Rawa Rahasia 3
Lima Sekawan 13 Rawa Rahasia Bagian 3
menggonggong, kita bisa ketahuan ,"
"Tidak, Aku sudah melarangnya," kata George, "ia takkan berbunyi sedikit pun.
Dengarlah - pesawat itu semakin dekat bunyinya ,"
Memang, bunyi pesawat terbang sudah dekat sekali. Anak-anak lantaa mendongak,
mencari car nya di atas. Kemudian Julian menyenggol Dick.
"Itu dia - kelihatan samar, di arah letak perkemahan kelana"
Dick berhasil menemukan letaknya.
"Wah, kecil sekali," katanya. "Lebih kecil daripada-sangkaanku kemarin malam.
Lihat - dia turun sekarang ,"
Tapi- pesawat itu tidak mendarat, cuma terbang rendah saja. Kemudian berputar-
putar, persis seperti yang dilakukan kemarin malam. Setelah itu agak menanjak,
lalu sekali lagi terbang merendah. Nyaris menyambar kepala anak-anak yang
memperhatikan dengan asyik.
Saat itu, tiba-tiba terjadi sesuatu yang luar biasa. Ada sesuatu jatuh tak jauh
dari Julian. Benda yang jatuh itu terpantul-pantul dulu, kemudian tergeletak di
pasir. Keempat anak itu kaget, sementara Timmy mendengking.
Setelah itu masih ada lagi yang menyusul, jatuh beruntun-runtun Anne terpekik.
"Jangan-jangan mereka membomi kita , Julian, apa yang mereka lakukan?"
Buk! Buk! Julian meringkuk ketika terdengar bunyi susul-menyusul itu, karena
raaanya dekat sekali. Disambarnya lengan Anne, ditariknya masuk ke dalam parit.
Julian berseru, memanggil Dick dan George.
"Ayo cepat turun ke sini , Masuk ke dalam salah satu gua , Nanti kita
tertimpa ," Sementara mereka melintasi dasar parit, pesawat tadi sekail lagi melingkar
rendah, lalu kembali menjatuhkan barang-barang yang bergedebukan di pasir.
Sekali itu bahkan ada yang jatuh dalam parit. Timmy kaget sekali, ketika satu di
antaranya jatuh tepat di depan hidungnya, lalu menggelundung. Timmy mendengking,
lalu lari menyusul George.
Tak lama kemudian anak-anak sudah berlindung dalam salah satu gua yang banyak
terdapat di sisi parit. Pesawat terbang memutar sekali lagi, dan kembali
terdengar barang-barang berjatuhan. Ada beberapa yang masuk ke dalam parit.
Mereka mengucap syukur, karena sempat berlindung ke dalam gua.
'Tak terdengar bunyi ledakan," kata Dick lega. "Tapi apakah yang dijatuhkan itu"
Dan untuk apa" Ini benar-benar petualangan yang sangat aneh."
"Bahkan mungkin kita bermimpi," kata Julian sambil tertawa. "Tidak, mimpi takkan
seaneh ini. Bayangkan, kita meringkuk dalam gua pasir di tengah parit Rawa
Rahasia. Sementara Itu ada pesawat yang menjatuhkan benda-benda di sekeliling
kita, pada tengah malam , Benar-benar gilai"
"Rasanya pesawat itu pergi sekarang," kata Dick. 'Terdengar memutar, tapi tak
ada yang dijatuhkan. Nah, sekarang menanjak - bunyinya menjauhi Astaga - sewaktu
kita masih berdiri di tepi parit tadi, kusangka kepalaku pasti putus disambar
pesawat ketika terbang rendah sekali ,"
"Sangkaanku juga begitu," kata Anne. ia merasa lega. karena tak ada lagi pesawat
yang terbang rendah sambil menjatuhkan benda-benda. "Sudah bisakah kita keluar
sekarang?" "Ya," kata Julian sambil merangkak ke luar. "Ayolah , Kalau pesawat itu datang
lagi, kita pasti mendengarnya. Sekarang aku ingin melihat b3nda bend apa yang
dijatuhkan tadi ," Mereka bergegas menghampiri benda-benda itu. Mereka tidak memerlukan senter.
Sinar bintang yang kemerlip di langit cukup jelas menerangi parit.
Julian yang paling dulu menemukan sesuatu. Benda itu ternyata paket. Bentuknya
pipih dan padat. Kemasannya rapi, terbungkus dalam kain terpal. Julian memeriksa
paket itu. "Di sini tak tertera nama. Sama sekali tak ada tanda pengenal," katanya. "Ini
benar-benar asyik. Coba kita tebak, apa isinya ,"
"Mudah-mudahan daging asap, untuk sarapan ," kata Anne dengan segera.
"Konyoli" tukas Julian. Diambilnya pisau, untuk memotong benang jahitan
pembungkus paket itu. "Kurasa isinya barang selundupan. Kurasa itulah yang
dilakukan pesawat terbang tadi. Berangkat dari Perancis, menjatuhkan barang-
barang selundupan di salah satu tempat yang sudah disepakatkan, lalu kembali
lagi , Sedang barang-barang yang dijatuhkan dipungut oleh para kelana, lalu
dibawa pergi dengan disembunyikan baik-baik dalam caravan mereka. Kemudian
diserahkan pada penadah yang sudah menunggu di salah satu tempat. Memang cerdik
akal itu ," "Wah, itukah sebenarnya yang terjadi, Julian?" kata Anne kaget. "Kalau begitu
apakah isi paket-paket ini" Rokok luar negeri?"
"Bukan," jawab Julian. "Kalau isinya rokok, takkan seberat ini. Nah, berhasil
juga aku memutuskan benang jahitannya ,"
Saudara-saudaranya mendekati, ingin ikut melihat isi paket itu. George mengambil
senter, supaya mereka bisa melihat lebih jelas. Senter itu dinyalakan.
Julian membuka kain terpal yang merupakan pembungkus sebelah luar. Kemudian
menyusul kertas tebal. Kertas itu pun dibuka oleh Julian. Di tangannya kini
terletak sebuah kotak kardus, diikat dengan tali. Begitu tali berhasil dibuka,,
kotak itu " terjatuh ketanah.
"Apa ini?" kata Julian bersemangat. "Seberkas lembaran kertas. Sorotkan sinar
sentermu lebih dekat lagi, George ,"
Sambil membisu, anak-anak menjulurkan leher. Mereka memperhatikan berkas yang
ada di tangan Julian. "Huahhl Astagal Kalian lihat ini?" kata Julian kagum. "Uang dolar Amerika - uang
kertas , Lihatlah semuanya terdiri dari lembaran uang ratusan , Astaga - satu
paket ini saja sudah banyak sekali jumlahnya ,"
Sementara saudara-saudaranya menatap kagum, Julian menggerakkan ibu jari
tangannya seperti hendak menghitung jumlah lembaran uang yang ada di tangannya
itu. Berapakah jumlah sebenarnya.
"Dalam satu paket saja sudah begini banyak," katanya. "Padahal kita tahu, yang
dijatuhkan tadi ber-lusin-lusin paket , Apa sebetulnya yang sedang terjadi di
sini?" "Wah, mestinya di sekitar kita saat ini berserakan uang yang nilainya ribuan
dolar," kata George. "He - jangan-jangan kita sedang mimpi sekarang!"
"Wah, kalau memang mimpi, ini namanya mimpi
mewah," kata Dick. "Mimpi yang nilainya ribuan.
bukan mimpi biasa! Ju, apakah tidak sebaiknya kita
mulai saja memunguti paket-paket itu?"
"Ya, betul," kata Julian. "Sekarang aku mulai mengerti duduk perkara sebenarnya.
Para penyelundup datang dengan pesawat terbang dari salah satu negara lain -
katakanlah Perancis - setelah sebelumnya menyepakatkan akan menjatuhkan paket-
paket uang di salah satu tempat terpencil di tengah padang belantara ini. Kaum
kelana turut dalam kom piotan mereka. Tugas mereka memasang lampu isyarat, serta
memungut paket-paket yang dijatuhkan."
"O, begitu , Dan kemudian, dengan paket-paket Itu mereka meninggalkan tempat ini
untuk mengantarkannya pada seseorang, yang membayar upah jerih payah mereka,"
kata Dick. "Benar-benar pintar akal itu!"
"Ya, begitulah kira-kira," kata Julian. "Tapi yang tak bisa kumengerti, untuk
apa uang kertas dolar diselundupkan ke sini" Kan bisa bebas dibawa masuk ke
,Inggris?" "Mungkin uang curian?" kata George. "Ah, aku toh tidak bisa mengerti! Macam-
macam saja perbuatan orang. Pantas para kelana tidak menghendaki kita ada di
dekat mereka ," "Kita cepat-cepat mengumpulkan semua paket itu, lalu kita bawa kembali ke
istal," kata Julian, sambil mulai memungut paket yang ada di dekatnya. "Para
kelana sebentar lagi pasti akan detang untuk memungutnya. Sebelum itu, kita
sudah harus pergi dari sini ,"
Jumlah paket ada sekitar enam puluh. Berat juga bawaan itu.
"Kita sembunyikan saja di salah satu tempat yang aman," kata Julian. 'Bagaimana
jika dimasukkan dalam salah satu gua di sini" Kurasa kita takkan mampu
mengangkut semuanya sekaligus ,"
"Bisa saja kita taruh dalam selimut. Lalu salimut kita ikat ujung-ujungnya, dan
dengan begitu kita mengangkutnya," usul George. "Besar risikonya, jika kita
tinggalkan dalam parit. Para kelana, pasti mula-mula akan mencari di sini."
"Baiklah, kita ikuti gagasanmu kata Julian. "Kurasa sudah semua paket berhasil
kita kumpulkan. Sekarang ambil selimut."
Ternyata gagasan George memang baik. Paket-paket itu dimasukkan ke dalam dua
lembar selimut, yang kemudian diikat ujung-ujungnya membentuk buntalan besar.
"Untung selimut-selimut ini lebar," kata Dick, sambil mengikat selimut erat-
erat. "Dengan begini, aku bisa memanggulnya. Kau bagaimana, Ju?"
"Beresi" jawab Julian. "Anne dan George - kita berangkat sekarang. Kalian
berjalan di belakang kami. Kita menuju ke lintasan rel kereta. Barang-barang
yang lain, kita tinggal dulu. Lain kali bisa kita ambil. Sekarang kita harus
sudah pergi, sebelum para kelana muncul ,"
Tiba-tiba Timmy menggonggong.
"Pasti itu tanda para kelana datang," kata Dick. "Ayo, cepatlah sedikit. Sudah
kudengar suara mereka sekarang. Astaga, cepatlah sedikit ,"
Bab 16 Terjebak Dalam Kabut YA, para kelana berdatangan, diikuti anjing-anjing mereka yang ribut
menggonggong. Julian beserta ketiga saudaranya bergegas-gegas meninggalkan
parit. Timmy menyusul, tanpa bersuara sedikit pun.
"Orang-orang itu mungkin tidak tahu kita berkemah di parit," kata Dick dengan
napas tersengal-sengal. "Mungkin mereka datang mencari paket-paket ini. Dan
sementara mereka sibuk mencari, mungkin kita bisa sudah jauh dari sini.
Cepatlah" Mereka menuju ke tempat rel kereta terputus, di dekat lokomotif yang tergeletak
dalam keadaan setengah terbenam.' Anjing-anjing kelana mendengar langkah mereka,
lalu melolong dan berkaing-kaing. Para kelana berhenti berjalan, untuk melihat
apa sebabnya binatang-binatang itu ribut.
Para kelana itu melihat bayang bayang gelap bergerak-gerak di kejauhan. ,tulah
keempat anak yang menyelinap pergi dari parit. Seorang kelana berseru keras,
"He - berhenti! Kalian siapa" Berhenti, kataku ," Tapi kelima bayangan yang
bergerak, tidak mau menurut Sementara itu mereka sudah berlari tersandung-
sandung di antara kedua alur rel sejajar. Untung ada senter, yang dipegang oleh
George dan Anne. Dick dan Julian tidak bisa memegang, karena mereka sudah
keberatan memanggul selimut-selimut yang berisi penuh.
"Cepat - cepatlah ," desah Anne. Tapi mereka tidak bisa terlalu cepat berlari.
"Jangan-jangan kita terkejar," kata Julian tiba-tiba. "Coba kaulihat, George."
George berpaling, menengok ke belakang.
'Tidak, aku tidak melihat siapa-siapa," katanya kemudian. "Julian, pemandangan
di sini asing rasanya. Apakah yang terjadi" Berhenti, Julian , Ada hal aneh"
Julian berhenti, lalu memandang berkeliling. Tadinya ia selalu memperhatikan ke
bawah, takut tersandung. Memang, Anne membantunya dengan sorotan senter. Tapi
walau begitu, masih tetap tidak begitu mudah lari tanpa tersandung. Julian
memandang berkeliling, sambil bertanya dalam hati - apa maksud George
sebenarnya. Tapi sesaat kemudian, napasnya tersentak.
"Astaga , Aneh Lihatlah - ada kabut sekarang , Bintang-bintang sudah mulai
mengabur. Pantas tiba-tiba malam menjadi semakin gelap rasanya ,"
Kabut , desah Anne ketakutan. "Kabut seram yang kadang-kadang menyelubungi
padang, Julian?" Julian dan Dick memandang kabut yang bergerak berputar-putar.
"Datangnya dari arah laut," kata Julian. Tidak ksh kalian cium bau asin"
Datangnya tiba-tiba saja seperti yang diceritakan pada kita. Dan lihatlah -
makin lama semakin tebali"
"Untung kita ada di jalur rel," kata George. "Lalu apa yang kita lakukan
sekarang" Kita terus?"
Julian berpikir-pikir. "Dalam kabut begini, para kelana takkan mengejar kita," katanya. "Aku ingin
menyembunyikan saja uang ini dulu di salah satu tempat, lalu pergi melapor pada
polisi. Jika kita terus menyusur rel, takkan mungkin tersesat. Tapi jangan
sampai meninggalkan rel, karena nanti salah jalani"
"Ya, itu saja kita lakukan," kata Dick, ia sudah bosan memanggul beban beratnya.
'Tapi enaknya disembunyikan di mana, Ju" Jangan dalam parit! Untuk itu kita
harus berjalan menembus kabut. Pasti kita akan langsung tersasat."
"Tidak , Aku tahu tempat yang baik," kate Julian, lalu memelankan suaranya.
"Ingat kan, lokomotif yang terguling" Nah, bagaimana jika paket-paket ini kita
jajalkan ke dalam lubang cerobongnya, dan setelah itu menimbun atasnya dengan
pasir" Aku berani taruhan berapa saja, takkan ada orang yang bisa
menemukannya ," ",Ide hebat ," kata Dick. "Para kelana pasti menyangka kita sudah membawa pergi
uang itu , Karenanya mereka takkan mencari lama-lama, begitu melihat bahwa
paket-paket itu tidak ada lagi. Pada saat mereka mulai menyusul, kita nanti
sudah setengah jalan pulang. Itu pun jika mereka berani menembus kabut ini."
Anne dan George mengagumi ,Ide Julian.
'Takkan terpikir olehku, menyembunyikan paket-paket ini dalam cerobong kepala
kereta," kata Anne. "Kalian berdua, begitu pula Timmy, tidak perlu ikut kembali bersama kami ke
sana," kata Julian. "Tunggu saja di sini, sampai kami kembali. Kami akan
langsung menuju ke lokomotif, memasukkan uang ke dalam cerobongnya, lalu kembali
lagi ke sini." "Baiklah," kata George, lalu berjongkok di antara rel. "Tapi selimutnya bawa
kembali. Hawa dingin sekarang ,"
Julian dan Dick bergegaa menyusur rel ke arah balik, dengan membawa senter
kepunyaan Anne. Sedang senter George tetap dipegang anak itu. Timmy merapatkan
diri pada tuannya. Anjing itu heran, dari mana tiba-tiba ada kabut yang kini
berputar-putar menyelubungi mereka.
"Ya, betul. Rapatkan tubuhmu pada kami. Tim. Dengan begitu bisa hangat," kata
George. "Dingin sekali sekarang. Kabut ini lembab."
Sementara itu Julian berjalan terhuyung-huyung, ia bersikap waspada, berjaga-
jaga jangan sampai disergap kaum kelana, ia sama sekali tidak melihat mereka.
Tapi aebenarnya, jika orang-orang itu ada dekat sekali padanya, Julian toh masih
tetap tidak bisa melihat mereka. Soalnya, kabut saat itu tebal sekali , Dan
makin lama semakin menebal terus.
Aku tahu sekarang apa yang dimaksudkan Pak Ben, ketika ia mengatakan kabut
memiliki jari-jemari lembab, pikir Julian, ia merasa seperti ada jari-jari basah
menyentuh muka, lengan dan kakinya. ,tulah kabut yang berputar-putar.
Kemudian dengan hati-hati mereka melangkah ke samping ral. Belukar yang lebat
tidak bisa dilihat, tapi terasa , Julian merasa ada duri-duri mencocok betis.
Saat itu ia tahu, bahwa ia sudah sampai di tempat yang dicari.
"Arahkan sinar senter ke sini, Dick," bisiknya. "Nah, begitu , Itu kabin
lokomotif. Sekarang kita mengitari semak ini, dan kita akan sampai di posisi
cerobong." "Ini dia," kata Dick setelah beberapa saat. "Lihatlah , Sekarang kita mulai
bekerja, memasukkan paket-paket ini ke dalam. Aduh, banyak sekail jumlahnya.
Mudah-mudahan bisa masuk semua ke dalam lubang ini ,"
Sepuluh menit mereka sibuk, memadatkan paket-paket ke dalam lubang cerobong yang
lapang. Paket-paket itu dijatuhkan sampai ke dasar. Disusul oleh yang lain-lain,
sampai akhirnya paket penghabisan dijebloskan ke dalam.
"Semua masuk," kata Dick puas. "Sekarang kita timbun dengan pasir. Aduh, duri
semak ini tajam sekali ,"
"Lubang cerobong nyaris terisi penuh oleh paket-paket," kata Julian. "Hampir tak
ada tempat lagi untuk pasir yang akan menimbuninya. Tapi masih cukup banyak,
sehingga uangnya tidak kelihatan. Nah, beresi Sekarang tarik ranting ini, supaya
cerobong tertutup olehnya. Aduh, habis badanku tergores duri ,"
"Kedengaran tidak para kelana datang?" tanya Dick berbisik, ketika mereka hendak
kembali ke rel. Mereka lantas memasang telinga.
"Tak kedengaran apa-apa," kata Julian kemudian. "Kurasa mereka takut terhadap
kabut. Mereka menunggu sampai sudah cerah kembali."
"Mungkin mereka ada dalam parit," kata Dick. "Mereka menunggu di sana, karena di
tempat itu aman. Nah, biar mereka di sana sampai puas, Uang tadi takkan bisa
mereka peroleh lagi ,"
"Yuk," kata Julian, lalu mendului mengitari semak. "Dari sini kita menuju ke re
Pegang tanganku, Dick. Jangan sampai kita terpisah. Kau pernah mengalami kabut
setebal ini" Diterangi sinar senter pun, ujung kaki kita sudah tak nampak lagi."
Mereka maju beberapa langkah, lalu meraba-raba dengan kaki. Mereka mencari rel.
Tapi rel tidak ada di situ.
"Sedikit lebih jauh lagi," kata Julian. "Bukan, ke arah sini."
Tapi jalur rel masih tetap tidak berhasil mereka temukan. Di manakah rel itu"
Pikiran Julian mulai dihinggapi perasaan bingung. Ke mana mereka sekarang harus
melangkah, untuk menemukan rel itu" Bagaimana mereka bisa salah langkah tadi"
Kini kedua anak laki-laki itu rang a rangkak, berusaha menemukan jalur rel yang
terputus. "Nah, Ini terpegang olehku," kata Dick. "Ah, sial - bukan , Cuma sepotong kayu.
Lima Sekawan 13 Rawa Rahasia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ju, jangan pergi jauh-jauh"
Setelah mencari-cari selama sepuluh menit, akhirnya kedua anak itu terduduk.
Senter diletakkan di antara mereka.
'Ternyata kita tadi salah langkah, walau jarak dari semak ke rel dekat sekali,"
kata Julian. "Sekarang tak ada lagi yang bisa kita lakukan, selain menunggu
sampai kabut terangkat kembali."
"Tapi bagaimana dengan Anne dan George?" kata Dick gelisah. "Kita coba saja lagi
sebentar. Lihatlah - di sebelah sana kabut agak menipis. Kita maju saja lagi -
mudah-mudahan kaki kita nanti tersandung rel. Jika kabut ini memang menipis
kembali, sebentar lagi kita akan bisa melihat ke sekeliling kita."
Mereka lantas maju dengan penuh pengharapan. Kabut di depan mereka memang agak
menipis sedikit, sehingga mereka bisa melihat sedikit lebih jauh. Kadang-kadang
kaki mereka menyentuh salah satu benda keras. Dengan aegera mereka membungkuk.
Meraba-raba, mungkin yang terkena itu jalur rel. Tapi perkiraan itu selalu
meleset. Mereka masih tetap tersesat ,
"Kita berteriak yuk," kata Julian pada akhirnya. 156
Mereka lantas berseru kuat-kuat.
"George , Anne , Kalian di mana?"
Setelah itu mereka memasang telinga. Tapi tidak terdengar Jawaban.
"GEORGE," seru Dick. "TIMMY,"
Mereka merasa seperti mendengar gonggongan di kejauhan.
"Itu Timmy ," kata Julian. "Di sebelah sana ," Mereka berjalan lagi tersandung-
sandung, lalu kembali berseru-seru memanggil. Tapi tak ada lagi gonggongan
anjing. Sama sekail tak terdengar bunyi apa-apa di tengah kabut, yang sudah
menebal kembali. "Kalau begini, kita bisa berjalan terus sepanjang malam," kata Julian bingung.
"Apa sebabnya kita tadi meninggalkan mereka" Jangan-jangan kabut ini besok belum
hilangi Kadang-kadang bisa menetap, selama berhari-hari."
"Hih, seram" kata Dick dengan nada riang. Padahal dalam hati ia memang agak
takut. "Kurasa kita tidak perlu khawatir tentang kedua anak Itu, Ju. Timmy ada
bersama mereka. Biar ada kabut, ia bisa dengan mudah membawa mereka merintis
padang, kembali ke istal. Anjing tak peduli terhadap kabut."
Julian agak merasa lega. Tak terpikir olehnya tadi bahwa Timmy menyertai Anne
dan George. "Ya, betui - aku lupa ada Timmy," katanya. "Nah, karena besar kemungkinannya
kedua anak itu tidak apa-apa, sekarang kita istirahat saja dulu. Aku capeki"
"Di sini ada rumpun belukar yang tebal," kata Dick. "Kita coba menyusup ke
tengah-tengah kalau, bisa, supaya tidak terlalu lembab tubuh kita. Untung saja
ini bukan semak berduri. "Ingin rasanya tahu pasti bahwa kedua anak itu tidak masih terus menunggu kita
kembali, tapi berusaha pulang dengan menyusur rel," kata Julian. "Di mana mereka
sekarang?" Sebenarnya Anne dan George sudah tidak ada lagi di tempat semula, ketika Julian
dan Dick meninggalkan mereka. Kedua anak perempuan itu menunggu lama sekali.
Akhirnya mereka cemas. "Ada sesuatu yang terjadi dengan mereka," kata George. "Kurasa sebaiknya kita
pulang sendiri untuk memanggil bantuan, Anne. Kita bisa menyusur rel terus,
sampai di mana kita harus meninggalkannya untuk menuju ke istal. Timmy pasti
tahu jalan." "Ya, baiklah," kata Anne sambil bangkit. "Yuk, George. Aduh, kabut ini makin
lama makin tebal saja jadinya , Kita harus berhati-hati, jangan sampai keluar
dari rel. Bahkan Timmy pun, mungkin agak repot mengandalkan daya penciumannya
dalam kabut setebal ini ,"
Mereka lantas berjalan, menyusur rel. George ber-s an di depan, diikuti oleh
Anne. Timmy berjalan paling belakang. Anjing itu tidak mengerti, untuk apa
mereka berkeliaran pada malam berkabut seperti itu ,
Kedua anak itu berjalan pelan-pelan, terus menyusur rel. Sinar senter disorotkan
ke bawah, dan mereka melangkah dengan hati-hati.
Setelah beberapa saat, George tertegun. Kelihatannya ia agak bingung.
"Rel terputus di sini" katanya. 'Tak ada sambungannya. Aneh, menurut Ingatanku,
tak ada bagian yang begini rusak. Tahu-tahu terputus begitu saja. Aku tidak
melihat rel di depan!"
"Aduh George ," kata Anne sambil memandang ke tanah. "Kau tahu apa yang kita
lakukan" Kita menyusur rel ke arah parit - dan bukan ke arah desai Kenapa kita
jadi begini tolol" Lihatlah - di sini rel terputus. Jadi kepala kereta yang
terguling mestinya ada di dekat sini, begitu pula parit bekas penggalian pasir."
"Sialan," umpat George bingung. "Kita benar-benar gobloki Ternyata dalam kabut,
orang memang bisa kehilangan arah."
"Dick dan Julian tak ada lagi di sini," kata Anne ketakutan. "Yuk, George - kita
kembali saja ke parit, lalu menunggu di sana sampai hari sudah pagi. Aku
kedinginan, dan badanku capek sekali rasanya. Di parit, kita bisa menyusup ke
dalam salah satu gua yang ada di sana. Dalam gua enak, tubuh kita bisa hangat ,"
"Baiklah," kata George, ia merasa lesu saat itu. "Yuk, kita ke sana. Tapi hati-
hati, jangan sampai tersesat lagi."
