Pencarian

Kisah Para Nabiallah 1

Kisah Para Nabiallah Bagian 1


11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
Sekedear Berbagi Ilmu & Buku Attention!!! Please respect the author's copyright
and purchase a legal copy of this book
AnesUlarNaga Find more book at http://berbagiebooks.blogspot.com/
Mengapa Kisah-Kisah Al-Quran"
Sejumlah ayat-ayat al-Quran telah memaparkan kisah dan cerita para nabi serta periode
kehidupan mereka. Karena di balik kisah-kisah tersebut tersimpan pelajaran-pelajaran berharga
dan kisah-kisah tersebut - pada hakikatnya - adalah harta simpanan yang memiliki banyak
rahasia dan misteri, ayat-ayat tersebut telah mendapatkan perhatian dari para sejarawan,
penulis buku sejarah dan kisah-kisah para nabi as dan para peneliti kajian agama secara
istimewa. Setiap dari mereka telah mengambil pengetahuan sesuai dengan kemampuan
masing-masing dari mata air segar itu.
Sebelum kami memaparkan kisah-kisah para nabi as dengan berlandaskan al-Quran, perlu
kiranya kami kemukakan terlebih dahulu satu mukadimah penting yang dapat kita jadikan acuan
dalam menelaah kisah-kisah para nabi as di dalam al-Quran.
Mukadimah ini akan memaparkan pembahasan-pembahasan berikut ini:
Pertama, titik perbedaan antara kisah-kisah al-Quran dan kisah-kisah lain.
Kedua, tujuan kisah-kisah al-Quran.
Ketiga, faktor pengulangan dalam kisah-kisah al-Quran.
Perbedaan antara Kisah-kisah Al-Quran dan Kisah-kisah Lain
Secara mendasar, kisah-kisah al-Quran sangat berbeda dengan kisah-kisah lainnya dari
berbagai segi dan sisi. Akan tetapi, dapat dikatakan bahwa titik pembeda paling urgen antara
kedua jenis kisah itu adalah tujuan yang hendak digapainya. Pada hakikatnya, tujuan itulah
yang menjadi pembeda utama antara kedua jenis kisah itu.
Setiap orang yang ingin menceritakan atau menulis sebuah cerita, ia pasti memiliki sebuah
tujuan yang ingin dicapainya. Sebagian orang sangat meminati seni cerita karena unsur seninya
belaka. Dengan kata lain, ia menekuni bidang seni ini supaya bakat seninya bertambah maju
dan berkembang pesat. Sebagian yang lain menekuni bidang seni ini dengan tujuan hanya
ingin mengisi kekosongan waktunya. Dan kelompok ketiga menelusuri kehidupan seni hanya
ingin mengetahui dan menukil biografi dan sejarah generasi yang telah lalu.
Ringkasnya, setiap orang menekuni seni cerita ini atas dasar faktor dan dorongan tertentu,
serta ingin menggapai tujuan yang diinginkannya. Hal itu dikarenakan seni cerita memiliki daya
tarik khusus yang tidak dimiliki oleh seni-seni lainnya.
Al-Quran pun tidak luput dari kaidah di atas. Ia pun memiliki tujuan tertentu dalam kisah-kisah
yang dipaparkannya. Yang pasti, tujuannya di balik pemaparan kisah-kisah itu tidak terlepas
dari tujuan universalnya. Yaitu, hidayah dan memberikan petunjuk kepada umat manusia,
mendidik mereka secara benar dalam setiap sisi kehidupan, mengadakan reformasi sosial
secara mendasar, dan - akhirnya - menciptakan individu dan masyarakat yang saleh,
1 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berkepribadian Ilahi, dan beriman.
Tujuan Kisah-kisah Al-Quran
Jika kita menelaah kisah-kisah al-Quran dengan seksama, kita akan memahami bahwa dengan
perantara kisah-kisah itu Allah ingin menyampaikan poin-poin penting yang dikemas dalam
bentuk cerita dan kisah. Di antara tujuan-tujuan itu adalah sebagai berikut ini:
a. Membuktikan kewahyuan al-Quran dan kebenaran missi Nabi SAWW; semua yang
diembannya adalah wahyu yang turun dari Allah demi membimbing umat manusia ke
jalan yang lurus. Dengan memperhatikan kecermatan dan kejujuran al-Quran dalam
menukil kisah-kisah itu, kewahyuannya akan dapat dibuktikan. Al-Quran sendiri telah
mengisyaratkan hal ini ketika ia menukil kisah-kisah para nabi, baik di permulaan
maupun di akhir kisah. Ia berfirman, "Kami akan menceritakan kepadamu cerita terbaik dengan apa yang telah Kami
wahyukan al-Quran ini kepadamu meskipun sebelumnya engkau termasuk di antara
orang-orang yang lupa (baca : tidak mengenal kisah itu)". (Q.S. Yusuf [12] : 3)
Setelah menukil kisah Nabi Hud as, Ia berfirman,
"Itu semua termasuk dari berita-berita ghaib (yang) Kami wahyukan kepadamu.
Sebelum ini, engkau dan kaummu tidak mengetahuinya. Maka, bersabarlah! Karena
masa depan berada di tangan orang-orang yang bertakwa". (Q.S. H?d [11] : 49)
b. Membuktikan kesatuan agama dan akidah seluruh nabi as. Karena mereka semua
datang dari Allah, pondasi dakwah mereka adalah satu dan mereka mengajak umat
manusia kepada satu tujuan. Dengan mengingatkan kembali tujuan yang satu ini, di
samping ingin menegaskan kesatuan akar dakwah seluruh agama dan umat manusia,
al-Quran juga ingin menekankan bahwa pondasi dakwah para nabi as tidak berbeda
antara satu dengan lainnya.
Tujuan ini telah sering diisyaratkan dalam beberapa ayat al-Quran. Realita ini dapat kita
telaah dalam surah al-A'r?f [7] : 59, 65, 73, dan 85.
Sebagai contoh, Allah berfirman,
"Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Lalu, ia berkata, 'Wahai kaumku,
sembahlah Allah, tiada Tuhan bagi kalian selain-Nya. Sesungguhnya aku takut azab
yang besar terhadap kalian". (Q.S. Al-A'r?f [7] : 59)
Menyembah Allah adalah satu tujuan yang diproklamirkan oleh seluruh nabi dan rasul
as. c. Menjelaskan kesatuan metode dan sarana para nabi as dalam berdakwah, kesatuan
sikap mereka dalam menghadapi masyarakat, bagaimana sikap masyarakat dalam
menanggapi ajakan mereka, dan kesamaan adat-istiadat yang berlaku di dalam
masyarakat ketika mereka mulai berdakwah.
Realita ini dapat kita telaah bersama dalam surah H?d [11] : 25, 27, 50, dan 61.
d. Menceritakan pertolongan-pertolongan Ilahi terhadap para nabi as dan menekankan
realita bahwa peperangan ideologi itu pasti berakhir dengan kemenangan di pihak para
penolong Allah. Dengan demikian, para nabi as akan semakin tegar dalam menjalankan
missi mereka, dan para pengikut mereka akan lebih bersemangat untuk mengemban
missi tersebut. Realita ini dapat kita renungkan bersama dalam surah al-'Ankab?t [29] : 14-16, 28, 34,
37, 38, 39, dan 40. e. Membenarkan kabar-kabar gembira dan peringatan-peringatan Ilahi secara nyata
dengan memberikan contoh-contoh nyata tentang hal itu. Semua itu adalah suatu
implementasi dari rahmat Ilahi bagi orang-orang yang taat dan azab Ilahi bagi para
2 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pembangkang. f. Menjelaskan rahmat dan nikmat Ilahi yang telah dicurahkan atas para nabi as sebagai
hasil kedekatan hubungan mereka dengan Allah. Sebagai contoh, hal ini dapat kita
temukan dalam kisah Nabi Sulaiman, Daud, Ibrahim, Isa, Zakaria, dan lain-lain.
g. Mengemukakan permusuhan kuno setan terhadap umat manusia di mana ia selalu
menanti kesempatan untuk menyesatkannya. Kisah Nabi Adam as adalah sebuah
contoh riil untuk hal ini.
Faktor Pengulangan Kisah-kisah Al-Quran
Salah satu pembahasan penting yang mungkin sering kita pertanyakan setiap kali kita
menelaah kisah-kisah al-Quran adalah mengapa sebagian kisah al-Quran diulangi dalam surah
yang lain" Untuk menjawab pertanyaan itu, perlu kita perhatikan dua poin berikut ini:
a) Tujuan yang berbeda menuntut pengulangan kisah. Setiap kisah yang disebutkan dalam
sebuah surah al-Quran tentunya demi menggapai sebuah tujuan tertentu. Karena
terdapat tujuan lain yang berbeda dengan tujuan tersebut, hal itu menuntut supaya kisah
itu diulangi lagi di surah lain demi menggapai tujuan yang lain pula. Oleh karena itu, jika
satu tujuan telah menjadi faktor untuk sebuah kisah supaya disebutkan pada sebuah
surah, faktor lain yang berbeda dapat menjadi faktor tersendiri untuk kisah itu supaya
disebutkan lagi di surah yang lain.
b) Karena dakwah Islam melalui periode yang berjenjang dan berbeda-beda, dan al-Quran
juga turun sesuai dengan tuntutan setiap periode dakwah itu, secara logis kisah yang
terdapat di dalamnya sesuai dengan tujuan yang ingin digapai dalam setiap periode
dakwah itu akan mengalami pengulangan dalam beberapa surah.
Harapan kami, semoga rubrik ini dapat bermanfaat bagi kita dalam mengemban risalah Ilahiah
yang suci ini dan kisah-kisah para nabi as ini dapat menjadi figur teladan dalam kita
mengemban missi Ilahi. Amin!
Daftar Isi - - Kisah Para Nabi Allah Mengapa Kisah-Kisah Al-Quran"
Kisah Nabi Adam as Kisah Nabi Nuh as Kisah Nabi Hud as Kisah Nabi Saleh as Kisah Nabi Ibrahim as Kisah Nabi Luth as Kisah Nabi Ismail as Kisah Nabi Ishak dan Nabi Ya'kub as
Kisah Nabi Yusuf as Kisah Nabi Syu'aib as Kisah Nabi Ilyas as Kisah Nabi Idris as Kisah Nabi Yasa' as Kisah Nabi Dzulkifli as 3 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Nabi-Nabi Yang Diutus Kepada Kaum Yasin as
Kisah Nabi Ayub as Kisah Nabi Yunus as Kisah Nabi Musa dan Nabi Harun as
Kisah Nabi Khidir as Para Nabi Bani Israil Setelah Nabi Musa as
Kisah Nabi Daud as Kisah Nabi Sulaiman as Kisah Nabi Uzair Kisah Nabi Zakaria Kisah Nabi Yahya Kisah Nabi Isa Kisah Nabi Muhammad saw
KISAH NABI ADAM Allah SWT berkehendak untuk menciptakan Nabi Adam. Allah SWT berfirman kepada para
malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. " (QS. al-Baqarah: 30)
Terdapat perbedaan pendapat berkenaan dengan makna khilafah (perihal menjadi khalifah)
Nabi Adam. Ada yang mengatakan, bahwa ia sebagai khalifah dari kelompok manusia yang
pertama-tama datang ke bumi di mana kelompok ini membuat kerusakan dan menumpahkan
darah di dalamnya. Ada yang mengatakan, bahwa ia adalah khalifatullah, dengan pengertian
bahwa ia sebagai khalifah (utusan Allah) dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan
hukum-hukum-Nya, karena ia adalah utusan Allah yang pertama. Demikianlah yang kami
yakini. Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah saw tentang Nabi Adam: "Apakah ia sebagai nabi yang
diutus?" Beliau menjawab: "Benar." Beliau ditanya: "Ia menjadi rasul bagi siapa" Sementara di
bumi tidak ada seorang pun?" Beliau menjawab: "Ia menjadi rasul bagi anak-anaknya."
Tabir penciptaan disingkap di tengah-tengah para malaikat-Nya. Allah SWT berfirman:
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.' Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak
menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
menyucikan Engkau "' Tuhan berfirman: 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.'" (QS. al-Baqarah: 30)
Berkenaan dengan ayat tersebut, para mufasir memberikan komentar yang beragam. Dalam
tafsir al-Manar disebutkan: "Sesungguhnya ayat-ayat ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat yang
tidak dapat ditafsirkan zahirnya. Sebab, dilihat dari ketentuan dialog (at-Takhathub) ia
mengandung konsultasi dari Allah SWT. Tentu yang demikian itu mustahil bagi-Nya. Di samping
itu, ia juga mengandung pemberitahuan dari-Nya kepada para malaikat yang kemudian diikuti
dengan penentangan dan perdebatan dari mereka. Hal seperti ini tidak layak bagi Allah SWT
dan bagi para malaikat-Nya. Saya lebih setuju untuk mengalihkan makna cerita tersebut pada
sesuatu yang lain." Sedangkan dalam tafsir al-Jami' li Ahkamil Qur'an disebutkan: "Sesungguhnya Allah telah
memberitahukan kepada para malaikat-Nya, bahwa jika Dia menjadikan ciptaan di muka bumi
maka mereka akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah." Ketika Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi, " (QS. al-Baqarah: 30)
Mereka bertanya: "Apakah ini adalah khalifah yang Engkau ceritakan kepada kami bahwa
mereka akan membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah, ataukah khalifah
selainnya?" Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur'an disebutkan: "Sesungguhnya para malaikat melalui
4 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
fitrah mereka yang suci yang tidak membayangkan kecuali kebaikan dan kesucian, mereka
mengira bahwa tasbih dan mengultuskan Allah adalah puncak dari segala wujud. Puncak ini
terwujud dengan adanya mereka, sedangkan pertanyaan mereka hanya menggambarkan
keheranan mereka, bukan berasal dari penentangan atau apa pun juga."
