Pencarian

Fiction 3

Fiction Karya Angelia Putri Bagian 3


memecahkan permasalahan sekolahnya. Sayangnya, dia itu agak ceroboh! Sehingga sering
dikerjai teman-temannya. "Coba, paman, putar video di kamar 234 sekitar 2 setengah jam yang lalu." Kata Ayumi.
Paman Ayumi cepat menekan sebuah tombol. Di salah satu layar monitor, muncul
gambar sebuah kamar, dan tentunya itu adalah kamar Kumala dan yang lain.
"2 setengah jam yang lalu..." gumam pamannya menekan tombol lain.
Gambar itu mulai bergerak mundur dan berhenti di saat ada seseorang yang membuka
pintu kamar tersebut. "Yak! Disini." Kumala memperhatikan layar itu, Ayumi juga ikut memerhatikannya.
111 Seorang cewek memasuki kamar itu, rambutnya panjang, di ikat jadi satu ke belakang.
Mengendap-ngendap. "Siapa itu?" kata Ayumi menunjuk gambar di depannya." Apa mungkin itu Cantika?"
Kumala tidak mendengarkan perkataan Ayumi karena matanya terfokus pada layar
monitor di depannya. Dan beberapa saat kemudian dia menarik nafas. Agak kaget.
"Itu!" tunjuk Kumala pada sesuatu yang diambil cewek itu, "Tolong di stop dulu." Kata
Kumala cepat. Paman Ayumi cepat menekan tombol stop.
"Itu, Ayumi! Gelang itu, yang dipegang cewek itu! Benda itu yang dicari-cari temanku
tadi." Tunjuk Kumala.
"Ya... Ya... Aku tahu. Dan sekarang, siapa yang mengambilnya?" tanya Ayumi.
"Aku tahu siapa yang mengambil gelang itu," kata Kumala.
" Asal kamu tahu, gelang itu adalah pemberian kakak temanku itu saat dia masih dalam
perut ibunya. Intinya saat dia belum lahir, gelang itu adalah miliknya. Dan itu sangat berharga!"
kata Kumala lagi. " Oke. Berarti perkiraan kita sama. Orang itu Cantika. Iya, kan"!"
"Yup! Hanya dia yang selalu iri terhadap orang lain."
"Nah... Anak-anak, paman mau kembali ke ruang kerja paman dulu, apa kalian akan
keluar ruangan ini, atau masih tetap ada disini?" tanya paman Ayumi bangkit dari tempat
duduknya. " Kami mau pergi dulu paman. Nggak enak juga sudah mengganggu paman. Kami
permisi dulu,ya." Kata Ayumi menarik lengan Kumala untuk beranjak pergi." Ya, Ayumi.
Sampaikan salam paman untuk ayahmu, ya.", "Oke, paman."
Setelah menutup pintu, Ayumi mengikuti Kumala ke kamarnya.
112 11 Maut m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Soalnya tidak ada teman di hotel itu yang sebaya dengan Ayumi, meski dia akrab pada
siapapun, ada kalanya dia merasa agak risih di dekat orang-orang dewasa. Oya. Ayumi ini juga
mau direkrut kakaknya menjadi salah satu agen di kantor tempat kakanya bekerja. Jadi, semua
orang jadi agak bersikap hormat padanya.
"Jadi... Kamu mau mengambilnya dari Cantika sekarang?" tanya Ayumi mencondongkan tubuhnya sambil berjalan.
"Tidak. Aku sudah bilang, Cantika pasti akan menuduhku yang bukan-bukan. Dia, kan
orangnya sensitif banget." Kata Kumala menggeleng, "Lalu, kok kamu mengikutiku, sih?"
"He... Aku lagi malas pulang dulu. Aku numpang sebentar di kamarmu, ya. Cuma
sebentar, kok. Aku juga punya banyak cerita menarik buat kamu sama Irwan." Kata Ayumi
nyengir. "Oke! Ayo, kita ke kamarku."
*** Ternyata, Irwan belum tidur sama sekali. Dia masih menonton televisi bersama Gama, Farhan,
dan Haruhi di kamar Kumala dan yang lain. Sedang yang lain sudah tidur dari tadi.
"Lho" Kalian, kok belum tidur, sih?" tanya Kumala heran. Memangnya kekuatan anak
laki-laki itu sebesar apa, sih" Sampai bisa begadang sampai selarut ini. Padahal ini, kan jam dua
pagi! "Ya, ampun... Namanya juga nggak bisa tidur. Jadi, kami nonton televisi saja." Kata
Irwan menoleh ke arah Kumala. Gama dan yang lain juga ikut menoleh.
"Lho" Itu siapa, Kumala?" tanya Farhan memperhatikan Ayumi yang berdiri di belakang
Kumala."Oh... Ini Ayumi. Dia temanku sewaktu aku study banding ke sekolah SMP di Tokyo."
"Salam kenal semuanya." Kata Ayumi membungkuk sedikit memberi salam.
113 "Lho" Ayumi, ya?" kata Irwan agak sumringah. "Iya. Lama nggak ketemu, Irwan." Kata
Ayumi. "Kamu kenal dia, Irwan?" tanya Gama. "Iya. Dia, kan temanku juga. Aku kenal
dengannya saat studi banding kesini juga dengan Kumala." Jawab Irwan. " Ooo..."
12 Maut m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Oya, ada apa, nih Ayumi datang kesini?" tanya Irwan sambil berdiri.
"Nggak ada apa-apa, kok. Tadi itu aku menemui pamanku, terus ketemu sama Kumala,
deh." Kata Ayumi sambil memasang sandal khusus dalam kamar.
"Iya. Tadi kita ketemu di koridor depan. Kalian pada nonton apa, sih?" Kumala berjalan
ke arah Gama dan yang lain.
Sementara Irwan mengambil minuman di kulkas dan langsung bergabung dengan mereka
yang lagi nonton televisi.
"Ya... Lagi nonton acara komedi, lah! Lagi suntuk begini enaknya nonton komedi." Kata
Irwan membuka tutup botol jusnya." Jus apel, mantap, deh!"
"Kamu ini kayak nggak pernah minum jus apel saja." Tegur Farhan. "Kayak orang lagi
kehausan banget." Kata Haruhi menimpali.
"Suka-suka aku, dong. Yang punya mulut, kan, aku." Kata Irwan. "Ya... Suka-suka
kamu..." "Oya. Yang lain sudah pada tidur," kata Ayumi memperhatikan teman-teman Kumala
yang sedang tidur. "Yup! Kami tadi sempat tidur sebentar, terus terbangun, deh." Kata Farhan, "Oya,
namaku Farhan." Kata Farhan memperkenalkan diri pada Ayumi. "Aku Gama." Kata Gama juga
ikut memperkenalkan diri, "Aku Haruhi." Kata Haruhi.
"Kami tadi pengin ngajak Kak Anjar ke kafetaria di hotel. Tapi nggak jadi. Kak Anjar
menyuruh kami cepat tidur, kami minta ijin aja nonton TV disini. Lumayan daripada di kamar
terus. Lagipula ini usul Kak Haruhi." kata Gama. Kumala manggut-manggut.
114 " Terus, gimana ceritanya kalian ketemu di koridor" Kalian bertabrakan di koridor?"
tebak Irwan. "Kok tahu?" tanya Kumala mengangkat alis. "Memangnya benar tebakanku tadi"!" kata
Irwan. "Ya... Bisa dibilang begitu." Kata Kumala.
"Hore... Baru kali ini tebakanku tepat! Uhuy!!" kata Irwan mengangkat tangannya
tinggi-tinggi yang langsung dihadiahi jitakan dari Farhan, "Adouw!" Irwan meringis, "Yang lain
itu sudah pada tidur. Kalau suaramu terlalu keras, nanti mereka bangun, tahu!" kata Farhan.
"Lalu, kenapa tadi kamu keluar?" tanya Farhan. "Itu... Tadi, Yuri kehilangan gelangnya.
Gelang yang sering dipakai Yuri itu, lho..." kata Kumala. "Ya... Ya... Aku tahu. Terus?"
"Nah... Kan, kunci kamar ini di pegang sama Yuri. Mana mungkin ada yang bisa masuk
ke sini tanpa kunci kamar. Iya, kan"!"
"Ya... Ya... Terus?" kata Irwan yang tertarik dengan cerita itu.
"Lalu, aku ke tempat Paman Hiroshi, pamannya Ayumi. Lalu aku tanya sama dia, ada
yang pinjam kunci cadangan kamar 234 di resepsionis, tidak?"
"Terus" Paman Hiroshi bilang ada?" tanya Gama. "Iya. Ada." Jawab Kumala
mengangguk. "Siapa?" tanya Farhan. "Cantika." Jawab Kumala.
"Cantika" Kok, bisa?" tanya Gama heran, "Dia, kan juga kenal paman Hiroshi." Kata
Ayumi. "Pantas saja..." kata Irwan manggut-manggut.
"Tapi, kenapa Cantika mengambil gelang Yuri, sih" Itu, kan dari Kak Yuki, Kumala."
Kata Haruhi. 115 "Kak Haruhi nggak terlalu kenal Cantika, sih... Kalau Cantika sedang iri sama seseorang,
13 Maut m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
benda-benda atau apapun yang dipunya orang yang membuatnya iri pasti diambil. Sekarang, kan
Cantika iri sama Yuri..." kata Kumala.
"Kenapa harus iri?" tanya Haruhi, "Kan, mereka teman juga. Iya, kan"!"
"Kak Haruhi... Cantika itu menganggap Yuri itu rival, musuh. Makanya dia sering buang
muka kalau ketemu Yuri. Kak Haruhi pernah melihatnya seperti itu, kan?" kata Gama.
"Ya... Beberapa kali. Tapi karena apa dia iri dengan Yuri?"
"Cantika dulu terkena penyakit kanker. Sekarang, sih sudah sembuh. Waktu sakit, dia
sangat dimanjakan oleh semua orang, termasuk Kajiura-san. Waktu itu, kami belum tahu kalau
Kajiura-san itu kakak Yuri. Dan setelah mengetahui itu, Cantika kesal, Kak Haruhi. " Jelas
Kumala. "Ooo...." "Cantika menganggap Yuri mengambil apa yang seharusnya menjadi haknya, padahal dia
sendiri yang selalu mengintimidasi orang lain."
"Cantika jahat banget. Kan, Kak Yuki itu kakaknya Yuri. Masa, mau ngambek gara-gara
itu." Komentar Gama.
"Betul! Cantika memang begitu! Dia, tuh, kejam banget!" kata Irwan agak geram.
"Terus, gelang yang di ambil Cantika, sudah kamu ambil balik?" tanya Haruhi.
Kumala menggeleng, "Belum. Aku takutnya kalau mengambilnya sekarang, Cantika
malah nuduh aku yang bukan-bukan. Itu salah satu sifat terburuknya. Suka menuduh orang tanpa
alasan yang jelas.".
"Jadi, kamu mau mengambilnya besok?" tanya Ayumi. "Iya. Daripada dia menuduh aku
yang bukan-bukan. Males, deh. Kan, tadi sudah aku bilangin ke kamu?" Kata Kumala
mengangkat bahu. 116 " Ah! Kenapa nggak ambil sekarang saja, sih... Kalau tunggu besok, keburu konser!"
kata Irwan. "Nanti dulu, lah... Kumala ada benarnya juga. Kalau diambil sekarang, Cantika bisa
ngamuk kayak nenek sihir. Nanti kamu malah disihir jadi kodok." Canda Gama.
"Ya ampun!!!?" Segitu kejamnya di bilang nenek sihir, malah mau nyihir aku... Sungguh
terlalu!", kata Irwan bergidik, "Eh, memangnya ada nenek sihir pakai baju putih?"
"Itu, kan bukan nenek sihir. Irwan!" kata Kumala cekikikan, "Lha" Terus?"
"Kuntilanak nyasar." Kata Farhan masih terfokus pada acara TV. "Siapa?" tanya Irwan.
"Kamu!!!" kata Haruhi tertawa, semua juga ikut tertawa, sementara mulut Irwan
ternganga lebar. "Buju buneng! Itu, kan bukan aku," kata Irwan melempar bantal di dekatnya pada Gama.
"Terus, siapa, coba?" kata Gama melempar balik bantal yang dilempar Irwan.
"Tahu!! Adouw!!!" wajah Irwan terkena lemparan bantal dari Gama. Kena telak.
"Yak... Yang mengaduh tadi itu yang pakai baju putih..."
"Bukan, bego! Wadooh... Kok aku di bilang nenek sihir pakai baju putih, sih?"?""
"Lha, kamu, kan lagi pakai kemeja putih," kata Harhi menunjuk kemeja yang dipakai
Irwan. Memang warnanya putih.
"Terus, kamu merasa diri kamu itu nenek sihir, bukan, sih?" tanya Farhan.
"Nggak! Masa, aku nenek sihir" Berarti banci, dong, biarpun nenek-nenek!" semprot
Irwan. "Itu. Tahu saja." Kata Ayumi ikut menimpali.