Bab 17 Tertawan Kedua anak perempuan Itu melangkah dengan hati-hati, ditemani Timmy. Mereka
berharap akan menjumpai alur rel yang menuju langsung ke parit. Ternyata mereka
mujur. Mereka melintasi bagian yang dulu dicabut relnya oleh para kelana yang
menyerang keluarga Bartle. Akhirnya mereka sampai ke sambungan rel, yang menuju
ke tepi parit galian. "Kita sampai," kata George lega. "Sekarang kita sudah selamat. Kita tinggal
harus menyusur alur Ini saja - nanti akan sampai dengan sendirinya di parit.
Mudah-mudahan di sana lebih hangat daripada di sini. Hhhh! Kabut ini dingin
sekali. Dan lembab." George menggigil kedinginan.
"Datangnya begitu tiba-tiba," kata Anne, sambil menyorotkan cahaya senter ke
bawah. "Aku tadi kaget sekali, ketika memandang berkeliling dan tiba-tiba
melihat kabut merayap ke arah kita. Aku ..."
Anne tak melanjutkan kalimatnya, karena tiba-tiba Timmy menggeram.
"Ada apa, Tim" bisik Georga. Anjingnya berdiri tak bergerak. Bulu tengkuknya
tegak, sedang ekornya tak dikibaskan seperti kebiasaannya. Timmy menatap ke arah
kabut. "Aduh, ada apa lagi sekarang?" bisik Anne. "Aku tidak mendengar apa-apa. Kau?"
Mereka mendengarkan dengan seksama. Tidak sama sekali tak terdengar apa-apa.
Mereka lantas masuk ke dalam parit. Menurut sangkaan mereka, Timmy pasti mendengar bunyi
seekor kelinci atau landak, ia menggeram, karena kadang-kadang ia memang
menggeram jika mendengar bunyi binatang buruannya.
Saat itu Timmy mendengar bunyi sesuatu, lalu lari ke tepi parit. Dengan segera
ia lenyap ditelan kabut. Tapi tiba-tiba terdengar dangkingannya, disusul bunyi
gedebuk. Setelah itu tak terdengar lagi suara Timmy.
"Timmy, Ada apa" Ke mari, Timmy" seru George sekuat tenaga. Tapi Timmy tidak
muncul. Kedua anak perempuan itu mendengar bunyi, seperti ada barang berat
diseret. Dengan segera George lari menyusul suara itu.
"Timmyl Aduh Timmy, kau kenapa?" serunya cemas. "Di mana kau sekarang" Kau
cedera?" George mengayun-ayunkan tinju, berusaha memukul kabut yang berputar-putar
menyelubunginya. Anak itu marah, karena tidak bisa melihat.
"Tim, Tim," Tiba-tiba kedua lengan George diringkus dari belakang.
"Sekarang ikut" Terdengar suara seseorang di belakangnya. "Kalian kan sudah
diperingatkan, jangan suka berkeliaran mengintip-intip di sini ,"
George meronta-ronta, ia lebih mengkhawatirkan keselamatan Timmy, daripada
memikirkan keadaan dirinya sendiri.
"Mana anjingku?" sarunya. "Kalian apakan dia?"
"Kupukul kepalanya," kata orang yang meringkusnya. Suaranya mirip suara ayah si
Ingus. "Dia tidak apa-apa, tapi untuk sementara waktu tidak bisa berkutik lagi.
Jika kau menurut, nanti dia dikembalikan padamu."
Tapi George, mana mau anak itu disuruh menurut, ia menendang-nendang,
memberontak dan menggeliat-geliat. Tapi percuma, ia dicengkeram oleh sepasang
tangan kuat. Saat itu didengarnya Anne menjerit. Seketika itu juga George tahu,
Anne juga tertangkap. Akhirnya George capek memberontak. Orang yang meringkusnya, membawa dia keluar
dari parit, bersama Anne.
"Mana anjingku?" tukas George. "Kalian apakan dia?"
"Dia tidak apa-apa," kata orang yang memegangnya. 'Tapi jika kau masih terus
melawan, nanti ku pukul kepalanya sekali lagi. Sekarang D,AM,"
George langsung diam. Bersama Anne, ia dibawa melintasi padang. Rasanya jauh
sekali mereka berjalan. Padahal cuma menempuh jarak yang memisahkan parit dari
perkemahan para kelana. "Anjingku juga dibawa?" tanya George, ia tak mampu menyembunyikan
kekhawatirannya tantang Timmy.
"Ya, ada orang yang membawanya," kata pena wannya. "Dia akan dikembalikan dalam
keadaan selamat, jika kau melakukan apa yang diperintahkan padamu ,"
George terpaksa harus puas dengan jawaban itu. Bukan main kejadian malam itu ,
Julian dan Dick lenyap, Timmy cedera, dia tertawan bersama Anne - dan kabut
tebal menyeramkan masih selalu menyelubungi.
Ketika mereka sudah hampir sampai di perkemahan kelana, kabut agak menipis.
Rupanya bukit yang ada di belakang perkemahan menahan kabut itu. George dan Anne
melihat nyala api unggun. Di sana-sini nampak cahaya lentera. Sejumlah laki-laki
berkelompok. Nampaknya seperti sedang menunggu. Menurut perasaan Anne, ia
seperti melihat si Ingus dan Liz agak di sebelah belakang. Tapi ia tidak pasti.
"Coba aku bisa menghubungi si Ingus sekarang," pikirnya. "Dia pasti akan bisa
menyelidiki dengan segera, apakah Timmy cedera atau tidak. Mendekatlah, Ingus -
jika itu memang kau"
Orang-orang yang meringkus George dan Anne membawa kedua anak itu ke dekat api
unggun. Mereka disuruh duduk di situ. Salah seorang laki-laki yang menunggu
dekat api, tiba-tiba berseru kaget.
"Ini kan bukan kedua anak laki-iaki itu," serunya. "Ini seorang anak laki-laki
dan seorang anak perampuan. Mereka tidak sejangkung anak-anak yang dua lagi!"
"Kami dua anak perempuan," kata Anne. Menurut pendapatnya, George pasti takkan
diperlakukan dengan terlalu kasar lagi jika diketahui bahwa ia sesungguhnya anak
perempuan. "Aku anak parem puan, dan dia juga."
George menatap Anne sambil merengut. Tapi Anne tak mengacuhkan. Sekarang
bukannya saatnya berpura-pura. Orang-orang ini tidak kenal kasihan. Dan mereka
sangat marah. Mereka beranggapan rencana mereka kocar-kacir, karena perbuatan
dua anak laki-laki. Mungkin kini setelah mereka sadar bahwa yang tertangkap dua
anak perempuan, keduanya akan dibebaskan dengan segera.
Para kelana mulai menanyai mereka.
"Kalau begitu mana kawan kailan yang laki-laki?"
"Entah , Lenyap dalam kabut," jawab Anne. "Kami tadi bersama-sama berjalan
pulang. Tapi di tengah jalan tercerai-berai. Lalu George - maksudku Georgina dan aku lantas memutuskan
kembali lagi ke parit."
"Kalian tadi mendengar bunyi pesawat terbang?" "Tentu saja ,"
"Kalian mendengar atau melihat pesawat itu menjatuhkan sesuatu"
"Tidak, kami tidak melihatnya. Kami cuma mendengarnya," kata Anne. George
menatap anak itu dengan mata melotot. Apa sebabnya Anna berterus-terang begitu"
Apakah disangkanya Timmy akan dikembalikan, jika mereka tidak menyulitkan
keadaan" Mengingat hal itu, George tidak jadi marah pada Anne. Pokoknya Timmy
tidak apa-apa , "Kalian kemudian memungut barang-barang yang dijatuhkan dari pesawat?"
Pertanyaan itu dilontarkan dengan begitu tiba-tiba, sehingga Anne tersedak. Apa
yang harus dikatakannya sekarang"
"O ya," katanya tanpa berpikir lagi. "Kami memungut beberapa bungkusan, yang
kelihatan aneh. Kau tahu apa isinya?"
"itu bukan urusanmu," kata orang itu. "Lalu kau-apakan bungkusan-bungkusan itu?"
George menatap Anne. Dalam hati ia bertanya-tanya, apa yang akan dikatakan Anne
sekarang" Dia kan tidak bermaksud membuka rahasia"
"Aku tak berbuat apa-apa dengan bungkusan-bungkusan itu," kata Anne berpura-
pura. "Kedua anak laki-laki teman kami mengatakan, mereka akan menyembunyikan
barang-barang Itu. Kemudian mereka menghilang dalam kabut. Tapi kemudian tak
muncul lagi. Karenanya aku dan George lantas kembali ke parit. Saat itulah kami
tertangkap oleh kalian."
Para kelana kemudian berunding dengan suara pelan. Setelah itu ayah si ingus
berbicara lagi pada Anne dan George.
"Mereka hendak menyembunyikannya di mana?" tanya orang itu.
"Bagaimana aku bisa tahu?" kata Anne. "Aku tidak ikut dengan mereka. Aku tak
melihat apa yang mereka lakukan dengan barang-barang itu."
"Kaurasa barang-barang itu masih ada pada mereka?" kata ayah si ingus.
"Kenapa tidak kalian cari saja mereka berdua, lalu bertanya langsung?" kata
Anne. "Aku tidak melihat mereka lagi sejak keduanya pergi meninggalkan kami. Aku
tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka, begitu juga dengan barang-barang
itu ," "Mungkin mereka tersesat," kata laki-laki yang sudah beruban rambutnya. "Dengan
paket-paket yang mereka bawa , Besok saja kita mencari mereka. Dalam kabut
setebal ini, mereka takkan bisa pulang ke rumah. Kita akan bisa membawa mereka
ke sini." "Mereka takkan mau ikut," kata George. "Begitu melihat kalian, pasti mereka akan
lari. Dan kalian pasti takkan sanggup mengejar keduanya. Pokoknya, begitu kabut
ini terangkat, mereka akan langsung pulang."
"Bawa pergi kedua anak perempuan ini," kata kelana yang sudah tua. "Masukkan ke
dalam gua kita. ,kat erat-erat ,"
"Mana anjingku?" seru George dengan tiba-tiba. "Ayo kembalikan anjingku!"
"Kau tadi tidak bersikap membantu," kata kelana tua. "Kami akan menanyai kalian
kembali besok. Jika saat itu kalian lebih mau menolong, anjingmu akan
dikembalikan." Dua orang laki-laki membawa Anne dan George dari api unggun, menuju ke bukit. Di
situ ada sebuah lubang besar yang menuju ke perut bukit Seorang dari kedua laki-
laki itu membawa lentera, ia berjalan mendului. Sedang yang satu lagi di
belakang anak-anak. Mereka melewati sebuah lorong. Pasir kemerisik terinjak kaki. Menurut perasaan
Anne, dinding lorong itu juga berupa dinding pasir. Aneh
Banyak sekali lorong bersimpang-siur dalam bukit itu. Anne heran, bagaimana
caranya kedua laki-laki itu tahu lorong mana yang harus diambil.
Akhirnya mereka sampai dalam sebuah gua. Letak gua itu mestinya persis di tengah
perut bukit. Gua Itu bera as pasir. Sebuah tiang tertancap dalam di situ. Dan
pada tiang, tertambat beberapa utas tali.
Anak-anak memandang dengan perasaan kecut. Jangan-jangan mereka akan diikat
dengan tali ke tiang , Ternyata sangkaan mereka tepat. Pinggang mereka diikat erat-erat, lalu
disimpulkan di belakang. Simpul yang dipakai merupakan simpul kaum ke lane,
rumit dan ketat Anak-anak pasti memerlukan waktu berjam-jam untuk
menguraikannya. Itu pun jika mereka mampu meraihkan tangan ke belakang punggung.
"Nah, sekarang beres," kata kedua laki-laki itu, sambil nyengir menatap Anna dan
George. "Mungkin besok pagi kalian akan ingat iagi, di kemanakan bungkusan-
bungkusan itu." "Ayo bawa anjingku ke sini," tukas George. Tapi kedua laki-laki itu cuma tertawa
keras, lalu pergi ka luar.
Dalam gua panas dsn pengap. George khawatir setengah mati mengingat Timmy. Tapi
Anne sudah capek sakali. ia tidak mampu berpikir lagi.
Anne tertidur dalam posisi duduk. Sikapnya tidak enak, karena pinggangnya
terikat dengan tali ke tiang. Simpul tali menggigit punggung. Sedang George
masih duduk sambil termenung. Di manakah Timmy sekarang" Cedera beratkah anjing
kesayangannya itu" Saat itu benar-benar sengsara.
ia tidak bisa tidur, ia terhenyak daiam keadaan nyalang dan bingung. Dicobanya
sebentar menggerakkan tangan ke belakang, berusaha membuka simpul ikatan. Tapi
percuma, simpul tak bisa diraih tangannya.
Tiba-tiba ia merasa seperti mendengar sesuatu , Apakah itu suara seseorang yang
merangkak daiam lorong, menuju ke gua" George ketakutan. Disesalinya nasib,
kenapa Timmy tidak ada di sampingnya.
Kemudian terdengar suara ingus disedot.
"Astaga, tentu itu si Ingus ," pikir George. Saat itu ia nyaris merasa sayang
terhadap anak kelana yang jorok itu.
"Ngus ," seru George pelan, lalu menyalakan senternya. Dilihatnya kepala si
Ingus muncul dari dalam lorong, disusul oleh tubuhnya. Anak itu merangkak dengan
hati-hati. Akhirnya ia masuk ke dalam lorong. Ditatapnya George serta Anne yang tidur
pulas. "Kadang-kadang aku juga diikat ke situ," katanya.
Lima Sekawan 13 Rawa Rahasia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bagaimana kabar Timmy, Ingus?" tanya George cemas. "Ayo katakan, cepat ,"
"Dia tidak apa-apa," jawab si ingus. "Cuma kepalanya saja yang luka. Aku sudah
mencuci lukanya itu. Sekarang ia juga diikat, ia menggeram-geram terus, karena
tidak mau diperlakukan begitu i"
"Dengar baik-baik, Ingus," kata George terburu-buru. "Ambil Timmy, lalu bawa ke
sini. Dan bawakan pula pisau, untuk memotong tali-tali ini. Kau mau" Kau bisa"
"Aduh, aku tidak tahu," kata si Ingus. Nampaknya ia ketakutan. "Bisa habis aku
dihajar ayahku nanti ," Ingus Adakah sesuatu yang kauingini - yang sudah selalu
ingin kaumiliki?" kata George. "Akan kuberikan barang itu padamu, jika kau mau
memenuhi permintaanku tadi. Janji deh ,"
"Aku ingin punya sepeda," kata si Ingus dengan tidak disangka-sangka. "Dan aku
ingin tinggal dalam sebuah rumah biasa, serta naik sepeda ke sekolah ,"
"Akan kuusahakan segala permintaanmu itu, Ingus," kata George asal bunyi. 'Tapi
kau harus membawa Timmy ke sini - dan juga pisau, Kau tadi ke mari tanpa
ketahuan. Tentunya kau bisa datang lagi dengan Timmy. ingat sepeda"
Si Ingus berpikir sebentar. Kemudian ia mengangguk, lalu masuk ke dalam lorong,
ia menghilang lagi, persis seperti ketika muncul tadi.
George hanya bisa menunggu. Apakah si Ingus akan datang lagi dengan membawa
Timmy - atau akan tertangkapkah anak Itu"
Bab 18 Siasat George George duduk dalam gelap. Didengarnya bunyi napas Anne yang tidur pulas, ia
menunggu si Ingus muncul kembali, ia rindu pada Timmy. Parahkah luka di kepala
anjing kesayangannya itu"
Tiba-tiba terlintas suatu pikiran yang baik. ia akan menyuruh Timmy kembali ke
istal, dengan membawa surat, Timmy sangat cerdik, ia tahu apa yang harus
dilakukan, jika ada surat diikatkan ke lehernya. Dengan begitu akan datang
bantuan dengan cepat. Timmy pasti tahu jalan keluar dari perut bukit, jika ia
sudah ada di dalam. Nah, terdengar si Ingus datang lagi. Apakah Timmy ikut dengannya" George
mendengar bunyi si Ingus menyedot ingus. Tapi Timmy, sama sekali tidak
kedengaran suaranya. George lesu kembali.
Dengan hati-hati si Ingus masuk ke dalam gua. "Aku tak berani mengambil Timmy,"
katanya pada George. "Dia diikat terlalu dekat pada ayahku. Kalau kuambil juga,
pasti ayahku terbangun. Tapi aku sempat mengambil pisau. Ini, lihatlah ,"
"Terima kasih, Ingus," kata George. Diambilnya pisau yang disodorkan, lalu
dimasukkan ke dalam kantong. "Dengari Ada sesuatu hai penting yang akan
kulakukan. Kau harus menolong."
"Aku takut," kata si Ingus. "Benar-benar takut" "Ingat sepeda," kata George.
"Bagaimana kalau berwarna merah, dengan setang disepuh perak?" si Ingus
berpikir-pikir. "Baiklah," katanya kemudian. "Apa yang hendak kaulakukan?"
"Aku akan menulis surat" kata George, sambil merogoh rogoh kantong mencari buku
notes serta pinsil. "Aku minta padamu agar kau mengikatkan sutra itu pada kalung
Timmy,di bawah dagunya. Lalu usahakan agar ia bisa lepas. Maukah kau
melakukannya" Nanti Timmy akan lari pulang ke istal dengan membawa surat itu,
lalu aku dan Anne akan diselamatkan, dan kau akan menerima hadiah sepeda yang
paling bagus di dunia ,"
"Dan sebuah rumah untuk tempat tinggal," sambung si Ingus dengan segera. "Supaya
aku bisa naik sepeda ke sekolah ,"
"Baiklah," kata George. Dalam hati ia berdoa, semoga si Ingus benar-benar bisa
memperoleh kesemuanya itu. Sekarang tunggu sebentar."
George mulai menulis surat. Tapi ketika baru beberapa patah kata tertulis
olehnya, dari arah lorong terdengar langkah orang datang. Orang itu batuk-batuk.
"Itu ayahku," kata si Ingus ketakutan. "He, jika kau berhasil memotong tali-tali
pengikat lalu melarikan diri, akan mampukah kau menemukan jalan keluar dari
sini" Jalannya berbelit-belit."
"Aku tidak tahu. Kurasa tidak bisa ," bisik George panik.
'Nanti akan kutinggalkan patrin-patrin untukmu ," kata si Ingus. "Kaucari tanda-
tandaku itu. Sekarang aku akan bersembunyi dalam gua yang ada di sebelah.
Kutunggu di situ, sampai ayahku selesai bicara denganmu. Satelah itu aku kembali
ke Timmy." Baru saja si Ingus menyelinap ke gua yang letaknya bersebelahan, ketika sinar
Jentera sudah menerangi gua tempat Anne dan George tertawan. Ternyata memang
ayah si Ingus yang datang.
"Kau melihat si Ingus?" tanya orang Itu. "Ketika aku bangun tadi, tahu-tahu ia
sudah tidak ada. Jika anak Itu sampai ketahuan olahku ada di sini akan ku-pukui
dia nanti sampai berteriak-teriak."
"S, Ingus" Tidak, ia tidak ke mari tadi," kata George. Suaranya dibuat kaget.
"Periksalah sendiri, kalau tidak percaya"
Saat itu ayah si Ingus melihat buku notes dan pin sil yang sda di tangan George.
Apa yang sedang kautulis Itu?" tanya laki laki itu curiga. Diambilnya buku notes
dari tangan George. "Ah, kau menulis surat untuk minta bantuan, ya?" katanya kemudian. "Dan
menurutmu, bagaimana bantuan itu harus datang" Aku kepingin tahu Siapa yang akan
membawakan suratmu ini pulang" si Ingus?"
"Bukan," jawab George, ia memang tidak bohong sekali ini.
Laki-laki itu memperhatikan suratnya sekali lagi. Keningnya berkerut.
"Nah, sekarang kau menulis sepucuk surat lagi," katanya. "Surat pada kedua anak
laki-laki itu. Aku akan mendiktekan isinya.
"Tidak mau," kata George membangkang.
"O ya, kau akan menulisnya," kata ayah si Ingus. "Aku tidak berniat mengapa-
apakan kedua anak itu. Aku cuma ,Ingin memperoleh kembali paket-paket yang
mereka sembunyikan. Kau ingin anjingmu dikembalikan daiam keadaan selamat?"
"Ya," kata George sambil menelan ludah. Nah Jika kau tidak mau menulis surat
itu, kau takkan pernah bertemu lagi dengan anjingmu," kata ayah si Ingus.
"Sekarang ambil pinsilmu, lalu mulailah menulis dalam buku notesmu."
George mengambil pinsilnya. "Ini yang harus kautuiis," kata laki-laki itu iagi.
Keningnya berkerut, seperti sedang memeras otak.
"Tunggu dulu kata George. "Bagaimana kau akan menyampaikan surat ini pada
mereka" Kau kan tidak tahu di mana mereka berada , Dan selama kabut belum
lenyap, kau tak mungkin bisa menemukan keduanya."
Laki laki itu menggaruk-garuk kapalanya. ia berpikir lagi.
"Satu-satunya jalan menyampaikan surat ini pada mereka, adalah dengan cara
mengikatkannya ke kalung leher anjingku - lalu menyuruhnya mencari mereka," kata
George. Kalau Timmy kaubawa ke sini, nanti aku bisa menyuruhnya. Anjingku itu
selalu menuruti perintahku."
"Maksudmu, ia akan membawa surat itu pada siapa pun seperti yang kausuruh?"
tanya orang itu dengan mata berkilat-kilat. "Nah, kalau begitu mulai saja
menulis. Katakan begini: 'Kami tertawan. ,kuti Timmy- Dia akan membawa kalian ke
tempat kami. Dengan begitu kalian akan bisa membebaskan kami.' Setelah itu tanda
tangani dengan namamu. Siapa namamu?"
"Gaorgina," kata George. "Sekarang ambillah anjingku itu, sementara aku menulis
surat" Laki-laki itu keluar, diikuti pandangan Gaorge. Hah pikir anak itu, dikiranya ia
berhasil menyuruh aku menjebak Julian dan Dick. Menyuruh mereka ke mari, supaya
kemudian bisa diancam dan dipaksa mengatakan di mana mereka menyembunyikan
paket-paket berisi uang ,
'Tapi dialah yang akan kutipu," pikir George. "Akan kusuruh Timmy membawa surat
ini kepada Henry. Henry pasti akan timbul kecurigaannya menerima surat ini, lalu
meminta Kapten Johnson agar mengikuti Timmy kembali ke sini. Pasti para kelana
akan kaget setengah mati. Kurasa Kapten akan cukup bijaksana, dan mengajak
polisi datang bersama dia. Hah, aku pun bisa main siasat"
Sepuluh menit kemudian, ayah si Ingus muncul lagi. ia membawa Timmy. Anjing itu
kelihatannya lemas. Di kepalanya ada luka besar, yang perlu dijahit. Dengan
langkah gontai ia menghampiri George. Anak itu memeluk leher anjing
kesayangannya, sambil berseru sedih,
"Kepalamu sakit. Tim" Kalau kita sudah kembali nanti, kau akan kubawa ke dokter
hewan, ya ," "Kau akan bisa kembali, begitu kedua anak laki-laki itu sudah ada di sini dan
mengatakan pada kami di mana mereka menyembunyikan paket-paket itu," kata ayah
si Ingus. Sementara itu Timmy tidak henti-hentinya menjilati George. Ekornya dikibas-
kibaskan dengan gembira, ia tidak mengerti, apa sebetulnya yang sedang terjadi.
Kenapa George duduk di situ" Tapi biarlah, pokoknya ia sudah bisa menemani
tuannya itu lagi. Timmy merebahkan diri ke pasir, lalu meletakkan kepalanya ke
pangkuan George. 'Tulis surat itu," kata ayah si Ingus, "lalu ikatkan ke kalung lehernya, ikat di
sebelah atas, supaya mudah terlihat ,"
"Aku sudah menulisnya," kata George. Kelana itu mengulurkan tangannya yang
kotor. Begitu surat diserahkan oleh George, ia langsung membacanya.
'Kami tertawan. ,kuti Timmy. Dia akan membawa kalian ke tempat kami. Dengan
begitu kalian akan bisa membebaskan kami.
Georgina. "Hm, Georgina. Betul itu namamu?" tanya ayah si Ingus. George mengangguk. Tidak
sering ia mau mengaku bahwa namanya memang begitu. Tapi sekali ini ia melakukannya dengan
senang. Surat itu kemudian diikatkannya kuat-kuat ke kalung leher Timmy, di sebelah
atas. Surat itu nampak jelas. Timmy dipeluknya, sementara ia mengajaknya bicara
dengan sungguh-sungguh. "Pergi ke Henry, Tim, Pergi ke HENRY, Mengerti" Bawa surat ini ke HENRY."
Sementara Timmy mendengarkan dengan penuh perhatian, George menepuk-nepuk surat
yang ada di tengkuk anjing itu. Kemudian Timmy didorongnya. "Sekarang pergi ,
Cari HENRY," 'Tidak perlukah kausebut nama anak laki laki yang satu lagi?" kata ayah si
Ingus. "Tidak, karena aku tidak ingin menyebabkan Timmy bingung," kata George buru-
buru. "Henry, Tim, Henry, HENRY,"
"Guk," gonggong Timmy sekali. George langsung tahu, anjingnya itu sudah
mengerti. Lalu didorongnya Timmy sekali lagi.
"Sekarang pergi," katanya menyuruh. "Cepat!"
Timmy menoleh padanya, dengan pandangan menyesali. Seakan-akan hendek
mengatakan, 'Kenapa cuma sebentar aku boleh bersamamu!' Tapi kemu-dian ia masuk
ke dalam lorong. Surat yang terikat ke lehernya nampak jelas.
"Kedua anak laki-laki itu akan segera kubawa ke sini, begitu mereka muncul
bersama anjingmu itu," kata ayah si Ingus, ia lantas menyusul ke luar. George
ingin tahu, apakah si Ingus masih ada dalam gua di sebelah, ia memanggil-manggil
anak itu. Tapi si Ingus tidak menjawab. Jadi rupanya ia sudah menyelinap pergi.