Kita melihat bagaimana para mufasir berijtihad untuk menyingkap hakikat, lalu Allah SWT
menyingkapkan kedalaman dari Al-Qur'an pada masing-masing dari mereka. Kedalaman AlQur'an
sangat mengagumkan. Kisah tersebut disampaikan dalam gaya dialogis, suatu gaya
yang memiliki pengaruh yang kuat. Tidakkah Anda melihat bahwa Allah SWT berfirman:
"Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya
dan kepada bumi: Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau
terpaksa.' Keduanya menjawab: 'Kami datang dengan suka hati.'" (QS. Fushshilat: 11)
Apakah seseorang membayangkan bahwa Allah SWT berbicara dengan langit dan bumi, dan
bumi dan langit pun menjawabnya sehingga terjadi dialog ini di antara mereka" Sesungguhnya
Allah SWT memerintahkan langit dan bumi sehingga keduanya taat. Allah SWT
menggambarkan apa yang terjadi dengan gaya dialogis hanya untuk meneguhkan dalam
pikiran dan menegaskan maknanya serta penjelasannya. Penggunaan gaya dramatis dalam
kisah Nabi Adam mengisyaratkan makna yang dalam.
Kita membayangkan bahwa Allah SWT ketika menetapkan penciptaan Nabi Adam, Dia
memberitahukan kepada malaikat-Nya dengan tujuan agar mereka bersujud kepadanya, bukan
dengan tujuan mengambil pendapat mereka atau bermusyawarah dengan mereka. Maha Suci
Allah SWT dari hal yang demikian itu. Allah SWT memberitahukan mereka bahwa Dia akan
menjadikan seorang hamba di muka bumi, dan bahwa khalifah ini akan mempunyai keturunan
dan cucu-cucu, di mana mereka akan membuat kerusakkan di muka bumi dan menumpahkan
darah di dalamnya. Lalu para malaikat yang suci mengalami kebingungan. Bukankah mereka
selalu bertasbih kepada Allah dan mensucikan-Nya, namun mengapa khalifah yang terpilih itu
bukan termasuk dari mereka" Apa rahasia hal tersebut, dan apa hikmah Allah dalam masalah
ini" Kebingungan melaikat dan keinginan mereka untuk mendapatkan kemuliaan sebagai
khalifah di muka bumi, dan keheranan mereka tentang penghormatan Adam dengannya, dan
masih banyak segudang pertanyaan yang tersimpan dalam diri mereka. Namun Allah SWT
segera menepis keraguan mereka dan kebingungan mereka, dan membawa mereka menjadi
yakin dan berserah diri. Firman-Nya:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui." (QS. al-Baqarah: 30)
Ayat tersebut menunjukan keluasan ilmu Allah SWT dan keterbatasan ilmu para malaikat, yang
karenanya mereka dapat berserah diri dan meyakini kebenaran kehendak Allah. Kita tidak
membayangkan terjadinya dialog antara Allah SWT dan para malaikat sebagai bentuk
pengultusan terhadap Allah dan penghormatan terhadap para malaikat-Nya. Dan kita meyakini
bahwa dialog terjadi dalam diri malaikat sendiri berkenaan dengan keinginan mereka untuk
mengemban khilafah di muka bumi, kemudian Allah SWT memberitahu mereka bahwa tabiat
mereka bukan disiapkan untuk hal tersebut.
Sesungguhnya tasbih pada Allah SWT dan menyucikan-Nya adalah hal yang sangat mulia di
alam wujud, namun khilafah di muka bumi bukan hanya dilakukan dengan hal itu. Ia
membutuhkan karakter yang lain, suatu karakter yang haus akan pengetahuan dan lumrah
baginya kesalahan. Kebingungan atau keheranan ini, dialog yang terjadi dalam jiwa para
malaikat setelah diberitahu tentang penciptaan Nabi Adam, semua ini layak bagi para malaikat
dan tidak mengurangi kedudukan mereka sedikit pun. Sebab, meskipun kedekatan mereka
dengan Allah SWT dan penyembahan mereka terhadap-Nya serta penghormatan-Nya kepada
mereka, semua itu tidak menghilangkan kedudukan mereka sebagai hamba Allah SWT di mana
mereka tidak mengetahui ilmu Allah SWT dan hikmah-Nya yang tersembunyi, serta alam
gaibnya yang samar. Mereka tidak mengetahui hikmah-Nya yang tinggi dan sebab-sebab
5 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
perwujudannya pada sesuatu.
Setelah beberapa saat para malaikat akan memahami bahwa Nabi Adam adalah ciptaan baru,
di mana dia berbeda dengan mereka yang hanya bertasbih dan menyucikan Allah, dan dia pun
berbeda dengan hewan-hewan bumi dan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya yang hanya


Kisah Para Nabiallah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menumpahkan darah dan membuat kerusakkan. Sesungguhnya Nabi Adam akan menjadi
ciptaan baru dan keberadaannya disertai dengan hikmah yang tinggi yang tidak ada seorang
pun mengetahuinya kecuali Allah SWT.
Allah SWT berfirman: "Dan Aku tidak menciptkan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku." (QS.
adzDzariyat: 56) Ibnu Abbas membaca ayat tersebut: "Liya'rifuun" (agar mereka mengenal Aku). Pengetahuan
merupakan tujuan dari penciptaan manusia. Dan barangkali pendekatan yang terbaik
berkenaan dengan tafsir ayat tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Syekh Muhammad
Abduh: "Dialog yang terdapat dalam ayat tersebut adalah urusan Allah SWT dengan para
malaikat-Nya di mana Dia menggambarkan kepada kita dalam kisah ini dengan ucapan,
pertanyaan, dan jawaban. Kita tidak mengetahui hakikat hal tersebut. Tetapi kita mengetahui
bahwa dialog tersebut tidak terjadi sebagaimana lazimnya yang dilakukan oleh sesama kita,
manusia." Para malaikat mengetahui bahwa Allah SWT akan menciptakan khalifah di muka bumi. Allah
SWT menyampaikan perintah-Nya kepada mereka secara terperinci. Dia memberitahukan
bahwa Dia akan menciptakan manusia dari tanah. Maka ketika Dia menyempurnakannya dan
meniupkan roh di dalamnya, para malaikat harus bersujud kepadanya. Yang harus dipahami
bahwa sujud tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah, karena sujud ibadah
hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah.' Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan
Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; hendaklah kamu bersyukur dengan bersujud kepadanya.
' Lalu seluruh malikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis. Dia menyombongkan diri dan dia
termasuk orang-orang yang kafir. " (QS. Shad: 71-74)
Allah SWT mengumpulkan segenggam tanah dari bumi; di dalamnya terdapat yang berwarna
putih, hitam, kuning, coklat dan merah. Oleh karena itu, manusia memiliki beragam warna kulit.
Allah SWT mencampur tanah dengan air sehingga menjadi tanah liat kering yang berasal dari
lumpur hitam yang diberi bentuk. Dari tanah inilah Allah menciptakan Nabi Adam. Allah SWT
menyempurnakannya dengan kekuasaan-Nya lalu meniupkan roh-Nya di dalamnya, kemudian
bergeraklah tubuh Nabi Adam dan tanda kehidupan mulai ada di dalamnya.
Selanjutnya, Nabi Adam membuka kedua matanya dan ia melihat para malaikat semuanya
bersujud kepadanya, kecuali satu makhluk yang berdiri di sana. Nabi Adam tidak tahu siapakah
makhluk yang tidak mau bersujud itu. Ia tidak mengenal namanya. Iblis berdiri bersama para
malaikat tetapi ia bukan berasal dari golongan mereka. Iblis berasal dari kelompok jin. Allah
SWT menceritakan kisah penolakan Iblis untuk sujud kepada Nabi Adam pada beberapa surah.
Allah SWT berfirman: "Allah berfirman: 'Hai Mis, apa yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan
dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu merasa termasuk
orang-orang yang lebih tinggi" 'Iblis berkata: 'Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau
ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.' Allah berfirman: 'Maka
keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. Sesungguhnya
kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.' Mis berkata: 'Ya Tuhanku, ben tangguhlah
aku sampai hari mereka dibangkitkan.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya kamu termasuk orangorang
6 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat).'
Iblis menjawab: 'Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali
hambahamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.'" (QS. Shad: 75-83)
Nabi Adam mengikuti peristiwa yang terjadi di depannya. Ia merasakan suasana cinta, rasa
takut, dan kebingungan. Nabi Adam sangat cinta kepada Allah SWT yang telah
menciptakannya dan memuliakannya dengan memerintahkan para malaikat-Nya untuk sujud
kepadanya. Adam juga merasa takut saat melihat Allah SWT marah terhadap iblis dan
mengusirnya dari pintu rahmat-Nya. Ia merasakan kebingungan ketika melihat makhluk ini yang
membencinya, padahal ia belum mengenalnya. Makhluk itu membayangkan bahwa ia lebih baik
dari Nabi Adam, padahal tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa salah satu dari mereka lebih
baik dibandingkan dengan yang lain.
Kemudian alangkah anehnya alasan iblis. Ia membayangkan bahwa api lebih baik dari tanah.
Dari mana ia mendapatkan ilmu ini" Seharusnya ilmu ini berasal dari Allah SWT karena Dialah
yang menciptakan api dan tanah dan mengetahui mana di antara keduanya yang paling utama.
Dari dialog tersebut, Nabi Adam mengetahui bahwa iblis adalah makhluk yang memakai atribut
keburukan dan sifat yang tercela. Ia meminta kepada Allah SWT agar mengekalkannya sampai
hari kebangkitan. Iblis tidak ingin mad. Namun Allah SWT mengetahui bahwa ia akan tetap
hidup sampai hari yang ditentukan. Ia akan hidup sampai menjemput ajalnya dan kemudian
mati. Nabi Adam mengetahui bahwa Allah SWT telah melaknat iblis dan telah mengusirnya dari
rahmat-Nya. Akhirnya, Nabi Adam mengetahui musuh abadinya. Nabi Adam bingung dengan
kenekatan musuhnya dan kasih sayang Allah SWT.
Barangkali ada seseorang yang bertanya kepada saya: "Mengapa Anda tidak meyakini terjadi
dialog antara Allah SWT dan para malaikat-Nya dan Anda cenderung menakwilkan ayat-ayat
tersebut, sedangkan Anda menerima adanya dialog antara Allah dan iblis." Saya jawab:
"Sesungguhnya akal menunjukkan kita kepada kesimpulan tersebut. Terjadinya dialog antara
Allah SWT dan para malaikat-Nya adalah hal yang mustahil karena para malaikat suci dari
kesalahan dan dosa dan keinginan-keinginan manusiawi yang selalu mencari ilmu. Sesuai
dengan karakter penciptaan mereka, mereka adalah pasukan yang setia dan mulia. Adapun
iblis ia terikat dan tunduk terhadap ketentuan agama, dan karakternya sebagai jin mendekati
karakter jenis ciptaan Nabi Adam. Dengan kata lain, bahwa jin dapat beriman dan dapat juga
menjadi kafir. Sesungguhnya kecenderungan agama mereka dapat saja tidak berfungsi ketika
mereka tertipu oleh kesombongan yang palsu sehingga mereka mempunyai gambaran yang
salah. Maka dari sisi inilah terjadi dialog. Dialog di sini berarti kebebasan. Tabiat manusia dan
jin cenderung untuk menggunakan kebebasannya, sedangkan tabiat para malaikat tidak dapat
menggunakan kebebasan. Nabi Adam menyaksikan secara langsung - setelah penciptaannya - kadar kebebasan yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya yang terkena
tanggung jawab. Terjadinya pelajaran ini di depan Nabi Adam mengandung maksud yang
dalam. Allah SWT tidak pernah mencabut kebebasan yang diberikan-Nya kepada iblis. Namun pada
akhirnya, iblis tetap sebagai hamba yang kafir. Iblis benar-benar menolak untuk sujud kepada
Nabi Adam. Allah SWT mengetahui bahwa ia akan menolak untuk sujud kepada Nabi Adam
dan akan menentang-Nya. Bisa saja Allah SWT menghancurkannya atau mengubahnya
menjadi tanah namun Allah memberikan kebebasan kepada makhluk-makhluk-Nya yang
7 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dibebani tanggung jawab. Dia memberikan kepada mereka kebebasan mutlak sehingga mereka
bisa saja menolak perintah-Nya. Tetapi yang perlu diperhatikan bahwa keingkaran orang-orang
kafir dan orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya tidak berarti meng-urangi kebesaran
kerajaan-Nya dan sebaliknya, keimanan orang-orang mukmin dan kepatuhan orang-orang yang
taat tidak berarti menambah kebesaran kekuasaan-Nya. Semua itu kembali kepada mereka.