Kembali semua tertawa. sementara Irwan mengusap-usap hidungnya yang terkena
lemparan bantal tadi. Nggak sakit, sih, tapi ada nyeri sedikit.
14 Maut m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
117 "Oya, semuanya, aku pulang dulu. Sudah malam banget." Kata Ayumi bangkit berdiri.
"Lho" Bukannya kamu mau menceritakan cerita-cerita yang seru dari sekolah kamu?"
Kata Kumala ikut berdiri. "Nanti saja, deh. Kalian pasti sudah kecapekan banget." jawab Ayumi.
"Besok datang ke konser kami, ya"! Kusediakan kursi VIP, deh... Ajak saja beberapa teman
kamu." Kata Kumala. "Sip... Tenang saja. Semuanya, aku pulang dulu, ya. Selamat malam." Pamit Ayumi
sambil membuka pintu. "Ya. Sampai jumpa besok, ya." Kata Irwan.
"Yak! Ayo kita tidur. Besok kalian harus siap-siap konser." Kata Haruhi mematikan
televisi. Sementara Gama dan Farhan menuju pintu.
"Iya...Iya..." kata Irwan dengan nada ngantuk berlebihan sambil mendongak ke atas.
"Jangan terlalu terbuka lebar mulutnya, Wan," kata Kumala, "Nanti malah kemasukan
cicak dari atas." "Nggak ada cicak di atas... Tenang... Damai... Dan mari kita, tidur... Berdoa dimulai."
kata Irwan langsung merebahkan diri di kasur.
"Eh, eh!!! Ini kamar cewek-cewek! Kalau mau tidur, di kamar kalian sana!!" kata
Kumala menarik tangan Irwans ampai Irwan terduduk, "Ngantuk, nih..." kata Irwan.
"Lagipula, mana ada orang mau tidur gayanya kayak mau upacara bendera?" kata Gama
menimpuk Irwan sekali lagi dengan bantal.
"Sudah, dong! Mau tidur, nih... iya, iya... aku keluar nih..." kata Irwan sambil menutup
kepalanya dengan bantal yang dibawanya dari kamar.
118 SEMBILAN Keesokan paginya... Untuk sesaat, aku tidak tahu aku tidur dimana. Dan setelah mengerjapkan mata beberapa
kali, aku baru ingat. Kami- maksudku, aku dan yang lain, sedang ada di hotel di Tokyo. Kami
akan mengadakan tur konser disini. Ya... Kemarin malam itu aku sangat lelah. Dan yang lebih
buruk, gelang yang diberi Kak Yuki menghilang.
"Lho" Yang lain pada kemana, sih?" gumamku melihat ruangan kamar agak kosong.
"Hmm... Apa mereka lagi sarapan dibawah" Bisa jadi." Kataku manggut-manggut sendiri.
Pintu kamar terbuka dan membuatku tersentak kaget.
"Eh, Yuri. Pagi."
"Ya ampun... Deria. Aku pikir siapa, jangan bikin kaget, dong." Kataku mengelus dada.
"Aku kira kamu masih tidur..."
"Yang lain mana?" tanyaku melihat yang lain tidak ada dibelakang Deria.
"Yang lain masih sarapan di bawah. Aku selesai duluan, jadi aku ke sini lebih dulu."
Katanya duduk di sebelahku. "Oh... Begitu...","Kamu ganti baju, dong! Terus sarapan di
bawah!" tegur Deria sambil memperhatikan aku yang baru saja bangun tidur. "Hhh... Iya...
Iya..." kata ku menyibakkan selimut dan mendekati lemari pakaian dan membukanya.
"Eh, tadi aku lihat sikap Cantika agak aneh, deh."
"Hmm" Maksudnya?" tanyaku memilih baju. "Sikapnya nggak seperti biasa. Dia
senyum-senyum sendiri. Kayak orang gila," , "Hush! Jangan sembarangan ngomong!" kataku
119 15 Maut m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyelanya sambil mengambil baju lengan panjang biru bergaris-garis hitam yang agak tebal.
Udara sudah mulai SANGAT dingin.
"Memang benar, kok! Sikapnya mirip orang gila. Coba, deh kamu lihat sendiri di bawah,
di restoran. Dia juga baru datang sewaktu aku baru selesai sarapan." Kata Deria
"Ya... Ya... Terserah kamu..." kataku memakai baju itu.
"Aku juga melihat sesuatu," kata Deria saat aku menoleh padanya. "Apa?"
"Dia memakai sesuatu di pergelangan tangannya. Seperti... Gelang."
"Gelang?""
Deria mengangguk, "Iya. Sepertinya, sih, gelang. Kalau tidak salah, gelang itu terbuat
dari mutiara, warnanya putih, ada bandul-bandulnya..." katanya mengetuk-ngetuk dagu.
"Bandulnya berbentuk apa?" tanyaku. Sepertinya suaraku agak meninggi karena ucapan
Deria,. Tapi, gelang putih" Dari mutiara"
"Bandulnya berbentuk... Piano" Mungkin piano, soalnya dari perak, sih, kelihatannya."
"Itu... Itu gelangku, Der!" kataku menutup mulut dengan sebelah tanganku.
"Hah" Masa?"
"Iya! Gelangku kemarin hilang! Gelang yang sering kupakai itu, lho..."
"Dan, ciri-ciri gelang yang dipakai Cantika sama dengan gelangmu, begitu?" tanyanya.
Aku mengangguk. "Dan kalau benar gelang yang dipakai Cantika itu gelangku, kenapa dia
mengambilnya dari aku"! Itu gelang kesayanganku!" kataku geram. Hampir menangis.
"Sudah... Sudah... Lebih baik kita keluar dulu. Kamu, kan harus sarapan dulu. Aku
temani, deh." Kata Deria memegang pundakku.
Aku menarik nafas kuat-kuat dan mengeluarkannya perlahan-lahan. Biasanya itu caraku
untuk menenangkan diri. "Baiklah. Kita ke bawah." Kataku berjalan ke arah pintu.
120 *** "Kak Yuri!" Aku mendongak kaget begitu ada yang memanggilku saat aku memasuki restoran hotel.
Ternyata Nayla yang memanggilku tadi. Dia dan yang lain juga ada di dekatnya. Dan Cantika
juga sedang sarapan di sana.
"Ayo, Yuri." Ajak Deria menarik tanganku.


Fiction Karya Angelia Putri di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kakak, kok, lama banget, sih?" tanya Tami saat aku menarik kursi di depanku dan
duduk disana. "Aku juga baru bangun tidur, tahu!" kataku agak ketus (kedengarannya, sih seperti
itu). "Kok, kakak aneh, sih" Bad mood, kak?" tanya Nayla mengagetkanku.
"Nggak. Nggak. Cuma... kayaknya masih agak ngantuk, nih..." kataku menutupi mulut
dan pura-pura menguap. "Yuri, kamu mau pesan apa, sayang?" tanya Kak Anjar. "Teh hijau sama roti panggang,
deh. Kalau ada sandwich juga boleh." Kataku. Lalu Kak Anjar memesan makanan yang aku
pesan pada pelayan. "Yuri, kok, kamu agak murung, sih?" tanya Farhan. "Nggak apa-apa, kok. Cuma masih
ngantuk saja." Kataku tersenyum. Kok, tumben Farhan perhatian"
Aku melirik ke arah Nayla. Dia sedang makan kue scone nya sambil mengobrol dengan
Gama. Sesekali dia tertawa (tapi tidak terlalu keras) karena candaan Gama.
Kok, Gama juga agak perhatian sama Nayla" Tanyaku dalam hati. Bingung.
Aku melirik lagi ke arah Kumala. Dia juga asyik ngobrol dengan Irwan.
"Yuri?", panggilan Farhan membayarkan lamunanku. "Iya?" tanyaku.
16 Maut m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
121 "Pesanan kamu sudah datang, tuh." Katanya menunjuk piring berisi beberapa potong
sandwich juga secangkir teh hijau. "Eh, iya. Makasih." Kataku mengucapkan terima kasih pada
pelayan yang mengantarkan pesananku.
"Yuri," panggil Kak Haruhi, aku menoleh padanya, "Ya" Ada apa?"
"Aku dan Anjar ke kamar duluan, ya. Aku masih harus memeriksa jadwal kamu hari ini
selain konser dan jumpa fans. Anjar juga harus memilih pakaian untuk kalian konser nanti.
Oke"!". Aku mengangguk, "Ya."
Tinggallah sekarang kami semua (aku, Farhan, Nayla, Gama, Kumala, Irwan, Tami, dan
Deria) di sini. Pak Hakuto dan Bu Haruka tidak ada. Sepertinya mereka sudah selesai sarapan.
Tinggal Cantika yang masih duduk di kursinya di meja di dekatku sambil makan roti panggang.
"Yuri," bisik Deria, "Itu... Coba lihat pergelangan tangan kiri Cantika," katanya
menunjuk ke arah Cantika. Aku lalu melihat pergelangan tangan kiri Cantika. Aku terkesiap
melihatnya, "Itu..."
"Apa benar itu gelangmu yang hilang kemarin?" tanya Deria. Aku mengangguk
mengiyakan."Iya. itu gelangku." Desisku.
"Ada apa, Yuri" Tanya Kumala. "Nggak, itu...", tepat saat itu, Cantika berdiri dan
meninggalkan restoran. Makanannya masih bersisa banyak.
"dipakai Cantika...", "Hmm?", "Itu gelangku." Kataku.
"Gelang kakak?" tanya Tami ikut nimbrung. Aku mengangguk, "Mm-hmm."
"Kok, bisa ada di tangan Kak Cantika?"
"Nggak tahu. Tapi, sepertinya itu gelangku. Tadi Deria bilang ke aku, kalau Cantika
pakai sesuatu yang mirip seperti gelang padaku waktu dia naik ke kamar tadi."
"Terus?" tanya Farhan melihatku. Nah, lho" Kok, Farhan jadi perhatian begini, ya"
Mendadak saja, wajahku jadi agak memerah.
122 "Ya... Deria menyebutkan ciri-ciri gelang itu. Dan ternyata sama dengan gelangku yang
kemarin hilang." Kataku mengambil sepotong sandwich dan menggigitnya perlahan.
"Kemarin... Rasanya Kumala juga mengatakan begitu, ya?" kata Irwan tiba-tiba. Aku
menatap ke arahnya sambil mengerutkan kening, "Maksudnya?"
"Kemarin juga, Kumala pergi ke ruang kendali pengawas di hotel ini. Beberapa kamar
dipasangi kamera pengawas, termasuk kamar kita. Kumala juga mencari tahu siapa yang
mengambil... Apa, ya" Gelang?" ujarnya sambil mengetuk-ngetuk keningnya dengan jari
telunjuk. "Iya. Gelang." Kata Kumala, "Aku kemarin mencari siapa yang mengambil gelangmu
kemarin malam, Yuri," kata Kumala. "Dan yang di pakai Cantika itu... Memang benar gelang
kamu. Aku melihatnya di video yang diputar ulang di ruang kendali pengawas.".
"Apa" Itu benar gelangku?" kataku. Kumala mengangguk.
Aku baru mau bicara kenapa dia tidak mengambilnya tadi malam saat dia berbicara lagi,
"Aku mau mengambinya kemarin malam. Tapi, aku takut dia menuduhku yang macam-macam.
Cantika punya sifat suka menuduh tanpa bukti yang jelas. Kalau aku mengambilnya kemarin
malam, dia pasti akan berteriak ada pencuri kepadaku dan papa sama mama bakal memarahiku.
Dan aku takutnya begitu."
"Kalau begitu, aku harus mengambilnya hari ini! Itu gelangku! Gelang pemberian Kak
Yuki yang sangat berharga! Dan aku tidak mau ada orang yang mengambilnya dandengan
mengatakan kalau itu miliknya!" kataku berdiri karena marah. Serentak orang-orang di sekitar
kami di restoran itu menoleh padaku. Aku tersadar dan buru-buru kembali duduk.
17 Maut m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sudah... Sudah..." kata Nayla mencoba menenangkanku. "Aku memang mau
mengambilnya hari ini, setelah sarapan ini. Tenang saja. Aku yang akan mengaturnya." Kata
Kumala tersenyum. "Oke, oke." kataku. Aku memegang wajahku dengan sebelah tanganku dan
menarik nafas. 123 "Aku juga ikut. Lagipula, Cantika bisa saja menamparmu nanti. Biar aku yang menampar
balik dia kalau dia yang melakukan itu." Kata Irwan. "Lucu! Bilang saja kalau kamu tidak tega
kalau Kumala ditampar!" serobot Deria.
"Yee... Aku serius, tahu!" kata Irwan.
"Sudah, ah! Kita habiskan dulu sarapan kita, terus kita balik ke kamar. Nanti kita
pikirkan selanjutnya bagaimana." Kata Nayla memecah ketegangan di antara kami.
"Oh yeah! Ayo kita habiskan sarapan kita. Terus kita balik ke kamar." Kata Gama. Aku
mengangkat alis. Gama sama Nayla, kok jadi kompak begini" Biasanya Nayla kompak dengan
Tami kalau saat-saat begini. Tami juga diam.
