Pencarian

Petualangan Dilaut Sunyi 4

Lima Sekawan 04 Petualangan Di Laut Sunyi Bagian 4


"melihatnya ketika sedang mengintip-intip! Lalu ia disekap supaya rahasia mereka
tidak bocor." "Tapi bagaimana cara mereka mengangkut senjata-senjata itu dari sini?" kata Jack
sambil berpikir-pikir. "Maksudku tidak mungkin dengan perahu, karena laguna
"ini dikelilingi daratan berbatu-batu. Walau begitu senjata-senjata itu pasti
dikeluarkan dari dalam air, lalu diangkut ke tempat yang memerlukannya. Aneh
"benar-benar aneh!"
"Pokoknya, sekarang kita sudah tahu, apa sebenarnya yang dijatuhkan dari
pesawat-pesawat itu," kata Philip. "Bukan main laguna ini mestinya penuh
"dengan senjata! Persembunyian yang sempurna karena tidak ada orang lain yang
"melihat ketika dijatuhkan kemari, dan tidak ada orang yang bisa menemukan
senjata-senjata yang terserak di dasar..."
"Ada kita!" kata Lucy-Ann memotong. "Aku yang menemukan bungkusan yang pecah
" itu. Mestinya waktu dijatuhkan kemudian terbentur ke batu di dasar sehingga
pecah berantakan " Anak-anak berbaring-baring menikmati sinar matahari yang hangat sambil
membicarakan penemuan yang tak disangka-sangka itu. Tiba-tiba Kiki menjerit
seperti terkejut. Dengan segera anak-anak duduk untuk melihat penyebabnya.
"Astaga! ada perahu menuju kemari," kata Jack dengan kecut. "Arahnya lurus ke "sini, dari tebing batu yang membatasi ke arah laut."
"Bagaimana kita sekarang?" kata Lucy-Ann ketakutan. "Di sini tidak ada tempat
untuk bersembunyi, dan kita juga tidak bisa melarikan diri ke tempat lain tanpa
ketahuan." Jack dan Philip memandang berkeliling dengan perasaan bingung. Apa yang masih
bisa dilakukan sekarang" Tiba-tiba Philip meraup rumput laut
sebanyak-banyaknya, lalu menutupi Lucy-Ann dengannya.
"Kita menyelubungi diri kita dengan ini!" katanya. "Di sini banyak sekali rumput
laut! Cepat tarik sebanyak-banyaknya dan tutup tubuh dengannya. Ini satu-
"satunya kemungkinan kita supaya tidak ketahuan!"
Dengan jantung berdebar-debar keempat anak itu menimbuni tubuh masing-masing
dengan rumput laut sebanyak-banyaknya. Jack mengintip dari bawah tumpukannya. Ia
berbisik, memperingatkan Dinah,
"Satu kakimu masih kelihatan, Di ! Cepat, tutupi!"
Enggas dan Enggos heran melihat "permainan" baru itu. Keduanya mencari tumpukan
rumput laut yang menyelubungi tubuh Philip, lalu duduk di atasnya dengan sikap
serius. Philip merasakan berat tubuh mereka di atasnya. Nyaris saja ia tertawa.
"Takkan ada yang akan menyangka di bawah tumpukan rumput laut yang diduduki dua
ekor puffin ada anak yang sedang bersembunyi," katanya dalam hati. "Mudah-
mudahan saja anak-anak sebaik aku tersembunyinya."
Perahu yang datang menepi tidak jauh dari tempat anak-anak bersembunyi. Sesaat kemudian
terdengar suara dua sampai tiga orang bercakap-cakap, makin lama makin dekat
Anak-anak menahan napas dengan perasaan tegang.
"Aduh,jangan sampai mereka menginjak kami," kata Lucy-Ann berdoa dalam hati. Ia
merasa mual karena takut, ditambah lagi karena ada rumput laut yang lembek
menutupi mulutnya. Orang-0rang yang datang itu tidak menginjak anak-anak Tapi mereka berhenti tidak
jauh dari situ. Sambil terus bercakap-cakap, semuanya menyalakan rokok.
"Kiriman terakhir datang hari ini," kata seorang dari mereka. Suaranya berat dan
serak. "Laguna ini tentunya sudah hampir penuh dengannya sekarang."
"Ya sudah waktunya kita membawa pergi sebagian," kata seseorang lagi dengan "nada suara tajam dan memerintah. "Kita tidak tahu seberapa banyak informasi yang
sudah disampaikan orang itu ke markas besarnya. Ia tetap tidak mau membuka
mulut. Sebaiknya kita mengirim berita pada kepala kita, agar ia mengambil
sebanyak-banyaknya karena siapa tahu, jangan-jangan datang lagi orang lain
"dengan tugas mengintai kesibukan kita."
"Bagaimana dengan orang yang satu lagi" Ia pun tidak mau mengaku," kata orang
yang pertama. "Apa yang harus kita lakukan dengan kedua orang itu?"
"Mereka tidak boleh terus berada di sini," kata orang yang bersuara tajam.
"Masukkan keduanya ke perahu malam ini, lalu kita singkirkan mereka di salah
satu tempat sehingga lenyap untuk selama-lamanya. Aku tidak mau buang-buang
waktu lebih lama lagi dengan yang pertama siapa lagi namanya" O iya,
" "Cunningham. Ia sudah cukup merepotkan kita, mengintai segala aksi kita tahun
lalu. Sudah waktunya orang itu dilenyapkan."
Anak-anak yang sudah kedinginan dan basah di bawah tumpukan rumput laut
bertambah menggigil ketika mendengar kata-kata itu. Mereka tahu betul maknanya.
Bill ternyata musuh besar orang-orang itu, karena ia selalu berhasil melacak
jejak mereka tapi sekarang ia berada dalam kekuasaan mereka! Orang-orang itu
"takut kalau-kalau Bill sudah terlalu banyak mengetahui seluk-beluk rahasia
mereka. Padahal kemungkinannya Bill tidak sebanyak anak-anak pengetahuannya
mengenai para penjahat itu.
"Karenanya mereka hendak mengangkut segala persenjataan itu lagi dari sini,
sedang Bill disingkirkan di salah satu tempat sehingga lenyap untuk selama-
lamanya," pikir Jack dengan cemas.
"Kita harus bisa menyelamatkannya dan selekas mungkin! Aku ingin tahu, siapa
"orang satu lagi yang mereka bicarakan tadi. Tidak mungkin itu Horace - karena
menurutku, ia termasuk gerombolan ini."
Sementara itu para penjahat sudah beranjak dari tempat semula, berjalan agak
menjauh. Rupanya mereka hendak memeriksa tempat penyembunyian senjata yang- luar
biasa itu, walau isinya sedikit pun tidak kelihatan. Anak-anak tidak berani
berkutik, karena takut ketahuan. Capek sekali rasanya berbaring di atas batu,
Lucy-Ann menggigil. Kemudian terdengar bunyi mesin perahu motor dihidupkan lagi, Syukurlah! Anak-
anak masih menunggu dulu selama beberapa saat Kemudian Jack bangkit dengan hati-
hati, lalu duduk. Ia memandang berkeliling. Di sekitar situ tidak nampak siapa-
siapa. Orang-orang tadi kembali ke perahu mereka lewat jalan lain. Dan kini
perahu itu sudah jauh, menuju ke tengah laut.
"Huh!" kata Jack sambil menghembuskan napas lega. "Ngeri perasaanku tadi!
Sedikit saja lagi, kakiku pasti terinjak salah seorang dari mereka!"
Bab 25 KEJUTAN BARU Anak-anak duduk sambil menyingkirkan rumput laut yang licin itu dari tubuh
mereka. Enggas dan Enggos turun dari tubuh Philip, di atas mana mereka selama
itu duduk. Kiki takut bercampur kesal tadi, karena tubuhnya ikut ditutup dengan
rumput laut oleh Jack. Burung iseng itu dipaksanya tetap berada di sisinya,
karena Jack khawatir kalau-kalau ia mengoceh sehingga anak-anak ketahuan. Kini
Kiki melampiaskan kekesalannya.
"Kasihan, kasihan Polly! Panggil dokter! Sayang,sayang, dik-dak-dur, Polly masuk
sumur!" Anak-anak saling berpandang-pandangan dengan serius ketika semua sudah
menyingkirkan rumput laut yang tadi menyelubungi. Satu hal sudah jelas. Saat itu
Bill terancam bahaya besar!
"Apa yang bisa kita lakukan?" kata Lucy-Ann dengan mata berlinang-linang. Tidak
ada yang bisa memberikan jawaban. Kemana pun mereka pergi, rasanya selalu ada
saja bahaya yang menunggu.
"Yah," kata Jack setelah beberapa saat membisu, "setidak-tidaknya kita kini
sudah punya perahu lagi. Kurasa nanti malam kalau sudah gelap kita berangkat
saja ke pulau tempat para penjahat. Sesampai di sana kita cari tempat mereka
menaruh perahu motor mereka. Dengan begitu kita akan tahu bahwa Bill ada di
situ." "Lalu kita menyelamatkannya!" kata Dinah bersemangat. "Tapi bagaimana cara kita
nanti menghampiri pulau itu tanpa didengar atau dilihat musuh?"
"Sudah kukatakan tadi, kita berangkat kalau hari sudah gelap," kata Jack. "Lalu
apabila pantai pulau itu sudah dekat, mesin perahu kita matikan. Kita mendayung
ke tepi, sehingga musuh tidak bisa mendengar kedatangan kita."
"O ya aku lupa, dalam perahu ada dayung," kata Dinah. "Untung saja!?""Bagaimana jika sekarang kita kembali saja ke teluk kecil kita di balik pulau
ini?" tanya Lucy-Ann. "Di sini aku merasa tidak begitu aman. Lagi pula, aku
ingin tahu apakah perahu kita masih ada di sana."
"Tambahan lagi selama kita belum kembali ke tempat itu, kita sama sekali tidak
punya makanan," kata Philip sambil bangkit. "Yuk aku sudah kedinginan sekali.
"Tubuh kita bisa menjadi hangat lagi nanti karena mendaki batu-batu menuju ke
atas bukit yang di sana itu, lalu melintasi pulau menuju tempat perahu kita."
Anak-anak berjalan melalui bagian yang berbatu-batu, menuju tempat mereka tadi
membuka pakaian. Ternyata pakaian mereka masih ada di situ. Baju mandi yang
basah ditukar dengan pakaian yang kering. Tikus-tikus putih yang ditinggalkan
oleh Philip dalam kantongnya nampak senang sekali melihatnya datang. Mereka
berlari-lari menyusur tubuh anak itu sambil mencicit-cicit kesenangan.
Enggas dan Enggos ikut lagi dengan anak-anak. Semua dengan diam-diam mengucap
syukur ketika melihat bahwa perahu mereka masih ada di pantai. Semua pergi ke
situ lalu memilih-milih kaleng makanan yang akan dibuka.
"Cari yang banyak sausnya untuk diminum," kata Jack. "Setahuku di tempat ini
tidak ada air tawar padahal aku haus sekali. Kita buka saja sekaleng nenas,
"karena airnya selalu banyak di dalamnya."
"Mendingan kita buka dua kaleng sekaligus kalau Kiki juga harus dibagi," kata
Dinah. "Kalian tahu kan rakusnya kalau diberi nenas."
Anak-anak berusaha bersikap riang gembira. Tapi entah kenapa, setelah penemuan
senjata-senjata di dasar laguna, ditambah dengan tahunya mereka bahwa Bill
sedang dalam bahaya besar, tidak seorang pun dari mereka mampu berbicara lama-
lama. Satu demi satu mereka membisu. Apa yang sedang mereka makan saat itu pun
seolah-olah tidak dirasakan. Kesunyian yang menyusul terasa mencengkam.
Saat itu yang terdengar hanya bunyi paruh Kiki yang asyik menggores-gores dasar
salah satu kaleng yang tadinya berisi nenas. Akhirnya Dinah memecah kesunyian
itu. "Kurasa memang sebaiknya kita berangkat begitu hari sudah gelap tapi hatiku "kecut menghadapinya," katanya.
"Aku sudah berpikir-pikir," kata Jack, "dan aku sampai pada kesimpulan,
sebaiknya aku bersama Philip saja yang pergi menolong Bill. Tindakan ini besar
sekali risikonya, dan kita juga sama sekali tidak tahu bahaya bagaimana yang
nanti dihadapi. Karenanya aku merasa tidak enak jika kalian berdua juga ikut."
"Kami harus ikut!" seru Lucy-Ann. Ia merasa tidak enak jika Jack pergi tanpa
dia. "Bagaimana jika nanti terjadi sesuatu dengan kalian" kami akan sendiri
"saja di pulau ini, tanpa ada orang lain - yang mengetahui! Tidak! Pokoknya, aku
ikut, Jack. Kau tidak bisa menghalang-halangi."
"Baiklah," kata Jack. "Mungkin memang lebih baik jika kita tetap tidak berpisah-
pisah. Ngomong-ngomong mungkinkah orang satu lagi yang dibicarakan tadi itu
"Horace" Kita kan tidak mungkin keliru sangka mengenai dirinya?"
"Yah, dan semula- aku sudah menganggapnya terlalu tolol," kata Dinah.
"Maksudku ia memang benar-benar tolol, bukan hanya pura-pura saja. Kurasa kita
"memang telah keliru mengenainya. Menurutku, mungkin ia memang penggemar burung."
"Wah! Kalau begitu, ia pasti menganggap kita anak-anak yang sangat jahat," kata
Jack kaget. Dan kita juga merampas perahunya sedang ia kita tinggalkan,
" "sehingga akhirnya ditawan musuh!"
"Mereka tentunya mengira ia. kawan Bill, lalu marah sekali padanya ketika ia
mengatakan tidak kenal pada Bill atau tahu apa-apa mengenainya," kata Philip.
Anak-anak termenung, memikirkan nasib Horace.
"Untung kita tidak jadi memukul kepalanya," kata Jack. "Horace Tripalong yang
malang!" "Kita juga -harus menyelamatkannya," kata Lucy-Ann. "Sedikit banyak sebagai
imbalan karena kita merampas perahunya. Tapi ia pasti marah sekali pada kita
setelah segala perbuatan kita terhadapnya!"