Adam menyadari bahwa kebebasan di alam wujud adalah merupakan karunia yang Allah SWT
berikan kepada makhluk-Nya. Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas penggunaan
kebebasan itu. Setelah mempelajari pelajaran kebebasan, Nabi Adam mempelajari pelajaran
kedua dari Allah SWT, yaitu ilmu. Nabi Adam mengetahui bahwa iblis adalah simbol kejahatan
di alam wujud. Sebagaimana ia mengetahui bahwa para malaikat adalah simbol kebaikan,
sementara ia belum mengenal dirinya saat itu. Kemudian Allah SWT memberitahukan
kepadanya tentang hakikatnya, hikrnah penciptaannya, dan rahasia penghormatannya. Allah
SWT berfirman: "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya. " (QS. alBaqarah: 31)
Allah SWT memberinya rahasia kemampuan untuk meringkas sesuatu dalam simbol-simbol
dan nama-nama. Allah SWT mengajarinya untuk menamakan benda-benda: ini burung, ini
bintang, ini pohon, ini awan, dan seterusnya. Nabi Adam mempelajari semua nama-nama
tersebut. Yang dimaksud dengan nama-nama di sini adalah ilmu dan pengetahuan. Allah SWT
menanamkan pengetahuan yang luas dalam jiwa Nabi Adam dan keinginan yang terus
mendorongnya untuk mengetahui sesuatu. Hasrat untuk menggali ilmu dan belajar juga
diwariskan kepada anak-anaknya Nabi Adam. Inilah tujuan dari penciptaan Nabi Adam dan
inilah rahasia di balik penghormatan para malaikat kepadanya. Setelah Nabi Adam mempelajari
nama benda-benda; kekhususannya dan kemanfaatannya, Allah SWT menunjukkan bendabenda
tersebut atas para malaikat-Nya dan berkata:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itujika kamu memang orang-orangyang benar. "
(QS. al-Baqarah: 31) Yang dimaksud adalah kebenaran mereka untuk menginginkan khilafah. Para malaikat
memperhatikan sesuatu yang ditunjukkan oleh Allah SWT kepada mereka, namun mereka tidak
mengenali nama-namanya. Mereka mengakui di hadapan Allah SWT tentang kelemahan
mereka untuk menamai benda-benda tersebut atau memakai simbol-simbol untuk
mengungkapkannya. Para malaikat berkata sebagai bentuk pengakuan terhadap
ketidakmampuan mereka: "Maha Suci Engkau." (QS. al-Baqarah: 32)
Yakni, kami menyucikan-Mu dan mengagungkan-Mu.
"Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. al-Baqarah: 32)
Yakni, mereka mengembalikan semua ilmu kepada Allah SWT. Allah SWT berkata kepada
Adam: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." (QS. al-Baqarah: 33)
Kemudian Nabi Adam memberitahu mereka setiap benda yang Allah SWT tunjukkan kepada
mereka dan mereka tidak mengenali nama-namanya:
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat itu lalu berfirman: 'Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.' Mereka menjawab: 'Maha Suci
Engkau. Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: 'Hai
Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.' Maka setelah diberitahukannya
kepada mereka nama benda-benda itu, Allah berfirman: 'Bukankah sudah Kukatakan
kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa
8 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan"'"(QS. al-Baqarah: 31-33)
Allah SWT ingin berkata kepada para malaikat, bahwa Dia mengetahui keheranan yang mereka
tunjukkan, ketika Dia memberitahu mereka tentang penciptaan Nabi Adam sebagaimana Dia
mengetahui kebingungan yang mereka sembunyikan dan sebagaimana juga Dia mengetahui
kemaksiatan dan pengingkaran yang disembunyikan oleh iblis.
Para malaikat menyadari bahwa Nabi Adam adalah makhluk yang mengetahui sesuatu yang
tidak mereka ketahui. Ini adalah hal yang sangat mulia. Dan para malaikat mengetahui,
mengapa Allah memerintahkan mereka untuk bersujud kepadanya sebagaimana mereka
memahami rahasia penciptaannya sebagai khalifah di muka bumi, di mana ia akan
menguasainya dan memimpin di dalamnya dengan ilmu dan pengetahuan. Yaitu, pengetahuan
terhadap Sang Pencipta yang kemudian dinamakan dengan Islam atau iman. Para malaikat pun
mengetahui sebab-sebab kemakmuran bumi dan pengubahannya dan penguasaanya, serta
semua hal yang berkenaan dengan ilmu-ilmu mated di muka bumi.
Adalah hal yang maklum bahwa kesempurnaan manusia tidak akan terwujud kecuali dengan
pencapaian ilmu yang dengannya manusia dapat mengenal Sang Pencipta, dan ilmu-ilmu yang
berkenaan dengan alam. Jika manusia berhasil di satu sisi, namun gagal di sisi yang lain maka
ia laksana burung yang terbang dengan sayap satu di mana setiap kali ia terbang sayap yang
lain mencegahnya. Nabi Adam mengetahui semua nama-nama dan terkadang ia berbicara bersama para malaikat,
namun para malaikat disibukkan dengan ibadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, Adam
merasa kesepian. Kemudian Adam tidur dan tatkala ia bangun ia mendapati seorang
perempuan yang memiliki mata yang indah, dan tampak penuh dengan kasih sayang.
Kemudian terjadilah dialog di antara mereka:
Adam berkata: "Mengapa kamu berada di sini sebelum saya tidur." Perempuan itu menjawab:
"Ya." Adam berkata: "Kalau begitu, kamu datang di tengah-tengah tidurku?" Ia menjawab: 'Ya."
Adam bertanya: "Dari mana kamu datang?" Ia menjawab: "Aku datang dari dirimu. Allah SWT
menciptakan aku darimu saat kamu tidur." Adam bertanya: "Mengapa Allah menciptakan
kamu?" Ia menjawab: "Agar engkau merasa tenteram denganku." Adam berkata: "Segala puji
bagi Allah. Aku memang merasakan kesepian."
Para malaikat bertanya kepada Adam tentang namanya. Nabi Adam menjawab: "Namanya
Hawa." Mereka bertanya: "Mengapa engkau menamakannya Hawa, wahai Adam?" Adam
berkata: "Karena ia diciptakan dariku saat aku dalam keadaan hidup."
Nabi Adam adalah makhluk yang suka kepada pengetahuan. Ia membagi pengetahuannya
kepada Hawa, di mana ia menceritakan apa yang diketahuinya kepada pasangannya itu,
sehingga Hawa mencintainya. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami berfirman: 'Hai Adam, tinggallah kamu dan istrimu di surga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah
kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.'" (QS.
alBaqarah: 35) Kita tidak mengetahui tempat surga ini. Al-Qur'an tidak membicarakan tempatnya, dan para
mufasir berbeda pendapat tentang hal itu. Sebagian mereka berkata: "Itu adalah surga yang
bakal dihuni oleh manusia (jannah al-Ma'wa) dan tempatnya di langit." Namun sebagian lagi
menolak pendapat tersebut. Sebab jika ia adalah jannah al-Ma'wa maka iblis tidak dapat
memasukinya dan tidak akan terjadi kemaksiatan di dalamnya. Sebagian lagi mengatakan: "Ia
adalah surga yang lain, yang Allah ciptakan untuk Nabi Adam dan Hawa." Bahkan ada juga
yang berpendapat bahwa ia adalah surga (taman) dari taman-taman bumi yang terletak di
tempat yang tinggi. Dan sekelompok mufasir yang lain menganjurkan agar kita menerima ayat
tersebut apa adanya dan menghentikan usaha untuk mencari hakikatnya. Kami sendiri
9 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sependapat dengan hal ini. Sesungguhnya pelajaran yang dapat kita ambil berkenaan dengan
penentuan tempatnya tidak sedikit pun menyamai pelajaran yang dapat kita ambil dari apa yang
terjadi di dalamnya. Nabi Adam dam Hawa memasuki surga dan di sana mereka berdua merasakan kenikmatan
manusiawi semuanya. Di sana mereka juga mengalami pengalaman-pengalaman yang
berharga. Kehidupan Nabi Adam dan Hawa di surga dipenuhi dengan kebebasan yang tak
terbatas. Dan Nabi Adam mengetahui makna kebahagiaan yang ia rasakan pada saat ia berada
di surga bersama Hawa. Ia tidak lagi mengalami kesepian. Ia banyak menjalin komunikasi
dengan Hawa. Mereka menikmati nyanyian makhluk, tasbih sungai-sungai, dan musik alam
sebelum ia mengenal bahwa alam akan disertai dengan penderitaan dan kesedihan. Allah SWT
telah mengizinkan bagi mereka untuk mendekati segala sesuatu dan menikmati segala sesuatu
selain satu pohon, yang barangkali ia adalah pohon penderitaan atau pohon pengetahuan.
Allah SWT berkata kepada mereka sebelum memasuki surga:
"Dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang
lalim.'" (QS. al-Baqarah: 35)
Nabi Adam dan Hawa mengerti bahwa mereka dilarang untuk memakan sesuatu dari pohon ini,
namun Nabi Adam adalah manusia biasa, dan sebagai manusia ia lupa dan hatinya berbolakbalik
serta tekadnya melemah. Maka iblis memanfaatkan kemanusiaan Nabi Adam dan
mengumpulkan segala kedengkiannya yang disembunyikan dalam dadanya. Iblis terus
berusaha membangkitkan waswas dalam diri Nabi Adam. Apakah aku akan menunjukkan
kepadamu pohon keabadian dan kekuasaan yang tidak akan sirna" Nabi Adam bertanya-tanya
dalam dirinya. Apa yang akan terjadi seandainya ia memakan buah tersebut, barangkali itu
benar-benar pohon keabadian. Nabi Adam memang memimpikan untuk kekal dalam
kenikmatan dan kebebasan yang dirasakannya dalam surga.
Berlalulah waktu di mana Nabi Adam dan Hawa sibuk memikirkan pohon itu. Kemudian pada
suatu hari mereka menetapkan untuk memakan pohon itu. Mereka lupa bahwa Alllah SWT telah
mengingatkan mereka agar tidak mendekatinya. Mereka lupa bahwa iblis adalah musuh mereka
sejak dahulu. Nabi Adam mengulurkan tangannya ke pohon itu dan memetik salah satu
buahnya dan kemudian memberikannya kepada Hawa. Akhirnya mereka berdua memakan
buah terlarang itu. Allah SWT berfirman: "Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia." (QS. Thaha: 121)
Tidak benar apa yang disebutkan oleh kitab-kitab kaum Yahudi bahwa Hawa menggoda Nabi
Adam yang karenanya ia bertanggung jawab terhadap pemakanan buah itu. Nas Al-Qur'an
tidak menyebut Hawa, namun ia menyebut Nabi Adam sebagai orang yang bertanggung jawab
atas apa yang terjadi. Demikianlah setan disalahkan dan Nabi Adam juga disalahkan karena
kesombongan. Salah seorang dari mereka menghina manusia, dan yang lain ingin menjadi
tandingan bagi Allah SWT dalam hal kekekalan.
Belum selesai Nabi Adam memakan buah tersebut sehingga ia merasakan penderitaan,
kesedihan, dan rasa malu. Berubahlah keadaan di sekitamya dan berhentilah musik indah yang
memancar dari dalam dirinya. Ia mengetahui bahwa ia tak berbusana, demikian juga istrinya.
Akhirnya, ia mengetahui bahwa ia seorang lelaki dan bahwa istrinya seorang wanita. Ia dan
istrinya mulai memetik daun-daun pohon untuk menutup tubuh mereka yang terbuka. Kemudian
Allah SWT mengeluarkan perintah agar mereka turun dari surga.
Nabi Adam dan Hawa turun ke bumi. Mereka keluar dari surga. Nabi Adam dalam keadaan
sedih sementara Hawa tidak henti-hentinya menangis. Karena ketulusan taubat mereka,
akhirnya Allah SWT menerima taubat mereka dan Allah SWT memberitahukan kepada mereka
bahwa bumi adalah tempat mereka yang asli, di mana mereka akan hidup di dalamnya, mati di
atasnya, dan akan dibangkitkan darinya pada hari kebangkitan. Allah SWT berfirman:
10 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti


Kisah Para Nabiallah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan
dibangkitkan. " (QS. al-A'raf: 25)
Kemudian Allah SWT menceritakan kisah tentang pelajaran ketiga yang diperoleh Nabi Adam
selama keberadaannya di surga dan setelah keluarnya ia darinya dan turunnya ia ke bumi.
Allah SWT berfirman: "Dan Sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah
itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata
kepada malaikat: 'Sujudlah kamu kepada Adam,' maka mereka sujud kecuali Mis. la
membangkang. Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu
dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga,
yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di
dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan
tidak pula akan ditimpa panas matahari di dalamnya.' Kemudian setan membisikkan pikiran
jahat kepadanya, dengan berkata: 'Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon
khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa "' Maka keduanya memakan dari buah pohon itu,
lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan
daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya
memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman:
'Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi
sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang
mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.'" (QS. Thaha: 115-123)
Sebagian orang menganggap bahwa Nabi Adam keluar dari surga karena kesalahannya dan
kemaksiatannya. Ini adalah anggapan yang tidak benar karena Allah SWT berkehendak
menciptakan Nabi Adam di mana Dia berkata kepada malaikat: "Sesungguhnya aku akan
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Dan Dia tidak mengatakan kepada mereka:
"Sesungguhnya aku akan menjadikan khalifah di surga."
Tidaklah turunnya Nabi Adam ke bumi sebagai penurunan penghinaan tetapi ia merupakan
penurunan kemuliaan sebagaimana dikatakan oleh kaum sufi. Allah SWT mengetahui bahwa
Nabi Adam dan Hawa akan memakan buah itu, dan selanjutnya mereka akan turun ke bumi.