"Ya. Kita habiskan sarapan kita. Siapa yang lebih lambat, harus mentraktir takoyaki
sehabis konser!" seru Irwan. "Setuju!" dukung Kumala. Lho, kok" Irwan sama Kumala juga" 4
orang itu, kok pada kompak semua"
"Yuri, ayo makan sarapanmu," kata Farhan menunjuk makananku dengan senyum yang
menurutku sangat keren. Ya tuhan... imut banget! "Nanti malah dingin, lho." Lanjutnya.
"Iya..." kataku menggigit sandwich-ku lagi. Farhan juga perhatian sama aku. Kemarin
juga, dia katanya mau ngomong, terus nggak jadi. Sikapnya juga agak salah tingkah kalau
bertatap muka denganku. Kenapa, ya" Ada yang tahu"
*** "Aku mau ke tempat Cantika dulu. Kalian langsung ke kamar saja, ya." Kata Kumala saat kami
berjalan menuju kamar. "Aku ikut, ya..." kata Irwan agak merujuk seperti anak kecil. "Terserah kamu." Kata
Kumala. 124 "Ya sudah. Kami ke kamar duluan, ya." Kataku sambil masuk ke kamar diikuti yang lain
(kecuali Kumala dan Irwan) .
"Ya." *** Setelah Yuri dan yang lain masuk ke dalam kamar, Kumala berjalan ke arah kamar ayah ibunya
diikuti Irwan. "Papa" Mama?" katanya sambil mengetuk pintu.
Tidak ada jawaban. "Apa mungkin ayah dan ibumu ada diluar?" tanya Irwan menebak.
"Nggak. Tadi papa bilang kalau mereka hanya akan di kamar sampai saat kita akan konser nanti.
Tapi mungkin juga papa dan mama sedang ada di perusahaan cabang papa." Jawab Kumala
menggeleng. Pintu di depan Kumala tiba-tiba terbuka. Sontak Kumala menoleh ke arah siapa yang
membukakan pintu. Ternyata Cantika.
"Ada apa" Papa sama mama sedang istirahat." Jawab Cantika ketus.
18 Maut m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Aku nggak ada urusan sama papa dan mama. Aku punya urusan sama kamu." Jawab
Kumala tidak kalah ketus. "Memangnya ada apa?" tanya Cantika sambil melipat tangan di depan
dadanya. Memperlihatkan gelang yang dicari oleh Kumala.
"Gelang itu," kata Irwan berbisik. Kumala mengangguk.
"Cantika. Itu gelang milik siapa?" tanya Kumala menunjuk gelang di tangan kiri Cantika.
"Ini" Ini punyaku. Tadi malam dibelikan papa." Jawab Cantika sombong. "Kenapa"
Kamu mau juga?" katanya sambil mendekatkan gelang itu ke wajah Kumala.
125 Kumala menggeleng, "Tidak. Dan aku tahu, papa tidak mungkin membelikan sesuatu
hanya untuk kamu saja. Pastinya aku juga dibelikan gelang yang sama denganmu." Kata Kumala
mencengkeram lengan Cantika. "Dan sebaiknya kamu jujur, gelang ini milik siapa." Tanya
Kumala datar. "Hei! Apa-apaan, sih?" tanya Cantika marah dan berusaha melepaskan cekalan Kumala.
"Gelang ini milikku!".
"Irwan," panggil Kumala.
Irwan yang sedari tadi bengong melihat itu langsung kaget. "Yup?"!"
"Ambil gelang ditangan Cantika sementara aku memgang lengannya." Kata Kumala
berusaha agar Cantika tidak mencakar atau menamparnya.
Irwan bergerak cepat untuk mengambil gelang di tangan Cantika, tapi Cantika sudah
melepaskan cekalan Kumala lebih dulu dan menampar Kumala. "Kumala!"
"Apa-apaan, sih?"! Main ambil saja!" kata Cantika marah.
Kumala mengusap bekas tamparan Cantika di pipi sebelah kanannya dan meringis. Agak
merah, sih... "Kamu apa-apaan, sih, Cantika" Sampai menampar Kumala!" kata Irwan menampar
balik Cantika."Apa-apaan kamu menampar aku"!" kata Cantika lalu menoleh ke arah Kumala.
Kumala menoleh ke arah Cantika dengan tatapan marah, "Makanya jangan sok jadi
pahlawan!", lalu menoleh ke arah Irwan, "Kamu juga!" kata Cantika mengejek. "Kamu, tuh,
Cantika!" kata Kumala marah, "Kamu bisanya Cuma menyakiti orang lain! Itu gelang Yuri,
kan"!" Wajah Cantika menegang. "Apa makusdmu" Gelang ini diberi papa kemarin! Jangan asal
tuduh!" katanya agak gugup (juga marah).
"Oh ya"! Kenapa papa memberi gelang itu tepat saat Yuri kehilangan gelang miliknya?"
tanya Kumala menunjuk gelang di tangan Cantika, "Me, memang benar, kok! Papa yang
membelikannya kemarin!" jawab Cantika kesal, "Dan kenapa ciri-ciri gelang milkmu sama
126 dengan gelang Yuri yang hilang" Apa cuma kebetulan" Menurutku, gelang itu tidak di jual
disekitar sini kecuali di pesan terlebih dahulu di toko perhiasan. Dan sepertinya, tidak ada yang
pernah membuat bandul gelang itu dari perak!?" tanya Irwan ikut menyinggung Cantika.
"Kalian mau menuduh aku yang mengambil gelang Yuri?"!" tanya Cantika berkacak
pinggang. "Memang kenyataannya begitu, kan"!" kata Irwan. "Dan tadi, kenapa kamu curiga kalau
kami akan menuduhmu mengambil gelang Yuri" Padahal kami belum mengatakan apa-apa."
Kata Kumala. "Dan itu berarti, kamu, kan, yang mencuri gelang itu?" kata Irwan.
"Kalian jangan sembarangan!" kata Cantika berteriak marah," Apa buktinya kalau aku
yanag mengambil gelang Yuri?"
"Kamu lupa?" tanya Kumala, "Apa?" tanya Cantika semakin marah.
19 Maut m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kamu lupa, ya, kalau pemilik hotel ini paman Hiroshi" Dan di beberapa kamar,
termasuk kamar kami, ada kamera pengawasnya?" tanya Kumala.
Seketika wajah Cantika menegang. Dia lupa kalau pemilik hotel ini adalah rekan kerja
ayahnya saat masih bekerja menjadi komposer musik di Jepang. Dan dia juga tidak ingat kalau di
beberapa kamar di hotel ini dipasanagi kamera pengawas, "A, aku ingat! Lalu apa buktinya?"!
Jangan asal menuduh saja!" kata Cantika berusaha menutupi ketegangannya.
"Buktinya, adalah video di pegang oleh paman Hiroshi." Kata Kumala.
"Jangan bercanda kamu!! Pokoknya gelang ini milikku!!" kata Cantika menutup pintu
keras-keras. Kumala memandang kesal pintu di depannya, " Dasar Cantika! Dia tidak mengakui kalau
itu gelang Yuri." Kata Kumala.
"Apa yang akan kamu katakan pada Yuri" Itu gelang miliknya, kan?" tanya Irwan.
127 "Aku tidak tahu. Dan semoga saja aku bisa mengambilnya sebelum konser berlangsung.
Setidaknya saat berada di dalam mobil nanti, aku akan mengatakan pada papa dan mama kalau
Cantika mencuri gelang Yuri. Kalau dia tidak mengembalikannya pada Yuri." Kata Kumala.
"Dan kalau perlu, aku minta bantuan Ayumi. Iya, kan?" kata Kumala menoleh ke arah Irwan.
"Minta bantuan Ayumi" Maksudmu..."
"Kamu tahu kalau dia adalah "itu
*** Malam harinya... "Yuri! Cepetan siap-siap!"
"Sabar, kak... Aku, kan masih pakai handuk." Kataku saat Kak Anjar menyuruhku untuk
siap-siap. "Oke. cepat, ya. Sudah hampir telat, nih..." kata Kak Anjar menyerahkan pakaian yang
akan aku pakai nanti. "Pakai baju ini, oke"! Semua sudah hampir siap."
"Ya... Ya..." "Kakak!" panggil Nayla, "Ya?" tanyaku menoleh ke arahnya, "Bisa minta tolong
pasangkan pita ini, kak" Aku agak susah memakainya..." katanya menunjuk pita yang melingkar
di sekitar lehernya. "Sebentar, ya"! Aku pakai baju dulu." Kataku memasang baju kaus tanpa lengan
berwarna hitam. Gama, Farhan, dan Irwan sudah ganti baju, dan sekarang mereka menunggu di
luar. "Iya, kak..."
Yah... Gelangku belum diambil oleh Kumala sehabis sarapan tadi, kata Irwan, Cantika
sempat menampar Kumala. Tapi, kata Kumala, Irwan juga menampar balik Cantika. Lho" Kok"
Perhatian Irwan pada Kumala, kok, seperti... Tahu saja, kan?"!
128 Tanpa sadar, aku menghela nafas saking pusingnya. Bagaimana tidak pusing" Gelangku
diambil (atau lebih tepatnya dicuri) Cantika. Dan yang lebih bikin pusing, aku harus bisa
bersikap profesional dalam konser pertama kami disini. Itu agak memberatkan pikiranku.
"Yak. Sudah selesai. Sini, Nay, aku pasangkan pitanya." Kataku. Nayla mendekat ke
arahku. Aku lalu mengikat pita itu dengan cepat. "Nah... Sudah selesai." Kataku merapikan
kerah baju Nayla yang agak berantakan. "Makasih, kak.".
"Yuri! Ini sepatu yang akan kamu pakai. Kakak taruh di sini, ya." Kak Anjar menaruh
sepasang sepatu boot hak tinggi berwarna hitam di sebelah lemari pakaian, "Ya, kak."
20 Maut m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kak Yuri," panggil Tami.
"Ada apa, Tami?" tanyaku mengambil sepatu boot itu dan memakainya. " Ini... Aku
pengen pakai topi ini," katanya menunjukkan topi yang pernah dipakainya untuk PV kami,
"Lalu?", "Apa bisa... Aku pakai hiasan kepala yang lain?"
"Tanya saja dengan Kak Anjar. Kak Anjar pasti mengijinkan, kok." kataku menoleh
padanya. "Ya sudah. Aku tanya dulu dengan Kak Anjar. Kakak cepat siap-siap, ya." Katanya.
"Iya... Iya..."
Akhirnya! Sudah siap. Batinku sambil memakai jaket hitam dan mengucir sebagian
rambutku ke belakang. "Kak," panggilku pada Kak Anjar yang sepertinya juga sudah siap, "Ya?", "Aku sudah
siap. Apa kita berangkat sekarang?" tanyaku.
"Oh ya. Kita akan berangkat sekarang." Katanya sambil memasukkan sesuatu ke dalam
tas nya. "Apa itu, kak?" tanyaku, "Ini jus jeruk. Tadi ada di kulkas. Jadi kakak ambil untuk
minum kamu dan yang lain kalau kalian tidak mau minum air mineral." Jawab Kak Anjar,
"Ooo..." 129 "Yak! Semua sudah siap?" tanya Kak Anjar menepuk punggung tangannya 2 kali.
"Siap!" jawab kami serempak. "Nah... Ayo, kita berangkat."
*** Di JCB Hall... "Wah... Ramai sekali..." gumam Deria melihat kerumunan para penggemar kami yang
berdiri di sepanjang jalan kami masuk ke dalam JCB Hall.
"Yup! Sangat ramai." Kata Kumala. Dia menoleh-noleh, seperti mencari seseorang.
"Kamu mencari siapa, Kumala?" tanyaku menyikutnya. "Teman." Jawabnya.
"Kumala!!" Kami serentak menoleh ke arah suara itu. Seorang remaja perempuan seusia kami juga
beberapa temannya. Dia melambai pada Kumala. "Ayumi!" seru Kumala berlari ke arahnya, aku
mengikutinya. "Hai! Ayo cepat ikut kami." Kata Kumala menarik lengan temannya itu. "Temantemanmu juga!" kata
Kumala. "Ayo, teman-teman."
"Kumala, ini siapa" Tanyaku sambil berjalan di samping Kumala.
"Dia Ayumi. Keponakan pemilik hotel yang kita tempati itu, lho..." jawab Kumala.
"Oh... Salam kenal, ya. Aku Yuri." Kataku.
"Salam kenal juga, Yuri-san." Kata Ayumi.
"Ayo, cepat masuk, Kumala, Yuri!" panggil Kak Haruhi.
130 "Ya, kak!!" *** "Yuri,". Aku menoleh ke belakang. Ternyata Kak Yuki yang memanggilku. Kak Wakana dan
21

Fiction Karya Angelia Putri di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Maut m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang lain juga terlihat d belakang Kak Yuki, "Kakak!" kataku berlari ke arahnya dan langsung
memeluknya. "Aduh... Kok, jadi manja begini?" gurau Kak Yuki. Aku menengadah dan nyengir pada
Kak Yuki, "Sekali-sekali, kan, boleh. Hehe...".
