Brisingr 10
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini Bagian 10
itu dan pakaian hitam mereka, dan memberi makan serta tempat menginap bagi mereka
tadi malam." "Siapa mereka?" tanya Eragon. "Bah!" tukas Orik, dan meludah ke lantai.
"Mereka Vargrimstn, prajurit yang telah mencemarkan nama mereka sendiri dan
sekarang tidak memiliki klan. Tidak ada yang mau berurusan dengan sampah seperti itu
kecuali jika mereka sendiri berhubungan dengan dunia kejahatan dan tidak ingin orang
lain mengetahuinya. Ketiga orang ini contohnya. Mereka menerima perintah langsung
dari Grimstborith Vermund dari Az Sweldn rak Anhuin." "Tidak diragukan lagi?" Orin
menggeleng. "Tidak ada keraguan; Az Sweldn rak Anhuin-lah yang telah mencoba
membunuhmu, Eragon. Kita mungkin takkan pernah tahu apakah ada klan lain yang
mendukung mereka dalam usaha pembunuhan ini, tapi jika kita membeberkan
pengkhianatan Az Sweldn rak Anhuin, hal ini akan memaksa klan yang mungkin
termasuk dalam komplotan untuk menarik kembali keterlibatan mereka; untuk
menghentikan, atau setidaknya menunda, serangan terhadap Durgrimst Ingeitum lagi;
dan, jika hal ini ditangani dengan baik, untuk memberiku suara dalam pemilihan ini."
Citra berkelebat dalam benak Eragon tentang belati berwarnawarni yang menancap di
leher Kvistor dan tentang ekspresi penuh kesakitan kurcaci tersebut saat ia tersungkur
ke lantai, sekarat. "Bagaimana cara kita menghukum Az Sweldn rak Anhuin untuk
kejahatan ini" Apakah kita perlu membunuh Vermund?" "Ah, biarkan aku yang
menangani itu," kata Orik, dan ia mengetuk satu sisi hidungnya. "Aku punya rencana.
Tapi kita harus melaksanakannya dengan hati-hati sekali, karena ini adalah sekaliasi
yang sangat genting. Pengkhianatan seperti ini tidak pernah terjadi sejak waktu yang
sangat lama. Sebagai orang luar, kau tidak tahu betapa kami jijik mendapati ada yang
berusaha menyerang tamu. Perbuatan mereka bertambah buruk mengingat kau adalah
satu-satunya Penunggang merdeka yang melawan Galbatorix. Mungkin akan perlu
terjadi pertumpahan darah lagi, tapi pada saat ini, hal itu hanya akan memicu
peperangan antar klan lagi." "Peperangan antar klan mungkin memang diperlukan untuk
menangani Az Sweldn rak Anhuin," Eragon beralasan. "Kurasa tidak, tapi jika aku salah
dan perang memang tidak terhindarkan, kita harus memastikan perang ini adalah antara
seluruh klan melawan Az Sweldn rak Anhuin. Itu tidak akan terlalu buruk.
Bersama-sama, kita bisa melumatkan mereka kurang dari seminggu. Tapi perang akibat
perpecahan klan-klan menjadi dua atau tiga fraksi akan menghancurkan negeri kami.
Maka Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sangatlah penting sebelum kita menghunuskan pedang, kita meyakinkan klan-klan lain
tentang apa yang telah dilakukan Az Sweldn rak Anhuin. Untuk mencapai itu, apakah
kau mau mengizinkan para penyihir dari klan-klan berbeda untuk memeriksa memori
akan serangan itu di kepalamu sehingga mereka bisa melihat sendiri kejadiannya
memang seperti yang kita utarakan dan bahwa kita tidak mengada-ada demi
keuntungan kita sendiri?" Eragon bimbang, enggan membuka benaknya kepada
orang-orang acing, kemudian menangguk ke arah ketiga kurcaci yang bertumpukan.
"Bagaimana dengan mereka" Tidak cukupkah hanya menggunakan memori mereka
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sebagai bukti bahwa klan Az Sweldn rak Anhuin memang bersalah?" Orik mengernyit.
"Seharusnya begitu, tapi untuk melaksanakan ini secara menyeluruh, para ketua klan
lain akan memaksa untuk menyesuaikan memori mereka dengan memorimu, dan jika
kau menolak, Az Sweldn rak Anhuin akan menuduhmu menyembunyikan sesuatu dari
pertemuan antar klan dan tuduhan kita tidak lebih daripada fitnah." "Baiklah," kata
Eragon. "Jika aku harus melakukannya, maka aku harus melakukannya. Tapi jika ada
penyihir yang merambah benakku ke tempat yang tidak seharusnya mereka jelajahi,
bahkan jika mereka tidak sengaja, aku tidak punya pilihan kecuali membakar memori
mereka tentang apa yang telah mereka lihat. Ada beberapa hal yang tidak bisa
kuizinkan untuk diketahui umum." Sambil mengangguk Orik berkata, "Aye, aku bisa
memikirkan setidaknya satu potongan informasi berbahaya yang akan membuat kita
ngeri jika berhasil diketahui umum, eh" Aku yakin para ketua klan akan menerima
syaratmu- karena mereka semua juga memiliki rahasia sendiri yang tidak ingin mereka
umumkan-aku juga yakin mereka akan menyuruh para penyihir tetap melakukan
pemeriksaan terhadap, memorimu, tidak peduli akan bahayanya. Serangan ini
berpotensi memicu kekacauan besar dalam ras kami, para grimstborithn akan merasa
berhak untuk menuntut kebenaran, meski mereka harus kehilangan perapal mantra
yang paling andal." Kemudian Orik menegakkan tubuh, seluruh tinggi badannya yang
terbatas, dan memerintahkan para tawanan dibawa pergi dari ruang masuk yang penuh
ornaman itu dan menyuruh pergi semua anak buahnya, kecuali Eragon dan satu
kontingen beranggotakan 26 prajuritnya yang paling hebat. Dengan gerakan gemulai,
Orik menggenggam siku kiri Eragon dan membimbingnya masuk ke ruangan-ruangan
bagian dalam tempat tinggalnya. "Malam ini kau harus tetap di sini, bersamaku, tempat
Az Sewldn rak Anhuin tidak akan berani menyerang." "Jika kau berniat untuk tidur," kata
Eragon, "aku harus memperingatkanmu, aku tidak bisa beristirahat, tidak malam ini.
Darahku masih berdesir kencang akibat pertarungan tadi dan pikiranku juga masih
gelisah." Orik menjawab, "Terserah kau mau istirahat atau tidak; kau takkan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengganggu tidurku, karena aku akan mengenakan topi wol yang menutupi mataku.
Tapi aku menyarankan kau menenangkan diri-mungkin dengan salah satu metode yang
diajarkan kaum Elf kepadamu-dan mengembalikan tenagamu. Hari baru sudah tiba,
hanya tinggal tersisa beberapa jam sebelum pertemuan antar klan dilanjutkan. Kita
berdua harus dalam keadaan segar untuk menghadapinya. Apa yang kita lakukan dan
ucapkan akan menentukan nasib kaumku, negeriku, dan seluruh Alagaesia... Ah, jangan
kautekuk begitu mulutmu! Pikirkan ini saja: entah kegagalan atau keberhasilan yang
akan kita, dapatkan, dan aku sungguh berharap kita berhasil, nama kita akan dikenang
sampai akhir zaman tentang bagaimana kita bersikap dalam pertemuan antar klan ini.
Setidaknya itu adalah keberhasilan yang akan mengisi hatimu dengan rasa bangga!
Para dewa memang plin-plan, dan satu-satunya keabadian yang bisa kita dapatkan
hanyalah dari apa yang kita menangkan melalui tindakan kita. Kemasyhuran dan
kekejian, keduanya akan dilupakan begitu kita meninggalkan dunia ini." Belakangan
malam itu, pada jam-jam menjelang pagi, pikiran Eragon melayang ke mana-mana saat
ia duduk melesak di dalam rengkuhan lengan sofa kurcaci yang empuk, dan
kesadarannya mulai menyatu dengan fantasi acak dalam mimpi terjaganya. Meski ia
masih melihat lukisan mosaik bebatuan berwarna pada dinding di seberangnya, ia juga
melihat, seakan ada tirai tipis berpendar yang menutupi mosaik tersebut,
adegan-adegan kehidupannya di Lembah Palancar sebelum kejadian penting dan takdir
berdarah memunculkan diri di hadapannya. Tapi adeganadegan itu melantur dari
kejadian yang sebenarnya, dan menenggelamkannya dalam sekaliasi imajiner yang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sedikit demi sedikit dibangun dari sekaliasi yang sebenarnya pernah terjadi. Dalam
detik-detik terakhir sebelum ia membangunkan diri dari keadaan setengah tidak sadar
ini, bayangan berkerejap dan citranya menjadi semakin jelas. la sedang berdiri di
bengkel Horst, yang pintu-pintunya terbuka, bergelantungan pada engsel yang nyaris
lepas, seperti cengiran miring seorang idiot. Di luar langit tidak berbintang, dan
kegelapan yang pekat terasa menekan tepian pendar cahaya merah dari batu bara,
seakan ingin melahap apa saja yang berada dalam jarak lingkaran cahaya kemerahan
tersebut. Di sebelah tungku, Horst menjulang seperti raksasa, bayang-bayang yang
bergerak-gerak di wajah dan janggutnya sangat menakutkan untuk dilihat. Lengannya
yang kekar naik-turun, dan dentang seperti suara lonceng mengguncang udara saat
palu yang dipegangnya menghantam ujung batangan besi yang bercahaya kuning.
Percikan api terbang dan mati di lantai. Si pandai besi menghantam batangan itu empat
kali lagi, kemudian ia mengangkat batangan besi dari landasan dan mencelupkannya ke
segentong minyak. Api seperti sosok hantu, biru dan tipis, menjilat dari permukaan
minyak dan lenyap disertai pekikan-pekikan kecil kemarahan. Mengeluarkan batangan
besi dari gentong, Horst menoleh ke arah Eragon dan mengerutkan keningnya. Ia
berkata, "Apa yang membawamu ke sini, Eragon?" "Aku butuh pedang Penunggang
Naga." "Pergilah. Aku tidak punya waktu untuk menempa pedang Penunggang. Tidak
bisakah kau melihat aku sedang mengerjakan cantelan periuk untuk
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Elain" Ia harus memilikinya untuk bertempur. Apakah kau sendirian?" "Aku tidak tahu.
"Di mana ayahmu" Di mana ibumu?" "Aku tidak tahu." Kemudian terdengar suara, suara
yang mantap penuh kekuatan Serta kuasa, dan berkata, "Pandai besi yang baik, ia tidak
sendirian. Ia datang bersamaku. " "Dan kau siapa?" tanya Horst. "Aku ayahnya. " Di
antara pintu-pintu yang menganga, sosok besar dikelilingi cahaya pucat muncul dari
kegelapan pekat dan berdiri di ambang pintu bengkel. Jubah merah berkibar dari bahu
yang lebih lebar daripada bahu Kull. Di tangan kiri pria itu terdapat Zarpada helmnya
yang dipoles mengilat, mata birunya menatap Eragon, membuatnya terpaku pada
tempatnya berdiri, seperti anak panah menyambar seekor kelinci. Ia mengangkat
tangannya yang kosong dan mengulurkannya ke arah Eragon. "Anakku, ikutlah
bersamaku. Bersama-sama, kita bisa menghancurkan Varden, membunuh Galbatorix,
dan menaklukkan seluruh Alagaesia. Tapi berikanlah hatimu, dan kita tidak akan
terkalahkan. "Berikan hatimu padaku, putraku." Dengan seruan tercekik, Eragon
melompat dari sofa dan berdiri menatap lantai, kedua tangan mengepal, dada
naik-turun. Para pengawal Orik meliriknya dengan rasa ingin tahu, tapi ia tidak
menghiraukan mereka, terlalu gundah untuk menjelaskan mengapa ia memekik. Hari
masih pagi sekali, maka setelah beberapa saat, Eragon kembali duduk di sofa, tapi
sejak saat itu, ia tetap waspada dan tidak membiarkan dirinya terjun ke dalam dunia
mimpi, takut akan ada lagi perwujudan yang menyiksanya. Eragon berdiri dengan
punggung menghadap dinding, tangan pada gagang pedang kurcaci yang dibawanya,
saat ia menyaksikan berbagai ketua klan masuk ke ruang rapat yang terkubur jauh di
bawah Tronjheim. Ia memerhatikan Vermund, grimstborith Az Sweldn rak Anhuin,
dengan lebih saksama, tapi jika kurcaci bercadar ungu itu terkejut melihat Eragon masih
sehat walafiat, ia tidak menunjukkannya. Eragon merasakan sepatu bot Orik menyodok
sepatu botnya. Tanpa mengalihkan tatapan dari Vermund, Eragon mencondongkan
tubuh ke arah Orik dan mendengarnya berbisik, "Ingat, ke kiri dan pintu ketiga,"
menyebutkan tempat Orik menempatkan seratus prajuritnya tanpa ada ketua klan lain
yang mengetahui. Juga sambil berbisik, Eragon menanggapi, "Jika akan ada
pertumpahan darah, apakah aku harus menyambar kesempatan untuk membunuh
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Vermfind si ular itu?" "Kecuali jika ia berusaha melakukan hal yang sama terhadapmu
atau aku, Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
jangan lakukan itu." Orik tergelak lirih. "Para grimstborith lain tidak akan jadi jatuh
sayang kepadamu.... AN aku. harus pergi sekarang. Berdoalah kepada Sindri untuk
keberuntungan. Kita akan mengarungi lapangan berlahar yang belum pernah berani
diseberangi orang." Dan Eragon berdoa. Ketika semua ketua klan telah duduk di meja
bundar di tengah-tengah ruangan, mereka yang menyaksikan dari belakang, termasuk
Eragon, mengambil tempat duduk di antara barisan kursi melingkar yang disusun pada
dinding yang melengkung. Tapi Eragon tidak bersandar pada kursinya, seperti yang
dilakukan banyak kurcaci lain. Ia duduk di pinggir kursi, siap melompat untuk beraksi jika
ada sedikit saja tanda-tanda akan terjadi kekerasan. Saat Gannel, prajurit-pendeta
bermata hitam dari Durgrimst Quan, berdiri dan mulai bicara dalam bahasa Dwarvish,
Hundfast beringsut mendekat kepada Eragon dan menggumamkan terjemahannya.
Kurcaci itu berkata, "Salam sekali lagi, rekan-rekanku para ketua klan. Tapi apakah ini
pertemuan yang menyenangkan atau tidak, aku belum bisa menentukan, karena sebuah
kabar burung tentang kekacauan-kabar burung mengenai desas-desus, lebih
tepatnya-telah mencapai telingaku. Aku tidak memiliki informasi lebih jauh daripada
desas-desus samar dan mengkhawatirkan, juga tidak memiliki bukti apakah ada
tuduhan sebuah tindakan melanggar hukum. Meski demikian, karena hari ini aku
bertugas mengepalai perkumpulan kita, maka aku. mengusulkan kita menunda
debat-debat serius kita pada saat ini, dan jika kalian semua menyetujui, izinkan aku.
untuk mengutarakan beberapa pertanyaan kepada pertemuan antar klan ini." Para ketua
klan bergumam, kemudian lorunn, yang cerdas dan cantik, berkata, "Aku tidak
keberatan, Grimstborith Gannel. Kau telah menimbulkan keingintahuanku dengan
ucapan-ucapan samar ini. Biarkan kami mendengar pertanyaan yang akan kauajukan."
"Aye, mari kita dengan" kata Nado. "Kami ingin mendengar," Manndrath menyetujui,
disertai ketua-ketua klan lain termasuk Vermund. Setelah mendapatkan izin yang
dimintanya, Gannel bertumpu pada buku-buku jarinya di meja dan terdiam beberapa
saat, mengumpulkan perhatian semua orang di sekeliling ruangan. Kemudian ia bicara.
"Kemarin, sementara kita bersantap siang di tempat pilihan istirahat masing-masing,
knurlan di sepanjang terowongan di bawah kuadran selatan Tronjheim mendengar
suara. Laporan tentang kenyaringannya berbeda-beda, tapi banyaknya orang yang
mendengar tersebar di area yang begitu luas berarti suara ini bukan kegaduhan kecil.
Seperti kalian, aku menerima peringatan akan kemungkinan terjadinya keruntuhan. Tapi
yang mungkin tidak kalian ketahui adalah, belum dua jam yang lalu-" Hundfast ragu, dan
tergesa-gesa berbisik, "Kata yang digunakannya sulit untuk diartikan dalam bahasa ini.
Pelari-lorong, kurasa." Kemudian ia meneruskan terjemahannya para pelari-lorong
menemukan bukti telah terjadi pertarungan besar di salah satu terowongan tua yang
digali nenek moyang kita Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
yang terkenal, Korgan Longbeard. Lantainya penuh darah, dindingnya hitam karena
jelaga dari lentera yang dihantam dengan ceroboh oleh seorang prajurit berpedang,
retakan terjadi di bebatuan sekitarnya, dan terdapat tujuh mayat hangus terkapar di
sana, dengan tanda-tanda kemungkinan ada tubuh lain yang sudah diamankan dari
sana. Ini bukan sisa-sisa pertarungan tersembunyi dari Pertempuran Farthen Dur.
Bukan! Karena darah di sana masih basah, jelaganya masih lembut, retakannya jelas
masih baru, dan, aku diberitahu, sis-asisa sihir yang kuat masih bisa dideteksi di area
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
itu. Bahkan sekarang, beberapa perapal mantra kita yang paling andal sedang berusaha
merekonstruksi gambaran kejadian yang telah berlangsung di sana, tapi mereka pesimis
bisa melakukannya, karena mereka yang terlibat diselimuti mantra-mantra yang rumit.
Maka pertanyaan pertamaku pada pertemuan kali ini adalah apakah ada di antara kalian
yang memiliki pengetahuan lebih jauh tentang aksi misterius tersebut?" Ketika Gannel
menyelesaikan pidatonya, Eragon menegangkan kedua kakinya, siap melompat berdiri
jika kurcaci-kurcaci bercadar ungu dari Az Sweldn rak Anhuin meraih pedang mereka.
Orik berdeham dan berkata, "Aku percaya aku bisa memuaskan keingintahuanmu
tentang masalah ini, Gannel. Tapi karena jawaban yang diperlukan akan sangat
panjang, aku mengusulkan agar kau mengutarakan pertanyaan-pertanyaanmu yang lain
terlebih dulu sebelum aku memulai." Kerutan muncul pada dahi Gannel. Mengetukkan
buku-buku jarinya pada meja, ia berkata, "Baiklah... Dalam hal yang tak diragukan lagi
berhubungan dengan pertarungan di terowongan-terowongan Korgan itu, aku
mendengar laporan tentang banyak knurlan bergerak di seluruh Tronjheim dan, dengan
sembunyi-sembunyi, berkumpul di sana-sini menjadi kelompok-kelompok besar pria
bersenjata. Agen-agenku tidak mampu memastikan mereka berasal dari klan apa, tapi
jika ada anggota dewan ini yang secara diam-diam menyusun kekuatan mereka
sementara kita sedang memutuskan siapa pengganti Raja Hrothgar, maka mereka
memiliki motif yang tidak baik. Maka pertanyaan keduaku dalam pertemuan ini adalah:
siapa yang bertanggung jawab mengadakan gerakan diam-diam ini" Dan jika tidak ada
yang mau mengakui keterlibatannya, aku mendesak agar kita memerintahkan semua
prajurit, dari clan mana pun, dikeluarkan dari Tronjheim selama kita mengadakan
pertemuan dan kita segera menunjuk petugas-hukum untuk menyelidiki kegiatan ini dan
menentukan siapa yang harus kita kecam." Pernyataan, pertanyaan, dan proposal
Gannel menimbulkan perbincangan panas di antara ketua-ketua klan. Kurcaci-kurcaci
itu saling menuduh, menyangkal, dan balas menuduh satu sama lain dengan semakin
keras, sampai, akhirnya, ketika Thordris yang marah berteriak di muka Gladheim yang
memerah, Orik berdeham lagi, menyebabkan semua orang berhenti bicara dan
menatapnya. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Dalam nada ringan, Orik berkata, "Kurasa ini juga bisa kujelaskan kepadamu, Gannel,
setidaknya sebagian. Aku tidak bisa menyatakan ini untuk klan-klan lain, tapi beberapa
ratus prajurit yang berkeliaran di aula-aula pelayan di Tronjheim berasal dari Durgrimst
Ingeitum. Ini kuakui dengan terbuka." Semua terdiam sampai akhirnya Lorunn bertanya,
"Dan penjelasan apa yang bisa kauutarakan atas tindakan bersenjata ini, Orik putra
Thrifk?" "Seperti yang kukatakan tadi, Lorunn yang cantik, jawabanku akan panjang
sekali, maka jika kau, Gannel, masih memiliki pertanyaan yang ingin diajukan,
kusarankan agar kau melanjutkan." Kerutan Gannel semakin dalam sampai kedua
alisnya nyaris bertaut. Ia berkata, "Aku akan menyimpan pertanyaan-pertanyaanku yang
lain untuk saat ini, karena semuanya berhubungan dengan apa yang sudah kuutarakan
pada pertemuan, dan rasanya kita harus menunggu penjelasanmu dulu untuk
mengetahui apa-apa lagi tentang masalah ini. Meski demikian, karena kau terlibat penuh
dalam kegiatan meragukan ini, pertanyaan baru muncul dalam kepalaku yang ingin
kuajukan kepada dirimu secara khusus, Grimstborith Orik. Atas alasan apa kau
meninggalkan pertemuan kemarin" Dan aku memperingatkanmu, aku tidak akan
menolerir pengelakan darimu. Kau sudah mengisyaratkan kau tahu sesuatu tentang
masalah ini. Nah, inilah saatmu untuk menjelaskan seluruhnya kepada kami,
Grimstborith Orik." Orik berdiri bersamaan dengan Gannel duduk, dan ia berkata,
"Dengan senang hati." Menurunkan dagunya yang berjanggut sampai menempel pada
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dadanya, Orik terdiam selama sesaat dan mulai bicara dengan suara keras, tapi ia tidak
memulainya seperti dugaan Eragon, juga, Eragon mengamati, tidak diduga oleh para
peserta rapat lainnya. Alih-alih menceritakan tentang usaha pembunuhan Eragon, dan
maka menjelaskan tentang mengapa ia menunda pertemuan antar klan kemarin, Orik
memulai dengan mengingatkan betapa, di permulaan sejarah, ras kurcaci telah
bermigrasi dari Padang Pasir Hadarac yang tadinya berupa daratan hijau menuju
Pegunungan Beor, tempat mereka menggali terowongan-terowongan mereka yang
bermil-mil panjangnya, membangun kota-kota mereka yang megah baik di permukaan
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maupun di bawah tanah, dan berperang dengan berbagai fraksi lawan, begitu pula
dengan ras naga, yang, selama ribuan tahun, dipandang kaum kurcaci dengan
kombinasi rasa benci, takut, dan kekaguman yang tidak ingin mereka akui. Kemudian
Orik bicara tentang kedatangan kaum Elf di Alagaesia dan bagaimana kaum Elf telah
berperang dengan kaum naga sampai membuat kedua ras nyaris punah dan
bagaimana, sebagai akibatnya, kedua ras telah setuju menciptakan Penunggang Naga
untuk menjaga perdamaian sejak saat itu. "Dan bagaimanakah tanggapan kita ketika
kita mendengar niat mereka?" Orik bertanya, suaranya berdering nyaring di ruangan itu.
"Apakah kita meminta untuk diikutsertakan dalam perjanjian itu" Apakah kita ingin juga
mendapatkan kekuasaan yang kemudian diperoleh para Penunggang Naga"
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Tidak! Kita berpegang teguh pada kebiasaan lama kita, dan kita menolak gagasan untuk
berhubungan dengan kaum naga atau mengizinkan kaum di luar dunia kita untuk
mengatur hidup kita. Demi meneguhkan kekuasaan kita sendiri, kita mengorbankan
masa depan kita, karena aku yakin kalau saja salah satu Penunggang Naga adalah
knurlan, Galbatorix tidak akan pernah berkuasa. Bahkan jika aku salah-dan aku tidak
bermaksud mengecilkan Eragon di sini, karena ia telah membuktikan diri sebagai
Penunggang yang baik-sang naga Saphira mungkin menetas untuk salah satu dari
kaum kita, bukan untuk manusia. Dan kejayaan apakah yang akan kita miliki" "Tetapi,
kekuasaan kita di Alagaesia meluntur begitu Ratu Tarmunora dan kaum Eragon
berdamai dengan kaum naga. Mula-mula status kita yang jadi lebih rendah tidak terlalu
pahit untuk ditelan, dan seringkali lebih mudah menyangkal daripada menerima. Tapi
kemudian datang kaum. Urgal, dan manusia, dan kaum Elf memperbaiki mantra mereka
sehingga manusia juga bisa menjadi Penunggang. Setelah itu apakah kita minta
diikutsertakan dalam perjanjian, seperti yang seharusnya kita lakukan sebelumnya...
yang memang hak kita?" Orik menggeleng. "Kesombongan kita tidak mengizinkannya.
Mengapa kita, ras tertua di negeri ini, memohon kepada kaum Elf demi sihir mereka"
Kita tidak perlu mengikat takdir kita dengan takdir kaum naga demi menyelamatkan ras
kita dari kehancuran, seperti kaum Elf dan manusia. Tapi tentu saja kita mengabaikan
kenyataan bahwa kita berperang sendiri. Alasan kita adalah, itu urusan pribadi kita, dan
bukan urusan ras lain." Para ketua klan yang mendengarkan beringsut di tempat duduk
mereka. Banyak di antara mereka menunjukkan ekspresi tidak senang dengan kritik
yang dilontarkan Orik, tapi selebihnya tampak lebih menerima komentar-komentarnya
dan merenungkannya dengan sungguh-sungguh. Orik melanjutkan: "Sementara kaum
Penunggang menjaga Alagaesia, kita menikmati periode paling makmur yang pernah
dicatat dalam riwayat dunia kita ini. Kita berjaya seperti yang tidak pernah terjadi
sebelumnya, tapi kita tidak ambil bagian menjadi salah satu penyebabnya: para
Penunggang Naga. Ketika kaum Penunggang runtuh, kekayaan kita berkurang, tapi
sekali lagi kita tidak ambil bagian dalam penyebabnya: kaum Penunggang. Menurut
pengamatanku, kedua kejadian itu sama-sama tidak pantas bagi ras yang memiliki
derajat tinggi seperti kita. Kita bukan pesuruh negara yang mau diperintah pemimpin
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
asing. Kita juga tidak mau takdir kita diatur mereka yang bukan keturunan Odgar dan
Hlordis." Pernyataan ini lebih disukai para ketua klan; mereka mengangguk dan
tersenyum, dan Havard bahkan bertepuk tangan mendengar kalimat terakhir Orik.
"Sekarang kita amati keadaan mana kini," kata Orik. "Galbatorix berkuasa, dan setiap
ras berjuang agar tetap merdeka dari cengkeraman-nya. Ia telah menjadi begitu kuat,
satu-satunya alasan mengapa kita belum menjadi budaknya adalah, sejauh ini, ia belum
memutuskan untuk terbang bersama
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
naga hitamnya dan menyerang kita secara langsung. Jika begitu, kita akan runtuh di
hadapannya seperti tunas tertimbun salju longsor. Untungnya, ia tampak cukup sabar
menanti kita mengarungi negeri untuk mendatangi gerbang bentengnya di Urusebelum
Eragon dan Saphira tiba di depan pintu kita dalam keadaan basah kuyup, dikejar-kejar
seratus Kull gangs, satu-satunya harapan kita untuk mengalahkan Galbatorix adalah
berharap suatu hari nanti, entah di mana, Saphira akan menetas di hadapan
Penunggang pilihannya dan orang yang tidak dikenal ini mungkin, kebetulan, kalau kita
jauh lebih beruntung daripada semua penjudi yang pernah menang bermain dadu, akan
berhasil mengalahkan Galbatorix. Harapan" Ha! Kita bahkan tidak memiliki harapan;
kita berharap untuk sebuah harapan. Ketika Eragon pertama kali memunculkan diri,
banyak dari kita kecewa melihatnya, termasuk aku. hanya seorang bocah,berkata. Tapi
lihatlah, ia telah menunjukkan diri sebagai penjelmaan dari seluruh harapan kita! Ia
membunuh Durza, maka kita bisa menyelamatkan kota kita yang paling kita cintai,
Tronjheim. Naganya, Saphira, telah berjanji untuk memperbaiki Bintang Mawar ke
kejayaannya seperti dulu. Saat Pertempuran Dataran Membara, ia mengusir Murtagh
dan Thorn, maka kita bisa memenangi hari itu. Dan lihat! Ia bahkan sekarang menjadi
mirip Elf, dan melalui sihir mereka yang asing, ia telah memiliki kecepatan dan kekuatan
mereka." Orik mengangkat jari untuk menegaskan. "Terlebih lagi, Raja Hrothgar, dengan
kebijaksanaannya, melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan raja maupun
grimstborith mana pun; ia menawarkan diri untuk mengadopsi Eragon menjadi
anggota Durgrimst Ingeitum dan menjadikan Eragon anggota keluarganya sendiri.