Saat itu Enggas muncul membawa hadiahnya yang biasa. Setengah lusin ikan yang
diatur berselang-seling dengan rapi di paruhnya yang besar. Ikan-ikan itu
ditaruhnya dekat kaki Philip.
"Terima kasih," kata Philip. "Tapi kaumakan saja sendiri, karena di sini kami
tidak berani menyalakan api untuk memasaknya."
"Rrrrr," kata Enggas, lalu menghampiri kaleng-kaleng yang sudah kosong isinya.
Enggos cepat-cepat memanfaatkan kesempatan baik itu. Ikan-ikan yang dibawakan
Enggas untuk Philip ditelannya sampai habis semua. Kiki memperhatikannya dengan
pandangan jijik. Burung kakaktua itu tidak doyan makan ikan segar yang baru
diambil dari laut. "Bah!" katanya dengan suara Horace. Anak-anak tersenyum mendengarnya.
"Kiki, nanti malam kau harus diam, ya," kata Jack sambil menggaruk-garuk jambul
burung itu. "Jangan mengoceh `buh atau `bah` sehingga musuh tahu kita ada di
"dekat mereka!"
Ketika matahari mulai menurun ke laut, anak-anak pergi membawa perahu motor agak
ke tengah untuk memeriksa adanya kemungkinan menubruk karang saat mereka pergi
kalau hari sudah benar-benar gelap. Di kejauhan nampak pulau tempat musuh
berada. Dan di salah satu tempat di sana Bill saat itu ditawan dan mungkin "juga Horace.
"Mudah-mudahan nanti ada cahaya yang bisa dijadikan pegangan di mana kita harus
mendarat," kata Jack. "Tak mungkin kita berkeliling-keliling mengitari pulau
untuk mencari tempat yang cocok, karena pasti akan segera ketahuan. Sedang
mengitarinya dengan jalan berdayung juga tidak bisa."
?"Kemarin malam kita kan melihat cahaya terang yang memberi isyarat pada perahu
yang di depan kita," kata Philip. "Mungkin malam ini cahaya itu akan dinyalakan
lagi sebagai tanda isyarat. Yuk, kita kembali saja lagi. Kelihatannya di sekitar
sini tidak ada karang yang harus dihindari nanti malam. Begitu hari sudah gelap,
kita akan berangkat."
Anak-anak kembali ke pantai. Saat mereka tiba di situ, tahu-tahu terdengar
dengungan mesin pesawat terbang.
"Mereka kan tidak bermaksud menjatuhkan bungkusan lagi!" kata Jack. "Cepat,
bertiarap semuanya! Jangan sampai kelihatan! Cepat ke batu-batu besar itu!"
"Anak anak meringkuk di balik tumpukan batu-batu besar. Bunyi pesawat semakin
"nyaring. Tiba-tiba Jack berseru. "Itu pesawat terbang air," serunya. "Lihatlah di bagian bawahnya ada sepasang
"pelampung!" "Bukan main besarnya!" kata Dinah. "Rupanya akan turun!"
Pesawat itu terbang semakin merendah sambil berputar-putar mengelilingi pulau.
Kelihatannya seperti nyaris menyentuh bukit yang menjulang di samping laguna.
Kemudian bunyi mesin tidak kedengaran lagi. Rupanya dimatikan.
"Sudah mendarat," kata Jack. "Pesawat itu pasti sudah terapung di laguna. Aku
berani bertaruh, pesawat itu sekarang pasti di sana!"
"Senja nanti kita pergi melihatnya, yuk," ajak Dinah. "Mungkinkah kedatangannya
untuk mengambil senjata-senjata yang disembunyikan di sana?"
"Menurutmu dengan cara bagaimana?" tukas Jack.
"Pesawat itu kan besar dan kekar," kata Philip. "Mungkin saja di dalamnya
terdapat peralatan untuk mengangkat senjata-senjata itu ke atas. Jika para
penjahat beranggapan ada kemungkinan pemerintah kita mengirim patroli kemari
untuk memeriksa urusan ini yaitu apabila Bill berhasil mengirim kabar ke markas
besarnya musuh kita sudah pasti akan berusaha selekas mungkin membawa senjata-
"senjata itu pergi dari sini. Kalau melihat yang datang itu pesawat terbang air,
kemungkinannya senjata-senjata itu akan diterbangkan ke Amerika Selatan atau
"tempat lain di seberang laut."
Ketika senja sudah tiba, anak-anak tidak bisa lagi menahan keinginan mereka.
Mereka berangkat melintasi pulau, menuju ke puncak bukit. Dari situ mereka
hendak melihat ke laguna. Walau saat itu sudah mulai gelap, mungkin saja akan
terlihat sesuatu yang menarik di sana.
Tidak lama kemudian mereka sudah ada di bukit yang menjulang di tepi laguna.
Samar-samar nampak sosok pesawat besar itu di tengah perairan. Tiba-tiba lampu-
lampu di pesawat menyala, disertai bunyi berat dan gemeretak seolah-olah ada
"mesin yang sedang bekerja.
"Pasti mereka sedang menderek bungkusan-bungkusan senjata," bisik Jack. "Kita
memang tidak melihat dengan jelas tapi dari bunyi yang terdengar kita bisa "tahu bahwa ada mesin yang sedang bekerja. Bunyinya seperti mesin derek."
Lucy-Ann membayangkan semacam mesin yang mengulurkan kabel-kabel yang
diperlengkapi kaitan ke dalam laguna untuk mengangkat bungkusan-bungkusan
senjata yang berat-berat itu ke atas. Lalu apabila sudah terisi penuh, pesawat
akan berangkat lagi, sementara pesawat berikut datang susul-menyusul! Atau bisa
juga pesawat itu yang terbang bolak-balik mengambil muatan senjata. Lucy-Ann
bergidik karena ngeri. "Seram rasanya menghadapi musuh yang memiliki kapal, pesawat terbang, dan
senjata," pikirnya. "Sedang kita tidak punya apa-apa kecuali perahu milik Horace
ditambah dengan akal!"
"Kemudian anak-anak kembali ke tempat perahu mereka yang agak ke tengah letaknya
karena dibawa arus pasang. Tapi tadi mereka menambatkannya ke sebuah batu besar
yang ada di pantai. Karenanya dengan mudah mereka bisa menariknya kembali ke
tepi. "Nah sekarang inilah petualangan yang paling hebat," kata Jack dengan serius,
"ketika semua sudah naik ke perahu. "Bersembunyi merupakan petualangan. Minggat
juga merupakan petualangan. Tapi menyelamatkan seseorang yang ditawan di sarang
musuh merupakan petualangan yang paling seru."
"Asal jangan kita sendiri yang malah tertawan nanti," kata Lucy-Ann.
Jack menghidupkan mesin perahu. Perahu motor yang kecil itu diarahkan ke tengah


Lima Sekawan 04 Petualangan Di Laut Sunyi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

laut, meninggalkan pulau laguna di belakang. Enggas dan Enggos bertengger di
sandaran tepi geladak seperti biasa mereka lakukan, sementara Kiki bertengger di
bahu Jack. Tikus-tikus yang ketakutan mendengar bunyi yang datang dengan tiba-
tiba itu berkumpul di lekuk punggung Philip dan berdesak-desak di situ.
"Kalian menggelitikku!" kata Philip. Tapi tikus-tikus itu tak peduli.
"Nah selamat bagi kita semua," kata Dinah. "Semoga kita berhasil menyelamatkan
"Bill dan juga Horace mengalahkan musuh kita lalu kembali ke rumah dengan
" "selamat!"
"Hidup Raja!" kata Kiki dengan nada suara persis seperti Dinah. Anak-anak
tertawa. Kiki memang lucu sekali!
Bab 26 BERANGKAT KE PULAU MUSUH Perahu kecil itu melaju dalam gelap Philip yang mengemudikannya. Ia memilih
sebuah bintang besar sebagai pedoman, sehingga ketetapan arah haluan selalu
terjaga. Setelah beberapa waktu Jack menyentuh lengannya.
"Kaulihat cahaya itu?" kata Jack. "Tempatnya pasti di pulau musuh. Bukan sinar
isyarat terang yang kita lihat kemarin malam tapi pasti datangnya dari pulau
"itu juga." "Akan kuarahkan haluan ke sana," kata Philip. "Jaga jangan sampai Kiki nanti
tahu-tahu cekakakan atau menjerit! Bunyi di tengah laut sini bisa terdengar
dengan jelas sampai ke daratan. Sebentar lagi mesin harus kumatikan, karena itu
pun akan kedengaran."
"Kiki pasti akan membungkam nanti," kata Jack.
"Sssst!" desis Kiki dengan segera.
"Ya, betul! Burung pintar! Sssst!" kata Jack.
Philip mematikan mesin. Laju perahu semakin menurun, dan akhirnya terapung-apung
saja di tengah laut yang berombak.
Dengan teropongnya Jack mengamat-amati sinar yang nampak di pulau.
"Kurasa itu mestinya semacam lampu pelabuhan," katanya. "Mungkin di sana ada
pelabuhan kecil karena bisa saja mereka memiliki sejumlah perahu motor di "tempat itu, yang secara teratur mengadakan patroli untuk memastikan bahwa tidak
ada yang datang ke pulau-pulau di dekat sini. Cahaya itu sama sekali tidak
berkelip-kelip." Philip mencari-cari dayung dalam perahu.
"Sekarang kerja keras sebentar," sambil mengeluarkan sepasang dayung. "Pukul
berapa sekarang, Jack?"
"Hampir pukul sebelas," kata Jack setelah memandang arlojinya yang jarum dan
angka-angkanya bersinar pendar. "Saatnya tepat! Sekitar tengah malam nanti kita
akan mendekati pantai, saat mana mudah-mudahan Saja musuh sudah tidur semua;"
Kedua anak itu masing-masing memegang sebatang dayung, lalu mulai mengayuh
dengan bertenaga. Perahu meluncur mengiris air.
"Kami gantikan nanti jika kalian sudah capek," kata Dinah. "Ke mana tikus-
tikusmu, Philip" Baru saja ada sesuatu menyentuh kakiku. Jika kau membiarkan
mereka berkeliaran, bisa menjerit aku nanti!"
"Mereka ada dalam kantongku," kata Philip.
"Sangkaanmu yang bukan-bukan saja, seperti biasa. Kalau kau sampai berani
berteriak, kulempar nanti ke dalam air!"
"Tidak, Dinah takkan berteriak," kata Lucy-Ann. "Itu cuma Enggas dan Enggos yang
sedang berkeliaran di geladak, Dinah. Seekor di antaranya baru saja memakai
kakiku sebagai tempat bertengger."
"Rrrrr!" terdengar bunyi parau dari arah sandaran tepi geladak.
"Sssst!" desis Kiki dengan segera.
"Kiki tidak mengerti bahwa tidak apa-apa jika Enggas dan Enggos yang berbunyi,"
kata Jack. "Bunyi mereka bunyi burung yang wajar di sini, sehingga tidak menyebabkan musuh
langsung waspada." "Sssst!" desis Kiki sekali lagi. Ia jengkel, karena masih saja ada yang
berbicara. Cahaya dari arah pantai bersinar tanpa berkelip.
"Mestinya itu lentera," kata Jack dengan suara pelan sambil mendayung sekuat
tenaga. "Mungkin tanda pedoman untuk perahu motor yang keluar masuk. Kita
istirahat sebentar, Philip. Aku mulai capek."
"Setuju," kata Philip. Dinah dan Lucy-Ann hendak menggantikan, tapi tidak
diperbolehkan oleh Jack. "Jangan," katanya, "kalian tidak sebaik kami mendayung. Kami bisa saja istirahat
sebentar, kapan kami merasa perlu. Kita tidak perlu buru-buru. Malah lebih
lambat, lebih baik."
Setelah beristirahat sejenak, Jack dan Philip mulai mendayung lagi. Perahu
meluncur dengan tenang menuju ke cahaya yang nampak.
"Jangan bicara lagi sekarang," bisik Jack. "Kalau terpaksa, berbisik tapi "lirih sekali!"
Lutut Lucy-Ann sudah terasa aneh lagi. Perutnya juga begitu. Dinah sangat tegang
saat itu. Napasnya memburu, padahal ia sama sekali tidak mendayung. Jack dan
Philip sudah tegang sekali. Mungkinkah mereka akan menemukan perahu motor musuh
di sana dengan Bill sudah ada di dalamnya, siap untuk di-"singkir"-kan, seperti
kata salah seorang penjahat ketika berada di laguna tadi siang" Dan apakah akan
banyak yang menjaga di situ"
"Bunyi apa itu?" bisik Dinah kemudian, ketika perahu mereka sudah semakin dekat
ke darat. "Kedengarannya aneh."
Jack dan Philip berhenti mendayung sebentar. Keduanya mencondongkan tubuh ke
depan supaya bisa lebih jelas mendengar.
"Kedengarannya seperti musik," kata Jack. "Ah, tentu saja itu kan bunyi
"pesawat radio!"
"Bagus! kata Philip. "Kalau begitu kecil kemungkinannya musuh bisa mendengar
"kita datang. Jack! Lihatlah kalau tidak salah, di sebelah sana ada pangkalan
"yang kecil nampak samar diterangi cahaya lentera itu. Mungkinkah kita bisa
"menyelinap masuk tanpa ketahuan" Dan lihatlah! perahukah itu, yang nampak di
"bawah lentera?"
Jack berusaha mengenalinya.
"Sebentar kuambil teropongku," kata Philip. Ia meraba-raba sebentar, lalu
"menempelkan teropong ke matanya. "Ya, betul itu memang perahu! Besar ukurannya
" sudah bisa disebut kapal! Kurasa dengan itu musuh datang ke pulau kita waktu
"itu. Bill pasti ada di situ, terkurung dalam kabin!"
Sementara itu bunyi musik masih terus terdengar.
"Rupanya berasal dari pesawat radio di kapal itu," kata Jack. "Mungkin penjaga
di situ yang menghidupkan. Kalau begitu jangan-jangan ia ada di geladak
"penjaga itu, maksudku. Tapi di situ gelap."