Saat Itu Anne terbangun Sesaat ia bingung, tidak tahu di mana ia berada. George
menyalakan senternya lagi. lalu menjelaskan apa saja yang terjadi selama Anne
tidur. "Kenapa aku tidak kaubangunkan kata Anne. "Aduh, tali-tali ini menyakitkan."
"Aku punya pisau sekarang," kata George. "Si Ingus yang memberikannya padaku.
Bagaimana Jika kuputuskan tali-tali pengikatmu?"
"Ya," kata Anne senang. "Tapi sakareng sebaiknya kita jangan dulu mencoba
melarikan diri. Sekarang tentunya masih malam Jika kabut belum hilang, nanti
kita tersesat di luar. Jika ada orang datang, kita bisa pura-pura masih
terikat." Pisau yang diberikan si Ingus, ternyata sangat tumpul. Tapi George berhasil juga
memutuskan tali yang mengiket dirinya. Satelah itu dipotongnya tali yang
mengikat Anne. Ah, nyaman rasanya bisa berbaring dengan leluasa , Tidak perlu
duduk terus menerus, terganggu simpul tali yang menekan punggung ,
"Jangan lupa, jika nanti terdengar orang datang, tali harus kita bebatkan lagi
dengan longgar ke tubuh kita," kata George kemudian. "Kita tetap di sini, sampai
tahu pasti hari sudah siang. Mungkin nanti kita juga bisa menyelidiki apakah di
luar masih ada kabut atau tidak. Jika sudah lenyap, kita akan lari."
Setelah itu mereka merebahkan diri ke dasar gua yang berpasir. Enak rasanya,
bisa meluruskan tubuh. Sesaat kemudian mereka sudah tidur, karena tubuh rasanya
capek sekali. Untung saat itu tidak ada orang datang.
Tapi di manakah Julian dan Dick" Mereka masih meringkuk dalam belukar. Mereka
hanya bisa tidur-tidur ayam. Memejamkan mata, tapi tidak bisa pulas. Mereka
kedinginan. Tidak enak rasanya, Mereka berharap, mudah-mudahan saja Anne dan
Gaorge sudah kembali dengan selamat di istal. Mestinya kedua anak perempuan itu
menyusur ral lalu pulang, pikir Julian satiap kali ia terjaga. Mudah-mudahan
mereka selamat, begitu pula Timmy. Untung Timmy ada bersama mereka, pikir
Julian. Tapi Timmy saat itu tidak bersama George dan Anne. Anjing itu lari sendirian
melintasi padang berkabut. Kepeianya terasa sakit Timmy agak bingung. Apa
sebabnya George menyuruh dia pergi ke Henry. Timmy tidak begitu suka pada Henry.
Menurut perasaannya, sikap George juga begitu pada anak itu. Tapi walau
demikian, George menyuruhnya mencari Henry. Aneh
Tapi begitulah yang diperintahkan George padanya. Timmy sayang pada George. Apa
kata anak itu, selalu diturutinya. Timmy berlari di tengah semak dan rumput
liar. ia tidak perlu mengikuti lintasan rel. Tanpa itu pun, ia bisa menemukan
jalan pulang. Hari masih gelap. Tapi takkan lama lagi fajar menyingsing. Cuma kabut masih
sangat tebal. Matahari yang terbit, pasti akan tersembunyi di balik kabut tebal
itu. Akhirnya Timmy sampai di halaman istal Kapten Johnson, ia berhenti sebentar,
mengingat-ingat. Di mana letak kamar tidur Henry" Ah, batui - di tingkat atas,
di sebelah kamar Anne dan George.
Lewat jendela yang sengaja dibiarkan terbuka untuk jalan masuk kucing yang ada
di situ, Timmy melompat ke dalam dapur. Lalu naik ke tingkat atas, menuju kamar
Henry. Pintu didorong olehnya sampai terbuka.
Timmy masuk ke dalam kamar, lalu menaikkan kedua kaki depannya ke tempat tidur.
"Guk," gonggong Timmy di dekat telinga Henry "Guk, guk , guk ,"
Bab 19 Timmy Beraksi Saat itu Henry sedang tidur nyenyak, ia tidur sambil mendengkur. Tapi begitu
terasa kaki Timmy menyentuh lengan, dan terdengar gonggongannya, Henry kaget
lalu langsung terbangun. "Huh, Ada apa?" katanya sambil duduk lurus-lurus di tempat tidur. Tangannya
menggapai-gapai, mencari senter. Henry kaget dan ketakutan. Dengan jari gemetar
dinyatakannya senternya. Kemudian dilihatnya Timmy, yang menatapnya dengan
pandangan meminta. 179 "Lho, Timmy," seru Henry tercengang. "Timmy, Apa yang kaubikin di sini" Anak-
anak sudah kembali" Tak mungkin, masakan kembali tengah malam begini , Lalu
kenapa kau ke mari. Tim?"
"Guk," gonggong Timmy. ia berusaha membuat Henry mengerti, bahwa ia membawa
pesan. Henry mengulurkan tangannya untuk menepuk kepala Timmy. Saat itu barulah
dilihatnya surat yang diikatkan ke kalung leher anjing itu.
"Apa ini, yang ada di lehermu?" kata Henry, sambil meraihkan tangan. "Eh, kertas
rupanya. Terikat ke kalung. Tentunya berita isinya ,"
Henry membuka kertas yang tergulung, lalu membaca tulisan yang ada di situ.
'Kami tertawan. ,kuti Timmy. Dia akan membawa kalian ke tempat kami. Dengan
begitu kalian akan bisa membebaskan kami.
Georgina. Henry melongo. Timmy ditatapnya. Timmy membalas tatapan pandangan Itu, sambil
mengibas-ngibaskan ekor. Lengan Henry dikais-kaisnya dengan tidak sabar. Sekali
lagi Henry membaca surat yang dipegangnya. Kemudian ia mencubit dirinya sendiri,
untuk meyakinkan bahwa ia bukan sedang bermimpi.
"Aduh, Tidak, aku tidak mimpi," kata Henry. "Timmy, betulkah isi surat ini"
Betulkah mereka tertawan" Dan 'kami' itu siapa" George dan Anne, atau mereka
berempat" Aduh Tim, sayang kau tidak bisa ngomong"
Rupanya Timmy juga berpendapat begitu. Lengan Henry digaruk-garuk terus olehnya.
Tiba-tiba anak itu melihat luka yang ada di kepala Timmy. Henry kaget setengah
mati. "Kau luka. Tim, Kasihan. Siapa yang me akukan nya terhadapmu" Lukamu ini perlu "dirawat."
Kepala Timmy masih terasa sakit sekali. Tapi saat itu ia tidak mengacuhkannya.
Timmy mendengking pelan, lalu lari bolak-balik ke pintu.
"Ya, aku mengerti , Kau ingin agar aku ikut Ide nganmu," kata Henry. "Tapi aku
perlu berpikir-pikir "dulu. Jika Kapten Johnson ada di sini, pasti sudah
kupanggil dia. Tapi Kapten malam ini tidak ada di rumah. Tim, Aku yakin Bu
Johnson akan ketakutan, jika dia kupanggil sekarang. Aku benar-benar bingung,
tak tahu apa yang harus kukerjakan ," - Timmy menggonggong, kedengarannya
seperti mencemooh. "Ya, kau enak saja menggonggong begitu," kata Henry "tapi aku tidak setabah
dirimu. Tim. Aku cuma berlagak berani aaja , Padahal sebetulnya takut. Aku takut
Lima Sekawan 13 Rawa Rahasia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ikut denganmu. Aku takut mencari kawan-kawan, karena jangan-jangan nanti ikut
tertawan. Lagipula saat ini kabut sedang tebal, Tim,"
Henry turun dari tempat tidur. Timmy memandangnya dengan penuh harap. Mungkinkah
anak konyol ini sekarang sudah membulatkan tekat"
"Timmy, malam ini di sini tidak ada orang dewasa kecuali Bu Johnson," kata Henry
lagi. "Sedang dia, tak mungkin boleh kubangunkan. Kemarin ia bekerja sibuk
sekali. Aku akan berpakaian dulu. Setelah itu kupanggil William. Ya, aku tahu
anak Itu baru sebelas tahun umurnya , Tapi dia laki-laki, dan cukup berakal, ia
tentu tahu apa yang harus dilakukan , Sedang aku - aku cuma pura-pura saja
menjadi anak laki-laki."
Henry bergegas mengenakan pakaiannya yang sehari-hari, lalu pergi ke kamar tidur
William. William tidur sendiri, dalam kamar yang berseberangan dengan kamar Henry. Henry masuk
ke kamar anak itu, lalu menyalakan senternya.
William langsung bangun. "Siapa itu?" katanya sambil menegakkan diri di tempat tidur. "Mau apa ke mari?"
"Ini aku - Henry," kata Henry. "William, ada kejadian luar biasa tadi , Timmy
tiba-tiba muncul dalam kamarku, dengan membawa surat yang terikat pada
kalungnya. Ini, bacalah sendiri ,"
William menerima surat itu, lalu membacanya, ia pun tercengang menyimak isinya.
"Lihatlah , George membubuhkan tanda tangan dengan nama Georgina," katanya. "Itu
takkan mungkin dilakukan olehnya, jika keadaan tidak benar-benar gawat, ia kan
biasanya selalu menyebut dirinya George. Jadi kita harus segera berangkat, ikut
dengan Timmyl" "Tapi aku tidak bisa berjalan jauh merintis padang belantara yang sedang
diselubungi kabut," kata Henry ketakutan.
"Kita tidak perlu berjalan kaki ke sana. Kita menunggang kuda," kata William.
Anak itu ternyata memang cukup berakal. Sambil berpakaian, ia meneruskan, "Timmy
akan menjadi penunjuk jalan. Sekarang siapkan kuda-kuda untuk kita. Cepatlah
sedikit, Henry , Kalau melihat tingkah-lakumu sekarang, kau ini lebih pantas
disebut Henrietta ,"
Henry jengkel mendengar ucapan William. Dengan segera ia keluar, menuju ke
pekarangan. Sayang, kenapa Justru malam ini Kapten Johnson bepergian.
Coba kalau dia ada, pasti akan bisa dengan segera mengambil keputusan tepat.
Ketabahan Henry pulih, ketika ia sampai di kandang kuda. Kuda-kuda yang
diambilnya nampak kaget. Tapi mereka mau saja diajak pergi malam hari. Bahkan di
tengah kabut pekat sekalipun , Tak lama kemudian William muncul, bersama Timmy.
Anjing itu senang melihat William ikut. Timmy suka pada anak laki-laki itu. Tapi
Henry, tidak begitu disenangi olehnya.
Timmy berlari mendului, disusul kedua anak yang menunggang kuda. Baik Henry
maupun William, keduanya membawa senter yang sinarnya sangat terang. Cahayanya
disorotkan terus ke tanah, supaya bisa selalu tahu ke mana arah yang ditempuh
Timmy. Satu dua kali anjing itu lenyap dari penglihatan mereka. Tapi anjing itu
langsung berbalik, begitu terdengar kuda-kuda berhenti.
Mereka merintis padang belantara. Mereka tidak mengikuti alur rel, karena Timmy
tidak memerlukan penuntun arah. ia sudah hafal jalan ke bukit!
Tapi sekali ia tertegun, lalu mengendus-endus. Apakah yang tercium olehnya"
Henry dan William sama sekali tidak bisa menduga, bahwa saat itu Tim-my agak
bingung mencium bau sesuatu dalam kabut.
Bau Julian dan Dick-kah yang tercium tadi" Bau itu hanya sekilas saja lewat.
Timmy nyaris saja mengikuti arah bau itu, untuk meyakinkan bahwa penciumannya
benar. Tapi kemudian ia teringat pada George dan Anne. Timmy lantas melanjutkan
berlari memotong kabut. Sebetulnya Julian dan Dick memang tidak jauh dari situ, ketika Timmy mencium bau
mereka. Kedua anak laki-laki itu masih meringkuk dalam semak.
berusaha menghangatkan tubuh. Mereka tetap sukar tidur. Coba jika mereka tahu
Timmy ada di dekat situ, bersama Henry dan William. Tapi hal itu tak mungkin
mereka ketahui , Timmy lari terus, mendului Henry dan William yang menunggang kuda. Tak lama
kemudian mereka sampai di parit bekas penggalian pasir. Tapi parit itu tidak
nampak, karena terhalang kabut. Dengan dituntun oleh Timmy, mereka mengitari
parit, laki menuju ke perkemahan kelana. Anak-anak itu segera waspada, ketika
melihat Timmy memelankan larinya.
"Dia sudah hampir sampai ke tempat, ke mana kita hendak dibawa olehnya," bisik
William. "Sebaiknya kita turun, dan kuda-kuda kita tambatkan di salah satu
tempat. Bunyi derap kaki mereka bisa menyebabkan orang tahu bahwa kita ada di
sini." "Ya , Betul, William" kata Henry. William memang bijaksana, pikir Henry. Pelan-
pelan mereka turun dari kuda, yang kemudian diikatkan ke sebatang pohon yang ada
di dekat situ. Saat itu mereka ada di dekat bukit. Sedang perkemahan kelana terdapat di depan
bukit itu. Di situ kabut tidak begitu tebal. Tiba-tiba nampak bayangan gelap
sebuah caravan, di dekat api unggun yang dibiarkan menyala.
"Kita harus hati-hati sekali," bisik William. "Ternyata kita dibawa ke
perkemahan kelana di Rawa Rahasia. Tadi sudah kusangka itu akan dilakukannya.
Rupanya kawan-kawan kita ditawan di dekat-dekat sini , Kita harus berhati-hati
sekali ," Timmy memperhatikan keduanya turun dari kuda masing-masing. Kepala Timmy
tertunduk. Ekornya terkulai ke bawah, sementara napasnya tersengal-sengal.
Kepalanya terasa sakit sekali. Timmy merasa pusingi Tapi ia harus mendatangi
George. Harus , Diduluinya anak-anak, menuju lubang masuk ke dalam bukit. William dan Henry
semakin tercengang. Tapi mereka ikut terus dengan Timmy. Menyusur lorong yang
simpang siur dan berliku-liku. Kedua anak itu heran, bagaimana Timmy bisa tahu
pasti jalan mana yang harus diambil. Tapi Timmy tidak pernah sekali pun nampak
bimbang. Kalau ia sudah sekali datang ke salah satu tempat, takkan pernah lagi
ia melupakan jalan ke situ ,
Jalannya sudah lambat sekali sekarang. Kakinya terasa gontai. Kepingin rasanya
berbaring, meletakkan kepalanya yang sakit ke kaki depan. Tapi tidak, ia harus
menemukan George. George harus ditemukan dulu olehnya!
Sementara itu George dan Anne masih terbaring dalam gua. Keduanya tidur. Tapi
tidak bisa pulas. Sebentar-sebentar terbangun. Badan mereka terasa kaku. Mereka
gelisah, karena hawa dalam gua panas. Tapi mereka sedang tidur, ketika Timmy
masuk dengan langkah lambat, lalu merebahkan diri di sisi George.
George terbangun, ketika William dan Henry masuk ke dalam gua. Dikiranya yang
datang ayah si Ingus, ia lantas cepat-cepat melilitkan tali ke pinggang, supaya
kelihatan seakan-akan ia masih dalam keadaan terikat Tapi kemudian terdengar
napas Timmy tersengal-sengal. Dengan segera George menyalakan senter. Seketika
itu juga ia melihat Timmy, Henry dan William! Henry melongo, ketika melihat
George dan Anne ada di tanah dengan pinggang terlilit tali.
"Wah, Tim - kau berhasil membawa pertolongan ," kata George, sambil merangkul
leher anjingnya. "Henry, senang sekali aku karena kau datang. Tapi kenapa Kapten
Johnson tidak kauajak juga?"
"Tidak bisa, karena ia sedang pergi," kata Henry. "Tapi William ada di sini.
Kami tadi menunggang kuda. Timmy menunjukkan jalan bagi kami. Apa sebetulnya
yang terjadi, George?"
Saat itu Anne terbangun, ia melongo, ketika melihat kedua anak yang baru datang.
Setelah itu terjadi perundingan secara tergesa-gesa. William kemudian menyatakan
pendapatnya dengan tegas.
"Jika kalian ingin melarikan diri, harus sekarang juga - sementara orang-orang
di perkemahan kelana masih tidur. Timmy bisa menunjukkan jalan keluar dari bukit
yang penuh dengan lorong berslm-pang-siur Ini. Kalau kita sendiri, takkan mampu
menemukan jalan keluar. Ayo ,"
"Ayo, Tim," kata George, sambil menggoncang-goncang tubuh anjingnya pelan-pelan.
Tapi Timmy saat itu merasa aneh. ia tidak bisa melihat jelas. Kepalanya terasa
berat sekali. Dan kakinya, seakan-akan lumpuh. Ternyata baru sekarang timbul
pengaruh yang sebenarnya sebagal akibat pukulan yang mengenai kepalanya. Dan
perjalanannya tergesa-gesa pulang balik memanggil Henry, menyebabkan cederanya
semakin parahi "Timmy sakiti" kata George panik. "Dia tidak bisa bangun, Aduh Tim, kenapa kau?"
"Pasti luka di kepalanya itu yang menyebabkan," kata William. "Luka itu parah,
dan sekarang ia kehabisan tenaga setelah berlari-lari menjemput kami tadi. Dia
takkan mampu menunjukkan jalan ke luar.
George. Kita harus berusaha, sebisa-bisa kita sendiri"
"Aduh, kasihan si Timmy ," kata Anne. ia merasa ngari, melihat anjing itu
tergeletak di tanah. "Kuatkah kau menggendongnya, George?"
"Kurasa kuat," kata George, lalu mengangkat tubuh Timmy. "Badannya berat sekali
- tapi kurasa aku masih mampu. Mungkin jika kita sudah sampai di luar, udara
segar akan menyebabkan Timmy bisa sadar lagi."
"Tapi kita tidak tahu jalan ke luar, George," desah Anne ketakutan. "Jika Timmy
tidak bisa menuntun kita, nanti kita tersesat , Kita akan berputar-putar terus
dalam perut bukit ini, tanpa bisa keluar"
"Yah, kita terpaksa mencobanya," kata Wlliiam. "Yuk, aku saja yang berjalan di
depan. Pokoknya, kita harus berangkat sekarang juga ,"
William masuk ke dalam salah satu lorong, diikuti kawan-kawannya. George
berjalan sambil menggendong Timmy. Tapi kemudian William tertegun, ketika sampai
pada suatu persimpangan. "Aduh, ke mana sekarang?" kata William bingung. "Ke kanan, atau ke kiri?"
Anak-anak tidak ada yang tahu. George menyorotkan cahaya senternya ke sana-sini,
sambil berusaha mengingat-ingat. Saat Itu sinar senter menyoroti sesuatu yang
ada di tanah dekat mereka berada. Mereka melihat dua potong ranting. Satu
panjang, dan yang satu lagi pendek - membentuk silang. George berseru,
"Lihatlah - ini kan patrin , Rupanya dibuat oleh si Ingus, untuk menunjukkan
jalan ke luar. Kita harus masuk lorong yang ditunjuk ranting yang panjang.
Wah, mudah-mudahan saja si Ingus meninggalkan patrin di setiap sudut dan
persimpangan ," Anak-anak lantas masuk lorong sebelah kanan. Cahaya senter mereka disorotkan
jauh ke depan, menembus kegelapan tempat itu. Di setiap posisi di mana mereka
mungkin salah jalan, ternyata ada patrin. ,syarat si Ingus, untuk menunjukkan
jalan yang harus diambil.
"Ada silang lagi - kita harus lewat sini," kata Anne.
"Ini ada patrin di persimpangan ini , Kita lewat situ," kata George kemudian.
Begitu terus, sampai mereka akhirnya tiba dengan selamat di mulut lorong yang
terdapat di sisi bukit. Kabut yang semula ditakuti, kini mereka perhatikan
dengan perasaan lega. Setidak-tidaknya itu berarti bahwa mereka sudah kembali
berada di luar. "Sekarang kita ke tempat kuda-kuda ditambatkan," kata William. "Kita terpaksa
menunggangi mereka berdua-dua."
Mereka lantas berjalan menuju tempat kedua ekor kuda menunggu. Tapi tepat saat
itu, anjing-anjing kelana di perkemahan mulai menggonggong dengan ributi
"Kita ketahuan ," kata William cemas. "Cepatlah sedikit, Kita akan tercegat
nanti, jika tidak lari saat ini juga ,"
Kemudian terdengar suara seseorang yang berteriak keras.
"Berhenti ," seru orang itu. "Aku bisa melihat kalian di sana, membawa senteri
Ayo berhenti, kataku,"
Bab 20 Pagi yang Tegang Sementara itu fajar tiba. Kabut sudah tidak lagi gelap, tapi semu putih. Dan
dari saat ke saat menipis dengan cepat. Keempat anak itu bergegas mendatangi
kedua ekor kuda yang mengentak entakkan kaki dengan tidak sabar di dekat pohon.
George tidak bisa berjalan cepat-cepat, karena meng-gandong Timmy. Anjing itu
ternyata memang berat. Tiba-tiba Timmy bergerak-gerak dalam gendongan. Udara sejuk dan segar
menyebabkan ia sadar kembali, ia ingin diturunkan. Dengan perasaan lega George
meletakkannya ke tanah. Timmy langsung menggonggong, menantang para kelana yang
sementara itu bertemperasan keluar dari caravan-caravan mereka, diikuti oleh
kawanan anjing. Anak-anak bergegas naik ke punggung kuda. Kedua ekor kuda itu heran, mengapa
tahu-tahu beban mereka bertambah. William menyentakkan tali kekang kudanya, yang
langsung menderap membawa beban yang ditambah dengan George. Sedang Henry
membawa Anne. Timmy ternyata sudah merasa lebih baik sekarang. Kakinya tidak
goyah lagi. Anjing itu berlari mengiringi kedua ekor kuda.
Para kelana mengejar, sambil mengacungkan tinju dan berteriak-teriak marah. Ayah
si Ingus benar-benar tercengang saat itu. Lho, itu kan kedua anak perempuan yang
diikat olehnya dalam gua - serta anjing yang disuruhnya menipu kedua anak laki-
laki yang ada di padang. Kalau begitu - siapakah kedua anak yang menunggang kuda" Dan bagaimana mereka
bisa menemukan jalan ke bukit" Lalu, bagaimana kedua anak yang tertawan itu bisa
menemukan jalan keluar dari perut bukit" Ayah si Ingus benar-benar bingung.
Para kelana lari mengejar. Tapi kawanan anjing mereka merasa sudah cukup puas
dengan ribut menggonggong saja. Tak ada yang berani mengejar Timmy. Semua takut
pada anjing besar Itu. Kuda-kuda menderap secepat keberanian mereka menembus kabut, sementara Timmy
lari mendahului. Anjing itu kelihatannya sudah jauh lebih segar keadaannya. Tapi
George khawatir, jangan-jangan cuma semangatnya saja yang mendorong Timmy
sekarang. George menoleh ke belakang, memandang ke arah para kelana yang
mengejar. Syukurlah - kini mereka takkan mungkin lagi terkejar.
Di balik kabut, matahari bersinar cerah. Sebentar lagi selubung aneh yang datang
dengan tiba-tiba dari laut itu pasti akan tercerai-berai. George melirik
arlojinya. Astaga, sudah hampir pukul enam , Hari sudah pagi ,
Terlintas pertanyaan dalam pikirannya, mengenai Dick dan Julian. Di manakah
keduanya sekarang" Dengan perasaan berterima kasih, George teringat pada si Ingus, serta pada
patrin-patrin yang ditinggalkannya dalam lorong-lorong bukit tadi. Tanpa bantuan
tanda-tanda petunjuk itu, mereka takkan mungkin bisa keluar dari sana. Kemudian
ia terpikir pada Henry dan William. Dengan tiba-tiba saja, George memeluk
pinggang William erat-erat. ,tulah caranya menyatakan terima kasih pada anak
Itu, karena telah datang tengah malam dan menyelamatkan dirinya bersama Anne ,
"Menurut pendapatmu, di manakah Julian dan Dick sekarang?" kata George pada
William. "Mungkinkah masih tersesat di tengah Rawa Rahasia" Bagaimana jika kita
berseru-seru mencari mereka?"
"Tidak," kata William sambil menoleh. "Kita sekarang langsung pulang ke rumah
Kapten Johnson. Dick dan Julian mampu mengurus diri mereka sendiri."
Itu memang dicoba oleh Dick dan Julian sepanjang malam yang dingin dan berkabut
itu. Tapi hasilnya mengecewakan. Ketika untuk kesekian kalinya mereka menerangi
arloji dengan cahaya senter, dan ternyata sudah pukul lima kurang seperempat,
mereka mengambil keputusan untuk pergi dari situ. Coba saat itu mereka tahu,
bahwa Henry dan William sedang menunggang kuda lewat di dekat tempat mereka,
menuju perkemahan kaum kelana bersama Timmy ,
Julian dan Dick keluar dari tengah belukar. Tubuh mereka terasa kaku dan lembab.
Keduanya menggeliat lalu memandang alam aekeliling yang masih diselubungi kebut.
"Yuk, kita pergi saja," kata Julian. "Aku sudah tidak tahan lagi duduk diam-diam
di tengah kabut ini. Aku membawa kompas. Jika kita berjalan lurus terus ke arah
barat, pasti pada suatu saat kita akan sampai di tepi Rawa Rahasia, tidak jauh
dari Milling Green."
Mereka lantas pergi meninggalkan tempat Itu. Langkah mereka tersaruk-saruk.
Senter sudah tidak terang lagi cahayanya, karena baterainya sudah lemah.
"Sebentar lagi pasti mati," keluh Dick, sambil menggoncang-goncang senternya.
"Sialan , Padahal kita harus selalu memperhatikan kompas."