Eragon sama sekali tidak berkewajiban menerima penawaran ini. Malah ia sadar banyak
keluarga Ingeitum yang menentang tindakan ini dan secara umum, banyak knurlan yang
tidak akan menyetujuinya. Tapi meski banyak rintangan, dan meski sudah terikat
sumpah setia kepada Nasuada, Eragon menerima hadiah Hrothgar, dalam keadaan
sadar bahwa hal ini hanya akan membuat hidupnya semakin sulit. Seperti yang
diucapkannya sendiri kepadaku, Eragon menyatakan sumpah-klannya di hadapan Hati
Batu karena rasa tanggung jawabnya terhadap seluruh ras di Alagaesia, dan terutama
terhadap kita, karena dengan tindakan Hrothgar, kita telah menunjukkan kemurahan hati
kepadanya dan Saphira. Karena tindakan cerdik Hrothgar, Penunggang merdeka
terakhir di Alagaesia, dan satu-satunya harapan kita untuk mengalahkan Galbatorix,
dengan keinginannya sendiri memilih untuk menjadi knurla sejati kecuali darah. Sejak
saat itu, Eragon telah mematuhi hukum dan tradisi kita sebaik mungkin, dan ia telah
berniat mempelajari adat-istiadat kita lebih jauh sehingga bisa benar-benar menghormati
arti sumpahnya. Ketika Hrothgar gugur, ditumbangkan si pengkhianat Murtagh, Eragon
bersumpah kepadaku atas semua bebatuan di Alagaesia, juga sebagai anggota
Durgrimst Ingeitum, bahwa ia akan membalas dendam kematian Hrothgar. Ia telah
mematuhi dan menghormatiku sebagai grimstborith, dan aku bangga menyebutnya
sebagai saudara angkatku." Eragon menatap ke bawah, pipi dan ujung telinganya terasa
panas. Ia Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
berharap Orik tidak terlalu memujinya; karena akan lebih sulit baginya untuk
menghadapi rintangan pada masa depan. Merentangkan tangan untuk menunjuk
seluruh ketua klan, Orik berseru, "Semua yang kita harapkan ada dalam diri seorang
Penunggang Naga telah kita temukan dalam Eragon! Ia nyata! Ia kuat! Dan ia telah
merengkuh kaum kita seperti yang belum pernah dilakukan. Penunggang Naga lain!"
Kemudian Orik menurunkan kedua tangannya dan, sambil melakukannya, volume
suaranya mengecil, sampai Eragon harus menajamkan telinga untuk mendengar
kata-katanya. "Tapi bagaimana kita membalas uluran persahabatannya" Secara
keseluruhan, dengan cibiran, pelalaian, dan penolakan pahit. Kita adalah ras yang tidak
tahu terima kasih, menurutku, dan sejarah kita terlalu panjang demi kebaikan kita
sendiri... Bahkan ada beberapa yang melakukan tindakan kekerasan untuk menyatakan
kebencian mereka. Mungkin mereka percaya mereka telah melakukan yang terbaik bagi
kaum kita, tapi jika memang begitu, maka otak mereka sama berjamurnya seperti
sebongkah keju berusia setahun. Jika tidak begitu, mana mungkin mereka berusaha
membunuh Eragon?" Para ketua klan yang mendengarnya menjadi terdiam, mata
mereka mengarah ke wajah Orik. Begitu kerasnya mereka berkonsentrasi, sampai si
grimstborith gendut, Freowin, meletakkan ukiran gagaknya dan melipat kedua
lengannya di atas perutnya-yang membulat, tampak persis sekali dengan salah satu
patung kaum. kurcaci. Saat mereka menatapnya tanpa berkedip, Orik bercerita di
hadapan pertemuan antar klan tentang bagaimana tujuh kurcaci berpakaian hitam telah
menyerang Eragon dan pengawal-pengawalnya ketika mereka sedang berjalan-jalan di
terowongan-terowongan di bawah Tronjheim. Kemudian Orik memberitahu mereka
tentang gelang kepangan ekor kuda berhias batu amethyst yang ditemukan pengawal
Eragon di salah satu mayat. "Jangan kira kau bisa menuding klanku telah melakukan
serangan ini hanya berdasarkan bukti tidak lengkap!" seru Vermund, melompat berdiri.
"Orang bisa membeli perhiasan seperti itu di pasar mana saja di dunia kita!" "Memang
benar," kata Orik, dan menelengkan kepalanya ke arah Vermfind. Dengan suara tenang
tapi cepat, Orik melanjutkan penjelasannya kepada para pendengarnya, seperti yang
telah dikatakannya kepada Eragon malam sebelumnya, bagaimana anak buahnya di
Dalgon telah memastikan kepadanya bahwa belati-belati gemerlap aneh yang dibawa
para penyerang telah dibuat si pandai besi Kiefna, juga bagaimana anak buahnya telah
mengetahui bahwa kurcaci yang membeli belati-belati tersebut telah menyuruh orang
untuk mengirimkan semuanya dari Dalgon ke salah satu kota yang berada dalam
kekuasaan Az Sweldn rak Anhuin. Menyumpah dengan geraman berat, Vermund
melompat berdiri lagi. "Belati-belati itu mungkin tidak pernah tiba di kota kami, dan
bahkan jika benar, kau tidak bisa menarik kesimpulan dari fakta tersebut! Knurlan dari
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
berbagai klan tinggal di dalam tembok kami, seperti banyak pula klan lain yang tinggal di
Benteng Bregan, misalnya. Ini tidak memastikan apa-apa. Hatihatilah akan ucapanmu
berikutnya, Grimstborith Orik, karena kau tidak memiliki dasar untuk melontarkan
tuduhan kepada klanku." "Pendapatku sama denganmu, Grimstborith Vermund," Orik
menjawab. "Maka, tadi malam, para perapal mantraku dan aku menelusuri jalan para
pembunuh itu ke tempat asal mereka, dan di tingkat kedua belas Tronjheim, kami
menangkap tiga knurlan yang bersembunyi di dalam gudang berdebu. Kami menembus
benak dua di antara mereka, dan dari mereka, kami mendapati bahwa mereka telah
mempersenjatai para pembunuh untuk serangan itu. Dan," kata Orik, suaranya menjadi
kasar dan menakutkan, "dari mereka kami mendapat identitas orang yang menyuruh
mereka. Aku menuduhmu, Grimstborith Vermund! Aku menyebutmu sebagai Pembunuh
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dan Pelanggar-sumpah. Aku menyebutmu musuh Durgrimst Ingeitum, dan aku
menyebutmu pengkhianat kaummu, karena kau dan klanmulah yang telah mencoba
membunuh Eragon!" pertemuan antar klan itu meledak menjadi kekacauan saat semua
ketua klan kecuali Orik dan Vermund mulai berteriak dan melontarkan tangan dan usaha
lain untuk mendominasi percakapan. Eragon berdiri dan mengendurkan pedang dalam
sarungnya, mengeluarkannya setengah inci, sehingga ia akan bisa bertindak dengan
cepat jika Vermund atau salah satu anak buahnya memilih kesempatan ini untuk
menyerang. Tapi Vermund tidak bergerak, begitu pula Orik; mereka saling menatap
seperti serigala menghadapi musuh dan tidak mengindahkan kericuhan di sekitar
mereka. Ketika akhirnya Gannel berhasil menenangkan semua orang, ia berkata,
"Grimstborith Vermund, bisakah kau menyangkal tuduhan ini?" Dengan suara datar
tanpa emosi, Vermund menjawab, "Aku menyangkal semua tuduhan dengan seluruh
tulang dalam tubuhku, dan aku menantang siapa saja untuk membuktikan semuanya
kepada para penegak-hukum." Gannel berpaling kepada Orik. "Kalau begitu, tunjukkan
buktimu, Grimstborith Orik, sehingga kami bisa menilai apakah sah atau tidak. Ada lima
penegak-hukum di sini hari ini, jika aku tidak salah." Ia menunjuk ke arah dinding,
tempat lima kurcaci berjanggut putih berdiri dan membungkuk. "Mereka akan
memastikan kita tidak melanggar batas-batas hukum dalam penyelidikan ini. Apakah
kita sepakat?" "Aku sepakat," kata Undin. "Aku sepakat," kata Hadfala dan seluruh ketua
klan kecuali Vermund. Mula-mula, Orik meletakkan gelang amethyst di atas meja. Setiap
ketua klan menyuruh penyihir mereka memeriksanya, dan semua sepakat bahwa
barang bukti itu tidak meyakinkan. Kemudian Orik menyuruh seorang ajudan membawa
cermin yang berdiri pada kakitiga perunggu. Salah satu penyihir dari rombongannya
merapalkan mantra, dan di permukaan cermin yang mengilap muncul citra ruangan kecil
penuh buku. Sedetik berlalu, kemudian seorang kurcaci bergegas muncul di ruangan itu
dan membungkuk ke arah pertemuan antar klan dari dalam
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
cermin. Sambil tersengal-sengal, ia memperkenalkan diri sebagai Rimmar, dan setelah
mengucapkan sumpah dalam bahasa kuno untuk memastikan kejujurannya, ia
memberitahukan hadirin pertemuan bagaimana ia dan asisten-asistennya menemukan
bukti-bukti tentang belati-belati yang dibawa para penyerang Eragon. Ketika para ketua
klan selesai mengajukan pertanyaan kepada Rimmar, Orik menyuruh para prajuritnya
membawa ketiga kurcaci yang telah ditangkap Ingeitum. Gannel memerintahkan mereka
mengucapkan sumpah dalam bahasa kuno, tapi mereka mengutuknya dan meludah ke
lantai Serta menolak. Para penyihir dari berbagai klan berbeda bahu-membahu
menyatukan benak mereka, menekan benak para tawanan, dan merebut informasi yang
diinginkan pertemuan antar klan dari mereka. tanpa kecuali, semua penyihir memastikan
kebenaran ucapan Orik. Terakhir, Orik memanggil Eragon untuk bersaksi. Eragon
me-rasa gugup saat melangkah menuju meja bundar dan ketiga belas ketua klan
kurcaci menatapnya dengan serius. Ia memandang ke seberang ruangan ke arah
pusaran warna di pilar marmer dan berusaha mengabaikan ketidaknyamanannya. Ia
mengikuti ucapan sumpah kejujuran saat seorang kurcaci penyihir mengatakannya
untuknya, kemudian, hanya mengucapkan yang perlu diutarakan, Eragon memberitahu
para ketua klan bagaimana ia dan para pengawalnya telah diserang. Setelah itu, ia
menjawab pertanyaanpertanyaan para kurcaci yang tidak bisa ia hindari lalu
mengizinkan dua penyihir-yang dipilih secara acak oleh Gannel dari semua yang hadir di
sana-untuk memeriksa memorinya tentang kejadian itu. Saat Eragon merendahkan
perisai benaknya, ia merasakan kegelisahan kedua penyihir itu, dan ia merasa jadi lebih
nyaman. Bagus, pikirnya. Mereka tidak akan coba-coba memasuki daerah benakku
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
yang terlarang kalau mereka takut padaku. Dengan lega Eragon mendapati
pemeriksaan itu berjalan tanpa ada insiden, dan para penyihir mengutarakan penemuan
mereka kepada para ketua klan. Gannel berdiri dari kursinya dan bertanya kepada para
penegak-hukum: "Apakah kalian puas dengan bukti-bukti yang diberikan Grimstborith
Orik dan Eragon Shadeslayer kepada kita?" Kelima kurcaci berjanggut putih
membungkuk, kemudian kurcaci yang berdiri di tengah berkata, "Kami puas,
Grimstborith Gannel." Gannel mendengus, tampak tidak heran. "Grimstborith Vermund,
kau bertanggung jawab atas tewasnya Kvistor, putra Bauden, dan kau melakukan
percobaan pembunuhan terhadap seorang tamu. Dengan itu, kau telah mencoreng
wajah semua ras-mu. Bagaimana tanggapanmu?" Ketua klan Az Sweldn rak Anhuin
meletakkan kedua telapak tangan pada permukaan meja, nadinya menonjol di bawah
kulitnya yang cokelat. "Jika Penunggang Naga ini knurla kecuali darahnya, ia bukan
tamu dan kami bisa memperlakukannya seperti musuh kami dari klan lain." "Itu tidak
masuk akal!" seru Orik, hampir meludahkannya karena marah.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Kau tidak bisa berkata ia-" "Jangan bicara dulu, Orik, kumohon," kara Gannel.
"Berteriak tidak akan menyelesaikan masalah ini. Orik, Nado, lorunn, ikutlah denganku."
Rasa cemas mulai mengganggu Eragon saat keempat kurcaci berdiskusi dengan
penegak-hukum selama beberapa menit. Tak mungkin mereka akan membiarkan
Vermund lolos dari hukuman hanya karena masalah verbal! pikirnya. Kembali ke meja,
lorunn berkata, "Keputusan penegak-hukum sudah bulat. Meski Eragon adalah anggota
tersumpah Durgrimst Ingeitum, ia juga memiliki posisi penting di luar dunia kita:
terutama, sebagai Penunggang Naga, tapi ia juga berperan sebagai utusan resmi kaum
Varden, dikirim Nasuada untuk menyaksikan penobatan pemimpin baru kita, dan juga
sebagai teman Ratu Islanzadi yang sangat berpengaruh, dan bagi ras Elf seluruhnya.
Dengan alasan-alasan tersebut, Eragon berhak diperlakukan dengan kehormatan yang
sama seperti utusan, pangeran, bangsawan, atau orang penting sederajatnya." Kurcaci
wanita itu melirik ke arah Eragon, matanya yang gelap dan mengilat menatap langsung
ke kaki Eragon. "Pendeknya, ia adalah tamu kehormatan kita, dan kita harus
memperlakukannya seperti tamu... yang seharusnya disadari setiap knurla yang masih
waras." "Aye, ia tamu kita," Nado menyetujui. Bibirnya mengerut dan pucat, serta
pipinya ditarik, seolah-olah ia baru saja menggigit apel dan sadar buah itu belum
matang. "Apa katamu sekarang, Vermund?" tanya Gannel. Berdiri dari kursinya, kurcaci
bercadar ungu itu menyapu sekeliling meja dengan matanya, menatap para ketua klan
bergantian. "Aku berkata begini, dan dengarkan aku baik-baik, grimstborithn: jika ada
klan yang mengacungkan kapak mereka kepada Az Sweldn rak Anhuin karena tuduhan
fitnah ini, kami akan menganggapnya sebagai tindakan perang, dan kami akan
merespons dengan tindakan yang sama. Jika kalian memenjarakanku, itu juga akan
dianggap tindakan perang, maka kami juga akan merespons dengan tindakan yang
sama." Eragon melihat cadar Vermund bergerak, dan ia menduga kurcaci itu sedang
tersenyum di baliknya. "Jika kalian menyerang kami dalam cara apa pun, dengan besi
maupun kata-kata, tidak peduli seberapa halus teguran kalian, kami akan
menganggapnya tindakan perang, dan kami akan merespons dengan tindakan yang
sama. Kecuali kalian ingin menjadikan negeri kita tercabik menjadi ribuan serpih
berdarah, aku sarankan kalian lupakan diskusi pagi ini dan, sebagai gantinya, penuhi
benak kita dengan pikiran siapa yang akan menjadi pemimpin berikutnya yang duduk di
takhta granet." Para ketua klan duduk diam selama beberapa saat. Eragon harus
menggigit lidahnya agar tidak melompat ke atas meja dan mencaci-maki Vermand
sampai para kurcaci setuju untuk menggantungnya karena kejahatannya. Ia
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengingatkan diri sendiri bahwa ia telah berjanji kepada Orik untuk mematuhinya saat
berurusan dengan pertemuan antar klan. Orik ketua klanku, dan aku harus
membiarkannya menangani ini dengan caranya sendiri. Freowin membuka lipatan
lengannya dan menggebrak meja dengan kedua tangannya yang gemuk. Dengan suara
baritonnya yang kasar, yang terdengar ke seluruh ruangan, meski rasanya tidak lebih
dari bisikan, kurcaci gendut itu berkata, "Kau telah mempermalukan ras kita, Vermund.
Kami tidak Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bisa mempertahankan kehormatan tapi mengabaikan pelanggaranmu." Kurcaci wanita
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang sudah tua, Hadfala, menggeser kertas bertulisan rune yang selalu dibawanya dan
berkata, "Apa yang kaukira akan kaudapatkan dengan membunuh Eragon selain
membawa petaka pada kita sendiri" Bahkan jika kaum Varden mampu mengalahkan
Galbatorix tanpa Eragon, bagaimana dengan kemarahan sang naga Saphira kepada
kita jika kita membunuh Penunggangnya" Ia akan memenuhi Farthen Dur dengan darah
kita sendiri." Vermund tidak menjawab sepatah kata pun. Suara gelak tawa memecah
keheningan. Suara itu begitu mengejutkan, mula-mula Eragon tidak menyadari asalnya
dari Orik. Setelah tawanya mereda, Orik berkata, "Jika kami menentangmu atau Az
Sweldn rak Anhuin, kau akan menganggapnya tindakan perang, Vermund" Baiklah,
maka kami tidak akan menentangmu, tidak sama sekali." Alis Vermund berkerut. "Apa
yang kauanggap lucu dari itu?" Orik tergelak lagi. "Karena aku telah memikirkan sesuatu
yang tidak kaupikirkan, Vermund. Kau ingin kami tidak mengganggumu dan klanmu"
Maka aku mengusulkan kepada pertemuan antar klan ini agar keinginan Vermund
dipenuhi. Jika Vermund melakukan tindakan atas namanya sendiri dan bukan sebagai
seorang grimstborith, ia akan dibuang dan tidak boleh kembali kecuali ingin dihukum
mati. Maka, biarlah kita memperlakukan sebuah klan sama seperti jika kita
memperlakukan seseorang; marilah kita kucilkan Az Sweldn rak Anhuin dari hati dan
pikiran kita semua sampai mereka memilih untuk mengganti Vermund dengan
grimstborith yang sikapnya lebih lunak dan sampai mereka mengakui kejahatan mereka
dan menyesali semuanya di hadapan pertemuan antar klan, bahkan jika kita harus
menunggu seribu tahun." Kulit keriput di sekitar mata Vermund menjadi pucat. "Kalian
takkan berani." Orik tersenyum. "Ah, tapi kami tidak akan mengangkat satu jari pun
untuk melawan kaummu. Kami hanya akan mengabaikanmu dan menolak berdagang
dengan Az Sweldn rak Anhuin. Apakah kau akan menyatakan perang kepada kami
karena kami tidak melakukan apa-apa, Vermund" Karena jika hadirin di sini setuju
denganku, itulah tindakan kami: tidak melakukan apa-apa. Apakah kau akan
menghunuskan pedang untuk memaksa kami membeli madu, pakaian, dan perhiasan
amethyst kalian" Kau tidak memiliki cukup prajurit untuk memaksa kami." Menoleh ke
penghuni meja yang lain, Orik bertanya, "Apa keputusan kalian semua?" Anggota
pertemuan antar klan tidak butuh waktu lama untuk memutuskan. Satu demi satu, para
ketua klan berdiri dan memilih untuk membuang Az Sweldn rak Anhuin. Bahkan Nado,
Gladheim, dan Havard-yang tadinya mendukung Vermund-menyetujui usul Orik. Saat
setiap suara menyatakan persetujuan, kulit yang tampak di atas cadar Vermund menjadi
semakin pucat, sampai ia kelihatan seperti hantu
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dalam pakaiannya pada kehidupan yang lalu. Ketika pemilihan suara selesai, Gannel
menunjuk ke arah pintu dan berkata, "Pergilah, Vargrimstn Vermund. Tinggalkan
Tronjheim hari ini juga dan jangan ada anggota Az Sweldn rak Anhuin yang
mengganggu pertemuan antar klan sampai mereka menepati kondisi yang telah kami
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
syaratkan. Sampai saat itu tiba, kami akan mengucilkan semua anggota Az Sweldn rak
Anhuin. Tapi ketahuilah ini: sementara klanmu mungkin mendapatkan pengampunan
dari dosa mereka, kau, Vermund, akan tetap menjadi Vargrimstn, sampai akhir hayatmu.
Itu keputusan pertemuan antar klan." Setelah menyelesaikan deklarasinya, Gannel
duduk kembali. Vermund tetap berdiri di tempatnya, bahunya bergetar dengan emosi
yang tidak mampu dibaca Eragon. "Kalianlah yang telah mengkhianati dan
mempermalukan ras kita," ia menggeram. "Kaum. Penunggang Naga telah membunuh
semua orang di klan kami, kecuali Anhuin dan para pengawalnya. Kalian meminta kami
untuk melupakan ini" Kalian mengharapkan kami memaafkan ini" Bah! Aku meludahi
kuburan leluhur kalian. Setidaknya kami tidak kehilangan kewarasan kami. Kami tidak
akan tunduk kepada boneka kaum Elf ini sementara anggota keluarga kami yang telah
tewas masih menyerukan pembalasan dendam." Kemarahan mencengkeram Eragon
saat tidak ada di antara ketua klan yang menjawab, dan ia sudah akan menanggapi
semburan kata-kata kemarahan Vermund dengan kalimat kerasnya sendiri ketika Orik
meliriknya dan menggelengkan kepala tanpa kentara. Meski sangat sulit, Eragon
menahan kemarahannya, meski ia heran mengapa Orik membiarkan penghinaan ini
berlangsung tanpa ditanggapi. Seolah-olah mereka tidak... Oh. Mendorong dirinya
menjauh dari meja, Vermund berdiri, kedua tangannya terkepal erat dan bahunya
meninggi. Ia melanjutkan bicara, mencaci-maki dan menghina para ketua klan dengan
kemurkaan yang semakin meningkat sampai ia berteriak-teriak sekuat tenaga. Tapi
sekeras apa pun sumpah-serapah Vermund, para ketua klan tidak memberi reaksi.
Mereka menatap kejauhan, seakanakan sedang memikirkan masalah berat, dan mata
mereka menyapu melewati Vermund tanpa berhenti. Ketika dalam kemarahannya
Vermund menyambar bagian depan baju rantai besi Hreidamar, tiga pengawal
Hreidamar melompat ke depan dan menarik Vermund, tapi saat mereka melakukannya,
Eragon melihat ekspresi mereka tetap kosong dan tidak berubah, seolah-olah mereka
hanya sedang membantu Hreidamar membetulkan baju rantai besinya. Begitu mereka
melepaskan Vermund, para pengawal tidak menatapnya lagi. Tulang punggung Eragon
bagai disiram air dingin. Para kurcaci ini bersikap seakan-akan Vermund tidak ada sama
sekali. Jadi beginilah artinya jika dikucilkan di antara kaum kurcaci. Eragon merasa ia
lebih baik mati daripada menanggung derita seperti ini, dan selama sesaat, ia merasa
kasihan kepada Vermund. Tapi rasa kasihan itu segera lenyap begitu ia teringat wajah
Kvistor yang sekarat. Sambil memuntahkan makian terakhir, Vermund berderap ke luar
ruangan, diikuti anggota klannya yang menyertainya ke pertemuan. Suasana hati para
ketua klan menjadi lebih santai begitu pintu-pintu
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
berayun menutup, di belakang Vermund. Sekali lagi para kurcaci menatap sekeliling
tanpa ada batasan, dan mereka melanjutkan bicara dengan suara suara keras,
mendiskusikan apa lagi yang perlu mereka lakukan terhadap Az Sweldn rak Anhuin.
Kemudian Orik mengetukkan gagang belatinya ke atas meja, dan semua orang menoleh
kepadanya untuk mendengarkan apa yang ingin ia utarakan. "Sekarang setelah kita
menangani Vermund, ada satu masalah lagi yang kuingin pertemuan ini pertimbangkan.
Tujuan kita berkumpul di sini adalah untuk memilih pengganti Hrothgar. Kita semua
sudah mengucapkan banyak hal mengenai masalah ini, tapi aku percaya sekarang
sudah waktunya kita meninggalkan kata-kata dan membiarkan tindakan kita bicara
untuk kita. Maka aku mengusulkan kepada pertemuan untuk memutuskan apakah kita
sudah siap-dan kita sudah lebih daripada siap, menurutku-untuk melanjutkan pemilihan
final tiga hari dari sekarang, seperti yang diharuskan undang-undang kita. Suara yang
kuberikan adalah aye." Freowin menatap, Hadfala, yang menatap Gannel, yang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menatap Manndrath, yang menarik-narik hidung panjangnya dan menatap Nado, yang
duduk melesak di kursinya dan menggigit bagian dalam pipinya. "Aye," kata lorunn
"Aye," kata Undin. "...Aye," kata Nado, dan begitu pula kedelapan ketua klan lainnya.
Berjam-jam kemudian, ketika pertemuan antar klan dihentikan untuk makan siang, Orik
dan Eragon kembali ke ruangan Orik untuk bersantap. Tidak ada di antara keduanya
yang bicara sampai mereka memasuki ruangan Orik, yang tidak bisa ditembus
telinga-telinga yang ingin menguping. Kemudian Eragon tersenyum. "Kau sudah
merencanakan untuk mengucilkan Az Sweldn rak Anhuin sejak semula, bukan?"
Dengan paras puas pada wajahnya, Orik juga tersenyum dan menepuk perutnya.
"Memang benar. Itu satu-satunya tindakan yang bisa kulakukan yang tidak akan memicu
peperangan antar klan. Kita mungkin masih akan menghadapi peperangan antar klan,
tapi bukan kita yang akan memulainya. Tapi aku ragu bencana itu akan mendatangi kita.
Sebenci apa pun mereka kepadamu, sebagian besar Az Sweldn rak Anhuin akan
marah sekali ketika mengetahui apa yang dilakukan Vermund atas nama mereka. Aku
yakin ia tidak akan lama menjadi grimstborith." "Dan sekarang kau telah memastikan
pemilihan raja yang baru-" "Atau ratu." "-atau -atau ratu akan segera dilangsungkan."
Eragon bimbang, ragu untuk memudarkan kegembiraan Orik atas kemenangannya ini,
tapi kemudian ia bertanya, "Apakah kau sungguh-sungguh mendapatkan dukungan
yang kaubutuhkan untuk memenangi takhta?" Orik mengangkat bahu. "Sebelum pagi
ini, tidak ada yang memiliki
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dukungan yang mereka. butuhkan. Sekarang keseimbangan berubah, dan untuk
sementara, simpati berada pada pihak kita. Sebaiknya kita menyerang selagi besi masih
panas; kita tidak akan mendapatkan kesempatan sebaik seperti sekarang lagi. Lagi
pula, kita tidak bisa membiarkan pertemuan antar klan berlangsung lebih lama. Jika kau.
tidak segera kembali ke Varden, kita bisa kehilangan segalanya." "Apa yang akan kita
lakukan sementara menunggu pemilihan?" "Mula-mula, kita akan merayakan
kesuksesan kita dengan berpesta," Orik mengumumkan. "Kemudian, saat kita sudah
kenyang, kita akan melanjutkan seperti sebelumnya: berusaha mencari tambahan
dukungan sementara mempertahankan dukungan yang sudah kita miliki." Gigi Orik
berkilati ptilill di balik janggutnya ketika ia tersenyum lagi. "Tapi sebelum kita minim arak
seteguk pun, ada sesuatu yang harus kaulakukan dulu, yang telah kaulupakan." "Apa?"
tanya Eragon, kebingungan melihat Orik yang tampak kegirangan. "Kau harus
memanggil Saphira ke Tronjheim, tentu saja! Apakah aku bakal jadi raja atau tidak, kita
akan menobatkan seorang pemimpin baru dalam waktu tiga. hari. Jika Saphira ingin
menghadiri upacaranya, ia harus terbang cepat agar bisa tiba di sini sebelum itu."