"Kalau kau ingin tahu pendapatku, saat ini ia pasti sedang asyik berbaring-
baring dengan santai di geladak, sementara dari radio terdengar lagu demi lagu
yang enak-enak," jawab Philip sambil berbisik. "Lihatlah! kaulihat nyala yang
"kecil itu, Jack" Kurasa itu nyala rokok yang sedang dinikmati olehnya."
"Ya, mungkin juga," kata Jack.
"Kurasa lebih baik kita jangan lebih dekat lagi," kata Philip. "Kita tidak boleh
sampai ketahuan. Kalau penjaga itu sampai tahu lalu memanggil kawan-kawannya,
habislah riwayat kita. Berapa orang ya, yang menjaga di sana" Aku hanya melihat
satu nyala api saja."
"Apa yang akan kalian lakukan?" bisik Lucy-Ann. "Cepat, berbuatlah sesuatu! Aku
tidak kuat lagi menahan ketegangan ini."
Philip mengulurkan tangannya, memegang tangan Lucy-Ann
"Jangan cemas," bisiknya. "Tidak lama lagi kami pasti akan beraksi. Saatnya
kurasa tepat sekali. Coba penjaga itu tertidur sekarang!"
"He, Jambul! Kau mau tahu, apa yang menurut pendapatku paling baik kita
lakukan?" kata Jack tiba-tiba. "Bagaimana jika kita berdua berenang ke pangkalan
sana, lalu naik ke kapal dan menyergap penjaga itu" Mungkin kita akan bisa
menceburkannya ke air dan sebelum ia sempat berteriak minta tolong kita cepat-"cepat membuka tingkap tempat Bill terkurung dan mengeluarkannya. Siapa tahu,
mungkin kita juga bisa berhasil melarikan kapal itu sehingga kita punya dua!"
?"Rencanamu baik sekali kedengarannya," kata Philip "Tapi kita belum tahu pasti,
apakah Bill memang benar ada di situ! Lagi pula, kurasa kecil sekali
kemungkinannya kita bisa menceburkan penjaga ke air apalagi jika yang ada di
"situ tidak satu orang saja. Tidak lebih baik kita melihat keadaan saja dulu.
"Tapi gagasanmu mengenai berenang ke pangkalan, kurasa bisa dilaksanakan. Ya
"itulah yang akan kita kerjakan. Di sana kita naik di bagian yang gelap, di balik
bayangan lampu." "Aduh mestikah kalian berenang dalam gelap?" tanya Lucy-Ann. Ia bergidik,
"memandang permukaan air yang gelap. "Hii, kalau aku takkan berani. Hati-hati,
"Jack" "Jangan khawatir," kata Jack. "Yuk, Philip. Buka pakaianmu. Kita berenang dengan
celana dalam." Dengan segera kedua anak itu sudah meluncur ke dalam air. Napas mereka
tersentak, karena dinginnya air. Tapi beberapa saat kemudian keduanya sudah
merasa hangat, sementara mereka - berenang dengan cepat menuju ke pangkalan.
Bunyi musik terdengar semakin jelas.
"Bagus," kata Jack dalam hati. "Dengan begitu para penjahat sama sekali takkan
mendengar kami datang."
Jack dan Philip berenang menjauhi tempat terang. Mereka naik ke pangkalan di
bagian yang berbayang-bayang gelap sekali. Tidak mudah mereka naik ke atas.
"Kapal itu di situ letaknya," bisik Jack dekat telinga Philip. "Untung saja
tidak tepat di bawah lentera!"
Mereka dikagetkan bunyi yang tiba-tiba terdengar. Bunyi orang menguap di geladak
kapal. Bunyi itu disusul suara radio dimatikan. Seketika itu juga malam
diselimuti kesunyian. "Barangkali ia hendak tidur," desis Jack "Kita tunggu saja sebentar."
Sekitar sepuluh menit lamanya mereka menunggu sambil membisu. Orang yang ada di
kapal mencampakkan puntung rokoknya yang masih menyala ke air. Ia tidak
menyalakan rokok lagi. Jack dan Philip mendengar orang itu mendengus beberapa
kali seolah-olah sedang mencari-cari posisi berbaring yang nyaman. Kemudian
"terdengar bunyinya menguap sekali lagi.
Tapi kedua anak itu masih tetap menunggu dulu. Mereka menunggu dengan tubuh
menggigil di bagian pangkalan yang gelap. Mereka berdekat-dekatan supaya bisa
mendapat sedikit kehangatan dari tubuh teman.
Kemudian terdengarlah bunyi yang sejak tadi ditunggu-tunggu.
"Orang itu mendengkur," bisik Jack. Diremasnya lengan Philip karena gembira. "Ia
sudah tidur. Aku yakin di situ hanya ada seorang penjaga karena kalau tidak,
"pasti terdengar suara mereka bercakap-cakap. Sekaranglah kesempatan bagi kita.
Yuk tapi hati-hati, jangan sampai orang itu terbangun!"
"Jack dan Philip, yang sementara itu menggigil karena tegang ditambah kedinginan,
menyelinap dengan berhati-hati di atas pangkalan, menuju ke kapal. Sesampai di
situ mereka naik ke geladak
Mereka tidak memakai sepatu, jadi langkah mereka sedikit pun tidak terdengar. Di
geladak nampak penjaga yang tidur kalau ia memang penjaga!"Jack dan Philip tertegun ketika mendengar sesuatu. Datangnya dari bawah kaki
mereka Kedua anak itu tidak bergerak. Mereka memasang telinga, mendengarkan
dengan seksama. Mereka mendengar suara orang bercakap-cakap di bawah mereka. Dalam kabin!
Siapakah itu" Mungkinkah itu Bill" Dan siapa temannya bercakap-cakap" Mungkin
Horace. Tapi bisa juga yang terdengar suaranya itu bukan Bill! Mungkin musuh
yang sedang main kartu. Mungkin pula orang yang tidur itu bukan penjaga. Akan
konyol jadinya jika orang itu diceburkan ke laut, lalu saat pintu kabin dibuka
ternyata musuh yang terdapat di dalam!
"Sebaiknya kita dengarkan baik-baik dulu, untuk memastikan bahwa yang berbicara
itu benar-benar Bill," bisik Jack di telinga Philip. Mereka melihat jalur-jalur
sinar memancar ke luar dari celah-celah yang terdapat antara tingkap kabin
dengan lantai geladak. Jadi mereka tahu pasti di mana kabin terletak. Keduanya
merangkak maju dengan berhati-hati, lalu berlutut di samping tingkap yang
tertutup. Mereka menempelkan telinga ke situ, berusaha menangkap suara-suara
yang datang dari bawah. Percakapan itu tidak bisa ditangkap dengan jelas. Tapi ketika salah seorang yang
berbicara mendehem-dehem dan batuk sebentar, dengan segera Jack dan Philip tahu
siapa dia! Itu salah satu kebiasaan Bill. Bill ada di bawah. Ialah yang
berbicara di sana. Kedua anak itu lega sekali. Mereka ingin sekali bisa berhasil
membebaskan Bill agar ia bisa mengambil alih pimpinan!
"Jika orang yang di geladak ini kita ceburkan ke laut, jangan-jangan ia
-berhasil dengan cepat memanggil kawan-kawannya sehingga kita tidak sempat
mengeluarkan Bill lalu menjelaskan duduk perkara padanya," bisik Jack dan
Philip. "Kelihatannya orang itu sudah tidur nyenyak! Bagaimana jika kita buka
gerendel pengunci tingkap lalu membukanya supaya Bill bisa melihat kita ada di
sini" Nanti ia akan bisa membantu kita menaklukkan penjaga, lalu menguasai
kapal." "Kau yang membuka tingkap, sedang aku berjaga-jaga dekat penjaga supaya begitu
ia terbangun aku bisa langsung menceburkannya ke laut," kata Philip. "Ayo,
cepat!" Jack menjamah gerendel pengunci tingkap. Jari-jemarinya gemetar sehingga nyaris
tak mampu menarik benda itu. Ia takut jangan-jangan jika ditarik akan
menimbulkan bunyi. Tapi ternyata tidak gerendel itu bisa digeser ke belakang
"dengan lancar. Jack mencari-cari tempat pegangan pada tingkap, lalu menariknya
ke atas sehingga tingkap terbuka. Cahaya terang memancar ke atas dari dalam
kabin. Kedua orang yang ada situ mendongak ketika mendengar bunyi pelan saat tingkap
dibuka. Seorang dari mereka itu Bill sedang yang seorang lagi Horace. Bill
"cepat cepat berdiri dengan sikap kaget ketika melihat wajah Jack memandang ke
"bawah di tempat gelap. Jack menempelkan telunjuknya ke bibir, mencegah Bill yang
nyaris saja berseru. "Cepat, keluar!" bisik Jack. "Kita masih harus membereskan penjaga."
Horace merusak segala-galanya. Begitu ia melihat Jack, anak jahat yang
menjerumuskannya ke dalam lubang sewaktu di Pulau Puffin, Horace meloncat
bangkit sambil berteriak dengan marah,
"Dialah anak jahat itu! Awas kubekuk kau sekarang!"
"Bab 27 MINGGAT "Sssst!" desis Jack sambil menuding ke belakang, ke arah penjaga. Tapi
peringatannya terlambat. Penjaga itu kaget ketika mimpinya yang indah terganggu
oleh suara orang berteriak. Ia mengejap-ngejapkan mata sesaat. Tapi hanya sesaat
saja. Dengan sigap ia meloncat bangkit ketika melihat ada sinar terang ke luar
dari lubang tingkap yang sudah terbuka.
Sementara itu Bill mematikan lampu di dalam kabin. Kini segala-galanya
diselubungi kegelapan. Bill bergegas menaiki tangga kabin ke atas, sementara
penjaga berseru-seru, "He, apa-apaan ini" Siapa di situ?"
Philip melompat ke arahnya dan berusaha mendorong orang itu ke air. Tapi
lawannya bukan orang yang lemah. la melawan. Akhirnya malah Philip sendiri yang
terlempar ke air. Saat itu Bill sudah sampai di geladak. Dengan mendengar suara
napas penjaga yang terengah-engah sebagai penunjuk arah, ia mengayunkan kepalan
tinju tangan kanannya. Penjaga itu kaget ketika tahu tahu ada orang memukulnya. "Ia terhuyung-huyung. Bill menyodorkan kaki ke depan dengan harapan kaki lawannya
terkait sehingga terjatuh. Dan memang itulah yang terjadi. Si penjaga
terjerembab ke lantai geladak. Secepat kilat Bill sudah meringkusnya, sementara
Jack bergegas datang membantu.
"Siapa tercebur ke air tadi?" tanya Bill terengah-engah.
"Philip," kata Jack. Ia menduduki kaki si penjaga sehingga orang itu tidak bisa
berkutik lagi. "Tapi ia tidak apa-apa. Ia bisa berenang ke perahu yang satu
lagi." "Masukkan orang ini ke bawah," kata Bill. "Mana orang yang satu lagi siapa
"namanya Tipperlong" Si Goblok itu mengacaukannya saja!"
"Saat itu Horace berdiri meminggir, bingung menghadapi peristiwa yang tiba-tiba
itu. Ia ketakutan mendengar suara pergulatan yang disertai erangan dan bunyi
napas terengah-engah. Sekali lagi terdengar penjaga berteriak, ketika ia
dilemparkan ke bawah ke dalam kabin.
"Tingkap penutup dibanting tertutup dan Bill menarik gerendel penguncinya.
"Untuk sementara ia sudah kita amankan," kata Bill geram. "Sekarang cepat kita
"jalankan kapal ini! Kita harus sudah pergi dari sini sebelum musuh sadar apa
yang sebenarnya terjadi!"
Penjaga yang terkurung dalam kabin mengamuk. Ia berteriak-teriak dan menggedor-
gedor. Sementara itu Bill bergerak dengan cepat dalam gelap, menuju ke roda
kemudi. Tahu-tahu di darat terjadi berbagai hal. Lampu-lampu menyala, dan terdengar
suara berseru-seru disusul bunyi langkah orang berlari-lari.
"Kita tidak sempat lagi melepaskan tali penambat dan menghidupkan mesin sebelum
musuh sampai di sini," keluh Bill. "Katamu tadi kita punya perahu di sini, Jack"
Mana dia" Dan bagaimana dengan Philip" Cepat Jawab!"
?"Ya perahu kita ada di ujung sebelah sana dengan Dinah dan Lucy-Ann sedang
" " "Philip mungkin sekarang sudah sampai di sana pula," kata Jack terburu-buru.
"Sebaiknya kita berenang saja ke sana!"
?"Kalau begitu cepat terjun!" kata Bill. "He, Tipperlong! Di mana Anda" Ayo,


Lima Sekawan 04 Petualangan Di Laut Sunyi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ikut!" "Ak-ak-aku t-tid-tidak bisa berenang," kata Horace terbata-bata. Kasihan!
"Sudah, loncat saja ke air, nanti kubantu," kata Bill tegas. Tapi Horace malah
meringkuk ke salah satu sudut. Bayangan harus meloncat ke dalam air yang dingin
dan gelap saat tengah malam, sementara di mana-mana ada musuh menimbulkan
kepanikan dalam dirinya. Ia tidak mampu berkutik lagi.
"Kalau begitu tinggal saja di situ," tukas Bill dengan kesal. "Aku harus lari
bersama anak-anak ini tak bisa kubiarkan. mereka sendiri!?"Bill dan Jack terjun ke laut. Horace menggigil ketika mendengar bunyi tubuh
mereka tercebur ke dalam air. Biar diapakan pun ia takkan mau menyusul. Horace
meringkuk di sudut dengan tubuh gemetar, pasrah menunggu musuh yang datang
berlari-lari di pangkalan menuju ke kapal.
Para penjahat datang bergegas-gegas membawa senter menyala. Terdengar suara-
suara ribut memanggil penjaga, menanyakan apa yang terjadi. Mereka berebut-rebut
naik ke kapal dan langsung menemukan Horace yang masih tetap meringkuk di pojok.
Laki-laki malang itu diseret ke luar.