Saat itu Julian nyaris terjerembab, karena tersandung sesuatu yang keras.
Disambarnya senter dari tangan Dick.
"Cepat, kemarikan sentermu ," katanya. Lalu diarahkannya sinar senter ke benda
yang menyebabkan dia tersandung. "Wah, lihatlah - ada rel di sini , Kita sudah
sampai lagi di atas rel. Dasar mujuri"
'Betul' sambut Dick lega. "Senter ini sudah hampir mati , Sekarang kita tidak
boleh kehilangan rel lagi. Begitu tak terasa lagi dengan kaki, kita harus
langsung berhenti ,"
"Bayangkan, selama ini kita begitu dekat ke sini; tapi sama sekali tidak tahu,"
keluh Julian. "Kalau tahu, sudah lama kita kembali ke Istal. Mudah-mudahan saja
Anne dan George berhasil kembali dengan selamat, dan tidak ribut-ribut di sana
tentang kita. Mereka mestinya tahu, kita akan kembali begitu hari sudah pagi -
jika kita bisa menyusur rel"
Sekitar pukul enam pagi, mereka sampai di gerbang istal. Mereka sudah kehabisan
tenaga. Jalan mereka terhuyung-huyung. Rupanya belum ada yang bangun. Pintu
kebun mereka temukan dalam keadaan terbuka, karena memang sengaja dibiarkan
begitu oleh William dan Henry.
Julian dan Dick langsung menuju ke kamar Anne dan George. Mereka mengira akan
menjumpai kedua anak itu dalam tempat tidur mereka. Tapi tentu saja masih
kosong. Keduanya lantas pergi ke kamar Henry. Mereka hendak menanyakan, apakah anak itu
mendengar berita tentang Anne dan George. Tapi aneh, tempat tidur Henry juga
Lima Sekawan 13 Rawa Rahasia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kosong - walau nampak bekas ditidur,
Kini mereka menyeberang, ke kamar William.
"He, William juga tidak ada" kata Dick bingung. "Ke mana mereka semua?"
"Kita bangunkan Kapten Johnson," kata Julian, ia tidak tahu. Kapten Johnson
malam itu tidak tidur di rumah. Jadi yang terbangun Bu Johnson. Wanita itu kaget
sekali melihat mereka tiba-tiba berdiri di ambang pintu kamarnya, ia menyangka
mereka saat itu sedang berkemah, jauh di tengah padang.
Bu Johnson semakin kaget ketika mendengar kisah mereka, serta menyadari bahwa
George dan Anne hilang. "Kalau begitu ke mana mereka ," katanya, sambil mengenakan mantel kamar. "Ini
benar-benar gawat, Julian. Mereka mungkin tersesat di tengah padang, atau
ditawan para kelana , Aku harus menelepon suamiku , Dan polisi , Aduh, aduh -
kenapa kalian ku ijinkan pergi berkemah?"
Bu Johnson langsung mengangkat gagang telepon. Julian dan Dick berdiri di
sisinya dengan cemas. Ketika Bu Johnson sedang sibuk berbicara, di luar
terdengar derap langkah kuda.
"Astaga, Siapa itu yang datang?" kata Bu Johnson. "Itu kan bunyi langkah kuda ,
Siapa pula yang naik kuda sepagi ini?"
Mereka lantas pergi ke jendela, lalu memandang ke bawah. Saat itu juga Dick
berteriak, sehingga nyaris saja Bu Johnson terpental ke luar jendela karena
kaget "Anne, George! Lihatlah, mereka datang - bersama Timmy , Dan itu Henry dengan
William! Apa sebetulnya yang terjadi?"
Anne mendongak, karena mendengar suara Dick berteriak-teriak. Walau ia capek
sekali, tapi Anne masih bisa melambai dengan gembira sambil tersenyum lebar.
Sedang George berseru, "Julian , Dick , Rupanya kalian berhasil pulangi Aduh, kami sudah berharap-harap
kalian bisa pulangi Setelah kalian meninggalkan kami, kami lantas menyusur rel.
Tapi salah arah, sehingga kembali ke parit pasir"
"Lalu para kelana menawan kami ," seru Anne.
"Tapi - tapi - bagaimana Henry dan William bisa ada bersama kalian?" kata Bu
Johnson, ia menyangka pasti saat itu masih tidur, dan sedang bermimpi. "Dan si
Timmy kenapa?" ia bertanya begitu, karena tiba-tiba Timmy roboh. Ketegangan sudah lewat, mereka
sudah sampai - sekarang ia bisa tidur dengan tenang. Kepalanya sakit sekali ,
George langsung meloncat turun dari punggung kuda.
"Timmyl Timmy yang manisi Timmy yang berani," katanya. "Tolong aku, William ,
Aku hendak menggotongnya ke atasi Ke kamarku, di mana aku bisa memeriksa
lukanya." Sementara itu anak-anak yang lain terbangun. Keadaan menjadi hiruk-pikuk, sampai
Bu Johnson kebingungan sendiri.
Kabut menghilang sama sekail, dan matahari bersinar cerah.
"Horei Kabut sudah tidak ada lagi ," seru George gembira. "Matahari sudah
terbit. Gembiralah, Tim - kita selamat sekarang ,"
Timmy digotong oleh William dan George. Lewat jenjang rumah, naik ke tingkat
atas. Kemudian George dan Bu Johnson memeriksa lukanya, lalu mencucinya bersih-
bersih. "Luka ini perlu dijahit," kata Bu Johnson, "tapi kelihatannya sudah agak sembuh.
Jahat sekali orang-orang itu, memukul anjing yang tak bersalah ,"
Tak lama kemudian terdengar lagi bunyi kuda berlari di pekarangan. Kapten
Johnson muncul dengan wajah cemas. Hampir bersamaan dengannya, datang pula
sebuah mobil. Kendaraan itu meluncur laju, lalu berhenti di depan gerbang istal.
Ternyata yang datang itu dua petugas polisi. Mereka dikirim untuk melakukan
pemeriksaan, berkenaan dengan dua anak perempuan yang dilaporkan hilangi Rupanya
Bu Johnson lupa menelepon polisi lagi, untuk mengatakan bahwa anak-anak itu
sudah kembali. "Aduh, maaf aku sudah menyusahkan kalian," kata Bu Johnson pada petugas polisi
yang berpangkat sersan. "Mereka baru saja tiba , Tapi aku masih belum bisa
mengerti, apa sebetulnya yang terjadi. Pokoknya mereka selamat, jadi Anda tidak
perlu repot-repot lagi mencari."
"Tunggu dulu ," seru Julian, yang ada di situ. "Kurasa kita memerlukan bantuan
polisi) Di Rawa Rahasia sedang berlangsung peristiwa yang sangat aneh"
"O ya" Peristiwa apa?" tanya sersan polisi, sambil mengambil buku notesnya.
"Kami sedang berkemah di sana," kata Julian. "Tahu-tahu muncul sebuah pesawat
terbang. Tar-bangnya rendah sekali, dituntun nyala sebuah lampu. Lampu itu
dipasang para kelana dalam sebuah parit tempat penggalian pasir."
"Lampu, dipasang para kelana?" kata sersan heran. "Tapi, untuk apa mereka harus
menuntun pesawat terbang" Apakah pesawat itu kemudian mendarat?"
"Tidak," jawab Julian. "Lalu keesokan malamnya pesawat itu datang lagi. Persis
seperti malam sebelumnya, terbang rendah sambil berputar-putar. Tapi kini
pesawat itu menjatuhkan paket-paket, Paki" "0 ya?" kata sersan lagi. ia
kelihatan semakin tertarik. "Mungkin dengan maksud supaya dipungut para kelana?"
"Betul Pak," kata Julian. "Tapi bidikan yang menjatuhkan paket-paket Itu tidak
tepat, karena semuanya berjatuhan di sekitar kami. Bahkan ada beberapa yang
hampir mengenai kami , Kami lantas cepat-cepat berlindung, karena tidak tahu apa
,si paket-paket itu , Jangan-jangan bahan peledakl"
"Lalu kau memungut salah satu paket Itu?" tanya sersan. Julian mengangguk.
"Bukan cuma memungut - tapi juga membuka satu."
"Apa isinya?" "Uang kertas! Uang dolarl" kata Julian. "Dalam satu paket saja sudah banyak
sekali lembaran uang itu, semuanya bernilai seratus dolar. Jadi beribu-ribu
dolar yang dijatuhkan malam-malam di sekitar kami ,"
Sersan polisi memandang rekannya.
"Nah, sekarang kami mengerti , Ini merupakan penjelasan atas berbagai hal yang
selama ini membingungkan kami , Bukankah begitu, Wilkins?"
Wilkins, polisi yang satu lagi mengangguk dengan wajah serius.
"Betul, Jadi begitu rupanya cara yang dipakai gerombolan penjahat itu untuk
menyelundupkan uang kertas dolar ke sini, dari tempat pembuatannya di Perancis
Utara. Gampang saja, dengan pesawat terbang"
Tapi kenapa paket-paket itu dilempar ke bawah, untuk dipungut para kelana?"
tanya Julian. "Apakah supaya diteruskan pada orang lain" Kenapa tidak dibawa
masuk secara terang-terangan" Kan orang boleh saja dengan bebas membawa dolar ke
mari?" 'Tidak boleh, kalau uang itu palsu," kata sersan. "Percayalah, semua uang itu
palsu. Para penjahat itu bermarkas besar di kota London. Begitu salah seorang
kelana mengantarkan paket-paket itu pada mereka, penjahat-penjahat itu lantas
mulai beraksi menyebarkan uang palsu. Membayar sewa hotel, membeli bermacam-
macam barang dengan pembayaran berupa uang kertas yang tidak ada nilainya sama
sekali." "Huahh!" seru Julian kaget. "Sama sekail tak kusangka, uang sebanyak itu palsu
semual" "O ya, semuanya uang palsui Kami sudah lama mengetahui adanya kelompok penjahat
itu. Tapi selama ini kami hanya berhasil menyelidiki bahwa mereka memiliki
percetakan uang palsu di wilayah Perancis Utara. Begitu pula kawanan mereka yang
ada di dekat London, dengan salah satu cara menerima kiriman uang palsu, lalu
menyebarluaskan selaku uang yang sah," kata sersan menjelaskan. "Tapi kami tidak
tahu dengan cara bagaimana uang palsu itu dibawa ke sini, serta siapa yang
mengantarkan selanjutnya pada kawan-kawan mereka yang ada di dekat kota
London ," "Tapi sekarang kita tahu," kata polisi yang bernama Wilkins. "Wah, sekarang kita
berhasil. Sersan , Hebat anak-anak Ini, berhasil menyelidiki hal yang sudah
berbulan-bulan memusingkan kita ,"
"Tapi mana paket-paket itu?" tanya sersan. "Kalian sembunyikan, atau dirampas
kelana?" "Tidak, Kami sembunyikan," kata Julian. "Tapi kurasa para kelana pasti akan
berkeliaran mencari tempat itu hari ini. Jadi sebaiknya kita cepat-cepat saja
pergi ke Rawa Rahasia, Paki"
"Di mana kalian menyembunyikannya?" tanya sersan. "Mudah-mudahan di salah satu
tempat yang amani" "O, sangat amani" kata Julian. "Kupanggil adikku dulu, Pak.Dia ikut dengan kita.
He, Dick, Ke mari sebentar-akan kaudengar berita menarik!"
Bab 21 Akhir Petualangan Bu Johnson kagat ketika mendengar polisi hendak mengajak Julian dan Dick pergi
lagi ke Rawa Rahasia. "Tapi - mereka kan capeki" kata Bu Johnson. "Mereka perlu makan dulu. Apakah
tidak bisa menunggu sebentar?"
"Sayang tidak. Bu," kata sersan. "Tapi Anda tidak perlu khawatir. Kedua anak
laki-laki ini ulet "Sebetulnya, kurasa para kelana itu takkan mungkin bisa menamukan paket-paket
itu," kata Julian. "Jadi tidak ada salahnya kalau kami makan dulu. Perutku sudah
lapar sekali ," "Baiklah," kata petugas polisi itu, sambil menyimpan buku notesnya. "Makan saja
dulu , Setelah itu kita berangkat."
Tapi mendangar berita tentang rencana perjalanan sekali lagi ke padang, tentu
saja George, Anne dan juga Henry ,Ingin ikut pula ,
"Apa , Kami ditinggal?" seru George tersinggung. "Seenaknya saja , Anne juga
kepingin ikuti" "Dan Henry juga," kata Anne sambil memandang George, "walau ia tidak ikut
menemukan paket-paket berisi uang kertas Itu."
"Tentu saja Henry harus ikut," sambung George dengan segera. Wajah Henry
berseri-seri mendengarnya. Ternyata George benar-benar terkesan pada keberanian
Henry, datang bersama William untuk menyelamatkan dirinya serta Anne. George
senang sekali karena Henry tidak membangga-bang gakan perbuatannya itu. Tapi
Henry sendiri tahu, William-lah yang paling pantas dipuji-puji. Karena itulah ia
tidak mau ribut-ribut tentang persoalan Itu.
Sehabis sarapan sampai kenyang, mereka berangkat. Besar juga rombongan yang ikut
dengan polisi. Kapten Johnson juga ikut. Hampir saja ia tidak bisa mempercayai
kisah luar biasa yang dituturkan anak-anak, mengenai pengalaman mereka bersama
Timmy. Kepala Timmy sudah ditambal pembalut. Timmy bangga sekali. Tunggu sampai
Liz melihatnya , William juga diperbolehkan ikut. Anak itu berusaha menerka, di mana Julian
menyembunyikan uang kertas palsu yang banyak itu. Tapi ia takkan mungkin bisa
manerkanya. Sedang Julian tetap tidak mau menceritakan tempatnya, ia ingin
membuat orang-orang terkejut nanti.
Mereka berjalan kaki, menyusur lintasan rel yang tak terpakai lagi. Akhirnya
tiba di parit bekas tempat menggali pasir. Julian berdiri di tepi atas, lalu
menunjuk ke arah perkemahan para kelana.
"Mereka pergi - lihatlah ," katanya. "Aku barani taruhan, mereka pasti takut
bahwa kita memberitakan tingkah-laku mereka, setelah Anne dan George berhasil
melarikan diri." Kata Julian benar. D, kejauhan nampak ,ring-iringan caravan bergerak pergi
dengan lambat-lambat. "Wilkins ," kata sersan pada pembantunya, "nanti kalau kau kembali, sebarkan
instruksi untuk mengamat-amati setiap kelana yang meninggalkan rombongan
caravan. Salah seorang di antara mereka pasti telah mengatur tempat pertemuan,
di mana paket-paket yang dijatuhkan dari pesawat terbang seharusnya diserahkan
pada kawanan penjahatl Jika kita mengamat-amati setiap caravan serta para kelana
yang ada di situ, dalam waktu dekat kita pasti akan berhasil membekuk kawanan
yang menyebarluaskan uang palsu itu ,"
"Kurasa orang itu pasti ayah si Ingus," kata Dick. "Yang jelas, dia kepala
kawanan Itu." Mereka memperhatikan iring-iringan caravan, yang berangkat satu per satu. Anne
memikir-mikir tentang si Ingus. George juga. Apakah yang dijanjikannya kemarin
malam, asal si ingus mau menolongnya" Sebuah sepeda, dan kemungkinan untuk
tinggal dalam sebuah rumah, supaya anak itu bisa naik sepeda ke sekolah , Yah,
kecil kemungkinannya ia akan berjumpa lagi dengan anak kecil bertampang dekil
itu. Tapi kalau ternyata bertemu lagi, maka George dengan sendirinya wajib
menepati janji , "Nah, di mana tempat persembunyianmu yang hebat itu?" tanya sersan polisi,
ketika Julian berpaling sehabis memperhatikan rombongan caravan.
"Ikut aku" kata Julian sambil nyengir. Didululnya mereka berjalan kembali,
menuju tempat rel terputus, ia menghampiri semak yang masih ada di situ. Kepala
kereta Juga masih terguling di tempatnya, hampir-hampir tidak kelihatan karena
tertutup pasir dan semak.
"Apa itu?" tanya sersan kaget.
"Inilah lokomotif yang dulu dipakai menarik gerbong-gerbong yang mengangkut
pasir dari parit penggalian," kata Dick. "Rupanya dulu pernah terjadi
perselisihan antara para pemilik tambang pasir Ini dengan kaum kelanal Kaum
kelana mendongkrak jalur rel, sehingga lokomotif tergelincir lalu terguling di
sini. Dan sejak itu, kepala kereta api Ini tetep berada di tempat Ini ,"
Julian menghampiri cerobong asap, lalu menyingkapkan ranting berduri yang
menutupinya. Sementara itu sersan memperhatikan terus dengan perasaan heran.
Dick mengorek-ngorek pasir dan bagian atas lubang cerobong. Lalu dikeluarkannya
sebuah paket dari tempat itu. Dalam hati anak itu sudah khawatir, jangan-jangan
paket-paket itu sudah tidak ada lagi di tempat.
"Ini dia," katanya, lalu melontarkan paket pada sersan polisi. "Di sini masih
banyak lagi. Nanti ada satu yang sudah kami buka - nah, ini dia barangnya ,"
Sersan dan Wilkins tercengang-cengang, melihat barang-barang itu dikeluarkan
dari tempat yang begitu luar biasa. Pantas jika para kelana tidak berhasil
menemukannya. Siapalah yang akan memeriksa ke dalam lubang asap sebuah lokomotif
tua , Itu pun jika mereka berhasil menemukan lokomotif itu. yang terbenam sampai
separuh di dalam pasir. Sersan polisi memperhatikan lembaran uang seratus dolar yang terdapat dalam
paket yang sudah terbuka, ia bersiul kagum.
"Huii. ini dia barangnya , Kami sudah pernah melihatnya sebelum ini. Memang
pemalsuan yang hebat sekali , Jika kawanan penjahat berhasil menyebarkan hasil
pemalsuan ini, sebagai akibatnya akan banyak orang yang menderita kerugian. Uang
ini semuanya tidak ada nilainya sama sekali. Berapa katamu jumlah paket yang ada
di sini?" "Wah, berpuluh-puluh ," jawab Dick, sambil mengeluarkan lebih banyak lagi dari
dalam lubang cerobong. "Huhh, aku tidak bisa mencapai paket-paket yang paling
bawah" "Biar saja," kata sersan. "Masukkan pasir lagi untuk menutupi , Nanti akan
kusuruh bawahanku ka sini, untuk mengorek keluar dengan kayu. Para kelana sudah
pergi - sedang hanya mereka saja yang mungkin datang mencari. Wah, ini benar-
benar hasil yang hebat. Kalian sangat menolong kami," kata sersan pada anak-
anak. "Untunglah," kata Julian. "He, sebaiknya kita sekarang mengumpulkan barang-
barang yang kita tinggalkan di sini kemarin , Soalnya kami buru-buru berangkat
kemarin, Pak - sehingga barang-barang kami masih tertinggal dalam parit pasir"
Bersama George, Julian masuk ke dalam parit untuk mengambil barang-barang yang
ketinggalan di situ. Timmy ikut dengan mereka. Tapi tiba-tiba anjing itu
menggeram. George berhenti berjalan, sambil memegang kalung leher anjingnya.
"Ada apa, Tim" Ju, di situ pasti ada orangl Mungkinkah salah seorang dari
kawanan kelana?" Saat itu Timmy berhenti menggeram-geram- Bahkan sekarang ekornya dikibas-
kibaskan dengan gembira, ia melepaskan diri dari pegangan George, lalu lari
menuju salah satu gua kecil yang banyak terdapat di sisi parit. Tampangnya aneh,
dengan kepala yang ditambal pembalut luka.
Tahu-tahu dari gua itu muncul - Liz , Begitu melihat Timmy datang, anjing kecil
itu lantas jungkir-ba-lik dengan cepat. Timmy melongo. Hebat sekali tamannya itu
, Bagaimana caranya Liz bisa jungkir-balik sebegitu cepat"
"ingus," seru George. "Ayo keluar. Aku tahu kau ada di situ ,"
Dari dalam gua muncul tampang seorang anak yang pucat ketakutan. Sesaat kemudian
si Ingus sudah berdiri di dasar parit, ia nampak ketakutan.
"Aku lari dari mereka," katanya, sambil menggerakkan kepala ke arah tempat
perkemahan yang sudah ditinggalkan. Dihampirinya George, sambil menyedot-nyedot
Ingus. "Katamu, aku akan diberi sepeda," kata si Ingus.
"Memang," Jawab George, "dan kau benar-benar akan diberi sepeda, Ingus Jika kau
tidak meninggalkan tanda-tanda dalam lorong bukit, kami takkan mungkin bisa
melarikan diri ," "Dan kau juga bilang, aku nanti bisa tinggal dalam rumah sungguhan. dan naik
sepeda ke sekolah," desak si Ingus. "Aku sekarang tidak bisa lagi pulang ke
ayahku. Pasti setengah mati aku dipukulnya nanti, kalau berani pulangi Ayahku
melihat patrin-patrm yang kubuat dalam lorong. Karenanya aku dikejar-kejar
olehnya, hendak dipukul. Tapi ia tidak berhasil menangkapku. Aku sembunyi.
"Kami akan membantumu sebaik-baiknya," kata Julian berjanji, ia merasa kasihan
pada anak kecil yang malang itu. Dan si Ingus menyedot ,ngusnya.
Lima Sekawan 13 Rawa Rahasia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mana sapu tanganmu?" tanya George. si Ingus menarik barang yang ditanyakan dari
kantongnya. Sapu tangan itu nampak masih bersih seperti semula. Bahkan
lipatannya juga masih tetap rapi. si Ingus memandang George dengan wajah
berseri-seri. "Huh, kau ini memang keterlaluan," kata George. "Sekarang dengar baik-baiki
Kalau kau ingin bersekolah, kau harus menghilangkan kebiasaanmu manyedot ingus.
Pakai sapu tangan untuk membersihkan hidung. Mengerti?"
si Ingus mengangguk. Tapi sapu tangan dikembalikannya dengan hati-hati ke dalam
kantong. Saat itu sersan polisi masuk ke dalam parit Begitu melihat petugas Itu
muncul, si Ingus langsung minggat.
"Anak aneh," kata Julian. "Yah, kurasa ayahnya tentu akan dipenjarakan karena
terlibat dalam perkara ini. Dengan begitu si Ingus akan bisa terpenuhi idam-
idamannya, ingin meninggalkan kehidupan berkelana dan hidup dalam rumah biasa.
Mungkin kita nanti bisa mengusahakan tempat tinggal yang baik untuknya."
"Dan aku akan menepati janji. Akan kuambil uang tabunganku sebagian untuk
membelikan sepeda untuknya," kata George. "Sudah selayaknya ia menerima imbalan
itu , Aduh, coba lihat si Liz - ia kagum sekali melihat Timmy yang ditambal
kapalanya. Jangan sok aksi. Tim - itu kan cuma pembalut luka"
"Ingus , Kembalilah ," panggil Julian. "Kau tidak perlu takut pada pak polisi
ini. Dia kawan kita. Dia akan membantu kita memilihkan sepeda untukmu ,"
Sersan tercengang mendangar ucapan itu. Tapi pokoknya, mendengar kata Julian itu
si Ingus iang-sung kembali ,
"Sekarang kita kembali," kata sersan. "Barang yang kita inginkan sudah kita
peroleh, dan Wilkins sudah berangkat lebih dulu untuk mengetur pengamat amatan
terhadap kawanan kelana. Begitu kita mengetahui pada siapa mereka harus
melaporkan tentang uang palsu, kami akan merasa senang sekali"
"Mudah-mudahan Wilkins tadi kembali dengan menyusur rel," kata Julian. "Di
padang belantara ini mudah sekali tersesat
"Ya, Wilkins memang berbuat begitu, setelah mendengar kalian tersesat kata
sersan. "Enak sekali rasanya di tampat ini. Begitu sunyi dan tenang"
"Ya, takkan disangka di tempat begini bisa terjadi peristiwa-peristiwa
misterius," kata Dick. "Peristiwa lama maupun barui Yah, aku merasa senang bahwa
kami kebetulan terlibat dari peristiwa misterius yang terbaru. Benar-benar
petualangan yang mengasyikkan ,"
Setelah Itu bersama-sama mereka kembali ke kompleks istal Kapten Johnson. Setiba
di sana, ternyata sudah hampir waktunya makan slang. Mereka sudah lapar sekail.
Selera mereka sebanding dengan banyaknya hidangan yang disediakan oleh Bu
Johnson. Anak-anak perempuan naik ke tingkat atas, untuk membersihkan badan.
George masuk ke kamar Henry.
"Henry," kata George, "terima kasih banyak. Ternyata kau sama hebatnya dengan
anak laki-laki ," 'Terima kasih, George," kata Henry dengan heran. "Kalau kau, kau lebih hebat
daripada anak laki-laki"
Saat itu Dick kebetulan lewat di gang. ia mendengar pembicaraan kedua anak
perempuan Itu. ia tertawa, lalu menyembulkan kepalanya ke dalam kamar.
"Bolehkah aku ikut kebagian?" katanya. "Bilang dong, aku ini sama hebatnya
seperti anak perempuan!"
Saat berikut ada sikat rambut melayang ke arahnya, diikuti sepatu sebelah. Dick
lari sambil tertawa-tawa.
Anne memandang keluar dari Jendela kamar tidurnya, ia menatap ke arah padang
belantara Kini Rawa Rahasia nampak tenang dan tenteram, diterangi sinar matahari
bulan April. Sama sekail tidak nampak tanda-tanda bahwa di situ tersimpan
rahasia. "Biar begitu, nama itu cocok bagimu," kata Anne. "Kau penuh dengan rahasia dan
petualangan , Dan rahasiamu yang tarakhir, kaujadikan petualangan bagi kami.
Terima kasih. Rawa Rahasia!"