Dengan seruan girang, Eragon berlari mencari cermin. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Bidadari Pendekar Naga Sakti MELANGGAR PERINTAH
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Tanah hitam yang subur terasa dingin di tangan Roran. Ia memungut segumpal besar
dan menghancurkannya di antara jemarinya, dengan puas merasakan tanah itu lembap
dan penuh dawn, tangkai, lumut, dan zat organik lain yang membusuk, yang akan
menyediakan sumber makanan bagus bagi tanaman ladang. Roran menempelkan tanah
itu di bibir dan lidahnya. Tanah itu terasa hidup, dipenuhi ratusan rasa, dari pegunungan
yang hancur sampai kumbang dan kayu busuk Serta ujung-ujung halus akar rumput. Ini
tanah pertanian yang bagus, pikir Roran. Pikirannya kembali ke Lembah Palancar, dan
sekali lagi ia melihat matahari musim gugur menyapukan cahayanya pada ladang
gandum yang persis berada di luar rumah keluarganya-barisan-barisan rapi
batangbatang keemasan bergoyang-goyang tertiup angin-Sungai Anora ada di sebelah
barat dan pegunungan dengan puncak-puncak bersalju menjulang tinggi di setiap sisi
lembah. Di sanalah seharusnya aku berada, membajak ladang dan membina keluarga
bersama Katrina, bukan menyirami tanah dengan getah dari tubuh manusia. "Hei, di
sana!" seru Kapten Edric, menunjuk ke arah Roran dari atas kudanya. "Jangan
buang-buang waktu, Stronghammer, jika kau tidak mau aku berubah pikiran dan
meninggalkanmu untuk berjaga-jaga bersama pasukan pemanah!" Menepukkan tangan
di celana ketatnya, Roran bangkit dari jongkoknya. "Ya, Sir! Segera, Sir!" katanya,
menahan kekesalannya terhadap Edric. Sejak bergabung dengan pasukan Edric, Roran
berniat untuk mencari tahu sebisanya tentang sejarah pria itu. Dari apa yang
didengarnya, Roran menyimpulkan Edric adalah komandan yang kompeten-Nasuada
takkan mungkin menjadikannya pemimpin sebuah misi penting jika tidak begitu-tapi
Edric memiliki sifat keras, dan ia mendisiplinkan para pejuang bawahannya bahkan jika
mereka hanya menyimpang sedikit saja dari latihan yang telah mereka jalani, seperti
yang dialami Roran-sampai ia merasa terhina-dalam tiga kesempatan berbeda pada hari
pertama ia bergabung dengan pasukan Edric. Roran menganggap kepemimpinan Edric
sangat merendahkan moral anak buahnya, juga mengekang kreativitas dan kecerdasan
berpikir bawahannya. Mungkin Nasuada menyerahkanku kepadanya demi
alasan-alasan itu, pikir Roran. Atau mungkin ini ujian lain darinya. Mungkin ia kepengin
tahu apakah aku bisa menelan cukup banyak harga diriku untuk bekerja sama dengan
pria seperti Edric. Kembali menunggangi Snowfire, Roran bergerak ke depan barisan
prajurit. Misi mereka sederhana; karena Nasuada dan Raja Orrin telah menarik
kekuatan besar mereka dari Surda, Galbatorix rupanya telah memutuskan untuk
mengambil kesempatan dari ketidakberadaan mereka dan membuat kekacauan di
seluruh negeri yang tidak memiliki pertahanan, menjarah kota dan desa, dan membakar
hasil panen yang dibutuhkan untuk menopang peperangan terhadap Kekaisaran. Cara
termudah untuk membasmi pasukan Kekaisaran adalah dengan meminta Saphira
terbang dan mencabik-cabik mereka, tapi kecuali ia terbang menuju Eragon, semua
orang setuju akan terlalu berbahaya bagi kaum Varden jika naga itu tidak berada di
antara mereka dalam kurun waktu yang lama. Maka Nasuada telah mengirimkan
pasukan Edric untuk Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
melawan para prajurit Kekaisaran, yang menurut mata-mata kiriman Nasuada,
jumlahnya diperkirakan sekitar tiga ratus orang. Meski demikian, dua hari yang lalu,
Roran dan para pejuang lain segera merasa cemas ketika mereka menemukan jejak
yang mengindikasikan bahwa jumlah pasukan Galbatorix hampir mencapai tujuh ratus
orang. Roran mengendalikan Snowfire agar melangkah di sebelah Carn, yang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menunggangi kuda betina belangnya, dan menggaruk dagu sementara mempelajari
daratan di sekitar mereka. Di hadapan mereka terbentang padang rumput
berombak-ombak, ditandai dengan beberapa pohon dedalu dan pohon kapuk di
sana-sini. Burung-burung elang berburu di udara, sementara di darat, rerumputan penuh
suara cericit tikus, kelinci, hewan pengerat di dalam liang, dan kehidupan liar lain.
Satu-satunya bukti manusia pernah berada di sana adalah petak-petak rumput dan
semak yang tampak pernah terinjak-injak, menuju cakrawala timur, membuat jejak yang
ditinggalkan para prajurit. Carn ke matahari tengah hari, kulit di sekitar matanya yang
kendur mengerut. "Kita akan segera menyusul mereka sebelum bayang-bayang kita
lebih panjang daripada tinggi tubuh kita yang sebenarnya." "Kemudian kita akan
mendapati apakah jumlah kita mencukupi untuk mengusir mereka," gumam Roran, "atau
apakah mereka hanya akan membantai kita semua. Untuk sekali saja, aku ingin jumlah
kita lebih banyak daripada mereka." Senyum kaku tampak pada wajah Carn. "Selalu
begitu keadaannya bagi kaum Varden." "Bergerak!" teriak Edric, dan memacu kudanya
mengikuti jejak tanaman yang terinjak-injak pada padang rumput. Roran mengatupkan
rahangnya kuat-kuat dan menyentuhkan tumitnya pada tubuh Snowfire saat pasukan
bergerak mengikuti kapten mereka. Enam jam kemudian, Roran duduk di punggung
Snowfire, tersembunyi di antara sekumpulan pohon beech yang tumbuh di sepanjang
tepi sungai kecil berair tenang yang dipenuhi ilalang dan ganggang yang mengambang.
Melalui jalinan ranting yang rapat di depannya, Roran menatap sebuah desa bertembok
kelabu yang sudah rontok, berisi tidak lebih dari dua puluh rumah. Roran telah
menyaksikan dengan kemarahan yang semakin memuncak ketika para penduduk desa
melihat barisan prajurit Kekaisaran mendekat dari arah barat kemudian mengumpulkan
beberapa harta mereka dalam buntalan lalu melarikan diri ke selatan, menuju jantung
Surda. Jika keputusan berada di tangannya, Roran akan mengungkapkan keberadaan
para pejuang Varden kepada para penduduk desa dan meyakinkan mereka bahwa
mereka takkan kehilangan rumah jika ia dan rekan-rekannya bisa mencegahnya, karena
ia ingat sekali merasa sangat pedih dan putus asa serta tak berdaya karena harus
meninggalkan Carvahall, dan ia akan menolong mereka mempertahankan desa jika
bisa. Ia juga akan meminta pria-pria penduduk desa bertempur bersama pejuang
Varden. Sepuluh atau dua puluh pria bersenjata tambahan mungkin akan menentukan
perbedaan antara siapa yang menang dan kalah, dan Roran juga tahu bagaimana
orang-orang yang mempertahankan rumah mereka bisa bertarung dengan semangat
menyala-nyala. Tapi Edric telah menolak gagasan itu dan berkeras kaum Varden harus
tetap tersembunyi di perbukitan sebelah tenggara desa.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Kita beruntung mereka berjalan kaki," gumam Carn, bicara tentang barisan merah
prajurit yang bergerak menuju desa. "Kita takkan bisa lebih dulu tiba di sini jika mereka
berkuda." Roran menoleh ke arah pria-pria yang berkumpul di belakang mereka. Edric
telah memberinya komando sementara untuk membawahi 81 pejuang. Mereka terdiri
atas prajurit berpedang, prajurit bertombak, dan setengah lusin pemanah. Salah satu
tangan kanan Edric, Sand, memimpin 81 pria lagi, sementara Edric sendiri memimpin
sisanya. Ketiga kelompok itu saling merapat di antara pohon-pohon beech, yang
dianggap Roran sebagai kesalahan; waktu yang dibutuhkan untuk mengatur barisan
mereka sendiri begitu keluar dari tempat persembunyian akan memberi pasukan
Galbatorix lebih banyak waktu untuk mengatur pertahanan mereka. Mencondongkan
tubuh ke arah Carn, Roran berkata, "Aku tidak melihat ada yang tangan atau kakinya
buntung, atau luka besar lain, tapi itu tidak membuktikan apa-apa. Bisakah kau
mengetahui apakah mereka orang-orang yang tidak merasa sakit?" Carn "Kuharap aku
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bisa. Sepupumu mungkin bisa mengetahuinya, karena penyihir yang perlu ditakuti
Eragon hanya Murtagh dan Galbatorix, tapi aku penyihir payah, dan aku tidak berani
menguji para prajurit itu. Jika terdapat penyihir yang menyamar di antara prajurit-prajurit
itu, mereka akan segera tahu aku memata-matai mereka, dan ada kemungkinan mereka
memperingatkan rekan-rekan mereka tentang keberadaan kita di sini bahkan sebelum
aku bisa menembus benak mereka." "Sepertinya kita selalu mendiskusikan ini persis
sebelum pertempuran," komentar Roran, mengamati persenjataan para prajurit dan
memikirkan bagaimana cara terbaik untuk menyebarkan anak buahnya. Sambil tertawa,
Carn berkata, "Tidak apa-apa. Kuharap kita akan terus berdiskusi seperti ini, karena jika
tidak-" "Salah satu dari kita pasti sudah tewas-" "Atau Nasuada menugaskan kita di
bawah kapten yang berbeda "Maka kita sudah bisa dipastikan tewas, karena tidak ada
orang lain yang bisa menjaga punggung kita dengan lebih baik," Roran menyimpulkan.
Senyum tipis menghias bibirnya. Ini jadi lelucon mereka berdua. Ia menarik martil dari
sabuknya kemudian mengernyit ketika sakit yang menusuk terasa dari kaki kanannya,
tempat tanduk kerbau telah merobek dagingnya. Sambil menyumpah ia meraih ke
bawah dan mengusap-usap bagian yang sakit. Carn melihat dan. bertanya, "Kau tidak
apa-apa?" "Ini tidak akan membunuhku," jawab Roran, kemudian memikirkan dang
jawabannya. "Ya mungkin ini bakal membunuhku, tapi aku tidak mau menunggu di sini
sementara kau pergi untuk memenggal orang-orang tolol itu jadi potongan-potongan
kecil." Ketika para prajurit Galbatorix tiba di desa, mereka langsung berderap masuk,
hanya berhenti untuk mendobrak pintu setiap rumah dan melangkah
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
ke setiap ruangan untuk memeriksa apakah masih ada orang yang bersembunyi di
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam. Seekor anjing berlari keluar dari balik tong, bulu di lehernya berdiri tegak, dan
mulai menggonggongi para prajurit. Salah satu pria melangkah ke depan dan
melemparkan tombaknya ke arah anjing itu, membunuhnya. Ketika barisan pertama
prajurit tiba di sisi seberang desa, Roran mengeratkan kepalannya pada gagang martil,
bersiap-siap menyerbu. Tapi kemudian ia mendengar pekikan-pekikan keras, dan rasa
ngeri merayapi tubuhnya. Seregu prajurit muncul dari dalam rumah kedua paling akhir,
menyeret tiga orang yang memberontak: seorang pria kurus berambut putih, seorang
wanita muda dengan blus robek, dan seorang anak laki-laki tidak lebih dari sebelas
tahun. Keringat muncul di dahi Roran. Dalam nada pelan dan monoton, ia mulai
mengeluarkan sumpah serapah, mengutuk ketiga tawanan itu karena tidak kabur
bersama tetangga-tetangga mereka, mengutuk para prajurit karena apa yang telah
mereka lakukan dan apa yang hendak mereka lakukan, dan mengutuk keadaan yang
membuat ini semua terjadi. Di belakangnya, ia sadar anak buahnya beringsut dan
bergumam marah, kepengin segera menghukum para prajurit karena kebrutalan
mereka. Setelah menggeledah semua rumah, gerombolan prajurit itu kembali ke
tengah-tengah desa dan membentuk barisan lingkaran mengelilingi ketiga tawanan. Ya!
seru Roran dalam hati saat para prajurit tersebut memunggungi kaum Varden. Rencana
Edric adalah menunggu para prajurit melakukan itu. Tidak sabar menunggu perintah
untuk menyerang, Roran mengangkat tubuhnya beberapa inci dari pelana, sekujur
tubuhnya menegang. Ia berusaha menelan, tapi tenggorokannya terlalu kering. Perwira
yang memimpin pasukan prajurit, satu-satunya pria di antara mereka yang menunggangi
kuda, turun dari tunggangannya dan bertukar beberapa kalimat tidak terdengar dengan
penduduk desa berambut putih. Tanpa peringatan, perwira itu menghunuskan pedang
dan memenggal kepala si pria, kemudian melompat ke belakang untuk menghindari
cipratan darah yang diakibatkannya. Si wanita muda menjerit lebih keras daripada
sebelumnya. "Serang," kata Edric. Butuh setengah detik bagi Roran untuk memahami
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kata yang diucapkan Edric dengan begitu tenang, kemudian sadar bahwa itu adalah
perintah yang sedang ditunggunya. "Serang!" teriak Roran, dan menghantamkan
tumitnya ke tubuh Snowfire. Ia merunduk di balik perisainya ketika Snowfire
membawanya menembus jalinan ranting, kemudian menurunkan perisai kembali saat
mereka sudah tiba di daerah terbuka, melesat di sisi bukit, beserta gemuruh kaki kuda
mengiringi mereka. Mati-matian berusaha menyelamatkan si wanita dan anak kecil,
Roran memacu Snowfire sampai batas kecepatannya. Menoleh ke belakang, ia lega
melihat kelompok pria yang dipimpinnya telah memisahkan diri dari kelompok Varden
yang lain tanpa mengalami kesulitan; selain beberapa yang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
agak tertinggal, sebagian besarnya berada dalam satu barisan tidak lebih dari tiga puluh
kaki di belakangnya. Roran melirik Carn yang berpacu di barisan depan kelompok
Edric, jubah abu-abunya berkibar tersapu angin. Sekali lagi, Roran berharap kalau saja
Edric mengizinkan mereka berada di satu kelompok. Seperti yang diperintahkan
kepadanya, Roran tidak langsung masuk ke desa, tapi agak minggir ke kiri dan berderap
mengitari bangunan-bangunan, untuk menjepit musuh dan menyerang mereka dari arah
lain. Sand melakukan hal yang sama ke sebelah kanan, sementara Edric dan
kelompoknya langsung masuk ke desa. Barisan rumah menyembunyikan kelompok
Roran dari para prajurit, tapi ia mendengar teriakan-teriakan panik, kemudian
serangkaian suara berdesing aneh dan metalik, kemudian suara jeritan manusia dan
kuda. Rasa cemas membuat perut Roran melilit. Suara apa itu" Apakah panah besi"
Apakah benda semacam itu ada" Apa pun penyebabnya, ia tahu tidak seharusnya
kedengaran begitu banyak kuda meringkik kesakitan. Tubuh Roran terasa dingin ketika
ia menyadari dengan yakin bahwa serangan ini telah gagal dan mungkin mereka sudah
kalah dalam pertempuran ini. Ia menarik tali kekang Snowfire kuat-kuat ketika melewati
rumah terakhir, mengarahkan kuda itu ke tengah-tengah desa. Di belakangnya, anak
buahnya melakukan hal yang sama. Kira-kira 180 meter jauhnya di depan, Roran
melihat tiga baris prajurit mengambil posisi di antara dua rumah, sehingga memblokir
jalan mereka. Para prajurit itu tampak tidak gentar melihat kuda-kuda berderap ke arah
mereka. Roran bimbang. Perintah yang diterimanya jelas: ia dan anak buahnya harus
menyerang dari tepi barat dan berderap merangsek ke tengah-tengah pasukan
Galbatorix sampai mereka bergabung kembali dengan kelompok Sand dan Edric. Meski
demikian, Edric tidak memberitahu Roran apa yang harus dilakukannya jika berderap
langsung ke arah prajurit-prajurit itu tidak lagi dianggapnya ide yang bagus begitu ia dan
anak buahnya berada di posisi mereka. Dan Roran tahu jika ia melanggar perintah,
bahkan jika alasannya adalah agar anak buahnya tidak dibantai habis-habisan, ia akan
dianggap bersalah karena tindakan insubordinasi dan Edric akan memberinya hukuman
yang sesuai. Kemudian para prajurit Kekaisaran menyibakkan jubah panjang mereka
dan memosisikan busur silang di bahu mereka. Pada detik itu, Roran memutuskan ia
akan melakukan apa yang diperlukan demi memastikan kemenangan para pejuang
Varden. Ia tidak akan membiarkan pasukan Kekaisaran menghancurkan kelompok yang
dipimpinnya dengan sekali serangan anak panah hanya karena ia ingin menghindari
konsekuensi tidak mengenakkan karena melanggar perintah kaptennya. "Berlindung!"
teriak Roran, dan menarik kepala Snowfire ke kanan,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
memaksa kuda itu berbelok ke balik sebuah rumah. Sedetik kemudian selusin anak
panah menancap pada sisi bangunan. Berbalik, Roran melihat hanya satu dari para
pejuangnya yang tidak berhasil merunduk di balik lindungan rumah-rumah terdekat
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sebelum pasukan Kekaisaran menembak. Pria yang terlalu lamban tergeletak
berdarah-darah di tanah, dua anak panah menancap di dadanya. Ujung-ujung anak
panah tersebut telah menembus baju rantai besinya seolah-olah tidak lebih tebal
daripada selembar tisu. Ketakutan karena mencium darah, kudanya
menendang-nendang lalu melarikan diri dari desa, meninggalkan gumpalan asap di
belakang kakinya. Roran meraih dan mencengkeram tepi balok penyangga di pinggir
rumah, menahan Snowfire sementara berusaha mati-matian memikirkan cara untuk
menyerang kembali. Ia dan anak buahnya telah dipojokkan oleh para prajurit; mereka
tidak bisa melangkah keluar tanpa dihujani begitu banyak anak panah sehingga akan
menyerupai landak. Sekelompok pejuang Roran berderap menghampiri dari rumah yang
sebagian bangunannya cukup menghalangi jarak pandang para prajurit. "Apa yang
harus kita lakukan, Stronghammer?" mereka bertanya kepada Roran. Mereka
tampaknya tidak mencemaskan fakta bahwa ia telah melanggar perintah; malah
sebaliknya, mereka menatapnya dengan paras penuh kepercayaan baru. Berpikir
secepat mungkin, Roran menatap sekeliling. Secara kebetulan, matanya tertumbuk
pada busur dan tabung anak panah yang terikat pada pelana salah satu. pejuang. Roran
tersenyum. Hanya beberapa pejuang yang juga adalah pemanah, tapi mereka semua
membawa busur dan anak panah untuk berburu dan memberi makanan kepada
pasukan ketika sedang sendirian di belantara, tanpa asupan persediaan dari kaum
Varden. Roran menunjuk ke arah rumah yang sedang disandarinya dan berkata, "Ambil
busur kalian dan naiklah ke atas atap, sebanyak mungkin dari kalian selama atapnya
muat, tapi jika kalian menghargai nyawa kalian sendiri, jangan menampakkan diri
sampai kalian kehabisan anak panah atau sampai prajurit terakhir tewas. Mengerti?"
"Ya, Sir!" "Bergeraklah. Sisanya, cari bangunan lain tempat kalian bisa menembak ke
arah prajurit-prajurit itu. Harald, sebarkan ini kepada yang lain-lain, dan temukan
sepuluh penombak kita yang paling ahli dan sepuluh pejuang berpedang lalu bawa
mereka ke sini secepat mungkin." "Ya, Sir!" Bergerak cepat, para pejuang mematuhi
perintahnya. Mereka yang berada paling dekat dengan Roran mengambil busur dan
tabung anak panah dari belakang pelana kemudian, berdiri di punggung kuda
masing-masing, menarik tubuh ke tepi atap jerami rumah di dekat mereka. Empat merit
kemudian, sebagian besar anak buah Roran sudah berada di atap tujuh rumah
berbeda-sekitar delapan pria di setiap atap-dan Harald telah kembali membawa pejuang
berpedang dan penombak yang diminta Roran. Kepada para pejuang yang berkumpul di
sekelilingnya, Roran berkata, "Baik, sekarang dengarkan. Jika aku menyerukan
perintah, pria-pria di atas
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sana akan mulai menembak. Segera setelah anak-anak panah pertama menghujani
para prajurit, kita akan berderap keluar dan berusaha menyelamatkan Kapten Edric.
Jika tidak bisa, setidaknya kita harus mampu membuat para tunik merah itu mencicipi
rasa besi tajam kita. Para pemanah akan menimbulkan cukup kekacauan bagi kita untuk
mendekati para prajurit sebelum mereka bisa menggunakan busur silang mereka.
Sudah dimengerti?" "Ya, Sir!" "Kalau begitu tembak!" teriak Roran. Disertai
teriakan-teriakan keras, para pria yang berada di atapatap rumah berdiri di atas
punggung atap dan secara serentak mulai menembaki prajurit-prajurit di bawah. Hujan
anak panah mendesing di udara seperti segerombolan burung liar haws darah yang
menukik menyambar buruan mereka. Sedetik kemudian, ketika para prajurit mulai
melolong kesakitan karena terluka, Roran berseru, "Sekarang maju!" dan
menghantamkan tumit pada sisi tubuh Snowfire. Bersama-sama, ia dan anak buahnya
berderap mengitari sisi rumah, menarik tunggangan mereka agar berbelok begitu tajam
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sehingga hampir terjungkal. Bergantung pada kecepatannya berpacu serta keahlian
para pemanah untuk memberikan perlindungan, Roran menyerempet para prajurit, yang
berlarian kocar-kacir, sampai tiba di tempat serangan kelompok Edric berakhir dengan
bencana. Di sana tanah licin karena darah, dan begitu banyak mayat pria andal dan
kuda hebat bergelimpangan di antara rumah-rumah. Anggota kelompok Edric yang
tersisa bertarung dengan pedang melawan pasukan Kekaisaran. Dengan terkejut Roran
melihat Edric masih hidup, bertempur bersama lima anak buahnya. "Tetap bersamaku!"
Roran berteriak kepada rekan-rekannya ketika mereka berpacu menuju lokasi
pertempuran. Menendangkan kaki-kakinya, Snowfire menghantam dua prajurit sampai
terjengkang, mematahkan tangan mereka yang memegang pedang dan meremukkan
rusuk mereka. Merasa bangga akan kuda jantannya, Roran juga mengayunkan
martilnya ke sana kemari, menggeram dalam semangat perang saat menjatuhkan
prajurit demi prajurit, tidak ada satu pun yang mampu melawan kedahsyatan
serangannya. "Kepadaku!" ia berteriak saat mendekati Edric dan pejuang-pejuang lain
yang selamat. "Kepadaku!" Di depannya, anakanak panah teruss menghujani para
prajurit, memaksa mereka melindungi diri dengan perisai sekaligus menangkis serangan
pedang dan tombak para pejuang Varden. Begitu anak buahnya sudah mengelilingi para
pejuang Varden yang tidak berkuda, Roran berteriak, "Mundur! Mundur! Ke balik
rumah-rumah!" Langkah demi langkah, mereka semua mundur sampai berada di luar
jangkauan pedang para prajurit Kekaisaran, lalu berbalik dan lari ke balik rumah-rumah
terdekat. Para prajurit menembak dan membunuh tiga pejuang Varden dalam
prosesnya, tapi sisanya tiba di balik bangunan dalam keadaan selamat.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Edric melorot di sisi sebuah rumah, tersengal-sengal mencari napas. Ketika sudah
mampu bicara lagi, ia menunjuk anak buah Roran dan berkata, "Kedatangan kalian
tepat waktu dan sangat dibutuhkan, Stronghammer, tapi kenapa aku melihatmu di sini,
bukan berkuda menembus barisan prajurit-prajurit itu, seperti yang disepakati?"
Kemudian Roran menjelaskan apa yang telah dilakukannya dan menunjuk ke arah para
pemanah di atap-atap rumah. Alis Edric berkerut ketika - mendengarkan penjelasan
Roran. Tapi ia tidak memarahi Roran karena telah melanggar perintah dan hanya
berkata, "Suruh mereka turun segera. Mereka telah berhasil membuat barisan prajurit
kocar-kacir. Sekarang kita harus bergantung pada bilah pedang untuk menyingkirkan
mereka." "Jumlah kita terlalu sedikit untuk menyerang para prajurit secara langsung!"
protes Roran. "Jumlah mereka lebih banyak tiga dibanding satu dengan kita." "Maka kita
harus lebih buas agar bisa menghabisi lebih banyak prajurit!" bentak Edric. "Aku
diberitahu kau adalah pria yang berani, Stronghammer, tapi rupanya kabar burung itu
salah dan kau sepengecut kelinci ketakutan. Sekarang lakukan apa yang
kuperintahkan, dan jangan menyangsikanku lagi!" Sang kapten menunjuk ke salah satu
anak buah Roran. "Kau, pinjamkan kudamu. padaku." Setelah pria itu turun dari
tunggangannya, Edric mengangkat tubuh ke pelana dan berkata, "Setengah dari kalian
yang berkuda, ikut aku; aku akan membantu Sand. Sisanya tinggal bersama Roran."
Menendang sisi perut kudanya, Edric berderap pergi bersama pria-pria yang memilih
ikut bersamanya, berpacu dari balik satu bangunan ke balik bangunan lain sambil
mencari jalan mengitari para prajurit yang berkumpul di tengah-tengah desa. Tubuh
Roran gemetar marah ketika menyaksikan mereka pergi. Ia belum pernah membiarkan
orang lain meragukan keberaniannya tanpa disambutnya dengan kata-kata pedas atau
hantaman tinju. Tetapi selama pertempuran ini berlangsung, akan tidak bijaksana jika ia
menentang Edric. Baiklah jika begitu, pikir Roran, aku akan menunjukkan kepada Edric
keberanian yang dikiranya tidak kumiliki. Tapi hanya itu yang akan didapatkannya
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dariku. Aku tidak akan mengirimkan pasukan pemanah untuk berhadapan langsung
dengan prajurit-prajurit jika mereka akan lebih aman dan efektif di posisi mereka
sekarang. Roran berbalik dan memeriksa pria-pria yang ditinggalkan Edric bersamanya.
