Pencarian

Unforgiven Hero 2

Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha Bagian 2


"Kenapa kau tidak bisa?"
"Kenapa pula kau bisa?" Elena setengah menjerit,
setengah frustasi dengan ketenangan datar yang ditampakkan
Mr. Alex.. Apakah bagi lelaki itu, masalah ini serupa dengan
masalah bisnis yang harus diselesaikan dengan sikap datar dan
tanpa perasaan" "Ini pertunangan yang akan mengarah kepada
pernikahan. Pernikahan adalah hal yang sakral dan serius, tidak
bisa dilakukan begitu saja, mungkin kau bisa melakukannya,
tetapi aku tidak." "Jadi kau pikir aku tidak serius dalam mengajukan
pertunangan dan pernikahan ini." Dengan elegan Rafael berdiri,
mengitari meja dan bersandar di sana, "Aku sungguh serius,
dan aku bertanggungjawab atas perbuatan yang mungkin
kulakukan padamu malam itu. Baru kali ini mungkin aku
temukan seorang perempuan yang menolak lelaki yang ingin
bertanggungjawab kepadanya."
"Tetapi kita tidak saling mencintai."
"Pernikahan yang didasarkan oleh cinta yang terlalu
menggebu-gebu biasanya adalah pernikahan yang paling cepat
berakhir." Rafael tersenyum dingin, "Percayalah, aku cukup
berpengalaman dengan teman-temanku. Mereka menikah
karena cinta, karena tergila-gila satu sama lain. Seolah tidak
bisa dipisahkan. Tetapi beberapa saat kemudian, ketika cinta
itu pudar, mereka tidak punya apa-apa lagi." Mata Rafael
semakin menggelap. "Pernikahan yang ideal adalah pernikahan
yang dilakukan atas dasar saling pengertian, kesepakatan,
saling menghormati dan" ketertarikan seksual yang dalam."
"Apa?" "Kurasa kau sudah mendengar kalimat terakhirku tadi
Elena." Senyum Rafael berubah dalam dan sensual, "Mengenai
ketertarikan sensual aku tidak bisa membantahnya" Lelaki itu
menyingkap jasnya, dan menunjukkan kejantanannya yang
66 Santhy Agatha menegang di balik celananya, "Ini selalu bergairah setiap aku
bersamamu." "Kau sungguh menjijikkan!" Elena berteriak frustasi,
frustasi karena sikap Mr. Alex telah membangkitkan sesuatu
dalam dirinya, gelenyar panas yang mengalir pelan tapi pasti.
Dia memundurkan langkahnya dan berusaha pergi dari
ruangan itu secepat mungkin. Tetapi Rafael bergerak cepat,
menarik lengannya dan memeluknya erat. Mendekapnya
dengan kencang seakan tidak mau melepaskannya. Elena
meronta tetapi Rafael lebih kuat, lelaki itu mengetatkan
lengannya, mencoba meredam gerakan Elena.
Ketika Elena tidak berhenti meronta, Rafael menarik
punggung Elena ke arahnya dan mencium bibirnya, tidak
tanggung-tanggung langsung melumatnya. Dan langkahnya
berhasil karena rontaan Elena melemah. Ciuman Rafael berhasil
membuat Elena lemah dan tak berdaya. Lelaki itu lalu
melepaskan bibirnya, tetapi belum melepaskan pelukannya.
Napasnya terasa panas dan terengah di bibir Elena, dahi
mereka saling menempel, dan mereka begitu dekat sampai
Elena merasa terperangkap dalam tatapan Mr. Alex yang begitu
tajam. "Maafkan aku Elena. Maafkan aku." Rafael berbisik
lembut mencoba menenangkan, "Aku tidak ingin menyakitimu."
Kata-kata Rafael membuat Elena berkedip dan merasa
ragu. dia menatap laki-laki itu dengan bingung. Tadi Mr. Alex
tampak begitu sensual dan mengancam, menciumnya tanpa
permisi. Sekarang lelaki ini berubah menjadi begitu lembut dan
menyentuh hati. Apa sebenarnya yang ada di benak laki-laki
ini" "Aku ingin kau mendengarkan aku dulu." Lelaki itu
mengangkat bahu ketika kejantanannya yang keras menyentuh
Elena, membuat Elena langsung mendongakkan kepalanya dan
menatap Rafael dengan pandangan menuduh. "Aku tidak bisa
mengendalikannya." Rafael tersenyum. "Maafkan aku. Aku akan
melepasmu kalau kau berjanji tidak akan pergi sebelum aku
Unforgiven Hero 67 menyelesaikan kata-kataku. Kuharap kau mengerti dan bisa
memahami." Elena masih menatap Mr. Alex dengan waspada, tetapi
kemudian menemukan kesungguhan di mata laki-laki itu.
Akhirnya dia menyerah dan mengangguk. Dengan lembut lelaki
itu lalu melepaskannya dan mengedikkan bahunya ke arah sofa.
"Duduklah." Elena duduk dan Rafael menyusul duduk di depannya.
Menatapnya dengan lembut.
"Dari semua alasan yang kupaparkan nanti, aku pikir
kita pasangan yang cocok, Elena. Aku akan sangat senang
memiliki isteri sepertimu, yang kau tahu sendiri" sangat
menggugah gairahku." Lelaki itu kembali tersenyum meminta
maaf, "Dan aku pikir aku tidak terlalu buruk untuk seleramu."
Terlalu tampan. Terlalu sempurna. Terlalu segalanya
hingga terasa menakutkan. Elena membatin.
"Aku merasa bertanggungjawab ketika menidurimu
malam itu. Memang itu perbuatan yang sama-sama tidak kita
sadari. Tetapi aku tidak pernah merusak perempuan lugu
sebelumnya, aku sudah pernah mengatakannya bukan" Dan
aku".. aku merasa berdosa kepada adikku kalau sampai aku
tidak bertanggungjawab dan menikahimu."
"Merasa berdosa kepada adikmu?"
"Ya. Kau ingat Victoria" HR Manager di perusahaan ini?"
Elena sudah tentu ingat. Dia tidak akan melupakan
perempuan cantik dan berwibawa yang memberikan kesan luar
biasa kepadanya itu. Jadi perempuan itu adalah adik Mr. Alex"
Pantas, mereka berdua sama-sama menyimpan keanggunan
yang misterius di balik kulit keemasan dan rambut gelap yang
eksotis.. Tetapi apa hubungan Victoria dengan semua ini"
"Victoria pernah berhubungan dengan kekasihnya saat
remaja. Hubungan mereka berjalan terlalu jauh sampai Victoria
hamil. Tetapi kekasihnya meninggalkannya. Dia" dia hancur,
68 Santhy Agatha berkali-kali mencoba bunuh diri dan kehilangan semangat.
Untung kami bisa membangkitkannya lagi hingga dia menjadi
perempuan tegar seperti sekarang. Tetapi sejak saat itu aku
berjanji bahwa aku tidak akan menyakiti perempuan lugu
manapun dan menghancurkannya, seperti yang dilakukan laki-
laki itu pada adikku."
Rafael memajukan tubuhnya dan meraih tangan Elena
dari seberang meja dan menggenggamnya lembut, "Menikahlah
denganku Elena. Aku yakin ini semua akan berakhir baik."
" "Hebat. Kau menjadikan aku perempuan yang pernah
ditipu kekasihku di masa remaja lalu menggugurkan
kandungan dan mencoba bunuh diri berkali-kali?" Victoria
berkacak pinggang di depan Rafael, "Hebat kakak. Dan setelah
ini , Elena akan memandangku dengan tatapan iba sembunyi-
sembunyi." Rafael tersenyum melihat kemarahan adiknya, lalu
menatap Victoria lembut sambil tersenyum, adiknya itu tidak
pernah bisa marah terlalu lama padanya kalau dia menatapnya
seperti itu. "Maafkan aku Vicky, harus mengarang cerita
bohong seperti itu. Tetapi aku kehabisan ide. Dan hanya itu
yang terpikirkan. Aku tahu Elena mempunyai rasa empati yang
besar, dan dia akan menerimaku kalau hal itu aku lakukan demi
adikku. Seorang perempuan yang sama sepertinya."
"Kau memang hebat dalam berbohong dalam waktu
sempit." Victoria menyipitkan matanya, masih belum
memaafkan kakaknya karena mengarang cerita tentang dirinya
untuk melelehkan hati Elena, "Dan aku duga kau berhasil?"
Rafael tersenyum, "Dia menerima cincin itu lagi dan
mempertimbangkan lamaran pernikahanku."
Victoria menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis
pikir dengan obsesi kakaknya terhadap Elena. "Aku tak bisa
menahan kemauanmu kak". Aku harap kau tidak menyakiti
Unforgiven Hero 69 dirimu sendiri nanti." Victoria menatap Rafael dengan hati-hati,
"Malam itu kau tidak menyentuhnya bukan?"
"Tidak." Rafael bergumam tak jelas, "Aku hanya
membuatnya berpikir bahwa kemungkinan besar aku telah
merusaknya." "Oke. Sepertinya tujuanmu tercapai. Kau akan memiliki
Elena, bahkan mungkin menikahinya. Tetapi semua ini
didasarkan oleh kebohongan, sadarkah kau Kak" Apakah kau
tidak takut kalau nanti semua kebohongan itu terungkap" Kalau
nanti Elena mengetahui yang sebenarnya?"
Rafael terdiam, lama. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti." Suaranya
pelan, ditelan oleh kepahitan, "Yang terjadi, biarkan terjadi?"
70 Santhy Agatha 5 Perputaran dunia sungguh tidak dapat diduga.
Begitupun perjalanan hidup manusia. Elena melirik cincin
berlian elegan yang berkilau di jari manisnya. Dia datang ke
perusahaan ini karena sebuah panggilan keberuntungan yang
datang tak diduga. Dan hanya karena satu kejadian di malam
pesta itu, tiba-tiba dia menjadi tunangan pemilik perusahaan
ini. Siapa yang bisa mengira" Bahkan di dalam imajinasinya
yang paling liarpun dia tidak pernah menduganya.
Semua ini terjadi terlalu cepat" terlalu tiba-tiba. Dia
bahkan tidak mengenal jauh Mr. Alex".
Elena membatin dalam hati, dan tanpa sadar
mengernyitkan dahinya. Yang dia ketahui tentang Mr. Alex
hanyalah info dari majalah bisnis yang dibacanya ketika
mencari tahu tentang perusahaan yang memanggilnya untuk
interview itu, dan beberapa info dari Donita, yang sekarang
sudah mengambil cuti hamilnya. Donita akan sangat terkejut
kalau saja dia ada di kantor untuk menyaksikan semua drama
ini. Elena tahu bahwa Mr. Alex adalah pendiri perusahaan yang
jenius, berdarah Spanyol dari ibunya, dan mempunyai adik
perempuan dengan masa lalu yang sungguh menimbulkan
empati. Meskipun sekarang Victoria sudah menjadi wanita yang
tegar. Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu alasan utama
Elena menerima pertunangan ini adalah karena empatinya
kepada Victoria, dan kekagumannya akan rasa
bertanggungjawab Mr. Alex karena begitu memikirkan
kesedihan yang pernah dialami Victoria. Mr. Alex pasti sangat
menyayangi adiknya. Elena tidak pernah punya saudara
kandung, dia anak tunggal, yang pada akhirnya harus berakhir
sebatang kara. Karena tragedi itu... Tragedi yang sudah
dilupakannya dan dikuburkannya dalam-dalam. Karena setiap
Unforgiven Hero 71 dia mengingatnya akan muncul rasa marah terpendam,
membuatnya ingin berteriak atas ketidakadilan kehidupan.
Ingatan tentang kemarahan itu menjadi samar-samar seiring
berjalannya waktu. Elena belajar menyimpan jauh-jauh. Tidak
sepenuhnya melupakan. Tidak sepenuhnya memaafkan.
Elena mengerjapkan mata ketika mobil hitam yang
elegan itu meluncur dengan mulus dan berhenti tepat di
depannya. Mr. Alex sendiri yang menyetir mobilnya, dengan
sopan, dia turun dari mobil dan membukakan pintu penumpang
di sebelahnya untuk Elena,
"Maafkan aku, aku sedikit tertahan di lobi tadi. Aku
harap kau tidak menunggu lama."
"Tidak. Aku baru beberapa menit di sini." Elena
melangkah masuk ke mobil dan lelaki itu menutupnya, lalu
kembali ke balik kemudi dan menjalankan mobilnya.
Tiba-tiba sebuah pemikiran melintas di benak Elena,
bahwa dia bahkan tidak tahu nama lengkap lelaki ini.
"Bagaimana mungkin kita melanjutkan semua ini,
kalau kita bahkan tidak saling mengenal sama sekali?" tanpa
sadar Elena menyuarakan pemikirannya.
Rafael melirik sedikit ke arah Elena dan tersenyum,
"Masih banyak waktu, dan dengan senang hati aku akan
membuka diri sehingga kau bisa lebih dalam mengenalku."
Suaranya merendah lembut, "Dan aku harap kau juga
membiarkanku mengenalmu lebih dalam."
Elena menghela napas. Kenapa kata-kata Mr. Alex yang
biasa saja bisa terdengar begitu sensual di telinganya" Apakah
itu memang nyata atau dia selalu berkonotasi mesum sejak
kejadian malam itu" Dengan tak kentara Elena menggelengkan
kepalanya, mencoba berkonsentrasi kepada sesuatu yang logis.
"Siapa nama lengkapmu?"
Rafael mengerem dengan mendadak. Hampir
membuat ban mobil berdecit dan tubuh Elena terdorong ke
72 Santhy Agatha depan, untunglah mereka sedang berada di jalanan yang sepi.
Elena menoleh ke arah Mr. Alex dan menatap bingung. Lelaki
itu tampak kaget" karena pertanyaannya, ataukah karena
sesuatu di jalan" Tetapi Rafael dengan cepat menguasai diri, dia
menatap Elena dan meminta maaf, "Maafkan aku, TADI ada
kucing menyeberang." gumamnya cepat sambil mengalihkan
pandangan kembali ke arah jalan.
Apakah hanya perasaannya saja"atau Mr. Alex sedang
mencengkeram kemudinya erat-erat"
Elena mengalihkan pandangannya ke jalan dan
akhirnya tersenyum, "Kucing memang sering menyeberang
tiba-tiba, kadang kita baru melihat ketika mereka sudah di
seberang mata, membuat kita kaget setengah mati."
"Yah. Dan aku memang kaget setengah mati." Lelaki itu
melirik Elena, "Tadi kau bertanya apa?"
"Nama lengkapmu?"
"Oh". Kau tidak tahu ya, padahal kau sudah beberapa
lama bekerja sebagai bawahanku. Keterlaluan." Rafael pura-
pura mencela, padahal jauh di dalam hatinya dia tahu. Dialah
yang mengusahakan agar Elena tidak tahu nama lengkapnya.
Bahkan semua surat dan dokumen resmi diperusahaan itu
selalu atas nama R. Alexander. Mungkin ini adalah saatnya
mengambil resiko. Kalau Elena tidak bereaksi apapun atas
nama lengkapnya, berarti Rafael bisa melangkah ke rencana ke
depannya dengan aman. Karena bagaimanapun, kalau mereka
menikah nanti, Elena harus tahu nama lengkapnya. Dia
menghela napas sekali lagi, seakan hendak melepas sumbu
granat, "Nama lengkapku tidak istimewa, Rafael Alexander."


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rafael mencoba tenang meskipun jauh di dalam
hatinya dia ketakutan setengah mati. Selama ini dia
menganggap nama itu tabu, karena takut akan membuat Elena
langsung teringat kepada siapa dia sebenarnya. Dan sekarang
setelah melepaskan nama itu. Rasanya seperti menanti sesuatu
yang akan meledak, membuatnya berdebar.
Unforgiven Hero 73 Tetapi apa yang ditakutkannya tidak terjadi. Elena
memang sedikit mengernyitkan dahi, lalu perempuan itu
mengangkat bahunya, "Nama lengkapku Elena Juliana."