Sementara itu penjaga masih terkurung dalam kabin. Ia masih sibuk menggedor-
gedor sambil berteriak-teriak dengan suara serak karena marah. Para penjahat
lainnya menghujani Horace dengan pertanyaan, karena mereka tidak tahu persis apa
sebetulnya yang telah terjadi.
Bill dan Jack yang sedang berenang menuju ke perahu motor yang satu lagi
mendengar suara orang-orang yang hingar-bingar di kapal yang baru saja mereka
tinggalkan. Keduanya berdoa dalam hati, semoga Horace tidak mengatakan apa-apa
pada musuh. Memang, sebentar lagi penjaga yang terkurung dalam kabin pasti akan
sudah memberikan keterangan yang diinginkan. Tapi bagi Jack dan Bill, selisih
waktu beberapa menit itu mungkin sangat menentukan.
Semenara itu Philip sudah kembali di perahu motor. Ia menenangkan Dinah dan
Lucy-Ann yang ketakutan. Ketika didengarnya bunyi ceburan di air ketika Bill dan
Jack melompat dari kapal musuh, Philip memicingkan mata untuk mengamat-amati.
Begitu didengarnya bunyi gerakan lengan keduanya yang sedang berenang, dengan
hati-hati ia menyorotkan senternya sekejap satu atau dua kali di atas air untuk
menunjukkan arah. Bill dan Jack melihat kilasan sinar senter itu. Dengan perasaan lega mereka
berenang ke arah itu. Semula Jack sudah cemas akan kehilangan arah, karena
ketika terjun ke air tadi ia sangat gugup. Tidak lama kemudian keduanya sudah
naik ke perahu motor. Dinah dan Lucy-Ann langsung merangkul lengan Bill yang
basah. Rasanya begitu kekar dan kuat, membangkitkan rasa aman!
"Ayo kita harus segera pergi dari sini," kata Bill sambil menepuk kedua anak
"perempuan itu. "Aduh, bukan main ributnya mereka di sana! Rupanya penjaga tadi
sudah mereka keluarkan. Ayo, sebelum mereka tahu di mana kita berada "
"Kalau kita hidupkan mesin, mereka pasti akan tahu," kata Jack. "Tapi di sini
ada dayung. Bagaimana jika mendayung saja?"
"Jangan," kata Bill. "Kita harus secepat mungkin pergi dari sini. Mereka pasti
akan mengejar, jadi kita harus sudah sejauh mungkin saat itu! Anak-anak
perempuan bertiarap ke geladak, sedang Jack dan Philip berbaring di atas mereka!
Sesaat lagi peluru pasti beterbangan ke arah kita!"
Bill menghidupkan mesin perahu. Dinah dan Lucy-Ann sudah merapatkan diri di
lantai geladak Jack dan Philip berbaring di atas keduanya sehingga anak-anak
perempuan itu merasa sulit bernapas karena tertindih. Berbaring dalam keadaan
begitu sama sekali tidak bisa dibilang enak.
Tapi anehnya tidak seorang pun dari mereka merasa takut. Mereka malah
bersemangat. Lucy-Ann malah merasa kepingin menandak-nandak sambil berteriak-
teriak. Sementara itu Jack yang bertiarap di atasnya menyebabkan Lucy-Ann sulit
sekali bernapas. Keributan di kapal musuh langsung terhenti begitu mesin perahu dihidupkan. Para
penjahat kelihatannya kaget. Rupanya penjaga di sana sama sekali tidak tahu
bahwa di dekat situ ada perahu lain, dan karenanya tidak mengatakan apa-apa pada
kawan-kawannya. Para penjahat mengira bahwa Bill serta para penyelamatnya tadi
masih berenang di air. Mereka masih saja belum tahu pasti apa sebenarnya yang
telah terjadi. Tapi ketika mesin perahu Bill atau tepatnya perahu Horace yang di-"pinjam" "anak-anak dihidupkan, dengan segera musuh sadar bahwa mereka harus mencegah
"perahu itu minggat!
Tarr! Terdengar bunyi letusan pistol. Peluru mendesing, melesat ke arah perahu.
Tar! Tar! Tar! Bill merunduk serendah mungkin di belakang roda kemudi ketika ia
mendengar desingan peluru dekat sekali ke perahu.
"Jangan berdiri, Anak-anak!" katanya dengan cemas. "Sebentar lagi kita akan
sudah berada di luar jangkauan tembakan!"
Tarr! Singg! Peluru mendesing lewat dan jatuh ke air di depan perahu. Bill
mengumpat pelan, mengutuk perahu yang dianggapnya terlalu pelan jalannya. Mesin
mendengung terus, sementara haluan perahu mengiris ombak menuju ke tengah laut.
Tarr! Tarr! Tiba-tiba Kiki menjerit. Burung kakaktua itu, yang duduk di atas tubuh Jack,
bingung mendengar segala keributan yang sedang berlangsung. Kemudian ia
terpekik. "Aduh! Kiki kena!" seru Jack Ia cepat-cepat duduk lalu meraba-raba tubuh
kakaktua kesayangannya itu.
Kiki tidak mengatakan apa-apa, tapi menjerit-jerit terus seperti sangat
kesakitan. Jack sedih dan bingung karenanya.
"Jangan bangun, Goblok!" bentak Bill yang menduga bahwa Jack sudah tidak
bertiarap lagi. "Tidak dengar kataku tadi?"
"Tapi Kiki " kata Jack hendak menjelaskan, tapi ia langsung dibentak lebih
"keras lagi oleh Bill.
"Kiki tidak apa-apa! Tak mungkin ia bisa menjerit-jerit seperti begitu jika ia
benar-benar luka parah. Cepat bertiarap dan turuti perintahku!"
Jack langsung patuh. Ia bertiarap kembali, walau masih tetap cemas mendengar
pekik jerit Kiki. Anak-anak yang lain juga cemas, karena semua merasa yakin
bahwa burung kakaktua itu benar-benar terkena tembakan.
Lucy-Ann teringat pada Enggas dan Enggos. Sudah lama tak terdengar lagi suara
mereka yang khas. Jangan-jangan keduanya juga kena tembakan! Aduh kapan mereka
"bisa sampai di luar jangkauan tembakan musuh" Kapan mereka bisa sampai di tempat
yang aman" Bunyi tembakan terhenti tapi digantikan bunyi lain,-terdengar samar di atas
"bunyi mesin perahu. Pendengaran Bill yang tajam menangkap bunyi itu.
"Mereka mengejar kita!" serunya. "Mereka sudah menghidupkan mesin kapal! Kita
harus lari terus sampai bensin habis sambil berdoa semoga selamat.
"Kapal yang mengejar menyalakan lampu sorot yang terang-benderang. Cahayanya
digerakkan kian kemari, menerangi permukaan laut.
"Kita sudah lepas dari jangkauan," kata Bill dengan lega. "Perahu kecil ini
ternyata laju juga larinya. Sudah, Kiki jangan terpekik jerit terus! Kau sama
" sekali tidak luka!" "Bill, mungkin bensin di perahu ini cukup untuk membawa kita ke pulau dari mana
kami datang sana, di sebelah timur," kata Jack dengan tiba-tiba.?"Orang-orang itu mungkin menyangka kita pasti berusaha mengamankan diri ke
tempat jauh dan jika itu yang kita lakukan mereka pasti akan berhasil
"mengejar! Kapal mereka lebih kuat, dan begitu perahu kita ini sudah berada dalam
jangkauan lampu sorot mereka, seketika pasti akan kelihatan. Jadi lebih baik
kita membelok saja ke kiri!"
"Kalian datang dari pulau mana?" tanya Bill. "Dan apa saja yang terjadi dengan
kalian sejak aku begitu tolol sehingga bisa ditawan musuh" Selama ini aku
bingung sekali memikirkan kalian!"
"Kami pun bingung memikirkan Anda," kata Jack. "Putar kemudi ke kiri, Bill
"kita coba menuju ke Pulau Laguna! Mudah-mudahan saja mereka tidak menyangka kita
hendak ke sana." Haluan perahu dibelokkan ke arah pulau yang satu lagi, mengarungi laut yang
gelap dan beralun besar. Jauh di belakang mereka lampu sorot masih saja bergerak
hilir mudik menerangi permukaan laut. Tapi dari bunyinya diketahui dengan jelas
bahwa kapal musuh melaju ke arah lain. Beberapa menit lagi mereka pasti sudah
tidak nampak dan juga tidak terdengar lagi.
"Rrrrr!" Tiba-tiba terdengar suara parau di belakang Bill. Ia kaget, tapi kemudian
tertawa. "Astaga Enggas dan Enggos masih ada bersama kalian rupanya! Awas Kiki jangan
" "menjerit-jerit lagi, ya! Aku tahu pasti, kau tidak apa-apa."
"Bolehkah aku duduk sekarang?" tanya Jack dengan nada cemas. "Mereka sudah tidak
menembak kita lagi. Aku kepingin memeriksa, apakah Kiki memang tidak luka."
Tapi sebelum Bill sempat menjawab, tahu-tahu mesin perahu terbatuk-batuk lalu
terhenti dengan diiringi bunyi desahan panjang. Kedengarannya seperti orang yang
kehabisan tenaga. "Bensin kita habis, kata Bill dengan gemas. "Sudah kukhawatirkan ini akan
"terjadi! Sekarang kita terpaksa mendayung dan tak lama lagi musuh tentu akan
"sudah berhasil mengejar!"
Bab 28 KISAH BILL Anak-anak segera duduk semua. Dinah dan Lucy-Ann menggeliat karena seluruh tubuh
mereka terasa pegal. "Kau berat sckali, Philip," kata Dinah menggerutu. "Aduh, Bill sayang sekali
"kita kehabisan bensin, padahal sudah begitu dekat ke pantai!"
Jack meraih Kiki lalu meraba-raba seluruh tubuh burung itu. Semua diperiksa.
Apanya yang luka tadi"
Kiki merapatkan diri pada Jack sambil menggumamkan ocehan yang sama sekali tidak
ada artinya. "Burung konyol kau sama sekali tidak luka," kata Jack dengan lega. "Tidak ada
"apa-apa saja ribut! Hih tidak tahu malu!"
" "Kasihan Kiki, Kiki malang, panggilkan dokter," gumam Kiki, lalu menyembunyikan
kepalanya ke bawah sayap.
"Kelihatannya ia memang tidak luka," kata Jack pada anak-anak yang lain, "tapi
rupanya ia ketakutan sekali tadi. Mungkin ada peluru mendesing dekat sekali ke
kepalanya." "Ah, lupakan Kiki dulu sekejap kita berbicara dulu tentang diri kita "sendiri, kata Dinah. "Bagaimana sekarang, Bill?"
"Bill termenung. Apakah yang sebaiknya dilakukan sekarang" Bukan tugas gampang
menjaga empat orang anak sementara musuh berbahaya begitu dekat! Mungkinkah
memang sebaiknya berusaha mencapai Pulau Laguna, seperti yang dikatakan anak-
anak" Atau lebih baik mendayung perahu lebih jauh lagi dari situ"
"Kita ke Pulau Laguna!" katanya memutuskan kemudian. "Itu yang paling baik."
"Letaknya tidak mungkin masih jauh," kata Jack. Ia memicingkan mata, berusaha
menembus kegelapan. "Kurasa samar-samar nampak bentuk yang gclap di sebelah
sana. Kau bisa melihatnya, Philip?"
"Ya," kata Philip. "Lihatlah, Bill- di sana! Anda bisa melihatnya?"
"Sama sekali tidak," kata Bill. "Tapi aku percaya pada kalian karena penglihatan
dan pendengaran kalian tajam sekali. Nah mana dayung yang kalian katakan
"tadi?" Dengan segera dayung-dayung sudah ditemukan. Dinah dan Lucy-Ann, yang duduk
saling merapatkan diri supaya agak hangat, mulai mendengar bunyi dayung secara
berirama tercelup ke dalam air.
"Ya kelihatannya itu memang daratan," kata Bill dengan nada puas setelah
"beberapa saat mendayung. "Sebentar lagi kita akan sudah sampai di tepi. Tapi
mudah-mudahan saja di depan tidak ada batu-batu yang bisa menyebabkan kita
kandas ?"Tidak. kita pasti aman," kata Jack. "Di perairan dekat Pulau Laguna ini sama
sekali tidak ada batu-batu. Setidak-tidaknya di bagian yang sekarang kita
hampiri." Kata-kata itu baru saja diucapkan olehnya ketika tiba-tiba seisi perahu
dikejutkan bunyi gemeretak menyeramkan. Tubuh perahu tergetar dari ujung ke
ujung. Apa lagi yang terjadi sekarang"
"Kandas!" kata Bill dengan geram. "Dan kurasa kita takkan bisa membebaskan diri
dengan segera. Perahu kita benar-benar kandas di sini!"
Perahu sedikit pun tidak bisa digerakkan lagi. Dengan perasaan cemas Jack
menyalakan senter untuk memeriksa apa yang terjadi. Ternyata sebabnya jelas
sekali! "Batu-batu bertaburan di sekeliling kita," katanya lesu. "Rupanya kita tidak
sampai di bagian pulau dari mana kita berangkat tadi. Entah di mana kita
sekarang." "Kita lihat saja sebentar, apakah lunas bocor," kata Bill sambil mengambil
senter dari tangan Jack. Diperiksanya perahu dengan seksama. Akhirnya ia menarik
napas lega. "Tidak! Sejauh ini, kita masih selamat. Rupanya lunas meluncur ke
atas batu datar yang letaknya tidak jauh dari permukaan air. Saat ini tidak ada
gunanya berbuat apa-apa. Kita terpaksa menunggu sampai hari sudah terang, lalu
kita lihat nanti apakah perahu bisa kita dorong sampai terapung lagi. Jika
sekarang kita melakukannya dan perahu berhasil kita bebaskan, paling-paling
nanti akan kandas lagi ke batu-batu yang lain." .
"Kalau begitu kita duduk-duduk saja sambil makan dan mengobrol," kata Lucy-Ann.
"Kurasa aku takkan bisa tidur."