Dengan gembira Roran melihat Carn di antara para pejuang yang baru diselamatkan,
meski Carn menderita luka gores dan berdarah-darah, tapi secara keseluruhan ia
baik-baik saja. Mereka Saling mengangguk, kemudian Roran berkata kepada
kelompoknya: "Kalian dengar apa kata Edric. Aku tidak setuju. Jika kita melakukan apa
yang diperintahkannya, kita semua akan jadi tumpukan mayat sebelum matahari
tenggelam. Kita masih bisa memenangkan pertempuran ini, tapi bukan dengan cara
berbaris menuju kematian! Kita bisa mengatasi kekurangan jumlah pasukan kita dengan
cara bertindak cerdik. Kalian tahu bagaimana aku. bisa bergabung dengan kaum
Varden. Aku telah Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menghadapi pasukan Kekaisaran dan berhasil mengalahkan mereka, dan sekaliasinya
persis seperti di desa ini! Aku bisa melakukan ini, aku bersumpah. Tapi aku tidak bisa
melakukannya sendirian. Maukah kalian mengikutiku" Pikirkan baik-baik. Aku akan
bertanggung jawab penuh dalam pelanggaran perintah Edric ini, tapi ia dan Nasuada
mungkin tetap menghukum semua orang yang terlibat." "Maka mereka adalah
orang-orang tolol," geram Carn. "Apakah menurut mereka kita lebih baik mati di sini"
Tidak, rasanya tidak. Aku ikut denganmu, Roran." Saat Carn menyatakan pilihannya,
Roran melihat betapa pria-pria yang lain menegakkan bahu dan mengeraskan rahang
Serta mata mereka membara menunjukkan kebulatan tekad, dan ia tahu mereka telah
memilih untuk bergabung bersamanya, meski hanya karena mereka tidak mau berpisah
dengan satu-satunya penyihir dalam pasukan. Banyak anggota Varden yang berutang
nyawa pada kelompok Du Vrangr Gata, dan pria-pria bersenjata Yang ditemui Roran
lebih baik menusuk kaki mereka sendiri dengan belati daripada pergi bertempur tanpa
ditemani seorang perapal mantra. "Aye," ucap Harald. "Kau bisa memercayai kami juga,
Stronghammer." "Maka ikuti aku!" kata Roran. Meraih ke bawah, ia menarik Carn ke
pelana Snowfire untuk duduk di belakangnya, kemudian berpacu bersama kelompoknya
kembali mengitari desa menuju tempat para pemanah di atap masih terus menghujani
para prajurit dengan anak panah. Saat Roran dan pria-pria pengikutnya berderap dari
rumah ke rumah, anak-anak panah dari busur silang para prajurit mendesing ke arah
mereka-seperti serangga-serangga raksasa yang mengamuk-dan bahkan sebuah
berhasil menancap di perisai Harald. Begitu mereka berada di balik lindungan
bangunan, Roran menyuruh pria-pria yang masih berada di atas kuda menyerahkan
busur dan panah mereka kepada pria-pria yang berjalan kaki, yang diperintahnya untuk
memanjat bangunan dan bergabung bersama para pemanah di atas. Ketika para pria itu
bergegas mematuhinya, Roran memanggil Carn, yang telah melompat turun dari
Snowfire begitu mereka berhenti bergerak, dan berkata, "Aku butuh mantramu. Bisakah
kau melindungiku beserta sepuluh pejuang dari kelompok ini?" Carn "Berapa lama?"
"Semenit" Satu jam" Siapa yang tahu?" "Memberi perisai begitu banyak manusia lebih
dari beberapa tembakan anak panah akan membuat tenagaku habis dengan cepat...
Meski, jika kau tidak keberatan aku menghentikan anak-anak panah itu sebelum
mencapai kalian, aku bisa mengalihkan jalur sasarannya dari kalian, yang-" "Boleh
juga." "Siapa yang kauingin kulindungi?" Roran menunjuk pria-pria yang dipilihnya untuk
bergabung bersamanya, Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dan Carn bertanya siapa nama mereka satu persatu. Berdiri dengan bahu menekuk ke
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
depan, Carn bergumam menggunakan bahasa kuno, wajahnya pucat dan tegang. Tiga
kali ia berusaha merapalkan mantra, dan tiga kali ia gagal. "Maafkan aku," katanya, dan
mengembuskan napas gemetar. "Rasanya aku tidak bisa berkonsentrasi." "Sial, jangan
minta maaf," geram Roran. "Lakukan saja!" Melompat turun dari Snowfire, ia
mencengkeram kedua sisi kepala Carn, membuatnya tidak bisa bergerak. "Lihat aku!
Lihat ke tengah-tengah mataku. Begitu. Teruss tatap aku... Bagus. Sekarang letakkan
perisai di sekeliling kami." Paras Carn dan bahunya mengendur, kemudian, dengan
suara penuh percaya diri, ia merapalkan mantranya. Ketika ia mengucapkan kata
terakhir, ia agak melorot dari cengkeraman Roran sebelum memulihkan diri. "Sudah
selesai," katanya. Roran menepuk bahunya, kemudian memanjat ke pelana. Snowfire
lagi. Menyapukan mata ke sepuluh penunggang kuda pilihannya, ia berkata, "Jaga sisi
dan belakang tubuhku, tapi tetap berada di belakangku selama aku bisa mengibaskan
martilku. "Ya, Sir!" "Ingat, anak-anak panah tidak bisa melukai kalian sekarang. Carn,
kau tinggal di sini. Jangan terlalu banyak bergerak; simpan tenagamu. Jika kau
merasa tidak mampu menahan mantramu lebih lama, beri kami peringatan sebelum kau
memutuskannya. Setuju?" Carn duduk di undakan depan sebuah rumah dan
mengangguk. "Setuju." Membetulkan cengkeramannya pada martil dan perisainya,
Roran menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri sendiri. "Bersiaplah,"
katanya, dan mendecakkan lidah menyuruh Snowfire bergerak. Dengan kesepuluh
pejuang mengikutinya, Roran berderap keluar ke tengah-tengah jalan tanah yang
menghubungkan rumah-rumah dan. sekali lagi menghadapi para prajurit. Pasukan
Galbatorix yang terdiri atas kurang-lebih lima ratus orang tetap, berada di tengah-tengah
desa, sebagian besar meringkuk atau berjongkok di belakang perisai-perisai mereka
sementara berusaha memasang anak panah pada busur silang mereka. Sekali-sekali
seorang prajurit akan berdiri dan menembakkan anak panah ke salah satu pejuang di
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
atap sebelum kembali berlindung di balik perisainya saat hujan anak panah membelah
udara di tempat ia tadi berdiri. Di seluruh lapangan yang penuh tubuh bergelimpangan,
anak-anak panah menancap di tanah, seperti alangalang tumbuh di tanah berdarah.
Beberapa ratus kaki jauhnya, Roran bisa melihat sekumpulan orang yang
menggeliat-geliat, dan ia menduga di sanalah Sand, Edric, dan sisa pasukan mereka
sedang memerangi para prajurit. Jika si wanita muda dan anak laki-laki tadi masih ada
di lapangan itu, ia tidak melihat mereka. Sebatang anak panah dari busur silang melesat
ke arah Roran. Ketika sudah berada kurang dari satu meter di dadanya, tiba-tiba anak
panah itu berubah arah dan terpental, menjauh darinya dan anak buahnya. Roran
mengernyit, tapi peluru tajam itu sudah lenyap. Kerongkongannya terasa tercekik,
jantungnya berdebar dua kali lebih cepat.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Memerhatikan sekeliling, Roran melihat sebuah gerobak bersandar pada salah satu
rumah di sebelah kirinya. Ia menunjuk ke sana dan. berkata, "Tarik gerobak itu ke sini
dan gulingkan. Blokir sebanyak mungkin jalan." Kepada para pemanah, ia berteriak,
"Jangan biarkan prajurit-prajurit itu bergerak mengitar dan menyerang kita dari samping!
Jika mereka maju ke arah kita, kurangi jumlah barisan mereka sebisa mungkin. Dan
begitu kalian kehabisan anak panah, bergabung dengan kami di sini." "Ya, Sir!"
"Berhati-hatilah agar tidak tanpa sengaja menembak kami, atau aku bersumpah akan
menghantui kalian selamanya!" "Ya, Sir!" Lebih banyak anak panah melesat ke arah
Roran dan anak buahnya yang berada di jalan, tapi setiap kali, anak-anak panah
tersebut memantul begitu terkena perisai sihir Carn lalu berbelok ke sebidang dinding
atau ke tanah atau lenyap ke angkasa. Roran menyaksikan anak buahnya menyeret
gerobak ke jalan. Ketika mereka hampir selesai, ia mengangkat dagu, mengisi
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
paru-parunya dengan udara, kemudian, mengarahkan suara ke para prajurit, ia
berteriak, "Hei, di sana, kalian anjing-anjing pemakan bangkai! Lihat hanya sebelas
orang di antara kami yang menghalangi jalan kalian. Jika kalian bisa melampaui
rintangan kami, kalian bebas. Cobalah melawan jika punya nyali. Apa" Kalian ragu" Di
mana kejantanan kalian, dasar belatung, babi pembunuh" Ayah kalian adalah para otak
udang yang seharusnya ditenggelamkan saja begitu dilahirkan! Aye, dan. ibu kalian
adalah perempuan jalang peliharaan Urgal!" Roran tersenyum puas ketika beberapa
prajurit berteriak marah dan mulai membalasnya dengan hinaan. juga. Tapi salah satu
prajurit tampak telah kehilangan gairah untuk bertarung, karena ia berdiri dan lari
tungang-langgang ke arah utara, melindungi diri dengan perisainya dan berlari zigzag
untuk menghindari tembakan para. pemanah. Meski berusaha keras, ia terkena anak
panah pejuang Varden dan mati sebelum berlari sejauh seratus kaki. "Ha!" seru Roran.
"Kalian pengecut semuanya, dasar tikus-tikus busuk! Jika ini bisa memberi kalian
keberanian, ketahuilah: Roran Stronghammer adalah namaku, dan Eragon
Shadeslayer adalah sepupuku! Bunuh aku, dan raja terkutuk kalian akan menghadiahi
kalian dengan gelar kebangsawanan, atau lebih. Tapi kalian harus membunuhku
dengan pedang; busur-busur kalian tidak berguna melawanku. Datanglah, cacing-cacing
tanah; lintah; kutu kelaparan! Kemarilah dan kalahkan aku jika bisa!" Sambil
menyerukan serangkaian pekikan perang, tiga puluh prajurit menjatuhkan busur silang
mereka, menarik pedang dari sarung, dan dengan perisai diangkat tinggi-tinggi, berlari
menyerbu Roran dan para pengikutnya. Dari bahu kanannya, Roran mendengar Harald
berkata, "Sir, mereka jauh lebih banyak daripada kita." "Aye," kata Roran, mata terpusat
pada para prajurit yang mendatangi. Empat di antara mereka tersungkur dan tergeletak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tak bergerak di tanah, tubuh ditembus banyak anak panah. "Jika mereka menyerang
bersamaan, kita tidak akan bisa menang." "Ya, tapi mereka takkan menyerang
bersamaan. Lihat, mereka kebingungan dan tidak terorganisir. Komandan mereka pasti
sudah tewas. Selama kita bisa bergerak dengan teratur, mereka takkan bisa
mengalahkan kita." "Tapi, Stronghammer, kita tidak bisa membunuh pria sebanyak itu!"
Roran melirik ke arah Harald. "Tentu saja kita bisa! Kita bertarung untuk melindungi
keluarga kita dan untuk merebut kembali rumah dan tanah kita. Mereka bertarung
karena Galbatorix memaksa mereka. Mereka tidak mencurahkan seluruh jiwa raga bagi
peperangan ini. Maka pikirkanlah keluarga kalian, pikirkanlah rumah kalian, dan ingatlah
bahwa kalian sedang melindungi mereka. Seorang pria yang bertempur demi sesuatu
yang lebih besar daripada dirinya sendiri bisa membunuh seratus musuh dengan
mudah!" Sambil bicara, Roran melihat Katrina dalam benaknya, terbalut gaun biru pada
hari pernikahan mereka, dan ia bisa menghirup harum tubuhnya, dan ia mendengar
suara Katrina yang lirih pada malam-malam mereka berbincang-bincang. Katrina.
Kemudian para prajurit sudah berada di hadapan mereka, dan selama beberapa detik
Roran tidak mendengar apa-apa kecuali benturan pedang memantul di perisainya dan
dentang martilnya ketika menghantam helm-helm prajurit dan jeritan para prajurit ketika
mereka tersungkur akibat pukulannya. Para prajurit menyerangnya mati-matian, tapi
Roran dan para pengikutnya bukanlah tandingan mereka. Ketika ia menghabisi prajurit
terakhir Yang melakukan serangan, Roran tertawa keras, merasa luar biasa gembira.
Puas sekali rasanya menghancurkan orang-orang Yang akan melukai istri dan anaknya
yang belum lahir! Ia senang melihat tidak ada di antara pasukannya yang terluka serius.
Ia juga menyadari saat pertempuran berlangsung, beberapa pemanah telah turun dari
atap dan bergabung di punggung kuda dengan mereka. Roran melempar senyum
kepada mereka Yang baru bergabung dan berkata, "Selamat datang ke medan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pertempuran!" "Sambutan yang hangat!" salah satu dari mereka menyahut. Menunjuk
menggunakan martilnya yang berlumuran darah ke sisi kanan jalan, Roran berkata,
"Kau, kau, dan kau, tumpuk mayat-mayat ini di sebelah sana. Buat semacam benteng
dengan tubuh mereka dan gerobak itu, sehingga hanya dua atau tiga prajurit yang bisa
melewatinya sekaligus." "Ya, Sir!" para pejuang menjawab, mengayunkan tubuh turun
dari kuda mereka. Sebatang anak panah melesat melewati Roran. Ia mengabaikannya
dan berkonsentrasi pada pasukan utama prajurit, kelompok sekitar seratus pria yang
berkumpul untuk melakukan serangan kedua. "Cepat!" ia berseru kepada pria-pria yang
sedang menumpuk mayat. "Mereka sudah hampir tiba. Harald, bantu mereka. Roran
menjilat bibir, gelisah, saat ia menyaksikan anak buahnya bekerja sementara para
prajurit Kekaisaran semakin dekat.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Dengan lega ia melihat anak buahnya menyeret mayat terakhir ke tumpukan dan
kembali menaiki kuda mereka beberapa saat sebelum gelombang prajurit tiba untuk
menyerang. Rumah-rumah di kedua sisi jalan, begitu pula gerobak yang terbalik dan
benteng mengerikan yang terdiri atas tubuh manusia, memperlambat dan memperkecil
aliran prajurit yang mendatangi mereka, sampai para prajurit itu hampir berhenti
bergerak ketika mencapai Roran. Para prajurit berjejal begitu rapat sehingga mereka
tidak bisa menghindari serangan anak panah dari atas. Dua baris prajurit pertama
membawa tombak, yang digunakan mereka untuk mengancam. Roran dan pejuang
Varden lainnya. Roran menangkis tiga serangan tombak, sambil menyemburkan
sumpah serapah karena menyadari ia tidak bisa meraih melewati tombak-tombak itu
menggunakan martilnya. Kemudian seorang prajurit menombak bahu Snowfire, dan
Roran mencondongkan tubuh ke depan agar tidak terlempar ketika kuda itu meringkik
dan berdiri dengan dua kaki belakang. Saat Snowfire mendarat dengan keempat
kakinya, Roran melorot dari pelana, menjaga agar kuda jantan itu berada di antara
dirinya dan barisan prajurit pembawa tombak. Snowfire menghindar ketika sebuah
tombak lagi menusuk kulitnya. Sebelum para. prajurit sempat melukai kuda itu lagi,
Roran menarik tali kekang Snowfire dan memaksanya berderap mundur sampai
terdapat cukup ruang baginya di antara kuda-kuda lain untuk berbalik. "Yah!" Roran
berteriak, dan menepuk bokong Snowfire, menyuruhnya berderap pergi ke luar desa.
"Minggir!" Roran berteriak, melambaikan tangan kepada pasukan Varden. Mereka
membuka jalan baginya di antara kudakuda mereka, dan Roran melompat ke barisan
depan pertempuran sambil menyelipkan martilnya ke sabuk. Seorang prajurit
menghunuskan tombak ke dada Roran. Ia menangkisnya dengan pergelangan tangan,
membuat dirinya memar membentur batang tombak kayu yang keras, kemudian
merebut tombak itu dari tangan si prajurit. Pria itu jatuh terjerembap menghadap tanah.
Memuntir senjata di tangannya, Roran menancapkan tombak pada pria itu, kemudian
menerkam maju dan menusuk dua prajurit lagi. Roran berdiri dengan kedua kaki
mengangkang lebar, menjejakkan kaki dengan mantap pada tanah gembur tempat ia
pernah berpikir untuk menanam ladang, dan mengguncangkan tombak kepada
lawan-lawannya, berteriak, "Kemarilah kalian orang-orang terkutuk! Bunuh aku jika
kalian bisa! Aku Roran Stronghammer, dan manusia hidup tidak membuatku takut!" Para
prajurit bergerak menghampirinya, tiga pria melangkahi mayat rekan-rekan mereka
untuk saling menghantam dengan Roran. Melompat gemulai ke pinggir, Roran
menusukkan tombaknya ke rahang prajurit paling kanan, menarik kembali senjatanya
dan, menjatuhkan diri pada sebelah lutut, menusuk prajurit yang tengah pada ketiaknya.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Benturan menggetarkan bahu kiri Roran. Perisainya terasa dua kali lebih berat. Berdiri,
ia melihat tombak tertancap pada kayu ek perisainya dan prajurit terakhir dari tiga
serangkai tadi berlari ke arahnya sambil menghunuskan pedang. Roran mengangkat
perisai ke atas kepalanya seakan-akan ingin melontarkannya, dan ketika si prajurit
bimbang, Roran menendangnya di selangkangan. Ia menghabisi pria itu dengan sekali
tusukan. Di antara buaian singkat suara pertempuran yang terjadi kemudian, Roran
melepaskan lengannya dari perisai yang sudah tidak berguna lalu melemparkannya
beserta tombak yang menancap di sana ke arah kaki-kaki prajurit dalam usahanya
membuat mereka terjungkal. Lebih banyak prajurit beringsut maju, gemetar menghadapi
seringaian buas Roran dan tombaknya yang terhunus ke depan. Tumpukan mayat
semakin tinggi di depannya. Ketika sudah setinggi pinggangnya, Roran melompat ke
atas tumpukan tubuh berdarah-darah tersebut, dan berdiri di sana, meski pijakannya
tidak stabil, karena posisinya yang lebih tinggi memberinya keuntungan. Karena para
prajurit dipaksa memanjat tumpukan mayat untuk meraihnya, ia mampu membunuh
banyak di antara mereka sementara mereka tersandung lengan atau kaki, menginjak
leher lunak rekan mereka yang sudah mati, atau terpeleset pada perisai yang
tergeletak miring. Dari posisinya yang lebih tinggi, Roran bisa melihat sisa pasukan
Kekaisaran memutuskan untuk bergabung dalam serangan ini, kecuali beberapa yang
masih berada di seberang lapangan memerangi para pejuang di bawah pimpinan Sand
dan Edric. Roran sadar ia takkan bisa beristirahat sebelum pertarungan ini selesai.
Roran mendapat lusinan luka saat hari terus berlanjut. Sebagian besar lukanya tidak
parah-bagian dalam lengannya robek, satu jari patah, luka gores di rusuk tempat sebilah
belati telah berhasil menembus baju rantai besinya-tapi sebagian lagi adalah luka parah.
Dari tempatnya berdiri di tumpukan mayat, seorang prajurit menusuknya pada otot betis
kanannya, membuatnya terpincang-pincang. , Tidak lama kemudian, seorang pria besar
berbau bawang dan keju terjatuh menimpa Roran dan, dengan bau napasnya yang
mematikan, menusuk bahu kiri Roran dengan ujung panah busur silangnya, yang sejak
itu menjadikan Roran tidak bisa mengangkat lengan kirinya. Roran membiarkan panah
itu tertanam di dagingnya, karena jika dicabutnya, ia akan mati kehabisan darah. Rasa
sakit menjadi sensasi yang paling dominan di tubuh Roran; setiap gerakan
mengakibatkannya merasakan kesakitan baru, tapi jika ia berhenti bergerak berarti ia
akan mati, maka ia tetap melakukan serangan mematikan, tidak mengindahkan
luka-luka dan rasa letihnya. Kadang-kadang Roran menyadari kehadiran pasukan
Varden di belakang atau di sebelahnya, ketika mereka, menusukkan tombak melaluinya,
atau saat sebilah pedang terhunus di atas bahunya untuk menjatuhkan seorang prajurit
yang sedang berusaha melumpuhkannya, tapi sebagian besar waktu, Roran
menghadapi musuh-musuh sendirian, karena tumpukan tubuh di bawahnya dan ruang
terbatas di antara gerobak terbalik dan sisi rumah-rumah.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Di atas, pemanah yang masih memiliki persediaan anak panah teruss menghujani para
prajurit dengan tembakan, anakanak panah mereka yang berbulu angsa kelabu
menancap pada tulang dan daging. Belakangan dalam pertempuran, Roran
menusukkan tombak ke salah satu prajurit, dan saat ujung tombak itu membentur baju
besi si prajurit, batang kayunya retak dan patah di tengahtengah. Prajurit tersebut
tampak terkejut karena mendapati dirinya masih hidup, karena ia ragu sebelum
mengayunkan pedangnya untuk membalas serangan Roran. jeda akibat keraguannya
memberikan Roran waktu untuk merunduk di bawah kibasan besi tajam itu dan
menyambar tombak lain dari tanah, dan dengannya menusuk si prajurit. Roran kesal
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sekali ketika tombak kedua ternyata hanya bertahan kurang dari satu menit sebelum
akhirnya patah juga dalam genggamannya. Melemparkan sisasisa tombak itu ke arah
para prajurit, Roran mengambil perisai dari sesosok mayat dan menarik martil dari
sabuknya. Setidaknya martilnya tidak pernah mengecewakannya. Rasa letih menjadi
lawan. terberat Roran ketika rombongan terakhir prajurit akhirnya menghampiri, setiap
pria menunggu giliran untuk berduel dengannya. Lengan dan kaki Roran terasa berat
dan tidak bertenaga, pandangannya berkerejap, dan sepertinya ia tidak bisa
mendapatkan cukup udara, tapi entah bagaimana ia selalu bisa mengerahkan tenaga
untuk mengalahkan musuh berikutnya. Ketika refleksnya mulai melambat, para prajurit
memberinya banyak luka dan memar yang sebelum ini bisa dihindarinya dengan mudah.
Ketika celah terbuka di antara para prajurit, dan melalui mereka Roran bisa melihat
ruang terbuka, ia tahu perjuangannya hampir berakhir. Ia tidak memberi ampun kepada
dua belas pria terakhir yang melawannya, dan mereka juga tidak memberi ampun
kepadanya, meski mereka tidak bisa berharap untuk melewatinya dan para pejuang
Varden di belakangnya. Mereka, juga tidak berusaha melarikan diri. Sebaliknya, mereka
menerkamnya, meraung, menyumpah, hanya ingin memusnahkan pria yang telah
membunuh begitu banyak rekan mereka sebelum mereka juga terjun ke jurang
kematian. Di satu sisi, Roran mengagumi mereka. Anak-anak panah menancap pada
dada empat orang prajurit, menjatuhkan mereka. Sebuah tombak dilemparkan dari
belakang Roran dan menusuk tulang selangka prajurit kelima, dan ia juga terjerembap di
atas tumpukan mayat. Dua tombak lagi mengambil korban, kemudian prajuritprajurit itu
mencapai Roran. Prajurit paling depan. menyerang Roran dengan kapak. Meski Roran
bisa merasakan kepala anak panah menggores tulangnya, ia melontarkan lengan kirinya
dan menangkis serangan kapak itu 601 dengan perisainya. Melolong penuh kesakitan
dan kemarahan, juga dengan perasaan frustrasi yang menginginkan pertempuran ini
segera berakhir, Roran mengayunkan martilnya dan membunuh pria itu dengan
hantaman di kepala. Tanpa berhenti, Roran melompat maju menggunakan kakinya yang
sehat dan Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menghantam prajurit berikutnya dua kali di dada sebelum bisa melindungi diri,
meremukkan tulang rusuknya. Pria ketiga menangkis dua serangan Roran, tapi
kemudian Roran menipunya dengan gerakan taktik dan berhasil menjatuhkannya. Dua
prajurit terakhir mengapit Roran dari dua sisi, mengayunkan pedang ke arah kakinya
saat mereka memanjat tumpukan mayat yang semakin tinggi. Kekuatannya semakin
habis, Roran bertarung dengan mereka berdua dalam waktu lama dan melelahkan,
kedua pihak memberi dan mendapatkan luka, sampai akhirnya ia membunuh salah satu
dengan menghantamkan martil pada helm prajurit itu dan membunuh satu lagi dengan
mematahkan lehernya dengan hantaman mantap. Roran limbung kemudian jatuh
tersungkur. Ia merasakan tubuhnya diangkat dan membuka mata untuk melihat Harald
memegang botol kulit berisi anggur ke bibirnya. "Minum ini," kata Harald. "Kau akan
merasa lebih baik." Dadanya naik-turun, Roran menelan beberapa tenggak di antara
tarikan napas. Anggur yang hangat akibat sinar matahari terasa menusuk bagian dalam
mulutnya yang luka. Ia merasakan kedua kakinya mantap kembali dan berkata, "Tidak
apa-apa; kau bisa melepaskanku sekarang." Roran bersandar pada martilnya dan
memerhatikan medan pertempuran. Untuk pertama kalinya ia tersadar sudah seberapa
tinggi tumpukan mayat di bawah kakinya; ia dan rekan-rekannya berdiri setidaknya
dua puluh kaki dari tanah, yang hampir sama tinggi dengan atap-atap rumah di kedua
sisi mereka. Roran melihat sebagian besar prajurit telah terbunuh akibat panah, tapi
meski demikian, ia tahu ia sendiri telah membunuh sejumlah besar. "Berapa... berapa
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
banyak?" ia bertanya kepada Harald. Pejuang berlumur darah itu menggeleng. "Aku
sudah tidak bisa menghitung sejak angka tiga puluh dua. Mungkin yang lain bisa
memberitahumu. Apa yang kaulakukan, Stronghammer... Aku belum pernah
menyaksikan yang seperti itu, tidak dari pria yang memiliki kemampuan seperti manusia
biasa. Sang naga Saphira memang memilih dengan baik; pria-pria dalam keluargamu
petarung yang luar biasa. Keberanianmu tidak akan tertandingi manusia mana pun,
Stronghammer. Berapa pun jumlah yang kaubunuh hari ini di sini, aku-" "Seratus
sembilan puluh tiga!" teriak Carn, memanjat menghampiri mereka dari bawah. "Kau
yakin?" tanya Roran, tidak percaya. Carn mengangguk ketika mencapai mereka. "Aye!
Aku menyaksikan dan aku menghitung dengan saksama. Seratus sembilan puluh
tiga-sembilan puluh empat jika kauhitung prajurit yang kautusuk perutnya dengan
tombak sebelum para pemanah menghabisinya." Jumlah itu membuat Roran
tercengang. Ia tidak menyangka totalnya sebanyak itu. Tawa kasar keluar dari
tenggorokannya. "Sayang sekali mereka tidak lebih banyak. Tujuh lagi dan aku akan
menggenapkan angka jadi dua ratus." Pria-pria yang lain tertawa bersamanya. Dengan
wajah tirus penuh kecemasan, Cam meraih anak panah yang mencuat keluar dari bahu
kiri Roran sambil berkata, "Sini, biar kuperiksa lukalukamu."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Tidak!" kata Roran, dan mengibaskan tangan Carn. "Mungkin ada orang-orang lain
yang lukanya lebih parah. Tangani mereka dulu." "Roran, beberapa lukamu bisa
mematikan jika aku tidak cepat-cepat menghentikan perdarahannya. Hanya akan makan
waktu" "Aku tidak apa-apa," geram Roran. "Biarkan aku sendiri." "Roran, lihatlah
keadaanmu!" Roran menatap dirinya sendiri lalu memalingkan wajah. "Kalau begitu
cepatlah." Roran menatap langit yang jernih, benaknya dikosongkan dari pikiran
sementara Cam menarik ujung anak panah dari bahunya dan menggumamkan berbagai
mantra. Di setiap titik tempat sihir bekerja, Roran merasakan kulitnya gatal dan
kesemutan, diikuti dengan rasa sakit yang berkurang. Ketika Carn selesai, Roran masih
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merasa sakit, tapi tidak separah tadi, dan benaknya menjadi lebih jernih. Usaha
penyembuhan itu menjadikan wajah Carn kelabu dan tubuhnya gemetar. Ia bertumpu
pada lutut sampai gemetarnya lenyap. "Aku akan pergi..." Ia berhenti sejenak untuk
mengambil napas. "...membantu yang lain-lain yang terluka." Ia menegakkan tubuh dan
melangkah hati-hati menuruni tumpukan mayat, tubuhnya condong dari sisi ke sisi
seperti orang mabuk. Roran menatapnya pergi, cemas. Kemudian terpikir olehnya
bagaimana nasib sisa ekspedisi mereka. Ia menatap ke seberang desa dan tidak
melihat apa-apa selain tubuh bergelimpangan, beberapa mengenakan pakaian merah
Kekaisaran, yang lain-lain dalam balutan wol cokelat kaum Varden. "Bagaimana dengan
Edric dan Sand?" ia bertanya kepada Harald. "Maafkan aku, Stronghammer, tapi aku
tidak bisa melihat lebih jauh daripada ujung pedangku sendiri." Berseru kepada
beberapa pria yang masih berdiri di atas atap, Roran bertanya, "Bagaimana dengan
Edric dan Sand?" "Kami tidak tahu, Stronghammer!" mereka menjawab. Bertumpu pada
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 18 Pendekar Naga Putih 80 Iblis Angkara Murka Misteri Listerdale 3
itu dan pakaian hitam mereka, dan memberi makan serta tempat menginap bagi mereka
tadi malam." "Siapa mereka?" tanya Eragon. "Bah!" tukas Orik, dan meludah ke lantai.