"Elena yang lahir di bulan Juli." Rafael mencoba
bercanda, menutupi rasa lega luar biasanya ketika menyadari
Elena tidak menghubungkannya dengan pemuda yang telah
membunuh ayahnya bertahun lalu. Tentu saja penampilan
Rafael yang dulu dan sekarang berbeda. Rafael yang dulu kurus
karena memakai obat dan minuman keras, perokok berat, ugal-
ugalan dengan tindik telinga dan rambut yang di cat kuning
menyala. Secara fisik sangat sulit menghubungkan dirinya yang
sekarang dengan pemuda tak bertanggung jawab di masa lalu
itu, tetapi Rafael memutuskan mengambil resiko sekali lagi,
untuk melihat reaksi Elena, dengan hati-hati dia berucap,
"Kau bisa memanggilku Rafael kalau kau mau"
keluargaku memanggilku begitu"."
"Tidak." Jawaban Elena begitu cepat, hanya
sepersekian detik dari Rafael, "Aku tidak mau. Aku akan
memanggilmu dengan "Alex" saja jika kau tidak keberatan."
Tubuh Elena begitu tegang. Rafael membatin, lalu
menarik napas dengan pedih, Elena masih mengingat jelas
nama lelaki yang membunuh ayahnya. Dan menilik dari
sikapnya yang menolak memanggil siapapun dengan nama
"Rafael", gadis itu jelas masih menyimpan kebencian kepada
lelaki yang membunuh ayahnya. Rafael harus bisa membuat
Elena melupakan "Rafael pembunuh ayahnya" dan terbiasa
mengasosiasikan nama "Rafael" dengan lelaki baik yang akan
menjadi suaminya. "Aku keberatan." Rafael tersenyum lembut, dan
mengarahkan pandangannya kembali ke jalan. Elena harus
belajar memanggilnya dengan nama "Rafael". Dengan begitu,
mungkin saja dia bisa melunturkan kebenciannya kepada
"Rafael" di masa lalunya. "Sudah kubilang, keluargaku selalu
74 Santhy Agatha memanggilku dengan nama "Rafael" dan kau akan menjadi
keluargaku yg terdekat."
"Tapi aku"."
"Cobalah Elena." Panggil namaku. Rafael menahan
erangan dalam hati. Ah, betapa inginnya dia mendengarnya,
betapa inginnya dia mendengar namanya diucapkan oleh suara
merdu dari bibir Elena"..
Elena menghela nafas, dan sejenak Rafael merasakan
bahwa Elena ingin membantah, tetapi kemudian gadis itu
memutuskan untuk tidak melakukannya.
"Rafael." Nama itu akhirnya terucapkan dari bibir Elena, dengan
enggan, pendek, dan sederhana. Tetapi terdengar luar biasa di
telinga Rafael, bagaikan alunan merdu menghembus telinganya.
Mimpinya. Mimpinya selama ini telah terwujud. Rafael
memejamkan matanya sekejap, berusaha menahan senyum
lebarnya. " Alice sedang berjalan santai menelusuri butik itu
ketika sebuah tangan keras mencengkeram lengannya, dia
setengah memekik dan menatap marah kepada pencengkeram
lengannya, Edo yang sedang berdiri di dekatnya.
"Lepaskan aku Edo, kau kasar sekali." Alice tersenyum
berusaha tampak tenang. Edo lama menatap Alice dengan tajam, lalu akhirnya
melepaskan pegangan tangannya. Dengan sinis Alice
mengusap-usap lengannya yang memerah bekas cengkeraman
Edo. "Ini akan memar. Apa yang membuatmu
mendatangiku dan tiba-tiba bertingkah sekasar ini?"
Tatapannya berubah menggoda, "Apakah kau ingin
melanjutkan yang tertunda waktu itu?"
Unforgiven Hero 75 Edo mendengus kesal, "Hentikan Alice, aku tahu pasti
kau tidak tertarik kepadaku. Dulu aku mengejarmu dan kau
menolakku mentah-mentah." Tatapannya berubah tajam lagi,
mengintimidasi, "Kenapa malam itu kau merayuku?"
Alice mengerling dan tersenyum, "Mungkin karena aku
sedang ingin berubah pikiran." Dia sengaja mengedipkan
matanya menjengkelkan, "Kenapa Edo" Apakah kau tidak
tersanjung dirayu olehku?"
Edo menyipitkan matanya, "Aku mencium bau busuk.
Ada sesuatu yang tersembunyi di sini, dan aku menjadi
korbannya, tapi ingat Alice, aku tidak akan tinggal diam, aku
akan mencari tahu." "Mencari tahu apa Edo" Kau aneh.." Alice tertawa,
"Mungkin kau sedang patah hati ya jadi sibuk berhalusinasi."
"Patah hati" Apa maksudmu?" suara Edo menajam,
waspada. "Wah, kukira kau sudah tahu." Alice mengedipkan
matanya lagi, "Perempuan yang kau kejar itu, si cantik yang
sederhana, dia akan menikah dengan Alex." Alice tersenyum,
menikmati rona pucat yang langsung menguasai wajah Edo,
membuat lelaki itu tertegun. Dia mengibaskan tangannya,
"Sudah ya, aku sibuk. Lain kali kalau mau membuang waktuku,
tolong lakukan untuk sesuatu yang lebih penting."
Ditinggalkannya Edo yang masih membatu di sana
" "Kau tidak akan memberitahu mama" Dia pasti akan
langsung pulang dari Spanyol dengan bahagia mendengar kabar
penikahanmu." Victoria mengingatkan. Sang mama memang
baru berkunjung ke Spanyol untuk menengok adiknya yang
sakit. "Tidak. Aku tidak mau dia pulang. Elena mungkin
mengingatnya. Ketika ayahnya meninggal. Mama dan papa
76 Santhy Agatha datang ke rumah mereka dan menyampaikan permintaan maaf
dan uang santunan, Elena dan ibunya menolak mentah-mentah.
Bersikeras supaya semua dijalankan di jalur hukum. Entah apa
yang dilakukan papa kemudian sehingga semua berhenti."
"Jadi kau akan melarang mama selamanya bertemu
menantunya" Itu rencanamu?" Victoria mengernyit, "Itu sama
saja mencegah matahari terbit kak, suatu saat kau akan
ketahuan." "Tetapi tidak sekarang. Tidak sampai aku sudah benar-
benar berhasil memiliki Elena." Rafael bergerak ke bar, dan
menuangkan brendi untuk dirinya sendiri. Tidak dihiraukannya
dengusan sinis Victoria. "Kau sepertinya menjadi sangat terobsesi kepada
Elena. Dulu kau terobsesi mencukupi semua kebutuhannya,
memastikan dia bisa berdiri di atas kakinya sendiri, sekarang di
saat itu semua tercapai, kau terobsesi untuk memilikinya."
Victoria ikut menuangkan brendi dan meminumnya lalu
mengernyit, "Mungkin kau harus menemui psikiater."
"Psikiater hanya akan menemukan satu kesimpulan."
Rafael tersenyum simpul sambil menatap Victoria, membuat
adiknya itu mengernyit bingung,
"Kesimpulan apa?"
"Bahwa aku sedang jatuh cinta."
Victoria tertegun, benar-benar tertegun. "Kau" benar-
benar jatuh cinta kepada Elena" Maksudku" semua ini bukan
karena obsesi dan rasa bersalah?"
"Itu juga. Awalnya karena rasa bersalah, tetapi lambat
laun, mengamatinya dalam diam, memperhatikannya, dan
tanpa sadar" mencintainya. Karena itulah aku ingin
memilikinya, dan tidak rela membiarkannya dimiliki lelaki
lain." Unforgiven Hero 77 "Kau mempertaruhkan hatimu kak." Victoria
mengernyit, "Dia akan membuatmu hancur berkeping-keping
kalau dia tahu siapa sebenarnya dirimu."
"Setidaknya aku sudah mencoba." Rafael mengernyit,
mencoba menghilangkan apa yang sudah pasti akan terjadi di
depannya nanti. Kalaupun itu terjadi nanti, semoga cintanya
kepada Elena cukup untuk mempertahankan perempuan itu.
Victoria menatap sedih kakaknya, kemudian dia
teringat sesuatu dan nada suaranya berubah khawatir.
"Apakah kau sudah membereskan Luna?"
"Ada apa dengan dia?"
"Dia akan sangat marah ketika tahu kau akhirnya
bersatu dengan Elena-mu."
Rafael mendesah. Dia lupa sama sekali tentang Aluna,
karena terlalu fokus pada Elena. Aluna atau cukup Luna, begitu
ia ingin dipanggil adalah "pasangan tetapnya" bisa dikatakan
begitu, atau kalau mau secara lugas, Luna adalah "partner
seks"nya. Hubungan mereka bebas dan tanpa komitmen,
mereka saling memanfaatkan satu sama lain. Entah apa motif
Luna, mungkin karena Rafael cukup tampan dan kaya untuk
dijadikan kekasih. Tetapi motif Rafael adalah mencari pelarian
ketika dia sangat menginginkan Elena, melihatnya dari
kejauhan tetapi tidak bisa menyentuhnya. Victoria hanya tahu
kalau Rafael berkencan dengan Luna, dia tidak tahu bahwa
Rafael benar-benar menggunakan Luna, bahkan pada saat
bercintapun, Rafael melakukannya dalam kegelapan, dan
memanggil Luna, dengan nama Elena. Sekali, Luna bertanya
mengapa, tetapi Rafael menyuruhnya diam dan tidak bertanya
lagi. Sejak itu Luna tidak pernah bertanya lagi, meskipun Rafael
selalu memanggilnya dengan sebutan Elena ketika bercinta.
Sampai beberapa lama kemudian, Rafael merasakan
kehampaan, bahwa dia tidak bisa menipu dirinya sendiri
dengan memakai Luna sebagai pengganti Elena. Bahwa dia
tidak bisa kalau bukan Elena. Maka ditinggalkannya Luna.
Mengakhiri hubungan tanpa komitmen mereka baik-baik.
78 Santhy Agatha Seharusnya Luna tidak akan menjadi gangguan,
kecuali kalau sampai dia mendengar bahwa Rafael pada
akhirnya bersatu dengan perempuan bernama Elena. Radar
ingin tahu Luna pasti akan berbunyi, dan siapa yang bisa
menebak apa yang akan dilakukannya nanti.
"Aku harap dia akan terus berada di luar negeri.
Setidaknya sampai aku berhasil membawa Elena ke dalam
pernikahan." "Kau tidak seberuntung itu kak. Aku dengar dia akan
pulang dalam waktu dekat. Kau harus menjauhkan Elena
darinya. Luna memang menjalin hubungan tanpa komitmen
padamu, tetapi dia selalu menganggap kau bebas dan bisa
didatanginya kapan saja. Kalau dia sampai tahu kau sudah
terikat, mungkin dia akan tergelitik untuk mengganggu."
Dan seperti memilih waktu yang tepat, ponsel Rafael
berbunyi, dia mengangkatnya ketika melihat nama Alice di
layar. "Ada apa Alice."
Di seberang telepon Alice menjelaskan perihal
insidennya dengan Edo di butik barusan. Membuat Rafael
menghela napas sekali lagi. Setelah telepon ditutup, dia
menatap Victoria penuh tekad.
"Pernikahan ini harus segera dilaksanakan."
" Dan untuk melaksanakan pernikahan dengan segera,
Rafael membutuhkan bantuan Damian. Dia mendatangi Damian
di kantornya, "Apa" Pernikahan?" Damian sangat terkejut. Apalagi
dia tidak pernah mendengar Rafael dekat dengan siapapun
sebelumnya. "Jangan bilang kalau kau jatuh dalam jebakan
perempuan licik yang berpura-pura hamil."
Unforgiven Hero 79 Rafael terkekeh, "Bisa dibilang aku yang menjebak
calon pengantinku." Ditatapnya Damian serius, tahu bahwa
sahabatnya itu tidak akan banyak bertanya kalau tidak
dijelaskan, "Aku butuh bantuanmu agar pelaksanaannya
berjalan sempurna." "Aku bisa mengurusnya. Kau bisa tinggal di hotelku di
sana. Dan untuk pernikahan kau bisa menghubungi nomor ini.
Dia yang dulu mengurus pernikahanku dengan Serena. Semoga
dia bisa membantumu." Damian menyerahkan sebuah kartu
nama ke tangan Rafael. Rafael menerimanya dan tersenyum, "Terima kasih
Damian, kau tak tahu betapa berartinya ini untukku."
Damian mengamati Rafael dengan tenang, dan
menganalisa. Ini hampir sama seperti Mikail yang tergesa-gesa
menikahi Lana dulu. Tetapi Rafael tampaknya lebih terdesak
dan panik. Seperti memegang bom yang akan meledak dalam
hitungan waktu tertentu. "Calon pengantin yang katamu kau jebak ini, apakah
kau mencintainya?" Rafael tersenyum lembut membayangkan Elena, "Ya
Damian. Tentu saja, kalau tidak untuk apa aku repot-repot
menjebaknya ke dalam pernikahan ini."
"Dan mengingat kau sampai perlu menjebaknya,
berarti dia tidak memiliki perasaan yang sama?"
"Mungkin saat ini tidak, tetapi aku akan membuatnya
berubah pikiran." Damian terkekeh, "Kita para lelaki yang semula merasa
begitu sempurna dan bisa menaklukkan wanita manapun, pada
akhirnya akan menyerah kepada perempuan yang membuat
kita penasaran setengah mati. Membuat kita menebak-nebak,
lalu tanpa disadari sudah terperosok ke dalam cinta yang begitu
dalam." 80 Santhy Agatha "Apakah itu yang kaurasakan kepada istrimu dulu?"
"Persis seperti itu." Jawab Damian puas. "Dan itu
adalah hal paling membahagiakan dalam hidupku."
Rafael mengamati Damian dan tersenyum, "Kau
beruntung." "Dan sepertinya kau juga, mengingat kau akan
menikah dengan wanita yang kau cintai."
"Yah. Aku beruntung" meskipun begitu banyak
rahasia menyakitkan di masa lalu yang menghantui" aku masih
berharap semuanya tidak akan membalik kepadaku nanti dan


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghancurkanku." "Apa maksudmu Rafael." Suara Damian berubah
waspada. Rafael tertawa. "Aku tidak sedang dalam bahaya
Damian. Ini menyangkut masa lalu dan masa depanku yang
berjalinan. Ceritanya panjang, dan aku akan menceritakan
kepadamu suatu saat nanti."
"Oke." Damian menatap Rafael dan akhirnya menarik
kesimpulan, "Gadis yang akan kau nikahi ini ya, yang
membuatmu begitu dingin dan tak bisa didekati selama ini."
Rafael tersenyum, tidak membantah.
" "Mungkin ini bukan ide bagus." Elena menatap Rafael
bingung, "Apakah ini harus dilakukan?"
"Ya. Aku sudah bertekad. Dan kau tidak bisa mundur
Elena, demi dirimu sendiri, demi Victoria, ingat?"
"Ta" tapi aku tidak menyangka akan secepat ini"
maksudku" kau bilang kita punya kesempatan untuk saling
mengenal dulu, katamu kita punya waktu untuk pertunangan
yang panjang sehingga" sehingga"."
Unforgiven Hero 81 "Aku sudah memesan tiket, semua sudah disiapkan di
sana. Victoria akan menyusul kita nanti. Tidak bisa dibatalkan.
Dan sekarang kita sedang dalam perjalanan ke sana."
Mereka menuju pulau itu, pulau yang sangat terkenal
sebagai pulau impian, pulau tempat dewa-dewa pernah
bersemayam. Tempat banyak pasangan menikah secara eksotis,
dengan suasana yang eksotis pula. Dan Elena berangkat tanpa
prasangka apapun. Tadi pagi Rafael menyuruhnya bersiap-siap karena dia
ada meeting mendadak dengan klien di pulau itu, dan Elena
harus ikut. Elena sempat memprotes karena dia tidak
mempersiapkan apapun. Tetapi Rafael bilang semua sudah
disiapkan, bahkan lelaki itu berbaik hati memintakan izin
langsung kepada ibu asramanya ketika mengantar Elena pulang
untuk mengambil baju dan perlengkapannya.