"Halo, semuanya," sapa Kak Yuriko. "Halo, Kak Yuriko, semuanya."sapa Kumala balik.
"Sayang, kita, kan harus pergi ke tempat jumpa fans nya dulu." Kata Pak Hakuto pada
Kumala. Pak Hakuto memang sudah dari tadi ikut bersama kami, "Iya, pa. Memangnya dimana
tempat jumpa fans nya, sih?" tanya Kumala, "Di belakang gedung ini."
"Wah... Kami boleh ikut?" tanya Kak Kaori. "Tentu boleh, oneesan," kataku, "Kapan
jumpa fans nya" Apa sehabis konser?" tanyaku pada Pak Hakuto. "Sehabis konser. Kalian, kan
konser dulu." Jawab Pak Hakuto.
"Ngomong-ngomong, dimana Cantika?" tanya Kak Yuki, "Kakak ngapain mencari
Cantika?" tanyaku agak tidak senang.
"Lho" Biasanya, kan dia ikut kalau kalian semua ke mana-mana.",
"Cantika pergi saat sudah tiba disini." Pak Hakuto yang menjawab. "Oya" Kemana?"
tanya Kak Yuki. Pak Hakuto mengedikkan bahu, "Entah. Tapi dia membawa tas tangan yang
agak besar, saat kutanya, dia menjawab itu hadiah untukfans-fans mereka." Jawab Pak Hakuto
menunjuk ke arah kami. Masa Cantika sebaik itu" Nggak mungkin, deh! Aku mulai agak curiga
dengan Cantika sekarang. 131 "Wah... Dia baik sekali." Kata Kak Wakana. Tapi aku malah merasa perasaanku tidak
enak. "Yuri, dimana gelangmu" Kamu tidak memakainya?" tanya Kak Yuki memerhatikan
lengan kiriku. Aku memperhatikan lengan kiriku, sulit mengatakan kalau gelang itu di ambil
oleh Cantika pada Kak Yuki. Apalagi itu adalah benda berharga dari Kak Yuki,"Egh... Gelang
itu..." "Dimana?" tanya Kak Yuki sekali lagi.
"Di tangan Cantika, Kajiura-san." Jawab Kumala. aku menoleh ke arahnya, Kumala...
desahku dalam hati. "Maksudmu?" kali ini Pak Hakuto yang bertanya, "Cantika mengambil gelang milk Yuri.
Dengan kunci cadangan kamar hotel kami. Kan, paman Ayumi yang mempunyai hotel itu." Kata
Kumala menunjuk Ayumi. Ayumi cuma tersenyum.
"Wah... Aku sampai pangling. Ternyata ada Ayumi. kamu yang mengundangnya kemari,
Kumala?" tanya Pak Hakuto. "Iya."
"Apa kabar, Hakuto-san." Sapa Ayumi membungkuk sedikit. Kebiasaan orang Jepang ini
memang tidak bisa dipisahkan dari perkenalan di Jepang!
"Baik..." "Oya. Teman-temanmu, kok cowok semua?" tanya Deria memperhatikan teman-teman
Ayumi yang notabene cowok itu.
"Oh, aku lupa memperkenalkan mereka, yang paling sebelah kanan itu Sato Kuromari,"
katanya menunjuk cowok dengan dandanan khas Harajuku. "Yoroshiku ne, minna-san, salam
kenal semuanya." Katanya membungkuk.
"Yang ini Haruto Hirayama," Ayumi menunjuk cowok berjaket kulit hitam dan bertindik
di telinganya. Wajahnya lumayan imut!
"Kiyoshi Haibara," Ayumi menunjuk cowok di sebelah kirinya, "Dan yang terakhir ini,
Ryoichi Takato." Katanya menunjuk cowok di sebelah Kiyoshi.
132 22 Maut m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Salam kenal semuanya," sapaku membungkuk. Deria dan yang lain juga menyapa
mereka. "Ayumi ini terkenal di kalangan cowok-cowok di sekolah. Jadi jangan heran kalau dia
sering banget jalan bareng cowok." Kata Irwan.
"Yah... Memang dia seperti itu... Mau bagaimana lagi" Iya, kan, Ayumi?" kata Kumala
menyenggol lengan kanan Ayumi.
"Oya, Pak Hakuto benar-benar nggak tahu di mana Kak Cantika?" tanya Nayla. Pak
Hakuto menggeleng. "Kenapa, Nay?" tanya Tami, "Perasaanku nggak enak, Tami." Kata Nayla agak gelisah,
"Aku juga, perasaanku sudah tidak enak sejak tadi." Kataku.
"Ah! Kalian jangan cemas begitu!" kata Ayumi menyemangati kami, "Kalau ada apa-apa
pada kalian, biar kami yang menjaga kalian semua. Aku, Sato, Haruto, Kiyoshi, dan juga
Ryoichi." Kata Ayumi menunjuk dirinya dan teman-temannya.
"Kami, kan punya kemampuan insting dan kecepatan yang hebat..." kata Ayumi
mencoba bercanda, "Kamu, tuh, selalu saja bercanda, Ayumi. nggak berubah!" kata Irwan.
"Nayla, dan yang lain tenang saja. Intinya, kami ditugaskan Ayumi menjaga konser ini
tetap berlangsung. Nanti kakak Ayumi bakal ngejaga di depan gedung. Kalau-kalau ada
penonton yang nggal punya tiket bakalan diusir. Ayumi juga merasa akan ada yang nggak beres
dengan konser ini. Kemungkinan penyebabnya Cantika-san." Kata Haruto. Kok, pemikiranku,
Nayla, dan Ayumi sama"
"Ya. Cantika itu tidak akan pernah puas kalau orang yang membuatnya iri masih bisa
senang dan tertawa." kata Ayumi.
"Ya... Cantika memang seperti itu. Aku yang sebagai ayahnya saja tidak bisa
mengaturnya." Kata Pak Hakuto, "Papa jangan ngomong seperti itu! Cantika begitu karena sudah
memang sifatnya." Kata Kumala.
133 "Ya, sudahlah... Kita harus pergi ke belakang panggung untuk persiapan konser." Kata
Kak Anjar. "Ya, kak..." kataku.
"Kakak dan yang lain akan menunggu di kursi penonton." Kata Kak Yuki akan pergi, "
Di paling depan, kan?" kataku. Kak Yuki mengangguk. "Sudah, ya. Kakak dan yang lain pergi
dulu." Kata Kak Yuki.
"Ganbatte ne minna-san! Selamat berjuang semuanya!" kata Kak Keiko menyemangati.
"Mm! Arigatou ne, oneesan! Terima kasih!" kata Nayla dan Tami bersamaan.
"Yak! Ayo, semuanya, kita harus konser sekarang!" kata Deria.
"Ya!!" jawab kami serempak. Dan kami berjalan sambil tertawa lepas.
*** "Ayumi, tolong kamu cari Cantika, ya! Perasaanku benar-benar tidak enak tentang konser ini."
Pinta Kumala sesaat sebelum mereka pergi, "Dan pastikan dia tidak melakukan hal-hal yang
membahayakan kami semua, termasuk Yuri. Dia kadang suka berbuat nekat." Lanjutnya.
"Akan aku usahakan. Aku juga ada urusan dengannya." Kata Ayumi menatap Yuri dan
yang lain yang berjalan di depan mereka,"Apa maksudmu?" tanya Kumala heran, "Dia juga
mengambil sesuatu yang penting diriku. Harta berhargaku yang tak ternilai." Kata Ayumi. Dia
mengisyaratkan pada Haruto dan yang lain untuk terus mengikutinya.
"Apa itu?" tanya Kumala semakin penarasan.
"Itu..." kata-kata Ayumi menggantung. Kumala tahu itu dan dia buru-buru minta maaf.
23 Maut m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Maaf... Aku nggak bermaksud bertanya yang nggak enak begitu. Maaf, ya." Kata
Kumala. Ayumi tersenyum maklum, "Nggak apa-apa, Kumala. Benda yang paling berharga itu
adalah sebuah buku. Buku yang penting bagiku." Kata Ayumi.
134 "Buku" Seperti apa bentuknya?" tanya Kumala.
"Hanya buku biasa. Hanya saja, buku itu mengandung sesuatu yang berbahaya dan harus
dimusnahkan. Buku itu berwarna biru gelap dengan hiasan bintang di tengah-tengahnya." Kata
Ayumi. Buku berwarna biru gelap, ada hiasan bintang ditengahnya" Buku itu, kan yang selalu di
bawa-bawa Cantika belakangan ini" Pikir Kumala.
"Kumala?", panggil Yuri. Kumala tersadar dari lamunannya, "Ya, Yuri?"
"Ayo! Kita akan tampil sebentar lagi." Kata Yuri.
Kumala mengangguk, "Ya!" serunya, ia lalu menoleh ke arah Ayumi, "Cari dia sampai
ketemu. Ok"!" bisiknya. Ayumi mengacungkan jempolnya tanda setuju.
*** "Oke, guys, misi kita kali ini hanya masalah sepele. Tapi pastikan kita harus menemukannya."
Kata Ayumi berbalik ke arah Haruto dan yang lain saat Yuri dan yang lain benar-benar sudah
pergi dari pandangan mereka.
"Dan misi kita itu?" tanya Kiyoshi, "Tidak ada hubungannya dengan penjahat, begitu?"
terka Sato. Ayumi menggeleng, "Tidak. Ini hanya masalah sepele, tapi bisa menjadi besar jika
kita tidak bertindak cepat. Lupakan misi kita yang lain. Meski kita anggota agen polisi berbakat,
kita hanya dalam masa pelatihan. Setuju?" kata Ayumi. mereka mengangguk.
Ayumi dan teman-temannya adalah anggota masa pelatihan agen pemerintah. Yah...
Biarpun masih berumur sekitar 15 tahun, mereka direkomendasikan oleh kakak Ayumi untuk
mengikuti masa pelatihan di agen tempat kakak Ayumi bekerja. Dan mereka memang sangat
berbakat di bidang mereka. Dan karena Ayumi yang paling profesional, dia diangkat menjadi
ketua kelompok mereka. 135 "Kudengar kau menyebut-nyebut soal "bukuRyoichi. Dia memang selalu ingin tahu dan lebih pandai
dari yang lain. "Buku" Oh... Buku itu. Itu hanya buku biasa yang berisi catatan penting tentang sebuah
penemuan kakakku. Dan rasanya aku pernah memberitahu hal ini sebelumnya. Jangan bilang kau
tidak ingat, Ryoichi." Kata Ayumi.
"Memang tidak. Tapi setidaknya ada satu kemungkinan kalau target Cantika-san adalah
kamu dan Yuri-san. Iya, kan?" tanya Ryoichi yang disambut anggukan dari Ayumi.
"Haruto," panggil Ayumi, "Apa?" jawab Haruto, "Apa kamu membawa perlengkapan
kita itu?" tanya Ayumi. Haruto mengangguk sambil memperlihatkan isi tas ransel yang sedari
tadi dipanggulnya. 4 buah kacamata, seutas tali, pistol berisi obat bius, dan peralatan kawat
pembuka pintu yang dikemas sedemikian rupa sehingga menyerupai permen lollipop sedang.
"Kacamata infrared?" tanya Ryoichi, "Yep!" jawab Haruto.
"Dan sekarang semuanya sudah siap?" tanya Ayumi. mereka mengangguk bersamaan.
"Bagus. Ayo kita berangkat."
*** 24 Maut m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Cantika menulusuri setiap koridor di gedung itu. Tidak mudah menemukan tempat dimana
lampu-lampu diatas panggung itu dipasang. Yep! Lampu panggung. Cantika memang berniat
menjatuhkan lampu-lampu di atas panggung menimpa Yuri dan yang lain.
Di dalam tas tangannya itu, ada beberapa peralatan untuk memotong kabel(atau mungkin
tali) penyangga tiang lampu panggung. Kalian tahu, kan alasannya kenapa"
Benar. 136 "Ah... Ini dia." Sekarang ini dia berdiri di samping panggung. Di sebelahnya ada sebuah
tangga yang cukup tinggi. Terlebih lagi, sepertinya ujung tangga itu sampai di lampu panggung.
Dari keriuhan diluar, tampaknya konser Yuri dan yang lain akan segera berlangsung.
"Aku harus naik terlebih dahulu." Gumamnya. Ia lalu meletakkan tas tangannya dan
meraih tangga didekatnya.
Setelah memperkirakan tangga itu benar-benar kuat menopang tubuhnya dan tidak akan
goyah apalagi jatuh, dengan mantap dia membawa tas tangannya dan menaiki tangga itu.
Tapi, baru saja dia akan menaiki tangga itu, seorang petugas keamanan melihatnya dan
segera saja menegurnya. "Hei, tunggu sebentar, nak." ujar petugas itu. Gerakan Cantika terhenti. Dia menoleh ke
belakang. Gawat! Itu pasti satpam disini! batinnya. Petugas itu mendekatinya. Wajah Cantika
memucat. Kalau-kalau petugas itu melihat dia akan naik ke atas, terus ditanyai macam-macam,
bisa habis dia. "Kamu sedang apa" Bukannya kursi penonton ada di depan sana?" Tanya petugas itu
ramah sambil menunjuk deretan kursi di depan panggung yang hampir di penuhi orang-orang.