Tamat Edit by: zheraf http://www.zheraf.net Wasiat Malaikat 2 Pendekar Romantis 09 Ratu Cadar Jenazah Pedang Pelangi 23
menggonggong, kita bisa ketahuan ,"
"Tidak, Aku sudah melarangnya," kata George, "ia takkan berbunyi sedikit pun.
Dengarlah - pesawat itu semakin dekat bunyinya ,"
Memang, bunyi pesawat terbang sudah dekat sekali. Anak-anak lantaa mendongak,
mencari car nya di atas. Kemudian Julian menyenggol Dick.
"Itu dia - kelihatan samar, di arah letak perkemahan kelana"
Dick berhasil menemukan letaknya.
"Wah, kecil sekali," katanya. "Lebih kecil daripada-sangkaanku kemarin malam.
Lihat - dia turun sekarang ,"
Tapi- pesawat itu tidak mendarat, cuma terbang rendah saja. Kemudian berputar-
putar, persis seperti yang dilakukan kemarin malam. Setelah itu agak menanjak,
lalu sekali lagi terbang merendah. Nyaris menyambar kepala anak-anak yang
memperhatikan dengan asyik.
Saat itu, tiba-tiba terjadi sesuatu yang luar biasa. Ada sesuatu jatuh tak jauh
dari Julian. Benda yang jatuh itu terpantul-pantul dulu, kemudian tergeletak di
pasir. Keempat anak itu kaget, sementara Timmy mendengking.
Setelah itu masih ada lagi yang menyusul, jatuh beruntun-runtun Anne terpekik.
"Jangan-jangan mereka membomi kita , Julian, apa yang mereka lakukan?"
Buk! Buk! Julian meringkuk ketika terdengar bunyi susul-menyusul itu, karena
raaanya dekat sekali. Disambarnya lengan Anne, ditariknya masuk ke dalam parit.
Julian berseru, memanggil Dick dan George.
"Ayo cepat turun ke sini , Masuk ke dalam salah satu gua , Nanti kita
tertimpa ," Sementara mereka melintasi dasar parit, pesawat tadi sekail lagi melingkar
rendah, lalu kembali menjatuhkan barang-barang yang bergedebukan di pasir.
Sekali itu bahkan ada yang jatuh dalam parit. Timmy kaget sekali, ketika satu di
antaranya jatuh tepat di depan hidungnya, lalu menggelundung. Timmy mendengking,
lalu lari menyusul George.
Tak lama kemudian anak-anak sudah berlindung dalam salah satu gua yang banyak
terdapat di sisi parit. Pesawat terbang memutar sekali lagi, dan kembali
terdengar barang-barang berjatuhan. Ada beberapa yang masuk ke dalam parit.
Mereka mengucap syukur, karena sempat berlindung ke dalam gua.
'Tak terdengar bunyi ledakan," kata Dick lega. "Tapi apakah yang dijatuhkan itu"
Dan untuk apa" Ini benar-benar petualangan yang sangat aneh."
"Bahkan mungkin kita bermimpi," kata Julian sambil tertawa. "Tidak, mimpi takkan
seaneh ini. Bayangkan, kita meringkuk dalam gua pasir di tengah parit Rawa
Rahasia. Sementara Itu ada pesawat yang menjatuhkan benda-benda di sekeliling
kita, pada tengah malam , Benar-benar gilai"
"Rasanya pesawat itu pergi sekarang," kata Dick. 'Terdengar memutar, tapi tak
ada yang dijatuhkan. Nah, sekarang menanjak - bunyinya menjauhi Astaga - sewaktu
kita masih berdiri di tepi parit tadi, kusangka kepalaku pasti putus disambar
pesawat ketika terbang rendah sekali ,"
"Sangkaanku juga begitu," kata Anne. ia merasa lega. karena tak ada lagi pesawat
yang terbang rendah sambil menjatuhkan benda-benda. "Sudah bisakah kita keluar
sekarang?" "Ya," kata Julian sambil merangkak ke luar. "Ayolah , Kalau pesawat itu datang
lagi, kita pasti mendengarnya. Sekarang aku ingin melihat b3nda bend apa yang
dijatuhkan tadi ," Mereka bergegas menghampiri benda-benda itu. Mereka tidak memerlukan senter.
Sinar bintang yang kemerlip di langit cukup jelas menerangi parit.
Julian yang paling dulu menemukan sesuatu. Benda itu ternyata paket. Bentuknya
pipih dan padat. Kemasannya rapi, terbungkus dalam kain terpal. Julian memeriksa
paket itu. "Di sini tak tertera nama. Sama sekali tak ada tanda pengenal," katanya. "Ini
benar-benar asyik. Coba kita tebak, apa isinya ,"
"Mudah-mudahan daging asap, untuk sarapan ," kata Anne dengan segera.
"Konyoli" tukas Julian. Diambilnya pisau, untuk memotong benang jahitan
pembungkus paket itu. "Kurasa isinya barang selundupan. Kurasa itulah yang
dilakukan pesawat terbang tadi. Berangkat dari Perancis, menjatuhkan barang-
barang selundupan di salah satu tempat yang sudah disepakatkan, lalu kembali
lagi , Sedang barang-barang yang dijatuhkan dipungut oleh para kelana, lalu
dibawa pergi dengan disembunyikan baik-baik dalam caravan mereka. Kemudian
diserahkan pada penadah yang sudah menunggu di salah satu tempat. Memang cerdik
akal itu ," "Wah, itukah sebenarnya yang terjadi, Julian?" kata Anne kaget. "Kalau begitu
apakah isi paket-paket ini" Rokok luar negeri?"
"Bukan," jawab Julian. "Kalau isinya rokok, takkan seberat ini. Nah, berhasil
juga aku memutuskan benang jahitannya ,"
Saudara-saudaranya mendekati, ingin ikut melihat isi paket itu. George mengambil
senter, supaya mereka bisa melihat lebih jelas. Senter itu dinyalakan.
Julian membuka kain terpal yang merupakan pembungkus sebelah luar. Kemudian
menyusul kertas tebal. Kertas itu pun dibuka oleh Julian. Di tangannya kini
terletak sebuah kotak kardus, diikat dengan tali. Begitu tali berhasil dibuka,,
kotak itu " terjatuh ketanah.
"Apa ini?" kata Julian bersemangat. "Seberkas lembaran kertas. Sorotkan sinar
sentermu lebih dekat lagi, George ,"
Sambil membisu, anak-anak menjulurkan leher. Mereka memperhatikan berkas yang
ada di tangan Julian. "Huahhl Astagal Kalian lihat ini?" kata Julian kagum. "Uang dolar Amerika - uang
kertas , Lihatlah semuanya terdiri dari lembaran uang ratusan , Astaga - satu
paket ini saja sudah banyak sekali jumlahnya ,"
Sementara saudara-saudaranya menatap kagum, Julian menggerakkan ibu jari
tangannya seperti hendak menghitung jumlah lembaran uang yang ada di tangannya
itu. Berapakah jumlah sebenarnya.
"Dalam satu paket saja sudah begini banyak," katanya. "Padahal kita tahu, yang
dijatuhkan tadi ber-lusin-lusin paket , Apa sebetulnya yang sedang terjadi di
sini?" "Wah, mestinya di sekitar kita saat ini berserakan uang yang nilainya ribuan
dolar," kata George. "He - jangan-jangan kita sedang mimpi sekarang!"
"Wah, kalau memang mimpi, ini namanya mimpi
mewah," kata Dick. "Mimpi yang nilainya ribuan.
bukan mimpi biasa! Ju, apakah tidak sebaiknya kita
mulai saja memunguti paket-paket itu?"
"Ya, betul," kata Julian. "Sekarang aku mulai mengerti duduk perkara sebenarnya.
Para penyelundup datang dengan pesawat terbang dari salah satu negara lain -
katakanlah Perancis - setelah sebelumnya menyepakatkan akan menjatuhkan paket-
paket uang di salah satu tempat terpencil di tengah padang belantara ini. Kaum
kelana turut dalam kom piotan mereka. Tugas mereka memasang lampu isyarat, serta
memungut paket-paket yang dijatuhkan."
"O, begitu , Dan kemudian, dengan paket-paket Itu mereka meninggalkan tempat ini
untuk mengantarkannya pada seseorang, yang membayar upah jerih payah mereka,"
kata Dick. "Benar-benar pintar akal itu!"
"Ya, begitulah kira-kira," kata Julian. "Tapi yang tak bisa kumengerti, untuk
apa uang kertas dolar diselundupkan ke sini" Kan bisa bebas dibawa masuk ke
,Inggris?" "Mungkin uang curian?" kata George. "Ah, aku toh tidak bisa mengerti! Macam-
macam saja perbuatan orang. Pantas para kelana tidak menghendaki kita ada di
dekat mereka ," "Kita cepat-cepat mengumpulkan semua paket itu, lalu kita bawa kembali ke
istal," kata Julian, sambil mulai memungut paket yang ada di dekatnya. "Para
kelana sebentar lagi pasti akan detang untuk memungutnya. Sebelum itu, kita
sudah harus pergi dari sini ,"
Jumlah paket ada sekitar enam puluh. Berat juga bawaan itu.
"Kita sembunyikan saja di salah satu tempat yang aman," kata Julian. 'Bagaimana
jika dimasukkan dalam salah satu gua di sini" Kurasa kita takkan mampu
mengangkut semuanya sekaligus ,"
"Bisa saja kita taruh dalam selimut. Lalu salimut kita ikat ujung-ujungnya, dan
dengan begitu kita mengangkutnya," usul George. "Besar risikonya, jika kita
tinggalkan dalam parit. Para kelana, pasti mula-mula akan mencari di sini."
"Baiklah, kita ikuti gagasanmu kata Julian. "Kurasa sudah semua paket berhasil
kita kumpulkan. Sekarang ambil selimut."
Ternyata gagasan George memang baik. Paket-paket itu dimasukkan ke dalam dua
lembar selimut, yang kemudian diikat ujung-ujungnya membentuk buntalan besar.
"Untung selimut-selimut ini lebar," kata Dick, sambil mengikat selimut erat-
erat. "Dengan begini, aku bisa memanggulnya. Kau bagaimana, Ju?"
"Beresi" jawab Julian. "Anne dan George - kita berangkat sekarang. Kalian
berjalan di belakang kami. Kita menuju ke lintasan rel kereta. Barang-barang
yang lain, kita tinggal dulu. Lain kali bisa kita ambil. Sekarang kita harus
sudah pergi, sebelum para kelana muncul ,"
Tiba-tiba Timmy menggonggong.
"Pasti itu tanda para kelana datang," kata Dick. "Ayo, cepatlah sedikit. Sudah
kudengar suara mereka sekarang. Astaga, cepatlah sedikit ,"
Bab 16 Terjebak Dalam Kabut YA, para kelana berdatangan, diikuti anjing-anjing mereka yang ribut
menggonggong. Julian beserta ketiga saudaranya bergegas-gegas meninggalkan
parit. Timmy menyusul, tanpa bersuara sedikit pun.
"Orang-orang itu mungkin tidak tahu kita berkemah di parit," kata Dick dengan
napas tersengal-sengal. "Mungkin mereka datang mencari paket-paket ini. Dan
sementara mereka sibuk mencari, mungkin kita bisa sudah jauh dari sini.
Cepatlah" Mereka menuju ke tempat rel kereta terputus, di dekat lokomotif yang tergeletak
dalam keadaan setengah terbenam.' Anjing-anjing kelana mendengar langkah mereka,
lalu melolong dan berkaing-kaing. Para kelana berhenti berjalan, untuk melihat
apa sebabnya binatang-binatang itu ribut.
Para kelana itu melihat bayang bayang gelap bergerak-gerak di kejauhan. ,tulah
keempat anak yang menyelinap pergi dari parit. Seorang kelana berseru keras,
"He - berhenti! Kalian siapa" Berhenti, kataku ," Tapi kelima bayangan yang
bergerak, tidak mau menurut Sementara itu mereka sudah berlari tersandung-
sandung di antara kedua alur rel sejajar. Untung ada senter, yang dipegang oleh
George dan Anne. Dick dan Julian tidak bisa memegang, karena mereka sudah
keberatan memanggul selimut-selimut yang berisi penuh.
"Cepat - cepatlah ," desah Anne. Tapi mereka tidak bisa terlalu cepat berlari.
"Jangan-jangan kita terkejar," kata Julian tiba-tiba. "Coba kaulihat, George."
George berpaling, menengok ke belakang.
'Tidak, aku tidak melihat siapa-siapa," katanya kemudian. "Julian, pemandangan
di sini asing rasanya. Apakah yang terjadi" Berhenti, Julian , Ada hal aneh"
Julian berhenti, lalu memandang berkeliling. Tadinya ia selalu memperhatikan ke
bawah, takut tersandung. Memang, Anne membantunya dengan sorotan senter. Tapi
walau begitu, masih tetap tidak begitu mudah lari tanpa tersandung. Julian
memandang berkeliling, sambil bertanya dalam hati - apa maksud George
sebenarnya. Tapi sesaat kemudian, napasnya tersentak.
"Astaga , Aneh Lihatlah - ada kabut sekarang , Bintang-bintang sudah mulai
mengabur. Pantas tiba-tiba malam menjadi semakin gelap rasanya ,"
Kabut , desah Anne ketakutan. "Kabut seram yang kadang-kadang menyelubungi
padang, Julian?" Julian dan Dick memandang kabut yang bergerak berputar-putar.
"Datangnya dari arah laut," kata Julian. Tidak ksh kalian cium bau asin"
Datangnya tiba-tiba saja seperti yang diceritakan pada kita. Dan lihatlah -
makin lama semakin tebali"
"Untung kita ada di jalur rel," kata George. "Lalu apa yang kita lakukan
sekarang" Kita terus?"
Julian berpikir-pikir. "Dalam kabut begini, para kelana takkan mengejar kita," katanya. "Aku ingin
menyembunyikan saja uang ini dulu di salah satu tempat, lalu pergi melapor pada
polisi. Jika kita terus menyusur rel, takkan mungkin tersesat. Tapi jangan
sampai meninggalkan rel, karena nanti salah jalani"
"Ya, itu saja kita lakukan," kata Dick, ia sudah bosan memanggul beban beratnya.
'Tapi enaknya disembunyikan di mana, Ju" Jangan dalam parit! Untuk itu kita
harus berjalan menembus kabut. Pasti kita akan langsung tersasat."
"Tidak , Aku tahu tempat yang baik," kate Julian, lalu memelankan suaranya.
"Ingat kan, lokomotif yang terguling" Nah, bagaimana jika paket-paket ini kita
jajalkan ke dalam lubang cerobongnya, dan setelah itu menimbun atasnya dengan
pasir" Aku berani taruhan berapa saja, takkan ada orang yang bisa
menemukannya ," ",Ide hebat ," kata Dick. "Para kelana pasti menyangka kita sudah membawa pergi
uang itu , Karenanya mereka takkan mencari lama-lama, begitu melihat bahwa
paket-paket itu tidak ada lagi. Pada saat mereka mulai menyusul, kita nanti
sudah setengah jalan pulang. Itu pun jika mereka berani menembus kabut ini."
Anne dan George mengagumi ,Ide Julian.
'Takkan terpikir olehku, menyembunyikan paket-paket ini dalam cerobong kepala
kereta," kata Anne. "Kalian berdua, begitu pula Timmy, tidak perlu ikut kembali bersama kami ke
sana," kata Julian. "Tunggu saja di sini, sampai kami kembali. Kami akan
langsung menuju ke lokomotif, memasukkan uang ke dalam cerobongnya, lalu kembali
lagi ke sini." "Baiklah," kata George, lalu berjongkok di antara rel. "Tapi selimutnya bawa
kembali. Hawa dingin sekarang ,"
Julian dan Dick bergegaa menyusur rel ke arah balik, dengan membawa senter
kepunyaan Anne. Sedang senter George tetap dipegang anak itu. Timmy merapatkan
diri pada tuannya. Anjing itu heran, dari mana tiba-tiba ada kabut yang kini
berputar-putar menyelubungi mereka.
"Ya, betul. Rapatkan tubuhmu pada kami. Tim. Dengan begitu bisa hangat," kata
George. "Dingin sekali sekarang. Kabut ini lembab."
Sementara itu Julian berjalan terhuyung-huyung, ia bersikap waspada, berjaga-
jaga jangan sampai disergap kaum kelana, ia sama sekali tidak melihat mereka.
Tapi aebenarnya, jika orang-orang itu ada dekat sekali padanya, Julian toh masih
tetap tidak bisa melihat mereka. Soalnya, kabut saat itu tebal sekali , Dan
makin lama semakin menebal terus.
Aku tahu sekarang apa yang dimaksudkan Pak Ben, ketika ia mengatakan kabut
memiliki jari-jemari lembab, pikir Julian, ia merasa seperti ada jari-jari basah
menyentuh muka, lengan dan kakinya. ,tulah kabut yang berputar-putar.
Kemudian dengan hati-hati mereka melangkah ke samping ral. Belukar yang lebat
tidak bisa dilihat, tapi terasa , Julian merasa ada duri-duri mencocok betis.
Saat itu ia tahu, bahwa ia sudah sampai di tempat yang dicari.
"Arahkan sinar senter ke sini, Dick," bisiknya. "Nah, begitu , Itu kabin
lokomotif. Sekarang kita mengitari semak ini, dan kita akan sampai di posisi
cerobong." "Ini dia," kata Dick setelah beberapa saat. "Lihatlah , Sekarang kita mulai
bekerja, memasukkan paket-paket ini ke dalam. Aduh, banyak sekail jumlahnya.
Mudah-mudahan bisa masuk semua ke dalam lubang ini ,"
Sepuluh menit mereka sibuk, memadatkan paket-paket ke dalam lubang cerobong yang
lapang. Paket-paket itu dijatuhkan sampai ke dasar. Disusul oleh yang lain-lain,
sampai akhirnya paket penghabisan dijebloskan ke dalam.
"Semua masuk," kata Dick puas. "Sekarang kita timbun dengan pasir. Aduh, duri
semak ini tajam sekali ,"
"Lubang cerobong nyaris terisi penuh oleh paket-paket," kata Julian. "Hampir tak
ada tempat lagi untuk pasir yang akan menimbuninya. Tapi masih cukup banyak,
sehingga uangnya tidak kelihatan. Nah, beresi Sekarang tarik ranting ini, supaya
cerobong tertutup olehnya. Aduh, habis badanku tergores duri ,"
"Kedengaran tidak para kelana datang?" tanya Dick berbisik, ketika mereka hendak
kembali ke rel. Mereka lantas memasang telinga.
"Tak kedengaran apa-apa," kata Julian kemudian. "Kurasa mereka takut terhadap
kabut. Mereka menunggu sampai sudah cerah kembali."
"Mungkin mereka ada dalam parit," kata Dick. "Mereka menunggu di sana, karena di
tempat itu aman. Nah, biar mereka di sana sampai puas, Uang tadi takkan bisa
mereka peroleh lagi ,"
"Yuk," kata Julian, lalu mendului mengitari semak. "Dari sini kita menuju ke re
Pegang tanganku, Dick. Jangan sampai kita terpisah. Kau pernah mengalami kabut
setebal ini" Diterangi sinar senter pun, ujung kaki kita sudah tak nampak lagi."
Mereka maju beberapa langkah, lalu meraba-raba dengan kaki. Mereka mencari rel.
Tapi rel tidak ada di situ.
"Sedikit lebih jauh lagi," kata Julian. "Bukan, ke arah sini."
Tapi jalur rel masih tetap tidak berhasil mereka temukan. Di manakah rel itu"
Pikiran Julian mulai dihinggapi perasaan bingung. Ke mana mereka sekarang harus
melangkah, untuk menemukan rel itu" Bagaimana mereka bisa salah langkah tadi"
Kini kedua anak laki-laki itu rang a rangkak, berusaha menemukan jalur rel yang
terputus. "Nah, Ini terpegang olehku," kata Dick. "Ah, sial - bukan , Cuma sepotong kayu.
Lima Sekawan 13 Rawa Rahasia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ju, jangan pergi jauh-jauh"
Setelah mencari-cari selama sepuluh menit, akhirnya kedua anak itu terduduk.
Senter diletakkan di antara mereka.
'Ternyata kita tadi salah langkah, walau jarak dari semak ke rel dekat sekali,"
kata Julian. "Sekarang tak ada lagi yang bisa kita lakukan, selain menunggu
sampai kabut terangkat kembali."
"Tapi bagaimana dengan Anne dan George?" kata Dick gelisah. "Kita coba saja lagi
sebentar. Lihatlah - di sebelah sana kabut agak menipis. Kita maju saja lagi -
mudah-mudahan kaki kita nanti tersandung rel. Jika kabut ini memang menipis
kembali, sebentar lagi kita akan bisa melihat ke sekeliling kita."
Mereka lantas maju dengan penuh pengharapan. Kabut di depan mereka memang agak
menipis sedikit, sehingga mereka bisa melihat sedikit lebih jauh. Kadang-kadang
kaki mereka menyentuh salah satu benda keras. Dengan aegera mereka membungkuk.
Meraba-raba, mungkin yang terkena itu jalur rel. Tapi perkiraan itu selalu
meleset. Mereka masih tetap tersesat ,
"Kita berteriak yuk," kata Julian pada akhirnya. 156
Mereka lantas berseru kuat-kuat.
"George , Anne , Kalian di mana?"
Setelah itu mereka memasang telinga. Tapi tidak terdengar Jawaban.
"GEORGE," seru Dick. "TIMMY,"
Mereka merasa seperti mendengar gonggongan di kejauhan.
"Itu Timmy ," kata Julian. "Di sebelah sana ," Mereka berjalan lagi tersandung-
sandung, lalu kembali berseru-seru memanggil. Tapi tak ada lagi gonggongan
anjing. Sama sekail tak terdengar bunyi apa-apa di tengah kabut, yang sudah
menebal kembali. "Kalau begini, kita bisa berjalan terus sepanjang malam," kata Julian bingung.
"Apa sebabnya kita tadi meninggalkan mereka" Jangan-jangan kabut ini besok belum
hilangi Kadang-kadang bisa menetap, selama berhari-hari."
"Hih, seram" kata Dick dengan nada riang. Padahal dalam hati ia memang agak
takut. "Kurasa kita tidak perlu khawatir tentang kedua anak Itu, Ju. Timmy ada
bersama mereka. Biar ada kabut, ia bisa dengan mudah membawa mereka merintis
padang, kembali ke istal. Anjing tak peduli terhadap kabut."
Julian agak merasa lega. Tak terpikir olehnya tadi bahwa Timmy menyertai Anne
dan George. "Ya, betui - aku lupa ada Timmy," katanya. "Nah, karena besar kemungkinannya
kedua anak itu tidak apa-apa, sekarang kita istirahat saja dulu. Aku capeki"
"Di sini ada rumpun belukar yang tebal," kata Dick. "Kita coba menyusup ke
tengah-tengah kalau, bisa, supaya tidak terlalu lembab tubuh kita. Untung saja
ini bukan semak berduri. "Ingin rasanya tahu pasti bahwa kedua anak itu tidak masih terus menunggu kita
kembali, tapi berusaha pulang dengan menyusur rel," kata Julian. "Di mana mereka
sekarang?" Sebenarnya Anne dan George sudah tidak ada lagi di tempat semula, ketika Julian
dan Dick meninggalkan mereka. Kedua anak perempuan itu menunggu lama sekali.
Akhirnya mereka cemas. "Ada sesuatu yang terjadi dengan mereka," kata George. "Kurasa sebaiknya kita
pulang sendiri untuk memanggil bantuan, Anne. Kita bisa menyusur rel terus,
sampai di mana kita harus meninggalkannya untuk menuju ke istal. Timmy pasti
tahu jalan." "Ya, baiklah," kata Anne sambil bangkit. "Yuk, George. Aduh, kabut ini makin
lama makin tebal saja jadinya , Kita harus berhati-hati, jangan sampai keluar
dari rel. Bahkan Timmy pun, mungkin agak repot mengandalkan daya penciumannya
dalam kabut setebal ini ,"
Mereka lantas berjalan, menyusur rel. George ber-s an di depan, diikuti oleh
Anne. Timmy berjalan paling belakang. Anjing itu tidak mengerti, untuk apa
mereka berkeliaran pada malam berkabut seperti itu ,
Kedua anak itu berjalan pelan-pelan, terus menyusur rel. Sinar senter disorotkan
ke bawah, dan mereka melangkah dengan hati-hati.
Setelah beberapa saat, George tertegun. Kelihatannya ia agak bingung.
"Rel terputus di sini" katanya. 'Tak ada sambungannya. Aneh, menurut Ingatanku,
tak ada bagian yang begini rusak. Tahu-tahu terputus begitu saja. Aku tidak
melihat rel di depan!"
"Aduh George ," kata Anne sambil memandang ke tanah. "Kau tahu apa yang kita
lakukan" Kita menyusur rel ke arah parit - dan bukan ke arah desai Kenapa kita
jadi begini tolol" Lihatlah - di sini rel terputus. Jadi kepala kereta yang
terguling mestinya ada di dekat sini, begitu pula parit bekas penggalian pasir."
"Sialan," umpat George bingung. "Kita benar-benar gobloki Ternyata dalam kabut,
orang memang bisa kehilangan arah."
"Dick dan Julian tak ada lagi di sini," kata Anne ketakutan. "Yuk, George - kita
kembali saja ke parit, lalu menunggu di sana sampai hari sudah pagi. Aku
kedinginan, dan badanku capek sekali rasanya. Di parit, kita bisa menyusup ke
dalam salah satu gua yang ada di sana. Dalam gua enak, tubuh kita bisa hangat ,"
"Baiklah," kata George, ia merasa lesu saat itu. "Yuk, kita ke sana. Tapi hati-
hati, jangan sampai tersesat lagi."