Dan baru di pesawat Rafael mengatakan bahwa
mereka berangkat untuk menikah. Kejutan katanya tanpa rasa
bersalah. Meskipun bukan kejutan yang baik untuk Elena. Dia
panik, gemetaran, dan merasa terjebak luar biasa.
Di bawa ke sebuah pulau yang belum pernah
didatanginya untuk dinikahi, tanpa rencana dan pemberitahuan
sebelumnya. Ini hampir seperti dia diculik oleh Rafael. Atau
jangan-jangan memang ini rencana lelaki itu"
"Kau sengaja." Tatapannya menuduh. Tetapi Rafael
tampak tidak terpengaruh, lelaki itu memasang muka datar.
"Apanya?" "Ini semua, kau merencanakannya, sengaja membuat
aku tidak bisa mundur atau lari."
Lelaki itu tersenyum lembut, "Tidak sayang, sungguh
aku tidak sengaja melakukan itu"." Tatapannya berubah
menerawang, "Sebenarnya ini karena Victoria" dia yang
mendesak pernikahan ini dilakukan segera, aku sudah
82 Santhy Agatha menceritakan insiden malam pesta itu " dan dia menangis.. Dia
teringat kejadian yang menimpa dirinya". Dan dia mendesakku
untuk menjadi lelaki yang bertanggungjawab atau dia akan
memusuhiku".semoga kau mengerti Elena?"
Elena tercenung. Lalu tatapannya berubah melembut,
"Oh" begitu?"
Rafael menganggukkan kepalanya, "Dia akan menyusul
ke sana, merayakan pernikahan kita. Semoga kalian bisa akrab
nantinya." Lelaki itu menghela napas lega sambil meminta maaf
dalam hati kepada Victoria, karena menggunakan nama adiknya
itu lagi untuk memanipulasi Elena.
" Penerbangannya tidak lama, hanya dalam waktu dua
setengah jam mereka sudah sampai. Rafael membimbing Elena
melalui koridor bandara, menuju pintu keluar, dan seorang
supir berpakaian rapi rupanya sudah menunggu, dan membawa
mereka ke mobil hitam berkilat yang sudah disiapkan.
Perjalanannya sendiri singkat, dan mereka sudah tiba
di jalan besar, dan berhenti di hotel yang penuh dengan lampu
menyala yang elegan. Membuat Elena terpana. Meskipun dia
menahan dirinya supaya tidak terlihat memalukan di depan
Rafael. Lelaki itu menggandeng tangannya dengan mesra dan
membawanya ke president suite di lantai paling atas hotel.
Sepertinya para pegawai di hotel ini telah menunggu
kedatangan mereka dan menyiapkan segalanya untuk mereka.
Terima kasih untuk Damian dalam hal ini. Hotel ini
adalah salah satu hotel besar milik lelaki itu. Damian sudah
menyiapkan segalanya untuk mereka seperti janjinya.
Elena mengernyitkan keningnya ketika mereka
mendapatkan kamar yang sama. Dia menahan Rafael di depan
pintu. "Kita satu kamar?"
Unforgiven Hero 83 Rafael mengangkat bahunya, "Kita akan menikah
besok jam sepuluh pagi. Apa bedanya?"
"Ada bedanya. Aku tidak mau sekamar denganmu
sebelum menikah." Gumam Elena keras kepala.
"Kita sudah pernah melakukannya sebelumnya Elena,
tidur sekamar. Seranjang malahan." Lelaki itu tersenyum
lembut melihat kecemasan di wajah Elena yang memerah malu,
"Maafkan aku, aku hanya memikirkan kepraktisan saja tanpa
memperhitungkan perasaanmu. Aku berpikir bahwa besok pagi
toh kita sudah menikah, jadi tidak ada gunanya menyewa
kamar terpisah".Aku tidak sadar hal ini akan membuatmu
tidak nyaman".." Dengan lembut Rafael menyentuh pipi Elena,
"Mungkin kalau aku berjanji tidak akan berbuat tak senonoh
padamu malam ini, kau bisa sedikit lebih tenang?"
Elena merasa tak yakin, "Apakah kita akan tidur
seranjang?" "Ada sofa besar di sana. Aku akan tidur di sofa jika itu
maumu." Sejenak Elena berpikir, lalu menghela napas panjang.
Sepertinya janji Rafael bisa dipercaya.
"Baiklah kalau begitu."
Dan merekapun masuk ke kamar itu.
" Ketika Rafael sedang mandi, Elena menyempatkan diri
untuk menelepon ibu Rahma. Perempuan itu sudah dia anggap
sebagai ibunya, dan tidak mungkin Elena melakukan
pernikahan tanpa mengabari sosok pengganti ibunya itu.
Dijelaskannya semuanya kepada Ibu Rahma, dengan suara
terbata-bata bahwa dia akan menikah dengan bosnya, Mr. Alex.
Elena dengan malu akhirnya menceritakan insiden di malam
pesta itu, mengakui kepada Ibu Rahma bahwa dia berbohong
mengatakan menginap di rumah temannya. Di luar dugaan, Ibu
84 Santhy Agatha Rahma tidak mempermasalahkannya, dengan bijaksana Ibu
Rahma menerima penjelasan Elena,
"Ibu mengerti Elena, kalian berdua sudah dewasa dan
kalian bisa menentukan sendiri apa yang menurut kalian baik.
Ibu juga salut dengan bosmu yang bertanggungjawab. Tidak
semua lelaki mau menerima tanggungjawab begitu besar
karena sebuah insiden yang diakibatkan oleh mabuk.
Kebanyakan lelaki akan melarikan diri." Ibu Rahma menghela
napas panjang, "Ibu hanya bisa mendoakan dari sini nak. Ibu
yakin segala sesuatu yang awalnya dilakukan untuk tujuan yang
baik, akan berujung kebaikan pula."
Elena menghembuskan napas lega, bersyukur karena
Ibu Rahma merestui pernikahan buru-burunya, "Terima kasih
Ibu, semoga.. semoga apa yang saya putuskan ini tidak salah...",
keraguan mewarnai suaranya.
"Kau harus yakin bahwa calon suamimu adalah suami
yang baik..." Ada senyum dalam suara Ibu Rahma di seberang
sana. "Menurut ibu dia orang baik. Lalu apa rencana kalian
setelah menikah" Kalian akan langsung pulang?"
"Saya... saya masih belum tahu bu."
"Kabari ibu kalau kalian pulang ya. Ibu akan mengerti
kalau kau tidak langsung pulang ke asrama nantinya. Kau akan
pulang sebagai perempuan yang sudah menikah, diskusikanlah
semuanya dengan suamimu ya."
Tanpa sadar Elena menganggukkan kepalanya, lupa
kalau dia sedang berbicara di telepon, "Baik ibu, terima kasih
ibu." "Kamarmu akan tetap tersedia seperti biasanya, dan
pakaian-pakaianmu masih banyak di sini kan" Kalau pulang
nanti dan memutuskan akan langsung ke tempat tinggal
suamimu, ibu akan menjaga kamarmu seperti kalau kau masih
tinggal di sini. Kau bisa mengambil pakaian-pakaianmu dan
barang-barangmu kapan saja, jangan cemaskan hal itu.
Pokoknya fokuskan dirimu pada pernikahanmu dulu ya."
Unforgiven Hero 85 Elena tersenyum ketika percakapan itu selesai.
Hatinya terasa tenang. Pendapat Ibu Rahma penting baginya,
dan kalau Ibu Rahma sudah setuju, hatinya lebih tenang dan
mantap. " Rafael menepati janjinya hingga Elena merasa tenang.
Dia masih mencemaskan hari esok. Hari pernikahan yang
datang begitu cepat sampai tidak bisa dipikirkannya. Membuat
perutnya bergolak karena cemas.
Elena mandi bergantian dengan Rafael, lalu menyantap
makanan yang diantarkan ke kamar. Setelah itu dia berpamitan
untuk tidur. Lampu dimatikan. Dan setelah berbagi selimut dan
bantal dengan Rafael, Elena naik ke ranjang untuk berbaring
dan mencoba tidur. Dia sempat melirik, Rafael sedang menata
bantal dan selimut dengan nyaman di sofa depan sambil
menyalakan televisi dengan suara lirih.
Mau tak mau pikiran Elena melayang. Besok adalah
hari pernikahannya. Meskipun bisa disebut hari pernikahan
yang tak wajar. Pengantin wanita mana yang baru tahu bahwa
dia akan menikah sehari sebelumnya" Tetapi kalau ditilik dari
masa lalu, kehidupannya memang tidak wajar. Kalau dia hidup
di keluarga yang wajar, malam ini dia pasti sudah disimpan di
kamar, tidak boleh bertemu dengan pengantin laki-laki.
Kemudian seluruh keluarganya akan berkumpul di rumah.
Orangtuanya ada di depan, menyalami tamu yang datang, dan
berbahagia dengan persiapan pernikahan putri mereka satu-
satunya esok hari, sebuah acara yang dianggap sakral. Tetapi
itu semua hanya mimpi. Elena sebatang kara di dunia ini. Ayah
dan ibunya telah meninggal. Direnggut paksa darinya. Air mata
menetes dan mengalir di pipinya. Seandarinya saja semua itu
tidak terenggut darinya".. Elena sangat ingin memeluk
orangtuanya sebelum hari pernikahannya. Amat sangat ingin".
Dia merindukan mereka berdua"
" 86 Santhy Agatha Rafael melangkah hati-hati ke arah ranjang, dan duduk
di tepi ranjang. Elena tertidur dengan posisi meringkuk seperti
janin dalam kandungan ibu. Ruangan itu temaram, dengan
hanya satu lampu tidur yang menyala remang. Tetapi Rafael
bisa melihat. Bekas air mata yang sudah mengering, dari sudut
mata Elena, mengalir ke pipinya. Dengan lembut Rafael
mengusapnya. Hati-hati agar Elena tidak terbangun.
"Setelah ini kau tidak akan menangis lagi Elena. Tuhan
tahu aku akan mengusahakan segala cara?"
Unforgiven Hero 87 6 Gaun pengantin itu tiba-tiba saja sudah ada di sana,
bersama Victoria yang menunggunya. Dan kemudian dia sudah
didandani dengan begitu cantiknya, sehingga hampir tidak
mengenali dirinya sendiri di depan cermin.
"Aku senang kita bertemu lagi akhirnya,." Victoria
tersenyum ramah kepada Elena, tetapi sekarang keadaannya
berbeda, kau akan menjadi kakakku."
Elena tersenyum dan menelan ludahnya dengan
gugup, "Kau tahu ini mungkin terlalu cepat untukku.. aku.. aku
merasa mual" Elena benar-benar merasa gugup. Pernikahannya
akan berlangsung sebentar lagi, dan perasaannya kacau balau,
campur aduk. Ini pernikahan?". Ya ampun. Dan dia akan
melangsungkannya dengan orang yang bahkan tidak dia kenal
dekat. Apakah dia sudah gila" Tetapi harus bagaimana lagi"
Insiden di malam pesta itu membuat segalanya berbeda.. dan
seperti kata Rafael, Elena sudah tidak bisa mundur lagi.
"Kau tidak apa-apa Elena?" Victoria menyentuh pundak
Elena lembut, menyadarkan Elena dari lamunannya. Elena
tampak begitu pucat sehingga membuat Victoria cemas.
"Aku tidak apa-apa"mungkin pernikahan ini
membuatku sedikit gugup?" jawab Elena pelan.
Victoria tersenyum memaklumi, siapa yang tidak gugup
kalau baru tahu bahwa akan menikah sehari sebelumnya"
Kakaknya memang keterlaluan, Victoria tidak bisa
menyalahkan Elena, kalau dia jadi Elena mungkin dia sudah
pingsan di tempat. "Rafael orang yang baik. Percayalah, ketika dia
memutuskan akan menikahimu, maka dia akan menjagamu."
88 Santhy Agatha Victoria tersenyum menenangkan dan menggandeng tangan
Elena, "Ayo aku akan mengantarmu kepadanya."
" Mereka sudah menikah. Elena termenung, tiba-tiba saja
mereka sudah sah sebagai suami istri. Seperti mimpi rasanya.
Terjadi begitu saja. Lalu sekarang apa"
Elena melirik ke arah Rafael yang sedang duduk di
sebelahnya, mereka sedang makan malam sederhana bersama
saksi pernikahan dan beberapa teman. Lelaki yang duduk di
sebelahnya ini, Rafael Alexander" Sekarang adalah suaminya.
Suaminya" Elena melafalkan kata-kata itu berulang-
ulang dalam hati. Mencoba membuat hatinya terbiasa. Tetapi
rasanya terlalu cepat untuk membuat sesuatu yang berlangsung
begitu tiba-tiba menjadi terbiasa untuk hatinya.
"Kau akan senang berada di sana Elena."
Suara Victoria mengagetkan Elena dari pengamatan
tersembunyinya kepada Rafael. Dia sedikit terbatuk dan


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berusaha kembali ke dalam percakapan.
Mereka sedang membicarakan apa"
"Pulau itu, pulau pribadi milik Rafael tempat kalian akan
berbulan madu nanti, adalah pulau kecil yang sangat indah,
dengan fasilitas yang lengkap tentunya. Rafael punya rumah
yang indah di sana lengkap dengan para pelayannya, ada desa
kecil di bawah bukit yang hanya berisi 50 kepala keluarga,
kebanyakan bekerja untuk Rafael. Pulau itu surga kecil yang
indah, aku yakin kau akan senang di sana." Victoria
menyambung perkataannya dan tersenyum kepada Elena,
membuat Elena bingung harus menanggapi apa.
Mereka akan pergi ke pulau" Jadi mereka tidak akan
pulang ke kota mereka" Elena harus menanyakan rencana
Rafael, kalau tidak dia akan disibukkan dengan kejutan-kejutan
yang tidak akan disangkanya.
Unforgiven Hero 89 "Kami akan berangkat nanti, setelah menghabiskan
beberapa hari di sini. Aku ingin membuat Elena terbiasa
denganku dulu." Rafael setengah bergumam kepada Victoria,
lalu dia menyentuh lembut jemari Elena, yang kali ini sudah
mengenakan cincin pernikahan darinya, dengan berlian yang
lebih besar dan lebih indah dari cincin pertunangannya. "Kau
akan menyukai pulauku Elena, kita akan tinggal di sana untuk
sementara." Elena tercenung. Entahlah... Dari kata-kata Victoria,
pulau itu terisolasi atau memiliki akses terbatas dengan dunia
luar. Elena benar-benar merasa diculik sekarang.
" "Sekarang kita sudah bisa tidur seranjang." Rafael
melepas dasinya dan menyampirkannya di kursi, dan menatap
Elena yang gugup dengan senyuman lembut. "Kalau kau tidak
keberatan." Rafael sungguh baik mengatakan itu. Mungkin lelaki lain
akan langsung memaksakan mereka tidur seranjang. Karena
mereka sudah suami istri, dan Elena tidak akan bisa
membantah. Tetapi Rafael masih menanyakan keberatan Elena.
Itu berarti dia menghargai pendapat Elena sebagai seorang
istri. Melihat Elena diam saja, Rafael berdiri ragu dan
menawarkan. "Mungkin aku akan tidur di sofa lagi saja, kalau
kau belum siap." Lelaki itu hendak melangkah pergi, tetapi
Elena menahannya dengan menarik lengan kemejanya,
"Tunggu Rafael."
Rafael berhenti seketika, melirik ke arah jemari gemetar
Elena yang mencengkeram lengan bajunya, membuat Elena
langsung melepaskan pegangannya dengan gugup. Dia mundur
selangkah dan menatap Rafael dengan malu,
"Aku tidak akan mengusirmu dari ranjangmu lagi."
"Jadi kau yang akan tidur di sofa?"