"Kita semua takkan bisa malam ini," kata Jack. "Belum pernah aku tidak merasa
mengantuk seperti saat ini. Sekarang aku hendak berpakaian dulu karena tadi "belum sempat. Hih, dinginnya. Enak, kalau tubuhku sudah dibungkus selimut!"
"Aku pun basah kuyup," kata Bill. "Aku juga ingin berselimut supaya tidak
kedinginan." "Dalam lemari itu ada beberapa potong pakaian milik Horace," kata Dinah. "Itu
"yang di belakang Anda. Menurut sangkaan kami semua pakaiannya sudah kami
serahkan padanya tapi kemarin aku menemukan beberapa potong lagi dalam lemari
"itu. Pasti kekecilan untuk Anda, Bill, tapi setidak-tidaknya akan bisa
menghangatkan tubuh."
"Bagus," kata Bill, lalu membuka lemari yang dimaksudkan. "Akan kupakai sekarang
juga, asal aku bisa mengenali apakah itu baju atau celana dalam gelap begini.
Dinah, Lucy-Ann tolong ambilkan makanan, kalau ada! Sayang kita tidak bisa
"memasak air agar ada sesuatu yang hangat masuk ke perut!"
Sesaat kemudian Bill, Jack, dan Philip telah mengenakan pakaian kering. Berlima
mereka duduk berdekatan supaya lebih hangat sambil makan biskuit serta coklat
Mereka lapar sekali. "Sekarang kita saling bercerita tentang pengalaman masing-masing sejak secara
tiba-tiba aku meninggalkan Pulau Puffin," kata Bill.
"Anda yang bercerita dulu," kata Lucy-Ann sambil lebih merapatkan diri pada
Bill. "Aduh, Bill, senang sekali rasanya Anda sudah ada di tengah kami lagi! Aku
takut sekali ketika kami tidak melihat Anda lagi, sementara mesin perahu rusak
berantakan dan pesawat pemancar juga."
?"Ya, para penjahat menceritakan hal itu padaku," kata Bill. "Rupanya mereka sama
sekali tidak tahu bahwa kalian ada di pulau itu dan aku tentu saja tidak
"mengatakan apa-apa. Yah - untuk menyingkat cerita, malam itu aku sedang sibuk
dengan pemancar di perahu kita, berusaha mengirim berita tapi sayangnya tanpa
"hasil .... " "Aduh, Bill kalau begitu takkan ada yang datang menyelamatkan kita!" keluh
"Lucy-Ann dengan segera. "Padahal selama ini kami berharap harap Anda waktu itu
"bisa mengirim berita minta tolong, atau begitu! .... "
"Yah, markas besar sudah tahu bahwa aku menemukan sesuatu di sini, tapi cuma itu
saja," kata Bill. "Nah pokoknya seperti kataku tadi, aku sedang sibuk dengan
"pemancar ketika tiba-tiba aku dipukul orang. Aku langsung roboh. Setelah itu aku
tidak tahu apa-apa lagi, sampai ketika terbangun-bangun sudah menjadi tawanan
dalam gubuk di sebuah pulau!"
"Tapi mereka kan tidak menyakiti Anda, Bill" tanya Lucy-Ann dengan nada cemas.
"Bill tidak menjawab pertanyaan itu. Ia melanjutkan kisahnya,
"Mereka tentu saja menghujani dengan berbagai pertanyaan. Tapi mereka sama
sekali tidak berhasil mengorek keterangan. Anehnya, orang-orang yang secara
kebetulan saja kita jumpai di sini itu justru mereka yang mengejar-ngejar diriku
selama ini sehingga aku disuruh menghilang dulu oleh atasanku! Rupanya di
sekitar sinilah mereka melakukan aksi kejahatan mereka. Dulu kusangka di salah
satu tempat di Wales jadi lebih ke selatan! Ternyata mereka sengaja memasang
"petunjuk-petunjuk palsu supaya aku menyangka begitu."
?"Wah, Bill bayangkan, ternyata perairan liar dan terpencil ini yang mereka
"pilih, dengan sekian banyak pulau kecil bertebaran dan kita pun memilih datang
" ke sini!" kata Jack. "Mereka pasti menyangka Anda berhasil menemukan tempat
persembunyian mereka, lalu datang untuk menyelidiki."
"Memang begitu sangkaan mereka," kata Bill. "Bukan itu saja mereka pun mengira"pasti ada salah satu orang mereka membuka rahasia! Mereka ingin tahu siapa orang
itu. Mungkin karena itu aku ditawan mereka untuk ditanyai, dan tidak langsung
"saja dibuat lenyap!"
Kepala Kiki tersembul dari bawah sayap.
"Nyap nyip-nyup!" ocehnya. Tapi tidak ada yang mengacuhkan, karena cerita Bill
"terlalu menyita perhatian.
"Mereka ingin tahu seberapa banyak yang kuketahui, dan siapa yang mengatakannya
padaku," sambung Bill. "Yah, sebenarnya tidak banyak yang kuketahui, dan yang
kuketahui itu tidak kuperoleh dari orang lain jadi tidak banyak yang bisa


Lima Sekawan 04 Petualangan Di Laut Sunyi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"mereka korek dariku. Wah mereka benar-benar tidak senang karenanya!"
?"Kalau begitu Anda memang tidak begitu banyak tahu?" tanya Philip tercengang.
"Aku tahu gerombolan mereka sedang sibuk dengan sesuatu yang terlarang aku
"tahu mereka mendapat banyak uang dan salah satu sumber dan menurut dugaanku,
"hal itu ada sangkut-pautnya dengan senjata," kata Bill. "Aku beberapa kali
bertindak menghalang-halangi aksi mereka, dan kemudian mereka mencium bahwa aku
sedang melacak aksi mereka. Dulu aku pernah menyikat habis kegiatan gerombolan
ini, walau kami tidak berhasil menangkap pimpinan mereka waktu itu. Karena
itulah mereka sangat membenci diriku!"
"Lalu akhirnya mereka memutuskan untuk mengejar dan menyingkirkan Anda!" kata
Jack. "Dan oleh atasan Anda, Anda disuruh menghilang selama beberapa waktu dan
"Anda kemari untuk menghilangkan jejak ....
?"Tapi justru masuk ke sarang buaya," kata Bill. "Dan kalian ikut terbawa olehku!
Apa sebabnya kalian selalu saja seperti menarik petualangan datang" Begitu aku
ada dekat kalian, langsung saja terjadi petualangan baru dan kita semua terseret
ke dalamnya." "Memang aneh," kata Jack. "Tapi teruskan cerita Anda, Bill."
"Yah kemudian tahu-tahu para penjahat yang menawanku menggiring Pak Horace
"Tipperlong lalu memasukkannya ke dalam gubuk di mana aku terkurung," kata Bill.
"Rupanya mereka menyangka orang itu salah seorang rekanku yang datang kemari
untuk membantuku mengadakan penyelidikan. Horace sama bingungnya seperti aku
saat itu. Aku sama sekali tidak tahu siapa dia. Tapi ketika kami berdua sudah
sendiri dan ia mulai bercerita tentang kalian, akhirnya aku dapat menduga apa
yang telah terjadi. Menurut ceritanya, kalian jahat sekali terhadapnya."
"Ya, memang," kata Jack dengan nada menyesal, karena teringat pada perlakuan
mereka terhadap Horace yang bingung dan marah-marah waktu itu. "Soalnya, waktu
itu kami sungguh-sungguh mengira ia termasuk kawanan penjahat yang berpura-pura
menjadi ahli ornitologi yang ketolol-tololan, dengan tujuan memancing kami agar
mau naik ke perahunya karena itu...
" ?"Kami menawannya dan menjebloskannya ke dalam sebuah rongga bawah tanah yang
kami temukan," kata Dinah.
"Dan mengetok kepalanya setiap kali berani tersembul ke atas," sambung Bill.
"Tak kusangka kalian bisa begitu ganas! Katanya, bahkan anak anak perempuan pun
"silih berganti memukulnya!"
"Eh!" kata anak-anak serempak. Mereka benar-benar tercengang mendengar cerita
yang dibuat-buat itu. "Bill sekali saja pun kami belum pernah memukulnya."
"Aku takkan heran jika Jack dan Philip yang memukul, apabila kalian sungguh-
" sungguh menyangka ia penjahat yang ditugaskan menangkap kalian," kata Bill.
"Tapi tidak bisa kubayangkan anak-anak perempuan ikut memukul. Menurut ceritanya
Lucy-Ann yang paling galak!"
"Wah! Padahal aku satu-satunya yang mengatakan bahwa aku tidak sanggup," kata
Lucy-Ann. Ia benar-benar kaget mendengar tuduhan yang begitu berat.
"Pokoknya, kalian rupanya sangat menyulitkan dirinya, lalu lari membawa
perahunya sehingga akhirnya ia ditawan penjahat," kata Bill lagi. "Terus terang
saja, aku nyengir ketika mendengar ceritanya. Kalian benar-benar berani!
Kemudian penjahat mengangkutnya dengan kapal mereka. Mereka tidak mau percaya
ketika ia bercerita tentang kalian yang menawannya. Para penjahat sungguh-
sungguh menyangka Horace Tipperlong itu rekanku. Aku sendiri tentu saja pura-
pura tidak mau percaya ketika ia bercerita mengenai anak-anak yang merongrongnya
ketika di pulau. Soalnya, aku tidak ingin kalian ikut tertangkap penjahat. Tapi
aku bertanya-tanya juga dalam hati, apa yang terjadi dengan kalian ketika
kudengar kalian membawa lari perahunya. Menurut Horace perahu itu sudah tidak
ada lagi di tempat semula ketika ia ditarik masuk ke kapal musuh."
"Aku tidak suka pada Horace," kata Lucy-Ann. "Mudah-mudahan ia sekarang repot
dirongrong penjahat. Orangnya konyol, pembohong, dan juga pengecut!"
"Dan kalau ia tadi tidak berteriak begitu aku membuka tingkap kabin untuk
mengeluarkan Anda dari situ, Bill, kita pasti sudah berhasil merampas perahu
motor besar yang laju itu dan langsung menuju ke daratan sekarang," kata Jack
lesu. "Dasar orang konyol berteriak-teriak seenaknya!?""Ya, memang sayang," kata Bill. "Sekarang ganti kalian yang bercerita."
Anak-anak menceritakan pengalaman mereka, sementara Bill mendengarkan dengan
heran dan penuh perhatian. Napasnya tersentak ketika mereka sampai ke cerita
tentang laguna serta apa yang mereka temukan tersembunyi di dasarnya. Bill
benar-benar kaget mendengarnya.
"Jadi di situ rupanya tempat mereka menaruh segala senjata itu," katanya.
"Dijatuhkan dengan payung terjun ke sebuah laguna tersembunyi dengan maksud
"mengambilnya lagi jika saatnya sudah tiba mengangkutnya pergi dengan pesawat
"terbang air. Penyelundupan senjata secara besar-besaran!"
?"Kami benar-benar tercengang ketika melihat kejadian itu," kata Jack.
"Tentu saja karena memang luar biasa!" kata Bill. "Dan bayangkan- ternyata
" "kalian yang kemudian secara tidak sengaja mengetahui rahasia itu. Wah coba aku
"sekarang bisa mengirim berita ke markas besar, kami pasti akan berhasil
menangkap seluruh gerombolan penjahat itu dengan bukti-buktinya sekaligus."
"Kejadian ini mengasyikkan sekali," kata Philip. "Kami beberapa kali sempat
sangat ketakutan, Bill."
"Kalian anak-anak yang baik," kata Bill. "Baik dan berani! Aku bangga terhadap
kalian. Tapi ada satu hal yang tidak kumengerti. Kenapa kalian tidak lari
menyelamatkan diri setelah berhasil merampas perahu Horace" Kenapa masih
berkeliaran di sini terus?"
"Yah...," kata Jack agak segan, "begini soalnya -- bagi kami ada dua pilihan,
yaitu lari menyelamatkan diri atau berusaha mencari Anda. Kami memilih mencari
"Anda, Bill. Bahkan Lucy-Ann pun mendukung pilihan itu."
Sesaat semuanya diam Bill merangkul keempat anak yang duduk berdekat-dekatan.
Erat sekali rangkulannya, menyebabkan Lucy-Ann agak sulit bernapas.
"Aku tidak tahu harus bilang apa," kata Bill dengan suara agak aneh. "Kalian
memang masih anak-anak tapi bagiku, kalian kawan yang paling baik Kalian sudah
"mengenal makna kesetiaan, dan walau kalian takut sekali tapi kalian pantang
menyerah. Aku bangga bisa berkawan dengan kalian."
"Aduh, Bill!" kata Lucy-Ann. Hatinya tergetar mendengar pahlawannya memuji
mereka. "Anda baik sekali! Anda sahabat karib kami, dan Anda akan tetap dan
selalu sahabat karib bagi kami."
"Selalu untuk selama-lamanya," kata Dinah."Jack dan Philip tidak mengatakan apa-apa. Tapi dalam hati mereka bangga dipuji
Bill. Persahabatan kesetiaan kegigihan dalam menghadapi mara bahaya -
" "seperti Bill, mereka berdua mengenal makna kata-kata itu dan benar-benar dapat
menghargainya. Mereka merasa dekat sekali dengan Bill.
Tiba-tiba Lucy-Ann berseru,
"Lihat fajar sudah menyingsing! Sana di timur. Wah, Bill apakah yang akan
" " "kita alami hari ini?"
Bab 29 BILL MENEMUKAN SESUATU Langit sebelah timur mulai nampak putih keperakan, disusul warna keemasan yang
semakin menyebar ke atas. Permukaan laut yang semula gelap berubah warna menjadi
kelabu keputihan dan kemudian kuning kemilau.
Nyaris dengan seketika berkumandang di mana-mana suara teriakan burung-burung
laut yang entah apa saja namanya menyambut kedatangan hari yang baru. Dengan
"segera permukaan laut di sekeliling anak anak sudah penuh dengan burung yang
"sibuk mencari ikan untuk dimakan. Enggas dan Enggos menggabungkan diri dengan
teman-teman mereka sejenis itu.
Jack bersaru kaget ketika memandang ke sekelilingnya.
"Ini bukan Pulau Laguna kita," katanya. "Di sana tidak ada tebing batu menghadap
ke laut, seperti di sini. Ini pulau lain rupanya!"