Bab 17 Tertawan Kedua anak perempuan Itu melangkah dengan hati-hati, ditemani Timmy. Mereka
berharap akan menjumpai alur rel yang menuju langsung ke parit. Ternyata mereka
mujur. Mereka melintasi bagian yang dulu dicabut relnya oleh para kelana yang
menyerang keluarga Bartle. Akhirnya mereka sampai ke sambungan rel, yang menuju
ke tepi parit galian. "Kita sampai," kata George lega. "Sekarang kita sudah selamat. Kita tinggal
harus menyusur alur Ini saja - nanti akan sampai dengan sendirinya di parit.
Mudah-mudahan di sana lebih hangat daripada di sini. Hhhh! Kabut ini dingin
sekali. Dan lembab." George menggigil kedinginan.
"Datangnya begitu tiba-tiba," kata Anne, sambil menyorotkan cahaya senter ke
bawah. "Aku tadi kaget sekali, ketika memandang berkeliling dan tiba-tiba
melihat kabut merayap ke arah kita. Aku ..."
Anne tak melanjutkan kalimatnya, karena tiba-tiba Timmy menggeram.
"Ada apa, Tim" bisik Georga. Anjingnya berdiri tak bergerak. Bulu tengkuknya
tegak, sedang ekornya tak dikibaskan seperti kebiasaannya. Timmy menatap ke arah
kabut. "Aduh, ada apa lagi sekarang?" bisik Anne. "Aku tidak mendengar apa-apa. Kau?"
Mereka mendengarkan dengan seksama. Tidak sama sekali tak terdengar apa-apa.
Mereka lantas masuk ke dalam parit. Menurut sangkaan mereka, Timmy pasti mendengar bunyi
seekor kelinci atau landak, ia menggeram, karena kadang-kadang ia memang
menggeram jika mendengar bunyi binatang buruannya.
Saat itu Timmy mendengar bunyi sesuatu, lalu lari ke tepi parit. Dengan segera
ia lenyap ditelan kabut. Tapi tiba-tiba terdengar dangkingannya, disusul bunyi
gedebuk. Setelah itu tak terdengar lagi suara Timmy.
"Timmy, Ada apa" Ke mari, Timmy" seru George sekuat tenaga. Tapi Timmy tidak
muncul. Kedua anak perempuan itu mendengar bunyi, seperti ada barang berat
diseret. Dengan segera George lari menyusul suara itu.
"Timmyl Aduh Timmy, kau kenapa?" serunya cemas. "Di mana kau sekarang" Kau
cedera?" George mengayun-ayunkan tinju, berusaha memukul kabut yang berputar-putar
menyelubunginya. Anak itu marah, karena tidak bisa melihat.
"Tim, Tim," Tiba-tiba kedua lengan George diringkus dari belakang.
"Sekarang ikut" Terdengar suara seseorang di belakangnya. "Kalian kan sudah
diperingatkan, jangan suka berkeliaran mengintip-intip di sini ,"
George meronta-ronta, ia lebih mengkhawatirkan keselamatan Timmy, daripada
memikirkan keadaan dirinya sendiri.
"Mana anjingku?" sarunya. "Kalian apakan dia?"
"Kupukul kepalanya," kata orang yang meringkusnya. Suaranya mirip suara ayah si
Ingus. "Dia tidak apa-apa, tapi untuk sementara waktu tidak bisa berkutik lagi.
Jika kau menurut, nanti dia dikembalikan padamu."
Tapi George, mana mau anak itu disuruh menurut, ia menendang-nendang,
memberontak dan menggeliat-geliat. Tapi percuma, ia dicengkeram oleh sepasang
tangan kuat. Saat itu didengarnya Anne menjerit. Seketika itu juga George tahu,
Anne juga tertangkap. Akhirnya George capek memberontak. Orang yang meringkusnya, membawa dia keluar
dari parit, bersama Anne.
"Mana anjingku?" tukas George. "Kalian apakan dia?"
"Dia tidak apa-apa," kata orang yang memegangnya. 'Tapi jika kau masih terus
melawan, nanti ku pukul kepalanya sekali lagi. Sekarang D,AM,"
George langsung diam. Bersama Anne, ia dibawa melintasi padang. Rasanya jauh
sekali mereka berjalan. Padahal cuma menempuh jarak yang memisahkan parit dari
perkemahan para kelana. "Anjingku juga dibawa?" tanya George, ia tak mampu menyembunyikan
kekhawatirannya tantang Timmy.
"Ya, ada orang yang membawanya," kata pena wannya. "Dia akan dikembalikan dalam
keadaan selamat, jika kau melakukan apa yang diperintahkan padamu ,"
George terpaksa harus puas dengan jawaban itu. Bukan main kejadian malam itu ,
Julian dan Dick lenyap, Timmy cedera, dia tertawan bersama Anne - dan kabut
tebal menyeramkan masih selalu menyelubungi.
Ketika mereka sudah hampir sampai di perkemahan kelana, kabut agak menipis.
Rupanya bukit yang ada di belakang perkemahan menahan kabut itu. George dan Anne
melihat nyala api unggun. Di sana-sini nampak cahaya lentera. Sejumlah laki-laki
berkelompok. Nampaknya seperti sedang menunggu. Menurut perasaan Anne, ia
seperti melihat si Ingus dan Liz agak di sebelah belakang. Tapi ia tidak pasti.
"Coba aku bisa menghubungi si Ingus sekarang," pikirnya. "Dia pasti akan bisa
menyelidiki dengan segera, apakah Timmy cedera atau tidak. Mendekatlah, Ingus -
jika itu memang kau"
Orang-orang yang meringkus George dan Anne membawa kedua anak itu ke dekat api
unggun. Mereka disuruh duduk di situ. Salah seorang laki-laki yang menunggu
dekat api, tiba-tiba berseru kaget.
"Ini kan bukan kedua anak laki-iaki itu," serunya. "Ini seorang anak laki-laki
dan seorang anak perampuan. Mereka tidak sejangkung anak-anak yang dua lagi!"
"Kami dua anak perempuan," kata Anne. Menurut pendapatnya, George pasti takkan
diperlakukan dengan terlalu kasar lagi jika diketahui bahwa ia sesungguhnya anak
perempuan. "Aku anak parem puan, dan dia juga."
George menatap Anne sambil merengut. Tapi Anne tak mengacuhkan. Sekarang
bukannya saatnya berpura-pura. Orang-orang ini tidak kenal kasihan. Dan mereka
sangat marah. Mereka beranggapan rencana mereka kocar-kacir, karena perbuatan
dua anak laki-laki. Mungkin kini setelah mereka sadar bahwa yang tertangkap dua
anak perempuan, keduanya akan dibebaskan dengan segera.
Para kelana mulai menanyai mereka.
"Kalau begitu mana kawan kailan yang laki-laki?"
"Entah , Lenyap dalam kabut," jawab Anne. "Kami tadi bersama-sama berjalan
pulang. Tapi di tengah jalan tercerai-berai. Lalu George - maksudku Georgina dan aku lantas memutuskan
kembali lagi ke parit."
"Kalian tadi mendengar bunyi pesawat terbang?" "Tentu saja ,"
"Kalian mendengar atau melihat pesawat itu menjatuhkan sesuatu"
"Tidak, kami tidak melihatnya. Kami cuma mendengarnya," kata Anne. George
menatap anak itu dengan mata melotot. Apa sebabnya Anna berterus-terang begitu"
Apakah disangkanya Timmy akan dikembalikan, jika mereka tidak menyulitkan
keadaan" Mengingat hal itu, George tidak jadi marah pada Anne. Pokoknya Timmy
tidak apa-apa , "Kalian kemudian memungut barang-barang yang dijatuhkan dari pesawat?"
Pertanyaan itu dilontarkan dengan begitu tiba-tiba, sehingga Anne tersedak. Apa
yang harus dikatakannya sekarang"
"O ya," katanya tanpa berpikir lagi. "Kami memungut beberapa bungkusan, yang
kelihatan aneh. Kau tahu apa isinya?"
"itu bukan urusanmu," kata orang itu. "Lalu kau-apakan bungkusan-bungkusan itu?"
George menatap Anne. Dalam hati ia bertanya-tanya, apa yang akan dikatakan Anne
sekarang" Dia kan tidak bermaksud membuka rahasia"
"Aku tak berbuat apa-apa dengan bungkusan-bungkusan itu," kata Anne berpura-
pura. "Kedua anak laki-laki teman kami mengatakan, mereka akan menyembunyikan
barang-barang Itu. Kemudian mereka menghilang dalam kabut. Tapi kemudian tak
muncul lagi. Karenanya aku dan George lantas kembali ke parit. Saat itulah kami
tertangkap oleh kalian."
Para kelana kemudian berunding dengan suara pelan. Setelah itu ayah si ingus
berbicara lagi pada Anne dan George.
"Mereka hendak menyembunyikannya di mana?" tanya orang itu.
"Bagaimana aku bisa tahu?" kata Anne. "Aku tidak ikut dengan mereka. Aku tak
melihat apa yang mereka lakukan dengan barang-barang itu."
"Kaurasa barang-barang itu masih ada pada mereka?" kata ayah si ingus.
"Kenapa tidak kalian cari saja mereka berdua, lalu bertanya langsung?" kata
Anne. "Aku tidak melihat mereka lagi sejak keduanya pergi meninggalkan kami. Aku
tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka, begitu juga dengan barang-barang
itu ," "Mungkin mereka tersesat," kata laki-laki yang sudah beruban rambutnya. "Dengan
paket-paket yang mereka bawa , Besok saja kita mencari mereka. Dalam kabut
setebal ini, mereka takkan bisa pulang ke rumah. Kita akan bisa membawa mereka
ke sini." "Mereka takkan mau ikut," kata George. "Begitu melihat kalian, pasti mereka akan
lari. Dan kalian pasti takkan sanggup mengejar keduanya. Pokoknya, begitu kabut
ini terangkat, mereka akan langsung pulang."
"Bawa pergi kedua anak perempuan ini," kata kelana yang sudah tua. "Masukkan ke
dalam gua kita. ,kat erat-erat ,"
"Mana anjingku?" seru George dengan tiba-tiba. "Ayo kembalikan anjingku!"
"Kau tadi tidak bersikap membantu," kata kelana tua. "Kami akan menanyai kalian
kembali besok. Jika saat itu kalian lebih mau menolong, anjingmu akan
dikembalikan." Dua orang laki-laki membawa Anne dan George dari api unggun, menuju ke bukit. Di
situ ada sebuah lubang besar yang menuju ke perut bukit Seorang dari kedua laki-
laki itu membawa lentera, ia berjalan mendului. Sedang yang satu lagi di
belakang anak-anak. Mereka melewati sebuah lorong. Pasir kemerisik terinjak kaki. Menurut perasaan
Anne, dinding lorong itu juga berupa dinding pasir. Aneh
Banyak sekali lorong bersimpang-siur dalam bukit itu. Anne heran, bagaimana
caranya kedua laki-laki itu tahu lorong mana yang harus diambil.
Akhirnya mereka sampai dalam sebuah gua. Letak gua itu mestinya persis di tengah
perut bukit. Gua Itu bera as pasir. Sebuah tiang tertancap dalam di situ. Dan
pada tiang, tertambat beberapa utas tali.
Anak-anak memandang dengan perasaan kecut. Jangan-jangan mereka akan diikat
dengan tali ke tiang , Ternyata sangkaan mereka tepat. Pinggang mereka diikat erat-erat, lalu
disimpulkan di belakang. Simpul yang dipakai merupakan simpul kaum ke lane,
rumit dan ketat Anak-anak pasti memerlukan waktu berjam-jam untuk
menguraikannya. Itu pun jika mereka mampu meraihkan tangan ke belakang punggung.
"Nah, sekarang beres," kata kedua laki-laki itu, sambil nyengir menatap Anna dan
George. "Mungkin besok pagi kalian akan ingat iagi, di kemanakan bungkusan-
bungkusan itu." "Ayo bawa anjingku ke sini," tukas George. Tapi kedua laki-laki itu cuma tertawa
keras, lalu pergi ka luar.
Dalam gua panas dsn pengap. George khawatir setengah mati mengingat Timmy. Tapi
Anne sudah capek sakali. ia tidak mampu berpikir lagi.
Anne tertidur dalam posisi duduk. Sikapnya tidak enak, karena pinggangnya
terikat dengan tali ke tiang. Simpul tali menggigit punggung. Sedang George
masih duduk sambil termenung. Di manakah Timmy sekarang" Cedera beratkah anjing
kesayangannya itu" Saat itu benar-benar sengsara.
ia tidak bisa tidur, ia terhenyak daiam keadaan nyalang dan bingung. Dicobanya
sebentar menggerakkan tangan ke belakang, berusaha membuka simpul ikatan. Tapi
percuma, simpul tak bisa diraih tangannya.
Tiba-tiba ia merasa seperti mendengar sesuatu , Apakah itu suara seseorang yang
merangkak daiam lorong, menuju ke gua" George ketakutan. Disesalinya nasib,
kenapa Timmy tidak ada di sampingnya.
Kemudian terdengar suara ingus disedot.
"Astaga, tentu itu si Ingus ," pikir George. Saat itu ia nyaris merasa sayang
terhadap anak kelana yang jorok itu.
"Ngus ," seru George pelan, lalu menyalakan senternya. Dilihatnya kepala si
Ingus muncul dari dalam lorong, disusul oleh tubuhnya. Anak itu merangkak dengan
hati-hati. Akhirnya ia masuk ke dalam lorong. Ditatapnya George serta Anne yang tidur
pulas. "Kadang-kadang aku juga diikat ke situ," katanya.
Lima Sekawan 13 Rawa Rahasia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bagaimana kabar Timmy, Ingus?" tanya George cemas. "Ayo katakan, cepat ,"
"Dia tidak apa-apa," jawab si ingus. "Cuma kepalanya saja yang luka. Aku sudah
mencuci lukanya itu. Sekarang ia juga diikat, ia menggeram-geram terus, karena
tidak mau diperlakukan begitu i"
"Dengar baik-baik, Ingus," kata George terburu-buru. "Ambil Timmy, lalu bawa ke
sini. Dan bawakan pula pisau, untuk memotong tali-tali ini. Kau mau" Kau bisa"
"Aduh, aku tidak tahu," kata si Ingus. Nampaknya ia ketakutan. "Bisa habis aku
dihajar ayahku nanti ," Ingus Adakah sesuatu yang kauingini - yang sudah selalu
ingin kaumiliki?" kata George. "Akan kuberikan barang itu padamu, jika kau mau
memenuhi permintaanku tadi. Janji deh ,"
"Aku ingin punya sepeda," kata si Ingus dengan tidak disangka-sangka. "Dan aku
ingin tinggal dalam sebuah rumah biasa, serta naik sepeda ke sekolah ,"
"Akan kuusahakan segala permintaanmu itu, Ingus," kata George asal bunyi. 'Tapi
kau harus membawa Timmy ke sini - dan juga pisau, Kau tadi ke mari tanpa
ketahuan. Tentunya kau bisa datang lagi dengan Timmy. ingat sepeda"
Si Ingus berpikir sebentar. Kemudian ia mengangguk, lalu masuk ke dalam lorong,
ia menghilang lagi, persis seperti ketika muncul tadi.
George hanya bisa menunggu. Apakah si Ingus akan datang lagi dengan membawa
Timmy - atau akan tertangkapkah anak Itu"
Bab 18 Siasat George George duduk dalam gelap. Didengarnya bunyi napas Anne yang tidur pulas, ia
menunggu si Ingus muncul kembali, ia rindu pada Timmy. Parahkah luka di kepala
anjing kesayangannya itu"
Tiba-tiba terlintas suatu pikiran yang baik. ia akan menyuruh Timmy kembali ke
istal, dengan membawa surat, Timmy sangat cerdik, ia tahu apa yang harus
dilakukan, jika ada surat diikatkan ke lehernya. Dengan begitu akan datang
bantuan dengan cepat. Timmy pasti tahu jalan keluar dari perut bukit, jika ia
sudah ada di dalam. Nah, terdengar si Ingus datang lagi. Apakah Timmy ikut dengannya" George
mendengar bunyi si Ingus menyedot ingus. Tapi Timmy, sama sekali tidak
kedengaran suaranya. George lesu kembali.
Dengan hati-hati si Ingus masuk ke dalam gua. "Aku tak berani mengambil Timmy,"
katanya pada George. "Dia diikat terlalu dekat pada ayahku. Kalau kuambil juga,
pasti ayahku terbangun. Tapi aku sempat mengambil pisau. Ini, lihatlah ,"
"Terima kasih, Ingus," kata George. Diambilnya pisau yang disodorkan, lalu
dimasukkan ke dalam kantong. "Dengari Ada sesuatu hai penting yang akan
kulakukan. Kau harus menolong."
"Aku takut," kata si Ingus. "Benar-benar takut" "Ingat sepeda," kata George.
"Bagaimana kalau berwarna merah, dengan setang disepuh perak?" si Ingus
berpikir-pikir. "Baiklah," katanya kemudian. "Apa yang hendak kaulakukan?"
"Aku akan menulis surat" kata George, sambil merogoh rogoh kantong mencari buku
notes serta pinsil. "Aku minta padamu agar kau mengikatkan sutra itu pada kalung
Timmy,di bawah dagunya. Lalu usahakan agar ia bisa lepas. Maukah kau
melakukannya" Nanti Timmy akan lari pulang ke istal dengan membawa surat itu,
lalu aku dan Anne akan diselamatkan, dan kau akan menerima hadiah sepeda yang
paling bagus di dunia ,"
"Dan sebuah rumah untuk tempat tinggal," sambung si Ingus dengan segera. "Supaya
aku bisa naik sepeda ke sekolah ,"
"Baiklah," kata George. Dalam hati ia berdoa, semoga si Ingus benar-benar bisa
memperoleh kesemuanya itu. Sekarang tunggu sebentar."
George mulai menulis surat. Tapi ketika baru beberapa patah kata tertulis
olehnya, dari arah lorong terdengar langkah orang datang. Orang itu batuk-batuk.
"Itu ayahku," kata si Ingus ketakutan. "He, jika kau berhasil memotong tali-tali
pengikat lalu melarikan diri, akan mampukah kau menemukan jalan keluar dari
sini" Jalannya berbelit-belit."
"Aku tidak tahu. Kurasa tidak bisa ," bisik George panik.
'Nanti akan kutinggalkan patrin-patrin untukmu ," kata si Ingus. "Kaucari tanda-
tandaku itu. Sekarang aku akan bersembunyi dalam gua yang ada di sebelah.
Kutunggu di situ, sampai ayahku selesai bicara denganmu. Satelah itu aku kembali
ke Timmy." Baru saja si Ingus menyelinap ke gua yang letaknya bersebelahan, ketika sinar
Jentera sudah menerangi gua tempat Anne dan George tertawan. Ternyata memang
ayah si Ingus yang datang.
"Kau melihat si Ingus?" tanya orang Itu. "Ketika aku bangun tadi, tahu-tahu ia
sudah tidak ada. Jika anak Itu sampai ketahuan olahku ada di sini akan ku-pukui
dia nanti sampai berteriak-teriak."
"S, Ingus" Tidak, ia tidak ke mari tadi," kata George. Suaranya dibuat kaget.
"Periksalah sendiri, kalau tidak percaya"
Saat itu ayah si Ingus melihat buku notes dan pin sil yang sda di tangan George.
Apa yang sedang kautulis Itu?" tanya laki laki itu curiga. Diambilnya buku notes
dari tangan George. "Ah, kau menulis surat untuk minta bantuan, ya?" katanya kemudian. "Dan
menurutmu, bagaimana bantuan itu harus datang" Aku kepingin tahu Siapa yang akan
membawakan suratmu ini pulang" si Ingus?"
"Bukan," jawab George, ia memang tidak bohong sekali ini.
Laki-laki itu memperhatikan suratnya sekali lagi. Keningnya berkerut.
"Nah, sekarang kau menulis sepucuk surat lagi," katanya. "Surat pada kedua anak
laki-laki itu. Aku akan mendiktekan isinya.
"Tidak mau," kata George membangkang.
"O ya, kau akan menulisnya," kata ayah si Ingus. "Aku tidak berniat mengapa-
apakan kedua anak itu. Aku cuma ,Ingin memperoleh kembali paket-paket yang
mereka sembunyikan. Kau ingin anjingmu dikembalikan daiam keadaan selamat?"
"Ya," kata George sambil menelan ludah. Nah Jika kau tidak mau menulis surat
itu, kau takkan pernah bertemu lagi dengan anjingmu," kata ayah si Ingus.
"Sekarang ambil pinsilmu, lalu mulailah menulis dalam buku notesmu."
George mengambil pinsilnya. "Ini yang harus kautuiis," kata laki-laki itu iagi.
Keningnya berkerut, seperti sedang memeras otak.
"Tunggu dulu kata George. "Bagaimana kau akan menyampaikan surat ini pada
mereka" Kau kan tidak tahu di mana mereka berada , Dan selama kabut belum
lenyap, kau tak mungkin bisa menemukan keduanya."
Laki laki itu menggaruk-garuk kapalanya. ia berpikir lagi.
"Satu-satunya jalan menyampaikan surat ini pada mereka, adalah dengan cara
mengikatkannya ke kalung leher anjingku - lalu menyuruhnya mencari mereka," kata
George. Kalau Timmy kaubawa ke sini, nanti aku bisa menyuruhnya. Anjingku itu
selalu menuruti perintahku."
"Maksudmu, ia akan membawa surat itu pada siapa pun seperti yang kausuruh?"
tanya orang itu dengan mata berkilat-kilat. "Nah, kalau begitu mulai saja
menulis. Katakan begini: 'Kami tertawan. ,kuti Timmy- Dia akan membawa kalian ke
tempat kami. Dengan begitu kalian akan bisa membebaskan kami.' Setelah itu tanda
tangani dengan namamu. Siapa namamu?"
"Gaorgina," kata George. "Sekarang ambillah anjingku itu, sementara aku menulis
surat" Laki-laki itu keluar, diikuti pandangan Gaorge. Hah pikir anak itu, dikiranya ia
berhasil menyuruh aku menjebak Julian dan Dick. Menyuruh mereka ke mari, supaya
kemudian bisa diancam dan dipaksa mengatakan di mana mereka menyembunyikan
paket-paket berisi uang ,
'Tapi dialah yang akan kutipu," pikir George. "Akan kusuruh Timmy membawa surat
ini kepada Henry. Henry pasti akan timbul kecurigaannya menerima surat ini, lalu
meminta Kapten Johnson agar mengikuti Timmy kembali ke sini. Pasti para kelana
akan kaget setengah mati. Kurasa Kapten akan cukup bijaksana, dan mengajak
polisi datang bersama dia. Hah, aku pun bisa main siasat"
Sepuluh menit kemudian, ayah si Ingus muncul lagi. ia membawa Timmy. Anjing itu
kelihatannya lemas. Di kepalanya ada luka besar, yang perlu dijahit. Dengan
langkah gontai ia menghampiri George. Anak itu memeluk leher anjing
kesayangannya, sambil berseru sedih,
"Kepalamu sakit. Tim" Kalau kita sudah kembali nanti, kau akan kubawa ke dokter
hewan, ya ," "Kau akan bisa kembali, begitu kedua anak laki-laki itu sudah ada di sini dan
mengatakan pada kami di mana mereka menyembunyikan paket-paket itu," kata ayah
si Ingus. Sementara itu Timmy tidak henti-hentinya menjilati George. Ekornya dikibas-
kibaskan dengan gembira, ia tidak mengerti, apa sebetulnya yang sedang terjadi.
Kenapa George duduk di situ" Tapi biarlah, pokoknya ia sudah bisa menemani
tuannya itu lagi. Timmy merebahkan diri ke pasir, lalu meletakkan kepalanya ke
pangkuan George. 'Tulis surat itu," kata ayah si Ingus, "lalu ikatkan ke kalung lehernya, ikat di
sebelah atas, supaya mudah terlihat ,"
"Aku sudah menulisnya," kata George. Kelana itu mengulurkan tangannya yang
kotor. Begitu surat diserahkan oleh George, ia langsung membacanya.
'Kami tertawan. ,kuti Timmy. Dia akan membawa kalian ke tempat kami. Dengan
begitu kalian akan bisa membebaskan kami.
Georgina. "Hm, Georgina. Betul itu namamu?" tanya ayah si Ingus. George mengangguk. Tidak
sering ia mau mengaku bahwa namanya memang begitu. Tapi sekali ini ia melakukannya dengan
senang. Surat itu kemudian diikatkannya kuat-kuat ke kalung leher Timmy, di sebelah
atas. Surat itu nampak jelas. Timmy dipeluknya, sementara ia mengajaknya bicara
dengan sungguh-sungguh. "Pergi ke Henry, Tim, Pergi ke HENRY, Mengerti" Bawa surat ini ke HENRY."
Sementara Timmy mendengarkan dengan penuh perhatian, George menepuk-nepuk surat
yang ada di tengkuk anjing itu. Kemudian Timmy didorongnya. "Sekarang pergi ,
Cari HENRY," 'Tidak perlukah kausebut nama anak laki laki yang satu lagi?" kata ayah si
Ingus. "Tidak, karena aku tidak ingin menyebabkan Timmy bingung," kata George buru-
buru. "Henry, Tim, Henry, HENRY,"
"Guk," gonggong Timmy sekali. George langsung tahu, anjingnya itu sudah
mengerti. Lalu didorongnya Timmy sekali lagi.
"Sekarang pergi," katanya menyuruh. "Cepat!"
Timmy menoleh padanya, dengan pandangan menyesali. Seakan-akan hendek
mengatakan, 'Kenapa cuma sebentar aku boleh bersamamu!' Tapi kemu-dian ia masuk
ke dalam lorong. Surat yang terikat ke lehernya nampak jelas.
"Kedua anak laki-laki itu akan segera kubawa ke sini, begitu mereka muncul
bersama anjingmu itu," kata ayah si Ingus, ia lantas menyusul ke luar. George
ingin tahu, apakah si Ingus masih ada dalam gua di sebelah, ia memanggil-manggil
anak itu. Tapi si Ingus tidak menjawab. Jadi rupanya ia sudah menyelinap pergi.