90 Santhy Agatha Elena mengerutkan alisnya dan menatap Rafael,
kemudian menyadari bahwa lelaki itu sedang bercanda. Rafael
terkekeh, kemudian dengan gerakan lembut menghela Elena
agar masuk ke dalam pelukannya. Lelaki itu memeluknya
lembut, mengecup puncak kepalanya dan meletakkan dagunya
di sana. "Kau istriku Elena", Suara Rafael berubah serak, "Aku
tidak akan menyakitimu. Janganlah merasa takut ataupun
gugup kepadaku. Pernikahan ini memang terlalu cepat, kuakui
aku terlalu tergesa-gesa menyeretmu dalam hal ini. Aku minta
maaf." Rafael melakukannya demi adiknya, Victoria. Elena
memejamkan matanya dan menempelkan pipinya di dada
Rafael, merasakan kemeja lembut Rafael menyentuh lembut
pipinya, mengalirkan panas dari kulit kecoklatan di balik
kemeja itu. Dan dia melihat Victoria sangat bagagia setelah
pernikahan tadi. Sungguh lelaki ini adalah lelaki yang sangat
menyayangi adiknya. "Aku berkesimpulan kau tidak menolak, kalau kita sama-
sama tidur di ranjang itu."
Elena mendongakkan kepalanya, langsung berhadapan
dengan mata Rafael yang tajam, menatapnya dengan lembut,
"Ya." Akhirnya Elena berani memutuskan. Pernikahan ini
memang tak terduga dan tak terencanakan olehnya. Tetapi
seperti kata Victoria sebelum pernikahan tadi, dia beruntung
menikahi Rafael, karena lelaki ini akan menjaga istrinya. Dan
Elena memutuskan, dia akan mencoba menjadi istri Rafael,
sepenuhnya. "Kalau kita sama-sama tidur di ranjang itu, kita tidak
akan hanya tidur." "Ya. Rafael." "Aku akan menyentuhmu" mungkin aku sudah pernah
melakukannya malam itu, kita sama-sama tidak ingat" Tapi,
Unforgiven Hero 91 kalau ternyata ini yang pertama untukmu, aku berjanji akan
bersikap lembut." "Ya Rafael" "Elena." Rafael mengerang menahan perasaannya, lalu
disentuhnya dagu Elena lembut untuk mendongakkan
kepalanya, kemudian dikecupnya bibir Elena lembut,
mengenalkan dirinya pelan-pelan. Lidahnya mendesak masuk
kemudian, terasa panas dan menggoda, tanpa permisi
menjelajahi seluruh bagian mulut Elena, mencecapnya dan
menggodanya, lidah itu lalu menemukan lidah Elena yang
lembut dan berjalinan di sana. Mulut Rafael melumat seluruh
bagian bibir Elena, seakan ingin menyerap semua rasanya.
Pelukannya mengencang, jemarinya menelusuri permukaan
kedua lengan Elena, bergerak naik turun dengan menggoda.
Ketika ciuman itu terlepas, napas mereka berdua sama-
sama terengah-engah. Rafael lalu mengecup lembut bibir Elena,
beralih ke pipinya, diberinya hadiah kecupan-kecupan kecil,
kemudian ke telinganya, menghembus lembut di sana membuat
Elena memekik kegelian. Rafael tersenyum. "Di sana titik sensitif perempuan
biasanya." Lelaki itu lalu mengecup lembut telinga Elena dan
lidahnya dengan nakal mencicipi di sana. "Elena, aku sangat
menginginkanmu." Dengan lembut diangkatnya Elena dan dibaringkannya
ke atas ranjang. Rafael melumat bibir Elena lagi dan tubuhnya
bergerak dengan lembut di atas Elena. Jemarinya menyentuh
pelan, menyentuh lembut bagian depan gaun Elena, membuat
perempuan itu terkesiap. Lalu dengan lembut tetapi cekatan,
Rafael membuka kancing demi kancing gaun putih Elena, begitu
pelan gerakannya, seolah ingin menyiksa dirinya sendiri,
seperti seorang lelaki yang membuka hadiahnya dengan penuh
antisipasi dan kemudian mengintip dengan hati-hati.
Kulit Elena yang lembut terlihat sedikit demi sedikit,
Rafael membuka seluruh kancing gaun Elena, sampai ke
92 Santhy Agatha pinggangnya dan menatap istrinya dengan penuh gairah. Elena
begitu menggairahkan, perempuan mungil itu kini terbaring
dengan baju terbuka, menampakkan kulitnya dan begitu
menggoda. Rafael membantu Elena menurunkan gaunnya
hingga sepinggang, kemudian sambil menciumi leher Elena dan
menjilatnya lembut, lelaki itu melepaskan kaitan bra Elena,
membuat gadis itu telanjang dada di depannya.
Napas Elena makin terengah ketika Rafael menyentuh
payudaranya sambil lalu, mengusap putingnya dengan gerakan
seolah tak sengaja, sehingga membuat puting itu mengeras,
seakan ingin disentuh lagi. Elena mengerang merasakan sensasi
panas yang membakarnya di payudaranya. Rafael masih
menciumi lehernya, lalu bibir yang membara itu naik, melumat
bibir Elena dan berbisik di sana.
"Di mana kau ingin aku menyentuhmu sayang" Katakan
padaku." Suaranya menjadi serak dan sensual, logat Spanyolnya
tiba-tiba muncul mewarnai gairahnya yang begitu pekat.
"Rafael?" Elena mengerang, lalu memejamkan mata
ketika Rafael menunduk dan mengecup bagian atas
payudaranya, kemudian, bibir Rafael lewat sambil
menghembuskan napas panasnya sambil lalu di atas
payudaranya, membuat putingnya mengencang dengan
kerasnya. "Rafael?" suara Elena makin keras ketika Rafael
mengulangi perbuatannya berkali-kali. Lelaki itu mengecupi
seluruh bagian payudaranya tetapi mengabaikan putingnya
yang mendamba. Yang dilakukan Rafael hanyalah
menghembuskan napasnya sambil lalu, menggoda Elena,
menyiksa Elena. "Kau ingin aku menyentuhmu di situ sayang?" Rafael
berbisik di sela-sela kecupannya. Menikmati ketika jemari
Elena tanpa sadar menyentuh rambutnya, mencoba
mengarahkan puting Rafael ke bibirnya.
"Iya Rafael" iya?" Elena mengerang seolah kesulitan
bernapas. Puting payudaranya begitu tegak dan panas, karena
godaan-godaan Rafael, dia ingin lebih.. dia ingin bibir Rafael
Unforgiven Hero 93 yang panas melumat putingnya, menghisapnya dengan lembut..
dia ingin". Dan Rafael melakukannya. Bibirnya dengan lembut
mengatup di puting payudara Elena, lalu lidahnya bergerak
menggoda di dalam, begitu panas dan basah, memainkan puting
Elena dengan usapan-usapan lembut di dalam mulutnya.
Sensasi rasanya membuat tubuh Elena lemas, kedua jemarinya
mencengkeram rambut Rafael, membuatnya acak-acakan,
lelaki itu sekarang sudah menindih Elena sepenuhnya,
tubuhnya yang tinggi besar melingkupi tubuh mungil Elena.
Rafael bertumpu pada kedua siku dan lututnya, dan
menenggelamkan kepalanya di keindahan payudara Elena yang
ranum, lelaki itu memuja payudara Elena, mencumbunya
dengan lidahnya, dan menghisap putingnya perlahan, membuat
Elena mengeluarkan erangan-erangan gelisah atas sensasi yang
baru pertama kali dirasakannya.
Setelah puas. Rafael mengangkat kepalanya dan
mengecup ujung hidung Elena yang terengah-engah, napas
mereka berkabut oleh gairah yang pekat. Ketika Rafael
menggeserkan tubuhnya, Elena merasakan kejantanan Rafael
sudah mengeras di sana, menggesek selangkangannya, begitu
keras dan siap. Jemari Rafael menurunkan gaun Elena, membantu Elena
mengangkat tubuhnya sehingga gaun itu akhirnya lepas
seluruhnya, terlempar ke lantai, membuat Elena terbaring
telanjang di bawah tubuh Rafael yang masih berpakaian
lengkap, hanya dengan celana dalam sutra warna putih
membungkus kewanitaannya.
"Kau begitu indah Elena."bibir Rafael turun ke leher
Elena, mengecup lehernya dengan penuh gairah, lalu turun
menelusuri dada Elena, memberi hadiah kecupan lembut ke
kedua putingnya. Lelaki itu membungkuk dan mengecupi perut
Elena, membuat Elena merasakan sensasi panas menjalari
perutnya, menuju kewanitaannya.
94 Santhy Agatha Kemudian lelaki itu menarik celana dalam Elena turun,
refleks Elena langsung merapatkan kakinya, mencoba menutupi
dirinya. Tetapi Rafael menahannya dengan jemarinya,
mendongakkan kepalanya dan menatap Elena dengan matanya
yang berkilau penuh gairah,
"Jangan tutup dirimu dari suamimu." Suaranya berat,
penuh dominasi, "Aku ingin melihat seluruh tubuh istriku, aku
ingin mencicipi seluruh tubuh istriku?"
Kata-kata Rafael membuat Elena gemetar penuh gairah,
dan terus gemetar ketika Rafael menurunkan celana dalam itu,
melalui sebelah pahanya dan melepaskan dari kakinya.
Membiarkan celana dalam itu masih menggulung di pahanya
yang lain. Rafael menggerakkan jemarinya dengan lembut, dan
dengan gerakan sensual menurunkan celana dalam sutra itu
pelan-pelan dari paha Elena, sambil membiarkan jemarinya
meraba paha Elena, mengirimkan sinyal-sinyal gairah yang
bagaikan sengatan listerik di sana. Ketika sampai di kaki Elena,
Rafael melepaskan celana dalam itu dari tubuh Elena, lalu
menatap keseluruhan tubuh Elena yang telanjang bulat.
Istrinya... Telanjang bulat di bawahnya, dan siap dimiliki
olehnya. Kepala Rafael pening oleh gairah dan antisipasi ketika
dia menggerakkan jemarinya lagi, pelan mengalun dari lutut
Elena, dan naik ke pahanya. Sampai kemudian menyentuh
kewanitaan Elena. Hanya sepersekian detik, menyentuh di sana.
Dan tubuh Elena terkesiap, berjingkat kaget oleh sengatan aneh
yang menyengatnya seketika.
Rafael tersenyum. Elena sangat sensitif dan siap
olehnya. Jemarinya menyentuh kewanitaan Elena,
memainkannya lembut dengan usapan ahli, membuat Elena
setengah bangun, bingung atas sensasi yang mengalir deras di
tubuhnya, sekaligus takut.
"Rafael" aku" jangan sentuh di situ?"
Unforgiven Hero 95 "Sssshh". Tenanglah sayang." Rafael menghela Elena
agar terbaring lagi, menikmati, "Aku akan memberimu
kenikmatan dari seluruh tubuhku, dari jemariku, dari bibirku?"
Lelaki itu mendunduk, lalu mengecup kewanitaan Elena lembut.
Membuat Elena menggeliat, mencoba merapatkan pahanya.
Kaget atas keintiman luar biasa yang ditunjukkan Rafael
kepadanya. "Rafael.. jangan di situ" astaga".Rafael?"
"Nanti, aku akan mengajarkanmu menyentuhku juga
sayang, dengan jemarimu, dengan bibirmu?" Napas Rafael
bagaikan uap panas di kewanitaan Elena, membuatnya
gemetar, "Sekarang, biarkan aku memberimu kenikmatan.."
Lidah Rafael menelusup, menemukan titik paling sensitif di
kewanitaannya, dan memainkannya dengan ahli. Lidah Rafael
sepanas bibirnya yang melumat dengan ahli, dengan penuh
pemujaan. Elena terbaring di sana dengan mata berkabut, dengan
napas terengah dan terasa melayang akibat sensasi luar biasa
nikmat yang menyelimuti tubuhnya, bersumber pada
kewanitaannya. Gerakan bibir dan lidah Rafael begitu ahlinya,
membuat Elena berkali-kali mengerang ketika Rafael dengan
sengaja menggerakkan lidahnya memutar, menggoda titik
sensitifnya. Membuat Elena seakan dibawa ke sebuah tepi
pencapaian yang tidak diketahuinya. Elena memejamkan
matanya. Dia sudah hampir sampai ke tepi itu. Digigitnya


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bibirnya, merasakan sensasi panas melandanya dan
menggetarkannya". Hendak membawanya ke suatu tempat
yang tidak dia ketahui sebelumnya. Napasnya tersengal,
jantungnya berdetak cepat, matanya terpejam menyerap
kenikmatan itu, " Tetapi kemudian, Rafael berhenti.
Lelaki itu menghentikan cumbuannya di kewanitaan
Elena, membuat Elena membuka matanya setengah memprotes.
Tetapi senyum Rafael begitu sensual dan penuh rahasia,
membuat Elena bergetar karena gairah yang ditularkan Rafael.
"Jangan. Kau harus menungguku. Kita akan mencapai
puncak kenikmatan itu bersama-sama."
96 Santhy Agatha Lelaki itu menegakkan tubuh dan bertumpu pada
lututnya yang mengangkang di atas tubuh telanjang Elena dan
membuka kemejanya, memamerkan dada bidang telanjang
dengan kuli perunggu keemasan yang berkilauan. Bagaikan
sutra cokelat yang halus, dan panas, membungkus otot-otot
tubuhnya yang kekar dan keras. Membuat Elena merasakan
dorongan luar biasa untuk menyentuhnya.
Lelaki itu lalu setengah berdiri dan melepaskan
celananya. Seluruh pakaiannya akhirnya terlempar ke lantai.
Dan sekarang Elena menatap seorang lelaki yang berlutut
telanjang di atasnya, dengan tubuh yang luar biasa indahnya,
dan kejantanan yang telah mengeras dan siap untuknya. Rafael
begitu indah dalam ketelanjangannya. Dan lelaki itu suaminya.
Ingatan akan kenyataan itu membuat benak Elena
dibanjiri oleh pemikiran sensual, pemikiran yang selama ini
tidak pernah berani dipikirkannya. Rafael tersenyum lembut,
lalu meraih jemari Elena dan mengecupnya dalam kecupan
basah dan sensual. "Maukah kau menyentuhku?"
Elena menganggukkan kepalanya, dan lelaki itu
membawa jemari Elena ke kejantanannya yang keras dan siap
untuknya. Elena menyentuh kekerasan yang sehalus sutra itu
dan membelainya. Membuat Rafael mengeluarkan erangan
sedikit keras. Mendengar erangan itu, Elena hendak menarik
jemarinya, tetapi Rafael menahannya,
"Jangan." Gumam Rafael tertahan, "Teruskan sayang,
kenali aku." Jemari mungil Elena membelai kembali kejantanan
Rafael, membuat Rafael harus menggertakkan giginya,
menahan erangannya. Elena begitu kagum, karena ternyata apa
yang tampak begitu keras bisa terasa begitu halus dan lembut.
Dengan penuh ingin tahu, dia mengeksplorasi tubuh Rafael,
mempelajarinya, mengenalinya. Sampai kemudian Rafael
menggenggam tangan Elena dan menahan jemarinya.
Unforgiven Hero 97 "Cukup. Kurasa aku akan meledak kalau kau
meneruskannya." Dengan penuh gairah lelaki itu kembali
menindih Elena, posisi mereka sungguh pas. Sang lelaki
berpadu dengan perempuannya. "Buka pahamu, sayang." Rafael
setengah membantu Elena membuka pahanya dan membiarkan
kejantanan Rafael mendesak di antara paha Elena, mendesak
kewanitaannya. Lelaki itu menggesekkan tubuhnya lembut,
mengirimkan getaran listrik yang membuat tubuh Elena
membara. "Kau sudah basah dan siap untukku." Rafael
menyentuh Elena dengan kejantanannya, merasakan betapa
Elena sudah begitu panas dan basah di bawahnya, "Izinkan aku
memilikimu, sayang."
Lelaki itu bertumpu kepada kedua sikunya, dan
mendorongkan pinggulnya. Menekan tubuh Elena dengan
begitu ahli. Tetapi halangan itu cukup kuat, sehingga Rafael
harus menekan beberapa kali, mencari jalan untuk menyatukan
tubuhnya ke dalam tubuh Elena, menuntaskan kenikmatan ini.
Dengan lembut, lelaki itu menggesek-gesekkan tubuhnya di
ujung bibir kewanitaan Elena, mempersiapkan perempuan itu.
Pelan dan pasti mencoba masuk sedikit demi sedikit, dan
kemudian, ketika menemukan titik itu Rafael mendorong tanpa
peringatan menekan kuat dan memasuki tubuh Elena.