Allah SWT juga mengetahui bahwa setan akan merampas kebebasan mereka. Pengalaman
merupakan dasar penting dari proses menjadi khalifah di muka bumi agar Nabi Adam dan
Hawa mengetahui - begitu juga keturunan mereka - bahwa setan telah mengusir kedua orang
tua mereka dari surga, dan bahwa jalan menuju surga dapat dilewati dengan ketaatan kepada
Allah SWT dan permusuhan pada setan.
Apakah dikatakan kepada kita bahwa manusia adalah makhluk yang terpaksa, dan bahwa Nabi
Adam terpaksa atau dipaksa untuk berbuat kesalahan sehingga ia keluar dari surga dan
kemudian turun ke bumi" Sebenarnya anggapan ini tidak kalah bodohnya dari anggapan
pertama. Sebab, Nabi Adam merasakan kebebasan sepenuhnya, yang karenanya ia
mengemban tanggung jawab dari perbuatannya. Ia durhaka dan memakan buah tersebut
sehingga Allah SWT mengeluarkannya dari surga. Maksiat yang dilakukannya tidak berlawanan
dengan kebebasannya, bahkan keberadaannya yang asli bersandar kepada kebebasannya.
Alhasil, Allah SWT mengetahui apa yang bakal terjadi. Dia mengetahui sesuatu sebelum
terjadinya sesuatu itu. Pengetahuan-Nya itu berarti cahaya yang menyingkap, bukan kekuatan
yang memaksa. Dengan kata lain, Allah SWT mengetahui apa yang akan terjadi, tetapi Dia
tidak men-cegahnya atau mendorongnya agar terjadi. Allah SWT memberikan kebebasan
kepada hamba-hamba-Nya dan semua makhluk-Nya. Yang demikian itu berkenaan dengan
hikmah-Nya yang tinggi dalam memakmurkan bumi dan mengangkat khalifah di dalamnya.
Nabi Adam memahami pelajaran ketiga. Ia memahami bahwa iblis adalah musuhnya. Secara
pasti ia mengerti bahwa iblis adalah penyebab ia kehilangan nikmat dan penyebab
11 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kehancurannya. Ia mengerti bahwa Allah SWT akan menyiksa seseorang jika ia berbuat
maksiat, dan bahwa jalan menuju ke surga dapat dilewati dengan ketaatan kepada Allah SWT.
Ia memahami bahwa Allah SWT menerima taubat, memaafkan, menyayangi, dan memilih. Allah
SWT mengajari mereka agar beristigfar dan mengucapkan:
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni
kami dan memberi rahmat kepada kami, niscayalah pastilah kami termasuk orang-orang yang
merugi." (QS. al-A'raf: 23)
Allah SWT menerima taubatnya dan memaafkannya serta mengirimnya ke bumi. Nabi Adam
adalah Rasul pertama bagi manusia. Mulailah kehidupan Nabi Adam di bumi. Ia keluar dari
surga dan berhijrah ke bumi, dan kemudian ia menganjurkan hal tersebut (hijrah) kepada
anakanaknya dan cucu-cucunya dari kalangan nabi. Sehingga setiap nabi memulai dakwahnya dan
menyuruh kaumnya dengan cara keluar dari negerinya atau berhijrah. Di sana Nabi Adam
keluar dari surga sebelum kenabiannya, sedangkan di sini (di bumi) para nabi biasanya keluar
(hijrah) setelah pengangkatan kenabian mereka.
Nabi Adam mengetahui bahwa ia meninggalkan kedamaian ketika keluar dari surga. Di bumi ia
harus menghadapi penderitaan dan pergulatan, di mana ia harus menanggung kesulitan agar
dapat makan, dan ia harus melindungi dirinya dengan pakaian dan senjata, serta melindungi
istrinya dan anak-anaknya dari serangan binatang buas yang hidup di bumi. Sebelum semua itu
dan sesudahnya, ia harus meneruskan pertempurannya dengan pangkal kejahatan yang
menyebabkannya keluar dari surga, yaitu setan. Di bumi, setan membuat waswas kepadanya
dan kepada anak-anaknya sehingga mereka masuk dalam neraka Jahim. Pertempuran antara
pasukan kebaikan dan pasukan kejahatan di bumi tidak akan pernah berhenti. Maka
barangsiapa yang mengikuti petunjuk Allah SWT, ia tidak akan merasakan ketakutan dan
kesedihan, dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah SWT dan mengikuti makhluk api,
iblis, maka ia akan bersamanya di neraka.
Nabi Adam mengerti semua ini. Ia menyadari bahwa penderitaan akan menyertai kehidupannya
di atas bumi. Satu-satunya yang dapat meringankan kesedihannya adalah, bahwa ia menjadi
penguasa di bumi, yang karenanya ia harus menundukkannya, memakmurkannya, dan
membangunnya serta melahirkan keturunan yang baik di dalamnya, sehingga mereka dapat
mengubah kehidupan dan membuatnya lebih baik. Hawa melahirkan dalam satu perut seorang
lelaki dan seorang perempuan, dan pada perut berikutnya seorang lelaki dan seorang
perempuan, maka dihalalkan perkawinan antara anak lelaki dari perut pertama dengan anak
perempuan dari perut kedua. Akhirnya, anak-anak Nabi Adam menjadi besar dan menikah serta
memenuhi bumi dengan keturunannya.
Nabi Adam mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Nabi Adam menyaksikan
kecenderungan pertama dari anaknya terhadap pangkal kejahatan, yaitu iblis sehingga
terjadilah kejahatan pembunuhan yang pertama kali di muka bumi. Salah seorang anak Nabi
Adam membunuh saudara kandungnya sendiri. Anak yang jahat itu membunuh saudaranya
yang baik. Allah berfirman:
"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterimalah dari salah seorang
dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). (QS. al-Maidah: 27)
Dikatakan bahwa pembunuh ingin merebut istri saudara kandungannya untuk dirinya sendiri.
Nabi Adam memerintahkan mereka berdua untuk menghadirkan kurban lalu setiap dari mereka
menghadirkan kurban yang dimaksud. Allah SWT menerima kurban dari salah satu dari mereka
dan menolak kurban yang lain:
"Ia (Qabil) berkata: 'Aku pasti membunuhmu.' Berkata Habil: 'Sesungguhnya Allah hanya
menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan
12 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku
untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan sekalian alam. (QS. alMaidah:
27-28) Perhatikanlah bagaimana Allah SWT menyampaikan kepada kita kalimat-kalimat yang
diucapkan oleh anak Nabi Adam yang terbunuh sebagai syahid, dan ia menyembunyikan
kalimat-kalimat yang diucapkan oleh si pembunuh. Si pembunuh mengangkat tangannya sambil
mengancam, namun calon korban pembunuhan itu berkata dengan tenang:
Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan membawa dosa membunuhku dan
dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah
pembalasan bagi orang-orang yang lalim. " (QS. al-Maidah: 29)
Selesailah percakapan antara mereka berdua dan anak yang jahat itu membiarkan anak yang
baik beberapa saat. Setelah beberapa hari, saudara yang baik itu tidur di tengah-tengah hutan
yang penuh dengan pohon. Di hutan itu, keledai tua mati dan dagingnya dimakan oleh burung
Nasar dan darahnya ditelan oleh bumi. Yang tersisa hanya tulang belulang berserakan di tanah.
Kemudian saudaranya yang jahat membawanya menuju saudara kandungnya yang sedang
tidur, lalu ia mengangkat tangannya dan menjatuhkan dengan keras dan cepat. Anak laki-laki
baik itu tampak pucat wajahnya ketika melihat darah mengucur darinya, lalu ia bangun. Ia
bermimpi saat tidur. Lalu si pembunuh menghantam saudaranya sehingga tidak tampak lagi
gerakan dari tubuhnya. Si pembunuh puas bahwa saudara kandungnya benar-benar mati.
Pembunuh itu berdiri di depan korban dengan tenang dan tampak pucat wajahnya.
Rasulullah saw bersabda: "Setiap orang yang membunuh jiwa yang tak berdosa maka anak
Adam yang pertama akan juga menanggung dosanya karena ia yang pertama kali mengajarkan
pembunuhan." Si pembunuh terduduk di depan saudaranya dalam keadaan berlumuran darah.
Apa yang akan dikatakannya terhadap Nabi Adam, ayahnya, jika ia bertanya kepadanya
tentang hal itu. Nabi Adam mengetahui bahwa mereka berdua keluar bersama-sama lalu
mengapa ia kembali sendinan. Seandainya ia mengingkari pembunuhan terhadap saudaranya
itu di depan ayahnya, maka di manakah ia dapat menyembunyikan jasadnya, dan di mana ia
dapat membuangnya" Saudaranya yang terbunuh itu merupakan manusia yang pertama kali
mad di muka bumi sehingga tidak diketahui bagaimana cara menguburkan orang yang mati.
Pembunuh itu membawa jasad saudara kandungnya dan memikulnya. Tiba-tiba keheningan itu
dipecah dengan suara burung yang berteriak sehingga ia merasa ketakutan. Pembunuh itu
menoleh dan menemukan seekor burung gagak yang berteriak di atas bangkai burung gagak
yang mati. Burung gagak yang hidup meletakkan bangkai burung gagak yang mad di atas tanah
lalu ia mulai menggali tanah dengan paruhnya dan kedua kakinya. Kemudian ia
mengangkatnya dengan paruhnya dan meletakkannya dengan lembut dalam kuburan. Lalu ia
menimbunkannya di atas tanah. Setelah itu, ia terbang di udara dan kembali berteriak. Si
pembunuh berdiri dan ia mundur untuk meraih jasad saudara kandungnya dan kemudian
berteriak: "Berkata Qabil: 'Aduhai, celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak
ini, lalu aku dapat menguburkan saudaraku ini?" (QS. al-Maidah: 31)
Ia mulai merasakan kesedihan yang sangat dalam atas apa yang telah dilakukannya terhadap
saudaranya. Ia segera menyadari bahwa ia adalah orang yang paling buruk dan paling lemah.
Ia telah membunuh orang yang paling utama dan paling kuat. Anak Nabi Adam berkurang satu
dan iblis berhasil "mencuri" seorang anak Nabi Adam. Bergetarlah tubuh si pembunuh dan ia
mulai menangis dengan keras, lalu ia menggali kuburan saudara kandungnya. Ketika
mendengar kisah tersebut Nabi Adam berkata:
"Ini adalah perbuatan setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi
nyata." (QS. al-Qashash: 15)
Nabi Adam merasakan kesedihan mendalam atas hilangnya salah satu anaknya. Salah
13 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seorang dari mereka mad dan yang lain dikuasai oleh setan. Nabi Adam salat untuk anaknya
yang mati, dan kemudian ia kembali menjalani kehidupannya di muka bumi. Beliau adalah
manusia yang bekerja dan mengalami penderitaan. Seorang Nabi yang menasihati anakanaknya
dan cucu-cucunya, serta mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Beliau
menceritakan kejahatan iblis kepada mereka, dan meminta kepada mereka agar berhati-hati
darinya. Beliau menceritakan pengalaman pribadinya bersama iblis kepada mereka, dan
menceritakan kehidupannya bersama anaknya yang tega membunuh saudara kandungnya
sendiri. Nabi Adam telah menjadi dewasa, lalu tahun demi tahun datang silih berganti sehingga
anakanaknya tersebar di bumi, lalu datanglah waktu malam di atas bumi. Angin bertiup sangat
kencang. Dan bergoncanglah daun-daun pohon tua yang ditanam oleh Nabi Adam, di mana
dahan-dahannya mendekati danau sehingga buahnya menyentuh air danau. Dan ketika pohon
itu menjadi tegak setelah berlalunya angin, air mulai berjatuhan di antara cabang-cabangnya
dan tampak dari jauh bahwa pohon itu sedang menarik dirinya (memisahkan diri) dari air dan
menangis. Pohon itu sedih dan dahan-dahannya berguncang. Sementara itu, di langit tampak
bahwa bintang-bintang juga berguncang. Cahaya bulan menerobos kamar Nabi Adam sehingga
cahaya itu menerpa wajah Nabi Adam. Wajah Nabi Adam tampak lebih pucat dan lebih muram
dari wajah bulan. Bulan mengetahui bahwa Nabi Adam akan mati.
Kamar yang sederhana, kamarnya Nabi Adam. Nabi Adam tertidur dengan jenggotnya yang
putih dan wajahnya yang bersinar di atas tempat ddur dari dahan-dahan pohon dan bungabunga.
Anak-anaknya semua berdiri di sekelilingnya dan menunggu wasiatnya. Nabi Adam
berbicara dan memahamkan anak-anaknya bahwa hanya ada satu perahu keselamatan bagi
manusia, dan hanya ada satu senjata baginya yang dapat menenangkannya. Perahu itu adalah
petunjuk Allah SWT dan senjata itu adalah kalimat-kalimat Allah SWT.
Nabi Adam menenangkan anak-anaknya, bahwa Allah SWT tidak akan membiarkan manusia
sendirian di muka bumi. Sesungguhnya Dia akan mengutus para nabi untuk membimbing
mereka dan menyelamatkan mereka. Para nabi itu memiliki nama-nama, sifat-sifat, dan
mukjizat-mukjizat yang berbeda-beda. Tetapi mereka dipertemukan dengan satu hal, yaitu
mengajak untuk menyembah Allah SWT semata.
Demikianlah wasiat Nabi Adam kepada anak-anaknya. Akhirnya, Nabi Adam menutup kedua
matanya, dan para malaikat memasuki kamarnya dan mengelilinginya. Had Nabi Adam
tersenyum ketika mendapatkan kata salam yang dalam, dan rohnya mencium bau bunga surga.