"Mereka Vargrimstn, prajurit yang telah mencemarkan nama mereka sendiri dan
sekarang tidak memiliki klan. Tidak ada yang mau berurusan dengan sampah seperti itu
kecuali jika mereka sendiri berhubungan dengan dunia kejahatan dan tidak ingin orang
lain mengetahuinya. Ketiga orang ini contohnya. Mereka menerima perintah langsung
dari Grimstborith Vermund dari Az Sweldn rak Anhuin." "Tidak diragukan lagi?" Orin
menggeleng. "Tidak ada keraguan; Az Sweldn rak Anhuin-lah yang telah mencoba
membunuhmu, Eragon. Kita mungkin takkan pernah tahu apakah ada klan lain yang
mendukung mereka dalam usaha pembunuhan ini, tapi jika kita membeberkan
pengkhianatan Az Sweldn rak Anhuin, hal ini akan memaksa klan yang mungkin
termasuk dalam komplotan untuk menarik kembali keterlibatan mereka; untuk
menghentikan, atau setidaknya menunda, serangan terhadap Durgrimst Ingeitum lagi;
dan, jika hal ini ditangani dengan baik, untuk memberiku suara dalam pemilihan ini."
Citra berkelebat dalam benak Eragon tentang belati berwarnawarni yang menancap di
leher Kvistor dan tentang ekspresi penuh kesakitan kurcaci tersebut saat ia tersungkur
ke lantai, sekarat. "Bagaimana cara kita menghukum Az Sweldn rak Anhuin untuk
kejahatan ini" Apakah kita perlu membunuh Vermund?" "Ah, biarkan aku yang
menangani itu," kata Orik, dan ia mengetuk satu sisi hidungnya. "Aku punya rencana.
Tapi kita harus melaksanakannya dengan hati-hati sekali, karena ini adalah sekaliasi
yang sangat genting. Pengkhianatan seperti ini tidak pernah terjadi sejak waktu yang
sangat lama. Sebagai orang luar, kau tidak tahu betapa kami jijik mendapati ada yang
berusaha menyerang tamu. Perbuatan mereka bertambah buruk mengingat kau adalah
satu-satunya Penunggang merdeka yang melawan Galbatorix. Mungkin akan perlu
terjadi pertumpahan darah lagi, tapi pada saat ini, hal itu hanya akan memicu
peperangan antar klan lagi." "Peperangan antar klan mungkin memang diperlukan untuk
menangani Az Sweldn rak Anhuin," Eragon beralasan. "Kurasa tidak, tapi jika aku salah
dan perang memang tidak terhindarkan, kita harus memastikan perang ini adalah antara
seluruh klan melawan Az Sweldn rak Anhuin. Itu tidak akan terlalu buruk.
Bersama-sama, kita bisa melumatkan mereka kurang dari seminggu. Tapi perang akibat
perpecahan klan-klan menjadi dua atau tiga fraksi akan menghancurkan negeri kami.
Maka Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sangatlah penting sebelum kita menghunuskan pedang, kita meyakinkan klan-klan lain
tentang apa yang telah dilakukan Az Sweldn rak Anhuin. Untuk mencapai itu, apakah
kau mau mengizinkan para penyihir dari klan-klan berbeda untuk memeriksa memori
akan serangan itu di kepalamu sehingga mereka bisa melihat sendiri kejadiannya
memang seperti yang kita utarakan dan bahwa kita tidak mengada-ada demi
keuntungan kita sendiri?" Eragon bimbang, enggan membuka benaknya kepada
orang-orang acing, kemudian menangguk ke arah ketiga kurcaci yang bertumpukan.
"Bagaimana dengan mereka" Tidak cukupkah hanya menggunakan memori mereka
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sebagai bukti bahwa klan Az Sweldn rak Anhuin memang bersalah?" Orik mengernyit.
"Seharusnya begitu, tapi untuk melaksanakan ini secara menyeluruh, para ketua klan
lain akan memaksa untuk menyesuaikan memori mereka dengan memorimu, dan jika
kau menolak, Az Sweldn rak Anhuin akan menuduhmu menyembunyikan sesuatu dari
pertemuan antar klan dan tuduhan kita tidak lebih daripada fitnah." "Baiklah," kata
Eragon. "Jika aku harus melakukannya, maka aku harus melakukannya. Tapi jika ada
penyihir yang merambah benakku ke tempat yang tidak seharusnya mereka jelajahi,
bahkan jika mereka tidak sengaja, aku tidak punya pilihan kecuali membakar memori
mereka tentang apa yang telah mereka lihat. Ada beberapa hal yang tidak bisa
kuizinkan untuk diketahui umum." Sambil mengangguk Orik berkata, "Aye, aku bisa
memikirkan setidaknya satu potongan informasi berbahaya yang akan membuat kita
ngeri jika berhasil diketahui umum, eh" Aku yakin para ketua klan akan menerima
syaratmu- karena mereka semua juga memiliki rahasia sendiri yang tidak ingin mereka
umumkan-aku juga yakin mereka akan menyuruh para penyihir tetap melakukan
pemeriksaan terhadap, memorimu, tidak peduli akan bahayanya. Serangan ini
berpotensi memicu kekacauan besar dalam ras kami, para grimstborithn akan merasa
berhak untuk menuntut kebenaran, meski mereka harus kehilangan perapal mantra
yang paling andal." Kemudian Orik menegakkan tubuh, seluruh tinggi badannya yang
terbatas, dan memerintahkan para tawanan dibawa pergi dari ruang masuk yang penuh
ornaman itu dan menyuruh pergi semua anak buahnya, kecuali Eragon dan satu
kontingen beranggotakan 26 prajuritnya yang paling hebat. Dengan gerakan gemulai,
Orik menggenggam siku kiri Eragon dan membimbingnya masuk ke ruangan-ruangan
bagian dalam tempat tinggalnya. "Malam ini kau harus tetap di sini, bersamaku, tempat
Az Sewldn rak Anhuin tidak akan berani menyerang." "Jika kau berniat untuk tidur," kata
Eragon, "aku harus memperingatkanmu, aku tidak bisa beristirahat, tidak malam ini.
Darahku masih berdesir kencang akibat pertarungan tadi dan pikiranku juga masih
gelisah." Orik menjawab, "Terserah kau mau istirahat atau tidak; kau takkan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengganggu tidurku, karena aku akan mengenakan topi wol yang menutupi mataku.
Tapi aku menyarankan kau menenangkan diri-mungkin dengan salah satu metode yang
diajarkan kaum Elf kepadamu-dan mengembalikan tenagamu. Hari baru sudah tiba,
hanya tinggal tersisa beberapa jam sebelum pertemuan antar klan dilanjutkan. Kita
berdua harus dalam keadaan segar untuk menghadapinya. Apa yang kita lakukan dan
ucapkan akan menentukan nasib kaumku, negeriku, dan seluruh Alagaesia... Ah, jangan
kautekuk begitu mulutmu! Pikirkan ini saja: entah kegagalan atau keberhasilan yang
akan kita, dapatkan, dan aku sungguh berharap kita berhasil, nama kita akan dikenang
sampai akhir zaman tentang bagaimana kita bersikap dalam pertemuan antar klan ini.
Setidaknya itu adalah keberhasilan yang akan mengisi hatimu dengan rasa bangga!
Para dewa memang plin-plan, dan satu-satunya keabadian yang bisa kita dapatkan
hanyalah dari apa yang kita menangkan melalui tindakan kita. Kemasyhuran dan
kekejian, keduanya akan dilupakan begitu kita meninggalkan dunia ini." Belakangan
malam itu, pada jam-jam menjelang pagi, pikiran Eragon melayang ke mana-mana saat
ia duduk melesak di dalam rengkuhan lengan sofa kurcaci yang empuk, dan
kesadarannya mulai menyatu dengan fantasi acak dalam mimpi terjaganya. Meski ia
masih melihat lukisan mosaik bebatuan berwarna pada dinding di seberangnya, ia juga
melihat, seakan ada tirai tipis berpendar yang menutupi mosaik tersebut,
adegan-adegan kehidupannya di Lembah Palancar sebelum kejadian penting dan takdir
berdarah memunculkan diri di hadapannya. Tapi adeganadegan itu melantur dari
kejadian yang sebenarnya, dan menenggelamkannya dalam sekaliasi imajiner yang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sedikit demi sedikit dibangun dari sekaliasi yang sebenarnya pernah terjadi. Dalam
detik-detik terakhir sebelum ia membangunkan diri dari keadaan setengah tidak sadar
ini, bayangan berkerejap dan citranya menjadi semakin jelas. la sedang berdiri di
bengkel Horst, yang pintu-pintunya terbuka, bergelantungan pada engsel yang nyaris
lepas, seperti cengiran miring seorang idiot. Di luar langit tidak berbintang, dan
kegelapan yang pekat terasa menekan tepian pendar cahaya merah dari batu bara,
seakan ingin melahap apa saja yang berada dalam jarak lingkaran cahaya kemerahan
tersebut. Di sebelah tungku, Horst menjulang seperti raksasa, bayang-bayang yang
bergerak-gerak di wajah dan janggutnya sangat menakutkan untuk dilihat. Lengannya
yang kekar naik-turun, dan dentang seperti suara lonceng mengguncang udara saat
palu yang dipegangnya menghantam ujung batangan besi yang bercahaya kuning.
Percikan api terbang dan mati di lantai. Si pandai besi menghantam batangan itu empat
kali lagi, kemudian ia mengangkat batangan besi dari landasan dan mencelupkannya ke
segentong minyak. Api seperti sosok hantu, biru dan tipis, menjilat dari permukaan
minyak dan lenyap disertai pekikan-pekikan kecil kemarahan. Mengeluarkan batangan
besi dari gentong, Horst menoleh ke arah Eragon dan mengerutkan keningnya. Ia
berkata, "Apa yang membawamu ke sini, Eragon?" "Aku butuh pedang Penunggang
Naga." "Pergilah. Aku tidak punya waktu untuk menempa pedang Penunggang. Tidak
bisakah kau melihat aku sedang mengerjakan cantelan periuk untuk
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Elain" Ia harus memilikinya untuk bertempur. Apakah kau sendirian?" "Aku tidak tahu.
"Di mana ayahmu" Di mana ibumu?" "Aku tidak tahu." Kemudian terdengar suara, suara
yang mantap penuh kekuatan Serta kuasa, dan berkata, "Pandai besi yang baik, ia tidak
sendirian. Ia datang bersamaku. " "Dan kau siapa?" tanya Horst. "Aku ayahnya. " Di
antara pintu-pintu yang menganga, sosok besar dikelilingi cahaya pucat muncul dari
kegelapan pekat dan berdiri di ambang pintu bengkel. Jubah merah berkibar dari bahu
yang lebih lebar daripada bahu Kull. Di tangan kiri pria itu terdapat Zarpada helmnya
yang dipoles mengilat, mata birunya menatap Eragon, membuatnya terpaku pada
tempatnya berdiri, seperti anak panah menyambar seekor kelinci. Ia mengangkat
tangannya yang kosong dan mengulurkannya ke arah Eragon. "Anakku, ikutlah
bersamaku. Bersama-sama, kita bisa menghancurkan Varden, membunuh Galbatorix,
dan menaklukkan seluruh Alagaesia. Tapi berikanlah hatimu, dan kita tidak akan
terkalahkan. "Berikan hatimu padaku, putraku." Dengan seruan tercekik, Eragon
melompat dari sofa dan berdiri menatap lantai, kedua tangan mengepal, dada
naik-turun. Para pengawal Orik meliriknya dengan rasa ingin tahu, tapi ia tidak
menghiraukan mereka, terlalu gundah untuk menjelaskan mengapa ia memekik. Hari
masih pagi sekali, maka setelah beberapa saat, Eragon kembali duduk di sofa, tapi
sejak saat itu, ia tetap waspada dan tidak membiarkan dirinya terjun ke dalam dunia
mimpi, takut akan ada lagi perwujudan yang menyiksanya. Eragon berdiri dengan
punggung menghadap dinding, tangan pada gagang pedang kurcaci yang dibawanya,
saat ia menyaksikan berbagai ketua klan masuk ke ruang rapat yang terkubur jauh di
bawah Tronjheim. Ia memerhatikan Vermund, grimstborith Az Sweldn rak Anhuin,
dengan lebih saksama, tapi jika kurcaci bercadar ungu itu terkejut melihat Eragon masih
sehat walafiat, ia tidak menunjukkannya. Eragon merasakan sepatu bot Orik menyodok
sepatu botnya. Tanpa mengalihkan tatapan dari Vermund, Eragon mencondongkan
tubuh ke arah Orik dan mendengarnya berbisik, "Ingat, ke kiri dan pintu ketiga,"
menyebutkan tempat Orik menempatkan seratus prajuritnya tanpa ada ketua klan lain
yang mengetahui. Juga sambil berbisik, Eragon menanggapi, "Jika akan ada
pertumpahan darah, apakah aku harus menyambar kesempatan untuk membunuh
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Vermfind si ular itu?" "Kecuali jika ia berusaha melakukan hal yang sama terhadapmu
atau aku, Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
jangan lakukan itu." Orik tergelak lirih. "Para grimstborith lain tidak akan jadi jatuh
sayang kepadamu.... AN aku. harus pergi sekarang. Berdoalah kepada Sindri untuk
keberuntungan. Kita akan mengarungi lapangan berlahar yang belum pernah berani
diseberangi orang." Dan Eragon berdoa. Ketika semua ketua klan telah duduk di meja
bundar di tengah-tengah ruangan, mereka yang menyaksikan dari belakang, termasuk
Eragon, mengambil tempat duduk di antara barisan kursi melingkar yang disusun pada
dinding yang melengkung. Tapi Eragon tidak bersandar pada kursinya, seperti yang
dilakukan banyak kurcaci lain. Ia duduk di pinggir kursi, siap melompat untuk beraksi jika
ada sedikit saja tanda-tanda akan terjadi kekerasan. Saat Gannel, prajurit-pendeta
bermata hitam dari Durgrimst Quan, berdiri dan mulai bicara dalam bahasa Dwarvish,
Hundfast beringsut mendekat kepada Eragon dan menggumamkan terjemahannya.
Kurcaci itu berkata, "Salam sekali lagi, rekan-rekanku para ketua klan. Tapi apakah ini
pertemuan yang menyenangkan atau tidak, aku belum bisa menentukan, karena sebuah
kabar burung tentang kekacauan-kabar burung mengenai desas-desus, lebih
tepatnya-telah mencapai telingaku. Aku tidak memiliki informasi lebih jauh daripada
desas-desus samar dan mengkhawatirkan, juga tidak memiliki bukti apakah ada
tuduhan sebuah tindakan melanggar hukum. Meski demikian, karena hari ini aku
bertugas mengepalai perkumpulan kita, maka aku. mengusulkan kita menunda
debat-debat serius kita pada saat ini, dan jika kalian semua menyetujui, izinkan aku.
untuk mengutarakan beberapa pertanyaan kepada pertemuan antar klan ini." Para ketua
klan bergumam, kemudian lorunn, yang cerdas dan cantik, berkata, "Aku tidak
keberatan, Grimstborith Gannel. Kau telah menimbulkan keingintahuanku dengan
ucapan-ucapan samar ini. Biarkan kami mendengar pertanyaan yang akan kauajukan."
"Aye, mari kita dengan" kata Nado. "Kami ingin mendengar," Manndrath menyetujui,
disertai ketua-ketua klan lain termasuk Vermund. Setelah mendapatkan izin yang
dimintanya, Gannel bertumpu pada buku-buku jarinya di meja dan terdiam beberapa
saat, mengumpulkan perhatian semua orang di sekeliling ruangan. Kemudian ia bicara.
"Kemarin, sementara kita bersantap siang di tempat pilihan istirahat masing-masing,
knurlan di sepanjang terowongan di bawah kuadran selatan Tronjheim mendengar
suara. Laporan tentang kenyaringannya berbeda-beda, tapi banyaknya orang yang
mendengar tersebar di area yang begitu luas berarti suara ini bukan kegaduhan kecil.
Seperti kalian, aku menerima peringatan akan kemungkinan terjadinya keruntuhan. Tapi
yang mungkin tidak kalian ketahui adalah, belum dua jam yang lalu-" Hundfast ragu, dan
tergesa-gesa berbisik, "Kata yang digunakannya sulit untuk diartikan dalam bahasa ini.
Pelari-lorong, kurasa." Kemudian ia meneruskan terjemahannya para pelari-lorong
menemukan bukti telah terjadi pertarungan besar di salah satu terowongan tua yang
digali nenek moyang kita Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
yang terkenal, Korgan Longbeard. Lantainya penuh darah, dindingnya hitam karena
jelaga dari lentera yang dihantam dengan ceroboh oleh seorang prajurit berpedang,
retakan terjadi di bebatuan sekitarnya, dan terdapat tujuh mayat hangus terkapar di
sana, dengan tanda-tanda kemungkinan ada tubuh lain yang sudah diamankan dari
sana. Ini bukan sisa-sisa pertarungan tersembunyi dari Pertempuran Farthen Dur.
Bukan! Karena darah di sana masih basah, jelaganya masih lembut, retakannya jelas
masih baru, dan, aku diberitahu, sis-asisa sihir yang kuat masih bisa dideteksi di area
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
itu. Bahkan sekarang, beberapa perapal mantra kita yang paling andal sedang berusaha
merekonstruksi gambaran kejadian yang telah berlangsung di sana, tapi mereka pesimis
bisa melakukannya, karena mereka yang terlibat diselimuti mantra-mantra yang rumit.
Maka pertanyaan pertamaku pada pertemuan kali ini adalah apakah ada di antara kalian
yang memiliki pengetahuan lebih jauh tentang aksi misterius tersebut?" Ketika Gannel
menyelesaikan pidatonya, Eragon menegangkan kedua kakinya, siap melompat berdiri
jika kurcaci-kurcaci bercadar ungu dari Az Sweldn rak Anhuin meraih pedang mereka.
Orik berdeham dan berkata, "Aku percaya aku bisa memuaskan keingintahuanmu
tentang masalah ini, Gannel. Tapi karena jawaban yang diperlukan akan sangat
panjang, aku mengusulkan agar kau mengutarakan pertanyaan-pertanyaanmu yang lain
terlebih dulu sebelum aku memulai." Kerutan muncul pada dahi Gannel. Mengetukkan
buku-buku jarinya pada meja, ia berkata, "Baiklah... Dalam hal yang tak diragukan lagi
berhubungan dengan pertarungan di terowongan-terowongan Korgan itu, aku
mendengar laporan tentang banyak knurlan bergerak di seluruh Tronjheim dan, dengan
sembunyi-sembunyi, berkumpul di sana-sini menjadi kelompok-kelompok besar pria
bersenjata. Agen-agenku tidak mampu memastikan mereka berasal dari klan apa, tapi
jika ada anggota dewan ini yang secara diam-diam menyusun kekuatan mereka
sementara kita sedang memutuskan siapa pengganti Raja Hrothgar, maka mereka
memiliki motif yang tidak baik. Maka pertanyaan keduaku dalam pertemuan ini adalah:
siapa yang bertanggung jawab mengadakan gerakan diam-diam ini" Dan jika tidak ada
yang mau mengakui keterlibatannya, aku mendesak agar kita memerintahkan semua
prajurit, dari clan mana pun, dikeluarkan dari Tronjheim selama kita mengadakan
pertemuan dan kita segera menunjuk petugas-hukum untuk menyelidiki kegiatan ini dan
menentukan siapa yang harus kita kecam." Pernyataan, pertanyaan, dan proposal
Gannel menimbulkan perbincangan panas di antara ketua-ketua klan. Kurcaci-kurcaci
itu saling menuduh, menyangkal, dan balas menuduh satu sama lain dengan semakin
keras, sampai, akhirnya, ketika Thordris yang marah berteriak di muka Gladheim yang
memerah, Orik berdeham lagi, menyebabkan semua orang berhenti bicara dan
menatapnya. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Dalam nada ringan, Orik berkata, "Kurasa ini juga bisa kujelaskan kepadamu, Gannel,
setidaknya sebagian. Aku tidak bisa menyatakan ini untuk klan-klan lain, tapi beberapa
ratus prajurit yang berkeliaran di aula-aula pelayan di Tronjheim berasal dari Durgrimst
Ingeitum. Ini kuakui dengan terbuka." Semua terdiam sampai akhirnya Lorunn bertanya,
"Dan penjelasan apa yang bisa kauutarakan atas tindakan bersenjata ini, Orik putra
Thrifk?" "Seperti yang kukatakan tadi, Lorunn yang cantik, jawabanku akan panjang
sekali, maka jika kau, Gannel, masih memiliki pertanyaan yang ingin diajukan,
kusarankan agar kau melanjutkan." Kerutan Gannel semakin dalam sampai kedua
alisnya nyaris bertaut. Ia berkata, "Aku akan menyimpan pertanyaan-pertanyaanku yang
lain untuk saat ini, karena semuanya berhubungan dengan apa yang sudah kuutarakan
pada pertemuan, dan rasanya kita harus menunggu penjelasanmu dulu untuk
mengetahui apa-apa lagi tentang masalah ini. Meski demikian, karena kau terlibat penuh
dalam kegiatan meragukan ini, pertanyaan baru muncul dalam kepalaku yang ingin
kuajukan kepada dirimu secara khusus, Grimstborith Orik. Atas alasan apa kau
meninggalkan pertemuan kemarin" Dan aku memperingatkanmu, aku tidak akan
menolerir pengelakan darimu. Kau sudah mengisyaratkan kau tahu sesuatu tentang
masalah ini. Nah, inilah saatmu untuk menjelaskan seluruhnya kepada kami,
Grimstborith Orik." Orik berdiri bersamaan dengan Gannel duduk, dan ia berkata,
"Dengan senang hati." Menurunkan dagunya yang berjanggut sampai menempel pada
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dadanya, Orik terdiam selama sesaat dan mulai bicara dengan suara keras, tapi ia tidak
memulainya seperti dugaan Eragon, juga, Eragon mengamati, tidak diduga oleh para
peserta rapat lainnya. Alih-alih menceritakan tentang usaha pembunuhan Eragon, dan
maka menjelaskan tentang mengapa ia menunda pertemuan antar klan kemarin, Orik
memulai dengan mengingatkan betapa, di permulaan sejarah, ras kurcaci telah
bermigrasi dari Padang Pasir Hadarac yang tadinya berupa daratan hijau menuju
Pegunungan Beor, tempat mereka menggali terowongan-terowongan mereka yang
bermil-mil panjangnya, membangun kota-kota mereka yang megah baik di permukaan
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maupun di bawah tanah, dan berperang dengan berbagai fraksi lawan, begitu pula
dengan ras naga, yang, selama ribuan tahun, dipandang kaum kurcaci dengan
kombinasi rasa benci, takut, dan kekaguman yang tidak ingin mereka akui. Kemudian
Orik bicara tentang kedatangan kaum Elf di Alagaesia dan bagaimana kaum Elf telah
berperang dengan kaum naga sampai membuat kedua ras nyaris punah dan
bagaimana, sebagai akibatnya, kedua ras telah setuju menciptakan Penunggang Naga
untuk menjaga perdamaian sejak saat itu. "Dan bagaimanakah tanggapan kita ketika
kita mendengar niat mereka?" Orik bertanya, suaranya berdering nyaring di ruangan itu.
"Apakah kita meminta untuk diikutsertakan dalam perjanjian itu" Apakah kita ingin juga
mendapatkan kekuasaan yang kemudian diperoleh para Penunggang Naga"
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Tidak! Kita berpegang teguh pada kebiasaan lama kita, dan kita menolak gagasan untuk
berhubungan dengan kaum naga atau mengizinkan kaum di luar dunia kita untuk
mengatur hidup kita. Demi meneguhkan kekuasaan kita sendiri, kita mengorbankan
masa depan kita, karena aku yakin kalau saja salah satu Penunggang Naga adalah
knurlan, Galbatorix tidak akan pernah berkuasa. Bahkan jika aku salah-dan aku tidak
bermaksud mengecilkan Eragon di sini, karena ia telah membuktikan diri sebagai
Penunggang yang baik-sang naga Saphira mungkin menetas untuk salah satu dari
kaum kita, bukan untuk manusia. Dan kejayaan apakah yang akan kita miliki" "Tetapi,
kekuasaan kita di Alagaesia meluntur begitu Ratu Tarmunora dan kaum Eragon
berdamai dengan kaum naga. Mula-mula status kita yang jadi lebih rendah tidak terlalu
pahit untuk ditelan, dan seringkali lebih mudah menyangkal daripada menerima. Tapi
kemudian datang kaum. Urgal, dan manusia, dan kaum Elf memperbaiki mantra mereka
sehingga manusia juga bisa menjadi Penunggang. Setelah itu apakah kita minta
diikutsertakan dalam perjanjian, seperti yang seharusnya kita lakukan sebelumnya...
yang memang hak kita?" Orik menggeleng. "Kesombongan kita tidak mengizinkannya.
Mengapa kita, ras tertua di negeri ini, memohon kepada kaum Elf demi sihir mereka"
Kita tidak perlu mengikat takdir kita dengan takdir kaum naga demi menyelamatkan ras
kita dari kehancuran, seperti kaum Elf dan manusia. Tapi tentu saja kita mengabaikan
kenyataan bahwa kita berperang sendiri. Alasan kita adalah, itu urusan pribadi kita, dan
bukan urusan ras lain." Para ketua klan yang mendengarkan beringsut di tempat duduk
mereka. Banyak di antara mereka menunjukkan ekspresi tidak senang dengan kritik
yang dilontarkan Orik, tapi selebihnya tampak lebih menerima komentar-komentarnya
dan merenungkannya dengan sungguh-sungguh. Orik melanjutkan: "Sementara kaum
Penunggang menjaga Alagaesia, kita menikmati periode paling makmur yang pernah
dicatat dalam riwayat dunia kita ini. Kita berjaya seperti yang tidak pernah terjadi
sebelumnya, tapi kita tidak ambil bagian menjadi salah satu penyebabnya: para
Penunggang Naga. Ketika kaum Penunggang runtuh, kekayaan kita berkurang, tapi
sekali lagi kita tidak ambil bagian dalam penyebabnya: kaum Penunggang. Menurut
pengamatanku, kedua kejadian itu sama-sama tidak pantas bagi ras yang memiliki
derajat tinggi seperti kita. Kita bukan pesuruh negara yang mau diperintah pemimpin
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
asing. Kita juga tidak mau takdir kita diatur mereka yang bukan keturunan Odgar dan
Hlordis." Pernyataan ini lebih disukai para ketua klan; mereka mengangguk dan
tersenyum, dan Havard bahkan bertepuk tangan mendengar kalimat terakhir Orik.
"Sekarang kita amati keadaan mana kini," kata Orik. "Galbatorix berkuasa, dan setiap
ras berjuang agar tetap merdeka dari cengkeraman-nya. Ia telah menjadi begitu kuat,
satu-satunya alasan mengapa kita belum menjadi budaknya adalah, sejauh ini, ia belum
memutuskan untuk terbang bersama
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
naga hitamnya dan menyerang kita secara langsung. Jika begitu, kita akan runtuh di
hadapannya seperti tunas tertimbun salju longsor. Untungnya, ia tampak cukup sabar
menanti kita mengarungi negeri untuk mendatangi gerbang bentengnya di Urusebelum
Eragon dan Saphira tiba di depan pintu kita dalam keadaan basah kuyup, dikejar-kejar
seratus Kull gangs, satu-satunya harapan kita untuk mengalahkan Galbatorix adalah
berharap suatu hari nanti, entah di mana, Saphira akan menetas di hadapan
Penunggang pilihannya dan orang yang tidak dikenal ini mungkin, kebetulan, kalau kita
jauh lebih beruntung daripada semua penjudi yang pernah menang bermain dadu, akan
berhasil mengalahkan Galbatorix. Harapan" Ha! Kita bahkan tidak memiliki harapan;
kita berharap untuk sebuah harapan. Ketika Eragon pertama kali memunculkan diri,
banyak dari kita kecewa melihatnya, termasuk aku. hanya seorang bocah,berkata. Tapi
lihatlah, ia telah menunjukkan diri sebagai penjelmaan dari seluruh harapan kita! Ia
membunuh Durza, maka kita bisa menyelamatkan kota kita yang paling kita cintai,
Tronjheim. Naganya, Saphira, telah berjanji untuk memperbaiki Bintang Mawar ke
kejayaannya seperti dulu. Saat Pertempuran Dataran Membara, ia mengusir Murtagh
dan Thorn, maka kita bisa memenangi hari itu. Dan lihat! Ia bahkan sekarang menjadi
mirip Elf, dan melalui sihir mereka yang asing, ia telah memiliki kecepatan dan kekuatan
mereka." Orik mengangkat jari untuk menegaskan. "Terlebih lagi, Raja Hrothgar, dengan
kebijaksanaannya, melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan raja maupun
grimstborith mana pun; ia menawarkan diri untuk mengadopsi Eragon menjadi
anggota Durgrimst Ingeitum dan menjadikan Eragon anggota keluarganya sendiri.