Yang dirasakan Elena kemudian adalah rasa sakit yang
luar biasa, Kejantanan Rafael mendorongnya masuk ke dalam
tubuhnya, dan dia terkejut akan kekuatan besar yang mencoba
menyatukan diri dengannya. Elena mengerang, mencoba
mendorong tubuh Rafael menjauh karena kesakitan yang
dirasakannya. "Jangan dorong aku sayang. Rilekslah, terima aku?"
Rafael berbisik pelan di telinga Elena, tubuhnya mendorong
lagi, dan ketika akhirnya dia berhasil menembus penghalang itu
dia menekankan dirinya dalam-dalam dan menahan dirinya
untuk tidak langsung bergerak, mengangkat kepalanya dan
mengecup pipi Elena lembut. Perempuan itu kesakitan selama
98 Santhy Agatha proses itu, dan Rafael tidak bisa membantunya. Sekarang lelaki
itu mengecupi Elena lembut, membantunya supaya rileks dan
menikmati, membantunya supaya lepas dari kesakitan di
kewanitaannya. "Apakah masih terasa sakit?" Rafael mengusap air mata
di sudut mata Elena. "Kau ingin aku berhenti dulu?"
Elena tersentuh atas kelembutan Rafael. Dia
menggelengkan kepalanya, membiarkan lelaki itu
mengecupinya. Dengan lembut Rafael mulai menggerakkan tubuhnya,
agak sakit bagi Elena pada awalnya, merasakan sesuatu yang
asing menggesek bagian tubuhnya yang begitu peka. Tetapi
kemudian ritmenya mulai terasa. Setiap Rafael bergerak, Elena
mulai bisa menikmati gelenyar sensual yang terkirim dari
kewanitaannya ke sekujur tubuhnya. Membuatnya mengerang,
sambil berpegangan pada tubuh Rafael.
Tubuh mereka berdua berkeringat, di atas ranjang
berseprei putih yang sekarang sudah acak-acakan itu. Rafael
menggerakkan tubuhnya di dalam tubuh Elena, semula lembut
dan hati-hati. Tetapi ketika merasakan tubuh Elena mulai
merespon dengan napas terangah dan erangan pelan, Rafael
bergerak dengan penuh gairah, membawa mereka menuju
puncak gairah masing-masing.
Ketika puncak itu hampir tiba, Rafael membimbing
Elena, membawanya lebih dulu mencapai orgasme yang luar
biasa itu. Dan ketika erangan Elena dalam pencapaiannya
menandai orgasmenya, Rafael merasakan tubuh Elena
mencengkeram kejantanannya dengan kuat di dalam,
membuatnya tak tahan lagi, hingga kemudian meledak di dalam
tubuh Elena. Kenikmatan itu begitu intens dan luar biasa, sehingga
membuat tubuh mereka lemas. Rafael berbaring menindih
tubuh Elena, menahan dengan siku dan lututnya supaya tidak
membebankan beratnya di tubuh istrinya, kepalanya berbaring
di bantal di samping kepala isterinya. Napas mereka berdua
Unforgiven Hero 99 terengah-engah. Kepalanya masih dipenuhi kabut kenikmatan
itu. Luar biasa rasanya bercinta dengan orang yang dicintai.
Orgasmenya sungguh tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Rafael membuka matanya dan mengecup telinga mungil Elena
yang ada di depannya, "Apakah aku memuaskanmu?"
Elena masih berusaha menormalkan napasnya. Apakah
Rafael memuaskannya" Tentu saja. Kalau benar ledakan luar
biasa yang dirasakan tubuhnya dan menerbangkannya ke
tingkat ke tujuh adalah sesuatu yang orang-orang sebut sebagai
orgasme, berarti Rafael telah memberikan orgasme yang paling
nikmat kepadanya. Elena memang tidak punya perbandingan.
Tetapi tubuhnya yang begitu terpuaskan tahu.
"Ya, Rafael?" Lelaki itu tersenyum mesra dan mengecup Elena lagi.
Lalu mengangkat kepalanya, dan menarik tubuhnya yang masih
tenggelam di dalam tubuh Elena dengan hati-hati.
Elena mengerang ketika merasakan rasa tidak nyaman
yang menyakitinya di tubuhnya. Rasa sakit itu terasa, dan
ketika orgasme mereka selesai mulai terasa sedikit nyeri. Rafael
melepaskan dirinya, lalu membaringkan tubuhnya di sebelah
Elena, dia menoleh dan menatap Elena dengan senyuman
bersalah, "Maaf. Sakit ya."
Elena hanya menganggukkan kepalanya. Tiba-tiba
merasa malu. Mereka telah melakukan hal yang paling intim
yang bisa dilakukan oleh sepasang suami istri, dan sekarang
mereka telanjang bersama di atas ranjang. Tetapi tampaknya
hal itu tidak mengganggu Rafael, lelaki itu termenung,
memikirkan sesuatu, "Aku belum pernah becinta dengan perawan
sebelumnya?" Rafael bergumam pelan, "Kau adalah perawan
pertamaku." 100 Santhy Agatha Dan kau adalah lelaki pertamaku". Elena menjawab
dalam hati. Tiba-tiba merasa mengantuk luar biasa.
" Victoria baru sampai dari penerbangannya menghadiri
pernikahan Rafael dan Elena. Dia langsung menuju ke kantor.
Kakaknya itu menyerahkan seluruh kendali perusahaan di
tangannya selama dia pergi. Ya, Rafael mendirikan perusahaan
ini dari awal, dengan kerja keras dan kejeniusannya sehingga
perusahaan ini menjadi begitu besar dan menjadi tempat
bergantung ratusan pegawainya. Semuanya untuk
mendapatkan Elena, dan sekarang lelaki itu sudah
mendapatkan Elena. Rafael berhak mendapatkan libur dan
menikmati kebersamaannya dengan Elena. Victoria tidak
keberatan menggantikan tugas-tugas Rafael sementara waktu.
Ponsel di dalam tasnya berdering ketika dia hendak
melangkah menuju ruangan kerja Rafael, dia berhenti di lorong
dan mengangkat ponselnya. Mamanya yang menelepon dari
Spanyol. "Jadi?" Sang mama langsung menembak, tanpa basa-basi.
"Kakakmu ahkirnya menikahi Elena?"
"Ya." Victoria mendesah, "Maafkan aku Ma, aku sudah
membujuknya untuk memberitahu mama. Tetapi dia menolak
karena takut mama akan bergegas datang lalu menghadiri
pernikahannya, lalu merusak semuanya ketika Elena ahkirnya
Elena mengenali mama."
"Aku memang sangat ingin datang di pernikahan Rafael,
tetapi aku cukup mengerti untuk tidak merusak rencananya."
Suara Nyonya Sophia Alexander, wanita Spanyol yang menjadi
ibu Rafael dan Victoria itu melembut, "Apakah dia bahagia?"
"Dia jatuh cinta kepada Elena. Dia bahagia." Victoria
tersenyum, "Semoga saja peristiwa kecelakaan di masa lalu itu
tidak merusak kebahagiaan mereka" Victoria merenung. "Kalau
kita bisa menyimpan kebenaran tentang kecelakaan itu agar
Unforgiven Hero 101 tidak sampai di telinga Elena, aku pikir mereka akan menjadi
pasangan yang sangat cocok."
"Mama setuju. Karena gadis bernama Elena itu, dialah
yang mengubah Rafael kita menjadi lebih baik." Sang mama
mendesah, "Yah. Mungkin mama harus bersabar dan menunggu
waktu yang tepat untuk berterimakasih kepada Elena."
"Pasti akan ada waktunya mama, waktu telah mengubah
wajah kita, aku berharap Elena tidak ingat kalau dia pernah
bertemu mama setelah kejadian kecelakaan itu."
" Di sudut lain lorong itu, Edo berdiri dalam kegelapan.
Dia tadi hendak berjalan menuju lift ketika suara Victoria, adik
Rafael bercakap-cakap di telepon menarik perhatiannya. Edo
langsung berdiri di sudut lorong, di sebelah pot tanaman
berukuran besar yang cukup menutupinya sehingga tidak
terlihat oleh Victoria. Dia mendengar percakapan itu dengan cukup jelas.
Rafael dan Elena dikabarkan pergi ke Pulau Dewata untuk
pertemuan bisnis. Tetapi Edo curiga ada sesuatu yang lebih, dan
ternyata kecurigaannya terbukti. Dari percakapan telepon
Victoria itu dia bisa menyimpulkan bahwa Rafael dan Elena
telah menikah. Dadanya serasa diremas. Penuh oleh sakit hati. Dia
benar-benar mencintai Elena. Gadis itu begitu polos dan
mengembalikan apa yang dulu tidak dipercayainya. Cinta. Edo
dulu tidak percaya cinta dan menghabiskan hidupnya sebagai
playboy yang suka berganti-ganti wanita, berhubungan seks
tanpa ikatan. Lagipula dia lelaki yang cukup tampan dengan
penghasilan lumayan sehingga banyak wanita yang takluk
kepadanya. Tetapi baginya Elena berbeda, kepolosan
perempuan itu membuatnya merasa disadarkan. Tetapi, baru
saja dia ingin ke jalan yang baik, mencintai Elena sepenuh hati.
Semuanya dihancurkan begitu saja oleh sesuatu yang licik,
sesuatu yang menjebaknya dan menghancurkan nama baiknya
di depan Elena. 102 Santhy Agatha Edo akan membuat nama baiknya kembali. Dia bertekad.
Tadi dia mendengar sesuatu tentang "kecelakaan di masa lalu"
yang disebut-sebut dalam percakapan Victoria. Apapun
peristiwa kecelakaan itu, sepertinya merupakan hal penting,
dan mereka sepertinya ketakutan kalau Elena tahu sesuatu. Edo
akan mencari tahu. Kalau itu bisa mengembalikan lagi Elena
kepadanya. Dia akan berusaha.
Unforgiven Hero 103 7 "Selamat pagi." Rafael menyapa lembut ketika Elena
membuka matanya, sudah hampir setengah jam yang lalu
Rafael bangun, tetapi tidak bergerak dari ranjang. Dia berbaring
miring di sana, bertumpu pada sikunya dan memandang
isterinya yang sedang tertidur pulas di sampingnya. Rafael suka
memandangi Elena, dia bisa melakukannya berjam-jam tanpa
bosan. Dan kesadaran bahwa sekarang dia bisa melakukan itu
sebagai suami Elena, membuatnya bahagia.
Elena mengerjapkan matanya. Butuh beberapa lama
sampai dia menyadari berada di mana dan apa yang terjadi.
Ingatan tentang malam pertama kemarin membanjirinya, dan
membuatnya merona malu. Rafael sendiri tampak tidak peduli,
lelaki itu menelusurkan jemarinya ke sepanjang pinggul Elena
dengan menggoda. "Apakah tidurmu nyenyak?" Rafael menatap Elena
dengan mesra, membuat Elena kehabisan kata dan hanya bisa


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menganggukkan kepalanya. Jemari Rafael menelusuri makin
berani, dan menyentuh kewanitaan Elena. "Di sini masih sakit?"
Rafael mengusapnya lembut.
"Ah, Elenaku yang lugu" maafkan aku karena harus
menyakitimu." Napas Rafael agak terengah dan karena mereka
berdua telanjang bulat, Elena bisa melihat betapa kejantanan
Rafael telah menegang keras lagi. Tetapi lelaki itu tampak
menahan diri, dia mengikuti arah pandangan Elena dan
tersenyum. "Seperti yang selalu kubilang, aku selalu mengeras kalau
bersamamu, karena kau membuatku begitu bergairah?" Rafael
mengelus pipi Elena dengan lembut, "Tapi hari ini kita akan
menghormati hilangnya keperawananmu dengan tidak
menyentuhmu dulu." 104 Santhy Agatha Elena tersenyum, hatinya terasa hangat menerima
kelembutan Rafael ini. Lelaki ini tampak bersungguh-sungguh
dengan perkataannya, dan sejak pernikahan mereka, dia selalu
diperlakukan dengan hormat dan penuh kasih.
"Terima kasih, Rafael."
"Sama-sama isteriku." Rafael mengecup ujung hidung
Elena dengan lembut, "Oh ya" mengenai pulau yang
diceritakan Veronica pada saat acara makan setelah pernikahan
kemarin". Maafkan aku tidak membicarakan sebelumnya
denganmu, sebenarnya itu akan menjadi kejutan bulan madu
kita." "Kejutan lagi." Elena menggumam tanpa sadar menatap
Rafael dengan pandangan menuduh.
Rafael terkekeh, menarik Elena ke dalam pelukannya.
Tubuh mereka telanjang, hangat, bahagia dan terpuaskan
karena percintaan mereka semalam. Rafael memang ereksi
tetapi dia tidak peduli. Yang utama bukanlah memuaskan
hasratnya kepada Elena, yang utama adalah berada di dekat
Elena, berdua dan bahagia.
"Pulau itu sangat indah, aku mewarisinya dari ayahku,
penduduknya sebagian besar nelayan dan beberapa bekerja
kepadaku" kita bisa menikmati waktu berdua di sana, saling
mengenal lebih dalam." Tatapan Rafael menjadi intens, "Aku
yakin, kalau kita saling mengenal lebih dalam, kita akan
menyadari bahwa kita adalah pasangan yang cocok."
Pasangan yang cocok. Mungkinkah" Dia perempuan
biasa yang hidupnya serba biasa-biasa saja, dengan Rafael yang
semua ada pada dirinya begitu luar biasa. Elena melirik ke arah
kejantanan Rafael, bahkan "itu"nya pun luar biasa. Pipi Elena
menjadi memerah karena pemikiran spontannya itu.
" Perahu boat membawa mereka mendarat ke anjungan
pulau itu. Beberapa orang tampak sudah menunggu di sana.
Rafael membantu Elena turun dari kapal dan menggendongnya
Unforgiven Hero 105 ketika mereka harus melalui bagian laut yang dangkal sebelum
melangkah ke arah pantai berpasir yang luar biasa indahnya.
Ini benar-benar surga pantai tropis yang luar biasa.
Warna pasirnya sedikit gelap, tetapi lembut, membuat Elena
tanpa pikir panjang melepas sepatunya dan memilih
bertelanjang kaki. Udara pantai yang sejuk meniup rambutnya
hingga melambai-lambai di pipinya. Beberapa orang yang
sudah menunggu langsung membantu meminggirkan boat dan
mengangkat koper-koper mereka.
Seorang lelaki tua berpakaian resmi menyalami
mereka dan tersenyum lebar,
"Selamat datang Tuan Rafael, senang sekali anda
akhirnya bisa berlibur dan pulang kemari." Disalaminya Rafael
dengan bersemangat. Lalu tatapannya beralih ke Elena dan dia
tersenyum memuji, "Dan ini pasti Nyonya Rafael yang
menawan. Selamat datang di pulau kami. Semoga anda
menyukainya, nyonya."
Rafael tertawa, menepuk pundak lelaki tua itu dan
tersenyum lebar ke arah Elena, "Ini Pak Mizan. Dia adalah
kepala desa di pulau ini, sekaligus pengurus rumahku."
"Rumah anda sudah disiapkan. Para pelayan sudah
merapikan kamar anda hingga tampak seperti tidak pernah
ditinggalkan. Dan Alfred sangat senang karena dia bisa
memasak masakan-masakan luar biasa lagi untuk tuan dan
nyonya. Mari, kita ke rumah utama." Pak Mizan melangkah
mendahului mereka ke arah jalan setapak berbatu dengan
pohon kelapa yang ditata eksotis di kiri dan kanannya.
Pemandangan rumah Rafael sangat luar biasa. Rumah
itu berdiri tegak menjulang di atas bukit tertinggi di tepi pantai.
Bagian belakangnya menyambung khusus ke sisi pantai
tersendiri yang dipagari, sebuah pantai pribadi. Cat rumahnya
putih bersih, sangat cocok dengan pemandangan birunya laut
dan hijaunya pohon kelapa yang mendominasi pulau.
