita
menemukan tuan rumah yang baik alhamdulillah, kalau kebetulan menemukan tuan
190 15 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
rumah yang suka rewel, tentu sangat tidak enak. Tapi kau adalah imamku, suamiku.
Jika kau tetap memutuskan tidak tinggal di flat ini aku akan menurutimu. Kaulah yang
harus memutuskan apa yang menurutmu terbaik untuk hidup kita berdua, dan untuk
anak-anak kita seandainya kita punya anak. Sebagai isteri aku telah memberikan
masukan. Aku yakin kau akan memutuskan yang terbaik." Aisha lalu memelukku
erat-erat. "Nanti kita istikharah," jawabku lirih.
Aisha lalu membawaku melihat-lihat seluruh sisi rumah. Sebuah rumah yang
mewah dan sangat nyaman untuk tempat tinggal. Ruang tamu yang luas dengan
shofa khusus didatangkan dari Perancis. Dua balkon. Ruang santai. Satu kamar
utama dengan kamar mandi di dalamnya. Dua kamar mandi, di dekat ruang tamu dan
dekat dapur. Dan tiga kamar ukuran sedang. Yang satu telah disulap Aisha menjadi
ruang kerja dan perpustakaan. Kamar paling dekat dengan ruang tamu telah
dipersiapkan oleh Aisha seandainya ada keluarga, atau teman yang ingin menginap.
Aisha lalu kembali mengajakku ke perpustakaan dan mengajakku duduk di lantai yang
dialasi karpet tebal. Ia duduk bersila di hadapanku.
"Suamiku, kita ini satu jiwa. Kau adalah aku. Dan aku adalah kau. Kita akan
mengarungi kehidupan ini bersama. Dukamu dukaku. Dukaku dukamu. Sukamu
sukaku. Sukaku sukamu. Cita-citamu cita-citaku. Cita-citaku cita-citamu. Senangmu
senangku. Senangku senangmu. Bencimu benciku. Benciku bencimu. Kurangmu
kurangku. Kurangku kurangmu. Kelebihanmu kelebihanku. Kelebihanku kelebihanmu. Milikmu milikku. Milikku milikmu. Hidupmu hidupku. Hidupku hidupmu."
Hatiku sangat tersentuh dan terharu mendengar perkataannya itu.


Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Suamiku, padaku ada dua ATM. Mohon Kau pilihlah satu!" Aisha meletakkan
dua kartu ATM di depanku. Aku ragu.
"Suamiku, kalau kau mencintaiku, benar-benar mencintaiku dan memandang
diriku adalah milikmu maka ambillah jangan ragu!"
Aku tak bisa tahan menatap sorot matanya yang teduh. Dengan mengucapkan
basmalah dalam hati aku mengambil yang paling dekat.
"Terima kasih Suamiku, kau tidak menganggap diriku orang lain. Aku akan
menjelas semua hal berkaitan dengan ATM itu dan apa yang aku miliki saat ini. Aku
ingin kau yang mengaturnya sepenuhnya. Sebab kau adalah imamku dan aku sangat
191 percaya padamu. Suamiku, ATM yang kau pilih sekarang berisi dana 3 juta empat
ratus tiga puluh ribu dollar!"
Aku tersentak mendengarnya.
16 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Itu adalah rizki yang diberikan Allah kepada kita melalui perusahaan keluarga
di Turki. Ceritanya begini. Kakekku, Ali Faroughi, atas kemurahan Allah adalah
bisnisman berhasil yang memiliki tiga perusahaan. Yaitu perusahaan tekstil, travel,
dan susu. Sebelum meninggal beliau memanggil tiga anaknya yaitu ibuku, paman
Akbar, dan bibi Sarah. Beliau membagi dan menyuruh masingmasing memilih
perusahaan mana yang disukai. Beliau menyuruh yang paling muda yaitu bibi Sarah
untuk memilih lebih dulu. Bibi Sarah memilih perusahaan susu karena dia paling suka
minum susu. Lalu paman Akbar memilih travel karena dia orang yang hobinya
melancong. Dan ibu dengan sendirinya mendapat jatah perusahaan tekstil.
Kakek orang yang bijaksana dan berpandangan jauh ke depan. Beliau tidak
memberikan masing-masing perusahaan itu secara individual penuh. Beliau ingin
ketiga anaknya dan keturunannya masih erat rasa persaudaraan dan saling
memilikinya. Maka beliau memberikan dengan sistem kepemilikan saham. Pabrik
Susu beliau berikan kepada bibi Sarah dengan kepemilikan saham sebesar 60
persen. Selebihnya paman Akbar diberi jatah kepemilikan saham 20 persen, juga ibu.
Begitu juga travel, 60 persen milik paman Akbar, yang 40 persen milik ibu dan bibi.
Juga perusahaan tekstil 60 persen milik ibu yang 40 persen milik paman dan bibi.