Eragon sama sekali tidak berkewajiban menerima penawaran ini. Malah ia sadar banyak
keluarga Ingeitum yang menentang tindakan ini dan secara umum, banyak knurlan yang
tidak akan menyetujuinya. Tapi meski banyak rintangan, dan meski sudah terikat
sumpah setia kepada Nasuada, Eragon menerima hadiah Hrothgar, dalam keadaan
sadar bahwa hal ini hanya akan membuat hidupnya semakin sulit. Seperti yang
diucapkannya sendiri kepadaku, Eragon menyatakan sumpah-klannya di hadapan Hati
Batu karena rasa tanggung jawabnya terhadap seluruh ras di Alagaesia, dan terutama
terhadap kita, karena dengan tindakan Hrothgar, kita telah menunjukkan kemurahan hati
kepadanya dan Saphira. Karena tindakan cerdik Hrothgar, Penunggang merdeka
terakhir di Alagaesia, dan satu-satunya harapan kita untuk mengalahkan Galbatorix,
dengan keinginannya sendiri memilih untuk menjadi knurla sejati kecuali darah. Sejak
saat itu, Eragon telah mematuhi hukum dan tradisi kita sebaik mungkin, dan ia telah
berniat mempelajari adat-istiadat kita lebih jauh sehingga bisa benar-benar menghormati
arti sumpahnya. Ketika Hrothgar gugur, ditumbangkan si pengkhianat Murtagh, Eragon
bersumpah kepadaku atas semua bebatuan di Alagaesia, juga sebagai anggota
Durgrimst Ingeitum, bahwa ia akan membalas dendam kematian Hrothgar. Ia telah
mematuhi dan menghormatiku sebagai grimstborith, dan aku bangga menyebutnya
sebagai saudara angkatku." Eragon menatap ke bawah, pipi dan ujung telinganya terasa
panas. Ia Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
berharap Orik tidak terlalu memujinya; karena akan lebih sulit baginya untuk
menghadapi rintangan pada masa depan. Merentangkan tangan untuk menunjuk
seluruh ketua klan, Orik berseru, "Semua yang kita harapkan ada dalam diri seorang
Penunggang Naga telah kita temukan dalam Eragon! Ia nyata! Ia kuat! Dan ia telah
merengkuh kaum kita seperti yang belum pernah dilakukan. Penunggang Naga lain!"
Kemudian Orik menurunkan kedua tangannya dan, sambil melakukannya, volume
suaranya mengecil, sampai Eragon harus menajamkan telinga untuk mendengar
kata-katanya. "Tapi bagaimana kita membalas uluran persahabatannya" Secara
keseluruhan, dengan cibiran, pelalaian, dan penolakan pahit. Kita adalah ras yang tidak
tahu terima kasih, menurutku, dan sejarah kita terlalu panjang demi kebaikan kita
sendiri... Bahkan ada beberapa yang melakukan tindakan kekerasan untuk menyatakan
kebencian mereka. Mungkin mereka percaya mereka telah melakukan yang terbaik bagi
kaum kita, tapi jika memang begitu, maka otak mereka sama berjamurnya seperti
sebongkah keju berusia setahun. Jika tidak begitu, mana mungkin mereka berusaha
membunuh Eragon?" Para ketua klan yang mendengarnya menjadi terdiam, mata
mereka mengarah ke wajah Orik. Begitu kerasnya mereka berkonsentrasi, sampai si
grimstborith gendut, Freowin, meletakkan ukiran gagaknya dan melipat kedua
lengannya di atas perutnya-yang membulat, tampak persis sekali dengan salah satu
patung kaum. kurcaci. Saat mereka menatapnya tanpa berkedip, Orik bercerita di
hadapan pertemuan antar klan tentang bagaimana tujuh kurcaci berpakaian hitam telah
menyerang Eragon dan pengawal-pengawalnya ketika mereka sedang berjalan-jalan di
terowongan-terowongan di bawah Tronjheim. Kemudian Orik memberitahu mereka
tentang gelang kepangan ekor kuda berhias batu amethyst yang ditemukan pengawal
Eragon di salah satu mayat. "Jangan kira kau bisa menuding klanku telah melakukan
serangan ini hanya berdasarkan bukti tidak lengkap!" seru Vermund, melompat berdiri.
"Orang bisa membeli perhiasan seperti itu di pasar mana saja di dunia kita!" "Memang
benar," kata Orik, dan menelengkan kepalanya ke arah Vermfind. Dengan suara tenang
tapi cepat, Orik melanjutkan penjelasannya kepada para pendengarnya, seperti yang
telah dikatakannya kepada Eragon malam sebelumnya, bagaimana anak buahnya di
Dalgon telah memastikan kepadanya bahwa belati-belati gemerlap aneh yang dibawa
para penyerang telah dibuat si pandai besi Kiefna, juga bagaimana anak buahnya telah
mengetahui bahwa kurcaci yang membeli belati-belati tersebut telah menyuruh orang
untuk mengirimkan semuanya dari Dalgon ke salah satu kota yang berada dalam
kekuasaan Az Sweldn rak Anhuin. Menyumpah dengan geraman berat, Vermund
melompat berdiri lagi. "Belati-belati itu mungkin tidak pernah tiba di kota kami, dan
bahkan jika benar, kau tidak bisa menarik kesimpulan dari fakta tersebut! Knurlan dari
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
berbagai klan tinggal di dalam tembok kami, seperti banyak pula klan lain yang tinggal di
Benteng Bregan, misalnya. Ini tidak memastikan apa-apa. Hatihatilah akan ucapanmu
berikutnya, Grimstborith Orik, karena kau tidak memiliki dasar untuk melontarkan
tuduhan kepada klanku." "Pendapatku sama denganmu, Grimstborith Vermund," Orik
menjawab. "Maka, tadi malam, para perapal mantraku dan aku menelusuri jalan para
pembunuh itu ke tempat asal mereka, dan di tingkat kedua belas Tronjheim, kami
menangkap tiga knurlan yang bersembunyi di dalam gudang berdebu. Kami menembus
benak dua di antara mereka, dan dari mereka, kami mendapati bahwa mereka telah
mempersenjatai para pembunuh untuk serangan itu. Dan," kata Orik, suaranya menjadi
kasar dan menakutkan, "dari mereka kami mendapat identitas orang yang menyuruh
mereka. Aku menuduhmu, Grimstborith Vermund! Aku menyebutmu sebagai Pembunuh
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dan Pelanggar-sumpah. Aku menyebutmu musuh Durgrimst Ingeitum, dan aku
menyebutmu pengkhianat kaummu, karena kau dan klanmulah yang telah mencoba
membunuh Eragon!" pertemuan antar klan itu meledak menjadi kekacauan saat semua
ketua klan kecuali Orik dan Vermund mulai berteriak dan melontarkan tangan dan usaha
lain untuk mendominasi percakapan. Eragon berdiri dan mengendurkan pedang dalam
sarungnya, mengeluarkannya setengah inci, sehingga ia akan bisa bertindak dengan
cepat jika Vermund atau salah satu anak buahnya memilih kesempatan ini untuk
menyerang. Tapi Vermund tidak bergerak, begitu pula Orik; mereka saling menatap
seperti serigala menghadapi musuh dan tidak mengindahkan kericuhan di sekitar
mereka. Ketika akhirnya Gannel berhasil menenangkan semua orang, ia berkata,
"Grimstborith Vermund, bisakah kau menyangkal tuduhan ini?" Dengan suara datar
tanpa emosi, Vermund menjawab, "Aku menyangkal semua tuduhan dengan seluruh
tulang dalam tubuhku, dan aku menantang siapa saja untuk membuktikan semuanya
kepada para penegak-hukum." Gannel berpaling kepada Orik. "Kalau begitu, tunjukkan
buktimu, Grimstborith Orik, sehingga kami bisa menilai apakah sah atau tidak. Ada lima
penegak-hukum di sini hari ini, jika aku tidak salah." Ia menunjuk ke arah dinding,
tempat lima kurcaci berjanggut putih berdiri dan membungkuk. "Mereka akan
memastikan kita tidak melanggar batas-batas hukum dalam penyelidikan ini. Apakah
kita sepakat?" "Aku sepakat," kata Undin. "Aku sepakat," kata Hadfala dan seluruh ketua
klan kecuali Vermund. Mula-mula, Orik meletakkan gelang amethyst di atas meja. Setiap
ketua klan menyuruh penyihir mereka memeriksanya, dan semua sepakat bahwa
barang bukti itu tidak meyakinkan. Kemudian Orik menyuruh seorang ajudan membawa
cermin yang berdiri pada kakitiga perunggu. Salah satu penyihir dari rombongannya
merapalkan mantra, dan di permukaan cermin yang mengilap muncul citra ruangan kecil
penuh buku. Sedetik berlalu, kemudian seorang kurcaci bergegas muncul di ruangan itu
dan membungkuk ke arah pertemuan antar klan dari dalam
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
cermin. Sambil tersengal-sengal, ia memperkenalkan diri sebagai Rimmar, dan setelah
mengucapkan sumpah dalam bahasa kuno untuk memastikan kejujurannya, ia
memberitahukan hadirin pertemuan bagaimana ia dan asisten-asistennya menemukan
bukti-bukti tentang belati-belati yang dibawa para penyerang Eragon. Ketika para ketua
klan selesai mengajukan pertanyaan kepada Rimmar, Orik menyuruh para prajuritnya
membawa ketiga kurcaci yang telah ditangkap Ingeitum. Gannel memerintahkan mereka
mengucapkan sumpah dalam bahasa kuno, tapi mereka mengutuknya dan meludah ke
lantai Serta menolak. Para penyihir dari berbagai klan berbeda bahu-membahu
menyatukan benak mereka, menekan benak para tawanan, dan merebut informasi yang
diinginkan pertemuan antar klan dari mereka. tanpa kecuali, semua penyihir memastikan
kebenaran ucapan Orik. Terakhir, Orik memanggil Eragon untuk bersaksi. Eragon
me-rasa gugup saat melangkah menuju meja bundar dan ketiga belas ketua klan
kurcaci menatapnya dengan serius. Ia memandang ke seberang ruangan ke arah
pusaran warna di pilar marmer dan berusaha mengabaikan ketidaknyamanannya. Ia
mengikuti ucapan sumpah kejujuran saat seorang kurcaci penyihir mengatakannya
untuknya, kemudian, hanya mengucapkan yang perlu diutarakan, Eragon memberitahu
para ketua klan bagaimana ia dan para pengawalnya telah diserang. Setelah itu, ia
menjawab pertanyaanpertanyaan para kurcaci yang tidak bisa ia hindari lalu
mengizinkan dua penyihir-yang dipilih secara acak oleh Gannel dari semua yang hadir di
sana-untuk memeriksa memorinya tentang kejadian itu. Saat Eragon merendahkan
perisai benaknya, ia merasakan kegelisahan kedua penyihir itu, dan ia merasa jadi lebih
nyaman. Bagus, pikirnya. Mereka tidak akan coba-coba memasuki daerah benakku
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
yang terlarang kalau mereka takut padaku. Dengan lega Eragon mendapati
pemeriksaan itu berjalan tanpa ada insiden, dan para penyihir mengutarakan penemuan
mereka kepada para ketua klan. Gannel berdiri dari kursinya dan bertanya kepada para
penegak-hukum: "Apakah kalian puas dengan bukti-bukti yang diberikan Grimstborith
Orik dan Eragon Shadeslayer kepada kita?" Kelima kurcaci berjanggut putih
membungkuk, kemudian kurcaci yang berdiri di tengah berkata, "Kami puas,
Grimstborith Gannel." Gannel mendengus, tampak tidak heran. "Grimstborith Vermund,
kau bertanggung jawab atas tewasnya Kvistor, putra Bauden, dan kau melakukan
percobaan pembunuhan terhadap seorang tamu. Dengan itu, kau telah mencoreng
wajah semua ras-mu. Bagaimana tanggapanmu?" Ketua klan Az Sweldn rak Anhuin
meletakkan kedua telapak tangan pada permukaan meja, nadinya menonjol di bawah
kulitnya yang cokelat. "Jika Penunggang Naga ini knurla kecuali darahnya, ia bukan
tamu dan kami bisa memperlakukannya seperti musuh kami dari klan lain." "Itu tidak
masuk akal!" seru Orik, hampir meludahkannya karena marah.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Kau tidak bisa berkata ia-" "Jangan bicara dulu, Orik, kumohon," kara Gannel.
"Berteriak tidak akan menyelesaikan masalah ini. Orik, Nado, lorunn, ikutlah denganku."
Rasa cemas mulai mengganggu Eragon saat keempat kurcaci berdiskusi dengan
penegak-hukum selama beberapa menit. Tak mungkin mereka akan membiarkan
Vermund lolos dari hukuman hanya karena masalah verbal! pikirnya. Kembali ke meja,
lorunn berkata, "Keputusan penegak-hukum sudah bulat. Meski Eragon adalah anggota
tersumpah Durgrimst Ingeitum, ia juga memiliki posisi penting di luar dunia kita:
terutama, sebagai Penunggang Naga, tapi ia juga berperan sebagai utusan resmi kaum
Varden, dikirim Nasuada untuk menyaksikan penobatan pemimpin baru kita, dan juga
sebagai teman Ratu Islanzadi yang sangat berpengaruh, dan bagi ras Elf seluruhnya.
Dengan alasan-alasan tersebut, Eragon berhak diperlakukan dengan kehormatan yang
sama seperti utusan, pangeran, bangsawan, atau orang penting sederajatnya." Kurcaci
wanita itu melirik ke arah Eragon, matanya yang gelap dan mengilat menatap langsung
ke kaki Eragon. "Pendeknya, ia adalah tamu kehormatan kita, dan kita harus
memperlakukannya seperti tamu... yang seharusnya disadari setiap knurla yang masih
waras." "Aye, ia tamu kita," Nado menyetujui. Bibirnya mengerut dan pucat, serta
pipinya ditarik, seolah-olah ia baru saja menggigit apel dan sadar buah itu belum
matang. "Apa katamu sekarang, Vermund?" tanya Gannel. Berdiri dari kursinya, kurcaci
bercadar ungu itu menyapu sekeliling meja dengan matanya, menatap para ketua klan
bergantian. "Aku berkata begini, dan dengarkan aku baik-baik, grimstborithn: jika ada
klan yang mengacungkan kapak mereka kepada Az Sweldn rak Anhuin karena tuduhan
fitnah ini, kami akan menganggapnya sebagai tindakan perang, dan kami akan
merespons dengan tindakan yang sama. Jika kalian memenjarakanku, itu juga akan
dianggap tindakan perang, maka kami juga akan merespons dengan tindakan yang
sama." Eragon melihat cadar Vermund bergerak, dan ia menduga kurcaci itu sedang
tersenyum di baliknya. "Jika kalian menyerang kami dalam cara apa pun, dengan besi
maupun kata-kata, tidak peduli seberapa halus teguran kalian, kami akan
menganggapnya tindakan perang, dan kami akan merespons dengan tindakan yang
sama. Kecuali kalian ingin menjadikan negeri kita tercabik menjadi ribuan serpih
berdarah, aku sarankan kalian lupakan diskusi pagi ini dan, sebagai gantinya, penuhi
benak kita dengan pikiran siapa yang akan menjadi pemimpin berikutnya yang duduk di
takhta granet." Para ketua klan duduk diam selama beberapa saat. Eragon harus
menggigit lidahnya agar tidak melompat ke atas meja dan mencaci-maki Vermand
sampai para kurcaci setuju untuk menggantungnya karena kejahatannya. Ia
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengingatkan diri sendiri bahwa ia telah berjanji kepada Orik untuk mematuhinya saat
berurusan dengan pertemuan antar klan. Orik ketua klanku, dan aku harus
membiarkannya menangani ini dengan caranya sendiri. Freowin membuka lipatan
lengannya dan menggebrak meja dengan kedua tangannya yang gemuk. Dengan suara
baritonnya yang kasar, yang terdengar ke seluruh ruangan, meski rasanya tidak lebih
dari bisikan, kurcaci gendut itu berkata, "Kau telah mempermalukan ras kita, Vermund.
Kami tidak Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bisa mempertahankan kehormatan tapi mengabaikan pelanggaranmu." Kurcaci wanita
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang sudah tua, Hadfala, menggeser kertas bertulisan rune yang selalu dibawanya dan
berkata, "Apa yang kaukira akan kaudapatkan dengan membunuh Eragon selain
membawa petaka pada kita sendiri" Bahkan jika kaum Varden mampu mengalahkan
Galbatorix tanpa Eragon, bagaimana dengan kemarahan sang naga Saphira kepada
kita jika kita membunuh Penunggangnya" Ia akan memenuhi Farthen Dur dengan darah
kita sendiri." Vermund tidak menjawab sepatah kata pun. Suara gelak tawa memecah
keheningan. Suara itu begitu mengejutkan, mula-mula Eragon tidak menyadari asalnya
dari Orik. Setelah tawanya mereda, Orik berkata, "Jika kami menentangmu atau Az
Sweldn rak Anhuin, kau akan menganggapnya tindakan perang, Vermund" Baiklah,
maka kami tidak akan menentangmu, tidak sama sekali." Alis Vermund berkerut. "Apa
yang kauanggap lucu dari itu?" Orik tergelak lagi. "Karena aku telah memikirkan sesuatu
yang tidak kaupikirkan, Vermund. Kau ingin kami tidak mengganggumu dan klanmu"
Maka aku mengusulkan kepada pertemuan antar klan ini agar keinginan Vermund
dipenuhi. Jika Vermund melakukan tindakan atas namanya sendiri dan bukan sebagai
seorang grimstborith, ia akan dibuang dan tidak boleh kembali kecuali ingin dihukum
mati. Maka, biarlah kita memperlakukan sebuah klan sama seperti jika kita
memperlakukan seseorang; marilah kita kucilkan Az Sweldn rak Anhuin dari hati dan
pikiran kita semua sampai mereka memilih untuk mengganti Vermund dengan
grimstborith yang sikapnya lebih lunak dan sampai mereka mengakui kejahatan mereka
dan menyesali semuanya di hadapan pertemuan antar klan, bahkan jika kita harus
menunggu seribu tahun." Kulit keriput di sekitar mata Vermund menjadi pucat. "Kalian
takkan berani." Orik tersenyum. "Ah, tapi kami tidak akan mengangkat satu jari pun
untuk melawan kaummu. Kami hanya akan mengabaikanmu dan menolak berdagang
dengan Az Sweldn rak Anhuin. Apakah kau akan menyatakan perang kepada kami
karena kami tidak melakukan apa-apa, Vermund" Karena jika hadirin di sini setuju
denganku, itulah tindakan kami: tidak melakukan apa-apa. Apakah kau akan
menghunuskan pedang untuk memaksa kami membeli madu, pakaian, dan perhiasan
amethyst kalian" Kau tidak memiliki cukup prajurit untuk memaksa kami." Menoleh ke
penghuni meja yang lain, Orik bertanya, "Apa keputusan kalian semua?" Anggota
pertemuan antar klan tidak butuh waktu lama untuk memutuskan. Satu demi satu, para
ketua klan berdiri dan memilih untuk membuang Az Sweldn rak Anhuin. Bahkan Nado,
Gladheim, dan Havard-yang tadinya mendukung Vermund-menyetujui usul Orik. Saat
setiap suara menyatakan persetujuan, kulit yang tampak di atas cadar Vermund menjadi
semakin pucat, sampai ia kelihatan seperti hantu
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dalam pakaiannya pada kehidupan yang lalu. Ketika pemilihan suara selesai, Gannel
menunjuk ke arah pintu dan berkata, "Pergilah, Vargrimstn Vermund. Tinggalkan
Tronjheim hari ini juga dan jangan ada anggota Az Sweldn rak Anhuin yang
mengganggu pertemuan antar klan sampai mereka menepati kondisi yang telah kami
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
syaratkan. Sampai saat itu tiba, kami akan mengucilkan semua anggota Az Sweldn rak
Anhuin. Tapi ketahuilah ini: sementara klanmu mungkin mendapatkan pengampunan
dari dosa mereka, kau, Vermund, akan tetap menjadi Vargrimstn, sampai akhir hayatmu.
Itu keputusan pertemuan antar klan." Setelah menyelesaikan deklarasinya, Gannel
duduk kembali. Vermund tetap berdiri di tempatnya, bahunya bergetar dengan emosi
yang tidak mampu dibaca Eragon. "Kalianlah yang telah mengkhianati dan
mempermalukan ras kita," ia menggeram. "Kaum. Penunggang Naga telah membunuh
semua orang di klan kami, kecuali Anhuin dan para pengawalnya. Kalian meminta kami
untuk melupakan ini" Kalian mengharapkan kami memaafkan ini" Bah! Aku meludahi
kuburan leluhur kalian. Setidaknya kami tidak kehilangan kewarasan kami. Kami tidak
akan tunduk kepada boneka kaum Elf ini sementara anggota keluarga kami yang telah
tewas masih menyerukan pembalasan dendam." Kemarahan mencengkeram Eragon
saat tidak ada di antara ketua klan yang menjawab, dan ia sudah akan menanggapi
semburan kata-kata kemarahan Vermund dengan kalimat kerasnya sendiri ketika Orik
meliriknya dan menggelengkan kepala tanpa kentara. Meski sangat sulit, Eragon
menahan kemarahannya, meski ia heran mengapa Orik membiarkan penghinaan ini
berlangsung tanpa ditanggapi. Seolah-olah mereka tidak... Oh. Mendorong dirinya
menjauh dari meja, Vermund berdiri, kedua tangannya terkepal erat dan bahunya
meninggi. Ia melanjutkan bicara, mencaci-maki dan menghina para ketua klan dengan
kemurkaan yang semakin meningkat sampai ia berteriak-teriak sekuat tenaga. Tapi
sekeras apa pun sumpah-serapah Vermund, para ketua klan tidak memberi reaksi.
Mereka menatap kejauhan, seakanakan sedang memikirkan masalah berat, dan mata
mereka menyapu melewati Vermund tanpa berhenti. Ketika dalam kemarahannya
Vermund menyambar bagian depan baju rantai besi Hreidamar, tiga pengawal
Hreidamar melompat ke depan dan menarik Vermund, tapi saat mereka melakukannya,
Eragon melihat ekspresi mereka tetap kosong dan tidak berubah, seolah-olah mereka
hanya sedang membantu Hreidamar membetulkan baju rantai besinya. Begitu mereka
melepaskan Vermund, para pengawal tidak menatapnya lagi. Tulang punggung Eragon
bagai disiram air dingin. Para kurcaci ini bersikap seakan-akan Vermund tidak ada sama
sekali. Jadi beginilah artinya jika dikucilkan di antara kaum kurcaci. Eragon merasa ia
lebih baik mati daripada menanggung derita seperti ini, dan selama sesaat, ia merasa
kasihan kepada Vermund. Tapi rasa kasihan itu segera lenyap begitu ia teringat wajah
Kvistor yang sekarat. Sambil memuntahkan makian terakhir, Vermund berderap ke luar
ruangan, diikuti anggota klannya yang menyertainya ke pertemuan. Suasana hati para
ketua klan menjadi lebih santai begitu pintu-pintu
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
berayun menutup, di belakang Vermund. Sekali lagi para kurcaci menatap sekeliling
tanpa ada batasan, dan mereka melanjutkan bicara dengan suara suara keras,
mendiskusikan apa lagi yang perlu mereka lakukan terhadap Az Sweldn rak Anhuin.
Kemudian Orik mengetukkan gagang belatinya ke atas meja, dan semua orang menoleh
kepadanya untuk mendengarkan apa yang ingin ia utarakan. "Sekarang setelah kita
menangani Vermund, ada satu masalah lagi yang kuingin pertemuan ini pertimbangkan.
Tujuan kita berkumpul di sini adalah untuk memilih pengganti Hrothgar. Kita semua
sudah mengucapkan banyak hal mengenai masalah ini, tapi aku percaya sekarang
sudah waktunya kita meninggalkan kata-kata dan membiarkan tindakan kita bicara
untuk kita. Maka aku mengusulkan kepada pertemuan untuk memutuskan apakah kita
sudah siap-dan kita sudah lebih daripada siap, menurutku-untuk melanjutkan pemilihan
final tiga hari dari sekarang, seperti yang diharuskan undang-undang kita. Suara yang
kuberikan adalah aye." Freowin menatap, Hadfala, yang menatap Gannel, yang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menatap Manndrath, yang menarik-narik hidung panjangnya dan menatap Nado, yang
duduk melesak di kursinya dan menggigit bagian dalam pipinya. "Aye," kata lorunn
"Aye," kata Undin. "...Aye," kata Nado, dan begitu pula kedelapan ketua klan lainnya.
Berjam-jam kemudian, ketika pertemuan antar klan dihentikan untuk makan siang, Orik
dan Eragon kembali ke ruangan Orik untuk bersantap. Tidak ada di antara keduanya
yang bicara sampai mereka memasuki ruangan Orik, yang tidak bisa ditembus
telinga-telinga yang ingin menguping. Kemudian Eragon tersenyum. "Kau sudah
merencanakan untuk mengucilkan Az Sweldn rak Anhuin sejak semula, bukan?"
Dengan paras puas pada wajahnya, Orik juga tersenyum dan menepuk perutnya.
"Memang benar. Itu satu-satunya tindakan yang bisa kulakukan yang tidak akan memicu
peperangan antar klan. Kita mungkin masih akan menghadapi peperangan antar klan,
tapi bukan kita yang akan memulainya. Tapi aku ragu bencana itu akan mendatangi kita.
Sebenci apa pun mereka kepadamu, sebagian besar Az Sweldn rak Anhuin akan
marah sekali ketika mengetahui apa yang dilakukan Vermund atas nama mereka. Aku
yakin ia tidak akan lama menjadi grimstborith." "Dan sekarang kau telah memastikan
pemilihan raja yang baru-" "Atau ratu." "-atau -atau ratu akan segera dilangsungkan."
Eragon bimbang, ragu untuk memudarkan kegembiraan Orik atas kemenangannya ini,
tapi kemudian ia bertanya, "Apakah kau sungguh-sungguh mendapatkan dukungan
yang kaubutuhkan untuk memenangi takhta?" Orik mengangkat bahu. "Sebelum pagi
ini, tidak ada yang memiliki
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dukungan yang mereka. butuhkan. Sekarang keseimbangan berubah, dan untuk
sementara, simpati berada pada pihak kita. Sebaiknya kita menyerang selagi besi masih
panas; kita tidak akan mendapatkan kesempatan sebaik seperti sekarang lagi. Lagi
pula, kita tidak bisa membiarkan pertemuan antar klan berlangsung lebih lama. Jika kau.
tidak segera kembali ke Varden, kita bisa kehilangan segalanya." "Apa yang akan kita
lakukan sementara menunggu pemilihan?" "Mula-mula, kita akan merayakan
kesuksesan kita dengan berpesta," Orik mengumumkan. "Kemudian, saat kita sudah
kenyang, kita akan melanjutkan seperti sebelumnya: berusaha mencari tambahan
dukungan sementara mempertahankan dukungan yang sudah kita miliki." Gigi Orik
berkilati ptilill di balik janggutnya ketika ia tersenyum lagi. "Tapi sebelum kita minim arak
seteguk pun, ada sesuatu yang harus kaulakukan dulu, yang telah kaulupakan." "Apa?"
tanya Eragon, kebingungan melihat Orik yang tampak kegirangan. "Kau harus
memanggil Saphira ke Tronjheim, tentu saja! Apakah aku bakal jadi raja atau tidak, kita
akan menobatkan seorang pemimpin baru dalam waktu tiga. hari. Jika Saphira ingin
menghadiri upacaranya, ia harus terbang cepat agar bisa tiba di sini sebelum itu."