KISAH NABI NUH AS Berlalulah beberapa tahun dari kematian Nabi Adam. Bunga-bunga berguguran di sekitar
kuburannya dan pohon-pohon dan batu-batuan tampak tidak bergairah. Banyak hal berubah di
muka bumi. Dan sesuai dengan hukum umum, terjadilah kealpaan terhadap wasiat Nabi Adam.
Kesalahan yang dahulu kembali terulang. Kesalahan dalam bentuk kelupaan, meskipun kali ini
terulang secara berbeda. Sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh, telah hidup lima orang saleh dari kakek-kakek kaum Nabi
Nuh. Mereka hidup selama beberapa zaman kemudian mereka mati. Nama-nama mereka
adalah Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Setelah kematian mereka, orang-orang
membuat patung-patung dari mereka, dalam rangka menghormati mereka dan sebagai
peringatan terhadap mereka. Kemudian berlalulah waktu, lalu orang-orang yang memahat
patung itu mati. Lalu datanglah anak-anak mereka, kemudian anak-anak itu mati, dan datanglah
cucu-cucu mereka. Kemudian timbullah berbagai dongeng dan khurafat yang membelenggu
akal manusia di mana disebutkan bahwa patung-patung itu memiliki kekuatan khusus.
Di sinilah iblis memanfaatkan kesempatan, dan ia membisikkan kepada manusia bahwa
berhala-berhala tersebut adalah Tuhan yang dapat mendatangkan manfaat dan menolak
14 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bahaya sehingga akhirnya manusia menyembah berhala-berhala itu. Kami tidak mengetahui
sumber yang terpecaya berkenaan dengan bagaimana bentuk kehidupan ketika penyembahan
terhadap berhala dimulai di bumi, namun kami mengetahui hukum umum yang tidak pernah
berubah ketika manusia mulai cenderung kepada syirik. Dalam situasi seperti itu, kejahatan
akan memenuhi bumi dan akal manusia akan kalah, serta akan meningkatnya kelaliman dan
banyaknya orang-orang yang teraniaya. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin
miskin. Alhasil, kehidupan manusia semuanya akan berubah menjadi neraka Jahim. Situasi
demikian ini pasti terjadi ketika manusia menyembah selain Allah SWT, baik yang disembah itu
berhala dari batu, anak sapi dari emas, penguasa dari manusia, sistem dari berbagai sistem,
mazhab dari berbagai mazhab, atau kuburan seorang wali. Sebab satu-satunya yang menjamin
persamaan di antara manusia adalah, saat mereka hanya menyembah Allah SWT dan saat Dia
diakui sebagai Pencipta mereka dan yang membuat undang-undang bagi mereka. Tetapi saat
jaminan ini hilang lalu ada seorang yang mengklaim, atau ada sistem yang mengklaim memiliki
wewenang ketuhanan maka manusia akan binasa dan akan hilanglah kebebasan mereka
sepenuhnya. Penyembahan kepada selain Allah SWT bukan hanya sebagai sebuah tragedi yang dapat
menghilangkan kebebasan, namun pengaruh buruknya dapat merembet ke akal manusia dan
dapat mengotorinya. Sebab, Allah SWT menciptakan manusia agar dapat mengenal-Nya dan
menjadikan akalnya sebagai permata yang bertujuan untuk memperoleh ilmu. Dan ilmu yang
paling penting adalah kesadaran bahwa Allah SWT semata sebagai Pencipta, dan selain-Nya
adalah makhluk. Ini adalah poin penting dan dasar pertama yang harus ada sehingga manusia
sukses sebagai khalifah di muka bumi.
Ketika akal manusia kehilangan potensinya dan berpaling ke selain Allah SWT maka manusia
akan tertimpa kesalahan. Terkadang seseorang mengalami kemajuan secara materi karena ia
berhasil melalui jalan-jalan kemajuan, meskipun ia tidak beriman kepada Allah SWT, namun
kemajuan materi ini yang tidak disertai dengan pengenalan kepada Allah SWT akan menjadi
siksa yang lebih keras daripada siksaan apa pun, karena ia pada akhirnya akan
menghancurkan manusia itu sendiri. Ketika manusia menyembah selain Allah SWT maka akan
meningkatlah penderitaan kehidupan dan kefakiran manusia. Terdapat hubungan kuat antara
kehinaan manusia dan kefakiran mereka, serta tidak berimannya mereka kepada Allah. Allah
SWT berfirman: "Seandainya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi. " (QS. al-A'raf: 96)
Demikianlah, bahwa kufur kepada Allah SWT atau syirik kepada-Nya akan menyebabkan
hilangnya kebebasan dan hancurnya akal serta meningkatnya kefakiran, serta kosongnya
kehidupan dari tujuan yang mulia. Dalam situasi seperti ini, Allah SWT mengutus Nuh untuk
membawa ajaran-Nya kepada kaumnya. Nabi Nuh adalah seorang hamba yang akalnya tidak
terpengaruh oleh polusi kolektif, yang menyembah selain Allah SWT. Allah SWT memilih
hamba-Nya Nuh dan mengutusnya di tengah-tengah kaumnya.
Nuh membuat revolusi pemikiran. Ia berada di puncak kemuliaan dan kecerdasan. Ia
merupakan manusia terbesar di zamannya. Ia bukan seorang raja di tengah-tengah kaumnya,
bukan penguasa mereka, dan bukan juga orang yang paling kaya di antara mereka. Kita
mengetahui bahwa kebesaran tidak selalu berhubungan dengan kerajaan, kekayaan, dan
kekuasaan. Tiga hal tersebut biasanya dimiliki oleh jiwa-jiwa yang hina. Namun kebesaran
terletak pada kebersihan hati, kesucian nurani, dan kemampuan akal untuk mengubah
kehidupan di sekitarnya. Nabi Nuh memiliki semua itu, bahkan lebih dari itu. Nabi Nuh adalah
manusia yang mengingat dengan baik perjanjian Allah SWT dengan Nabi Adam dan anakanaknya,
ketika Dia menciptakan mereka di alam atom. Berdasarkan fitrah, ia beriman kepada


Kisah Para Nabiallah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Allah SWT sebelum pengutusannya pada manusia. Dan semua nabi beriman kepada Allah
15 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
SWT sebelum mereka diutus. Di antara mereka ada yang "mencari" Allah SWT seperti Nabi
Ibrahim, ada juga di antara mereka yang beriman kepada-Nya dari lubuk hati yang paling
dalam, seperti Nabi Musa, dan di antara mereka juga ada yang beribadah kepada-Nya dan
menyendiri di gua Hira, seperti Nabi Muhammad saw.
Terdapat sebab lain berkenaan dengan kebesaran Nabi Nuh. Ketika ia bangun, tidur, makan,
minum, atau mengenakan pakaian, masuk atau keluar, ia selalu bersyukur kepada Allah SWT
dan memuji-Nya, serta mengingat nikmat-Nya dan selalu bersyukur kepada-Nya. Oleh karena
itu, Allah SWT berkata tentang Nuh:
"Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur." (QS. al-Isra': 3)
Allah SWT memilih hamba-Nya yang bersyukur dan mengutusnya sebagai nabi pada kaumnya.
Nabi Nuh keluar menuju kaumnya dan memulai dakwahnya:
"Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.
Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari
yang besar. " (QS. al-A'raf: 59)
Dengan kalimat yang singkat tersebut, Nabi Nuh meletakkan hakikat ketuhanan kepada
kaumnya dan hakikat hari kebangkitan. Di sana hanya ada satu Pencipta yang berhak
disembah. Di sana terdapat kematian, kemudian kebangkitan kemudian hari kiamat. Hari yang
besar yang di dalamnya terdapat siksaan yang besar.
Nabi Nuh menjelaskan kepada kaumnya bahwa mustahil terdapat selain Allah Yang Maha Esa
sebagai Pencipta. Ia memberikan pengertian kepada mereka, bahwa setan telah lama menipu
mereka dan telah tiba waktunya untuk menghentikan tipuan ini. Nuh menyampaikan kepada
mereka, bahwa Allah SWT telah memuliakan manusia: Dia telah menciptakan mereka, memberi
mereka rezeki, dan menganugerahi akal kepada mereka. Manusia mendengarkan dakwahnya
dengan penuh kekhusukan. Dakwah Nabi Nuh cukup mengguncangkan jiwa mereka. Laksana
tembok yang akan roboh yang saat itu di situ ada seorang yang tertidur dan engkau menggoyang
tubuhnya agar ia bangun. Barangkali ia akan takut dan ia marah meskipun engkau
bertujuan untuk menyelamatkannya.
Akar-akar kejahatan yang ada di bumi mendengar dan merasakan ketakutan. Pilar-pilar
kebencian terancam dengan cinta ini yang dibawa oleh Nabi Nuh. Setelah mendengar dakwah
Nabi Nuh, kaumnya terpecah menjadi dua kelompok: Kelompok orang-orang lemah, orangorang
fakir, dan orang-orang yang menderita, di mana mereka merasa dilindungi dengan
dakwah Nabi Nuh, sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok orang-orang kaya,
orang-orang kuat, dan para penguasa di mana mereka menghadapi dakwah Nabi Nuh dengan
penuh keraguan. Bahkan ketika mereka mempunyai kesempatan, mereka mulai melancarkan
serangan untuk melawan Nabi Nuh. Mula-mula mereka menuduh bahwa Nabi Nuh adalah
manusia biasa seperti mereka:
"Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: 'Kami tidak melihat kamu,
melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami.'" (QS. Hud: 27)
Dalam tafsir al-Quturbi disebutkan: "Masyarakat yang menentang dakwahnya adalah para
pembesar dari kaumnya. Mereka dikatakan al-Mala' karena mereka seringkali berkata. Misalnya
mereka berkata kepada Nabi Nuh: "Wahai Nuh, engkau adalah manusia biasa." Padahal Nabi
Nuh juga mengatakan bahwa ia memang manusia biasa. Allah SWT mengutus seorang rasul
dari manusia ke bumi karena bumi dihuni oleh manusia. Seandainya bumi dihuni oleh para
malaikat niscaya Allah SWT mengutus seorang rasul dari malaikat.
Berlanjutlah peperangan antara orang-orang kafir dan Nabi Nuh. Mula-mula, rezim penguasa
menganggap bahwa dakwah Nabi Nuh akan mati dengan sendirinya, namun ketika mereka
melihat bahwa dakwahnya menarik perhatian orang-orang fakir, orang-orang lemah, dan
pekerja-pekerja sederhana, mereka mulai menyerang Nabi Nuh dari sisi ini. Mereka
menyerangnya melalui pengikutnya dan mereka berkata kepadanya: "Tiada yang mengikutimu
16 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
selain orang-orang fakir dan orang-orang lemah serta orang-orang hina."
Allah SWT berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): 'Sesungguhnya
aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain
Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat
menyedihkan. Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: 'Kami tidak
melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak
melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami
yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas
kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang berdusta. " (QS. Hud: 25-27)
Demikianlah telah berkecamuk pertarungan antara Nabi Nuh dan para bangsawan dari
kaumnya. Orang-orang yang kafir itu menggunakan dalih persamaan dan mereka berkata
kepada Nabi Nuh: "Dengarkan wahai Nuh, jika engkau ingin kami beriman kepadamu maka
usirlah orang-orang yang beriman kepadamu. Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang
lemah dan orang-orang yang fakir, sementara kami adalah kaum bangsawan dan orang-orang
kaya di antara mereka. Dan mustahil engkau menggabungkan kami bersama mereka dalam
satu dakwah (majelis)." Nabi Nuh mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang-orang kafir
dari kaumnya. la mengetahui bahwa mereka menentang. Meskipun demikian, ia menjawabnya
dengan baik. Ia memberitahukan kepada kaumnya bahwa ia tidak dapat mengusir orang-orang
mukmin, karena mereka bukanlah tamu-tamunya namun mereka adalah tamu-tamu Allah SWT.
Rahmat bukan terletak dalam rumahnya di mana masuk di dalamnya orang-orang yang
dikehendakinya dan terusir darinya orang-orang yang dikehendakinya, tetapi rahmat terletak
dalam rumah Allah SWT di mana Dia menerima siapa saja yang dikehendaki-Nya di dalamnya.
Allah SWT berfirman: "Berkata Nuh: 'Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku mempunyai bukti yang nyata dari
Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa
akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tidak menyukainya" Dan (dia
berkata): 'Hai kaumku, aku tidak meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi
seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang
yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku
memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui.' Dan (dia berkata): 'Hai kaumku, siapakah
yang dapat menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkan kamu
mengambil pelajaran"' Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): 'Aku mempunyai
gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tidak mengetahui hal yang gaib, dan
tidak pula aku mengatakan: 'Sesungguhnya aku adalah malaikat,' dan tidak juga aku
mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: 'Sekali-kali Allah
tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada
mereka. Sesungguhnya aku kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang lalim.'" (QS.
Hud: 28-31) Nuh mematahkan semua argumentasi orang-orang kafir dengan logika para nabi yang mulia.