Tujuan kakek mengatur seperti itu adalah agar semuanya tetap masih merasa saling
memiliki. Juga biar rasa solidaritasnya tetap ada. Kakek berharap semua anaknya
akan tetap hidup layak. Seandainya ada salah satu perusahaan yang bangkrut atau
gulung tikar maka pemiliknya masih memiliki masukan dari dua perusahaan lain.
Sekarang semua perusahaan dibawah kontrol paman Akbar. Beliau sosok
yang berbakat dan profesional seperti kakek. Setiap bulan laba bersih perusahaan
diaudit. Maksudnya bersih memang benar-benar bersih setelah dipotong zakat dan
pajak. Sepuluh persennya diberikan kepada para pemilik saham. Dan sembilan puluh
persennya dikembalikan ke perusahaan untuk diputar lagi. Sepuluh persen dari laba
perusahaan itu dibagikan pada pemilik saham sesuai dengan besarnya saham yang
dia miliki. Bulan lalu dari pabrik tekstil masuk nominal sebesar
60.000 dollar. Berarti laba bersih perusahaan bulan itu 1 juta dollar. Sepuluh
persennya 100.000 dollar dibagi tiga. 60 persen untuk diriku sebagai pengganti ibu, 20
192 persen paman Akbar dan 20 persen bibi Sarah. Dari perusahaan travel bulan lalu
masuk dana 57 ribu dollar, padahal jatah kita hanya dua puluh persen dari sepuluh
persen laba perusahaan atau dua persen saja dari laba perusahaan. Dan dari
perusahaan susu masuk 78 ribu dollar. Perusahaan travel dan susu memang sudah
sangat maju. Perusahaan travel malah sudah merambah perhotelah dan perusahaan
susu sudah merambah produksi bahan makanan. Rencananya tahun ini perusahaan
tekstil akan mencoba melebarkan sayap dengan mendirikan anak perusahaan di
Malaysia. Jadi bulan lalu masuk dana 195 ribu dollar dari Turki ke ATM itu. Dan
kira-kira tiap bulan akan masuk dana sebesar itu. Bisa lebih bisa kurang. Bagi orang
dunia ketiga, itu jumlah yang sangat besar. Tapi bagi pemilik perusahaan raksasa di
negara-negara maju itu jumlah yang sangat kecil sekali.
Suamiku, terserah mau kau atur bagaimana ATM yang ada ditanganmu itu.
ATM yang aku pegang ini berisi dana dari aset bisnis di Jerman. Sekarang telah terisi
dana 7 juta dollar. Sistemnya aku buat seperti yang di Turki. Tiap bulan Cuma sepuluh
persen dari laba bersih perusahaan yang masuk ke pemilik perusahaan. Dan yang ini
tidak akan kita otak-atik dulu sampai nanti ketika kita tinggal di Indonesia. Kita akan
menggunakannya sebaik mungkin bersama-sama. Jadi aku tidak akan mengutik-utik
ATM yang ada di tanganku. Lapar kenyangku adalah atas kebijakanmu. Kaulah yang
17 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menjatah dana untuk diriku. Kaulah yang menentukan besarnya dana belanja tiap
bulan. Kalau aku minta sesuatu maka aku akan minta padamu. Kaulah imamku."
Mendengar apa yang dituturkan Aisha aku jadi sedih, pucat merinding dan
bergetar. Aku memegang ATM senilai $ 3.430.000,- atau kira-kira sebesar 30 milyar
rupiah. Aku merasa gunung Merapi hendak menimpaku.
"Kenapa mukamu jadi berubah warna suamiku" Apakah aku melakukan
sesuatu yang menyinggungmu?" tanya Aisha.
"Tidak Aisha. Aku tiba-tiba memikul beban amanah sedemikian beratnya, yang
tidak pernah aku bayangkan. Dirimu adalah amanah bagiku. Dan apa yang kau miliki
yang kau letakkan di tanganku adalah amanah yang sangat berat bagiku. Aku tak tahu
apakah bisa memikul amanah seberat ini?"
"Aku percaya padamu Suamiku."
Bahwa aku suatu saat akan menjadi imam bagi isteriku dan kelak anakanakku
adalah hal yang sudah aku bayangkan. Aku akan jadi suami seorang muslimah Turki
juga telah aku bayangkan setelah bertemu Aisha di rumah Syaikh Utsman dan aku
193 sudah membayangkan bagaimana suasana rumah tangga nanti. Sederhana seperti
teman-teman Indonesia. Namun aku akan menjadi imam dan penentu jalan hidup
seorang jet set shalihah pemilik perusahaan di Turki dan Jerman yang mewakafkan
diri dan hartanya di jalan Allah tidak pernah terbayangkan sama sekali.