Gordennya melambai-lambai di jendela besar bergaya barat di
bagian depan rumah. 106 Santhy Agatha "Rumah ini peninggalan kolonial belanda jaman
penjajahan dulu. Ayah membeli sebagian tanah di pulau ini,
hampir 60% tanah di sini adalah milik ayah, dipakai untuk
perkebunan rempah-rempah dan area rumah ini, Sisanya
adalah perumahan penduduk. Rumah ini sudah direstorasi
sepenuhnya oleh ayah. Dia memang suka dengan segala sesuatu
yang berbau kuno." Rafael tersenyum kepada Elena dan
mengedipkan matanya, "Tetapi jangan khawatir, meskipun
rumah ini rumah kuno, tidak akan ada hantunya" yah..
mungkin kalau kau melihat penampakan perempuan-
perempuan bergaun lebar jaman pertengahan abaikan saja"
"Rafael." Elena bergumam mengingatkan agar Rafael
jangan menakut-nakuti dirinya dengan cerita-cerita hantu,
meskipun kemudian tersenyum karena tahu Rafael sedang
berusaha menggodanya. Rafael benar. Suasana rumah ini, pulau
ini sangat menyenangkan. Elena tiba-tiba saja merasa begitu
ceria dan bahagia. Tidak pernah disangkanya dia akan
mengalami ini semua, bersama Rafael pula.
Keharuman aroma kue yang baru dipanggang
langsung menyambut mereka ketika memasuki ruang tamu luas
dengan nuansa putih dan cokelat yang berpadu indah. Rafael
menghirupnya dan tersenyum,
"Itu pasti kue kelapa panggang buatan Alfred." Rafael
melirik ke arah pintu besar yang sepertinya mengarah ke
lorong menuju dapur, "Alfred adalah koki tua setia ayah, yang
ketika diajak ke sini oleh ayah, jatuh cinta dengan seorang
wanita di pulau ini. Jatuh cinta dengan kehidupan di pulau ini,
dan memilih menghabiskan masa pensiunnya di sini. Kau akan
menyukai kue kelapa panggang yang dia buat, dan masakan-
masakan lainnya yang spektakuler."
Dari aromanya saja sudah begitu menjanjikan, Elena
tersenyum. Rafael tampak berbeda, tampak begitu lepas dan
bahagia di pulau ini. Dia tampak tanpa beban. Dan Elena entah
kenapa senang melihat lelaki itu tampak begitu ceria.
Dengan lembut Rafael menggandeng Elena melangkah
menuju dapur. Mengenalkannya dengan Alfred yang sedang
Unforgiven Hero 107 memanggang roti di sana. Alfred lelaki tinggi asal Prancis,
berusia enam puluh tahun tetapi masih tampak bugar,
wajahnya tampak dingin. Tapi Elena melihat sinar hangat di
matanya ketika memeluk Rafael dan Elena bersamaan dengan
lengannya yang besar dan mengucapkan selamat datang
kepada mereka. " Ponsel Elena berdering ketika dia sedang menata
pakaian-pakaian mereka di lemari di sebuah kamar indah yang
terletak di lantai dua rumah ini. Kamar ini memiliki balkon
dengan anjungan yang menjorok ke pantai. Kalau kita berdiri di
ujung balkon itu, kita akan bisa melihat pemandangan luas
tanpa batas langit dan laut yang berwarna biru berpadu
dipisahkan oleh garis cakrawala yang menakjubkan. Sementara
di bawah ombak tampak indah bergulung-gulung, seolah-olah
memanggil-manggil untuk berenang.
Elena membiarkan pintu kaca besar yang membatasi
kamar mereka dengan balkon membuka sehingga udara laut
yang sejuk dan kering bisa mengaliri kamar. Dengan setengah
melompat, Elena menuju meja di samping tempat tidur besar,
tempat ponselnya diletakkan. Ada nama Donita di sana.
Diangkatnya panggilan itu.
"Halo Donita" aku harap kau sehat-sehat saja."
"Aku sehat-sehat saja Elena." Suara Donita tampak ceria
dan haru, "Aku mau mengabarkan bahwa aku sudah melahirkan
putri kecilku semalam, dia sangat sehat dan gemuk."
"Ah, selamat Donita" maafkan aku, aku benar-benar
lupa?" Semua peristiwa yang dialaminya dengan Rafael
membuatnya lupa menelepon Donita untuk menanyakan
kondisi kehamilannya, "Aku ingin sekali menengok putri
kecilmu itu." "Aku mengerti Elena sayang, tidak apa-apa kok. Dan
aku menelponmu untuk mengucapkan selamat juga." Elena bisa
merasakan Donita mengedipkan matanya nakal di seberang
108 Santhy Agatha sana. "Teman-teman kantor datang untuk menengokku di
rumah sakit, dan ternyata gossip bahwa kau dinikahi oleh bos
kita dan dibawa kabur ke pulau pribadinya menyebar cepat di
sini. Benarkah itu Elena" Wow kau bahkan tidak menunjukkan
ketertarikan kepada Mr. Alex dan tiba-tiba saja "boom" kalian
saling jatuh cinta dan menikah" Lalu bagaimana dengan Edo?"
Donita langsung memberondongnya dengan berbagai
pertanyaan. Elena tertawa, lalu dengan singkat menjelaskan
insiden yang dialaminya bersama Edo. Sejenak dia ragu
menjelaskan alasan mereka menikah. Dan memutuskan tidak
menjelaskannya kepada Donita,
"Yah begitu saja. Aku sangat kecewa dengan Edo. Dan
kebetulan Rafael sangat baik" jadi tiba-tiba saja kami sudah
menikah." Donita tergelak di seberang sana, "Mungkin itulah yang
disebut kemauan Tuhan. Kita sudah berencana dengan yang
lain, tiba-tiba Tuhan memberikan jalan untuk bersatu dengan
orang yang selama ini tidak pernah kita duga. Meskipun kabar
ini masih membuatku shock, tetapi aku menyadari bahwa
kalian adalah pasangan yang cocok. Semoga berbahagia Elena,
telpon aku kalau kau kesepian di pulau pribadi itu." Suara
Donita yang terdengar ceria membuat Elena tertawa geli,
"Pasti, Donita. Dan segera setelah aku pulang nanti,
aku akan langsung menengokmu dan putri kecilmu."
"Janji ya, aku tunggu." Donita tertawa cerita, "Selamat
menikmati bulan madumu Elena."
Elena masih tersenyum ketika menutup ponselnya.
Bulan madu. Kini dia dan Rafael pasangan pengantin baru.
Rafael sedang pergi dengan Pak Mizan untuk menengok
perkebunan, katanya dia akan kembali sebentar lagi.
" Ketika kembali, Rafael langsung menggandeng Elena
mengajaknya ke pantai pribadinya.
Unforgiven Hero 109 "Kau akan senang melihat bagian pantai yang ini."
Rafael mengajak Elena menuruni tangga putih melingkar yang
ternyata ada di bawah balkon mereka, dan merekapun turun di
sebuah anjungan pantai pribadi yang dikelilingi tembok dan
tanaman untuk menjaga privasi.
"Aku sering berbaring di pantai, dan merenung di sini
sendirian, tidak ada yang bisa melihat kita dari sini. Satu-
satunya akses adalah dari tangga di balkon kamar kita. Dan
tidak ada yang berani kemari kalau tidak kuperintahkan."
Rafael mengedipkan matanya pada Elena, "Di sini benar-benar
privasi untuk kita."
Pipi Elena memerah menyadari arti di balik kata-kata
Rafael itu. Privasi untuk mereka".. apakah privasi untuk
bercinta" Elena menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha
mengusir pikiran aneh di benaknya. Rafael dan aura sensualnya
sepertinya telah mempengaruhi Elena sedemikian rupa.
Lelaki itu menggandeng Elena ke sisi pantai yang sejuk
di bawah tanaman palem dan kelapa. Tempat mereka rupanya
telah disiapkan, ada sebuah gazebo kecil yang nyaman di sana,
beralaskan karpet lembut berwarna cokelat muda dan bantal-
bantal hitam eksotis yang berserakan di sana. Gazebo itu
berhiaskan tirai-tirai putih yang menjuntai, tampak begitu
indah tertiup angin pantai. Satu sisi gazebo itu terbuka,
langsung mengarah ke pemandangan pantai nan luas dan indah
dengan warna langit yang mulai jingga, pertanda matahari
hampir tenggelam. Lampu kecil di pilar gazebo menyala dengan
sinar kuning yang hangat, seakan disiapkan untuk pasangan
yang akan melalui malam sambil menatap bintang-bintang di
langit. Rafael mengajak Elena ke gazebo dan duduk di
karpetnya yang empuk, bahkan makananpun sudah disiapkan
di sana, seperti magic. Kue-kue kecil yang menggiurkan tersaji
di nampan perak yang berkilauan. Dan dua botol anggur
disiapkan di ember perak kecil yang berisi es, serta dua gelas
minuman dingin berwarna orange segar. Ini benar-benar
tempat yang menyenangkan untuk duduk sambil memandang
110 Santhy Agatha matahari tenggelam. Rafael merangkul Elena, dan mereka
termenung menatap ke arah matahari tenggelam dalam
keheningan. Menyaksikan cakrawala perlahan menelan bulatan
yang bersinar orange kemerahan itu. Hingga akhirnya hanya
tersisa seberkas cahaya jingga di batas cakrawala.
Suasananya begitu sakral dan intim hingga Elena takut
merusaknya. Dia melirik ke arah Rafael, dan melihat siluet
lelaki itu. Rafael benar-benar tampan, dan lelaki itu adalah
suaminya. Elena merasakan perasaan hangat membanjirinya.
Dia merasa begitu dekat dengan Rafael, seakan sudah mengenal
lama, seakan Rafael mengerti apapun yang dia inginkan.
Mungkin mereka memang ditakdirkan bersama.
"Elena." Suara Rafael terdengar serak, dan dari jarak
dekat, di bawah sorot lampu temaram, Elena bisa melihat mata
Rafael memancarkan gairah, "Kau sudah bisa?""
Ah. Lelaki ini begitu sopan, begitu baik dan perhatian.
Bahkan dalam gairahnya Rafael sempat menanyakan kesiapan
tubuh Elena untuk bercinta. Elena sungguh tersenyum. Dia
tidak berkata apa-apa, hanya menatap Rafael penuh arti.
Rafael membalas senyum itu, lalu dengan lembut


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menundukkan kepalanya dan mengecup bibir Elena lembut.
Elena membalas kecupan itu. Membiarkan Rafael merasakan
kelembutan bibirnya. Lelaki itu lalu melepas ciumannya dan
mereka bertatapan. Senyum Rafael malam itu tidak akan
pernah Elena lupakan, senyum itu begitu lembut, begitu penuh
haru, dan entah kenapa membuat dada Elena sesak oleh suatu
perasaan yang tidak dapat digambarkannya.
Jemari Elena bergerak ragu dan menyentuh pipi
Rafael, lelaki itu menempelkan pipinya di sana dan
memejamkan matanya, jarinya meraih jari Elena dan
mengarahkannya ke bibirnya. Rafael lalu mengecup telapak
tangan Elena dengan lembut. Mereka bertatapan dengan
tatapan yang hanya bisa dimengerti oleh satu sama lain, dan
kemudian bibir mereka menyatu dalam sebuah ciuman lembut.
Unforgiven Hero 111 Kali ini ada yang berbeda. Kali ini ada rasa sayang
dalam ciuman ini. Ada perasaan lembut yang mengembang
dalam pagutan bibir mereka. Rafael melumat bibir Elena,
mencecap seluruh rasa bibirnya, seakan tidak pernah puas.
Tangannya menyentuh pinggul Elena dan dengan gerakan ahli
melepaskan celana dalam Elena di balik roknya,
menurunkannya, dan membiarkannya menggantung di salah
satu paha Elena. Lelaki itu lalu membuka kancing celananya dan
menurunkan ristletingnya, kejantanannya sudah tegak,
menunjukkan betapa bergairahnya dia kepada Elena.
"Naik ke atasku, sayang." Suara Rafael bagaikan
perintah mistis yang membuat tubuh Elena dibanjiri oleh
dorongan sensual yang aneh. Dengan hati-hati Elena naik ke
pangkuan Rafael. Lelaki itu membimbingnya untuk menyatukan
tubuh mereka perlahan, karena hal ini masih baru bagi Elena.
Ketika tubuh mereka menyatu sepenuhnya, Rafael menghela
napas pendek-pendek, begitupun Elena, yang masih tidak
percaya dia melakukan hal seberani ini bersama seorang lelaki.
Tangan Rafael yang kuat merangkum pinggulnya
dengan lembut dan membimbingnya untuk bergerak,
"Bergeraklah sayang, puaskan dirimu dengan tubuhku?" bisik
Rafael parau. Dan Elena bergerak, senang mendapati bahwa setiap
gerakannya membuat Rafael menggeram penuh gairah. Dia
bergerak dengan sensual, didorong oleh gairah alaminya
sebagai seorang perempuan, dengan bantuan Rafael.
Mereka becinta sambil berhadapan, dengan posisi
setengah duduk. Percintaan itu begitu intens karena mereka
bisa menatap mata masing-masing. Melihat betapa nikmatnya
gerakan mereka bagi satu sama lain. Ketika tubuh Elena lelah,
Rafael menopangnya, meletakkan kepala Elena di pundaknya
dan mengelus punggungnya dengan lembut.
Dengan gerakan mulus, Rafael mendorong tubuh Elena
berbaring di karpet yang lembut tanpa melepaskan tubuh
mereka yang bertaut penuh gairah. Ditindihnya Elena dengan
pelan tetapi sensual, diciumnya bibir Elena lembut. Tubuhnya
112 Santhy Agatha bergerak dan menggoda Elena untuk mengikutinya terjun ke
jurang kenikmatan yang dalam.
"Lingkarkan kakimu di pinggangku." Bisik Rafael serak,
"Rasakan aku lebih dalam" ah sayang, kau mencengkeramku
dengan begitu kuat"."
Lelaki itu mendorong masuk semakin dalam,
menggoda Elena ketika melakukan gerakan seakan ingin
melepaskan diri, tetapi kemudian mendorong lagi makin dalam.
Mereka larut dalam pusaran gairah, sampai kemudian Elena
melambung tinggi ketika mencapai orgasmenya. Orgasme yang
luar biasa, sambil mendongakkan kepala menatap langit penuh
bintang, dalam pelukan suaminya yang luar biasa tampan.
Rafael menyusul orgasmenya, dengan erangan tertahan dan
semburan hangat di dalam sana.
Dengan lembut Rafael menarik diri, lalu menempatkan
dirinya dengan nyaman di sebelah Elena dan menarik tubuh
Elena terbaring di lengannya, memeluknya lembut dari
belakang. Kepala Elena ada di lekukan lengan dan lehernya.
Rafael menundukkan kepalanya, dan membisikkan napas
panasnya pelan, di telinga Elena. "Aku mencintaimu Elena."
Suara Rafael serak dan penuh perasaan. "Aku mencintaimu."
Elena memejamkan matanya. Mengira dia sedang
berada di sebuah mimpi eksotis bersama pangeran tampan di
sebuah pulau terpencil. " Mereka terbangun dari tidur mereka, dan Rafael
mengajak Elena masuk karena udara mulai dingin dan angin
malam bertiup kencang. "Aku ingin semalaman di sana menatap bintang. Tetapi
kita akan terbangun dengan kepala pusing." Rafael tersenyum
lembut pada Elena, dan menggandeng jemarinya, melangkah
menaiki tangga putih itu.
Mereka sampai di kamar, dan tiba-tiba Rafael memeluk
Elena erat-erat di tengah-tengah kamar,
Unforgiven Hero 113 "Apakah kau mendengar pernyataan cintaku tadi?"
bisiknya lembut. Elena menganggukkan kepalanya, dalam diam.
Rafael mendesah dan mengecup puncak kepala Elena,
lalu melingkarkan lengannya makin erat di seluruh tubuh
Elena, "Aku bersungguh-sungguh Elena, Pernyataan cintaku
itu bukan euphoria dari orgasme yang begitu nikmatnya.
Meskipun harus kuakui orgasme yang tadi luar biasa
nikmatnya." Rafael tersenyum lembut, "Semoga nanti kau bisa
membalas perasaanku."