"Ya, betul!" kata Philip. "Sepanjang ingatanku, kita belum pernah melihat pulau
ini. Sialan! Di mana kita sekarang?" .
"Kurasa ini pasti pulau yang pernah kita lihat di peta," kata Lucy-Ann sambil
mengingat-ingat. "Pulau Sayap. Lihat saja banyaknya burung laut di air sekitar
kita! Jauh lebih banyak dari yang pernah kita lihat selama ini."
"Menakjubkan! kata Bill. "Mestinya ada berjuta-juta! Banyak di antaranya yang
mengambang begitu dekat sampai bersenggol-senggolan."
Bukan di air saja banyak burung, tapi juga di udara. Suara mereka menjerit dan
memanggil memekakkan telinga. Tidak lama kemudian satu demi satu burung-burung
itu terbang membubung sambil menggondol ikan. Enggas terbang ke perahu, lalu
menghadiahkan sajian ikan pada Philip, seperti biasa dilakukan.
"Kiki tenang sekali pagi ini," kata Philip sambil menoleh ke arah burung
kakaktua itu, "Kenapa dia" Ayo, Kiki angkat jambulmu, Burung konyol!"
?"Panggilkan d0kter," kata Kiki dengan suara sedih. Jack memeriksanya dengan
seksama. Tiba-tiba ia berseru, "Jambul Kiki rontok! Lihatlah di ubun-ubunnya tinggal sedikit saja! Aduh, Bill
" itu rupanya yang menyebabkan Kiki berteriak-teriak tadi malam! Rupanya ada
"peluru nyasar mencukur jambulnya!"
'Kasihan Polly, Polly malang, sayang, sayang!" kata Kiki dengan senang, karena "merasa diperhatikan.
"Ya, Kiki yang malang," kata Jack sambil mengelus-elus. "Kau tentunya kaget
sekali tadi malam, ya" Pantas kau berteriak-teriak Tapi biarlah, Kiki jambulmu
"lama-kelamaan pasti tumbuh kembali. Tampangmu untuk sementara kelihatan acak-
acakan, tapi bagi kami itu tidak apa!
"Sementara itu Bill melakukan pemeriksaan teliti untuk melihat apa sebenarnya
yang telah terjadi. Ternyata perahu mereka kandas di atas beting. Sebelum pasang
tinggi datang, tak ada harapan akan bisa bebas dari situ. Mereka belum sampai di
pulau yang sebenarnya, melainkan pada beting tinggi yang menonjol ke atas
permukaan laut. Batu-batu di situ penuh dengan rumput laut yang tebal, dan
dihuni sekitar dua ratus ekor burung atau mungkin juga lebih. Burung-burung
"itu sama sekali tidak takut melihat perahu serta penumpangnya. Beberapa ekor di
antaranya bahkan naik ke geladak ketika melihat Enggas dan Enggos ada di situ.
Jack senang sekali karenanya.
"Kurasa perahu kita sama sekali tidak apa-apa," kata Bill. Soalnya beres
"apabila sudah terapung kembali saat pasang naik. Tapi apa yang akan kita
"lakukan kemudian, apabila perahu sudah terapung?"
"Berdayung ke tempat aman," kata Lucy-Ann dengan segera.
"Ngomong memang gampang," tukas Jack mencemooh. "Apakah kau tidak tahu betapa
terpencilnya letak perairan sekitar sini, Lucy-Ann dan jarang sekali ada orang
"ke pulau-pulau kecil ini, yang penghuninya hanya burung-burung saja" Kita takkan
mampu berdayung terus sampai ke daratan misalnya ya kan, Bill?"
?"Betul, kita takkan sanggup," kata Bill mengiakan. "Untung kulihat bekal makanan
kita cukup banyak. Lumayan! Kalau air minum bagaimana?"
"Kita terpaksa minum air buah nenas dalam kaleng atau yang begitu," kata Dinah.
Dan kalau kebetulan hujan, kita tadah air hujan."
?"Apa yang sebaik-baiknya kita lakukan, ya?" kata Bill pada dirinya sendiri
sambil mengerutkan kening. "Mereka-mereka itu pasti akan mencari kita. Mereka
tentu tahu juga bahwa kita tidak mungkin pergi jauh-jauh. Mereka akan mengirim
pengintai mungkin bahkan dengan pesawat terbang. Kini mereka tidak berani lagi
"menanggung risiko aku lolos."
Anak-anak tahu, yang dimaksudkan olah Bill dengan "mereka" ialah para penjahat
Dinah menatap semua yang ada di situ.
"Jika musuh sampai datang ke pulau ini, kita pasti akan ketahuan," katanya.
"Yah nanti saja kita putuskan apa yang harus kita lakukan, apabila perahu
"sudah terapung lagi," kata Bill akhirnya. "Sekarang bagaimana jika kita tidur
saja sebentar" Lucy-Ann sudah pucat _sekali mukanya. Ia sama sekali belum
tidur. ?"Aku memang mengantuk sekali," kata Lucy-Ann sambil menahan diri agar jangan
menguap. "Tapi badanku juga terasa kotor dan lengket."
"Kita mandi sebentar di laut, lalu sesudah itu tidur," kata Jack. "Kita
bergantian menjaga nanti, kalau-kalau ada musuh datang."
"Aku tidak kepingin mandi karena sudah terlalu mengantuk,." kata Dinah. "Kalian
saja yang mandi, sementara aku mengatur alas untuk tidur kita."
"Aku membantumu," kata Lucy-Ann. "Aku juga sudah terlalu capek."
Bill bersama kedua anak yang laki-laki masuk ke dalam air untuk berenang-renang
sebentar. Dinah dan Lucy-Ann memperhatikan mereka.
"Tahu tidak" kata Lucy-Ann setelah beberapa saat, "Bill dan Jack serta Philip
hampir-hampir tidak bisa dilihat, karena begitu banyak burung mengambang di
sekitar sini. Begitu mereka terlepas dari pengamatanku, aku tidak bisa menemukan
mereka kembali." Katanya memang benar. Di perairan situ begitu banyak burung yang terapung-apung,
sehingga kepala ketiga orang yang berenang di sela-sela kumpulan burung itu
nyaris tidak bisa dikenali.
"Nanti kita katakan pada Bill kalau ia sudah kembali," kata Dinah. Tiba-tiba ia
mendapat akal. "Kurasa jika kita semua masuk ke air pada waktu musuh datang, takkan ada yang
bisa melihat kita di antara burung-burung itu."
"Ya, memang," kata Lucy-Ann sependapat.
"Idemu bagus sekali, Dinah!"
Hal itu dengan segera disampaikan pada yang lain-lain ketika mereka sudah
selesai berenang-renang. Bill mengangguk dengan senang.
"Ya itu akal yang baik! Itulah yang akan kita lakukan apabila musuh datang. "Kita pasti takkan kelihatan oleh mereka!"
"Tapi bagaimana dengan perahu kita?" kata Jack.
"Kita ambil siasat persis seperti yang kita lakukan pada diri kita sendiri
sewaktu berada di tepi laguna," kata Philip. "Perahu kita tutupi dengan rumput
laut sehingga nanti dikira beting karang!"
"Akal kalian macam-macam saja," kata Bill. "Nah sementara kalian tidur-
"tiduran, biar aku saja yang menghias perahu kita dengan rumput laut. Jika musuh
benar-benar akan datang, pasti sebentar lagi sudah muncul di sini. Mereka tidak
mau membuang waktu berjam-jam sebelum memulai pencarian. Nanti kalau kudengar
atau kulihat sesuatu yang mungkin mereka, kalian kubangunkan dan kalian harus
"segera bersiap masuk ke air. Sebaiknya kalian tidur dengan pakaian dalam saja,
supaya pakaian kalian ini tidak basah. Sedang pakaian renang kalian sudah basah
sekarang." "Kami punya tidak," kata Lucy-Ann. "Uaaah aku tidak mampu lagi menahan rasa
"mengantuk. Mudah-mudahan belum sekarang musuh datang. Kalau sekarang, aku
khawatir takkan bisa bangun!"
Bill menyelimuti anak-anak yang sekejap kemudian sudah tidur pulas. Rupanya
mereka capek sekali. Setelah itu Bill mulai menutupi perahu dengan rumput laut.
Ditariknya rumput laut yang bergantungan pada batu-batu di dekat situ, lalu
diselubungkannya ke tubuh perahu sehingga kelihatannya seperti batu yang
berbentuk perahu. Selesai melakukan pekerjaan itu, kemudian Bill masuk ke dalam kabin dan duduk
sebentar di situ. Karena iseng, di bukanya tutup suatu benda dan matanya
"langsung melotot karena tercengang. Pesawat radio! Mungkinkah pesawat itu juga
merupakan pemancar" Horace mestinya cukup berakal dan melengkapi diri dengan
pemancar untuk berjaga-jaga kalau ia mengalami cedera atau jatuh sakit dalam
"pengembaraan ke tempat terpencil itu! Bill mulai memeriksa pesawat itu dengan
tangan gemetar. Sesaat kemudian Jack terbangun mendengar Bill berseru. Anak itu kaget, lalu
cepat-cepat duduk. "Musuh datang, Bill?" tanya Jack.
"Tidak belum! Tapi lihatlah kenapa kalian tidak bercerita bahwa di perahu " "ini ada pesawat radio" Kalau nasibku sedang mujur, aku akan bisa mengirim berita
dengannya." "Astaga! Aku lupa sama sekali!" kata Jack. "Tapi pemancarkah itu, Bill?"
"Ya. Mutunya tidak begitu baik tapi akan kuusahakan agar bisa mengirim berita
"dengannya ke markas besar," kata Bill. "Di sana selalu ada petugas yang siaga
menunggu berita dariku. Sudah berhari-hari aku tidak mengirim berita sama
sekali." Jack merasa heran melihat Bill seolah-olah mencari sesuatu.
"Apa yang Anda cari, Bill?" tanya Jack.
"Antenanya," kata Bill. "Di sini mestinya ada antena untuk pemancarnya. Tapi
ditaruh di mana?" "Kalau tidak salah, aku pernah melihat sesuatu di atas tak, di bagian belakang
kabin," kata Jack dengan suara mengantuk. "Panjangnya sekitar dua meter."
"Pasti itu antena yang kucari!" kata Bill lalu pergi melihat. Dari atas rak
diambilnya sebuah batang logam yang panjang dan langsung. "Bagus ini dia yang
"kucari. Kupasang saja sekarang."
Jack memperhatikan kesibukan Bill selama beberapa saat. Tahu-tahu matanya sudah
terpejam kembali. Memang mengasyikkan melihat Bill berusaha mencoba pemancar
"tapi keasyikan itu tetap tidak mampu mengalahkan rasa mengantuk. Jack sudah
pulas lagi. Bill sibuk sekali bekerja. Sekali-sekali ia mengeluh, kecewa karena ada saja
yang tidak beres. Dari dalam pesawat terdengar berbagai bunyi aneh, dan di sana-
sini nampak lampu-lampu kecil menyala. Ada sesuatu yang tidak beres dengan
pemancar itu tapi Bill tidak berhasil menemukan penyebabnya. Ia mengeluh. Coba
"ia bisa membuat pemancar itu bekerja dengan baik dua menit saja, sudah cukup!
"Akhirnya ia merasa sudah berhasil memperbaikinya. Sekarang mengirim berita.
Mula-mula nomor sandi dulu lalu menunggu jawaban. Berkali-kali ia memancarkan


Lima Sekawan 04 Petualangan Di Laut Sunyi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"nomor sandinya. Tapi jawaban tidak masuk. Kelihatannya pesawat itu rusak bagian
penerimaannya. Jadi apa boleh buat ia hanya bisa mengirim berita, dengan
"harapan diterima di markas besar. Tapi Bill menyangsikannya.
Dengan cepat dikirimnya berita sandi, meminta bantuan. Diulanginya berita itu
beberapa kali. Tapi, jawaban tetap tidak masuk. Ia menyebut posisi Pulau Laguna
sebagai pedoman di mana mereka berada, karena tahu bahwa saat itu mereka pasti
tidak jauh dari situ. Pulau di depan mereka pasti tertera dan dapat ditemukan
dalam peta. Bill begitu sibuk berusaha mengirim berita dan mendengar jawaban yang tidak
datang-datang sampai ia nyaris saja tidak menangkap bunyi dengung mesin perahu
motor yang kuat di kejauhan. Tapi kemudian disadarinya bunyi itu. Ia mendongak
dengan gerakan kaget. Seketika itu juga ia berteriak, membangunkan anak-anak.
"Bangun! Cepat! Masuk ke air - musuh datang! BANGUN!"
Anak-anak terlompat bangun. Musuh" Ya musuh! Kelima-limanya berlompatan masuk
"ke air Dinah dan Lucy-Ann masih dalam keadaan setengah tidur. Musuh" Ya ada
" "kapal motor datang lurus ke tempat mereka arahnya!
"Bab 30 AYO, MUNCUL! Nampak kilatan cahaya terang dari arah kapal yang datang. Seseorang di situ
sedang mengarahkan teropong ke pulau, di depan mana perahu anak-anak kandas di
atas beting. Teropong itu diarahkan mengamati beting, lalu pulau, lalu kembali
lagi ke beting. Perahu mereka masih ada di atas beting, penuh ditimbuni rumput laut. Sesaat
orang yang meneropong mengamat-amati tumpukan rumput laut itu Kemudian berpindah
memperhatikan permukaan laut. Tapi kepala kelima orang yang terapung-apung tidak
bisa dikenali di antara burung-burung yang begitu banyak mengapung di situ.
Anak-anak tidak mau jauh-jauh dari burung yang banyak menggerombol. Philip sudah
aman karena Enggas dan Enggos bertengger di atas kepalanya sehingga ia
tersembunyi dari pengamatan. Lucy-Ann terapung dekat seekor burung kormoran yang
besar. Burung itu mengamat-amatinya dengan penuh minat Tapi ia tidak menjauh.
Sedang Dinah dan Jack berada di tengah gerombolan puffin yang sibuk menyelam.