Dengan seruan girang, Eragon berlari mencari cermin. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Bidadari Pendekar Naga Sakti MELANGGAR PERINTAH
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Tanah hitam yang subur terasa dingin di tangan Roran. Ia memungut segumpal besar
dan menghancurkannya di antara jemarinya, dengan puas merasakan tanah itu lembap
dan penuh dawn, tangkai, lumut, dan zat organik lain yang membusuk, yang akan
menyediakan sumber makanan bagus bagi tanaman ladang. Roran menempelkan tanah
itu di bibir dan lidahnya. Tanah itu terasa hidup, dipenuhi ratusan rasa, dari pegunungan
yang hancur sampai kumbang dan kayu busuk Serta ujung-ujung halus akar rumput. Ini
tanah pertanian yang bagus, pikir Roran. Pikirannya kembali ke Lembah Palancar, dan
sekali lagi ia melihat matahari musim gugur menyapukan cahayanya pada ladang
gandum yang persis berada di luar rumah keluarganya-barisan-barisan rapi
batangbatang keemasan bergoyang-goyang tertiup angin-Sungai Anora ada di sebelah
barat dan pegunungan dengan puncak-puncak bersalju menjulang tinggi di setiap sisi
lembah. Di sanalah seharusnya aku berada, membajak ladang dan membina keluarga
bersama Katrina, bukan menyirami tanah dengan getah dari tubuh manusia. "Hei, di
sana!" seru Kapten Edric, menunjuk ke arah Roran dari atas kudanya. "Jangan
buang-buang waktu, Stronghammer, jika kau tidak mau aku berubah pikiran dan
meninggalkanmu untuk berjaga-jaga bersama pasukan pemanah!" Menepukkan tangan
di celana ketatnya, Roran bangkit dari jongkoknya. "Ya, Sir! Segera, Sir!" katanya,
menahan kekesalannya terhadap Edric. Sejak bergabung dengan pasukan Edric, Roran
berniat untuk mencari tahu sebisanya tentang sejarah pria itu. Dari apa yang
didengarnya, Roran menyimpulkan Edric adalah komandan yang kompeten-Nasuada
takkan mungkin menjadikannya pemimpin sebuah misi penting jika tidak begitu-tapi
Edric memiliki sifat keras, dan ia mendisiplinkan para pejuang bawahannya bahkan jika
mereka hanya menyimpang sedikit saja dari latihan yang telah mereka jalani, seperti
yang dialami Roran-sampai ia merasa terhina-dalam tiga kesempatan berbeda pada hari
pertama ia bergabung dengan pasukan Edric. Roran menganggap kepemimpinan Edric
sangat merendahkan moral anak buahnya, juga mengekang kreativitas dan kecerdasan
berpikir bawahannya. Mungkin Nasuada menyerahkanku kepadanya demi
alasan-alasan itu, pikir Roran. Atau mungkin ini ujian lain darinya. Mungkin ia kepengin
tahu apakah aku bisa menelan cukup banyak harga diriku untuk bekerja sama dengan
pria seperti Edric. Kembali menunggangi Snowfire, Roran bergerak ke depan barisan
prajurit. Misi mereka sederhana; karena Nasuada dan Raja Orrin telah menarik
kekuatan besar mereka dari Surda, Galbatorix rupanya telah memutuskan untuk
mengambil kesempatan dari ketidakberadaan mereka dan membuat kekacauan di
seluruh negeri yang tidak memiliki pertahanan, menjarah kota dan desa, dan membakar
hasil panen yang dibutuhkan untuk menopang peperangan terhadap Kekaisaran. Cara
termudah untuk membasmi pasukan Kekaisaran adalah dengan meminta Saphira
terbang dan mencabik-cabik mereka, tapi kecuali ia terbang menuju Eragon, semua
orang setuju akan terlalu berbahaya bagi kaum Varden jika naga itu tidak berada di
antara mereka dalam kurun waktu yang lama. Maka Nasuada telah mengirimkan
pasukan Edric untuk Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
melawan para prajurit Kekaisaran, yang menurut mata-mata kiriman Nasuada,
jumlahnya diperkirakan sekitar tiga ratus orang. Meski demikian, dua hari yang lalu,
Roran dan para pejuang lain segera merasa cemas ketika mereka menemukan jejak
yang mengindikasikan bahwa jumlah pasukan Galbatorix hampir mencapai tujuh ratus
orang. Roran mengendalikan Snowfire agar melangkah di sebelah Carn, yang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menunggangi kuda betina belangnya, dan menggaruk dagu sementara mempelajari
daratan di sekitar mereka. Di hadapan mereka terbentang padang rumput
berombak-ombak, ditandai dengan beberapa pohon dedalu dan pohon kapuk di
sana-sini. Burung-burung elang berburu di udara, sementara di darat, rerumputan penuh
suara cericit tikus, kelinci, hewan pengerat di dalam liang, dan kehidupan liar lain.
Satu-satunya bukti manusia pernah berada di sana adalah petak-petak rumput dan
semak yang tampak pernah terinjak-injak, menuju cakrawala timur, membuat jejak yang
ditinggalkan para prajurit. Carn ke matahari tengah hari, kulit di sekitar matanya yang
kendur mengerut. "Kita akan segera menyusul mereka sebelum bayang-bayang kita
lebih panjang daripada tinggi tubuh kita yang sebenarnya." "Kemudian kita akan
mendapati apakah jumlah kita mencukupi untuk mengusir mereka," gumam Roran, "atau
apakah mereka hanya akan membantai kita semua. Untuk sekali saja, aku ingin jumlah
kita lebih banyak daripada mereka." Senyum kaku tampak pada wajah Carn. "Selalu
begitu keadaannya bagi kaum Varden." "Bergerak!" teriak Edric, dan memacu kudanya
mengikuti jejak tanaman yang terinjak-injak pada padang rumput. Roran mengatupkan
rahangnya kuat-kuat dan menyentuhkan tumitnya pada tubuh Snowfire saat pasukan
bergerak mengikuti kapten mereka. Enam jam kemudian, Roran duduk di punggung
Snowfire, tersembunyi di antara sekumpulan pohon beech yang tumbuh di sepanjang
tepi sungai kecil berair tenang yang dipenuhi ilalang dan ganggang yang mengambang.
Melalui jalinan ranting yang rapat di depannya, Roran menatap sebuah desa bertembok
kelabu yang sudah rontok, berisi tidak lebih dari dua puluh rumah. Roran telah
menyaksikan dengan kemarahan yang semakin memuncak ketika para penduduk desa
melihat barisan prajurit Kekaisaran mendekat dari arah barat kemudian mengumpulkan
beberapa harta mereka dalam buntalan lalu melarikan diri ke selatan, menuju jantung
Surda. Jika keputusan berada di tangannya, Roran akan mengungkapkan keberadaan
para pejuang Varden kepada para penduduk desa dan meyakinkan mereka bahwa
mereka takkan kehilangan rumah jika ia dan rekan-rekannya bisa mencegahnya, karena
ia ingat sekali merasa sangat pedih dan putus asa serta tak berdaya karena harus
meninggalkan Carvahall, dan ia akan menolong mereka mempertahankan desa jika
bisa. Ia juga akan meminta pria-pria penduduk desa bertempur bersama pejuang
Varden. Sepuluh atau dua puluh pria bersenjata tambahan mungkin akan menentukan
perbedaan antara siapa yang menang dan kalah, dan Roran juga tahu bagaimana
orang-orang yang mempertahankan rumah mereka bisa bertarung dengan semangat
menyala-nyala. Tapi Edric telah menolak gagasan itu dan berkeras kaum Varden harus
tetap tersembunyi di perbukitan sebelah tenggara desa.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Kita beruntung mereka berjalan kaki," gumam Carn, bicara tentang barisan merah
prajurit yang bergerak menuju desa. "Kita takkan bisa lebih dulu tiba di sini jika mereka
berkuda." Roran menoleh ke arah pria-pria yang berkumpul di belakang mereka. Edric
telah memberinya komando sementara untuk membawahi 81 pejuang. Mereka terdiri
atas prajurit berpedang, prajurit bertombak, dan setengah lusin pemanah. Salah satu
tangan kanan Edric, Sand, memimpin 81 pria lagi, sementara Edric sendiri memimpin
sisanya. Ketiga kelompok itu saling merapat di antara pohon-pohon beech, yang
dianggap Roran sebagai kesalahan; waktu yang dibutuhkan untuk mengatur barisan
mereka sendiri begitu keluar dari tempat persembunyian akan memberi pasukan
Galbatorix lebih banyak waktu untuk mengatur pertahanan mereka. Mencondongkan
tubuh ke arah Carn, Roran berkata, "Aku tidak melihat ada yang tangan atau kakinya
buntung, atau luka besar lain, tapi itu tidak membuktikan apa-apa. Bisakah kau
mengetahui apakah mereka orang-orang yang tidak merasa sakit?" Carn "Kuharap aku
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bisa. Sepupumu mungkin bisa mengetahuinya, karena penyihir yang perlu ditakuti
Eragon hanya Murtagh dan Galbatorix, tapi aku penyihir payah, dan aku tidak berani
menguji para prajurit itu. Jika terdapat penyihir yang menyamar di antara prajurit-prajurit
itu, mereka akan segera tahu aku memata-matai mereka, dan ada kemungkinan mereka
memperingatkan rekan-rekan mereka tentang keberadaan kita di sini bahkan sebelum
aku bisa menembus benak mereka." "Sepertinya kita selalu mendiskusikan ini persis
sebelum pertempuran," komentar Roran, mengamati persenjataan para prajurit dan
memikirkan bagaimana cara terbaik untuk menyebarkan anak buahnya. Sambil tertawa,
Carn berkata, "Tidak apa-apa. Kuharap kita akan terus berdiskusi seperti ini, karena jika
tidak-" "Salah satu dari kita pasti sudah tewas-" "Atau Nasuada menugaskan kita di
bawah kapten yang berbeda "Maka kita sudah bisa dipastikan tewas, karena tidak ada
orang lain yang bisa menjaga punggung kita dengan lebih baik," Roran menyimpulkan.
Senyum tipis menghias bibirnya. Ini jadi lelucon mereka berdua. Ia menarik martil dari
sabuknya kemudian mengernyit ketika sakit yang menusuk terasa dari kaki kanannya,
tempat tanduk kerbau telah merobek dagingnya. Sambil menyumpah ia meraih ke
bawah dan mengusap-usap bagian yang sakit. Carn melihat dan. bertanya, "Kau tidak
apa-apa?" "Ini tidak akan membunuhku," jawab Roran, kemudian memikirkan dang
jawabannya. "Ya mungkin ini bakal membunuhku, tapi aku tidak mau menunggu di sini
sementara kau pergi untuk memenggal orang-orang tolol itu jadi potongan-potongan
kecil." Ketika para prajurit Galbatorix tiba di desa, mereka langsung berderap masuk,
hanya berhenti untuk mendobrak pintu setiap rumah dan melangkah
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
ke setiap ruangan untuk memeriksa apakah masih ada orang yang bersembunyi di
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam. Seekor anjing berlari keluar dari balik tong, bulu di lehernya berdiri tegak, dan
mulai menggonggongi para prajurit. Salah satu pria melangkah ke depan dan
melemparkan tombaknya ke arah anjing itu, membunuhnya. Ketika barisan pertama
prajurit tiba di sisi seberang desa, Roran mengeratkan kepalannya pada gagang martil,
bersiap-siap menyerbu. Tapi kemudian ia mendengar pekikan-pekikan keras, dan rasa
ngeri merayapi tubuhnya. Seregu prajurit muncul dari dalam rumah kedua paling akhir,
menyeret tiga orang yang memberontak: seorang pria kurus berambut putih, seorang
wanita muda dengan blus robek, dan seorang anak laki-laki tidak lebih dari sebelas
tahun. Keringat muncul di dahi Roran. Dalam nada pelan dan monoton, ia mulai
mengeluarkan sumpah serapah, mengutuk ketiga tawanan itu karena tidak kabur
bersama tetangga-tetangga mereka, mengutuk para prajurit karena apa yang telah
mereka lakukan dan apa yang hendak mereka lakukan, dan mengutuk keadaan yang
membuat ini semua terjadi. Di belakangnya, ia sadar anak buahnya beringsut dan
bergumam marah, kepengin segera menghukum para prajurit karena kebrutalan
mereka. Setelah menggeledah semua rumah, gerombolan prajurit itu kembali ke
tengah-tengah desa dan membentuk barisan lingkaran mengelilingi ketiga tawanan. Ya!
seru Roran dalam hati saat para prajurit tersebut memunggungi kaum Varden. Rencana
Edric adalah menunggu para prajurit melakukan itu. Tidak sabar menunggu perintah
untuk menyerang, Roran mengangkat tubuhnya beberapa inci dari pelana, sekujur
tubuhnya menegang. Ia berusaha menelan, tapi tenggorokannya terlalu kering. Perwira
yang memimpin pasukan prajurit, satu-satunya pria di antara mereka yang menunggangi
kuda, turun dari tunggangannya dan bertukar beberapa kalimat tidak terdengar dengan
penduduk desa berambut putih. Tanpa peringatan, perwira itu menghunuskan pedang
dan memenggal kepala si pria, kemudian melompat ke belakang untuk menghindari
cipratan darah yang diakibatkannya. Si wanita muda menjerit lebih keras daripada
sebelumnya. "Serang," kata Edric. Butuh setengah detik bagi Roran untuk memahami
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kata yang diucapkan Edric dengan begitu tenang, kemudian sadar bahwa itu adalah
perintah yang sedang ditunggunya. "Serang!" teriak Roran, dan menghantamkan
tumitnya ke tubuh Snowfire. Ia merunduk di balik perisainya ketika Snowfire
membawanya menembus jalinan ranting, kemudian menurunkan perisai kembali saat
mereka sudah tiba di daerah terbuka, melesat di sisi bukit, beserta gemuruh kaki kuda
mengiringi mereka. Mati-matian berusaha menyelamatkan si wanita dan anak kecil,
Roran memacu Snowfire sampai batas kecepatannya. Menoleh ke belakang, ia lega
melihat kelompok pria yang dipimpinnya telah memisahkan diri dari kelompok Varden
yang lain tanpa mengalami kesulitan; selain beberapa yang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
agak tertinggal, sebagian besarnya berada dalam satu barisan tidak lebih dari tiga puluh
kaki di belakangnya. Roran melirik Carn yang berpacu di barisan depan kelompok
Edric, jubah abu-abunya berkibar tersapu angin. Sekali lagi, Roran berharap kalau saja
Edric mengizinkan mereka berada di satu kelompok. Seperti yang diperintahkan
kepadanya, Roran tidak langsung masuk ke desa, tapi agak minggir ke kiri dan berderap
mengitari bangunan-bangunan, untuk menjepit musuh dan menyerang mereka dari arah
lain. Sand melakukan hal yang sama ke sebelah kanan, sementara Edric dan
kelompoknya langsung masuk ke desa. Barisan rumah menyembunyikan kelompok
Roran dari para prajurit, tapi ia mendengar teriakan-teriakan panik, kemudian
serangkaian suara berdesing aneh dan metalik, kemudian suara jeritan manusia dan
kuda. Rasa cemas membuat perut Roran melilit. Suara apa itu" Apakah panah besi"
Apakah benda semacam itu ada" Apa pun penyebabnya, ia tahu tidak seharusnya
kedengaran begitu banyak kuda meringkik kesakitan. Tubuh Roran terasa dingin ketika
ia menyadari dengan yakin bahwa serangan ini telah gagal dan mungkin mereka sudah
kalah dalam pertempuran ini. Ia menarik tali kekang Snowfire kuat-kuat ketika melewati
rumah terakhir, mengarahkan kuda itu ke tengah-tengah desa. Di belakangnya, anak
buahnya melakukan hal yang sama. Kira-kira 180 meter jauhnya di depan, Roran
melihat tiga baris prajurit mengambil posisi di antara dua rumah, sehingga memblokir
jalan mereka. Para prajurit itu tampak tidak gentar melihat kuda-kuda berderap ke arah
mereka. Roran bimbang. Perintah yang diterimanya jelas: ia dan anak buahnya harus
menyerang dari tepi barat dan berderap merangsek ke tengah-tengah pasukan
Galbatorix sampai mereka bergabung kembali dengan kelompok Sand dan Edric. Meski
demikian, Edric tidak memberitahu Roran apa yang harus dilakukannya jika berderap
langsung ke arah prajurit-prajurit itu tidak lagi dianggapnya ide yang bagus begitu ia dan
anak buahnya berada di posisi mereka. Dan Roran tahu jika ia melanggar perintah,
bahkan jika alasannya adalah agar anak buahnya tidak dibantai habis-habisan, ia akan
dianggap bersalah karena tindakan insubordinasi dan Edric akan memberinya hukuman
yang sesuai. Kemudian para prajurit Kekaisaran menyibakkan jubah panjang mereka
dan memosisikan busur silang di bahu mereka. Pada detik itu, Roran memutuskan ia
akan melakukan apa yang diperlukan demi memastikan kemenangan para pejuang
Varden. Ia tidak akan membiarkan pasukan Kekaisaran menghancurkan kelompok yang
dipimpinnya dengan sekali serangan anak panah hanya karena ia ingin menghindari
konsekuensi tidak mengenakkan karena melanggar perintah kaptennya. "Berlindung!"
teriak Roran, dan menarik kepala Snowfire ke kanan,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
memaksa kuda itu berbelok ke balik sebuah rumah. Sedetik kemudian selusin anak
panah menancap pada sisi bangunan. Berbalik, Roran melihat hanya satu dari para
pejuangnya yang tidak berhasil merunduk di balik lindungan rumah-rumah terdekat
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sebelum pasukan Kekaisaran menembak. Pria yang terlalu lamban tergeletak
berdarah-darah di tanah, dua anak panah menancap di dadanya. Ujung-ujung anak
panah tersebut telah menembus baju rantai besinya seolah-olah tidak lebih tebal
daripada selembar tisu. Ketakutan karena mencium darah, kudanya
menendang-nendang lalu melarikan diri dari desa, meninggalkan gumpalan asap di
belakang kakinya. Roran meraih dan mencengkeram tepi balok penyangga di pinggir
rumah, menahan Snowfire sementara berusaha mati-matian memikirkan cara untuk
menyerang kembali. Ia dan anak buahnya telah dipojokkan oleh para prajurit; mereka
tidak bisa melangkah keluar tanpa dihujani begitu banyak anak panah sehingga akan
menyerupai landak. Sekelompok pejuang Roran berderap menghampiri dari rumah yang
sebagian bangunannya cukup menghalangi jarak pandang para prajurit. "Apa yang
harus kita lakukan, Stronghammer?" mereka bertanya kepada Roran. Mereka
tampaknya tidak mencemaskan fakta bahwa ia telah melanggar perintah; malah
sebaliknya, mereka menatapnya dengan paras penuh kepercayaan baru. Berpikir
secepat mungkin, Roran menatap sekeliling. Secara kebetulan, matanya tertumbuk
pada busur dan tabung anak panah yang terikat pada pelana salah satu. pejuang. Roran
tersenyum. Hanya beberapa pejuang yang juga adalah pemanah, tapi mereka semua
membawa busur dan anak panah untuk berburu dan memberi makanan kepada
pasukan ketika sedang sendirian di belantara, tanpa asupan persediaan dari kaum
Varden. Roran menunjuk ke arah rumah yang sedang disandarinya dan berkata, "Ambil
busur kalian dan naiklah ke atas atap, sebanyak mungkin dari kalian selama atapnya
muat, tapi jika kalian menghargai nyawa kalian sendiri, jangan menampakkan diri
sampai kalian kehabisan anak panah atau sampai prajurit terakhir tewas. Mengerti?"
"Ya, Sir!" "Bergeraklah. Sisanya, cari bangunan lain tempat kalian bisa menembak ke
arah prajurit-prajurit itu. Harald, sebarkan ini kepada yang lain-lain, dan temukan
sepuluh penombak kita yang paling ahli dan sepuluh pejuang berpedang lalu bawa
mereka ke sini secepat mungkin." "Ya, Sir!" Bergerak cepat, para pejuang mematuhi
perintahnya. Mereka yang berada paling dekat dengan Roran mengambil busur dan
tabung anak panah dari belakang pelana kemudian, berdiri di punggung kuda
masing-masing, menarik tubuh ke tepi atap jerami rumah di dekat mereka. Empat merit
kemudian, sebagian besar anak buah Roran sudah berada di atap tujuh rumah
berbeda-sekitar delapan pria di setiap atap-dan Harald telah kembali membawa pejuang
berpedang dan penombak yang diminta Roran. Kepada para pejuang yang berkumpul di
sekelilingnya, Roran berkata, "Baik, sekarang dengarkan. Jika aku menyerukan
perintah, pria-pria di atas
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sana akan mulai menembak. Segera setelah anak-anak panah pertama menghujani
para prajurit, kita akan berderap keluar dan berusaha menyelamatkan Kapten Edric.
Jika tidak bisa, setidaknya kita harus mampu membuat para tunik merah itu mencicipi
rasa besi tajam kita. Para pemanah akan menimbulkan cukup kekacauan bagi kita untuk
mendekati para prajurit sebelum mereka bisa menggunakan busur silang mereka.
Sudah dimengerti?" "Ya, Sir!" "Kalau begitu tembak!" teriak Roran. Disertai
teriakan-teriakan keras, para pria yang berada di atapatap rumah berdiri di atas
punggung atap dan secara serentak mulai menembaki prajurit-prajurit di bawah. Hujan
anak panah mendesing di udara seperti segerombolan burung liar haws darah yang
menukik menyambar buruan mereka. Sedetik kemudian, ketika para prajurit mulai
melolong kesakitan karena terluka, Roran berseru, "Sekarang maju!" dan
menghantamkan tumit pada sisi tubuh Snowfire. Bersama-sama, ia dan anak buahnya
berderap mengitari sisi rumah, menarik tunggangan mereka agar berbelok begitu tajam
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sehingga hampir terjungkal. Bergantung pada kecepatannya berpacu serta keahlian
para pemanah untuk memberikan perlindungan, Roran menyerempet para prajurit, yang
berlarian kocar-kacir, sampai tiba di tempat serangan kelompok Edric berakhir dengan
bencana. Di sana tanah licin karena darah, dan begitu banyak mayat pria andal dan
kuda hebat bergelimpangan di antara rumah-rumah. Anggota kelompok Edric yang
tersisa bertarung dengan pedang melawan pasukan Kekaisaran. Dengan terkejut Roran
melihat Edric masih hidup, bertempur bersama lima anak buahnya. "Tetap bersamaku!"
Roran berteriak kepada rekan-rekannya ketika mereka berpacu menuju lokasi
pertempuran. Menendangkan kaki-kakinya, Snowfire menghantam dua prajurit sampai
terjengkang, mematahkan tangan mereka yang memegang pedang dan meremukkan
rusuk mereka. Merasa bangga akan kuda jantannya, Roran juga mengayunkan
martilnya ke sana kemari, menggeram dalam semangat perang saat menjatuhkan
prajurit demi prajurit, tidak ada satu pun yang mampu melawan kedahsyatan
serangannya. "Kepadaku!" ia berteriak saat mendekati Edric dan pejuang-pejuang lain
yang selamat. "Kepadaku!" Di depannya, anakanak panah teruss menghujani para
prajurit, memaksa mereka melindungi diri dengan perisai sekaligus menangkis serangan
pedang dan tombak para pejuang Varden. Begitu anak buahnya sudah mengelilingi para
pejuang Varden yang tidak berkuda, Roran berteriak, "Mundur! Mundur! Ke balik
rumah-rumah!" Langkah demi langkah, mereka semua mundur sampai berada di luar
jangkauan pedang para prajurit Kekaisaran, lalu berbalik dan lari ke balik rumah-rumah
terdekat. Para prajurit menembak dan membunuh tiga pejuang Varden dalam
prosesnya, tapi sisanya tiba di balik bangunan dalam keadaan selamat.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Edric melorot di sisi sebuah rumah, tersengal-sengal mencari napas. Ketika sudah
mampu bicara lagi, ia menunjuk anak buah Roran dan berkata, "Kedatangan kalian
tepat waktu dan sangat dibutuhkan, Stronghammer, tapi kenapa aku melihatmu di sini,
bukan berkuda menembus barisan prajurit-prajurit itu, seperti yang disepakati?"
Kemudian Roran menjelaskan apa yang telah dilakukannya dan menunjuk ke arah para
pemanah di atap-atap rumah. Alis Edric berkerut ketika - mendengarkan penjelasan
Roran. Tapi ia tidak memarahi Roran karena telah melanggar perintah dan hanya
berkata, "Suruh mereka turun segera. Mereka telah berhasil membuat barisan prajurit
kocar-kacir. Sekarang kita harus bergantung pada bilah pedang untuk menyingkirkan
mereka." "Jumlah kita terlalu sedikit untuk menyerang para prajurit secara langsung!"
protes Roran. "Jumlah mereka lebih banyak tiga dibanding satu dengan kita." "Maka kita
harus lebih buas agar bisa menghabisi lebih banyak prajurit!" bentak Edric. "Aku
diberitahu kau adalah pria yang berani, Stronghammer, tapi rupanya kabar burung itu
salah dan kau sepengecut kelinci ketakutan. Sekarang lakukan apa yang
kuperintahkan, dan jangan menyangsikanku lagi!" Sang kapten menunjuk ke salah satu
anak buah Roran. "Kau, pinjamkan kudamu. padaku." Setelah pria itu turun dari
tunggangannya, Edric mengangkat tubuh ke pelana dan berkata, "Setengah dari kalian
yang berkuda, ikut aku; aku akan membantu Sand. Sisanya tinggal bersama Roran."
Menendang sisi perut kudanya, Edric berderap pergi bersama pria-pria yang memilih
ikut bersamanya, berpacu dari balik satu bangunan ke balik bangunan lain sambil
mencari jalan mengitari para prajurit yang berkumpul di tengah-tengah desa. Tubuh
Roran gemetar marah ketika menyaksikan mereka pergi. Ia belum pernah membiarkan
orang lain meragukan keberaniannya tanpa disambutnya dengan kata-kata pedas atau
hantaman tinju. Tetapi selama pertempuran ini berlangsung, akan tidak bijaksana jika ia
menentang Edric. Baiklah jika begitu, pikir Roran, aku akan menunjukkan kepada Edric
keberanian yang dikiranya tidak kumiliki. Tapi hanya itu yang akan didapatkannya
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dariku. Aku tidak akan mengirimkan pasukan pemanah untuk berhadapan langsung
dengan prajurit-prajurit jika mereka akan lebih aman dan efektif di posisi mereka
sekarang. Roran berbalik dan memeriksa pria-pria yang ditinggalkan Edric bersamanya.
Dengan gembira Roran melihat Carn di antara para pejuang yang baru diselamatkan,
meski Carn menderita luka gores dan berdarah-darah, tapi secara keseluruhan ia
baik-baik saja. Mereka Saling mengangguk, kemudian Roran berkata kepada
kelompoknya: "Kalian dengar apa kata Edric. Aku tidak setuju. Jika kita melakukan apa
yang diperintahkannya, kita semua akan jadi tumpukan mayat sebelum matahari
tenggelam. Kita masih bisa memenangkan pertempuran ini, tapi bukan dengan cara
berbaris menuju kematian! Kita bisa mengatasi kekurangan jumlah pasukan kita dengan
cara bertindak cerdik. Kalian tahu bagaimana aku. bisa bergabung dengan kaum
Varden. Aku telah Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menghadapi pasukan Kekaisaran dan berhasil mengalahkan mereka, dan sekaliasinya
persis seperti di desa ini! Aku bisa melakukan ini, aku bersumpah. Tapi aku tidak bisa
melakukannya sendirian. Maukah kalian mengikutiku" Pikirkan baik-baik. Aku akan
bertanggung jawab penuh dalam pelanggaran perintah Edric ini, tapi ia dan Nasuada
mungkin tetap menghukum semua orang yang terlibat." "Maka mereka adalah
orang-orang tolol," geram Carn. "Apakah menurut mereka kita lebih baik mati di sini"
Tidak, rasanya tidak. Aku ikut denganmu, Roran." Saat Carn menyatakan pilihannya,
Roran melihat betapa pria-pria yang lain menegakkan bahu dan mengeraskan rahang
Serta mata mereka membara menunjukkan kebulatan tekad, dan ia tahu mereka telah
memilih untuk bergabung bersamanya, meski hanya karena mereka tidak mau berpisah
dengan satu-satunya penyihir dalam pasukan. Banyak anggota Varden yang berutang
nyawa pada kelompok Du Vrangr Gata, dan pria-pria bersenjata Yang ditemui Roran
lebih baik menusuk kaki mereka sendiri dengan belati daripada pergi bertempur tanpa
ditemani seorang perapal mantra. "Aye," ucap Harald. "Kau bisa memercayai kami juga,
Stronghammer." "Maka ikuti aku!" kata Roran. Meraih ke bawah, ia menarik Carn ke
pelana Snowfire untuk duduk di belakangnya, kemudian berpacu bersama kelompoknya
kembali mengitari desa menuju tempat para pemanah di atap masih terus menghujani
para prajurit dengan anak panah. Saat Roran dan pria-pria pengikutnya berderap dari
rumah ke rumah, anak-anak panah dari busur silang para prajurit mendesing ke arah
mereka-seperti serangga-serangga raksasa yang mengamuk-dan bahkan sebuah
berhasil menancap di perisai Harald. Begitu mereka berada di balik lindungan
bangunan, Roran menyuruh pria-pria yang masih berada di atas kuda menyerahkan
busur dan panah mereka kepada pria-pria yang berjalan kaki, yang diperintahnya untuk
memanjat bangunan dan bergabung bersama para pemanah di atas. Ketika para pria itu
bergegas mematuhinya, Roran memanggil Carn, yang telah melompat turun dari
Snowfire begitu mereka berhenti bergerak, dan berkata, "Aku butuh mantramu. Bisakah
kau melindungiku beserta sepuluh pejuang dari kelompok ini?" Carn "Berapa lama?"