Elena pasti bisa. Kalau Rafael terus menyerangnya
dengan sifat lembut dan penuh perhatiannya seperti ini.
Bagaimana Elena bisa bertahan" Dia pasti akan dengan segera
jatuh ke dalam pesona Rafael Alexander.
"Dan apapun yang terjadi nanti. Apapun yang akan
terpapar di hadapanmu nanti, bagaimanapun buruknya nanti.
Ingatlah malam ini, malam di saat aku mengatakan bahwa aku
mencintaimu dengan sepenuh hatiku."
Apa maksud kata-kata Rafael" Elena merenung ketika
lelaki itu memeluknya erat.
" Perempuan itu sangat cantik bagaikan boneka Barbie.
Kakinya begitu panjang dan jenjang, dipamerkan dengan
indahnya karena dia mengenakan rok hitam sutra yang elegan
membungkus pinggulnya yang bergoyang indah ketika dia
sedang berjalan. Bagian atas tubuhnya lebih bagus lagi.
Dadanya menggantung indah, membuat semua lelaki yang
berpapasan dengannya pasti menoleh dua kali. Kalau bukan
karena dadanya, pasti karena kecantikan wajahnya. Rambutnya
yang berwarna cokelat kemerahan panjang dan tebal, hasil dari
penata rambut terkenal. 114 Santhy Agatha Jemari lentiknya dengan kuku yang di cat warna peach
menjepit batang rokok di bibirnya, mengarahkan ke bibir
ranumnya dengan warna peach yang sama. Bibirnya
menghembuskan asap dengan elegan.
Perempuan yang sedang duduk sendirian di balkon
rumahnya itu adalah Aluna. Seorang wanita pengusaha mandiri,
dengan beberapa anak perusahaan di bidang desain interior
yang sangat sukses. Aluna adalah perempuan bebas dan
mandiri dengan aura yang sangat menggoda. Dan sekarang
Aluna sedang gundah. Ditatapnya Sarah, asisten pribadinya
dengan tatapan tajam. "Kau yakin informasi yang kau dapatkan itu benar?"
Sarah menganggukkan kepalanya gugup. Dia telah
bekerja bertahun-tahun dengan Luna, tetapi entah kenapa aura
mengintimidasi Luna selalu membuatnya gugup. Perempuan itu
mengingatkannya akan medusa, perempuan cantik yang
dengan tatapannya bisa mengubah siapapun yang berani
membalas tatapannya menjadi batu.
"Itu info yang saya dapat dari orang di perusahaan
Tuan Rafael. Mereka mengatakan Tuan Rafael menikahi
asistennya, Elena, dalam pernikahan buru-buru di Pulau
Dewata, dan sekarang sedang menghabiskan bulan madunya di
pulau pribadinya." Luna menghembuskan asap rokoknya dengan kesal.
"Pernikahan buru-buru dan rahasia eh?" Senyumnya sangat
sinis. "Aku ragu kalau Rafael mengingat untuk memberikan
undangan kepadaku. Harus diakui aku sedikit sakit hati
mengetahui dia dengan mudahnya melupakanku dan menikahi
perempuan itu. Kau dapat fotonya?"
Sarah menyerahkan foto yang dia dapat kepada Luna.
Luna menerima foto itu, dan meletakkannya di meja.
"Baiklah, kau boleh pergi Sarah."
Unforgiven Hero 115 Sepeninggal Sarah, Luna mengambil foto itu. Sebuah foto
entah darimana yang bergambarkan Rafael sedang berjalan
dengan perempuan yang kata Sarah tadi bernama Elena.
Elena, betapa bencinya Luna dengan nama itu. Itu
adalah nama perempuan yang membuat Luna merasa muak.
Diingatnya malam-malam menyakitkan ketika dia bercinta
dengan Rafael, dan Rafael memanfaatkannya dengan
memanggilnya sebagai "Elena", membayangkan sedang bercinta
dengan "Elena" meskipun saat itu dia sedang bercinta dengan
Luna. Rafael tidak bersalah, Luna memang sengaja membuat
dirinya tampak tidak terlalu ingin menjalin hubungan yang
mengikat. Karena dia tahu, kalau dia kelihatan ingin mengikat
Rafael, kalau kelihatan setitik saja perasaannya kepada lelaki
itu, maka Rafael akan langsung meninggalkannya. Lelaki itu
menutup hatinya, dan akan langsung menjauhi siapapun yang
memiliki perasaan lebih kepadanya. Karena itulah Luna
berpura-pura. Dan membiarkan Rafael berpikir bahwa
hubungan mereka adalah hubungan tanpa status, saling
memanfaatkan, tanpa ikatan apapun satu sama lain.
Padahal Luna mencintai Rafael, sangat mencintai lelaki
itu dari lubuk hatinya yang paling dalam. Dan ketika Rafael
memanggilnya sebagai Elena, memandangnya sebagai Elena,
bercinta dengannya sambil membayangkan Elena, perasaannya
hancur lebur. Hancur, marah, dan terhina. Bukan kepada Rafael,
dia terlalu mencintai lelaki itu. Tetapi kepada perempuan yang
entah siapa dan di mana yang bernama Elena.
Berani-beraninya perempuan itu mengambil hati
Rafaelnya" Membuat Rafael menutup hatinya untuk semua
perempuan" Luna ingin namanyalah yang dipanggil Rafael
dengan penuh kerinduan, seperti ketika Rafael memanggil
nama "Elena" dengan begitu lembut. Luna sangat membenci
perempuan bernama Elena itu. Ingin membunuhnya jika perlu.
Tetapi bahkan dia tak tahu perempuan itu ada. Dan dia sempat
mengira bahwa perempuan itu hanyalah sosok khayalan Rafael.
116 Santhy Agatha Sampai kemudian kabar bahwa Rafael menikahi
perempuan bernama Elena muncul. Semula Luna tidak percaya.
Tetapi ketika Sarah menjelaskan bahwa itu benar adanya,
kemarahannya menggelegak, luar biasa hingga nyaris
membakar hatinya. Luna mengamati wajah Elena di foto itu. Gadis itu terlalu
sederhana. Apa sih yang dilihat Rafael di sana" Dia merasa
dirinya seribu kali lebih baik dari perempuan kecil yang tak
bisa berdandan macam Elena. Benarkah ini Elena yang selalu
dipanggil oleh Rafael itu" Atau dia hanyalah perempuan
beruntung yang dinikahi Rafael secara impulsif karena
kebetulan dia bernama Elena"
Dengan gemas, dicolokkannya rokoknya ke wajah
Elena di foto itu. Menghancurkan wajah Elena di foto itu dengan
kejam. Siapapun perempuan itu, dia membencinya. Dan setiap
orang yang dibencinya akan hancur!
Dia harus menyadarkan Rafael akan kesalahannya,
sebelum terlambat. DIa harus membuat Rafael menyesal karena
telah berani-beraninya meninggalkannya dan memilih
perempuan yang sangat jauh di bawah levelnya.
Jemarinya meraih ponsel keemasan di mejanya,
sebuah suara menyahut di sana, dan Luna bergumam dengan
suara serak dan seksinya.
"Aku perlu pergi ke sebuah tempat. Kau bisa mengatur
perjalananku ke sana"
Unforgiven Hero 117 8 "Lihat, Alfred menggila, dia memasak begitu banyak
kue untuk sarapan." Rafael mengoleskan mentega lembut ke
permukaan muffin panas, membuatnya meleleh dan berkilauan
dengan aroma manis yang harum ke seluruh penjuru dapur.
Alfred yang sedang mengaduk sesuatu di dalam panci
hanya tersenyum mencela dan melanjutkan kegiatan
memasaknya. Mereka sarapan di dapur yang menghadap ke
timur, tempat sinar matahari pagi langsung masuk dan
menghangatkan mereka. Menu sarapan mereka luar biasa.
Muffin madu, biskuit kacang dan kelapa, telur orak-arik yang
rasanya fantastis dan satu loyang besar pie apel hangat yang
baru dikeluarkan dari oven. Memang benar kata Rafael, Alfted
menggila dalam memasak. Sepertinya dia terlalu senang karena
tuannya datang, dan akhirnya ada yang bisa dia buatkan
masakan istimewa. Pagi ini seindah pagi-pagi yang lain. Elena sampai tidak
sadar bahwa mereka sudah melewatkan beberapa hari di pulau
indah ini. Berbulan madu, begitu kata orang-orang. Dan
memang itulah yang terjadi. Mereka benar-benar bersenang-
senang sepanjang hari, makan, mengobrol, membaca, bercanda,
dan bercinta dengan begitu panas di malam harinya.
Pipi Elena memerah, mengingat malam-malam panas
mereka. Rafael benar-benar lelaki yang sangat bergairah. Di
pagi hari, saat mereka sudah bercinta semalaman, lelaki itu
masih bangun dengan kejantanan mengeras dan mereka
bercinta lagi. Seperti kata Rafael kepadanya dulu, lelaki itu
memang selalu bergairah kepadanya.
"Alfred tampaknya sedang memasak besar hari ini."
Elena berbisik pelan sambil melirik ke arah Alfred yang tampak
sibuk. 118 Santhy Agatha Rafael tersenyum simpul, "Memang, aku memintanya
untuk menyiapkan makanan kita untuk seharian."
"Seharian?" Elena mengernyit. Alfred biasanya selalu ada


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setiap saat di rumah ini. Begitu juga dengan para pelayan
lainnya. Mereka selalu ada untuk mempersiapkan seluruh
kebutuhan mereka, setiap saat.
"Aku meliburkan semua pelayan mulai nanti siang
sampai besok pagi mereka baru kembali. Alfred juga. Karena itu
Alfred memasakkan kita makan siang dan makan malam untuk
dihangatkan nanti malam."
?"Kenapa kau meliburkan semua pelayan?"
Rafael tersenyum nakal, lalu mendekatkan bibirnya ke
telinga Elena dan berbisik menggoda, "Karena aku ingin hari ini
kita di rumah seharian, hanya berdua."
PIpi Elena memerah. Apa sebenarnya yang direncanakan
oleh Rafael" " Rumah benar-benar benar sepi ketika para pelayan
tidak ada di rumah, biasanya setiap saat Elena akan berpapasan
dengan para pelayan yang lalu lalang mengerjakan sesuatu di
rumah ini. Sekarang suasana hening, tidak ada suara
percakapan di lorong, kesibukan di dapur maupun suara
langkah kaki orang-orang yang lewat.
Elena dan Rafael menghabiskan hari itu dengan di
perpustakaan. Rafael mengatakan akan menyelesaikan
beberapa perkerjaan sedangkan Elena memilih untuk
membaca. Perpustakaan di rumah pantai itu cukup lengkap,
dengan berbagai bacaan ringan di sana, koleksi milik ayah
Rafael. Sepertinya ayah Rafael benar-benar berniat untuk
bersantai ketika mengisi buku-buku untuk perpustakaan ini.
Tanpa sadar hari sudah siang ketika Rafael
mengangkat kepalanya dan bergumam, mengalihkan Elena dari
bacaannya yang menarik. Unforgiven Hero 119 "Aku lapar." Elena menutup bukunya dan tersenyum lembut, "Aku
akan menyiapkan makanan."
Alfred telah menyiapkan semuanya dan memberitahu
Elena cara menghangatkan makanannya. Elena mencampur
salad dengan udang dan saus alpukat yang telah disediakan
oleh Alfred, lalu menghangatkan daging saus manis yang sudah
disiapkan Alfred di panci.
Ketika Elena sedang menuang kotak-kotak es batu ke
dalam pitcher berisi es teh manis. Rafael datang ke dapur dan
tersenyum. Dia mengendus ruangan dan mendekati Elena
dengan menggoda, "Aku bisa memperkerjakanmu sebagai koki pribadiku.
Baunya harum, seharum masakan Alfred."
Elena tertawa, "Alfred memang yang memasak
semuanya, aku hanya mempersiapkannya." Dengan cekatan dia
mengaduk saus manis untuk daging di panci.
Rafael mendekat dan memeluknya dari belakang
dengan mesra. Mengecup Elena dengan menggoda.
"Hentikan Rafael Alexander. Atau kau akan terciprat
kuah yang sedang mendidih ini." Elena mengingatkan Rafael,
tetapi tidak ada penolakan dari tubuhnya. Rafael melingkarkan
lengannya makin erat, jamarinya bergerak menggoda,
mengusap puncak payudara Elena sambil lalu. Membuat Elena
mengerang, Kuah itu telah mendidih, dan Elena mematikannya.
"Rafael mengajak Elena mundur dari kompor, masih
memeluknya, dia bersandar di meja dapur dan membawa Elena
yang masih di peluknya dari belakang. "Kita bisa telanjang
seharian di rumah, karena tidak ada orang lain di sini.:"
"Rafael!" Elena berseru dengan pipi memerah malu,
membuat Rafael tertawa dan mengecupi leher Elena penuh
gairah. 120 Santhy Agatha "Atau kita bisa bercinta di atas meja dapur." Rafael
setengah menggigit leher Elena, meninggalkan bekas kecil
kemerahan di sana. Seperti pejantan yang menandai betinanya.
Jemarinya meraba lembut payudara Elena dan meremasnya
dari belakang. "Bagaimana menurutmu?"
"Jadi ini yang ada di benakmu ketika meliburkan
semua pelayan?" Elena berbisik lirih, untuk kemudian
membiarkan bibirnya dilumat oleh Rafael dengan penuh gairah.
Lelaki itu duduk di atas meja dapur, lalu mendongakkan kepala
Elena ke belakang, dia lalu menunduk ke atas Elena dan
melumat bibirnya, dengan cara terbalik. Menciptakan sensasi
yang berbeda. Membuat dia bisa mencecap, dan merasakan
bibir Elena dengan cara yang lebih sensual.
Tubuh Elena melemas akibat ciuman itu sehingga
Rafael harus menopangnya, dia bersandar sepenuhnya di tubuh
Rafael, dan merasakan kejantanan Rafael mulai mengeras,
menekan tubuh belakangnya. Dengan lembut, Rafael kemudian
membalikkan tubuh Elena dan beranjak turun dari meja dapur.
Dia mengangkat tubuh Elena hingga terduduk di atas meja
dapur itu. Dikecupnya dahi Elena lembut, hidungnya, pipinya
dan kemudian kembali ke bibirnya lagi. Setiap kecupan Rafael
membuat tubuh Elena panas membara. Lelaki itu lalu membuka
kemeja Elena dan menurunkannya, payudara Elena yang tidak
terlindungi bra " karena Rafael melarangnya mengenakannya
setelah para pelayan pergi tadi " terpampang indah di depan
Rafael. Lelaki itu memuja payudaranya. Mengelusnya lembut,
mengusap ujung putingnya dengan penuh gairah hingga
mengeras dan siap di tangannya. Lalu setelah puting itu
memenuhi keinginannya, Rafael mengecupnya lembut, dan
menjilatnya dengan menggoda. Membuat Elena mengerang,
merindukan hisapan Rafael di putingnya yang membuatnya
melayang. Lelaki itu tidak membuat Elena menunggu lama,
disesapnya payudara Elena dengan penuh pemujaan, membuat
tubuh Elena lemas dan terbaring di atas meja dapur itu, dengan
kaki menjuntai ke bawah. Unforgiven Hero 121 Posisi Rafael sangat pas, karena tubuhnya tinggi, meja
dapur itu pas setinggi pinggangnya. Dan sekarang
dihadapannya, isterinya terbaring dengan kaki menjuntai ke
bawah, pahanya terbuka, siap menerimanya. Rafael
menurunkan celana dalam Elena, dan membukanya. Lalu
dengan penuh gairah, tanpa peringatan apapun, karena Rafael
tahu Elena sudah sangat siap untuknya. Rafael segera
melepaskan celananya dan menyatukan tubuhnya ke dalam
kelembutan yang panas dan basah, yang sudah siap untuk
menerimanya. Kaki Elena langsung melingkar di pinggang Rafael.