Yaitu, logika pemikiran yang sunyi dari kesombongan pribadi dan kepentingan-kepentingan
khusus. Nabi Nuh berkata kepada mereka bahwa Allah SWT telah memberinya agama,
kenabian, dan rahmat. Sedangkan mereka tidak melihat apa yang diberikan Allah SWT
kepadanya. Selanjutnya, ia tidak memaksakan mereka untuk mempercayai apa yang
disampaikannya saat mereka membenci. Kalimat tauhid (tiada Tuhan selain Allah) tidak dapat
dipaksakan atas seseorang. Ia memberitahukan kepada mereka bahwa ia tidak meminta
imbalan dari mereka atas dakwahnya. Ia tidak meminta harta dari mereka sehingga
memberatkan mereka. Sesungguhnya ia hanya mengharapkan pahala (imbalan) dari Allah
17 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
SWT. Allahlah yang memberi pahala kepadanya. Nabi Nuh menerangkan kepada mereka
bahwa ia tidak dapat mengusir orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Meskipun
sebagai Nabi, ia memiliki keterbatasan dan keterbatasan itu adalah tidak diberikannya hak
baginya untuk mengusir orang-orang yang beriman karena dua alasan. Bahwa mereka akan
bertemu dengan Alllah SWT dalam keadaan beriman kepada-Nya, maka bagaimana ia akan
mengusir orang yang beriman kepada Allah SWT, kemudian seandainya ia mengusir mereka,
maka mereka akan menentangnya di hadapan Allah SWT. Ini berakibat pada pemberian pahala
dari Allah SWT atas keimanan mereka dan balasan-Nya atas siapa pun yang mengusir mereka.
Maka siapakah yang dapat menolong Nabi Nuh dari siksa Allah SWT seandainya ia mengusir
mereka" Demikianlah Nabi Nuh menunjukkan bahwa permintaan kaumnya agar ia mengusir orang-orang
mukmin adalah tindakan bodoh dari mereka. Nabi Nuh kembali menyatakan bahwa ia tidak
dapat melakukan sesuatu yang di luar wewenangnya, dan ia memberitahu mereka akan
kerendahannya dan kepatuhannya kepada Allah SWT. Ia tidak dapat melakukan sesuatu yang
merupakan bagian dari kekuasaan Allah SWT, yaitu pemberian nikmat-Nya kepada
hambahamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Ia tidak mengetahui ilmu gaib, karena ilmu gaib hanya
khusus dimiliki oleh Allah SWT. Ia juga memberitahukan kepada mereka bahwa ia bukan
seorang raja, yakni kedudukannya bukan seperti kedudukan para malaikat. Sebagian ulama
berargumentasi dari ayat ini bahwa para malaikat lebih utama dari pada para nabi (silakan
melihat tafsir Qurthubi).
Nabi Nuh berkata kepada mereka: "Sesungguhnya orang-orang yang kalian pandang sebelah
mata, dan kalian hina dari orang-orang mukmin yang kalian remehkan itu, sesungguhnya
pahala mereka itu tidak sirna dan tidak berkurang dengan adanya penghinaan kalian terhadap
mereka. Sungguh Allah SWT lebih tahu terhadap apa yang ada dalam diri mereka. Dialah yang
membalas amal mereka. Sungguh aku telah menganiaya diriku sendiri seandainya aku
mengatakan bahwa Allah tidak memberikan kebaikan kepada mereka."
Kemudian rezim penguasa mulai bosan dengan debat ini yang disampaikan oleh Nabi Nuh.
Allah SWT menceritakan sikap mereka terhadap Nabi Nuh dalam flrman-Nya:
"Mereka berkata: 'Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah
memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu
ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.' Nuh menjawab:
'Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu
sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasihatku jika aku
hendak memberi nasihat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah
Tuhanmu, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. " (QS. Hud: 32-34)
Nabi Nuh menambahkan bahwa mereka tersesat dari jalan Allah SWT. Allahlah yang menjadi
sebab terjadinya segala sesuatu, namun mereka memperoleh kesesatan disebabkan oleh
ikhtiar mereka dan kebebasan mereka serta keinginan mereka. Dahulu iblis berkata:
"Karena Engkau telah menghukum saya tersesat..." (QS. al-A'raf: 16)
Secara zahir tampak bahwa makna ungkapan itu berarti Allahlah yang menyesatkannya,
padahal hakikatnya adalah bahwa Allah SWT telah memberinya kebebasan dan kemudian Dia
akan meminta pertanggungjawabannya. Kita tidak sependapat dengan pandangan alQadhariyah,
al-Mu'tazilah, dan Imamiyah. Mereka berpendapat bahwa keinginan manusia
cukup sebagai kekuatan untuk melakukan perbuatannya, baik berupa ketaatan maupun
kemaksiatan. Karena bagi mereka, manusia adalah pencipta per-buatannya. Dalam hal itu, ia
tidak membutuhkan Tuhannya. Kami tidak mengambil pendapat mereka secara mutlak. Kami
berpendapat bahwa manusia memang menciptakan perbuatannya namun ia membutuhkan
bantuan Tuhannya dalam melakukannya[1].
Alhasil, Allah SWT mengerahkan setiap makhluk sesuai dengan arah penciptaannya, baik
18 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pengarahann itu menuju kebaikan atau keburukan. Ini termasuk kebebasan sepenuhnya.
Manusia memilih dengan kebebasannya kemudian Allah SWT mengerahkan jalan menuju
pilihannya itu. Iblis memilih jalan kesesatan maka Allah SWT mengerahkan jalan kesesatan itu
padanya, sedangkan orang-orang kafir dari kaum Nabi Nuh memilih jalan yang sama maka
Allah pun mengerahkan jalan itu pada mereka.
Peperangan pun berlanjut, dan perdebatan antara orang-orang kafir dan Nabi Nuh semakin
melebar, sehingga ketika argumentasi-argumentasi mereka terpatahkan dan mereka tidak
dapat mengatakan sesuatu yang pantas, mereka mulai keluar dari batas-batas adab dan berani
mengejek Nabi Allah. "Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: 'Sesungguhnya kami memandang kamu berada
dalam kesesatan yang nyata." (QS. al-A'raf: 60)
Nabi Nuh menjawab dengan menggunakan sopan-santun para nabi yang agung.
"Nuh menjawab: 'Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adalah utusan
dari Tuhan semesta alam. Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku
memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS.
al-A'raf: 61-62) Nabi Nuh tetap melanjutkan dakwah di tengah-tengah kaumnya, waktu demi waktu, hari demi
hari, dan tahun demi tahun. Berlalulah masa yang panjang itu, namun Nabi Nuh tetap mengajak
kaumnya. Nabi Nuh berdakwah kepada mereka siang malam, dengan sembunyi-sembunyi dan
terang-terangan, bahkan ia pun memberikan contoh-contoh pada mereka. Ia menjelaskan
kepada mereka tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan kekuasaan-Nya di dunia. Namun setiap
kali ia mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT, mereka lari darinya, dan setiap kali ia
mengajak mereka agar Allah SWT mengampuni mereka, mereka meletakkan jari-jari mereka di
telinga-telinga mereka dan mereka menampakkan kesombongan di depan kebenaran. Allah
SWT menceritakan apa yang dialami oleh Nabi Nuh dalam firman-Nya:
"Nuh berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka
seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali
aku menyeru mereka agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari
mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap
(mengingkari) dan menyombongkan diri dengan keterlaluan. Kemudian sesungguhnya aku
telah menyeru mereka dengan cara yang terang-terangan, kemudian aku menyeru mereka lagi
dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah
ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.'" (QS.
Nuh: 5-12) Namun apa jawaban kaumnya"
"Nuh berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan telah mengikuti
orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian
belaka. Mereka telah melakukan tipu-daya yang amat besar. Dan mereka berkata: 'Janganlah
sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali
meninggalkan (penyembahan) wadd, suwa, yaghuts, yauq, dan nasr. Dan sesudahnya mereka
telah menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang
lalim itu selain kesesatan,'" (QS. Nuh: 21-24)
Nuh tetap melanjutkan dakwah di tengah-tengah kaumnya selama 950 tahun. Allah SWT
berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara
mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. " (QS. aPAnkabut: 14)
Sayangnya, jumlah kaum mukmin tidak bertambah sedangkan jumlah kaum kafir justru
19 11. Riwayat Lie Bouw Pek WANG DU LU m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bertambah. Nabi Nuh sangat sedih namun ia tidak sampai kehilangan harapan. la senantiasa
mengajak kaumnya dan berdebat dengan mereka. Namun kaumnya selalu menghadapinya
dengan kesombongan, kekufuran, dan penentangan. Nabi Nuh sangat bersedih terhadap
kaumnya namun ia tidak sampai berputus asa. la tetap menjaga harapan selama 950 tahun.
Tampak bahwa usia manusia sebelum datangnya topan cukup panjang. Dan barangkali usia
panjang bagi Nabi Nuh merupakan mukjizat khusus baginya.
Datanglah hari di mana Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Nuh bahwa orang-orang yang
beriman dari kaumnya tidak akan bertambah lagi. Allah SWT mewahyukan kepadanya agar ia
tidak bersedih atas tindakan mereka. Maka pada saat itu, Nabi Nuh berdoa agar orang-orang
kafir dihancurkan. la berkata:
"Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di
atas bumi." (QS. Nuh: 26)
Nabi Nuh membenarkan doanya dengan alasan: "Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka
tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan
melahirkan selain anak yang berbuat maksiat dan kafir. " (QS. Nuh: 27)
Allah SWT berfirman dalam surah Hud:
"Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasannya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu,
kecuali orang-orang yang telah beriman saja, karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang
apa yang selalu mereka kerjakan. Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk
wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang lalim itu.
Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS. Hud: 36-37)
Kemudian Allah SWT menetapkan hukum-Nya atas orang-orang kafir, yaitu datangnya angin
topan. Allah SWT memberitahu Nuh, bahwa ia akan membuat perahu ini dengan "pengawasan
Kami dan wahyu kami," yakni dengan ilmu Allah SWT dan pengajaran-Nya, serta sesuai
dengan pengarahan-Nya dan bantuan para malaikat.
Allah SWT menetapkan perintah-Nya kepada Nuh:
"Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang lalim itu. Sesungguhnya
mereka itu akan ditenggelamkan. (QS. Hud: 37)
Allah SWT menenggelamkan orang-orang yang lalim, apa pun kedudukan mereka dan apa pun
kedekatan mereka dengan Nabi. Allah SWT melarang Nabi-Nya untuk berdialog dengan
mereka atau menengahi urusan mereka. Nabi Nuh mulai menanam pohon untuk membuat
perahu darinya. Ia menunggu beberapa tahun, kemudian ia memotong apa yang ditanamnya
dan mulai merakitnya. Akhirnya, jadilah perahu yang besar, yang tinggi, dan kuat.
Para mufasir berbeda pendapat tentang besarnya perahu itu, bentuknya, masa pembuatannya,
tempat pembuatannya dan lain-lain. Berkenaan dengan hal tersebut Fakhrur Razi berkata:
"Ketahuilah bahwa pembahasan ini tidak menarik bagiku karena ia merupakan hal-hal yang
tidak perlu diketahuinya. Saya kira mengetahui hal tersebut hanya mendatangkan manfaat yang
sedikit." Mudah-mudahan Allah SWT merahmati Fakhrur Razi yang
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
2012. Rumah Judi Pancing Perak PENDEKAR 4 ALIS m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
menyatakan kebenaran dengan kalimatnya itu. Kita tidak mengetahui hakikat perahu ini, kecuali apa yang telah Allah
SWT ceritakan kepada kita tentang hal itu. Misalnya, kita tidak mengetahui dimana ia dibuat,


Kisah Para Nabiallah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berapa panjangnya atau lebarnya, dan kita secara pasti tidak mengetahui selain tempat yang
ditujunya setelah ia berlabuh.
Allah SWT tidak memberikan keterangan secara detail berkenaan dengan hal tersebut yang
tidak memberikan kepentingan pada kandungan cerita dan tujuannya yang penting. Nabi Nuh
mulai membangun perahu, lalu orang-orang kafir lewat di depannya saat ia dalam keadaan
serius membuat perahu. Saat itu, cuaca atau udara sangat kering, dan di sana tidak terdapat
sungai atau laut yang dekat. Bagaimana perahu ini akan berlayar wahai Nuh" Apakah ia akan
berlayar di atas tanah" Di manakah air yang memungkinkan bagi perahumu untuk belayar"
Sungguh Nuh telah gila! Orang-orang kafir semakin tertawa terbahak-bahak dan semakin
mengejek Nabi Nuh. Puncak pertentangan dalam kisah Nabi Nuh tampak dalam masa ini. Kebatilan mengejek
kebenaran dan cukup lama menertawakan kebenaran. Mereka menganggap bahwa dunia
adalah milik mereka dan bahwa mereka akan selalu mendapatkan keamanan dan bahwa siksa
tidak akan terjadi. Namun anggapan mereka itu tidak terbukti. Datangnya angin topan
menjungkirbalikkan semua perkiraan mereka. Saat itu, orang-orang mukmin mengejek balik
orang-orang kafir dan ejekan mereka adalah kebenaran. Allah SWT berfirman:
"Dan mulailah Nuh membuat bahtera itu. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan metewati
Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: 'Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya
kami (pun) akan mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek kami. Kelak kamu akan
mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakan dan yang akan ditimpa azab
yang kekal." (QS. Hud: 38-39)
Selesailah pembuatan perahu dan duduk menunggu perintah Allah SWT. Allah SWT
mewahyukan kepada Nabi Nuh bahwa jika ada yang mempunyai dapur, maka ini sebagai tanda
dimulainya angin topan. Di sebutkan bahwa tafsiran dari at-Tannur ialah oven (alat untuk
memanggang roti) yang ada di dalam rumah Nabi Nuh. Jika keluar darinya air dan ia lari maka
itu merupakan perintah bagi Nabi Nuh untuk bergerak. Maka pada suatu hari tannur itu mulai
menunjukkan tanda-tandanya dari dalam rumah Nabi Nuh, lalu Nabi Nuh segera membuka
perahunya dan mengajak orang-orang mukmin untuk menaikinya. Jibril turun ke bumi. Nabi Nuh
membawa burung, binatang buas, binatang yang berpasang-pasangan, sapi, gajah, semut, dan
lain-lain. Dalam perahu itu, Nabi Nuh telah membuat kandang binatang buas.