Cantika menoleh ke arah sana. "Oh... anu, tadi saya menghilangkan ponsel saya. Tadi, saya
lewat sini karena ingin mencari teman saya yang hilang. Sekarang malah ponsel saya yang
hilang." Kata Cantika mencari alasan. Si petugas menatap Cantika curiga, "Ponselmu hilang?"
tanyanya. Cantika mengangguk, "Ya. Saya tadi mencari di sekitar gedung, tapi saya rasa tidak
mungkin. Saya menduga ponsel saya jatuh di sekitar sini."
"Kalau begitu, biar bapak bantu mencarikan." Kata petugas itu. Kali ini Cantika benarbenar tidak
punya alasan lain untuk menolaknya. Dalam hati dia berharap petugas itu pergi
karena ada urusan lain di luar sana.
"Hei, kamu sedang apa disitu?" Tanya seorang lagi di belakang petugas itu. Petugas itu
dan Cantika menoleh. 137 "Kita dipanggil untuk segera ke depan. Ini mendesak." Kata teman petugas itu. "Oh,
baiklah. Saya segera ke sana." Kata Petugas itu berlari ke arah temannya. Meninggalkan Cantika
sendirian. "Akhirnya..." kata Cantika. Dia melihat ke arah panggung. Yuri dan yang lain sudah
ada di panggung. Tidak tanggung-tanggung lagi, dia langsung menaiki tangga itu dan bersiapsiap
melakukan rencananya. *** "Ayumi, kita harus ke mana" Kiri atau kanan?" tanya Kiyoshi saat dia, Ayumi dan yang lain
berdiri di ujung koridor. Terbagi menjadi 2 koridor, kiri dan kanan.
"Hmm..." Ayumi bergumam sambil melirik ke arah kiri dan kanan.
Sementara itu Ryoichi, Sato, dan Haruto mencoba memecahkan masalah itu dengan
25 Maut m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bermain tebak-tebakan, yang biasanya memang sangat membantu,"Apa yang biasanya bisa
membuat seseorang terluka jika dia sedang mengadakan konser?" tanya Haruto mencoba
bermain tebak-tebakan dengan Ryoichi dan Sato.
"Aku menyerah." Kata Sato mengangkat tangan tanda menyerah.
"Aku tahu! Pasti tirai panggung, kan"! Soalnya pasti sakit terkena tirai itu secara tibatiba." kata
Ryoichi tersenyum lebar. "S (http://cerita-silat.mywapblog.com)
26Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah | http://cerita-silat.mywapblog.com | Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah pdf created by Saiful Bahri (Seletreng - Situbondo) pd 22-04-2016 18:11:13
alah!" kata Kiyoshi ikut terbawa permainan mereka, "Lalu apa?" tanya Haruto,
"Biarkan aku berpikir 1 jam!" kata Kiyoshi menjulurkan lidah, "Kelamaan!" kata Sato
tertawa pelan. "Apa jawabannya, Kiyoshi?" tanya Ryoichi. Dia melirik Ayumi, berharap dia ikut dalam
permainan mereka dan dapat mencari jalan keluarnya.
"Jawabannya... Lampu panggung! Karena saat jatuh, pasti terluka. Kan, lampu panggung
berat." jawab Kiyoshi.
138 Ayumi menoleh ke arah mereka. Agak kesal tapi juga senang karena dia tidak akan jadi
gila kalau mereka terus mengoceh, "Hei, hei! Aku sedang berpikir kita harus melangkah ke arah
mana sedangkan kalian hanya bermain. Kalian sedang bermain apa, sih?" tanyanya pura-pura
kesal. "Kami lagi main tebak-tebakan." Jawab Sato sambil memasang tampang tak berdosa.
"Haruto tanya, "Apa yang biasanya bisa membuat seseorang terluka jika dia sedang
mengadakan konserbisa mengerti bahasa tebak-tebakan itu.
"Oh... Lampu pang..." Ayumi terdiam menyadari sesuatu. "Apa katamu" Lampu
panggung"!" tanya Ayumi menoleh pada mereka berempat.
Mereka mengangguk. Bagus! Dia mengerti! Pikir Haruto.
"Yep! Lampu panggung. Ada masalah?" tanya Sato pura-pura bego.
Ayumi tersenyum dan meninjau lengan Sato pelan, "Aku tahu kalian sedang berusaha
membantuku. Arigatou minna-san." Katanya tertawa pelan. Suaranya persis seperti seorang
bidadari. Meski Ayumi terlihat tomboy, dia mempunyai suara bak malaikat.
"Itulah gunanya teman. Iya, kan"!" kata Sato agak meringis. Luamayan sakit. Pikirnya.
"Oke, kita ke arah panggung. Dan pastikan kita bisa mencegahnya berbuat yang
tergolong nekat." Kata Ayumi mengambil jalan ke arah kanan yang langsung tembus menuju
belakang panggung. *** Cantika sudah sampai di atas tiang lampu panggung. Tapi, dibawah lampu, panggung masih
gelap yang tandanya mereka belum masuk ke panggung. Atau mungkin sudah.
Untuk berjaga-jaga, Cantika mengunci pintu yang mengarah ke tempatnya.
139 Sambil mengeluarkan alat seperti gunting dan sesuatu seperti sebuah buku, dia menunggu
Yuri dan yang lain naik ke panggung.
Sebentar lagi waktunya pertunjukan! Batinnya senang.
*** Aku baru saja akan naik ke panggung.
"Yuri, minum ini dulu. Agar kamu lebih segar di panggung." Kata Kak Anjar
menyerahkan sebotol jus jeruk padaku. Aku menerimanya dan menghabiskan setengah botol.
Perlu diakui, aku lumayan haus. Setelah berbincang-bincang dengan para kru yang
bertugas dalam penataan lampu panggung dan melihat-lihat ruangan tempat manipulator dan
beberapa kru lain bekerja( padahal waktu kami yang tersisa saat itu Cuma setengah jam!).
1 Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kak, siapa yang memainkan biolanya?" tanyaku pada Kak Haruhi, kami memang tidak
mempunyai pemain biola. Dan Kak Anjar yang memainkan biola sangat sibuk dengan
pekerjaannya sekarang sebagai manajer kami bersama Kak Haruhi.
"Hmm... Untuk saat ini, biar Anjar saja dulu. Nanti kita akan coba mencari pemain biola
untuk lagumu dan juga seorang manipulator." Jawab Kak Haruhi. Aku manggut-mangut
mengerti. Tiba-tiba aku merasa pusing. Bukan apa-apa, sih, bagiku. Cuma sakitnya agak aneh.
Seperti baru bangun dari pingsan.


Fiction Karya Angelia Putri di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kak, kakak kenapa" Wajah kakak pucat." Tanya Nayla terdengar khawatir. Aku
menggeleng sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, Nay. Cuma agak pusing. Tapi nggak apa-apa.
Sebentar lagi juga hilang." Kataku.
140 "Yuri, ayo mulai. Sudah waktunya." Kata Kak Anjar menyuruhku segera ke panggung.
"Ya!" kataku berjalan cepat menuju tempatku dalam penerangan seadanya karena lampu
panggung belum sepenuhnya dinyalakan.
*** Ayumi dan teman-temannya tiba disebuah pintu. Tapi sayangnya pintu itu terkunci.
"Aneh. Kenapa terkunci?" tanya Haruto mencoba membuka pintu.
"Kamu membawa kawat pembuka pintu tidak?" tanya Ayumi. "Tentu aku bawa.
Peralatan itu takkan terpisahkan dari Sato. Dia, kan calon pencuri." Kata Haruto nyengir saat
melihat Sato mendelik padanya. Cengiran bersalah.
"Sudah! Jangan mengejek lagi. Sato, buka pintu ini. Dengan kawat pembuka pintu yang
dibawa Haruto." Perintah Ayumi.
Haruto mengeluarkan sesuatu seperti lollipop dan menyerahkannya pada Sato yang
langsung mengubah lollipop itu menjadi seperti sebuah kunci pintu.
Segera saja Sato mencoba membuka pintu itu. Tidak sulit baginya karena dulu dia sering
mencoba membuka lemari brankas milik Ayumi yang sebenarnya berisi perangkap untuk orang
yang mencoba membuka brankas selain Ayumi. dan bisa di tebak tangannya terkena perangkap
tikus. "Yak! Sudah terbuka." Bisik Sato seakan merasakan ada seseorang didalam.
Ayumi mengambil pistol seukuran kepalan tangannya yang berisi jarum obat bius. Sekali
jarum itu menancap di bagian tubuh manapun, sikorban akan langsung pingsan seketika.
"Yak. Kita mulai."
141 *** Cantika melihat beberapa lampu panggung sudah mulai menyala.
Berarti, mereka semua sudah akan memulai konsernya. Kata Cantika dalam hati. Dia
sudah siap-siap dengan alat pemotong kabelnya.
"sebentar lagi..." katanya lebih pada diri sendiri. Ya... Sebentar lagi semuanya akan
dimulai. Dan dia mulai memotong kabel tiang lampu panggung.
*** 2 Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ayumi mencoba mencari Cantika tanpa suara. Haruto dan yang lain juga ikut mencari. Sampai
suara pelan Kiyoshi mengalihkan perhatian mereka.
"Semuanya, kesini."
Ayumi dan yang lain mendekati Kiyoshi. Semua memperhatikan apa yang ditunjuk
Kiyoshi. Sebuah tangga. "Tangga apa ini?" tanya Ryoichi, "Yang pastinya tidak untuk dipakai Berjalan!" kata
Sato, "Itu untuk naik ke atas, bego!" kata Sato menengadah ke atas. Dan dia terdiam beberapa
saat sementara tangannya menggantung diudara.
"Ayumi, lihat ke atas." Kata Sato. Ayumi melihat ke atas, dan dia terperangah. Cantika,
yang sedang ada disitu, sedang berusaha memotong kabel penyangga tiang lampu panggung.
Matanya beralih ke arah Yuri dan yang lain yang sedang konser. Tapi, Ayumi melihat wajah
Yuri agak pucat. 142 "Haruto, naik ke atas dengan cepat dan diam-diam. Jangan membuat kaget dia..." baru
saja dia akan melanjutkan kata-katanya dan Haruto akan naik memakai tangga, sebuah lampu
panggung terlepas dengan bunyi Krak! Yang keras, "Tidak ada waktu lagi, cepat naik!" perintah
Ayumi. *** Aku mendengar bunyi Krak! Seperti sesuatu yang patah. Tapi aku tidak bisa konsentrasi dengan
itu, karena sakit kepalaku semakin hebat dan permainanku mulai kacau.
"Awas!" seseorang memeluk tubuhku dan melemparkan diriku dan dirinya ke depan
Deria. Sementara pusingku sudah agak membaik walau hanya satu persen. Gama, Irwan, dan
yang lain menghampiri kami.
"Apa yang terjadi?" tanya Kumala membantuku berdiri. Ternyata Farhan yang
memelukku tadi. "Salah satu lampu panggung hampir mengenainya." Jawabnya.
Aku melihat ke arah penonton, mereka berdiri kaget.
Belum sempat aku berbicara kalau tadi ada kesalahan dalam penataan, suara Krak! lebih
keras terdengar. Aku menengadahkan kepalaku ke atas. Lampu panggung di atas akan jatuh ke
atas kami! *** Cantika selesai memotong kabel penyangga itu dan melihat ke bawah dan menyaksikan Yuri dan
yang lain tertimpa lampu-lampu panggung yang besar itu.
143 Brak!!! Suara itu terdengar diikuti teriakan histeris penonton. Cantika tersenyum penuh
kemenangan. "Berhasil!" katanya sambil berbalik kebelakang dan dia memekik kaget saat dia
mengetahui ada seseorang di belakangnya memgang pistol yang terarah ke keningnya.
"Yo, Cantika. Kita bertemu lagi." Katanya tersenyum.
Itu Ayumi, dan tanpa menunggu jawaban Cantika, dia menembakkan sesuatu ke
3 Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kepalanya dan Cantika jatuh pingsan.
*** "Uh-oh, gawat... Apa sudah terlambat?" tanya Sato memperhatikan lampu yang rubuh
menimpa Yuri dan yang lain.
"Semoga tidak! Ayo kita bawa dia. Haruto, ikat tangannya! Kita pergi dari sini dan
memanggil Akira oniisan(panggilan untuk kakak laki-laki.) dan memintanya untuk membantu
kita disini. Sekarang!"
*** Aku tidak bisa merasakan apa-apa...
Kepalaku sakit... Kaki dan tanganku juga sakit...