"Semenit" Satu jam" Siapa yang tahu?" "Memberi perisai begitu banyak manusia lebih
dari beberapa tembakan anak panah akan membuat tenagaku habis dengan cepat...
Meski, jika kau tidak keberatan aku menghentikan anak-anak panah itu sebelum
mencapai kalian, aku bisa mengalihkan jalur sasarannya dari kalian, yang-" "Boleh
juga." "Siapa yang kauingin kulindungi?" Roran menunjuk pria-pria yang dipilihnya untuk
bergabung bersamanya, Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dan Carn bertanya siapa nama mereka satu persatu. Berdiri dengan bahu menekuk ke
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
depan, Carn bergumam menggunakan bahasa kuno, wajahnya pucat dan tegang. Tiga
kali ia berusaha merapalkan mantra, dan tiga kali ia gagal. "Maafkan aku," katanya, dan
mengembuskan napas gemetar. "Rasanya aku tidak bisa berkonsentrasi." "Sial, jangan
minta maaf," geram Roran. "Lakukan saja!" Melompat turun dari Snowfire, ia
mencengkeram kedua sisi kepala Carn, membuatnya tidak bisa bergerak. "Lihat aku!
Lihat ke tengah-tengah mataku. Begitu. Teruss tatap aku... Bagus. Sekarang letakkan
perisai di sekeliling kami." Paras Carn dan bahunya mengendur, kemudian, dengan
suara penuh percaya diri, ia merapalkan mantranya. Ketika ia mengucapkan kata
terakhir, ia agak melorot dari cengkeraman Roran sebelum memulihkan diri. "Sudah
selesai," katanya. Roran menepuk bahunya, kemudian memanjat ke pelana. Snowfire
lagi. Menyapukan mata ke sepuluh penunggang kuda pilihannya, ia berkata, "Jaga sisi
dan belakang tubuhku, tapi tetap berada di belakangku selama aku bisa mengibaskan
martilku. "Ya, Sir!" "Ingat, anak-anak panah tidak bisa melukai kalian sekarang. Carn,
kau tinggal di sini. Jangan terlalu banyak bergerak; simpan tenagamu. Jika kau
merasa tidak mampu menahan mantramu lebih lama, beri kami peringatan sebelum kau
memutuskannya. Setuju?" Carn duduk di undakan depan sebuah rumah dan
mengangguk. "Setuju." Membetulkan cengkeramannya pada martil dan perisainya,
Roran menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri sendiri. "Bersiaplah,"
katanya, dan mendecakkan lidah menyuruh Snowfire bergerak. Dengan kesepuluh
pejuang mengikutinya, Roran berderap keluar ke tengah-tengah jalan tanah yang
menghubungkan rumah-rumah dan. sekali lagi menghadapi para prajurit. Pasukan
Galbatorix yang terdiri atas kurang-lebih lima ratus orang tetap, berada di tengah-tengah
desa, sebagian besar meringkuk atau berjongkok di belakang perisai-perisai mereka
sementara berusaha memasang anak panah pada busur silang mereka. Sekali-sekali
seorang prajurit akan berdiri dan menembakkan anak panah ke salah satu pejuang di
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
atap sebelum kembali berlindung di balik perisainya saat hujan anak panah membelah
udara di tempat ia tadi berdiri. Di seluruh lapangan yang penuh tubuh bergelimpangan,
anak-anak panah menancap di tanah, seperti alangalang tumbuh di tanah berdarah.
Beberapa ratus kaki jauhnya, Roran bisa melihat sekumpulan orang yang
menggeliat-geliat, dan ia menduga di sanalah Sand, Edric, dan sisa pasukan mereka
sedang memerangi para prajurit. Jika si wanita muda dan anak laki-laki tadi masih ada
di lapangan itu, ia tidak melihat mereka. Sebatang anak panah dari busur silang melesat
ke arah Roran. Ketika sudah berada kurang dari satu meter di dadanya, tiba-tiba anak
panah itu berubah arah dan terpental, menjauh darinya dan anak buahnya. Roran
mengernyit, tapi peluru tajam itu sudah lenyap. Kerongkongannya terasa tercekik,
jantungnya berdebar dua kali lebih cepat.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Memerhatikan sekeliling, Roran melihat sebuah gerobak bersandar pada salah satu
rumah di sebelah kirinya. Ia menunjuk ke sana dan. berkata, "Tarik gerobak itu ke sini
dan gulingkan. Blokir sebanyak mungkin jalan." Kepada para pemanah, ia berteriak,
"Jangan biarkan prajurit-prajurit itu bergerak mengitar dan menyerang kita dari samping!
Jika mereka maju ke arah kita, kurangi jumlah barisan mereka sebisa mungkin. Dan
begitu kalian kehabisan anak panah, bergabung dengan kami di sini." "Ya, Sir!"
"Berhati-hatilah agar tidak tanpa sengaja menembak kami, atau aku bersumpah akan
menghantui kalian selamanya!" "Ya, Sir!" Lebih banyak anak panah melesat ke arah
Roran dan anak buahnya yang berada di jalan, tapi setiap kali, anak-anak panah
tersebut memantul begitu terkena perisai sihir Carn lalu berbelok ke sebidang dinding
atau ke tanah atau lenyap ke angkasa. Roran menyaksikan anak buahnya menyeret
gerobak ke jalan. Ketika mereka hampir selesai, ia mengangkat dagu, mengisi
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
paru-parunya dengan udara, kemudian, mengarahkan suara ke para prajurit, ia
berteriak, "Hei, di sana, kalian anjing-anjing pemakan bangkai! Lihat hanya sebelas
orang di antara kami yang menghalangi jalan kalian. Jika kalian bisa melampaui
rintangan kami, kalian bebas. Cobalah melawan jika punya nyali. Apa" Kalian ragu" Di
mana kejantanan kalian, dasar belatung, babi pembunuh" Ayah kalian adalah para otak
udang yang seharusnya ditenggelamkan saja begitu dilahirkan! Aye, dan. ibu kalian
adalah perempuan jalang peliharaan Urgal!" Roran tersenyum puas ketika beberapa
prajurit berteriak marah dan mulai membalasnya dengan hinaan. juga. Tapi salah satu
prajurit tampak telah kehilangan gairah untuk bertarung, karena ia berdiri dan lari
tungang-langgang ke arah utara, melindungi diri dengan perisainya dan berlari zigzag
untuk menghindari tembakan para. pemanah. Meski berusaha keras, ia terkena anak
panah pejuang Varden dan mati sebelum berlari sejauh seratus kaki. "Ha!" seru Roran.
"Kalian pengecut semuanya, dasar tikus-tikus busuk! Jika ini bisa memberi kalian
keberanian, ketahuilah: Roran Stronghammer adalah namaku, dan Eragon
Shadeslayer adalah sepupuku! Bunuh aku, dan raja terkutuk kalian akan menghadiahi
kalian dengan gelar kebangsawanan, atau lebih. Tapi kalian harus membunuhku
dengan pedang; busur-busur kalian tidak berguna melawanku. Datanglah, cacing-cacing
tanah; lintah; kutu kelaparan! Kemarilah dan kalahkan aku jika bisa!" Sambil
menyerukan serangkaian pekikan perang, tiga puluh prajurit menjatuhkan busur silang
mereka, menarik pedang dari sarung, dan dengan perisai diangkat tinggi-tinggi, berlari
menyerbu Roran dan para pengikutnya. Dari bahu kanannya, Roran mendengar Harald
berkata, "Sir, mereka jauh lebih banyak daripada kita." "Aye," kata Roran, mata terpusat
pada para prajurit yang mendatangi. Empat di antara mereka tersungkur dan tergeletak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tak bergerak di tanah, tubuh ditembus banyak anak panah. "Jika mereka menyerang
bersamaan, kita tidak akan bisa menang." "Ya, tapi mereka takkan menyerang
bersamaan. Lihat, mereka kebingungan dan tidak terorganisir. Komandan mereka pasti
sudah tewas. Selama kita bisa bergerak dengan teratur, mereka takkan bisa
mengalahkan kita." "Tapi, Stronghammer, kita tidak bisa membunuh pria sebanyak itu!"
Roran melirik ke arah Harald. "Tentu saja kita bisa! Kita bertarung untuk melindungi
keluarga kita dan untuk merebut kembali rumah dan tanah kita. Mereka bertarung
karena Galbatorix memaksa mereka. Mereka tidak mencurahkan seluruh jiwa raga bagi
peperangan ini. Maka pikirkanlah keluarga kalian, pikirkanlah rumah kalian, dan ingatlah
bahwa kalian sedang melindungi mereka. Seorang pria yang bertempur demi sesuatu
yang lebih besar daripada dirinya sendiri bisa membunuh seratus musuh dengan
mudah!" Sambil bicara, Roran melihat Katrina dalam benaknya, terbalut gaun biru pada
hari pernikahan mereka, dan ia bisa menghirup harum tubuhnya, dan ia mendengar
suara Katrina yang lirih pada malam-malam mereka berbincang-bincang. Katrina.
Kemudian para prajurit sudah berada di hadapan mereka, dan selama beberapa detik
Roran tidak mendengar apa-apa kecuali benturan pedang memantul di perisainya dan
dentang martilnya ketika menghantam helm-helm prajurit dan jeritan para prajurit ketika
mereka tersungkur akibat pukulannya. Para prajurit menyerangnya mati-matian, tapi
Roran dan para pengikutnya bukanlah tandingan mereka. Ketika ia menghabisi prajurit
terakhir Yang melakukan serangan, Roran tertawa keras, merasa luar biasa gembira.
Puas sekali rasanya menghancurkan orang-orang Yang akan melukai istri dan anaknya
yang belum lahir! Ia senang melihat tidak ada di antara pasukannya yang terluka serius.
Ia juga menyadari saat pertempuran berlangsung, beberapa pemanah telah turun dari
atap dan bergabung di punggung kuda dengan mereka. Roran melempar senyum
kepada mereka Yang baru bergabung dan berkata, "Selamat datang ke medan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pertempuran!" "Sambutan yang hangat!" salah satu dari mereka menyahut. Menunjuk
menggunakan martilnya yang berlumuran darah ke sisi kanan jalan, Roran berkata,
"Kau, kau, dan kau, tumpuk mayat-mayat ini di sebelah sana. Buat semacam benteng
dengan tubuh mereka dan gerobak itu, sehingga hanya dua atau tiga prajurit yang bisa
melewatinya sekaligus." "Ya, Sir!" para pejuang menjawab, mengayunkan tubuh turun
dari kuda mereka. Sebatang anak panah melesat melewati Roran. Ia mengabaikannya
dan berkonsentrasi pada pasukan utama prajurit, kelompok sekitar seratus pria yang
berkumpul untuk melakukan serangan kedua. "Cepat!" ia berseru kepada pria-pria yang
sedang menumpuk mayat. "Mereka sudah hampir tiba. Harald, bantu mereka. Roran
menjilat bibir, gelisah, saat ia menyaksikan anak buahnya bekerja sementara para
prajurit Kekaisaran semakin dekat.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Dengan lega ia melihat anak buahnya menyeret mayat terakhir ke tumpukan dan
kembali menaiki kuda mereka beberapa saat sebelum gelombang prajurit tiba untuk
menyerang. Rumah-rumah di kedua sisi jalan, begitu pula gerobak yang terbalik dan
benteng mengerikan yang terdiri atas tubuh manusia, memperlambat dan memperkecil
aliran prajurit yang mendatangi mereka, sampai para prajurit itu hampir berhenti
bergerak ketika mencapai Roran. Para prajurit berjejal begitu rapat sehingga mereka
tidak bisa menghindari serangan anak panah dari atas. Dua baris prajurit pertama
membawa tombak, yang digunakan mereka untuk mengancam. Roran dan pejuang
Varden lainnya. Roran menangkis tiga serangan tombak, sambil menyemburkan
sumpah serapah karena menyadari ia tidak bisa meraih melewati tombak-tombak itu
menggunakan martilnya. Kemudian seorang prajurit menombak bahu Snowfire, dan
Roran mencondongkan tubuh ke depan agar tidak terlempar ketika kuda itu meringkik
dan berdiri dengan dua kaki belakang. Saat Snowfire mendarat dengan keempat
kakinya, Roran melorot dari pelana, menjaga agar kuda jantan itu berada di antara
dirinya dan barisan prajurit pembawa tombak. Snowfire menghindar ketika sebuah
tombak lagi menusuk kulitnya. Sebelum para. prajurit sempat melukai kuda itu lagi,
Roran menarik tali kekang Snowfire dan memaksanya berderap mundur sampai
terdapat cukup ruang baginya di antara kuda-kuda lain untuk berbalik. "Yah!" Roran
berteriak, dan menepuk bokong Snowfire, menyuruhnya berderap pergi ke luar desa.
"Minggir!" Roran berteriak, melambaikan tangan kepada pasukan Varden. Mereka
membuka jalan baginya di antara kudakuda mereka, dan Roran melompat ke barisan
depan pertempuran sambil menyelipkan martilnya ke sabuk. Seorang prajurit
menghunuskan tombak ke dada Roran. Ia menangkisnya dengan pergelangan tangan,
membuat dirinya memar membentur batang tombak kayu yang keras, kemudian
merebut tombak itu dari tangan si prajurit. Pria itu jatuh terjerembap menghadap tanah.
Memuntir senjata di tangannya, Roran menancapkan tombak pada pria itu, kemudian
menerkam maju dan menusuk dua prajurit lagi. Roran berdiri dengan kedua kaki
mengangkang lebar, menjejakkan kaki dengan mantap pada tanah gembur tempat ia
pernah berpikir untuk menanam ladang, dan mengguncangkan tombak kepada
lawan-lawannya, berteriak, "Kemarilah kalian orang-orang terkutuk! Bunuh aku jika
kalian bisa! Aku Roran Stronghammer, dan manusia hidup tidak membuatku takut!" Para
prajurit bergerak menghampirinya, tiga pria melangkahi mayat rekan-rekan mereka
untuk saling menghantam dengan Roran. Melompat gemulai ke pinggir, Roran
menusukkan tombaknya ke rahang prajurit paling kanan, menarik kembali senjatanya
dan, menjatuhkan diri pada sebelah lutut, menusuk prajurit yang tengah pada ketiaknya.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Benturan menggetarkan bahu kiri Roran. Perisainya terasa dua kali lebih berat. Berdiri,
ia melihat tombak tertancap pada kayu ek perisainya dan prajurit terakhir dari tiga
serangkai tadi berlari ke arahnya sambil menghunuskan pedang. Roran mengangkat
perisai ke atas kepalanya seakan-akan ingin melontarkannya, dan ketika si prajurit
bimbang, Roran menendangnya di selangkangan. Ia menghabisi pria itu dengan sekali
tusukan. Di antara buaian singkat suara pertempuran yang terjadi kemudian, Roran
melepaskan lengannya dari perisai yang sudah tidak berguna lalu melemparkannya
beserta tombak yang menancap di sana ke arah kaki-kaki prajurit dalam usahanya
membuat mereka terjungkal. Lebih banyak prajurit beringsut maju, gemetar menghadapi
seringaian buas Roran dan tombaknya yang terhunus ke depan. Tumpukan mayat
semakin tinggi di depannya. Ketika sudah setinggi pinggangnya, Roran melompat ke
atas tumpukan tubuh berdarah-darah tersebut, dan berdiri di sana, meski pijakannya
tidak stabil, karena posisinya yang lebih tinggi memberinya keuntungan. Karena para
prajurit dipaksa memanjat tumpukan mayat untuk meraihnya, ia mampu membunuh
banyak di antara mereka sementara mereka tersandung lengan atau kaki, menginjak
leher lunak rekan mereka yang sudah mati, atau terpeleset pada perisai yang
tergeletak miring. Dari posisinya yang lebih tinggi, Roran bisa melihat sisa pasukan
Kekaisaran memutuskan untuk bergabung dalam serangan ini, kecuali beberapa yang
masih berada di seberang lapangan memerangi para pejuang di bawah pimpinan Sand
dan Edric. Roran sadar ia takkan bisa beristirahat sebelum pertarungan ini selesai.
Roran mendapat lusinan luka saat hari terus berlanjut. Sebagian besar lukanya tidak
parah-bagian dalam lengannya robek, satu jari patah, luka gores di rusuk tempat sebilah
belati telah berhasil menembus baju rantai besinya-tapi sebagian lagi adalah luka parah.
Dari tempatnya berdiri di tumpukan mayat, seorang prajurit menusuknya pada otot betis
kanannya, membuatnya terpincang-pincang. , Tidak lama kemudian, seorang pria besar
berbau bawang dan keju terjatuh menimpa Roran dan, dengan bau napasnya yang
mematikan, menusuk bahu kiri Roran dengan ujung panah busur silangnya, yang sejak
itu menjadikan Roran tidak bisa mengangkat lengan kirinya. Roran membiarkan panah
itu tertanam di dagingnya, karena jika dicabutnya, ia akan mati kehabisan darah. Rasa
sakit menjadi sensasi yang paling dominan di tubuh Roran; setiap gerakan
mengakibatkannya merasakan kesakitan baru, tapi jika ia berhenti bergerak berarti ia
akan mati, maka ia tetap melakukan serangan mematikan, tidak mengindahkan
luka-luka dan rasa letihnya. Kadang-kadang Roran menyadari kehadiran pasukan
Varden di belakang atau di sebelahnya, ketika mereka, menusukkan tombak melaluinya,
atau saat sebilah pedang terhunus di atas bahunya untuk menjatuhkan seorang prajurit
yang sedang berusaha melumpuhkannya, tapi sebagian besar waktu, Roran
menghadapi musuh-musuh sendirian, karena tumpukan tubuh di bawahnya dan ruang
terbatas di antara gerobak terbalik dan sisi rumah-rumah.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Di atas, pemanah yang masih memiliki persediaan anak panah teruss menghujani para
prajurit dengan tembakan, anakanak panah mereka yang berbulu angsa kelabu
menancap pada tulang dan daging. Belakangan dalam pertempuran, Roran
menusukkan tombak ke salah satu prajurit, dan saat ujung tombak itu membentur baju
besi si prajurit, batang kayunya retak dan patah di tengahtengah. Prajurit tersebut
tampak terkejut karena mendapati dirinya masih hidup, karena ia ragu sebelum
mengayunkan pedangnya untuk membalas serangan Roran. jeda akibat keraguannya
memberikan Roran waktu untuk merunduk di bawah kibasan besi tajam itu dan
menyambar tombak lain dari tanah, dan dengannya menusuk si prajurit. Roran kesal
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sekali ketika tombak kedua ternyata hanya bertahan kurang dari satu menit sebelum
akhirnya patah juga dalam genggamannya. Melemparkan sisasisa tombak itu ke arah
para prajurit, Roran mengambil perisai dari sesosok mayat dan menarik martil dari
sabuknya. Setidaknya martilnya tidak pernah mengecewakannya. Rasa letih menjadi
lawan. terberat Roran ketika rombongan terakhir prajurit akhirnya menghampiri, setiap
pria menunggu giliran untuk berduel dengannya. Lengan dan kaki Roran terasa berat
dan tidak bertenaga, pandangannya berkerejap, dan sepertinya ia tidak bisa
mendapatkan cukup udara, tapi entah bagaimana ia selalu bisa mengerahkan tenaga
untuk mengalahkan musuh berikutnya. Ketika refleksnya mulai melambat, para prajurit
memberinya banyak luka dan memar yang sebelum ini bisa dihindarinya dengan mudah.
Ketika celah terbuka di antara para prajurit, dan melalui mereka Roran bisa melihat
ruang terbuka, ia tahu perjuangannya hampir berakhir. Ia tidak memberi ampun kepada
dua belas pria terakhir yang melawannya, dan mereka juga tidak memberi ampun
kepadanya, meski mereka tidak bisa berharap untuk melewatinya dan para pejuang
Varden di belakangnya. Mereka, juga tidak berusaha melarikan diri. Sebaliknya, mereka
menerkamnya, meraung, menyumpah, hanya ingin memusnahkan pria yang telah
membunuh begitu banyak rekan mereka sebelum mereka juga terjun ke jurang
kematian. Di satu sisi, Roran mengagumi mereka. Anak-anak panah menancap pada
dada empat orang prajurit, menjatuhkan mereka. Sebuah tombak dilemparkan dari
belakang Roran dan menusuk tulang selangka prajurit kelima, dan ia juga terjerembap di
atas tumpukan mayat. Dua tombak lagi mengambil korban, kemudian prajuritprajurit itu
mencapai Roran. Prajurit paling depan. menyerang Roran dengan kapak. Meski Roran
bisa merasakan kepala anak panah menggores tulangnya, ia melontarkan lengan kirinya
dan menangkis serangan kapak itu 601 dengan perisainya. Melolong penuh kesakitan
dan kemarahan, juga dengan perasaan frustrasi yang menginginkan pertempuran ini
segera berakhir, Roran mengayunkan martilnya dan membunuh pria itu dengan
hantaman di kepala. Tanpa berhenti, Roran melompat maju menggunakan kakinya yang
sehat dan Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menghantam prajurit berikutnya dua kali di dada sebelum bisa melindungi diri,
meremukkan tulang rusuknya. Pria ketiga menangkis dua serangan Roran, tapi
kemudian Roran menipunya dengan gerakan taktik dan berhasil menjatuhkannya. Dua
prajurit terakhir mengapit Roran dari dua sisi, mengayunkan pedang ke arah kakinya
saat mereka memanjat tumpukan mayat yang semakin tinggi. Kekuatannya semakin
habis, Roran bertarung dengan mereka berdua dalam waktu lama dan melelahkan,
kedua pihak memberi dan mendapatkan luka, sampai akhirnya ia membunuh salah satu
dengan menghantamkan martil pada helm prajurit itu dan membunuh satu lagi dengan
mematahkan lehernya dengan hantaman mantap. Roran limbung kemudian jatuh
tersungkur. Ia merasakan tubuhnya diangkat dan membuka mata untuk melihat Harald
memegang botol kulit berisi anggur ke bibirnya. "Minum ini," kata Harald. "Kau akan
merasa lebih baik." Dadanya naik-turun, Roran menelan beberapa tenggak di antara
tarikan napas. Anggur yang hangat akibat sinar matahari terasa menusuk bagian dalam
mulutnya yang luka. Ia merasakan kedua kakinya mantap kembali dan berkata, "Tidak
apa-apa; kau bisa melepaskanku sekarang." Roran bersandar pada martilnya dan
memerhatikan medan pertempuran. Untuk pertama kalinya ia tersadar sudah seberapa
tinggi tumpukan mayat di bawah kakinya; ia dan rekan-rekannya berdiri setidaknya
dua puluh kaki dari tanah, yang hampir sama tinggi dengan atap-atap rumah di kedua
sisi mereka. Roran melihat sebagian besar prajurit telah terbunuh akibat panah, tapi
meski demikian, ia tahu ia sendiri telah membunuh sejumlah besar. "Berapa... berapa
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
banyak?" ia bertanya kepada Harald. Pejuang berlumur darah itu menggeleng. "Aku
sudah tidak bisa menghitung sejak angka tiga puluh dua. Mungkin yang lain bisa
memberitahumu. Apa yang kaulakukan, Stronghammer... Aku belum pernah
menyaksikan yang seperti itu, tidak dari pria yang memiliki kemampuan seperti manusia
biasa. Sang naga Saphira memang memilih dengan baik; pria-pria dalam keluargamu
petarung yang luar biasa. Keberanianmu tidak akan tertandingi manusia mana pun,
Stronghammer. Berapa pun jumlah yang kaubunuh hari ini di sini, aku-" "Seratus
sembilan puluh tiga!" teriak Carn, memanjat menghampiri mereka dari bawah. "Kau
yakin?" tanya Roran, tidak percaya. Carn mengangguk ketika mencapai mereka. "Aye!
Aku menyaksikan dan aku menghitung dengan saksama. Seratus sembilan puluh
tiga-sembilan puluh empat jika kauhitung prajurit yang kautusuk perutnya dengan
tombak sebelum para pemanah menghabisinya." Jumlah itu membuat Roran
tercengang. Ia tidak menyangka totalnya sebanyak itu. Tawa kasar keluar dari
tenggorokannya. "Sayang sekali mereka tidak lebih banyak. Tujuh lagi dan aku akan
menggenapkan angka jadi dua ratus." Pria-pria yang lain tertawa bersamanya. Dengan
wajah tirus penuh kecemasan, Cam meraih anak panah yang mencuat keluar dari bahu
kiri Roran sambil berkata, "Sini, biar kuperiksa lukalukamu."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Tidak!" kata Roran, dan mengibaskan tangan Carn. "Mungkin ada orang-orang lain
yang lukanya lebih parah. Tangani mereka dulu." "Roran, beberapa lukamu bisa
mematikan jika aku tidak cepat-cepat menghentikan perdarahannya. Hanya akan makan
waktu" "Aku tidak apa-apa," geram Roran. "Biarkan aku sendiri." "Roran, lihatlah
keadaanmu!" Roran menatap dirinya sendiri lalu memalingkan wajah. "Kalau begitu
cepatlah." Roran menatap langit yang jernih, benaknya dikosongkan dari pikiran
sementara Cam menarik ujung anak panah dari bahunya dan menggumamkan berbagai
mantra. Di setiap titik tempat sihir bekerja, Roran merasakan kulitnya gatal dan
kesemutan, diikuti dengan rasa sakit yang berkurang. Ketika Carn selesai, Roran masih
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merasa sakit, tapi tidak separah tadi, dan benaknya menjadi lebih jernih. Usaha
penyembuhan itu menjadikan wajah Carn kelabu dan tubuhnya gemetar. Ia bertumpu
pada lutut sampai gemetarnya lenyap. "Aku akan pergi..." Ia berhenti sejenak untuk
mengambil napas. "...membantu yang lain-lain yang terluka." Ia menegakkan tubuh dan
melangkah hati-hati menuruni tumpukan mayat, tubuhnya condong dari sisi ke sisi
seperti orang mabuk. Roran menatapnya pergi, cemas. Kemudian terpikir olehnya
bagaimana nasib sisa ekspedisi mereka. Ia menatap ke seberang desa dan tidak
melihat apa-apa selain tubuh bergelimpangan, beberapa mengenakan pakaian merah
Kekaisaran, yang lain-lain dalam balutan wol cokelat kaum Varden. "Bagaimana dengan
Edric dan Sand?" ia bertanya kepada Harald. "Maafkan aku, Stronghammer, tapi aku
tidak bisa melihat lebih jauh daripada ujung pedangku sendiri." Berseru kepada
beberapa pria yang masih berdiri di atas atap, Roran bertanya, "Bagaimana dengan
Edric dan Sand?" "Kami tidak tahu, Stronghammer!" mereka menjawab. Bertumpu pada
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 18 Pendekar Naga Putih 80 Iblis Angkara Murka Misteri Listerdale 3