Aku merasa ilmu, iman dan pengalamanku belum cukup untuk hidup
mendampingi seorang Aisha yang kini aku tahu sebenarnya siapa dia. Aku harus
meminta saran, nasihat dan pertimbangan pada orang-orang yang lebih kuat jiwanya
dan lebih luas cakrawala pandang dan pengalamannya. Aku mengajak Aisha untuk
shalat hajat agar Allah memberikan rahmat, taufik dan belas kasihnya sehingga
semua amanat dapat ditunaikan dengan baik.
Hari itu juga aku menelpon Syaikh Ahmad Taqiyuddin. Aku minta waktu
bertemu beliau aku ingin konsultasi pada beliau secepatnya. Beliau melarang diriku
pergi ke Hadayek Helwan. Beliau dan isterinya yang justru akan mendatangi kami.
Sore itu selepas ashar beliau datang. Aisha dan Ummu Aiman, isteri beliau,
berbincang di ruang tamu. Sementara beliau kuajak ke perpustakaan, aku ceritakan
semua masalahku pada beliau terutama masalah amanat yang dibebankan Aisha.
"Syaikh, aku sangat takut dengan sindiran Allah dalam Al-Qur'an, Dan jikalau
Allah melapangkan rizki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui
batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan
ukuran.101 Aku takut kalau sampai melampaui batas Syaikh," ucapku pada Syaikh
Utsman. "Akhi, yang melampaui batas adalah mereka yang tidak memiliki rasa takwa
dan tidak merasa diawasi oleh Allah. Selama seseorang masih memiliki rasa takut
dan diawasi Allah maka, insya Allah, dia tidak akan sampai melampaui batas.
Masalah menginfakkan harta yang dalam tuntunan Al-Qur'an kau pasti sudah tahu,"
jawab beliau. Kemudian beliau banyak memberikan nasihat dan saran, terutama yang
berkaitan dengan perjalanan hidup dengan seorang isteri. Bahwa dalam bersuamiisteri ada selalu
ada dua kemauan, watak, sifat yang terkadang berbeda. Seni
mengolah perbedaan menjadi sebuah keharmonisan ibadah itulah yang harus
diperhatikan. Menurut beliau aku tidak perlu pindah dari flat yang telah aku tempati. Karena
101 18 35. Pedang Wucisan Chin Yung Ilmu Pedang m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Asy Syura: 27. 194 tidak menyewa dan milik Aisha. Ini sekaligus untuk menyenangkan hati Aisha yang
memiliki kenangan indah di flat ini bersama ibunya. Apalagi flat ini terletak di tempat
yang sangat tenang dan kondusif untuk menulis tesis. Tak jauh dari flat ini ada
perpustakaan IIIT. Hanya dengan berjalan kaki sepuluh menit sudah sampai ke sana.
Juga dekat dengan salah satu kampus Universitas Helwan. Masjid juga dekat. Tinggal
bersyukur kepada Allah. Beliau juga meminta kepadaku untuk terus menggali semua
pengalaman hidup yang telah dijalani Aisha. Agar aku bisa bersikap arif pada Aisha.
Beliau meminta kepadaku untuk mengetahui gaya hidupnya sejak kecil. Beliau
meminta agar aku bijaksana tidak memaksakan Aisha mengikuti gaya dan standar
hidupku yang memang sangat sejak kecil sederhana. Beliau meminta untuk hidup
sewajarnya. Zuhud tidak berarti tidak mau menyentuh sama sekali nikmat yang telah
diberikan oleh Allah Swt, tapi zuhud adalah mempergunakan nikmat itu untuk ibadah.
Tidak selamanya orang yang makan dengan hanya roti kering dan seteguk air lebih
baik dari orang yang makan roti cokelat dan segelas susu. Jika dengan makan roti
cokelat badan menjadi sehat dan segar, ibadah khusyu dan tenang, bisa bekerja
dengan lebih baik dan bersemangat serta merasakan keagungan Allah yang telah
memberikan nikmat tentu lebih baik dengan yang makan roti kering tapi lemas dan
berkeluh kesah saja kerjanya. Tidak selamanya yang berjalan kaki lebih baik dari
yang naik mobil. Jika dengan naik mobil lebih bisa mengefisienkan waktu, ibadah
lebih tenang karena tidak capek dan lebih bisa banyak melakukan kegiatan yang
bermanfaat tentu sangat baik.
"Jangan terlalu pelit dan jangan terlalu boros. Dua kelakuan itu berakibat
penyesalan dan sangat dicela Allah Swt, firman-Nya dalam Al-Qur'an, 'Dan jangan
kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan kamu terlalu
mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.'102
Beliau lalu memberi tahu hal-hal yang sangat disukai oleh seorang isteri. Beliau
menyuruh agar tidak segan-segan mengungkapkan perasaan cinta. Seorang isteri
paling suka dipuja dan dicinta. Juga tidak segan mengajak isteri ke toko pakaian dan
toko perhiasan. Sering-sering minta pendapat, suatu kehormatan bagi seorang isteri
Dewi Penyebar Maut I 2 Pendekar Mabuk 018 Manusia Penyebar Kutuk Kucing Suruhan 5
^