Tapi kenapa aku merasa ada yang melindungiku"
Siapa yang melindungiku sekarang"
144 Aku membuka mataku perlahan, tapi tidak bisa. Ada sesuatu merembes kemataku. Dan
rasa sakit semakin menjadi. Hal yang kulihat semuanya menjadi buram. Dan perlahan semuanya
menjadi gelap. *** Yuki memekik ketakutan saat Yuri dan yang lain tertimpa lampu panggung itu. Terutama
Haruhi. Dia khawatir akan keselamatan kedua adiknya dan teman-teman adiknya itu. Cepat dia
menghubungi Hakuto yang saat itu ada di cabang perusahaannya didekat sini.
"Yuri! Anjar!" pekik Yuki panik.
"Kajiura-san tenang... Haruhi-kun, panggil polisi dan ambulans. Cepat!" kata Keiko
mencoba menenangkan Yuki.
"Ya, aku tahu Keiko-san! Aku mencoba menghubungi Pak Hakuto dulu! Dia harus tahu
insiden ini!" kata Haruhi tidak kalah panik.
"Cepatlah!" desak Kaori. "Biar aku yang memanggil polisi dan ambulans." kata Wakana
sambil mengeluarkan ponselnya dari tas tangannya.
Yuki menatap lampu panggung yang jatuh itu. Berharap kedua adiknya selamat.
Termasuk teman-teman Yuri. Sementara para penonton mulai berlarian keluar sesuai instruktur
petugas keamanan di dekat situ.
*** "Akira oniisan" Ini aku Ayumi. Oniisan bisa kesini sekarang?" Ayumi berbicara lewat
ponselnya. Haruto menggendong Cantika yang pingsan. Yang lain sedang meneliti keadaan,
kalau-kalau mereka disangka penyebab jatuhnya lampu panggung itu. "Iya, ke tempat oniisan
145 mengantarku tadi. Ada kecelakaan disini. Oniisan sekarang ada dimana" Oke. cepat datang,
oniisan." Kata Ayumi mengakhiri pembicaraan. Ia lalu menoleh pada Haruto dan yang lain.
"Sebaiknya kita ke depan. Ke tempat penonton. Bukankah disana ada orangtua Kumala
dan Yuri-san?". Haruto mengangguk, "Ya, mereka ada disana. Ngomong-ngomong Akira
sensei(panggilan untuk yang lebih tua atau dihormati) ada dimana?".
4 Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Di dekat sini. Dia sedang menghadiri acara. Tapi, sebentar lagi dia datang, kok." jawab
Ayumi. "Ooo..." "Ayumi, apa buku ini yang kamu cari itu?" tanya Ryoichi, tangannya memegang sebuah
buku yang sepertinya masih baru. Dengan hiasan bintang ditengah-tengahnya.
Ayumi menoleh ke arah Ryoichi, dan terkesiap melihat buku yang dipegangnya.
"Apa buku ini yang kamu cari?" ulang Ryoichi. Ayumi mengangguk pelan, "Mm."
Ryoichi mengangsurkannya pada Ayumi. Dengan tangan agak gemetar, dia menerimanya
dan membuka buku itu. Haruto yang ada didekat Ayumi ikut melihat isi buku itu. Tapi
keningnya berkerut tanda tidak mengerti, karena isinya seperti buku harian.
"Katamu buku ini berisi penemuan penting kakakmu, kok, seperti buku harian saja?"
tanya Haruto bingung. Ayumi menggeleng, "Tidak, ini memang catatan penemuan kakakku. Isinya memang
seperti buku harian, karena kata-kata yang seperti buku harian ini adalah kata sandi. Hanya aku
yang tahu apa isinya." Jawabnya.
"Sebaiknya kita pergi sekarang. Aku rasa kita harus ke depan." Kata Kiyoshi memegang
tas tangan Cantika. "Oh... Aku tampak seperti perempuan..." keluhnya.
"Ya. Ayo kita segera ke depan." Kata Ayumi sambil membuka pintu. Tapi, baru saja dia
membukanya, seorang petugas sudah berdiri di hadapan mereka. Membuat Ayumi dan yang lain
kaget. 146 "Apa yang kalian lakukan disini?" Tanya petugas itu. Dia melihat Cantika yang
digendong oleh Haruto dengan kening berkerut, "Kenapa dengan dia" Apa kalian yang
menyebabkan lampu panggung di sana jatuh?" tanya petugas itu.
"Tidak. Kami justru menangkap orang yang menyebabkan kekacauan di sana." kata
Ayumi. "Tolong biarkan kami lewat. Kami harus segera ke depan." kata Ayumi menerobos
keluar keluar diikuti Haruto dan yang lain.
"Hei..." petugas itu ingin mencegah Ayumi dan yang lain. Tapi, terlambat. Mereka sudah
berlari sangat jauh. *** Hakuto dan istrinya baru saja keluar dari perusahaannya dan langsung mendengar suara dering
ponsel di saku bajunya. "Halo?" katanya sambil menempelkan ponselnya ke telinganya, "Pak Hakuto" Ini aku,
Haruhi." Ujar suara di seberang.
"Ada apa" Sepertinya aku mendengar suara riuh. Konser mereka berjalan lancar, kan?"
"Tidak. Ini berita buruk. Yuri, dan yang lain tertimpa lampu panggung, termasuk
Kumala." jawab Haruhi.
Tubuh Hakuto seketika menegang. Kumala" tertimpa lampu panggung"
"Pak Hakuto, saya harap anda cepat ke sini. Cepatlah, saya sedang mencoba
menghubungi polisi dan ambulans sekarang."
"Oh" Ya. Saya akan ke sana sekarang. Sampai nanti." Hakuto menutup ponsel dan
menatap istrinya yang memandangnya dengan ekspresi bingung, "Ada apa?" tanya Haruka.
147 "Kita harus segera ke JCB Hall. Kumala dan yang lain tertimpa lampu panggung. Ayo."
5 Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Katanya menggandeng tangan istrinya menuju mobilnya yang sudah menunggu di depan
perusahaannya. *** "Akira oniisan! Disini!" Ayumi melambaikan tangan pada seorang cowok berusia dua puluh
tahunan yang baru saja keluar dari mobilnya.
"Ayumi!" seru cowok itu sambil berlari ke arah Ayumi diikuti beberapa orang yang lebih
tua darinya. "Bagaiman kondisi didalam" Apa kecelakaan itu sangat parah?" tanya cowok itu- Akira,
kakak Ayumi. Ayumi menggeleng, "Sepertinya sangat parah, oniisan. Apa oniisan membawa
ambulans?" tanya Ayumi.
Baru saja Akira ingin menjawab pertanyaan adiknya itu, bunyi mobil khas ambulans
terdengar menuju ke arah mereka.
"Ternyata sudah." Kata Haruto.
"Y, ya... Tapi bukan aku yang memanggil ambulans." Kata Akira mengedikkan bahu.
"Ayo, kita periksa di dalam. Dan siapa itu yang kamu gendong Haruto-kun?" Akira
menatap Cantika yang di gendang Haruto.
"Oh" Ini... teman Ayumi. Dia pingsan." Kata Haruto tersenyum.
Akira memandang Cantika lebih seksama. Dan panadangannya tertuju pada tali yang
mengikat tangan Cantika, "Dan kenapa tangannya diikat?" tanyanya.
"Err... Dia... Dia agak..." Ayumi menyilangkan jari telunjuknya di dahi.
148 Akira tidak terlalu mengerti maksud Ayumi, namun dia mencoba menebaknya
saja,"Maksudmu kurang sehat?" tanya Akira. Ayumi mengangguk.
"Baiklah. Itu tidak perlu di bahas. Ayo kita kedalam." Kata Akira sambil berlari pelan ke
dalam gedung. *** "Kak Yuki, polisi dan ambulas sudah datang." Kata Haruhi menunjuk pintu masuk utama JCB
Hall. Memang. Polisi dan beberapa petugas ambulans yang membawa tandu sudah datang.
Beberapa kru yang menangani konser itu tampak berusaha menyingkirkan beberapa lampu
panggung ke sisi lain panggung.
"Kajiura-san, polisi sudah datang." Ujar Yuuka. Yuki mengangguk pelan.
Haruhi lalu mendekati salah satu polisi dan berbicara dengan polisi itu, sementara yang
lain langsung menuju panggung yang sudah sangat berantakan. Beberapa alat musik tampak
rusak berat. Ayumi dan yang lain masuk dan mendekati Yuki yang berusaha menahan kepanikannya.
"Ayumi-chan" Kamu dari mana saja?" tanya Wakana melihat Ayumi yang muncul di
depan mereka, "Euh... Ada masalah sedikit. Tapi sekarang sudah selesai." Kata Ayumi
menggaruk-garuk kepalanya.
"Ayumi, itu Cantika, kan?" tanya Yuki meliht seseorang yang digendong di punggung
Haruto. "Err... Ya. Itu Cantika." Jawab Ayumi.
"Kenapa dia?" tanya Kaori, "Pingsan." Ryoichi yang menjawab.
6 Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
149 "Pingsan" Karena apa?" tanya Yuriko. "Dia..."
"Yak!! Angkat teman-teman!!" seru salah seorang kru(dalam bahasa Jepang) menyuruh
kru-kru yang lain mengangkat besi penyangga lampu panggung dengan tali yang sudah diikatkan
di kedua sisinya. Beberapa polisi juga ikut membantu.
"Ayo, kita kesana." Kata Kiyoshi berlari ke arah panggung. Semua lalu mengikutinya.
Besi yang panjangnya sekitar 10 meter itu berhasil di angkat dan digeser ke tempat lain.
Dan tampak beberapa tubuh yang tergolek tidak bergerak di bawahnya. Yuri dan temantemannya.
"Yuri!" Yuki langsung menyerbu tubuh Yuri yang terlindung oleh tubuh Farhan. Kepala
dan beberapa bagian tubuhnya berdarah, dan Farhan juga lebih parah. Beberapa paramedis yang
ada disitu segera memeriksa yang lain untuk memastikan mereka masih hidup. Yuri juga di
periksa oleh salah seorang paramaedis.
"Dia masih bernafas. Tenang saja. Kami akan segera menanganinya." Ujar paramedis
yang memeriksa Yuri. "Syukurlah, Kajiura-san..." kata Keiko mendesah lega dan menoleh pada Yuki.
"Yang disini juga masih bernafas!" kata paramedis yang lain Disusul seruan paramedis
lainnya yang memeriksa teman-teman Yuri.
"Baiklah, bawa mereka ke rumash sakit sekarang." Perintah seorang polisi.
"Aku akan menghubungi Hakuto. Dia harus ke rumah sakit untuk melihat Kumala." kata
Yuki mengambil ponselnya dan menekan nomor Hakuto.
"Halo" Hakuto" Ya, ini Yuki. Mereka baik-baik saja dan sekarang akan di bawa ke
rumah sakit." Kata Yuki. "Nama rumah sakit itu..." Yuki menyebutkan nama sebuah rumah
sakit. "Oke" kami tunggu kamu disana." Kata Yuki menutup teleponnya.
"Apa kita ikut ke rumah sakit, Kajiura-san?" " tanya Kaori.
150 "Ya. Ayo kita pergi ke rumah sakit. Haruhi, ayo kita ikuti ambulans yang membawa
Yuri." Kata Yuki memanggil Haruhi.
"Ya, kak. Ayo semuanya, Ayumi dan yang lain, kalian juga ikut." Kata Haruhi menuntun
Ayumi dan teman-temannya mengikutinya untuk keluar.
151 SEPULUH Aku tidak tahu aku dimana. Saat aku membuka mata, hanya warna putih yang menghiasi
pemandanganku. Dan itupun agak kabur.
"Duh..." kataku agak meringis kesakitan. Beberapa bagian tubuhku diperban, juga
kepalaku.

Fiction Karya Angelia Putri di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Teman-teman dimana" Tanyaku dalam hati. Aku lalu menegakkan tubuhku dan duduk
mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan itu, sepertinya ini kamar rumah sakit. Dan aku
juga melihat Deria dan yang lain ada di ruangan ini. "Syukurlah... Mereka juga selamat." Kataku
mendesah lega. Mereka selamat, meski mereka juga diperban seperti aku.
Aku melihat Farhan terbaring di kasur dorong, dia agak parah dariku. Tapi aku senang
dia selamat. Tapi, aku penasaran, siapa yang bermaksud membuat kami seperti ini"
"Yuri"!" 7 Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Aku menengok ke arah pintu, Kak Yuki dan yang lain, juga Ayumi dan teman-temannya.
"Kak Yuki..." kataku agak lemah. Kak Yuki langsung memelukku, "Yuri... Kakak pikir
kamu nggak akan sadar..." katanya.
"Kakak... Fisikku ini kuat. Jadi, aku tidak akan tidak sadar." Kataku tersenyum.
"Deria," 152 Aku melihat Deria. Dia sudah sadar. Lalu Nayla, juga Tami. Akhirnya semua sudah
sadar. "Dimana ini?" suara Deria agak serak, "Dirumah sakit. Tadi kalian tertimpa lampu
panggung." Jawab Kak Wakana. Deria manggut-manggut mengerti.
"Itu... Kak Cantika, kan?" tanya Nayla memperhatikan seseorang yang ada di punggung
Haruto. Nayla memegang kepalanya yang diperban.