Kemudian, ketika gerakan Rafael makin cepat dan bergairah,
dia berdiri dan menumpukan tangannya di tepi meja dapur,
membuat Elena terbaring di sana penuh gairah, menerima
desakan-desakan Rafael jauh di dalam tubuhnya yang
menimbulkan gelenyar panas tak tertahankan. Rafael lalu
mengangkat kaki Elena yang semula melingkari pinggangnya
dan mengangkatnya ke pundaknya. Posisi itu membuatnya
semakin mudah bergerak, menemukan titik-titik kenikmatan
Elena yang ada jauh di dalam kelembutan kewanitaannya, dan
membawa Elena langsung ke puncaknya.
"Kau sungguh nikmat Elena..." Rafael berucap di antara
napasnya yang memburu, "Apakah aku nikmat untukmu
Elena?" Elena mencoba menjawab. Tetapi sensasi itu sungguh
menguasai tubuhnya, membuatnya semakin tersengal dan larut
dalam kenikmatannya. "Jawab aku Elena...." Rafael tak mau menyerah,
"Apakah aku nikmat untukmu?"
Elena mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Rafael
yang membungkuk di dekatnya, "Kau... sangat...." suaranya
tertelan oleh napas memburu dan erangan tertahan karena
dorongan Rafael yang bergairah, susah payah dia mencoba
berkata, "Kau.... sangat nikmat... untukku..."
122 Santhy Agatha Rafael menatap Elena dengan rasa memiliki yang
dalam, "Kalau begitu, mari kita saling menikmati." Gerakannya
menjadi semakin cepat, semakin bergairah, semakin tak
tertahankan, "Ayo Elena, nikmati aku... puaskan dirimu..." Rafael
berbisik parau, membimbing Elena ke dalam pusaran gairah.
Sehingga dia mencapai puncaknya dengan begitu cepat.
Mencengkeram Rafael dalam kenikmatan orgasmenya, dan
merasakan lelaki itu orgasme bersamanya, di dalamnya.
" "Tadi sungguh luar biasa." Rafael tersenyum sambil
menyuapkan suapan terakhir makan siangnya ke mulutnya.
Mereka akhirnya makan siang menjelang sore, karena
Rafael memutuskan mereka harus melanjutkan beberapa lagi
sesi bercinta di dapur sebelum makan. Lelaki itu sungguh
memiliki fantasi yang gila dalam bercinta. Pipi Elena memerah
mendengar godaan Rafael. Lelaki ini sudah berhasil
mengubahnya dari perempuan pemalu yang tidak tahu apa-apa,
menjadi perempuan sensual yang selalu merespon setiap
rangsangan yang diberikan Rafael dengan luar biasa.
Tetapi Elena menikmatinya. Dia sangat beruntung. Ada
pasangan-pasangan yang tidak diberkahi kenikmatan di atas
tempat tidur. Dan Elena diberkahi suami yang luar biasa nikmat
di atas tempat tidur. Rafael selalu memuaskan Elena, menunggu
Elena siap menerimanya, dan mengantarkan Elena sampai ke
titik terdekat orgasmenya sebelum kemudian mencapai
orgasmenya sendiri. "Ya Rafael. Tadi memang luar biasa." Elena akhirnya
mengakuinya kepada Rafael, membuat Rafael tersenyum
bahagia. Selesai makan, Rafael mengajak Elena berjalan-jalan ke
pantai pribadi mereka. Malam sudah menjelang dan lelaki itu
memakaikan salah satu jaketnya pada Elena, membuat Elena
memakai jaket yang kebesaran di tubuhnya. Tetapi Elena
berterimakasih kepada Rafael karena melakukannya. Udara
malam cukup dingin malam ini.
Unforgiven Hero 123 Langit yang gelap memayungi mereka, bertaburan
bintang berkelap-kelip yang indah. Rafael mengajak Elena
berdiri di tepi pantai dan menatap ombak,
"Aku dulu bukan orang yang baik, aku menyakiti
banyak orang dan membuat mereka kecewa." Rafael bergumam
pelan, tatapannya menerawang jauh, "Tetapi kemudian ada
sebuah peristiwa yang menghantamku. Dan membuat aku
berbalik arah." Peristiwa apa" Elena mengernyit dan menatap Rafael,
ingin bertanya. Tetapi lelaki itu berdiri di sebelahnya dengan
tatapan menerawang, seolah sedang larut ke dalam masa
lalunya, sehingga Elena kembali diam, menatap laut dan
mendengarkan. "Aku berubah menjadi lebih baik, berusaha menjadi
lebih baik. Dan aku benar-benar sudah menjadi baik ketika aku
bertemu kau." Rafael menghela tubuh Elena ke arahnya, dan
mereka berhadap-hadapan, "Sejak aku mencintaimu."
Dipeluknya Elena erat-erat. Beberapa hari ini dia
sangat bahagia, Tertawa bersama Elena, menghabiskan setiap
menit bersama perempuan itu, dan tidak pernah merasa bosan.
Kebahagiaan itu menyelipkan seberkas rasa takut di benak
Rafael, setiap dia menatap Elena yang tersenyum kepadanya,
tanpa dapat ditahannya pertanyaan-pertanyaan selalu muncul
di benaknya, Bagaimana kalau Elena tahu kenyataan yang
sebenarnya" Apakah Elena mau tersenyum lagi kepadanya"
Apakah Elena akan meninggalkannya"
Rafael takut menghadapi itu semua. Membayangkan
kalau Elena pada akhirnya mengetahui semua itu secara tidak
sengaja. Mungkin Elena melihat berita di masa lalu, atau
bertemu dengan orang di masa lalu yang kebetulan tahu
tentang kecelakaan itu dan masih mengingat Rafael, atau
banyak kejadian lainnya yang bisa membuat Elena tahu. Jauh di
dalam lubuk hatinya, sebenarnya Rafael sangat ingin menahan
Elena di pulau ini. Jauh dari kehidupan luar, berbahagia di
dalam surga mereka sendiri tanpa ada gangguan dari pihak
manapun. 124 Santhy Agatha Tetapi tentu saja itu tidak mungkin. Mereka mau tidak
mau harus kembali ke dunia nyata. Dengan berbagai
kemungkinan yang bisa terjadi. Rafael harus bersiap
menghadapi yang terburuk setiap saat. Apakah Elena akan
menuduhnya sebagai pembohong besar" Membangun
pernikahan mereka di atas sebuah kebohongan"
Apakah dia harus memberitahu Elena sekarang" Tidak.
Ini bukan saat yang tepat. Mereka begitu berbahagia sekarang.
Saat-saat ini terlalu berharga untuk dinodai oleh kebencian di
masa lalu. Rafael menelan ludahnya dan mengangkat dagu Elena,
agar menatapnya, "Berjanjilah untuk tidak meninggalkan aku,
apapun yang akan terjadi nanti."
Lelaki itu tampak bingung. Elena membatin. Kenapa
Rafael tampak begitu bingung" Apa yang sebenarnya
berkecamuk di dalam hati lelaki itu"
"Berjanjilah Elena." Suara Rafael mendesak, dipenuhi
oleh kebutuhan. Elena menyentuhkan jemarinya dengan lembut di alis
Rafael yang berkerut, mencoba menenangkan suaminya, "Aku
berjanji Rafael." Suaminya mendesah lega, dan memeluknya era-erat.
Mereka berpelukan diiringi deburan ombak dan taburan
bintang. " "Kau harus mengatakan kepadaku." Lagi-lagi Edo
menghalangi jalan Alice di lobi apartemennya.
Alice menatap Edo dengan jengkel. Beberapa hari ini
Edo sangat mengganggunya, Lelaki itu muncul di mana saja,
berusaha mengorek-orek rahasia yang mungkin disembunyikan
oleh Alice, "Aku bisa menyuruh polisi menangkapmu kalau kau
terus menguntit dan menggangguku seperti ini."
Unforgiven Hero 125 "Tidak perlu sampai seperti itu." Edo menarik napas
frustasi, "Aku cuma butuh jawaban."
"Bukankah aku sudah menjawabmu" Kau berkali-kali
bertanya kenapa aku merayumu malam itu. Aku sudah
menjawab, mungkin karena aku sedang ingin bercinta! Titik! Itu
saja jawabanku. Tetapi kau masih terus-menerus
menggangguku. Sebenarnya kau ingin jawaban apa?"


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Karena jawabanmu bohong." Edo menatap Alice
tajam, "Katakan padaku yang sebenarnya Alice, atau aku akan
terus mengganggumu."
"Baiklah!", Alice setengah menjerit, tak tahan lagi. "Aku
merayumu karena Raf... maksudku Alex yang menyuruhku. Dia
ingin membuat Elena memergokimu sedang bercinta
denganku!" "Kenapa Mr. Alex ingin kau melakukan itu Alice" Apa
yang dia inginkan dari Elena?"
Alice mengerang. Edo tidak akan berhenti mengorek
informasi, dan dia tanpa sengaja telah membocorkan informasi
penting kepada lelaki ini. Ya ampun. Rafael akan amat sangat
marah kepadanya. "Aku tidak tahu. Dia memintaku dan aku
melakukannya. Aku tidak bertanya apa tujuannya dan kenapa.
Kalau kau memang ingin tahu, tanyakan pada Mr. Alex sendiri."
Alice mengibaskan rambutnya dan membalikkan tubuhnya,
kemudian berhenti dan menatap Edo penuh peringatan,
"Jangan menggangguku lagi Edo. Atau aku akan melaporkanmu
kepada polisi atas perbuatan tidak menyenangkan, dan aku
tidak main-main." Serunya sebelum melangkah pergi,
meninggalkan Edo termenung di sana.
Dahi Edo berkerut memikirkan jawaban Alice.
Jantungnya berdegup kencang. Jadi benar semua dugaannya.
Semua ini sudah direncanakan oleh Mr. Alex. Lelaki itu dari
awal mungkin sudah mengincar Elena dan berniat
menyingkirkannya, meskipun dengan cara yang licik. Edo
menggertakkan giginya. Dia telah dijebak dan dipermalukan di
126 Santhy Agatha depan Elena, tanpa kesempatan untuk membela diri. Kemudian
Elena mencampakkannya begitu saja untuk menikahi Mr. Alex.
Edo tidak akan tinggal diam. Dia akan membalas,
ketika waktunya sudah tepat nanti.
" "Aku ingin kau segera hamil." Rafael tersenyum sambil
mengusap perut Elena. Mereka sedang berbaring di atas
ranjang, bersiap untuk tidur setelah percintaan mereka yang
panas dan bergelora. Tubuh mereka telanjang di balik selimut,
saling memeluk erat. Elena yang sudah setengah tertidur di pelukan Rafael
langsung terjaga mendengarnya. Hamil, mengandung anak
Rafael. Pikiran itu terasa begitu menyenangkan untuknya.
Memiliki anak-anak dari Rafael, yang tampan dan eksotis
dengan rambut gelap dan mata berkilauan, pasti amat sangat
membahagiakan. "Apakah kau mau mengandung anak-anakku?"
"Tentu saja Rafael." Elena tersenyum dan
mendongakkan kepalanya, menatap Rafael lembut, "Kau kan
suamiku. Pikirmu aku akan mengandung anak siapa kalau
bukan dirimu?" Rafael tertawa, tawa yang dalam dan terdengar seksi
di telinga, mengalun lembut, "Kalau begitu kita harus giat
mengusahakannya." Elena mengangkat alisnya, "Kau melakukannya pagi,
siang, sore, dan malam... kurang giat apalagi?"
Tawa Rafael memenuhi ruangan. Dia memeluk Elena
dengan lembut, berdoa semoga kebahagiaan ini tidak pernah
berakhir. " Seluruh pelayan sudah kembali ke rumah pagi ini dan
kegiatan berlangsung seperti biasa. Elena sedang di dapur
Unforgiven Hero 127 belajar membuat kue kelapa bersama Alfred. Ketika suara
ribut-ribut terdengar dari lorong, yang mau tak mau terdengar
convert txt : http://www.mardias.mywapblog.com
sampai ke dapur. Itu suara Rafael, lelaki itu sedang mengumpat-
umpat di telepon. Mengumpat-umpat"
"Bagaimana mungkin dia bisa lolos" Ini pulau pribadi.
Tidak sembarang orang bisa kemari." Kemarahan tercermin
jelas dalam suara laki-laki itu.
Suara di seberang telepon menjawab, tampak mencoba
menjelaskan dengan panik. Tetapi kemudian Rafael
memotongnya dengan tajam.
"Sudah. Kita bicarakan keteledoran yang dibuat anak
buahmu nanti. Kau yang harus menanggung ini semua. Nanti.
Begitu aku selesai membereskan masalah ini." Lalu Rafael
menutup telepon dengan kasar. Membuat Elena merasa kasihan
pada siapapun yang menjadi lawan bicara Rafael di telepon.
Beberapa detik kemudian pintu dapur terbuka, dan
Rafael masuk dengan wajah serius.
"Elena." Rafael memanggil dari ujung dapur. Membuat
Elena yang sedang bertaburan tepung dan membantu Alfred
membentuk kue di cetakan menoleh,
"Ya Rafael?" "Kemari, aku ingin bicara."
Rafael tidak pernah sekaku ini ketika berbicara
kepadanya, membuat Elena mengerutkan keningnya. Apakah
lelaki itu sedang marah. Kepada siapa" Kepadanyakah"
Dengan hati-hati dia melangkah keluar dapur,
mengikuti Rafael ke arah teras samping. Rafael berdiri di sana,
mondar-mandir dengan wajah gusar.
"Ada apa Rafael?"
Lelaki itu melangkah mendekati Elena dan merengkuh
kedua bahunya, membuat Elena dekat dengannya.
128 Santhy Agatha "Anak buahku mengacau. Kita akan kedatangan tamu.
Bukan tamu yang menyenangkan, tetapi kita terpaksa
menampungnya beberapa hari demi kesopanan. Aku harap kau
mengerti." Elena menganggukkan kepala. Sedikit lega mendengar
perkataan Rafael, Jadi hanya karena masalah itu" Seorang tamu,
meskipun terasa aneh karena datang di bulan madu mereka,
tampaknya tidak menjadi masalah besar. Elena pasti bisa
menghadapinya. Kalau begitu kenapa Rafael masih tampak
begitu gusar" Rafael yang masih mencengkeram kedua bahu Elena
mendesah kesal. "Dia bukan tamu biasa. Dia mungkin datang
untuk mengacau, seperti yang Victoria ramalkan. Aku minta
maaf Elena, aku tidak menyangka dia akan seberani itu,
menyusulku kemari." "Siapa Rafael?" Elena berubah waspada, karena Rafael
tampak begitu serius tentang tamu yang satu ini.
Rafael menatap Elena pahit. "Dia mantan kekasihku
Elena. Anak buahku mengatakan dia tidak bisa mencegah
kedatangannya kemari. Sekarang dia sedang dalam perjalanan
dengan perahu boat kemari. Maafkan aku."
" Memikirkan bahwa Rafael mempunyai mantan kekasih
sebelumnya, yang tentunya juga berbagi hal-hal intim bersama
lelaki itu sungguh membuat semuanya terasa aneh.
Seharusnya Elena siap. Donita dulu pernah
mengatakan kepadanya bahwa Rafael pernah punya beberapa
kekasih yang berhubungan dengannya tanpa status. Elena
mungkin bisa melupakan itu semua kalau situasinya tidak
seperti ini. Seorang mantan kekasih yang nekad tampaknya
bertekad merebut Rafael kembali. Dan Elena harus
menghadapinya. Astaga. Kenapa dia ada di dalam situasi begini" Apa
yang harus dia lakukan" Dengan bingung Elena memencet
Unforgiven Hero 129 nomor ponsel Donita. Dalam deringan kedua ponsel itu
diangkat, "Ada apa Elena" Apakah kau sudah pulang dari bulan
madumu?" "Bukan Donita. Aku ingin menanyakan sesuatu."
"Tentang apa?" "Tentang mantan kekasih Rafael."
Sejenak Donita tertegun di seberang sana, lalu
bergumam ragu. "Well sayang, menurutku ketika kita sudah
menikah dengan seseorang, tidak perlu mengungkit-ngungkit
Fairish 2 Wiro Sableng 080 Sepasang Manusia Bonsai Pendekar Bayangan Malaikat 6
^