Bill terpaksa berulang kali menyelam dan berada di bawah permukaan selama
napasnya masih tahan. Soalnya, ia takut ketahuan karena kepalanya yang sudah
agak botak. Lama sekali rasanya mereka begitu. Akhirnya kapal motor penjahat berputar haluan
lalu pergi mengitari pulau. Setidak-tidaknya begitulah sangkaan Bill. Terdengar
bunyi mesin kapal semakin menjauh.
Ketika sudah tidak terdengar lagi, barulah Bill mengizinkan anak-anak kembali
naik ke perahu. Semuanya basah dan lapar. Tapi tak ada lagi yang masih mengantuk
"Aduh, licinnya perahu karena rumput laut ini!" kata Jack. "Akalmu ternyata
berguna, Dinah! Kurasa para penjahat tadi bahkan sedikit pun tidak menyangka
bahwa di sini ada orang padahal dengan teropong, dengan gampang mereka bisa "melihat ada lima orang dan sebuah perahu di depan mata!"
"Ya, gagasanmu memang bagus sekali, Dinah" kata Bill. "Sekarang bagaimana kalau
kita sarapan dulu" Aku sudah lapar sekali!"
Semua duduk di lantai geladak. Beberapa kaleng makanan dibuka. Kiki menjerit
dengan gembira ketika melihat dalam salah satu kaleng itu ada potongan-potongan
nenas. Kakaktua nakal itu mencoba menaikkan jambulnya. Tapi bulu jambunya
tinggal beberapa helai saja jadi kelihatannya sama sekali tidak mengesankan.
"Tiba-tiba Jack teringat pada sesuatu hal.
"Bill!" katanya. "Aku merasa seperti mengingat sesuatu tentang Anda dan
"pesawat radio kepunyaan Horace atau mungkin aku hanya mimpi saja" Ya, kurasa
"aku cuma bermimpi mengenainya."
"Sama sekali tidak," kata Bill. "Aku memang menemukan radionya terus terang
"saja secara kebetulan sekali dan ternyata pesawat itu sekaligus juga pemancar
"di samping alat penerima jadi mestinya aku bisa mengirim berita, di samping
"menerima." "Wah, Bill! Kalau begitu Anda telah mengirim kabar meminta bantuan - dan kita
akan tertolong!" kata Lucy-Ann dengan gembira.
"Sayangnya ada sesuatu yang tidak beres dengan pesawat itu." kata Bill lagi.
"Aku tidak berhasil mendengar apa-apa dengannya jadi aku tidak tahu, apakah
"aku berhasil mengirim berita ke luar atau tidak. Kemungkinannya tidak! Pesawat
itu tidak begitu baik mutunya."
"Wah - kalau begitu gunanya mungkin tidak ada," kata Dinah kecewa,
"Ya, kurasa begitu," kata Bill. "Ngomong-ngomong, ada tidak yang baru saja
merasa seperti kita naik" Aku merasa seakan-akan perahu kita ini terangkat ke
atas." Ternyata perasaan Bill benar. Perahu mereka tidak lama kemudian sudah terapung
kembali. Dengan segera Bill mendayungnya menjauhi pulau. Tiba-tiba ia teringat
pada sesuatu. "He! masa Horace jauh-jauh datang kemari dan berniat kembali lagi tapi " " "tanpa membawa bensin sebagai cadangan. Kalian sudah memeriksa perahu ini dengan
teliti?" "Teliti sekali, belum!" kata Jack. "Soalnya, kan perahu kecil saja."
"Memang betul katamu itu tapi mestinya di sini ada bensin cadangan, disimpan
"di salah satu tempat," kata Bill. "Philip, coba kauangkat tumpukan tali temali
"yang ada di situ. Di bawah papan geladak mestinya ada tempat yang cukup lapang
untuk menaruh kaleng-kaleng bensin."
Philip dan Jack melakukan perintah Bill. Mereka mengangkat tiga lembar papan
yang tidak dipaku dan di bawahnya nampak tempat penyimpanan bensin!
?"Astaga!" kata Jack. "Sekarang kita selamat. Dengan cepat kita akan sudah sampai
di daratan. Hidup Horace!"
Mereka mengambil sebuah kaleng yang penuh berisi bensin, lalu menyerahkannya
pada Bill yang menuangkannya ke dalam tangki yang kosong. Kaleng kedua juga
ditumpahkan isinya ke situ. Beres! Sekarang mereka bisa meneruskan perjalanan.
Tidak lama kemudian perahu mereka sudah melaju lagi di atas ombak. Mereka tidak
perlu mendayung lagi. Bill mengarahkan haluan ke tenggara.
"He aku seperti mendengar bunyi pesawat terbang," kata Lucy-Ann setelah
"beberapa waktu. Semua mendongak, meneliti langit. Tidak lama kemudian mereka melihat pesawat
itu, datang dari arah timur laut. Terbangnya rendah.
"Kelihatannya seperti sedang mencari kita," kata Bill gelisah.
"Kalau begitu, itu pasti musuh!" kata Jack.
Semua memperhatikan pesawat terbang yang semakin dekat. Tiba-tiba arahnya
berubah sedikit, lurus menuju ke posisi perahu seolah-olah baru saat itu
"melihatnya. Terbang pesawat semakin merendah, berputar-putar mengelilingi perahu
lalu pergi lagi. ?"Sial!" kata Bill. "Sekarang habislah riwayat kita! Mereka pasti akan mengirim
perahu motor yang paling laju atau mungkin salah satu pesawat terbang air yang
"rupa-rupanya mereka pakai dan sesudah itu habis perkara!"
?"Bensin kita kan banyak," kata Jack, "jadi kita masih bisa melaju terus.
Sebentar lagi kita akan sudah jauh sekali dari sini."
Bill menjalankan perahu dengan kecepatan tertinggi. Ketika menurut perkiraannya
bensin dalam tangki sudah hampir habis, ia memanggil Jack,
"Keluarkan beberapa kaleng lagi, Jack. Akan kutambah lagi bensin dalam tangki
sebelum sama sekali kosong."
Jack dan Philip membuka papan-papan penutup dan memandang dengan kecut.
"Kaleng-kaleng yang lain ternyata kosong semua. Bill ikut kaget.
"Astaga! Rupanya Horace ditipu orang! Pasti ia memberi tugas agar semua kaleng
diisi dengan bensin tapi yang disuruh olehnya hanya mengisi separuh saja,
"sedang uangnya dikantongi semua. Licik sekali perbuatan itu!"
"Horace memang pantas kalau ditipu dengan cara demikian, karena kepolosannya!"
kata Philip. "Aduh sekarang kita berada di tengah laut jauh dari mana mana. Bagaimana " " "kita jika nanti bensin habis sebelum kita mencapai salah satu tempat?"
Bill menyeka keningnya yang berkeringat.
"Gawat," katanya. "Bensin dalam tangki sudah tinggal sedikit. Kalau habis, kita
takkan bisa pergi jauh-jauh dengan jalan mendayung, dan kita akan menjadi bulan-
bulanan empuk bagi perahu motor yang dikirim mengejar kita. Kurasa tangki kita
bocor mungkin kena tembakan."
"Sesaat semua membisu.
"Aduh," pikir Lucy-Ann, "padahal tadi semuanya
kelihatan akan berakhir dengan baik sekarang segala galanya sudah payah lagi."
" "Beberapa waktu kemudian mesin perahu mulai terbatuk-batuk, lalu akhirnya
berhenti sama sekali. "Bensin habis," kata Jack dengan nada suram.
"Panggilkan dokter," oceh Kiki.
"Apa gunanya?" kata Philip seolah-olah usul Kiki itu bisa dilaksanakan.
"Rrrr!" Enggas yang bertengger di sandaran tepi geladak ikut menyumbangkan
pendapat. "Benar-benar menyebalkan," kata Bill dengan kesal. "Hampir-hampir kita berhasil
tapi kini gagal lagi!"
"Setelah itu semua membisu lagi. Hanya bunyi ombak kecil memukul-mukul sisi
perahu saja yang terdengar saat itu. Tikus-tikus putih piaraan Philip merasa
heran, kenapa di luar tiba-tiba begitu sunyi. Mereka bermunculan dari tempat-
tempat persembunyian mereka dalam pakaian Philip, lalu mengendus-endus. Bill
tidak pernah melihat mereka lagi sejak ia diculik dari Pulau Puffin. Ia menatap
tikus-tikus itu dengan heran.
"Wah, sudah besar-besar mereka sekarang!" katanya. "Yah siapa tahu, mungkin
"akhirnya kita terpaksa juga memakan mereka!"
Bill sebenarnya hanya berkelakar. Tapi Dinah dan Lucy-Ann menanggapi dengan
serius. Keduanya terpekik,
"Hiii! Bill Anda ini keterlaluan! Masa makan tikus! Mendingan mati!" kata
"Dinah dengan jijik.
"Bagaimana jika sekarang mendayung, supaya ada kesibukan?" usul Jack "Atau
makan" Atau apa?"
"Makan!" kata Philip dengan segera. Tapi ia langsung menyambung, "Bill
"tidakkah kita perlu menghemat- makanan kita" Maksudku mungkinkah kita akan
"terapung berhari-hari di sini"
"Tidak," kata Bill. Dalam hati ia berpendapat, sebelum malam tiba mereka semua
pasti akan sudah kembali jatuh ke tangan musuh dan diangkut ke pulau mereka,
setelah pesawat tadi menemukan posisi perahu. "Tidak! Kurasa saat ini kita
tidak perlu memikirkan hal-hal seperti itu. Tapi walau begitu jika dari semula
"aku sudah tahu bahwa bensin sudah hampir habis, aku takkan mengarahkan perahu ke
lautan terbuka. Aku pasti akan menyusur pulau-pulau."
Suasana hari itu membosankan, tapi juga tegang. Anak-anak masih capek sekali.
Tapi mereka tidak mau ketika disuruh mencoba tidur. Tidak ada perahu motor
muncul untuk mengejar mereka. Matahari mulai menurun ke laut di sebelah barat.
Kelihatannya mereka akan terpaksa bermalam di tengah laut.
"Tapi syukur hawa tidak dingin," kata Dinah. "Bahkan angin pun terasa hangat
petang ini. Saat ini rasanya kita seperti jauh sekali dari rumah dari sekolah "jauh dari segala-galanya yang kita kenal."
Lucy-Ann memandang berkeliling. Diperhatikannya lautan yang luas, berwarna hijau
dekat perahu tapi sedikit lebih jauh sudah biru pekat.
"Ya ," katanya, "saat ini kita jauh dari mana-mana terapung-apung tanpa daya
" "di tengah Laut Petualangan".
Matahari semakin menurun. Ketika senja sudah tiba, terdengar lagi bunyi yang
sudah dikenal baik bunyi dengung mesin yang kuat.
"Semua langsung memperhatikan dengan seksama. Bunyi apa itu " Perahu motor" Atau
pesawat terbang" Bunyi apa itu"
"Itu dia!" seru Jack, menyebabkan yang lain-lainnya kaget. "Itu di sebelah
"sana! Astaga, besarnya! Pesawat terbang air."
"Rupanya itu yang kita lihat waktu itu di laguna," kata Dinah. "Kita dikejar
dengan pesawat itu. Aduh, Bill bagaimana sekarang?"
?"Semua tiarap," kata Bill dengan segera. "Ingat, jika itu benar musuh, mereka
tidak tahu ada anak-anak bersamaku - mungkin mereka menyangka di perahu sini ada
beberapa orang dewasa dan ada kemungkinan mereka akan menembak, seperti
"kemarin malam. Jadi jangan bergerak. Jangan sampai kepala kalian kelihatan."
Lutut Lucy-Ann sudah mulai aneh lagi. Dengan Cepat ia merebahkan diri. Untung
Bill tidak menyuruh Jack dan Philip berbaring lagi di atas tubuh anak-anak
perempuan, pikirnya. Bill melindungi anak itu dengan lengannya.
"Jangan takut, Lucy-Ann," kata Bill. "Kau takkan apa-apa. Mereka takkan
menyakiti anak-anak"
Tapi Lucy-/\nn juga tidak mau "mereka" menyakiti Bill, seperti yang diduganya
pasti akan terjadi. Ia berbaring diam-diam dengan muka dibenamkan ke dalam
selimut. Deru pesawat terbang terdengar semakin nyaring. Pesawat itu berputar-putar tepat
di atas kepala rasanya. Kemudian mesinnya dimatikan, dan pesawat itu turun ke
air tidak jauh dari perahu. Ombak yang terjadi saat pesawat mencecah permukaan
laut menyebabkan perahu terangguk-angguk
Tidak ada yang berani mengangkat kepala untuk melihat ke arah pesawat terbang air yang
besar itu. Bill takut orang yang di sana akan langsung menembak
Saat itu terdengar suara yang sangat lantang, menggema di atas permukaan laut.
Suara raksasa! "HE! AYO, MUNCUL!"
"Jangan bergerak!" kata Bill. Jangan bergerak! Kau tidak perlu takut, Lucy-Ann " mereka memakai alat pengeras suara! Karena itulah terdengar nyaring sekali."
"Suara yang tadi berkumandang lagi,
"SENJATA KAMI SEMUA SUDAH TERARAH KE PERAHU KALIAN. JANGAN BERBUAT YANG
ANEH ANEH KALAU TIDAK INGIH HANCUR KENA TEMBAKAN! AYO, TUNJUKKAN DIRI KALIAN!"
"Bab 31 LAUT PETUALANGAN "Percuma aku terpaksa menampakkan diri," kata Bill dengan suara pelan. "Kalau
"tidak, habis perahu kita diberondong dengan senapan mesin."
Bill berdiri sambil melambai. Setelah itu ia mengangkat kedua belah tangannya
tanda menyerah. Sebuah sekoci diturunkan dari pesawat, lalu meluncur dengan
cepat ke arah perahu. Di dalamnya ada tiga laki-laki. Seorang di antaranya
menggenggam pistol. Anak-anak menunggu dengan hati kecut. Mereka menunggu-nunggu tembakan yang
terarah pada Bill. Tidak seorang pun mengangkat kepala untuk melihat. Tapi semua
bisa membayangkan dengan jelas apa yang akan terjadi.