"Ya. Ini Cantika." Jawab Ayumi, "Kenapa dia?" tanya Kumala, "Dia pingsan. Hanya
pingsan." Kata Ryoichi.
"Tapi, karena apa?" kali ini aku yang bertanya, "Aku bius," kata Ayumi, "Dibius?", "Oh,
bukan seperti yang Yuri-san pikir, hanya saja... dia penyebab Yuri-san dan yang lain
kecelakaan." Kata Ayumi.
"Kami" Dia penyebabnya?" tanya Irwan menunjuk Cantika yang sekarang duduk di kursi
dekat pintu kamar. Dan dia masih pingsan...
"Seperti itulah..." kata Ayumi mengambil sesuatu dari saku jaketnya. Dia mengeluarkan
sebotol kecil air mineral. "Itu untuk apa?" tanya Tami.
"Untuk membangunkan Cantika." Sambil berkata begitu, dia membuka tutup botol itu
dan menumpahkan isinya ke wajah Cantika, "Waa..." jerit Cantika.
Cantika terkejut dengan air dingin yang disiramkan ke arahnya, "Apa-apaan ini?" sambil
berkata begitu dia memandang ke arah kami. "Siapa yang menyiramkan air ini padaku?" katanya
marah. "Aku." Cantika menoleh ke sebelahnya dan hampir terlompat saking kagetnya, "Ayumi?"
*** 153 Ayumi tahu Cantika takut padanya. Kenapa takut" Itu karena Ayumi pernah terkena penyakit
yang lebih parah darinya. Dan digosipkan oleh keluarganya kalau penyakit itu bisa menular.
Tapi, yang paling ditakutkan Cantika, Ayumi bisa beladiri (seperti itu ditakuti... Aneh, ya...)
dan bisa saja mematahkan tangannya.
"Aku," jawab Ayumi.
Cantika menoleh ke arahnya dan hampir terlompat karena kaget melihatnya, "Ayumi?"
"Ya, ini aku. Kenapa?" tanya Ayumi sengaja dibuat-buat lembut.
"Ke, kenapa kamu ada disini?"
"Oh... Kamu takut padaku" Jadi aku tidak boleh menengok temanku sendiri, begitu?"
tanya Ayumi menunjuk Kumala. "Ya. Kamu, kan sakit, apalagi sakitmu itu bisa menular pada
orang lain." Kata Cantika sengaja bersikap tenang. "Oh... Aku sakit" Kapan?" tanya Ayumi,
"Rasanya aku tidak pernah sakit. Iya, kan?" tanya Ayum menoleh pada Haruto dan Sato.
"Yep! Dia tidak sakit. Dia sehat, sangat sehat." Jawab Haruto sambil mengipas-ngipaskan
buku Ayumi, "Hei" Darimana kamu ambil buku itu?" tanya Ayumi mengambil paksa buku yang
dipegang Haruto, "Lho" Kan, kamu yang menyerahkannya padaku. Memangnya ini buku siapa?"
8 Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tanya Haruto pura-pura tidak tahu. "Kamu ini! Ini bukan saatnya bercanda!" kata Ayumi.
"Itu milikku!" Cantika mengambil buku di tangan Ayumi.
"Apa maksudmu" Itu milikku." Kata Ayumi mengambil buku itu dan menampar Cantika.
Tamparannya tepat kena sasaran. Pasti sakit banget.
"Ayumi..." Haruto memegang tangan Ayumi. Wajah Ayumi tidak bereaksi apa-apa saat
menampar Cantika. Ekspresi marahpun tidak ditunjukkannya.
"Apa-apaan kamu, Ayumi" Itu buku milikku!" kata Cantika hendak menampar balik
Ayumi. Tapi Ayumi menghindar ke belakang dan memiting tangan Cantika.
"Hello"! Ini milikku. Apa hakmu mengambil buku milik kakakku?" tanya Ayumi.
154 "Itu memang milikku! Buku itu adalah buku harianku!" jawab Cantika setengah
membentak. Yuri dan yang lain terpaku melihat mereka.
"Cantika. Jujur saja. Itu buku milik Ayumi!" Kumala berjalan ke arah Cantika yang
setengah terduduk karena Ayumi memitingnya.
Kumala lalu melepaskan gelang yang melingkar di pergelangan tangan Cantika. Tentu
saja Cantika marah,"Heh! Kembalikan! Itu milkku, tahu!" katanya marah.
"Apa" Ini milikmu" Apa tidak salah?" tanya Kumala.
Tepat saat itu Hakuto dan istrinya datang. Dia terperangah melihat Cantika yang dipiting
tangannya oleh Ayumi. "Ada apa ini?" tanya istrinya, Haruka. Dia bingung melihat adegan itu.
"Tidak ada apa-apa. Hanya saja tadi Cantika agak kesakitan. Jadi perlu dipijat seperti
ini." Kata Kumala tersenyum pada ayah dan ibunya, yang masih menatap bingung.
"Dipijat bagaimana" Cantika sampai kesakitan seperti itu." Kata Hakuto mendekati
Cantika. "Lho" Kamu Ayumi, kan?" kata Hakuto saat melihat Ayumi," Ya, paman. Senang
bertemu paman." Kata Ayumi tersenyum dan melepaskan tangan Cantika yang dia piting.
"Pa... Kumala mengambil gelang Cantika..." kata Cantika pura-pura menangis.
"Kumala?" "Bukan, pa! Cantika berbohong! Ini gelang Yuri!" kata Kumala.
"Itu punyaku! Milikku! Apa kamu tidak tahu?" kata Cantika kembali membentak.
Baru saja Kumala mau membalas bentakan Cantika, tiba-tiba Yuri maju dan menampar
Cantika. "Gelang itu milikku dan bukan milikmu!"
155 *** Aku kesal, dia selalu saja mengaku benda yang ada padanya adalah miliknya, padahal itu milik
orang lain. Aku maju ke arahnya dan menamparnya.
Plaak!! "Gelang itu milikku dan bukan milikmu!"
Owh... pasti sakit. Aku merasa tanganku agak memerah karenanya. Tapi, itu setimpal.
"Apa-apaan kamu menamparku" Kamu mau kutampar juga?" sambil berkata begitu, dia
mengarahkan tangannya ke arahku. Aku hanya diam melihatnya. Sedetik lagi, tangannya akan
mendarat di wajahku. Plaak!! 9 Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sekali lagi bunyi tamparan itu terdengar, tapi tamparan itu tidak mengenai wajahku. Tapi
Cantika. Dia ditampar oleh ibunya. "Apa-apaan kamu, Cantika"! Berani membentak orang lain."
Katanya agak marah. "Mama" Mama kenapa menampar Cantika" Cantika tidak salah!" kata Cantika
bersikeras. "Kamu sudah keterlaluan Cantika! Kamu mencuri gelang milk Yuri, mengambil buku
berharga milk Ayumi pula! Kamu itu sudah sangat keterlaluan. Itu adalah benda berharga milk
mereka!" kata Kumala memegang pundakku.
Cantika terdiam. Dia tidak berani berbicara lagi.
"Sebaiknya kalian menjelaskan ada apa disini. Dimulai dari kamu, Kumala." Kata Pak
Hakuto. 156 "Begini, pa, gelang yang Cantika pakai itu adalah gelang milk Yuri. Gelang itu hadiah
dari Kajiura-san, dan Cantika mengambilnya saat kami sedang makan malam kemarin. Tadi
siang aku sudah mencoba untuk meminta Cantika mengembalikannya. Tapi Cantika tidak mau
dan mengaku kalau itu adalah gelang miliknya." Kata Kumala menjelaskan.
"Benar, Cantika?" kali nada suara Pak Hakuto agak terdengar marah, Cantika tetap tidak
mau menjawab. "Apa benar gelang itu milikmu, Yuri?" tanya Pak Hakuto padaku. Aku mengangguk,
"Kalau tidak percaya, tanya saja pada Kak Yuki.".
"Benar, Yuki?", "Ya. Itu gelang yang kuberikan pada Yuri saat Yuri masih dalam
kandungan ibuku. Gelang itu kutitipkan pada Anjar." Jawab Kak Yuki.
"Oke. Dan kamu, Ayumi?" kata Pak Hakuto menoleh pada Ayumi.
"Aku bermaksud mengambil buku ini," kata Ayumi menunjukkan buku yang
dipegangnya, "Buku ini adalah catatan tentang penemuan kakakku, Kazuto Hanazono. Dia
ilmuwan termuda saat aku masih berumur 10 tahun. Anda pasti tahu tentang kakakku itu.". Pak
Hakuto mengangguk, "Dan buku ini menghilang saat Cantika berkunjung kerumahku. Cantika pasti bermaksud
mengambil buku ini karena mengira ini adalah buku harianku. Ya... Semua orang sepertinya
berpendapat begitu. Tapi, ini adalah buku kode sandi yang artinya hanya diketahui olehku.
Catatan ini harusnya sudah dibakar 7 tahun yang lalu karena melibatkan kakakku pada sebuah
kasus yang menuduhnya membuat senjata nuklir untuk negara lain. Dan kakakku itu sekarang
menderita penyakit leukimia dan hanya tinggal menghitung waktu samapai dia meninggal. Dia
berpesan padaku untuk menemukan buku ini untuk dimusnahkan. Dan buku ini ada pada
Cantika." Jelas Ayumi.
"Apa benar, Cantika?" Pak Hakuto tidak bisa menahan diri lagi untuk memarahi Cantika.
Cantika masih saja diam. "Jawab, Cantika!!" bentak Pak Hakuto.
Cantika terkejut mendengar Pak Hakuto membentaknya dan langsung mengangguk cepat,
"I, iya, pa... Itu... Ulah Cantika." Katanya agak bergetar.
157 "Dan kecelakaan ini juga akibat ulahnya! Kami hampir jadi korban karena ulahnya yang
gila ini!" kata Irwan marah.
"Papa sudah menduga ada yang tidak beres saat kamu mau memberikan hadiah untuk
penggemar mereka." Kata Pak Hakuto mendesah berat, "Sekarang kamu ikut papa! Papa akan
memebawamu ke asrama di New York!" ujar Pak Hakuto memegang tangan Cantika dengan
paksa. "Apa" Cantika tidak mau!! Cantika tidak mau masuk asrama! Mama, Cantika tidak mau
10 Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
masuk asrama!!" katanya berusaha menolak.
Bu Haruka menggeleng, "Tidak. Kamu sudah sangat keterlaluan membuat orang lain
celaka. Mama setuju dengan papa. Kamu akan diasramakan di New York.".
"Apa?" Nggak!! Cantika tidak mau!!!"
"Semuanya, kami permisi sebentar." Kata Bu Haruka. Kami semua mengangguk.
Setelah Pak Hakuto dan Bu Haruka pergi membawa Cantika, Kumala memberikan
gelang itu padaku. "Ini, Yuri." Katanya, "Makasih, Kumala." kataku mengambil gelang itu dan
memasangnya di tanganku. "Yuri," panggil Kak Yuki dan Kak Anjar hampir bersamaan, "Ya, kak?" kataku menoleh
pada mereka berdua. "Sebaiknya kamu istirahat sebentar. Duduklah dulu di kursi itu dengan Kumala." kata
Kak Yuki membantuku duduk di kursi yang diduduki Cantika tadi.
"Oya, Ayumi," kataku, "Ya, Yuri-san?"
"Memangnya itu buku apa?" tanyaku menunjuk buku yang dipegangnya, "Ini buku milk
kakakku. Yah... Ini buku tentang catatan penemuannya." Katanya.
"Memangnya penemuan apa?" tanya Tami.
158 "Mm... Penemuan tentang racun mematikan" Aku tidak tahu. Aku belum membaca
semuanya." "Wah... Penemuan yang lumayan mengerikan..." gumam Irwan yang langsung disambut
oleh Kumala, "Jangan asal ngomong!" bisik Kumala.
"Yah... Tak perlu sekaget itu... Hanya penemuan biasa... Alasan yang tadi itu adalah
bohong." Kata Ayumi menggaruk kepalanya.
"Alasan yang tadi" Yang kamu bilang ini buku penemuan kakakmu dan menggunakan
kode sandi?" tanya Kumala.
"Iya... Dan tidak." Jawabnya.
"Maksudmu?" tanyaku. Aku jadi penasaran. "Yah... Aku memang bilang ini memang
buku penemuan kakakku, dan itu benar. Kubilang ini berkode sandi, itu bohong." Katanya.
"Jadi buku ini tidak ada kode sandinya?" tanya Sato, Ayumi mengangguk.
"Tapi, aku masih belum mengerti." Kataku mengerutkan kening. "Ceritanya panjang...
Atau aku bacakan saja isi buku ini?" tawar Ayumi.
"Boleh, tuh. Coba kamu baca, Ayumi." kata Kumala sebelum aku menjawab.
"Sebentar..." katanya membolak-balik halaman demi halaman buku itu, "Hmm...