Saat Itu Anne terbangun Sesaat ia bingung, tidak tahu di mana ia berada. George
menyalakan senternya lagi. lalu menjelaskan apa saja yang terjadi selama Anne
tidur. "Kenapa aku tidak kaubangunkan kata Anne. "Aduh, tali-tali ini menyakitkan."
"Aku punya pisau sekarang," kata George. "Si Ingus yang memberikannya padaku.
Bagaimana Jika kuputuskan tali-tali pengikatmu?"
"Ya," kata Anne senang. "Tapi sakareng sebaiknya kita jangan dulu mencoba
melarikan diri. Sekarang tentunya masih malam Jika kabut belum hilang, nanti
kita tersesat di luar. Jika ada orang datang, kita bisa pura-pura masih
terikat." Pisau yang diberikan si Ingus, ternyata sangat tumpul. Tapi George berhasil juga
memutuskan tali yang mengiket dirinya. Satelah itu dipotongnya tali yang
mengikat Anne. Ah, nyaman rasanya bisa berbaring dengan leluasa , Tidak perlu
duduk terus menerus, terganggu simpul tali yang menekan punggung ,
"Jangan lupa, jika nanti terdengar orang datang, tali harus kita bebatkan lagi
dengan longgar ke tubuh kita," kata George kemudian. "Kita tetap di sini, sampai
tahu pasti hari sudah siang. Mungkin nanti kita juga bisa menyelidiki apakah di
luar masih ada kabut atau tidak. Jika sudah lenyap, kita akan lari."
Setelah itu mereka merebahkan diri ke dasar gua yang berpasir. Enak rasanya,
bisa meluruskan tubuh. Sesaat kemudian mereka sudah tidur, karena tubuh rasanya
capek sekali. Untung saat itu tidak ada orang datang.
Tapi di manakah Julian dan Dick" Mereka masih meringkuk dalam belukar. Mereka
hanya bisa tidur-tidur ayam. Memejamkan mata, tapi tidak bisa pulas. Mereka
kedinginan. Tidak enak rasanya, Mereka berharap, mudah-mudahan saja Anne dan
Gaorge sudah kembali dengan selamat di istal. Mestinya kedua anak perempuan itu
menyusur ral lalu pulang, pikir Julian satiap kali ia terjaga. Mudah-mudahan
mereka selamat, begitu pula Timmy. Untung Timmy ada bersama mereka, pikir
Julian. Tapi Timmy saat itu tidak bersama George dan Anne. Anjing itu lari sendirian
melintasi padang berkabut. Kepeianya terasa sakit Timmy agak bingung. Apa
sebabnya George menyuruh dia pergi ke Henry. Timmy tidak begitu suka pada Henry.
Menurut perasaannya, sikap George juga begitu pada anak itu. Tapi walau
demikian, George menyuruhnya mencari Henry. Aneh
Tapi begitulah yang diperintahkan George padanya. Timmy sayang pada George. Apa
kata anak itu, selalu diturutinya. Timmy berlari di tengah semak dan rumput
liar. ia tidak perlu mengikuti lintasan rel. Tanpa itu pun, ia bisa menemukan
jalan pulang. Hari masih gelap. Tapi takkan lama lagi fajar menyingsing. Cuma kabut masih
sangat tebal. Matahari yang terbit, pasti akan tersembunyi di balik kabut tebal
itu. Akhirnya Timmy sampai di halaman istal Kapten Johnson, ia berhenti sebentar,
mengingat-ingat. Di mana letak kamar tidur Henry" Ah, batui - di tingkat atas,
di sebelah kamar Anne dan George.
Lewat jendela yang sengaja dibiarkan terbuka untuk jalan masuk kucing yang ada
di situ, Timmy melompat ke dalam dapur. Lalu naik ke tingkat atas, menuju kamar
Henry. Pintu didorong olehnya sampai terbuka.
Timmy masuk ke dalam kamar, lalu menaikkan kedua kaki depannya ke tempat tidur.
"Guk," gonggong Timmy di dekat telinga Henry "Guk, guk , guk ,"
Bab 19 Timmy Beraksi Saat itu Henry sedang tidur nyenyak, ia tidur sambil mendengkur. Tapi begitu
terasa kaki Timmy menyentuh lengan, dan terdengar gonggongannya, Henry kaget
lalu langsung terbangun. "Huh, Ada apa?" katanya sambil duduk lurus-lurus di tempat tidur. Tangannya
menggapai-gapai, mencari senter. Henry kaget dan ketakutan. Dengan jari gemetar
dinyatakannya senternya. Kemudian dilihatnya Timmy, yang menatapnya dengan
pandangan meminta. 179 "Lho, Timmy," seru Henry tercengang. "Timmy, Apa yang kaubikin di sini" Anak-
anak sudah kembali" Tak mungkin, masakan kembali tengah malam begini , Lalu
kenapa kau ke mari. Tim?"
"Guk," gonggong Timmy. ia berusaha membuat Henry mengerti, bahwa ia membawa
pesan. Henry mengulurkan tangannya untuk menepuk kepala Timmy. Saat itu barulah
dilihatnya surat yang diikatkan ke kalung leher anjing itu.
"Apa ini, yang ada di lehermu?" kata Henry, sambil meraihkan tangan. "Eh, kertas
rupanya. Terikat ke kalung. Tentunya berita isinya ,"
Henry membuka kertas yang tergulung, lalu membaca tulisan yang ada di situ.
'Kami tertawan. ,kuti Timmy. Dia akan membawa kalian ke tempat kami. Dengan
begitu kalian akan bisa membebaskan kami.
Georgina. Henry melongo. Timmy ditatapnya. Timmy membalas tatapan pandangan Itu, sambil
mengibas-ngibaskan ekor. Lengan Henry dikais-kaisnya dengan tidak sabar. Sekali
lagi Henry membaca surat yang dipegangnya. Kemudian ia mencubit dirinya sendiri,
untuk meyakinkan bahwa ia bukan sedang bermimpi.
"Aduh, Tidak, aku tidak mimpi," kata Henry. "Timmy, betulkah isi surat ini"
Betulkah mereka tertawan" Dan 'kami' itu siapa" George dan Anne, atau mereka
berempat" Aduh Tim, sayang kau tidak bisa ngomong"
Rupanya Timmy juga berpendapat begitu. Lengan Henry digaruk-garuk terus olehnya.
Tiba-tiba anak itu melihat luka yang ada di kepala Timmy. Henry kaget setengah
mati. "Kau luka. Tim, Kasihan. Siapa yang me akukan nya terhadapmu" Lukamu ini perlu "dirawat."
Kepala Timmy masih terasa sakit sekali. Tapi saat itu ia tidak mengacuhkannya.
Timmy mendengking pelan, lalu lari bolak-balik ke pintu.
"Ya, aku mengerti , Kau ingin agar aku ikut Ide nganmu," kata Henry. "Tapi aku
perlu berpikir-pikir "dulu. Jika Kapten Johnson ada di sini, pasti sudah
kupanggil dia. Tapi Kapten malam ini tidak ada di rumah. Tim, Aku yakin Bu
Johnson akan ketakutan, jika dia kupanggil sekarang. Aku benar-benar bingung,
tak tahu apa yang harus kukerjakan ," - Timmy menggonggong, kedengarannya
seperti mencemooh. "Ya, kau enak saja menggonggong begitu," kata Henry "tapi aku tidak setabah
dirimu. Tim. Aku cuma berlagak berani aaja , Padahal sebetulnya takut. Aku takut
Lima Sekawan 13 Rawa Rahasia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ikut denganmu. Aku takut mencari kawan-kawan, karena jangan-jangan nanti ikut
tertawan. Lagipula saat ini kabut sedang tebal, Tim,"
Henry turun dari tempat tidur. Timmy memandangnya dengan penuh harap. Mungkinkah
anak konyol ini sekarang sudah membulatkan tekat"
"Timmy, malam ini di sini tidak ada orang dewasa kecuali Bu Johnson," kata Henry
lagi. "Sedang dia, tak mungkin boleh kubangunkan. Kemarin ia bekerja sibuk
sekali. Aku akan berpakaian dulu. Setelah itu kupanggil William. Ya, aku tahu
anak Itu baru sebelas tahun umurnya , Tapi dia laki-laki, dan cukup berakal, ia
tentu tahu apa yang harus dilakukan , Sedang aku - aku cuma pura-pura saja
menjadi anak laki-laki."
Henry bergegas mengenakan pakaiannya yang sehari-hari, lalu pergi ke kamar tidur
William. William tidur sendiri, dalam kamar yang berseberangan dengan kamar Henry. Henry masuk
ke kamar anak itu, lalu menyalakan senternya.
William langsung bangun. "Siapa itu?" katanya sambil menegakkan diri di tempat tidur. "Mau apa ke mari?"
"Ini aku - Henry," kata Henry. "William, ada kejadian luar biasa tadi , Timmy
tiba-tiba muncul dalam kamarku, dengan membawa surat yang terikat pada
kalungnya. Ini, bacalah sendiri ,"
William menerima surat itu, lalu membacanya, ia pun tercengang menyimak isinya.
"Lihatlah , George membubuhkan tanda tangan dengan nama Georgina," katanya. "Itu
takkan mungkin dilakukan olehnya, jika keadaan tidak benar-benar gawat, ia kan
biasanya selalu menyebut dirinya George. Jadi kita harus segera berangkat, ikut
dengan Timmyl" "Tapi aku tidak bisa berjalan jauh merintis padang belantara yang sedang
diselubungi kabut," kata Henry ketakutan.
"Kita tidak perlu berjalan kaki ke sana. Kita menunggang kuda," kata William.
Anak itu ternyata memang cukup berakal. Sambil berpakaian, ia meneruskan, "Timmy
akan menjadi penunjuk jalan. Sekarang siapkan kuda-kuda untuk kita. Cepatlah
sedikit, Henry , Kalau melihat tingkah-lakumu sekarang, kau ini lebih pantas
disebut Henrietta ,"
Henry jengkel mendengar ucapan William. Dengan segera ia keluar, menuju ke
pekarangan. Sayang, kenapa Justru malam ini Kapten Johnson bepergian.
Coba kalau dia ada, pasti akan bisa dengan segera mengambil keputusan tepat.
Ketabahan Henry pulih, ketika ia sampai di kandang kuda. Kuda-kuda yang
diambilnya nampak kaget. Tapi mereka mau saja diajak pergi malam hari. Bahkan di
tengah kabut pekat sekalipun , Tak lama kemudian William muncul, bersama Timmy.
Anjing itu senang melihat William ikut. Timmy suka pada anak laki-laki itu. Tapi
Henry, tidak begitu disenangi olehnya.
Timmy berlari mendului, disusul kedua anak yang menunggang kuda. Baik Henry
maupun William, keduanya membawa senter yang sinarnya sangat terang. Cahayanya
disorotkan terus ke tanah, supaya bisa selalu tahu ke mana arah yang ditempuh
Timmy. Satu dua kali anjing itu lenyap dari penglihatan mereka. Tapi anjing itu
langsung berbalik, begitu terdengar kuda-kuda berhenti.
Mereka merintis padang belantara. Mereka tidak mengikuti alur rel, karena Timmy
tidak memerlukan penuntun arah. ia sudah hafal jalan ke bukit!
Tapi sekali ia tertegun, lalu mengendus-endus. Apakah yang tercium olehnya"
Henry dan William sama sekali tidak bisa menduga, bahwa saat itu Tim-my agak
bingung mencium bau sesuatu dalam kabut.
Bau Julian dan Dick-kah yang tercium tadi" Bau itu hanya sekilas saja lewat.
Timmy nyaris saja mengikuti arah bau itu, untuk meyakinkan bahwa penciumannya
benar. Tapi kemudian ia teringat pada George dan Anne. Timmy lantas melanjutkan
berlari memotong kabut. Sebetulnya Julian dan Dick memang tidak jauh dari situ, ketika Timmy mencium bau
mereka. Kedua anak laki-laki itu masih meringkuk dalam semak.
berusaha menghangatkan tubuh. Mereka tetap sukar tidur. Coba jika mereka tahu
Timmy ada di dekat situ, bersama Henry dan William. Tapi hal itu tak mungkin
mereka ketahui , Timmy lari terus, mendului Henry dan William yang menunggang kuda. Tak lama
kemudian mereka sampai di parit bekas penggalian pasir. Tapi parit itu tidak
nampak, karena terhalang kabut. Dengan dituntun oleh Timmy, mereka mengitari
parit, laki menuju ke perkemahan kelana. Anak-anak itu segera waspada, ketika
melihat Timmy memelankan larinya.
"Dia sudah hampir sampai ke tempat, ke mana kita hendak dibawa olehnya," bisik
William. "Sebaiknya kita turun, dan kuda-kuda kita tambatkan di salah satu
tempat. Bunyi derap kaki mereka bisa menyebabkan orang tahu bahwa kita ada di
sini." "Ya , Betul, William" kata Henry. William memang bijaksana, pikir Henry. Pelan-
pelan mereka turun dari kuda, yang kemudian diikatkan ke sebatang pohon yang ada
di dekat situ. Saat itu mereka ada di dekat bukit. Sedang perkemahan kelana terdapat di depan
bukit itu. Di situ kabut tidak begitu tebal. Tiba-tiba nampak bayangan gelap
sebuah caravan, di dekat api unggun yang dibiarkan menyala.
"Kita harus hati-hati sekali," bisik William. "Ternyata kita dibawa ke
perkemahan kelana di Rawa Rahasia. Tadi sudah kusangka itu akan dilakukannya.
Rupanya kawan-kawan kita ditawan di dekat-dekat sini , Kita harus berhati-hati
sekali ," Timmy memperhatikan keduanya turun dari kuda masing-masing. Kepala Timmy
tertunduk. Ekornya terkulai ke bawah, sementara napasnya tersengal-sengal.
Kepalanya terasa sakit sekali. Timmy merasa pusingi Tapi ia harus mendatangi
George. Harus , Diduluinya anak-anak, menuju lubang masuk ke dalam bukit. William dan Henry
semakin tercengang. Tapi mereka ikut terus dengan Timmy. Menyusur lorong yang
simpang siur dan berliku-liku. Kedua anak itu heran, bagaimana Timmy bisa tahu
pasti jalan mana yang harus diambil. Tapi Timmy tidak pernah sekali pun nampak
bimbang. Kalau ia sudah sekali datang ke salah satu tempat, takkan pernah lagi
ia melupakan jalan ke situ ,
Jalannya sudah lambat sekali sekarang. Kakinya terasa gontai. Kepingin rasanya
berbaring, meletakkan kepalanya yang sakit ke kaki depan. Tapi tidak, ia harus
menemukan George. George harus ditemukan dulu olehnya!
Sementara itu George dan Anne masih terbaring dalam gua. Keduanya tidur. Tapi
tidak bisa pulas. Sebentar-sebentar terbangun. Badan mereka terasa kaku. Mereka
gelisah, karena hawa dalam gua panas. Tapi mereka sedang tidur, ketika Timmy
masuk dengan langkah lambat, lalu merebahkan diri di sisi George.
George terbangun, ketika William dan Henry masuk ke dalam gua. Dikiranya yang
datang ayah si Ingus, ia lantas cepat-cepat melilitkan tali ke pinggang, supaya
kelihatan seakan-akan ia masih dalam keadaan terikat Tapi kemudian terdengar
napas Timmy tersengal-sengal. Dengan segera George menyalakan senter. Seketika
itu juga ia melihat Timmy, Henry dan William! Henry melongo, ketika melihat
George dan Anne ada di tanah dengan pinggang terlilit tali.
"Wah, Tim - kau berhasil membawa pertolongan ," kata George, sambil merangkul
leher anjingnya. "Henry, senang sekali aku karena kau datang. Tapi kenapa Kapten
Johnson tidak kauajak juga?"
"Tidak bisa, karena ia sedang pergi," kata Henry. "Tapi William ada di sini.
Kami tadi menunggang kuda. Timmy menunjukkan jalan bagi kami. Apa sebetulnya
yang terjadi, George?"
Saat itu Anne terbangun, ia melongo, ketika melihat kedua anak yang baru datang.
Setelah itu terjadi perundingan secara tergesa-gesa. William kemudian menyatakan
pendapatnya dengan tegas.
"Jika kalian ingin melarikan diri, harus sekarang juga - sementara orang-orang
di perkemahan kelana masih tidur. Timmy bisa menunjukkan jalan keluar dari bukit
yang penuh dengan lorong berslm-pang-siur Ini. Kalau kita sendiri, takkan mampu
menemukan jalan keluar. Ayo ,"
"Ayo, Tim," kata George, sambil menggoncang-goncang tubuh anjingnya pelan-pelan.
Tapi Timmy saat itu merasa aneh. ia tidak bisa melihat jelas. Kepalanya terasa
berat sekali. Dan kakinya, seakan-akan lumpuh. Ternyata baru sekarang timbul
pengaruh yang sebenarnya sebagal akibat pukulan yang mengenai kepalanya. Dan
perjalanannya tergesa-gesa pulang balik memanggil Henry, menyebabkan cederanya
semakin parahi "Timmy sakiti" kata George panik. "Dia tidak bisa bangun, Aduh Tim, kenapa kau?"
"Pasti luka di kepalanya itu yang menyebabkan," kata William. "Luka itu parah,
dan sekarang ia kehabisan tenaga setelah berlari-lari menjemput kami tadi. Dia
takkan mampu menunjukkan jalan ke luar.
George. Kita harus berusaha, sebisa-bisa kita sendiri"
"Aduh, kasihan si Timmy ," kata Anne. ia merasa ngari, melihat anjing itu
tergeletak di tanah. "Kuatkah kau menggendongnya, George?"
"Kurasa kuat," kata George, lalu mengangkat tubuh Timmy. "Badannya berat sekali
- tapi kurasa aku masih mampu. Mungkin jika kita sudah sampai di luar, udara
segar akan menyebabkan Timmy bisa sadar lagi."
"Tapi kita tidak tahu jalan ke luar, George," desah Anne ketakutan. "Jika Timmy
tidak bisa menuntun kita, nanti kita tersesat , Kita akan berputar-putar terus
dalam perut bukit ini, tanpa bisa keluar"
"Yah, kita terpaksa mencobanya," kata Wlliiam. "Yuk, aku saja yang berjalan di
depan. Pokoknya, kita harus berangkat sekarang juga ,"
William masuk ke dalam salah satu lorong, diikuti kawan-kawannya. George
berjalan sambil menggendong Timmy. Tapi kemudian William tertegun, ketika sampai
pada suatu persimpangan. "Aduh, ke mana sekarang?" kata William bingung. "Ke kanan, atau ke kiri?"
Anak-anak tidak ada yang tahu. George menyorotkan cahaya senternya ke sana-sini,
sambil berusaha mengingat-ingat. Saat Itu sinar senter menyoroti sesuatu yang
ada di tanah dekat mereka berada. Mereka melihat dua potong ranting. Satu
panjang, dan yang satu lagi pendek - membentuk silang. George berseru,
"Lihatlah - ini kan patrin , Rupanya dibuat oleh si Ingus, untuk menunjukkan
jalan ke luar. Kita harus masuk lorong yang ditunjuk ranting yang panjang.
Wah, mudah-mudahan saja si Ingus meninggalkan patrin di setiap sudut dan
persimpangan ," Anak-anak lantas masuk lorong sebelah kanan. Cahaya senter mereka disorotkan
jauh ke depan, menembus kegelapan tempat itu. Di setiap posisi di mana mereka
mungkin salah jalan, ternyata ada patrin. ,syarat si Ingus, untuk menunjukkan
jalan yang harus diambil.
"Ada silang lagi - kita harus lewat sini," kata Anne.
"Ini ada patrin di persimpangan ini , Kita lewat situ," kata George kemudian.
Begitu terus, sampai mereka akhirnya tiba dengan selamat di mulut lorong yang
terdapat di sisi bukit. Kabut yang semula ditakuti, kini mereka perhatikan
dengan perasaan lega. Setidak-tidaknya itu berarti bahwa mereka sudah kembali
berada di luar. "Sekarang kita ke tempat kuda-kuda ditambatkan," kata William. "Kita terpaksa
menunggangi mereka berdua-dua."
Mereka lantas berjalan menuju tempat kedua ekor kuda menunggu. Tapi tepat saat
itu, anjing-anjing kelana di perkemahan mulai menggonggong dengan ributi
"Kita ketahuan ," kata William cemas. "Cepatlah sedikit, Kita akan tercegat
nanti, jika tidak lari saat ini juga ,"
Kemudian terdengar suara seseorang yang berteriak keras.
"Berhenti ," seru orang itu. "Aku bisa melihat kalian di sana, membawa senteri
Ayo berhenti, kataku,"
Bab 20 Pagi yang Tegang Sementara itu fajar tiba. Kabut sudah tidak lagi gelap, tapi semu putih. Dan
dari saat ke saat menipis dengan cepat. Keempat anak itu bergegas mendatangi
kedua ekor kuda yang mengentak entakkan kaki dengan tidak sabar di dekat pohon.
George tidak bisa berjalan cepat-cepat, karena meng-gandong Timmy. Anjing itu
ternyata memang berat. Tiba-tiba Timmy bergerak-gerak dalam gendongan. Udara sejuk dan segar
menyebabkan ia sadar kembali, ia ingin diturunkan. Dengan perasaan lega George
meletakkannya ke tanah. Timmy langsung menggonggong, menantang para kelana yang
sementara itu bertemperasan keluar dari caravan-caravan mereka, diikuti oleh
kawanan anjing. Anak-anak bergegas naik ke punggung kuda. Kedua ekor kuda itu heran, mengapa
tahu-tahu beban mereka bertambah. William menyentakkan tali kekang kudanya, yang
langsung menderap membawa beban yang ditambah dengan George. Sedang Henry
membawa Anne. Timmy ternyata sudah merasa lebih baik sekarang. Kakinya tidak
goyah lagi. Anjing itu berlari mengiringi kedua ekor kuda.
Para kelana mengejar, sambil mengacungkan tinju dan berteriak-teriak marah. Ayah
si Ingus benar-benar tercengang saat itu. Lho, itu kan kedua anak perempuan yang
diikat olehnya dalam gua - serta anjing yang disuruhnya menipu kedua anak laki-
laki yang ada di padang. Kalau begitu - siapakah kedua anak yang menunggang kuda" Dan bagaimana mereka
bisa menemukan jalan ke bukit" Lalu, bagaimana kedua anak yang tertawan itu bisa
menemukan jalan keluar dari perut bukit" Ayah si Ingus benar-benar bingung.
Para kelana lari mengejar. Tapi kawanan anjing mereka merasa sudah cukup puas
dengan ribut menggonggong saja. Tak ada yang berani mengejar Timmy. Semua takut
pada anjing besar Itu. Kuda-kuda menderap secepat keberanian mereka menembus kabut, sementara Timmy
lari mendahului. Anjing itu kelihatannya sudah jauh lebih segar keadaannya. Tapi
George khawatir, jangan-jangan cuma semangatnya saja yang mendorong Timmy
sekarang. George menoleh ke belakang, memandang ke arah para kelana yang
mengejar. Syukurlah - kini mereka takkan mungkin lagi terkejar.
Di balik kabut, matahari bersinar cerah. Sebentar lagi selubung aneh yang datang
dengan tiba-tiba dari laut itu pasti akan tercerai-berai. George melirik
arlojinya. Astaga, sudah hampir pukul enam , Hari sudah pagi ,
Terlintas pertanyaan dalam pikirannya, mengenai Dick dan Julian. Di manakah
keduanya sekarang" Dengan perasaan berterima kasih, George teringat pada si Ingus, serta pada
patrin-patrin yang ditinggalkannya dalam lorong-lorong bukit tadi. Tanpa bantuan
tanda-tanda petunjuk itu, mereka takkan mungkin bisa keluar dari sana. Kemudian
ia terpikir pada Henry dan William. Dengan tiba-tiba saja, George memeluk
pinggang William erat-erat. ,tulah caranya menyatakan terima kasih pada anak
Itu, karena telah datang tengah malam dan menyelamatkan dirinya bersama Anne ,
"Menurut pendapatmu, di manakah Julian dan Dick sekarang?" kata George pada
William. "Mungkinkah masih tersesat di tengah Rawa Rahasia" Bagaimana jika kita
berseru-seru mencari mereka?"
"Tidak," kata William sambil menoleh. "Kita sekarang langsung pulang ke rumah
Kapten Johnson. Dick dan Julian mampu mengurus diri mereka sendiri."
Itu memang dicoba oleh Dick dan Julian sepanjang malam yang dingin dan berkabut
itu. Tapi hasilnya mengecewakan. Ketika untuk kesekian kalinya mereka menerangi
arloji dengan cahaya senter, dan ternyata sudah pukul lima kurang seperempat,
mereka mengambil keputusan untuk pergi dari situ. Coba saat itu mereka tahu,
bahwa Henry dan William sedang menunggang kuda lewat di dekat tempat mereka,
menuju perkemahan kaum kelana bersama Timmy ,
Julian dan Dick keluar dari tengah belukar. Tubuh mereka terasa kaku dan lembab.
Keduanya menggeliat lalu memandang alam aekeliling yang masih diselubungi kebut.
"Yuk, kita pergi saja," kata Julian. "Aku sudah tidak tahan lagi duduk diam-diam
di tengah kabut ini. Aku membawa kompas. Jika kita berjalan lurus terus ke arah
barat, pasti pada suatu saat kita akan sampai di tepi Rawa Rahasia, tidak jauh
dari Milling Green."
Mereka lantas pergi meninggalkan tempat Itu. Langkah mereka tersaruk-saruk.
Senter sudah tidak terang lagi cahayanya, karena baterainya sudah lemah.
"Sebentar lagi pasti mati," keluh Dick, sambil menggoncang-goncang senternya.
"Sialan , Padahal kita harus selalu memperhatikan kompas."
Saat itu Julian nyaris terjerembab, karena tersandung sesuatu yang keras.