Jibril menggiring setiap dua binatang yang berpasangan agar setiap spesies binatang tidak
punah dari muka bumi. Ini berarti bahwa angin topan telah menenggelamkan bumi semuanya,
kalau tidak demikian maka buat apa ia harus mengangkut jenis binatang-binatang itu.
Binatangbinatang mulai menaiki perahu itu beserta orang-orang yang beriman dari kaumnya.
Jumlah orang-orang mukmin sangat sedikit. Allah SWT berfirman:
"Hingga apabila perintah Kami datang dan tannur telah memancarkan air, Kami berfirman:
'Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina),
dan keluargamu kecuali orang yang terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkanlah pula)
orang-orang yang beriman.' Dan tidak beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit. " (QS. Hud: 40)
Istri Nabi Nuh tidak beriman kepadanya sehingga ia tidak ikut menaiki perahu, dan salah satu
anaknya menyembunyikan kekafirannya dengan menampakkan keimanan di depan Nabi Nuh,
dan ia pun tidak ikut menaikinya. Mayoritas manusia saat itu tidak beriman sehingga mereka
tidak turut berlayar. Hanya orang-orang mukmin yang mengarungi lautan bersamanya. Ibnu
1 12. Rumah Judi Pancing Perak PENDEKAR 4 ALIS m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Abbas berkata: "Terdapat delapan puluh orang dari kaum Nabi Nuh yang beriman kepadanya."
Air mulai meninggi yang keluar dari celah-celah bumi. Tiada satu celah pun di bumi kecuali
keluar air darinya. Sementara dari langit turunlah hujan yang sangat deras yang belum pernah
turun hujan dengan curah seperti itu di bumi, dan tidak akan ada hujan seperti itu sesudahnya.
Lautan semakin bergolak dan ombaknya menerpa apa saja dan menyapu bumi. Perut bumi
bergerak dengan gerakan yang tidak wajar sehingga bola bumi untuk pertama kalinya
tenggelam dalam air sehingga ia menjadi bola air. Allah SWT berfirman:
"Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami
jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan
yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari
papan dan paku. (QS. al-Qamar: 11-13)
Air meninggi di atas kepala manusia, dan ia melampaui ketinggian pohon, bahkan puncak
gunung. Akhirnya, permukaan bumi diselimuti dengan air. Ketika mula-mula datang topan, Nabi
Nuh memanggil-manggil putranya. Putranya itu berdiri agak jauh darinya. Nabi Nuh
memanggilnya dan berkata:
"Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orangorang
yang kafir." (QS. Hud: 42)
Anak itu menjawab ajakan ayahnya:
"Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah." (QS. Hud:
43) Nabi Nuh kembali menyerunya:
"Tidak add yang melindungi hari ini dari azab Allah selain orang yang dirahmati-Nya. " (QS.
Hud: 43) Selesailah dialog antara Nabi Nuh dan anaknya.
"Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orangorang
yang ditenggelamkan. " (QS. Hud: 43)
Perhatikanlah ungkapan AI-Qur'an al-Karim: Dan gelombang menjadi penghalang antara
keduanya. Ombak tiba-tiba mengakhiri dialog mereka. Nabi Nuh mencari, namun ia tidak
mendapati anaknya. Ia tidak menemukan selain gunung ombak yang semakin meninggi dan
meninggi bersama perahu itu. Nabi Nuh ddak dapat melihat segala sesuatu selain air. Allah
SWT berkehendak - sebagai rahmat dari-Nya - untuk menenggelamkan si anak jauh dari
penglihatan si ayah. Inilah kasih sayang Allah SWT terhadap si ayah. Anak Nabi Nuh mengira
bahwa gunung akan mencegahnya dari kejaran air namun ia pun terkejar dan tenggelam. Angin
topan terus berlanjut dan terus membawa perahu Nabi Nuh. Setelah berlalu beberapa saat,
pemandangan tertuju kepada bumi yang telah musnah sehingga tiada kehidupan kecuali
sebagian kayu yang darinya Nabi Nuh membuat perahu di mana ia menyelamatkan orangorang
mukmin, begitu juga berbagai binatang yang ikut bersama mereka. Adalah hal yang sulit
bagi kita untuk membayangkan kedahsyatan topan itu. Yang jelas, ia menunjukkan kekuasaan
Pencipta. Perahu itu berlayar dengan mereka dalam ombak yang laksana gunung. Sebagian
ilmuwan meyakini bahwa terpisahnya beberapa benua dan terbentuknya bumi dalam rupa
seperti sekarang adalah sebagai akibat dari topan yang dahulu.
Topan yang dialami oleh Nabi Nuh terus berlanjut dalam beberapa zaman di mana kita tidak
dapat mengetahui batasnya. Kemudian datanglah perintah Ilahi agar langit menghentikan
hujannya dan agar bumi tetap tenang dan menelan air itu, dan agar kayu-kayu perahu berlabuh
di al-Judi, yaitu nama suatu tempat di zaman dahulu. Ada yang mengatakan bahwa ia adalah
gunung yang terletak di Irak. Dengan datangnya perintah Ilahi, bumi kembali menjadi tenang
dan air menjadi surut. Topan telah menyucikan bumi dan membasuhnya. Allah SWT berfirman:
"Dan difirmankan: 'Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,' dan air pun
2 12. Rumah Judi Pancing Perak PENDEKAR 4 ALIS m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukitjudi. Dan
dikatakan: 'Binasalah orang-orang yang lalim. " (QS. Hud: 44)
Dan air pun disurutkan, yakni air berkurang dan kembali ke celah-celah bumi. Segala urusan
telah diputuskan dan orang-orang kafir telah hancur sepenuhnya. Dikatakan bahwa Allah SWT
me-mandulkan rahim-rahim wanita selama empat puluh tahun sebelum datangnya topan,
karena itu tidak ada yang terbunuh seorang anak bayi atau anak kecil.
Firman-Nya: Dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit judi, yakni ia berlabuh di atasnya. Di
sebutkan bahwa hari itu bertepatan dengan hari Asyura' (hari kesepuluh dari bulan Muharam).
Lalu Nabi Nuh berpuasa dan memerintahkan orang-orang yang bersamanya untuk berpuasa
juga. Dikatakan: 'Binasalah orang-orang yang lalim, 'yakni kehancuran bagi mereka. Topan
menyucikan bumi dari mereka dan membersihkannya. Lenyaplah peristiwa yang mengerikan
dengan lenyapnya topan. Dan berpindahlah pergulatan dari ombak ke jiwa Nabi Nuh. Ia
mengingat anaknya yang tenggelam. Nabi Nuh tidak mengetahui saat itu bahwa anaknya
menjadi kafir. Ia menganggap bahwa anaknya sebagai seorang mukmin yang memilih untuk
menyelamatkan diri dengan cara berlindung kepada gunung. Namun ombak telah mengakhiri
percakapan keduanya sebelum mereka menyelesaikannya. Nabi Nuh tidak mengetahui
seberapa jauh bagian keimanan yang ada pada anaknya. Lalu bergeraklah naluri kasih sayang
dalam hati sang ayah. Allah SWT berfirman:
"Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku
termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah
Hakim yang seadil-adilnya. " (QS. Hud: 45)
Nuh ingin berkata kepada Allah SWT bahwa anaknya termasuk dari keluarganya yang beriman
dan Dia menjanjikan untuk menyelamatkan keluarganya yang beriman. Allah SWT berkata dan
menjelaskan kepada Nuh keadaan sebenarnya yang ada pada anaknya:
"Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan
diselamatkan). Sesungguhnya perbuatannya tidak baik. Sebab itu, janganlah kamu memohon
kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikatnya). Aku memperingatkan kepadamu
supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.'" (QS. Hud: 46)
Al-Qurthubi berkata - menukil dari guru-gurunya dari kalangan ulama - ini adalah pendapat
yang kami dukung: "Anaknya berada di sisinya (yakni bersama Nabi Nuh dan dalam dugaannya
ia seorang mukmin). Nabi Nuh tidak berkata kepada Tuhannya: "Sesungguhnya anakku
termasuk keluargaku," kecuali karena ia memang menampakkan hal yang demikian kepadanya.
Sebab, mustahil ia meminta kehancuran orang-orang kafir kemudian ia meminta agar sebagian
mereka diselamatkan."
Anaknya menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keimanan. Lalu Allah SWT
memberitahukan kepada Nuh ilmu gaib yang khusus dimiliki-Nya. Yakni Allah SWT
memberitahunya keadaan sebenarnya dari anaknya. Allah SWT ketika menasihatinya agar
jangan sampai ia menjadi orang-orang yang tidak mengerti. Dia ingin menghilangkan darinya
anggapan bahwa anaknya beriman kemudian mati bersama orang-orang kafir.
Di sana terdapat pelajaran penting yang terkandung dalam ayat-ayat yang mulia itu, yang
menceritakan kisah Nabi Nuh bersama anaknya. Allah SWT ingin berkata kepada Nabi-Nya
yang mulia bahwa anaknya bukan termasuk keluarganya karena ia tidak beriman kepada Allah
SWT. Hubungan darah bukanlah hubungan hakiki di antara manusia. Anak seorang nabi adalah
anaknya yang meyakini akidah, yaitu mengikuti Allah SWT dan nabi, dan bukan anaknya yang
menentangnya, meskipun berasal dari sulbinya. Jika demikian seorang mukmin harus
menghindar dari kekufuran. Dan di sini juga harus di teguhkan hubungan sesama akidah di
antara orang-orang mukmin. Adalah tidak benar jika hubungan sesama mereka dibangun
berdasarkan darah, ras, warna kulit, atau tempat tinggal.
3 12. Rumah Judi Pancing Perak PENDEKAR 4 ALIS m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Nabi Nuh memohon ampun kepada Tuhannya dan bertaubat kepada-Nya. Kemudian Allah
SWT merahmatinya dan memerintahkannya untuk turun dari perahu dalam keadaan dipenuhi
dengan keberkahan dari Allah SWT dan penjagaan-Nya:
"Nuh berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon
kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikatnya). Dan sekiranya Engkau tidak
memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh mbelas kasihan kepadaku, niscaya aku akan
termasuk orang-orang yang merugi. " (QS. Hud: 47) "Difirmankan: 'Hai Nuh, turunlah dengan
selamat dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang beriman) dari
orang-orang yang bersamamu.'" (QS. Hud: 48)
Nabi Nuh turun dari perahunya dan ia melepaskan burung-burung dan binatang-binatang buas
sehingga mereka menyebar ke bumi. Setelah itu, orangorang mukmin juga tumn. Nabi Nuh
meletakkan dahinya ke atas tanah dan bersujud. Saat itu bumi masih basah karena pengaruh
topan. Nabi Nuh bangkit setelah salatnya dan menggali pondasi untuk membangun tempat
ibadah yang agung bagi Allah SWT. Orang-orang yang selamat menyalakan api dan dudukduduk di
sekelilinginya. Menyalakan api sebelumnya di larang di dalam perahu karena
dikhawatirkan api akan menyentuh kayu-kayunya dan membakarnya. Tak seorang pun di
antara mereka yang memakan makanan yang hangat selama masa topan.
Berlalulah hari puasa sebagai tanda syukur kepada Allah SWT. Al-Qur'an tidak lagi
menceritakan kisah Nabi Nuh setelah topan sehingga kita tidak mengetahui bagaimana
peristiwa yang dialami Nabi Nuh bersama kaumnya. Yang kita ketahui atau yang perlu kita
tegaskan bahwa Nabi Nuh mewasiatkan kepada putra-putranya saat ia meninggal agar mereka
hanya menyembah Allah SWT.
[1] Pendapat ini adalah pendapat Imamiyah dan tidak dapat disamakan dengan pendapat
kedua sekte tersebut. (Peng.)
KISAH NABI HUD Selesailah kisah kaum Nabi Nuh dalam sejarah. Mayoritas di antara mereka yang mendustakan
ajarannya telah dihancurkan oleh topan. Sedangkan minoritas di antara mereka dapat kembali
memakmurkan bumi sebagai wujud dari sunatullah dan janji-Nya: Sedangkan janji Allah SWT
kepada Nabi Nuh adalah: "Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang takwa." (QS. al-Qashash: 83)
Dan janji Allah SWT juga kepada Nabi Nuh adalah:
"Difirmankan: 'Hai Nuh, turunlah dengan selamat dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan
atas umat-umat (yang beriman) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada pula umat-umat
yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam hehidupan dunia), kemudian mereka akan
ditimpa azab yang pedih dari Kami. " (QS. Hud: 48)
Berputarlah roda kehidupan dan datanglah janji Allah SWT. Setelah datangnya topan, tiada
yang tersisa dari manusia di muka bumi kecuali orang-orang yang beriman. Tiada satu hati
yang kafir pun berada di muka bumi dan setan mulai mengeluhkan pengangguran.
Berlalulah tahun demi tahun, lalu matilah para orang tua dan anak-anak, dan datanglah anak
dari anak-anak. Manusia lupa akan wasiat Nabi Nuh dan mereka kembali menyembah berhala.