28 Januari 1993 Aku sekarang sedang ada di sebuah institut di Amerika Serikat," Ayumi membacanya.
"... Sebenarnya, yang kumaksud institut itu adalah sebuah laboratorium yang penuh
sesak dengan orang-orang yang membuatku risih. Andai saja tadi sebelum berangkat ke institut
ini aku mengajak Akira. Tadi dia ngotot ingin ikut aku kesini, padahal dia sedang sakit flu
karena musim dingin. Masalahnya, aku ini satu-satunya ilmuwan yang masih muda di antara para ilmuwan
lain disini, usiaku, kan masih 17 tahun! Jadi aku sering merasa agak kikuk disini.
159 Lagipula, aku juga belum di ijinkan untuk ikut dalam beberapa percobaan yang
dilakukan para ilmuwan yang lebih tua diriku. Jadi aku bete sekarang! Masa, aku harus terus
tinggal di kamarku selama 3 hari"'",
11 Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Wah... Kakakmu pernah ke Amerika, ya"! Hebat..." kata Kak Keiko, "Biasa saja
Keiko-san. Saat itu, kakak sedang dalam tahap percobaan di Amerika. Akira oniisan yang bilang
padaku." Kata Ayumi, "Ayo, baca lagi. Aku ingin dengar kelanjutannya!" kata Irwan.
"Wan! Memangnya ini buku cerita?" kata Kumala menyikut lengan Irwan. Nah, lho"
Kok" "Iya, aku lanjutkan," kata Ayumi, kembali dia membaca buku di tangannya.
"'1 Januari 1994 Akhirnya... aku diperbolehkan ikut dalam percobaan yang mereka buat.
Ternyata mereka sedang melakukan uji coba racun yang sedang di kembangkan untuk
membunuh hama tikus. Aku kira percobaan tentang apa, ternyata Cuma untuk membuat racun
tikus. Tapi, ternyata aku salah. Yang dimaksud 'hama tikus' itu adalah para teroris yang
sangat berbahaya! Wauw! Aku akhirnya minta maaf karena salah menduga. Mereka bilang alasan aku tidak di
ikutkan selama 3 hari itu karena kebocoran gas di lab itu. Karena takut gas itu menyebar ke
mana-mana atau sampai ke atmosfer bumi. Ruang lab itu di tutup dan dibiarkan selama 3 hari.
Yah... biarpun ini tahun baru, aku tidak bisa berkumpul dengan saudar-saudara yang
lain. P. S:Aku juga banyak belajar dari itu semua. Dilarang menduga sebelum ada buktinya!"
"Hmm... Lumayan keren." Ujar Ryoichi yang langsung disambut jitakan dari Ayumi,
"Apanya yang keren?", "Itu... Lab di Amerika. Sepertinya keren." Kata Ryoichi nyengir."
"Dasar... Aku lanjutkan, nih..." kata Ayumi membuka halaman berikutnya.
160 "'2 Januari 1994 Hari ini aku di tes untuk membuat suatu penemuan. Bukan masalah bagiku karena aku
sering bereksperimen di laboratorium yang di sediakan di rumah, tepatnya sih, dulu itu
gudang... Hehe... Yep! Aku berhasil membuat suatu penemuan yang aneh. Kenapa aku bilang aneh" Itu
karena aku mencobanya pada seorang petugas kebersihan yang terluka terkena kawat duri di
halaman. Aku kira penemuanku itu bisa membuat petugas itu menjadi lebih kesakitan. Tapi
nyatanya tidak! Luka itu langsung menutup perlahan-lahan.
Awalnya aku menciptakan penemuan itu untuk membandingkan dengan penemuan yang
dibuat oleh ilmuwan disini. Tapi aku malah membuat obat penyembuh. Tapi sepertinya ada
gunanya juga kalau aku luka atau apa. Kan, ada penyembuhnya. Hehe...
'3 Januari 1994 Aku dipanggil ke lab pagi-pagi buta. Ada apa, sih"
Aku lalu segera bersiap-siap dan langsung menuju lab. Mereka menyambutku dengan
gembira. Aneh... aku pikir aku akan dimarahi atau apa.
Salah seorang dari mereka menghampiriku dan berkata kalau aku sudah lulus dalam
masa percobaan. Aku hanya tersenyum dikulum. Aku bukannya tidak senang dengan itu semua,
tapi ini hebat! Aku lulus uji coba ini!
Oya, nama ilmuwan yang memberitahuku tadi itu Jennifer, dan dia perempuan. Dia
lumayan cantik. Aku ingin menceritakan soal penemuanku semalam, tapi ternyata mereka sudah tahu.
Dan mereka akan mencobanya lagi pada seekor anjing nanti. Aku juga akan ikut dalam
percobaan itu. Jennifer juga ikut. Rasanya ada yang aneh dengan tatapan matanya, seperti
sedang menatap mainan yang seang di idamkan(lucu juga aku bilang begini...). Tapi aku tidak
terlalu menggubrisnya. Aku sangat senang dengan berita ini!'
12 Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti


Fiction Karya Angelia Putri di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

161 "Aku tebak, itu pasti tatapan orang jatuh cinta." Kata Kak Haruhi, "Kakak! Jangan
menyela dulu, dong." Kataku, Kak Haruhi angkat tangan dan tertawa pelan, "Maaf." Katanya.
"Lanjutkan, Ayumi." kataku. Tapi Ayumi terdiam, "Ayumi?"
"Eh?" sepertinya dia melamun.
"Kenapa?" tanyaku.
"Anu... sebaiknya nanti saja aku lanjutkan, ya, Yuri-san."
"Oh... ya sudah. Nggak apa-apa kok." kataku. Lalu menggerak-gerakkan tanganku yang
terbalut perban. "Jangan terlalu digerakkan. Nanti tambah parah." Kata Kak Yuki, "Tapi aku bosan kalu
tidak menggerak-gerakkan tanganku, kak." kataku.
"Mau sembuh lebih cepat?" tanya Ayumi tiba-tiba, "Apa?"
"Kalau mau sembuh lebih cepat, aku tahu caranya." Katanya.
"Bagaimana caranya?" tanya Nayla.
Ayumi merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah botol berisi cairan berwarna
hitam. "Apa itu?" tanyaku.
Ayumi hanya tersenyum, "Yuri-san, buka salah satu perban lukamu. Dimana saja."
Katanya, "Untuk apa?" tanyaku, "Ayolah..."
Aku menurut saja dan membuka balutan perban di tangan kananku. "Nih." Kataku
menunjukkan tanganku yang terluka. Ayumi membuka tutup botol itu dan meneteskan cairan itu
ke tanganku, "Aaw!" rintihku.
"Apa yang kamu lakukan Ayumi?" tanya Ryoichi. "Tenang saja... coba perhatikan luka
itu baik-baik." Katanya. Semua lalu memperhatikan lukaku, begitu juga aku. aku agak terbelalak
melihatnya. Lukaku! Lukaku perlahan-lahan menutup!
"Bagaimana bisa?" tanyaku takjub.
162 "Itulah penemuan kakakku, Yuri-san." Katanya, "Namanya Mawar Hitam. Diambil dari
warna cairan yang berwarna hitam ini dan kakakku sering melihat bunga mawar." Tambah
Ayumi. "Oh..." "Hei! Aku juga mau, dong!" kata Irwan, "Iya, iya... sabar. Semuanya akan aku kasih
juga, kok." kata Ayumi.
Ayumi lalu meneteskan cairan itu pada setiap luka kami. Alhasil, kami sembuh lebih
cepat. Yang tersisa hanya guratan tipis berwarna pink yang terlihat.
"Wah... keren!" kata Irwan.
"Yup! Ini hebat." Dukung Kumala.
"Kak Yuri." Kata Tami memanggilku, "Apa?" tanyaku.
"Kapan kita jalan-jalan?" tanyanya.
"Jalan-jalan?" tanyaku pura-pura lupa, "Memangnya kita kapan mau jalan-jalan?"
kataku. "Iih... kakak! Ayo dong!!!" rengeknya.
"Iya... iya..." kataku. "Kak Yuki." Panggilku.
"Ya, sayang?" "Kita jalan-jalan, yuk!" kataku.
"Baiklah..." "Ayumi dan yang lain juga boleh ikut, kok." kataku.
13 Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Oh yeah! Jalan-jalan!" seru Kiyoshi girang.
Kami lalu berjalan ke arah pintu. Aku membukakan pintu. Tepat saat aku membuka
pintu, Pak Hakuto berdiri di depanku.
163 "Pak Hakuto?" Pak Hakuto tertunduk lesu. Kenapa"
"Yuri... Bapak minta maaf atas sikap Cantika padamu." Kata Pak Hakuto. Rupanya
masalah Cantika. Kalau untuknya, aku tidak bisa memaafkannya! Dia hampir membuatku dan yang lain
celaka. Tapi... "Aku sudah memaafkan Cantika. Sebelum dia berbuat nekat seperti tadi." Kataku.
"Benarkah?" "Iya, Pak Hakuto." Kataku.
"Terima kasih. Bapak benar-benar minta maaf atas sikapnya itu. Tapi, kalian mau
kemana" Bukankah luka kalian belum sembuh?"
"Papa... luka kami sudah sembuh... coba lihat keadaan kami." Kata Kumala.
Pak Hakuto memperhatikan kami., "Oh iya... Benar. Tapi bagaimana bisa?"
"Ayumi punya obat mujarab!" serobot Irwan.
"Oh..." "Kami mau jalan-jalan. Boleh, kan, pa?"
"Ya... Bolehlah... tapi ingat. Minggu depan kalian konser ulang lagi. Menggantikan
yang tadi." Ujar Pak Hakuto.
"Oke, bos!" "Kami permisi dulu, Hakuto." Kata Kak Yuki.
"Apa kalian perlu pakai mobil?"
"Tidak usah. Kami pengin jalan-jalan tanpa menggunakan mobil. Kelihatannya diluar
salju juga akan turun." Kata Kak Yuki.
164 "Baiklah. Hati-hati, ya..."
*** Kami jalan-jalan ke Harajuku dan Shinjuku! Sangat menyenangkan. Kami berburu merchandise
anime dan beberapa komik yang lagi nge-trend! Kami juga belanja baju-baju lucu dan gothic.
Beberapa seperti dalam anime. Setelah itu kami pergi ke tempat penjualan takoyaki di sekitar
Takeshita Dori. Saat itu, sesuatu yang tak terduga terjadi...
Saat kami sedang berbelanja takoyaki, Farhan, Gama, dan Irwan memanggilku, Nayla,
dan Kumala. "Yuri," panggil Farhan memanggilku.
"Nayla," panggil Gama.
"Kumala," panggil Irwan.
Kami bertiga menoleh bersamaan dan berpandangan heran. Kok mereka memanggil kami
di saat bersamaan" "Ada apa?" tanyaku.
Aku lihat wajah Farhan agak memerah, "Eng... Yuri..."
"Hmm?" "Mau nggak... jadi pacarku?" katanya.
14 Pendekar Bayangan Sukma Keris Naga Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Aku kaget mendengarnya. Terlebih lagi Gama dan Irwan juga mengatakan hal yang sama
pada Nayla dan Kumala. "Nay, aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacarku?"
"Kumala, dari dulu, tuh aku sayang banget sama kamu. Mau nggak jadi pacarku?"
165 Aku bingung juga mau menjawab apa. Nayla dan Kumala juga.
"Aku... mau." Kataku malu-malu. Sebenarnya aku juga suka Farhan. Dia kan idola di
sekolah. "Aku... Aku juga mau, kak. Dari dulu aku juga suka sama kakak." Kata Nayla gugup.
"Aku... mau. Asal kamu kurangi sifat jahilmu itu!" kata Kumala.
Tiba-tiba semua yang ada disitu bertepuk tangan. Kak Yuki dan yang lain juga. Aku baru
sadar, mereka bertiga menyatakan cinta dalam bahasa Jepang!
"Suit!! Suit!! Yang ditembak!! Cium, dong" kata Deria. Tami juga bertepuk tangan
sambil menyuit-nyuiti kami. Aku melotot ke arah Deria.
"Wah... ada pasangan merpati disini,nih... Tiga pula!" kata Ayumi ikut meyoraki kami.
"Hayo! Hayo!! Kita cepat-cepat balik! Aku capek, nih. Mau tidur!" kata Irwan sambil
mencubit lengan Deria. "Ciee... yang sudah punya pacar, malu..." ledek Deria. Kami tertawa
mendengar ledakan Deria. Haahh.... Ini benar-benar mengagetkan sekaligus menyenangkan. Pertama, aku mempunyai kakak
yang sangat menyayangiku. Kak Yuki, Kak Anjar, dan Kak Haruhi. Yang kedua, aku sekarang
berpacaran dengan Farhan! Semua itu sesuai dengan permintaan yang aku minta di hari ulang
tahunku saat itu. Aku minta, aku ingin semua ini tidak berubah... aku punya kakak-kakak yang
menyayangiku, teman-temanku... dan juga Farhan yang kusukai. Semoga dia juga menyukaiku.
Semua ini benar-benar kejutan untukku!!
166 (http://cerita-silat.mywapblog.com)
15 Ketika Barongsai Menari 3 Pendekar Rajawali Sakti 60 Badai Di Lembah Tangkar Pendekar Elang Salju 3
^