Disambarnya senter dari tangan Dick.
"Cepat, kemarikan sentermu ," katanya. Lalu diarahkannya sinar senter ke benda
yang menyebabkan dia tersandung. "Wah, lihatlah - ada rel di sini , Kita sudah
sampai lagi di atas rel. Dasar mujuri"
'Betul' sambut Dick lega. "Senter ini sudah hampir mati , Sekarang kita tidak
boleh kehilangan rel lagi. Begitu tak terasa lagi dengan kaki, kita harus
langsung berhenti ,"
"Bayangkan, selama ini kita begitu dekat ke sini; tapi sama sekali tidak tahu,"
keluh Julian. "Kalau tahu, sudah lama kita kembali ke Istal. Mudah-mudahan saja
Anne dan George berhasil kembali dengan selamat, dan tidak ribut-ribut di sana
tentang kita. Mereka mestinya tahu, kita akan kembali begitu hari sudah pagi -
jika kita bisa menyusur rel"
Sekitar pukul enam pagi, mereka sampai di gerbang istal. Mereka sudah kehabisan
tenaga. Jalan mereka terhuyung-huyung. Rupanya belum ada yang bangun. Pintu
kebun mereka temukan dalam keadaan terbuka, karena memang sengaja dibiarkan
begitu oleh William dan Henry.
Julian dan Dick langsung menuju ke kamar Anne dan George. Mereka mengira akan
menjumpai kedua anak itu dalam tempat tidur mereka. Tapi tentu saja masih
kosong. Keduanya lantas pergi ke kamar Henry. Mereka hendak menanyakan, apakah anak itu
mendengar berita tentang Anne dan George. Tapi aneh, tempat tidur Henry juga
Lima Sekawan 13 Rawa Rahasia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kosong - walau nampak bekas ditidur,
Kini mereka menyeberang, ke kamar William.
"He, William juga tidak ada" kata Dick bingung. "Ke mana mereka semua?"
"Kita bangunkan Kapten Johnson," kata Julian, ia tidak tahu. Kapten Johnson
malam itu tidak tidur di rumah. Jadi yang terbangun Bu Johnson. Wanita itu kaget
sekali melihat mereka tiba-tiba berdiri di ambang pintu kamarnya, ia menyangka
mereka saat itu sedang berkemah, jauh di tengah padang.
Bu Johnson semakin kaget ketika mendengar kisah mereka, serta menyadari bahwa
George dan Anne hilang. "Kalau begitu ke mana mereka ," katanya, sambil mengenakan mantel kamar. "Ini
benar-benar gawat, Julian. Mereka mungkin tersesat di tengah padang, atau
ditawan para kelana , Aku harus menelepon suamiku , Dan polisi , Aduh, aduh -
kenapa kalian ku ijinkan pergi berkemah?"
Bu Johnson langsung mengangkat gagang telepon. Julian dan Dick berdiri di
sisinya dengan cemas. Ketika Bu Johnson sedang sibuk berbicara, di luar
terdengar derap langkah kuda.
"Astaga, Siapa itu yang datang?" kata Bu Johnson. "Itu kan bunyi langkah kuda ,
Siapa pula yang naik kuda sepagi ini?"
Mereka lantas pergi ke jendela, lalu memandang ke bawah. Saat itu juga Dick
berteriak, sehingga nyaris saja Bu Johnson terpental ke luar jendela karena
kaget "Anne, George! Lihatlah, mereka datang - bersama Timmy , Dan itu Henry dengan
William! Apa sebetulnya yang terjadi?"
Anne mendongak, karena mendengar suara Dick berteriak-teriak. Walau ia capek
sekali, tapi Anne masih bisa melambai dengan gembira sambil tersenyum lebar.
Sedang George berseru, "Julian , Dick , Rupanya kalian berhasil pulangi Aduh, kami sudah berharap-harap
kalian bisa pulangi Setelah kalian meninggalkan kami, kami lantas menyusur rel.
Tapi salah arah, sehingga kembali ke parit pasir"
"Lalu para kelana menawan kami ," seru Anne.
"Tapi - tapi - bagaimana Henry dan William bisa ada bersama kalian?" kata Bu
Johnson, ia menyangka pasti saat itu masih tidur, dan sedang bermimpi. "Dan si
Timmy kenapa?" ia bertanya begitu, karena tiba-tiba Timmy roboh. Ketegangan sudah lewat, mereka
sudah sampai - sekarang ia bisa tidur dengan tenang. Kepalanya sakit sekali ,
George langsung meloncat turun dari punggung kuda.
"Timmyl Timmy yang manisi Timmy yang berani," katanya. "Tolong aku, William ,
Aku hendak menggotongnya ke atasi Ke kamarku, di mana aku bisa memeriksa
lukanya." Sementara itu anak-anak yang lain terbangun. Keadaan menjadi hiruk-pikuk, sampai
Bu Johnson kebingungan sendiri.
Kabut menghilang sama sekail, dan matahari bersinar cerah.
"Horei Kabut sudah tidak ada lagi ," seru George gembira. "Matahari sudah
terbit. Gembiralah, Tim - kita selamat sekarang ,"
Timmy digotong oleh William dan George. Lewat jenjang rumah, naik ke tingkat
atas. Kemudian George dan Bu Johnson memeriksa lukanya, lalu mencucinya bersih-
bersih. "Luka ini perlu dijahit," kata Bu Johnson, "tapi kelihatannya sudah agak sembuh.
Jahat sekali orang-orang itu, memukul anjing yang tak bersalah ,"
Tak lama kemudian terdengar lagi bunyi kuda berlari di pekarangan. Kapten
Johnson muncul dengan wajah cemas. Hampir bersamaan dengannya, datang pula
sebuah mobil. Kendaraan itu meluncur laju, lalu berhenti di depan gerbang istal.
Ternyata yang datang itu dua petugas polisi. Mereka dikirim untuk melakukan
pemeriksaan, berkenaan dengan dua anak perempuan yang dilaporkan hilangi Rupanya
Bu Johnson lupa menelepon polisi lagi, untuk mengatakan bahwa anak-anak itu
sudah kembali. "Aduh, maaf aku sudah menyusahkan kalian," kata Bu Johnson pada petugas polisi
yang berpangkat sersan. "Mereka baru saja tiba , Tapi aku masih belum bisa
mengerti, apa sebetulnya yang terjadi. Pokoknya mereka selamat, jadi Anda tidak
perlu repot-repot lagi mencari."
"Tunggu dulu ," seru Julian, yang ada di situ. "Kurasa kita memerlukan bantuan
polisi) Di Rawa Rahasia sedang berlangsung peristiwa yang sangat aneh"
"O ya" Peristiwa apa?" tanya sersan polisi, sambil mengambil buku notesnya.
"Kami sedang berkemah di sana," kata Julian. "Tahu-tahu muncul sebuah pesawat
terbang. Tar-bangnya rendah sekali, dituntun nyala sebuah lampu. Lampu itu
dipasang para kelana dalam sebuah parit tempat penggalian pasir."
"Lampu, dipasang para kelana?" kata sersan heran. "Tapi, untuk apa mereka harus
menuntun pesawat terbang" Apakah pesawat itu kemudian mendarat?"
"Tidak," jawab Julian. "Lalu keesokan malamnya pesawat itu datang lagi. Persis
seperti malam sebelumnya, terbang rendah sambil berputar-putar. Tapi kini
pesawat itu menjatuhkan paket-paket, Paki" "0 ya?" kata sersan lagi. ia
kelihatan semakin tertarik. "Mungkin dengan maksud supaya dipungut para kelana?"
"Betul Pak," kata Julian. "Tapi bidikan yang menjatuhkan paket-paket Itu tidak
tepat, karena semuanya berjatuhan di sekitar kami. Bahkan ada beberapa yang
hampir mengenai kami , Kami lantas cepat-cepat berlindung, karena tidak tahu apa
,si paket-paket itu , Jangan-jangan bahan peledakl"
"Lalu kau memungut salah satu paket Itu?" tanya sersan. Julian mengangguk.
"Bukan cuma memungut - tapi juga membuka satu."
"Apa isinya?" "Uang kertas! Uang dolarl" kata Julian. "Dalam satu paket saja sudah banyak
sekali lembaran uang itu, semuanya bernilai seratus dolar. Jadi beribu-ribu
dolar yang dijatuhkan malam-malam di sekitar kami ,"
Sersan polisi memandang rekannya.
"Nah, sekarang kami mengerti , Ini merupakan penjelasan atas berbagai hal yang
selama ini membingungkan kami , Bukankah begitu, Wilkins?"
Wilkins, polisi yang satu lagi mengangguk dengan wajah serius.
"Betul, Jadi begitu rupanya cara yang dipakai gerombolan penjahat itu untuk
menyelundupkan uang kertas dolar ke sini, dari tempat pembuatannya di Perancis
Utara. Gampang saja, dengan pesawat terbang"
Tapi kenapa paket-paket itu dilempar ke bawah, untuk dipungut para kelana?"
tanya Julian. "Apakah supaya diteruskan pada orang lain" Kenapa tidak dibawa
masuk secara terang-terangan" Kan orang boleh saja dengan bebas membawa dolar ke
mari?" 'Tidak boleh, kalau uang itu palsu," kata sersan. "Percayalah, semua uang itu
palsu. Para penjahat itu bermarkas besar di kota London. Begitu salah seorang
kelana mengantarkan paket-paket itu pada mereka, penjahat-penjahat itu lantas
mulai beraksi menyebarkan uang palsu. Membayar sewa hotel, membeli bermacam-
macam barang dengan pembayaran berupa uang kertas yang tidak ada nilainya sama
sekali." "Huahh!" seru Julian kaget. "Sama sekail tak kusangka, uang sebanyak itu palsu
semual" "O ya, semuanya uang palsui Kami sudah lama mengetahui adanya kelompok penjahat
itu. Tapi selama ini kami hanya berhasil menyelidiki bahwa mereka memiliki
percetakan uang palsu di wilayah Perancis Utara. Begitu pula kawanan mereka yang
ada di dekat London, dengan salah satu cara menerima kiriman uang palsu, lalu
menyebarluaskan selaku uang yang sah," kata sersan menjelaskan. "Tapi kami tidak
tahu dengan cara bagaimana uang palsu itu dibawa ke sini, serta siapa yang
mengantarkan selanjutnya pada kawan-kawan mereka yang ada di dekat kota
London ," "Tapi sekarang kita tahu," kata polisi yang bernama Wilkins. "Wah, sekarang kita
berhasil. Sersan , Hebat anak-anak Ini, berhasil menyelidiki hal yang sudah
berbulan-bulan memusingkan kita ,"
"Tapi mana paket-paket itu?" tanya sersan. "Kalian sembunyikan, atau dirampas
kelana?" "Tidak, Kami sembunyikan," kata Julian. "Tapi kurasa para kelana pasti akan
berkeliaran mencari tempat itu hari ini. Jadi sebaiknya kita cepat-cepat saja
pergi ke Rawa Rahasia, Paki"
"Di mana kalian menyembunyikannya?" tanya sersan. "Mudah-mudahan di salah satu
tempat yang amani" "O, sangat amani" kata Julian. "Kupanggil adikku dulu, Pak.Dia ikut dengan kita.
He, Dick, Ke mari sebentar-akan kaudengar berita menarik!"
Bab 21 Akhir Petualangan Bu Johnson kagat ketika mendengar polisi hendak mengajak Julian dan Dick pergi
lagi ke Rawa Rahasia. "Tapi - mereka kan capeki" kata Bu Johnson. "Mereka perlu makan dulu. Apakah
tidak bisa menunggu sebentar?"
"Sayang tidak. Bu," kata sersan. "Tapi Anda tidak perlu khawatir. Kedua anak
laki-laki ini ulet "Sebetulnya, kurasa para kelana itu takkan mungkin bisa menamukan paket-paket
itu," kata Julian. "Jadi tidak ada salahnya kalau kami makan dulu. Perutku sudah
lapar sekali ," "Baiklah," kata petugas polisi itu, sambil menyimpan buku notesnya. "Makan saja
dulu , Setelah itu kita berangkat."
Tapi mendangar berita tentang rencana perjalanan sekali lagi ke padang, tentu
saja George, Anne dan juga Henry ,Ingin ikut pula ,
"Apa , Kami ditinggal?" seru George tersinggung. "Seenaknya saja , Anne juga
kepingin ikuti" "Dan Henry juga," kata Anne sambil memandang George, "walau ia tidak ikut
menemukan paket-paket berisi uang kertas Itu."
"Tentu saja Henry harus ikut," sambung George dengan segera. Wajah Henry
berseri-seri mendengarnya. Ternyata George benar-benar terkesan pada keberanian
Henry, datang bersama William untuk menyelamatkan dirinya serta Anne. George
senang sekali karena Henry tidak membangga-bang gakan perbuatannya itu. Tapi
Henry sendiri tahu, William-lah yang paling pantas dipuji-puji. Karena itulah ia
tidak mau ribut-ribut tentang persoalan Itu.
Sehabis sarapan sampai kenyang, mereka berangkat. Besar juga rombongan yang ikut
dengan polisi. Kapten Johnson juga ikut. Hampir saja ia tidak bisa mempercayai
kisah luar biasa yang dituturkan anak-anak, mengenai pengalaman mereka bersama
Timmy. Kepala Timmy sudah ditambal pembalut. Timmy bangga sekali. Tunggu sampai
Liz melihatnya , William juga diperbolehkan ikut. Anak itu berusaha menerka, di mana Julian
menyembunyikan uang kertas palsu yang banyak itu. Tapi ia takkan mungkin bisa
manerkanya. Sedang Julian tetap tidak mau menceritakan tempatnya, ia ingin
membuat orang-orang terkejut nanti.
Mereka berjalan kaki, menyusur lintasan rel yang tak terpakai lagi. Akhirnya
tiba di parit bekas tempat menggali pasir. Julian berdiri di tepi atas, lalu
menunjuk ke arah perkemahan para kelana.
"Mereka pergi - lihatlah ," katanya. "Aku barani taruhan, mereka pasti takut
bahwa kita memberitakan tingkah-laku mereka, setelah Anne dan George berhasil
melarikan diri." Kata Julian benar. D, kejauhan nampak ,ring-iringan caravan bergerak pergi
dengan lambat-lambat. "Wilkins ," kata sersan pada pembantunya, "nanti kalau kau kembali, sebarkan
instruksi untuk mengamat-amati setiap kelana yang meninggalkan rombongan
caravan. Salah seorang di antara mereka pasti telah mengatur tempat pertemuan,
di mana paket-paket yang dijatuhkan dari pesawat terbang seharusnya diserahkan
pada kawanan penjahatl Jika kita mengamat-amati setiap caravan serta para kelana
yang ada di situ, dalam waktu dekat kita pasti akan berhasil membekuk kawanan
yang menyebarluaskan uang palsu itu ,"
"Kurasa orang itu pasti ayah si Ingus," kata Dick. "Yang jelas, dia kepala
kawanan Itu." Mereka memperhatikan iring-iringan caravan, yang berangkat satu per satu. Anne
memikir-mikir tentang si Ingus. George juga. Apakah yang dijanjikannya kemarin
malam, asal si ingus mau menolongnya" Sebuah sepeda, dan kemungkinan untuk
tinggal dalam sebuah rumah, supaya anak itu bisa naik sepeda ke sekolah , Yah,
kecil kemungkinannya ia akan berjumpa lagi dengan anak kecil bertampang dekil
itu. Tapi kalau ternyata bertemu lagi, maka George dengan sendirinya wajib
menepati janji , "Nah, di mana tempat persembunyianmu yang hebat itu?" tanya sersan polisi,
ketika Julian berpaling sehabis memperhatikan rombongan caravan.
"Ikut aku" kata Julian sambil nyengir. Didululnya mereka berjalan kembali,
menuju tempat rel terputus, ia menghampiri semak yang masih ada di situ. Kepala
kereta Juga masih terguling di tempatnya, hampir-hampir tidak kelihatan karena
tertutup pasir dan semak.
"Apa itu?" tanya sersan kaget.
"Inilah lokomotif yang dulu dipakai menarik gerbong-gerbong yang mengangkut
pasir dari parit penggalian," kata Dick. "Rupanya dulu pernah terjadi
perselisihan antara para pemilik tambang pasir Ini dengan kaum kelanal Kaum
kelana mendongkrak jalur rel, sehingga lokomotif tergelincir lalu terguling di
sini. Dan sejak itu, kepala kereta api Ini tetep berada di tempat Ini ,"
Julian menghampiri cerobong asap, lalu menyingkapkan ranting berduri yang
menutupinya. Sementara itu sersan memperhatikan terus dengan perasaan heran.
Dick mengorek-ngorek pasir dan bagian atas lubang cerobong. Lalu dikeluarkannya
sebuah paket dari tempat itu. Dalam hati anak itu sudah khawatir, jangan-jangan
paket-paket itu sudah tidak ada lagi di tempat.
"Ini dia," katanya, lalu melontarkan paket pada sersan polisi. "Di sini masih
banyak lagi. Nanti ada satu yang sudah kami buka - nah, ini dia barangnya ,"
Sersan dan Wilkins tercengang-cengang, melihat barang-barang itu dikeluarkan
dari tempat yang begitu luar biasa. Pantas jika para kelana tidak berhasil
menemukannya. Siapalah yang akan memeriksa ke dalam lubang asap sebuah lokomotif
tua , Itu pun jika mereka berhasil menemukan lokomotif itu. yang terbenam sampai
separuh di dalam pasir. Sersan polisi memperhatikan lembaran uang seratus dolar yang terdapat dalam
paket yang sudah terbuka, ia bersiul kagum.
"Huii. ini dia barangnya , Kami sudah pernah melihatnya sebelum ini. Memang
pemalsuan yang hebat sekali , Jika kawanan penjahat berhasil menyebarkan hasil
pemalsuan ini, sebagai akibatnya akan banyak orang yang menderita kerugian. Uang
ini semuanya tidak ada nilainya sama sekali. Berapa katamu jumlah paket yang ada
di sini?" "Wah, berpuluh-puluh ," jawab Dick, sambil mengeluarkan lebih banyak lagi dari
dalam lubang cerobong. "Huhh, aku tidak bisa mencapai paket-paket yang paling
bawah" "Biar saja," kata sersan. "Masukkan pasir lagi untuk menutupi , Nanti akan
kusuruh bawahanku ka sini, untuk mengorek keluar dengan kayu. Para kelana sudah
pergi - sedang hanya mereka saja yang mungkin datang mencari. Wah, ini benar-
benar hasil yang hebat. Kalian sangat menolong kami," kata sersan pada anak-
anak. "Untunglah," kata Julian. "He, sebaiknya kita sekarang mengumpulkan barang-
barang yang kita tinggalkan di sini kemarin , Soalnya kami buru-buru berangkat
kemarin, Pak - sehingga barang-barang kami masih tertinggal dalam parit pasir"
Bersama George, Julian masuk ke dalam parit untuk mengambil barang-barang yang
ketinggalan di situ. Timmy ikut dengan mereka. Tapi tiba-tiba anjing itu
menggeram. George berhenti berjalan, sambil memegang kalung leher anjingnya.
"Ada apa, Tim" Ju, di situ pasti ada orangl Mungkinkah salah seorang dari
kawanan kelana?" Saat itu Timmy berhenti menggeram-geram- Bahkan sekarang ekornya dikibas-
kibaskan dengan gembira, ia melepaskan diri dari pegangan George, lalu lari
menuju salah satu gua kecil yang banyak terdapat di sisi parit. Tampangnya aneh,
dengan kepala yang ditambal pembalut luka.
Tahu-tahu dari gua itu muncul - Liz , Begitu melihat Timmy datang, anjing kecil
itu lantas jungkir-ba-lik dengan cepat. Timmy melongo. Hebat sekali tamannya itu
, Bagaimana caranya Liz bisa jungkir-balik sebegitu cepat"
"ingus," seru George. "Ayo keluar. Aku tahu kau ada di situ ,"
Dari dalam gua muncul tampang seorang anak yang pucat ketakutan. Sesaat kemudian
si Ingus sudah berdiri di dasar parit, ia nampak ketakutan.
"Aku lari dari mereka," katanya, sambil menggerakkan kepala ke arah tempat
perkemahan yang sudah ditinggalkan. Dihampirinya George, sambil menyedot-nyedot
Ingus. "Katamu, aku akan diberi sepeda," kata si Ingus.
"Memang," Jawab George, "dan kau benar-benar akan diberi sepeda, Ingus Jika kau
tidak meninggalkan tanda-tanda dalam lorong bukit, kami takkan mungkin bisa
melarikan diri ," "Dan kau juga bilang, aku nanti bisa tinggal dalam rumah sungguhan. dan naik
sepeda ke sekolah," desak si Ingus. "Aku sekarang tidak bisa lagi pulang ke
ayahku. Pasti setengah mati aku dipukulnya nanti, kalau berani pulangi Ayahku
melihat patrin-patrm yang kubuat dalam lorong. Karenanya aku dikejar-kejar
olehnya, hendak dipukul. Tapi ia tidak berhasil menangkapku. Aku sembunyi.
"Kami akan membantumu sebaik-baiknya," kata Julian berjanji, ia merasa kasihan
pada anak kecil yang malang itu. Dan si Ingus menyedot ,ngusnya.
Lima Sekawan 13 Rawa Rahasia di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mana sapu tanganmu?" tanya George. si Ingus menarik barang yang ditanyakan dari
kantongnya. Sapu tangan itu nampak masih bersih seperti semula. Bahkan
lipatannya juga masih tetap rapi. si Ingus memandang George dengan wajah
berseri-seri. "Huh, kau ini memang keterlaluan," kata George. "Sekarang dengar baik-baiki
Kalau kau ingin bersekolah, kau harus menghilangkan kebiasaanmu manyedot ingus.
Pakai sapu tangan untuk membersihkan hidung. Mengerti?"
si Ingus mengangguk. Tapi sapu tangan dikembalikannya dengan hati-hati ke dalam
kantong. Saat itu sersan polisi masuk ke dalam parit Begitu melihat petugas Itu
muncul, si Ingus langsung minggat.
"Anak aneh," kata Julian. "Yah, kurasa ayahnya tentu akan dipenjarakan karena
terlibat dalam perkara ini. Dengan begitu si Ingus akan bisa terpenuhi idam-
idamannya, ingin meninggalkan kehidupan berkelana dan hidup dalam rumah biasa.
Mungkin kita nanti bisa mengusahakan tempat tinggal yang baik untuknya."
"Dan aku akan menepati janji. Akan kuambil uang tabunganku sebagian untuk
membelikan sepeda untuknya," kata George. "Sudah selayaknya ia menerima imbalan
itu , Aduh, coba lihat si Liz - ia kagum sekali melihat Timmy yang ditambal
kapalanya. Jangan sok aksi. Tim - itu kan cuma pembalut luka"
"Ingus , Kembalilah ," panggil Julian. "Kau tidak perlu takut pada pak polisi
ini. Dia kawan kita. Dia akan membantu kita memilihkan sepeda untukmu ,"
Sersan tercengang mendangar ucapan itu. Tapi pokoknya, mendengar kata Julian itu
si Ingus iang-sung kembali ,
"Sekarang kita kembali," kata sersan. "Barang yang kita inginkan sudah kita
peroleh, dan Wilkins sudah berangkat lebih dulu untuk mengetur pengamat amatan
terhadap kawanan kelana. Begitu kita mengetahui pada siapa mereka harus
melaporkan tentang uang palsu, kami akan merasa senang sekali"
"Mudah-mudahan Wilkins tadi kembali dengan menyusur rel," kata Julian. "Di
padang belantara ini mudah sekali tersesat
"Ya, Wilkins memang berbuat begitu, setelah mendengar kalian tersesat kata
sersan. "Enak sekali rasanya di tampat ini. Begitu sunyi dan tenang"
"Ya, takkan disangka di tempat begini bisa terjadi peristiwa-peristiwa
misterius," kata Dick. "Peristiwa lama maupun barui Yah, aku merasa senang bahwa
kami kebetulan terlibat dari peristiwa misterius yang terbaru. Benar-benar
petualangan yang mengasyikkan ,"
Setelah Itu bersama-sama mereka kembali ke kompleks istal Kapten Johnson. Setiba
di sana, ternyata sudah hampir waktunya makan slang. Mereka sudah lapar sekail.
Selera mereka sebanding dengan banyaknya hidangan yang disediakan oleh Bu
Johnson. Anak-anak perempuan naik ke tingkat atas, untuk membersihkan badan.
George masuk ke kamar Henry.
"Henry," kata George, "terima kasih banyak. Ternyata kau sama hebatnya dengan
anak laki-laki ," 'Terima kasih, George," kata Henry dengan heran. "Kalau kau, kau lebih hebat
daripada anak laki-laki"
Saat itu Dick kebetulan lewat di gang. ia mendengar pembicaraan kedua anak
perempuan Itu. ia tertawa, lalu menyembulkan kepalanya ke dalam kamar.
"Bolehkah aku ikut kebagian?" katanya. "Bilang dong, aku ini sama hebatnya
seperti anak perempuan!"
Saat berikut ada sikat rambut melayang ke arahnya, diikuti sepatu sebelah. Dick
lari sambil tertawa-tawa.
Anne memandang keluar dari Jendela kamar tidurnya, ia menatap ke arah padang
belantara Kini Rawa Rahasia nampak tenang dan tenteram, diterangi sinar matahari
bulan April. Sama sekail tidak nampak tanda-tanda bahwa di situ tersimpan
rahasia. "Biar begitu, nama itu cocok bagimu," kata Anne. "Kau penuh dengan rahasia dan
petualangan , Dan rahasiamu yang tarakhir, kaujadikan petualangan bagi kami.
Terima kasih. Rawa Rahasia!"
Tamat Edit by: zheraf http://www.zheraf.net Wasiat Malaikat 2 Pendekar Romantis 09 Ratu Cadar Jenazah Pedang Pelangi 23