Sekoci itu semakin mendekat. Tiba-tiba dari situ terdengar seruan heran,
"Bill! Astaga Bill! Kenapa kau tidak langsung menyambut kedatangan kami, tapi
"malah membuat kami menyangka kau anggota gerombolan penjahat"!"
"Astaga kau itu rupanya, Joe!" seru Bill. Nada suaranya yang terdengar lega
"menyebabkan anak-anak bergegas bangkit. "He, Anak-anak itu Joe, rekanku. He,
"Joe jadi kalian rupanya berhasil menangkap beritaku, ya?"
"Sekoci yang datang bergerak ke posisi bersampingan dengan perahu anak-anak.
Sambil nyengir, Joe menyimpan pistolnya.
"Ya aku memang menerima kabarmu tapi rupanya kau tidak menangkap kabar kami.
" "Berulang kali kami mengajukan pertanyaan, tapi kau selalu mengulang kabar yang
itu-itu terus. Karenanya lantas dikirim pesawat terbang ini untuk mencarimu.
Kami sedang terbang berkeliling mencari laguna yang kausebutkan ketika tiba-tiba
nampak perahu kalian itu. Kami lantas turun untuk memeriksa."
"Untung saja," kata Bill. "Kami kehabisan bensin. Saat ini kami menunggu musuh
muncul memburu kami dengan perahu motor atau pesawat terbang!"
"Ayo, ikut ke pesawat," kata Joe. Orang itu bermata biru cerah, sedang mulutnya
selalu menyungging senyuman lebar. "Atau mungkin anak-anak ini takut terbang?"
Wah, tidak! Kami sudah biasa," kata Jack, lalu menolong Dinah dan Lucy-Ann
"pindah ke sekoci. "Apakah sekarang kami diselamatkan?" kata Lucy-Ann. Ia sulit bisa
mempercayainya, karena sudah begitu sering kaget dan ketakutan.
"Betul, sekarang kalian diselamatkan," kata Joe sambil memandang Lucy-Ann dengan
senyuman lebar. "Salah satu pesawat terbang laut kami yang terbesar sengaja
dikirim untuk menjemput kalian. lni semuanya berkat Bill. la kan orang penting!"
"Ya, betul," kata Lucy-Ann dengan wajah berseri. "Betul aku sudah selalu tahu
bahwa Bill orang yang sangat penting."
Tiba-tiba terdengar Dinah berkeluh-kesah.
"Enggas dan Enggos ketinggalan," katanya hampir menangis. Joe kaget
mendengarnya. "Astaga! Jadi masih ada orang lagi di perahu kalian" Tadi aku sama sekali tidak
melihat mereka!" "Bukan keduanya itu cuma burung puffin," kata Jack. "Tapi jinak sekali. Nah " "itu mereka, terbang ke arah sini."
"Tidak bisakah kita bawa pulang?" kata Lucy-Ann meminta. Tapi Bill menggeleng.
"Tidak bisa, Lucy-Ann. Mereka pasti merana nanti jika dibawa pergi dari tempat
mereka di kepulauan sini. Mereka pasti akan bersarang lagi, lalu bertelur. Saat
itu mereka tentu akan sudah lupa pada kita."
"Aku takkan pernah melupakan mereka! Tidak, tidak pernah," kata Lucy-Ann seolah-
olah berjanji pada dirinya sendiri. "Mereka selalu setia menemani kita!"
"Nah, kita sudah sampai," kata Joe ketika sekoci mendekati pesawat terbang yang
besar itu. Anak-anak dibantu naik. Setelah itu pesawat berangkat dengan mulus,
berputar makin lama makin tinggi seperti burung camar bersayap lebar. Perahu
Horace ditinggal terapung-apung di tengah laut. Menurut Joe nanti akan datang
perahu motor kepolisian untuk menjemput.
"O ya, bagaimana dengan laguna itu?" kata Joe dengan tiba-tiba. "Aku ingin tahu


Lima Sekawan 04 Petualangan Di Laut Sunyi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

letaknya, supaya bisa kutentukan posisinya dalam peta kami. Kurasa kita pasti
bisa. menemukannya. Akan bisakah anak-anak ini mengenalinya lagi jika melihatnya
dari atas?" "O ya!" kata Jack. "Tidak mungkin bisa keliru. Laguna itu berupa danau tepi
laut, dan airnya lebih biru daripada laut yang di luar. Aku takkan heran apabila
nanti Anda bisa melihat sebagian. Dan bungkusan itu di bawah air apabila Anda
"terbang rendah. Air di situ sangat jernih."
Pesawat terbang meluncur terus mengarungi udara. Anak-anak senang sekali. Di
bawah terbentang laut yang biru, nampak begitu licin dan tenang permukaannya.
Ketika pandangan dialihkan ke arah depan, nampak gugusan pulau yang kecil-kecil
di kejauhan. Bukan main banyaknya!
Kemudian Jack melihat laguna yang sedang dicari.
"Itu dia, itu dia!" teriaknya. "Itu di bawah, sebelah sana! Anda tidak mungkin
"keliru melihat itu, terletak di antara dua pulau itu dikelilingi beting!"
" "Pesawat mereka terbang mengelilingi laguna yang menakjubkan itu. Terbangnya
merendah. Anak anak mengamat-amati dengan seksama. Mereka ingin tahu, apakah
"mungkin bisa melihat bungkusan-bungkusan yang terdapat di dasarnya. Dan benarlah
dalam air yang jernih nampak benda-benda kemilau samar. Itulah bungkus kedap
"air yang berisi senjata.
"Di situ tempat senjata-senjata disembunyikan," kata Philip. "Lihat, Bill dari
"sini nampak pembungkusnya yang kedap air! Para penjahat itu sudah mulai
mengambilinya dan mengangkutnya dengan pesawat terbang air. Kami melihat sebuah
pesawat air mereka memuat sejumlah bungkusan itu."
Bill dan Joe berpandang-pandangan.
"Kalau begitu kita punya saksi mata," kata Joe. "Anak-anak ini hebat, Bill.
Merekakah teman-temanmu dalam beberapa petualangan yang lalu?"
"Betul," kata Bill. "Mereka ini tidak bisa dijauhkan dari petualangan dan aku "selalu ikut terseret dengan mereka!"
Pesawat meninggalkan laguna dengan rahasianya yang seram, lalu melintas di atas
pulau tempat Bill pernah ditawan penjahat.
"Itu pangkalan perahunya," kata Jack, sementara pesawat terbang rendah di atas
tempat itu. "Lihatlah, sekarang ada dua perahu motor di situ! Eh, Bill lalu
?"bagaimana nasib Horace?"
"Ia akan diselamatkan nanti, saat kami membereskan penjahat-penjahat itu," kata
Bill. "Mereka itu orang-orang yang gemar mengail di air keruh! Merekalah yang
menjadi kaya raya apabila ada dua negara berperang, atau pecah perang saudara di
salah satu tempat karena mereka menjual senjata kepada kedua pihak yang
"bersengketa. Kami berusaha memberantas kegiatan ini melalui berbagai perjanjian
internasional. Tapi mereka sama sekali tidak mempedulikan undang-undang bahkan
"menentangnya. Dan di sinilah letak perananku mencegah perbuatan mereka."
?"Bagaimana rencana Anda untuk mencegah mereka sekarang?" tanya Jack. "Apakah
pulau itu akan diserbu lalu para penjahat semuanya diringkus" Sedang senjata-
"senjata yang disembunyikan di situ dimusnahkan" Lalu bagaimana jika mereka
melarikan diri dengan perahu motor atau pesawat terbang?"
"Kau tak usah khawatir tentang hal itu," kata Joe sambil tertawa lebar. "Kami
sudah mengirim berita. Beberapa jam lagi pesawat-pesawat kami akan sudah sampai
di sini sedang perairan sekitar sini dijaga kapal-kapal bersenjata yang
"berpatroli. Para penjahat itu tidak mungkin lagi bisa melarikan diri."
Kecuali pangkalan kecil yang nyaris tidak ketahuan apabila Bill dan keempat anak
itu tidak tahu letaknya di situ, tidak ada lagi yang bisa dilihat di pulau
pangkalan musuh. "Segala-galanya tersamar rapi," kata Bill. "Mereka sangat licin! Sudah lama aku
melacak jejak mereka. Berkali-kali mereka berhasil menipuku dengan jalan
menyebarkan jejak palsu! Aku sudah nyaris putus asa. Kukira aku takkan bisa
menemukan sarang mereka. Ternyata tempatnya di sini."
"Mereka tentunya tercengang ketika melihat Anda tiba-tiba ada di sini, Bill!"
kata Lucy-Ann, sementara pesawat terbang meninggalkan pulau pangkalan musuh itu.
"Eh itu kan pulau di mana kita mendarat bersama Bill!" seru Dinah. "Pulau
"Puffin! Lihatlah! Itu tebing tempat burung-burung laut bersarang dan itu,
"nyaris tidak kelihatan dari atas sini, itu celah sempit yang menjorok masuk ke
tebing. Dan di sana kami menyalakan api unggun."
"Dan di sana kami memasang tenda, yang kemudian diterbangkan angin ketika ada
badai - itu, di sana dekat pohon-pohon kerdil itu," kata Jack. "Dan lihatlah
" "itu tempat pemukiman burung-burung puffin!"
Pesawat diterbangkan cukup rendah saat itu, sehingga anak-anak bisa melihat
kerumunan burung yang ribut karena takut mendengar bunyi bising yang ditimbulkan
pesawat terbang. "Aku melihat Enggas dan Enggos!" seru Lucy-Ann. Anak-anak yang lain tertawa
terbahak-bahak. "Mana mungkin! Kau bohong! kata Dinah.
?"Memang, aku cuma pura-pura saja." Kata Lucy-Ann mengaku. "Aku ingin mereka
selalu berada di sana. Aku ingin mereka punya liang sendiri, kemudian bersarang
lalu bertelur! Kudoakan agar mereka nanti mendapat anak yang juga jinak. "Selamat tinggal, Enggas dan Enggos yang manis."
"Rrrrr!" kata Kiki dengan tiba-tiba, seolah-olah memahami kata-kata yang
diucapkan Lucy-Ann. "Kiki mengucapkan `selamat tinggal` dalam bahasa puffin, " kata Lucy-Ann. "Rrrr,
Enggas dan Enggos!" "Wah banyak sekali yang bisa kita ceritakan nanti pada Ibu," kata Philip. "Aku
"ingin tahu bagaimana keadaannya sekarang."
Joe memandangnya sambil tersenyum.
"Baik-baik saja hanya ia sangat mengkhawatirkan keadaan kalian," kata Joe.
?"Perasaannya pasti akan lebih baik setelah menerima berita radio kami."
"Wah! Jadi Anda sudah mengirim berita padanya"! kata Dinah. "Syukurlah jadi
" "ia akan tahu bahwa kami dalam keadaan selamat. Wah aneh juga rasanya kembali
"lagi ke sekolah setelah pengalaman kita selama ini!"
Wah sekolah! Duduk dengan rapi di bangku masing-masing, belajar bahasa
"Prancis, diomeli karena membiarkan raket tenis tergeletak di mana-mana, belajar
musik, tidur pada waktunya ah, semuanya terasa janggal kalau dipikirkan saat
"itu. Hanya Lucy-Ann saja yang membayangkan dengan benar-benar senang.
"Pasti menyenangkan kalau bangun pagi-pagi langsung tahu bahwa yang perlu
dipikirkan hanya tentang pelajaran, main tenis, dan hal-hal seperti itu,"
katanya pada Bill. Dan bukan cemas memikirkan kemungkinan musuh datang, serta
"melihat pesawat-pesawat terbang menjatuhkan senjata dengan payung terjun ke
dalam air di laguna, berkeliaran dengan perahu motor dan
"Dan mengetok kepala Horace," sambung Bill sambil nyengir.
"Kami sama sekali tak pernah melakukan hal itu biar apa pun juga ceritanya
"pada Anda," kata Lucy-Ann. "Kalau aku sampai ketemu lagi dengannya, akan
kukatakan bahwa kami menyesali kekeliruan kami tapi sungguh, orang itu memang
"perlu di di..."
?"Digebuk kepalanya," kata Philip sambil tertawa geli.
"Baiklah digebuk," kata Lucy-Ann. "Ia memang perlu digebuk; karena seenaknya
"saja menceritakan hal-hal yang tidak benar."
Pesawat mereka sementara itu sudah menuju ke selatan, meninggalkan pulau-pulau
kecil yang mengasyikkan dengan berjuta-juta burung laut yang suaranya
membisingkan. Matahari sudah hampir terbenam. Laut nampak biru kelam.
Beberapa menit lagi bintang-bintang akan sudah mulai kemerlip di langit malam,
kemilau seperti taburan berlian.
"Sebentar lagi kita akan sudah terbang di atas daratan," kata Bill. "Syukurlah,
segala-galanya berakhir dengan baik! Tadi aku menyangka riwayat kita pasti tamat
saat itu, ketika pesawat ini turun ke air dekat kita lalu kita dipanggil untuk
menyerah. Ini satu petualangan lagi yang bisa kita jadikan bahan obrolan saat
kita berjumpa kembali dalam liburan. Banyak sekali pengalaman kita bersama
selama ini!" "Bagiku, yang ini yang paling mengasyikkan," kata Jack termenung sambil
menggaruk-garuk jambul Kiki yang tinggal sedikit. "Segala pulau itu di tengah
"laut sunyi dengan warna-warnanya yang biru, hijau, dan kelabu."
"Laut Petualangan," kata Lucy-Ann pada dirinya sendiri. la memandang ke bawah
dari balik jendela pesawat Memandang permukaan luas yang nampak biru gelap di "sana sini bersepuh sinar keemasan yang terpantul dari langit senja.
"Selamat tinggal, Laut Petualangan! Kau indah sekali tapi bagiku terlalu
"banyak mengandung ketegangan!"
T A M A T Gudang Download Ebook: www.zheraf.net
http://zheraf.wapamp.com Kaki Tiga Menjangan 40 Wiro Sableng 029 Bencana Di Kuto Gede Titisan Dewa Pelebur Teluh 1
^