Manusia menyimpang dari penyembahan yang semata-mata untuk Allah SWT. Akhirnya, tipuan
kuno berulang kembali. Para cucu kaum Nabi Nuh berkata: "Kita tidak ingin melupakan kakek
kita yang Allah SWT selamatkan mereka dari topan."
Oleh karena itu, mereka membuat patung-patung orang-orang yang selamat itu yang dapat
mengingatkan mereka dengannya. Dan pengagungan ini semakin berkembang generasi demi
generasi, namun akhimya penghormatan itu berubah menjadi penghambaan. Patung-patung itu
berubah - dengan bisikan setan - menjadi tuhan selain Allah SWT. Dan bumi kembali
4 12. Rumah Judi Pancing Perak PENDEKAR 4 ALIS m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengeluhkan kegelapan. Lalu Allah SWT rnengutus junjungan kita Nabi Hud di tengah-tengah
kaumnya. Al-Qur'an menyingkap ceritanya setelah diutusnya Nabi Hud untuk membawa agama kepada
manusia. Nabi Hud berasal dari kabilah yang bernama 'Ad. Kabilah ini tinggal di suatu tempat
yang bernama al-Ahqaf. la adalah padang pasir yang dipenuhi dengan gunung-gunung pasir
dan tampak dari puncaknya lautan. Adapun tempat tinggal mereka berupa tenda-tenda besar
dan mempuyai tiang-tiang yang kuat dan tinggi. Kaum 'Ad terkenal dengan kekuatan fisik di
saat itu, dan mereka juga memiliki tubuh yang amat tinggi dan tegak sampai-sampai mereka
mengatakan seperti yang dikutip oleh Al-Qur'an:
"Mereka berkata: 'Siapakah yang lebih kuat daripada kami.'" (QS. Fushilat: 15)
Tiada seorang pun di masa itu yang dapat menandingi kekuatan mereka. Meskipun mereka
memiliki kebesaran tubuh, namun mereka memiliki akal yang gelap. Mereka menyembah
berhala dan membelanya bahkan mereka siap berperang atas namanya. Mereka malah
menuduh nabi mereka dan mengejeknya. Selama mereka menganggap bahwa kekuatan
adalah hal yang patut dibanggakan, maka seharusnya mereka melihat bahwa Allah SWT yang
menciptakan mereka lebih kuat dari mereka. Sayangnya, mereka tidak melihat selain
kecongkakan mereka. Nabi Hud berkata kepada mereka:
"Wahai kaumku, sembahlah Allah yang tiada tuhan lain bagi kalian selain-Nya. " (QS. Hud: 50)
Itu adalah perkataan yang sama yang diucapkan oleh seluruh nabi dan rasul. Perkataan
tersebut tidak pernah berubah, tidak pernah berkurang, dan tidak pernah dicabut kembali.
Kaumnya bertanya kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi pemimpin bagi kami melalui
dakwahmu ini" Imbalan apa yang engkau inginkan?" Nabi Hud memberitahu mereka bahwa ia
hanya mengharapkan imbalan dari Allah SWT. Ia tidak menginginkan sesuatu pun dari mereka
selain agar mereka menerangi akal mereka dengan cahaya kebenaran. Ia mengingatkan
mereka tentang nikmat Allah SWT terhadap mereka. Bagaimana Dia menjadikan mereka
sebagai khalifah setelah Nabi Nuh, bagaimana Dia memberi mereka kekuatan fisik, bagaimana
Dia menempatkan mereka di bumi yang penuh dengan kebaikan, bagaimana Dia mengirim
hujan lalu menghidupkan bumi dengannya.
Kaum Hud membuat kerusakan dan mengira bahwa mereka orang-orang yang terkuat di muka
bumi, sehingga mereka menampakkan kesombongan dan semakin menentang kebenaran.
Mereka berkata kepada Nabi Hud: "Bagaimana engkau menuduh tuhan-tuhan kami yang kami
mendapati ayah-ayah kami menyembahnya?" Nabi Hud menjawab: "Sungguh orang tua kalian
telah berbuat kesalahan." Kaum Nabi Hud berkata: "Apakah engkau akan mengatakan wahai
Hud bahwa setelah kami mad dan menjadi tanah yang beterbangan di udara, kita akan kembali
hidup?" Nabi Hud menjawab: "Kalian akan kembali pada hari kiamat dan Allah SWT akan
bertanya kepada masing-masing dari kalian tentang apa yang kalian lakukan."
Setelah mendengar jawaban itu, meledaklah tertawa dari mereka. Alangkah anehnya
pengakuan Hud, demikianlah orang-orang kafir berbisik di antara mereka. Manusia akan mati
dan ketika mati jasadnya akan rusak dan ketika jasadnya rusak ia akan menjadi tanah
kemudian akan dibawa oleh udara dan tanah itu akan beterbangan, lalu bagaimana semua ini
akan kembali ke asalnya. "Kemudian apa pengertian adanya hari kiamat" Mengapa orangorang
yang mati akan bangkit dari kematiannya?" Hud menerima pertanyaan-pertanyaan ini
dengan kesabaran yang mulia. Kemudian ia mulai menerangkan pada kaumnya keadaan hari
kiamat. Ia menjelaskan kepada mereka bahwa kepercayaan manusia kepada hari akhir adalah
satu hal yang penting yang berhubungan dengan keadilan Allah SWT, sebagaimana ia juga
sesuatu yang penting yang juga berhubungan dengan kehidupan manusia.
Nabi Hud menerangkan kepada mereka sebagaimana apa yang diterangkan oleh semua nabi
berkenaan dengan hari kiamat. Sesungguhnya hikmah sang Pencipta tidak menjadi sempurna
dengan sekadar memulai penciptaan kemudian berakhirnya kehidupan para makhluk di muka
5 12. Rumah Judi Pancing Perak PENDEKAR 4 ALIS m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bumi ini, lalu setelah itu tidak ada hal yang lain. Ini adalah masa tenggang yang pertama dari
ujian. Dan ujian tidak selesai dengan hanya menyerahkan lembar jawaban. Harus juga disertai
dengan koreksi terhadap lembar jawaban itu, memberi nilai, dan menjelaskan siapa yang


Kisah Para Nabiallah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berhasil dan siapa yang gagal.
Manusia selama hidup di dunia tidak hanya mempunyai satu tindakan; ada yang berbuat
kelaliman, ada yang membunuh, dan ada yang melampaui batas. Seringkali kita melihat orangorang
lalim pergi dengan bebas tanpa menjalani hukuman. Cukup banyak orang-orang yang
jahat namun mereka mendapatkan fasilitas yang mewah dan mendapatkan penghormatan serta
kekuasaan. Ke mana orang-orang yang teraniaya akan mengadu dan kepada siapa orangorang
yang menderita akan mengeluh"
Logika keadilan menuntut adanya hari kiamat. Sesungguhnya kebaikan tidak selalu menang
dalam kehidupan, bahkan terkadang pasukan kejahatan berhasil membunuh dan memperdaya
para pejuang kebenaran. Lalu, apakah kejahatan ini berlalu begitu saja tanpa mendapatkan
balasan" Sungguh suatu kelaliman besar terhampar seandainya kita menganggap bahwa hari
kiamat tidak pernah terjadi. Allah SWT telah mengharamkan kelaliman atas diri-Nya sendiri, dan
Dia pun mengharamkannya terjadi di antara hamba-hamba-Nya., maka adanya hari kiamat, hari
perhitungan, hari pembalasan adalah sebagai bukti kesempurnaan dari keadilan Allah SWT.
Sebab hari kiamat adalah hari di mana semua persoalan akan disingkap kembali di depan sang
Pencipta dan akan di tinjau kembali, dan Allah SWT akan memutuskan hukum-Nya di dalamnya.
Inilah kepentingan pertama tentang hari kiamat yang berhubungan langsung dengan
keadilan Allah SWT. Ada kepentingan lain berkenaan dengan hari kiamat, yang berhubungan dengan perilaku
manusia sendiri. Bahwa keyakinan dengan adanya hari akhir, mempercayai hari kebangkitan,
perhitungan amal, penerimaan pahala dan siksa, dan kemudian masuk surga atau neraka
adalah perkara-perkara yang langsung berkenaan dengan perilaku manusia, di mana
konsentrasi manusia dan had mereka akan tertuju dengan alam lain setelah alam ini. Oleh
karena itu, mereka tidak akan terbelenggu oleh kenikmatan dunia, kerakusan kepadanya, dan
egoisme untuk menguasinya. Mereka tidak perlu gelisah saat mereka tidak berhasil melihat
balasan usaha mereka dalam umur mereka yang pendek dan terbatas. Dengan demikian,
manusia semakin meninggi dari tanah yang menjadi asal penciptaannya ke roh yang ditiupkan
oleh Tuhannya. Barangkali persimpangan jalan antara tunduk terhadap imajinasi dunia, nilai-nilainya, dan
pertimbangan-pertimbangannya dan ketergantungan dengan nilai-nilai Allah SWT yang tinggi
dapat terwujud dengan adanya keimanan terhadap hari kiamat. Nabi Hud telah membicarakan
semua ini dan mereka telah mendengarkannya namun mereka mendustakannya. Allah SWT
menceritakan sikap kaum itu terhadap hari kiamat:
"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan
pertemuan dengan hari kiamat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam
kehidupan dunia: 'Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia, makan dari apa
yang kamu, makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu
sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian itu, kamu benar-benar
menjadi orang-orang yang merugi. Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa bila
kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu sesungguhnya akan
dikeluarkan (dari kuburmu)", jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan
kepadamu itu, kehidupan tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan hidup dan
sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi. " (QS. al-Mu`minun: 33-37)
Demikianlah kaum Nabi Hud mendustakan nabinya. Mereka berkata kepadanya: "Tidak
mungkin, tidak mungkin." Mereka keheranan ketika mendengar bahwa Allah SWT akan
6 12. Rumah Judi Pancing Perak PENDEKAR 4 ALIS m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membangkitkan orang-orang yang ada dalam kuburan. Mereka bingung ketika dibe-ritahu
bahwa Allah SWT akan mengembalikan penciptaan manusia setelah ia berubah menjadi tanah,
meskipun Dia telah menciptakannya sebelumnya juga dari tanah. Seharusnya para pendusta
hari kebangkitan itu merasa bahwa mengembalikan penciptaan manusia dari tanah dan tulang
lebih mudah dari penciptaannya pertama kali. Bukankah Allah SWT telah menciptakan semua
makhluk, maka kesulitan apa yang ditemui-Nya dalam mengembalikannya. Kesulitan itu
disesuaikan dengan tolok ukur manusia yang tersembunyi dalam ciptaan., maka tolok ukur
manusia tersebut tidak dapat diterapkan kepada Allah SWT. Karena Dia tidak mengenal
kesulitan atau kemudahan. Ketika Dia ingin membuat sesuatu, maka Dia hanya sekadar
mengeluarkan perintah: "Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka
(cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah."Lalu jadilah ia." (QS. al-Baqarah: 117)
Kita juga memperhatikan firman-Nya:
"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya." (QS. al-Mu^minun: 33)
Al-Mala' ialah para pembesar (ar-Ruasa'). Mereka dinamakan al-Mala' karena mereka suka
berbicara dan mereka mempunyai kepentingan dalam kesinambungan situasi yang tidak sehat.
Kita akan menyaksikan mereka dalam setiap kisah para nabi. Kita akan melihat para pembesar
kaum, orang-orang kaya di antara mereka, dan orang-orang elit di antara mereka yang
menentang para nabi. Allah SWT menggambarkan mereka dalam firman-Nya:
"Dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia. " (QS. al-Mukminun: 33)
Karena pengaruh kekayaan dan kemewahan hidup, lahirlah keinginan untuk meneruskan
kepentingan-kepentingan khusus, dan dari pengaruh kekayaan dan kekuasaan, muncullah
sikap sombong. Para pembesar itu menoleh kepada kaumnya sambil bertanya-tanya: "Tidakkah
nabi ini manusia biasa seperti kita, ia memakan dari apa yang kita, makan, dan meminum dari
apa yang kita minum" Bahkan barangkali karena kemiskinannya, ia sedikit, makan dari apa
yang kita, makan dan ia minum, menggunakan gelas-gelas yang kotor sementara kita minum
dari gelas-gelas yang terbuat dari emas dan perak., maka bagaimana ia mengaku berada
dalam kebenaran dan kita dalam kebatilan" Ini adalah manusia biasa, maka bagaimana kita
menaati manusia biasa seperti kita" Kemudian, mengapa Allah SWT memilih manusia di antara
kita untuk mendapatkan wahyu-Nya?"
Para pembesar kaum Nabi Hud berkata: "Bukankah hal yang aneh ketika Allah SWT memilih
manusia biasa di antara kita untuk menerima wahyu dari-Nya?" Nabi Hud balik bertanya: "Apa
keanehan dalam hal itu" Sesungguhnya Allah SWT mencintai kalian dan oleh karenanya Dia
mengutus aku kepada kalian untuk mengingatkan kalian. Sesungguhnya perahu Nuh dan kisah
Nuh tidak jauh dari ingatan kalian. Janganlah kalian melupakan apa yang telah terjadi. Orangorang
yang menentang Allah SWT telah dihancurkan dan begitu juga orang-orang yang akan
mengingkari-Nya pun akan dihancurkan, sekuat apa pun mereka." Para pembesar kaum
berkata: "Siapakah yang dapat menghancurkan kami wahai Hud?" Nabi Hud menjawab: "Allah
Rahasia Tombak Dewa 2 Pendekar Slebor 14 Bayang-bayang Gaib Sumpah Palapa 5
^